Anda di halaman 1dari 474

Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.

com/

Heng Thian Siau To 1


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

HENG THIAN SIAU TO


(Lanjutan Lam Beng Ciam Liong)

Karya :
Liang Ie Shen

Diceritakan oleh :
S. D. LIONG

Penerbit :
PUSTAKA SILAT
Semarang, 1962

Sumber :
T.A.H (Indozone.net)

Heng Thian Siau To 2


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Heng Thian Siau To


(Lanjutan Lam Beng Ciam Liong)
––––––––––––––––––––––––––––

BAGIAN 1
PENDAHULUAN

Bagaikan anak panah lepas dari busurnya, 4 ekor kuda


mencongklang pesat memecah kesunyian senja diperdesaan.
Anak gembala yang naik diatas punggung kerbau dan petani-
petani yang memanggul pacul pulang dari medan kewajibannya,
sama terkesiap kaget memandangnya. Penunggang yang berada
paling depan sendiri, adalah seorang anak muda sekira 20-an
tahun usianya, berparas cakap seperti seorang nona cantik.
Dibelakangnya mengikuti dua orang, yang satu berumur 30
tahun yang lain antara 17 tahun. Dari wajahnya yang seperti
pinang dibelah dua, terang mereka itu adalah dua orang
bersaudura. Hanya saja sianak muda itu mempunyai ciri yang
istimewa yakni biji matanya bersinar violet (ungu), beda dengan
kebanyakan orang.
Lebih aneh sendiri adalah yang paling belakang. Wajah
orang itu pucat lesi seperti mayat, tapi kuncirnya yang menjulai
dibelakang batok kepala hitam mulus gilap. Dia hanya berkaki
satu dan kaki itupun tak dimasukkan kedalam besi pijakkan kuda.
Sekalipun begitu, dapatlah dia duduk tegak diatas pelana kuda
yang mencongklang dengan pesatnya. Tak berapa lama
kemudian, keempat penunggang kuda itu sudah tiba dimulut
desa. Tiba-tiba sikaki satu tadi bergeliat dan menyentak
kendalinya, maka melayanglah tubuhnya tepat jatuh dibelakang
salah seorang dari kedua saudara, yakni yang kakaknya. Sudah

Heng Thian Siau To 3


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

tentu kejutnya bukan kepalang. Tapi ketika dia menoleh dan


dapatkan yang bonceng dibelakangnya adalah sikaki satu,
legahlah hatinya.
"Sin-heng, ada apa?" tanyanya.
"Ssst....., perlahan-lahan saya, Sin-heng sahut sikaki satu,
"tempat tujuan sudah dekat, ingat, semuanya harus ditimpahkan
pada anak she Tong itu, biar mereka kelabakan. Kita harus
pandai mainkan rol itul"
Adalah ketika dia mengatakan "anak she Tong itu",
tangannya menunjuk kearah anak muda yang berada paling
depan sendiri. Sehabis menyampaikan pesan, tangannya
menekan perlahan-lahan pada pelana dan tubuhnya melayang
pula kebelakang tepat jatuh diatas pelana kudanya sendiri tadi
pula. Pesat dan lincah sekali gerakan sikaki satu itu hingga
pemuda yang menunggang kuda paling depan sendiri tak
mengetahui sama sekali. Bahkan anak muda itu sedang
membenam diri dalam suatu lamunan indah:
"Kali ini tentu akan memperoleh pahala besar. Karena
kepandaian dangkal, selama ini aku tak dapat menampilkan diri
dikalangan mereka (perserikatan anti penjajah Ceng). Ah.....,
rupanya Tuhan itu maha murah, sehingga aku dapat berkenalan
dengan ketiga orang itu. Dengan kepandaian yang dimilik oleh
ketiga sahabat itu, tentulah akan disambut dengan girang untuk
menjadi anggauta perserikatan. Juga Siau-beng-siang Tio Jiang,
tak nanti memandang remeh lagi padaku, dengan begitu
dapatlah aku bergaul rapat dengan nona Tio. Ah...., ia tentu
takkan memandang rendah lagi padakul"
Kini keempat penunggang kuda itu memasuki desa. Sebuah
jalan besar terbentang ditengah-tengah desa itu. Disana sini

Heng Thian Siau To 4


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

banyak sekali rumah-rumah dan gedung-gedung. Sikaki satu


keprak kudanya menghampiri anak She Tong itu seraya
bertanya: "Saudara Tong, apakah benar Siaubeng-siang Tio Jiang
tak berada dikampungnya?"
"Ya, dia pergi dengan isterinya, tapi lain-lain saudara berada
dalam desa semua. Oleh karena pemerintah Ceng melakukan
tindakan keras, jadi segala sesuatu disini serba rahasia. Begitu
nanti sam-wi (kalian bertiga) tiba, tentulah ada orang yang
menyampaikan laporan pada Siau-beng-siang Tio Jiangl"
Sikaki satu berpaling kebelakang sembari memberi isyarat
ekor mata pada kedua kawannya agar memperlambat jalannya
kuda. Kala itu adalah tahun ke 12 dari kaisar Kong Hi memegang
tampuk pimpinan kerajaan Ceng-tiau. Kerajaan Lam Beng (Beng
pelarian didaerah selatan) sudah hancur dan pemerintah Ceng
telah berhasil menguasai seluruh Tiongkok. Tapi sebagian
patriot-patriot negara tetap mengadakan gerakan bawah tanah
untuk melakukan perlawanan. Usaha-usaha untuk
mengkoordinir (melakukan kerja sama) antara jaringan-jaringan
perlawanan rakyat, tetap dilakukan dengan giat. Anti penjajah
Ceng tetap dikobarkan diantara rakyat, agar semangat mereka
jangan sampai lumpuh.
Tapi fihak Cengpun tetap bersiaga. Penyebaran mata-mata
dan jagoan-jagoan digiatkan seluas-luasnya. Pembunuhan,
razzia, pengejaran dan penjelidikan, ja pendek sedikit saja ada
tanda-tanda adanya unsur perlawanan, tentu akan ditumpas
sampai habis. Bahwasanya dalam suasana negara yang aman,
tak jarang terbit pertempuran kecil atau penumpahan darah
karena terjadinya pertentangan antara rombongan unsur-unsur
penyinta negeri dengan kaki tangan pemerintah Ceng, adalah
jamak terjadi.

Heng Thian Siau To 5


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Pemuda she Tong itu sebenarnya anak seorang petani yang


tinggal disekitar sungai See-kang. Dia berotak cerdas. Ketika
berumur 15 tahun, pernah ikut belajar silat pada seorang guru
silat dan dapat mempelajari beberapa macam permainan silat
pasaran. Sekalipun begitu, dia mempunyai angan-angan yang
tinggi. Begitulah dia tinggalkan kampung halaman berkelana dan
berhasil menggabungkan diri dalam perserikatan anti Ceng yang
dipimpin oleh Siau-beng-siang Tio Jiang. Gerakan yang dipimpin
oleh Tio Jiang itu, adalah merupakan kelanjutan dari
perserikatan Thian Te Hui yang dipimpin oleh Suhunya, Ceng Bo
sianjin. Thian Te Hui mengalami kegagalan total, organisasinya
porak poranda, tokoh-tokohnya banyak yang bubar
menyembunyikan diri dari kejaran pemerintah Ceng. Syukur
tokoh-tokoh inti gerakan itu seperti Kui-ing-cu, Thaysan sin-tho
Ih Liok, Nyo Kong-lim, Ceng Bo, Kang Siang Yan, Tio Jiang, Yan-
chiu dan kawan-kawan masih tetap bersatu. Walaupun secara
bersembunyi-sembunyi, mereka dapat menghimpun kekuatan
dan ternyata pengaruh mereka terasa sekali didaerah Kwitang.
––––––––––

BAGIAN 2
KEGANASAN KUKU GARUDA

Duapuluh tahun lamanya, hanya kulit tubuh mereka yang


berkerinjut dan rambut bertabur uban, namun semangat
perjuangan mereka masih tetap segar bernyala-nyala laksana api
abadi yang tak kunjung padam. Banyak sekali perubahan-
perubahan selama itu. Tio Jiang telah menjadi suami isteri
dengan Yan-chiu dan dikaruniai dengan 3 orang anak, 2 lelaki 1

Heng Thian Siau To 6


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

perempuan. Pusat gerakan mereka terletak diperkampungan


rakyat dikaki gunung Lo-hu-san, sedang puncak Giok li-nia
merupakan markas agungnya.
Sejak Ceng Bo siangjin tinggalkan pimpinan untuk belajar
keluar negeri mencari bantuan, maka atas persetujuan orang
banyak, Tio Jianglah yang diserahi menjadi pimpinan dibantu
oleh para ciangpwe sebagai pinisepuh (tetua) yang menjadi
penasehat dan pelindung.
Dari seorang pemuda, kini Tio Jiang telah menjadi seorang
ayah dari seorang anak yang berumur 20-an tahun.
Karena sifat-sifat jujur dan ksatrya dia telah dijuluki sebagai
Siau-beng-siang atau Beng Siang Kun kecil, Beng Siang Kun
adalah seorang tokoh yang jujur dan bijaksana. Modal Tio Jiang
selain ilmu silat, terutama kejujurannya yang sangat menampil.
Walaupun pemuda Tong Ko masuk menjadi anggauta
perserikatan, tapi karena kepandaiannya dangkal dan belum
memperoleh suatu pahala apa-apa, jadi selama ini belumlah dia
dapat menampilkan diri. Kini dengan mengajak 3 orang kenalan
baru yang berilmu tinggi itu, besar harapannya dia akan
mencapai yang diidam-idamkan itu.
Tak selang berapa lama, Tong Ko menunjuk pada 3 buah
perumahan rakyat.
"Sin enghiong, itulah tempat kediaman Siau-beng-siang Tio
Jiang sekeluargal" serunya memberitahu kepada sikaki satu
sembari turun dari kudanya. Memang didepan pintu rumah itu
tampak ada seorang nona remaja berumur 16-an tengah bicara
dan tertawa-tawa dengan seorang anak lelaki kecil berumur 6
atau 7 tahun.Tapi anehnya begitu melihat Tong Ko datang, nona
itu malah miringkan kepalanya pura-pura tak melihat.

Heng Thian Siau To 7


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Nona Tio, apakah Nyo-toa-cecu ada?" tanya Tong Ko. Tiba-


tiba belum lagi sinona menyahut, sikaki satu sudah merebut
berseru-seru keras-keras: "Saudara Tong, besar jasamu
membawa kami kemari!.
Habis mulutnya bersuara, tangannya bekerya, sret....,
sret...., sret..... belasan bunga api meletik diudara menabur
kearah sinona dan sibocah kecil. Gerakan itu diluar dugaan orang
dan dilakukan begitu cepat sekali sehingga Tong Ko tak keburu
membuka mulut. Cara menimpukannya pun keliwat ganas sekali.
"Sin-heng........."
Hanya dua patah kata Tong Ko sempat meneriakkan, tapi
syukurlah nona itu pun sudah keburu terkejut. Secepat kilat ia
tarik sianak kecil terus dibawanya loncat keatas sampai dua
meteran. Plak...., plak...., plak...., taburan benda bergemerlap
yang bukan lain adalah 13 batang hui-to (passer pilau) lama
menancap didinding tembok rumah.
"Saudara Tong, mengapa tak lekas turun tangan?" seru
sikaki satu kepada Tong Ko sembari susuli lagi dengan 13 batang
hui-to.
Kala itu sinona bersama adiknya tengah mengapung
diudara. Gerak timpukan sikaki satu tadi sangatlah keras dan
cepatnya hingga sampai menerbitkan suara auman bergemuruh.
Saking takutnya menjeritlah anak kecil itu. menangis keras-keras.
Tong Ko buru-buru hendak gunakan cambuk untuk menghadang
hui-to itu, namun sudah tak keburu lagi. Yang terdengar
hanyalah jerit dan teriakan ngeri dari sinona dan adiknya, disusul
dengan gedebak-gedebuk.... dari tubuh mereka menggelepar
ditanah. Tubuh anak kecil yang tak berdosa apa-apa itu telah
ditabur dengan 6 atau 7 batang hui-to, sehingga seketika itu juga

Heng Thian Siau To 8


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

putuslah nyawanya. Sjukur sinona hanya kena terpanggang


sebatang pada bahunya. Dengan tangkasnya, ia segera
memondong sang adik dibawa lari masuk kedalam rumah
sembari berteriak-teriak: "Paman Nyo! Lekas keluarlah, Tong Ko
membawa kawanan kuku garuda kemari. Adikku telah
dibinasakan mereka!"
Kuku garuda adalah istilah untuk menyebut kawanan kaki
tangan pemerintah Ceng. Sikaki satu dan kedua saudara Shin
tadi tak mau mengejar, hanya unjuk tertawa menjeringai.
Sebaliknya Tong Ko yang tak menyangka bakal terjadi peristiwa
itu, dengan murkanya sudah mencabut pedang dan maju
menghampiri sikaki satu.
"Orang she Sin, siapakah sebenarnya kau ini?" bentaknya.
Sikaki satu yang masih bercokol diatas pelana kudanya,
segera membungkuk kebawah sembari ulurkan dua buah jari
tangannya untuk menjepit ujung pedang Tong Ko. Sekali sentak,
tangan Tong Ko lemah lunglai mengucurkan darah dan tahu-tahu
pedangnya sudah direbut sikaki satu.
"Tuanmu besar ini digelari orang Tok-kak-han sin-mo Sin
Tok. Dan kedua sahabat ini adalah persaudaraan Sin, Soh-
hunciang Shin Leng-siau dan Cecing-long Shin Hiat-ji!" sahut
sikaki satu dengan tertawa sinis.
Tok-kak-han sin-mo berarti si Malaekat sakti berkaki satu,
Soh-hun-ciang artinya si Pukulan Maut, sedang Ce-cing-long
maknanya si Jejaka Mata Ungu.
Mendengar ketiga nama itu, tanpa terasa Tong Ko
terhuyung beberapa tindak kebelakang. Tapi tepat pada saat Itu,
dari dalam rumah terdengar suara berkerontangan keras, disusul

Heng Thian Siau To 9


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dengan suatu deru sambaran angin menghantam punggungnya.


Saking gugupnya Tong Ko cepat-cepat buang dirinya ketanah dan
bergelundungan sampai beberapa meter. Bluk....., sebuah toja
pendek menghantam keras pada jalanan, hingga batu marmer
yang menutupi jalanan itu sampal hancur berantakan.
Ketika Tong Ko mendongak, didapatinya yang menghantam
itu adalah seorang tinggi besar gagah perkasa sembari mencekal
sebatang sam-ciat-kua (toja berbuku 3). Hai, sikasar berangasan
Nyo Kong-lim, itu toa-cecu (pemimpin pertama) dari ke 72
markas gunung Hoasan. Makanya datang-datang dia sudah
lantas hantam kromo saja tanpa menyelediki lebih dahulu duduk
perkara yang sebenarnya.
"Nyo cecu, awas sikaki satu itu hendak membokongmu dari
belakangl" seru Tong Ko memperingatkan sikasar tanpa
mendendam apa yang telah diterimanya dari toa-cecu Itu tadi.
Nyo Kong-lim berputar kebelakang dan tepat pada saat itu
sikaki satu sudah meloncat dari kudanya sembari mencekal
sepasang suanhua-pan-hou (kapak atau beliung). Dengan
memutar sam-ciatkun, Nyo Kong-lim cepat menyambutnya.
Walaupun kakinia hanya tinggal satu, tapi gerakan orang she Sin
itu lincah sekali. Untuk sabatan sam-ciat-kun itu, tampaknya
sikaki satu malah maju memapakkan. Tapi begitu dekat, sret,
tiba-tiba dia loncat menghindar, sehingga Nyo Kong-lim
menghantam angin. Saking marahnya sikasar kedengaran
menggerung keras, dia turunkan tangannya untuk menghajar
kepala lawan. Tapi lagi-lagi sikaki satu enjot kakinya menyelinap
kesarnping sembari hantamkan sepasang kapaknya, tring, tring!
Nyo Kong-lim memiliki tenaga pembawaan yang luar biasa

Heng Thian Siau To 10


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kuatnya, tapi pada saat itu ahunya terasa kesemutan, sam-


ciat-kun tertindih ditanah, dia tak kuasa untuk mengangkatnya.
Dilain fihak, demi dilihatnya kedua orang itu sudah
bertempur Tong Ko lalu bangun dan bergegas-gegas lari kedalam
rumah. Tapi kedua saudara Shin itu sudah kedengaran berseru
sekeras-kerasnya: "Saudara Tong, bagusl Masuklah lekas dan
bunuh habis mereka semua!"
Tong Ko terkesiap kaget. tapi pada saat itu dari dalam
rumah kedengaran suara tangisan, maka tanpa menghiraukan
racun yang ditebarkan mulut kedua saudara durjana itu, dia
terus menobros kedalam. Disitu dilihatnya sinona tengah
menangis tersedu sedan, meratapi adiknya yang sudah sekian
lama meninggal tadi.
Hati Tong Ko seperti disayat sembilu rasanya. Ia
menghiburnya: "Nona Tio, jangan keliwat berduka..........."
Sekonyong-konyong sinona menoleh, sepasangnya matanya
tampak membara.
"Kau, seorang bangsatl" serunya sembari mencabut pedang
dan dibolang-balingkan terus menyerang kepada tong Ko.
Tong Ko seperti seorang gagu yang tak dapat menyatakan
kesusahannya. Jurus yang dimainkan sinona itu adalah ilmu
warisan yang diajarkan oleh ibunya si Hui-lay-hong Liau Yan-chiu,
hoan-kang-kiam-hwat atau ilmu pedang membalikkan sungai.
Nampaknya Tong Ko tak berdaya menghindar apalagi memang
kepandaiannya masih cetek.
"Nona Tio, harap jangan turunkan tangan ganas!" serunya.
Tapi tiba-tiba terdengar orang menyahutinya: "Saudara Tong,
jangan takutl", dan menyusul dengan itu ada suatu tenaga kuat

Heng Thian Siau To 11


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

mendorongnya kesamping sampai setengah meter dan tring...


tring, tring...., tring....., sinonapun terdesak mundur oleh kilapan
sinar bianglala.
Kiranya yang berseru dan menyerbu masuk membantu Tong
Ko itu adalah Ce-cing-long Shin Hiat-ji. Dia terjang pedang sinona
dengan sebatang jwanpian (ruyung lemas) yang berkilau-kilauan
cahayanya.
"Kecuali Giam-lo-ong (raja akhirat) mengeluarkan amnesti
(pengampunan), jangan harap hari ini kau dapat hidup lagi"
serunya sembari maju menjapukan jwan-pian.
Bahu nona itu tadi sudah terluka hui-to, ketambahan pula ia
gelisah mendukakan kematian adiknya, maka dalam gugupnya ia
hanya loncat keatas meja dengan pontang panting. Shin Hiat-ji
tak kenal ampun lagi. Dia sabatkan jwan-pian pada kaki meya,
setelah berhasil melibat terus ditarik sekuat-kuatnya. Tapi tak
kalah sebatnya, sinona sudah enjot kakinya untuk melambung
keatas. la jambret sebuah tiang penglari untuk dibuat
menggelantung, kemudian dengan membolang-balingkan
pedangnya dalam jurus kut-ji-thou-kang. (Kut Gwan ceburkan
diri kedalam sungai), ia meluncur turun menerjang lawan.
"Ha...... ha.......!" Hiat-ji tertawa menghina, "ilmu pedang
hoan-kang-kiam-hwat yang menggemparkan dunia persilatan,
kiranya hanya begitu saja!"
Dia kebutkan jwan-pian untuk menyambut serangan. Belum
jwan-pian itu tiba, sinona sudah rasakan digempur oleh suatu
tenaga dorongan yang hebat, sehingga membuatnya kaget
bukan terkira. Semuda itu usianya, ternyata anak muda she Shin
itu sudah memiliki ilmu Iwekang yang sedemikian lihaynya.
Adalah karena mengagumi kepandaian lawan, telah membuat

Heng Thian Siau To 12


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sinona tertegun hingga konsentrasi (pemusatan) pikirannya


terpecah. Maka begitu kedua senjata, itu saling beradu,
terpelantinglah sinona sampai beberapa langkah jauhnya.
Tepat pada saat itu terdengarlah suara gempuran yang
dahsyat, disusul dengan robohnya segumpal pagar tembok,
sehingga batu merah dan puing sama berterbangan kesana-sini.
Untuk melindungi diri dari tebaran batu dan puing itu, sinona
putar pedangnya, tapi berbareng itu ia rasakan betisnya sakit
sekali karena tersabat jwan-pian siorang she Shin itu. Dengan
tahan kesakitan, sinona loncat keluar rumah. Dilihatnya ada
seorang berumur 30-an tengah menggempur tembok rumah
dengan sebuah pukul besi raksasa. Tak berapa lama kemudian,
rubuhlah tembok itu.
Saat itu penduduk diperkampungan situ sudah sama gempar
terkejut. Tampak si tie-cing-long Shin-Hiat-ji menobros keluar
dan setelah memberi isyarat mata kepada kakaknya si Shin-Leng-
sian, mereka berdua lalu menyerbu keperkampungan rakyat.
Ada 3 orang lelaki baru pulang dari sawah, terus menyongsong
dengan paculnya, tapi mana mereka dapat menandingi tenaga
sakti dari Hiat-ji. Sekali memutar jwan-pian. 3 batang pacul sama
terlempar keudara. Dan sekali lagi jwanpian berputar, ketiga
orang itu menjerit keras rubuh ditanah. Penduduk
perkampungan sama gempar menjingkirkan diri. Hiruk pikuk
memecah kesunyian desa itu.
Nyo Kong-lim keripuhan menahan arus serangan kapak
sikaki satu. Saking marahnya, berulang kali sikasar memekik-
mekik seperti kuda meringkik. Tiba-tiba terdengar suatu seruan
menggeledek diantara hiruk pikuk itu: "Siapa yang berani
mengadu biru jual kebiadaban disinil"

Heng Thian Siau To 13


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Suara hiruk pikuk kepanikan itu sangatlah riuh rendahnya,


tapi suara orang itu melengking keras seolah-olah dapat
mengatasi kehirukan itu, menandakan bahwa orang itu tentu
mempunyai Iwekang yang cukup lihay. Kedua saudara Shin
itupun menoleh dengan terperanjat. Seorang lelaki setengah tua
yang mukanya garang berlari mendatangi dengan mencekal
sebatang jwan pian.
"Apakah yang datang in; Kiau To, ji-ah-ko dari Thian Te Hui?"
tegur Hiat-ji.
"Tak salahlah!', sahut orang itu agak keheranan.
Shin Hiat-ji tertawa memanyang. "Sambutlah pianku inil"
serunya. Kini baru Kiau To mengetahui bahwa anak muda yang
belum cukup 20 tahun usianya, hidung tinggi dahi lebar dan
berwajah luar biasa itu, adalah musuh. Segera diapun sambut
serangan orang dengan liok-kin-pian-hwat, ilmu ruyung ajaran
gurunya, Cay Siang siansu dari biara Liok-yong-si di Kwiciu.
Ruyung lawan ruyung, wah, ramainya bukan buatan.
Melihat tiada lain tokoh keras lagi, diam-diam Soh-hun-ciang
Shin Leng-sian girang sekali. Dia yakin rencananya kali ini tentu
akan berhasil. Diambilnja korek geretan api, dengan dua tiga kali
loncat, dia menghampiri tumpukan kayu lalu menyulutnya. Kala
itu adalah permulaan musim dingin, angin keras benda-benda
kering merinting. Maka sekejap saya, asap bergulung-gulung
membubung tinggi, api membubung dengan besarnya. Untuk
mengipasinya, Shin Leng-siau mainkan pukul besinya, hingga
menerbitkan angin menderu-deru, meniup gelagah rumput
berhamburan kemana-mana. Perumahan rakyat yang terbuat
dari atap, cepat dijilat api. Rumah-rumah yang terletak ditepi
jalan sudah sama terbakar. Berbondong-bondonglah rakyat

Heng Thian Siau To 14


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

pedesaan situ, tua muda laki perempuan lari berserabutan


macam gabah dit:ampi. Jerit pekik memekakkan telinga.
"Saudara Tong, tugas kita sudah berhasil bagus, ayo kita
pergil" tiba-tiba Sin Leng-siau berseru lantang-lantang.
Tok-kak-sin-mo Sim Tok dan Ce-cing-long Shin Hiat-ji
menangkap pertandaan itu. Setelah mendesak lawan, mereka
lalu angkat kaki, tapi Nyo Kong-lim tak mau lepaskan pengacau
itu. Tokkak-sin-mo atau si ibIis sakti berkaki satu sekonyong-
konyong loncat setombak tingginya, dari situ dia berjumpalitan
berdiri dibelakang Nyo Kong-lim.
Nyo Kong-lim hanya mengetahui bahwa tiba-tiba saja si kaki
satu itu menghilang, hiruk pikuk jeritan orang, dentam dengan
tiang dan bambu dimakan api serta tabir asap yang
menjelumbung suasana, telah menjebabkan dia tak mengetahui
bahw sikaki stau itu sudah berada dibelakangnya. Tahu-tahu dari
belakang terasa ada angin menyambar, hendak dia mer.ghindar
tapi sudah terlambat. Sekali sikaki satu ajunkan kapaknya, maka
bahu lengan dari sikasar telah kutung. Lengan kanan yang
kutung dan terlempar jatuh ditanah Itu masih erat-erat
mencekal sam-ciat-kun
Bagaimanapun "kerasnya" si kasar itu, namun kali itu benar-
benar dia tak kuat menahan kesakitan lagi. Matanya berkunang-
kunang, kepala pening dan rubuhlah dia tak ingat diri. Darah
mengalir laksana air mancur. Sejak si nona menobros keluar dari
belakang tadi, ia kesima melihat pertempuran itu saja. Tapi kini
serta tampak Nyo Kong-lim terluka parah, ia segera lari
menghamplri seraya berteriak pilu: "Paman Nyo.....! Paman
Nyo......!"

Heng Thian Siau To 15


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Saat itu api makin menyalar luas. Suara gerodakan dari


rumah-rumah yang rubuh membisingkan telinga. Hanya dalam
beberapa kejap saya, perdesaan situ berobah menjadi
sedemikIan rupa, telah menjebabkan sinona kehilangan faham,
tak tahu apa yang harus diperbuat, kecuali menangis seperti
anak kecil. Untunglah Kiau To yang dapat mendengarkan jeritan
nona itu tadi, segera berhasil mencarinya. Cepat dia angkat
tubuh Nyo Kong-lim, lalu ditutuk jalan darah untuk
menghentikan.
"Siau In, lekas ikut aku, atau kau nanti hangus terbakar di
sinll" serunya kepada sinona sembari terus memondong tubuh
sikasar untuk dibawanya menobros keluar dari lautan api.
Sinona mengikutinya dari belakang. Tapi baru kira 30-an
langkah, tiba-tiba ia teringat akan jenazah adiknya yang masih
ketinggalan berada didalam rumah.
"Paman Nyo, aku hendak menjemput adikku. Ayah dan
mamah sering mengatakan kalau engkohku tak dapat
diharapkan. Maka walaupun adikku sudah binasa, aku tetap
hendak mengambilnya!"
Sudah tentu Kiau To terperanjat, karena dia tak mengetahui
kalau adik sinona itu, putera Tio Jiang yang bungsu, telah
menjadi korban keganasan kaki tangan penjajah yang
sedemikian biadabnya. Masa seorang anak kecil yang tak tahu
apa, juga dibunuhnya. Bermula dia hendak memberi
persetujuan, tapi demi dilihatnya kedahsyatan api yang
membakar perkampungan itu, buru-buru dia mencegahnya:"
Siau In, sudahlahl Jangan sampai kau sendiri juga menjadi korban
lagil"

Heng Thian Siau To 16


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tapi ternyata hati nona itu seperti ayah bundanya, keras tak
mudah ditaklukkan. Tahu-tahu ia sudat memutar tubuh dan
memberosot lari sembari berteriakteriak:
"Biarlah!"
Kejut Kiau To bukan alang kepalang. Baru dia hendak
mengejarnya, berbondong-bondong penduduk lari kearahnya,
hingga terpegatlah jalannya dan kini sinona sudah menyusup
masuk kedalam lautan api. Saking gelisahnya. Kiau To sampai
banting-banting kakinya: Begitu rombongan orang-orang itu
sudah berlalu, segera Kiau To melihat dengan jelas bahwa
perkampungan itu sudah menjadi sebuah lautan api. Sedang
dalam pada itu, Nyo Kong-lim tetap belum sadar, hingga diapun
tak dapat berbuat apa-apa.
Semenatra sinona tadi, begitu memasuki lingkaran laut api,
matanya segera terasa pedas dihamburi gulungan asap tebal,
hingga ia tak dapat melihat jelas suatu app lebih jauh dari satu
tombak jaraknya. Bagaikan seekor anak rusa tersesat jalan, ia lari
kesana sini dengan membabi buta. Rambut dan pakaiannya,
sebagian hesar sudah termakan letikaa api. Dengan susah payah
barulah ia berhasil menemukan rumah kediamannya. Tapi baru
hendak menobros masuk, ia sudah diseret oleh seseorang.
"Nona Tio.....! In-moay......! Lekas menjingkir dari sini.....!"
seru orang itu.
Nona itu ternyata she Tio dan memakai nama-tunggal In. Ia
adalah puteri kesajangan dari Siau-beng-siang Tio Jiang, tokoh
yang dihormati oleh kaum persilatan patriot. Demi diketahuinya
bahwa orang itu adalah si "penjahat" Tong Ko, ia segera
mengirim dua buah tamparan kemuka orang. Seketika itu juga
kedua belah pipi Tong Ko menjadi bengap matang biru. Tapi dari

Heng Thian Siau To 17


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

mundur, se-baliknya anak muda itu malah mendekap tubuh


sinona untuk dibawanya lari.
Karena sejak kecil sudah mendapat latihan ilmu silat, jadi
kepandaian Tio In jauh lebih lihay dari Tong Ko. Karena tak
menduga, maka tadi ia sampai kena dipondong Tong Ko. Kini
iapun meranta sekuat-kuat-nya dan mendupak lutut orang.
Dupakan itu tepat sekali mengenai mata lutut Tong Ko, hingga
seketika itu juga si anak muda mendeprok dan bergelundungan
ditanah.
Bahwasanya Tong Ko mecintai Tio In, bukanlah terjadi dalam
sehari dua melainkan sudah sejak dia ceburkan diri dalam
pereserikatan orang gagah di Lo-hu-san situ. Bahwa dia telah
diperalat dan dijadikan tumpuan arus (bulan-bulanan kesalahan)
oleh kawanan sikaki satu bertiga, tentu sinona akan
membencinya sampai mati. Ini sudah diperkirakan. Tapi biar
bagaimana tak nanti dia biarkan nona yang dicintainya itu
sampai mendapat kecelakaan kalau menobros masuk kedalam
rumah. Maka tanpa hiraukan suatu apa lagi, dia segera loncat
bangun terus menubruk nona itu lagi, seraya berseru: "In-moay,
turutlah omonganku, lekas tinggalkan neraka api ini dan nanti
kuterangkan lagil"
"Lepaskan aku, lekasl" seru sinona dengan hati yang hancur.
Berbareng pada saat itu ada segumpal asap meniup datang. Hati
Tio In direndam oleh kedukaan dan kemarahan. Betapapun lihay
kepaadaiannya, namun ia itu tetap seorang dara. Saking tak kuat
menahan rangsangan hawa luapan hatinya, ia jatuh pingsan.
Sebaliknya demi merasa nona itu tak meronta lagi, Tong Ko
segera memanggulnya untuk mencari jalan lolos. Suatu
perjalanan yang tak mudah bagi Tong Ko yang dalam beberapa
saat saja sudah menanggung penderitaan bathin dan badan yang

Heng Thian Siau To 18


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

begitu hebat. Dengan badan luka-luka dan gosong-gosong


terbakar, tenggorokan kering dan mulut membara, akhirnya
dapatlah dia membawa Tio In keluar dari kepungan api. Berjalan
sampai setengah li jauhnya, dia berhenti sejenak untuk
menengok kebelakang. Dilihatnya perdesaan itu masih tetap
terbakar dimana nyala api sampai membuat langit merah
marong.
Tong Ko terlongong-lolong sampai beberapa saat. Benar
malapetaka itu ditimbulkan oleh keganasan ketiga kaki tengan
pemerintah Ceng, tapi karena ketiga durjana itu timpahkan
kesalahan pada dirinya, tentulah rakyat perdesaan situ akan
membuat perhitungan padanya. Tak terasa, dia menghela napas
dalam-dalam. Setelah tersadar dari lamunannya, dia pondong
Tio In menuju kesebuah sungai kecil.
––––––––––

BAGIAN 3
MATI KEGIRANGAN

Kala itu hari sudah gelap. Rembulan mulai muncul dari ufuk
timur. Setelah minum dua teguk air. Tong Ko menampungkan
tangan,mengambil air untuk disiramkan ketubuh Tio In. Tak
berapa. lama kemudian, sinona mulai siuman. Tapi begitu
didapatinya Tong Ko berada disampingnya, dengan gemasnya ia
mengirim sebuah jotosan, bluk....., terjerembablah Tong Ko jatuh
kebelakang.
"Bangsat macam kau ini! Sekalian saudara sama mengira
bahwa walaupun kepandaianmu cetek, tapi kelakuanmu jujur.

Heng Thian Siau To 19


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Malah ayahpun mengandung maksud hendak mengambil murid


padamu. Huh......, siapa tahu kau seorang manusia yang berhati
serigala, bersekongkol dengan kawanan kuku garuda,
membunuh orang membakar desa................" sehabis memaki
itu, air mata sinona bercucuran.
Tong Ko coba berusaha untuk menggeliat bangun, tapi
karena luka-lukanya yang diderita tadi sedemikian rupa, dia tak
dapat berdiri. Dengan merayap dihampirinya Tio In, lalu dengan
menengadahkan muka, dia meratap: "Nona Tio, bunuhlah aku,
tak nanti aku penasaran. Tapi kuminta janganlah kau mencap
diriku sebagai manusia berhati serigala! Sekali-kali aku bukan
orang macam begitul"
Luka yang diderita Tio In pun tak ringan. Dengan kerahkan
semangat, ia coba loncat bangun, tapi kepalanya serasa berat
dan terhuyung-huyung pulalah ia jatuh, ketanah, Namun
mulutnya masih penasaran dan menghamburkan makian se-
puas-puasnya: "Manusia berhati serigala...! Manusia berhati
serigala....! Manusia berhati serigala........... !"
Pedih Tong Ko sukar dilukiskan Dengan kuatkan diri dia
merayap maju dua tindak, lalu ulurkan tangan untuk mencapai
bahu Tio In, tapi nona itu dengan gusarnya menerkam tangan
Tong Ko lalu dipelintir dengan gerak toa-cwan-lun (roda
berputar). Gerak ini menurutkan ilmu mematahkan tulang yang
disebut hun-kin-jokut (mengalihkan urat nadi melepas
persambungan tulang). Krek, tulang persambungan lengan
kanan Tong Ko menjadi lepas (keseleo). Buru-buru Tong Ko
menariknya keras-keras dan dapatlah dia memulihkan
persambungan itu lagi. Namun sakitnya bukan olah-olah, hingga
nampai kucurkan keringat dingin.

Heng Thian Siau To 20


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"In-moay, kau tak kenal peribadiku", Tong Ko menghela


napas.
"Huh, setan lanat, siapa yang sudi berbahasa koko-
moaymoay dengan kaul" Masih Tio In belum reda murkanya.
Serentak bangun, ia menendang Tong Ko hingga sampai hampir
jatuh kedalam sungai. Untunglah anak muda itu cepat-cepat
dapat berkutik lagi. Hanya dilihatnya Tio In dengan langkah tak
tetap tinggalkan tempat itu, hal mana membuatnya gelisah.
Kira-kira satu jam lamanya. Tong Ko rendam separoh
tubuhnya bagian bawah didalam air. Air dingin yang merangsang
kearah tulang belulang, telah membuat semangatnya agak segar.
Dia lalu hendak merayap naik, tapi sekonyong-konyong dari
kejauhan kedengaran derap kaki kuda mendatangi. Kuda itu
ternyata berhenti disitu juga. Dia melongok dari sela-sela
gelagah dan didapatinya ada 3 ekor penunggang kuda tengah
menghampiri ketepi anak sungai. Dan untuk kekagetannya,
ternyata ketiga orang itu adalah 3 durjana yang mencelakai
dirinya, yakni Tok-kak-sin-mo Sin Tok, murid tunggal dari raja
iblis suku Biau yang bergelar Ban-bok-sin-bu atau Dukun sakti
selaksa mata. Sedang yang dua, adalah Shin Leng-siau dan Shin
Hiat-ji kakak beradik.
Buru-buru Tong Ko menahan napas tak berani berkutik.
Begitu tiba ditepi sungai, ketiga durjana itu segera turun dari
kudanya dan biarkan binatang mereka minum air. Ketika Tong Ko
mengintip dari sela gelagah, dilihatnya Cek-cing-long Shin Hiat-ji
memanggul sebuah karung kain yang besar. Karung itu kini
diletakkan ditanah dan kebetulan sekali hanya terpisah setengah
meter dari Tong Ko. Dengan hati-hati sekali, Tong Ko ulurkan
jarinya untuk menyentuh dan dapatkan isi karung itu amat lunak
tapi entah benda apa.

Heng Thian Siau To 21


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Shin-heng, budak ini adalah puteri kesajangan dari Siau-


beng-siang Tio Jiang. Kalau kita bawa keutara, Siau-beng-siang
tentu akan menyusulnya. Gerombolan mereka itu memang
sangat mengganggu keamanan Kwitang. Dengan adanya
tindakan kita ini, mereka tentu akan marah seperti orang
kebakaran jenggot. Apabila kita dapat menjaringnya, tentu
mudah untuk membasmi seluruhnya. Ha...., ha.....!" tiba-tiba
kedengaran sikaki satu tertawa bangga.
"Kesemuanya itu karena mengandal kecerdasan Sin-heng",
sahut Shin Leng-siau.
Bagaimana terperanjatnya Tong Ko, dapat dibayangkan.
Kiranya Tio In tadi telah berpapasan dengan ketiga durjana itu
dan dapat diringkusnya. Jadi yang berada didalam karung itu,
tentulah sinona. Saking sibuknya, Tong Ko bergetar. Walaupun
hanya sedikit, tapi karena terendam dalam air, maka
terdengarlah riak air bergelombang. Buru-buru dia berdiam diri
lagi.
Hai, mengapa air beriak? Jangan-jangan ada orang
bersembunyi! Hiat-ji, sianak mata ungu segera berseru.
"Siau Shin, kau ini bagaimana, kan kuda kita tengah minum
air, mana ada setan belang lagi?" sikaki satu menertawai.
Legalah hati Tong Ko, dan ketiga orang itupun tertawa geli
sendiri. Berkata Hiat-ji: "Kali ini Siau-beng-siang tentu akan
timpakan kemarahannya kepada Tong Ko semua. Ah, kasihan
Siauibeng-siang itu, Mimpipun tentu tidak dia, kalau yang
mencelakainya itu adalah puteranya sendiri!"
Tong Ko terbelalak kaget, hendak dia mendengari lagi cerita
Hiat-ji lebih lanjut, tapi anak itu ternyata sudah alihkan

Heng Thian Siau To 22


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

pembicaraannya. Diam-diam Tong Ko merenung. Siau-beng-


siang Tio Jiang hanya mempunyai 2 orang anak lelaki. Yang
bungsu sudah dibinasakan dengan 13 hui-to oleh sikaki satu Sin
Tok.
Putera sulung yang bernama Tio Tay-keng, umurnya sebaja
dengan dia (Tong Ko), tapi rupanya telah mendapat warisan
pelajaran dari ayahnya. Sebulan yang lalu, pemuda itu sudah
diutus ayahnya pergi kewilayah Hunlam untuk mengadakan
hubungan kerja sama dengan para tokoh persilatan disana. Jadi
mustahil kalau bersekongkol dengan rombongan sikaki satu itu.
Tapi mengapa mulut Hiat-ji menyebut hal itu? Hati Tong Ko
penuh dengan tanda tanya.

"Sebaiknya kita berangkat sekarang saya, "kembali


kedengaran Shin Leng-siau berkata, budak itu berat juga
lukanya, apalagi telah ditutuk jalan darahnya oleh Sinheng. Lekas
kita carl tempat yang sesuai untuk mengobatinya. Untuk
memancing ikan besar, haruslah umpannya yang bagus juga!"
Mereka bertiga terbahak-bahak dan kedengaranlah suara
rumput tersingkap karena Hiat-ji hendak mengambil karungnya
lagi. Setelah yakin bahwa sang kecintaan berada didalam karung,
Tong Ko seperti semut diatas kuali panas. Menolong atau tidak,
serba salah. Kalau hendak menolong, dirinya tentu akan
kepergok dan menjadi korban juga. Namun kalau berpeluk
tangan, hatinya tak sampai. Hanya dia tak mempunyai banyak
waktu untuk menimbang lagi, karena derap kaki Hiat-ji makin
mendekati. Ah, biar bagaimana juga andaikata dia hakal binasa
ditangan ketiga durjana itu, tetap dia harus menolong Tio In.
Soalnja bukan semata-mata karena diri sinona seorang,

Heng Thian Siau To 23


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

melainkan akibat dari peristiwa itu. Siau-beng-siang Tio Jiang


tentu akan menyusul kekota raja. Disana dia bakal tergencet
oleh kawanan jagoan-jagoan pemerintah Ceng yang besar
jumlahnya. Apabila sampai Tio Jiang celaka, itu berarti suatu
kerugian besar dalam kubu-kubu gerakan menentang penjajah
Ceng didaerah Kwitang. Siapa tahu perserikatan itu mungkin
berantakan nantinya. Jadi mengapa dia (Tong Ko) begitu sayang
akan jiwanya, demi untuk kepentingan gerakan yang mulia itu?
Dilihatnya sungai itu meskipun dangkal, tapi arusnya cukup
deras. Secepat dia memperoleh akal, secepat itu pula loncat
keatas untuk menjeret karung itu kedalam air lalu didorongnya
supaya dibawa arus. Ketika Hiat-ji berjongkok hendak
mengambil karung, ternyata karung itu sudah tiada disitu. Dan
selagi dia masih terlongong-lolong, tahu-tahu Tong Ko sudah
menyergapnya.
Umur Hiat-ji itu sebenurnya masih muda belia sekali. Tapi
karena sewaktu masih bayi, dia digondol oleh seekor induk
harimau dan dibesarkan oleh induk harimau itu dengan darah
binatang, maka tenaganya luar biasa kuatnya. Baru ketika dia
berumur 10-an tahun, dia telah dapat ditolong oleh Shin Leng-
siau (engkohnya). Sejak itu dia berguru pada Gan Lay dari Thong-
ting-ou, yakni seorang tokoh nomor satu dari dunia persilatan
daerah Oupak. Jadi ilmu kepandaiannya jauh lebih lihay dari
kakaknya Leng-siau.
Jadi serbuan Tong Ko itu sebenarnya seperti anai-anai
masuk kedalam api. Namun karena Hiat-ji itu keliwat berhati-
hati, jadi dia tak mau melihat dulu siapa penyerangnya itu, tapi
sudah cepat-cepat menghindar kesamping sembari balas
menghantam. Tong Ko seketika menjadi seperti sebuah layang-
layang putus tali, gentayangan jatuh menggelepar.

Heng Thian Siau To 24


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Juga sikaki satu yang cepat mengetahui adanya suasana


yang mencurigakan itu segera loncat menghampiri. Demi tubuh
Tong. Ko melayang diudara karena dihantam Hiat-ji tadi, sikaki
satupun cepat memungut sebuah batu kecil lalu ditimpukkan.
Bluk....., jatuhlah Tong Ko tadi. Sikaki satu enjot tubuhnya loncat
memburu. Sekali ulurkan tangan, dia sudah dapat meringkus
Tong Ko. Keduanya kini sama meluncur jatuh kedalam air. Tapi
ternyata sikaki satu memiliki kepandalan yang luar biasa. Baru
menyentuh air, dia sudah enjot kakinya melompat keatas
daratan. Kemudian dia enjot lagi kakinya melompati anak sungail
selebar 2 tombak itu, lalu letakkan tubuh Tong Ko ketanah.
"Ho, kiranya saudara kami Tong Kol" serunya menjeringai.
Tepat pada saat itu, demi melihat sikaki satu sudah turun tangan
menghajar sipenyerang gelap, Hiat-jipun segera apungkan
tubuhnya dipermukaan air sembari kait karung besar itu dengan
ujung jwan-piannya. Memang senjatanya itu luar biasa, dapat
dijulur surutkan sekehendak hatinya, ujungnya runcing macam
kait.
"Sin-heng, siapa dia?'' serunya bertanya.
"Siapa lagi kalau bukan saudara Tong Ko. Biarkan saja dia
nanti melapor pada Siau-beng-siang, benar tidak?" sahut sikaki
satu.
Sekonyong-konyong ada seorang wanita berseru: "Ai,
mengapa ada orang menyebut-menyebut namamu?
"Entahlah, orang gagah dari mana yang kebetulan lewat
disini?" sahut seorang lelaki yang rupanya menjadi kawan
perjalanan wanita tadi. Walaupun mereka berdua hanya
bercakap-cakap seenaknya saja sebagai selingan perjalanan,
namun bagi pendengaran seorang achli tentu mengetahui

Heng Thian Siau To 25


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

bahwa keduanya itu memiliki ilmu Iwekang yang tinggi.


Orangnya masih jauh, tapi suaranya melengking nyaring sekali.
Sikaki satu segera memberi isyarat agar Hiat-ji membawa
karungnya lagi naik keatas kuda. Sekejap lagi terdengarlah derap
kaki kuda mencongklang keras-keras. Sikaki satu berada
dibelakang kedua kawannya, begitu diketahui ada dua sosok
bayangan keluar dari hutan, dia segera taburkan 13 hui-to.
Kemudian dengan bersuit nyaring, dia menerjang maju.
"Siau-beng-siang, kalau hendak mengambil anakmu
perempuan, datanglah kekota raja minta pada taylwe-ko-cin
(jago-jago didalam keraton)!" serunya lantang-lantang sembari
conglangkan kudanya kaburkan diri diantara kepulan debu.
Memang kedua orang yang baru keluar dari dalam hutan itu,
bukan lain adalah Siau-beng-siang Tio Jiang dan isterinya Hui-lay-
hong Yan-chiu. Mereka baru datang dari lain tempat dan belum
mengetahui bencana yang telah menimpah keluarganya. Tiba
disitu didengarnya ada orang menyebut-menyebut nama "Siau-
beng-siang", dikiranya kalau ada sementara orang gagah yang
hendak datang berkunjung ketempat kediamannya. Siapa tahu,
mereka diserang dengan hujan hui-to dan ditantang datang
kekota raja.
Meskipun kini sudah menjadi seorang ibu yang berumur
setengah tua, namun perangai Yan-chiu masih seperti ketika
gadisnya. Dengan sebat ia cabut pedangnya terus diputar dalam
jurus Kang-sim-poh-lo. Tring..., tring..., tring..., ke 13 batang hui-
to itu terpukul jatuh semua.
"Ayo, siapa yang mau cari Nyonya besarmu ini!" "serunya.
Tapi pada lain saat ia geli sendiri atas ucapannya itu.

Heng Thian Siau To 26


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Yan-chiu, tadi kita lihat langit perdesaan kita marong


membara, orang-orang tadi itu terang adalah kawanan kuku
garuda. Jangan-jangan Siau In dan saudara-saudara dirumah,
mengalami apa-apa ini?" kata Tio Jiang.
"Masa ya? "bantah sang isteri seraya ajunkan langkah
kemuka. Tapi sekonyong-konyong terdengar ada orang
berteriakteriak: "Lekas....! Lekas....!"
Yan-chiu berpaling dan dapatkan yang berteriak itu Tong Ko
adanya. Memang sebelum sikaki satu berlalu, lebih dulu
dibukanya jalan darah Tong Ko. Tapi karena segala sesuatu tadi
berjalan dalam beberapa kejap saya, jadi anak muda itu bingung
terlongong-longong tak mengerti apa yang telah terjadi. Baru
lewat beberapa saat kemudian, dia dapat berteriak tadi.
"Hai, bukantah kau ini si Tong Ko?" tegur Yan-chiu.
Namun Tong Ko tak menyahut pertanyaan orang, melainkan
angkat tangannya menuding kemuka: "Lekas...., lekas....! Nona
Tio telah dibawa mereka!"
"Nona yang mana?" tanya Yan-chin dengan tertawa.
Kiranya baik Tio. Jiang maupun Yan-chiu sudah tahu kalau
anak muda itu "ngesir" (ada hati) pada puterinya. Mereka
menduga tentulah pemuda itu habis bertengkar dengan Tio In,
sehingga kini dia menjadi kelabakan begitu, macam, maka Yan-
chiupun tak begitu kaget mendengar keterangan Tong Ko tadi.
"Nona In ditawan dan diculik kuku garuda!" saking
jengkelnja Tong Ko sampai banting-banting kaki. Kebenaran saat
itu Tio Jiangpun sudah datang dan menanyainya: "Mana bisa
begitu, kemana saja Nyo dan Kiau toako?"

Heng Thian Siau To 27


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Entahlah, nona In diculik kuku garuda, Siau Seng dibunuh


merekal"
Melihat anak muda itu bermandikan noda darah, pakaian
compang-camping rambut kusut masai dan bicaranya begitu
gugup, Tio Jiang mulai curiga dan buru-buru menegas: "Apakah
kebakaran itu berasal dari perkampungan kita?
Mengapa kawanan kuku garuda mengetahui tempat
kediaman kita?"
Tong Ko tundukkan kepala dan menyahut dengan
sejujurnya: "Akulah .......yang membawanya!"
Penyahutan itu telah membuat Tio Jiang dan Yan-chin
terkesiap kaget. Bahwa puteranya bungsu telah binasa, telah
membuat hati Yan-chiu seperti disayat sembilu, serentak ia
menghardik "Tong Ko, siapakah diantara saudara-saudara yang
menyakiti hatimu hingga kau membalas dendam membawa kuku
garuda untuk mencelakai rumah tanggaku?"
Malah habis menghardik, Yan-chiu sudah lantas ajunkan
pedang kuan-wi-kiam untuk menabas kepala sianak muda. Tong
Ko meramkan mata menanti ajal. Bukannya takut, dia malah
mengharap supaya Yan-chiu cepat membunuhnya agar dengan
demikian suami isteri lekas-lekas bertindak menyusul Tio In.
Trang...., tiba-tiba terdengar berkerontangan suara senjata
beradu, disusul dengan seruan Yan-chiu: "Jiang-ko, kau ini
bagaimana? "
Ketika Tong Ko membuka mata, dilihatnya dengan wajah
keren Siau-beng-siang Tio Jiang hadangkan pedangnya pada
pedang sang isteri, lalu berkata: "Yan-chiu, Tong Ko bukan
manusia yang sampai hati mengerjakan perbuatan begitu!"

Heng Thian Siau To 28


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Hati Tong Ko tergerak. Diam-diam dia mengakui mengapa


Tio Jiang sampai begitu mendapat perindahan dari kaum
persilatan, kiranya karena sifatnya yang lurus dan bijak. Kini Yan-
chiu melesat pergi, sembari berlari la berseru: "Ayo, kita lekas
kejar merekal"
Sebelum mengikuti tindakan isterinya, lebih dahulu Tio Jiang
memberi pesanan pada Tong Ko supaya tetap menunggu disitu
karena perlu dimintai keterangan lebih jauh. Tong Ko mengiakan
dan memberitahukan bahwa Tio In dimasukkan dalam sebuah
karung oleh kawanan kuku garuda itu. Setelah itu, barulah Tio
Jiang menyusul isterinya menghilang dalam kegelapan malam.
Tong Ko hanya sesalkan dirinya sendiri mengapa ilmu
kepandaiannya sangat dangkal hingga tak dapat melakukan
pengejaran. Ucapan Tio Jiang tadi, telah memulihkan
kepercayaan pada dirinya lagi. Tapi dalam pada itu, dia merasa
cemas, jangan-jangan ketiga jagoan pemerintah Ceng itu sudah
jauh dan tak dapat disusul oleh kedua suami isteri itu.
Kira-kira setengah jam lamanya Tong Ko diombang-
ambingkan oleh kegelisahan dan kecemasan. Sjukurlah tak
berapa lama kemudian, Siau-beng-siang Tio Jiang sudah datang.
Tong Ko tersipu-sipu menyongsongnya dengan bertanya:
"Apakah nona In sudah dapat diketemukan?"
Dengan wajah besi Tio Jiang terkam lengan Tong Ko, dengan
mata beringas dia memandang lekat-lekat pada anak muda itu.
Sejak kecil mula tingkah laku Tio Jiang selalu polos jujur sesuai
dengan apa yang diadiarkan oleh suhunya (Ceng Bo siangjin).
Maka ketika dalam pertengahan umur, dia memiliki wajah yang
mengunjuk perbawa. Kalau benar-benar Tong Ko itu seorang
yang berhati culas, dipandang begitu rupa oleh seorang tokoh

Heng Thian Siau To 29


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

macam Tio Jiang, dia pasti akan pucat dan hatinya kebat kebit.
Tapi oleh karena Tong Ko berhati bersih, bukannya takut dia
malah balas menatap.
Tukar pandangan itu berlangsung sampai beberapa kejap,
baru sejenak kemudian Tio Jiang membuka mulut: "Tong Ko tadi
kau mengatakan bahwa yang membawa Tok-kak-sin-mo Sin Tok
bertiga adalah kau, benarkah itu?"
Oleh karena merasa bahwa selama ini tak pernah berbuat
jahat, maka pikiran Tong Ko hanya pada Tio In seorang saja.
Bukannya menyahut, dia bahkan balas bertanya: "Apakah nona
In sudah tersusul?"
Tio Jiang menggeram, serunya: "Ketiga durjana itu sudah
lari. Siau Inpun sudah ikut mamahnya kembali ke Giok-li-nia,
sekalian orang gagah dari berbagai daerahpun juga sudah
berkumpul disana. Tong Ko, ketika kau hendak masuk kedalam
perserikatan kami, ada orang yang mengatakan bahwa parasmu
keliwat cakap tentu tak boleh dipercaya. Tapi kuanggap karena
kau benar-benar seorang manusia yang ingin berbakti kepada
negara, maka kululuskan kau kucurkan darahmu selaku masuk
perserikatan. Kau seharusnya percaya akan diriku, kalau ada
persoalan, hendaknya terus terang memberitahukan padaku!"
Ucapan itu walaupun bernada rawan, tapi mempunyai daya
pengaruh sehingga setelah terlongong-lolong sampai sekian saat
barulah Tong Ko menyahut: "Benar, memang Sin Tok dan kedua
saudara Shin itu aku yang membawanya, tetapi .............. "
Baru mendengar kata-kata Tong Ko yang dimuka itu, hati Tio
Jiang sudah mendelu sakit sekali. Tadi bersama Yan-chiu dia
gunakan ilmu berlari cepat untuk mengejar ketiga jagoan itu.
Dengan mengambil jalan pendek, dapatlah dia mendahului

Heng Thian Siau To 30


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

mereka dan bersembunyi diatas pohon. Begitu ketiga jagoan itu


tiba, segera diserbunya. Karena tak menduga sama sekali,
karung yang dibawa si Hiat-ji itu telah dapat dirampas Yan-chiu.
Ketiga kaki tangan pemerintah Ceng itu tak bernapsu untuk
terlibat dalam pertempuran lama, cepat mereka meloloskan diri.
Ketika dibuka ternyata isi karung itu adalah Tio In.
Setelah dibuka jalan darahnya, barulah Tio In dapat
menceritakan apa yang telah terjadi dikampung halamannya:
Dengan menangis tersedu sedan, nona itu timpahkan kesalahan
pada Tong Ko. Termangu-mangu Tio Jiang dan Yan-chiu saking
getunnya. Yan-chiu segera ajak puterinya balik ke Giok li-nia,
sedang Tio Jiang mencari Tong Ko. Bahwa Tong Ko ternyata
mengakui dia yang membawa pembunuh-pembunuh itu, telah
membuat pikiran Tio Jiang menjadi gelap dan baru saja mulut
anak itu mengucapkan kata-kata "tetapi", Tio Jiang sudah
memijat lengannya kuat-kuat.
"Paman Tio, harap lepaskan!" Tong Ko minta dengan
setengah meratap karena tak tahan sakitnya. Tio Jiang
kendorkan tangannya. Ditatapnya lekat-lekat muka anak itu
sampai beberapa jenak, baru kemudian dia berkata: "Tong Ko,
kau telah membunuh anakku bungsu, itu masih belum seberapa.
Tapi kau telah membongkar markas rahasia kita, itulah dosa
besar. Kini hendak kubawamu ke Giok-li-nia. nanti para orang
gagah memutuskan hukumanmu, baru aku membuat
perhitungan lagi padamu. Kau menurut tidak?"
Watak Tong Kopun tak kurang kerasnya. Dia anggap ucapan
Tio Jiang itu sudah cukup dalam batas-batas keadilan yang
bijaksana, maka tanpa mengucap apa-apa dia mengangguk.
Begitulah setelah hampir dua jam lamanya menempuh
perjalanan tanpa mengucap sepatah katapun, akhirnya tibalah

Heng Thian Siau To 31


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

mereka dipuncak Giok-li-nia. Haripun sudah terang tanah, Bagi


Siau-beng-siang Tio Jiang perjalanan itu tak dirasakan seberapa,
tapi bagi Tong Ko yang menanggung luka-luka berat,
tenaganyapun habis sama sekali.
Keadaan dipuncak Giok-li-nia kala itu, jauh sudah bedanya
dengan 20 tahun berselang. Biara satu-satunya yang masih ada,
hanyalah biara Cin Wan Kuan. Itu saja pagar temboknya sudah
rusak diganti pagar kaju, hingga mirip merupakan sebuah san-ce
(markas gunung). Juga perumahan disitu tiada 100 buah
jumlahnya. Begitu masuk kedalam san-ce (Cin Wan Kuan),
terasalah suatu suasana yang hening sunyi. Berpuluh-puluh
pasang mata sama mengawasi pada Tong Ko. Dimuka peseban
Ki-git-thia tampak berkibar sebuah bendera warna putih.
"Siapa yang meninggal?" tanya Tio Jiang dengan terkejut.
Karena rasa kejutnya itu tanpa dia salurkan Iwekangnya keatas,
hingga ucapannya itu mengguntur kedengarannya. Sampai Tong
Ko yang berada disampingnya, telinganya menjadi kesakitan.
Dari dalam rombongan orang, tampil seseorang sembari
berseru: "Nyo toako!"
"Nyo Kong-lim?" Tio Jiang menegas.
Orang itu, yang ternyata Kiau To, menjawab dengan
perlahan-lahan: "Benar. Dia bertempur dengan Sin Tok dikaki
gunung dan kena dibacok kutung lengannya. Ketika kubawa dia
naik kemari, dia sudah kehabisan darah dan tak dapat ditolong
lagi!"
Diam khidmat mencekam hati sekalian orang gagah.
Terkenang akan peribadi Nyo Kong-lim yang walaupun kasar tapi
jujur ksatrya, sekalian orangpun sama-sama kucurkan air mata.

Heng Thian Siau To 32


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sekonyong-konyong ditengah suasana berkabung itu,


menjeritlah Yan-chiu sembari berlari keluar dari paseban Ki-gi-
thia. Ketika masih gadis, ia pernah minum mustika batu,
ditambah dengan peyakinannya selama 20-an tahun, ilmunya
meringakan tubuhnya benar-benar sangat sempurna sekali. Hui-
lay-hong atau si Cenderawasih terbang, digelarkan orang karena
ilmunya meringakan tubuh yang sakti Itu.
Begitu keluar, Yan-thjin segera enjot tubuhnya melayang
diatas kepala orang-orang yang berkerumun itu, lalu melayang
turun di hadapan Tio Jiang dan Tong Ko. Suara jeritannya tadi
masih belum hilang kumandangnya, tapi orangnya sudah tiba
dimuka orang yang hendak dirongrongnya. Dari sini dapat ditarik
kesimpulan, sampai ditingkat bagaimana ilmu meringakan tubuh
dari Hui-lay-hong itu. Dalam jaman itu, sungguh sukar dicari
keduanya. Begitu berhadapan dengan Tio Jiang dan Tong Ko
tubuhnya sempoyongan dan terus menyongsong maju. Orang
sama mengira tentu Yan-chiu hendak melabrak Tong Ko yang
menjadi pembunuh anaknya itu, tapi ternyata ia menubruk
kepada sang suami dan pecahlah tangisnya mengirimkan sang air
mata.
"Jiang-ko, kasihan Siau Seng hanya hidup 4 tahun, kasihan
Siauw Seng hanya menjadi manusia selama 4 tahun saja!"
Sekalian orangpun pilu mendengar ratap tangis seorang Ibu
yang kematian puteranya itu. Tong Ko juga terketuk hati
nuraininya. Benar kejadian itu diluar pengetahuannya dan
memang telah diatur oleh kawanan kuku garuda itu, namun
sadar atau tak sadar, dia anggap dirinyalah yang bertanggung
jwab. Dia merasa berdosa besar.

Heng Thian Siau To 33


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Sudahlah jangan menangis! tiba-tiba dia berseru dengan


gagah, lalu menghampiri kearah orang banyak. Dari salah
seorang dia mencabut sebuah golok, terus hendak disabatkan
kebatang lehernya sendiri. Sekalian orangpun tak mau
mencegahnya, karena anggap dengan kedosaan sebesar itu,
sudah selayaknya Tong Ko berbuat begitu.
Tapi ketika mata golok menempel pada kulit lehernya,
sekonyong-konyong dari peseban Ki-gi-thia terdengar seseorang
berseru mencegahnya: "Tahan!" dan berbareng itu terdengarlah
sebuah benda mengaum diudara dan, trang...., golok ditangan
Tong Ko itu bukan melainkan terlepas, pun kutung menjadi dua
dan terlempar diudara. Kejadian itu menggemparkan sekalian
orang yang melihatnya. Siapakah gerangan yang sedemikian
saktinya, dari jarak 3 tombak dapat menimpukkan senjata
rahasia, hingga golok menjadi kutung dan terlempar diudara?
Tiba-tiba terdengar pula suara deru angin meniup. Seorang
wanita tua yang mencekal sebatang tongkat besi melayang
diudara dan turun dihadapan Tong Ko. Disitu wanita tua itu
memandang lekat-lekat pada sianak muda.
"Subo, bilakah kau datang tadi?" Co Jiang dan Yan-ciu
serentak berseru.
Benar, wanita tua itu adalah subo (ibu guru) dari Tio Jiang
dan Yan-chiu, yakni pendekar wanita yang namanya sangat
menggetarkan seluruh gelanggang persilatan pada jaman itu,
Kang Siang Yan In Hong.
Kang Siang Yan tak menghiraukan sepasang suami isteri itu,
hanya memberi isyarat tangan supaya mereka berdua mundur.
la tetap mengawasi Tong Ko dari ujung kaki sampai keatas
kepala. Semasa mudanya, Kang, Siang Yan pernah meyakinkan

Heng Thian Siau To 34


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

ilmu Iwekang sakti thay-im-lian-seng didasar pulau karang Hay-


sim-kau di bawah laut. Setelah tua, sepasang matanya
memancarkan sorot berapi-api, sehingga Tong Ko serasa seperti
diiris-iris dengan pisau silet rasanga.
Sekalian orang tak tahu apa yang hendak dilakukan oleh wanita
sakti itu jadi merekapun menantikan dengan berdiam diri. Lewat
beberapa detik kemudian, barulah kedengaran wanita lihay itu
menegur dengan suara perlahan-lahan: "Nak, siapakah
namamu?"
Sekalipun sudah lama Tong Ko mendengar kebesaran wanita
itu, namun baru pertama kali itu dia berhadapan muka. Dia
dapatkan dalam nada ucapan siwanita tua itu terasa suatu
pancaran kasih sayang yang tak terhingga. Sebagai orang yang
sudah mengambil keputusan untuk mati, heran juga dia
dibuatnya mengapa ada seseorang yang begitu menjayang
kepadanya. Namun dijawabnya juga pertanyaan wanita tua itu
dengan sejujurnya.
Mulut Kang Siang Yan berulang kali mengulangi kata-kata
"Tong Ko". Setelah merenung beberapa jenak, kembali ia ajukan
pertanyaan lagi: "Kau berasal dari mana?"
"Aku orang dari desa Sam-hua-chun kota Tay-li-cin yang
terletak didekat sungai Sekang".
Lagi-lagi Kang Siang Yan seperti menghafalkan tempat itu,
lalu bertanya lagi dengan suara lembut: "Nak, apakah kau lahir
disana juga?" .
Melihat orang menghujani pertanyaan yang tak ada artinya,
kesallah hati Tong Ko, maka dengan sembarangan saja dia
menyahut: "Tidak, aku seorang anak jatim piatu. Sebenarnya aku
berasal dari desa Nyo-chun!"

Heng Thian Siau To 35


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Begitu pelahan Tong Ko mengucapkan jawabannya itu,


hingga hanya Kang Siang Yan seorang yang dapat
mendengarinya. Sekonyong-konyong tubuh Kang Siang Yan
tampak menggigil bergemetaran. Ketika ia angkat tongkatnya,
jelas kelihatan batang tongkat itu bergetaran. Sudah tentu tak
mengerti sekalian orang dibuatnya. Mereka hanya saling
berpandangan satu sama lain karena heran atas kejadian itu.
Sebaliknya Tong Ko rasakan ada sambaran angin keras
berasal dari tongkat yang diacungkan oleh wanita tua itu, hingga
dia tersurut sampal 3 tindak. Mendadak Kang Siang Yan tertawa
keras sampai 3 kali, hingga sampai menggetar bumi dan
meretakkan batu-batu gunung.
"Aku......... aku......... akhirnya......... "serunya......... terputus-
putus, dan belum kata-kata selanjutnya dapat diucapkan,
berhentilah detak jantung Kang Siang Yan, Trang......., tongkang
besi yang diacungkan itu terkulai jatuh keatas tanah. Batu
digunung situ sangatlah kerasnya, tapi begitu kejatuhan tongkat
lalu memuncratkan letikan api dan ujung tongkat itu menyusup
masuk sampai beberapa centi dalamnja.
Kembali suasana menjadi hening lelap. Ketika Tio Jiang dan
Yan-chiu buru-buru menghampiri, didapatinya wajah Kang Siang
Yan bersenjum girang namun sepasang matanya sudah pudar tak
bersinar lagi. Tio Jiang memeriksa pula (pergelangan tangan),
ternyata denyut darahnya sudah terhenti. Memang makin tinggi
ilmu kepandaian seseorang, makin besar bahaya yang
mengancam tubuhnya. Seorang tokoh yang telah mencapai
kesempurnaan macam Kang Siang Yan sewaktu-waktu kalau
lengah, dapat terjerumus dalam bencana, kalau tidak putus
uratnya menjadi seorang cacat tentu putus jiwanya. Soalnja
terletak pada orang itu sendiri, harus pandai mengekang setiap

Heng Thian Siau To 36


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

getaran perasaan hatinya. Menghadapi segala apapun, sekali-kali


tak boleh keliwat bergirang atau keliwat berduka. Kalau sampai
berbuat begitu, tenaga Iwekangnya yang bergelombang keras,
menghantam urat-urat nadi. Akibatnya, urat-urat nadi dan jalan
darah dapat putus dan binasalah tentu. Kematian Kang Siang Yan
secara mendadak sontak tadi, pun disebabkan karena getaran
perasaan yang meluap-luap.
––––––––––

BAGIAN 04
HUKUMAN MATI

Tio Jiang sukar untuk menjatuhkan persangkaannya. Kalau


kematian subonja dikarenakan membenci Tong Ko, mengapa
wajahnya menjungging Senjum kegirangan? Tapi hal apakah
yang menjebabkan sang Subo begitu kegirangan ini? Yan-chiu
yang lebih cerdas segera mengetahui bahwa dalam detik-detik
terakhir tadi sang Subo mengucapkan beberapa patah kata
kepada Tong Ko. Hanya karena keliwat pelahan jadi tiada
seorangpun, kecuali Tong Ko yang mendengarnya.
"Tong Ko, pembicaraan apa yang kau lakukan dengan subo
tadi?" tanyanya kepada sianak muda.
Juga Tong Ko sendiri terheran-heran. Memang dia sudah
curiga mengapa baru saja pertama kali bertemu, wanita tua itu
sudah bersikap sedemikian menjayang terhadap dirinya. Tadi dia
hanya memberi penyahutan sekenanya saya, tapi mengapa
wanita itu sam pai begitu meluap-luap perasaannya hingga
menemui ajal.

Heng Thian Siau To 37


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Aku hanya mengatakan kalau aku kelahiran dari desa Nyo-


chun, lain tidak!" sahut Tong Ko.
"Ngaco! Masih berani berbohong ya?! bentak Yan-chiu
dengan murka.
Tong Ko benar-benar penasaran. Maju selangkah dia
berkata dengan gagah: "Aku, Tong Ko, kepala boleh kutung
darah boleh mengucur, tapi selama hidup tak pernah aku
berdusta, Harap Liau locianpwe mengerti akan hal itul"
Nada kata-katanya keras, wajahnya tak gentar. Benar-benar
dia seorang anak muda yang berhati baja.
"Kau bilang kepalamu boleh kutung? Baiklah, memang hari
ini akan kukutungi kepalamu itu!" seru Yan-chiu sembari cabut
pedang pusakanya, lalu bertanya kepada sekalian orang:
"Saudara-saudara sekalian, harus tidak orang begini ini
dibunuh?"
Oleh karena sudah mengetahui duduk perkaranya, maka
sekalian orang segera berseru dengan serempak: "Harus!".
Tapi Tong Ko pun tak jeri, malah lantas tonjolkan kepalanya
menantang: "Tabaslah!"
Sebaliknya Yan-chiu malah tertegun kaget. Benar kedosaan
anak itu tak dapat diampuni lagi, tapi sebaliknya dari minta
ampun dia malah menjuruh minta ditabas, hal ini membuatnya
(Yan-chiu) terpesona sendiri. Adalah Tio Jiang yang mengerti isi
hati sang isteri segera berkata kepada Tong Ko: "Tong Ko,
meskipun dosa-mu itu pantas dihukum mati, tapi mengingat
selama ini kaupun kecil-kecil juga mempunyai jasa kepada
perserikatan, maka kuberi keringanan supaya kau habisi jiwamu
sendiri dengan loncat turun dari puncak gunung!"

Heng Thian Siau To 38


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Kalau sampai tidak mati lalu bagaimana?" tanya Tong Ko.


Giok li-nia itu adalah sebuah puncak yang tingginya ribuan
meter. Loncat turun kebawah dan tak binasa, adalah suatu hal
yang mustahil dapat terjadi. Walaupun ilmu kepandaiannya
cetek, tapi Tio Jiang mengagumi kejantanan anak muda itu.
Maka tak habislah herannya, mengapa anak itu sampai menjadi
penunjuk jalan kawanan kuku garuda itu.
"Kalau tak mati, itulah peruntunganmu. Kuharap selanjutnya
kau dapat berobah menjadi orang baik!" sahut Tia Jiang.
Mendengar itu, tertawalah Tong Ko dengan tawarnya.
"Kalau aku tak sampai binasa, kau adalah tuan penolongku
yang budiman, Tio pehpeh. Tapi maaf, jangan tuduh aku tak
kenal budi. Hinaann yang dilemparkan isterimu kepadaku
didepan sekian banyak orang tadi, kelak aku pasti akan
menuntut balas!"
Riuh rendahlah sekalian orang sama berisik. Yan-chiu
gontaikan pedangnya, dan ujung pedang itu sudah melekat diulu
punggung Tong Ko, namun anak muda itu tetap bersikap tenang.
"Mah, ayah telah meluluskan dia untuk loncat dari atas
puncak, jangan kau turun tangan lagi!" tiba-tiba kedengaran
seorang nona berseru.
Tong Ko berpaling dan dapatkan nona itu adalah Tio In,
siapa dengan sepasang matanya yang bundar berlinang-linang
tengah mengawasi kepadanya. Teringat akan cita-cita yang
dikandungnya selama ini yang ternyata berakhir dengan
kegagalan yang menjedihkan, hati Tong Ko seperti diremas
pedihnya. Cita-citanya itu jalah agar dia dapat diterima menjadi
murid Siau-beng-siang Tio Jiang dan begitu dapatlah dia bergaul

Heng Thian Siau To 39


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

rapat dengan Tio In untuk kemudian hari terangkap menjadi


suami isteri yang berbahagia.
Walaupun dalam keadaan seperti saat itu, dimana semua
orang sama mendakwanya sebagai kaki tangan rombongan kuku
garuda, dan dia rela menebus kesalahannya itu dengan jiwanya,
namun kalau membayangkan betapa berbahagia cita-cita yang
dikandungnya dahulu tapi yang kini ternyata hampa itu, tak
urung hatinya pilu juga.
Dengan perlahan-lahan dia ajunkan langkah ketepi batu
karang. Melongok kebawah, yang tampak hanyalah kabut
halimun yang menutup tebing curam. Fikirannya jauh me-
layang-layang dan mulutnyapun menghela napas dalam-dalam.
Kala dia hendak siap terjun, tiba-tiba dia teringat akan sesuatu,
pikirnya: "Walaupun sejak bertemu pertama kali aku cinta pada
nona Tio In, tapi karena, kepandaianku begini dangkal, selama ini
tak berani aku menyatakan Isi hatiku kepadanya. Bukanlah kini
aku sudah diambang pintu kematian, mengapa tak menyatakan
hal itu kepadanya? Suara hatiku itu bersambut atau tidak, itu
bukan soal. Pokok, asal sudah kucurahkan, sebagal bekal dialam
bakal"
Ketika dia memutar tubuh, ternyata dibelakang sana tampak
berpuluh-puluh pasang mata tengah mengawasi kepadanya
dengan pandangan heran. Tong Ko paksa mulutnya tertawa,
katanya kepada Tio Jiang: "Tio-peh, sebelum mati aku hendak
menyampaikan beberapa patah kata kepada nona In!"
Tapi sebelum Tio Jiang dan Tio In menyahut, Yan-chiu sudah
menjemprotnya: "Tong Ko, belum cukupkah kau membunuh
anakku bungsu hingga kini hendak mencelakai anak
perempuanku lagi?" .

Heng Thian Siau To 40


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Ko menghembuskan napas penasaran, ujarnya: "Kalau


memakai ukuran begitu memandang diriku, sudahlah, kutarik
saja permintaanku tadi!"
Baru Tong Ko hendak loncat kebawah, sekonyong-konyong
ada sesosok tubuh loncat menghampiri dan berbareng itu
terdengar orang berseru "In-ji". Kiranya yang tiba dihadapannya
itu adalah Tio In, sedang yang meneriakinya tadi adalah
mamahnya. Dengan sepasang mata yang bundar berlinang, nona
itu menatap kearah Tong Ko seraya berkata dengan suara
berbisik: "Kalau adikku tak sampai mengalami nasib begitu
mengenaskan, mamah tentu takkan bersikap begitu kepadamu.
Kau hendak mengtakan apa, lekaslah nyatakan!"
Bahwa diantara sekian banyak orang yang sudah
membencinya, masih ada seorang Tio In yang tetap
memperhatikannya, telah membuat hati Tong Ko terhibur sekali.
Tapi oleh karena dia seorang pemuda yang tak pandai merangkai
kata-kata muluk, jadi untuk beberapa saat barulah dia dapat
mengeluarkan perasaannya: "In-moay, aku cinta padamu,
apakah kau tak mengetahui?"
Mulut sinona berat untuk menyahut, melainkan sepasang
matanya yang beikicupan dan- kepalanya mengangguk, lalu
loncat kebelakang lagi.
"Ah, kiranya ia juga suka padaku! Tapi apa gunanya, sudah
kasipl" kata Tong Ko didalam hati.
Oleh karena tampaknya dia berayal-ayalan tak mau loncat
turu:: kejurang, setengah orang pang eradat keras segera
memakinja: "Hai, binatang cilik, masih sayang pada jiwamu ya?
Berbareng itu Tong Ko rasakan punggungnya dingin. Ha,
kiranya pedang pusaka kuan-wi-kiam milik Yan-ciu sudah

Heng Thian Siau To 41


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dilekatkan pada ulu punggungnya itu. Tong Ko masih sempat


melirik pada Tio In yang menelungkupi sebuah batu, kedua bahu
bergetaran karena tangisnya mengisak-isak tubuh. Cepat dia
dorongkan tangan kebelakang untuk menghalau pedang Yan-
chiu, serunya: "Aku dapat loncat sendiri, tak usah didorong lagil"
Dengan wajah sedingin es. Yan-chiu bolang-balingkan
pedangnya menjadi suatu lingkaran sinar, hingga Tong Ko cepat-
cepat tarik pulang tangannya tadi itu. Namun jari kelingking
kirinya telah kena terpapas kutung. Berketes-ketes darah segar
menurun diatas batu gunung yang seputih marmar warnanya.
"Ha...., ha...., ha....! Tak nyana bahwa Tong Ko yang
dianggap sebagai pengchianat jahat, ternyata darahnya juga
merahl" seruTong Ko sambil tertawa menengadah kelangit.
Habis itu dia segera ajunkan diri loncat kebawah jurang.
Yan-chiu maju melongok dan dilihatnya anak muda itu
berjumpalitan 3 kali terus meluncur turun kebawah jurang yang
tertutup halimun itu. Kini barulah Nyonyah itu reda
kemarahannya. Begitupun disana-sini orang sama-sama berisik
membicarakan peristiwa itu.
Setelah itu, mereka ramai-ramai mengangkat jenazah Kang
Siang Yan kedalam paseban. Semua orang sama bubaran kecuali
Tio In seorang yang masih tertinggal dipuncak situ. Ia seolah-olah
terpaku kakinya ditempat Tong Ko loncat kejurang tadi. Butir-
butir air matanya bercucuran turun tepat jatuh diatas batu yang
ketetesan darah Tong Ko tadi. Darah dan air mata tercampur
menjadi satu.
"Engkoh Ko, mengapa kau tak siang-siang menyatakan isi
hatimu itu kepadaku?" katanya seorang diri seperti orang
mengingau. Oleh karena saat itu tiada lain orang lagi yang

Heng Thian Siau To 42


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

berada disitu, jadi ia biarkan air matanya turun se-banyak-


banyaknya.
Entah sudah berapa lama, nona itu berdiri terpaku ditempat
itu. Tahu sudah ia bahwa dengan berserikat sama kawanan kuku
garuda, Tong Ko telah mengakibatkan hancurkan pangkalan
gerakan menentang pemerintah Ceng, Nyo Kong-lim dan adiknya
sendiri turut berkorban jiwa.
Namun cinta itu memang aneh dan berpengaruh besar.
Iapun menyintai anak muda itu. Ini bukan dalam waktu sehari
dua saja. Tapi selama itu ia tak mau memperlihatkan tanda-
tanda Itu, disebabkan karena: pertama, kepandaian Tong Ko
masih sedemikian dangkalnja sehingga pemuda itu menjadi
takut untuk menyatakan karena tahu diri.
kedua, memang sengaja la (Tio In) bersikap getas supaya
Tong Ko malu dan meyakinkan ilmu kepandaian yang lebih
tinggi.
Ah......, siapa tahu kini urusan itu menjadi kacau balau. Dan
yang paling membuatnya gegetun, pada saat-saat terakhir baru
anak muda itu menyatakan isi hatinya.
Hampir rembang petang, barulah Tio In ajunkan langkahnya
perlahan-lahan pulang. Oleh terjadinya peristiwa yang
menjedihkan itu. maka sekalian anggauta-anggauta perserikatan
Lo-hu-san menjadi lesu. Lebih-lebih Tio In, se-malam-malaman
tak dapat tidur. Bantalnja basah kujup dengan air mata. Tengah
malam tiba-tiba didengarnya diluar jendela ada orang
memanggil dengan perlahan-lahan: "In-ji....! In-ji.....!"

Heng Thian Siau To 43


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tahulah Tio In bahwa itu suara mamahnya, maka dengan


melipur getar bibir (menghapus kedukaan), la buka pintu. Dan
memang yang muncul itu adalah Yan-chiu.
"In-ji, sebelum meninggal apa yang Tong Ko katakan
padamu?" tanya Yan-chiu dengan muka berseri senjum.
Sebagai dimanjakan, pecahlah tangis Tio In, ia merangkul
dada mamahnya seraya menjerit: "Mah!"
Sebagai wanita yang sudah banyak makan asam garam,
sepatah itu saja sudah cukup bagi Yan-chiu untuk mengetahui
keadaan sang puteri. Dibelai-belainya rambut anaknya itu, lalu
berkata dengan menghela napas: "In-ji, jangankan dia sudah
hinasa, andaikata masih hiduppun, rasanya tak layak kau
serahkan hatimu pada pemuda macam begitul"
"Entahlah, mahl" sahut Tio In tengadahkan kepala.
"Ah, karena ayahmu dan aku terlalu memanjakan hingga kau
sampai tak dapat mengetahui kejahatan didunia ini. Sudahlah,
nak, tidur sana!" kemball Yan-chiu menghela napas lalu
tinggalkan ruangan itu.
Tio In terbenam dalam kehampaan lagi. Tiba-tiba terkilas
daiam pikirannya. "Ah, apa yang mamah katakan itu memang
benar. Terhadap perbuatan semacam itu, bagaimana aku dapat
mecintainya? Tapi karena kini dia sudah meninggal, karena toh
sudah tak dapat berbuat kejahatan lagi, mengapa aku tak
meninjau keadaannya?"
Tio In berbangkit menghampiri pintu. Pada lain kilas,
pikirannya membayangkan bagaimana keadaan tubuh Tong Ko
yang pasti akan hancur lebur mayatnya. Tak terasa ia menjadi

Heng Thian Siau To 44


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

ngeri. Akhirnya ia mengambil putusan untuk turun gunung


menengoknya.
––––––––––

BAGIAN 5
SI LIMBUNG DAN SI LINGLUNG

Sekarang marilah kita ikuti keadaan Tong Ko. Dikala


tubuhnya melayang turun kelembah curam, dia sudah paserah
nasib, sebab tentu mati. Tapi meluncur baru beberapa tombak
kebawah, diantara halimun lebat yang menutup lembah itu
terdengar ada dua orang tengah bertengkar mulut, saling
memaki dengan keras. Kiranya tepat diatas sebuah batu raksasa
yang menonjol dilamping gunung situ, terdapat dua orang
tengah berkelahi. Yang satu seorang jangkung dan lawannya
seorang kate.
Belum lagi Tong Ko dapat melihat dengan perdata, atau
sekonyong-konyong dirasakannya ada suatu tenaga dahsyat,
menyampok keatas, hingga membuat luncuran tubuhnya itu
menjadi tercegah.
Ketika Tong Ko memperhatikannya, ternyata tenaga dahsyat
Itu berasal dari sebuah hantaman yang dilancarkan oleh
siraksasa.
"Apakah ajalku ini belum sampai?" pikir Tong Ko. Dan baru
benaknya memikir begitu, atau sepasang kakinya terasa
dicengkeram keras-keras oleh tangan orang yang ternyata
adalah sijangkung raksasa itu.

Heng Thian Siau To 45


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Batu besar itu tak kurang darI 5 tombak luasnya. Wut.....,


tiba-tiba sikate melesat kesamping seraya menggerutu: "Toa-ko-
ji (anak gede), hem...., kau pintar mencari senjata ya? Serumpun
janggutku yang panjang ini, bulan yang lalu telah kalah main.
Kalau tidak, tentu akan kusuruhmu melihatnyal"
Si raksasa itu menggeram, maju setindak dia hantamkan
tubuh Tong Ko kearah sikate. Tong Ko tenangkan perasaannya
dan mencuri lihat kearah sikate. Orang pendek Itu ternyata
seorang tua, kepala gundul pelontos dan yanggutpun tiada
barang selembar rambut. Kalau bicara, mata dan hidungnya
turut bergoyang naik turun, aneh dan lucu sekali tampaknya. Dia
ternyata tak mau menghindar melainkan ulurkan tangannya
untuk mencengkeram lengan Tong Ko lalu ditarik kebelakang
sekuat-kuatnya.
Tong Ko segera rasakan ditarik oleh suatu tenaga dahsyat
hingga lengannya serasa terlepas dari bahunya. Saking sakitnya,
dia sampai mengucurkan keringat dingin. Dan lebih celakanya
lagi siraksasa tadipun menarik lengannya (Tong Ko) yang satu
kebelakang, jadi kini anak itu dibuat barang tarikan. Hampir saja
tubuh Tong Ko robek dibuatnya.
"Hai......, kalian lepaskan dulu akul" teriaknya kebingungan.
Rupanya kedua orang aneh itu sama terkesiap kaget hingga
saling lepaskan cekalannya.
Bum......, Tong Ko menggeIepar diatas batu, hampir sedikit
saja dia menggelundung kebawah jurang lagi.
"Kiranya kau ini seorang manusia hidup, mengapa tak siang-
siang bersuara?" tanya sikate dan sijangkung dengan serentak.

Heng Thian Siau To 46


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Ko bangkit dan kedua orang aneh itupun tertawa


gelak-gelak melihatnya.
"Begitu meluncur tadi, kalian terus mementang lenganku,
mana aku dapat bersuara lagi?" sahut Tong Ko.
Sikate berjingkrak sampai beberapa kaki tingginya lalu
bertepuk-tepuk tangan, serunya: "Huh, toa-ko-ji, tadi sudah
berdianji tak menggunakan senjata, mengapa kau gunakan anak
itu sebagai senjata, kau kalah artinyal"
Siraksasa terbeliak kaget, walaupun tak terima tapi
mulutnya tak dapat membela diri. Hanya selebar mukanya yang
merah seperti kepiting direbus.
"Bah senjata Itu tiba dari langit, mungkin lo-thian-kong
(Tuhan) mau membantu aku, masa hal ini tak dianggap biji. Nah,
akulah yang menangl" jawab si raksasa jangkung itu.
Mendengar kata-kata mereka, tahulah Tong Ko bahwa kini
dia sedang berhadapan dengan orang limbung dan orang
linglung!
"Toa-ko-ji, jangan ribut-ribut. Kau bilang aku yang kalah dan
aku kata kau yang keok. Baik kita cari juri yang bisa bicara adil!"
seru sikate.
"Bagus!" sahut sijangkung, tapi pada lain saat dia tampak
kerutkan alis, ujarnya: "tetapi tempat ini ditengah awang-awang,
tidak dilangit bukan ditanah, bagaimana akan mencari juri?"
Sikate tertawa mengekeh lalu menuding pada Tong Ko: "Apa
dia bukan?"
Tong Ko terkesiap kaget, dilihatnya mulut sikate itu
menjeringai mendesis-desis sepertI tikus mencicit, namun

Heng Thian Siau To 47


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dengan jelas sekali telinganya dapat mendengar setiap patah


yang diucapkan. "Bujung, cukup sepatah kau katakan aku yang
menang, nanti kuberi suatu kebaikan yang besar sekali
kepadamu."
Sekalipun kepandaian Tong Ko itu dangkal, tapi
pengalamannya cukup luas. Dilihatnya si jangkung tadi masih
terlongong-lolong disamping, jadi terang kalau kata-kata sikate
tadi hanya dia sendiri yang dapat mendengarnya, amboi, suatu
ilmu Iwekang coan-im-jipbi (menyusupkan suara) yang tiada
taranya. Tapi dia heran memikirkan, mengapa seorang tua yang
sedemikian lihaynya, kok limbung tak keruan begitu? Masakan
dia disuruh jadi juri tapi dlsuruh mengatakan dia yang menang!
Ya, mengapa kedua orang tak genah itu gasak-gasakan? Dan
siapakah mereka itu? Tong Ko tak mau sembarangan memberi
penyahutan, karena dia merasa namanya sudah jatuh. Tapi
sebaliknya sikate itu menunjukkan muka setan kepadanya,
sikapnya berseri-seri kegirangan. Baru Tong Ko hendak
membuka mulut menyatakan keberatan, siraksasa sudah ulurkan
tangan untuk memijat bahunya, hingga Tong Ko gentayangan
ngerusuk kedekatnya. Kiranya siraksasa itupun membisiki
kedekat telinganya: "Siaoko, jangan sekali-kali kau katakan dia
menang! Awas, nanti kulempar tubuhmu kebawah lembah
supaya hancur lebur!
Ketahuilah, sikate itu tak dapat menangkan aku, tak usah
kau membantunya!"
Setelah itu, kembali sikate menyentakkan Tong Ko
kearahnya dan membisiki supaia mengatakan sijangkung itu
yang kalah. Benar-benar Tong. Ko serba sulit kedudukannya.
Hendak mengatakan bagaimana dia nantI? Apabila sijangkung

Heng Thian Siau To 48


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

telah melepaskan cekalannya, maka kedua orang limbung itu


serentak berseru: "Bujung, katakanlah lekasl"
Diam-diam Tong Ko menarik kesimpulan bahwa kedua orang
itu tentulah bukan orang baik, mereka tentu tak mau kalah satu
sama lain. Tapi menilik kedua orang itu limbung semua, jadi
tentulah tak dapat diajak bicara genah. Tiba-tiba timbullah akal
pada Tong Ko. Lebih dahulu dia menjorong kedekat siraksasa
dan berkata: "Sudah tentu kaulah yang menang"
Saking girangnya si jangkung raksasa itu melonjak-lonjak,
sampai Tong Ko cemas sendiri melihatnya jangan-jangan nanti
tergelincir kebawah lembah. Tampak mata sikate terbelalak,
buru-buru Tong Ko menghampiri dan berbisik perlahan-lahan:
"Lo-cianpwe kau menangi Si jangkung itu bukan tandinganmul"
Menjeritlah mulut sikate "bujung yang baik", dan lalu
menari-nari. Keduanya tak mengerti apa yang dikatakan Tong Ko
kepada. masing-masing orang, tapi mereka sama menganggap
dirinyalah yang menang. Kala Tong Ko masih heran memikirkan
kelakuan aneh dari kedua orang itu, tiba-tiba kedua belah
lengannya terasa ditarik kencang. Hal, celaka! Kiranya dia akan
dibuat tarikan lagi oleh kedua orang limbung itu. Sudah tentu
kejutnya bukan alang kepalang. Tapi belum lagi dia membuka
mulut mencegahnya, kedua orang itu terdengar berseru: "Kau
benar-benar seorang anak yang baik!"
Berbareng pada saat itu, telapak tangan kiri dan kanan,
digenggam oleh tangan sikate dan suatu aliran hawa hangat,
menjalur dari telapak tangan keseluruh tubuhnya. Dari takut
Tong Kong berbalik menjadi kegirangan luar biasa. Terang kalau
sikate itu telah memberi saluran Iwekang untuk memperkuat
Iwekangnya (Tong Ko). Cara bantuan macam itu, memang lekas

Heng Thian Siau To 49


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sekali dapat memperkokoh yang menerima tapi sebaliknya


merugikan Iwekang orang yang memberinya. Menilik kelihayan
sikate itu, buru-buru Tong Ko pusatkan semangatnya untuk
menjalurkan hawa didalam tubuhnya.
Dengan gembira ria berkatalah sikate kepada si jangkung:
“Toa-ko-ji, ayo kita bertanding lagi, siapakah yang dapat
membikin tenaga anak ini maju pesat dalam waktu yang singkat?
Kau tentu tak mampu, lekas lepaskan tanganmu!"
Si raksasa jangkung keruntukan kening, serunya: "Bah,
bagaimana kau tahu aku tak mampu?l"
Dilihatinya luka pada jari kelingking kiri Tong Ko dan
berserulah si jangkung itu dengan kegirangan: "Ho......, ho......,
tak mampu?" Tiba-tiba digigitnya sendiri ujung kelingkingnya,
lalu kelingking itu ditusukkan pada luka dijari Tong Ko. Aduh
mah, sakitnya jangan dikata lagi. Peluh didahi Tong Ko sampai
meng-anak sungai bercucuran.
"Siauko, jangan takut sakit. Sewaktu kecil aku pernah makan
darah ikan kakap berumur ratusan sehingga tenagaku luar biasa
kuatnya. Kebetulan kau mempunyai luka dan akan kuberikan
sedikit darahku, tentu tenagamu akan istimewa juga!" kata
sijangkung.
Kembali Tong Ko terperanjat girang, ikan kakap berumur
ratusan adalah binatang yang jarang terdapat. Kalau toa-ko-ji itu
pernah meminum darahnya dan ditambah pula dengan
bertahun-tahun meyakinkan Iwekang, wah dia (Tong Ko) tentu
akan mendapat manfaat yang hebat sekali. Rasanya lebih hebat
dari minum segala macam obat kuat atau pil dewa.
Pernah dia mendengar tentang seorang tokoh dalam dunia
persilatan daerah Hokkian, dia seorang bernama Ciang Tay-lo,

Heng Thian Siau To 50


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

bergelar Soa-kim-kong (malaekat dungu). Dia pernah mengikut


Coxinga (The Seng Kong) melawan pemerintah Ceng. Dengan
menghancurkan pertahanan musuh disungai Tiangkang, dia
terus memimpin anak buahnya maju sampai ke Tinkang,
sehingga membuat pemerintah Ceng kelabakan. Tapi akhirnya
terpaksa mundur ke Taiwan dan entah bagaimana kabar
ceritanya Iebih jauh.
Kalau menilik dia itu menggunakan logat Hokkian, jangan-
jangan itu si Soa-kim-konglahl
"Adakah ciangpwe ini seperti yang digelari orang sebagai
Soa-kim-kong Ciang Tay-lo?" tanyanya tersipu-sipu.
Si raksasa deliki mata kepada sikate, serunya: "Kate, benar
tidak kataku? Bocah semacam diapun kenal juga namaku, apa
katamu lagi?"
Sikate pelembungan pipinya lalu menjembur kata-kata
nyaring kepada Tong Ko: "Hoi, lekas katakan, siapa aku ini?"
Oleh karena Tong Ko tak pernah mendengar orang
persilatan bercerita tentang seorang tokoh yang bertubuh kate,
maka diapun tak dapat menyahut. Ujung batok kepala sikate
mengeluarkan keringat" lalu dengan ilmu "coan-im-jip-bi", dia
kisiki telinga Tong Ko: "Bujung, aku ini adalah Sik Lo-sam yang
termasjhur, tingkatanku sejajar dengan guru dari kim-kong tolol
itu. Huh, baru saja kukehilangan janggut, kau sudah tak
mengenali lagi?" .
"Ai, kiranya kau ini adalah Sik Lo-sam Sik locianpwe yang
namanya termasjhur itul" terpaksa Tong Ko berseru, namun tak
mau dia menambahkan komentar "sejajar dengan suhu dari soa-
kimkong"

Heng Thian Siau To 51


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Ho, bocah gede, apa katamu?" tanya sikate kepada si


raksasa. Yang belakangan ini tak dapat menyahut apa-apa lagi.
Dalam pada itu Tong Ko rasakan separoh badannya yang
sebelah kanan dan separoh yang sebelah kiri, berlainan: Hawa
tun-yang (positip murni) yang disalurkan Sik Lo-sam melalui
tangannya kanan, mengalir dengan derasnya ketubuh. Tapi biar
bagaimana juga tak dapat mengalir keseparoh tubuhnya sebelah
kiri. Jadi serasa tubuh Tong Ko itu dibelah dua dan jadilah dia
dua macam manusia. Sebelah kiri darahnya panas, kekuatannya
besar sekali. Hawa yang terputar pada bagian tubuh sebelah itu,
merupakan dasar Iwekang yang berlainan dari tubuh sebelah
kanan. Dua macam Iwekang "memasak" tubuh Tong Ko,
sehingga dia sendiri tak tahu bakal celakakah atau untungkah?
Apa boleh buat, dia hanya paserah nasib saja!
Tak berapa lama kemudian, walaupun ujung kelingking si
Soakim-kong itu masih melekat pada luka kelingking Tong Ko,
namun sudah tak mengeluarkan darah lagi. Seperti Sik Lo-sam,
orang limbung yang bertubuh tinggi besar itu menjalurkan
Iwekangnya kepada Tong Ko. Dua-duanya sama ngotot tak mau
sudah. Haripun sudah menjelang petang. Jadi dalam setengah
harian itu, Tong Ko telah menerima "bantuan" yang besar sekali.
Kalau saja bermula dia sudah mempunyai dasar Iwekang, dia
tentu bagaikan seekor ikan yang mendapat air. Sayangnya dia
berkepandaian dangkal, jadi lama kelamaan tak tahan
menerimanya.
"Ji-wi, harap lepaskanl" serunya dengan gugup.
Sungguhpun kedua orang itu limbung pikirannya, tapi dalam
soal kepandaian mereka adalah tergolong tokoh kelas utama.
Mereka segera lepaskan cekalannya. Tong Ko lalu duduk bersila

Heng Thian Siau To 52


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

diatas permukaan batu itu untuk meyakinkan Iwekangnya. Kini


benar-benar dia rasakan didalam tubuhnya itu terdapat dua
macam Iwekang, begitu pula tenaganyapun seperti terpecah
menjadi dua. Yang satu berpusat disebelah kiri dan yang lain
disebelah kanan. Sekalipun dapat digunakan berbareng, tapi
dua-duanya mempunyai daya guna berlainan.
Tong Ko kaget tercampur girang. Kaget, karena memikirkan
adakah keadaan itu bakal berlangsung terus. Kelak apabila dalam
latihan, tidaklah kedua macam Iwekang itu kan berbenturan
sendiri? Girang, sebab ilmu kepandaian yang sedemikian luar
biasanya itu, rasanya dikolong langit ini hanya dia seorang yang
memiliki. Kalau saja hal itu tak menjadi halangan dan dapat
dilatih dengan sempurna bukantah akan merupakan suatu
keistimewaan besar?
Dia lanjuntukan latihannya itu sampai semalam suntuk.
Keesokan harinya tatkala mataharai terbit, dilihatnya Sik Lo-sam
dan Soa kim-kong masih saling pencelengan (saling delilki mata).
Wajah mereka saling mengunjuk sikap tak mau kalah. Begitu
melihat Tong Ko membuka mata, serempak mereka bertanya:
"Siapakah yang Iwekangnya lebih jempol?"
Dikarenakan kedua orang limbung itu saling mengukur
kepandaian, jadi dia bisa mendapat keuntungangan yang
sedemikian bagusnya. Hal itu sungguh jarang terdapat didunia.
Memikir sampai disitu, tak mau Tong Ko mempermainkan
mereka lagi, katanya:
"Oleh karena sekarang belum dapat diketahui siapa kalah
siapa menang, lebih baik diundur sampai setahun lagi, nanti kita
bertiga berjumpa lagi disini. Aku tentu akan mengatakan yang
seadil-adilnja!"

Heng Thian Siau To 53


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Tidak, kalau sampai waktunya kau tidak datang, kan


berabe! Kalau sekarang kau tak dapat mengatakan, kita akan
tunggui kau diatas batu ini sampai setahun untuk menungkuli
kau berlatih selama satu tahun!"
Tong Ko terkesiap. Setelah dapat kembali dari maut, telah
berapa banyak hal yang hendak dia kerjakan. Satu tahun di
"simpan", disitu, sakit rasanya. Tapi menilik kesungguhan kata
sikate tadi, dia tak berani membantah.
––––––––––

BAGIAN 06
SEBUAH PERTEMUAN

Selagi Tong Ko kebingungan, tiba-tiba terdengar suatu bunyi


suitan yang nyaring bening, bagaikan kokok seekor bangau.
Suitan itu makin lama makin kuat, dia melongok kebawah,
tampak ada seorang pemuda tengah merayap keatas dengan
menggelantung pada tumbuhan rotan. Begitu cepat cara dia
merayap itu, hingga dalam beberapa kejap saja setelah ajunkan
tubuh, dapat dia berdiri jejak diatas permukaan batu situ. Hai,
kiranya dia itu seorang anak sekolah yang parasnya cakap tapi
agak hitam manis kulitnya.
Pertama melihat, entah bagaimana, Tong Ko mempunyai
rasa simphati kepada anak muda itu. Anehnya, kalau hendak
naik keatas gunung mengapa pemuda itu tak melalui jalanan
gunung saja tetapi memanyat cara begitu? Astaga, teringat dia
sekarang soalnja. Diatas, adalah puncak Giok-li-nia, markas
utama dari pusat unsur penentang penjajah Ceng. Ditilik

Heng Thian Siau To 54


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

rupanya, pemuda itu tentu bukan orang baik, kemungkinan


besar dia tentu hendak menjelidiki markas Giok-li-nia.
Secepat mendapat dugaan itu, secepat itu pula Tong Ko
maju menyongsong kemuka, seraya menegurnya dengan keras:
"Sahabat, kalau naik keatas mengapa tak mau ambil jalan
digunung, tetapi menggunakan cara monjet begitu?"
Pemuda itu terkesiap, sahutnya: "Aku sedang mencoba
ilmuku meringakan tubuh, apakah mengganggu padamu?
Mengapa kau ucapkan kata-kata yang melukai perasaan orang?"
"Siapakah nama sahabat ini?" tanya pula Tong Ko yang
sudah tentu tak mau percaya begitu saja. Tetapi rupanya
pemuda itupun kurang senang dibuatnya.
"Aku tak mau mengatakan padamu, coba kau hendak
berbuat apa?" sahutnya. Makin keras dugaan Tong Ko bahwa
pemuda sekolahan itu tentu seorang jahat.
Tanpa ragu-ragu lagi dia kirim sebuah pukulan. Tapi dia
sendiri segera terkejut, ketika didapatinya bahwa hanya dalam
semalam saja kini daya pukulannya sudah berobah sedemikian
kerasnya. Ai...... kalau anak sekolah itu tak kuat menahan,
bukantah akan jauh kedalam lembah sana? Buru-buru dia tarik
pulang pukulannya, tapi dalam pada itu sipemudapun sudah
menghindar dan tahu-tahu dia mengambil sebuah senjata yang
aneh bentuknya, dari atas kepala.
Kiranya senjata itu adalah sebuah rantai halus sepanjang
satu meteran. Kedua ujungnya saling menggandeng dan
ditengahnya dicanteli sebuah kelinting, persis seperti mainan
anak-anak yang dipakai diatas kopiah, hanya lebih besar dan
diatas kelinting itu diberi ujung yang tajam. Begitu disabatkan,

Heng Thian Siau To 55


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

ujung kelinting itu mengancam telapak tangan Tong Ko. Coba


tadi Tong Ko tak menarik pulang tangannya, pastilah akan sudah
terjadi benturan yang menentukan pertempuran itu.
Adalah Soa-kim-kong Ciang Tay-lo dan Sik Lo Sam yang
melihat Tong Ko bertempur dengan anak muda itu, segera sama-
sama berseru: "Kita mau ikut juga !"
Yang satu dari kiri dan yang lain dari kanan, serentak sama
menyerbu. Belum orangnya tiba, sambaran anginnya sudah
menyiak. Saking kagetnya sianak muda itu mundur beberapa
tindak dan lupalah seketika dia kalau dibelakangnya itu adalah
udara kosong. Tak ampun lagi terjungkal dia kebawah lembah
yang dalamnja ratusan tombak itu...............
Tong Ko juga terperanjat sekali.
"Mengapa kalian berdua belum tahu hitam putihnya sudah
lantas mendorong orang jatuh kebawah?" serunya dengan
geram. Sik Lo-sam dan Soa-kim-kong delikkan mata, menyahut:
"Hai, bukantah kau sendiri yang mengatakan kalau dia itu orang
busuk?!" Tong Ko bohwat (tobat) terhadap dua orang limbung
itu. Tak habis getunnya dia memikirkan anak muda tadi. Dia
sendiri belum tahu benar siapakah orang itu. Ya, kalau dia itu
memang seorang jahat itu sih tak mengapa, tapi kalau tidak,
bukantah berarti dia yang mencelakainya?
Kalau dia masih terbenam dalam keraguan, adalah kedua
orang limbung itu, sudah bertengkar lagi. Tong Ko tak hiraukan
mereka, melainkan melongok kebawah. Tiba-tiba didengarnya
ada suara orang mengerang. Rupanya suara erangan sianak
muda tadi. Tong Ko seorang anak muda yang bersungguh-
sungguh. Bukan melainkan wataknya saja yang keras, tapipun
terhadap segala apa dia tentu mau tahu sampai jelas betul. Dia

Heng Thian Siau To 56


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

tetap merasa getun telah menjebabkan anak muda tadi


terperosok jatuh kebawah. Menilik suara erangan tadi, jangan-
jangan anak muda itu masih belum binasa. Lain orang mungkin
akan mencari jalan untuk men-longnya, tapi beda halnja dengan
Tong Ko yang berpendapat begini: "Kalau dia tak sampai terjatuh
mati, masa aku dapat. Ah, seharusnya aku menolongnya !"
Dan sehabis berpikir begitu, tanpa ditimbang lebih jauh, dia
segera ajunkan tubuh loncat kebawah. Kiranya dalam lembah itu
penuh diselimuti halimun tebal hingga selebih pada jarak
setombak, Tong Ko tak dapat melihat apa-apa lagi. Kira-kira tiga
empat tombak meluncur kebawah, tiba-tiba tubuh Tong Ko
kecantel oleh sebuah dahan pohon siong. Dahan pohon itu
melingkar-lingkar kesamping sampai beberapa tombak luasnya
dan kebenaraan sekali dapat mengait tubuh Tong Ko tadi.
Tong Ko beranggapan bahwa tentulah pemuda itu juga
kecantel disitu, tapi entah dimana. Maka setelah memulangkan
napas, dia lalu berseru perlahan-lahan: "Sahabat, kau dimana
................. "
Belum habis Tong Ko menjerukan kata-katanya, tring......,
kedengaran bunyi kelinting melayang disusul dengan munculnja
sianak sekolahan tadi yang menginjak pada sebuah dahan kecil
sebesar jari tangan. Tubuhnya lemah gemelai, makin mengunjuk
gerakannya sangat lincah.
Oleh karena Tong Ko tak keburu menghindar lagi, maka dia
terpaksa berjumpalitan, tangannya menyambar sebuah dahan
terus ajunkan tubuh diatas pohon. Ah......, tak kira kalau dia
dapat berbuat begitu. Kiranya dalam semalam saya, kini ilmunya
Iwekang dan meringakan tubuh telah bertambah maju dengan
pesat sekali.

Heng Thian Siau To 57


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tapi anak sekolahan itu tak mau sudah. Setelah meloncati


dua buah dahan, dia susulkan lagi kim-leng (kelinting)
menghantam jalan darah lo-tong-hiat didada Tong Ko.
Rantai kelinting itu karena digerakkan dengan Iwekang,
dapat menjadi lurus seperti sebatang pena. Cukup dengan
dorongan beberapa dim kemuka, dada Tong Ko pasti tertusuk
dengan kelinting berduri itu. Sjukur dia berhenti sampai disitu
saja dan nanya bertanya: "Kau ini orang apa, mengapa terus-
terusan hendak mengambil jiwaku? Aku sudah jatuh kebawah,
masakan kau masih mengejar kemari?"
Memang Tong Ko sendiri heran pada dirinya, mengapa dia
tak tega pada anak muda itu. Sebaliknya orang yang dipikirkan
itu. begitu bertemu lantas mendamprat, dikira kalau mau
dibunuh. Ah, tentu dia salah faham, pikir Tong Ko.
"Sahabat, kau salah terka. Karena kedua orang limbung tadi
telah mendesakmu jatuh kebawah, demi kudengar kau
mengerang, hatiku tak enak lalu buru-buru turun hendak
menolongmul" Tong Ko cepat-cepat menerangkan, sembari
mengawasi lekat-lekat pada pemuda sekolahan itu. Dilihatnya
pakaian warna hijau dari anak itu sudah banyak yang rompang
ramping tertusuk cabang pohon.
Sampai pun pada bagian pundak kiri kelihatan juga
pakaiannya dalam.
Dilihati macam begitu, merah padam selebar muka pemuda
itu.
"Mengapa kau mengawasi begitu rupa ............. oh, jadinya
kau ini berhati baik?"

Heng Thian Siau To 58


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Teringat Tong Ko akan dirinya yang sering dibuat bulan-


bulanan orang, mengatakan dirinya itu cantik seperti seorang
gadis. Tapi diam-diam dia memperhatikan gerak gerik pemuda
sekolahan itupun menjerupai seorang gadis juga. Rasa
simphatinya makin besar.
"Asal kau bukan kaki tangan pemerintah Ceng, aku takkan
kecewa datang kemari menolongmu," katanya.
"Amboi, kau salah duga. Aku ini seorang kaki tangan Ceng,
nah, kau mau apa?" ujar pemuda Itu dengan tertawa. Tangannya
menjulur dan duri kelintingpun mengancam Tong Ko. Dalam
gugupnya Tong Ko suruntukan dada, tangannya kiri menabas.
Tapi belum pukulan tiba, bagaikan seekor burung bangau
tersentak kaget, pemuda itu sudah ajunkan tubuh hinggap pada
sebuah dahan lain, kira-kira setombak jauhnya. Malah disitu dia
perdengarkan suaranya ketawa mengikik. Pukulan Tong Ko tadi,
hanya mematahkan sebuah dahan. Geram Tong Ko bukan
kepalang demi mendengar pemuda itu seorang kaki tangan
pemerintah Ceng. Teringat dia akan "kopi pahit" yang ditelannya
dari rombongan sikaki satu. Sin Tok, sehingga kini dirinya
diasingkan oleh perserikatan orang gagah. Dia siapkan tangan
kiri, tanpa hiraukan suatu apa lagi, dia terus menyerang lagi.
"Hai, mengapa kau juga seorang limbung?" tiba-tiba
kedengaran pemuda itu berseru. Tapi karena tak mendengarnya,
tubuh dan pukulan Tong Ko tadi sudah tiba malah dia susuli lagi
dengan tangannya kanan. Dua buah pukulan Iwekang yang
berlainan gayanya, berbareng menghantam dan terpentallah
kelinting orang itu sampai setengah meter.
Sebenarnya Tong Ko hendak ganti serangan lagi dengan lain
jurus, tapi karena memangnya ilmu silatnya masih dangkal, jadi

Heng Thian Siau To 59


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sekalipun dia telah memperoleh ilmu kesaktian yang mujijad


namun waktunja hanya dalam semalam, jadi biar bagaimana dia
tetap tak berdaya. Maunya sih hendak merobah gerakan, tapi
kakinya malah terpeleset dan orangnyapun segera jatuh
dihadapan pemuda sekolahan itu.
Pemuda itu menjerit kaget. Jelas kelihatan oleh Tong Ko
bahwa kalau mau, sebenarnya pemuda itu dapat
menghantamkan kelinting durinya. Tapi untuk keheranannya,
pemuda itu malah ulurkan lengan kiri untuk menahan lengan
Tong Ko supaya tak jatuh.
Seperti diketahui lengan kiri Tong Ko itu sudah dihembus
dengan saluran Iwekang Soa-kim-kong, jadi tenaganya kuat
bukan kepalang. Kebetulan lengan pemuda itu mencekal lengan
kiri Tong Ko dan tanpa disadari, Tong Ko telah memberi reaksi
meronta. Begitu dahsyat tenaga yang ditimbulkan oleh gerakan
Tong Ko itu, hingga terpaksa pemuda itu lepaskan niatnya untuk
mencekal. Dan oleh karena itu, Tong Ko tetap ngerusuk
menjatuhi pemuda itu.
Tong Ko mengetahui jelas, bahwa pemuda itu tak bersikap
bermusuhan. Kuatir kalau mencelakainya, buru-buru Tong Ko
pentang tangannya untuk merangkul, dan terpeluklah pemuda
itu didalam dadanya. Tiba-tiba pemuda itu meronta sekuat-
kuatnya. Karena kehilangan keseimbangan badan, mereka
berdua sama jatuh kebawah. Sjukur Tong Ko dapat bergerak
dengan tangkas untuk menyambar sebuah dahan dibuat
gandulan. Demi dilihatnya pemuda sekolahan itu meluncur
disebelah bawahnya, buru-buru dia turunkan kakinya seraya
berseru: "Lekas, cekal kakikul"

Heng Thian Siau To 60


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Pemuda Itupun menurut dan tepat dapat menangkap kaki


kiri Tong Ko. Dengan begitu, terhindarlah dia dari jatuh kebawah
lembah, "Hai...... sungguh berbahaya!" serupa dengan lega.
Tong Kopun kucurkan keringat dingin, ujarnya: "Kalau tadi
kau tak meronta se-kuat-kuat -nya, tentu tak terjadi begini".
Kembali muka sipemuda itu merah jambu, sahutnya: "Kalau
tadi kau tak main peluk, tentu tak terjadi begini!"
Tiba-tiba tersadarlah Tong Ko bahwa pemuda yang
ditolongnya itu adalah seorang kaki tangan pemerintah Ceng.
Pemuda itu walaupun muda usianya, tapi memiliki kepandaian
yang bagus. Mungkin dia tersesat jalan, salah pilih. Kalau dapat
dia (Tong Ko) menginsjafkan, alangkah baiknya.
"Sahabat, siapakah namamu? Mengapa dapat berhamba
pada pemerintah Ceng?" tanyanya dengan nada bersungguh-
sungguh.
Sepasang biji mata pemuda itu berkicup-kicup, sikapnya
aneh sekali.
"Entahlah, aku tak tahu sendiri. Sekali tak berhati-hati lalu
menjadi anak cucu kuku garudal"
Tong Ko terbeliak. Masakan ada orang menyebut anak cucu
kuku garuda?
"Sebenarnya bagaimanakah duduk perkaranya, bolehkah
aku mengetahuinya?" tanyanya kemudian.
"Sudah tentu boleh. Ketika aku menuju ke Lo-hu-san hendak
mencari seseorang, dilamping gunung aku berpapasan dengan
dua orang lelaki gagah dan seorang pendek yang limbung.

Heng Thian Siau To 61


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sipendek itu mengatakan aku bukan orang baik. Nah, apa


dayaku?" kata sipemuda sambil tertawa.
Mendengar keterangan itu, berserulah Tong Ko dengan
gembira: "Ha, kiranya kau bukan seorang hamba penjajah!"
"Biarpun bukan hamba Ceng, tapi dikatakan bukan orang
baik, juga sami mawon (serupa saja)!" sahut sipemuda pula.
"Tapi kau kan bukan kaki tangan pemerintah Ceng benar-
benar toh?" Tong Ko balas tertawa. Dia malu sendiri, mengapa
saking keliwat berhati-hati dia sudah menyangka jelek pada
orang baik. Ujarnya pula: "Sahabat, jangan kau menertawaiku.
Tadi aku sudah salah lihat, apalagi baru saja aku mendapat
fitnahan dari gerombolan taylwe ko-chiu (jagoan lihay istana
Ceng), si Tok-kak-sin-mo Sin Tok dan kawan-kawan, makanya
aku sampai kesalahan padamu tadi."
Tanpa diminta, Tong Ko lalu tuturkan apa yang telah
dialaminya karena difitnah itu. Perkampungan rakyat habis
dibakar, Nyo Kong-lim dan putera bungsu Siau-beng-siang Tio
Jiang binasa dan akhirnya dia harus menebus dosa disuruh
loncat dari atas puncak gunung.
"Diantara sekian banyak orang, masakan tiada seorangpun
yang mempercayai kejujuranmu?" tanya sipemuda dengan
membelalakkan mata.
Tong Ko menghela napas, sahutnya: "Apa guna aku
berdebat? Siapa yang sudi percaya padaku?"
"Aku!" serentak pemuda itu menyahut tanpa ragu-ragu.
Begitu tetap nada suaranya, hingga hati Tong Ko tergerak. Diam-
diam dia memikir: "aku baru saja berkenalan dengan dia, apalagi
tadi hampir saja kucelakai dirinya, tapi dia tetap percaya padaku.

Heng Thian Siau To 62


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ah....., sungguh jarang terdapat orang macam begitu. Sedang Tio


In yang menjintai akupun rasanya belum tentu mau menaruh
kepercayaan padaku". "
"Kukuatir yang mau mempercayai diriku, hanya saudara
seorang sajalah!" buru-buru Tong Ko menyanggapi.
"Ah, usah main sungkan. Ayo, kita naik keatas gunung atau
turun. Kita harus lekas-lekas menetapkan rencana tak boleh
terus menerus terkatung-katung disini" kata sipemuda.
Memang pada saat itu, Tong Ko sendiripun sudah rasakan
bojoknya (pinggang) pegal karena diganduli oleh sipemuda. Tapi
tempat itu tepat ditengah angkasa, langit tidak bumipun bukan.
Jadi dia sendiri tak tahu bagaimana harus bertindak, Mereka
berunding, tapi tetap tak dapat menemukan cara yang baik
untuk menghindarkan diri"
Selagi keduanya dalam keputusan akal, tiba-tiba kedengaran
ada suara cuwat-cuwit yang keras. Dalam beberapa kejap, entah
ada berapa puluh ekor kera sama loncat menghampiri. Pemuda
itu mendadak tampak kegirangan dan mulutnya tak henti-henti-
nya bersuit nyaring. Nada suitan itu menjerupai dengan cuwat-
cuwit kawanan kera tadi. Pada lain saat, kawanan kera itu sama
naik keatas pohon dan mengerumuni sipemuda. Rupanya
mereka sangat menjayanginya. Ada beberapa ekor kera yang
menggelandoti Tong Ko, hingga membuatnya mendongkol
sekali. Sudah hampir setengah harian, dia bergelantungan pada
dahan sembari kakinya diganduli sipemuda, kini masih ditambahi
beratnya lagi dengan kera-kera itu. Bukan saja makin berat, pun
juga terasa keri (geli).
Berulang kali dia memaki-maki, namun kera-kera itu tak
menghiraukannya. Sebaliknya sipemuda itu malah tertawa riang.

Heng Thian Siau To 63


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Sahabat, rupanya kau dapat berbahasa kera, mengapa tak


lekas-lekas menghalau mereka?" akhirnya saking tak kuat
menahan kemengkalan hatinya, Tong Ko menggerutu.
"Ho, bukan saja tak menghalau malah hendak kusuruh
mereka makin dekat kemari. Kawaran kera itu adalah piaraanku,
coba kau lihat, menyenangkan tidak?" jawab sipemuda itu.
Tong Ko heran dibuatnya, masakan ada orang piara sekian
banyak kera. Diawasinya kawanan binatang itu dengan perdata.
Bulunya mengkilap keperak-perakan, matanya berwarna merah,
tangannya luar biasa panjangnya.
Jumlahnya tak kurang dari tujuh sampai delapan puluh ekor.
"Kalau kau tak mau menghalau mereka, aku sungguh tak
kuat bertahan lagi lo!" serunya dengan berang.
Sipemuda kembali bersuit keras dan sekonyong-konyong
melayanglah dua ekor kera besar setinggi manusia, hinggap pada
dahan situ. Begitu kedua binatang itu tiba, kawanan kera kecil-
kecil sama diam.
"Tay-gin, Siau-gin, lekas panggul aku dan sahabat itu turun
gunung!" seru sipemuda.
Salah seekor segera ulurkan lenngannya menyanggapi tubuh
sipemuda terus dipanggul dipunggungnya. Sedang yang seekor
lagi, hanya mengawasi Tong Ko saja tapi tak mau mengapa-
apakannya.
"Binatang kurang ajar, orang itu adalah sahabatku, mengapa
tak lekas dipanggul! Awas, nanti kuhajar kaul" seru sipemuda
sekolahan. Rupanya kera itu mengerti dan unjuk rupa ketakutan.
Sekali ulurkan tangan, Tong Ko sudah segera berada dipunggung
bintang itu."

Heng Thian Siau To 64


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Pemuda itu kembali bersuit lagi dan kawanan kerapun sama


cuwat-cuwit. Kedua ekor binatang besar itu, walaupun
memanggul orang, tapi gerakannya tetap lincah sekal. Tong Ko
hanya rasakan telinganya menderu-deru tersambar angin dan
dalam beberapa kejap saya, tibalah sudah mereka dibawah
gunung.
"Coba, bukantah hebat kera piaraanku itu?" tanya sipemuda
setelah loncat turun dari gendongan.
"Konon kabarnya kera gin-si-kau (kera bulu perak) hanya
terdapat digunung Sip-ban-tay-san saja. Adakah kau ini berasal
dari daerah yang sejauh itu?" Tong Ko balas bertanya.
"Ya, benar," sahut sipemuda dengan tertawa. Tong Ko
makin heran.
"Cara bagaimana kau menempuh perjalanan dengan
membawa sekian banyak kera itu?" tanyanya pula.
"Ai, benar-benar aku tak memikir sampai disitu, kiranya
tentu bakal merupakan suatu tamasya yang menggembirakan
sekali. Kali ini aku suruh mereka datang kemari sendiri, sayang,
sayang!"
"Tapi mengapa kau tak segera datang ke Giok-li-nia dengan
terang2an?" Tong Ko mengulang tanya.
"Giok-li-nia banyak terdapat para orang gagah perwira, tapi
tiada seorangpun dari mereka yang berpikiran waras. Buktinya,
tiada seorang yang mau percaya akan penasaranmu. Ah, aku tak
sudi kesana!"
Hati Tong Ko tergerak, segera dia menjura memberi hormat,
ujarnya: "Budi kebaikan anda itu, Tong Ko akan ingat selama-
lamanya!"

Heng Thian Siau To 65


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tapi sebaliknya pemuda sekolahan itu malah ketawa


menggigil, sahutnya "Tingkah kecut, laku kecut!"
Tong Ko terkesiap. Adanya dia tadi mengunjuk sikap
sedemikian hormatnya karena mengingat pemuda itu rupanya
seperti anak sekolahan. Tapi mengapa dirinya dikatakan
bertingkah laku kecut? Adakah dia itu bukan seorang pelajar?
"Aku she The, bernama Ing." kata sipemuda setelah puas
ketawa.
"Hai, mengapa seperti nama seorang anak perempuan saja!
Tong Ko balas tertawa.
Tapi sipemuda itu hanya ganda tertawa juga lalu alihkan
pembicaraan, katanya: "Jika Tong-heng tak mempunyai urusan
apa-apa, mengapa tak ikut aku pesiar kepegunungan Sip-ban-
tay-san. Dengan membawa sekawanan kera. itu dalam
perjalanan, kita tentu mendapat kegembiraan besar!"
Tong Ko memberiI anjuran supaya pemuda The Ing itu
teruskan niatnya untuk menjumpai perserikatan orang gagah
dari Lohusan, tapi rupanya pemuda itu tak mau.
Malah dia segera merajuk hendak lanjuntukan
perjalanannya seorang diri, jika Tong Ko tak mau ikut. Entah
bagaimana, rasanya Tong Ko seperti ada ikatan bathin dengan
The Ing itu. Berat nian dia untuk berpisah.
"The-heng, kegunung Sip-ban-tay-san aku tak mempunyai
hasrat. Kuberniat mencari suatu tempat sunyi untuk meyakinkan
ilmu kepandaian. Kelak hendak kucari Tok-kak-sin-mo Sin Tok
dan kedua saudara Shin itu. Kalau aku dapat meringkus mereka
untuk kubawa ke Lo-hu-san, barulah aku dapat mencuci bersih
namaku lagi!" akhirnya Tong Ko berkata.

Heng Thian Siau To 66


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Bagus, kita pergi saja kekota raja. Biarkan kawanan kera


Sip-ban-tay-san itu mendapat pengalaman dikota raja!" diluar
dugaan sipemuda itu malah bertepuk girang.
Tong Ko diam-diam mengeluh, tapi apa boleh buat.
Begitulah mereka sembari berjalan sembari pasang pembicaraan
dengan asjik sekali.
Melintasi sebuah puncak gunung, tibalah mereka pada
sebuah puncak yang menjulang tinggi diangkasa. Sebuah dataran
sempit terbentang ditengah.
Ketika Tong Ko hendak nasehati supaya The Ing jangan
membawa kawanan kera itu, tiba-tiba didengarnya ada derap
kaki kuda mendatangi dan suara jeritan anak perempuan. Suara
itu makin lama makin dekat. Kawanan kera sama menyongsong
kebelakang, sedang kedua ekor kera besar itu meringkik-ringkik
dengan suara yang aneh.
Kiranya sewaktu Tong Ko dan The Ing berpaling kebelakang,
disana tampak ada 3 ekor penunggang kuda mencongklang
dengan pesatnya. Penunggang yang dimuka sendiri, bolang
balingkan pian untuk menghantam kawanan kera gin-si-kau yang
menghadangnya sehingga kera-kera itu sama cuwat cuwit lari
bubar. Deru sambaran pian itu sangatlah serunya, menandakan
bahwa orang itu berilmu tinggi.
Tong Ko terkesiap kaget, demi diketahuinya bahwa orang itu
bukan lain adalah si Tok-kak-sin-mo Sin Tok, musuh lama yang
hendak dicarinya itu. Saking girangnya, dia sampai lupa untuk
mengajak The Ing, tapi terus enjot tubuhnya lari menyerangnya.

Heng Thian Siau To 67


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Melihat ada seorang penyerang, Sin Tokpun menyambut


dengan pian, tapi Tong Ko dengan beraninya segera menyambar
pian itu.
Kini jelaslah sudah sikaki satu Sin Tok bahwa penyerangnya
itu adalah Tong Ko. Hem......, gila anak itu, masa berani
menyanggapi pianku, pikir Sin Tok. Dia segera kirim sebuah
pukulan dan kebetulan pula tangan kiri Tong Kopun maju
menghantam. Plak......, ketika kedua kepelan itu saling beradu,
sikaki satu terkejut bukan buatan. Didapatinya tenaga pukulan
anak muda itu hebat benar. Buru-buru dia kerahkan Iwekang
dan karena kurang latihan maka terpentallah Tong Ko sampai
setombak jauhnya.
Tadi The Ing masih belum mengetahui telah terjadi hal apa.
Tapi demi dilihatnya Tong Ko terpental jatuh, buru-buru dia lari
menghampiri. Tepat pada saat itu, dua penunggang kuda yang
dibelakang sikaki satupun sudah lewat disitu. Kembali terdengar
suara jeritan anak perempuan yang kini jelas berasal dari arah
penunggang kuda yang paling belakang sendiri.
Demi Tong Ko mengawasi penunggang kuda itu, ternyata
itulah Ce-cing-long Shin Hiat-ji. Dengan sebelah tangan
memegang kendali, sebelah tangan anak Itu mengepit seorang
gadis. Ditilik dari nada jeritannya tadi, pula dari bentuk
tubuhnya, gadis itu tentulah Tio In adanya!
Mengapa Tio In dapat dilarikan pula oleh rombongan Hiat-ji,
bukankah ia sudah dirampas balik oleh Tio Jiang dan dibawa Yan-
chiu ke Lo-hu-san ? Untuk jelasnya baiklah kita mundur dulu
pada kejadian dua hari berselang.
Pada malam itu Tio Jiang dan Yan-chiu segera lakukan
pengejaran pada rombongan Sin Tok bertiga. Setelah kesusul,

Heng Thian Siau To 68


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sepasang suami isteri itu segera mainkan pasangan ilmupedang


to-hay-kiam-hwat dan hoan-kang-kiam-hwat. Yan-chiu memapas
kaki belakang dari kuda Hiat-ji. Saking kagetnya Hiat-ji segera
lempar karung yang berisi Tio In kebelakang, hingga hampir saja
ujung pedang Yan-chiu mengenai puterinya sendiri. Syukurlah
Tio Jiang dapat berlaku sebat untuk menyambar karung itu lalu
loncat mundur jauh-jauh.
Adalah karena keajalan itu, sikaki satu dan kedua saudara
Shin dapat keprak kudanya untuk lolos. Tio Jiang dapat
menolong anaknya tapi tak berhasil menghadang ketiga
musuhnya itu. Sebagaimana telah dipaparkan diatas, Yan-chiu
segera bawa Tio In naik ke Lo-hu-san sedang Tio Jiang lalu
mencari Tong Ko.
Kini diceritakan halnja sikaki satu setelah lolos jauh. Dia tak
henti-hentinya sesalkan Hiat-ji mengapa dalam beberapa gebrak
saja sudah lemparkan Tio In yang berarti kehilangan suatu
umpan bagus untuk menjebak Tio Jiang datang kekota raja.
Sebagai anak muda, darah Hiat-jipun panas. Apalagi sewaktu
kecilnja dia telah memperoleh keajaiban (dipiara induk harimau),
tenaganya besar dan dapat pula meyakinkan ilmu silat yang
tinggi. Dengan memiliki andalan itu, dia memang tak
memandang pada orang lain lagi. Disesali oleh sikaki satu, dia
balas ketawa sinis, serunya mengejek : "Lo Sin, mengapa kau
sendiri tak mau balik bertempur tapi sebaliknya lari tunggang
langgang?"
Saking marahnya sikaki satu sampai tak dapat berkata apa-
apa.
Kalau tidak dipisah oleh Soh-hunciang Shin Leng-siau
mungkin dia sudah berkelahi dengan Hiat-ji. Tapi si Hiat-ji tetap

Heng Thian Siau To 69


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

tak marah, tawar-tawar saja dia berseru : "Aku tak percaya,


hanya dikarenakan Siau-beng-siang Tio Jiang seorang saya, kita
harus ramai-ramai menangkapnya. Oleh karena mereka sama
berkumpul di Lo-hu-san, maka aku hendak pergi kesana seorang
diri. Andaikata tak berhasil menangkap Tio Jiang, sekurang-
kurangnya aku tentu berhasil menawan Tio In untuk mengganti
kerugianmu."
Habis berkata itu, dia terus cemplak kudanya dilarikan
sekeras-kera saja. Melihat adiknya hendak menerjang kubangan
naga sarang harimau di Lo-hu-san, Shin Leng-siau buru-buru
menyusul hendak mencegahnya. Juga Sin Tok teringat bahwa
kaisar Kong Hi, sangat sayang sekali kepada anak luar biasa itu.
Kalau sampai Hiat-ji mengalami apa-apa dan dia pulang seorang
diri kekota raya, pasti sukarlah untuk memberikan
pertanggungan jawab kepada kaisar. Apa boleh buat, diapun
bergegas-gegas menyusulnja.
––––––––––

BAGIAN 7
TERTANGKAP LAGI

Setiba dikaki gunung Lo-hu-san, Hiat-ji tak segera mendaki


ke Giok-li-nia. Demi dilihatnya puncak itu menjulang dengan
megahnya, demi teringat bahwa dipuncak situ berkumpul
sejumlah besar orang gagah, timbal juga keragu-raguannya. Tapi
tadi dia sudah sumbar-sumbar dimuka Sin Tok untuk menawan
Tio In. Kalau saja hal itu tak terlaksana, bukantah dia tak
mempunyai muka untuk bertemu orang lagi?

Heng Thian Siau To 70


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Pikirnya nanti setelah hari gelap, dia hendak mengadakan


penjelidikan ke Giok-li-nia. Diperhitungkannya bahwa apabila
mengambil jalanan besar, tentu akan berpapasan dengan
kawanan regu penjaga. Maka dia lalu mengitari puncak itu untuk
coba-coba mencarl sesuatu jalan pendek kepuncak sana. Tapi
ternyata keadaan puncak Giok-li-nia itu amat berbahaya sekali.
Hiat-ji sudah mengitari satu kali dan haripun sudah gelap, tapi
tetap dia belum menemukan jalan pendek yang dikehendaki itu.
Dengan uring-uringan dia terpaksa duduk disebuah batu besar
untuk memikirkan daya.
Malampun makin kelam. Hiat-ji sudah ambil putusan untuk
naik kepuncak dengan ambil jalan besar saja. Sekonyong-
konyong dalam kegelapan malam itu, terdengarlah suara
tangisan seseorang. Pada lain saat tampak sesosok tubuh yang
langsing berjalan mendatangi. Sembari berjalan, orang itu
terisak-isak menangis. Bermula Hiat-ji terperanjat sekali karena
mengira yang datang itu adalah seorang sakti dari kalangan
persilatan. Tetapi serta sudah dekat, girangnya bukan buatan.
Kiranya itulah si Tio In, jadi pucuk dicinta ulam tiba namanya.
(Pucuk jalah daun muda, ulam adalah daun pupus yang lebih
muda lagi. Kiasan ini berarti, mendapat sesuatu, lebih dari apa
yang diharapkan).
Sebenarnya Hiat-ji sudah segera hendak ajun tubuhnya
menyergap anak gadis itu, tapi terkilas lain pikiran padanya,
jangan-jangan orang Lo-hu-san sudah mengetahui gerak gerik
kedatangannya dan kini tengah memasang suatu perangkap
untuk menangkapnya. Terpaksa dia sabarkan diri untuk
menunggu sebentar.
"Ko-ko...., Ko-ko....!" sembari berjalan menangis itu Tio In
tak henti-hentinya mengucapkan nama Tong Ko. Sebentar-

Heng Thian Siau To 71


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sebentar ia celingukan kesana sini, seolah-olah seperti hendak


mencari orang.
Hiat-ji menguntit dibelakangnya. Dan oleh karena selama itu
tiada lain perkembangan lagi, njalinya pun besar. Serunya
dengan halus: "Nona In!"
Seperti telah diceritakan, kala itu Tio In sedang mencari
jenazah Tong Ko yang dikiranya tentu sudah binasa terjun dari
atas puncak itu. la tak mengetahui sama sekali bahwa saat itu
sebenarnya Tong Ko berada diatas batu datar, tengah dibuat
rebutan oleh Soa-kim-kong dan Sik Lo-sam. Sudah tentu Tio In
tak dapat menemukan jenazahnya. Maka kesana-sini ia
mencarinya terus, sembari menangis terlara-lara.
Sewaktu tiba-tiba mendengar orang menyebut "nona In",
bukan buatan girangnya. Itulah Tong Ko tentu, demikian pikirnya
sembari berpaling kebelakang. Perawakan Hiat-ji hampir sama
dengan Tong Ko, dalam kegelapan malam yang pekat, Tio In
yang diliputi oleh rasa girang itu segera berseru: "Ko-ko.....!"
sembari terus songsongkan dirinya kedada Hiat-ji.
Hiat-ji memeluknya, tangannya ditaruh diatas pundak Tio In
untuk menekan jalan darah jip-tong-hiat, salah satu jalan darah
berbahaya dari tubuh manusia. Namun tetap Tio In tak tersadar,
malah susupkan kepalanya kedada Hiat-ji seraya merajuk macam
anak manya: "Ko-ko, kukira dalam penghidupan sekarang ini kita
tak dapat berjumpa lagi, ah, tak njana kalau masih dapat
mengalami seperti harini!"
Hiat-ji ingin lekas-lekas membawa pergi sang kiyang, karena
dikuatirkan apabila dirinya ketahuan bukan Tong Ko tentulah
nona itu akan berontak. Benar dia tak kuatir nona itu bakal lolos,
tapi se-kurang2nya tentu menghambat waktu juga.

Heng Thian Siau To 72


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sementara itu walaupun sang "Tong Ko" tak menyahut,


tetap Tio In belum tersadar akan kechilafannya, katanya pula:
"Ko-ko, untuk sementara waktu sejogjanya kau tinggalkan
tempat ini dahulu untuk mencari guru yang sakti. Kira-kira nanti
dua tahunan lagi, kau kembalilah kemari untuk menebus
kesalahan dengan pahala.
Berkata sampai. disini, Tio In tengadahkan kepalanya dan
betapalah terkejutnya, dapat pembaca bayangkan sendiri. la
terlongong-lolong sampai sekian saat tak dapat berkata apa-apa.
"Kau...... kau ini siapa?'
Hiat-ji tertawa, sahutnya: "Harap nona jangan takut, aku
Shin Hiat-ji, orang menjuluki sebagai Ce-cing-long!"
"Ha......., jadi kau adalah penjahat yang turut membinasakan
adikku?I" tiba-tiba Tio In teringat akan nama Itu.
"Ah, kalau siang-siang kami tahu nona seorang yang
berperasaan halus, pasti kami takkan begitu ganas!"
Cepat-cepat Tio In menjurut kebelakang, tapi jari tengah
tangan kiri Hiat-ji sudah melekat dijalan darah jip-tong-hiatnya.
Begitu ia mundur kebelakang, segera ia rasakan bahunya
kesemutan. Tahulah ia kini, kalau dirinya sudah dikuasai musuh.
Saking gusarnya, ia kalap menghantam muka Hiat-ji sekuat-
kuatnya. Tapi lagi-lagi, siku tangannya sudah dicengkeram Hiat-ji
dengan jurus sian-kinna-chiu. Kini Tio In tak berdaya lagi.
"Kau kau hendak bagaimana?"
"Hendak ajak nona pesiar kekota raja!" sahut Hiat-ji tertawa.
Saking geramnya, Tio In semburkan ludahnya kemuka orang.
Buru-buru Hiat-ji tundukkan kepalanya untuk melindungi muka,
tapi karena jaraknya sangat dekat, jadi ludah itu tepat mengenai

Heng Thian Siau To 73


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

batok kepalanya, malah hampir saja tepat pada jalan darah peh-
hui-hiat. Sudah sejak kecil mula, Tio In belajar silat, jadi
Iwekangnyapun tinggi. Semburan ludah tadi, ia iring dengan
tiupan Iwekang. Sekalipun kepandaian Hiat-ji lebih tinggi
darinya, tetapi tak urung dia merasakan kesakitan juga. Sudah
tentu dia gusar sekali.
"Siau-ya menghargai dirimu, sebaliknya kau begitu kurang
ajar. Kalau masih melawan, tentu kuhabisi jiwamu. Apa kau
anggap aku ini tak lebih jempol dari kekasihmu si Tong Ko itu?"
bentaknya.
Disamping mendapat latihan silat, pun Tio In dididik ayahnya
dengan budi perilaku yang luhur. Apalagi dalam sehari-harinya ia
selalu bergaul dengan para orang gagah yang berwatak ksatrya,
jiwa patriotnya sudah mendarah daging dalam sanubarinya.
"Fui....., kau seorang budak Ceng yang tak punya muka,
perlu apa banyak bacot!"
Kali ini Hiat-ji hanya mengangkat bahu, sahutnya dengan
mengejek: "Aneh bin ajaib, nona secerdas kau mengapa bisa
menjintai seorang Tong Ko. Apakah dia itu tak sealiran dengan
aku? Nona In, Tong Ko berkepandaian dangkal, kalau dijajarkan
dengan kau, laksana lumpur dengan salju bedanya. Lebih baik
kau ikut aku kekota raja saja.. untuk menunggu kunjungan ayah
bundamu. Kalau mereka itu tahu diri, dapatlah kita bersama
menjadi menteri kerajaan. Bila mereka membangkang itupun
sudah takdir Ilahi, aku tetap akan menjediakan diri agar kau tak
mendapat suatu gangguan apapun"
Kata-kata Hiat-ji makin melantur tak keruan, namun Tio In
tak dapat mencari jawaban. Tanpa menunggu jawaban orang
lagi. Hiat-ji terus ringkus Tio In untuk dikempitnya. Tio In hendak

Heng Thian Siau To 74


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

meronta, tapi tak berdaya, karen2 jalan darahnya sudah


tertutuk.
Girang Hiat-ji meluap-luap, sehingga saking kesusunya dia
sudah dapat mengetahui bahwa sikaki satu Sin Tok dan Shin
Leng-siau tengah menyusulnja. Begitu keluar dari gunung, segera
didengarnya dijalanan sana ada suara senjata beradu. Letikan
apinya jelas kelihatan dimalam yang kelam itu. Rupanya ada
orang bertempur dengan seru. Hiat-ji memiliki mata yang luar
biasa tajamnja. Dalam tempat yang bagaimanapun gelapnya, dia
tetap dapat melihat dengan jelas.
Dia buru-buru menghampiri dan didapatinya Tok-kak-sin-mo
Sin Tok tengah mainkan sepasang kapak, tengah bertempur
dengan seorang kate yang bergegaman golok. Sedang Shin Leng-
siau sedang dikeroyok oleh dua orang muda, dan tampaknya
sudah kewalahan Keras dugaan Hiat-ji, bahwa ketiga lawan itu
tentulah orang persilatan yang anti pemerintah Ceng,
kemungkinan besar anggauta perserikatan Lo-hu-san.
Sebenarnya sudah berpuluh tahun penjajah bangsa Boan
Ceng, menduduki wilayah Tiongkok. Rakyat diseluruh negeripun
sudah sama memelihara kuncir, menuruti peraturan yang
diundangkan oleh pemerintah penjajah tersebut.
Adalah untuk keleluasaan bergerak, maka para kaum patriot
terpaksa mengenakan juga kuncir. Tapi apabila berada ditempat
yang sepi, mereka tentu menggulung rambut itu. Ketika orang
itu tadipun menghias rambutnya dengan cara begitu.
"Jangan takut, aku datang!" seru Hiat-ji sembari lepaskan
Tio In, lalu loncat menyerang. Belum orangnya tiba, dia sudah
gerakkan dua buah serangan. Salah seorang pengeroyok

Heng Thian Siau To 75


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kakaknya yang bersenjata golok, telah kena direbut senjatanya


terus ditendang keluar.
Kawannya dengan menggerung keras maju merangsang,
tapi kena didesak mundur oleh Hiat-ji. Dalam kesempatan itu,
Hiat-ji melirik kearah sikaki satu yang rupanya difihak unggul.
Teringat akan olok-olok sikaki satu kemarin, timbullah
kebenciannya. Segera dia putar sepasang golok itu lalu
dilemparkan diudara.
Setelah melingkar sebentar, golok itu meluncur kearah
batok kepala sikaki satu. Pada saat itu sikaki satu sudah
diambang kemenangan, maka betapa kejutnya ketika tahu-tahu
ada sepasang golok menyambar. Tring, tring, buru-buru dia
menangkis dengan kapak, tapi diam-diam dia terkejut demi
diketahui betapa dahsyat kekuatan golok itu. Timbul dugaannya
kalau-kalau Hiat-ji yang melakukan, tapi oleh karena gerakan
anak itu tak dilihatnya, jadi tak berani menetapkan dakwaan.
Namun tetap dia menaruh kesangsian.
Adalah karena sedikit renungan itu, gerakannya agak ajal
dan kesempatan itu digunakan oleh sikate untuk menabasnya.
Untunglah sikaki satu cukup lihay. Begitu menggeliatkan tubuh,
dia hantam tangkai golok penyerangnya, trang....... sikate
rasakan tangannya panas kesakitan. Berbareng dengan itu, sikaki
satu teruskan membabat. Tak ampun lagi, rubuhlah sikate tiada
bernyawa lagi. Kedua orang muda tadipun segera loncat untuk....
lari tunggang langgang.
Hiat-ji tak mau mengejarnya, melainkan menghampiri Tio In
untuk diambilnja. "Sin toako, anak perempuan Tio Jiang, sudah
berada disini!" Ujarnya dengan dingin.

Heng Thian Siau To 76


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sin Tok mengawasi lekat-lekat dan memang benar seperti


yang dikatakan oleh anak itu. Dalam hati dia mengiri dan
mendongkol, namun lahirnya mau juga dia menghamburkan
pujian. Demikian diam-diam diantara kedua orang itu terdapat
jurang permusuhan gelap.
Shin Leng-siau yang hanya mendengari saja sejak tadi, kini
segera usulkan supaya lekas-lekas berangkat, karena kedua
orang muda yang lolos tadi tentu akan melapor ke Lo-hu-san.
Begitulah ketiganya segera cemplak kuda dilarikan se-kencang-
kencangnya. Tapi karena tak faham jalanan, maka semalam
suntuk mereka melarikan kudanya, ketika terang tanah
didapatinya kalau masih berada didaerah Lo-hu-san. Rupanya
mereka tersesat jalan. Makin cemas, makin tak dapat mereka
menemukan jalanan yang sebenarnya. Apa boleh buat, Tio In
terpaksa dibuka jalan darahnya dan disuruhnya mengunjukkan
jalan. Tetapi bukannya menerangkan jalanan, sebaliknya nona
itu malah menjerit-jerit dengan keras.
Sudah tentu mereka jengkel dibuatnya, karena biar
bagaimana tak dapat membunuh "umpan" yang berharga itu.
Terpaksa nona itu diringkus, lalu dibawa kabur lagi. Tiba-tiba
disebelah muka sama tampak ada sekawanan kera. Kesanalah
mereka bertiga menerjangnya. Begitulah tadi, sikaki satu berada
paling depan sendiri, begitu berhasil merubuhkan Tong Ko, dia
terus keprak kudanya kemuka.
"Tong-heng, siapa ketiga orang itu, mengapa mereka begitu
kurang ajar?" tanya The Ing.
"Itu dianya si Tok-kak-sin-mo Sin Tok, ayo lekas kejar!" sahut
Tong Ko dengan gugup.

Heng Thian Siau To 77


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

The Ing terperanjat, tapi ketiga orang itu sudah jauh. Kecuali
memiliki ilmu meringakan tubuh yang lihay, tak mungkin untuk
mengejarnya.
"Ah, tak, mungkin mengejarnya, lebih baik kita susul mereka
kekota, raja!" serunya.
Wajah Tong Ko tampak bersungguh-sungguh, ujarnya: "The-
heng, memang kita harus mengejarnya. Entah bagaimana, nona
In telah diculik lagi oleh si Ce-cing-long Shin Hiat-ji!"
"Nona In? Siapa ia?" The Ing terkesiap kaget.
Dalam saat itu, Tong Ko tak mau menerangkan panjang
lebar, maka dengan ringkas saja dia menyahut: "Sudah lama aku
saling mencinta dengan dia, jadi tak dapat kuberpeluk tangan
melihatnya diculik orang!"
Sekonyong-konyong wajah The Ing berobah pucat dan
termangu-mangu sampai sekian saat.
"Kita sendiri tak nanti dapat mengejar, kecuali menjuruh si
Toa-gin dan Siau-gin!" akhirnya dia berkata dan lalu bersuit.
Sekejap saja kedua ekor kera besar itu melayang datang.
"Bawalah rombongan kera untuk mengejar ketiga
penunggang kuda itu! Ingat, jangan melukai nona itu!" kata The
Ing sembari menunjuk kemuka.
Kedua binatang itu meringkik nyaring, sekali tubuhnya
bergerak, mereka sudah berada tiga empat tombak jauhnya.
Rombongan kera kecilpun sama cuwat-cuwit ber loncat2an lari
dengan pesat sekali. Dalam sekejap sadia, tampak disebelah
muka berpuluh-puluh letikan perak berlincahan dan pada lain
saat sudah menghilang tak kalihatan lagi.

Heng Thian Siau To 78


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Sekalipun ketiga orang tadi berkepandaian tinggi, tapi


dikejar oleh kawanan kera tentulah akan tertahan untuk
beberapa waktu. Ayo, kita lekas-lekas susul mereka. Hem.....,
jangan kuatir Tongheng, jantung hatimu tentu takkan kena apa?"
Jelas tampak oleh Tong Ko bahwa ketika mengucapkan kata-
katanya itu, wajah The Ing agak pucat dan nadanya sember.
Tetapi karena pentingnya urusan itu, jadi tak sempat dia untuk
menanyakan sebabnya. Ketika keduanya tengah lari, tiba-tiba
dari arah belakang terdengar orang berseru nyaring: "Siapa itu,
harap berhenti dahulu!"
Nada suaranya begitu menggema hingga sampai
berkumandang keseluruh penjuru, menandakan Iwekang orang
itu telah mencapai tingkat kesempurnaan. Ketika Tong Ko dan
The Ing berpaling kebelakang, sesosok tubuh telah melayang tiba
dihadapan mereka. Hai, kiranya seorang wanita dari
pertengahan umur, mencekal sebatang pedang yang berkeliau-
kilauan sinarnya. Tapi begitu melihat Tong Ko, wanita itu segera
membentaknya dengan murka: "Ho, kiranya kau, bangsat!"
Berbareng dengan dampratan itu, tangan siwanita segera
gerakkan pedang menyerang Tong Ko, siapa sudah tentu
menjadi terkejut sekali. Tetapi kala dia hendak menghindar
kebelakang, tring......, terdengarlah benturan dua batang
pedang. Ketika diawasi, ternyata disitu terdapat pula seorang
lelaki yang bukan lain Siau-beng-siang Tio Jiang adanya. Sedang
wanita tadi, yakni Hui-lay-hong Yan-chiu.
"Tentu dialah yang mengajak kuku garuda untuk menculik
Inji. Mengapa lagi-lagi kau mencegati?" Yan-chiu dengan merah
padam menegur suaminya.

Heng Thian Siau To 79


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Belum Tio Jiang menyahut, The Ing sudah mendahului:


"Kalau tak salah kalian ini tentulah sepasang suami isteri Siau-
beng-siang Tio Jiang. Begitu harum nama kalian dikalangan
persilatan, disana sini orang sama mengindahkan, tetapi
sungguh tak nyana kalau ternyata adalah orang yang tak dapat
membedakan hitam putih!"
Sebenarnya bukan demikian watak perangkai Yan-chiu.
Adalah karena kehilangan putera kesajangannya, ia sampai
begitu rupa membenci Tong Ko. Ini dapat dimaklumi bagi
seorang ibu. Maka begitu melihat Tong Ko, tanpa tania ba atau
bu lagi, ia terus menyerangnya. Apalagi tadi mereka sudah
hampir dapat mencandak rombongan sikaki satu, atau tiba-tiba
Tong Ko menghadang di tengah jalan. Bahwasanya Tong Ko
ternyata belum binasa, telah mendorong Yan-tihiu pada
kesimpulan kalau anak muda itulah yang mengadiak rombongan
Sin Tok ke Lo-hu-san lagi untuk melakukan penculikan.
Kata-kata The Ing tadi makin menambah minyak pada api
kemarahan Yan-chiu.
"Kau ini siapa?" tanyanya dengan geram.
"Kau katakan sendirilah!" sahut The lng sembari tertawa-
tawa. "Telur busuk, siapa yang sudi kau ajak main tebak!" dalam
marahnya Yan-chiu terus balingkan pedangnya.
Melihat belum Iagi wanita itu membuka serangan, perbawanya
sudah sedemikian garang apalagi pedang yang dicekalnja itu
terang bukan sembarang pedang, maka menjurutlah The Ing dua
tindak kebelakang.
"Ha, kiranya Hui-lay-hong benar-benar seorang yang tak
kenal aturan. Keterangan Tong-heng tadi, memang tak salah!"
serunya dengan sengit.

Heng Thian Siau To 80


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Huh, bangsa tikus buduk tentu saling mempercayai!" balas


Yan-chiu.
Melihat isterinya bertengkar, Tio Jiang segera berseru: "Yan-
chiu, sudahlah jangan buang waktu, ayo kejar kuku garuda yang
membawa In-ji itu !"
Yan-chiu mengiakan. "Untuk sementara, kuberi kemurahan
berdua!" serunya kepada Tong Ko dan The Ing, lalu melesat
menyusul suaminya.
––––––––––

BAGIAN 8
ORANG ANEH DALAM GOA

Saking marahnya wajah The Ing menjadi pucat lesi. Dengan


uring-uringan dia tumpahkan kemarahannya kepada Tong Ko:
"Hm...., karena gara-garamu, aku telah dihina orang. Apabila
Toa-gin dan Siau-gin sampai terluka, akan kuminta
pertanggungan jawabmu!"
Tong Ko tak dapat menjawab. Lewat beberapa menit
kemudian baru dia dapat berkata: "The-heng, harap jangan
marah. Hui-lay-hong adalah kaum wanita, mengapa kita harus
berpikiran cupat seperti ia?"
The Ing tertawa, ujarnya : "Ia seorang perempuan, apakah
aku ini........" berkata sampai disini, ia seperti kelepasan omong,
lalu buru-buru memandang kemuka, serunya : "Hai, kedua suami
isteri tadi sudah jauh, ayo kita lekas-lekas menyusulnja !"

Heng Thian Siau To 81


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Begitulah keduanya segera terbangkan kakinya. Benar ilmu


meringakan tubuh mereka tak selihay Tio Jiang dan Yan-chiu,
namun merekapun dapat berlari dengan pesatnya. Sekarang
marilah kita ikuti Toa-gin dan Siau-gin yang mengepalai
rombongan kera kecil untuk mengejar sikaki satu bertiga.
Seharusnya kawanan bnatang itu tentu sudah dapat
menyusul rombongan Sin Tok, tapi anehnya sampai hampir dua
jam lebih Tong Ko dan The Ing berlari, hingga sampai keluar
daerah Lohu-san mereka tetap tak menjumpai barang
seorangpun jua. Dari sebuah jalanan besar sampai kejalanan
yang sempit kecil baik kawanan kera maupun suami isteri Tio
Jiang dan Yan-chiu, tak tampak bayangannya. Heran Tong Ko
dibuatnya. Jalanan yang melintang dari lembah gunung itu hanya
sebuah saya, jadi tak mungkin kalau dia kesasar.
Juga The Go berpikiran serupa. Dia lalu bersuit sekeras-
kerasnya. Suaranya melengking berkumandang, tetapi tiada
penyahutan sama sekali.
"Aneh, suitanku ini dapat terdengar sampai 7 atau 8 li
jauhnya, Toa-gin dan Siau-gin tentu mendengarnya dan pasti
akan kemari. Adakah mereka dicelakai si Tok-kak-sin-mo",
katanya sambil menatap kearah Tong Ko.
Teringat akan kata-kata anak muda itu "kalau binatang itu
sampai terkena apa-apa, akan kuminta pertanggungan
jawabmu", diam-diam Tong Ko mengeluh. Bagaimana dia nanti
akan mengganti binatang itu?
"Kawanan kera gin-si-kau itu luar biasa tangkasnya, rasanya
pasti takkan terkena apa-apa, "dia menghibur sang kawan dan
juga menghibur dirinya sendirl. Tiba-tiba terdengar suara cuwit
dari arah belakang. Ketika keduanya berpaling kebelakang,

Heng Thian Siau To 82


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

tampak ada sebuah benda besar mengeluarkan cahaya perak


tengah mendatangi.
"Siau-gin, kau terluka ?" seru The Ing dengan terperanjat
demi benda itu sudah dekat. Juga Tong Ko tak kurang kagetnya.
Memang benda Itu bukan lain adalah Siau-gin, Itu salah seekor
kera gin-si-kau yang besar. Disana sini bulunya tampak rebah
berdiri tak teratur, penuh berlumuran darah. Darah itu masih
merah, jadi menandakan kalau luka itu masih baru.
Begitu melihat The Ing, binatang itu terus mencuwit-cuwit
tak henti-hentinya seraya maju menghampiri. Sepasang matanya
meneteskan dua butir air mata. The Ing cepat memeriksa
lukanya dan serentak banting-banting kaki, serunya :"Siapa yang
melukai kau ?"
"Siau-gin, telah terjadi apa saya, apa kalian sudah dapat
menyusul ketiga orang itu?" The Ing ulangi lagi pertanyaannya.
Kera itu gerak-gerakkan kaki tangannya seraya bercuwat-
cuwit, menerangkan pada tuannya. Oleh karena kepingin tahu;
maka Tong Ko lalu menanyakan halnja kepada The Ing.
"Kata Siau-gin, waktu mereka mengejar sampai ditengah
jalan telah dilasso oleh seorang aneh yang memaksa mereka
mengerjakan perintahnya. Toagin membangkang, lalu digantung
dan dirangket. Dia nekad melarikan diri denaan berlumuran
luka-luka !"
"Kawanan kera itu luar biasa larinya, bagaimana dapat
ditangkap oleh orang itu?" tanya Tong Ko.
"Akupun juga heran sendiri. Siau-gin, ayo bawa kami
ketempat orang aneh itu!" kata The Ing kepada kera besar itu.

Heng Thian Siau To 83


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kera itu berjalan kemuka, tapi baru beberapa tindak dia sudah
berpaling kebelakang seraya cuwat-cuwit.
"Ngaco, biarpun malaekat dari langit, aku tetap akan
menemuinya" bentak The Ing pada piaraannya. Kemudian The
Ing menerangkan pada Tong Ko bahwa turut kata Siau-gin, orang
itu teramat lihay karena mempunyai sebuah pian panjang (tiang-
pian)
"Luka-luka dibadannya itu, disebabkaa karena hajaran pian
orang Itu. Siau-gin lebih suka menderita daripada, membawa
kita ketempat bahaya itu," kata The Ing.
Tong Ko kagum juga atas kesetiaan binatang kera itu.
Sembari mengelus-elus bulu perak Siau-gin, dia bertanya : "Siau-
gin, jangan kuatir. Sekalipun kita terjerumus dalam bahaya, tetap
kita hendak meacarinya. Adakah kau tahu kemana larinya ketiga
orang itu ?"
Siau-gin membelalakkan matanya, lalu cuwat-cuwit
beberapa kali. Adalah The Ing yang menerangkan pada Tong Ko
bahwa belum berapa jauh kawanan kera itu mengejar, tiba-tiba
terpegat oleh siorang aneh itu. "Heran, itu waktu kita tengah
berbicara dengan Hui-lay-hong Yaa-chiu, biasanya kera itu buas
sekali. Begitu ada orang hendak menangkapnya, mereka tentu
berteriakteriak riuh rendah. Tapi mengapa kita sama sekali tak
mendengarnya? Ah, sudahlah, Siau-gin, ayo lekas tunjukan kita
kepada orang itu!"
Bermula kera itu tetap mengawasi kepada kedua anak muda
itu, seolah-olah dia enggan mengantarkan. Tapi setelah didesak
oleh The Ing, akhirnya terpaksa dia pergi juga. Sejam lamanya
berjalan, kiranya mereka menjurus kejalan tadi, balik kembali
kearah lembah. Tiba-tiba Siau-gin membiluk kesebelah kanan

Heng Thian Siau To 84


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dan menjurus kesebuah lembah mati (buntu). Oleh karena Tong


Ko sudah agak lama tiaggal dl Lo-hu-san, jadi dia ketahui juga
kalau jalanan itu buntu adanya.
"Siau-gin, kau salah jalan !" serunya.
Tapi binatang itu tak menghiraukan, tetap berjalan kemuka.
Dia langsung masuk kedalam sebuah gua yang tiba cukup untuk
dimasuhi tubuh seseorang.
Didalam situ, ternyata dikelilingi oleh puncak-puncak
gunung yang tinggi. Hanya ditengah-tengahnya terdapat sebuah
dataran seluas beberapa tombak. Dataran itu penuh ditumbuhi
dengan bunga warna-warni yang aneh. Dar atas salah sebuah
karang tinggi, terdapat sebuah air terjun yang mengalir
kebawah. Air terjun itu tak seberapa besarnya, alirannyapun tak
e deras. Tiba diair terjua tersebut. Siau-gin lalu menuding
kemuka dan cuwat-cuwit tak keruan.
"Tong-heng, kata Siau-gin orang aneh itu berada dibalik air
terjun. Jangan-jangan ini merupakan goa Cui-lian-tong dart
gunung Hoa ko-san ?" kata The Ing.
Cui-lian-tong gunung Hoa-ko-san adalah tempat kediaman
simonjet sakti Kau Ce-thian dalam cerita See Yu.
"Ah, biarkan. Ayo kita masuk sajalah!" seru Tong Ko.
Diambilnja dua buah batu sebesar kepalan tangan, lalu
bergantian tangan kanan dan kirinya melemparkan kedalam air
terjun. Air terjun yang terpecah dalam 3 pancuran itu, walaupun
tak deras alirnya, tapi karena tebaran airnya cukup tebal jadi apa
yang terdapat dibelakangnya, tak dapat kelihatan jelas.
Tong Ko memperhitungkan apabila dibalik air terjun itu
terdapat seseorang atau goanya, tentulah akan menimbulkan

Heng Thian Siau To 85


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sesuatu reaksi. Tapi ternyata sampai sekian saat, keadaan tetap


hening saja. Tapi selagi Tong Ko dan The Ing keheranan,
sekonyong-konyong dua buah batu tadi melayang balik dari balik
air. Bahkan melayangnya jauh lebih dahsyat dari timpukan Tong
Ko tadi, sehingga waktu menobros air suaranya sangat keras
sekali dan setelah meluncur keluar lalu pecah menjadi beberapa
potong. Dan bagaikan mempunyai mata, batu-batu itu melayang
kearah kedua anak muda itu.
Sudah tentu Tong Ko dan The Ing menjadi terperanjat.
Tahulah sudah mereka bahwa didalam air terjun itu benar-benar
terdapat seseorang. Dengan gugupnya, mereka berdua segera
loncat menghindar. Anehnya ketika beberapa potong batu itu
mengenai batu karang, ternyata suaranya berat (tidak nyaring).
Ketika diperiksa oleh keduanya, astaga, batu-batu itu sama
menancap masuk kedalam karang. Bagaimana lihay Iwekang
orang itu, dapat dibayangkan.
"Hai...., lihay benar! Tentulah seorang sakti yang menghuni
didalam goa. Dia tentu marah karena lemparan batu tadi !" seru
The Ing.
Tetapi sebaliknya Tong Ko kurang puas dengan tindakan
orang yang begitu ganas itu, walaupun dia merasa tadi telah
berlaku kurang sopan. Dia hanya mengiakan keterangan The Ing
itu.
"Maka kita harus menghaturkan karcis kunjungan!" kata The
Ing, lalu berpaling diri menghantam sebuah dahan pohon.
""The-heng, hendak apa kau?" "tanya Tong Ko dengan
heran.

Heng Thian Siau To 86


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

“Lihat sajalah!" sahut The Ing lalu memutus dahan itu hingga
menjadi setengah meter panjangnya. Dengan jari telunjuk dia
menggurat dahan itu dengan tulisan yang berbunyi begini: "Kita
tak saling kenal, mengapa merampas kera, mohon berkunjung
The Ing.
Kini baru tahulah Tong Ko. Oleh karena dia bukan seorang
yang takut urusan, maka dimintanya supaya namanyapun ditulis
juga.
"Apa kau tak takut?" tanya The Ing. Tong Ko tak menyahut
hanya menyambar potongan kayu ditangan kawannya itu.
Dilihatnya guratan pada kayu itu hampir setengah dim dalamnja.
Diapun menggurat dengan jari telunjuk namania sendiri lalu
disertai kata "menghaturkan hormat". Tapi didapatinya guratan
The Ing lebih dalam. Diam-diam dia kagumi kepandaian
kawannya itu.
Melihat kata-kata "menghaturkan hormat" itu, The Ing
tampak kerutukan kening.
Tong Ko yang mengerti isi hati kawannya itu segera
memberi keterangan bahwa menilik kepandaian orang didalam
goa itu sedemikian saktinya, tiada jeleknya kalau berlaku
menghormat sedikit.
Begitu menyambuti potongan dahan itu, The Ing mundur 3
langkah kebelakang. Setelah kerahkan semangat, dia lempar
dahan itu kearah air terjun. Memang sewaktu baru melayang,
dahan itu pesat sekali layangnya. Tapi begitu tiba dimuka air,
gayanya agak tenang dan ketika menobros, air tidak tampak
tepercik sama sekali. Makin kagum Tong Ko melihat kepandaian
sang kawan itu, dan dia lalu tunjukkan jempolnja selaku memuji.
The Ing hanya ganda tersenjum saja. Tiada berapa lama

Heng Thian Siau To 87


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kemudian dari balik air terjun terdengar suara seseorang


berseru. Anehnya nada suaranya, lelaki bukan perempuan tidak.
"Apakah kedua orang yang diluar itu, laki dan perempuan?"
lengking suara itu dengan nada yang menusuk telinga.
Belum The Ing menyahut, Tong Ko sudah mendahului:
"Tidak, kami berdua adalah kaum lelaki semua!"
"Kalau ada nyali, masuklah!" seru suara orang itu pula. Tong
Ko dan The Ing saling berpandangan. Tong Ko lalu loncat dulu,
diikuti oleh The Ing. Bermula mereka kira kalau air terjun itu
sukar diterobos, oleh karena luar hanya kurang lebih setombak
luasnya, tapi ternyata tidak. Malah ketika sudah berada didalam
dan menoleh keluar, pemandangan diluar tampak dengan jelas.
Kiranya didalam situ terdapat sebuah goa yang tinggi hampir tiga
empat tombak dan cukup luas. Tapi disitu tiada tampak barang
seorangpun juga.
Waktu berada disitu, Siau-gin berhenti cuwat-cuwit lalu lari
kemuka. Tong Ko dan The Ing terpaksa mengikutinya. Mereka
lari sampai 30-an tombak jauhnya, tiba-tiba disebelah muka
tampak sebuah penerangan. Kiranya disitu terdapat sebuah
lubang pada puncak goa, seluas 3 meteran. Dari situlah sinar
matahari menobros turun. Mendongak keatas, tampak diatas
dinding goa, tergantung sebuah jaring besar. Beratu-ratus ekor
kera kecil gin-si-kau, tampak untel-untelan (tumpang tindih)
didalam jaring itu.
Waktu tampak anak cucunya disiksa begitu, Siau-gin cuwat-
cuwit menggeram.
"Jangan ribut, kita temui tuan rumah!" bentak The Ing Iagi.

Heng Thian Siau To 88


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Entah terbuat dari apa jaring yang luar biasa besarnya Itu.
Kera-kera gin-si-kau itu bertenaga besar, kukunyapun tajam
sekali. Pagar kayu yang bagaimana kuatnya, tak nanti dapat
mengurung mereka. Tapi anehnya kawanan kera itu seperti tak
berdaya didalam jaring. Disebelah jaring besar itu. tubuh tinggi
besar dari Toagin tampak digantung dengan kaki tangannia
terikat dua buah tali halus. Siau-gin segera lari keatas. Kedua
ekor binatang itu sama menjerit-jerit dengan pilu. Tampaknya
diujung goa situ, kecuali rombongan kera, tiada seorangpun jua.
Sudah sejak kecil The Ing berkawan dengan kawanan kera
itu. Jadi seolah-olah sudah terjalin suatu persahabatan yang
akrab sekali. Lebih-lebih terhadap Toa-gin dan Siau-gin. Maka
demi melihat Toa-gin digantung begitu rupa, bukan kepalang
marahnya The Ing. Tanpa hiraukan suatu apa lagi, dia enjot
tubuhnya loncat keatas terus menarik tali merah pengikat itu.
Pikirnya, tali yang begitu halus tentulah sekali tarik dapat
diputuskan. Tapi diluar dugaan, bukan saja tali tak putus bahkan
kalau dia tak cepat-cepat lepaskan cekalannya, tentulah
tangannya tersajat oleh tali. Ketika diperiksanya, ternyata
telapak tangannya pun tampak menggurat selarik.
"Tong-heng!" serunya dengan kaget. Tong Ko mengiakan
dan menghampiri tapi berbareng pada saat itu, dari arah sudut
goa terdengar suara orang ketawa terbahak-bahak seraya
berkata: "Nona kecil tangannya sudah tergurat jaring ceng-si.
Untuk keluar dari sini, sungguh tak mudahl"
The Ing terkejut bukan kepalang, bukan saja karena kata-
kata jaring ceng-si (jaring percintaan) itu, pun juga karena dirinya
dipanggil "nona kecil" itu. Sebaliknya Tong Ko, menjadi
termangu-mangu. Heran dia dibuatnya adakah didalam goa situ
terdapat seorang nona? Atau Tio Inkah? Begitu rupa perasaan

Heng Thian Siau To 89


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

hatinya kepada nona itu, hingga sesuatu apa tentu dihubungkan


dengan diri Tio In.
Kedua anak muda itu maju kemuka menuruntukan arah
datangnya suara.
Amboi....., kiranya ditepi ujung goa situ tampak duduk
seseorang. Dia mengenakan pakaian sederhana yang
gerombjongan, tetapi bukan pakaian jubah. Kepalanya memakai
ikat kepala berwarna kelabu. Hanya pada bagian mata yang
dilubangi. Oleh karena dia mengenakan dandanan, begitu
macam, maka warnanya hampir menjerupai dengan dinding goa
hingga hampir saja tak kelihatan tadi. Mungkin sedari tadi, orang
itu sudah berada disitu.
Sampai sekian saat Tong Ko dan The Ing mengawasi, tetap
mereka tak dapat menarik kesimpulan akan kelamin orang itu,
perempuan atau priakah?
Terdorong oleh keinginan tahu apa yang diserukan "nona
kecil" mulut orang itu tadi, maka Tong Ko segera memberanikan
diri maju selangkah seraya membungkukkan badan memberi
hormat, ujarnya: "Cianpwe tadi mengatakan kalau disini
terdapat seorang nona, entah apa nona Tiokah itu?"
Orang itu tertawa getir, sahutnya: "Apa itu nona Tio?"'
"Tio In, puteri dari Siau-beng-siang Tio Jiang!"
Mendengar itu orang itu tampak merenung sejenak, lalu
katanya: "Anak perempuan si Tio Jiang? Apa dianya itu anak
perempuan Tio Jiang?"
Waktu mengatakan "dianya itu", tangan orang aneh itu
menunjuk kearah! The Ing. Tong Ko memberi isyarat kepada The
Ing yang artinya mengisiki kalau siorang aneh itu rupanya

Heng Thian Siau To 90


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

limbung (kurang beres otaknya alias streep). Tapi untuk


keheranan Tong Ko, wajah The Ing tampak bersungguh-sungguh
dan kedengaran berkata: "Cianpwe mempunyai pandangan yang
celi sekali. Aku orang she The, tiada sangkutan apa-apa dengan
Tio Jiang, harap tiianpwe suka lepaskan kera-kera piaraanku itu.
Nanti apabila keluar dari goa sini, aku berjanji tak mengatakan
kepada barang siapapun juga!"
Tong Ko tak mengerti apa yang dipercakapkan dalam tanya
jawab kedua orang itu. Pada lain saat kedengaran orang itu
berkata pula dengan nada dingin: "Bukan pandangan celi,
melainkan pendengaran yang tajam! Begitu masuk kedalam sini
tadi, segera kudengar kalian ini adalah seorang pemuda dan
seorang pemudi. Tapi soa-siau-cu (bocah tolol) itu tadi
mengatakan kalau lelaki semua, huh....., jangan-jangan dia
"tercocok hidung" nya (tertipu)!"
Pada hakekatnya Tong Ko bukan seorang tolol, maka kata-
kata orang aneh yang terakhir itu telah menyadarkannya.
"The-heng, adakah kau ini seorang wanita?!" tanya sembari
berpaling kearah The Ing. Dan mengangguklah The Ing dengan
wajah kemerah-merahan.
Teringat Tong Ko sejak dia berkenalan dengan The Ing, beberapa
sudah "anak muda" itu mengunjukkan tingkah laku yang aneh
terhadapnya. Dat..., dit...., dut..., demikian jantung Tong Ko
berdetak-detak, namun tak tahu dia harus berbuat apa. Dalam
pada itu, tampak siorang aneh itu perlahan-lahan berbangkit.
"Nona The, oleh karena kau telah menyentuh jaring ceng-si,
maka tiada halangan untuk melepaskan piaraanmu gin-si-kau itu.
Hanya saja kalian berdua harus menunaikan sumpah yang telah
kuikrarkan dahulul"

Heng Thian Siau To 91


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Sumpah apa itu?" tanya The Ing.


Orang itu tertawa mengalun, nadanya amat rawan sekali.
Teristimewa didalam goa, suara itu menimbulkan suatu suasana
yang mengharukan sekali. Baik Tong Ko maupun The Ing sama
mengkirik bulu romanya.
Bahwa kini dirinya telah "ditelanjangi" oleh siorang aneh,
The Ing pun sudah tak malu-malu lagi. Dia menggelandot pada
badan Tong Ko.
"Entah dahulu cianpwe mempunyai sumpah bagaimana?
Kalau memerlukan tenaga bantuan hopwe (aku), hopwe tentu
sanggup melakukan?"
Begitu juga Tong Ko mengulangi tanya.
Dia mengira kalau semasa mudanya, orang aneh itu pernah
bersumpah hendak melakukan sesuatu jaag sampai kini belum
terlaksana, maka dia sudah beranikan diri untuk mewakilinya.
Orang aneh itu tertawa sinis, ujarnya: "Ah, sederhana saja
sumpahku itu. Setiap muda mudi yang datang kemari, harus
tinggal disini selama 3 tahun baru boleh keluarl"
"Harap cianpwe jangan bergurau!" seru Tong Ko dengan
terperanjat. Sepasang mata orang aneh itu tampak berkilau
memancarkan cahaya tajam.
Dia mengadah keatas tertawa terbahak-bahak.
"Siapa yang bergurau denganmu? Aku hendak
mengetahuinya, di bawah kolong langit yang sedemikian luasnya
ini, apakah masih ada apa yang disebut "kecintaan" itu. Kalau
ingin kuhapuskan sumpahku itu pun mudah juga. Diantara kalian
berdua, siapa yang sudi binasa untuk satunya, maka yang masih

Heng Thian Siau To 92


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

hidup itu selain boleh keluar dari goa ini pun akan memperoleh
sesuatu dari aku yang luar biasa. Nah, kuberi kalian waktu
setengah jam untuk berpikir. Setelah mengambil keputusan,
kasihlah jawaban padakul"
Habis berkata begitu, orang aneh itu lalu mengatupkan
kedua matanya dan duduk tepekur dengan diam, laksana sebuah
patung bisu yang terpasang disudut goa. Barangsiapa yang tak
meperdatakam tentu takkan menyangkanya kalau dia itu
seorang insan hidup.
Tong Ko dan The Ing sama terbenam dalam kebimbangan.
Adalah pada lain saat tampak The Ing lepaskan kopiah pelajarnya
dan menguraikan rambutnya yang mengkilap bagus. Kedua
belah pipinya bersemu dadu, walaupun mengenakan pakaian
pria, namun nampak jelas akan kecantikan yang menampil.
Diam-diam Tong Ko gelisah dan tak habis herannya mengapa
orang aneh itu mengikrarkan sumpahnya yang sedemikian itu.
Dia sudah menghaturkan hatinya kepada Tio In, bagaimana
dapat dia menjadi suami isteri dengan The Ing? Memikir sampai
disitu, tak berani dia lama-lama mengawasi pada The Ing.
Beberapa saat kemudian, terasa sisi badannya tersembur
oleh semacam hawa hangat. Waktu dia menoleh, kiranya itulah
wajah The Ing yang kemerah-merahan segar bagai sekuntum
bunga tengah mekar, sedang mengangakan mulut hendak
mengatakan sesuatu.
"The............... "
Baru saja Tong Ko mengatakan begitu, The Ing sudah
menukasnya dengan tertawa: "Masih menyebut The-heng
(engkoh The) lagikah?"

Heng Thian Siau To 93


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Kopun tertawa, katanya: "Nona The!"


The Ing tundukkan kepala sampai sekian saat, baru la
membuka mulut: "Ko-ko (engkoh Ko), apakah engkau tiada
suka?"
Tong Ko menghela napas, ujarnya: "Nona The, lama sudah
aku serahkan hatiku pada In-moay ......... "
"Tak usah kau ucapkan itu!" buru-buru The Ing dekapkan
jarinya kemulut Tong Ko.
Habis itu ia lalu maju dua langkah kemuka. Setelah berpaling
kebelakang memandang sejenak pada Tong Ko, baru ia berkata
kepada orang aneh itu: "Hai, bebaskan dia, biar aku yang tinggal,
disini, terserah kau hendak mengapakan dirikul"
"Nona The, mengapa kau berlaku demikian" Tong Ko buru-
buru berseru dengan kagetnya, seraya maju menutupi The Ing.
Disitu dia memberi hormat kepada siorang aneh, lalu berkata:
"Maafkanlah, kami hendak berlalul"
Dia tarik tangan The ing terus dibawa lari keluar goa. Tapi
orang aneh itu secepat kilat sudah melesat menghadang jalanan.
"Mau berlalu?" tanyanya dengan dingin.
"Kami masih mempunyai lain urusan, sudah tentu hendak
pergi" sahut Tong Ko yang sudah ambil keputusan menggunakan
kekerasan apabila perlu.
Orang aneh itu kembali tertawa memanyang, sekonyong-
konyong ia tarik kerudung mukanya dan .......... Bermula kedua
anak itu mengira bahwa mereka akan berhadapan dengan
seorang iang bermuka buruk kejam, tapi diluar dugaan, kiranya
orang aneh itu adalah seorang wanita cantik sekira berusia 40-an
tahun. Bentuk wajahnya yang bundar telur, sepasang matanya

Heng Thian Siau To 94


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

yang indah ditaungi oleh sepasang alis tanggal muda,


menampilkan suatu refleksi (pancaran balik) dari suatu
kecantikan yang gilang gemilang dari masa mudanya Sayang
pancaran sinar matania itu sedemikian dinginnya, ah......, andai
kata sinar wajahnya itu berseri girang, matanya memantulkan
cahaya riang, rasanya dewi Siang Go yang bertachta dirembulan
itu, masih kalah cantiknya!
Tong Ko tetap hendak menobros keluar. Setelah memberi
isyarat mata kepada The Ing, dia dorongkan tangannya kanan
sekuat-kuat-nya kemuka. Tapi. baru mendorong sampai
setengah jalan, wanita itu ulurkan lengannya menyambaca siku
Tong Ko. Tong Ko hendak meronta, tetapi sikunya terasa sakit
bukan kepalang, seperti mau putus rasanya. Waktu dia
menunduk untuk memeriksanya, kiranya terlibat oleh tali sutera
merah. Masih Tong Ko hendak berontak lagi, tapi hanya dengan
menggerakkan lengannya wanita itu telah menjadikan benang
sutera itu mendiadi suatu tenaga dorongan yang luar biasa
kuatnya, hingga seketika itu tubuh Tong Ko terjerembab
kedalam goa lagi. Dan celakanya, tubuhnya telah melanggar
jaring ikan yang tergantunq diatas. Jaring itu mempunyai daya
lekat yang keras sekali, begitu tangan Tong Ko menyentuhnya,
laIu seperti terpaku tak dapat digerakkan lagi. Tahun-tahun kini
dia sudah terperangkap dalam jaring itu.
"Kau hendak melarikan diri, hem......, rasakan dulu siksaanku
ini!" Wanita itu berseru geram seraya ajunkan tangan. Sutera
merah yang sehalus rambut ditangan wanita itu melaiang kearah
Tong Ko. Separoh tubuh Tong Ko yang sebelah kiri lebih kuat dari
yang sebelah kanan. Dia meronta sekuat-kuat-nya hendak
menutupkan tangannya kiri kearah mukania. Tapi seketika itu
tangannya terasa sakit sekali. Bagian yang tersabet benang

Heng Thian Siau To 95


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sutera itu, tampak ada selarik guratan darah. Sudah tentu gusar
Tong Ko tak terhingga.
"Wanita busuk, kau punya peribudi tidak?" dampratnya.
Wanita aneh itu menengadah tertawa sinis, ujarnya:
"Peribudi? Hm, dikolong langit ini siapakah yang mempunyai
peribudi?"
Dan benang suterapun melayang pula, tepat mengenai
lengan bawah Tong Ko. Kali ini bahkan lebih berat dari yang tadi,
hingga lengan bajunya putus dan guratan pada lengan itu sampai
3 dim dalamnja. Waktu ditarik, lengan Tong Ko mengucurkan
darah. keringat dingin membasahi tubuh. Melihat itu The Ing tak
tega, buru-buru dia mencekal tangan wanita itu seraya meminta
dengan meratap: "Harap cianpwe berhenti mendera. Dia
memang seorang yang beradat keras, mulutnya tak pernah
mohon kasihan, hendaknya cianpwe sudi memberi ampun !"
Tiba-tiba wanita itu menghela napas, ujarnya: "Nona yang
baik, begitu dalam kau tumpahkan hatimu kepadanya, namun
dia begitu tawar terhadapmu. Tiada hal yang paling kubenci
daripada terhadap seorang pria yang mensia-siakan cinta kasih.
Mengapa kau mintakan ampun untuknya?"
Tong Ko bermula tak mengetahui kalau The Ing itu seorang
gadis, disamping itu sebelumnjapun Tong Ko sudah saling
menjinta dengan Tio In. Maka The Ing dapat menerima alain
pikiran Tong Ko dan tak dapat mempersalahkannya.
"Cianpwe, dia tak men-sia-siakan dirikul" tersipu-sipu ia
menerangkan.
"Hm....., memang sudah wajar kalau seorang gadis yang
tengah dimabuk asmara itu selalu melindungi sang kekasih. Saat

Heng Thian Siau To 96


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

ini kau dibutakan oleh cintamu, hingga rasanya kau rela juga
mati untuknya. Tapi coba renungkan, walaupun dia cakap sekali
parasnya, hatinya bagaimana? Pada saat dia tak menyintaimu
lagi, dia nanti akan berbuat bagaimana, sudahkah kau
membayangkannya?" habis menyadarkan pikiran sinona, wanita
itu kebutkan lagi benang suteranya sampai beberapa kali. Dalam
beberapa kejap saya, tubuh Tong Ko telah menerima dera
sampai tujuh delapan kali.
Kecuali menutupi mukanya dengan tangan, Tong Ko tak
dapat berbuat apa-apa lagi dalam jaring itu. Tujuh delapan kali
dera hajaran itu, telah membuat seluruh tubuhnya bertabur luka
yang belumuran darah. Tapi wanita itu bukannya sudah, malah
dengan kertek gigi seolah-olah sedang menghadapi seorang
musuh besar, kembali mengajunkan tangannya sampai beberapa
kali pula. Sampai disini, hati The Ing benar-benar tak tahan.
"Sudahlah, kalau mau pukul, pukul aku sajalahl" serunya
sembari loncat kemuka menubruk jaring itu.
"Nona The, jangan gegabah. Lekas keluar dari goa inil" Tong
Ko menjadi terkejut dan sibuk. Tetapi The Ing tak mau
menghiraukan lagi. Dia enjot kakinya loncat keatas, setelah
menjisih seekor kera yang berada didalam jaring situ, ia lalu
masuk dan memeluk Tong Ko. Air matanya mebanjir turun, butir-
butir ketesannya waktu menjatuhi luka-luka ditubuh Tong Ko,
telah membuat anak muda itu meringis sakit.
Siwanita aneh menjadi terbeliak kaget melihat perbuatan
The Ing, serunya: "Siaucu (budak) dengarlah! Nona itu sangat
menyintaimu, kalau kau meluluskan untuk melangsungkan
pernikahan dengannya, kau tak usah menderita dera siksaan lagi
!"

Heng Thian Siau To 97


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Ngaco......! Dalam urusan sepenting pernikahan itu, mana


boleh didasarkan paksaan? Coba andaikata kau disuruh menikah
dengan seorang yang tak kau cintai, apakah kau mau?" Tong Ko
menyanggahnya.
Mendengar argumen (bantahan) yang dilontarkan Tong Ko
itu, tangan siwanita yang tengah berada diatas, lemas lunglai
mengulai kebawah lagi.
"Aku ingin menikah dengan orang yang kucintai, tapi orang
itu tak sudi padaku!" tanpa tersadar mulut wanita itu
mengingau.
Tong Ko dan The lng heran sekali. Duapuluh tahun
berselang, siapakah insan dimaya pada yang dapat menandingi
kecantikan wanita itu? Ah, lelaki siapakah yang begitu ganas
menghancurkan hatinya?
––––––––––

BAGIAN 9
MELOLOSKAN DIRI

Watak perangai Tong Ko sekalipun keras, tapi sebenarnya


hati nuraninya sangat welas asih. Dia turut belasungkawa akan
nasib yang merundung wanita itu. Tapi dipikir lebih panjang lagi,
walaupun dia symphati kepada wanita itu namun dia sendiripun
berfaham begitu, tak dapat "menukarkan" hati kepada lain
orang. Biar bagaimana, tak mungkin dia menuruti permintaan
wanita itu untuk mengawini The Ing.

Heng Thian Siau To 98


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Cianpwe sendiri telah mengalami bagaimana pahit getirnya


orang yang dichianati cintanya, tetapi mengapa cianpwe
berkeras mendesak aku supaya menghancurkan hati nona In?"
kembali Tong Ko lancarkan serangan lidah yang tajam."
Tampak wajah wanita itu bermuram, ujarnya: "Huh, apa
nona In itu. Kalau benar-benar kau menjintainya dengan setulus
hati, kau harus tinggal digoa sini tiap hari menerima 81 kali
cambukan. Kalau kau tahan sampai 81 hari lamanya, nah kau
boleh bebas dari sini. He...., he...., orang mengatakan bahwa
demi cinta, jiwa dan raga rela dikorbankan. Tapi aku tak percaya
hal itu. Kalau benar kau cinta pada nona In, seharusnya kau
berani menderita siksaan itu. Tapi jika tidak, haruslah kau
menurut peraturanku. Kecuali dengan jalan itu, jangan
mengharap aku suka merobah peraturanku itu. Bagaimana, lekas
katakan !"
Tanpa ragu-ragu lagi, Tong Ko serentak menyahut : "Tak
usah banyak bicara, hari ini juga kau boleh mulai menjiksa
diriku!"
"Bagus, coba saja berapa lama kau dapat bertahan !" wanita
itu tertawa dingin lalu loncat menghampiri untuk menarik The
Ing keluar dari dalam jaring. Dibawanya nona itu kebagian perut
gunung. Setelah melalui jalanan yang berliku-liku akhirnya
tibalah wanita itu pada sebuah kamar batu yang tingginya
hampir satu tombak. Sebuah ciok-pay (papan batu) yang
tebalnja hampir setengah meter, menutup pintu kamar itu.
Cukup dengan sebelah tangan kanan, wanita itu sudah
dapat mendorong papan batu itu terbuka, lalu masukkan The Ing
kedalam kamar situ. Waktu hendak berlalu, tampak oleh wanita
itu kedua kera besar piaraan The Ing sudah berada disitu. Tanpa

Heng Thian Siau To 99


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

banyak bicara, wanita itu segera meringkus dan lemparkan


kedua binatang itu ketempat tuannya. Papan batu ditutupnya
lagi rapat-rapat, lalu ia tinggalkan tempat itu.
The Ing menduga bahwa wanita itu tentu akan mulai
menjiksa Tong Ko. Dengan meratap ia berseru memintakan
ampun, tapi tiada penyahutan apa-apa. Hendak The Ing
mendorong papan batu itu, tapi sedikitpun tak bergeming. Sejak
kecil The Ing sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya.
Walaupun mereka hidup didalam gunung belantara, namun
segala keperluannya selalu tersedia. Pengalaman pahit yang
pertama kali dideritanya selama ini, jalah ditolak Tong Ko dan
dijebluskan dalam kamar tahanan oleh wanita aneh itu. Maka
saking gemas dan sedihnya, ia menangis gerung-gerung.
Toa-gin dan Siau-gin menjaga disampingnya sembari
mengelus-elus sang nona majikan, seolah-olah hendak
menghiburnya. The Ing tak dapat menumpahkan kesedihan
hatinya, maka dengan kuatkan hati ia mencacahkan jumlah
binatang piaraannya. Untuk kegirangannya, ternyata kawanan
kera itu seekorpun tiada yang kurang. Akhirnya ia ambil putusan,
oleh karena urusan sudah menjadi sedemikian rupa, daripada
menangis lebih baik ia kerahkan kawanan kera untuk mendobrak
papan batu itu. Biar bagaimana ia tetap ingin mendampingi Tong
Ko untuk menerima dera siksaan. Untuk memulangkan
semangatnya, lebih dahulu ia duduk mengambil napas.
Diceritakan, wanita itu bergegas-gegas menuju ketempat
Tong Ko sembari membawa benang merah sepanjang 4 tombak.
Begitu masuk kedalam, ia terus mulai menghajar Tong Ko. Benar
dalam sesingkat waktu yang terakhir ini, peyakinan Tong Ko
maju pesat, tapi terhadap benang sutera yang luar biasa dari
wanita itu, benar-benar dia tak berdaya. Setiap kali sutera tiba

Heng Thian Siau To 100


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

ditubuh dan ditarik kebelakang, kulit tubuh Tong Ko tentu


terbeset, darahnya mengucur. Kalau kebetulan, sabetan itu jatuh
dibagian tubuh yang masih utuh (belum terluka) walaupun sakit,
tapi masih dapat ditahannya. Tapi kalau sabatan itu tepat
mengenai bagian yang sudah terluka, aduh mak, njerinya sampai
menusuk ulu hati rasanya.
Pada sabatan yang ke 60, sebenarnya Tong Ko sudah
pingsan, tapi dikarenakan dia itu seorang jantan yang keras hati,
sepatahpun tak mau dia mengerang.
Sebaliknya wanita itu bagaikan kemasukan setan......... 61,
62, 63, mulutnya menghitung tangannya menghajar. Tetapi
waktu memasuki hitungan yang ke 70, tiba-tiba dari arah luar
terdengar suara seorang lelaki berseru : "Ho......., kau mau
melarikan diri ? Goa ini adalah buntu !"
"Huh........., kau takut tak dapat keluar dari sini ?" sahut
sebuah suara perempuan.
Sesosok bayangan, melesat masuk kedalam goa dan
menyusul tampak seorang lelaki mengejarnya. Wanita aneh itu
lepaskan Tong Ko, lalu gerakkan suteranya menjabet kekaki
perempuan yang masuk terdahulu tadi, terus ditarik kedekatnya.
"Kau siapa ?'
"Aku bernama Tio In." sahut nona itu.
"Siapa mamahmu ?"
Tio In terkesiap sejenak, lalu menjawab :"Hui-lay-hong Liau
Yan-chiu!"
Wanita aneh itu tertawa dingin, serunya :"Ho, kiranya dial"

Heng Thian Siau To 101


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Saat itu orang lelaki yang mengejar tadipun sudah tiba


disitu. Melihat wanita aneh itu, dia segera menegurnya. Wanita
aneh itu mendongak kemuka. Dilihatnya penegur yang berdiri
dihadapannya itu adalah seorang anak muda yang berwajah
luar-biasa. Matanya cekung kedalam, hidungnya tinggi dan
sepasang matanya berwarna ungu.
"Bagus, itulah memang seharusnya!" serunya.
"Tapi, setelah menikah harus tinggal disini dulu selama 3
tahun, baru nanti boleh keluarl"
Perangai Shin Hiat-ji amat congkak. Dasar dia sangat
dimanjakan sebagai anak emas oleh pemerintah Ceng, maka
makin mangkaklah sikapnya. Dari girang dia berobah menjadi
murka besar.
"Perempuan busuk, jangan ngoceh tak keruan!" serunya
sembari menjotos.
Tapi secepat kilat tampak selarik sutera merah bergeliat
menyambar sikunya. Saking terperanjatnia, buru-buru dia tarik
pulang jotosannya, namun tak urung jari kelingkingnya sudah
kena tersabat, sakitnya bukan kepalang.
Sret....., dia mundur sembari cabut jwan-pian. Mulut
menghambur makian, tangannya menjodokkan jwan-pian lurus
kemuka untuk menutuk jalan darah ki-bun-hiat didada siwanita.
Bahwa sabatan pertama tadi dapat dihindar wanita itu
memperoleh kesan, sekalipun anak itu masih muda belia usianya
tetapi kepandaiannia cukup tinggi. Menampak datangnya jwan-
plan Itu, wanita tersebut hanya tertawa dingin, tanpa
menghindar ia gunakan jarinya untuk menutuk.

Heng Thian Siau To 102


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Wanita itu tergolong pertengahan umur (40-an tahun), tapi


jari tangannya itu masih segar membulu landak. Tapi secepat itu,
pula, Hiat-ji turunkan pian untuk menutuk jalan darah thianki-
hiat.
Memang gerakan pemuda itu luar biasa cepatnya. Dia cepat,
siwanita lebih sebat lagi seolah-olah sudah mengetahui bahwa
serangan pertama dari lawan tadi adalah serangan kosong, maka
jarinyapun sudah siap menunggu disisi jalan darahnya thian-ki-
hiat. Kali ini dapat ia menutuk tepat ujung pian yang menyambar
datang itu. Jwanpian terungkat keatas dan kaki Hat-ji terhuyung
menjurut kebelakang beberapa tindak. Dan berbareng itu, sinar
merah menyambar datang. Dalam kedudukan dimana tubuhnya
masih belum berdiri jejak, sudah tentu Hiat-ji tak dapat
menghindar. Tampak tubuh wanita itu bergerak-gerak mengitari
Hiat-ji beberapa kali dan tangan serta kaki Hiat-jipun sudah
terikat.
Bermula anak itu hendak meronta, tapi suatu kesakitan yang
hebat telah memaksanya tak berani berkutik lagi.
"Kali ini aku mengaku kalah. Entah siapa namamu ini?"
achrinya anak yang beradat tinggi itu mendongak kemuka.
"Usah tanyakan namaku. Mau tidak kau mengawini nona itu
dan tinggal disini sampai 3 tahun?" sahut siwanita.
Hiat-ji melirik kearah Tio In. Dilihatnya nona itu
membeliakkan sepasang matanya yang bundar besar, seri
wajahnya merah kecemasan. Tapi justeru hal itu makin
menambah semarak kecantikannya. Diam-diam Hiat-ji
menimang, 3 tahun bukan waktu yang lama. Selain cantik, Tio In
adalah puteri kesajangan Siau-beng-siang Tio Jiang. Nanti apabila
dia sudah mendjadi menantunya, dapatlah dia membujuk Tio

Heng Thian Siau To 103


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Jiang suami isteri agar menakluk pada pemerintah Ceng.


Bukankah hal itu seperti yang dikatakan orang "sekali tepuk dua
lalat"?
"Baiklah, aku menurut!" kata Hiat-ji sambil mengangguk.
"Ho, kau ternyata tahu diri!" ujar siwanita seraya mengitari
tubuh Hiat-ji untuk membuka ikatannya.
Sebaliknya pada saat itu, Tio In termangu-mangu bagai
terpaku ditanah. la mencari jenazah Tong Ko dikaki Lo-hu-san
dan dapat diringkus Hiat-ji kemudian setelah berjumpa dengan
sikaki satu Sin Tok dan Shin Leng-siau, ia (Tio In) hendak
dijadikan umpan pemikat supaya Tio Jiang dan rombongan orang
gagah Lo-hu-san mau datang kekota raja. Tapi Hiat-ji jiatuh hati
kepada nona itu. Oleh karena tak diikat, ditengah perjalanan Tio
In dapat melarikan diri.
Yang pertama mengetahui lolosnya nona itu adalah Hiat-ji
sendiri. Tanpa memberitahukan kepada kedua kawannya, anak
muda itu segera mengejarnya. Dalam keputusan akal Tio In
tampak disebelah muka ada. sebuah air terjun. Kesitulah ia
menobros dan masuk kedalam goa tempat kediaman siwanita
aneh.
Hiat-ji tak mau melepaskan dan ikut masuk. Sewaktu wanita
itu bertempur dengan Hiat-ji, Tio In diam-diam bersjukur dalam
hati. Tapi serta didengarnya mulut siwanita itu maukan supaya
Hiat-ji menikah dengannya (Tio In), kejutnya tak terkira. Jangan
kata Tong Ko belum meninggal, sekalipun andaikata sang kekasih
itu sudah tiada didunia lagi, tetap ia tak sudi menikah dengan
anak muda macam itu. Demikian prasetya Tio In.
Maka kalau Hiat-ji menjetujui dengan girang, adalah Tio In
serentak mendamprat siwanita: "Ngaco!"

Heng Thian Siau To 104


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Ho....., bagus! Pasangan yang tadi, silelaki tang tak mau.


Kali ini adalah giliran fihak perempuan yang menolak! Nona kecil,
coba kau lihat, adakah yang didalam jaring itu kekasihmu?"
wanita aneh itu berpaling kebelakang menghadapi Tio-In.
Sewaktu masuk kedalam goa situ tadi, Tio In berada dalam
keadaan gugup, jadi tak sempat ia memperhatikan keadaan
disitu. Sewaktu mendongak keatas dan mengawasi dengan
perdata siapa yang berada dalam jaring itu, kalaupun orang itu
pada saat tersebut seolah-olah merupakan manusia-darah,
namun tak ragu-ragu lagilah Tio In segera berseru dengan
girangnya: "Ko-ko!"
Saat itu Tong Ko tengah berada dalam keadaan remang
pikiran, antara sadar tak sadar dari pingsannia. Sewaktu
mendengar namanya dipanggil orang, dia paksakan matanya
memandang dan ah....., kalau saja badannya tak berada dalam
jaring, mungkin dia akan sudah lompat menyongsongnya.
"In-moay !" serunya sembari bergeliatan.
Tio In maju menghampiri, "Ko-ko, mengapa kau berada
disini?" tanyanya dengan mesra. Melihat adegan itu, Hiat-ji
berapi-api kemarahannya. Dia maju hendak menjeret Tio In, tapi
tepat pada saat itu dari sebelah dalam goa sana, terdengar suara
berdebum yang dahsyat sekali. Menyusul dengan itu, tampak
ada berpuluh-puluh cahaya perak lari mendatangi kesitu.
Itulah The Ing dengan anak buahnya kawanan kera gin-si-
kau. Setelah dapat mendongkrak rubuh papan batu, mereka
datang menyerbu. Toa-gin dan Siau-gin merangsang siwanita
aneh. Benar wanita itu dapat menghajar pontang-panting
kawanan kera hingga dalam beberapa kejap saja sudah ada tiga
empat puluhan kera yang terluka, namun bagai air bah (banjir),

Heng Thian Siau To 105


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kawanan kera gin-si-kau itu patah tumbuh hilang berganti.


Mereka berpantang surut, sepuluh rubuh, duapuluh maju.
Wanita itu benar-benar kewalahan juga.
The Ing cepat menghampiri kedekat jaring. Disitu didapati
ada seorang nona tengah memandang lekat-lekat pada Tong Ko,
siapa pun juga balas menatap wajah nona itu.
"Adakah nona ini nona Tio In?" tegur The Ing kepada Tio In.
Namun seperti belum puas, Tio In masih enak-enak memandang
sang kekasih, hingga tak mendengar teguran itu.
The Ing perih hatinya, namun ia tak mempunyai hati sirik.
Cepat dilolosnya senjata kelinting kim-leng untuk, menyerang
Hiat-ji. Setelah dapat mengundurkan anak itu, ia enjot tubuhnya
menyambret Tong Ko terus dilemparkan kepada Tio In, serunya:
"Nona In, lekas bawa dia keluar dari sini!"
Dilempar oleh The Ing tadi, saking sakitnya Tong Ko segera
pingsan lagi. Tio In dekap tubuh sang kekasih erat-erat. Hatinya
sangat menerima kasih The Ing.
"Siapakah nama cici itu?" tanyanya.
The Ing tak henti-hentinya mendengar jerit pekik kawanan
kera yang mengerikan, tanda bahwa mereka itu tak dapat
mengurung siwanita lebih lama lagi. Dan pada saat itu Hiat-jipun
tampak hendak siap merangsang Tio In. Suasana pada saat itu
benar-benar berbahaya.
"Sudahlah jangan banyak membuang waktu, lekas lari! Kalau
berayal, tentu celaka!" sembari menyahuti pertanyaan Tio In,
The Ing menyongsong kedatangan Hiat-ji dengan rantai
kelintingnya.

Heng Thian Siau To 106


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tio Inpun insjaf akan keadaan yang seruncing itu. "Budi cici
itu, takkan kulupakan seumur hidup!" ia berseru keras-keras lalu
pondong tubuh Tong Ko dibawa lari keluar. Tak antara berapa
lama, dapatlah ia menobros keluar dari air terjun. Masth
terdengar deru kumandang air terjun itu menumpahkan airnya
dan suara gemerincing senjata beradu ditingkah dengan jeritan
ngeri dari kawanan kera. Namun Tio In tak berani hentikan
larinya. Setelah 3 li jauhnya, barulah ia berhenti. Dicarinya
sebuah batu besar untuk meletakkan tubuh sang kekasih. Demi
dilihatnya tubuh pemuda yang menjadi tambatan hatinya itu
bertaburan luka dan noda darah, hati Tio In seperti disajat
sembilu.
Pada lain saat, Tong Ko tersadar. Begitu tampak Tio In
disisinya, dia segera bertanya: "In-moay, bagaimana kita dapat
berada disini? Adakah aku ini sedang bermimpi? Matikah sudah
aku ini?"
Tio In tuturkan apa yang sudah terjadi barusan. Mendengar
itu, tiba-tiba wajah Tong Ko berobah pucat. Serentak loncat
bangun dia berseru: "In-moay, mengapa kaulakukan perbuatan
yang tak selayaknya ini?"
Tio In terkesiap, tanyanya "Kesalahan apa yang kulakukan?"
"Nona The telah korbankan jiwanya untuk menolong aku
dan kau. Baginya, sudah tentu ia rela ichlas, tetapi apakah kita
berpeluk tangan saja membiarkan penolong kita dicelakai orang?
Lekas balik kedalam goa sana, lekas, lekasl Tong Ko beringas
seperti orang kalap.
Tio In terbelalak, sahutnya: "Ko-ko, kalau kita balik kesana,
apakah tidak berarti mengantar kematian juga?"

Heng Thian Siau To 107


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sewaktu Tong Ko dahulu masih berkepandaian cetek, dia


sudah memuja akan sifat ksatryaan dari tokoh-tokoh pahlawan
setiap jaman. Apalagi dia memang memiliki sifat-sifat peribadi
begitu. Maka tak mengherankanlah kiranya kalau dia begitu
bersemangat kala mengetahui pengorbanan yang luhur dari The
Ing. Sesaat lupalah dia akan diri Tio In dan membentak-
bentaknia dengan marah. Menilik sifat Tong Ko, dalam hal itu
dapat dimaklumi.
Tapi dasar anak perempuan, Tio In tak dapat memahami
apa, yang terkandung dalam sanubari Tong Ko tadi. la malah
menduga yang tidak-tidak.
"Ko-ko, kau suka pada nona The bukan? Ah, itu mudah, kau
tunggu disini, biar kukesana, nanti tentu kuserahkan nona itu
kepadamu lagil" kata Tio In serta terus berputar diri mengajun
langkah.
––––––––––

BAGIAN 10
PUKULAN MAUT

Bahwa dalam saat dan tempat seperti itu sinona masih main
ngambek2an, sebenarnya Tong Ko kurang senang. Namun
terpaksa dia bergeliat bangun untuk mengejarnya seraya
berseru: "In-moay, In-moay, ah mengapa kau tak mengerti isi
hatiku?"
Melihat sang kekasih mengikutinya, Tio In tak tega juga.
Dengan menghela napas ia berputar balik lalu memapah tubuh
Tong Ko. Tapi baru mulutnya hendak mengatakan sesuatu,

Heng Thian Siau To 108


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sekonyong-konyong tak jauh dari situ kedengaran orang berseru


nyaring dengan nada kecil melengking: "O, kekasihku,
sedemikian perasaanku kepadamu, mengapa dikau tak mengerti
akan daku!".
Nyata-nyata ucapan itu ditujukan kepada Tong Ko berdua,
sehingga kedua anak muda itu tersentak kaget seperti ditusuk
jarum. Serta mendongak, dilihatnya diatas sebuah puluh besar
duduk dua orang yang bukan lain adalah Soh-hun-ciang Shin
Leng-siau dan Tok-kak-sin-mo Sin Tok!
Merah kedua mata Tong Ko seperti seekor kerbau gila, kala
dia melihat musuh bebujutannya itu, "In-moay, kau bukan
tandingan kedua bangsat itu, lekas lari!" bisik Tong Ko kedekat
telinga Tio In.
Tapi Tio In enggan, sahutnya: "Tadi sewaktu kutinggalan
nona The untuk membawamu lari, kau telah mendamprat aku
habis-habisan, mana aku dapat meninggalkan kau lagi?"
Tong Ko tak dapat berkata apa-apa. Sedang dalam pada itu
sikaki satu Sin Tok tampak loncat turun dari pohon dan tertawa
mengekeh berseru: "Nona In, saudara Tong, kita ini benar-benar
berjodo!"
Kalau dapat, Tong Ko hendak telan kedua manusia itu
hidup2an. "Kalian mau apa lagi!" bentaknya dengan murka.
"Hai, mengapa saudara Tong keluarkan tanduk? Meskipun
adik nona Tio binasa ditanganmu, tetapi ia masih tetap cinta
padamu, ai......, besar benar rejekimu!" Sin Tok sikaki satu
lepaskan lidah berbisa.
Cuh......., Tong Ko semburkan segumpal ludah seraya
membentak:

Heng Thian Siau To 109


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Ngaco!" Tangan Sin Tok mengebas dan serangkum deru angin


menyambar dengan dahsyatnya hingga ludah Tong Ko itu
berbalik makan tuan. Tong Ko tak sempat menghindar lagi, jalan
darah kian-ceng-hiatnya terkena, bluk......, tubuhnya
terjerembab rubuh.
Sin Tok tertawa gelak-gelak, lalu dengan sebat hendak
menyambar Tio In. Ketika jatuh tadi, cepat-cepat Tong Ko
kerahkan semangatnya untuk membuka jalan darahnya yang
tertutuk itu. Kemudian dengan kerahkan seluruh tenaganya, dia
loncat bangun terus menubruk kaki si Sin Tok yang tinggal satu
itu. Oleh karena tak menduga, Sin Tok dapat disergap basah,
kakinya seraya dijepit sepasang jepitan besi. Saking marahnya,
Sin Tok angkat tinjunya untuk menghantam ubun-ubun kepala
Tong Ko.
"Tahan, kau menghendaki aku bagaimana?" sebelum tinju
sikaki satu itu meluncur turun. Tio In buru-buru berteriak.
Shin Leng-siau lompat menghampiri, serunya: "Hem, masih
berlagak pilon, ikut pada kita kekota raja!"
Tampak oleh Tio In tinju Sin Tok itu hanya terpisah setengah
meter dari batok kepala Tong Ko dan tetap meluncur perlahan-
lahan. Apabila tinju itu mengenai sasarannya, tak am-pun lagi
Tong Ko pasti habis riwajatnya. Tio In tak mempunyai banyak
waktu lagi untuk memikir-mikir dan keputusan terakhir
diambilnya dengan cepat.
"Baiklah, aku ikut padamu kekota raya, tapi jangan
mengganggu dia!" serunya.
Sin Tok tertawa mengejek, "Orang macam begini, memang
tak pantas membikin kotor tangankul" ujarnya sembari

Heng Thian Siau To 110


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

gontakkan kakinya. Seketika itu dada Tong Ko serasa sesak tak


dapat bernapas, tangannya yang merangkul kaki lawan tadi
menjadi lemas terkulai dan tubuhnya terlempar beberapa
langkah jauhnya.
Tio In hendak menghampiri, tapi cepat dihadang Shin Leng-
siau yang mengajaknya lekas berangkat. Terpaksa Tio In
menurut. Beberapa kali Tio in berpaling kebelakang. Dilihatnya
Tong Ko merayap bangun. Dua pasang mata saling bertemu
dalam pandangan mengenaskan yang mengandung ribuan patah
kata-kata. Shin Leng-siau segera naikkan Tio In keatas kuda dan
dalam sekejap lagi, menghilangkah mereka dalam kepulan debu.
Saking pedihnya, Tong Ko rubuh tak sadarkan diri.
Waktu membuka mata, Tong Ko dapatkan dirinya berada
dalam sebuah gubuk. Sakit pada tubuhnya sudah tak. terasa lagi.
Cuaca sudah gelap dan didalam pondok situ hanya terdapat
sebuah than (pelita) sebesar biji kacang. Disisi than itu duduk
seseorang yang membelakanginya. Dari bentuk punggungnya,
tak salah lagi itulah Siau-beng-siang Tio Jiang. Buru-buru Tong Ko
menggeliat dan rupanya gerakan itu cukup mengejuntukan Tio
Jiang siapa lalu berputar kebelakang.
"Tong Ko, mengapa kau menderita luka sampai begitu
macam?" tanya Tio Jiang dengan muka keren.
Tong Ko dapatkan seluruh tubuhnya yang bertaburan luka
itu sudah dipolesi (dilumuri) obat, Tahulah dia kalau hal itu tentu
Tio Jiang yang melakukan, maka dia sangat berterima kasih
sekali. Tapi dari menyahuti pertanyaan orang, sebaliknya dia
menerangkan bahwa Tio In telah ditawan oleh rombongan Sin
Tok.

Heng Thian Siau To 111


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Hal itu sudah kuketahui", sahut Tio Jiang lalu berseru: "Tay-
keng....! Tay-keng....!"
Seorang pemuda mengiakan dan masuk. "Ayah, ada urusan
apa?" serunya. Tong Ko kenal pemuda itu sebagai putera sulung
darl Siau-beng-siang Tio Jiang yang bernama Tio Tay-keng. Anak
muda itu telah memperoleh seluruh pelajaran ilmu pedang to-
hay-kiam-hwat dari ayahnya. Dia tergolong seorang jago muda
yang sangat dimalui. Lama nian Tong Ko taruh perindahan pada
anak muda itu.
Begitu tampak pemuda yang gagah itu, sebenarnya mulut
Tong Ko sudah hendak memberi salam. Tapi tiba-tiba dia
teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu.
Malam itu ketika dia bersembunyi didalam sungai, datang
Sin Tok dan kedua saudara Shin. Dalam pembicaraan, Sin Tok
antara lain mengatakan bahwa Tio Jiang tentu tak menduga
sama sekali kalau malapetaka itu adalah perbuatan puteranya
sendiri. Oleh karena putera bungsu Tio Jiang yaitu Siau Seng
sudah binasa, maka yang dimaksudkan oleh Sin Tok itu tentulah
si Tay-keng. Teringat pula waktu hari bahwa adanya dia (Tong
Ko) dapat berkenalan dengan Sin Tok bertiga itu pun karena
dianjurkan oleh Tay-keng.
Itu waktu Tay-keng mengatakan bahwa ada 3 orang gagah
yang rupanya hendak pergi ke Giok-li-nia, sebaiknya dia (Tong
Ko) mengikat persahabatan dengan mereka, tentu akan besar
manfaatnya.
Bukantah itu merupakan suatu perangkap yang
direncanakan lebih dahulu? Teringat sampai disini, lupalah sudah
Tong Ko untuk memberi salam teguran tadi pada Tay-keng. Tapi

Heng Thian Siau To 112


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sebaliknya Tay-keng malah menghampiri dan menegurnya: "Hai,


lukamu. sangat parah, Tong-heng !"
Begitu mesra nada Tay-keng itu, hingga Tong Ko malu
sendiri mengapa dia berlaku begitu rendah untuk menduga jelek
pada orang. "Tay-keng-ko, banyak terima kasih atas budi
pertolongan kamu berdua kepadaku itu!" sahutnya dengan rasa
bersjukur.
Tay-keng tertawa riang lalu menanyakan sang ayah ada
urusan apa memanggilnya itu.
"Tay-keng, naiklah ke Giok-li-nia untuk memberitahukan
mamahmu kalau aku hendak mengejar rombongan Sin Tok.
Sebelum dapat mengejar, aku tak mau berhenti.
Ya, sekalipun sampai kekota raya, tetap aku hendak
merampas balik In-ji. Nah, sekarang juga aku hendak berangkat
dan kau pergilah lekas kesana!" kata Tio Jiang.
"Baiklah, harap ayah baik-baik menjaga diri!" sahut Tay-
keng. Tapi dalam pada itu, Tong Ko kedengaran berseru dengan
gelisah: "Kau seorang diri hendak pergi kesana Tio-peh? Ah,
janganlah! Memang tujuan mereka menculik In-moay itu adalah
untuk menjebakmu supaya datang kekota raja! Disamping itu,
urusan disini sangat memerlukan tenagamu.
"Tong Ko, apa maksudmu mencegah ayah mengejar
mereka? Apakah kau hendak membiarkan Tio In berada ditangan
orang jahat?" tiba-tiba Tay-keng menukas kata-kata Tong Ko
tadi.
Tong Ko tak dapat bercuit lagi. Tio Jiang berbangkit lalu
berjalan keluar sembari menggendong kedua tangannya diatas
bahu. Melihat itu Tong Ko paksakan diri untuk mengikuti keluar,

Heng Thian Siau To 113


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

karena dia sangat cemas akan keselamatan Tio Jiang apabila


benar-benar mau pergi seorang diri. Waktu melangkah keluar
dia melirik pada Tay-keng dan hai, mengapa wajah anak muda
itu berseri-seri. Timbul kecurigaan pada Tong Ko. Setelah
dilihatnya ternyata Tio Jiang hanya mondar-mandir diluar
sembari menggendong tangan, Tong Ko lalu menyelinap
kebelakang rumah. Dia terus masuk dari pintu belakang dan
melongok kedalam dari sebuah jendela.
Dalam ruangan sebelah dalam situ, tampak Tay-keng
letakkan pedangnya diatas meja. Diatas meja situ terdapat juga
pedang pusaka yap-kun-kiam -milik Tio Jiang. Tay-keng melolos
pedang ayahnya itu sampai beberapa dim, lalu cepat-cepat
jajarkan pedang itu disisi pedangnya sendiri tadi. Ternyata
bentuk sarung kedua pedang itu serupa satu sama lain. Tay-keng
bersenjum iblis, lalu diam sejenak untuk pasang pendengaran
kalau-kalau ada seseorang yang datang. Setelah yakin tiada
seorang pun yang terdapat diluar kamar situ, barulah dia
kembali ketempat duduknya semula. Dari naga-naganya,
rupanya dia hendak menukarkan pedang itu.
Melihat gerak gerik Tay-keng itu, hati Tong Ko berdebar
keras. Pada lain saat, dilihatnya Tay-keng menjemput pedang
yap-kun-kiam dan dimasukkan kedalam sarungnya sendiri,
sedang pedangnya sendiri tadi dimasukkan kedalam sarung
pedang ayahnya.
Kejut Tong Ko bukan alang kepalang. Bukantah Tay-keng
mengetahui bahwa ayahnya hendak pergi menempuh bahaya?
Dengan membekal pedang macam yap-kun-kiam bukantah
ayahnya itu akan terpelihara keselamatannya? Tapi mengapa dia
main tukar begitu, apa maksudnya?

Heng Thian Siau To 114


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Oleh karena tak dapat menerka, Tio Jiang ambil putusan


untuk memberitahukan kepada Tio Jiang saja. Tapi sekonyong-
konyong bahunya serasa seperti dicengkeram jepitan tajam.
Ketika berpaling, didapatinya yang mencengkeram bahunya itu
adalah Tio Jiang.
"Tong Ko, semua orang sama mengetahui bahwa kau telah
bersekongkol dengan kawanan kuku garuda. Bahwa setelah kau
tak binasa loncat dari atas puncak itu, seharusnya insjaf dan
dapat merobah kesalahanmu. Kulihat lukamu masih belum
sembuh, tapi mengapa kau main mengintai disini?" tanya Tio
Jiang.
Mendengar suara ayahnya dari arah rumah beIakang itu,
Tay-keng terbeliak kaget, serunya: “Yah, siapa yang mengintai
dibelakang itu? Aku berada didalam sini sedang mengemasi
surat-urat penting dari Hun-lam I"
Tio Jiang berobah wajahnya. Dengan keras dia tarik Tong Ko
kebelakang. Teringat Tong Ko bahwa pada bulan yang lalu, Tio
Jiang telah menjuruh Tay-keng pegi ke Hun-lam. Pertama untuk
menyusun kerja-sama dengan para pejuang kemerdekaan
didaerah Hun-lam dan kedua lainnya suruh Tay-keng menjelidiki
desas desus tentang did Go Sam-kui. Karena jasa2nya yang besar
memimpin tentara Ceng masuk kedalam wilayah Tiongkok, maka
pemerintah Ceng telah menganugerahi pangkat raja muda Peng-
se-ong pada Go Sam-kui.
Dia ditugaskan untuk menjaga Hunlam. Menurut desas
desus dalam beberapa tahun terakhir ini Go Sam-kui mempunyai
minat hendak memberontak pada pemerintah Ceng. Untuk
membuktikan kebenaran desas desus inilah maka Tay-keng
ditugaskan ayahnya. Apa yang dimaksud "surat-urat penting"

Heng Thian Siau To 115


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

oleh Tay-keng tadi, tentulah hasil daripada pelawatannya


kedaerah Hun-lam itu. Terang itulah dokumen penting, maka tak
heran kalau Tio Jiang sudah sedemikian marahnya dan menarik
Tong Ko sekuatnya.
"Siau-beng-siang harap lepaskan tangan. Adalah tadi karena
kulihat Tay-keng menukar pedangnya dengan yap-kun-kiam,
maka aku sampai terlongong-lolong. Tentang surat penting apa,
aku sama sekali tak mengetahuinya !" bantah Tong Ko. Sudah
tentu Tio Jiang tak dapat menerima alasan itu. Dengan gelisah
Tong Ko segera mempersilahkannya: "Masuk dan periksalah
sendiri !"
Tio Jiang angkat tangan kiri menjotos kedinding tembok,
bluk...... Benar tembok itu tak tergerak apa-apa, tapi ketika Tio
Jiang tarik pulang tangannya terdengarlah suara gemuruh puing
tembok berguguran dan tampaklah kini sebuah lubang. Kiranya
tadi Tio Jiang telah gunakan Iwekang, hingga tembok bagian
dalam yang remuk rendam.
Tong Ko cukup mengenal peribadi Siau-beng-siang Tio Jiang.
Tokoh itu mendapat perindahan besar dalam kalangan persilatan
bukan melainkan karena mempunyai watak peribadi yang lurus
jujur, pun juga karena memiliki suatu kepandaian yang jarang
terdapat tandingannya. Buktinya apa yang terjadi pada tembok
setebal setengahan meter itu. Darl situ dapat ditilik sampai
dimana tingkat kepandaian Siau-beng-siang itu.
Menobros lubang itulah Tio Jiang tarik Tong Ko untuk masuk
keruangan dalam.
"Tay-keng, apa kau tukar pedangku ?" serunya.
"Pedang apa, ayah?!" balas anak itu dengan terkediut.

Heng Thian Siau To 116


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Ko mendongkol melihat sikap anak muda yang


berlagak pilon itu. Tadi dengan mata kepala sendiri dilihatnya
perbuatan menukar pedang itu, hem....., masakan masih pura-
pura tidak tahu!
Tanpa banyak bicara, Tong Ko maju kemuka meja dan
menyamah sarung pedang pusaka itu terus dicabutnya. Astaga,
hampir saja mulut Tong Ko berseru kaget demi nampak batang
pedang itu. Batang pedang itu memancarkan cahaya hijau
kemilau, matanya putih mengkilap bagai salju. Ya, tak salah lagi,
itulah pedang yap-kun-kiam. Mulut Tong Ko menganga,
wajahnya pucat lesu.
Pada lain saat setelah tersadar, Tong Ko geram sekali kepada
Tay-keng. Terang dalam waktu sekejap tatkala dia dan Tio Jiang
masuk tadi, Tay-keng telah menukar kembali pedang itu seperti
sediakala. Dengan murkanya dia deliki mata kepada Tay-keng,
tapi anak muda itu tak mau memberi ampun pada Tong Ko.
Sret....., dicabutnya sarung pedang pada pinggangnya lalu
diletakkan diatas pedang yap-kun-kian.
"Ayah, gerak-gerik bocah itu mencurigakan sekali, jangan
beri hati lagi padanya! Lebih baik kita habisi jiwanya!" seru Tay-
keng kepada ayahnya, sembari menyamber pedangnya tadi.
Kala itu wajah Tio Jiang semuram besi. Sedang Tong Ko
diam-diam telah menghela napas. Kali ini tentu habislah sudah
riwayatnya. Tapi biar bagaimana, cara kematian seperti itu,
sungguh penasaran sekali. Adakah dia tak dapat mempercayai
indera penglihatannya tadi? Ya, karena kelicinan Tay-kenglah
maka rahasia itu tak sampai tertangkap basah.
Mati dan mati ada dua. Ada mati yang disebut seberat
gunung Thay-san, tapi ada pula kematian yang dikatakan seperti

Heng Thian Siau To 117


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

rontoknya bulu angsa (artinya: tak berharga). Kalau kali ini dia
harus mati karena disiasati, itu artinya suatu kematian yang tak
berarti atau sama dengan rontoknya bulu angsa. Diapun cukup
tahu, penjelas an yang bagaimanapun tentu takkan diterima oleh
Siau-beng-siang Tio Jiang lagi. Dilihatnya Siau-beng-siang tengah
menatap dirinya tajam-tajam. Asal tokoh itu mengangguk, Tay-
keng tentu akan menyerang. Ilmu pedang to-hay-kiam-hwat
sangatlah lihay, jadi sukar untuk meloloskan diri darl bahaya
maut. Ah, daripada mati penasaran lebih baik dia mencari akal
untuk melarikan diri. Sebelum ajal berpantang maut dahulu.
Kelak tentu ada kesempatan lagi untuk menjeaskan duduk
perkara yang sebenarnya.
Setelah mengambil keputusan tetap, selagi Tay-keng tak
menduga bahwa kini Tong Ko telah menjadi seorang "baru" yang
memiliki dua macam Iwekang istimewa sekonyong-konyong dia
sambar pedang yap-kun-kiam dari atas meya, terus dibabatkan
kearah pedang Tay-keng, tring.... kutunglah pedang Tay-keng
menjadi dua. Membarengi itu dia tamparkan tangan kiri
kekepala anak muda itu.
Mimpipun tidak Tay-keng kalau Tong Ko berani berbuat
senekad itu. Buru-buru dia berkelit lalu timpukkan kutungan
pedangnya kepada Tong Ko. Tapi Tong Ko siang-siang sudah
memperhitungkan hal itu. Dia tendang meja hingga terjungkal
dan seketika itu gelaplah seluruh ruangan situ. Yang terdengar
hanya gerung kemurkaan Tio Jiang dan Tay-keng, diseling
dengan deru sambaran pukulan menghantam kalang kabut. Tapi
Tong Ko sudah menyelinap keluar. Dari situ dia memutar
kebelakang rumah. Dari lubang tembok bekas hantaman Tioc
Jiang tadi, tampak olehnya dari dalam ruangan ada dua sosok
bayangan loncat keluar. Kedua ayah beranak itu tentu mengira

Heng Thian Siau To 118


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kalau Tong Ko lari, maka bergegas2 mereka mengejarnya keluar


dan lari kemuka.
Tapi ternyata Tong Ko lebih cerdik. Dia tahu kalau lari, tentu
bakal kesusul. Maka tadi dia mengitar kebelakang rumah,
melalui lubang dinding terus masuk lagi keruangan dalam dan
bersembunyi dibawah kolong tempat tidur. Dan memang siasat
itu cerdik sekali, karena kini dia enak-enak mendekam dibawah
ranjang. Nanti apabila ayah beranak itu. sudah pergi, dapatlah
dia tinggalkan tepat itu dengan selamat.
Benar sudah hampir sepuluhan Li Tio Jiang dan Tay-keng
'tancap gas', namun tak berhasil menjumpai bayangan apa-apa.
Apa boleh buat, terpaksa Tio Jiang ajak puteranya kembali
kedalam pondok lagi. Derap kaki mereka, telah membuat Tong
Ko ketakutan setengah mati sampai tak berani bernapas. Dan
kuatir jangan-jangan yap-kun-kiam itu memancarkan cahaya
keluar, buru-buru ditindihnya pedang itu dibawah badannya.
"Apakah kau tak mengetahui kalau pada waktu terakhir ini
kepandaian Tong Ko maju dengan pesat sekali? Mengapa kau se-
lengah itu, kalau tak berada disini mungkin kau telah celaka
dibuatnya!" Tio Jiang sesali puteranya.
Tay-keng hanya tersipu-sipu mengiakan saja. Lewat sekian
saat baru kedengaran dia berkata: "Yah, dengan mendapat
pedang yap-kun-kiam itu, dia pasti seperti. seekor harimau yang
tumbuh sayapnya. Lalu bagaimana baiknya?"
Tio Jiang menghela napas, ujarnya: "Heran juga aku
dibuatnya. Waktu dia lari kitapun terus mengejarnya, tetapi
mengapa hilang tak berbekas? Tentunya ketika. loncat kebawah
lembah itu, dia telah beruntung mendapatkan sesuatu

Heng Thian Siau To 119


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kemujijadan, kalau tidak masakan dalam beberapa hari saja dia


sudah berobah sedemikian lihaynja?! Hem....., mustahil benar!"
“Yah, rasanya dia pasti belum jauh, bagaimana kalau kita
lakukan pengejaran yang seksama sekali lagi?"
"Apakah pengejaran tadi tak cukup cermat? Dengan pedang
ibumu Kuan-wi-kiam, pedang yap-kun-kiam itu merupakan
sepasang pedang pusaka yang disebut pit-i-song-hong. Sejak
kakek gurumu memberikan pedang itu padaku, kini sudah 20
tahun lamanya. Hem...., tak nyana kalau pedang itu terlepas dari
tanganku secara begitu gelo! Tio Jiang ber-sungut-sungut dengan
kesalnya. Pada lain saat, dia berkata lagi kepada puteranya:
"Tay-keng, lekas kau naik ke Giok-li-nia. Biarkan tanpa yap-kun-
kiam, aku tetap hendak mengejar ketiga kuku garuda itu!"
Tong Ko jelas mendengar tindakan kaki Tay-keng menuju
keluar dan derap kaki kuda mencongklang pergi. Kini yang
berada didalam ruangan situ han ja tinggal Tio Jiang seorang,
yang mondar mandir kian kemari dalam ruangan itu. Tiba-tiba
kedengaran oleh Tong Ko suatu bunyi benda diketuk "tuk...,
tuk... ," lalu Tio Jiang berkata seorang diri: "Yap-kun-kiam..... yap-
kun-kiam...... Sarungmu masih, tapi kau menghilang dan ah....,
mengapa kau hilang pada saat-saat aku membutuhkan
tenagamu!"
Mendengar itu tergerak hati Tong Ko hingga hampir saja dia
hendak memberosot keluar dari tempat persembunyiannya. Tapi
sjukur dia dapat mengendalikan diri. Kembali didengarnya Tio
Jiang menghela napas, berbareng itu terdengar bunyi lembaran
kertas dibalik-balikkan. Pada saat itu, terjadi suatu pertentangan
bathin dalam hati Tong Ko. Sejak kecil dia sangat mengindahkan
sekali akan keperibadian Tio Jiang, jadi sudah tentu dia tak

Heng Thian Siau To 120


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menghendaki Siau-beng-siang sampai dcelakai orang. Turut


kemauannya, seketika itu juga hendak dia unjukkan diri dan
serahkan pedang itu pada yang empunya, kemudiun
mengikutnya bersama-sama mengejar jejak penculik Tio In. Tapi
pada lain saat terkilas dalam ingatannya, bahwa Tio Jiang,
tentunya menganggap dirinya (Tong Ko) sebagai salah seorang
anggauta dari kawanan kuku garuda. Jadi bukan suatu hat yang
mustahil, begitu dia muncul dan belum sampai serahkan pedang
itu, Siau-beng-siang tentu akan sudah menyerangnya. Taruh kata
dia tak sampai binasa ditangan Siau-beng-siang tapi dapat
dipastikan kalu dirinya tentu akan dikirim lagi ke Giok-li-nia
untuk diadili. Disana dia tentu akan binasa juga.
Memang apa yang direka dalam pikiran Tong Ko itu, tepat
semua. Maka walaupun besar hasratnya untuk menyerahkan
kembali pedang itu, namun tak berani dia bertindak dengan
gegabah. Sekali-kali dia tak inginkan Siau-beng-siang sampai
dicelakai musuh. macam sikaki satu Sin Tok yang ganas itu.
Diapun kenal juga akan watak Siau-beng-siang, apa yang
dikatakan tentu akan dijalankan. Yap-kun-kiam merupakan alat
pelindung yang berharga bagi keselamatan Tio Jiang dan dengan
sendirinya juga bakal menjadi senjata sakti untuk membebaskan
Tio In. Dan adanya nona itu sampai terculik sikaki satu, pun
karena hendak menolong jiwanyanya. Ah, untuk kepentingan
tokoh pujaannya, demi untuk menolong nona tambatan hatinya,
mengapa dia bersikap koukati (memikirkan kepentingan diri
sendiri)?
Tiba pada kesimpulan ini, dia segera mengambil keputusan
tetap. Ketika didengarnya derap kaki Tio Jiang menuju keluar,
dengan sekuat tenaga dia singkap ranjang sampai mencelat
keatas, lalu berseru keras-keras: "Siau-beng-siang, Pedang........"

Heng Thian Siau To 121


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Belum lagi kata-kata berikutnya "kukembalikan padamu"


sempat di ucapkan, waktu mendengar dari arah ruangan
terdengar suara gedebrukan keras, cepat sekali dia sudah
memutar tubuhnya kebelakang. Dan kala melihat kilat cahaya
yap kun-kiam didalam kegelapan, girang Tio Jiang meluap-luap
sedemikian rupa hingga tanpa menghiraukan lagi apa yang
dikatakan Tong Ko tadi, wut...., wut...., dia sudah lancarkan dua
buan hantaman kearah Tong Ko. Cepat dan dahsyat sekalilah
gaja serangan itu.

Seketika itu Tong Ko rasakan disisi kanan kirinya terdampar


oleh suatu gelombang angin yang luar biasa dahsyatnya sehingga
tak kuat dia menahannya. Apa lagi kala itu dia tengah
menjodorkan pedang kemuka jadi kedua tangannya terbuka.
Hendak dia buru-buru empos,semangatnya, namun sudah tak
keburu lagi. Begitu angin pukulan itu membentur tubuhnya,
serasa gelaplah pandangan mata Tong Ko dan rubuhlah dia
terjungkal. Buru-buru dia terus hendak menjalurkan
semangatnya, tapi sesosok bayangan dalam gerakan kilat sudah
menyambar yap-kun-kiam.
Tong Ko menghela napas dalam-dalam. Maksudnya untuk
menjerahkan yap-kun-kiam sudah terlaksana, mengapa dia jeri
menghadapi resikonja? Semangat kejantanannya serentak
timbul dan dia meramkan kedua matanya untuk menanti
pukulan Tio Jiang yang terakhir. Dia berharap selekasnya dirinya
binasa, Siau-beng-siang lekas-lekas menyusul Tio In. Kalau hal itu
terlakasana, sekalipun mati, puaslah juga rasanya.
Tapi sampai sekian saat, ternyata pukulan Tio Jiang itu tak
kunjung datang.

Heng Thian Siau To 122


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Tong Ko, bukalah matamu!" kedengaran Slau-beng-siang


berseru.
Tong Ko heran, namun diturutnya juga perintah itu. Tampak
wajah Siau-beng-siang berseri hampa.
"Tong Ko, menilik perbuatanmu selama ini, seharusnya kau
tak pantas diberi hidup lagi. Tetapi dua tiga kali aku selalu
memberi ampun, apakah kau tahu apa sebahnya?"
Tong Ko menggeleng.
"A...." Tio Jiang menghela napas, "karena wajahmu seperti
pinang dibelah dua dengan satu orang. Mengingat wajah itu, tak
tega aku menurunkan tangan jahat.
Tapi setelah kau menerima pukulan maut berupa dua buah
pukulanku tadi, kecuali bertemu dengan orang yang lebih tinggi
kepandaiannya dari aku, kau bakal menjadi seorang tanpa guna.
Benar jiwamu tak sampai hilang, namun ilmu kepandaianmu ini
akan hilang sirna.
Nah, selanjutnya jadilah seorang yang baik dan tuntutlah
penghidupan yang lurusl"
Halus nada suara itu diucapkan, namun isinya adalah suatu
nasehat yang tajam. Memang pada saat itu Tong Ko rasakan
Iwekang pada kedua sisi tubuhnya, perlahan-lahan merana
hilang. Sekalipun tak binasa, tapi dengan punahnya ilmu itu,
berarti dia seorang mati dalam hidup. Dengan begitu,
selanjutnya dia tak mempunyai harapan lagi untuk mencuci
bersih penasaran hatinya itu.
Memikir sampal disini, buru-buru dia hendak mengatakan
apa-apa pada Siau-beng-siang, tapi tokoh itu ternyata sudah

Heng Thian Siau To 123


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

ngaclr keluar. Sampai beberapa saat, Tong Ko termangu-mangu


seperti patung.
––––––––––

BAGIAN 11
MENDAPAT ILMU

Menjelang terang tanah, tubuhnya serasa sakit bukan


kepalang. Saking tak kuatnya menahan, dia hendak berbangkit.
Tapi pada saat itu sekonyong-konyong terdengar orang berseru:
"Disinilah!"
Kejut Tong Ko seperti disambar petir. Kalau saja yang datang
itu Tay-keng, habislah sudah tentu riwajatnya. Bum....., sesosok
tubuh yang luar biasa tinggi dan besarnya, dari atas wuwungan
jatuh kedalam ruangan situ. Dan berbareng pada saat itu
seorang bertubuh kate juga menobros masuk. Waktu masih
melayang diudara tangan sikate itu sudah lancarkan 3 buah
serangan pada sitinggi besar tadi.
Siraksasa itu menghindar kesana berkelit kesini. Tapi
dikarenakan ruangan situ sempit, jadi dia segera dapat melihat
Tong Ko disitu."
"Hai, kau juga berada disini?!"
Tengah dia berseru itu, sikate sudah menginjak lantai dan
buk, dia hantam pantat sibesar itu siapa dengan berkuik
kesakitan berseru keras-keras: "Bedebah, berani kau menyerang
orang secara membokong?"

Heng Thian Siau To 124


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kini tahulah sudah Tong Ko siapa kedua orang yang datang


itu. Itulah Sik Lo-sam dan Soa-kim-kong. Diam-diam dia merasa
girang. Benar kepandaian kedua orang itu tak terpaut banyak
dengan Tio Jiang, tapi kalau mereka berdua mau bersatu tentu
hebat hasilnya.
"Jiwi cianpwe.......jangan berkelahi! Aku terluka berat, lekas
tolongi!" Tong Ko paksakan diri berseru. Terhadap kedua orang
limbung itu, tak perlulah kiranya dia main sungkan lagi. Dan
benar juga kedua orang limbung itu tertawa mengekeh.
"Ha...., ha......, bagus! Seorang separoh!" mereka melangkah
menghampiri dan tepat seperti tatkala diatas batu besar dalam
lembah, mereka masing-masing lalu mencekal tangan kanan dan
kiri Tong Ko.
Terima kasih Tong Ko sukar dilukis. Diapun cepat-cepat
kerahkan semangatnya. Hampir sehari semalam kedua orang
limbung itu menjalurkan Iwekang masing-masing ketubuh Tong
Ko. Saking lelahnya tuhuh mereka sama bersimbah peluh (mandi
keringat). Tong Ko tak tega melihatnya, lalu geliatkan sepasang
tangannya untuk berbangkit. Dia tak tahu sama sekali, karena
ingin dianggap menang, kedua tokoh limbung itu kerahkan
penjaluran Iwekangnya, hingga hampir 7 bagian Iwekang mereka
masuk ketubuh Tong Ko. Maka begitu Tong Ko gerakkan
tangannya tadi, kedua orang limbung itu sama-sama
terjerembab jatuh.
Saking kagetnya Tong Ko sampai menjerit serta buru-buru
memapah mereka, tapi sitinggi dan sikate itu goyang-goyangkan
tangannya seraya berseru: "Tak apa, coba katakanlah,
kepandaian siapa yang lebih unggul?"

Heng Thian Siau To 125


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Cianpwe berdua sama-sama memiliki ilmu yang sempurna,


hopwe sukar untuk memutuskan!" sahut Tong Ko.
Kedua orang limbung itu saling berpandangan satu sama lain
dengan melongo.
Tiba-tiba Soa-kim-kong Ciang Tay-lo menarik sebuah jwan-
pian warna merah dari pinggangnya: "Siaucu, dengarlah! Pian ini
adalah milik Yan-peng-gun-ong The Seng Kong yang disebut
Liong-kau-pian, lemas dan tahan segala tabasan. Kuserahkan ini
padamu beserta imu permainannya pat-siat-pian-hwat. Sikate
itu tentu tak dapat menandingi pemberianku ini!"
Serempak berdirilah Sik Lo-sam, serunya: "Bagus!" Tanpa
berkata apa-apa lagi dia terus melesat pergi.
Bermula Tong Ko menolak pemberian Soa-kim-kong itu, tapi
setelah dipaksa oleh orang limbung itu, terpaksa dia
menerimanya juga.
"Nah...!, dengarlah: jurus pertama disebut ko-lo-ki-lo (orang
tua menunggang keledai)!" seru Sitinggi sembari ajun tangannya.
Tapi demi didapatinya tangannya sudah kosong karena piannya
sudah di berikan kepada Tong Ko, dia meringis seperti monjet.
"Senjata pian meskipun hebat, tapi ilmu permainannya jauh
lebih berharga. Telah kukatakan kuberikan padamu, tentu
kuberikan sungguh-sungguh, huh....., mengapa kau tetap
memeganginya saja?" gerutu si Malaekat Tolol itu panjang
pendek. Tu! lihat, betapa limbung pikirannya. Liong-kau-pian dia
sendirl yang memberikannya kepada Tong Ko, tapi kini
persalahkan Tong Ko tipis kepercayaannya.
Sudah tentu Tong Ko tak mau berbantah lalu serahkan pian
itu kepada silimbung. Begitulah sejurus demi sejurus dia telah

Heng Thian Siau To 126


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

mainkan 8 buah jurus, yakni "Sian-cu-jui-siau"; "sian-kho-yan-


hoa"; "kok-ciu-pang-wu", "thiat-kuay-may-cin"; "tun-yang-
hui;kiam"; "ho-ho-te-lan" dan "ciong-li-hud-si".
Limbung orangnya, tapi ternyata si Malaekat Tolol itu
memiliki suatu ilmu kepandaian yang luar biasa. Apa yang
diunjukkan tadi, sungguh-sungguh sakti. Setiap jurus dipecah lagi
menjadi 8 bagian jadi semua jadi mempunyai 8 x 8 gerak
perubahan yang sukar diduga orang. Jwan-pian atau ruyung
lemas itu, ada kalanya lemas lunglai macam dahan pohon liu
yang menjulai, tapi ada kalanya menderu-deru laksana seekor
hay-kau-liong (naga bertanduk satu) muncul dari dalam laut.
Tong Ko sampai terlongong-lolong mengawasi. Dua jam lamanya
dan haripun sudah terang tanah, barulah si Tolol itu mengakhiri
permainannya. Intisari rahasia permainan pian itu, satu per satu
diterangkannya kepada sianak muda.
"Ilmu permainan pian ini, kuperoleh semasa kumendapat
pian liong-kau-pian itu. Suhuku, Cui-kui (setan arak) Jui Wi,
sengaja menciptakan ilmu permainan pian itu hasil
pengolahannya dari ilmu pukulan pat-sian-ciang (pukulan 8
dewa). Hampir separoh hidupku kugunakan untuk meyakinkan
ilmu itu, maka jangan pandang remeh padanya!" kata Soa-kim-
kong.
Tong Ko menurut dan memainkan pula permainan itu satu
kali. Begitulah tak terasa, 3 hari terus menerus Tong Ko dilatih
Soa-kim-kong. Karena dasarnya cerdas, fahamlah sudah Tong Ko
akan permainan pian itu.
Hari itu sudah menjelang malam pula dan berkatalah Ciang
Toa-lo: "Ho... ho..., entah kemana perginya sikate itu, tapi

Heng Thian Siau To 127


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

rasanya tak nanti dia dapat mengungkuli hadiahku itu, benar


tidak?"
Tong Ko masih tak percaya kalau seorang tokoh macam Sik
Lo-sam mau mengikari janji tak datang lagi. Tapi menunggu
sampai tengah malam dan Ciang Toa-lopun habis kesabarannya;
tetap sikate itu belum muncul.
Mereka lalu keluar pintu untuk melongok keluar. Hai, apa
itu? Nun jauh disana, tampak ada segulung sinar berkilau-kilauan
laksana sebuah bola api. Terng-liong (lampion)?
Bukan, tak mirip dengan teng-liong. Secepat kilat, benda aneh
itu makin mendekati dan cahayanyapun makin gilang gemilang
menjilaukan mata dan ketika sudah tiba hampir-hampir mata
Tong Ko tak kuat dibukanya.
Ha...., ha...., demikian gelak tertawa sikate dan orangnyapun
sudali tampak berdiri dihadapannya. Benda bercahaya itu,
kiranya dia yang membawa.
"Bocah gede, coba lihat apa ini?" tanyanya kepada Soa-kim-
kong.
Ketika Tong Ko dan Soa-kim-kong mengawasinya, kirania
sikate itu telah membawa sebatang lian-to (golok yang
bentuknya macam sabit). Mata senjata itu putih seperti perak
yang berkilap-kilap cahayanya. Maka waktu dimainkan oleh
sikate tadi, telah menjadi segulung sinar putih yang berkilau-
kilauan. Sudah tentu kedua orang itu menjadi kaget tak terkira.
"Ay-ko-ji (kate), golok apa sih itu?" tanya si Tolol.
Sik Lo-san mendongok dengan wajah kebangga-banggaan
sambil menatap wajah yang murung dari lawannya itu. "Inilah
yang disebut It-thian-pi-lik-to !"

Heng Thian Siau To 128


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Bagus, golok luar biasa! Ay-ko-ji, dari mana kau peroleh


golok itu?" mau tak mau si Soa-kim-kong menghambur pujian.
"Huh, siapa sudi mengatakannya" sahut Sik Lo-sam dengan
wajah merah jengah.
Tampak perubahan wajah sikate, tahulah Tong Ko bahwa
menilik dari gerak geriknya yang aneh, tentulah golok Itu berasal
dari hasil mencuri.
"Tidak, harus mengatakan!" Ciang Tay-lo mendesak.
"Ya...., ya...., bilang ya bilang," akhirnya Sik Lo-sam
mengalah, "golok ini pada 20 tahun yang lalu kucuri dari kepala
suku Thiat-theng-biau dipegunungan Sip-ban-tay-san!"
Memang dugaan Tong Ko tadi benar. Dari bentuknya yang
begitu kemilau, terang ketajaman golok itu. tak dibawah pi-i-
song-hong (sepasang pedang yap-kun-kiam dan kuan-wi-kiam.
Waktu Tong Ko menyambuti golok mujijad itu dari tangan Sik Lo-
sam, diluar dugaaan golok itu ringan seperti tak mempunyai
berat sama sekali. Tangkai golok Itu berwarna hitam, ujung
tangkai yang diikat dengan sehelai benang sutera perak itu
terdapat beberapa tulisan yang. berbunyi "kian thian pik li to, ho
ping sam lian cu". Kian-thian pik-li-to artinya golok yang
menggoncang dunia; sedang Ho Ping sam lian cu maksudnya
dibuat pada tahun Ho Ping yang ke 3.
Ho Ping adalah perhitungan tahun pemerintahan baginda
Han Seng-te, maka menghitunglah Tong Ko, hai......, kiranya
golok itu usianya sudah 1600 tahun. Namun keadaannya masih
sedemikian gilang gemIlang, entah terbuat dari pada bahan
logam apa?.

Heng Thian Siau To 129


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Ay-ko-ji, aku tak dapat menandingi golokmu itu. Kau


ajarkan sekalian ilmu permainannya kepada anak itu!" akhirnya
dengan terbata-bata Soa-kim-kong Ciang Tay-lo mengaku kalah.
Sik Lo-sam tertawa bangga, girangnya seperti putus lotre.
"Jadi kau mengaku kalah?"
“Ya, aku kalah!" sahut Sce-kim-kong.
Maka bertepuklah Sik Lo-sam seperti orang getun serunya:
"Cialat, aku sendiripun tak tahu permainan golok itu! Setelah
mendapat golok itu, tak berani kumenginjak Sip-ban-tay-san lagi.
Suku Thiat-theng-biau itu amat lihay, siapa yang berani main-
main dengan merekal"
Tapi pada lain detik dia segera menjerit-jerit seperti orang
gila: "Hurah...., aku menang! Aku menang......!" Tanpa pamitan
lagi, dia terus ngacir pergi, lari ber-jingkrak-jingkrak.
Ciang Tay-lo menghela napas. "Golok luar biasa, ya memang
luar biasa sekali Coba pinyamkan padaku, biar kuperiksanya!"
Tong Ko mengangsurkan dan begitu menyambuti Ciang Tay-
lo lalu menebas sebatang pohon kecil yang berada didekat situ.
Golok menobros ditengah batang pohon, tapi lewat beberapa
detik barulah pohon itu bergoyang rubuh. Dari percobaan itu
dapatlah diketahui, betapa tajamnja golok pusaka itu.
Demi melihat Soa-kim-kong suka sekali akan golok itu, tak
ragu-ragu lagi Tong Ko segera hendak menjerahkannya: "Kalau
cianpwe menjukai, ambillah golok itu!"
"Sungguh?" sahut Soa-kim-kong dengan kegirangan.
"Masakan aku berani mempermainkan cianpwe!"

Heng Thian Siau To 130


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Beberapa kali Soa-kim-kong membolang-balingkan golok


pusaka itu untuk memeriksanya. Tapi pada lain saat tiba-tiba dia
berkata: "Sungguhpun aku suka sekali akan pusaka ini, namun
tak dapat aku meminta benda kepunyaanmu. Nah, ini
kukembalikan dan selamat tinggal!"
Berbareng dengan lontarkan golok itu kearah Tong Ko,
orang Tinggi besar yang limbung itu angkat kaki seribu. Tong Ko
hendak mengejarnya, tapi toa-ko-ji atau si Bocah Gede itu sudah
tak kelihatan bayangannya lagi. Apa boleh buat, terpaksa Tong
Ko kembali. Setelah disimpannya dengan hati-hati golok itu, dia
lalu masuk tidur.
Keesokan harinya ketika terbangun, tiba-tiba dia merasa ada
sesuatu yang luar biasa.
––––––––––

BAGIAN 12
GOLOK YANG MENGGUNCANG DUNIA
(Kian-thian-it-gwan pik-li-to)

Keesokan harinya ketika terbangun, tiba-tiba dia merasa ada


sesuatu yang luar biasa. Kala itu hari masih belum begitu gelap,
tetapi ketika membuka mata didapatinya pada wuwungan
rumah itu tampak ada suatu cahaya yang terang benderang.
Bermula dikiranya kalau sinar rembulan yang menobros dari
lubang wuwungan, kemudian setelah di-amat-amati dengan
seksama, astaga, itulah pik-li-to (golok sabit) yang kemarin
dengan hati-hati ditindihinya kini berada diatas tiang Penglari

Heng Thian Siau To 131


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

wuwungan itu. Seketika hilang rasa kantuknya karena


terperanjat.
Sekali enjot tubuh, dia loncat naik untuk mengambil golok
pusaka itu. Dibalik heran diapun merasa takjub akan kelihayan
orang main-main dengannya itu. Bahwa orang telah dapat
mengambil golok pusaka yang ditindihi dibawah bantal tanpa
diketahuinya, adalah sangat mengejtkan. Tapi yang lebih
mengherankan lagi, mengapa orang lihay itu tak mengambil
golok itu saja dan hanya digantung ditiang penglari. Apakah
gerangan maksudnya?
Sampai terang tanah, tak dapat dia pecahkan kejadian yang
aneh itu. Dibungkus baik-baik golok pusaka itu lalu dia
tinggalkan pondok situ. Menghadapi jalanan yang membentang
dihadapannya itu, timbullah keraguannya, hendak kemana dia
ajunkan langkah mengejar jejak Tio In atau menuju ketempat
The Ing?
Diperhitungkannya bahwa sudah 3-4 hari lamanya dia
berada didalam pondok situ, rasanya Siau-beng-siang Tio Jiang
tentu sudah sampai diperbatasan Kwitang. Untuk menyusul,
terang tak keburu lagi. Ah......, lebih baik dia kembali kegua sana
untuk menolong The Ing. Dengan bantuan golok. pusaka: "Kian-
thian-it-gwan pik-li-to" dan ilmu ruyung" Pat-siat-pian-hwat"
yang baru diperlajarinya itu, kemungkinan besar dapat dia
membebaskan The Ing. Nona itu telah melepas budi besar
padanya, maka sudah lebih dari pantas kalau die menolonginya.
Kegua tempat wanita aneh itu, kini ajun kakinya ditujukan.
Ketika dahulu dia dipondong Tio In lari dari ke gua itu, waktu itu
dia tengah pingsan, jadi tak mengetahui jalannya. Make hampir
lewat tengah hari, dan sudah melintasi dua buah puncak gunung,

Heng Thian Siau To 132


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

tetap dia tak menemukan jejak penunjuk ketempat goa itu.


Terpaksa dia berhenti sebentar memulangkan napas. Hai.....,
mengapa aku tak menuju dulu ke Giok-li-nia dan dari sana lalu
mencari goa itu? Demikian dia mendapat pikiran.,
Tiba dikaki Giok-li-nia, terkilas pikirannya bahwa pada saat
itu dipuncak sana tentu para orang gagah patriot tengah
merundingkan siasat perlawanan kepada pemerintah Ceng. Ingin
benar dia menjumbangkan tenaga, namun mereka tak mau
mempercayai dirinya lagi. Tiba pada lamunan itu, dia menghela
napas dalam-dalam. Tiba-tiba pikirannya melayang akan
perbuatan Tio Tay-keng yang aneh mencurigakan itu. Ya, biar
bagaimana juga, kelak dia akan berusaha untuk menelanyangi
rahasia anak itu.
Sembari merenung didalam pikirannya itu, tidak terasa lagi
kakinya sudah tiba pada jalanan dimana waktu hari, dia bersama
The Ing dan rombongan kera gin-si-kau. Ketika memandang
kebawah, tampak ada tetesan darah berceceran diatas batu
yang menuju kesebelah muka. Dari keadaannya, terang noda
darah itu masih belum kering, jadi kalau. benar ada seseorang
yang terluka, tentulah belum lama berselang, kemungkinan
besar baru kemarIn malam.
Disusurinya ceceran darah itu. Kira-kira satu li jauhnya
disebelah muka, tampak ada 4 ekor kera gin-si-kau menggeletak
ditanah, namun ceceran darah tadi masih belum putus. sampai
disitu. Kejut Tong Ko tak terkira. Diajunkan langkahnya makin
cepat untuk menyusur kemuka. Disepanjang jalan itu, ternyata
tak putus2nya dia berjumpa dengan kera-kera gin-si-kau yang
sudah menjadi bangkai. Tak lama kemudian, tibalah dia
dilembah gunung yang terdapat air terjun itu.

Heng Thian Siau To 133


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ya, tak salah lagi itulah tempat gua siwanita aneh. Dengan
Plan ditangan kiri dan golok ditangan kanan, dia loncat
menobros masuk kedalam air terjun. Berkat cahaya benderang
dari golok pusaka itu dapatlah dia mengetahui keadaan dalam
gua situ. Lagi-lagi dla disuguhi dengan pemandangan yang aneh.
Bukan saja dalam gua situ kosong melompong tiada terdapat
barang seorangpun, juga jaring ikan yang tergantung disitu,
lenjap entah kemana. Masih Tong Ko tak puas, lalu menuju
kesudut untuk mencari wanita aneh itu, tapi juga wanita bekas
bidadari dunia itu tak kelihatan bayangannya.
Lorong tikungan gua situ, amat banyak. Satu demi satu.
Tong Ko menyusurinya, kecuali beberapa kamar batu, tiada
barang sesuatu yang dijumpainya Didepan sebuah kamar batu
terhampar sebuah papan batu (tempat The Ing dikurung waktu
hari), dia me nemukan sebuah ikat kepala pelajar yang bukan
lain adalah milik The Ing. Tong Ko makin gelisah. Setelah sia-sia
mencarinya, terpaksa dia keluar lagi. Memandang kearah air.
mancur yang. mencuram dari atas karang itu, hati Tong Ko amat
gundah.
"Nona The" dimana kau berada?" tanpa merasa dia berkata
seorang diri.
Sekonyong-konyong didengarnya ada suara berkeresekan
dari semak-semak rumput disebelah. atas. Tatkala diawasinya
seperti ada dua sosok tubuh berbaring ditengah semak rumput
itu.
Bergegas-gegas dia menuju kesana, dan astag, kirania Toa-
gin dan Siau-gin sedang meregang jiwa (sekarat). Begitu tampak
sianak muda, mata kedua binatang itu berkicup-kicup tetapi
tubuhnya tetap tak dapat berkutik. Dada dan punggungnya,

Heng Thian Siau To 134


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

masing-masing terdapat sebuah lubang luka besar. Entah bekas


kena senjata apa, tapi yang nyata luka itu masih mengucurkan
darah.
"Toa-gin, Siau-gin, dimana nona The Ing?" tanya Tong Ko
kepada kera-kera yang dapat mengerti bahasa orang itu.
Dia harap dapatlah sekiranya kedua kera itu memberi
barang sedikit petunjuk, tapi kedua binatang itu hanya
membeliakkan matanya sejenak, lalu menutup lagi untuk
selama-lamanya. Tak tega Tong Ko melihat mayat binatang itu
terkapar begitu saya, mengingat bahwa sudah bertahun-tahun
lamanya menjadi piaraan The Ing. Maka dibuatnya sebuah liang
untuk menguburnya. Ketika hendak diangkat kedalam liang,
Tong Ko mendapatkan tangan Toa-gin menggenggam secarik
kain yang dikenalnja sebagai robekan baju The Ing.
Tatkala robekan kain itu dibentang, ternyata disitu terdapat
tulisan dari darah yang walaupun corak hurufnja pencang-
pencong, tapi terang adalah buah tulisan The Ing.
"Perubahan besar timbul secara mendadak, urusan menjadi
gawat sekali. Kutahu kau pasti datang kemari. Pergilah ke Sipban
......... beritahukan ayah bundaku, hatiku telah menjadi milikmu"
demikian bunyi tulisan itu. Tak salah lagi, tulisan itu tentu
untuknya.
Lepas darl pernyataan isi hati The Ing, Tong Ko adalah
seorang yang berbudi luhur.
Adakah The Ing Itu mencintainya atau hanya sebagal
sahabat biasa, namun Tong Ko tetap mengenang akan budi yang
dilepas nona itu dalam usaha menolong dirinya waktu hari. Dari

Heng Thian Siau To 135


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

maksud tulisan itu, kemungkinan besar The Ing tentu mengalami


bencana. Tanpa terasa, menangislah dia.
"Seorang lelaki tak mau sembarangan mengucurkan air
mata, betapapun penderitaan yang diterimanya". Beberapa kali
Tong Ko telah menelan hinaan dan mandi penasaran bahkan
dipaksa untuk bunuh diri, tetap dia tak mengucurkan setetes air
mata. Tapi kali ini, benar-benar dia tak kuasa menahan arus air
mata yang membanjir keluar itu. Begitu sudah puas
menumpahkan perasaannya, robekan baju The Ing disimpannya
lalu meneruskan penguburan Toa-gin dan Siau-gin. Setelah itu
dia menjelidiki sekitar tempat itu kalau-kalau dapat menemukan
jenazah The Ing. Tapi usahanya itu tak berhasil.
Dalam perjalanan meninggalkan lembah itu, Tong Ko selalu
terkenang akan The Ing. Orang satu-satunya yang dianggap
sebagai orang sendiri (mengetahui perasaannya) adalah nona
itu. Dalam waktu remang petang dimana burung-burung gagak
sama beterbangan pulang kesarangnya itu, hati Tong Ko makin
terasa rawan. Untuk melampiaskan kesesakan dadanya, hendak
dia bersuit keras-keras. Tetapl sekonyong-konyong dari balik
gunung sana, terdengar suara seseorang bergelak-tawa. Dari
nadanya, terang orang itu si Ce-cing-long Shin Hiat-ji adanya!
Tong Ko kaget tercampur girang. Kaget, karena dia tak
merasa ungkulan menghadapi Hiat-ji yang berkepandaian tinggi
itu. Girang sebab dengan beradanya anak itu, dapatlah dia
menanyakan dirinya The Ing. Begitu menjembunyikan golok
didalam baju dan mencekal liong-kau-pian, dia menuju kearah
datangnya suara itu.
Jauh disebelah sana tampak ada setumpuk api unggun.
Serangkum bau daging bakar yang wangi, menyampok hidung

Heng Thian Siau To 136


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Ko. Oleh karena beberapa hari tak merasakan daharan


daging, air liur Tong Ko sampai menetes dibuatnya. Dari cahaya
api unggun, tampak Shin Hiat-ji duduk disebelah situ tengah
memberakoti sepotong paha rusa dengan nikmatnya. Duduk
dihadapannya adalah seorang tua kate yang mengenakan
pakaian aneh sekali. Juga orang kate itu tengah kemak-kemik
gerahamnja mengunyah daging rusa. Selain mereka berdua,
tiada lain orang lagi. Hanya disisi Hiat-ji terdapat setumpuk
benda hitam yang dikenali Tong Ko sebagai jaring ikan dari si
wanita dari gua itu.
"Suhu, kalau kau orang tua tak keburu datang, mungkin
Tecu (murid) sudah celaka ditangan wanita jahat itu! Ilmu
kepandalannya hebat jugal" kedengaran Hiat-ji berkata.
Sikate itu tertawa dengan nada yang memanya. Dalam
keadaan seperti itu, dia mirip sekali dengan Bi-lek-hud (Budha)
yang gendut perutnya.
"Suhu, adakah kau mengetahui siapa wanita jahat itu?"
tanya Hiat-ji pula. Sikate yang dibahasakan "Suhu" (guru) itu
goyang-goyang kepala, sahutnya: "Oleh karena baru pertama
kali ini aku melintasi sungai Tiangkang, maka tentang tokoh-
tokoh persilatan didaerah Selatan sini, aku tak paham!"
Keterangan sikate itu hampir saja membuat Tong Ko
berjingkrak bahna kagetnya. Bukan saja suara sikate itu sekeras
guntur, tapi nadanya seperti anak kecil. Kalau orang tak melihat
mukanya, tentu akan mengira kalau anak kecil yang bicara.
"Suhu, mengapa kau orang tua juga datang ke Kwitang sini?"
kembali Hiat-ji ajukan pertanyaan.

Heng Thian Siau To 137


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Pemerintah agung Ceng mengutus orang menyampaikan


surat padaku, supaya turun gunung membantunya. Walaupun
aku seorang liar, tapi tahu juga akan rasa terima kasih. Kudengar
sepak terjang si Go Sam-kui itu mencurigakan, mengunjuk sikap
hendak memberontak. Kwisay, Kwitang serta Hun-lam
berbahaya suasananya. Oleh karena kau berada di Kwitang,
maka segera aku datang kemari mencarimu"
"Suhu, dengan kesaktianmu itu, mengapa tak menghajar
saja ke Giok-li-nia, pusat berkumpulnja kawanan pemberontak
itu? Biar mereka tahu rasal" Seru-Hiat-ji.
Sampai disini tahulah sudah Tong Ko apa yang dimaksudkan
dengan tulisan "perubahan besar timbul dengan mendadak" itu.
The Ing tentu maksudkan munculnja. siorang tua kate itu. Ditilik
dari gelagatnya, wanita aneh dari gua itu tentu bukan tandingan
siorang tua kate, maka sampai pusaka jaring kena dirampas.
Ilmu kepandaian wanita itu cukup tinggi, tak sembarang
tokoh persilatan dapat menandinginya. Kalau ia saja sampai
kalah, terang kepandaian sikate itu bukan main dan dengan
begitu The Ing tentu sudah mengalami kecelakaan. Menuruti
getaran hati, seketika itu juga dia sudah hendak menobros
keluar untuk menghadapi mereka, tapi tiba-tiba orang tun kate
itu kedengaran berkata: "Hiaci, adatmu masih seperti anak kecil
saja. Kau sudah lama berkelana didaerah Kwitang sini, apakah
pernah mendengar tentang golok pusaka Kian-thian-it-gwan pik-
li-to?"
Disinggungnya golok pusaka itulah yang membuat Tong Ko
hentikan langkahnya hendak keluar tadi.
"Belum pernah mendengarnya!" seru Hiat-ji dengan
terkejut.

Heng Thian Siau To 138


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Aneh," kedengaran sikate menyahut "malam lusa tak


berapa jauh dari gunung ini kulihat ada segulung sinar gemilang
yang rupanya mirip dengan golok pik-li-to.
Menurut cerita rakyat Tibet kami sewaktu Thio Cian-seng
dari ahala Han mengunjungi daerah itu, baginda Tay Wan telah
menghadiahkan golok pusaka Kian-gun-it-guan pik-li-to yang
terbuat daripada emas murni keluaran daerah barat itu. Ai,
sayang, gerakan sipembawa golok pusaka itu sangat luar biasa
cepatnya. Waktu hendak kukejar, dia sudah menghilang. Hiat-ji,
benar ilmu kepandaianmu sudah tinggi, tetapi belum mencapai
kesempurnaan. Asal kau dapat memperoleh golok pusaka itu
berikut ilmu permainannya yang tiada tara saktinya, rasanya
sekian banyak taylwe-ko-chiu (jagoan istana Ceng) tak nanti
dapat menandingimu"
"Suhu, dimana kau melihalnja? Ajoh, lekas kita cari!" seru
Hiat-ji sambil berjingkrak girang. Orang kate itu mengiakan Dia
hanya kelihatan menepuk-nepuk pakaiannya dan entah
bagaimana tiaranya bergerak, tahu-tahu dia sudah melesat tiga
empat tombak jauhnya. Larinya bagai segulung asap, pesatnya
bukan kepalang. Tiba-tiba dia hentikan langkahnya, berpaling
kebelakang seraya berseru. "Jaring liok-i-bang dari wanita itu
juga termasuk senjata pusaka, terbuat daripada sutera labah-
labah kim-cu. Jangan lupa membawanya?"
Hiat-ji mengiakan dan setelah mengemasi jaring itu, dia lalu
menyusul suhunya. Dalam sekejap saja kedua orang itu sudah
lenyap dalam kegelapan malam. Kini baru Tong Ko berani
unjukkan diri dari tempat persembunyiannya. Lebih dahulu dia
beresi sisa daging rusa yang ada jsitu untuk mengisi perutnya.
Diam-diam dia mengagumi golok pusaka hadiah Sik Lo-sam itu.

Heng Thian Siau To 139


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kalau saja dapat dia mempelajari ilmu permainannya, rasanya


dia bakal menjagoi dunia persilatan.
Sik Lo-sam mengatakan golok itu dicurinya dari gunung Sin-
ban-tay-san, tetapi tak tahu bagaimana ilmu permainannya. Ah,
kebenaran sekali kalau dia pergi kegunung itu. Pertama, untuk
menjumpai ayah-bunda The Ing dan kedua kalinya, siapa tahu
kalau mujur, tentulah dapat menemukan rahasia permainan
golok itu Dendam penasarannia pasti terhimpas, namanya akan
dapat direhabiliteer (dikembalikan) pula sebagai salah seorang
pahlawan yang gagah perwira.
Tengah dia dilamun oleh cita-citanya yang membubung itu,
sekonyong-konyong ada serangkum angin pujuh meniup,
sehingga unggun api itu tertiup naik sampai beberapa meter
tingginya. Menyusul dengan itu, apipun padam dan
disekelilingnya menjadi gelap gelita. Terang api itu tertiup
padam oleh angin pujuh, tapi mengapa? Api unggun itu sudah
sekian lama berkobar nyalanya.
Sekalipun ada angin pujuh, yang bagaimana dahsyatnya
hingga memadamkan, tentu tiada semuanya padam. Sekurang-
kurangnya pasti masih ada sisa lelatunya yang masih-hidup.
Tetapi mengapa api unggun itu padam serempak?
Tong Ko insjaf tentu ada sesuatu yang kurang wajar. Baru
saja dia berbangkit, dari sebelah belakang sudah terdengar deru
sambaran senjata melayang datang Tak kurang sebatnia, Tong
Ko segera sabatkan liong-kau-pian kebelakang dalam diurus
"tunyang-hui-kiam". Tapi sabetannya itu mengenai tempat
kosong dan dengan tangkasnya dia berputar lagi kebelakang..
Belum sempat dia lancarkan serangannya yang kedua, terasa ada
angin meniup disisi nja. Rasanya seperti ada sesosok tubuh

Heng Thian Siau To 140


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menyamber disampingnya. Jurus kedua "kok-ciu-ja-ho" dia


hantamkan, namun lagi-lagi menyambar angin saja. Kiranya deru
angin itu sudah jauh, saat itu tiada terdengar suara apa-apa lagi.
Buru-buru Tong Ko pasang geretan api. Hai, kiranya diatas
tumpukan unggun itu terdapat sebaran pasir halus, makanya
apinya sampai padam sama sekali. Waktu sebaran pasir halus itu
disingkirkan, apipun kembali menyala. Tatkala dia menunduk
untuk melakukan pemasangan unggua itu, tiba-tiba dilihatnya
robekan baju bertulisan tadi jatuh diatas tanah. Robekan baju itu
tadi disimpannya dengan hati-hati, mengapa bisa jatuh? Memikir
hal itu teringatlah dia akan golok pusaka pik-li-to. Tangannya
meraba kedada dan astaga, ternyata golok itu sudah tak ada lagi!
Baru saja dia mengetahui akan kesaktian golok itu atau kini
sudah hilang lenjap. Walaupun marah, namun tak mau dia
mengejar penyerang gelap itu, karena menginsjafi dirinya bukan
tandingan musuh yang sedemikian saktinya itu.
Hanya yang dia herankan mengapa dengan mempunyai
kepandaian yang sedemikian hebatnya itu, orang tersebut tak
menyerangnya saja secara terang-terangan, tetapi secara
menggelap begitu? Rasanya bukan si Hiat-ji atau sikate yang
melakukan. Adakah Sik Lo-sam karena merasa getun
menjerahkan golok itu? Ah rasanya juga tidak. Kemungkinan
besar tentulah orang yang pada malam itu pernah mengambil
dan menggantung golok itu diatas penglari wuwungan waktu
harl. Tetapi siapa gerangan orang aneh itu? Apa maksudnya?
Dalam kemasgulannya dia menghibur diri. Dalam keadaan
masih begitu rendah kepandaiarnnya, rasanya lebih baik tak
memiliki senjata pusaka itu daripada nanti mengundang bahaya
dikejar-kejar oleh kaum persilatan yang tentu sangat

Heng Thian Siau To 141


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

mengilerkan pusaka itu. Maka dipungutnya lagi robekan baju


tadi dan serentak seperti mengiang-ngiang pulalah kata-kata
yang tertera dalam pesan robekan-baju itu: "Ko-ko, lekas pergi
ke Sip-ban-tay-san memberitahukan ayah bundaku! Lekas,
lekaslah!"
Jika benar The Ing mengalami sesuatu yang tak diinginkan,
tentulah perbuatan siorang tua kate clan Shin Hiat-ji. Tetapi
Siapakah gerangan ayah-bunda The Ing itu? The Ing hanya
pernah mengatakan dirinya dibesarkan ditengah hutan
belantara, lain tidak. Rasanya orang tua The Ing Itu tentulah
orang-orang sakti yang menjepikan diri dari pergaulan ramai.
Begitulah akhirnya dia ambil putusan menuju kepegunungan
itu.
––––––––

BAGIAN 13
DI GUNUNG SERIBU

Sekeluarnya dari Lo-hu-san dia membeli seekor kuda lalu


berangkat ketempat yang dituju itu. Untuk menghilangkan
kecurigaan orang, selama dalam perjalanan itu Tong Ko menyaru
sebagai seorang pedagang. Begitulah singkatnya saya, hari itu
dia tiba dikaki gunung Sip-ban-tay-san (Gunung seribu).
Pegunungan Sip-ban-tay-san membujur ditengah
perbatasan. propinsi Kwitang dan Kwisay, luasnya sampai
beberapa ratus li. Sesuai dengan namanya, Sip-ban-tay-san atau
Gunung Seribu itu penuh dengan lembah dan tebing curam serta
puncak yang tinggi menjulang diselimuti oleh hutan belantara.

Heng Thian Siau To 142


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Untuk mencari dua orang yang berupa orang tua The Ing, ibarat
seperti mencari sebatang jarum didalam lautan sukarnya.
Tambahan pula nona itu belum pernah menerangkan tentang
ciri-ciri kedua orang tuanya itu.
Menghadapi kesulitan itu, Tong Ko tertegun sejenak dan lalu
turun dari kudanya untuk melepaskan lelah. Beratnya melakukan
pesan seorang sahabat berbudi, biar bagaimana dan betapapun
lamanya, dia tetap hendak mencarinya sampai dapat. Seminggu
lama nja dia menjelayahi daerah gunung itu, machluk buas
maupun bangsa ular yang menghuni dihutan pegunungan situ,
sudah banyak yang dijumpainya, namun seorang manusiapun
belum pernah dilihatnya.
Malam itu dia tengah rebahkan diri diatas sebuah pohon
besar. Sekonyong-konyong didengarnya ada derap kaki
mendatangi. Tong Ko menggeliat bangun, tapi buru-buru
rebahkan diri lekat-lekat pada dahan pohon lagi. Pada lain saat
derap kaki itu makin dekat dan tampaklah 3 orang berjalan
menghampiri. Yang dimuka sendiri, bukan lain adalah Tio Tay-
keng, putera sulung Tio Jiang. Dibelakangnya mengikuti dua
orang, siorang tua kate dan Ci-ceng-long Shin Hiat-ji!
"Tio-heng, ucapan ayahmu, rasanya tentu tak keliru bukan?"
tiba-tiba kedengaran Hiat-ji membuka mulut.
"Sudah tentu benar. Ayahku selalu memegang teguh apa
yang diucapkan, tak pernah dia menelan ludahnya lagi!" sahut
Tay-keng sambil tertawa.
"Bagus, Tio-heng. Bilamana usaha kita kali ini berbasil,
pemerintah Ceng tentu akan memberi pangkat besar padamu.
Kedosaan ayahmu selama ini, tentu juga akan diberi
pengampunan. Orang mengatakan bahwa tiong (setia pada

Heng Thian Siau To 143


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

negara) dan hau (berbakti pada orang tua) itu tak dapat
dikerjakan sekaligus. Tetapi kau, Tio-heng, ternyata
membuktikan ketidak benarnya ujar-ujar usang itu!"
"Ah, Shin-beng terlalu memuji" sahut Tay-keng mengulum
tawa. Mereka bertiga berjalan seenaknya saja sambil pasang
omong, hingga ketika lalu dibawah tempat persembunyian Tong
Ko, mereka tak memperhatikan diatas pohon.
Kini barulah Tong Ko mendapat kepastian sungguh-sungguh,
bahwa Tay-keng, putera Siau-beng-siang Tio Jiang sang patriotik
itu, ternyata bersekongkol dengan kawanan kaki-tangan
pemerintah Tieng. Entah untuk tujuan apa mereka datang ke Sip-
ban-tay-san situ. Mengingat fitnah yang dideritanya dari mereka,
turut kemauan sang hati, ingin benar Tong Ko segera loncat
turun untuk melabraknya. Namun sang kesadaran mencegahnya,
karena insjaf akan kekuatannya sendiri.
Pada waktu ketiga orang berjalan tiga-empat tombak
jauhnya dari tempat persembunyiannya. Tong Ko samar-samar
masih dapat menangkap kata-kata mereka yang antara lain
menyebut-menyebut "Thiat-nia", "Kit-bong-to kepala suku Thiat-
theng-biau", "Apa yang dikatakan ayahku itu, tentulah ilmu golok
It-gwan-to-hwat" dan lain lain. Timbullah dugaan Tong Ko,
bahwa kedatangan ketiga orang kegunung situ tentulah
mempunyai rencana yang tidak-baik, Rupanya mereka itu akan
mencari sumber ilmu golok It-gwan-to-hwat yang sakti itu.
Ah...., inilah suatu kesempatan yang bagus untuk
mengikutinya. Resikonja memang besar apabila sampai
ketahuan, namun Tong Ko tak gentar menghadapinya. Segala
usaha, besar atau kecil tentu mengandung risiko, demikianlah ia
merangkai putusan dan dengan hati-hati dia loricat turun.

Heng Thian Siau To 144


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tapi baru saja kakinya menginjak tanah atau terdengar


suara nada anak kecil dari siorang tua kate itu yang melengking:
"Hiat-ji, kabarnya Sip-ban-tay-san sini banyak sekali didiaimi
bangsa ular berbisa. Baru saja kudengar pada jarak 3 tombak
disebelah belakang ada suara ular merayap Hati-hati-lahl"
Bukan main kejut Tong Ko saat itu. Pendengaran orang tua
kate itu benar-benar tajam sekali. Dia mendekam ditanah tak
berani berkutik. Baru setelah ketiga orang itu jauh. Tong Ko
bangun mengikutinya. Dibawah cahaya bulan, tampak ketiga
orang itu lari dengan pesatnya. Apaboleh buat terpaksa dia
'tancap gas' juga. Setelah melintasi 3 buah puncak, tampak
disebelah muka ada sebuah puncak lagi yang lebih tinggi. Batu-
batu yang terdapat dipuncak gunung itu kehitam-hitaman
warnanya. Tiba-tiba ketiga orang itu berhenti disitu. Tong Ko pun
buru-buru hentikan larinya, lalu bersembunyi dibalik sebuah
batu besar. Ketika dia melongok keluar, tampak siorang tua kate
itu berpaling kebelakang dan tertawa kepadanya! Seri-tawanya
cukup manis dengan ramahnya seolah-olah seperti seorang
sahabat kental yang lama tak bertemu.
Berdetak-detak jantung Tong Ko serasa dibuatnya. Adakah
jejaknya telah diketahui siorang kate itu. Satu-satunya harapan,
mudah-mudahan orang tua itu hanya secara kebetulan saja
berpaling dan melihatnya. Maka diapun tetap diam tak berani
bergerak.
"Hai, buyung, apakah disini ini puncak Thiat-nia tempat
kediaman suku Thiat-theng-biau?" tiba-tiba orang tua kate itu
berseru.
Ciaklat, demikian Tong Ko mengeluh. Untuk sesaat tak dapat
dia berbuat apa-apa..

Heng Thian Siau To 145


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Suhu,. kau bicara, dengan siapakah?'.' Hiat-ji bertanya


dengan heran.
"Entah siapa dia itu, tapi sudah sedari tadi dia mengintil
dibelakang kita dan sekarang bersembunyi dibalik batu tu.
Lihatlah kemaril" sahut sikate.
Hiat-ji loncat menghampiri. Tong Ko sudah mau loncat
keluar untuk menyongsongnya dengan serangan, tapi anak
bermata ungu itu sudah tiba lebih dahulu dihadapannya dan
dengan cengar-cengir segera berseru: "Ho, kiranya kaulah
si............, kukira sudah mampus, jebul kau sianjing buduk ini
masih bernyawal"
"Kau anjing buduk....., budak hina dina dari.......pemerintah
Cengl" seru Tong Ko seraya memburu maju dengan kedua belah
tangannya.
Sudah tentu Hiat-ji tak mengetahui bahwa selama waktu
perpisahannya yang sesingkat ini, Tong Ko telah memperoleh
"masakan" ilmu Iwekang yang sakti dari kedua tokoh aneh Sik
Lo-sam dan Soa-kim kong. Buru-buru diu menghantam kemuka
untuk membujarkan angin pukulan Iwekang Tong Ko itu. Tapi
secepat kilat, Tong Ko sudah meloloskan liong-kau-pian, terus
diserangkan dalam jurus kou-la-kiao dan tun-yang-hui-kiam.
Memang adat Hiat-ji keliwat sombong. Sudah tahu
bagaimana kedahsyatan deru angin pukulan Tong Ko tadi,
namun dia masih membanggakan kepandaiannya. Baru setelah
matanya kabur dengan kilat merah dan sambaran angin yang
menderu-deru, dia menjadi kelabakan setengah mati. Terang
pian yang dicekal Tong Ko itu bukan pian sembarangan dan ilmu
permainarmjapun luar biasa dahsyatnya. Dalam kegugupannya
dia buang dirinya berjumpalitan kebelakang. Namun sekalipun

Heng Thian Siau To 146


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

begitu, keningnya telah tergurat dengan ujung pian, kulitnya


pecah dan sakitnya sampai menusuk keulu hati.
Waktu tangannya merabah kekening dan dapatkan
berlumuran darah, dengan menggerung keras, dia merangsang
Tong Ko.
Bahwa serangan pertama telah memberi hasil, lupalah Tong
Ko akan rasa rendah dirinya terhadap seorang jago macam Hiat-
ji. Dan lupalah pula bahwa dibelakang anak mata ungu itu masih
terdapat Tay-keng dan siorang kate yang lihay. Sebaliknya dari
melarikan diri, Tong Ko menyusuli lagi dengan dua buah
serangan. Hiat-ji pun juga mencabut jwan-piannya. Begitulah
kedua sateru itu segera terlibat dalam pertempuran pian yang
seru.
Ilmu permainan pat-siat-pian-hwat (8 dewa memain pian)
yang dipelajari dari Soa-kim-kong Ciang Tay-lo itu, mempunyai
64 gerak perubahan yang sukar diduga. Sinar kilap merah yang
ditimbulkan akibat permainan liong-kau-pian itu seolah-olah
memenuhi udara, sehingga Hiaci tak dapat berbuat apa-apa.
Kedua bertempur dalam waktu yang cepat, maka dalam
beberapa kejap saja pertandingan sudah berjalan 20-an jurus.
Bermula Tong Ko masih dihinggapi penjakit rendah diri dan
tetap mengira bukan lawan Hiat-tiji. Maka tadi dia hanya
mengandal ketekadan saja untuk maju. Tapi setelah 20 jurus itu,
dia dapatkan baik dalam ilmu permainan pian maupun Iwekang,
rasanya dapatlah dia mengimbangi Hiat-ji. Maka timbullah
semangatnya dengan serempak dan piannyapun dimainkan
makin gencar.

Heng Thian Siau To 147


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sebaliknya karena mempunyai andalan (suhunya), Hiat-ji tak


gentar. Hanya yang tak habis dibuat heran, darimana anak itu
memperoleh pelajaran ilmu pian yang begitu lihay. Kini dia
berganti siasat untuk meaghadapinya. Tiba-tiba gerakan piannya
berobah, baik menangkis maupun menerang, nampaknya sangat
pelahan sekali. Namun setiap gerakannya Itu menganduag
tekanan tenaga yang berat.
Benar juga dengan perubahan itu, dalam tiga empat jurus
saya, Tong Ko sudah dibikin kalut permainannya. Liong-
kaupiannya tak mau bergerak menurut kemauannya lagi, seolah-
olah tersedot oleh pian Hiat-ji. Kemana Hiat-jI gerakan piannya,
kesitulah liong-kau-pian mengikut. Insjaflah Tong Ko, bahwa
dengan cara begitu dalam beberapa jurus lagi dia tentu akan
ditekan oleh Iwekang lawan. Dalam gugupnya, dia segera
menghantam dengan dengan tangan kirinya, wut ...........
"Hati tak boleh bercabang", adalah ujar-ujar dalam
pedoman pelajaran silat. Memang belum pernah terdapat
seorang jago silat sembari memainkan pian sembari kerahkan
kekuatan untuk menjotos. Tapi keadaan itu tak berlaku pada diri
Tong Ko. Sejak dia mendapat bantuan Iwekang dari Sik Lo-sam
dan Soa-kim-kong, terutama pada waktu yang kedua kalinya
jalah ketika dia menderita luka parah, hampir 7 bagian dari
Iwekang kedua tokoh aneh itu disalurkan kedalam tubuh Tong
Ko. Menjadilah Tong Ko itu seorang "bertubuh dua". Tangan
kanannya yang memain pian itu hanya menggunakan tenaga
Iwekang yang terdapat pada separoh tubuhnya bagian kanan.
Sedang tangan kirinya masih bebas dan penuh tenaganya.
Maka begitu digerakkan, hasilnja diluar dugaan. Tadi Hiat-ji
sudah memastikan kalau dia tentu dapat memenangkan
pertandingan itu. Adalah ketika dia sedang mengincar lubang

Heng Thian Siau To 148


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kesempatan pada dada Tong Ko, sekonyong-konyong ada


serangkum tenaga dahsyat menghantam jwan-piannya hingga
sampai terpental.
Karena kejutnya Hiat-ji masih mengira kalau Tong Ko
mendapat bantuan seseorang. Jwan-pian diturunkan kebawah
untuk menutuk jalan darah hiat-hay-hiat dipaha Tong Ko. Tapi
kala itu Tong Ko sudah sadar akan keadaan dirinya yang seolah-
olah bertubuh dua itu. Diapun turunkan Liong-kau-pian. Dua
buah pian kini saling berlibatan.
Hiat-ji menarik kebelakang, tapi Tong Kopun menjentok
kebelakang. Keduanya bagai terpaku ditanah. Melihat dada Hiat-
ji tak terjaga lagi, Tong Ko segera ajunkan tangan kirinya.
Terang Hiat-ji tak dapat mundur, kerna kalau dia berbuat
begitu, jwan-piannya pasti terpaksa dilepaskan. Ini sungguh
berbahaya karena Tong Ko dapat menjabatkan liong-kau-
piannya lagi. Namun tak mau menghindar, dia hanya mempunyai
dua pilihan mati atau terluka berat.
"Suhu, tolonglah aku!" tiba-tiba mulut Hait-ji berteriak
minta tolong pada gurunya.
Dengan mengekeh orang kate itu menyahut: "Hiat-ji, jangan
kuatir!"
Sewaktu kata "kuatir" itu diserukan, tangan kiri Tong Ko
sudah terpisah hanya seperempat meter dari dada Hiat-ji.
Tiba-tiba kedua lengannya serasa kesemutan, karena jalan
darahnya thian-keng-hiat tertutuk orang. Seketika hilanglah daya
Iwekang Tong Ko. Benar tangannya kiri itu tetap mengajun
kedada Hiat-ji, tapi dengan mengerahkan Iwekang dapatlah Hiat-
ji menolak serangan itu, krek.... patahlah (keseleo) sambungan

Heng Thian Siau To 149


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

lengan dan bahu Tong Ko. Sakitnya bukan alang kepalang. Dalam
pada itu Hiat-ji tampak loncat kebelakang sembari menarik liong-
kau-pian Iawannya.
"Pian yang bagus!" mulut Hiat-ji memuji ketika memeriksa
liong-kau-pian itu.
Dicobanyalah pian itu untuk menghantam tanah.
Tong Ko insjaf bahwa penderitaannya itu disebabkan
campur tangan sikate.
Dalam kalapnya dia benturkan kepalanya kearah Hiat-ji. Tapi
anak mata ungu itu menjeringai, tar...... disongsongnya
kedatangan Tong Ko itu dengan sabetan liong-kau-pian. Tak
ampun lagi, tubuh Tong Ko menggelepar ditanah. Masih si Hiat-ji
itu tak kenal kasihan, dia mengirim pula dua buah cambukan,
kedada dan kebahu Tong Ko. Pakaian Tong Ko compang-
camping, darah mengalir dan orangnyapun tak ingat diri lagi.
Hiat-ji mengekeh iblis. Sementara Tay-keng sebenarnya
sudah siap sedia untuk turun tangan apabila Hiat-ji tak berhasil
membereskan Tong Ko. Karena dalam pikirannya kalau sampai
anak itu lolos dan melapor pada ayahnya (Tio Jiang), celakalah
dia tentu.
"Shin-heng, biar kuhabiskan sekali jiwanya!" serunya dengan
girang kala Tong Ko rubuh. Maju kemuka dia ajunkan pedang
untuk menusuk, hai....., diluar dugaan tubuh Tong Ko itu dapat
menggelundung untuk menghindar.
Memang walaupun terluka sampai pingsan, tapi Tong Ko hanya
menderita luka luar. Berkat kemajuan Iwekang yang
diperolehnya, dalam sekejap saja dia sudah siuman lagi. Baru
membuka mata atau sinar ujung pedang Tay-keng sudah

Heng Thian Siau To 150


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menusuk kedadanya. Dalam sibuknya, terpaksa Tong Ko


bergelundung kesamping. Benar dia terluput dari kematian,
namun tak urung dadanya tergores dengan ujung pedang hingga
berlumuran darah.
Dengan sigapnya Tong Ko segera loncat bangun. Kini
keadaannya menjerupai seorang manusia darah. Hiat-dii dan
Tay-keng saling memberi isyarat, yang satu dari kiri dan iang lain
dari kanan, mereka menghampiri dengan send iata terhunus,
Tong Ko buru-buru meleset keatas sebuah batu. Kini dia tak
takut menghadapi ancaman maut itu, hanya yang disesalkan
dengan adanya seorang penghianat macam Tay-keng,
dikuatirkan nanti para perserikatan orang gagah itu akan
mendiadi korban semua. Sebelum Tay-keng diIenjapkan, rasanya
dia enggan mati dulu.
Dengan kebulatan hati itu, dia kerahkan seluruh tenaganya
untuk memeluk batu besar itu yang beratnya beratus kati.
Bagian yang kasar dan runcing dari batu itu tatkala menempel
pada luka-luka dituhtihnya, sakitnya bukan olah-olah darah
makin mencucur deras. Namun dengan kertek gigi, dia angkat
batu besar itu. Ketika Tay-keng hampir dekat, dengan
menggerung keras dan tanpa pedulikan ancaman serangan dari
Hiat-ji, Tong Ko lontarkan batu itu kearah Tay-keng.
Bermula Tay-keng menganggap sepi akan Tong Ko yang
sudah terluka parah itu. Maka mimpipun tidak dia, kalau anak
muda yang sudah seperti kerangsokan setan itu dapat
mengeluarkan kesaktian yang begitu menakjubkan. Wut,
sedemikian hebat deru angin yang ditimbulkan lontaran itu.
Saking gugup tak keburu menghindar, Tay-keng menangkis
dengan pedangnya, krek...., kutunglah pedang Itu menjadi dua
dilanggar oleh batu. Tay-keng dengan sebatnya Ioncat

Heng Thian Siau To 151


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menjingkir, namun tak urung lututnya terbentur juga oleh batu


itu, hingga tulangnya remuk. Seperti sebuah layang-layang, Tay-
keng terlempar beberapa meter jauhnya sebelum dia terhampar
ditanah.
Tong Ko belum puas. Dengan beringas dia hendak
menghajar Iagi pemuda penghianat itu. Tetapi pada saat itu,
Hiat-ji sudah memapakinya dengan sebuah sabatan liong-kau-
pian kearah kakinya. Sekali pian itu disentakkan, maka Tong Ko
terlempar sampai 4 tombak jauhnya. Tanah disitu, semua terdiri
dari batu-batu. Tubuh Tong Ko itu tak hanya sekali saja jatuhnya
tapi bergulung-gulung, sampai beberapa kali. Kini benar-benar
dia menjerupai seorang manusia darah. Menganggap bahwa
Tong Ko pasti binasa karena luka-luka-nya itu, Hiat-ji tak mau
mengejar. Sambil tertawa menghina dia selipkan liong-kou-pian
kepinggannya.
Sekonyong-konyong dari arah semak rumput terdengar
suara berkerontangan dan muncullah seseorang dengan
senjatanya sebatang garu ikan beruyung tiga. Pada ujung garu
itu, dipasangi gelangan baja. Dan gelangan itulah yang
mengeluarkan bunyi kerontangan tadi. Diatas senjata penggaru
itu, melekat seekor macan tutul yang sudah tak bernyawa. Dan
tahu-tahu pula, bangkai macan tutul itu dilemparkan pada Tong
Ko. Seketika itu juga, tubuh Tong Ko serasa dikerudungi oleh
sebuah selimut empuk dan hangat. Hai....., kiranya bangkai
macan tutul itu hanya terdiri dari kulit binatang itu saja. Sewaktu
Tong Ko mendongak, didapatinya bahwa penolongnya itu adalah
seorang wanita dari pertengah umur. Wajahnya hitam manis,
dandanannya macam wanita pencari ikan. Buru-buru Tong Ko
hendak berbangkit untuk menghaturkan terima kasih.

Heng Thian Siau To 152


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Siao-hengte, kau sudah menjadi seorang manusia darah,


jangan bergerak-gerak, rehahlah!" Wanita itu mendahului
mencegahnya. Dan dengan tangkasnya dia guratkan ujung
senjatanya itu 3 kali keatas kulit macan tutul. "Lekas tempelkan
lembaran kulit macan tutul itu pada luka-lukamu. Itu dapat
mencegah pendarahan. Kalau keliwat banyak mengeluarkan
darah, jiwamu pasti takkan tertolong lagi!"
Tong Ko mengerjakan perintah itu. Kesemuanya itu
berlangsung dalam waktu beberapa detik saya, sehingga
walaupun Hiat-ji mengetahui akan kejadian itu, tapi dalam saat-
saat itu" dia hanya terlongong-longong saja. Hanya Tay-kenglah
yang walaupun tak dapat ber-kutik karena terluka, sadar apa
yang akan terjadi kalau Tong Ko sampai lolos.
"Shin-heng, Mo locianpwe, janganlah anak itu sampai bisa
lolos, atau jerih payah kita selama ini akan sia-sia saja nanti!"
serunya memperingatkan Hiat-ji dan siorang tua kate.
"Jangan kuatirl" sahut Hiat-ji seraya maju menyerang
dengan liong-kau-pian. Melihat senjata yang dimainkan anak itu
adalah liong-kau-pian, berserulah siwanita tadi: "Hai, kiranya kau
ini adalah orang dari keluarga The. Dahulu aku adalah sahabat
karib dari The Ci-liong. Anak itu terluka parah, usah kau
menjiksanya lagi!"
Sebagai tokoh persilatan laut, wanita itu kenal akan soal usul
dan pemilik liong-kau-pian itu, yakni The Ci-liong. The Ci-liong
memberikan pian pusaka itu pada puteranya, The Som. Oleh The
som, pian itu kemudian diberikan kepada Soa-Kim-kong Ciang
Toa-lo.
"Aku orang she Shin, jangan ngacau balau tak keruan!"
Sahut Hiat-ji yang tak mengetahui riwajat liong-kau-pian yang

Heng Thian Siau To 153


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dicekalnja itu. Malah sekali melesat, dia menyelinap disisi wanita


itu untuk menghajar Tong Ko lagi.
"Ah, kita adalah orang sendiri, mengapa saling bunuh?"
Didahului dengan helaan napas, wanita itu berseru sembari
lintangkan senjata garunya menghadang tobrosan Hiat-ji.
Hiat-ji marah, dia sambar garu itu dengan tangan kiri dan
terperanjatnya bukan main ketika didapati bahwa senjata itu
terbuat dari bahan besi. Dia menarik dan mendorong sekuat-
kuatnya, tetapi sedikitpun tak bergeming. Ini makin menambah
keherannya dan buru-buru melepaskannya sembari menjurut
kebelakang.
"Siapa namamu berani mengadu biru padaku?" tegurnya
dengan keras. Wanita itu kedengaran tertawa, sahutnya:
"Terhadap seorang penghuni rimba, mengapa perlu menanyakan
nama? Pergilah jangan mengganggu anak itu lagi!"

Sudah tentu Hiat-ji tak mau, lalu menyerang dengan liong-kau-


pian. Dengan seenaknya saya, wanita itu gerak-gerakan senjata
garunya yang hampir 2 meter panjangnya itu untuk mencegah
Hiat-ji merapat maju. Tampaknya gerakaannya itu tak sesuai
dengan permainan ilmu silat, namun kemana ujung garu itu
menusuk kesitulah liong-kau-pian pasti terpapak. Hiat-ji tak
dapat berbuat apa, kecuali main mundur. Dalam sekejap saya,
sepuluh jurus telah berlangsung dan kini barulah Hiat-ji insjaf
kalau bukan tandingannya wanita itu.
Buru-buru dia loncat menjingkir seraya meneriaki suhunya:
"Suhu, apa yang dikatakan Tio-heng tadi memang benar. Kalau si
Tong Ko berhasil lolos, usaha kita tentu gagal semua dan
hagaimana nanti pertangungan jawab kita dihadapan baginda?"

Heng Thian Siau To 154


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Siorang tua kate itu tertawa berkelutukan. Dengan


mengibas-kibaskan bajunya dan bergontai tubuh, dia maju
kemuka. Dalam pada itu, siwanita tampak mengawasi Tong Ko
dengan kejut keheranan, tegurnya: "Sahabat kecil, apakah kau
ini Tong Ko?"
Setelah melekatkan kulit macan tutul tadi pada badannya,
"luka-luka Tong Ko sudah tak mengucurkan darah lagi. Dia
sangat menerima kasih kepada pertolongan wanita itu. Ditegur
dengan nada seolah-olah sudah mengenalnya, tersipu-sipu Tong
Ko menyahut: "Memang wanpwe ini benar Tong Ko, entah
siapakah gelaran yang mulia dari cianpwe ini?"
"Nanti kau pasti mengetahui sendiri", ujar wanita itu sambil
tertawa. Nada kata-katanya makin ramah. Berpaling kearah Hiat-
ji, berkatalah wanita itu: "Sahabat kecil ini, justeru orang yang
hendak kami cari. Baiklah kalian jangan mengganggunya lagi dan
lekaslah tinggalkan tempat ini. Apabila suamiku sampai tiba
kemari, oleh karena perangainya tak sesabar aku, kalian pasti
akan mengalami hal-hal yang tak diinginkanl" .
Huh....., gila perempuan itu. Kalau suhuku turun tangan,
suamimu nanti hanya pasti akan mendapatkan kau sudah
mendiadi bangkai, demikian pikir Hiat-ji. Karena itu dia hanya
ganda tertawa, tak mau menyahut.
Siorang kate tadi sudah berada pada jarak dua tombak dari
siwanita dan lalu menuding: "Dengan bergegaman hi-jat (garu)
itu, kalau tak salah toasoh ini tentulah tokoh keluarga The, Ciok,
Wa dan Chi yang malang melintang dilautan bukan?"
Siwanita terkesiap mendengar nada suara sikate yang kering
melengking seperti anak kecil itu. la duga, sikate itu tentu bukan
tokoh sembarangan.

Heng Thian Siau To 155


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Benar, aku orang she Ciok, nama Siao-lan, salah seorang


dari keluarga yang kausebuntukan itu," sahutnya.
Sikate menengadah kelangit dan lepaskan tetawanya yang
panjang. "Dengan kepandaianmu yang dangkal itu, bagimana
toasoh hendak jual lagak dihadapanku?"
Berbareng dengan ucapannya itu, sikate sudah loncat
kemuka lalu ulurkan kedua tangannya untuk menangkap senjata
hi-jat Siao-lan. Selama 20-an tahun lamanya, Ciok Siao-lan
digelari orang sebagai Lamhay hi li (gadis pencaril ikan dari Laut
Selatan). la disegani karena senjatanya hi-jat itu. Sejak belasan
tahun menjepi, didalam rimba pegunungan Sip-ban-tay-san, ia
berhasil mendapatkan sebuah kitab pusaka. Sudah tentu kiai ia
jauh lebih lihay dari 20 tahun yang lampau. Namun tak urung ia
terperanjat dan kagum juga akan gerakan yang secepat kilat dari
siorang tua kate itu tadi.
"Ai, sahabat, bagus nian kepandaianmu itul" serunya dengan
tertawa karena ia tak berhasrat untuk mencelakai seorang tua
macam sikate itu.
"Ha, kepandaian yang sebenarnya, masih ada dibelakang
nantil" dengan tertawa aneh sikate tarik sepasang tangannya.
Seketika itu Siao-lan rasakan ada sebuah tenaga dahsyat
mendorongnya hingga dia terlempar kebelakang, sedang hi-
jatnyapun sudah berpindah ketangan sikate.
Begitu merampas hi-jat, sikate tertawa dingin. Sepasang
tangannya diputar-putar kekanan kiri dan senjata yang terbuat
dari baja murni itu kini berobah menjadi semacam kuwih untir-
untir. Senjata itu oleh sikate lalu dilemparkan kesamping.
"Toasoh, apa katamu?" tanya sikate dengan bangga.

Heng Thian Siau To 156


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Iwekang yang sakti!" sahut Siao-lan.


"Toa-soh, kulihat kaupun hebat. Sepanjang hidupku, aku
gemar mengikat persahabatan. Kalau kau hendak mencari
ketegangan ditempat ini, akupun tak mau mengganggu usik. Jika
kau ingin keluar dari pertapaanmu, kutanggung kau pasti akan
memperoleh kedudukan tinggi dan kemewahan hidup. Tapi
serahkan anak itu padaku".
Belum sempat Siao-lan menjawab, atau. terdengar suara
berkerontangan dan sebatang hi-jat melayang kearahnya. Cepat-
cepat ia menyambutinya. Kini hi-jat yang tadinya sudah menjadi
untir-untir itu, sudah lempang lagi. Siao-lan berpaling kearah
semak belukar dari mana hi-jat tadi melayang, lalu tertawa,
seakan-akan ia sudah tahu siapakah yang melempangkan dan
melemparkan hijat itu.
"Iwekang sahabat memang tlnggi, tapi tetap aku hendak
mohon pengajaran barang beberapa jurus saja!" serunya
sembari putar hi-jat.
Ada istilah persilatan yang mengatakan begitu: "Tombak
takut. bundar, pian jeri lurus". Artinya kalau orang dapat
memainkan tombak hingga menjadi sebuah lingkaran dan dapat
memainkan pian dengan gaja yang lurus, orang itu pasti adalah
seorang ko-chiu (achli) yang jempolan. Hi-jat yang dimainkan
Siau-lan itu dapat berobah gayanya macam sebatang tombak.
Suara putarannya menderu-deru. Dari sini dapat diketahui,
sampai dimana ilmu kepandaian Siao-lan sekarang ini.
Siorang tua kate melangkah setindak kesamping. Terhadap
ancaman Siao-lan, dia tak menghiraukan. Tetapi terhadap orang
yang dalam beberapa detik saja telah dapat melempangkan hi-
jat yang sudah bengkak bengkok itu, benar-benar dia menaruh

Heng Thian Siau To 157


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kewaspadaan. Rumput semak-semak disitu, tingqinya melebihi


orang, pula sangat lebat sekali. Jati betapapun tajamnja sang
mata, tetap orang kate itu tak mengetahui siapa yang
bersembunyi didalam situ.
"Toasoh, kau hendak bertanding satu lawan satu atau dua lawan
satu?" tegurnya sambil perdengarkan tertawa sinis.
"Sudah tentu satu lawan satul" "sahut Siao-lan sembari maju
menusuk. Sikate menyambar ujung hi-jat lalu dipelintirnya dan
lagi-lagi hi-jat itu menjadi melengkung bengkok pula.
Kini barulah Siao-lan benar-benar tunduk akan Iwekang yang
lihay dari siorang tua kate itu. la insjaf bukan lawannya.
"Aku mengaku kalahlah. Iwekangmu memang jauh melebihi
akul" serunya sembari lepaskan cekalan tangannya dan mundur
kebelakang.
Siorang tua kate itu sangat bernapsu hendak memikat keluar
orang yang bersembunyi tadi, Ingin benar dia mengetahui
siapakah gerangan tokoh yang lihay itu. Sejak dia tinggalkan
daerah barat dan berkunjung kekota raya, tugasnya jalah untuk
membasmi 'tokoh-tokoh persilatan didaerah Kwitang dan
Kwisay. Bahwasanya orang yang bersembunyi itu dapat
melempangkan lagi hi-jat tadi, membuktikan kalau dia itu
seorang jago yang lihay.
"Toasoh, jangan pergi dahulu!" serunya sembari mengejar
sembari mutar hi-jat itu. Loncat keatas dia menggertak Siao-lan
dengan sebuah tusukan.
Siao-lan terkejut, terus menyusup masuk kedalam semak.
Kini siorang kate yang terkesiap heran. Tadi dia meluncur dari
atas, tapi mengapa tak nampak jejak siwanita itu sama sekali.

Heng Thian Siau To 158


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dan kejutnya itu makin memuncak, ketika tiba-tiba ada dua buah
angkin pelangi (sabuk kain berwarna) meluncur keluar dari
semak-semak itu. Yang sebuah, seperti ular merayap kebawah
menuju kearah Tong Ko sedang yang satu lagi, laksana seekor
naga melayang menyambar kearahnya. Yang diketahui angkin
itu kurang lebih 2 meter lebarnya, tapi mana pangkalnja tak
kelihatan karena masih berada dalam semak. Warnanya gilang
gemilang, warna yang hanya terdapat pada kain sutera pilihan.
Waktu melayang, benda itu menerbitkan deru angin yang keras.
Sebagai seorang jago lihay, segeralah siorang tua kate itu
mengetahui betapa hebat Iwekang orang yang melepaskan itu.
Masa angkin sepanjang 4 tombak dapat dibuat menyerang
menurut sekehendak hatinya? Insjaf akan bahaya, orang tua
kate itu buru-buru menjingkir, maka jatuhlah angkin itu ketanah.
Tapi begitu jatuh, begitu ujungnya lalu bergerak melayang keatas
lagi untuk menyerang kepadanya. Gila, masakan sebuah kain ikat
pinggang dapat menjerupai seekor ular hidup!
Dengan gemas, siorang kate itu segera ulurkan tangan untuk
menyambarnya, pletek....... seperti meremas sebuah bambu,
begitulah bunyi kain angkin itu ketika dicengkeram siorang kate.
Kini angkin itu menjulai kebawah, lemas lunglai seperti kain
biasa. Buru-buru ditariknyalah angkin itu dari dalam semak.
Kiranya kini hanya tinggal sehelai saya, sedang yang sehelai yang
merayap kearah Tong Ko tadi, sudah tak kelihatan berikut.......
sianak muda itu!
Kini tahulah siorang tua kate itu bahwa dia sudah "kena
tercocok hidungnya" (diakali). "Hiat-ji, cara bagaimana siaocu
tadi menghilang?" tanyanya dengan murka. Tapi tiada
penyahutan.

Heng Thian Siau To 159


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Hiat-ji, apa kau tak mendengar? Bagaimana siaocu tadi


lenjap?! "dia ulangi lagi dengan ketus. Namun si Hiat-ji tetap
bungkam. Saking geramnya, sikate lalu berputar untuk
menengok dan didapatinya muridnya itu matanya terbelalak
ketakutan seolah-olah hen, dak dipukul orang, tangannya kini
sudah tak mencekal pian lagi, sedang tubuhnya kaku tak dapat
bergerak.
Siorang tua kate segera tahu bahwa muridnya itu telah kena
ditutuk orang, maka buru-buru dihampirinya untuk ditolong.
Sewaktu ditutuk punggungnya, Hiat-ji segera muntahkan
segumpal ludah kental.
"Bangsat yang tak punya malu, beraninya hanya main
membokong saja!" begitu sudah dapat bergerak, begitu mulut si
Hiat-ji segera memaki-maki. Siorang tua kate memberi isyarat,
supaya dia jangan bicara.
"Hiat-ji, kita telah diingusi orang, tak perlu ribut-ribut!" seru
sikate sembari mengambil sebuah benda kecil dari dalam
bajunya. Benda itu hitam mulus warnanya. Dengan jari tengah,
dijentikkannya benda itu kearah semak-semak. Waktu melayang
benda itu berobah men jadi selarik asap dan ketika jatuh
kedalam semak-semak segera meledak dengan kerasnya.
Disekeliling tempat itu segera menjadi lautan api. Cepat siorang
tua kate menarik tangan Hiat-ji untuk diajak loncat menjingkir.
"Huh, sahabat yang suka main unjuk ekor sembunyikan
kepala, coba kau mau keluar tidak?" serunya dengan tertawa
dingin.
Dalam sekejapan saya, semak yang lebat dengan tanaman
rumput setinggi orang, telah dimakan api sampai habis. Namun
sungguhpun begitu, tetap tiada seorangpun yang tampak keluar

Heng Thian Siau To 160


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dari situ, Siao-lan, Tong Ko dan orang ketiga yang misterius itu
tetap hilang. Suatu hal yang meinbuat siorang tua kate
termenung dalam 12 pikiran. Sejak dia muncul dari gurun dan
datang dikota raya, ilmunya dikagumi dan dijerikan oleh
kawanan tay-lwe kochiu (jagoan istana kelas satu). Dalam
perjalanannya kedaerah selatan ini, tokoh-tokoh dari pelbagai
aliran persilatan pernah dia temui semua. Tapi kali ini benar-
benar dia ketemu dengan batunya. Seorang misterius yang tak
mau unjuk diri itu, rupanya mempunyai kepandaian yang
tangguh sekali dan seorang yang cerdik pula!
Dengan hati-hati dia maju menghampiri kemuka untuk
memeriksanya. Kiranya diujung bekas semak-semak itu adalah
sebuah lamping gunung yang tiada jalanannya sama sekali. Jadi
tak murigkin kalau ketiga orang Itu lari dari situ. Dia makin
curiga. Maju pula dua langkah, tiba-tiba kakinya terasa memijak
tanah lunak dan terus terperosok kedalam.
Tahu akan masuk perangkap, buru-buru dia empos
semangat lalu dengan gunakan gin-kang (ilmu meringakan
tubuh) dia melambung sampai satu tombak tingginya. Namun
sekall pun begitu, tak urung betisnya termakan sebuah anak
panah. Dengan menahan sakit, dicabutnya anak panah (paser)
itu. Ketika melongok kebawah kiranya lubang rerangkap itu
hanya sebuah perangkap biasa yang sering dibuat oleh kaum
pemburu. Dia meluncur turun kedalam lubang nerangkap itu
untuk meriksanya. Pun disitu tiada terdapat sesuatu yang
mencurigakan.
Hampir setengah harian, siorang tua kate itu sibuk seorang
diri. Siorang misterius tetap tak kelihatan, sebaliknya dia sendiri
telah menderita luka. Saking marahnya, dia mengaum bagaikan
harimau kelaparan, hingga empat penjuru lembah gunung situ

Heng Thian Siau To 161


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sama-sama menggetarkan kumandang suara. yang dahsyat.


Itupun tak menolong suatu apa.
"Suhu, lebih baik kita naik kepuncak Thiat-nia, nanti setelah
berjumpa dengan kenalan suku Thiat-theng-biau, kita
rundingkan siasat lebih jauh!" akhirnya Hiat-ji ajukan usul.
Rupanya siorang tua kate itu tiada mempunyai daya lain.
Dengan gemas dia menggerutu panjang pendek. Pun si Tay-keng
dengan beringsut-ingsut menghampiri. Mereka berunding
dengan kesimpulan bahwa dalam perjalanan nanti harus berlaku
waspada karena menghadapi seorang musuh lihay yang tak
kelihatan.
––––––––––

BAGIAN 14
DI TOLONG CIAN BIN LONG KUN THE GO

Baik kita tinggalkan mereka untuk menengok Tong Ko.


Sewaktu melihat Siao-lan terus menerus kalah, Tong Ko yang
menggelepar ditanah tadi, resah sekali hatinya. Tiba-tiba
dilihatnya ada sepotong angkin sutera merayap kearahnya.
Dalam kejutnya. Tong Ko coba hendak menyingkir dengan
bergelundungan, tetapi kala itu telinganya seperti disusupi oleh
sebuah suara melengking yang halus sekali: "Engkoh kecil,
jangan bergeraklah!"
Dalam pada Tong Ko tertegun, tubuhnya sudah dilibat
angkin itu terus ditarik masuk kedalam semak-semak. Begitu
masuk kedalam semak-semak itu, dia terus diseret masuk
kedalam sebuah lubang perangkap. Disitu terdapat dua orang,

Heng Thian Siau To 162


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Siao-lan dan seorang yang bertubuh amat pendek sekali. Oleh


karena dalam lubang itu gelap, jadi tak dapat Tong Ko melihat
wajah siorang kate itu. Yang diketahuinya, orang pendek itu
menekan dinding lubang dan serempak terbukalah sebuah goa
besar. Siao-lan tarik tangan Tong Ko untuk dibawanya masuk.
Siorang pendek tadipun menyusul masuk, lalu menutup dinding
itu.
"Ayo, lekas lari kemuka sanal" seru orang pendek itu dengan
nada yang lantang bening.
Kira-kira empat lima tombak mereka menyusur lubang-
terowongan situ, mereka muncul pula dipermukaan tanah.
Dilihatnya semak-semak rumput tadi sudah rata dimakan api.
"Engkoh kecil, orang tua kate itu bergelar Liat Hwat cousu.
juga dijuluki orang sebagai Yang-im-sin-yau (siluman hawa
positip dan negatip). Lihay sekali, mengapa kau berani
menempurnya?" kedengaran orang pendek itu bertanya.
Tong Ko berpaling menatapnya. Didapatinya orang itu kira-kira
berusia 40-an tahun, wajahnya cakap sekali, hanya sayang
perawakannya keliwat pendek (kate), sehingga jubahnya sampai
berkeleweran ditanah. Tinggi orang itu hanya sama dengan
perut Tong Ko.
"Wanpwe tak mengetahui dia itu siapa, kecuali seorang kaki
tangan pemerintah Ceng" Tong Ko memberi hormat menyahut.
Orang itu tertawa sejenak, ujarnya: "Dan kau sendiri ini siapa?"
Tong Ko diam-diam merenung, siapakah orang pendek itu?
Ciok Siao-lan, juga belum pernah dia mendengar nama itu.
Namun sekalipun demikian, sebagai seorang laki-laki, tak mau
dia berbohong. Cita-cita hidupnya adalah hendak mengusir
penjajah Ceng dan membangunkan pemerintah Beng lagi. Ini

Heng Thian Siau To 163


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

adalah suatu perjuangan suci, jadi mengapa dia harus


berbohong?
"Wanpwe adalah orang yang ingin mengenyahkan penjajah
Ceng!" sahutnya tanpa ragu-ragu lagi.
Orang pendek itu tertawa, sahutnya: "Begitulah hendaknya
seorang pemuda harapan bangsa itu. Namamu Tong Ko, adakah
Tong Ko yang menjadi kenalan anakku perempuan si Ing-ji itu?"
"Tong Ko seperti orang disadarkan. Diawasinya wajah
siwanita itu memang mirip dengan The Ing, maka tersipu-sipu
dia berkata : "Benar demikianlah wannwe ini. Sebaliknya, kalian
ini bukantah The pehpeh (paman) dan The pehbo (bibi)?"
"Ya, aku orang she The, nama Go!" ujar orang itu sembari
mengangguk.
Diam-diam Tong Ko tersirap darahnya mendengar nama
"The Go" itu. Sering sudah dia mendengar cerita orang, bahwa
The Go itu bergelar Cian-bin-long-kun dan menjadi murid
kesajangan Ang Hwat cinjin, kepala biara Ang Hun Kiong.
Sewaktu muda, dia sudah memiliki ilmu kepandaian yang luar
biasa. Sayangnya anak muda gagah dan cerdas itu sesat
pikirannya mau bersekongkeol dengan kawanan kaki tangan
pemerintah Ceng. Ribuan anak buah dari 72 markas gunung
Hoasan, telah dihancur leburkan tentara Ceng berkat
pimpinannya yang gemilang. Akhirnya perserikatan orang gagah
patriot yang dipimpin oleh Ceng Bo siangjin berhasil
membekuknya dan sepasang kakinyapun dibacok kutung oleh
siangjin itu.

Heng Thian Siau To 164


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Adakah orang pendek itu benar-benar si Cian-bin-long-kun


The Go yang sudah tak berkaki itu? Sampai sekian saat Tong Ko
menimang-nimang untuk mencari jawaban.
"Pernahkah kau mendengar tentang namaku?" tiba-tiba
orang pendek itu bertanya pula. Tong Ko yang tak suka
berbohong serentak mengiakan.
"Kehilangan kaki, merupakan penjesalan seumur hidup.
Engkoh kecil, apa yang orang persilatan mengatakan tentang
diriku?" The Go menghela napas.
"Terhadap perbuatan cianpwe sewaktu membasmi 3 laksa
anak buah Hoasan itu, kaum hohan dalam dunia persilatan sama
mengutuk dengan geram. Tetapi serta cianpwe sudah menyesal
dan berhasil pula membantu perserikatan orang gagah dibawah
pimpinan Ceng Bo siangjin untuk menemukan harta karun dalam
biara Kong Hau Si waktu hari, sekalian orang sama menaruh
perindahan. Seakan-akan kecemaran nama cianpwe itu sudah
dibersihkan (dikembalikan) pula !"
The Go tundukkan kepala tak berkata apa-apa. Adalah Siau-
lan yang menasehatinya: "Urusan yang sudah lampau, mengapa
dipikirkan lagi? Lebih baik tanyakan saudara Tong ini, bagaimana
keadaan Ing-ji?"
The Go mendongak jauh kemuka, ujarnya: "Disini bukan
tempat kita berbicara, lebih baik kita lekas pulang dulu !"
Habis berkata begitu, dia angsurkan sebatang pian yang
bukan lain adalah liong-kau-pian, kepada Tong Ko. Dengan
demikian teranglah kalau sekali tepuk, dia mendapat tiga lalat.
Menyerang Liat Hwat cousu, menolong Tong Ko dan masih
sempat pula menutuk jalan darah Hiat-ji untuk merampas liong-

Heng Thian Siau To 165


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kau-piannya. Sedemikian tangkas lincahlah gerakan siorang


misterius yang bukan lain adalah Cian-bin-long-kun The Go.
Tong Ko kagum atas kepandaian orang. Tiba-tiba The Go
bersuit keras dan muncullah dua ekor kera gin-si-kau yang besar
sembari mendorong sebuah ........ bola batu besar.

Pesat nian jalannya bola itu menggelinding datang. Bola


batu itu ada kira-kira dua meter tingginya. Sekali tangannya
menekan ketanah, melesatlah tubuh The Go keatas bola batu
itu, dan kedua ekor kera itupun segera mendorongnya. The Go
tegak berdiri dengan tenangnya diatas bola yang berputar
dengan pesatnya.
Karena Tong Ko agak heran maka Siao-lan lalu
menerangkan: "Setelah sepasang kakinya putus, dia telah
membuat sebuah permainan. Pada ujung kaki yang putus itu,
dipasangi dengan tutup batu giok sehingga dapat dibuat berdiri
tegak diatas bola batu."
Melihat keramah-tamahan Siao-lan, timbullah rasa suka
Tong Ko. Begitulah setelah mengitari dua buah puncak, tibalah
mereka pada sebuah batu karang. Dibawah batu karang itu
terdapat 3 buah rumah pondok yang dipagari dengan
pepohonan. Dimuka halaman rumah terdapat sebuah anak
sungai. Suasana disitu tampak rindang tenang. The Go
mendahului masuk kedalam. Kiranya perabot rumah dalam
pondok itu terbuat daripada bambu semua, namun tak
mengurangkan keresepan seni keindahannya. Ditengah-tengah
tergantung sepasang lian (sajak) yang berbunyi begini:
"Dilautan Tang-hay konon ombaknya tiada berketentuan,

Heng Thian Siau To 166


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

urusan didunia mengapa selalu bergolak.


Digunung Pa-bong-san, tiada terdapat tempat luang,
namun penghidpan tenang dengan nikmatnya."

Hati Tong Ko tersentuh dengan kata-kata dalam sajak itu.


Tak berapa lama kemudian, tampaklah The Go keluar dengan
duduk didalam sebuah kursi. Dia membawa seperangkat pakaian
yang bertuliskan darah.
"Sebenarnya apa yang telah terjadi pada Ing-ji?" katanya
sembari angsuran pakaian itu kepada Tong Ko. Tong Ko segera
mengetahui bahwa pakaian itu adalah bekas yang dipakai The
Ing waktu hari. Dikenalinya tulisan yang terdapat diatas pakaian
itu serupa gayanya dengan robekan baju yang dibawanya.
"Untuk mengetahui tempat beradaku, harap tanyakan pada
Tong Ko." Demikian bunyi tulisan darah itu. Sudah tentu Tong Ko
menjadi keheranan juga, ujarnya: "Aku sendiripun tak tahu
dimana beradanya, bagaimana la minta paman dan bibi tanya
padaku?"
"Pakaian itu dibawa pulang oleh seekor gin-si-kau. Sewaktu
menulis ini, mungkin dia mengira kalau kau dapat
memberitahukan halnja kepada kami," kata The Go.
Tong Ko ketarik akan sikap orang yang tak menaruh dugaan jelek
kepadanya.
Tapi benarkah. The Go begitu murah hati terhadap
seseorang yang baru dikenalnja? Bukan, bukan demikian.
Sebagai seorang persilatan yang banyak makan asam garam
pergolakan hidup, pula dengan memiliki pikiran cerdas dan
pandangan tajam, dapatlah The Go meneropong peribadi

Heng Thian Siau To 167


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

seseorang. Dia yakin Tong Ko itu seorang pemuda yang lurus


jujur jadi dipercaya tentu takkan berbuat sesuatu yang
merugikan anak gadisnya. Sebagai seorang ayah, The Gopun
serupa juga. Dia dapat melakukan pembalasan hebat pada orang
yang mencelakai anaknya. Dan inipun berlaku juga pada Tong
Ko.
Dengan terus terang Tong Ko tuturkan pengalamannya
selama ini. Dari mulai "dijual" oleh kawanan sikaki satu Sin Tok,
kebinasaan putera Tio Jiang, hingga dirinya dipaksa loncat turun
dari puncak, lalu pertemuannya dengan The Ing didalam lembah
kemudian terperangkapnya mereka berdua didalam goa yang
dihuni siwanita aneh itu.
Ketika mendengarkan tentang diri siwanita aneh dalam goa
itu, tiba-tiba berobahlah wajah The Go.
"Sio-lan, tahukah kau siapa kiranya wanita dalam goa itu?"
tanyanya kepada sang isteri.
"Entahlah, aku tak dapat menduganya!" sahut yang ditanya.
"Adakah paman The mengenalnja?" tanya Tong Ko dengan
terperanjat.
The Go hanya menghela napas panjang dan minta Tong Ko
meneruskan ceritanya.
Tong Ko terus lanjutukan penuturannya bagaimana dia
ditolong Tio In, lalu peristiwa antara Tio Jiang dan puteranya
(Tay-keng), sampai akhirnya dia memperoleh hadiah golok pik-li-
to dari Sik Lo-sam, lalu dia kembali kegua siwanita, kemudian
pertempurannya dengan Liat Hwat cousu tadi.

Heng Thian Siau To 168


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Engkoh kecil, tidakkah kau merasa bahwa wajah dari


siwanita dalam goa itu seperti pinang dibelah dua dengan kau?"
tanya The Go.
Tong Ko terbeliak. Teringat waktu hari Siau-beng-siang Tio
Jiangpun pernah mengatakan bahwa teringat akan wajah
seseorang, maka dia (Tio Jiang) tak tega membunuhnya. Dan kini
The Go pun mengatakan ha! itu. Tak terasa dia mengenangkan
wajah wanita aneh itu ........ ya, memang raut wajah wanita itu
mirip sekali dengan dirinya. Dan mengangguklah dia selaku
tanda mengiakan pertanyaan The Go tadi.
Seketika wajah The Go makin muram, ujarnya: "Siao-lan,
kukuatir kali ini Ing-ji akan mengalami nasib yang malang!"
"Mengapa?" seru Siao-lan dengan amat terkejut.
Tapi The Go segera alihkan pertanyaan pada Tong Ko: "Apa
kata kalangan persilatan tentang perbuatanku waktu dahulu
melantarkan seorang gadis jelita?"
"Entahlah, tak pernah kudengarnya, "sahut Tong Ko. Tapi
dalam pada itu Siao-lan. segera menyelutuk dengan kagetnya:
"Kau maksudkan Ing-ji jatuh ketangan Say-hong-hong Bek Lian?"
Serentak teringatlah Tong Ko bahwa Say-hong-hong Bek Lian
itu adalah suci dari Siau-beng-siang Tio Jiang. Tapi entah
bagaimana, nona itu telah menghilang tak berbekas.
"Tentu dianya. Bek Lian benci sekali padaku. Kalau Ing-ji
jatuh ketangannya, masakan ia akan mendapat pengampunan?"
kata The Go pula. Habis itu, dia melambai pada Tong Ko seraya
berkata: "Engkoh kecil, apakah benar kau ini orang she Tong?"
Tong Ko 'tersirap, sahutnya: "Apakah she-ku yang
sebenarnya, aku sendiripun tak tahu. Yang kuketahui sejak kecil

Heng Thian Siau To 169


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

mula aku dipelihara oleh keluarga she Tong.... paman The, tadi
kau katakan aku ini mirip dengan Say-hong-hong Bek Lian........."
Adanya Tong Ko mengajukan pertanyaan begitu karena
teringat waktu hari Tio Jiangpun pernah mengatakan begitu
tentang dirinya. Dan ini menimbulkan suatu dugaan dalam
hatinya. Tapi belum lagi dia sempat melaujuntukan kata-
katanya, The Go sudah lantas alihkan pembicaraan kepada sang
isteri, serunya: "Siao-lan, ayo kita segera menuju ke Lo-hu-san.
Gin-si-kau itu mempunyai hidung yang tajam, tentu dapat
membawa kita ketempat mereka berdua!"
Siao-lan berkaca-kaca air matanya. "Benar ia benci padamu,
tapi tiada sangkut pautnya dengan Ing-ji!" katanya dengan suara
sember.
Tong Ko tak mengerti apa maksudnya kata-kata yang
dibawakan ke dua suami isteri itu, karena dia tak mengetahui
riwajat mereka dahulu. Sementara itu The Go mengulangi lagi
maksudnya hendak berangkat ke Lo-hu-san seketika itu juga.
"Kalau jiwi pergi kesana. akupun ikut juga, sekalian untuk
mencari tahu keadaan nona In. Entah apakah Siau-beng-siang
Tio Jiang sudah berangkat meuyusulnja belum?" kata Tong Ko.
Tapi hal itu dicegah The Go.
"Kau masih menjadi orang yang dicurigai, mengapa berjerih
payah begitu? Lebih baik kami saja yang bantu menyirapi berita
itu untukmu dan kau boleh beristirahat meyakinkan ilmu silat
disini. Akan kuberikan padamu kitab pusaka yang kudapatkan
pada belasan tahun berselang. Sekalipun pergi pulang aku hanya
memerlukan kira-kira satu bulan lamanya, tapi mengandal
kecerdasanmu, kupercaya kau tentu akan memperoleh
kemajuan yang pesat. Nah, bagaimana pendapatmu?"

Heng Thian Siau To 170


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Ko rasakan nasehat The Go itu memang benar. Karena


kepandaiannya masih rendah itulah maka setiap kali dia tentu
menderita dihina orang. Bahwa orang telah begitu baik hati
untuk menolongnya, dia sangat berterima kasih sekali, The Go
suruh Siao-lan ambilkan sebuah kitab tipis. Tapi ketika Tong Ko
menerimanya, dia segera menjadi terperanjat sekali. Kiranya
kitab itu berjudul "Tat Mo cingco cap-pwe-si" atau 18 gaja
semadhi dari Tat Mo. Terang itulah karya dari guru besar Tat Mo
tentang pelajaran ilmu Iwekang. Belum pernah Tong Go
menjumpai kitab pusaka semacam Itu. Saking terharunya atas
budi orang, dia segera tersipu-sipu berlutut untuk menghaturkan
terima kasih.
"Kitab ini hanya terisi 72 buah gambaran, tiada
keterangannya sama sekali. Belasan tahun lamanya, tetap aku
belum dapat meyakinkan seluruhnya. Kuharap kau tak temaha
mempelajarinya. Dapat berapa sudahlah, jangan paksakan diri.
Dipondok sini terdapat cukup bahan makanan, pula tak
nanti ada orang dapat berkunjung kemari, tenang-tenang sajalah
kau belajarl"
Habis berkata begitu, The Go lalu memanggil kera gin-si-kau
dan bersama Siao-lan, dia lalu tinggalkan pondok itu. Bolak-balik
Tong Ko membuka lembaran kitab itu, namun dia tetap tak
mengerti. Sampai malam hari, dia belum mendapat apa-apa.
Saking lelahnya, dia tidur dengan memeluk kitab itu.
Keesokan harinya, kembali dia mulai mempelajari kitab itu,
namun tetap seperti kemarin. Keadaan itu berjalan sampai
seminggu lamanya. Akhirnya dia ambil putusan untuk melakukan
semadhi menurut petunjuk gambar. Tapi dalam
persemadhiannya itu, hatinya serasa bergolak. Sebentar

Heng Thian Siau To 171


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

memikirkan tak betah tinggal disitu lebih lama lagi, sebentar


hendak menyusul Tio In, mencari The Ing di Lo-hu-san, dan pada
lain saat merenungkan tentang golok pik-li-to yang luar biasa itu.
Makin hendak menenangkan pikiran, makin gundah resah
hatinya.
Akhirnya Tong Ko insjaf, tak boleh keliwat memaksa diri.
Kitab disimpan dalam baju, mengemasi sedikit ransum,
meninggalkan sepucuk surat pada The Go lalu dengan membawa
liong-kau-pian dia berangkat menuju ke Thiat-nia. Hendak dia
mencari tahu adakah golok pik-li-to dan ilmu permainannya it-
guan-to-hwat yang sakti itu sudah jatuh ditangan Liat Hwat
cousu?
––––––––––

BAGIAN 15
SUKU THIAT TENG BIAU

Menjelang petang, tampak ada sebuah puncak menjulang


masuk kedalam awan. Itulah puncak Thiat-nia. Dia pesatkan
langkah dan tak berselang berapa lama, tibalah dia dikaki
gunung tersebut. Baru dia hendak mulai mendaki, tiba-tiba dari
arah belakang ada deru angin menyambar. Setelah beristirahat
kurang lebih seminggu luka Tong Ko sudah sembuh dan karena
selama itu dia terus menerus berlatih, jadi kini Iwekangnyapun
bertambah maju. Deru angin tadi terang adalah sebuah senjata
dari seorang penyerang gelap. Dan cukup diketahuinya juga,
bahwa kepandaian penyerang itu masih rendah. Dia biarkan saja
tak mau bergerak. Adalah setelah sebelah belakang kepalanya

Heng Thian Siau To 172


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

terasa dingin, secepat kilat tangannya menghantam dan


berbareng memutar diri sret...... tahu-tahu senjata gelap itu
telah dapat dijepit dalam tangannya. Dan sekali kakinya bergerak
menendang lambung, rubuhlah penyerang gelap itu. Ketika
diperiksanya, seluruh tubuh orang itu dibungkus dengan
anyaman rotan, telinganya mengenakan sepasang anting-anting
besar, dandanannya aneh sekali. Terang dia itu seorang suku
Thiat-theng-biau.
Yang membuat Tong Ko terkejut adalah senjata golok orang
itu. Golok itu berbentuk lengkung seperti sabit, mirip dengan pi-
lik-to pemberian Sik-Lo-sam waktu hari.
Dalam saat-saat Tong Ko tertegun itu, sekonyong-konyong
orang Biau itu loncat bangun terus menyambar sebuah akar
rotan dan laksana terbang dia merayap keatas puncak.
Tong Ko mengejarnya. Sekalipun dia gunakan gin-kang (ilmu
berlari cepat) namun jarak keduanya terpisah tiga empat tombak
jauhnya. Ini disebabkan karena orang Biau disitu sudah biasa
menggunakan rotan untuk naik turun gunung. Hanya dalam
beberapa kejap saya, sampai sudah mereka di lamping gunung.
Disitu terdengar suara drum...... (grenderang) ditabuh dlseling
dengan gelak tawa yang keras. Hal, itulah gelak tawa siorang tua
kate Liat Hwat cousu. Kalau saja orang Biau itu berhasil
mencapai kesana, pasti dirinya (Tong Ko) celaka nanti. Saking
gugupnya Tong Ko segera menjemput sebuah batu kecil lalu
ditimpukkan kebelakang batok kepala orang Biau itu. Tanpa
berkuik lagi, tangan orang itu kendor dan tubuhnya segera
meluncur turun jatuh kebawah.
Tong Ko menyesal telah membunuh orang. Tapi apa boleh
buat, toh sudah terlanjur kelepasan tangan. Dia lanjutkan

Heng Thian Siau To 173


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

pendakiannya. Dari balik sebuah karang dia melongok kemuka


dan didapatinya diatas sana tampak ada beratus-ratus orang
Biau tengah menari-nari dan bernyanyi-nyanyi dalam sebuah
lingkaran. Dltengah lingkaran situ tampak duduk seorang Biau
tua yang bertubuh tinggi besar. Disebelahnya adalah Tio Tay-
keng, Hiat-ji dan Liat Hwat cousu. Mereka tengah menenggak
arak. Tampak bibir mereka komat kamit, tapi entahlah tak
kedengaran apa yang dibicarakannya itu.
Tong Ko jengkel tak dapat mendengarkan pembicaraan
mereka itu. Kebetulan pada saat itu ada seorang Biau berjalan
lalu disitu. Dia mendapat akal. Tanpa diketahui sama sekali, dia
sergap orang itu dan ditutuknya jalan darahnya. Maksudnya
hendak melucuti pakaian orang guna menyusup ketempat
perjamuan sana. Tapi diluar dugaan, pakaian rotan yang dipakai
orang itu, terbuat dari rotan besi keluaran istimewa dari gunung
situ. Jangan lagi hanya tangan, sedang ujung golok dan senjata
apapun tak dapat menembus rotan itu. Benar Tong Ko dapat
menutuk dengan tepat, tapi orang itu hanya jatuh tersungkur
saja tapi jalan darahnya tetap tak kena apa-apa. Dan celakanya,
orang itu lalu berteriak sekeras-kerasnya Buru-buru Tong Ko
menyusup masuk kedalam sebuah goa. Keliling lamping gunung
itu bentuknya mirip dengan sarang tawon. Disitu terdapat
banyak sekali goanya.
Didalam goa situ ternyata terdapat banyak tumpukan
rumput kering dan kedalamnyalah Tong Ko lalu menyusup.
Didengarnya disebelah luar sana suara ramai-ramai dan
berselang beberapa lama baru lah sirap. Baru dia hendak keluar
atau tiba-tiba terdengar kaki orang mendatangi, sehingga dia
rebahkan diri lagi. Ternyata yang masuk itu adalah Hiat-ji bertiga.
Tong Ko makin tak berani berkutik.

Heng Thian Siau To 174


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Tio-heng, apa yang dikatakan Kit-bong-to tadi jangan-


jangan memang benar. Kalau ayahmu waktu dahulu
mengunjungi gunung ini. bukankah juga tak mendapat hasil
apa?" kedengaran Hiat-ji berkata.
"Memang ayahku mengatakan begitu. Tapi apa yang dilihat
oleh Mo locinpwe itu apakah bukannya golok kian-thian-it-guan
pik-li-to?" sahut Tay-keng Iiat. Hwat cousu Itu sebenarnya orang
she Mo bernama Put-siu. Dia orang Tibet, jadi namanya agak
aneh. Berkatalah dia: "Sekalipun begitu, tapi belum pasti Kit-
bong-to mempunyai banyak simpanan obat racun. Telah
kusanggupkan dia suatu pangkat kedudukan kosong yakni
menjadi tho-si (kepala) dari suku Biau di Sip-ban-tay-san sini,
tentu dia akan kegirangan sekali. Besok hendak kutanyakan dia
tentang suatu ramuan obat racun, tentu dia akan
memberitahukan!
"Hai....., konon kabarnya dia mempunyai semacam obat
racun 'hong-sin-san'. Barangsiapa yang memakaanya dalam
waktu sehari akan berobah menjadi seperti anjing gila,
menyerang kepada siapa saja yang dijumpainya. Kalau dia itu
seorang yang- berilmu silat, tenaganya akan bertambah hebat.
Dengan lawan yang setingkat lebih tinggi kepandaiannya, tetap
bisa menang. Akhirnya, diapun akan mati sendiri!"
"Ho...., ho.....! Andaikata yang meminumnja itu ayahmu,
rasanya dalam 3 hari saja seluruh penghuni Giok-li-nia itu akan
tumpas dibawah sepasang pedang pi-i-song-hong-kiam!" Hiat-ji
menjeringat iblis.
Mendengar itu, bulu roma Tong Ko sama berdiri. Sebaliknya
Tay-keng hanya ganda tertawa saya, ujarnya: "Masakan tidak?"

Heng Thian Siau To 175


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kiranya goa yang terdapat rumput kering. itu, adalah tempat


penginapan ketiga orang yang menjadi tetamu suku Biau itu.
Memang orang-orang Biau itu tinggal didalam goa-goa. Setelah
berbicara sejenak, ketiga orang itupun masuk tidur.
Dalam pada itu, Tong Ko sibuk tak keruan. Dia cukup
mengetahui kelihayan Liat Hwat cousu yang tentunya tajam
sekali alat Inderanya. Kalau dia nekad menobros keluar, tak
boleh tidak tentu akan ketahuan. Namun tetap berada ditempat
persembunyian, dia kuatir akan terlambat mencegah suatu
malapetaka besar. Bukantah dari nada pembicaraan Hiat-ji dan
Tay-keng tadi, mereka hendak minta obat hong-sin-san itu
kepada Kit-bong-to? Walaupun Tay-keng "itu putera kandung Tio
Jiang, namun rasanya dia tentu akan menurut perintah si Hiat-ji
untuk meminumkan obat jahat itu kepada ayah bundanya
sendiri. Dan kalau hal itu sampai terjadi, bagaimanakah nasib
kawanan orang gagah di Giok-li-nia itu? Ah, biar bagaimana dia
harus mencegah hal itu.
Dengan keputusan itu, dia menjingkap tumpukan rumput
kering perlahan-lahan. Diluar, rembulan remang-remang. Hiat-ji
bertiga tampak tidur disudut, sedang pada sudut lain terdapat
dua orang suku Biau yang mendengkur dengan kerasnya. Tong
Ko girang dibuataja. Dengan adanya orang lain didalam goa situ,
tentulah Liat Hwat cousu tak bercuriga kalau disitu terdapat
orang yang bersembuaji. Kalau dia melangkah keluar, andatkata
dipergoki, tentunya hanya dikira kalau orang Biau saja.
Setelah bulat keputusan, dia segera bangkit dan sengaja
batuk-batuk. Tay-keng menggeliat bangun dan duduk. Hati Tong
Ko tergetar, kalau ketahuan, celakalah dia. Tapi sjukurlah Tay-
keng hanya duduk saja sembari mendamprat uring-uringan:

Heng Thian Siau To 176


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Tengah malam buta begini masih kelayapan, ayo lekas tidur


sana!"
Legah hati Tong Ko dikira sebagai orang Biau itu. Diengan
tak lampias dia mengiakan dan terus melangkah keluar goa.
Ketika tiba diambang mulut goa, dia melirik lagi kebelakang.
Disana dilihatnya Tay-keng rebah pula dan kedengaranlah Hiat-ji
membuka mulut: "Tio-heng, dengan siapa kau bicara itu?"
"Seorang Biau, entah mau apa dia tengah malam begini
keluar?" sahut Tay-keng.
"Apa ya?"
Tay-keng mendongkol karena tak dipercaya itu, namun tak
berani dia menyalahi si Hiat-ji. "Masakan bukan? Tu dia masih
berdiri dimulut goal" serunya.
Tong Ko seperti terpaku ditempatnya. Hatinya kebat kebit
tak keruan, takut kalau-kalau kedua orang itu menyusulnya.
Hem..., kedengaran Hiat-ji mendengus sembari menggeliat
balikkan tubuh untuk tidur lagi. Tanpa menoleh lagi, Tong Ko
cepatkan langkahnya keluar.
Saking girangnya bisa keluar dari sarang harimau, Tong Ko
segera tundukkan kepala melihat ketanah, astaga.......disamping
bayangannya yang memanyang karena ditimpa cahaya rembulan
itu, tampak lagi ada sebuah bayangan lain!
Dalam kagetnya pikiran Tong Ko membayangkan dugaan.
Yang mengikutinya itu hanya salah satu dari ketiga orang
lawannya tadi, yakni kalau bukan Tay-keng tentulah Hiat-ji atau
Liat Hwat cousu. Tapi anehnya mengapa orang itu tak
menyerangnya? Pikirannya pun mereka berbagai Ingatan. Bukan
dia takut binasa digunung Thiat-nia situ, tapi dia menjesal

Heng Thian Siau To 177


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

mengapa tak dapat lekas-lekas menuju ke Giok-li-nia saja? Di


Thiat-nia situ paling banyak dia dapat menjelidiki asal asul ilmu
golok it-guan-to-hwat, itupun kalau saja berhasil. Tapi kalau dia
menuju ke Giok li-nia, manfaatnya pasti jauh lebih besar lagi.
Berpuluh-puluh orang gagah patriot akan dapat diselamatkan
dari kebinasaan akibat penghianatan putera Tio Jiang itu. Dan itu
akan berarti suatu sumbangan besar bagi kelangsungan gerakan
menentang penjajah Ceng.
Tapi ....... ah, dengan binasanya putera bungsu Tio Jiang dan
Nyo Kong-lim, para orang gagah itu sudah sama membenci
dirinya (Tong Ko). Betapapun dia memberi laporan diatas
sumpah yang berat, tak nanti mereka mau mempercayainya.
Dilamun oleh pikiran semacam itu, tanpa terasa Tong Ko
tertegun dan termangu-mangu sampai sekian sa'at. Setelah
tersadar, didapatinya keadaan disekelilingnya situ tetap tenang-
tenang saja. Dan ketika dia memandang ketanah lagi
hai..............kemana perginya bayangan tadi?
Mengapa yang terbentang ditanah itu hanya bayangan
sendiri? Juga waktu dia berpaling kebelakang, tiada barang
sebuah insanpun yang kelihatan.
Heran Tong Ko menjadi-jadi. Ya, tak salah lagi tadi terang dia
melihat sebuah bayangan disisinya. Sediak dia mendapat saluran
Iwekang dari Sik Lo-sam dan Ciang Tay-lo, Iwekangnya maju
pesat dan dengan sendirinya pancainderanyapun tajam sekali.
Tapi anehnya orang gaib itu telah mondar mandir tanpa
mengeluarkan sedikit suarapun juga, bahkan sesilir anginpun tak
terasa meniup. Ah, masakan didunia ini terdapat orang yang
sedemikian saktinya? Dari kurang percaya akhirnya dia menarik
kesimpulan bahwa kesemuanya' itu mungkin terbit dari
pikirannya sendiri yang gugup karena takut kepergok lawan

Heng Thian Siau To 178


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Benar dia percaya dirinya telah memperoleh kemajuan ilmu


kepandaian yang pesat, namun sampai dimana tingkat
kemajuannya itu belumlah dia mengetahui dengan pasti.
Begitulah setelah yakin tiada seorangpun yang
menguntitnya, dia lalu memandang keseluruh goa disitu.
Tampak ditengah-tengah sana ada sebuah goa yang besar dijaga
oleh dua orang Biau yang ketiduran pulas. Berbeda dengan lain-
lain goa, goa itu pintunya tertutup dengan kerai rotan. Menduga
gua itu tentulah tempat kediaman Kit-bong-to, kepala suku
Thiat-theng-biau, maka dengan melangkahi penjaganya yang
masih menggeros pulas itu, ia masuk kedalam. Begitu melangkah
masuk, hidungnya segera tersampok dengan bebauan yang
harum sekali. Tapi keadaan dalam goa situ gelap sekali,
sampaipun dia tak dapat melihat tangannya sendiri. Setelah
sejenak memulangkan kegoncangan hatinya, Tong Ko segera
berindap-indap melangkah maju. Dalam kegelapan tangannya
merabah sebuah meja. Ketika tangannya menekan meja Itu,
biar........... seketika terang benderanglah ruang goa itu!
Mengira kalau dirinya akan dijebak orang, sebat sekali Tong
Ko segera melolos jwan-pian terus dibolang-balingkan dalam dua
jurus gerakan. Tapi ternyata dia hanya menghantam angin
karena disitu tiada terdapat barang seorang manusiapun jua.
Kini insjaflah dia, bahwa penerangan itu adalah dia sendiri yang
menimbulkan sewaktu tangannya menekan meja batu itu.
Diperiksanya meja itu, kiranya disitu terdapat 4 butir ya-beng-cu
mutiara bercahaya terang). Mutiara-mutiara ini ditutupi
berlapis-lapis kain hitam Tadi tanpa sengaja tangannya telah
menarik kain selubungnya, hingga terjadi penerangan itu.
Walaupun kaget, namun legah juga had Tong Ko sewaktu
mengetahui bahwa tiada orang yang berada disitu.

Heng Thian Siau To 179


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tetapi kegirangan Tong Ko Itu hanya sekejap saya, karena


pada lain saat terdengar derap kaki orang mendatangi. Kiranya
waktu Tong Ko membolong-balingkan piannya tadi telah
menimbulkan deru sambaran angin yang keras. Tambahan pula
timbulnja penerangan yang mendadak itu, telah membangunkan
kedua penjaga tadi. Serentak mereki masuk kedalam. Buru-buru
Tong Ko meujusup kebawah meja. Dia tetap tak habis mengerti
mengapa hanya goa ini saja yang dijaga orang. Apakah karena
adanya mustika ya-beng-cu itu?
Belum lagi dia mendapat jawaban dari dugaannya itu, dua
pasang kaki yang dibungkus dengan rotan sudah kelihatan
dimukanya, kira-kira hanya terpisah satu setengah meter
jaraknya. Tong Ko anggap sudah tiba waktunja untuk turun
tangan. Liong-kau-pian dijulurkan merayap keluar. Waktu kedua
orang Biau itu mengetahui, sudah terlambat. Ujung liong-kau-
pian itu sudah melilit pada kaki salah seorang dan sekali
disentakkan, maka terjerembablah orang itu menjatuhi
kawannya. Kedua penjaga itu tengel-tengel hendak bangun tapi
Tong Ko yang membarengi menorobos keluar segera mengirim
dua sabetan pian pada seorang dan mengirim sebuah tendangan
pada yang lain. Tak ampun lagi, kedua orang Biau itu jatuh
sungsang sumbal. Rupanya kedua orang itu hendak bertetiak
minta tolong, tapi sebat sekali Tong Ko sudah julurkan jarinya
menutuk jalan darah su-pek-hiat salah seorang dari mereka.
Jalan darah Itu terletak dibawah pelapuk mata, jadi tak
dikerudungi rotan. yang seorang lagi hendak memberosot
keluar, tapi secepat kilat Tong Ko sambar golok orang itu terus
dilekatkan dimukanya.
Bruk......., orang Biau itu ngelumpruk jatuh berlutut ditanah
meratap: "Hohan, ampunilah jiwakui"

Heng Thian Siau To 180


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Ko girang mendengar orang Biau dapat berbahasa Han.


Setelah mendengari disebelah luar sana tiada terdapat
perubahan suatu apa, dia lalu menanyai. Bermula hendak dia
tanyakan lebih dahulu mengapa orang Biau itu menjaga disitu.
Tapi terkilas pada pikirannya, bahwa dalam keadaan segenting
itu tak boleh dia terlalu buang-buang waktu.
Lebih baik chi langsung tanyakan dimana Kit-bong-to simpan
obat-obatannya beracun itu. Memang sudah menjadi watak
Tong Ko sejak kecil mula, dia tak suka memikirkan kepentingan
diri sendiri. Beg;tupun dengan pertanyaan itu, maksudnya jalah
agar dia lekas-lekas dapat mendahulu ambil obat berbisa itu agar
Tio Jiang suami isteri tak sampai mengalami malapetaka. Tapi
justeru karena itu, dia telah kehilangan suatu kesempatan yang
bagus. Dan untuk kesempatan itu, kelak dikemudian hari dia
harus menebusnya dengan jerih payah yang sangat. Tapi baiklah
haI itu kami tangguhkan dahulu pada bagian belakang dari kisah
ini.
"Dimana yu-tio (kepala suku) menjimpan obat-obatnya?"
Orang Biau itu mengatupkan matanya sejenak lalu
menyahut: "Tidak disinil"
"Ayo, lekas antarkan aku kesana dan tak nanti kuganggu
jiwamu!"
Orang itu berbangkit dan Tong Ko segera menggandeng
tangannya untuk diajak pergi. Berliku-liku jalanan yang
ditempuh, melalui perkampungan goa yang banyak sekali
jumlahnya. Tong Ko sampai kehilangan pedoman arah jalanan,
tak tahu dia hendak dibawa kemana. Tetapi karena dilihatnya
orang Biau itu tak mengunjuk tanda-tanda membangkang, jadi
diapun tak curiga. Memang. dia tak menjelami alam pikiran. suku

Heng Thian Siau To 181


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Thiat-theng-biau. Mereka itu ternyata menjayangi obat


racunnya, melebihi dari jiwanya sendiri. Sekalipun kepala suku
yang memberikan sedikit kepada lain orang, merekapun tak
puas. Bahwa per-tama2 yang ditanyakan adalah tentang obat
racun yang chas menjadi pusaka warisan bangsanya, orang Biau
itu diam-diam telah mereka suatu rencana.
Pada lain saat ketika membiluk pada sebuah tikungan,
merontalah orang itu sekuat-kuatnya lalu berteriak-teriak keras-
keras. Kaget Tong Ko bukan alang kepalang. Mimpipun tidak dia
kalau orang itu hendak mengelabuhnya. Tadi karena dia tak
bercuriga, cekalannyapun agak kendor, maka gitu meronta
dapatlah orang Biau itu terlepas terus lari kebelang sembari
berteriakteriak. "Plak", cepat Tong Ko timpukkan golok lengkung
dan tepat mengenai ulu punggung orang itu. Tetapi karena
tubuh orang itu dibungkus dengan rotan besi yang keras, jadi tak
kenapa-kenapa.
Beberapa kejap saya, hiruk ikuklah suasana disekeliling situ.
Be-ratus obor keluar darl goa-goa. Tiada lain daya bagi Tong Ko
kecuali bersembunyi dibalik sebuah batu besar.
Tak berselang berapa lama, muncullah Kit-bong-to
membawa ratusan orang Biau yang sama siap lengkap dengan
golok sabitnya. Mereka lalu pecah diri berpencaran mencarinya.
Ada dua dua regu yang makin mendekati ketempat
persembunyian Tong Ko. Terhadap suku Thiat-theng-biau,
karena dirinya merasa salah, rela sudah Tong Ko ditangkap. Tapi
mengingat apabila sampai kepergok kawanan. Hiat-ji dirinya
pasti akan binasa, Tong Ko mengambil putusan lain. Sebelum
mati bercermin bangkai (sebelum mati lebih baik berusaha dulu
menentangnya). Setelah menghimpun semangat, dia segera

Heng Thian Siau To 182


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

enjot kakinya melayang keluar. Belum kakinya menginjak tanah,


liong-kau-pian sudah berputar-putar menjadi sebuah lingkaran
sinar merah. Tujuh atau delapan orang Biau terjungkal mundur.
tapi belum Tong Ko dapat membuka d'alan, orang-orang Biau
yang lain sudah maju mengerumuninya lagi sembarl
berteriakteriak keras.
Sebenarnya Tong Ko pun tak ingin terlalu banyak
mengorbankan jiwa orang Biau, namun betapa usahanya untuk
menobros kian kemari, tetap dia gagal membuka kepungan
pagar golok sabit yang mengelilingi rapat-rapat itu. Dalam pada
dia gelisah kebingungan itu, tiba-tiba terdengar suara sultan
nyaring dan siraplah hiruk teriakan orang-orang Blau itu. Kini
mereka sama tegak berdiri diam. Pada lain detik, muncullah Kit-
bong-to kemuka. Setelah mengawasi beberapa jenak pada Tong
Ko, dia berseru: "Siapakah yang pada siang hari ini membunuh-
bunuhi saudara-saudara suku kami? Kaukah?"
"Ya!" sahut Tong Ko dengan tegas ringkas.
Kepala suku Thiat-theng-biau itu mengangguk, ujarnya:
"Kiranya kau ini seorang jantan yang keras, seperti juga kami
suku Thiat-theng-biau. Ada apa kau datang kemari?"
Melihat orang tak bernada gusar; legalah hati Tong Ko,
sahutnya: Kit-yu-tio, ketiga orang yang datang kemari itu adalah
kaki tangan kerajaan Ceng. Apabila mereka hendak meminta
obat racun padamu, harap jangan diberi!"
"Mengapa?"
Dalam detik itu tak dapatlah Tong Ko mencari jawaban yang jitu,
maka dengan tersipu-sipu dia menjawab: "Tentara Ceng telah
merampas wilayah kami, main bunuh main perkosa dan berlaku
sewenang-wenang. Rakyat ingin benar me-ngunyah-ngunyah

Heng Thian Siau To 183


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

daging dan menguliti tubuh mereka. Bagaimana kau hendak


membantu mereka?"
Kit-bong-to goyang kepala, ujarnya: "Hal itu tiada sangkut
pautnya dengan kami. Liat Hwat consu telah menyampaikan
firman kerajaan Ceng yang mengangkat diriku sebagai yang
dipertuan dari suku Biau Sip-ban-tay-san. Jadi akupun kini
seorang pembesar kerajaan!"
Bermula Tong Ko hendak membangkitkan rasa cinta-negeri
pada sanubari Kit-bong-to. Tapi serta didengarnya keterangan
itu, dia tertegun diam. Belum dia sempat merangkai jawaban
atau darI arah belakang Kit-bong-to suara tertawa kata orang:
"Ucapan Kit tho-si memang benar seratus persen. Adalah orang
she Tong itu yang bermata tapi seolah-olah buta!"
Menyusul dengan seruan itu, muncul seorang pemuda
gagah sembari menghunus sebatang pedang. Itulah Tio Tay-
keng! Melihat dia, mata Tong Ko seperti memancar api.
Dengan mengaum keras dia lontarkan liong-kou-pian
meniapu tubuh orang. Tay-keng menggeliat kesamping, melolos
pedang dia lalu kembangkan permainan pedang to-hay-kiam-
hwat yang termasjhur itu. Malah dua jurus sekaligus diserangkan
yakni Ceng-wi-tiam-hay dan boan-thian-kok-hay, gaja
kedahsyatan tiada taranya. Belum lagi Tong Ko sempat
menggerakkan piannya, dia sudah didesak rapat.
Tong Ko balikkan sikunya robah gerakannya dalam jurus
kou-lo-ki-lu, barulah dia dapat meloloskan diri lalu loncat
kesamping.
Ketika dia siap untuk memulai menyerang lagi, sekonyong-
konyong telinganya dilengkingi oleh tiupan suara orang: "Hai,

Heng Thian Siau To 184


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kau juga harus mengasoh!" Seketika pinggangnya scrasa


kesemutan dan tubuhnya condong kesamping. Kiranja separoh
tubuhnya sebelah kanan tak dapat digeraklcan lag!, terang kalau
kena ditutuk orang. Namun sebagaimana telah diketahui, tubuh
Tong Ko itu terbagi menjadi dua, "masakan" Sik Lo-sam dan
gemblengan Ciang Tay-lo. Dia memiliki dun macam lwckang yang
sakti, hanya sayangnya sampai pada sa'at itu latihannya masih
belum sempurna. Tubuh yang sebelah kanan tertutuk, yang
sebelah kiri masih tetap biasa. Bermula hendak dia pindahkan
pian ketangan kirl tapi pada lain sa'at terkilas pada pikirannya,
lebih baik dia pura-pura tak berdaya. Pertama hendak dia lihat
perkembangannya lebih jauh dan kedua kali dia cukup
mengingsjafi kelihayan Liat Hwat cousu. Biar dia gunakan
simpanan tenaganya itu untuk mengadu jiwa dengan Tay-keng!
Begitulah dia pura-pura rubuh ketanah dan benar juga
tampak Lint Hwat cou-su dan Hiat-ji menghampiri dengan
perlahan-lahan.
"Sekali jaring ditebar, tiada mata lubangnya. Kalau tak
kuberesi budak ini, tentu akan menimbulkan bahaya dikemudian
haril" seru Tay-keng dengan kegirangan Melangkah maju dia lalu
tusukkan ujung pedang ketenggorokan Tong Ko.
Adalah menjadi harapan Tong Ko agar ujung pedang
Taykeng Itu lekas-lekas tiba, supaya dia dapat gunakan tenaga
tangannya kiri. Tapi baru dia hendak bergerak, terdengarlah Kit-
bong-to keburu berseru: "Tio kongcu tahan dululah!"
"Kit tho-si hendak memberi pesan apa?" tanya Tay-keng
agak terkesiap.
"Anak muda ini adalah seorang jantan keras. Kupenuju
padanya, biar dia bekerja pada kami disini" sahut Kit-bong-to.

Heng Thian Siau To 185


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tay-keng berobah wajahnya. Baru dia hendak membuka


mulut, Hiat-ji sudah memberi isyarat mata, ujarnya: "Tio-heng,
semalam kami telah mengemukukan obat itu dan rupanya dia
meluluskan. Baiklah kau simpan dulu pedangmu dan cukup jaga
saja padanya!"
Rupanya Tay-keng mengerti bahwa Hiat-ji dan suhunya itu
"ngesir" (dendam) pada Kit-bong-to, maka sembari mengangguk
dia menyahut: "Kit tho-si, hal ini perlu dirundingkan lagi!" Dia
mundur selangkah, ujung pedangnya dijulaikan kearah bawah
(tanah) sembari masih digerak-gerakan pelahan-lahan. Itulah
gaja sikap gerakan Ceng-wi-tiam-hay. Asal tangannya membalik
keatas, maka dapatlah ujung pedangnya itu menusuk Kit-bong-
to.
Memang ilmu silat Kit-bong-to itu tak seberapa tingginya,
jadi sedikit pun dia tak menginsjafi "bom waktu" yang dipasang
tetamunya itu. Disamping itu dia dimabuk kegirangan atas
kedatangan ketiga tetamunya yang membawa firman kerajaan
itu. Namun karena din sebagai kepala suku yang perintahnya
selalu diturut oleh anak buahnya, maka diapun marah
mendengar penyahutan Tay-keng tadi.
"Apa yang akan dirundingkan lagi?" serunya dengan gusar.
Hiat-ji tertawa menjeringai, ujarnya: "Oleh karena yutio
hendak mengambil anak itu, maka sebaiknya kita lakukan barter.
Kami serahkan anak itu dan yutio berikan kita resep pembuatan
obat beracun itu."
"Ngaco!" seketika Kit-bong-to menghardik dengan keras.
Hiat-ji menggeram keras-keras dan Tay-keng yang dapat
menangkap isyarat itu segera balikkan tangannya menusuk
tenggorokan kepala suku itu.

Heng Thian Siau To 186


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Mimpipun tidak Kit-bong-to kalau "duta kerajaan" itu


berpaling haluan secara tak disangka-sangka. Dan begitu cepat
kiblat pedang itu menyambar, jangankan hendak menghindar
sedang untuk berteriak saja tak mempunyai kesempatan lagi.
Adalah pada saat-saat maut merangsang itu, tiba-tiba
kedengaran Tay-keng menjerit keras dan terlempar jatuh
kesamping, crak ....., ujung pedang itu hanya menggurat
disamping dada kepala suku Biau yang ditutupi rotan besi saya,
jadi dia tak kurang suatu apa.
Apa yang terjadi? Ketika dia mengawasi, kiranya ujung pian
Tong Ko telah memakan segumpal daging betis Tay-keng,
sehingga putera Tio Jiang yang "manis" itu berlumuran darah
kakinya. Kini Kit-bong-to tahu bahwa Tong Ko lah yang menolong
jiwanya. Dan karena kedok ketiga "duta kerajaan" Itu telah
ketahuan, dia lalu berseru keras-keras memberi komando.
Bagaikan sarang tawon dionggok, bergelombanglah orang-orang
Thiat-theng-biau itu mengepung ketiga tetamunya.
Juga Hiat-ji dan Liat Hwat cousu tahu jelas apa yang telah
terjadi. Heran mereka dibuatnya mengapa anak yang sudah
tertutuk jalan darahnya itu dapat melakukan serangan tiba-tiba
sedemikian dahsyatnya. Dalam pada itu orang-orang Thiat-
theng-biau sudah menyusun kepungannya dengan rapat dan rapi
sekali. Tiba-tiba ketika Kit-bong-to hendak undurkan diri masuk
kedalam barisannya, Liat Hwat cousu tertawa melengking dan
tahu-tahu tubuhnya melayang kearah Kit-bong-to. Belum
orangnya tiba ditanah 4 buah hantaman sudah dilancarkan,
buk..., buk.., buk.., buk..., dan 4 orang Thiat-theng-biau segera
muntah darah terus rubuh binasa. Cepat bagai burung rajawali
dia mencengkeram tulang pipeh (pundak) Kit-bong-to terus
diangkatnya keatas, serunya: "Barang siapa berani bergerak, kau

Heng Thian Siau To 187


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

pasti hilang nyawamu. Lekas perintahkan orang-orangmu


berhenti!"
Liat Hwat mempunyai Iwekang yang sempurna. Walaupun
seruannya itu perlahan-lahan namun kumandangnya jauh
menggema kemana-mana. Melihat kepala sukunya ditawan
dengan sendirinya orang-orang Thiat-theng-biau itu sama
ketakutan. Sebaliknya Kit-bong-to sendiri tetap diam membisu.
"He...., he....," Liat Hwat tertawa mengekeh, "rupanya kau
tak kenal kelihayan. Ayo, berikan tidak resep obatmu itu? Kalau
membangkang, kau akan segera menjadi bangkai!"
––––––––––

BAGIAN 16
TIO JIANG MENOLONG PUTRINYA

Kit-bong-to tetap membisu. "Kalau belum pernah makan


tanganku, rasanya kau tentu tetap kepala batu ya?" kata Liat
Hwat sembari menampar dada kepala suku itu.
Huak....., darah segar menjembur dari mulut Kit-bong-to,
namun dia tetap bisu laksana patung. Adalah Tong Ko yang tak
tega melihat keganasan itu, segera berteriak: "Liat Hwat cousu,
dia tak pandai ilmu silat. Tidakkah kau merasa malu untuk
menjiksanya begitu macam?"
Liat Hwat mengekeh, serunya: "Hiat-ji, dialah yang mengerti
ilmu silat. Coba kau tekan dia, tentu tak dianggap memalukanlah
!"

Heng Thian Siau To 188


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Hiat-ji mengiakan lalu melangkah maju. Dari tempatnya


diatas tanah, Tong Ko menyambutnya dengan sebuah sabetan
pian tangan kiri. Sayang dia hanya berdiri dengan kaki sebelah
kiri, jadi tubuhnya terhuyung dan sabetannya itupun tak genah
arahnya.
Dengan mudahnya Hiat-ji menghindar lalu menjengkelitnya
hingga menggelepar jatuh didekat Kit-bong-to. Sewaktu Tong Ko
hendak bangun lagi, didengarnya dengan suara lemah Kit-bong-
to berkata: "Ilmu permainan........golok lengkung itu........ "
Tergerak hati Tong Ko, pikirnya: "Kedatangan Hiat-ji bertiga ke
Thiat-nia situ yang terutama jalah akan mencari keterangan
tentang ilmu golok it-guan-to-hwat itu. Apakah bukannya kepala
suku itu hendak menyampaikan rahasia ilmu itu padaku?" Buru-
buru dia mendongak mengawasi kearah Kit-bong-to; tapi kepala
suku itu terengah-engah napasnya tak dapat bicara genah lagi
karena ditekan oleh cengkeram Liat Hwat cousu.
Dalam pada itu Tay-keng telah membalut luka dibetisnya
dan kini tampil menghampiri lagi. Dengan Tong Ko dia menuntut
penghidupan "seperti air dengan api". Dua kali sudah dia
mendapat luka ditangan Tong Ko, maka bencinya terhadap anak
muda itu sampai menyusup kedarah daging. Begitu tiba Tay-
keng segera mengirim sebuah tendangan keras. Karena separoh
tubuh Tong Ko tertutuk, maka begitu kena tendangan, tubuhnya
segera terlempar keatas. Belum sempat dia gerakkan pian
membalas, pahanya terasa sakit sekali. Luka sepanjang 20-an
centi telah diguratkan ujung pedang Tay-keng diatas pahanya
itu.
"Siaocu, kalau hari ini tak kucincang badanmu, rasanya
hatiku tentu masih mendendam!" seru Tay-keng dengan
beringas. Dan sebelum tubuh Tong Ko melayang turun, dia susuli

Heng Thian Siau To 189


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

lagi dengan sebuah tendangan. Lagi-lagi tubuh Tong Ko


melambung keudara.
Adalah secara kebetulan sekali, tendangan kedua dari Tay-
keng itu bahkan berobah menjadi suatu keuntungan bagi Tong
Ko. Karena tendangan itulah maka jalan darahnya yang tertutuk
itu kini menjadi terbuka. Secepat dia turun ketanah, bagaikan
banteng ketaton dia kirim 3 serangan pian. Yang dua tepat
mengenai pedang Tay-keng. Kejut Tay-keng tak terkira ketika
didapatinya tenaga hantaman lawan itu luar biasa kuatnya
hingga hampir-hampir pedang terlepas dari cekalannya. Buru-
buru dia menjurut kebelakang lalu menangkis serangan pian
yang berikutnya.
Sudah menjadi tekad Tong Ko, untuk mengadu jiwa dengan
lawannya itu. Dia tak ambil pusing lagi bahwa disana masih ada
Liat Hwat yang lihay. Ilmu permainan pat-sian-pian (pian 8 dewa)
dimainkan dengan gencarnya, sedang tangannya kanan
berserabutan menghantam dan mencakar. Benar karena kalah
peyakinan tubuhnya kena dilukai beberapa kali, namun
musuhpun dibuatnya sibuk bukan kepalang hingga berulang-
ulang menjerit-jerit minta bantuan Hiat-ji.
Melihat kebandelan kepala suku Biau itu, Liat Hwat ambil
putusan untuk membunuhnya seja. Krek......, begitu dia keraskan
cengkeramannya lalu lemparkan tubuh Kit-bong-to yang sudah
tak bernyawa itu ketanah.
"Dengarkanlah hai....... orang-orang Biau! Barangsiapa yang
melawan, Kit-bong-to adalah contohnya!" serunya.
Sejak kecil Kit-bong-to memiliki tenaga kekuatan yang luar
biasa. Setelah diangkat menjadi kepala suku, orang-orang Thiat-
theng-biau itu sangat taat dan memujanya. Bahwa kini

Heng Thian Siau To 190


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kepalanya itu dapat dibinasakan, merekapun menjadi keder dan


tak berani bergerak lagi. Melihat itu Liat Hwat menjadi girang.
Baru dia hendak menanyakan tentang rahasia obat mujijat itu,
tiba-tiba dari lamping gunung sana terdengar jeritan seorang
perempuan: "Hem....., Tok-kak-sin-mo.......! Kalau kau tak
lepaskan aku, begitu ayahku datang menyusul, masakan kau
dapat menandinginya?"
"Huh, takut apa? Kalau aku bukan lawannya, kau sendiripun
tak nanti dapat hidup, ha....,ha....., kita sama-sama mati!"
kedengaran suara penyahutan.
Orang-orang yang berada dalam dataran gunung situ,
terkejut mendengar percakapan sepasang laki perempuan itu
karena mereka tahu sudah bahwa kedua orang itu adalah Tio In
dan sikaki satu Sin Tok. Kalau Tong Ko kegirangan mendengar
bahwa Siau-bengsiang Tio Jiang segera akan tiba, adalah Tay-
keng yang serasa hilang semangatnya karena ketakutan. Begitu
gerakannya agak ajal, pundaknya kena termakan ujung pian,
sakitnya bukan alang kepalang.
"Shin-heng, lekas bantui aku! Anak ini kerangsokan setan!"
serunya kepada Hiat-ji. Tapi pada lain saat, telinga seperti
disusupi suara lengkingan "jangan kuatir, makin kau berpura-
pura terdesak, makin baiklah". Kiranya itulah pesan Liat Hwat
yang dibisikkan melalui ilmu thoan-im-jip-bi. Kini hatinyapun
mantep pula.
Adalah pada saat itu Tok-kak-sin-mo dengan mengepit Tio In
sudah muncul disitu.
Girangnya sikaki satu bukan kepalang ketika didapati konco-
konconya berada disitu.

Heng Thian Siau To 191


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Ho, kiranya kalian berada disini, aku diuber-uber Tio Jiangl"


serunya.
Sedang Tio In yang melihat engkohnya (Tay-keng) sedang
bertempur dengan Tong Ko segera meneriakinya: "Ko-ko, Ko-
ko!"
Bermula Tong Ko mengira kalau saat itu Tok-kak-sin-mo dan
Shin Leng-siau tentu sudah membawa Tio In kekota raya, maka
sejenak dia menjadi tertegun demi mendengar teriakan nona
yang dicintainya itu.
"In-moay, apakah ayahmu segera akan tiba kemari?"
serunya.
"Secepatnya tentu dia sudah kesinil" sahut Tio In.
Memang rencana Tok-kak-sin-mo dan Shin Leng-siau hendak
membawa nona itu kekota raja untuk menjebak Siau-beng-siang
Tio Jiang.
Maka sedikitpun tak mereka sangka bahwa selekas itu Tio
Jiang dapat menerima berita lalu terus melakukan pengubaran.
Maka rencana tujuan mereka berobah, bukannya menudu
keutara tetapi kebarat laut (barat utara). Maksudnya ialah untuk
membilukkan perhatian orang. Pada hakekatnya bagus juga
siasat itu.
Memang Tio Jiang telah keliru menyusul keutara. Tetapi
oleh karena kalangan persilatan dari kedua wilayah Kwisay dan
Kwitang itu sebagian besar adalah sahabat2 Tio Jiang, maka
begitu mereka mendapatkan jejak Tok-kak-sim-mo, dengan
cepat mereka memberi informasi (keterangan) pada Tio Jiang
berganti arah menuju kebarat laut.

Heng Thian Siau To 192


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Oleh karena disepanjang jalan itu Tok-kak-sin-mo selalu


dirintangi oleh hadangan-angan sahabat-sahabat Tio Jiang, ja
sekalipun kesemuanya dapat dirubuhkan, namun sekurang-
kurangnya juga tak sedikit menghambat waktu mereka (Sin Tok
dan Shin Leng-siau). Begitulah ketika tiba didaerah pegunungan
Sip-ban-tay-san, Tio Jiang telah dapat mencandaknya.
Sebenarnya kedua orang itu dapat melajani Tio Jiang, tapi
karena sikaki satu berusaha sekuat-kuatnya agar Tio In jangan
sampai kena direbut Tio Jiang lagi, maka dia tak mau terlibat
dalam pertempuran dan melainkan main lari seribu langkah.
Begitu tampak dari kejauhan Tio Jiang mengejar, Tok-kak-
sin-mo dan Shin Leng-siau segera keprak kudanya mencongklang
sepesat-pesatnya.
Sekalipun begitu, karena tunggangannya itu sudah keliwat
cape dilarikan siang malam tanpa berhenti dan kedua kalinya
karena jalanan digunung Sip-ban-tay-san itu legak-leguk ber-liku-
liku, jadi malah lambat.
Mendengar disebelah muka sana anaknya tak henti-
hentinya berteriak-teriak, TIo Jiang tancap gas berlari sekencang-
kencangnya. Dalam beberapa kejap saya, jarak mereka itu makin
dekat. Sedang disebelah muka adalah merupakan jalan buntu
yang menuju kesebuah karang. Tersipu-sipu kedua orang itu
lompat turun dan kudanya.
Baru Shin Leng-siau memutar tubuh hendak siap
menantikan lawan, atau Tie Jiang sudah loncat menerjangnya
dengan pedang pusaka yap-kun-kiam. Sret...., sret....., mata Shin
Leng-siau menjadi silau dengan cahaya gemilang dari pedang
pusaka itu dan tahu-tahu bahunya kena tertusuk.

Heng Thian Siau To 193


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Nampak kawannya terluka, bukannya maju. menolong


sebaliknya sikaki satu dengan gayanya berloncatan kaki satu,
segera melarikan diri. Tio Jiang tak mau menghajar Shin Leng-
siau lagi, cukup dia kirim sebuah tendangan yang telah membuat
orang itu terlempar setombak jauhnya. Yakin bahwa korbannya
itu tentu menderita luka berat, Tio Jiang berputar tubuh terus
mengejar. sikaki satu.
Sin Tok menyongsong dengan kapaknya. Untuk lekas-lekas
menolong puterinya, Tio Jiang tak mau buang banyak waktu.
Segera dia gunakan jurus hay-siang-tiau-go, tubuhnya tiba-tiba
diam. Ini diartikan lain oleh Sin Tok yang sudah kegirangan
karena mengira ada kesempatan untuk menyerang. Tapi baru dia
gerakkan kapaknya, jurus hay-siang-tiau-go yang penuh dengan
perubahan itu sudah bergerak. Pedang serentak berobah
menjadi separoh lingkaran bundar, lewat disela kapak terus
merangsang muka orang.
Tok-kak-sin-mo Sin Tok adalah murid kesajangan dari Ban-
bok-sin-bu, iblis nomor satu didaerah Biau. Watak Ban-bok-sin-
bu itu sangatlah ganasnya. Dia mempunyai banyak murid, tapi
begitu dia marah-marah, dia mencari hiburan dengan
membunuh-bunuhi muridnya. Sebelah kaki dari Sin Tok itupun
gurunya itulah yang memotongnya. Namun karena Sin Tok
bertekad untuk memiliki kesaktian, jadi diapun tak mendengar.
Makin tua adat Ban-bok-sin-bu itu makin gila-gilaan, sehingga
dia dijuluki sebagai iblis nomor satu dari daerah Biau-ciang.
Semua anak muridnya habis dibunuhnya, kecuali tinggal Sin Tok
seorang. Oleh karena Sin Tok pandai mengambil hati dan tekun
melayani, maka Ban-bok-sin-bu tak membunuhnya dan bahkan
mengangkatnya menjadi akhliwarisnya.

Heng Thian Siau To 194


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sin Tok telah mendapat warisan pelajaran sepertiga bagian


dari suhunya. Ban-bok-sin-bu itu sebenarnya orang Biau,
sewaktu kecil dia telah berjumpa dengaa seorang sakti sehingga
kepandaiannya tiada taranya.
Hanya sepertiga bagian saja Sin Tok mendapat pelajaran dari
sang suhu, namun dalam golongan jago-jago kelas satu dari
istana Ceng, dia tergolong yang terkemuka.
Maka dapatlah dia mengetahui bahaya apa yang dibawa
oleh serangan Tio Jiang itu. Dalam gugupnya buru-buru dia pakai
kapaknya untuk melindungi mukanya. Untung dia berbuat begitu
dan tak mau temaha menyerang orang. Sekalipun begitu,
sewaktu kapak beradu dengan pedang, maka kutunglah kapak
besar itu menjadi dua.
Tersipu-sipu Sin Tok loncat kesamping. Sejak sebelah
kakinya dikutungi sang suhu, Sin Tok berjerih payah melatih diri.
Hasilnya, walaupun hanya dengan sebuah kaki namun
loncatannya itu jauh melebihi dari orang biasa. Sekali loncat
dapatlah dia mencapai dua tombak lebih jauhnya. Dan sebelum
Tio Jiang sempat mengejar, dia sudah lekatkan kutungan
kapaknya itu kemuka Tio In, serunya: "Siou-beng-siang, setindak
saja kau melangkah kemari, anak perempuanmu pasti akan tak
bernyawa!"
Terpaksa Tio Jiang hentikan langkahnya, sahutnya:
"Selembar rambut saja kau ganggu In-ji, tentu tubuhmu akan
kucincang hancur lebur!"
Sedangkan Tio In yang melihat ayahnya ditekan oleh
ancaman sikaki satu itu, segera berseru dengan lantangnya:
“Yah, kau ini bagaimana? Seringkali kau tanamkan dalam
sanubariku, bahwa kepentingan umum, itu diatas kepentingan

Heng Thian Siau To 195


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

peribadi. Bangsat ini adalah kaki tangan musuh, bukannya kau


bunuh dia demi keselamatan rahajat tetapi utamakan
kepentingan anak sendiri!"
Tio Jiang mengeluh dalam hati. Dia seorang yang
berperibadi lurus. Dipikir-pikir ucapan anaknya itu memang
benar. "In-ji, anggaplah bahwa ayahmu berdosa kepadamu,
namun musuhmu itupun tak nanti dapat terlolos dari tanganku,
semoga kau dapat mengasoh dialam baka dengan tenang!"
serunya sembari maju menerjang.
Melihat siasatnya gagal, siayah tak mempan digertak dan
sianak tak takut mati, Sin Tok menjadi kelabakan sendiri. Dia tak
berani laksanakan gertakan dan melainkan buru-buru mundur
kebelakang untuk menghindari tusukan Tio Jiang.
Namun Tio Jiang tetap merangsang maju dengan gerak boan-
thian-kok-hay. Taburan sinar pedang memburu keatas kepala
lawan. Dengan kutungan kapak, Sin Tok tak berdaya menghalau
serangan lawan. Tiba-tiba dia mendapat akal. Kutungan kapak
dan tangkainya ditimpukkan, tring, tring, tring, pedang
menghantam dan putuslah kutungan kapak itu menjadi empat
potongan kecil lagi.
Menyusul dengan itu. Tio Jiang turunkan ujung pedang
kemuka untuk menusuk ulu hati Sin Tok. Tapi baru menjulur
setengah jalan, buru-buru dia tarik pulang pedangnya.
Kiranya sikaki satu itu memang cerdik sekali. Setelah
melemparkan kapak, dengan sebat sekali dia segera
mencengkeram Tio In. Begitu pedang menusuk dia pakai tubuh
nona itu sebagai perisai.

Heng Thian Siau To 196


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tanpa disadari, Tio Jiang tarik serangannya. Sebaliknya Tio In


tak setuju dengan tindakan ayahnya itu, serunya: “Yah, mengapa
kau masih ragu-ragu?
Ayo teruskan tusukanmu, biar aku mati tapi bangsat ini pun
turut mampus!"
Betapapun kuatnya peribadi Siau-beng-siang itu, namun dia
tetap seorang ayah yang sayang akan puteri kandungnya. "In-ji!"
keluhnya.
Sin Tok yang ganas licik dapat meneropong isi hati Tio Jiang.
Baru orang mengucapkan kata-katanya yang terakhir, secepat
kilat dia ajukan tubuh Tio In kearah ujung pedang Tio Jiang, siapa
sudah tentu menjadi terperanjat sekali dan tersipu-sipu surutkan
pedangnya kebelakang. Hanya suara ketawa sinis yang panjang
dari si Iblis sakti berkaki satu itu saja yang sejenak kedengaran,
karena orangnyapun sudah loncat jauh-jauh terus meluncur
pergi laksana seekor elang menggondol anak ajam.
Tersadar dari kejutnya, Tio Jiang buru-buru mengejar lagi.
Tetapi berulang kali Sin Tok gunakan siasat tadi, yakni gunakan
tubuh Tio In untuk menyambut serangan pedang. Begitulah kejar
mengejar secara demikian berlangsung sampai beberapa lama.
Sin Tok terus mendaki kepuncak, perhitungan, begitu tiba diatas
puncak yang menjulang tinggi itu, mudahlah dia untuk
menghadap lawan yang berada disebelah bawah.
Tanpa disadari puncak yang tengah didakinya itu adalah
puncak Thiat-nia. Dan betapalah girangnya ketika dipuncak itu
dia jumpahkan Hiat-ji dan siorang tua kate Liat Hwat cousu atau
Im-yang-sin-mo Put-siu. Hiat-ji berlari menyongsongnya dan
membisiki: "Sin-heng, bila nanti Siau-beng-siang datang, jangan

Heng Thian Siau To 197


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sekali-sekali membocarkan rahasia puteranya. Kita ada rencana


bagus!"
Benar samar-samar Tio In dapat mendengar kata-kata "Siau-
beng-siang" dan "puteranya" itu, namun dia tak dapat
mendengar keseluruhannya dengan jelas. Sayang, andaikata kala
itu ia dapat mendengar jelas, tentu akan segera dapat melucuti
kedok engkohnya, si Tay-keng itu.
Pada saat itu terdengar sebuah suitan disusulnja dengan
munculnja seorang berperawakan gagah perkasa sembari
mencekal sebatang pedang yang hijau kemilau cahayanya. Itulah
dianya, Siaubeng-siang Tio Jiang!
“Yah, harap kau lerai dulu engkoh dan Tong Ko yang
berkelahi itu, entah mengapa mereka bertempur mati-matian
itul" seru Tio In demi melihat kedatangan ayahnya.
Berbeda dengan nona itu, Sin Tok tahu sudah mengapa
kedua anak muda itu bertempur. Demi mendengar seruan Tio In
kepada Tio Jiang Jiang tadi, diam-diam dia mengeluh. Celaka,
rahasia Tay-keng tentu akan pecah, demikian pikirnya. Kala itu
Tong Ko tengah mendesak Tay-keng dengan serangan liong-kau-
pian, sebaliknya menuruti pesan Liat Hwat cousu, Tay-keng tetap
bertahan sekuat-kuat-nya.
Sampai pada detik itu, Tio Jiang masih anggap puteranya itu,
seperti dirinya, adalah orang yang setia pada tanah air. Atas
seruan Tio In tadi, Tio Jiang segera melangkah maju dan sret, dia
hantamkan yap-kun-kiam ditengah kedua senjata anak muda
yang bertempur itu.
Tay-keng cepat mundur, sebaliknya karena mengira Tio Jiang
datang membantu, Tong Ko tetap merangsang maju mengejar
Tay-keng. Tapi baru dia gerakkan liong-kau-pian, ujung pedang

Heng Thian Siau To 198


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tio Jiang telah menjodok pian sampai terpental balik. Dan


menyusul dengan itu, ujung yap-kun-kiam diteruskan menusuk
dadanya. Dalam terperanjatnya, Tong Ko buru-buru menjurut
kebelakang. Tio Jiang maju selangkah, seraya berpaling kearah
puteranya: "Tay-keng lekas turun kebawah gunungl"
Sebenarnya semangat Tay-keng sudah hilang ketika tampak
sang ayah datang. Tapi demi mendengar ucapan ayahnya yang
terang menandakan belum mengetahui rahasianya itu, dia
seperti orang yang hidup kembali dari cengkeram maut. Tanpa
menyahut lagi, dia terus putar tubuhnya mengajun langkah.
Masih Tong Ko belum mengetahui alam pikiran Tio Jiang.
Adakah Siau-beng-siang hendak bertempur seorang diri dengan
kawanan kaki tangan Ceng itu, maka dia suruh puteranya pergi
dahulu, demikian dia coba menarik dugaan.
"Orang she Tio, jangan pergi dahulul" serunya.
Mendengar seruan Tong Ko itu, wajah Siau-beng-siang
berobah bengis, sahutnya dengan tertawa dingin: "Aku tak nanti
ngacir!"
"Bukan kau, melainkan Tio Tay-kengl" Tong Ko tersipu-sipu
memberi penjelasan.
Tio Jiang mendeham geram, serunya: "Kalau hendak
menahan dia, kau harus jangan membiarkan aku hidup dahulul"
Mendengar Tio Jiang makin njeleweng dari perkiraannya,
Tong Ko banting-banting kaki sembari meratap: "Tia .............. "
Tetapi belum lagi dia sempit melanjut kan kata-katanya,
Hiat-ji sudah menumpangi dengan tertawa: "Saudara Tong, Siau-
beng-siang Tio Jiang ketiga beranak, sudah berada dalam

Heng Thian Siau To 199


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

genggaman kita, masakan kuatir mereka akan terbang


keangkasa?
Jangan kau sibuk-sibuk, biar Tay-keng aku yang
memberesinyal"
Dalam tipu siasat yang licik culas, memang Tay-keng tajam
sekali. Seketika tahu sudah dia kemana tujuan kata-kata Hiat-ji
itu. Dia (Tay-keng) hendak "dikembalikan" pada ayahnya sedang
Tong Ko hendak "diambil" menjadi orangnya Hiat-ji.
Untuk menjaga rahasia Tay-keng, Tong Ko hendak dijadikan
kambing hitamnja.
“Yah, biarlah kita berdua ayah dan anak mati bersama!" seru
Tay-keng dengan garang lantang. Dan dengan bolang balingkan
pedangnya, dia "menyerang" Hiat-ji, siapapun lalu melajaninya
secara bersungguh-sungguh. Hola......, suatu permainan
sandiwara yang lihay benar. Jangan lagi Siau-beng-siang Tio Jiang
seorang jujur yang belum pernah berbuat bohong, sampaipun
Tio In sendiri yang sudah menaruh kepercayaan penuh bahwa
kekasihnya (Tong Ko) itu bukan seorang pengchianat, tak urung
pada saat itu menjadl ragu-ragu juga.
"Tok-kak-sin-mo, kalau benar-benar kau ini seorang perwira,
ayo lepaskan aku. Coba kau buktikan saya, adakah kami ketiga
ayah beranak ini, jeri pada kambrat-kambratmu golongan taylwe
ko-chin (jagoan istana) tidakl" akhirnya nona itu menantang
sikaki satu.
Kini Tong Ko sudah sadar akan tipu muslihat yang dipasang
oleh Hiat-ji dkk itu. Saking gusarnya, matanya melotot mulutnya
terlongong-lolong tak dapat ber-kata-kata sampai sekian saat.
Baru tersadarlah dia ketika pelang Tio Jiang menyambar

Heng Thian Siau To 200


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kearahnya. Apa boleh buat, dengan gunakan gerak lincah dalam


ilmu pian pat-sian-pian-hwat ajaran Soa-kim-kang Ciang Tay-lo,
Tong Ko menghindar kesamping. Tio Jiang makin gemas. Dengan
menggerung sekeras-kerasnya dia lancarkan serangan Ceng-wi-
tian hay teramat gencarnya.
Tahu Tong Ko bahwa Tio Jiang itu ternyata masih gelap akan
keadaan yang sebenarnya jadi tetap salah faham mengira kalau
dia (Tong Ko) adalah kaki tangan pemerintah Ceng. Pernah mulut
Siau-beng-siang itu menyatakan bahwa sudah berulangkali
karena teringat akan wajah seseorang, Siau-beng-siang tak mau
membunuhnya. Tapi rasanya kali ini tentu tidak sedemikian lagi.
Ini dibuktikan dari caranya dia melancarkan serangannya yang
begitu mengerikan itu. Adalah pada saat-saat dia meramkan
mata menunggu ajal, sekonyong dia didorong kesamping oleh
suatu tenaga kuat, sehingga terhindarlah dia dari serangan
pedang. Menyusul terdengar suara suara melengking: "Tong Ko,
kau bukan tandingnya Siau-beng-siang. Sana, bantu Hiat-ji
meringkus Tio Tay-keng dan biar aku yang memberesi disini!"
Itulah suara Liat Hwat cousu dan memang dialah .yang
mendorong tubuh Tong Ko tadi. Tio Jiang ganti serangan kearah
orang kate itu, tapi dengan kebutkan lengan bajunya dapatlah
dia menyampok pedang Tio Jiang. Kalau Tong Ko hampir pingsan
saking menahan amarah karena "dibikinkan" oleh kawanan kaki
tangan pemerintah Ceng itu, adalah Tio Jiang terkejut karena
nampak kedahsyatan tenaga orang kate itu. Kini dia tak berani
menandang ringan, bret....., terdengar lengan baju Liat Hwat
tembus berlubang dan ujung pedang langsung menusuk
ketenggorokannya.
Kini adalah giliran Liat Hwat yang kaget bukan terkira.
Jubahnya itu terbuat dari kain hwat-wan-poh keluaran Tibet

Heng Thian Siau To 201


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

yang dijahit dengan benang emas putih (platina). Dengan baju


anti senjata itu, dia berani menyampok pedang lawan. Maka
betapalah kejutnya ketika didapatinya lengan bajunya telah
dapat ditembus oleh pedang lawan.
"Pedang bagus!" sampai-sampai mulutnya mengeluarkan
pujian sembari tundukkan kepala untak menghindari tusukan
pedang. Ujung pedang menjulur lurus disisi leper. Tiba-tiba Liat
Hwat julangkan pundaknya keatas dan tundukkan kepalanya
kebawah. Maksud hendak menjepit pedang itu dengan bahu dan
pipi. Berbahaya ram., paknya jurus yang diunjuk Liat Hwat itu,
namun lihaynja bukan olah-olah. Apabila dapat dijepit, maka,
yang kena dijepit itu adalah bagian punggung pedang itu, jadi tak
berbahaya.
Melihat permainan yang aneh itu, buru-buru Tio Jiang tarik
pulang pedangnya.
Sjukur dia sangat berlaku sebat. Tahu bahwa barhadapan
dengan seorang tokoh sakti, Tio Jiang mundur selangkah. Dalam
kesempatan itu dia memandang kesekeliling situ. Didapatinya
Tio In tetap diringkus Sin Tok sedang disebelah sana benar juga
Tong Ko tampak sedang "membantui" Hiat-ji mergerojok Tay-
keng. Tapi sekilas pandang dia merasa aneh melihat permainan
ketiga anak muda itu.
Bukannya Tay-keng yang dikerubut dua, tapi melainkan
Tong Kolah yang dicecer serangan oleh Tay-keng dan Hiat-ji. Dia
merasa heran namun tak mempunyai banyak kesempatan untuk
mengikuti dengan seksama karena pada saat itu Liat Hwat sudah
menyerangnya dengan kebasan lengan baju. Hebatnya, kebasan
itu ditujukan untuk menutuk jalan darah hwa-kay-hiat dan kian-
keng-hiat lawan.

Heng Thian Siau To 202


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Buru-buru Tio Jiang menghalau dengan pedang.


Demikianlah dalam sekejap saya, pertempuran telah berjalan
empat lima jurus.
Dalam pada itu insjaflah Tio Jiang bahwa kepandaian lawan
itu lebih tinggi dari dia, maka timbullah keraguannya adakah
nantinya dia dapat merampas pulang anak gadisnya. Namun
kebimbangannya itu tak mengurangi kewaspadaannya dalam
memainkan ilmu pedang to-hay kiam-hwat.
"Siapakah kau ini?" serunya bertanya.
Yang ditanya kedengaran tertawa iblis, sahutnya "Thay-ya
inilah yang digelari orang sebagai Liat Hwat cousu. Im-yang-sin-
mo, orang she Mo nama Put-siu"
Memang pernah juga Tio Jiang mendengar akan adanya
tokoh aneh macam itu didaerah Tibet. Tokoh itu seorang pria
tetapi mempunyai suara seperti orang wanita, mempunyai ilmu
kepandaian dari suatu aliran tersendiri. Tio Jiang tak berani
lengah, dimainkan pedangnya dengan lebih gencar. Demikianlah
digelanggang situ telah terbit pertempuran dahsyat dari dun
orang tokoh terkemuka pada jaman itu. Orang-orang Thiat-
theng-biau yang menjaksikannya, sama kesima terlongong-
longong.
Sedang disebelah sana Tong Ko mempunyai rencana sendiri
juga.
Bermula waktu didorong oleh Mo Put-siu tadi, dia agak
terkesiap. Namun dia segera mengambil suatu keputusan. Biar
bagaimana, sukar rasanya dia gunakan lidah untuk membongkar
komplotan itu. Jalan satu-satunya jalah membekuk Tay-keng
lebih dahulu, lalu memaksanya supaya mengakui perbuatannya

Heng Thian Siau To 203


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dihadapan Tio Jiang. Kalau hal itu berhasil, barulah dapat dia
membersihkan diri. Jadi "Disuruh" atau tidak oleh Mo Put-siu
tadi, memang diapun sudah mau lari menghampiri ketempat
Tay-keng.
Tio In yang tak mengetahui duduk perkaranya dan hanya
menjaksikan gerak gerik Tong Ko itu, hatinya seperti diremas. Ia
sudah serahkan hatinya kepada anak muda itu dan bermula
masih belum percaya kalau kekasihnya itu sungguh seorang kaki
tangan Ceng. Tapi apa yang dilihatnya pada saat itu, menjadi
"bukti" yang berbicara. Seketika lenjaplah rasa kasihnya berganti
dengan rasa kedukaan yang hebat, ja lebih hebat lagi daripada
tatkala iIa mendengar berita kematian sang kekasih itu.
Namun Tong Ko tak mendengarnya dan tetap menyerbu
Tay-keng.
Sret...., sret....., dua buah hantaman Iiong-kau-pian dia
serangkan pada Tay-keng. Walaupun hanya bersandiwara,
namun untuk mengelabuhi pandangan Tio Jiang, hebat juga gaya
pertempuran yang dilakukan oleh Tay-keng dan Hiat-ji itu. Ketika
liong-kau-pian Tong Ko menyerang, terperanjat Tay-keng tak
terkira dan hampir saja dia kena disapu oleh pian Hiat-ji.
Lintunglah Hiat-ji tahu gelagat jelek, piannya dibilukkan untuk
menghantam Tong Ko.
Dan justeru tepat pada adegan ini berlangsung, disana Tio
Jiang tepat berpaling mengawasi. Jadi diam-diam Siau-beng-
siang heran tadi, mengapa justeru Tong Ko yang dikerubut dua.
Sayang Liat Hwat keburu menyerang, coba tidak tentu dapatlah
dia mengetahui "baju aseli" dari puteranya itu.
Memang berat bagi Tong Ko untuk melajani kedua orang itu.
Tambahan pula Tay-keng memang sangat bernapsu sekali untuk

Heng Thian Siau To 204


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

membunuh Tong Ko, agar rahasianya tetap tertutup selama-


lamanya. Jadi serangannyapun serba kesusu. Dan benar juga
lewat 10 jurus kemudian Tong Ko sudah kewalahan. Tong Ko
gugup dan pilu. Bukan karena takut mati, tapi karena dengan
kematiannya itu, namanya tetap akan ternoda sebagai kaki
tangan pemerintah Ceng.
"Siau-beng-siang Tio Jiang, dengarlah kata-kataku!" serunya
kepada Tio Jiang.
Tio Jiang yang tengah bertempur gigih dengan Liat Hwat,
sempat pula menyahut: "Binatang macam kau, jangan bicara lagi
padaku!"
Kepedihan Tong Ko sukar dikata. Untuk kesekian kalinya,
kembali dia menerima hinaan secara menjakitkan. Tadi dia telah
menumpahkan rasa hatinya yang penghabisan, namun tetap tak
digubris oleh Tio Jiang.
"Fui......., mengapa kudigolongkan bangsa binatang? Orang
yang buta kenyataan macam kau, itulah yang pantas
digolongkan bangsa babi anjing!' balasnya memaki dengan
gusarnya dan sret............ dia hantamkan piannya dengan kalap
pada Hiat-ji.
Hiat-ji terkejut melihat cara serangan lawan yang seperti
kerbau gila itu. Miringkan tubuhnya kesamping dia terus enjot
tubuhnya menghibur sampai satu tombak jauhnya.
"Tepat sekali makianmu itu saudara Tong! Memang Tio Jiang
itu manusia yang tak kenal kenyataan, tak tahu gelagat. Dia
berkeras hendak membentur pemerintah Ceng, huh......,
memang lebih hina dari bangsa anjing dan babi!"
Demikian licin si Hiat-ji itu memutar balikkan kata-kata Tong Ko
tadi: Tong Ko yang tak pandai merangkai kata-kata itu sampai

Heng Thian Siau To 205


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

termangu diam. Tahu-tahu Tay-keng menyerang dengan.


tusukan ujung pedangnya. Tong Ko hanya mendak sedikit,
cret....... , dia biarkan pundaknya tertusuk ujung pedang tapi
berbareng itu dia hantamkan piannya keleher sipenyerang. Kali
ini benar-benar suatu serangan yang istimewa, sehingga karena
tak sempat menghindar leher Tay-keng telah kena digubat ujung
pian.
Tong Ko sudah seperti orang kerangsokan setan. Begitu
dapatkan hasil tanpa hiraukan luka dipundaknya, dia segera tarik
piannya sekuat-kuatnya. Tay-keng terhuyung kemuka dan
dengan demikian ujung pedangnyapun menjubles makin masuk
kepundak Tong Ko. Tetap Tong Ko tak mempedulikan hal itu,
begitu lepaskan liong-kau-pian dia gunakan kepelannya untuk
menghantam batok kepala Tay-keng. Kalau saja. hantaman itu
mengenai, batok kepala Tay-keng pasti remuk dibuatnya.
"Mah, kau datang!" sekonyong-konyong Tio In berseru
kegirangan. Tong Ko tertegun dan berpaling mengawasi. Sesosok
tubuh melayang datang. Itulah Hui-lay-hong Liau Yan-chiu
adanya. Sembari masih melayang, tangannya sudah bergerak
menimpuk sebuah senjata rahasia kearah tangan Tong Ko.
Seperti telah diketahui, walaupun Yan-chiu itu adalah
sumoaynja Tio Jiang, tapi berkat otaknya cerdas dan waktu
dahulu pernah meminum mustika biji kuning dalam batu, maka
ilmu kepandaiannyapun hebat. Sebenarnya kalau dinilai,
kepandaiannya lebih tinggi dari suaminya (Tio Jiang). Sebenarnya
kalau mau, dapat juga Tong Ko menghindar senjata rahasia itu.
Tapi oleh karena Tay-keng sudah "tergenggam" ditangannya, dia
tak mau tarik pulang tinjunya tadi. Dan tahu-tahu jalan darah
yang-ko-hiat pada siku tangannya telah kena dimakan senjata
rahasia itu. Karena kesemutan gerakan tangannya menjadi ajal

Heng Thian Siau To 206


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dan kesempatan ini digunakan oleh Tay-keng untuk menarik


pedangnya sembari loncat menjingkir.
Namun anehnya Tong Ko tak rasakan jalan darahnya
tertutup, dan begitu mengenai tangan senjata rahasia itu segera
jatuh melayang ketanah. Hai, kiranya senjata rahasia itu hanya
secarik kain yang dipelintir. Hebat nian kepandaian Hui-lay-hong
Liau Yan-chiu itu.
Tampak oleh Tong Ko bahwa Tay-keng kini menghampiri
mamahnya dan berbicara sejenak. Tapi rupanya Yan-chiu tak
banyak menaruh perhatian terus menyerang Tok-kak-sin mo Sin
Tok. Hiat-ji buru-buru perdengarkan kode siulan dan memberi
isyarat mata pada Tay-keng seraya loncat menghampirinya.
"Tio-heng, kita berpisah dulu nanti saja pada pertengahan
bulan depan, kita bertemu lagi dibiara Kong Hau Si Kwiciu!"
serunya berbisik. Dan tampak Tay-keng menganggukkan kepala.
––––––––––

BAGIAN 17
REMUK RENDAM

Luka pada pundak Tong Ko tadi masih mengucurkan darah,


sehingga dia terhuyung-huyung rak dapat berdiri dengan jejak,
namun dengan sempoyongan dia tetap maju menghampiri Tay-
keng. Tapi baru melangkah beberapa tindak, telinganya seperti
tersusup oleh suatu suara yang bernada ramah: "Nak, mengapa
kau tak mengindahkan pesan The Go, berani gegabah keluar
sendirian? Kalau mau meloloskan diri, turutlah perintahkul"

Heng Thian Siau To 207


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Heran Tong Ko dibuatnya. Dia kerlingkan pandangannya


kesekeliling tempat situ. Dalam lingkaran seluas empat lima
tombak, yang tampak hanyalah orang-orang suku Thiat-theng-
biau saja. Dan didalam lingkaran yang merupakan gelanggang
pertempuran situ, kecuali Tio Jiang yang bertempur dengan Liat
Hwat, Sin Tok lawan Yan-chiu dan Hiat-ji "berkelahi" dengan Tay-
keng, tiada barang suatu orang lain lagi. Tapi betapa bening
nyaring suara bisikan tadi menyusup kedalam telinganya, dia
dapat mendengarkannya dengan jelas. Ah, kalau bukan tokoh
yang Iwekangnya sudah mencapai tingkat kesempurnaan,
tentulah tak nanti dapat menggunakan ilmu Iwekang coan-im-
jip-bi begitu. Dan rasanya kepandaian-tokoh itu tidak dibawah
Liat Hwat bahkan lebih lihay lagi!
Setelah hening sejenak kedengaran pula suara. itu.
menyusup: "Tutuklah jalan darahmu sendiri lebih dahulu untuk
menghentikan perdarahan, ini kuberimu obat!"
Berbareng dengan kata "obat" itu, punggung Tong Ko serasa
sakit dan ketika menunduk kebawah didapatinya ada sebuah
gulungan kertas kecil. Buru-buru dipungutnya dan ketika dibuka,
ternyata berisi obat puder merah. Tanpa berajal Tong Ko lakukan
perintah orang gaib itu. Menutuk jalan darah lalu mengulaskan
puder merah itu pada luka-lukanya. Suatu rasa nyaman
menjelubungi tubuh, rasa sakit berkurang. Hatinya sangat
bersjukur sekali kepada penolongnya yang berbudi itu. Ketika dia
hendak berpaling untuk menengok, tiba-tiba didengarnya Tio In
berlari mendatangi. Bermula dia hendak menjemput liong-kau-
pian yang terhampar ditanah, tapi batal menjemput dia maju
menyongsongnya: "In-moay!"
Tapi untuk kejutnya wajah Tio In berobah muram, matanya
berkaca-kaca air mata dan giginya terdengar berkerutukan.

Heng Thian Siau To 208


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Dahulu masih tak kupercaya kalau kau ini menjadi kaki tangan
pemerintah Ceng. Tapi apa yang kusaksikan hari ini, masih
dapatkah kau memberi penyangkalan?"
Dan menyusul dengan kata-kata itu, tangannya meninju
kemuka. Karena tak menduga sama sekali, tinju sinona itu tepat
mengenai luka didada Tong Ko. Baru saja luka itu berhenti
mengucurkan darah atau kini kembali menjemburkan darah
segar hingga tangan Tio In pun kelumuran darah. Tio In tertegun,
tiba-tiba tinjunya yang berlepotan darah itu di-usap-usapkan
baju seraya berseru: "Darahmu, budak Ceng, berbau busuk,
mengotorkan tanganku!"
Nona itu sebenarnya sangat mencintai Tong Ko. Tapi ia salah
sangka Tong Ko itu seorang kaki tangan pemerintah Ceng.
Namun sekalipun begitu, gelarrn rasa kasih masih kuat meremas
sanubari Tio In. Melihat keadaan Tong Ko yang terlongong-
longong bermandikan darah itu, hatinya seperti di-sayat-sayat. Ia
buru-buru memutar tubuh membelakangi dan air matanya
bercucuran laksana hujan mencurah
Memang sakit yang ditimbulkan akibat hantaman Tio In itu,
bukan kepalang sakitnya.
Namun Tong Ko rasakan, sakit pada hatinya dicerca sang
kekasih itu, jauh lebih berat.
Dia termangu-mangu sampai sekian saat. Pikirannya serasa
hampa. Fahamnja hilang ditelan penasaran. Ya, sampai Tio In,
nona yang menjadi tambatan jiwanya, pun menuduh dia sebagai
seorang kaki tangan Ceng. Orang mengatakan bahwa empedu
itu pahit. Tetapi adakah hal yang melebihi pahitnya dari dinista
seorang kekasih? Serasa dia kehilangan bumi tempat berpijak,

Heng Thian Siau To 209


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

beringin tempat berlindung. Rasanya kecuali The Go seorang,


didunia ini sudah tiada orang yang mau mempercayainya lagi.
Dalam keputusan asa, dia berobah kalap.
Sekonyong-konyong dia tertawa berderai-derai dan seperti
orang kemasukan setan menjerit dia dengan kalapnya: "Benar,
Aku seorang budak Ceng! Aku seorang budak Cengl"
Habis menjerit-jerit itu, dipungutnya liong-kau-pian terus
dihantamkan kearah dua orang Thiat-theng-biau yang seketika
juga segera rubuh sungsang balik ditanah.
Dalam pada itu waktu mendengar dia tertawa keras lagi, Tio In
berputar untuk mengawasinya. Tampak akan sepasang biji mata
sinona yang bundar bening itu.
Hati Tong Ko makin tersayat-sayat. Mendongak keatas
sembari tertawa nyaring, dia terhuyung-huyung maju
menghampirinya. Tio In cemas menampak sorot mata anak
muda itu berapi-api, iapun menjurut kebelakang.
Mengapa Tio In bisa lari menghampiri Tong Ko, bukanlah
tadi ia masih diringkus sikaki satu Sin Tok? Kiranya kejadian itu
adalah begini: begitu menyerbu, Yan-chiu telah berhasil
mendesak sikaki satu menjadi kalang kabut. Masih si Sin Tok itu
hendak menggunakan siasat seperti ketika menghadapi Tio
Jiang, yakni menggunakan tubuh Tio In sebagai perisai dan
senjata. Namun, Yan-chiu bukan Tio Jiang. Selain lincah, ia juga
lebih cerdas. Mengetahui akan siasat lawan, ia segera
memperoleh daya untuk memecahkannya. Secepat kilat, ia
menyelinap kebelakang lawan dan segera menusuk.
Tahu sudah si Sin Tok itu kalau Yan-chiu bergelar Hui-lai-
hong atau si Burung Cenderawasih terbang melayang. Tapi

Heng Thian Siau To 210


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sedikitpun dia tak mengira kalau sedemikian luar biasa gerakan


Nyonyah itu. Tadi dia hanya menampak berkelebatnya sinar
pedang, tapi tahu-tahu lawan sudah berada dibelakangnya. Jika
dia tetap membandel memegangi Tio In, terang punggungnya
akan tertusuk pedang. Ah, terpaksa dilepaskannya nona itu,
kemudian loncat kemuka. Dan begitu terlepas dari cekalan
orang, tadi Tio In pun lantas loncat menghampiri Tong Ko.
Pada saat itu Tio In menjurut beberapa tindak kebelakang
dan tanpa disadari, telah mendekati ketempat Yan-chiu. Melihat
anak gadisnya didesak Tong Ko, marah Yan-chiu tak
terkendalikan lagi. Memang sejak kematian puteranya bungsu,
Yan-chiu teramat bencinya kepada Tong Ko. Adalah karena
beberapa kali dicegah sang suami, ia sudah tak jadi membunuh
anak muda itu. Sebenarnya saat itu juga, ia kepingir, melabrak
Tong Ko, sayang ia masih harus melajani desakan Sin Tok.
Pikirannya cepat bekerja. Tio In tak memegang senjata apa-apa,
sedang ia (Yan-chiu) rasanya sanggup melajani serangan kapak
Sin Tok dengan cukup mengandalkan kelincahannya saja.
Secepat memikir, secepat itu pula ia mengambil keputusan.
Dijentikkan pedang kuan-wi-kiam kearah Tio In sana seraya
berseru: "In-ji, gunakanlah jurus Kang-sim-poh-lohl"
Kang-sim-poh-loh adalah jurus yang terhebat dari ilmu pedang
Hoan-kiang-kiam-hwat. Melihat kuan-wi-kiam melayang datang,
Tio In cepat menyambarnya, sret....., dari samping pedang itu
diputar ketengah terus ditusukkan kedada Tong Ko. Keadaan
Tong Ko pada saat itu, antara sadar tak sadar. Dia rasakan dunia
ini gelap, tiada berkecintaan lagi. Tusukan ujung pedang Tio In
itu, pun seolah-olah tak dirasakan. Dia hanya lekatkan
pandangannya kewajah Tio In, entah apa yang kelihatan
olehnya.

Heng Thian Siau To 211


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Bermula Tio In girang karena tusukannya bakal berhasil. Tapi


kala ujung pedang tinggal berapa dim lagi kedada sianak muda,
tiba-tiba hatinya tercekat dan tertegun sejenak. Bibirnya
bergerak-gerak seperti hendak mengatakan sesuatu. Ya,
memang demikianlah. Perasaan hatinya pada saat itu mungkin
tak kalah pedihnya dengan Tong Ko. Pemuda tambatan hatinya
adalah seorang "kaki tangan Ceng" Bukan saja lamunannya
untuk mendirikan mahligal hidup yang berhabahagia akan lenjap
selama-lamanya. Sejak kecil ia diasuh dengan didikan budi
pekerti menjinta tanah air. Dimisalkan, ayah bundanya tak
menghalangi perhubungannya dengan Tong Ko, ia sendiripun tak
sudi lagi ~.mtuk menjadi teman hidup seorang budak
pemerintah penjajah. Namun betapapun juga, ia tetap seorang
dara yang sedang dijenyang asmara. Laksana kuntum bunga
yang tengah mekar semerbak, ia rela menyambut kedatangan
sang kumbang. Ia berhenti setengah jalan untuk menusuk itu,
adalah karena disebabkan hal itu.
Tangannya yang masih mencekali pedang itu tampak
bergemetaran sehingga pakaian Tong Kopun turut bergoyang-
goyang. Ini rupanya membikin sadar sianak muda yang terus
menundukkan kepala untuk memandangnya. Ketika tampak
pedang kuan-wi-kiam berkilau-kilauan menyilaukan mata itu,
wajahnya makin 'muram. Dengan bibir bergetar, ia berseru
dengan nada yang tawar: "Tusuklah, nona Tio! Mengapa
berhenti?"
Dalam nada kata-katanya itu terasa suatu kehampaan yang
mendalam. Suatu rasa tak mengacuhkan akan segala apa lagi.
Dia seolah-olah menjuruh Tio In menusuk pada lain orang, bukan
menusuk pada dirinya. Ya, dia bagaikan sebuah layang-layang
yang putus talinya, kehilangan arah tujuan hidup. Tio In

Heng Thian Siau To 212


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

terkesiap, hatinya makin pilu. Ia mengetahui bahwa sebenarnya


tadi Tong Ko dapat menangkis karena lengannya sebelah kanan
tak kena apa-apa. Tapi anehnya, anak muda itu malah
menjulaikan Liong-kau-piannya kebawah.
Ah .....Tong Ko ........... Tong Ko......! Demikian hati Tio In
mengeluh demikian pula kalbunya meronta dia cinta padaku.....!
Dia cinta padaku......!
Tanpa terasa kelima jarinya yang menggenggam kuan-wi-
kiam itu terlepas dan trang......, jatuhlah pedang pusaka itu
berkerontangan ditanah. Tapi berbareng dengan jatuhnya
pedang itu, terdengarlah Tong Ko tertawa keras.
"Mengapa kau tertawa?" tanya Tio In.
"Mengapa aku tertawa.....? Mengapa aku tertawa.....?
Bagaimana kutahu mengapa aku tertawa ini?" sahut Tong Ko
dengan lantang. Kemudian memutar tubuh dia terus melangkah
pergi. Tio In tegak terIongong-lolong ditempatnya. Tak
memungut pedang yang jatuh ditanah tadi, pun tak mengejar,
sianak muda. Juga ia sendiri, termangu-mangu tak tahu apa yang
direnungkannya!
Disebelah sana Yan-chiu yang bertangan kosong
menghadapi sikaki satu, telah bertempur dengan serunya. Dalam
hujan kapak yang dilancarkan Sin Tok, ia berlincahan laksana
seekor kupu2 di serang curahan hujan. Walaupun hanya berkaki
satu, namun Sin Tok juga gesit sekali. Maka untuk merebut
kemenangan, rasanya juga tak mudah bagi Yan-chiu. Apa yang
terjadi pada diri Tio In yang terlongong-lolong seperti orang
kehilangan semangat mengawasi Tong Ko berlalu itu, tak lepas
dari pandangannya. Namun iapun tak dapat berbuat apa-apa.

Heng Thian Siau To 213


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sedang pada partai yang lain, pun Tio Jiang tak dapat
berbuat apa-apa terhadap Liat Hwat cousu. Setelah lewat jurus
yang ke 30, gerakan Tio Jiang tampak agak kendor. Serangan
pedang Tio Jiang sepintas pandang seperti sebuah pedang kayu
mainan kanak-anak gayanya. Tapi bagi Liat Hwat cousu,
serangan itu digerakkan dengan suatu tenaga lemas yang
mengandung kekuatan dahsyat. Maka dia (Liat Hwat) pun harus
mengerahkan tenaga dalam untuk menghalau serangan
istimewa itu. Dilain fihak, Tio Jiang juga rasakan kebutan lengan
baju orang tua kate itu, mengandung tenaga lwekana yang
teramat hebatnya. Jika dia tak. mengundang seluruh
kekuatannya, sukarlah rasanya untuk menolak tekanan lawan
itu. Maka dia curahkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi
siorang tua kate itu, jadi terpaksa tak dapat menghiraukan Tio In
lagi.
Juga partai si Hiat-ji dengan Tio Tay-keng, walaupun hanya
pura-pura saya, namun tampaknya tak kurang serunya. Hal ini
memang sengaja mereka unjukkan begitu, untuk mengelabuhi
mata Tio Jiang yang tajam itu. Jadi terpaksa merekapun tak
dapat mencegah perginya Tong Ko. Juga rombongan orang Thiat-
Theng-biau, karena mengetahui sikap bersahabat dari anak
muda itu terhadap kepala sukunya tadi, segera memberi jalan
pada Tong Ko. Begitulah dengan tindakan limbung, Tong Ko
menuju kebawah gunung.
Adalah setelah anak muda itu berjalan jauh, barulah Tio In
tersadar. Dan pada saat itu terdengar juga mamahnya (Yan-chiu)
menerlakinya: "In-ji, lekas ambilkan pedang itu untukku!"
Tio In cepat melemparkan pedang itu kearah mamahnya.
Sekonyong-konyong Yan-chiu bersuit nyaring dan tubuhnya
melambung keudara. Begitu menyambar kuan-wi-kiam ia terus

Heng Thian Siau To 214


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

membabat kebawah, Sin Tok gerakkan kapaknya untuk


menangkis, trang, kapak kutung dan kuan-wi-kiam menyambar
pundak Sin Tok, meninggalkan sebuah luka sepanjang 20 an
centi.

Tubuh Sin Tok menggigil kedinginan dan rasa dingin itu serasa
menusuk sampai keulu hati. Tiba-tiba kakinya yang tinggal satu
itu ditekuk dan tubuhnya segera dibuang untuk bergelundungan
kearah Tio In. Dengan sebatnya nona ini mengirim tendangan.
Rupanya sikaki satu itu lebih suka mendapat persen tendangan
Tio In daripada merasakan tusukan kuan-wi-kiam Yan-chiu.
Benar Tio In tepat sekali menendangnya, namun sikaki satu
dengan membabi buta tetap bergelundung menerjangnya seraya
gerakkan tangan uatuk menyambar kaki sinona. Syukur Tio In
keburu loncat menghindar jauh-jauh dan pada saat itupun Yan-
chiu juga sudah mengejar datang.
Sebenarnya Hiat-ji yang hanya bertempur pura-pura dengan
Tay-keng itu dapat memberi pertolongan pada sikaki satu. Tapi
dari menolong, sebaliknya anak bermata wungu itu malah
tertawa sinis melihati tingkah laku si Sin Tok yang pontang
panting seperti dikejar setan itu. Ya, memang dia benci pada
sikaki satu itu dan diam-diam mendoakan supaya dia lekas
mampus saja.
Dalam gugupnya sikaki satu bergelundungan kesamping.
Dalam kesempatan itu dia mencuri lihat kearah Hiat-ji. Waktu
dilihatnya wajah anak itu mengunjuk senjum sinis, gusarnya
bukan kepalang. Huh, jangan kau bergirang dulu, anak keparat.
Kalau aku mati, Tio Jiang dan isterinya itu tentu bakal dapat
berkelahi bahu membahu untuk melancarkan ilmu pedang Hoan-
kang-kiam-hwat dan to-hay-kilam-hwat yang termasjhur. Pada

Heng Thian Siau To 215


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

saat itu kaupun tentu takkan terluput dari keiratian, demikian


diam-diam dia mengutuk Hiat-ji.
Dalam pada merangkai kutukan itu, dia tetap tak berajal
untuk bergelundungan kian kemari. Ternyata gerakannya pun
amat lincah sekali. Berulang kali Yan-chiu menikam dan
menusuk, namun selalu dapat dihindarinya. Ketika dia
bergelundungan kedekat Tay-keng, tiba-tiba timbullah suatu
pikiran. Begitu pentang sepasang tangan, dia dekap kaki anak
itu.
Kala itu Tay-keng tengah melancarkan sebuah pukulan
kearah Hiat-ji. Benar tadi dia mengetahui bahwa sikaki satu itu
bergeIundungan menghampiri kedekatnya, tapi mimpipun tidak
dia kalau dirinya bakal diperlakukan begitu oleh sikaki satu.
Maka tak ampun lagi, robohlah Tay-keng.
Sudah tentu Yan-chiu tak mengetahui perbuatan puteranya
yang manis itu. Maka demi menampak puteranya sedemikian
mudah dapat diringkus kakinya oleh Sin Tok, heran juga ia
dibuatnya. la mengetahui kepandaian puteranya itu cukup tinggi.
Walaupun masih kalah setingkat dengan sikaki satu, namun biar
bagaimana tak nanti sedemikian mudahnya dapat didekap
mentah-mentah begitu. Dalam keherannya itu, timbullah
kecurigaan. Sayang dia tak mau merenungkan dalam-dalam dan
melainkan diam saja tak tahu bagaimana harus bertindak.
"Tio-heng, maafkanlah!" sikaki satu berbisik kedekat telinga
Tay-keng. Rupanya Tay-keng itu sudah tenggelam jauh sekali
kedalam bujukan mereka. Ia cukup mengerti apa maksud sikaki
satu itu.
"Mah, tahan dahulu!" serunya sembari lepaskan pedangnya.

Heng Thian Siau To 216


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Yan-chiu kesima. la tetap seorang wanita yang mempunyai


rasa keibuan. Setelah puteranya bungsu meninggal, seluruh
harapannya dicurahkan kepada Tay-keng. la mengira kalau tak
hentikan serangan, puteranya itu tentu bakal celaka.
"Tok-kak-sin-mo, bagaimana maksudmu?" akhirnya setelah
termenung beberapa jenak, ia berseru dengan wajah merah
padam.
Sin Tok tertawa iblis, sahutnya: "Bagus, aku
maukan............... "
Baru dia mengucap samuai disitu, matanya silau oleh dua
benda putih yang melayang kearahnya. Buru-buru dia
menggeliat kesamping untuk menghindar. Kiranya dua benda
putih itu adalah dua buah batu kecil yang ditimpukkan Tio In.
Menyusul dengan timpukannya, sinonapun sudah melayang
datang terus menghantam. Hiat-ji yang mengetahui rahasianya
bakal pecah akibat perbuatan sikaki satu itu, sambil deliki mata
pada sang kawan (Sin Tok) cepat-cepat menyongsong serangan
Tio In itu. Tapi dalam pada saat-saat luang itu, Yan-chiu sudah
dapat bertindak dengan sebat. la mengambil putusan, tak usah
berdamai dengan mereka. Waktu Sin Tok menggeliat
menghindar timpukan batu tadi, letak tubuhnya tepat
membelakangi Yan-chiu. Kejadian itu hanya berjalan dalam
sekejap mata saya, namun hal itu sudah cukup bagi Yan-chiu
untuk melekatkan pedangnya kepunggung orang. Hendak sikaki
satu ber-putar lagi tapi sudah tak keburu. Punggungnya terasan
dingin menggigil dan ujung kuan-wi-kiam sudah menyusup
kedalam bahunya. Yan-chiu. tak mau menarik keluar pedang itu.
"Lepaskan Tay-keng atau, sekali kugerakkan pedang,
tubuhmu pasti akan terbelah menjadi dua" serunya menghardik.

Heng Thian Siau To 217


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sebenarnya kalau Sin Tok tetap memeluk kaki Tay-keng,


mungkin Yan-chiu pun akan pikir-pikir lagi sebelum bertindak.
Tapi kenyataan sikaki satu itu bukan seorang ksatrya.
Dalam menghadapi pagutan maut, dia sayang akan jiwanya.
Dekapannia pada kaki Tay-keng itupun dilepas seraya mulutnya
meratap ampun: "Hujin (njonjah), ampunilah jiwaku!"
Melihat puteranya terlepas, girang Yan-chiu tak terkira.
Buru-buru ia meneriaki puteranya itu: "Tay-keng, kau bersama
adikmu beresi anak itu!"
Terpaksa Tay-keng tak berani membantah. Bersama Tio In
dia maju menyerang Hiat-ji. Yan-chiu sontakkan pedangnya
kesamping dan putuslah tulang, pi-peh-kut dipundak Sin Tok.
Darah segar menjembur keluar. Sekalipun luka itu dapat
sembuh, namun lengan kanannya akan lumpuh tak dapat
digunakan selama-lamanya.
Setelah itu ia loncat melayang kesamping suaminya, seraya
mengucapkan kode: "Jurus pertama!
Tio Jiang dapat menanqkap arti kode itu, bagaikan sepasang,
naga kelurr dari goanya, maka kedua pedang pusaka yap-kun
dan kuan-wi itu menari-menari dengan lincahnya. Pada jurus
yang kelima, tiba-tiba kedengaran suara "bret....." dan rowaklah
lengan baju Liat Hwat terpapas ujung pedang Yan-chiu.
Semangat Liat Hwat serasa terbang dibuatnya. Diam-diam dia
mengakui betapa kehebatan sepasang ilmu pedang hoan-kang-
kiam-hwat dan to-hay-kiam-hwat itu. Dia insjaf sukar untuk
menghadapi ilmupedang sakti mereka Itu.
Sambil mengaum keras-keras, tiba-tiba tubuhnya
menggeliat kebelakang dan bum...., bum.... terdengarlah suara

Heng Thian Siau To 218


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

ledakan keras melayang kearah Tio Jiang dan isterinya. Dalam


kalangan persilatan Liat Hwat cousu itu disegani karena
julukannya "Liat hwat sin lui" si Geledek Api yang sakti, kiranya
dia mempunyai sebuah senjata rahasia yang teramat istimewa
sekali yakni semacam senjata granat. Yan-chiu yang kurang
pengalaman sembari mendamprat terus hendak menangkisnya
dengan ujung pedang, tapi Tio Jiang buru-buru berseru
mencegahnya: "Jangan, lekas mundur sajal"
Yan-chiu mengkal hatinya, tapi ia turut juga perintah
suaminya itu. Sesaat kedua suami isteri itu loncat mundur, dua
buah ledakan yang dahsyat segera terdengar mengguncangkan
bumi. Beberapa orang Biau yang tak keburu menyingkir, sudah
terlempar jatuh kebawah gunung. Suatu lingkaran asap yang
tebal bertebaran menutup sekeliling tempat itu sehingga orang-
orang sama tak dapat melihat satu sama lain. Sjukur tadi Yan-
chiu mau dikasih tahu suaminya kalau tidak, ngeri tentu
keadaannya.
Melihat kedahsyatan senjata granat-tangan Liat Hwat itu,
sembari memimpin tangan isterinya, Tio Jiang berseru menjuruh
ke dua anaknya menjingkir. "Tay-keng, In-ji, lekas mundurl"
Yan-chiu yang cemas akan diri puterinya, beberapa kali
hendak nekad menobros kedalam kabut asap yang tebal untuk
mencarinya, tapi selalu dicegah Tio Jiang.
"Kalau mereka mendapat bahaya, sekalipun kau menobros
kesana, rasanya juga takkan menolong. Rasanya sepasang
pedang kita tadi tentu mengeluarkan cahaya berkilau yang dapat
menembus kabut asap, dan dapat kelihata oleh mereka. Mereka
tentu akan menyusul kemari!" Tio Jiang menenangkan
kecemasan hati isterinya. Walaupun dia sendiri tak kurang
gelisahnya, namun cukup disadari bahwa untuk menobros

Heng Thian Siau To 219


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kedalam asap sana, juga tak berguna. Diam-diam dia cemas pula
memikirkan kepentingan perjuangan mereka terhadap
pemerintah Ceng. Dengan mempunyai seorang sakti macam Liat
Hwa begitu, nyata pemerintah Ceng telah mempunyai senjata
yang ampuh untuk menindas gerakan para orang gagah dari Lo-
hu-san itu.
Hampir setengah jam lamanya barulah kabut asap itu
menipis. Mata Yan-chiu yang tajam, segera dapat melihat bahwa
ditengah gelanggang pertempuran sana tampak Tay-keng
sedang berputar-putar seperti main udak dengan adiknya.
Kiranya mereka berdua itu saling bertempur. Karena tebalnja
asap, diadi mereka tak dapat membedakan mana lawan mana
kawan lagi. Liat Hwat dan Hiat-ji sudah tak tampak batang
hidungnya lagi. Sementara yang masih disitu, hanyalah sikaki
satu Sin Tok yang bermandikan darah sembari tak henti-hentinya
mengerangerang kesakitan.
"Hai, mengapa kalian bertempur sendiri?" seru Yan-chiu
dengan cemas-cemas girang demi diketahuinya kedua puteranya
tak kurang suatu apa. Kini barulah Tio In melihat jelas bahwa
lawannya itu adalah engkohnya sendiri. Cepat-cepat ia loncat
menghampiri mamahnya.
"Kemana Liat Hwat dan muridnya itu?" tanya Tio Jiang.
"Entahlah, mungkin mereka sudah ngacir pergi!" sahut Tio
In.
"Hawa disini kotor sekali, ayo Tay-keng, kau ikut pada kita
turun gunung!" Tio Jiang berseru kepada puteranya. Tay-keng
mengiakan. Tapi ketika mereka berempat hendak langkahkan
kakinya, sekonyong-konyong kendengaran Sin Tok berseru
setengah mengerang: "Siau-beng-siang, tahan dulul"

Heng Thian Siau To 220


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tio Jiang berpaling, bentaknya: "Ada apa?"


Wajah Sin Tok menampilkan raut maut, serunya: "Siau-
bengsiang, bila kau dapat menolong jiwaku, hendak kuberitahu
padamu suatu rahasia besar.
Wajah Tay-keng pucat seketika. Kemana maksudnya kata-
kata sikaki satu itu dia sudah faham. Rahasia yang hendak
dibawakan itu bukan lain tentu mengenai dirinya yang sudah
bersekongkol dengan kaki tangan pemerintah Ceng itu. Mulut
sikaki satu itu harus dimusnakan dan untuk itu dia segera
bertindak dengan sebat.
"Kalau dibiarkan hidup, kau sungguh membahayakan, ayo
lekas pergi keakhirat sana!" serunya sembari loncat menusuk.
Yan-chiu percaya bahwa kata-kata yang belum sempat
diucapkan sikaki satu itu tentu suatu rahasia yang penting. Maka
demi dilihatnya Tay-keng bertindak sendiri, buru-buru ia
menereakinya: "Tay-keng, biarkan dia omong habis dulu!"
Tapi seruan Yan-chiu itu sudah terlambat. Ujung pedang
Taydkeng sudah mencublas masuk kerongga dada Sin Tok. Suatu
jeritan seram terdengar dan putuslah sudah jiwa sikaki satu itu.
"Tay-keng, dia seorang manusia yang takut mati. Mungkin
tadi dia hendak memberitahukan sesuatu rahasia penting,
mengapa kau buru-buru membunuhnya?" tegur Tio Jiang
dengan kurang senang.
"Anak sangat benci padanya, maka tadi tak dapat menahan
diri lagi!" sahut Taydkeng.
Tio Jiang tak mencurigainya dan terus ajak lanjutukan
perdalanan. Adalah ketika mereka sudah pergi, orang-orang
Thiat-theng-biau itupun sibuk mengurusi mayat-mayat kawan

Heng Thian Siau To 221


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dan jenazah kepala sukunya: Sekonyong-konyong Liat Hwat dan


Hiat-ji menobros keluar dari salah sebuah goa. Tiba didekat
mayat sikaki satu Sin Tok, Hiat-ji ajunkan kaki menendangnya
sampai terlempar beberapa meter jauhnya. "Orang she Sin kau
hendak bermusuhan pada tuanmu ini, inilah upahmu!"
Biar bagaimana, Sin Tok itu adalah kawan gerombolannya.
Kalau orang sudah menjadi bangkai, seharus segala dendam
permusuhan itu habis. Tapi tidak demikian dengan Hiat-ji. Dari
situ dapat diketahui betapa jahat dan kejamnja anak bermata
ungu itu.
Dalam pada itu, tampak wajah Liat Hwat masih mendendam
kemarahan, tegurnya dengan keras: "Hiat-ji, mengapa tadi kau
cegah kugunakan lagi senjata liat-hwat-sin-lui (granat) !"
"Suhu" sahut Hiat-ji dengan mengulum tawa, "betapakah
susah payahnya suhu membuat liat-hwat-sin-lui itu, apa gunanya
dihambur-hamburkan tanpa guna? Aku telah berjanji dengan
Tay keng untuk bertemu dibiara Kong Hau Si nanti pertengahan
bulan depan ini. Suhu, bagaimana pendapatmu tentang benda
ini?"
Habis berkata itu dia angkat tangannya. Sebuah holou (fles)
merah dengan dilekati sepotong kertas yang bertuliskan "hong
sin san" (pudar bikin gila) tampak ditelapak tangan si Hiat-ji
"Hai, darimana kau peroleh obat itu? tanya Liat Hwat.
"Tadi sewaktu bersembunyi dalam goa, kulihat disitu ada
sebuah lemari obat. Kudapati hong-sin-san berada pada rak yang
paling atas sendiri. Suhu, untuk membasmi kawanan orang itu,
hanya tergantung pada obat inilah."

Heng Thian Siau To 222


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Liat Hwat tahu juga maksud muridnya itu. Setelah berpikir


sejenak, dia berkata: "Meskipun Tay-keng masuk menjadi
anggauta kita, tapi belum tentu dia mau mencelakai orang
tuanya!"
Hiat-ji tertawa, ujarnya: "Suhu tak usah kuatir. Tiga kali
sudah Tay-keng ikut aku kekotaraja untuk pelesir. Dia benar
sudah mabuk plesiran dan judi. Dalam perjudian, dia sudah
pinyam padaku 100 ribu tail perak. Untuk itu dia sudah membuat
surat pernyataan hutang. Kalau dia tak menurut padaku, cukup
kusuruh orang mengantarkan surat hutang itu pada Siau-beng-
siang, tentu celakalah dia. Menilik peribadinya Siau-beng-siang,
biarpun anak kandung sendiri, dia tentu tak segan-segan untuk
membunuhnya. Hal itu cukup rasanya diinsjafi Tay-keng, jadi
mana dia berani membangkang perintahku? Berhasilnja rencana
kita ini, itulah sudah pasti, harap suhu jangan berbanyak hati!"
Kini Liat Hwat melengking puas, serunya, memuji: "Hiat-ji,
pintar benar kau ini!
Kalau Tio Jiang suami isteri minum obat hong-sin-san itu,
bukan melainkan jiwa mereka berdua yang melayang, pun
seluruh kawan-kawannya di Lo-hu-san itu akan hancur binasa,
ha....., ha......!"
Puas tampaknya guru dan murid itu. Mereka menyambut
rencana kemenangannya itu dengan gelak tawa yang girang.
Kemudian mereka lalu turun gunung.
––––––––––

BAGIAN 18
MENDAPAT PETUNJUK DARI ANG HWAT CINJIN

Heng Thian Siau To 223


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kita ikuti perjalanan Tong Ko. Ternyata setelah tinggalkan


gelanggang pertempuran tersebut. dengan hati patah dan tubuh
luka, dia turun gunung. Beberapa kali tubuhnya terhuyung-
huyung bagaikan sebuah layang-layang putus. Tapi anehnya,
setiap kali dia hampir terjerumus kebawah gunung, tentu setiap
kali itu juga terasa ada suatu tenaga kuat mendorongnya supaya
tak jadi jatuh.
Bermula Tong Ko turun menurut sepembawa kakinya,
sehingga tersesat. Baru ketika dia tersadar kalau berjalan
menyusur lembing karang yang curam, dia menginsjafi akan
tenaga bantuan secara diam-diam itu. Kini tersadarlah dia bahwa
tenaga gelap itu bermaksud untuk menolongnya. Buru-buru dia
berpaling kebelakang, namun tiada seorangpun yang tampak.
Tong Ko coba memancing. Dia pura-pura terhuyung hendak
jatuh kebawah dan benar juga tenaga aneh itu mendorongnya
dengan tepat sekali. Tapi ketika secepat kilat dia berpaling
kebelakang, kembali hanya tempat kosong yang dijumpai. Ilmu
orang gaib itu, benar-benar sudah mencapai tingkat
kesempurnaan yang sukar dijajaki.
Begitu tiba dibawah gunung, segera dia berlutut lalu berseru
nyaring: "Cianpwe telah memberi bantuan sedemikian besarnya,
kalau cianpwe tetap tak mau unjukkan diri sehingga wanpwe tak
mengetahui orang yang telah melepas budi itu, wanpwe akan
benturkan diri kekarang!"
Sebenarnya kalau tak teringat akan dendam penasaran yang
berulang kali dideritanya itu, tak mau dia gunakan siasat untuk
memaksa orang mengunjukkan diri begitu. Memang dengan

Heng Thian Siau To 224


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

siasat itu, dia yakin orang gaib itu tentu akan tampil keluar untuk
memberi pertolongan.
Benar juga ketika dia buktikan ancamannya dengan
benturkan diri kebatu karang, tiba-tiba .............. sesosok tubuh
yang gemuk melayang disebelah muka untuk menghadangnya.
Tepat sekali kepala Tong Ko membentur sebuah daging yang
empuk, tapi pada lain saat daging itu membal (melembung) dan
terlemparlah Tong Ko sampai setombak jauhnya.
Cepat Tong Ko menggeliat bangun dan mengawasi kemuka.
Seorang bhiksu tua yang bertubuh tinggi besar dan rambutnya
merah, tampak berdiri menatap padanya dengan tersenjum.
Ha......, kiranya yang dibenturnya tadi adalah perut bhiksu
tua itu. Melihat rambut bhiksu itu berwarna merah, timbul suatu
dugaan pada Tong Ko.
Tersipu-sipu dia berlutut dan mengucap: "Terima kasih
banyak-banyak ............ "
Bhiksu tua itu kebuntukan lengan bajunya. Serangkum angin
yang membawa tenaga kuat menyampok dan mengangkat Tong
Ko bangun.
"Usah berbanyak terima kasih. Yang mencuri golokmu it-
gwan-pik-li-to itu, adalah aku!"
Tong Ko terbeliak kaget. Bhiksu sakti itu tentu aneh sekali
perangainya.
Dipikir walaupun golok pik-li-to itu suatu pusaka yang jarang
terdapat didunia, namun tak bermanfaat malah sebaliknya
mengundang bahaya baginya.

Heng Thian Siau To 225


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Ko ambil putusan untuk menghaturkan golok itu


kepada si bhiksu.
"Jika cianpwe suka akan golok itu, silahkan mengambilnja!"
Siapakah gerangan bhiksu tua berambut merah itu?
Dia bulan lain adalah Ang Hwat cinjin, itu kepala biara Ang
Hun Kiong yang pada duapuluh tahun berselang telah dikhianati
oleh kawanan kuku garuda. Dia memang bermaksud hendak
berhamba pada pemerintah Ceng, tapi sebagai upah, kala dia
bertempur dengan rombongan Ceng Bo siangjin, biara Ang Hun
Kiong telah diledakkan dengan dinamit oleh Hwat Siau dan Swat
Mony, sepasang suami isteri kepala jagoan dari pemerintah Ceng
(Bacalah: Lam Beng Ciam Liong atau Naga dari Selatan).
Dengan membawa penasaran hati, dia mengasingkan diri
digunung yang sepi untuk meyakinkan ilmu kepandaian.
Duapuluh tahun lamanya dia tekun berlatih dan hasilnja kini
menempatkan dia pada sebuah tempat yang tertinggi dalam
persilatan. Namun dia telah membenam diri dalam kesunyian.
Makin tua rupanya dia makin masak. Dia insjaf akan
kesalahannya (akan berhamba pada Ceng) waktu dahulu. Kini
pikirannya makin luhur. Kata-kata Tong Ko tadi tepat sekali
dengan seleranya. Maka tertawalah dia terbahak-bahak,
katanya: "Nak, sungguh mulia hatimu.
Sebelum mendapatkan ilmu permainannya, golok sakti itu
tetap tak berguna. Kebetulan pada beberapa bulan yang lalu.
Aku sudah bertaruh pada seseorang. Orang itu mengejek,
katanya meskipun ilmu kepandaianku tinggi, tapi tetap tak dapat
memenangkan ilmu permaianan golok it-guan-to-hwat. Dia
berani bertaruh bahwa aku tentu tak dapat menciptakan suatu

Heng Thian Siau To 226


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

ilmu permainan yang melebihi it-guan-to-hwat itu. Ilmu golok it-


guan-to-hwat itu sudah lama lenjap dari dunia persilatan, hanya
bentuk goloknya telah ditiru dan dipakai oleh suku Thiat-theng-
biau.
Untuk menciptakan ilmu permainan sesuai dengan yang
dikatakan orang itu, aku bermaksud hendak mengambil sebuah
golok orang Thiat-theng-biau. Malam itu ketika melalui sebuah
rumah pondok kulihat kau tidur dengan berbantal sebuah golok.
Kuambil dan taruhkan golok itu keatas. tiang penglari tanpa kau
ketahui. Tapi keesokan hari, kulepaskan hasratku untuk
mengambil golok itu.
Dan selama itu kuikuti jejakmu barang kemana kau pergi.
Ho, ternyata hatimu mulia, tanganmu terbuka. Biar kupindah
dahulu golok itu. Nanti setelah kuberhasil menciptakan suatu
ilmu permainan golok untuk memenangkan pertaruhan itu, ilmu
permainan berikut golok akan kuserahkan padamu.
Nah, bagaimana pendapatmu?"
Girang Tong Ko tak terkatakan.
"Menilik ilmu kepandaian cianpwe yang sedemikian saktinya
ini, apakah cianpwe ini bukannya Ang Hwat locianpwe, itu kepala
biara Ang Hun Kiong yang sangat diagungkan oleh kalangan
persilatan?"
Senang dipuji, itulah sudah watak pembawaan setiap orang.
Juga Ang Hwat tak terlepas dari sifat itu. Merenung sejenak, dia
berkata: "Kuperhatikan setiap kali kau bertempur dengan orang,
tubuhmu seolah-olah mempunyai dua macam Iwekang yang
berbeda satu sama lain. Apa sebabnya?"
Tong Ko menceritakan apa yang telah terjadi dengan dirinya.

Heng Thian Siau To 227


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Benar, jika kau sempurnakan latihanmu, kau pasti bakal


merupakan bintang persilatan yang cemerlang dikemudian hari!"
kata Ang Hwat.
Demi tampak bhiksu itu bermaksud baik, Tong Ko segera
mengambil buku pemberian The Go, katanya: "The Go cianpwe
telah memberi wanpwe sebuah buku buah tangan Tat Mo, tapi
wanpwe tak mengerti, mohon locianpwe suka memberi
petunjuk!"
Hubungan antara The Go dengan Ang Hwat cinjin itu,
bagikan seorang anak dengan ayah. Sejak berpisah selama 20-an
tahun Itu, Ang Hwat cinjin tak mengetahui letak rimbanya sang
murid itu. Baru ketika dia mengikuti perjalanan Tong Ko secara
diam-diam, dapatlah dia menemukan tempat tinggal muridnya
(The Go) yang hilang itu. Tapi bahwasanya The Go telah
mendapatkan sebuah kitab pusaka yang tiada taranya itu, ia
tetap belum mengetahui. Maka buru-buru disambutinya buku
yang diangsurkan Tong Ko itu.
"Coba kulihatnya sebentiar" katanya sembari membalik
halaman buku itu. Baru melihat dua buah lukisan orang duduk
bersemadhi, dia terkejut bukan kepalang.
Setelah "bertapa" selama 20-an tahun itu, ilmu Iwekang Ang
Hwat sudah mencapai puncak kesempurnaan. Pada hakekatnya,
ilmu silat dalam kalangan persilatan itu, sumbernya dalah
serumpun (satu). Lukisan orang duduk bersemadi itu, bagi Tong
Ko memang gelap. Menurut ukuran The Go, agak jelas sedikit.
Tapi bagi. pandangan seorang tokoh macam Ang Hwat, itulah
suatu sumber ilmu inti yang gaib. Setelah ditelitinya pula, dia
mengakui, bahwa tiada sembarang orang dapat mengetahui
rahasia kegaiban ilmu yang tertera dalam buku itu. Buru-buru

Heng Thian Siau To 228


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dilipatnya pula buku dan berkata: "Tempat ini tak sesuai untuk
bicara. Ayo kita menuju ketempat kediaman The Go sana!".
Tampaknya Ang Hwat cinjin yang berada disebelah depan
itu, hanya se-enaknya saja berjalan. Setiap kali ajunkan langkah,
dia tentu berhenti sejenak. Namun bagi Tong Ko yang
mengikutinya disebelah belakang, rasanya berat sekali jalannya.
Besoknya barulah mereka tiba ditempat The Go. Benar juga,
The Go dan Siao-lan masih belum kembali pulang. Begitu berada
dalam rumah. Ang Hwat segera mempelajari lagi buku itu.
Hampir sehari penuh, dia memeriksa buku itu . Hingga hampir
senja hari. Tong Ko masih tetap berdiri disamping bhiksu tua itu.
Wajah Bhiksu itu berseri-seri lalu berbangkit dari tempat
duduknya, "Usiaku sudah lanjut, buku ini tak banyak manfaatnya
bagiku. Bila kau tekun mempelajari buku ini, cukup memahami
sampai 7 bagian saya, maka kau tentu akan dapat bertahan
sampai 300an jurus berhadapan dengan aku!"
Girang Tong Ko melewati yang diharapkan. Ang Hwat cinjin
tak mau simpan rahasia. Apa yang diketahuinya tadi, diturunkan,
pada Tong Ko. Dasar Tong Ko berotak terang, maka makin
mendengarkan dia makin seperti kelelap dalam lautan ilmu
sumber kepandaian yang tiada habisnya.
Singkatnya saya, hampir sebulan lamanya Ang Hwat cinjin
memberi petunjuk pada Tong Ko. Baru dia dapat mempelajari
dua jurus saya, tenaganya serasa bertambah maju, ilmu
Iwekangnya makin hebat. Benar saja tak lepas mengenangkan
The Go yang belum juga pulang serta The Ing yang belum
ketahuan nasibnya itu, namun dia sudah seperti orang yang
kelelap dalam lautanb ilmu. Makin maju, makin tak dapat keluar.
Akhirnya dia percaya bahwa dengan kepandaian yang dimiliki

Heng Thian Siau To 229


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

itu, The Go pasti tak kenapa-kenapa dan seluruh perhatiannya


kini dicurahkan untuk "mengisap" pelajaran dalam buku Tat Mo
itu.
––––––––––

BAGIAN 19
BIARA KONG HIAU SI

Dan sekarang marilah kita beralih pada lain tempat, yakni


kebiara Kong Hau Si yang terletak diwilayah Kwicu sana.
Kala itu adalah tanggal pertengahan, jadi penuh sesaklah
orang datang berkunjung kegerja besar itu. Kaisar Ceng yang
menduduki tachta kerajaan, sudah turunan yang kedua. Keadaan
didalam negeri, boleh dikata sudah aman. Perjuangan para
patriot negara hanya dilakukan secara subversif, jadi keamanan
tampaknyak tak banyak terganggu.
Seperti lazimnya, diluar biara sana tampak berderet-deret
para penjual menjajakan dagangannya. Ramainya bukan
kepalang. Pada sebuah dasaran yang menjual barang-barang cita
dan kain sutera, tampak ada seorang nona yang bermata bundar
sedang mengunjukkan sehelai sutera hijau pupus pada pemuda
kawannya yang berada disisinya.
"Koko, bagus tidak warna ini? Mamah sering mengatakan
dirinya sudah tua tak pantas bersolek. Tapi kalau saja dia
dandan, kupercaya tentu masih kelihatan cantik. Bagaimana
kalau kita belikan sutera ini untuk beliau?"

Heng Thian Siau To 230


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Nona itu bukan lain adalah Tio In, sedang yang dipanggil
koko (engkoh) itu adalah Tay-keng. Saat itu pikiran Tay-keng
tidak pada kain sutera yang diunjukkan adiknya. Dia celingukan
kesana sini, seolah-olah mencari sesuatu. Maka sekenanya saja
dia mengiakan pertanyaan adiknya tadi. Tapi dalam hati dia
memaki Co In: "Hem......, budak perempuan kurangajar,
mengapa berkeras ikut aku ke Kwiciu. Kalau Hiat-ji datang,
bagaimana nanti? Ah, bagaimana aku dapat mengelabuhinya
ya?"
Kiranya sebulan yang lalu, ketika Tio Jiang bersama anak
isterinya tiba di Giok-li-nia, sampailah padanya suatu berita yang
menggembirakan. Berita itu mengenai diri Go Sam-kui.
Penghianat yang karena jasanya memasukkan tentara Ceng
kedalam wilayah Kwiciu, maka oleh pemerintah penjajah
tersebut dia dikerunia pangkat tinggi dan didudukkan sebagal
gubernur yang menjaga wilayah Hunlam. Tapi pada beberapa
tahun yang terakhir itu, tersiar desas-desus bahwa orang she Go
itu hendak memberontak yang membawa berita kepada Tio
Jiang itu, adalah salah seorang kepercayaan Go Sam-kui sendiri.
Tentang keretakan antara Go Sam-kui dengan pemerintah
Ceng itu, memang sudah lama didengar oleh Tio Jiang.
Waktu hari Tio Jiang makanya sudah mengutus Tay-keng ke
Hun-lam itu, perlunya jalah disuruh menjelidiki kebenarannya
desas-desus itu. Tapi setelah mendapat keterangan tentang
cenderungnya gerak gerik Go Sam-kui itu, bukannya
memberitahukan kepada sang ayah, sebaliknya Tay-keng malah
melaporkan pada Shin Hiat-ji dan kawan-kawan.
Maka demi sekarang Tio Jiang mendapat berita itu sendiri,
dia segera mengadakan kontak dengan para orang dari pelbagai

Heng Thian Siau To 231


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kalangan persilatan. Benar Go Sam-kui itu seorang penghianat


besar, tapi dia mempunyai puluhan ribu anak tentara. Kalau Go
Som-kui kali ini benar memberontak, itu berarti suatu kekuatan
besar untuk mencetuskan pemberontakan mengusir penjajah
Ceng. Sebagai seorang pejuang, Tio Jiang menyambut berita itu
dengan semangat yang menyala-nyala.
Sebagai pemimpin gerakan menentang penjajah, siang
malam Tio Jiang amat sibuk, jadi dia tak sempat memperhatikan
perubahan sikap puterinya. Tapi tidak demikian dengan Yan-chiu
yang mengetahui bahwa sejak pulang dari Sip-ban-tay-san itu,
Tio In tampaknya selalu bermuram durja. Berulang kali
didapatinya sang puteri itu termenung-menung diatas puncak
tempat Tong Ko loncat turun kedalam lembah waktu hari itu.
Sebagai seorang ibu, tahulah Yan-chiu apa yang dikandung
dalam hati gadisnya itu. Tapi iapun tak berdaya untuk
menasihatnya.
Kebetulan saat itu, hari pertemuan yang dijanjikan Tay-keng
pada Hiat-ji, sudah tiba. Maka diapun mengatakan kepada orang
tuanya hendak pergi ke Kwiciu. Yan-chiu suruh dia membawa Tio
In agar hatinya terhibur. Oleh karena ingin menjelidiki tempat
beradanya Tong Ko, Tio In pun setuju. Tay-keng mendongkol,
tapi tak mempunyai alasan untuk menolaknya.
Begitulah setiba di Kwiciu, mereka mengunjungi biara Kong
Hau Si. Melihat keramaian disitu, hati Tio In agak terhibur, tapi
sebaliknya Tay-keng sibuk tak karuan. Berulang kali Tio In
mengajaknya bicara tentang ini itu, tapi selama itu Tay-keng
hanya mendengus saja malah kadang-kadang tak menyahut
sama sekali. Akhirnya heranlah Tio In dibuatnya, tanyanya:
"Koko, kau ini mengapa?"

Heng Thian Siau To 232


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Saat itu kebetulan mata Tay-keng tertumbuk pada


seseorang yang berada didalam lautan orang disebelah sana.
Orang itu tampak melambaikan tangan kepadanya, terus
berputar kebelakang. Dari potongan punggungnya, terang orang
itu Hiat-ji adanya. Maka pertanyaan Tio In tadi, telah
membuatnya terkejut seperti disengat tawon. Tapi pada lain
saat, dia sudah memperoleh daya, sahutnya: "Dik, kau tunggu
dulu disini, jangan pergi kemana-mana. Aku hendak kesana
sebentar!"
Habis berkata itu, dia terus berputar hendak mengajun
langkah, tapi cepat-cepat dijambret. oleh Tio In. "Kau hendak
kemana?" tegurnya.
"Tadi kulihat seseorang yang kalau tak salah adalah salah
seorang saudara kita di Lo-hu-san, tampak sedang main mata
dengan seorang kaki tangan musuh. Aku hendak memata-
matainya sebentarl"
"Kalau begitu aku ikut, koko. Apakah kau membawa
pedangmu, kemungkinan kita nanti menghadapi pertempuran!"
sahut Tio In dengan girang.
Tay-keng mengeluh dalam hati. "Dik, sebaiknya kau jangan
turut saja. Kau baru pertama ini datang ke Kwiciu, masih asing
keadaan disini. Nah, jangan senrbarang pergi kemana-mana,
tun;;gu saja aku disini!"
"Mengapa? Mamah pernah mengatakan padaku, bahwa kau
ini tak boleh dipercaya, aku disuruh mengikuti kau!"
Tay-keng pucat air mukanya, hatinya berdetak keras,
bantahnya terbata-bata: "Dalam hal apa aku.......... tak boleh
dipercaya?"

Heng Thian Siau To 233


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dengan ucapan itu dia mengunjunkkarn rasa cemas sekali


karena mengira perbuatannya bersekongkol dengan Hiat-ji itu
sudah ketahuan mamahnya.
"Huh, mengapa kau begitu gelisah dikatakan begitu saja
oleh mamah? Jangan mudah ketakutan ah! Ya, mengapa kau
hendak pergi seorang diri? Tadi kutanya apa kau membekal
senjata rahasia, kaupun diam saja. Bukantah kalau sepasang
pedang pusaka kita bergabung, akan merupakan suatu kekuatan
yang sukar dicari tandingannya? Tapi mengapa kau menolak,
bukankah ini membuktikan bahwa benar-benar kau ini tak dapat
dipercaya?"
Legalah hati Tay-keng. Ternyata tadi adiknya itu hanya
menggertaknya saja agar ia diperbolehkan mengikut. Memang
demikian halnja. Barang siapa yang berbuat salah, betapa tenang
orang itu, namun tak urung ada kalanya tentu kelihatan
sikapnya. Tay-keng cukup menginsjafi bahaya apa yang akan
terjadi apabila dia ajak adiknya itu menjumpai Hiat-ji.
"Ah, aku tadipun tak melihatnya dengan jelas. Lebih baik
mengurangkan urusan daripada cari urusan. Baik kita jangan
hiraukan orang itu Iagil" akhirnya dia mencari alasan untuk
menghindari desakan adiknya.
Tio In juga dapat dibikin mengerti. Kwiciu sudah dikuasai
tentara pendudukan Ceng. Asal timbul sedikit kegaduhan saya,
tentara Ceng pasti akan mengepungnya. Dan kalau terjadi
begitu, sukarlah rasanya ia meloloskan diri.
Begitulah setelah membeli kain sutera hijau, ia ikut sang
engkoh berjalan-jalan lagi.

Heng Thian Siau To 234


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dalam pada itu, Tay-kenhg tetap pasang mata mencari-cari


bayangan Hiat-ji. Tapi sampai begitu jauh, orang yang dicarinya
itu tak kelihatan lagi.
Pada saat itu, orang-orang yang mengunjungi biara situ
makin lama makin padat hingga sampai berjubel-jubel dorong
mendorong. Tiba-tiba Tay-keng melihat ada seorang yang
menghampiri kedekatnya. Setelah menatap sejenak, orang itu
mengulurkan tangannya. Tay-keng menduga bahwa orang itu
tentulah pesuruhnya Hiat-ji. Buru-buru dia acungkan tangannya
kebelakang dan sesaat kemudian, tangannya sudah
menggenggam sebuah gulungan kertas kecil. Tay-keng girang
tapi baru saja dia hendak cepatkan langkahnya sekonyong-
konyong terdengarlah seruan orang dari sebelah belakang:
"Minggir, minggir!"
Menyusul terdengar suara tok.... tok..... beberapa kali. Tay-
keng menoleh kebelakang dan kiranya seorang pengemis berkaki
buntung, pakaiannya compang camping berjalan mendatangi
dengan sebuah tongkat. Wajah penjemis itu luar biasa buruknya.
Dalam arus berjenis kelas manusia itu, Tay-keng tak sempat
memperhatikan sipengemis itu. Tapi ketika pengemis buruk itu
lewat disisinya, dia (Tay-keng) segera rasakan siku tangannya
kesemutan sehingga tanpa terasa jarinya terbuka dan jatuhlah
gunyan kertas kecil itu ketanah. Dalam kejutnya Tay-keng cepat
menyambar kebawah dan dapatlah dia menangkapnya lagi.
Mengetahui kalau membentur Tay-keng, pengemis jembel itu
unjuk ketawa seperti hendak minta maaf. Karena hatinya sedang
resah, jadi Tay-keng tak sempat untuk bikin perhitungan dengan
sipengemis siapa tampak tok...., tok...., tok...., berjalan dengan
kaki tongkat lalu disamping Tio In, terus menyusup diantara
orang banyak.

Heng Thian Siau To 235


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tay-keng cepat membuka gulungan kertas itu untuk


membacianya. Ada pepatah mengatakan "Harimau tentu
beranak harimau" artinya ayah pandai atau gagah sang anak
tentu juga demikian. Tapi rupanya axioma (dalil) itu hanya
berlaku dalam arti yang sebenarnya, yaitu harimau (binatang) itu
anaknya tentu juga harimau. Sebaliknya seorang besar, belum
tentu anaknya akan selihay sang ayah. Tio Jiang dan Tay-keng
adalah contohnya. Tio Jiang adalah seorang tokoh pejuang
kemerdekaan yang dihormati oleh semua kawan perjuangannya.
Berwatak lurus, berbubdi luhur, tendah hat!. Tay-keng
seorang anak yang dimanjakan ibunya. Dan karena selalu
dimanjakan dengan penghormatan oleh para orang gagah
mengingat dia itu puteranya Tio Jiang, maka melekatlah satu
rasa tinggi hati sombong dan jumawa mangkak. Suka pelesir,
gemar arak dan judi. Beberapa kali dia didamprat keras oleh
ayahnya, tapi bukan berobah baik sebaliknya dia makin
terjerumus dalam-dalam. Akhirnya relalah dia menjadi alat
pekakas dari kawanan Hiat-ji.
Hampir tiga tahun dia galang gulung dengan gerombolan I-
Iiat ji, hilang musnalah segala petuah dan ajaran emas sang ayah
dari lubuk sanubarinya. Dia anggap kawanan jagoan istana itu
lehih gagah dan lebih nikmat hidupnya. Diam-diam dia ingin
mencapai kedudukan seperti mereka itu. Hanya dikarenakan
ayahnya itu seorang musuh negara, jadi selama itu jalan cita-
citanya itu selalu tertutup. Tanpa disadari" timbullah rasa benci
kepada orang h:anya sendiri. Dalam pertemuan.nja dengan Hiat-
ji dibiara Kong Hau Si nanti, dia sudah ambil putusan akan minta
supaya Hiat ji mengajukan dirinya kepada pemerintah Ceng agar
dia secara resmi diterima menjadi pembesar.

Heng Thian Siau To 236


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Buru-buru hendak mengetahui bunyi gulungan surat tadi,


dia. Segera berpaling kepada adiknya dan berkata dengan nada
tergetar: "Dik tunggu didekat perapian tempat pembuangan
dupa itu, aku hendak pergi dulu sebentar!"
Diluar dugaan, Tio In tak menghalanginya lagi, malah
menyuruh supaya lekas kembali. Tay-keng lega hatinya lalu buru-
buru pergi. Tapi ketika dia berpaling lagi, tampak Tio In juga
tengah membuka sebuah gulungan kertas kecil. Heran dia
dibuatnya dari mana adiknya itu memperoleh gulungan
tersebut. Namun dia tak sempat untuk memikirkan lebih jauh
dan terus membuka gulungan kertasnya sendiri.
"3 li disebelah timur biara, ada sebuah kakus, kita bertemu
disitu. Dari sahabatmu yang cukup kau ketahui sendiri
namanya."
Kembali rasa heran mencengkeram hati Tay-keng. Dimana
saja kan bisa bertemu, mengapa harus disebuah kakus? Tapi
karena Hiat-ji sudah menjanjikan begitu, terpaksa dia pergi
kesana juga. Benar juga disitu terdapat sebuah kakus lama yang
baunya sangat menusuk hidung. Dengan mendekap hidung, dia
masuk. Disitu tiada tampak barang seorang manusiapun tetapi
terdapat sebuah kertas yang ditempelkan pada tembok berbunyi
begini:
"Tunggu didalam sini jangan kemana-mana. Sahabatmu."
Dengan menahan bau yang amat 'semerbak' itu. Tay-keng
terpaksa menunggu disitu.
Surat apa yang ditangan Tio In itu? Kiranya sewaktu
sipengemis jembel tadi lewat disisinya, tiba-tiba tangan nona itu
terselip sebuah gulungan kertas. Sebenarnya Tio In hendak

Heng Thian Siau To 237


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

memberitahukan hal itu kepada engkohnya, tapi justeru pada


saat itu Tay-keng menjuruhnya tunggu dulu disitu. Tio In
sandarkan diri pada tempat perapian dupa lalu membuka
gulungan kertas itu
"Tinggalkan adikmu dan segera menuju keruang atas
tempat menjimpan kitab-kitab. Ada urusan penting, kutunggu!"
Surat itu tanpa tanda tangan, melainkan terdapat sebuah
cap gambar anak kecil warna merah. Gaya tulisan hurufnja
cukup gagah. Tio In terkejut, ketika mendongak kemuka
dilihatnya Tay-keng sudah menyelinap kedalam orang banyak.
Surat itu terang untuk engkohnya, mengapa diberikan
kepadanya (Tio In)? Kelirukah pengantarnya? Tapi dipikir-pikir,
masakan sipengantar itu tak dapat membedakan seorang pria
dan wanita. Dari siapakah pengirimnja itu? Lukisan seorang anak
warna merah itu, apa artinya? Dan mengapa disuruh "tinggalkan
adikmu", jadi harus Tay-keng seorang diri yang pergikah?
Makin mereka dugaan, makin timbul kecurigaannya dan
akhirnya ia akan tunggu sang engkoh kembali untuk ditegurnya.
Tapi tunggu punya tunggu hingga sampai setengah jam lamanya,
tetap sang engkoh itu tak muncul kembali. Karena tak sabar lagi,
akhirnya ia masuk kedalam ruangan besar biara dan bertanya.
pada seorang paderi dimana letak ruang penjimpan kitab-kitab
itu.
Biara Kong Hau Si itu terhitung salah satu biara besar dalam
wilayah Kwiciu situ. Masuk keruang belakang, akhirnya tibalah
Tio In keruang tempat penjimpan kitab, Kiranya ruang itu
merupakan loteng dua tingkat. Setelah meragu sejenak, Tio In
lalu masuk kedalam ruang itu. Disitu tiada terdapat barang
seorang pun jua, kecuali sebuah tangga yang menuju keatas.

Heng Thian Siau To 238


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kembali dia bersangsi baik naik atau tidak. Kalau naik terang ia
bakal mengetahui siapakah orang yang mengadakan janji dengan
engkoh nja itu. Tapi kalau tidak naik, pun belum tentu nanti
engkohnya itu mau memberitahukan bal itu kepadanya. Terang
sipengantar surat itu bukan orang Lo-hu-san, kalau tidak
masakan menyusuh engkohnya itu tinggalkan ia. Ah, hendak
kulihat siapa macamnja orang itu.
Demikian akhirnya Tio In melangkah naik ketangga. Diruang
atas memang benar merupakan tempat penjimpan kitab-kitab
biara. Rak-rakan buku yang penuh dengan deretan kitab-kitab
memenuhi ruangan itu.
"Apa yang datang ini Tio-hengkah? Sudah berjam-jam aku
menunggu disini!" tiba-tiba terderigar tegur seorang.
Tio In terkesiap kaget. Agaknya pernah ia mendengar pada
suara itu, sayang orangnya teraling dengan deretan lemari buku
sehingga tak kelihatan jelas. Dengan membesarkan pada
suaranya, ia memberi penjhutan lalu mengitari rak buku untuk
menjenguk orangnya. Ia, memang yang menunggu dibelakang
lemari buku itu adalah Hiat-ji.
Seperginya dari peaunungan Sip-ban-tay-san, bersama Liat
Hwat Cousu, dia langsung menuju ke Kwiciu. Hiat-ji adalah
seorang ta-lwe si-wi (bayangkari istana Ceng), sudah tentu para
pembesar didaerah Kwiciu sama jeri padanya. Sejak meninggal
kan kampung halamannya di Tibet, Mo Put-siu alias Liat Hwat
cousu itu belum pernah bertemu tandingan, maka selama itu dia
anggap dirinya paling jempol dewek. Adalah ketika bertempur
dtI,1 Tio Jiang suami isteri dan tak berdaya menghadapi ilmu
pedang hoan-kang-kian-hwat dan to-hay-kiam-hwat, barulah
matanya melek. Maka setibanya di Kwicu, dia lalu sekap diri

Heng Thian Siau To 239


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

untuk meyakinkan salah suatu ilmu Im-yang-sin-kang yang paling


ganas. Peyakinan itu memerlukan waktu selama 4 kali 7 hari atau
28 hari. Benar singkat waktunya, tapi ilmu itu harus diyakinkan
terus menerus tanpa berhenti selama dalam waktu itu, harus
sanggup menderita suatu siksaan yang hebat.
Sebenarnya ilmu itu adalah ilmu warisan yang tergolong
ilmu hitam dari aliran agama Mokau. Sedikit saja terdapat
kesalahan dalam peyakinan, maka orang itu akan mengalami
bencana hebat, menjadi seorang cacat selama-lamanya.
Tahu akan resikonya, sekalipun ilmu itu tiada tara saktinya,
namun selama itu Liat Hwat masih bersangsi untuk meyakinkan.
Adalah karena dia telah terlanjur buka suara besar dihadapan
kaisar Kong Hi sanggup untuk membasmi unsur-unsur yang
menentang pemerintah Ceng, maka terpaksalah dia jalani juga
peyakinan ilmu im-yang-sin-kang yang berbahaya itu.
Hiat-jipun tak berani mengganggu usik pada suhunya yang
tengah meyakinkan ilmu sakti itu. Begitulah singkatnya saya,
pada hari ini peyakinan Liat Hwat sudah mencapai hari yang ke
27, tinggal sehari lagi dia tentu sudah berhasil. Dan pada hari itu
karena tiba janjinya, maka Hiat-ji lalu menjuruh orang untuk
mengantarkan surat kepada Tay-keng.
Ketika dia menunggu diruang penjimpan kitab dari biara
Kong Hau Si, didengarnya ada" suara tindakan kaki mendatangi.
Mengira Tay-keng yang datang, dia menegurnya dan terus
hendak keluar menyambutnya. Tapi demi didengarnya suara
penyahutan itu agak aneh nadanya, beda dengan nada suara
Tay-keng, dia batal keluar dan bersembunyi dibelakang sebuah
lemari buku. Hai, kiranya benarlah dugaannya tadi. Yang muncul
itu bukan Tay-keng melainkan adiknya yang cantik.

Heng Thian Siau To 240


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Hiat-ji makin curiga. Mengapa Tay-keng tak datang sendiri?


Dalam pada itu karena sampai sekian saat belum melihat barang
seorangpun juga, Tio Inpun juga curiga. Tio In berhenti sejenak.
Ia mendapat suatu siasat, serunya: "Anda menjuruhku datang
kemari, karena dia sedang ada urusan maka menjuruh aku yang
datang. Ada, keperluan apa harap katakan padaku. Segala apa,
kami berdua kakak beradik ini tentu saling berunding. Mengapa
anda tak mau menampakkan diri?"
Sejak Hiat-ji dengan Tio In tersesat masuk kedalam goa dan
dipaksa untuk menikah oleh siwanita aneh, timbullah rasa cinta
sesungguhnya dalam hati si Hiat-ji.
Sayang itu waktu The Ing datang mengacau sehingga nona
itu berhasil lolos. Juga waktu Sin Tok berhasil menawan nona itu
untuk dibawanya kekota raya, Hiat-ji tetap menaruh hati pada
Tio In. Pada saat itu Hiat-ji melamun lagi. "Apakah nona ini
benar-benar suka padaku? Adakah Tay-keng sudah mencium bau
dan kedua kakak beradik itu kini mau menggabungkan diri pada
rombonganku?"
Saat itu juga dia sudah segera akan unjukkan diri tapi pada
lain saat terkilaslah pada ingatannya bahwa kala Tio In ditangkap
sikaki satu waktu hari, jelas sudah bagaimana nona itu
bersitegang leher melawan mati2an. Begitu pula bagaimana
beringasnya nona itu ketika menyerang Tong Ko yang dikiranya
menjadi anggauta rombongan Hiat-ji itu. Ah, terang nona itu tak
mungkin serupa pendiriannya dengan sang engkoh.
"Kalau benar kau disuruh kemari oleh engkohmu, tahukah
kau siapa aku ini?" akhirnya dia berseru.
Tio In merenung sebentar. Teringat ia akan lukisan anak
merah pada surat itu. Ah, biar ia coba-coba menerkanya.

Heng Thian Siau To 241


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Kau adalah yang digelari orang sebagai Ang Hay-ji (si Anak
Merah) bukan?"
Sinona hanya main menerka, tak tahunya kalau hal itu
membuat kejut hati Hiat-ji. Walaupun kecurigaan menjurut,
namun tetap dia tak babis herannya mengapa Tay-Keng tak
datang sendiri.
"Benar, silahkan nona datang kemari!"
Sebenarnya Tio In seorang nona yang cukup berhati-hati.
Tapi mungkin karena kegirangan, saat itu ia agak lengah untuk
meneliti bahwa dalam nada suara orang itu jelas terdapat
perbedaan antara yang tadi dengan yang sekarang. Disamping
itu sedikitpun ia tak menduga bahwa engkohnya bakal
menjumpai seorang kaki tangan macam Hiat-ji. Maka tanpa
curiga apa-apa, sembari melangkah maju, ia masih bertanya:
"Ang Hay-ji, kau berada dimana?.
Meliliat bahwa asal sudah membiluk sebuah deretan rak
buku, nona itu pasti akan sudah muncul dihadapannya, buru-
buru Hiat-ji ambil sebuah kitab pelajaran agama Buddha untuk
menutupi wajahnya, lalu melangkah keluar. Melihat orang main
menutupi muka, oleh karena tak mengira kalau dia itu musuh
yang dibencinya, maka seenaknya saja Tio In menggodanya:
"Biasanya orang menutupi muka dengan sebuah harpa (pi-peh),
tapi aneh mengapa kau memakai sebuah kitab suci menutup
muka, malukah?"
Tio In mengiring olok-oloknya dengan tertawa lepas,
sebaliknya Hiat-ji maju lagi dua langkah seraya menyahut: "Ya,
benar, aku memang malu!"

Heng Thian Siau To 242


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Menyusul dengan kata "malu" itu, dia buka kitab yang


menutupi mukanya itu dan kaget Tio In seperti disengat kala
kejutnya, hampir-hampir ia tak percaya apa yang dilihatnya. Bagi
Hiat-ji, perubahan raut muka sinona itu cukup menjadi
pegangan. Secepat kilat tangan diulurkan kemuka dan tepat
menutuk jalan darah kian-keng-hiat dibahu sinona. Tubuh Tio In
terhuyung dan rubuh. Tapi karena dikanan kirinya semua adalah
rak buku, jadi tubuhnya itupun tersandar pada rak itu.
Setelah menunggu sekian saat tiada tampak lain orang lagi,
legalah hati Hiat-ji. Melongok kejendela, dia bertepuk tangan 3
kali dan tak berapa lama kemudian muncullah seorang kedalam
ruangan situ.
"Shin toaya hendak memberi perintah apa?" seru orang itu
dengan laku menghormat sekali.
"Kusuruh kiu antarkan suratku pada Tay-keng, mengapa kau
berikan pada adik perempuannya?" tegur Hiat-ji dengan bengis.
Orang itu terbeliak kaget. Biji matanya berkeliaran, wajahnya
pucat lesi dan mendeproklah dia kelantai untuk berlutut.
"Hamba pantas dihukum mati, tapi benar-benar hamba tak
salah menerimakan surat itu," terbata-bata orang itu meratap
ampun.
Tanpa menyahut, Hiat-ji gerakkan sebelah kakinya yang
tepat mengenai ulu hati orang itu, Hiat-ji sudah membayangkan
bahwa rencananya itu tentu berhasil dan hasilnja pasti jauh lebih
effektif (bermanfaat) dari rencana suhunya yang hendak
meyakinkan imyang-sin-kang itu. Tapi ternyata rencananya itu
menjumpai suatu kegagalan. Tio In bukan seorang nona yang
tolol. Begitu kembali ke Lo-hu-san ia tentu menceritakan
pengalamannya itu kepada Tio Jiang. Ini berarti pionnya (Tay-

Heng Thian Siau To 243


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

keng) akan hancur. Usaha untuk melenjapkan rombongan Lo-hu-


san itu kelak pasti akan mengalami kesulitan besar. Maka saking
marahnya, Hit-ji sudah gunakan delapan bagian dari tenaganya
untuk menendang. Orang itu ternyata hanya seorang opas biasa
dari kantor tihu (residen terang dia tak kuat menahan tendangan
itu. Hanya sekali dia mengerang, mulutnya menjembur darah
dan tubuhnya terkapar binasa.
Pada detik itu Tio In sudah mempunyai pengertian yang
agak jelas, namun ia tetap tak dapat mempercayai bahwa
engkohnya itu bersekongkol dengan kaki tangan pemerintah
Ceng.
"Ya, kalau benar dia (Bat-ji) itu bersekongkeol dengan
engkoh, masakan sampai keliru menyampaikan surat itu? Terang
dia hendak gunakan siasat mengadu domba." Demikian
anggapan Tio In.
Rupanya masih belum reda amarah Hiat-ji dengan
membinasakan opas itu. Berpaling kebelakang dia menatap
wajah Tio In dengan mata berapi-api. Sembari mengangkat
tangannya perlahan-lahan keatas, dia berkata dengan nada
buas: "Nona Tio, karena kau telah mengetahui rahasia ini, maka
jangan salahkan aku orang she Shin yang terpaksa tak dapat
membiarkan kau hidup lebih lama didunia inii" Tangannya itu
diarahkan untuk menghantam ubun-ubun kepala sinona.
"Celaka, apakah dugaanku keliru bahwa dia ini bukan
sedang main siasat mengadu domba? Tapi biarlah kutunggunya
saja. Kalau dia hanya menggertak saya, terang dia hendak pinjam
mulutku untuk mencelakai engkohl" demikian masih Tio In
menimang dalam hati.

Heng Thian Siau To 244


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ah....., Tio In...., Tio In....., kau keliwat memintari dirimu


sendiri. Kalau saja tangan Hiat-ji itu turun menghantam, sebelum
mengetahui bahwa engkohmu itu benar-benar bersekongkol
dengan kawanan kaki tangan Ceng, nyawamu pasti melayang
sudah!
Baru Hiat-ji hendak layangkan tinjunya, tiba-tiba matanya
tertumbuk akan sepasang mata bundar dari sinona yang
sedikitpun tak mengunjuk rasa takut. Terhadap gadisnya Tio
Jiang itu memang Hiat-ji sudah jatuh hati benar. Hatinya lemas
dan tinjunyapun perlahan-lahan diturunkan kemball.
"Hem, benarlah dugaanku itu. Kawanan anjing, bangsat
penghianat, jangan mimpi kau dapat berhasil memperalat aku
untuk mencelakai engkohku!" demikian diam-diam Tio In
memaki.
Hiat-ji serba sulit. Melepaskan Tio In berarti rencananya
gagal dan lenyap pula semua impiannya untuk memperoleh
kedudukan yang tinggi dan penghidupau yang mewah. Namun
membunuh nona secantik itu, hatinya keliwat sayang.
Sebenarnya walaupun berusia muda, tapi si Hiat-ji itu dapat
bekerja dengan cermat dan kejam. Hanya karena kali ini.
Terbentur dengan asmara, dia sudah tak dapat mengambil
keputusan yang tegas.
Akhirnya setelah berpikir sekian lama, dia menemukan
suatu jalan yang bagus. "Nona Tio, bukan sehari dua hatiku
tercurah padamu. Tadi kau sampai rubuh itu adalah karena
terpaksa. Kita adalah orang sendiri, maka jangan dipikir dalam
hati kejadian itu" katanya coba membujuk raju.
Tio In tak mengira kalau anak bermata ungu itu dapat
berlaku demikian. Juga Hiat-ji telah ambil putusan, cumbu raju

Heng Thian Siau To 245


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

itu tak boleh hanya mengandal pada mulut manis tapipun harus
disertai paksaan. Maka sebelum Tio In dapat menyahut, anak
muda itu sudah memeluknya. Berulang kali Tio In coba salurkan
jalan darah untuk membuka uratnya yang tertutuk itu, namun
gagal.
Merah padamlah selebar mukanya karena dipeluk orang itu.
Habis memeluk Hiat-ji kembali melongok keluar ruangan dan
memberi isyarat 3 kali tepukan tangan. Waktu ada seorang
datang ke situ, Hiat-ji segera memberi perintah: "Lekas sediakan
sebuah tandu besar yang tertutup rapat. Bawa nona ini
kegedung thayhu. Awas, jagalah hati-hati!"
Agar nona itu jangan sempat berusaha membuka jalan
darahnya yang tertutuk, Hiat-ji hendak menuntut lagi jalan darah
dipundak itiri. Tapi baru tangannya menjulur, tiba-tiba
punggungnya terasa dingin karena dilekati sebuah ujung senjata
tajam.
"Nona Tio jangan takut, ada aku disini!" kedengaran seorang
bernada wanita berseru kepada Tio In. Ketika Tio In berpaling
mengawasi, kiranya orang itu adalah seorang wanita dari
pertengahan umur, kulitnya agak hitam dan mencekal sebatang
samcat-hi-jat (garu penusuk ikan yang beruyung 3). Dilihatnya
Hiaci tak berani berkutik, tapi entah siapa wanita itu.
"Orang she Shin, telah sekian lama kunantikan kau disini.
Nona Tio sudah mempunyai kekasih, apa maksudmu hendak
membawanya kegedung thay-hu, hendak memaksanya untuk
menikah denganmu?" kembali wanita itu berseru.
Wanita itu bukan lain adalah Ciok Siao-lan, istri The Go.
Karena sifatnya yang melasan dan disebabkan menjaga Hiat-ji,

Heng Thian Siau To 246


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

jadi ia belum sempat untuk membuka jalan darah Tio In.


Maksudnya, biarlah nanti tunggu kalau sang suami datang.
Dan sebab ini, pada kebalikannya, ia bakal mengalami
derita.
Mendengar nada suara Siao-lan itu cukup ramah dan
rupanya seperti hendak menunggu seseorang, legahlah hati Hiat-
ji. "Nona Tio sudah setuju menikah dengan aku. Kekasihnya itu
adalah aku ini mengapa kau mengadu biru?"
"Ngaco be......", belum lagi Siao-lan sempat menjelesaikan
kata-katanya, Hiat-ji sudah gunakan kesempatan untuk buang
dirinya kemuka hingga kini terlepas dari ancaman, tangan
menekan Iantai, kedua kaki Hiat-ji menendang kesiku tangan
Siao-lan. Saking tak menduga serangan secara tiba-tiba itu,
senjata garu terlepas dari tangan Siao-lan dan terlempar
keudara. Belum Siao-lan tersadar dari kesimanya, kembali kaki
Hiat-ji bekerja dan bluk......, robohlah Siao-lan terkapar dilantai.
Dua buah jurus tendangan yang digunakan Hiat-ji itu adalah
menirukan gaja gumul dari orang Tibet.
Hiat-ji enjot kakinya untuk melambung keatas, begitu pun
Siao-lan juga lekas-lekas loncat keatas. Kini keduanya saling
berebut hi-jat yang tengah melayang turun itu.
Sebenarnya ilmu silat Siao-lan tak lemah. Tapi sejak pada 20
tahun yang lalu ia menikah dengan The Go, puaslah sudah rasa
hatinya. Sewaktu The Go berhasil mendapatkan kitab pelajaran
Tat Mo dan tiap hari bersungguh-sungguh meyakinkan, satu
kalipun Siao-lan tak pernah buang mata memperhatikan.
Baginya, dengan memperoleh seorang suami yang diidam-
idamkan itu, itu sudah lebih dari cukup.

Heng Thian Siau To 247


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dalam ilmu silatpun berlaku axioma (dalil) "barang siapa


berhenti berarti mundur".
Demikian halnja dengan Siao-lan. Kepandaian Hiat-ji
setingkat lebih atas dari ia. Ini jelas kelihatan sewaktu keduanya
sama-sama loncat berebutan senjata. Hiat-ji dapat meloncat
lebih tinggi setengah meter darinya dan hijat sudah tentu dia
yang dapat merebutnya. Dan selagi masih melambung diudara,
Hiat-ji hantamkan hi-jat itu pada lawan. Dalam sibuknya. Siao-lan
terpaksa berjumpalitan untuk menghindar. Tapi bagaikan seekor
burung elang, Hiat-ji memburunya turun sembari kirim dua buah
serangan. Salah sebelah bahu Siao-lan telah kena termakan
ujung hi-jat. Sampai pada detik itu The Go masih belum muncul
dan ini makin menggelisahkan Siao-lan. Dalam kebingungan ia
berkelahi dengan kalap, namun penjagaan Hiat-ji terlampau
kokoh untuknya. Dalam pertempuran yang berlangsung
beberapa jurus itu, kembali Siao-lan kena disengkelit roboh.
Pada saat itu muncullah beberapa orang dengan
menggotong se-buah tandu.
Mereka memasukkan Tio In kedalam tandu terus dibawa
pergi. Teringat Hiat-ji bahwa dalam. pertempuran digunung Sip-
ban-tay-san waktu hari, secara gaib Siao-lan dapat meloloskan
diri, jadi terang ada seorang kawan lihay yang membantunya.
Kuatir hal itu terulang lagi, Hiat-ji undur selangkah kemudian
dengan mengetuk seluruh tenaganya dia lemparkan hi-jat itu
kearah lawan. Sjukur Siao-lan dapat miringkan tubuh untuk
menghindar, tring......., hi-jat itu mensup masuk kedalam lantai.
Teringat Siao-lan bahwa urusan yang dipaserahkan
kepadanya oIeh The Go, masih belum selesai. Bergegas-gegas ia
memburu keluar, tapi baik Hiat-ji maupun tandu tadi tak tampak

Heng Thian Siau To 248


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sama sekali. la tinggalkan biara Kong Hau Si situ untuk langsung


menuju kegedung thayhu (residen).
––––––––––

BAGIAN 20
SIASAT SHIN HIAT JI

Menengok keadaan Tay-keng, ternyata anak itu masih taat


menunggui kakus. Lama kelamaan karena Hiat-ji tetap tak
muncul, dia sangat gelisah. Tiba-tiba terdengar suara tak....,
tok... mendatangi dia kiranya sipengemis jembel berkaki kayu itu
lewat disitu. Pengemis itu berhenti dimuka pintu kakus dan
menuding dengan tongkat kajunya: "Hai, mengapa kau tegak
seperti patung didalam kakus? Ayo, lekas keluarkan tahimu dan
enyah, lo-ya hendak buang air juga!"
Sudah tentu Tay-keng marah besar. Maju selangkah dia
angkat kakinya menendang ulu hati si pengemis.
"Astaga, jadi kau hendak memukul orang?!" seru si
pengemis itu sembari lintangkan tongkatnya kemuka dada,
bluk....., menggelosolah tubuh Tay-keng ketanah, auh.....,
auh....., huak...., huak...... Suara menguak itu bukan datang dari
mulut Tay-keng, melainkan dari sipengemis jembel waktu Tay-
keng terlempar jatuh kedalam kolam tahi. Sjukur Tay-keng
cepat-cepat gunakan tangan untuk menahan dinding kolam,
sehingga tubuhnya sampai mandi "minyak wangi". Sekalipun
begitu, tangannya berlepotan dengan benda kuning emas yang
"harum" baunya itu.

Heng Thian Siau To 249


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Masih Tay-keng belum sadar bahwa pengemis jembel itu


adaIah The Go yang menjaru. Dia kira karena kurang hati-hati,
tadi teIah terpeleset jatuh. "Bangsat jembel," mulutnya memaki
dan siku tangannya menyodok dada The Go.
Benar semasa mudanya The Go itu seorang durjana culas
yang licik. Tapi sejak kedua kakinya buntung, dia insjaf akan
kesalahannya. Terhadap orang culas dan khianat, dia teramat
benci. Tay-keng pemuda bebodoran itu harus diberi hajaran
yang layak. Dia tak mau menghindar tapi dalam pada itu diam-
diam dia kerahkan Iwekangnya kearah dada. Begitu siku Tay-
keng membentur dadanya, raganya seperti tersentuh Aliran
listrik yang kuat. Lagi-lagi tubuh anak muda itu terhuyung
kedekat kolam kotoran.
Untunglah berkat kelincahan, Tay-keng cepat gunakan gerak
lin-eng-joan-soh (burung kenari menobros tali) untuk loncat
jauh-jauh.
"Siapa kau ini?" serunya.
"Dan kau sendiri ini siapa? Mengapa menunggui kakus?"
balas bertanya The Go.
Mendengar nada orang seperti mengandung sesuatu
maksud, buru-buru Tay-keng berkata: "Aku bernama Tio Tay-
keng, apakah cunke ini..........."
"Benar, ah kiranya orang sendiri. Cucu muridku tak sempat,
ada aku yang datangpun sama saja. Mari ikut padaku!" sahut The
Go.
"Pernah apa "cunke ini dengan Shin Hiat-ji?" Tay-keng
bersangsi.

Heng Thian Siau To 250


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Liat Hwat cousu itu kalau bukan muridku, siapa lagi dianya
itu? Apa kau masih belum tahu?" The Go delikkan mata.
Tay-keng terbeliak kaget, serunya: "Siapakah gelaran cinpwe
yang mulia ini?"
"Bu-kak-sian!" sahut The Go dengan ringkas. Bu-kak-sian
artinya si Dewa tanpa kaki.
Tadi Tay-keng telah membuktikan sendiri bagaimana
lihaynja pengemis itu. Benar tak tahu dia bagaimana kalau
dibandingkan dengan Liat Hwat, tapi yang terang dia itu jauh
lebih sakti dari Hiat-ji.
Dengan, masih setengah ragu-ragu dia ikut sipengemis
jembel itu. Tanpa berpaling kebelakang lagi, The Go langsung
masuk kedalam biara Kong Hou Si.
Sebenarnya memang dia sudah berjanji pada Siao-lan suruh
membekuk Hiat-ji.
Begitu dia bawa Tay-keng kesana, nanti dihadapan Tio In,
hendak dia lucuti kedok si Tay-keng itu. Habis itu, dia hendak
bawa anak itu kepada ayahnya (Tio Jiang) di Lo-hu-san.
Menjelang tiba didepan pintu biara, timbullah kecurigaan
Tay-keng.
Mengapa dia bawa aku kedalam biara, demikian Tay-keng
bertanya seorang diri.
Membarengi penuh sesak orang berduyun-duyun masuk
kedalam ruangan biara, dia sengaja perlambat jalannya sampai
ketinggalan dibelakang, lalu memandang kearah perapian dupa
disebelah sana.

Heng Thian Siau To 251


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Hai......, mengapa Tio In tak tampak? Kecurigaannya makin


tebal. Sebagai seorang bakat durjana, diapun cukup pandai.
Benar ketika sipengemis jembel itu membentur dirinya, dia
dapat cepat-cepat menyambar lagi gulungan kertas yang
melayang jatuh Itu.
Tapi bukan mustahil, pengemis yang lihay itu dalam waktu
sekejap itu dapat menukar gulungan kertasnya dengan lain
macam gulungan kertas.
Ya....., siapa tahu! Liat Hwat cousu adalah seorang guru
besar dari daerah Tibet. Namanya sangat termasyhur.
Andaikata benar dia itu masih mempunyai suhu, mengapa
Hiat-ji tak pernah mengatakan padanya (Tay-keng)?
Memikir sampai disitu, buru-buru dia menyelinap diantara
orang banyak. Oleh karena suasana dalam ruangan situ
sangatlah hiruknya, jadi The Go sudah tak mengetahui akan hal
itu. Baru setelah dia melalui ruang besar dan berpaling
kebelakang dia menjadi kaget demi tak dilihatnya Tay-keng.
Celaka, diam-diam The Go mengeluh. Dia yang biasanya selalu
menyiasati orang, kali ini kena di pedayai oleh seorang anak
muda macam Tay-keng.
Buru-buru dia balik lagi keruangan besar, tapi setelah
mencari-cari sampai lama tak dijumpai anak itu, terpaksa dia
terus menuju keloteng tempat penjimpan kitab.
Tapi disitu, kecuali mayat siopas tadi, baik Siao-lan maupun
Hiat-ji tak dijumpainya. Kali ini kecerdasan otak The Go benar-
benar terbentur karang.
Turun kembali kebawah dia bertanya pada seorang paderi
dan mendapat keterangan bahwa menurut pesan pengurus

Heng Thian Siau To 252


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

biara, semua paderi dilarang menghampiri ruang tempat


penjimpan buku itu.
Entah karena apa, hweshio itu tak tahu.
The Go memperhitungkan bahwa Tay-keng tentu hanya
menyelinap diantara orang banyak, jadi belum pergi jauh, maka
dia mulai mencarinya.
Kiranya anak itu bersembunyi dibelakang sebuah patung.
Kuatir kalau The Go nanti mencarinya, dia segera akan pergi.
Tapi tiba-tiba dari arah belakang terdengar seseorang
berseru: "Tio-heng....! Tio-heng.....!"
Untuk kegirangannya, ternyata yang memanggil itu adalah
Hiat-ji
"Shin-heng, mengapa kau suruh aku tunggu ditempat
begituan dan sampai sekian lama kau tak datang? Apakah Bu-
kak-sian itu orang kita sendiri?" tanyanya seraya menghampiri.
Bermula Hiat-ji tak mengerti apa yang ditanyakan kawannya itu,
tapi setelah direnungkan sejenak, baru dia insjaf.
"Celaka!" serunya sembari banting-banting kaki.
"Bu-kak-sian itu bukan orang Lo-hu-san, selama ini belum
pernah aku melihatnya!" kata Tay-keng.
"Mengapa kau ngelantur begitu? Ku minta kedatanganmu
diruang penjimpan kitab, mengapa kau datang kelain tempat?
Hem...... terang ada orang yang mengacau. Adikmu datang
keruang itu dengan membawa suratku, berarti rahasia kita ini
sudah bocor. Sekurang-kurangnya ada seorang yang sudah
mengetahui rahasiamu!" kata Hiat-ji.

Heng Thian Siau To 253


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Momok yang paling ditakuti Tay-keng, adalah adiknya


sendiri. Dia kira tentu Tio In benar seperti yang dikatakan Hiat-ji
itu, sudah mengetahui kedoknya.
"Ai, bagaimana ini ya..., bagaimana ini...?" serunya seperti
orang menunggu vonnis (putusan peagadilan).
Sebaliknya diam-diam kini Hiat-ji bersorak dalam hati.
Memang bermula dia masih kuatir, jangan-jangan Tay-keng tak
sampai hati untuk melakukan rencananya yang keji itu. Tapi
setelah terdesak dipojok itu, terang Tay-keng tentu tak ragu-ragu
lagi. Dengan tersenjum iblis, Hiat-ji segera tarik tangan Tay-keng
kesuatu tempat yang sepi.
"Shin-heng, rasanya aku harus mengikut kau kekota raja. Di
kedua propinsi Kwiciu itu, sudah tiada tempat kakiku berpijak
lagil" kedengaran Tay-keng seperti meratap.
"Ah, Tio-heng" Hiat-ji tertawa dingin, "susah...., susah.....
Kau belum mempunyai pahala apa-apa, bagaimana, kau bisa
diterima dikota raja?"
Saking gelisahnya kepala Tay-keng basah dengan kucuran
keringat, ujarnya: "Shin-heng, kau harus menolong Aku!"
Melihat saatnya sudah tiba, berkatalah Hiat-ji: "Adikmu
sudah kututuk dan sekarang kusuruh bawa kegedung thay-hu.
Pengemis yang menyebut dirinya Bu-kak-sian itu tentu konconja
siwanita yang bergegaman hi-jat itu. Walaupun untuk sekarang
kita tak tahu siapa mereka itu, tapi nanti kau tentu akan
memperoleh keterangan dari leng-cun (ayahmu). Kini kita hanya
mempunyai sebuah rencana. Dengan rencana itu bukan saja kau
dapat terlepas dari kesulitan, pun akan membuat suatu pahala
besar!"

Heng Thian Siau To 254


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Harap Shin-heng lekas katakan rencana itul" kata Tay-keng


sembari mengusap keringatnya. Tapi sebelum menjelaskan, lebih
dahulu Hiat-ji melirik tajam-tajam kepada Tay-keng.
"Tapi ah....., kalau kau tak mau jalankan rencana itu malah
akan runyam jadinya!"
"Jika tak mau menyalankan perintahmu, biarlah mayatku
mati tak berkubur!" sahut Tay-keng sembari menunjuk pada
langit dan bumi.
"Bagus!" kata Hiat-ji sembari merogoh keluar sebuah fles
dari batu kumala, "lekas pulang ke Lo-hu-san dan usahakanlah
sedapat mungkin untuk meminumkan pujer dalam botol ini
kepada ayah bundamu!"
Tay-keng menerima botol itu dengan tangan bergemetaran.
"Shin-heng, obat apakah ini?" tanyanya dengan suara parau.
Dengan pertanyaan itu, nyata nurani Tay-keng masih belum
buta. Dia masih kuatir jangan-jangan ayah bundanya akan
meninggal secara mengenaskan sekali.
Fles obat pujer itu bukan lain adalah hong-sin-san, yang
dirampas Hiat-ji dari dalam goa Kit-bong-to. Dalam 3 hari 3
malam, binasalah orang yang meminumnja. Sebelum meninggal,
orang itu akan berobah buas seperti anjing gila, menyerang dan
membunuh siapa saja yang dijumpai. Obat itu terbuat dari
ramuan busa air ludah anjing gila, harimau gila, ular gila dan lain-
lain bisa binatang. Oleh karena itu pembuatannya sangat sukar
sekali.
Sudah tentu Hiat-ji tak mau mengatakan terus terang pada
Tay-keng, katanya dengan tertawa: "Jangan kuatir, bukan obat
racun melain obat bius saja. Dalam 7 hari 7 malam orang akan

Heng Thian Siau To 255


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

lupa daratan, tapi setelah itu akan pulih lagi seperti sediakala.
Apabila ayah bundamu hilang kesadarannya, segera kau boleh
keluarkan perintah bubarkan orang-orang yang berkumpul di Lo-
hu-san itu. Setelah kau dirikan pahala, boleh ikut aku kekota
raya, baginda kaisar teatu akan menganugerahimu suatu
kedudukan yang tinggi. Kalau hal itu sudah terwujut, ayah
bundamupun tentu tak dapat berbuat apa-apa. Bagaimana, baik
tidak rencanaku in!?"
Tay-keng kegirangan sekali dan Hiat-jipun segera
menyuruhnya Iekas-lekas kembali ke Lo-hu-san.
Setelah itu, Hiat-ji lalu balik kegedung thay-hu. Baru Tay-
keng berjalan tak jauh, sekonyong-konyong dari sebelah muka
terdengar orang. berseru keras-keras: "Bangsat busuk, kiranya
kau berada disini!"
Astaga, si Bu-kak-sian! Kejut Tay-keng tak terkira, terus dia
berputar kebelakang dan hendak melarikan diri tapi secepat itu
si Bu-kak-sian sudah menghadang dimukanya.
"Adikmu, kemana ia?" hardik Bu-kak-sian.
Pikir Tay-keng, supaya dapat lekas-lekas lolos, Iebih baik dia
berkata terus terang.
Maka diapun menyahut kalau Tio In sudah dibawa Hiat-ji
kegedung thay-hu.
"Bagaimana kau mengetahuinya?" tanya The Go agak
terkesiap.
Tay-keng mengatakan kalau tadi baru saja dia berbicara
dengan Hiat-ji.

Heng Thian Siau To 256


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Dan kemana wanita yang membawa senjata hi-jat itu?"


tanya The Go.
Sebenarnya Tay-keng tak mengetahui dimana beradanya
Siao-Ian, tapi untuk menjuruh The Go Iekas-lekas enyah dari situ,
dia lalu memberi keterangan bohong: "Wanita itu sudah ditawan
oIeh Liat Hwat cosu dan dibawa kegedung thay-hu juga. Carilah
lekas kesana!"
The Go terkesiap.
Diakhir ahala Lam Beng, perserikatan bajak lautan selatan
itu terdiri dari 4 keluarga yaitu The, Ciok, Ma dan Chi. Pengaruh
mereka besar sekali. Turun termurun mereka terikat
perhubungan dan perkawinan.
Sejak kecil The Go sudah ditunangkan dengan Siao-lan.
Hanya karena The Go itu seorang pemuda buaya, maka dia
sudah tak menghiraukan Siao-lan. Adalah setelah kedua kakinya
buntung, baru The Go mau juga menerima Siao-lan sebagai
isterinya.
Duapuluh tahun lamanya kedua suami isteri itu menghuni di
pergunungan Sip-ban-tay-san yang sunyi senjap dan
memperoleh seorang anak tunggal yaitu The Ing.
Maka demi mendengar bahwa isterinya telah ditawan Liat
Hwat, untuk sekian saat dia termangu-mangu tak tahu apa yang
hendak diperbuatnya.
Begitulah tanpa berkata apa-apa, dia lalu berjalan pergi.
Dan Tay-keng yang tak kira bakal lolos sedemikian
mudahnya, pun lalu meneruskan perjalanannya ke Lo-hu-san.
––––––––––

Heng Thian Siau To 257


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

BAGIAN 21
SAY HONG HONG BEK LIAN

Sebagaimana kita ketahui tujuan kepergian The Go dan Siao-


Ian dari Sip-ban-tay-san itu adalah karena hendak menolong
puterinya (The Ing) yang ditawan wanita dalam goa itu.
Keras dugaan The Go bahwa wanita aneh itu adalah bekas
kekasihnya dahulu yang dichianatinya, yakni Say-hong-hong Bek
Lian.
Karena putus asa dan dendam, Bek Lian lolos dari dunia
keramaian dan mengasingkan diri.
Juga Siao-lan sangat cemaskan keselamatan puterinya.
Begitulah setibanya di Lo-hu-san, The Go menebas dua
batang pohon kecil seraya menghibur sang isteri: "Tak usah
cemas. Peribadi Bek Lian kucukup faham. Walaupun Ing ji dalam
bahaya, asal ia dapat melihat gelagat tentu takkan kena apa-apa.
Asal aku dapat berjumpa dengan ia (Bek Lian), Ing-ji tentu akan
dilepaskanl"
Bagi Siao-lan kata-kata suaminya itu adalah merupakan
undang-undang yang diindahkannya. Tapi lembah tempat goa
Bek Lian itu sangat terpencil sekali letaknya.
Hampir seharian mereka mencari, tetap belum menemukan.
Mereka percaya bahwa Tong Ko tentu tak berbohong maka
mereka tetap lanjutkan penjelidikannya. Tiba pada sebuah
puncak yang menjulang tinggi, yakni puncak Giok-li-nia,

Heng Thian Siau To 258


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

terkenanglah The Go akan kejadian pada 20 tahun berselang.


Hatinyapun serasa tergetar.
Selagi mereka berdua tegak terlongong-lolong, tiba-tiba
tampak 3 sosok bayangan berlari mendatangi dengan pesatnya.
Belum orangnya tiba, sudah terdengar salah seorang berseru
keras: "Hem.... Siau-beng-siang itu sungguh tak tahu diri. Peng-
se-ong mengutus kita kemari, tapi dia tak mengadakan
sambutan apa-apa."
The Go terkejut mendengar itu. Peng-se-ong adalah gelaran
Go Sam-kui. Mengapa dia mengutus orang kemari? Buru-buru
ditariknya Siao-lan untuk diajak sembunyi. Ketika dekat, ternyata
yang berjalan disebelah muka itu adalah seorang yang
mengenakan pakaian pembesar Ceng, sikapnya keangkuh-
angkuhan. Kawannya yang seorang bertubuh kate, mengenakan
pakaian compang camping tetapi cukup bersih. Dibelakang
punggungnya menggendong sebuah holou (guci) besar.
Beberapa kali dia ambil guci araknya itu dan meneguknya
berkelutukan. Tingkah lakunya menggelikan orang.
The Go terkesiap. Pernah dia mendengar bahwa dalam
kalangan persilatan daerah Hokkian ada seorang tokoh lihay
macam begitu.
Tapi entah tak tahu dia siapa namanya. Pula tak nanti tokoh
itu mau berhamba pada pemerintah Ceng.
Adakah desas desus yang mengatakan bahwa Peng-se-ong
Go Sam-kui itu berniat hendak memberontak itu benar adanya?
Sedang orang yang ketiga adalah seorang tosu (Bhiksu). Dari
gerak geriknya, dia itu seorang yang licin.

Heng Thian Siau To 259


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Orang yang dandanannya seperti pembesar itu berhenti dan


berkata dengan dingin: "Orang she Tio itu sungguh tak kenal
tingginya langit.
Sampai dikaki puncak sini masih tak mengirim sambutan!
Aku tak percaya kalau Peng-se-ong sudi berserikat dengan
gerombolan macam begitu!"
The Go jemu akan sikap congkak orang itu. Tapi pada saat
itu sudah menyahutlah sikate tadi dengon olok-oloknya yang
tajam: "Co tayjin, mungkin namamu yang besar itu telah
membuat mereka ketakutan dan tak berani turun gunung!"
Diam-diam The Go geli juga akan sindiran sikate itu. Tapi si
Co tayjin itu sendiri rupanya tak mendengarnya.
Adalah si tosu yang tampak keruntukan kening dan
mengisiki pada Co tayjin.
Co tayjin delikkan mata kepada sikate kurus itu, siapa tak
menghiraukan dan melainkan enak-enak meneguk gucinya.
The Go tetap diam saja untuk menantikan perkembangan
mereka.
Lewat sejurus kemudian, rupanya Co tayjin itu tak sabaran
lagi, dan menghamburlah makian lagi dari mulutnya: "Oleh
karena orang she Tio tak mengirim orang, ayo kita naik keatas
saja. Nanti bila bertemu muka, biar kudampratnya!"
Buru-buru si bhiksu menyambuti: "Tayjin memang benar.
Gerombolan orang-orang persilatan macam itu, karena
mengandalkan ilmu silatnya lantas tak pandang mata pada orang
lagi, sungguh men.........."

Heng Thian Siau To 260


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sebenarnya dia hendak memaki "menjemukan", tapi pada


saat itu sikurus sudah melirik kearahnya dan tiba-tiba berbatuk
huk...., huh..., cuh......: segumpal ludah meluncur dari mulutnya
dan tepat sekali singgah kepipi si bhiksu. Bhiksu itu tersentak
kaget.
Bermula dia tak tahu, tapi serta tangannya mengusap
ternyata pipinya sudah berpupuran ludah kental. Raut mukanya
menampilkan kemarahan, tapi justeru begitu, makin
menggelikan kellhatannya.
"Ai ......maaf, Toya! Karena tenggorokanku terasa gatal,
tanpa dapat kucegah lagi aku telah batuk. Sekali-kali tak sengaja
berlaku kurang ajar pada toya, harap jangan gusar!" seenaknya
hati saja sikate kurus itu menghibur kemengkalan si bhiksu.
Sudah tentu si Bhiksu tak mandah diperlakukan begitu.
Maju selangkah dia menjotos sikate.
Diam-diam The Go terkejut melihat gaja serangan si Bhiksu
yang cukup berat itu.
"Hai, itulah pukulan lui-tin-cio (pukulan geledek).
Biarpun dia sengaja menjembunyikan tapi tetap suaranya
yang seperti geledek menyambar itu kedengaran jelas.
Jangan-jangan dia itu adalah kepala biara Sam Ceng Kiong di
Gunbing yang bergelar Lui-tin-sin-ciang Gwan Liong totiang?"
demikian The Go menimang-nimang dalam hati.
Kelima jari bhiksu itu dicengkeramkan sedikit dan sekali
dihantamkan kemuka, maka jari-jari itu terpentang semua.
Sambaran anginnya, sedikit lebih pelahan dari halilintar,
menindih si kurus. Orang kurus itupun terkejut. Matanya

Heng Thian Siau To 261


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

membeliak tak tahu apa yang hendak diperbuat. Nyata batok


kepala si kurus itu tentu akan hancur lebur dan untuk itu The Go
serta Siao-lan sudah siap hendak loncat keluar menolongnya.
Sekonyong-konyong sikurus itu terpeleset jatuh kesamping,
gayanya macam orang mabuk, namun tepat sekali dapat
menghindari hantaman si bhiksu tadi. Krek......, secepat kilat jari
tengah tangan kanan sikurus itu menutuk lambung si bhiksu
pada jalan darah yang-ke-hiatnya. Baik ilmunya maupun
kecepatannya, telah membuat The Go kesima. Bermula si bhiksu
tadi hendak lancarkan pukulannya yang kedua, tapi serta
lambungnya tertutuk, tangannya pun terkulai kesamping dan
menyampok orang ketiga yang dibahasakan "Co tayjin" tadi.
"Toya, tahan, jangan melukai Co tayjin !" seru si kurus
sembari masih sempojongan. Bhiksu itu sendiri bukan kepalang
kagetnya.
Dia hendak menghajar si kurus, mengapa diluar
kemauannya, pukulannya nyasar kearah Co tayjin ?
Tapi untuk menarik kembali, terang sudah tak sempat lagi.
Plak....., tahu-tahu muka si Co tayjin tadi mendapat persen.
Aduh mak, sakitnya bukan kepalang !
Bagi The Go apa yang telah terjadi itu jelaslah sudah kiranya.
Gaya sempoyongan yang diperlihatkan oleh si kurus itu adalah
ilmu cui-pat-sian (8 dewa mabuk) yang sempurna. Kalau
demikian teranglah si kurus itu tokoh yang digemari sebagai "cui
kui" sisetan pemabukan Jui Wi. Tokoh persilatan yang luar biasa
itu, hendak mempermainkan si bhiksu dan Co tayjin rupanya.
Tapi anehnya, mengapa dia turut dalam rombongan mereka ?

Heng Thian Siau To 262


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Hai, mengapa kau menampar mulut Co tayjin? Co tayjin


adalah orang kepercayaan nomor satu dari Peng-se-ong. Kalau
kau memukulnya, berarti memukul Peng-se-ong. Jangan tanya
dosamu ya !" teriak si kurus dengan delikkan mata kearah si
bhiksu.
Wajah si bhiksu menampil ketakutan yang hebat, sedang si
Co tayjin yang tengah menahan kesakitan karena separoh
mukanya benjul begap, belum dapat berkata apa-apa, kecuali
mendekapnya dengan tangan. Berselang berapa lama, barulah
Co tayjin turunkan tangannya dan menjerit keras.
"Co tayjin, pinto telah kesalahan tangan, Co tayjin maaf !"
tersipu-sipu si bhiksu menghampirinya seraya meratapkan maaf.
Disamping geli melihat adegan itu, diam-diam The Go juga
heran melihat kelakuan si bhiksu itu. Bhiksu tersebut atau Gwan
Liong totiang, The Go belum jelas bagaimana pribadinya. Tapi
kelakuannya yang sedemikian memalukan itu, sungguh tak
patut. Jadi meskipun dia faham ilmu pukulan lui-tin-chiu
(pukulan geledek), tapi terang dia bukan Gwan Liong totiang.
Rupanya Co tayjin itu belum mencium bau permainan
sikurus tadi, maka kecuali hanya mendeham hidung, dia tak
mendamprat si bhiksu itu lagi. Kalau si bhiksu longgar napasnya
karena terbebas dari hambur makian, adalah sikurus iang ketawa
cekikikan sembari memerintah lagi : "Co tayjin telah memberi
ampun, mengapa kau tak berlutut menghaturkan terima kasih ?"
Kini tampak si Co tayjin itu keruntukan halis, ujarnya : "Jui
tayhiap, Peng-se-ong telah tugaskan kami bertiga kemari, untuk
itu kita bertiga harus bersatu padu, jangan bertengkar sendiri !"

Heng Thian Siau To 263


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Hi, bagaimana ni? Aku membelamu, sebaliknya kau sesali


aku?" seru Jui Wi tayhiap.
Co tayjin alihkan pembicaraan, menyatakan bahwa karena
orang Lo-hu-san tak datang menyambut, sebaiknya mereka naik
terus keatas saja. Begitulah mereka bertiga lalu mendaki keatas.
Co tayjin disebelah depan, si bhiksu mengikuti dibelakangnya
sedang sikurus tadi tetap beringsut-ingsut jalan se-enaknya saja.
Setelah mereka jauh, barulah The Go tarik Siao-lan keluar,
katanya :"Mereka orangnya Go Sam-kui dari Hunlam, ayo kita
ikuti keatas !"
Tapi Siao-lan membantah :"Peduli apa mereka itu orangnya
Go Sam-kui atau Go liok-kui, yang penting kita harus cari Ing-ji
lebih dahulu !"
Dalam hati kecilnya, The Go ingin sekali mengetahui apa
maksud kedatangan orang-orangnya Go Sam-kui itu, tapi karena
dia tak mau mengecewakan hati isterinya terpaksa dia
menurutinya.
Begitulah mereka berdua lalu melanjutkan penjelidikannya
digunung Lo-hu-san situ. Tapi sampai keesokan harinya, tetap
tak berhasil.
Sebagai seorang ibu, sudah tentu Siao-lan gelisah bukan
main, maka The Gopun coba menghiburnya.
Selagi sepasang suami isteri itu melepaskan lelah ditepi
sebuab sungai kecil, tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara
ribut-ribut.
Ketika mereka berpaling didapatinya ada seorang tengah
berlari-larian mendatangi dengan pontang panting, seperti orang
diburu setan.

Heng Thian Siau To 264


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Pakaiannya kojak, tapi jelas kelihatan kalau pakaiannya itu


adalah pakaian pembesar Ceng.
Ketika diperhatikan, itulah Co tayjin, ...... Co tayjin yang
kemarin malam berlagak sedemikian angkuhnya.
Sembari berlari, tak henti-hentinya dia berpaling kebelakang
sembari berteriak-teriak: "Hohan....., ampunilah ! Hohan......,
ampunilah !"
Buru-buru The Go tarik Siao-lan diajak bersembunyi
kedalam semak-semak.
Bluk......, kedengaran Co tayjin itu rubuh ditepi sungai tak
dapat bangun lagi.
Pada lain saat, seorang lelaki tinggi besar muncul dengan
mencekal sebatang ruyung.
Amboi, itulah siberangasan Kiau To, ji-ahko Thian Te Hui.
Sudah tentu The Go dan Siao-lan cepat dapat mengenalinya.
Kiau To sudah angkat jwan-pian untuk menghajar si Co
tayjin. Tapi sekonyong-konyong muncullah seseorang berseru
mencegahnya : "Kiau-heng, jangan.....!" sembari angkat guci
araknya, bluk......, terhindarlah Co tayjin dari gebukan ruyung itu,
berkat guci arak orang itu yang bukan lain adalah Ciu-kui Jui Wi.
Cuh......., Kiau To meludahi Co tayjin, makinya : "Kalau tak
memandang muka Jui tayhiap, tentu kamu kuhajar babak belur.
Huh......, bangsa kutu busuk mau jual lagak pembesar. Orang Lo-
hu-san tak sudi melihat macam begitu-begituan !"
Co tayjin beringsut-ingsut sampai beberapa langkah baru
berani berbangkit.

Heng Thian Siau To 265


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tepat pada saat itu, si bhiksu yang pandai ilmu lui-tin-


kangpun tiba. Buru-buru dipapahnya Co tayjin terus diajak lari.
"Kiau-heng, bukannya menyalahkanmu, tapi apabila Siau-
beng-siang kembali, dia tentu menyesali tindakanmu tadi !"
kedengaran Jui Wi menghela napas.
"Mengapa ..... ?
Apakah orang begituan tak pantas dihajar ?
Semalam, mengingat dia adalah utusan Go Sam-kui, aku dan
Ki toako telah menyambutnya dengan hormat.
Tapi tadi pagi-pagi, sewaktu aku menjenguk kedalam
kamarnya, dia bilang sangat lelah dan suruh aku memijatinya.
Hem......., kalau mendiang Nyo Kong Lim masih ada, dia
tentu sudah menghajarnya mampus !" Kiau To mengomel.
"Ya, orang macam begitu memang harus dihajar, tapi kali ini
kau telah menjakiti hati dua orang tokoh penting!" kata Jui Wi.
"Siapa mereka itu ?"
"Kaum persilatan mengatakan kalau Kiau loji itu berangasan,
dan ini memang berbukti," sahut Jui Wi dengan tertawa, "salah
seorang dari mereka adalah, suhu dari bhiksu itu yakni Lui-tin-
sin-ciang Gwan Liong totiang !"
Kiau To terkesiap, serunya : "Tidak, Gwan Liong totiang
adalah cianpwe yang saleh. Pernah beliau dengan suhuku Tay
Siang siansu merundingkan soal-soal keagamaan terus menerus
sampai 3 hari 3 malam. Suhu mengatakan, Gwan Liong totiang
adalah sahabatnya yang paling karib, masakan dia mau
menggubris omongan bhiksu itu ?"

Heng Thian Siau To 266


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Ah......, kau tak mengetahui asal usulnja. Bhiksu itu


bernama Ma Ki, anak seorang hartawan di Hunlam. Gwan Liong
totiang pernah jatuh sakit keras rebah didepan pintu hartawan
itu. Berkat pertolongan hartawan Ma itu, tertolonglah jiwa Gwan
Liong totiang. Kemudian dalam suatu huru hara, rumah tangga
hartawan Ma berantakan. Gwan Liong totiang membalas budi,
ajak Ma Ki kebiara Sam Ceng Kuan di Kunlun dan menerimanya
sebagai murid. Gwan Liong totiang mempunyai kelemahan,
yakni bertelinga tipis (tak tahan dihina). Apabila nanti Ma Ki
mengadu, benar Gwan Lion totiang tak berani menderu-deru
memusuhi kita, tapi diam-diam dia tentu mendendam !"
Kiau To merenung sejenuk lalu berkata: "Tak apalah, karena
Gwan Liong totiang itu tak mau campur urusan duniawi lagi. Dan
siapakah orang yang kedua itu?"
"Go Sam-kui, sudah tentu" sahut Jui Wi, "Co tayjin atau Co
Kong-liok itu adalah orang kepertiajaan kesatu dari Go Samkui.
Mendapat hinaanmu tadi, sudah tentu dia penasaran. Benar
dewasa ini Go Sam-kui bermaksud hendak berpaling haluan, tapi
seperti kita ketahui, dia adalah musuh rakiat Han nomor satu
yang telah memimpin orang Ceng merampas tanah air kita. Dia
mempunyai pasukan kuat. Apabila dia jadi menentang
pemerintah Ceng, itulah suatu bantuan besar bagi perjuangan
kita. Menilik hal itu, tak seharusnya kau gegabah membikin sakit
hatinya!"
Biasanya tokoh Jui Wi itu, aneh sekali gerak geriknya, gemar
memperolok-olok orang. Tapi kali ini dia bicara dengan wajah
dan nada yang bersungguh-sungguh.

Heng Thian Siau To 267


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Setelah mendengarkannya sampai sekian saat barulah


kedengaran Kiau To membuka mulut: "Kalau Tio Jiang pulang,
biarlah aku menerima dampratannya!"
"Bagus!" seru Jui Wi sembari tunjukkan jempolnya, "Itulah
ucapan seorang lelaki jantan. Kemengkalan hatiku selama
mengikuti kedua orang ini, hari ini baru dapat obat
penawarnya!"
Sembari pasang omong dengan gembira tawa, mereka
berdua Ialu naik kepuncak Giok-li-nia lagi.
****
"Siao-lan!" seru The Go dengan rawan kepada sang isteri.
Dan setelah isterinya mengiakan, kembali The Go berkata: "Siao-
lan, karena kesesatanku semasa muda, aku telah melakukan
banyak sekali kejahatan. Setelah sepasang kakiku kutung barulah
aku insjaf. Benar aku telah mengunjuk jasa membantu
menemukan harta karun dibiara Kong Hau Si, tapi apabila jasa
itu dibanding dengan kejahatan yang telah kulakukan sungguh
belum sembabat. Kalau dewasa ini Peng-se-ong Go Sam-kui
sungguh-sungguh mau bergerak, ah......, disitulah kesempatanku.
Kubermaksud, Kau bermaksud hendak menasehati Go Sam-kui
supaya jangan berbanyak hati lagi untuk melaksanakan cita-
citanya menentang pemerintah Ceng bukan?" tukas Siao-lan.
The Go menggukkan kepala. Tapi saat itu wajah Siao-lan
menampil kemuraman.
"Apa yang kau kehendaki, aku selalu menurut saja. Tapi
permintaanku supaya menemukan Ing-ji dahulu!"
Rencana The Go ialah hendak membunuh Tio Kong-liok,
kemudian pergi menghadap Peng-se-ong di Gun-bing. Dengan

Heng Thian Siau To 268


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

begitu hilanglah sebuah rintangan yang menghalangi terlaksana


cita-cita Go Sam-kui itu. Tapi pada saat itu, dia harus
menemukan puterinya dahulu. Ah, dia memiliki ilmu berjalan
cepat yang sempurna, lebih dahulu mencari The Ing baru
kemudian menyusul Co Kongliok, rasania masih belum
terlambat. Demikian The Go mengambil keputusan.
"Baiklah!" dia memberi penyahutan kepada Siao-lan.
Mereka lalu lanjutkan penjelidikannya lagi.
---ooOoo---

Setelah hampir setengah harian menjelayah daerah situ, barulah


mereka tiba digoa rahasia tempat persembunyian siwanita aneh.
Sembari berseru memanggil nama puterinya, Siao-lan
menerobos masuk kedalam air terjun, The Go mengikutinya.
Keadaan disitu tepat seperti iang diceritakan Tong Ko, namun
anehnya hanya kawanan kelelawar yang beterbangan digoa situ,
tiada barang seorang manusiapun. Kegelisahan Siao-lan yang
dialaminya berhari2 ini memikirkan keselamatan The Ing, cukup
hebat. Kini sewaktu tak didapatinya sang puteri, ia segera
mendekap kebahu suaminya seraya menangis tersedu sedan.
"Kalau tak bertemu Ing-ji, aku bersumpah tak mau pulang!"
The Gopun cemas, dia berdiri terIongong-lolong. Tiba-tiba
dirasanya se lain tangis Siao-lan, disebelah sama seperti
kedengaran ratap tangis seseorang lain. Ah, Tong Ko pernah
mengatakan bahwa goa itu banyak sekali ruangannya, mungkin
dia belum memeriksania habis. Cepat dia suruh Siao-lan berhenti
menangis. Benar juga walaupun lemah samar-samar, namun isak
tangis orang itu memang ada.

Heng Thian Siau To 269


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Ing-jikah?" serentak Siao-lan berteriak dengan girang. Tapi


The Go yang lebih tajam petidengarannya tahu kalau itu adalah
nada tangis seorang lelaki yang samar-samar seperti memanggil
seseorang lain. The Go pasang telinga betul-betul.
Tapi ketika dia berpaling mengawasi Siao-lan, dilihatnya
wajah sang isteri itu seperti orang terpesona.
"Siao-lan kau kenapa?"
Siao-lan gelagapan. "Ai, tadi sepertinya aku mendengar Ing-
ji memanggil aku, tapi begitu kau menegur, mengapa suaranya
hilang?" sahutnya dengan heran.
Kini tak ragu-ragu lagilah The Go, cepat disuruhnya sang isteri
menjalurkan Iwekang untuk menutup semua jalan darahnya.
"Jangan melamun, terutama jangan terkenang akan Ing-ji. Suara
tangis itu dari tempat jauh. Kalau tak salah itulah yang dibilang
"A-siu-lo-pit-mo-biau-im" semacam ilmu sihir untuk mengikat
semangat orang. Ilmu jahat itu dapat membikin linglung orang
dan dengan tak sadar masuk kedalam perangkapnya. Tapi ilmu
itu sudah lama menghilang, mengapa kini ada orang yang
menggunakan lagi? Ayo, kita kesana meninyaunya, mungkin ada
sangkut pautnya dengan "Ing-jil"
The Go ajak isterinya menyusup kebagiaa dalam yang
berliku-liku itu. Tiba diujung lorong goa dan membiluk sebuah
tikungan tiba-tiba tampak ada penerangan daa suara tangis
itupun terdengar jelas. Nada tangisan itu aneh benar, sewaktu
melengking menjajat hati, sewaktu lincah macam orang tertawa.
The Go robek bajunya sedikit, setelah dibasahi dengan ludahnya
lalu disumbatkan ketelinga Siao-lan. Setelah itu, dia mers otes
sebatang dahan, lalu menuju ke goa itu.

Heng Thian Siau To 270


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dimuka pintu goa itu penuh ditumbuhi dengan alang-alang


gelagah yang setinggi orang, sehingga sepintas pandang goa itu
tak kelihatan dari luar. Begitu memandang kesebelah luar,
tampak pada sebuah batu pesegi seluas 3 tombak yang terletak
dipinggir sebuah pohon hwe, duduk seorang lelaki bertubuh
gemuk, Wajahnya aneh tengah menangis tersedu sedan tapi
setetespun tiada mengucurkan air mata. Dihadaparnya duduk
pula seorang hweshio tua sembari mencekal tongkat timah.
Wajah hweshio itu agung bagai seorang Buddha hidup.
The Go cepat mengenal hweshio ini sebagai Tay Siang
siansu, itu kepala biara Liok-yong-si di Kwiciu yang sakti. Terang
kalau siorang gemuk tadi tengah menangisi Tay Siang siansu dan
nyatalah pula kalau dia itu bukan tokoh dalam kalangan
persilatan daerah Kwiciu. Kalau tidak, masakan dia berani
keluarkan ilmu iblis dihadapan siansu sakti itu. Tay Siang telah
mendapat kesempurnaan, baik dalam pelajaran keagamaan
maupun dalam ilmu silat. Sudah tentu segala macam ilmu hitam
begitu-begituan, tak mempan terhadap dirinya.
Tak tahu The Go entah sudah berapa lama kedua tokoh itu
mengukur kepandaian disitu dan adakah mereka itu mengetahui
jejak The Ing. Yang diketahuinya jelas, wanita aneh yang
menawan puterinya itu tentulah Say-hong-hong Bek Lian, jelita
yang dia lukai hatinya itu. Maka walaupun dia bisa menghiburi
Siao-lan, tapi dia sendiri sebenarnya cemas tak keruan.
Kemungkinan Bek Lian membalas dendam terhadap The Ing pun
bukan tidak mustahil.
Setelah memandang beberapa jurus, dia membetot
serumpun akar rotan dan sekali tongkat dahan pohon tadi
ditutukkan ketanah, The Gopun muncul keluar. Sigemuk tadi
tengah meramkan mata. Begitu terdengar ada suara, dia segera

Heng Thian Siau To 271


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

membuka mata mengawasi kearah The Go. The Go terkesiap


kaget melihat pancaran sinar mata sigemuk yang luar biasa itu.
Tahu kelihayan orang, The Go tak mau memandangnya lagi, tapi
seolah-olah tertarik oleh besi sembrani, dia terpaksa beradu
pandang dengan sigemuk. Apa boleh buat, buru-buru dia
pusatkan perhatiannya.
Kira-kira sepeminum teh lamanya, kembali sigemuk
menangis lagi. Nada tangisnya itu menyusup kedalam telinga
The Go dan tergetarlah perasaannya. The Go terkesiap kaget.
Untung dia sekarang sudah tinggi Iwekangnya, berkat
ketekunannya belajar sedari menjadi orang cacad. Namun
betapapun dia kerahkan Iwekangnya, tetap telinganya
dibisingkan oleh tusukan tangis sigemuk itu. Lewat setengah
jam, tenaganya sudah diperas sebagian besar, jauh melebihi
lelahnya dari bertanding dengan seorang jago lihay.
Ah, itu mati sia-sia namanya. Tanpa ragu-ragu lagi, dia
melangkah maju 2 tindak dan secepat kilat dia tusukkan ujung
tongkat dahan pohon kejalan darah su-hiat-hiat dipipi orang itu.
Namun sigemuk itu tampak tenang-tenang saya, masih enak-
enak berdiam diri. The Go terkesiap melihat sikap orang itu dan
gerakannyapun agak lamban. Tahu-tahu sigemuk itu berkisar
kesamping hingga tusukan The Go menemui tempat kosong.
The Go makin terperanjat. Gerak penghindaran orang itu,
disebut 'kian-gun-toa-na-i-hwat', jalah suatu ilmu Iwekang yang
teratas kesempurnaannya. Terang orang itu tak mau
mencelakainya, karena asal membalas, dia (The Go) pasti celaka.
Diam-diam dia mengeluh. Duapuluh tahun dia berjerih payah
meyakinkan kepandaian, tapi sekali digunakan dia bgrtemu
dengan seorang sakti begitu. Namun karena sudah terlanjur

Heng Thian Siau To 272


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

bergerak, dia tak mau setengah jalan. Kemball dia menusuk


kearah jalan darah su-hiat-hiat sigemuk lagi.
"Harap sicu jangan turun tangan. Lo-ceng masih mempunyai
perhitungan yang belum selesai dengan dia. Orang luar dilarang
campur tangan, harap sicu mundur saja!" tiba-tiba kedengaran
Tay Siang siansu berseru dengan nada yang bening nyaring.
The Go percaya bahwa, tentu ada sebabnya hweshio sakti
itu mengatakan begitu.
Sekali gentakkan ujung tongkat ketanah, dia melesat
setombak jauhnya dari gelanggang situ.
"Mohon tanya adakan kiranya siansu berjumpa dengan
seorang wanita setengah umur membawa seorang gadis
ditempat ini?" tanyanya.
Tay Siang siansu tak mau menyahut. Tadi sewaktu siansu itu
berseru, dengan cepatnya sigemuk segera tujukan tangisannya
ke arahnya (Tay Siang), The Go mengetahui akan hal itu, tapi
tidak dengan Siao-lan yang segera tampil kemuka dan berseru
menegur: Siansu, apa kau masih ingat padaku? Duapuluh tahun
yang lalu aku telah berhutang budi padamu karena telah
menolong jiwaku ketika dibiara Kong Hau Si. Tapi kini kalau tak
menemukan Ing-ji, akupun lebih baik mati sajal Siansu, mengapa
kau tak mau menjawab?"
The Go percaya kalau siansu itu tahu dimana beradanya The
Ing, tapi dia belum mau menerangkan karena masih menghadapi
orang gemuk itu. Maka dia menjuruh Siao-lan bersabar sampai
sigemuk itu enjah dari situ. Ho....., jadi sigemuk itulah yang
menjadi gara-gara Tay Siang siansu tak mau menjawab. Kalau
menunggu, mungkin 8 sampai 10 hari belum tentu bisa selesai.

Heng Thian Siau To 273


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dilihatnya sigemuk itu tiada suatu apa yang luar biasa, kecuali
nada tangisnya yang aneb.
"Tay Siang siansu, orang gemuk ini memang menjemukan, biar
kubantumu mengusirnya!" tanpa banyak pikir lagi Siao-lan lalu
menyerang dengan garunya.
"Siao-lan, jangan!" teriak The Go.
"Tahan!" seru Tay Siang. Tapi Siao-lan sudah terlanjur
menusuk. Serentak berhenti sigemuk menangis, sekali gerakan
sepasang tangannya dia dapat. menangkap garu Siao-lan Dengan
tertawa gelak-gelak, berbangkit dia seraya berseru: "Tay Siang
hweshio, apa katamu lagi?!", lalu menarik garu itu dari tangan
Siao-Ian siapa terpaksa melepaskannya.
Tay Siang siansupun tampak berbangkit menghela napas:
"Ah, kalah menang sudah nasib! Tapi tetap kuharap kau suka
robah sepak terjangmu. Aku tak mau mengganggumu lagi, tapi
kelak tetap ada orang yang mengurusimu. Dimana kejahatan
sudah mencapai ukurannya disitulah timbulnja pembalasan,
pergilah!
Tanpa berkata apa-apa, orang itu segera berputar
kebelakang terus ngacir pergi.
Gerakannya tampak lambat-lambat saya, namun
kecepatannya bukan kepalang. Sekejap saja dia sudah jauh
sekali. Itulah ilmu gin-kang dari kian-gun-toa-na-i-hwat yang
sakti.
Tahu apa yang diartikan oleh ucapan Tay Siang siansu tadi,
buru-buru The Go mintakan maaf untuk isterinya. Tapi belum
habis kata-katanya atau siansu itu sudah menukasnya:
"Kemauan nasib sukar dirobah. Sicu tak usah berbanyak kata,

Heng Thian Siau To 274


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kedua orang yang kau tanyakan itu, aku memang pernah


melihatnya.........."
"Dimana?" serentak Siao-lan memutus kata-kata orang
tanpa bersabar lagi.
"Beberapa hari yang lalu, mereka berdua bertempur dengan
seorang tua gemuk pendek. Orang tua kate itu lebih lihay
sehingga wanita setengah umur itu menderita luka-luka parah.
Karena aku sedang mempunyai urusan penting, jadi tak dapat
memberi bantuan. Mereka berdua lari mengitari kebalik gunung
sanal"
Hendak Siao-lan menegas lebih diauh, tapi dengan
kebuntukan lengan jubahnya siansu itu sudah melesat diauh.
The Go duga, bahwa yang dimaksud dengan 'urusan penting' itu,
tentulah menunjuk orang gemuk yang memiliki ilmu tangis
Iwekang hebat tadi. Seorang bhiksu suci macam Tay Siang siansu
betapapun jahatnya orang itu namun kalau terluka berat,
hweshio itu pasti tetap akan mau menolongnya. Tapi dia
ternyata Iebih. memperhatikan siorang gemuk tadi. Jadi
bagaimana pentingnia orang gemuk tadi, kiranya sudah jelas
bagi The Go. Tadi Tay Siang siansu mengatakan 'sudah nasib',
makin menunjukkan pentingnya urusan itu. Tapi kini siansu itu
sudah berlalu, tak dapat dimintai maaf lagi. Waktu berpaling The
Go dapatkan Siao-lan sudah tak berada didekatnya tapi jauh
disebelah tikungan sana, hendak menuju kebelakang gunung.
Terpaksa The Go menyusulnja. Dibalik gunung itu ternyata
terdapat rimba kecil. Hati mereka berdebar ketika tampak ada
sepotong baju bergelantungan pada sebuah pohon. Rupanya
baju itu hendak dijemur. Melihat baju itu adalah baju puterinya
tak ragu-ragu lagi Siao-lan segera meneriakinya. Baru dua tiga ia
memanggil-manggil, muncullah dari balik semak pohon seorang

Heng Thian Siau To 275


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

gadis yang bukan lain The Ing adanya. Saking girangnya, Siao-lan
sampai tegak membisu seperti patung, air matanya bercucuran.
"Ya..., mah....aku tak kurang suatu apa, tapi lekaslah tolong
aku. Nona Bek sudah beberapa hari ini menderita luka parah,
aku tak dapat mengobati, ah...... benar-benar aku cemas sekali!"
seru The Ing dengan gugupnya.
Mendengar puterinya menyebut 'nona Bek', makin berat dugaan
The Go bahwa wanita aneh itu tentulah nona yang pernah
disakiti hatinya pada 20 tahun yang lalu, Tak kunjung habis
sesalnja dan dia tak ada muka untuk bertemu dengan nona itu
lagi.
Namun kalau tak menemuinya, berarti dia tetap
menanggung kesalahannya itu.
"Ia berada dimana?" dia buru-buru menegas.
Sebenarnya dengan Bek Lian Siao-lan itu adalah saingan.
Dulu karena tergila-gila dengan nona itu, maka The Go telah
menolak kasihnya (Siao-lan). Tapi kini setelah diketahuinya nona
itu sakit berat, hilanglah rasa dendamnja. Buru-buru ia ikut The
Ing masuk kedalam rimba. Pada tumpukan daun, tampak
berbaring seorang wanita setengah umur, sepasang matanya
setengah meram dan mulutnya mengerang-erang kesakitan
Masa 20 tahun tetap tak mengaburkan ingatan mereka.
Sekalipun sudah menanyak usia pertengah umur, namun
kecantikan Bek Lian tetap mempesonakan.
"Lian-moay...., Lian-moay.....!" tak kuasa lagi The Go
menahan jeritan hatinya menampak bekas kekasihnya dalam
keadaan sedemikian rupa.

Heng Thian Siau To 276


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

“Yah, beberapa hari yang lalu nona Bek masih sadar, tapi
kini ia sudah tak ingat suatu apa lagil" menerangkan The Ing. The
Go menanyakan, Bek Lian terluka dibagian mana.
Sahut The Ing: "Aku dibawanya kedalam goa......"
"Hal itu Tong Ko telah menceritakan semua, lekas katakan di
bagian mana lukanya itu sajal" tukas The Go.
“Yah, kau sudah bertemu dengan Tong Ko? Dimana dia
sekarang?" nona itu malah lupa menerangkan berbalik bertanya.
Melihat puterinya begitu memperhatikan sekali akan anak muda
itu dan bahkan dari sinar matanya memancarkan tanda-tanda
timbulnja rasa kasih, The Go keruntukan keningnya. Dia hanya
menyahut ringkas kalau Tong Ko berada dirumah.
"Ketika berada didalam goa, tiba-tiba ada seorang tua kate
menorobos masuk. Nona Bek bukan tandingannya, sjukur aku
keburu membantu dan dapat menjelamatkan jiwa nona Bek. Ia
terluka dibagian mana, aku sendiripun tak tahu Beberapa hari
yang lalu ia mengatakan kalau dirinya itu orang she Bek. Pada 20
tahun yang lalu ia telah dichianati cintanya oleh seorang
pemuda, dan sejak itu ia mengasingkan diri. Dari waktu
menawan aku, kini sikapnya terhadap aku berobah baik. Karena
takut kesamplokan dengan setan kate itu, terpaksa kami
bersembunyi disini. Tapi lukanya dari hari kesehari makin beratl"
kata The Ing.
The Go memeriksa dan dapatkan pernapasan Bek Lian
sangat lemah. Dia memasukkan beberapa butir pil kedalam
mulut Bek Lian.
"Ing-ji, apakah kau pernah mengatakan namaku
kepadanya?" tanya The Go.

Heng Thian Siau To 277


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

The Ing menyatakan tidak. Pil yang diberikan The Go itu,


adalah ramuan obat yang dibikinnya sendiri dari daun obat-
obatan digunung Sip-ban-tay-san.
Lewat beberapa saat kemudian, Bek Lian tak kedengaran
mengerang kesakitan lagi.
"Ing-ji, maukah kau membantu ayah?" tanya The Go kepada
puterinya.
The Ing terkejut heran. Belum pernah selama ini sang ayah
mengucap kata-kata yang sedemikian sungkannya.
Buru-buru la mengiakan.
Lebih dahulu The Go menatap kearah wajah isterinya dan
berkata dengan berbisik: "Siao-lan, mungkin kaupun tahu
bagaimana aku telah menyakiti hati Lian-moay. Maksudku,
biarlah Ing-ji merawatnya disini sampai sembuh. Mungkin
dengan memandang muka Ing-ji, nantinya Lian-moay tentu akan
menghapus dendamnja itu. Bagaimana pendapatmu?"
Bermula Siao-lan cemas sekali kalau-kalau puterinya itu
akan dijadikan bulan-bulan tempat Bek Lian menumpahkan
dendam penasarannya.
Tapi serta kini sang puteri tak kurang suatu apa, iapun
menurut saja akan maksud suaminya itu.
"Ing-ji, aku dan mamahmu masih ada urusan penting ke
Hunlam. Kau tinggal disini merawati nona Bek. Kutinggali 49
butir pil, tiap hari boleh kau minumi 7 butir. Kelak kalau ia sudah
sembuh, kau harus menurut padanya jangan bikin sakit hatinya.
Maukah kau melakukan permintaan ayah ini?"
Walaupun heran namun The Ing mengiakan juga.

Heng Thian Siau To 278


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Dan masih ada suatu hal lagi. Jangan sekali-kali sebut


namaku dihadapannya, ja!"
"Mengapa jah?" kini tak dapat lagi The Ing menahan
keherannya.
"Ing-ji, kelak kau tentu mengetahui sendiri. Lebih dahulu
jawablah mau tidak kau meluluskan permintaanku tadi?" jawab
The Go.
Perangai The Ingpun keras, tapi demi dilihatnya sang ayah
bersungguh-sungguh, terpaksa ia tak berani membantah.
"Terhadap Tong Ko, kelak kau jangan terlalun rapat
hubunganmul" kata The Go pula.
Apapun perintah ayahnya tadi, The Ing selalu menurut saja.
Tapi kali ini ia benar-benar membangkang atas pesan terakhir
itu.
“Yah, mengenai hal itu..............."
Sebenarnya ia hendak menyatakan "aku tak dapat
meluluskan", tapi demi pancaran mata sang ayah menatap
kearahnya, teringatlah ia bagaimana tadi sebelumnja sang ayah
telah mengutarakan "minta bantuannya", disamping itu teringat
juga ia bagaimana mesra hubungan Tong Ko dengan Tio In itu,
cepat-cepat ia robah kata-katanya: "Baik, jah, aku suka
melakukannyal"
The Go menghela napas longgar, ujarnya: "Ing-ji, ayah girang
mendengar kesanggupanmu itu. Percayalah kesemuanya itu
adalah untuk kebaikanmu. sendiri. Apa artinya permintaanku itu,
untuk sementara ini tak dapat kukatakan, kelak kau tentu
mengetahuinya sendiri. Semua-semuanya itu adalah kesalahan
ayah semasa muda, harap kau maafkanl"

Heng Thian Siau To 279


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

The Ing terharu lalu jatuhkan diri kedalam pelukan sang


ayah seraya menghiburinya: “Yah, aku tentu melaksanakan
pesanmu itul"
The Go telah mengatur rencananya sedemikian cermat.
Namun seperti kata pepatah 'tiada gading yang tak retak' atau
tiada sesuatu pekerjaan yang sempurna betul-betul.
Rencana bagus, tapi kejadiannya malah runyam.
Tapi karena kejadian itu nanti terjadi di bagian belakang dari
cerita ini, baiklah untuk sekarang kita tinggalkan dahulu.
Begitulah The Go dan Siao-lan segera ambil selamat
berpisah dengan puterinya.
Mereka tinggalkan Lo-hu-san untuk mengejar jejak Co-Kong-
liok dan Ma Ki.
––––––––––

BAGIAN 22
PENJELIDIKAN THE GO

Dewasa itu sekalipun desas desus Go Sam-kui hendak


memberontak sudah menjadi rahasia, empat hari kemudian, dia
mendapat keterangan bahwa baru saja kemarinya Co Kong-liok
itu lewat ditempat situ.
Malam itu juga The Go meneruskan pengejarannya.
Lewat sebuah thing (rumah kecil macam pagoda tak
bertingkat), tiba-tiba Siao-lan berseru: "Engkoh Go, lihatlah, apa-
apaan orang-orang yang menggelantung diujung atap thing itu?"

Heng Thian Siau To 280


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

The Go memalingkan paridangannya dan benar juga pada


keenam ujung atap thing itu masing-masing tergantung
seseorang.
Keenam orang sama terjungkir kepalanya, terang bukan
sedang melakukan latihan apa-apa.
Dalam herannya The Go menghampiri.
Astaga, kiranya keenam orang itu sudah menjadi mayat
semua. Tulang belulangnya sama remuk patah. Keenam ujung
atap thing itu terbuat daripada besi. Orang-orang itu digantung
dengan paha tertancap.
Ditilik dari bekas noda darah yang belum kering, terang
mereka belum lama meninggalnya. Pembunuhnya itu benar-
benar seorang algojo yang ganas.
Saking tak tahannya, Siao-lan segera mendekap mukanya.
The Go yang lebih bernyali, mengamati-amati mereka
dengan seksama.
Keenam korban itu adalah orang-orang persilatan semua.
Malah ada salah seorang yang lebih kurang berumur 50-an
tahun, The Go pernah mengenalnya, tapi dimana, lupalah dia.
Diantara korban-korban itu, ada seorang yang belum binasa.
Kalau dengan luka-lukanya yang diderita itu dia belum
meninggal, terang kalau orang tua itu berkepandaian tinggi.
"Lotiang.......", baru The Go hendak menyapanya,
kedengaran napas orang tua itu mendesis, matanya terbuka dan
bibirnya bergerak-gerak seperti hendak berkata.
The Go tahu orang tua itu tengah meregang jiwa, kalau diangkat

Heng Thian Siau To 281


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

turun dari "cantelannya", malah akan mempercepat


kematiannya.
Dia hanya menghampiri dekat untuk mendengari kata-kata
lemalh dari korban itu.
"Pembunuhan besar-besaran.......dikalangan persilatan........
akan tiba.......... hati-hati-lah ......... tolong sampaikan pada Siau-
beng-siang. Berkata sampai disini, kepala orang itu terkulai,
napasnya berhenti The Go loncat mundur kesamping isterinya.
Hampir 20 tahun dia tak muncul dikalangan persilatan, jadi
sudah hampir asing.
Entah jago mana yang telah membunuh keenam jago itu,
tapi dari mulut si orang tua tadi yang meminta dia
menyampaikan pada Tio Jiang, terang kalau ko-chiu itu
bermusuhan dengan kaum Lo-hu-san.
"Siao-lan, orang tua itu belum berapa lama meninggalnya,
jadi sipembunuh tentu masih belum jauh. Nanti kalau. kita
kesamplokan dengannya dan terpaksa bertempur, kalau aku
sampai kalah kau harus Iekas-lekas melarikan diri, jangan turut
nekad" The Go memesan isterinya.
Sejak gadis sampai menjadi wanita setengah umur, cinta
Siao-Ian terhadap The Go tetap bernyala-nyala. Mulutnya saja ia
mengiakan pesan suaminya itu, tapi dalam hati ia telah ambil
putusan, biar bagaimana juga tak nanti ia mau tinggalkan sang
suami.
The Go kini telah mencapai tingkatan seorang jago kelas
utama. Terhadap jago-jago persilatan terang tak dipandangnya
mata.

Heng Thian Siau To 282


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tapi atas kematian keenam orang persilatan tadi, benar-


benar telah membuat hatinya bercekat. Dengan perasaan itulah
maka dia meninggalkan pesan kepada sang isteri.
Tujuh delapan Ii jauhnya berjalan lagi, mereka tak
menjumpai sesuatu apa.
Baru hati mereka agak longgar, atau tiba-tiba dari arah
semak-semak rumput terdengarlah suara orang merintih.
The Go cepat menghampiri dan menjingkap semak-semak
itu dengan ujung tongkatnya ..... hai........, kiranya disitu rebah si
Co Kong-liok. Mukanya mendongak keatas, mengunjuk
ketakutan yang hebat, jiwanya sudah melayang.
Disebelahnya rebah tertelungkup si bhiksu Ma Ki. Jubahnya
robek tak keruan, sedang diulu punggungnya terdapat sebuah
telapak tangan. Bekas kelima jarinya bahkan gurat-uratnya,
tampak jelas sekali. The Go balikkan tubuh si bhiksu, tapi hanya
sekali mata si bhiksu terbuka dan sebelum dapat mengucap apa-
apa, dia sudah menghempuskan napas terakhir.
The Go dan Siao-lan yakin bahwa pembunuh kedua orang
itu, adalah yang membunuh keenam korban di thing itu juga.
Orang itu tentu berada disekitar situ.
"Siao-lan......, hati-hatilah aku hendak bersuit memancing
orang itu.
Hendak kulihat siapakah sebenarnya dia itu!" kata The Go
lalu mulai bersuit nyaring.
Dalam keheningan malam, suitan itu makin berkumandang
nyaring kedengaran sampai jauh sekali. Lewat beberapa detik
kemudian, benar juga tampak ada dua sosok tubuh berlari

Heng Thian Siau To 283


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

mendatangi. The Go buru-buru mengumpat, hatinya berdebar


keras.
Begitu tiba, kedua orang itu berhenti.
Mereka saling berpandangan.
"Hai, aneh, mengapa tiada tampak seorang jua?"
"Ditilik dari nada suitannya, terang seorang tokoh yang lihay,
tapi entah orang gagah dari mana dianya itu?" kata yang
seorang.
Mendengar pembicaraannya, terang mereka itu bukan
orang jahat.
Baru The Go hendak mengunjukkan diri, tiba-tiba salah
seorang dari mereka menjerit ngeri, terus rubuh kebelakang.
"Toako, kau kenapa?" tanya yang seorang.
Namun yang dipanggil itu, napasnya sudah lemah dan
dengan terengah-engah berkata: "Aku....... kena...... dibokong
......."
Selanjutnya The Go tak mendengar korban itu mengatakan
apa-apa lagi, jadi terang kalau sudah meninggal. Hatinya makin
bercekat.
Pada lain saat kedengaran orang yang satunya itu mencabut
senjatanya dan berseru dengan gusar: "Kawanan tikus, ayo
keluarlah jangan main membokong orang!"
Tampak oleh The Go senjata orang itu aneh bentuknya yakni
seuntai bola baja.

Heng Thian Siau To 284


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dia sebenarnya tengah tertegun memikirkan siapa yang


melakukan penyerangan gelap itu atau tahu-tahu orang itu telah
menyerang kearahnya.
"Hai, kau mau apa itu!" cepat-cepat Siao-lan membentak
sembari menangkis dengan garunya. Trang, ketika kedua
sendiata itu beradu, kedua orang saling tersurut kebelakang
sampai 3 tindak.
Orang itu terkesiap kaget, lalu membentak: "Apa? Bukankah
kau yang melakukan penjerahan gelap itu?!"
Habis berkata, dia terus hendak merangsang lagi.
Tapi baru sang kaki melangkah maju, bluk...... tahu-tahu dia
tersungkur jatuh.
Setelah diperiksa, kiranya dia tadi tersandung pada sesosok
tubuh yang rebah ditanah. Dan terbanglah serasa semangatnya
demi diketahui siapa mayat yang ditabraknya itu.
"Co tayjin, astaga, kiranya kaupun telah teraniaja juga!"
serunya sembari loncat setombak kebelakang.
Menduga kalau orang itii rombongan utusan Go Sam-kui,
buru-buru The Go menjapanya: "Sahabat, jangan keburu pergi
dahulu.
Kami adalah orang Lo-hu-san, dan kau dari fihak Gun-bing
bukan?"
The Go tahu bahwa fihak Go Sam-kui hendak bersatu
dengan fihak Lo-hu-san, maka dengan menyebut nama Lo-hu-
san tadi, dia duga orang itu tentu akan berhenti.
Tapi diluar dugaan, tanpa menoleh lagi, orang itu terus
loncat melarikan diri.

Heng Thian Siau To 285


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Orang itu memiliki ilmu gin-kang yang tinggi, sehingga dalam


sekejap saja sudah menghilang jauh. Merasa tak dapat
mengejar, terpaksa The Go biarkan saja orang itu.
Kini dia hanya memeriksa kawan orang itu yang
menggeletak ditanah.
Ternyata korban itu tak menderita luka suatu apa. Benar-
benar ajaib sekali kematiannya itu.
Karena terus menerus disuguhi pemandangan yang
mengerikan itu, Siao-lan makin kecil hatinya. la usulkan lebih
baik pulang ke Sip-ban-tay-san saya, tak usah campur tangan
dalam urusan yang berdarah itu.
Setelah merenung sejenak, berkatalah The Go: "Siao-lan,
kini tiada gunanya kita pergi ke Gun-bing, lebih baik kita balik ke
Lo-hu-san lagi untuk memberitahukan Tio Jiang tentang
peristiwa aneh ini, agar dia dapat berjaga-jaga!"
Begitulah keduanya tak jadi melanjutkan perjalanannya ke
Hunlam, tapi balik ke Lo-hu-san. Tak berapa hari lamanya, ketika
hampir masuk kekota Kwiciu, mereka berpapasan dengan Shin
Leng-siau dan Shin Hiat-ji.
Sjukur untuk menghindari hal-hal yang tak diingini, selama
dalam perjalanan itu The Go memakai kedok muka, menjaru
menjadi pengemis. Sedang Siao-lan terpisah agak jauh dengan
suaminya. Tiada seorangpun yang mengetahui bahwa
sebenarnya mereka itu adalah sepasang suami isteri yang ber-
sama-sama melakukan perjalanan.
Dengan berkaki tongkat. The Go berjalan membuntuti kedua
saudara Shin itu, Hiat-ji berpaling dan ketika melihat hanya

Heng Thian Siau To 286


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

seorang pengemis saya, diapun tak kuatir lagi dan melanjutkan


pasang omong dengan engkohnya.
"Kali ini kalau Tio Tay-keng datang dan melakukan
perintahku, wah......, kita bakal mengecap kenikmatan menjadi
pembesar kerajaan!" kata Hiat-ji.
"Mungkin tak semudah itu. Kabarnya Go Sam-kui hendak
membrontak, maka pemerintah pusat telah memberi instruksi
kepada kita, agar penjagaan di Hun-lam diperkuat," sahut
engkohnya, Shin Leng-siau.
"Huh, takut apa! Kalau orang itu benar mau memberontak,
dia tentu berserikat dengan orang-orang Lo-hu-san. Dahulu
waktu Tay-keng kembali dari Hun-lam, lebih dahulu dia
perlihatkan padaku surat Go Sam-kui yang hendak diberikan
kepada Siau-beng-siang.
Habis Lo-hu-san, kita boleh suruh Tay-keng ke Gun-bing
(markas Go Sam-hui) untuk mengaduk. Ini namanya, sekali tepuk
dua lalat, bukan?"
"Benar," kata Shin Leng-siau, "tapi lebih baik kita jangan
bicara keras-keras dijalan besar. Ayo, kita lekas pulang. Setengah
bulan Tay-keng akan datang, terserah bagaimana kau
mengaturnyalahl"
Kedua kakak beradik itu segera cepatkan langkahnya.
Adalah The Go yang menjadi terperanjat mendengar
pembicaraan itu.
Tong Ko pernah mencela habis-habisan pemuda Tay-keng
yang tak bermoral itu, kini memang berbukti. Tong Ko dihina
orang-orang Lo-hu-san, dipaksa bunuh diri terjun kedalam jurang

Heng Thian Siau To 287


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

curam, dihajar babak belur oleh Siau-beng-siang, kiranya


memang diatur oleh pemuda she Shin itu.
Dan tadi rupanya Hiat-ji itu hendak memasang siasat lagi
untuk membasmi orang-orang Lo-hu-san.

---ooOoo---

"Ah, baik kumampir ke Kwiciu dulu.


Setelah mengetahui tipu muslihat mereka, baru nanti
kupergi ke Lo-hu-san untuk memberitahukan Siau-beng-siang,
bahwa puteranya itu adalah seorang pengchianat," pikir The Go.
Setelah berunding dengan Siao-lan, mereka masuk ke Kwiciu
dan menginap sampai dua hari.
Keesokan harinya, ketika melihat keramaian dibiara Kong
Hau Si, dia melihat Shin Hiat-ji tengah kasak kusuk dengan para
hweshio disitu.
Dia duga, Hiat-ji hendak mengatur pertemuannya dengan
Tayking didalam biara situ.
Segera dia berunding dengan Siao-lan tentang rencana yang
hendak dijalankan.
Tapi diluar dugaan, rencana itu mengalami kegagalan.
Dia suruh Siao-lan menyusup kedalam biara, untuk menahan
Hiat-ji yang pada saat itu tengah menunggu kedatangan Tay-
keng.

Heng Thian Siau To 288


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Seperti telah diceritakan dalam bagian dimuka, rencana The


Go jalah memper-dayakan Tay-keng dan menjuruh Tio In datang
menghadap Hiat-ji.
Kemudian setelah dapat memperdayakan Tay-keng supaya
menunggu dikakus, dia hendak buru-buru masuk kedalam biara
tempat Hiat-ji.
Dihadapan Tio In, dia hendak paksa Hiat-ji untuk mengakui,
bahwa Hiat-ji berhubungan dengan Tay-keng.
Rencana berjalan baik, dapat memancing Tay-keng ke-kakus,
buru-buru dia masuk kedalam biara.
Tapi, ah, ternyata disitu tak tampak seorangpun juga.
Kiranya dengan siasatnya yang cerdik, Hiat-ji telah berhasil
menggagalkan ancaman Siao-lan dan berhasil membawa Tio In
kegedung ti-hu (residen).
Siao-lan mengejar masuk kesarang harimau. Betapa
kagetnya The Go dapat dibayangkan. Apa boleh buat, dia
terpaksa menyusul kegedung ti-hu.
Tapi pada saat-saat ini, Tay-keng telah berjumpa dengan
Hiat-ji dan dengan membawa obat racun hong-sin-san, lalu
pulang ke Lo-hu-san. Demikianiah rencana The Go telah
mengalami kegagalan total.
Demikianlah disekitar kejadian, mengapa The Go dan Siao-
lan bisa tiba dibiara Kong Hau Si dan mengapa The Go dengan
menjaru sebagai Bu-kak-sian dapat mempedayai Tay-keng serta
Siao-lan dapat menyusup kedalam kamar Hiat-ji tepat dikala Tio
In terancam keselamatannya oleh pemuda itu.
––––––––––

Heng Thian Siau To 289


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

BAGIAN 23
DI TOLONG THE GO

Sekarang marilah kita ikuti usaha The Go masuk kedalam


gedung pembesar Ceng itu.
Tiba dimuka halaman gedung, dia segera naik keatas titian.
Melihat ada seorang pengemis buntung hendak masuk, para
pengawal pintu terus hendak melabrak, tapi dengan kesebatan
yang luar biasa.
The Go dapat menutuk rubuh kempat penjaga itu.
Bung....., sekali hantam dapatlah The Go membuka pintu
gerbang yang bercat merah itu.
Gegerlah orang-orang dalam gedung situ. Kemana ujung
tongkat The Go menutuk, disitulah tentu ada orang rubuh.
Walaupun kedua kakinya buntung, namun The Go tetap gagah
perkasa, laksana seekor harimau mengamuk kawanan kambing.
Cepat sekali dia sudah menyerbu masuk keruangan
belakang, tapi Siao-lan tetap tak kelihatan.
Pada lair, kilas, tersadarlah dia. Kalau Siao-lan belum di-apa-
apakan tentulah keadaan didalam gedung itu tidak sedemikian
sepinya. Ah, mungkin isterinya itu telah dibinasakan!
Suatu perasaan pedih dan geram mencengkeram
sanubarinya.
Saking gemasnya, dia hantam berantakan sebuah pintu angin
kaca.

Heng Thian Siau To 290


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Diluar terdengar sorak-sorai orang-orang sama hiruk-pikuk,


tapi tiada yang berani masuk.
The Go makin kalap, hendak dia menerjang keluar untuk
menghajar orang-orang itu.
Tapi baru dia hendak bergerak atau tiba-tiba terdengar
suara menggelegar hebat, daun pintu ruangan belakang roboh
dan tegaklah berdiri diambang pintu situ seorang tua yang
bertubuh kate.
"Hai, siapa yang berani bikin onar disini itu?!" seru orang
kate bernada anak kecil.
Kiranya dia itu bukan lain adalah Liat Hwat cousu, atau Mo
Put-siu, suhu dari Shin Hiat-ji. Setelah berhasil meyakinkan hwat-
hun-kang, ilmu Iwekang tertinggi, segera dia keluar untuk
meringkus pengacau itu.
The Go dapatkan bahwa selain Liat Hwat, kini dia sudah
dikepung oleh ratusan orang.
Sebenarnya mengandal otaknya yang cerdas, dapatlah dia
lolos dari kepungan itu.
Tapi karena sang isteri sudah tertangkap, hatinyapun sudah
tawar, tak mau dia hidup seorang diri.
"Dimana Siao-lan dan nona Tio itu?" serunya nyaring.
Liat Hwat agak bingung, sjukur saat itu Hiat-ji muncul, terus
menyahut:
"Perempuan gila yang ngamuk kemari itu, sudah kutangkap.
Nona Tio hendak menikah dengan aku, perlu apa kau tanya?"

Heng Thian Siau To 291


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

The Go mendapat ketenangan pula demi didengarnya Siao-


lan masih hidup.
"Kalau kau menikah dengan puteri raja, aku sih tak peduli.
Tapi yang itu, lain halnja. Lekas keluarkan Siao-lan, baru aku
habisi perkara inil" serunya dengan dingin.
Hiat-ji mendongak tertawa keras. "Ho, kiranya kaulah si Bu-
kak-sian itu bukan? Ini namanya ular cari gebuk!" serunya
sembari hendak melangkah....maju, tapi cepat dicegah Liat
Hwat. "Hiat-ji, orang itu berkepandaian tinggi, biar kucoba hwat-
hun-kang-yang habis kuyakinkan itu!"
Iblis kate itu maju peIahan-lahan, tubuhnya bergoyang-
goyang dalam gerak gerik yang aneh.
Lengan kanan perlahan-lahan diangkat keatas, sepasang
matanya menatap lekat-lekat kearah The Go. Insjaf bahwa
pertem puran kali ini penting sekali artinya.
Kalau kalah, bukan saja dia dan Siao-lan akan binasa, pun rahasia
Tay-keng tetap tak terbongkar selama-lamanya.
Tapi melihat gelagat, sukarlah rasanya untuk menang.
Sesaat lengan Liat Hwat diangkat, sebuah tenaga dahsyat
menindih muka The Go.
Karena kakinya buntung, The Go mengandalkan tongkat
untuk berjalan, sudah tentu gerakannya tak leluasa. Ditambah
pula, ilmu yang dilancarkan Liat Hwat itu adalah hwat-hun-kang,
ilmu simpanan yang menjadi modal penghabisan baginya.
Sebenarnya ilmu sakti itu diperuntukkan menghadapi
ilmupedang termasjhur dari sepasang suami isteri Tio Jiang dan
Yan-chiu. Dia pernah mendapat kekalahan, dan kini dengan
hwat-hun-kang itu ia hendak menuntut balas.

Heng Thian Siau To 292


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Atas serangan Liat Hwat itu, buru-buru The Go mundur


selangkah. Secepat kilat di-gerakan kedua tongkatnya. Yang kiri
dibuat menahan tubuh, sedang yang kanan digerakkan dalam
jurus sam-yang-gay-thay (3 matahari membuka gunung Thay-
san).
Sin-hong, siang-kiok dan thong-ko, 3 buah jalan darah
dibagian dada orang ditutuknya dengan gerak cepat.
Tapi Liat Hwat sudah menutup semua jalan darannya.
Kecuali jarum emas yang chusus untuk menyusup lubang
Iwekang atau orang yang lebih tinggi Iwekangnya dari dia,
barulah Liat Hwat kena dirubuhkan.
Tapi kedua sjarat itu, The Go tak mempunyai. Tuk...., tuk....,
tuk....., benar tepat sekali ujung tongkat mengenai sasarannya,
tapi sebaliknya dari Liat Hwat rubuh, seketika itu The Go rasakan
didorong oleh suatu tenaga-balik yang kuat, hingga dia hampir
terhuyung...... Krek......, tongkat ditangan kiri yang dibuat
menahan tubuhnya itu patah.
Hilanglah keseimbangan badan dan tubuhnyapun menurun
jatuh.
Dengan tertawa iblis, Liat Hwat maju selangkah, tangannya
bergerak-gerak dengan pelahan. Itulah gerak-lambat ilmusilat
Thay-kek-kun. Suatu lingkaran tenaga dahsyat segera
mengurung The Go.
Tapi The Go sekarang bukan The Go 20 tahun yang lalu.
Begitu melayang turun, dengan sisa kutungan tongkat, dia
tekankan kelantai dan dengan meminyam kekuatan tekanan itu,
tubuhnya melayang sampai beberapa meter tingginya. Dengan

Heng Thian Siau To 293


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

gaja - yau-cuhoan-sim (burung membalik badan), dia


berjumpalitan hinggap diatas tiang penglari.
Bagi seorang buntung, sungguh suatu kepandaian yang tiada
taranya Liat Hwat tetap ketawa walaupun serangannya
terbentur tempat kosong.
Kini dia gerakkan tangannya menghantam keatas.
Jaraknya dengan The Go kiranya ada setombak lebih, tapi
tenaga yang menderu dari hantaman itu, tetap tak berkurang
kedahsyatannya.
Sejak dalam pengasingannya menemukan kitab Tat Mo co-
siang (Ilmu bersemadhi dari guru besar Tat Mo), walaupun tak
seluruhnya dapat menjelami, namun dengan menurutukan
gambar-gambar orang bersamadhi dalam kitab itu, Iwekang The
Go mendapat kemajuan yang pesat sekali.
Tapi dia heran juga melihat gerak Liat Hwat yang sedemikian
lambatnya itu. Adakah udang dibalik batu?
Dalam dia meragu itu, tenaga gempuran Liat Hwat sudah
menyerang datang.
Sesaat itu dirasakan dirinya dibakar oleh api panas. Bagaikan
tumpukan kayu bakar yang dihempus oleh tiupan angin.
Dalam kejutnya, The Go hendak enjot tubuhnya naik keatas
wuwungan yang lebih tinggi lagi, agar dapat menghindar dari
pembakaran itu. Tapi apa yang terjadi?
Benar gerakan Liat Hwat tadi lambat tampaknya, tapi
sebenarnya dia tengah melancarkan salah suatu jurus ilmu hwat-
hun-kang (awan api) yang disebut hwat-hun-bong (jaring awan
api). Lihaynja bukan alang kepalang.

Heng Thian Siau To 294


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sekali dilancarkan, jaring api itu meliputi empat penjuru.


Bagaikan sebuah jaring, makin sang ikan berontak, makin dia
terbentur dengan jaring. Demikianlah keadaan The Go yang
hendak menghindar itu.
Segera dia rasakan terbakar dengan api yang marong.
Salah satu keistimewaan hwat-hunbong lagi, sewaktu
dilancarkan mungkin tak menarik perhatian lawan, tapi begitu
orang mengetahui, itu sudah terlambat, sudah terperangkap.
Demikianlah The Go. Walaupun gerakan Liat Hwat itu agak
aneh, tapi dia tak mengira kalau sedemikian hebat kesaktiannya.
Sewaktu dia hendak loncat dari tiang penglari keatas
wuwungan, baru setengah meter tingginya dia segera
terperanjat.
Tahu terjebak, buru-buru dia hendak turun kembali ketiang
penglari, tapi tak dapat.
Pada saat itu, Liat Hwat mundur dua tindak, tangannya
disentakkan kebelakang, wut, bagaikan sebuah layang-layang
putus, tubuh The Go turut terlempar menurut gerakan tangan
Liat Hwat.
Kini barulah The Go tahu lihaynja. Dalam gugupnya dia cepat
kerahkan lwe-kang dan coba meronta naik keatas lagi, berbareng
tongkat ditangan kanan dijujukan kebatok kepala lawan.
Kalau lain orang yang dilibat oleh hwat-hun-kang, tentu tak
dapat berkutik lagi.
Tapi peyakinan selama 20 tahun digunung Sip-ban-tay-san
itu, telah membuat The Go lain dari yang lain.

Heng Thian Siau To 295


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Liat Hwat terpaksa miringkan tubuh untuk menghindari


ujung tongkat, krak, ujung tongkat menyusup masuk seperempat
meter kedalam lantai dan membarengi kelonggaran itu, dapatlah
tangan kanan The Go mencapai tiang penglari.
Tapi diapun cukup tahu bahwa nantinya Liat Hwat tentu
akan menyerang lagi, maka dia ambil putusan untuk menyerang
lebih dahulu.
Dengan gerak cian-kin-tui (tindihan 1000 kati), dia
menggelandot turun.
Krek...., bum....., tiang penglari sebesar paha itu patah
seketika dan berguguranlah batu dan tembok menghujani
kebawah.
Sudah tentu tubuh The Gopun turut jatuh kebawah, tapi kini
dia dapat ganti tongkat baru yang berupa kutungan tiang
penglari itu.
Sebelum Liat Hwat sempat merencanakan serangan, The Go
menekan kelantai.
Dengan masih mencekal kutungan penglari, dia melayang
kearah Hiat-ji. Sebat dan mengagumkan sekali gerakan jago
buntung dari Sip-ban-tay-san itu.
Sesaat Liat Hwat terpesona melihat ketangkasan orang.
Sedikitpun dia tak mimpi, dalam kekalahan The Go masih bisa
merebut kemenangan lagi.
Begitu tersadar, Liat Hwat segera akan melancarkan
serangan lagi, tapi saat itu The Go sudah tiba dihadapan Hiat-ji.
Untuk melancarkan hwat-hunbong. lagi, memang mudah
bagi Liat Hwat.

Heng Thian Siau To 296


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tapi karena kini lawan merapati Hiat-ji, dia menjadi ragu-


ragu. Hwat-hun-ong mempunyai lingkaran radius yang luas.
Kalau The Go diserang, Hiat-ji pasti akan kena juga. Memang
kecerdikan The Go itu sudah termasyhur.
Setelah mendapat keterangan bahwa Siao-lan masih hidup,
dia tak mau adu jiwa dengan Liat Hwat, lebih-lebih setelah
diketahuinya bahwa dia bukan tandingan orang kate itu.
Pikiran untuk lolos, makin kuat.
Taruh kata Siao-lan sudah ter-aniaya, kelak dia masih ada
kesempatan membalaskan hutang darah itu daripada kalau dia
turut terbinasa sekarang.
Baginya, sudahlah untuk merencanakan siasat meloloskan
diri itu. Begitu dia melayang ketempat Hiat-ji, segera dia
hantamkan tiang penglari.
Hiat-ji gugup, terus menangkis, tapi tak tahu gerakan The Go
tadi hanya gertakan kosong belaka.
Dia hantamkan penglari kelantai, dengan meninyam tenaga
hantaman itu, tubuhnya melayang ketembok, bruk......, tembok
hancur dan via lubang itu dia melesat keluar. Tiba diruang
sebelah, dia segera loncat kepintu hendak lolos.
Tapi ternyata pintu itu sukar didorong. Celaka, itu dia Liat Hwat
kedengaran melengking memburu datang.
Dengan berjalan diatas tangan, dia buru-buru mundur 3
tindak.
Baru saja dia siap hendak menerjang pintu itu, tiba-tiba
kedengaran ada suara rintihan orang dari kamar sebelah situ.

Heng Thian Siau To 297


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dia melongok dan didapatinya dalam kamar itu terdapat


sebuah ranjang kaju.
Dari ranjang situlah rintihan itu keluarnya. Cian-bin-long-kun
The Go yang cerdas tangkas itu, segera mendapat akal.
Disambarnya sebuah kursi, terus dilemparnya kearah pintu tadi,
bum...., kursi yang , disertai lemparan Iwekang itu telah berhasil
menggempur tembus pintu itu. Berbareng itu, sekali tangan
menekan lantai, dia segera menyusup masuk kedalam kamar
terus naik keatas ranjang.
"Hai, kemana larinya bangsat itu?
Dia sudah menobros keluar pintu, suhu...., ayo kita kejar!"
pada lain saat diluar kamar terdengar Hiat-ji berseru.
"Tidak, mungkin dia masih berada dalam ruangan sini!"
sahut Liat Hwat.
"Mana bisa, kalau berada disini, mengapa dia menggempur
pintu?!" bantah Hiat-ji.
Menyusul terdengarlah suara dua sosok tubuh menobros
keluar pintu.
The Go menghela napas longgar.
Tapi dalam pada itu dia heran juga mengapa Hiat-ji rupanya
tak setuju Liat Hwat menggeledah ruangan situ.
Ketika dia berpaling muka, astaga, kiranya disebelah situ
terdapat seorang nona cantik bermata bundar, rebah dengan
tangan terikat dan mulut tersembat.
Ho, inilah sebabnya mengapa Hiat-ji berbuat begitu tadi.

Heng Thian Siau To 298


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kiranya dia mempunyai simpanan dalam kamar itu. Takut


rupanya pemuda itu kalau diketahui suhunya. Diam-diam The Go
berterima kasih kepada nona itu.
"Nona, siapa ........", The Go menarik sumbat mulut nona itu,
tapi sebelum dia lanjutkan kata-katanya 'namamu', dia terkesiap
kaget.
Benar, wajah nona itu mirip sekali dengan seseorang yang
dikenalnja.
Sebaliknya, setelah dapat bergerak, nona itu tiepat
benturkan kepalanya kepada The Go sembari memaki: "Bangsat,
tak usah meraju lidah, nonamu tak jeri padamu!"
The Go menghindar sembari menangkap tangan sinona,
ujarnya: "Set, jangan ribut, kalau ketahuan orang, aku yang
dibunuh dulu.
Apakah nona ini bukan puterinya Hui-lay-hong Liau Yan-chiu
yang bernama Tio In?"
"Huh, apa kau masih pura-pura tak tahu?" jengek sinona
yang bukan lain memang Tio In adanya. Dia ditawan disitu oleh
Hiat-ji. Melihat kedatangan The Go, dikiranya kalau orang
suruhan si Hiaci untuk membujuknya. Sudah tentu ia marah-
marah dan mengumpat caci.
"Ai, harap jangan bicara keras-keras!" kata The Go sembari
membuka tali ikatan tangan Tio In. Aku bernama The Go, sudah
kenal dengan ayah bundamu. Kita harus lekas-lekas cari jalan
lolos dari sini dulu!"
Teringat Tio In bahwa ayah bundanya pernah menceritakan
tentang diri Cian-bin-long-kun The Go itu kepadanya. Setelah
kakinya kutung, dia (The Go) menjesal dan bertobat lalu

Heng Thian Siau To 299


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

mengasingkan diri entah kemana. Waktu menuturkan riwajatnya


itu, ayahnya terkenang dan menaruh rasa simphati.
Tapi tidak demikian dengan mahnya (Yan-chiu), yang tetap
menuduh The Go itu sebagai orang yang culas jahat.
Mungkin penjesalannya itu hanya pura-pura saja. Maka
mamahnya itu memesan Tio In, apabila berjumpa dengan orang
itu hendaknya berlaku hati-hati jangan mudah percaya
omongannya.
Lazimnya, anak perempuan itu lebih dekat dengan sang ibu.
Nasehat Yan-chiu itu termakan dalam hatinya.
Mendengar dengan siapa ia berhadapan sekarang, timbullah
purbasangkanya yang jelek.
"Mengapa kita harus bersama-sama lari, bukantah lebih baik
cari jalan sendiri-sendiri saja?" sahutnya dengan tertawa dingin.
Menjingkap kelambu, ia terus hendak turun dari ranjang.
The Go yang cerdik segera dapat menerka hati nona itu.
Tentulah ajaran ayah bundanya yang menjebabkan nona itu
berlaku sedemikian tawar kepadanya.
Tapi biar bagaimana, kalau Tio In sampai keluar sendirian,
terang tentu berbahaya.
"Nona Tio, jangan!" cepat dia mencekal tangan Tio In,
setelah ambil putusan untuk menolongnya. Tapi baru ia
mengucap begitu, disebelah luar sana kedengaran suara Liat
Hwat melenglking: "Aneh, sekalipun dia bisa terbang, juga tak
nanti dapat menghilang sedemikian cepatnya!"
Sebaliknya kedengaran Hiat-ji tertawa, serunya: "Wanita itu
masih disini masakan dia tega tak kembali lagi!"

Heng Thian Siau To 300


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Apa kau tahu, pernah apa dia dengan perempuan itu,


mengapa kau yakin dia tentu kembali kesini lagi?"
Hiat-ji terkesiap mendengar nada suara suhunya yang gusar
itu. Buru-buru dia memberi keterangan: "Entahlah, tapi bersama
perempuan itu jugalah dia mempedayakan Tay-keng waktu hari,
jadi tentu mempunyai tali hubungan yang rapat.
Tapi rasanya tak mengapalah dia bisa lolos, karena Tay-keng
sudah menuju ke Lo-hu-san untuk menyalankan rencanaku!"
Hanya kedengaran hidung Liat Hwat mendengus sekali, lalu
kedua orang itu tinggalkan ruangan situ.
Mereka berjalan lewat disamping ranjang situ, namun
sedikitpun tak bercuriga kalau The Go mungkin bersembunyi
disitu.
"Ai, mengapa engkohku bisa kenal dengan orang-orang itu?
Apa mungkin ada orang yang bersamaan namanya?" Tio In
berkata seorang diri.
The Go ambil putusan tetap. Lebih dahulu dia hendak
membeber kelakuan chianat dari Tay-keng kepada Tio In.
Kemudian dia akan berusaha keras untuk meloloskan nona itu
dari situ, agar sepulangnya ke Lo-hu-san dapatlah ia memberi
laporan pada Siau-beng-siang Tio Jiang.
Andai kata dia (The Go) terpaksa harus mengadu jiwa
disarang harimau situ, relalah sudah dia untuk binasa. Tugasnya
untuk menjelamatkan orang-orang gagah Lo-hu-san sudah
terpenuhi.
"Bukan lain orang, tapi memang engkohmu Tio Tay-keng itu
sendiri!" sahutnya.

Heng Thian Siau To 301


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tio In terkesiap. Teringat ia akan kejadian waktu terjebak


diruang biara Kong Hau Si itu. la sudah menduga, bahwa Hiat-ji
tentu akan membunuhnya, tapi ternyata tidak.
Jadi teranglah, kalau Hiat-ji hendak menggunakan siasat
'pinyam mulutnya' untuk mencelakai engkohnya.
Memang masih penuhlah kepercayaan Tio In terhadap
engkohnya itu.
Terhadap The Go sememangnya ia sudah mempunyai
purbasangka jelek, maka demi mendengar kata-kata The Go itu,
makin teguhlah dugaannya kalau Cian-bin-long-kun itu sekaum
dengan kawanan kaki tangan pemerintah Ceng itu (rombongan
Hiat-ji dkk).
"Terima kasih atas peringatanmu itu!" sahutnya dengan
nada sinis.
"Kalau nanti nona sudah lolos dari sini, saya minta dengan
sangat apa yang kau saksikan dan dengar disini itu semua, kau
ceritakan pada ayahmu!"
The Go yang mengira Tio In sudah insjaf, buru-buru
menyusuli kata-katanya. Tapi sebaliknya, kecurigaan Tio In kalau
The Go itu menjadi kaki tangan Hiat-ji, makin teguh.
Pertama, ia tak percaya kalau enkohnya sampai berbuat
sedemikian hina menjadi kaki tangan musuh.
Dan kedua kalinya, ia percaya dirinya pintar sendiri,
menetapkan kalau kesemuanya Itu adalah siasat pinyam-mulut
dari Hiat-ji.
Dugaan ini makin diperbuat dengan kenyataan, mengapa
begitu bernapsu tampaknya The Go minta kepadanya supaya
menceritakan pengchianatan Tay-keng itu kepada ayahnya.

Heng Thian Siau To 302


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sudah tentu ia tak menghiraukan permintaan The Go itu.


Setelah dilihatnya -tiada seorangpun lagi, cepat-cepat Tio In
turun dari ranjang.
The Go cemas, seorang diri Tio In tentu celaka. Maka diapun
lalu turun, menjempal dua buah kaki kursi, lalu berjalan
mengikuti Tio In.
Tapi baru berjalan tak berapa jauh, tampak penjagaan
digedung situ diperkeras. Memang setelah The Go lolos, Liat
Hwat perintahkan agar penjagaan diperkuat.
Buru-buru Tio In dan The Go menyelinap bersembunyi
diujung tembok. Tapi dia segera merasa bahwa cara main
bersembunyi begitu, tidak tepat.
"Nona Tio, biar kupancing perhatian mereka, dan kau
supaya lekas-lekas lolos. Jangan lama-lama tinggal disini,
berbahaya sekalil" bisik The Go.
"Terima kasih atas kebaikanmu itu. Sekalipun Liat Hwat yang
berada disini, diapun serupa juga tentu akan membiarkan aku
lolos, karena dia memerlukan tenagaku!"
The Go terbeliak, mengapa nona itu berkata begitu.
Sebaliknya Tio In tertawa lagi, nadanya penuh dengan rasa
mengejek.
Kalau 20 tahun yang lampau The Go mendengar ketawa
ejekan itu, mungkin dia tak kaget.
Dengan sepak terjang kejahatannya waktu dulu itu,
berulang-ulang dia menerima ejekan semacam itu. Tapi tidak
demikian dengan dia sekarang. Dia bertobat, dia berusaha keras

Heng Thian Siau To 303


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

untuk menebus kesalahannya, tapi tetap mendapat ejekan


begitu macam. Kepedihan hatinya, sukar dilukis.
Ah, kiranya betapapun kuberusaha untuk menebus dosa,
tetap orang tak mau mengampuni. Nona kecil macam Tio In bisa
berlaku demikian, apalagi lain-lain orang.
The Go tertegun, terbit pertentangan dalam batinnya.
Mana Tio In mengetahui isi hati The Go saat itu. Mengira
kalau 'serangannya' tadi telah berhasil menelanyangi isi hati
orang, ia makin gembira.
Pikirnya, lain orang dapat dipedayai Ciam-bin-long-kun, tapi
tidak ia.
Dengan langkah lebar, ia berjalan keluar. Kebetulan penjaga
yang bertugas disitu adalah seorang yang kakinya pendek.
Melihat Tio In hanya seorang nona kecil, Maka dibiarkan saja ia
keluar dari gedung tihu situ.
Tiba dijalan besar, Tio In masih geli, menertawakan 'siasat
tolol' dari kawanan Hiat-ji itu.
Segera ia menuju lagi kebiara Kong Hau Si. Setelah disana
tak menjumpai Tay-keng, ia duga engkohnya itu tentu sudah
pulang melapor pada ayahnya. Agar jangan membikin gelisah
hati orang tuanya. Tio In pinyam seekor kuda dari seorang
kenalan ayahnya di Kwiciu situ, terus mencongklang ke Lo-hu-
san.
––––––––––

BAGIAN 24
HONG-SIN-SAN …. OBAT ANJING GILA

Heng Thian Siau To 304


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dua hari kemudian ketika tiba dikaki gunung, dari kejauhan


sana tampak Tay-keng sedang melepaskan lelah duduk dibawah
sebatang pohon. la merasa girang mendapatkan engkohnya itu
belum naik keatas gunung. "Engkoh....., engkoh......!" serunya
dengan gembira.
Sebaliknya jantung Tay-keng berdebar keras demi
mendengar suara adiknya itu.
Buru-buru dia hendak mengumpat dibelakang pohon, "tapi
saat itu Tio In sudah tiba dan loncat turun dari kudanya, "Kau
tentunya gelisah karena tak dapat mencari aku di Kong Hau Si
bukan?" tegur Tio In dengan tertawa.
Tay-keng pucat wajahnya, baru dia hendak menyahut, Tio In
sudah tertawa berkata lagi: "Aku kan sudah lolos dari bahaya,
mengapa kau masih gelisah begitu macam?"
Tay-keng coba melipur getar hatinya dengan senjuman getir,
tanyanya: "In-moay, kau kemana saja itu waktu?"
"Kalau kuceritakan lucu rasanya," sahut adiknya, "ketika
terhimpit dalam lautan manusia itu waktu, tiba-tiba tanganku
tersisip segulung kertas. Setelah kau pergi, lalu kubuka gulungan
kertas itu dan isinya ternyata ada orang yang mengundangmu
datang keruangan perpustakaan biara itu!"
"Kau kau pergi tidak?" tanya Tay-keng dengan nada
gemetar.
“Sudah tentu pergi. Aku hendak mengetahui siapa orangnya
yang mengundangmu itu, kiranya sijagoan istana Shin Hiat-ji!"
sahut Tio In masih tetap tertawa.

Heng Thian Siau To 305


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kalau adiknya tertawa, adalah Tay-keng serasa terbang


semangatnya. Pikirnya Tio In tentu sudah mengetahui rahasia
itu, untuk menjaga bahaya lebih baik dia bunuh adiknya itu.
Tangannya meraba tangkai pedang dan kakinya mundur
selangkah untuk bersiap.
Masih Tio In tak mengetahui gerak gerik Tay-keng yang luar
dari biasanya itu.
Dan setitikpun tak terlin.tas dalam hatinya, bahwa Tay-keng
engkoh kandungnya sendiri, mengandung maksud sedemikian
kejam terhadap dirinya.
Karena masih mengira engkoh geram mendengar nama
Hiat-ji itu, Tio In tertawa lepas berseru: "Kau tentunya merasa
aneh bukan? Memang bermula aku sendiri pun merasa aneh,
masakan kau mengelabuhi ayah dan bergaul dengan orang
macam itu?"
Tangan Tay-keng bergerak, sring......., pedang dilolosnya
sampai separoh bagian.
Keringatnya bercucuran membasahi tubuh, "Ngaco!" dia
menjerit keras.
Tio In terkesiap. Diam-diam ia puji engkohnya itu seorang
pemuda perwira, sehingga marah namanya dinodai itu.
"Dengerkan dulu kulanjuntukan ceritaku. Begitu berhadapan
muka dengan aku. Hiat-ji lantas menanyakan dirimu, lucu
bukan? Kalau dia hendak mengundangmu, masakan suratnya
diterimakan padaku!"
Mendengar kata-kata adiknya itu, hati Tay-keng tenang
kembali.

Heng Thian Siau To 306


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dia melihat ada setitik sinar terang.


"Lalu kau bagaimana?" tanyanya buru-buru.
"Kuhajar dia, tapi dia lebih lihay.
Aku ditawan digedung ti-hu Kwiciu sana, diikat pada sebuah
ranjang.
Tiba-tiba muncul seorang lelaki buntung kedua kakinya yang
mengatakan dirinya ada lah si Cian-bin-long-kun The Go"
"Seorang lelaki buntung?" tukas Tay-keng dengan kagetnya.
Tapi rupanya Tio In tak menghiraukan pertanyaan. engkohnya
itu dan hanya melanjuntukan ceritanya lagi: "Dia
memberitahukan padaku kalau kau bersekongkol dengan kaki
tangan Ceng, lalu suruh aku pulang ke Lo-hu-san dan
melaporkan pada ayah!"
Merah putih wajah Tay-keng saat itu.
Butir-butir peluh sebesar kedele, bercucuran jatuh dari
dahinya.
Dengan suara gemetar dia berseru: "Ho........bagus ja!"
Tangannya siap mencabut pedang yang sudah setengah
keluar tadi.
Begitu Tio In lengah, dia hendak menusuknya dengan tiba-
tiba. Urusan sudah mencapai tingkat sedemikian gentingnya,
rasanya lebih baik dia habisi jiwa adiknya disitu, daripada dia
nanti dibunuh ayahnya.
Tapi sesaat itu kedengaran hidung Tio In mendengus:
"Hem......, mereka ngimpi hendak jalankan siasat pinyam-
muluntuku, lucu benar!"

Heng Thian Siau To 307


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Siasat pinyam-mulut?" serentak Tay-keng menegas dengan


kaget.
Hem...., kau lebih tua beberapa tahun dari aku, mengapa
urusan begitu sederhana saya, kau tak dapat mengetahui, sahut
Tio In dengan kebangga-banggaan, kawanan budak Ceng berikut
dengan The Go nja itu hendak main sandiwara agar aku mau
percaya bah wa kau ini turut dalam gerombolan mereka.
Kalau kulaporkan ayah, dia tentu akan membunuhmu, dan
jika mamah mencegahnya, pasti akan timbal keretakan hebat.
Dan jika ayah bunda kita itu bertengkar, organisasi Lo-hu-
sanpun tentu akan berantakan.
Tapi mana aku kena dikelabuhi dengan "akal bulus itu?"
Setiap patah yang diucapkan adiknya itu didengarinya
dengan penuh perhatian.
Setelah Tio In mengakhiri kata-katanya, serasa longgarlah
rongga dada Tay-keng dari perasaan tertindih batu berat.
Sudah tentu Tio In tak mengetahui, bahwa tadi setiap saat
jiwanya bisa melayang!
Dan sememangnya, andaikata Tay-keng itu berhati ga¬nas,
tadi-tadi tentu dia sudah turun taagan. Soalnya, dia berhati
chia¬nat tapi bernyali kecil. Sekalipun demikian, tadi dia Sudah
mandi keringat.
Diam-diam dia masih curiga dan kuatir.
Tio In ajak engkohnya lekas-lekas naik keatas, tapi segera dia
minta agar adiknya itu jangan mengatakan suantu apa kepada
ayahnya.

Heng Thian Siau To 308


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Takut apa bantah Tio In seraya tarik tangan engkohnya


diajak naik.
Tiba diruang Gi-su-thia (tempat permusjawaratan) dilihatnya
orang banyak sama berkumpul diluar thia.
Menyusup masuk, Tay-keng dan Tio In tampak ayahnya
duduk ditengah ruangan, mamahnya berdiri disampingnya
sedang Kiau To berdiri dihadapan mereka dongakkan kepalanya
tak mengucap apa-apa.
Wajah sekalian orang itu keren-keren tampaknya.
Tio In menduga tentu terjadi sesuatu hal yang genting, maka
iapun tak berani membuka mulut.
Lewat beberapa saat kemudian, barulah kedengaran Siau-
beng-siang Tio Jiang mengeluarkan kata-kata: "Baik dalam hal
umur mau pun tingkatan, sebenarnya tak pantaslah kalau ku
duduk sebggai pemimpin Lo-hu-san.
Tapi oleh karena saudara-saudara sekalian mendesak, maka
akupun terpaksa menjabatnya. Apapun lembaran seja¬rah-hidup
Peng-se-ong itu, tapi karena dia hendak bersatu haluan dengan
kita, kitsa harus mempertimbangkan dengan baik.
Siapa dan bagaimana tingkah laku utusan yang dikirimkan
kemari itu, kita harus pandai menguasai diri untuk
menyambutnya dengan baik-baik".
Muda usia Siau-beng-siang Tio Jiang itu, namun sebagai
pemimpin dia cukup mempunyai kewibawaan. Orangnya jujur,
tegas dan berani. Sedikit bicara, tapi setiap kali dia
merigutarakan apa-apa, tentu diturut. Tapi kali ini agak
berlainan.

Heng Thian Siau To 309


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sehabis dia berkata, tiada seorangpun yang menyatakan


apa-apa, keadaan hening-hening saja.
Satu-satu-nya suara yang terdengar jalah mulut Kiau To
mendenguskan tertawa sinis.
Tio Jiang terkesiap sejenak lalu berkata: "Kiau jiko, sebaiknya
kau dan aku pergi ketempat Peng-se-ong di Gun-bing sana untuk
menghaturkan maaf kepada Co Kong-liok.
Bagaimana sikap mereka nanti, barulah kita tetapkan haluan
lagi!"
Tegas dan positip ucapan Tio Jiang itu, tapi Kiau To pun se-
orang jago yang berangasan. Jangan kata Co Kong-liok, sedang
Go Sam-kui sendiripun dia tak pandang mata.
"Aku tak sudi kesana!" serunya keras.
Bahkan saat itu disana sini terdengar sambutan hangat
menunyang pernyataan siberangasan itu, "orang macam apa dia
itu maka kita kaum persilatan harus menghaturkan maaf!" kata
seorang. Dan lain orang lalu menyambungi pula: "Kalau tahu
begini, lebih baik waktu hari mampusi saja bangsat itu!"
Sana sini terdengar orang mencaci maki si Co Kong-liok itu.
Sebenarnya Tio Jiang baru saja datang dari bepergian. Kiau To
menceritakan apa yang terjadi dengan utusan Go Sam-kui itu.
Dia gembira kalau Tio Jiang tentu akan tertawa geli. Tapi
ternyata dia kecele.
Siau-beng-siang Tio Jiang bukan Tio Jiang pada tahun
berselang. Dia kini seorang pemimpin perserikatan orang gagah,
yang bertanggung jawab.

Heng Thian Siau To 310


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Orang-orang gagah dari kedua propinsi Kwitang dan Kwisay,


sama bernaung dibawah panji Lo-hu-san.
Ceng Bo siangjin telah berlajar keluar negeri untuk mencari
bantuan, tapi hingga belasan tahun lamanya dia tak ada kabar
beritanya.
Sejak itu Siau-beng-siang Tio Jianglah yang memikul tugas
berat memimpin organisasi menentang penjajah Ceng yang
sudah berakar pengaruhnya.
Tugas berat inilah yang menjadikan Tio Jiang seorang yang
masak, tak mudah terpengaruh oleh sesuatu nafsu sentimen.
Berkat pimpinan Siau-beng-siang dapatlah dibentuk suatu
koordinasi yang rapi antara organisasi-organisasi dibawah tanah
dari kedua propinsi itu.
Pemerintah Ceng mempunyai jaringan mata-mata yang luas,
maka gerak-gerik Lo-hu-san itu tak lepas dari pengintaiannya.
Sudah tentu merekapun cemas melihat pertumbuhan yang
menguatir kan itu. Mereka segera bertindak. Lebih dahulu
dikirimkan bebra¬pa taylwe ko-chiu (jagoan istana) untuk
menjelundup dan mengobrak-abrik.
Rencana Go Sam-kui untuk berpaling haluan, cepat
disambut dengan langkah tepat oleh Siau-beng-siang.
Dikirimnja beberapa orang antara lain Tay-keng kemarkas
Go Sam-kui di Gun-bing, untuk mengadakan kontak.
Sebab Tio Jiang radar sesadar-sadarnya, bahwa apabila Go
Sam-kui sampai memberontak dan mau diajak berserikat, itulah
suatu potensi kekuatan yang tak ternilai besarnya bagi
perjuangan menentang penjajah.

Heng Thian Siau To 311


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Maka terhadap urusan yang mengenai fihak Go Sam-kui, dia


bersikap hati-hati sekali.
Untuk merealisir perserikatan itu, Tio Jiang rela
kesampingkan soal-soal remeh, misalnja yang mengenai gengsi,
sentimen dan lain lain.
Segera dia menegur perbuatan Kiau To terhadap utusan Go
Sam-kui itu. Kiau To yang berangasan, tak mau mengerti.
Dengan suara keras, dia membantah hingga terbitlah
perbantahan sengit dengan Siau-beng-siang.
Mendengar suara ramai-ramai itu, sekalian orang sama
menjenguk datang ke Gi-su-thia.
Demikianlah asal mula suasana tegang yang terdapat
diruang permusjawarahan itu.
Tio Jiang ceritakan urusan itu kepada sekalian orang, tapi
ternyata reaksi malah runyam. Bukan melainkan Kiau To yang
tak mau disalahkan, pun sekalian orang malah turut menunyang
sikap Kiam To.
Kehendak Tio Jiang untuk minta maaf pada Co Kong-liok,
mendapat tentangan hebat. Mereka benar-benar gusar atas
sikap yang dibawa oleh utusan Go Sam-kui waktu hari itu.
Sepasang mata Siau-beng-siang berkilat-kilat menjapu
kearah sekalian orang gagah.
Hanya dengan sikapnya yang penuh perbawa itu¬lah maka
orang-orang yang marah-marah tadi, dapat dibikin bungkam,
"Baik, kini hanya ada dua jalan. Pertama, aku berhenti dari pucuk
pimpinan, silahkan saudara-saudara memilih ketua baru lagi.
Kedua, Kiau jiko harus ikut aku ke Gun-bing. Kita telah berlaku

Heng Thian Siau To 312


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kurang hormat, masakan mereka mau datang kemari lagi?"


akhirnya Tio Jiang mengeluarkan pernyataan. Nadanya keras,
menyatakan kemarahan.
Sebaliknya siberangasan Kiau To sudah tak mengerti isi hati
Siau-beng-siang.
Dia salah kira, Tio Jiang bernyali kecil, maka dengan tertawa
dingin menyahutlah dia: "Untung hanya fihak Go Sam-kui, kalau
fihak kaisar Ceng yang mengirim utusan, aduh mak, mungkin aku
diharuskan mengganti kepalaku ini, huh!"
Sehabis menumpahkan kemengkalannya itu, Kiau To lalu
tinggalkan ruangan situ.
Suasana makin meruncing. Sekalipun orang tak berani
membuka mulut.
Sesaat itu suasana ruang Gi-su-thia menjadi lelap.
Brak......, sekonyong-konyong Tio Jiang menghantam meja
didekatnya.
Tanpa disadari, dia telah gunakan tenaga besar, sehingga
muka meja itu menjadi amblong, pecahannya berhamburan
kelantai.
"Kembali!" teriaknya dengan suara mengguntur. Kiau To
terperanjat. Cepat dia memutar tubuh seraya berseru dengan
tawar: "Bagaimana?"
"Tak usah Kiau jiko pergi, biarlah aku saja yang pergi!" kata
Siau-beng-siang, lalu melirik kepada isterinya dia berseru: "Yan-
chiu, sekalian saudara sudah tak menggubris perintahku, biar
kupergi dari sini!"

Heng Thian Siau To 313


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kalau Siau-beng-siang pergi, Lo-hu-san tentu kacau. Dan ini


diinsjafi juga oleh Ki Ce-tiong yang segera tampil kedepan
serunya: "Jiang koji, jangan terburu nafsu dulu. Kiau loji, apa
ucapan kita sewaktu memilih Jiang koji menjadi ketua? Itu waktu
diapun sebenarnya menolak karena usianya masih muda,
dikuatirkan nanti orang-orang tak mau tunduk perintah. Dan
bukankah kau sendiri yang kala itu memberi pernyataan tegas,
siapa-siapa yang tiada taat akan kau hajar dengan pian? Kini
mengapa kau sendiri yang menyalahi janji itu?"
Kiau To dibikin bungkam oleh teguran Ki Ce-tiong itu.
"Mendaki gunung golok, menjilam kelautan api, aku orang
Kiau ini, tak nanti mundur. Tapi kalau suruh aku minta maaf pada
bangsat Co itu, aku sungguh tak dapat menyalani. Kalau
dikatakan aku melanggar janji, aku sedia menerima hukuman!"
akhirnya dia berseru dengan geram.
Tio Tay-keng dan Tio In yang baru jelas akan duduk
perkaranya itu, tak menduga kalau urusan menjadi sedemikian
pentingnya. Tapi si Tay-keng itu diam-diam malam bersorak
dalam hati. Pucuk dicintai alam tiba (artinya: mendapat sesuatu
lebih dari yang di-harapkan).
Biasanya Tio Jiang selalu diturut segala perintahnya.
Kalau kali ini sekalian orang sudah berani membangkang,
itulah saat yang sebaik-baiknya untuk menjalankan rencananya.
Obat bius pemberian Hiat-ji itu, katanya akan dapat
membikin orang tak ingat diri sampai beberapa hari.
Setelah ayahnya dibikin tak ingat, dia lalu bubarkan
perserikatan orang gagah itu.

Heng Thian Siau To 314


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Untuk mengumpulkan lagi orang-orang gagah dari kedua


propinsi itu, bukanlah suatu pekerjaan mudah. Dan kelak apabila
ayahnya sudah tersa¬dar, taruh kata tahu bahwa dialah (Tay-
keng), yang melakukan perbuatan itu, namun saat itu dia (Tay-
keng) akan jauh berada dikota raja.
Dia akan ganti nama, menikmati penghidupan sebagai
pembesar kerajaan Ceng.
Memikir sampai disini, tangannya merabah kekantong baju.
Didapatinya obat hong-sin-san itu masih ada.
Diam-diam dia lalu melangkah keluar menyusul Kiau To.
"Paman Kiau, entah begaimana ayah ketakutan setengah mati
terhadap Go Sam-kui.
Peribadi semacam paman ini, masakan sudi disuruh minta
maaf pada bangsat macam orang she Co itu!" bisiknya
membakar hati Kiau To.
Kiau To mengangguk. Diam-diam dia puji ketegasan anak
muda itu. Hubungan Ki Ce-tiong dengan Kiau To sudah
sedemikian akrabnya.
Berpuluh tahun keduanya bahu membahu memegang pucuk
pimpinan gerakan Thian Te Hui dahulu.
"Kiau loji, Jiang kojipun tak mau menghukummu," kata
bekas pemimpin Thian Te Hui kepada Kiau To.
Kemudian kepada Tio Jiang, dia memberi pernyataan:
"Karena loji tak mau, biarlah aku saja yang ikut padamu kesana!"
Bagaimana perasaan Tio Jiang ketika menghadapan
tantangan tadi, sukar dilukiskan. Satu-satunya orang yang
mengetahui isi hatinya hanyalah Yan-chiu. Pernyataan Ki Ce-

Heng Thian Siau To 315


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

tiong tadi suatu bantuan moril yang sebesar-besarnya


Serentak itu Yan-chiupun menyatakan ke¬sediaannya untuk ikut
sang suami.
Namun Kiau To tetap penasaran.
"Puncak Giok-li-nia gunung Lo-hu-san sini adalah tempat
berkumpulnja kaum pencinta negeri dari kedua propinsi Kwi,
bukan tempat permusjawaratan untuk mengambil hati Go Sam-
kui, bah!" bekas wakil pemimpin Thian Te Hui itu mengejek.
Betapapun toleransi seorang pemimpin bijaksana macam
Tio Jiang, namun diejek begitu, benar-benar dia tak dapat
menguasai dirinya lagi.
Wajahnya menampil kemarahan hebat. Hui-lay-hong Yan-
chiu yang mengetahui perubahan muka suaminya itu, karena
kuatir akan terjadi perkelahian, buru-buru mencegahnya: "Jiang-
ko, rasanya urusan sudah sampai disini saja, tak usah
mengumbar hawa kemarahan!"
Tio Jiang menjadi tenang lagi, lalu bersama isterinya
tinggalkan ruang Gi-su-thia situ. Tio In menyusul dan memanggil
mamahnya. Tio Jiang berpaling. Melihat sikap ayahnya itu, Tio In
ke¬takutan setengah mati, tak berani bercuwit lagi.
"Jiang-ko, jangan gitulah, In-ji sampai ketakutan setengah
mati!" Yan-chiu menggerutu. Setelah mendapat hati mamahnya
itu, barulah Tio In berani melanjuntukan kata-katanya: "Mah,
waktu pergi ke Kwiciu ini, aku berjumpa dengan Cian-bin-long-
kun The Go!"
Kali ini Siau-beng-siang terkesiap kaget.

Heng Thian Siau To 316


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ya, kalau The Go yang cerdik itu berada disitu, pastilah dia
(Tio Jiang) tertolong dari kesulitan. Buru-buru dia menanyai
anaknya dimana telah berjumpa dengan The Go.
Sebaliknya Yan-chiu menjadi kurang senang dan menjeletuk:
"Perlu apa dengan orang macam itu?"
"Benar, mah, aku berjumpa dia didalam gedung ti-hu Kwiciu.
Mereka hendak gunakan siasat pinjam mulutku supaya
mengatakan pada ayah kalau engkoh Tay-keng itu bersekongkol
dengan orang-orang Ceng!"
"Tu dia, untuk mengharap orang macam dia kembali kejalan
benar, adalah seperti orang mengharap halilintar berbunyi
ditengah hari!" Yan-chiu memberi bumbu lebih pedas.
Darah Tio Jiang tersirap. Hatinya makin uring-uringan.
Bersama Yan-chiu, dia lalu balik kekamarnya untuk
berkemas-kemas.
Besok pagi mereka hendak berangkat ke Gun-bing.
Seperginya Tio Diiang dari ruang Gi-su-thia disana orang-orang
masih ramai kasak kusuk.
Mereka tetap menjesali sikap Tio Jiang yang tak seharusnya
meminta maaf ke Gun-bing itu.
Ki Ce-tiong berusaha untuk menenangkan mereka, tapi
rupanya mereka tetap tak puas.
Melihat itu, Tay-keng makin girang. Kesana sini dia
menambahi miniak (membakar), hing¬ga orang-orang itu makin
panas. Seorang anak saja bisa mencelah per-buatan ayahnya,
jadi terang kalau tindakan Tio Jiang itu keliwat merendahnya,

Heng Thian Siau To 317


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

demikian kesan buruk terhadap diri Siau-beng siang makin


menggores tajam dalam hati orang-orang itu.
Ki Ce-tiong menasehati Kiau To, supaya nanti malam apabila
sekalian orang sudah sama reda kemarahannya, baiklah dia
minta maaf pada Tio Jiang agar ganjelan pada hari itu dapat
dibikin habis.
"Suruh aku mengangguk 3 kali kepadanya, aku sih tak
keberat¬an!" ujar siberangasan itu.
Tahu walaupun Kiau To itu beradat berangsan namun
berhati diujur, legahlah hati Ki Ce-tiong.
Saat itu karena tiada pekerdiaan, Tio In keluar berjalan-jalan
dipuncak.
Tahu-tahu sang kaki membawanya ketempat Tong Ko
dipaksa loncat kebawah lembah waktu hari.
la tahu kalau pemuda itu belum binasa, tapi kemanakah
perginya? Entah bagaimana hatinya terasa pilu.
Terkenang ia akan peristiwa iang lampau, dimana Tong Ko
dengan membawa 3 kaki tangan Ceng telah membinasakan
adiknya dan membakar perumahan rakyat di Lo-hu-san.
Ah......, mengapa pemuda yang menjadi tambatan hatinya
itu, menghambakan diri kepada musuh?
Dengan kenangan yang penuh tanda tanya itu, ia termangu-
mangu sampai beberapa saat.
Tak antara lama kemudian, haripun masih gelap. Tay-keng
merasa girang setelah dapat membakar hati orang-orang gagah
itu.

Heng Thian Siau To 318


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kini dia ambil ketetapan untuk menyalankan rencananya.


Kalau malam nanti, dia minumkan obat itu, besok pagi ayahnya
tentu tak jadi berangkat ke Gun-bing.
Dia menuju kedapur untuk mengambil dua gelas teh wangi, lalu
menuju kekamar Tio Jiang. Dilihatnya sang ayah masih
bermuram durdia dalam kamarnya.
Melihat puteranya datang membawa teh, hati Tio Jiang
merasa terhibur, tegurnya: "Ho, kau sudah pulang? In-ji
mengatakan, kamu berdua telah dipermainkan orang di Kwiciu.
Besok aku hendak berangkat ke Gun-bing, bagaimana
hasilnya, entahlah.
Sebaiknya kalian berdua diangan turun gunung lagi dulu!"
Ketika menuang teh kedalam gelas tadi, Tay-keng telah
memasuk kan obat racun hong-sin-san.
Sebenarnya diapun tak mengetahui bahwa obat pemberian
Hiat-ji itu, ganas sekali kerjanya.
Tapi demi berhadapan dengan ayah kandungnia yang
hendak dia "kerjai" itu, tak urung hatinya bercekat juga.
Maka diapun tak berani mendongak mengawasi sang ayah,
melainkan hanya mengiakan saja.
"Kudengar fihak Ceng hendak mengadu domba hubungan
kita berdua ayah dan anak maka kuharap diluaran kau harus
berkelakuan yang baik.
Oh, ya, coba terangkanlah, mengapa sekembalinya deri Gun-
bing waktu hari, kau mengatakan padaku bahwa Go Sam-kui tak
mempunyai rencana untuk memberontak?"
Tay-keng seperti disambar petir kagetnya.

Heng Thian Siau To 319


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Memang kepergiannja ke Hun-lam waktu hari itu, dia tak


berhasil menjumpai Go Sam-kui, melainkan menerima surat dari
pembesar itu.
Tapi surat itu dia berikan pada Hiat-ji, siapa lalu unjukkan
surat itu kepada kerajaan. Bukti itu, fihak kerajaan Ceng gusar
sekali, tapi oleh karena Go Sam-kui mempunyai tentara kuat, jadi
untuk sementara belum diambil tindakan.
Satu-satunya langkah, iaIah mengirim rombongan jagoan
lihay untuk memperkuat penjagaan di Hun-lam Sejak dua bulan
ini, daerah Hun-lam menjadi pusat berkumpulnja mata-mata
pemerintah Ceng.
Kepada ayahnya, Tay-keng mengatakan tiada tanda-tanda
bahwa Go Sam-kui itu hendak berpaling haluan.
Waktu itu, Tio Jiang percaya juga akan keterangan
puteranya itu.
Tapi setelah mendanat keterangan Kiau To bahwa Go Sam-
kui mengirim utusan ke Lo-¬hu-san, tapi oleh karena Co Kong-
liok itu teramat gila hormat, maka lalu dihajarnya tumpang siur.
Dengan adanya kejadian itu, Tio Jiang menduga tentu ada
sesuatu sang terselip dalam urusan itu. Maka demi berhadapan
dengan Tay-keng dia segera menanyakannya lagi.
Sebagai orang yang bersalah, sudah tentu Tay-keng menjadi
ketakutan.
Saking getarnya, gelas yang berada dalam tangannya itu
gemetar goyang, beberapa tetes airnya tertumpah keluar.

Heng Thian Siau To 320


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Mung.........kin aku belum menjelidiki jelas..............


akupun........tak tahu apa sebabnya!" sahutnya dengan terputus-
putus.
Yan-chiu, ibu yang memanjakan anak itu, mengira kalau Tay-
keng ketakutan akan sikap Tio Jiang yang masih belum reda
kemarahannya itu, maka buru-buru ia menjela: "Jiang-ko, jangan
gegeri dialah. Menilik umurnya yang masih belum seberapa itu,
masakan dia dapat mengetahui sikap mereka yang sebenarnya!"
Sejak puteranya bungsu meninggal, harapan Tio Jiang ditum
pahkan pada Tay-keng.
Dia menghendaki agar puteranya itu kelak menjadi seorang
jantan yang luhur perwira.
Memang lahirnya dia berlaku keras terhadap anak itu, tapi
kebatinannya dia amat cinta, ja mungkin perasaan sayangnia itu
lebih dari permanyaan Yan-chiu.
Sekalipun begitu dia tetap tak melepaskan cara pendidikan yang
bengis itu.
"Jangan salah terima. Kalau siang-siang aku mendapat
kepastian tentang maksud mengajak berserikat dari Go Sam-kui
itu, tentu aku tak turun gunung mengerjakan lain urusan.
Dengan begitu pastilah aku dapat menyambut kedatangan Co
Kong-liok itu. Se¬lain tadi tak usah bentrok dengan Kiau jiko, pun
kita tak perlu repot-repot dibelakang hari" kata Tio Jiang.
Tay-keng hanya tersipu-sipu mengiakan saya, keringatnya
mengu¬cur deras.
"Minumlah teh itu, Tay-keng membawakan teh untuk
menenangkan pikiranmu, sebaliknya kau malah
menggegerinya!" kata Yanchiu.

Heng Thian Siau To 321


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tio Jiang mengambil gelas dan terus ditempelkan kemulut.


Lekas minumlah, lekas minumlah! Demikian Tay-keng sianak
"berbakti" itu mendoa dalam hati Tap! Tio Jiang tak lekas-lekas
meminumnya, melainkan lebih dahulu berkata lagi:
"Tay-keng, kalau kau tak mempunyai urusan apa-apa, besok
kau turut aku ke Gun-bing.
Kabarnya ketika Co Kong-liok datang kemari turut juga
datang Cui-kui Jui Wi itu cianpwe persilatan yang sudah lama tak
muncul.
Rasanya di Gun-bing sana tentu berkumpul banyak orang-
orang gagah. Biar kau tambah banyak pengalaman!"
Hati Tay-keng pada saat itu gelisah sekali. Apa sang iucapkan
ayahnya itu, dia tak mendengar sama sekali. Pada detik itu,
hatinya hanya berbantah sendiri: "Mengapa belum diminum?
Mengapa belum diminum?"
Saking kerasnya goncangan hatinya itu, sampai-sampai
mulutnya turut mengingaukan suara hatinya itu.
"Hai, Tay-keng, apa-apaan itu, kau sedang liam-keng (berdoa
sembahyang)?" tegur Tio Jiang yang heran diuga melihat sikap
puteranya itu.
"Tidak apa-apa"! sahut Tay-keng yang sudah lemas lunglai
persendian tulangnya itu.
Kalau mencelakai lain orang. mungkin tidak segoncang itu
perasaan Tay-keng. Tapi yang hendak diracuni itu adalah ayah
kandungnya sendiri. Dia cukup tahu bagaimana peribadi ayahnya
itu.

Heng Thian Siau To 322


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Seorang lelaki yang tegas perwira, menjunjung kepentingan


negara diatas kepentingan peribadi.
Kalau saya, perbuatannya chianat itu sampai ketahuan sang
ayah dia tentu akan dibunuhnya. Ini sudah tentu dan cukup
diinsjafi Tay-keng.
Membayangkan hal itu, tubuh Tay-keng bergemetaran.
Apa lagi mengingat bahwa gelas itu berada ditangan sang ayah,
suatu bukti yang tak dapat dibantahnya lagi.
Penyahutannya "tidak apa-apa" tadi, jelas diucapkan dengan
nada gemetar.
Melihat tindak tanduk puteranya tak wajar itu, Tio Jiang
ma¬kin mendongkol. Diletakkan lagi kemeja, lalu
membentaknya: "Tay-keng, mengapa kau gugup setengah mati
begini?"
Semangat Tay-keng serasa terbang dibuatnya. Serentak dia
memalingkan muka kebelakang, tak berani berhadapan muka
dengan sang ayah.
Dan Tio Jiangpun makin curiga.
Tapi baru dia hendak menanyai lagi, Tay-keng sudah
meneriaki Yan-chiu:
"Mah......"
Kala itu benar-benar Tay-keng sudah mati kutu.
Mungkin kalau Yan-chiu tak campur tangan, pastilah Tay-
keng akan sudah terbuka kedoknya dan Tio Jiang pun tak sampai
mengalami peristiwa yang tragis.

Heng Thian Siau To 323


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tapi lagi-lagi datang Yan-ciu mengeloni puteranya, "Ah,


sudah malam, kau tentu capai dari Kwiciu, Ayo, tidur sana!"
se¬runya kepada Tay-keng.

Tio Jiang menarik napas panjang, ujarnya: "Dijelmakan se¬bagai


manusia, tapi gerak geriknya seperti setan, omong saja
ple......gak pleguk seperti maling tertangkap basah!"
"Ayahnya seorang jantan perwira, masakan anaknya
menjadi maling? Kata-katamu itu menghilangkan kedudukanku
sebagai ibunya!" kata Yan-chiu.
Rupanya Tio Jiang merasa kalau mendamprat kelewat batas,
maka diambilnja gelas teh terus diteguk habis, kemudian
berkata: "Sana masuk tidur, besok pagi-pagi, turut aku turun
gunung?"
Sebagaimana diketahui, hong-sin-san atau obat membikin
gila orang, adalah ramuan segala jenis dedaunan yang beracun,
dan yang lebih hebat jalah dicampuri juga dengan busa ludah
anjing gila, ular berbisa dan lain lain. Sang korban tiada lekas
mati, tapi lebih da¬hulu akan menjadi gila. Dalam pertempuran
dibiara Ang Hun Kiong waktu hari, Kui-ing-cu hanya terkena
sebuah piau Can Bik san yang dipolesi dengan hong-sin-san
tersebut, tapi itu cukup su¬dah membuatnya gila seperti anjing
buas. (baca: Lam Beng Ciam Liong).
Apalagi kini Tio Jiang meminumnja.
Bagaimana ngerinya dia nanti, dapat di-kira-kirakan. Dalam
menunggu ratiun ganas itu mencelakai Tio Jiang, ........................
––––––––––

Heng Thian Siau To 324


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

BAGIAN 25
TIO JIANG MENOLONG PUTRINYA

........ baiklah kita tengok sebentar keadaan The Go. Sewaktu


mengetahui bahwa Tio In dengan lenggangnya dapat melangkah
keluar dari gedung ti-hu, dia terkejut juga.
Mengapa kawanan penjaga itu tak merintanginya?
Merenung sejenak akan sikap Tio In selama tadi, dia segera
mengeluh dalam hati.
"Celaka, menilik gelagatnya Tio In mendakwa aku mendiadi
kaki tangan pemerintah Ceng. Ini berbahaya, kalau pulang ke Lo-
hu-san ia tentu mengatakan kepada ayahnya kalau aku dan
rombongan Hiat-ji itu hendak mencelakai Tay-keng! Entah
rencana apa yang Tay-keng terima dari Hiat-ji itu. Hai, Hiat-ji
telah menjimpan Tio In didalam ranjang, dia tentu akan kembali
lagi. Baik kutunggunya disana, mungkin aku dapat menggorek
keterangan yang jelas."
Cian-bin-long-kun The Go adalah seorang yang memiliki
kecerdasan luar biasa.
Dahulu dengan menggunakan sedikit siasat, dapatlah dia
membuat 72 buah markas Hoa-san menjadi berantakan.
Adanya Hui-lay-hong Yan-chiu benci tujuh turunan
kepadanya, karena dalam segala hal, ia selalu terjebak dalam
perhitung The Go yang lihay itu.
Lewat setengah jam kemudian, benar juga didengarnya ada
derap kaki mendatangi. Dia yang sudah naik keatas ranjang, lalu

Heng Thian Siau To 325


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menjingkap kelambu dan benar juga dilihatnya Hiat-jilah yang


muncul disitu.
"Nona Tio, maaf, kau tentu menderita!" kata Hiat-ji ketika
tiba didepan ranjang, seraya menjingkap kelambu.
The Go bersiap. Sembari kecilkan nada suaranya menyahuti,
tangannya kiri diangkat, siap menyambut kepala anak muda itu
dengan kelima jarinya yang seruncing kait.
Sudah tentu Hiat-ji tak mengira, kalau dalam waktu sejam
saja nona yang diidam-idamkan itu sudah berganti orangnya.
Auk tahu-tahu Hiat-ji rasakan lehernya dicekik keras dan
ditarik kedalam ranjang.
"Apa masih kenal padaku?" kata sebuah suara bengis.
Betapa kaget anak muda yang melamun hendak menjadi
temanten baru itu, dapat dibayangkan. Lebih ketika dia
mengetahui telah jatuh kedalam tangan siapa.
Tapi diapun seorang yang keras kepala. Tahu sudah tak
berdaya, masih dia coba berusaha untuk menghantam dengan
kedua tangannya.
Tapi secepat itu juga. Tangan kiri The Go sudah tergerak
kekanan kiri dan jalan darah kiok-ti-hiat kedua lengan Hiat-ji itu
kena tertutuk, lemas terkulai kebawah.
Masih anak itu membangkang. Dengan sebelah kaki dia
menjejak lantai ranjang, bluk, ranjang itu bergoncang keras.
"Ho, kau masih berkeras kepala?" bentak The Go dengan
berbisik. Tangan kirinya segera menekan ubun-ubun kepala anak
itu.

Heng Thian Siau To 326


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Pada ubun-ubun ter-dapat jalan darah peh-hui-hiat,


merupakan sumber tenaga orang. Seketika itu juga, lemas
lunglailah tubuh Hiat-ji tak dapat berkutik lagi.
The Go tambah lagi menutuk jwan-hiat atau jalan darah
pelemas Hiat-ji, ini untuk menjaga kemungkinan Liat Hwat
keburu datang mencari kesitu.
The Go tepuk tenggorokan orang, supaya dapat bicara.
Sembari tangan kiri masih meraba diatas ubun-ubun, dia
segera mulai mengorek keterangan: "Kau ajarkan apa kepada
Tay-keng, ayo lekas bilang!"
"Sesudah tahu lalu kau hendak mengapa? Sudah
terlambatlah!" sahut Hiat-ji dengan tertawa mengejek.
Melihat sikap orang yang sedemikian tengiknia itu, The Go
menduga kalau rencana iang diberikan kepada Tay-keng itu
tentu sangat berbahaya.
Cekikannya diperkentiang sehingga lidah Hiat-ji menjulur
keluar tak dapat bernapas lagi.
"Lekas bilang atau tidak!" bentak The Go.
Hiat-ji coba meronta, tapi tak dapat.
Dengan marah dia berusaha kuat-kuat untuk membuka
suara: "Kusuruh Tay-keng untuk meminumkan hong-sin-san
kepada ayah bundanya. Biarkan sebelum mati, sepasang suami
isteri itu mengamuk habis kawanan pemberontak Lo-hu-san!"
The Go terperanjat bukan kepalang. Hebat dan ganas sekali
rencana itu.

Heng Thian Siau To 327


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Karena tak mengira anaknya sendiri tega berbuat begitu, Tio


Jiang dan Yan-chin pasti kena dibikin celaka.
Sedemikian hebat kegoncangan hati The Go, sehingga dia
tertegun diam. Rupanya kesempatan itu dipergunakan se-baik-
baiknya oleh Hiat-ji.
Sekali meronta, dapatlah dia lepaskan diri.
The Go seperti diguyur air dingin, serentak dia lancarkan
sebuah hantaman dahsyat.
Tapi Hiat-ji sudah lebih cepat dapat loncat jauh-jauh.
Brak......, alat-alat perabot kamar itu berantakan hancur, tapi
Hiat-ji sendiri tak kena.
Dia menghindar kesamping, menyambar salah sebuah tiang
ranjang terus ditarik sekuat-kuatnya. Ranjang sempal,
kelambunya jatuh menguruki The Go.
"Siappp.........!" serunya meneriaki penjaga.
Belasan pendiaga lengkap dengan tombak dan pedang
segera menobros masuk.
The Go masih berkutetan dalam kelambu. Hiat-ji cepat
mengambil sebuah tombak dari salah seorang pengawal terus
ditusukkan.
Terdengar suara jeritan seram dan tubuh The Go yang
terbungkus kelambu itu tak tampak bergerak lagi. Masih Hiat-dii
tak puas.
Diambil 3 batang tombak lagi, lalu dilemparkan kearah
bagian tubuh The Go yang menonjol. Kini 4 batang tombak,
menancap masuk sampai puluhan senti dalamnja.
Kini Hiat-ji baru dapat menarik napas longgar.

Heng Thian Siau To 328


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Masakan dengan 4 batang tombak itu, The Go masih bisa


bernyawa!
Tapi tiba-tiba dia hentikan napas setengah jalan, demi
mengetahui sesuatu yang mencurigakan.
Kalau benar tubuh The Go telah terpanggang tombak,
mengapa kelambu itu tetap kering merinting, setetespun tiada
berwarna merah?
Hiat-ji terbelalak kaget. Tahu dia kalau dirinya ditipu musuh.
Kiranya sewaktu kawanan penjaga hiruk-pikuk menghampiri
datang tadi, The Go insjaf kalau dirinya bakal celaka.
Dalam saat-saat yang berbahaya itu, cepat dia mendapat
akal. Digulungnya sebuah selimut, lalu diangkatnya berdiri untuk
menyanggah kelambu. Dengan ilmu sut-kut-kang (menjurutkan
tulang) dia memperkecilkan tubuhnia lalu bersembunyi disudut
ranjang. Begitu Hiat-ji masuk untuk menjeret keluar
"korbannya", dia hendak membarengi menerjangnya.
Tapi rencana yang sedemikian bagus itu, telah gagal akibat
kecermatan Hiat-ji yang bercuriga karena kelambu tiada
berdarah.
Tahu kalau diselomoti, Hiat-ji mundur 3 langkah.
Mengawasi kedalam randiang dilihatnia tubuh The Go
melingkar disudut.
"Orang she the, kau telah binasa secara mengenaskan
dengan menderita 4 buah tusukan tombak. Kalau bertemu raja
akhirat, jangan mengadu kalau aku Shin Hiat-ji berhati kejam ja!"
serunya dengan tertawa keras.

Heng Thian Siau To 329


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Baik kata-kata maupun ketawa itu sengaja dia lakukan,


perlunya untuk membalas tipu dengan tipu. Biarlah The Go
percaya kalau siasatnya itu berhasil.
Tapi dalam pada itu, diam-diam dia sudah siapkan dua
tombak dan tahu-tahu secepat kilat dia lemparkan sebatang
kedalam ranjang.
Memang sewaktu mendengar ejekan Hiat-ji tadi, The Go
mengira kalau anak itu termakan siasatnya.
Tapi dia segera menjadi kaget demi mendengar ada
samberan angin mendesis datang. Oh, kiranya lawan sudah
mengetahui.
Dari arah datangnya suara itu, cepat dia ulurkan tangan
untuk menyanggapinya.
Sewaktu Hiat-ji melontarkan lagi tombak kedua, dengan
tangkasnya The Go gunakan tombak yang disanggapinya tadi
untuk menangkis.
Tombak Hiat-ji itu, putus menjadi dua dan terpental keluar.
Dua orang pengawal yang tak sempat menghindar, sepera
menjerit keras dan rubuh tak bernyawa lagi.
Jumlah pengawal yang sama berbondong-bondong datang,
makin banyak.
Hiat-ji perintahkan supaya dinding kamar dirobohkan agar
mereka dapat masuk semua. Setelah itu Hiat-ji lalu memberi
komando supaya mengepung ranjang itu.
Ratusan pengawal lengkap dengan senjatanya, segera
mengepung rapat-rapat ranjang itu.

Heng Thian Siau To 330


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Orang she The, mengapa tak keluar menjenguk sebentar,


kematian cara bagai-mana yang menunggumu saat ini?
Sekali kuberi komando, badanmu akan berhias ratusan
tombak. Sekalipun kau mempunyai ilmu menembus langit, tetap
kau takan lolos!" seru Hiat-ji dengan tertawa kemenangan.
Pada saat Hiat-ji memberi komando pengepungan tadi, The
Gopun sudah membuat sebuah lubang pada kelambu. Apa yang
terjadi disekeliling situ, dia dapat mengetahui jelas.
Diam-diam dia memuji bukan saja Hiat-ji itu lihay dalam
ilmusilat pun juga cerdas otaknya. Ketierdasan anak itu mungkin
tak dibawahnya.
Memang sekalipun dia tumbuh sayap, tetap takkan dapat
lolos dari kepungan serapat itu.
Selama anak itu masih hidup, perjuangan kaum pecinta
negeri akan menghadapi kesukaran.
Akhirnya The Go mengambil putusan untuk menyalankan
siasat menjakiti diri.
Memang hanya dengan cara itulah dia akan dapat menipu
lawan.
"Ha, ha, Shin Hiat-ji, tuanmu besar orang she The ini
mempunyai kim-ciong-toh-kong (ilmu weduk). Masakan tombak-
tombak kawanan pengawal itu dapat melukai diriku.
Kalau tak percaya, cobalah!" The Go tertawa bergelak-gelak.
Hiat-ji terkesiap, tapi cepat dia dapat menguasai diri,
serunya: "Baiklah, biar aku yang menggaruk gatalan itu!"
Wut......, sebuah tombak melayang.

Heng Thian Siau To 331


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sebenarnya pada The Go masih ada sebatang tombak, kalau


mau dapatlah dia menghalau serangan itu.
Tapi oleh karena dia hendak jalankan tipu menyakiti-diri,
sengaja dia menangkis luput sembari miringkan tubuh untuk
menyambut datangnya tombak Hiat-ji itu. Cret......., tombak
menyusup kedalam bahu dan kelambu yang putih bersih itu
segera berobah warnanya dengan merah darah. "Aja........",
hanya sekali mulut The Go kedengaran mengerang dan
tubuhnyapun tampak tak berkutik lagi.
Kali ini baru Hiat-ji betul-betul bergirang, demi melihat
darah membasahi kelambu.
Setelah menunggu beberapa saat tak tampak The Go
berkutik, dia terus hendak maju menghampiri. Tapi sesaat
terkilas dalam pikirannya bahwa yang dihadapinya itu adalah
seekor ruba (rase) yang luar biasa licinnya. Jangan-jangan dia
belum mati dan hanya pura-pura saja, demikian Hiat-ji bertania
dalam hati.
Batal melangkah maju, dia lontarkan lagi sebatan tombak.
Tombok menancap, darah menjembur, tapi tubuh The Go
tetap tak berkutik.
Memang The Go sengaja kasihkan pundaknya yang lain,
untuk menyanggapi tombak itu. Jadi kini kedua pundaknya
terluka parah!

----ooOoo---

"Ha, ha, bangsat yang bernyali besar, berani memasuki sarang

Heng Thian Siau To 332


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

harimau, tu rasakan sendiri upahmu" Hiat-ji tertawa bangga


setelah yakin musuh telah "terbinasa".
Tanpa ragu-ragu lagi, dia terus melangkah menghampiri.
Inilah saat yang dinanti-nantikan The Go salurkan Iwekang
dia tahan derita kesakitan-nya.
Begitu Hiat-ji tiba dimuka ranjang, dia lalu loncat keatas
sembari pentang kedua lengannya untuk menjaring lawan
dengan kelambu.
Mimpipun tidak Hiat-ji kalau musuh yang sudah menderita
luka sedemikian hebatnya itu masih mempunyai ke kuatan
begitu dahsyat.
Hendak dia menghindar kesamping tapi sudah tak keburu.
Kepalanya kena kejaring dan secepat itu pula The Go segera
menindihinya.
Saat itu keadaan The Go mirip dengan seorang manusia
darah. Karena ditindihi, Hiat-jipun turut berlumuran darahnya.
Dengan hasil peyakinannya selama 20 tahun itu, walaupun
terluka parah tenaga The Go masih cukup dahsyat.
Hiat-ji merasa seperti ditindihi ribuan kati, seketika kakinya
lunglai dan kepalanya berkunang-kunang. Dia jatuh ngelumpruk
dihimpit tubuh The Go.
Ratusan pengawal itu sama hiruk pikuk, tapi karena
pemimpinnya kena diringkus, mereka tak berani mendekati.
The Go menarik napas lega, setelah menjapukan pancaran
matanya yang berkilat-kilat, dia kedengaran berseru: "Lekas

Heng Thian Siau To 333


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menjingkir semua! Lekas bawa kemari wanita yang tertawan


siang tadi, baru nanti kuampuni jiwa pemimpinmu ini!"
Kawanan pengawal itu sama berpandangan satu sama lain.
Tiada seorangpun yang berani berkutik. Memang The Go
sudah bertekad bulat, bila perlu akan sama-sama binasa dengan
Hiat-ji. Dahulu pemuda Ciam-bin-long-kun itu banyak sekali
bekerja membantu pemerintah Ceng. Tapi sejak kakinya buntung
dan menjembunyikan diri dipegunungan Sip-ban-tay-san, dia
telah insjaf akan kesesatarinya.
Selama dalam pertapaannya itu, tetap The Go
mengharapkan suatu kesempatan dimana dia bisa menebus
dosanya itu dengan jasa-jasa kepada negara.
Diketahuinya muda sekalipun usia Hiat-ji itu, namun sudah
sedemikian lihaynya. Apabila dia sudah makin dewasa, tentu
akan merupakan bahaya besar bagi perjuangan rakyat.
Mati-bersama-sama dengan anak itu, kiranya cukup
berharga sebagai sumbangsih baktinya kepada negara.
Dengan ketetapan itu, dia kerahkan seluruh kekuatan dan
berseru keras seraya hendak menindih remuk anak itu.
Dalam saat-saat maut hendak meregut jiwa Hiat-ji tiba-tiba
terdengarlah sebuah benda mengaum dan tahu-tahu The Go
rasakan tubuhnya lemas tak bertenaga lagi.
Ah, kiranya jalan darah jwan-hiat pada lambung kena
termakan sebuah senjata rahasia. Meniusul dengan itu, kawanan
penjaga sama gempar menjisih kesamping.
Seketika itu ruangan disitu terasa ada hawa panas meniup,
sehingga tenggorokan serasa kering. Sesosok tubuh kecil tampil
muncul.

Heng Thian Siau To 334


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Demi The Go melihat yang datang itu adalah Liat Hwat, dia
mengeluh dalam hati.
Jadi yang menutuk jalan darahnya tadi, tentulah si Liat Hwat
itu.
Bagaimanapun juga, kini nasibnya sudah dapat dibayangkan.
Saking gusarnya, The Go menjerit keras, mulutnya inenjembur
darah segar.
Sesaat itu Hiat-ji rasakan tindihan The Go agak kendor, maka
sekali meronta bangun dapatlah dia menjengkelit The Go ke
bawah.
Kini kedua suhu dan murid itu tertawa iblis melihati
korbannya.
"Cian-bin-long-kun The Go, kalau saat ini kugerakkan
tanganku, kau pasti akan jadi setan tanpa kepala lagi.
Tadi kumendapat keterangan bahwa pada 20 tahun yang
lampau, kau telah banyak membantu pada kerajaan Ceng.
Nah, kalau sekarang kau mau bekerja pada kerajaan lagi,
tentu akan kuobati lukamu itu" seru Liat Hwat dengan nada
melengking seperti anak kecil.
The Go sudah diambang pintu kematian.
Kalau dia berkeras membangkang, jiwanya pasti melayang.
Tak usah Liat Hwat turun tangan, cukup dibiarkan begitu
saja, dia akan sudah mati karena kehabisan darah.
Tapi kalau menjerah, berarti dia pulang kandang menjadi
kaki tangan pemerintah penjajah lagi. Namun The Go bukan

Heng Thian Siau To 335


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Cian-bin-long-kun kalau dia tak dapat memecahkan kesulitannya


itu dengan tiepat.
Setelah merenung sedienak, berserulah dia: "Baik, aku
menurut tawaranmu!"
Liat Hwat saling berpandangan dengan Hiat-ji, karena
terkejutnya.
Dalam pembicaraannya dengan beberapa orang persilatan
yang menjadi kaki tangan pemerintah Ceng tadi, Liat Hwat
mengetahui bahwa dahulu The Go itu seorang pembantu
kerajaan yang jempol.
Selain tinggi ilmusilatnya pun menjadi gudang otak dari
segala siasat yang lihay.
Diam-diam timbul keinginannia untuk mendapatkan The Go
lagi.
Menurut perhitungannya, hal itu baru terlaksana setelah
melalui jerih payah membujuknya. Maka bahwasanya selekas
dan semudah itu berbalik pikiran, sungguh diluar dugaan Liat
Hwat dan Hiat-ji.
Ketidak wajaran itu telah membuat Hiat-ji curiga dan
memperingatkan suhunya hendak berlaku hati-hati jangan
terkena tipu, "Kalau begitu, bunuh sajalah aku!" The Go
menghela napas.
Liat Hwat merenung sebentar lalu berseru: "Kalau kau
benar-benar hendak bekerja pada kerajaan, haruslah
mengangkat aku sebagai suhu!"
Tanpa banyak ini itu lagi The Go serentak berbangkit dan
menjurah dihadapan Liat Hwat seraya menjerukan "suhu".

Heng Thian Siau To 336


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Liat Hwat dan Hiat-ji kembali saling berpandangan, lalu


menolonginya bangun, menutuk jalan darah pundaknya untuk
menghentikan perdarahan.
Hiat-ji masih mengunjuk kecurigaan, tapi Liat Hwat segera
menegurnya dengan girang: "Hiat-ji, sejak sekarang kalian
berdua adalah suheng dan sute, ayo lekas kasih hormat!"
Hendak Hiat-ji memberitahukan kandungan hati kepada
sang suhu tapi oleh karena The Go berada disitu jadi tak leluasa.
Apa boleh buat diapun segera menjura memberi hormat
kepada The Go.
"Suheng kutahu kau tentu menyangsikan tindakanku
kembali keduli kerajaan.
Saat ini bukanlah waktunya untuk bersitegang leher
(ngotot), kelak kau tentu mengetahui sendiri bagaimana isi
hatiku!" kata The Go.
Tapi Hiat-ji hanya menyahut sekenanya saja, tak banyak
menaruh perhatian.
The Go menghela napas seraya meminta pada Liat Hwat
agar suka membebaskan Siao-lan. Oleh karena The Go banyak
berkata-kata, mukania menjadi pucat lesi.
"Liat Hwat memberi isyarat mata pada Hiat-ji untuk
mengambil Siao-lan sedang dia sendiri lalu menggotong The Go
keatas ranjang Tak berapa lama, datanglah Hiat-ji dengan
membawa Siao-lan.
Sejak ditawan, Siao-lan dijebluskan dalam tutupan dibawah
tanah.

Heng Thian Siau To 337


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ketika dibawa keluar Hiat-ji itu ia kira bakal dihukum mati.


Maka betapa girang dan terkejutnya demi ia diantarkan kepada
The Go.
Namun, tatkala dilihatnya sang suami mandi darah terluka
parah, hatinya gelisah bukan main.
"Engkoh Go," serunya sembari lari menghampiri.
"Siao-lan, lekas beri hormat pada suhu dan suheng dahulu,
aku masih ada lain-lain perkataan untukmu!"
Siao-lan hampir tak percaya apa yang didengarnya itu. "Ai,
adakah Ang Hwat cinjin tiba kemari?" ia menegas.
"Siao-lan, aku sudah kembali pada kerajaan Ceng lagi dan
mengangkat suhu pada Liat Hwat cousu, jago nomor satu dari
Tibet!" tenang-tenang saja The Go memberi keterangan.
Kali ini benar-benar Siao-lan terkejut sekali. "Engkoh Go,
bukan sekali dua kau mengatakan padaku hendak kembali
kejalan yang benar, mengapa kini kau mengangkat suhu pada
bangsa bhiksu siluman?"
"Kau seorang wanita, tahu apa!" bentak The Go dengan
wajah bengis," Liat Hwat cousu adalah orang nomor satu dari
Tibet, ilmunya hwat-hun-kang tiada tandingnya dikolong langit.
Beliau mendapat tugas berat dari kerajaan untuk mengamankan
daerah Kwiciu. Aku bisa diterima menjadi muridnya itulah suatu
berkah besar, mengapa kau omong tak keruan begitu?" .
Siao-lan tiada mempunyai sesuatu cita-cita apa-apa. Asal ia
tetap berdamping disisi sang suami, itulah sudah puas. Memang
sejak masih gadis sampai sekarang, ia cinta ke-pati2 dengan
Cian-bin-longkun itu. Buntung sekalipun pemuda itu, tetap ia

Heng Thian Siau To 338


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

terima dengan sepuluh jari. "Baiklah, apapun kehendakmu, aku


menurut saja.!"
"Siaio-lan, kau benar isteriku yang dengar kata," kata The Go
dengan wajah terang, "aku hendak tinggal disini untuk beberapa
waktu. Pertama untuk berobat dan kedua hendak minta
pengajaran lebih lanjut kepada suhu dan suheng. Kau boleh
pergi mencari Ing-ji untuk memberitahukan bahwa aku berada
disini!"
Baru Siao-lan mengiakan, Hiat-ji cepat-cepat menjela: "Nanti
dulu, kalian berdua lebih baik tinggal disini saya, untuk
sementara jangan pergi kemana-mana dulu!"
The Go tahu apa yang dikandung dalam hati Hiat-ji maka
dengan tertawa dia menjetujuinya. Memang Hiat-ji masih belum
yakin palsu tidaknya tindakan The Go itu.
Tadi oleh karena suhunya telah menerima The Go menjadi
murid, jadi diapun tak dapat berbuat apa-apa. Tindakan satu-
satunya, dia hendak mengenakan tahanan-rumah pada sepasang
suami isteri itu, dalam pada itu dia titahkan orang-orangnya
menjiarkan berita diluaran bahwa Cian-bintong-kun The Go kini
sudah kembali pada kerajaan Ceng lagi, menjabat kedudukan
sebagai taylwe wi-su (bayangkari). Kaum persilatan tentu
gempar dengan berita itu dan mempercayainya.
Dengan begitu man tak mau dia dapat memaksa The Go,
andaikata hanya siasat saja untuk benar-benar menakluk pada
kerajaan.
Liat Hwat cousu Mo Put-siu diam-diam menjetujui tindakan
muridnya yang tepat itu.

Heng Thian Siau To 339


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dia memberi beberapa butir pil kepada The Go,


menjediakan sebuah gedung besar untuk sepasang suami isteri
itu.
Begitulah sejak itu The Go dan Siao-lan menetap digedung
ti-hu tersebut.
––––––––––

BAGIAN 26
ILMU TALI CHENG-SI PENINGGALAN ANG SIAN LIHIAP

Sekarang mari kita jenguk keadaan The Ing yang disuruh


ayahnya tinggal digoa merawati Bek Lian itu.
Sepergi kedua orang tuanya, dia kembali masuk menjenguk
Bek Lian. Didapatinya pernapasan sisakit itu agak teratur baik.
Terkesiap menampak wajah Bek Lian yang cantik itu, diam-
diam ia merenung seorang diri: "Nona Bek sekarang sudah
berusia 40-an, namun masih sedemikian cantiknya.
Sewaktu mudanya, entah berapa jumlahnya pemuda yang
tergila-gila padanya. Tapi mengapa ia mengasingkan diri
ditempat begini? Adakah jelita semacam ia itu juga mengalami
kepatahan hati?
Tiba pada kesimpulan "patah hati", hatinya serasa tercekat
sendiri.
Terkenang ia akan hubungannya dengan Tong Ko yang
sedemikian mesra mengesankan. Tapi pemuda itu telah
mempunyai kekasih, maka naga-naganya ia tentu akan
menubruk bayangan kosong saja nantinya.

Heng Thian Siau To 340


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tio In, gadis pujaan Tong Ko itu, cantik dan menarik, apalagi
sudah lebih dahulu merebut hati Tong Ko. Benar sekarang ini
mereka berdua sedang retak hubungan, tapi ada satu hari salah
faham itu tentu akan dapat dijelaskan.
Untuk menjauhkan Tong Ko dari Tio In, satu-satunya jalan jalah
menambah lebar jurang keretakan itu. Tapi bagaimana ia hendak
melakukan "siasat itu?"
Gadis The Ing yang dilamun asmara itu, ingin sekali tumbuh
sayapnya agar dapat terbang ke Sip-ban-tay-san sana untuk
menjumpai Tong Ko.
Tapi ayahnya tadi telah melarang ia mengadakan pertemuan
dengan pemuda itu lagi. Entah berapa lama The Ing terbenam
dalam lamunannya itu, atau tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara
erangan dari Bek Lian yang berusaha hendak duduk. Tampak
wajah sisakit itu sudah banyak berobah baik. MaIah dengan rasa
heran. Bek Lian segera menanyainya kalau tadi ia diminumi obat
apa saja.
"Ya, dari ayahku.......baru mulutnya meluncurkan kata-kata
itu, serentak teringatlah The Ing akan pesan ayahnya tadi supaya
jangan mengatakan nama ayahnya itu dihadapan Bek Lian Maka
buru-buru ia menyusuli: "Seorang kenalan ayahku kebetulan
lewat disini dan memberikan 3 butir pil. Memang benar, kau kini
sudah banyak baikan nona Bek!"
"Ai........ kiranya kau masih mempunyai ayah, siapa
namanya? Dan siapa nama kenalan ayahmu itu?"
Dengan gelagapan tak lampias, The Ing menyahut
sembarangan saja.

Heng Thian Siau To 341


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sejak 20 tahun lamanya, baru sesaat itu hati Bek Lian


terharu dan berterima kasih atas ketekunan The Ing
merawatinya.
Sejak ia tinggalkan bayinya kepada mamahnya (Kiang Siang
Yan), ia segera mengembara jauh.
Rencananya hendak menjadi nikoh (rahib atau paderi
perempuan). Tapi kegoncangan hatinya akibat dikhianati
cintanya oleh The Go itu tetap berkesan, apalagi ia tak berhasil
mendapat seorang guru nikoh yang berilmu jadi setahun setelah
mencukur rambutnya, ia mengembara lagi didunia persilatan.
Belakangan disekitar Lo-hu-san, dalam sebuah goa rahasia
dibalik air terjun, ia berhasil menemukan tali cheng-si, jaring liok-
i-ong dan sebuah kitab pelajaran tiara menggunakan benda-
benda pusaka itu.
Tiada ditulis siapa-apa yang meninggalkan kitab itu, hanya
sedikit tulisan yang menyatakan dendam penasaran asmara yang
gagal.
Orang itu mengambili sarang laba-laba dan dianyamnya
menjadi tali cheng-si (tali asmara) yang istimewa beserta jaring
liok-i-ong (enam macam keinginan).
Barangsiapa. yang kesasar masuk dalam goa itu, apabila
mereka itu adalah sepasang pria wanita, pasti akan dipaksanya
menikah satu sama lain. Bek Lian turut terharu atas nasib siorang
tak dikenal yang malang itu.
Sejak itu ia ambil putusan menetap digoa situ, hingga
sampai belasan tahun lamanya. Oleh karena pelik letaknya,
maka kecuali Tong Ko, The Ing, Hiat-ji dan Tio In waktu hari tak
pernah ada orang yang kesasar masuk disitu.

Heng Thian Siau To 342


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Selesai belasan tahun bertapa itu, Bek Lian telah menjadi


seorang wanita yang berhati batu.
Tapi kini demi mengetahui jerih payah The Ing merawatinya
selama itu, tersentuhlah hati nuraninya. Ia duduk ber;sila untuk
melakukan latihan bernapas.
Keesokan harinya, ia merasa sakitnya lebih dari separoh
bagian sudah baik.
Ketika membuka mata, tampak olehnya The Ing berdiri
bersandar pada sebatang pohon, terlongong-lolong memandang
jauh kesebelah depan, sikapnya sebagai seorang yang tengah
melamun.
Bek Lian adalah seorang yang kenyang makan pahit getirnya
hubungan kaum muda mudi. Sekilas memandang, tahulah sudah
ia apa yang bersemajarn dalam hati The Ing itu.
Serentak ia berbangkit lalu menghampiri, serunya: "Nona
Ing, siapa yang kaupikirkan itu? Apakah dia juga memikirkan
padamu?"
The Ing terperanjat, mengapa Bek Lian dapat membaca isi
kalbunya.
Wajahnya tampak kemerah-merahan dan dengan kepala
menunduk, ia menghela napas dalam-dalam.
"Ah, tak usah kiranya kau menggadu hatimu sendiri.
Semua orang laki-laki didunia ini, tidak ada yang baik!" Bek
Lian menghiburinya.
"Bukan, dia tidak begitu!" bantah The Ing cepat-cepat.
"Dia, dia itu siapa?"

Heng Thian Siau To 343


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Yang kau hajar babak belur itulah!" sahut The Ing.


Bek Lian tertawa dingin, ujarnya: "Kalau benar dia itu
seorang baik, masakan dia tega tinggalkan kau seorang diri
didalam goa?!"
"Aku kenal padanya agak terlambat, sebelumnya dia sudah
saling menyinta dengan nona In, mengapa dia dipersalahkan?"
The Ing mengajukan pembelaan.
Bek Lian terkesiap. Teringat ia akan peristiwa dahulu.
Karena terpincut dengan kecantikannya (Bek Lian), maka
The Go telah tinggalkan Siao-lan.
la anggap, ucapan The Ing tadi memang beralasan.
"Jangan kluatir, kalau dia memang seorang pemuda yang
baik, aku akan berusaha agar dia mau menerima cintamu!" kata
Bek Lian.
Teringat akan pesan ayahnya, The Ing unjuk ketawa getir,
tak menyahut lagi. Berkata pula Bek Lian: "Sekarang ini kau tak
usah pikirkan yang tidak-tidak. Disini aman.
Aku hendak mengajar pelajaran tali cheng-si yang istimewa
itu kepadamu. Jangan meremehkan tali kecil itu, kalau sudah
dikembangkan, merupakan suatu permainan yang kaja dengan
gerak perubahan, melebihi dari permainan segala macam
senjata. Hanya sayang, jaring liok-i-ong itu sudah dirampas si
bhiksu siluman, kalau tidak tentu merupakan pasangan senjata
yang lebih sakti lagi!"
Habis berkata, Bek Lian lalu mengeluarkan segulung tali
cengsi. Baru kini The lng jelas betul, bagaimana bentuk tali
istimewa itu. Tali itu besarnya sama dengan selembar rambut
yang halus, warnanya merah gelap. Sekali pun gulungannya

Heng Thian Siau To 344


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

hanya sebesar kepelan tangan, tapi kalau diulur, tentu akan


beberapa li panjangnya.
"Karena ilmu permainannya hendak kuajarkan, maka
separoh bagian dari tali cheng-si inipun hendak kuberikan
padamu, nah, kau ikallah pada tanganmu!"
The Ing mengiakan. Setelah beberapa lamanya mengikal,
barulah ia beroleh separoh bagian. Bek Lian menyatakan sudah
cukup, suruh The Ing letakkan tali itu diatas tanah, lalu
dipijaknya dengan kaki. Ia mengambil sebuah batu, kemudian
bersama The Ing mulai menarik tali itu. Ho......, jangan
menjepelekan tali sehalus rambut itu, karena uletnya bukan
kepalang. Sampai-sampai kelima jari The Ing sakit sekali
dibuatnya, tetapi tali cheng-si tak mau putus. Setelah
mendapatkan tali itu tak dapat melar lagi, barulah Bek Lian mulai
menghantamnja dengan batu tadi.
Au........ jerit The Ing karena tak tahan kesakitan jarinya
akibat benturan batu itu.
Kini benar juga, tali itu telah putus. Berkata Bek Lian:
"Permainan tali ini, hanya terdiri dari 4 jurus, namun penuh
dengan gerak perubahan yang sukar diduga.
Bagi seorang achli Iwekang yang tinggi, dapatlah
menjalurkan Iwekangnya sampai satu li jauhnya, tapi orang
seperti aku ini, hanya dapat menjalurkan sepanjang empat lima
tombak, saja. Untuk melibat senjata musuh, tali ini paling boleh
diandalkan, coba lihatlah ini! lihatlah ini!"
Sir....., tali itu segera dilayangkan kearah sebatang pohon
empat lima tombak jauhnya. Sekali Bek Lian tarik tangannya,

Heng Thian Siau To 345


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sebuah dahan sebesar lengan orang, tertarik jatuh, Girang The


Ing tak terkira.
"Kalau Iwekangnya tinggi, dapatlah dibuat melukai lawan
pada jarak satu li jauhnya tanpa orang itu mengetahuinya.
Rasanya kedahsyatan ang-sian (tali merah) yang begitu
menggetarkan kalangan persilatan pada masa yang lampau itu,
tak lebih tak kurang hanya seperti inilah!" kata The Ing.
"Benar, kemungkinan besar tali cheng-si ini memang
peninggalan dari Ang Sian lihiap (pendekar wanita tali merah)
pada jaman Tong-tiau. Karena lihiap itu menggunakan tali yang
bersinar merah, maka orang lalu menggelarinya sebagai Ang-sian
lihiap!" sahut Bek Lian.
Pernah The Ing mendengar cerita tentang pendekar wanita
itu, yang ilmu kepandaiannya telah mencapai tingkatan tinggi.
Kalau begitu, ilmu permainan tali cheng-si yang walaupun hanya
terdiri dari 4 jurus itu, tentulah teramat saktinya. Ia ambil
putusan hendak mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.
Nama dari keempat jurus itu adalah begini: ham-ceng-meh-
meh (asmara meraju-raju), liang-cheng-siang-gwat (dua hati
saling berpadu), ceng-hay-seng-bo (gelombang lautan asmara)
dan ceng-ay-ho-sin (jangan percaya suara asmara).
Perhatikanlah, aku hendak mulai mengajarkan gerakan jurus-
jurus itu!" kata Bek Lian sembari mundur setombak' jauhnya.
Sir...., Sir...., sir...., tali dilontarkan sejauh 5 tombak, sekali tangan
menyentak maka tali itu lalu meluncur naik keatas.
Pada lain saat, tahu-tahu tubuh Bek, Lian seperti terbungkus
dengan sinar merah, bagaikan ratusan ekor ular halus panjang,
melingkar-lingkar naik turun.

Heng Thian Siau To 346


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Jangankan dapat melihat cara Bek Lian melakukan gerakan


itu, sedang untuk mengawasi jalannya tali itu saja, mata The Ing
sudah kabur.
Makin lama gerakan Bek Lian makin gencar.
Diatas udara tak henti-hentinya terdengar suara menderu
dan mendesis.
Pepohonan seluas satu tombak pesegi, sama berhamburan
rontok daunnya, batu-batu dan pasir terbang berhamburan.
Beberapa jenak kemudian, barulah Bek Lian sudahi
permainannya itu, serunya: "Empat jurus telah kumainkan
semua, apa kau sudah jelas?"
"Sedikitpun aku tak mengerti," sahut The Ing dengan
kemalu-maluan.
"Tak apa, nanti kalau kuulangi beberapa kali, kau tentu jelas.
Lebih dulu hendak kuterangkan padamu kunci rahasia gerakan
dari setiap jurusnia!" ,
The Ing mencatat didalam hati apa yang diuraikan oleh Bek
Lian itu. The Ing adalah keturunan seorang cerdas macam Cian-
bin-long-kun.
Jadi iapun mewarisi kecerdasan yang tak tercelah. Dalam
setengah jam saya, dapatlah sudah ia menghafalkan kunci
permainan itu.
Waktu Bek Lian bermain sekali lagi, kini baru ia jelas seluk
beluk gerakannya itu. Jurus ham-ceng-meh-meh, bergaya lincah
tangan dan serba indah. Kedua liang-cheng-siang-gwat, gencar
dahsyat macam taufan menderu.

Heng Thian Siau To 347


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tali cheng-si itu sebentar menjurut sebentar memanyang,


berlingkar-lingkar menjari ratusan lingkaran kecil.
Ceng-hay-seng-bo atau jurus ketiga, ujung tali itu melilit-lilit
bagaikan naga menari, keras buas.
Jurus penghabisan ceng-ay-ho-sin, mencapai klimaksnya.
Tarian tali yang melilit lingkar dengan buasnya itu tiba-tiba
menjadi jinak tak menderu-deru, namun sumber kesaktiannya
tiada habisnya.
The Ing terpesona melihat keindahan ilmu permainan yang
hanya terdiri dari 4 jurus itu.
Sehari suntuk ia tumpahkan perhatiannya untuk belajar, tapi
hanya dapat mempelajari jurus pertama. Itu saja masih banyak
kekurangan. la hanya dapat melontarkan sejauh satu tombak.
Berkat ketekunannya, dapatlah ia mengetahui letak rahasia
tiara melontarkannya. Malamnya ketika Bek Lian sudah tidur, ia
masih tetap berlatih sampai fajar. Ia hanya tidur beberapa jam
lalu berlatih jurus kedua.
Begitulah lewat beberapa hari kemudian, dapatlah ia
mempelajari keempat jurus
itu semua.
la dapat melontarkan
tali sampai satu setengah
tombak.
"Kini kau telah
memahaminya, untuk
mencapai kesempurnaan
hanya tergantung pada
latihan-latihan selanjutnya

Heng Thian Siau To 348


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

saja. Aku masih mempunyai urusan lama yang belum terhimpas.


Selama aku menjikap diri dalam goa, aku tak merasa apa-apa.
Tapi kini setelah berada diluar, kurasa urusan itu harus
kuselesaikan. Ayo, kau ikut aku mengembara!" kata Bek Lian.
Oleh karena tak mengetahui bahwa apa yang dimaksudkan
"urusan lama" itu mengenai diri ayahnya, The Ingpun
mengiakan.
Mereka berdua lalu turun dari gunung Lo-hu-san.
––––––––––

BAGIAN 27
TIO JIANG KERACUNAN . . . . . . DAN MENGAMUK

Kalau itu hari sudah mulai gelap. Tiba dibawah puncak Giok-
li-nia, mereka berhenti.
Terkenang akan peristiwa 20 tahun berselang dimana untuk
pertama kali berjumpa dengan Cian-bin-long-kun The Go, hati
Bek Lian serasa pilu.
Sebaliknya The Ing yang terkenang akan pertemuannya
dengan Tong Ko, juga ditempat itu, pun terlongong-lolong
seperti orang kehilangan semangat.
Mereka berdua tanpa berjanji, sama termenung
mengenangkan kejadian yang pernah mengambil tempat dalam
tachta hatinya.
Tiba-tiba dari atas puncak sana terdengar suara hiruk-pikuk
dari orang-orang yang sama membawa obor.

Heng Thian Siau To 349


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Diantara suara yang amat gempar itu. terdengar suara


teriakan seorang wanita: "Jiang suko, kau mengapa, Jiang suko,
itu saudara-saudara kita sendiri!"
Yang paling nyaring adalah gerungan sebuah suara yang
laksana guntur menyambar.
Dari nada teriakannya yang mengunjuk ke-marahan hebat
itu, orang itu memiliki Iwekang yang dalam.
Bek Lian tersentak kaget, wajahnya serentak berobah dan
lekas-lekas ajak The Ing tinggalkan tempat itu.
"Nona Bek, siapa lelaki dan perempuan yang berteriak-teriak
itu?" tanya The Ing.
"Siperempuan bernama Liau Yan-chiu, yang laki bernama Tio
Jiang!" sahuk Bek Lian dengan dingin.
The Ing terkesiap. Adanya ia dapat berjumpa dengan Tong
Ko adalah karena disuruh ayahnya (The Go) supaya datang
membantu usaha Siau-beng-siang Tio Jiang.
Tapi karena percaya akan cerita Tong Ko tentang tindakan
Tio Jiang yang kurang bijaksana itu, The Ing gusar dan tak jadi
pergi ke Giok-li-nia, jadi selama itu belum pernah ia melihat
bagaimana perwujudan Siau-beng-siang.
Sesaat timbullah hasratnya untuk menemui tokoh yang
namanya begitu agung dalam dunia pergerakan menentang
penjajah itu.
Ingin sekali ia mendamprat Tio Jiang atas tindakannya yang
begitu kejam memaksa Tong Ko loncat kedalam jurang.

Heng Thian Siau To 350


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

The Ing enggan pergi dan merontak dari cekalan Bek Lian,
serunya: "Aku hendak melihat bagaimana sebenarnya
perwujudan suami isteri Siau-beng-siang - Hui-lay-hong itu.
Nona Bek, kau.......", sembari berkata itu The Ing berpaling,
tapi untuk kekagetannya, ternyata Bek Lian sudah tak berada
disitu. Berulang-ulang ia meneriakinya, tetap tiada penyahutan.
Dalam pada itu, suara hiruk-pikuk diatas puntiak itu, makin lama
makin jelas menurun kearah kaki gunung. Jerit siwanita yang
meneriakkan "Jian, suko" itu, sedemikian nyaring dan gelisah.
The Ing. cukup faham akan watak Bek Lian yang aneh, maka
iapun tak kuatir lagi.
Tampak olehnya bagaimana rerotan obor itu sudah tiba
disitu.
Diantara ratusan orang-orang, ada seorang lelaki gagah
tengah mengamuk dengan membolang-balingkan sebatang
pedang pusaka.
Bagaikan seekor kerbau gila dia mengamuk kian kemari.
Kemana dia merangsang, disitu tentu terdengar jeritan
orang mengaduh kesakitan hebat.
Sementara wanita yang meneriaki "Jiang suko" itu, sebaya
umurnya dengan Bek Lian, dan juga mencekal sebatang pedang
pusaka.
Ia tampak gugup gelisah sekali, menghadang kesana,
mencegat kemari.
Terdorong oleh keinginan tahu apa yang telah terjadi itu,
The Ing maju menghampiri. Tampak ada seorang tua bertubuh

Heng Thian Siau To 351


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

pendek tampil kemuka dengan bersenjata sepasang sarung


tangan macam cakar.
Kelima jarinya, hampir setengah meter panjangnya.
"Saudara-saudara, jangan panik. Ki-toako, Kiau jiko, ayo kita
bertiga kepung dia!" serunya dengan lantang.
Suasana hiruk pikuk menjadi hening. Menyusul loncat
kemuka dua orang lelaki.
Yang satu membawa jwan-pian, yang satu sebatang kong-
cian. Mereka bertiga lalu pecah diri menjadi segi tiga.
Tapi seketika itu juga, siorang kalap tadi segera menyerang
orang yang mencekal senjata kong-cian itu.
Bagi The Ing, karena wajah wanita yang berteriak-teriak
"Jiang suko" itu mirip dengan Tio In, maka ia menduganya kalau
Hui-lay-hong Yan-chiu, sedang si pengamuk itu tentulah Siau-
beng-siang Tio Jiang.
la tak tahu bahwa ketiga orang lainnya itu adalah Siang-eng
Ko Thay, Ki Ce-tiong dan Kiau To.
"Ki toako, hati-hatilah dia gunakan jurus ceng-wi-tian-hay
untuk menyerang kebawah," Yan-chiu meneriaki Ki Ce-tiong
yang hendak diserang Tio Jiang itu.
Sebenarnya Ki Ce-tiong dan kawan-kawan sudah hendak
masuk tidur, karena kala itupun sudah tengah malam. Tapi tiba-
tiba mereka dikejutkan oleh suara orang menggerung keras
disusul dengan ajeritan ngeri. Bergegas-gegas, mereka sama
memburu keluar dan dilihatnya Tay-keng berlumuran darah
bahunya lari pontang panting. Dibelakangnya mengejar Tio Jiang

Heng Thian Siau To 352


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dengan pedang terhunus. Sedang dibelakangnya, tampak Yan-


chiu berteriakteriak memanggil "Jiang suko...., Jiang suko.....".
Semua orang sama mengira kalau Tay-keng kesalahan besar
terhadap ayahnya hingga dihajar. Tapi bagi Ki Ce-tiong, Kiau To,
Ko Thay dan kawan-kawan cukup tahu bahwa sekalipun Tio Jiang
bersikap bengis terhadap puteranya, namun tetap tak tega
untuk membunuh puteranya itu.
Cepat-cepat mereka menolongi Taykeng dan melerainya:
"Segala apa boleh dirunding, mengapa ayah dan anak......."
Baru mulut orang itu hendak mengatakan "saling berkelahi",
atau, ujung pedang Tio Jiang cepat menusuk kedadanya. Orang
itu adalah seorang tokoh dari Holam yang baru saja datang ke
Lo-hu-san untuk menggabungkan diri. Dia tak menyangka sama
sekali kalau bakal mendapat serangan yang secepat itu
datangnya, Au....... rubuhlah dia tak bernyawa lagi!
Kaget semua orang bukan kepalang. Pedang kuan-wi-kiamm
itu adalah sebuah pusaka yang dapat memapas kutung segala
macam logam, ditambah dengan ilmu pedang to-hay-kiam-hwat
yang termasjhur itu, menjadikan Tio Jiang seekor harimau yang
menggasak kawanan kambing.
Dalam lain kejap, kembali ada 5 orang yang terluka, salah
seorang dari mereka adalah cecu no. 9 dari markas Hoasan.
Kini gegerlah semua orang. Bagaikan dikejar setan, mereka
sama lari turun kebawah gunung. Namun Tio Jiang tetap
mengubernya.
Demikianlah setiba dikaki gunung, kepanikan itu dapat
dibikin sirap setelah Sin-eng Ko Thay ajak Kiau To dan Ki Ce-tiong
untuk mengepung sikalap itu.

Heng Thian Siau To 353


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tapi akibat bekerjanya racun hong-sin-san yang ganas, Tio


Jiang sudah lupa diri sama sekali. Sampaikan Yan-chiu dia sudah
tak ingat siapa lagi. Dalam pandangannya, setiap orang itu
adalah setan muka hijau yang bercaling, mereka harus dibasmi
semua.
Tak menghiraukan lagi adakah ketiga tokoh itu tergolong
cianpwe, Tio Jiang segera menyerang dengan gerak ceng-wi-
tiam-hay kearah Ki Ce-tiong: Atas peringatan Yan-ciu tadi, Ki Ce-
tiong cepat memutar kongciannya untuk melindungi seluruh
tubuhnya.
Tapi secepat itu pula, Tio Jiang robah gerakannya menjadi
boan-thiau-kok-hay, trang....... sebilah benda hitam terlepas dari
tangan Ki Cetiong.
Senjata kong-cian itu terbuat dari baja murni yang beratnya
tak kurang dari 70-an kati. Tapi terhadap kuan-wi-kiam,
amblaslah kutung menjadi dua.
Ki Ce-tiong sebat sekali menghindar kesamping, tapi tak
urung pundaknya kena dimakan ujung kuan-wi-kiam juga.
Dari kanan dan kiri Kiau To dan Ko Thay cepat merangsang.
Sarung cakar Ko Thay itu dengan disaluri Iwekang menerkam
bahu Tio Jiang, sedang Kiau To dalam jurus sim-ji-cek-keng,
menjapu kaki Tio Jiang.
Tapi oleh karena mereka berdua belum jelas duduk
perkaranya, mereka sudah tak mau menyerang dibagian yang
berbahaya.
Tapi tidak demikian dengan Tio Jiang yang sudah lupa
daratan itu.

Heng Thian Siau To 354


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Secepatnya dia membalik tubuh, segera dia lancarkan dua


buah serangan yang ganas. Terlebih dahulu dia kalau Ko Thay
mundur, lalu dengan jurus hay-siang-tiau-go, dia hantam kepala
Kiau To.
Bermula Kiau To gembira begitu kaki Tio Jiang tergaet jwan-
pian, tentulah mudahlah untuk menariknya jatuh.
Tapi waktu dia menariknya, ternyata sepasang kaki Tio Jiang
itu bagaikan tumbuh akarnya masuk kedalam tanah.
Hendak dia kerahkan tenaga untuk menariknya lagi tapi
pada saat itu kepalanya terasa tersambar deru angin.
Waktu mendongak, semangatnya serasa terbang. Kuan-wi-
kiam dengan cahayanya yang hijau kemilau, sudah berada dua
tiga puluh senti jauhnya dari mukanya. Celaka, mati aku!
Demikian Kiau To sudah pejamkan mata menunggu ajalnja.
Tring........, berbareng dengan terdengarnya benturan
senjata, mukanya terasa sakit kena muncratan apinya.
Namun dia insjaf bahwa dirinya tertolong, sebat sekali dia
segera loncat kesamping.
Ketika mengawasi, kiranya yang menolong merebut jiwanya
dari tangan Tio Jiang tadi, bukan lain Yan-chiu adanya.
Ya, memang hanya Yan-chiu dengan pedang yap-kun-
kiamnja yang dapat menahan babatan kuan-wi-kiam itu.
Andaikata lain senjata, tetap muka Kiau To akan terbelah
menjadi dua.
"Siao Chiu....., Siao Chiul....." seru Kiau To meneriaki Yan-
chiu dengan cemasnya, Kiau To kenal Yan-chiu sedari ia masih.

Heng Thian Siau To 355


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Umur l7-an tahun, Sampai sekarang dia tetap memanggilnja Siao


Chiu (Chiu kecil).
"Aku tak jeri padanya, dengan kupunya hoan-kiang-kiam-
hwat, tak nanti Jiang suko dapat melukai akul" sahut Yau-chiu.
Memang benarlah kiranya.
Tiga kali Tio Jiang lancarkan serangan, tapi kesemuanya. itu
dapat dihindar oleh isterinya dengan tepatnya.
Malah Yan-chiu merapat kedekat sang suami.
Sebenarnya to-hay-kiam-hwat dan hoan-kiang-kiam-hwat
itu, merupakan sepasang ilmu pedang suami isteri.
Kalau bersatu padu menyerang musuh, hebatnya bukan
tertara.
Tapi kalau untuk berkelahi saling gasak sendiri, tiada yang
kalah atau menang alias serie. Maka Yan-chiu pun tak gentar
menghadapi amukan suaminya.
Ketika rapat kedekat Tio Jiang, tampak oleh Yan-chiu urat-
urat pada muka suaminya sama menonjol besar-besar, matanya
tak berkesiap, biji matanya bagian yang putih penuh dengan
urat-urat merah.
Sudah lebih 20 tahun lamanya Yan-rchiu menjadi isteri Tio
Jiang, tapi belum pernah selama itu dia menampak wajah
suaminya sedemikian buas menakutkan itu.
Dalam pedihnya, ia mengeluh: "Jiang suko, kau............ !"
Saking sedihnya, Yan-chiu tak dapat melanjutkan kata-
katanya. Sekalian orang sama mencemaskan keadaan Yan-chiu,
Pedang Tio Jiang tetap tak berkurang kedahsyatannya, sedikit

Heng Thian Siau To 356


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

lengah saja Yan-chiu pasti celaka. Dalam pada itu mereka saling
tanya menanya, apakah yang sebenarnya terjadi dengan Tio
Jiang itu. Tio In yang melihat ayah bundanya saling bertempur
dengan gigihnya itu, gelisah bukan kepalang. Tapi ia tak tahu,
cara bagaimana dapat melerai mereka itu.
Tak dapat lekas-lekas merobohkan lawan, Tio Jiang menjadi
makin beringas.
Dengan menggerung keras, dia gerakkan tangan kiri untuk
menghantam dada "musuh" nya itu. Dalam kagetnya, Yan-chiu
cepat miring kesamping, tapi tak urung, pundaknya kena
terhantam.
Tio Jiang yang sekarang jauh berbeda dengan Tio Jiang 20
tahun yang lalu dimana dia belum menjadi pemimpin Lo-hu-san
dengan gelar Siau-beng-siang itu.
Apalagi minum obat hong-sin-san, wah, tenaganya menjadi
berlipat ganda saktinya.
Yan-chiu rasakan tulang pundaknya patah, serta menderita
luka dalam yang tak ringan. la terhuyung kebelakang sampai
beberapa langkah, sambatan angin dari pukulan Tio Jiang yang
berikut-nya segera menyusul.
Sebenarnya dapat Yan-chiu mengelakkan diri dari serangan
fatal itu, tapi karena ia mengira Tio Jiang hanya sedang
dirangsang oleh hawa kemarahannya, ia malah maju
menyongsong seraya menangis: "Jiang suko!"
Pukulan kedua dari Tio Jiang, lebih hebat dari yang pertama.
Dapat dibayangkan Yan-chiu pasti akan binasa karenanya.
Tapi pada saat-saat segenting itu, tiba-tiba melayanglah
datang sesosok bayangan hitam.

Heng Thian Siau To 357


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tio Jiang cepat tarik pulang tangannya tadi, begitu bayangan


hitam itu melayang dekat, segera dia sambut dengan hantaman
dahsyat.
Siapakah gerangan bayangan hitam itu? Ternyata dia bukan
lain jalah Sin-eng Ko Thay.
Si Garuda sakti ini, enjot tubuhnya menyambar pundak Yan-
chiu, justeru yang disambar itu pundaknya yang terluka tadi,
maka sekali menjerit rubuhlah Yan-chiu tak ingat orang lagi.
Memang itulah yang dikehendaki Ko Thay. Begitu orang
sudah pingsan tentu tak dapat meronta dan dengan sigapnya dia
segera lemparkan tubuh Yan-chiu kesamping seraya berseru:
"Saudara, sambutlah ia!"
Dua orang gagah cepat maju menyanggapi tubuh Yan-chiu.
Dengan cemasnya buru-buru Tio In menghampiri mamahnya
"Mah, bagaimana keadaanmu?"
Yan-chiu paksakan membuka mata seraya menyahut dengan
suara terputus-putus: "Jangan........ hiraukan.......aku......
ayahmu.......". Yan-chiu tak dapat lanjutkan kata-katanya lagi,
karena napasnya serasa memburu keras.
Kalau dahulu ia tak pernah memakan mustika kuning dalam
batu, mungkin saat itu ia dkan sudah bertamasja keakhirat.
Tio In bercucuran pir matanya.
Sewaktu: berpaling kesebelah sana, dilihatnya Sin-eng Ko
Thay menderita kesakitan hebat. Tadi karena melemparkan
tubuh Yan-chiu, dia agak berajal sedikit. Sekalipun dengan
sebatnya dia coba menghindar dari pukulan Tio Jiang yang ketiga

Heng Thian Siau To 358


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

itu, namun tak urung ketika sudah berdiri jejak disebelah sama,
dia muntah darah.
Begitulah dalam beberapa kejap saya, tiga tokoh lihay: Kiau
To, Ko Thay dan Yan-chiu, terlupa semua.
Sekalian orang menjadi panik lagi. Tapi Ki-Ce-tiong cepat
mengangkat kong-cian berseru nyaring: "Saudara-saudara. Siau-
beng-siang Tio Jiang tentu kena dicelakai orang. Kita tak boleh
panik, kalau panik itu berarti termakan siasat musuh. Lekas
selidiki barangkali ada orang asing disini!"
Selama menjaksikan pengamukan itu, The Ing terpikat sekali
akan permainan pedang Tio Jiang yang sedemikian hebatnya itu.
Ia baru gelagapan ketika Ki-Ce-tiong mengucapkan
perintahnya yang terakhir itu. Kalau sampal ketahuan, bukankah
dirinya bakal celaka nanti.
Buru-buru ia hendak menyelinap kesamping, tapi padat saat
itu ada 3 orang datang menghapiri kedekatnya. dengan
membawa obor.
"Hai, budak perempuan, kau datang dari mana ini?" tegur
mereka.
Tampak oleh The Ing bahwa ketiga orang itu sama tegap-
tegap perawakannya.
Pikir The ing tak berguna untuk memberi penjeIasan pada
orang-orang kasar macam begitu. Maka dengan deliki, mata, ia
mendamprat: "Peduli apa dengan kamu?!"
Ketiga orang itu sama terbelalak. Tapi pada lain saat mereka
segera berteriak keras-keras: "Ki toako, inilah orang yang
mencelakai Siang-beng-siang!"

Heng Thian Siau To 359


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ki Ce-tiong cepat menjuruh 3 orang ko-chiu (jago lihay)


untuk inembekuk hidup2an nona itu.
Bukan kepalang marah The Ing karena dituduh mencelakai
Tio Jiang itu.
"Kentut busukl" dampratnya seraya lontarkan tali cheng-si
kearah ketiga orang itu.
Mereka bertiga segera rasakan kepala, muka, kaki dan
tangan seperti disajat pisau silet, sakitnya jangan ditanya. Yang
membuat ketiga jago itu marah bukan terkira, jalah mereka tak
tahu sama sekali senjata apa yang digunakan oleh sinona untuk
melukainya itu.
"Budak hina, kau berani melukai orangl" mereka berteriak
dengan kalap terus hendak merangsang maju. Tapi saat itu Ki Ce-
tiong keburu datang mencegahnya.
Sejenak mengawasi, dapatkan orang asing itu adalah
seorang nona cantik yang menggenggam semacam senjata aneh,
yakni segulung benang merah yang halusnya sama dengan
rambut kepala. Dia tak kenal siapa, nona itu, maka ditegurnya
dan ditanyainya nama dan maksud kedatangan The Ing ke Lo-hu-
san situ.
Mendengar kisah Tong Ko, The Ing sudah mempunyai
purbasangka terhadap orang-orang Lo-hu-san yang dianggapnya
bangsa kasar yang bo-ceng-li (tiada aturan).
Tuduhan yang dilancar oleh ketiga orang kepadanya tadi,
makin menambah besar rasa antipathinya.
"Apakah ada larangan bagi orang yang datang ketempat
seluas Lo-hu-san ini?

Heng Thian Siau To 360


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Adakah orang harus memberitahukan nama dan maksudnya


dahulu baru boleh datang kemari?" sahutnya dengan tajam.
Ki Ce-tiong terkesiap atas tajamnja mulut sinona itu.
Tapi karena urusan itu amat penting, jadi dia tak mau
mengalah juga.
"Sewaktu Siau-beng-siang tiba-tiba menjadi kalap, kau
justeru berada disini. Adakah itu kurang pantas, kalau aku
bertanya padamu?"
The Ing tertawa menghina, balasnya: "Ucapan yang tekebur!
Kalau aku tak menghiraukan, kau mau apa?"
Saat itu Kiau To yang terluka pundaknya tadi, datang juga
melihat ramai-ramai itu.
Dia adalah seorang berangasan yang beradat keras.
Mendengar penyahutan The Ing yang memanaskan telinga itu,
tanpa banyak kata lagi, dia terus ulurkan kelima jarinya untuk
mencengkeram bahu The Ing.
Itulah gerak oh-liong-tham-jiau (naga hitam menjulurkan
cakarnya), salah satu jurus yang terlihay dari ilmu cengkeram
toh-beng-cap-jit-jian (17 cengkeraman maut).
Melihat kekurang ajaran orang itu, The Ing makin gusar.
Secepatnya menghindar kesamping, dengan jari tengah dan
manis, ia jemput tali cheng-si. Setelah diputar-putar menjadi
beberapa lingkaran merah, terus dilontarkan kemuka.
Kalau lain orang mungkin akan memandang remeh pada tali
ceng-si yang sebesar rambut itu. Tapi Kiau To benar orangnya
berangasan, namun dalam ilmusilat, dia juga mempunyal
pengetahuan yang luas. Dalam ilmu permainan ruyung liok-kin-

Heng Thian Siau To 361


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

pian-hwat yang diterimanya dari sang suhu Tay Siang siansu,


juga terdapat gerakan2 istimewa yang sukar diduga orang.
Melihat gaja melayangnya tall cheng-si itu, dia terkejut juga.
Itulah suatu per-mainan yang tak dibawah liok-kin-pian-
hwatnya.. Cepat dia enjot kakinya loncat rmundur.
Jurus yang digunakan oleh The Ing itu, adalah jurus ceng-ay-
ho-sin.
Begitu lawan menghindar kebelakang, cepat iapun turunkan
tangan kebawah berganti jurus ham-ceng-meh-meh. Lingkaran
tali cheng-si itu tiba-tiba menurun ketanah.
Begitu tiba didekat Kiau To, The Ing berganti lagi dengan
jurus ceng-hay-seng-bo.
Tahu-tahu lingkaran tali itu melayang keatas lagi.
Dalam kagetnya Kiau To buru-buru menghindar lagi, tapi
sesaat itu betisnya terasa terikat kencang untuk kemudian
diseret kemuka.
Untuk kesekian kalinya Kiau To terperanjat lagi, bahkan kali
ini serasa terbang semangatnya. Dengan menggerung keras, dia
salurkan kekuatannya kebawah untuk gunakan gerak cian-hin-tui
(tindihan seribu kati). Berpuluh tahun dia meyakinkan gerak cin-
kin-tui itu, sehingga kedua kakinya itu seolah-olah terpancar
kedalam bumi saja.
Tapi karena The Ing menarik, maka akibatnya betis Kiau To
itu seperti disajat pisau silet, sakitnya jangan dikata lagi.
Saking marahnya, Kiau To menjabet dengan jwan-pian
kearah tali ceng-si.

Heng Thian Siau To 362


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ini suatu kekeliruan lagi. Kalau dia tak begitu buru-buru


hendak menapas kutung tali cheng-si itu, mungkin saat itu Ki Ce-
tiong akan maju menyerang The Ing.
Karena diserang itu, The Ingpun tentu akan kendorkan
gubatannya untuk menghadapi Ki Ce-tiong. Tapi karena dia (Kiau
To) telah menghantamnya, bukannya tali itu putus, sebaliknya
malah menambahkana daya tarik The Ing.
Seketika itu, betis kirinya yang tergubat tali ceng-si,
kelihatan tertarik kemuka beberapa inci.
The Ing tak sia-siakan kesempatan itu. Liang-cheng-siang-
gwat dan ceng-hay-seng-bo, sekali gus dilantarkan berturut-
turut.
Bluk......, dihadapan sekian banyak orang gagah dari Lo-hu-
san, Kiau To siberangasan yang pernah menjabat pemimpin
nomor dua dari Thian Te Hui itu, terjerembab jatuh mencium
tanah. Hinaan itu cukup meledakkan dada Kiau To.
Dan memangnya The Ing itu agak keliwatan juga. Baru orang
tengel-tengel bangun, atau ia sudah imbuhi Iagi dengan gerak
ham-ceng-meh-meh. Tali cheng-si berkeliaran merubung
kemuka Kiau To.
Pipi kiri siberangasan itu segera timbul 3 buah bengkak
merah. Kini baru The Ing puas.
Menarik pulang talinya, ia tertawa mengejek: "Ho...., kukira
kawanan hohan dari Lo-hu-san itu lihay-lihay, sehingga main
gertak pada setiap orang yang datang pesiar ke Lo-hu-san sini.
Tak tahunya kalau mereka itu adalah bangsa kantong nasi
belaka!"

Heng Thian Siau To 363


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Adanya The Ing mengobral olok-oloknya itu, bukan karena ia


dituduh mencelakai Tio Jiang tadi, tapi karena teringat akan
pengalaman Tong Ko yang pernah dipaksa bunuh diri oleh orang-
orang Lohu-san. Maka ia hendak balaskan sakit hati pemuda
yang dikasihinya itu.
Pada saat itu, Kiau To pun sudah bangun berdiri, dengan
wajah beriagas dia hendak menyerang lagi, tapi berbareng
dengan itu Tio In pun sudah mendahului berseru: "Jangan
lepaskan ia, ia sekaum dengan Tong Ko!"
Atas seruan Tio In, tertumpahlah amarah sekalian orang
kepada The Ing.
Para orang gagah yang berkumpul di Lo-hu-san itu, adaIah
patriot-patriot yang menentang penjajah Ceng.
Mereka tinggalkan rumah dan kekajaannya untuk
menggabungkan diri ke Lo-husan.
Kebencian mereka terhadap pemerintah Ceng dan segala
antek-anteknya, meluap-luaplah sekali. Dalam anggapan
mereka, Tong Ko itu adalah salah seorang kaki tangan penjajah
Ceng. Putera bungsu dari Tio Jiang, mereka tuduh Tong Ko yang
membunuhnya. Maka kalau The Ing itu kawan Tong Ko, itu harus
dihajar.
Berpuluh orang gagah-gagah segera mengepung The Ing
dengan senjata terhunus.
Dari cahaya obor, The Ing seram juga melihat wajah orang-
orang itu sama beringas seolah-olah hendak meminum
darahnya. Cepat ia pasang kuda-kuda, siap menunggu setiap
serangan. Tapi sampai sekian lama, tiada seorangpun yang mulai
bergerak.

Heng Thian Siau To 364


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Paman sekalian, ayah terang ia yang mencelakai, mengapa


tak lekas-lekas menghajar-nya?" seru Tio In sembari terus
memberi contoh maju menyerang dengan jurus kiang-sim-poh-
lou.
The Ing berlaku tenang, sedang Tio In tampak bernapsu,
apalagi jurus itu tak seberapa hebatnya. Baru orang hendak
bergerak, The lng telah mendahuluinya dengan sebuah sabatan
ceng-hay-seng-bo.
Seketika itu tangan Tio In terasa sakit sekali, tring.......
pedangnya jatuh ketanah. The Ing tertawa dingin, begitu
tangannya bergerak, ia libat pedang orang dengan tali cheng-si
terus disentak keatas udara.
Ditingkah cahaya obor, pedang itu bagaikan sebuah meteor
jatuh. Tio In kesima seperti patung.
"Nona Tio, taruh kata aku benar sekaum dengan Tong Ko,
toh belum tentu tergolong orang jahat. Bukantah kau sendiri
menjadi gadis pujaan Tong Ko?"
The Ing tertawa lag!
Serangan ini lebih tajam rasanya dari tali cheng-si itu.
Dada Tio In penuh sesak, matanya berkunang-kunang,
hampir-hampir ia rubuh coba tidak Kiau To buru-buru
memapahnya "Lekas katakan, kau apakan Siau-beng-siang Tio
Jiang itu?
Kalau Siau-beng-siang bisa sembuh, kita tentu ada
pertimbangan yang adil, jiwamu tetap terpelihara!" seru
siberangasan itu.
The Ing tertawa ter-kial2, serunya: "Garang benar!

Heng Thian Siau To 365


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ya, memang aku kawan Tong Ko, kalau mau andalkan


jumlah banyak, ayo kalian boleh maju semual"
Jalan menggabung diri kedalam perserikatan Lo-husan, telah
tertutup untuk The Ing. Dia benci akan kelakuan bo-ceng-li dari
orang-orang Lo-hu-san, sebaliknya orang Lo-hu-sanpun keliru
menyangkanya sebagai kaki tangan Ceng.
"Harap saudara-saudara mundur, biar kuminta pengajaran
darinya beberapa jurus! "sahut Kiau To atas tantangan The Ing.
Setelah mendorong Tio In kesamping, lalu mainkan jwan-
pian sebagai tanda siap bertempur.
Memang The Ing sudah menduga-bakal menghadapi
pertempu-an berat.
Asal kali ini ia dapat mengatasi Kiau To, mudahlah untuk
lolos dari situ. Tapi baru ia hendak gerakkan talinya, tiba-tiba
orang banyak sama hiruk-pikuk lagi menjisih kesamping. Kiau To
menengoh kebelakang dan didapatinya Siau-beng-siang
mengamuk kesitu. Beberapa ko-chiu yang mengepungnya tadi,
kena dilukai semua.
Orang-orang sama menyisih tadi, karena gentar melihat
tandangnya.
Hati Kiau To seperti diremas.
Benar tadi ia bentrok dengan Tio Jiang karena urusan Go
Sam-kui, tapi tali persaudaraan yang di pupuknya sejak berpuluh
tahun itu, telah menganggap Tio Jiang itu seperti saudara
sendiri, Apa boleh buat, ia tinggalkan The Ing dulu untuk
menghadang Siau-beng-siang.
Tapi berbareng pada saat itu terdengarlah seseorang
berseru keras: "Kiau loji, kasih aku yang melayaninya!"

Heng Thian Siau To 366


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ketika semua mata memandang kepada orang itu, ternyata


dia seorang lelaki berusid 50 tahun lebih, mencekal sebatang
pikulan, sikapnya seperti orang tukang cari kayu digunung.
Ho...., itulah si Hoa-san-kiau-cu Ma Cap-jit.
Ilmu permainan pikulannya itu, berasal dari salah seorang
gagah dari perserikatan Liang-san yang bernama Long-cu Yan-
ceng.
"Cap-jit-ko, hati-hatilah! seru Kiau To.
Ma Cap-jit mengiakan, lalu menyongsong maju.
Bluk....., untuk pertama kali Tio Jiang rubuh mencium tanah.
Tio Jiang menggerung keras, begitu, loncat bangun dia terus
merangsang Ma Cap-jit.
Tapi Hoa-san-kiau-cu itu tak menjadi gugup. Begitu dia
menghindar kesamping, pikulannya disodokkan kebawah.
Tio Jiang hendak membabatnya, tapi secepat kilat Ma Cap-jit
kaitkan pikulan dan blug......, lagi-lagi Tio Jiang jatuh meloso.
Tio Jiang yang sudah tak ingat siapa-apa lagi, makin
beringas. Dia loncat tinggi keatas, Magi masih diudara dia bolang
balingkan pedangnya dalam jurus boan-thian-kok-hay, hay-siang-
tiau-go dan ceng-wi-tiam-hay.
Bagaikan gunung pedang, roboh kearah kepala Ma Cap-jit.
Keistimewaan ilmu pikulan Hoa-san-kiau-cu itu jalah kalau
lawan berada dibawah.
Atas serangan dari udara itu, betul-betul dia menjadi gugup.
Apa boleh buat terpaksa ia tangkiskan pikulannia keatas. Saat-
saat itu sangat menggelisahkan sekali. Kalau pedang Siau-beng-

Heng Thian Siau To 367


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

siang tiba, tak ampun pikulan akan terpapas kutung dan Ma Cap-
citpun tentu celaka.
Untung seketika itu, dari empat jurusan segera meluncur
bantuan berupa bermacam-macam senjata rahasia.
Diantaranya yang paling hebat adalah senjata pelor yang
dilepas oleh Sin-tan Gong Lian, seorang sahabat Sin-thok Ih Liok
yang baru saja setahun yang lalu datang ke Lo-hu-san. Jago yang
berasal dari Shoatang itu seorang achli Panah pelor.
Wut..., wut..., wut..., 8 butir pelor menghujani Siau-beng-
siang.
Orang yang meminum hong-sin-san, walaupun pikirannya sudah
kabur, tapi ilmu silatnya tetap tak terpengaruh.
Tio Jiang putar pedangnya untuk menghalau hujan senjata
rahasia itu. Berturut-turut terdengar suara gemerincing dari
benda logam yang tersampok jatuh.
Siau-beng-biang telah dapat menjapu bersih semua senjata
rahasia itu. Salah sebuah pelor darl Sin-tan Gong Lian telah
mengenai punggung pedang Tio Jiang, tring....., pelor itu mental
kelain arah dan menimpah pundak kawan sendiri.
Pedang Tio Jiang masih berputar, tring...., pikulan Ma Cap-jit
terbabat kutung ujungnya. Membarengi itu, Tio Jiang hendak
teruskan menabas lawannya.
Melihat itu Gong Lian lepaskan lagi 8 buah pelor untuk
menghalang-halanginya.
Sebenarnya kalau semua orang gagah itu maju mengerojok, Tio
Jiang pasti keok. Tapi yang sulit, tiada seorangpun yang tega
untuk melukai Tio Jiang.

Heng Thian Siau To 368


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Mereka tahu, kelakuan Tio Jiang itu bukan atas kehendaknya


sendiri.
Ada belasan orang yang maju lagi, tapi itu hanya penundaan
sementara waktu saya, karena tak lama kemudian kembali
orang-orang itu kena dihajar kocar-kacir oleh Siau-beng-siang.
Kiau To makin gelisah. Satu-satunya jalan untuk menolong
Siau-beng-siang jalah harus meringkus The Ing.
Tapi baru dia hendak bergerak maju, tiba-tiba muncullah
Yan-chiu dipapah oleh dua orang wanita. "Ki toako....., Kiau
jiko....., kulihat Jiang suko itu macamnja seperti orang minum
hong-sing-san!" seru Yan-chiu.
Kiau To seperti orang disadarkan. Memang ketika Kui-ing-cu
kalap dibiara Ang Hun Kiong dahulu, tingkah lakunya seperti Tio
Jiang sekarang. Itu waktu beruntung mendapatkan obat
penawarnya yang tersimpan ditubuh Ti-an Bik-san. "Siao Chiu,
apakah obatnya Kui-ing-cu itu masih ada?".
"Ini harus ditanyakan padanya sendiri. Dia bersama Thaysan
sin-thok membuka warung minuman dikaki gunung sana. Lekas
suruh orang memanggilnja!" sahut Yan-chiu.
"Biar kupergi sendiri!" kata Kiau To terus ajunkan langkah.
"Hai, bagaimana, apa tak jadi minta pengajaran dari aku?"
tegur The Ing.
Kiau To berhenti, tapi dia hanya mendengus sebentar lalu
lari kebawah gunung.
Melihat bahwa untuk sementara ini suaminya dapat dibatasi
oleh kepungan orang-orang gagah, Yan-chiu lalu arahkan
perhatiannya kepada The Ing. Setelah mengawasi beberapa

Heng Thian Siau To 369


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

jenak, bertanyalah ia "Siapakah nama nova yang mulia?


Suamiku tiada mempunyal dendaman padamu, mengapa kau
aniaja dia?"
"Namaku tidak mulia, sederhana saja yakni The Ing.
Memang aku tak mendendam apa-apa terhadap Siau-beng-
siang, juga tak mencelakainya. Adalah orang-orangmu itu sendiri
yang menuduh serampangan saja!"
Yan-chiu mendapat kesan bahwa nona itu mirip dengan
seseorang yang dikenalnja.
Waktu mendengar nona itu orang she The, wajahnya segera
berobah pucat, tanyanya dengan tandas : "Entah siapakah ayah
nona ini?"
The Ing terkesiap. Ayahnya pesan jangan ia mengatakan
nama ayahnya itu kepada Bek Lian tapi tidak apa-apa kalau
kepada orang lain.
"Ayahku bernama The Go, pada 20 tahun yang lalu, orang
menggelarinya sebagai Cian-bin-long kun!"
Serentak mendengar nama itu, naiklah darah Yan-chiu.
Oleh karena tadi ia sudah terluka berat, maka seketika itu juga ia
segera muntahkan darah segar, namun dengan terengah-engah
ia paksakan diri berseru : "Serigala tentu beranak serigala,
saudara-saudara ayo tangkap budak ini!".
Ki Ce-tiongpun terpengaruh, tanpa banyak pikir lagi dia
segera memberi komando untuk menyerang. Tiga orang gagah,
cepat tampil kemuka. Mereka adalah sanak jauh dari Kang Siang
Yan, yakni 3 saudara she In. Senjatanya adalah 3 buah kim-kong-
gwan (lingkaran baya, macam gelang besar).

Heng Thian Siau To 370


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tatkala masih. digunung Sip-ban-tay-san, The Go sering


menceritakan tentang kesesatannya dimasa mudanya, untuk itu
dia benar-benar menjesal dan insjaf.
The Ing percaya penuh bahwa kini ayah-nya sudah bertobat
betul-betul.
Maka ia gusar sekali mendengar umpat caci Yan-chiu dan Ki
Ce-tiong itu.
"Kalau mau berkelahi, aku sedia melajani. Tapi jangan
mengobral caci makian terhadap ayahku!"
Ketiga saudara In itupun sudah siap mengepung The Ing,
serunya: "Kami bertiga saudara, selalu maju berbareng.
Terhadap satu maupun seratus musuh, kami tetap begitu. Harap
nona jangan tuduh kami main kerojok!"
"Terhadap kawanan babi, aku memang tak dapat memberi
komentar apa-apa lagi!" jawab The Ing sembari mainkan tali
cheng-si untuk melingkungi tubuhnya.
Setelah saling memberi isyarat mata, ketiga orang itu lalu
ber-suit keras dan mainkan kim-kong-gwan sebentar, terus
dilontarkan kearah The Ing.
The Ing terkesiap, mengapa kim-kong-gwan dapat dilepas
dan kembali ketangan, si-pemilik lagi? Cepat ia mendak
kebawah, lalu gerakkan jurus ceng-hay-seng-bo.
Sebenarnya dalam permainan tali cheng-si itu, ia baru saja
habis meyakinkan jadi belum. faham betul. Tadi dicobanya
terhadap Kiau To dan dalam percobaan itu ia mendapat
pengalaman-pengalaman yang berharga lagi. Maka dalam
serangannya yang ini, gayanya makin hebat.

Heng Thian Siau To 371


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ternyata ketiga, saudara itu, memiliki kim-kong-gwan yang


serupa. Habis melempar" mereka lalu berputar, maka tak
heranlah kalau kim-kong-gwan seolah-olah seperti kembali lagi
ketangannya. Serangan The Ing tadi benar dapat mengenjahkan
mereka beberapa langkah jauhnya, tapi dalam sekejap waktu
mereka maju merapat lagi.
Demikianlah orang disuguhi dengan pertempuran yang
menarik.
Sinona bagaikan seekor kupu-kupu menari-menari diantara
hujan kim-kong-gwan.
Benar tali cheng-si itu teramat halusnya, tapi setiap kali
berbentur, tentu kim-kong-gwan itu terpental kesamping.
Begitulah pertempuran antara 3 orang lelaki lawan seorang
gadis itu,berjalan dengan serunya.
Dalam waktu setengah jam saya, pertempuran itu sudah
berlangsung sampai tiga empat puluh jurus. Karena halusnya tali
cheng-si itu, maka sukarlah ketiga saudara In itu menjagainya.
Pundak dan lengan mereka beberapa kali kena tersajat, benar
tak parah tapi cukup membuatnya meringis kesakitan.
Sebaliknya The Ing pun njaris dari bodor kepala, melainkan
hanya rambutnya saja yang kena terpapas kim-kong-gwan itu.
Orang-orang gagah yang berkumpul di Lo-hu-san itu datang
dari seluruh peloksok. Yang berasal dari daerah utara, sampai
meliputi orang-orang gagah daerah Kwangwa. Sedang yang dari
selatan, berasal dari Hun-lam. Tapi tiada seorangpun yang kenal
akan permainan The Ing yang aneh itu. Selagi mereka menikmati
dengan penuh perhatian, tiba-tiba ada orang berteriak. nyaring :
"Hore, itulah Kui locianpwe dan Thaysan sin-thok sudah datang!"

Heng Thian Siau To 372


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Siapa tokoh Kui-ing-cu itu, tentulah pembaca sudah maklum


adanya.
Dia kini sudah menjadi seoranng kakek berusia 80-an tahun.
Sekalipun begitu, adatnya yang aneh itu, tetap masih
dipraktekkan.
Begitu tokoh itu muncul, orang-orang yang mengepung Tio
Jiang tadipun segera menjingkir.
"Jiang ko-ji, apa-apaan kau ini? Apa kau sedang marah-
marah karena bertengkar dengan isterimu?" orang aneh itu
berdiri dihadapan Tio Jiang sembari tertawa mengikik.
Ya, memang anehlah tokoh itu, masa dalam keadaan
segenting itu, ia masih sempat ber-olok-olok.
Dalam sibuknya, The Ing mencuri kesempatan untuk
melihatnya. Seorang kakek yang pakaiannya penuh tambalan,
tampak menghadapi Tio Jiang.
Sikap orang tua itu tiada sesuatu yang luar biasa, kecuali
sepasang matanya yang berapi-api, pertanda dia itu seorang
achli Iwekang yang sudah mencapai kesempurnaan.
Benar kata-katanya tadi secara bergurau, tapi ternyata
kumandangnya melengking nyaring sekali sehingga memekakkan
telinga orang.
Sampaipun Tio Jiang kelihatan tertegun sejenak, seperti
agak sadar. Tapi karena hebatnya pengaruh hong-sin-san, pada
lain saat dia sudah lantas menyerang tenggorokan orang.
Kui-ing-cu masih mengikik, tegak seperti patung. Melihat itu
semua orang sama mengucurkan keringat dingin.

Heng Thian Siau To 373


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tapi Kui-ing-cu adalah seorang cianpwe yang diagungkan


kaum persilatan. Tatkala ujung pedang terpisah hanya beberapa
dim dari tenggorokannya, barulah dia berkisar kesamping. Tepat
dan necis sekali penghindarannya itu, mata pedang yang
membawa angin dingin itu, lewat disisi pipinya.
Secepat kilat, dua buah jari Kui-ing-cu menjulur kearah
kedua mata Tio Jiang.
Tenang tapi ganaslah gerakan Kui-ing-cu itu, sehingga kalau
bukan seorang ko-chiu pasti sukar menghindar dari serangannya
itu.
Semua orang sama menahan napas, malah Yan-chiu cepat
sudah menjerit :"Kui locianpwe!"
"Ho, ho, jangan kuatir, tak nanti kulukai lakimu ini!" sembari
bergurau itu, tangan kiri Kui-ing-cu menerkam dada Tio Jiang.
Saat itu pada perasaan Tio Jiang, setiap orang yang dijumpai
adalah musuhnya.
Dia rebahkan badannya kebelakang untuk menghindari
terkaman jurus song-liong-jiang-cu (sepasang naga berebut
mustika) itu.
Tapi Kui-ing-cu sudah memperhitungkan hal itu. Tangan
kanan yang hendak menerkam mata itu, diteruskan kemuka
untuk mencengkeram dada orang.
Tapi sudah berulang kali diterangkan, keadaan Tio Jiang itu
sudah seperti orang gila, maka tak anehlah kalau dia mempunyai
pikiran untuk sama-sama mati dengan "musuh"nya itu.

Heng Thian Siau To 374


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sembari miringkan tubuh, dia babatkan pedangnya


kepundak orang. Gila benar Siau-beng-siang itu. Tapi memang
demikian ketekadannya.
Biar separoh tubuhnya kena dicengkeram, tapi pundak
lawanpun tentu kena terpapas.
Sakti sekalipun tokoh Kui-ing-cu itu, namun pada saat itu tak
urung ia terkejut juga. Sebenarnya mudahlah ia untuk
menghadapi serangan itu. Cukup mengisar kesamping, lalu
menghantam, To Jiang pasti tak dapat menghindar lagi,
jiwanyapun tentu melayang. Tapi kalau dia tak mau berbuat
begitu, pundaknya tentu akan menjadi korban tabasan pedang.
Namun Kui-ing-cu bukan Kui-ing-cu kalau dia tak dapat
memecahkan kesukaran itu. Berbareng dengan datangnya
pedang, diapun sudah mendapat siasat. Apa boleh buat, dia
balikkan lengan, lima jarinya yang bagai kaitan besi itu
sekonyong-konyong merangsang. Berbareng dengan
mengeluarhan bentakan keras, tahu-tahu tangannya itu sudah
menjepit batang pedang.
Kejadian itu hanya berlangsung dalam sekejap mata. Tio
Jiang hanya terpisah setengah meter darinya. Kalau lain orang
mungkin sudah terluka berat rontok pekakasnya dalam karena
teriakan Kui-ing-cu yang sedahsyat halilintar memecah bumi itu.
Tapi oleh karena Iwekang Tio Jiang sudah bertambah sempurna,
jadl dia hanya tertegun sejenak saja. Pada lain saat, ketika
meerasa pedangnya dijepit orang, cepat-cepat dia menariknya
kebelakang.
––––––––––

Heng Thian Siau To 375


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

BAGIAN 28
MEMBANTU MERINGKUS YANG MENGAMUK
DI BALAS TUDUHAN MENGADU DOMBA

Melihat Kui-ing-cu dapat merebut kemenangan, dalam


kekalahan-nya.
Yan-chiu girang. Tapi pada lain saat, ia menjadi cemas.
Pedang Tio Jiang yang diterkam Kui-ing-cu itu, adalah pedang
pusaka yap-kun-kiam, pedang yang dapat menabas segala
macam logam. Kalau Kui-ing-cu sampai terluka, tiada lain orang
lagi yang sanggup mengatasi Tio Jiang.
"Kui locianpwe, hati-hatilah!" seru Nyonya itu
memperingatkan.
Kui-ing-cu bukan tak tahu bagaimana pedang Tio Jiang itu.
Kalau pedang biasa, sekali tekan dapatlah tentu Kui-ing-cu
mematahkannya.
Adanya dia berani mencengkeram pedang lihay itu, karena
dengan perhitungan agar Tio Jiang tertegun sejenak dan saat itu
Kui-ing-cu akan lepaskan cekalannya untuk mundur kebelakang.
Dalam 20 tahun belakangan ini, kepandaian Tio Jiang sudah
mencapai hampir setingkat dengan Kui-ing-cu.
Memang terkesiap Tio Jiang waktu mendengar bentakan
menggeledek dari Kui-ing-cu itu, tapi itu hanya sedetik, karena
pada lain detik dia, segera tarik pulang pedangnya.
Sudah tentu Kui-ing-cu belum sempat melepaskan
cekalannya. Kelima jari tangannya kiri itu, terpapas kutung!

Heng Thian Siau To 376


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Bagaimanapun saktinya tokoh itu, namun tak dapat dia


menahan kesakitan itu.
Dia loncat mundur seraya berseru: "Siau Chiu, suamimu itu
benar termakan racun hong-sin-san, makanya tenaganya begitu
dahsyat.
Obat penawarnya sudah kubawa, soalnja bagaimana cara
meminumkan padanya!"
Melihat Kui-ing-cu menderita kekalahan, sekalian orang
sama pucat.
"Kui-heng, lebih baik kau hajar mampus budak perempuan
she The ini. la sudah mengakibatkan banyak saudara-saudara
kita terluka! "seru Thaysan sin-tho, Si bongkok yang lihay itu
ternyata sudah dapat meringkus The Ing.
Kui-ing-cu dan Thaysan sin-tho Ih Liok sedang minum arak
diwarung yang mereka usahakan dikaki gunung. Sewaktu Kiau To
datang dan mengatakan bahwa Tio Jiang keracunan hong-sin-
san, Kui-ing-cu cepat masuk kedalam untuk mengambil obat
penawar, lalu lari se-cepat-cepatnya keatas gunung.
Ih Liok menyusul, lalu Kiau To.
Begitu tiba, Kui-ing-cu lalu bertanding dengan Tio Jiang.
Waktu Ih Liok datang, Yan-chiu menyongsong dan mengatakan
bahwa gadis yang meracuni suaminya itu, adalah anak
perempuannya The Go.
Mendengar nama The Go, amarah sibongkok berkobar.
Dahulu waktu pasukan Ceng menyerang markas Hoasan Ih Liok
pernah termakan tipu The Go. Dengan membawa 3 laksa anak
buah, dia menyerbu kemarkas Ceng tapi terperangkap. Puluhan
ribu anak buah Hoasan itu, ludas binasa semua.

Heng Thian Siau To 377


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kesemuanya itu adalah berkat tipu muslihat The Go yang


cerdik. Saking marahnya, Ih Liok memapas jarinya selaku sumpah
akan menuntut balas pada The Go Peristiwa itu terjadi pada 20-
an tahun berselang, tapi sibongkok tak pernah melupakannya.
Yan-chiupun benci kepada The Go, tapi masih kalah
sengitnya dengan Ih Liok.
Mendengar laporan Yan-chiu itu, serentak dia menghampiri
The Ing.
"Saudara In, mundurlah, biar kuringkusnya!"
Mendengar seruan sibongkok itu, ketiga persaudaraan In
segera loncat keluar gelanggang. The Ing terkesiap melihat
seorang bongkok yang wajahnya kumal seperti tak pernah cuci
muka itu.
"Bagus, mau bergiliran ya?" tanya nona yang tak tahu siapa
sibongkok itu.
"Benar, kau mau apa! Aku si Ih Liok memang tak mau main
jujur-jujuran!" sahut sibongkok sembari layangkan pukulan.
Saat itu The Ing belum sempat gerakkan tali ceng-sinya, atau
tahu-tahu ia merasa disambar angin dahsyat. la coba
menghindar kesamping, tapi ternyata pukulan Iwekang biat-
gong-ciang yang diIancarkan sibongkok itu, menggunakan 8-9
bagian dari tenaganya, jadi lingkaran radius anginnya luas sekali.
Benar The Ing tahu dan menghindar, namun tak urung ia
terpental sampai setombak jauhnya. Itupun ia masih terhuyung-
huyung beberapa tindak lagi baru dapat berdiri tegak.
Marahlah ia, tali cengsi digerakkan, tapi lawan sudah
menghilang dan tahu-tahu ada angin menyambar dari arah
belakang. Cepat dia memutar tubuh kebelakang dan tampak

Heng Thian Siau To 378


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

sibongkok melayang jatuh terlentang, punuknya mengenai


tanah, tangannya meronta-ronta.
The Ing terkesiap. Mengapa sibongkok jatuh terlentang,
tentulah karena ada seorang ko-chiu membantu The Ing.
Dugaannya jatuh kepada diri Bek Lian. Serentak mulutnya
berseru: "Nona........"
Belum sampai ia mengucapkan kata "Bek......", begitu punuk
menggentus tanah tahu-tahu tubuh sibongkok mencelat
kemuka, menerjang The Ing. Dalam kagetnya The Ing tak dapat
menghindar lagi. Tadi la sudah diperas habis tenaganya oleh
ketiga saudara In kini sibongkok keluarkan permainannya yang
luar biasa anehnya, maka seketika itu The Ing rasakan
lambungnya kesemutan.
Masih ia coba meronta, tapi sibongkok jauh lebih tangkas.
Memang terhadap kaum pesilatan golongan hek-to (jahat),
dia selalu turunkan tangan ganas. Mengira bahwa The Ing itu
seorang kaki tangan Ceng, maka sibongkokpun tak sungkan lagi.
The Ing terus ditelikung tangannya. Sedikitpun ia tak dapat
berkutik lagi.
Peringkusan itu hanya berjalan dalam sesingkat waktu,
justeru saat Kui-ing-cu terluka dan loncat keluar tadi. Maka Ih
Liok segera berseru menjuruh Kui-ing-cu menghantam mampus
nona yang dituduh menjadi biangkeladi huru hara keributan di
Giok-li-nia itu.
Kui-ing-cu merobek secarik bajunya untuk membalut
lukanya, lalu berseru: "Tho-cu, kita berdua sama-sama tak
berjari, sejenis namanya, kau beresi sendirilah!"

Heng Thian Siau To 379


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ih Liok mengangkat tangannya dan The Ing segera rasanya


suatu tenaga dahsyat menekan kepalanya. Mimpipun tidak ia
kalau bakal mati secara begitu penasaran dan tanpa ada orang
yang menuntutkan balas. Sebelum mati berpantang ajal atau
berusaha untuk menjelamatkan jiwa, adalah pembawaan setiap
manusia The Ing menjerit keras-keras.
la duga, satu-satunya orang yang kemungkinan besar berada
disekeliling tempat situ, adalah Bek Lian.
"Nona Bek......, ayahku bernama The Go, tolong kasih tahu
pada ayahku bahwa aku telah dibunuh oleh orang-orang yang
tak kenal aturan ini, biar dia menuntutkan balas!" serunya.
Semoga Bek Lian mendengar, demikian harapan satu-satunya.
Dengan tangan masih berada diatas ubun sinona, Ih Liok,
menjeringai: "Kalau ayahmu datang, itulah memang yang
kuharapkan, ayo berteriak beberapa kali lagilah!"
The Ing menghamburkan makian "bangsat bongkok, setan
jelek." dan macam-macam lagi.
"Liok-siok, lekas beresi dia, Tio suko tiada yang dapat
menahannya!" seru Yan-tihiu.
Ada obat penawar, tapi tak berdaya untuk meminumkan.
Karena. kecuali Kui-ing-cu dan Ih Liok tiada seorangpun yang
dapat melawan Tio Jiang. Maka setelah Kui-ing-cu terluka, Tio
Jiang seperti kerbau gila mengamuk kesana sini.
"Baik!" sahut Ih Liok Tapi baru saja dia hendak turunkan
tangannya, tiba-tiba terdengarlah suara tertawa terbahak-bahak.
Suara tertawa yang bernada kejengkelan dan sindiran.

Heng Thian Siau To 380


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Baik Ih Liok maupun sekalian orang sama terkesiap.


Diatas sebuah batu menonjol disebelah muka sana, tampak
tegak seorang anak muda mencekal sebatang golok bengkok
yang berkilau-kilau cahayanya.
Orang itu mendongak sembari tertawa. Kini dia melayang
turun.
Mukanya yang cakap, sikapnya gagah, gerakannya yang
indah diantar oleh kilau kemilau cahaya golok, telah
mempesonakan sekalian orang.
Hanya ada dua nona yang segera berteriak berbareng:
"Engkoh Ko!"
Kedua nona itu bukan lain adalah Tio In dan The Ing.
Memang dewa yang melayang turun itu adalah Tong Ko.
Tong Ko memang seorang pemuda yang cakap seperti
Arjuna.
Maka walaupun pemuda itu seorang kerucuk yang tak
ternama, Tio In sampai jatuh hati kepadanya.
Hanya dalam waktu setengah tahun saya, sejak dia
berjumpa, dengan Ang Hwat cinjin dan diberi petunjuk tentang
cara meyakinkan kitab "72 gambar orang semedhi" ciptaan Tat
Mo cousu itu, kini sudah menjadi seorang Tong Ko baru.
Kaum persilatan daerah Kwiciu pada 20 tahun yang lalu,
mempunyai 4 orang datuk janki: Ang Hwat cinjin, suami isteri
Hay-te-kau (Ceng Bo Siangjin) dan Kiang Siang Yan dan Tay Siang
siansu.
Menurut urut-urutan, Tay Siang nomor satu, Ang Hwat
nomor dua dan sepasang suami isteri itu nomor tiga.

Heng Thian Siau To 381


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Waktu Tong Ko bertemu lagi dengan cinjin yang menjadi


kakek guru The Go itu, Ang Hwat sudah mengasingkan diri
selama 20 tahun, jadi ilmunya sudah mencapai puncak
kesempurnaan. Walaupun tidak seluruhnya faham akan isi kitab
pusaka Tat Mo itu, namun dia cukup mengerti.
Maka tak heranlah kalau kemajuan yang diperoleh Tong Ko
itu ibarat dikatakan satu hari seribu li" pesatnya.
Disamping itu, Ang Hwatpun menurunkan ilmu golok 3 jurus
hasil cip-taannya sendiri kepada anak muda itu. Setelah itu,
golok bengkok pi-lik-to diserahkan juga.
Tong Ko menetap di Sip-ban-tay-san untuk beberapa lama,
mematangkan pelajarannya sembari menunggu kedatangan
suami isteri The Go dan Siao Lan.
Tapi setelah sampai sekian lama suami isteri itu tak pulang,
Tong Ko ambil putusan pergi ke Lo-hu-san.
Disana dia berpapasan dengan Bek Lian dan The Ing. Buru-
buru dia mengumpat dibalik sebuah karang.
Pada lain saat tampak Tio Jiang dikepung oleh orang banyak
turun kekaki gunung.
Karena tak mengerti duduk perkaranya, dia tinggal diam
ditempat persem bunyiannya. Sampai pada saat The Ing
terancam jiwanya oleh sibongkok, barulah dia muncul.
Tertawanya berhasil mencegah tangan maut sibongkok.
Sebenarnya dia tak mau unjuk kesombongan. Tapi ada dua
hal yang menjebabkan dia marah, hal tersebut adalah :
Pertama, karena The Ing menderita panasaran. Ayahnya yang
berbuat jahat, anaknya yang dihina habis-habisan. Pada hal kini

Heng Thian Siau To 382


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menurut penglihatannya (Tong Ko), The Go itu sudah insjaf dan


kembali kejalan yang lurus.
Kedua, mengingat bagaimana nasib dirinya yang
diperlakukan sewenang-wenang dan di tuduh menjadi kaki
tangan Ceng oleh orang-orang Lo-hu-san. Pada hal dia menjadi
korban fitnahan putera Tio Jiang sendiri.
Mengingat kedua hal yang menjakiti hati itu, Tong Ko sudah
tumpahkan semua isi kemarahan hatinya dalam nada ketawanya
yang sinis tadi.
Tong Kopun terkesiap, mendengar suara dua orang gadis
yang memanggilnja itu.
Dua ada yang berlagu satu: rindu dendam. Waktu Tio In dan
The Ing berdebat mulut mengenai perhubungannya dengan
Tong Ko, jelas diketahuinya bagaimana perasaan hati The Ing itu
kepadanya (Tong Ko).
Tapi sewaktu memanggil namanya tadi, nyatalah bahwa Tio
In itu sebenarnya tetap menjintai dirinya (Tong Ko).
Karena kehilangan faham, Tong Ko lampiaskan kesesakan
dadanya dengan tertawa sampai 3 kali berturut-turut.
Habis itu dia mengerlingkan mata kearah Tio In, lalu
menghampiri kearah The Ing.
Saking girangnya, The Ing menjerit : "Engkoh Kol".
Tong Ko hanya tersenjum, lalu berkata kepada sibongkok:
"Liok-siok, harap lepaskan nona The ini, dia bukan sibiang
keladi!'

Heng Thian Siau To 383


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Huak, cuh.......segumpal ludah menjembur dari mulut


sibongkok, bentaknya: "Kau bangsa kaki tangan Ceng, jangan,
banyak bacot!"
Sebenarnya dapat Tong Ko menghindar dari semburan ludah
itu, tapi demi orang mendampratnya sebagai kaki tangan Ceng,
terkesiaplah dia.
Marah dan pedih menjesakkan ruang dadanya. Dibiarkan
ludah itu menempel dimukanya dan tertawalah dia selapang-
lapangnya.
"Bagus, jempol, sekali lihat dapat mengetahui aku ini
seorang kaki tangan Ceng. Orang-orang Giok-li-nia sini, benar-
benar gagah perwirara!" Tong Ko hamburkan ejekan dengan
nyaring.
Kiau To marah, bentaknya: "Jangan kurang ajar! Siau-beng-
siang pernah mengampuni jiwamu, tapi kau balas budinya
dengan racun. Nah, kali ini kau tak dapat pengampunan lagi!"
"Siapa yang berani tak melepas aku?" serentak Tong Ko
berhenti tertawa.
"Aku!" seru Kiau To sembari sabatkan ruyungnya.
Kiau To masih tetap tak memandang mata pada anak muda
itu.
Tong Ko tertawa mengejek. Tubuhnya bergerak.
Sesuai dengan namanya pi-lik-to (golok halilintar), maka
golok bengkok itupun segera mengeluarkan angin menderu-deru
laksana halilintar.
Dengan tangan kiri Tong Ko menghalau ruyung, sedang
tangan kanan yang mencekal pi-lik-to segera menghantam.

Heng Thian Siau To 384


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kiau To seperti tersambar halilintar kejutnya. Pertama


melihat sinar golok iang aneh bentuknya itu, dia sudah silau.
Lalu ruyungnya dihantam kesamping oleh tangan kiri, makin
membuatnya kaget.
Masa tangan kosong dapat dibuat menangkis ruyung. Tokoh
persilatan yang memiliki kepandaian demikian, tak banyak
jumlahnya.
Mengapa pemuda kerucuk macam Tong Ko tiba-tiba
berobah begitu sakti. Sungguh dia tak dapat menerima kejadian
yang luar biasa itu!
Pada saat ujung pi-lik-to hampir mengenai dada Kiau To,
tiba-tiba terkilas suatu pikiran pada Tong Ko. Benar dia telah
mendapat hinaan dan penasaran dari Kiau To, tapi orang itu
adalah tokoh patriot yang gigih. Kalau dia bunuh orang itu,
berarti suatu kerugian bagi kekuatan kubu-kubu perjuangan
pembebasan negara.
Penasaran adalah urusan peribadi, perjuangan negara diatas
segala. Cepat Tong Ko berpikir, cepat pula dia bertindak.
Tangannia di sentakkan kebelakang, ujung golok batal
menusuk tapi sebagai gantinya tangkai golok menghantam
pundak lawan.
Seketika itu terjungkallah Kiau To kebelakang, namun dia
selamat tak kurang suatu apa-apa.
Kejadian itu, telah membuat Kiau To kesima.
Selagi Kiau To terlongong-lolong karena merasa seperti
orang mati yang hidup kembali, adalah Tong Ko sudah melesat
kearah Ih Liok sembari memutar pi-lik-to.

Heng Thian Siau To 385


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Juga tokoh lihay itu terkejut karena tersambar angin keras,


buru-buru dia lepaskan cekalannya terhadap The Ing, lalu loncat
menjingkir dua tombak jauhnya.
"Ha...., ha...., bukannya mencari tahu siapa yang meracuni
hong-sin-san pada Siau-beng-siang, sebaliknya kamu orang
sembarang menuduh orang. Coba jawab, bagaimana nona The
dapat menobros penjagaan kuat untuk meracuni Siau-beng-
siang?" Tong Ko bertanya.
Pertanyaan itu telah membuat sekalian orang tersadar. Tapi
kesadaran mereka itu hanya terbatas bahwa The Ing bukan
orang yang meracuni Tio Jiang. Namun tuduhan mereka bahwa
Tong Ko dan The Ing itu kaki tangan Ceng, masih tetap.
Adalah hanya seorang tokoh Kui-ing-cu yang cepat dapat
meneropong peribadi Tong Ko. Dia kagum dan merasa suka akan
sikap dan gerak gerik pemuda yang gagah dan berwibawa itu.
Bahwa seorang yang dapat tertawa berkumandang jauh,
tentulah seorang gagah yang berpambek luhur perwira.
Tak nanti orang sematiam itu bisa menjadi kaki tangan
musuh. "Hai, siapa namamu?
Rasanya aku pernah melihatmu". seru Kuiing-cu sembari
menghampiri.
Tong Ko tahu siapa peribadi Kui-ing-cu itu. Seorang beradat
aneh licin, tapi berhati baik.
Namun karena kala itu dadanya sudah penuh sesak dengan
penasaran, maka dingin-dingin saja dia menyahut: "Terima kasih
atas perhatianmu.

Heng Thian Siau To 386


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Aku bukan bangsa pendiual negara, tapi orang-orang gagah


disini sama menuduh aku seorang kaki tangan Ceng, ha.....,
ha............ ha............, ha..........."
Sembari lintangkan pi-lik-to, didada, Tong Ko kembali umbar
tertawanya.
Sesaat itu Kui-ing-cu kehilangan kata-kata. Dia mengawasi
tajam-tajam kearah pemuda itu.
Sejenak kemudian, terdenglarlah hiruk-pikuk orang-orang
menjerit. Kiranya, Siau-beng-siang kembali melukai dua orang.
"Tong Ko, senjata yang kau pegang itu rasanya adalah golok
pusaka kian-thian-it-gwan-pi-lik-to. Hanya dengan golok itulah
yap-kun-kiam Tio Jiang dapat diatasi. Asal kau dapat membikin
lepas pedangnya, segala apa serahkan padaku!" kata Kui-ing-cu.
Tong Ko membungkukkan badan, ujarnya: "Kalau Kui-
locianpwe yang menyuruh, tentu akan kuturut!"
Tapi baru dia melangkah maju setindak, tiba-tiba berpaling
dan berseru dengan bengis: "Barangsiapa berani mengganggu
seujung rambut pada nona The, awas, pi-lik-to tak bermata!"
Habis itu, dia berputar lagi. Tapi baru sang kaki hendak
melangkah, Yan-ciu berseru dengan nada gemetar: "Kui
locianpwe, jangan suruh dia yang maju!"
Tong Ko cukup memahami kata-kata Yan-chiu itu. Nyonyah
itu takut kalau Tong Ko membunuh suaminya. Dia hentikan
langkah, tertawa keras.
Begitu berputar kebelakang, segera dia ajak The Ing: "Nona
The, ayo kita tinggalkan tempat suci ini"

Heng Thian Siau To 387


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tapi rupanya The Ing masih penasaran, sahutnya: Engkoh


Ko, begini saja kita berlalu, apakah tidak terlalu murah bagi
mereka?"
Mata Tong Ko yang berkilat-kilat menjapu kearah Ih Liok dan
Yan-chiu, ujarnya: "Kulihat kawanan orang-orang ini, walaupun
membabi buta tak kenal nalar, tapi adalah pejuang-pejuang
menentang penjajah Ceng. Untuk kali ini biarlah kita mengalah!"
Suatu ucapan yang bernada ejekan jumawa. Beda dengan
dahulu ketika masih rendah ilmunya dia selalu merendah, kini
Tong, Ko berobah kecongkak-congkakan. Sebenarnya bukan
begitu watak Tong Ko.
Hal itu karena luapan hatinya karena dituduh menjadi kaki
tangan musuh.
Habis itu, segera dia tarik The Ing untuk diajak pergi.
"Saudara. Tong, tunggu!" tiba-tiba Kui-ing-cu mencegah.
Ketika Tong Ko berhenti dan tanyakan maksud orang,
berkatalah Kui-ing-cu:
"Tadi kau sudah : sanggup untuk menundukkan Siau-beng-
siang, kini mengapa kau pungkir janji?"
Tong Ko tertawa dingin, sahutnya: "Nyonya Siau-beng-siang
yang terhormat, kuatir aku membunuh suaminya. Mengapa aku
membuang tenaga yang tak diterima baik malah dicurigai?"
"Benar memang aku kuatir kau melukai Tio suko. Apa sudah
lupa bagaimana kau membawa kaki tangan Ceng untuk
membakar rumah dan membunuh puteraku?" Yan-chiu
menjawab dengan sengit.

Heng Thian Siau To 388


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kui-ing-cu memberi isyarat mata kepada Yan-chiu, lalu


berseru: "Saudara Tong, kupercaya kau tentu takkan mencelakai
Siau-bengsiang, lekas majulah!"
Tong Ko menghela napas panjang. "Ada orang yang
mengetahui hatiku, matipun aku tak penasaran. Kui Locianpwe,
Tong Ko akan melakukan titahmu!"
Sekali melesat, dia sudah loncat setombak jauhnya.
"Orang-orang yang mengepung Siau-beng-siang,
menjingkirlah!"
Oleh karena kini Iwekang Tong Ko sudah tinggi, maka orang-
orang yang mengepung Tio Jiang sama terkesiap. Apalagi
memang mereka sudah gentar, jadi tak usah diulangi, mereka
sudah sama menjingkir.
Kini berhadapan kedua jago itu. Tio Jiang tegak berdiri,
pedangnya masih bergemetaran. Bagi seorang achli tahulah
sudah apa artinya itu. Begitu to-hay-kiam-hoat dilancarkan,
maka gerak-getarnya sukar dihentikan lagi, Iaksana ombak
samudera mengalir.
Menghadapi seorang jago tua macam Siau-beng-siang, tak
urung bercekat juga hati Tong Ko. Sikapnya yang congkak tadi,
hilang lenjap. Dengan pelahan dia maju dua tindak. Semua orang
sama-sama menahan napas.
Pertempuran antara pi-lik-to lawan yap-kunkiam, tentu
bakal merupakan pertempuran yang maha dahsyat. Diantara
orang-orang yang menguatirkan keselamatan Tio Jiang, adalah
Yan-ciu yang paling hebat.
Ia tetap tak melupakan kematian puteranya.

Heng Thian Siau To 389


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

la tetap menganggap Tong Ko itu seorang musuh. Ah, kalau


saja suaminya itu sampai binasa.
Yan-chiu terlongong-lolong seperti patung tak berjiwa.
Tangannya geirretar, keringatnya berketes-ketes keluar.
Melihat itu, buru-buru Tio In menghampiri dan
menghiburinya bahwa Tong Ko tak nanti mencelakai ayahnya,
Yan-chiu dapat dibikin tenang.
Pada saat itu, Tio Jiang dan Tong Ko setindak demi setindak
saling menghampiri.
Sepasang mata Tio Jiang merah darah, sikapnya buas.
Begitu jarak masing-masing hanya terpisah satu setengah
meteran, tangan Tio Jiang melayang. Bagaikan bianglala, boan-
thian-kok-hay menusuk tenggorokan Tong Ko.
Tong Ko tak berani lengah. Cepat diapun putar pi-lik-to, wut,
wut, anginnya menderu-deru seperti angin pujuh
Orang-orang yang berkumpul disekitar gelanggang situ,
adalah orang-orang persilatan yang sudah belasan tahun makan
asam garam golak, dunia persilatan.
Apalagi tokoh macam Kui-ing-cu dan Thaysan sin-tho Ih Liok,
sudah berpuluh-puluh tahun menjaksikan pertempuran dahsyat.
Pertempuran memakai senjata, sebenarnya sudah jamak.
Tapi tiada seorangpun yang pernah merasakan suasana iang
begitu tegang meruncing macam pertempuran Tia Jiang lawan
Tong Ko saat itu.
Tringngng......, pi-lik-to dan yap-kun-kiam saling berbentur.

Heng Thian Siau To 390


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dering kumandangnya jauh mengaum sampai kelembah-


lembah, hingga telinga orang-orang serasa pecah dibuatnya.
Tong Ko sendiripun kaget.
Kuatir kalau pi-lik-to menderita kerusakan, buru-buru dia
loncat kesamping untuk memeriksanya.
Kian-thian-it-gwan-pi-lik-to tetap berkilau-kilau
memancarkan cahaya rembulan bening, sedikitpun tiada gempil.
Tong Ko lega, dia maju lagi.
Begitu angkat goloknya keatas, dia terus mengguratkan
kebawah.
Kini dia mainkan ilmu golok ajaran Ang Hwat cinjin yang chas
diciptakan untuk memainkan pilik-to. Ilmu golok itu hanya terdiri
dari 3 jurus saja.
Yang dimainkan Tong Ko jalah jurus pertama yang disebut
lui-tong-in-in (halilintar berkumandang gemuruh).
Waktu menggurat turun, pi-likto mengeluar aum.....
kumandang suara angin dan guruh. Jalannya golok bergoyang
kian kemari, penuh dengan perubahan yang sukar diduga.
Karena bentuk golok itu bengkok melengkung, maka Ang Hwat
cinjin sepesial menciptakan ilmu permainan yang, terdiri dari 3
jurus. Hasil karya seorang tokoh kawak macam Ang Hwat, sudah
tentu luar dari biasanya, Tio Jiang silau dan mundur selangkah.
Dia gerakkan jurus Tiok Ik cut-hay.
Turut ceritanya, Tio Ik atau Tio Hui dalam jaman Sam Kok,
sewaktu menemukan serenceng uang tembaga, lalu dimasak
dalam kuali.

Heng Thian Siau To 391


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ketika air kuali mendidih, air lautpun turut bergolak-golak.


Dari cerita inilah, maka jurus itu diberi nama. Ketika dilancarkan
memang perbawanya seperti air laut bergalak.
Ketika pi-lik-to menabas turun, Tong Ko kisarkan kaki kiri
kesamping, tangannya kanan dilambaikan menurun menjadi
setengah lingkaran. Tiba-tiba dia robah gerakannya dalam jurus
lui-tiankiau-co (kilat dan petir saling berbentur). Ujung golok
dipagutkan kebawah, berbareng tubuhnya menurun untuk
menghindar pedang lawan.
Serang menyerang itu hanya berlangsung dalam dua jurus,
namun indah hebatnya bukan kepalang. Semua orang sama
terlongong-lolong.
Ketika serangannya menemui tempat kosong, Tio Jiang
belahkan pedangnya kebawah, justeru pada saat itu Tong Ko
menjungkitkan golok keatas, tring......, kembali dua senjata
pusaka itu saling beradu.
Tapi secepat itu, Tong Ko putar tangannya.
Karena bentuk goloknya luar biasa (melengkung), maka
putaran itu berhasil mengait pedang lawan. Sekali kerahkan
tenaga, Tong Ko cepat menariknya kebelakang, tapi ternyata
Siau-beng-siang tegak lak sana sebuah gunung.
"Kui locianpwe, lekas bantu kemari!" teriak Tong Ko.
Kui-ing-cupun sudah menginsjafi bahwa sekalipun pemuda
itu lihay, tapi untuk merampas pedang ditangan Siau-beng-siang,
bukanlah suatu perkara yang mudah.
Diapun memang bermaksud memberi bantuan.

Heng Thian Siau To 392


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Maka tepat disaat Tong Ko mengucapkan kata-kata terakhir,


tangan Kui-ing-cu sudah menekan pundaknya. Sesaat itu Tong Ko
rasakan ada hawa hangat mengalir ketubuhnia.
Buru-buru dia salurkan hawa murni untuk dipersatukan.
Berkat persatuan itu, sekali sentak dapatlah Tong Ko
menarik lepas pedang Siau-beng-siang.
Pedang itu berkilau-kilau laksana sebuah bianglala melayang
jauh sekali.
Setelah berhasil, Kui-ingcu dorong Tong Ko kebelakang, lalu
julurkan jari menutuk jaIan darah dipundak Tio Jiang, Siau-beng-
siang gunakan ilmu kin-na-chiu (merampas senjata dengan
tangan kosong) untuk menyambar siku lengan Kui-ing-tiu.
Tapi ternjata serangan tokoh aneh itu hanya gertakan
kosong.
Secepat lengannya ditarik turun, jarinya menusuk jalan
darah jwan-hiat (pelemas) dilambung orang.
Tio Jiang menjerit keras, lalu rubuh tak berkutik
Sekalian orang sama menarik napas longgar. Kui-ing-cu
cepat merogoh keluar obat penawar.
Tapi baru tangannya menjulur untuk memasukkan obat
kedalam mulut Siau-beng-siang, tiba-tiba matanya disilaukan
oleh cahaya kilat.
Saking kagetrrya, dia buru-buru menjurut mundur, tapi tak
urung segumpal rambutnya terpapas.
Ketika diawasi, ternyata Tong Ko yang melakukan serangan
tadi.

Heng Thian Siau To 393


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sudah tentu dia tak habis mengerti, tegurnya: "Siau-beng-


siang sudah sementara lama terkena racun, mengapa aku
dilarang memberi obat?"
Tong Ko palangkan golok didada, dengan tertawa geram dia
rnenuding kemuka: "Lihatlah!"
Waktu Kui-ing-cu melihat kearah yang ditunjuk Tong Ko,
diapun terkejut.
Kiranya The Ing sedang dikepung oleh orang banyak.
Yan-chiu dengan gemas hendak menyerangkan pedangnya.
"Kui locianpwe, tolong kau sampaikan pada Nyonyah Tio,
sedikit saja dia berani mengganggu The Ing, Siau-beng-siangpun
tak bakal dapat minum obat!" kata Tong Ko dengan tertawa
mengancam.
Kui-ing-cu berpaling menatap anak muda itu, katanya
dengan sungguh-sungguh: "Engkoh kecil, lagak kegaranganmu
itu, boleh jugalah!"
Tong Ko tertawa, sahutnya: "Aku didesak begitu oleh orang-
orang, bukan kemauanku sendiri!"
"Engkoh kecil, semoga kau tak mengalami tekanan orang
lagi!" kata Kui-ing-tiu dengan mendalam. Habis itu dia melesat
menghadang Yan-chiu.
"Ada apa lagi?" tegurnya. Singkat kata-katanya itu, tapi
nadanya mengunjuk kurang puas.
Yan-chiu yang cerdas sudah tentu dapat memahami,
teguran itu, sahutnya: "Ketika pedang suko terlepas melayang
diudara, baru aku hendak loncat menyanggapi, ia sudah merebut

Heng Thian Siau To 394


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dengan tali merahnya. Waktu kuminta, dia tak mau


menjerahkan. Apakah aku yang dipersalahkan?"
Ditempatnya yang agak jauh itu, Tong Ko perdengarkan
ketawa sinis, serunya lantang-lantang: "Nonsens, pada sepasang
pedang pi-i-song-hong-kiam itupun tak terukir huruf yang
menyatakan bahwa mereka adalah milik orang she Tio dan orang
she Liau.
Nona The, karena kau yang memperoleh pedang itu, tak
perlu dikembalikan! Siapa yang berani mengganggu kau. Siau-
beng-siang sudah kukuasai!'
Selesai mengucap, Tong Ko mendak kebawah, ujung pi-lik-to
ditujukan kedada Siau-beng-siang. Sudah tentu Yan-chiu kaget
tak terkira, tapi Kui-ing-cu mengedipkan mata kearahnya.
Memang dengan kepandaian yang dimiliki sekarang, belumlah
cukup bagi Tong Ko untuk menindas orang-orang gagah yang
berkumpul di Giokli-nia situ.
Tapi pertama karena mempunyai golok pusaka, kedua
karena pandainya menggunakan kesempatan, maka dapatlah
Tong Ko menguasai orang-orang itu.
The Ing makin girang bukan kepalang, nyata-nyata anak muda itu
memihak padanya.
Malah saat itu Tong Ko suruh nona itu datang kedekatnya.
Demi keselamatan suaminya, terpaksa Yan-chiu membiarkan
nona itu berlalu.
The Ing makin mangkak. Jalannya dibikin sedemikian rupa
hingga menimbulkan kemarahan orang-orang, namun mereka
tak berani berbuat apa-apa. Belum lagi The Ing tiba ditempat
Tong Ko, sesosok tubuh langsing melesat kesamping Tong Ko

Heng Thian Siau To 395


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dan berseru: "Engkoh Ko, naikkan sedikit ujung golokmu; jangan


terlalu melekat didada ayah!"
Itulah Tio In, Sanubari Tong Ko penuh sesak dengan pelbagai
perasaan.
Tanpa terasa, dia benar juga naikkan goloknya keatas.
Melihat itu Tio In tertawa, kembali dia mengajukan
permintaan: "Engkoh Ko, sepasang pedang pi-i-song-hong-kiam
adalah pusaka peninggalan sucouku, harap kau suruh nona The
mengembalikan pada ayah!"
Semangat Tong Ko me-layang-layang, dia tak menyahut apa-
apa tapi mengangguk.
Sepasang matanya terlongong memandang Tio In.
Nona itu tundukkan kepala, bisiknya: "Engkoh Ko, kau tak
mencelakai ayahku, dulu aku telah salah faham padamu!"
Karena bisikan itu pelahan, jadi hanya Tong Ko seorang yang
mendengarnya.
Tanpa disadari meluncurlah dua patah kata dari mulut Tong
Ko: "In-moay!"
Mendengar itu, Tio In berputar kebelakang terus lari.
Tong Ko seperti lapang kesesakan dadanya.
Dia tahu bahwa sekarang gadis pujaannya itu sudah
mengetahui peribadinya yang bersih. Tapi oleh karena saat itu
dalam suasana ketegangan jadi tak dapatlah dia menyusul
kekasihnya itu. Dengan hati gundah kelana, dia antar kepergian
nona itu dengan sepasang sorot matanya yang mengandung
beribu arti!

Heng Thian Siau To 396


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

The Ing melihat jelas apa yang terjadi diantara Tong Ko dan
'Tio In tadi.
Walaupun hanya tukar pembicaraan sebentar, tapi nyata
kalau Tong Ko masih berkorbar asmaranya kepada puteri Siau-
beng-siang itu, The Ing tahu bahwa tadi tentulah Tio In
membujuk Tong Ko agar pemuda itu menjuruhnya (The Ing)
mengembalikan pedang yan-kun-kiam itu kepada Tio Jiang.
Hatinya serasa rawan pilu, dan pedang yap-kun-kiam itu segera
dibanting menancap kedalam tanah. Tong Ko berpaling dan
beradu mata dengan puteri The Go itu. Mengacai pancaran sinar
mata Tong Ko, lemas lunglailah sendi perasaan The Ing, bagaikan
sebuah layang-layang putus tali.
Kiranya pada sorot mata Tong Ko itu memancarkan sinar
minta maaf.
Benar permintaan maaf itu dikarenakan Tong Ko terpaksa
memintanya mengembalikan pedang itu, tap-i hal itu tak layak
dilakukan terhadap seorang kekasih.
Jadi nyatalah bahwa perasaan Tong Ko yang dikandung
terhadap Tio In berlainan dengan yang ditujukan kepadanya.
Teringat ia akan pesan ayahnya (The Go), supaya dia jangan
rapat perhubungan dengan Tong Ko. Mungkin ayahnya yang
mempunyai pandangan tajam itu sudah dapat mengetahui
bahwa Tong Ko itu seorang pemuda yang setia-cinta.
Mungkinlah ayahnya itu kuatir jangan-jangan ia (The Ing)
hanya akan menubruk bayangan kosong saja.
Lewat beberapa saat kemudian, harulah Tong Ko ajak The
Ing meninggalkan tempat itu. The Ingpun mengiakan, terus
mendahului berjalan.

Heng Thian Siau To 397


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Ko melihat sejenak kearah orang-orang itu.


Tampak disana Tio In menelungkupi bahu mamahnya,
rupanya sedang terisak-isak menangis. Kui-ing-cu tengah
mencekoki mulut Tio Jiang, dengan obat penawar.
Sekalian orang sama mengawasi kearah Siaubeng-siang.
Ah......., betapa inginnya Tong Ko menggabung diri dalam
rombongan orang-orang gagah patriot itu, berjoang melawan
penjajah Ceng.
Tapi dalam prakteknya, tak mungkin dia diterima dalam
kalangan mereka.
Berpikir begitu, buru,buru Tong Ko menyusul The Ing.
Tapi baru berjalan 3-4 tombak jauhnya, tiba-tiba dia teringat
sesuatu, lalu berpaling dan berseru. "Kui locianpwe, peristiwa
Siau-beng-siang keracunan itu, sebenarnya tak aneh, memang
cumi-cumi dalam rumah sukar dijaga!"
Memang orang-orang gagah itu tak mengerti mengapa Siau-
beng-siang sampai terminum racun jahat itu. Waktu mendengar
peringatan Tong Ko, tadi, mereka terkejut sekali. Benarkah ada
pengkhianat dikalangan
dalam?
Sebenarnya tepat sekali
saatnya, Tong Ko memberi
peringatan itu.
Tapi Iagi-lagi Yan-chiu,
wanita yang sudah
tercengkeram oleh
prasangka jelek itu,

Heng Thian Siau To 398


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menyahut dengan sengit: "Tong Ko, apa kau masih tak mau
lekas-lekas enjah, masih mau mengadu domba lagi?"
Tajam, sekali pengaruh kata-kata Yan-chiu itu. Kecurigaan
sekalian orang, lenjap seketika.
Tong Ko tertawa keras lalu melangkah pergi.
––––––––––

BAGIAN 29
MELUNASI HUTANG

Kira-kira dua jam berjalan dia dan The Ing sudah keluar dari
Lo-hu-san.
Kala itu rembulan purnama.
Lapisan mega tipis sayup-sayup bertebaran melalui dewi
malam itu.
Untuk melonggarkan kemengkelannya, Tong Ko mainkan
goloknya dalam ilmugolok ajaran Ang Hwat cinjin. Lui-tong-in-in,
lui-tian-kiau-co, hong-luiki-seng, 3 jurus lengkap dia mainkan
sampai selesai.
Sewaktu mengakhiri permainannya, Tong Ko papaskan
goloknya kesebuah batu besar. Tring......., terbelah batu besar itu
menjadi dua.
Tong Ko maju mendekati dan menghantam lagi.
Dua belah batu itu, terhantam menjadi empat belah.
Setelah puas, barulah Tong Ko lintangkan goloknya dimuka
dada.

Heng Thian Siau To 399


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dengan tertawa dia berpaling, tanyanya: "Nona The,


kemana kita hendak pergi ini?"
The Ing tahu bahwa hati anak muda itu sedang gundah
resah, maka iapun menyahut: "Terserah padamu, hanya saja aku
ingin sekali berjumpa dengan ayah dan mamahku!"
"Aku bagaikan seekor burung, empat penjuru lautan ini
adalah rumahku. Baik, mari kita menuju ke Sip-ban-tay-san!"
Menjelang malam, mereka baru mencari rumah penginapan.
Keesokan harinya mereka lanjutkan perjalanan lagi.
Selama dalam perjalanan itu, mereka menuturkan
pengalaman masing-masing sejak berpisah.
Setelah jelas mengetahui bahwa anak muda itu masih tetap
menjintai Tio In, maka sengaja The Ing perlambat perjalanannya.
Pertama karena ia berduka, kedua supaya dapat lebih lama
berkumpul dengan Tong Ko.
Perjalanan ke Sip-ban-tay-san itu hampir memakan waktu
satu bulan.
Begitu mendorong pintu rumah The Go, segera Tong Ko
berseru: "Ang Hwat cianpwe, aku sudah kembali!"
Tiada penyahutan.
The Ing menyatakan herannya mengapa kedua ayah
bundanyapun belum pulang, Tong Ko menghiburnya barangkali
ayah bunda The Ing itu masih ada lain urusan.
"Engkoh Ko mengasohlah dahulu, biarlah kutangkapkan dua
ekor ajam hutan untuk santapan!" kata The Ing terus menuju
keluar.

Heng Thian Siau To 400


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Belum sempat Tong Ko mengiakan, atau The Ing kedengaran


menjerit kaget.
Cepat Tong Ko loncat memburu. Diatas dahan sehatang
pohon lengkeng tua yang separoh bagian sudah kering, tampak
ada sesosok tubuh bergelantungan dengan kaki diatas. Pohon itu
ada 6-7 tombak tingginya dan tubuhnya bergoyang-goyang
tertiup angin, jadi tak kelihatan jelas air mukanya.
"Aneh, pohon lengkeng itu sudah lama laju kering. Ketika
masih kecil aku pernah memanyat dan putuslah dahan yang
kuinjaknya. Ilmu gin-kang siapa yang dapat naik sedemikian
tingginya?" kata The Ing.
Setelah mendongak mengawasi sejenak, baru Tong Ko
berkata: "Nona The, ilmu ginkang orang itu memang sempurna,
orang yang tergantung dipohon itu sudah mati. Setelah mati,
baru orang itu digantung!"
Jadi dapat dibayangkan bagaimana lihay ginkang orang itu.
"Ang Hwat cinjin?" seru The Ing dengan kagetnya.
Tong Ko menggeleng: "Ang Hwat cinjin tak nanti berbuat
begitu, mari kita naik memeriksa keatas!"
Tong Ko enjot tubuhnya naik kesebatang dahan, tapi baru
sang kaki menginjak, dahan itu segera patah. Tong Ko cepat
mencapai dahan lainnya sebelah atas, tapi dahan itupun patah
dan jatuhlah Tong Ko bersama dahan itu.
"Engkoh Ko, separoh bagian dari pohon itu entah sudah
berapa tahun kering kerontang, memang sukar dipanyat!"
"Aneh, mengapa dahan yang dibuat menggantung orang itu
tak putus? Kita harus memeriksa keatas!"

Heng Thian Siau To 401


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Untuk memanyat keatas, mudah saja. Kita harus melalui


bagian batang yang tidak kering!"
Tong Ko lakukan usul itu dan tak lama kemudian dapatlah
dia tiba dipuncaknya, tapi masih terpisah 2 meteran dari tubuh
mayat itu.
Namun dari situ dapat dilihatnya jelas keadaan korban itu.
Umurnya kira-kira 50-an tahun, memelihara yanggut pendek
yang menjikrak.
Sikapnya menandakan seorang persilatan.
Kiranya dahan yang dibuat menggantung orang itu, bukan
dahan pohon tapi sebatang tiang besi yang ujungnya
dimasukkan kedalam batang pohon. Sepintas pandang,
tampaknya memang seperti dahan kering. Tong Ko loncat keatas
dan menurun mayat itu. Tubuh korban itu tak terdapat luka apa-
apa melainkan punggungnya terdapat sebuah telapak tangan.
Inilah yang menjebabkan kematian orang itu. Tong Ko belum
pernah mendengar tentang achli silat yang begitu hebat
pukulannya.
"Nona The, mungkin sipembunuh belum jauh dari sini, ditilik
dari kepandaiannya rasanya kita masih dibawahnya. Lebih baik
kita berhati-hati, siapkan senjatamulah!" kata Tong Ko.
The Ing mengatakan bahwa tali cengsi-nya sudah siap segala
waktu. Tapi mencari kesekeliling situ sampai sekian lama,
mereka tak bertemu dengan jejak apa-apa. Terpaksa mereka
kembali kedalam pondok lagi. Baru The Ing hendak membuka
mulut atau Tong Ko cepat memberi isyarat tangan supaya diam,
karena, didengarnya dikamar sebelah ada suara orang tidur
mendengkur. Cepat dia mendorong pintu dan dapatkan diatas

Heng Thian Siau To 402


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

balai-balai bambu tidur seorang gemuk dengan pulasnya. Tong


Ko belum pernah melihat orang itu.
"Ai, rasanya aku pernah kenal dianya!" kata The Ing. Dan
karena suara The Ing itu maka menggeliatlah orang itu bangun.
Dia memandang kearah kedua anak muda itu.
Tampak jelas bagaimana sorot matanya bersinar ungu.
Teringat akan telapak tangan ungu yang terdapat pada
punggung mayat dipohon itu, Tong Ko dan The Ing terkesiap.
"Hai, kau siapa, mengapa seenaknya sendiri tidur diranjang
ayah ku?" tegur The Ing.
Orang itu tertawa sahutnya: "Aku selalu bebas berbuat
sesukaku, sedang Tay Siang siansu saja tak dapat mengganggu
usik diriku, masakan seorang budak perempuan berani usilan?"
Waktu orang itu mengungkit nama Tay Siang siansu, sesaat
teringatlah The Ing sewaktu ia bersama Bek Lian melarikan diri
dari kejaran Liat Hwat cousu digunung Lo-hu-san waktu hari. Ia
menjumpai Tay Siang siansu sedang duduk berhadapan dengan
seorang gemuk. Benar Tay Siang itu waktu tak memberi tahu,
tapi pernah ayahnya (The Go) mengatakan sesuatu tentang
orang itu. Maka siraplah amarahnya dan berseru "Kau "
Tapi belum ia lanjutkan kata-katanya, Tong Ko sudah
menjelutuk: yang tergantung diatas pohon itu, apakah tuan yang
melakukan kan?"
Orang itu menguap dulu, baru acuh tak acuh menjawab:
"Benar, orang itu bergelar Tiat-pi-tong-kak Cin Gun!"
Tong Ko terbeliak. Tiat-pi-tong-kak (lengan besi kaki
tembaga) Cin Gun, seorang tokoh kenamaan di daerah Kwisay
yang sangat dihormati orang karena kemuliaan budinya.

Heng Thian Siau To 403


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Mengapa kau mencelakainya?" tegur Tong Ko.


Kembali orang itu menguap seperti oraang masih ngantuk,
ujarnya: "Untuk membunuh orang, masa harus mencari alasan?
Waktu hari aku kena diakali sikeledai gundul Tay Siang, diajak
adu bersemedhi. Sudah tentu karena dia seorang paderi, aku tak
dapat menang. Syukur kala itu datang seseorang membantunya
untuk memukul aku, sehingga aku dapat keluar dari
perangkapnya untuk meng-gantung-gantungi orang, ha.....,
ha....., senang senang sekalii......!'
Bagi orang itu menggantungi orang sudah menjadi
hobbynja. Habis berkata kembali dia tampak menggeliat, justeru
telapak tangannya menghadap kemuka. Tong Ko melihat jelas
bagaimana telapak tangan orang aneh itu berwarna ke-ungu2an.
Orang aneh, kepandaian aneh dan tingkah laku yang aneh pula.
"Cin Gun dihormati oleh kaum persilatan, apakah kau tak
kuatir ada orang menunut perhitungan padamu?" tanya Tong Ko
pula.
Habis menggeliat, orang itu tundukkan kepala dan matanya
seperti tertumbuk pada pi-lik-to. Serentak mulutnya memuji:
"Golok bagus"!
Seenaknya sendiri, dia ulurkan tangan, ujarnya: "Berikan
padaku!"
Tong Ko tahu bahwa dia sedang berhadapan dengan
seorang tokoh sakti yang menyangsikan kelakuannya. "Cunke,
jangan ber-olok-olok!" serunya sembari mundur.
"Siapa yang ber-olok-olok denganmu. Kalau tak mau
memberikan kaupun tentu akan kugantung dipohon tua itu

Heng Thian Siau To 404


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

supaya dapat menikmati pemandangan alam Sip-ban-tay-san


sini!" bentaknya dengan marah.
Tong Ko yang selama itu tak lepaskan matanya kepada
orang aneh itu, memperhatikan bahwa setiap kali tangan
sigemuk itu diangkat naik. tentu warnanya makin tua. Selama
digembleng dan diweyang ilmu silat oleh Ang Hwat cin-jin, baik
kepandaian maupun pengetahuan Tong Ko mengenai ilmu itu,
bertambah maju dan luas. Dia yakin tangan ungu dari sigemuk
itu tentu termasuk jenis Iwekang yang sakti, kemungkinan besar
sangat jahat. Setelah menolak permintaan orang, dia mundur
sembari isyarat anggukan kepala kepada The Ing.
Maksudnya suruh nona itu juga ikut mundur, tapi ternyata
malah runyam. Sememangnya The Ing sudah benci melihat
kecongkakan orang itu.
Maka demi tampak Tong Po mengangguk, ia mengira kalau
pemuda itu suruh dia turun tangan. Tanpa berajal lagi, dia segera
lambaikan tali cheng-sidalam gerak ceng-hay-sen-boh. Ratusan
lingkaran kecil warna merah segera bergelombang menabur
kearah muka sigemuk.
"Nona The......" Tong Ko menjerit kaget, tapi belum sempat
dia lanjutkan kata-katanya, orang gemuk itu dengan malas-
malasan menyambar tali itu. Seketika permainan tali cheng-si
dalam jurus ceng-hay-sen-boh yang dahsyat itu, tak dapat
digerakkan alias macet. Sekali orang itu menarik tangannya
keperut, The Ing seperti ditarik kemuka, jatuh tertelungkup
kearah ruangan dalam.
Tong Ko bertindak sebat. Cepat dia hantamkan pi-lik-to,
begitu tali cheng-si putus, dia segera tarik tangan The Ing untuk
diajak loncat keluar. Untung dia berlaku sebat, karena sesaat itu

Heng Thian Siau To 405


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

terasa ada hawa amis menyambar, bau yang memaksa orang


muntah-muntah.
Tapi karena sudah berada diluar, mereka tak sampai begitu.
Jelas bahwa hawa amis itu, keluar dari telapak tangan
sigemuk yang ungu itu, suatu tok-ciang (ilmu pukulan beracun)
yang jarang terdapat.
Pada saat Tong Ko hendak mencari siasat menghadapi
sigemuk jahat itu, tiba-tiba ada orang berseru diluar pintu:
"Nona The apa dirumah? Leng-cun (ayahmu) suruh aku
mengantarkan surat kemari!"
Tong Ko seperti kenal dengan suara orang itu. Dia terkejut
mengapa orang itu hendak mencari The Ing. Juga The Ing tak
terkecuali herannya. "Nada suara orang itu tak asing rasanya,
mengapa ayah menjuruhnya kemari? Mari kita keluar
menjenguknya!" katanya.
"Habis bagaimana dengan orang gemuk didalam kamar itu?"
tanya Tong Ko.
The Ing mengintip kedalam dan tampak orang aneh itu
menggeliat lalu terlentang tidur menggeros lagi. The Ing segera
ajak Tong Ko keluar menerima surat itu lebih dahulu.
Seorang yang mengenakan pakaian opsir Ceng dan seorang
tinggi besar, tengah menggendong tangan berdiri membelakangi
pintu. Rupanya mereka tengah menikmati aIam pegunungan
disitu.
"Siapa yang hendak menerimakan surat padaku?" tegur The
Ing.

Heng Thian Siau To 406


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kedua orang itu serentak sama berputar diri. Tapi demi


melihat Tong Ko, siorang tinggi besar itu segera berseru keras:
"Bagus, kau juga disini!"
"Ai, kiranya kau!" The Ingpun tak kurang kagetnya demi
mengetahui bahwa orang itu bukan lain sipemuda berumur 20-
an tahun yang sudah menduduki jabatan sebagai tay-lwe ko-chiu
(jagoan istana), si Cek-cing-long Shin Hiat-ji. Anak itupun
terperanjat melihat The Ing.
"Oh, kiranya nona itu adalah puterinya The sute, maaf
karena belum mengenal waktu hari sudah kesalahan tangan. The
sute mengirim sepucuk surat, harap nona terima!" secepat Hiat-
ji dapat menguasai getar wajahnya, dia lantas memulai buka
pembicaraan.
The Ing terkesiap, serunya: "Ngaco, apa katamu? Ayahku
suruh kau kemari menjerahkan surat?"
"Benar, "Hiat-ji tertawa, The Go yang dahulu dikenal orang
sebagai Cian-bin-long-kun, kini sudah menjadi murid suhuku Liat
Hwat cousu, ketua sebuah partai di Tibet.
Dengan begitu, walaupun aku lebih muda, tapi karena aku
yang menjadi murid terdahulu, jadi. dia menyebut aku suheng!"
The Ing tak percaya pendengarannya. "Jangan mengoceh tak
keruan. Ayahku mana sudi campur gaul dengan kamu kawanan
bebodoran ini?"
Hiat-ji tak marah, katanya: "Harap nona jangan marah-
marah, bacalah suratnya dan kau tentu akan percaya!"
Dari saku bajunya, Hiat-ji mengambil sepucuk surat terus
diserahkan pada sinona. The Ing bersangsi, ia berpaling

Heng Thian Siau To 407


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menghadap kearah Tong Ko dan tak mau menyambuti surat itu


Tong Ko berapi-api matanya memandang. pada Hia-ji.
Sebentar lagi dia hendak menjelesaikan rekening-hinaan
yang diutangnya dari anak itu. Tapi demi dilihatnya surat itu
bercoretkan tulisan yang indah garang, dia tak ragu lagi.
"Nona The, surat itu benar tulisan ayahmu!" serunya.
Ketika The Ing berpaling, memang benar apa yang dikatakan
Tong Ko itu.
Dengan perasaan sangsi, surat itu disambutinya dan astaga,
kiranya memang benar tulisan ayahnya.
Surat itu berbunyi demikian:

Kepada anakda Ing :


Harap anakda ketahui, bahwa putusan ayah untuk kembali
menakluk, sungguh bukan pura-pura. Lekas datang jangan ajal
menemui aku.
Ayahmu The Go.

Huruf-hurufnya yang indah garang itu, memang buah tangan


The Go. The Ing terkesiap sejenak. Diulanginya membaca sekali
lagi. Wajahnya berobah merah putih, penuh dengan seribu
kesangsian. Tong Ko menghampiri turut membaca.
Gila, mengapa terjadi begini? Ah, tak mungkin!" serunya.
Hiat-ji tertawa dingin, memberi komentar singkat: "Saudara
Tong, surat itu menjadi bukti yang berbicara!"

Heng Thian Siau To 408


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Melihat cecongor anak itu, amarah Tong Ko meluap-luap.


Walaupun perkenalannya dengan Cian-bin-long.-kun tak
berapa lama, tapi dalam waktu yang sesingkat itu dia sudah
mengetahui jelas bagaimana peribadi ayah The Ing itu.
Tong Ko tak percaya barang serambutpun, bahwa The Go
sudi bertindak menjadi pengchianat lagi. Tapi seperti yang
dikatakan Hiat-ji, surat itu merupakan bukti hitam diatas putih
yang tak dapat dibantah lagi.
Ketika dia mengamat-amati sampulnya, ternyata pada tutup
sampul itu tertera sebuah huruf "Sam" (tiga). Memang pada
jeman dulu, orang suka memberi sesuatu tanda tulisan diatas
surat, agar pengantar surat itu atau lain orang tak sembarangan
berani membuka mencuri baca isinya. Tapi mengapa The Go juga
membubuhi tanda itu, pada hal yang disuruh mengantarkan
adalah Hiat-ji?
Dengan kecurigaan itu dia menanyakan The Ing: "Nona The,
lengcun menulis huruf "sam" pada tutup sampul, apakah artinya
itu?"
The Ing teringat sesuatu bisiknya dengan pelahan: "Benar,
ayah sering bilang padaku, dalam keadaan genting, orang bisa
menuliskan maksudnya secara rahasia dalam sebuah surat.
Dengan adanya tanda huruf "sam" itu, ayah tentu menjuruh aku
membaca setiap huruf yang ketiga. Disitulah terdapat maksud
yang sebenarnya dari ayah!"
Tong Ko mulai membaca lagi menurut peraturan itu. Huruf
ketiga dari setiap perkataan, dia ambil keluar. Huruf ketiga dari
baris pertama jalah "Ing". Huruf ketiga pada baris kedua dan
selanjutnya adalah "ketahuilah", lalu "ayah" lalu "menakluk",

Heng Thian Siau To 409


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

lalu` "pura-pura", lalu "jangan" dan terakhir "kemari". Apabila


kedelapan huruf itu dirangkai maka terdapatlah pesan begini:
"Ing ketahuilah. Ayah menakluk pura-pura jangan kemari!"
Setelah yakin akan maksud sebenarnya dari surat itu, segera
Tong Ko memberi isyarat mata kepada The Ing, bisiknya: "Kau
beresi si opsir, aku si Hiat-ji, biar mereka tak dapat pulang
selama-lamanya!"
The Ing mengerti. Dengan tertawa-tawa, ia menghampiri
Hiat-ji, ujarnya dengan ramah: "Ya, memang surat dari ayahku,
terima kasih!"
Sudah tentu Hiat-ji tak mengetahui mengapa sikap The Ing
kini mendadak berobah seratus derajat. The Ing berpaling
kepada si opsir dan tanyanya: "Tuan opsir yang entah siapa
namanya, aku membilang banyak terima kasih juga padamu!"
Selagi siopsir masih main aksi kesombong-sombongan, The
Ing sudah gerakkan tali merahnya dalam jurus ceng-hay-seng-
boh. Tahu-tahu leher siopsir itu serasa terlibat dengan tali tajam.
Sekali tangan The Ing menyentak, tanpa berkuik lagi opsir itu
rubuh tak bernyawa!
Sementara itu, Tong Kopun maju menghampiri Hiat-ji dan
berkata dengan dingin: "Shin tayjin, urusan diantara kita berdua,
sebaiknya juga diselesaikan sekarang!"
Hiat-ji tersenjum ewah, ujarnya: "Sebenarnya setelah The
Go menakluk kepada kerajaan Ceng, kau dan nona The
seharusnyapun mengikuti tindakannya itu. Tapi kalau kau
berkeras hendak menjelesaikan hutang itu, akupun terpaksa
melajani juga!"

Heng Thian Siau To 410


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Ko lintangkan goloknya perlahan-lahan kedada, setelah


melepas tertawa, berserulah dia dengan girang: "Shin tayjin, kau
sungguh menolong mukaku!" Kata-katanya itu ditutup dengan
sabetan pi-lik-to.
Tadi sebenarnya Hiat-ji pun sudah mengetahui bahwa golok
ditangan anak muda itu sebuah senjata pusaka. Tapi dikarenakan
kesombongannya, dia sudah tak mau memandang mata. Dia
tetap mengira, lawannya itu adalah pemuda Tong Ko dahulu.
Mundur selangkah, dia gunakan tangan kosong gong-chiu-
kin-na-tihiu untuk merebut senjata lawan. Karena bencinya
terhadap pemuda pengkhianat itu, sekali gebrak Tong Ko sudah
keluarkan jurus hong-lui-ki-seng, jurus yang paling lihay dari
ilmugolok 3 jurus itu Golok itu menjemburkan badai dan kilat
yang menderu-deru. Demi melihat Hiat-ji dengan sombongnya
menggunakan tangan kosong, dengan tertawa gelak-gelak Tong
Ko berputar-putar memainkan golok pusakanya. Belum reda
suara ketawanya itu atau Hiat-ji sudah menjerit ngeri.
Tong Kopun lantas menarik pulang goloknya dan mengawasi
keadaan lawan.
Hiat-ji terhuyung-huyung jatuh kira-kira 8 tindak jauhnya,
mukanya pucat seperti kertas dan yang mengerikan lengan
kanannya sudah hilang.
"Shin tayjin, dengan membajar sebuah lengan ini, rasanya
hutangmu itu masih belum lunas!" Tong Ko tertawa dingin.
Karena sakitnya, sebenarnya dengan wajah pucat mayat
Hiat-ji sudah menunggu ajalnja. Tapi tiba-tiba matanya
tertumbuk akan sesuatu bayangan dan berserulah dia keras-

Heng Thian Siau To 411


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

keras: "Toa-supeh, kiranya kau berada disini. Kedatangan suhu


kali ini keselatan, sebagian besar adalah untuk mencarimu!"
Tong Ko berpaling kebelakang. Sigemuk tadi kiranya sudah
berdiri diambang pintu sambil molat molet (bergeliat).
"Kau ini anak murid siapa, mengapa mengamong tak
keruan!" tegurnya.
Sewaktu kedua orang itu berbicara, Tong Ko merasa bakal
terjadi sesuatu hal.
Cepat dia hampiri The Ing untuk bahu membahu menunggu
setiap kemungkinan.
Tampak Hiat-ji paksakan diri untuk menyahut: "Toa...............
supeh, aku adalah.......muridnya Liat Hwat cousu............... apa
kau sudah membalaskan sakit hati kedua suheng?"
"Hem, baru saja aku tiba di Lo-hu-san dalam perjalanan ke
Kwitang, aku sudah ditantang adu semedhi oleh seorang paderi
bangsat, dan itu telah menghabiskan waktuku sampai 10 tahun!"
kata orang itu.
Memang sigemuk itu bukan lain adalah toa suheng dari Liat
Hwat cousu.
Sepuluh tahun yang lalu dia berangkat dari Tibet untuk
menuntutkan balas bagi kedua muridnya suami isteri Hwat Siau
dan Swat Moay, yang telah dibikin lumpuh punah
kepandaiannya oleh Tay Siang siarisu.
Tapi begitu pergi, dia tak ada kabar beritanya lagi.
Sebenarnya Hiat-ji sudah tak kuat, hanya karena melihat
munculnja sang toa-supeh yang tak diduga-duga itulah maka dia

Heng Thian Siau To 412


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kuatkan, diri untuk memanggil. Tapi habis itu, diapun segera


rubuh terkulai tak bernyawa lagi.
Melihat sutitnya (murid keponakan) binasa, orang itu
mengicupkan mata kearah Tong Ko. Tong Ko tahu apa artinya itu
dan perlahan-lahan dia kisiki The Ing mundur kebelakang.
"Shin-sutit tak dapat ditolong Iagi, diantara kalian berdua,
siapa yang mengganti jiwa?" tanya sigemuk.
Tong Ko tertawa, dingin, sahutnya: "Dia mati itu sudah
selayaknya, siapa yang mau mengganti jiwa-nya?"
Orang itu perdengarkan geraman aneh tubuhnya bergetar,
tangannya perlahan-lahan diangkat. Sesaat lagi, dia tentu bakal
melancarkan pukulan amis. Menyerang dulu, adalah siasat yang
paling baik. Demikian pikir Tong Ko dan dia segera serukan The
Ing supaya menjingkir, lalu putar pi-lik-to menyerang orang
gemuk itu.
Tepat pada saat itu pukulan lawanpun sudah melancar,
serangkum bau amis memuakkan perut orang.
Buru-buru Tong Ko tutup napas, tapi tetap tak tahan.
Tanpa menghindar, cukup dengan gerakkan telapak
tangannya yang hitam, orang itu telah dapat menahan arus
serangan Tong Ko.
Tong Ko terperanjat, terpaksa dia mundurkan langkah.
Orang itu kedengaran menguap beberapa kali, selangkah
demi selangkah maju menghampiri. Walaupun mempunyai golok
pusaka yang dahsyat, namun Tong Ko tak berani maju
menyongsong.

Heng Thian Siau To 413


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Cepat dia tarik The Ing untuk diajak lari. Sekonyong-konyong


dari arah samping terdengar suara seorang tua berseru:
Akumuba!
Inilah pemimpin besar dari Tibet yang digelari orang sebagai
Sui-giam-lo soh-hun-ciang Kwan Tay-kin!"
Tong Ko berpaling dan dapatkan kakek gurunya, Ang Hwat
cinjin berdiri disebelahnya. Dadanya serasa longgar sekali. Orang
itu berhenti demi tampak ada seorang cinjin muncul disitu
"Bagus, diantara barisan ko-chiu daerah Kwiciu, aku sudah
berjumpa derigan Tay Siang si kepala gundul, kini gilirannya
dengan seorang bhiksu gembel. Apa kau juga mau ajak
bertanding semedhi?"
"Kwan Tay-kin, kali ini entah berapa banyak sudah orang-
orang persilatan yang kau celakai? Kaum persilatan Kwiciu, tiada
sudi menerima seorang bebodoran macam kau!" sahut Ang
Hwat.
Orang she Kwan itu jebikan: bibirnya, menjeringai : "Bagus,
mari kita segera mulai saja!"
Ketika dia hentikan langkah tadi, tangannya masih
diacungkan keatas.
Habis mengucap dia lantas enjot tubuhnya loncat setombak
jauhnya.
Gerakannya aneh, pesatnya bukan alang kepalang. Karena
loncatan itu, kembali ada serangkum angin amis menyampok.
Saking tak kuatnya, Tong Ko dan The Ing menjurut mundur.
Ang Hwat cinjin pun cepat kibaskan lengan baju,
melayangkan sebuah pukulan.

Heng Thian Siau To 414


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kedua gembong itu, jaraknya terpisah 3-4 meter, namun


ketika kedua pukulan itu saling berbentur, terbitlah suatu angin
pujuh besar sehingga pohon-pohon disekliling situ sama rontok
daunnya, dahan-dahannya patah. Bau amis itupun bertebaran
kemana-mana. Kedua tokoh itu sama-sama mundur beberapa
langkah.
"Kalian berdua harus menjingkir pergi, makin jauh makin
baik!" seru Ang Hwat kepada Tong Ko dan The Ing.
Tong Ko tahu bahwa cinjin itu telah mencapai kesaktian
yang tinggi.
Kwan Tay-kin lihay, tapi rasanya takkan dapat berbuat
banyak kepadanya.
"Cinjin, ayah The Ing berada di Kwiciu, entah mengapa dia
melakukan siasat pura-pura menakluk pada pemerintah Ceng,
kami berdua hendak menyusul kesana!" seru Tong Ko.
"Pergilah!" sahut Ang Hwat tanpa menoleh.
Ketika kedua anak muda itu berjalan jauh" tiba-tiba dari
arah belakang sana terdengar suara menggelugur yang dahsyat.
Kiranya itulah pohon tua lengkeng yang roboh.
Mereka duga tentulah kedua gembong itu sedang
bertempur didekat pohon situ, hingga pohon itu sempal separoh
bagian. Pertempuran antara dua gembong persilatan,
merupakan hal yang jarang terjadi. Beruntunglah mereka yang
mempunyai kesempatan untuk menjaksikan, karena dalam
pertempuran itu tentu akan dipertunjukkan ilmu sakti dan lain-
lain kepandaian istimewa yang jarang keluar. Ini sangat
berfaedah untuk menambah pengalaman.

Heng Thian Siau To 415


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Ko dan The Ing saling berpandangan, dan The Ingpun


tahu apa yang dimaksudkan anak muda itu.
Berkata Tong Ko dengan penuh kesungkanan :"Nona The,
ayahmu di Kwiciu..........."
"Tak menjadi soal. Setelah dia mengabdi pada pemerintah
Ceng, 'tentu keselamatan-nya terjamin. Sebaliknya kalau kita
lewatkan pertempuran besar ini, kita tentu akan menjesal
seumur hidup!" The Ing buru-buru. memotong.
Tong Ko mengiakan dan begitulah keduanya lalu diam-diam
menyelinap kembali, bersembunyi dibalik sebuah batu besar.
Dilihatnya Ang Hwat cinjin seperti orang gila keadaannya.
Rambutnya yang berwarna merah itu riap-riap rebah berdiri,
sikapnya menyeramkan sekali.
Sedang difihak lawan, Kwan Tay-kin matanya melotot, tak
mengantuk seperti tadi.
Nyata-nyata kedua gembong itu sedang mengerahkan
seluruh kepandaiannya untuk menghadapi lawannya yang,
berat.
Cek-hun-ciang atau pukulan awan ungu yang diyakinkan
oleh Kwan Taykin, merupakan suatu ilmu ganas yang paling lihay
sendiri diantara 7 macam ilmu ganas.
Dan karena peyakinannya itu sudah mencapai tingkat
kesempurnaan, angin pukulannyapun nisaw mengeluarkan hawa
racun. Andaikata yang diyakinkan itu bukan jenis Iwekang tok-
ciang (pukulan racun), artinya meyakinkan ilmu Iwekang biusa,
timgkatan yang dicapai oleh Kwan Tay-kin itu, akan dapat dibuat
menangkis senjata lawan yang jaraknya beberapa meter
jauhnya!

Heng Thian Siau To 416


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Adanya dia sampai meyakinkan pukulan ganas itu karena


marah atas nasib yang diderita kedua muridnya (Hwat Siau dan
Swat Moay). Setelah berhasil meyakinkan, dia segera menuju ke
Kwiciu untuk melakukan pembalasan. Tapi apa lacur, ketika tiba
di Lo-hu-san dia telah berpapasan dengan Tay Siang siansu.
Paderi agung yang sakti itu sepintas pandang segera
mengetahui, bahwa orang itu memiliki ilmu yang keliwat
saktinya.
Tapi sorot matanya mengunjuk kebuasan yang ganas sekali.
Hweshio agung itu mengambil putusan untuk menjinakkannya
dengan pelajaran agama Hud. Maka sengaja dia cari perkara dan
tantang tokoh Tibet itu untuk bertanding duduk semedhi.
Kecuali ada orang yang membantu siansu itu atau dia (Kwan Tay-
kin) berjanji takkan mengijakkan kaki didaerah Kwan-lwe
(Tiongkok) lagi, barulah dia menang dan boleh bebas.
Gembong Tibet itu tinggi sekali adatnya (congkak). Nafsu
ingin menangnya, besar sekali. Begitulah setiap hari mereka
duduk bersemedhi sampai 8 jam dan kejadian itu berlarut
sampai 10 tahun lamanya. Dalam waktu sekian lama itu; dengan
sendirinya, Kwan Tay-kin bertambah maju kepandaiannya.
Sedikit waktu lagi, dengan falsafah-falsafah Hud Tay Siang
percaya tentu dapat menerangi bathin orang itu. Tapi ternyata
jerih payah selama 10 tahun itu, lenyap hanya dalam satu hari
saja. Tanpa mendapat ijin Tay Siang, Siao-lan telah menusukkan
senjata garunya kepada orang itu.
Sesuai dengan janji yang telah diikrarkan dimuka, Kwan
Taykin segera berbangkit dan pergi situ dengan lenggangnya.
Setiap tokoh persilatan yang dijumpainya, tentu dibunuh. Habis
dibunuh lalu digantung tinggi-tinggi. Keenam orang persilatan

Heng Thian Siau To 417


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

yang ditemukan The Go tergantung diujung serambi pagoda


bungalow, adalah orang, Tibet itu yang melakukan!
Sampai beberapa saat kemudian, kedua gembong itu masih
belum mulai lagi.
"Ai, mengapa mereka itu?" saking tak sabarnya The Ing
segera menggerutu dengan pelahan. Tapi Tong Ko menjawilnja
supaya jangan banyak omong.
Benar juga, rupanya Ang Hwat seperti mendengar bisikan
nona itu tadi. Gerakan tubuhnya agak lambat justeru pada saat
itu Kwan Tay-kin sudah melancarkan sebuah hantaman. Ang
Hwat buru-buru membalas. Kali ini jarak mereka lebih dekat.
Ketika terjadi benturan, Ang Hwat kedengaran bersuit panjang
sedang Kwart Tay-kin tertawa seram. Kembali keduanya sama.
berpencar lagi. Kini mereka bergerak-gerak melakukan serang
menyerang, dari pelahan menjadi cepat. Apa yang tampak
digelanggang situ, hanya, lah dua gulung sinar yang
mengeluarkan deru angin dahsyat.
Sekonyong-konyong terdengar suara benturan keras, dan
kedua gembong itu tampak tegak berdiri diam, tangannya saling
menempel. Melihat itu, bukan main kejutnya Tong Ko. Terang
mereka sedang mengadu Iwekang. Serentak berdiri, berteriaklah
Tong Ko dengan cemasnya : "Cinjin, tangannya beracun!"
Ang Hwat berpaling. Wajahnya merah padam karena murka.
"Budak yang tak mau mendengar kata, lekas enjah.
Kalau kudapatkan kau masih berada dalam jarak 100 Ii dari
sini, awas jiwamu ya!"
Tong Ko tersipu-sipu.

Heng Thian Siau To 418


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dia yakin Ang Hwat tentu sudah mempunyai pegangan.


Segera diajaknya The Ing berlalu.
Baru berdialan belum lama, mereka berpaling kebelakang
tampak kedua gembong itu masih tegak berdiri seperti tiang.
"Engkoh Ko, kau berpendapat siapa yang menang nanti?"
tanya The Ing setelah jauh sekali dari gelanggang itu. Tapi Tong
Ko hanya menggeleng kepala.
Belum sampai petang hari, mereka sudah keluar dari daerah
Sip-ban-tay-sarv. Malam itu mereka tidur disembarang tempat.
Keesokan harinya barulah meneruskan perjalanan ke Kwiciu.
Tiba disana, langsung mereka menuju kegedung tihu (residen).
Pintu kantor pembesar itu tertutup rapat. Mereka mencari
sebuah warung untuk berunding. Tong Ko menyatakan supaya
malam nanti melakukan penjelidikan kegedung tihu, The Ing
diam saya, berselang beberapa saat baru ia menyahut : "Engkoh
Ko, aku punya jalan! Bukantah dalam suratnya itu ayah
menjuruh aku datang? Nah, dengan surat itu aku akan masuk
kesana!"
"Benar, tapi kalau kau seorang diri, berbahaya sekali!"
The Ing menatap wajah Tong Ko, tiba-tiba ia tertawa geli.
Tong Ko heran dan mengira kalau mukanya itu apa
barangkali kotor, maka sampai ditertawai sinona. Buru-buru dia
menghampiri kaca, tapi ternyata bersih-bersih saja.
"Kau menertawai apa?" tegurnya dengan heran.
"Aku punya akal, tapi, jangan-jangan kau tak mau!"
"Asal bisa menjumpai paman The, aku tentu tak menolak!"
"Kau menjaru jadi seorang nona dan ikut aku masuk.

Heng Thian Siau To 419


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Mereka tentu tak mencurigai" kata The Ing sembari ketawa:


"Hai, apa-apaan itu?!"
"Kalau begitu biar aku pergi seorang diri saja," kata The Ing
dengan mengangkat pundak.
Setelah merenungkan sejenak, akhirnya Tong Ko menerima.
The Ing lekas-lekas keluar membeli pakaian wanita dan beberapa
macam perhiasan. Oleh karena sememangnya berparas cakap,
maka ketika sudah berganti pakaian wanita, jadilah Tong Ko
seorang nona cantik. Malah The Ing sendiri sampai terkejut :"Ai,
mengapa kau menjerupai benar dengan suatu orang?!"
"Siapa?"
"Say-hong-hong Bek Lian!"
Tong Ko tertawa, ujarnya :"Say-hong-hong Bek Lian adalah
ratu bunga dari Kwiciu, masakan aku dapat menyamainya, sudah
jangan omong tak keruan!"
The Ing tetap ngotot.. "Benar-benar seperti pinang dibelah
dua, percaya atau tidak itu terserah padamu!"
Tong Ko tak mau berbantah.
Keesokan harinya, mereka menuju kegedung tihu.
"Mau apa?" hardik serdadu penjaga seraya menghadang.
The Ing deliki mata. "Kawanan yang tak bermata, kau kenal tidak
dengan Shin Hiat-ji tayjin?"
Shin Hiat-ji adalah taylwe-wisu (barangkari keraton).
Segera kawanan serdadu itu merobah sikapnya.
"Nona ini adalah........"

Heng Thian Siau To 420


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Aku she The, kemari hendak menemui ayah!"


Tersipu-sipu kawanan serdadu itu membawa kedua nona itu
masuk.
Tiba disebuah ruangan, terdengar lengking suara Liat Hwat
cousu berkata, "Sudah beberapa hari, mengapa Hiat-ji masih
belum pulang? Jangan-jangan dia mendapat halangan ditengah
jalan!"
"Kukira tidak!" sahut suara The Go.
Mendengar itu, tak dapat The Ing menahan teriaknya lagi :
“Yah, aku sudah datang!"
Pintu ruangan itu terbuka sendiri. Liat Hwat dan The Go
duduk dikursi, sedang Siao-lan berdiri disisi suaminya. Bermula
The Go terbeliak melihat puterinya kesitu, tapi lebih kaget lagi
demi tampak seorang nona mengikut dibelakang The Ing. Pikiran
The Go terbayang lagi akan kenangan pada duapuluh tahun
berselang, Say-hong-hong Bek Lian, dewi jelita dari gunung Lo-
hu-san.......... Juga Siao-lan terperanjat bukan terkira.
The Ing cukup cerdas dan buru-buru memberi keterangan :
“Yah, Hiat-ji susiok sedang mempunyai lain urusan, jadi agak
terlambat beberapa hari. Aku telah mengerti jelas isi suratmu
itu, maka aku datang kemari!"
Sengaja ia tekankan kata-kata "jelas" itu. Sebagai seorang
yang berotak, tajam, The Go dapat menangkap isyarat itu.
"Ing-ji, lekas beri hormat pada sucoumu!" serunya sembari
menatap tajam-tajam kearah "Bek Lian". Ah, Bek-Lian tak
semuda itu keadaannya. Hai, itulah Tong Ko, secepat itu The Go
sudah dapat meneropong penjaruan yang lihay, itu.
Sebenarnya pada perkenalannya pertama dengan Tong Ko, The

Heng Thian Siau To 421


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Go sudah dapat merabah-rabah asal usul anak muda itu. Tapi dia
anggap belum tiba saatnya untuk memberi tahu. Hanya dia
larang puterinya supaya jangan bergaul rapat dengan pemuda
itu. Maka sangatlah gelisahnya demi The Ing datang bersama
Tong Ko, suatu tanda bahwa hubungan kedua anak muda itu
tentu sudah makin akrab. Namun dalam saat dan keadaan
seperti itu, dia terpaksa tekan perasaannya dan pura-pura
berseri girang.
"Ha, kiranya tit-li (keponakan perempuan) juga ikut?"
ujarnya.
"Titli ingin menyambangi susiok dan subo!" sahut Tong Ko
dengan nada kecil.
Ternyata anak muda itu juga cakap bersandiwara. Untuk
membuktikan dirinya itu seorang nona sesungguhnya, dia
kerutkan tenggorokannya supaya bisa bersuara kecil.
Adalah Siao-lan yang lamban pikirannya, tak dapat segera
mengetahui sandiwara yang sedang dimainkan oleh suaminya
dan anak muda itu. Wajahnya menampil rasa heran. Buru-buru
The Go menyentuhnya sebagai isyarat jangan bicara apa-apa.
Liat Hwat duduk anteng menerima pemberian hormat dari
kedua gadis itu. Rupanya dia sangat gembira dan tertawa
terbahak-bahak.
"Ha..., ha..., tak kira bisa mendapat tambahan dua orang titli
yang cantik dan gagah," ujarnya, lalu berkata kepada The Go :
"The Go, kau bilang hendak menyumbangkan suatu jasa pada
pemerintah kerajaan, entah bagaimana caranya? Turut
pendapatku, kembalimu kepada kerajaan itu, masih belum
diketahui umum. Bunuhlah beberapa tokoh pemberontak,
barulah kerajaan menaruh kepercayaan penuh padamu!"

Heng Thian Siau To 422


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Bukan begitu!" sahut The Go.


"Lalu bagaimana kau hendak mengunjuk jasa?" Liat Hwat,
berobah wajahnya dengan serius.
The Go tertawa, ucapnya : "Pepatah mengataakan 'tangkap
kawanan penjahat harus ringkus dulu pemimpinnya'. Dengan
membawa batang kepala Siau-beng-siang kemari, itulah baru
suatu pahala besar!"
"Bagus, bagus! Tapi apakah prakteknya semudah itu?"
"Segala usaha besar, tentu sukar. Tapi itu bukan berarti tak
dapat dilakukan. Kalau aku suami isteri dan kedua anak
perempuan itu diperboleh pergi kesana, tanggung tentu
berhasil!"
Liat Hwat perdengarkan tertawa aneh, serunya : "Kamu
berdua suami isteri dan seorang titli bolehlah pergi, tapi anakmu
perempuan itu harus inggal disini!"
The Go cerdik, tapi Liat Hwatpun tak mudah diakali.
Mendengar pernyataan, "suhunya" itu, hati The Go
terkesiap, namun wajahnya tetap dikuasai, sahutnya dengan
lapang : "Kurang satu orangpun tak menjadi soal!"
Tapi Liat Hwat tetap menggeleng; katanya :"Tidak, lebih baik
aku ikut pergi juga!"
Kali ini benar-benar The Go terkejut sekali. Celaka, kalau
setan kate itu turut pergi, dia tentu dipaksa untuk melakukan
rencana itu. "Gujon-guyon jadi sungguhan" namanya itu. Tapi
kini jelaslah sudah bahwa Liat Hwat masih tetap menaruh
kecurigaan, maka tak mau biarkan dia (The Go anak isteri) pergi.
Untuk menolak maksud Liat Hwat, tentu akan makin
mengentarai.

Heng Thian Siau To 423


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

The Go bukanlah si Cian-bin-long-kun yang pernah


menghabiskan 3 laksa pejuang Hoasan, kalau berhadapan
dengan Liat Hwat seorang saya, dia sudah menjerah.
"Kalau insu mau sekalian turut, itulah bagus sekali!" katanya
dengan girang.

––––––––––

BAGIAN 30
AYAHKU

Diluar dugaan setelah menatap sejenak kearah The Go, Liat


Hwat kedengaran berkata : "Tak usahlah, biar kusuruh Shin Leng-
siau ikut kalian saja. Kapan kalian hendak berangkat?"
"Urusan ini amat penting, rasanya lebih baik berangkat
sekarang juga!" serentak The Go memberi penegasan, lalu
memesan The Ing : "Ing-ji, kau tinggal disini belajar silat pada
sucou. Paling lama setengah bulan, aku tentu kembali!"
The Ing kaget, namun dihadapan Liat Hwat, ia tak mau
menyatakan apa-apa dan hanya mengiakan. Tapi Tong Ko yang
menguatirkau keselamatan nona itu, segera mengusulkan
dirinya : "Susiok, biarlah aku mengawani Ing-moay disini!"
"Kita kekurangan orang, sukar berhasil, lebih baik kau ikut!"
The Go tetap dengan pendiriannya.
Tong Ko tak dapat membantah. Begitulah mereka berkemas,
lalu bersama Shin Leng-siau berangkat naik kuda. Dua jam

Heng Thian Siau To 424


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kemudian, mereka sudah jauh dari Kwiciu.


"The-heng, kemana rencana kita ini?" tanya Shin Leng-siau.
The Go hentikan kudanya, memberi isyarat pada Tong Ko
Pemuda itu mengerti, diam-diam siapkan golok pi-lik-to. Setelah
melihat disekeliling tempat itu sunyi dari orang, menyahutlah
The Go : "Kami bertiga hendak menuju ke Lo-hu-san, tapi Shin
tayjin kelain tempat"
"Kemana aku?" tanya orang she Shin itu karena masih
terselubung kegelapan.
The Go tertawa, ujarnya : "Ketempat yang aman sentausa,
disebut neraka!"
Kejut Shin Leng-siau seperti orarig disambar petir. Dia jelas
sudah apa artinya itu. Baru dia hendak kebutkan kendali
mencongklangkan kudanya, Tong Ko sudah loncat dari kuda
menabas dergan jurus lui-tian-kiau-co. Dalam kagetnya Shin
Leng-siau buang dirinya kebawah, tapi tak kurang sebatnya
begitu menginjak tanah, Tong Ko sudah lantas loncat menginjak
lawan. Sebelum Shin Leng-siau tengel-tengel bangun, tahu-tahu
dadanya sudah terinjak kaki Tong Ko.
Teringat Tong Ko bagaimana fitnah muslihat Sin Tok, Shin Leng-
siau dan Hiat-ji, Siau Beng-siang telah kehilangan seorang
putera, sementara dia (Tong Ko) mengalami dera hinaan yang
bertubi-tubi. Coba kalau tiada mempunyai peruntungan besar,
siang-siang dia tentu sudah binasa. Saat itu kedengaran The Go
mencegah jangan membunuhnya, tapi Tong Ko yang sudah
kerangsokan setan haus darah, sudah seperti orang tuli dan
terus hantamkan goloknya.

Heng Thian Siau To 425


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tanpa berkuik lagi, tubuh Shin Leng-siau terbelah menjadi


dua. Tong Ko mengantar kematian musuhnya itu dengan
serangkum tertawa panjang.
Puas tertawa dia berputar untuk, menghampiri The Go. Tapi
saat itu kedengaran Cian-bin-long-kun seperti menjesali
perbuatannya tadi.
"Ing-ji masih ditawan di Kwiciu, kalau bangsat itu dibiarkan
hidup, tentu ada gunanya. Tapi sekarang dia sudah mati, dan kita
kehilangan barang pegangan!"
Mendengar ucapan suaminya itu, Siao-lanpun menjadi
cemas, katanya : "Engkoh Go, bagaimana dengan Ing-ji nanti?"
Tong Ko terkesiap. Sesaat darah mudanya mendidih,
serentak dia berseru tegas : "Harap jiwi jangan kuatir, dengan
golok pi-lik-to ini aku sanggup masuk kesarang harimau untuk
menolong Ing-moay.
Begitu naik keatas kuda, dia terus hendak kembali ke Kwiciu.
Tapi The Go cepat mencegahnya. Tong Ko hentikan kudanya.
Memandang kearah The Go, didapatinya ayah The Ing itu
bersungguh-sungguh wajahnya. Diam-diam Tong Ko tercekat
hatinya. Pada lain saat kedengaran The Go menghela napas dan
berkata :"Dimana kau berjumpa dengan Ing-ji lagi?"
Tong Ko menuturkan pengalamannya ketika menolongi The
Ing yang sedang dikepung oleh orang-orang Lo-hu-san. Dari situ
ke Sip-ban-tay-san terus menuju ke Kwiciu.
"Apakah selama bergaul itu, kalian, telah melanggar batas-
batas kesusilaan?" nada The Go berobah dalam.

Heng Thian Siau To 426


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Harap The pehpeh legakan pikiran. Aku hanya


menyintai,Tio In, mana aku mau melakukan perbuatan seperti
binatang itu?"
The Go menghembuskan napas lega, tukasnya : "Tepat-
sekali makianmu itu, nak?"
"The pehpeh, aku tak memaki padamu!" Tong Ko
menjelaskan.
Kembali The Go menghela napas panjang. Berputar tubuh
kearah Siao-lan, dia bertanya : "Siao-lan, siapakah anak muda ini,
seharusnya sekarang kau tentu mengetahui?"
Tapi ternyata otak Siao-lan memang tumpul. la tetap tak
mengetahui; lalu balas bertanya :"Dia ini siapa? Masakan dia ini
bukan Tong Ko?"
Sebaliknya Tong Ko yang cerdas menduga, tentu terselip
sesuatu dalam pertanyaan The Go tadi, maka buru-buru dia
bertanya : "The pehpeh, rasanya kau mengetahui jelas asal
keturunanku ini, makanya mengatakan begitu tadi bukan?"
The Go menarik napas, ujarnya : "Waktu kau di Lo-hu-san dulu
masakan tidak merasakan sesuatu yang ganjil?"
"Ya, ada.
Aku sendiripun sampai heran, Siau-beng-siang beberapa kali
mengatakan diriku ini menjerupai seseorang. Dan begitu Kang
Siang Yan melihat aku, dia tertawa kegirangan sampai putus
uratnya!"
"Benar, memang begitulah. Baik Kang Siang Yan maupun
Siau-beng-siang, keduanya sama terkenang akan seseorang.
Orang itu bukan lain adalah sucinya Tio Jiang, suci yang pernah

Heng Thian Siau To 427


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menjadi gadis pujaannya, ialah puteri tunggal dari Kang Siang


Yan
"Say-hong-hong Bek Lian!" tukas Tong Ko, "apa hubunganku
dengan dia?"
The Go tundukkan kepala, menyahut dengan terharu :
"Dahulu Say-hong-hong pernah melahirkan seorang putera, anak
itu adalah kau!'
Seperti ada gempa bumi, tubuh Tong Ko tampak menggigil
keras. Memang pernah dia dengar cerita tentang percintaan
antara Bek Lian dan The Go yang berakhir dengan tragis itu.
Setelah melahirkan seorang putera, Bek Lian lalu mengasingkan
diri entah kemana. Waktu Tong Ko bertemu pertama kali dengan
The Go, memang The Go pernah menuturkan hal itu.
Kalau Say-hong-hong itu ibunya, bukantah The Go itu
ayahnya? Hal-hal yang tak terduga itu, telah menggoncangkan
seluruh sendi perasaannya, hingga sesaat dia sampai terlongong-
lolong. Pada lain saat, tampak anak itu mendongak dan tertawa
keras-keras. The Go menghela napas.
"Ko-ji, aku telah keliwatan menjiksa kalian ibu dan anak.
Sekarang apa kemauanmu, bilanglah !"
Tong Ko memutar tubuh berkata : "The locianpwe, anggap
saja kata-kata-mu tadi seperti sendau gurau, bukan hal yang
sebenarnya. Sekarang aku hendak ke Kwiciu!"
The Go tahu bahwa dada anak muda itu tentu sedang
dirundung kedukaan dan kemarahan. Adanya The Go menjimpan
rahasia itu sampai sekarang, adalah dikarenakan hal itu. Cepat
dia menghadang dimuka Tong Ko, ujarnya : "Kau tak mau
mengakui aku sebagai ayah, itu tak menjadi soal. Perbuatanku

Heng Thian Siau To 428


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

waktu dulu, membuat aku tak layak menjadi ayahmu. Tapi


sekali-kali jangan kau kembali ke Kwiciu! Kau bukan
tandingannya Liat Hwat! Kau hanya memiliki pi-lik-to, tapi apa
memperoleh juga ilmu permainannya ?"
Tong Ko menggeleng.
"Nah, itulah ! Lebih baik kita kubur mayat Shin Leng-siau,
lalu menuju ke Lo-hu-san dulu saja !" kata The Go pula.
Tanpa mengucap apa-apa, Tong Ko menanam mayat Shin
Leng-siau, lalu naiki kudanya ikut The Go. Selama dalam
perjalanan itu, mereka tak bicara. Malamnja mereka bermalam
disebuah hutan kecil. Pikiran Tong Ko masih bergolak-golak,
bagaimanapun matanya tak mau dibawa tidur. Sejak berkenalan
dengan The Go, dia anggap itulah dia orang pertama yang tahu
betul peribadinya. Tapi kalau mendadak sontak disuruh
mengakuinya sebagai ayah, sungguh tak mudah termasuk dalam
hatinya.
Tengah malam dia bangun dan menghampiri kesamping The
Go.
Dilihatnya The Go tidur dengan pulasnya. Tong Ko
termangu-mangu mengawasinya.
Hubungan darah antara ayah dan anak, telah menangkan
pertentangan batin Tong Ko. Air matanya bercucuran, tanpa
disadarinya, mulutnya berseru : “Yah!"
Kiranya The Go masih belum tidur, cepat dia buka matanya
dan tertawa, katanya menghiburi : "Ko-ji, jangan terlalu goncang
perasaanmu !"

Heng Thian Siau To 429


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tong Ko berjongkok, keduanya saling berpandangan. Bahwa


puteranya telah mau mengakui dirinya sebagai ayah, hatinya
meluap-luap sehingga tak dapat mengucap apa-apa.
Sampai sekian lama barulah dia berkata : "Ko-ji dalam
sepanjang hidupku, belum pernah aku merasakan kebahagiaan
seperti waktu mendengar kata-katamu tadi !"
Tong Ko hanya tersenjum, lalu alihkan pembicaraan : “Yah,
kepergian kita ke Lo-hu-san ini sebenarnya untuk apa? Ing-moay
ditahan Liat Hwat, cara bagaimana kita menolongnya?"
The Go menghela napas, sahutnya :"Dua-duanya merupakan
soal yang sulit, Tio Tay-keng bersekongkel dengan kaki tangan
Ceng, mungkin Tio Jiang mau percaya, tapi susah bagi Yan-chiu
untuk menerima kenyataan itu.
Sedang untuk menolong Ing-ji, ah!"
"Hanya Ang Hwat sucou seorang yang dapat mengatasi
kesukaran itu!" tiba-tiba Tong Ko teringat.
The Go menghela napas sedih, berkata :"Setelah mendengar
penuturanmu tadi, saat ini kukuatir Ang Hwat cinjin sudah tak
berada didunia fana lagi!"
"Mengapa ?" Tong Ko tersentak kaget.
"Adanya dia menjuruh kau berdua menjingkir jauh, ialah
karena dia sudah bertekad hendak sama-sama binasa dengan
Kwan Tay-kin itu. Kedua gembong itu tokoh-tokoh sakti yang
jarang terdapat didunia. Sekali mereka bertempur, sebelum ada
kesudahannya tentu tak mau berhenti. Bagi kedua gembong itu,
menang kalah serupa, tentu sama-sama terluka parah atau
mungkin binasa!

Heng Thian Siau To 430


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sejak peristiwa dibiara Ang Hun Kiong dahulu itu, beliau


telah mengasingkan diri. Kuyakin bathin beliau tentu serupa
dengan aku, sudah insjaf.
Beliau tentu bercita-cita untuk melepas kebaikan pada kaum
persilatan.
Mati bersama Kwan Tay-kin, berarti menghilangkan suatu
malapetaka bagi dunia persilatan. Rasanya beliau tentu akan
puas dengan kematiannya yang berharga itu!"
Tong Ko menghibur ayahnya bahwa biar bagaimana dia
tentu akan berhasil menolong The Ing, karena kini dia sudah
memiliki sebuah golok pusaka macam pi-lik-to.
Melihat setelah ganti pakaian lelaki, puteranya itu tampak
amat gagah, hati The Go terhibur, ujarnya : "Konon kabarnya :
ilmu golok it-gwan-to-hwat itu, mempunyai kesaktian yang sukar
dijajaki. Kalau kau dapat mempelajari ilmu itu, mungkin baru
bisa menandingi Liat Hwat!"
Memang Tong Ko yang mendapat pengunjukan dari Sik Losam
sudah beberapa kali ke Sip-ban-tay-san untuk mencari jejak ilmu
golok sakti itu, tapi selalu gagal. Maka dia menjadi terdiam
waktu mendengar pernyataan ayahnya itu.

––––––––––

BAGIAN 31
NYARIS TERBUKA KEDOKNYA

Heng Thian Siau To 431


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dalam perjalanan selanjutnya, ayah dan anak itu selalu asjik


bercakap-cakap dengan gembira. Menjelang terang tanah,
tibalah mereka dikaki gunung Lo-hu-san.
Ternyata setelah terjadi peristiwa peracunan pada Siau-
beng-siang secara mysterieus itu, kini penjagaan di Lo-hu-san
diperkuat. Teringat bahwa satu-satunya orang Lo-hu-san yang
symphati pada dirinya jalah Kui-ing-cu, Tong Ko ajak ayahnya
mampir kewarung arak yang diusahakan oleh tokoh itu.
"Kui locianpwe!" Tong Ko segera berseru begitu masuk
kedalam ruangan warung.
Kui-ing-cu dan Thaysan sin-tho berpaling. Serentak
berbangkitlah sibongkok, lalu berseru keras-keras: "Cian-bin
long-kun, kau berani datang kemari lagi?"
Wut......, wut......, tangannya bergerak menghantamkan
pukulan Iwekang dan tubuhnyapun menyusuli loncat kemuka.
The Go cepat menghindar kesamping, sedang Tong Ko sudah
sebat melintangkan pi-lik-to kedada, bentaknya: "Thocu, kalau
masih tak kenal adat, tentu kuhajar!"
"Bah....... anak busuk, kau berani kurangajar padaku!
"bentak Ih Liok sembari terus rangsangkan tangannya kanan
untuk menyambar siku Tong Ko.
Tong Ko tertawa, begitu miringkan tubuh, dia segera
menabas dengan jurus lui-tong-in-in.
Benar Iwekang sibongkok itu sudah mencapai tingkat
sempurna, tapi berhadapan dengan golok pusaka kian-thian-it-
gwan-pi-lik-to serta dengan jurus permainannya yang luar biasa
anehnya, dia menjadi gugup. Peristiwa aneh, bertubi-tubi terjadi
didepan matanya. Tubuh anak muda itu silang berganti dengan

Heng Thian Siau To 432


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kilat benda, yang menjilaukan dan tahu-tahu ubun-ubun


disambar angin. Buru-buru dia hendak kerahkan Iwekang untuk
menghalau, tapi anehnya, Iwekang itu menjadi macet.
Kui-ing-cu buru-buru loncat menghadang, tapi Tong Ko
menenangkannya: "Harap Kui lociangpwe jangan kuatir!"
Saat itu Ih Liok rasanya kepalanya silir, maka lekas-lekas dia
loncat kesamping.
Ketika merabah, setan alas ............ rambutnya sudah
kelimis! Saking kagetnya, dia sampai kucurkan keringat dingin.
"Thocu, kau sudah tua jangan tetap berdarah panas. Ingat,
dalam sungai Tiangkang, ombak yang dibelakang selalu
mendorong yang dimuka. Dia mempunyai pi-lik-to, rasanya kita
tak dapat berbuat apa-apa" Kui-ing-cu setengah menghibur
setengah menjesali sibongkok. Habis itu dia lalu tanyakan
maksud kedatangan Tong Ko.
"Urusan ini, sebenarnya dulu sudah hendak kujelaskan, tapi
karena kuatir orang tak mempercayai, jadi tetap kusimpan saja.
Sekarang ayahku berada disini, mengenai rahasia itu, dia jelas,
maka biarlah dia yang menuturkan!" kata Tong Ko.
"Urusan apa? Rupanya sangat penting!" tanya Kui-ing-cu
dengan keheranan.
"Ko-ji, kau sajalah yang menceritakan!" kata The Go kepada
Tong Ko.
"Baiklah!," sahut Tong Ko.
"Kui locianpwe, Tio Tay-keng itu seorang kaki tangan musuh.
Peracunan terhadap Siau-beng-siang itu, kemungkinan besar
dialah yang melakukan!"

Heng Thian Siau To 433


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kalau Kui-ing-cu terkesiap kaget, adalah sibongkok yang


dengan kontan terus mendamprat: "Ngaco, kau sendiri
membawa kaki tangan Ceng membunuh putera Siau-beng-siang,
mau menuduh orang lain yang bukan2!"
Tong Ko bergelak tawa, serunya: "Thocu, kau seorang
bongkok yang tak mengerti nul puntul urusan apa-apa, masakan
mengerti?"
Sindiran itu hebat, diucapkan dengan nada yang jumawa.
Belum pernah seumur hidupnya Ih Liok dihina macam begitu.
"Binatang, besar sekali nyalimu!" "
Ih Liok tampil selangkah, matanya berapi-api memancarkan
kemarahan.
Tong Kopun siap dengan pi-lik-tonja.
"Sebenarnya hal itu tak ada sangkut pautnya dengan diriku"
kata Tong Ko, "tapi karena hati nuraniku tak tega membiarkan
sekalian orang gagah di Lo-hu-san binasa ditangan anak itu,
terpaksa aku turut campur. Jika aku hanya bersentimen pada
Tay-keng, tak usah kumenfitnahnya, tapi terus kubunuhnya saja,
rasanya semudah orang membalikkan telapak tangan!"
"Ai, ai jangan gitu, engkoh kecil. Mungkiri kami berdua tua
bangka ini bangsa kantong nasi yang tak berguna, tapi jika Siau-
beng-siang dan isterinya sudah bergabung dengan pi-i-song-
hong-kiamnya, rasanya kau tentu belum dapat mengalahkan"
kata Kui-ing-cu dengan terus terang.
Diam-diam Tong Ko mengakui kebenaran ucapan tokoh itu.
Dan hal itu makin membuatnya perihatin untuk mendapat
ilmugolok it-gwan-to-hwat yang sakti itu.

Heng Thian Siau To 434


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Tapi kedatanganku kemari, bukan mencari permusuhan


tapi persahabatan" Tong Ko menjelaskan kata-katanya tadi.
Setelah itu dia lalu tuturkan pengalaman sendiri selama ini.
Bagaimana dia difitnah oleh kawanan Sin Tok, bagaimana Tay-
keng, hendak menukari pedang ayahnya dan apa yang
dipercakapkan anak itu dengan Shin Hiat-ji tatkala dihutan Sip-
ban-tay-san. Kesemuanya itu merupakan rangkaian faktor yang
menjelaskan siapakah Tay-keng itu sebenarnya.
The Go menyambung penuturan puteranya dengan
ceritakan kejadian dibiara Kong Hau Si. Namun Kui-ing-cu dan
sibongkok Ih Liok tak henti-hentinya menggeleng kepala,
pertanda mereka masih belum percaya penuh.
Tong Ko marah-marah.
"Baik, aku hendak naik kepuncak untuk menanyai Tay-keng.
Coba lihat saja dia berani menyangkal tidak!" serunya
dengan gemas. Kui-ing-cu setuju dan menyatakan suka ikut.
Begitulah mereka berlima segera naik kepuncak Gio-li-nia.
Sekalian orang gagah terkejut melihat Kui-ing-cu datang
bersama seorang buntung. Sikap tokoh aneh itu seperti sedang
menghadapi persoalan penting. Denqan berisik sekalian orang
gagah disitu sama berbondong-bondong menuju keruang Cip-gi-
tong (permusjawarahan).
Kala rombongan Kui-ing-cu masuk ke Cip-gi-tong, saat itu
Siau beng-siang tengah berunding dengan beberapa orang
tokoh. Mereka kebanyakan adalah bekas pemuka2 Thien Te Hui
yang lalu. Benar mereka itu masing-masing pernah meminum
kopi pahit dari The Go, tapi setelah dia insjaf dan berbuat jasa
terhadap Thian Te Hui chususnya dan kalangann pergerakan

Heng Thian Siau To 435


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menentang penjajah Ceng umumnya, orang-orang gagah itu


sama menaruh perindahan. Melihat kedatangan rombongan Kui-
ing-cu dengan The Go yang tak di-sangka2nya itu, mereka
tersipu-sipu menyambutnya.
"The-heng, sudah hampir 20 tahun kita tak berjumpa, angin
apakah yang meniup The-heng kemari ini?" tanya" Kiau To
siberangasan itu.
The Go hanya ganda tertawa. Begitupun ketika Yan-chiu
perdengarkan suara ketawa sinis, diapun tak menghiraukan.
Kui-ing-cu minta sekalian orang sama duduk tenang.
Suasana mendiadi hening sejenak. Memang Kui-ing-cu
mempunyai wibawa besar terhadap orang-orang gagah di Lo-hu-
san itu. Tampak tokoh itu menjapukan sepasang matanya yang
berkilat-kilat kesekelilingnya sebentar, lalu memanggil anak
muda yang berdiri disebelah Siau-beng-siang.
"Tay-keng, kemarilah!"
Sejak peristiwa ayahnya itu, saking takutnya Tay-keng tak
berani keluar rumah.
Untung tiada orang yang menaruh kecurigaan padanya.
Tetapi orang yang berbuat jahat, selalu dikejar dengan
perasaan takut.
Tampak dengan wajah keren Kui-ing-cu memanggilnya,
pucatlah segera wajahnya. "A............da apa?" ia tanya.
"Tay-keng, adanya Kui locianpwe memanggilmu tentu ada
urusan, tak usah kau tanya ini itu!" bentak ayahnya.

Heng Thian Siau To 436


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Tio suko, jangan keliwat bengis terhadap anaklah," lagi-lagi


Yan-chiu, ibu yang memanjakan anak itu, menjelutuk. Ia tak puas
dengan sikap Kui-ing-cu.
Mau tak mau terpaksa Tay-keng maju menghampiri
ketempat Kui-ing-cu. Sekalian orang yang berada disitu sama
menahan napas.
Mereka tak-tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Hanya yang diketahui, biasanya Kui-ing-cu itu selalu periang,
mengapa kali ini begitu keren (bengis), tentu ada sesuatu urusan
yang sangat gawatnya.
"Tay-keng, waktu kau memberikan racun, apa kau tahu
kalau itu hong-sin-san?" begitu Tay-keng datang, Kui-ing-cu terus
melancarkan pertanyaan langsung.
Mimpipun tidak Tay-keng, bahwa locianpwe itu
menanyakan urusan itu. Saking keras goncangan hatinya, dia
kelepasan menyahut : "Tidak tahu!"
Ucapan Tay-keng itu bagaikan halilintar berbunyi ditengah
hari.
Suasana ruang Cip-gi-tong situ menjadi tegang. Yan-chiu dan
Tio Jiang serentak loncat berdiri dari tempat duduknya.
"Tay-keng, apa katamu?
Jadi hong-sin-san itu kau yang meminumkan?!" seru Tio
Jiang dengan bengis.
Saat ini barulah Tay-keng tersadar dari kesalahannya
omong. Karena gugup tadi dia telah memberi pengakuan. Tapi
secepat itu dia sudah segera dapat memungkir, sahutnya : “Yah,
mana aku mau melakukan perbuatan serendah itu?"

Heng Thian Siau To 437


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kui-ing-cu berpaling kearah The Go dan Tong Ko, serunya :


"Ayah dan anak orang she The, kini aku percaya pada
keteranganmu!" Setelah itu dia kembali menuding Tay-keng dan
berkata : "Tay-keng, mereka berdua mengatakan kau ini seorang
kaki tangan Ceng, apa kata pembelaanmu?"
Tubuh Tay-keng bergemetaran.
Dia insaf saat-saat itulah yang menentukan nasibnya, mati
atau hidup. "Hem....., mengapa tuduhan mereka dipercaya?" ia
coba membela diri.
"Sebenarnya akupun masih setengah tak mernpercayai,
masakan kau dapat berbuat sehina itu. Tapi begitu kutanya kau
lantas menyahut 'tidak tahu'. Jadi tak dapat disangsikan lagi,
kaulah yang memberikan racun itu!" kata Kui-ing-cu.
Kehilangan akal, Tay-keng berpaling kepada tiang
andalannya: "Ma, pertanyaan Kui locipwe itu, suruh aku
bagaimana menjawabnya?"
Memang sudah tadi-tadi Yan-chiu tak puas, serentak
menyahutlah dia dengan lantang : "Kui locianpwe, tadi Tay-keng
mengatakan bahwa dia tak tahu apa-apa, mengapa kau lantas
tuduh dia kaki tangan. Ceng?"
Kui-ing-cu terbeliak. Jawaban Tay-keng "aku tak tahu" itu,
dubieus (samar-samar artinya, bisa diartikan begitu, tapi juga.
"Aku tak tahu" dapat diartikan : aku tak tahu bahwa racun itu
adalah hong-sin-san (tafsiran Kui-ing-cu). "Aku tak tahu" pun
dapat diartikan : aku tak tahu urusan peracunan itu sama sekali
(tafsiran Yan-chiu).

Heng Thian Siau To 438


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Kui-ing-cu tampak ragu-ragu. Melihat itu, Tay-keng


melancarkan desakan : "Kui locianpwe, kau termakan tipu
merekalah!"
The Go perdengarkan tertawa dingin, tegurnya : "Tio tay-
keng, sewaktu kau bersama adikmu berada dibiara Kong Hau Si,
apa yang kau kerjakan?"
The Ing yang sedari tadi berdiri dibelakang mamahnya, pun
teringat akan gerak gerik engkohnya yang aneh sewaktu di
Kwiciu waktu hari. Maka iapun turut mengeluarkan suara : "Ya,
koko, apa yang sebenarnya terjadi dalam biara Kong Hau Si itu?"
"Bah, siapa yang tahul" Tay-keng mengangkat bahu.
"Hem" The Go mendeham, "kau berjanji dengan tay-lwe
kochiu Shin Hiat-ji untuk bertemu diruang perpustakaan biara
itu. Surat dari Shin Hiat-ji, telah kutukar, sehingga berjam-jam
kau menunggunya dikakus umum. Surat Hiat-ji itu kuselipkan di
tangan nona Tio, ia pergi keruang perpustakaan dan bertemu
dengan Hiat-ji. Tapi disitu ia segera ditawan oleh Hiat-ji, dibawa
kegedung ti-hu. Hampir saja ia tak dapat lolos dari sarang
harimau itu. Benar atau tidak, nona Tio?"
Tio In mengangguk.
The Go dan Tong Ko lalu bentangkan semua apa yang dilihat
dan didengarnya mengenai komplotan Hiat-ji yang
menggunakan Tay-keng untuk meracuni Siau-beng-siang itu.
Seketika itu, gemparlah Cip-gi-tong.
Para orang gagah, baik yang berada didalam maupun diluar
ruangan itu, sama hiruk pikuk.
Tay-keng tampak berkaok-kaok kalang kabut, wajahnya
pucat seperti kertas.

Heng Thian Siau To 439


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Lagi-lagi Yan-chiu, induk semang yang keliwat memanjakan


anak itu, unjuk gigi.
Diperhatikan bahwa wajah suaminya masih mengunjuk
keraguan, maka induk betina yang selalu mengiloni puteranya
itu, segera tampilkan suaranya: "Tio suko, jangan percaya
omongan mereka yang beracun. Suruh mereka membawa
buktinya!"
Dalam istilah tinju, keadaan The Go dan Tong Ko disebut
groggy (terhuyung) kena "pukulan" lidah Yan-chiu yang tajam
itu. Kalau Shin Leng-sian masih hidup, tentu bisa dijadikan bukti.
Pada saat itu, dimintai mengunjukkan bukti, sudah tentu tak
dapat.
The Go dan Tong Ko kesima sedang ada beberapa orang
gagah yang sudah meraba-raba senjatanya.
Begitu tajam Yan-chiu memainkan lidahnya, sehingga
barang yang sudah hitam dapat dikatakan putih. Akibatnya,
beberapa orang yang cupat pandangan, segera terpengaruh.
Dalam keheningan yang exploisif (dapat meledak) itu, tiba-
tiba ada seorang menobros masuk dan mendekati Siau-beng-
siang.
Dia membisiki telinga Sian-beng-siang.
Entah apa yang dibisikkannya itu, tapi yang nyata wajah
Siau-beng-siang berobah seketika. Dia segera memberi kerlingan
mata kepada Yan-chiu, habis itu lalu mencabut pedangnya, dan
menuding pada The Go:
"Cian-bin long-kun, tak kira setelah kakimu buntung, kau
masih tak insjaf.

Heng Thian Siau To 440


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dari laporan saudara-saudara kita di Kwiciu kau telah


mengangkat guru pada.
Liat Hwat cousu Mo Put-siu dan berhamba pada penjajah
Ceng lagi.
Bukantah kedatanganmu kemari ini karena hendak
mengambil kepalaku?"
The Go terbeliak. Diam-diam dia mengakui luasnya jaring
organisasi Lo-hu-san itu.
Rahasia yang belum diketahui umum itu, toh sudah
diketahui mata-mata Lo-hu-san.
Percuma saja dia hendak sumpah kerak keruk bahwa
penaklukannya kepada pemerintah Ceng itu hanyalah suatu
siasat saya, toh nanti orang-orang Lo-husan itu akan
menertawakannya saja.
"Ko-ji, ayo kita pergi dari sini, nanti kita berunding lagi!"
Serentak berbangkit mengajak puteranya, The Go lalu
tekankan tongkatnya kelantai. Bagaikan burung alap-alap, dia
sudah melayang beberapa tombak jauhnya.
Beberapa orang yang tersambar anginnya, sudah sama
terhuyung rubuh.
"Tahan seru Tio Jiang dan isterinya sembari rangsangkan
pedangnya.
Tapi secepat itu pula, Tong Ko sudah babatkan pi-lik-to,
trang......seketika Tong Ko rasakan bahwa sepasang pedang yap-
kun dan kuan-wi itu bukan olah-olah hebatnya.

Heng Thian Siau To 441


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Memang benar seperti yang dikatakan Kui-ing-cu, dewasa


itu dia (Tong-Ko) masih belum cukup kuat untuk menandingi
suami isteri Siau-beng-siang.
Buru-buru dia mundur keluar sembari bolang balingkan pi-
lik-tonya, serunya: "Jangan mendesak aku melukai orang, lekas
menjingkir!"
Tapi kala itu semua orang gagah Lo-hu-san sudah sama
menganggap, bahwa kedatangan The Go ayah dan anak itu,
adalah hendak menumpas keluarga Siau-beng-siang. Sudah
tentu mereka tak mau melepaskan kedua "penjahat" itu.
Apa boleh buat, Tong Ko terpaksa unjuk gigi. Trang.....,
trang....., trang...., beberapa senjata telah kena dibabatnya
putus.
Juga kala itu Siao-lan sudah dikepung oleh beberapa orang.
Diruang Cip-gi-tong situ, menjadi kalut.
Pedang, golok, ruyung, kepal, silih berganti berseliweran
membawa samberan angin yang menderu-deru. Oleh karena
tempatnya kecil orangnya banyak, maka pertempuran itu
sifatnya desak mendesak tak dapat mengembangkan
permainannya.
Beberapa kali The Go dan Tong Ko hendak menobros keluar,
tapi selalu gagal.
Lawan keliwat banyak. Sepasang suami isteri Tio Jiang dan
Yan-chiu, dengan sepasang pedang yap-kun-kuan-wi dan
sepasang ilmu pedang Hoan-kang-kiam-hwat dan To-haykiam-
hwat, bagaikan sepasang naga muncul dari laut. Meskipun
ilmugolok Tong Ko cukup sakti, tapi toh hanya dapat bermain
seri.

Heng Thian Siau To 442


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Semua diharap mundur! Kui-heng, Kiau loji, Ki lotoa dan


Ko-heng, kita menjagai pintu, biarkan Jiang koji dan isterinya
yang menangkapnya!" sibongkok Ih Liok berseru untuk
menguasai kekalutan itu.
Oleh karena hebatnya hiruk pikuk, jadi setelah menjerukan
beberapa kali, barulah orang-orang sama menjingkir. Sibangkok.
Sin-eng Ko Thay, Ki Ce-tiong dan Kiau To menjaga dipintu. Siao-
lan sudah dapat diringkus. Selama dalam ramai-ramai itu, Kui-
ing-cu hanya enak-enak diam saja melihati dipinggir. Tak mau dia
turut-turutan mengumbar sentimen.
Kini yang tertinggal ditengah ruang Cip-gi-tong, hanyalah
The Go dan Tong Ko berhadapan dengan Tio Jiang suami isteri.
Benar The Go dan Tong Ko dapat bertahan, tapi merekapun tak
dapat lolos. Kalau pertempuran berlarut-larut sampai lama tentu
payahlah keadaannya. Ini diinsjafi The Go.
"Ko-ji, tinggalkan aku, ada suatu dari urusan ini tentu
menjadi terang.
Meskipun aku terbunuh, kelak mereka tentu menjesal!" The
Go segera perintah puteranya.
"Tidak yah, biar mati aku tetap disampingmu!" Tong Ko
menyahut tegas sembari menangkis serangan Yan-chiu. Begitu
pedang lawan terdorong, dia mendesak maju terus membabat.
Tapi saat itu Tio Jiang sudah menabas, maka terpaksa Tong Ko
mundur lagi.
"Tong- Ko, kau panggil apa pada Cian -bin -long-kun?" tegur
Tio Jiang. Dia tadi agak terkejut mendengar pembicaraan ayah
dan anak itu.
"Dia adalah ayahku!" sahut Tong Ko.

Heng Thian Siau To 443


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tio Jiang tertegun, lalu menegas pula: "Kalau begitu, siapa


mamahmu?"
Tring....., lebih dahulu Tong Ko menghalau serangan Tio
Jiang ceng-wi-tiam-hay, baru dia menyahut: "Say-hong-hong Bek
Lian!"
Tio Jiang terperanjat bukan kepalang, buru-buru dia tarik
tangan isterinya untuk diajak loncat mundur.
"Ada apa?" tanya Yan-chiu keheranan.
Tio Jiang putar pedangnya dalam sebuah lingkaran sinar, lalu
berseru agar The Go dan Tong Ko hentikan permainannya. The
Go menekan dengan tongkatnya, loncat berjajar dengan
puteranya Juga kalian orang gagah sama mendiadi heran.
Mengapa Siau-beng-siang itu?
"Siao Chiu," sesaat kemudian terdengar Tio Jiang membuka
mulut, "memang sejak semula sudah kuduga, bahwa antara
Tong Ko dan Lian suci yang seperti pinang dibelah dua itu tentu
ada hubungannya darah. Maka bukan tak ada sebabnya
mengapa begitu melihatnya, subo sudah begitu kegirangan
sekali sehingga binasa!"
"Lalu bagaimana?" tanya Yan-chiu dengan tawar.
"Suhu mengembara sampai sekarang belum ketahuan
rimbanya, subo, sudah meninggal. Dia adalah cucu luarnya suhu,
kurasa kita maafkan dia sekali lagilah!"
Yan-chiu penasaran, sanggahnya: "Kalau memberi ampun,
sedikitnya harus dipunahkan seluruh kepandaiannya!"
"Kentut!" damprat Tong Ko dengan tertawa sinis.

Heng Thian Siau To 444


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Yan-chiu cepat angkat pedangnya hendak menyerang, tapi


dicegah suaminya.
"Dengan memandang muka suhu, biarlah, kita lepaskan dia
sekali lagi!"
"Kalau suhu berada disini, rasanya beliau tentu takkan
mengampuni binatang itu!"
Tong Ko tertawa terbahak-bahak, sahutnya dengap kontan:
"Kalau engkong luar disini, tak nanti dia menjadi orang buta
macam kalian ini!"
Setapakpun Tong. Ko tak mau mundur, adu pedang atau adu
tajamnja lidah. Pada saat itu barulah Kui-ing-cu berbangkit dari
tempat duduknya, perlahan-lahan maju menghampiri: "Siao Ciu,
ucapan Jiang koji itu benar juga.
Darah daging Bek-heng hanya tinggal satu ini, melepaskan
mereka sekali lagi, tak lebih dari pantas!"
"Kui locianpwe, mengapa kau selalu berfihak pada mereka?"
tanya Yan-ciu dengan tak puas.
Kui-ing-cu tertawa, sahutnya: "Karena aku tetap percaya
keterangan mereka itu benar, Siao Chiu, coba pikirkan, pada
malam Jiang koji keracunan, siapakah yang berada didekatnya?
waktu racun itu mulai bekerja siapa yang berada dirumahmu?"
Yan-chiu terpukul knock-out dengan rangkaian pertanyaan
itu.
Lama baru dia buka mulut, bukan merupakan jawaban tapi
balas bertanya: "Tapi mengapa mereka mau lari dari sini?"
"Entahlah, tapi tentu ada sebabnya.

Heng Thian Siau To 445


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Dihadapan sekalian saudara yang berada disini, aku berani


mempertaruhkan jiwaku, bahwa setelah turun gunung, mereka
tentu akan naik kemari lagi. Siau Chiu, Jiang koji, jagalah Tay-
keng, sebelum mereka kembali kemari, jangan kasih anakmu
pergi kemana-mana!" kata Kui-ing-cu, Ialu berpaling kepada
Tong Ko: "Nak akulah yang tanggung, kalian boleh turun
gunung.!"
"Kui locianpwe, terima kasih atas kebaikanmu! Cepatnya
satu bulan, lambatnya 3 bulan, aku tentu kembali kesini lagi!"
Habis berkata, Tong Ko lalu ajak ayahnya melangkah keluar.
Oleh karena Kui-ing-cu yang tanggung, maka tiada seorang yang
berani menghadangnya. Tiba dikaki gunung, mereka beristirahat.
Mengenangkan pengalamannya tadi, The Go menghela
napas, tapi sebaliknya Tong Ko tertawa lepas.
"Ko-ji, mengapa kau tertawa?"
Tong Ko tak menyahut pertanyaan ayahnya itu, tapi tetap
ketawa terus, namun wajahnya mengerutkan kemuraman.
Nyatalah anak muda itu hendak melepaskan kemarahannya
dengan tertawa.
The Go pilu menampak keadaan puteranya itu. Dia sih sudah
tua dan cacad, sebaliknya Tong Ko adalah laksana matahari
terbit, hari depannya penuh dengan harapan yang gilang
gemilang.
Serentak dia mengambil dua pilihan: kalau urusan Tay-keng
itu dapat beres, itu tak menjadi persoalan lagi. Tapi kalau tidak,
dia hendak ke Kwiciu untuk mencari Liat Hwat.
Biarlah dia, terbunuh mati, asal dengan kematian itu Tong
Ko akan diterima kedalam barisan orang gagah Lo-hu-san.

Heng Thian Siau To 446


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

"Ko-ji, pergilah ke Sip-ban-tay-san untuk menengok


bagaimana kesudahannya pertempuran antara sucou dan Kwan
Tay-kin. Aku hendak ke Kwiciu untuk menolongi In-ji!"
Sudah tentu Tong Ko tak mengetahui isi hati ayahnya itu.
Coba dia tahu bagaimana ayahnya hendak berkorban untuknya,
sudah tentu dia akan menolak. Maka setelah mengiakan, mereka
lalu berangkat. Disuatu tempat, mereka berpisah, satu ke Sip-
ban-taysan dan satu ke Kwiciu.

––––––––––

BAGIAN 32
ILMU GOLOK KIAN-THIAN-IT-GWAN-TO-HWAT

Sekarang mari kita ikuti perjalanan Tong Ko lebih dahulu.


Karena pesatnya dia larikan kuda, dalam satu hari saya, tibalah
sudah dia digunung Sip-ban-tay-san. Didepan pondok ayahnya,
didapatin.ja Ang Hwat cinjin dan Kwan Tay-kin, duduk bersila
berhadapan satu sama lain. Mereka diam seperti patung. Apakah
kedua gembong itu masih saling mengadu Iwekang, demikian
Tong Ko bertanya dalain hati.
Tapi serta didekatinya, astaga.......kiranya kedua tokoh itu
sudah kaku menjadi mayat! Tentulah karena kehabisan Iwekang,
kedua gembong itu sama-sama binasa.
Walaupun hanya setengah tahunan dia berkumpul dengan
Ang Hwat tetapi Tong Ko merasa berhutang budi besar kepada
cinjin itu. Kepandaiannya yang dimiliki sekarang ini, adalah
berkat gemblengan sucounya itu, Ditendangnya tubuh Kwan tay-

Heng Thian Siau To 447


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kin sehingga terpental sampai beberapa meter jauhnya. Habis itu


dia lalu menggali lubang untuk mengubur' jenazah sucounya.
Tapi tiba-tiba diperhatikan sikap duduk sujtounya itu agak
aneh. Tangannya kanan ditaruhkan didada, sedang tangan kiri
menjulai kebawah, jari telunjuknya menjulur, seperti menunjuk
sesuatu.
Ketika mata Tong Ko mengikuti arah yang ditunjuk itu,
ternyata ditanah yang tertutup daun, seperti ada coretan
tulisannya.
Waktu daun-daun itu dikebutnya, ternyata disitu terdapat
guratan tangan yang berbunyi begini: "It-gwan-to-hwat berada
di Thiat-san........."
Huruf "san" (gunung) dituliskan sangat kecil, pinggirnya agak
mencong seperti hampir belum selesai. Memang Tong Ko pernah
mendengar, bahwa ilmugolok it-gwan-hwat itu berada pada
suku Thiat-theng-biau (orang Biau dari daerah Thiat-theng).
Diapun pernah naik kepuncak Thiat nia untuk mencarinya. Jadi
dia yakin, huruf "san" kecil itu, tentulah kepala dari huruf "nia".
Dalam huruf Tionghoa huruf nia (puncak) itu, atasnya memakai
huruf san (gunung).
Selesai mengubur jenazah Ang Hwat, dia segera bergegas-
gegas menuju ke Thiat-nia.
Tapi baru berjalan belum jauh, matanya tertumbuk dengan
mayat Shin Hiat-ji.
Kebenciannya terhadap anak muda itu meresep sampai
ditulang. Melihat orang sudah jadi mayat, Tong Ko tetap meluap
amarahnya. Diangkatnya mayat Hiat-ji terus dibanting jauh-jauh.
Sekali, dua kali, ja sampai beberapa kali dia ulangi bantingannya

Heng Thian Siau To 448


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

itu. Setelah tubuh Hiat-ji hancur mumur, barulah puas dia. Untuk
penutupnya, dia kirim sebuah tendangan kearah perut mayat.
Tiba-tiba secarik surat muntah keluar.
Buru-buru Tong Ko mengambilnya. Demi dibacanya, dia
berjingkrak kegirangan.
“Yah!" serunya memanggil The Go.
Saking girangnya, lupa sesaat bahwa kala itu dia hanya
seorang diri. Sesaat kemudian, baru dia insjaf dan tersipu-sipu.
Dibacanya sekali lagi surat itu. Ternyata itu adalah sebuah surat
perjanjian.
Separoh bagian adalah perjanjian hutang Tay-keng kepada
Hiat-ji dan sebagian lagi pembelian sebuah rumah gedung dikota
raja atas nama Tio Tay-keng.
Dalam surat pembelian rumah itu, terlampir sepucuk surat
pernyataan terima kasih Tay-keng kepada Hiat-ji yang sudah
membelikan rumah itu untuknya.
Ah, kalau kemaren lusa dia sudah dapat mengunjuk surat
bukti itu kepada Tio Jiang, tak nanti dia sampai bentrok dengan
orang-orang gagah disana. Sebenarnya pada saat itu, dia terus
hendak menyusul ayahnya ke Kwiciu, tapi serta teringat akan it-
gwan-tohwat, dia ambil putusan hendak ke Thiat-nia lebih
dahulu.
Toh kesana pulang pergi hanya memakan waktu tak berapa
lama.

––––––––

Heng Thian Siau To 449


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tak antara berapa lama tibalah dia dipuncak Thiat-nia. Thiat nia.
itu sebenarnya tempat kediaman suku Thiat-theng-biau. Tapi
sejak pemimpin mereka Kit-bong-to binasa, mereka sama
tinggalkan tempat itu. Tiba dilamping gunung, tampak tempat
itu sunyi lelap, hanya kawanan burung alap-alap yang terbang
kian kemari. Hati Tong Ko serasa rawan melihat pemandangan
yang menjajukan itu.
Goa-goa tempat kediaman suku That-theng-biau, berobah
menjadi sarang rumput yang lebat dan tinggi. Disana sini Tong
Ko tak menemukan sesuatu tanda apa-apa. Akhirnya dia
mengambil putusan untuk lekas-lekas menyusul ayahnya. Tapi
pada lain saat tiba-tiba dia teringat, ketika berada disitu waktu
dulu, pernah dia melihat sebuah gua yang pintunya memakai
tirai bambu dan dijaga oleh pengawal.
Ya........, tempat itu memang mencurigakan, baik ia
mencarinya.
Tak lama dia mencari, benar juga ada sebuah gua yang
memakai tirai bambu.
Buru-buru dia melangkah masuk. Dilihatnya ditengah gua
situ, terdapat sebuah ciok-pay (alter batu). Permukaan ciokpay
itu diukir dengan lukisan sebuah golok bengkok, macamnja
persis dengan pi-lik-to. Sedang sebelah belakangnya, terdapat
tulisan yang berbunyi "it-to, cap-to peh-to cian-to ban-to" (satu
golok, sepuluh golok, seratus golok, seribu golok, selaksa golok).
Dibawah tulisan itu, kembali terdapat lukisan sebuah golong
bengkok melayang diudara, berputar melingkar. Lukisannya
tampak hidup sekali.

Heng Thian Siau To 450


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Sampai sekian saat Tong Ko memandangnya terlongong-


lolong.
Apakah artinya tulisan itu? Adakan itu penuntun ilmugolok
it-gwan-to-hwat?
Melihat lukisan golok melingkar itu, dia agak mengerti, tapi
hanya samar-samar sekali.
Beberapa kali mulutnya menghafalkan tulisan itu. Tiba-tiba
dia teringat sesuatu. Nama ilmugolok itu adalah it-gwan, ini
diambil dari kata-kata dalam kitab Chun Ciu yang artinya sumber
dari segala apa. Dengan begitu, bukankah yang dimaksudkan
dengan kata it-gwan-to-hwat itu, sebenarnya hanya terdiri dari
satu jurus saja? Dari satu jurus itu, timbullah perubahan yang tak
terbatas, dari sebatang golok menjadi sepuluh, dari sepuluh
menjadi seratus, seribu dan sepuluh ribu!
Memikir sampai disini, dia memgelajari lukisan golok
terbang melingkar itu dengan perdata. Ah......, tampaknya
sederhana sekali. Tapi kembali dia teringat, bahwa sebelum
jagad ini terbuka, bermula hanyalah sebuah gumpalan bundar
yang samar-samar perwujutannya. Kemudian baru tercipta
langit, bumi dan seluruh isi alam. Lingkaran bundar itulah pokok
pelajaran it-gwan-to-hwat, terdiri hanya satu jurus, jurus
pertama yang juga menjadi jurus terakhir. Satu jurus yang akan
melahirkan sepuluh, seratus, seribu dan selaksa gerak
perubahan!
Saking girangnya, Tong Ko sampai loncat ber-jingkrak-
jingkrak, jantungnya bertak-bertak seperti alu-alu (bandul)
lonceng. Pi-lik-to diangkat terus diputar dalam sebuah lingkaran
besar. Selingkar sinar kilat, segera membungkus dirinya. Tong Ko
mengambil napas, lalu melingkar-lingkarkan goloknya keempat

Heng Thian Siau To 451


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

jurusan, atas bawah dan kanan kiri. Makin lama makin lancar,
lingkaran sinarnya dari besar menjadi kecil dan pada lain saat
pecahlah beribu lingkaran bola sinar, bertaburan disekitarnya.
Guruh angin yang menderu-deru juga makin gencar dan riuh.
Segera Tong Ko dapatkan bahwa sekalipun jurus permainan
golok itu hanya terdiri satu gerakan melingkar, namun
kedahsyatannya jauh berlipat kali dari ilmugolok 3 jurus ciptaan
Ang Hwat cinjin itu.
Benar tokoh Ang Hwat itu seorang gembong persilatan yang
tinggi ilmunya, namun untuk menciptakan suatu ilmu golok yang
menyamainya tak usah melebihi, dari it-gwan-to-hwat, rasanya
masih belum dapat. Sederhana tampak ilmu golok sejurus itu,
namun dia merupakan sumber kelahiran dari segala gerak pe
robahan yang tak terbatas banyaknya!
Tong Ko seperti kerangsokan setan. Dia mainkan gerakan itu
sampai setengah jam dengan non-stop. Angin guruh yang
ditimbulkannya, sampai menggoncangkan gua itu. Sampai disitu
barulah dia berhenti, terus menuju ke Kwiciu.
––––––––––

BAGIAN 33
BUKTI PENGHIANATAN

Sekarang mari kita tengok keadaan The Go dahulu.


Tiba di Kwiciu dia sudah merancang. Kalau langsung menuju
kegedung tihu, Liat Hwat pasti akan gusar melihat dia datang
seorang diri. Dia tak takut mati, tapi jangan sampai hal itu

Heng Thian Siau To 452


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

menimpah diri puterinya juga. Maka lebih dulu dia cari sebuah
tempat penginapan didekat gedung tihu situ.
Siangnya dia tak berani keluar. Setelah malam tiba, baru dia
lakukan penjelidikan kegedung tihu. Tapi sampai 10 malam
berturut-turut menjelidiki, tak berhasil masuk.
Penjagaan disitu teramat kuatnya, jangan kata manusia,
sampaipun kawanan kelelawar tak dapat menobros masuk.
Kecerdikan otak Cian-bin long-kun menghadapi ujian berat.
Dia makin gelisah. Hari makin berlarut panjang, berarti
kecurigaan Liat Hwat makin bertambas besar. Kemungkinan Liat
Hwat akan mendapat laporan tentang peristiwa di Lo-hu-san,
makin besar. Sehari berlalu, sehari itu kemungkinan rahasia itu
akan diketahui Liat Hwat.
Begitu mengetahui, Liat Hwat pasti akan bertindak terhadap
The Ing. Sampai pada malam ke 16, The Go tak dapat menahan
diri lagi. Lewat tengah malam, dia keluar dari penginapan.
Penginapan itu dengan gedung tihu hanya terpisah dua
buah jalan besar.
Dalam sekejap saja dia sudah berada didekat tembok
gedung yang hampir dua tombak tingginya. Dilihatnya lampu
penerangan diatas tembok masih menyala. Kalau sampai jam
lampu itu dimatikan, sukarlah untui: menielinap masuk. Dia
sudah membayangkan suatu pertempuran, apabila memasuki
gedung itu. Tapi masih ada satu kemungkinan, kalau saja Liat
Hwat masih belum mengendus peristiwa di Lo-hu-san itu,
bukantah dia bisa mengelahuhi penjaganya? Untung-ungungan
namanya, tapi biarlah dicobanya, toh sememangnya dia sudah

Heng Thian Siau To 453


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

bertekad bulat untuk mengadu jiwa. mengapa berbanyak hati


(ragu-ragu).
Diam-diam dia menjesali kebodohannya membuang waktu
sampai hampir setengah bulan itu. , Begitu tiba dimuka pintu
gerbang, segera terdengar dua buah suara berkerontangan.
Menyusul dengan itu, terdengar dua orong pengawal
membentak : "Siapa?"
"Kawanan orang buta, mengapa tak kenal padaku!" The Go
mendamprat dengan garang.
Begitu menghampiri dekat, kedua pengawal itu segera
berseru : "Hai, kiranya The tayjin!"
Habis mengeluarkan kata-kata itu, salah seorang tertawa
menjengir, tapi kawannya buru-buru memberi isyarat mata,
hingga dia hentikan tertawanya.
"The tayjin, sudah beberapa hari lamanya Liat Hwat sucou
menunggu kedatanganmu!"
The Go yang tajam matanya segera mengetahui sikap yang.
aneh, dari penjaga itu. Bahwasanya penjagaan digedung tihu itu
makin lama makin diperkuat, tentulah terjadi sesuatu yang luar
biasa.
"Benarkah? Benar aku menjiksa pikiran dia siorang tua saja!"
kata The Go dengan wajar sembari berjalan dengan tongkatnya
ketengah kedua orang itu.
Matanya memandang kesekitar halaman dalam. Kiranya
disekitar pintu itu tiada lain orang selain kedua orang tadi. Diam-
diam dia menduga, kedua orang itu tentu golongan jago yang
berilmu.

Heng Thian Siau To 454


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Cepat The Go bertindak. Hanya sekali tampak lengannya


ditarik kebelakang, atau sikunya telah memakan jalan darah khi-
hay-hiat salah seorang pengawal itu. Hekk....., hanya terdengar
mulut menguak sekali dan penjaga itu segera terkulai ditembok
tak dapat berkutik lagi.
Melihat itu, kawannya terperanjat terus melolos golok kui-
thau-to. Tapi belum sempat dia gerakkan, kelima jari The Go
yang bagaikan cakar garuda itu sudah mencengkeram dadanya
sembari mengancam : "Kalau berani berteriak, nyawamu
hilang!"
Orang itu pucat, golok yang sudah diangkat keatas terpaksa
diturunkan lagi.
"Apakah benar Liat Hwat cousu menunggu aku?" tanya The
Go dengan berbisik.
Orang itu mengangguk. The Go lalu tanyakan dimana
adanya The Ing.
"Takut kau nyeleweng, maka Liat Hwat cousu telah
menahan nona The didalam sebuah kamar, tapi ia tak kena apa-
apa!"
Mata The Go berkicup sejenak mencari akal, lalu berkata:
"Bawalah nona The keluar kota!"
Orang itu meringis, dan kembali The Go ketawa dingin: "Kau
takut kehilangan baju kebesaran bukan? Tapi hanya dengan
begitulah, jiwamu tetap terpelihara!"
Orang itupun mempunyai rencana. Kalau nanti dilepas, dia
tentu bebas melapor pada atasannya, maka diapun lantas
menyanggupi. Tapi The Go jauh lebih cerdas dari dia. Melihat
wajah orang, dia sudah tahu apa yang dikandungnya. Jari

Heng Thian Siau To 455


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

tengahnya ditekankan pada jalan darah dipundak siorang,


katanya: "Jalan darahmu hu-kut-tiam-hiat sudah kututuk. Dalam
3 jam, kau tentu mati. Inilah ilmu tutukan ajaran Ang Hwat cinjin
waktu dulu. Tapi nona The dapat membukanya. Jiwa atau
pangkat, terserah padamu!"
Habis itu The Go tinggalkan dia, terus masuk kedalam.
Sebenarnya apakah sedemikian sakti ilmu tutukan Ang Hwat
cinjin itu? Tidak, cinjin yang termasjhur sakti itu, tidak
mempunyai ilmututukan hu-kut-tiam-hiat yang dapat
mematikan orang dalam waktu 3 jam. Tapi untuk menghadapi
perangkap yang telah disediakan Liat Hwat itu, The Go telah
gunakan gertakan itu untuk menakuti orang. Melangkah
beberapa meter jauhnya, dia masih belum mendengar orang
berseru memanggilnya, tapi dia yakin orang itu tentu sudah
kelabakan takut. Sebenarnya setelah itu, The Go dapat lolos,
namun tak mau dia.
Dia tetap hendak bertemu dengan Liat Hwat, agar penjaga
tadi dapat lancar melakukan perintahnya. Biar dia menghadapi
bahaya, asal puterinya tertolong.
Orang yang ditinggalkan The Go tadi, terlongong-lolong sampai
beberapa saat. Akhirnya dia lebih menjayangi jiwanya dari
kedudukan. Dengan langkah gegas, dia segera menuju kekamar
tempat The Ing. Sepanjang lorong dia berjumpa dengan
beberapa penjaga, tapi mereka sama tak mencurigainya.
"Liat. Hwat cousu memerintahkan supaya membawa nona
The keluar ............... "
Melihat kawannya itu adalah orang kepercayaan Liat Hwat,
penjaga kamar tahanan disitu main percaya dan

Heng Thian Siau To 456


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

mempersilahkannya masuk. Didapatinya wajah The Ing pucat


ketakutan.
"Nona The, ayahmu menunggu diluar!" bisik siu-wi atau
penjaga yang bakal mati dalam 3 jam" itu. Bahwa dia tak
mengatakan kalau The Go masuk kedalam gedung situ, adalah
untuk kepentingannya sendiri. Kalau dia mengatakan begitu, The
Ing tentu membangkang diajak pergi dan ini berarti jiwanya
(penjaga itu) takkan tertolong.
"Apa kata-katamu itu sungguh?" tanya The Ing masih
setengah tak percaya.
Orang itu tak mau membuang waktu terlalu banyak, dengan
tersipu-sipu dia meyakinkan: "Nona The, percayalah padaku!
Mana aku berani berdusta, karena ayahmu telah menutuk jalan
darahku hu-kut-hiat, dalam 3 jam jiwaku tentu lenjap. Akan
kuantar kau keluar kota, tapi harap kau nanti buka jalan darahku
itu!"
The Ing terbeliak. Seingatnya, ayahnya tak mempunyai ilmu
penutuk jalan darah yang disebut hu-kut-toa-hiat itu. Tapi dari
raut wajahnya, terang orang itu tak pura-pura. Nona cerdas
itupun segera dapat mengetahui kalau itu hanya siasat ayahnya
saja.
"Ya, benar," sahutnya tertawa "memang ilmu tutukan
ayahku
itu lihay sekali. Duapuluh tahun yang lalu, tutukannya itu akan
membinasakan orang dalam waktu 3 jam. Tapi kini, karena dia
lebih sakti, mungkin lebih cepat lagi dari itu!"
Muka orang itu berobah pucat seperti mayat, serunya: "Ayo,
kita lekas pergi saja!"

Heng Thian Siau To 457


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Orang itu tak berani jalan pintu besar, tapi dari pintu
samping. Tapi baru tiba dimuka pintu itu, didalam ruangan
gedung sana terdengar suara berisik. Ha...., itu tentulah The Go
sedang mengadu biru, maka diapun segera ajak The Ing lekas-
lekas cepatkan langkah. Justeru karena terjadi keributan itu,
maka banyaklah para pengawal yang ber-lari2 masuk kedalam
ruangan, jadi dengan lenggangnya dapatlah mereka berdua
melewati pintu samping, menikung sebuah jalanan kecil terus
menuju keluar kota.
Ya....., memang yang membikin keributan dalam gedung itu
adalah The Go.
Memang dia telah bertekad untuk mengobrak-abrik gedung
tihu. Baru dia melangkah beberapa tindak, dia sudah berpapasan
dengan 3 orang siu-wi (penjaga). Siu-wi itu sudah tentu tak
mencurigai The tayjinnya.
Begitu dekat, tahu-tahu The Go sapukan tongkatnya. Siu-wi
yang berada dimuka segera rubuh, tubuhnya merabuhi
kawannya kedua, membentur tembok dan pingsan. Orang yang
ketiga coba menghantam dengan golok. tapi secepat kilat The
Go sudah menyelinap kebelakang seraya tutukkan ujung
tongkatnya kepunggung orang. Disitulah terdapat jalan darah
leng-ta-hiat atau disebut juga jin-sim-hiat, karena The Go
menutuk keras, maka orang itupun melayang jiwanya.
The Go sudah khilap tampaknya. Tanpa peduli diketahui
orang, dia tinggalkan begitu saja ketiga mayat yang mayang
melintang dijalan itu. Tak lama berjalan masuk, kembali dia
bersua dengan 3 orang siu-wi lagi, berbaris medatangi.
Baru The Go hendak turun tangan, atau siu-wi yang berada

Heng Thian Siau To 458


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

paling belakang sendiri memperingatkan kawannya: "Hati-hati,


The Go sudah menjelundup kemari!',
Siu-wi yang dimuka sendiri mendongak dan hai......,
"penjahat" yang dimaksudkan itu sudah berada dihadapannya.
Cepat mereka loncat kesamping, tapi tak kurang cepatnya lagi
The Go sudah lantas loncat menerjang. Sewaktu masih
melayang, ujung tongkatnya sudah ditusukkan kekepala orang,
siapa coba berusaha menghindar kesamping. Tapi The Go sudah
robah gerakannya mengikuti gerak lawan. Senjata sam-ciat-kun
(ruyung 3 ruas) orang itu terpental menghantam kawannya
sendiri. Kedua siu-wi yang lain lalu menjerit-jerit macam babi
hendak disembelih.
Sekejap saja muncullah 4-5 puluh siu-wi mengepung The Go.
Tempat disitu merupakan sebuah lorong jalan yang sempit,
kedua pinggirnya jalah tembok. The Go tak mau lari, tapi hendak
mengamuk mereka. Dua buah tongkatnia berkelebatan kian
kemari, sebentar kebawah atas, sebentar kekanan kiri, menjapu,
menghantam, menutuk. Ada kalanya tubuhnya melayang
diudara bagaikan seekor burung alap-alap sembari tarikan kedua
tongkatnya.
Walaupun jumlah mereka banyak, tapi karena tempatnya
sempit, jadi mereka tak dapat mengembangkan permainannya.
Tak berapa lamanya, The Go telah dapat menghajar mereka
kocar kacir.
The Go tertawa lebar, tapi belum saja nada ketawanya itu
sirap, atau terdengarlah serangkum ketawa melengking kecil.
Suara itu samar-samar kedengarannya seperti teraling sesuatu
barang. Tapi itu sudah cukup menciutkan njali The Go. Juga
kawanan siu-wi itu, lekas-lekas menjingkir mundur.

Heng Thian Siau To 459


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Ketawa itu datangnya dari sebelah kiri yang merupakan


tembok tinggi.
The Go cepat mundur setombak kebelakang.
Suara ketawa itu makin dekat.
Tiba-tiba tembok bergemuruh rontok dan tembuslah sebuah
lubang besar.
Bukan kepalang kejut The Go. Kiranya masih satu meteran
jauhnya, Liat Hwat sudah membuka jalan dengan menghantam
tembok, menandakan sampai dimana kemajuan yang dicapai
oleh cousu itu dalam penyakinannya ilmu ganas, hun-kang-hwat
(Iwekang awan api). The Go cepat pusatkan perhatiannya
bersiap-siap.
Liat Hwat ajukan langkahnya kelubang tembok, lalu dengan
suaranya yang seperti anak kecil melengking: "Kau sudah pulang
The Go? Bagaimana hasilnja ke Lo-hu-san?"
The Go merapat ketembok, jaraknya dengan Liat Hwat
hanya tak lebih dari satu tombak. Sahutnya: "Berhasil
memuaskan! Seluruh pahlawan "Lo-hu-san sudah masuk ke
Kwiciu dan sebentar lagi akan menyerbu kemari!"
Liat Hwat tertawa meringkik, semprotnya: "Bagus, kau akan
menemani mereka menghadap Giam-ong!"
Tangannya diangkat keatas, lalu diajukan kemuka. Benar
samberan anginnya tak seberapa keras, tapi hawanya yang amat
panas benar-benar membakar orang.
The Go menginsjafi dirniya bukan tandingan cousu itu,
namun dia tetap berusaha untuk memperpanjang kematiannya.
Dengan punggungnya dia bentur tembok dibelakang, dari situ

Heng Thian Siau To 460


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

dia menerobos kesebuah ruangan besar. Liat Hwat mengejarnya


sambil tertawa iblis seraya melontarkan 4 kali pukulan. Sesaat
The Go rasakan dirinya diselubungi oleh badai hujan yang hebat
sehingga terhuyung-huyung. Untung Liat Hwat masih agak jauh.
Dia segera tekankan tongkatnya ke!antai lalu melayang
keluar pintu.
Ada dua orang siu-wi coba menghadangnya, tapi The Go
cepat semprotkan ludahnya. Salah seorang yang maju dimuka,
segera menutupi mukanya berkaok-kaok kesakitan. Sedang
kawannya yang dibelakang terus hendak melarikan diri, namun
sudah didahului dengan sebuah sapuan tongkat. Orang itupun
menggelapar jatuh.
Semula kejadian itu hanya berlangsung dalam sekejapan
mata, namun saat itu dari belakang sudah terasa ada angin
menyambar, terang kalau Liat Hwat sudah tiba.
Dengan kesebatan yang mengagumkan, The Go lontarkan
tubuh orang itu kearah Liat Hwat. Ketika Liat Hwat kaget dan
menarik pulang tangannya, The Go sudah menyelinap masuk
kedalam sebuah ruangan, dari situ loncat keluar jendela,
melewati sebuah pintu bundar, tiba dikebun belakang.
Diatas pagar tembok sudah penuh berjajar-jajar barisan
pengawal, tapi sjukur mereka belum mengetahui kedatangan
The Go.
The Go menyelinap bersembunyi dalam sebuah goa-goaan
palsu. Dia sudah memperhitungkan, bahwa Liat Hwat tentu akan
mengadakan penggeledahan, tapi biarlah.
Setiap menit berlalu, setiap menit pula jiwanya masih
terpelihara.

Heng Thian Siau To 461


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

---ooOoo---

Sekarang mari kita tengok The Ing dan siu-wi yang


menelantarnya keluar dari sarang harimau itu. Begitu tiba diluar
kota, bertanyalah The Ing: "Hai......, mana ayahku?"
Nona The, buka dulu jalan darahku, baru nanti aku bilang!"
The Ing cukup tahu bahwa sebenarnya jalan darah orang itu
tak kena apa-apa, tapi untuk mengorek keterangan, iapun
bersikap sungguh-sungguh: "Sebelum berjumpa dengan ayah,
aku tak mau membuka jalan darahmu itu!"
Siu-wi itu banting-banting kaki, ujarnya: "Ai, saat ini kukuatir
ayahmu sudah binasa dibawah pukulan Liat Hwat cousu!"
"Apa?!" alangkah terkejutnya The Ing.
Orang itu lalu menceritakan segala yang terjadi.
The Ing terlongong-longong kehilangan faham. Ketika orang
itu mendesaknya lagi, The Ing tak ambil mumet, terus hendak
angkat kaki. Sudah tentu bukan kepalang kejut orang itu. Berseru
memanggil nama The Ing, dia lari menyusulnya, The Ing sudah
gemas. Ia sangat cemas memikirkan keadaan ayahnya, kalau
dapat, ingin dia mempunyai sayap supaya dapat lekas terbang
kesana.
Melihat orang mengejar, tanpa berpaling lagi, ia segera
kebutkan tali cheng-si dalam jurus ceng-hay-seng-boh. Kala itu
sudah malam, tali cheng-si hanya sebesar rambut orang
halusnya, dilayangkan keudara sedikitpun tak mengeluarkan
suara. Sudah tentu orang itu mengaduh kesakitan ketika tali
cheng-si menggurat mukanya dan kakinyapun serasa keyang

Heng Thian Siau To 462


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

(kramp) lalu rubuh ketanah. Sedang waktu melanyagkan tali itu,


The Ing masih tetap berjalan.
Begitu ia tarik pulang talinya, diapun sudah berada
beberapa tombak jauhnya.
Orang itu ternyata keliwat sayang jiwanya. Mengira betul-
betul jiwanya terancam mati dalam 3 jam, dia lalu bangun dan
mengejar lagi. The Ing tak peduli, ia tancap gas berlari se-
kencang-kencangnya. Pikirannya hanya tertuju kepada ayahnya.
Begitulah terjadi kejar mengejar. Yang mengejar tak henti-
hentinya berteriak-teriak memanggil-manggil.
Tak antara berapa lama, tiba-tiba ada selingkar cahaya api
bergulung-gulung ditengah tegalan. Melihat itu, girang The Ing
bukan alang kepalang. Setelah jelas siapa yang berada di balik
cahaya api itu, berserulah ia dengan keras: "Engkoh Ko, ayah.....
ayah....."
Saking kesusu dan gugup, The Ing tak dapat bicara lampias.
Memang lingkaran api yang menghampiri datang itu bukan
lain adalah pemuda Tong Ko yang telah mendapatkan rahasia
ilmugolok kian-thian-it-gwan-to-hwat. Cukup dengan tiga
loncatan, Tong Ko sudah tiba ketempat sinona yang kini telah
diketahui sebagai adiknya sendiri.
"In-moay, dimana ayah?"
Mendengar sipemuda menyebut "ayah" kepada The Go, The
Ing terkesiap kaget.
"Kau maksudkan ayahku kan?" ia menegas. "Benar, ayahmu
dan ayahku juga!"

Heng Thian Siau To 463


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

The Ing makin terheran-heran. Secara ringkas, Tong Ko


ceritakan apa yang telah terjadi. Tepat pada saat itu, si siu-wi
yang mengejar tadipun sudah tiba. Tanpa berkata ba atau bu,
Tong Ko menyambutnya dengan sebuah hantaman. Siu-wi itu
terlempar sampai beberapa meter jauhnya. Benar jiwanya tak
sampai melayang, tapi kini hanya merintih-rintih tak dapat
bangun lagi.
Serta tahu bahwa Tong Ko itu sebenarnya engkohnya
sendiri, tersadarlah The Ing mengapa waktu hari ayahnya
melarang keras ia bergaul rapat dengan pemuda itu. Apa yang
diceritakan oleh siu-wi tadi, dituturkan kepada engkohnya itu.
"Biar bagaimana juga kita harus kesana!" Tong Ko memberi
ketetapan.
Kedua engkoh beradik itu lalu berlari menuju ke Kwiciu.
Karena sudah malam, pintu kota sudah ditutup. Mereka
memanyat tembok kota, tapi segera pandangannya tersilau
dengan cahaya obor yang terang benderang laksana siang hari.
Waktu mereka mendekati, ternyata disitu terdengar sorak-sorai
yang hiruk sekali. Diantara keributan itu, jelas terdengar suatu
suara ketawa yang melengking nyaring. Tahulah kedua saudara
itu siapa yang ketawa itu.
Cepat Tong Ko ajak The Ing: menuju kegedung tihu, terus
memanyat temboknya. Ketika melongok kebawah, tepat mereka
berhadapan dengan kebun belakang.
Disitulah adanya penerangan obor yang menjilaukan tadi.
Berpuluh-puluh orang dengan memegang obor tengah
mengepung sebuah gunung-gunungan palsu. Gunung-gunungan
itu separoh bagian sudah didorong rubuh. Didalam lingkaran

Heng Thian Siau To 464


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kepungan itu, tampak Liat Hwat setapak demi setapak maju


menghampiri The Go, sedang yang tersebut belakangan ini
selangkah demi selangkah mundur kebelakang!
Tong Ko menginsjafi betapa gawatnya keadaan sang ayah.
Tiba-tiba dia mendongak tertawa keras-keras. Iwekangnya kini
sudah memasuki tingkat kesempurnaan seorang achli jempolan.
Benar suara itu tak dapat menjirapkan lengking ketawa Liat
Hwat, tapi kumandangnya mengejutkan seluruh suasana.
Semua orang memandang kearah Tong Ko. Sebaliknya The
Go terperanjat melihat kehadiran puteranya itu.
"Ko-ji, lekas... ....."
Belum sempat dia mengatakan "pergi", sesosok tubuh lain
muncul didekat Tong Ko. Makin gelisah resah perasaan The Go.
Putera dan puterinya datang kesitu, celaka, habislah
keturunan orang she The. Karena mengeluh, perhatiannya
menjadi agak lengah dan tahu-tahu krak....krak...., kedua
tongkatnya sudah kena terhantam putus oleh Liat Hwat.
Tongkat putus, orangnyapun turut terjerembab kebelakang.
Liat Hwat tak memandang mata pada Tong Ko.
The Go rubuh, dia segera maju menghantam dengan kedua
tangannya.
The Go meramkan mata menunggu ajal. Hawa panas yang
menekannya, makin membara. Tapi dalam keheranannya, tiba-
tiba hawa panas itu lenjap dan perasaan tubuhnyapun enak
kembali. Ketika membuka mata, dia segera terkesiap. Kiranya
tubuh Tong Ko itu terbungkus dengan ribuan lingkaran sinar
kecil-kecil, berkilau-kilau macam kilat menyambar. The Go tahu

Heng Thian Siau To 465


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

kalau sinar kilat itu terjadi dari golok pi-lik-to, tapi dia tak tahu
mengapa puteranya dapat memainkan secara begitu sakti sekali.
Rambut Liat Hwat menebar lempang, sepasang tangannya
bergerak-gerak, tapi tak mempan terhadap anak muda itu.
Menjaksikan kesemuanya itu, girang The Go meluap-luap.
Dan saat itu The Ingpun melayang turun sembari menggerak-
gerakan tangannya.
Belasan wi-su (penjaga) rubuh. Gadis itu menghampiri
kearah ayahnya.
The Go pulih semangat. Dia loncat menerjang dua orang
penjaga. Sekali hantam dia sudah dapat merebut dua batang
tombak. The Go makin garang. Dengan sebuah seruan
mengguntur, kawanan wi-su itu sama menjingkir mundur.
"Ing-ji, kau menghendaki yang mana dulu?" tanyanya
kepada sang anak.
"lni!" sahut The Ing sembari menuding seorang opsir. "Baik,"
kata The Go sembari tekannya ujung tombak kelantai terus
melayang.
Dipartai sana, Liat Hwat tadi terkejut demi sudah
mengetahui bahwa golok yang dimainkan Tong Ko itu bukan lain
adalah golok pusaka kian-thian-it-gwan-pi-lik-to. Maka dia lalu
lepaskan The Go untuk menghadapi anak muda itu. Pada saat itu
dia sudah tumplak seluruh kepandaiannya. Setiap pukulan yang
dilancarkan, panasnya seperti api membakar. Namun it-gwan-to-
hwat itu mempunyai ribuan gerak perubahan yang tak habis-
habisnya. Hawa api itu tak dapat meranggas tubuh Tong Ko,
bahkan kebalikannya, badai kilat yang menderu-deru dan ribuan
pagutan golok, pelahan tapi tentu, makin mendesaknya.

Heng Thian Siau To 466


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Begitulah keduanya dalam beberapa kejap saya, sudah


bertempur sampai 5-6 puluh jurus. Sebenarnya menurut
penilaian, kepandaian Liat Hwat jauh diatas Tong Ko. Tapi
anehnya, setiap serangannya selalu dikebut hilang laksana mega
tertiup angin.
Kalau beberapa jurus Liat Hwat terpaksa menelan kerugian,
adalah Tong Ko yang selama itu kebanyakan hanya bertahan
jarang menyerang, kini mengetahui bahwa tenaga lawan sudah
makin lemah. Inilah yang dinanti-nantikan. Membolang-
balingkan pi-lik-to, dia - berganti cara, dari bertahan menjadi
menyerang!
Dalam saat Tong Ko masih melibat Liat Hwat itu, The Go dan
The Ing sudah dapat menghalau mundur puluhan wi-su itu.
"Lekas panggilkan pasukan untuk mengurung kebun ini!"
seru mereka kepada kawan-kawannya. Dengan seruan itu,
mereka lalu pencarkan diri.
The Go terperanjat. Kalau benar bala bantuan didatangkan
secara besar-besaran, tentu sukar untuk meloloskan diri.
"Ing-ji, waktu berharga, kita bertiga selesaikan iblis itu!"
serunya sembari terus layangkan tubuhnya menusuk punggung
Liat Hwat. Liat Hwat menyambar kebelakang terus menariknya
kuat-kuat, hingga tubuh The Go terhuyung bersama tombaknya
kemuka.
Tapi tiba-tiba dia rasakan pundaknya dilekati sebuah tangan
dari belakang. Serempak ada aliran Iwekang deras mengalir
ketubuhnya, maka buru-buru dia kerahkan tenaganya untuk
menarik tombak yang hendak dirampas Liat Hwat itu.

Heng Thian Siau To 467


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Diluar dugaan, usahanya itu memberi hasil lebih dari yang


diharapkan.
Bukan saja tombaknya dapat dirampas balik, pun tubuh Liat
Hwat turut tertarik sampai dua langkah kemuka. Dan untuk
kekagetannya lagi, entah dari mana datangnya tahu-tahu ada
sinar golok memapas kepala Liat Hwat. Sikate dari Tibet itu,
rompal rambutnya menjadi botak.... Tahu The Go kalau datang
seorang ko-chiu yang membantunya.
Buru-buru dia berpaling kebelakang dan hai, kiranya........
Kui-ing-cu adanya!
"Bukan 3 lawan 1, tapi 4 tanding 1. Setelah kalian pergi, aku
selalu kuatir, lalu menyusul ke Kwiciu. Sebenarnya malam ini aku
hendak "berdagang tanpa modal" (istilah kaum persilatan untuk
mengambil uang dari hartawan atau pembesar jahat), tapi serta
kudengar orang ribut-ribut hendak mengundang bala pasukan
baru aku menyusul kemari!" kata tokoh aneh itu. Habis itu dia
tertawa sejenak, lalu berkata kepada Liat Hwat:
"Mo Put-siu, kami orang Kwitang bukannya takut hidup
bernasib jelek, tapi takut mendapat nama jelak. Namamu Put-siu
(tidak panjang umur), hari ini benar-benar menjadi kenyataan"
Habis mengejek, dia lantas layangkan sepasang tangannya.
Walaupun yang satu tak berjari lagi, tapi tak mengurangkan
kedahsyatannya.
Pada jamannya, tokoh Kui-ing-tiu itu sama kelasnya dengan
Ang Hwat cinjin, Tay Siang siansu dan lain-lain tokoh sakti dari
Kwiciu. Itu jaman 20-an tahun yang lampau.
Kini sudah tentu makin hebat lagi.

Heng Thian Siau To 468


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Liat Hwat cousu Mo Put-siu satu lawan satu berhadapan


dengan dia, hanya serie sadia. Apalagi kini ditambah dengan
Iwekang seorang akhli macam The Go, sudah tentu dia kontal.
Ketika dia hendak kerahkan seluruh tenaganya untuk menahan.
Tong Ko men desak maju. Pi-lik-to bergerak keluar dengan
beribu sinar kemilau, sehingga membuat matanya silau.
Liat Hwat coba hendak menghindar kesamping, tapi tombak
The Go sudah menyambutnya dari sebelah kiri, sedang kakinya
(Liat Hwat) terasa terlibat tali kencang yang dilontarkan The Ing.
Jadi kini Liat Hwat mendapat tekanan dari empat jurusan! Dari
sebelah belakang dihantam Kui-ing-cu, dari muka diancam pi-lik-
to, dari kiri disambut ujung tombak dan celakanya, kakinyapun
serasa diikat dengan lingkaran benang halus yang tajam sekali.
Namun orang kate itu masih tak mau menyerah. Diantara
keempat pengepungnya itu, The Golah yang dapat diatasi.
Secepat mengambil putusan, secepat itu pula dia lantas
menyambar tombak The Go, lalu hendak menerjang kesebelah
kiri. Tapi belum lagi kakinya bergerak, pundaknya sudah remuk
termakan pi-likto, menyusul terdengar lagi suara hantaman
menggedebuk keras Punggungnya terkena pukulan Kui-ing-cu.
Hukkk....., baru sadia Liat Hwat rasakan dadanya ampek
mulutnya mengecap ludah manis-manis amis, tangan The Ing
sudah menyentak kuat-kuat, buk...... tubuh jago kate itu
terjengkang rubuh. Sebagai pukulan terakhir (penjelesaian), The
Go tanamkan tombaknya kedada Liat Hwat
"Sudah...., sudah selesai....., ayo kita lekas-lekas tinggalkan
tempat ini. Kalau pasukan musuh datang, kita celaka!" buru-buru
Kui-ing-cu memperingatkan.
––––––––

Heng Thian Siau To 469


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

BAGIAN 34
AKHIR SEBUAH PENGHIANATAN

Saat itu lapat-lapat sudah terdengar derap kaki kuda


mendatangi. Itulah pasukan Ceng yang kuat. Tanpa berajal lagi
keempat orang itu lalu loncat dari tembok. Kui-ing-cu amat
faham akan jalanan di Kwiciu situ. Setelah berbilak-biluk
beberapa kali mereka masuk kedalam sebuah rumah penduduk.
Disitu ada beberapa orang yang menyambutnya.
Kiranya tempat itu merupakan pos kaum Lo-hu-san untuk
mencari berita di Kwiciu.
Setelah merasa aman, barulah keempat orang itu menarik
napas lega, Tong Ko memperlihatkan surat utang yang ditulis
Tay-keng itu.
Kui-ing-cu kedengaran menghela napas, ujarnya dengan
nada rawan: "Ah, seorang peribadi jujur perwira seperti Siau-
beng-siang itu, tentu akan menderita pukulan bathin yang berat
kali ini!"
Keesokan harinya, mereka menjelundup keluar kota terus
menuju ke Lo-hu-san.
Tiba dipuncak Giok-li-nia, sekalian orang gagah yang melihat
The Go dan puteranya benar-benar kembali lagi, malah ber-
sama-sama Kui-ing-cu, sama hiruk-pikuk mengerumuninya.
Walaupun ditawan, tapi ternyata Siao-lan mendapat
perlakukan yang baik.

Heng Thian Siau To 470


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Demi melihat suami dan puterinya datang, iapun turut


menyongsongnya.
Melangkah maju kedepan Ci-gi-tong, berserulah Tong Ko
dengan lantangnya: "Apakah Siau-beng-siang ada?"
"Kalau ada bagaimana, kalau tidak bagaimana!" Yan-chiu si
nyonja katak itu bertanya dengan dingin.
Tong Ko cepat berpaling dan dapatkan Tio In tengah berdiri
disebelah mamahnya.
Dengan tindakan lebar, majulah Tong Ko menghampiri lalu
berkata dengan nada yang lapang: "In-moay, hari inilah kau
betul-betul bakal mengetahui bagaimana peribadiku itu!"
Baru dia berkata itu, Tio Jiang bersama Tay-keng muncul
keluar. Melihat itu Tong Ko segera kedipkan mata kepada Kui-
ingcu dan tahu-tahu tokoh aneh itu melejit kemuka terus
mencengkeram bahu Tay-keng.
Muncul-muncul dibegitukan sudah tentu Tay-keng kaget
bukan buatan.
Wajahnyapun pucat seketika, namun dia tak berani
berkutik, dan pura-pura tenang-tenang saja.
"Siau-beng-siang, aku hendak mempersembahkan suatu
hadiah padamu!" kata Tong Ko sembari merogoh keluar
segulung kertas lalu diangsurkan pada Tio Jiang, Demi
membacanya, wajah Tio Jiang menjadi pucat lesi. Yan-chiu heran
dan turut membaca. lapun mendelik matanya. Sambi!
melanjutkan baca, sepasang tangan Siau-beng-siang itu tampak
gemeteran. Rupanya getaran itu makin lama makin keras, hingga
beberapa lembar surat itu jatuh berhamburan tertiup aingin.
Beberapa orang gagah segera memungutinya. Tatkala Tio In

Heng Thian Siau To 471


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

turut memungut selembar dan membacanya, ternyata surat itu


berbunyi sebagai berikut:
Aku yang bertanda tangan dibawah ini, dengan surat ini benar mengakui
telah meminJam uang sebanyak 500 tail perak pada Tay-lui-su-bin-si-
wi Shin Hiat-ji.

Tertanda: Tio Tay-keng.

Demi habis membaca surat pengakuann hutang itu, kini


tersadarlah ia akan kesalahannya menuduh Tong Ko. Diluar
kemauannya, sang kaki membawanya menghampiri kedekat
sang, kekasih itu, tapi tak tahu ia bagaimana harus menyatakan
perasaan baru sesalnja itu.
"Ensoh yang baik!" tiba-tiba kedengaran ada orang berbisik
didekat telinganya.
Ketika ditoleh, kiranya itulah The Ing. Selebar Tio In berobah
merah jambu.
Untuk menolong mukanya, cepat Tong Ko menyambuti
tangan sang kekasih itu, lalu sama-sama berputar memandang
keruangan tengah.
Tampak saat itu Siau-beng-siang sudah merabah tangkai
pedangnya, sepasang matanya berapi-api melekat pada Tay-
keng. Wajahnya yang sebengis itu, seperti harimau yang hendak
mengojak-ngojak kan mangsanya. Tubuh Tay-keng menggigil
seperti orang terserang malaria tropical.
“Yah, aku mengaku salah, aku mengaku berdosa!" serunya
meratap-ratap.

Heng Thian Siau To 472


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

Tapi detik itu Tio Jiang sudah maju dua tindak. Tring.....,
begitu mencabut yap-kun-kiam, dia terus menusuk ulu hati
puteranya. "Aiiii......."Yan-chiu segera menjerit ngeri, sedang
sekalian orangpun tak berani berbuat apa-apa.
"Tahan!" tiba-tiba terdengar ada dua orang berteriak,
menyusul sebatang golok berkelebat menangkis pedang Tio
Jiang.
Ketika Tio Jiang mengawasi kiranya itu tadi Tong Ko yang
berbuat, sedang disampingnya tampak berdiri The Go. "Aku
sudah akan membunuh mati binatang itu, mengapa kalian
menghalangi?" ''
"Ucapan Tio-heng itu salah. Perbuatan puteramu itu,
walaupun tersesat, tapi tetap belum memadai kedosaanku
dimasa muda. Itu waktu aku hanya mendapat hukuman potong
kaki, tapi masih hidup sampai sekarang. Dia masih muda,
masakan tak diberi kesempatan untuk memperbaiki
kesalahannya?" The Go menampilkan dirinya sebagai tauladan
untuk membela Tay-keng. Inilah peribadi The Go yang sekarang!
"Kalau lain orang, aku sih masih dapat memaafkan, terhadap
binatang itu, aku tak dapat mengasih ampun lagi!" Tio Jing
berkeras.
Bahwa dalam saat-saat segenting itu, bahkan sebaliknya The
Go dan Tong Ko yang membela mati-matian pada puteranya,
Yan-chiu bersjukur terharu.
"Jiang suko, luluskanlah permintaan mereka!" buru-buru ia
menghampiri dan membujuk suaminya.
Namun Siau-beng-siang tetap menggelengkan kepala.
Waktu membaca surat yang menyatakan siapa sebenarnya Tay-

Heng Thian Siau To 473


Pdf created by Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com/

keng itu, tangan Tio Jiang sudah bergemetaran keras, kepalanya


berkunang-kunang serasa bumi yang dipijaknya ini amblong.
Seekor harimau masakan beranak seekor serigala. Arang yang
menconteng (hinaan) dimukanya itu sudah sedemikian besarnya,
hingga rela dia untuk membunuh satu-satunya putera
keturunannya itu.
Sekonyong-konyong Tong Ko tertawa keras lalu berseru:
"Kui locianpwe, harap menjingkir dahulu!"
Kui-ing-cu menurut. Begitu Tong Ko tampak mengangkat pi-
lik-to, maka menjeritlah Tay-keng dengan ngerinya. Lengan
kirinya sudah terpapas kutung.
"Potong lengan, rasanya cukup sebagai hukuman, janganlah
Siau-beng-siang bersitegang leher!" seru Tong Ko dengan
nyaring.
Tio Jiang menghela napas panjang, pedang dibanting
ketanah, lalu ngeloior masuk.
Kelapangan dada Tong Ko itu, telah membangkitkan rasa
kagum dan perindahan dari sekalian orang gagah.
Sejak itu, Tong Ko dan ayahnya tinggal di Lo-hu-san.
Bersama-sama para patriot, keduanya melanjutkan
perjuangannya yang gigih untuk mengusir kaum kolonialis dari
muka bumi ini.
Biarlah sejarah menjadi saksi!

––––––––

TAMAT

Heng Thian Siau To 474

Anda mungkin juga menyukai