Anda di halaman 1dari 1573

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.

com/

Karya : Liang Yu Sheng Saduran : TJAN ID

~Pendekar Pedang Dari Bu-tong~

Tiraikasih website http://kangzusi.com/ http://kang-zusi.info/ http://dewikz.byethost22.com/ http://ebook-dewikz.com/ http://tiraikasih.co.cc/ http://cerita-silat.co.cc/


http://cerita-silat.co.cc/

Djvu, convert, edit, ebook by lavilla.dry@gmail.com dikirim khusus untuk:

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

JILID KE SATU PENDAHULUAN Bayar hutang sebelum masalah jelas Sang bayi sebatang kara Kabut tebal menyelimuti angkasa, tiada terdengar suara angin dan gesekan dedaunan, akankah hujan segera turun? Jalanan yang menembus hutan terasa sepi, tidak nampak manusia yang berlalu-lalang, awan putih semakin menggelayut di angkasa, dimanakah desaku? Di saat hujan menjelang datang, ketika rombongan burung sudah balik ke sarangnya, dari balik keheningan yang mencekam tanah pegunungan terlihat ada dua orang menempuh perjalanan tanpa berkata-kata. Mereka bukan tamu yang datang dari negeri seberang, juga bukan pengembara yang tidak tahu harus beristirahat dimana. Kedua orang itu adalah sepasang suami-istri muda, yang pria tampan dan bertubuh tegap, sementara yang perempuan cantik, elok bagaikan sekuntum bunga, pasangan yang amat serasi. Sayang status mereka sebagai suami-istri belum mendapat persetujuan dan pengakuan orang lain. Sejak setahun berselang, di luar pengetahuan orang rumah, mereka telah kabur, melarikan diri bersama. Cuaca selalu berubah, apalagi kehidupan manusia. Ketika pertama kali meninggalkan desa kelahirannya, mereka menyangka selamanya tidak bakal balik lagi, siapa tahu baru lewat setahun, mereka telah menginjak kembali ke jalan lama, balik lagi ke kampung halaman. Bila kau tanya mengapa mereka kembali? Mungkin mereka hanya akan tertawa getir sebagai jawaban. Saat ini si pria memang sedang tertawa getir, walau hanya di dalam hati. Coba kalau bukan istrinya berulang kali memohon,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bagaimanapun bernyalinya dia tidak bakal berani balik kembali ke sana. Dia tidak berani membayangkan kesulitan apa yang bakal dia hadapi ketika pertama kali menginjakkan kakinya kembali di pintu perguruan. Tentu saja perasaan kuatir, perasaan tidak tenang itu tidak sampai dia kemukakan di wajahnya. Ketika mencoba melirik paras istrinya, dia melihat wajah istrinya lebih mendung daripada cuaca di langit, tanpa terasa dia berpikir, 'Tampaknya perasaan adik Yan tidak jauh lebih baik daripadaku.' "Ai, lebih baik kita tidak usah pulang!" belum sempat perkataan itu meluncur keluar, tiba-tiba suara guntur yang menggelegar keras memotong niatnya. Tampaknya perempuan itu dibuat terkejut oleh suara guntur, sambil menjerit melengking, nyaris dia terjungkal ke tanah. Buruburu si pria memeluk dan merangkulnya. "Keng, Keng-long, aku.... aku takut!" "Masa pendekar wanita dari dua telaga takut dengan suara guntur? Untung di sini tidak ada orang, kalau tidak, cerita ini pasti akan jadi bahan lelucon dalam dunia persilatan!" Boleh dibilang hampir seluruh umat persilatan mengenal nama besarnya Ho Ki-bu, Ji-ouw Tayhiap (Pendekar besar dua telaga), dia adalah salah satu murid preman dari Bu-tong-pay yang amat termashur kehebatannya, konon ilmu pedang Jit-cap-ji-jiu-lian-hoantoh-beng-kiam-hoat (72 jurus ilmu pedang berantai pencabut nyawa) yang dikuasainya jauh lebih hebat di bandingkan dengan kemampuan yang dimiliki Ciang-bunjin Bu-tong-pay saat itu. Yang perempuan adalah putri tunggalnya yang bernama Ho Giokyan, sementara yang lelaki adalah murid keduanya yang bernama Keng King-si. Mereka masih mempunyai seorang Toa-suheng yang bernama Ko Ceng-kim. "Putri Ji-ouw Tayhiap?" terdengar Ho Giok-yan tertawa getir, "hm, hm.... putri Ji-ouw Tayhiap.... aku telah melakukan perbuatan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang sangat memalukan nama perguruan, tidak pantas bagiku untuk mengaku sebagai putri Ji-ouw Tayhiap!" "Semua ini adalah kesalahanku, akulah yang telah membuat kau ikut menderita, Keng King-si menundukkan kepalanya rendahrendah. "Kaulah yang telah mencelakai aku!" seru Ho Giok-yan sambil mendepakkan kakinya. Sebenarnya Keng King-si sudah menunjukkan rasa penyesalan yang mendalam, tapi ucapan "mencelakai" dari Ho Giok-yan dirasakan begitu menusuk perasaan hatinya, membuat dia tertegun. Lama kemudian baru ujarnya dengan sedih, "Bagaimanapun kita sudah hampir setahun hidup sebagai suami-istri, masa kau belum mau memaafkan aku?" Ho Giok-yan jadi tidak tega, sembari memukul jidatnya perlahan dia berbisik, "Tolol, kalau aku tidak memaafkan dirimu, kenapa minta kau pulang bersamaku? Aku tidak bermaksud ini itu.... hm, coba kalau bukan kau yang mencelakai aku, tidak nanti aku nyaris jatuh karena mesti menempuh perjalanan berbukit." Mendadak seperti teringat akan sesuatu, Keng King-si segera berseru, "Ah benar, aku betul-betul tolol, masa anak sendiri pun sampai terlupakan. Coba kudengarkan dulu suara jejak kakinya." Sembari berkata dia tempelkan telinganya di atas perut istrinya, kemudian lanjutnya sambil tertawa, "Nah, sudah kudengar suaranya, dia sedang menendang dalam perutmu, setelah dewasa nanti, dia pasti akan menjadi seorang tokoh persilatan." "Jangan cengar-cengir," tukas Ho Giok-yan sambil mendorong tubuhnya, "aku tidak berminat melihat tampang jelekmu! Lihatlah, mendung telah menggelayut, sebentar lagi hujannya pasti sangat deras, ayo cepat berangkat!" "Eh, jangan terlalu cepat, hati-hati dengan anak kita!" "Jalanan ini aku lebih hapal daripada kau, bahkan tempat yang paling curam dan berbahaya pun sudah hapal di luar kepala, tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

usah kuatir, aku tidak bakal terpeleset." Setelah jalanan yang paling berbahaya dan curam terlalui, benarkah jalan di depan sana lebar dan datar? Tentu saja jalanan yang sedang dibayangkan Ho Giok-yan dalam benaknya bukanlah jalanan ini. Sejujurnya dia sendiri pun tidak yakin dengan apa yang bakal terjadi. Tidak tahan dia menghela napas panjang, "Ai, seandainya bukan demi bocah ini.... Dia tidak bicara lebih lanjut, tapi Keng King-si sangat memahami apa yang dimaksud. Justru karena Ho Giok-yan merasa dirinya sudah hamil dan hidup nun jauh dari kerumunan keluarga dan teman, maka dia sangat berharap bisa pulang kembali ke rumah. "Coba lihat, awan mendung semakin menyelimuti angkasa, mungkin kita tidak sempat mencapai rumah, lebih baik cari tempat dulu untuk berteduh dari hujan angin," usul Keng King-si. Tapi Ho Giok-yan seakan tidak mendengar, dia berjalan makin cepat. Cahaya halilintar berkilat dari balik lapisan mendung, menyusul suara guntur yang menggelegar dari ujung langit. "Kalau mau hujan, cepatlah turun hujan yang deras," umpat Ho Giok-yan tiba-tiba, "melulu suara guntur tanpa hujan, benar-benar membikin hati jadi mendelu!" "Kalau kau merasa kesal, biar kumainkan seruling untuk menghilangkan rasa kesalmu itu." Sambil berkata Keng King-si mengeluarkan sebuah seruling dan mulai memainkan lagu kegemaran nona itu. Mengikuti irama seruling, Ho Giok-yan pun bersenandung, "Di ujung malam nan dingin Burung gagak terpekur di ujung ranting. Rembulan tergantung di tepi langit, sepi, sendiri.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cahaya berkilauan terpercik bagai kaitan emas.... Tertidur dalam pembaringan bersulam indah. Harum bunga semerbak, menyebar di balik kelambu. Kudengar suara langkah di luar jendela. Tidak kulihat kekasihku, dimana kau telah bersembunyi." Semakin bersenandung, nona itu nampak semakin tidak tenang, hatinya semakin gundah dan kalut. Akhirnya dia tidak sanggup menahan diri lagi, tiba-tiba berteriak, "Jangan kau lanjutkan, makin lama hatiku makin gundah!" "Kenapa kau?" tanya Keng King-si melengak, tapi begitu melihat perubahan raut mukanya, pemuda itu segera mengerti apa gerangan yang terjadi, katanya setelah menghela napas, "Jadi kau masih marah padaku?" Benar, sebenarnya lagu ini merupakan lagu favorit Ho Giok-yan, karena lagu ini pula dia terpesona dan hanyut oleh Ji-suhengnya. Di malam yang hening dan sepi, mereka telah melakukan perbuatan dosa, perbuatan yang berakibat fatal. Pada malam itu pula, untuk pertama kalinya dia meneguk arak, bukan.... bukan arak, tapi cawan kegetiran dari kehidupan mereka. "Tidak ingin melakukan pun sudah terjadi, apalagi yang bisa dikatakan?" keluh Ho Giok-yan, "aku bukan marah kepadamu, hanya merasa tidak punya muka untuk bertemu dengan ayahku juga diriku sendiri." "Sejujurnya," mendadak Keng King-si berkata, "aku merasa sedikit takut. Aku takut setibanya di rumah nanti, kita tidak bakal menjadi suami-istri lagi. Lebih baik kita balik ke Liauw-tong, kita kembali ke sini setelah anak kita lahir nanti." "Sejelek apapun wajah seorang menantu, akhirnya toh harus bertemu juga dengan sang mertua, biar takut pun kau harus menjumpainya. Betul ayah berhati keras dan disiplin, tapi aku tahu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dia sangat mencintaiku. Kini nasi telah menjadi bubur, siapa tahu memandang wajah bakal cucunya, paling dia hanya mencaci-maki padamu habis-habisan, pada akhirnya toh tetap memaafkan dirimu. Eeei.... Apa yang sedang kau pikirkan?" "Aku.... aku tidak memikirkan apa-apa," sahut Keng King-si tergagap, "haah, hujan lebat telah tiba, cepat, cepat kita mencari tempat berteduh." Kali ini tidak ada suara guntur, tiba-tiba saja hujan turun dengan amat derasnya. Mereka bersembunyi di bawah sebuah dinding bukit yang menonjol keluar dari sebuah tanah pebukitan, hujan turun makin deras, sementara Ho Giok-yan hanya duduk termangu, entah terbuai oleh suasana hujan atau sedang tenggelam dalam pikiran lain. Tiba-tiba dia teringat kembali kepada Toa-suhengnya, Ko Cengkim, ketika meninggalkan rumah waktu itu, di saat berpisah dengan Ko Ceng-kim, hujan pun turun sangat deras, sederas saat ini. Dia merasa tidak punya muka untuk bertemu orang, sebenarnya bukan malu bertemu ayahnya, tapi malu bertemu Toa-suhengnya. "Ehm, Toa-suheng.... di saat dia sedang membayangkan sosok Ko Ceng-kim, tiba-tiba Keng King-si buka suara. Kontan Ho Giok-yan merasakan hatinya bergetar keras, teriaknya, "Kau tidak usah menyembunyikan perkataan yang ingin kau ucapkan, katakan saja kepadaku terus terang!" "Sejujurnya, yang kutakuti adalah Toa-suheng," bisik Keng Kingsi. "Jangan kuatir, dia pasti bersedia memaafkan dirimu." "Tidak, tidak mungkin, aku tahu, dia tidak akan melepaskan aku!" "Percayalah padaku, sesungguhnya Suheng sudah memaafkan dirimu sejak dulu." "Darimana kau tahu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau tidak pernah mau percaya ucapanku, memangnya baru mau percaya jika Toa-suheng sudah mengutarakan sendiri kepadamu?" Pada saat itulah cahaya halilintar berkelebat, mendadak mereka lihat ada dua orang sedang berlarian menuju ke arah mereka. Bahkan orang yang berlari di depan tidak lain adalah Toa-suheng mereka, Ko Ceng-kim. Orang yang mengikut di belakangnya adalah si pelayan tua Ho Liang, lantaran sudah berumur, lari Ho Liang sangat lambat, ketika dia masih berada di kaki bukit, Ko Ceng-kim sudah muncul di hadapan mereka berdua. Ho Giok-yan merasa sangat keheranan, rumah mereka berada di sebuah dusun lebih kurang lima li selatan bukit, mengapa mereka datang ke atas bukit? Mungkinkah mereka pandai meramal hingga sudah menduga akan kedatangan mereka, khusus datang menyambut kepulangannya? Ai, mengapa wajah Ko Ceng-kim nampak dingin, gelap dan menyeramkan? Dia tidak berbicara, sorot matanya yang dingin bagaikan tusukan pisau beralih dari tubuhnya ke tubuh Keng King-si, menatapnya tanpa berkedip seakan sedang mengawasi musuh besar yang telah membantai seluruh anggota keluarganya. Hujan yang turun mulai mereda, langit pun tidak seberapa gelap. Namun Ho Giok-yan langsung bergidik melihat mimik muka Ko Ceng-kim, bulu kuduknya bangun berdiri. Jauh lebih bergidik, jauh lebih merinding daripada terhembus hujan angin tadi. Dia cukup memahami perasaan Ko Ceng-kim yang terluka, tapi tidak mengerti dengan sikap dingin, kaku, menyeramkan yang ditampilkan saat ini. Sejak dulu hingga kini, ia belum pernah melihat sorot mata Ko Ceng-kim yang dipenuhi rasa benci dan dendam yang begitu mendalam. Ko Ceng-kim tidak berbicara, dia pun semakin tidak berani bersuara.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pemandangan setahun berselang kembali melintas dalam benaknya, waktu itupun dia berpisah dengan Ko Ceng-kim di tengah hujan deras, dia bahkan melihat air mata yang meleleh dari kelopak matanya. Namun sorot mata itu tiada rasa benci maupun dendam, tapi kini paras mukanya jauh lebih gelap, jauh lebih menyeramkan daripada dulu! "Bisa dimaklumi dia merasa sedih sekali melihat aku dan Keng-si balik. Tapi tidak seharusnya dia tunjukkan rasa sedih yang jauh lebih mendalam dari-pada waktu perpisahan tempo hari! Waktu itu aku tidak punya rencana untuk balik lagi, dia pun menyangka tidak bakal bertemu aku lagi untuk selamanya. Tapi dia tetap berbesar hati, tetap mengampuni kesalahan kami. Dan sekarang kami telah kembali, kenapa dia justru bersikap begitu? Jangan-jangan ada kejadian lain yang jauh lebih menyedihkan, jauh lebih tragis daripada hari perpisahan kita waktu itu?" Dia merasa tidak sanggup menghadapi sorot mata Ko Ceng-kim yang begitu dingin membeku, kendatipun sorot mata itu bukan tertuju kepadanya. Akhirnya dengan memberanikan diri dia menyapa, "Toa-suheng, kami telah kembali!" Saat itulah Ko Ceng-kim baru berpaling, sahutnya hambar, "Sudah seharusnya kau kembali sejak dulu!" Dia mengatakan kalau "kami" telah kembali, tapi jawaban dari Ko Ceng-kim justru hanya menyinggung tentang "kau". Dia tidak berani mempercayai pandangan matanya, juga tidak berani mempercayai pendengarannya. Ternyata apa yang terjadi jauh berbeda seperti apa yang dibayangkan semula! Sekarang dia mulai merasa, dan ternyata rasa kuatir Keng King-si bukan rasa khawatir tanpa alasan. Setelah termangu beberapa saat, katanya lagi dengan nada gemetar, "Toa-suheng, kami tahu, kami telah berbuat salah kepadamu....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau sudah pernah mengutarakan persoalan ini, jadi tidak usah diulang untuk kedua kalinya. Aku sendiri pun belum pernah menyalahkan kau karena urusan ini." Lagi-lagi dia hanya menyinggung dirinya seorang! Sekali lagi Ho Giok-yan memberanikan diri, katanya, "Toa-suheng, lalu bagaimana dengan perkataan yang pernah kau katakan itu?" "Apa yang telah diucapkan pasti akan kulaksanakan, tidak pernah kuulang untuk kedua kalinya!" "Terima kasih atas janji Toa-suheng yang selalu ditepati," timbul kembali setitik harapan di hati Ho Giok-yan, "Keng-si, cepat beri hormat kepada Toa-suheng.... Mendadak perkataannya seperti membeku ditengah jalan, tidak sanggup dilanjutkan lagi. Paras muka Ko Ceng-kim masih kelihatan dingin, kaku dan membeku, hanya saja di balik sorot mata yang tertuju ke wajahnya terselip beberapa bagian rasa iba, kasihan dan sedih. Tampaknya Keng King-si sendiri pun dibuat kaku membeku karena sikap aneh itu, dia sama sekali tidak bergerak. Bergidik hati Ho Giok-yan, teriaknya tanpa sadar, "Toa-suheng, masa kau lupa, bukankah hari itu kau berkata sendiri kepadaku.... "Aku tidak lupa," tukas Ko Ceng-kim cepat, "setiap patah kata yang pernah kuucapkan tidak pernah kulupakan, yang melupakan justru kau sendiri!" Lupa? Mana mungkin dia lupa? Pemandangan saat itu seakan terpampang kembali di depan mata! Sama seperti saat ini, hujan turun dengan derasnya, persis seperti sekarang, dia pun berdiri di hadapan sang Toa-suheng, yang beda hanya waktu itu Keng King-si tidak hadir. Sikap Ko Ceng-kim tidak jauh berbeda seperti sikapnya barusan,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menatapnya tanpa berkata-kata. Tanpa peduli air hujan yang masih turun dengan derasnya, cepa t dia menjatuhkan diri berlutut. "Suko, akubeisalah kepadamu.... aku.... aku.... "Kenapa kau? Kalau ingin bicara, bicaralah secara baik-baik, tidak usah begitu!" "Aku merasa tidak punya muka untuk bicara denganmu, aku hanya memohon.... Tiba-tiba Ko Ceng-kim menghela napas panjang, ujarnya, "Apakah kau hendak pergi bersama Ji-sute?" "Suko, jadi kau sudah tahu? seru Ho Giok-yan dengan tubuh bergetar. Ko Ceng-kim manggut-manggut, wajahnya ter-lihat jauh lebih gelap, jauh lebih kelam daripada cuaca di langit. "Suko, aku tidak dapat menjadi istrimu!" seru Ho Giok-yan sambil menangis terisak, "aku tidak berani memohon pengampunan darimu, aku hanya berharap lepaskanlah dia." "Ai.... sejak awal sudah kuduga bakal terjadi peristiwa ini," Ko Ceng-kim menghela napas, "Ji-sute pintar, berbakat dan pandai merebut hatimu. Aku memang kalah dibanding dia!" "Suko, bukannya aku ingin berubah pikiran. Sejak kecil ayah telah menjodohkan aku kepadamu, seharusnya aku pun ingin sekali menjadi istrimu. Aai.... padahal tidak ada gunanya kusinggung lagi persoalan ini sekarang, karena biar kukatakan pun belum tentu kau mau percaya." Berkilat sepasang mata Ko Ceng-kim. "Jadi maksudmu kau kena bujuk rayunya? Kau tertipu oleh siasat busuknya?" "Semua kejadian ini tidak bisa menyalahkan dia, kalau mau disalahkan, salahkan nasibku yang jelek, kenapa ditakdirkan harus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menerima aib seperti ini!" "Maksudmu, sesungguhnya kau pun menyukainya?" "Suko, kau tidak usah bertanya lagi. Bila kau bersedia memaafkan kami, biarkan kami pergi dari sini. Kalau enggan memberi maaf, aku sudah siap menerima hukuman yang kau jatuhkan!" Karena dia bersedia menanggung semua resiko akibat kesalahan yang telah diperbuatnya, tentu saja Ko Ceng-kim tidak bisa bertanya lebih jauh. Akhirnya Ko Ceng-kim mengulap tangannya berulang kali sambil berkata, "Kalian boleh pergi, selama Ji-sute benar-benar baik kepadamu, aku pun tidak akan menyalahkan dia, cuma.... "Cuma kenapa?" "Apa rencana kalian selanjutnya?" "Hidup mengasingkan diri, pergi ke ujung dunia dan tukar nama." "Aai.... kenapa mesti berbuat begitu?" Ko Ceng-kim menghela napas panjang. "Kau bukannya tidak tahu tabiat ayahku, apalagi selama inipun dia tidak menyukai King-si. Bila kejadian ini sampai ketahuan, aku sebagai putrinya mungkin bisa lolos dari kematian, tapi King-si.... aku takut, paling tidak ilmu silatnya bakal dimusnahkan!" "Kalau begitu menyingkirlah sementara waktu, bila rasa gusar Suhu sudah mereda, biar kubantu kalian membujuknya. Cuma orang persilatan banyak yang licik dan berhati keji, sementara kalian masih muda, belum berpengalaman, dalam pergaulan di dunia persilatan berhati-hatilah bercampur dengan orang, jangan salah berkenalan, jangan salah bergaul hingga menyimpang dari norma kebenaran, kalian jangan merusak nama baik ayahmu." "Suko tidak usah kuatir, kami pun takut kalau sampai tertangkap ayah. Jadi mana mungkin berani meminjam nama besarnya untuk membuat keonaran di dunia persilatan? Aku toh pernah berkata,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kami sudah memutuskan untuk hidup mengasingkan diri, memendam nama, hidup nun jauh di ujung langit. Yang penting kami bisa hidup aman dan tenteram." "Padahal kalian tidak perlu putus asa dan berkecil hati, memang benar tabiat Suhu keras dan kaku, tapi aku percaya dia tetap akan memaafkan kalian bila balik lagi besok. Saat itu kalian masih bisa menjadi sepasang pendekar muda-mudi yang termashur." "Semisal bakal terjadi seperti itu, aku rasa itu akan terjadi pada delapan sampai sepuluh tahun mendatang. "Sekalipun Ji-sute takut pada Suhu, tidak seharusnya dia ketakutan sampai begitu, padahal kalian tidak perlu.... "Aku tahu. Kepergian kami tanpa sepengetahuannya, mungkin hal ini bisa membuat dia orang tua semakin gusar. Tapi posisiku sekarang ibarat kawin dengan ayam ikut ayam, yang bisa kulakukan hanya mengikuti pendapat King-si." Padahal sesungguhnya ada satu masalah yang tidak berani dia katakan kepada Ko Ceng-kim, dia tahu orang yang sesungguhnya paling ditakuti Keng King-si bukanlah ayahnya, melainkan Ko Cengkim itu. "Kalau memang kau sudah bertekad akan pergi bersamanya, aku pun tidak akan menghalangi lagi," ujar Ko Ceng-kim kemudian, aku hanya berharap kau selalu ingat pada ucapanku." "Aku akan mengingatnya selalu di dalam hati. Suko, bila kau tidak ada persoalan lain, biarlah aku pergi sekarang juga." Tidak disangka setahun baru lewat, mereka telah kembali lagi. Yang lebih di luar dugaan ternyata apa yang selama ini dikuatirkan suaminya, kini telah menjadi kenyataan. Pemandangan di sekeliling tempat itu masih tetap seperti sedia kala, mengapa nada bicara Ko Ceng-kim sama sekali telah berubah. Dengan nada sedikit mendongkol, segera tegurnya, "Toa-suheng, aku melupakan apa?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku pernah berkata, aku bisa memaafkan perbuatan Keng Kingsi yang merampas kau dari sisiku, tapi belum pernah berkata dapat memaafkan setiap perbuatan yang dia lakukan! Apakah kau ingin aku mengulang sekali lagi perkataan ini?" "Tapi kami tidak melakukan perbuatan sesat, kami tidak terjerumus ke jalan serong, bahkan kami tidak pernah menodai nama baik ayah!" "Aku tidak mengatakan kau!" dengan wajah tanpa perasaan Ko Ceng-kim menukas ketus. Keng King-si tidak tahu apa saja yang telah mereka bicarakan waktu itu, dia hanya tahu Ko Ceng-kim tidak bakal melepaskan dia. Ditatap sedemikian rupa oleh Ko Ceng-kim yang sorot matanya dingin membeku, lama kelamaan King-si tidak kuasa menahan diri, tiba-tiba teriaknya, "Sumoy, kau tidak perlu memintakan ampun lagi. Toa-suheng, aku tahu, aku memang bersalah kepadamu, hukuman apa yang ingin kau jatuhkan kepadaku, lakukan-lah sesuka hatimu!" "Hm, kau bukan bersalah kepadaku, kau telah bersalah kepada Suhu!" "Apa katamu?" teriak Keng King-si terperanjat, "Darimana aku bisa bersalah terhadap Suhu?" Ko Ceng-kim tidak menjawab. Sementara itu Ho Liang si pelayan tua telah menyusul sampai di situ. Ho Liang adalah pelayan setia mereka, dia sangat setia terhadap ayahnya, bicara soal tingkatan, dia masih jauh di bawahnya. Dengan napas tersengal Ho Liang menuding ke wajah Keng Kingsi sambil mengumpat, "Kau.... kau bukan cuma telah berbuat salah, kau.... kau bajingan laknat! "Paman, kau jangan mencaci-maki dulu," cegah Ko Ceng-kim cepat, "lebih baik kita tanya dulu sampai jelas sebelum bicara lebih jauh."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apalagi yang mesti ditanya? Aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri!" Tampaknya Keng King-si mulai panas hatinya, agak gusar serunya, "Kalau bicara yang jelas, apa yang kau saksikan? Kenapa kau memakiku bajingan laknat?" "Persoalan ini pasti akan kuungkap sampai jelas," kata Ko Cengkim sambil mengulapkan tangan, "sumoy, lebih baik pulanglah dulu bersama Ho-toasiok!" "Tidak, aku sudah hidup sebagai suami-istri dengan King-si, persoalannya adalah persoalanku juga, aku akan tetap tinggal di sini menemaninya!" "Siocia, tahukah kau perbuatan apa yang telah dia lakukan?" teriak Ho Liang gusar, "kalau sudah tahu tapi masih berusaha melindunginya, jangan salahkan kalau aku.... aku.... "Apa yang hendak kau lakukan terhadapku?" Ho Liang memang menyaksikan sendiri gadis itu tumbuh hingga dewasa, selama ini boleh dibilang dia sangat sayang dan mencintainya bahkan memperhatikan segala keperluan gadis itu hingga detilnya, kini walau-pun darah segar meleleh dalam hatinya, namun dengan nada yang lembut ujarnya, "Siocia, aku percaya kau telah ditipu habis-habisan oleh bajingan laknat ini. Kau adalah seorang gadis ceria yang saleh dan berhati lembut, tidak mungkin berbuat seperti dia, gila, sinting dan tidak punya peri kemanusiaan!" Maksud perkataannya sangat jelas, andai dia mengetahui perbuatan suaminya atau dia masih mempercayai ucapan suaminya, maka dia sendiri pun sudah gila, sinting dan tidak berperi kemanusiaan! Kejut bercampur tercengang mencekam hati Ho Giok-yan, segera bentaknya, "Sebenarnya apa yang telah dia lakukan? Cepat katakan!" "Sumoy," bujuk Ko Ceng-kim, "tidak ada salahnya kau tetap tinggal di sini, tapi hal ini akan semakin menusuk perasaan hatimu!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Biar langit ambruk pun aku tak bakal takut!" sahut Ho Giok-yan lantang, sementara dalam hati pikirnya, 'Tatapan mata kalian yang begitu dingin menyengat pun sudah menusuk perasaanku, rangsangan apalagi yang tidak bisa kutahan?' "Baiklah," kata Ko Ceng-kim kemudian, "kalau begitu aku minta kau menjawab pertanyaanku dengan sejujurnya, kemarin malam apakah kau ada bersama Keng King-si?" "Toa-suheng, mau apa kau menanyakan persoalan ini? seru Ho Giok-yan dengan wajah bersemu merah. "Jawab pertanyaanku!" hardik Ko Ceng-kim keras. "Kalau aku tidak bersama dia, lalu bersama siapa?" "Apakah semalaman suntuk dia selalu berada di sisimu?" Bergetar keras perasaan Ho Giok-yan. 'Toa-suheng, dia.... darimana dia bisa tahu? Apakah dia sudah mengetahui jejak kami sejak awal hingga semalam pun datang mengintai?' pikirnya. Ternyata kemarin malam, ada sesaat Keng King-si memang tidak berada di sampingnya. Mereka menginap di sebuah losmen kecil, ketika terbangun di tengah malam Ho Giok-yan tidak melihat suaminya berada di sampingnya, kurang lebih setengah jam kemudian suaminya baru muncul kembali. Ho Giok-yan sendiri pun tidak tahu kemana dia telah pergi. Kini dia dihadapkan pada pertanyaan itu, haruskah menjawab dengan sejujurnya atau lebih baik berbohong? Untuk sesaat Ho Giok-yan jadi bimbang dan tidak tahu bagaimana mesti menjawab. Tiba-tiba Keng King-si bangkit berdiri, serunya, "Aku percaya tidak pernah melakukan perbuatan memalukan yang takut diketahui orang, tidak perlu ditutupi lagi. Benar, semalam aku telah meninggalkan rumah penginapan karena harus menyelesaikan satu urusan pribadi."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hm, kau masih berani mengatakan tidak melakukan perbuatan yang malu diketahui orang, menurutku kau memang manusia gila yang sinting dan tidak punya otak!" Ko Ceng-kim segera mengulap tangannya mencegah Ho Liang bicara lebih lanjut. Ho Liang menurut dan segera menyingkir ke samping, tapi dia tetap mengomel, "Kalau masih ingin diperiksa, periksa saja. Padahal bukti seberat bukit sudah tertera di depan mata, kenapa mesti diperiksa lagi!" Ko Ceng-kim tidak menanggapi, dia berpaling dan tanyanya kepada Keng King-si, "Urusan pribadi apa?" "Menjumpai seorang sahabat." "Siapa orang itu?" "Kau tidak berhak mengetahui urusan pribadiku! Aku toh bukan seorang narapidana, jangan kau menanya aku seperti memeriksa seorang terpidana." Kemarin malam, Keng King-si pun menggunakan jawaban yang sama untuk menanggapi pertanyaan istrinya. Ho Giok-yan mulai curiga bercampur tidak tenang, lamat-lamat dia mulai merasa gelagat tidak beres. "Keng-long!" buru-buru dia membujuk, "kalau memang tidak pernah melakukan perbuatan jahat, kenapa kau tidak berani berterus terang kepada Toasuheng?" "Masa kau pun tidak percaya kepadaku?" Keng King-si tertawa getir. Mendadak Ho Liang menjerit keras, "Aku tidak sanggup menahan diri lagi, Ko-siauya, biar kau melarang aku berbicara pun aku tetap akan bicara. Bajingan laknat dari marga Keng, setelah melakukan perbuatan busuk yang teramat berdosa, kau masih berlagak pilon? Kau.... kau benar-benar bedebah, bangsat keparat!" Umpatan terakhir dia ucapkan sambil menuding wajah Keng
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

King-si. "Baiklah," ujar Ko Ceng-kim pula, "kalau dia tidak berani mengakui, biar aku yang mewakilinya bicara!" "Ho-toasiok!" teriak Ho Giok-yan dengan perasaan tercengang, "apakah kau tahu perbuatan apa yang telah dia lakukan semalam?" "Tentu saja aku tahu, semalam dengan mata kepala sendiri kusaksikan perbuatannya, kusaksikan semua perbuatan terkutuk yang telah dia lakukan, jangan harap dia bisa memungkirinya!" "Sebenarnya perbuatan apa yang telah dia lakukan? Tolong katakan kepadaku, bagaimanapun aku berhak mengetahuinya bukan?" Sementara itu air mata telah jatuh bercucuran membasahi wajah Ho Liang, tapi nada suaranya masih kedengaran dingin dan tajam, "Kemarin malam dia sama sekali tidak pergi menjumpai sahabatnya, dia kembali ke rumahmu dan membunuh ayahmu!" Waktu itu hujan telah berhenti. Tapi perkataan Ho Liang bagaikan guntur yang menggelegar di siang hari bolong, membuat Ho Giok-yan terperana, tertegun dan melongo. Dia seolah tidak percaya dengan pendengaran sendiri, lama setelah tertegun, tanyanya, "Ho-toasiok, kau.... apa kau bilang?" "Tahukah kau, dia adalah musuh besar pembunuh ayahmu?" Ho Giok-yan mundur sempoyongan, dengan susah payah akhirnya dia berhasil menenangkan diri, jeritnya, "Aku tidak percaya! Aku tidak percaya! Mana mungkin ayah tewas di tangannya?" Sambil menghela napas Ho Liang menggeleng kepala berulang kali, katanya, "Kapan toasiok pernah membohongimu? Kau tidak mau percaya pun tetap harus percaya. Ayahmu benar-benar telah tewas dibunuh bajingan laknat itu. Dan bajingan laknat itu tidak lain adalah.... "Tidak, tidak mungkin bajingan laknat itu adalah dia!" potong Ho
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Giok-yan cepat. "Aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri, mana mungkin salah?" Sikap Keng King-si waktu itu sangat tenang, bahkan tenangnya luar biasa. Ujarnya perlahan, "Toa-suheng, sewaktu Suhu terbunuh, apakah kau pun berada di rumah?" "Hm, kalau aku berada di rumah, mana mungkin bajingan laknat itu dapat melarikan diri?" sahut Ko Ceng-kim sambil menggigit bibir. "Kalau begitu bolehkah aku mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ho-toasiok?" "Tentu saja boleh." Dengan hawa amarah yang masih meluap Ho Liang mendengus dingin. "Kau masih mencoba menyangkal?" jengeknya. "Pertanyaan saja belum kuajukan, darimana kau tahu kalau aku akan menyangkal?" "Baik, kalau begitu tanyalah!" "Jam berapa Suhu dibunuh orang semalam?" "Kurang lebih mendekati kentongan kedua. "Semalam kami tinggal di dusun Gou-bin-tin." Dengan perasaan tidak sabar Ho Liang kembali menukas, "Jarak dusun Gou-bin-tin dengan rumah kita hanya selisih dua puluh lima li, dengan ilmu meringankan tubuh yang kau miliki hanya butuh waktu setengah jam untuk mencapainya." "Kemarin, sejak kentongan kedua hingga kentongan ketiga dusun Gou-bin-tin ditimpa hujan deras, waktu itu kau ada di rumah, apakah hujan juga sedang turun di situ?" "Betul, memang sedang hujan." "Aku masih ingat, Suhu punya kebiasaan tidur lebih awal, apakah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

waktu itu dia sudah tertidur?" "Aku tidak tahu apakah saat itu dia sudah tertidur atau belum, tapi aku mendengar dia seperti menjerit kaget dalam mimpinya, ketika aku menyusul ke dalam kamar, saat itu kau si bajingan laknat telah membunuhnya!" Berulang kali Ho Liang mengatakan kalau dia menyaksikan semua peristiwa itu dengan mata kepala sendiri, seakan sudah tidak ada peluang lagi bagi lawan untuk membantah atau menyangkal. Tiba-tiba Keng King-si bertanya, "Sumoy, apakah ayahmu punya kebiasaan tidur dengan lentera tetap menyala? Tentu saja tidak!" "Ho-toasiok, ketika kau mendengar Suhu menjerit kaget, tentunya kau tidak memasang lentera terlebih dulu sebelum menyusul ke sana bukan?" "Betul, aku memang tidak sempat melihat jelas raut mukanya, tapi aku melihat bayangan punggungmu. Waktu itu kau sedang melompat keluar lewat daun jendela! Kau masuk perguruan pada usia sepuluh tahun, sedang tahun ini baru berusia dua puluh dua tahun. Aku melihat kau tumbuh dewasa, aku telah melihatmu selama dua belas tahun, biar mataku rabun pun tidak bakal salah melihat orang!" "Lumrah bila di hari biasa kau dapat mengenaliku hanya melihat dari bayangan punggung, tapi semalam.... "Semalam kenapa?" "Semalam hujan turun sangat deras, langit gelap tidak berbintang tidak berembulan. Menurut penuturanmu, aku pun saat itu sedang melarikan diri dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh, mana mungkin hanya memandang sekilas bayangan punggungku kau lantas dapat mengenali aku?" "Benar," ucap Ho Giok-yan pula dengan perasaan lega, "Toasiok, mungkin kau sudah punya rasa sentimen terhadapnya, maka....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Keng King-si, kau sangka dengan berbelit-belit lantas bisa lolos dari tuduhan dan kecurigaan?" hardik Ho Liang makin sewot, "betul, waktu itu aku memang tidak melihat dengan jelas, tapi aku dapat mendengar dengan jelas sekali!" "Apa yang kau dengar?" tanya Ho Giok-yan. "Sewaktu aku berlari masuk ke dalam kamar, saat itu kudengar ayahmu sedang mengumpat, dasar binatang busuk, sudah kuwariskan ilmu silat kepadamu, ternyata kau justru menggunakannya.... Belum selesai dia mengumpat, ayahmu sudah keburu putus nyawa." Kata umpatan "binatang" biasanya hanya digunakan untuk memaki anak durhaka atau murid sendiri yang murtad. Jika apa yang dikatakan Ho Liang tidak bohong, dapat dipastikan kecuali Keng King-si, memang tidak ada pembunuh lain. Berubah hebat paras muka Keng King-si, sesudah termangu beberapa saat tiba-tiba ia bertanya, "Toa-suheng, semalam kenapa kau tidak berada di rumah?" Belum sempat Ko Ceng-kim menjawab, dengan amarah yang meluap Ho Liang telah berkata lebih dulu, "Kurangajar, tampaknya kau berniat balik menggigit Suhengmu? Kau tahu, ayah Giok-yan justru jatuh sakit lantaran kau telah menipu dan melarikan putrinya. Semalam Ko-siauya pergi ke dusun untuk membeli obat, dia baru balik menjelang kentongan keempat." "Aku mendatangi warung obat untuk membeli beberapa jenis obat, tauke warung bisa jadi saksi, waktu itu kentongan ketiga baru menjelang," Ko Ceng-kim menerangkan. Keng King-si menghela napas panjang. "Sayang aku tidak punya saksi, tampaknya aku mesti terima nasib, menjadi kambing hitam!" "Bajingan keparat," umpat Ho Liang semakin gusar, "dengan berkata begitu, kau maksudkan aku dan Suhengmu memang sedang bersekongkol mencelakaimu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam gusar dia langsung menerkam maju sambil melepaskan satu tempelengan keras. Dengan sigap Keng King-si mengegos ke samping, serunya, "Hotoasiok, mengingat kau sudah lama melayani Suhu, selama ini aku selalu menghormatimu sebagai seorang angkatan tua. Tolong jangan buka mulut langsung memaki, goyang tangan langsung menampar, kalau tidak.... "Kalau tidak kenapa?" jerit Ho Liang makin gusar, "kau membunuh Suhu sendiri, mengkhianati perguruan, saking bencinya aku ingin mencincang tubuhmu dan menggigit dagingmu!" Walaupun ilmu silatnya jauh ketinggalan dibanding Keng King-si, namun dengan mempertaruhkan nyawa dia tetap menerkam ke depan dan memeluk tubuh pemuda itu kencang-kencang, bukan cuma begitu, dia benar-benar pentang mulut dan mulai menggigit. Tampaknya Keng King-si sendiri pun tidak sanggup menguasai emosi, dia segera pentang lengannya ke samping, lalu mendorong tubuhnya kuat-kuat. "Blukkkk!", Ho Liang terpental ke belakang dan jatuh terduduk. Buru-buru Ko Ceng-kim membangunkan Ho Liang dari tanah, siapa tahu ketika diperiksa denyut nadinya, ternyata orang tua itu sudah putus nyawa. Berubah hebat paras muka Ko Ceng-kim, dengan wajah hijau membesi dia membaringkan tubuh Ho Liang ke lantai, lalu sambil melolos pedang dia membentak, "Keng King-sin, kau ingin membunuh orang menghilangkan saksi? Jangan lupa, masih ada aku!" Tidak terlukiskan rasa kaget Ho Giok-yan, jeritnya, "Apa? Hotoasiok, dia.... dia sudah meninggal?" Dalam waktu sekejap Keng King-si sendiri pun dibuat tertegun saking kagetnya. Ketika mendorong tadi, dia merasa tenaga yang digunakan tidak terlampau besar, mungkinkah dia sudah kesalahan hingga benar-benar mencabut nyawanya?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Belum sempat ingatan itu melintas, "Sreeeet!", tusukan maut pedang Ko Ceng-kim telah meluncur datang. Buru-buru Keng King-si mencabut pedangnya sambil menangkis, teriaknya, "Mendorong Ho Liang sampai mati mungkin memang kesalahanku. Tapi aku tidak mau mengakui sebagai pembunuh Suhuku sendiri!" Ho Giok-yan sendiri pun dibuat terperanjat hingga gugup, serunya, "Toa-suheng, kenapa kau tidak memberi kesempatan kepadanya untuk membela diri?" "Apalagi yang bisa dia katakan?" "Paling tidak kau harus tanya dulu kenapa dia membunuh Suhu sendiri? Benar, kami memang telah melakukan perbuatan yang merusak nama baik perguruan, kejadian itu bisa jadi membuat dia orang tua gusar. Tapi aku tidak bakal percaya kalau King-si melakukan perbuatan biadab dan terkutuk ini gara-gara kuatir ditegur ayah." "Tentu saja tidak mungkin hanya dikarenakan urusan ini saja." "Lalu karena apa? Karena apa?" "Kau bersikeras ingin tahu? seru Ko Ceng-kim sambil menarik muka. "Benar, aku harus tahu!" Ko Ceng-kim menghela napas panjang, katanya, "Aku kuatir kau tidak tahan, sebenarnya aku tidak ingin kau tahu persoalan ini.... "Ayah sudah meninggal, Ho-toasiok pun sudah mati, peristiwa apalagi yang dapat membuat aku tidak tahan?" keluh Ho Giok-yan sambil terisak. "Ai, sebenarnya aku tidak ingin kau tahu persoalan ini," lanjut Ko Ceng-kim, "tapi kalau tidak kukatakan, kau pasti akan menuduhku membalas dendam karena sakit hati pribadi. Baiklah, kalau kau memang ingin tahu, aku pun akan memberitahu secara terus terang. Karena dia sebenarnya adalah mata-mata bangsa Boan!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pukulan batin kali ini benar-benar sangat besar dan berat, membuat Ho Giok-yan limbung dan tidak sanggup berdiri tegak. Setelah jatuh terduduk di lantai, seru Ho Giok-yan dengan suara gemetar, "Toa-suheng, kau.... apakah kau punya bukti kalau.... kalau dia.... "Setahun berselang, kalian bertempat tinggal dimana?" "Sebuah dusun nelayan di tepi sungai Song-hoa." "Kenapa kalian pergi ke wilayah kekuasaan bangsa Boan?" hardik Ko Ceng-kim. "Untuk menghindari pertemuan dikenal," jawab Ho Giok-yan cepat. dengan orang-orang yang

"Keng King-si, aku minta kau yang menjawab!" "Sumoy telah mewakili menjawab, kenapa kau minta aku untuk menjawab lagi?" "Aku kuatir kau pun telah mengelabui dia! Katakan terus terang, kenapa kau lari ke tempat itu? Biar lebih aman dan menguntungkan bila bertemu dengan pembelimu?" Sekulum senyuman getir tersungging di ujung bibir Keng King-si, sementara sinar buas memancar keluar dari balik matanya. "Ternyata dugaanku tidak salah," serunya, "Toa-suheng, rupanya kau memang sengaja mencari alasan untuk membunuhku!" Ooo)*(ooO Pertempuran sengit pun segera berkobar, kedua orang sesama perguruan itu terlibat dalam baku hantam yang amat seru. "Tolonglah, sementara waktu kalian jangan baku hantam dulu," pinta Ho Giok-yan setengah menjerit, "Toa-suheng, aku ingin bicara denganmu, aku ingin bicara denganmu, tolong.... "Sumoy, tidak usah memohon kepadanya. Dia tidak bakal melepaskan aku," teriak Keng King-si.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara Ko Ceng-kim menyahut setelah menghela napas panjang, "Sumoy, kau masih belum percaya kalau dia orang jahat? Baiklah, bila ada pertanyaan yang kau ragukan, katakan saja!" "Di tempat itu kami hidup sebagai nelayan, rakyat yang hidup dalam dusun yang sama pun hampir semuanya nelayan," Ho Giokyan menerangkan, "selama satu tahun penuh tinggal di situ, kami tidak pernah berjumpa dengan pejabat bangsa Boan biarpun hanya seorang. Kalau dibilang di situ ada 'pembeli', dia hanya seorang pembeli yang membeli semua hasil tangkapan kami." "Untuk merekrut mata-mata, memang tidak perlu seorang pejabat resmi yang turun tangan sendiri." "Tidak banyak jumlah penduduk dusun itu, dia pun jarang sekali berhubungan dengan orang luar. Aku tidak pernah menjumpai seseorang yang mencurigakan." "Bukankah di sana terdapat seorang lelaki kekar bermata segitiga dengan telinga yang besar? Kau kenal dia bukan?" "Orang itu bernama Huo Bu-tou, dia seorang pembeli ikan di dusun kami, semua ikan hasil tangkapan kami diborong olehnya. Ada apa dengan orang itu?" "Peristiwa itu terjadi pada setengah tahun berselang, setengah tahun berikut tiba-tiba orang itu menghilang bukan?" Untuk sesaat Ho Giok-yan merasa terkejut bercampur ragu, tapi kemudian sahutnya juga, "Betul, konon pasar ikan di dusun itu sudah berganti pembeli lain, tapi aku tidak tahu kenapa mesti berganti orang, apalagi kami memang tidak suka mencampuri urusan orang, jadi tidak pernah menanyakannya. Toa-suheng, apakah kau tahu siapa orang ini?" "Aku belum pernah bertemu orang ini, tapi tahu dengan jelas asal-usul dan posisinya!" "Oh, siapa dia? Apa kedudukannya?" "Dia adalah salah satu jago tangguh dari aliran Tiang-pek-san,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebelum jadi pedagang ikan, kedudukannya pengawal pribadi Nurhaci Khan dari negeri Kim."

semula

adalah

Diam-diam Ho Giok-yan merasa sangat terkejut, mimpi pun dia tidak menyangka kalau orang yang berwajah begitu jelek dan lucu, bahkan sepintas mirip seorang pedagang ikan biasa itu tidak lain adalah seorang jagoan tangguh yang berilmu tinggi. Terdengar Ko Ceng-kim berkata lebih lanjut, "Tapi jabatan dia yang sesungguhnya adalah perekrut mata-mata yang diutus bangsa Boan. Dia mendapat perintah khusus dari Nurhaci Khan dan saat ini melakukan pergerakan di kotaraja kerajaan Beng kita. Untuk mempermudah dan memperlancar gerakannya, dia malah berganti nama dengan memakai nama bangsa Han, sekarang bernama Kwik Bu." "Toa-suheng, sekalipun apa yang kau katakan itu benar, tapi apa sangkut-pautnya dengan kami?" "Kita memang sama sekali tidak tahu jabatan sebenarnya dari orang itu," tukas Ko Ceng-kim, "kau pun mungkin tidak tahu, tapi Keng King-si tahu dengan jelas!" Kemudian sambil menatap tajam lawannya, dia membentak lagi, "Keng King-si, apakah sampai sekarang kau masih belum mau mengaku?" "Kau suruh aku mengaku apalagi?" "Kenapa kau balik kemari setelah menyingkir jauh ke luar perbatasan?" "Toa-suheng, bukankah sudah kujelaskan? Akulah yang mengajak dia balik. Karena aku sudah hamil, karena aku kangen rumah.... Pipinya berubah jadi merah padam lantaran jengah, tapi demi menyelamatkan jiwa suami, dia tidak ambil peduli lagi dengan segala pantangan dan rasa malu. "Sumoy, kau sudah ditipu olehnya, sepintas kelihatannya dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

balik karena permintaanmu, padahal alasan yang sebenarnya adalah karena dia telah menerima sepucuk surat rahasia dari Huo Bu-tou. Huo Bu-tou lah yang menyuruh dia balik kemari!" Dengan perasaan ragu bercampur kaget Ho Giok-yan berseru, "Masa ada surat rahasia seperti itu? Kenapa aku tidak pernah mendengar? Kenapa....? Setajam mata pedang Ko Ceng-kim menatap lekat wajah Keng King-si, sahutnya ketus, "Tentu saja dia tidak akan mengatakan kepadamu." Lalu sambil meninggikan suaranya dia melanjutkan, "Keng Kingsi, urusan sudah sampai di sini, seharusnya kau pun mengerti bahwa kelicikanmu tidak bakal berhasil mengelabui aku. Berani kau mengatakan kalau tidak pernah menerima surat rahasia semacam ini? Berani kugeledah sakumu? Aku tahu surat itu akan kau gunakan sebagai tanda pengenal, jadi mustahil sudah kau bakar habis. Kalau bukan berada dalam sakumu, pasti kau sembunyikan dalam buntalanmu itu!" Sewaktu berteduh dari hujan serangan tadi, buntalan yang selalu digembol Keng King-si itu diletakkan di bawah tonjolan batu yang berada di sisi tebing, darimana Ho Giok-yan setiap saat dapat menyentuhnya. Benar saja, begitu disinggung, paras muka Keng King-si kontan berubah hebat, tanpa sadar dia melirik sekejap ke arah buntalannya. Kelihatannya Ho Giok-yan sudah termakan oleh perkataan itu, pikirnya, 'Seandainya dia memang sudah sejahat apa yang dikatakan Toa-suheng, tidak seharusnya aku berusaha melindungi dia.' Berpikir begitu, sambil menggertak gigi dia segera membuka buntalan milik suaminya itu. Begitu buntalan dibuka, benar saja, dia segera menemukan sepucuk surat.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di atas surat itu tertulis, "Siaute berada di kotaraja dan beruntung berhasil merebut posisi tinggi, tidak tertutup kemungkinan suatu hari bisa mencapai jabatan terhormat. Bila kakak berhasil menyelesaikan tugas besar, silakan datang ke kotaraja untuk bersua. Tertanda, tanpa nama." Walaupun surat itu tidak dicantumkan nama seseorang, namun Ho Giok-yan dapat mengenalinya sebagai gaya tulisan Huo Bu-tou. Di masa lalu, dia sering menjual ikan kepada Huo Bu-tou, malah dia pun sering membeli keperluan lain melalui orang ini, hingga tidak heran kalau dia banyak menerima bon tulisan Huo Bu-tou dan mengenali tulisannya. Begitu selesai membaca surat itu, sekujur badan Ho Giok-yan gemetar keras, tubuhnya menggigil bagaikan terperosok ke gudang es, tanyanya dengan nada gemetar, "Su.... surat ini.... Rasa panik dan takut yang diperlihatkan Keng King-si saat ini sudah tidak sehebat tadi, dibalasnya tatapan mata istrinya sambil berkata, "Surat itu memang benar-benar ada. Aku tidak memberitahu kepadamu karena ada alasan lain yang terpaksa. Tapi aku yakin tidak melakukan hal-hal yang melanggar aturan dan norma.... Sambil tertawa dingin Ko Ceng-kim segera menukas perkataannya yang belum selesai, kepada Ho Giok-yan, ujarnya, "Sumoy, sekarang kau sudah melihat dengan jelas bukan bahwa surat itu bukan surat biasa. Kini surat sudah ada di depan mata, apakah kau masih curiga kalau perkataanku semua hanya bohong?" Akan tetapi Ho Giok-yan masih nampak ragu dan penuh tanda tanya, tiba-tiba tanyanya sambil mengangkat wajah, "Toa-suheng, bukankah kau mengatakan kalau tidak kenal Huo Bu-tou?" "Betul. Aku memang belum pernah bertemu dengan orang itu. Bentuk mukanya pernah kudengar dari pembicaraan orang lain."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Urusan wajah hanya masalah kedua. Yang membuat aku tidak habis mengerti adalah darimana kau tahu kalau dia memberikan sepucuk surat untuk King-si? Bahkan seolah-olah kau pun sudah mengetahui dengan jelas isi surat itu! Kalau memang surat itu isinya sangat rahasia, tidak mungkin dia sembarangan memberitahukan kepada orang lain, kecuali terhadap sahabatnya yang paling karib, bukankah begitu?" "Belum tentu harus sahabat karibnya baru tahu isi surat itu, musuhnya pun dapat mengetahui isi surat itu," dengus Ko Ceng-kim dingin. "Apa maksud perkataanmu itu?" "Jangan lupa, ayahmu adalah Ji-ouw Tayhiap, di samping itu dia pun seorang tokoh pimpinan Bu-tong-pay. Sekalipun dia tidak berada di kotaraja, bukan berarti di kotaraja tidak terdapat anak murid Bu-tong-pay! Gerak-gerik Huo Bu-tou sangat mencurigakan, tidak lama setibanya di ibukota, rahasia asal-usulnya sudah berhasil diketahui orang." "Maksudmu, ada anak murid Bu-tong-pay yang melaporkan rahasia Huo Bu-tou ini kepada ayah? Mungkin saja rahasia asalusulnya mudah diselidiki, tapi darimana pula kau bisa mendapat tahu tentang rahasia surat itu?" "Dia bukan berhasil menyelidiki, tapi menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Kau tidak usah gugup atau panik, dengarkan dulu penjelasanku, kau pasti akan tahu dengan sejelasnya." "Surat itu dibawa pulang oleh seorang pembantu kepercayaan Huo Bu-tou, orang yang mendapat tugas mengawasi gerak-gerik Huo Bu-tou segera melakukan penguntitan secara diam-diam atas pembantu itu. Hari ketiga setelah pembantu itu meninggalkan kotaraja, dia berhasil ditangkap hidup-hidup!" "Kalau memang pembawa surat itu sudah ditangkap anak murid Bu-tong-pay, kenapa surat ini bisa diantar sampai ke tangannya?" tanya Ho Giok-yan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tentu saja murid Bu-tong-pay itu tidak akan membunuh si pembawa surat, dia hanya menotok jalan darah 'In-hiat' (jalan darah tersembunyi) di tubuh orang itu, apa akibatnya bila In-hiat tertotok, rasanya aku tidak perlu menjelaskan lagi kepadamu bukan?" Partai Bu-tong terkenal dengan ilmu totokan yang luar biasa, bila In-hiat seseorang sampai tertotok, maka akibatnya walaupun orang itu masih bisa bergerak seperti biasa, namun bila dia mencoba menghimpun tenaga dalam, maka perutnya akan kesakitan seperti disayat pisau. Bila In-hiat sudah tertotok, maka luka dalamnya kian hari kian bertambah dalam, jika selewat tujuh hari belum ada murid Bu-tong-pay yang membantu membebaskan pengaruh totokan orang itu, maka dia akan tersiksa dan kesakitan setengah mati sebelum akhirnya mati secara mengenaskan. Tentu saja Ho Giok-yan memahami persoalan itu, katanya kemudian, "Jadi dia memang sengaja dibiarkan hidup agar orang itu bisa berlagak tidak ada kejadian apa-apa dan tetap mengantarkan surat?" "Betul, kalau tidak berbuat begitu, mana memancing murid murtad ini masuk perangkap?" "Ting-susiok!" Yang dimaksud sebagai Ting-susiok adalah Sam-sute dari Ho Kibu, ayah Ho Giok-yan, orang itu bernama Ting Im-hok, sekalipun ilmu silat yang dimiliki Ting Im-hok masih kalah jauh dibandingkan kungfu kakak seperguruannya, namun dia terkenal sebagai seorang jagoan Bu-tong-pay yang cerdas dan banyak akal. "Kenapa Ting-susiok harus mengeluarkan tenaga begitu besar untuk memancing King-si balik kemari?" "Pertama, dia masih belum tahu secara pasti apakah Keng King-si sudah bertekad akan mengkhianati perguruan atau tidak, dia hanya kuatir termakan oleh rencana busuk lawan yang sengaja diatur
http://cerita-silat.co.cc/

mungkin

bisa

"Siapakah anggota Bu-tong-pay yang kau maksud?"

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

begitu. Baginya membersihkan nama baik perguruan merupakan wewenang Suhu, maka dia tak ingin mencampurinya." "Ai.... tapi tidak disangka kejadian ini mengalami perubahan yang luar biasa, perubahan itu sama sekali di luar dugaannya, walaupun si murid murtad berhasil dipancing balik, namun Suhu justru tewas dicelakai murid durhaka itu." "Aku tidak pernah mencelakai Suhu," teriak Ken King-si keras, "surat itupun bukan surat pengantarku untuk menjadi mata-mata bangsa Boan! Aku berani bersumpah.... "Hehe.... siapa yang percaya dengan sumpah palsumu?" ejek Ko Ceng-kim sambil tertawa dingin, di tengah senyuman dinginnya dia kembali menatap wajah Ho Giok-yan. Ho Giok-yan sendiri pun tidak berani mengatakan "aku percaya", meskipun begitu, dalam hati kecilnya dia masih tetap setengah percaya setengah tidak. Sehabis menghindari tatapan mata Ko Ceng-kim yang dingin sadis, ujarnya lirih, "Aku masih mempunyai satu pertanyaan yang meragukan." "Katakan saja!" "Si pengantar surat adalah orang kepercayaan Huo Bu-tou, sementara Ting-susiok pun tidak membunuhnya, kenapa dia tidak balik melaporkan kejadian ini kepada Huo Bu-tou?" Maksud perkataannya adalah jika Huo Bu-tou sudah mengetahui kejadian ini, semestinya dia akan berusaha untuk mengabarkan peristiwa ini kepada Keng King-si, dan mana mungkin Keng King-si mau mengantar diri masuk perangkap? "Sumoy, jalan pikiranmu sungguh terlalu kekanak-kanakan!" sela Ko Ceng-kim. "Mohon Toa-suheng memberi petunjuk. Betul, perkataan seorang lelaki sejati harus ditaati, tapi itupun tergantung kepada siapa kita berjanji, janji terhadap seorang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sahabat tentu berbeda sekali dengan janji terhadap musuh!" "Berarti Ting-susiok tidak pernah membebaskan totokan jalan darahnya?" "Mana mungkin Ting-susiok membiarkan orang semacam itu hidup lebih lama? Begitu dia melangkah pergi meninggalkan dusun itu, Ting-susiok segera menghabisi nyawanya." "Lantas dimana Ting-susiok sekarang?" "Seperti yang aku katakan tadi, telah terjadi banyak perubahan setelah peristiwa itu, mungkin yang sama sekali tidak terduga oleh Ting-susiok adalah dia justru mati terbunuh lebih dulu sebelum ayahmu dibunuh orang!" "Apa? Ting-susiok juga terbunuh?" "Aku sendiri pun baru mendapat berita ini pagi tadi, sekembali ke kotaraja Ting-susiok ditemukan tewas terbunuh. Tidak ditemukan bekas luka di sekujur badannya, tapi bagi jagoan silat yang berpengalaman, semua orang dapat melihat kalau dia tewas karena terkena pukulan Hong-lui-ciang (pukulan angin guntur) dari aliran Tiang-pek-san!" Untuk sesaat Ho Giok-yan berdiri termangu, bukan saja dia merasa sedih karena Susioknya mati terbunuh, yang lebih penting lagi adalah satu-satunya sisa harapan yang dia miliki, berharap perkataan Ko Ceng-kim tidak benar seratus persen, kini ikut pupus dengan kejadian itu. Ting-susiok telah mati terbunuh, kemana dia harus mencari saksi lain? Tampaknya Ko Ceng-kim dapat membaca jalan pikiran gadis itu, katanya dingin, "Ting-susiok mampir ke rumah kita lebih dulu sebelum balik ke kotaraja. Apalagi isi surat itu hanya beberapa baris, sekilas pandang dia sudah menghapalkan di luar kepala, maka waktu bertemu ayahmu, dia langsung membeberkan isi surat itu, waktu itu aku pun berada di samping Suhu." "Siaute berada di kotaraja dan beruntung berhasil merebut posisi tinggi, tidak tertutup kemungkinan suatu hari bisa mencapai jabatan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terhormat. Bila kakak berhasil menyelesaikan tugas besar, silakan datang ke kotaraja untuk bersua." Benar saja, dia pun dapat menghapal isi surat itu di luar kepala, sepatah kata pun tidak ada yang salah. "Berhasil menyelesaikan tugas besar? Bukankah tugas besar itu tidak lain menunggu kelahiran keturunan kalian?" Ko Ceng-kim sama sekali tidak mengendorkan tekanannya dengan bertanya kepada sang Sumoy. "Lalu.... lalu menurut kau.... apa.... apa yang dimaksud?" suara Ho Giok-yan semakin gemetar. "Masa perlu aku jelaskan? Seharusnya kau bisa berpikir sendiri! Mengkhianati perguruan demi mencari kedudukan, tentu saja yang paling penting lagi adalah menyelamatkan diri!" Maksud perkataan ini sudah jelas sekali, lantaran kuatir Suhunya melakukan pembersihan terhadap murid yang berkhianat, maka Keng King-si turun tangan lebih dahulu menghabisi nyawa Suhunya! Sebenarnya analisa ini sangat masuk akal dan gampang dicerna, namun bagi Ho Giok-yan, mana mungkin dia bisa menerima kenyataan yang begitu sadis dan kejam? "Tidak, tidak, sekalipun dia telah salah jalan, aku tidak percaya kalau dia berani membunuh ayahku!" Sayang, biar tidak percaya pun mau tidak mau dia harus percaya juga, sebab sekarang dia sudah tidak dapat menemukan alasan apa pun untuk membantah pernyataan Ko Ceng-kim. "Keng King-si!" akhirnya sambil menggertak gigi dia berseru, "aku.... aku benar-benar telah salah menilaimu, kau.... kau.... apalagi yang ingin kau katakan?" "Adik Yan!" Keng King-si tertawa getir, "kalau kau pun tidak percaya lagi kepadaku, aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Cuma....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Cuma kenapa?" bentak Ko Ceng-kim. "Toa-suheng, tolong beri aku waktu sepuluh hari. Setelah sampai batas waktunya, aku pasti akan balik kemari dan menerangkan semua duduk persoalan dengan sejelasnya kepada kalian!" Perkataan itu mengandung dua arti yang berbeda, pertama, pada saat dan kondisi sekarang dia merasa tidak leluasa untuk menerangkan duduk persoalan yang sebenarnya, kedua, ketika dia memohon kepada Ko Ceng-kim, istilah yang digunakan adalah "kalian", tentu saja dia berharap istrinya bisa ikut memaklumi akan kesulitannya. Diam-diam Ho Giok-yan memperhatikan sorot matanya. Dengan cepat dia dapat merasakan kepedihan hati yang dialami suaminya, tapi di balik kepedihan sama sekali tidak terselip perasaan malu atau tidak senang, malah sebaliknya menyongsong tatapan matanya dengan pasrah. Satu ingatan segera melintas dalam benak perempuan itu, pikirnya, 'Orang yang telah melakukan kesalahan atau perbuatan yang memalukan, tidak mungkin berani membalas tatapanku dengan pasrah, jangan-jangan.... dia memang menyimpan kesulitan yang susah dijelaskan?' Tapi sekarang posisi Keng King-si, dari suami telah berubah menjadi tersangka pembunuh ayahnya, dalam keadaan seperti ini bagaimana mungkin dia bisa mengabulkan permintaannya itu? Tanpa sadar sorot matanya dialihkan ke wajah Ko Ceng-kim. Sambil tertawa dingin Ko Ceng-kim segera berkata, "Kau tidak bakal balik lagi kemari, anak kecil saja tidak percaya apalagi kami! Hehehe.... setelah menghabisi nyawa Suhu, kau masih ingin berusaha meloloskan diri? Perhitunganmu sungguh kelewatan, bila aku mesti melepas kau pergi dari sini, arwah Suhu di alam baka pun tidak akan mengampuni diriku!" Sudah jelas perkataan inipun sengaja ditujukan pada Ho Giokyan, dalam keadaan begini, apalagi yang bisa dikatakan perempuan itu?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Akhirnya sambil mengeraskan hati dan menggigit ujung bibir, ujarnya dengan suara gemetar, "Toa-suheng, seharusnya akulah yang berkewajiban membalas dendam sakit hati ayahku. Tapi hari ini.... terpaksa.... terpaksa.... aku harus minta bantuanmu!" "Sreeet!", diiringi desingan angin tajam, Ko Ceng-kim telah melolos pedangnya sambil melancarkan sebuah tusukan kilat ke tubuh Keng King-si. Sementara Ho Giok-yan menutup wajah sambil menangis terisak. "Traang!", dengan cekatan Keng King-si menangkis datangnya tusukan kilat itu, tiba-tiba ujarnya sambil menghela napas panjang, "Toa-suheng, padahal sudah kuduga kalau kau memang tidak sabar ingin menghabisi nyawaku, aku tahu, kau sudah sangat lama menantikan kesempatan ini. Bukankah begitu Toa-suheng?" "Aku ingin membunuhmu karena ingin membalas dendam atas kematian Suhu, siapa bilang aku melakukan ini karena urusan pribadi?" tukas Ko Ceng-kim gusar, "kau telah membunuh Suhu, membunuh Ho Liang, jangan salahkan kalau aku pun tidak akan memberi muka kepadamu!" Sementara berbicara, secara beruntun dia telah melancarkan serangan berantai, ancaman pedangnya makin lama semakin cepat, tujuh puluh dua jurus ilmu pedang berantainya dilancarkan bagaikan deru angin topan. "Sreeeet!", desingan tajam membelah bumi, tahu-tahu bahu Keng King-si sudah termakan satu tusukan, meski tidak sampai melukai tulangnya, namun darah segar bercucuran keluar dengan derasnya. Ho Giok-yan melengos ke arah lain, dia tidak tega menyaksikan adegan itu. Terdengar Keng King-si berseru lagi dengan nyaring, "Toasuheng, sebenarnya tidak patut aku bertarung melawanmu, tapi aku tidak ingin membiarkan putraku lahir tanpa ayah, bagaimanapun aku tidak akan mati dengan mata meram sebelum dapat menyaksikan putraku. Toa-suheng, kalau kau memang bersikeras
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ingin membunuhku, jangan salahkan kalau aku pun tidak akan mengalah lagi!" "Hm, siapa suruh kau mengalah? Kalau memang merasa hebat, kenapa tidak sekalian bunuh diriku juga!" Suara bentrokan senjata kembali bergema silih berganti, tiba-tiba terdengar dengusan tertahan, Keng King-si mundur dengan sempoyongan, kelihatan sekali kuda-kudanya tergempur dan dia berdiri dengan gontai. "Kena!" bentak Ko Ceng-kim nyaring. Pedangnya bagai gelombang samudra menggulung tiba dengan hebatnya, langsung membabat pinggang lawan. Serangan ini dilancarkan secepat sambaran petir, bahkan dilontarkan di saat Keng King-si belum sempat berdiri tegak. Dalam anggapan Ko Ceng-kim, babatan mautnya kali ini paling tidak akan berhasil mematahkan dua kerat tulang iga lawan. Siapa sangka meski tubuh Keng King-si nampak gontai, seolaholah tidak sanggup berdiri tegak, namun ketika dia melakukan putaran dengan gerakan melingkar, tahu-tahu ancaman maut dari kakak seperguruannya telah berhasil dihindari. Ko Ceng-kim mendengus dingin, pikirnya, 'Tidak disangka baru berpisah satu tahun, ilmu meringankan tubuh yang dimiliki bajingan cilik ini telah mengalami kemajuan pesat! Hm, tapi sayangnya, biar ilmu meringankan tubuhmu lebih hebat, jangan harap bisa menandingi tujuh puluh dua jurus serangan berantaiku.' Benar saja, baru dua puluhan jurus serangan yang dia gunakan, sekujur tubuh Keng King-si sudah terkurung di balik bayangan serangannya. "Kena!" sekali lagi Ko Ceng-kim membentak nyaring, pedangnya berputar satu lingkaran, lalu dengan gaya bacokan sebilah kwanto, dia bacok batok kepala lawannya kuat-kuat. Inilah jurus Lip-pit-hoa-san (membacok lurus bukit Hoa-san),
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

salah satu jurus andalan Ko Ceng-kim untuk menghabisi nyawa lawannya, dengan pedang sebagai golok, bacokannya keras, ganas dan mematikan. Dalam perkiraannya, tenaga dalam yang dimilikinya masih satu tingkat lebih unggul daripada lawan, berarti bagaimanapun usaha Keng King-si untuk menangkis, mustahil adik seperguruannya berhasil membendung ancaman itu. Siapa tahu di saat tenaga serangan pedangnya sudah mencapai puncaknya, ketika mata senjata tinggal tujuh inci dari batok kepala lawan dan segera akan membelah batok kepalanya, tahu-tahu Keng King-si memutar ujung pedangnya dengan membentuk gerakan satu lingkaran, entah bagaimana tahu-tahu serangan yang maha dahsyat itu telah berhasil dipunahkan begitu saja. Ko Ceng-kim sangat terperanjat, pikirnya, 'Rasanya aku belum pernah melihat jurus pedang ini, dari-mana dia mempelajarinya?' Sebagaimana diketahui, Ko Ceng-kim adalah murid pertama, ketika Keng King-si masuk perguruan pertama kalinya, selama dua tahun pertama dia malah pernah mewakili Suhunya mengajarkan ilmu silat kepadanya. Kemudian walaupun Keng King-si dibimbing langsung oleh Suhunya, namun sebagai suheng, mereka masih sering berlatih bersama, tentu saja dia pun memikul tanggung jawab sebagai pembimbing dan pengawasnya. Oleh sebab itulah posisi Ko Ceng-kim boleh dibilang masih terhitung setengah guru Keng King-si. Tapi sekarang ternyata Keng King-si dapat menggunakan jurus serangan yang selama hidup belum pernah disaksikan olehnya, tidak heran dia dibuat terkejut bercampur keheranan. Siapa sangka kejadian mencengangkan justru masih ada di bagian belakang, begitu Keng King-si memutar posisi pedangnya, jurus serangan yang digunakan pun sama sekali berubah. Tampak gerak serangan pedangnya berputar bagai lingkaran,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebentar dia bergerak melingkar di timur, kemudian membuat lingkaran di sisi barat, lingkaran besar, lingkaran kecil, dalam lingkaran terdapat lingkaran lain, betapa hebat dan ganas serangan yang dilancarkan Ko Ceng-kim ternyata semuanya punah dan terbendung oleh gerak lingkaran itu, betapapun hebatnya gerak serangan yang digunakan, nyaris tidak satu pun mampu memperlihatkan keampuhannya. Yang lebih aneh lagi adalah gerak melingkar yang dilakukan Keng King-si seolah memiliki daya sedot yang kuat, lambat-laun tanpa disadari gerak serangan pedang nya pun bergeser dan bergerak mengikuti gerakan lawannya. Ketika tidak mendengar suara bentrokan senjata, Ho Giok-yan pun merasa keheranan, tanpa terasa dia membuka matanya kembali untuk menonton. Terkejut bercampur curiga, tidak tahan Ko Ceng-kim membentak nyaring,, "Oh, rupanya selama di wilayah Liauw-tong, kau sudah belajar dari perguruan lain, tidak heran berani amat mengkhianati perguruan sendiri!" "Hm, percuma kau jadi Ciangbun Suheng!" jengek Keng King-si sambil tertawa dingin. "Apa maksud perkataanmu itu?" Dalam pada itu Ho Giok-yan telah berseru tertahan, Toa-suheng, ilmu pedang yang dia gunakan adalah ilmu pedang perguruan sendiri!" Seakan baru menyadari akan sesuatu, Ko Ceng-kim berteriak keras, "Bu.... bukankah ilmu itu adalah Thay-khek-kiam-hoat perguruan kita?" "Menurut pendapatku, rasanya memang begitu." Ternyata perguruan Bu-tong-pay memiliki dua macam ilmu pedang yang menggetarkan sungai telaga, yang pertama adalah tujuh puluh dua jurus ilmu pedang berantai Jit-cap-ji-jiu-Lian-hoantoh-beng-kiam-hoat, dan yang lain adalah ilmu pedang Thay-khekhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kiam-hoat. Ilmu pedang yang seringkali dijumpai dalam dunia persilatan adalah ilmu pedang Lian-hoan-toh-beng-kiam-hoat, sedangkan mengenai Thay-khek-kiam-hoat, jangan lagi umat persilatan, bahkan anggota perguruan sendiri pun (khususnya dari kalangan murid preman) jarang atau malah tidak pernah melihatnya. Tentu saja dalam hal ini ada penyebabnya. Sebagaimana diketahui, ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat merupakan ilmu pedang yang diciptakan Thio Sam-hong, Couwsu pendiri Bu-tong-pay di masa tuanya, berhubung ilmu pedang ini mengandung intisari yang sangat mendalam dengan perubahan yang tidak terkirakan, maka setiap orang yang ingin mempelajari ilmu pedang itu harus memiliki dasar tenaga dalam yang kuat, di samping tentu saja orang itu harus memiliki bakat yang bagus. Oleh karena itulah setiap anak murid Buy-tong-pay diwajibkan mempelajari dulu ilmu pedang Jit-cap-ji-jiu-Lian-hoan-toh-bengkiam-hoat, bila ilmu itu telah berhasil dikuasai, barulah atas bimbingan Suhunya, mereka mulai mempelajari ilmu pedang Thaykhek-kiam-hoat. Karena ilmu itu diwariskan atas dasar bakat, sudah barang tentu tidak setiap orang dapat mempelajarinya. Ho Ki-bu, ayah Ho Giok-yan termasuk jago silat yang mengerti ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat, tapi karena pertama, murid paling besarnya belum berhasil menguasai ilmu pedang Jit-cap-ji-jiuLian-hoan-toh-beng-kiam-hoat dengan sempurna maka dia tidak ingin muridnya naik tingkat secara tidak semestinya. Kedua, dia pun ingin mentaati peraturan perguruan dengan membiarkan anak muridnya berkelana dulu dalam dunia persilatan, kemudian secara diam-diam menilai tingkah-laku dan sifatnya, di saat dia menganggap seseorang sudah saatnya menerima, ilmu itu baru diwariskan. Untuk menghindari muridnya panik atau kesemsem, biasanya dia melatih ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat di tengah malam buta,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berlatih seorang diri di ruang belakang. Sayang, biarpun dia melarang muridnya melihat, bukan berarti putrinya tidak mengetahui hal itu, maka dia hanya bisa memperingatkan putrinya agar tidak menuntut belajar secara tidak lazim. Belajar silat memang harus berurutan menurut tingkatan. Itulah sebabnya Ho Giok-yan hanya mengenal ilmu pedang Thaykhek-kiam-hoat, tapi tidak mengerti ilmu pedang itu. Kalau mengerti saja tidak, mana mungkin bisa menggunakannya. Berubah hebat paras muka Ko Ceng-kim begitu tahu ilmu pedang yang digunakan Keng King-si adalah Thay-khek-kiam-hoat, pikirnya, 'Kelihatannya saja Suhu tidak begitu menyukai bocah keparat itu, tidak disangka secara diam-diam dia malah mewariskan Thay-khekkiam-hoat kepadanya. Hm! Aku adalah Ciangbun-tecu, murid paling tua, kusangka Suhu pasti akan mewariskan semua ilmu simpanannya kepadaku, tidak disangka ternyata Suhu pilih kasih!' Terbakar rasa iri yang menggelora, tanpa berpikir apakah kemampuannya mampu mengalahkan Sutenya atau tidak, kembali dia merangsek maju sambil melepaskan serangkaian serangan berantai. Secara tiba-tiba Keng King-si bisa menggunakan ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat, bukan cuma Ko Ceng-kim yang dibuat tercengang, Ho Giok-yan sendiri pun terheran-heran dibuatnva. Sama seperti Ko Ceng-kim, sebelum kejadian hari ini Ho Giok-yan juga tidak tahu kalau Keng King-si telah menguasai ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat. Dalam sangkaan Ko Ceng-kim, Suhunya pasti pilih kasih dengan mewariskan ilmu itu secara diam-diam kepada Sutenya, tapi, andaikata benar-benar ada kejadian seperti itu, mungkinkah sang ayah juga mengelabui putri sendiri? Berulang kali Ko Ceng-kim melancarkan serangan berantai, matimatian dia merangsek maju, tapi setiap serangan dan desakan yang dilancarkan, hampir semuanya berhasil dipatahkan oleh gerakan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedang Keng King-si. Sayangnya, biarpun tekanan yang dialami Keng King-si bertambah ringan dan enteng, tekanan batin Ho Giok-yan justru makin lama semakin berat. Darimana dia mempelajari ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat? Kenapa dia selalu merahasiakannya kepada-ku?' Di antara sepasang suami-istri memang tidak seharus nya ada rahasia, tapi sekarang, Ho Giok-yan menemukan persoalan yang dirahasiakan suaminya bukan hanya satu saja. Selama ini dia pun merahasiakan surat yang dikirim Huo Bu-tou kepadanya. Semalam, lagi-lagi dia keluar kamar pergi menjumpai seseorang, siapa yang dia jumpai? Tidak pernah hal ini dia jelaskan kepada istrinya. Dan sekarang ditambah lagi dengan ilmu pedang Thay-khekkiam-hoat, Ho Giok-yan betul-betul tercengang, terperangah dan penuh curiga. "Ai.... berapa banyak lagi rahasia yang dia lakukan untuk mengelabui diriku?" Betul sampai sekarang dia masih tidak percaya bahwa Keng Kingsi adalah pembunuh ayahnya, tapi membayangkan suaminya selama ini banyak mengelabui dirinya, banyak persoalan yang sengaja dirahasiakan terhadap dirinya, hal ini sudah cukup membuatnya bersedih hati, cukup membuatnya jengkel, marah dan mendongkol. Mendadak perutnya terasa amat sakit, pukulan batin telah membuat kondisi badannya tidak berimbang atau karena masalah lain, kandungannya tiba-tiba saja terasa bergerak. Rasa sakit yang makin lama makin menjadi membuat perempuan ini tidak sanggup menahan diri. Biarpun dia belum berpengalaman melahirkan, tapi dia segera sadar rasa sakit itu merupakan pertanda datangnya saat persalinan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam pada itu, setiap kali Keng King-si mundur satu langkah, dia berhasil memunahkah satu serangan maut yang dilancarkan sang Suheng, dan kini dari posisi bertahan sudah berubah jadi posisi menyerang. Saat itu Ko Ceng-kim sedang melancarkan serangan dengan jurus Ki-hwe-liau-thian (mengangkat obor menerangi langit), gerakan pedang membentuk setengah lingkaran busur seketika berhasil membelenggu senjata itu hingga tidak mampu bergerak. "Suheng!" bentak Keng King-si nyaring, "kalau kau tidak segera lepas tangan, jangan salahkan kalau aku tidak kenal ampun!" Asal dia melanjutkan gerakannya dengan setengah lingkaran busur lagi, niscaya lengan milik Ko Ceng-kim akan terpapas kutung. Pada saat itulah dia mendengar suara rintihan Ho Giok-yan yang sedang mengerang kesakitan.... "Adik Yan, kenapa kau?" dengan perasaan terkejut Keng King-si menegur. "Aku mohon.... aku mohon.... kalian jangan berkelahi lagi pinta Ho Giok-yan sambil merintih, "Aku.... aku hampir mati.... aduh.... cepat tolong aku!" Suara rintihan tiba-tiba terputus di tengah jalan, menyusul kemudian terdengar suara tangisan orok yang amat nyaring.... tangisan orok yang baru lahir dari rahim ibunya. Bukan kematian, tapi kelahiran, seorang anak telah lahir. Keng King-si terkejut bercampur girang, tanpa mempedulikan keadaan di sekelilingnya lagi dia memburu ke hadapan sang istri. Dengan pedang dia potong tali pusar orok itu, lalu membopongnya. "Haah, seorang bayi lelaki!" teriaknya kegirangan. Di saat rasa gembira dan kaget bercampur-aduk dalam hati itulah mendadak dia merasakan hawa dingin yang sangat membekukan, rasa dingin membekukan yang merasuk hingga ke tulang sumsum. Ternyata ujung pedang milik Ko Ceng-kim telah menusuk dari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

punggungnya hingga tembus ke jantungnya. Menyusul kemudian terdengar suara Ko Ceng-kim yang lebih dingin membekukan daripada mata pedang berkumandang, "Sumoy, jangan kau salahkan aku telah membunuhnya, dia tidak pantas menjadi ayah anak itu!" Ho Giok-yan terduduk kaku bagai patung batu, dia seolah tidak mendengar ucapan Ko Ceng-kim, bahkan jalan pikiran pun ikut membeku kaku. Dalam waktu sekejap, seluruh otak, seluruh pikirannya seolaholah kosong melompong, tiba-tiba saja jadi kosong dan putih bersih. Tusukan pedang itu datang sangat cepat, tampaknya Keng Kingsi sendiri pun masih belum sadar akan peristiwa yang telah menimpa dirinya, dia hanya berjongkok dengan wajah bingung, lalu tubuhnya gontai dan perlahan-lahan roboh ke tanah. Bayi laki itu masih dipeluknya erat-erat. Ketika bayi itu menyentuh permukaan tanah, pantatnya segera terluka karena gesekan pasir dan batu. Sekali lagi suara tangisan orok berkumandang memecah keheningan. Sambil membungkukkan badan, Ko Ceng-kim menepis tangan Keng King-si yang sedang memegang tubuh orok itu, setelah berhasil merebut bayi itu, ujarnya dingin, "Sudah kuberi kesempatan untuk melihat kelahiran anakmu, sekarang kau bisa mati dengan meram. Jangan salahkan aku, toh kau sendiri yang berkata begitu." Ho Giok-yan seakan baru tersadar kembali dari mimpi buruknya karena suara tangisan bayinya, segera jeritnya, "Berikan kepadaku, berikan kepadaku!" "Adik Yan," bisik Ko Ceng-kim sambil tertawa paksa, "coba lihat, orok ini mirip sekali denganmu." Tiada cucuran air mata di wajahnya ketika Ho Giok-yan menerima kembali bayinya, tapi nada suaranya justru jauh lebih pilu, jauh lebih mengenaskan daripada suara tangisan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Oh.... anakku yang bernasib malang.... begitu lahir kau telah kehilangan ayah, kehilangan ibu.... "Sumoy, jangan berpikir sembarangan buru-buru Ko Ceng-kim menukas. Dengan penuh kasih sayang Ho Giok-yan mencium mesra pipi lembut bayinya, kemudian katanya lagi, "Suko, aku bersalah kepadamu. Maukah kau kabul kan satu permintaanku?" "Apapun permintaanmu, pasti kukabulkan." "Aku percaya kau pasti akan membalas dendam bagi kematian ayahku, karenanya aku tidak ingin minta kepadamu untuk membalas dendam atas terbunuhnya ayah. Permintaanku ini.... mungkin akan jauh lebih sulit daripada tugas balas dendam." "Katakan saja, sesulit apa pun, pasti akan kulaksanakan dengan sepenuh tenaga." "Bagus, hatiku sangat lega mendengar janjimu itu. Aku mohon, rawatlah anak ini baik-baik, rawatlah dia hingga dewasa.... "Sumoy, aku pasti akan bantu kau merawat bocah ini. Apalagi sebenarnya kita adalah.... adalah.... bila kau tidak keberatan, aku berharap kau mau mengabulkan permintaanku, biar aku menjadi ayah dari bocah ini!" Ho Giok-yan tertawa getir. "Benar, aku memang tidak bisa jadi istrimu, aku hanya berharap kau bisa menjadi ayah bocah itu!" bisiknya. Sepintas perkataan itu terdengar amat bersahaja dan tidak ada yang aneh, padahal belum tentu arti sebenarnya begitu. Terdengar Ho Giok-yan berkata lebih lanjut, "Boleh saja kau merahasiakan identitas ayah aslinya, tapi bila tidak keberatan, tolong berikan nama untuk bocah itu, ehm.... panggil saja dia Giokkeng." Giok-keng!
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukankah nama ini merupakan penggabungan nama Keng King-si dan Ho Giok-yan? Tidak usah Ho Giok-yan melukis kaki di gambar ular pun Ko Ceng-kim sudah menangkap arti sebenarnya nama itu. Sekalipun perempuan itu tidak berharap si bocah tahu nama sebenarnya dari sang ayah, namun nama yang dia berikan, bagaimanapun tetap mengandung kenangan kedua orang tuanya. Bila dibayangkan lebih mendalam, bukankah nama itu terkandung juga luapan perasaan cintanya terhadap Keng King-si? Semakin terbukti bahwa dia sama sekali tidak memandangnya sebagai musuh besar pembunuh ayahnya, dia masih mengakuinya sebagai suami. Kecut juga perasaan hati Ko Ceng-kim setelah mendengar perkataan itu, sudah barang tentu dia pun menangkap apa yang dimaksud "kalau tidak keberatan" dari Sumoynya itu. Perasaan Ko Ceng-kim saat ini amat kalut, namun dalam situasi seperti ini, sanggupkah dia menegur perempuan itu? Sambil tertawa paksa katanya, "Nama yang kau usulkan sangat bagus, tapi jika kau bisa mendidik dan membimbingnya sendiri, mungkin akan jauh lebih baik lagi." "Aaisuara Ho Giok-yan makin lama makin lirih, "ternyata hidup itu menderita, maafkanlah aku karena harus menyerahkan semua kerepotan kepadamu. Aai....! Suko, terlalu banyak aku berhutang kepadamu, bahkan sebelum mati pun harus.... harus.... "Sumoy, kau.... kau harus hidup terus!" jerit Ko Ceng-kim keras. Tapi sayang sudah terlambat, belum selesai perkataan Ho Giokyan diucapkan, tubuhnya sudah roboh ke dalam pelukannya dan.... tewas! Di saat dia memejamkan mata untuk terakhir kalinya, bocah itu sudah terlepas dari genggaman, pandangan matanya yang terakhir adalah di saat melihat Ko Ceng-kim menerima sodoran bocah itu! Semua isi alam jagad, seluruh isi kolong langit, semuanya seakan jadi hening, jadi sepi!
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di atas tanah terbujur kaku jenazah Ho Liang, ada pula jenazah Keng King-si, dan sekarang ditambah pula dengan sesosok mayat lain, jenazah Ho Giok-yan. Satu-satunya suara yang kedengaran hanya suara tangisan si orok yang tidak berdosa. Sambil membopong bayi itu, Ko Ceng-kim berdiri dengan kening berkerut. Aai....! Membesarkan si bocah hingga dewasa? Masalahnya tidak segampang itu, 'merepotkan' saja. Bayi itu masih menangis, mulai mencakar wajah sendiri. Ko Ceng-kim pun termangu, dia hanya bisa mengawasi wajah si bocah dengan pandangan mendelong. Bocah yang baru lahir memang sulit untuk dibedakan apakah lebih mirip wajah ayahnya atau lebih mirip wajah ibunya. Aah! Bocah ini putra Keng King-si, tapi dia pun darah daging Ho Giok-yan! Entah karena keterkaitannya dengan seseorang atau memang pada dasarnya bocah itu memang menyenangkan, tanpa sadar sikapnya pun telah berubah seolah-olah dia memang ayah kandungnya, rasa kasih, rasa sayangnya terhadap bayi itupun bertambah besar. "Sudah.... cup.... cup.... jangan menangis, jangan menangis, sayang.... oooh.... sayang!" bisiknya dengan penuh kasih sayang. Dia mulai menepuk, menggoda dan menina-bobokan si bayi dengan penuh kemesraan. Tapi bocah itu masih juga menangis terus. Masih banyak pekerjaan yang harus dia lakukan, tapi persoalan paling penting sekarang ini adalah bagaimana menempatkan si bocah itu di suatu tempat yang aman. Dia tidak tahu apakah bayi yang baru lahir bisa menunjukkan rasa 'lapar', tapi bagaimanapun dia toh mesti mencari sesuatu untuk diberikan kepada bayi itu. Apalagi dia pun tidak bisa membiarkan bayi itu telanjang menahan terpaan hawa dingin yang menggigilkan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Untung saja orang yang bepergian jauh biasanya selalu membawa bekal air dan makanan, dari sisi tubuh Ho Giok-yan, Ko Ceng-kim berhasil menemukan kantung air yang dibawa, isi air masih ada setengah, dia pun menuang sedikit lalu dilolohkan ke mulut si bayi. "Kasihan benar kau," bisiknya sambil tertawa getir, "baru lahir tapi tidak bisa mengisap susu ibu, terpaksa anggap saja air ini sebagai susu ibu." Benar saja, setelah diberi air sedikit, bayi itupun berhenti menangis (Gb 1). Tentu saja air tidak bisa menggantikan susu ibu, apalagi bayi itu lahir belum cukup umur, kecil, kurus lagi, benar-benar mengenaskan. Ko Ceng-kim tidak punya pengalaman menyusui bayi, dia pun tidak tahu kalau bayi yang dilahirkan belum cukup umur membutuhkan susu ibu untuk menopang hidupnya, seandainya bukan susu ibu kandungnya pun paling tidak harus ada susu dari perempuan lain. Hujan telah berhenti, suasana senja pun lambat-laun menyelimuti angkasa. Kabut tipis mulai muncul dari kaki bukit dan menyelimuti permukaan. Tiba-tiba seperti teringat akan sesuatu, dia segera berseru, "Ha, bukankah di depan mata sudah ada seorang ibu? Kenapa tidak terpikirkan olehku sejak tadi?" Di bawah bukit hidup sepasang suami-istri muda, suaminya bernama Lan Kau-san, seorang pemburu, sedang istrinya sangat trampil melakukan pekerjaan kasar, dia terhitung seorang wanita yang kuat dan bertenaga. Lan-toaso kebetulan baru melahirkan seorang putri beberapa hari berselang. Ko Ceng-kim kenal baik suami-istri itu, bahkan suatu kali pernah membantu Lan Kau-san membunuh seekor harimau putih
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang buta sebelah matanya. Kala itu, walaupun senjata trisula Lan Kau-san berhasil menghujam tubuh harimau itu, tapi kulit badan sang harimau yang tebal dan kasar membuat hewan liar itu semakin buas, setelah terluka parah, andaikata Ko Ceng-kim tidak datang tepat waktu dan menyelamatkan jiwanya, mungkin dia sudah tewas diterkam sang harimau. Kembali Ko Ceng-kim berpikir, 'Lan-toaso bertubuh sehat dan kuat, rasanya lebih dari cukup air susunya untuk menyusui dua orang bayi. Lan-toako termasuk orang jujur yang bisa dipercaya, terlepas aku pernah melepas budi kebaikan kepadanya, dia pun masih terhitung sahabat karibku semenjak kecil, aku percaya dia pasti akan bantu aku merahasiakan kejadian ini." Begitu selesai mengambil keputusan, dia pun mengambil satu stel pakaian dari dalam buntalan milik Keng King-si dan dibungkuskan ke tubuh sang bayi, kemudian dengan terburu-buru dia beranjak pergi untuk mencari Lan Kau-san. Persis seperti apa yang diduganya semula, permintaannya langsung disanggupi Lan Kau-san berdua. Ko Ceng-kim pun mengarang sebuah cerita untuk mengelabui kejadian sebenarnya, dia mengaku telah menemukan seorang bayi yang dibuang orang di tepi gunung. Orang polos yang selama hidup tidak pernah berbohong inipun segera menyanggupi permintaannya. Mereka berjanji, setelah bocah itu berusia enam tujuh tahun, Ko Ceng-kim baru akan datang untuk mengajaknya pergi. Pulang pergi tidak sampai sepuluh li, selepas dari rumah keluarga Lan, Ko Ceng-kim balik kembali ke tempat semula, saat itu langit belum gelap, segala sesuatu masih sama seperti sebelum dia pergi dari situ, kalau dibilang ada perbedaan, maka perbedaan itu kecil sekali. Sewaktu tadi dia meninggalkan tempat itu, jenazah Ho Giok-yan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan Keng King-si terbujur kaku di dua tempat yang terpisah, meskipun selisih jarak itu tidak terlampau jauh. Tapi sekarang, jenazah mereka berdua nyaris berjajar dan berhimpitan satu sama lainnya, salah satu tangan Ho Giok-yan menggenggam tangan Keng King-si yang terjulur ke depan. Apakah waktu itu mereka berdua belum mati sungguhan? Atau karena ada orang yang telah menggeser posisi jenazah itu? Tidak ditemukan bekas jejak kaki asing di atas tanah, Ko Ceng-kim juga percaya mustahil ada orang yang akan melakukan perbuatan yang membingungkan semacam itu. Maka dengan kening berkerut dia pisahkan kembali genggaman tangan kedua jenazah itu, lalu dengan menggunakan sekop yang baru dipinjam dari keluarga Lan untuk membuat sebuah liang besar. Ketika liang kubur telah siap, dia pun menggotong jenazah Sumoynya untuk dikebumikan, saat itulah timbul perasaan sedih di hati kecilnya. "Sumoy.... oooh, Sumoy.... pergilah dengan hati lega, aku pasti akan menganggap bocah itu seperti anak kandungku sendiri. Aai....! Ketika kau berpamitan dulu, aku tidak dapat mengantar kepergianmu, tidak disangka, hari ini kita harus berpisah untuk selamanya." Waktu itu malam telah menjelang tiba, sebenarnya mengubur sepasang suami-istri itu dalam satu liang adalah tindakan yang paling menghemat waktu. Namun secara tiba-tiba Ko Ceng-kim terbayang kembali adegan dimana Sumoynya menggenggam kencang tangan Keng King-si di saat ajalnya, perasaan iri dan cemburu seketika menyelimuti hatinya. "Hm!" kata batinnya, 'biarpun di saat hidup kau berhasil menipunya dan membawanya kabur, aku tidak rela membiarkan kalian terkubur dalam satu liang di saat telah mati.... Selesai mengubur jenazah Sumoynya, menguruk kembali tanah dan menggunakan sebuah batu sebagai batu nisan, dia pun mulai
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menggali liang kedua. Baru menggali setengah jalan, mendadak ter-dengar suara langkah kaki bergema datang. Dengan perasaan tercekat, buru-buru Ko Ceng-kim mendongakkan kepala, tampak seorang Tosu berjenggot panjang tahu-tahu sudah muncul di depan mata. Buru-buru dia melepaskan sekopnya, bangkit berdiri dan menyapa sambil memberi hormat, "Bu-kek Supek, maaf bila Tecu terlambat menyambut!" Ternyata Bu-kek Totiang adalah pemimpin Bu-tong-sam-lo (tiga sesepuh Bu-tong), dia menempati posisi kedua setelah Ciangbunjin Bu-siang Totiang dalam jajaran Bu-tong-pay. Waktu itu Bu-kek Totiang berlarian mendekat dengan sangat tergesa-gesa, bukan saja jidatnya telah basah oleh keringat, napasnya juga tersengal-sengal. Kejadian ini membuat Ko Ceng-kim semakin keheranan, pikirnya, 'Tenaga dalam yang dimiliki Bu-kek Supek sangat tinggi dan sempurna, biarpun baru saja menempuh perjalanan jauh, seharusnya langkah kakinya tidak bakal limbung, napas pun mustahil tersengal-sengal seperti dengus napas kerbau. Aneh, kenapa dia bisa berubah seperti itu?" Dengus napas Bu-kek Totiang masih tersengal bagai kerbau, begitu tiba di tempat itu, sorot matanya langsung dialihkan ke atas jenazah Keng King-si. Paras mukanya yang sudah nampak kuning kepucat-pucatan, kini terlihat semakin tidak sedap. Ko Ceng-kim semakin tidak tenang, apalagi sesudah menyaksikan perubahan mimik mukanya yang aneh. Belum sempat dia melaporkan peristiwa itu, terdengar Bu-kek Totiang telah bergumam dengan nada sedih, "Aah! Ternyata kedatanganku terlambat!" Menyusul ucapan itu, dia menghela napas panjang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lapor Supek," buru-buru Ko Ceng-kim berseru, aku telah mewakili Suhu membersihkan perguruan dari murid murtad. Ceritanya panjang sekali, Keng King-si.... dia.... sewaktu di wilayah Liauw-tong.... "Tidak usah dilanjutkan," tukas Bu-kek sambil mengulap tangannya, "ketika Ting-susiok baru balik dari Liauw-tong tempo hari, dia telah melaporkan kejadian ini kepada Ciangbunjin, saat itu aku hadir di situ, jadi semua persoalan telah kuketahui dengan jelas!" Seharusnya Ko Ceng-kim dapat menduga kalau Bu-kek Totiang sudah tahu tentang peristiwa ini. Sebagaimana diketahui, kasus Keng King-si bersekongkol dengan bangsa Boan merupakan satu peristiwa besar, Ting Im-hok lah yang berhasil mendapat tahu rahasia itu. Menghadapi peristiwa yang begitu besar dan serius, selain memberitahukan persoalan ini kepada Suhu Keng King-si, yakni Jiouw Tayhiap Ho Ki-bu, tentu saja dia pun harus melaporkan hal ini kepada ketua partai. Padahal posisi Bu-kek Totiang dalam jajaran Bu-tong-pay adalah orang kedua setelah Ciangbunjin, kecuali sang ketua enggan berunding dengan pihak ketiga, kalau tidak, orang pertama yang akan diajak berunding pastilah Bu-kek. Jelas dalam peristiwa ini ketua Bu-tong-pay tidak berani memutuskan sendiri, dia pasti akan mengundang para sesepuh partai untuk diajak berunding. Teori ini bukannya tidak terpikirkan oleh Ko Ceng-kim. Tapi persoalannya, begitu datang kata pertama yang dilontarkan Bu-kek Totiang adalah "aku datang terlambat", dia takut Supeknya menegur dia karena telah membunuh adik seperguruan, maka sebelum sang Supek mengemukakan kalau dia sudah tahu persoalan itu, dia merasa lebih baik memberi lapor terlebih dulu. 'Aha.... baguslah kalau sudah tahu,' pikir Ko Ceng-kim lagi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan perasaan lega, 'sudah menjadi kewajiban setiap orang untuk menghukum mati murid murtad, tidak semestinya kau marah kepadaku bukan karena aku telah membersihkan perguruan?' Tampaknya Bu-kek Totiang dapat membaca jalan pikirannya, setelah menghela napas panjang, gumamnya, "Aai.... aku sendiri pun tidak tahu apakah kau telah salah membunuh atau tidak.... Sesudah memandang wajah Ko Ceng-kim sekejap dan termenung beberapa saat, lanjutnya lebih jauh, "Terdapat banyak sekali titik mencurigakan dalam peristiwa ini, sayang aku tidak punya waktu untuk menjelaskan lebih terperinci, satu hal yang bisa kukatakan adalah, pertama, ternyata Huo Bu-tou bukan bangsa Boan!" "Tapi Ting-susiok telah mengusut dengan jelas kalau dia adalah murid Tiang-pek-pay, bekas pengawal pribadi Nurhaci Khan dari negeri Boan," bantah Ko Ceng-kim keheranan. "Betul, Nurhaci Khan sendiri pun menyangka dia berasal dari etnis sukunya, kalau bukan begitu, mana mungkin dia bisa diangkat jadi pengawal pribadinya? Tapi kenyataan dia adalah bangsa Han, bahkan pada dua puluh tahun berselang ayahnya masih terhitung seorang jago pedang yang tersohor. Pernah tidak kau mendengar nama Kwik Tang-lay?" "Maksud Supek, Cang-ciu-kiam-khek (jago pedang dari Cang-ciu) Kwik Tang-lay yang lenyap di luar perbatasan (Kwan-gwa) pada dua puluh tahun lalu?" "Betul, Kwik Tang-lay meninggal di luar perbatasan, sementara Huo Bu-tou tumbuh dewasa karena ikut ayah angkatnya, kebetulan ayah angkatnya berasal dari etnik Nizhen, oleh ayah angkatnya dia pun diberi nama bangsa Boan, hanya saja she Huo yang dipakai Huo Bu-tou masih kedengaran senada dengan she aslinya Kwik (dalam lafal terbaca Kuo)" "Jadi lantaran dia adalah keturunan seorang pendekar bangsa Han, maka Supek curiga kalau orang itu belum tentu benar-benar setia kepada Nurhaci Khan? Tapi pepatah mengatakan, dekat gincu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jadi merah, dekat tinta jadi hitam. Lagi pula dia sendiri pun belum tentu tahu asal-usulnya yang sebenarnya?" "Perkataanmu memang masuk akal, aku sendiri pun tidak mengetahui terlalu banyak tentang asal-usulnya. Bahkan aku pun tidak tahu siapakah ayah angkatnya itu. Itulah sebabnya aku tidak berani mengata kan 'meski dia berada di wilayah Cho-cho, hatinya berada di wilayah bangsa Han', sekalipun begitu, kita juga tidak bisa menuduh dia pasti seorang mata-mata dan pengkhianat!" Jika status Huo Bu-tou saja masih belum pasti seorang pengkhianat, bagaimana mungkin dia bisa bersikeras menuduh Keng King-si pasti seorang mata-mata? Telapak tangan Ko Ceng-kim mulai berkeringat dingin. "Tapi dalam surat Huo Bu-tou yang dikirim ke Keng King-si jelas tertulis kalau dia sudah mendapat jabatan tinggi di kotaraja, lalu minta Keng King-si setelah selesai melakukan 'pekerjaan besar' diminta bergabung dengannya di ibukota,. Bagaimana pula dengan penjelasannya? Bukankah di balik nada ucapan itu seolah terselip satu intrik, satu rencana busuk?" seru Ko Ceng-kim mencoba mengemukakan pandangannya. "Ya, aku sendiri pun tidak jelas urusan besar apa yang dikemukan dalam surat itu," ucap Bu-kek Totiang, "intrik atau rencana besar jelas ada, tapi bukan berarti Keng King-si pasti telah mengkhianati perguruan!" "Belum tentu, berkhianat bukankah berarti dia pasti akan mengkhianati perguruan!" "Ceng-kim! Jangan kau sangka aku membela Keng King-si," tukas Bu-kek Totiang tiba-tiba, "justru karena aku sendiri pun tidak berani mengambil kesimpulan, maka aku baru mengatakan semoga kau tidak salah membunuh!" Ko Ceng-kim membungkam tanpa menjawab. Terdengar Bu-kek Totiang berkata lebih jauh, "Persoalan kedua yang perlu kusampaikan padamu adalah Ting-susiok ternyata bukan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tewas di tangan jago Tiang-pek-pay!" "Apa?" Ko Ceng-kim terperanjat, "konon tidak ditemukan bekas luka di jenazah Ting-susiok, darimana bisa tahu kalau bukan hasil perbuatan jago-jago Tiang-pek-pay?" "Kau sangka hanya ilmu pukulan Hong-lui-ciang (pukulan angin guntur) dari Tiang-pek-pay saja yang bisa membunuh orang dengan memukul remuk isi perutnya tanpa meninggalkan bekas?" "Pengetahuan Tecu sangat cupat, seingatku Suhu pernah berkata begitu." "Kapan dia berkata begitu kepadamu?" "Tiga tahun berselang, Waktu itu Tecu baru lulus dari perguruan dan secara khusus Suhu menerangkan berbagai kelebihan ilmu silat berbagai aliran untuk menambah pengetahuan, lantaran saat itu Tiang-pek-pay dari luar perbatasan dan sedang berseteru dengan semua perguruan besar di daratan Tionggoan, maka dalam hal ilmu pukulan Hong-lui-ciang dari Tiang-pek-san, Suhu menerangkan lebih jelas dan terperinci." "Ai.... seandainya saat ini Suhumu mengajak bicara lagi soal ilmu silat berbagai aliran, mungkin dia tidak akan berkata demikian," kata Bu-kek Totiang. Ko Ceng-kim melongo, dia seperti tidak paham ucapan itu, tapi belum sempat mengucapkan sesuatu, lagi-lagi Bu-kek Totiang memberi tanda agar tidak berisik, lalu berkata, "Dengarkan dulu keteranganku lebih lanjut. Akulah orang pertama yang menemukan jenazah Ting-sute, dia dicelakai orang dalam sebuah losmen kecil, ketika menemu kan jenazahnya, waktu itu jenazahnya itu sudah dingin dan kaku. Meski begitu, sekilas pandang saja aku sudah tahu kalau dia tewas karena dibunuh anggota perguruan sendiri!" Ko Ceng-kim semakin terkesiap, tidak terlukiskan rasa kagetnya kali ini. "Jadi pembunuhnya berasal dari perguruan sendiri?" jeritnya, "Supek, dari.... darimana kau.... kau tahu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bila ilmu Thay-khek yang dilatih seseorang sudah mencapai puncak kesempuraan, dia pun bisa membunuh orang tanpa meninggalkan jejak. Bedanya, pukulan Thay-khek bersifat lembek sedang pukulan Hong-lui-ciang bersifat keras, oleh sebab itu meski sama-sama tidak meninggalkan bekas luka di luar badan, namun bila kita lakukan pemeriksaan, dapat diketahui isi perut korban pukulan Hong-lui-ciang pasti hancur remuk, sementara isi perut korban Thay-khek-ciang tetap utuh seperti normal. Bagiku, tidak usah dilakukan pemeriksa-an pun sekilas pandang aku dapat membedakannya." Beberapa saat setelah berhasil mengendalikan rasa kagetnya, dengan agak tergagap bisik Ko Ceng-kim, "Aku hendak melaporkan satu kejadian aneh yang menakutkan pada Supek, ternyata Keng King-si pun dapat menggunakan ilmu pedang Thay-khek-kiamhoat." "Sebelum menggunakan ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat, apakah dia terlebih dulu menggunakan ilmu pedang Lian-hoan-tohbeng-kiam-hoat?" "Betul, justru lantaran dia tidak dapat menangkan aku dengan ilmu pedang Lian-hoan-toh-beng-kiam-hoat, maka akhirnya dia keluarkan Thay-khek-kiam-hoat." "Kalau begitu, pembunuhnya pasti bukan dia. Memang, untuk mempelajari Thay-khek-kiam-hoat dibutuhkan dasar tenaga dalam perguruan kita, tapi untuk bisa mencapai tingkat kemampuan Thaykhek-ciang yang sanggup menghabisi nyawa Ting-susiok paling tidak dibutuhkan tenaga dalam yang sudah mencapai puncak kesempurnaan. Kenyataan, tenaga dalamnya belum sanggup mengungguli dirimu, berarti dia pun belum mencapai taraf sehebat itu. Aku tahu, di masa lalu Suhumu berhasil melatih ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat hingga mencapai tingkat kesempurnaan, aku pun yakin dengan tenaga dalamnya dia sanggup melepaskan pukulan Thay-khek-ciang. Tapi tenaga dalam toh mustahil bisa diwariskan kepada muridnya dalam waktu singkat!" Sekarang Ko Ceng-kim baru paham apa yang dimaksud sang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Supek, sebagaimana diketahui ilmu silat Suhunya baru mencapai kemajuan pesat sejak tahun lalu, berarti pada tiga tahun berselang, Suhunya pun belum paham akan perbedaan hasil pukulan Thaykhek-ciang dan Hong-lui-ciang. Setelah lama termangu, kembali ujarnya, Tapi pembunuh yang telah menghabisi nyawa Ting-susiok sudah pasti bukan Suhu!" "Tentu saja bukan Suhumu!" Bu-kek Totiang menghela napas panjang, "andai Suhumu masih hidup, keadaan pasti lebih mendingan! Dan aku pun tidak usah terburu-buru datang mencarimu!" "Sebenarnya Tecu sedang bersiap-siap melaporkan tentang kematian Suhu, ternyata Supek malah sudah tahu." "Betul, aku sudah sampai di rumah Suhumu dan justru lantaran Suhumu sudah meninggal maka aku buru-buru menyusul kemari." "Supek sudah memeriksa penyebab kematian Suhu?" "Ilmu silat yang digunakan pembunuh untuk menghabisi nyawa Suhumu pun merupakan ilmu silat aliran perguruan kita!" "Kalau begitu Ho Liang memang tidak salah melihat!" "Ho Liang melihat wajah pembunuh itu?" "Justru karena Ho Liang sempat bertemu dengan murid durhaka pembunuh Suhu, maka pengkhianat itu menghabisi pula nyawa Ho Liang." Untuk sesaat Bu-kek Totiang mengucapkan sepatah kata pun. hanya termenung tanpa

Kembali Ko Ceng-kim berkata, "Terdorong ingin membalas dendam atas kematian Suhu, Tecu berpendapat, bila tidak segera mengambil tindakan, bisa jadi murid durhaka ini akan kabur dari jaring hukuman, itulah sebabnya aku putuskan untuk menghabisi dulu nyawanya, kemudian baru melapor kejadian ini kepada Ciangbunjin, Supek, harap maafkan kesalahan Tecu ini."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bu-kek Totiang hanya tertawa getir, sama sekali tidak bicara. Melihat sang Supek tidak memberi komentar, Ko Ceng-kim tidak kuasa menahan diri, serunya, "Supek, sudah terbukti murid durhaka inilah yang membunuh Suhu, bahkan ada saksi mata, kenapa kau orang tua masih sangsi?" "Kelihatannya aku tidak bisa mewakilimu untuk balik ke bukit dan melaporkan peristiwa ini kepada Ciangbunjin. "Kenapa?" tanya Ko Ceng-kim terkejut. "Apa alasannya biar kujelaskan di kemudian hari saja. Sekarang yang ingin kuketahui adalah apa benar Ho Liang telah menyaksikan secara jelas?" Ko Ceng-kim mulai merasa hatinya tidak tenteram, namun sahutnya juga, "Meskipun semalam turun hujan, namun Ho Liang melihatnya sejak kecil hingga tumbuh dewasa, Tecu yakin dia tidak bakal salah melihat. Selain itu, kalau bukan karena dia kuatir jejaknya ketahuan, kenapa pula dia harus membunuh Ho Liang untuk menghilangkan jejak?" Oleh karena takut sang Supek menegur dan menyalahkan tindakannya yang ceroboh dan gegabah, membunuh orang sebelum melakukan penyelidikan secara jelas, terpaksa Ko Ceng-kim merahasiakan keadaan yang sesungguhnya, kalau Ho Liang hanya sempat menangkap bayangan punggungnya saja. Tampaknya Bu-kek Totiang seperti memikirkan sesuatu, sesaat kemudian katanya, "Jika Ho Liang mengaku telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, seharusnya laporan ini tidak perlu diragukan lagi, tapi "Tapi kenapa?" Bu-kek Totiang tidak menjawab, tiba-tiba dia melancarkan sebuah pukulan, langsung menabok ke tubuhnya. Ko Ceng-kim terkejut, sekuat tenaga dia melancarkan serangan balasan untuk menangkis. Menghadapi ancaman yang bisa membahayakan jiwanya, tentu saja tangkisan ini dilakukan dengan mengerah kan segenap kekuatan yang dimiliki.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Padahal saat itu Bu-kek Totiang hanya menggunakan tiga bagian tenaga dalamnya, biarpun begitu, tidak urung tubuh Ko Ceng-kim sempoyongan juga dibuatnya. Lekas Bu-kek Totiang memayang tubuh, berkata, "Kau tidak usah gugup atau panik, aku hanya ingin menjajal kekuatan tenaga dalammu." Sementara berbicara, lagi-lagi dia menggeleng kepala berulang kali, seolah pada saat bersamaan dia sedang membayangkan sesuatu. Dengan hati masih kebat-kebit segera Ko Ceng-kim berseru, "Ketika Suhu terbunuh semalam, Tecu tidak ada di rumah, waktu itu Tecu sedang di dalam kota." "Tentu saja aku tidak akan mencurigaimu," tukas Bu-kek Totiang tertawa, "aku sengaja menjajal tenaga dalam-mu hanya ingin membuktikan satu hal." "Soal apa?" "Keng King-si bukan pembunuh Suhunya!" Sebelum Ko Ceng-kim mengajukan pertanyaan, selesai membuat kesimpulan, kembali Tosu itu melanjutkan penjelasannya, "Pembunuh itu melancarkan serangan dengan sebuah jurus Lianhoan-toh-beng-kiam-hoat yang diubah menjadi sebuah pukulan, kelihatan jelas dari tanda yang tertinggal di tubuh Suhumu kalau dia tewas dalam satu gebrakan saja!" Agaknya Ko Ceng-kim mengerti apa yang dimaksud sang Supek, segera dia menimpali, "Saat itu Suhu sedang sakit, juga agaknya dia tidak menyangka orang yang membunuhnya adalah.... Mendadak dia seperti teringat kalau sang Supek telah mengambil kesimpulan bahwa pembunuhnya bukan Keng King-si. Terpaksa kata "Keng King-si" yang sudah menempel di ujung bibir pun ditelan kembali. "Betul," ujar Bu-kek Totiang lebih lanjut, "pasti lantaran
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pembunuhnya adalah orang yang sangat dikenal maka saat itu Suhumu tidak melakukan persiap-an, akibatnya dia dicelakai secara mudah. Tapi.... dengan tenaga dalam yang dimiliki Suhumu, kendatipun dalam keadaan sakit, tidak seharusnya dia mati terbunuh hanya dalam sekali pukulan saja. Apalagi tenaga dalam yang dimiliki orang itu masih lebih rendah daripada pembunuh yang membantai Ting-susisok, tapi masih sedikit lebih kuat daripada kau. Jadi aku pikir.... tidak mungkin salah lihat!" Ko Ceng-kim menghembuskan napas lega, pikirnya, 'Masih untung kau tidak mencurigai aku!' Kembali Bu-kek Totiang berkata lebih jauh, Tenaga dalam yang dimiliki orang itu masih lebih kuat darimu, sedang tenaga dalam yang dimiliki Keng King-si jauh di bawahmu, jadi mana mungkin dialah pembunuhnya?" "Jangan-jangan Ho Liang berbohong?" agar bisa cuci tangan dari tanggung jawab kesalahan, ternyata Ko Ceng-kim tetap berusaha untuk merahasiakan detil kejadian. "Aku rasa masih terdapat hal aneh yang mencurigakan di balik semua itu, sayang Ho Liang sudah keburu tewas hingga sulit bagiku untuk melacak lebih jelas. Namun dari semua kejadian yang sudah kita ketahui, paling tidak kita bisa menyimpulkan satu hal, terdapat murid murtad dalam perguruan kita! Bahkan murid yang berkhianat itu bukan hanya satu orang. Pertama adalah pembunuh yang telah menghabisi nyawa Ting-susiok, orang kedua adalah pembunuh yang menghabisi nyawa Suhumu, mungkin saja masih ada orang ketiga.... "Jangan-jangan orang ketiga adalah Keng King-si?" cepat Ko Ceng-kim menambahkan. Terbayang bahwa kemungkinan besar dia telah salah membunuh, tanpa sadar nada suaranya kedengaran agak gemetar. "Aku tidak berani mengatakan kalau dia bukan murid pengkhianat ketiga, aku hanya mengatakan kalau tidak percaya bahwa dia adalah salah satu di antara kedua pembunuh itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tampaknya dia sedikit kelelahan, setelah mengatur sejenak napasnya yang tersengal, lanjutnya kembali, "Namun terlepas dia murid murtad atau bukan, toh sekarang sudah mati, maka tindakan terpenting yang harus kita lakukan bukanlah menyelidiki apa benar dia telah berkhianat atau bukan, tapi segera melaporkan semua peristiwa yang telah kita ketahui kepada Ciangbunjin!" Ko Ceng-kim tidak menjawab, dia membungkam. Terdengar Bu-kek Totiang berkata lagi, "Kemampuan yang dimiliki murid durhaka pembunuh Suhumu masih terhitung tidak seberapa, justru murid murtad yang membunuh Ting-susiok itu sangat berbahaya, kesempurnaan tenaga dalamnya luar biasa, tenaga pukulan Thay-khek-ciang-hoat miliknya telah mencapai puncak kesempurnaan, malah aku sendiri pun masih bukan tandingan dia!" Ko Ceng-kim benar-benar terkejut bercampur ngeri, tidak tahan berseru, "Padahal tidak seberapa orang dalam perguruan yang memiliki kemampuan sehebat Supek.... Di Bu-tong-pay, selain Bu-siang Tojin sebagai Ciangbunjin, hanya Bu-si Tojin dan Bu-liang Tojin yang berada satu angkatan dengan Bu-kek Totiang, memang benar dari murid preman masih terdapat enam-tujuh orang yang satu angkatan dengan mereka, namun setiap anggota Bu-tong-pay pasti tahu bahwa kemampuan silat yang dimiliki murid preman tidak pernah bisa menandingi kemampuan murid bukan preman. Oleh sebab itu yang dimaksud 'tidak seberapa orang' dalam hal ini, sesungguhnya cuma terdiri dari tiga orang. Hanya saja sudah barang tentu Ko Ceng-kim tidak berani berbicara lebih terperinci. Bu-kek Totiang menggeleng kepala berulang kali, katanya murung, "Urusan ini besar sekali dampaknya, aku tidak berani menduga secara sembarangan, begitu juga kau. Lagi pula belum tentu hanya angkatan tua macam kami saja yang bisa mencapai taraf kemampuan seperti itu. Pepatah mengatakan orang yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sungguh berilmu tidak akan menampakkan diri, yang menampakkan diri belum tentu berilmu. Kalau toh para pengkhianat itu bertindak hati-hati, selalu menunggu saat untuk mencelakai rekan seperguruan nya, aku rasa biarpun dia telah berhasil menguasai kungfu yang hebat pun belum tentu mau pamer kemampuannya di depan orang. Aku harap kau camkan baik-baik perkataanku ini, kecuali terhadap Ciangbunjin, jangan kau bicarakan dengan siapa pun. Baik, Tecu mengerti." Tampaknya Bu-kck Totiang sudah kehabisan tenaga hingga kekuatan untuk bicara pun sudah payah, namun dia tetap melanjutkan perkataannya, "Bila kita menarik kesimpulan dari kenyataan yang berhasil kita temukan, murid murtad pembunuh Ting-susiokmu itulah dalang dari semua ini, ilmu silatnya juga yang paling menakutkan, meskipun aku tidak berani sembarangan menduga siapakah dia, namun yakin kalau dia sudah cukup lama menyelinap di dalam kuil Sam-cing-koan di bukit Bu-tong, kau mesti peringatkan Ciangbunjin agar tidak dibokong juga! Sedangkan mengenai orang yang telah membunuh Suhumu itu, aku rasa orang itu hanya mampu menguasai ilmu pedang Jit-cap-ji-jiu-Lian-hoantoh-beng-kiam-hoat, walaupun kemampuannya sudah hebat dan matang, tapi aku yakin kemung-kinan besar dia adalah jagoan tangguh dari kalangan preman. Sudahlah, apa yang harus kukatakan telah kusampaikan, segera selesaikan upacara penguburan Suhumu, lalu esok pagi segera berangkat ke Bu-tongsan dan melaporkan kejadian ini kepada Ciangbunjin!" "Kenapa bukan Supek sendiri yang balik ke Bu-tong?" tanya Ko Ceng-kim terkejut. Bu-kek Totiang menghela napas panjang. "Masa kau belum melihat kalau aku pun sudah terluka dalam sangat parah? Aai.... semisal Suhumu masih hidup atau aku masih bisa hidup setengah sampai setahun lagi.... tapi kini keadaanku ibarat lampu yang kehabisan minyak! Apalagi yang ingin kau tanyakan, cepat ajukan!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sebenarnya Ko Ceng-kim pun sudah tahu kalau sang Supek menderita luka dalam cukup parah, namun dia tidak menyangka kalau lukanya separah itu. Dalam kaget, cepat dia berseru, "Supek, kau tidak boleh mati, cepatlah obati lukamu dengan tenaga dalam. Meski kemampuan Tecu cetek, tapi tecu yakin masih mampu memikul tanggung jawab melindungi dirimu." "Aai.... kau tidak perlu membuang banyak waktu dan tenaga," Bu-kek Totiang menghela napas panjang, "jalan darah pentingku sudah terhajar Am-gi (senjata rahasia) yang dilontarkan dengan tenaga dalam Bu-khek, kini luka itu sudah menembus jalan darah dan melukai jantungku. Hanya mengandalkan kekuatan sendiri rasanya sulit untuk menyelamatkan diri dari kematian, kecuali ada orang bertenaga dalam tinggi bersedia membantu aku menembus semua nadi dan urat penting dalam tubuhku. Aai.... sementara kau.... Dia tidak melanjutkan kembali kata-katanya, namun Ko Ceng-kim bukan orang bodoh, tentu dia paham apa yang diartikan. Sebagaimana diketahui, jangankan menggunakan tenaga dalam Thay-khek untuk menembus nadi sang Supek, bahkan ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat pun belum pernah dipelajari Ko Ceng-kim, padahal untuk bisa membantu Bu-kek Totiang dibutuhkan penguasaan kunci ilmu itu. Sekarang dia baru mengerti kenapa begitu tiba di sana, kata pertama yang dilontarkan sang Supek adalah "aku datang terlambat!", rupanya keluhan itu bukan saja dilontarkan lantaran dia tidak berhasil mencegah pembunuhan atas Keng King-si, bersamaan itu dia pun menyesal atas kematian Suhunya. Terlepas dari semuanya itu, Ko Ceng-kim merasa terperanjat juga karena tidak menyangka kalau sang Supek terluka oleh tenaga dalam Thay-khek, lekas dia bertanya, "Supek, siapa orang yang telah mencelakaimu?" "Aai, orang itu tidak lain adalah pembunuh yang telah mencelakai
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ting-susiokmu!" Ko Ceng-kim berdiri melongo, dia mengawasi wajah sang Supek tanpa bicara. Kelihatannya Bu-kek Totiang mengerti apa yang sedang dipikirkan keponakan muridnya, cepat dia menambahkan, "Meskipun belum pernah bersua dengan pembunuh itu, tapi aku tahu orangnya pasti sama!" Setelah berhenti sejenak, kembali lanjutnya, Waktu itu aku sedang memeriksa luka yang diderita Ting-sute, tidak nyana dia membokongku dengan melontar kan sebatang mata uang dari luar jendela. Begitu terhajar Am-gi, aku merasa bagaikan dihantam seorang jagoan dari perguruan kita dengan tenaga pukulan Bukhek. Buru-buru kugunakan segenap tenaga dalam hasil latihanku selama puluhan tahun untuk mengendalikan gejolak dalam dadaku hingga beruntung tidak sampai tewas di tempat. Dalam keadaan begini, tentu mustahil bagiku untuk melakukan pengejaran. Aai.... dengan mengandalkan segenap kekuatan yang kumiliki, akhirnya aku berusaha datang kemari untuk menyampaikan berita ini kepada Suhumu, sebab umurku paling hanya bisa bertahan tiga hari lagi. Kini saat ajalku telah tiba, Suhumu juga telah mati, tampaknya masalah selanjutnya harus kuserahkan kepadamu. Yang kumaksud 'urusan selanjutnya' bukan berarti badan kasarku ini, aku minta kau laporkan kejadian ini secepatnya kepada Ciangbunjin.... Rupanya dia kuatir Ko Ceng-kim salah mengartikan maksudnya hingga membuang banyak waktu hanya demi mengurus jenazahnya, karena itu sekali lagi dia mengulangi pesannya. "Supek, masih ada satu hal lagi tiba-tiba Ko Ceng-kim berseru. Waktu itu kelopak mata Bu-kek Totiang sudah hampir terkatup rapat, mendengar teriakan itu, sekali lagi dia membuka mata sambil berkata, "Cepat katakan, ada urusan apa?" "Biarpun Supek belum tahu manusia macam apa ayah angkat Huo Bu-tuo, tentunya kau sudah tahu bukan dimana dia berada sekarang?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bu-kek Totiang tidak habis mengerti mengapa di saat yang amat penting itu, pertanyaan terakhir yang diajukan justru merupakan satu masalah yang tidak penting dan sama sekali tak ada keterkaitannya dengan peristiwa ini. Sayang jiwanya sudah di ujung tanduk, dalam keadaan begini dia tidak punya kekuatan lagi untuk berpikir lebih jauh. Dengan mengerahkan sisa kekuatan yang dimilikinya, ia berbisik, "Orang itu.... orang itu.... dulu.... dulu Linggal di.... di satu bagian da.... dari jeram Liau-ji-kau.... tapi.... tapi.... "Tapi kenapa?" Ko Ceng-kim harus menempelkan telinganya di tepi bibir sang Supek sebelum dapat mendengar kata berikut, "dia.... dia telah mati!" Bu-kek Totiang menghembuskan napasnya yang penghabisan, saat dia memberitakan kematian orang lain, nyawa sendiri pun ikut melayang. Sumoy telah dikebumikan, namun di atas tanah masih berjajar jenazah Keng King-si dan Ho Liang, kini kembali jenazah Bu-kek Totiang membujur kaku di sampingnya. Begitu banyak orang yang telah meninggal, kematian beruntun sejak pertama kali diperoleh kabar bahwa Keng King-si telah mengkhianati perguruan dan menjual negara. Dimulai dari Ting Im-hok yang curiga, sampai Bu-kek Totiang, orang terakhir yang berusaha mencuci dosa Keng King-si, walaupun belum dapat membuktikan dia pasti bukan seorang mata-mata, namun telah membuktikan kalau dia bukan seorang pembunuh, sudah begitu banyak orang tewas gara-gara masalah itu. Dengan pikiran kalut Ko Ceng-kim mencoba berhitung. Tingsusiok telah mati, Suhunya telah mati, lalu Sumoynya Ho Giok-yan, Sutenya Keng King-si, pelayan tuanya Ho Liang. Selain itu, seperti yang telah diketahui, orang yang membawa surat Huo Bu-tuo telah tewas, ayah angkat Huo Bu-tuo juga telah mati, bahkan setiap orang yang mengetahui persoalan ini nyaris telah mati semua, kini yang masih hidup tinggal dia, walaupun ketua Bu-tong-pay juga
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengetahui akan peristiwa ini, tapi dia belum tahu kalau dirinya, telah salah membunuh orang. Setelah menghembuskan napas panjang, kembali pikirannya kalut. Ya, di dunia saat ini memang tidak seorang pun tahu kalau dia telah salah membunuh, tapi, apakah tidak ada yang tahu berarti dapat mengurangi dosa dan kesalahannya? Dia telah berjanji kepada Bu-kek Totiang, menyampaikan apa yang telah diketahui sang Supek kepada Ciangbunjin. Seandainya hasil penyelidikan di kemudian hari membuktikan bahwa Keng Kingsi selain bukan pembunuh, juga bukan mata-mata, apa yang harus dilakukan? Memang, salah membunuh tidak akan sampai menghilangkan nyawanya, apalagi kesalahan membunuh dalam situasi seperti ini, dapat dipastikan Ciangbunjin akan mengampuni kesalahannya. Semisal dijatuhi hukuman yang terberat pun paling dia disuruh menghadap tembok selama satu tahun dan tidak sampai diusir keluar perguruan. Namun ketika semua peristiwa telah terkuak, bukankah Keng Giok-keng, putra Keng King-si dengan Sumoynya akan mengetahui juga akan kejadian ini? Mungkinkah Keng Giok-keng akan menganggapnya sebagai musuh besar pembunuh ayahnya? Tentu saja yang paling penting lagi adalah rasa tanggung jawab terhadap liangsim sendiri, mampukah pikiran dan perasaan hatinya menjadi tenang? Perkataan sang Supek memang tidak salah, hal terpenting yang harus dia lakukan adalah melaporkan kejadian ini kepada Ciangbunjin, agar ketua partai tahu bahwa dalam perguruannya, paling tidak tersembunyi dua orang pengkhianat, bahkan salah satu di antaranya memiliki kepandaian silat yang ampuh dan cara kerja yang keji dan telengas. Sedangkan masalah Keng King-si itu seorang pengkhianat atau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bukan, saat ini memang belum perlu diselidiki secara tergesa-gesa, sebab bagaimanapun toh manusianya telah mati. Bisa saja dia mengelabui Ciangbunjin dengan tidak menyinggung masalah ini secara detil, tapi.... sanggup-kah dia berbuat begitu? Langit makin gelap, angin dingin berhembus makin kencang, namun Ko Ceng-kim berdiri tidak berkutik di tengah bukit, seolah tubuhnya telah berubah menjadi sebuah patung batu, tidak seorang pun tahu apa yang sedang dia pikirkan saat itu. Dia baru tersadar dari lamunan ketika angin dingin kembali menerpa wajahnya, 'Yang mati telah mati, biar-lah mereka beristirahat dengan tenang di dalam tanah. Sudah saatnya bagiku untuk pergi juga.' Kembali dia pungut sekop dari tanah dan melanjutkan galiannya pada liang yang belum selesai. Biarpun ada tiga sosok mayat yang belum dike-bumikan, Ko Ceng-kim merasa tidak punya waktu untuk menggali tiga liang kubur. Namun kalau membiar kan jenazah Supek, Sute dan Ho Liang berjajar dalam satu liang pun dia merasa sedikit tidak tenang. Setelah ragu beberapa saat, akhirnya dia turunkan jenazah Bukek Totiang terlebih dulu, diikuti membujurkan jenazah Ho Liang di sisi kiri sang Supek, diam-diam doanya, 'Supek, kau adalah seorang iman yang berjiwa besar, sesuai dengan amanatmu sebelum meninggal, aku hanya bisa mengubur jenazahmu apa adanya. Paman Ho, kematianmu yang paling tidak berharga.... tapi aku akan membiarkan kau menemani Supek, tentu arwahmu di alam baka tidak akan menyalahkan aku bukan.' Terakhir sorot matanya dialihkan ke tubuh Keng King-si, mendadak satu ingatan melintas dalam otaknya, "Setelah sekali melakukan kesalahan, aku tidak boleh mengulang kesalahan yang sama, aku telah salah membunuhnya, tidak semestinya kuhalangi keinginannya terkubur bersama jenazah Sumoy." Namun untuk mengubur jenazahnya di samping Ho Giok-yan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sama artinya dia harus menggali kembali tanah kubur yang telah diratakan, padahal langit semakin gelap. Setelah berpikir berulang kali, akhirnya dia membaringkan tubuh Keng King-si di sisi kanan sang Supek. Di saat dia akan menimbun kembali liang kubur itu, tiba-tiba satu ingatan kembali melintas, sekali lagi dia membopong naik jenazah Keng King-si. Bukan karena dia berubah pikiran ingin mengubur Sutenya satu liang dengan Sumoynya, tapi dia ingin mengambil surat dari Huo Bu-tuo dan membawanya pergi. Tapi aneh, dia tidak berhasil menemukan surat itu! Apakah surat itu telah dicuri orang saat dia sedang berkunjung ke rumah keluarga Lan? Ataukah terbang dibawa angin? Padahal dia masih ingat dengan jelas, Keng King-si telah mengambil kembali surat itu dari tangan Sumoynya, tapi sayang dia tidak ingat apakah Keng King-si menyimpan kembali surat itu ke dalam sakunya atau tidak. Waktu itu dia sedang gusar lantaran Sumoynya terlalu membela sang Sute, disusul kemudian dia menyerang adik seperguruannya itu secara kalap. Dalam keadaan begini, tidak sempat lagi baginya untuk memperhatikan keberadaan surat itu. Mungkinkah surat itu terjatuh di saat Keng King-si bertarung sengit? Surat tidak didapat dia justru menemukan seruling kemala dari dalam saku Keng King-si. Seruling yang sering digunakan Sutenya untuk merayu dan memancing sang Sumoy, yang seharusnya merupakan calon istrinya. Sambil menggigit bibir, mendadak dia lakukan satu tindakan emosi yang membuat pipinya menjadi merah setiap kali teringat di kemudian hari, sekuat tenaga dia hantamkan seruling kemala itu di atas batu hingga hancur berkeping-keping, kemudian hancuran itu dia buang ke dalam liang kubur. Selesai melakukan tindakan itu, tiba-tiba dia baru mendusin, pikirnya, 'Kenapa aku mesti membenci seruling itu? Aah, yang benar aku iri karena Sute lebih pintar dan tahu seni daripada aku, iri
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

karena dengan seni dia berhasil menggaet hati Sumoy.... Aai, tadi aku terburu napsu ingin membunuhnya, apakah hal inipun disebabkan dorongan perasaan iri?" Ketika tanah terakhir selesai dituang ke dalam liang kubur, dia menutup liang yang telah mengubur Sute serta Supeknya. Berdiri termangu sambil mengawasi sekeliling tempat itu, dia merasa seolah tubuhnya ikut terkubur dalam liang itu. Seolah langit dan bumi sudah tidak ada harganya untuk dinikmati lagi. Keng King-si sama seperti dia, sama-sama tumbuh dewasa di kediaman Suhunya. Yang membedakan mereka hanya lebih awal dan lebih akhir menggabungkan diri. Saat dia masuk perguruan, Sumoynya belum lahir, sedang saat Keng King-si masuk perguruan, Sumoynya baru berusia tujuh tahun. Jadi sebenarnya sejak dilahirkan dari rahim ibunya, dia selalu berkumpul bersama adik seperguruannya itu, termasuk juga Sutenya. Mungkin hubungan batinnya dengan sang Sute tidak sebanding dengan hubungan batinnya terhadap sang Sumoy, tapi terlepas semua budi dan dendam, hubungannya dengan sang Sute tetap sedalam hubungannya terhadap sanak sendiri, tapi sekarang, semua orang yang paling dekat dengannya telah pergi. Dia ingin menangis, namun tiada air mata yang meleleh, dia memang tidak punya waktu lagi untuk bersedih. Karena dia harus secepatnya pulang, di rumah masih ada seorang 'sanak' lagi yang menanti kedatangannya, sanak yang telah melepas banyak budi kepadanya, menunggu untuk dikebumikan olehnya! Aai, selama banyak tahun dia sudah terbiasa menganggap rumah Suhunya sebagai rumah sendiri. Tapi kini, anggota rumah itu, kecuali dia seorang, semuanya telah mati, penghuni rumah ini benar-benar telah punah. Biar langit begitu luas, kemana lagi dia harus pergi untuk menemukan sebuah rumah yang hangat bagi dirinya?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dia tidak berani berpikir lebih lanjut, yang dirasakan saat ini hanya kesepian, perasaan hampa yang aneh! Ooo)*(ooO BAB I Dengan pikiran bersih bertemu Bu-siang Tiga pantangan mengikat Put-ji Gunung Bu-tong terletak di propinsi Ouw-pak, disebut juga gunung Som-sang atau Thay-hap-san. Pegunungan yang indah dan megah meliputi wilayah seluas empat ratusan li, puncak tertinggi mencapai seribu tujuh ratus meter dari permukaan laut dengan tujuh puluh dua puncak, tiga puluh enam tebing dan dua puluh empat jeram. Di puncak gunung Bu-tong berdiri dua buah tugu prasasti, satu berasal ahala Yong-lok tahun ke-16 (th 1418) yang bertuliskan "Prasasti peringatan jalan setapak bukit Thay-gak-thay-hap-san". Tulisan itu digunakan Kaisar Yong-lok untuk melambangkan hubungan "Tin-bu-tay-te" yang tercantum dalam kitab agama To dengan Bu-tong-san. Di sana dikatakan pula bahwa dia bersama ayah Hong-bu (Cu Goan-ciang) berhasil menguasai dunia dan pernah memanjatkan doa di "Tin-bu". Maka dia sengaja membangun sebuah To-koan di gunung Bu-tong sebagai lambang untuk menunjukkan kesaktiannya. Prasasti ke-2 berasal dari ahala Ka-cing tahun ke-32 (th 1553) yang merupakan prasasti untuk memperingati dibangunnya kembali ruang istana di Thay-hap-san. Di kaki gunung Bu-tong, Kaisar Ka-cing mendirikan pula sebuah tugu yang bertuliskan "Ci-si-hian-gak", orang setempat menyebutnya sebagai pintu "Hian-gak-bun".
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Selewatnya tugu batu itu, akan sampai di ruang Gi-tin-kiong. Ruang Gi-tin-kiong dibangun Kaisar Beng Seng-cu untuk memperingati Thio Sam-hong, Couwsu pendiri partai Bu-tong. Antara pintu Hian-gak-bun dengan ruang Gi-tin-kiong berdiri pula sebuah patung tembaga yang menggambarkan Thio Sam-hong mengena kan topi bambu dan bersepatu rumput. Pada saat itulah terlihat ada dua orang Tosu kecil sedang berdiri di depan patung Couwsu sambil mengaguminya. Tosu yang lebih tua sedang bercerita tentang kisah Sucouwnya kepada sang adik seperguruan, katanya, "Tahukah kau, Thio-cinjin termasuk seorang manusia aneh, dia tidak pernah mau menuruti tata cara, orang menyebutnya "La-ta Thio" (Thio si dekil), bukan saja tidak terlalu perhatian terhadap segala tetek-bengek tata cara, bahkan dia gemar berkumpul dan bergaul dengan para kuli, rakyat dusun dan orang rendah lainnya. Padahal beberapa kali Kaisar Hong-bu dan Yong-lok mengutus orang untuk mengunjunginya dan mengundang dia masuk istana, anehnya, tiap kali dia selalu menghindar. Coba bayangkan, aneh tidak manusia semacam ini?" "Suhuku pernah bercerita tentang hal ini," Tosu yang agak kecil menimpali, "konon sewaktu beliau berpesiar menjelajahi empat penjuru, beliau sempat berkenalan dengan seorang Pangeran, putra Hong-bu-te yang bernama Siok-sian-ong. Menurut Suhu, Thio-cinjin adalah manusia luar biasa yang tidak berpegang teguh pada aturan. Dalam pandangannya, kedudukan kaisar dan rakyat kecil itu sama saja. Dalam berteman dia lebih mengutamakan soal joduh, bukan dikarenakan pihak lawan adalah seorang kaisar maka dia sengaja menghindar." Tosu yang usianya lebih tua hatinya jadi tidak senang, apalagi melihat Sutenya jauh lebih menguasai cerita yang dia kemukakan, untuk menjaga gengsi, sebagai seorang kakak seperguruan, setelah mendengus kemudian berkata, "Hm, tahukah kau Thio-cinjin berasal darimana?" "Kalau bukan Ouw-pak tentunya dari Ouw-lam bukan?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tosu yang lebih tua tertawa dingin. "Dugaanmu meleset jauh sekali, sesungguhnya Thio-cinjin kita berasal dari wilayah Liauw-tong!" "Oh, ternyata Couwsu Bu-tong-pay adalah orang Liauw-tong? Kenapa aku tidak pernah mendengar Suhu bercerita tentang hal ini?" Merasa mendapatkan muka kembali, dengan bangga Tosu yang lebih tua itu berkata lebih lanjut, "Kau sangka aku berbohong? Thiocinjin benar-benar orang Liauw-tong, malah semua murid Bu-tongpay yang berusia tiga puluh tahun ke atas mengetahui akan hal ini." "Apa hubungannya dengan masalah usia?" tanya Tosu kecil itu kebingungan. "Siapa bilang tidak ada hubungannya? Menurut peraturan perguruan, hanya mereka yang sudah memasuki usia Yok-koan (sekitar dua puluh tahun ke atas) yang bisa diterima menjadi murid agama To. Kalau dibilang murid yang berusia tiga puluh tahun ke atas, berarti paling tidak dia harus sudah masuk perguruan selama sepuluh tahun lebih. Sementara kau baru bergabung selama enam tahun, sekarang pun belum mencapai usia dua puluh tahun, tentu saja tidak ada yang memberitahukan kepadamu." "Suheng, kau makin bicara semakin membingungkan. Bukankah kisah hidup Couwsu merupakan kewajiban setiap murid untuk mengetahuinya. Kenapa harus menung gu sepuluh tahun baru berhak mendapat tahu kisah ini?" "Sebenarnya bukan harus masuk perguruan selama sepuluh tahun lebih dulu baru boleh tahu kisah ini. Ini semua disebabkan pada sepuluh tahun berselang, daerah asal Sucouw bukan merupakan pantangan yang tidak boleh dibicarakan, tapi sekarang justru merupakan larangan. Jadi semua orang enggan menyinggungnya kembali. Coba kalau bukan aku yang memberitahu, mungkin lewat sepuluh tahun lagi pun belum tentu kau akan tahu!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kenapa sekarang jadi tabu?" tanya Tosu kecil itu tidak habis mengerti. "Mumpung di sini tidak ada orang luar, tidak ada salahnya aku beritahukan, tahukah kau.... Baru saja dia akan bercerita mengapa sekarang jadi tabu, mendadak dilihatnya ada seorang asing muncul di sana. Orang itu adalah seorang lelaki berusia dua puluh tahunan yang memiliki mata besar dan alis tebal, dandanannya seperti orang udik, sinar matanya mendelong seperti orang bloon, kelihatan sekali kalau dia seperti orang sinting, sewaktu berjalan mendekat pun langkahnya gontai mirip orang idiot. "Hei, sebenarnya kau tahu aturan tidak?" tiba-tiba Tosu yang lebih tua itu menghardik sambil melotot sekejap ke arahnya. "Aturan apa?" lelaki itu balik bertanya dengan wajah melengak. "Sebagai pernyataan rasa hormatnya terhadap Thio-cinjin, Kaisar Yong-lok memberi ijin kepada partai Bu-tong kami untuk menetapkan sebuah peraturan khusus, hampir semua orang persilatan tahu akan peraturan itu, hm! Aku rasa kau sedang berlagak pilon!" "Aku benar-benar tidak tahu." "Kau tidak tahu aturan, tapi bisa membaca bukan?" "Asal bukan tulisan yang terlalu dalam, aku memang bisa membaca sedikit." "Ketika naik gunung tadi, bukankah kau lewat di samping gardu pelepas pedang? Tulisan Ciat-kiam-teng tertera besar sekali di tengah gardu, masa kau tidak melihatnya?" "Rasanya tidak melihat." "Hm!" Tosu itu membentak gusar, "berarti kau memang sengaja melanggar walau sudah tahu!" Tampaknya lelaki itupun dibuat gusar oleh ulah lawan, sahutnya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hambar, "Sebenarnya peraturan mana yang telah ku-langgar? Sudah coba kutanyakan tapi kau sendiri pun tidak bisa menjawab. Maaf, aku masih ada urusan lain, kalau kau cuma tahunya mengumpat orang, maaf kalau aku enggan melayani." "Kalau tadi sudah lewat di samping gardu Ciat-kiam-teng, masa kau masih belum mengerti maksud 'melepas pedang'? Sesuai peraturan Bu-tong-pay, siapa pun dilarang naik gunung sambil menggembol pedang!" Ketika mengucapkan kata "dilarang", tahu-tahu Tosu itu sudah melolos pedangnya dan secepat sambaran kilat melepaskan sebuah tusukan ke tubuh lelaki itu. Dengan serangan itu dia tidak bermaksud merenggut nyawa lawan, sebetulnya Tosu ini hanya ingin pamer kepandaian dengan memotong putus tali ikat pinggang lelaki itu hingga pedang yang digembolnya jatuh ke tanah. Dengan serangan secepat sambaran petir, menurut perkiraannya pemuda dusun itu niscaya tidak mampu menghindarkan diri, pikirnya, 'Perlukah aku melukai sedikit kulit luarnya sebagai tanda pelajaran?' Pada hakikatnya dia tidak pernah membayangkan kalau pihak lawan bakal melakukan serangan balasan. Benar saja, sama sekali di luar dugaan, tusukan pedangnya mengenai sasaran kosong. Jangan dilihat pemuda dusun itu seperti orang bloon, sesungguhnya dia terhitung seorang lelaki berwatak keras, biarpun tahu maksud lawan, namun dia tidak rela diperlakukan semenamena, lagi pula dia pun tidak sadar, dalam keadaan menghadapi sergapan mendadak dari lawan, secara otomatis dia sendiri memberikan reaksinya dengan mencabut pedang melakukan tangkisan. "Traang!", ketika sepasang pedang saling membentur terjadilah suara dentingan nyaring diiringi percikan bunga api.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hei, apa-apaan kau!" bentak pemuda dusun itu gusar, "kenapa kau tidak memberi kesempatan kepada-ku untuk bicara, aku.... Dalam keadaan tidak menduga, Tosu itu nyaris terluka karena harus menerima sebuah serangan balasan, untung reaksinya cukup cepat hingga terhindar dari malu. Dalam keadaan malu bercampur gusar, mana mungkin dia mau mendengarkan perkataan lawan. Lagi-lagi sebuah serangan kilat dilontarkan. "Ooh, rupanya kau memang berniat menghina perguruan Butong kami?" serunya gusar, "buat apa banyak bicara!" Tusukannya kali ini jauh lebih cepat dan ganas, sasarannya adalah sepasang mata pemuda dusun itu. Sepintas pemuda itu kelihatan tercecar dan kewalahan sampai kemampuan untuk berbicara pun tidak ada, namun begitu pedangnya membuat satu gerakan melingkar, tahu-tahu ancaman lawan berhasil dipunahkan begitu saja. Sadar musuh bukan orang sembarangan, Tosu itu mulai terkesiap, pikirnya, 'Aneh, kenapa jurus serangannya seakan merupakan tandingan dari jurus Tiang-ho-lok-jit (matahari tenggelam di sungai panjang), salah satu jurus ampuh dalam ilmu pedang Lian-hoan-toh-beng-kiam-hoat?" Sayang pertarungan telah berlangsung makin sengit, tidak ada peluang lagi baginya untuk berpikir lebih jauh. Secara beruntun pemuda dusun itu mundur sejauh tiga langkah, setiap mundur selangkah dia selalu berhasil mematahkan ancaman yang datang, setelah mundur sejauh tiga langkah, akhirnya dengan susah-payah berhasil juga dia berdiri tegak. Baru saja akan mengucapkan sesuatu, tiba-tiba jurus serangan Tosu itu kembali berubah, dari ilmu pedang Lian-hoan-toh-bengkiam-hoat berubah jadi ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat. Gerak serangannya melingkar bagaikan gelang, lingkaran demi lingkaran menggulung tiba bagaikan gulungan ombak di tepi sungai
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiang-kang, begitu dahsyat datangnya tekanan membuat pemuda dusun itu mau tidak mau harus memusatkan perhatiannya untuk menangkis dan tidak mampu memberi penjelasan lagi. Melihat musuhnya tercecar hebat, Tosu itu bangga bercampur puas, kembali pikirnya, 'Hm! Ternyata dia adalah seorang murid preman yang belum sempurna menguasai ilmu perguruan. Huh, kalau memang anggota perguruan, kenapa sikapmu tidak menghormat kepadaku? Manusia macam begini memang pantas diberi hukuman. Ada baiknya aku rontokkan dulu pedangnya. Siapa tahu biarpun ilmu pedang yang dimiliki pemuda dusun itu masih belum mumpuni, bukan berarti gampang untuk merontokkan senjata lawan begitu saja. Ternyata pemuda dusun itu bukan lain adalah Ko Ceng-kim. Andaikata dia tidak pernah melihat ilmu pedang Thay-khek-kiamhoat, niscaya dalam sepuluh gebrakan saja dia sudah dibuat keok. Untung bukan saja dia pernah melihat bahkan pernah bertarung melawan Keng King-si yang menggunakan ilmu pedang Thay-khekkiam-hoat, ditambah lagi selama beberapa bulan terakhir dia selalu berusaha menelusuri rahasia ilmu pedang itu, kendatipun belum mampu menggunakannya, paling tidak dia sudah memahami beberapa bagian. Jadi tidak heran kalau Tosu itu tidak mampu mengalahkan lawannya dalam waktu singkat. Sekejap kemudian lima puluh gebrakan sudah lewat, Tosu kecil yang menonton dari tepi arena mulai berteriak, "Suheng, kelihatannya ilmu pedang yang digunakan orang ini mirip dengan.... "Kau tidak usah ikut campur," hardik Tosu yang lebih tua itu nyaring, "perhatikan baik-baik aku menggunakan ilmu pedang Thaykhek-kiam-hoat untuk mengalahkan dia!" Pertama, karena Tosu itu keder dengan wibawa Suhengnya, kedua, karena dia pun ingin belajar ilmu pedang Thay-khek-kiamhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hoat, maka begitu dibentak kakak seperguruannya, dia benar-benar tidak berani bersuara lagi. Lima puluh gebrakan kemudian, Ko Ceng-kim mulai tercecar hebat dan hampir tidak sanggup menahan diri. Kembali Tosu itu melancarkan satu jurus serangan dengan tiga lingkaran pedang, lingkaran padat yang seketika membungkus seluruh tubuh Ko Ceng-kim, bentaknya, "Lepas pedang!" Jurus ini disebut Sam-coan-hoat-lun (tiga kali memutar roda hukum), ketika 'roda hukum' berputar untuk ketiga kalinya, pedang di tangan Ko Ceng-kim pasti akan terlepas dari genggaman. Pada saat itulah mendadak terdengar seseorang membentak nyaring, "Put-pay, hentikan seranganmu!" Bentakan itu tidak terlampau keras, nada suaranya pun tidak terlalu berwibawa, namun begitu masuk pendengaran Tosu itu, sekujur tubuhnya seketika bergetar keras, terperanjat luar biasa. Ternyata Tosu tua itu tidak lain adalah Bu-siang Cinjin, Ciangbunjin Bu-tong-pay. Saat itu kebetulan Tosu itu sedang melontarkan lingkaran pedang yang ketiga, lingkaran yang seketika menjepit pedang milik Ko Ceng-kim, ketika hatinya terkesiap, tanpa sadar gerakan pedangnya jadi sedikit melambat, lingkaran pedang yang tercipta pun jadi miring tidak berbentuk, menggunakan kesempatan ini Ko Ceng-kim dengan jurus Tay-mo-ku-yan (asap tunggal di tengah gurun), ujung pedangnya mencongkel ke tengah lingkaran dan....Trangg!" pedang milik Tosu itupun mencelat dan jatuh ke tanah. Pada saat bersamaan Ko Ceng-kim berpikir juga, 'Baru dari tingkatan 'Put' saja dia sudah begitu hebat dan luar biasa, jelas bukan murid sembarangan. Aku tidak boleh membuat dia kehilangan muka.' Begitu ingatan itu melintas, buru-buru dia berlagak tidak kuat menahan tenaga gempuran lawan dengan membuang pedang miliknya ke tanah. Sepasang pedang itu hampir pada saat yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bersamaan rontok ke tanah. Walaupun dia dapat mengelabui Tosu kecil itu, ternyata tidak mampu mengelabui sepasang mata Bu-siang Cinjin, ketua Bu-tong-pay inipun berpikir, 'Orang ini mampu menghadapi serangan Thay-khek-kiam-hoat dengan menggunakan ilmu pedang Lian-hoan-toh-beng-kiam-hoat, dalam deretan murid murid perguruan rasanya belum ada orang kedua yang sanggup melakukannya. Ehm, belakangan perguruan banyak kehilangan orang berbakat, padahal aku sedang risau karena urusan ini. Dilihat dari bakatnya, orang ini bagus untuk mempelajari ilmu silat tingkat tinggi, yang aku kuatirkan adalah wataknya yang licik dan pandai melihat situasi, orang semacam ini bisa baik, bisa juga jahat. Kalau jadi baik dia akan jadi manusia paling berbakat untuk perguruan, tapi kalau jadi jahat, dia malah bisa jadi bencana. Ehm, terpaksa aku harus membuang lebih banyak pikiran untuk mendidiknya." Berpikir sampai di situ, dia pun segera menegur, "Apa yang telah terjadi?" "Lapor Ciangbun Supek," dengan ketakutan buru-buru Tosu itu menyahut, "dia naik gunung dengan menggembol pedang, padahal sudah kusuruh untuk melepaskan senjatanya, tapi dia tidak mau menurut, malah mengajak aku bertarung!" "Hm! Masa tidak kau lihat bahwa dia adalah murid seperguruan? Kalau dia bukan orang luar, kenapa harus melepaskan pedang?" Merah jengah wajah Tosu itu. "Dia tidak menerangkan hal ini kepada Tecu, justru Tecu baru tahu kalau dia berasal dari satu perguruan setelah terjadi pertarungan tadi." Dalam hati tentu saja Bu-siang Cinjin tahu kalau Tosu itu tidak bicara jujur. Kalau bukan Tosu ini yang menyerang duluan, mana mungkin Ko Ceng-kim melayani pertarungannya? Cuma saja karena Tosu ini adalah murid pertama Bu-liang Tojin, salah satu dari tiga sesepuh Bu-tong-pay, memandang wajah Sutenya dia tidak ingin kelewat menegur muridnya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Maka dengan suara hambar ujarnya, Sudah sejak lama aku ingin menghapus peraturan ini, tapi lantaran aturan itu merupakan anugerah Kaisar Yong-lok, terpaksa peraturan serta gardu pelepas pedang kupertahankan sampai sekarang. Tapi aku berharap kalian bisa memaklumi maksud hatiku, selanjutnya jangan berlindung di balik perlindungan dan kasih sayang kerajaan dengan menganiaya orang luar, mengajak orang berkelahi hanya dikarenakan orang luar melanggar peraturan." Tosu itu jadi serba kikuk, buru-buru dia berlutut sambil menyahut, "Terima kasih banyak atas nasehat Ciangbunjin." Ko Ceng-kim sendiri pun buru-buru ikut berlutut seraya berseru, "Lapor Ciangbunjin, sesungguhnya semua ini merupakan kesalahan Tecu, Tecu kelewat bodoh dan lamban pikiran! Sewaktu Suheng ini bertanya apakah aku paham peraturan atau tidak, untuk sesaat ternyata aku lupa dengan peraturan ini, jadi tidak heran kalau Suheng ini memberi pelajaran kepadaku." (Gb 2) "Kalau memang hanya salah paham, anggap saja urusan selesai," kata Bu-siang Cinjin kemudian dengan kening berkerut, "apalagi kedatanganku juga bukan untuk menuntut pertanggung jawaban kalian. Ayo, semuanya bangkit!" Lalu kepada Ko Ceng-kim tanyanya, "Siapa Suhumu? Apakah kau baru kali pertama ini naik ke Bu-tong-san? Kenapa datang seorang diri?" Sesuai peraturan yang berlaku dalam Bu-tong-pay, murid preman yang untuk pertama kali datang menyambangi Ciangbunjin harus didampingi Suhu atau angkatan tua dari lingkungannya. "Lapor Ciangbunjin, Tecu Ko Ceng-kim, Suhuku adalah.... "Ooh, rupanya kau adalah murid pertama Ho Ki-bu," segera Busiang Cinjin menukas, "tahukah kau, justru aku sedang menanti kedatanganmu." Seperti kaget karena mendapat perlakuan istimewa, setelah tertegun sejenak, seru Ko Ceng-kim, "Jadi Ciangbunjin sudah tahu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kalau hari ini Tecu akan kemari?" "Benar, sebab Bu-kek Supekmu seharusnya sudah tiba di gunung sejak dua hari berselang, karena dia tidak datang, seharusnya Suhumu yang datang. Tapi mereka berdua tidak ada yang datang menjumpai aku, berarti kaulah yang seharusnya datang kemari. Oleh karena kuatir kau baru pertama kali naik gunung, masih asing bagi semua orang di sini dan untuk menjumpai aku pun harus melalui beberapa pos penjagaan, maka secara khusus aku turun gunung menanti kedatanganmu, biar kau tidak usah repot melewati pos penjagaan dan bisa langsung menemui aku." "Lapor Ciangbunjin, Bu-kek Supek serta Suhu bicara sampai di sini dia melirik sekejap memperhatikan paras muka ketuanya, kemudian setelah berhenti sejenak, terusnya, "Soal ini.... soal ini.... panjang sekali untuk diceritakan." "Baguslah, kalau memang panjang ceritanya, sekarang ikut aku balik dulu ke atas bukit, selesai beristirahat baru perlahan kau laporkan semua kejadian kepadaku." Diam-diam Ko Ceng-kim bersyukur karena dugaannya tidak meleset, kembali pikirnya, 'Masih untung aku pandai menilai perubahan wajah Ciangbunjin dan tidak langsung memberi laporan. Padahal di sana masih hadir dua orang Tosu bau itu, kalau sampai salah tafsir hingga mengungkap hal yang tidak seharusnya mereka ketahui, waah.... tentu bakal celaka." Sebagaimana diketahui, dengan status Bu-siang Cinjin yang begitu terhormat sebagai seorang Ciang-bunjin, tentu saja kedatangannya ke bawah bukit untuk menyambu t kedatangan Ko Ceng-kim bukan hanya disebabkan untuk menghapus aturan sewaktu memberikan laporan, tapi lebih menitik beratkan pada keseriusan masalah yang hendak disampaikan. Dia kuatir pemuda itu segera akan membeberkan rahasia besar itu kepada seluruh anggota Bu-tong-pay begitu tiba di sana. Beruntung Ko Ceng-kim meski masih muda namun jalan pikirannya justru jauh lebih matang, sejak awal dia sudah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memperkirakan hal itu. Satu-satunya persoalan yang membuat dia ragu hanyalah apakah dia harus melaporkan dulu masalah kematian Suhunya kepada ketuanya atau tidak. Sebab menurut peraturan yang berlaku dalam dunia persilatan, pembunuhan terhadap Suhu sama beratnya dengan pembunuhan atas orang tua sendiri, sebagai murid yang menghadapi tragedi semacam itu, menjadi kewajiban baginya untuk melaporkan berita duka ini kepada sang ketua, bahkan seharusnya dia menangis tersedu begitu bertemu sang Ciangbunjin. Tapi sekarang dia dapat merasa lega, sebab baik ditinjau dari perubahan mimik muka Ciangbunjin atau dari nada pembicaraan yang dilontarkan, dia tahu tindakan yang dilakukannya sudah sangat tepat. Rupanya dalam menghadapi persoalan istimewa, berlaku pula peraturan istimewa. Berbeda dengan kedua orang Tosu itu, mereka tidak memahami sebab musabab di balik semua itu, betapa tercengang dan tertegunnya mereka ketika melihat ketuanya melanggar kebiasaan dengan menyam-but sendiri kedatangan seorang murid preman. Dalam keadaan begini, buru-buru mereka memperkenalkan diri kepada Ko Ceng-kim. Ternyata Tosu yang berusia lebih besar itu adalah Put-pay, murid pertama Bu-liang Tojin, sementara Tosu yang lebih muda adalah Put-hu, murid ketiga Bu-si Tojin. "Ko Ceng-kim," kata Bu-siang Tojin tiba-tiba, "baru pertama kali ini naik gunung bukan? Cepat beri hormat dulu kepada Couwsu." Menunggu Ko Ceng-kim selesai memberi hormat pada patung Couwsu mereka, dia pun mengajaknya naik gunung. Put-pay serta Put-hu yang tidak mendapat perintah dari Ciangbunjinnya tentu saja tidak berani sembarangan membuntuti. Ko Ceng-kim yang berjalan mengikut di belakang sang Ciangbunjin pun tidak berani sembarangan bicara, selewatnya istana Gi-tin-kiong, mendadak Bu-siang Cinjin menegur lagi, "Ceng-kim, ketika menyembah di hadapan Couwsu tadi mimik mukamu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kelihatan sangat aneh, sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?" 'Tajam benar pandangan mata Ciangbunjin,' diam-diam Ko Cengkim terkesiap, 'ternyata apa pun yang sedang kupikir tidak dapat mengelabui dirinya!' Agak tergagap buru-buru sahutnya, "Lapor Ciangbunjin, Tecu ingin menanyakan satu hal tapi tidak tahu harus dimulai darimana?" "Tanyakan saja!" "Benarkah Couwsu kita, Thio-cinjin berasal dari Liauw-tong?" "Betul. Apalagi yang ingin kau ketahui? Kalau begitu Thio-cinjin termasuk bangsa Boan atau bangsa Han?" "Couwsu adalah bangsa Han yang lahir di wilayah Liauw-tong, kenapa kau bertanya soal ini?" "Tecu merasa sedikit keheranan ketika mendengar kedua orang Suheng itu membicarakan asal-usul Couwsu. "Apa yang aneh?" "Kenapa murid yang baru masuk perguruan dilarang mengetahui daerah asal Couwsu? Tecu dengar sepuluh tahun berselang tidak ada peraturan semacam ini." "Sekarang pun tidak ada peraturan semacam ini. Mereka tidak berani menyinggung soal daerah asal Couwsu lantaran perasaan mereka sendiri yang punya kendala!" "Apa yang dimaksud kendala dalam hati? Harap Ciangbunjin bersedia memberi petunjuk untuk membuka kebodohan Tecu." "Hukum alam berkata, kehidupan di dunia itu sederajat. Meskipun itu merupakan ajaran Buddha, namun asalnya ajaran Buddha maupun agama To adalah satu aliran. Manusia adalah salah satu bagian dari kehidupan, kalau kehidupan saja sederajat, apalagi antara manusia satu daerah dengan manusia dari daerah lain. Tidak ada manusia yang sejak lahir sudah dibedakan kaya miskin,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terhormat atau hina, tidak ada baik tidak ada buruk, yang penting adalah pikiran dan perasaanmu sendiri. Kalau sejak awal kau sudah berpendapat bangsa Han adalah orang baik sementara bangsa Boan adalah orang jahat, maka pandangan inilah yang merupakan kendala bagimu!" Ko Ceng-kim seperti sedang meresapi perkataan itu, dia terbungkam seribu bahasa. "Sejak sepuluh tahun berselang, meski Nurhaci Khan dengan membawa pasukan bangsa Boan sudah mulai mengusik garis batas negeri kita," ujar Bu-siang Cinjin lebih jauh, "namun kerajaan Taybeng kita hanya menganggap kejadian itu sebagai gangguan kecil, oleh sebab itu pada sepuluh tahun lalu partai kita masih tidak menganggap daerah asal Thio-cinjin di wilayah Liauw-tong sebagai satu hal yang tabu. Kemudian, setelah Nurhaci mendirikan negara dan mengangkat diri jadi Khan, kini dia secara resmi menjadi musuh besar kerajaan Tay-beng kita. Situasi pertempuran antar dua negara makin lama makin gawat, wilayah pertempuran pun semakin melebar, pada saat seperti inilah timbul pikiran di antara sebagian murid perguruan bahwa mengakui Couwsu sebagai orang yang berasal dari Liauw-tong merupakan satu kejadian yang mencoreng nama baik kita, kendatipun Couwsu dilahirkan sebagai seorang bangsa Han." "Oh, rupanya urusan tabu berasal dari kejadian ini?" "Padahal biar kau tidak menyinggung soal inipun bukan berarti orang lain tidak tahu. Tabu semacam ini tidak lebih hanya pikiran orang dungu. Padahal yang terpenting bukan daerah asal Thiocinjin, melainkan watak serta tindak-tanduknya!" "Selama hidup Thio-cinjin bijaksana dan jujur, satu fakta yang tidak terbantahkan!" "Bukan lantaran bijaksana dan jujur saja," sahut Bu-siang Cinjin sambil manggut-manggut, "tahukah kau apa sebabnya semenjak Kaisar Tay-cou Huante dan kaisar dinasti Beng berikutnya, semuanya menghormati Thio-cinjin?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seakan menjawab pertanyaan sendiri dia melanjutkan, "Dalam prasasti yang didirikan Kaisar Yong-lok dikatakan kalau keberhasilannya merebut kembali tanah air karena mendapat perlindungan dari Kaisar langit Tin-bu-tay-te, padahal kenyataan ucapan itu hanya bualan belaka, sesungguhnya di balik itu semua terdapat sebab-musabab lain. Ketika kaisar Tay-cu mengusir bangsa Mongol dan merebut kembali tanah air dulu, Bu-tong-pay yang didirikan Thio-cinjin pernah menyum-bang kekuatannya untuk membantu dia. Hanya saja Thio-cinjin bukan jenis orang yang menuntut jasa atas pengorbanannya. Oleh sebab itu ketika sekarang bangsa Boan sudah menjadi musuh negara, rasa hormat kaisar saat ini terhadap Thio-cinjin pun masih mengikuti adat lama, sementara para pendekar di kolong langit pun tidak menganggap lantaran Thio-cinjin berasal dari wilayah Liauw-tong maka kejadian ini dianggap memalukan! Aku berharap kau pun jangan punya pandangan picik seperti kebanyakan orang, mau membedakan seseorang jangan menilai dari dia berasal dari etnis Boan atau Han melainkan nilailah dari baik- buruknya watak seseorang!" "Jangan menilai dari turunan Boan atau Han, melainkan nilailah dari baik-buruknya watak seseorang!" gumam Ko Ceng-kim. "Betul, di antara bangsa Han ada juga orang jahat, di antara bangsa Boan pun ada orang baik. Bukankah teori ini sebenarnya sangat sederhana?" Tanpa terasa keringat dingin jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuh Ko Ceng-kim. Sebagaimana diketahui, Keng King-si dicurigai sebagai mata-mata lantaran pemuda itu hidup mengasingkan diri di wilayah Liauw-tong. Di antara bangsa Boan terdapat juga orang baik, apalagi hanya bertempat tinggal di wilayah bangsa Boan? Bukankah dasar alasan kecurigaannya jadi goyah? Tidak berdasar sama sekali? Walau begitu, kunci semua persoalan ini tetap berada di tubuh Huo Bu-tou seorang. Sekarang telah diketahui bahwa dia adalah bangsa Han kelahiran Liauw-tong, keadaan itu tidak jauh berbeda
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan riwayat Thio Sam-hong, Couwsu Bu-tong-pay di masa lalu. Jadi masalahnya adalah apakah dia benar-benar telah menjadi mata-mata bangsa Boan atau bukan. Tidak salah, dia memang pernah menjadi penga-wal pribadi Nurhaci Khan, tapi siapa tahu dia justru "biar tubuh berada di sarang Cho-cho, jiwa tetap di pihak bangsa Han"? Ketika Bu-kek Supek dan dia sendiri tahu asal-usul Huo Bu-tou, kemudian langsung menuduhnya sebagai mata-mata bangsa Boan, apakah tindakan ini termasuk pandangan yang mendahului kenyataan? Padahal kunci semua peristiwa itu berada dalam isi surat yang dikirim Huo Bu-tou untuk Keng King-si, mereka harus mengetahui terlebih dulu pekerjaan apa yang harus Keng King-si lakukan, lalu apa pula jabatan resmi yang dia pangku di kotaraja? Apa pula tujuannya berbuat begitu? Asalkan beberapa hal ini diketahui secara jelas, saat itulah mereka baru bisa membuktikan apakah Keng Kingsi itu seorang mata-mata atau bukan. Tapi kini semua orang yang berhubungan dengan peristiwa itu sudah mati, satu-satunya saksi hidup rasanya tinggal Huo Bu-tou seorang. Padahal dari mulut Huo Bu-tou bukan saja bakal diketahui semua rahasia besar itu, bahkan bisa jadi dapat diketahui pula siapa matamata dan pengkhianat yang menyusup ke dalam perguruan mereka, jelas kebera-daan Huo Bu-tou sangat penting, jelas dia merupakan saksi kunci. Kelihatannya Bu-siang Cinjin berpikir juga ke sana, bahkan sudah menduga semua kemungkinan yang bakal terjadi jauh sebelum Ko Ceng-kim memikirkannya. Dia mengajak Ko Ceng-kim masuk ke dalam kamar semadinya, setelah menanyakan semua persoalan dengan jelas, dia pun menghela napas seraya berkata, "Kini, kita hanya mempunyai seorang saksi kunci yaitu Huo Bu-tuo, dia sangat penting artinya untuk mengungkap semua kejadian ini, semoga saja dia tidak dicelakai orang!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu mendengar ucapan terakhir, Ko Ceng-kim sangat terperanjat, bisiknya tanpa sadar, "Maksud Ciangbun si pengkhianat yang telah mencelakai Bu-kek Supek sedang bersiap hendak mencelakai dia?" "Belum tentu orang ilu turun tangan sendiri." "Kalau begitu, perlu tidak segera mengirim orang ke kotaraja untuk mencarinya? Kalau hasil penyelidikan terbukti dia bukan mata-mata atau pengkhianat, kita bisa segera menghubungi murid Bu-tong-pay yang ada di ibukota untuk melindunginya, atau menyuruh dia cepat menyembunyikan diri. Bila tidak ada orang yang mau melaksanakan tugas ini, Tecu bersedia melakukan perjalanan untuk melaksanakan perintah." "Kau tidak perlu menguatirkan persoalan ini. Mana sempat kalau sekarang baru mengirim orang ke kotaraja?" "Aah, rupanya Ciangbunjin telah mengutus orang?" seru Ko Ceng-kim terkejut bercampur girang. "Benar, orang yang kuutus adalah murid tertuaku yang paling bisa dipercaya, Put-coat. Aku rasa dalam sehari dua hari mendatang dia seharusnya sudah kembali." "Ooh, berarti dia sudah diutus jauh sebelum Ting-susiok terbunuh?" "Benar, aku berbuat begini bukan lantaran sudah menduga sebelumnya, waktu itu aku masih belum tahu bakal berhadapan dengan lawan yang begitu lihai. Ketika mengutus Put-coat berangkat ke kotaraja waktu itu, tujuan utama adalah menyelidiki kejadian yang sebenarnya, kemudian baru berjaga-jaga kalau dia dicelakai orang. Ehm, tapi sekarang keadaan sudah jauh berbeda." Walaupun Bu-siang Cinjin tidak menjelaskan lebih lanjut, Ko Ceng-kim cukup mengerti apa yang dimaksud "jauh berbeda". Kini setelah diketahui ada musuh tangguh yang menyelinap masuk ke dalam perguruan, tentu saja semua sepak-terjang harus diperhitungkan matang-matang. Bila sekarang Bu-siang Cinjin akan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengutus orang ke kotaraja, jelas orang itu harus memiliki kungfu yang sangat hebat, karena tujuannya adalah melindungi keselamatan jiwa Huo Bu-tuo. Mendadak Ko Ceng-kim merasa kata "lawan" yang digunakan Busiang Cinjin barusan sedikit mencurigakan, segera tanyanya, "Menurut analisa Bu-kek Supek, ilmu pukulan Thay-khek-ciang yang digunakan pembunuh yang mencelakai Ting-susiok maupun dirinya sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, jelas orang itu adalah jago tangguh dari perguruan sendiri. Apakah Ciangbunjin masih menaruh perasaan sangsi atau curiga atas kejadian ini?" Sebagaimana diketahui, bila sudah disimpulkan dalam partai telah muncul orang yang dicurigai, maka istilah yang digunakan seharusnya "pengkhianat" dan bukan kata "lawan". "Rasanya dalam partai kita, hanya beberapa gelintir manusia yang memiliki kemampuan sehebat itu," sahut Bu-siang Cinjin, "tapi setelah dipikir pulang pergi, rasanya tidak seorang pun yang patut dicurigai. Oleh sebab itu aku tidak berani memastikan orang itu pastilah pengkhianat yang menyusup ke dalam partai kita." "Tapi ilmu pukulan Thay-khek-ciang adalah ilmu rahasia perguruan yang tidak diajarkan kepada orang luar, mana mungkin orang luar bisa mempelajarinya?" "Sudah hampir dua ratus tahun lamanya Thio-cinjin mendirikan perguruan kita. Selama dua ratus tahun, murid penganut agama To maupun murid preman yang mempelajari ilmu pukulan Thay-khekciang meski tidak terhitung terlalu banyak, jumlahnya pun tidak sedikit. Tidak menjamin ada satu dua orang yang mengajarkan ilmu itu kepada orang luar. Sebagai contoh, ada orang yang keranjingan belajar ilmu silat, biasanya mereka akan melupakan segala pantangan maupun larangan perguruan ketika melihat ada ilmu silat aliran lain yang lebih tangguh, seringkali mereka justru rela bertukar ilmu silat perguruan sendiri dengan pihak lain. "Selama dua ratus tahun ini, asal ada satu atau dua orang saja yang berbuat begitu, diam-diam mengajarkan ilmu rahasia itu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepada orang luar, kemudian orang itu mewariskan juga ilmu tadi kepada generasi berikutnya selama beberapa puluh tahun ini, tidak tertutup kemungkinan bukan kalau ada orang luar yang berhasil menguasai ilmu Thay-khek-ciang jauh melebihi kita semua? Satu kejadian yang tidak aneh." Rasa bingung semakin menyelimuti perasaan Ko Ceng-kim, pikirnya, 'Ternyata Bu-kek Supek belum pernah berpikir sampai ke situ.' Cepat ujarnya kemudian, "Kalau sampai begitu, bukankah urusan jadi bertambah ruwet?" "Aku tidak berani mengatakan benar atau tidak, pokoknya secara keseluruhan, masih banyak hal yang mencurigakan dan belum dapat kupecahkan. Ai.... semoga saja perbuatan terkutuk ini bukan hasil perbuatan pengkhianat dari partai kita. Kau pun tidak usah sembarangan menduga atau berprasangka, toh dalam satu dua hari mendatang Put-coat sudah kembali, siapa tahu dia berhasil menemukan sedikit titik terang." Baru selesai berbicara, mendadak seseorang mendorong pintu sambil melangkah masuk. Ko Ceng-kim terkesiap, dia tidak tahu siapa orang bernyali yang berani memasuki ruang rahasia Ciangbunjin, tapi dapat diduga pastilah seorang tokoh penting dalam perguruan. Baru saja ingatan itu melintas, teka-teki itu segera terbongkar sudah. Tampak seorang Tosu setengah umur memasuki ruang rahasia itu sambil menyapa, "Suhu!" Sementara matanya mengawasi terus ke arahnya tanpa berkedip. Bu-siang Cinjin segera tertawa tergelak. "Baru saja menyebut Cho-cho, ternyata Cho-cho sudah datang. Put-coat, kami sedang menunggu kedatanganmu. Dia adalah murid paling tua Ho-susiokmu, bernama Ko Ceng-kim. Kalau ada yang ingin dilaporkan, cepat katakan saja." Tanpa peduli Ko Ceng-kim yang sedang memberi hormat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepadanya, tergopoh-gopoh seru Put-coat, "Lapor Suhu, Tecu telah melaksanakan perintah dengan mendatangi kotaraja, sayang kedatanganku terlambat!" "Bagaimana terkesiap. keadaan Huo Bu-tuo?" seru Bu-siang Cinjin

"Sudah mati! Sehari sebelum kedatangan Tecu di kotaraja, tibatiba dia terserang penyakit dan tewas!" "Mati terserang penyakit? Mana mungkin ada kejadian yang begitu kebetulan? Jangan-jangan dia mati dibunuh orang, sudah kau selidiki?" "Lapor Suhu, rasanya persoalan ini agak mencurigakan, Tecu sendiri tidak tahu apakah dia benar-benar mati dibunuh orang atau dia cuma pura-pura mati!" "Apa maksud perkataanmu itu?" buru-buru Bu-siang Cinjin bertanya dengan mata berkilat. "Seperti apa yang Suhu perintahkan, begitu sampai di kotaraja, Tecu segera menyambangi Sik Cu, Congpiautau perusahaan ekspedisi Ceng-wan-piaukiok yang telah pensiun, dia adalah orang lama di kotaraja, hampir semua orang dia kenal. Ketika Tecu minta tolong untuk mencari tahu soal Huo Bu-tuo, benar saja, tidak sampai beberapa lama, dari mulut beberapa orang kurcaci diperoleh satu kabar yang sama sekali tidak terduga!" "Ooh, kejadian tidak terduga macam apa yang kau peroleh? Coba ceritakan secara detil, lalu kita bahas bersama-sama." "Begundal yang memberi laporan adalah seorang pencuri barang kuburan, dia terbiasa membongkar kuburan baru dan merampok barang berharga yang ada dalam peti mati. Huo Bu-tuo adalah orang yang belum lama datang ke kotaraja, tanpa sanak tanpa saudara, membongkar kuburan orang macam begini adalah pekerjaan dengan resiko sangat kecil. Oleh sebab itu meski Huo Butuo termasuk salah seorang pengawal Kim-ih-wi, dia tetap berani membongkar kuburannya pada malam kedua setelah hari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pemakaman. Akhirnya yang dia peroleh hanya kesialan. Coba terka apa yang terjadi? Bukan saja dia tidak menemukan barang berharga dalam peti mati itu, pakaian halus pun tidak dijumpai sepotong pun. Bahkan yang lebih di luar dugaan adakah ketika peti mati itu dibongkar, ternyata di situ tidak ditemukan jenazah!" "Ooh, tidak ditemukan jenazah? Lantas siapa yang melakukan pemakaman itu?" "Konon beberapa orang rekan sesama pengawal Kim-ih-wi yang mengurus layonnya, salah satu di antaranya adalah sobat lama Sik Cu. Menurut penuturan orang itu, dengan mata kepala sendiri dia saksikan jenazah Huo Bu-tuo dimasukkan ke dalam peti mati!" "Menurut kebiasaan, rasanya tidak pernah ada yang mencuri jenazah seseorang!" "Tapi ada satu kemungkinan," sahut Put-coat cepat, "bila orang itu mati karena keracunan. Mungkin saja orang yang meracuninya takut bakal menimbulkan masalah di kemudian hari, maka dia sengaja memusnahkan jenazah itu agar sukar dilacak." Melihat tampang Ko Ceng-kim yang bodoh dan kuatir pemuda itu tidak mengerti apa yang dimaksud, cepat tambahnya lagi, "Biasanya tulang-belulang orang yang mati keracunan berwarna hitam, oleh sebab itu walau sudah mati lama, gejala itu masih dapat ditemukan. Bisa jadi pembunuh itu kuatir ada orang yang bakal membongkar peti mati untuk melakukan pemeriksaan di kemudian hari, maka cara terbaik untuk menutup rahasia ini adalah turun tangan lebih dahulu, mencuri jenazahnya dan membakar sampai punah." "Kemungkinan seperti ini bukannya tidak ada, tapi menurutku, bisa jadi dia hanya pura-pura mati," kata Ko Ceng-kim. "Itulah sebabnya aku mengatakan kalau kasus ini sangat mencurigakan, dia mati sungguhan? Atau pura-pura mati? Dibunuh? Atau mati lantaran sakit? Tidak gampang buat kita untuk menyimpulkan!" "Aai.... semoga saja dia hanya pura-pura mati," Ko Ceng-kim
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menghela napas panjang, "kalau tidak, titik terang terakhir yang kita miliki pun bakal lenyap." Entah mengapa, walaupun di luar dia menghela napas, namun dalam hati kecilnya justru seolah merasa lega karena kehilangan beban berat. "Mana surat yang ditulis Huo Bu-tuo untuk Keng King-si? Apakah masih berada di tanganmu?" tiba-tiba Bu-siang Cinjin bertanya. "Surat itu sudah hilang! Kenapa bisa hilang?" seru Bu-siang Cinjin tertegun, "apakah tidak digembol Keng King-si? Atau lenyap setelah berada di tanganmu? Atau belum berhasil ditemukan? Aku rasa mustahil kau tidak menggeledah sakunya bukan?" "Dia memang membawanya, cuma Tecu sendiri pun tidak jelas kenapa bisa mendadak hilang," secara ringkas dia pun menceritakan keadaan yang dialaminya waktu itu kepada Bu-siang Cinjin. Bu-siang Cinjin menghela napas panjang sehabis mendengar penuturan itu, gumamnya, "Tidak kusangka, setelah menjumpai satu teka-teki besar, kini muncul teka-teki yang lain. Bila surat itu benar-benar dicuri orang, akan semakin sulit bagi kita untuk melacak kejadian yang sebenarnya." "Tapi.... bukankah Suhu sudah pernah mendengar isi surat itu dari penuturan Ting-susiok?" tanya Put-coat. "Yang aku butuhkan adalah tulisan tangan Huo Bu-tuo sendiri. Tahukah kau? Biarpun dia sudah mati, tapi masih sangat berguna." "Maaf Tecu makin lama makin bingung, Tecu tidak berhasil menemukan apa kegunaannya," kata Put-coat. "Bila di kemudian hari kita dapat menemukan catatan harian atau surat yang ditinggalkan Huo Bu-tou, maka kita bisa mencocokkan gaya tulisan di surat itu dengan catatan lainnya, dengan begitu kita bisa tahu apakah tulisan surat itu asli atau palsu," Ko Ceng-kim menerangkan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aah, betul! Ternyata otakmu jauh lebih encer daripada aku!" seru Put-coat tanpa terasa. Sebetulnya dia memandang sebelah mata terhadap Ko Ceng-kim, tapi sekarang, pandangannya berubah seratus persen. "Ceng-kim, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Bu-siang Cinjin kemudian. "Tecu tidak punya sanak tidak punya keluarga, rumah pun tidak punya, jadi tiada rencana apapun." "Baiklah, kalau begitu tinggal saja di sini. Aku akan mengatur semuanya untukmu." "Terima kasih atas budi kebaikan Ciangbunjin!" Apa yang bakal diatur Ciangbunjin untuknya? Lamat-lamat dia dapat menebaknya beberapa bagian. Oleh sebab itu meski perasaannya saat itu dicekam kepedihan, namun di balik kepedihan sedikit banyak dia bersyukur juga untuk masa depan sendiri. "Baik, sekarang kau boleh ikut aku pergi melaporkan berita duka ini kepada kedua orang Tianglo yang lain," ajak Bu-siang Cinjin. Tiga hari kemudian, di atas bukit Bu-tong telah muncul seorang murid baru dari aliran agama To. Dalam perguraan Bu-tong-pay sebenarnya terdapat beratus orang murid Tosu, bertambah seorang murid baru bukanlah suatu kejadian yang aneh, tapi murid baru yang satu ini justru telah melanggar peraturan yang berlaku selama ini. Pertama, menurut aturan Bu-tong-pay, untuk menjadi murid aliran agama To, seseorang harus masuk perguruan sejak usia kecil atau paling tidak usianya tidak melebihi 15 tahun. Tapi murid baru itu sudah berusia dua puluh tujuh tahun. Kedua, murid itu sama sekali bukan orang luar, sebelumnya dia adalah murid preman dari perguruan Bu-tong-pay. Ketiga, yang paling mencolok adalah murid itu ternyata diterima
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bu-siang Cinjin, sang Ciangbunjin sebagai murid penutup. Murid preman yang berpindah jadi murid aliran agama To bukannya tidak ada, tapi murid yang diterima Ciangbunjin boleh dibilang sangat langka. Murid baru itu tidak lain adalah Ko Ceng-kim. Bu-siang Cinjin adalah seorang Ciangbunjin yang dihormati dan disegani anak muridnya, tentu saja apa yang dia lakukan tidak berani dibantah atau diprotes orang lain. Kendatipun begitu, tidak urung sekelompok murid diam-diam berkasak-kusuk juga mengenai kejadian itu. Sesaat sebelum Ko Ceng-kim resmi menjadi pendeta, berita kematian yang menimpa Bu-kek Tianglo serta Ji-ouw Tayhiap Ho Kibu tersebar luas. Yang dimaksud tersebar luas tentu saja hanya sebatas kematian mereka karena menderita sakit, sementara alasan sesungguhnya tidak pernah disebar luaskan. Tahun ini usia Bu-kek Totiang sudah lebih enam puluh tahun, meskipun belum terbilang kelewat tua, namun masih terhitung panjang usia (sebagaimana diketahui, usia orang jaman kuno jauh lebih pendek daripada usia manusia jaman modern), usia Ho Ki-bu baru lewat lima puluh tahunan, jadi seusianya belum terhitung terlalu tua. Akan tetapi lantaran berita kematian karena sakit ini berasal dari Ciangbunjin sendiri, tentu saja tidak seorang pun berani mencurigai Ciangbunjin mereka sedang berbohong. Malah ada sementara murid yang menyangka Ciangbunjin mereka masih terkenang dengan kemampuan Ho Ki-bu, sehingga menerima murid pertama Ho Ki-bu itu sebagai murid sendiri. Kini Ko Ceng-kim menyandang gelar kepende-taan, Put-ji Tosu, dia bukannya tidak tahu kalau banyak orang sedang berkasak-kusuk di belakangnya membicarakan persoalan itu, namun selama ini dia hanya berlagak pilon. Sebagai orang yang pada dasarnya memang tidak gemar banyak bicara, sesudah menjadi murid Ciangbunjin, dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

semakin membungkam dan jarang bicara. Sepintas dia seperti seorang yang sudah hambar memandang masalah dunia, padahal bukan berarti dia sama sekali tidak memikirkan persoalan apa pun. Dia selalu teringat pesan Suhunya di saat melantik dia menjadi seorang pendeta. "Setelah memasuki perguruan, kau harus menjaga tiga pantangan, pantangan rakus, pantangan marah dan pantangan bertindak bodoh. Keputusan utama selalu di hati, biarkan jalan menyimpang berjalanlah sesuai kebutuhan. Tiada godaan tidak akan menimbulkan napsu, tiada kecurigaan tidak akan menumbuhkan penyesalan." Mengulang kembali pesan itu dalam hatinya, tanpa terasa dia pun tertawa getir, pikirnya, 'Tiga pantangan rakus, bertindak bodoh dan marah, hampir semuanya pernah kulanggar. Tiada godaan tidak akan menimbulkan napsu? Jelas ini merupakan pelajaran agama To tingkat tinggi, semudah itukah aku dapat mencapai tingkatan seperti itu?" Kemudian pikirnya lebih jauh, 'Keputusan utama selalu di hati, biarkan jalan menyimpang berjalanlah sesuai kebutuhan. Suhu memberi aku gelar Put-ji (tiada penyimpangan), apakah dia kuatir aku tidak dapat mengendalikan diri hingga kembali terjerumus ke jalan sesat?" Hari itu dia mendapat tugas mencari daun obat di bukit belakang, tugas itu dilewatkan dengan pikiran kalut dan tidak menentu, tanpa terasa sang surya telah tenggelam di langit barat. Tiba-tiba terdengar seseorang menegur, "Put-ji Sutit, apakah ada sesuatu pikiran yang mengganjal?" Ketika Put-ji mendongakkan kepala, dia lihat seorang Tianglo perguruannya, Bu-liang Tojin telah berdiri di hadapannya. Semenjak kematian Bu-kek Tojin, Tosu ini telah naik pangkat menjadi pimpinan para sesepuh, kedudukannya hanya di bawah Ciangbunjin.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tecu tidak memikirkan apa-apa!" dengan perasaan terkesiap buru-buru Put-ji menyahut. "Syukurlah kalau tidak ada masalah. Namun bila kau merasa ada ganjalan, janganlah kau kelabui diriku!" "Tecu tidak berani mengelabui Tianglo," kembali Put-ji menyahut, sementara dalam hati dia berpikir keheranan, 'aneh, kenapa dia bertanya begitu kepada-ku?' "Tentunya kau sudah tahu bukan kalau Suhumu Ho Ki-bu dan aku mempunyai guru yang sama, meski-pun kami dibedakan karena satu preman satu Tosu, namun sesungguhnya dia adalah sahabat karib-ku." "Tecu tahu akan hal itu," Put-ji manggut-manggut, sementara dalam hati ia berpikir penuh curiga, 'benar, walaupun Suhu dan dia sama-sama merupakan murid Hian-khong Cinjin, Ciangbunjin generasi sebelumnya, tapi orang yang sering disinggung Suhu bukan dia melainkan Bu-si Supek. Dan lagi orang yang selama ini berhubungan akrab dengan Suhu pun bukan dia, melainkan Bu-si Supek!" Tampaknya Bu-liang Tojin dapat membaca suara hatinya, kembali dia berkata, "Akrab tidaknya hubungan seseorang tidak bisa dinilai dari kerap tidaknya seseorang berhubungan, apalagi belakangan aku sedang membantu Ciangbun Suheng mempelajari Sim-hoat tenaga dalam perguruan, tidak heran aku jarang sekali berkunjung ke rumah Ho-sute. Walau begitu, semua persoalan yang menimpa dirinya, baik urusan besar maupun urusan kecil, tidak satu pun yang bisa mengelabui diriku. Khususnya di saat dia sedang menghadapi masalah yang tidak terpecahkan, dia selalu mengajakku berunding. Sekali pun kami tidak saling berjumpa, dia selalu mengutus orang mengirim surat atau titip pesan untukku." Ho Ki-bu adalah pemimpin murid preman, sedang Bu-liang Tojin adalah sesepuh partai, apalagi mereka berdua berasal dari guru yang sama. Tidaklah aneh kalau mereka berdua sering berhubungan kabar meski jarang bertemu muka. Dalam posisi begini, Put-ji tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berani menaruh curiga, terpaksa dia mengiakan berulang kali. Setelah menghela napas panjang, kembali Bu-liang berkata, "Suhumu hanya mempunyai seorang putri, dia sengaja menjodohkan putrinya kepadamu karena dia berharap di kemudian hari kalian bisa mendapat keturunan untuk melanjutkan generasi keluarga Ho. Aai.... siapa tahu perhitungan manusia tak bisa melawan kehendak langit.... Berdebar keras detak jantung Put-ji sesudah mendengar ucapan itu, pikirnya, "Dari nada bicaranya, jangan-jangan dia sudah tahu tentang sebab-musabab kematian Suhu?" Perlu diketahui, walaupun Bu-siang Cinjin sempat mengumumkan berita kematian yang menimpa Ho Ki-bu, namun kepada kedua orang Tianglo itupun dia tidak pernah menerangkan sebab kematian yang sebenarnya. Belum selesai ingatan itu melintas, kembali terdengar Bu-liang Tojin melanjutkan kata-katanya, "Mereka ayah beranak telah mati lebih dulu!" Ternyata yang dia maksudkan "perhitungan manusia tidak bisa melawan kehendak langit" hanyalah menunjukkan kematian ayah beranak itu. Hanya saja, sekalipun dia tidak mengetahui penyebab kematian Ho Ki-bu, namun perkataan itu masih tetap mendatangkan rasa bingung yang luar biasa. Kaburnya Ho Giok-yan dan Keng King-si tahun berselang jelas merupakan aib keluarga yang tidak mungkin diceritakan Ho Ki-bu kepada orang luar. Tapi sayang 'api tidak mungkin dibungkus kertas', bau busuk tidak mungkin bisa terbungkus rapi, setelah lewat satu tahun, akhirnya banyak juga orang luar yang menge-tahui kejadian ini. Tapi lantaran itu pula, murid-murid Bu-tong-pay yang mengetahui peristiwa itu tidak ada yang berani mengungkit masalah Sumoy premannya di hadapan Put-ji, karena mereka tahu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sumoynya itu dulu adalah calon istrinya. Mereka sangka Ho Giokyan dan Keng King-si masih bersembunyi di tempat jauh dan belum berani pulang. Tapi sekarang ternyata Bu-liang Tianglo sudah tahu bahwa Sumoynya telah meninggal. "Darimana dia tahu? Apa Ciangbun Suhu yang memberitahu? Atau dia mendapatkan sendiri beritanya?" "Berapa banyak yang telah dia ketahui?" Semakin mendengar Put-ji merasa semakin terkejut, makin mendengar dia merasa Tianglo ini semakin misterius dan sukar diraba. Setelah menghela napas panjang, kembali Bu-liang Tojin melanjutkan, "Sebetulnya kau dan Sumoymu merupakan pasangan yang amat serasi, aai.... kalau bukan peristiwa setahun berselang, tidak mungkin kau jadi Tosu!" "Peristiwa yang sudah lewat biarlah lewat, kini Tecu sudah menjadi orang beribadah, tolong Tianglo jangan mengungkitnya kembali." "Murid aliran agama To dari Bu-tong-pay jauh berbeda dengan murid aliran lain, bukankah dulu Thio-cinjin juga banyak mengurusi urusan keduniawian dengan statusnya sebagai orang beribadah." "Mereka semua telah meninggal dunia." "Tapi ada sementara orang masih hidup, ada sementara urusan yang belum selesai meski orangnya telah tiada." "Apa yang Tianglo maksud dan siapa orangnya?" "Seharusnya kau lebih tahu daripada aku, siapa lagi manusia di dunia ini yang membutuhkan perawatan dan perhatianmu!" Put-ji tertegun! Belum sempat mengucapkan sesuatu, kembali Bu-liang berkata sambil menatapnya tajam, "Masih ada orang yang butuh perhatian dan perawatanmu, masa kau ingin mengelabui
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

diriku? Siapa tahu aku bisa membantumu membebaskan beban pikiran itu? Keputusan utama selalu di hati, biarkan jalan menyimpang berjalanlah sesuai kebutuhan. Put-ji, mari ikut aku!" Seolah terkena hipnotis, tanpa sadar Put-ji berjalan mengintil di belakangnya. Berjalan tidak seberapa lama, setelah melewati sebuah lereng gunung, terlihatlah sebuah bangunan rumah penduduk berdinding tanah berpintu bambu, rumah itu tidak jauh berbeda dengan rumah penduduk mana pun. Suara tangisan bayi terdengar berkumandang dari balik ruangan, tangisan itu amat keras dan nyaring. Entah mengapa tiba-tiba Put-ji merasa isak tangis bayi itu seperti sangat dikenalnya, satu perasaan aneh seketika menyelimuti hatinya. Tidak lama kemudian terdengar suara seorang lelaki berkata, "Aai, kenapa bocah ini menangis melulu? Masa dia tahu sejak dilahirkan sudah kehilangan orang tua?" "Biar aku saja yang membopongnya," sahut suara seorang wanita, "anak sayang, jangan menangis, jangan ribut, sebentar paman pasti akan datang menjengukmu." "Aai.... sudah tiga hari kita datang kemari, kenapa dia masih belum kemari untuk menengok bocah ini?" kembali lelaki itu menghela napas, "jangan-jangan.... Bu-liang Totiang segera mendorong Put-ji, bisiknya, "Orang yang harus kau rawat dan lindungi berada dalam rumah itu, kenapa kau masih tidak masuk menjenguknya.... Padahal Put-ji sudah tidak perlu diingatkan, apalagi didorong orang, karena dia sudah mengenali suara suami-istri itu, dia pun sudah tahu siapa gerangan bocah yang sedang menangis. Setelah termangu beberapa saat, akhirnya bagaikan segulung angin berpusing cepat dia membuka pagar bambu dan menerobos masuk ke dalam rumah itu. Ternyata dugaannya tidak salah, bayi yang sedang digendong
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perempuan itu tidak lain adalah anak Ho Giok-yan! Di atas pembaringan batu berbaring pula seorang bayi lain, bayi itu sudah terlelap tidur. Tidak salah lagi, suami-istri itu tidak lain adalah suami-istri keluarga Lan, pemburu yang telah dititipi anak tempo hari. Tampak Lan Kau-san agak tertegun sejenak, kemudian teriaknya kegirangan, "Ko-toako, ternyata kau muncul juga!" Put-ji tidak sempat menanyakan apa arti "ternyata" itu, cepat serunya, "Lan-toaso, biar aku yang menggendongnya." Setelah membopong bayi itu, ingatan masa lalu pun kembali melintas dalam benaknya, membayangkan kembali saat-saat dimana Sumoynya menitipkan bocah itu, rasa sedih yang luar biasa seketika mencekam hatinya, tapi dia berusaha keras menahan diri, ibu jarinya segera dijejalkan ke mulut bayi itu dan membiarkannya menghisap. "Ko-toako," istri Lan Kau-san berseru sambil tertawa, "kelihatannya ibu jarimu jauh lebih bermanfaat daripada puting susuku, coba lihat, dia tidak menangis lagi, malah membuka matanya lebar-lebar untuk memandangmu. Hahaha.... dia seperti sudah mengenali dirimu, kenal kalau kau adalah satu-satunya sanak yang dia miliki." Perempuan ini lahir dan hidup di tengah lereng gunung, tidak heran cara berbicaranya kasar, spontan dan tanpa tedeng alingaling. Put-ji tertawa getir. 'Asal setelah dewasa nanti dia tidak menganggapku sebagai musuh besar, aku sudah amat bersyukur,' demikian pikirnya, tapi di luar dia menyahut, "Aku sudah menjadi pendeta, kini aku sudah bukan Ko Ceng-kim lagi. Namaku kini Put-ji!" "Put-ji?" gumam Lan Kau-san, "aku tidak terbiasa dengan panggilan itu. Terserah kau sudah menjadi pendeta atau tidak, selama ada dalam rumah, aku masih tetap akan memanggilmu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebagai Ko-toako." "Terserahlah. Aku hanya ingin tahu, kenapa kalian bisa sampai di sini?" "Hei, bukankah kau sendiri yang menyuruh kami datang kemari?" "Aku?" Put-ji terkejut bercampur keheranan. "Setengah bulan berselang, datang seorang Totiang ke rumah kami, dia mengabarkan kalau kau sudah menjadi pendeta di Butong-san, agar bisa bertemu bocah itu setiap saat, katanya secara khusus kau titipkan uang dan pesan untuk kami dan minta kami segera pindah ke Bu-tong-san. Masa perkataan Totiang itu bohong? Masa dia menipu kami?" "Macam apa Totiang itu?" "Berusia tiga puluh tahunan, alis matanya tebal sekali, badannya tinggi agak gemuk, di sisi bibirnya terdapat sebuah tahi lalat besar." Tosu itu tidak lain adalah Put-pay, Tosu yang pernah bertarung melawannya ketika pada hari pertama dia naik ke Bu-tong-san, Putpay adalah murid tertua Bu-liang Tianglo. Berpikir sampai di situ, Put-ji pun segera sadar dan memahami apa yang telah terjadi, pikirnya, "Tak heran aku tidak menjumpai Suheng ini ketika hari upacara pengangkatan murid tempo hari, padahal semua anggota Bu-tong-pay hadir dan memberi selamat, rupanya dia sedang turun gunung menjalankan tugas." Maka dengan berlagak baru teringat akan hal itu, sahutnya cepat, "Aah, betul, betul, Tosu yang kau maksud bernama Put-pay. Padahal waktu itu aku hanya sempat berkeluh-kesah di hadapannya dan bilang kalau aku sangat kangen pada kalian dan bocah itu, tidak disangka dia telah membantu aku memenuhi keinginan ini dengan berlagak disuruh aku menyampaikan pesan dan uang untuk kalian." "Kalau begitu, benar sudah, aku sempat memikirkan soal ini, mana ada manusia di kolong langit yang mau mengeluarkan uang untuk berbohong, yang ada selama ini hanya orang yang berbohong
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untuk mendapatkan duit." "Totiang itu baik sekali," kata istri Lan Ko-san pula, "bukan saja dia telah mengeluarkan uang untuk membantu kami pindah rumah, bahkan sudah mengaturkan pula penghidupan kami selanjutnya." "Hah, bagaimana mengaturnya?" "Setelah tiba di sini, dia segera mengajak kami bertemu dengan Totiang yang mengurusi masalah dapur, dia mengaku kami sebagai orang sedusun dan minta Totiang itu memberi sebidang tanah untuk kami tanamani sayuran." Perlu diketahui, jumlah Tosu yang hidup di Bu-tong-san mencapai ribuan orang banyaknya, selama ini rangsum mereka sebagian besar diperoleh dari derma para jemaah yang datang berkunjung atau membelinya di bawah gunung, namun sayuran segar harus diperoleh dengan menanam sendiri di atas gunung. Untuk memenuhi kebutuhan itu, anggota perguruan telah membuka hampir seribuan hektar tanah yang ditanami sayursayuran, tanah itu sebagian diberikan kepada orang yang naik bukit dan bersedia menanaminya tanpa memungut uang sewa. Tapi justru karena tidak dipungut uang sewa, maka kebanyakan orang yang mendapat jatah tanah adalah orang-orang yang mempunyai hubungan dekat atau kerabat dari murid-murid Bu-tong-pay. "Sebenarnya aku adalah seorang pemburu," kata Lan Kau-san lagi, "aku pun amat senang bekerja sebagai seorang pemburu, tapi setelah pikir punya pikir, rasanya hidup dengan menanam sayur jauh lebih tenang dan tenteram daripada hidup sebagai seorang pemburu, apalagi usiaku makin hari makin tua, sudah tidak bertenaga lagi hidup berburu, untuk menanam sayuran rasanya masih cukup kuat. Selain itu, biarpun aku sendiri tidak takut menghadapi resiko dan ancaman bahaya sewaktu berburu, akan tetapi aku tidak berharap kedua orang bocah itu ikut menghadapi resiko. Dan yang lebih penting lagi adalah dengan berpindah kemari, kau pun bisa lebih sering bertandang kemari dan bermain dengan bocah itu."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Betul, perkataanmu betul sekali," Put-ji mengangguk berulang kali, "Put-pay Toheng memang seorang sobat yang hebat, tidak nyana dia bisa berpikir sesempurna itu untuk kalian. Nanti aku mesti berterima kasih kepadanya. Baiklah, kalau begitu hiduplah dengan tenang di sini. Sekarang hari sudah gelap, aku akan berkunjung lagi lain hari." Dengan perasaan sangsi, curiga dan tidak habis mengerti Put-ji meninggalkan rumah keluarga Lan, setelah berbelok ke lereng bukit, dia lihat Bu-liang Totiang masih menanti kedatangannya di tempat semula. "Put-ji," terdengar Bu-liang Totiang menegur, "sudah kau jumpai sobat dan bocah itu? Akulah yang menitahkan Put-pay dengan mencatut namamu dan memboyong mereka datang kemari." "Ya, Tecu sudah tahu." "Bocah itu adalah cucu luar Suhumu, bahkan terhitung satusatunya darah daging keturunan Ho-sute yang masih hidup. Tentunya kau tidak marah bukan karena aku ikut campur masalah ini?" "Sumoy memang menyerahkan bayi itu kepadaku dan minta aku merawatnya. Aku rasa jalan pikiranku sama persis dengan jalan pikiran Susiok, dengan membiarkan bocah ini hidup di sisi kita, tentulah perawatan terhadapnya akan lebih terjamin." "Jadi kau merasa puas dengan semua pengaturan yang telah kulakukan?" tanya Bu-liang Totiang tersenyum. "Terima kasih banyak Tianglo Susiok, pengaturan semacam ini memang amat sempurna." Walaupun waktu mengucapkan perkataan itu dia harus menahan senyuman getir, namun apa yang diucapkan sama sekali tidak bertentangan dengan jalan pikirannya. Dia memang pernah punya ingatan untuk memindahkan keluarga Lan ke atas Bu-tong-san, namun andaikata dia sendiri yang melakukan hal itu, sudah pasti tindakannya ini akan menimbulkan kecurigaan rekan-rekan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seperguruan lainnya. Tapi sekarang Tianglo sendiri yang mengatur semua ini, bukan saja memindahkan keluarga Lan ke atas gunung, bahkan memberinya sebidang tanah untuk nafkah hidup, jelas hal ini akan semakin mempermudah dirinya berhubungan dengan mereka di kemudian hari. Tapi kecurigaan lain segera memenuhi benaknya, darimana Buliang Totiang tahu kalau bocah itu berada di tangan keluarga Lan? Padahal selama ini dia tidak pernah melaporkan kejadian itu termasuk masalah kelahiran anak Sumoynya kepada Ciangbun Suhu. "Jangan-jangan.... jangan-jangan hari itu Bu-liang Susiok juga berada di Boan-liong-san? Itu berarti dia telah menyaksikan semua perbuatan yang telah kulakukan?" Satu pemikiran lain yang lebih menakutkan melintas pula dalam benaknya, "Mungkinkah surat Huo Bu-tuo telah diambil olehnya? Atau.... atau.... jangan-jangan pembunuh yang bersembunyi dalam perguruan adalah dirinya? Tapi.... tapi rasanya tidak mungkin! Bukek Supek adalah sahabat karibnya selama puluhan tahun, jika dia adalah pembunuh gelap itu, ketika membokong Bu-kek Supek, kendatipun waktu itu Bu-kek Supek tidak sempat melihat wajahnya, semestinya dia mengenali sobat karibnya ini, tapi kenyata-an sampai saat ajalnya pun Bu-kek Supek masih belum bisa menebak siapa yang telah melakukan pembunuhan ini. Namun.... sang pembunuh dan orang yang telah mencuri surat itu belum tentu merupakan orang yang sama, bukan jaminan dia yang telah mencuri surat itu.... Semakin dipikir dia merasa semakin kalut dan tidak berhasil menarik kesimpulan apa pun. Tentu saja semua kecurigaan itu tidak berani dia kemukakan di hadapan Bu-liang Totiang, bahkan dia pun tidak berani menunjukkan perubahan mimik muka. Tampaknya Bu-liang Totiang dapat membaca jalan pikirannya, seakan sengaja tidak sengaja dia berkata, "Keputusan utama selalu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

di hati, biarkan jalan menyimpang berjalanlah sesuai kebutuhan. Tiada godaan tidak akan menimbulkan napsu, tiada kecuri-gaan tidak akan menumbuhkan penyesalan. Bukankah petuah ini pernah disampaikan Ciangbunjin kepadamu? Ehm, hampir semua orang mempunyai pikiran yang sama, terkadang ada sementara persoalan yang tidak ingin diucapkan kepada siapa pun, termasuk kepada sanak sendiri bila keadaan belum mendesak, mereka selalu berpendapat bila ada orang menaruh curiga maka urusan itu adalah urusan orang lain. Bahkan ada sementara persoalan yang harus dihadapi dengan perasaan bimbang, tidak yakin apakah yang telah diperbuat itu benar atau salah, namun selama kau yakin bahwa dirimu tidak pernah punya ingatan untuk melakukan kesalahan, maka kau tidak perlu menyesal atau banyak curiga. Semua masalah, semua keruwetan pada akhirnya toh akan jelas dengan sendirinya." Sepintas perkataan Bu-liang Totiang ini seperti sebuah petuah yang diberikan seorang angkatan tua terhadap murid yang baru bergabung, namun bagi Put-ji, semua perkataan itu sangat mengena di hatinya, bahkan setiap kata, setiap ucapannya seolah memang sengaja ditujukan kepadanya. Berdasarkan analisa yang dilakukan Put-ji, perkataan itu paling tidak mengandung tiga maksud, Dia sudah mengetahui semua perbuatan yang dilakukan Put-ji, termasuk salah bunuh yang telah dia lakukan terhadap adik seperguruannya. Dia sudah dapat membaca jalan pikiran Put-ji, yaitu takut kalau orang lain mengetahui rahasia besar yang tersimpan dalam hatinya. Oleh sebab itu dia memberi kisikan kepada Put-ji agar jangan banyak bertanya, artinya kau tak perlu bertanya kepadaku kenapa aku bisa tahu anak itu sudah jatuh ke tangan keluarga Lan, sampai waktunya aku pasti akan memberitahukan kepadamu. Sebab kalau kau pun mempunyai rahasia yang tidak ingin diketahui orang lain, begitu juga dengan diriku! Kalau keadaan sudah begini, apalagi yang bisa dia lakukan kecuali mengiakan berulang kali.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apakah suami-istri keluarga Lan sudah tahu asal-usul bocah itu?" tiba-tiba Bu-liang Totiang bertanya. "Tidak, mereka hanya tahu bocah itu adalah putra seorang sahabatku." "Kalau begitu Lan Kau-san juga tidak tahu siapa ayah-ibu bocah itu?" "Aku rasa tidak perlu memberitahukan hal ini kepadanya." "Baiklah, kalau begitu hanya kau dan aku yang mengetahui rahasia ini," Bu-liang Totiang menandaskan. "Bagaimana dengan Put-pay Suheng? Aku hanya memerintahkan dia memindahkan keluarga Lan Kausan kemari. Kepandaian muridku ini memang kurang bagus, tapi dia memiliki satu kelebihan, yakni amat setia kepadaku. Kalau aku tidak memberitahukan sesuatu kepadanya, dia tidak pernah berani banyak bertanya." Kini Put-ji dapat merasa sedikit lega, namun sayang, walaupun dia berhasil menyingkirkan sebuah batu yang menindih hatinya, tapi ada batu lain yang jauh lebih berat justru makin menghimpit perasaannya. Hanya Bu-liang Totiang seorang yang mengetahui rahasianya, hal ini bukankah sama artinya kalau sejak saat itu dia berada dalam kekuasaan Tosu itu? Bukan begitu saja, kecuali rahasia ini, mungkinkah Bu-liang Totiang masih mengetahui rahasia pribadinya yang lain? Sebab kalau didengar dari nada bicaranya, dia seolah bukan cuma tahu soal rahasia itu saja, bahkan bisa jadi seluruh peristiwa yang terjadi di Boan-liong-san hari itu telah diketahui semua olehnya. Entah Bu-liang Totiang dapat membaca jalan pikirannya atau tidak, tiba-tiba dia berkata sambil tersenyum, "Jangan sembarangan berpikir, waktu sudah larut, lebih baik cepatlah pulang." Senyuman itu kelihatan ramah, lembut dan penuh kedamaian.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekembali ke To-koan, langit sudah gelap. Buru-buru Put-ji menangsal perut dengan hidangan malam, kemudian pergi menjumpai Suhunya, sebagai murid baru yang belum lama bergabung, dia harus belajar lebih giat, selain belajar di siang hari, dia pun harus belajar di malam hari. Waktu itu Bu-siang Cinjin sedang duduk bersemedi, mendengar dia masuk kamar, sambil membuka mata, dia menyapa, "Ehm, kau telah kembali." "Lapor Suhu, hari ini Tecu mencari daun obat di bukit belakang sana, sampai agak malam baru kembali," jawab Put-ji cepat, sementara di hatinya dia merasa agak berdebar, takut ditanyai sang Suhu. "Aku tahu," sahut Bu-siang Cinjin sambil mengangguk, "aku dengar hasil buruanmu hari ini cukup bagus, dua batang Lengci itu tidak gampang ditemukan." Kembali Put-ji tertegun, seingatnya bahan obat-obatan yang diperolehnya hari ini hanya daun obat biasa, darimana datangnya Lengci? Tapi dengan cepat dia tersadar kembali, petugas yang mengurusi soal pengumpulan bahan obat adalah Put-tay salah satu murid Buliang Totiang, jelas prestasi yang dilaporkan atas namanya adalah laporan palsu yang dibuat Put-tay, sedang Put-tay bisa berbuat begitu tidak ragu lagi tentu karena mendapat perintah dari Suhunya. Kembali Bu-siang Cinjin berkata sambil ter-senyum, "Aku dengar Bu-liang Susiok yang menemanimu kembali ke sini? Dia sangat memuji kemampuanmu." Sekarang Put-ji baru mengerti, ternyata yang melaporkan prestasi palsunya itu bukan Put-tay, melainkan Bu-liang Cinjin. Diam-diam dia menertawakan ketololan sendiri, masalah mendapat Lengci hanya masalah kecil, tentu saja pengurus obatobatan tidak bakal melaporkan hal ini secara khusus pada Ciangbunjin, atau dengan perkataan lain pastilah Bu-liang Totiang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang telah berkunjung ke sana dan berbincang dengan Suhunya. "Tecu tidak punya kelebihan apa-apa, apa yang dibanggakan Buliang Susiok?" dengan perasaan tidak tenang dan pura-pura malu Put-ji menyahut. Sekali lagi Bu-siang Cinjin tersenyum. "Kau ingin tahu apa yang dipujikan Bu-liang Susiokmu itu? Dia memujimu pintar, giat belajar. Dia bilang kau sangat menguasai teori ilmu silat dari perguruan, bahkan yang lebih hebat lagi, kau bisa memberikan analisa dan pandangan pribadi." "Aah. Bu-liang Susiok kelewat memujiku. Padahal Tecu belum sampai sebulan mempelajari ilmu silat, pengetahuanku sangat terbatas, kalau dibilang ada kemajuan, semuanya ini juga berkat bimbingan serta jasa Suhu." "Aku senang orang yang bicara terus terang, tapi paling muak mendengar sanjungan," kata Bu-siang Cinjin dengan kening berkerut, "walaupun kau hanya sebulan mengikuti aku, seharusnya cukup paham watakku ini." Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan senyuman tersungging di ujung bibirnya dia melanjutkan, "Aku memang bisa saja mengajarkan ilmu silat kepadamu, tapi bakat dan kemampuan toh tetap tergantung dirimu sendiri." "Ada satu hal Tecu bingung harus ditanyakan atau tidak?" dengan memberanikan diri Put-ji berkata. "Tanyakan saja!" "Tanggal enam bulan berselang apakah Bu-liang Susiok berada di Bu-tong-san?" Hari itu adalah hari kedua setelah Ho Ki-bu tewas dibunuh orang, atau hari dimana dia telah salah membunuh Keng King-si dan Bukek Totiang tewas karena luka dalamnya yang parah. "Buat apa kau menanyakan soal ini?" tanya Bu-siang Cinjin keheranan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tecu tidak berani berbohong, terus terang timbul sedikit rasa curiga dalam hatiku, konon ilmu pukulan Thay-khek-ciang yang diyakini Bu-liang Susiok tidak berada di bawah Suhu.... Tiba-tiba Bu-siang Cinjin menukas dengan wajah serius dan suara dalam, "Sejak hari pertama kau naik gunung, bukankah telah kukatakan bahwa dalam perjalanan sejarah perguruan selama dua ratus tahunan, tidak tertutup kemungkinan ada murid yang gila silat telah membarter ilmu perguruan kita dengan orang luar. Thay-khekkun, Thay-khek-kiam semua nya merupakan ilmu rahasia, jadi tidak heran kalau ada orang lain yang mampu menguasai ilmu itu setara dengan kemampuanku. Masa kau berani mencurigai Tianglo perguruan sendiri?" "Tecu tahu salah, tidak seharusnya Tecu mengajukan pertanyaan seperti itu." "Tapi sekarang kau telah mengatakannya, kalau tidak kujelaskan mungkin rasa curigamu masih belum hilang. Untuk melatih tenaga dalam tingkat atas dari perguruan kita, sejak tiga bulan berselang Bu-liang Sute sudah menutup diri, dia baru keluar dari kamar semadinya sehari sebelum kedatanganmu di sini. Hampir tiga bulan lamanya dia tidak pernah keluar dari kamarnya barang selangkah pun." Ting Im-hok menemui ajalnya tiga bulan lalu, sementara Bu-kek Tojin terluka parah oleh tenaga pukulan Thay-khek-ciang pada saat Ting Im-hok sudah tewas lebih dulu, berarti terlepas apakah pembunuhnya merupakan orang yang sama atau tidak, yang pasti orang itu bukan Bu-liang Totiang. Kalau pembunuhnya bukan dia, berarti pula orang yang mencuri surat pun sudah pasti bukan dia, sebab peristiwa itu baru terjadi pada tanggal enam. 'Heran, kalau bukan dia, kenapa Bu-liang Susiok seakan telah menyaksikan semua peristiwa itu dengan mata kepala sendiri?' Putji semakin berpikir semakin bingung dan tidak habis mengerti, namun dia tidak berani mencurigai Bu-liang Totiang walau dipandang dari sudut mana pun.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Malam ini kau tidak usah belajar lagi," kata Bu-siang Cinjin tibatiba, "pergilah istirahat lebih awal. Besok akan kusuruh Bu-si Sute mewakiliku mengajarkan ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat padamu." "Suhu," seru Put-ji agak tertegun, "Tecu baru saja selesai mempelajari teori ilmu pedang darimu, kenapa harus Sam-susiok yang menggantikan?" "Aku ingin kau lebih cepat berhasil. Ilmu pedang yang berhasil dikuasai Bu-si Sute adalah yang paling jago dalam perguruan, bahkan dia lebih unggul daripada diriku sendiri. Ditambah pula di masa lalu dia adalah sahabat paling karib mendiang Suhumu, bisa dipastikan dia akan mendidikmu dengan lebih seksama. Mulai besok aku harus menutup diri selama tiga bulan, kalau tidak minta bantuannya untuk mendidikmu, khawatir kemajuan ilmu silatmu justru akan ter-kendala." Bu-si Totiang adalah salah satu di antara ketiga Tianglo Bu-tong-pay yang usianya paling muda, tahun ini dia baru berusia empat puluh delapan tahun. Wataknya periang, sangat terbuka dan mudah bergaul, tidak heran murid-murid angkatan muda paling suka bergaul dengannya. Ketika Ho Ki-bu masih hidup dulu, setiap tahun paling tidak satudua kali dia berkunjung ke rumah keluarga Ho, oleh karena itu di antara angkatan para Susiok dan Supek dari kuil Sam-cing-koan, dia terhitung orang yang paling dikenalnya. Ketika keesokan harinya Put-ji datang berkunjung ke tempat tinggalnya, dia pun segera berkata, "Sebetulnya Suhumu itu berencana dalam satu dua tahun mendatang akan mewariskan ilmu pedang Thay-khek-kiam kepadamu, sayang dia keburu mening-gal, aai.... bukan saja jiwanya telah melayang, bahkan putus keturun-an pula, baiklah, biar mulai hari ini aku menganggap kau seperti putraku sendiri. Semisal tidak ada perintah dari Ciangbunjin pun, aku masih tetap akan mewakilinya mewariskan ilmu pedang ini kepadamu, anggap saja sebagai upayaku memenuhi keinginan hatinya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Cuma kau mesti ingat, bila latihanmu jelek atau hasilnya kurang memadai, aku tidak segan menghajar pantatmu. Ehm, jangan kau anggap aku sedang bergurau!" Ketika mengatakan kata "bergurau", dia sendiri malah tertawa geli terlebih dulu. Ditinjau dari pembicaraan Bu-si Tojin, tampaknya dia sudah tahu bahwa adik seperguruan serta Sumoynya telah meninggal dunia. Tapi dia agaknya belum tahu Ho Giok-yan telah melahirkan seorang putra, sebab kalau tidak begitu tak mungkin dia mengatakan keluarga Ho telah putus keturunan. Selesai mendengar perkataan itu, di satu sisi Put-ji merasa sangat lega, namun di sisi lain dia justru merasakan tekanan yang semakin berat dari pihak Bu-liang Totiang. "Biasanya semakin galak seorang Suhu, hasil pelajaran yang diperoleh sang murid akan semakin maju," segera Put-ji menyahut, "kini Susiok mewakili Suhu mengajarkan ilmu pedang itu kepada Tecu, justru Tecu berharap Susiok bisa mendidik lebih galak.... "Hahaha.... baguslah, aku sendiri pun tidak berharap menabok pantatmu. Baik, kalau begitu kita mulai sekarang juga. Teori ilmu pedang Thay-khek-kiam tentunya sudah diajarkan Ciangbun Suheng bukan?" "Pernah diajarkan satu kali, semoga Susiok mau memberi petunjuk." "Dasar ilmu pukulan Thay-khek-kun maupun Thay-khek-kiam sebenarnya sama. Kalau Thay-khek-kun lebih mengutamakan pada mengendalian musuh di akhir serangan, sedang ilmu pedang Thaykhek-kiam lebih mengutamakan pada pengendalian lawan di saat awal serangan. Niat munculnya jurus menyusul, mana dahulu mana belakangan merupakan kebalikan. Tapi intinya adalah meminjam tenaga lawan untuk mengen-dalikan musuh, gerakan ikutan yang disertakan tidak lebih hanya untuk memperberat kekuatan serta daya serangan yang ditimbulkan. Berat bagaikan tindihan Thay-san, ringan bagaikan hembusan angin sejuk. Thay-khek itu tiada awal
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tiada akhir, perubahan dalam gerakan pedang pun tiada habisnya. Asal kau bisa menguasai teori tentang ketenangan, maka segala sesuatunya bisa kau kuasai secara gampang. Di saat latihanmu sudah mencapai puncak kesempurnaan, bisa jadi semua jurus serangan akan kau lupakan. Cuma.... sampai sekarang jarang ada orang yang berhasil mencapai tingkatan seperti itu, termasuk aku sendiri. Maka berlatihlah dari dasar yang paling bawah, karena setiap jurus serangan dibutuhkan penguasaan yang paling sempurna, kau harus bisa melatih diri dari ada menjadi tiada, ada adalah benar-benar ada, tiada justru bukan benar-benar tiada. Kau paham apa yang ku-maksud?" Put-ji dapat merasakan penjelasan yang diberikan paman gurunya ini jauh lebih jelas dan mendetil daripada penjelasan Suhunya, tanpa terasa dia mengangguk berulang kali. "Semua penjelasan Susiok dapat Tecu terima, hanya masalahnya benar-benar mengerti atau tidak, Tecu sendiri pun tidak jelas." "Betul, bila kau mengatakan benar-benar mengerti, aku justru akan memaksamu untuk berlatih beberapa kali lagi. Sebab biarpun dilatih berulang kali pun tidak seharusnya kau benar-benar mengerti, teori saja tidaklah cukup, kalau bisa ditambah pengalaman menghadapi beberapa orang musuh, jelas hal ini akan semakin bagus." Kemudian setelah tertawa dan menarik napas panjang, lanjutnya, "Sayang penganut agama To lebih mengutamakan kehidupan yang tenang, aku pun tidak berharap kau bisa memperoleh kesempatan cukup untuk berhadapan dengan musuh. Baiklah, sekarang coba perhatikan contohku." Dengan penuh seksama Put-ji memperhatikan Susioknya mempraktekkan ilmu pedang Thay-khek, tampak gerakan pedangnya melingkar bagai gelang, bergerak saling menyambung, lembut halus bagaikan aliran air. Diam-diam dia merasa sangat kagum. 'Tidak heran Ciangbun Suhu amat memuji kehebatan ilmu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedangnya, sekarang aku yang belum menguasai intisari ilmu itupun sudah dibuat mabuk kepayang, apalagi yang sudah memahaminya,' demikian dia berpikir. Tapi entah mengapa, secara lamat-lamat dia merasa ilmu pedang yang dimiliki Bu-si Tojin jauh berbeda dengan ilmu pedang yang dipelajari Bu-siang Cinjin, hanya saja bila ditanya dimana letak perbedaannya, susah baginya untuk menjawab. Sejak itu setiap hari dia mempelajari satu jurus, gerakan yang diajarkan pun makin lama semakin lambat, sementara teori yang diberikan pun makin banyak dan detil. Setelah berlatih puluhan hari lamanya, hari itu ketika dia melatih jurus Pek-hok-liang-ci (bangau putih pentang sayap), Put-ji baru mulai memahami dimana letak perbedaan itu. Ketika Bu-siang Cinjin yang mempraktekkan jurus serangan itu, sepasang kakinya selalu menempel di atas tanah, sebaliknya kaki Bu-si Tojin justru tiga inci meninggalkan permukaan tanah sehingga daya bacokan yang timbul pun jauh lebih besar dan kuat. Di samping itu serangan pedang Bu-siang Cinjin lambat tanpa menimbulkan deru angin, sementara gerakan pedang Busi Tojin cepat dan menimbulkan suara desingan tajam. Sekarang Put-ji mulai mengerti, walaupun perbedaannya sangat tipis dan kecil, ternyata kekuatan yang dihasilkan sama sekali berbeda. Bila Bu-siang Cinjin yang mengajarkan jurus serangan itu paling hanya bisa menggoreskan luka memanjang di lengan lawan, sebaliknya bila menggunakan jurus serangan yang diajar kan Bu-si Tojin, besar kemungkinan dia dapat memo-tong lengan musuh jadi dua bagian. Setelah menemukan titik perbedaan ini, dia pun dapat mengambil kesimpulan secara menyeluruh. Ilmu pedang Bu-siang Cinjin termasuk tenang dan penuh kedamaian, sementara ilmu pedang Bu-si Tojin cenderung tajam dan ganas, jika dipraktekkan untuk menghadapi musuh, sudah jelas ilmu pedang ajaran Bu-si Tojin jauh lebihnyata dan bermanfaat.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekarang dia pun mulai mengerti kenapa Ciangbun Suhu memerintahkan dia untuk belajar ilmu pedang dari Bu-si Tojin, tampaknya dia berharap dirinya bisa mempelajari ilmu pedang yang lebih bermanfaat dan nyata sehingga di kemudian hari dapat digunakan untuk membalas dendam kematian Suhunya. Membayangkan sampai di sini, dia merasa sedikit bingung dan kabur. Di balik perasaan terima kasih, terasa pula perasaan menyesal bercampur kecewa. Sekarang dia mulai menyadari, ternyata di dasar lubuk hatinya tidak tersimpan harapan atau keinginan yang kuat untuk membalas dendam kematian Suhunya. Ketika Bu-si Tojin menyaksikan pemuda itu berdiri melamun, segera tegurnya, "Apakah kau merasa ada sedikit perbedaan antara yang diajarkan aku dengan Suhumu? Bahkan ajaranku sedikit tidak sesuai dengan teori ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat?" "Tecu tidak berani menduga. Tidak masalah, katakan saja menurut pikiran..... "Aku hanya merasa, walaupun ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat mengutamakan ketenangan untuk mengendalikan gerak, namun tenang dan gerak tidak berarti cepat atau lambat, tenang dan gerak pun harus dibedakan secara nyata, karena di balik ketenangan terdapat gerak, di balik gerak terdapat ketenangan. Oleh sebab itu ilmu pedang yang dimiliki Suhu dan Susiok meski berbeda, sesungguhnya sama!" Sesaat Bu-si Tojin tampak tertegun, pujinya, "Tidak kusangka begitu cepat kau dapat menyelami makna sebenarnya dari ilmu ini, ketika pertama kali mempelajarinya dulu, aku tidak pernah bisa membayangkan hal semacam itu." "Lalu dalam pandangan Susiok, seperti apa bakat yang Tecu miliki?" tanya Put-ji memberanikan diri. "Sejak awal, tentu saja aku pun tahu kau adalah seorang murid yang sangat berbakat. Namun sama-sama berbakat pun masingmasing memiliki kelebihan serta kelemahan yang berbeda. Aku
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengar ketika hari pertama naik gunung tempo hari, kau sempat bertarung seimbang melawan Put-pay yang menggunakan ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat dengan hanya mengandalkan ilmu pedang Lian-hoan-toh-beng-kiam-hoat?" "Aah, waktu itu aku berhasil seimbang berkat Put-pay Suheng yang selalu mengalah." "Tidak, aku mengetahui wataknya, tidak mungkin dia mau mengalah kepada siapa pun! Justru karena mendengar kemampuanmu itu, maka terpikir olehku untuk memanfaatkan kelebihan yang kau miliki itu. Bakatmu adalah dengan menyerang mengatasi pertahanan, dengan keras menaklukkan lembek. Biarpun dalam teori ilmu silat dikatakan lembek bisa menaklukkan keras, namun hal ini bisa dilakukan bila seseorang telah mencapai tingkat yang luar biasa. Berarti sebelum seseorang berhasil mencapai tingkatan seperti itu, keras masih mampu menaklukkan lembek." Makin bicara dia semakin bersemangat, pelajaran yang diberikan pun makin detil. Tapi sayang Put-ji seolah mulai kehilangan konsentrasi, semangat belajarnya pun makin lama semakin mengendor. Bu-si Tojin mengira dia kelewat lelah, maka katanya kemudian, "Selama beberapa hari ini kau belajar siang malam tidak kenal lelah, sekarang sudah saatnya untuk beristirahat sejenak. Karena kalau dipaksakan lagi, bukan kemajuan yang diperoleh, bisa jadi semangat belajarmu akan hilang. Baiklah, hari ini kita berlatih sampai di sini saja. Besok setelah kau pelajari jurus Pek-hok-liang-ci hingga lebih sempurna, datanglah mencari aku lagi." Tadi sempat turun hujan yang cukup deras. Put-ji yang berjalan di atas tanah berlumut beberapa kali nyaris terjungkal, hal ini bukan disebabkan jalan bukit yang licin, namun karena pikirannya sedang kalut. Jalanan gunung itu berliku-liku, begitu juga dengan jalan pikirannya. Dia seperti berjalan di kegelap-an malam yang pekat, berusaha mencari jalan keluar, berusaha menemukan kebebasan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lalu apa yang sedang Dia pikirkan? Sebuah pemandangan yang selama ini tersimpan dalam lubuk hatinya kembali terpampang di depan mata. Ia mendongakkan kepala, memandang sekejap kegelapan malam yang mencekam, lalu teringat kembali suasana hari itu.... hujan yang tidak pernah terlupakan, saat hujan baru reda, saat dia harus bertarung sengit melawan Sutenya, Keng Kingsi. Ilmu pedang Thay-khek-kiam yang tiba-tiba digunakan Keng King-si membuat dia terdesak kalang-kabut. Saat itu cahaya pedang Sutenya begitu cepat bagaikan sambaran kilat, mimpi pun tidak pernah disangka kalau ilmu pedang Sutenya begitu lihai dan menakutkan, tindakan apa pun yang telah dilakukannya ternyata tidak sanggup membendung ancaman itu. Andaikata konsentrasi Sutenya waktu itu tidak bercabang karena mendengar suara tangisan orok yang baru lahir, tidak bisa dia bayangkan apa akibat yang menimpanya ketika menghadapi serangan maut itu. Namun 'tidak bisa dibayangkan' pun pada akhirnya harus dia bayangkan. Dan sekarang dia tidak perlu membayangkan lagi karena dia sudah tahu bagaimana akhir dari semua ini, jika serangan itu berlanjut, bisa dipastikan lengan kanannya pasti akan terbabat kutung. Tungkai kaki meninggalkan tanah, gerak pedang menyambar selembut angin, cepat bagai sambaran petir, dahsyat bagai angin puyuh bercampur guntur! Itulah jurus Pek-hok-liang-ci yang baru saja diajarkan Bu-si Tojin kepadanya. "Tidak kusangka, ternyata seorang orok yang baru lahir telah menyelamatkan nyawaku!" pikirnya sambil tertawa getir. Kalau waktu itu dia tidak bisa membayangkan apa yang bakal terjadi, maka sekarang dia baru sadar bahwa nyawanya nyaris lenyap di ujung senjata lawan, drama mengerikan yang tidak pernah bisa terlupakan untuk selamanya, horor yang akan membuatnya berulang kali bermimpi buruk.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kini dia sudah mengerti mengapa ketika Bu-si Tojin memainkan ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat di hadapannya, dari hati kecilnya selalu timbul perasaan kurang beres. Ternyata perasaan kurang beres itu bukan disebabkan karena permainan pedang Ciangbun Suhu yang berbeda, melainkan karena dia merasa seakan pernah mengenal gerakan itu. Terbukti Thay-khek-kiam-hoat yang dimainkan Keng King-si ternyata sama persis seperti ilmu pedang yang diajarkan Bu-si Tojin kepadanya, membuat Tosu muda ini merasa sangsi bercampur kaget. Dari siapa Keng King-si mempelajari ilmu pedang itu? Mungkin-kah tokoh misterius itu adalah Bu-si Tojin? Tentu saja kecurigaan itu hanya bisa tersimpan di dalam hati, dia tidak berani menanyakannya secara langsung kepada Bu-si Tojin. Kendatipun pikiran dan perasaan hatinya bergolak bagaikan gulungan ombak di samudra, namun kehidupannya selama di Butong-san amat tenang tanpa gejolak. Selama ini Bu-si Tojin selalu mengajarkan ilmu pedang kepadanya dengan sabar dan teliti, rasa sayangnya bagaikan terhadap putra sendiri, dia seolah sama sekali tidak tahu dalam hatinya pernah timbul kecurigaan seperti itu. Semenjak saat itu Bu-liang Totiang sendiri pun tidak pernah datang menghubunginya. Karena Bu-liang Totiang tidak pernah datang mencarinya, rasa curiga di hatinya pun berangsur berkurang, namun sikap tanpa curiga yang diperlihatkan Busi Tojin justru membuat rasa sangsi dan curiganya berkembang makin meluas. Semakin lama dia belajar ilmu pedang dari Bu-si Tojin, dia semakin merasa ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat yang pernah digunakan Keng King-si waktu itu pada hakikatnya sama persis seperti apa yang dipelajarinya sekarang. Biarpun Ciangbun Suhunya pernah berkata bahwa tidak aneh jika ada jago dari perguruan lain ikut menguasai ilmu pedang Thaykhek-kiam-hoat, namun dia tidak yakin kalau kebetulan yang terjadi bisa begitu pas, sampai perubahan kecil yang diciptakan Bu-si Tojin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sendiri pun secara kebetulan bisa diciptakan pula oleh orang luar itu, bahkan sama persis satu dengan lainnya. Di saat Suhunya masih hidup dulu, Bu-si Tojin memang terhitung tamu yang sering datang berkunjung, apabila selama ini secara diam-diam dia telah mewariskan ilmu pedang kepada Keng King-si, bisa saja perbuatannya itu mengelabui orang lain, tapi mengapa Keng King-si mengelabui juga istrinya sendiri? Tapi persoalan yang paling membuatnya tidak tenteram adalah mengapa Bu-si Tojin harus mengelabui pula dirinya? Kalau dulu dia berbuat begini, mungkin saja lantaran tidak ingin dia merasa iri terhadap adik seperguruannya, tapi sekarang Keng King-si sudah meninggal dan dia pun sedang belajar pedang dari orang yang sama, mengapa Bu-si Tojin masih tetap membungkam seribu bahasa? Sudah barang tentu dia tidak akan mencurigai Busi Tojin sebagai pembunuh misterius itu, pertama, karena Bu-si Tojin adalah sahabat paling karib Suhunya, kedua, menurut kenyataan yang diketahui, pembunuh itu menghabisi nyawa lawannya dengan mengandalkan ilmu pukulan Thay-khek-kun dan bukan menggunakan ilmu pedang, padahal dari ketiga Tianglo itu, tenaga pukulan yang dimiliki Bukhek Tojin terhitung nomor wahid. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, kini dia telah mempelajari seluruh ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat, Bu-si Tojin sendiri pun sudah tidak mengajarkan apa-apa lagi, berarti dia harus melatih diri sendiri. Akan tetapi teka-teki itu masih mengendon di dalam lubuk hatinya. Satu kejadian lain yang sedikit di luar dugaannya adalah pada tahun ketiga, ketika untuk kedua kalinya Ciangbun Suhunya akan menutup diri, sebenarnya dia minta Bu-liang Totiang mengajarkan tenaga dalam kepadanya, ternyata waktu itu Bu-liang Totiang menolak permintaan itu. Bicara sejujurnya, dia memang sedikit takut terhadap Bu-liang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Totiang, dia kuatir sesepuh itu mengguna kan boroknya untuk mengompas dirinya, ternyata Bu-liang Totiang melepaskan kesempatan itu, melepaskan peluang berduaan dengan dirinya, meski kenyataan itu membuatnya tercengang, namun perasaannya justru jauh lebih tenang. Masih untung keinginan pribadinya berjalan sesuai dengan rencana, bayi itu tumbuh di dalam keluarga Lan, ketika berusia tiga tahun dia diangkat menjadi Gihu (ayah angkat) nya dan di usia ke-7 Ciangbunjin memberi ijin kepadanya untuk menerima bocah itu sebagai murid. Dalam masalah ini, ada satu hal yang dia telah melanggar pesan terakhir Sumoynya, dia tidak ingin bocah itu mengetahui asal-usul sebenarnya, karenanya dia minta Lan Kau-san mengaku sebagai ayah bocah itu. Karenanya dia tidak memberi nama Keng Giok-keng kepada bocah itu, melainkan Lan Giok-keng. Hingga detik itu kasus pembunuhan berantai itu belum berhasil terkuak, mati hidup Huo Bu-tuo pun masih menjadi tanda tanya besar, bahkan semenjak kematian keluarga Ho, tidak ada orang yang menying-gung kembali kejadian itu. Semua orang seolah-olah sudah melupakannya, semua orang seakan sudah menganggap peristiwa itu hanya merupakan sebuah kejadian kelam yang sudah berlalu. Sayang Put-ji tidak pernah melupakannya, apalagi di saat hujan sedang turun dengan derasnya. Ooo)*(ooO BAB II Dengan intrik merahasiakan kejadian Curiga dengan asal usulnya

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Musim gugur kembali menjelang, angin yang berhembus kencang menggugurkan dedaunan kering dan menggoyangkan rerumputan, saat senja telah tiba. Gunung nan hijau terbentang jauh di depan sana, matahari senja kembali memancarkan cahayanya yang kemerah-merahan. Di atas sebuah bukit, jauh dari keramaian manusia, terlihat seseorang sedang menghela napas. Mengapa dia menghela napas? Apakah karena umat manusia yang datang silih berganti? Atau karena angin kencang kembali berhembus di musim gugur ini, seolah hendak mengubah suasana dalam kehidupan dunia? Di puncak bukit itulah, persis di tempat orang itu berdiri sekarang, telah terjadi sebuah kasus pembunuhan yang sangat istimewa dan menggemparkan dunia persilatan pada enam belas tahun berselang. Dibilang "istimewa" karena kejadian itu selain sebuah kasus pembunuhan yang 'tragis', boleh dibilang termasuk juga sebuah kasus yang penuh diliputi 'teka teki'. Dua orang murid Ji-ouw Tayhiap Ho Ki-bu saling bunuh di tempat itu, pertarungan yang berakibat si kakak seperguruan berhasil menghabisi nyawa adik seperguruannya. Tapi mengapa terjadi pembunuhan itu? Apakah dikarenakan sang Sute telah melakukan perbuatan terkutuk hingga pantas dibunuh, ataukah karena pihak Suheng salah membunuh Sutenya? Tidak ada yang tahu, tidak seorang pun yang tahu, bahkan pihak Suheng yang telah melakukan pembunuhan itupun tidak tahu. Masih ada seorang tokoh dunia persilatan lagi yang ikut terkubur di puncak bukit itu, seorang Bu-lim Cianpwe yang tersohor di kolong langit, Bu-kek Tojin, ketua Tianglo perguruan Bu-tong. Nama besar Bu-kek Tojin termashur di seantero jagad, tapi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hanya beberapa orang yang tahu kalau dia juga tewas karena pembunuhan, dan tidak ada yang tahu kalau dia juga tewas di puncak bukit itu. Malah di antara orang-orang yang tahu bahwa dia mati dibokong orang, entah karena urusan apa dia mendatangi puncak bukit itu sehingga tewas di sana pun tidak tahu siapakah pembunuhnya. Yang lebih mengerikan lagi adalah kematian dari hampir seluruh tokoh yang berhubungan dengan kasus pembunuhan ini, tokohtokoh itu di antaranya mencakup Ji-ouw Tayhiap Ho Ki-bu, putrinya Ho Giok-yan serta Ting Im-hok, seorang tokoh Bu-tong-pay. Satu-satunya orang yang masih hidup hingga kini, satu-satunya orang yang terlibat dalam kasus pembunuhan itu rasanya tidak lain hanya murid tertua Ho Ki-bun yang bernama Ko Ceng-kim. Hanya saja Ko Ceng-kim adalah 'nama preman' nya pada enam belas tahun berselang, kini dia sudah menjadi murid penutup Bu-siang Cinjin, ketua Bu-tong-pay, dengan gelar Put-ji. Orang yang sedang menghela napas ringan saat inipun merupakan seorang Tosu dari Bu-tong-pay, malahan kebetulan merupakan kakak seperguruan Put-ji. Orang itu bukan lain adalah murid tertua Bu-siang Cinjin, Putcoat. Setelah kita tahu identitasnya, mungkin saja dapat kita pahami kenapa dia menghela napas saat itu. Tapi masakah kedatangannya ke sana hanya untuk menghela napas? Biarpun Bu-siang Cinjin tidak pernah secara resmi mengangkatnya sebagai murid Ciangbunjin, tapi siapa pun tahu kalau di kemudian hari dialah yang bakal dipilih Bu-siang Cinjin untuk meneruskan jabatannya sebagai ketua partai, karena bukan saja dia merupakan murid tertua, kecerdasan dan keuletannya boleh dibilang sangat menonjol, selama belasan tahun terakhir nyaris seluruh urusan partai, baik urusan besar maupun urusan kecil telah diserahkan pelaksanaannya kepada dirinya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sebagai seorang tokoh penting yang mempunyai posisi strategis dalam partai Bu-tong, karena urusan apa dia mendatangi bukit terpencil itu? Tentu saja dia datang karena ada urusan penting, tapi apa persoalannya? Bahkan dia sendiri pun merasa keheranan! Dia mendapat perintah dari Ciangbun Suhu untuk menggali jenazah Bu-kek Tojin. Sang ketua memerintahkan dia untuk mengangkut balik sisa tulang belulang bekas ketua Tianglo itu agar bisa dikebumikan di atas gunung Bu-tong. Selama ini, hampir semua Tianglo Bu-tong-pay dikebumikan di atas gunung terkecuali Bu-kek Tojin. Sekalipun tidak ada peraturan tertulis yang mewajibkan setiap Tianglo harus dikebumikan di atas gunung, namun Bu-siang Cinjin sebagai seorang ketua, tampaknya tidak ingin saudara seperguruannya itu terkubur di tempat jauh. Tapi yang membuat Put-coat tidak habis mengerti adalah kenapa gurunya tidak melimpahkan tugas ini kepada Sutenya, Put-ji? Bukankah pada enam belas tahun berselang, Put-ji (waktu itu masih bernama Ko Ceng-kim) yang telah mengebumikan Bu-kek Tojin di tempat itu. Ko Ceng-kim tidak mendirikan kuburan, pun tidak membuat batu nisan, yang dia lakukan waktu itu hanya menggali liang lalu memasukkan jenazah Bu-kek Tojin dengan begitu saja lalu meratakan kembali liang kubur itu. Biarpun dia masih ingat dengan letak tempat itu, dia pun meninggalkan tanda di sana. Namun daripada menyuruh orang lain yang menggali, bukankah jauh lebih tepat kalau dia sendiri yang mengerjakan? Persoalan ini pernah ditanyakan Put-coat kepada gurunya, namun jawaban Suhunya belum cukup untuk menghilangkan perasaan curiganya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Menurut Suhu, hal ini disebabkan Put-ji sedang bertugas di wilayah Liauw-tong. Kalau memang begitu, mengapa penggalian itu tidak dilakukan setelah kepulangan Put-ji? Sewaktu Suhu menyerahkan tugas itu kepadanya, Put-ji sudah tiga bulan pergi ke Liauw-tong, menurut perhitungan, seharusnya dalam waktu dekat dia pasti sudah balik kembali ke bukit Bu-tong. Menurut Suhu, kepergian Put-ji ke wilayah Liauwtong kali ini karena sedang melacak dan menyelidiki tempat yang pernah didiami Sumoynya bersama Keng King-si pada enam belas tahun berselang. Karena masalahnya pelik, sukar diramalkan sampai kapan dia baru balik lagi ke perguruan. "Usiaku bertambah tua, mungkin tidak dapat menunggu lebih lama lagi." Tapi mengapa baru sekarang gurunya teringat untuk memboyong tulang belulang Bu-kek Tojin agar bisa dikebumikan di perguruan? Bukankah enam belas tahun bukan jangka waktu yang pendek? Tentu saja masalah inipun masih bisa diberi penjelasan, biarpun usia gurunya tahun ini sudah mencapai tujuh puluh tujuh tahun, akan tetapi kesehatannya masih sangatbagus. Sebelum kejadian ini, mungkin saja dia beranggapan bahwa masalah itu bukan masalah 'pelik yang harus segera diselesaikan', karenanya tidak pernah terlintas pikiran untuk berbuat begitu. Dan sekarang dia mulai merasa 'usianya makin tua dan kesehatannya makin rentan'. Tentu penjelasan itu merupakan penjelasan yang dia berikan untuk gurunya, karena yang pasti, dia tidak mungkin berani "bertanya dan menegur" gurunya. Belum tentu penjelasan itu sesuai dengan jalan pikiran gurunya, namun paling tidak dia sendiri merasa sangat puas dengan penjelasan itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terlepas ada begitu banyak kecurigaan yang mengganjal dalam hatinya, dia masih tetap menerima tugas itu dengan senang hati. Di luar 'perintah guru harus dilaksanakan', dia merasa wajib untuk melaksanakan tugas ini karena semasa hidupnya dulu, Tianglo ini sangat menyayanginya. Rasa hormatnya terhadap Bu-kek Tianglo pun tidak di bawah rasa hormatnya terhadap Ciangbun Suhu. Put-ji belum pernah menjelaskan tentang tempat penguburan itu kepadanya, dia harus menemukan letak kuburan itu berdasarkan penuturan dan keterangan yang diberikan gurunya. Dengan cepat dia berhasil menemukan tebing batu yang berbentuk seperti paruh elang itu, menemukan juga pohon besar yang tumbuh di tepi tebing. Di belakang pohon besar itu terdapat dua gundukan tanah, rumput ilalang dan semak liar tumbuh amat lebat, begitu lebatnya semak belukar di sana membuat orang yang tidak tahu akan mengira gundukan itu hanya merupakan permukaan tanah yang tidak merata, siapa pun tidak bakal menyangka kalau gundukan tanah tadi merupakan kuburan. Dari penjelasan gurunya, Put-coat juga mendapat tahu kalau gundukan tanah di sebelah kiri adalah kuburan Bu-kek Tojin. Gurunya pernah berkata, "Gundukan di sebelah kanan untuk mengubur jenazah Ho Giok-yan, adik seperguruan Put-ji. Tapi lantaran Put-ji ingin mengurus sendiri kuburan adik seperguruannya itu, maka Put-coat dipesan agar jangan salah menggali. Selain itu, di sana pun terdapat sebuah tanda yang gampang dikenali, di samping gundukan tanah yang digunakan untuk mengubur Bu-kek Tojin, Ko Ceng-kim pernah menancapkan sebatang dahan pohon sebesar lengan bocah. Agar tidak melakukan kesalahan fatal, sebelum dilakukan penggalian, Put-coat mencari dulu tanda yang ada, tapi dia tidak menemukan dahan pohon yang dimaksud, namun menemukan ada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebuah pohon pendek yang tumbuh sendirian, tumbuh persis di samping kiri gundukan tanah itu. Mula-mula Put-coat agak tertegun, tapi dengan cepat dia tersadar kembali akan apa yang terjadi. Ternyata setelah lewat enam belas tahun, dahan pohon yang ditancapkan Ko Ceng-kim itu telah tumbuh menjadi sebatang pohon pendek. Biarpun pohon itu pendek dan kecil, paling tidak ranting dan dahannya sudah mencapai dua-tiga puluhan batang. Put-coat berjalan mendekat, memandang dengan lebih seksama, dengan cepat dia menjumpai bahwa dahan-dahan pohon itu sedikitberbeda. Daun yang tumbuh pada ranting dan dahan yang berada tujuh kaki dari permukaan tanah nampak tumbuh dengan suburnya, tapi daun yang berada di bawahnya justru gundul tidak tersisa satu pun. Daun yang tumbuh pada pohon yang sama mengapa bisa berbeda? Bahkan mencolok sekali perbedaannya? Mula-mula dia tertegun, tapi dengan cepat tersadar kembali, ini bisa terjadi karena ada orang yang pernah berlatih ilmu pedang di bawah pohon itu, itulah sebabnya daun yang tumbuh pada ranting pohon berguguran hingga gundul karena terkena hawa pedang. Tapi siapakah orang itu? Kenapa orang itu bukan berlatih pedang di tempat lain melainkan mendatangi bukit yang terpencil dan berlatih di situ? Rasa curiga, rasa tidak habis mengerti seketika mencekam perasaan Put-coat. Dia mencoba memeriksa lagi gundukan tanah di sebelah kanan, lagi-lagi sebuah temuan baru dijumpai, bahkan temuan itu tidak perlu dicerna terlalu dalam, sekilas pandang telah diketahui kalau ada orang yang pernah berkunjung ke situ! Seikat bunga putih tergeletak di atas gundukan tanah itu. Keluarga Ho sudah putus keturunan, Ko Ceng-kim yang dahulu pun sekarang sudah menjadi Put-ji yang sedang tertugas di wilayah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liauw-tong, lantas siapa yang telah berziarah di depan kuburan Ho Giok-yan? Darimana orang itu bisa tahu kalau Ho Giok-yan terkubur di tempat itu? Makin dipikir Put-coat semakin pusing dan tidak habis mengerti, akhirnya sambil menggeleng pikirnya, 'Ah, peduli amat siapa yang pernah berkunjung kemari. Lebih baik segera kulaksanakan perintah guru kemudian meninggalkan tempat ini.' Berpikir sampai di situ, dia pun mulai menggali tanah gundukan itu dengan menggunakan sekop yang dibawanya. Dengan kekuatan tubuhnya yang besar, tidak sampai sebatang hio habis dibakar, dia telah berhasil menggali liang yang telah diratakan dengan tanah oleh Ko Ceng-kim itu menjadi bentuk semula. "Cring!", ujung sekop mulai menyentuh selapis papan yang digunakan untuk menutup di atas tulang jenazah. Papan itu sesungguhnya sudah tertindih hancur oleh beratnya urukan tanah, boleh dibilang sudah kehilangan manfaatnya sebagai pelindung tulang belulang. Satu-satunya kegunaan yang masih tersisa sekarang hanya melindungi bentuk tulang belulang di bawahnya hingga seperti bentuk semula. Buru-buru Put-coat menyingkirkan tanah di atasnya sambil melompat turun ke dalam liang, dengan korek api yang digembol, dia menerangi keadaan dalam liang dan memeriksa isinya. Tapi sekali lagi dia berdiri tertegun. Ternyata ada tiga sosok tulang manusia berjajar di dalam liang kubur itu! Ternyata dalam perkiraan Ko Ceng-kim selama ini, andai Ciangbunjin berniat memindahkan tulang belulang Bu-kek Tianglo ke gunung Bu-tong, besar kemungkinan pelaksanaan tugas itu akan diserahkan kepadanya. Sebagaimana diketahui lantaran terbakar oleh api cemburu, dia tidak pernah mengebumikan jenazah Keng King-si dalam satu liang dengan jenazah bininya, Ho Giok-yan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Karena takut pandangan Suhu terhadap dirinya bakal berubah jika mengetahui peris-tiwa itu, maka selama ini kejadian itu selalu dirahasiakannya. Dari ketiga sosok kerangka manusia itu, Keng King-si berada di ujung paling kiri, di sebelah kanan adalah kerangka Ho Liang, orang tua dari keluarga Ho, sedang kerangka Bu-kek Tojin berada di tengah. Setelah lewat enam belas tahun lamanya, jenazah yang dikubur tanpa peti mati itu sudah hancur, kini yang tersisa hanya kerangka tulang. Untung saja sejak kecil Put-coat memang sering berkumpul dengan Bu-kek Tojin, dia pun pernah beberapa kali berkunjung ke rumah keluarga Ho hingga dengan Ho Liang maupun Keng King-si boleh dibilang cukup akrab. Biar sudah tinggal kerangka tulang saja, namun tidak susah untuk mengenali seseorang dari tinggi pendeknya kerangka yang ada. Selain itu tulang orang tua pun beda dengan tulang orang muda, semua ini tidak ada yang bisa lolos dari pengamatan Put-coat yang jeli. Diam-diam dia menghela napas panjang, pikirnya, Ternyata Putji Sute tidak pernah menguburkan jenazah Keng King-si dalam satu liang dengan Sumoynya.... Tapi pikiran lain segera melintas, pikirnya lagi, 'Ehm, memang tidak bisa menyalahkan dia, Sumoynya itu kan sebenarnya calon bininya!" Ketika Keng King-si 'merayu dan membawa lari' Sumoynya tempo hari, Put-coat bukannya tidak tahu, dia malah sempat ikut merasa tidak puas dengan tindak-tanduk Keng King-si, perasaan simpatiknya selalu diberikan ke pihak Ko Ceng-kim. Kini, setelah menemukan kerangka tubuh Keng King-si, meski di hati kecilnya tetap merasa masgul, namun tidak sampai menimbulkan rasa heran dirinya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu dia menjumpai kerangka Ho Liang, perasaan terkejutnya benar-benar tidak terkirakan. Yang membuatnya terkejut bukan lantaran Ko Ceng-kim hanya membuat dua buah liang dengan menguburkan jenazah Ho Liang dan Bu-kek Tojin di dalam satu liang. Bagi Put-coat, hal semacam ini masih bisa diterima akal sehat, apalagi demi menghemat waktu dan tenaga. Selain itu, Put-coat pun bukan termasuk orang yang gila status dengan membedakan kedudukan seseorang, baginya mengubur seorang tua dari keluarga Ho dengan seorang Tianglo dari Bu-tongpay dalam satu liang adalah satu kejadian yang lumrah. Yang membuatnya terperanjat bercampur heran adalah tulang kerangka Ho Liang, ternyata tulang belulangnya berwarna hitam pekat. Hanya tulang belulang korban meninggalkan bekas seperti ini! keracunan yang akan

Setelah dilakukan pemeriksaan yang cermat dan seksama, akhirnya dia berhasil menemukan sebatang jarum Bwe-hoa-ciam yang sangat lembut di antara tulang iga kerangka itu. Sebagai seorang jagoan silat yang berilmu tinggi, dengan cepat dia dapat menyimpul kan bahwa Bwe-hoa-ciam itu pasti sangat beracun dan racunnya ganas serta mematikan! Kini sebab kematian Ho Liang terungkap sudah, jelas terbukti kalau kematiannya lantaran terkena serangan jarum beracun! Sebab kematian telah terungkap, tapi muncul persoalan lain yang membuatnya tidak habis mengerti. Pertanyaan pertama, siapa yang telah melepaskan jarum beracun itu? Menyusul kemudian pertanyaan kedua, mengapa harus menggunakan jarum beracun untuk membunuh Ho Liang? Bukankah Ho Liang hanya seorang pelayan tua yang tidak mengenal silat? Untuk membunuhnya, siapa pun bisa melakukannya segampang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membalikkan telapak tangan, kenapa harus membokongnya dengan jarum beracun? Tanpa terasa dia mulai membayangkan kembali Keng King-si, orang itu dituduh sebagai pembunuh utamanya. Menurut laporan yang diberikan Ko Ceng-kim kepada Ciangbunjin, si pelayan tua itu Ho Liang tewas di tangan Keng Kingsi. Namun kini Put-coat mulai curiga, semakin dipikir dia merasa semakin sangsi dan ragu. Berdasarkan keterangan yang diberikan Ko Ceng-kim ketika menuturkan peristiwa itu, Ho Liang tewas tergelincir karena didorong Keng King-si. Ho Liang memang tidak memiliki kungfu hebat, sementara Keng King-si waktu itu sedang dicekam rasa gusar dan emosi yang meluap, kalau sampai dia salah tangan hingga menyebabkan kematian Ho Liang, sebenarnya penjelasan ini sangat masuk akal. Tapi penemuan terbaru yang dia temukan sekarang berbicara lain, Ho Liang tewas karena terhajar jarum beracun! Sekalipun Keng King-si berniat membunuh Ho Liang, baginya tidak perlu menggunakan jarum beracun untuk melaksanakan niatnya itu. Apalagi Bu-tong-pay sebagai sebuah perguruan kaum lurus, peraturan yang ketat melarang setiap anggotanya menggunakan senjata rahasia beracun. Memang Keng King-si hampir setahun lamanya meninggalkan perguruan, tapi dalam jangka waktu setahun yang amat singkat, mustahil dia sanggup menguasai ilmu senjata rahasia yang demikian hebat, apalagi dapat membunuh orang tanpa diketahui siapa pun. Lalu kalau bukan Keng King-si, perbuatan siapakah itu? Tentu saja Put-coat tidak bisa mencurigai Ko Ceng-kim. Sama seperti Keng King-si maupun anggota perguruan Bu-tong-pay lainnya, Ko Ceng-kim belum pernah mempelajari ilmu senjata
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

rahasia sebangsa Bwe-hoa-ciam, terlebih tidak cukup alasan baginya untuk membunuh Ho Liang. Satu-satunya jawaban yang bisa diterima adalah pada saat yang bersamaan ada seseorang bersembunyi di tempat kegelapan dan melancarkan serangan bokongan itu. Namun jawaban yang terpikir oleh Tut-coat ini bukan sebuah jawaban yang dapat membuat orang puas. Bwe-hoa-ci jm adalah satu jenis senjata rahasia yang amat lembut dan enteng, bila ingin melukai orang dengan jarum bunga Bwe ini, seseorang harus berscmbunyi di suatu tempat yang dekat jaraknya dengan sang korban. Padahal ketika Ho Liang terbunuh saat itu, mereka yang hadir di tempat kejadian selain Keng King-si, di situ masih ada Ko Ceng-kim dan Ho Giok-yan, ketiga orang itu tergolong jago yang cukup tangguh. Bila ada orang melepaskan serangan Bwe-hoa-ciam dari jarak dekat, mungkinkah perbuatannya itu dapat lolos dari pandangan mata mereka? Put-coat benar-benar tidak habis mengerti, pikirnya, 'Aah, lebih baik jangan kupikirkan dulu persoalan ini, yang penting aku harus segera mengangkut ketiga sosok kerangka manusia ini dan balik ke Bu-tong-san, selelah melaporkan peristiwa ini barulah kemudian mengajak Put-ji Sute merundingkan persoalan ini." Sesudah mengambil keputusan, dia pun mulai mengumpulkan kerangka manusia yang ada. Tiba-tiba dia merasa ada segulung hembusan angin tajam 'menindih' tiba dari atas kepala, dengan sigap Put-coat berkelit ke samping sambil melompat mundur. "Blaam!", diiringi suara gemuruh yang keras, tahu-tahu sebuah batu raksasa telah meluncur ke bawah, begitu kerasnya timpukan itu membuat ketiga sosok kerangka manusia itu hancur berantakan seketika.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Buru-buru Put-coat menyambar sekopnya sambil menjejakkan kaki ke dinding liang kubur, kemudian dengan cekatan dia melejit ke udara dan melayang ke permukaan tanah. Kembali sebuah batu raksasa dilontarkan ke arah tubuhnya, masih berada di tengah udara Put-coat segera mengayun sekopnya ke muka. Dalam keadaan kritis dan terancam bahaya, dia kerahkan segenap tenaga dalam yang telah dilatihnya selama tiga puluh tahun ini untuk menyongsong datangnya sambaran itu. "Traang....!", kali ini batu cadas itu berhasil ditangkis dengan sekopnya hingga mencelat balik ke belakang. Menggunakan peluang itu cepat sepasang kakinya menginjak permukaan tanah. Pada saat itulah sang penyerang telah berganti senjata, kali ini bukan batu cadas yang ditimpukkan ke arahnya melainkan sembilan batang paku penembus tulang Tau-kut-ting yang meluncur tiba berjajar dalam bentuk segi tiga. Sungguh dahsyat tenaga timpukan orang itu, kesembilan batang paku penembus tulang itu menyambar datang diiringi suara desingan tajam yang begitu memekakkan telinga, seolah ada beribu anak panah yang merobek gendang telinga. Put-coat segera memutar sekopnya bagai balingbaling, dalam waktu singkat kesembilan batang paku penembus tulang itu berhasil dihajar hingga rontok ke tanah. Meski semua Am-gi berhasil dijatuhkan, tidak urung secara lamat-lamat dia merasakan juga pergelang-an tangannya kaku dan kesemutan. Sebagai seorang jagoan yang berpengetahuan luas, begitu sekopnya membentur Am-gi lawan, dia segera sadar kalau orang itu telah mengerahkan tenaga dalam untuk melepaskan kesembilan batang paku penembus tulang itu, dengan perasaan terkesiap segera berpikir, 'Heran, kenapa tenaga dalam yang dilatih orang ini
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mirip sekali dengan tenaga dalam Thay-khek-sinkang dari perguruan kami?" Kalau dibilang ada perbedaan, maka perbedaan itu tipis sekali, tenaga dalam yang dimiliki orang itu cenderung lebih kasar dan ganas, sementara kekuatan yang terpancar lewat senjata rahasia itupun seakan sebentar terputus sebentar muncul kembali, berbeda jauh dengan kekuatan murni aliran Bu-tong-pay. "Melukai orang dengan senjata rahasia, terhitung jagoan macam apa kau ini?" bentak Put-coat nyaring, 'kalau memang bernyali, ayoh cepat keluar!" Belum selesai dia berkata, terdengar seseorang menyahut dengan logat luar daerah, menyahut sambil tertawa tergelak, "Hahaha, Put-coat Totiang, aku tahu kau adalah ahli waris Ciangbunjin Bu-tong-pay, kudengar tenaga dalammu sangat hebat dan sakti, barusan aku hanya ingin menjajal sampai dimana kemampuanmu itu.... Orang itu adalah seorang lelaki yang mengenakan kain kerudung muka. "Kalau memang ingin menjajal kepandaian silat-ku, kenapa harus mengenakan kerudung muka?" jengek Put-coat. "Hahaha, lagi-lagi tebakanmu keliru. Maaf, aku bukan ingin menjajal ilmu silatmu saja, aku datang karena ingin membunuhmu! Cuma aku memang tidak ingin membunuhmu dengan menggunakan senjata rahasia, aku ingin membunuhmu dengan pedang. Awas! Lihat pedang!" Dia memberitahu terlebih dulu sebelum melancarkan serangan, artinya serangan ini bukan serangan bokongan. Biar begitu, serangan yang dilancarkan orang berkerudung itu benar-benar cepat bagaikan sambaran kilat, begitu kata "pedang" meluncur keluar dari mulutnya, cahaya senjata bagai untaian rantai emas telah menggulung tiba! Sambil mencabut pedang, dia melambung ke udara dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melancarkan serangan ke tubuh lawan, semuanya nyaris dilakukan dalam satu tarikan napas, gaya maupun gerakannya terlihat indah, lembut dan menawan. Put-coat segera merasa jurus serangan yang digunakan lawan seakan pernah dikenal sebelumnya. Sekop miliknya berat dan kaku, begitu mengetahui jurus pedang yang digunakan lawan, dia segera sadar kalau sulit baginya untuk membendung datangnya ancaman itu. Benar saja, tidak sampai beberapa gebrakan dia sudah tercecar hebat hingga kalang-kabut. Kembali orang itu tertawa tergelak, Hahaha, kalau kesempatan untuk mencabut pedang pun tidak kuberikan, mungkin kau bakal mati tidak.... Belum selesai perkataan itu diucapkan, Put-coat dengan gerakan Si-siung-kiau-boan-im (menyempitkan dada berjumpalitan di awan) telah melompat mundur sejauh tiga depa lebih. "Kau ingin membunuhku?" bentaknya nyaring, "aku rasa tidak segampang apa yang kau perkirakan!" Sepasang lengannya digetarkan keras, sekopnya diiringi deruan angin dan guntur meluncur dari tangannya langsung membabat pinggang orang itu. Kelihatannya orang itu tidak berani menyambut datangnya ancaman dengan keras lawan keras, tubuhnya menyusup ke samping, ujung pedangnya menutul pelan ke depan, dengan menghimpun hawa murninya dia tangkis sekop itu hingga mencelat ke samping. Put-coat terkesiap, dia kaget setelah melihat gerak serangan yang digunakan orang itu. Biarpun gerak serangan yang dilakukan orang itu lincah, tidak urung gerakannya sedikit melamban juga. Pada saat itulah Put-coat telah melolos senjatanya sambil membentak, "Kurang sopan kalau kedatanganmu tidak di sambut selayaknya, lihat serangan!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pedangnya membacok ke depan dengan membuat gerakan setengah lingkaran busur, ternyata orang itupun menyambut datangnya ancaman dengan gerakan busur, hanya saja rentangjaraknya jauh lebih besar dan melebar. "Traang!", ketika sepasang pedang saling membentur satu dengan lainnya, mata senjata orang itu ternyata tiga inci lebih panjang ketimbang mata pedang Put-coat, hampir saja tubuh pendeta muda itu terbabat luka. Untung saja Put-coat cukup matang menguasai ilmu silatnya, cepat dia rendahkan kuda-kuda sambil menarik bahu ke samping, pedangnya diputar lalu menggulung ke arah depan. Posisinya saat ini boleh dibilang 'dalam bagai air jeram, kekar bagai bukit karang', dengan posisi tenang dia mengatasi perubahan lawan. Tampaknya orang berkerudung itu cukup tahu akan kelihaian lawannya, belum sampai jurus serangan digunakan hingga puncaknya, buru-buru dia berganti gerakan. Tampak bahunya sedikit diangkat, tungkai kakinya segera meninggalkan permukaan tanah, pedangnya dibabatkan serong ke samping, bagaikan seekor bangau putih yang sedang pentang sayap, radius babatannya kali ini jauh lebih lebar dan besar ketimbang babatan semula. Bila bacokan pedang itu sampai mengenai pada sasaran, niscaya seluruh lengan milik Put-coat akan terbelah jadi dua dan berpisah dengan tubuhnya. Put-coat tidak mau unjuk kelemahan, dengan jurus yang sama, Pek-hok-liang-ci (bangau putih pentang sayap), dia ciptakan garis membujur yang lebarnya mencapai tujuh kaki. Seperti gelombang samudra yang menakutkan, cahaya pedang berham-buran ke empat penjuru. Sekali lagi orang berkerudung itu berganti jurus serangan, dia tidak berani menyambut datangnya ancaman dengan keras lawan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keras. Put-coat semakin curiga, bentaknya, "He, darimana kau pelajari kedua jurus ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat itu?" "Hahaha, lucu amat kau ini, teori pedang saja boleh sama dan banyak kemiripan apalagi gerakan ilmu pedang. Kau sangka hanya ilmu pedang Thay-khek yang bisa memiliki kedua jurus serangan itu?" Biarpun sedang berbicara, gerak tangannya sama sekali tidak mengendor, selama pembicaraan masih berlangsung, secara beruntun dia telah menciptakan tiga buah lingkaran hawa pedang yang menggidikkan hati, rupanya dia sedang mengeluarkan jurus Sam-coan-hoat-lun (memutar roda tiga lingkaran). Sekali lagi Put-coat membentak gusar, "Sudah jelas jurus serangan yang kau gunakan berasal dari Thay-khek-kiam-hoat, mengapa masih ingin mungkir?" "Terserah kalau kau bersikeras mengatakan jurus serangan yang kugunakan berasal dari Thay-khek-kiam-hoat. Hehehe, jangan kau anggap manusia di kolong langit hanya anak murid Bu-tong-pay saja yang sanggup menggunakan ilmu Thay-khek-kiam! Jangan lagi baru dua jurus, coba lihat serangan berikutku ini! Terima serangan!" Begitu mengembangkan serangan pedangnya, hawa serangan yang berbentuk lingkaran bersusun saling lapis dan susul menyusul tiada habisnya, seakan gelombang ombak yang saling berkejaran di tepi pantai, benar saja, semua jurus serangan yang digunakan adalah jurus-jurus tangguh dari ilmu Thay-khek-kiam. Bukan cuma itu, gerak serangan yang dilakukan orang ini ternyata jauh lebih cepat ketimbang apa yang pernah diajarkan Busiang Cinjin, bahkan kekuatan serangannya jauh lebih tangguh dan ganas. Diam-diam Put-coat mulai sangsi dan berpikir, 'Heran, kenapa aku seperti pernah kenal dengan gerakan jurus pedang ini? Aah, betul, gerak serangannya sedikit agak mirip dengan ilmu pedang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ajaran Bu-si Susiok." Hanya saja bila dibandingkan dengan Thay-khek-kiam-hoat aliran lurus, maka jurus serangan orang itu seakan hanya mampu mencapai 'bentuk' gerakannya saja dan tidak mampu mencapai tingkatan paling 'puncak'. Namun kalau dibilang kehebatannya tidak bisa mengungguli ajaran murni, rasanya hal itupun belum tentu. Biarpun terdapat perbedaan antara keras dan lembut, namun aliran ajarannya seakan berasal dari sumber yang sama. Janganjangan seperti apa yang dikatakan gurunya, entah di tahun ke berapa, ada seorang anggota Bu-tong-pay yang telah mengajarkan ilmu pedang Thay-khek-kiam secara diam-diam kepada anggota perguruan lain, setelah melewati tahun demi tahun, maka ilmu pedang itu berhasil dilebur oleh jagoan itu menjadi sejenis ilmu pedang lain yang lebih tangguh? Sebagaimana diketahui ilmu pedang yang diyakini Put-coat berasal dari petunjuk Bu-siang Cinjin, selama ini dia tidak pernah belajar ilmu pedang dari Bu-si Tojin. Oleh sebab itu pandangannya berbeda jauh dibandingkan dengan pandangan Put-ji. Dia hanya merasa kalau ilmu pedang yang digunakan orang itu ada beberapa bagian mirip dengan ilmu pedang Bu-si Tojin, tapi kalau ditanya berapa bagian kemiripannya, apakah tiga bagian atau empat bagian atau tujuh, delapan bagian? Dia tidak dapat memberi penjelasan secara pasti. Kalau semula Put-coat dibuat kalang-kabut dan tercecar hebat lantaran konsentrasinya buyar, begitu tersadar kembali akan kondisinya dia pun segera berpikir, 'Kenapa aku melupakan petuah yang pernah diberikah Suhu tempo hari, biarpun ada tekanan yang datang menghimpit bagai tindihan bukit Thay-san, anggap saja tekanan itu seenteng hembusan angin sejuk yang menerpa wajah.... Berpikir sampai di situ, dia pun segera pusatkan konsentrasinya untuk menghadapi lawan. Serangan yang dilancarkan orang itu makin lama semakin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bertambah cepat, sementara gerakan dia sendiri justru makin lama semakin bertambah lambat, ujung pedangnya bagaikan ujung pensil yang sebentar menuding ke timur sebentar menggores ke barat, namun setiap goresan yang membentuk lingkaran itu segera memunahkan sebagian tekanan yang dihasilkan oleh serangan lawan. Sungguh aneh hasilnya, biarpun ruang lingkupnya makin lama menyusut makin kecil, gerak pertahanannya pun makin lama semakin melambat, namun betapa ganas dan dahsyatnya serangan pedang yang dilancarkan orang berkerudung itu, tidak satu pun yang berhasil menembus pertahanannya. Tidak selang beberapa saat kemudian, gerak serangan orang berkerudung itu seakan-akan terbendung alirannya, gerakannya makin lama juga semakin bertambah lambat. Sekali lagi lingkaran pedang yang diciptakan Put-coat dari menyusut kembali mengembang lebar, tidak lama kemudian dia telah mengurung seluruh tubuh orang berkerudung itu ke dalam lingkaran pengaruh hawa pedangnya. Baru saja Put-coat memainkan ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat dengan makin lancar, tiba-tiba dia merasa lengan kanannya sedikit agak kesemutan, tahu-tahu orang berkerudung itu dengan jums Tay-mo-ku-yan (asap tunggal di tengah gurun) telah menyerbu masuk ke dalam lingkaran hawa pedangnya, diikuti kemudian dengan jurus Tiang-ho-lok-jit (matahari tenggelam di balik sungai), dia ciptakan sebuah lingkaran pedang berbentuk bulat dan berbalik mengurung seluruh tubuhnya. Beberapa kali sepasang pedang itu saling membentur tanpa menimbulkan sedikit suara pun, rupanya kedua belah pihak telah menggunakan teknik melekat dengan menyalurkan tenaga dalamnya ke ujung pedang untuk saling beradu fisik dengan lawan. Pada mulanya Put-coat merasa kegirangan, pikirnya, 'Jika kau mengajak aku bertarung menggunakan jurus serangan, dalam tiga sampai lima puluh gebrakan kemudian pun belum tentu aku dapat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengunggulimu, tapi sekarang kau mengajak aku beradu tenaga dalam, hmm! Dengan jurus ini akan kusuruh kau sulit lolos dari sergapan senjataku!" Ternyata kesempurnaan tenaga dalam lawannya jauh di atas kemampuan permainan pedangnya, lagi pula Put-coat sudah menjajal tenaga dalam yang dimiliki lawan, ternyata masih jauh di bawah kemampuannya. Tapi kenyataan di lapangan sama sekali berbeda dengan apa yang dibayangkannya, bukan saja tidak segera selesai, sebaliknya keadaan malah jauh di luar perkiraan. Ketika tenaga dalamnya menembusi ujung pedang, dia bukan saja gagal menggeser posisinya barang sejengkal pun, malah di balik pertahanan lawan yang kokoh, secara lamat-lamat mengandung pula serangan balik yang amat kuat. "Heran, kenapa tenaga dalamku hari ini bisa begini tidak becus?" Yang membuatnya lebih terkejut lagi bukan cuma hal itu, kalau tadi hanya sebagian tangannya yang terasa kaku dan kesemutan, maka sekarang rasa kesemutan itu mulai menjalar naik ke atas. Mula-mula ujung sikunya yang terasa kesemutan, maka sekarang dari jalan darah Ci-ti-hiat mulai menjalar hingga ke jalan darah Ciankeng-hiat di pundak, terus yang menjalar ke arah bawah menyusup sampai di Kwan-goan-hiat di dekat nadi kepalan, hal ini membuat seluruh lengan kanannya jadi kaku, kesemutan dan kehilangan rasa. Biarpun dengan mengandalkan tenaga murni dia bisa mencegah lengan kanannya tidak sampai mati rasa, namun lengan yang mulai kesemutan itu berpengaruh amat besar atas kelincahan gerakan serangannya. Pada saat itulah tiba-tiba dari balik hutan berjalan keluar dua orang, satu lelaki dan satu wanita. Yang lelaki bertubuh tinggi kekar, Put-coat mengenalinya sebagai seorang perampok ulung dari wilayah Lu-lan (Soa-tang) bernama Ciu Hiong.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiga tahun berselang, ketika dia sedang merampok seorang saudagar kulit, kebetulan Put-coat sedang lewat di tempat kejadian, dalam pertarungan yang kemudian berkobar, dia berhasil dihajar oleh Put-coat hingga terluka dan melarikan diri. Sementara yang wanita berusia liga puluh tahunan, biarpun sudah setengah umur, namun dandanannya tidak kalah dengan seorang gadis muda, alis matanya digambar tebal hingga mirip bulan sabit, kening dan pipinya diberi bedak warna kuning muda, bibirnya bergincu tebal sementara rambutnya dikepang dua, bukan saja genit, bahkan cenderung jalang. Put-coat merasa seolah pernah bertemu dengan wanita ini, tapi lupa dimana. Terdengar Ciu Hiong tertawa tergelak, ejeknya, Hahaha, hidung kerbau, Tosu bau, kemana kaburnya semua kegagahanmu tiga tahun berselang? Kau tidak menyangka bakal menghadapi nasib seperti hari ini bukan?" Sebaliknya wanita setengah umur itu tertawa cekikikan sambil menutupi mulut sendiri, serunya, "Put-coat Totiang, tahukah kau bahwa tadi kau telah salah memaki? Yang membokongmu tadi bukan sahabat itu, melainkan aku! Cuma aku memang bukan seorang lelaki sejati, jadi aku tidak kuatir kau maki. Bagaimana? Jarum beracun kecilku tidak terlalu enak rasanya, bukan?" Seperti baru sadar, Put-coat segera membentak nyaring, "Kau adalah Cing-hong (si Lebah hijau) Siang Ngo-nio?" Siang Ngo-nio adalah seorang Li-hui-cat (penyamun terbang wanita) yang tersohor dalam dunia persilatan karena kepandaiannya melepaskan senjata rahasia beracun, oleh sebab itu walaupun Putcoat belum pernah bertemu dengannya, namun dia pernah mendengar tentang wajah, dandanan serta asal-usulnya. Konon dia adalah kekasih gelap Tong Siau, Jikongcu dari keluarga Tong di Sucwan, senjata rahasia andalannya yang paling lihai adalah Cing-hong-ciam (jarum lebah hijau), ilmu itu dia dapatkan dengan jalan mencuri dari keluarga Tong.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lebah hijau adalah sejenis lebah yang langka, racun sengatannya jauh lebih mematikan ketimbang lebah kuning. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan, racun ular hijau pada pagutan, racun lebah kuning pada sengatan, sejahat apa pun racun mereka, lebih beracun hati wanita". Siang Ngo-nio adalah seorang Hui-cat yang keji, kejam dan telengas, bukan saja dia tersohor karena mahir menggunakan senjata rahasia, bahkan yang dipakai adalah jarum beracun, karena kekejiannya itulah dia mendapat julukan si Lebah hijau. Bila berada pada hari biasa, selihai apa pun jarum beracun milik Siang Ngo-nio tidak nanti senjata itu mampu melukai dirinya, tapi lantaran jarum beracunnya dilepas berbarengan ketika orang berkerudung itu menyerang dengan paku penembus tulang, padahal tenaga dalam orang berkerudung itu tidak di bawah kemampuan Put-coat, ditambah lagi saat itu Put-coat sedang berkonsentrasi menghadapi ancaman paku penembus tulang, tidak heran dia termakan oleh serangan bokongan perempuan itu. Terdengar Siang Ngo-nio tertawa terkekeh sambil mengejek, "Hahaha, tidak kusangka seorang jagoan tangguh dari Bu-tong-pay pun bisa mengenali nama Siauli, benar-benar satu keberuntungan bagiku. Aku tidak ingin membalas kebaikanmu dengan tindakan jahat, karenanya kuanjurkan kepadamu lebih baik cepatlah menyerah kalah. Kalau tidak, jika kau memaksakan diri mengerahkan tenaga dalam lagi, racun yang mengeram dalam tubuhmu akan bekerja semakin cepat. Jika hawa racun sampai menyusup ke dalam jantung, hehehe, biar tersedia obat penawar racun pun jangan harap nyawamu dapat diselamatkan!" Put-coat berlagak tuli, sikapnya seolah-olah sama sekali tidak mendengar nasehat itu, tiba-tiba bentaknya nyaring, "Apakah kau juga yang telah mencelakai Ho Liang dengan jarum beracun?" "Hahaha, aneh benar manusia seperti kau," jengek Siang Ngo-nio sambil tertawa, kematian sudah di ambang pintu pun masih sempat menyelidiki sebab kematian seorang pelayan tua! Hehehe, kalau memang perbuatanku, mau apa kau?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ternyata memang kau, akan kucabut nyawamu!" "Hahaha Siang Ngo-nio tertawa terpingkal-pingkal, "Totiang yang ganteng, selamatkan dulu nyawamu sebelum bicara lebih jauh." Sementara itu Put-coat maupun orang berkerudung itu masih tetap bertahan pada posisi masing-masing, bahkan kelihatan sekali lagi posisi orang berkerudung itu sedikit di atas angin. Pedang dalam genggaman orang berkerudung itu masih tegak bagai sebatang pit, sementara pedang dalam genggaman Put-coat sudah nampak mulai melengkung. Baru saja Siang Ngo-nio menghentikan gelak tawanya, mendadak terdengar Put-coat membentak nyaring, tahu-tahu kedua batang pedang itu sama-sama patah jadi dua bagian. Ketika Put-coat menggunakan kekuatan tenaga dalamnya untuk menggetar patah senjata lawan, pedang miliknya pun segera ikut patah terhajar tenaga pantulan yang dihasilkan orang berkerudung itu. Padahal saat itu Put-coat sudah keracunan hebat, tindakannya mengerahkan tenaga dalam boleh dibilang merupakan pertaruhan terakhirnya, tindakan itu bukan saja tidak pernah diduga oleh Siang Ngo-nio, orang berkerudung sendiri pun sama sekali tidak menyangka. Baru saja orang berkerudung itu berdiri melengak, Put-coat dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat sudah melesat maju ke depan, kutungan pedang dalam genggamannya sekuat tenaga ditimpukkan ke arah Siang Ngo-nio. Ciu Hiong yang berdiri di sisinya buru-buru menyambar tongkat besi dan menangkis datangnya timpukan itu. Sungguh cepat sambaran kutungan pedang itu, baru saja Ciu Hiong menggerakkan toyanya, terdengar desingan angin tajam menyambar lewat, begitu tajamnya sambaran itu membuat sepasang matanya jadi perih dan nyaris tidak bisa dibuka kembali. Menanti dia dapat membuka matanya kembali dan bersiap
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengayun toyanya, terdengar Siang Ngo-nio menjerit keras, suaranya tinggi, tajam dan melengking. Ternyata ayunan senjatanya sama sekali tidak berhasil menangkis kutungan pedang itu, jangankan menangkis, menyentuh pun tidak. Sebetulnya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Siang Ngo-nio terhitung cukup hebat, sayang, betapa cepat dia berkelit pun masih tetap tidak berhasil menghindarkan diri dari sergapan itu. "Krakkkk!" Kutungan pedang itu melesat lewat dari sisi dagunya dan langsung menghujam di bahunya. Ternyata Put-coat melemparkan kutungan pedangnya itu dengan ilmu berpusing, bagaikan sebuah bumerang, kutungan pedang yang dilempar ke arah kiri tahu-tahu berbalik menyerang ke arah kanan. Dia bukan saja telah memperhitungkan jarak kedua belah pihak secara tepat, bahkan ke arah mana Siang Ngo-nio menghindar pun telah diperhitungkan secara tepat. Begitu kutungan pedang itu menghujam bahu Siang Ngo-nio, tulang Pi-pe-kutnya langsung patah beberapa bagian, saking sakitnya perempuan itu menjerit-jerit sambil bergulingan di atas tanah, jerit kesakitannya tinggi, tajam dan menyayat hati, setelah bergulingan beberapa kali, akhirnya tubuh wanita itu meluncur jatuh ke bawah tebing, tidak jelas bagaimana nasibnya kemudian. Biarpun Put-coat berhasil dengan serangannya itu, namun dia sendiri segera terjerumus dalam kerubutan dua orang jago tangguh. Orang yang berada di hadapannya adalah Ciu Hiong, ketika tongkat besinya gagal menyampuk kutungan pedang itu, dia langsung mengayun senjatanya menghajar batok kepala lawan. Sementara orang berkerudung yang berada di belakang tubuhnya menempel terus bagaikan bayangan setan, sambil merangsek maju, telapak tangannya diselipi angin pukulan yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kuat langsung dihantamkan ke punggung lawan. Sungguh hebat Put-coat Tojin, biarpun tergencet dua musuh yang mengancam perut serta punggungnya, dia sama sekali tidak menjadi panik, sambil menekuk sedikit lututnya seraya berputar, telapak tangannya dibabatkan perlahan ke samping, lalu dengan teknik 'meminjam tenaga memukul lawan', dia dorong tangannya kuat-kuat ke depan. Tubuh Ciu Hiong yang tinggi besar bagaikan sebuah pagoda baja itu kontan tergetar oleh tenaga dorongan itu hingga kuda-kudanya langsung tergempur dan tidak tahan tubuhnya maju beberapa langkah dengan sempoyongan. Karena tubuhnya tidak terkendali, hantaman toya bajanya yang berat pun kehilangan arah, bukan hanya berganti posisi, malahan secara kebetulan menghantam ke arah orang berkerudung itu. Sebenarnya orang berkerudung itupun mengerti tentang ilmu Suliang-bo-jian-cing (dengan empat tail memikul ribuan kati), tapi sayang ketika itu dia sedang melancarkan pukulan dengan sepenuh tenaga, bila Dia mesti berganti teknik serangan secara terburu-buru, niscaya kekuatan tenaga pukulannya itu akan berbalik menghantam ke tubuh sendiri. Tentu saja orang berkerudung itu enggan melukai diri sendiri hanya demi menguatirkan keselamatan jiwa rekannya, tenaga pukulannya yang dahsyat tetap dilontarkan ke muka, hanya saja di balik pukulannya itu disertai pula sedikit teknik 'menggiring', hal ini membuat tubuh Ciu Hiong sedikit miring ke samping, serta-merta robohnya tubuh orang itupun demi melindungi keselamatan sendiri. Dengan demikian sama artinya ada dua orang jagoan Thay-khek yang sedang meminjam tubuh Ciu Hiong untuk saling beradu kekuatan, begitu tubuh Ciu Hiong didorong oleh Put-coat ke samping, segera tubuhnya berputar bagaikan sebuah gangsingan, lagi-lagi dia didorong balik oleh kekuatan dahsyat orang berkerudung itu. Akhirnya setelah berpusing beberapa kali, dia jatuh terjengkang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ke tanah dengan darah meleleh keluar dari lubang mata, hidung, telinga serta mulutnya, seperti juga nasib yang dialami Siang Ngonio tadi, badannya terguling dan meluncur cepat ke bawah bukit sana. Ujar orang berkerudung itu kemudian dengan nada dingin, "Membunuh orang harus dibayar dengan nyawa, itu yang kau ucapkan sendiri tadi. Dalam pertandingan ilmu pedang, kita belum berhasil menentukan siapa menang siapa kalah, ayoh sekarang kita beradu lagi ilmu pukulan." Waktu itu Put-coat sudah banyak kehilangan tenaga murni sehingga tidak sanggup lagi mencegah menjalarnya hawa racun ke dalam tubuh, bukan saja seluruh lengan kanannya sudah kesemutan kaku hingga tidak sanggup digerakkan, separuh badannya juga lambat-laun mulai kaku dan mati rasa. Kini pandangan matanya mulai berkunang-kunang, kepalanya mulai pening dan pandangannya mulai kabur dan dia tidak sanggup memandang dengan jelas. Buru-buru dia menghimpun segenap sisa kekuat-an yang dimilikinya untuk melindungi detak jantung, kemudian dengan mengandalkan lengan kirinya dia hadapi serangan musuh yang makin lama makin bertambah gencar itu. Ketika sepasang tangan saling beradu, Put-coat seketika merasakan tenaga lawan yang menghantam tiba bagaikan gulungan ombak sungai Tiang-kang, lapis demi lapis datang silih berganti dan tiada putusnya, tidak bisa disangkal itulah tenaga dalam aliran perguruannya, hanya bedanya di balik kelembutan tenaga serangan lawan mengandung kekerasan, sedikit tidak mirip dengan ajaran Thay-khek-kun dari kaum lurus. Dalam keadaan begini, Put-coat sudah mengesampingkan soal mati hidupnya, sekarang dia hanya memusatkan seluruh konsentrasinya untuk menghadapi pertarungan. 'Walaupun di depan mata ada musuh, dalam hati sebenarnya tidak ada lawan', pikiran dan perasaannya kini dikembangkan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menuju ke ketenangan dan kelembutan. Kembali serangkaian pukulan dilancarkan dengan jurus Samcoan-hoat-lun (tiga kali memutar roda hukum), di balik lingkaran terselip tenaga pukulan yang kuat. Seketika tubuh orang berkerudung itu terseret ke dalam pusaran angin pukulan, tidak kuasa tubuhnya ikut berputar dua lingkaran seperti gangsingan, tapi pada setengah lingkaran ketiga, tiba-tiba orang itu berhasil menghentikan gerakan tubuhnya dan lolos dari pengaruh pusaran itu. "Aah, sayang!" pekik Put-coat dalam hati. Ternyata jurus Samcoan-hoat-lun (tiga kali memutar roda hukum) itu mempunyai kemampuan untuk memaksa tubuh orang itu terseret ke dalam arus pusingan, jika dia sampai berputar tiga lingkaran, niscaya orang itu akan mencelat dan jatuh terjengkang ke tanah. Sayang racun jahat telah menyusup ke dalam tubuhnya, hawa racun pun masih menjalar terus ke bagian tubuh yang lain, hal ini membuat lengan kirinya mulai terasa kaku, kesemutan dan hilang rasa. Memang patut disayangkan, andai kata dia masih memiliki sedikit tenaga saja niscaya usahanya akan mendatangkan hasil, sayang usahanya harus mengalami kegagalan di tengah jalan, dia hanya mampu memaksa lawannya berputar dua setengah lingkaran. "Hmm, kau memang tidak malu menjadi murid pertama ketua Bu-tong-pay," dengus orang berkerudung itu dingin, "sayang umurmu sudah tidak lama lagi. Mengingat tidak mudah untuk mempelajari ilmu sakti itu, bagaimana kalau kita lakukan sebuah transaksi yang saling menguntungkan?" Saat itu hawa racun telah menjalar ke seluruh tubuh Put-coat, dalam kondisi seperti ini pada hakikatnya dia sudah tidak ambil peduli atas semua perkataan orang itu. Terdengar orang berkerudung itu kembali berkata, Kini kau sudah keracunan hebat, mustahil kalau ingin pulih kembali seperti
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sedia kala. Tapi bila ingin memperoleh obat penawar racun milik Siang Ngo-nio, paling tidak kau masih bisa hidup sepuluh tahun lagi. Begini saja, kau menyembah tiga kali kepadaku dan aku pun akan mengijinkan kau mengambil obat pemunah dari saku Siang Ngo-nio. Kalau tidak.... hmm! Hmm! Aku rasa kau pasti sudah mengerti, biar ingin mengadu jiwa pun tidak mungkin kau bisa mengungguli diriku. Selama aku tidak memberi kesempatan, darimana kau bisa memperoleh obat penawar racun itu?" Put-coat sadar, pihak lawan sedang berusaha membuat amarahnya berkobar, maka dia berlagak seolah tidak mendengar ejekan itu, dengan sekuat tenaga dia mencoba mengendalikan hawa murninya yang sudah mulai buyar. Gagal membangkitkan amarah lawan, kembali orang itu mengejek sambil tertawa dingin, "Ya, apa boleh buat kalau kau enggan menuruti nasehatku, terpaksa aku harus menyempurnakan keinginanmu itu." Diiringi suara bentakan nyaring, sepasang telapak tangannya melancarkan serangan bersama, dengan jurus Ya-be-hun-cong (Kuda liar menyiak bulu) dia mengancam jalan darah Tay-yang-hiat di kedua pelipis Put-coat bersamaan waktu. Melihat datangnya ancaman, buru-buru Put-coat menggunakan teknik 'membetot'. Dengan satu jurus Im-jiu (tangan awan) dia berusaha mempengaruhi tubuh lawan dan membetotnya hingga berputar, kali ini asal tubuh lawan bisa diputar satu lingkaran saja, niscaya dia akan roboh terjerembab. Sayang serangannya kali ini kehilangan kemampuan, begitu kuat dan dahsyatnya tenaga pukulan orang itu sehingga teknik 'membetot' yang digunakan Put-coat hanya mampu mempengaruhi setengah dari kekuatan musuh, sementara sisanya tahu-tahu hilang dengan begitu saja. Waktu itu rasa kesemutan dan kaku sudah menjalar sampai separuh badannya, karenanya walaupun separuh tenaga serangan lawan berhasil dipunahkan, namun hasil yang diperoleh dari teknik
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

'membetot' itu hanya menyebabkan pihak lawan sedikit gontai. Bukan saja gagal merobohkan lawan, sebaliknya Put-coat sendiri malah dipaksa mundur tiga langkah dengan sempoyongan. Ternyata orang itu tahu kalau kemampuannya menggunakan ilmu pukulan Thay-khek-kun masih kalah jauh dibanding kemampuan Put-coat, oleh sebab itu meski jurus Ya-be-hun-cong (kuda liar menyiak bulu) yang digunakan sama seperti aslinya, namun tenaga pukulan yang dipancarkan justru sama sekali berbeda. Ilmu pukulan Thay-khek-kun, Thay-khek-ciang maupun Thaykhek-kiam hampir semuanya mengutamakan kelembutan mengatasi kekerasan, tapi tenaga pukulan orang berkerudung itu keras dan ganas, bahkan datangnya bagaikan air bah yang jebol dari bendungan, menggulung datang tiada habisnya, bukan saja bertentangan dengan teori aslinya, bahkan terasa jauh lebih tangguh. Bila pada hari biasa, dia pasti akan gembira jika menyaksikan musuhnya melancarkan serangan dengan kekerasan. Tapi saat ini luka beracunnya sudah mulai kambuh, separuh tubuhnya terasa kaku, kesemutan dan hilang rasa, biarpun dia sudah menggunakan ilmu tingkat tinggi dengan menggunakan kelembutan untuk mengatasi kekerasan, sayang kemampuannya itu belum sanggup menanggulangi keganasan lawan. Dia hanya mampu membuyarkan separuh kekuatan musuh, sementara separuh sisanya masih tetap menerjangnya hingga membuat dia gontai, sempoyong-an dan terombang-ambing bagaikan sebuah sampan kecil yang dipermainkan ombak samudra. Melihat pukulan kerasnya memberikan hasil, kembali orang berkerudung itu mengubah gaya serangan nya, kini dia menyerang makin cepat, makin keras dan makin dahsyat. Jurus pukulan yang digunakan pun sudah menyimpang dari ilmu pukulan Thay-khek-ciang, ada kalanya dia membabat dengan telapak tangan, ada kalanya menjojoh dengan ujung jari, di balik
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jurus pukulan terselip juga jurus golok dan jurus pedang. Menghadapi gempuran semacam ini, Put-coat mulai tercecar hebat, kendalipun pengetahuan serta pengalamannya luas, untuk sesaat sulit baginya untuk mengenali aliran jurus serangan lawan. Tapi anehnya, biarpun dia tidak dapat menebak asal ilmu pukulan lawan, namun gerakan jurusnya terasa seakan pernah dijumpainya di suatu tempat. Tampaknya orang berkerudung itu dapat menebak kecurigaan lawan, serunya sambil tertawa tergelak, "Hahaha, kau tidak mampu mengenali asal-usul ilmu pukulanku bukan? Kelihatannya kalau tidak kuberitahu, mungkin kau bakal mati tidak meram!" Put-coat mendengus dingin, "Hmm, aliran sesat kaum iblis, tidak ada harganya untuk dibicarakan!" Maksud dari perkataan itu sangat jelas, dia menganggap jurus serangan lawan berasal dari perguruan sesat yang tidak dikenal, sehingga tidak pantas baginya untuk melacak asal-usulnya. Orang berkerudung menggeleng kepala berulang kali, jengeknya sambil tertawa tergelak, "Aliran sesat kaum iblis? Hehehe, kelihatannya pelajaran kungfumu belum mencapai taraf yang hebat. Masa hanya sedikit kuubah gerakannya, kau lantas tidak dapat mengenalinya lagi?" Seperti baru mendusin dari mimpi, kontan Put-coat tertawa dingin, "Hmm, ilmu pukulan apaan, kau tidak lebih hanya mencuri ilmu pedang kelas dua dari partai kami, huuh, baru begitu juga berani jual lagak di hadapanku? Walaupun ilmu pukulan dan ilmu pedang perguruan kami saling berhubungan, sayang apa yang kau ubah keledai tidak mirip keledai, kuda pun tidak mirip kuda. Masa keliru kalau kukatakan kau berasal dari aliran sesat kaum iblis?" Orang berkerudung itu mendengus dingin, "Hmm, tidak salah, jurus pukulanku memang hasil gubahan dari Jit-cap-ji-jiu-lian-hoantoh-beng-kiam-hoat, tujuh puluh dua jurus ilmu pedang berantai pencabut nyawa partai Bu-tong, mau dianggap tidak mirip keledai
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak mirip kuda terserah, mau dianggap ilmu kelas dua juga tidak mengapa, yang penting kau toh tidak sanggup menghadapinya. Hehehe.... baru menggunakan ilmu pedang kelas dua pun aku mampu mengalahkan seorang jagoan tangguh yang menggunakan ilmu Thay-khek-kiam-hoat kelas satu, sayang Bu-siang Cinjin tidak hadir di sini, kalau dia sampai melihat murid pertamanya harus keok di tangan seseorang yang hanya mencuri belajar ilmu pedangnya, kujamin dia pasti muntah darah saking jengkelnya!" Put-coat tahu, pihak lawan memang sengaja hendak memancing hawa amarahnya, tetapi lagi-lagi satu pertanyaan muncul di dalam benaknya, sebuah teka-teki yang sulit terjawab. Mengapa orang itu seolah kuatir kalau dia sampai tidak tahu jika ilmu pukulannya itu merupakan gubahan dari ilmu Jit-cap-ji-jiu-lian-hoan-toh-beng-kiamhoat? Sambil mengertak gigi Put-coat bertarung habis-habisan, namun akhirnya dia tidak sanggup menahan diri. Dadanya termakan satu pukulan, darah segar pun muncrat menyembur dari mulutnya. "Setelah situasi berubah jadi begini, masa kau belum juga mau menyerah?" bentak orang berkerudung itu. Put-coat terkesiap. "Bagaimanapun, aku tidak boleh terjatuh ke tangan bajingan ini!" demikian dia berpikir. Setelah keadaannya terjerumus dalam situasi yang gawat, dia sudah tidak kuatir lagi dibunuh pihak lawan, yang ditakuti justru bila orang itu menggunakan cara yang licik dan keji untuk menyandera dirinya serta kemudian dipakai untuk menekan pihak Bu-tong-pay. Dengan cepat dia mengambil keputusan, dia harus bunuh diri secepatnya agar tidak terjatuh ke tangan musuh. Sayang langkah yang diambil terlambat satu tindakan, kini hawa murninya telah buyar, pada hakikatnya dia sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk memutus urat nadi sendiri. Put-coat jadi bergidik, dia tidak menyangka ketenarannya selama
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkecimpungan dalam dunia persilatan harus berakhir secaralragis, kini dia terjerumus dalam posisi yang amat pelik, mau hidup tidak dapat, mau mati pun susah. Di saat yang kritis itulah mendadak terdengar suara pekikan nyaring bergema menembus pepohonan. "Siapa itu?" bentak orang berkerudung. Belum selesai dia menghardik, orang itu sudah berjalan keluar dari balik hutan. Dia adalah seorang pemuda tampan yang bertubuh kekar, sebilah pedang tersoreng di pinggangnya, sekilas pandang usianya paling baru dua puluh tahunan. Begitu muncul pemuda itu segera menegur sambil tertawa dingin, "Hmm, beraninya tampil dengan wajah berkerudung, seharusnya akulah yang mengajukan pertanyaan itu kepadamu!" Sebenarnya waktu itu Put-coat sudah bersiap-siap menerima pukulan terakhir yang mencabut nyawanya, dia tidak peduli siapa yang bakal muncul di situ, namun setelah mendengar logat suara pemuda itu seperti pernah dikenalnya, tanpa sadar dia mendongakkan kepala dan menengok ke arah hutan. Tampak pemuda itu terperanjat dan segera menjerit tertahan, "Hah, bukankah kau.... bukankah kau adalah Put-coat Suheng?" Put-coat ikut tertegun. "Kau.... kau adalah Bouw-su.... Sute-.... jeritnya. Tiba-tiba dadanya terasa amat sakit bagai dihantam martil raksasa, kontan kepalanya terasa pusing tujuh keliling. Sebenarnya dia memang sudah tidak kuat menghadapi serangan orang berkerudung yang bertubi-tubi, apalagi sekarang harus memecah perhatian untuk berbicara. Sementara orang berkerudung itupun enggan melepas peluang emas itu begitu saja, tahu si pemuda adalah saudara
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seperguruannya, kontan dia mempercepat serangan mautnya, dengan satu babatan kilat dia menghantam tepat di hulu hati Putcoat yang membuat musuhnya langsung tersungkur ke tanah. Dalam keadaan setengah sekarat, sukmanya seakan sedang berusaha menerobos keluar dari tubuh kasarnya, lamat-lamat dia masih mendengar suara bentakan gusar pemuda itu, "Jangan kau lukai Suhengku!" "Hahaha.... telanjur sudah, dia telah kulukai, mungkin bukan cuma kulukai, pukulan tadi bisa jadi telah mencabut nyawanya, kenapa? Mau apa kau?" "Aku ingin kau mampus!" bentak pemuda itu nyaring. Put-coat yang sudah tergeletak masih berusaha mengingatkan diri, pikirnya, 'Aku tak boleh mati, kalau harus mati pun aku mesti menunggu sampai Bouw-sute berhasil menghabisi nyawa bajingan itu. Aku harus serahkan dulu pesan Suhu kepadanya!" Terdorong oleh rasa tanggung jawab yang belum terselesaikan, Put-coat berhasil mempertahan diri, sekuat tenaga dia mencegah kelopak matanya terkatup. Akhirnya dia berhasil juga mengusir malaikat elmaut datang mencabut nyawanya, meski dia pun sadar malaikat maut dapat muncul lagi setiap saat, namun baginya bisa hidup semenit berarti dia akan memperoleh satu bagian pengharapan. Berbaring di atas tanah, dia sama sekali tidak mampu bergerak, yang terdengar olehnya saat ini hanya deru angin pukulan dari orang berkerudung itu, dia pun dapat melihat cahaya pedang yang melesat lewat di hadapannya bagaikan sambaran petir. Tentu saja cahaya pedang itu baru terlihat ketika secara kebetulan sang pemuda itu berdiri di tempat yang terjangkau oleh pandangan matanya. "Aah, Bouw-sute memang tidak malu menjadi pewaris ilmu silat perguruan kenamaan, ilmu pedang yang diwarisinya dari Bu-si Susiok ternyata jauh lebih hebat dan sempurna ketimbang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kemampuanku. Hahaha, bagus, bagus sekali, dengan menggunakan kedua jurus serangan itu, dia bisa membalaskan dendam atas perbuatanan yang telah dilakukan bajingan itu terhadapku.... hahaha.... sayang aku tidak dapat menyaksikan dengan jelas." Put-coat cukup matang menguasai ilmu silat perguruannya, dengan melihat dua jurus saja dia sudah tahu kalau ilmu pedang yang dipelajari Sutenya berbeda jauh dibanding dengan apa yang telah dipelajarinya. Ilmu pedang yang dipelajari pemuda ini cenderung melakukan serangan dengan kecepatan bagaikan petir, bukan saja sangat agresif bahkan ganas dan telengas, inilah ilmu pedang Thay-khekkiam-hoat yang pernah diajarkan Bu-si Tojin kepada Put-ji. Bila dibandingkan dengan apa yang dipelajari Put-coat, jelas ilmu pedang Thay-khek-kiam ajaran Bu-si Tojin yang telah dikembangkan dengan berbagai variasi dan perubahan itu memang jauh berbeda, sebaliknya bila dibandingkan dengan ilmu pedang yang dipelajari orang berkerudung itu justru menunjukkan banyak kesamaan. Pedang milik orang berkerudung itu telah dipatahkan oleh Putcoat tadi, kini dia hanya bisa menggunakan ilmu pukulan Thay-khekkun untuk menghadapi Thay-khek-kiam pemuda itu. Tatkala Put-coat mendengar deru angin pukulan yang dihasilkan orang berkerudung itu masih tetap tangguh dan hebat, diam-diam dia mulai merasa kuatir, pikirnya, 'Tenaga dalam yang dimiliki orang berkerudung ini tidak di bawah kemampuanku, meski Bouw-sute pernah dididik oleh tokoh perguruan, bagaimana pun usianya masih muda, mampukah dia mengalahkan orang berkerudung itu?" Rupanya pemuda itu bernama Bouw It-yu, keluarga Bouw merupakan keluarga persilatan dengan sejarah paling lama dalam perguruan Bu-tong-pay. Sejak Thio Sam-hong mendirikan perguruan hingga detik ini, anak muridnya telah berkembang sebelas generasi, selama ini hampir semua anggota perguruan menguasai tenaga dalam maupun ilmu pedang, namun belum pernah ada murid preman yang mampu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengungguli kemampuan murid-murid aliran To. Dalam rangkaian sejarah itu, hanya satu kali terjadi pengecualian yaitu di saat generasi ketiga, waktu itu ada seorang murid preman bernama Bouw Tok-it yang bukan saja ilmu pedangnya mampu mengalahkan seluruh rekan seperguruannya, bahkan mampu tampil sebagai jago pedang nomor wahid di kolong langit. Bouw Tok-it tidak lain adalah leluhur Bouw It-yu, sejak Bouw Tok-it menjadi murid Bu-tong-pay, seluruh keturunan keluarga Bouw turun temurun hampir semuanya menjadi murid Bu-tbng, selama dua ratusan tahun lamanya tradisi ini belum pernah terputus. Hanya saja, semenjak Bouw Tok-it belum pernah ada generasi berikut yang sanggup berprestasi melebihi dirinya. Ayah Bouw It-yu yakni Bouw Ciong-long, meski tersohor sebagai seorang ahli silat, namun dibandingkan dengan Ji-ouw Tayhiap Ho Ki-bu, yakni guru Put-ji, kemampuannya diperkirakan masih sedikit di bawahnya. Tampaknya Bouw Ciong-long menyadari akan hal itu, dia selalu berharap putranya dapat membangkitkan kembali prestasi keluarganya, oleh sebab itu dia minta putranya untuk belajar ilmu pedang dari Bu-si Tojin, jago nomor wahid dalam hal ilmu pedang Bu-tong-pay. Bu-si Tojin berasal satu generasi dengan Bouw Ciong-long, usianya malah jauh di bawahnya, dia hanya bersedia mewariskan ilmu pedang kepada Bouw It-yu tanpa bersedia mengakuinya sebagai murid. Setiap tahun dia tiga kali datang berkunjung ke rumah keluarga Bouw, setiap kali bertandang paling tidak pasti akan berdiam sepuluh hari sampai setengah bulan, padahal ilmu silat keluarga Bouw memang dasarnya dari ilmu silat aliran Bu-tong, hanya selama ini kemampuannya tidak sesempurna yang dimiliki Bu-si Tojin. Dengan mendapat petunjuk dari Bu-si Tojin, maka biarpun dia hanya datang dua-tiga kali setiap tahunnya, namun kunjungan itu sudah lebih dari cukup.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Selama ini Bouw It-yu pun pernah dua kali ikut Busi Tojin berkunjung ke bukit Bu-tong, dua kali naik gunung untuk memberi selamat panjang umur kepada Ciangbunjin. Karena itulah Put-coat hanya tahu kalau kungfu yang dimiliki murid paman gurunya ini tangguh, namun belum pernah menyaksikan kehebatan ilmu pedangnya. Put-coat yang berbaring di tanah merasa tubuhnya makin lama makin bertambah kaku, dalam keadaan begini sulit baginya untuk mengintip jalannya pertarung-an, yang bisa dia lakukan hanya menanti dengan perasaan tidak tenang. Tiba-tiba dia mendengar suara benturan keras, "Blukk!", seakanakan ada benda berat yang terjatuh ke tanah. Put-coat makin tercekat, dia sangka Bouw It-yu sudah terkena serangan maut musuh dan roboh ke tanah. Belum selesai ingatan itu melintas, kembali terdengar jeritan ngeri yang menyayat hati diiringi suara langkah yang berat sedang kabur menjauhi tempat itu. Begitu mendengar kedua suara itu, seketika Put-coat merasa sangat lega. Orang itu melarikan diri jelas karena menderita luka parah, karena tidak sanggup mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya, maka suara langkah kakinya kedengaran berat. Bila ada dua orang sedang bertarung sengit, jika salah satu di antaranya sudah roboh terjungkal, mustahil orang kedua akan melarikan diri, kendatipun dia sudah terluka sangat parah. Sebab bila orang itu sudah roboh, sekalipun belum tentu menemui ajalnya, paling tidak luka yang dideritanya pasti jauh lebih parah ketimbang dirinya. Seharusnya dia menghabisi dulu nyawa orang itu kemudian baru pergi meninggalkan tempat itu. Ternyata dugaan Put-coat tidak salah, suara seperti orang roboh yang terdengar olehnya ternyata bukan berasal dari tubuh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seseorang, yang terbanting keras ke tanah, hanya suara sebatang dahan pohon sebesar lengan anak-anak yang terjatuh. Orang yang melarikan diri adalah orang berkerudung itu, sedang Bouw It-yu sama sekali tidak terluka. Tatkala orang berkerudung itu menghajar patah sebatang dahan pohon yang digunakan untuk menghantam tubuh Bouw It-yu, secepat sambaran petir Bouw It-yu menghadiahkan sebuah tusukan pedang yang membuatnya terluka parah. "Sayang!" keluh Bouw It-yu sambil menghela napas panjang, kemudian seraya berpaling katanya, "Suheng, orang berkerudung itu telah kuhajar hingga melarikan diri, sayang Siaute tidak becus hingga tidak berhasil membinasakan dirinya, tapi tusukan pedangku tadi berhasil melukai jantungnya, kuyakin umurnya tidak bakal panjang. Bagaimana dengan lukamu Suheng?" Put-coat menggerakkan bibirnya seperti ingin mengucapkan sesuatu, sayang suara yang keluar begitu lembut hingga menyerupai bisikan nyamuk. Buru-buru Bouw It-yu mengambil keluar sebutir Siau-hoan-wan dan dijejalkan ke mulut Suhengnya, laki sambil menempelkan telapak tangannya ke punggung dan menyalurkan hawa murni, bisiknya lagi, "Suheng, beristirahatlah dulu, nanti kita baru berbicara lagi." "Cepat.... cepat kumpulkan tulang belulang dari dalam liang, kemudian cepat.... cepat serahkan kepada Ciangbunjin! Aku.... aku sudah tidak mampu bertahan lagi, kau.... kau tidak usah membuang tenaga de.... dengan percuma." Selesai berkata kembali Put-coat memejamkan mata. "Suheng, Suheng!" teriak Bouw It-yu. Ketika tidak mendengar suara sahutan, cepat dia tempelkan telinganya ke atas dada, saat itulah dia baru merasa bahwa detak jantung Suhengnya masih bergerak, hanya saja karena dia sudah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keracunan hebat ditambah lagi terluka parah, namun harus bertahan hingga pesan gurunya disampaikan kepada sang Sute, maka hingga detik terakhir dia masih mempertahankan diri. Biarpun napasnya belum berhenti, namun detak jantungnya sudah lemah sekali, keselamatan jiwanya sudah berada di ujung tanduk. Paras muka Bouw It-yu yang baru saja kembali cerah segera berubah jadi gelap lagi, dengan alis mata berkernyit gumamnya, "Tidak bisa, sekalipun bakal mati, kau baru boleh mati setelah kembali ke bukit Bu-tong!" Di bawah puncak Cian-ki-hong bukit Bu-tong terdapat telaga kecil. Bunga teratai sedang mekar dengan indahnya pada permukaan telaga, lamat-lamat terendus bau harum ketika angin berhembus. Seorang gadis muda berdiri di tepi telaga, usianya lebih kurang enam-tujuh belas tahunan, sepasang lesung pipit menghiasi wajahnya, membuat paras muka nona itu nampak cantik menawan hati (Gb 3). Telaga Giok-keng-ouw (cermin kemala) di bawah puncak Cian-kihong merupakan salah satu tempat wisata yang terkenal di gunung Bu-tong, tapi kehadiran nona cantik itu bukan untuk menikmati keindahan alam, juga bukan untuk menikmati indah dan harumnya bunga teratai. dia sedang mendongakkan kepalanya memandang bukit, apa yang menarik dengan puncak bukit itu? Puncak bukit Cian-ki-hong merupakan sebuah bukit berbatu cadas yang keras dan tajam, bentuk bebatuannya sangat aneh, seakan sebuah panji besar yang sedang berkibar terhembus angin. Seandainya puncak bukit pun memiliki watak, maka Cian-ki-hong seharusnya termasuk jenis bukit yang 'lugu, polos dan bersahaja", itu kalau menggunakan kata-kata pujian, sebaliknya jika memakai kata olokan maka bukit ini cenderung dikatakan 'kuno dan kolot'.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mana mungkin ada seorang nona muda yang lincah dan cantik menyukai sebuah puncak bukit yang 'kuno dan kolot'? Di atas dinding tebing yang curam, lebih kurang enam-tujuh depa dari permukaan, terlihat tumbuh sekuntum bunga merah yang amat besar, bunga merah itu bergoyang ketika terhembus angin, warna merah yang menyala mirip seorang nona agresif yang sedang membawakan tarian panas. Mungkinkah nona itu tertarik kepada bunga merah besar itu? Apakah dia sedang mencoba membandingkan siapakah yang lebih cantik antara dia dengan bunga merah besar itu? Tiba-tiba dia melesat ke tengah udara, dengan sekali lompatan dia sudah mencapai ketinggian tiga depa lebih, ketika telapak tangannya menekan di sisi batu cadas, kembali tubuhnya melambung naik setinggi dua depa. Tubuhnya segera berputar satu lingkaran di udara lagi, kemudian secara tepat melesat lewat dari bawah bunga merah itu. Tapi sayang tangannya masih belum berhasil menyentuh bunga merah itu, sekali lagi dia memutar badan lalu bagaikan seekor burung melayang turun lagi ke atas permukaan tanah. "Cici, hebat amat ilmu meringankan tubuhmu!" "Adik, tepat sekali kedatanganmu, cepat kemari, cepat kemari!" Seorang pemuda yang usianya hampir setara dengan gadis itu muncul di depan mata sambil tertawa ringan. "Cici, persoalan apa yang membuatmu panik?" "Adikku, tolong petikkan bunga merah itu!" "Hahaha, ilmu meringankan tubuh milik Cici jauh melebihi kemampuanku, kalau kau sendiri pun tidak sanggup, apalagi aku?" sahut si adik sambil tertawa. "Kau tidak perlu menghadiahkan kopiah kebesaran untukku, siapa yang tidak tahu kalau kungfumu jauh melebihiku, bilang saja,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mau tidak kau petikkan untukku?" "Cici, aku bukan sedang mengumpak dirimu, terus terang ilmu meringankan tubuhku benar-benar tidak sebagus milikmu, paling juga aku hanya mampu mencapai ketinggian tiga depa." "Tidak mampu merangkak saja!" melompat ke atas? Bagus, kalau begitu

"Kenapa bukan kau sendiri yang merangkak naik?" protes sang adik dengan mulut cemberut, "toh kau yang ingin bunga merah itu!" "Siapa suruh kau jadi adikku? Baru Cici minta tolong sedikit saja, kau sudah menolak dengan berbagai alasan. Hmm, aku kan seorang nona, wajar kalau pemalu, takut baju robek, sedang kau seorang lelaki, apa yang ditakuti?" Dengan perasaan apa boleh buat sang adik mengangkatbahunya. "Begitu kau berteriak, aku sudah tahu pasti akan disuruh mengerjakan sesuatu," serunya, "padahal kalau cuma mengambil bunga itu, kenapa mesti bersusah-payah merangkak naik?" "Kurangajar, kau berani tawar menawar denganku?" "Eeh.... belum mendengar jelas sudah mengumpat? Aku toh cuma bilang tidak perlu merangkak naik, bukan berarti aku enggan memetikkan bunga untukmu." Sambil bicara dia mengeluarkan dua biji mata uang tembaga, kemudian disambitkan ke arah bunga merah yang tumbuh di atas dinding tebing itu. Kedua biji mata uang tembaga itu meluncur ke udara secepat sambaran petir, belum sempat gadis itu melihat dengan jelas, tahutahu "Triiing!", uang tembaga itu sudah menggesek di atas batu cadas dan bunga merah itupun terjatuh ke bawah. Ketika nona itu menyambutnya dengan kedua belah tangan, tampak bunga itu terjatuh ke bawah dalam keadaan utuh, tidak satu pun kelopak bunganya yang terlepas. Tidak kuasa lagi dia memuji dengan penuh rasa gembira, "Adikku, hebat sekali ilmu senjata
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

rahasiamu!" "Hahaha, kepandaian senjata rahasiaku masih jauh dari sempurna, coba kalau telah aku kuasai, tadi aku hanya butuh sebiji uang tembaga saja." Rupanya bunga merah besar di atas tebing itu tumbuh dari balik celah-celah bebatuan, akarnya sama sekali terbenam di balik celah batu karang dan batangnya hanya muncul beberapa senti di atas permukaan tanah. Itu berarti bila sambitannya melenceng sedikit saja, niscaya uang tembaga itu akan menghancurkan kelopak bunga. Selain itu, andaikata dia berhasil memangkas batangnya pun jika penggunaan tenaga tidak sesuai, niscaya kelopak bunga akan berguguran pula. Uang tembaga pertama yang dilontarkan pemuda itu persis menancap di celah batu yang membuat batang bunga di bagian bawah terpapas kutung, ketika mata uang itu membentur dinding dan terpental balik, kebetulan tenaga pantulan itu membuat sang bunga terpental meninggalkan dinding tebing, dengan begitu sewaktu rontok ke bawah, kelopak bunga itu tidak sampai tergesek rusak oleh ketajaman cadas. Meski begitu, kecepatan saat meluncur ke bawah pun harus dijaga sesuai kebutuhan, kalau tidak, kelopak bunga tentu ada yang rontok. Sementara itu uang tembaga yang kedua dia lancarkan dengan teknik 'menempel', menyusul sambit-an yang pertama, uang tembaga itu meluncur ke udara persis di saat bunga merah itu terpental meninggalkan dinding karang. Teknik menempel yang dipergunakan membuat bunga merah itu berputar di udara, gerakan memutar itu membuat kekuatan meluncurnya jadi berkurang, karena sang bunga meluncur ke bawah dengan kecepatan yang lembut, otomatis kelopak bunga pun terjaga keutuhannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dari sini terbukti sudah bahwa pemuda ini memang cukup lihai, sebab hanya dalam dua sambitan senjata rahasia, dia telah mempraktekkan beberapa macam teknik ilmu silat tingkat tinggi. Tiba-tiba nona itu menegur lagi dengan wajah cemberut, "Apakah ayah angkatmu yang mengajarkan ilmu senjata rahasia itu kepadamu?" "Bukan, Bu-liang Susiok yang mengajarkan. Guruku hanya khusus melatih ilmu pedang, tidak melatih senjata rahasia. Eeei.... Cici, kenapa kau? Bukankah tadi wajahmu penuh senyuman, kenapa secara tiba-tiba berubah jadi tidak senang?" "Aku sedang berpikir.... "Berpikir apa?" "Aku sedang berpikir, nasib manusia memang sesuatu yang sangat aneh!" Pemuda itu tertawa. "Cici, aku lihat tindak-tandukmu hari ini sangat aneh dan membingungkan! Bukankah semuanya lancar-lancar saja, kenapa kau bisa punya perasaan seperti itu?" "Memangnya bukan? Contohnya kita berdua saja, kita adalah saudara kembar yang dilahirkan oleh ibu yang sama, bahkan sejak dilahirkan sudah merupakan saudara kembar satu kandungan, kenapa nasibnya justru beda sangatjauh!" "Bukankah sekarang kau sama seperti aku? Sejak kecil sudah berbeda, di rumah ayah dan ibu menyayangimu, Tosu tua, Tosu sedang yang ada di To-koan pun semuanya menyukaimu. Jangankan ayah angkat dan Suhu, bahkan Bu-liang Totiang, Bu-si Tojin dua orang Tianglo pun sering memberi petunjuk ilmu silat kepadamu. Setiap orang menyayangimu, setiap hari ada saja keuntungan yang kau peroleh!" "Kau belum tahu kalau Ciangbun Sucouw pun pernah memberi petunjuk Sim-hoat tenaga dalam kepadaku," pikir sang pemuda
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam hati, "kalau hal ini sampai kuceritakan, mungkin rasa dengkimu akan semakin menjadi." Tapi di luaran segera sahutnya sambil tertawa, "Tapi semua kawanan Tosu cilik kan berebut menyanjungmu, berebut mendekati dan membaikimu!" Bersemu merah sepasang pipi gadis itu. "He, aku sedang bicara serius, siapa suruh kau setan cilik malah balik menggodaku," protesnya, "kalau aku sih malas meladeni kawanan Tosu hidung kerbau itu." "Eeh.... ehh.... kenapa kau malah memaki semua Tosu yang ada di Bu-tong? Jangan lupa, sekarang pun kau adalah murid seorang Tosu perempuan!" "Aku tidak lebih hanya seorang murid 'pinjam nama' belaka, mana bisa dibandingkan dengan kau sebagai murid langsung didikan Ciangbunjin? Cuma bicara sejujurnya, adikku, jangan kau salah sangka aku sedang dengki padamu. Kalau sang adik punya kemampuan, tentu saja aku sang kakak ikut gembira. Yang kulakukan sekarang tidak lebih hanya mengeluh atas ketidak adilan nasib yang menimpa diriku." "Kau jangan berkata nasibmu tidak baik. Kalau perkataan ini sampai didengar ayah.... Belum selesai perkataan itu diucapkan, buru-buru nona itu menukas dengan cepat, "Aku tahu, Ayah pasti akan mengumpatku sebagai manusia tidak tahu diri. Dia sering bilang begini, Siau Leng-ji wahai Siau Leng-ji, kau benar-benar tidak tahu kalau sejak lahir sudah membawa hokki, biar lahir sebagai anak orang miskin tapi kau bisa merasakan nasib yang begitu baik dan lancar, ada Tosu Bu-tong-pay yang mau memperhatikanmu, mengajarkan baca tulis, bahkan mewariskan pula ilmu silatnya kepadamu. Dalam dua tahun belakangan, Tosu yang bertugas mengurusi perkebunan pun khusus mengirim beberapa orang Tosu cilik untuk membantu kita menanam sayuran,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan begitu kau bisa terbebas dari tugas menanam sayur, keadaanmu sekarang tidak berbeda seperti anak emas. Cuma herannya, aku belum pernah mendengar ayah membicarakan persoalan semacam ini denganmu, kalau bicara soal hokki, memangnya hokkimu tidak lebih bagus dari rejekiku? Aku tahu, sesungguhnya aku mendapat hokki itu gara-gara mendompleng dirimu." Setelah berpikir sejenak, pemuda itu merasa apa yang diucapkan Cicinya memang tidak keliru, timbul perasaan heran di hati kecilnya, kenapa sikap ayah ibu terhadapku berbeda sekali dengan sikap mereka terhadap Cici. "Bukan hanya dalam soal ini saja, rasanya begitu juga keadaannya dalam masalah lain. Ayah belum pernah memakiku, sikapnya terhadapku seperti sikapnya terhadap tamu. Hanya saja, mungkin dalam hal ini Cici belum merasakannya?" Kecurigaan dan rasa tidak habis mengerti itu hanya disimpannya dalam hati, sementara di luar dia berujar, "Setahuku, banyak orang yang lebih menghargai anak lelaki daripada anak perempuan, Cici, aku tahu, memang aku lebih banyak mendapat keuntungan dalam hal ini. Tapi kau pun tidak perlu kesal, terus terang saja kukatakan, bila kau ingin mempelajari sesuatu ilmu silat, asal aku mengerti pasti akan kuajarkan secara diam-diam kepadamu." "Kau tidak kuatir ditegur gurumu?" "Bagaimanapun kau juga anggota Bu-tong-pay." "Ilmu silat perguruan kita amat luas dan hebat, kelihatannya hampir setiap anggota perguruan dari angkatan tua memiliki kelebihan yang berbeda, namun sepertinya berlaku juga satu peraturan, sebelum mendapat ijin dari Ciangbunjin, setiap orang hanya boleh belajar dari guru masing-masing. Rasanya hanya kau seorang terkecuali." "Aku tahu, tapi aku bukan angkatan tuamu, membahas jurus dengan anggota satu angkatan itu diijinkan. Kita bisa saja melakukan latihan bersama, dengan kecerdasanmu rasanya tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

susah untuk mencuri belajar dariku." Gadis itu hanya menunduk tanpa menjawab. "Cici, apa yang sedang kau pikirkan?" kembali pemuda itu menegur. "Aku sedang membayangkan namamu." "Namaku? Apa bagusnya?" "Kemarin seorang Suci berkata kepadaku, andaikata dia tidak kenal dengan kita berdua, kalau hanya mendengar nama kita berdua, dia tidak bakal mengira kita adalah saudara kandung. Dia memuji namamu yang indah dan berseni, Lan Giok-keng, persis seperti nama seorang sastrawan kenamaan, halus dan terpelajar, beda sekali dengan namaku yang berbau udik." "Aku yakin Suci itu tidak bakal mengucapkan perkataan yang terakhir bukan?" sela pemuda itu sambil tertawa. "Biarpun tidak dikatakan, aku tahu di hati kecilnya dia berkata begitu." Pemuda itu tertawa lebar, serunya, "Cici, justru aku merasa namamu sangat indah dan lembut, Sui-leng.... Sui-Ieng.... siapa pun yang mendengar nama ini, perhatiannya pasti akan tertuju ke sepasang matamu." Ternyata pemuda ini bukan lain adalah bayi yang tempo hari dititipkan Ko Ceng-kim kepada keluarga Lan Kau-san, dia adalah putra yang ditinggalkan Keng King-si serta Ho Giok-yan. Bocah ini sebenarnya bernama Keng Giok-keng, namun karena Ko Ceng-kim punya kepentingan pribadi, dia tidak ingin bocah itu kelak mengetahui siapa orang tuanya, maka dia minta Lan Kau-san mengakuinya sebagai ayah kandungnya dan memberi nama Lan Giok-keng kepadanya. Sementara gadis itu adalah putri kandung Lan Kau-san yang bernama Lan Sui-leng.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Put-ji yang punya nama asal Ko Ceng-kim, kini sudah merupakan seorang Tosu dengan kedudukan terhormat dalam Bu-tong-pay, dialah ayah angkat merangkap guru Keng Giok-keng. Sementara Lan Sui-leng sendiri, karena hubungannya dengan sang adik maka dia pun seringkali muncul dalam kuil, sama seperti adiknya, dia pun sangat berminat berlatih ilmu silat. Dalam perguruan Bu-tong terdapat pula Tosu perempuan, seorang Tosu perempuan yang bernama Put-hui telah menerimanya menjadi murid, tapi hanya murid atas nama. Disebut atas nama karena bukan murid sesungguhnya, sebab peraturan yang berlaku bagi para Tosu wanita jauh lebih ketat daripada Tosu lelaki, sekali menjadi murid aliran To maka sulitlah untuk menjadi preman lagi. Lan Sui-leng tidak mengetahui rahasia asal-usul adiknya, oleh sebab itu walaupun dia sayang kepada adiknya, namun sedikit banyak timbul juga perasaan 'tidak adil', dia merasa semua yang terbaik selalu diperoleh adiknya, bahkan ayah ibunya pun seakan menaruh kasih sayang khusus terhadap adiknya. "Benar, Suci itu bahkan memuji ketampanan wajahmu. Katanya tampangmu sebagus namamu, karena namamu memakai kata giok (kemala), tidak heran kalau wajahmu halus bagaikan kumala. Aku bilang sayang kau sudah keburu jadi pendeta, kalau tidak, siapa tahu ada kesempatan menjadi adik iparku." Sebenarnya perkataan itu diucapkan dengan wajah serius, namun sampai di situ dia tidak kuasa menahan rasa gelinya lagi dan dia tertawa cekikikan. "Namaku adalah pemberian ayah angkat, jadi dia mau memuji namaku atau tidak, hal ini sama sekali tidak ada sangkut-pautnya denganku." "Tapi raut muka itu toh tetap milikmu sendiri bukan?" kembali Lan Sui-leng menyela, kemudian setelah menghela napas terusnya, "tidak heran semua orang menyayangimu, sejujurnya dalam hal apa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pun kau memang lebih hebat dariku, tampangmu lebih menarik, otakmu lebih cerdas, meski sang Suci hanya bergurau tapi aku pun dapat merasakan juga.... "Merasakan apa?" "Mungkin perumpamaanku kurang tepat, tapi aku selalu merasa kau adalah seekor burung hong yang dilahirkan dari sarang burung gagak." "Perumpamaanmu sangat tidak tepat, kau pantas dihajar! Dengan berkata begitu, bukankah kau persamakan orang tua kita seperti burung gagak?" "Ya, aku tahu perumpamaan ini agak keterlaluan, tapi sayang pengetahuanku sangat cetek, aku tidak bisa menemukan perumpamaan lain yang lebih tepat." "Cici, tahukah kau apa saja yang dikatakan kawanan Tosu kecil itu di belakangmu?" tiba-tiba Lan Giok-keng menyela. "Apa yang mereka katakan?" "Mereka pun menilaimu dengan satu perumpamaan, katanya kau mirip sekali dengan bunga Botan (peoni) hitam yang mampu berjalan! He, kau jangan marah dulu, mereka sedang memuji kau sebagai cewek yang hitam tapi manis!" "Kurangajar, jadi kau pun meniru kawanan Tosu bau itu menertawakan Cici sendiri? Lihat saja, akan kurobek mulutmu." "Plaakkk!", tahu-tahu pipi Lan Giok-keng sudah ditampar keraskeras. Lan Giok-keng sama sekali tidak membalas, sepatah kata pun tidak diucapkan, hanya dengan mata mendelong dia mengawasi Cicinya tanpa berkedip. "Cici hanya bergurau denganmu, masa kau marah?" "Tidak, aku tidak marah." Biarpun begitu namun sepasang matanya masih mengawasi kakaknya tanpa berkedip.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hei, apakah kau sedang kerasukan setan? Kenapa menatapku tanpa berkedip?" "Cici, sepasang matamu sungguh indah, selamanya mataku tidak bakal bisa mengungguli keindahan matamu." Bangga juga Lan Sui-leng mendengar adiknya memuji keindahan sepasang matanya, ternyata menurut adat desa mereka, sepasang mata yang besar dan indah milik seorang gadis dinamakan 'mata yang bening', itulah sebabnya dia dinamakan Sui-leng, karena matanya memang bening. Selama ini dia memang selalu beranggapan bahwa mata adiknya tidak pernah bisa menyaingi keindahan sepasang matanya. Kini setelah dipuji sang adik, dengan perasaan gembira gadis itu berkata lagi, "He setan cilik, sejak kapan kau belajar merayu orang dengan perkataan manis? Kalau disuruh kerja serius tidak becus, tapi disuruh merayu, pintarnya setengah mati. Sudah setengah harian kita kemari tetapi masih mengobrol saja, sudah waktunya kau berlatih pedang." "Cici, kau membawa cermin?" tiba-tiba Lan Giok-keng bertanya. "Aku tidak pernah membawa cermin." "Kalau begitu tengoklah di atas air!" "Di atas air, ada apa?" tampaknya gadis ini curiga ada sesuatu yang tidak beres dengan wajahnya. Permukaan air sangat jernih bagaikan cermin. "Di atas permukaan air tampak bayangan kita berdua," kata Lan Giok-keng cepat. "Lantas kenapa?" tanya Lan Sui-leng makin kebingungan. "Coba kau lihai, betapa cantiknya dirimu." "He, ada apa denganmu hari ini? Kenapa selalu menggoda Cici?" seru Lan Sui-leng sambil mencubit adiknya.

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sayang ibu tidak ada di sini." "Kenapa kau menginginkan ibu hadir di sini?" tanya si nona keheranan. "Wajahmu maupun wajah ibu bentuknya seperti kwaci dengan alis mata yang lembut." "Buat apa kau jelaskan lagi kepadaku?" "Bayangan yang membias dari permukaan air tidak bisa menampilkan usia seseorang, kalau kau berdiri bersama ibu, dapat dipastikan bayangan kalian yang muncul adalah bayangan dua orang bersaudara." "Benar, semua orang memang bilang begitu, katanya wajahku mirip sekali dengan wajah ibu," seru Lan Sui-leng bangga. "Konon semasa mudanya dulu, ibu adalah seorang wanita yang amat cantik." "Benar, seumur hidup kejadian yang paling membanggakan bagi ayah adalah keberhasilannya menga-wini ibu sebagai bininya, cerita ini entah sudah berapa ratus kali aku dengar." "Aku ingin kau bercerita sekali lagi." Dengan menirukan lagak ayahnya yang sedang mabuk, seru Lan Sui-leng sembari menjulurkan lidah, "Sui-leng, tahukah kau bahwa ibumu dulu adalah wanita paling cantik yang pernah kujumpai di seputar wilayah desaku? Coba tebak, bagaimana ceritanya sampai dia bersedia kawin dengan ayah? Ketika itu ayah sedang mabuk arak dan berhasil membunuh seekor harimau.... hahaha.... kata berikut tentu sudah kau dengar pula berulang kali, buat apa aku mengulangnya lagi." "Kau telah melupakan satu hal yang paling penting." "Melupakan? Melupakan bagian yang mana?" "Sui-leng! Beruntung wajahmu tidak mirip aku, tapi mirip sekali dengan ibumu."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendadak seperti baru tersadar, kontan Lan Sui-leng mengumpat, "Kurangajar, dasar setan cilik, ternyata kau sengaja berputar satu lingkaran tujuannya hanya untuk menggoda Cici." "Siapa bilang aku sedang menggodamu, kan kau sendiri yang mengatakan kalau wajahmu mirip ibu, hanya saja.... "Hanya saja kenapa?" "Wajahku tidak mirip ibu juga tidak mirip ayah. Waktu masih kecil dulu aku sering merasa keheranan, setiap kali ayah mengisahkan cerita itu, kenapa hanya namamu yang disinggung, sekarang aku mengerti, ternyata hal ini disebabkan aku tidak mirip ayah maupun ibu." "Untuk apa kau singgung masalah itu?" tanya Lan Sui-leng tertegun. "Bukankah kita adalah bocah kembar?" "Hey, kenapa dengan kau? Masa kejadian inipun bohong?" "Kalau memang bocah kembar, kenapa wajah kita berbeda?" "Soal ini, soal ini.... Tadi dia masih sempat mengatakan kalau dirinya adalah "burung hong yang dilahirkan dari sarang burung gagak", ketika mengucapkan perkataan itu tadi, hal ini lebih terdorong oleh perasaan 'tidak adil' karena dianggapnya dalam segala hal adiknya jauh lebih hebat darinya, termasuk pula tampang mukanya jauh lebih menawan. Tapi sekarang, sesudah adiknya mengajukan pertanyaan itu, dia ikut menjadi tertegun dan berdiri melongo. Nada bicara maupun mimik muka adiknya tampak begitu aneh, seakan merasa risau, tidak tenang, seperti juga menyimpan rasa kesal yang sulit terlukiskan dengan kata, seolah dia merasa tertekan batinnya. Selama hidup belum pernah dia menyaksikan mimik muka seperti ini.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tanpa terasa dia ikut tertular, ikut merasa risau dan tidak tenang. "Soal ini.... soal ini.... pepatah mengatakan, naga yang melahirkan sembilan putra pun masing-masing putra memiliki wajah yang beda, apalagi raut muka saudara kandung, kejadian seperti ini adalah lumrah." Hanya perkataan semacam itu yang bisa dia gunakan untuk mengurai kemurungan adiknya. Cepat Lan Giok-keng menggeleng kepala. "Tapi kita adalah saudara kembar! Orang bilang dari sepuluh orang saudara kembar hampir semuanya memiliki wajah yang sama, bukan hanya bentuk wajahnya sama bahkan pikiran dan perasaan pun sama, umpama yang satu ingin mengungkap sesuatu maka yang lain bisa mewakilinya untuk mengungkap, tapi kita berdua.... Tidak usah dijelaskan pun sang Cici sudah mengerti apa yang dimaksud. Wataknya memang beda jauh dengan watak adiknya, kalau dia termasuk seorang gadis yang polos, apakah sedang girang atau murung, biasanya orang dapat segera mengetahuinya sekali pandang. Sebaliknya watak adiknya jauh lebih rumit, terkadang dia bisa tampil dewasa tapi terkadang sangat emosional bahkan menjurus licik dan licin. Perbedaan semacam ini bukan merupakan hasil pengamatannya selama ini, semenjak masih kecil, secara lamat-lamat dia sudah dapat merasakan perbedaan watak ini. Setelah tertawa getir, katanya kemudian, "Adikku, aku benarbenar tidak bisa menebak apa yang sedang kau pikirkan dalam hati, tapi maukah kau beritahukan kepada Cici?" "Cici, aku.... aku tanpa terasa sepasang matanya berubah jadi merah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kita dilahirkan dari kandungan ibu yang sama, bila ada yang membuatmu risau, katakan saja pada Cici! Biasanya kalau kerisauan sudah diutarakan, hatimu akan terasa lebih lega. Kemampuan kungfu Cici memang tidak bisa mengunggulimu, kalau soal berkelahi mungkin Cici tidak banyak bisa membantu, namun paling tidak, Cici masih bisa membantumu meringankan perasaan risau." Sembari berkata dia tepuk bahu adiknya berulang kali, bergaya seolah dia memang seorang 'Toa-cici' yang bisa diandalkan. "Aku.... aku tidak tahu bagaimana harus bicara!" "Apa saja yang ingin kau katakan, utarakan saja, masa dengan Cici sendiri pun kau merasa ragu?" "Cici, tadi kau singgung soal berkelahi, jadi kita mulai dari soal berkelahi saja. Hampir saja aku berkelahi dengan mereka! Mereka?" "Ya, mereka, kawanan hidung kerbau kecil yang kau maksud tadi!" Yang dimaksud 'hidung kerbau kecil' tidak lain adalah kawanan Tosu kecil yang seangkatan dengan mereka. Kalau pada hari biasa, Lan Sui-leng niscaya akan tertawa cekikikan setiap kali menyinggung soal sebutan itu, tapi sekarang dia tidak mampu tertawa, sorot mata adiknya yang penuh amarah dan rasa mendongkol membuatnya waswas. "Kenapa kau berkelahi dengan mereka?" tanya Lan Sui-leng kemudian. "Mereka sedang membicarakan aku, begitu melihat diriku muncul, kontan mereka berhenti berbicara, tapi aku masih sempat mendengar beberapa patah kata mereka." "Apa yang mereka bicarakan tentang dirimu?" "Kata mereka, aku adalah anak haram!" "Siapa yang bilang begitu? Ayoh kita laporkan kepada gurunya!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

teriak Lan Sui-leng gusar. Sambil menggeleng Lan Giok-keng tertawa getir. "Mana boleh kita bikin besar masalah seperti ini, lagi pula hanya soal omongan tidak keruan." "Betul juga," sahut Lan Sui-leng setelah berpikir sejenak, "kalau sampai memperbesar urusan kecil ini, mungkin saja orang tua kita akan turut rikuh jadinya. Cuma biarpun kau tidak bisa balas mengumpat mereka, tidak seharusnya memukuli orang-orang itu, anggap saja tidak ada gading yang bisa tumbuh di mulut anjing, tidak usah digubris lagi." "Padahal kita memang tidak bisa menyalahkan mereka, terbukti wajah kita berdua memang sama sekali berbeda, sedikitpun tidak ada kemiripannya!" "Kalau orang lain yang bicara begitu masih lumrah, masa kau sendiri pun curiga?" seru Lan Sui-leng terkejut. "Aku.... aku.... aai, Cici, aku sendiri pun tidak tahu. Berubah paras muka Lan Sui-leng. "Adikku," katanya, "selama ini kau selalu pintar, kenapa secara tiba-tiba berubah jadi begitu pikun?" "Coba bayangkan sendiri, biarpun wajah kita berbeda tapi kita adalah sepasang bayi kembar yang dilahirkan oleh seorang ibu yang sama, kalau kau anak haram berarti aku pun anak haram juga bukan? Mana mungkin aku adalah putri haramnya?" Setelah berbicara sampai di situ, dia baru teringat kalau perkataan itu tidak bisa diucapkan begitu saja, karena dia merasa wajahnya mirip sekali dengan ibunya, tapi apakah dasar 'alasan' itu saja sudah cukup? Maka dia pun berkata lebih jauh, "Kau boleh saja mencurigai soal apa pun, tapi jangan sekali-kali kau curigai ibu sebagai wanita jahat!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Cici, berarti kau sendiri yang pikun. Tentu saja aku tidak akan mencurigai ibu, mereka juga tidak mengatakan kalau aku adalah anak haram ibu." "Lantas kau anak haram siapa?" Lan Sui-leng benar-benar dibuat tidak habis mengerti. "Anak haram orang lain yang terbuang, kemudian ditemukan ayah dan dipelihara hingga dewasa. Aku tidak tahu siapakah orang itu, tapi aku yakin ayah pasti tahu." "Kau benar-benar punya pendapat begitu?" seru Lan Sui-leng sambil berusaha menamparnya, menggaplok saking jengkelnya. "Cici, kau jangan marah, dengarkan dulu penjelasanku," seru Lan Giok-keng sambil menahan tamparannya. "Baik, kalau begitu cepat katakan." "Aku tidak akan berpendapat begitu, tapi tidak bisa melarang orang lain berpikiran begitu. Sebab dalam kenyataan sudah ada banyak orang yang berkasak-kusuk tentang asal-usulku." "Anggap saja perkataan mereka sebagai kentut." Lan Giok-keng menghela napas panjang. "Aai, tidak bisa menyalahkan mereka berpendapat begitu, siapa suruh aku tidak mirip ayah maupun ibu." Biarpun Lan Sui-leng jauh lebih polos dan sederhana, bukan berarti dia adalah seorang nona bodoh, dari pembicaraan adiknya dia tahu kalau pemuda itu sudah terkesan pendapat itu meski di mulut masih berusaha membantah. Dari sorot mata adiknya yang penuh kerisauan dan penderitaan, dia tahu adiknya sudah banyak menderita dan tersiksa karena masalah ini. "Adikku, menurut kau sayangkah ayah dan ibu kepadamu?" tanyanya kemudian. "Tentu saja, aku bahkan merasa mereka kelewat menyayangiku."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Itulah dia, bukankah hal itu merupakan bukti yang paling baik? Kalau kau bukan anak kandung mereka, mana mungkin mereka begitu menyayangimu?" Dia tidak tahu, masalahnya justru muncul dari kata "kelewat sayang" itu, oleh karena orang tuanya selalu menyayangi dia, kelewat memanjakan dia, tidak pernah memukul dan memakinya, hal inilah yang membuat dia jadi curiga. Melihat adiknya tidak berbicara, dia sangka pemuda itu sudah berhasil dibuat luluh hatinya, maka kembali dia berkata, "Kau tidak usah masukkan perkataan kawanan hidung kerbau kecil itu ke dalam hati, pembicaraan kita sudahi sampai di sini saja, selanjutnya siapa pun dilarang mengungkit kembali. Ehh.... sudah waktunya kita berlatih silat. Benar, aku belum memberitahu padamu, beberapa hari berselang Suhu sudah mulai mengajarkan ilmu pedang Thaykhek-kiam-hoat kepada-ku." "Benarkah? Kalau begitu aku mesti mengucapkan selamat kepadamu. Cici, tahukah kau, ilmu pedang itu adalah ilmu simpanan perguruan kita yang biasanya jarang diajarkan kepada murid preman. Padahal kau termasuk murid setengah resmi, sungguh tidak sangka Suhumu bersedia mewariskan ilmu itu kepadamu." "Bukankah kau telah mempelajarinya sejak awal?" "Ini dikarenakan hubunganku dengan ayah angkat, sejak usia tujuh tahun aku sudah mengangkat Gihu sebagai guruku. Ciangbunjin pun melihat aku telah tumbuh dewasa, itulah sebabnya tanpa harus memperkuat iman terlebih dulu aku sudah diajarkan ilmu Thay-khek-kiam-hoat." "Coba lihat, betapa besar rejekimu, tahukah kau hampir setiap orang sedang iri kepadamu? Apa lagi yang membuatmu tidak puas?" "Aah, masa ada orang iri padaku? Kau sangka hanya Cici seorang yang iri padamu? Suci yang kemarin juga bilang padaku, dia tidak habis mengerti kenapa Put-ji Totiang begitu baik kepadamu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lantas apa jawabmu?" tanya Lan Giok-keng setelah tertegun sejenak. "Setiap orang punya hokki dan jodoh yang berbeda, apa lagi yang mesti dijelaskan," sahut Lan Sui-leng sambil tertawa, "eeei adikku, kenapa kau? Masa kau pun mencurigai Gihu lantaran sikapnya yang kelewat baik kepadamu?" Selama ini Lan Giok-keng belum pernah memikirkan persoalan itu, tidak urung timbul juga rasa curiganya setelah disinggung Cicinya. "Benar juga," pikirnya, "menurut Cici, ayah dan ibu kelewat memanjakan aku, anehnya kenapa Gihu pun sepertinya memanjakan juga diriku? Benar dia adalah sobat karib ayah, tapi bukankah Cici pun putri ayah? Kenapa selama ini sikap Gihu terhadapnya acuh tidak acuh? Apakah lantaran aku adalah anak lelaki?" Berpikir sampai di situ dia pun berkata, "Tidak, aku tidak berpendapat begitu. Hanya terasa jalan hidupku sedikit agak 'istimewa', seolah-olah sejak dilahirkan, nasib baik sudah mengikuti terus diriku." "Sudahlah, cukup sampai di sini saja, mari kita segera berlatih." "Jangan terburu-buru, aku harus mencari sebilah pedang dulu." "Bukankah pedangmu sudah kau bawa?" tanya Lan Sui-leng tercengang. Lan Giok-keng tertawa lebar. "Aku tak boleh memakai pedang sungguhan hari ini!" katanya sambil memotong sebatang bambu dan menggunakannya sebagai pedang. "Aneh, kenapa hari ini kau ingin menggunakan pedang bambu?" "Semalam Gihu mengajarkan tujuh jurus pedang kilat, tahukah kau, jurus Thay-khek-kiam-hoat yang aku pelajari jauh berbeda dengan apa yang dipelajari kebanyakan orang, berpuluh kali lipat lebih cepat. Tapi Gihu masih menganggap aku kurang cepat, maka
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

semalam dia sekali lagi mewariskan ketujuh jurus serangan itu kepadaku, aku diminta mempelajarinya hingga mencapai taraf kecepatan seperti dia. Bila ketujuh jurus itu berhasil aku kuasai, dia baru akan mengajarkan tujuh jurus lagi." "Sampai taraf kecepatan seperti apa sih Gihumu?" dengan perasaan ingin tahu Lan Sui-leng bertanya. "Aku sendiri pun sulit untuk melukiskan dengan perkataan, tapi bisa kuberi sebuah kenyataan sebagai contoh. Dia suruh aku memegang sebatang sumpit, kemudian tiba-tiba terlihat cahaya pedang berkelebat, tahu-tahu sumpitku sudah terpapas kutung tujuh bagian. Ternyata dia telah menggabung ke tujuh jurus pedangnya dalam sekali tebasan." Tidak tahan Lan Sui-leng menjulurkan lidah karena kagum, sesaat kemudian dia baru berseru, "Wah, kalau secepat itu sih susah dihadapi." "Biarpun kemampuanku "belum secepat Gihu, namun aku kuatir salah tangan hingga melukaimu. Itulah sebabnya aku harus memakai pedang bambu." "Kalau begitu biar aku pun ikut memakai pedang bambu." "Jangan buang waktu untuk menyiapkan sebilah pedang bambu lagi, pakai saja pedang sungguhan." Seperti baru sadar Lan Sui-leng segera tertawa. "Aah betul juga, ilmu pedangmu jauh lebih hebat ketimbang kemampuanku, tentu aku tidak mungkin salah melukaimu." "Bagus, sekarang gunakan seluruh ilmu pedang ajaran gurumu untuk menyerang, tidak usah ragu atau takut, asal dilatih beberapa kali niscaya kau akan semakin paham kalau satu ilmu pedang yang sama sesungguhnya memiliki banyak perbedaan." Kakak beradik itupun mulai berlatih dengan saling menyerang, ilmu pedang yang dimainkan Lan Giok-keng makin lama berkembang makin cepat, pedang bambu dalam genggamannya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seolah telah berubah, dari satu perubahan berkembang jadi perubahan lain, dari satu berubah jadi dua, dari dua berubah jadi empat, dari empat jadi delapan.... Dalam waktu singkat Lan Sui-leng merasa ada selapis bayangan pedang yang tebal dan rapat menyelimuti depan matanya, seakanakan terdapat begitu banyak pedang bambu berwarna hijau yang menusuk tubuhnya dari delapan penjuru, ujung pedangnya bergerak mengikuti kedipan matanya, bayangan pedang terasa menyambar lewat di sisi keningnya, deru angin tajam membuat rambutnya jadi kacau dan kusut. Tidak kuasa lagi Lan Sui-leng menarik napas dingin, pikirnya, 'Mengerikan! Untung adik tidak memakai pedang sungguhan.' "Cici, jangan gugup atau panik, hati-hatilah menghadapi serangan Lian-hoan-jit-kiam (tujuh pedang berantai) ini!" Tahu bakal menghadapi serangan yang ampuh, diam-diam Lan Sui-leng berpikir, 'Biarpun ada tekanan seberat gunung Thay-san yang menindih kepala, aku harus menganggapnya bagaikan angin lembut berlalu!' Pandangan matanya seketika dikonsentrasikan ke ujung pedang, memandang seolah tidak melihat, dia menggunakan ilmu Thaykhek-kiam-hoat tingkat tinggi untuk menghadapi ancaman lawan. Dari jurus Ji-hong-sip-pit (seperti menutup seperti merapat) berubah jadi jurus Thiat-so-heng-kang (dengan baja mengunci sungai lebar), sekuat tenaga dia hadapi ketujuh serangan berantai dari adiknya yang dilontarkan bersamaan itu. "Krakkk!", mendadak terdengar suara retak yang keras, tahutahu ujung pedang bambu milik Lan Giok-keng sudah patah jadi dua, menyusul kemudian pedang yang berada dalam genggaman Lan Sui-leng iku t mencelat pula dari tangannya. Tidak terlukiskan rasa girang Lan Sui-leng, pikirnya, 'Kali ini aku berhasil juga memapas kutung ujung pedang bambunya, ini berarti pertarungan bisa disudahi dengan seri....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berpikir sampai di situ tanyanya, "Adikku, apakah ke tujuh pedang berantaimu belum semua kau gunakan? Kau takut melukai Cicimu hingga tidak berani menggunakannya dengan sungguh hati?" Terlihat adiknya sudah melompat lebih kurang tiga depa ke samping dengan tangan kiri memegangi lengan kanan, ada beberapa tetes darah segar nampak meleleh keluar lewat celah jari tangannya, membuat seluruh jari tangannya berlepotan darah. Dengan perasaan terkejut buru-buru Lan Sui-leng menghampiri adiknya sembari berteriak, "Kauterluka?" "Tidak apa-apa," Lan Giok-keng tertawa getir, "hanya tergores kulit luarnya saja. Cici, ternyata Thay-khek-kiam-hoat yang kau pelajari hebat sekali, sewaktu aku menggunakan jurus terakhir dari tujuh jurus berantaiku yakni Pek-ho-liang-ci (bangau putih pentang sayap), sebetulnya aku agak kuatir juga kalau sampai merobek pakaianmu, siapa sangka.... Tentu saja perkataan selanjutnya tidak usah dilanjutkan, bukan pakaian Cicinya yang robek, justru ujung baju sendiri yang tersambar ujung pedang Cicinya hingga robek. Masih untung cepat dia menggunakan teknik 'melengket' untuk menggiring pedang Cicinya hingga terlepas dari genggaman, kalau tidak, mungkin tulang tangannya sudah tertembus. Sayangnya, biarpun dia berhasil merontokkan pedang Cicinya, namun kekuatan yang digunakan adalah tenaga dalam, jadi berbicara soal adu pedang, dalam pertarungan kali ini dia tetap kalah satu jurus. Lan Sui-leng mencoba memeriksa keadaan luka adiknya, ketika melihat luka yang diderita memang ringan, dengan perasaan lega dia pun berkata, "Kebetulan hari ini aku membawa jarum dan benang, adikku, cepat lepaskan pakaianmu, biar kujahit bajumu yang robek daripada ketahuan Suhumu nanti." "Mana mungkin Suhu punya waktu untuk mengurusi masalah tetek-bengek?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ooh, dia sedang sibuk apa? Kali ini dia mendapat tugas pergi ke tempat yang jauh, pergi ke wilayah Liauw-tong, bahkan selama tiga bulanan lamanya, sudah pasti ada banyak persoalan yang perlu dilaporkan kepada Ciangbun Sucouw. Sewaktu aku keluar tadi, dia sempat berkata kalau malam ini tidak perlu menunggunya balik makan malam." Lan Sui-leng menghela napas panjang. "Ai, dia masih ada begitu banyak urusan yang mesti dilakukan, padahal begitu kembali masih harus mengajar ilmu pedang kepadamu, kau sungguh beruntung bisa mendapat seorang guru dan seorang ayah angkat macam dia!" "Ucapanmu tepat sekali. Semalam ketika dia mengajarkan ilmu pedang kepadaku, kelihatan sekali kalau dia.... dia sudah.... "Sudah apa?" "Sudah menunjukkan tanda-tanda keletihan, malah sampai pada akhirnya dia seperti kehilangan konsentrasi." Ternyata sewaktu gurunya mengajarkan ilmu pedang semalam, dia kelihatan sedang dirundung banyak persoalan, selama dia melatih diri, gurunya nampak duduk termangu-mangu bahkan tanpa sebab yang jelas menghela napas berulang kali. Sebetulnya dia ingin menggunakan istilah "pikiran yang kalut" untuk menjelaskan keadaan gurunya, namun kuatir Cicinya malah bertanya lebih jauh, terpaksa dia hanya berkata seadanya. Tidak nyana Cicinya justru segera berseru, "Tidak heran kalau hari ini kau tidak dapat berkonsentrasi secara baik, rupanya masih kangen kepada Suhumu? Aai, dia sudah pergi sangat lama, tidak salah kalau kau ingin berbincang dengannya." Lan Giok-keng mengerti maksud Cicinya, dia pasti kuatir hatinya tidak nyaman karena kekalahannya tadi sehingga mencari alasan baginya. Benar, pikiran dan perasaan hatinya memang sedang tidak tenang, apalagi setelah mendengar saudara seperguruannya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menuduh dia sebagai anak haram, namun meski demikian, tidak seharusnya dia menderita kekalahan di tangan Cicinya yang baru beberapa hari mempelajari Thay-khek-kiam-hoat. "Aku dengar ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat yang dipelajari Gihumu berasal dari Bu-si Tianglo?" tanya Lan Sui-leng lagi sembari menjahit bajunya. "Semua orang juga mengetahui persoalan ini." "Ilmu pedang yang dimiliki Bu-si Tianglo dianggap nomor satu dalam perguruan kita, aku dengar ilmu pedang yang dipelajari Gihumu berasal dari ajaran murni Bu-si Tianglo, malah konon kehebatannya jauh di atas murid-murid Bu-si Tianglo sendiri, menurutmu.... "Sebagai seorang murid mana berani aku mengkritik kemampuan ilmu pedang guruku," sahut Lan Giok-keng sedikit keheranan, "Cici, apa maksudmu bertanya begitu? Apakah kau tidak percaya dengan perkataan mereka? Cici, ilmu pedang guruku tentu saja sangat bagus, tidak perlu kau ragukan. Kekalahanku hari ini tidak lebih hanya dikarenakan kemampuanku yang tidak becus." Sejujurnya Lan Sui-leng memang agak sangsi, tetapi setelah mendengar perkataan adiknya, dia pun merasa tidak leluasa untuk melanjutkan kembali perkataannya. Benarkah masih ada orang yang meragukan kemampuan Put-ji, guru Lan Giok-keng, sebagai 'jago pedang nomor dua dari Bu-tong-pay'? ternyata memang ada. Orang itu bukan lain Put-hui, guru Lan Sui-leng. Sambil membantu adiknya menjahit pakaiannya yang robek, Lan Sui-leng mulai membayangkan kembali peristiwa yang dialaminya hari itu. Saat itu adalah hari ketiga sejak gurunya mengajarkan ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat kepadanya. Entah karena apa, hari itu gurunya nampak uring-uringan dan sedikit tidak suka hati. Pelajaran yang diberikan sangat lamban, sampai sore hari dia hanya mengajarkan tiga jurus pedang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepadanya. Sampai dia mempraktekkan kembali ketiga jurus ilmu pedang itu, sekulum senyuman baru mulai tersungging di ujung bibir gurunya. "Jangan kau salahkan kalau aku mengajarkan kepadamu sangat lambat, sebab pondasi harus dibina secara pelan dan tidak boleh tergesa-gesa. Kau berlatih sangat bagus, asal mau berlatih dengan sepenuh hati, di kemudian hari pasti akan menjadi seorang pendekar pedang wanita kenamaan." Lan Sui-leng termasuk gadis yang suka bicara blak-blakan, begitu mendengar perkataan itu, tanpa berpikir panjang segera sahutnya, "Aku tidak ingin menjadi jago pedang wanita, aku hanya ingin.... "Apa yang kau inginkan?" "Aku hanya ingin mengalahkan adikku." "Hahaha gurunya langsung tertawa terbahak, "memangnya ilmu pedang adikmu sangat hebat? Dia mempelajari ilmu pedang itu langsung dari Put-ji Totiang, tentu saja kemampuannya jauh lebih hebat daripada diriku." "Ehmm, guru hebat akan menghasilkan murid hebat juga, ilmu pedang Put-ji Suheng dipelajari dari Bu-si Tianglo, jago nomor wahid dari perguruan kita, sekarang pun dia sudah dianggap jago nomor dua, tentu saja kemampuannya jauh lebih hebat dari kemampuan-ku." Merah dadu selembar wajah Lan Sui-leng, buru-buru katanya, "Suhu, aku tidak bermaksud begitu, aku tidak lebih hanya menggunakan adikku sebagai pembanding, jadi bukan.... "Kau tidak usah panik," gurunya tertawa, "aku tidak berkata kalau ucapanmu keliru. Aku tidak bakal berpikiran cupat. Hanya saja, hmm! Bila kau belajar Thay-khek-kiam-hoat dariku, belum tentu kemampuan-mu tidak dapat mengungguli adikmu. Gurunya.... "Kenapa dengan gurunya?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Gurunya menganggap ilmu pedang itu seperti mustika, padahal menurut penilaianku, watak gurunya tidak beda jauh dengan diriku.... Melihat gurunya bicara terus tiada habisnya, Lan Sui-leng semakin tercengang, tanyanya, "Suhu, kenapa tidak kau lanjutkan perkataanmu?" "Suatu ketika, tanpa sengaja aku melihat Put-ji Suheng sedang mengajari adikmu ilmu pedang, begitu tahu kehadiranku, dia langsung berhenti mengajar, padahal aku tidak berniat mencuri lihat ilmunya. Sayang, biar tidak ingin mencuri lihat pun aku sempat juga menyaksikan beberapa jurus ilmu pedangnya." "Menurut pandangan Suhu, bagaimana dengan ilmu pedang ajaran Put-ji Supek?" tanya Lan Sui-leng dengan perasaan ingin tahu. "Aah, dia adalah jago nomor dua dari perguruan, sementara ilmu pedangku paling juga berada pada urutan belasan ke atas, mana berani aku mengatakan kalau ilmu pedangnya jelek." Ternyata Lan Sui-leng pintar juga, begitu mendengar perkataan itu segera serunya sambil tertawa, "Suhu, kelihatannya kau sudah tahu kalau di balik ilmu pedang milik Put-ji Supek terdapat titik kelemahan, bolehkah kau ajarkan kepadaku secara diam-diam?" "Aku tidak pernah berkata begitu, kau jangan sembarangan menduga!" "Masa tebakanku keliru? Baiklah, kalau begitu biar kutanyakan ucapan yang Suhu katakan itu kepada orang lain, coba lihat apakah orang lain pun berpendapat begitu?" "Bagus, rupanya kau si setan cilik ingin mengancam aku? Tidak masalah kuberitahukan kepadamu, hanya takutnya.... "Takutnya kenapa?" "Takutnya kalau sampai terdengar guru adikmu." "Suhu, justru ucapan ini bakal tersiar luas kalau kau tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memberitahukan kepadaku. kukatakan kepada adik."

Asal

kau

terangkan, tidak

nanti

Terdorong karena pertama, dia tidak tahan direcoki terus oleh muridnya, kedua, Put-hui merasa tidak puas dengan sikap Put-ji yang menuduhnya mencuri lihat ilmu pedangnya, maka dia pun berkata, "Tentu saja ilmu pedang Put-ji Supekmu sangat bagus, hanya sayang kelewat banyak kembangan hingga tidak banyak kegunaannya." Karena itu sewaktu hari ini Lan Sui-leng mengajak adiknya bertanding, sedikit banyak dia membawa 'misi' untuk membuktikan kebenaran itu. Dan sekarang, ketika dia mulai membayangkan kembali perkataan gurunya itu, rasa curiga segera muncul di hati kecilnya, pikirnya, 'Benarkah ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat yang dipelajari adik hanya bagus dipandang namun tidak ada gunanya? Tapi mengapa dia mampu merontokkan pedang bajaku hanya mengandalkan kutungan pedang bambu? Kenapa kemampuan semacam ini dibilang hanya indah dilihat tapi tidak berguna? Ehmm, mungkin saja hal ini dikarenakan konsentrasinya sedang kalut hari ini." Tentu saja dia tidak menyangka kalau keberhasilan adiknya membuat pedangnya terlepas dari tangan bukan karena kelihaian ilmu pedangnya, melainkan karena dia telah menggunakan tenaga dalam ajaran Ciangbun Sucouwnya. Oleh karena dia telah berjanji dengan gurunya untuk tidak menceritakan rahasia ini kepada adiknya, terpaksa rahasia itu hanya disimpan di dalam hati. "Ehh, Cici, apa yang sedang kau pikirkan?" tiba-tiba terdengar Lan Giok-keng menegur. "Aah tidak apa-apa, aku sedang berpikir ilmu silat yang dipelajari Ciangbun Sucouw adalah ilmu silat Bu-tong-pay yang paling murni, kenapa kau tidak minta petunjuk beberapa jurus ilmu pedang darinya."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Memangnya ilmu pedang milik Bu-si Tianglo bukan Thay-khekkiam murni? Sewaktu Sucouw suruh aku belajar pedang dari Gihu, dia justru berpendapat karena ilmu pedangnya belum bisa menandingi kehebatan Sutenya. Aku rasa kegagalanku hari ini hanya disebabkan latihanku kurang sempurna, biar nanti aku tanyakan lagi ke Gihu, besok kita coba bertarung lagi." Baru berbicara sampai di situ, mendadak terlihat ada seorang Tosu muda berlarian mendekat dengan napas terengah-engah, teriaknya, "Ternyata kalian berdua bersembunyi di sini, kalian tahu, sudah terjadi peristiwa besar, tidak nyana kalian masih ada minat bermain di sini!" Orang ini berasal satu angkatan dengan mereka berdua, bergelar Bu-seng. Dalam anggapan Lan Sui-leng, Bu-seng masih terhitung salah satu 'hidung kerbau kecil', di waktu biasa dia sering menggoda Tosu cilik ini. Melihat kepanikan Tosu itu, Lan Sui-leng segera menegur dengan nada tidak senang, "Peristiwa besar apa yang telah terjadi? Kenapa kelakuanmu seperti orang panik?" "Put-coat Supek telah kembali!" "Dia toh bukan turun gunung untuk kembali ke kehidupan preman, apa anehnya kembali ke gunung?" "Karena dia pulang dengan digotong orang!" "Kenapa dia kembali dengan digotong orang?" tidak tahan Lan Sui-leng berseru dengan wajah melengak. Bu-seng tertawa geli, sahutnya, "Nonaku, tentu saja karena dia tidak mampu berjalan sendiri maka butuh digotong orang. Masa soal begitu juga ditanyakan?" "Dia terserang penyakit apa?" "Nonaku, paling tidak ada dua alasan kenapa dia harus pulang digotong, kesatu, karena terserang penyakit, kedua, karena terluka.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Darimana kau yakin kalau dia terserang penyakit?" "Masa dia terluka?" "Tepat sekali! Dia bukan terserang penyakit parah tapi menderita luka parah!" Lan Sui-leng terperanjat. Sebagaimana diketahui, Put-coat adalah murid pertama Bu-siang Cinjin, Ciangbunjin partai Bu-tong, kehebatan ilmu silatnya tidak terukur, mimpi pun Lan Sui-leng tidak pernah menduga kalau Supeknya yang berilmu tinggi bakal terluka parah. "Siapa yang telah melukai dia?" "Darimana aku tahu, hanya kuketahui orang yang mengantarnya kembali ke gunung adalah Bouw It-yu dari Yangciu. Begitu tiba di gunung, Bouw It-yu langsung menghadap Ciangbunjin untuk melapor, mana dia ada waktu untuk mengobrol dulu denganku. Nonaku, kau.... Lan Sui-leng tahu kalau Tosu kecil ini suka menambah bumbu pada ceritanya, tapi dia yakin peristiwa terlukanya Put-coat tidak bakal dibumbui dengan cerita lain, tanpa terasa nona ini jadi gugup, segera serunya, "Kau tidak usah merecoki aku lagi, ayoh kita segera berangkat!" Sambil berkata dia serahkan pakaian yang sedang dijahit itu ke tangan adiknya. "He Giok-keng Sute, kenapa baju barumu robek?" tanya Bu-seng tanpa terasa. "Tidak usah cerewet, siapa suruh kau mencampuri urusan di sini?" tukas Lan Sui-leng. "Aku toh cuma bertanya, apa salahnya dijawab sambil berjalan?" "Tadi aku suruh dia memetik bunga, pakaiannya robek karena terkait duri." Biarpun nona ini polos namun bukan orang bodoh, dia tidak ingin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

si hidung kerbau kecil ini tahu kalau secara diam-diam dia sedang mempelajari ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat dari adiknya. Lan Giok-keng yang membungkam selama ini tiba-tiba bertanya, "Apakah Ciangbun Sucouw yang memerintahkan kau mencari kami berdua?" Bu-seng tertawa tergelak. "Hahaha, Lan-sute, kau sangka siapa sih dirimu?" serunya, "tidak salah, di hari biasa Ciangbunjin memang sayang padamu, di saat senggang mungkin beliau akan mencarimu untuk bermain catur, tapi saat ini urusan sangat gawat, sekalipun akan mencari orang untuk diajak berunding, rasanya tidak nanti akan mencari dirimu bukan?" "Aku tahu, diriku hanya seorang bocah yang tidak tahu urusan. Lalu kenapa kau tergopoh-gopoh menyu-ruh kami segera pulang?" Bu-seng kembali tertawa. "Lan-sute, katanya, "kau tidak perlu marah kepadaku, semua orang mengatakan kau pintar, mana aku berani menuduhmu tidak tahu urusan. Cuma Put-coat Totiang adalah Supekmu, terlepas kau tahu urusan atau tidak, setelah Supekmu terluka~parah, sepantasnya kau segera pulang untuk menengoknya bukan? Masa kau malah marah padaku, memang kau tidak mengkhawatirkan keselamatan Supek?" "Siapa bilang aku tidak menguatirkan Supek, aku hanya ingin tahu, siapa yang memerintahkan kau mencari kami berdua?" "Sute, kenapa sih kau ngotot menyanyakan persoalan yang sama sekali tidak penting?" Bu-seng makin keheranan. "Mungkin kau anggap tidak penting, tapi urusan ini sangat penting bagiku." "Kenapa?" "Aku harus tahu siapa yang bersikap baik padaku. Siapa yang baik padaku, aku pun bersikap baik kepadanya."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jawaban itu sangat kekanak-kanakan, jangankan Bu-seng, Lan Sui-leng pun termakan oleh tipuan adiknya itu, dia sangka adiknya benar-benar berpendapat begitu. Maka kepada Bu-seng segera serunya, "Kenapa kau tidak menggunakan kesempatan ini untuk menunjukkan jasamu?" "Aku tidak berani merampas jasa Sucouw," sahut Bu-seng tertawa. "Ooh, jadi kau mendapat perintah dari Ji-tianglo untuk datang mencariku?" tanya Lan Giok-keng. Yang dimaksud Ji-tianglo atau Tianglo kedua adalah Bu-liang Totiang. Sebagaimana diketahui Toa-tianglo adalah Bu-kek Totiang yang telah menemui ajalnya pada enam belas tahun berselang. Oleh sebab itu meski Bu-liang Totiang berada pada urutan kedua, namun di antara Tianglo yang masih ada sekarang, dia sudah menempati posisi teratas. Sementara Bu-seng adalah murid Put-pay, murid pertama Buliang Totiang. "Benar," kata Bu-seng, "dia orang tua memang sangat teliti dan cermat, begitu tahu Put-coat Supek pulang gunung digotong orang, dia segera teringat akan dirimu. Pertama, karena Put-coat Supek adalah angkatan tuamu, kedua, dia pun kuatir gurumu kelewat sedih lantaran kejadian ini, maka kau diminta mendampingi gurumu serta menghiburnya." Lan Sui-leng merasa sangat terharu sekali, ujarnya, Terus terang, Sucouwmu ini selalu mendatangkan perasaan aneh bagiku, tidak disangka dia berpikir begitu cermat khususnya terhadap angkatan yang lebih muda." Bu-seng tertawa. "Sejujurnya dia tidak selalu bersikap baik ter-hadap setiap murid perguruan, tapi terhadap Put-ji Susiok serta kalian berdua, sikapnya memang istimewa baiknya." "Mungkin saja dia bersikap baik terhadap adikku, tapi jangan kau ikut sertakan diriku."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ooh, jadi kau anggap sikap Sucouw terhadapmu kurang baik? Bagaimana kalau aku saja yang bersikap baik terhadapmu?" "Ciss, siapa sudi menerima kebaikanmu." Habis berkata dia segera beranjak pergi diikuti Bu-seng di belakangnya. Tiba-tiba bunga merah dalam genggamannya terlepas dan terjatuh ke tanah. Melihat ada kesempatan untuk mendekati Sumoy nya, buru-buru Bu-seng memungut bunga itu dan diangsurkan ke hadapan Lan Suileng sambil berseru, "Sumoy, bungamu terjatuh, untung mataku awas dan segera memungutnya kembali, coba lihat, bunganya masih utuh, tidak ada yang rontok." "Hmm, aku tidak mau bunga yang sudah terjatuh ke tanah." "Tapi bungamu terjatuh di atas rumput, sama sekali tidak kotor, coba lihat, bersih sekali," seru Bu-seng sambil meniup bunga itu. "Biar bersih pun tidak mau!" "Bukankah gara-gara menyukai bunga itu kau telah menyuruh adikmu memetiknya? Coba lihat, pakai-an adikmu pun sampai robek, kenapa sekarang malah tidak mau?" "Karena sekarang aku sudah tidak menyukainya lagi." "Kenapa?" "Aah, bawel amat kau, kenapa sih suka mencampuri urusan tetek-bengek? Sekali tidak suka tetap tidak suka, kenapa mesti kujelaskan? Hmm, bukankah barusan kau sempat menegurku suka bermain? Kenapa kau sendiri malah mengurusi soal bunga?" "Tapi.... bunga ini sangat indah, rasanya sayang untuk dibuang," seru Bu-seng tergagap. Tiba-tiba Lan Giok-keng berkata, "Mungkin saja bunga itu tidak ternoda, tapi aku lihat pakaianmu justru ternoda air lumpur. Aah, bukan sedikit, malah sebagian besar....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bu-seng yang berusaha mencari muka di hadapan Lan Sui-leng jadi tidak suka hati setelah disindir Lan Giok-keng, segera katanya, "Barusan kan hujan deras, masih untung cuma hujan, bajuku basah lantaran air hujan, siapa bilang kena air comberan!" "Ooh, rupanya kau menempuh hujan untuk mencari kami berdua? Kebaikan hatimu sungguh membuat hatiku terharu." "Terima kasih, aku tidak mengharap terima kasihmu, aku cuma minta kau jangan bawel lagi." "Baiklah, kalau memang kau benci dengan perkataanku, biar aku tidak berbicara lagi." Benar saja dia segera tutup mulut sambil mempercepat langkahnya berjalan lebih dulu di depan. Tiba-tiba terdengar Lan Sui-leng berkata, "Bu-seng Suheng, aku rasa kau sedang berbohong." "Aku berbohong?" "Sudah jelas kau tercebur ke selokan dan ternoda air pecomberan, kenapa dibilang basah kuyup karena hujan? Kapan sih hujan?" Bu-seng kembali tertawa. "Belakang gunung tidak hujan bukan berarti bukit bagian depan juga tidak hujan. Masa kau tidak pernah mendengar lagu rakyat yang mengatakan di timur ada matahari di barat sedang hujan, dibilang tidak berperasaan ternyata ada perasaan.... "Oooh, rupanya begitu." Mendadak Bu-seng seperti teringat akan sesuatu, dia seperti ingin mengucapkan tapi kemudian urung, akhirnya dengan tergagap katanya, "Padahal aku.... aku pun.... aai! Kalian tidak bakal mengerti." Selesai berkata buru-buru dia berjalan ke sebuah simpang jalan dan berlalu dengan begitu saja. Ketika angin gunung berhembus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lewat, terlihat jubahnya bergetar sampai menggelembung, seolaholah sekujur tubuhnya telah dipenuhi tenaga murni. Lan Giok-keng yang memandang bayangan punggungnya tibatiba terlintas rasa curiga di hati kecilnya. "Mungkinkah di antara mereka punya hubungan yang tidak boleh diketahui orang lain?" pikirnya. Begitu terbayang 'hubungan yang tidak boleh diketahui orang lain', mendadak dia sendiri pun merasa amat terperanjat. Bukankah hal ini sama artinya dia pun mencurigai Gihu sendiri? Tidak benar, boleh saja dia mencurigai Ji-tianglo, namun tidak sepantasnya mencurigai juga Gihu sendiri! Yang membuatnya lebih terperanjat adalah 'caranya berpikir', diam-diam dia mengumpat diri sendiri. Tiba-tiba terdengar Lan Sui-leng yang telah menyusul menegur, "He adikku, kenapa wajahmu nampak sangat aneh? telah membantumu mengerjai si hidung kerbau kecil, kenapa tidak tertawa, juga tidak bicara, sebetulnya apa yang sedang pikirkan?" dan Aku kau kau

Lan Giok-keng tanpa berpaling segera menyahut, "Cici, kau tidak usah banyak curiga, tidak ada yang kupikirkan." Biarpun dia cerdik, sayang perkataan ini justru meninggalkan titik kelemahan, kenapa dia harus kuatir Cicinya curiga? Lan Sui-leng bukan orang bodoh, tanggapnya, "Adikku, kau kan tahu kalau aku bukan orang yang banyak curiga, tapi kenapa mesti mengelabui aku? Bukankah kau masih meragukan asal-usulmu?" "Tidak!" "Baguslah kalau tidak. Adikku, lantas masalah apa yang masih mengganjal di hatimu? Masa Cici sendiri juga tidak boleh tahu?" Lan Giok-keng sadar, biar tidak mengakui pun Cicinya pasti tetap curiga, maka sahutnya, "Ooh tidak apa-apa, aku hanya berpikir,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

belakangan rasanya ada banyak peristiwa aneh yang terjadi di sini." "Benar, Lan Sui-leng mengangguk, dia tahu yang dimaksud adiknya adalah 'musibah' yang menimpa perguruannya, "Siapa yang menyangka kalau Put-coat Supek pun bisa dilukai orang sehingga harus digotong balik ke Bu-tong-san." Sebenarnya dia masih ingin bertanya kepada adiknya, kejadian apa lagi yang dia angggap 'aneh', namun saat itu mereka telah tiba di depan istana Goan-hap-kiong tempat tinggal Ciangbunjin. Dimana seluruh murid angkatan ketiga telah berkumpul sambil berkasakkusuk, karenanya dia merasa tidak leluasa untuk bertanya lebih lanjut. Kalau soal 'anak haram' pun adiknya berani menyampaikan kepadanya, dia tidak percaya kalau masih ada soal lain yang tidak berani dikatakan sang adik kepadanya. Tentu saja dia tidak bakal mengira kalau adiknya benar-benar masih ada rahasia lain yang tidak dikatakan kepadanya. Persoalan yang cuma bisa disimpan di dalam hati, persoalan yang tidak mungkin diberitahukan kepada orang lain merupakan satu ganjalan yang paling menyiksa. Bagi Lan Giok-keng, siksaan batin itu baru merupakan permulaan. Padahal ayah angkatnya, Put-ji, sudah merasakan siksaan itu selama enam belas tahun lamanya. Satu jam berselang, di saat untuk pertama kalinya Lan Giok-keng mengemukakan suara hatinya kepada sang Cici, dia pun sedang terjerumus dalam kenangan masa lalu yang amat menyiksa, bahkan tidak seorang pun pernah mendengar keluh-kesahnya. Satu jam berselang, tepat di saat hujan turun dengan derasnya, turun secara tiba-tiba. Biarpun hanya hujan, namun air hujan turun sangat deras, bahkan disertai sambaran petir dan guntur. Penyakit lamanya lagi-lagi mulai kambuh.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Setiap kali menjelang hujan turun, jantungnya selalu terasa kejang, pikiran dan perasaannya ikut kalut dan terombang-ambing. "Aai, lagi-lagi tumn hujan seorang diri dia duduk termenung di dalam kamarnya. Ketika cahaya petir menyambar di luar jendela, tiba-tiba dia teringat kembali dengan hari itu, hari hujan pada tujuh belas tahun berselang. Di antara ranting dan tangkai pepohonan yang bergoyang tertimpa hujan badai, dia seolah melihat 'Siau-sumoy' sedang berjalan menghampirinya. Waktu itu Ho Giok-yan masih merupakan 'Siau-sumoy', belum menjadi calon bininya. Hubungan itu tiba-tiba terputus, tiba-tiba berkesudahan di saat hujan sedang turun dengan derasnya. "Toa-suheng, aku tidak punya muka lagi untuk berbicara denganmu.... Tidak perlu penjelasan dari Siau-sumoy pun dia sudah paham. Dia tahu kedatangan Siau-sumoynya adalah untuk berpamitan. Pada malam itulah dia telah pergi bersama Sutenya. Ketika cahaya petir kembali menyambar, bayangan di depan matanya seolah bertambah lagi dengan sesosok manusia. Selain Siau-sumoy Ho Giok-yan, di situ masih ada pula adik seperguruannya, Keng King-si. Hari itu adalah hari hujan pada enam belas tahun berselang. Dia berjumpa lagi dengan Siau-sumoy, kini Siau-sumoy sudah menjadi Keng-hujin, nyonya Keng. Kalau dalam pertemuan pertama Siau-sumoy datang berpamitan, maka pertemuannya kali ini berubah jadi perpisahan untuk selamanya. Semua kejadian, semua peristiwa saat itu kembali terlintas di depan matanya, dia tidak tahu apakah bayangan itu kejadian
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sungguhan atau hanya khayalan, apakah dia sedang bermipi atau tersadar? Di balik kilatan cahaya petir dan suara guntur, Keng King-si roboh terjungkal tertembus pedangnya. Kemudian dia seperti mendengar suara tangisan bayi yang baru lahir. Sumoy terkapar di tengah genangan darah. Aah, seluruh jagad, seluruh kehidupan, seluruh isi alam seolah telah berhenti, seolah menjadi sunyi, hanya suara tangisan orok yang terdengar. Aah tidak, tidak, dia seperti mendengar juga suara tertawa. Suara tertawa yang samar, suara tertawa yang terhantar datang secara lamat-lamat, seperti ada seperti pula tidak ada! Enam belas tahun berselang, di saat hujan turun dengan derasnya, waktu itu dia sama sekali tidak mendengar suara tertawa semacam itu. Tapi suara tertawa itu bukan didengar dengan telinganya tapi 'terdengar' oleh suara hatinya. Inikah suara tertawa seperti apa yang dia bayangkan? Tidak, dia sadar bahwa hal itu hanya khayalan, perempuan itu, perempuan genit, perempuan cabul yang bergelar Lebah hijau itu tidak tertawa pada saat itu, tapi dalam hati kecilnya dia pasti sedang tertawa bangga. "Aai, kenapa aku bisa teringat perempuan ini?" Dia paling tidak berharap membayangkan perempuan ini, apalagi ketika dia selesai membayangkan Siau-sumoy, kemudian terbayang pula perempuan ini. Bahkan dia sering 'menipu' diri sendiri. "Bukan, bukan, semua itu hanya khayalanku belaka, hari itu dia sama sekali tidak hadir di tempat kejadian!" Begitu seringnya menipu diri sendiri sampai akhirnya dia percaya dengan ungkapan itu. Aai, apakah hanya khayalan atau sungguh terjadi? Pada akhirnya dia sendiri pun tidak jelas! Cahaya kilat sekali lagi menyambar membelah angkasa,

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bayangan yang muncul di depan mata kembali berubah. Seorang kakek berwajah garang, seorang jago lihai dengan cahaya pedang bagai sambaran petir! Waktu berjalan begitu cepat.... dari enam belas tahun berselang kini berubah jadi tiga bulan berselang, saat hujan turun dengan derasnya tiga bulan berselang. Waktunya makin dekat, tapi tempat kejadian justru makin jauh. Kalau dua kali hujan deras dialami di desanya, maka hari hujan kali ini justru berada jauh dari tempat kelahirannya, berada di wilayah Liauw-tong yang amat jauh. Tiga bulan yang lalu dia mendapat perintah dari gurunya untuk mendatangi wilayah Liauw-tong, menyelidiki seseorang, seseorang yang misterius dan penuh diliputi teka-teki. Orang itu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan peristiwa pembunuhan yang menimpa Bu-tong-pay, peristiwa pembunuhan terbesar sepanjang sejarah. Hampir semua orang yang ada hubungannya dengan peristiwa ini telah tewas, bagaimana dengan orang ini? Masih hidupkah dia atau sudah mati? Oleh karena orang ini ada 'kemungkinan' masih hidup, maka dia harus berangkat ke sana untuk mencari berita, kalau pun dia sudah mati, dia pun berharap masih bisa menggali sedikit titik terang atas kejadian di masa lampau. Orang itu tidak lain adalah Huo Bu-tou, orang yang dikenal Keng King-si dan Ho Giok-yan sewaktu hidup di wilayah Liauw-tong. Waktu itu statusnya adalah seorang juragan ikan, walau dalam kenyataan dia adalah pengawal pribadi Nurhaci Khan dari negeri Kim. Pada tahun kedua kembali dia merubah diri, kali ini menjadi seorang perwira dari pasukan Kim-ih-wi kerajaan Beng. Boleh dibilang orang ini nyaris penuh dengan teka-teki.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hanya dengan menemukan orang ini, dia baru punya harapan untuk memecahkan kasus pembunuhan ini. Dan hanya orang ini juga yang bisa menerangkan apakah pada waktu itu adik seperguruannya, Keng King-si, benar-benar pernah menjadi matamata bangsa Boan. Kalau dibilang 'mendapat perintah' lebih cocok kalau dibilang bukan hanya satu kali dia mengajukan permohonan kepada Ciangbun Suhunya untuk melakukan perjalanan ini, tapi gurunya tidak pernah mengabulkan permintaan itu. Hingga hari itu ketika secara tiba-tiba gurunya memerintahkan dia berangkat ke Liauw-tong untuk melacak peristiwa itu, hampir saja dia tidak percaya dengan pendengaran sendiri. Tiga bulan berselang dia tiba di dusun nelayan kecil dimana Huo Bu-tou pernah bekerja menjadi juragan ikan, yaitu dusun nelayan dimana Keng King-si dan Ho Giok-yan pernah tinggal. Tempat lelang ikan sudah tiada, namun tidak banyak perubahan yang terjadi di dusun itu, tentu saja masih banyak orang dusun yang teringat pada Huo Bu-tou. Tapi sayang dari mulut orang-orang itu dia tidak berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan. Orang-orang itu hanya tahu kalau Huo Bu-tou adalah seorang juragan ikan, seorang pedagang ikan yang sangat bersahaja. Yang paling diingat orang-orang itu adalah hitungan sipoanya yang sangat jago, biar pintar main sipoa namun belum pernah mencari keuntungan pribadi, semua nota dihitung terperinci dan jelas. Hanya itu saja yang diperoleh. Rumah yang pernah ditempati Ho Giok-yan dan Keng King-si pun masih utuh, rumah itu mereka bangun dengan mengeluarkan uang banyak, sebagai penduduk dusun yang jujur, biarpun mereka sudah pergi dan tidak pernah kembali lagi, ternyata tidak ada penduduk dusun yang berusaha memakai atau mengambil alih rumah itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dia pura-pura mengaku sebagai famili jauh Keng King-si dan memasuki rumah itu. Sayang bangunan rumah itu sudah bobrok dan tidak terawat. Padahal biarpun dia tidak mengaku sebagai famili jauh pun tidak bakal ada orang yang menggubris dia ketika memasuki rumah itu. Rumah itu kosong melompong, yang ada tinggal sarang laba-laba di sudut dinding serta sisa abu di bawah anglo. Sarang laba-laba yang koyak seakan sedang menertawakan dirinya, menertawakan dia yang belum mampu lolos dari jaring cinta, sementara abu di bawah anglo meski sudah dingin namun di dasar hatinya masih terasa hangat. Benar-benar tidak ada benda yang tertinggal, yang tersisa hanya helaan napas yang tidak terkira, helaan napas karena berlalunya impian musim semi. Tiba-tiba dia menemukan beberapa biji batu di sudut rumah. Apa anehnya batu? Utara selatan, di pesisir, di gunung, hampir semuanya terdapat batu? Tidak, beberapa biji batu itu berbeda sekali. Batuan yang berasal dari desa kelahirannya. Darimana dia bisa tahu? Karena dialah yang menyerahkan batuan itu. Diambil dan diremasnya batuan itu, meremasnya seperti sedang meremas jari tangan kenalan lama. Di rumahnya (atau lebih tepat di rumah Sumoynya, Ho Giok-yan), di belakang rumah mereka terdapat sebuah bukit, di atas bukit itu terdapat sejenis bebatuan yang berbintik-bintik merah seperti pasir merah, orang menyebutnya batu granit merah. Ada pula jenis batu lain yang warnanya tiga bagian berwarna kuning dan tujuh bagian berwarna merah tua, batuan ini disebut Hong-hiat-sik (batu kuning darah). Ada orang bilang seandainya tidak terselip tiga bagian warna
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kuning, pada hakikatnya batu itu bisa digunakan sebagai Ki-hiattong palsu. Yang dimaksud Ki-hiat-tong adalah jenis batu granit yang paling bagus dipakai untuk membuat stempel nama, bahkan nilainya melebihi nilai emas murni. Hanya saja kedua jenis bebatuan itu merupakan barang langka, meski banyak terdapat di bukit itu namun sulit untuk menemukan bongkahan batu dalam ukuran besar, yang ada pun paling hanya butiran batu kecil. Ho Giok-yan sangat menyukai kedua jenis batu granit itu, karenanya setiap kali menemukan kedua jenis bebatuan itu dia selalu mengambil dan menghadiahkan kepadanya. Dia sudah tidak ingat sejak kapan permainan itu dimulai, dia hanya masih ingat ketika Ho Giok-yan bemsia empat belas tahun dia menghadiahkan batu granit merah dan batu kuning darah itu padanya. Ketika dia mulai belajar menyulam, dibuatlah sebuah kantung kain untuk menyimpan bebatuan itu. Dia masih ingat apa yang pernah diucapkan gadis itu, katanya bebatuan yang sangat indah itu dalam pandang-annya melebihi batu permata. Tapi tidak lama setelah mengucapkan perkataan itu, kembali dia menyampaikan perkataan lain, katanya dia sudah tumbuh dewasa hingga sangat menghargai usaha Toa-sukonya yang memberi hadiah batu kepadanya, namun dia tidak ingin Toa-sukonya membuang banyak waktu dan tenaga hanya untuk mengumpulkan 'mainan anak-anak' itu. Dan sejak itu pula dia mulai memperhatikan Sutenya telah menggantikan peranannya selama ini, menjadi teman kencan Sumoynya setiap kali naik gunung. Tentunya di atas gunung dia bukan hanya mengambil bebatuan saja untuk Sumoynya bukan? Impian masa lalu telah tertutup oleh jala laba-laba, buat apa mesti dikenang kembali? Tapi dia masih tetap berkeliaran di seputar rumah gobrok yang pernah ditempati Sumoynya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Aai, orang pun sudah lama mati, buat apa mencari kembali impian yang telah berlalu? Akhirnya dia menemukan kembali kantong sulaman itu, kantong itu sudah lama koyak dan rusak, tetapi dia masih tetap dapat mengenalinya. Sumoy telah jauh-jauh membawa kantong itu ke Liauw-tong, tapi mengapa sewaktu siap kembali ke dusun, dia justru melupakan benda yang pernah dipandang sebagai benda mustika itu? Apakah dia lupa membawanya? Atau memang sengaja membuangnya? Mungkinkah kejadian ini membuktikan kalau telah terjadi konflik batin dalam hati Sumoy? Didekapnya kantong koyak itu di depan dadanya, diremasnya bebatuan itu dengan mesra, dia tertegun.... termangu.... Mendadak suara guntur menggugahnya dari lamunan, hujan turun sangat deras. Sebagai penerangan dia tancapkan obor di atas dinding rumah, ketika angin kencang berhembus lewat, obor pun padam. "Blaamm!", menyusul kemudian sebagian dinding rumah rubuh ke tanah. Rumah itu kondisinya memang lapuk dan bobrok, tapi sebetulnya belum sampai taraf nyaris roboh. Bukankah gelegar guntur tidak sampai menyentuh dinding rumah itu? Mungkinkah hembusan angin kencang sanggup merobohkannya? Rasa terkejut membuatnya seolah tersadar kembali, janganjangan dinding itu roboh karena digempur seseorang? Belum habis ingatan itu melintas lewat, tampak sesosok bayangan manusia telah menerobos keluar melalui celah dinding yang roboh, belum lagi tubuhnya menyentuh tanah, desingan angin tajam telah menyambar tiba. Ternyata dugaannya tidak salah, dinding itu memang roboh karena digempur orang itu dengan tenaga pukulannya yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dahsyat. Cahaya kilat berkelebat lewat, pedang di tangan orang itu sudah menusuk tenggorokannya, bukan cahaya petir yang menyambar tapi cahaya pedang, cahaya pedang yang lebih cepat dari sambaran petir! Untung dia cukup sigap dan sadar akan datangnya bahaya, cepat pedangnya dicabut untuk menangkis, gerakan pedangnya tidak terhitung lambat, dengan jurus Ya-can-pat-hong (bertarung malam melawan delapan penjuru) dia sambut datangnya serangan musuh jurus demi jurus. Pertarungan ini merupakan pertarungan paling sengit yang belum pernah dialaminya sepanjang hidup, jauh lebih berbahaya, jauh lebih mengerikan daripada pertarungannya melawan Keng King-si tempo hari. Dalam pertarungannya melawan Keng King-si tempo hari, adik seperguruannya itu masih berbelas kasihan kepadanya, beda dengan orang di hadapannya sekarang, begitu bertemu jurus mematikan dilancarkan bertubi-tubi, bukan saja sejak awal hingga sekarang, bahkan semua jurus serangannya diarahkan ke bagian yang mematikan. Suara bentakan ataukah suara guntur? Cahaya pedang atau cahaya petir? Kedua belah pihak sama-sama tidak jelas, sama-sama tidak bisa membedakan! Di saat cahaya petir kembali menyambar, dia berhasil melihat wajah lawan dengan jelas. Ternyata dia adalah seorang kakek berperawakan tinggi besar yang berwajah gagah dan penuh wibawa. "Siapa kau? Kita tidak saling mengenal, kenapa kau ingin mencabut nyawaku?" bentaknya gusar. Kakek itu mendengus dingin. "Hmm, satu nyawa ditukar tiga nyawa, sudah keenakan buat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kau!" "Satu nyawa ditukar tiga nyawa? Apa maksud-mu? Aku tidak mengerti apa yang kau maksud!" "Seharusnya kau mengerti, secara beruntun engkau telah menyebabkan tiga orang kehilangan nyawa! Tidak akan kubiarkan kau mencelakai orang lagi!" Menggunakan kesempatan di saat orang tua itu sedang mengumpatnya, di saat cahaya petir kembali berkelebat, dia gunakan baik-baik peluang itu, dengan jurus Pek-ho-liang-ci (bangau putih pentang sayap) sebuah bacokan dilontarkan. Inilah jurus andalannya, jurus yang paling dibanggakan, sekalipun sudut babatan pedangnya sedikit melebar, namun kecepatan serangannya luar biasa, biar serangan dilancarkan belakangan namun ternyata tiba duluan. Terdengar suara tulang yang retak menusuk pendengaran, lengan kiri kakek itu tertusuk telak, disusul suara tulang belulang yang hancur dan retak. Tapi pada saat yang bersamaan, dadanya ter-makan juga oleh tusukan pedang lawan. Masih untung serangannya tiba duluan, karena kakek itu terhajar lebih dahulu maka tusukan pedangnya yang menghujam di dada pun kekuatannya jauh berkurang, coba bukan begitu, mungkin tubuhnya sudah terbelah dua. Dua belah pihak sama-sama terluka parah, hujan dan angin pun ikut berhenti. Kakek yang kereng dan penuh wibawa bagai malaikat itu telah tidak nampak. Biar hujan telah berhenti, darah masih meleleh keluar tiada hentinya, yang meleleh adalah darah dari tubuhnya. Sebetulnya mulut luka yang diderita tidak terlampau dalam, darah yang meleleh pun tidak terlalu banyak, namun keadaan luka itulah yang membuat hatinya bergidik.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekali lagi dia menyulut obor di atas dinding, lalu membuka baju luarnya, ternyata di atas dadanya telah muncul tujuh buah lubang kecil yang berjajar bagaikan tujuh bintang bujur utara. Tujuh lubang kecil bekas tusukan ujung pedang! Buru-buru dia membubuhkan obat luka di seputar mulut lukanya, dengan cepat darah pun berhenti mengalir. Biarpun begitu, bekas luka yang tertinggal justru membuatnya tidak terlupakan, bukankah titik merah yang membekas di atas dadanya persis sama seperti warna batu granit yang dia hadiahkan untuk sang Sumoy? Kini dia sudah diakui oleh semua orang sebagai jago pedang nomor dua dari Bu-tong-pay, usianya masih muda dan tenaganya sedang mencapai puncaknya, siapa pun tidak bakal percaya kalau dia nyaris tewas di ujung pedang seorang kakek. Siapakah orang tua itu? Tiba-tiba dia teringat akan seseorang. Tidak mungkin dia akan mengemukakan persoalan ini kepada orang lain, kecuali kepada gurunya sendiri. Sebab dia ingin minta pembuktian dari gurunya. Dari kejadian pada tiga bulan berselang, kini dia mulai membayangkan kembali peristiwa yang baru saja terjadi kemarin. Kemarin, begitu tiba di bukit Bu-tong, tindakan pertama yang dilakukan adalah melaporkan semua kejadian itu kepada gurunya, Bu-siang Cinjin. Dia perlihatkan juga bekas luka yang tertinggal di tubuhnya. Selesai mendengarkan penuturannya, kemudian memeriksa pula bekas lukanya, perlahan-lahan Bu-siang Cinjin berkata, "Aku belum pernah bertemu Kwe Tang-lay, tapi aku tahu inilah hasil tusukan dari Jit-sing-kiam-hoat (ilmu pedang tujuh bintang)!" Gurunya membuktikan kalau apa yang diduga selama ini tidak salah, ternyata orang tua itu adalah Ciang-ciu-kiam-khek (jago pedang dari Ciang-ciu) Kwe Tang-lay yang sudah lenyap kabar beritanya sejak empat belas tahun berselang!
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Benarkah si jago pedang dari Ciang-ciu Kwe Tang-lay belum tewas? Jika orang tua ini benar-benar adalah Kwe Tanglay, berarti tekateki lain yang sudah mereka curigai selama ini pun telah memperoleh pembuktian. Kemungkinan besar tokoh misterius yang saru itu, Huo Bu-tou adalah putra Kwe Tang-lay. Berita yang belum pernah mendapat pembuktian itu diperoleh Suhengnya, Put-coat tojin, setelah melakukan penyelidikan lama. Enam belas tahun berselang, ketika baru saja dia tiba di Bu-tongsan, sejak pertemuan pertama kali dengan Put-coat, Tosu itu sudah pernah mengemukakan kecurigaannya ini. Kelihatannya sang guru dapat membaca suara hatinya, dia pun berkata, "Seharusnya dalam dua hari mendatang Suhengmu, Putcoat, sudah balik ke Bu-tong, tunggu saja sampai dia kembali, tanyakan langsung kepadanya. Dia adalah penduduk kota Ciang-ciu, sewaktu masih kecil pernah bertemu Kwe Tang-lay. Jadi persoalan tentang Kwe Tang-lay, dia jauh lebih tahu ketimbang aku." Lagi-lagi turun hujan. Memandang air hujan yang turun bagai dituang dari langit, kembali hatinya mengejang, pikirnya, 'Aai.... perubahan cuaca benar-benar susah diramalkan, padahal tadi cuaca begitu bersih dan cerah, tiba-tiba saja hujan turun begitu deras. Aai.... dalam suasana begini, rasanya tidak mungkin Put-coat Suheng akan balik ke gunung hari ini.' Menyaksikan daun dan ranting pohon yang terombang-ambing dimainkan angin, perasaan hatinya terasa makin kalut, mendadak dia merasa hawa dingin yang menggidikkan lamat-lamat muncul dalam hatinya. "Mengapa Ciangbun Suheng bukannya menyuruh Suheng berangkat ke Liauw-tong, sebaliknya malah menyerahkan tugas ini kepadaku?" pikirnya. Tidak bisa disalahkan kalau dia berpendapat begitu, tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seorang pun yang tahu akan asal-usul Huo Bu-tou dan hanya Putcoat seorang yang berhasil menemukan setitik jejaknya, padahal sejak awal Put-coat telah melaporkan kecurigaannya itu kepada sang Suhu. Terlepas apakah Kwe Tang-lay benar-benar adalah ayahnya Huo Bu-tou atau bukan, jika Suhunya ingin mengutus seseorang untuk melacak jejaknya di Liauw-tong, seharusnya orang yang paling cocok untuk tugas ini adalah Put-coat. "Jangan-jangan Put-coat Suheng sudah pernah datang ke Liauwtong tapi gagal menemukan sesuatu jejak sehingga kali ini Suhu mengutus aku yang ke situ? Tapi sekalipun begitu, kenapa Suhu masih berusaha mengelabui aku?" "Jika Put-coat Suheng belum pernah berkunjung ke situ, kenapa baru enam belas tahun kemudian Suhu mengutus aku ke situ? Sungguh membikin aku tidak habis mengerti!" Terlepas dalam situasi seperti apa pun, semuanya cukup menimbulkan kecurigaan dalam hatinya. Tentu saja dia tidak berani menuduh Suhunya punya rencana lain, tapi tidak tahan kembali dia berpikir, 'Mengapa Suhu menyerahkan tugas ini padaku? Mungkinkah di balik semua ini masih terselip maksud Tam?" "Tapi.... aku banyak berhutang budi pada Suhu, hubungannya denganku melebihi hubungan ayah dan anak, bahkan aku berhutang banyak padanya. Tidak, aku tidak boleh tidak percaya padanya, tidak sepantasnya aku mencurigai Suhu sendiri." Sekalipun dia telah berusaha untuk menghilangkan rasa curiganya terhadap Suhunya, namun lamat-lamat perasaan bergidik mulai mencekam hatinya. Tentunya dia tidak bakal tahu kalau Suhunya telah mengirim Putcoat untuk membawa pulang tulang belulang Bu-kek Tianglo untuk dikubur di atas gunung. Put-coat sendiri pun pernah berpendapat seperti dia, merasa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dialah orang yang paling pantas untuk melaksanakan tugas ini. Hanya saja perasaan Put-coat tidak sebimbang dan sepanik dirinya. Cahaya petir berkelebat, suara guntur menggelegar di angkasa, kilatan cahaya pedang Kwe Tang-lay, suara makiannya yang keras menggelegar seakan terlintas kembali di depan mata. "Hmm, satu nyawa ditukar tiga nyawa, sudah keenakan buat kau!" "Dia menuduhku sebagai penyebab kematian tiga orang, siapakah tiga orang yang dimaksud? Kalau dia benar-benar Kwe Tang-lay, berarti salah satu di antaranya yang dimaksud adalah putranya, orang yang telah berganti dengan nama bangsa Boan sebagai Huo Bu-tou. Aah, bila dugaanku tidak salah, berarti Huo Butou pun ikut tewas?" Betulkah dia sangat berharap Huo Bu-tou telah tewas? dia sendiri tidak tahu, bahkan dia terkejut kenapa dirinya bisa mempunyai pikiran seperti itu. Dia tidak berani berpikir lebih jauh, hanya berkata dalam batinnya, 'Siapakah dua orang yang dimaksud? Keng-sute tewas karena aku salah tangan, apakah dia salah satu di antaranya? Tapi.... apakah kematian Sumoy pun gara-gara ulahku?' "Kenapa tidak mungkin? Bukankah Sumoy bunuh diri gara-gara melihat suaminya tewas di tanganku? Aai.... selama ini tidak pernah kukaitkan kedua persoalan itu menjadi satu, aku.... aku benar-benar kelewatan!" Bukan saja dia merasakan hatinya bergidik, bahkan dia merasa hatinya sakit, sakit bagai disayat-sayat. Sekali lagi bayangan Ho Giok-yan melintas di depan matanya, menyusul kemudian bayangan Keng King-si, terakhir melintas pula bayangan Kwe Tang-lay.... Makin lama dia merasa hatinya semakin bergidik, bulu kuduknya bangun berdiri.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ooo)*(ooO BAB III Banyak keanehan di balik tulang Mengangkat ketua baru Daun jendela terbuka lebar karena hembusan angin, butiran air hujan membasahi seluruh tubuhnya. Suara hujan, suara angin menderu-deru di telinganya. Kembali hatinya terasa kejang. Setiap kali turun hujan, perasaannya selalu terjerumus dalam ketidak-tenangan, apalagi hari ini. "Aai, kemana perginya anak Keng? Kenapa sampai sekarang belum juga kembali!" Dia hanya berharap ada seseorang dapat berbincang dengannya, apalagi kalau dia dapat mengutarakan seluruh isi hatinya kepada orang itu. Padahal orang yang paling dekat dengannya tidak lebih hanya anak angkatnya seorang, Lan Giok-keng. Tentu saja dia tidak bisa meluapkan seluruh rahasia hatinya kepada anak angkatnya itu. Tiba-tiba teringat olehnya akan seseorang, seorang yang menjadi pemimpin para Tianglo, seorang yang posisinya jauh di atas kedudukannya, paman gurunya, Bu-liang Totiang. Hanya Bu-liang Totiang seorang yang mengetahui semua rahasia hatinya. Sekalipun tidak tahu seluruhnya, paling tidak hubungannya dengan orang ini jauh berbeda dengan orang lain. Tapi begitu terbayang orang ini, tidak kuasa hatinya langsung bergidik, bulu romanya berdiri. Sekalipun selama enam belas tahun terakhir Bu-liang Totiang belum pernah mengompasnya gara-gara
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dia mengetahui rahasia hatinya, namun setiap kali teringat orang ini, perasaan ngeri dan seram selalu menghantui dirinya. Di tengah sambaran petir dan guntur, dia duduk di depan jendela seorang diri, hatinya kalut sekalut daun-daunan yang diterbangkan angin, berbagai adegan peristiwa terlintas dalam benaknya bagai sambaran kilat. Ho Giok-yan, Keng King-si, Siang Ngo-nio, Bu-liang Totiang, Lan Giok-keng dan terakhir kakek kekar yang nyaris merenggut nyawanya. Membayangkan si kakek yang menakutkan itu, dia sangat berharap Suhengnya bisa segera balik ke gunung. Hubungannya selama ini dengan Put-coat tidak terhitung baik, bahkan jauh di bawah hubungan sebagai sesama saudara seperguruan. Tapi bagaimanapun juga dia selalu merasa bahwa kakak seperguruannya yang agaknya kurang begitu suka berdekatan dengannya itu jauh lebih bisa dipercaya daripada Bu-liang Susioknya yang belakangan semakin dekat dengannya. Paling tidak sekembalinya Put-coat, dia bisa mengurai teka-teki seputar Kwe Tang-lay. Tapi hujan turun begitu deras. "Mungkin hari ini Put-coat Suheng tidak bakal balik ke gunung," pikirnya. Hujan turun makin lama semakin lebat, perasaan tidak tenang yang mencekam hatinya pun makin lama semakin menjadi, bahkan lamat-lamat dia mulai menangkap firasat jelek. Pada tiga kali hari hujan yang lalu, dia selalu menjumpai peristiwa yang tidak menguntungkan, apa pula yang akan dia hadapi pada hari hujan kali ini? Siapa tahu hujan kali ini hanya hujan lewat, walaupun turun dengan derasnya, namun hujan itu cepat datangnya perginya pun sangat cepat, tiba-tiba saja hujan angin berhenti seketika. Menyusul cerahnya udara, perasaan hatinya ikut pula jadi cerah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pada saat itulah tiba-tiba seseorang berjalan masuk, orang itu tidak lain adalah Bu-liang Totiang. Setelah tertegun sejenak, akhirnya perasaan yang mulai menjadi cerah tiba-tiba terasa tenggelam kembali, agak kesal tegurnya, "Susiok, di tengah hujan sederas ini, ada apa kau datang kemari?" "Put-ji, Suhengmu telah balik!" "Haha, Put-coat Suheng telah kembali?" teriak Put-ji terkejut, "dia balik dalam keadaan hujan deras? Sungguh tidak kusangka.... "Masih ada peristiwa lain yang lebih tidak kau sangka, dia kembali dengan digotong orang!" kata Bu-liang Totiang. Tidak terlukiskan rasa kaget Put-ji, agak gemetar tanyanya, "Dia kembali dengan digotong? Karena sakit atau terluka?" "Terluka, bahkan lukanya parah sekali, konon sepanjang perjalanan dia sudah tujuh hari tujuh malam tidak sadarkan diri." Put-ji benar-benar terkesiap, saking kagetnya untuk sesaat dia sampai tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Kembali Bu-liang Totiang berkata, Jangankan kau, aku sendiri pun tidak menyangka bakal terjadi peristiwa seperti ini, padahal tugas yang diemban Put-coat kali ini bukanlah tugas yang membawa resiko besar.... "Sebenarnya tugas apa yang sedang dia laksanakan?" tanya Putji dengan jantung kebat-kebit. "Kau belum bertemu Ciangbunjin? Apakah Ciangbun Suhu belum memberitahukan kepadamu?" tanya Bu-liang Totiang sedikit tercengang. Dari perkataan itu secara lamat-lamat Put-ji menangkap ada sesuatu yang tidak beres, sahutnya, "Suhu hanya memberitahu kalau Suheng telah turun gunung dan baru kembali dua hari kemudian." "Tempat yang dia datangi adalah tempat yang paling kau kenal
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam hidupmu." "Ooh, tempat yang paling kukenal?" Put-ji tertegun. "Tempo hari, bukankah kau telah mengubur jenazah Bu-kek Tianglo serta Sute dan Sumoymu di sebuah bukit dekat desamu? Kalau tidak salah bukit itu bernama Boan-liong-san bukan? Put-coat mendapat perintah untuk pergi ke bukit Boan-liong-san dan membawa pulang tulang belulang Bu-kek Tianglo agar bisa dikubur di sini. Ehmm, semestinya hal ini sudah dilakukan sejak awal." Begitu mengetahui kejadian itu, selain kaget Put-ji pun merasa bingung dan tidak habis mengerti, menurut keadaan yang sesungguhnya, mereka berdua seharusnya bertukar tempat untuk melaksanakan tugas ini. "Kenapa Suhu tidak menyuruh aku melaksanakan tugas ini dan sebaliknya malah mengirim aku ke wilayah Liauw-tong?" Kelihatannya Bu-liang Totiang dapat membaca suara hatinya, dia segera berkata, "Bukannya aku ingin mengatai gurumu, tapi aku rasa semakin tua dia memang semakin pikun. Kaulah yang mengubur jenazah Bu-kek Tianglo, semestinya tugas ini paling cocok dilakukan oleh dirimu. Tapi bicara masalah ini, untung saja tugas itu bukan dibebankan kepadamu, kalau tidak, mungkin kaulah yang harus balik ke gunung dengan digotong orang." Put-ji hanya bisa tertawa getir, pikirnya, 'Aku sendiri pun nyaris kehilangan nyawa sewaktu berada di Liauw-tong, coba kalau bukan karena jurus Pek-ho-liang-ci bisa kugunakan lebih cepat, mungkin nasibku jauh lebih tragis ketimbang nasib Suheng, kalau dia masih bisa digotong balik dalam keadaan hidup, mungkin mayatku sudah terkapar di tengah rumah kosong tanpa terawat." Hanya saja dia tidak ingin menceritakan nasib sial yang dialaminya di wilayah Liauw-tong itu kepada Bu-liang Totiang, karenanya sembari tertawa getir tanyanya, "Siapa yang telah melukai Put-coat Suheng?" "Masih belum jelas, aku hanya tahu Bouw It-yu yang

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengantarnya kembali. Begitu tiba, dia langsung menghadap Ciangbunjin untuk melaporkan peristiwa ini hingga tidak sempat berbincang denganku. Aku rasa kini Ciangbunjin pasti sedang berusaha menolong Put-coat, ayoh kita segera ke sana." Dugaan Bu-liang Totiang memang tepat sekali, saat itu Bu-siang Cinjin, Ciangbunjin Bu-tong-pay sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengobati luka muridnya sembari membersihkan sisa racun dari dalam tubuhnya. Dalam ruang tidur Ciangbunjin, selain Bouw It-yu, di situ masih ada pula salah seorang Tianglo Bu-tongpay yang lain, Bu-si Tojin. Murid-murid angkatan yang lebih muda hanya bisa menunggu kabar di luar kuil Hok-tin-koan, tidak seorang pun diperkenankan masuk, tentu saja kecuali Put-ji. Dengan meringankan langkah kakinya, Put-ji berjalan masuk ke dalam ruangan mengikut di belakang Bu-liang Totiang. Baru melangkah masuk ke dalam ruangan, dia segera mendengar Bu-siang Cinjin sedang bertanya, "Apakah dia terkena senjata rahasia keluarga Tong dari Suchuan?" "Boleh dibilang senjata rahasia dari keluarga Tong, tapi boleh juga dikatakan bukan senjata rahasia keluarga Tong. Karena dia telah terhajar jarum Lebah hijau milik Siang Ngo-nio," jawab Bouw It-yu. Pembicaraan itu berlangsung lirih dan tidak jelas, namun beberapa orang yang hadir dalam ruangan itu dapat mendengar dengan jelas sekali. Sebagaimana diketahui, Siang Ngo-nio adalah wanita simpanan Tong-jikongcu, sementara jarum lebah hijau itupun dibuat berdasarkan resep rahasia keluarga Tong, namun perempuan ini sama sekali bukan anggota perguruan itu, dia pun tidak pernah membuat senjatanya persis seperti resep simpanan perguruan itu, sebab di antara senjata rahasia yang diandalkan keluarga Tong, sama sekali tidak terdapat jarum lebah hijau.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam pada itu terlihat' Bu-si Tojin sedang menyahut sambil mengernyitkan dahinya, "Ternyata terkena jarum lebah hijau milik perempuan siluman itu, tidak heran Put-coat Sutit tidak sadarkan diri selama berhari-hari!" Biarpun keningnya berkerut, sama sekali tidak terlintas rasa terkejut di wajahnya, sebab dia memang sudah cukup mengetahui akan kelihaian jarum lebah hijau itu. Reaksi yang diperlihatkan Bu-liang Totiang pun persis sama seperti dia. Sebaliknya Put-ji justru merasakan hatinya bergetar keras, ketika nama "Siang Ngo-nio" meluncur dari mulut Bouw It-yu dan masuk ke dalam pendengarannya, dia seolah merasa ada suara guntur yang menggelegar keras di sisi telinganya, sekali lagi "kilatan guntur" dan "sambaran petir" melintas di depan wajahnya, dia seakan-akan menyaksikan kembali sorot mata Siang Ngo-nio yang membetot sukma sedang mengawasi dirinya. Aah, apalagi "hawa siluman" yang terpancar keluar dari balik tubuhnya. Sinar matanya terasa jauh lebih menakutkan daripada kilatan cahaya petir, tanpa terasa paras mukanya berubah hebat. "Apakah kau mengetahui asal-usul jarum lebah hijau itu?" terdengar Bu-liang Totiang berbisik lirih di sisi telinganya. Seakan tersadar kembali dari lamunannya, Put-ji merasa bayangan semu di depan matanya lenyap seketika, cepat dia mengangguk. "Konon jarum lembah hijau milik Siang Ngo-nio termasuk jarum yang amat beracun, bukankah begitu?" Nama busuk jarum lebah hijau milik Siang Ngo-nio memang sudah tersohor di seantero dunia persilatan, semua jago yang pernah berkelana di dunia persilatan, biar belum pernah menjumpai pun paling tidak mereka pasti pernah mendengarnya. Sebelum menjadi pendeta, Put-ji adalah murid Ji-ouw Tayhiap Ho Ki-bu, tentu saja dia mengetahui hal itu dengan jelas.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seakan sedang menghiburnya, dengan suara lembut kembali Buliang Totiang berkata, "Ciangbunjin sedang menggunakan Thaykhek-sinkang untuk membersihkan racun dari tubuhnya, sementara tenaga dalam yang dimiliki Put-coat pun sudah dilatih hampir mendekati empat puluh tahun lamanya, dia tidak akan mati segampang itu. Selama napasnya masih ada, nyawanya pasti akan tertolong!" Put-ji segera merasa hatinya lega kembali, pikirnya, 'Untung rahasia hatiku tidak sampai diketahui Susiok, jika dia sampai tahu kalau aku sudah lama kenal Siang Ngo-nio, dalam kasus lama maupun kasus baru, posisiku jadi berbahaya sekali karena kecurigaan terhadapku jadi lebih besar." Semua orang menaruh rasa percaya dan keyakinan yang besar atas kehebatan tenaga dalam yang dimiliki Bu-siang Cinjin, tapi yang menakutkan ternyata kejadian tidak selancar apa yang mereka duga semula, walau setengah jam sudah lewat namun Put-coat masih belum juga sadar dari pingsannya, kini paras muka Bu-siang Cinjin telah diliputi rasa duka yang amat dalam. "Put-ji, kemarilah, gantikan aku," tiba-tiba terdengar Bu-siang Cinjin memanggil. Mendengar panggilan itu, cepat Put-ji duduk di hadapan Put-coat dan menyalurkan tenaga dalamnya ke tubuh saudara seperguruannya itu. "Aah tidak lama kemudian terdengar Put-coat mendesis lirih, lalu berseru, "Put-ji, ternyata kau.... Nada suaranya terdengar gemetar, memburu dan sangat menusuk pendengaran, seakan berasal dari suara seseorang yang lain. Bu-siang Cinjin yang mendengar suara teriakan itu segera merasakan rasa sedih yang tidak terkirakan. Tiba-tiba Put-ji merobek pakaian yang dikenakan sehingga terlihat tujuh bekas luka yang berjajar di atas dadanya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Haha, ilmu pedang tujuh bintang dari Kwe Tang-lay!" jerit Putcoat terperanjat. "Apakah dia adalah seorang kakek tinggi besar yang berwajah menyeramkan dan timpang kaki kanannya?" "Betul, kau.... kau.... kau telah bertemu dengannya.... Secara beruntun dia mengulang kata "kau" sampai beberapa kali, nada suaranya makin lama semakin rendah dan lirih, seolah sudah tidak bertenaga lagi untuk berkata lebih jauh. Semua orang tidak habis mengerti mengapa di saat yang gawat dan penting begini, Put-ji justru mengajukan pertanyaan yang menyangkut masalah lain, mengapa dia harus membuang tenaga? Apakah pertanyaan itu tidak bisa ditanyakan nanti saja setelah Suhengnya sembuh? Semua orang memang tidak mengerti, tapi Bu-siang Cinjin mengetahui dengan amat jelas, dia sadar kalau muridnya tidak bakal sembuh. Didengar dari nada suara Put-coat yang telah berubah, dapat diketahui kalau hawa sesat telah menyumpat urat nadinya, kalau sekarang dia masih bisa tersadar kembali, hal ini tidak lebih hanya secercah sinar terakhirnya sebelum padam. Mati hidupnya Kwe Tang-lay merupakan kunci utama dalam pemecahan kasus pembunuhan pada enam belas tahun berselang, jika Put-ji tidak menanyakan sekarang juga, bisa jadi selamanya dia tidak akan punya kesempatan untuk membongkarnya. Tidak ada yang lebih jelas dari Bu-siang Cinjin tentang betapa parahnya luka dalam yang diderita Put-coat, bahkan dia tahu kalau luka itu mustahil bisa disembuhkan lagi, itulah sebabnya dia memerintahkan muridnya untuk menggantikan dia mengobati luka Put-coat, tindakan ini tidak lepas merupakan tindakan coba-coba saja. Sekalipun akhir yang mesti dia hadapi mendatangkan rasa sedih yang mendalam, namun kejadian itu sama sekali tidak di luar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dugaannya. "Terima kasih Suheng!" bisik Put-ji. "Put-ji, kau.... kau harus.... "Aku harus apa?" Put-ji merasa hatinya bergetar keras, apa kata berikut yang akan dia ucapkan? Belum selesai ingatan itu melintas, terdengar Put-coat telah melanjutkan kembali kata-katanya, "Kau.... kau harus baik-baik menjaga diri!" Tidak kuasa lagi Put-ji menghembuskan napas lega, biarpun ucapan itu mempunyai dua arti yang saling bertentangan, namun siapa pula yang akan berpikir dari sudut tidak baik"? Put-coat adalah murid pertama Ciangbunjin, bila tidak mengalami sesuatu musibah, otomatis dialah yang bakal naik menjadi pengganti Ciangbunjin. Oleh sebab itu semua orang mengira pesan dari Put-coat itu memang sengaja disampaikan kepada Sutenya agar lebih waspada membawa diri. Atau dengan perkataan lain, dia telah menyerahkan posisi sebagai 'putra mahkota' kedudukan Ciangbunjin itu kepadanya. Berkilat sepasang mata Bu-siang Cinjin setelah mendengar perkataan itu. Tiba-tiba terdengar Put-coat berkata lagi dengan nada tinggi, "Tidak, tidak ada sangkut-pautnya dengan Sute.... Tapi baru bicara separuh jalan, lagi-lagi dia memejamkan mata. Mendengar perkataan itu Put-ji merasa lega sekali, pikirnya, 'Untung saja Suheng memahami keadaanku!' Dalam pada itu semua orang lagi-lagi tertegun. "Tidak ada sangkut-pautnya dengan Sute!", jika ditinjau dari ucapan itu, mungkin dia maksudkan kalau "persoalan ini tidak ada hubungannya dengan Sute", lantas "urusan" apa yang dimaksud?

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sayang waktu itu situasi sedang tegang, semua orang sedang berusaha menyelamatkan nyawa Put-coat sehingga tidak seorang pun yang berkenan untuk berpikir lebih jauh. Cepat Bu-liang Totiang menggantikan posisi Put-ji dengan menyalurkan tenaga murninya ke dalam tubuh Put-coat. Tidak selang berapa lama kemudian Put-coat memuntahkan segumpal darah kental, lalu katanya lirih, "Suhu, maafkan Tecu tidak bisa menyelesaikan tugas secara baik, Bouw It-yu memahami semua masalah, silakan Suhu bertanya.... Sayang belum selesai perkataan itu diucapkan, dia sudah putus napas dan pergi ke langit barat. Jubah pendeta yang dikenakan Bu-siang Cinjin segera bergelombang bagai terhembus angin, wajahnya yang kuning layu seolah selembar daun kering yang terombang-ambing dimainkan badai. Tiada air mata, setetes pun tidak ada. Tapi siapa pun dapat melihat bahwa dia lebih sedih, lebih tersiksa batinnya ketimbang menangis. "Yang meninggal telah tiada, Suheng, jaga dirimu baik-baik!" serentak Bu-liang Totiang dan Bu-si Tojin berseru. "Harap Suhu menahan rasa sedih dan membalaskan dendam atas kematian Suheng," bisik Put-ji pula. Hanya Bouw It-yu seorang yang membungkam tanpa bicara, kelihatannya dia sudah dibuat tertegun saking kagetnya. Perlahan-lahan Bu-siang Cinjin berkata, "Kalian semua boleh keluar dulu, aku ingin menenangkan diri." Wajahnya kaku tanpa emosi. Tanpa banyak bicara Bu-liang Totiang segera berjalan keluar meninggalkan ruangan itu. "It-yu!" mendadak Bu-siang Cinjin berseru lagi, "Kau tetap tinggal
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

di sini, ada persoalan yang hendak kubicarakan denganmu." Ucapan terakhir Put-coat sebelum menghembuskan napas terakhir adalah meminta gurunya untuk bertanya kepada Bouw Ityu, jadPsiapa pun tidak merasa tercengang bila Ciangbunjin minta dia seorang diri tetap tinggal di sana. Walau begitu, perintah Bu-siang Cinjin yang minta mereka semua untuk keluar, paling tidak meninggalkan juga perasaan kecut bercampur getir di hati semua orang. Put-ji berjalan paling belakang, dia merapatkan pintu ruangan, kemudian berjalan menuju ke halaman kedua, dia tidak meninggalkan Hok-tin-koan sebaliknya malah duduk di atas undakundakan. Dari pintu gerbang menuju ke ruang ketua, orang harus melalui tiga lapis halaman luas, tempat ini adalah halaman bagian tengah. Dari halaman ini tidak mungkin orang bisa mendengar suara pembicaraan yang sedang berlangsung dalam ruangan. Sekarang dia sudah menjadi satu-satunya murid Ciangbunjin, oleh sebab itu walaupun tadi Ciangbunjin telah memerintahkan semua orang untuk mundur dari situ, tidak terkecuali dirinya, namun untuk berjaga agar Ciangbunjin tidak mengalami suatu kejadian di luar dugaan, dia merasa wajib untuk tetap tinggal di sana merawat Suhu dan siapa pun tidak akan mengatakan kalau dia tidak seharusnya berbuat begitu. Tetap tinggal di halaman kedua sudah termasuk menghindar dari semua pembicaraan yang sedang berlangsung. Dia duduk termangu di atas undak-undakan batu, mendengar suara langkah kaki yang kacau bergeser keluar pintu sebelum akhirnya suasana pulih kembali dalam keheningan. Kelihatannya anggota perguruan yang sedang berjejal menunggu berita di luar To-koan telah mendengar perintah Bu-siang Cinjin yang disampaikan kedua Tianglo hingga serentak mereka membubarkan diri.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keheningan mulai mencekam seluruh jagad, keheningan yang terasa aneh. Paras mukanya ikut berubah, berubah sangat aneh, bahkan dia mulai mendengar detak jantung sendiri. Tentu saja dia bukan hanya mendengar debar jantung sendiri, dia pun mendengar suara lain. Justru karena dia mendengar suara lain, detak jantungnya jadi ikut berdebar. Dia telah mendengar suara pembicaraan gurunya dengan Bouw It-yu, pembicaraan yang sedang berlangsung dalam ruangan. Sebetulnya dari halaman itu orang tidak bakal bisa mendengar pembicaraan di dalam ruangan, tapi bagi orang lain yang tidak mampu mendengar, dia justru dapat mendengarnya dengan jelas, sebab kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang sudah menduduki posisi keempat dalam deretan para jago Bu-tong-pay. Tanpa harus bertiarap di lantai pun dia dapat menangkap semua pembicaraan yang sedang berlangsung dalam ruangan, sekecil apa pun suara itu. Dia mendengar gurunya sedang bertanya, "Kau mengetahui barang yang kuinginkan?" "Lapor Ciangbunjin," terdengar Bouw It-yu menjawab, "Tecu telah membawanya kemari." Menyusul kemudian terdengar suara benturan benda yang agak berat di atas meja. Tidak usah melihat pun Put-ji dapat menebak kalau Bouw It-yu sedang meletakkan sebuah karung goni di atas meja, selama ini karung goni itu selalu digendong di punggung Bouw It-yu, karung yang memberi kesan berat dan mantap, namun tidak seorang pun yang tahu apa isi karung itu. Orang lain memang tidak ada yang tahu, namun ada satu pengecualian, karena 'orang lain' itu tidak termasuk Put-ji, tanpa diberitahu Bouw It-yu pun dia sudah dapat menebak apa isi karung itu. Betul saja, terdengar gurunya bertanya, "Apakah semuanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sudah dibawa kemari?" "Sepotong pun tidak ada yang ketinggalan." "Bagus, sekarang keluarkan semua kepingan itu satu per satu dan diletakkan di atas meja, biar aku memeriksanya lebih seksama." "Keluarkan semua kepingan itu satu per satu", kalau isinya bukan tulang belulang lalu apa? Put-ji merasa hatinya semakin tenggelam. Dia seakan-akan melihat si Lebah hijau Siang Ngo-nio sedang bersembunyi di balik kegelapan sambil tertawa kepadanya. Enam belas tahun berselang, di saat hujan sedang turun dengan derasnya, di atas bukit Boan-liong-san. Dia sedang bersitegang dengan Sutenya, lalu pelayan tua yang selama ini selalu loyal kepada keluarga Ho tidak kuasa menahan diri dan menerjang maju menghajar Keng King-si. Baru maju beberapa langkah, tiba-tiba orang tua itu menjerit kesakitan lalu roboh terkapar dalam keadaan tidak bernyawa. Waktu itu dia segera menuduh Keng King-si hendak 'melenyapkan saksi', malah termasuk Sumoynya pun menyangka orang tua itu tewas di tangan suaminya. Biarpun waktu itu hujan sudah berhenti, namun cuaca masih belum cerah, mereka sama sekali tidak dapat melihat apakah ada orang yang bersembunyi di balik pepohonan, mereka pun tidak mendengar sedikit suara pun. Tapi dia tahu, si Lebah hijau Siang Ngo-nio pasti sedang bersembunyi di balik kegelapan sambil mentertawakan mereka. Karena orang tua itu sudah tewas terhajar jarum lebah hijau milik Siang Ngo-nio, dan perempuan itu tahu bahwa dia pun telah mengetahui hal ini. Mungkin saja senjata rahasia andalannya bisa mengelabui Keng King-si serta Ho Giok-yan, tapi mungkinkah bisa mengelabui Ko Ceng-kim? Ko Ceng-kim yang pernah menjadi "suami istri semalam" dan pernah tidur seranjang dengannya?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sambil menghantam dada, dia mulai mengumpat diri sendiri, "Kenapa aku begitu bejad moral? Kenapa begitu tidak malu, sebagai seorang murid perguruan besar ternyata pernah tidur seranjang dengan perempuan cabul yang tersohor akan kekejiannya? Aai.... andaikata Sumoy tidak meninggalkan aku, mungkin aku pun tidak akan terpikat dan terpedaya oleh perempuan siluman itu!" "Aku sangka dia hanya iseng, setelah bermain semalaman maka keesokan harinya sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, siapa tahu bakal berakibat seperti ini.... Karena ulah dan perbuatannya yang memalukan itulah, mau tidak mau dia harus berusaha merahasiakan keberadaan Siang Ngonio. Kalau dia memang tahu bahwa peristiwa itu merupakan hasil perbuatan Siang Ngo-nio, mengapa pula dia masih menuduh Sutenya? Jelas hal ini disebabkan alasan lain. Waktu itu dia berpikir, 'Keng-sute telah menjadi mata-mata bangsa Boan, hal ini sudah jelas dan terbukti. Bagaimanapun dosanya amat besar dan pantas dihukum, apa salahnya kalau kutambahi dengan satu dosa baru?' Tapi sekarang, "bukti" yang bisa menunjukkan bahwa Keng Kingsi telah menjadi mata-mata bangsa Boan, surat yang ditulis Huo Butou untuk Keng King-si, telah memperlihatkan titik kecurigaan yang makin lama semakin bertambah banyak, dan kelihatannya yang disebut sebagai 'barang bukti' itu sudah tidak bisa dipertahankan lagi keberadaannya. Jika dia tidak bisa lagi menempelkan dosa itu atas nama Keng King-si, mau tidak mau dia harus mulai menguatirkan 'perbuatan tidak senonoh'nya bakal terbongkar. Tindakannya membunuh Keng King-si boleh disebut sebagai 'salah membunuh', tapi setelah tahu pelayan tua itu tewas karena terhajar jarum beracun lebah hijau milik Siang Ngo-nio dan dia masih tetap menuduh Sutenya, dengan cara apa peristiwa ini harus dijelaskan? Jika dia tidak mempedulikan soal liangsim dengan mengatakan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bahwa saat itu dia tidak tahu, tetapi bagaimana bila Siang Ngo-nio tertangkap? Apakah perempuan itu tidak bakal mengaku punya hubungan khusus dengannya? Bagaimana pula cara dia menghubungi Siang Ngo-nio agar menyangkal semua kejadian itu? Tiada suara pembicaraan lagi dari dalam kamar sang ketua, dia tahu Suhunya dan Bouw It-yu pasti sedang memeriksa kerangka manusia. Apa jadinya bila rahasia itu ketahuan gurunya? Sementara dia masih berpikir ke sana kemari, mendadak terdengar suara orang terbatuk-batuk. Dasar sedang punya pikiran maling, suara batuk itu seketika membuatnya terkesiap. Ketika mendongakkan kepala, dia melihat ada seorang tojin tua bertubuh bungkuk sedang berjalan menghampirinya. Begitu tahu siapa yang muncul, dia pun tertawa geli, ternyata orang itu adalah seorang tojin bisu tuli yang selama ini melayani keperluan gurunya. Tidak diketahui siapa nama asli tojin itu, tapi lantaran dia bodoh bahkan mendekati idiot dan lagi lantaran dia bisu tuli, semua orang memanggilnya si tojin bisu tuli. Sejak berusia sepuluh tahun lebih si tojin bisu tuli telah datang ke gunung Bu-tong, waktu itu Bu-siang Cinjin baru saja menjabat sebagai Ciangbunjin baru, melihat keadaannya yang mengenaskan dan pantas dikasihani, dia pun menerima untuk membantu melayani keperluannya. Hingga kini, si tojin bisu tuli sudah empat puluh tahun bekerja sebagai pembantu Bu-siang Cinjin. Tahun ini usianya sudah mendekati enam puluh tahun, tapi bentuk muka serta gerakgeriknya kelihatan jauh lebih tua ketimbang Bu-siang Cinjin yang sudah berumur delapan puluh tahun. Tampaknya dia merasa tercengang juga sewaktu melihat perubahan wajah Put-ji yang aneh, perasaan bingung dan tidak habis mengerti menghiasi wajahnya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tidak diketahui dia bersembunyi dimana saat itu, untuk berbicara dengan si tojin bisu tuli ini terpaksa dia harus menggunakan bahasa tangan yang sederhana, tapi dia sadar tidak bakal ada keterangan yang bisa dikorek dari mulutnya. Terpaksa Put-ji menggunakan ibu jari dan jari kelingkingnya yang ditempel jadi satu sambil menuding ke arah ruangan di halaman belakang, maksudnya Bu-siang Cinjin sedang berbicara dengan seorang murid dan minta agar dia tidak mengganggu. Setelah menuding dada sendiri kemudian menuding ke arahnya, dia rentangkan kedua telapak tangannya, seolah hendak menyerahkan sebuah benda kepadanya, berbareng itu dia berjalan ke arah luar sambil berpaling ke arahnya. Maksudnya, tolong kau jaga pintu sambil melayani keperluan Suhu, sementara aku harus pergi lebih dulu. Tojin bisu tuli itu segera manggut-manggut dan duduk di atas undak-undakan. Perlu diketahui, meskipun Put-ji tidak kuatir orang lain menaruh curiga kepadanya, tapi dia tidak ingin memberi kesan lain kepada Bouw It-yu sewaktu dia keluar dari ruangan, menyaksikan dirinya masih berada di situ. Baru saja keluar dari pintu To-koan, tiba-tiba terdengar seseorang sedang berkata, "Apa aku bilang, kau tidak perlu kuatir, tuh lihat, bukankah ayah angkatmu telah datang." Ternyata Bu-liang Totiang serta Lan Giok-keng sedang menunggu kemunculannya di situ. Dengan perasaan terkejut Lan Giok-keng segera berseru, "Suhu, coba lihat, wajahmu sangat tidak sedap dilihat! Aku tahu, kau pasti amat sedih atas kematian Supek, tapi janganlah kelewat sedih hingga merusak kesehatan sendiri. Bagaimana dengan Sucouw? Bocah ini benar-benar perhatian, sayang aku telah berbuat salah kepadanya," batin Put-ji. Cepat sahutnya, "Aah, tidak apa-apa, urusan orang dewasa lebih baik tidak usah kau campuri, mana
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cirimu? Dia sudah pulang." "Kalau begitu kau pulanglah lebih dulu, tidak usah menunggu aku makan malam." Lan Giok-keng seperti ingin mengucapkan sesuatu lagi, tapi Buliang Totiang segera menepuk bahunya dan membujuk dengan lembut, "Anak baik, perasaan gurumu sedang kurang baik, aku pun masih ada urusan yang harus dibicarakan dengannya, menurut aja, sana, pulanglah lebih dulu." Menunggu Lan Giok-keng berlalu dari ujung bukit, Bu-liang Totiang baru berpaling dan memandang Put-ji dengan senyum tidak senyum, katanya, "Tampaknya bocah ini benar-benar mempunyai perasaan seorang anak terhadap ayah kepadamu, itu berarti dia masih belum mengetahui rahasia asal-usulnya." Setelah berhenti sejenak, tiba-tiba lanjutnya, "Tapi aku lihat dia sudah mulai curiga!" "Darimana kau tahu?" tanya Put-ji terkejut. "Tadi seorang muridku telah kuperintah untuk pergi mencari putramu, waktu itu dia sedang berlatih pedang bersama Cicinya di tepi telaga di bawah bukit Cian-ki-hong, secara tidak sengaja muridku mendengar pembicaraan mereka berdua." "Apa yang sedang mereka berdua bicarakan? Sebenarnya bukan apa-apa, cuma putramu sudah mulai curiga karena banyak orang membicarakan masalah 'anak haram' di belakangnya. Selain itu dia pun merasa bimbang kenapa sikap orang tuanya terhadap mereka berdua sangat berbeda. Lalu apa kata Cicinya?" "Tentu saja Lan Sui-leng menganggap berita itu hanya isapan jempol dan membujuknya agar jangan percaya dengan isu itu." "Tapi menurut pengamatan muridku, agaknya dia pun mulai
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setengah percaya setengah tidak terhadap perkataan Cicinya itu." Put-ji- terbungkam dalam seribu bahasa, pikirnya, Aah, berarti semua ini hasil kecerobohanku. Di kemudian hari aku harus berpesan kepada Lan Kau-san agar memperlakukan sama kedua anak itu, jangan sampai mereka kelewat memanjakan dirinya.' Terdengar Bu-liang Totiang berkata lebih lanjut sambil tersenyum, "Put-ji, kau tidak perlu kelewat kuatir, tidak nanti Lan Kau-san suami istri akan membongkar rahasia asal-usul mengenai Giok-keng. Asal aku pun tidak menyiarkan berarti selama hidup dia tidak bakal tahu soal rahasia ini!" Put-ji menghembuskan napas lega, namun perasaannya tetap kalut dan tidak tenang, pikirnya, 'Entah apa maksud dan tujuannya memberitahu soal ini kepadaku?' Belum habis ingatan itu melintas, terdengar Bu-liang Totiang berkata lagi sambil tertawa terbahak, "Giok-keng telah mengajarkan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang dia pelajari darimu kepada Cicinya, hehehe.... perbuatanmu sungguh membuat aku merasa kagum!" Sepintas pembicaraan itu seolah saling tidak berhubungan, hal ini membuat Put-ji kebingungan setengah mati, katanya cepat, "Kalau Keng-ji benar-benar berani mewariskan ilmu itu tanpa sepengetahuanku, baiklah, sekembalinya nanti akan kuberi peringatan kepadanya." "Tidak, tidak, maksudku bukan dia yang mengajarkan ilmu pedang itu kepada Cicinya secara diam-diam. Maksudku, masalah kau mengajarkan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat kepadanya." "Maksud Susiok, tidak seharusnya kelewat awal kuwariskan ilmu pedang tingkat tinggi itu kepadanya?" "Tidak, tidak, Giok-keng sangat cerdas, lagi pula sangat disayang Ciangbunjin, tidak bakal ada yang berani menegurmu sekalipun kau kelewat awal mengajar kan Thay-kek-kiam-hoat kepadanya. Hehehe, atas tindakanmu itu, untuk merasa kagum pun aku merasa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak sempat, mana berani mengatakan kalau tidak seharusnya berbuat begitu." "Perkataan Susiok kelewat serius, mengajarkan ilmu pedang kepada murid adalah kewajiban seorang guru, mana berani menerima rasa kagum dari Susiok?" "Terlalu banyak kembangan dalam jurus pedang yang kau ajarkan kepada Giok-keng, mungkin orang lain tidak memahami maksudmu, tapi aku tahu dengan jelas sekali. Kenapa aku tidak boleh mengatakan merasa sangat kagum?" Dia sengaja menandaskan katanya sewaktu menyinggung soal 'kembangan'. Rupanya Put-ji mempunyai tujuan pribadi, dia kuatir Lan Giokkeng bakal bertindak tidak menguntungkan terhadapnya di saat dia tahu rahasia asal-usul dirinya, maka sewaktu mengajarkan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat kepadanya, sengaja dia merubah banyak kunci penting dan perubahan aneh dengan kembangankembangan yang tidak berguna. Sekilas pandang mungkin jurus pedang itu nampak gagah dan indah, padahal sama sekali tidak berguna sewaktu digunakan. Tidak terlukiskan rasa kaget Put-ji begitu rahasianya terbongkar, pikirnya, 'Jangan-jangan dia ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengompas aku? Tapi dia adalah ketua para Tianglo, jika dia sampai mengancamku, aku bakal kehabisan daya. Mending kuajak dia bicara blak-blakan.' Berpikir sampai di situ segera ujarnya, "Semenjak Tecu datang ke gunung Bu-tong, Susiok selalu menyayangi dan memperhatikan diriku, budi kebaikan ini entah dengan cara bagaimana mesti Tecu balas. Jika perbuatan Tecu ada yang dianggap tidak benar, harap Susiok segera menegur secara langsung." "Kau salah paham," lagi-lagi sahut Bu-liang Totiang sambil senyum tidak senyum, "justru apa yang telah kau lakukan sangat sesuai dengan kehendakku, siapa bilang salah. Hehehe, betul,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dahulu aku memang pernah sedikit membantumu, tapi di kemudian hari justru akulah yang akan mengandalkan dirimu. Jadi kau tidak usah kelewat sungkan, aku tidak mampu menerimanya." "Susiok, perkataanmu malah membuat aku serba salah," kata Put-ji gugup, "bila ada perintah, silakan disampaikan." "Hahaha, mana aku berani memberi perintah kepadamu, hehehe.... aah betul, aku belum menyampaikan ucapan selamat kepadamu!" Put-ji terkesiap. "Baru saja Put-coat Suheng menemui ajalnya, peristiwa ini sangat menyakitkan hati Tecu. Darimana datangnya kegembiraan?" Bu-liang Totiang menatapnya sekejap, kemudian katanya lagi, "Aku pun merasa kasihan bercampur sayang atas kematian yang tragis diri Put-coat. Tapi yang mati pun sudah mati, bagimu justru masih ada tanggung jawab berat yang berada di pundakmu, jadi kau tidak usah kelewat bersedih. Bila masa berkabung sudah lewat, seharusnya kita mempersiapkan peristiwa yang menggembirakan. Sebetulnya peristiwa gembira ini selain menjadi peristiwa gembira perguruan, terlebih untuk kau pribadi. Masa kau masih belum paham?" Sebenarnya Put-ji sudah dapat menebak apa yang dimaksud, tapi ia tetap berlagak tidak mengerti. "Maafkan kebodohan Tecu, aku benar-benar tidak habis mengerti darimana datangnya peristiwa gembira itu." "Kau benar-benar tidak mengerti atau pura-pura bodoh? Setelah kematian Put-coat, berarti kaulah yang akan menjadi putra mahkota pengganti kedudukan Ciangbunjin. Kini Ciangbun Suheng Bu-siang Suheng telah berusia lanjut, kematian Put-coat secara tragis pasti akan memaksanya tidak berniat lagi meneruskan jabatan Ciangbunjinnya. Itu berarti dalam waktu dekat posisi ketua akan diwariskan kepadamu. Masa kejadian semacam ini bukan peristiwa yang patut digembirakan?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aah, kemampuan Tecu sangat terbatas, pengetahuanku pun cetek, biarpun Suhu ingin mewariskan posisi itu kepadaku, belum tentu Tecu berani menerimanya." Bu-liang Totiang segera menunjukkan sikap kurang senang, tegurnya, "Put-ji, aku tidak pernah menganggap orang luar kepadamu, masa kau masih berlagak sungkan kepadaku!" "Tapi Tecu benar-benar tidak mampu menduduki jabatan Ciangbunjin, tidak berani bahkan tidak pantas, aku bicara sejujurnya!" "Pintar amat kau bermain sandiwara!" pikir Bu-liang Totiang dalam hati, tapi kalau diperhatikan wajahnya yang begitu serius, nampaknya dia pun bukan sedang bersandiwara. Bu-liang Totiang memandang sekejap ke arahnya, tiba-tiba berkata, "Aku tahu, rasa sedih dan terharu atas kepergian Suhengmu timbul dari lubuk hatimu yang tulus. Tapi toh kau telah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan jiwanya, kalau pada akhirnya jiwanya tidak terselamatkan, hal ini bukan salahmu." Perkataan itu kedengarannya halus, padahal mengandung sindiran yang sangat tajam, membuat Put-ji sangat terkesiap. Tanpa sadar teriaknya, "Susiok pun telah berusaha dengan sepenuh tenaga." "Betul, tapi sayang waktu aku berusaha menolong dengan sepenuh tenaga, keadaan sudah terlambat. Ehm, sejujurnya aku sendiri pun tidak menyangka kalau begitu cepat dia mati." "Suheng dihajar orang dengan ilmu pukulan Thay-kek-sinkang hingga terluka nadinya, ditambah pula dia terkena racun jahat jarum Lebah hijau, sebelum tiba di gunung, dia sudah mesti bertahan beberapa hari lamanya." "Betul, urat sinkang yang terhitung hebat harus berjuang nadinya terluka parah karena terhajar Thay-kekmenghantam tubuhnya secara terbalik. Sudah dia masih bisa bertahan sampai di gunung meski selama beberapa hari diantar Bouw It-yu. Cuma

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kalau cara pertolongan dilakukan secara benar dan tepat, mungkin saja dia tidak mati secepat itu!" Berubah paras muka Put-ji. "Jadi maksud Susiok.... kau curiga.... "Hahaha, kau tidak usah banyak curiga," tukas Bu-liang Totiang sambil tertawa tergelak, "orang yang menyalurkan tenaga murni ke dalam tubuh Put-coat untuk memunahkan luka racunnya hanya Ciangbun Suheng, kau dan aku tiga orang. Masa aku mencurigai Ciangbun Suheng dan dirimu?" Dia sengaja tidak menyinggung dirinya, juga tidak menambahkan ucapan "kau tidak akan mencurigai diriku bukan?", tentu saja hal ini dimaksudkan bahwa dia sangat terbuka dan tidak berniat untuk melakukan perbuatan seperti itu. Tapi bagi Put-ji bukan berarti dia tidak boleh curiga, malahan hal ini justru merupakan kecurigaannya yang paling utama. Ternyata setelah Put-coat dilukai urat nadinya oleh pukulan tenaga sakti Thay-kek-sinkang yang disalurkan secara terbalik, maka orang yang mengobati lukanya selain harus memiliki tenaga Thay-kek-sinkang yang sempurna, dia pun harus mengerti cara penyembuhan. Untuk menyembuhkan luka semacam ini, orang harus menggunakan teknik 'menggiring' dan tidak boleh menggunakan teknik 'membuyarkan' atau 'menyumbat', dengan demikian hawa racun yang menggumpal baru bisa diurai dan didesak keluar dari tubuh. Oleh karena itulah saat Put-ji hendak mengobati Suhengnya tadi, gurunya, Bu-siang Cinjin sempat memperingatkan hal ini. Tapi sewaktu Put-ji mulai menyalurkan tenaga murninya, dia segera menjumpai ada sesuatu yang ganjil dan tidak beres, muncul tenaga penghalang yang sangat besar dan jauh di luar dugaannya. Tentu saja dia tidak akan mencurigai gurunya, tapi mungkinkah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebelum gurunya turun tangan, sudah ada orang lain yang mencoba mengobatinya dengan cara yang tidak lazim? Dia pun tidak akan mencurigai Bouw It-yu, pertama karena Bouw It-yu masih muda, sekalipun dia ingin mencelakai Put-coat pun belum tentu memiliki Thay-kek-sinkang sehebat itu. Kedua, jika dia berniat mencelakai Put-coat, buat apa harus menggunakan cara seperti ini? Kenapa tidak tinggalkan dia saja di tempat yang jauh dan tidak perlu diantar balik ke gunung Bu-tong. Bu-liang Totiang menjumpai Put-coat jauh sebelum gurunya bertemu dia, tapi dia tidak yakin apakah Bu-liang Totiang pernah menyentuh tubuh Put-coat, oleh karena itu dia tidak berani memastikan Bu-liang Totiang yang diam-diam melakukan perbuatan keji itu. Setelah termenung sejenak dia mendongakkan kepala, mengawasi Bu-liang Totiang, lalu katanya, "Kematian Put-coat Suheng sedikit mencurigakan, Tecu ingin melacak dan menyelidiki sebab kematiannya." "Masa kau masih belum bisa menenangkan hatimu?" kata Buliang Totiang hambar, paras mukanya sama sekali tidak berubah, "Padahal sekalipun kau bisa menyelamatkan nyawa Put-coat pun dia tidak lebih hanya bisa bertahan sesaat. Seorang manusia cacad yang untuk makan pun perlu disuapi orang lain hanya akan menjadi beban orang banyak, bagi perguruan maupun bagi dia sendiri sama sekali tiada manfaatnya!" Put-ji dapat menangkap duri tajam di balik perkata annya itu, tanpa terasa berubah hebat paras mukanya. "Bila peristiwa ini tidak bisa terlacak hingga jelas, mungkin di kemudian hari Tecu bakal menerima tuduhan yang tidak benar!" akhirnya Put-ji memberanikan diri untuk mengucapkan perkataan yang sejak tadi ingin disampaikan. Dia tahu dengan jelas, kemungkinan besar perkataan itu akan menimbulkan ketidak puasan Bu-liang Totiang terhadapnya, namun dia tidak ambil peduli, dia tidak ingin berpikir terlalu jauh.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Buat apa kau mesti repot-repot berbuat begitu," dengan senyum tidak senyum kembali Bu-liang Totiang berkata, "Baik Ciangbunjin maupun aku sama sekali tidak ada yang curiga kepadamu, siapa lagi yang berani menaruh curiga? Lebih baik jadilah Ciangbunjin dengan tenang dan alim, jika ada yang tidak mau takluk, aku akan menjadi tulang punggungmu!" "Terima kasih Susiok, hanya saja.... "Tidak usah banyak bicara lagi, turuti perkataanku, kujamin kau tidak bakal salah." Ketika bicara sampai di situ, tiba-tiba ia mendesis lirih, "Sstt, ada orang datang, sepertinya Bouw It-yu. Mungkin dia akan mencarimu untuk berbicara, biar aku pergi lebih dulu." Belum lagi Bu-liang Totiang berjalan keluar meninggalkan hutan pohon siong, dari tikungan bukit terlihat ada seseorang berjalan mendekat, benar saja, tampak Bouw It-yu muncul menghampirinya. Sekali lagi suara pembicaraan yang berlangsung dalam ruang tidur gurunya mendengung di sisi telinganya. Lalu dia seakan mendengar suara karung goni yang berat diletakkan di atas meja. "Baiklah, keluarkan sepotong demi sepotong, letakkan di atas meja, biar kuperiksa dengan seksama!" suara gurunya kembali mendengung. Sepotong demi sepotong? Kalau bukan tulang lalu benda apa lagi? Tidak tahan dia tertawa getir, pikirnya, Jangan-jangan tuduhan pembunuhan atas Put-coat Suheng akan terjatuh ke pundakku? Kalau dilihat dari situasinya bisa jadi dosa itu akan ditimpakan ke diriku. Bisa jadi Bouw It-yu sedang menjalankan perintah Suhu untuk mengajakku kembali ke ruangan dan mengadiliku! Apalagi kalau Suhu sampai mengetahui hubunganku dengan Siang Ngo-nio, hehehe.... jangankan jadi pewaris Ciangbunjin,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untung kalau tidak diusir keluar dari perguruan! Hmm, perkataan Bu-liang Susiok memang betul, kini posisiku sangat rawan dan berbahaya, mana ada peluang bagiku untuk menyelidiki sebab kematian Put-coat Suheng? Siapa tahu hasil pelacakanku justru semakin tidak menguntungkan posisiku!" Dalam waktu singkat berbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, mula-mula dia ingin berlagak seolah tidak melihat Bouw It-yu, berusaha menghindar secepatnya dan kabur turun gunung. Tapi dia pun cukup sadar, mustahil baginya untuk bisa meloloskan diri, lagi pula dengan mengambil langkah seribu, bukankah seluruh usahanya selama ini bakal sia-sia? Sementara dia masih ragu, Bouw It-yu telah menghampiri sambil menyapa. "Put-ji Suheng, sungguh kebetulan aku memang sedang mencarimu," ternyata itulah perkataan pertama yang diucapkan. Diam-diam Put-ji tercekat, namun perasaan itu tidak sampai diutarakan, buru-buru tanyanya, "Ada urusan apa Bouw-sute mencari aku?" "Suheng tidak perlu sungkan-sungkan, aku rasa ada satu masalah yang seharusnya kulaporkan kepada-mu." "Kau bilang aku sungkan padahal kau sendiri sungkan juga kepadaku, bagaimanapun kita sesama saudara seperguruan, kalau ada masalah katakan saja terus terang." "Tadi Ciangbunjin menahanku seorang diri, mula-mula aku merasa heran, ternyata masalahnya adalah.... "Aku hanya tahu mentaati perintah Ciangbunjin, persoalan yang tidak seharusnya kuketahui lebih baik tidak usah kudengar." "Suheng, kau banyak curiga. Kini kau adalah satu-satunya murid Ciangbunjin, persoalan apa lagi yang tidak boleh kau ketahui? Cuma tadi masih ada orang lain di situ, kalau Ciangbunjin minta kalian mundur, tentu saja beliau tidak enak mengecualikan dirimu."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ada empat orang yang berada dalam ruangan Bu-siang Cinjin waktu itu, selain Put-ji dan Bouw It-yu, di situ masih ada Bu-siang Cinjin dan Bu-si Tojin dua orang Tianglo. Terkejut bercampur girang segera Put-ji bertanya, "Ciangbunjin yang suruh kau menyampaikan hal ini kepadaku?" "Suheng, dengan hubunganmu yang begitu khusus dengan Ciangbunjin, apakah Ciangbunjin perlu mengucapkan kata-kata semacam itu?" "Jadi kalau begitu ucapan itu muncul atas inisiatifmu sendiri?" tanya Put-ji tertegun. Tampaknya Bouw It-yu turut melengak. "Ucapan Suheng kelewat serius, masa kau masih belum tahu status dirimu sendiri?" "Ooh, apa statusku?" "Suheng, kau adalah calon Ciangbunjin perguruan kita, sudah seharusnya kulaporkan semua masalah kepadamu, masa hanya soal inipun aku mesti tunggu perintah Ciangbunjin? Lagipula Ciangbunjin sudah kelewat lelah, aku harus memintanya untuk lebih cepat beristirahat." Put-ji tidak dapat memastikan apakah perkataan Bouw It-yu itu sejujurnya atau justru merupakan kebalikannya, dia pun berpikir, 'Bagus, biar kudengar dulu persoalan apa yang hendak dia sampaikan, kalau masalahnya memang karena aku bakal jadi Ciangbunjin lantas dia berusaha membaikiku, ya sudahlah. Tetapi kalau tidak, hm, sekalipun aku tidak mampu lolos dari Bu-tong-san, memangnya kemampuanku tidak dapat menaklukkan bocah keparat ini?" Karena itu dia pun membungkam pertanda mengijinkan rekannya untuk berbicara. Terdengar Bouw It-yu berkata lebih jauh, "Persoalan ini harus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kumulai dari Put-coat Suheng, karena dialah yang minta tolong aku untuk melakukannya. Tempo hari Put-coat Suheng mendapat perintah dari Ciangbunjin untuk berangkat ke gunung Boan-liongsan dan mengangkut balik tulang belulang Bu-kek Tianglo agar bisa dikebumikan di gunung Bu-tong, tentang masalah ini tentunya Suheng sudah tahu bukan?" Put-ji tidak menyangkal, serunya, "Lantas kenapa?" "Karena Put-coat Suheng terluka parah, terpaksa tugas ini dia serahkan kepadaku untuk melaksanakannya. Tapi.... ternyata kejadian berikut sama sekali di luar dugaanku.... "Oh, peristiwa apa yang membuat kau merasa di luar dugaan?" "Semula kusangka hanya Bu-kek Tianglo seorang yang terkubur di situ, siapa tahu ternyata terdapat tiga buah kerangka. Yang satu adalah kerangka Keng King-si, masih ada satu lagi konon adalah kerangka dari pelayan tua Ji-ouw Tayhiap Ho Ki-bu yang bernama.... bernama.... "Orang tua itu bernama Ho Liang," sambil berusaha mengendalikan debar jantungnya sahut Put-ji, "enam belas tahun berselang dia bersama Bu-kek Tianglo, Keng King-si dan Ho Giokyan tewas di tempat itu. Berhubung waktu yang kumiliki saat itu sangat terbatas, hanya dua liang yang bisa kugali untuk mengubur jenazah mereka semua." "Oh, rupanya begitu, mestinya tidak ada yang perlu diherankan. Hanya saja.... "Hanya saja apa?" "Ketika kuserahkan tulang beluang yang berada dalam karung goni itu kepada Ciangbunjin, ketiga sosok kerangka itu sudah berbaur menjadi satu, tapi Ciangbunjin masih sempat-sempatnya mengeluarkan tulang itu sepotong demi sepotong untuk diperiksa dengan seksama, coba bayangkan apa tidak aneh perbuatannya itu?" "Nah ini dia, akhirnya sampai juga pada pokok masalahnya!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

batin Put-ji, tapi di luar ujarnya, "Sebetulnya tidak ada yang perlu diherankan, semasa masih hidup dulu, Bu-kek Tianglo adalah jago nomor dua perguruan kita selain Ciangbunjin, kenyata-an dia tewas secara misterius dan membingungkan, bisa jadi Suhu ingin menyelidiki sebab kematiannya dari tulang belulang tubuhnya. Tidak banyak jago di kolong langit yang mempunyai kemampuan untuk membunuh Bu-kek Tianglo, bila dapat dilacak sebab kematiannya dari bentuk tulang, bisa jadi hasil penyelidikannya itu akan sangat membantu dalam melacak jejak sang pembunuh." Dia sengaja tidak menyinggung Keng King-si serta Ho Liang, karena dia ingin tahu bagaimana reaksi Bouw It-yu. "Ucapan Suheng tepat sekali, selain meneliti dengan seksama, Ciangbunjin juga telah menaburi jarum peraknya dengan bubuk yang terbuat dari cula badak untuk memeriksa kadar racun yang tertinggal di tulang belulang itu. Tulang orang tua katanya beda dengan tulang orang muda, tulang orang yang pernah belajar ilmu silat tingkat tinggi pun berbeda dengan tulang orang yang belum pernah belajar silat. Tentu saja aku tidak mengerti, tapi Ciangbunjin mampu membedakannya secara pas dan tepat." "Apakah Ciangbunjin berhasil menemukan sesuatu?" "Ya, beliau berhasil menemukan sesuatu, katanya Keng King-si tewas ditusuk orang dengan pedang, karena pada tulang belulangnya terdapat bekas tusukan pedang, sedang Bu-kek Tianglo tewas karena isi perutnya tergoncang oleh pukulan Thay-keksinkang yang membuat tulang belulangnya agak kendor dan empuk. Sementara orang tua itu.... "Bagaimana dengan orang tua itu?" tanya Put-ji cepat, dalam hati diam-diam dia mengambil keputusan, jika kematian Ho Liang telah diketahui akibat keracunan oleh jarum lebah hijau, maka secepat kilat dia akan menotok jalan darah pingsan Bouw It-yu, kemudian melarikan diri ke bawah gunung, dia tidak ingin kasusnya ketahuan gurunya. Perlahan-lahan Bouw It-yu menjawab, "Tidak ditemukan sesuatu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gejala di tulang belulang Ho Liang, selesai melakukan pemeriksaan Ciangbunjin menyimpulkan kalau dia mati karena emosi yang tidak terkendali, bisa jadi secara tiba-tiba dia kena serangan jantung sehingga mati mendadak!" Diam-diam Put-ji menghembuskan napas lega, dia merasa seolah-olah batu besar yang menindih di atas dadanya sudah tersingkirkan. Namun perasaan heran tetap mencekam hatinya, rasa keheranan yang luar biasa. Mungkin orang lain tidak tahu, tapi dia mengetahui dengan jelas sekali, dia tidak percaya kalau sambitan jarum lebah hijau dari Siang Ngo-nio waktu itu tidak berhasil mengenai tubuh Ho Liang. "Kelihatannya Suheng menaruh perhatian luar biasa terhadap pelayan tua mendiang gurumu itu?" tiba-tiba Bouw It-yu berkata. Tercekat hati Put-ji. "Jangan sampai dia mengetahui rahasia hatiku," pikirnya cepat, segera katanya, "Orang tua itu sangat akrab denganku, dialah yang merawat aku hingga dewasa, sikapku terhadapnya sama seperti sikapku terhadap Suhu, telah kuanggap sebagai angkatan tuaku sendiri." "Ooh, rupanya begitu. Ehm, omong-omong aku malah merasa tidak enak sendiri." "Kenapa?" Put-ji tak habis mengerti. "Karena aku telah melakukan sesuatu perbuatan yang merugikan orang tua itu." "Ah, Sute sedang bergurau. Semasa masih hidup dulu kau tidak pernah bersua dengannya, darimana bisa melakukan perbuatan yang merugikan dia?' "Bukan semasa dia masih hidup, tapi setelah mati." "Apa maksudmu? Ketika memasukkan tulang belulang ketiga orang itu ke dalam
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

karung, lantaran karungnya agak kecil dan lagi aku tidak ingin tersiksa waktu membawanya pulang, maka aku lebih mengutamakan tulang belulang Bu-kek Tianglo, kemudian baru tulang Keng King-si, itulah sebabnya hanya tulang kedua orang ini yang kubawa lengkap, sedangkan tulang milik orang tua itu.... "Kau tidak membawa pulang tulang belulangnya?" seru Put-ji bermandikan keringat dingin. "Ya, kecuali tulang tengkorak kepalanya, tulang yang lain telah kubawa serta, maklum karungnya kecil dan sudah tidak muat." Tentu saja Put-ji tidak percaya dengan penjelasan itu, namun untuk sesaat dia pun tidak tahu bagaimana harus menanggapi perkataan itu. Kembali Bouw It-yu berkata, "Tidak heran kalau Suheng jadi marah, memang tidak seharusnya aku kelewat egois sehingga melakukan perbuatan semacam ini." "Aku tidak menyalahkan dirimu, sudah kenyataan seorang pelayan tua memang tidak bisa menandingi nilai seorang Tianglo sebuah perguruan besar." "Tapi dia orang tua sedikit berbeda dengan kebanyakan orang. Dia adalah kerabat Suheng dan sudah dianggap orang tua sendiri. Cuma.... tentang kerangka kepalanya.... Biarpun Put-ji berusaha menenangkan diri, tidak urung ia bertanya juga, Ada apa?" "Waktu itu ketiga sosok kerangka manusia itu telah kukeluarkan, liang kubur pun telah kutimbun kembali. Padahal tengkorak kepalanya tidak sempat kubawa, jadi terpaksa.... "Kau buang? Untung tidak sampai kubuang, kalau tidak, aku bakal semakin bersalah kepada dia orang tua dan dirimu. Aku telah membuat liang kecil di sekitar sana untuk mengubur tengkorak kepala itu, jika kau ingin menemukannya kembali, mungkin kita masih dapat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengambilnya. Suheng, perlukah kita segera berangkat ke sana untuk membawanya kembali?" "Kita bicarakan lain waktu saja, toh kerangka tubuhnya sudah tidak utuh, mau dikubur kemana pun tengkorak kepalanya, aku rasa sama saja." "Betul," Bouw It-yu manggut-manggut, "kini Suheng adalah bakal Ciangbunjin, masih banyak urusan penting lain yang harus Suheng selesaikan, bagaimana mungkin ada waktu untuk menguras masalah yang tidak penting. Justru aku yang agak bodoh, masa tidak bisa memilah mana urusan penting dan mana yang tidak." Bouw It-yu menyebut dirinya 'bodoh', padahal Put-ji sedikit pun tidak merasa bodoh apalagi pikun. Orang yang mati keracunan biasanya seluruh tulang belulangnya akan berubah jadi hitam. Sekalipun sudah mati banyak tahun pun gejala itu masih dapat dijumpai bila kita periksa tulang belulangnya. Hal semacam ini merupakan pengetahuan umum dan diketahui kebanyakan orang. Tapi ada satu pengecualian. Tewas karena jarum lebah hijau menembusi otaknya merupakan satu pengecualian. Jarum lebah hijau mengandung racun yang amat ganas, begitu mengenai otak seseorang, maka semua saraf yang ada dalam otak akan lumpuh, sirkulasi darah pun akan ikut berhenti juga. Oleh karena itu kandungan racunnya hanya tertinggal di dalam otak dan tidak mungkin menyebar ke bagian tubuh lainnya. Itu berarti tanda keracunan hanya akan dijumpai di tengkorak bagian kepala saja, sementara tulang belulang bagian lainnya tidak jauh berbeda dengan tulang belulang manusia kebanyakan. Put-ji tahu kalau Ho Liang tewas karena dibokong oleh Siang Ngo-nio, tapi dia tidak tahu secara pasti jarum lebah hijau itu sudah menghajar bagian tubuh yang mana pada diri Ho Liang. "Jangan-jangan Bouw It-yu berhasil mengenali gejala keracunan itu dari tengkorak kepalanya hingga sengaja tidak menyerahkan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepada Ciangbunjin?" demikian dia berpikir, 'keluarga Bouw mereka tersohor karena kehebatan ilmu silatnya, pergaulan mereka pun sangat luas. Meskipun hubunganku dengan Siang Ngo-nio berlangsung secara rahasia, lagi pula hanya dalam jangka waktu singkat, namun asal mereka mau melakukan pelacakan atas rahasiaku, rasanya tidak gampang untuk mengelabui mereka." Diam-diam dia mencoba untuk mengawasi mimik wajah Bouw Ityu, namun sikap pemuda itu selalu tunduk dan hormat, sama sekali tidak ditemukan sesuatu yang mencurigakan dari wajahnya. "Mengapa dia harus melakukan tindakan ini? Jangan-jangan sama seperti Bu-liang Tianglo, ingin menggunakan kejadian itu untuk mengompasku setelah aku berhasil menjabat posisi Ciangbunjin?" kembali Put-ji berpikir. Semakin dibayangkan dia semakin curiga dan bimbang, hatinya amat masgul dan kesal. "Atau mungkin semua itu hanya dugaanku dan kecurigaanku belaka? Pepatah mengatakan, serangan air bah dibendung dengan tanah, serangan panglima dihadang dengan tentara, sampai sekarang aku masih belum jelas maksud tujuannya, lebih baik aku baru bertindak bila dia sudah melakukan suatu gerakan." Setelah mengambil keputusan, dia pun balik bertanya kepada Bouw It-yu, "Bouw-sute, beruntung kali ini ada kau yang mengantar Put-coat Suheng pulang gunung, sayang aku terlambat mendapat berita ini hingga tidak bisa ikut menyambutmu di bawah bukit, bahkan tidak sempat pula berbicara untuk terakhir kalinya dengan Suheng. Apakah dia sempat menitipkan pesan untukku?" "Sewaktu berada di bukit Boan-liong-san, luka yang dideritanya sudah sangat parah, waktu itu dia hanya mampu menyerahkan tugas kepadaku kemudian tidak sadarkan diri. Dia sudah pingsan selama tujuh hari tujuh malam sebelum tiba di gunung Bu-tong. Suheng bara bisa tersadar kembali sesudah memperoleh pertolongan Ciangbunjin." Put-ji sengaja menghela napas panjang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aai, rupanya dia sudah jatuh pingsan selama tujuh hari tujuh malam, sayang lukanya tidak sempat terobati, coba dia bisa tiba satu-dua hari lebih awal, mungkin keadaannya bisa berbeda." "Aai, sebenarnya aku pun tahu kalau lukanya harus segera diobati, sayang kemampuan tenaga dalam-ku cetek sehingga walaupun ada niat namun tidak berdaya karena tidak punya kekuatan. Untuk keter-lambatan ini harap Suheng mau memaafkan." Di balik nada suaranya, jelas kedengaran kalau dia mulai tidak senang. Buru-buru Put-ji berkata lagi, Bouw-sute, kau tidak perlu menyesal dan kau pun tidak usah berpikir yang bukan-bukan. Aku tahu kau telah berusaha semaksimal mungkin, untuk itu aku merasa berterima kasih sekali. Aku pun tahu dalam perguruan kita sekarang, hanya Ciangbunjin dan Bu-liang Tianglo berdua yang memiliki kekuatan tenaga dalam sehebat itu." "Baguslah bila Suheng pun memahami akan hal ini. Dan itu pula alasannya mengapa aku tidak berusaha mengobati lukanya sepanjang jalan. Tenaga dalamku cetek, ilmu silat perguruan pun baru mengerti sedikit, padahal luka dalam yang diderita Put-coat Suheng hanya bisa diobati oleh jago perguruan kita yang memiliki tenaga dalam sempurna. Cuma.... Suheng, tadi kau mengatakan kalau dalam perguruan kita hanya ada dua orang yang memiliki tenaga dalam sehebat itu, apakah ucapan itu tidak kelewat merendahkan diri sendiri?" Sementara dia berusaha membela diri dengan mengemukakan berbagai alasan, ternyata pemuda ini tidak lupa menyanjung bakal Ciangbunjin' ini dengan beberapa patah kata manis. "Aah, mana berani aku dibandingkan dengan kehebatan Ciangbun Suhu serta ketua Tianglo, kalau mau dipaksakan pun kemampuanku paling hanya setengah mereka. Ooh benar, bicara tentang Ciangbun Suhu dan Tianglo, aku ingin tanya, sewaktu naik gunung tadi, apakah kau bertemu Bu-liang Tianglo terlebih dulu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Rupanya setelah bicara berputar-putar, akhirnya dia kemukakan juga pertanyaan yang selama ini mengganjal dalam hatinya. "Benar," Bouw It-yu mengangguk, "ah, waktu itu aku hanya berpikir ingin cepat bertemu Ciangbun Suhu hingga sesaat lupa untuk minta tolong kepada Bu-liang Tianglo agar melakukan pertolongan pertama. Hanya saja.... aku rasa kalau selisih waktu pun paling cuma setengah batang hio, jadi tidak semestinya.... "Bouw-sute tidak perlu menyesali diri sendiri, betul, kalau selisih waktu paling hanya setengah batang hio. Apakah waktu itu Bu-liang Tianglo sempat memeriksa denyut nadi Put-coat Suheng?" "Tidak, sama sekali tidak," tampaknya Bouw It-yu merasa keheranan atas pertanyaan ini. "Ooh, setahuku Bu-liang Tianglo sangat menguasai pertabiban, karena itulah aku mengajukan pertanyaan itu." ilmu

"Bu-liang Tianglo hanya mengajukan beberapa pertanyaan secara tergesa-gesa, kemudian minta aku secepatnya bertemu Ciangbunjin." "Ooh, rupanya kalian bersama-sama menghadap Ciangbunjin?" "Tidak, dia menyusul kemudian bersama Bu-si Tianglo." Kuatir adik seperguruannya curiga, Put-ji tidak bertanya lebih jauh, katanya kemudian, "Bouw-sute, kau pasti sudah menempuh perjalanan siang malam, lebih baik cepatlah pergi beristirahat." "Suheng, kau pun harus baik-baik menjaga diri, jangan kelewat bersedih, masih banyak urusan penting perguruan yang berada di atas bahumu." Setelah kedua orang itu berpisah, Put-ji berjalan seorang diri sambil berpikir, 'Bila kejadiannya seperti apa yang dia katakan, berarti Bu-liang Tianglo sama sekali tidak menyentuh sang penderita, lalu siapa yang telah mencelakai Put-coat?" Simpul mati ini membuat dia pusing, bingung dan tidak habis mengerti, akhirnya sambil tertawa getir pikirnya pula, Pepatah kuno
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengatakan lebih baik menyapu pekarangan sendiri dan tidak usah mencampuri salju di atap tetangga. Asal Suhu tidak menaruh curiga kepadaku, kenapa aku mesti repot-repot pergi menyelidki siapa yang telah mencelakai Put-coat Suheng? Hanya saja tengkorak kepala itu masih tetap merupakan bibit bencana bagiku di kemudian hari, badai dan ombak dahsyat pun telah berhasil kulewati, tidak lucu kalau sampai aku harus menderita kapal karam di sungai kecil. Bouw It-yu tampaknya merupakan seorang lawan yang sangat lihai, aku harus hati-hati menghadapinya." Sebagaimana diketahui, sepanjang hidup dia telah melakukan dua kesalahan besar, pertama, karena 'salah membunuh' adik seperguruannya, Keng King-si. Kedua, karena dia pernah mempunyai hubungan istimewa dengan Siang Ngo-nio yang terkenal dalam dunia persilatan sebagai perempuan siluman berhati busuk. Benarkah Keng King-si bersekongkol dengan bangsa Boan untuk mengkhianati perguruan? Hingga kini masalah itu masih diliputi tanda tanya, oleh karena itu apakah dia telah 'salah' membunuh atau tidak, sampai sekarang pun belum ada kepastian. Tapi andaikata dia benar-benar telah salah membunuh pun menurut situasi yang dihadapinya saat itu, dia masih punya alasan yang kuat untuk membela diri, semisal situasi terdesak pun paling dia hanya akan mengaku sebagai 'salah' membunuh. Kesalahan semacam ini menurut dugaannya tidak bakal mempengaruhi prosesinya menjadi pengganti Ciangbunjin, sebaliknya bila orang lain sampai tahu dia punya hubungan khusus dengan Siang Ngo-nio, apalagi kalau sampai diketahui juga bahwa jauh sebelum kejdian dia sudah tahu kalau Ho Liang mati karena terhajar jarum beracun yang dilepas Siang Ngo-nio tapi selama ini dirinya berusaha merahasiakannya, tidak usah diprotes orang pun dia merasa tidak punya muka lagi untuk menancapkan kaki di gunung Bu-tong. Di saat dia masih murung dengan pikiran yang sangat kalut itulah tiba-tiba Bu-liang Totiang sekali lagi muncul di hadapannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Begitu lama kau berbincang dengan Bouw It-yu, bisa diduga ada berita baik yang telah dia sampaikan kepada-mu bukan?" "Darimana Susiok bisa menduga dia datang membawa berita gembira?" balas Put-ji sambil berusaha mengendalikan gejolak perasaannya, "dia tidak lebih hanya menceritakan pengalamannya ketika mengantar Put-coat Suheng balik ke gunung." "Bukankah itu merupakan sebuah berita gembira? Bayangkan sendiri, kalau dia tidak menganggap kau sebagai bakal Ciangbunjin, buat apa mesti memberi laporan kepadamu?" "Aah, mana bisa dibilang kalau hal ini merupakan satu kejadian besar. Terus terang, kalau bukan dibina dan didukung Tianglo, mungkin tempat berpijak bagiku di Bu-tong-san pun tidak ada, mana berani mengharapkan kedudukan Ciangbunjin?" Nada bicaranya saat ini sudah jauh berbeda, maksud lain di balik perkataan itu adalah asal Bu-liang Totiang bersedia mendukung dia menjadi Ciangbunjin, dia pun tidak akan menampik untuk melakukan apa pun. Bu-liang Totiang segera tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, bukankah sudah kuutarakan sejak awal, aku pasti akan mendukungmu, masa baru sekarang percaya? Justru karena aku sangat memperhatikanmu maka sengaja kunanti kedatanganmu di sini, coba kalau tidak, mungkin aku sudah pergi sejak tadi." Tempat dimana dia mengajak Bu-liang Totiang berbicara sekarang berada lebih kurang satu li dari tempat dimana dia berbicara dengan Bouw It-yu tadi, dari jarak yang begitu jauh rasanya mustahil bagi Tosu itu untuk menangkap semua pembicaraannya kendatipun dia menempelkan telinganya di atas permukaan tanah. Tapi bila Bu-liang Totiang yang dulunya memang tidak berada di situ, tapi berbalik ke situ setelah mendengar suara langkah kakinya, jelas hal ini susah untuk dikatakan. "Aah, peduli amat dia sempat mendengar atau tidak, selama dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berlagak bodoh, kenapa aku pun tidak berlagak bodoh. Toh dia berniat memperalat aku, apa salahnya kalau aku pun memperalat dia?" demikian Put-ji berpikir. "Bagaimana bertanya. keadaan gurumu?" tiba-tiba Bu-liang Totiang

"Maksudmu?" seru Put-ji tertegun. Biarpun dia pintar, tidak urung kali ini dibuat bingung juga oleh pertanyaan itu. Sebagaimana diketahui, kesehatan Ciangbunjin merupakan masalah terbesar yang paling dikuatirkan setiap anggota Bu-tongpay saat ini, khususnya bagi Putji pribadi. Sebab dialah orang pertama yang langsung terpengaruh oleh kejadian itu. Itulah sebabnya Bu-liang Totiang sengaja mengajukan pertanyaan itu, karena dengan pertanyaan itu dia dapat menyelidiki reaksinya. Diam-diam Put-ji merasa sangat menyesal, menyesal kenapa tidak menanyakan kesehatan Suhu dari mulut Bouw It-yu tadi. Namun dia pun tidak berani mengakui kekhilafannya itu di depan Bu-liang Totiang, baginya lebih baik ditegur oleh Susioknya ini daripada semisal dia balik bertanya, "Begitu lama kau berbincang dengan Bouw It-yu, sebenarnya urusan besar apa yang sedang kalian bicarakan?" Pertanyaan semacam ini jelas merupakan sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Terpaksa Put-ji memberi penjelasan sebisanya, katanya, "Usia Suhu sudah mencapai delapan puluh tahunan, setelah mengalami berbagai peristiwa dan perubahan, sudah barang tentu kesehatan maupun kesegaran tubuhnya jauh berbeda dibanding dengan hari biasa. Hanya saja menurut laporan It-yu, secara garis besar kondisi tubuhnya tidak terlampau jelek, sewaktu memerintahkan It-yu untuk menyerahkan tulang belulang Bu-kek Tianglo kepadanya, dia masih sanggup memeriksa tulang belulang itu satu demi satu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan seksama." "Jadi itukah yang dibeberkan It-yu kepadamu? Tentu saja dia merasa kurang leluasa untuk mengungkap kondisinya kelewat parah. Padahal menurut pandanganku, hawa murni Ciangbun Suheng telah mengalami kerusakan yang parah, malah.... malah keadaannya begitu parah hingga susah untuk diobati lagi. "Sutit, bukannya aku sengaja mensyukuri kejadian ini, tapi kelihatannya saat kau menjabat sebagai Ciangbunjin sudah tidak lama lagi. Mulai sekarang kau harus membuat persiapan, daripada sampai waktunya kau kelabakan sendiri." "Jika apa yang diucapkan Susiok benar, dalam keadaan kalut dan sedih, mana mungkin Tecu bisa mengambil segala keputusan? Harap Susiok mau mengaturkan semuanya bagiku," sahut Put-ji dengan air mata meleleh membasahi pipinya. "Hahaha, bagus, bagus, ternyata kau sangat memahami maksud hatiku, kau memang pantas menjadi orang besar bagi perguruan kita. Bagus.... bagus.... semoga kau selalu teringat dengan perkataanmu hari ini, berbuatlah sebaik mungkin!" Secara beruntun dia mengucapkan kata "bagus" berkali-kali, hal ini menunjukkan rasa pujiannya kepada keponakan muridnya itu. Bagi Put-ji sendiri, walaupun dia tidak berani memberikan 'senyum penuh pengertian' kepadanya, namun jelas jalan pikirannya sudah seia sekata dengan paman gurunya itu. Malam itu dia tidak dapat tidur nyenyak, benaknya dipenuhi berbagai masalah dan pikiran, khususnya peristiwa yang mungkin bakal terjadi keesokan harinya. Sekalipun besok, belum tentu gurunya secara resmi akan mengangkat dia menjadi penerus Ciang-bunjin, paling tidak dia berharap niat itu dapat disebar luaskan kepada umum. Malam yang gelap akhirnya berlalu, hari esok sekarang telah berubah menjadi hari ini.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tidak ada peristiwa apa pun yang terjadi, karena dia sama sekali tidak dapat bertemu gurunya. Si tojin bisu tuli bertugas menjaga pintu gerbang, ketika dia mohon bertemu pertama kali tadi, dengan gerakan tangannya yang khas tojin bisu tuli memintanya untuk segera mengundurkan diri. Ketika dia memohon untuk kedua kalinya, si Tojin bisu tuli bukan saja tidak menggubris, bahkan pintu gerbang ditutupnya rapatrapat. Hari ini dia gagal bertemu Suhu, begitu juga pada hari kedua. Bukan dia seorang saja yang tidak dapat bertemu Suhu, Bu-liang Totiang serta Bu-si Tojin pun gagal berjumpa Ciangbunjin, nasib mereka setali tiga uang dengan dirinya. Tentu saja tojin bisu tuli sedang melaksanakan perintah Ciangbunjin, kalau tidak, mana berani dia bersikap seperti itu terhadap kedua orang Tianglo itu. Sebagai seorang Tianglo, ternyata Bu-liang Totiang serta Bu-si Tojin harus ditolak menghadap, tentu saja kejadian ini membuat mereka jadi kikuk, canggung dan serba salah. Kalau mereka hanya canggung dan kikuk, berbeda dengan Put-ji, selain terkesiap, dia pun penuh diliputi rasa curiga dan tidak tenang. Sebab dia merasa keduduk-an dirinya jauh berbeda dengan kedua orang Tianglo itu, kini dia sudah menjadi satu-satunya murid Ciangbunjin, apalagi pergaulannya selama enam belas tahun boleh dibilang membuat hubungan batin mereka melebihi ayah dan anak, berbeda dengan hubungan kedua orang Tianglo itu. Tapi mengapa Suhunya selain enggan bertemu kedua orang Tianglo itu, mengapa enggan juga bertemu dirinya? Atau mungkin Suhunya sudah mengetahui tingkah lakunya yang tidak jujur sehingga tidak lagi mempercayainya? Untung saja jawaban. jawaban itu bukan merupakan satu-satunya

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mungkin saja Bu-liang Totiang sedang mengejek dirinya, mungkin juga dia hanya melakukan praduga terhadap masalah yang mungkin terjadi, namun baginya, dia masih mempunyai sebuah penjelasan lain. Bisa jadi Ciangbunjin menderita luka dalam yang parah hingga perlu menutup diri untuk berlatih, bagi orang yang mempelajari tenaga dalam tingkat tinggi, di saat bersemedi, dia memang tidak bisa diganggu segala suara maupun kejadian. Agar dapat mententeramkan hati sendiri, terpaksa Put-ji harus menerima penjelasan yang terakhir. Walaupun dia sudah menerima penjelasan ini, pada hari ketiga dia tetap datang tepat pada saatnya untuk memberi salam kepada gurunya. Pada hari ini tidak nampak Bu-liang Totiang maupun Bu-si Tojin, mungkin lantaran gengsi dan juga karena sudah dua hari beruntun ditolak untuk bertemu, maka hari ini tidak nampak mereka datang berkunjung. Hari ini Put-ji datang dengan mengajak serta Lan Giok-keng. Di luar dugaan, ternyata hari ini terjadi sedikit perubahan. Ketika melihat kehadiran Lan Giok-keng, si tojin bisu tuli itu kelihatan sangat gembira. Setelah masuk ke dalam, dia muncul kembali sambil memberi tanda. Kepada Put-ji dia menggoyangkan tangannya berulang kali sementara terhadap Lan Giok-keng justru menggapai, jelas sekali dia mengundang Lan Giok-keng untuk masuk ke dalam. Sambil tertawa paksa Put-ji pun segera berkata, "Keng-ji, tidak kusangka rejekimu sungguh bagus, ternyata orang yang paling disayang Sucouw tetap adalah dirimu, cepat masuk dan jangan lupa sampaikan salamku untuk Sucouw." Tojin bisu tuli itu hanya memperkenankan Lan Giok-keng seorang yang masuk ke dalam, Put-ji yang sebenarnya ingin menunggu di
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

luar pintu ternyata diusir pergi dari situ. Terpaksa dengan perasaan tidak senang Put-ji balik kembali ke To-koan sendiri, dengan susah payah akhirnya hingga menjelang senja baru nampak Lan Giok-keng balik kembali. "Bagaimana dengan Sucouw?" buru-buru Put-ji bertanya. "Sucouw kelihatan kurus dan menakutkan, kedua pipinya cembung ke dalam. Wajahnya seperti diliputi selapis hawa berwarna abu-abu, hanya sepasang matanya yang kelihatan masih bersinar. Coba kalau bukan di hari biasa Sucouw amat menyayangi aku, mungkin aku benar-benar tidak berani mendekatinya." Mendengar laporan itu, di samping gembira Put-ji pun merasa kuatir, kembali tanyanya, "Apa saja yang telah dikatakan Sucouw kepadamu?" "Sambil membelai kepalaku, Sucouw memuji aku sebagai anak baik." "Tentu saja Sucouw amat menyayangimu," kata Put-ji cepat, sementara hatinya merasa kecut sekali, "Tapi.... bukankah kau sudah pergi sangat lama, tentunya masih ada persoalan lain yang dibicarakan bukan?" "Ya, ada, bahkan kejadian yang sama sekali tidak kuduga!" "Kejadian apa yang tidak kau duga?" seru Put-ji terkejut. "Sucouw bertanya kepadaku, bagaimana dengan latihan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoatku? Aku pun menjawab bahwa seluruh rangkaian ilmu pedang itu telah selesai kupelajari, hanya tidak diketahui bagus tidak hasil latihanku itu?" Sebelum mengajarkan ilmu pedang kepada muridnya, terlebih dulu Put-ji telah minta ijin kepada Ciangbunjin. Hanya saja dia sedikit tercengang dan di luar dugaan karena tidak menyangka dalam keadaan sakit, Ciangbunjin bukannya bertanya soal lain justru pertanyaan itulah yang pertama diajukan. "Jadi Sucouw minta kau mempraktekkan di hadapannya?" tanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Put-ji kemudian. "Bukan cuma mempraktekkan, bahkan Sucouw minta aku bertanding pedang melawan tojin bisu tuli." "Bertanding pedang melawan tojin bisu tuli?" Put-ji tertegun. "Benar. Suhu, kau tidak menyangka bukan? Aku diminta bertarung melawan seorang tosu tua yang bisu tuli, bahkan di hari biasa pun berjalan sambil membungkukkan badan, belum pernah kudengar kalau orang ini pernah berlatih ilmu silat." "Tentunya kau tidak mampu melawan dia bukan?" "Senjata yang dia gunakan bukan pedang sungguh an, melainkan pedang kayu yang dibuat saat itu juga. Waktu itu dia mengambil sebatang kayu bakar, terus telapak tangannya seperti sebilah golok tajam saja, menyayat ke kiri dan kanan, tidak selang beberapa saat kemudian jadilah sebilah pedang kayu yang panjangnya tiga kaki dengan lebar tiga inci. Bayangkan saja, lihai bukan kemampuannya? Tapi saat itu aku berpikir begini, biar telapak tanganmu lihai, namun mana mungkin pedang kayumu sanggup menandingi ketajaman pedang bajaku? Asal kubabat pedang kayunya hingga putus, dia mau bertanding pakai apa? Siapa sangka pedang kayunya begitu ringan bagaikan selembar kertas saja yang menempel di atas pedangku, sampai aku selesai memperagakan rangkaian ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, pedangku tidak pernah mampu mematahkan pedang kayunya. Ketika sampai jurus terakhir, tibatiba aku merasa ada satu kekuatan besar yang menghisap pedangku, bukan saja aku gagal mematahkan pedang kayunya, sebaliknya malah pedangku yang berhasil dia rampas!" Put-ji tertawa paksa. "Sudah puluhan tahun lamanya tojin bisu tuli Ciangbunjin, tidak aneh jika dia pun pandai bersilat." melayani

Biarpun di mulut dia berkata begitu, dalam hati diam-diam merasa terkejut juga, pikirnya, 'Bukankah ilmu silat yang dimiliki tojin bisu tuli sudah jauh melampaui kemampuanku? Tidak disangka
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

selama belasan tahun dia selalu menyembunyikan identitasnya hingga aku pun nyaris berhasil dia kelabui.' Namun baginya kehebatan ilmu silat yang dimiliki Tojin bisu tuli hanya merupakan masalah kedua, yang paling penting sekarang adalah ingin mencari tahu apa maksud tujuan gurunya meminta Lan Giok-keng bertarung melawan tosu itu. "Selesai bertanding apa kata Sucouw kepadamu?" tanyanya. "Apa yang kemudian diucapkan Sucouw pun sama sekali di luar dugaanku, dia hanya mengucapkan tiga patah kata." "Tiga patah kata?" "Ya, tiga patah kata," sahut Lan Giok-keng sambil menirukan lagak Sucouwnya, Bagus, bagus sekali!" "Tidak ada perkataan lain?" gumam Put-ji terkejut bercampur keheranan. "Selesai mengucapkan ketiga patah kata itu Sucouw segera memejamkan matanya bersemedi, aku pun tidak berani lagi mengganggu dia orang tua." "Bagus, bagus sekali!", apa maksudnya? Kalau di dengar sepintas seolah-olah dia sedang memuji permainan pedang Lan Giok-keng yang dianggap bagus sekali, tapi dengan kedudukannya sebagai seorang Ciangbunjin yang memiliki kepandaian silat tinggi, sekalipun bukan seorang ahli pedang, apakah dia tidak dapat melihat kalau ilmu pedang yang dilatih Lan Giok-keng hanya jurus kembangan yang sama sekali tidak berguna? Bila penjelasan ini tidak benar, berarti tinggal satu penjelasan lagi. Kata "Bagus, bagus sekali!" itu tentu mengandung arti kebalikan. "Jangan-jangan Suhu sudah tahu akan keegoisanku, hanya saja sungkan untuk berterus terang di hadapan anak Keng? Karena merasa sangat tidak puas, maka dia sengaja mengucapkan ketiga patah kata itu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jika Suhu menegurku secara langsung, mungkin tidak sulit bagiku untuk memberi penjelasan. Yang aku takuti justru bila Suhu menaruh curiga kepadaku, tidak mungkin perasaan itu dia kemukakan." Masih ada satu persoalan lagi yang membuatnya tidak tenteram, selain 'kecurangan' yang telah dia lakukan sewaktu mewariskan ilmu pedang kepada Lan Giok-keng, mungkinkah Suhunya berhasil juga menemukan 'kecurangan' lain yang telah diperbuatnya? Belum sempat dia menanyakan hal ini kepada muridnya, tiba-tiba Lan Sui-leng muncul di tempat itu. Selesai memberi hormat kepada Put-ji, gadis itu langsung menegur adiknya, "Apakah kau sudah lupa hari apakah sekarang ini?" "Hari apa?" tanya Lan Giok-keng tertegun. "Coba lihat," omel Lan Sui-leng sambil menggeleng kepala berulang kali, "ternyata kau benar-benar lupa! Hari ini kan hari ulang tahun ayah." "Aah betul," seolah baru sadar, teriak Lan Giok-keng, "Aku seharusnya teringat akan hal ini, tapi belakangan.... "Aku paham. Belakangan kau memang sedang kesal dan masgul gara-gara peristiwa yang menimpa Supek serta Sucouwmu. Aku tidak akan menyalahkan dirimu. Ayoh ikut aku pulang, kita semua sedang menunggumu untuk makan bersama." Menyusul kemudian kepada Put-ji katanya, "Suhu, sebetulnya ayah ingin mengundangmu meneguk secawan arak dan makan dua biji bakpao. Tapi ayah kuatir kau sedang melayani Ciangbun cinjin sehingga tidak berani mengganggumu." Tentu saja Put-ji tidak mungkin menghalangi muridnya agar tidak pulang memberi selamat kepada ayahnya, terpaksa dia berkata, "Aku adalah saudara lama ayahmu, seharusnya aku ikut Keng-ji untuk menyampaikan selamat kepadanya. Tapi.... aai, kau sendiri juga tahu, belakangan aku kelewat repot, rasanya susah membagi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

diri untuk urusan lain, baiklah biar anak Keng saja yang mewakiliku menyampaikan ucapan selamat." Malam itu, pikiran dan perasaan Put-ji sangat kalut, dia berusaha memejamkan mata namun tidak juga dapat tidur. Akhirnya setelah berjuang dengan susah payah, menjelang kentongan kelima dia terlelap juga dalam tidurnya. Ternyata di dalam mimpi pun dia belum bisa mendapatkan ketenangan, dalam tidurnya dia seolah-olah balik kembali ke gunung Boan-liong-san, di tengah hujan badai yang deras, dia seolah melihat Keng King-si yang berlepotan darah berjalan menghampirinya, menyusul di belakangnya Ho Giok-yan, perempuan itu dengan rambut kusut dan wajah penuh amarah sedang memandangnya dengan mata mendelik, menyusul kemudian tampak Ho Liang menunjukkan tengkorakkepalanya yang berlubang dan tiba-tiba roboh terjungkal di hadapannya. Aah, Siang Ngo-nio pun ikut datang, ia mengenakan baju berwarna merah darah, bibirnya yang kecil mungil tiba-tiba berubah jadi besar dan lebar, selebar ember rongsok, dia sedang menyeringai dengan bibir lebarnya sambil tertawa mengejek.... Mendadak suara guntur membangunkan dia dari tidurnya. Ternyata bukan suara guntur. Suara guntur yang terdengar dalam alam mimpinya ternyata adalah suara genta. Tapi suara genta itu justru lebih mengejutkan dirinya daripada suara guntur. mangagetkan, lebih

Ternyata suara genta itu berasal dari puncak Giok-hong-teng. Suara genta yang berasal dari genta besar di pagoda Leng-siau-kek, puncak Giok-hong-teng. Konon genta tembaga itu beratnya mencapai tiga ribu tujuh ratus kati, asal suara genta itu dibunyikan, maka seluruh anggota perguruan yang tersebar di bukit Bu-tong akan mendengarnya dengan jelas.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi genta itu tidak pernah dibunyikan bilamana tidak ada kejadian penting atau gawat. Menurut aturan, setiap tahun genta itu hanya dibunyikan tepat di hari kelahiran Lo-kun. Atau kalau tidak, genta itu baru dibunyikan bila sedang menghadapi peristiwa besar yang perlu untuk mengumpulkan seluruh anggota perguruan. Sudah enam belas tahun lamanya Put-ji berada di gunung Butong, kecuali setiap tahun satu kali di saat hari kelahiran Lo-kun, belum pernah dia mendengar suara genta itu di hari-hari biasa. Hari ini bukanlah hari kelahiran Lo-kun. Tapi.... mengapa genta itu dibunyikan? Untuk memperingati hari kelahiran Lo-kun, setiap kali genta itu hanya dibunyikan tujuh kali, tapi sekarang suara genta itu dibunyikan bertalu-talu, ketika mencoba dihitung, ternyata genta itu dibunyikan sebanyak dua puluh satu kali sebelum berhenti. Dari penuturan kedua orang tianglo, dia pernah mendapat tahu bahwa suara genta yang dibunyikan dua puluh satu kali pertanda Ciangbunjin hendak mengumumkan masalah besar yang menyangkut mati hidupnya perguruan Bu-tong-pay. Sambil menggosok matanya dia menengok keluar kamar, ternyata matahari telah memenuhi jendela, hari sudah siang. Dia tidak menyangka hari ini akan begitu terlambat bangun dari tidurnya, teringat bagaimana semalam dia tidak dapat memejamkan mata, perasaan getir menyelimuti hatinya. "Peristiwa besar apa yang telah terjadi?" demikian dia berpikir, 'jangan-jangan aku masih berada dalam alam impian?' Hujan badai yang dialami dalam impian ternyata disambut hari yang cerah setelah mendusin, tapi sayang perasaannya kini justru jauh lebih gelap, lebih kelam ketimbang hujan badai. Terpaksa dia bersihkan muka dengan terburu-buru, lalu segera berangkat ke kuil Hok-tin-koan dimana Ciangbunjin berdiam. Di depan kuil Hok-tin-koan terdapat sebuah pelataran yang luas
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan datar, saat itu seluruh anggota perguruan yang mendengar suara genta itu sudah berdatangan dan berkumpul di sana. Put-ji datang sedikit terlambat, belum sampai dia tiba di tengah pelataran, tampak Ciangbun Suhu telah muncul dari balik kuil Hoktin-koan. Bu-siang Cinjin dan seorang lelaki setengah umur berjalan bersanding, sementara kedua orang Tianglo mengikut di belakangnya. Paras muka Bu-siang Cinjin layu, kering dan kusut, persis seperti yang dilukiskan Lan Giok-keng semalam, wajahnya seakan-akan dilapisi oleh kabut berwarna abu-abu. Begitu menyaksikan kondisi wajah Ciangbunjinnya, hampir semua anggota perguruan merasa terkejut bercampur cemas. Tapi bagi Put-ji, justru kehadiran lelaki setengah umur itulah yang paling membuatnya terkejut bercampur keheranan. Selama hidup belum pernah dia bertemu dengan orang ini, tapi sikap Ciangbun Suhu nampak begitu akrab dengan orang itu! Mungkinkah posisi dan kedudukan orang itu masih jauh di atas kedudukan Bu-liang Totiang serta Bu-si Tojin? Sementara Put-ji menduga-duga, dari arah belakang kembali berjalan keluar seseorang. Tosu setengah umur itu tidak lain adalah murid pertama Bu-liang Totiang, Put-pay. Enam belas tahun berselang, sewaktu pertama kali Put-ji tiba di gunung Bu-tong, dia pernah dipersulit Put-pay, oleh sebab itu kesannya terhadap orang ini sangat buruk. Tapi Put-ji adalah seseorang yang pandai menahan diri, setelah naik gunung, meskipun posisinya sekarang adalah murid penutup Ciangbunjin yang status serta kedudukannya jauh di atas Put-pay, namun bukan saja dia tidak menunjukkan sikap bermusuhan atau ingin membalas dendam, bahkan berusaha merangkul Put-pay agar berpihak kepadanya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Put-pay bukan orang bodoh, tapi dia tahu kalau Suhunya ingin memperalat Put-ji, kalau sampai gurunya saja berusaha mengambil hati Put-ji, apalagi dirinya? Itulah sebabnya meskipun mereka berdua sama-sama berlagak hangat, namun dalam pandangan orang lain kedua orang itu justru sudah dianggap sebagai "sahabat karib. Agak tertegun juga Put-ji begitu melihat Put-pay, pikirnya, 'Biarpun dia tidak berani berlagak sebagai murid Ciangbunjin, paling tidak kedudukannya dalam perguruan masih dianggap senior, aneh, kenapa dia pun datang terlambat?" Sekarang dia baru mulai memperhatikan balutan kain yang membungkus lengan kiri Put-pay, kelihatannya dia pun sedang menderita luka. Selesai saling menyapa, Put-pay pun menegur, "Apakah Ciangbunjin tidak memberi kabar dulu kepadamu, kenapa kau pun datang terlambat?" "Aku senasib dengan gurumu, beberapa hari belakangan gagal bertemu Ciangbunjin. Sebenarnya apa yang telah terjadi?" "Aku sendiri pun kurang jelas. Hanya kuketahui kalau perguruan kita telah kedatangan seorang tamu agung. Ehm, kalau dibilang tamu agung mestinya kurang pas, sebab biarpun dia memang tamu, namun sesungguhnya merupakan orang sendiri." Tergerak hati Put-ji, cepat bisiknya, "Kau maksudkan tamu yang berada di samping Suhu? Siapa orang itu?" "Hah, masa dia pun tidak kau kenal?" "Rasanya seperti sangat kukenal, cuma.... "Coba perhatikan sekali lagi, mirip siapa dia?" Seperti baru tersadar dari mimpi, Put-ji segera berseru, "Aahh, betul, mirip Bouw It-yu!" "Betul, dia adalah ayah Bouw It-yu, keluarga persilatan yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mempunyai hubungan paling dalam dengan perguruan kita, dia dihormati sebagai Tiong-ciu Tayhiap (pendekar dari daratan Tionggoan) Bouw Ciong-long!" "Ooh, rupanya dia. Tidak heran Suhu pun bersikap hormat kepadanya." "Justru yang paling kutakuti adalah setelah kehadirannya, perguruan kita bakal tertimpa banyak masalah." "Kenapa?" "Aku hanya menduga saja, semoga saja dugaanku keliru." "Suheng, apakah lengan kirimu terluka?" "Betul, luka ini merupakan persembahan dari Bouw-tayhiap." "Apa yang terjadi? Jadi kalian sudah saling kenal?" seru Put-ji melengak. Dia sangka Put-pay lagi-lagi melakukan kesalahan seperti apa yang pernah dia lakukan terhadapnya enam belas tahun berselang, tapi setelah dipikir kembali, dia merasa dugaan seperti itu sangat tidak masuk akal dan lagi mustahil dia bisa berbuat begitu. Oleh karena itulah di balik ucapannya kepada Put-pay tadi, dia sisipkan maksud sebagai berikut, "Kalau memang kalian sudah saling mengenal, dan dia pun sudah tahu kau adalah murid pertama Bu-liang Totiang, sekalipun sikapmu terhadapnya kurang sopan, rasanya mustahil dia bakal turun tangan memberi pelajaran kepadamu." Tentu saja perkataan semacam ini tidak leluasa diungkap keluar, nampaknya Put-pay sangat paham akan maksudnya. Setelah tertawa getir, ujarnya, "Sute, kau sangka aku masih ceroboh dan gegabah seperti dulu? Kali ini justru aku bersikap kelewat hati-hati, kelewat hangat kepadanya maka aku tertimpa bencana ini." Kalau memang sudah berhati-hati, kalau sudah bersikap hangat,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kenapa Bouw Ciong-long masih 'memberi hadiah' kepadanya? Apa yang menyebabkan Put-pay terluka? Semakin mendengar, Put-ji merasa makin kebingungan. Ternyata beginilah ceritanya: Oleh karena nasib tragis yang menimpa Put-coat dan lagi Ciangbunjin sedang menderita sakit, penjagaan yang dilakukan di Bu-tong pun otomatis ditingkatkan dan makin ketat. Untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan, dipilihlah delapan belas orang tojin dari angkatan "Put" yang memiliki kungfu cukup bagus untuk melakukan perondaan siang malam. Dari angkatan "Put", sebenarnya kungfu Put-ji yang terhitung paling bagus dan tangguh, tapi berhubung dalam pandangan rekan seperguruan bahwa Put-ji merupakan 'bakal Ciangbunjin', maka dalam tugas perondaan ini mereka tak berani mengusiknya. Pagi itu Put-pay yang mendapat giliran meronda di depan gunung. Ketika fajar baru saja menyingsing, ia sudah melihat ada seseorang sedang naik gunung. Pagi ini kabut sangat tebal, pada mulanya tidak terlihat dengan jelas siapa gerangan orang itu, setelah makin dekat dia baru tahu kalau orang itu adalah Bouw Ciong-long. Kehadiran Bouw Ciong-long secara tiba-tiba di gunung Bu-tong segera membuatnya tercengang, tapi belum sempat dia maju ke depan untuk menyapa, peristiwa lain yang jauh lebih tidak terduga telah berlangsung di hadapannya. Dari balik kabut tebal, tepatnya dari belakang tebing terjal tibatiba muncul dua orang lelaki berbaju hitam. Bouw Ciong-long yang berjalan di tengah kabut ternyata melangkah dengan santainya, seolah dia sama sekali tidak tahu kalau ada orang hendak membokongnya dari belakang. Tanpa berpikir panjang buru-buru Put-pay melayang turun dari tempat ketinggian dan menggunakan pedangnya untuk melindungi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw Ciong-long. Jurus Eng-ki-tiang-khong (sergapan elang di tengah udara) yang dia gunakan telah mengubah tubuhnya bagaikan panglima langit yang turun dari kahyangan, tidak disangka gerakan pedang lawan ternyata jauh lebih cepat dari gerak serangannya. Belum lagi tubuhnya menyentuh tanah, tahu-tahu hawa dingin yang menembus tulang telah menyayat tubuhnya, tidak jelas apa yang telah terjadi, lengan kirinya sudah terluka parah. Pada saat itulah terdengar "trang", pedang milik Put-pay masih berada dalam genggaman, sementara pedang lelaki yang menusuk lengannya itu justru sudah terjatuh ke tanah. Put-pay tahu dengan jelas, bukan dia yang menjatuhkan pedang lawan. Setelah merasakan hawa dingin yang merasuk ke dalam tulang, rasa sakit yang luar biasa segera menyelimuti seluruh tubuhnya. Diikuti kemudian pedangnya ikut rontok ke bawah. Rasa sakit terasa menyayat hingga ke dasar lubuk hati membuat pandangannya jadi kabur, namun dia tahu dengan jelas, pastilah Bouw Ciong-long yang telah meroboh kan kedua orang lelaki itu, tapi bagaimana caranya menaklukkan mereka? Dia sama sekali tidak jelas. Saking kesakitan dia nyaris jatuh tidak sadarkan diri. Bouw Ciong-long sepertinya telah mengucapkan sesuatu, tapi sayang dia tidak dapat mendengar dengan jelas. Tapi dia sempat mendengar lelaki berbaju hitam itu berteriak nyaring, "Dia dulu yang menusuk aku, jangan salahkan diriku!" Rasa kaget membuat sakitnya sedikit berkurang, buru-buru dia menengok ke arah lelaki itu, tampak dia sedang mempersembahkan sebuah kotak kepada Bouw Ciong-long, dari sikap serta gerakgeriknya kelihatan dia sangat menaruh hormat. "Baiklah," kata Bouw Ciong-long setelah menerima kotak itu, "serahkan saja kartu nama itu kepadaku, kalian tidak perlu ikut naik gunung."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sepeninggal kedua orang lelaki itu, Bouw Ciong-long membubuhkan obat luka ke seputar luka tusukan di lengan Put-pay, kemudian katanya, "Maaf, gara-gara aku terlambat turun tangan hingga berakibat kau terluka. Untung tidak sampai melukai tulang, kau tidak usah meributi mereka lagi." "Siapa kedua orang itu? Kenapa mereka seperti membokong dirimu tadi?" tidak tahan Put-pay bertanya. ingin

"Tidak nanti mereka mempunyai nyali sebesar itu. Mungkin lantaran berada di balik kabut yang tebal hingga tidak mampu melihat jelas, mereka tidak berani memastikan apa benar diriku, maka sengaja menggunakan cara menggertak untuk menjajal. Mereka datang karena mengantarkan kartu nama seorang sobat karib Ciangbunjin." Setelah mendengar penuturan Put-pay, diam-diam Put-ji merasa amat terperanjat, pikirnya, 'Biarpun nama Put-pay belum tersohor, namun dalam perguruan ilmu silatnya masih terhitung cukup canggih, jurus sergapan elang di tengah udara yang digunakan terhitung jurus paling lihai dalam ilmu pedang Hong-lui kiam-hoat, tapi orang itu bisa melukai lawannya lebih dulu, padahal mencabut pedangnya belakangan, malah dalam satu gebrakan berhasil melukainya, jelas orang itu sangat tangguh, tapi Bouw Ciong-long berhasil mengendalikan kedua orang itu dalam sekejap, hal ini semakin membuktikan kungfu yang dimiliki Bouw Ciong-long sudah mencapai tingkatan yang luar biasa!" Put-ji bukannya tidak tahu kalau Bouw Ciong-long minta Bu-si Tojin mengajari putranya ilmu pedang. Dia pun pernah mendengar pembicaraan rekan-rekan seperguruannya kalau ilmu silat keluarga Bouw makin lama semakin mundur. Dari rangkuman kejadian itulah membuat dia selama ini selalu memandang enteng kemampuan silat yang dimiliki Bouw Cionglong. Tapi setelah mendengar penuturan peristwa yang menimpa Putpay, dia mulai sadar bahwa berita yang tersebar selama ini tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

boleh dipercaya. "Berarti lenganmu bisa selamat gara-gara Bouw-susiok turun tangan melindungimu? Tampaknya kau seperti sama sekali tidak dendam kepadanya?" tanya Put-ji. "Hm, berbicara dari kemampuan silat yang dimiliki, andaikata dia betul-betul ingin melindungiku, seharusnya aku tidak perlu menderita luka," kata Put-pay jengkel, "menurut pendapatku, dia memang berniat membuat malu diriku." "Lalu apa keuntungan baginya?" "Paling tidak ada dua hal, pertama, bisa membuat nama baik dan kewibawaan guruku terganggu, orang lain pasti berkata, coba lihat, ternyata murid tertua Bu-liang Tianglo tidak sanggup menahan satu gempuran orang lain. Kedua, dari jurus serangan yang kugunakan, dia pun dapat meraba sampai dimana kemampuan ilmu silat yang dimiliki guruku." "Jadi antara dia dengan gurumu memang ada konflik meski di luaran kelihatan berbaikan?" "Aku tidak jelas apakah dia punya sakit hati atau tidak, tapi yang kuketahui dia mempunyai rencana busuk. Guruku adalah ketua para tianglo, sementara dia adalah pemimpin dari murid preman, bahkan masih terhitung ahli waris keluarga persilatan yang paling panjang sejarahnya dengan Bu-tong-pay, tentu saja dia iri dengan posisi guruku di dalam partai." Perkataan ini sengaja dia ucapkan dengan kata yang berat dan tandas. Put-ji tidak berani menyela, baru saja Put-pay ingin mengucapkan sesuatu lagi, saat itulah tiba-tiba mereka saksikan Bouw It-yu sedang berjalan menghampiri mereka berdua. Cepat Put-ji berdehem berulang kali, buru-buru Put-pay tutup mulut dan maju menyongsong sambil menyapa, "Bouw-sute, selamat pagi."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sebenarnya sejak tadi Bouw It-yu sudah hadir di situ, setelah melihat kehadiran merekalah dia baru tampil dari balik kerumunan orang banyak dan datang menghampiri. "Gara-gara kedatangan ayahku pagi tadi, kau sampai menderita luka. Kejadian ini sungguh membuat perasaanku tidak enak," ujar Bouw It-yu. "Aah, hanya sedikit luka ringan, tidak terhitung seberapa. Justru akulah yang harus berterima kasih kepada ayahmu, kalau bukan lantaran dia, mungkin aku sudah kehilangan sebuah lengan." Tampaknya Put-pay merasa kurang senang berkumpul dengan Bouw It-yu, begitu selesai berbasa-basi dia segera menyingkir dari situ. Put-ji sendiri pun menaruh perasaan waswas terhadap Bouw Ityu, namun dia tidak seperti Put-pay, bagaimanapun dalam pembicaraan dia harus lebih sungkan dan pandai berbasa-basi. Katanya, "Sudah lama kukagumi nama besar ayahmu, sungguh beruntung hari ini aku dapat menjumpainya, sayang kedatanganku agak terlambat hingga tidak bisa ikut menyambut kedatangannya. Kejadian ini sungguh membuat hatiku menyesal. Sute, bersediakah kau memperkenalkan ayahmu selesai pertemuan nanti." "Aah, kita adalah keluarga sendiri, buat apa mesti sungkansungkan. Ketahuilah suheng, sewaktu siaute menemani ayah pergi menjumpai Ciangbunjin tadi, ayah pun sempat menanyakan tentang kau di hadapan Ciangbunjin." "Benarkah?" Put-ji tertawa paksa, "aah, kejadian ini betul-betul membuat aku merasa tercengang. Semula kukira ayahmu malah tidak tahu tentang diriku." "Suheng terlalu merendah. Terus terang saja, bukan tanpa sebab ayah langsung menanyakan tentang dirimu begitu bertemu Ciangbunjin tadi." Terkesiap Put-ji sehabis mendengar perkataan itu. "Hah, apa sebabnya?" dia berseru.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tentunya suheng tahu bukan, sejak dulu ayahku adalah sahabat karib mendiang gurumu, Ho-Tayhiap. Selama ini ayah selalu termenung tiap kali memikirkan musibah yang menimpa keluarga Ho-Tayhiap, bahkan setiap kali teringat dia pasti merasa amat sedih. Sebelum menjadi pendeta, dulu suheng adalah murid kepala HoTayhiap, bahkan aku dengar hubunganmu dengan mendiang gurumu lebih akrab daripada hubungan ayah dan anak. Karena itu terus terang saja aku katakan, selama ini ayah pun selalu menganggap kau sebagai putra sahabat karibnya. Begitu beliau mendapat tahu bahwa kau telah menjadi murid Ciangbunjin, bukan saja pandai bekerja bahkan bakal memikul tanggung jawab berat, tidak heran ayah menjadi tidak tahan untuk menanyakan tentang dirimu." Sepintas perkataan itu seakan-akan sedang memuji kehebatan Put-ji, namun dalam pendengaran Put-ji sendiri, dia justru merasa sangat terkesiap. Apalagi ketika mendengar perkataan tentang "musibah yang menimpa Ho-Tayhiap", kata-kata itu semakin membuat hatinya terkejut bercampur penuh curiga. Dengan kedudukan Bouw Ciong-long, memang tidak aneh jika dia pun mengetahui rahasia besar ini (maksudnya kematian HoTayhiap, Ho Giok-yan serta Keng King-si, meskipun selama enam belas tahun rahasia ini tidak pernah disebar luaskan, namun para petinggi Bu-tong-pay hampir semuanya sudah mengetahui). Yang menjadi masalah adalah mengapa Bouw It-yu justru mengungkap hal itu dalam situasi seperti ini? Apakah Bouw It-yu memang sengaja membocorkan hal itu agar dia tahu bahwa ayahnya sudah mengetahui kejadian sesungguhnya atas peristiwa dulu? Di samping itu, menurut Bouw It-yu hubungan keluarga Bouw dan keluarga Ho sangat akrab, padahal setahunya, kedua keluarga persilatan ini jarang sekali berhubungan. Jika mereka memang bersahabat, semestinya di saat dia belum terjun ke dunia persilatan dulu, gurunya pasti akan mengajak dia menyambangi dulu keluarga Bouw yang nama besarnya telah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menggetarkan daratan Tionggoan. Tentu saja tidak leluasa bagi Put-ji untuk menyangkal bahwa mendiang gurunya bukan sahabat karib Bouw Ciong-long, dengan cepat katanya, "Hatiku sungguh terharu, tidak nyana ayahmu begitu menaruh perhatian atas nasibku. Aai.... menyesal sekali garis jodohku teramat cetek, biarpun mendiang ayahmu adalah sahabat karib keluarga Ho, namun hingga detik ini aku baru sempat berjumpa dengan ayahmu." Bouw It-yu bukan orang bodoh, sekali dengar dia sudah memahami maksud hatinya. Dia pun berkata, "Kalau dibicarakan sesungguhnya, aku sendiri pun belum pernah bertemu mendiang gurumu. Semasa hidup nya dulu, Ho-Tayhiap sama seperti ayahku, selalu sibuk melerai pertikaian orang lain, kalau bukan bertemu secara kebetulan dalam dunia persilatan, jarang sekali mereka punya kesempatan untuk saling berkunjung. Cuma pepatah bilang persahabatan para Kuncu lebih tawar daripada air, mana mau mereka terbelenggu oleh segala adat istiadat dan tata-krama." "Benar, benar sekali," terpaksa Put-ji mengiakan berulangkah. Dengan senyum tidak senyum kembali Bouw It-yu berkata lebih jauh, "Orang-orang keluarga Bouw dan keluarga Ho bukan nya sama sekali tidak pernah berhubungan, aku masih ingat pada delapan belas tahun berselang, pembantu tua kalian Ho Liang pernah mampir di rumah kami, kenapa aku masih ingat dengan jelas? Karena waktu itu kebetulan merupakan ulang tahun keenam puluh mendiang kakek kami, mendiang gurumu yang memerintahkan Ho Liang untuk datang menyampaikan selamat. Saat itu hampir semua yang hadir adalah tokoh-tokoh kenamaan dunia persilatan, hanya Ho Liang seorang yang tidak dikenal, oleh sebab itu banyak orang berusaha mencari tahu identitas Ho Liang dari anak buah kami." Put-ji seolah teringat juga, dua tahun sebelum terjadinya musibah tragis itu, Ho Liang memang pernah satu kali meninggalkan rumah, hanya saja dia tidak jelas lantaran apa pembantu tua itu pergi melakukan perjalanan jauh.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sungguh kasihan Ho Liang harus mati secara tragis, padahal dia termasuk orang yang tidak tahu apa-apa," kembali Bouw It-yu berkata, "masih untung jenazahnya dikubur berbareng dengan jenazah Bu-kek Tianglo, paling tidak di saat telah mati dia masih memperoleh sedikit penghargaan. Oya, masalah yang menyangkut penguburan kembali jenazah mereka di gunung kita, hingga kini aku masih belum punya kesempatan untuk melaporkannya kepada ayahku." Terbayang kembali tengkorak Ho Liang yang menurut Bouw It-yu masih tertinggal di tempat semula, tidak tahan merinding sekujur tubuh Put-ji, pikirnya, 'Tadi dia mengungkit soal Suhu, lalu sekarang menying-gung juga soal Ho Liang, sebenarnya apa maksud orang ini?' Padahal secara lamat-lamat dia sudah dapat menduga maksud tujuan Bouw It-yu. Hari ini, Ciangbun Suhu sengaja mengumpulkan seluruh anggota perguruan di tempat itu, menurut dugaannya, sembilan puluh persen pasti lantaran gurunya hendak mengangkat dia menjadi Ciangbunjin baru. Oleh sebab itulah Bouw It-yu sengaja menggunakan isu itu untuk mengompas dirinya, tujuannya sudah pasti demi bidak ayahnya dalam kancah perebutan pengaruh dengan Bu-liang Totiang. "Jangan-jangan ambisi mereka ayah dan anak bukan terbatas ingin merebut pengaruh dari tangan kedua orang Tianglo, bahkan bisa jadi ingin menggunakan diriku menjadi ketua boneka, agar mereka bisa menguasai partai Bu-tong dari belakang layar. Ehm.... sementara waktu ada baiknya aku ikuti saja permainan mereka, tapi setelah aku jadi Ciangbunjin nanti, hmm, hmm.... akan kusuruh kalian merasakan kelihaianku." Belum habis dia berpikir, terlihat Bu-siang Cinjin, Bouw Cionglong dan kedua orang tianglo lainnya sudah duduk di atas panggung. Ketika petugas upacara memberi tanda dengan tangannya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

semua murid yang ada di bawah panggung pun seketika tutup mulut hingga suasana jadi sunyi senyap. "Sudah siap?" tanya Bu-siang Cinjin lirih. "Sudah siap!" petugas upacara segera memberi tanda, seorang Tosu muncul sambil membawa baki dan dipersembahkan ke hadapan Ciangbunjin dengan sikap menghormat. Baki itu bukan sembarangan baki, selain terbuat dari batu kemala putih, bentuknya pun berkilat, halus dan memancarkan sinar terang. Benda itu merupakan salah satu benda mustika yang diberikan kaisar Beng Seng-cou kepada Thio Sam-hong karena pendiri Butong-pay ini sangat berjasa dalam membela negara. Selama ini baki kemala putih itu selalu tersimpan rapi dalam istana Ci-siau-kiong, anggota perguruan yang rendah jabatannya nyaris tidak pernah melihat benda mustika itu. Put-ji mulai meraba-raba, apa gerangan yang bakal terjadi, begitu pula kawanan murid perguruan, hampir semuanya terheranheran, mereka tidak tahu untuk apa Ciangbunjin mengeluarkan baki yang terbuat dari batu kemala putih itu. Baki kemala itu dilapisi kain sutera berwarna hijau, karena tertutup rapat, hampir semua orang yang berada di bawah panggung tidak dapat melihat benda apakah yang terdapat di dalam baki itu. Setelah menerima baki kumala putih itu, Bu-siang Cinjin meletakkannya di atas panggung, sementara petugas pembawa baki yakni Put-hu, murid pertama Bu-si Tianglo segera mengundurkan diri. Suasana hening makin mencekam seluruh panggung, hampir semua anggota perguruan telah berdiri rapi, dengan tenang mereka menanti wejangan dari sang ketua. Perlahan Bu-siang Cinjin bangkit berdiri, dengan nada suara yang rendah dan berat ujarnya, "Perguruan kita, semenjak Thio cinjin sebagai pendiri partai selalu dibanjiri jago-jago yang bermoral tinggi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan berbakat bagus, setelah melalui perjuangan hampir dua ratusan tahun lamanya, bukan saja Bu-tong-pay sudah tersohor sebagai pusat ajaran agama yang ternama, kedudukan dalam dunia persilatan pun hampir sejajar dengan partai Siau-lim. Tapi setelah kedudukan Ciangbunjin jatuh ke tanganku, selama tiga puluhan tahun aku menjabat, bukan saja sama sekali tidak menanamkan jasa apa pun, bahkan.... bahkan.... Berbicara sampai di sini, mendadak nada suaranya berubah jadi rendah dan lirih, "Bahkan untuk melindungi keselamatan murid sendiri pun aku tidak mampu. Musibah demi musibah yang menimpa perguruan kita belakangan ini betul-betul membuat aku merasa malu untuk bertemu kembali dengan Couwsu kita selama generasi demi generasi.... "Musibah yang menimpa Put-coat Sutit merupakan kejadian yang tidak pernah diduga siapa pun, harap Ciangbun suheng jangan kelewat menyalahkan diri sendiri," buru-buru Bu-liang Totiang menghibur dengan suara rendah. Sementara dalam hati kecilnya dia berpikir, 'Semua yang dia ucapkan sekarang tidak lebih cuma kata pembukaan, entah masalah apa yang sesungguhnya hendak dia sampaikan?' Setelah menghela napas panjang, kembali Bu-siang Cinjin berkata, "Hari terkadang cerah terkadang mendung, rembulan pun terkadang bulat terkadang tidak, rumput bisa segar bisa layu, begitu juga mati hidup manusia. Jaya atau lemah selalu berputar, hukum alam pun selalu berlaku, tapi sebagai seorang Ciangbunjin Bu-tongpay tentu saja aku berharap perguruan kita selalu berjaya dan harum namanya. Sungguh menggelikan, aku sendiri bergelar Busiang (tiada wujud) tapi perasaan hatiku tidak pernah bisa melepaskan diri dari masalah keduniawian, harap Sute jangan menertawakan aku." "Tingkatan suheng telah mencapai puncak kesempurnaan, ada atau tidak bukan masalah, punya nama atau tidak pun bukan halangan. Tapi sesuai kodrat, bila ingin mencapai sesuatu maka dibutuhkan perjuangan. Sebagai bagian dari perguruan ini, siapa sih
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang tidak berharap melihat partai sendiri berjaya?" Bu-siang Cinjin manggut-manggut, lanjutnya, "Ada kemurungan baru ada kegembiraan, ada kematian baru ada kehidupan, bencana atau rejeki, berjaya atau melemah semuanya saling berkaitan. Jadi memang tidak perlu kita singgung musibah yang sedang menimpa perguruan kita sekarang. Kenapa aku mengumpulkan kalian hari ini? Tidak lain karena ada satu berita gembira yang akan kuumumkan kepada kalian semua." Mendengar sampai di sini, tanpa terasa semua orang segera menahan napas sambil pasang telinga baikbaik, semua orang ingin tahu masalah apa yang akan segera diumumkan. Begitu pula halnya dengan Bu-liang Totiang, diam-diam pikirnya, 'Kalau didengar dari nada suaranya, jangan-jangan dia segera akan mengumumkan siapa penerusnya yang akan memangku jabatan sebagai Ciangbunjin baru?" Belum habis ingatan itu melintas, terdengar Bu-siang Cinjin telah berkata lagi, "Bouw-sute, angkatan muda rasanya belum pernah bersua denganmu, silakan kau memberi hormat dulu kepada semua orang." Bouw Ciong-long segera bangkit berdiri dan menjura ke empat penjuru, serunya lantang, "Sungguh merupakan satu keberuntungan bagiku, Bouw Ciong-long dari kota Lok-yang, bahwa pada kedatanganku kali ini di gunung Bu-tong dapat bersua dengan kalian semua." "Bouw Ciong-long adalah tokoh yang sangat menonjol dari perguruan kita," sambung Bu-siang Cinjin lagi, "sudah banyak tahun dia berjuang dalam dunia persilatan untuk membela yang benar dan menolong kaum lemah, keharuman namanya sudah dikenal siapa pun, jadi tidak perlu aku perkenalkan lagi. Adapun berita gembira yang kumaksudkan tadi merupakan berita yang dibawa olehnya." Biarpun sebagian besar murid Bu-tong belum pernah bersua muka dengan Bouw Ciong-long, namun nama besar Tiong-ciu Tayhiap sudah amat dikenal oleh mereka, tempik-sorak pun segera
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bergema gegap-gempita. Di tengah hiruk-pikuknya suara sorakan memuji, semua orang mulai menduga-duga, kabar gembira apa yang dibawa olehnya? Bu-liang Totiang yang ada di atas panggung maupun Put-ji yang berada di bawah panggung diam-diam merasa terperanjat. "Jangan-jangan Ciangbunjin hendak menyerahkan jabatannya kepada Bouw Ciong-long?" demikian mereka berpikir, namun setelah dipikir kembali rasanya hal itu tidak mungkin terjadi. Meskipun dalam peraturan Bu-tong-pay tidak pernah tercantum aturan kalau Ciangbunjin tidak boleh dijabat murid preman, kenyataan Ciangbunjin generasi ketiga pernah dijabat seorang murid preman, bahkan murid preman itu tidak lain adalah Bouw Tok-it, leluhur Bouw Ciong-long (tentang kisah Bouw Tok-it, silakan membaca Hoan-kiam-ki-ceng atau sebilah pedang mustika). Biarpun begitu, sejak didirikan hingga kini, dari tujuh belas generasi baru satu kali itu saja Ciangbunjinnya dari murid preman. Sewaktu Bouw Tok-it menjadi Ciangbunjin, dia bukan termasuk seorang ketua yang baik, sebab pada masa jabatannya pernah terjadi pertikaian berdarah yang amat dahsyat. Oleh sebab itulah semenjak kejadian itu, sudah menjadi peraturan yang tidak tertulis bahwa ketua Bu-tong-pay harus dipangku oleh murid dari aliran To. Kembali Put-ji berpikir, 'Sehebat-hebatnya Bouw Ciong-long, tidak mungkin dia bisa melampaui kehebatan leluhurnya, Bouw Tokit. Masakah Ciang-bunjin berani melanggar aturan dengan menyerahkan posisi ketua kepadanya?" Perlu diketahui, walaupun penerus sang ketua selalu ditunjuk oleh Ciangbunjin sebelumnya, namun bila kemampuan orang itu tidak bisa diharapkan, apalagi ada tianglo dan sebagian murid yang mendukung, hak pilih itu bisa dibatalkan. Bu-liang Totiang sendiri pun diam-diam menggerutu dalam hati,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

namun oleh karena dia adalah ketua para tianglo, maka tidak terlalu kuatir baginya bila Bouw Ciong-long bakal 'merusak kebiasaan' dengan naik jadi Ciangbunjin. Hanya pikirnya, 'Bouw Ciong-long adalah murid preman, selama inipun dia tidak tinggal di Bu-tongsan, tapi kenapa dia menggunakan ungkapan "balik ke gunung'? Jangan-jangan dia berencana mengendon seterusnya di sini?" Sementara Bu-liang Totiang dan Put-ji masih bengong sambil termenung, tiba-tiba terdengar Bu-siang Cinjin berkata lagi, "Sebenarnya Bouw-tayhiap punya satu keinginan, sejak tiga puluhan tahun berselang dia sudah ingin menjadi pendeta dan menjadi murid mendiang guruku. Melihat dia adalah putra tunggal keluarga Bouw, lagi pula waktu itu belum berkeluarga, maka mendiang guruku pun tidak mengabulkan permintaannya. Tapi beliau pernah berjanji, setelah kau berputra dan putramu sudah menginjak dewasa, jika masih punya ingatan itu, setiap saat bisa datang kembali ke Bu-tong-san. Nah, persoalan inilah yang akan kusampaikan kepada kalian semua, aku bersedia membantunya melaksanakan kaul itu. Inilah berita gembira baginya, juga terhitung berita gembira untuk kalian semua." Begitu ucapan itu diutarakan, meskipun semua anggota perguruan tidak berani berbisik-bisik, namun mereka berusaha berunding sendiri-sendiri. Apalagi Put-ji dan Put-pay, mereka hanya bisa saling pandang dengan mulut membungkam. Yang membuat semua orang terperanjat adalah keinginan Bouw Ciong-long sebagai seorang Tayhiap dengan nama besarnya yang telah menggetarkan sungai telaga ternyata mau menjadi seorang tosu, satu keputus-an yang mencengangkan dan di luar pemikiran siapa pun. Namun bagaimanapun di luar perkiraannya persoalan ini, keputusan Bouw Ciong-long mau menjadi tosu hanya bisa disebut 'kejadian aneh' dan belum termasuk satu 'kejadian besar'.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi kenapa Ciangbunjin harus mengumpulkan seluruh anggota perguruan hanya karena ingin mengumumkan kejadian ini? Apakah tindakannya itu tidak terkesan "membesar-besarkan masalah"? Berhubung persoalan ini menyangkut untung ruginya Put-ji, tanpa sadar dia saling bertukar pandang dengan Put-pay, paras muka pun berubah hebat. Bouw It-yu yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam berjalan menghampir ke sampingnya. Berbeda dengan Bu-liang Totiang yang berada di atas panggung, sikapnya masih sangat tenang, dalam pikirannya walaupun sudah menjadi pendeta pun, sebagai murid yang baru masuk perguruan rasanya masih belum cukup berhak bagi Bouw Ciong-long untuk segera menjadi seorang Ciangbunjin. "Jika Suheng mau bersikeras dengan keinginannya, akan kutentang dia memakai aturan. Cuma.... aku rasa tidak mungkin suheng akan mengorbankan murid kesayangannya dengan menyerahkan peluang itu kepada orang luar." Dalam pada itu Bu-siang Cinjin telah menyingkap kain penutup sutera dari atas baki batu kemala putih, ternyata isi baki adalah sebuah jubah pendeta dan sebuah kopiah. Sesudah menyembah ke langit, Bu-siang Cinjin berkata, "Hari ini Tecu Bu-siang mewakili mendiang Suhu menerima murid." Sementara itu petugas upacara telah membantu Bouw Cionglong menggulung rambutnya menjadi sebuah sanggul, maka Busiang Cinjin pun membantunya mengenakan jubah pendeta dan memasang kopiahnya. Bouw Ciong-long segera berlutut sambil menyembah memberi hormat, buru-buru Bu-siang Cinjin mengegos ke samping, dia hanya menerima separuh penghormatan itu sambil ujarnya, "Bouw Cionglong, mulai sekarang kau sudah menjadi seorang pendeta, jadi nama lamamu tidak boleh digunakan lagi. Telah kusiapkan sebuah gelar baru untukmu, kau termasuk dalam angkatan 'Bu', sedang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nama panggilanmu adalah Bu-beng." "Silakan Ciangbun suheng memberi petuah mewakili mendiang Suhu," sekali lagi Bouw Ciong-long menyembah. Dengan suara keras Bu-siang Cinjin pun berseru, "To yang dapat dibicarakan bukanlah To yg sebenarnya. Nama yang dapat diberikan bukanlah nama yang sejati. Tiada nama itulah kondisi permulaan terjadinya langit dan bumi. Setelah ada nama itulah induk dari segala benda. Dengan meniadakan keinginan melihat kegaiban To. Dengan kemauan yang menyelami buah kerja To. sungguh-sungguh dapatlah orang

Keduanya adalah sama, hanya namanya yang berbeda, keduanya dikatakan pintu gaib, sekali lagi gaib dan pintu dari segala kegaiban." Itulah pembukaan dari kitab suci To-tek-keng. Diam-diam Bu-liang Totiang merasa amat terkejut, pikirnya, 'Sungguh tidak kusangka Ciangbunjin harus membacakan kitab suci dari perguruan untuk penerimaan murid kali ini, kelihatannya peristiwa ini merupakan kejadian yang luar biasa!" Seusai membacakan To-tek-keng, Bu-siang Cinjin pun berkata kembali, "Bu-beng dengarkan baik-baik, tiada nama tiada napsu, To yang sejati adalah keteguhan yang sejati. Ingat baik-baik pemberian nama dari perguruan dan jadilah teladan bagi sesama saudara perguruan!" Sekali lagi Bu-liang Totiang dan Put-ji berpikir, 'Jadilah teladan bagi sesama saudara perguruan? Apa maksudnya? Hanya Ciangbunjin seorang yang pantas menjadi teladan bagi semua anggota perguruan, jangan-jangan Ciangbunjin memang berniat mengangkat Bouw Ciong-long sebagai Ciangbunjin berikutnya?" Biarpun menggerutu dalam hati, namun tidak mungkin bagi Buhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

liang Totiang untuk tidak maju bersama Bu-si Tojin untuk mengucapkan selamat. Teka-teki yang selama ini tersimpan dalam hati pun segera terbongkar sudah. Setelah Bouw Ciong-long berganti nama menjadi Bu-beng dan menerima ucapan selamat dari kedua orang Tianglo, maka upacara pelantikan jadi pendeta pun berakhir. Bu-siang Cinjin pun berkata lebih jauh, "Berita paling menggembirakan masih ada di belakang, masih ada dua persoalan yang akan kuumumkan kepada kalian semua." Begitu perkataan itu diucapkan, seketika suasana di bawah panggung kembali dicekam dalam kehe-ningan. Setiap orang dapat menduga, tujuan Ciang-bunjin menghimpun semua anggota perguruan di situ sudah pasti bukan hanya lantaran masalah upacara "mewakili mendiang guru untuk menerima murid" saja, bisa jadi "berita paling menggembirakan" yang bakal diumumkan adalah pengangkatan Ciangbunjin baru. Perhatian semua orang pun tanpa terasa bersama-sama dialihkan ke arah Put-ji, sementara Put-ji merasakan detak jantungnya tibatiba berdebar sangat keras. Benar saja, terdengar Bu-siang Cinjin berkata lagi, Kini usiaku sudah bertambah tua, beban yang sudah kupikul selama banyak tahun pun sudah saatnya untuk diturunkan. Berita besar pertama adalah segera akan diangkat seorang Ciangbunjin baru, begitu Ciangbunjin baru telah ditetapkan, maka hari ini juga akan diadakan upacara pelantikan." Walaupun peristiwa ini sudah berada dalam dugaan semua orang, namun begitu cepatnya 'alih tugas' yang dilakukan Bu-siang Cinjin, benar-benar di luar dugaan siapa pun. Cepat Bu-liang Totiangberkata, Ciangbun suheng, aku rasa lebih baik berpikirlah tiga kali sebelum mengambil keputusan. Oooh, apa lagi yang kau kuatirkan?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Suheng, walaupun usiamu sudah agak lanjut, namun kondisi kesehatanmu sangat bagus dan segar, lebih baik ditentukan dulu siapa calon pengganti Ciangbunjin untuk menggantikan tugas rutin, kemudian setelah usiamu mencapai seratus tahun, alih tugas baru dilaksanakan." "Sute, sebagai orang beribadah kita harus bicara menurut kenyataan, dengan kondisi tubuhku sekarang, apakah masih pantas disebut kuat dan segar? Aku sangat menyadari kondisi tubuhku dan aku yakin kalian pun seharusnya mengetahui juga keadaanku, kini keadaanku ibarat lentera yang mulai kehabisan minyak. Mumpung sekarang masih bisa bernapas, aku ingin menyaksikan penerusku dilantik!" Karena Ciangbunjin sudah berkata begitu serius, tentu saja Buliang Totiang tidak berani mencegah lagi, namun dia tetap berkata juga, "Sekalipun Ciangbun Suheng berencana untuk pensiun dini, rasanya juga tidak pantas untuk mundur dengan begitu saja. Pertama, perguruan kita adalah salah satu di antara dua perguruan besar yang memimpin dunia persilatan, kalau perguruan lain yang jauh di bawah kita pun akan melakukan upacara besar-besaran dalam pelantikan ketua barunya, apalagi kita sebagai perguruan besar yang sejajar dengan Siauw-lim-pay, masa pelantikan dilakukan dengan terburu-buru? Kedua, sejak partai kita didirikan Thio Couwsu, turun temurun Ciangbunjin kita selalu mendapat gelar kehormatan dari pihak kerajaan sebagai seorang cinjin, aku rasa tidak terkecuali juga untuk pelantikan kali ini, menurut pendapatku lebih baik kita buat laporan dulu ke pihak kerajaan tentang rencana ini, setelah firman dari kaisar turun, barulah upacara pelantikan dilaksanakan." "Perkataan Sute keliru besar, sebagai pendeta kita harus mengutamakan ketenangan dan kesederhanaan, bila berada dalam suasana penuh kedamaian, memang tidak salah kalau kita adakan upacara pelantikan yang meriah, tapi sekarang perguruan kita sedang dirundung masalah dan kesulitan. Sekalipun kalian tidak bisa lepas dari adat kebiasaan dengan mengundang rekan-rekan lain,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aku rasa perayaan bisa kita lakukan belakangan hari saja. Kedua, Ciangbunjin partai Bu-tong bukanlah seorang pejabat negara, laporan dan lain sebagainya kepada pihak kerajaan yang dilakukan di masa lampau tidak lebih hanya satu pelengkap saja. Jadi aku rasa kalau dilakukan belakangan pun rasanya masih belum terlambat." Sebagaimana diketahui, Hwesio maupun Tosu adalah kaum orang beribadah, kecuali mereka telah melanggar hukum negara, kalau tidak, selama masih memegang peraturan dan pantangan perguruan, biasanya gerak-gerik mereka tidak pernah diawasi oleh hamba hukum. Oleh sebab itu Bu-siang Cinjin hanya menggunakan kata 'melapor' dalam masalah ini. Terdengar Bu-siang Cinjin berkata lebih lanjut, Saat ini situasi yang kita hadapi ibarat api lilin di tengah hembusan angin kencang, mengangkat ketua baru sudah menjadi kebutuhan yang mutlak dan tidak bisa ditunda. Aku harap seluruh anggota perguruan dapat memaklumi kesulitanku ini." Sebenarnya Bu-liang tianglo berharap ketuanya bisa menentukan lebih dulu calon murid yang bakal jadi ketua baru, agar dia mempunyai cukup waktu untuk melakukan persiapan lain. Tapi setelah melihat Bu-siang Cinjin bersikeras dengan keinginannya, dia pun kembali berpikir, 'Bagaimanapun Put-ji sudah berada dalam cengkeramanku, mau diangkat sekarang pun rasanya tidak masalah." Berpikir begitu, dia pun berkata, "Ucapan Ciangbun Suheng tepat sekali, aku memang kelewat kolot, kalau begitu silakan Ciangbun Suheng menunjuk Ciangbunjin pengganti." Bu-siang Cinjin manggut-manggut. "Menurut aku, Ciangbunjin yang berusia kelewat muda pasti kurang pengalaman, sementara Ciangbunjin yang kelewat tua justru kurang gesit dan cekatan. Menurut pendapatku, calon Ciangbunjin yang paling tepat adalah orang berusia pertengahan yang belum mencapai enam puluh tahun, bagaimana menurut pendapat sute
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berdua?" Tahun ini Bu-liang Totiang sudah mencapai usia tujuh puluh tahun, pikirnya, "Bagaimanapun aku tidak berniat ikut memperebutkan posisi ini, kalau didengar dari nada suheng, janganjangan orang yang dia pilih adalah Bu-si Sute?" Bu-si Tojin merupakan tianglo paling muda sejak Bu-tong-pay didirikan, dia """sudah diangkat menjadi tianglo pada usia empat puluh tahun dan tahun ini baru berusia lima puluh enam tahun. Selama ini Bu-si Tojin hanya berkonsentrasi melatih ilmu pedang, walaupun dia bukan orang kolot dan hubungannya sangat luas, namun dalam pandangan rekan seperguruan, mereka menganggap dia bukanlah orang yang cocok menjadi seorang Ciangbunjin. Kembali Bu-liang Totiang berpikir, 'Semisal terjadi kejutan dan Bu-si sute yang terpilih, walaupun dia tidak segampang Put-ji untuk dikuasai, paling tidak dia masih butuh tunjangan dariku untuk memangku jabatan itu." Cepat dia pun menyahut, "Perkataan Ciangbun suheng tepat sekali, aku sendiri pun berpendapat yang sama." Ooo)*(ooO JILID KE DUA BAB IV Ayah angkat menyimpan rencana busuk. Terkuaklah semua niat jahatnya. Semua orang pun membungkam sambil pasang telinga baik-baik, mereka menunggu Bu-siang Cinjin mengumumkan siapa calon pengganti Ciangbunjin.

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tampaknya masih ada sesuatu yang sedang dipikirkan Bu-siang Cinjin, dia tidak langsung menjawab. Mendadak dengan senyum tidak senyum Bu-liang Totiang bertanya, "Bu-beng sute, berapa usiamu tahun ini? Aku benar-benar pikun sampai lupa menanyakan hal ini kepadamu." "Tahun ini siaute berusia lima puluh delapan," sahut Bu-beng. "Oh, lebih tua dua tahun daripada Bu-si sute, masih terhitung sangat muda." Siapa pun dapat menangkap maksud lain dari perkataan itu, kalau usia dijadikan syarat utama untuk menjadi seorang Ciangbunjin, maka orang yang paling tepat untuk terpilih adalah Put-ji, kemudian Bu-si. Sementara Bu-beng karena baru masuk jadi anggota perguruan maka dia hanya menempati urutan ketiga. Bu-beng berlagak pilon, seolah tidak mengerti apa yang dimaksud, segera katanya, "Perguruan dalam dunia persilatan mengutamakan urutan waktu masuk, jadi biarpun usiaku dua tahun lebih tua ketimbang Bu-si Suheng, aku tetap harus menghormatinya sebagai suheng." "Hmm, pandai amat kau berlagak," pikir Bu-liang Tianglo sambil tertawa dingin. Mendadak terdengar Bu-siang Cinjin berdehem perlahan, sambil menatap Bu-liang Totiang katanya, "Sute, kau adalah ketua tianglo, bila ingin mengucapkan sesuatu, silakan ucapkan." Perkataan itu jelas sekali artinya, dia minta kalau Bu-liang Totiang ingin mengucapkan sesuatu, jangan dibicarakan secara pribadi tapi diutarakan kepada semua orang. Menggunakan kesempatan itu Bu-liang Totiang pun bertanya, "Boleh tahu, apakah suheng sudah menemukan calon yang paling cocok untuk jabatan ini?" "Cocok atau tidak bukan aku seorang yang bisa memutuskan, terlebih dulu aku memerlukan persetujuan kalian semua sebelum
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengambil keputusan. Sute, apakah kau pun punya calon yang ingin diajukan sebagai Ciangbunjin? Katakan saja terus terang." "Menurut pendapatku, orang yang paling cocok adalah Put-ji Sutit, pertama, karena dia masih muda, bertenaga kuat, mampu diserahi tugas berat. Kedua, dia adalah murid penutup yang langsung dididik Suheng, bukan saja wataknya baik, selama enam belas tahun mengikuti Suheng pun tidak pernah melakukan kesalahan, dia pasti dipercaya semua orang." Dia sangka Ciangbun suhengnya merasa rikuh buat mengusulkan murid sendiri sehingga minta kepadanya untuk mewakilinya bicara. Siapa tahu Bu-siang Cinjin menggeleng kepala berulang kali, sahutnya, "Masih muda, bertenaga kuat memang sangat penting, tapi yang lebih penting lagi orang itu harus berjiwa pendekar, punya moral yang tinggi serta sepak terjang yang dihormati banyak orang. Aku bukan mengatakan watak Put-ji jelek, tidak, dia sangat bagus dan patut dipuji." Put-ji merasa sedikit lega dan terhibur setelah mendengar ungkapan gurunya itu, pikirnya, 'Bagaimana pun juga, ternyata Suhu masih percaya padaku, paling tidak dia masih menganggap moral dan akhlakku tidak jelek." Kendatipun begitu, timbul juga perasaan kecewa yang sangat mendalam karena gurunya tidak setuju mengangkat dia sebagai pengganti Ciangbunjin. Kembali Bu-liang Totiang berkata, "Selama enam belas tahun terakhir, nyaris sebagian besar hidup Put-ji dihabiskan untuk berlatih silat di atas gunung, itulah sebabnya dia belum berhasil mendapat julukan sebagai pendekar besar, tapi masalah itu toh bukan lantaran ketidak mampuannya, melainkan karena dia memang belum memperoleh kesempatan untuk berkelana dalam dunia persilatan." Bu-siang Cinjin sama sekali tidak menyangkal atas kebenaran perkataan itu, namun dia tetap berpegang teguh pada ucapannya semula, katanya kembali, "Lagi pula orang muda masih kalah pengalaman daripada orang yang usianya lebih tua, terlepas apakah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Put-ji telah memperoleh warisan seluruh ilmu silatku atau belum, menurutku, biar sudah mewarisi semua ilmuku pun masih belum cukup untuk memangku jabatan itu." "Kalau memang begitu, tolong Suheng tunjukkan siapa gerangan yang paling cocok untuk memangku jabatan ini?" tanya Bu-liang Totiang cepat, sementara sorot matanya beralih memandang Bu-si Tojin. "Kau tidak perlu melibatkan aku, aku sadar kalau diriku tidak cocok menjadi seorang Ciangbunjin," buru-buru Bu-si Tojin berseru. Bu-siang Cinjin segera tertawa. "Bu-si Sute, sebetulnya kau cocok sekali menjabat sebagai seorang Ciangbunjin," katanya, "tapi aku tahu, dia lebih tertarik untuk memperdalam ilmu pedangnya, jadi aku pun tidak akan terlalu memaksa." "Ciangbun Suheng, ternyata kau memang sangat memahami jiwaku," kata Bu-si Tojin cepat, "kalau memang begitu, tidak usah berpanjang-panjang lagi membahas tentang diriku, cepat tentukan saja Ciangbunjin baru." "Sebetulnya orang itu.... jauh di ujung langit, dekat di depan mata," perlahan-lahan Bu-siang Cinjin berkata. Begitu perkataan "jauh di ujung langit, dekat di depan mata" meluncur keluar dari mulut Bu-siang Cinjin, serentak sorot mata semua orang yang hadir di tempat itu mengalihkan perhatiannya dari wajah Put-ji ke wajah Bu-beng. Betul saja, terdengar Bu-siang Cinjin berkata lebih jauh, "Orang itu tidak lain adalah Bu-beng sute, biarpun Bu-beng Sute baru saja menjadi pendeta, namun di saat masih preman dulu, dia sudah amat tersohor di Seantero jagad sebagai Tiong-ciu Tayhiap, pendekar besar yang dihormati semua orang. Dalam sejarah dua ratusan tahun, hampir setiap generasi keluarga Bouw adalah anak murid Bu-tong-pay, jadi bicara soal betapa dalamnya hubungan keluarga mereka dengan perguruan kita, mungkin tiada orang lain
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang bisa menandinginya." "Jadi aku rasa, dialah orang yang paling tepat untuk memangku jabatan sebagai Ciangbunjin baru." Keputusan ini meski sudah diduga sebagian orang, namun cukup di luar dugaan sebagian besar anggota perguruan lainnya. Selesai Bu-siang Cinjin mengumumkan keputusannya, ada sementara orang yang segera bertepuk tangan sambil bersorak-sorai, ada pula yang segera berbisik-bisik membicarakan masalah itu (Gb 4). Waktu itu Bouw It-yu sedang duduk di samping Put-ji, begitu keputusan diumumkan, Bouw It-yu segera berpaling, dengan nada mengejek katanya, "Kejadian ini sungguh di luar dugaan, aku sendiri pun tidak menyangka ayahku bakal memikul beban dan tanggung jawab sebesar ini." Sebetulnya saat itu Put-pay sudah menyingkir dari situ, entah sejak kapan tiba-tiba saja dia sudah muncul kembali di samping mereka dan menyela, "Benar, ternyata ada begitu banyak kejadian di luar dugaan yang terjadi hari ini." "Benar," seru Bouw It-yu lagi, "tidak disangka belakangan terdapat begitu banyak kejadian yang di luar dugaan." Dia seolah-olah sedang 'mengulang' apa yang diucapkan Put-pay, meski bagi Put-pay ucapan itu tidak berarti apa-apa, tidak demikian halnya dengan Put-ji. Sebab di antara kata-kata Put-pay yang diulang itu, dia telah menambahkan kata 'belakangan'. Put-coat tewas secara mengenaskan baru-baru ini, dan penyebab kematian Put-coat yang mengenaskan pun gara-gara mendapat perintah memindahkan tulang belulang Bu-kek tianglo dari bukit Boan-liong-san. Secara kebetulan hari itu Bouw It-yu sedang lewat di sana dan bertemu dengan peristiwa itu, bukan saja dia berhasil menemukan kerangka Ho Liang yang dikubur seliang dengan Bu-kek, ternyata dia menemukan lagi sesosok tulang belulang yang ternyata merupakan kerangka dari Keng King-si, adik seperguruan Put-ji.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Secara kebetulan pula karung yang dibawa Put-coat ternyata tidak muat untuk membawa ketiga kerangka manusia itu, sehingga terpaksa Bouw It-yu meninggalkan tulang kepala Ho Liang di situ.... Ada begitu banyak kejadian di luar dugaan yang telah terjadi, bukankah semua peristiwa itupun dijumpai Bouw It-yu belakangan ini? Apalagi selama pembicaraan berlangsung, dia pun sengaja menepuk batok kepala sendiri sambil menandaskan setiap patah katanya. Jika sampai di situ Put-ji masih belum memahami maksudnya, berarti dia memang goblok setengah mati. ~ Put-ji terhitung orang pintar yang 'berlagak bodoh', bukan saja dia sangat memahami maksud Bouw It-yu, bahkan dia pun berhasil menemukan sesuatu, tiba-tiba dia merasa ada begitu banyak 'kebetulan' yang terjadi dalam rentetan peristiwa ini. Justru karena dia cerdik, maka sikap dan lagaknya pun seolaholah orang yang ikut bergembira dengan keputusan itu, serunya, "Ayahmu telah diangkat menjadi Ciangbunjin baru, satu peristiwa yang patut digembirakan, apalagi bagi pribadiku sendiri, aku betulbetul bersyukur dan merasa sangat gembira!" Dalam hati diam-diam Put-pay tertawa dingin, pikirnya, 'Kalian berdua benar-benar sangat hebat, pandai benar bermain sandiwara!' Tanpa sadar tertawa dinginnya pun tampil di wajah. "Apa yang kau tertawakan?" tegur Put-ji segera. "Aah, tidak apa-apa. Aku hanya ingin tahu dari mana datangnya rasa gembiramu itu? Kalau sudah tahu, siapa tahu aku pun ikut bergembira untukmu." "Setelah Bouw-tayhiap menjabat sebagai Ciangbunjin, berarti guruku bisa meletakkan beban tanggung jawab yang berat dari pundaknya, beliau bisa menggunakan waktunya untuk menyembuhkan luka yang dideritanya, sementara aku pun bisa membantu Suhu mengerjakan pekerjaan rutin lainnya serta
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melayani dia orang tua dengan khusuk. Apakah kejadian seperti ini bukan peristiwa yang menggembirakan?" Perkataan itu walaupun diucapkan secara gagah perkasa, tapi tiba-tiba Put-pay merasa dirinya sesungguh nya "senasib sependeritaan", karena itu dia merasa tidak enak untuk menyindir lebih jauh. Katanya, "Bouw-tayhiap yang dahulu, mulai hari ini sudah berganti nama menjadi Bu-beng, yaitu Ciangbun susiok kita semua, kita mesti mengubah nama panggilan terhadapnya." Dia sengaja mengucapkan kata 'hari ini" dengan suara berat dan dalam. Dengan kening berkerut Bouw It-yu berpikir, 'Biarpun kedua orang ini merasa sangat tidak puas, namun mereka tidak bakal berani membangkang, lebih baik aku pun tidak usah menggubris mereka lagi." Sementara itu di atas panggung pun sedang berlangsung sandiwara yang persis seperti di bawah panggung. Sejak awal Bu-beng sudah tahu akan hasil keputusan itu, namun di bibir mau tidak mau dia mesti berlagak sungkan, ujarnya, "Baru hari ini Bu-beng menjadi pendeta berkat kasih sayang mendiang Suhu, rasanya kurang pantas bagiku untuk memikul tanggung jawab berat ini, harap Ciangbun suheng sudi mempertimbangkan kembali." "Justru karena ada banyak urusan besar dalam perguruan kita yang harus kau pikul dan selesaikan, maka sengaja kuundang kehadiranmu hari ini juga di gunung Bu-tong," kata Bu-siang Cinjin cepat, "bukankah kau pun sudah berjanji akan membantuku menghadapi berbagai musibah ini? Jadi tidak perlu berbasa-basi lagi." "Mara bahaya yang mengancam perguruan sudah menjadi kewajiban setiap murid untuk menanggulanginya, tentu saja tidak terkecuali bagiku, tapi toh bukan mesti menjadi Ciangbunjin." "Kelompok naga tanpa kepala, mana mungkin bisa

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyelesaikan masalah besar? Kalau kau tidak menjadi Ciangbunjin, siapa lagi yang akan membantuku untuk menghadapi berbagai masalah?" Bu-liang Totiang tertawa dingin dalam hati, pikirnya, 'Ooh, rupanya kalian sudah bersekongkol sebelumnya, jadi selama ini hanya aku saja yang tertipu.... Berpikir sampai di situ, dia pun maju ke depan seraya berkata, "Bu-beng Sute, kau tidak perlu menampik lagi. Aku mesti menyampaikan selamat karena di antara kegembiraan kau mendapat kegembiraan yang lain." "Bu-liang Suheng, apa maksudmu?" Bu-beng tertegun. "Sudah sejak tiga puluh tahun berselang kau ingin menjadi pendeta, siapa tahu justru hari ini keinginanmu itu bisa terkabul, bukankah peristiwa ini terhitung suatu peristiwa yang sangat menggembirakan?" Tidak perlu dijelaskan pun semua orang juga tahu kalau peristiwa menggembirakan kedua yang dimaksud adalah diangkatnya dia menjadi Ciangbunjin baru. Sepintas lalu, perkataan itu seolah-olah diucapkan dengan tulus hati, padahal siapa pun tahu kalau perkataan itu berarti ganda. Kelihatannya Bu-siang Cinjin tidak senang dengan sindiran itu, langsung serunya, "Betul, justru karena aku ingin mengangkat Bubeng Sute menjadi Ciangbunjin yang baru, maka sengaja kutetapkan hari ini untuk menyelenggarakan upacara pelantikan pendeta lebih dulu baginya. Kulakukan semua ini demi keselamatan perguruan kita, aku percaya Sute berdua pasti tidak akan menuduh aku punya tujuan pribadi bukan?" "Putranya adalah muridmu, tentu saja kau membantunya," gerutu Bu-liang Totiang dalam hati. Tapi dia bukan orang bodoh, dengan mengikuti arah hembusan angin, cepat ujarnya sambil tertawa paksa, Ciangbun suheng, kau jangan salah paham. Jika kau punya kepentingan pribadi, posisi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ciangbunjin pasti sudah kau serahkan untuk muridmu. Kau seorang pendekar berjiwa besar, selama ini aku mengagumimu. Suheng, aku percaya pilihanmu kali ini pasti tepat. Aku bersama Bu-si sute merasa amat bersyukur peristiwa besar ini."

adalah sangat sangat karena

Walaupun dia seolah sedang 'bersyukur'dan perkataan itu seakan-akan khusus hanya ditujukan kepada Bu-siang Cinjin, tapi dengan sengaja menyinggung soal muridnya, sebetulnya dia berniat untuk memprovokasi Put-ji agar timbul rasa dendam di hatinya. Siapa tahu baru selesai dia berkata, Put-ji sudah berjalan maju ke atas panggung, dia menjadi orang pertama yang memberi hormat kepada Bu-beng sebagai Ciangbunjin baru. Cepat Bu-beng membangunkan. turun ke bawah panggung sambil

"Tidak berani, tidak berani." Melihat itu Bu-liang Totiang tertawa dingin dalam hati, pikirnya, 'Dasar bajingan cilik yang tidak punya harga diri, pandainya cuma menjilat pantat, hmm, tahu gelagat tidak menguntungkan, cepat dia beralih mengikuti arah angin." Mendadak terdengar seseorang berkata dengan nada dingin, "Tepat sekali, perkataan Bu-beng susiok tentang 'tidak berani' memang tepat sekali. Put-ji suheng, aku rasa penghormatan yang kau lakukan kelewat dini." Perlu diketahui, hingga sekarang Ciangbunjin lama belum meninggal, sekalipun calon yang diusulkan sudah dapat diterima oleh semua pihak, namun upacara pelantikan Ciangbunjin yang resmi belumlah diselenggarakan, jadi seharusnya penghormatan kepada ketua baru hanya bisa dilakukan selesai pelantikan resmi nanti. Orang yang barusan berbicara adalah seorang tosu bermuka hitam berjenggot panjang. Merah padam wajah Put-ji, sebetulnya dia ingin balas menyindir,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tapi begitu tahu siapa yang baru saja berbicara, dia pun segera menahan diri, sebab orang itu hanya boleh dibuat 'malu' tapi tidak berani membuatnya 'marah'. Ternyata tosu berwajah hitam ini tidak lain adalah murid pertama mendiang Bu-kek tianglo, dia bergelar Put-po. Semenjak kematian Bu-kek tianglo, Bu-siang Cinjin mengirimnya untuk menjaga kuil Tong-wi-kiong. Kuil Tong-wi-kiong dalam partai Bu-tong sama derajatnya dengan ruang Tat-mo di Siauw-lim-pay, walaupun di atas kertas ketua yang menjaga kuil itu adalah Bu-liang Totiang, namun kenyataan tosu inilah yang mengurus. Hingga kedudukannya dalam partai boleh dibilang hampir sejajar dengan para Tianglo lainnya. Kuil Tong-wi-kiong penuh berisikan kitab pukulan dan rahasia ilmu pedang peninggalan Thio Sam-hong, sepanjang tahun boleh dibilang Put-po selalu bersembunyi di dalam kuil dan amat jarang berhubungan dengan saudara seperguruan lainnya. Put-ji terhitung orang yang paling jarang bicara dalam perguruan, namun dibandingkan Put-po, dia masih kalah jauh. Bagi Put-po, dua-tiga hari tanpa bicara sepatah kata pun sudah menjadi hal yang jamak. Siapa pun tidak menduga orang yang begitu jarang bicara, tibatiba saja bisa tampil dan mengucapkan kata-kata sepedas itu. Put-ji tidak berani menyalahi orang ini, terpaksa buru-buru dia memberi penjelasan, "Aku hanya ingin menyatakan rasa hormatku secara pribadi, sama sekali tidak mewakili orang lain." Tampaknya peristiwa inipun jauh di luar dugaan Bu-liang Totiang. Pikirnya dengan perasaan senang, 'Untung saja ada orang pintar, ada juga orang goblok. Kalau Put-ji ingin jadi orang pintar, biarlah Put-po yang jadi orang bodoh. Memang paling pas jika dia yang tampil.' Maka setelah mendengus tegurnya, "Put-po, tidak kusangka kau berani menyampaikan rasa tidak puasmu atas penerus yang telah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ditunjuk langsung Ciangbun supekmu?" Dia tahu, watak Put-po sedikit agak kaku dan kolot, selama dia menganggap apa yang dikatakan benar, orang ini pasti akan tetap bersikukuh dengan pendapatnya. Benar saja, siasatnya itu segera mendatangkan reaksi. Put-po langsung berang, dengan langkah lebar dia berjalan menuju ke depan panggung, kemudian setelah memberi hormat kepada Busiang Cinjin, serunya, "Ciangbun suheng, bolehkah aku menyampaikan beberapa patah kata?" . "Walaupun aku yang mengusulkan calon pengganti Ciangbunjin, namun asal ada perbedaan pendapat, semua bisa dirundingkan dan dibahas secara baik-baik," sahut Bu-siang Cinjin sambil mengangguk. "Ciangbun supek, aku bukannya merasa tidak puas dengan calon yang kau pilih. Maaf kalau aku lancang, tapi aku merasa ada satu syarat pencalonan Ciangbunjin yang mungkin telah kau lupakan." "Oh, syarat yang mana?" "Ilmu silat!" sahut Put-po lantang, "selama ini kedudukan partai kita dalam dunia persilatan boleh dibilang sejajar dengan posisi Siauw-lim-pay, selama dua ratus tahun terakhir, ilmu pukulan, ilmu pedang maupun tenaga dalam peninggalan Thio Couwsu selalu menjadi panutan dan sanjungan umat persilatan. Kalau cuma menyandang sebutan Tayhiap saja, aku rasa masih belum cukup untuk memikul tanggung jawab sebagai Ciangbunjin perguruan kita." Bu-beng manggut-manggut, sahutnya pula, "Perkataan ini sangat masuk akal, setelah menjadi Ciangbunjin perguruan kenamaan, memang sulit untuk terhindar dari pertarungan melawan jago-jago yang ingin menjajal ilmu, apalagi sebagai partai besar ibarat pohon besar yang gampang mendatangkan angin. Atas ketiga jenis ilmu sakti peninggalan perguruan, aku merasa belum berhasil menguasai kulit luarnya sekalipun."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baguslah kalau kau sudah tahu," pikir Put-po dalam hati, 'kalau memang merasa dirimu tidak sanggup, seharusnya ikhlaskan posisimu untuk mereka yang jauh lebih mampu." Bu-siang Cinjin tersenyum, katanya lembut, Ilmu pukulan Thaykek-kun yang kumiliki tidak mampu menandingi mendiang Suhumu, ilmu pedangku pun tidak mampu menandingi Bu-si sute. Jadi menurut kau, aku pun tidak pantas menjabat sebagai Ciangbunjin?" "Ciangbun supek, kau terlalu merendah," buru-buru Put-po menyanggah, "semasa hidupnya dulu Suhu pernah berkata, walaupun dia lebih mengkhususkan diri melatih ilmu pukulan Thaykek-kun, tapi pada sepuluh tahun pertama dia hanya sanggup menahan tiga puluh jurus pukulanku, pada sepuluh tahun kedua pun dia hanya mampu bertahan lima puluh gebrakan. Dia berharap setelah berlatih sepuluh tahun lagi, beliau sudah sanggup bertarung seratus jurus melawanmu, dan hasil itu sudah cukup membuatnya puas, sayang.... Bicara sampai di situ, tenggorokannya terasa kering hingga dia tidak melanjutkan lagi kata-katanya. Tentu saja hal ini disebabkan gurunya sebelum berhasil melatih hingga sepuluh tahun ketiga sudah keburu menemui ajalnya secara mengenaskan. "Kalau bicara dari siapa yang paling pesat berlatih ilmu pukulan Thay-kek-kun, menurutku tidak ada yang bisa menandingi Suhumu," ucap Bu-siang Cinjin, "bicara sejujurnya, setahun sebelum dia meninggal dunia, aku sudah bukan tandingannya lagi. Hanya saja dia belum sampai menjajalnya melawanku." Siapa pun dapat menangkap kalau ucapan itu tidak lebih hanya kata-kata untuk menghibur Put-po. Tiba-tiba tosu berwajah hitam itu berpaling ke arah Bu-si tianglo, kemudian ujarnya, "Sam-susiok, kau adalah jago pedang nomor satu yang diakui semua anggota perguruan, latihan Tecu masih sangat cetek, jika ada yang kurang mohon dimaafkan."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dia langsung memasang 'kuda-kuda' dan ternyata sudah siap untuk bertanding ilmu pedang melawan Busi Tojin. Di antara para tianglo, usia Bu-si Tojin terhitung paling muda, walaupun Put-po hanya merupakan murid tertua dari Bu-kek tojin, namun selisih usia mereka berdua hanya satu tahun. Sebagai orang yang tidak suka dengan segala adat dan tatakrama, Bu-si Tojin memang tidak pernah berlagak sok lebih senior di hadapan 'keponakan murid tua'nyaini. Melihat lagak keponakan muridnya itu, sambil tersenyum dia berkata, "Aku tahu, setelah mengendon hampir belasan tahun dalam ruang Tong-wi-kiong sambil memperdalam ilmu pukulan dan ilmu pedang warisan Sucouw, kepandaian silatmu pasti sudah mengalami kemajuan pesat. Kebetulan sekali aku memang ingin bertukar pendapat denganmu." "Susiok, kalau kau berkata demikian, tecu jadi tidak berani berbicara. Kau harus berjanji memaafkan aku lebih dulu sebelum aku berbicara lebih jauh." Bu-si Tojin tertawa. "Bicara saja belum, darimana aku tahu kalau kau benar atau salah, katakan saja secara blak-blakan," serunya. "Kalau begitu maafkan jika aku bicara terus terang, dalam hal ilmu pedang, kemampuanku jelas bukan tandinganmu, tapi dari kitab pukulan dan ilmu pedang yang ditinggalkan Sucouw, sedikit banyak aku pun berhasil memahami inti sarinya. Menurut pendapatku, ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat merupakan ilmu pedang tingkat tinggi, dibutuhkan tenaga dalam yang sangat sempurna bila ingin mencapai tingkatan yang paling sempurna." "Perkataanmu tepat sekali," Bu-si Tojin manggut-manggut, "tenaga dalamku memang masih ketinggalan jauh." "Bicara tentang ilmu pedang, aku rasa jurus baru ciptaan Samsusiok kelewat banyak, justru karena kelewat banyak menciptakan hal yang baru, ada sementara bagian justru malah nampak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kedodoran dan melupakan Sim-hoat sejati yang dimaknakan dalam gerakan itu. "Orang kuno berkata, orang yang kelewat cerdas justru kelihatan bodoh. Yang kelewat indah justru mirip kebodohan. Bebal bisa menangkan kelincahan, menurut pendapatku begitu juga keadaannya dengan ilmu pedang tingkat tinggi. Maafkan kalau aku bicara lancang, susiok, ilmu pedangmu memang indah dan lincah, tapi jika benar-benar digunakan untuk bertanding melawan Ciangbun supek, pada lima puluh jurus pertama mungkin dalam hal gerakan jurus kau bisa berada di atas angin, tapi lima puluh jurus kemudian aku yakin kau bakal berada di bawah angin." "Pendapat yang hebat, pendapat yang hebat!" puji Bu-si Tojin sambil bertepuk tangan, "terus terang baru belakangan aku menyadari akan hal itu, caraku berlatih ilmu pedang selama ini memang kelihatan sebagai tindakan yang keliru dan sangat bodoh. Justru karena aku sadar bahwa kemampuanku tidak pernah bisa mencapai taraf kesempurnaan seperti yang dicapai Ciangbun suheng, maka aku tidak pernah berani menjajal kemampuannya. Hanya saja ada satu hal kau keliru besar." "Dalam hal mana? Silakan susiok memberi petunjuk." "Jago pedang nomor wahid dalam perguruan kita bukanlah aku. Juga bukan Ciangbun suheng. Maaf Ciangbun suheng kalau aku bicara terus terang." Bu-siang Cinjin tersenyum. "Sejak lama aku sudah mengetahui akan hal ini," sahutnya, "kalau tidak kau katakan, aku malah akan menegurmu." Begitu perkataan itu diucapkan, semua anggota perguruan yang hadir jadi tercengang dan tidak habis mengerti, khususnya Put-po. Sesudah tertegun sesaat, tanyanya, "Boleh tahu siapakah orang itu?" "Orang itu jauh di ujung langit, dekat di depan mata. Dia tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lain adalah Ciangbunjin kita yang baru, Bu-beng suheng." "Aah suheng, kau hanya menempelkan emas di wajahku, aku tidak berani menerima pujianmu," buru-buru Bu-beng merendah. "Eh, aku bicara baik-baik, kenapa kau malah memakiku?" teriak Bu-si Tojin sambil menarik muka. "Kenapa kau berkata begitu?" Bu-beng tertegun. "Kau bilang tidak berani menerima pujianku, bukankah berarti kau menuduh aku sedang berbohong? Biarpun kadangkala dalam banyak hal aku suka asal bicara dan ngawur, tapi dalam hal ilmu silat aku tidak pernah mengurangi atau menambahi kehebatan orang, kalau memang setengah kati akan kukatakan setengah kati, kalau cuma delapan liang akan kukatakan delapan liang. Tidak terkecuali dalam memuji orang lain!" Semua anggota perguruan tahu kalau Bu-si Tojin memang demikian wataknya, melihat dia berbicara begitu serius, tanpa terasa kembali semua orang merasa terkejut bercampur sangsi. Sebagaimana diketahui, selama ini keyakinan ilmu pedang Thaykek-kiam-hoat dari kalangan murid beragama selalu mengungguli kemampuan murid preman, selama inipun ilmu pedang yang dimiliki Bu-si Tojin dianggap sebagai jago nomor wahid dalam perguruan, tapi sekarang ternyata dia menyerahkan 'kopiah kebesaran' itu kepada orang lain secara 'ikhlas', bahkan diberikan untuk Bu-beng tojin yang baru saja dilantik menjadi pendeta. Kejadian itu mau tidak mau membuat semua orang sekali lagi tercengang dan merasa di luar dugaan. Diam-diam Bu-liang Totiang berpikir juga, 'Hubunganmu dengan Bouw Ciong-long paling akrab, lagi pula menjadi guru putranya, tidak heran kau rela merendahkan kemampuan sendiri dengan menyanjung kehebatan orang. Tapi.... apakah tindakanmu merendahkan kemampuan Ciangbun suheng bukan merupakan perbuatan yang kelewat batas?' Tapi begitu melihat sang ketua, Bu-siang Cinjin seperti amat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setuju dengan pernyataan itu, terpaksa Bu-liang Totiang menelan kembali kata-katanya di dalam hati dan tidak berani diutarakan keluar. Kalau dia tidak enak untuk mengucapkan, berbeda dengan orang lain. Watak Put-po memang termasuk orang yang tidak sanggup menahan diri, apa yang merasa tidak sependapat dia selalu mengutarakan dengan terus terang, karena itu meski dia menegur dari sudut yang lain, namun ucapannya tetap disampaikan secara blak-blakan. "Bu-si tianglo," serunya, "aku tahu kalau selama ini kau tidak pernah berbohong, tapi ada satu hal aku merasa tidak jelas, maukah kau memecahkan keraguan-ku ini?" "Soal apa?" "Kalau memang ilmu pedang yang dimiliki Bu-beng susiok jauh lebih hebat dari kemampuanmu, kenapa bukan dia yang langsung mendidik putranya, melainkan malah minta kau yang mengajari anaknya?" Bu-si Tojin tertawa. "Kau sudah banyak membaca buku, tentunya tahu bukan cara orang kuno mengajar anaknya dengan saling bertukar putra. Tapi sayang aku tidak berputra, kalau tidak, pasti akan kusuruh putraku mengangkat dia menjadi gurunya. Lagi pula meski ilmu pedangku tidak mampu menandinginya, tapi aku pun memiliki kelebihanku sendiri, jika putranya bisa menguasai kelebihan dari dua keluarga sekaligus, bukankah hal ini jauh lebih bagus?" Perkataan ini memang merupakan perkataan sejujurnya. Semua orang juga tahu, ketika Put-coat terluka oleh orang berkerudung yang tidak diketahui asal-usulnya di bukit Boan-liong-san tempo hari, beruntung Bouw It-yu berhasil memukul mundur orang berkerudung itu sehingga Put-coat dapat hidup beberapa hari lagi sebelum kembali ke gunung Bu-tong. "Tidak heran Bouw It-yu meski masih muda namun sanggup
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memukul mundur musuh tangguh. Ternyata dia berhasil menguasai kelebihan dari dua orang sekaligus." Karena itu, banyak orang yang mulai menaruh kepercayaan atas apa yang dikatakan Bu-si Tojin. Tapi Put-po masih tetap tidak percaya. Setelah berdiri di depan mimbar dan memandang wajah seluruh anggota perguruan sekejap, perlahan ujarnya, "Sampai dimana kehebatan ilmu pedang Bu-si tianglo, hampir semua di antara kita pernah mengetahui nya. Tapi bagaimana dengan ilmu pedang yang dimiliki Bu-beng Susiok? Dari sekian banyak murid beragama, kecuali Bu-si Tianglo seorang, nyaris belum pernah ada yang melihatnya. Kini Bu-si tianglo mengaku ilmu pedangnya kalah jauh dari kehebatan Bu-beng susiok, andaikata hal itu merupakan kenyataan, jelas kejadian ini merupakan satu keberuntungan bagi kita semua karena memiliki Ciangbunjin baru yang hebat. Agar kita semua yakin akan kebenaran itu, bagaimana bila Bu-beng susiok memberi sedikit petunjuk, agar mata kami semua pun ikut terbuka." Kata 'minta petunjuk' di sini mempunyai dua makna, pertama adalah pertarungan terbatas antara seorang angkatan tua yang memberi petunjuk kepada angkatan muda, arti kedua adalah petunjuk dalam arti satu 'pertarungan adu kekuatan'. Dalam hal pertarungan adu kekuatan, maka tidak ada batasan antara angkatan tua dengan angkatan muda, hanya menang kalah yang menentukan hasil akhir. Sebaliknya dalam pertarungan terbatas beda sekali artinya. Dalam situasi seperti ini, ternyata Put-po mengucapkan kata-kata seperti itu, siapa pun dapat menangkap bahwa minta petunjuk yang dia maksud adalah petunjuk dalam pertarungan adu kekuatan. Memanfaatkan kesempatan itu Bu-liang tianglo sengaja mendesak lebih jauh, dengan nada menegur serunya, "Put-po, besar amat nyalimu, Bu-beng sute pernah malang melintang dalam dunia persilatan dengan nama Bouw-tayhiap, masa kau baru puas setelah menjajal kepandaian silatnya?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Benar saja, perkataan itu semakin mengobarkan keberanian Putpo, serunya lantang, "Bu-tong dan Siauw-lim merupakan pusat ilmu silat di kolong langit yang diketahui setiap orang. Sekalipun seorang jago hebat yang biasa malang melintang dalam dunia persilatan, setelah tiba di kuil Siauw-lim-si atau kuil Sam-cing-koan di gunung Bu-tong, belum tentu dia masih berhak disebut jagoan nomor wahid yang tidak terkalahkan. Bu-beng Susiok, kau tidak usah salah paham, aku bukan maksudkan dirimu. Aku hanya menanggapi setiap persoalan yang ada saja dalam kenyataan." "Perkataanmu tepat sekali," sahut Bu-beng dengan hambar, "memang banyak sekali manusia bernama kosong dalam dunia persilatan saat ini. Biarpun orang lain menghormatiku sebagai seorang Tayhiap, namun aku tidak berani menerimanya. Menurut pendapatku, sebutan Tayhiap yang diberikan kepadaku mungkin hanya dikarenakan umat persilatan menilai moral, sepak terjang dan tingkah lakuku selama ini lurus, jadi bukan karena mereka takut dengan ilmu pedangku." Secara keseluruhan, perkataan inipun mengandung dua arti. Pertama, yang dia maksudkan sebagai manusia yang bernama kosong hanya sebatas "banyak" dan bukan menuduh "semuanya". Kedua, dalam perkataan itupun dia ingin menandaskan bahwa kriteria menjadi seorang Ciangbunjin seharusnya "menaklukkan orang dengan moral dan ringkah laku yang baik" dan bukan "menaklukkan orang dengan mengandalkan kekuatan". Namun dalam perkataan itu, dia sama sekali tidak menolak permintaan Put-po yang ingin minta petunjuk beberapa jurus darinya. Untuk sesaat Put-po masih belum menyadari akan hal itu (bahwasanya Bu-beng tidak menampik permintaannya), berbeda dengan Put-pay, dia segera dapat merasakan hal itu. Sambil bangkit berdiri segera serunya, "Bu-beng susiok, meskipun kau menjagoi dunia persilatan dengan mengandalkan ilmu pedang, tapi setelah berada di gunung Bu-tong, rasanya kau tidak menampik bukan untuk memberi petunjuk beberapa jurus kepadaku."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tidak menunggu jawaban Bu-beng apakah setuju atau tidak, dia kembali berpaling dan ujarnya kepada Put-po, "Put-po suheng, entah siapa saja yang kau maksud kan sebagai kami?" Kata "kami" di sini maksudnya sangat jelas, Put-pay ingin Put-po segera menunjuk jago mana yang dianggap paling berhak dan punya kemampuan untuk bertanding melawan Bu-beng. Tampaknya Put-po sendiri pun ingin mendesak Bu-beng agar tidak bisa menghindar dari pertandingan itu, sahutnya cepat, "Saat ini Put-ji sute sudah dianggap sebagai jago pedang nomor dua dalam perguruan kita, kalau memang Bu-si tianglo merasa ilmu pedangnya tidak sanggup menandingi Bu-beng susiok, lebih baik Put-ji Sute saja yang minta petunjuk beberapa jurus dari Bu-beng Susiok! Andaikata Bu-beng tidak sanggup menghadapi Put-ji, hal itu membuktikan kalau apa yang diucapkan Busi tadi hanya kata bualan belaka." Buru-buru Put-ji menggeleng kepala berulang kali, serunya, "Tecu tidak berani melampaui batas!" Yang diartikan sebagai tidak berani melampaui batas jelas dimaksudkan kedudukannya yang lebih rendah dari lawannya, dan bukan bermaksud kemampuan silatnya. Dari ucapan itu orang dapat menarik kesimpulan kalau dalam hal ilmu silat, paling tidak dia masih belum takluk. "Put-ji, perkataanmu keliru besar," ujar Put-po, "saat ini kau hanya minta petunjuk dari Ciangbunjin baru, sama sekali tidak ada niat melampaui batas atau tidak." Put-ji tetap menggeleng sambil tersenyum. "Put-po suheng, aku rasa kau yang paling pantas untuk melakukan hal ini. Kesatu, karena kalian hampir setara kedudukannya, kedua, kau pun sudah lama mempelajari kitab ilmu pukulan dan ilmu pedang pening-galan Thio-Couwsu dalam ruang Tong-wi-kiong, aku percaya kemampuan ilmu pedangmu pasti sudah mencapai tingkatan yang luar biasa."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Diam-diam Put-po mendengus jengkel, pikirnya, 'Dasar licik, kau tidak ingin mendapat masalah, orang lain yang kau korbankan. Ya sudahlah, biar kau saja yang jadi orang pintar sementara aku jadi orang bodoh.' Walaupun begitu, dia sendiri merasa agak rikuh untuk langsung mengajak Bu-beng berduel, hanya sorot matanya saja yang dialihkan ke wajah Bu-beng. Dengan wajah tetap tenang Bu-beng tersenyum, ujarnya, "Waktuku di gunung Bu-tong masih panjang sekali, kelak pasti masih ada kesempatan untuk saling memoles kepandaian dengan rekan sesama perguruan. Sedang hari ini.... aku rasa.... aku rasa.... Kalau sorot mata Put-po sedang mengawasi wajahnya, maka sorot matanya justru dialihkan memandang wajah Bu-siang Cinjin. Biarpun perkataan itu tidak selesai diucapkan, namun jelas dia pun menyimpan satu maksud yang mendalam. Dalam ucapannya, dia menggunakan kata 'memoles' untuk mengajak rekan sesama perguruannya untuk saling memoles kemampuan, ini jelas menunjukkan kalau dia telah bersikap sebagai seorang Ciang-bunjin. Put-po tidak terlalu menangkap arti yang sangat mendalam itu, berbeda dengan Bu-liang Totiang maupun Put-ji. Tanpa sadar kedua orang itupun berpikir, 'Mana ada kejadian yang begitu enak, yang jelas menguntungkan sepihak.' Namun lantaran Bu-siang Cinjin sebagai Ciangbunjin saat ini belum memberikan pendapatnya, tentu saja mereka pun tidak berani buka suara. Perlahan-lahan Bu-siang Cinjin berkata, Kita adalah perguruan kaum lurus yang menjadi panutan umat persilatan, berbeda jauh dibandingkan perkumpulan atau partai-partai pada umumnya. Bagi perguruan lain, boleh saja mereka menentukan seorang Ciangbunjin berdasarkan adu kepandaian, tapi kalau kita pun melakukan hal yang sama, jelas kejadian ini bakal ditertawakan orang banyak.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Semenjak Thio cinjin mendirikan perguruan ini, belum pernah kita gunakan cara beradu silat untuk menentukan calon Ciangbunjin." Merah padam selembar wajah Put-po sesudah mendengar ucapan itu, tapi dasar keras kepala, dia tetap ngotot dengan pendapatnya, serunya keras, "Perkataan Ciangbunjin memang benar. Tapi selama ini ilmu silat yang dimiliki para calon Ciangbunjin sudah diketahui semua orang karena berasal dari angkatan yang sama. Sementara niat Tecu untuk menjajal kemampuan Ciangbunjin baru pun tidak lebih hanya sebatas ingin menyaksikan sampai dimana kehebatan kungfunya." Maksud dari perkataan inipun amat jelas, selama Ciangbunjin baru belum memperlihatkan ilmu silatnya hingga jelas, dia tidak bakal tunduk dan takluk. Rupanya Bu-siang Cinjin dapat menduga maksud hatinya, dia pun berkata lembut, "Kalian tidak perlu terburu napsu, tidak lama kemudian kalian pasti dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri kemampuan silat dari Ciangbunjin baru. Sekarang biar aku sampaikan sebuah cerita lebih dulu. Tidak lama kemudian? Beberapa lama yang dimaksud? Sebulan? Setengah bulan? Sepuluh hari? Delapan hari? Atau hari ini juga? Sepintas lalu saja perkataan itu seolah memberikan sebuah jaminan, padahal jaminan itu kosong karena tidak ada sebuah kepastian yang jelas. Bu-liang Totiang yang picik pikirannya dan berhati sempit, bahkan mulai curiga kalau Ciangbun Suhengnya sengaja menggunakan siasat menunda waktu karena ingin membantu Bubeng agar menerima jabatan ketua dengan mulus. Namun karena Ciangbunjin telah memberikan "Jaminan", tentu saja Put-po tidak berani ngotot menuntut ketuanya memberikan hari yang pasti, kendatipun kalau menuruti adatnya sendiri, dia tidak gampang menyudahi urusan dengan begitu saja. Ciangbunjin berkata akan menceritakan satu kisah cerita, aneh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekali, dalam situasi seperti ini kenapa dia masih punya minat untuk bercerita? Semua orang merasa tercengang, bingung dan ingin tahu, serentak perhatian mereka pun dialihkan ke wajah sang ketua. Bu-siang Cinjin tidak langsung bercerita, dia mendongakkan kepalanya memandang ke tempat kejauhan, seakan sedang mengingat kembali peristiwa masa silam. "Peristiwa ini sesungguhnya sudah terjadi pada tiga puluh enam tahun berselang, ujar Bu-siang Cinjin kemudian, "waktu itu Hian Tin-cu dari Kun-lun-pay datang berkunjung ke gunung Bu-tong, dia memohon untuk bertanding pedang melawan Ciangbunjin dulu. Sewaktu datang dia mengajak serta muridnya yang paling kecil, seorang bocah yang baru berusia sebelas, dua belas tahunan. Ketika mendiang Suhu menerima kedatangan mereka, kebetulan aku pun ikut berada di samping. Kawanan tosu yang usianya rata-rata diatas lima puluh tahun secara lamat-lamat masih teringat akan peristiwa itu. Hanya saja tidak seorangpun diantara mereka yang tahu bagaimana hasil dari pertarungan itu. Yang mereka ketahui, Hian Tin-cu terhitung jago pedang nomor wahid dari Kun-lun-pay saat itu, ketenaran dan kehebatannya jauh diatas nama besar Hian Tong-cu sebagai Ciangbunjin Kun-lun-pay. Sama seperti Bu-tong-pay, partai Kun-lun pun tersohor di kolong langit karena ilmu pedangnya. Hanya saja yang satu jauh di wilayah barat-laut sementara yang lain berada di daratan Tionggoan, sebuah jarak yang melebihi puluhan ribu li, oleh karena itu kedua belah pihak jarang sekali saling berhubungan. Ketua Bu-tong-pay waktu itu, Kim-kong Cinjin tidak lain adalah Suhu Bu-siang Cinjin Ciangbunjin saat ini. Ketika itu usia Kim-kong Cinjin bara genap tujuh puluh tahun, Busiang adalah murid tertuanya, saat itu usianya baru mencapai empat puluhan tahun, masa yang paling kuat dan bersemangat bagi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seorang lelaki. Sedangkan usia Hian Tin-cu waktu itu hanya lebih tua beberapa tahun dibandingkan umur Bu-siang. Kalau berbicara dari soal tingkatan, maka posisi Hian tin-cu berada diantara kedudukan Kim-kong dengan Bu-siang. (oleh karena mereka bukan berasal dari perguruan yang sama, agak sulit untuk menentukan tingkatan secara pasti. Kakak seperguruan Hian Tin-cu, Hian Tong-cu sang ketua Kun-lun-pay selalu menganggap "Cianpwee" kepada Kim-kong Cinjin, namun lantaran Kim-kong Cinjin bukan orang yang gila hormat, dia selalu menganggap Hian Tong-cu satu level dengan dirinya, itulah sebabnya level Hian tin-cu boleh dibilang lebih rendah 'setengah tingkat' bila dibandingkan Kim-kong Cinjin). Tentu saja orang orang yang mengetahui kejadian tersebut tidak ikut hadir dalam pertandingan itu, mereka hanya mendengar dari cerita di kemudian hari bahwa waktu itu Kim-kong Cinjin menolak untuk turun tangan sendiri, karena itu Bu-siang Cinjin lah yang menggantikan posisi gurunya untuk mengalahkan Hian Tin-cu. Hanya saja mereka tidak mendengar cerita itu langsung dari mulut Bu-siang Cinjin atau Kim-kong Cinjin, melainkan berasal dari seorang tosu penjaga dupa yang akrab hubungannya dengan si tosu bisu tuli. Waktu itu si tosu bisu tuli bertugas melayani kebutuhan Kim-kong Cinjin, dia tidak bisa berbicara tapi menggunakan kode tangan untuk menceritakan kisah itu kepada si tosu penjaga dupa. Ibu jari digunakan untuk melambangkan Kim-kong Cinjin sedang jari kelingking untuk melambangkan Bu-siang Cinjin. Dia gerakkan ibu jarinya menyingkir ke samping lalu ditekuk, kemudian menegakkan jari kelingkingnya untuk menusuk ke depan sambil menjerit kesakitan, setelah itu sambil tersenyum dia bertepuk tangan berulang kali. Tosu penjaga dupa itu adalah sahabatnya yang paling karib, dia mengerti apa yang dimaksudkan rekannya itu. Itu berarti Kim-kong Cinjin sama sekali tidak bertarung melawan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

musuhnya melainkan hanya mundur ke samping, sedang muridnya, Bu-siang Cinjin tampilkan diri mewakili gurunya untuk mengalahkan lawan dari Kun-lun-pay itu. Hanya "penjelasan" itu saja yang disampaikan si tosu penjaga dupa, bagaimana keadaan sesungguhnya? Tidak seorang pun yang tahu. Tidak heran kalau semua anggota perguruan merasa tercengang ketika mendengar Bu-siang Cinjin secara tiba tiba mengisahkan cerita lama itu. Kembali Bu-siang Cinjin Cinjin bertutur, "Mendiang Suhu adalah seorang pendeta yang saleh dan penyabar, dia enggan melayani tantangan orang untuk berduel. Tapi sayang Hian Tin-cu kelewat angkuh, dengan ucapan ucapan yang tajam dan menyakitkan dia memaksakan terus kehendaknya, malah dengan nada tajam dia berkata begini, "Mengatakan 'menyerah' bukan berarti menyerah kalah, kalau tidak berani bertamng melawanku, maka kau musti mengakui di depan umum kalau ilmu pedang Bu-tong-pay tidak mampu menandingi ilmu pedang Kun-lun-pay kami. "Aku tidak sanggup menahan diri lagi, terpaksa sambil bangkit berdiri seruku, "Beda level, beda pula dalam usia, tidak mungkin Suhuku bisa melayani tantanganmu itu, tapi kalau kau tetap memaksa ingin bertarung, biar aku saja yang melayani tantanganmu itu. "Mendengar perkataanku, Hian Tin-cu langsung tertawa dingin sambil mengejek, "Betul juga perkataanmu itu, bicara soal level, posisi gurumu memang setengah tingkat lebih tinggi ketimbang aku, biar bisa menangpun bukan satu kemenangan yang terhormat. Tapi bagaimana pun usianya sudah tua, andaikata aku beruntung bisa menangkan dirinya pun kemenanganku bukan kemenangan yang hebat, boleh saja kalau kau ingin menjajal kemampuanmu, hanya saja.... tega tidak gurumu membiarkan kau bertanding pedang melawanku? Kimkong Cinjin, jika kau anggap dia adalah orang pilihan yang paling tepat, tentu saja aku tidak akan banyak bicara, kalau tidak, lebih baik pilihlah calon lain yang kau anggap paling memuaskan untuk bertanding pedang melawanku.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mendiang Suhu benar-benar tebal imannya, mula mula dia tegur dulu diriku, "Jangan kurangajar terhadap tamu kita," kemudian baru ujarnya kepada jago Kun-lun itu, "Maafkan muridku bila bersikap kurang sopan, sesungguhnya Perguruan kita berasal dari sumber yang sama, jadi tidak semestinya menggunakan kata menang kalah untuk menentukan siapa lebih terhormat. Aku tidak ingin kelewat membuang pikiran hanya untuk memilih murid yang lain, Hian-ti toyu, silahkan kau memberi petunjuk kepada muridku yang ini saja. Ternyata Hian Tin-cu tetap merasa tidak puas, dia mendesak lebih jauh, katanya, "Boleh saja kau tidak berminat untuk menentukan siapa lebih terhormat lewat pertarungan pedang, tapi aku sangat menginginkannya. Sebelum pertarungan dimulai, aku harus tegaskan sekali lagi, andaikata murid mu itu benar benar kalah di tanganku, kau harus mengaku kekalahan ini dihadapan umum. "Mendiang Suhu tersenyum, jawabnya, "Aku akan melakukannya jika memang kau kehendaki. Cuma, terlepas bagaimana hasil pertandingan nanti, aku tetap akan memberi kesempatan kepadamu untuk memilih. "Waktu itu aku kurang mengerti apa maksud ucapan Suhu," begitu pula dengan Hian Tin-cu. Mendengar sampai disini, para murid yang berada di bawah panggung pun sama-sama berpikir, "Benar, kalau memang menang kalah sudah ketahuan, buat apa musti memilih lagi?" Tidak seorang pun yang paham apa maksud dibalik perkataan itu. Kembali Bu-siang Cinjin berkata lebih lanjut, "Akhirnya keraguan dan ketidak mengertiku di jawab juga oleh Hian tin-cu, dia berkata begini. 'Jikalau hasil pertandingan pun sudah jelas, mana mungkin aku punya kesempatan lagi untuk memilih? Kim-kong Cinjin, lebih baik jelaskan dulu apa maksud perkataan-mu?" Setelah ditanya, mendiang guruku pun menjawab, "Maksudku kau masih punya kesempatan untuk memilih, apakah hasil
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pertandingan ingin diumumkan kepada khalayak umum atau tidak, namun andai kau ingin kami merahasiakan hasilnya, kami akan menjaga rahasia tersebut dengan rapat. "Bila maksud perkataan itu lebih diperjelas, maka artinya adalah begini. Bila dalam pertarungan nanti akulah yang dipecundangi Hian Tin-cu, maka mendiang guruku bersedia mewakili Bu-tong-pay untuk mengumumkan kekalahannya didepan umum, sebaliknya bila Hian Tin-cu yang kalah ditanganku, demi menyelamatkan nama baik serta harga dirinya, kami bersedia untuk merahasiakan kejadian ini. Justru kelihayan dari ucapan tersebut adalah tidak mengungkap secara jelas maksud yang terkandung. Kembali semua murid yang ada di bawah punggung berpikir, "Perkataan Sucouw benar-benar amat bijaksana, bukan saja mempertegas posisinya sebagai seorang ketua, bahkan tidak ingin pihak lawan kehilangan muka. kalau Hian Tin-cu jengkel karena ucapan itupun, dia hanya bisa menyimpan amarahnya dalam hati. Tidak mungkin baginya untuk menuduh Sucouw kita telah pandang enteng dirinya. Betul saja, terdengar Bu-siang Cinjin berkata lebih lanjut, "Hian Tin-cu memahami dengan jelas maksud mendiang guru, tapi dia hanya bisa jengkel di dalam hati, saking mendongkolnya, paras muka pun ikut berubah hebat. Sambil tertawa dingin diapun berseru, "Mau kalah biarlah kalah, buat apa musti di rahasiakan, "maksud baik" mu biar kuterima dalam hati saja. Lebih baik kita segera mulai bertanding. Cuma.... "Cuma apa lagi?" tanyaku. Sambil tertawa dingin kata Hian Tin-cu, Seperti yang kau katakan barusan, tingkat level kita berbeda, usia pun berbeda, kalau dipaksakan aku masih terhitung 'setengah level' lebih tinggi darimu, usia pun beberapa tahun lebih tua. Aku tidak ingin mencari keuntungan dari hal ini.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Akupun berkata, "belum tentu aku akan mencari keuntungan dari perbedaan itu. "Mendengar itu mendiang Suhu pun menegur, Jangan kurangajar. Sebagai tuan rumah yang baik, kita harus turuti keinginan tamu. Hian-tin toyu, silahkan kau ajukan keinginanmu, kami pasti tidak akan menampik. "Hian tin-cu pun berkata, "Kita batasi pertarungan ini dalam seratus jurus saja, jika muridmu sanggup menahan seratus jurus seranganku, tanpa menunggu hasil menang kalah, aku bersedia mengaku kalah. "Mendengar keangkuhan dan sesumbarnya itu aku sebetulnya ingin balas menyindir, tapi berhubung ada Suhu disitu, aku jadi merasa tidak leluasa untuk berdebat dengan tamu. "Terpaksa akupun menjawab, "Kau ingin membatasi diri, terserah saja, itu urusanmu. Dalam seratus gebrakan bila akupun gagal menangkan dirimu, aku bersedia juga untuk mengaku kalah. "Dengan begitu maka masing-masing pihak mengumbar janji tanpa ada yang mau mengalah. pun saling

"Mungkin Hian Tin-cu sudah tidak sanggup menahan amarahnya lagi, setelah mendengus segera teriaknya, "Baik, terserah apapun yang ingin kau ucapkan. Tapi yang pasti aku tidak akan menjilat kembali ludahku, terima seranganku!" "Aku tidak mau kalah, akupun menjawab," akupun tidak akan menarik kembali ucapanku, lihat seranganku juga!" "Tidak disangka, dalam gebrakan pertama saja sudah terjadi peristiwa yang sama sekali diluar dugaan kedua belah pihak. Biarpun semua orang sudah tahu kalau hasil pertandingan ini dimenangkan Bu-siang Cinjin, tidak urung jantung mereka berdebar juga setelah mendengar sampai disitu. Apa yang telah terjadi? Mengapa dalam jurus pertama sudah membuat kedua belah pihak merasa diluar dugaan?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Setelah berhenti sejenak, kembali Bu-siang Cinjin melanjutkan ceritanya, "Aku tahu ilmu pedang yang dilatih Hian Tin-cu bernama Hui-eng-kiam-hoat (ilmu pedang elang terbang), semuanya terdiri dari enam puluh empat jurus, hampir semua jurus serangannya ganas dan telengas. Padahal aku hanya 'tahu' saja dan selama ini belum pernah menyaksikan permainan pedangnya dengan mata kepala sendiri. Menurut pengetahuanku, ilmu pedang Thay-kekkiam-hoat mengutamakan tenang untuk mengungguli gerak, dengan lembut mengatasi keras. Kalau memang ilmu pedang Huieng-kiam-hoat mengutamakan keras dan ganas, bukankah ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat justru merupakan ilmu pedang tandingannya? "Oleh sebab itulah aku sangat percaya diri, bahkan berani sesumbar jika dalam seratus jurus tidak sanggup mengungguli dia maka aku rela mengaku kalah. "Benar saja, begitu turun tangan pada jurus yang pertama dia sudah menyerangku secara ganas dan telengas, seandainya hanya ganas dan telengas, hal itu sudah berada dalam dugaanku sejak awal, siapa tahu di samping ganas dan telengas, jurus serangannya begitu aneh dan luar biasa, satu keanehan yang belum pernah kuketahui sebelumnya. "Pada ilmu pedang lain, baik sewaktu menusuk, membabat, melingkar atau menutul, semua gerakan dilakukan secara jelas dan teratur, asal kita mau perhatikan lebih seksama, sebetulnya tidak susah untuk meramal arah sasarannya. "Pada ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat andalannya, gerak serangan yang dipakai justru berbeda, dia melambung diudara sambil berputar dan menari, meliuk maupun lurus saling tumpang tindih, persis seperti gulungan gelombang yang datang dari empat penjuru, bukan saja terselip banyak perubahan, bahkan membuat orang sama sekali tidak menduga. "Rupanya dia sudah melancarkan serangan mematikan sejak jurus pertama, tubuhnya melambung sejajar tanah, menggunakan kesempatan ketika masih berada di udara, pedangnya ditusukkan ke
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bawah secara ganas. "Dibalik gerakan pedangnya yang berputar dan meliuk itu, paling tidak aku dapat melihat ada tujuh macam perubahan yang berbeda terselip di dalamnya. Untuk sesaat sulit rasanya bagiku untuk menghadapi ke tujuh macam perubahan itu sekaligus. "Satu-satunya kemungkinan untuk mematahkan semua ancaman itu hanyalah menggunakan sebuah jurus yang sangat sederhana, yaitu gerakan Twie-cong-kan-gwat (mendorong jendela melihat rembulan), dengan gerakan ini aku berharap bisa membuyarkan kekuatan lawan sambil menyelamatkan diri. "Akhirnya serangan pedang itu nyaris menyayat kulit jidatku dan menyambar lewat, bagaimana pun serangannya tidak berhasil melukai tubuhku. Aku melihat dia berseru kaget, paras mukanya dari warna merah berubah jadi menghijau, jelas dia sama sekali tidak menduga kalau aku berhasil mematahkan jurus serangannya. "Aku tidak tahu apakah waktu itu dia bermandikan keringat dingin, tapi sesaat aku lihat dia menghentikan gerak serangannya sambil membesut keringat yang membasahi jidatnya. Berbicara sampai disitu, Si tosu kecil yang melayani di sampingnya buru-buru mempersembahkan secawan air teh. Setelah minum setegukan dia baru berkata lebih lanjut, "Ilmu pedangnya bagaikan elang sakti yang terbang berputar di angkasa, sekalipun dia tidak ikut melambung pun, gerakan pedangnya seolah menggempur tiba dari tengah udara, bahkan dalam setiap jurusnya tersembunyi banyak perubahan yang berbeda satu dengan lainnya. "Ada yang dalam satu jurus tersisip tiga gerakan, ada pula yang dalam satu jurus terselip lima gerakan, yang paling banyak bahkan mencapai sembilan perubah-an dalam satu gebrakan. Tentu saja setiap gerakan berbeda satu dengan lainnya. "Selama hidup belum pernah kusaksikan permainan pedang seperti ini, sesaat aku hanya bisa bertahan tanpa mampu melancarkan serangan balasan, tapi dalam jangka waktu itu diamdiam kuhapalkan setiap gerakan yang terkandung dalam jurus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

serangannya, memperhati kan setiap perubahan yang dia lakukan sambil memeras otak mencari celah-celah yang mungkin bisa kumanfaatkan. "Selama jalannya pertarungan dia sudah memainkan ke enam puluh empat jurus ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat pada ronde pertama, aku hanya bisa "duduk manis" sambil menonton, mustahil bagiku untuk menemukan cara yang tepat untuk mengunggulinya. "Sejujurnya harus diakui, permainan pedangnya nyaris sudah mencapai taraf yang sempurna, hampir tidak ada peluang yang ditemukan untuk melancarkan serangan balasan. "Pada ke tiga puluh enam jurus pertama, nyaris permainan pedangnya begitu rapat tanpa celah, hingga dia memainkan jurus ke tiga puluh tujuh, aku baru berhasil menemukan sebuah celah. Dan ketika mencapai jurus ke empat puluh delapan, lagi lagi kutemukan dua buah celah. Jadi di dalam rangkaian ke enam puluh empat jurus pedangnya, aku hanya berhasil menemukan tiga buah celah. Sebuah ilmu silat yang pantas dipuji dan diacungi jempol!" Perlu diketahui, dengan kesempurnaan ilmu silat yang dimiliki Busiang Cinjin, dia tidak bakal memandang sebelah mata pun terhadap ilmu pedang biasa. Baginya, asal dalam sepuluh jurus hanya ditemukan dua tiga buah celah saja, baginya sudah dianggap luar biasa. Karena itu hampir semua yang hadir segera berpikir, "dalam ke enam puluh empat jurus ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat milik Hian Tin-cu, Ciangbunjin hanya menemukan tiga buah celah, tidak heran kalau beliau sangat memuji kehebatan lawannya. Kini semua orang pun ikut menghembuskan napas lega, dengan berhasilnya Bu-siang Cinjin mene-mukan celah dalam jurus pedang lawan, tidak sulit lagi baginya untuk meraih kemenangan. Terdengar Bu-siang Cinjin berkata lebih lanjut, "Setelah menemukan ke tiga celah tersebut, perasaan hatiku malah sedikit agak gugup. Celah pertama muncul di saat ia menggunakan jurus pedang ke tiga puluh tujuh, seandainya dia mengulang sekali lagi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

permainan pedangnya berdasarkan urutan jurus, bukankah sampai jurus ke seratus satu aku baru bisa mengungguli dia?" Berbicara sampai disini, tanpa terasa dia menyeka peluh yang membasahi jidatnya. Put-po seperti juga rekan-rekan seperguruan lainnya yang berada di bawah panggung, segera berseru dengan rasa ingin tahu, "Betul juga, kenapa tidak terpikirkan olehku akan masalah ini. Ciangbun Supek, lantas pada jurus ke berapa kau berhasil mengungguli dirinya?" "Untung saja ketika menggunakan ilmu pedangnya untuk ke dua kalinya, dia tidak menyerang secara berurutan melainkan memakai secara acak. Pada serangan yang ke dua puluh tujuh, dia telah menggunakan jurus pedangnya ke empat puluh delapan. Begitu celah dari jurus pedang ini muncul, aku pun langsung menggunakan cara pemecahan jurus yang telah ku-persiapkan sebelumnya. "Begitu jurus itu selesai kugunakan, tubuhku langsung melompat keluar dari arena pertarungan, sungguh menggelikan, ternyata dia tidak mengetahui akan hal ini malahan segera membentak, "Kau mengaku kalah?" "Aku hanya tertawa sambil menuding dadanya dengan ujung pedang, diapun tundukkan kepala sambil memeriksa, begitu tahu apa yang terjadi, seketika paras mukanya berubah jadi merah padam bagai kepiting rebus, dilihat mimik mukanya, kalau bisa, mungkin dia ingin menyembunyikan wajahnya di dalam lubang tikus!" Berseri paras muka Put-po sehabis mendengar cerita itu, buruburu tanyanya, "Supek, kau belum bercerita dengan cara apa mengungguli dirinya?" "Aku tidak sampai melukai dirinya, hanya meninggalkan sebuah tanda kecil diatas baju bagian dadanya. Sewaktu memeriksa bajunya tadi, rupanya dia sudah menemukan lubang sebesar mata uang diantara dadanya, jadi diapun segera sadar kalau aku telah mengampuni jiwanya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Semua anggota perguruan pun bersorak sorai dengan nada gembira, beberapa orang diantaranya kembali bertanya, "Setelah kejadian berkembang jadi begitu, tentunya Hian Tin-cu hanya bisa mengaku kalah bukan?" "Tidak, dia tidak mengaku kalah, paling tidak waktu itu perkataan tersebut tidak sampai dia katakan. Namun paras mukanya berubah hebat, padahal aku tidak melukainya, tapi tubuhnya gontai bagaikan lidah api yang dihembus angin, kemudian tahu-tahu roboh ke belakang. "Orang macam begini memang pantas kalau mampus karena mendongkol!" Put-po menambahkan sambil tertawa. Sama sekali tiada perasaan bangga yang terlintas di wajah Busiang Cinjin, kembali ujarnya dengan serius, "Kalian jangan keburu senang duluan, si murid kecil yang datang bersamanya segera memayang bangun gurunya seraya berkata, "Sebenarnya kedatangan guruku adalah mencari gurumu untuk beradu pedang, kini kau telah mewakili gurumu untuk memenangkan pertarungan ini, sayang usiaku sekarang masih kecil hingga tidak bisa terjun ke arena pertarungan. Tapi harap diingat saja, suatu saat bila aku telah selesai berlatih silat, kabulkan permintaan-ku untuk bertanding sekali lagi melawanmu. "Sebetulnya aku ingin menolak, siapa tahu Hian Tin-cu berkata pula, "Kekalahanku hari ini bukan disebabkan ilmu pedang Hui-engkiam-hoat ku tidak mampu menandingi Thay-kek-kiam-hoat mu, masalahnya akulah yang belum berhasil menguasai ilmu pedang itu secara sempurna. Bila kau takut kuwariskan ilmu ini kepada muridku dan dikemudian hari datang mencari balas, lebih baik bunuhlah kami sekarang juga!" "Muridnya lebih sadis lagi, dia cabut keluar pedangnya seraya berteriak, "Betul, sebetulnya aku tidak pantas mohon kesempatan seperti itu kepadamu. Mari, mari, mari, sekarangjuga mari kita bertanding!" "Hatiku jengkel bercampur geli setelah mendengar teriakannya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu, akupun menjawab, "Sayang aku belum punya murid, kalau tidak, pasti akan kusuruh muridku bertanding melawanmu. Kalau aku sendiri sih tidak bakal bertarung melawanmu. "Kembali muridnya berkata, "Aku rasa lebih baik kau saja yang bertanding melawanku, lebih baik lagi kalau dilakukan hari ini. Kenapa?" tanyaku. "Karena kalau kita bertaring hari ini, kau masih bisa membunuhku segampang membalikkan telapak tangan. Jika hari ini kau membebaskan aku, mungkin kau malah menyesal bila suatu hari kelak aku datang lari mencarimu!" kata muridnya. "Tiba tiba mendiang guruku berkata, "Bagus, bagus sekali! Muridmu masih muda usia tapi semangatnya hebat!" Saat itu Hian Tin-cu kelihatan tertegun kemudian segera berkata, "Kalau begitu kau sudah mengabulkan permin-taan muridku?" "Untuk muridmu akupun mempunyai satu permintaan kecil, kata mendiang guruku lagi. "Silahkan Ciangbunjin katakan. "Peristiwa yang terjadi hari ini hanya diketahui kita berdua serta murid kita. Tolong jangan sampai kau ceritakan kepada orang lain.... Dengan mengulangi pesan tersebut, maksud mendiang guruku sudah jelas yaitu demi menjaga nama baik Hian Tin-cu. Dengan wajah sedikit menyesal Hian Tin-cu menyahut juga, walau setelah termenung sesaat, "Baiklah, kuterima niat baikmu itu, tapi budi ini hanya terbatas pada diriku seorang. "Apa maksudmu?" tanyaku. "Selama aku masih hidup, selamanya aku akan berterima kasih atas budi kebaikanmu ini. Tapi setelah aku meninggal, aku tidak ingin muridku terikat oleh budi ini, jadi saat tersebut janji ini batal. Saat itulah aku baru mengerti, rupanya dia khawatir bila
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

muridnya berhasil menangkan pertarung-an pedang di kemudian hari, kami akan menggunakan hal tersebut untuk mengikat kebebasan muridnya. "Waktu itu sebenarnya aku rada jengkel, maka sahutku, "Baik, aku setuju, Cuma dibandingkan muridmu, usiaku tiga puluh tahun lebih tua, moga-moga saja muridmu bisa segera menyelesaikan latihannya hingga keburu bertemu aku. Muridnya pun berkata, Baik, akupun berjanji, sampai waktunya aku pasti akan memberi kesempatan kepadamu untuk memilih. Jika saat itu kau sudah kelewat tua, silahkan saja menyuruh muridmu untuk mewakili atau kau boleh memilih seorang murid perguruanmu yang paling hebat ilmu silatnya untuk melawanku. Pokoknya terlepas beberapa puluh tahun lagi kejadian ini bakal terealisasi, janji ku tetap berlaku!" Mendengar sampai disini, semua yang hadirpun ikut tercekat perasaan hatinya, mereka tidak mengira murid Hian tin-cu walau masih kecil usianya, namun perasaan hatinya sudah dipenuh pikiran untuk membalas dendam yang begitu tebal, kenyataan seperti ini benar-benar sangat menakutkan. Sekarang semua orang baru mengerti mengapa Ciangbunjin mereka mengingat dengan begitu jelas atas kejadian yang lampau, sejak menjabat sebagai Ciangbunjin, hingga kini Bu-siang Cinjin sudah memangkunya hampir tiga puluh lima tahun lamanya, itu berarti kejadian itu berlangsung dua tahun sebelumnya. Diam-diam Bu-liang Totiang berpikir, 'Berarti gara gara membuat pahala besar dalam peristiwa tersebut, maka dia diangkat menjadi Ciangbunjin' Sementara Put-po juga ikut bertanya, "Peristiwa itu sudah berlangsung tiga puluh enam tahun berselang, selama ini apakah murid Hian Tin-cu itu pernah datang mencarimu?" "Belum pernah, Bu-siang Cinjin menggeleng, "tapi aku tahu dia pasti akan datang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan nada sedikit ragu kembali Put-po berkata, "Jika murid Hian Tin-cu masih hidup, seharusnya dia sudah menjadi seorang jago pedang yang tersohor namanya dalam dunia persilatan, kenapa kami belum pernah mendengar kalau dari Kun-lun-pay pernah muncul seorang jagoan lihay?" "Perkataanmu tepat sekali, dia memang sudah lama tersohor dalam dunia persilatan sebagai seorang jago pedang, tapi menurut dugaanku, mungkin dia baru akan mengungkap identitasnya sebagai murid Kun-lun-pay setelah berhasil mengalahkan diriku. Hiruk pikuk pun segera menggema di arena, semua orang mulai berbisik bisik sambil menduga siapa gerangan orang itu. "Ciangbunjin, cepat katakan siapa gerangan orang itu, akhirnya Put-po berseru dengan perasaan gelisah. "Diantara sekian banyak jago pedang yang tersohor dikolong langit, kecuali Bu-si tianglo dari Bu-tong-pay, siapa lagi yang namanya amat tersohor?" "Dia adalah Pa-san-kiam-kek (jago pedang dari bukit Pa-san) Kok Thi-keng yang bergelar Kiam-sin (Dewa pedang). Tapi rasanya dia berasal dari Khong-tong-pay?" sahut beberapa orang murid. "Masih ada seorang lagi yang tersohor berbareng dengan dirinya?" Sesudah agak ragu sejenak kata Put-po, "Menurut apa yang tecu ketahui, belakangan diantara jago jago persilatan yang berasal dari wilayah barat-laut, muncul seseorang yang disebut Kiam-seng (Malaikat pedang), kemunculannya paling baru enam, tujuh tahun tapi kebesaran namanya luar biasa sekali. Tapi kalau dibilang ketenarannya sejajar dengan Pa-san-kiam-kek, aku rasa belum tentu begitu. Banyak orang-menduga meski dia bergelar Malaikat pedang namun dalam kenyataan kehebatannya belum sebanding dengan kemampuan Dewa pedang. "Apa alasanmu sampai bisa berpendapat begitu?" "Pa-san-kiam-kek sudah dua puluh tahun tersohor dalam dunia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

persilatan tanpa sekali pun menemukan lawan tangguh. Konon ketua Ceng-sia-pay serta Go-bi-pay pernah bertarung melawannya tapi berakhir keok tanpa ampun. Sementara manusia yang bernama Malaikat pedang itu tidak jelas asal usulnya, bahkan tidak ada yang tahu siapa nama sebenarnya. Aku rasa paling banter dia juga hanya seorang tokoh misterius dari wilayah barat-laut. Belum pernah kudengar ada jago dari golongan lurus yang pernah kalah di tangannya. "Kau keliru besar, ucap Bu-siang Cinjin, "justru karena dia adalah seorang jago pedang misterius dari wilayah barat-laut yang belum pernah masuk wilayah Tionggoan, maka para jago daratan Tionggoan tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dan mengira namanya lebih besar ketimbang kemampuannya. "Kalau begitu Ciangbun Supek sudah sangat mengetahui tentang orang ini?" "Tidak bisa dibilang aku sangat mengetahui kepandaian orang ini, tapi ada satu hal aku mengetahui secara pasti. Walaupun belum pernah ada jagoan Tionggoan yang pernah bertarung melawannya, tapi ada seorang jago pedang yang sangat terkenal pernah bertarung melawan dia. "Siapa?" tanya Put-po. "Dia tidak lain adalah jagoan yang kau sebut sebagai si Dewa pedang itu, Pa-san-kiam-kek (jago pedang dari bukit Pa-san) Kok Thi-ceng!" "Pa-san-kiam-kek pernah bertarung melawannya? Bagaimana akhir pertarungan itu?" seru Put-po terkejut. "Tiga tahun berselang, ketika Pa-san-kiam-kek sedang pesiar ke wilayah Hui, secara kebetulan mereka saling bertemu hingga terjadilah satu pertarungan sengit. "Waktu itu tidak ada jago silat lain yang hadir sehingga tidak seorangpun yang tahu bagaimana kejadian sesungguhnya. Tapi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menurut cerita Pa-san-kiam-kek kepada ketua Ceng-sia-pay setelah peristiwa itu, sebutan Dewa pedang dan Malaikat pedang memang tidak sepandan untuk disejajarkan!" "Kalau begitu Malaikat pedang menganggap namanya lebih hebat daripada Dewa pedang?" "Yang dimaksud tidak sepandan belum sampai taraf itu, dia hanya bilang harus dibedakan siapa diatas siapa dibawah. "Tapi dalam kenyataan, orang yang menyebut diri Malaikat pedang itu tidak mampu mengalahkan Pa-san-kiam-kek yang lebih dikenal sebagai Dewa pedang bukan?" "Justru sebaliknya, Pa-san-kiam-kek merasa gelarnya sebagai dewa pedang sudah sepantasnya diserahkan untuk orang itu, sebab dewa selalu berada diatas malaikat. "Jadi Dewa pedang pun beranggapan bahwa kemampuannya masih jauh di bawah kehebatannya?" seru Put-po terperanjat, "padahal selama ini Dewa pedang selalu tinggi hati, betulkah dia sampai berkata begitu?" "Sama sekali tidak bohong, dia benar-benar berkata begitu. Malah ucapan tersebut diutarakan Pa-san-kiam-kek kepada Ciangbunjin Ceng-sia-pay. Selama ini hubungan ketua Ceng-sia-pay dengan Put-coat sangat akrab, dialah yang mengatakan sendiri kepada Put-coat. Jadi aku rasa tidak bakal keliru lagi. Menyinggung kembali soal muridnya yang telah meninggal, sedikit banyak muncul juga perasaan sedih dihati kecil Bu-siang Cinjin. "Aku bukannya menaruh curiga kalau Put-coat menyampaikan berita salah, aku.... aku.... aku hanya.... Suheng

Siapa pun dapat menangkap maksud hatinya, jelas Put-po dibuat sangat terkejut hingga 'tidak berani' percaya kalau semuanya itu merupakan kenyataan. "Peristiwa ini berlangsung tiga tahun berselang, usia orang itu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sepuluh tahun lebih muda daripada usia Pa-san-kiam-kek, setelah lewat tiga tahun, aku rasa kemampuan ilmu pedangnya saat ini mungkin sudah jauh lebih hebat daripada kemampuan Pa-san-kiamkek. "Jadi orang ini adalah murid cilik Hian Tin-cu waktu itu?" "Sebelum ini aku masih agak ragu, tapi sekarang aku sudah sangat yakin. Betul, tokoh yang bergelar Malaikat pedang ini tidak lain adalah murid Hian Tin-cu waktu itu, Siang Thian-beng!" Begitu nama murid Hian Tin-cu disebutkan Bu-siang Cinjin, Putpay yang sudah sering berkelana dalam dunia persilatan langsung berteriak kaget, "Aaaah, tidak heran kalau begitu!" Waktu itu semua orang sedang mendengarkan cerita dengan asyik, ketika mendengar dia memotong perkataan Ciangbunjin, sebagian orang segera mendesis, sebagian lagi memandang dengan penuh amarah. Sambil tersenyum Bu-siang Cinjin berkata, "Kebetulan sekali aku memang ingin beristirahat sejenak, Put-pay, coba kau saja yang bercerita, dimana letak keanehannya. Sambil berkata dia segera duduk kembali, tosu cilik yang melayaninya buru-buru menyiapkan air teh. Kelihatannya setelah berbicara sekian lama, dia benar-benar mulai merasa lelah. Put-pay pun menyambung perkataannya, "Musim semi tahun ini, kebetulan aku sedang lewat di kota Ci-lam di wilayah Soa-tang, waktu itu kudengar satu berita baru yang menggemparkan dunia persilatan. Tentunya kalian semua tahu bukan siapa busu paling tersohor di wilayah Soa-tang?" Put-po mendengus dingin. "Hmm, siapa lagi kalau bukan orang yang menganggap ilmu pedangnya jauh lebih tinggi dan hebat ketimbang ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat dari Bu-tong-pay, Ciangbunjin dari Bu-kek-pay
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cong Liu-tong. "Benar, dia namakan ilmu pedang hasil ciptaannya sebagai ilmu pedang Bu-kek-kiam-hoat (ilmu pedang tanpa batas), adapun nama ini diambil berdasarkan teori bahwa. Bu-kek menciptakan Thaykhek, Thay-kek menciptakan Ji-gi (positip dan negatip), Ji-gi menghasilkan Su-siang (dalam positip ada negatip, dalam negatip ada positip) dan Su-siang menghasilkan Pat-kwa. "Ciangbunjin serta dua orang tianglo memang tidak sudi ribut dengannya, tapi aku sangat tidak puas dengan kecongkakan dan kejumawaannya, terus terang, ketika kebetulan lewat di kota Ci-lam tempo hari, pernah terlintas dalam ingatanku untuk menjajal kemampuannya, siapa tahu dua hari sebelum kulakukan keinginanku itu, ternyata ada orang lain yang telah mewakiliku untuk melakukan hal tersebut. "Meskipun Cong Liu-tong memang jumawa dan takabur, namun ilmu pedang ciptaannya memang sangat mirip dengan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat kita, menggunakan kelembutan untuk mengalahkan kekerasan. Kau tidak boleh kelewat pandang enteng dia. Siapa yang berhasil mengalahkan dia?" kata Bu-si Tojin. "Seorang dusun yang sangat asing dan aneh, konon waktu itu Cong Liu-tong sedang melatih anak muridnya bermain pedang di halaman dalam, entah siapa yang mempersilahkan tamu aneh itu masuk, tiba tiba saja dia sudah muncul persis dihadapannya. Saat itu seorang putra Cong Liu-tong yang baru berusia tujuh tahun sedang bermain dengan sebilah pedang kayu. "Ketika Cong Liu-tong menegur apa maksud kedatangan orang itu, orang dusun itupun menjawab, "Tidak bermaksud apa-apa, aku hanya ingin ikut bermain denganmu, mumpung kelihatannya kau sedang gembira. Adik cilik, boleh aku pinjam pedang kayu mu sebentar, biar aku bermain dengan ayahmu. "Mendengar orang itu mau bermain dengan ayahnya, dengan senang hati bocah itupun meminjam pedang kayunya. "Cong Liu-tong menyangka orang itu setengah gila, diapun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

segera menghardik, "Siapa bilang aku mau bermain denganmu? Cepat pergi, cepat pergi, kalau tidak akan kulempar tubuhmu keluar dari sini!" Orang desa itu kembali berkata, "Biar kau tidak ingin bermain denganku pun kau tetap harus menemani! Adik cilik, lihat baik-baik, jangan sampai kelewatan!" Setelah menarik napas, kembali Put-pay melanjutkan, "Waktu itu Cong Liu-tong sedang melatih murid muridnya ilmu pedang sehingga dalam tangannya masih menggenggam sebilah pedang yang belum sempat diloloskan dari sarungnya. Sebagai seorang ketua satu perguruan besar, tentu saja dia tidak ingin bertarung melawan seseorang yang hanya memegang pedang kayu dengan sebilah pedang mestika. Tapi mau berkelit dari pertarungan pun sulit baginya, karena sambil berbicara orang dusun itu sudah menggunakan pedang kayu nya untuk menusuk tenggorokannya. Dua orang muridnya buru-buru mendorong tubuh orang dusun itu, tapi sayang tidak nampak bagaimana dia bergerak, tahu-tahu ke dua orang murid Cong Liu-tong itu sudah terlempar sejauh tiga depa lebih dari posisi semula!" Mendengar sampai disitu, Put-po tidak dapat menahan rasa kagetnya lagi, dia segera menjerit keras, "Haaah? Bukankah itu adalah ilmu Can-ih-cap-pwe-tiap (menempel baju tersungkur delapan belas kali) yang sangat lihay!" "Betul, itulah sebabnya mau tidak mau Cong Liu-tong harus menangkis datangnya tusukan itu, dia sambut datangnya serangan dengan menggunakan pedangnya, dalam perkiraannya tangkisan itu pasti dapat mematahkan pedang kayu itu, siapa sangka.... hehehehe.... coba kalian tebak apa jadinya?" "Bagaimana pun juga Cong Liu-tong adalah seorang ketua partai, tentunya dia tidak sampai dikalahkan pihak lawan dengan pedang kayunya dalam satu jurus saja bukan? Orang dusun itu membutuhkan beberapa gebrakan untuk bisa mengalahkan dirinya?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jangankan kau salah menduga, mungkin Cong Liu-tong sendiri mimpipun tidak pernah menduga akan hal ini. Konon sebelum beberapa orang murid Cong Liu-tong sempat melihat jelas apa yang terjadi, diantara percikan bunga api yang menyebar ke empat penjuru, tahu-tahu pedang dalam genggaman Cong Liu-tong sudah mencelat dari genggamannya. Jumlah jurus yang digunakan tidak sampai tiga gebrakan! Itupun dikatakan sendiri oleh Cong Liu-tong sesudah kejadian. Semua orang terbelalak kaget sehabis mendengar kisah cerita itu. Tidak tahan Put-po bertanya, "Bagaimana dengan pedang kayunya?" "Kebetulan pedang baja milik Cong Liu-tong terjatuh di sisi tubuh putranya, orang dusun itu berjalan menghampiri sambil menyerahkan kembali pedang kayu itu ke tangan putranya, kemudian ujarnya, "Adik cilik, coba lihat, bukankah pedang kayu mu masih utuh? Coba perhatikan lagi pedang baja milik ayahmu itu, bukankah ada gumpilan besar di mata pedangnya?" "Bukan hanya putra Cong Liu-tong yang dapat menyaksikan dengan jelas, seluruh murid Cong Liu-tong yang berada di seputar arena pun dapat menyaksikan dengan jelas sekali. Dalam keadaan begini, siapa lagi yang berani tampil ke depan untuk menghalanginya? "Dalam keheningan, orang dusun itu berkata lagi, Pedang kayu tetap utuh, pedang baja justru gumpil. Adik cilik, bagus tidak permainanku dengan ayahmu ini?" "Dasar anak kecil yang tidak tahu apa-apa, bocah itu malah bertepuk tangan sambil memuji, "Bagus sekali, bagus sekali, maukah kau ajarkan kepandaian itu kepadaku?" "Sambil tertawa orang dusun itu menyahut, "Adik cilik, tidak sepatutnya aku membohongimu, aku bukan sedang bermain sulap, kepandaian ini namanya kungfu. Maaf, biar saat ini kuajarkan kepadamu pun belum tentu kau mampu mempelajarinya, selesai berkata dia pun beranjak pergi dari situ.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Pucat pias selembar wajah Cong Liu-tong, katanya dengan nada sedih, "Kepandaian pedangmu memang luar biasa, aku orang she Cong mengaku kalah. Boleh tahu siapa namamu?" "Aku hanya seorang Bu-beng-siau-cut, jawab orang dusun itu kemudian, "buat apa musti meninggalkan nama? Aku sendiripun tidak berniat mencari gara gara denganmu. "Sambil memungut pedangnya dari tanah ujar Cong Liu-tong lagi, "Bila meninggalkan nama pun kau tidak sudi, buat apa aku orang she Cong hidup terus dikolong langit. "Melihat lawannya berniat bunuh diri, terpaksa orang dusun itu berkata lagi, "Sebenarnya aku hanya bermaksud main-main denganmu, baiklah kalau memang ingin mengetahui namaku, aku bernama.... Tiba-tiba dia mengayunkan segenggam mata uang ke atas tiang bangunan, mata uang itupun berjajar diatas kayu membentuk tiga huruf "Siang Thian-beng". "Selesai meninggalkan namanya, orang dusun itu pun pergi tanpa bicara lagi. Sementara Cong Liu-tong serta anak muridnya hanya bisa saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun!" Begitu Put-pay selesai menyampaikan 'berita terbaru itu, seluruh anak murid Bu-tong-pay saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ada diantara mereka yang berpikir begini, "Jikalau Siang Thianbeng bertarung melawanku, mungkinkah akupun masih sanggup menahan tiga jurus serangannya?" Tapi ada juga yang berpikir lebih mendalam, "Usia Ciangbunjin sudah uzur, meskipun dari kedua orang tianglo yang ada, satu amat menguasai ilmu tenaga dalam (Bu-liang) dan yang lain hebat ilmu pedangnya (Bu-si), tapi rasanya masih sulit untuk menandingi kesempurnaan tenaga dalam maupun ilmu pedang yang dimiliki Siang thian-beng. Andaikata dia muncul di Bu-tong secara tiba-tiba
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan menantang berduel, siapa yang sanggup mewakili perguruan untuk mempertahankan nama baik?" Setelah termenung beberapa saat lamanya, Put-po pun bergumam, "Sungguh tidak kusangka Ciangbunjin dari Bu-kek-pay keok ditangan Siang Thian-beng hanya dalam tiga gebrakan saja, kali ini Cong Liu-tong benar-benar sudah ketimpa nasib sial. "Benar, ujar Put-pay kembali, "ketika aku sedang lewat di kota Ci-lam musim semi ini, peristiwa itu belum lama terjadi, saat itu masih banyak umat persilatan yang sedang merundingkan masalah ini, tidak ada yang tahu asal usul Siang Thian-beng, dan satu hal yang membuat semua orang tidak habis mengerti adalah antara Cong Liu-tong dengan Siang Thian-beng ternyata tidak saling mengenal, lalu atas dasar apa Siang Thian-beng sengaja mendatangi tempat tinggal Cong Liu-tong dan meninggalkan aib yang begitu besar baginya?" Tiba tiba Put-po berkata, "Hal ini dikarenakan mereka hanya tahu kalau Siang Thian-beng bukanlah seorang Bubeng Siau-cut seperti apa yang dia katakan, namun sama sekali tidak menyangka kalau dialah si Malaikat pedang yang sudah menghebohkan seluruh dunia persilatan. "Apakah lantaran dia adalah Malaikat pedang lantas boleh berbuat semena-mena? Cong Liu-tong toh tidak pernah mengusik atau menyalahi dirinya. "Pada mulanya aku sendiripun tidak habis mengerti, tapi sekarang aku sudah paham, perlahan-lahan Put-po berkata, "betul, Cong Liu-tong memang tidak pernah menyalahi Malaikat pedang, tapi tujuan sebenarnya dari Siang Thian-beng yang ternyata adalah muridnya Hian Tin-cu itu sesungguhnya adalah ingin mencari garagara dengan Bu-tong-pay kita!" Biarpun Put-pay sedikit lamban pikirannya, namun begitu dijelaskan dia pun segera menjadi paham kembali, katanya, "Ooh, mengerti aku sekarang. Ilmu pedang Bu-kek-pay sangat mirip dengan Thay-kek-kiam-hoat dari Bu-tong-pay kita, oleh sebab itulah dia sengaja menjajal ilmunya melawan Cong Liu-tong.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Betul, Put-po mengangguk, "lebih tegasnya, tujuan dia menantang Cong Liu-tong hanyalah satu pertunjukkan pamer kekuatan sebelum secara resmi dia tantang perguruan kita untuk berduel! Krnm, hrnmm, Cong Liu-tong tidak sanggup menghadapi tiga jurus serangannya bukan berarti tidak ada jago Bu-tong-pay yang tidak mampu merobohkan dia!" Kawanan anggota Bu-tong-pay lainnya tidak berani begitu yakin dan percaya diri seperti apa yang diperlihatkan Put-po, tanpa sadar sorot mata semua orang dialihkan ke wajah Ciangbunjin. Setelah meneguk secawan air teh bercampur jinsom, semangat Bu-siang Cinjin pulih kembali jadi segar, duduk diatas panggung katanya kemudian lembut, "Tahukah kalian apa sebabnya mendiang guruku memerintahkan aku untuk menerima tantangan yang tidak terikat jangka waktunya?" "Bukankah mereka berdua akan bunuh diri bila kalian tidak mengabulkan permintaannya?" tanya Put-pay. "Jawabanmu hanya betul separuh. "Lantas apa separuh yang lain? Waktu itu mendiang guruku bertanya, orang kuno berkata 'Bila satu negara tidak ada gangguan dari luar, perlahan dia akan runtuh sendiri. Mengapa satu negara yang tidak ada gangguan dari luar malah runtuh dengan sendirinya? Kau mengerti maksudnya? Akupun menjawab, jika suatu negara seringkali diancam dan diserang musuh dari luar, maka negara itu pasti akan selalu waspada, memperkuat angkatan perangnya dan membangkitkan semangat juang rakyatnya. Sebaliknya bila tiada ancaman yang datang dari luar, mereka akan mengendorkan kewaspadaan, hidup senang dan santai, lama-kelamaan hal ini justru akan memperlemah mereka sendiri. Bila kelemahan semakin berlarut, bila suatu saat benarbenar ada musuh yang menyerang datang. Maka negara itu akan runtuh dan musnah dengan sendirinya'. "Kembali mendiang guruku berkata, "Betul, teori ini bisa diterapkan juga dalam satu perguruan ilmu silat. Selama ini ilmu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pukulan maupun ilmu pedang Bu-tong-pay selalu disanjung dan disegani orang, hal ini menyebabkan anggota perguruan kita selama ini sombong dan jumawa, bahkan seolah-olah menganggap kemampuan sendiri sudah menjadi nomor satu di kolong langit. Hian tin-cu berdua memang tidak bisa dikatakan sebagai musuh, tapi tujuan mereka jelas adalah ingin mengalahkan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat dengan ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat nya, kalau diartikan lebih luas, kedatangan mereka bisa diibaratkan "serangan musuh dari luar". Tidak lama kemudian aku akan serahkan posisi Ciangbunjin kepadamu, dengan adanya perjanjian untuk beradu pedang melawannya, hal ini sama halnya dengan sebuah cambuk yang selalu akan mengingatkan dirimu agar di samping selalu berlatih ilmu pedang peninggalan Couwsu, kaupun harus selalu membina orang orang berbakat agar sampai waktunya tidak kewalahan untuk mencari calon yang tepat untuk menghadapi tantangan ini. Berbicara sampai disini diapun telah selesai menjelaskan separuh alasan yang lain, sesudah berhenti sejenak dan menghela napas panjang kembali Bu-siang Cinjin berkata, "Aku sudah tiga puluh lima tahun memangku jabatan sebagai Ciangbunjin, tapi harapan mendiang guruku belum pernah kulakukan, kalau dipikir kembali sungguh membuat hatiku menyesal.... "Suheng, perkataanmu kelewat merendahkan diri sendiri, sela Bu-liang Totiang cepat, "Put-coat sutit memang sudah mati, tapi menurut aku ilmu pedang yang dimiliki Put-ji sutit juga tidak kalah hebatnya, siapa tahu dia sanggup menghadapi murid Hian Tin-cu!" "Sayang masih belum cukup, Bu-siang Cinjin menggeleng dengan wajah serius, "aku sebagai seorang Ciangbunjin wajib bicara sejujurnya dengan kalian semua, jangan lagi kemampuan yang dimiliki Put-ji masih selisih jauh dibandingkan murid Hian Tin-cu itu, bahkan Bu-si sute sendiri pun belum tentu mampu menandingi dia. "Sebab bila suaru hari nanti dia benar-benar berani datang ke Bu-tong-san untuk menantang berduel, ke tiga celah yang terdapat dalam ilmu pedang Hui-eng-kiam- hoat nya pasti sudah dibenahi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hingga sempurna. Itu berarti ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat nya sudah mampu untuk menandingi ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. Memang benar belum tentu ilmu pedang yang Bu-si sute miliki bisa kalah di tangannya, tapi.... tapi.... "Suheng tidak perlu ragu untuk bicara terus terang, sela Bu-si Tojin sambil tertawa, "akupun sadar kalau tenaga dalamku sangat cetek, dalam bidang ini, jangan lagi dengan musuh tangguh, bahkan melawan Put-ji saja tidak cukup mampu. "Oleh sebab itulah begitu mendapat tahu kalau Siang thian-beng telah muncul di daratan Tionggoan, aku pun harus segera mempersiapkan diri untuk menghadapi serbuan musuh, lanjut Busiang Cinjin lebih jauh, "setelah berpikir sekian lama, akhirnya aku pun merasa, satu-satunya jalan hanyalah mengundang Tiong-ciu Tayhiap Bouw-sute datang ke gunung untuk memimpin perguruan kita. "Tidak berani, buru-buru Bu-beng bangkit berdiri seraya menjura. Paras muka Bu-liang Totiang berubah menjadi sangat tidak sedap di pandang, katanya, "Suheng telah serahkan posisi Ciangbunjin kepada mu, kenapa kau masih mengatakan tidak berani. Dengan sikap yang tetap tenang dan kalem Bu-siang Cinjin segera memberi penjelasan, "Sebetulnya masalah pengangkatan Ciangbunjin baru merupakan masalah besar yang harus dirundingkan dulu dengan sute berdua, namun berhubung masalahnya sangat mendesak, akhirnya aku ambil keputusan secara sepihak, untuk itu aku berharap sute berdua jangan berkecilhati. Karena kakak seperguruannya telah berkata begitu, terpaksa Buliang Totiang dan Bu-si Tojin sama sama berkata, "Perkataan Suheng terlalu serius, kami percaya pilihan Suheng tidak bakal salah, untuk bergembira bagi keberuntungan perguruan saja tidak sempat, masa kami akan berkecil hati?" Biarpun mengucapkan perkataan yang sama, namun siapa pun dapat membedakan bahwa Bu-si Tojin bicara dengan tulus,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sementara Bu-liang Totiang masih terbelenggu oleh kesulitan yang susah diucapkan dengan kata kata. Selang beberapa saat kemudian kembali Bu-liang Totiang bertanya, "Suheng, kau mengatakan bahwa masalah ini sudah sangat mendesak, apakah kau telah memperoleh berita baru?" "Betul, aku telah menerima kartu nama dari Siang Thian-beng!" "Hah, kapan menerimanya?" seru Bu-liang Totiang terkejut. "Pagi tadi!" Bu-liang Totiang segera teringat kalau pagi tadi muridnya yang mendapat tugas untuk berpatroli di depan gunung, seandainya Siang Thian-beng telah mengutus orang untuk menghantar kartu namanya, tidak mungkin Put-pay tidak mengetahui akan hal ini, tapi mengapa tidak melapor kepadanya? Begitu timbul perasaan curiga, tanpa terasa dia pun melotot ke arah muridnya. Waktu itu Put-pay sedang merasa sangat mendongkol, menggunakan kesempatan itu segera teriaknya, "Suhu, jangan salahkan aku karena tidak melapor, waktu itu aku terluka lagipula tidak tahu kedatangan kedua orang itu untuk menghantar kartu nama siapa. Saat itu kebetulan Bu-beng susiok baru tiba di gunung, dialah yang telah mewakili Ciangbunjin untuk mene-rima kartu tersebut. "Sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Bu-liang Totiang dengan kening berkerut. Put-pay mengalihkan sorot matanya ke wajah Ciangbunjin, Busiang Cinjin pun berujar, "Put-pay, coba kau ceritakan kembali kisah pengalaman mu pagi tadi kepada semua orang. Sementara Bu-liang Totiang berpikir dalam hati, "Kenapa kartu nama itu disampaikan oleh Bu-beng? Bisa jadi dibalik kesemuanya ini masih terdapat hal lain yang tidak beres. Berpikir begitu diapun berkata, "Jadi kalau begitu kedua orang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

utusan yang dikirim Siang Thian-beng benar-benar kelewat kurangajar. "Sebetulnya tidak bisa salahkan orang lain sebab waktu itu Putpay turun tangan lebih dulu, peristiwa ini hanya boleh dibilang satu kesalahan paham saja, tapi ke dua orang itupun telah memperoleh hukuman sewajarnya dari Bu-beng sute. Jadi kalau dihitung kembali, sebetulnya Bu-tong-pay kita tidak sampai kehilangan muda. Hanya saja yang aku khawatirkan sekarang adalah kemampuan Siang Thian-beng, kalau dua orang pembantunya saja sudah begitu hebat kungfunya, apalagi kemampuan Siang Thianbeng sendiri. Bu-liang Totiang mendongakkan kepalanya meme riksa keadaan cuaca sebentar, lalu ujarnya, "Menurut kebiasaan yang berlaku dalam dunia persilatan, setelah kartu nama dipersembahkan, yang bersangkutan pasti akan munculkan diri. Kini tengah hari sudah lewat, kenapa masih belum nampak orang itu munculkan diri?" "Asal tidak melewati hari yang sama, hal ini tidak terhitung melanggar kebiasaan, sahut Bu-si Tojin. "Lantas bagaimana kalau dia baru datang malam nanti? Masa kita semua harus menunggunya terus di tempat ini? Kemudian masalah pemilihan Ciangbunjin baru bukankah sebaiknya ditunda sampai persoalan ini selesai dulu kemudian baru ditentukan? Atau mungkin mau diputuskan sekarang juga? Suheng, kau jangan salah mengira aku keberatan atas pengangkatan Bu-beng sute menjadi penerus Ciangbunjin, tapi aku toh tidak bisa mewakili seluruh anggota perguruan untuk memberikan pendapat. Mengikuti kebiasaan yang berlaku dalam dunia persilatan, mau tidak mau aku harus mengajukan pertanyaan ini. Sebagaimana kebiasaan yang berlaku dalam dunia persilatan, andaikata timbul perbedaan pendapat tentang calon terpilih sebagai Ciangbunjin baru, maka di samping harus memperoleh persetujuan dari para tianglo, harus didengar pula pendapat dari sebagian besar anggota perguruan lainnya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tadi, Put-po sudah mengemukakan pendapatnya bahwa dia baru akan mengambil keputusan mendukung Bu-beng sebagai ketua baru atau tidak setelah dia menyaksikan kemampuan ilmu silatnya, kendatipun pendapatnya bukan merupakan pendapat sebagian besar anggota perguruan, paling tidak ada sebagian orang yang berpendapat sama. Sementara Bu-siang Cinjin sengaja menyisipkan kisah ceritanya tentang "peristiwa pada tiga puluh enam tahun berselang" pun tidak lebih karena dia berharap bisa mencegah keinginan Put-po yang bersikeras ingin beradu kepandaian melawan ketua baru. Kendati pun hingga kini dia belum sampai mengungkap secara jelas, semua orang juga tahu kalau ketua mereka memang sengaja hendak memberikan kesempatan bertarung melawan Siang Thianbeng ini kepada Bu-beng. Andaikata Bu-beng berhasil memenangkan pertarungan ini, maka peristiwa itu akan semakin membuktikan kalau kepandaian silat yang dimilikinya memang jauh melebihi orang lain. Oleh karena hingga kini perundingan masih belum menemui kesimpulan akhir, maka sekali pun di mulut mereka sudah memberikan persetujuannya, bukan berarti dikemudian hari tidak boleh berubah pikiran. Atau dengan perkataan lain siapa calon Ciangbunjin baru masih belum ada kepastian. Sesudah termenung beberapa saat akhirnya Bu-siang Cinjin berkata, "Begini saja, mari kita menunggu satu jam lagi, jika Siang Thian-beng belum muncul juga, kita boleh membubarkan diri. "Baiklah, kalau begitu ijinkanlah aku untuk mengundurkan diri lebih dulu, kata Bu-liang Totiang "aku akan memeriksa dulu bagaimana keadaan luka yang diderita Put-pay. Waktu itu Put-pay sedang berdiri di samping Put-ji, begitu turun dari mimbar, Bu-liang Totiang langsung berjalan ke sisi mereka berdua, dengan lagak seakan mengkhawatirkan keadaan luka muridnya, dia periksa sejenak tubuh Put-pay sambil berbasa basi, sementara secara diam-diam dia menghimpun tenaga dalamnya dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengirim suara ke telinga Put-ji. Tenaga dalam yang dimiliki Put-ji saat itu selisih tidak jauh dari kemampuannya, apalagi dalam jarak sedekat ini mereka berbicara dengan menggunakan ilmu Coan-im-jip-pit, bukan saja Bu-siang Cinjin dan Bu-si Tojin sekalian yang berada diatas mimbar tidak dapat mendengar suara pembicaraan itu, bahkan Put-pay yang berdiri di samping Put-ji pun tidak dapat mendengarnya. "Put-ji, bisiknya, "kau jangan sampai tertipu oleh Bouw Cionglong! Siapa tahu mereka sudah bersekongkel dengan si Malaikat pedang Siang Thian-beng, kau memahami maksudku bukan?" Padahal Put-ji adalah seseorang yang licik dan banyak akal, tidak perlu diingatkan orang lain pun dia sudah berpikir sampai ke situ. Waktu itu pikirnya, "Aku tidak boleh mengendorkan kewaspadaanku dengan tidak menaruh curiga terhadap mereka, sekali pun Malaikat pedang benar-benar adalah murid Hian Tin-cu di masa lalu, tidak menjamin antara dia dengan Bouw Ciong-long sama sekali tidak ada hubungan. Kembali Put-ji berpikir, 'Pertarungan antara jago tangguh, menang kalah hanya ditentukan satu garis tipis. Antara menang dan kalah pun ibarat orang minum air, dingin atau hangat segera akan ketahuan. Andai kata mereka sudah bersekongkel lebih dulu, belum tentu Ciangbun Suhu bakal mengetahuinya. Bagi Siang Thian-beng, jelas tujuannya adalah ingin tersohor di seantero jagad, namun dia nampaknya tidak yakin bisa mencapai tujuan tersebut. Andaikata Bouw Ciong-long bersedia memberikan keuntungan besar baginya, apa salahnya kalau dia pun mengalah dalam pertarungan. Bu-tongpay jelas merupakan satu partai besar dalam dunia persilatan, bila Iantarannya mengalah dalam perta-rungan sehingga Bouw Cionglong dengan mulus menjadi Ciangbunjin, mungkin saja keuntungan yang diperolehnya di kemudian hari akan jauh lebih banyak. Melihat dia manggut-manggut, sambil tersenyum Bu-liang Totiang berkata lagi, "Baguslah bila kau sudah mengerti maksudku, aku percaya kau adalah orang pintar, bila Siang Thianbeng benarbenar datang memenuhi janji nanti, tentunya kau juga sudah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengerti bukan apa yang musti dilakukan. Semua pembicaraannya dengan Put-ji dilakukan dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara, selain mereka berdua, orang lain tidak ada yang mendengar pembicaraan tersebut. Pada saat itulah mendadak dari tempat kejauhan berkumandang suara gelak tertawa yang amat nyaring, begitu nyaring suaranya bagaikan pekikan bangau sakti yang baru turun dari langit. "Siapa yang datang, berani amat bersikap kurang ajar!" bentak Bu-liang Totiang nyaring. Begitu keras suara bentakan tersebut, membuat ratusan anggota Bu-tong-pay yang hadir disana merasakan telinganya mendengung keras. Padahal dia sudah dapat menduga siapa yang telah datang, tapi dia memang berniat pamer kekuatan untuk menggertak lawan, di samping itu juga ingin menunjukkan kebolehannya di hadapan Bubeng. Baru selesai dia bertanya, orang itu sudah menyahut dengan nada dingin, "Tentunya kau adalah ketua tianglo dari Bu-tong-pay, Bu-liang Totiang bukan? Hehehehe.... konon dalam Bu-tong-pay, selain Bu-siang Cinjin, tenaga dalammu terhitung paling hebat, ternyata nama besarmu bukan nama kosong saja. Sayangnya aku tahu siapa kau sementara kau tidak tahu siapa aku, jika kau sudah tahu siapa aku, tidak nanti berani menuduhku bersikap kurang ajar!" Sewaktu dia mulai berbicara, bayangan tubuhnya sama sekali belum menampakkan diri. Suara itu memang tidak terlampau keras, tapi herannya, setiap orang yang berada dalam arena dapat merasakan, seolah orang itu sedang berbicara di samping telinga. Di antara sekian banyak anggota Bu-tong-pay, ilmu silat mereka memang ada yang lihay ada pula yang cetek, namun rata-rata memiliki pengetahuan yang sangat luas, dari demonstrasi yang dilakukan orang tersebut, mereka dapat menyimpulkan bahwa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kemam-puan orang itu nampaknya jauh lebih lihay setingkat ketimbang ketua tianglo mereka. Belum habis pikiran melintas, tahu-tahu bayangan tubuh orang itu sudah muncul dihadapan mereka semua. Ketika sorot mata semua orang dialihkan ke wajah nya, maka terlihatlah wajah seorang lelaki yang pucat pasi tanpa warna darah, bahkan kaku tanpa perasaan seolah-olah sesosok mayat hidup yang baru bangkit dari kuburan. Kembali semua orang tertegun dibuatnya. Kalau ditinjau dari gelak tertawa yang nyaring dan lantang tadi, semua orang mengira orang tersebut tentulah seseorang yang jumawa dan sombong, siapa sangka orang yang muncul justru mayat hidup yang membawa bau kematian. Dengan suara nyaring Put-po segera membentak, "Aku tidak perduli siapakah dirimu, segera lepaskan pedangmu!" Sembari menghardik, dengan jurus 'merampas pedang dia bacok pergelangan tangan orang itu. "Huuuh, peraturan bau dari mana itu?" jengek orang itu sambil tertawa dingin, dia sama sekali tidak meloloskan pedangnya malahan dengan sarung pedang balas menyodok jari tangan Put-po. Berbarengan itu ada dua orang sama-sama membentak nyaring, "Kau berani melanggar peraturan yang dibuat pihak Kerajaan?" "Jangan menodai pesan para leluhur, setiap orang musti mentaati peraturan yang berlaku disini!" Perkataan pertama berasal dari Put-pay sementara perkataan ke dua berasal dari Put-po. Sementara berbicara, jari tangannya dengan bertindak sebagai pedang menghindari serangan lawan kemudian melancarkan serangan balasan, kali ini dia tusuk jalan darah Leng-ciu-hiat di punggung tangan lawan. "Sebenarnya peraturan mana yang hendak kalian bicarakan?" jengek orang itu sambil tertawa dingin, pedang berikut sarung yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berada didalam genggaman nya segera menghadang ke depan lalu dengan jurus Heng-im-toan-hong (Awan melintang memotong bukit) melancarkan serangan balasan. Semua anggota Bu-tong-pay bersama-sama memperhatikan gerakan pedangnya, benar saja, gaya serangannya ibarat gulungan ombak di tengah samudra menyebar luas ke depan. Put-po segera menggeser posisinya melangkah maju ke depan, dengan satu gerakan Pau-ciang (mengepal tangan), dia ciptakan satu gerakan melingkar untuk memunahkan datangnya ancaman tersebut, kemudian katanya dingin, "Ciangbunjin partai Bu-tong hadir disini, berbicara dari usia maupun kedudukan, tentunya kau tidak bisa melampui ketua kami bukan! Jadi kalau ingin berbicara soal peraturan yang mana pun, lebih baik lepaskan dulu pedangmu sebelum berbicara lebih jauh. Di dalam dunia persilatan memang berlaku peraturan semacam ini, apabila jagoan dari partai lain ingin menjumpai ketua perguruan lain untuk pertama kalinya, sekalipun mereka boleh berhadapan dengan status yang setara, namun sebagai pihak tetamu, mereka wajib meninggalkan senjatanya sebagai tanda penghormatan terhadap tuan rumah. Terlebih lagi jika pihak lawan jauh lebih muda usia dan posisinya jauh dibawahnya, hal ini semakin berlaku bagi mereka. Bu-siang Cinjin adalah seorang pendeta yang saleh dan bernama besar, diantara sekian banyak Ciangbunjin perbagai perguruan, boleh dibilang usianya terhitung paling tinggi. Jadi orang yang benar-benar pantas dan berhak untuk duduk sejajar dengannya tidak lebih hanya beberapa gelintir orang saja. Tapi yang membuat seluruh anggota perguruan merasa kagum dan memuji bukanlah pokok pembicaraannya, melainkan kesempurnaan dia di dalam menggunakan jurus serangan. Walaupun dia tidak menggunakan pedang, namun jurus pedang Thay-kek-kiam-hoat telah berhasil dilebur dalam permainan jari tangannya. Yang lebih hebat lagi adalah gerak serangannya seolah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hanya bermaksud untuk membendung gerak maju lawan. Entah sejak kapan tahu tahu Bouw It-yu sudah berada di samping Put-ji sembari berbisik, "Ternyata Put-po Suheng memang jagoan lihay yang sengaja menyembunyikan kemampuannya, coba lihat jurus yang barusan digunakan, kelihatannya dia benar-benar sudah menguasai inti sari dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. "Benar, sahut Put-ji mengangguk, "betul betul sebuah pertarungan pedang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Memang kungfu Put-po Suheng sangat ampuh, namun kepandaian lawan pun tidak lemah!" Sementara dihati kecilnya dia berpikir, "Biarpun ilmu pedang yang dimiliki Siang Thian-beng boleh dibilang tangguh, ternyata kehebatannya tidak seperti yang di gembor-gemborkan selama ini!" Baru berpikir sampai disitu, terdengar orang itu berkata lagi, "Bagi orang lain, membawa pedang sambil menghadap Ciangbunjin perguruanmu bisa jadi di anggap kurangajar, namun terkecuali bagiku seorang!" Bicara sampai disitu dia pun membalikkan tubuh dan berteriak ke arah Bu-siang Cinjin, "Anak murid Hian Tin-cu khusus datang memenuhi janji!" "Ooh, rupanya saudara Siang telah tiba, kata Bu-siang Cinjin, "Put-po, tahan.... Belum selesai dia berkata, mendadak terdengar suara benda yang terbelah pecah, tahu-tahu tokoan yang dikenakan Put-po di kepalanya sudah terbelah jadi dua oleh bacokan sarung pedang itu, menyusul kemudian terdengar Siang Thian-beng bertanya sinis, "Sekarang aku boleh lewat bukan?" "Hmm, kepandaianmu memang setingkat lebih tinggi ketimbang aku, tapi kekalahanku kali ini belum membuat diriku menyerah. Perlu diketahui, di saat Bu-siang Cinjin sedang berbicara tadi, walaupun Put-po belum sampai turun tangan, namun dihati kecilnya dia sudah punya rencana untuk segera melancarkan serangan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

begitu Ciangbunjin nya selesai bicara, karena perencanaan ini, secara tidak sadar hawa kekuatan yang tersalur diujung jarinya yang dipakai untuk menggantikan pedang pun menjadi melemah beberapa bagian. Padahal pertarungan antar dua jago tangguh paling pantang menjumpai keadaan seperti ini, begitu kekuatannya melemah, tidak heran kalau pihak lawan segera manfaatkan kesempatan itu untuk menerobos masuk. Di dalam kenyataan, tanpa harus meloloskan pedang dari sarungnya ternyata Siang Thian-beng sanggup membelah tokoan yang dikenakan Put-po tanpa merontokkan rambut dikepalanya, kelincahan dari ilmu pedangnya dan kesempurnaan tenaga dalamnya seketika membuat seluruh anggota perguruan Bu-tongpay, termasuk Put-po sendiri merasa terkejut bercampur kagum. Satu hal yang membuat Put-po tidak puas hanya-lah karena kemenangan ini diperoleh dengan taktik. "Benarkah begitu?" jengek Siang Thian-beng sambil tertawa, "tidak menjadi masalah, kalau belum puas sebentar kita boleh bertanding lagi. "Aku sudah mengakui kalau kemampuanmu satu tingkat diatasku, kalah, dalam sepuluh jurus atau kalah dalam seratus jurus, sama saja hasilnya, jadi buat apa musti bertanding lagi? Dalam Butong-pay, aku tidak lebih hanya seorang murid yang tidak berguna, masih banyak sekali saudara seperguruanku yang kemampuan nya satu, dua tingkat lebih tinggi dariku, lebih baik simpan dulu tenagamu. Maksud dari perkataan inipun sangat jelas, artinya coba kalau Siang Thian-beng tidak menggunakan akal, niscaya dia sanggup bertarung seratus jurus lagi melawannya. "Hmm, moga-moga saja perkataanmu benar, kata Siang Thianbeng dengan wajah kaku tanpa emosi, "dengan begitu aku punya kesempatan untuk merasakan sampai dimana kehebatan jago-jago Bu-tong yang katamu dua tiga tingkat lebih hebat.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara pembicaraan masih berlangsung, dia telah berjalan ke bawah mimbar dan berkata sambil memberi hormat, "Bu-siang Cinjin, sejak berpisah tanpa terasa tiga puluh enam tahun sudah lewat, tidak sangka kau telah diangkat menjadi seorang Ciangbunjin, maaf bila aku tidak berkesempatan mengucapkan selamat kepadamu. Bu-siang Cinjin balas memberi hormat, sahutnya, "Siang-heng, dari pada memilih waktu lebih baik datang setiap saat, kedatanganmu hari ini sungguh tepat waktu. "Tentunya Cinjin telah menerima kartu namaku bukan? Acara penyambutan dari Ciangbunjin yang begitu megah benar-benar membuat aku si Bu-beng-siau-cut merasa tersanjung. Dibalik perkataan itu dia selipkan nada sindiran yang pedas. Bu-siang Cinjin tersenyum. "Nama besar Malaikat pedang sudah tersohor di se antero jagad, saudara Siang tidak perlu merendah. Cuma.... dari kata-katamu barusan, rupanya telah terjadi sedikit kesalah pahaman. "Dimana letak kesalah pahaman itu? Silahkan Ciangbunjin memberi petunjuk!" seru Siang Thian-beng setelah tertegun sejenak. "Kini aku sudah bukan seorang Ciangbunjin lagi, Ciangbunjin baru telah dijabat suteku ini. Berkumpulnya seluruh anggota perguruan ini pun bukan lantaran menyambut kedatanganmu. "Ooh, ternyata kedatanganku hanya kebetulan bersamaan dengan upacara kebesaran tersebut. Itu lebih bagus lagi, aku bisa menjadi tamu pertama yang akan memberi selamat kepada Ciangbunjin baru. Perkataan inipun lamat-lamat mengandung nada tantangan untuk mengajak Ciangbunjin baru berduel. "Tidak berani, sahut Bu-beng yang mengikuti di belakang Suhengnya dengan hormat, "lebih baik simpan dulu ucapan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

selamatmu sampai kita selesaikan urusan ini. Menurut peraturan yang berlaku dalam dunia persilatan, begitu Ciangbunjin baru selesai ditetapkan, maka diperlukan sebuah upacara lagi untuk mengumum kan pengangkatan itu secara resmi, dalam upcara ini selain diundang seluruh ketua pelbagai partai juga tokoh tokoh kenamaan dunia persilatan. Oleh karena itu perkataan dari Bu-beng barusan tidak lain adalah sebuah pernyataan bahwa sampai sekarang dia belum resmi menjabat sehingga tidak berani menerima ucapan selamat dari orang lain. Tapi semua anggota perguruan Bu-tong-pay tahu bahwa Bubeng hanya mau menduduki jabatannya sebagai Ciangbunjin bila dia telah berhasil mengalahkan Siang Thian-beng, sebab kalau tidak, walaupun semua anggota perguruan mau mengakuinya sebagai ketua demi menghormati keputusan Ciangbunjin lama, namun baginya, hal semacam ini bukanlah satu kejadian yang patut dibanggakan. Dengan pandangan dingin Siang Thian-beng mengawasi Bu-beng beberapa saat, tiba-tiba tegurnya, "Bukankah kau adalah Tiong-ciu Tayhiap Bouw Ciong-long?" "Itu namaku dulu, sekarang sudah menjadi pendeta, gelarku adalah Bu-beng. "Kalau tidak salah melihat, pagi tadi kau masih seorang preman?" "Betul, pagi tadi sewaktu kau mengutus orang untuk menyampaikan kartu nama, akulah yang telah mewakili Suheng menerimanya. "Saat itu mustinya kau sudah ditetapkan sebagai calon Ciangbunjin baru bukan, jadi memang sewajarnya kalau kau yang mewakili Bu-siang Cinjin untuk menerima kartu namaku, bahkan aku harus mengucapkan terima kasih karena kau telah memberi pelajaran yang berharga untuk kedua erang bawahanku. "Anggota perguruan kami Put-pay juga menyatakan banyak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terima kasih atas hadiah pemberian urusanmu. Kuharap perselisihan kecil ini tidak usah kelewat dimasukkan ke dalam hati. Maksud dari perkataan itu sangat jelas, berhubung ke dua belah pihak sama-sama menderita luka, berarti kejadian inipun sudah impas hingga tidak perlu dipersoalkan lagi. "Perselisihan kecil semacam itu sih tidak ada harganya untuk disinggung kembali. Ada baiknya kita balik ke persoalan pokok, tiga puluh enam tahun berselang aku pernah membuat perjanjian dengan Suheng mu, pernah dia menyinggung soal ini?" "Sudah sejak awal aku mengetahui masalah ini. "Bagus, kalau toh sekarang kau sudah menjabat ketua Bu-tongpay, lalu janji pertarungan pedangku dengan Bu-siang Cinjin akan kau wakili atau tetap akan dia lakukan sendiri?" Bu-siang Cinjin tertawa getir. "Coba kau lihat, sahutnya, "keadaanku sudah mirip seseorang yang hampir masuk peti mati, mana mungkin bisa bertanding pedang melawanmu?" "Hmm, aku sendiri juga hanya manis-manis bibir mengatakan begitu, padahal terus terangan saja, biar kau ingin beradu melawanku pun belum tentu aku bakal melayani, aku tidak sudi ditertawakan orang, mengatakan aku hanya beraninya menganiaya yang tua. Bagus, kalau begitu biar aku tantang Ciangbunjin barumu saja. "Aku rasa perjanjian yang dibuat tiga puluh enam tahun berselang lebih baik dibatalkan saja. "Dibatalkan?" jengek Siang Thian-beng sambil tertawa dingin, "aku tidak ingin arwah mendiang guru-ku tidak beristirahat dengan mata meram di alam baka!" "Tujuan mulia orang belajar silat adalah menghindari saling luka melukai, tapi kalau kudengar omongan Siang sianseng, nampaknya kedatanganmu kali ini adalah untuk menuntut balas.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Betul, aku memang datang untuk membalaskan dendam sakit hati mendiang guruku, terus kenapa?" "Alangkah baiknya kalau semua masalah diselesai kan secara damai, kenapa Siang sianseng musti kelewat serius?" "Masalah ini menyangkut nama baik perguruan, jadi harus diselesaikan secara serius! Hmmm.... hmm.... boleh saja kalau ingin menyelesaikan masalah sampai disini, tapi kau harus mengaku kalah dulu di depan umum!" "Siang sianseng tersohor sebagai Malaikat pedang, jelas ilmu pedang yang pinto yakinkan masih belum dapat menandingi kehebatan Malaikat pedang. "Kau keliru besar, yang kuinginkan adalah mengundang kedatangan semua jago persilatan, kemudian dengan jabatanmu sebagai Ciangbunjin Bu-tong-pay, mengumumkan secara resmi kalau ilmu pedang Bu-tong-pay tidak mampu menandingi ilmu pedang Kun-lun-pay kami!" Begitu ucapan tersebut diutarakan, terjadilah kehebohan di antara seluruh anggota perguruan Bu-tong-pay yang hadir disitu, malah ada banyak diantaranya yang mulai berteriak, "Bu-si tianglo, cepat hajar orang ini, kasi pelajaran yang setimpal!" "Bu-beng Suheng, ujar Bu-si Tojin pula seraya menggeleng, "aku rasa tidak mungkin kau bisa menyelesaikan masalah ini tanpa bertarung melawan Siang sianseng, tolong kau tidak usah merendah lagi!" "Soal ini.... "Hey, sudah selesaikah perundingan kalian?" bentak Siang Thianbeng keras. Tiba tiba Put-ji melompat keluar dari kerumunan orang banyak, serunya lantang, "Guruku tidak dapat bertarung melawanmu, biar aku yang bertanding melawan dirimu!" "Ooh, jadi kau adalah murid Bu-siang Cinjin?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Benar, kau boleh mewakili mendiang gurumu untuk menantang berduel, aku pun berhak mewakili guruku untuk melayani tantanganmu. Siang Thian-beng melirik sekejap dengan nada sinis, sesaat kemudian katanya, "Sewaktu membuat perjanjian dengan gurumu tiga puluh enam tahun berselang, aku sempat berkata, jika sampai saatnya lantaran kelewat tua kau tidak sanggup bertarung melawanku, kau boleh memilih salah satu orang dari perguruanmu yang berilmu paling hebat untuk bertarung melawanku. Kini Suhumu sama sekali tidak menunjuk kau untuk bertarung, kelihatannya dalam pandangan gurumu kau masih belum terhitung jagoan nomor wahid dari Bu-tong-pay. "Hmm, waktu itupun kau hanya berkata untuk dirimu sendiri, Suhuku sebagai seorang yang saleh tentu saja sungkan untuk melukiskan dirinya sebagai orang yang terhormat. Betul, perkataanmu tepat sekali, tentu saja aku bukan jago nomor satu dari Bu-tong-pay, aku cukup tahu diri. Hanya saja, menurut pandanganku mungkin kaupun belum pantas untuk bertarung melawanku!" Siang Thian-beng sama sekali tidak nampak gusar, dengan wajah hambar tanpa perasaan sahutnya, "Perkataanmu memang benar, dalam hal ini kau memang punya hak untuk melayani tantanganku ini. Cuma saja, berhubung kau bukan ditunjuk langsung gurumu, dan lagi juga bukan orang yang terpilih untuk menghadapi tantanganku, maka meski aku bisa saja melayani tantanganmu itu namun pertarungan itu hanya sebatas pertarungan pribadi. Tegasnya lagi, lantaran memberi muka kepada gurumu maka aku bersedia bermain beberapa jurus melawanmu, jadi jangan kau anggap kau bertarung karena mewakili Bu-tong-pay! Paham?" Put-ji tertawa dingin. "Saat ini aku ogah berdebat denganmu, terserah mau kau anggap apa diriku ini, yang penting kau berani melayani tantanganku ini. Cepat lancarkan seranganmu!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahahaha.... aku mau melayani tantanganmu pun sudah lebih dari cukup, Siang Thian-beng tergerak keras, 'baiklah, aku akan mengalah tiga jurus kepadamu! Bu-beng Totiang, sebentar aku akan minta lagi petunjuk darimu!" Arti dari perkataan ini sangat jelas, seolah baginya mengalahkan Put-ji adalah masalah kecil, segampang dia membalikkan telapak tangan, oleh sebab itu dia hanya minta Bu-beng Totiang untuk "menunggu sebentar saja". "Kau tidak perlu mengalah, tampik Put-ji cepat, "kedudukanku setengah tingkat lebih rendah darimu, jadi biarlah aku yang melancarkan serangan lebih dahulu!" Begitu selesai bicara, ujung pedangnya langsung ditutul ke arah bawah, gerak serangan ini disebut Tiau-thian-it-co-hio (menyembah langit dengan sebatang hio), pertanda sikap menghormatnya untuk jagoan yang berkedudukan hampir berimbang. Bu-beng yang berdiri persis di samping Bu-siang Cinjin manggut manggut sambil berbisik, "Ternyata Put-ji sangat mampu menahan diri!" Gerakan Tiau-thian-it-co-hio bukanlah sebuah jurus untuk menyerang musuh, kembali Siang Thian-beng berseru, "Kau tidak perlu sungkan, aku tidak akan menghitung gerakan ini. Siapa tahu baru selesai dia bicara, mendadak Put-ji merangsek maju ke muka, diiringi percikan bunga pedang, tahu-tahu dia lepaskan sebuah tusukan kilat ke depan. "Kalau jurus ini terhitung tidak?" bentaknya. Siang Thian-beng belum juga meloloskan pedangnya, sambil memutar tubuh dia sambut datangnya tusukan pedang dari Put-ji dengan sarung pedangnya. Sungguh cepat datangnya serangan itu, mata pedang langsung menggulung ke atas menyusul gerakan itu, kali ini membabat jari tangan yang sedang menggenggam senjata.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Triiing!" dimana ujung pedang melejit, tusukan itu persis mengarah jalan darah Leng-ciu-hiat di punggung tangan lawan. Cepat Siang Thian-beng merendahkan tubuh sambil menarik tangannya untuk berkelit, saat itulah jurus serangan ke tiga dari Put-ji kembali menyapu tiba dengan kecepatan bagaikan sambaran petir. Serangan yang dilancarkan kali ini benar-benar ganas lagi cepat, ketika mata pedang membabat miring ke bawah, kali ini dia ancam lutut lawan. Bukan saja jurus serangannya cepat bagai sambaran kilat, bahkan ganas dan tepat, tampaknya sulit bagi Siang Thian-beng untuk berkelit dari ancaman itu. Tiba-tiba terlihat sekilas cahaya tajam melesat lewat di tengah udara, menyusul kemudian terdengar Siang Thian-beng membentak nyaring, "Tiga jurus sudah lewat, lihat serangan balasan!" "Traaang....!" diiringi dentingan nyaring, pedang Put-ji sudah ditangkis hingga mencelat ke samping. Saat itulah semua hadirin dapat melihat dengan jelas kalau sarung pedang milik Siang Thian-beng sudah tergeletak jatuh ke tanah, terbelah menjadi dua bagian. Dia sama sekali tidak menggunakan gerakan mencabut pedang seperti biasanya untuk meloloskan senjata itu, sarung pedang itu retak dan pecah jadi dua bagian lantaran getaran tenaga dalamnya, itulah sebabnya disaat yang paling kritis dia masih dapat melancarkan serangan balasan dengan kecepatan tinggi, dengan pedang menghadapi pedang dia punahkan ancaman lawan. Karena pedang itu muncul dari sarung yang pecah, bukan saja berhasil menangkis serangan maut dari Put-ji, malah masih punya kekuatan untuk langsung menusuk perut lawannya itu. Reaksi Put-ji tidak kalah cepatnya, dengan gerakan angsa liar menembus awan dia melejit ke tengah udara, mata pedang Siang Thian-beng persis menyambar lewat dari bawah kakinya, coba kalau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terlambat sedikit saja, niscaya kakinya bakal kutung. Berada di tengah udara, dengan gaya burung belibis membalikkan tubuh, dengan kepala di bawah kaki diatas, dia melancarkan tusukan ke bawah dengan jurus Bong-po-kiu-siau (rajawali menyusup dari awan). Cepat Siang Thian-beng melintangkan pedangnya untuk menangkis, terdengar....Traaang!" di tengah benturan benda keras, dua sosok bayangan manusia saling berpisah satu dengan lainnya, dua bilah senjata itu menyambar lewat persis menempel di atas tulang Pie-pa-kut di bahu masing-masing. Beberapa gerakan pertarungan itu dilakukan begitu cepat bagai sambaran kilat, membuat semua orang yang menonton jadi silau dan terkagum-kagum, sampai saat itulah suara tepuk tangan dan tempik sorak baru bergema gegap gempita. Sesudah tertegun beberapa saat, Put-po baru mulai berpikir, "Setelah sekian lama menekuni kitab pusaka peninggalan Couwsu, aku sangka seluruh rahasia ilmu pedang perguruan telah kupahami dan kukuasahi, siapa tahu kehebatan dari perubahan ilmu pedang yang dimiliki Put-ji sute jauh berada diluar dugaanku! "Dalam hal tenaga dalam, dia memang belum sanggup melampaui kemampuanku, tapi kehebatan ilmu pedangnya jelas masih satu tingkat diatasku, hanya anehnya kenapa jurus pedang yang sebenarnya berasal dari aliran lurus, kini berubah penuh tipu dan muslihat? Kalau begitu cara berlatihnya, mana mungkin bisa mencapai tingkat yang paling sempurna?" Biarpun dalam hati kecilnya dia berpikir begitu, namun diluaran dia justru bersorak memberi semangat, "Put-ji sute, baru melancarkan tiga jurus serangan, kau telah berhasil membuat sarung pedang Malaikat pedang pecah jadi dua bagian, terbukti kau sudah menang satu jurus darinya!" Kelihatannya dia sengaja tidak menyinggung tentang Siang Thian-beng yang telah mengalah tiga jurus untuk lawannya, jadi sesungguhnya posisi kedua orang itu masih seimbang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pertarungan pedang pun berlangsung makin lama semakin bertambah sengit, dalam keadaan begini semua orang tidak punya waktu lagi untuk berpikir banyak, bahkan tidak sempat lagi mengkhawatirkan keselamatan rekan sendiri. Perhatian setiap orang nyaris tersedot oleh permainan ke dua belah pedang itu. Tampak permainan pedang Put-ji yang berkembang terus menciptakan lingkaran demi lingkaran cahaya pedang yang menggulung saling menyusul, sebaliknya gerakan pedang Siang Thian-beng bagai pukulan ombak, mengembang ke empat penjuru, tatkala hawa serangan mencapai pada puncaknya, kekuatan yang dihasilkan bagaikan gulungan ombak di tengah badai dahsyat, nyaris menenggelamkan seluruh tubuh Put-ji. Anak murid Bu-tong-pay yang mengerti ilmu pedang Bu-tong-pay hampir semuanya dibuat kesem-sem dan mabuk kepayang menyaksikan pertarungan yang sedang berlangsung, pikir mereka, "Ternyata ilmu pedang Thay-kek-kiam bisa juga digunakan sedemikian cepat!" Bagi anggota perguruan yang belum pernah belajar ilmu pedang Thay-kek-kiam, pertarungan ini membuat mereka semakin terbelalak dengan mulut melongo, apa yang bisa mereka saksikan sekarang hanya lah dua kilas cahaya pedang yang saling menyambar, tidak seorang pun tahu sudah beberapa gebrakan pertarungan itu berlangsung. Brbeda dengan Bu-siang Cinjin, dia mengikuti jalannya pertarungan itu dengan seksama, ketika Siang Thian-beng menyelesaikan ke tiga puluh enam jurus serangannya, diam diam bisiknya kepada Bu-si Tojin, "Ternyata ke tiga celah yang terdapat dalam ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat milik Hian Tin-cu telah ditambal, kini sama sekali tidak nampak ada kelemahan lagi. Walaupun ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat terdiri dari enam puluh empat jurus, namun Siang Thian-beng tidak menggunakannya secara berurutan, ke tiga celah tersebut yang pertama ada pada jurus ke tiga puluh enam, kedua ada di jurus ke empat puluh delapan dan ke tiga ada di jurus ke lima puluh sembilan. Sementara
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam permainan kali ini biarpun Siang Thian-beng baru menggunakan tiga puluh enam jurus, namun ke tiga jurus yang ada celahnya telah selesai digunakan semua. "Put-ji dapat bertahan sampai sekarang, hal ini sudah terhitung luar biasa baginya, sahut Bu-si Tojin, "terus terang saja dalam hal belajar ilmu pedang, bakatnya memang jauh diatas kemampuanku, hanya sayang dia lebih memilih jalan taktik dari pada jalan lurus.... "Taktik dan lurus saling menumbuhkan, tidak salah kalau dipakai untuk saling menunjang dan menutup kelemahan yang ada, sela Bu-beng, "sudah terhitung hebat kalau dia bisa berpikiran ke situ. Sute, ilmu pedangnya bukankah merupakan hasil gemblengan mu? Kalau dia bisa mencapai taraf sehebat ini, bukan saja kau patut merasa gembira, kamipun wajib memberi selamat kepadamu. "Tidak benar, tidak benar!" tiba tiba Bu-siang Cinjin berseru tertahan. "Jurus mana dari ilmu pedangnya yang tidak benar?" tanya Bu-si Tojin tertegun. "Bukan ilmu pedangnya yang kumaksud. "Maksudmu ilmu pedang dari Siang Thian-beng? Sungguh mengecewakan, aku tidak berhasil menemukan apa-apa. "Ilmu pedang yang dimiliki Siang Thian-beng nyaris tanpa celah, mana mungkin tidak benar?" "Lantas apa yang dimaksud Suheng sebagai tidak benar?" tanya Bu-si Tojin tak habis mengerti. "Masalah ini tidak mungkin bisa dijelaskan dengan sepatah dua patah kata, lebih baik dibicarakan lagi besok. Siapa tahu dugaanku yang salah. Kata "tidak benar" biasanya digunakan untuk menunjuk sesuatu kenyataan, kalau memang begitu, kenapa pula dia masih mengatakan kalau hal tersebut masih "dugaan"? Dalam pada itu pertarungan pedang yang berlangsung di tengah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

arena makin lama makin bertambah tegang dan seru, karena Busiang Cinjin enggan bicara maka diapun merasa rikuh untuk mendesak lebih lanjut, apalagi Bu-siang Cinjin sudah berkata akan dibicarakan lagi dikemudian hari, terpaksa dia hanya menyimpan kecurigaan tersebut di dalam hati. Ternyata yang membuat Bu-siang Cinjin merasa "tidak benar" adalah masalah tenaga dalam yang di miliki Siang Thian-beng. Sejak awal dia sudah menduga kalau Siang Thian-beng pasti sudah memperbaiki permainan ilmu pedangnya, namun dalam hal tenaga dalam, walaupun ter-masuk tidak lemah juga namun jauh dari apa yang diduganya semula. Sebagaimana diketahui Put-ji baru menjadi pendeta setelah dia berusia dua puluh enam tahun, saat itulah dia baru secara resmi belajar di bawah bimbingan Bu-siang Cinjin. Sebaliknya Siang Thian-beng selama ini berlatih terus ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat nya di bawah bimbingan Hian Tin-cu, berlatih tekun selama tiga puluh enam tahun sudah pasti akan menghasilkan kemampuan yang luar biasa, jadi berbicara soal tenaga dalam, tidak seharusnya kemampuannya tidak dapat mengungguli Put-ji. Di samping itu, berbicara soal ilmu pedang, meski dalam permainan pedang Siang Thian-beng tidak dijumpai celah, namun dalam pandangan Bu-siang Cinjin sekalian sebagai para ahli, permainan orang itu terkesan kelewat "kanak-kanak" dan kesan 'kanak-kanak" itu tentu saja dikarenakan kekuatan tenaga dalamnya belum mencapai puncak kesempurnaan. Tanpa terasa Bu-siang Cinjin membayangkan kembali kejadian pada tiga puluh enam tahun berselang, sewaktu bertemu murid dari Hian Tin-cu itu, pikirnya, "Benar, tinggi rendahnya tenaga dalam sangat mempengaruhi kwalitas dari suatu permainan pedang, itupun tergantung seberapa bagus bakat yang dimiliki, bukan berarti karena waktu berlatih yang panjang, pasti menghabiskan tenaga dalam yang sempurna. Tapi kalau dilihat murid kecil dari Hian Tinhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cu, seharusnya dia terhitung orang yang berbakat bagus, tidak semestinya kemampuan yang berhasil dia yakini berada di bawah kemampuan Put-ji. Namun kenyataannya sekarang, sekalipun dia berhasil mengungguli Put-ji, kelebihan yang dimiliki pun tidak terlalu banyak selisihnya, kenapa bisa begitu?" Pada saat yang bersamaan, dari tengah ratusan murid Bu-tongpay yang menonton dari bawah mimbar mendadak terdengar pula seseorang berteriak keras, "Tidak benar, tidak benar!" Orang itu tidak lebih hanya seorang gadis berusia enam belas tahunan, dia tidak lain adalah 'cici' Lan Giok-keng, Lan Sui-leng. Waktu itu Lan Sui-leng sedang berdiri berjajar dengan gurunya Put-hui Tokouw. Agak tertegun Put-hui mendengar teriakan itu, buru-buru bisiknya, "Anak kecil tahu apa? Jangan berteriak-teriak. "Aku tidak mengerti ilmu pedang yang mereka miliki, yang kumaksud bukan ilmu pedang mereka. "Lantas masalah apa yang kau katakan tidak benar?" tanya Puthui dengan perasaan ingin tahu. ""Suhu, kau jangan marah, aku hanya merasa kalau perkataan yang pernah kau ucapkan dulu sedikit tidak benar. "Perkataan apa?" "Suhu, masih ingatkah kau ketika suatu hari tanpa sengaja kau melihat Put-ji Totiang sedang mewariskan ilmu pedang kepada adikku, sekembalinya ke rumah kau pernah berkata, walaupun ilmu pedang dari Put-ji Totiang memiliki banyak rancangan dan gerakan baru namun sayang semua gerakannya hanya kembangan dan sama sekali tidak berguna, kemudian ketika aku bertarung melawan adik, benar saja, aku berhasil mengungguli dirinya. Aku merasa perkataanmu waktu itu sama sekali tidak betul. "Coba kau lihat kemampuannya sekarang, bukan saja Put-ji Totiang sanggup bertarung menghadapi orang yang disebut
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Malaikat Pedang ini bahkan sanggup bertarung seimbang, bukankah hal ini membuktikan kalau perkataanmu dulu tidak benar? Dari pembicaraan Ciangbunjin tadi, jelas kedengaran kalau beliau sangat menyanjung kehebatan si Malaikat Pedang, masa nama besar Malaikat pedang hanya nama kosong belaka?" "Tentu saja Malaikat Pedang bukan jagoan bernama kosong, hanya saja.... "Hanya saja kenapa?" Put-hui Tokouw termenung tanpa bicara, kelihatannya dia sedang tercekam dalam masalah yang pelik. Tiba tiba Lan Sui-leng berseru lagi sesudah memandang sekejap sekeliling tempat itu, "Hei, ke mana perginya adikku?" Sebagaimana diketahui, Put-ji adalah guru Lan Giok-keng, di saat gurunya sedang bertarung melawan musuh tangguh, sudah seharusnya dia tampil di depan untuk mengikuti jalannya pertarungan itu. Sewaktu semua murid berkumpul di bawah mimbar tadi, Lan Suileng telah berusaha mencari adiknya namun gagal. Sekarang dia hanya berharap adiknya berada diantara kerumunan orang banyak dan berdiri dibarisan terdepan. Sayang harapan inipun sia-sia. Tiba tiba Put-hui Tokouw berseru tertahan, "Aaah, betul, betul!" "Apanya yang betul?" buru-buru Lan Sui-leng bertanya. Put-hui Tokouw tidak langsung menjawab, dia memandang sekejap sekeliling tempat itu, ketika melihat semua orang sedang mencurahkan seluruh perhatiannya ke tengah arena dan yakin tidak akan ada yang memperhatikan mereka berdua, dia baru berbisik ke sisi telinga Lan Sui-leng, "Ilmu pedang Put-ji memang sangat berkembang, bahkan dia berhasil menciptakan banyak gerakan baru dalam ilmu pedangnya, tapi jurus serangan yang dia gunakan sekarang, jauh berbeda dengan jurus pedang yang diajarkan kepada adikmu tempo hari. Malah dapat kulihat kalau perbedaannya bagaikan langit dan bumi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jadi Put-ji Totiang sengaja mengajarkan kembangan kepada adikku? Tapi kenapa begitu?"

ilmu

pedang

Put-hui Tokouw semakin merendahkan suaranya, setengah berbisik katanya, "Aku khawatir Put-ji mempunyai maksud jahat terhadap adikmu!" "Haah, kenapa bisa begitu?" jerit Lan Sui-leng terkesiap. Saking kerasnya teriakan ini membuat banyak orang segera berpaling ke arah nya, bahkan ada beberapa diantaranya yang menegur agar mereka jangan berisik. Buru-buru Put-hui Tokouw menyingkir ke pojokan arena. menarik Lan Sui-leng untuk

Dalam pada itu pertarungan antara Siang Thian-beng melawan Put-ji sudah mencapai pada puncak ketegangan, tiba-tiba tampak tubuh Put-ji mundur beberapa langkah ke belakang, sementara permainan pedang dari Siang Thian-beng mengembang makin melebar, pada hakekatnya dia sudah mengurung seluruh tubuh lawan di bawah ancamannya. Beruntun Put-ji melancarkan tujuh lingkaran pedang, setiap lingkaran pedang yang diciptakan segera memunahkan setengah bagian tenaga serangan lawan, dengan susah payah akhirnya dia berhasil juga memperkokoh kembali posisinya. Tapi kini kendali berpihak pada Siang Thian-beng, enam puluh persen serangan yang dilancarkan nyaris berasal dari pedangnya. Justru karena situasi pertarungan telah mencapai puncak ketegangan, tiada orang lagi yang menaruh perhatian terhadap mereka berdua. Melihat itu dengan perasaan lega Put-hui Tokouw baru berbisik lagi, "Aku sendiripun tidak mengerti apa maksud tujuannya, tapi bila adikmu mempelajari ilmu pedang yang tidak ada gunanya itu, bila suatu ketika benar-benar bertarung melawan musuh tangguh, jelas keselamatan jiwanya bakal terancam bahaya maut! Aku tidak paham apa maksud tujuannya, yang pasti dia mempunyai maksud
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jahat! Tapi kau jangan bicara sembarangan di luaran, apalagi sampai mengatakan hal ini kepada orang lain!" Lan Sui-leng semakin bimbang dan kebingungan, sebelum ini, dia selalu menaruh perasaan dengki dan iri terhadap adiknya karena dianggap Put-ji Totiang kelewat sayang dan memanjakan dirinya, bagaimana mungkin dia bisa menduga kalau Put-ji ternyata mempunyai maksud jahat terhadap adiknya? Sadar kalau masalah ini amat serius, buru-buru bisiknya lagi, "Lalu apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kuperbuat?" Put-hui Tokouw tidak menjawab tapi menarik tangannya dan menulis diatas telapak tangannya, "Beritahu adikmu!" Kembali Lan Sui-leng berpikir, "Apa gunanya kalau hanya beritahu adikku, mestinya laporkan langsung ke Ciangbun Sucouw. Tampaknya Put-hui Tokouw dapat membaca suara hatinya, lagilagi dia menulis di telapak tangannya, "Adikmu pintar sekali, aku yakin dia pasti tahu apa yang harus dilakukan. Kendatipun diwaktu biasa dia sering dengki dan iri terhadap adiknya, tidak urung hatinya girang juga setelah mendengar pujian dari Put-hui Tokouw. Bukan hanya gembira bahkan serasa baru terlepas dari beban berat. "Benar, sahutnya, "adik memang jauh lebih cerdas ketimbang diriku, asal kuceritakan kejadian yang sesungguhnya, aku pun tidak usah putar otak lagi memikirkan persoalan ini. Untuk menyampaikan kejadian ini kepada adiknya, pertama-tama dia harus menemukan adiknya lebih dahulu, tapi ke mana adiknya telah pergi? Sementara dia masih termenung, mendadak dirasakan ada 'suasana aneh' sedang mencekam arena pertarungan, begitu hening dan sepinya suasana saat itu hingga terasa sangat menakutkan. Ternyata pertarungan pedang di tengah arena sudah mencapai saat penentuan siapa menang siapa kalah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siang Thian-beng melambung ke udara, sepintas orang menyangka dia akan mengulang kembali jurus Bong-po-kiu-siau (Rajawali menyusup dari awan), padahal jurus serangan yang digunakan adalah Eng-ki-tiang-gong (Elang sakti menggempur langit) yang memiliki gerakan mirip dengan jurus semula. Jika hawa serangan yang dipancarkan dari jurus Bong-po-kiu-siau melebar ke empat penjuru maka hawa serangan yang dihasilkan jurus Eng-ki-tiang-gong justru berpusing menusuk ke bawah. Sekalipun ke dua serangan ini masing-masing memiliki kelebihan, namun jurus serangan yang belakangan justru jauh lebih ganas dan mengerikan, ibarat elang yang menerkam kelinci, sulit bagi musuhnya untuk menghindarkan diri. Ternyata jurus ini adalah jurus ke tiga belas dari ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat dan merupakan juga jurus serangan paling ganas, bila digunakan berurutan maka seharusnya jurus ini sudah digunakan sejak pertama kali tadi. Namun Siang Thian-beng sengaja menyimpannya hingga pada saat penting, begitu tahu kalau jurus serangan Put-ji telah digunakan hingga tua dan mustahil ditarik kembali, dia baru menggunakan jurus tersebut untuk menghabisi lawannya. Sayang diapun tidak menyangka kalau Put-ji pun secara diam diam menyimpan juga satu jurus pamung-kas untuk menghadapinya. Betul dalam hal tenaga dalam, Put-ji masih setingkat di bawah kemampuannya, namun gejala terakhir yang terjadi justru merupakan satu kesengajaan darinya untuk menipu lawan. Disaat yang kritis itulah tiba-tiba tubuh Put-ji melejit ke udara, dengan melayang ke samping dia balas serangan lawan dengan jurus Pek-hok-liang-ji (Bangau putih pentangkan sayap) (Gb 5). Inilah jurus Pek-hok-liang-ji yang tidak mungkin bisa dilupakan Lan Sui-leng karena pernah digunakan untuk mengalahkan adiknya. Waktu itu adiknya menggunakan pedang kayu untuk

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menghadapinya, bahkan sebelum menyerang masih sempat memperingatkan cicinya agar lebih berhati-hati, namun alhasil dia sendiri yang justru nyaris terluka oleh pedang cicinya. Karena itu Lan Sui-leng memperhatikan dengan lebih seksama, benar saja, ternyata jurus yang digunakan Put-ji saat ini sama sekali berbeda dengan jurus yang digunakan adiknya. Mereka berdua sama-sama menggunakan jurus Pek-hok-tian-ji, radius bentangan yang dihasilkan pun sama-sama melebar sesuai dengan ajaran ilmu Thay-kek-kiam-hoat, hanya bedanya, bentangan yang dihasilkan Put-ji membentuk setengah lingkaran busur yang serong ke samping sementara bentangan yang dihasilkan adiknya justru membentuk satu lingkaran yang membujur ke tengah. Meskipun perbedaan itu kecil sekali, ternyata manfaat yang dihasilkan dalam pertempuran justru sangat besar. Tubuh Siang Thian-beng menerkam ke bawah dari tengah udara, sedang Put-ji melambut sambil menyambut datangnya ancaman, kedua orang itu bukan saja telah beradu kecerdikan, pun beradu kekuatan. "Traaaang....!" di tengah benturan nyaring yang disertai percikan bunga api, ke dua bilah pedang itu saling membentur satu dengan lainnya. Tubuh ke dua orang itu seakan saling menempel, begitu sepasang pedang saling membentur, tubuh mereka pun ikut tidak bergerak. Oleh karena Siang Thian-beng menyergap dari udara, saat itu hanya ujung kakinya yang menempel tanah sementara kekuatan seluruh tubuhnya bertumpu pada pedangnya, seolah sebuah bukit Thay-san yang menindih tubuh Put-ji kuat-kuat. Sebaliknya sepasang kaki Put-ji seolah terpaku di atas permukaan tanah, dia melakukan perlawanan dengan sekuat tenaga. Berdebar keras jantung Lan Sui-leng menyaksikan adegan itu,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bisiknya kemudian kepada Put-hui Tokouw, "Kalau pertarungan dilanjutkan dengan cara begini, bukankah pihak musuh yang justru akan memperoleh keuntungan? Kenapa dia tidak lepas tangan saja? Kalau lepas tangan secara tiba-tiba, siapa tahu pihak musuh malah jatuh terjerembab. "Aaah, kau ini kurang paham, sekarang mereka sedang beradu tenaga dalam, siapa yang lepas tangan lebih dulu, dialah yang bakal dirugikan. Saking tegangnya dia menonton, tanpa terasa peluh dingin membasahi seluruh telapak tangannya. Perlu diketahui, walaupun Put-hui Tokouw menaruh curiga kalau Put-ji bukan orang baik, namun bagaimana pun juga pertarungan ini merupakan pertarungan demi Ciangbunjin mereka Bu-siang Cinjin , tentu saja dia tidak berharap pihak lawan yang menangkan pertarungan. Begitu juga jalan pikiran Lan Sui-leng saat itu. Sayang situasi di tengah arena justru bertolak belakang dengan pengharapan mereka berdua. Kabut putih mulai mengepul dari batok kepala Put-ji, pedangnya pun sudah tertekan oleh senjata lawan hingga melengkung dan membentuk garis busur. Sebagaimana diketahui, tenaga dalam yang dimiliki Siang Thianbeng memang setingkat di atas Put-ji, apalagi posisinya berada dari atas menekan ke bawah, daya tekanannya otomatis jauh lebih besar dan kuat. Hal ini memaksa Put-ji mulai tidak sanggup menahan diri. Sayang pertarungan saat ini merupakan pertarungan beradu tenaga dalam, seluruh hawa murni yang dimiliki mereka berdua telah dihimpun ke dalam pedang masing-masing, jika Put-ji melepaskan atau mengendorkan pedangnya maka kecuali dia menarik lebih dulu tenaga dalamnya, kalau tidak tubuhnya pasti akan terjerembab ke muka. Di samping itu mana dia berani melepaskan pertahanannya yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terakhir, andaikata musuh mengirim lagi dengan sebuah tusukan maut, bukankah jiwanya akan terancam bahaya maut? Bila kondisi seperti ini dibiarkan berlangsung lebih lama, tampaknya selembar nyawa Put-ji akan terancam bahaya maut. Di saat yang kritis itulah mendadak terlihat sesosok bayangan manusia meluncur ke tengah udara dan bagaikan sambaran burung rajawali, langsung menyela di tengah mereka berdua. Orang itu tidak lain adalah Tiong-ciu Tayhiap Bouw Ciong-long yang sejak hari ini sudah berubah menjadi Bu-beng, pejabat Ciangbunjin yang baru. Begitu menyusup masuk diantara ke dua orang itu, Bu-beng segera mengebaskan ujung bajunya ke samping, tampak cahaya pedang berkelebat lewat, tahu tahu ujung bajunya telah terkoyakkoyak dan beterbangan di angkasa bagai sekumpulan kupu-kupu. Saking terkejutnya semua orang hanya bisa berdiri melongo dengan mata terbelalak, kedua bilah pedang itu sudah dipenuhi pancaran tenaga dalam, bila tidak hati-hati dalam penanganan, bisa jadi akan melukai tubuh sendiri dan bila sampai terjadi begitu, biar tubuhnya terbuat dari lapisan baja pun tidak urung akan muncul juga beberapa lubang ditubuhnya. Namun sama sekali diluar dugaan, begitu termakan kebasan ujung baju itu tubuh Put-ji justru mundur sempoyongan sampai beberapa kaki jauhnya sebelum berhasil berdiri tegak. Siang Thian-beng ikut tergoncang juga tubuhnya walau sepasang kakinya masih menjejak di tanah, sekalipun tusukan pedangnya tetap berlanjut, namun karena goncangan itu otomatis sasarannya jadi meleset. Dengan berpisahnya ke dua orang jago ini maka menang kalah pun segera ketahuan, Siang Thian-beng memang menggunakan tehnik dan akal dalam serangan kali ini, namun dalam pertarungan kemenangan tetap berada dipihaknya. Selesai memisahkan kedua orang itu, dengan lantang Bu-beng
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berseru, "Kalau hanya ingin menjajal kepandaian, berhentilah pada saling menutul, buat apa musti bertarung habis-habisan!" Perkataan itu Cengli dan masuk diakal, namun dalam pendengaran Siang Thian-beng justru mendatangkan perasaan yang tidak sedap. Sementara kawanan jago lainnya pun berdiri semakin termangu, sekarang mereka baru tahu bahwa ilmu meminjam tenaga ternyata memang luar biasa hebatnya. Kalau dibahas dari saling menutul, tentu saja dalam hal ini dia berhasil mengungguli Put-ji satu gebrakan, namun dia dikalahkan pula oleh Bu-beng. Padahal tujuan kedatangan Siang Thian-beng adalah hendak mengalahkan Bu-tong-pay, mana mungkin dia mau menyudahi persoalan sampai disitu saja? Dari malu dia jadi gusar, mendadak sambil melepaskan satu tusukan ke tubuh Bu-beng, bentaknya, "Bagus, aku memang ingin minta petunjukmu!" Tubuhnya sempoyongan sementara kakinya terhuyung-huyung keadaannya persis seperti orang mabuk. Tapi caranya memanfaatkan kesempatan sungguh luar biasa, tampaknya ujung pedang itu segera akan menembusi tenggorokan Bu-beng. Mendadak dia hentikan serangannya seraya membentak, "Kenapa belum meloloskan pedangmu? Mau menunggu sampai kapan?" Bu-beng tersenyum. "Tahu diri dan tidak sampai membuat malu, Kau berhasil menangkan satu gebrakan dari sutitku, aku rasa anggap saja kaulah pemenangnya. Sepintas perkataan ini seakan mengalah, padahal yang benar gebrakan itu justru merupakan jurus mundur untuk maju. Sebagaimana diketahui, ketika melawan Siang Thian-beng, Put-ji bertarung dengan posisi sebagai satu satunya murid Bu-siang Cinjin,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bila Siang Thian-beng benar-benar 'menarik diri setelah berhasil', tentu saja anggota perguruan Bu-tong-pay lainnya tidak dapat berbuat apa apa terhadapnya. Tapi masalah ini justru hebatnya terletak pada ucapan "tahu diri dan tidak sampai membuat malu", jangan lagi Siang Thian-beng memang pada dasarnya tidak ingin menyudahi persoalan itu, bila dia bersedia berdamai pun, tindakannya ini bakal membuat dia kehilangan muka. Berubah hebat paras muka Siang Thian-beng, hardiknya, "Apa maksudmu dengan perkataan tahu diri tidak sampai malu? Kau anggap aku benar-benar bukan tandinganmu?" "Tentu saja Pinto tidak punya maksud begitu, Pinto hanya merasa bahwa ilmu pedang kedua partai kita masing-masing mempunyai kelebihan sendiri, kalau benar-benar harus ditentukan menang kalah, aku khawatir justru akan merusak suasana. "Sejak awal aku sudah bilang!" teriak Siang Thian-beng semakin gusar, "kemenanganku atas keponakan murid itu tidak masuk hitungan, bagaimana pun aku tetap akan berduel melawanmu. "Buat apa musti begitu?" Bu-beng tetap ter-senyum. "Jadi kau bersikeras enggan memberi petunjuk?" bentak Siang Thian-beng gusar, sambil menghardik dia lancarkan sebuah tusukan. Serangan ini selain cepas, ganas pun berbahaya, tahu-tahu ujung pedangnya telah mengancam di ujung hidung Bu-beng. "Ooh, jadi Siang-heng tetap ingin paksa aku untuk pamer kejelekan?" tanya Bu-beng kemudian sambil tersenyum. "Betul, aku tidak akan mengulang perkataan yang sama, jika kau enggan membalas, itu berarti sedang mencari penyakit buat diri sendiri!" Serangan yang dilancarkan ke tiga kalinya ini jauh lebih ganas ketimbang serangan ke dua, kali ini sasaran yang diarah adalah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sepasang mata Bu-beng. "Kejadian yang sama tidak akan diulang tiga kali!" teriak Put-po tiba-tiba, "Ciangbun susiok, kau telah mengalah tiga jurus!" Pada saat itulah terlihat cahaya pedang bagai sebuah rantai membentuk satu lingkaran besar yang mengelilingi arena, kemudian diiringi suara benturan keras, dua sosok bayangan manusia saling berpisah satu dengan lainnya. Hampir delapan-sembilan puluh persen anggota Bu-tong-pay tidak sempat melihat dengan jelas peristiwa apa yang telah terjadi, ada diantara mereka yang khawatir, ada pula yang merasa ngeri, mereka takut Bu-beng telah dilukai oleh serangan maut itu, bahkan ada pula yang langsung mengumpat, "Tidak punya muka! Ciangbunjin kami telah mengalah kepadamu, kau justru.... Tiba-tiba semua orang tertegun dan tidak mampu melanjutkan umpatannya lagi. Tapi saat itulah ada seseorang yang melanjutkan makian tersebut, "Hahahaha.... tepat sekali, dia memang benar benar tidak punya muka!" Apa yang disebut "dia memang benar-benar tidak punya muka?" Ucapan itu kedengarannya memang agak susah untuk dicerna, tapi setiap murid Bu-tong-pay yang hadir saat itu dapat menyaksikan kejadian dihadapan mereka dengan jelas sekali, hingga tidak perlu dijelaskan pun mereka sudah paham sendiri. Apa yang telah mereka saksikan? Ternyata mereka telah menyaksian "Siang Thian-beng" yang lain, tidak tepat kalau dikatakan orang yang lain, lebih tepatnya kalau dibilang mereka telah menyaksian Siang Thian-beng tapi dengan wajah yang berbeda. Kalau Siang Thian-beng yang tadi adalah seorang lelaki setengah umur yang berwajah kaku, dingin dan tanpa emosi, bahkan lebih tepat dibilang mirip sesosok mayat hidup, maka Siang Thian-beng yang tampil dihadapan mereka sekarang adalah seorang pemuda tanpa kerutan sedikitpun di wajahnya, waktu itu dia sedang berdiri
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan wajah kaget, gugup dan melongo. Tidak sedikit anggota perguruan Bu-tong-pay yang kaya pengalaman dunia persilatan, setelah diawasi lebih seksama, banyak diantara mereka yang sadar akan kejadian yang telah berlangsung. Ternyata Siang Thian-beng yang tampil dari tadi adalah seseorang yang mengenakan topeng kulit manusia, dan Siang Thian-beng yang tampil sekarang inilah baru benar-benar tampil dengan wajah aslinya. Setelah termangu sesaat tiba-tiba Put-po berteriak keras, "Sebuah jurus Hian-nio-hua-sah (Burung hitam mengayuh pasir) yang sangat hebat!" Menyusul teriak itu, Put-hu, Put-hui, Put-lam, Put-tin sekalian anggota murid yang berdiri di belakangnya seakan baru mendusin dari impian, serentak mereka ikut berteriak, "Ilmu pedang yang digunakan Ciangbun susiok benar-benar sangat hebat! Siang Thian-beng, kali ini kau bisa menyerah dengan hati puas bukan?" Ternyata walaupun Bu-beng tidak sampai mencabut pedangnya, namun jurus yang digunakan untuk memunahkan tusukan Siang Thian-beng ke arah matanya benar-benar adalah jurus ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat tingkat tinggi. Dengan tangan sebagai pengganti pedang, mula mula dia gunakan jurus Sam-coan-hoat-lun (tiga kali memutar roda hakim) untuk mengunci serangan lawan dalam lingkaran hawa pedangnya, kemudian dengan tehnik menggiring dan membetot dia paksa pedang lawan mau tidak mau berputar mengikuti kemauan sendiri lalu memutar balik ke arah yang berlawanan, dalam gerakan itu pedangnya justru senjata makan tuan dengan merobek topeng kulit manusia yang dikenakan. Oleh sebab itu pujian Put-po tentang "Sebuah jurus Hian-niohua-sah (Burung hitam mengayuh pasir) yang sangat hebat!" sesungguhnya merupakan jurus serangan yang digunakan Siang Thian-beng saat itu. Hanya sayang gerak tangannya sudah tidak mentaati perintahnya lagi melainkan di bawah pengaruh Bu-beng.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan meminjam pedangnya, meminjam tangannya dan meminjam jurus serangannya, Bu-beng telah memaksa dia untuk membongkar kedok penyaruannya sendiri. Bila diuraikan peristiwa itu rasanya begitu pelik dan kalut, padahal gerakan yang dilakukan Bu-beng saat itu jauh lebih cepat daripada sambaran petir. Bisa meminjam jurus serangan lawan untuk melukai pihak lawan pun sebenarnya sudah terhitung satu tindakan yang luar biasa, apalagi Bu-beng masih bisa menggunakan ujung pedang lawan untuk merobek topeng kulit manusia yang dikenakan diwajahnya tanpa melukai kulit muka itu sendiri, hal ini benar-benar diluar dugaan siapa pun. Perlu diketahui, topeng kulit manusia yang dikena kan Siang Thian-beng saat itu begitu halus dan tipis, melebihi tipisnya selembar kertas. Kejutan lain masih ada di belakang! Kejadian yang membuat para anggota Bu-tong-pay terperangah bukan hanya lantaran kedahsyatan ilmu pedang itu saja. Mula-mula konsentrasi mereka hanya tertumpu pada kehebatan ilmu pedang itu, namun setelah termangu beberapa saat, mereka baru merasakan hal lain yang tidak beres. Paras muka Siang Thian-beng yang muncul di depan mata saat ini adalah wajah seorang pemuda yang berusia paling dua puluh tahunan, padahal murid Hian Tin-cu yang mengadakan perjanjian dengan Bu-siang Cinjin terjadi pada tiga puluh enam tahun berselang. "Kau bukan Siang Thian-beng!" kata Bu-beng dingin. "Hmm, aku hanya mengatakan kalau aku dari perguruan Hian Tin-cu- sahut pemuda itu ketus, "tentang kalian telah menganggapku sebagai orang lain, itu sih urusan kalian sendiri. Sejujurnya dia memang tidak pernah mengakui kalau dirinya adalah Siang Thian-beng. Sekalipun menurut keadaan pada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

umumnya, istilah dari 'perguruan' sama artinya adalah "murid" dari seseorang, namun kata dari perguruan tidak mengharuskan kalau dia adalah murid langsung, boleh jadi dia hanya seorang cucu murid. Kembali Put-po mendengus dingin. "Hmm, paling tidak kau punya hubungan dengan Siang Thianbeng bukan?" sindirnya. "Tentu saja! Kalau tidak, buat apa aku kemari. Aku adalah murid Siang Thian-beng, dengan nama Tonghong Liang. "Apa sebab gurumu tidak datang sendiri?" tanya Bu-siang Cinjin. "Dulu, kau boleh mewakili gurumu untuk bertanding, mengapa pula aku tidak boleh mewakili guruku untuk memenuhi janji?" "Kalau begitu perjanjianku dengan gurumu tempo hari sudah dapat dianggap selesai bukan?" "Seharusnya pertanyaan itu kau langsung tanyakan kepada pejabat Ciangbunjin barumu!" Beberapa orang anggota Bu-tong-pay yang temperamen kontan saja mencaci maki kalang kabut, tapi Bu-beng tetap tenang bahkan emosi pun tidak, tanyanya dengan suara lembut, "Maaf aku tidak mengerti apa maksud perkataanmu?" "Jika kau anggap dengan berhasil mengungguli diriku maka reputasi Bu-tong-pay bisa terjaga, maka sesuai peraturan dunia persilatan, lantaran aku datang mewakili guruku, kau boleh saja menganggap masalah ini telah selesai. Bicara dari tingkat kesenioran, posisi Tonghong Liang hanya sejajar dengan murid angkatan "Put" dalam partai Bu-tong, sebaliknya Ciangbunjin baru Bu-beng berasal dari tingkatan yang sejajar dengan Ciangbunjin lama Bu-siang Cinjin, jadi kekalahan Tonghong Liang di tangan Bu-beng tidak bisa dianggap kehilangan muka. Tapi bila lantaran kemenangan tersebut kemudian pihak Bu-tonghttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pay menganggap masalah terselesaikan, maka tindakan tersebut paling tidak akan menjadi bahan pembicaraan orang banyak, karena mereka "rela turun pangkat" kalau sampai terjadi begitu, bagaimana mungkin mereka dapat menjaga reputasi dan nama baik partai? Sekarang semua orang baru sadar, rupanya sejak awal dia memang sengaja berusaha mengaburkan suasana dengan mengaku dirinya dari perguruan Hian Tin-cu, rupanya dia berniat mencari tahu kehebatan ilmu pedang Bu-tong-pay demi gurunya. Hanya saja, walaupun pihak Bu-tong-pay sadar kalau dia sedang main siasat untuk mencari keuntungan, akan tetapi sulit bagi mereka untuk tidak menerima tantangan tersebut. Dalam pada itu Tonghong Liang telah menyarungkan kembali pedangnya dan berkata kepada Bu-beng seraya menjura, "Harus kuakui bahwa aku takluk kepadamu karena ilmu pedangmu memang jauh lebih hebat ketimbang kemampuanku. Cuma sayang, belum tentu kau dapat memenangkan guruku f4' Dalam situasi begini, betapa bagusnya kesabaran Bu-beng, tidak urung dia tidak ingin menunjukkan kelemahan sendiri dihadapan orang, segera sahutnya dengan suara dalam, "Jadi kau berniat membuatkan janji untuk gurumu?" "Aku tidak bisa mewakili gumku untuk memberi jawaban, tapi aku bersedia menyampaikan niatmu untuk bertanding pedang kepada beliau. Sebagaimana diketahui, dia datang karena sedang mewakili gurunya untuk memenuhi janji, dengan sendiri nya tata cara dan pembicaraan semuanya harus mengikuti 'aturan'. Itulah sebabnya dia hanya bisa mengatakan begitu. "Bagus, jawab Bu-beng perlahan, "tolong sampaikan kepada gurumu, bila dia masih berniat untuk menjajal ilmu silatku, setiap saat pinto bersedia memenuhi undangannya. "Pesan dari Totiang pasti akan kusampaikan. Bila kau tidak ada pesan lain, aku mohon pamit.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu selesai bicara, dia langsung menerobos dari antara kerumunan murid Bu-tong-pay dan turun gunung. Berbicara dari tingkat kesenioran, posisinya paling hanya sejajar dengan murid Bu-tong-pay dari angkatan "Put", meskipun sekarang pihak Bu-tong-pay berhasil menangkan pertarungan ini, namun dua orang murid angkatan "Put" yang paling tinggi kepandaiannya, Putpo dan Put-ji telah keok ditangan orang itu, boleh dibilang kekalahan yang diderita pemuda itu bukanlah kekalahan yang memalukan. Menyaksikan kepergian orang itu, para anggota Bu-tong-pay merasa amat masgul, semua orang merasa sangat kehilangan muka. Di tengah rasa malu, kecewa dan menyesal, dengan sendirinya kesan para anggota Bu-tong-pay terhadap Bu-beng pun berubah menjadi baik-baik, rasa kagum dan rasa berterima kasih terpancar keluar dari wajah semua orang. Coba kalau bukan Bu-beng tampil ke depan, bahkan berhasil menangkan pertarungan itu secara cantik, mau ditaruh kemana nama baik dan reputasi partai Bu-tong? Jalan pemikiran semua anggota perguruan segera diutarakan oleh Put-po dengan tampil ke depan dan sekali lagi memberi penghormatan kepada Bu-beng, ujarnya, "Hari ini aku baru sadar, ternyata aku tidak lebih hanya katak dalam sumur, tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, harap susiok mau memaafkan ketidak sopananku tadi. Put-pay adalah murid pertama Bu-liang Totiang, walaupun dia menaruh kesan jelek terhadap Bu-beng, namun saat ini mau tidak mau harus mengikuti juga di belakang Put-po dan menyampaikan perasaan kagumnya itu. "Ilmu pedang susiok betul-betul membuat pandangan mata tecu semakin terbuka, Tonghong Liang bajingan cilik itu benar-benar kelewat latah dan jumawa, tapi kenyataannya susiok hanya butuh tiga jurus telah berhasil membuatnya kehilangan muka. Kalau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

muridnya saja hanya begitu, tidak mungkin gurunya bisa kelewat hebat. Menurut pendapat tecu, biarpun bajingan itu omong besar untuk gurunya, mungkin perbuatannya itu hanya gertak sambal belaka. "Bisa jadi ilmu pedang yang dimiliki guru bermurid itu tidak selisih banyak, namun bila disertai dengan kesempurnaan tenaga dalam, jelas hasilnya akan jauh berbeda. Gurunya tersohor sebagai Malaikat pedang, jadi menurut pendapatku, kita tidak boleh pandang enteng kemampuan mereka berdua. Put-ji yang terakhir kali tampil ke depan menyampaikan selamat, diapun mengucapkan terima kasih karena Bu-beng telah membantunya melepaskan diri dari kesulitan. Sambil tersenyum ujar Bu-beng, "Ilmu pedangmu cukup bagus, bila di kemudian hari kau berhasil melatih ilmumu hingga sanggup menggabungkan gerakan lurus dan gerakan sesat, sudah pasti kehebatanmu bisa membantu menaikan pamor perguruan. Melihat Ciangbunjin baru mereka begitu rendah hati, para murid semakin merasa kagum. Sementara itu Bu-si Tojin yang berada diatas mimbar sedang minta petunjuk dari Suhengnya, dia berkata, "Ilmu pedang Hui-eng kiam-hoat memang tidak ditemukan celah apa pun, bila Siang Thian-beng sendiri yang menggunakan ilmu pedang tersebut, menurut pendapat mu apakah Bu-beng Suheng berpeluang untuk menangkan pertarungan?" Bu-siang Cinjin termenung sejenak, kemudian sahutnya, "Ilmu pedang itu mati, perubahan itulah yang hidup. Jika kita dapat menggunakan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat sesuai dengan kehendak hati sendiri, biar ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat tanpa celah pun kita tetap bisa menciptakan celah baginya. Menurut pandang anku, ilmu pedang Bu-beng sudah hampir mendekati puncak kesempurnaan. Aku tidak berani mengatakan dia pasti bisa menang, yang bisa kukatakan hanyalah dia lebih banyak berpeluang untuk menang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berbicara sampai disitu, tiba-tiba Bu-siang Cinjin menghela napas panjang. Melihat itu Bu-si Tojin jadi tertegun, tanyanya, Kalau memang Bu-beng Suheng berpeluang besar untuk menang, mengapa Ciangbunjin masih menghela napas?" Sekali lagi Bu-siang Cinjin menghela napas panjang, katanya, "Bila satu perguruan besar hanya mengandalkan kehebatan dari satu, dua orang jagoan saja, jelas kemampuannya belum sanggup untuk menunjang seluruh partai, yang penting justru ada generasi penerusnya. Dulu, walaupun Hian Tin-cu menderita kekalahan, namun ahli warisnya justru generasi yang lebih hebat daripada generasi sebelumnya. Kini kemam-puan Siang Thian-beng sudah jauh melampui kehebatan gurunya Hian Tin-cu, sementara Tonghong Liang yang barusan datang, walau usianya masih muda namun kemampuannya sudah sangat hebat, entah bagaimana jadinya setelah usia pertengahan nanti, menurut pandanganku, bisa jadi dia akan jauh lebih hebat daripada gurunya sekarang, Siang Thian-beng. "Tapi kemampuan Put-ji sutit juga terhitung hebat!" seru Bu-si Tojin. "Dia memang hebat, hanya saja.... "Hanya saja kenapa? Aku khawatir dia tidak menempuh jalan yang lurus, apalagi dia baru menjadi pendeta setelah setengah jalan, sulit rasanya untuk mencapai puncak kesempurnaan. Memang betul bakatnya termasuk orang pilihan dalam perguruan kita, namun bila dibandingkan Tonghong Liang, aku rasa.... dia masih ketinggalan sedikit. Kelihatannya kesehatan tubuh Bu-siang Cinjin semakin mundur, baru selesai mengucapkan perkataan itu dia sudah terbatuk berulang kali, bahkan suaranya pun semakin lemah dan lirih, begitu lemah hingga murid yang berdiri di dekat mimbar pun tidak sempat mendengar.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Saat itu para anggota Bu-tong-pay sedang berkasak-kusuk sendiri membicarakan peristiwa yang barusan berlangsung, otomatis tidak ada diantara mereka yang berniat mencuri dengar pembicaraan Ciangbunjin mereka. Namun ada satu orang yang terkecuali, dia tidak lain adalah Putji, satu-satunya murid Bu-siang Cinjin. Tenaga dalam yang dimiliki Put-ji termasuk cukup sempurna dan jauh melampaui kemampuan rekan-rekan se angkatannya, bahkan dibandingkan Bu-liang Totiang pun hanya selisih sedikit, begitu dia mendengar Bu-si Tojin menyinggung namanya, dengan cepat dia pun pasang telinga untuk mencuri dengar pembicaraan itu. Ketika gurunya bilang kalau dia bukan tandingan Tonghong Liang, mau tidak mau dia harus mengakui akan kenyataan tersebut, tapi dengan cepat dia pun merancang sebuah rencana baru bagi diri sendiri, pikirnya, "Benar, sekarang aku memang belum sanggup mengalahkan Tonghong Liang si bajingan muda itu, tapi sepuluh tahun kemudian, ketika aku telah berhasil menguasai seluruh ilmu silat perguruan, lihat saja bagaimana hasilnya nanti. Yang aku khawatirkan justru sampai waktunya, kau hanya bisa mendengar laporanku dari dalam kuburanmu. Tapi ada satu hal yang membuatnya girang dan lega, pikirnya, "Untung saja Suhu hanya menyesal karena aku tidak sanggup mengungguli kehebatan murid orang, dia hanya terbatas menyesali soal kemampuan ilmu pedangku dan bukan membicarakan soal tabiat serta tingkah lakuku. Bu-si Tojin sendiripun diliputi perasaan bingung dan rasa tidak paham, dia tidak habis mengerti dengan perkataan Ciangbun Suhengnya tentang "tidak menempuh jalan yang lurus". Yang dimaksudkan Suhengnya adalah soal ilmu pedangnya yang tidak lurus? Ataukah tingkah lakunya yang tidak lurus? Sebab secara diam-diam diapun dapat merasakan bahwa tingkah laku Put-ji belakangan semakin aneh dan mencurigakan. Tentu saja semua kecurigaan tersebut hanya bisa disimpan di
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam hati, dia segan untuk menanyakan masalah ini kepada Ciangbun Suhengnya hingga jelas. Agaknya Bu-siang Cinjin sendiripun merasakan ganjalan yang sama, kembali dia menghela napas panjang. Ooo)*(ooO BAB V. Put-ji tidak mentaati pesan terakhir. "Suheng, mengapa kau menghela napas lagi?" Bu-si Tojin segera bertanya. "Sebenarnya dalam perguruan kita bukannya tidak ada muridmurid berbakat bagus, seperti misalnya Lan Giok-keng, cukup berbicara dari bakatnya saja, menurut pandanganku dia tidak kalah dari Tonghong Liang! Hanya sayang.... "Hanya sayang kenapa?" Bu-siang Cinjin hanya terengah-engah tanpa menjawab. Bu-si Tojin segera perintahkan orang untuk menyuguhkan secawan kuah jinsom, selesai meneguk satu tegukan dan mengatur pernapasan, Bu-siang Cinjin baru berkata lagi, "Sayang usianya masih kelewat kecil, mungkin sulit bagiku untuk melihatnya tumbuh hingga dewasa, Sute, tolong kau yang merawatnya di kemudian hari. Tentu saja Bu-si Tojin mengiakan berulang kali, namun muncul perasaan "istimewa" di hati kecilnya, dia seperti merasa Suhengnya punya sesuatu rahasia yang sulit diutarakan kepadanya saat itu. "Sute, kembali Bu-siang Cinjin berkata sambil tertawa getir, "aku sudah tidak punya waktu untuk berbicara panjang lebar lagi, sekarang aku harus menyerahkan pekerjaan besar terakhir kepadamu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bu-si Tojin mengerti tugas terakhir apa yang akan diserahkan kepadanya, cepat dia bertepuk tangan dua kali, para anggota perguruan yang sedang ramai berbincang pun menjadi tenang seketika. Setelah menarik napas panjang, dengan suara yang lebih lantang ujarnya lagi, "Ilmu pedang yang dimiliki Bu-beng telah kalian saksikan, sekarang, apakah masih ada orang yang keberatan untuk mengangkat dia sebagai Ciangbunjin baru?" Tentu saja tidak ada orang yang berani membantah. Maka Bu-siang Cinjin pun berseru, "Bu-beng sute, silahkan naik ke atas mimbar. Baru saja Bu-beng naik ke atas mimbar, Bu-siang Cinjin telah mengambil sebuah kotak bersulam dan dipegangnya dalam genggaman sambil berkata, "Kotak ini berisikan sejilid kitab ilmu pukulan Thay-kek-kun yang ditulis sendiri oleh Thio Cinjin, Couwsu pendiri partai serta sebuah cap batu kemala hadiah Kaisar Thaycouw, mulai sekarang kuserahkan benda ini kepadamu dan kaulah Ciangbunjin angkatan ke sembilan belas partai Bu-tong kita!" "Suheng, lebih baik ke dua benda mustika ini kau serahkan kepadamu setelah kau berusia seratus tahun! seru Bu-beng terperanjat. Bu-siang Cinjin menggeleng, katanya lagi dengan sungguh sungguh, "Kini perguruan kita sedang terancam bahaya, ada banyak pekerjaan besar yang menantimu untuk dilakukan. Sementara aku telah berusia delapan puluh tahun lebih, masa kau tidak rela membiarkan aku melepaskan diri dari beban berat ini?" Nada pembicaraan itu disertai dengan wibawa yang sulit dilawan, terpaksa sambil menjatuhkan diri berlutut Bu-beng menerima pemberian kotak tersebut. Kini Bu-siang Cinjin baru tertawa terbahak-bahak, katanya, "Sute, kepandaian silatmu sepuluh kali lipat lebih hebat dari kemampuanku, setelah tiga puluh tahun lebih memangku jabatan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebagai Ciangbunjin tanpa berhasil menumbuhkan bibit baru, baru hari ini aku merasa bahwa apa yang kulakukan sangat tepat. Dengan kau memangku jabatan sebagai Ciangbunjin, pikiran dan perasaan ku pun jadi sangat lega tanpa beban lagi. Begitu selesai mengucapkan perkataan terakhir, pejamkan matanya sambil menundukkan kepala. dia pun

Bu-si Tojin cepat memburu maju sambil memeriksa, kemudian jeritnya, "Ciangbun Suheng telah berangkat ke alam baka!" Dengan berdiri tegak sambil merangkap tangannya di depan dada, Bu-beng pun berseru, "Tiada wujud sumber dari tiada halangan, tiada halangan mencerahkan kebebasan, apalah arti tubuh kasar dibandingkan berpesiar ke empat samudra. Apalagi Suheng sudah berusia diatas delapan puluh tahun dan pergi dengan senyuman dikulum.... Dengan kedudukan Bu-siang Cinjin dalam dunia persilatan, tentu saja upacara penguburannya harus dilakukan secara besar besaran. Hasil perundingan Bu-beng dan kedua orang tianglo, mereka putuskan untuk mengabarkan kepada semua Ciangbunjin dari pelbagai partai untuk ikut menghadiri upacara penguburan itu, dan atas usul dari Bu-liang Totiang, mereka putuskan untuk menyelenggarakan dua kejadian besar sekaligus. Dua hari sesudah upacara penguburan, mereka berniat mengadakan upacara pelantikan atas diangkatnya ketua baru. Dengan begitu para tamu undangan tidak perlu melakukan perjalanan dua kali. Berhubung partai Bu-tong semenjak di dirikan Thio Sam-hong selalu mendapat 'perlindungan' dari pihak kerajaan, semua Ciangbunjin baru pun selalu mendapat anugerah gelar "Cinjin" dari Kaisar. Maka dua kejadian besar yang menimpa Bu-tong-pay pun harus secepatnya dilaporkan ke pihak Kerajaan. Saat itu para murid belum membubarkan diri, Put-po dengan mewakili angkatan "Put" segera minta petunjuk kepada Ciangbunjin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

baru. Kata Bu-beng kemudian, "Petunjuk tidak berani, hanya ada satu masalah perlu kuumumkan kepada kalian semua. Put-ji yang mendengar itu diam-diam tidak suka hati, pikirnya, 'Hmmm, baru sehari memegang kekuasaan, kini sudah mau main perintah. Belum lagi diangkat jadi ketua secara resmi, ada urusan apa pula yang hendak diumumkan?' Tidak disangka persoalan yang diumumkan Bu-beng ternyata jauh di luar dugaannya. Ternyata Bu-beng dengan posisinya sebagai Ciangbunjin, mengumumkan kalau Put-po dan Put-ji secara resmi diangkat menjadi tianglo. Sebetulnya kedudukan tianglo itu sangat tinggi, biasanya seorang Ciangbunjin harus menjalankan upacara pelantikan lebih dahulu kemudian baru mengumumkan pengangkatan. Tapi berhubung Putpo dan Put-ji adalah murid dari angkatan lebih muda, apalagi saat itu Bu-tong-pay sedang dilanda pelbagai masalah, maka pengangkatan yang tidak sesuai dengan prosedur masih bisa diterima semua orang. Semenjak Bu-kek tianglo tertimpa musibah enam belas tahun berselang, hingga kini perguruan belum pernah mengangkat tianglo baru, Bu-tong-pay sebagai partai besar, tentu saja sangat kurang bila hanya memiliki dua orang tianglo saja. Dalam hal ini, banyak anggota perguruan yang dapat merasakannya. Hanya saja mereka sangka Bu-siang Cinjin sudah mempunyai pengaturan lain sehingga siapa pun tidak ada yang berani berkomentar. Sama sekali diluar dugaan ternyata Bu-siang Cinjin tak pernah menyinggung kembali masalah itu, tak heran kalau persoalannya tertunda hingga kini. Put-po adalah ahli waris Bu-kek tianglo, sementara Put-ji adalah satu-satunya murid almarhun Ciangbunjin. Biarpun usia mereka
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

relatif masih muda (Put-po berusia empat puluh delapan tahun, Putji berusia empat puluh tiga tahun), tapi tradisi tianglo usia muda sudah pernah terjadi sebelumnya, ketika Bu-si Tojin diangkat menjadi tianglo, usianya baru empat puluh satu tahun. Maka tidak seorang anggota Bu-tong-pay pun yang mengajukan protes. Biarpun Put-ji telah diangkat menjadi seorang tianglo, namun dalam hati kecilnya dia berkeluh kesah dan merasa sangat tidak puas, biarpun posisi tianglo cukup tinggi, bagaimana pun masih kalah dibandingkan kedudukan seorang Ciangbunjin. Kemarin, dia masih mengira posisi Ciangbunjin pasti akan terjatuh ke tangannya, siapa sangka hanya dalam seharian, ada begitu banyak perubahan yang telah terjadi. "Hubungan seorang guru dan murid ibarat hubungan ayah dengan anak, di waktu biasa kusangka Suhu menaruh perhatian kepadaku, siapa sangka di saat paling kritis, dia justru tidak menganggap diriku. Melarang aku menjenguknya waktu sakit, dalam pertemuan besar para sesepuh pun aku disingkirkan begitu saja. Bahkan menjelang ajalnya pun dia tidak meninggalkan pesan apa-apa. Benar-benar tidak kusangka kalau dia lebih menaruh perhatian terhadap orang luar ketimbang terhadapku!" Sebagai seseorang yang licik dan banyak akal, tentu saja dia pun mengerti maksud Bu-beng mengangkat dirinya menjadi seorang tianglo, semuanya itu tidak lain hanya ingin merangkul dirinya. Tapi terlepas apapun niatnya, dia wajib memberi muka juga kepadanya. Dalam kekecewaan dan keculasannya, tanpa terasa timbul perasaan geramnya terhadap sang guru yang telah tiada. Tapi bagaimana pun juga dia adalah satu-satunya murid Bu-siang Cinjin, lagipula baru saja diangkat menjadi tianglo, sekalipun tidak suka hati, paling tidak dia musti tunjukkan mimik kalau ikut bersedih atas kematian gurunya. Oleh karena itu dari angkatan "put" boleh dibilang dia nyaris meninggalkan arena paling belakang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Waktu itu hari sudah semakin gelap. Seorang diri dia berjalan menuju ke Tokoan tempat tinggalnya. Ketika segulung angin dingin berhembus lewat dan menyegarkan otaknya yang sedang sumpek, tiba-tiba dia seperti teringat akan sesuatu, rasanya ada yang tidak beres? Apa yang tidak beres? Aah, benar. Kenapa tidak nampak Lan Giok-keng? Dia adalah ayah angkat Lan Giok-keng, merang-kap sebagai gurunya juga. Selama ini bocah itu selaki menurut dan rapat dengan dirinya, tapi berhubung kali ini banyak masalah diluar dugaan yang menimpa perguruan, dia jadi tidak sempat mencari Lan Giok-keng. Sekalipun begitu, seharusnya bocah itulah yang datang mencarinya, mengapa hingga sekarang tidak nampak batang hidungnya? Biarpun Lan Giok-keng masih kecil dan berasal dari angkatan muda, namun dia adalah cucu murid kesayangan Bu-siang Cinjin, hal ini boleh dibilang siapa pun tahu. Ketika Bu-siang Cinjin meninggal dunia di tengah arena, meski dia belum berhak untuk ikut merundingkan masalah penguburan dan bisa dimaklumi bila tidak ada orang yang pergi mencarinya, namun secara pribadi seharusnya dia tampil sendiri ke sana, karena bagaimana pun yang meninggal adalah Sucouw kesayangannya. Sungguh aneh, kenapa sampai kini belum nampak juga batang hidungnya? Padahal dia sudah tidak termasuk bocah yang tidak tahu urusan. "Jangan-jangan dia sudah balik ke Tokoan dan menunggu aku disana?" siapa sangka sampai di Tokoan pun bayangan tubuh Lan Giok-keng belum terlihat juga. Sebenarnya dia ingin mendatangi rumah Lan Kay-san untuk menanyakan hal itu, tapi berhubung hari sudah malam, lagipula gurunya baru meninggal, sebagai satu-satunya murid Ciangbunjin, statusnya sekarang adalah anak berbakti. Kurang leluasa baginya untuk tinggalkan kuil dalam suasana begini.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hingga keesokan harinya Lan Giok-keng belum kelihatan juga, kini dia tidak tahan lagi untuk segera melakukan pencarian. Baru keluar dari kuil Gi-tin-kiong, tiba-tiba dilihatnya Bouw It-yu sedang berjalan mendekat, tidak tahan dia pun bertanya, "Saudara Bouw, sepagi ini mau ke mana?" "Ayah minta aku pulang ke rumah. "Ciangbunjin baru segera akan diangkat, kenapa kau malah tinggal pulang?" tanya Put-ji tertegun. "Upacara penguburan Bu-siang Cinjin paling cepat pun baru akan diselenggarakan setengah tahun lagi, bukankah disini sudah ada Suheng yang bakal membantu ayahku, jadi rasanya tidak perlu kehadiranku. "Aaah, mana-mana. Bicara soal bertugas, mana mungkin aku bisa menandingi kehebatan saudara Bouw. Dalam pembicaraan kedua orang ini, masing-masing menyelipkan nada menyindir yang amat tajam. Tiba tiba Bouw It-yu tertawa tergelak. "Hahahaha.... jadi maksud Suheng, biarpun ingin pulang, tidak seharusnya aku pulang begitu cepat. Apalagi kita sudah merasa cocok sejak perkenalan pertama. Terus terang saja, kali ini aku sedang menjalani tugas yang diperintahkan ayah. Setelah pulang ke rumah sejenak, aku harus segera berangkat ke wilayah Liauw-tong. "Mau apa ke Liauw-tong?" saking melengaknya tanpa sadar Put-ji berseru. Begitu sadar kalau salah bicara, buru-buru dia menambahkan, "Padahal aku bertanya lantaran ingin tahu saja, tugas yang dibebankan Ciangbunjin kepadamu tidak pantas kalau kutanyakan. "Aaah, kau kan tianglo partai, bila tidak bertanya malah kesannya seperti dengan orang luar, Bouw It-yu tertawa, "terus terang, kepergianku ke Liauw-tong adalah untuk mencari tahu jejak Jitseng-kiam-kek Kwik Tang-lay!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kwik Tang-lay?" biarpun dihari biasa Put-ji pandai membawa diri, tidak urung dia menjerit juga saking kagetnya setelah mendengar nama itu. Sebagaimana diketahui, ketika dia mendatangi desa nelayan tempat tinggal Keng King-si di Liauw-tong tempo hari, dia pernah berjumpa dengan Kwik Tang-lay bahkan pernah terluka diujung pedangnya. Dengan senyum tidak senyum ujar Bouw It-yu, "Sebetulnya urusan ini lebih cocok kalau dilaksana kan Suheng, sayang urusan disini kelewat banyak, lagipula Suheng harus membantu ayah, karena itu terpaksa ayah menyuruh aku yang berangkat. Sudah sejak tiga puluh tahun berselang si jago pedang tujuh bintang Kwik Tang-lay lenyap di wilayah Liauw-tong, Bu-siang Cinjin pernah mengemukakan kecurigaannya kalau Kwik Tang-lay bisa jadi adalah ayah Huo Bu-tuo, sahabat karib Keng King-si sewaktu hidup di wilayah itu. Hingga kini mati hidup Huo Bu-tuo masih merupakan tanda tanya besar, namun andaikata dia masih hidup maka orang itulah satu satunya saksi yang mengetahui duduk perkaran Keng King-si yang sebenarnya. Tercekat perasaan Put-ji setelah mendengar perkataan itu, segera pikirnya, "Jangan jangan begitu ayahnya diangkat jadi Ciangbunjin, kasus salah bunuhku terhadap Keng King-si segera akan diusut dan diselidiki hingga tuntas?" Kasus ini bisa menyangkut dua kasus lain yang jauh lebih besar dan gawat. Sekalipun Put-ji yakin dapat menyangkal, tak urung perasaan hatinya tercekat juga. "Kalau dihitung dari usianya, tahun ini mungkin Kwik Tang-lay sudah mencapai usia enam puluh tahunan, kata Bouw It-yu lagi, "aku dengar Suheng pernah bertarung melawannya saat bertemu di Liauw-tong?" "Benar, mau tidak mau terpaksa Put-ji mengaku, 'biarpun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

usianya sudah tua, namun aku tidak sanggup mengalahkan dia. "Aku dengar dalam setiap jurus ilmu pedang tujuh bintang milik Kwin Tang-lay terdapat tujuh buah titik pedang yang sukar dihadapi. Tapi hal ini bukan berarti tidak ada cara untuk mematahkannya. "Ayah pernah berdiskusi denganku mengenai ilmu pedang ini. Menurut ayah, asal kita dapat melatih ilmu pedang Thay-kek-kiamhoat hingga mencapai puncak kesempurnaan, dengan tenang mengatasi gerak. Maka tidak sulit untuk mematahkan ancaman dari Jit-seng-kiam-hoat ini. Put-ji tertawa getir. "Mana gampang untuk melatih ilmu pedang Thay-kek kiam-hoat hingga mencapai puncak kesempurnaan? Aku rasa di dunia saat ini mungkin hanya ayahmu seorang yang dapat mencapainya. Selama ini saudara Bouw banyak mendapat petunjuk ayahmu, meski belum mencapai puncak kesempurnaan, rasanya kemampuanmu masih lebih dari cukup untuk mengungguli Kwik Tang-lay. "Masalahnya tidak segampang apa yang kau katakan. Apalagi bicara soal kemampuan ilmu pedang, aku masih jauh bila dibandingkan Suheng. Hanya saja, tugasku kali ini memang bukan bertarung melawan Kwik Tang-lay, tapi hanya menyelidiki jejaknya saja. Berbicara sampai disitu dengan senyum tidak senyum dia memandang Put-ji, tiba-tiba nyelutuknya, "Suheng tidak perlu khawatir!" Tanpa terasa berubah hebat paras muka Put-ji, sekuat tenaga dia berusaha menenangkan diri, balik bertanya, "Apa yang perlu aku khawatirkan?" "Perselisihan yang terjadi antara Suheng dengan Kwik Tang-lay akan dibantu penyelesaiannya oleh ayah. "Ooh, soal ini.... soal ini.... aku tidak berani merepotkan ayahmu, jawab Put-ji kemudian agak tergagap. "Aaah, kita semua kan orang sendiri, tidak perlu sungkanhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sungkan. Ayahku bilang, kalau bukan lantaran desakan dan pesan Bu-siang Cinjin, sebetulnya dia segan menerima jabatan sebagai Ciangbunjin, untuk itu dikemudian hari masih butuh bantuan Suheng. Sebab itulah bila urusan disini telah diselesaikan, beliau akan datang sendiri mencari Kwik Tang-lay, sampai waktunya dendam sakit hati Suheng pasti akan terbalaskan juga. "Ooh, rupanya tujuan ayahmu mencari tahu jejak Kwik Tang-lay adalah untuk maksud ini, kata Put-ji sambil tertawa getir. "Tepat sekali, baguslah bila kau mengerti, sahut Bouw It-yu, selesai berkata diapun menjura sambil berpamitan. Put-ji bukan orang bodoh, tentu saja dia mema-hami maksud dibalik perkataan itu, pikirnya, 'Rupanya mereka berdua berniat menggunakan peristiwa ini untuk memaksa aku menuruti kemauan mereka. Bila aku enggan membantu dan berbakti kepada mereka, pastilah mereka berdua akan mengungkap peristiwa ini ke depan umum.' "Hmm, kelihatannya mereka ayah beranak sudah tahu tentang peristiwa 'salah membunuh yang kulakukan terhadap Sute. Itulah sebabnya mereka sengaja mencari Kwik Tang-lay untuk menyeliki kasus ini hingga tuntas!" Dalam keadaan tidak tenang, hampir saja dia bertubrukan dengan seorang tosu tua yang tahu-tahu sudah muncul dihadapannya. Sebagaimana diketahui, di atas gunung Bu-tong terdapat ratusan orang tosu tua, seandainya tosu tua ini adalah orang lain, mungkin dia tidak terlalu menaruh perhatian, tapi tosu yang nyaris ditubruknya adalah seorang tosu istimewa, dia tidak lain adalah tosu bisu tuli yang sebagian besar hidupnya dilewatkan untuk merawat Bu-siang Cinjin. Melihat mimik muka tosu bisu tuli yang aneh, Put-ji segera menegur, "Apakah kau datang mencari aku?" Sebetulnya tosu bisu tuli bukan bisu dan tuli sejak lahir, oleh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

karena itu walaupun tidak dapat mendengar suara pembicaraan orang, namun dia dapat menebak maksud ucapan orang lain dari gerakan mulutnya. Tentu saja bila orang lain berbicara dengan lambat, sebab kalau terlalu cepat sulitlah baginya untuk menangkap gerakan bibir orang. Kini, dengan cara itulah Put-ji mengajak dia berbicara. Tosu bisu tuli manggut-manggut seraya membuat gerakan tangan, artinya, "Betul, aku sedang mencarimu. Walau begitu, diujung bibirnya tersungging tertawa dingin, Put-ji tidak paham apa maksudnya. "Tahukah kau anak Keng pergi ke mana?" tanyanya lagi dengan perasaan was was. Tosu bisu tuli manggut-manggut lalu menggeleng, kemudian diikuti melakukan beberapa gerakan tangan yang rumit. Put-ji hanya bisa menebak beberapa bagian, maka dia sengaja menebak secara ngawur yang membuat tosu itu makin gelisah. Akhirnya tampak tosu bisu tuli berjongkok dan menggunakan ujung jari telunjuknya mengukir beberapa huruf diatas batu jalan. Terdengar desingan tajam diiringi percikan batu berhamburan di angkasa, tidak selang beberapa saat kemudian muncul sebaris tulisan diatas batu cadas yang keras itu. Biarpun Put-ji tahu juga kalau tosu itu mengerti ilmu silat, namun setelah menyaksikan sendiri kehebat-an tenaga dalamnya, tidak urung dia terkesiap juga, pikirnya, "Sungguh tidak kusangka tenaga dalamnya jauh lebih hebat ketimbang kemampuanku!" Namun yang paling membuatnya terperanjat adalah tulisan yang tertera diatas batu, "Dia mendapat perintah dari Cinjin untuk turun gunung!" "Jadi Cinjin memerintahkan dia turun gunung?" tanya Put-ji kemudian. Kembali tosu bisu tuli menulis, "Kau tidak mampu mendidik
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

muridmu dengan baik!" Put-ji sangat terperanjat, "Benarkah Suhuku berkata begitu?" Dari tenggorokan tosu bisu tuli segera berkumandang suara tertawa dingin yang aneh, dia mematahkan sebatang ranting pohon dan memainkan beberapa jurus ilmu pedang, semua yang dimainkan adalah jurus ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang sengaja diubah gerakannya oleh Put-ji dan sengaja diwariskan kepada LanGiok-keng. Selesai memainkan gerakan jurus itu, dengan wajah aneh tosu itu menatap wajah Put-ji, seolah sedang berkata begini, "Aku tidak salah menuduh bukan?" Cepat Put-ji berusaha menenangkan hatinya, kemudian sahutnya, "Tidak mungkin guruku berkata begitu, pasti semuanya ini hasil dugaanmu!" Tosu bisu tuli tidak terbiasa berbohong, cepat cepat dia menjawab dengan gerakan tangan, "Tidak perlu Cinjin mengatakan juga aku tahu kalau dia bermaksud begitu. Diam-diam Put-ji merasa agak lega, namun tidak dapat menghilangkan rasa kaget dan curiganya. "Kenapa anak Keng pergi tanpa memberitahu kepadaku? Bukankah kemarin anak Keng cukup lama mendampingi Suhu? Jangan-jangan Suhu sempat membicarakan sesuatu dengannya dan dia sengaja membohongi aku?" Semakin dipikir dia merasa semakin khawatir dan tidak tenang. Sepeninggal tosu bisu tuli, menggunakan kesempatan disana tidak ada orang lain, dia menggunakan kakinya untuk menghapus dua baris tulisan yang ditinggalkan tosu tadi. Tenaga dalam yang dimiliki tidak kalah dengan tosu bisu tuli, meski setingkat lebih bawah, siapa sangka biarpun sudah dihapus berulang kali, ternyata permukaan batu itu gagal juga diratakan kembali.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan hati terkejut bercampur bimbang akhirnya sambil gigit bibir dia mengambil keputusan, "Biarlah, mau membekas atau tidak terserah, toh tidak banyak waktu aku mengurusinya. Begitu selesai mengambil keputusan, diapun segera berangkat menuju ke rumah Lan Kau-san. Dalam pikirannya meski Lan Giok-keng tidak berpamitan kepadanya, tidak mungkin diapun tidak berpamitan dengan 'ayah ibu'nya. Dia berniat mencari tahu berita dari mulut Lan Kau-san suami istri, siapa tahu dari mulut mereka berhasil dikorek sesuatu berita. Lan Kau-san bisa sampai dibukit Bu-tong adalah berkat usaha Buliang Totiang yang menitahkan muridnya Put-pay dengan mencatut nama Put-ji mengundang mereka naik gunung, berkat Bu-liang Totiang pula mereka mendapat sebidang tanah untuk ditanami sayuran. Rumah yang disediakan untuk mereka berada di belakang bukit, suatu daerah yang jarang ada penduduk nya, hal ini untuk mempermudah Put-ji bila ingin menjenguknya. Justru karena semuanya itu, Put-ji dapat mengangkat Lan Giokkeng sebagai putra angkatnya tanpa menimbulkan jejak yang mencurigakan. Dalam hal ini Put-ji merasa sangat berterima kasih kepada Bu-liang Totiang. Berkat semuanya itulah, dalam perjalanannya kali ini menuju ke belakang bukit, semuanya berjalan lancar dan sepanjang jalan dia tidak perlu bertemu dengan rekan seperguruan lainnya. Namun ketika dia sudah hampir tiba di rumah keluarga Lan, mendadak dia temukan ada seseorang diseberang bukit sedang berjalan pula menuju ke rumah keluarga Lan. Orang itu adalah seorang Tokouw setengah umur, meski hanya terlihat dari samping namun dia merasa sangat mengenal dengan orang itu. Sementara dia masih terkejut, Tokouw itu sudah munculkan diri
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dari balik perbukitan. Begitu dilihat, tidak terlukiskan rasa kaget yang mencekam hatinya. Ternyata Tokouw setengah umur itu tidak lain adalah si lebah hijau Siang Ngo-nio yang pernah tidur semalam bersamanya, siluman rase yang nama busuknya telah tersohor di seantero jagad (Gb6). Kematian Put-coat pada enam belas tahun berselang pun tidak lain karena terkena racun lebah hijau yang tidak terobati. Siang Ngo-nio adalah kekasih gelap Tong Ji-kongcu dari keluarga Tong diwilayah Suchuan, keluarga yang amat tersohor karena kelihayan senjata rahasianya. Enam belas tahun berselang Ko Cengkim tidak sanggup menghadapi perempuan itu dan kini, Put-ji pun merasa belum sanggup untuk mencari gara-gara dengannya. Ketika Ko Ceng-kim memutuskan menjadi pendeta di gunung Butong waktu itu, tujuan utamanya adalah untuk meredam kecurigaan orang atas pem-bunuhan yang pernah dilakukan, bahkan banyak keuntungan yang bisa diraih setelah menjadi murid Bu-siang Cinjin. Walau begitu, paling tidak salah satu alasannya berbuat begitupun karena ingin melepaskan diri dari Siang Ngo-nio. Dalam perkiraannya, tidak mungkin perempuan cabul itu bakal berani datang ke bukit Bu-tong untuk mencarinya. Siapa tahu dia telah muncul sekarang! Jantung Put-ji nyaris melompat keluar dari rongga dada saking kagetnya. "Kenapa dia muncul disini? Apakah tidak khawa-tir diketahui Tong ji-kongcu? Apakah tidak khawatir dihadang anggota Bu-tongpay? Biarpun dia sudah menyamar jadi seorang Tokouw, apa jadinya bila ketangkap basah anggota Bu-tong? Hmmm, waktu itu biar dia menggertak dengan nama keluarga Tong pun belum tentu nyawanya bisa terlindungi. Huuhhh.... mau apa dia kemari? Memangnya untuk mencari aku? Masih mending kalau dia seorang yang mampus, bisa jadi gara gara dia, akupun ikut tersangkut.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu memikirkan untung ruginya, timbul niat jahatnya untuk menyingkirkan perempuan itu dari muka bumi. Tapi berhubung ke satu dia tidak yakin dapat menghadapi jarum lebah hijau milik Siang Ngo-nio, jarum beracun yang sangat mematikan bila terkena. Kedua ilmu meringankan tubuh yang dimiliki perempuan itu amat tersohor di kolong langit, meski saat ini kungfunya sudah jauh diatas Siang Ngo-nio, namun dalam hal ilmu meringankan tubuh belum tentu dapat mengunggulinya, bila sampai perempuan itu lolos dari pengejaran, bisa dibayangkan bagaimana akibatnya nanti. Dan ketiga jika Siang Ngo-nio sampai mampus di gunung Bu-tong, cepat atau lambat pasti ada orang yang bakal tahu bila dialah pembunuhnya, sekalipun Tong ji-kongcu belum tentu berani naik ke gunung Bu-tong untuk mencari balas terhadapnya, lagi pula mustahil sepanjang hidup dia tidak pergi meninggalkan gunung. Put-ji bukan orang yang gegabah, setelah berpikir sejenak akhirnya dia putuskan untuk tidak mengambil resiko ini, terpaksa segera dia menyembunyikan diri. Siang Ngo-nio tidak melanjutkan dakiannya, setiba didepan rumah Lan Kau-san diapun menghentikan perjalanannya. "Aneh, mau apa dia mendatangi rumah keluarga Lan? Janganjangan dia sudah menduga kalau aku bakal kemari?" Put-ji khawatir jejaknya ketahuan, sambil bersembunyi di sekitar rumah keluarga Lan, dia berusaha menahan napas agar tidak berisik. Lan Ku-san sendiripun keheranan, selama enam belas tahun berdiam di gunung Bu-tong, belum pernah dia berjumpa dengan seorang Tokouw seperti ini. Selama inipun tidak pernah ada Tokouw yang datang bertandang ke rumahnya. Biarpun dia tidak berani mengatakan hampir semua anggota
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pendeta yang ada di gunung Bu-tong telah dikenalnya, namun boleh dibilang sebagian besar pasti dia ketahui. Tapi Tokouw ini? Atau mungkin dia jarang melakukan perjalanan diluar kuil hingga belum pernah bersua dengannya? Agaknya Siang Ngo-nio tahu kalau tuan rumah menaruh curiga, buru-buru ujarnya, "Berhubung Put-ji Suheng tidak punya waktu, dia minta aku mewakilinya mencari putranya, mana putramu?" Begitu mendengar nama Put-ji, kecurigaan Lan Kau-san hilang setengah, sahutnya, "Bocah ini telah turun gunung, masa gurunya belum tahu?" "Turun gunung?" Siang Ngo-nio tertegun, "mau apa turun gunung? Tapi segera akan balik bukan?" "Aku sendiripun tidak paham, kata bini Lan Kau-san yang muncul menyuguhkan air teh, "padahal dia jarang turun gunung, tapi hari ini dia justru pergi.... Lan Kau-san jauh lebih berpengalaman dari istrinya, buru-buru dia memberi kerdipan mata pada bininya sambil menukas, "Boleh tahu, apa urusan apa Suthay datang mencari Keng-ji?" "Oooh, masa kalian belum tahu kalau Ciangbun Cinjin sedang sakit keras? Kelihatannya sulit untuk lewati hari ini. Karena putramu adalah cucu murid kesayangan Ciangbun Cinjin, maka kami ingin mengajaknya untuk bertemu Ciangbun Sucouw untuk terakhir kalinya. Kewajiban ini sebenarnya berada dipundak Put-ji Suheng sebagai ayah angkatnya, tapi berhubung dia adalah satu-satunya murid Ciangbun Cinjin, tidak mungkin baginya untuk meninggalkan gurunya dalam keadaan seperti ini. Ternyata sewaktu tiba di bawah gunung Bu-tong, Siang Ngo-nio telah berjumpa dengan Tonghong Liang, dari dialah dia mendapat tahu kalau Bu-siang Cinjin sedang sakit keras. Sedang mengenai hubungan Put-ji dengan Lan Giok-keng, jauh hari sebelumnya dia telah berhasil melacaknya. Dalam banyak hal dia berhasil menyelidikinya hingga jelas, tapi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sayang ada satu hal yang dia tidak tanggapi dengan serius, kesalahan kecil yang fatal membuat ekor rase nya malah ketahuan semua. Bu-siang Cinjin meninggal dunia sesaat setelah Tonghong Liang pergi, ketika dia bersua Bu-siang Cinjin waktu itu, dari mimik wajah sang ketua, dia sudah tahu kalau dirinya sedang sakit, tapi sama sekali tidak disangka kalau begitu cepat telah meninggal dunia. Memang tidak sulit untuk menilai seseorang yang pernah belajar silat sedang sakit atau tidak, asal nada bicara Bu-siang Cinjin kurang bertenaga sedikit saja, Tonghong Liang segera dapat menyimpulkan kalau dia sedang sakit. Siang Ngo-nio sangat yakin dengan kemampuan Tonghong Liang, sementara dia sendiripun seorang jago silat sehingga tidak aneh bila dia sangat mempercayai kesimpulan dari rekannya itu. Itulah sebabnya dia jadi berani untuk mendatangi bukit Bu-tong dan melaksanakan rencananya, dia berencana hendak menangkap Put-ji lalu memaksa Put-ji untuk menuruti semua kemauan dan perintahnya. Tapi berhubung kabar beritanya diperoleh dari mulut Tonghong Liang, maka diapun melakukan satu kesalahan yang sama dengan rekannya.... yakni tidak menyangka kalau Bu-siang Cinjin telah meninggal dunia. Adapun alasan yang dia pakai untuk disampaikan kepada Lan Kau-san adalah bila Bu-siang Cinjin tidak dapat melewati hari ini. Dalam dugaannya, Lan Kau-san pasti akan mengijinkan Lan Giokkeng untuk bertemu Ciangbun Sucouw nya untuk terakhir kali. Dia mana tahu kalau 'kemarin' saja Bu-siang Cinjin tidak dapat melewati, apalagi 'hari ini'? Jalan pikiran bini Lan Kau-san jauh lebih sederhana, begitu mendengar ucapan tersebut kontan saja dia nampak tertegun kemudian serunya, "Suthay benarkah kau Tokouw dari Bu-tongpay?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mengapa kau berkata begitu?" jawab Siang Ngo-nio cepat, "kalau bukan Tokouw Bu-tong-pay, darimana aku bisa mengetahui begitu banyak kejadian disini?" Lan Kau-san sendiri meski hanya seorang polos yang jujur, bagaimanapun dia jauh lebih 'mengerti urusan' ketimbang bininya, dia sadar bila kebohongan Tokouw ini dibongkar, bisa jadi nyawa mereka akan terancam bahaya maut. Karena itu buru-buru serunya, "Mohon maaf Suthay, dia memang tidak pandai bicara, jangan salahkan dirinya!" Kemudian sambil menarik tangan istrinya, dia menghardik, "Kalau tidak tahu masalah, jangan banyak bicara, cepat minggir sana, menanak nasi saja!" Istrinya kebingungan setengah mati, tapi dia memang sudah terbiasa menuruti perintah suaminya, meski dalam hati tidak puas namun dia pun tidak membantah. Terdengar Lan Kau-san berkata lagi, "Suthay, perlu kau ketahui, putraku justru sedang turun gunung karena perintah Bu-siang Cinjin. ibunya Keng-ji mengira semua Totiang dan Suthay yang berada di bukit Bu-tong pasti mengetahui urusan ini sehingga timbul prasangka lain terhadap dirimu. Aaai, padahal dia juga tidak berpikir, Keng-ji toh masih kecil dan tidak banyak dikenal orang lain, mana mungkin semua orang menaruh perhatian atas urusan tetek bengek seperti ini?" Siang Ngo-nio setengah percaya setengah tidak, katanya kemudian, "Ooh, rupanya begitu. Hari ini aku memang belum bertemu Ciangbun Supek, tidak aneh kalau aku belum tahu akan persoalan ini. Tapi boleh ada urusan apa Ciangbunjin memerintahkan putramu turun gunung?" "Sayang putraku tidak mengatakan apa-apa, jadi aku sendiripun tidak tahu. Kini Lan Kau-san semakin yakin kalau Tokouw dihadapannya adalah penyaruan seseorang, seorang Tokouw gadungan. Tanpa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sadar perasaan takut bercampur ngeri yang mencekam dihati kecil pun segera tercermin diwajahnya. Dalam pada itu Siang Ngo-nio sendiripun masih dicekam keraguan, pikirnya, "Kelihatannya dia sedang berbohong, tapi aneh, kenapa tampaknya orang ini takut kepadaku? Pasti ada alasan dibalik semuanya!" Berpikir begitu, diapun berkata lagi, "Aaah benar, kelihatannya enso Lan seperti kebingungan juga dengan perkataan putranya menje-lang turun gunung, sayang dia belum menyelesaikan perkataannya. Tentunya waktu itu kaupun berada ditempat bukan? Boleh tahu apa saja yang dikatakan putramu?" Karena terdesak, terpaksa Lan Kau-san mengakui terus terang, "Sewaktu akan turun gunung, akupun sempat bertanya kapan baru kembali, dia jawab mungkin tiga, lima tahun lagi, mungkin juga delapan, sepuluh tahun kemudian. Bahkan katanya bisa jadi selamanya tidak bakal balik lagi. "Apa maksud perkataan itu?" "Kau tidak paham, begitu juga aku!" Bagaimana mungkin Siang Ngo-nio mau percaya begitu saja, sesudah mendengus katanya lagi, "Jadi kau curiga karena belum pernah bertemu aku? Baiklah, asal kusebut sebuah nama lagi, kau pasti tidak bakal menaruh curiga lagi kepadaku. Bukankah putrimu menjadi muridnya Put-hui Suthay? Nah, aku adalah adik seperguruan Put-hui. Mungkin lantaran jarang keluar karena lebih suka berlatih silat maka kau tidak pernah bertemu aku. Mana anak perempuanmu? Suruh dia keluar, dia pasti kenal aku. Rupanya dia ingin menangkap Lan Sui-leng sebagai ganti Lan Giok-keng yang gagal disandera. "Soal ini, soal ini.... "Apa ini itu, masa putrimu juga ikut turun gunung dan baru balik delapan, sepuluh tahun lagi?" sela Siang Ngo-nio gusar. Dia sangka Lan kau-san tidak berani menjawab pertanyaannya, padahal sejak semalam Lan Sui-leng memang belum pulang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tidak pulangnya Lan Sui-leng sebetulnya tak sampai membuatnya khawatir, sebab sebelum berangkat semalam, Lan Suileng sempat beritahu kepada orang tuanya kalau dia akan menginap semalam di kuil gurunya. Belakangan latihan pedangnya sudah mencapai saat yang paling penting, untuk memperdalam ilmunya, dalam sepuluh hari paling tidak ada tujuh delapan hari dia menginap di kuil kediaman gurunya. Jika Tokouw ini mengaku sebagai adik seperguruan Put-hui, kenapa dia sama sekali tidak tahu kalau putrinya menginap di kuil kakak seperguruannya? Makin dipikir dia merasa gelagat semakin tidak beres, perasaan takutnya pun semakin kentara di raut mukanya. "Suthay, tidak sedikit persoalan yang kau ketahui. Tentunya kaupun tahu kalau aku adalah orang jujur, tidak pandai bicara bohong. Putriku benar benar tidak ada di rumah, sejak pagi tadi sudah keluar rumah. Akupun tidak tahu sampai kapan dia baru kembali. Suthay, bukankah kau datang untuk mencari anak Keng, bukan mencari dia bukan? Kalau begitu tidak perlu menunggu dia lagi. Kembali Siang Ngo-nio berpikir, "Heran, kenapa dia begitu takut dengan diriku? Ehmmm, betul. Ko Ceng-kim bisa menyerahkan putra Ho Giok-yan kepadanya, sudah pasti lantaran mereka adalah sahabat karibnya. Ehmm, jangan-jangan Ko Ceng-kim pernah menyinggung tentang diriku dan suruh dia waspada menghadapi aku? Biar kita belum pernah bersua, toh dia bisa tahu raut mukaku dari penuturan Ko Ceng-kim?" Dia berlagak sok pintar, diam-diam pikirnya lagi, "Rasanya kalau aku tidak main gertak, mereka tidak bakalan mau bicara apa apa. Berpikir begitu, dengan nada dingin menyeramkan segera katanya, "Betul, urusan yang kuketahui memang cukup banyak. Ada satu hal belum sempat kusampaikan kepadamu. Aku ingin tanya, sudahkah kau beritahu asal usul bocah itu kepada yang bersangkutan?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lan Kau-san makin terkesiap, bisiknya gemetar, "Suthay, apa kau bilang? Keng-ji, dia.... dia.... "Kenapa dia?" Siang Ngo-nio tertawa dingin, "kau masih berani menyaru sebagai orang tua kandungnya? Hmmm, lebih baik tidak usah berbohong di depanku.... Tiba-tiba dia meninggikan suaranya dan separah demi sepatah serunya, "Aku hanya bilang, Lan Giok-keng bukan anak kandungmu!" Lan Kau-san berdiri tertegun seketika, tertegun saking kagetnya. Sementara itu diatas sebuah bukit di belakang rumah Lan Kausan muncul dua sosok bayangan manusia, yang satu adalah seorang Tokouw berusia setengah umur, yang lain adalah seorang gadis muda belia. Rupanya Lan Sui-leng sudah pulang ke rumahnya, tapi dia bukan datang seorang diri, yang menemaninya masih ada gurunya, Put-hui Tokouw. Ketika dia gagal menjumpai adiknya setelah bubaran pertemuan akbar semalam, perasaan hatinya makin lama makin ketakutan. "Kenapa Put-ji Supek sengaja mewariskan ilmu pedang yang salah kepada adik?" demikian dia berpikir, "sebenarnya apa maksud tujuannya? Kenapa dia berbuat begitu?" Put-hui sendiripun tidak paham alasan dibalik kejadian itu, dia hanya bisa menduga sebagian saja, Sudah pasti Put-ji mempunyai maksud dan tujuan yang tidak benar! Tapi berhubung baru saja Put-ji diangkat menjadi tianglo, tentu saja ia tak berani menyampaikan kata kata itu kepada orang lain kecuali kepada muridnya sendiri Lan Sui-leng. Lan Sui-leng merasa ketakutan sementara dia pun merasa gelisah tidak tenang, justru karena itu dia tidak tega membiarkan muridnya pulang seorang diri. Pagi buta Lan Sui-leng sudah ribut ingin pulang, dia ingin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

secepatnya dapat bertemu adiknya dirumah. Lantaran mengkhawatirkan keselamatan muridnya Put-hui pun memutuskan untuk menemaninya dia pulang ke rumah. Sepanjang jalan dia masih sempat berpesan padanya, "Kau hanya boleh memberitahukan persoalan ini kepada adikmu, jangan sekali-kali membiarkan orang tua mu cemas. "Aku mengerti. Jelas aku tidak boleh membiarkan orang tuaku ikut khawatir. Tapi Ciangbun Sucouw telah meninggal dunia, sekalipun adik tahu kalau dia ditipu ayah angkatnya, dia mau mengadu kepada siapa?" "Kejadian ini memang sedikit agak aneh, setahuku selama ini Put-ji Suheng selalu sayang adikmu, siapa yang mengira kalau dia mengajarkan ilmu pedang yang salah kepadanya? Tapi menurut pendapatku, paling tidak sementara waktu ini dia tidak bakal mencelakai adikmu, asal kau beritahu adikmu agar dia tahu kalau jurus pedang yang dipelajarinya keliru dan minta dia berlatih lagi dengan ilmu pedang yang asli. Itu sudah lebih dari cukup. Yang penting jangan sampai membiarkan gurunya tahu. Ketika berbicara sampai disitu, rumah keluarga Lan sudah berada di depan mata. Baru saja Lan Sui-leng hendak berteriak memang-gil adiknya, tiba tiba Put-hui membekap mulutnya sambil menarik tubuhnya agar bertiarap di tanah. "Di rumahmu ada orang asing!" cepat bisiknya lirih. Dengan menempelkan telinganya diatas tanah, lamat-lamat Lan Sui-leng mendengar ada suara seorang asing sedang berbincang dengan orang tuanya. Biarpun suaranya samar tidak jelas namun secara garis besar dia dapat menangkap maksudnya. Semakin di dengar dia merasa semakin keheranan, pikirnya, "Siapakah perempuan ini? tampaknya dia sedang melacak jejak adikku. Eeei.... rupanya dia menanyakan diriku juga. Aneh, kenapa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aku tidak bisa kenal suara siapakah dia?" Tampaknya Put-hui bisa membaca jalan pikirannya, cepat dia menulis diatas tanah, "Gadungan!" Lan Sui-leng tidak mampu mendengar secara jelas, diam-diam dia melirik gurunya, tampak wajah Put-hui beerkerut kening dan tampil serius. Kalau dilihat dari lagaknya bisa jadi dia sudah mengetahui asal-usul perempuan itu. Baru saja akan menulis untuk bertanya kepada gurunya, mendadak terdengar suara perempuan asing itu telah berseru lagi sepatah demi sepatah kata, "Aku hanya bilang, Lan Giok-keng bukan anak kandungmu!" Ucapan itu diutarakan sangat jelas. Seketika Lan Sui-leng tertegun bercampur kaget, pikirnya, "Benarkah apa yang dikatakan perempuan itu? Darimana dia bisa tahu? Darimana dia bisa tahu?" Tampak Put-hui menggoyangkan tangannya berulang kali, menyusul kemudian dengan menempelkan mulutnya nyaris diatas telinga Lan Sui-leng, bisiknya, "Perempuan siluman itu menyaru jadi Tokouw partai kita untuk membohongi orang tuamu, kau harus bertindak mengikuti perintahku. Dalam pada itu terdengar Siang Ngo-nio sedang berkata lagi sambil tertawa dingin, "Bagaimana? Ketakutan? Padahal tidak perlu takut, aku dengan ibu kandung bocah itu adalah sahabat karib, tidak mungkin akan kucelakai. Asal kau mau bicara terus terang, aku pun akan ikut merahasiakan kejadian ini. "Kau.... kau minta aku bicara jujur apa?" kata Lan Kau-san. "Lan Giok-keng saat ini berada dimana?" "Aku tidak berbohong, dia benar-benar sedang turun gunung. "Hmm, kau sangka aku bocah umur tiga tahun yang gampang percaya dengan perkataanmu?" dengus Siang Ngo-nio ketus, "kecuali dia sudah mengetahui asal usul sendiri, kalau tidak mana
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mungkin dia akan meninggalkan orang tuanya bahkan tanpa berpesan? Kuanjurkan lebih baik bersikaplah lebih jujur, panggil dia suruh balik, kalau tidak.... Sebetulnya dia ingin menggunakan istri Lan Kau-san sebagai sandera dan memaksa Lan Kau-san untuk menuruti perintahnya. Perkataan terakhir semestinya dia ingin berkata begini, "Kalau tidak akan kubunuh binimu!" Baru dua patah kata dia ucapkan, mendadak terdengar suara seorang gadis sedang berteriak diluar rumah, "Adikku, kenapa kau bersembunyi di belakang rumah? Kenapa tidak langsung masuk?" Tidak terlukiskan rasa kaget Lan Kau-san, cepat teriaknya, "Kalian.... kalian jangan pulang.... Tapi sebelum perkataannya selesai diucapkan, jalan darahnya sudah keburu ditotok Siang Ngo-nio. Siang Ngo-nio menyangka orang yang sedang mencuri dengar diluar rumah benar-benar adalah Lan Giok-keng, terhadap seorang bocah kecil tentu saja tidak sampai dimasukkan ke dalam hati, maka dia hanya menotok jalan darah Lan Kau-san, tujuannya tidak lain agar dia tidak berteriak-teriak tidak karuan dan bilamana perlu bisa digunakan sebagai sandera. Begitu keluar dari rumah, tidak dijumpai seorang pun disana, yang tampak hanya Lan Sui-leng yang sedang berdiri diatas bukit. Sambil tertawa diapun menyongsong ke depan seraya bertanya, "Adik kecil, dimana adikmu?" "Eeei, kau sedang mengajakku berbicara? Tapi aku tidak kenal dengan dirimu!" habis berkata dia segera kabur dari situ. "Adik kecil, jangan gugup, aku adalah.... Baru saja Siang Ngo-nio sedang mempertimbangkan untuk mengaku sebagai seseorang dengan kedudukan yang lebih baik, tiba-tiba terasa desingan angin tajam menyambar tiba, tahu-tahu Put-hui sudah menerkam dari ketinggian dan bagaikan seekor
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

burung rajawali, langsung menerkam ke tubuhnya. Perubahan ini terjadi sangat mendadak dan diluar dugaan, dalam terkejutnya Siang Ngo-nio segera berkelit kesamping. Cepat Put-hui Tokouw menerkam maju dengan kebasan senjata kebutannya, dengan ujung tongkat dia totok jalan darah Tay-wi-hiat di belakang leher lawan. Reaksi yang dilakukan Siang Ngo-nio tidak kalah cepatnya, sambil menjatuhkan diri dia berguling cepat ke samping. Put-hui Tokouw segera membalikkan pergelangan tangannya, kebutannya dibiarkan menyebar lalu mengurung seluruh tubuh lawan yang sedang berguling. Belum lagi bulu kebutan mengenai tubuhnya, Siang Ngo-nio sudah merasakan tengkuknya sangat gatal, sadar kalau gelagat tidak menguntungkan, cepat ujung kakinya menjejak tanah lalu melejit lagi ke udara. Yang satu menyerang secara cepat sementara yang lain berkelit dengan cekatan, dalam beberapa kali lompatan, Siang Ngo-nio berhasil lolos dari kurungan senjata hudtim Put-hui. Serangan balasan yang kemudian dilakukan tidak kalah garangnya, sambil melesat kesamping dengan tubuh nyaris menempel di permukaan tanah, belum lagi berdiri tegak, segenggam Bwee-hoa-ciam telah disambit bagaikan ceceran air hujan. Sejak awal Put-hui sudah mempersiapkan diri, senjata kebutannya segera diputar kencang membentuk satu lingkaran busur. "Tringg.... triiingg.... triiingg.... diiringi dentingan nyaring yang memekik telinga, dia kerahkan tenaga dalamnya membiarkan setiap bulu senjata kebutannya berdiri tegak, dengan mengubah hudtim tersebut menjadi sebuah jaring baja, dalam waktu singkat segenggam jarum Bwee-hoa-ciam yang disambit Siang Ngo-nio pun tersapu bersih.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Karena terhadang oleh ancaman Am-gi, menanti Put-hui menyusul ke depan, Siang Ngo-nio sudah keburu bangkit berdiri. Jangan dilihat Siang Ngo-nio saat ini berdandan sebagai seorang Tokouw, namun kegenitan, kejalangan dan kecantikannya sama sekali tidak tersembunyi di balik jubah kependetaannya. Yakin dengan dugaannya, Put-hui Tokouw segera membentak nyaring, "Kau tidak usah bersembunyi lagi, aku tahu siapa dirimu, kau adalah si lebah hijau Siang Ngo-nio!" "Hey, orang beribadah pun suka mencampuri urusan orang, siapa kau?" Put-hui Tokouw tertawa dingin. "Bukankah kau mengaku sebagai Sumoyku? Masa tidak kenal dengan suci sendiri?" Sekali lagi mereka berdua terlibat dalam pertarung an sengit, kali ini Siang Ngo-nio telah meloloskan senjata andalannya, sepasang golok Wan-yo-to yang ukurannya berbeda. Golok yang pendek digunakan untuk menyerang musuh sementara golok yang panjang dipakai melindungi tubuh, semua jurus serangan yang digunakan ganas dan telengas. Put-hui Tokouw menggetarkan senjata kebutannya, dari arah kiri ke kanan dia ciptakan lingkaran demi lingkaran serangan, diikuti dari kanan menuju ke kiri membentuk pula lingkaran-lingkaran perlindungan. Lingkaran yang satu seolah menempel pada lingkaran berikut, bagaikan sebuah sarang laba-laba yang kuat dia belenggu ruang gerak sepasang golok Siang Ngo-nio. Tidak sampai tiga puluh gebrakan kemudian, permainan golok perempuan siluman itu semakin terbelenggu dan makin susah dikembangkan. Sementara itu Put-ji mengikuti jalannya pertarungan dari tempat persembunyian, hatinya dag dig dug tidak karuan, dia tidak tahu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

harus berharap pihak mana yang memenangkan pertarungan ini, pikirnya, "Jika Siang Ngo-nio sampai berhasil dibekuk Put-hui, sudah pasti dia akan menyerahkannya kepada Ciangbunjin baru untuk diinterogasi, kalau sampai begitu, tidak ada jaminan dia tidak akan mengakui hubungan khususnya denganku, tapi bila Put-hui yang dikalahkan, mungkin selanjutnya sulit lagi bagiku untuk melepaskan diri dari pengejaran dan pencariannya. Tapi rasa khawatir kalau dosa sendiri terungkap jauh mengalahkan alasan lainnya, secara jujur harus diakui, dia lebih berharap Siang Ngo-nio yang berhasil menaklukkan lawannya. Tiba-tiba terdengar Put-hui Tokouw menghardik nyaring, "Masih ingin kabur?" Terlihat cahaya putih berkelebat, golok panjang ditangan Siang Ngo-nio sudah terlempar ke udara, menyusul kemudian segenggam jarum lebah hijau disambit ke arah lawan. Golok panjang yang dilontarkan membawa deruan angin tajam, sebaliknya jarum lebah hijau sama sekali tidak menimbulkan sedikit suara pun. Kelihatannya dia ingin menggunakan lontaran golok panjang itu untuk menyembunyikan bokongannya dengan jarum beracun. Berada dalam keadaan seperti ini, biar seorang jagoan kelas satu pun rasanya sulit untuk menghindarkan diri. Untung saja sejak awal Put-hui Tokouw sudah tahu kalau lawannya adalah Siang Ngo-nio, hampir setiap saat setiap detik dia selalu mewaspadai bokongan jarum beracunnya. Begitu melihat dia melontarkan golok panjangnya, dia segera tahu kalau jarum beracunnya bakal segera menyusul. Dalam keadaan kritis Put-hui Tokouw segera mengeluarkan ilmu simpanannya, dengan memegang bagian tengah senjata kebutannya, dalam satu jurus dua kegunaan, dengan ujung tongkat menangkis golok panjang sedang dengan bulu kebutan mengguling jarum beracun yang menyambar tiba. Dalam waktu singkat seluruh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jarum hilang lenyap tidak berbekas. Bulu kebutan itu sangat tebal dan rapat, begitu digulung dengan senjata itu, hampir semua jarum yang menyerang tiba langsung terhisap oleh tenaga putaran dan hilang begitu saja. Put-ji yang diam-diam mencuri lihat dari tempat persembunyian jadi amat terkejut, pikirnya, "Jurus serangan yang dia gunakan merupakan inti sari dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat! Mungkin saja dalam hal tenaga dalam serta keganasan dia tidak bisa mengungguli aku, tapi semisal aku yang harus menggunakan jurus itu, belum tentu kehebatannya bisa melampaui dirinya. Rupanya walaupun senjata andalan yang digunakan Put-hui Tokouw adalah senjata kebutan, namun sejak awal hingga akhir, semua jurus serangan yang digunakan untuk bertarung melawan Siang Ngo-nio adalah jurus pedang Thay-kek-kiam-hoat. "Aaai, rasanya sulit bagi Siang Ngo-nio untuk lolos dari sergapan Put-hui!" belum habis ingatan itu melintas, tiba-tiba situasi kembali terjadi perubahan. "Kraak.... mendadak golok panjang milik Siang Ngo-nio membelah diri jadi dua bagian, ketika batang golok terjatuh ke tanah, gagang golok masih tertinggal di udara. Padahal waktu itu konsentrasi Put-hui Tokouw justru dipusatkan untuk memukul jatuh golok sambil mematahkan sergapan jarum beracun, dia hanya berharap bisa membendung datangnya sergapan lawan, mimpi pun tidak disangka golok panjang lawan bisa patah jadi dua bagian. Baru saja ia merasa tertegun, tiba-tiba iga kirinya terasa gatal dan kesemutan, tahu-tahu jalan darah Ih-khi-hiat di bawah ketiaknya sudah terhajar sebatang jarum lebah hijau. Rupanya dibalik golok panjang itu sudah ter-pasang alat rahasia, ketika dilontarkan ke udara tadi, kendatipun tidak terhantam pukulan tenaga dalam pun secara otomatis senjata itu akan membelah sendiri jadi dua bagian. Di dalam gagang golok itulah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

disimpan jarum beracun, ketika terpisah dengan batang golok, jarum beracun segera akan menyembur keluar. Put-hui Tokouw menjerit kesakitan kemudian tubuhnya roboh terjungkal ke tanah. Sambil tertawa dingin Siang Ngo-nio mendengus, "Inilah yang dinamakan: jalan surga tidak dipilih, jalan ke neraka diterjang. Siapa suruh kau banyak urusan. Hmmm.... kalau kau nekad mencampuri urusan-ku, jangan salahkan kalau hatiku keji. Hehehe.... seka-rang menyusullah ke tempat tinggal Put-coat Suheng-mu!" Waktu itu dia masih menggenggam golok pendek, dengan garang tubuhnya menerjang ke muka siap menghadiahkan sebuah tikaman. Siapa sangka saat itulah mendadak Put-hui Tokouw melompat bangun bagai ikan lehi yang meletik, bentaknya, "Kurang sopan kalau tidak kubalas hadiahmu, coba rasakan juga kehebatan senjata rahasiaku!" Sambil berkata dia kebutkan senjata hudtim nya ke depan. Sama sekali tidak terlihat ada senjata rahasia yang melesat keluar, tapi Siang Ngo-nio seketika merasakan jalan darah Ih-khihiat di bawah ketiaknya sakit seperti ditusukjarum. Tidak terlukiskan rasa kaget Siang Ngo-nio, tergopoh-gopoh dia membalikkan tubuh, melarikan diri. Sebetulnya Put-hui Tokouw benar-benar sudah terluka, namun dengan mengerahkan Sim-hoat tenaga dalam perguruannya, untuk sementara waktu dia berhasil menahan racun ditubuhnya tidak sampai bekerja. Adapun senjata rahasia yang menusuk jalan darah Siang Ngo-nio sesungguhnya hanya selembar bulu kebutan. Tapi berhubung bulu itu lebih lembut ketimbang jarum lebah hijau, maka tidak gampang terlihat dengan mata telanjang. "Hutang nyawa bayar nyawa, hutang duit bayar duit, kau masih
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ingin kabur?" bentak Put-hui Tokouw sambil mengejar ketat dari belakang. Padahal sebab kematian Put-coat bukan Cuma lantaran terhajar jarum beracun saja, setelah dia terkena jarum beracun, tubuhnya dihajar pula oleh manusia berkerudung, dimana tenaga pukulan itu memaksa jarum beracun semakin dalam menembusi isi perutnya, keadaan inilah yang menyebabkan nyawanya tidak tertolong. Sekalipun begitu, sejak terkena jarum beracun dia masih bisa bertahan selama tujuh hari lamanya. Tenaga dalam yang dimiliki Put-hui Tokouw memang jauh tertinggal bila dibandingkan Suhengnya, namun dia hanya terhajar sebatang jarum beracun, baginya tidak sulit untuk bertahan satu dua jam lagi. Berbicara soal tenaga dalam, kemampuan Siang Ngo-nio masih setingkat di bawah kemampuan lawannya, apalagi timpukan bulu hudtim tidak beracun, biarpun menghajar letak dijalan darah Ih-khihiat, yang terjadi hanya mengurangi kekuatan tenaga dalam saja, sama sekali tidak berpengaruh pada ilmu meringankan tubuh. Dengan gerakan cepat Put-hui Tokouw mengejar dari belakang, kalau pada mulanya jarak mereka masih menempel ketat namun lambat laun jarak mereka semakin melebar. Put-ji yang mencuri lihat dari tempat persembunyian kini baru bisa menghembuskan napas lega. Terhadap kemampuan yang dimiliki Put-hui Tokouw dan Siang Ngo-nio pun dia menjadi semakin jelas. Pikirnya, "Put-hui sudah terkena racun jarum lebah hijau, bagaimana pun mustahil dia bisa mengejar Siang Ngo-nio. Setelah terkena jarum lebah hijau, bila tiada obat pemunah dari Siang Ngonio berarti dibutuhkan orang dengan tenaga dalam sempurna untuk membantunya mengobati luka itu. Hehehe.... sampai waktunya nanti, kenapa tidak kubantu dia untuk mengobati racun itu? Setelah menerima kebaikanku, masa dia masih memusuhi aku? Lagipula dia gagal membekuk Siang Ngo-nio, mana mungkin bisa menduga hubunganku dengan perempuan busuk itu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Saat itu Put-hui Tokouw sudah mengejar hingga ke bawah gunung, Lan Sui-leng juga telah masuk ke rumahnya. Sambil membesut keringat dingin diam-diam Put-ji balik kembali ke kuil Cing-siu-kiong. "Ayah, kenapa kau?" teriak Lan Sui-leng. Lan Kau-san hanya bisa mengeluarkan suara aneh dari tenggorokannya, sama sekali tidak terdengar perkataan apapun. Ibunya menangis tersedu, serunya, "Ooh anakku, entah ilmu siluman apa yang digunakan perempuan jahat itu, coba lihat, ayahmu jadi begini rupa!" Setelah berhasil menenangkan hatinya, Lan Sui-leng memeriksa sejenak sekujur tubuh ayahnya, kemudian berkata, "Ibu, ini sih bukan ilmu siluman. Ilmu senjata rahasia dari Siang Ngo-nio sering kali dijumpai dalam dunia persilatan, berbeda dengan ilmu menotok jalan darah yang jarang digunakan. Masih untung belum lama berselang Lan Sui-leng telah belajar menotok dan membebaskan totokan jalan darah, ketika dicoba, betul saja, jalan darah bisu ayahnya segera terbebaskan. "Perempuan siluman itu datang untuk mencari gara-gara dengan adikmu, ujar Lan Kau-san kemudian, "dia ingin menipuku, masih beruntung aku tidak sampai tertipu. "Aku tahu ayah, semua pembicaraanmu dengan perempuan siluman itu sempat kudengar. "Apa? Apa.... apa yang kau dengar?" tanya Lan Kau-san terperanjat. "Perempuan siluman itu mengatakan kalau adik bukan.... bukan.... benarkah apa yang dia katakan?" Lan Kau-san tertunduk lesu, sesaat kemudian ia baru menjawab, "Karena urusan telah menjadi begini, rasanya tidak perlu kurahasiakan lagi. Betul, semua yang dia katakan memang benar!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lantas siapakah orang tua kandungnya?" "Aku sendiripun tak tahu. "Lantas darimana dia berasal?" "Enam belas tahun berselang, ayah angkatnya yang menyerahkan kepadaku, waktu itu kau baru lahir, belum genap sebulan. Karena itulah kepada orang lain aku selalu mengakui kalian sebagai sepasang saudara kembar. "Menurut pendapatku, tiba tiba ibunya menyela, "bisa jadi anak Keng adalah putra kandung ayah angkatnya. Lan Kau-san segera tertawa. "Selama hidup Put-ji Totiang belum pernah menikah, katanya. "Biar belum pernah kawin pun bukan berarti tidak punya anak haram! Kalau tidak, mengapa dia begitu menyayangi anak Keng?" "Pasti bukan!" tiba tiba Lan Sui-leng menyela. "Darimana kau bisa tahu?" tanya ibunya. Lan Sui-leng jadi kelabakan karena tidak mampu menjawab, akhirnya dia berkata, "Pokoknya aku tahu kalau bukan dia!" Rupanya dia teringat dengan perkataan gurunya, hanya saja hal itu tidak berani diucapkan secara terus terang kepada orang tuanya. Terdengar Lan Kau-san berkata pula, "Aku pun sependapat dengan perkataan budak Leng. Aku sudah kenal Put-ji Totiang sejak kecil dan tahu kalau dia saleh, sopan dan bermoral tinggi, darimana munculnya anak haram? Kalau dibilang kenapa menyayangi anak Keng, bukankah kita pun amat menyayangi anak Keng, bahkan tidak kalah dengan dia?" Lan Sui-leng menghela napas panjang. "Tidak heran kalau adik jadi curiga, ini disebabnya rasa sayang kalian terhadapnya sedikit kelewat isti-mewa, katanya. "Ooh, dia bilang begitu? Terus apa lagi yang dia katakan?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lan Sui-leng manggut-manggut, ujarnya, "Semula aku masih membujuki dia agar jangan berpikir sembarangan, eeh siapa sangka ternyata beneran! Untung saja dia belum banyak tahu apa-apa, baru timbul rasa curiganya saja. Lan Kau-san tidak bicara lagi, sampai lama kemudian dia baru menghela napas. "Ayah, kenapa menghela napas?" tanya Lan Sui-leng. "Sekarang aku baru paham, sudah pasti lantaran anak Keng tahu kalau kami bukan orang tua kandungnya, maka tanpa mengatakan alasan apapun dia telah pergi meninggalkan kita. "Bukan begitu!" sela Lan Sui-leng cepat. "Kalau bukan lantaran alasan ini, lalu dikarenakan apa?" "Apa alasannya aku sendiri juga kurang tahu. Tapi yang kuketahui kalian amat menyayangi adik dan adik pun amat menyayangi kalian. Sekalipun sudah timbul rasa curiganya, dia tetap masih menganggap kalian sebagai ayah bundanya. "Apa yang kau katakan memang betul, anak Keng memang seorang bocah yang penurut dan berbakti. Tapi mengapa dia bilang kepergiannya bisa tidak balik lagi? Benar dia mengatakan kalau hal ini karena pesan Sucouwnya, tapi masa kepada orang tua sendiri pun harus dirahasiakan?" "Bila adik sudah berkata begitu, sudah pasti dia mempunyai alasan yang mendesak. Ayah, ibu, aku pun ingin memohon satu hal kepada kalian, harap kalian mau mengabulkan. "Apa permintaanmu?" "Akupun ingin turun gunung untuk mencari adik. "Baru saja dia pergi, sekarang kaupun akan pergi?" keluh ibunya. "Aku tidak tega membiarkan dia berkelana seorang diri dalam dunia persilatan, andai Sucouw memang sedang menitahkan dia untuk melaksanakan suatu tugas, dengan bantuanku siapa tahu dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bisa pulang lebih cepat. Lan Kau-san menghela napas panjang. "Aaai, baik terhadapmu maupun terhadap anak Keng aku sayang semuanya, mana tega kubiarkan kau pergi seorang diri? Tapi.... ada baiknya juga kalau kau menyusulnya, hanya saja.... "Hanya saja kenapa?" "Kalau dia hanya sebatas curiga, lebih baik jangan kau katakan hal yang sebenarnya. "Ayah tidak perlu pesan, aku mengerti, tiba tiba Lan Sui-leng teringat dengan status sendiri, dari saudara kandung berubah jadi orang lain, tidak urung hatinya merasa sedih juga. Sejujurnya diapun berharap rahasia ini selamanya tidak disampaikan kepada adiknya. "Budak Leng, apa lagi yang sedang kau pikirkan?" tiba tiba ibunya bertanya. Lan Sui-leng mendongakkan kepalanya, dengan mata memerah keluhnya, "Ayah, ibu, aku.... aku pun merasa tidak tega. "Apa yang membuatmu tidak tega?" Tiba-tiba terdengar seseorang berseru dari luar pintu, "Anak Leng, pergi saja dengan hati tenang, biar aku yang menjaga orang tuamu. Ternyata Put-hui Tokouw telah kembali. "Hahaha.... budak Leng, ternyata masalah ini yang kau khawatirkan!" seru Lan Kau-san kemudian sambil tertawa, "aku dan ibumu masih sehat dan bugar, masih dapat menjaga diriku sendiri. Darimana dia tahu kalau apa yang dimaksud Put-hui Tokouw sebenarnya mempunyai arti lain. Lan Sui-leng jadi kegirangan setengah mati, segera serunya, "Terima kasih Suhu. Eei.... Suhu, wajahmu kurang beres.

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kurang sehat bukan?" sela Put-hui Tokouw sambil tertawa. Lan Sui-leng rikuh untuk memberi tanggapan, maka sambil tertawa dia bertanya, "Mana perempuan siluman itu?" "Sayang Suhu mu kurang mampu, dia berhasil melarikan diri. Namun.... biarpun gagal menangkapnya, aku pun telah menghadiahkan sebuah kado kecil untuknya. "Kado apa Suhu?" "Telah kuhadiahkan selembar bulu hudtim ku menembusi jalan darah Ih-khi-hiatnya. Kalau Bwe-hoa-ciam masih bisa dihisap keluar dengan besi sembrani, mau kulihat pakai apa dia mau sedot keluar bulu lembut itu. Kecuali menggunakan tenaga dalam, jangan harap dia bisa terlepas dari siksaan ini. Untuk menghindari muridnya khawatir, dia sengaja hanya menyinggung keberhasilannya tanpa memberitahukan juga kalau diapun sudah terhajar sebatang jarum beracun dari Siang Ngo-nio. Lan Sui-leng menyangka wajah gurunya kurang sedap dipandang lantaran dia gagal membekuk Siang Ngo-nio, buru-buru serunya kemudian, "Biarpun kadonya kecil, kelihatannya sudah cukup untuk menyiksa tubuhnya. Suhu, kalau dia tidak mampu memaksa keluar bulu itu dengan tenaga dalamnya, lantas bagaimana?" "Kalau sampai begitu, berarti selama hidup jangan harap dia bisa terlepas dari siksaan karena sakit di ulu hati dan perutnya, bahkan rasa sakit itu bisa kambuh setiap saat. Namun menurut pengamatanku, dia masih mampu untuk menghancurkan bulu dalam tubuhnya dengan tenaga dalam, hanya saja harus dia lakukan cukup lama, paling tidak dalam setengah tahun mendatang dia tidak bakal mencelakai umat persilatan lagi. Itulah sebabnya aku tidak khawatir kau turun gunung untuk mencari adikmu. Sudahlah, urusan jangan ditunda lagi, kau segera berangkat turun gunung sementara akupun harus balik ke partai untuk melaporkan kejadian ini kepada Ciangbunjin. Belum jauh Put-hui Tokouw meninggalkan rumah keluarga Lan,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bahkan belum lagi melampaui bukit kecil, dia merasa kepalanya makin lama terasa makin berat. Perlu diketahui, walaupun luka yang dideritanya tidak separah luka yang diderita Put-coat ketika berada digunung Boan-liong-san tempo hari, tapi setelah terkena jarum lebah hijau, dia masih harus bertarung melawan Siang Ngo-nio, bahkan mengejarnya beberapa saat. Hal ini mengakibatkan hawa racunnya segera menyebar ke bagian atas tubuhnya kendatipun dia sudah mengerahkan tenaga dalam untuk membendung. Di saat matanya mulai berkunang dan matanya terasa makin berat, ingin terpejam terus, mendadak terasa ada seseorang memayang tubuhnya sambil menegur, "Put-hui, mengapa kau terluka separah ini?" Put-hui berusaha membuka matanya, tampak dihadapannya telah berdiri Bu-beng susiok, ketua yang baru saja diangkat serta Bu-si tianglo. Saat ini Ciangbunjin baru yang sedang memayang tubuhnya. "Aku terkena jarum lebah hijau dari Siang Ngo-nio!" jawab Puthui lirih. Bu-beng terperanjat, cepat dia tempelkan telapak tangannya keatas punggung dan menyalurkan hawa murninya. "Jadi perempuan siluman itu lelah datang kemari?" tanyanya. "Benar, kami bertemunya di rumah keluarga Lan, Put-hui Suthay manggut manggut. Bu-beng tidak ada waktu lagi untuk bertanya mengapa dia datang ke rumah keluarga Lan, segera perintahnya, "Bu-si sute, tolong lakukan perjalanan turun gunung untuk membekuk perempuan siluman itu. Kalau bukan keadaan memaksa, lebih baik jangan kau lukai nyawanya. "Aku tahu. Dia adalah istri kedua Tong ji-kongcu, jelek-jelek kita harus memberi muka untuk keluarga Tong.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bukan hanya masalah memberi muka untuk keluarga Tong, bisa jadi beberapa kasus peristiwa yang menimpa perguruan kita mungkin harus dilacak dari tubuh perempuan itu. Aku lihat ilmu meringankan tubuhnya sangat bagus, bila kau gagal mengejarnya, datang saja ke keluarga Tong dan mencari Tong toa-sianseng, jelaskan saja terus terang tentang tingkah lakunya di bukit Bu-tong. Tong toa-sianseng orangnya jujur dan lurus, dia punya hubungan baik denganku, aku yakin dia tidak bakalan membelai adiknya jika kesalahan ada dipihaknya. Bu-si Tojin mengiakan berulang kali, kemudian tanyanya, "Apakah Ciangbun Suheng masih ada perintah lain?" Bu-beng berpikir sejenak, kemudian sahutnya, Sebelum bulan lima tahun depan, kau tidak usah terburu-buru pulang gunung. Sekalian carilah berita tentang anak Keng. Waktu itu kesadaran Put-hui Tokouw sudah hampir hilang, ketika lamat lamat mendengar kata 'anak Keng', kontan dia berteriak, "Benar, benar sekali, ilmu pedang yang dipelajari anak Keng keliru semua. Dia.... dia mengembara seorang diri dalam dunia persilatan.... Cepat Bu-beng menotok jalan tidurnya sembari menghibur, "Urusan anak Keng tidak perlu kau khawatirkan lagi, sekarang beristirahatlah dulu. Caranya menotok jalan darah tidur berbeda dengan ilmu menotok pada umumnya, bukan saja tidak merugikan tubuh, bahkan mempunyai khasiat untuk pengobatan. OoOoO Perasaan Put-ji amat tidak tenang, sewaktu bersembunyi dibelakang batu tadi, lantaran khawatir jejaknya ketahuan Siang Ngo-nio dan Put-hui Tokouw, maka sengaja dia berbaring di tanah, hal ini bukan saja membuat tubuhnya berpelepotan lumpur, bahkan ada sebagian bajunya yang robek karena tersangkut batu tajam. Dengan kondisi semacam ini, tentu saja dia tidak berani
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendatangi kuil Cing^siu-kiong untuk menjaga layon gurunya, terpaksa dia mengambil keputusan untuk pulang dulu ke kamarnya. Untuk menghindari kecurigaan orang dan bertemu dengan orang yang dikenal, sengaja dia berputar satu lingkaran lebih dulu sebelum akhirnya mengambil jalan yang sepi untuk kembali ke kamarnya. Siapa tahu baru masuk ke kamar tidurnya, dia jumpai ada seseorang sedang menunggunya disana. Orang itu bukan lain adalah Bu-beng Cinjin, Ciangbunjin baru mereka. Tidak terlukiskan rasa kaget Put-ji, namun sambil tertawa paksa segera sapanya, "Ciangbun Cinjin, tumben ada waktu berkunjung ke kamarku?" "Aaah, kebetulan saja lewat disini, karena sudah berada di seputar tempat tinggalmu, aku pikir sekalian menjengukmu. Lalu dengan senyum tidak senyum dipandangnya Put-ji sekejap, kemudian tegurnya lagi, "Tampaknya kau baru selesai berlatih silat?" Waktu itu Put-ji belum keburu berganti pakaian, jubahnya masih kelihatan dekil dan robek dibanyak tempat, melihat Ciangbunjin sedang menatapnya, dia jadi tersipu-sipu karena malu. Namun pertanyaan yang diajukan sang ketua cukup membuatnya tercengang dan sedikit diluar dugaan. Terlepas gurunya baru meninggal semalam sehingga sebagai murid tidak masuk diakal untuk berlatih diri dalam situasi begini, dengan kemampuan silat yang dimilikinya sekarang, rasanya tidak masuk di akal juga kalau sampai pakaiannya ikut terobek. Dengan cepat otaknya berputar, tapi segera dia paham kalau ucapan itu merupakan bantuan sang ketua untuk mencarikan alasan baginya, jelas tujuannya untuk menutupi rahasia yang tidak ingin diketahui orang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Perlu diketahui, dalam situasi seperti ini meski alasan itu banyak kelemahannya, namun dia memang tidak punya alasan lain yang jauh lebih baik. Setelah berhasil menenangkan diri, diapun mulai menyusun cerita bohongnya, "Ilmu pedang ajaran mendiang Suhu tidak pernah tecu latih secara baik, hal ini menyebabkan tecu menderita kekalahan ditangan Tonghong Liang kemarin. Karena malu bercampur kecewa maka pagi tadi tecu sengaja mendatangi telaga Giok-keng di bawah Cian-ki-hong untuk melatih diri. Siapa tahu karena kurang konsentrasi, pakaian tecu terkait onak hingga robek.... "Usia mendiang Ciangbunjin sudah melampaui delapan puluh tahun, apa yang menjadi keinginannya pun sudah terkabulkan, aku rasa kau tidak perlu kelewat bersedih hati. Tapi aku rasa ketidak tenangan hatimu tentu disebabkan alasan lain bukan. "Perlu Ciangbunjin ketahui, murid tecu yang bernama Lan Giokkeng adalah cucu murid kesayangan mendiang guruku, entah kenapa, sejak bubaran pertemuan semalam dia belum kelihatan juga. Setiap hari dia punya kebiasaan untuk berlatih silat ditepi Giok-keng-ouw, karena aku tidak punya waktu menjenguk ke rumahnya maka sejak pagi tadi kudatangi telaga Giok-keng dengan harapan bisa bertemu dengannya. Si apa tahu disana pun aku tidak menemukan jejaknya, entah sudah ke mana bocah itu. Inilah yang menyebabkan tecu jadi risau dan tidak tenang. "Aaah benar, kata Bu-beng kemudian, "kebetulan akupun hendak memberitahukan soal itu kepadamu, Giok-keng si bocah ini sudah diperintahkan gurumu untuk turun gunung. "Ooh, rupanya begitu, Put-ji segera berlagak seolah diluar dugaan. "Mungkin saja karena kemarin mendiang gurumu kelewat sibuk menghadapi serangan musuh, maka dia lupa memberitahukan hal ini kepadamu. "Boleh tahu karena urusan apa mendiang Suhu memerintahkan bocah ini turun gunung?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tahun ini Giok-keng sudah genap berusia enam belas tahun, dia adalah orang yang secara khusus diijinkan mendiang Ciangbunjin untuk kau ajari ilmu pedang Thay-khek-kiam-hoat. Bisa jadi tujuan mendiang Ciangbunjin adalah agar dia mencari pengalaman di dalam dunia persilatan, untuk itu kau tidak perlu banyak curiga. Tentu saja Put-ji tidak berani mengakui kalau dia memang sedang curiga, sahutnya sambil tertawa paksa, "Bukannya tecu banyak curiga, mungkin karena kebodohan tecu sehingga tidak memahami maksud tujuan mendiang Suhu, itulah sebabnya tecu sedikit tercengang karena merasa diluar dugaan. "Masih ada satu kejadian aneh lagi, bagaimana kalau kita membahasnya bersama?" tiba-tiba Bu-beng berkata. "Persoalan aneh apa?" tanya Put-ji terperanjat. "Baru saja si lebah hijau Siang Ngo-nio berkunjung kemari!" Put-ji segera berlagak terkejut, serunya, Perempuan siluman ini adalah salah satu pembunuh Put-coat Suheng, tidak disangka berani amat dia mendatangi gunung Bu-tong!" "Nyalinya memang cukup besar, bukan saja berani naik gunung bahkan berani pula melakukan tindak kejahatan disini bahkan telah melukai seorang anggota perguruan Bu-tong. "Suheng mana yang terluka?" tanya Put-ji segera dengan lagak kaget bercampur cemas. "Dia adalah Put-hui, murid wanita dari Giok-tin-koan, walaupun perempuan siluman itu berhasil terusir dari atas gunung, namun Put-hui terkena juga sebatang jarum lebah hijau nya. "Bagaimana ceritanya sehingga Put-hui suci bisa berjumpa dengan wanita siluman itu? Bagaimana keadaan lupanya? Apakah sudah kembali ke kuil Giok-tin-koan? Aaaai, tentunya keselamatan jiwanya tidak terancam bukan?" Dia menggunakan serentetan pertanyaan untuk mengungkap perasaan khawatirnya, padahal persoalan yang benar-benar ingin dia ketahui belum juga disampai kan, yakni darimana Bu-beng Cinjin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bisa mengetahui persoalan itu sedemikian cepatnya? Menurut perkiraannya, setelah Put-hui terhajar jarum lembah hijau, meski tidak sampai tewas, namun mustahil pendeta wanita itu bisa balik ke gunung dengan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya. Biarpun ditengah jalan telah bertemu rekan seperguruan, tidak mungkin berita tersebut bisa secepat itu dilaporkan kepada Ciangbunjin. "Jangan-jangan secara ^kebetulan Ciangbunjin sedang berada disekitar tempat ini dan menyaksikan sendiri semua peristiwa itu?" Karena berbuat salah, perasaan hatinya jadi amat tidak tenang. "Kau tidak perlu gelisah, Bu-beng Cinjin segera berkata, "keselamatan jiwa Put-hui tidak perlu dikhawatirkan, apalagi sudah menelan sebutir pil Teng-sim-wan. Tapi omong-omong, kali ini Puthui bisa mendapat pertolongan cepat pun berkat dirimu juga. Put-ji tidak habis mengerti, dia curiga perkataan Ciangbunjin bermaksud sebaliknya, maka sambil ter-tawa paksa ujarnya, "Tecu sendiripun baru sekarang mengetahui kejadian ini. "Bukankah beberapa hari berselang kau telah mendirikan sebuah pos penjagaan baru di punggung bukit di bawah pintu Hian-gakbun?" tanya Bu-beng Cinjin. Peristiwa itu terjadi pada hari ke dua setelah Put-coat dibawa balik keatas gunung, Put-ji dengan posisi sebagai wakil Ciangbunjin memerintahkan pekerjaan itu. "Tujuan tecu waktu itu adalah untuk memperkuat penjagaan diatas gunung, kata Put-ji segera, "bila Ciangbunjin merasa kurang berkenan, biar nanti tecu bubarkan. "Untung saja belum dibubarkan, begitu penjaga pos menemukan perempuan siluman itu melarikan diri ke bawah gunung, mereka segera mengirim merpati pos untuk melaporkan peristiwa ini. Aku dan Bu-si sute pun segera turun gunung untuk melakukan pemeriksaan, saat itulah kebetulan berjumpa Put-hui yang sedang pulang dengan membawa luka. Waktu itu racunnya sedang mulai
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bekerja. Lega juga perasan hati Put-ji setelah mendengar penuturan itu, pikirnya, "Untung saja dia tidak hadir disaat peristiwa itu berlangsung. Berpikir begitu, diapun berkata, "Asal Ciangbunjin mengobati lukanya, tecu yakin jiwanya pasti bakal selamat. telah

"Mungkin masih dibutuhkan beberapa hari untuk memunahkan seluruh sisa racun jarum lebah hijau yang mengeram ditubuhnya, tapi aku rasa urusan penting yang kita hadapi sekarang bukanlah mengobati luka Put-hui, melainkan menyelidiki maksud kedatangan Siang Ngo-nio. Keberaniannya kali ini sungguh diluar dugaan siapapun!" Sekali lagi Put-ji merasa terperanjat. "Apakah Put-hui suci sempat mengorek sedikit keterangan dari perempuan siluman itu?" tanyanya. "Kurasa tidak, jika berhasil mendapatkan sesuatu, begitu bertemu aku tadi seharusnya sudah disampaikan. Biarpun saat itu racunnya mulai bekerja, tapi tidak masalah untuk berbicara satu dua patah kata lagi. Put-ji merasa perkataan itu ada benarnya juga, diam diam diapun merasa agak lega. Tapi perkataan Bu-beng berikut segera membuat perasaan hatinya kembali tercekat. Ujar Bu-beng, "Ada satu hal yang membuat aku tidak habis mengerti, coba tebak, di tempat mana Put-hui berjumpa dengan perempuan siluman itu?" "Mana aku bisa menebaknya?" sahut Put-ji sambil tertawa paksa. "Aku tahu kaupun tidak bakal bisa menebaknya, Put-hui justru bertemu siluman itu di rumah muridmu. "Mau apa dia mendatangi rumah keluarga Lan?" Put-ji berlagak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kaget. "Masalah ini telah kutanyakan langsung kepada Lan Kau-san, kelihatannya kedatangan siluman perempuan itu khusus untuk mencari Giok-keng! Tampaknya semula dia ingin berbohong, ketika gagal berbohong diapun menggunakan kekerasan. Put-ji pun berlagak kebingungan, sambil menggaruk kulit kepalanya dia bergumam, "Sungguh aneh kejadian ini, tidak mungkin Giok-keng si bocah ini mempunyai masalah dendam atau sakit hati dengannya. "Kau pernah berkenalan dengan Siang Ngo-nio?" tiba-tiba Bubeng Cinjin betanya. "Belum pernah bersua, jawab Put-ji cepat, "Ciangbunjin, kau.... mengapa kau bertanya begitu?" "Aku dengar kau sudah cukup lama berkelana dalam dunia persilatan, waktu itu kau masih menjadi murid tertua dari Ji-ouw Tayhiap Ho Ki-bu, sering mewakili gurumu berhubungan dengan tokoh persilat-an. Siapa tahu secara tidak sengaja kau telah menyalahi perempuan siluman itu, atau menyalahi orang yang berhubungan dengan dirinya? Coba dipikirkan dulu dengan cermat. "Waktu itu aku hanya berhubungan dengan para pendekar dan ksatria dari dunia persilatan, jadi rasanya tidak mungkin bersalah dengan orang orang yang menyangkut perempuan siluman itu. "Kalau begitu aneh sekali, kenapa dia harus mendatangi bukit Bu-tong hanya dikarenakan seorang murid perguruan yang belum menginjak dewasa?" Put-ji berlagak ikut berpikir, sesaat lalu berkata, "Menurut dugaan tecu, bisa jadi dia ingin menangkap Giok-keng untuk jimat pelindung nyawanya. "Untuk pelindung?" "Mungkin dia sudah mendapat tahu kalau Giok-keng adalah cucu murid kesayangan mendiang Suhu, tapi tidak tahu kalau mendiang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Suhu telah meninggal, bisa jadi dianggapnya asal dia tangkap bocah itu maka kita pun tidak akan berani menuntut balas karena kematian Put-coat Suheng. "Ehmm, perkataanmu masuk diakal juga. Betul, meski Bu-siang Cinjin Suheng telah meninggal, namun bila Giok-keng sungguh terjatuh ke tangan siluman itu, kita pun tidak mungkin berani bertindak gegabah, paling tidak harus berpikir juga keselamatan jiwanya. "Sungguh tidak disangka bakal terjadi peristiwa semacam ini, posisi tecu sekarang jadi serba salah, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mohon petunjuk dari Ciangbunjin. "Kesulitan apa yang sedang kau hadapi? Katakan saja. "Sebenarnya aku harus menjaga layon mendiang Suhu, tapi akupun tidak tega membiarkan Giok-keng mengembara seorang diri dalam dunia persilatan, apa jadinya kalau dia sampai bertemu Siang Ngo-nio?" "Jalan darah Siang Ngo-nio pun sudah tertembus bulu hudtim milik Put-hui, dalam dua tiga bulan mendatang tidak nanti dia sanggup melakukan kejahatan lagi. Sekarang aku telah mengirim Bu-si sute untuk melacak kabar beritanya. Begitu ada kabar, dia akan beritahu kepadaku. Bu-si sute sering berkelana dalam dunia persilatan, kenalannya cukup banyak, aku percaya dia pasti dapat mengutus orang untuk melin-dungi bocah itu secara diam-diam. Sementara Put-ji masih termenung tanpa bicara, kembali Bubeng Cinjin berkata, "Kau masih merasa khawatir?" "Memang tidak salah mendiang Suhu memerintahkan dia berkelana dalam dunia persilatan, tapi sebetulnya paling baik jika dia berada di sampingku selama dua tahun lagi. Perkataan itu benar-benar muncul dari hati tulusnya, bukan lantaran dia takut Siang Ngo-nio bakal mencelakai Lan Giok-keng, melainkan karena dia sadar ilmu pedang yang dia ajarkan kepada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bocah itu sesungguhnya tidak mampu dipakai untuk melawan musuh tangguh. "Begini saja, ujar Bu-beng Cinjin kemudian, "begitu ada berita tentang bocah itu, aku segera akan mengirim kau untuk mencarinya, bila selewat tiga bulan kemudian belum juga ada kabar beritanya, akupun akan memberi masa libur sebulan kepadamu, agar kau bisa pergi mencarinya. Cuma kau harus balik ke Bu-tong sebelum upacara penguburan mendiang Ciangbunjin.... sekarang, ada satu hal aku ingin minta bantuanmu. "Silahkan Ciangbunjin katakan. "Sisa racun Put-hui belum bersih dari tubuhnya, aku minta dalam dua hari ini kau membantunya membersihkan racun-racun itu. Pucuk dicinta ulam tiba, memang inilah yang diharapkan Put-ji. Dia ingin menggunakan kesempatan itu untuk merebut simpatik Put-hui. Tentu saja permintaan itu segera diiyakan. Malam itu Put-ji tidak dapat tidur nyenyak, sebentar dia seperti melihat bayangan dari sutenya Keng King-si, sebentar lagi melihat bayangan Sumoynya Ho Giok-yan, sebentar melihat pula bayangan Lan Giok-keng, bayangan mereka bermunculan saling menyusul di depan mata. Dan terakhir dia sekan melihat sepasang mata Put-hui yang dingin sedang mengawasinya dari balik kegelapan. "Aku tidak tahu apa sebabnya perempuan siluman itu berbohong dirumah keluarga Lan, tapi bila ada yang ingin membunuh karena hendak melenyapkan saksi, aku pasti tidak akan melepaskan dirinya!" inilah ucapan Put-hui ketika ia berusaha memancing keterangan dari mulutnya. "Aaai, sungguh tidak kusangka diriku dalam pandangan orang telah berubah menjadi seorang siaujin laknat yang begitu jahat!" Sekali lagi peristiwa yang terjadi pada enam belas tahun berselang melintas kembali dalam benaknya, dia seolah mengendus bau anyir darah yang berlepotan di tangannya. Pesan terakhir Sumoynya menjelang saat ajal pun seakan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bergema lagi disisi telinganya, "Suko, selama hidup aku tidak pernah memohon kepadamu, tapi hari ini aku hanya memohon, tolong jaga baik-baik bocah ini!" Cahaya kilat berkelebat di luar jendela diikuti suara gemuruh guntur yang membelah bumi, tiba-tiba saja turun hujan yang amat deras. Sambaran kilat gemuruh petir seketika menggetarkan perasaan hatinya, bagai orang kalap dia melompat bangun, jeritnya, "Sumoy, kau jangan memandangku seperti ini. Betul, aku memang bersalah kepadamu, tapi aku sama sekali tidak berniat mencelakai anak Keng!" Betul, walaupun dengan sengaja dia mengajarkan ilmu pedang yang salah kepada Lan Giok-keng, namun hal ini timbul demi melindungi keselamatan jiwa sendiri. Dia khawatir suatu saat nanti bila Lan Giok-keng mengetahui asal usulnya, dia bakal datang mencarinya untuk menuntut balas.... bagaimanapun ayah kandung Lan Giok-keng memang tewas ditangannya dan ibu Lan Giok-keng pun tewas lantaran dirinya! Dia sengaja mengajarkan ilmu pedang yang salah kepada Lan Giok-keng, agar bocah itu biar berlatih lebih hebat pun tidak nanti mampu membunuhnya. Bahkan menurut rencananya semula, dia pun ingin menahan Lan Giok-keng agar selalu berada di sampingnya, sampai dia meninggal baru mengijinkannya turun gunung. Dengan hubungannya yang begitu akrab melebihi hubungan ayah dan anak, d'a yakin Lan Giok-keng pasti akan menuruti perkataannya. Siapa tahu baru saja Lan Giok-keng mencapai usia enam belas tahun, belum lagi kungfunya berhasil diyakinkan, Ciangbun Sucouw telah memerintahkan dia turun gunung. Bahkan ketika sang Sucouw menitahkan dia turun gunung, hal ini sama sekali tidak diberitahukan kepadanya, tidak heran kalau kejadian ini membuat perasaan hatinya makin khawatir dan tidak tenang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Entah anak Keng sudah tahu tidak kalau ilmu pedang yang kuajarkan kepadanya sama sekali tidak berguna? Aaaai, andai dia sudah mengetahui perbuatan kejiku ini, apakah dia pun akan sangat membenciku?" Dia sangat khawatir bila Lan Giok-keng tahu rahasianya, tapi sekarang yang lebih dia takuti adalah bocah itu tewas dalam dunia persilatan hanya gara-gara menggunakan jurus pedang yang dia ajarkan padanya. Cahaya kilat berkelebat lalu lenyap, bayangan Sumoynya ikut lenyap pula dari hadapannya. Tapi perasaan menyesal yang timbul dalam hatinya ter-simpan secara utuh dan abadi. "Aaaai, sudah kelewat banyak kesalahan yang kulakukan, kali ini mungkin aku telah melakukan kesalahan yang terbesar!" Selama enam belas tahun hidup bersama, dialah yang menyaksikan Lan Giok-keng tumbuh jadi dewasa, sedikit banyak antara dia dengan bocah itu telah tumbuh perasaan sayangnya sebagai seorang ayah terhadap anaknya, kendatipun selama ini diapun berusaha dengan segala cara untuk mewaspadai bocah itu. Bagaimana dia harus menebus semua dosa ini? Memukul dada sendiri sambil menyesali semua perbuatannya? Ketika kehabisan akal, diapun ingin segera turun gunung, tapi dia khawatir tindakan ini justru menimbulkan kecurigaan Ciangbunjin, dalam keadaan begini terpaksa diapun harus menuruti perkataan Bu-beng Cinjin, menunggu sekembalinya Bu-si tianglo. Ooo)*(ooO Lan Giok-keng telah turun dari bukit Bu-tong perasaan hatinya gundah bercampur gelisah. Dalam sakunya tersimpan segulung benda, pemberian dari Ciangbun Sucouw. Waktu itu, ketika dia menjenguk Sucouwnya yang sedang sakit, Bu-siang Cinjin segera menyerahkan sepucuk surat dan sebuah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gulungan benda kepadanya sambil berpesan, "Sekarang juga segera pulang ke rumah, setibanya di rumah buka dan baca surat itu. Sekembali ke rumah, diapun membuka surat itu dan membaca isinya, "Segera berpamitan kepada orang tuamu dan turun gunung. Dilarang memberitahukan hal ini kepada siapa pun. Setibanya di bawah bukit, periksa benda gulungan yang kuberikan padamu itu. Dengan hati ragu penuh curiga Lan Giok-keng pun berpikir, "Sungguh aneh, kenapa Sucouw melarang aku memberitahu kepada guruku kalau aku hendak turun gunung?" Namun berhubung perintah itu berasal dari Ciangbunjin, perintah yang tidak mungkin bisa di langgar, walaupun tidak habis mengerti, Lan Giok-keng tetap melaksanakan perintah itu. Sesuai dengan pesan, setelah tiba di bawah bukit Bu-tong, ia baru membuka gulungan tersebut. Ternyata benda itu adalah sebuah gulungan kertas yang penuh berisi tulisan sebesar kepala lalat. Gulungan pertama berisi Sim-hoat tenaga dalam, gulungan kedua berisi Kiam-koat (teori) ilmu Thay-kek-kiam. Selain itu tersedia pula setumpuk uang kertas yang nilai nominalnya tidak terlalu banyak, jelas untuk ongkos perjalanan. Di samping itu terdapat lagi secarik surat. Cepat Lan Giok-keng membuka sampul surat itu dan membaca isinya, "Pelajari baik-baik Sim-hoat dan Kiam-koat itu, setelah hapal kau harus memusnahkannya. Kemudian pergilah ke Ho-lam, bukit Siong-san dan mohon bertemu Hwee-ko Thaysu dari Siau-lim-si, mohon petunjuknya untuk mencari Jit-seng-kiam-kek. Sebelum berhasil bertemu dengan Jit-seng-kiam-hek, apa pun yang terjadi di bukit Bu-tong, kau tidak boleh sekali-kali balik ke gunung. Jaga baik rahasia ini. Tertanda: Sucouw. "Siapakah Jit-seng-kiam-kek si jago pedang tujuh bintang ini, pikir Lan Giok-keng dalam hati, "di gunung Bu-tong bakal terjadi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

peristiwa apa?" Mendadak dia teringat kalau Sucouw sedang menderita sakit parah. "Seandainya Sucouw meninggal dunia karena sakit, apakah akupun tidak boleh balik ke gunung untuk melayat?" Bocah ini memang sangat cerdas, dari pesan wanti wanti Sucouw nya secara lamat-lamat dia sudah merasakan firasat tidak baik. Dalam suratnya Sucouw telah berpesan, Apapun yang terjadi di Butong-san", bukankah kejadian paling penting adalah tentang kematian Sucouwnya? Perintah Ciangbunjin pantang dilanggar, maka setelah berhasil menenangkan diri diapun berpikir, "Tenaga dalam yang dimiliki Sucouw amat sempurna, bisa jadi perkataan itu hanya bermaksud berjaga-jaga. Bukankah Thio Cinjin Couwsu pendiri perguruan mampu hidup hingga seratus tahun lebih? Siapa tahu Sucouw pun bisa hidup diatas seratus tahun?" Selain itu masih ada sebuah teka teki lain yang lebih besar mencekam pikirannya, "Kenapa Sucouw tidak mengajarkan Simhoat tenaga dalam dan teori ilmu pedang Thay-kek-kiamhoat di atas gunung Bu-tong? Kenapa dia minta aku memusnahkan catatan ini setelah aku menghapalkannya? Apakah dia khawatir terjatuh ke tangan orang luar? Benarkah susiok, Supek bahkan termasuk Suhuku dianggap orang luar?" Biarpun dia keheranan dan tidak habis mengerti, tapi dalam surat itu Sucouwnya dengan jelas memerintahkan kalau hanya dia seorang yang boleh mempelajarinya. Maka selesai membaca surat dan menyimpan kembali gulungan kertas itu, diapun melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah dusun dikaki gunung. Dengan uang sepuluh tahil dia membeli ransum dan kebutuhan lain untuk keperluannya selama tiga hari, kemudian menjelang magrib berangkatlah bocah ini meninggalkan kota. Sesudah menempuh perjalanan hampir seratusan li dari gunung
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bu-tong, sampailah dia disebuah perbukitan yang tidak diketahui namanya. Bukit itu dikelilingi rumah penduduk, tapi datas bukit terdapat sebuah kuil raja obat, biarpun sudah lama terbengkalai namun masih layak untuk dipakai berteduh. Lan Giok-keng mengumpulkan setumpuk kayu kering dan membuat api unggun. Dia merasa kuil itu cukup cocok sebagai tempat berteduh sementara waktu. Maka di bawah cahaya api, diapun mulai membuka gulungan kertas itu dan membacanya dengan seksama. Ooo)*(ooO BAB VI Mempelajari ilmu rahasia Menciptakan jurus baru. Mula-mula yang dibaca lebih dulu adalah Sim-hoat tenaga dalam, semenjak pertama kali belajar tenaga dalam, dia memang seringkali mendapat petunjuk dari Sucouw, hingga saat membaca Sim-hoat itu tidak banyak kesulitan yang dijumpai. Ada beberapa bagian rahasia meski tidak dapat dipecahkan untuk sesaat, namun secara lamat-lamat dia merasa ada titik terang berhasil ditemukan, dia yakin asal dipelajari beberapa saat niscaya rahasia itu akan dipahaminya. Tapi ketika mulai membaca teori ilmu pedang, perasaan hatinya mulai ragu dan bimbang, ternyata apa yang dipelajarinya sekarang sama sekali berbeda dengan kiam-hoat yang diajarkan gurunya. Yang lebih membuatnya kesulitan adalah Sucouw-nya hanya mengajarkan teori pedang, sama sekali tidak ditulis jurus pedangnya dan bagaimana cara menggunakan jurus serangan itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Namun dibelakang kiam-koat dia menjumpai sederet tulisan kecil yang berbunyi demikian, "Kunci dari ilmu silat perguruan kita ada pada pemahaman. Dulu Thio Cinjin menciptakan ilmu pedang Thaykek-kiam-hoat lantaran menyaksikan ular bertarung melawan kura kura. Kau harus pegang prinsip ini, tidak perlu pakai aturan, biarkan berkembang sesuai alam, bersatulah dengan alam semesta. Thaykek itu berputar melingkar, bergerak tanpa putus, pusatkan niat pada pedang, bermain sambung menyambung. Bila memegang prinsip ini, jurus apapun dapat kau ciptakan, dengan kecerdasan dan bakat alammu, aku yakin pasti kau bisa pahami kunci ini. Lupakan semua jurus yang pernah kau pelajari, suatu saat pasti datang hari kejayaan." Selain itu tercantum pula dua baris huruf kecil yang berbunyi, "Ada berasal dari tiada, karena tiada tumbuh ada. Dia mencoba memecahkan arti dari perkataan itu, namun sampai kepala hampir pecah pun tidak berhasil memahami arti dari tulisan itu. Ketika segulung angin segar berhembus lewat, menyadarkan Lan Giok-keng dari lamunan, pikirnya sambil tertawa geli, "Dulu, Couwsu saja butuh waktu yang cukup lama untuk memahami teori ini, itupun harus melewati banyak rintangan dan kesulitan. Masa hari ini baru saja aku membaca sekali sudah ingin memahaminya, memangnya segampang itu untuk memahami dan menguasai ilmu silat tingkat tinggi? Kalau segampang itu, bukankah semua orang pun bisa menjadi guru besar ilmu silat?" Untuk sementara waktu dia singkirkan pikiran itu dan mengambil keputusan untuk menghapalkannya lebih dulu(Gb7). Baru pertama kali ini dia pergi meninggalkan rumah, begitu konsentrasinya terpecah tidak berlatih pedang, rasa kangen terhadap orang di rumah pun segera muncul. Dia mulai kangen dengan orangtuanya, rindu dengan cicinya. Otomatis diapun teringat dengan pertarungannya di bawah puncak Thian-ki-hong, ditepi telaga Giok-keng-ou melawan cicinya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aneh, kenapa sewaktu kugunakan jurus kebanggaan ajaran Suhu untuk melawan ciri, aku justru dikalah kan olehnya?" Kemudian pikirnya lebih lanjut, "Kalau memang dari tiada baru muncul ada, berarti kata "ada" disini menunjukkan kalau aku sudah mengerti akan ilmu silat. Pepatah bilang semakin matang semakin menguasai, mungkin apa yang pernah kupelajari harus kuulang kembali agar lebih hapal dan menguasai. Bila sudah betul-betul matang hingga mampu menciptakan jurus baru, bukankah hal ini sudah merupakan satu perputaran, dari tiada muncul ada? Ehmm, bisa jadi inilah yang diartikan Sucouw. Maka diapun melatih kembali semua jurus thay-kek-kiam-hoat yang pernah diajarkan gurunya, sewaktu melatih kembali jurus Pekhok-liang-ci dimana saat itu dia dikalahkan cicinya, benar saja, dia segera merasakan sesuatu yang tidak beres. Hanya saja perasaan itu sangat kabur, dia tidak bisa menjelaskan dimana letak ketidak beneran itu. Keesokan harinya sesuai dengan kebiasaan sehari hari, begitu bangun tidur dia pun mulai bersemedi, selesai melatih tenaga dalam dia pun mulai berlatih ilmu pedang. Ketika sampai pada jurus Pek-hek-liang-ci tiba tiba.... Kraaaak!" pedangnya membabat kutung sebatang dahan pohon. Serangan itu kelewat cepat, ranting pohon yang terbabat pun kelewat panjang, ketika kutungan dahan itu meluncur ke bawah, dia tidak sempat lagi menghindar, bahunya langsung terhajar telak. Meski tidak sampai terluka, tidak urung terasa sakit juga. Mula mula dia tertegun, kemudian pikirnya, Bila ranting pohon ini manusia hidup, dia bisa berkelit, bisa pula menyerang balik. Kalau sampai kejadian seperti tadi, bukankah sebelum aku berhasil mengutungi lengannya, tusukan pedangnya berhasil menembusi tulang Pi-pa-kut ku terlebih dulu?" Dengan memperlambat gerakan dia mengulang sekali lagi, akhirnya ditemukan juga letak ketidak beresan itu. Ternyata radius
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

babatan pedang itu kelewat melebar, setengah jurus pertama dan setengah jurus kedua terbagi dalam dua lingkaran, dua gerakan melingkar yang sama sekali tidak bersambungan. Biarpun 'terputus' nya hanya sekejap namun jelas sudah melanggar teori yang dikatakan Sucouw sebagai "berputar melingkar tanpa terputus". Dia tidak tahu apakah teori yang dipahami itu benar atau tidak, tapi berhubung tidak ada petunjuk dari orang lain, maka dia pun melakukan perubahan gerak jurus itu sesuai dengan pemikiran sendiri. Sesudah dilatih beberapa kali, lambat laun dia merasa gerakan jurus itu mulai lancar, ranting pohon yang terbabat pun tidak sampai membentur tubuh sendiri. Dia mulai menguasai seluk beluk gerakan pedang itu, maka mengikuti jalan pemikiran sendiri dia mulai berlatih semua jurus Thay-kek-kiam-hoat hingga selesai. Ketika selesai berlatih jurus terakhir, lamat-lamat dia mulai merasa kalau paling tidak ada belasan jurus diantaranya tidak sesuai dengan teori pedang yang dimaksud Sucouwnya. Setiap kali menemukan sebuah titik kelemahan, hatinya semakin curiga bercampur sangsi, pikirnya, "Bukankah ilmu pedang gihu berasal dari Bu-si tianglo, padahal Bu-si tianglo tersohor sebagai jago pedang nomor wahid, kenapa mereka tidak mengetahui adanya titik kelemahan ini?" Karena ada begitu banyak kelemahan yang dijumpai, kelemahan yang mustahil bisa dibenahi dalam waktu singkat. Akhirnya dia putuskan untuk berkonsentrasi dulu pada jurus Bangau putih pentangkan sayap. Perubahan dilakukan terus menerus hingga dia merasa puas sekali dengan hasilnya. Sampai hari ketiga dia masih berlatih terus ilmu pedangnya berdasarkan pemahaman yang berhasil diserap dari kitab cacatan itu, tiba-tiba dia menjumpai jurus yang semalam dirasakan sangat memuaskan mendadak pada hari ini muncul lagi banyak titik
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kelemahan yang harus dibenahi. Akhirnya sambil menghela napas keluhnya, "Ternyata ilmu pedang hasil ciptaan Sucouw betul betul luas tidak terhingga, sampai kapan aku baru berhasil menguasainya?" Dia hanya menyiapkan ransum untuk tiga hari, berarti hari esok harus meninggalkan tempat itu. Meski sepanjang jalan dia dapat mencari-tempat yang sepi untuk melatih diri, namun tidak akan seleluasa di tengah bukit seperti sekarang, oleh karena itu dia harus melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya. Waktu itu Sim-hoat tenaga dalam dan teori ilmu pedang Thaykek-kiam-boh peninggalan Sucouw nya telah selesai dihapalkan, kuatir ada kesalahan dia berusaha mengulang kembali beberapa kali, hingga seluruh isinya nyaris hapal diluar kepala, dia baru membakarnya hingga ludas. Mula-mula dia merobek dulu kertas itu hingga hancur berkeping lalu membakarnya di dalam hiolo di luar kuil. Kuil itu tidak berjendela, hiolo pun tanpa penutup, tiba-tiba segulung angin berhembus lewat menerbangkan hancuran kertas yang belum sempat terbakar. Buru-buru dia mengumpulkan kembali robekan itu dan sekali lagi membakarnya. Biar begitu, apakah ada bagian yang tercecer? Dia sama sekali tidak tahu. "Hari ini adalah hari terakhir aku disini, latihanku harus lebih dipergiat. Dia berharap pada hari yang terakhir ini paling tidak dia harus bisa melatih jurus Pek-hok-liang-ci itu minimal sampai dirinya merasa sangat puas. Diapun berlatih sekali demi sekali, tatkala merasa jurus pek-hokliang-ci ini sudah tidak ditemukan titik kelemahannya, menyusul diapun menemukan kelemah- an pada jurus ke dua, ke tiga.... Sementara dia sedang berlatih dengan penuh konsentrasi, mendadak terdengar seseorang berseru memuji, "Bagus, bagus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekali! Aaah, salah, salah besar!" Teriakan itu persis sama dengan permainan pedangnya, ketika teriakan bergema, gerak jurusnya selalu persis berada di saat terputus. Tapi anehnya, kalau saja barusan masih memuji, kenapa kemudian dikatakan juga kalau salah? Untuk sesaat Lan Giok-keng tertegun, menanti mengendalikan diri terlihatlah seseorang telah berjalan dalam hutan, dia adalah seorang pemuda berusia tahunan, wajahnya putih pucat tapi memiliki sepasang bersinar tajam. dia dapat keluar dari dua puluh mata yang

"Di bagian mana ilmu pedangku menunjukkan kesalahan?" tanya Lan Giok-keng kemudian. "Apakah kau adalah murid Bu-tong-pay?" "Aku tidak mengenalimu, identitasku? Siapa kau?" kenapa harus memberitahukan

Bocah ini benar benar sudah 'matang tanpa guru', tahu kalau lawan adalah orang asing, serta merta dia tingkatkan kewaspadaan sendiri. Biar begitu, bocah ini masih tetap kurang pengalaman, sebab dengan jawaban tersebut sama artinya kalau dia telah mengakui pertanyaan itu. "Aku hanya ingin bertransaksi secara adil denganmu, masa belum apa-apa kau sudah ingin mencari keuntungan dariku!" ujar pemuda itu dingin. "Sejak kapan aku mencari keuntungan darimu?" tanya Lan Giokkeng agak tertegun. "Bukankah aku bertanya siapa kau, sudah kau jawab?" Sekarang Lan Giok-keng baru sadar, kalau dirinya enggan mengaku, jadi bagaimana mungkin orang lain pun bersedia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengatakan identitasnya? "Baiklah kalau begitu, akupun tidak ingin tahu siapa dirimu, pergilah!" kata Lan Giok-keng kemudian. "Memangnya tempat ini rumah pribadimu? Kenapa aku harus pergi?" "Baiklah, kalau kau tidak mau pergi, biar aku yang pergi!" seru Lan Giok-keng jengkel. "Tunggu sebentar!" "Mau apa lagi?" "Mungkin saja kau tidak ingin tahu siapakah aku, tapi aku percaya kau pasti ingin tahu dimana letak kesalahan pada ilmu pedangmu bukan?" Terbongkar suara hatinya kontan membuat Lan Giok-keng menghentikan langkahnya. "Toh sudah kutanyakan padamu, kalau kau enggan menjawab, kenapa aku musti memohon lagi. "Apa gunanya kalau Cuma bicara omong kosong? Ayoh, mari kita bertanding!" Dengan ujung kakinya dia mencukil sebatang ranting pohon yang baru saja terpapas kutung oleh pedang Lan Giok-keng, lalu katanya lagi, "Saudara cilik, ayoh mulai menyerang!" Sewaktu bertanding melawan cicinya di bawah bukit Thian-kiehong tempo hari, diapun menggunakan pedang kayu, namun pedang itu masih berbentuk sebilah pedang, sementara ranting pohon yang berada ditangan orang ini justru masih tumbuh beberapa helai daun. Sebagai pemuda yang rasa ingin menangnya besar, Lan Giokkeng segera berpikir, "Kurangajar, ternyata kau pandang enteng diriku? Bagus, kalau tidak kuberi sedikit kelihayan, kau pasti akan pandang enteng juga Bu-tong-pay kami.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berpikir begitu segera serunya, "Biarpun usiamu jauh lebih tua dariku, tapi ingat, yang kugunakan sekarang adalah pedang mestika. Aku tidak ingin mencari keuntungan darimu, ayoh maju dan seranglah dulu. Terus akupun harus bicara dulu dimuka, mencoba ilmu memang terbatas saling menutul, tapi senjata yang kau gunakan adalah ranting pohon, aku kuatir.... aku kuatir.... "Kenapa? Kau takut ranting ini tidak mampu menahan pedang mestikamu hingga aku terluka oleh ketajaman senjatamu?" "Betul, apa perlu berganti senjata dulu?" Pemuda itu hanya tersenyum tanpa menjawab. Melihat itu kembali Lan Giok-keng berkata, "Baguslah, kalau toh kau yakin mampu menahan senjata mestikaku, jangan marah atau salahkan aku bila sampai terluka nanti. Kontan pemuda itu tertawa terbahak bahak, "Hahahaha.... saudara cilik, katanya, "jangankan baru melukai, kalau punya kemampuan, biar sampai terbunuh pun aku tidak bakal menggerutu atau menyalahkan dirimu. "Hmm, kau sendiri yang berkata begitu, kalau sampai terjadi sesuatu jangan salahkan aku!" kata Lan Giok-keng sambil mendengus, "silahkan melancarkan serangan!" "Hahahaha.... aku tidak ingin mencari keuntungan darimu, tapi bila tetap mengalah, rasanya kurang cukup menghormatimu. Baiklah, hati-hati! Lihat serangan!" Begitu selesai bicara diapun segera melepaskan sebuah serangan, tidak jelas jurus serangan dari aliran perguruan mana yang digunakan, terlihat rantingnya bergetar, tahu-tahu dari empat arah delapan penjuru telah dipenuhi bayangan hijau dari dedaunan. Seketika itu juga Lan Giok-keng merasa dia bukan sedang berhadapan dengan sebatang ranting, melainkan seakan sudah terjebak dalam sebuah hutan belantara yang amat luas dan lebat. Dalam terkejutnya Lan Giok-keng segera berpegang pada prinsip teori ilmu pedang yang baru dipelajarinya, "berputar melingkar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tanpa berputus". Biar datang himpitan seberat bukit thay-san, hadapilah bagai hembusan angin sejuk. Dengan menggunakan jurus pembuka dari Thay-kek-kiam-hoat, dia bergerak membentuk lingkaran cahaya yang bersambungan, belum lagi ujung senjatanya menyentuh ranting musuh, tahu-tahu bayangan hijau yang mengelilinginya telah membuyar ke empat penjuru. Setelah bertarung beberapa gebrakan, posisi Lan Giok-keng mulai keteter, dia dipaksa untuk mundur berulang kali, permainan pedangnya pun semakin tidak mampu berkembang, kenyataan ini kontan saja membuat hatinya gelisah bercampur panik. "Dalam sepuluh gebrakan kemudian, bila membabat rantingnya pun tidak sanggup, biar menang pun rasanya kemenanganku tidak gagah!" Lan Giok-keng pun nekad, sambil melejit ke udara dia segera menggunakan jurus Pek-hok-liang-ci yang telah dirubah dan diperbaiki kesalahannya itu. Masih mending bila dia tidak gunakan gerakan tadi, begitu jurus serangan itu digunakan, belum lagi melihat jelas gerak serangan apa yang digunakan lawannya, tahu- tahu jalan darah Ci-ti-hiat nya terasa kaku....Traaang!" pedang mustikanya sudah terjatuh ke tanah. "Dalam jurus serangan ini kau berhasil membabat lepas beberapa lembar daun dari rantingku, hal ini sudah terhitung lumayan bagus. Sekarang beristirahat-lah dulu, sebentar kita bertanding lagi. Diam-diam Lan Giok-keng menarik napas dingin, sekarang dia baru tahu kalau orang itu bukan membual, jurus pedang yang dalam anggapannya telah sempurna ternyata dimata orang lain penuh dengan titik kelemahan. Tampaknya pemuda itu dapat membaca suara hatinya, setelah tersenyum ujarnya, "Hahahaha.... titik kelemahanmu tidak sampai mencapai ratusan tempat, dalam permainan jurus mu barusan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hanya kutemukan ada tiga buah titik kelemahan. Dalam sebuah gerak serangan ternyata terdapat tiga buah titik kelemahan, suatu kejadian yang sangat memalukan. Cepat dia duduk bersila, memejamkan mata seraya berpikir, lewat beberapa saat kemudian sekulum senyuman mulai menghiasi ujung bibirnya. Tiba-tiba dia membuka kembali matanya seraya berseru, "Baiklah, mari kita bertarung lagi!" Dia sangka dirinya telah berhasil memahami letak kelemahan itu dan memperbaikinya, siapa sangka hasilnya tetap tidak memuaskan, ketika menggunakan jurus Pek-hok-liang-ci, gerakan pedang yang jelas telah berhasil mengurung seluruh tubuh lawan, namun langkah kaki lawan ternyata masih mampu bergerak maju ke depan, ranting ditangan pemuda itupun sama sekali tidak menghindari mata pedang, sebaliknya malah menerobos masuk ke tengah lingkaran senjatanya. Langkah aneh yang dilakukan pemuda itu sama sekali diluar dugaannya, akibat dari desakan itu dia sendiri yang justru dipaksa untuk menghindari sergapan lawan, bahkan jalan darah Kwan-goanhiat pada pergelangan tangannya terasa linu dan kaku. Sekalipun pedangnya tidak sampai terlepas dari genggaman, namun jelas dia telah menderita kekalahan dalam pertarungan ini. "Kenapa belum juga berhasil?" sekali lagi Lan Giokk-keng duduk sembari berpikir. "Jangan putus asa, kini dalam permainan jurusmu tinggal tersisa dua buah titik kelemahan, hibur pemuda itu. Lan Giok-keng segera membayangkan kembali ke dua gerakan yang barusan dia gunakan kemudian mencoba mencari tahu dimana titik kelemahan yang masih tersisa. Tidak lama kemudian akhirnya dia seakan melihat secerca cahaya, namun ketika cahaya itu dicoba untuk dikuak lebih dalam, dia merasa seakan terhadang oleh sumbatan yang makin luas dan melebar.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tidak usah kelewat dipikirkan, lagi-lagi pemuda itu menghibur, "kalau tidak terpikirkan hari ini, pikirkan kembali besok. Dalam hati Lan Giok-keng berpikir, "Besok aku akan pergi dari sini, mana mungkin masih ada hari esok?" Waktu seakan aliran sungai yang bergerak dari hulu hingga ke hilir, selamanya tidak bakal terhenti di tengah jalan. Di dalam keluhan tersebut mendadak terlintas satu cahaya terang, pikirnya lebih jauh, "Aaah benar, dari tulisan yang ditinggalkan Sucouw, hingga sekarang aku hanya bisa melakukan perputaran Thay-kek dalam wujud bulat tanpa ada bagian yang terputus ditengah jalan. Tapi bagaimana pula dengan gerakan pedang yang beriring tiada henti?" Begitu dia memahami akan teori tersebut, ibarat ruang gelap yang tiba-tiba terbuka lebar, segala sesuatu yang terpampang didepan mata pun jadi terang kembali. Dengan penuh semangat dia melompat bangun sembari berseru, "Bagus, mari, mari kita mulai lagi!" Sama seperti pertarungan pertama, dia mulai menyerang dengan menggunakan jurus pembukaan dilanjutkan beberapa jurus berikut. Sekilas perasaan heran sempat muncul diwajah pemuda itu, dia seakan ingin mengucapkan sesuatu namun akhirnya diurungkan. Begitu Lan Giok-keng menggunakan gerakan Pek-hok-liang-ci (Bangau putih pentangkan sayap), sekali lagi pemuda itu berseru tertahan, ternyata kali ini dia dipaksa untuk berkelit. "Bagaimana dengan gerakan jurusku ini?" tanya Lan Giok-keng kemudian sambil menarik kembali pedangnya. Pemuda itu tampak jauh lebih gembira daripada dirinya, dengan wajah berseri sahutnya, "Sungguh cepat kemajuan yang berhasil kau raih, dalam satu kali pemikiran bisa menambal sebuah titik kelemahanpun sudah terhitung luar biasa, tapi kali ini ternyata kau mampu menambal dua titik kelemahan sekaligus, hebat, sungguh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hebat! Kini jurus Pek-hok-liang-ci mu boleh dibilang sudah tanpa titik kelemahan lagi. Cuma, kau harus perhatikan. Kata 'kini' adalah perkataanku sekarang, selewat beberapa waktu bisa jadi aku akan berkata lain. Mengertikah kau dengan maksudku?" "Aku mengerti. Kini aku mengalami kemajuan tapi kau pun akan mengalami kemajuan. Hari ini kau belum berhasil menemukan titik kelemahan lain dalam gerak jurusku bukan berarti besok kau tidak berhasil menemukannya. Pemuda itu segera tersenyum. "Kau memang berotak encer, daya tangkapmu luar biasa, cuma harus diingat, dalam permainan jurus pedangmu itu, bukan hanya gerakan Pek-hok-liang-ci saja yang terdapat titik kelemahan. "Kau bersedia memberi petunjuk?" tanya Lan Giok-keng dengan tulus. "Aku tidak pandai mengajari murid, hanya pandai bertanding pedang melawan orang lain. "Bagus, kalau begitu mari kita bertanding lagi. Dalam permainan jurus Hian-nio-hua-sah (Burung hitam mengayuh pasir) kali ini, lagi-lagi dia menjumpai banyak titik kelemahan, sama seperti waktu menggunakan gerakan Pek-hokliang-ci, dia harus memperbaikinya berulang kali sebelum akhirnya sanggup membendung serangan dari pemuda itu. Kini langit sudah gelap, mendadak Lan Giok-keng teringat akan sesuatu, segera tegurnya, "Kau tidak melanjutkan perjalananmu?" "Memang akupun pernah bertanya begitu kepadamu?" pemuda itu balik bertanya. Sejujurnya, Lan Giok-keng sendiripun merasa agak berat hati untuk berpisah dengan pemuda itu, segera jawabnya, "Betul, kau tidak usah mengurusi aku, akupun tidak usah mengurusi dirimu. Setelah lewat sesaat kembali tambahnya sambil menghela napas, "Sayang baru hari ini kita bersua.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Biarpun baru hari ini bertemu, rasanya juga belum terlambat. "Aaai, kau tidak tahu. Besok aku.... "Besok kau mau apa?" Lan Giok-keng tiba-tiba teringat dengan nasehat gurunya, "berbicaralah seperlunya", maka sahutnya, Aku toh bukan tinggal di kuil bobrok ini. Aku tahu. "Oleh sebab itu aku sendiripun tidak tahu apakah besok masih berada disini, sebab.... Sebetulnya dia ingin mengarang sebuah 'alasan', tapi sebelum dia lakukan pemuda itu sudah berkata duluan, "Kalau kau suka tinggal disini, tinggallah, kalau suka pergi, pergilah. Aku toh tidak pernah bertanya kepadamu, buat apa kau beritahu apa sebabnya harus berbuat begitu. Padahal, siapa sih yang bisa menduga apa yang bakal terjadi esok?" Tiba tiba Lan Giok-keng merasa orang ini makin lama semakin mencocoki selera hatinya, sambil tertawa ujarnya kemudian, "Kau jadi orang memang rada-rada aneh, tapi sangat cocok dengan selera hatiku!' "Eeeh, aku tidak pernah menuduhmu aneh, sekarang kau malah menuduhku duluan. Lan Giok-keng tertawa dan tidak bicara lagi, sekembali ke dalam ruang kuil bobrok dia habiskan ransumnya yang terakhir kemudian berangkat tidur. Pemuda itu tidak ikut masuk ke dalam kuil, Lan Giok-keng tidak tahu orang itu menginap dalam hutan ataukah sudah turun gunung, atau bisa jadi selanjutnya todak akan bersua lagi dengan orang itu, berpikir demikian dia merasa seolah-olah seperti kehilangan sesuatu. Tapi lantaran kelewat lelah, pikir punya pikir, tanpa terasa dia pun terlelap tidur.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keesokan harinya ketika mendusin dari tidur, cahaya matahari sudah menyorot masuk ke dalam ruang kuil, begitu buka mata, pandangan mata pertama yang terlihat adalah bertumpuknya aneka buah buahan liar serta sebungkus ransum kering diatas meja. Baru saja dia berseru keheranan, terlihat pemuda itu sudah muncul kembali ke dalam ruangan, di tangannya terlihat dua ekor ayam alas yang sudah dibersihkan bulunya. "Untuk sarapan, makanlah dahulu sedikit buah buahan, untuk makan siang nanti kita bakar ayam-ayam hutan ini, kata pemuda itu. Lan Giok-keng merasa sangat kegirangan, serunya, Aaah, rupanya kau belum pergi, malahan datang menghantar makanan untukku, hahaha.... bikin aku jadi rikuh saja. "Kalau merasa rikuh, besok kau saja yang pergi berburu!" "Besok?" gumam Lan Giok-keng melengak, "aku.... "Betul, kita semua memang tidak bakal tahu apa yang bakal terjadi di hari esok, lebih baik kita bicarakan masalah hari ini saja. Sudah kenyang?" "Ehmm, kenyang. "Bagus, kalau sudah kenyang mari kita mulai lagi. Mulai apa?" Pemuda itu segera mematahkan sebatang ranting pohon, sambil mengayunkan ranting itu sahutnya, "Tentu saja bertanding pedang!" Tantangan ini sontak membuat perasaan Lan Giok-keng jadi gatal sekali, pikirnya, 'Datang ke Siau-lim-si sehari lebih lambat pun rasanya tidak masalah.' Berpikir begitu maka diapun berkata, Untuk bertanding ilmu pedang jelas aku masih belum mampu mengalahkan dirimu, semoga saja dalam pertandingan hari ini aku berhasil menemukan semakin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

banyak titik kelemahan dalam ilmu pedangku!" "Kenapa kau berharap makin banyak semakin baik?" "Semakin banyak titik kelemahan yang berhasil ditemukan berarti semakin cepat aku memperoleh kemajuan. Bila suatu saat kau gagal menemukan titik kelemahan lagi dalam permainan pedangku, bukankah hal ini berarti ilmu pedangku telah berhasil kulatih dengan sempurna?" "Mengharapkan petunjuk dari tingkat atas, kau akan mendapat menengah, mengharapkan petunjuk dari tingkat menengah, yang kau beroleh hanya tingkatan bawah, ujar pemuda itu dingin, llpadahal ilmu pedangku hanya termasuk tingkatan sedang, sekalipun kau berhasil menyempurnakan ilmumu hingga sejajar dengan kemampuanku, jarak dari keberhasilannya masih jauh. "Apalagi tiada titik kelemahan yang bisa terlihat seratus persen, bila tidak menginginkan titik kelemahan, kecuali tidak ada yang bernama jurus gerakan. Lan Giok-keng tertegun, pikirnya, "Kalau tidak menginginkan titik kelemahan, kecuali tidak ada gerakan jurus? Bukankah perkataan ini sama artinya dengan pesan Sucouw yang mengatakan: dari ada menjadi tiada, dari tiada tumbuh ada?" Belum habis dia berpikir, terdengar pemuda itu berkata lagi sambil menghela napas, "Aaaai.... ilmu tingkat tinggi semacam ini memang gampang waktu dibicarakan namun susah untuk dicapai, ayohkita mulai!" Hari ini, Lan Giok-keng berhasil melatih dengan baik dua jurus pedang yang sejak semula sudah diketahui terdapat titik kelemahan. Yang dimaksud "terlatih dengan baik" tentu saja hanya terbatas pada ketidak mampuan pemuda itu urttuk menembus serangannya. Semakin dilatih semangat Lan Giok-keng semakin berkobar, mencapai hari ke tiga, tanpa ditahan pemuda itu pun dia sendiri sudah enggan meninggalkan tempat itu. Tanpa terasa tujuh hari sudah lewat. Belum sampai Lan Giokhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keng berhasil membenahi titik kelemah an yang terdapat dalam ke tiga belas jurus ilmu pedangnya, jurus jurus pedang yang semula tanpa kelemahan pun kini bermunculan titik titik kelemahan. Menjumpai hal ini tanpa terasa Lan Giok-keng menghela napas panjang, "Kenapa titik kelemahan yang bermunculan makin lama semakin bertambah banyak?" Perasaan curiga yang semula sudah muncul dihatinya pun kini berkembang makin melebar, pikirnya, "Menurut Suhu, Thay-kekkiam-hoat yang dia ajarkan kepadaku berasal dari warisan seorang jago pedang nomor wahid dalam perguruan, mana mungkin permainan pedang tingkat tinggi bisa muncul begitu banyak titik kelemahan?" Tampaknya pemuda itu dapat membaca jalan pikirannya, dia segera berkata, "Kau ingin tahu alasannya bukan, kenapa titik kelemahanmu makin lama semakin banyak?" "Aku tidak tahu, mohon petunjukmu. "Karena aku pun menemukan masih ada titik kelemahan pada permainan ilmu pedangku. "Begitu bagus dan sempurna ilmu pedangmu, masa masih ada titik kelemahan?" "Masa kau tidak merasa kalau ilmu pedang yang kugunakan selama dua hari belakangan sedikit berbeda dengan ilmu pedang yang kugunakan beberapa hari berselang?" Lan Giok-keng berpikir sejenak, kemudian sambil manggutmanggut sahutnya, "Yaa, rasanya memang agak beda. "Hal ini disebabkan setelah aku berhasil menemukan titik kelemahan pada ilmu pedangku, sama seperti kau, aku pun telah melakukan perbaikan disana sini. "Aku tetap tidak paham. Apa hubungannya antara kau berhasil menemukan titik kelemahan pada ilmu pedangmu dengan semakin banyaknya titik kelemahan yang muncul dalam jurus pedangku?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pemuda itu segera tersenyum. "Padahal menggunakan kata 'terdapat titik kelemahan' dalam masalah ini kurang cocok. Dalam jurus pedangmu ada sebagian memang terdapat titik kelemahan, ada sebagian lagi sebenarnya tidak ada titik kelemahan. Namun tidak ada titik kelemahan toh bukan berarti jurus pedangmu sudah bagus dan sempurna. "Aku paham teori ini, mungkin inilah yang disebut: Mencari lebih dari kelebihan!" "Tepat sekali, inilah yang disebut mencari lebih dari kelebihan. Kemajuan yang kau capai amat pesat, sampai dua hari terakhir ini, jurus jurus pedang yang semula tidak ada titik kelemahan pun telah berhasil kau latih hingga bagus dan kuat, bahkan ada beberapa jurus ciptaan baru yang berhasil kau lontarkan. Justru karena penyempurnaan ilmu pedangmu maka hal ini membuat munculnya titik kelemahan pada permainan pedangku, maka aku pun mencari lebih dari kelebihan dengan membawa permainan pedangku mencapai suatu tingkatan lebih baru. Bagaimana pun juga, tentu saja aku selangkah lebih maju ketimbang kau, maka begitu aku bisa mencapai tingkatan baru, akupun berhasil menemukan lagi titik kelemahan pada permainan pedangmu. Itulah alasan kenapa kau merasa jurus pedang mu makin lama semakin banyak terdapat titik kelemahan. Kini Lan Giok-keng baru mengerti arti sebenarnya dari kata 'memoles diri', ujarnya sambil menghela napas, "Aaaai.... sekarang aku baru paham pentingnya memoles diri. Kau tidak keberatan bukan bila kugunakan istilah memoles diri? Padahal kau adalah guru dan aku adalah murid. "Padahal kaupun guruku. Bila menggunakan istilah yang lebih sopan, sesungguhnya ungkapan: saling mengajar saling belajar jauh lebih tepat untuk melukiskan keadaan kita berdua. Lan Giok-keng kembali menghela napas panjang. "Belajar membuat orang tidak pernah puas. Ungkapan Nabi tentang hal ini memang sangat tepat. Terlepas apakah memoles diri
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

atau saling mengajar saling belajar, hal semacam ini sesungguhnya tidak pernah ada batasannya. Sama halnya dengan titik kelemahan yang begitu banyak, rasanya tidak pernah bisa ditambal selamanya hingga sempurna. "Perkataanmu hanya betul setengah. Disaat tidak ada jurus tidak ada gerakan itulah titik kelemahan pun tidak ada. Disaat kau dapat menggunakan sesuai dengan pikiran dan kehendak, disaat itu pun kau masih dapat menciptakan banyak gerakan baru. Inilah yang dikatakan pelajaran ilmu silat tidak pernah ada ujung dan batasan!" Lan Giok-keng termangu mangu, pikirnya, "Sayang aku harus berangkat ke kuil Siau-lim-si, kendatipun Sucouw tidak memberi batasan waktu, namun mustahil juga untuk ditunda begitu lama. Eeeh.... sekarang sudah memasuki hari ke sepuluh. Begitu pikirannya gundah, perasaan itupun tampil di raut mukanya. Terdengar pemuda itu menegur, "Saudara cilik, kenapa kau?" "Tiada perjamuan yang tidak berakhir, aku.... aku pikir, sudah saatnya aku harus pergi. "Kalau ingin pergi, pergilah. Aku tidak bakal menghalangimu. "Selama tujuh hari ini, kau telah banyak membantuku berlatih ilmu pedang, banyak manfaat berhasil kupetik.... Tampaknya pemuda itu seperti dapat menebak apa yang hendak dikatakan, buru-buru tukasnya, "Bukankah sudah kukatakan, diantara kita berdua sebenarnya hanya saling memoles diri? Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, akupun tidak akan berterima kasih kepadamu. Lan Giok-keng sangat berterima kasih atas budi kebaikannya, kembali ia berpikir, "Kelewatan sekali kalau sampai namanya pun tidak kuketahui. Berpikir begitu segera ujarnya, "Kau boleh saja tidak menjadi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

guruku, tapi.... "Kenapa?" "Kita sudah bergaul hampir tujuh hari, hubungan semacam ini boleh disebut suatu persahabatan bukan?" Nada bicaranya kembali terbawa gaya anak anak, hal ini membuat pemuda tersebut ikut tertawa. "Persahabatan memang sudah terjalin. Hanya saja apakah kau anggap dia sebagai temanmu atau bukan, kau sendirilah yang harus memutuskan. Kalau kau anggap yaa, berarti sahabat. Kalau anggap bukan, berarti bukan. "Aku dari marga Lan bernama Giok-keng. Pada mulanya dia sebenarnya tidak ingin memberitahukan nama dan identitasnya kepada pihak lawan, tapi kini justru dia lah yang ingin mengetahui nama orang itu. Bila ingin tahu nama lawan, tentu saja dia harus memperkenalkan diri terlebih dulu. Ketika mendengar nama tersebut, mimik muka pemuda itu nampak sedikit agak aneh, sahutnya, Bagus, bagus sekali! Apanya yang bagus?" Seakan sadar akan kekeliruan sendiri, buru-buru pemuda itu menyahut sambil tertawa, "Aku hanya merasa namamu bagus sekali." Lan Giok-keng tidak lebih hanya seorang murid Bu-tong-pay yang belum menanjak dewasa, selama ini belum pernah turun gunung, tentu saja dia tidak bakal menyangka kalau orang luar bisa mengetahui namanya. Karena itulah meski menangkap mimik aneh diwajah pemuda itu, namun dia sama sekali tidak memasukkan ke dalam hati. Melihat pemuda itu tiada tanggapan meski dirinya telah memperkenalkan diri, cepat Lan Giok-keng berkata lagi, "Aku sudah memperkenalkan namaku.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Toh bukan aku yang minta kau memperkenalkan diri. Sudah disebut pun lantas kenapa?" ucap pemuda itu. "Jadi kau tidak ingin bersahabat denganku?" desak Lan Giokkeng. Kini pemuda itu baru tertawa, sahutnya, "Oooh, rupanya kau ingin tahu namaku. Cuma.... namaku sedikit agak istimewa. "Aaah, nama tetap nama, mana bisa istimewa?" pikir Lan Giokkeng dalam hati. Belum habis dia berpikir, pemuda itu sudah memperkenalkan dirinya, "Aku mempunyai nama marga ganda, Tonghong dan bernama tunggal Liang. Bicara sampai disitu dengan wajah agak tegang dia awasi wajah Lan Giok-keng, seolah sedang menanti reaksinya. Tidak tahan Lan Giok-keng tertawa geli, meski nama marga ganda memang sangat sedikit, namun bukan termasuk hal yang istimewa. "Kau tidak merasa namaku istimewa?" desak Tonghong Liang. "Aku memang baru pertama kali ini mendengar orang bermarga Tonghong, tapi jauh hari sebelumnya aku sudah tahu akan hal ini. "Lantas apa yang kau tertawakan? Tertawa karena istimewa?" aku

"Namamu sangat bagus, Lan Giok-keng tidak ingin membuat temannya tidak suka hati, maka dia memuji sebagai sopan santun. "Dimana letak kebagusannya?" desak Tonghong Liang. Lan Giok-keng tidak mengira kalau rekannya mendesak dia lebih jauh, untung otaknya encer dan reaksinya cepat, tanpa pikir panjang sahutnya, "Begitu ufuk timur timbul cahaya (Tonghong Liang), akupun tidak perlu merangkak lagi dalam kegelapan. Sama seperti pertemuanku dengan dirimu, ada banyak bagian ilmu pedangku yang tidak ku-pahami, kini sudah menjadi jelas semua.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahahaha.... manis betul mulutmu itu, Tonghong Liang tersenyum. Begitu seriusnya dia memandang nama dirinya membuat Lan Giok-keng tidak habis mengerti, karena tidak mengerti maka timbullah rasa keheranan dihati kecilnya. "Sungguh tidak kusangka hanya soal nama pun dia mendesak aku begitu jauh, apakah tidak merasa kurang kerjaan?" Mana dia bisa tahu kalau persoalan ini sama sekali bukan 'kurang kerjaan', dia menganggap 'kurang kerjaan' karena hingga sekarang belum tahu perbuatan apa yang pernah dilakukan Tonghong Liang. Coba dia tahu kalau Tonghong Liang adalah orang yang pernah menantang Sucouw nya untuk berduel, entah betapa terkejut dan terkesiapnya bocah ini. Tonghong Liang merasa lega sekali, pikirnya, "Kelihatannya dia memang tidak tahu siapa aku!" Lan Giok-keng sendiri meski merasa berat hati untuk berpisah dengan rekannya, namun melihat matahari sudah terbit diufuk timur, sudah saatnya untuk berangkat, maka dengan menirukan lagak seorang dewasa katanya, "Tonghong Toako, siaute harus berangkat, semoga gunung tetap hijau air tetap jernih, sampai jumpa lain waktu. "Hahahaha.... gunung tetap hijau, air tetap jernih. Itu mah dimana pun ada!" sahut Tonghong Liang sambil tertawa tergelak. Karena Lan Giok-keng hendak pergi, dia pun ikut pergi. "Ooh, kau ikutan turun gunung?" tanya bocah itu. "Kalau tidak turun gunung, mau apa seorang diri aku berdiam diatas gunung ini?" Lan Giok-keng jadi tertawa geli sendiri, menter-tawakan ketololan sendiri, tampaknya ucapan "selamat berpisah" memang kelewat awal diucapkan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukit itu tidak terlampau tinggi, tidak selang beberapa saat kemudian mereka telah tiba di kaki gunung. Di dalam anggapan Lan Giok-keng, setibanya dikaki bukit Tonghong Liang bakal berpisah dengannya, siapa tahu ternyata pemuda itu masih melanjutkan perjalanan bersamanya. Lan Giok-keng tidak berani ceroboh seperti tadi, pikirnya, "Mungkin saja tujuan perjalanannya memang searah denganku, tidak aneh bila dia menempuh perjalanan yang sama. Di hati kecilnya dia memang berharap bisa meneruskan perjalanan bersama Tonghong Liang. Sepanjang perjalanan tentu saja mereka lalui dengan berbicang, oleh karena Lan Giok-keng merasa berhutang budi dengan pemuda ini, maka diapun merasa kurang enak untuk mengelabuhi atau berbohong, karena itu ujarnya, "Keluargaku berdiam di bawah bukit Bu-tong sebagai penanam sayur, oleh karena sudah terbiasa melihat para tosu berlatih silat, maka sedikit banyak aku pun mengerti tentang ilmu silat aliran Bu-tong-pay. Tentu saja penjelasan ini tidak sejujurnya, namun bocah ini merasa apa yang bisa dikatakan hanya sebatas itu. Tonghong Liang segera tertawa, sahutnya, Keberuntunganmu memang luar biasa, ilmu pedang yang kau pelajari berasal dari aliran Bu-si Tianglo bukan?" "Aaah, jadi kaupun tahu tentang Bu-si Tianglo?" tanya Lan Giokkeng terperanjat. Kembali Tonghong Liang tertawa tergelak. "Bukan saja aku tahu tentang Bu-si tianglo, bahkan akupun tahu kalau ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat dari Bu-tong-pay terbagi menjadi dua aliran, Thay-kek-kiam-hoat yang diciptakan Bu-si tianglo berdiri sebagai saru aliran dan Thay-kek-kiam-hoat asli yang diwakili Bu-siang Cinjin berdiri sebagai aliran lain. Berbicara tentang kesempurnaan kungfu, tentu saja Bu-siang Cinjin jauh lebih hebat, walau begitu aliran baru yang dibentuk Bu-si tianglo terhitung luar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

biasa juga. Bila dikemudian hari kedua aliran ini bisa bergabung jadi satu, kedahsyatannya pasti luar biasa. Lan Giok-keng merasa terkejut bercampur tercengang, serunya tanpa terasa, "Tidak aneh kalau waktu itu, begitu melihat aku berlatih ilmu pedang, kau segera mengenaliku berasal dari Bu-tongpay. Tapi rasanya kau bukan murid Bu-tong-pay bukan? Kenapa bisa mengetahui begitu jelas tentang ilmu pedang Bu-tong-pay?" "Aku adalah seorang pengembara yang sering berkelana dalam dunia persilatan, tidak sedikit aliran ilmu pedang pelbagai perguruan yang kulihat, karena itu muncullah keinginanku untuk menggabungkan kehebatan ilmu pedang pelbagai aliran dan menciptakan sebuah ilrnu pedang baru. "Waah.... kalau begitu kau benar-benar sangat cerdas, puji Lan Giok-keng sambil menghela napas. Tentu saja dia tidak tahu kalau Tonghong Liang pernah naik ke Bu-tong-pay dan menantang untuk berduel, diapun tidak menyangka kalau dia pernah bertarung melawan Supeknya Put-po sekalian hingga sangat memahami tentang perbedaan dua aliran Thay-kek-kiam-hoat tersebut. Harus diakui, Tonghong Liang memang sangat cerdas, namun berbicara soal tingkat kecerdasan, sebetul nya dia masih setingkat diatas kepintaran Tonghong Liang. Kemampuannya untuk mengingat sesuatu dalam sekali pandang boleh dibilang sangat hebat, ditambah bakat alamnya memang sangat mendukung, hanya saja Lan Giok-keng sendiri tidak mengetahui akan hal ini. Begitulah mereka berdua pun melakukan perjalanan bersama. Tanpa terasa tibalah mereka disebuah simpang tiga, ketika Lan Giok-keng memilih untuk melanjutkan perjalanan dengan mengambil jalan yang lurus, ternyata Tonghong Liang tetap mengintilnya. Kembali perjalanan dilanjutkan, tapi lama kelamaan Lan Giokhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keng tidak tahan lagi, segera tanyanya, "Tonghong Toako, kau hendak ke mana?" "Kau sendiri?" Lan Giok-keng segera berpikir, "Kalau tidak menjawab pertanyaan itu rasanya aku tidak menunjukkan sikap seorang sahabat, lagipula aku yang mengajukan pertanyaan lebih dahulu. Maka sahutnya kemudian, "Terus terang, aku ingin mendatangi kuil Siau-lim-si di bukit Siong-san! Bagus sekali! Apanya yang bagus? Aku pun hendak pergi ke Siong-san. "Hah.... begitu kebetulan?" Lan Giok-keng melengak, "boleh tahu Toako kenal dengan siansu yang mana di kuil Siau-lim-si?" "Bukit Siong-san toh bukan milik Siau-lim-pay, masa berpesiar ke sana pun tidak boleh?" "Aku sendiripun tidak kenal dengan para hwesio yang menghuni di kuil Siau-lim-si, hanya saja karena ada seorang Totiang titip aku untuk menyelesaikan urusan pribadinya.... Sementara dia sedang mempertimbangkan perlu tidak berterus terang kepada sobat barunya ini, Tonghong Liang sudah menukas lebih dulu sambil tertawa terbahak bahak, "Hahahaha.... aku mah tidak punya waktu untuk ikut mencampuri urusan pribadimu, masa kau sudah lupa, semenjak berjumpa hari pertama, bukankah sudah kukatakan, kau tidak mencampuri urusanku, akupun tidak mencampuri urusanmu? Karena itu dalam hal apa pun kalau kau suka mengatakan, katakan saja, kalau tidak suka mengatakan, tak perlu dikatakan. Tentu saja terkecuali sewaktu kutemukan titik kelemahan sewaktu bertanding pedang, biar kau tidak ingin kukatakan pun, aku tetap akan menyampaikan. "Aaaah, memang lebih baik begitu!" seru Lan Giok-keng kegirangan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sepanjang perjalanan mereka berdua berbincang bincang dengan penuh keriangan, dalam kesempatan ini Tonghong Liang menceritakan pula pengetahuan umum tentang dunia persilatan serta kebiasaan dan peraturan yang harus diketahui, tentu saja Lan Giok-keng menerimanya dengan suka cita, banyak manfaat yang berhasil diraihnya selama ini. Seusai makan siang di sebuah kota kecil, kembali mereka meneruskan perjalanan, kali ini mereka memasuki jalan pegunungan yang berliku liku, mendaki serta curam. Kecuali mereka berdua, nyaris sepanjang perjalanan tidak dijumpai orang lain, tapi mereka tidak ambil perduli, sembari meneruskan perjalanan mereka kembali membicarakan masalah ilmu pedang. Tanpa terasa matahari kembali sudah condong ke langit barat, angin berhembus sepoi-sepoi, dedaunan kering berguguran ke atas tanah. Mendadak Tonghong Liang menghentikan pembicaraan, dia seperti sedang mendengarkan sesuatu. Waktu itu Lan Giok-keng hanya mendengar suara angin serta suara daun kering yang berguguran, dia sangat keheranan: apa anehnya dengan suara angin dan guguran daun? Tiba tiba Tonghong Liang berkata, "Saudara cilik, aku pernah bilang kalau kita tidak usah saling mencampuri urusan pribadi, tapi dalam masalah yang akan kita hadapi sekarang, terpaksa aku harus mencampurinya. "Masalah apa?" "Sebentar bila kita bertemu dengan seseorang, apapun yang orang itu bicarakan denganmu lebih baik tidak usah digubris, biar segala sesuatunya aku yang mewakilimu menjawab. "Siapakah orang itu?" "Aku rasa kau tidak bakal kenal dengan orang ini.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berarti urusan sama sekali tidak menyangkut aku, bila ingin kau urus, akupun tidak akan ambil perduli. Biarpun dia menjawab santai, padahal di hati kecilnya merasa sangat keheranan. Dia tahu kungfu yang dimiliki Tonghong Liang sangat tangguh, masa dia pun masih takut dengan seseorang? Mengapa dia berpesan wanti-wanti dengan wajah serius, seolah kalau dia salah bicara bisa mengakibatkan datangnya bencana dan musibah? Belum habis ingatan itu melintas, terdengar suara cekikikan yang merdu bergema memecahkan keheningan, disusul munculnya orang itu. Ternyata dia adalah seorang wanita. "Ngo-nio, urusan apa yang gembira?" sapa Tonghong Liang. membuatmu nampak begitu

"Tentu saja gembira, karena dapat bertemu kau lagi! Tonghong Liang, kenapa sampai hari ini kau masih berada disini?" Ternyata perempuan ini tidak lain adalah si lebah hijau Siang Ngo-nio yang baru kabur dari gunung Bu-tong. Tonghong Liang tidak menanggapi pertanyaan itu, sebaliknya malah bertanya, "Kenapa pula kau pun masih berada disini?" Siang Ngo-nio tidak langsung menjawab, dia melirik Lan Giokkeng sekejap dan tegurnya, "Saudara cilik ini adalah.... "Ucapanmu tepat sekali!" tukas Tonghong Liang sambil tertawa, "dia memang saudara cilikku. "Omong kosong, dari mana datangnya saudara?" "Dia sute ku. Bukankah sute pun sama seperti saudara?" "Waah, aneh jadinya. Selama ini belum pernah kudengar kalau Siang Thian-beng masih mempunyai seorang murid lagi. Dengan menirukan gaya perempuan itu, ujar Tonghong Liang pula, "Aneh jadinya, sepertinya aku pun belum pernah mendengar kalau antara kau dengan guruku adalah....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

adalah.... "Adalah apa?" "Hiiihhihihi.... adalah pacar gelapnya?" "Kurangajar, kau berani mempermainkan lo-nio?" umpat Siang Ngo-nio gusar. "Kalau bukan pacar gelap guruku, memang guru-ku harus lapor kepadamu bila menerima murid lainnya?" "Kurangajar, aku sedang bicara serius.... "Aku pun tidak sedang bergurau denganmu!" balas Tonghong Liang. Siang Ngo-nio jadi naik pitam, bentaknya, "Tampaknya kalau tidak kuberi sedikit kelihayan, kau tidak akan.... Sekonyong-konyong dia memutar tubuh dan langsung menerkam ke arah Lan Giok-keng. Padahal sewaktu mengucapkan perkataan itu, nada suaranya jelas tertuju kepada Tonghong Liang, siapa sangka sasaran yang diserang justru adalah Lan Giok-keng. Namun Tonghong Liang sudah menduga ke situ. "Ji-hong-si-pit (bagai ditutup seperti merapat), Liong-yu-sin-ciu (naga melompati jeram dalam)!!" Baru saja Siang Ngo-nio menggerakkan tubuhnya, Tonghong Liang telah meneriakkan nama ke dua jurus itu terlebih dulu. Dia sedang mengingatkan Lan Giok-keng agar menggunakan kedua jurus itu untuk menghadapi Siang Ngo-nio. Reaksi yang dilakukan Lan Giok-keng cukup cepat, tapi seandainya tidak diingatkan orang lain dan secara tiba-tiba harus menghadapi datangnya ancaman, belum tentu dia sanggup melakukan tindak pencegahan dengan menggunakan gerakan yang paling baik.

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sudah tujuh hari Lan Giok-keng berlatih silat dengan pemuda itu, begitu mendengar nama jurus yang disebutkan, tanpa ragu dia segera menggunakannya. Suara benturan nyaring berkumandang berulang kali, begitu cepat datangnya serangan, begitu cepat pula serangan itu berlalu, tatkala ujung kaki Lan Giok-keng menginjak kembali ke atas tanah, Siang Ngo-nio sudah balik kembali ke posisinya semula, bukan saja senjata golok panjang dan golok pendeknya sudah disarungkan kembali, bahkan sedang mengawasinya sambil tertawa. Kehebatan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki perempuan itu sungguh luar biasa, selama ini boleh dibilang Lan Giok-keng belum pernah menjumpainya, begitu cepat dia mencabut senjata, menyerang kemudian menyarungkan kembali goloknya hingga susah dilukiskan dengan kata-kata. Dalam waktu singkat senjata kedua belah pihak telah saling membentur hampir tujuh, delapan kali, atau lebih tegasnya. Di saat yang amat singkat inilah waktu Lan Giok-keng mengeluarkan jurus pertamanya, Ji-hong-si-pit. Ketika melancarkan jurus kedua, naga melompati jeram dalam, tubuhnya sudah melompat sejajar ke tengah udara kemudian melancarkan tusukan kilat. Namun begitu cepatnya Siang Ngo-nio bergerak, di saat pedangnya mulai melepaskan tusukan ke bawah, tubuh lawan sudah keburu bergerak lewat, jangan lagi melukainya, menyentuh ujung baju lawan pun tidak sempat. Bahkan bersamaan waktu ketika tubuhnya melambung ke udara, dia seolah merasakan golok pendek milik Siang Ngo-nio sempat menyambar lewat persis melalui dasar telapak sepatunya. Cepat dia lepas sepatunya untuk diperiksa, benar saja, dijumpai lumpur yang melekat di dasar sepatunya kini sudah tersayat mata golok hingga bersih. Dengan perasaan terperanjat bocah itu segera berpikir, "Coba
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kalau aku tidak menggunakan jurus naga melompati jeram dalam, niscaya separuh kakiku sudah terbabat kutung oleh sabetan goloknya!" Tampaknya Siang Ngo-nio dapat menebak suara hatinya, sambil tertawa cekikikan serunya, "Kau tidak perlu kuatir, kalau sampai sepatumu rusak gara gara seranganku tadi, pasti akan kuganti dengan sepasang yang lebih baru. Eeei adik kecil, berapa usiamu tahun ini? Lima belas atau enam belas? Usiamu masih kelewat ingusan, biar sudah mendapat petunjuk Suhengmu, ke dua jurus serangan tadi tentu sempat menyusahkan dirimu bukan!" Pujian itu kontan saja membuat paras muka Lan Giok-keng berubah jadi merah jengah. Dia masih ingat pesan dari Tonghong Liang, apa pun yang dikatakan Siang Ngo-nio tidak satu pun yang diladeni. Kembali Siang Ngo-nio bertanya, "Kalau kau adalah adik seperguruan Tonghong Liang, kenapa dalam permainan pedangmu terselip jurus serangan dari Bu-tong-pay?" Lan Giok-keng semakin keheranan, pikirnya, "Ternyata tindakan yang dia lakukan tadi hanya bermaksud mencari tahu aliran silatku, tapi heran, kenapa dia pun mengerti tentang ilmu pedang Bu-tongpay?" Sementara dia masih berpikir, Siang Ngo-nio telah menegur, "Hey, apakah sute mu bisu?" "Tentu saja dia tidak bisu, hanya kurang senang berbicara, sahut Tonghong Liang. Bicara sampai disitu, mendadak dia mencabut pedangnya sambil berkata kepada Lan Giok-keng, "Kedua jurus serangan yang kau gunakan tadi cukup bagus, tapi kurang begitu sempurna, perhatikan baik-baik!" Dengan cepat dia gunakan dua jurus Ji-hong-si-pit serta jurus naga melompati jeram dalam. Begitu indah kedua gerakan itu dimainkan Tonghong Liang,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membuat Lan Giok-keng mau tidak mau harus mengaguminya. "Coba kalau aku pun bisa menggunakan kedua jurus itu sebagus ini, dengan gerakan Ji-hong-si-pit aku pasti dapat merebut sepasang goloknya, kemudian dengan gerakan naga melompati jeram dalam, tusukan-ku dari tengah udara tidak bakalan bisa membuatnya sempat berkelit, demikian dia berpikir. Tiba tiba terdengar Siang Ngo-nio tertawa terkekeh kekeh. "Hahahaha.... Siau-liang, kau sedang menggertakku?" "Tidak berani, aku hanya membantu sute ku memberi penjelasan, sekarang kau tentu mengerti bukan? Jangan salah menuduh ilmu pedangku sebagai aliran Bu-tong-pay. "Aaah, benar, memang aku yang pelupa, kata Siang Ngo-nio sambil tertawa, "aku lupa kalau Sucouw mu pernah bertarung melawan Ciangbunjin Bu-tong-pay pada tiga puluh enam tahun berselang. Tapi dengan kecerdasanmu sekarang, rasanya kemampuanmu masih jauh diatas kemampuan Sucouwmu. "Terima kasih kau telah menempelkan emas diwajahku," kata Tonghong Liang hambar, "berhubung Sucouw kami pernah bertukar pikiran dengan Bu-siang Cinjin tentang ilmu pedang, maka dalam jurus pedang ciptaannya kemudian, dia telah melebur dan menyisipkan juga inti sari dari ilmu pedang Bu-tong-pay. Dengan kecerdasan dan kehebatan dia orang tua, bukan intisari Bu-tong-pay saja yang terserap, intisari kekuatan partai lain pun tercakup di dalamnya. "Tapi ada satu hal aku merasa kurang jelas, tolong kau menjelaskannya kepadaku. "Katakan!" sahut Tonghong Liang dengan kening berkerut. Katakata itu jelas kalau diutarakan dengan sangat terpaksa. "Menurut apa yang kuketahui, biarpun Suhumu sudah berhasil mencapai puncak kesempurnaan, namun permainan ilmu pedangnya belum mencapai taraf yang diharapan Sucouwmu. bahkan bicara soal tingkat kesempurnaan, kau masih jauh diatas
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kemampuan gurumu. Sebagai contoh dua gerakan yang barusan kau gunakan, belum tentu gurumu sendiri bisa melakukan sebagus itu, boleh tahu apa sebabnya begitu?" "Aku tidak berani mengatakan kalau diriku telah mencapai puncak kesempurnaan, tapi kalau soal perubahan jurus pedang, mungkin saja aku lebih tahu sedikit. Mengapa bisa begitu, aku rasa tanpa dijelaskan pun seharusnya kau mengerti sendiri. Dari nada pembicaraan itu, jelas dia mengisyaratkan kalau dirinya merasa berat hati untuk menjelaskan masalah itu. Tapi entah Siang Ngo-nio benar-benar tidak mengerti atau berlagak bodoh, perempuan itu tetap mendesak lebih jauh, "Kalau tidak kau katakan, darimana aku bisa tahu?" "Sederhana sekali. Karena aku memperoleh kesempatan yang lebih banyak ketimbang Sucouw untuk bertarung melawan jago jago Bu-tong-pay dan memoles diri. Dalam pendengaran Siang Ngo-nio, kata "jago jago" Bu-tong-pay bukanlah Bu-siang Cinjin atau Bu-si Tojin, dalam bayangannya paling banter jagoan yang pernah dijumpai hanya berasal dari angkatan "put" seperti Put-ji atau Put-po. Maka pikirnya, "Dia sama sekali tidak kuat, pemuda ini tahu kalau dia pernah menantang duel jagoan Bu-tong-pay, meski bocah itu bukan adik seperguruannya, aku rasa diapun bukanlah orang yang sedang kucari-cari sekarang. Ternyata tujuannya mengorek keterangan hingga sejelasjelasnya tidak lain ingin menyelidiki asal usul Lan Giok-keng. Namun perkataan itu dalam pendengaran Lan Giok-keng justru bermaksa lain lagi. Pikirnya pula, "Perkataan Tonghong Toako kelewatan, masa aku pun dianggapnya sebagai jagoan dari Bu-tongpay?" Kemudian pikirnya lebih jauh, "Ternyata perguruannya masih punya sedikit hubungan dengan perguruanku, tapi kenapa selama ini tidak pernah menjelaskan? Mengapa dia bersikap begitu? Atau mungkin hingga kini dia masih belum menganggapku sebagai
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sahabatnya?" Dia hanya merasa Tonghong Liang adalah seorang tokoh yang penuh diselimuti teka teki, sementara perempuan yang bernama Siang Ngo-nio ini justru diliputi keanehan. Walaupun Siang Ngo-nio belum berani memastikan identitas Lan Giok-keng, namun terhadap ucapan Tonghong Liang dia justru setengah percaya setengah tidak, ujarnya kemudian sambil tersenyum, "Kalau begitu bukan saja kau lebih cerdas dari-pada Sucouwmu, bahkan jauh lebih beruntung. Tonghong Liang hanya mendengus tanpa menjawab. Kembali Siang Ngo-nio mendesak, "Sewaktu melihat kau turun gunung waktu itu rasanya kau hanya seorang diri, sejak kapan dan dimana kau bertemu dengan sute mu ini?" Habis sudah kesabaran Tonghong Liang, sambil menarik muka tegurnya, "Ngo-nio, bagaimanapun kau adalah seorang jago silat kawakan, akupun ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu. "Bagus, katakan saja?" "Persoalan yang tidak seharusnya diketahui, lebih baik jangan mencari tahu dari orang lain. Bukankah dalam dunia persilatan berlaku pantangan ini?" "Betul!" "Bagus, kalau begitu silahkan!" Berubah paras muka Siang Ngo-nio, sambil tertawa paksa tegurnya, "Siau-liang-ji, apa-apaan kau ini? Mau mengusirku? Hmmm, jangan lagi kau, gurumu sendiripun tidak berani bersikap begitu kurangajar kepadaku!" "Kalau Suhu punya hubungan denganmu, itu mah urusan Suhu. Kalau aku jadi orang, tidak bakal sudi memberi muka kepada siapa pun dan aku pun tidak bakal melakukan perbuatan yang tidak ingin kulakukan. Kalau kau tersinggung dan marah atas kekurangajaranku, silahkan saja adukan kejadian ini kepada guruku.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bila kau enggan bicara, tentu saja aku tidak akan memaksamu, Cuma.... "Cuma kenapa?" tukas Tonghong Liang, "sekarang sudah tidak ada lagi Cuma, pembicaraan telah berakhir sampai disini!" "Boleh saja pembicaraanmu berakhir sampai di sini, sayang pembicaraanku belum berakhir, kata Siang Ngo-nio sambil tertawa. "Kalau begitu carilah orang yang suka berbicara denganmu!" "Hahahaha.... tepat sekali, memang perkataan ini yang hendak kau bicarakan denganku!" "Apa yang hendak kubicarakan denganmu?" tanya Tonghong Liang melengak. "Masa secepat itu kau telah melupakannya? Begitu aku datang tadi, kaupun bertanya kepadaku, mengapa sampai sekarang masih berada disini, nah sekarang aku hendak memberitahukan hal ini kepadamu. "Sekarang aku sudah tidak ingin tahu lagi. "Mau mendengarkan atau tidak, itu urusanmu, sementara mau kusampaikan atau tidak, itu urusanku. Memandang pada hubunganku dengan gurumu yang cukup akrab, karena toh sudah kau tanyakan, maka sudah sepantasnya kalau kujawab. "Baiklah, kau lebih banyak tahu tentang apa yang tabu dalam dunia persilatan, bila kau senang untuk mengatakannya, katakan saja. Maksud dari perkataan itu, bila kau sampai mengucapkan perkataan yang tidak menguntungkan, jangan salahkan kalau aku bertindak tanpa sungkan sungkan. "Kau tidak usah kuatir, aku hanya membicarakan urusan yang menyangkut diriku. Aaaai, kali ini aku benar-benar sial, sewaktu bertarung melawan seorang Tokouw di bukit Bu-tong, dia menggunakan selembar bulu hudtimnya menyerang jalan darahku tepat di saat dia terhajar sebatang jarum lebah hijauku. Sudah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berhari hari aku mengobati luka itu, namun hingga kini belum berhasil menghancurkannya. Inilah penyebab kenapa hingga hari ini aku masih berada disini. Hey, Siau-liang-ji, kau begitu menguasai ilmu pedang Bu-tong-pay, tahukah kau siapakah Tokouw yang sanggup memainkan ilmu pedangnya dengan menggunakan senjata hudtim?" "Darimana aku bisa tahu para Tokouw yang hidup di gunung Butong?" Kali ini dia bicara sejujurnya, di saat naik ke gunung Bu-tong untuk menantang duel, walaupun Put-hui Suthay ikut hadir di arena namun sama sekali tidak tampilkan diri, lagipula diapun tidak pernah bertarung melawannya, bagaimana mungkin dia bisa mengenali satu per satu anggota Bu-tong-pay yang jumlahnya mencapai ratusan orang itu? Namun dia tidak tahu, berbeda dengan Lan Giok-keng, dia mengetahui hal ini dengan jelas sekali. Semakin didengar Lan Giok-keng merasa semakin terperanjat, pikirnya, "Bukankah Tokouw yang dia katakan adalah guru ciriku?" Dia memang tidak tahu permainan seperti apa jarum yang disebut lebah hijau itu, namun dia cukup tahu kalau tenaga dalam yang dimiliki Put-hui Tokouw sudah mencapai tingkatan yang hebat, dengan dasar tenaga dalam sehebat itu semestinya tidak sampai terjadi sesuatu dengan dirinya. "Hmmm, entah apa maksud dan tujuan perem-puan itu mendatangi gunung Bu-tong bahkan mengajak Put-hui Suthay bertarung? Tapi sudah jelas dia bukan manusia baik-baik, tidak heran kalau Tonghong Toako tidak sudi meladeni pertanyaannya, begitu dia berpikir. Darimana bocah ini bisa tahu kalau kejadian yang lebih mengejutkan masih berada di belakang. Terdengar Siang Ngo-nio melanjutkan kembali perkataannya, "Mungkin saja kau tidak kenali Tokouw itu, tapi pasti mengenali
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orang yang bernama Lan Kau-san bukan?" "Heran, kenapa perempuan inipun kenal dengan ayahku?" dengan perasaan terperanjat Lan Giok-keng berpikir. "Siapakah Lan kau-san itu?" tanya Tonghong Liang. Terhadap semua rahasia Siang Ngo-nio dia memang mengetahui cukup banyak, namun pengetahu-annya tidak terlalu mendetil. Apalagi masalah ayah angkat Lan Giok-keng yang bernama Lan Kau-san, dia benar benar tidak tahu. Meski di hati kecilnya dia muak dengan ulah Siang Ngo-nio yang bertanya terus menerus, tapi melihat sikap perempuan itu, yang sama sekali tidak menying-gung urusan tantangan duelnya di bukit Bu-tong, dia tahu kalau perempuan itu sudah tahu akan apa yang 'tabu' dibicarakan, oleh sebab itulah mau tidak mau dia pun memberi muka kepadanya. "Lan Kau-san adalah seorang petani sayur di gunung Bu-tong, Siang Ngo-nio menjelaskan. "Ngo-nio, rupanya kau sedang iseng sekali, tukas Tonghong Liang mendongkol, "kusangka orang yang kau tanyakan adalah seorang tokoh kenamaan?" "Walaupun Lan Kau-san bukan seorang tokoh silat yang punya nama besar, tapi dia mempunyai seorang sahabat yang mempunyai asal usul terkenal, tentunya kau tahu bukan dengan murid terakhir Bu-siang Cinjin, bakal Ciangbunjin Bu-tong-pay yang akan datang?" Bouw Ciong-long yang memangku jabatan sebagai Ciangbunjin Bu-tong-pay, terjadi setelah Tonghong Liang turun gunung, oleh sebab itu baik Tonghong Liang maupun Lan Giok-keng sama sekali tidak mengetahui akan kejadian itu. Namun setelah Siang Ngo-nio menyinggung tentang orang ini, tentu saja Tonghong Liang tidak bisa mengelak dengan mengatakan tidak kenal, maka ujarnya kemudian, "Oooh, kau maksudkan Put-ji Totiang? Kalau toh dia sahabat orang she-Lan itu, lantas kenapa?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lan Kau-san mempunyai seorang anak, padahal anak itu bukan putra kandungnya, Put-ji yang minta tolong dia untuk memeliharanya, ujar Siang Ngo-nio lebih lanjut. Lan Giok-keng sangat terkejut, pikirnya, "Waah, kali ini dia mulai menyinggung tentang diriku. Hmmm, mungkirtkahkah rumor yang beredar selama ini benar?" Sementara dia masih berpikir, Tonghong Liang telah bertanya, "Kalau memang benar, lantas kenapa?" "Tidak apa-apa. Sebab Put-ji kuatir dikemudian hari bocah itu tahu tentang asal usulnya sendiri, dia telah membunuh Lan Kau-san suami istri untuk membungkam mulutnya. Justru karena hari itu secara kebetulan aku melihat kejadian ini, maka.... Belum selesai ia bicara, Lan Giok-keng telah berteriak duluan, "Kau omong kosong!" Terbongkar sudah identitasnya! Secepat sambaran petir Siang Ngo-nio mencengkeram pergelangan tangannya, sambil tertawa dingin ejeknya, "Darimana kau tahu kalau aku sedang omong kosong?" Serangannya kelewat cepat, ketika Tonghong Liang ingin memberi pertolongan, keadaan sudah terlambat. "Lepaskan dia!" bentak Tonghong Liang. "Dia toh bukan sute mu, kenapa harus membantunya?" "Tidak perduli siapakah dia, aku minta lepaskan dia!" "Mungkin kau belum tahu siapakah dia, tapi aku tahu dengan jelas, dia adalah Keng Giok-keng!" "Omong kosong, aku tidak bermarga Keng!" teriak Lan Giok-keng nyaring, meski tubuhnya tidak mampu bergerak namun suaranya tetap keras. Siang Ngo-nio tertawa tergelak.

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahahahaha.... ternyata begitu minim sekali pengetahuanmu tentang dirimu sendiri. Bila kau ingin mengetahui lebih banyak, ikuti saja denganku. Kau boleh memanggilku ibu angkat. Sejak awal Lan Giok-keng memang sudah merasa kalau asal usulnya penuh kecurigaan. Cicinya minta dia jangan percaya semua rumor. Tapi isu yang beredar justru menempel dan mengusik ketenangan hidupnya bagai hantu gentayangan. Bila ada seseorang yang bisa dipercaya, mau menceritakan keadaan sesungguhnya, betapa bahagianya dia! Tapi perempuan ini? Dapatkah dia dipercaya? Sampai mati pun dia tidak sudi mengaku perempuan ini sebagai ibu angkatnya. "Omong kosong, aku tidak bakal percaya dengan omongan setanmu! Siluman perempuan macam kau juga ingin jadi ibu angkatku? Huuh, jangan bermimpi di siang hari bolong! Cepat lepaskan aku, lepaskan, lepaskan aku!" jerit Lan Giok-keng. Siang Ngo-nio tertawa terkekeh kekeh. "Andai setan dapat bicara, bagimu mungkin hanya omongan setan baru perkataan yang sebenarnya. Orang yang masih hidup tidak bakalan mau bicara jujur denganmu, tentu saja kecuali aku. Huuuh, kau berani maki aku sebagai perempuan siluman? Makianmu agak kelewatan, tapi tidak bakalan membuatku marah. Sebab pada dasarnya aku memang bukan perempuan baik-baik. Tapi akupun perlu beritahu kepadamu, bapak angkatmu pun bukan orang baik-baik, dibandingkan kebusukanku, dia tidak kalah jauh. Jadi kalau aku tidak pantas jadi ibu angkatmu, dia lebih lebih tidak pantas jadi bapak angkatmu!" "Kalau mau lepaskan, lekaskan segera, kalau ingin bunuh aku, bunuh segera, aku melarangmu menfitnah orang semaunya sendiri!" teriak Lan Giok-keng gusar. "Sudah kau dengar, aku minta kau bebaskan dia!" bentak Tonghong Liang pula, "aku sudah meminta untuk ketiga kalinya, kalau kau tetap membangkang, jangan salahkan kalau aku tidak sungkan-sungkan lagi!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siang Ngo-nio segera mencabut keluar sebatang jarum beracun, ujung jarum membiaskan sinar kebiruan yang menggidikkan, sambil diarahkan jalan darah Toa-hui-hiat di tulang punggung Lan Giokkeng, ancamnya, "Kalau kau berani bergerak, akan kuhujamkan jarum lebah hijau ini ke jalan darahnya!" "Baguslah, kalau kau sampai mencelakai dia, aku segera akan membunuhmu! Percayakah kau aku mempunyai kemampuan untuk membunuhmu?" "Aku percaya. Tapi aku harap kau pun percaya dengan perkataanku! Perkataan apa?" "Kau sangka aku ingin mencelakainya? Kalau begitu kau keliru besar!" "Kalau bukan ingin mencelakainya, lantas buat apa kau menangkapnya?" "Aku sama sekali tidak ingin mencelakainya, bagiku, dia sangat berguna. Oleh karena itu kau tidak perlu kuatir, jangan lagi mencelakai, mau melindungi keselamatan jiwanya pun aku bakal kerepotan. "Apa kegunaannya?" "Makin sedikit mengetahui rahasia orang lain semakin baik, inipun salah satu pantangan yang berlaku dalam dunia persilatan!" "Bagus, sudahlah kalau kau enggan bicara. Tapi aku pun mempunyai satu kebaikan untukmu, mau barter denganku?" "Kebaikan apa?" "Aku dapat melumat bulu hudtim yang mengeram dalam tubuhmu, agar kau tidak usah tersiksa sepanjang masa. "Huuuh, kalau kebaikan semacam itu mah kurang menarik, toh orang lain pun bisa membantuku. "Betul, Tong Ji-sianseng pun dapat membantumu, tapi aku kuatir
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kau tidak akan berani memberitahukan kepadanya sebab musabab terlukanya dirimu?" "Mungkin saja berani, mungkin juga tidak. Aku sendiripun tidak tahu. Pokoknya aku lebih suka tersiksa daripada menyerahkan bocah ini ke tanganmu. "Kebaikan apa yang kau inginkan?" "Aku menginginkan seorang suami yang cakep, kau bisa mencarikan buat aku?" "Aku tidak bisa memberi, tapi aku sanggup mencabut nyawamu!" "Kau bisa saja mencabut nyawaku, orang lainpun dapat mencabut nyawamu. Lagipula, kau harus kehilang an dulu selembar nyawa bocah ini!" "Benar, mungkin saja Tong Ji-sianseng memiliki kemampuan untuk membunuhku. Tapi bila kulaporkan semua pembicaraanmu tadi kepadanya, belum tentu dia akan membunuhku. "Hmnm, aku tidak sudi kau ancam, itu berarti aku sudah siap menghadapi segala resiko, sekalipun kau tetap akan beritahu kepadanya, habis berkata diapun beranjak pergi. "Hey, masih ada peluang untuk dirundingkan lagi?" "Kalau transaksi sudah menemui jalan buntu, buat apa aku tetap tinggal disini?" sahut Siang Ngo-nio sambil tertawa. "Toako, tiba tiba Lan Giok-keng berteriak, "kau tidak perlu memikirkan aku lagi. Biar harus kehilangan nyawapun aku tidak bakal sudi terjatuh ke tangan wanita siluman ini. "Baiklah, kata Tonghong Liang kemudian, "aku akan ijinkan kau untuk membawanya pergi, tapi sebelum itu aku ingin bicara sepatah dua. patah kata lebih dulu dengannya. "Kalau ingin berkentut, cepat lepaskan!" Tiba-tiba Tonghong Liang melancarkan sebuah pukulan menghantam tubuh Lan Giokkeng, yang digunakan adalah ilmu pukulan Li-gu-coan-kang,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

rupanya dia hendak menggunakan jalan pintas dengan melancarkan serangan kilat untuk meloloskan diri dari cengkeraman Siang Ngonio. Dia sudah tidak dapat berpikir lain sehingga terpaksa harus menempuh bahaya ini. Sayang pertaruhan yang dia lakukan hanya berhasil setengah. Walaupun tubuh Siang Ngo-nio berhasil digetarkan hingga cengkeramannya atas tubuh Lan Giok-keng terlepas, namun jarum lebah hijau nya sudah keburu menancap masuk ke dalam jalan darah Toa-wi-hiat di punggungnya. Sambil melompat mundur sejauh tiga depa lebih jengek Siang Ngo-nio sambil tertawa dingin, "Bila kau memang tidak merasa sayang dengan nyawa Lan Giok-keng, ayoh bunuhlah aku!" Tonghong Liang sama sekali tidak bicara, cepat dia memukul punggung Lan Giok-keng, jarum lebah hijau itu segera melejit keluar dari dalam tubuhnya. Jarum lebah hijau adalah senjata rahasia yang amat beracun, siapa pun akan tewas begitu menyentuhnya, namun Tonghong Liang tidak takut dengan racun tersebut, malah dipegangnya jarum beracun itu dengan tangan telanjang. Melihat itu Siang Ngo-nio tertawa terkekeh-kekeh, ejeknya, "Jarum lebah hijau memang telah kau cabut keluar, sayangnya hanya aku seorang yang memiliki obat pemunah racun jarum lebah hijau. "Serahkan obat pemunah itu kepadaku!" bentak Tonghong Liang nyaring. "Kecuali kau serahkan kembali bocah itu kepada-ku, kalau tidak gunakanlah nyawaku sebagai ganti nyawanya!" "Kau sangka aku benar-benar tidak mampu mendapatkan obat pemunahmu?" "Menurut pendapatku, biar kau membunuh mati diriku pun tetap
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tak akan berhasil, sahut Siang Ngo-nio lagi sambil tertawa, "karena disaku ku paling tidak terdapat puluhan jenis obat racun dan pemunahnya, bila sampai salah mengambil, nyawa bocah itu pasti akan lenyap. Kau berani menyerempet bahaya ini?" "Lihat saja nanti!" Sementara pembicaraan berlangsung, telapak tangan kanannya telah ditempelkan di punggung Lan Giok-keng, kemudian ujarnya lagi, "Saudara cilik, cepat kumpulkan tenaga murnimu untuk melindungi detak jantung. Berapa lama kau bisa bertahan, berusahalah untuk bertahan terus. Jika kau sampai mati, aku akan balaskan dendam atas kematian-mu itu!" Telapak tangannya yang menempel dipunggung Lan Giok-keng sama sekali tak berhenti sedetikpun untuk menyalurkan tenaga murninya. "Kau benar benar ingin bertarung melawanku?" seru Siang Ngonio sambil tertawa, walaupun lagaknya seolah sama sekali tidak kuatir,. padahal hati kecilnya mulai gugup dan ketakutan. "Hmm, kau tidak memberi muka kepadaku, kenapa aku harus bersikap sungkan terhadap dirimu?" Baru selesai dia bicara, tubuhnya sudah melambung ke udara dan mengejar Siang Ngo-nio. Sebetulnya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Siang Ngo-nio tidak kalah dari lawannya. Semisal dia ingin melarikan diri, seharusnya sejak tadi sudah lolos dari tempat itu. Sayang dia masih ragu untuk melakukannya, gara-gara keraguan ini akhirnya seluruh tubuhnya malah terkurung di bawah kepungan cahaya pedang Tonghong Liang. Dengan gerakan cepat Siang Ngo-nio meloloskan sepasang goloknya, "Criiing.... criiiing....!" terdengar dua kali dentingan nyaring, tahu-tahu sepasang goloknya sudah tinggal gagangnya. Dalam keadaan begini, Siang Ngo-nio jadi nekad, bentaknya, "Baiklah, kalau ingin bunuh aku, bunuhlah!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tonghong Liang sama sekali tidak bicara, namun jurus serangan yang dilancarkan sama sekali tidak melambat, cahaya pedang yang berlapis seolah berkembang mengelilingi sekujur tubuh perempuan itu. Siang Ngo-nio merasakan sekujur tubuhnya seolah disayat hawa dingin, begitu ngeri dan seramnya sampai bulu kuduk pada bangun berdiri, hingga dia belum tahu apa yang hendak dilakukan Tonghong Liang terhadap dirinya. Tapi dia benar-benar kuatir dengan ulah lawannya, andaikata wajahnya diberi tambahan beberapa sayatan pedang saja hingga membuat tampangnya berubah jelek, hal ini pasti akan lebih menyiksa hatinya dari pada dibunuh mati. Dia memang tidak takut mati, namun sangat kuatir bila Tonghong Liang mempermainkan dirinya. Kini hawa pedang dari Tonghong Liang telah menyelimuti seluruh tubuhnya, keadaan dirinya saat ini tidak ubahnya seperti lalat kehilangan kepala, menumbuk secara ngawur kesana kemari. Siang Ngo-nio terkejut bercampur tercengang. Sebagaimana diketahui, dia pernah bertarung melawan Put-hui Tokouw, sebagai seorang jagoan yang luar biasa dari Bu-tong-pay pun Put-hui Tokouw hanya bisa memaksakan hasil seri ketika melawan dirinya, hal ini menunjukkan kalau kungfu mereka berdua hampir seimbang. Justru karena itu, dalam anggapannya kendatipun dia bukan lawan tanding Tonghong Liang, paling tidak dengan kemampuannya masih sanggup bertarung dua, tiga ratus jurus melawan pemuda itu. Siapa sangka baru beberapa gebrakan, dia sudah terjebak dalam posisi yang begitu mengenaskan, dengan perasaan terkejut bercampur keheranan dia pun berpikir, "Kenapa ilmu pedang yang dimiliki bajingan ini sedemikian hebatnya? Rasanya keampuhan dia sudah jauh melampuai gurunya? Gurunya bergelar Rasul pedang, seharusnya kemampuan silatnya tidak kalah dengan jagoan nomor wahid dari Bu-tong-pay, kalau benar bajingan ini lebih tangguh dari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gurunya, kenapa saat berada di Bu-tong-san dia justru menderita kekalahan?" Mana dia tahu kalau ilmu pedang Tonghong Liang justru mengalami kemajuan pesat dalam beberapa hari belakangan. Kini dia benar-benar keteter hebat, jangankan melancarkan serangan balasan, ingin melepaskan diri dari kurungan cahaya pedang Tonghong Liang pun dia tidak mampu, bahkan seandainya mampu pun dia tidak berani melakukannya. Sebab dia sadar kalau tenaga dalamnya masih bukan tandingan lawan, andai serangan bokongannya gagal, besar kemungkinan hal ini bisa menyebabkan senjata makan tuan, mencelakai diri sendiri. Siapa tahu walaupun dia tidak berani melepaskan senjata rahasia beracunnya untuk menyergap Tonghong Liang namun dia sendiri sulit untuk lolos dari sergapan jarum beracun tersebut. Sementara cahaya pedang milik Tonghong Liang mengepung seluruh tubuhnya, pemuda itu menyentilkan pula jarum beracun yang berhasil dicabut keluar dari tubuh Lan Giok-keng itu, begitu dihembus, jarum beracun pun seakan jadi 'hidup', bagaikan bayangan setan saja mengikuti dan menempel terus di sisi tubuh Siang Ngo-nio. Kaget bercampur panik Siang Ngo-nio berusaha menghindarkan diri, sayang dia kalah cepat, tahu-tahu....Craaat!" jarum beracun yang mengejar tubuhnya itu sudah menghajar tubuhnya dan menghujam di atas dadanya. Lan Giok-keng walaupun terkena racun, tapi berhubung dia mengatur napas sambil duduk bersila, maka daya kerja racunnya sangat lambat, berbeda dengan Siang Ngo-nio yang harus bertarung terus kendati pun sudah terhajar jarum beracun. Dalam waktu singkat dia merasakan rasa gatal sudah menjalar disekujur tubuh, bukan saja amat tersiksa bahkan hawa racun mulai menyerang jantungnya, lambat laun pandangan matanya mulai gelap dan kabur.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekonyong-konyong dia merasakan kulit tubuhnya tersambar oleh angin dingin, diikuti suara pakaian yang dikoyak koyak babatan ujung pedang....Triiing!" sebuah botol porselen terjatuh ke tanah, menyusul kemudian....Blukkk!" sebuah kotak ikut jatuh pula ke tanah. Rupanya Tonghong Liang dengan menggunakan ilmu pedangnya yang maha cepat telah mengoyak pakaian perempuan itu hingga robek beberapa puluh bagian, membuat botol, kotak, bambu kecil dan semua benda yang tersimpan dalam sakunya berserakan diatas tanah. Sambil tertawa dingin Tonghong Liang segera berseru, "Cepat ambilkan obat pemunah, kalau berani berbohong, hal ini sama artinya mencelakai dirimu sendiri!" Setelah keadaan berkembang jadi begini, tentu saja Siang Ngonio tidak berani banyak bicara lagi, terpaksa dia melakukan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Diambilnya obat pemunah dari atas tanah kemudian diangsurkan dengan hormat. Tonghong Liang segera menyambar obat pemunah itu lalu menginjak sisa barang yang berserakan di tanah hingga hancur berantakan dan terbenam dalam lumpur. Menyaksikan hal ini diam-diam, Siang Ngo-nio merasa terperanjat, dia bersyukur karena tidak mengambil obat palsu untuk membohongi lawannya. Obat pemunah itu terdiri dari dua bungkus, tanpa ditanya Siang Ngo-nio segera memberi penjelasan, "Yang merah itu obat di makan, sementara yang putih dibubuhkan diseputar luka. Tonghong Liang membagi setengah untuk perempuan itu dan menyaksikan hingga dia menelannya, kemudian baru memberikan sisa yang lain untuk Lan Giok-keng. Kemudian dia melepaskan jubah yang dikenakan dan dilemparkan ke arah Siang Ngo-nio sembari mengulapkan tangannya berulang kali.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Waktu itu, pakaian yang dikenakan Siang Ngo-nio sudah robekrobek oleh bacokan pedang lawan, bukan saja terdapat tujuh, delapan belas tempat yang robek bahkan kulit tubuhnya yang putih halus pun sudah terpampang di depan mata, sekalipun dia adalah wanita jalang, tidak urung merasa malu juga waktu itu, begitu mengenakan jubah milik Tonghong Liang, dia langsung kabur terbirit birit. Lan Giok-keng kontan tertawa geli hingga mengeluarkan air mata, serunya, "Toako, perbuatanmu kali ini benar-benar hebat sekali!" Karena baru saja menelan obat pemunah dan obat tersebut belum mulai bekerja, begitu tertawa kontan hawa murninya membuyar, dadanya yang terluka pun langsung terasa sakit lagi. Mendadak terdengar suara tertawa Siang Ngo-nio berkumandang datang dari kejauhan, diikuti kemudian terdengar dia berseru, "Lan Giok-keng, dasar bocah tolol, kau sangka Tonghong Liang benarbenar orang baik? Dia membantumu lantaran dia ingin mencuri ilmu pedangmu. Hehehehe.... inginkah kau mengetahui identitasnya yang sebenarnya? Sejak dari Sucouwnya, mereka dengan pihak Bu-tongpay sudah terjalin dendam kesumat selama tiga generasi!" Jarum lebah hijau adalah senjata rahasia andalan Siang Ngo-nio, dia pula yang membuat sendiri obat pemunahnya, cara pengobatan yang dilakukan boleh dibilang tidak ada yang mampu mengunggulinya, oleh sebab itu sehabis menelan obat pemunah dan mengatur pernapasan, tidak lama kemudian obat pemunah itu sudah mulai bekerja dan menyebar ke seluruh tubuh, kemampuan ilmu meringankan tubuhnya pun segera pulih kembali seperti sedia kala. Dia sudah menduga, Tonghong Liang pasti akan berjaga-jaga di samping Lan Giok-keng hingga tak mungkin ada waktu untuk melakukan pengejaran, lagi pula ilmu meringankan tubuhnya sudah pulih kini, biar dikejar pun dia yakin tidak bakalan sanggup
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyusulnya. Karena itulah selesai berteriak, dia baru melanjutkan kembali perjalanannya. Tentu saja Lan Giok-keng tidak bakal percaya dengan perkataannya, kembali dia berpikir, "Selama tukar pikiran dengan Tonghong Toako, banyak manfaat yang berhasil kuraih, keadaan seperti ini tidak bisa dikatakan membohongi aku. Tapi.... apa pula yang dimaksud dendam kesumat tiga generasi? Hmm, aku tidak boleh percaya dengan perkataan perempuan siluman itu. Kelihatannya Tonghong Liang dapat menebak suara hatinya, sambil tersenyum ujarnya, "Saudara cilik, percayakah kau dengan perkataan permpuan siluman itu?" "Toako, kau sangka aku adalah bocah berusia tiga tahun? Apalagi baru saja aku tertusuk sebatang jarum beracunnya, mana munkin aku bisa percaya dengan omongan setannya!" "Bagus, kalau tidak percaya, tidak usah berpikir yang bukanbukan. Sekarang duduk bersila, atur napas dan usir semua sisa racun dari tubuh. Setelah sembuh nanti, akan kuceritakan semua hal yang ingin kau ketahui. Lan Giok-keng segera menuruti nasehat saudaranya dan duduk bersemedi, dengan Sim-hoat tenaga dalam ajaran langsung dari Busiang Cinjin, begitu pikiran lain dibuang, tanpa terasa diapun masuk dalam kondisi lupa akan segalanya. Sambil berjaga disisinya, pikiran Tonghong Liang merasa sangat kalut, pikirnya, "Apa yang dikatakan Siang Ngo-nio memang benar, aku memang sedang membohongi bocah polos ini. Ehmmm, dia begitu menaruh kepercayaan kepada-ku, sebaliknya aku justru membohonginya, apakah tindakan ku ini bukan sangat memalukan?" "Tapi.... bukankah aku pun telah membantunya?" "Hmmm, kau tidak lebih hanya mencari alasan untuk

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membohonginya, dengan bakat serta kecerdasan otaknya, biar tidak kau bantu pun cepat atau lambat dia bakal memahami dengan sendirinya. Perasaan Tonghong Liang bergelombang tidak menentu, pikirnya lebih jauh, "Aku bukan hanya membohongi ilmu pedangnya, juga menipu persahabatannya. Tapi bila aku menceritakan keadaan yang sesungguhnya, bagaimana mungkin cita-cita Sucouw bisa terpenuhi dan pengharapan Suhu tidak sia-sia?" Perlu diketahui, Sucouwnya adalah Hian Tin-cu yang tempo hari menderita kekalahan di tangan Bu-siang Cinjin, pengharapan Hian Tin-cu adalah keturunan nya di kemudian hari sanggup mengalahkan Bu-tong-pay di bidang ilmu pedang. Murid Hian ti-cu, Siang Thian-beng walaupun berhasil tampil sebagai seorang jago pedang yang hebat, bahkan berhasil meraih julukan sebagai Rasul pedang dalam dunia persilatan, namun dia sadar kalau kemungkinan menang baginya masih tipis, itulah sebabnya dia perintahkan muridnya, Tonghong Liang untuk mewakili dirinya naik ke bukit Bu-tong sambil melakukan penyelidikan. Sebelum berangkat, Tonghong Liang minta wejangan dari gurunya, waktu itu Siang Thian-beng pun berkata, "Bila ilmu pedang Hui-eng-kiam-hoat yang telah kubenahi semua titik kelemahannya, masih tetap tidak mampu menandingi kehebatan ilmu pedang aliran Bu-tong, terpaksa semua pengharapanku tertumpu diatas pundakmu. Usiamu jauh lebih muda ketimbang aku, bakatmu pun jauh lebih baik, biar kalah bukan masalah, asal kau dapat memahami keadaan sendiri maupun keadaan lawan, coba berlatihlah delapan sampai sepuluh tahun lagi, bila perlu berlatihlah dua puluh tahun, tiga puluh tahun lagi. Aku yakin suatu hari kau pasti dapat mewujudkan pengharapan Sucouw mu itu!" Terbayang kembali wejangan dari gurunya, lalu menyaksikan pula Lan Giok-keng yang sedang duduk bersemedi, dalam hati kecilnya dia menghela napas panjang, pikirnya, "Sekalipun bakatku jauh lebih bagus ketimbang bakat guru, hal ini tidak ada gunanya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bakat yang dimiliki Lan Giok-keng jauh melebihi diriku, kecuali aku membunuhnya sekarang juga, kalau tidak sepanjang masa rasanya aku tetap bukan tandingannya!" Tentu saja dia bukan bersungguh hati ingin membunuh Lan Giokkeng, namun ingatan yang melintas lewat dalam benaknya cukup membuat perasaan hatinya bergidik. "Perbuatanku membohongi ilmu pedangnya pun sudah kelewatan, masa masih mempunyai ingatan seperti ini? Aaai, padahal aku tidak berniat mengalahkan Lan Giok-keng, yang kuharapkan justru bisa mengalahkan Bouw Ciong-long, agar perasaan hatiku amat puas. Sekarang dia sudah menjadi Ciangbunjin Bu-tong-pay dengan gelar Bu-beng, asal aku mampu membalas dendam atas hadiah sebuah tusukan pedangnya, paling tidak rasa sakit hati Sucouw dimasa lalu pun dapat terlampiaskan. Sementara pikirannya sedang terombang-ambing oleh kekalutan, mendadak terdengar seseorang membentak dengan suara dingin dan tajam, 'Tonghong Liang, besar amat nyalimu! Berani benar kau larikan murid Bu-tong-pay kami!" Bersamaan dengan menggemanya suara bentakan, tahu-tahu dihadapannya telah muncul salah satu dari tianglo Bu-tong-pay, Busi Tojin! Ketika melihat Lan Giok-keng sedang duduk bersila tanpa bergerak, Bu-si Tojin segera menyangka bocah itu kalau bukan sudah terkena obat pemabuk, jalan darahnya tentu sudah ditotok Tonghong Liang. "Kau salah paham!" buru-buru Tonghong Liang menyangkal. Sayangnya Bu-si Tojin hanya percaya dengan apa yang terlihat di depan mata dan tidak sabar mendengarkan pembelaannya, sambil tertawa dingin dia loloskan pedangnya dan membentak, "Salah paham? Apakah Lan Giok-keng secara rela dan iklas bersedia menjadi tawananmu?" "Dia bukan tertotok jalan darahnya, melainkan sudah terkena
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

racun.... Belum selesai perkataan itu diucapkan, sebuah tusukan maut telah dilancarkan Bu-si Tojin, bentaknya, "Sudah kuduga, Siang Ngo-nio pasti satu komplotan denganmu, hmmm, percuma kau berdalih macam-macam, hari ini aku tidak bakalan melepaskan dirimu!" Sebagai seorang pemuda tinggi hari, Tonghong Liang segera menyambut tantangan itu, sahutnya, "Baiklah, ketika berada di gunung Bu-tong tempo hari, kita belum sempat bertarung. Mumpung hari ini ada kesempatan, mari kita selesaikan pertarungan di antara kita berdua. Sambil menjawab secara beruntun dia membalas dengan tiga jurus serangan, semua serangannya dilancarkan dengan keras melawan keras, sama sekali tidak ada kesan mengalah. Diam diam Bu-si Tojin terkesiap, pikirnya, "Sungguh tidak nyana baru saja berpisah sepuluh hari, kelihatannya ilmu pedang yang dimiliki bocah ini telah mengalami kemajuan pesat!" Langsung dia mengeluarkan jurus pamungkas, dengan jurus Thian-sin-to-kwa (Jagad raya berjungkir balik) secara beruntun melepaskan dua bacokan kilat. Cepat Tonghong Liang memutar tubuh menggeser satu lingkaran busur, lalu dengan gerakan setengah menyerang setengah bertahan, bagai terkaman elang dia punahkan ke tujuh jurus serangan berantai dari Bu-si Tojin itu. Menyaksikan permainan jurus lawannya, Bu-si Tojin semakin tercengang, pikirnya, "Aneh, mengapa dibalik permainan jurus pedang elang terbangnya bisa mengandung inti sari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat?" Waktu itu Lan Giok-keng masih duduk bersemedi sambil mengobati luka, dalam keadaan lupa segala tiba tiba dia dikejutkan oleh suara beradunya senjata di sisi tubuhnya. Baru membuka mata, dia menyaksikan batu pasir beterbangan,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hawa pedang bayangan manusia saling menyambar kian kemari, setelah diamati beberapa saat dia baru dapat melihat dengan jelas kalau Tonghong Liang sedang bertarung melawan Bu-si Tojin. Dengan perasaan terperanjat bocah itu segera menjerit, "Susiokcouw.... Di saat dia memanggil nama kakek gurunya, Bu-si Tojin telah melancarkan tiga belas jurus serangan, sedemikian cepatnya gerak serangan inti hingga sukar dilukiskan dengan perkataan. Coba kalau dalam sepuluh hari terakhir Lan Giok-keng tidak peroleh kemajuan pesat, jangan lagi memahami rahasia jurus dibalik pertarungan itu, mungkin untuk melihat jelas wajah lawan pun tidak sanggup. Serangan yang dilancarkan Bu-si Tojin benar-benar cepat bagai sambaran petir, namun Tonghong Liang pun tidak lemah, menghadapi ke tiga belas jurus serangan dari tosu itu, dia hanya mundur sejauh tujuh langkah, setiap mundur selangkah dia berhasil memusnahkan satu bagian kekuatan serangan Bu-si Tojin. Bukan begitu saja, dia bahkan sama sekali tidak mengambil sikap bertahan, dibalik bertahan dia sisipkan jurus serangan, perputaran pedangnya meski sekilas tidak nampak mengandung gerakan jurus apapun, namun dibalik kesemuanya itu justru tersembunyi perubahan yang tidak terhingga. Lan Giok-keng sendiri meski sudah tujuh hari berlatih dengannya, saat ini dia hanya bisa melihat tiga bagian saja. Begitu kesemsemnya Lan Giok-keng mengikuti jalannya pertarungan hingga tanpa terasa dia lupa untuk melanjutkan katakatanya. Secara beruntun Tonghong Liang mundur sejauh tujuh langkah, ketika mundur langkah yang terakhir, sisa kekuatan yang dimiliki Bu-si Tojin tinggal tiga bagian. Saat itulah sambil menghembuskan napas teriak Tonghong Liang, "Saudara cilik, kau tidak usah mengurusi aku, Susiok-couw mu tidak bakalan mampu membunuhku!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dari nada suara Lan Giok-keng sewaktu berbicara, Bu-si Tojin tahu kalau bocah itu meski belum pulih kembali namun keselamatan jiwanya tidak terancam. Dengan perasaan lega diapun berkata, "Anak Keng, lanjutkan pengobatanmu, biar aku yang mengusir bajingan ini!" Nada pembicaraannya tidak jauh berbeda seperti apa yang dikatakan Tonghong Liang barusan. Dari pembicaraan itu bisa disimpulkan bahwa dia tidak yakin mampu menghabisi nyawa Tonghong Liang, karena itu digunakan istilah "mengusir". "Ingin mengusirku? Heheheh.... tidak segampang berbicara!" jengek Tonghong Liang sambil tertawa dingin. kalau

Bu-si Tojin mendengus, tubuhnya mendadak melambung ke udara, cahaya pedang menyebar makin luas dan membabat miring ke samping, inilah jurus andalannya Pek-hok-liang-ci (Bangau putih pentangkan sayap). Lan Giok-keng yang ikut menyaksikan jadi gembira bercampur terkejut, pikirnya, "Ternyata apa yang kupelajari dulu keliru besar. Tapi sama sekali tidak kusangka perubahan yang kulakukan atas jurus pek-hong-liang-ci itu ada kemirip-an dan kesamaan dengan gerakan yang digunakan Susiok-couw sekarang. Hanya bedanya dia lebih cepat gerakannya dan lebih ganas, entah butuh berapa tahun lagi bila aku ingin mencapai tingkatan seperti itu?" Yang membuatnya terkejut adalah, "Jurus serangan dari Susiokcouw begitu hebat, mungkinkah Tonghong Toako berhasil menghindarkan diri?" Baru saja ingatan itu melintas, jawaban telah muncul di depan mata. "Breeet!" terdengar suara robekan bergema, pakaian yang dikenakan Tonghong Liang telah tersayat hingga robek, namun bagaimanapun juga dia berhasil meloloskan diri dari maut. Dengan perasaan terkesiap Tonghong Liang berpekik dalam hati, "Syukur berhasil, coba kalau aku tidak hapal lebih dulu dengan perubahan jurus pedang ini dari permainan Lan Giok-keng, mungkin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarang aku sudah terluka parah. Bu-si Tojin sendiripun tidak menyangka kalau pihak lawan berhasil menghindari serangannya tanpa terluka. Berhasil diatas angin, dia meneter lebih lanjut, serangkaian serangan kembali dilancarkan. Tonghong Liang mundur berulang kali, katanya tiba-tiba sambil tertawa, "Kau harus saksikan juga kehebatanku!" Mendadak tubuhnya melambung ke udara, dengan gerakan Yancu-hoan-sin (Burung belibis membalikkan tubuh) dia lancarkan serangan balasan, lalu gerakannya disambung dengan jurus Pekhok-liang-ci pula. Hanya saja gerakan Bangau putih pentangkan sayap yang dia mainkan sedikit berbeda dengan jurus Bangau putih pentangkan sayap yang dimainkan Bu-si Tojin, dia telah meleburkan jurus pedang elang terbangnya ke dalam jurus serangan itu. Kalau Lan Giok-keng segera dapat melihat dengan jelas, berbeda dengan Bu-si Tojin, dia nampak ragu bercampur sangsi. Namun keadaan yang dihadapi sekarang tidak memberi waktu kepadanya untuk berpikir panjang, dalam kagetnya dia lancarkan lagi sebuahserangan dengan jurus Twie-cong-kan-gwat (Mendorong jendela memandang rembulan). "Traaanggg....!" di tengah benturan nyaring, Bu-si Tojin mundur dua langkah, pedangnya gumpil sebagian. Ternyata gempuran Tonghong Liang yang dilancarkan dari tengah udara ini memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dari serangannya. Dengan perasaan terperanjat Lan Giok-keng menjerit keras, "Tonghong Toako.... Belum selesai dia berkata, terdengar Bu-si membentak nyaring, "Rasakan juga kehebatanku!" ke Tojin telah

Sambil merangsek maju, pedangnya ditarik lalu membabat cepat depan, babatan itu selain ganas pun amat telengas!

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kedahsyatannya bagai halilintar yang membelah kegelapan malam! Tonghong Liang menjerit keras, dengan kepala di bawah kaki diatas dia melompat sejauh tiga depa lebih, ketika hampir mendekati permukaan dia baru berjumpalitan untuk berdiri. Sekalipun tidak sampai terluka, tidak urung peluh sebesar kacang kedelai sempat bercucuran membasahi jidatnya. Rupanya kendatipun jurus Pek-hok-liang-ci yang dirubah olehnya sangat garang dan dahsyat, namun jurus berikut yang dilontarkan justru tidak dapat mempertahankan kesinambungan yang menjadi inti dari ilmu pedang tersebut, otomatis dia telah melanggar pantangan terbesar dari ajaran Thay-kek-kiam-hoat. Bagaimana pun juga Bu-si Tojin adalah jago pedang nomor wahid dari partai Bu-tong, dia segera menangkap peluang emas ini dengan sebaik-baiknya. Walau begitu, dia pun sama sekali tidak menyangka kalau ilmu pedang elang terbang milik Tonghong Liang bisa memutar balik tubuh di tengah udara. Lan Giok-keng benar-benar tercekat hatinya, buru-buru dia berteriak keras, "Susiok-couw, tahan, dia adalah sahabatku!" "Apa? Dia adalah sahabatmu?" tanya Bu-si Tojin melengak. Waktu itu paras muka Tonghong Liang tampak pucat pias bagai mayat, mendadak ujarnya, "Saudara cilik, kau keliru besar, aku bukan sahabat mu, akupun tidak pantas menjadi sahabatmu!" "Toako, kau.... jerit Lan Giok-keng. Tonghong Liang tidak menggubris, kepada Bu-si Tojin kembali ujarnya, "Bu-si Totiang, ilmu pedangmu jauh lebih hebat daripada kepandaianku, tidak perlu kau repot-repot mengusirku, biarlah aku pergi sendiri!" Dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Menanti Tonghong Liang telah berlalu, Bu-si Tojin baru berpaling, bertanya dengan wajah kebingungan, "Keng-ji, sebenarnya apa yang telah terjadi?" "Aku bicara sejujurnya, bukan saja dia adalah sahabatku, bahkan masih terhitung tuan penolongku. Bu-si Tojin semakin tercengang, "Bukankah kau terluka oleh jarum beracun milik Siang Ngo-nio?" "Benar, perempuan silumanitu bernama Siang Ngo-nio, aku terkena sebatang jarum beracunnya, konon jarum itu bernama jarum lebah hijau. "Kalau begitu mereka justru telah bersekongkel untuk mencelakaimu, bagaimana mungkin bisa kau katakan sebagai tuan penolong?" "Tonghong Toako lah yang mengusir perempuan siluman itu, malah obat pemunah untuk jarum lebah hijau diperolehnya setelah dirampas dengan paksa. Bu-si Tojin menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya, "Anak Keng, kau sudah terjerumus ke dalam perangkap mereka. Padahal kedua orang itu memang satu komplotan. Yang satu jadi orang baik, yang lain jadi orang jahat. Kau yang minim pengalaman sudah tertipu mentah mentah. "Tidak mungkin, sewaktu melakukan perjalanan bersama Tonghong Toako, akulah yang memilih jalan ini. Bagaimana mungkin perempuan siluman itu bisa meramal kejadian sebelumnya? Lagipula untuk mendapatkan obat pemunah itu, Tonghong Toako telah mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya. Perempuan siluman itu dihajar habis-habisan olehnya bahkan mengenaskan sekali keadaannya, aku rasa, tidak mungkin mereka bersekongkol hanya untuk bermain sandiwara dihadapanku. "Apakah jarum beracun itu sudah dicabut keluar?" tanya Bu-si Tojin kemudian agak ragu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tonghong keluar.

Toako

telah

membantuku

untuk

mencabutnya

"Baiklah, kalau begitu sementara waktu jangan bicara dulu, kita bicarakan setelah sisa racun bersih dari tubuhmu. Tenaga dalam yang dimilikinya meski bukan terhitung nomor satu dalam partai Bu-tong, namun kesempurnaannya cukup bisa diandalkan. Sesudah menelan obat pemunah itu, sebenarnya racun yang mengeram ditubuh Lan Giok-keng sudah punah tujuh, delapan bagian. Begitu Bu-si Tojin menempelkan tangannya menyalurkan tenaga murni ke dalam tubuh nya, tidak selang beberapa saat kemudian seluruh racun yang masih tersisa telah terpunahkan. "Sejak kapan kau bergabung bersamanya?" tanya Bu-si Tojin kemudian. "Sudah tujuh hari. "Selama tujuh hari, apa yang kalian lakukan?" "Berlatih pedang bersamanya. "Baiklah, kalau begitu coba mainkan sekali lagi ilmu pedang yang berhasil kau latih. Tanpa banyak bicara Lan Giok-keng segera memainkan seluruh ilmu pedang yang berhasil dilatihnya selama beberapa hari ini. Semakin menonton, Bu-si Tojin kelihatan makin terperanjat bercampur keheranan. "Harap Susiok-couw sudi memberi petunjuk, kata Lan Giok-keng kemudian seusai memainkan Thay-kek-kiam-hoat. Bu-si Tojin tertawa getir. "Aku sendiripun tidak tahu bagaimana harus memberi petunjuk kepadamu, katanya. "Apakah cara berlatihku salah besar?" tanya Lan Giok-keng terkesiap. "Bukan salah, tapi terlalu baik.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Susiok-couw, kau sedang bergurau denganku? Diwaktu biasa aku memang suka bergurau dengan angkatan muda, tapi kali ini sedikitpun tidak berniat bergurau, kata Bu-si Tojin dengan wajah serius, "terus terang saja kukatakan, walaupun permainan pedangmu belum bisa dikatakan sempurna dan mulus, bahkan ada beberapa jurus masih terdapat titik kelemahan namun sudah mengandung makna sebenarnya dari aliran pedang partai kita. Malah kehebatan dalam beberapa jurus justru sudah jauh diatas kemampuan ilmu pedangku!" Terkejut bercampur gembira Lan Giok-keng segera berseru, "Terima kasih banyak atas pujian Susiok-couw, bersediakah Susiokcouw memberi petunjuk dan pembetulan atas beberapa titik kelemahan yang kumiliki?" Bu-si Tojin menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya, "Bukannya aku enggan memberi petunjuk kepadamu, adalah dikarenakan ilmu pedangmu berhasil kau kuasai dengan pemahaman sendiri, asal kau ikuti terus jalan pemikiran semula untuk menemukan titik kelemah an itu dan tiada hentinya melakukan pembetulan, dapat dipastikan ilmu pedangmu dikemudian hari pasti dapat mencapai tingkatan yang paling tinggi, bahkan keberhasilanmu pasti akan jauh di atas kemampuanku sekarang. Bila kini kuberi petunjuk, hal ini malah sebaliknya akan membelenggu kebebasanmu, siapa tahu dikemudian hari malah akan mengurangi dan memperlemah keberhasilanmu. Lan Giok-keng termangu-mangu beberapa saat lamanya, kemudian dia berpikir, "Ternyata nada pembicaraan Susiok-couw tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan Tonghong Toako. Biarpun penggunaan katanya berbeda namun maksudnya setali tiga uang. Tampaknya Bu-si Tojin sendiri pun dicekam perasaan kaget bercampur ragu, tanyanya, "Baru sepuluh hari turun gunung, kau telah berhasil memperoleh pemahaman sebanyak itu?" Lan Giok-keng tidak berani berbohong, jawabnya terus terang,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bila cucu murid bisa peroleh kemajuan, menurut pandanganku pertama karena cucu murid memperoleh kiam-koat dan Sim-hoat tenaga dalam warisan Ciangbun Sucouw, kedua karena Tonghong Toako selalu mengajak aku bertanding pedang. Mendengar sampai disini Bu-si Tojin menghela napas panjang, katanya, "Ternyata dugaanku tidak keliru, kau sudah ditipu pemuda itu habis-habisan!" "Sekali pun dalam bertanding pedang melawanku, dia berhasil juga mempelajari ilmu pedang aliran kita, tapi.... bukankah akupun berhasil meraih lebih banyak manfaat? Aku rasa.... aku rasa kejadian seperti ini tidak bisa dibilang menipu bukan?" "Tahukah kau siapakah Tonghong Liang itu?" Mendengar nada ucapan Susiok-couw nya makin lama semakin keras, teringat pula perkataan yang diucapkan sejak bertemu Tonghong Liang pertama kali tadi, Lan Giok-keng segera merasakan hatinya bergetar keras. Serunya cepat, "Jangan-jangan dia adalah musuh besar perguruan kita?" "Aku sendiripun tidak tahu bagaimana harus menjelaskan. Mungkin dia belum tergolong musuh besar, tapi keinginannya yang paling utama adalah mengalahkan ilmu pedang perguruan kita, jadi kalau dibilang dia adalah musuh besar kita, rasanya tuduhan inipun tidak berlebihan. "Susiok-couw, darimana kau bisa tahu akan hal ini?" "Hari ke dua setelah kau turun gunung, dia telah mendatangi Butong-san dan menantang berduel. Gurumu serta Put-po Supek semuanya kalah di tangannya. "Tapi Suhu dan Supek tidak sampai terluka bukan?" tanya Lan Giok-keng terperanjat. "Terluka mah tidak. Kelihatannya tujuan dia yang utama adalah mengalahkan jago-jago Bu-tong-pay saja. Diam-diam Lan Giok-keng menghembuskan napas lega, katanya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Cucu murid mempunyai satu pemikiran, hanya tidak tahu pemikiranku ini benar atau tidak.... "Coba katakan. "Selama beberapa hari ini bertanding pedang melawan Tonghong Toako, walaupun setiap kali kalah darinya, tapi setiap setelah kekalahan aku justru peroleh manfaat.... "Hmm, mungkin manfaat yang dia peroleh justru jauh lebih banyak ketimbang dirimu, dengus Bu-si Tojin memotong pembicaraannya. "Terlepas siapa yang berhasil mendapat manfaat lebih banyak, yang jelas semua orang memperoleh manfaat dan keuntungan. Oleh sebab itu menurut pandanganku, untuk menempuh jalur ilmu silat, masih diperlukan banyak kerja sama dan saling membantu.... jika orang dari lain perguruan saling bertanding, kelebihan dan kekurangan masing-masing pihak akan segera terlihat, aku merasa justru manfaat yang bisa diraih pun jauh lebih banyak ketimbang bertanding dengan orang sendiri. Bu-si Tojin menghela napas panjang. "Ketika Tonghong Liang naik gunung waktu itu, Ciangbunjin pun pernah berkata begitu kepada kami semua. Dia bilang bila suatu negara tidak berhadapan dengan musuh dari luar, lama-kelamaan dia akan jadi lemah dan tumbang sendiri. Ucapan ini cocok juga bila kita terapkan dalam kancah dunia persilatan. Justru ketika ada jagoan tangguh menantang perang kepada kita, maka kejadian ini justru merupakan pecut yang memaksa kita untuk berlatih lebih tekun. "Aaah, perkataan dari Ciangbun Sucouw jauh lebih gamblang daripada perkataanku tadi!" "Sebagian besar umat persilatan punya pandangan untuk membatasi diskusi diantara kalangan sendiri dan melarang orang untuk melangkah keluar. Hal semacam ini harus diakui sebagai penyakit yang sudah menahun. Anak Keng, tidak kusangka dengan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

usia semuda dirimu ternyata pandanganmu jauh lebih luas. "Kalau begitu kau tidak menyalahkan Tonghong Toako bukan?" seru Lan Giok-keng kegirangan. Sekilas perasaan bimbang melintas di wajah Bu-si Tojin, selang beberapa saat kemudian dia baru berkata, "Bila muncul karena niat baik, mengajak kami berdiskusi dan saling memoles diri, tentu saja keinginannya akan kami terima dengan senang hati. Tapi dia mempunyai maksud lain, dia berniat menjatuhkan perguruan Butong-pay. Masalah ini sudah menyangkut nama baik serta harga diri perguruan, tentu saja kami tidak akan membiarkan dia berbuat begitu. "Kenapa dia ingin menjatuhkan perguruan kita?" tanya Lan Giokkeng tercengang. "Tentu saja ada penyebabnya, jauh pada tiga puluh enam tahun berselang, Sucouw nya pernah menderita kekalahan di tangan Busiang Cinjin. Peristiwa ini sudah pernah didengar Lan Giok-keng dari mulut Siang Ngo-nio, kini setelah mendapat ketegasan dari Susiok-couw nya, dia merasa sedih sekali. Yang membuatnya sedih bukan karena masalah ini, melainkan karena sikap Tonghong Liang yang telah mengelabuhi dirinya. Pikir Lan Giok-keng, "Untung saja hari itu Tonghong Toako tidak sampai melukai orang, coba kalau dia sampai melukai gihu, di saat kami bersua muka lagi nanti mungkin aku akan menganggapnya sebagai musuh bebuyutan. Berpikir sampai disitu, diapun berkata, "Kalau Suhu dan Supek hanya menderita kekalahan saja mah tidak jadi masalah, asal ada orang bisa menangkan dia, itu sudah cukup. Susiok-couw, bukankah barusan kaupun berhasil mengungguli dirinya. "Tapi kemenanganku nyaris sekali!" sahut Bu-si Tojin sambil tertawa getir.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendadak seperti teringat akan sesuatu, Lan Giok-keng kembali berkata, "Kalau didengar dari pembicaraan Tonghong Toako tadi, dia bilang saat mendaki gunung Bu-tong tempo hari, dia tidak sampai bertarung melawan Bu-si tianglo, sementara Ciangbun Sucouw pun sedang sakit, lantas siapa yang berhasil mengalahkan dia?" "Aaai, kalau dibicarakan benar-benar nyaris, untung hari itu Bouw Ciong-long kebetulan datang berkunjung sehingga nama baik perguruan tidak sampai ternoda. Coba kalau bukan begitu, biar aku bisa mengungguli dirinya pun paling tidak harus bertarung ratusan gebrakan. Padahal dia adalah seorang Boanpwee, kalau aku sebagai seorang tianglo harus menangkan dia setelah bertarung ratusan jurus, kemenangan ini jelas bukan kemenangan yang gemilang. "Siapa itu Bouw Ciong-long?" "Bukankah kau pernah bertemu Bouw It-yu? Bouw Ciong-long adalah ayah Bouw It-yu, sebenarnya diapun termasuk pemimpin dari murid-murid preman, orang menyebutnya Tiong-ciu Tayhiap. Dia hanya membutuhkan tiga gebrakan sebelum berhasil merobek kulit muka Tonghong Liang!" "Merobek kulit mukanya?" tanya Lan Giok-keng tertegun. "Tentu saja bukan kulit muka beneran, jelas Bu-si Tojin sambil tertawa, "yang dirobek adalah topeng kulit manusia yang dia kenakan. Sekarang Lan Giok-keng baru mengerti, pikirnya, Ternyata jagoan lihay Bu-tong-pay yang disebut Tonghong Toako dan Siang Ngo-nio adalah Bouw-tayhiap itu. "Bouw-tayhiap sekarang telah menjadi pendeta, kata Bu-si Tojin lagi, "kini dia mempunyai gelar sebagai Bu-beng Cinjin. "Cinjin? Seingatku hanya Ciangbunjin seorang yang boleh menggunakan gelar Cinjin?" seru Lan Giok-keng tercengang. "Benar, Bu-beng Cinjin adalah Ciangbunjin baru perguruan kita.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jadi Ciangbun Sucouw telah menyerahkan kedudukannya kepada dia?" tanya Lan Giok-keng lagi terperanjat. "Aku memang ingin memberitahukan persoalan ini kepadamu, kau tidak usah sedih, hari itu Sucouw mu sudah berpulang ke langit barat. Mendengar berita duka ini Lan Giok-keng tidak kuasa menahan rasa sedihnya lagi, dengan air mata meleleh katanya, "Padahal sewaktu Sucouw memerintahkan aku turun gunung, beliau masih kelihatan baik-baik. Sungguh tidak disangka hanya selang sehari.... "Ciangbun Cinjin berangkat ke langit barat sesaat sesudah pengganti Ciangbun Cinjin berhasil meraih kemenangan. Usianya telah melampaui delapan puluh tahun, diapun gembira karena sudah peroleh penerusnya, jadi tidak heran kalau kepergiannya diiringi senyuman. Anak Keng, aku ingin bertanya lagi kepadamu, apa rencanamu selanjutnya? Apakah mau balik ke gunung atau tidak?" "Pikiranku saat ini sangat kalut, semestinya aku harus pulang gunung.... "Pikiranmu kalut? Kenapa?" "Rasanya tidak ada salahnya kalau kujelaskan pesan Sucouw kepada Susiok-couw, pikir Lan Giok-keng dalam hati. Maka diapun berkata, "Sewaktu akan turun gunung, Ciangbun Sucouw pernah berpesan, apa pun yang bakal terjadi diatas gunung, beliau minta aku tidak usah mengurusinya. Mendengar itu Bu-si Tojin pun berpikir, "Waktu itu Ciangbun Suheng sudah tahu kalau saat ajalnya hampir tiba, dia telah menitahkan anak Keng untuk turun gunung, bahkan merahasiakan hal ini kepada Put-ji, jelas dibalik kesemuanya itu pasti ada alasan lain. Berpikir begitu maka ujarnya, "Sebagai seorang yang berbakti, kau harus patuh pada ajaran dan perkataan orang tua, begitu pula terhadap Suhu maupun Sucouw mu. Kalau memang Sucouw sudah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berpesan begitu, lebih baik untuk sementara waktu jangan kembali ke gunung. Lalu kau hendak ke mana sekarang?" "Sucouw suruh aku pergi ke Siau-lim-si dan menjumpai seorang hwesio. Hanya saja, urusan ini.... Dari mimik mukanya Bu-si Tojin tahu kalau dia ada kesulitan yang susah diutarakan, maka katanya sambil tertawa, "Apakah Sucouw suruh kau jangan menceritakan kejadian ini kepada siapa pun?" Melihat Lan Giok-keng manggut-manggut, diapun berkata lagi, "Kalau begitu tidak terkecuali terhadap diriku. Sebagai seorang pesilat, kau memang pantas berkelana dalam dunia persilatan untuk melatih diri, dengan kepandaianmu sekarang, aku jadi lebih lega bila kau akan berkunjung ke Siau-lim-si. Kalau begitu berangkat-lah. "Terima kasih banyak atas petunjuk Susiok-couw, Lan Giok-keng menjura memberi hormat. Baru saja akan berpamitan, tiba-tiba Bu-si Tojin berseru lagi, "Tunggu sebentar anak Keng!" "Susiok-couw ada perintah apa lagi?" Setelah berpikir beberapa saat, ujar Bu-si Tojin, "Tahun ini kau telah menginjak usia enam belas tahun, aku rasa ada beberapa persoalan yang sudah sepantasnya kau ketahui. "Apakah masalah yang menyangkut diriku?" tanya Lan Giok-keng dengan perasaan tercekat. "Masalah besar yang manyangkut perguruan kita. Walaupun Butong-pay dan Siau-lim-pay dipandang orang sebagai tonggak ilmu silat di dunia persilatan, namun selama belasan tahun terakhir ada begitu banyak tokoh penting dalam perguruan yang dibunuh orang secara aneh dan membingungkan, hingga kini belum ada satu kasus pembunuhan pun yang berhasil dibongkar. "Haaah, ada kejadian seperti ini?" "Pernah mendengar seseorang yang bernama Ho Ki-bu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lan Giok-keng menggeleng. "Siapakah dia?" tanyanya. "Dia adalah murid preman dari perguruan kita, dua puluh tahun berselang bersama Bouw Ciong-long mereka berdua disebut pendekar-pendekar Bu-tong-pay. Kalau Bouw Ciong-long disebut orang sebagai Tiong-ciu Tayhiap maka Ho Ki-bu disebut orang sebagai Ji-ouw Tayhiap. Orang itu bukan lain adalah guru preman ayah angkatmu. "Aneh, kenapa gihu belum pernah menyinggung masalah ini denganku?" "Ho Ki-bu merupakan orang pertama yang mati terbunuh pada enam belas tahun berselang, karena peristiwa ini menyangkut urusan besar partai maka selama enam belas tahun hanya dilakukan pelacakan secara diam-diam, tidak pernah diumumkan secara luas. Mungkin saja gihu mu tidak menceritakan hal ini lantaran usiamu masih kecil, mungkin dia baru akan bercerita setelah kau menginjak dewasa nanti. Ternyata walaupun Bu-si Tojin belum mengetahui asal-usul Lan Giok-keng yang sebenarnya, namun dari perintah Bu-siang Cinjin yang menyuruhnya turun gunung secara rahasia, kemudian dari peristiwa Siang Ngo-nio yang berusaha menculiknya, dia tahu kalau dibalik kesemuanya itu pasti terdapat hal yang penuh kemisteriusan. Oleh sebab itulah dia putuskan untuk memberitahukan rahasia ini kepadanya. Dalam terkejut bercampur herannya kembali Lan Giok-keng berpikir, "Ternyata aku masih memiliki seorang Sucouw dari golongan preman, dia tewas pada enam belas tahun berselang? Bukankah akupun lahir pada tahun itu?" Cepat tanyanya, "Kalau dibilang Ho Tayhiap adalah orang pertama yang dibunuh, lalu sepanjang masa ini apakah ada orang lain yang mati terbunuh juga? Siapa yang terbunuh lagi?" Bu-si Tojin menghela napas panjang. "Putri tunggal Ho Ki-bu serta seorang muridnya juga tewas
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dibunuh orang!" Sebagaimana diketahui, Keng King-si "salah terbunuh" ditangan Put-ji, sedang Ho Giok-yan tewas karena bunuh diri. Sebetulnya Busi Tojin mengetahui akan hal ini, tapi berhubung masalahnya belum jelas (apakah Keng King-si seorang penghianat? Atau karena mati dibunuh pengkhianat? Atau Put-ji yang terjebak siasat musuh?) terpaksa untuk sementara waktu Bu-si Tojin tetap merahasiakannya. Kembali Lan Giok-keng tertegun. "Murid Ho Tayhiap? Bukankah dia adalah saudara seperguruan ayah angkatku? Kenapa gihu tidak pernah menyinggung masalah ini?" "Peristiwa ini merupakan kejadian yang amat memilukan hati ayah angkatmu, selama enam belas tahun terakhir dia memang selalu berusaha menghindari pembicaraan tentang masalah ini. "Lantas Supek yang terbunuh itu.... "Dia bukan Supekmu melainkan susiokmu. Ho Tayhiap mempunyai dua orang murid, gihu mu adalah murid pertama sedang murid kedua yang terbunuh bernama Keng King-si. "Dia dari marga Keng?" seru Lan Giok-keng terperanjat. "Kau pernah mendengar nama orang ini? Apa yang tidak beres?" "Ooh tidak. Aku hanya kurang jelas mendengarnya tadi, jadi bertanya kembali. Oya. Apakah Keng Susiok meninggal dalam usia yang sangat muda?" "Benar, sewaktu meninggal dia baru berusia dua puluhan tahun dan belum menikah. Perlu diketahui, walaupun dia pernah mendengar juga tentang kaburnya Keng King-si bersama Ho Giok-yan, namun berhubung masalah ini menyangkut masalah "moral", maka dia segan untuk menceritakan kepada kaum Boanpwee.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Diam-diam Lan Giok-keng menghembuskan napas lega, pikirnya, "Tampaknya aku kelewat banyak curiga, tapi mengapa tanpa hujan tanpa angin perempuan siluman itu memanggilku sebagai Keng Giok-keng?" Terdengar Bu-si Tojin berkata lebih jauh, "Masih ada seorang tokoh penting lagi yang tewas pada hari itu, dia adalah ketua para tianglo perguruan kita, Bu-kek Totiang. Secara ringkas dia pun menceritakan semua kejadian dimulai dari Bu-kek tianglo mati terbunuh sampai murid pertama Bu-siang Cinjin, Put-coat yang dicelakai orang. Kisah ini justru dia bercerita lebih banyak ketimbang urusan yang menyangkut Keng King-si dan Ho Giok-yan. Tapi bagi Lan Giok-keng, entah mengapa dia justru berharap dapat mendengar lebih banyak kejadian yang menyangkut "Keng susiok"nya. Tapi Bu-si Tojin sama sekali tidak memenuhi harapannya, terakhir dia hanya berkata, "Aku sengaja menceritakan semua rahasia ini dengan harapan agar kau lebih waspada dan hati-hati, karena perguruan kita sedang berhadapan dengan seorang musuh yang sangat lihay, orang itu bagaikan manusia tanpa wujud yang tidak diketahui sedang bersembunyi dimana?" Berbicara sampai disitu, diapun berpisah dengan Lan Giok-keng. Mengawasi bayangan punggung Susiok-couwnya yang menjauh, tiba-tiba sekilas perasaan bimbang melintas dalam benaknya. Ooo)*(ooO BAB VII Tali perjodohan yang susah terurai. Lan Giok-keng bimbang dan murung karena teka teki yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyelubungi asal usulnya, dia pun murung karena baru saja kehilangan seorang "sahabat" seperti Tonghong Liang. Dengan perasaan duka pikirnya, "Pasti tanpa sebab Sucouw suruh aku mendatangi kuil Siau-lim-si dan bertemu dengan seorang hwesio yang bernama Hwee-ko, jangan-jangan hwesio itu mengetahui asal usulku?" Berpikir begitu, untuk sementara waktu dia pun buang jauh jauh semua kemurungan dan berangkat seorang diri menuju ke kuil Siaulim. Tentu saja dia tidak bakal tahu kalau masih ada seseorang lain yang perasaan hatinya jauh lebih sedih ketimbang dirinya. Orang itu tidak lain adalah Siang Ngo-nio yang baru saja diusir oleh Tonghong Liang. Terhadap penghinaan yang diterima dari Tonghong Liang, bukan saja dia merasa amat sedih bahkan merasa malu bercampur menyesal. Setelah melalui sebuah tanah perbukitan dan baru saja akan bertukar pakaian dalam di sebuah hutan yang lebat, mendadak terdengar seseorang mengumpat dengan penuh amarah, "Perempuan busuk, bagus sekali perbuatanmu!" Dengan perasaan terkesiap Siang Ngo-nio mendongakkan kepala, tahu-tahu orang itu sudah muncul persis dihadapannya. Cepat cepat Siang Ngo-nio memperlihatkan wajah sedih, dengan air mata bercucuran isaknya, "Ji-ya, tahukah kau aku sangat berharap kau bisa membalaskan sakit hatiku? Kenapa sebelum tahu masalah, datang datang kau sudah mengumpatku?" Ternyata orang itu tidak lain adalah kekasih gelapnya, orang kedua dari keluarga Tong yang tersohor sebagai jagoan senjata rahasia nomor wahid di kolong langit, orang persilatan memanggilnya "Tong ji-sian-seng" sementara nama aslinya adalah Tong Tiong-san. Tong Tiong-san segera mendengus.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hmmm, balas dendam? Ulahmu selama ini sudah cukup membuat aku kehilangan muka. Pakaian yang digunakan untuk menutup bagian tubuhnya sekarang masih merupakan baju luar milik Tonghong Liang, walaupun bagian atas tubuhnya sudah terlindung, namun tidak bisa menutupi pakaian bagian bawahnya yang terkoyak-koyak. Sambil menangis sedih kembali Siang Ngo-nio berseru, "Aku sudah dihina orang habis habisan, bukannya kau membelai diriku, sekarang malah memakiku.... tahukah kau siapa yang telah mempermalukan aku? Dia bukan lain adalah murid sahabatmu Siang Thian-beng, si cecunguk muda Tonghong Liang!" "Hmm, jangan lagi aku tidak sanggup menghadapi gurunya, sekalipun mampu pun aku tidak bakalan mencari gara-gara karena persoalanmu. Kontan Siang Ngo-nio tertawa dingin. "Sungguh tidak disangka kau sebagai jago senjata rahasia nomor wahid di kolong langit juga takut dengan nama besar gurunya, si Rasul pedang!" "Takut Rasul pedang atau tidak, itu urusanku sendiri!" Tong Tiong-san balas tertawa dingin, "aku ingin bertanya, mengapa Tonghong Liang mempermalukan dirimu? Pasti ada penyebabnya bukan!" "Soal ini.... soal ini.... panjang untuk diceritakan.... "Panjang untuk diceritakan? Kalau begitu aku ingin bertanya satu hal lebih dulu, mau apa kau datang ke bukit Bu-tong?" "Ji-ya, kau jangan percaya omongan iseng orang lain!" seru Siang Ngo-nio terkesiap, "aku hanya secara kebetulan lewat di gunung Bu-tong dan iseng ingin berpesiar. "Hmmm, kalau tidak pernah berbuat sesuatu yang merugikan aku, darimana kau bisa tahu kalau aku mendengar dari cerita orang? Toh aku belum bertanya apa-apa kepadamu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Karena.... karena aku tidak pernah melihat kau semarah ini, kau.... kau pasti.... "Tidak usah ambil perduli apa yang kupikirkan, ceritakan saja semua yang telah kau lakukan!" "Aku benar-benar tidak melakukan apa-apa!" suara Siang Ngonio kedengaran mulai gemetar. "Jadi kau tidak mau bicara? Baiklah, kalau begitu aku akan mewakilimu untuk menjawab, kau naik ke bukit Bu-tong karena ingin menjumpai kekasih gelap-mu!" "Darimana datangnya kekasih gelap?" jerit Siang Ngo-nio keras keras, 'bukankah selama banyak tahun aku selalu mengikutimu, jangan percaya.... "Hmm, orang ini sudah menjalin hubungan gelap denganmu sejak delapan belas tahun berselang, kau sangka aku tidak tahu apa-apa? Hmm, masih ingin mengelabuhiku?" "Darimana kau mendengar fitnahan seperti itu? Aku malah tidak tahu siapa yang kau maksud?" "Kau tidak tahu? Kau paksa aku untuk menyebut namanya? Baik, kalau begitu akan kukatakan! Dia adalah murid pertama Ji-ouwTayhiap Ho Ki-bu yang bernama Ko Ceng-kim, enam belas tahun berselang dia sudah menjadi murid penutup Bu-siang Cinjin dengan gelar Put-ji. Dengan segala akal muslihat kau merampas bocah itu, bukankah karena dia adalah anak jadahmu bersamanya?" Semakin bicara hatinya semakin jengkel, akhirnya tidak tahan lagi dia tampar wajah Siang Ngo-nio keras keras. Siang Ngo-nio bergulingan diatas tanah, dengan rambut terurai kalut dia bangun terduduk sambil menjerit, "Tong Tiong-san, aku ini apamu?" "Perempuan rendah yang tidak tahu malu, kau benar-benar tidak punya malu, apa maksudmu bertanya begitu?" hardik Tong Tiongsan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Siang Ngo-nio mendongakkan kepala dan tertawa kalap, teriaknya, "Aku tidak tamu malu? Aku hina? Lantas aku mau tanya, apakah aku adalah istri, resmimu? Aku pernah memohon kepadamu untuk menerimaku sebagai budak atau gundik, tapi kau tidak pernah membiarkan aku masuk ke lingkungan keluargamu! Aku tidak lebih hanya mainanmu! Kenapa aku harus menjaga kesucian demi dirimu? Jangan lagi aku tidak punya kekasih, biar ada pun kau tidak berhak mengurusi diriku! Bukankah kau sendiri pun sering main perempuan diluaran?" "Tutup mulut, perempuan rendah! Makin bicara semakin ngawur, kau sangka aku tidak berani membunuhmu?" "Bunuh saja diriku! Sudah sekian tahun aku mengikutimu, kalau senang kau datang menjengukku, kalau tidak senang aku disingkirkan begitu saja. Status belum didapat, tersiksa batin setiap saat! Sungguh mengenaskan diriku ini, bukan saja harus menuruti semua kemauanmu, masih kuatir tidak bisa menyenangkan hatimu. Aku sudah bosan, sudah cukup menderita. Baiklah, cepat bunuh aku! Ayoh.... ayoh cepat, kenapa tidak kau bunuh diriku!" Menghadapi ulah perempuan itu, lama kelamaan Tong Tiong-san dibuat kelabakan sendiri, sekalipun timbul penyesalan di hati namun dia enggan kehilangan gengsi, segera bentaknya, "Kau sudah gila? Siapa suruh kau membuat ulah?" "Betul, aku memang sudah gila! Biar kau tidak membunuhku pun aku sendiri sudah tidak ingin hidup!" Tiba-tiba perempuan itu mencabut keluar sebatang jarum lebah hijau dan langsung dihujamkan kearah tenggorokan sendiri. Secepat kilat Tong Tiong-san menyentilkan jari tengahnya, segulung angin tajam meluncur lewat, tahu-tahu jarum lebah hijau itu sudah mencelat dari genggam annya. "Aku melarangmu bunuh diri!" hardiknya. Menggunakan kesempatan itu Siang Ngo-nio segera menubruk ke dalam pelukannya dan berseru sambil menangis, "Ji-ya, kenapa kau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak membayangkan kebaikan yang selama ini kuberikan kepadamu, waktu diserahkan ke tanganmu aku masih seorang gadis perawan, sudah dua puluh tahun lebih aku melayani dirimu. Masa sekarang hanya gara-gara mendengarkan hasutan orang, kau lantas memaki dan memukulku, kalau begini caranya buat apa aku hidup terus di dunia ini?" "Baik, aku tidak akan memukulmu, tidak akan memakimu, tapi kau harus bicara jujur!" "Mati pun tidak takut, kenapa aku musti takut bicara sesungguhnya. Betul, aku memang pernah berkenalan dengan Ko Ceng-kim, dia pun nampaknya menaruh hati kepadaku, tapi kami hanya sekedar berkenalan kemudian berpisah, diantara kami berdua tidak pernah terjalin hubungan asmara ataupun hubungan gelap. Coba bayangkan, seandainya dia benar benar kekasih gelapku, mengapa selama enam belas tahun bermukim di gunung Bu-tong, aku tidak pernah pergi menjenguknya? Kedatanganku kali ini di gunung Bu-tong pun sama sekali tidak pergi menjumpainya. Aku tahu di gunung Bu-tong kau pun punya teman, kalau tidak percaya, tanyakan saja kepada mereka. Tentu saja Tong Tiong-san tidak akan percaya kalau semua yang dikatakan adalah ucapan sejujurnya, tapi diapun tahu kalau perempuan tersebut untuk baru kali ini naik ke gunung Bu-tong. Lagipula sudah banyak tahun Tong Tiong-san memeliharanya sebagai kekasih gelap, sejujurnya diapun tidak tega untuk membunuhnya. Tapi demi menjaga muka, apa salahnya kalau menganggap perkataan bohongnya sebagai kata yang jujur? Melihat dia hanya termenung tanpa bicara, kembali Siang Ngonio berkata, "Sedangkan mengenai bocah itu.... betul, bocah itu memang anak jadah, tapi bukan anak jadahku melainkan anak hasil hubungan gelap Sumoy dari Ko Ceng-kim. Bila kau tidak percaya, tanyakan saja kepada Bouw Ciong-long. "Dari mana kau tahu kalau Bouw Ciong-long mengetahui akan urusan ini?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau putranya saja sudah tahu, masa bapaknya tidak tahu. Hanya saja, menurut apa yang kuketahui, rasanya kaupun hanya pernah kenal dengan Bouw Ciong-long, mungkin dengan putranya hanya pernah bersua di saat dia masih kecil bukan?" "Bouw Ciong-long hanya berputra satu, dia bernama It-yu. Perkataanmu memang tidak salah, aku pernah bertemunya satu kali pada saat dua puluh tahun berselang, waktu itu dia masih seorang bocah yang sering enggan memakai celana. Tapi darimana kau tahu kalau Bouw It-yu pun mengetahui kejadian ini?" "Di saat aku mendaki gunung Bu-tong hari itu, kebetulan Bouw It-yu sedang turun gunung, ada seorang tosu menghantarnya sampai dipunggung bukit. Begitu melihat mereka, aku pun segera menyembunyikan diri. Mereka tidak melihat kehadiranku. Persoalan inipun secara tidak sengaja berhasil kucuri dengar dari pembicaraan mereka berdua. Apa yang dikatakan kali ini memang kejadian yang sesungguhnya, hari itu tosu yang menghantar Bouw It-yu turun gunung adalah Put-pay, murid pertama Bu-liang Tojin. Hanya saja dia keliru besar kalau mengatakan Bouw It-yu tidak mengetahui kehadirannya. Mendengar semua penuturannya disertai bukti, tanpa terasa Tong Tiong-san mulai percaya beberapa bagian. Siang Ngo-nio memang cerdas dan cekatan, dia pandai melihat perubahan wajah orang. Sadar kalau kekasihnya telah berubah pikiran, memanfaatkan peluang itu segera ujarnya manja, "Siapa yang telah menciptakan isu tidak benar ini, kau harus beritahu kepadaku.... "Sebetulnya tidak bisa dibilang isu tanpa dasar, orang itupun mengaku sudah lama berkenalan dengan Ko Ceng-kim. "Tapi isu busuk itu mengatakan kalau aku telah melahirkan anak dengannya, kalau tidak kau tuntut pembenaran atas berita ini, bagaimana mungkin aku punya muka untuk berkelana lagi?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pikiran Tong Tiong-san sangat kalut, ujarnya kemudian dengan nada hambar, "Yaa sudahlah kalau kau tidak berbuat, kenapa musti diselidiki lagi?" "Ooh, jadi kau masih menaruh curiga kepadaku? Hmm, tidak, aku tetap menuntut kau untuk menyelidiki persoalan ini hingga tuntas. "Sudah, sudahlah, aku percaya kepadamu, jangan ribut lagi!" "Sudah jelas kau sedang mengintrogasi diriku, hmmm! Kalau tidak diselidiki hingga tuntas, sampai nanti pun kau tetap akan menaruh curiga kepadaku. "Kepada siapa aku musti selidiki?" "Aduh, coba lihat, dasar tidak punya perasaan!" seru Siang Ngonio makin manja, "masa baru saja aku katakan, kau sudah melupakannya. Tanya saja dengan sobat lamamu, Bouw Ciong-long. Kalau putranya saja tahu asal usul bocah itu, siapa tahu dia tahu lebih banyak lagi!" Diam-diam Tong Tiong-san keheranan juga, pikirnya, "Seharusnya menggunakan kesempatan ini dia menyelesaikan urusan sampai disini, kenapa masih mencari kesulitan buat diri sendiri?" Setelah tertawa getir, ujarnya, "Tahukah kau, Tiong-ciu Tayhiap Bouw Ciong-long sekarang telah berubah jadi Ciangbunjin baru partai Bu-tong dengan gelar Bu-beng Cinjin!" "Bukankah semakin kebetulan? Sekali tepuk dua lalat, anggap saja kedatanganmu untuk menyampaikan selamat kepada sobat lama. "Sekarang pihak Bu-tong-pay sedang mengincar nyawamu, untuk menghindari mereka pun sudah kerepotan, masa kau malah menyuruh aku menemui Ciangbunjin Bu-tong-pay!" "Justru karena aku telah mendatangi bukit Bu-tong, maka kau semakin wajid bantu aku untuk berkunjung ke sana, paling tidak untuk mengurai kesalah pahaman ini.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Salah paham? Aku sendiripun tidak tahu apa yang sudah kau lakukan, bagaimana memberi penjelasan? Sudahlah, kau tidak usah mencari masalah, terus terang kusampaikan satu kabar untukmu, Bu-si Tojin dari Bu-tong-pay sedang mencarimu untuk membikin perhitungan! Lagipula aku dengar, andai gagal bertemu kau, dia akan datang mencariku, semisal sudah berada disisiku maka dia akan minta aku serahkan dirimu!" "Jadi kau takut dengan Bu-si si tosu hidung kerbau itu?" "Bukannya takut, tapi dalam kenyataan keluarga Tong memang tidak sanggup mengungguli kekuatan Bu-tong-pay!" "Hmm, kalau kudengar dari nada pembicaraanmu, semoga kau tidak beranggapan kalau kesemuanya ini hanya salah paham, bagaimana pun kau tetap percaya dengan semua perkataan dan omongan setan mereka!" "Aku masih belum mendengar tuduhan apapun dari mereka, pun tidak tahu apakah perkataan mereka omongan setan atau bukan. Paling tidak seharusnya kau sendiri tahu bukan apa yang telah kau lakukan selama ini!" "Aku sama sekali tidak tahu dalam hal apa aku telah menyalahi pihak Bu-tong-pay, mendengar dari pembicaraanmu, meski belum menerima tuntutan apapun dari mereka, paling tidak sudah mendengar isu atau rumor tentang soal ini bukan?" "Soal ini.... Biarpun dia tidak tahu secara jelas perselisihan apa yang terjalin antara Siang Ngo-nio dengan pihak Bu-tong-pay, namun kabar angin memang telah didengarnya. "Ji-ya, kau masih mencurigai aku? Kenapa tidak kau lanjutkan?" desak Siang Ngo-nio. Mendadak Tong Tiong-san membentak keras, Aku bukan saja menaruh curiga kepadamu, dasar perempuan sundal, berani benar kau catut namaku untuk berbuat onar, aku tidak dapat mengampuni jiwamu lagi!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siang Ngo-nio nyaris tidak percaya dengan pendengaran sendiri, sebenarnya dia mengira bujuk rayuannya berhasil meluluhkan hati Tong Tiong-san, siapa sangka secara tiba-tiba dia berubah pikiran. Baru saja dia menemukan mimik muka Tong Tiong-san sedikit agak aneh, tahu-tahu sebuah pukulan dahsyat telah menghantam tubuhnya. Pada saat itulah terdengar seseorang berteriak keras, "Tong jisianseng, tahan!" Sayang pada saat itulah Siang Ngo-nio sudah menjerit keras dan roboh terjungkal ke tanah. Ternyata orang yang barusan muncul tidak lain adalah Bu-si Tojin, orang kedua dalam deretan tianglo partai Bu-tong. Menyaksikan keadaan perempuan itu, Bu-si Tojin berseru kaget, "Aaah, sayang, sayang!" Sambil menarik wajah kata Tong Tiong-san, "Bu-si toheng, aku sudah membunuh perempuan siluman ini, kenapa kau berteriak sayang? Apakah kau pun ada hubungan dengannya?" "Tong ji-sianseng, masa kau mengajak pinto bergurau tentang soal begini, siapa pun tahu kalau dia adalah kekasih simpananmu. Tong Tiong-san menghela napas. "Kita adalah sobat lama, rasanya tidak perlu merahasiakan masalah ini denganmu. Dua puluh tahun berselang, aku telah terpikat oleh siluman perempuan ini, betul, aku pernah hidup bareng dia selama jangka waktu tertentu. Sungguh tidak nyana hingga sekarang dia masih berani berulah dengan mencatut namaku. Aku dengar secara diam-diam dia telah mendaki Bu-tong-pay bahkan melukai Put-hui Suthay dengan jarum lebah hijaunya, apa benar ada kejadian seperti ini?" "Memang benar. Tapi.... hanya saja.... "Coba lihat, dia begitu berani melakukan kesemuanya ini, masa aku harus mengampuninya?" tukas Tong Tiong-san cepat, "itulah sebabnya aku khusus datang mencarinya dan menghajar mampus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perempuan ini! Tapi aku tidak habis mengerti, kenapa kau masih mohonkan pengampunan baginya?" Bu-si Tojin gelengkan kepalanya berulang kali, katanya, "Tong jisianseng, kau kelewat gegabah. Mengapa tidak menghukumnya setelah menunggu kedatanganku?" "Ooh, jadi kau menyalahkan aku lantara aku telah membunuh musuh kalian?" teriak Tong Tiong-san sambil mendelik, "kau seharusnya memahami tabiatku, jelek-jelek begitu paling tidak dia pernah menjadi orangku, andai mau dihukum mati pun sepantasnya aku yang melakukan, aku tidak ingin dia dihukum orang lain. Memang kejadian ini sama seperti "membersihkan perguruan" dimana orang luar dilarang mencampuri, setiap orang persilatan pasti mengetahui akan peraturan ini. "Pinto tidak berniat mencampuri urusan pribadimu, hanya saja.... "Hanya saja kenapa, cepat katakan!" "Terus terang kedatanganku mencari Siang Ngo-nio bukanlah dikarenakan masalah dia melukai Put-hui Tokou dengan jarum lebah hijaunya!" "Lalu karena masalah apa?" "Selama belasan tahun terakhir, secara beruntun partai kami telah dilanda kasus pembunuhan yang misterius, kami curiga peristiwa berdarah ini mempunyai keterkaitan dengan Siang Ngonio. "Peristiwa pembunuhan yang mana?" "Ketua tianglo partai kami Bu-kek Totiang, Ji-ouw Tayhiap Ho Kibu dari kaum preman, Suhengku Ting Hun-hok, keponakan muridku Put-coat, hampir semuanya tewas secara misterius. Bu-si Tojin hanya menyebutkan beberapa nama tokoh kenamaan saja. Sementara yang lain seperti Keng King-si, Ho Giok-yan, pelayan tua dari keluarga Ho, hampir tidak disinggungnya sama
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekali. Diam diam Tong Tiong-san merasa terperanjat, pikirnya, "Ternyata kabar berita yang tersiar selama ini memang benar adanya. Maka diapun berkata, "Apa yang kau ceritakan benar-benar susah dipercaya siapa pun, semua nama yang kau sebut boleh dibilang merupakan jago jago andalan partaimu, sehebat apapun kepandaian yang dimiliki Siang Ngo-nio, rasanya tidak mungkin dia mampu mencelakai mereka. "Yang kumaksudkan adalah masalah ini ada "hubungan" dengan dirinya, bukan menuduh semua kasus pembunuhan itu merupakan hasil karyanya seorang, tapi dalam kasus kematian keponakan muridku Put-coat, dengan jelas terbukti bahwa dia terkena sebatang jarum lebah hijau setelah terluka lebih dulu oleh tenaga pukulan. Oleh karena itu kami berharap dari pengakuannya bisa diketahui siapa dalang pembunuhan itu dan siapa pula yang terlibat. Berlagak seolah baru memahami maksudnya, Tong Tiong-san berseru, "Oooh, rupanya kau minta aku mengampuni jiwanya karena ingin melacak kejadian ini, apa mau dikata akupun tidak tahu kalau dia terlibat dalam begitu banyak kasus pembunuhan. "Aaaai, mungkin saja diantara sekian banyak kasus pembunuhan, ada yang menyangkut dirinya, ada pula yang tidak tersangkut, tapi dari mulutnya siapa tahu bisa dilacak sedikit petunjuk atau keterangan yang bermanfaat. "Sayang kedatanganmu terlambat selangkah, dalam gusarnya tadi aku telah menghajarnya hingga mampus. Tiba-tiba Bu-si Tojin berjalan menghampiri tubuh Siang Ngo-nio yang terkapar ditanah. "Mau apa kau?" tegur Tong Tiong-san. "Aku ingin memeriksanya apakah masih ter-tolong? Tun-yangwan milik partai kami tidak kalah kemanjurannya dibandingkan Siauhuan-wan dari Siau-lim-pay, siapa tahu aku bisa memperpanjang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

umurnya. "Hmm, jadi kau tidak percaya kalau aku telah membunuhnya?" jengek Tong Tiong-san dingin. "Pinto tidak bermaksud begitu, aku hanya ingin berusaha semaksimal mungkin. "Hmm, kalau kuhalangi niatmu ini, pasti akan kau anggap akupun ikut terlibat. Baiklah, periksa saja dengan seksama. Bu-si Tojin tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... perkataan Tong ji-sianseng kelewat serius, kalau begitu maafkan kecerobohanku. Dengan julukannya sebagai Bu-si (tiada napsu), tentu saja dalam pikirannya sudah tidak dipengaruhi oleh napsu birahi, dalam pandangan matanya laki atau perempuan tidak ada bedanya. Dia menghampiri Siang Ngo-nio dan membopong tubuhnya, terasa tubuh perempuan itu sudah mulai kaku, ketika diperiksa dengus napasnya terasa napas telah berhenti (Gb 8). Tapi anehnya secara lamat lamat dia mengendus selapis bau harum yang amat tipis. Biarpun dalam partai Bu-tong dia bukan tersohor karena kehebatan tenaga dalamnya, namun sebagai seorang tianglo, kehebatan tenaga dalamnya boleh dibilang tidak lemah. Tapi begitu mengendus bau harum itu, tiba tiba napasnya terasa sesak, kepala terasa pusing dan matanya sedikit berkunang. Terdengar Tong Tiong-san berkata dengan nada dingin, "Mau Siau-huan-wan atau Tun-yang-wan, aku rasa tidak nanti kemanjurannya mampu memunahkan penga ruh bubuk Toan-hunleng-hiang-san (bubuk harum pemutus sukma) bikinan keluarga Tong ku bukan?" Bubuk harum Toan-hun-leng-hiang-san merupakan salah satu diantara tujuh racun andalan keluarga Tong, barang siapa terendus bau bubuk pemutus sukma ini, dia bakal keracunan dan tidak ada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

obat pemunahnya. Tentu saja kecuali terhadap orang yang memiliki tenaga dalam sempurna dan sebelumnya sudah tahan napas untuk menghindar, kalau tidak, biar memiliki tenaga dalam hebat pun, asal bubuk itu sampai masuk ke dalam mulut, niscaya tubuh seseorang tidak akan kuasa menahan diri. Dengan terkesiap seru Bu-si Tojin, "Jadi kau paksa dia untuk menelan racun?" "Jelek-jelek begitu dia pernah menjadi kekasihku, aku harus memberi keutuhan bagi mayatnya, kata Tong Ji-sianseng sambil menarik muka, "bila kugunakan serangan berat untuk membunuhnya, paling tidak isi otaknya bakal berhamburan. Tentunya kau tidak berharap aku menggunakan cara sekeji ini terhadap dirinya bukan?" "Bukankah tadi kau bilang kalu dia mati karena terkena pukulanmu?" pikir Bu-si Tojin dalam hati. Rupanya Tong Tiong-san dapat membaca suara hatinya, cepat dia berkata lagi, "Pukulan yang tadi kugunakan untuk memusnahkan tenaga dalamnya, dengan begitu dia dapat mati lebih cepat. Bu-si Toheng, sayang sewaktu berteriak tadi keadaan sudah terlambat, kalau tidak mungkin aku masih bisa membiarkan dia hidup setengah jam lagi. Biarpun Bu-si Tojin masih agak curiga, namun kenyataan sudah terpampang di depan mata, Siang Ngo-nio memang sudah putus nyawa. Sebagai seorang jago kawakan dari dunia persilatan, matinya seseorang atau hanya pura-pura mati tidak bakal bisa membohongi sepasang matanya. "Sekarang kau sudah percaya bukan kalau dia telah mati?" tanya Tong Tiong-san dingin. Terpaksa Bu-si Tojin manggut-manggut. Sambil mendengus kembali ujar Tong Tiong-san, "Kau memiliki kemampuan untuk menghidupkannya kembali?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tentu saja tidak punya, Bu-si Tojin tertawa getir. "Lalu kenapa tubuhnya masih kau gendong?" Bu-si Tojin segera tersadar kembali akan kekhilafannya, tanpa terasa dia jadi tersipu sipu, terpaksa tubuh Siang Ngo-nio buru-buru diletakkan kembali. Dengan wajah dingin membeku Tong Tiong-san menyambut tubuh Siang Ngo-nio, kemudian ujarnya ketus, "Bu-si Totiang, dipersilahkan!" Setelah membopong tubuh Siang Ngo-nio, paras muka Tong Tiong-san kelihatan sangat berduka, sambil memandang kejauhan gumamnya, "Ngo-nio, kau jangan salahkan aku berhati keji, tapi aku berjanji akan memberikan pemakaman yang terbaik untukmu. Selama ini Siang Ngo-nio adalah kekasih gelapnya, tentu saja dia tidak ingin membiarkan tubuh perempuan itu terlantar di tengah hutan. Dalam keadaan begini Bu-si Tojin tidak berani menyakiti hatinya lagi, pikirnya, "Walaupun titik terang ini terputus sampai disini, toh Siang Ngo-nio telah mati, paling tidak dendam sakit hati Put-coat sutit pun sudah terbalaskan. Lebih baik aku segera kembali ke bukit untuk melaporkan kejadian ini kepada Ciangbun Suheng. Tong Tiong-san telah berlalu dari situ, di tengah hutan yang lebat dia baringkan kembali tubuh Siang Ngo-nio di atas tanah, sekilas perasaan bangga dan puas terlintas di wajahnya. Tiba-tiba gumamnya sambil tertawa tergelak, "Hahahaha.... sungguh tidak disangka Tianglo dari Bu-tong-pay, Bu-si Tojin pun berhasil kukelabuhi!" Pada saat itulah tiba-tiba terdengar seseorang berkata pula sambil tertawa, "Tong locianpwee, siautit khusus datang mengucapkan selamat kepadamu, siasatmu kali ini benar benar luar biasa!" "Setan cilik, ternyata sejak tadi kau sudah menungguku disini,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

apakah datang untuk minta uang jasa?" Orang yang muncul dihadapannya adalah seorang pemuda berusia dua puluh tahunan, dia bukan lain adalah Bouw It-yu, putra Bu-beng Cinjin yang baru menjabat sebagai Ciangbunjin Bu-tongpay. "Tidak berani, tidak berani, ucap Bouw It-yu sambil tertawa, "justru dikemudian hari boanpwee masih butuh banyak dukungan dari locianpwee. "Ternyata perkataanmu tidak salah, ujar Tong Tiong-san dengan kening berkerut, "Bu-si Tojin benar benar datang meminta orang, tapi kedatangannya begitu cepat, mungkin atas petunjuk darimu bukan?" Bouw It-yu tertawa lebar. "Daripada urusan ini terlambat diselesaikan, kan lebih baik diurai lebih cepat? Aku memang berharap Bu-si susiok menyaksikan dengan mata kepala sendiri atas 'kematian' Siang Ngo-nio, dengan begitu dia baru mau kembali dengan perasaan lega. "Mengapa kau harus membantuku?" "Terus terang, semuanya ini atas perintah dari ayahku. "Kini ayahmu sudah menjadi Ciangbunjin Bu-tong-pay, sementara Ngo-nio sudah dianggap musuh bebuyut an Bu-tong-pay, kenapa pula dia perintahkan kau untuk berbuat begini?" "Ayahku bilang, biar tidak memandang wajah pendeta, kita harus menghormati wajah sang Budha, bagaimanapun Siang Ngo-nio sudah terhitung setengah anggota keluarga Tong, jadi apakah dia tersangkut atau tidak dalam beberapa kasus pembunuhan itu, ayahku memutuskan untuk tidak menuntutnya lagi. Sesungguhnya Tong Tiong-san termasuk orang yang tinggi hati, perkataan dari Bouw It-yu itu justru telah memuaskan perasaan gengsi dan harga dirinya, segera pikirnya, "Ternyata dia pun takut mengikat tali permusuhan dengan aku.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berpikir begitu, maka segera ujarnya, "Wah, kalau begitu pemberian dari ayahmu terhitung besar sekali, aku kuatir tidak dapat membalasnya. Namun akupun mempunyai watak yang aneh, bila merasa berhutang kepada seseorang, aku pasti akan berusaha keras untuk membayarnya. Bantuan apa yang kau butuhkan dariku? Cepat katakan!" "Aaah, mana berani boanpwee menuntut balasan, hanya ada satu masalah kecil rasanya perlu cianpwee ketahui. "Soal apa? Cepat katakan!" "Dalam partai kami terdapat seorang murid kecil yang bernama Lan Giok-keng, apakah cianpwee mengetahui jejaknya?" Rupanya setelah bertemu Tong Tiong-san pertama kali tadi, tidak lama kemudian dia bertemu Bu-si Tojin. Setelah bertemu Bu-si Tojin, dia pun memutar jalan dan balik bersua lagi dengan Tong Tiong-san. Karena itulah dia belum tahu kalau Bu-si Tojin secara kebetulan telah bertemu dengan Lan Giok-keng. Agak tertegun Tong Tiong-san sesudah mendengar ucapan itu, katanya, "Sebagian besar murid partai anda dari angkatan "Put" saja tidak banyak yang kukenal, kenapa kau anggap aku pasti mengetahui jejak seorang murid kecil kalian?" "Karena murid kecil ini sedikit agak berbeda. "Bagaimana bedanya?" "Karena dialah orang yang sedang dicari-cari kekasih kesayanganmu, sahut Bouw It-yu dengan senyum tidak senyum. Seolah baru sadar Tong Tiong-san segera berseru, "Oooh, rupanya kau minta aku menanyakan persoalan ini darinya. Cuma.... "Aku yakin kau tidak perlu memakai tenaga besar, untuk menghidupkan kembali dirinya, bukan?" sela Bouw It-yu sambil tertawa. Sesungguhnya Tong Tiong-san tIDak ingin Siang Ngo-nio secepat itu 'hidup' kembali, tapi karena sudah berjanji duluan, mau tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mau dia harus membantu 'permintaan kecil' dari Bouw It-yuitu. Ujarnya kemudian, "Baik, boleh saja aku segera menyadarkan dia kembali. Tapi sebelum itu, kau harus menjawab dulu sebuah pertanyaanku. "Katakan cianpwee. "Siapakah orang tua keponakan muridmu itu?" "Ayahnya bernama Lan kau-san, dia adalah seorang penanam sayur di bukit Bu-tong. Tentang siapa ibunya, aku sendiripun kurang begitu jelas. "Yang kutanyakan adalah siapa orang tua kandungnya?" Bouw It-yu agak tertegun. "Cianpwee, serunya, "darimana kau bisa tahu akan persoalan ini?" "Kau tidak usah tahu. Yang ingin kuketahui adalah setengah persoalan yang lain. Sambil merendahkan suaranya Bouw It-yu pun berbisik, "Aku dengar dia adalah putra dari putri kesayangan Ji-ouw Tayhiap Ho Kibu! Lantas siapa ayahnya?" "Wah kalau masalah ini aku kurang begitu jelas. Mungkin harus kita tanyakan secara langsung kepada nona Ho. Padahal dia mempunyai alasan lain dan enggan menyebutkan nama Keng King-si. Diam-diam Tong Tiong-san menghembuskan napas lega, pikirnya, "Baguslah asal bukan anak gelap dari Siang Ngo-nio." Kembali tanyanya, "Karena masalah apa murid kecilmu itu kabur turun gunung?" "Bukan kabur atas kemauan sendiri, tapi Bu-siang Cinjin sebelum meninggal dunia memerintahkan dia turun gunung.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kenapa?" "Aku kurang begitu jelas. Tapi ada satu hal yang pasti, bocah itu adalah kesayangan Sucouw semasa hidupnya. "Oooh, rupanya begitu, sementara di hati kecilnya Tong Tiongsan berpikir, "Walaupun cara ini tidak terhitung cara yang hebat, namun dalam situasi yang dia hadapi, cara yang dilakukan memang terhitung sebuah cara untuk melindungi diri sendiri. Rupanya dia mengira Siang Ngo-nio ingin menangkap murid kecil itu sebagai sandera karena perselisihannya dengan Bu-tong-pay hingga bocah itu digunakan untuk melindungi keselamatan sendiri. Karena berpikir begitu, rasa curiganya terhadap Siang Ngo-nio pun kembali berkurang banyak. "Baik, akan kubantu menanyakan persoalan ini. Tapi jangan beritahu kepadanya kalau kita pernah bertemu. Sambil berkata Tong Tiong-san mengambil keluar sebatang jarum perak yang lembut dan panjang lalu ditusukkan ke jalan darah Tay-yang-hiat di kening Siang Ngo-nio. Tidak selang beberapa saat kemudian terdengar Siang Ngo-nio mulai bernapas kembali. Kembali Tong Tiong-san menyentilkan semacam bubuk dari balik kukunya ke dalam lubang hidung Siang Ngo-nio. Diiringi suara bersin yang berulang kali, perempuan itupun tersadar kembali. Ternyata bubuk yang digunakan Tong Tiong-san tadi bukanlah bubuk pemabok Toan-hun-leng-hiang-san, melainkan sejenis obat pemabuk yang mempunyai bau hampir mirip dengan bubuk racun itu, khasiatnya dapat menghentikan detak jantung orang dan selama dua belas jam dapat membuat orang itu berada dalam kondisi mati. Ketika membuka kembali matanya, Siang Ngo-nio sama sekali tidak menggubris Bouw It-yu yang berdiri dihadapannya, kepada Tong Tiong-san serunya manja, "Ji-ya, kau benar-benar berhati keji,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

apa kesalahanku terhadapmu, kenapa kau ingin membunuh diriku?" "Dasar, ditolong malah tidak kenal terima kasih, kau benar-benar menuduh orang semaunya. Tahukah kau, tindakan yang kulakukan justru demi menyelamatkan nyawamu. Baru saja Bu-si Tojin datang kemari, coba kalau bukan lantaran dia melihat dirimu sudah mati, mungkin saat ini kau sudah ditangkap dan dibawa balik ke Bu-tongsan. "Lantas bagaimana selanjutnya?" "Sejak kini, dalam dunia persilatan sudah tidak ada lagi yang bernama Lebah hijau Siang Ngo-nio, ucap Tong Tiong-san sambil tertawa, "yang ada sekarang adalah Ngo-nio milik Tong Tiong-san. Akan ku-sembunyikan dirimu di suatu tempat rahasia, asal kau tidak muncul dan berkelana lagi dalam dunia persilatan, orang-orang Butong-pay pasti percaya kalau kau sudah mati. "Bagus, jadi kau minta separuh hidupku dilewatkan di tempat yang tidak ada cahayanya!" teriak Siang Ngo-nio cemberut. "Biarpun sedikit menyiksa dirimu, tapi kaupun tidak usah kuatir ada orang mencari gara-gara lagi, justru ini menguntungkan bagimu!" Kini Siang Ngo-nio baru mengalihkan pandangannya ke wajah Bouw It-yu, ujarnya kemudian, "Kalau aku tidak salah ingat, bukankah kau adalah kongcu dari ketua baru Bu-tong-pay?" "Biarpun dia murid Bu-tong-pay, namun justru merupakan tuan penolongmu, sela Tong Tiong-san sambil tertawa. "Apa maksud perkataan ini?" "Dialah yang secara diam-diam beritahu kepadaku kalau Bu-si Tojin datang mencarimu. Siasat pura-pura mati tidak lain adalah siasat yang kurancang bersamanya. "Ooh, kalau begitu perencanaan kalian atas keselamatanku benar-benar amat sempurna. "Aaah, boanpwee hanya melaksanakan perintah ayahku, kata
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw It-yu. "Ooh, rupanya atas kemauan ayahmu. Kalau begitu aku tidak perlu berterima kasih kepadamu. "Ngo-nio!" bentak Tong Tiong-san tiba tiba, "kenapa kau berkata begitu?" "Memangnya aku salah bicara? Kalau aku mau menuruti rencananya, biarpun nyawaku dapat diselamat kan, namun Bouw Ciong-long pun dapat terlepas dari kerepotan!" Ketika mengucapkan memancarkan keanehan. kata 'kerepotan' sinar matanya

"Ngo-nio, makin bicara kau semakin tidak karuan!" kembali Tong Tiong-san membentak gusar. "Apa yang dikatakan Ngo-nio memang kenyataan, sela Bouw Ityu cepat sambil tersenyum rikuh, "ayahku memang tidak ingin menambah kerepotan lagi. Darimana dia tahu kalau 'kerepotan' yang dimaksud Siang Ngonio sesungguhnya tidak sama dengan 'kerepotan' yang terlintas dalam benaknya. "Bouw kongcu, kata Siang Ngo-nio kemudian, "silahkan kembali dan beritahu ayahmu, katakan kalau aku meski enggan menerima kebaikan hatinya, namun bersedia melakukan transaksi secara adil. Apa yang diinginkan ayahmu? Katakan saja!" Bouw It-yu tertawa. "Ngo-nio memang tidak malu menjadi seorang jago kawakan. Betul, ayahku memang ada permintaan, mohon Ngo-nio bersedia melepaskan keponakan murid-ku Lan Giok-keng. "Sejak hari ini aku sudah dalam status 'mati', orang yang sudah 'mati' mana mungkin bisa menyulitkan anggota partai Bu-tong lagi? Aku yakin ayahmu pasti mempunyai permintaan lain bukan, sebab kalau tidak, dalam transaksi ini dialah yang berada dipihak dirugikan. "Dugaan Ngo-nio memang hebat. Benar, ayahku ingin tahu kabar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berita tentang Lan Giok-keng. Bila Ngo-nio mengetahui jejaknya.... "Sebetulnya aku tidak tahu, sela Siang Ngo-nio, "tapi secara tidak sengaja aku sempat mencuri dengar pembicaraan antara Lan Giok-keng dengan Tonghong Liang. Kelihatannya transaksi kita kali ini akan berjalan sukses. Setelah berhenti sebentar, tambahnya, Kalau didengar dari pembicaraan mereka, kelihatannya keponakan muridmu hendak menuju ke kuil Siau-lim-si. "Terima kasih Ngo-nio. Terima kasih Tong locianpwee. "Ucapan ini seharusnya terbalik, kata Tong Tiong-san, "sepantasnya akulah yang harus berterima kasih kepada kalian berdua. Sampaikan salamku kepada ayahmu. Sepeninggal Bouw It-yu, Tong Tiong-san baru menggerutu, "Ngo-nio, tampaknya aku kelewat memanjakan dirimu hingga ulahmu semakin menjadi. Kali ini nyaris kau kehilangan nyawamu, kenapa sampai sekarang masih begitu temperamen dan menuruti watak sendiri?" Siang Ngo-nio tertawa manja. "Aku ikut gembira karena Bouw Ciong-long ternyata takut juga denganmu! Tapi terus terang saja, kalau kau merasa salah kelewat manjakan aku, sekarang bunuhlah diriku.... "Aaai, kalau sekarang mana aku tega untuk membunuhmu?" biarpun dia sempat dibuat uring-uringan, namun akhirnya ganjalan dihatinya dapat terurai juga, hal ini membuat Tong Tiong-san merasa sangat lega. . Ooo)*(ooO Saat itu Bouw It-yu seorang diri sedang melakukan perjalanan menuju ke kuil Siau-lim-si. Perasaan hatinya justru kebalikan dengan Tong Tiong-san, kalau Tong Tiong-san merasa sangat lega, justru Bouw It-yu merasa kecurigaannya semakin bertambah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sikap angkuh Siang Ngo-nio, mimik mukanya yang menunjukkan perasaan tidak kuatir atau takut, kembali muncul dalam benaknya. Tanpa terasa dia berpikir, "Aneh, mengapa ayah bersikap begitu longgar terhadap perempuan siluman ini, apa benar dia takut atau jeri terhadap Tong ji-sianseng? Sikap semacam ini berbeda sekali dengan sikap ayah di waktu biasa!" "Mungkinkah hanya demi transaksi itu? Sekalipun nasib Giokkeng sudah menyangkut kejayaan dan lemahnya perguruan, kalau hanya ingin mencari tahu kabar beritanya toh ayah tidak perlu sampai bersikap begitu longgar dengan melepaskan pembunuh Putcoat Suheng....?" Peristiwa ini benar-benar membuatnya bingung dan tidak habis mengerti. Walau begitu, dia cukup tahu alasan ayahnya mengapa begitu 'menaruh perhatian' terhadap nasib Lan Giok-keng. Hari kedua setelah Lan Giok-keng turun gunung, yaitu pada malam setelah Bu-siang Cinjin meninggal dunia, ayahnya telah memberitahukan alasan tersebut kepadanya. "Menurut apa yang kuketahui, Bu-siang Suheng pernah membuat sebuah catatan atas semua penelitian dan hasil latihannya selama puluhan tahun, dalam kitab catatan itu bukan saja mencakup Simhoat tenaga dalam tingkat atas, bahkan berisikan juga ilmu rahasia yang diwariskan Couwsu Thio Cinjin dimasa lampau yang kemudian dirapikan dan diurai olehnya dalam sebuah teori pedang. Sekarang aku telah mewarisi semua benda miliknya, namun hanya kitab pusaka itu yang tidak nampak. "Hah? Mungkinkah kitab pusaka itu disembunyikan Tojin bisu tuli?" tanya Bouw It-yu terperanjat. "Tojin bisu tuli sudah puluhan tahun mengabdi dan melayani Busiang Suheng, dia setia dan dapat diandalkan, aku percaya akan kejujuran hatinya. "Lantas kenapa bisa hilang?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Menurut 'penuturan' Tojin bisu tuli, kelihatannya Bu-siang Cinjin pernah menyerahkan sebuah gulungan kertas kepada Lan Giokkeng, bila aku tidak salah mengartikan 'bahasa isyarat' nya, kemungkinan besar gulungan kertas itu berisikan Sim-hoat dan teori pedang yang ditulis Bu-siang Suheng. "Aku tidak habis mengerti mengapa Bu-siang Suheng begitu buru-buru menitahkan Giok-keng segera turun gunung, apalagi menyerahkan semua hasil penelitian yang dibuatnya selama puluhan tahun ke tangan seorang bocah yang belum dewasa, kalau sampai.... kalau sampai benda ini terjatuh ke tangan orang luar, bukankah kondisi kita jadi sangat berbahaya!" Karena alasan inilah ayahnya menyerahkan sebuah tugas rahasia kepadanya untuk menemukan Lan Giok-keng dan menanyakan hal tersebut hingga jelas. Bila ternyata sim-hoat dan teori pedang benar-benar dibawa Lan Giok-keng, maka benda-benda tersebut harus segera diminta kembali dan dibawa pulang ke gunung Butong. Tentu saja dia tidak menyangka kalau Lan Giok-keng telah mendapat perintah dari Sucouwnya untuk memusnahkan kitab catatan itu. Kendatipun alasannya sudah jelas, pelbagai keraguan dan kecurigaan belum juga lenyap dari benaknya. Betul, kitab pusaka milik Bu-siang Cinjin memang sangat penting dan merupakan masalah serius, tapi cepat atau lebih lambat memperolehnya kembali paling hanya selisih pada resiko yang harus dihadapi. Berbicara soal untung rugi, apakah berharga pihak Bu-tong-pay membebaskan Siang Ngo-nio dari segala tuntutan hanya dikarenakan ingin memperoleh sebuah berita? Tidakkah transaksi semacam ini kelewat menguntungkan perempuan itu? Bukan saja Siang Ngo-nio dicurigai terlibat dalam pembunuhan atas Put-coat, bahkan besar kemungkinan titik terang tentang kasus pembunuhan atas Bu-kek tianglo maupun Ho Ki-bu sekeluarga bisa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dilacak dan diperoleh dari mulut perempuan ini. Bila transaksi tidak seimbang semacam ini sampai ketahuan anggota perguruan lainnya, apakah hal ini tidak bakal menimbulkan gelombang masalah baru? Apakah ayahnya tidak kuatir posisinya sebagai ciang-bunjin bakal digoyang orang? Memang betul, kemungkinan besar para anggota partai bisa memaklumi "kesulitan" yang dihadapi ketuanya, namun kewibawaan serta kepercayaan mereka terhadap Ciangbunjin apakah tidak akan tercoreng gara-gara kasus tersebut? Mengapa ayahnya harus mengambil resiko dengan menyerempet bahaya yang begitu besar? Sekalipun terjadi kemungkinan yang terburuk.... kitab pusaka itu benar berada di tangan Lan Giok-keng, garagara tidak memperoleh petunjuk Siang Ngo-nio, dia gagal menemukan bocah itu hingga kitab pusaka berhasil dirampas orang. Apakah hanya dikarenakan persoalan ini lantas kekuatan Bu-tongpay jadi bertambah lemah? Bukankah ilmu silat yang dimiliki ayahnya masih setingkat diatas kehebatan Bu-siang Cinjin? sekalipun orang lain berhasil merampas kitab pusaka itu, paling banter orang itu hanya bisa melatih diri hingga setaraf kemampuan Bu-siang Cinjin. Tentu saja kesemuanya itu hanya berdasarkan pemikiran Bouw It-yu, namun pemikiran tersebut justru telah menambah kecurigaan serta keragu-raguannya. Dia tidak berani mencurigai ayahnya mempunyai tujuan pribadi, tapi diapun tahu kalau ayahnya bukan termasuk orang kolot yang susah berubah pikiran, terkadang diapun menggunakan sedikit akal dan siasat untuk mencapai tujuan, namun hal semacam ini tidak mengurangi kepercayaannya bahwa sang ayah adalah seorang lelaki sejati. Selama ini dia menjadikan ayahnya sebagai idola, sebagai panutan, kalau berbicara soal "melakukan langkah sesuai keadaan" dia yakin kemampuan sendiri bahkan jauh melampaui orang tuanya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Atau mungkin karena alasan lain? Namun sebagai seorang anak, tidak mungkin dia mengintrogasi ayahnya, tentu saja kecuali ayahnya mau bercerita sendiri. Dalam kebingungan dan kemurungannya, entah mengapa, tibatiba dia teringat kembali ibunya yang telah meninggal dunia, teringat perkataan ibunya sesaat menjelang ajalnya tiba. Ibunya sudah meninggal pada delapan tahun berselang, waktu itu dia sudah berusia tujuh belas tahun, kalau dibilang sudah dewasa memang telah dewasa, kalau dibilang masih kecil pun dia memang masih kecil. Namun paling tidak dia sudah mengerti urusan dan paham pelbagai masalah. Ayah dan ibunya selalu saling mencinta dan menyayang, mereka tersohor dalam dunia persilatan sebagai sepasang suami istri yang harmonis. Orang lain mungkin tidak tahu tapi dia dapat merasakan bahwa pada dua tiga tahun terakhir sikap serta hubungan kedua orang tuanya sedikit mengalami perubahan. Mula-mula dia menjumpai kalau senyuman yang biasanya menghiasi wajah ibunya lambat laun semakin jarang dijumpai, kemudian ibunya semakin jarang berbicara. Bahkan terkadang tanpa sengaja dia jumpai wajah ibunya seolah dilapisi oleh salju yang tebal, setiap kali ayahnya tertawa dihadapannya, ibunya baru menunjukkan secerca senyuman. Ayahnya adalah Tiong-ciu Tayhiap, pergaulannya sangat luas, tidak dapat disangkal dia harus sering melakukan perjalanan dalam dunia persilatan. Kalau dulunya, meski sang ayah sering keluar rumah, namun hari hari berada dirumah jauh lebih banyak, maka sejak dua, tiga tahun menjelang kematian ibunya, keadaan justru kebalikan, hari-hari ayahnya berada dirumah dalam setahun terkadang hanya tiga, empat bulan saja. Malah pernah dalam setahun dia seolah lupa untuk merayakan tahun baru di rumah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pada saat ibunya wafat, dia sedang duduk menemaninya di pinggir ranjang, waktu itu ayahnya sedang memasak obat diluar. Tiba-tiba ibunya mengucapkan kata-kata yang sangat membingungkan, "Sebenarnya ayahmu tidak terlalu jahat, kau harus percaya kalau dia adalah orang baik!" Padahal sejak tahu urusan, ayah adalah idolanya, belum pernah dia mencurigai ayahnya sebagai orang jahat. Ketika ibunya selesai menyampaikan perkataan itu, tidak lama kemudian dia lalu putus nyawa. Yang tersisa pun hanya sebuah teka-teki yang tidak terjawabkan. Segulung angin gunung berhembus lewat menyadarkan dia dari lamunan, pikirnya, "Ehh.... kenapa aku jadi teringat urusan itu?" Mendadak satu ingatan yang sangat mengejutkan melintas lewat dalam benaknya, lamat-lamat dia dapat merasakan bahwa apa yang diucapkan ibunya menje-lang mati, seolah ada sangkut pautnya dengan tindakan ayahnya 'membebaskan' Siang Ngo-nio kali ini. "Aaaai, mengapa aku punya pikiran begitu? Tentu saja demi kepentingan umum ayah baru membebaskan perempuan siluman itu, kenapa pikiranku jadi melan-tur!" Sementara dia masih murung bercampur bimbang, mendadak terdengar ada orang sedang memanggil namanya. "Bouw-susiok, Bouw-susiok!" tahu-tahu orang itu sudah muncul dihadapannya. Dia adalah seorang pemuda kurus ceking yang berwajah bersih, sepasang mata yang hitam jeli sangat menarik perhatiannya. Dia seakan merasa kalau pemuda itu pernah dijumpai di suatu tempat, namun untuk sesaat tidak teringat siapakah dia. Maklum, anggota perguruan seusia pemuda ini memang ratusan orang jumlahnya di gunung Bu-tong. "Kau murid dari Suheng yang mana?" sapa Bouw It-yu. "Aku pun tidak tahu apakah memanggil susiok kepadamu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kelewatan atau tidak, aku hanya seorang murid tidak resmi dari Puthui Suthay. "Gurumu adalah Put-hui Suthay?" tanya Bouw It-yu melengak. Tiba tiba pemuda itu tertawa cekikikan, serunya, Benar, aku bernama Lan Sui-leng, encinya Lan Giok-keng. Seketika Bouw It-yu teringat kembali dengan gadis itu, katanya kemudian, "Tidak heran kalau terasa sangat dikenal, ternyata kau adalah nona Lan!" Lan Sui-leng memang polos dan nakal, dia merasa sangat girang melihat susiok kecilnya tidak bisa membedakan kalau dia adalah gadis yang menyamar jadi lelaki, ujarnya lagi, "Untuk menghindari ketidak leluasan sewaktu berkelana seorang diri di dunia persilatan, maka aku sengaja menyaru sebagai seorang pria. Bouw-susiok, menurutmu mirip tidak penyamaranku ini?" "Mirip, mirip sekali, tak tahan Bouw It-yu ikut tertawa geli, "kalau semisal suaramu sedikit lebih kasar, mungkin penyaruanmu jauh lebih sempurna. "Terima kasih atas petunjuk susiok!" seru Lan Sui-leng, kemudian ujarnya lagi dengan suara parau, "Bouw-susiok, tahukah kau mengapa aku harus menyaru sebagai seorang pria dan turun gunung?" Sebetulnya Bouw It-yu sudah dapat menduga beberapa bagian, tapi sengaja tanyanya, "Aku justru ingin bertanya kepadamu. "Aku turun gunung karena hendak mencari adikku, entah apa sebabnya tiba-tiba adikku pergi meninggalkan rumah, aku jadi sangat kuatir. Bouw-susiok, tahukah kau.... "Aku tahu tentang kepergian adikmu itu, hanya saja tidak mengetahui apa sebabnya. Berhubung pemuda itu adalah putra Ciangbunjin baru, Lan Suileng boleh dibilang menaruh kepercayaan penuh kepadanya, karenanya meski ada kecurigaan dan keraguan, dia tidak berani
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengungkapnya keluar. Diam diam pikirnya, "Heran, bukankah Bu-siang Cinjin telah menyerahkan kedudukan Ciangbunjin kepada ayahnya, masa diapun tidak tahu penyebab kepergian adikku? Rasanya kalau ingin tahu kejadian yang sebenarnya, aku harus bertemu dulu dengan adikku. Sesudah berpikir sejenak, kembali tanyanya, "Bouw-susiok, kenalanmu pasti banyak, apakah kau berhasil mendapat kabar tentang dirinya?" "Terus terang, aku sendiripun sedang menjalankan perintah ayahku untuk melacak jejak adikmu, tapi hingga kini masih belum berhasil menemukan kabar beritanya. Karena telah berbohong, dalam hati kecilnya segera muncul perasaan menyesal, tapi pikiran lain segera melintas, bagaimana pun kaum wanita tidak boleh memasuki kuil Siau-lim, daripada gadis itu mencari masalah, bukankah lebih baik dipaksa pulang dulu ke gunung. Berpikir begitu, diapun kembali berkata, Nona Lan, biarpun hingga sekarang belum ada kabar berita tentang adikmu, tapi kaupun tidak usah kuatir. Dalam dunia persilatan dia tidak punya musuh, lagipula dasar kungfunya sudah terhitung bagus, aku yakin dia tidak akan menjumpai mara bahaya. Kini sudah ada Bu-si tianglo dan aku yang pergi mencarinya, kurang leluasa bila kau berkelana seorang diri dalam dunia persilatan, menurutku, lebih baik baliklah dulu ke gunung sambil menunggu kabar berita kami. "Siapa bilang tidak ada? Dia punya musuh besar. Pada hari kedua setelah dia turun gunung, rumah kami kedatangan seorang perempuan siluman yang bernama Siang Ngo-nio, perempuan itu sedang mencari jejaknya pula. "Darimana kau bisa tahu kalau perempuan siluman itu bernama Siang Ngo-nio?" "Suhuku yang bilang, malah beliau sempat bertarung melawan perempuan siluman itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Agar bisa memaksa gadis itu pulang ke gunung, Bouw It-yu pun berpikir, "Ada baiknya aku beritahu kejadian yang sebenarnya, biar hatinya lebih tenteram. Maka ujarnya, "Kau tidak usah kuatir, Siang Ngo-nio sudah tidak bakal mencari adikmu lagi. Kenapa?" "Dia adalah istri simpanan Tong Ji-sianseng, kau tahu bukan siapakah Tong Ji-sianseng itu? Dia adalah jago senjata rahasia yang paling lihay di seantero jagad, ketika mengetahui Siang Ngo-nio melakukan keonaran di gunung Bu-tong, dalam gusarnya dia telah menghajar nya hingga mati. "Aku pernah mendengar Suhu bercerita tentang Tong ji-sianseng, apa yang dimaksud istri simpanan?" Bouw It-yu tertawa lebar. "Kau tidak perlu tahu apa arti istri simpanan, pokoknya Siang Ngo-nio sudah mati, katanya. "Aaah, kalau benar demikian, aku pun merasa sangat lega!" seru Lan Sui-leng kegirangan. "Tentu saja benar, Bu-si tianglo menyaksikan dengan mata kepala sendiri. "Bukannya aku tidak percaya, tapi akupun berharap bisa menemukan adikku. "Kami pasti dapat mencarinya kembali, lebih baik kau pulanglah lebih dulu. Diam-diam Lan Sui-leng berpikir, "Ayah angkat adik Keng menaruh niat jahat terhadapnya, Suhu pernah berpesan agar tidak semba-rangan menyinggung masalah ini. Aku lihat meski Bouwsusiok baik orangnya, mungkin akupun tidak boleh memberitahukan hal ini kepadanya. Menyaksikan gadis itu termangu-mangu, apalagi melihat wajahnya yang lucu dan menggemaskan, tidak tahan Bouw It-yu berkata lagi sambil tertawa, "Hey, apa lagi yang kau pikirkan dalam
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

otak kecilmu itu?" "Tidak apa apa. Aku hanya berpikir, dengan susah payah akhirnya bisa keluar rumah, paling tidak aku harus bermain satudua hari dulu sebelum pulang. "Baiklah, kelihatannya aku susah membujuki orang binal macam kau, bermainlah barang satu dua hari lagi, tapi jangan sampai lupa pulang ke gunung. "Bouw-susiok, aku lihat kau mirip sekali dengan adikku, seru Lan Sui-leng sambil tertawa. "Mirip adikmu?" tanya Bouw It-yu tercengang. "Tahukah kau, biarpun dia adalah adikku, tapi jauh lebih cerdas dan sering mengurusi aku. Bouw It-yu tidak kuasa menahan rasa gelinya, dia tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... bukannya aku ingin mengurusi dirimu, takutnya orang tuamu jadi kuatir. Aku mengerti, yang kau sebut dua hari pasti bohong, tapi aku tidak berharap kau kelayapan di luar melebihi dua puluh hari. "Sudah tahu susiok cilik!" seru Lan Sui-leng, mendadak tanyanya lagi, "susiok cilik, kau sendiri hendak ke mana?" Tentu saja Bouw It-yu tidak dapat memberitahukan tujuannya ke kuil Siau-lim-si, cepat katanya, "Aku hendak melaksanakan sebuah tugas penting, maaf kalau tidak bisa membawa serta dirimu. "Aku tidak pernah mengatakan akan ikut denganmu, hanya ingin tahu saja, mungkin kalau kita searah. "Aku hendak menuju ke utara, kebetulan bertolak belakang dengan arah menuju gunung Bu-tong. Tiba tiba terdengar seseorang berkata dingin, "Sungguh tidak nyana putra seorang Ciangbunjin Bu-tong-pay berani membohongi seorang boanpwee, tidak tahu malu!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bersama dengan selesainya perkataan itu, seseorang telah muncul dihadapan mereka, dia bukan lain adalah Tonghong Liang yang pernah naik bukit Bu-tong untuk menantang berduel. Sambil tertawa dingin Bouw It-yu segera berkata, "Lebih baik kau tidak usah mencampuri urusan partai Bu-tong kami. Tentu kau tahu dengan jelas bukan bahwa keberhasilanmu pergi meninggalkan bukit Bu-tong dengan selamat bukan lantaran mengandalkan kemampuanmu! Bukannya kami mengharapkan rasa terima kasihmu, harapannya adalah jangan kau recoki terus murid-murid perguruan kami!" Di balik perkataan tersisip perkataan lain, dengan gamblang dia menunjukkan kalau diapun tahu bila Tonghong Liang telah 'merecoki' Lan Giok-keng. Tonghong Liang segera tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... maaf sekali, kebetulan aku termasuk orang yang tidak tahu diri. Aku paling tidak tahan menyaksikan ada orang berani membohongi seorang nona yang masih polos, lagipula yang mengalahkan aku di gunung Bu-tong waktu itupun bukan dirimu!" Dari malu Bouw It-yu jadi naik pitam, bentaknya, "Baiklah, kalau begitu aku harus menjajal sehebat apa kepandaian silatmu!" "Sangat kebetulan! Tapi bagaimana kalau kau kalah?" ejek Tonghong Liang sambil tertawa. "Kita bicara lagi setelah kalah nanti!" bentak Bouw It-yu semakin gusar. "Hahahaha.... lebih baik ditetapkan sekarang saja. Aku hanya berharap kau bicara sejujurnya dengan nona cilik ini!" "Ngaco belo, nona Lan, kau jangan termakan hasutannya!" bentak Bouw It-yu cepat. "Hahahaha.... ketahuan bohongnya!" "Tentu saja aku tidak akan mempercayainya!" seru Lan Sui-leng tiba-tiba, "Bouw-susiok, lebih baik cepat usir orang ini! Jangan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

biarkan dia bicara sembarangan lagi disini!" "Sudah dengar belum perkataannya!" hardik Bouw It-yu, "jangan banyak bicara lagi, ayoh menyerang!" Dalam pada itu dia sudah meloloskan pedangnya. Tonghong Liang sama sekali tidak mencabut pedangnya, sambil mengayunkan sarung pedang di hadapan Bouw It-yu, katanya, "Tidak kusangka kau begitu bandel dan mau menang sendiri, hmmm, setelah menderita kekalahan nanti, jangan salahkan kalau aku bakal menuntut lebih banyak. "Kurangajar, kau kelewat menghina aku!" seru Bouw It-yu sangat gusar, "terserah apa pun yang akan kau perbuat, aku tetap akan melayaninya!" Karena sadar kalau lawannya sangat lihay, begitu turun tangan dia langsung menggunakan jurus jurus pamungkas dari ilmu pedang Lian-huan-toh-mia-kiam-hoat. Tonghong Liang sama sekali tidak menarik tangannya walaupun menyaksikan mata pedang lawan menusuk ke arah pergelangan tangan kanannya, sarung pedangnya dibabat ke bawah menciptakan bunga pedang, langsung menusuk kaki musuh. Jangan dilihat pedangnya masih dalam sarung, seandainya sampai tertusuk, niscaya kaki itu bakal cacat seumur hidup dan menjadi pincang. Sebetulnya ilmu pedang Lian-huan-toh-beng-kiam-hoat mengandalkan gerakan cepat, tidak disangka jurus serangan yang digunakan Tonghong Liang jauh lebih cepat, biarpun menyerang belakangan ternyata ancamannya tiba duluan. Pertarungan antara dua jago tangguh, selisihnya terkadang memang amat minim. Serangan Tonghong Liang ini merupakan ancaman serius yang memaksa musuh harus menyelamatkan diri, terpaksa Bouw It-yu menarik kakinya, permainan pedangnya pun tiba-tiba berubah, dengan membentuk lingkaran busur dia berbalik menggulung kaki lawan. Dari ilmu pedang Lian-huan-toh-beng-kiam,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kini dia menyerang dengan jurus Thay-kek-kiam-hoat. Kalau ilmu pedang Lian-huan-toh-beng-kiam-hoat mengandalkan kecepatan maka ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat justru mengandalkan ketenangan untuk mengatasi gerak, dengan lembut mengatasi keras, teori serta sifatnya sama sekali bertolak belakang. Perubahan yang dilakukan secara mendadak ini ibarat seekor kuda yang sedang berlarian kencang tiba-tiba saja memperlambat gerak langkahnya, dapat dibayangkan tingkat kesulitan yang dihadapi. Dengan mata terbelalak lantaran kagum Lan Sui-leng berseru, "Hebat, hebat, sungguh luar biasa, inilah yang benar-benar disebut perubahan tidak terduga!" Belum habis ingatan itu melintas lewat, tampak Tonghong Liang nyaris menyatu dengan pedangnya, bagai sebuah bianglala tahutahu sudah menerobos masuk ke balik lingkaran. Bukan saja gerak jurusnya sangat berbahaya, kegarangannya tidak terkirakan. Bila kedua belah pihak sama-sama tidak merubah gerakan serangannya, bagi Tonghong Liang paling-paling lengan kanannya akan menderita luka, tapi jurus serangan Pek-hong-koan-jit (Bianglala putih menembus matahari) yang dia lancarkan segera akan menembusi tenggorokan Bouw It-yu. Tidak terkirakan rasa kaget Lan Sui-leng menyaksi kan kejadian ini, sakit ngerinya dia sampai tidak mampu berkata-kata. "Tiap-cui-hu-kim (Tumpukan lembayung hijau mengapung)!" tiba-tiba terdengar Tonghong Liang membentak nyaring. Sambil memutar tubuh dan melangkah melingkar, mata pedang Bouw It-yu berkelebat miring ke samping, ujung senjatanya bergetar keras menciptakan berkuntum kuntum bunga pedang, seketika cahaya hijau menyelimuti angkasa. Benar saja, dia menggunakan jurus Tiap-cui-hu-kim (Tumpukan lembayung hijau mengapung). Padahal Bouw It-yu memang berniat menggunakan jurus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

serangan ini, sebab hanya jurus itu yang bisa memunahkan ancaman serangan musuh yang dahsyat. Tapi sebelum dilakukan ternyata Tonghong Liang telah berteriak duluan, bagi orang awam kejadian ini malah memberi kesan seakan dia sedang mendapat petunjuk. Selain terperanjat Bouw It-yu merasa mendongkol sekali. Dia terperanjat karena tidak menyangka kalau pihak lawan begitu menguasai ilmu pedangnya, mendongkol karena sikap lawan memberi kesan seolah seorang guru sedang memberi petunjuk kepada muridnya. Sudah jelas pihak lawan menggunakan akal licik itu untuk membuatnya jengkel, apa daya biar punya mulutpun saat ini dia tidak sanggup berkata apa-apa. Sementara itu Tonghong Liang kembali melancarkan serangkaian serangan sambil berseru berulang kali, "Hian-nio-hua-sah (Burung hitam mengayuh pasir), Kua-hau-teng-san (Menunggang harimau mendaki bukit), So-chin-pi-kiam (So Chin memikul pedang).... Hampir setiap gerak serangan yang akan digunakan Bouw It-yu telah dia teriakkan terlebih dulu. "Aku sengaja tidak mau ikuti teriakanmu!" pikir Bouw It-yu dengan perasaan jengkel. Serangan yang seharusnya menggunakan jurus So-chin-pi-kiam tiba-tiba saja dirubah menjadi jurus Thio-siong-sian-toh (Thio Siong mempersembahkan peta), kalau jurus yang pertama harus membalikkan pedangnya maka jurus yang kedua justru merupakan serangan lurus, biarpun hampir mirip gerakannya, berbeda sekali manfaat serta kegunaannya. "Breeet....!" tidak sampai Tonghong Liang meloloskan pedangnya, ujung baju Bouw It-yu tahu-tahu sudah tersayat sebagian. "Nah itu dia akibat kalau tidak menurut!" bentaknya, "mencari penyakit buat diri sendiri!" Bouw It-yu mendengus.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hmm, katak dalam tempurung tapi lagaknya sok luar biasa, akan kusuruh kau rasakan kelihayan ilmu silat Bu-tong-pay kami!" serunya. Tanpa memperdulikan lagi teriakan Tonghong Liang yang menyebutkan nama jurus serangannya, dalam waktu singkat dia telah melancarkan tujuh lingkaran cahaya. Inilah jurus serangan hasil ciptaan Bouw Ciong-long, ayahnya, yang disebut Ciong-biau-ci-bun (Pintu dari semua kecerdasan). Dia telah menyatukan teori pedang yang diwariskan Thio Sam-hong dengan semua inti kehebatan Tay-kek-kiam ke dalam jurus tersebut. Ke tujuh lingkaran cahaya itu ada yang besar ada yang kecil, ada yang mulus ada pula yang melengkung, dibalik lingkaran terdapat lingkaran lain, perubahannya tidak terhingga. "Wah, ternyata kemampuan yang dimiliki putra Bouw Ciong-long hebat juga!" seru Tonghong Liang memuji. Lan Sui-leng ikut gembira menyaksikan kejadian itu, sambil bertepuk tangan dan tertawa serunya, "Sekarang sudah tahu lihaynya bukan, hmm, mau kulihat obrolan apa lagi yang hendak kau sampaikan?" Biarpun sedang bertarung sengit, Tonghong Liang sama sekali tidak kelewatan setiap ucapan Lan Sui-leng, jawabnya sambil tersenyum, "Hmm, tidak seberapa hebat!" Tiba-tiba permainan pedangnya kembali berubah, sama seperti musuhnya, dia pun menciptakan enam buah lingkaran. Hanya bedanya serangan yang dia gunakan merupakan kebalikan sehingga lingkaran pedang yang muncul pun bergerak terbalik, otomatis kekuatannya pun bergerak ke arah yang berlawanan. Sebetulnya ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang dipelajari Lan Sui-leng baru permulaan, pengetahuannya soal ilmu pedang ini masih sangat minim, biar begitu dia dapat melihat dengan jelas kalau jurus pedang yang digunakan kedua orang itu mesti satu dengan yang lain berbalik, namun semuanya tidak terlepas dari arti
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedang yang termakna dalam Thay-kek-kiam-hoat. Malah secara lamat-lamat diapun dapat merasakan: meski satu berputar searah jarum jam dan yang lain kebalikannya, namun masing-masing memiliki kehebatan sendiri-sendiri. Hanya saja kalau ditanya dimana letak kehebatannya, dia tidak mampu menjawabnya dengan pasti. Satu perasaan aneh segera terlintas dalam benaknya, pikirnya, "Aneh, kenapa jurus yang mereka gunakan begitu mirip, ibarat dua saudara kembar saja? Lelaki yang bernama Tonghong Liang ini benar benar-amat cerdas, tampaknya dia bukan sekedar menirukan gerakan lawan dengan begitu saja, begitu Bouw-susiok mengeluarkan jurusnya, dengan cepat dia sudah dapat meraba makna pedang yang terkandung. Belum selesai ingatan tersebut melintas, menang kalah sudah ketahuan hasilnya. Sebetulnya kedua sistim ilmu pedang itu masing-masing memiliki keistimewaan sendiri, namun mimpi pun Bouw It-yu tidak menyangka kalau pihak lawan pun pandai menggunakan jurus tersebut, dalam posisi tenaga dalamnya yang masih kalah jauh dari Tonghong Liang, hatinya jadi terkesiap. "Traaang....!" genggamannya. tahu-tahu pedangnya sudah terlepas dari

Terdengar Tonghong Liang tertawa terbahak-bahak, "Hahahaha.... sebetulnya jurus ciptaan ayahmu terhitung hebat juga, sayang kemampuan dan kcma-tanganmu masih jauh ketinggalan bila dibandingkan ayahmu!" Menurut peraturan yang berlaku, senjata yang terlepas dari genggaman sudah dianggap sebagai pihak yang asor. Siapa tahu tiba-tiba Bouw It-yu melambung ke udara, sebelum pedangnya terjatuh ke tanah dia telah menyambarnya kembali, kemudian baru tubuhnya melayang turun ke bawah. "Aaaah!" jerit Lan Sui-leng kaget, dia seolah baru tersadar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kembali dari lamunannya. Ternyata jurus serangan yang digunakan Bouw It-yu tidak lain adalah Pek-hok-liang-ci. Ketika bertarung melawan adiknya di gunung Bu-tong tempo hari, selagi menggunakan jurus Pek-hokliang-ci inilah nyaris adiknya terluka ditangannya. Tapi sekarang, ketika jurus itu digunakan Bouw It-yu ternyata menghasilkan daya serangan yang luar biasa, tidak tahan didalam hatinya berpekik, "Oooh, ternyata beginilah cara menggunakan jurus Pek-hok-liang-ci!" Gerakan yang dilakukan kedua belah pihak amat cepat, sementara nona itu masih memuji akan kehebatan jurus Pek-hokliang-ci yang digunakan Bouw It-yu, Tonghong Liang telah melancarkan serangan balasan, jurus yang digunakan pemuda itu seketika membuatnya terbelalak dan tidak mampu berbicara. Ternyata jurus serangan yang digunakan Tonghong Liang pun jurus Pek-hok-liang-ci! Bahkan gaya dan gerakannya mirip sekali dengan gerakan yang digunakan adiknya waktu itu. "Traaanngg....!" diiringi dentingan nyaring, terlihat percikan bunga api berhamburan kemana-mana. Kali ini, pedang milik Bouw It-yu berhasil dipatahkan oleh senjata Tonghong Liang yang belum sampai diloloskan dari sarungnya. Dan Lan Sui-leng segera dapat merasakan kalau jurus itu agaknya telah dilakukan sedikit perubahan oleh Tonghong Liang. Sayang waktu berlangsung amat singkat, belum lagi dia dapat memastikan apa yang diduga, tiba-tiba dari balik kegelapan malam terlihat cahaya kilat berkelebat lewat, belum sempat melihat dengan pasti benda apakah itu, tahu-tahu bayangan yang buram itu sudah lenyap dari depan mata. Perubahan itu muncul sangat mendadak dan perubahan yang terjadi di depan mata tidak memberi kesempatan baginya untuk kesemsem oleh kehebatan ilmu pedang. Pada hakekatnya tiada peluang lagi baginya untuk mengasah diri.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bagaikan sebuah layang-layang yang putus benang tubuh Bouw It-yu terpental sejauh beberapa kaki lebih. Meskipun tidak sampai menjadi bule-bule yang menggelinding di tanah namun sewaktu ujung kakinya menyentuh tanah, dia sudah tidak sanggup mengendalikan tubuhnya lagi yang gontai dan sempoyongan persis seperti api lilin yang dipermainkan angin. "Kau pasti bisa membayangkan bukan apa akibatnya bila aku tidak menahan diri dalam permainan jurus ini, ujar Tonghong Liang dingin, "hmm! Mengapa belum juga kau bicara jujur dengan nona cilik itu?" "Bagi seorang lelaki sejati lebih baik mati daripada dihina, kata Bouw It-yu dengan suara parau, "lebih baik bunuhlah aku!" Tonghong Liang tertawa dingin. "Seorang lelaki sejati? Hmm, seorang lelaki sejati pun berbohong terhadap nona cilik?" ejeknya. "Kau tidak usah memaksa susiokku, aku tidak bakal percaya dengan omongan setanmu!" jerit Lan Sui-leng. "Nona cilik, kelewat dini kau mengucapkan perkataan semacam itu. Masalahnya saja belum jelas, dari mana bisa kau pastikan kalau ucapanku bohong semua? Tapi aku pun tidak akan memaksamu sekarang, mau percaya boleh, tidak percaya pun terserah. Bicara sampai disitu diapun berpaling kembali, katanya lebih lanjut setelah mendengus, "Seorang lelaki sejati tahu membedakan mana budi mana dendam, akupun tidak akan menyangkal akan semua kenyataan. Benar, disaat aku berada di gunung Bu-tong tempo hari, ayahmu telah memberi kesempatan hidup kepadaku. Mengingat budi ayahmu itu, tentu saja akupun harus membiarkan kau pergi dengan selamat. Hijau membesi paras memuntahkan darah segar. muka Bouw It-yu, tiba-tiba dia

Dengan perasaan terkejut buru-buru Lan Sui-leng berlari mendekat, tanyanya cemas, "Susiok, kenapa kau?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw It-yu sama sekali tidak ambil perduli, dia membalikkan tubuh dan beranjak pergi dari situ. Kini tinggal Lan Sui-leng seorang masih berdiri termangu dengan perasaan rikuh, serba salah dan bimbang. "Nona Lan, ujar Tonghong Liang kemudian, "kau mau percaya boleh, tidak mau percaya pun tidak mengapa, sebenarnya aku adalah sahabat karib adikmu. Bila ingin mengetahui kabar berita tentang adikmu, mari kita melakukan perjalanan bersama. "Cisss, tidak tahu malu!" umpat Lan Sui-leng, "yang kuketahui kau adalah telur busuk, apapun yang kau ucapkan tidak bakalan kupercaya. Siapa sudi melakukan perjalanan bersama telur busuk macam kau?" Kemudian teriaknya keras keras, "Bouw-susiok, tunggu aku!" Sayang Bouw It-yu sudah pergi jauh. Tonghong Liang tertawa terbahak-bahak, katanya, "Perkataanmu ada benarnya juga, aku memang telur busuk, tapi Bouw-susiok mu itu jauh lebih busuk ketimbang aku! Hahahaha.... Bicara sampai disini mendadak dia meninggikan nada suaranya seraya membentak, "Bouw It-yu, dengarkan baik-baik! Aku jamin kau bisa pulang dengan selamat, tapi hanya mengijinkan kau kembali ke gunung Bu-tong dan melarang mu menuju kuil Siau-limsi! Bila kau tidak menuruti perkataanku, hmm, kalau sampai bertemu lagi di kemudian hari, jangan salahkan kalau aku tidak menjamin keselamatan-mu!" Tiada jawaban dari kejauhan, entah Bouw It-yu sempat mendengar teriakan itu atau tidak? Tapi Lan Sui-leng dapat mendengar semua teriak-an itu dengan jelas, pikirnya, "Aneh, mengapa dia menyinggung soal kuil Siau-limsi?" "Nona Lan, kembali Tonghong Liang berkata, "perkataanku sudah kusampaikan dengan jelas, harap kau pikirkan sekali lagi....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tidak usah dipikirkan lagi, cepat menggelinding dari harapanku!" Kembali Tonghong Liang menghela napas panjang. "Aaaai, baik-baik diberi petunjuk, kau malah tidak percaya. Yaa sudahlah, kalau enggan mengikuti aku, biar aku pergi sendiri. "Cepatlah pergi mampus!" Setelah mengumpat Tonghong Liang, timbul perasaan takut di hati kecilnya, dia kuatir Tonghong Liang secara tiba-tiba menangkapnya, maka tergopoh-gopoh kabur meninggalkan tempat itu. Biarpun di mulut dia berkata "tidak akan memikirkannya" namun dalam hati kecilnya nona itu tetap memikirkan apa yang barusan didengar. "Mengapa dia menyinggung soal kuil Siau-lim-si? Jangan-jangan adikku memang berada di Siau-lim-si? Tapi mau apa adik pergi ke sana? Dia adalah cucu murid kesayangan Ciangbunjin, seharusnya dia lebih memahami urusan perguruan ketimbang aku, kenapa malah tidak memikirkan soal pantangan dan tabu?" Berpikir sampai disitu diam-diam dia mengumpat kebodohan sendiri, pikirnya lebih jauh, "Ahh, dasar budak busuk, kau tolol amat. Sudah jelas tahu kalau perkataan itu merupakan omongan setan Tonghong Liang, buat apa kau harus peras otak untuk memikirkannya?" Dia berlarian tanpa tujuan, lari dengan pikiran bingung, namun tanpa disadari arah yang dituju sama dengan arah yang diambil Bouw It-yu, bagaimana pun dia tetap menguatirkan keselamatan susiok kecilnya ini. Sekalipun dia tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki Bouw Ityu jauh lebih tinggi dari kemampuannya, diapun tidak terlalu berharap dapat menyusul Siau-susioknya. Namun berhubung pikirannya terbebani banyak masalah hingga tanpa terasa diapun berjalan menuju ke arah yang sama.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tidak disangka setelah berlarian beberapa saat, dia menjumpai Bouw It-yu berada persis di depannya. Begitu melihat Bouw It-yu berjalan sempoyongan seolah menderita luka parah, buru-buru Lan Sui-leng berlari menghampirinya dan menegur dengan perasaan terkejut, "Siaususiok, kenapa kau?" "Tidak apa apa, mau apa balik kemari?" "Siau-susiok!" seru Lan Sui-leng cemberut, "pertanyaanmu lucu sekali, kalau bukan balik bersamamu, memangnya harus pergi bersama orang itu? Siau-susiok, kau tidak berbohong bukan, kau benar-benar tidak terluka?" Bouw It-yu tertawa paksa. "Orang itu menuduhku tukang bohong, apakah kau anggap aku benar-benar suka berbohong?" "Siau-susiok, aku sama sekali tidak bermaksud begitu!" buru-buru Lan Sui-leng berseru. "Akupun tahu kalau kau tidak bermaksud begitu. Berarti kau seharusnya percaya juga bahwa aku sama sekali tidak terluka, hanya saja.... hanya saja.... "Hanya saja kenapa?" kembali Lan Sui-leng merasa panik. "Tampaknya dia menggunakan semacam ilmu sesat, gara-gara kurang berhati-hati sekarang aku kena dipecundangi. Luka mah tidak, hanya untuk sementara waktu aku tidak dapat menggunakan ilmu meringankan tubuhku. "Hah? Masa ada kepandaian sesat seaneh itu?" "Tidak ada gunanya kujelaskan tentang kehebatan ilmu silat tersebut karena kau tidak bakal mengerti. Tapi kaupun tidak perlu kuatir, setelah beberapa saat kemudian kemampuanku akan- pulih kembali seperti sediakala. Ternyata pada bentrokan yang terakhir tadi, tiga buah jalan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

darahnya berhasil ditusuk Tonghong Liang. Penggunaan tenaga dalam yang dilakukan Tonghong Liang ternyata sangat pas, bukan saja dia tidak menyumbat jalan darah lawan, namun cukup membuat jalan darah lawannya menjadi kaku dan kesemutan, hal ini berakibat selama tiga hari dia tidak mampu lagi mengerahkan tenaga dalamnya. Karena tenaga dalam tidak dapat digunakan, dengan sendirinya ilmu meringankan tubuh pun tidak dapat digunakan. Lan Sui-leng merasa amat tidak tenang, pikirnya, "Kelihatannya dia agak kesulitan untuk berjalan, dalam keadaan begini perlu ada seseorang untuk merawat dirinya. Berpikir begitu, diapun berkata, "Siau-susiok, kesemuanya ini gara-gara aku.... "Tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu, kau pergilah. "Aku tidak ingin pergi ke mana-mana, Siau-susiok, mari kuhantar kau pulang gunung. "Bukankah kau hendak mencari adikmu, dan orang itupun sudah memberitahukan kepadamu, kenapa kau tidak menanggapi?" "Orang itu adalah musuh besar perguruan kita, kenapa aku harus percaya dengan perkataannya? Lagipula dia pun tidak memberitahukan apa-apa kepadaku, dia hanya mengajakku untuk pergi bersama. Huuh, aku toh bukan bocah berusia tiga tahun, memangnya aku mau ditipu dengan begitu saja?" "Bukankah di dalam ucapannya secara diam-diam dia sudah memberitahu kalau adikmu berada di kuil Siau-lim-si? Kau tidak ingin pergi sendiri ke Siau-lim-si untuk melakukan pelacakan?" "Tidak mungkin, pasti tidak mungkin!" "Kenapa?" "Suhu pernah bercerita, Sucouw perguruan kita Thio Sam-hong dulunya pernah menjadi kacung kecil di kuil Siau-lim-si, kemudian
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dia meninggalkan kuil dan mendirikan partai sendiri. Dalam kuil Siau-lim-si terdapat sekelompok hwesio yang cupat pikirannya dan berjiwa sempit, selama ini mereka menganggap Couwsu sebagai murid murtad yang berhianat. Sekalipun mereka tidak berani menuntut Bu-tong-pay secara terang terangan, namun semenjak Thio Cinjin mendirikan perguruan hingga kini, antara murid Siau-lim dengan murid Bu-tong selalu terjangkit ganjalan besar. Anak murid Siau-lim-pay tidak pernah menginjakkan kakinya di bukit Bu-tong, tentu saja murid Bu-tong pun tidak bakalan menginjakkan kakinya di kuil Siau-lim-si. "Sebetulnya masalah tersebut hanya timbul dari ganjalan yang kemudian berubah jadi semacam tradisi, padahal kedua belah pihak belum pernah membuat peraturan yang melarang anggota masingmasing perguruan saling berkunjung atau menyambangi, menurut apa yang kuketaui, Ciangbunjin generasi ke tiga perguruan kita pernah berkunjung satu kali ke kuil Siau-lim-si, tentu saja kejadian ini sudah berlangsung pada seratusan tahun berselang. Ciangbunjin generasi ke tiga dari Bu-tong-pay tidak lain adalah leluhurnya yang bernama Bouw Tok-it, satu-satunya Ciangbunjin yang berasal dari murid preman. Lan Sui-leng segera berkata, "Adikku tidak lebih hanya seorang murid tidak ternama dari Bu-tong-pay, mana mungkin bisa dibandingkan peran seorang Ciangbunjin. Apalagi mau apa dia datang ke kuil Siau-lim?" "Oleh karena itu kau tidak percaya dengan perkataan Tonghong Liang?" "Tentu saja tidak percaya!" Seakan memikirkan sesuatu, beberapa saat kemudian Bouw It-yu baru berkata lagi, "Tapi siapa tahu apa yang dia katakan memang benar!" Lan Sui-leng membelalakkan matanya lebar-lebar, diawasinya Bouw It-yu dengan wajah tercengang dan bingung.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Buru-buru Bouw It-yu berkata lagi, "Bukannya aku sudah mengetahui sesuatu, aku hanya berpikir, Tonghong Liang toh sudah tahu kalau antara Bu-tong-pay dan Siau-lim-pay terdapat ganjalan hati, kalau memang dia sedang berbohong, mengapa bukan tempat lain yang dipilih sebaliknya justru menunjuk kuil Siau-lim-si? Banyak kejadian di dunia ini seringkali berkembang menuju ke arah yang diluar nalar, oleh sebab itu meski pada mulanya aku kurang percaya, tapi sekarang perasaan hatiku jadi bimbang dan mulai curiga. "Sekalipun adikku benar-benar sedang berada di kuil Siau-lim-si, tidak nanti aku akan ke situ. Kenapa?" "Pertama aku takut termakan rencana busuk Tonghong Liang, kedua dalam kuil Siau-lim-si penghuni nya rata-rata hwesio semua, aku dengar peraturan yang berlaku di sana amat ketat, mereka tidak akan mengijinkan seorang wanita memasuki kuil. "Betul, dalam kuil Siau-lim memang berlaku peraturan tersebut. "Dan ketiga, aku pikir, meskipun antara Bu-tong dan Siau-lim terganjal masalah, aku percaya kawanan hwesio itu tidak nanti akan mencelakai adikku, jadi akupun tidak perlu kuatir lagi. Biarpun gadis ini polos dan tidak banyak tahu urusan dunia, namun ke tiga alasan yang dikemukan sangat cengli dan masuk akal. "Siau-susiok, kembali Lan Sui-leng berkata, "akupun tidak ingin bermain ke tempat lain lagi, mari kutemani pulang ke gunung. "Kau takut aku tidak mampu melanjutkan perjalanan hingga memutuskan untuk tetap tinggal merawat-ku?" tanya Bouw It-yu sambil tertawa. Merah jengah selembar wajah Lan Sui-leng. "Biarpun aku tidak punya kemampuan untuk merawatmu, paling tidak toh lebih baik bila ada seseorang menemanimu sepanjang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jalan, katanya. Padahal sejak awal dia memang berniat begitu. Dia merasa kekalahan yang dialami Bouw It-yu kali ini semuanya gara-gara ulah dirinya, sekalipun Bouw It-yu mengatakan tidak terluka, namun bukankah dalam dua tiga hari mendatang tenaga dalamnya belum dapat pulih kembali? Itulah sebabnya dia merasa mempunyai kewajiban untuk 'merawat' paman guru kecilnya ini. Apalagi "kekalahan yang-diderita Siau-susiok kali ini pasti akan mendatangkan rasa duka yang mendalam, bila menemaninya sepanjang perjalananm, bukankah aku bisa menghibur hatinya?" Bouw It-yu merasa sangat senang, sambil tersenyum kemudian katanya, "Nona Lan, ternyata kau memang sangat baik, betapa bahagia hatiku bila mempunyai seorang adik macam kau. "Akupun berharap mempunyai seorang kakak, sela Lan Sui-leng sambil tertawa pula, "tapi kalau sampai begitu, kaulah yang berada dipihak yang dirugikan, dari dulunya seorang paman guru berubah jadi sederajat dengan aku. "Padahal usiaku hanya beberapa tahun lebih tua darimu, bukankah selama ini kaupun memanggilku Siau-susiok?" "Mau susiok kecil atau bukan, kau tetap paman guruku. Baiklah, kalau kau tidak suka dengan panggilan ku itu, biar kubuang kata siau di depannya. Kembali Bouw It-yu tertawa. "Sekarang kau hanya murid tidak resmi dari Put-hui suci, bila kumohon ayahku menerimamu sebagai murid, bukankah kaupun akan berubah menjadi Sumoy ku. "Mana boleh begitu, bukankah urutan tingkatannya jadi kacau?" "Peraturan adalah buatan Ciangbunjin, apalagi kau belum pernah secara resmi mengangkat Put-hui suci sebagai gurumu. Asal kau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membuat jasa untuk perguruan, apalagi kalau ayahku bersedia menerimamu sebagai muridnya, bukankah kedudukan kita pun jadi seimbang?" "Aaah, ucapanmu makin lama semakin.... sambil tertawa Lan Sui-leng tidak melanjutkan kembali kata-katanya. "Semakin apa?" tanya Bouw It-yu. Tentu saja Lan Sui-leng tidak berani mengatakan dia kelewat "ngawur", karena itu ucapan yang sudah berada di bibir segera ditelan kembali dan diganti dengan kata lain. "Semakin memikirkan yang bukan-bukan! Aku tidak lebih hanya seorang murid tidak resmi, hampir semua Suheng suci memiliki kungfu yang jauh lebih hebat daripada diriku, dengan kemampuan apa aku bisa membuat jasa untuk perguruan? Susiok, kau tidak usah meledek aku lagi, mari kita segera pulang. "Aku tidak ingin kau temani aku pulang gunung, ujar Bouw It-yu dengan wajah serius, "kini, aku hanya memohon kepadamu untuk melaksanakan satu hal. Dengan perasaan terkejut buru-buru Lan Sui-leng menyahut, "Apa pun yang dapat kulakukan pasti akan kulaksanakan, Siaususiok, perintahkan saja. "Mungkin hanya kau seorang yang dapat melak- sanakan tugas ini. Aaai.... bagaimana aku harus menerangkannya kepadamu....?" Dengan tenang Lan Sui-leng menunggu paman gurunya memberi penjelasan. Selang beberapa saat kemudian Bouw It-yu baru berkata lagi, "Sebelum kita menyinggung pokok persoalan, terlebih dulu aku ingin bertanya satu hal kepadamu, tidakkah kau merasa bahwa ilmu pedang yang dimiliki Tonghong Liang sangat aneh?" "Benar, memang sedikit agak aneh, sewaktu dia membuat onar di gunung Bu-tong tempo hari, akupun pernah ikut menyaksikan permainan ilmu pedangnya, tapi sepertinya jauh berbeda dengan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ilmu pedang yang dia gunakan tadi?" "Dimana letak perbedaannya?" "Jurus serangan terakhir yang dia gunakan rasanya mirip sekali dengan jurus pedang yang kau gunakan. "Bukan hanya jurus itu saja, ilmu pedangnya telah menyerap seluruh inti sari ilmu pedang perguruan kita!" Dalam terperanjatnya Lan Sui-leng berseru tanpa terasa, "Tidak heran kalau dia mampu mengalahkan dirimu. Tapi, bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?" "Inti sari ilmu pedang perguruan kita tidak mungkin bisa kau pahami tanpa petunjuk dari guru, menurut pendapatku, pasti ada orang yang secara diam diam mengajarkan rahasia itu kepadanya. "Tapi, bukankah dia musuh besar perguruan? Saudara seperguruan mana yang telah mengajarkan ilmu pedang tersebut kepadanya?" "Aku curiga orang itu adalah adikmu. Lan Sui-leng semakin terperanjat. "Tapi.... mana mungkin adikku dapat mengajarkan ilmu pedang perguruan kepada orang lain? Adikku jauh lebih tahu urusan ketimbang aku yang menjadi cicinya, kalau aku saja tidak mau percaya perkataan bohong orang itu, mana mungkin dia bertindak begitu tolol?" "Mungkin kau telah melupakan sebuah kenyataan yang sangat penting, adikmu turun gunung sehari sebelum Tonghong Liang datang menantang berduel, berarti dia sama sekali tidak tahu kalau Tonghong Liang adalah musuh bebuyutan perguruan kita. "Sekalipun begitu bukan berarti pelakunya pasti dia! Atas dasar bukti apa kau menuduh dialah pelakunya?" "Ada orang pernah melihat mereka jalan bersama. "Aku tetap tidak percaya kalau adikku telah melakukan perbuatan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setolol itu!" gumam Lan Sui-leng. Sekalipun dimulut mengatakan tidak percaya, namun perasaan hatinya sudah mulai goyah. "Tentu saja paling baik kalau tidak sampai terjadi peristiwa semacam itu, kata Bouw It-yu lagi, "tapi apa salahnya kalau kita berjaga-jaga. Karena kehabisan daya Lan Sui-leng pun bertanya lagi, "Menurut kau, apa yang harus kita lakukan?" "Tonghong Liang adalah seorang yang cerdas. Menurut dugaanku, eeeh.... Cuma kau jangan marah dulu yaa. Seandainya adikmu benar-benar telah melakukan perbuatan tolol, dengan kecerdasan yang dimiliki Tonghong Liang, sudah pasti dia berhasil memperoleh rahasia ilmu pedang kita, tapi aku yakin tidak banyak yang berhasil dia peroleh. Karena itulah dia ingin berusaha menipumu. "Tapi apa sangkut pautnya dengan aku?" tanya Lan Sui-leng tertegun. "Dia ingin memperalat dirimu untuk mencari adikmu. "Berarti kau percaya dengan perkataannya, adikku telah menuju kuil Siau-lim-si?" "Sudah kukatakan sejak awal, seringkali masalah bisa terjadi di luar kebiasaan, oleh sebab itu bukan tiada kemungkinan tersebut. "Sekalipun ada kemungkinan ke sana, bukankah peraturan Siaulim-si melarang kaum wanita memasukinya? Masa dia tidak tahu akan hal ini?" "Sekalipun tidak boleh masuk, bukan berarti tidak bisa titip perkataan lewat orang lain. Bila seorang cici mencari adiknya, jelas orang lain tidak bakalan curiga. "Mengapa bukan dia sendiri yang masuk dan mencarinya?" "Biarpun antara Siau-lim dan Bu-tong terganjal masalah, namun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mereka sama-sama merupakan perguruan besar kaum lurus. Dalam masalah masalah serius, kedua partai tetap akan bekerja sama untuk menanggulanginya. Peristiwa Tonghong Liang mengacau di bukit Bu-tong terjadi pada sepuluh hari berselang, mana mungkin pihak Siau-lim tidak mengetahuinya? Jadi menurut pendapatku, sebesar apa pun nyali Tonghong Liang, tidak nanti dia berani mengacau di kuil Siau-lim-si hanya untuk mencari seorang murid Bu-tong-pay. "Jadi maksudmu, kau menyuruh aku pergi memberitahukan masalah ini kepada adikku.... "Bila ingin mencegah dia jangan sampai tertipu lagi, rasanya inilah cara pencegahan yang terpaksa harus kita lakukan!" "Bagaimana cara mencegahnya?" "Bunuh dia!" ucap Bouw It-yu sepatah demi sepatah kata!" Lan Sui-leng terkesiap, setelah termangu beberapa saat dia baru bergumam, Membunuhnya?" Sementara dihati kecilnya dia berpikir, Sekalipun dia telah menipu adikku, rasanya dosa semacam ini tidak perlu sampai dihukum mati!" "Kau tidak berani?" terdengar Bouw It-yu bertanya lagi. "Selama hidup aku belum pernah membunuh orang, aku.... aku tidak tahu apakah sampai waktunya tega melakukan tugas ini. Benarkah kita harus menghabisi nyawanya?" "Setiap anggota partai wajib melindungi perguruannya, menjaga wibawa serta nama baik perguruan. Karena hal itu jauh melebihi apapun. Mengerti kau?" "Aku mengerti, sahut Lan Sui-leng bimbang. "Tahukah kau kalau Tonghong Liang sedang menjalankan perintah dari Sucouw dan Suhunya untuk mengalahkan partai Butong kami?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tahu. "Kalau sampai ilmu pedang perguruan kita terjatuh tangannya, menurut kau berbahaya tidak kejadian ini?" ke

"Tapi hingga sekarang dia belum pernah mencelakai atau membunuh anggota perguruan kita, betul dia telah mencuri belajar ilmu pedang kita, toh hal tersebut tidak menjamin dia pasti sanggup mengalahkan jago-jago andalan kita. "Kalau harus menunggu sampai ada anggota perguruan kita yang dicelakai atau terbunuh, mungkin keadaan sudah terlambat. Sekarang, baru saja dia berhasil mencuri belajar sedikit ilmu pedang perguruan kita dan sudah membuat aku tidak sanggup mengalahkan dirinya. Bila keadaan dibiarkan berlarut sampai tiga, lima tahun lagi, atau bahkan berlarut sampai delapan, sepuluh tahun lagi, waktu itu dia pasti sudah sangat menguasai rahasia ilmu pedang perguruan kita, padahal pihak kita sendiri sama sekali tidak tahu menahu tentang ilmu pedang perguruannya. "Saat itu dia bukan saja menguasai kepandaian sendiri bahkan menguasai pula kepandaian kita, jangan lagi kita semua, mungkin ayahku pun belum tentu mampu mengalahkan dirinya. Apalagi usia dia tiga puluh tahun lebih muda daripada usia ayahku, andaikata.... Biarpun dia tidak melanjutkan kata-katanya, namun Lan Sui-leng mengerti apa yang dimaksud, pikirnya, "Betul juga, bila Bu-beng Ciangbun sampai meninggal, siapa lagi yang mampu menghadapi serbuan agresor?" Terdengar Bouw It-yu berkata lebih lanjut, "Apalagi orang ini tidak jujur pikirannya, di kemudian hari bisa menjadi seorang bajingan laknat. Sekalipun dia tidak sampai mencelakai anggota perguruan kita, namun kalau sampai mencelakai orang lain dengan menggunakan ilmu pedang perguruan kita, bukankah hal ini sama seperti perguruan kita yang menciptakan musibah?" Dia sama sekali tidak menjelaskan apa alasannya menuduh Tonghong Liang punya pikiran tidak jujur, dia pun tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menerangkan mengapa bisa menyimpulkan kalau di kemudian hari orang itu bakal jadi bajingan laknat, biarpun begitu, karena sejak awal dihati kecil Lan Sui-leng sudah tertanam kesan bahwa Tonghong Liang adalah musuh bebuyutan perguruannya, maka secara tidak sadar dia pun mempercayai semua perkataan Bouw Ityu dengan begitu saja. Kembali Bouw It-yu berkata, "Selain itu, seperti telah kukatakan tadi, kemungkinan besar ilmu pedang Bu-tong-pay yang dipelajarinya berasal dari adikmu, bila kita tidak menggunakan kesempatan ini untuk melenyapkannya, bila sampai di usut di kemudian hari, bukankah adikmu akan menjadi seorang pengkhianat partai? Memangnya kau ingin melihat nama baik adikmu hancur berantakan gara-gara urusan ini?" Begitu menyinggung soal adiknya, mau tidak mau Lan Sui-leng terkesiap juga, segera pikirnya, "Benar juga. Boleh saja aku tidak usah mencam-puri urusan kejayaan perguruan, toh ada begitu banyak Supek, susiok, suci dan Suheng yang berjuang keras membelanya, lagipula akupun hanya seorang murid yang masih berilmu cetek. Tapi nama baik adikku.... bagaimana pun aku harus berusaha membelanya, aku tidak boleh membiarkan namanya hancur dan busuk. Apalagi Tonghong Liang memang orang jahat, apa salahnya kalau aku berusaha pergi membunuhnya?" Melihat nona itu mulai tergerak hatinya, cepat Bouw It-yu berkata lagi, "Bagaimana? Sudah memahaminya?" "Siau-susiok, aku bersedia melaksanakan tugas ini demi perguruan. Tapi kepandaianku masih selisih jauh bila dibandingkan kemampuan Tonghong Liang, mana mungkin aku bisa membunuhnya?" "Pepatah kuno mengatakan: serangan tombak yang datang terang-terangan gampang dihadapi, bokongan panah gelap justru susah dihindari. Selama melakukan perjalanan bersama dia, kau harus berlagak amat mempercayainya, membuat dia gembira, lambat laun kewaspadaannya terhadapmu akan semakin kendor, begitu dia percaya kepadamu maka akan muncul banyak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kesempatan bagimu untuk turun tangan. "Jadi kau suruh aku membokongnya?" "Sebenarnya membokong bukan perbuatan yang pantas bagi seorang murid perguruan kenamaan, tapi kita harus membedakan mana urusan serius dan mana bukan, demi kejayaan nama perguruan, demi nama baik adikmu, kau tidak usah gubris urusan tetek bengek seperti itu. Asal dapat membunuhnya, terserah cara apapun yang akan kau gunakan. Asal kau telah berjasa bagi perguruan, tidak bakalan ada orang yang berani bicara banyak lagi. Seakan bani tersadar dari mimpi, Lan Sui-leng manggutmanggut. "Aku mengerti sekarang, katanya. Padahal dia belum benar-benar mengerti. Bouw It-yu merasa puas sekali, katanya kemudian, "Baiklah, sekarang kau boleh pergi. Bila pulang dengan keberhasilan, aku pasti akan wujudkan janjiku, minta ayahku menerima kau sebagai murid terakhir. "Aku harus tegaskan dulu, kulakukan tugas ini bukan karena kemaruk sesuatu tapi demi adikku. "Aku tahu kau adalah seorang nona yang baik!" seru Bouw It-yu sambil tersenyum, "tapi tampaknya kau tidak begitu suka menjadi siau Sumoyku? Bila kau sudah menjadi Sumoyku, bukankah diantara kita sudah tidak ada batasan lagi. Dasar watak kanak-kanak Lan Sui-leng memang belum hilang, begitu mendengar perkataan itu, segera pikirnya, "Ternyata watak Siau-susiok cukup mengesankan, kalau sudah tidak terhalang tingkat kesenioran, bukankah aku bisa bersahabat dengannya?" Berpikir begitu, diapun berkata, "Terlalu awal untuk berkata begitu, apalagi dalam perjalanan nanti belum tentu aku bertemu Tonghong Liang. "Asal kau berjalan menuju ke arah Siau-lim-si, kujamin pasti akan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bertemu dengannya. Setelah memberitahukan arah yang benar kepada Lan Sui-leng, mereka berdua pun berpisah. Melanjutkan perjalanan seorang diri, Lan Sui-leng merasakan pikirannya amat kalut. Sebentar dia berpikir manusia jahat macam Tonghong Liang memang pantas dibunuh, tapi begitu terbayang seorang manusia hidup bakal mati terbunuh di tangannya, dia seolah-plah sudah melihat seseorang yang berpelepotan darah roboh terkapar di hadapannya, timbul perasaan takut yang luar biasa. Sesudah bersin berulang kali, pikirnya, Siau-susiok toh bukan dewa, darimana dia bisa tahu kalau aku pasti bertemu dengan Tonghong Liang? Aah, paling juga pengharapan dia saja. Gerakan tubuh Tonghong Liang jauh lebih cepat ketimbang aku, lagipula dia sudah berjalan duluan, belum tentu aku bisa bertemu dengannya.... yaa, belum tentu bisa ketemu. Bayangan yang timbul dalam benaknya mendadak berubah, sekarang bukan bayangan tubuh Tonghong Liang yang bermandikan darah melainkan wajah Siau-susiok yang sedang memandangnya dengan senyum tidak senyum. Dia merasa Siau-susiok seolah sedang berkata demikian kepadanya, "Tentu saja kau berpikir begitu karena memang tidak ingin membunuhnya, tidak heran bila kau berharap jangan sampai bertemu lagi dengannya! Tapi kenapa kau tidak berpikir untuk adikmu, bila orang ini tidak mati, kemungkinan besar adikmu akan musnah di tangannya!" Senyuman Siau-susiok seolah-olah berubah jadi tekanan yang menindih dadanya, kini dia sendiripun tidak tahu dikarenakan ingin "melindungi" adiknya atau karena tekanan yang semakin menghimpit dadanya, tanpa terasa dia berjalan lebih cepat lagi. Cahaya matahari kian condong ke barat, kini dia sudah melewati tempat dimana tadi berjumpa dengan Tonghong Liang. Pikirnya, "Entah masih butuh berapa hari lagi perjalanan dari sini menuju ke
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kuil Siau-lim-si? Kalau hingga tiba di depan pintu gerbang kuil aku belum juga menjumpai dirinya, bukankah aku bisa segera pulang untuk memberikan pertanggungan jawab kepada Siau-susiok?" Kemudian ia berpikir kembali, Hey, aneh, kenapa aku bisa menggunakan kata pertanggungan jawab?" Padahal berbicara sejujurnya, dia benar-benar tidak ingin bersua dengan Tonghong Liang. Sayangnya, seringkali kenyataan belum tentu sesuai dengan pengharapan, di saat dia sedang berjalan dengan pikiran kalut itulah tiba-tiba terdengar seseorang menyapa, "Nona Lan, sudah kuduga kau pasti akan balik kemari!" Ternyata orang yang muncul di hadapannya tidak lain adalah Tonghong Liang. "Aku berjalan sesuai keinginan hatiku, apa urusannya dengan kau? Kenapa kau menghadang jalan pergiku?" seru Lan Sui-leng. "Apakah kau hendak pergi ke kuil Siau-lim?" Tiba-tiba Lan Sui-leng teringat kembali dengan pesan paman guru kecilnya, maka dengan nada yang lebih lembut sahu tnya, "Kalau betul kenapa? Kalau tidak betul kenapa?" "Bila kau hendak menuju kuil Siau-lim-si, berarti ada sedikit hubungan denganku. "Kenapa?" "Pertama, karena akulah yang menyinggung masalah kuil Siaulim-si, maka timbul ingatanmu untuk pergi ke sana. Kedua karena adikmu adalah sahabatku, maka aku merasa tidak tega membiarkan kau pergi ke Siau-lim-si seorang diri dalam keadaan seperti ini. "Apa yang kau maksud dalam keadaan seperti ini?" "Maksudku dalam keadaan lelaki bukan, perempuan pun tidak!" sahut Tonghong Liang lagi. Kemudian setelah tertawa, lanjutnya, "Kelihatannya baru

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pertama kali ini kau menyaru sebagai pria. Coba bayangkan, kalau aku saja dapat membongkar penyaruanmu dalam sekali pandang, mana mungkin kau bisa mengelabuhi para hwesio yang sudah banyak pengalaman? Menurut peraturan yang berlaku di kuil Siaulim-si, kaum wanita dilarang memasuki kuil mereka. Jadi kau hanya ada dua jalan yang bisa dipilih, ke satu pulih dalam dandanan aslimu sebagai perempuan dan menyambangi kuil mereka secara resmi, atau kau hanya bersembunyi diatas gunung sambil menunggu adikmu keluar. Hehehe.... tentunya kau tidak ingin menimbulkan lelucon yang tidak lucu bukan?" "Mau lelucon atau bukan, itu urusanku. "Kuil Siau-lim-si seringkali disambangi tokoh-tokoh dunia persilatan, padahal kebanyakan orang persilatan suka mencampuri urusan orang lain, kalau sampai ketahuan mereka, huuuh, gurauan ini bisa berkembang jadi tidak sederhana, khawatirku justru kesulitan lebih besar yang bakal kau jumpai!" "Mau ada kesulitan atau tidak, itu kan urusanku!" kembali Lan Sui-leng berseru jengkel. "Kesulitan itu ada yang besar, ada pula yang kecil, jika mereka menganggap kau hanya makhluk aneh, urusan mah gampang diselesaikan, kuatirnya yang kau jumpai adalah manusia macam Siang Ngo-nio, kalau sampai kau dibekuk lantas bagaimana? Apalagi kalau orang yang kau jumpai itu adalah pria yang sifatnya seperti Siang Ngo-nio, hmmm, hmmm, bukankah bakal lebih celaka lagi?" Mula-mula Lan Sui-leng agak tertegun, namun dia bukan orang bodoh, setelah berpikir sejenak langsung saja dia mengerti apa yang dimaksud pria seperti Siang Ngo-nio. Tidak kuasa lagi merah jengah selembar wajahnya, perasaan gugup dan panik pun mencekam hatinya. Tapi dia tetap keras kepala, serunya ngotot, Lebih baik kau lewati jalanan Yang-kwan-to mu sementara aku menyeberangi jembatan Tok-bok-kiau ku. Mau mati, mau hidup, sama sekali tidak ada sangkut pautnya denganmu!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Salah besar kalau kau sampai berkata begitu, bukankah garagara mempercayai ucapanku, kau baru mendatangi kuil Siau-lim? Kenapa mengatakan tidak ada sangkut pautnya dengan aku?" "Huuh, tidak usah sok gaya, siapa yang percaya dengan dirimu?" "Kalau bukan aku yang mengungkit soal kuil Siau-lim, memangnya kau bakalan ke sana? Sudah terbukti jelas kalau kau percaya bahwa adikmu berada disana. Lan Sui-leng mendengus dingin, tanpa bicara lagi ia membalikkan tubuh dan beranjak pergi. Dengan gerakan hadapannya. cepat Tonghong Liang menghadang di

"Nona Lan, mau apamu?" tegurnya. "Seharusnya akulah yang bertanya kepadamu, mau apamu? Masa batal ke kuil Siau-lim-si pun tidak boleh?" Tonghong Liang sama sekali tidak berbicara, tiba-tiba dia mencabut keluar pedangnya kemudian memainkan jurus Pek-hokliang-ci (Bangau putih pentangkan sayap), setelah itu disusul jurus Ji-hong-si-pit, lalu berubah jadi jurus Thi-suo-heng-kang (Baja merantai bentangan sungai). Begitu cepatnya jurus serangan itu dimainkan membuat Lan Suileng seketika dibuat berdiri bod oh. "Tempo hari, kalian kakak beradik pernah bertarung di tepi telaga Giok-keng-ou di bawah bukit Thian-ki-hong, akhirnya adikmu berhasil kau kalahkan ketika menggunakan jurus Pek-hok-liang-ci, bukankah begitu?" tanya Tonghong Liang. Tentu saja dia tidak dapat mengatakan "tidak benar", sebab bukan saja pihak lawan dapat menyebutkan urutan jurus yang mereka gunakan waktu itu secara tepat, bahkan jurus Pek-hokliang-si yang digunakan Tonghong Liang saat inipun masih disertai titik kelemahan seperti semula. Menyusul kemudian dua jurus berikut seperti Ji-hong-si-pit dan Thi-suo-heng-kang, semuanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merupakan jurus serangan yang dia gunakan untuk mematahkan serangan Pek-hok-liang-ci dari adiknya. "Apa maksudmu memperlihatkan ke tiga jurus serangan itu dihadapanku?" tegur Lan Sui-leng. "Tidak bermaksud apa-apa, hanya ingin membukti kan kepadamu bahwa aku tidak berbohong. Sesudah berhenti sejenak, sambil tersenyum kembali Tonghong Liang melanjutkan, "Setelah menyaksikan ke tiga jurus serangan itu, tentunya kau sudah percaya bukan kalau aku adalah sahabat karib adikmu?" Untuk beberapa saat lamanya Lan Sui-leng termangu mangu, tapi dia segera teringat kembali dengan pesan Bouw It-yu, "Kau harus berlagak seolah-olah percaya dengannya, menyukai dia. Tapi sekarang dia tidak perlu berpura-pura lagi, paling tidak dalam satu hal ini, dia dapat mempercayai semua perkataan dari Tonghong Liang sebagai perkataan yang sesungguhnya. Bila adiknya tidak menganggap dia sebagai sahabat karib, mengapa secara jelas dan terperinci adiknya bisa menceritakan semua jurus serangan yang dipakai sewaktu kakak beradik sedang bertanding? Tapi dengan adanya kejadian ini, bukankah semakin membuktikan kalau adiknya pernah mengajarkan ilmu silat perguruannya kepada orang lain? Dari perubahan mimik mukanya, Tonghong Liang segera tahu kalau gadis itu mulai percaya dengan perkataannya, sambil tertawa kembali ia melanjutkan, "Aku tahu, meskipun terkadang kau iri terhadap adikmu, iri kenapa adikmu lebih disayang ayah ibumu, padahal kau pun sama seperti orang tuamu, sangat menyayangi adikmu. Bukan begitu?" "Jadi adikku telah menceritakan semua masalah pribadi itu kepadamu?" tanya Lan Sui-leng sambil membelalakkan matanya lebar lebar.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahahaha, kan adikmu memanggil aku Toako, sahut Tonghong Liang sambil tertawa tergelak. "Ciss, kau sangka akupun akan memanggil Toako kepadamu?" jengek Lan Sui-leng sambil membuang muka, "mungkin saja kau bisa menipu adikku sehingga begitu percaya kepadamu, tapi suruh aku memanggilmu Toako? Jangan mimpi!" Kembali Tonghong Liang tertawa tergelak. "Tidak masalah jika kau enggan memanggil aku Toako. Tapi tentunya kau masih menghendaki adikmu bukan? Kini kau sudah tahu kalau aku tidak membohongi mu, buat apa kau masih ingin balik ke gunung Bu-tong?" "Baik, aku akan mengikutimu pergi ke kuil Siau-lim, hanya saja.... sambil berkata gadis itu menundukkan kepala memperhatikan sekejap pakaian lelaki yang dikenakan. "Selama menempuh perjalanan, lebih leluasa bila kau menyamar sebagai seorang pria, mari ikuti aku lewat jalan pegunungan, di sana banyak pepohonan dan jarang bertemu orang lain. "Tapi bagaimana setelah penyaruanku tidak sempurna?" Tonghong Liang tertawa. "Aku pasti akan mengajarkan bagaimana cara menyamar yang baik. Setibanya di kuil Siau-lim nanti, biar aku yang melakukan kontak bicara dengan kawanan hwesio itu. Apakah masih ada pertanyaan lain?" "Tidak ada. "Baiklah, kalau begitu mari kita berangkat!" Baru maju selangkah, sambil tertawa kembali Tonghong Liang berkata, "Oh yaa, langkah kaki kaum lelaki seharusnya lebih lebar. Ehmm, bagus, benar begitu, tapi harus lebih kasar dan berat. Aah, dalam beberapa gerakan kecil, kau harus memperhatikan dengan seksama.
http://cerita-silat.co.cc/

tiba

di

kuil

Siau-lim?

Katamu

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitulah, sambil melakukan perjalanan bersama, Tonghong Liang mulai mengajarkan bagaimana cara berjalan, cara bertingkah bahkan cara bersikap yang benar. Sambil tertawa Lan Sui-leng pun berkata, "Sungguh tidak nyana kau ternyata sangat penyabar bahkan ramah sekali. "Kau sangka aku adalah siluman aneh berwajah hijau, bertaring panjang yang pandai menggigit manusia?" "Ketika berkunjung ke Bu-tong tempo hari, kulit manusia yang kau kenakan sungguh menyebalkan, selain kaku dan dingin, bahkan mau tertawa pun seolah susah. "Hal ini disebabkan pada saat itu aku mengenakan topeng kulit manusia, jadi mau tertawa pun sulit. Tapi sayang pada akhirnya topeng kulit manusia itu berhasil dirobek Ciangbunjin perguruanmu. "Kau masih memiliki topeng kulit manusia semacam itu?" "Kau menginginkan selembar?" "Setelah mengenakan topeng kulit manusia, kita seolah sudah berganti menjadi orang lain, sungguh menyenangkan. Kalau kau mempunyai lebih, berikan selembar untukku. "Kalau aku yang mengenakan topeng macam itu mah mungkin kalian merasa menarik, tapi kalau kau yang mengenakan, hmm, belum tentu jadi menarik. "Kenapa?" "Kalau seorang nona cilik cantik jelita mendadak berubah jadi sesosok mayat hidup, memangnya bisa menarik?" "Hey, aku sedang bicara serius, kau malah anggap pembicaraanku sebagai gurauan.... tegur Lan Sui-leng cepat. Namun setelah mendengar pujiannya yang mengatakan dia cantik, tidak urung nona itu merasa senang sekali. Terdengar Tonghong Liang berkata lagi, "Bicara sejujurnya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

benar-benar terasa tidak nyaman ketika kita mengenakan topeng, kulit manusia. Apalagi bahan kulit manusia susah diperoleh, terlebih menemukan tukang yang ahli membuat topeng kulit manusia, jadi biarpun kau bisa menahan siksaan pun jangan harap bisa mendapatkan topeng semacam ini. Kemudian sambil tertawa lanjutnya, "Padahal sebagai seorang manusia, paling baik bila kita bisa tampil dengan wajah sebenarnya, kalau sudah mengenakan topeng kulit manusia, aku rasa penampilan kita jadi sama sekali tidak berarti. Lan Sui-leng dapat merasa kalau perkataan itu mendalam sekali artinya, tak tahan iapun tertegun. "Memangnya dia sedang menyinggung aku?" demikian dia berpikir, tapi segera tertawa dan berujar, "Lalu mengapa kau mengenakannya?" "Aku terpaksa harus berbuat begitu. Bayangkan saja, seandainya hari itu aku tidak menyaru sebagai guruku, memangnya Ciangbunjin perguruanmu sudi memberi petunjuk kepadaku?" "Jadi maksudmu hanya ingin menjajal ilmu pedang dari Bu-tongpay?" "Tentu saja akupun menyimpan niat untuk mencari kemenangan. Cuma, kalau tiada persaingan, darimana bisa diperoleh kemajuan? Bukan begitu?" Tanpa terasa Lan Sui-leng manggut manggut. "Tampaknya perkataanmu sangat masuk diakal, hanya saja.... "Hanya saja kenapa?" Sebetulnya Lan Sui-leng ingin berkata, "Hanya saja caramu mencuri belajar ilmu pedang aliran lain jelas merupakan tindakan yang keliru. Tapi dia segera teringat kembali dengan pesan Siau-susioknya, "Kau harus bersikap lembut, agar lambat laun dia semakin mempercayaimu, semakin menyukaimu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Teringat akan hal itu, maka diapun berkata, Saling menjajal ilmu memang akan memberikan manfaat dan keuntungan bagi kedua belah pihak, tapi kalau lantaran kejadian ini lantas kedua belah pihak jadi saling bermusuhan, aku rasa hal ini sangat tidak patut dan salah besar. "Kalau masalah ini mah tergantung kebesaran jiwa masingmasing pihak. Kalau bagiku mah berharap bisa mendapat lebih banyak sahabat dari perguruanmu. Setelah mengucapkan perkataan itu, timbul juga perasaan menyesal dihati kecilnya, "Padahal mana mungkin aku punya jiwa sebesar itu?" Hanya saja apa yang dikatakan pun bukan seratus persen bertentangan dengan jalan pikirannya, paling tidak, terhadap dua bersaudara keluarga Lan dia memang sangat berharap bisa mengikat tali persahabatan. Jalan yang mereka lalui adalah sebuah jalan pegunungan yang naik turun tidak rata, namun baru berjalan satu jam lebih, Lan Suileng sudah dipaksa bermandikan keringat walaupun ilmu meringankan tubuh merupakan ilmu andalannya selama ini. "Hey, bagaimana kalau kau perlambat sedikit langkahmu?" teriak Lan Sui-leng kemudian. "Kau ingin tidak bisa lebih menghemat tenaga namun bisa mengikuti kecepatan langkahku?" tanya Tonghong Liang sambil tertawa. "Wah, lebih bagus lagi kalau bisa begitu. Tapi apakah aku bisa berhasil mempelajarinya dalam waktu singkat?" "Kita coba saja. Kau pernah belajar ilmu menotok jalan darah?" "Belakangan ini baru mulai belajar dari guruku, sering kugunakan adikku sebagai kelinci percobaan, terkadang manjur terkadang tidak manjur. Cara menotokpun belum terlalu hapal, jadi jauh dari keberhasilan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tapi kau tahu bukan letak ke tiga puluh enam buah jalan darah penting di tubuh manusia? Tahu!" "Itu sudah lebih dari cukup. Akan kuajarkan sebuah cara mengerahkan tenaga dalam, cara ini tidak perlu dilatih dengan cara duduk bersila seperti pada lazimnya. Asal selama menggunakan ilmu meringankan tubuh kau salurkan hawa murni dalam tubuh sesuai dengan cara yang kuajarkan, membagi ke tiga puluh enam buah jalan darah penting jadi tiga bagian dan dialiri hawa murni dengan caraku, dijamin sewaktu berlarian selain lebih cepat, tenaga mu pun semakin hemat. Dengan perasaan setengah percaya setengah tidak kata Lan Suileng, "Suhuku pernah berkata, hawa murni baru bisa terhimpun bila tenaga dalam kita sudah terlatih hingga mencapai kesempurnaan. Padahal saat ini aku sendiri-pun tidak tahu apakah hawa murniku sudah timbul atau belum. "Itulah sebabnya aku hanya suruh kau membayangkan seolaholah dalam tubuhmu terdapat segumpal hawa murni, jangan kau perdulikan apakah hawa murnimu sudah timbul atau belum. Lan Sui-leng pun segera berpikir apa salahnya untuk dicoba, maka sesuai dengan ajarannya dia pun mencoba, begitu dijajal seketika itu juga dia merasakan tubuhnya menjadi segar kembali, semua rasa letih dan lelah hilang lenyap tidak berbekas. Setelah dicoba berulang kali, secara lamat-lamat dia dapat merasakan kalau hawa murni di tubuhnya seolah muncul seolah lenyap. Ternyata dari cara nona itu menggunakan ilmu meringankan tubuh, Tonghong Liang sudah dapat menilai sampai tingkatan manakah tenaga dalam yang dimiliki nona itu, meski hawa murninya saat ini masih sangat cetak, namun asal tahu cara menyalurkan maka tenaga murni tersebut masih dapat ditonjolkan keluar. Sebaliknya gadis itupun sudah memiliki dasar sim-hoat tenaga
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam dari perguruan Bu-tong-pay, begitu diberi petunjuk, hasil yang dicapaipun segera kelihatan. Setelah dicoba belasan kali, Lan Sui-leng segera merasakan ada begitu banyak ular kecil tanpa wujud yang sedang bergerak dalam jalan darahnya. Di saat mencapai suatu taraf tertentu, betul saja, bukan saja dia tidak perlu mengerahkan tenaga lebih banyak bahkan kecepatannya jauh lebih meningkat. Karena baru mempelajari sejenis ilmu baru, nona itu jadi sangat bersemangat, sepanjang perjalanan dia berlarian terus tanpa berhenti, tanpa terasa tengah malam pun sudah menjelang tiba. "Kini malam sudah larut, tegur Tonghong Liang tiba-tiba sambil trtawa, "kalau sudah merasa lelah, mari kita beristirahat dulu. Seolah baru tersadar kembali, tanya Lan Sui-leng, "Malam ini kita akan menginap di mana?" "Sekarang kita sudah melewati rumah peng-inapan, padahal tempat ini jauh dari dusun maupun rumah penduduk, rasanya kita harus menginap semalam dalam hutan. Menyaksikan hutan belantara yang begitu gelap, Lan Sui-leng merasa agak takut. Tapi dia pun sadar, bila harus berjalan sendirian, hatinya pasti akan semakin takut. Terpaksa diapun mengintil di belakangnya memasuki dalam hutan. Setelah tiba dibalik pepohonan lebat, Tonghong Liang membantu gadis itu mengumpulkan kayu kering dan dibuatnya sebuah api unggun, lalu ujarnya, "Hewan liar paling takut melihat api, asal kita membuat api unggun, mereka tidak bakal berani mendekat. Kau tidak usah takut, aku pergi sebentar saja dan segera kembali. "Kau hendak ke mana?" "Kau adalah tamuku, masa aku membiarkan tamuku kelaparan?" Berhubung selama melakukan perjalanan konsentrasi Lan Suileng tertuju mempraktekkan ilmu meringankan tubuhnya, maka untuk sementara dia seakan melupakan urusan lain. Tapi kini
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setelah beristirahat, apalagi mendengar ucapan itu, kontan saja dia mulai merasakan perutnya kelaparan hebat. "Kau tidak perlu sungkan-sungkan, aku bisa menangsal perut dengan ransum kering, ucap nona itu. "Hahahaha.... aku saja sudah bosan makan ransum kering, masa kau si nona kecil cantik terbiasa dengan makanan seperti itu?" "Hmmm, aku bukan nona bangsawan yang terbiasa manja, aku adalah putri petani, sudah biasa hidup sederhana. "Kalau tahu kau gadis bangsawan, tidak nanti akan kuundang kau untuk makan, sahut Tonghong Liang sambil beranjak pergi. Cahaya api bergoyang tiada hentinya ketika terhembus angin malam, biarpun tidak ada hewan liar yang berani mendekati cahaya api, namun dari kejauhan dapat terdengar suara teriakan monyet dan raungan hewan liar yang terasa menyeramkan. Diam-diam Lan Sui-leng merasa amat tidak tenang, apalagi teringat kalau malam ini harus menginap bersama seorang lelaki asing. Sekalipun begitu, entah mengapa diapun berharap pemuda itu dapat segera kembali. Benar saja, tidak lama kemudian Tonghong Liang sudah muncul kembali sambil membawa dua ekor ayam alas, ujarnya sambil tertawa, "Ternyata rejekimu terhitung bagus juga, malam ini aku akan mengundangmu untuk mencicipi sejenis hidangan langka.... hidangan ini bernama ayam pengemis. "Ayam pengemis pun terhitung hidangan langka?" "Tentu saja, cara memanggang ayam ini diwarisi dari kaum pengemis, meski namanya kurang sedap namun rasanya ditanggung luar biasa. Malah di rumah makan Thian-hiang-lo dikota Hang-ciu, ayam pengemis merupakan menu utama yang paling mahal harganya. Jangan kau sangka aku sedang membual. Mula-mula dia bungkus ayam alas itu dengan selapis lumpur
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kemudian dipanggangnya hingga kering, setelah lapisan lumpur yang kering itu dikupas, ternyata semua bulunya ikut terkelupas juga. Betul saja rasa dagingnya selain manis juga sangat gurih. "Tidak kusangka cara memasaknya amat sederhana tapi rasanya hebat, puji Lan Sui-leng kemudian sambil tertawa, "tidak nyana kau mempunyai ilmu sehebat ini. "Aku mempelajainya dari seorang pengemis, kau tahu, aku adalah seorang pengembara, jadi mereka anggap aku satu golongan dengan mereka. Mendengar gurauannya yang lucu, tidak tahan Lan Sui-leng tertawa cekikikan, pikirnya, "Ternyata orang ini tidak seburuk dan sejahat apa yang dibayangkan Siau-susiok!" "Hey apa yang kau tertawakan?" tegur Tonghong Liang. "Ternyata ayam pengemismu sangat lezat, akupun ingin belajar darimu. "Tahukah kau, ayam pengemis baru lezat rasanya bila diperoleh dengan cara mencuri. Kau mengerti cara mencuri ayam?" "Aku belum pernah mencoba, tapi kau boleh ajarkan kepadaku bukan?" "Tidak bisa, sahut Tonghong Liang serius, "aku khawatir Siaususiokmu akan menuduh aku mengajarkan yang tidak benar kepadamu. Tidak tahan kembali Lan Sui-leng tertawa cekikikan. "Siau-susiok ku memang menganggap kau orang jahat. Tapi kalau aku hanya berhasil mempelajari ilmu mencuri ayam darimu, mungkin orang lain malahan memuji kau sebagai orang baik. "Aduh mak, rupanya dalam pandangan Siau-susiokmu, aku adalah manusia yang begitu jahat? Terima kasih banyak kau bersedia ikut aku naik ke kuil Siau-lim. Tanpa terasa Lan Sui-leng teringat kembali dengan pesan Siauhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

susioknya, perintah membunuh Tonghong Liang dengan cara apa pun, tanpa terasa diapun terbungkam, perasaan hatinya seolah tertindih dengan batu karang yang berat. Tonghong Liang bersantap sangat cepat, dalam waktu singkat dia telah menghabiskan seekor ayam alas. Katanya kemudian, "Kau bersantaplah pelan pelan. Diambilnya sebatang ranting pohon dan disulutnya sebagai sebuah obor. "Kau hendak ke mana lagi?" buru-buru Lan Sui-leng menegur. "Mencarikan tempat tinggal untukmu." Tidak lama kemudian dia sudah kembali sambil berkata, "Rejekimu memang bagus, aku telah menemukan sebuah gua kecil yang cukup untuk memuat tubuhmu. Lantai gua telah kusapu hingga bersih. "Buat apa kau repot-repot begitu?" seru Lan Sui-leng dengan perasaan sungkan. Tonghong Liang tertawa lebar. "Perubahan cuaca sukar diramalkan, jangan kau sangka saat ini rembulan bersinar terang, bintang bertaburan di angkasa, seandainya tiba-tiba turun hujan, bisa repot keadaannya. Kalau ada gua, paling tidak kau punya tempat untuk berteduh. Yang dimaksud sebagai gua ternyata hanyalah sebuah celah yang berada di tengah dua batu besar yang saling berdempetan, namun bentuknya memang mirip sekali dengan sebuah gua. Walaupun kecil bentuknya namun masih cukup untuk memuat dua tiga orang. "Bagaimana dengan kau sendiri?" tanya Lan Sui-leng. Tapi begitu ucapan tersebut diutarakan, dia segera merasa kurang pas. Memangnya dia akan mengundangnya untuk bermalam bersama dalam gua sekecil ini?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Untung Tonghong Liang adalah seorang lelaki yang cukup sensitif, sahutnya sambil tertawa, "Aku sudah terbiasa tidur di udara terbuka, lagipula ogah untuk mencari gua yang lain. Kau boleh tidur dengan tenteram, aku akan berjaga-jaga diluar sana. Menanti Lan Sui-leng sudah masuk ke dalam gua, diapun memasang sebuah api unggun dimulut gua sebelum pergi meninggalkan tempat itu. Ooo)*(ooO JILID KE TIGA BAB VIII Dalam lembah menerima putri angkat Cuci tangan di baskom emas Cahaya api yang memancar dari tumpukan api unggun itu sudah mulai mengecil, tampaknya sebentar lagi akan padam, Tonghong Liang tidak menambah dengan kayu bakar baru, dia membiarkan cahaya yang lirih menyinari kegelapan malam yang semakin pekat. Tonghong Liang berdiri menghadap api unggun, bayangan punggungnya secara lamat-lamat dapat terlihat dari kejauhan. Lan Sui-leng menyaksikan dia berdiri disitu cukup lama, lama sekali tanpa bergerak, seakan sebuah patung arca terbuat dari batu. Kerlipan cahaya api di tengah hutan gelap menimbulkan perasaan 'misterius' di hati Lan Sui-leng, namun terhadap tokoh yang satu ini, dia merasakan jauh lebih misterius ketimbang kegelapan yang mencekam. Di samping perasaan misterius, diapun merasakan pula sebuah perasaan lain. Semacam perasaan aman tenteram, semacam perasaan hangat.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kehangatan dan ketenteraman yang membaur jadi satu. Api yang menyala dimulut gua membara dengan kuatnya dan mendatangkan kehangatan di dalam gua. Tapi gadis itu bukan tubuhnya saja yang merasa hangat, perasaan hati pun ikut terasa hangat, perasaan yang selama hidup baru kali pertama muncul saat ini. Perasaan yang muncul dalam hatinya merupakan perasaan yang nyata. Siang tadi, sewaktu berpisah dengan Siau-susioknya, saat itu sinar matahari menyinari seluruh jagad, namun perasaan hatinya saat itu justru terasa begitu dingin dan menggidikkan hati. Entah mengapa, secara tidak sadar ternyata dia membandingkan Tonghong Liang dengan Siau-susioknya. telah

Betul, Bouw It-yu memang perintahkan dia untuk membunuh Tonghong Liang, tapi apa yang terpikir olehnya sekarang bukanlah bagaimana cara melaksanakan pembunuhan itu, atau dengan kata lain, bukan dikarenakan urusan ini dia membandingkan kedua orang tersebut. Dia hanya membuat satu perumpamaan yang sederhana atas kedua orang ini. Usia Bouw It-yu serta Tonghong Liang tidak terpaut jauh, berbicara soal ketampanan, jelas Bouw It-yu jauh lebih tampan. Bouw It-yu adalah angkatan tuanya, namun selama berjalan bersamanya, dia tidak pernah memandang Bouw It-yu sebagai angkatan tuanya. Keakraban Bouw It-yu terhadap dirinya hanya sebatas menganggap dia sebagai adik kecilnya, diapun senang kumpul bersama Siau-susioknya. Namun selama berkumpul dengan Siau-susiok, di balik kegembiraan diapun merasakan sedikit rasa takut dan ngeri. Baginya Bouw It-yu mendatangkan semacam daya tarik, tapi memberikan pula suatu kekuatan tekanan yang membuatnya gelagapan dan merasa tidak tenang. Bila dibandingkan maka ketika kumpul bersama Tonghong Liang,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dia justru merasakan hatinya lebih ringan dan lega. Biarpun baru bergaul satu hari namun perasaan was-was, perasaan ngeri dan takut yang pada mulanya masih menyelimuti hatinya, tanpa sadar kini sudah hilang lenyap bagaikan asap yang menguap di udara. Mengapa bisa timbul perasaan seperti ini....? Segulung angin dingin berhembus lewat, menggoyangkan lidah api diatas api unggun. Tiba-tiba dia bergidik, umpatnya dalam hati, "Mana boleh kubandingkan dia dengan Siau-susiok? Siau-susiok berasal dari perguruan kaum lurus, dia berbuat begitu karena demi kebaikan adikku. Sebaliknya dia adalah musuh besar perguruan, dia berniat mencelakai adikku!" Lan Sui-leng mencoba melongok keluar dari lubang gua yang sempit, Tonghong Liang masih berdiri bagai patung, apa yang sedang dia pikirkan? Tentu saja dia tidak akan tahu jalan pikiran pemuda itu, jangan lagi pikiran orang lain, terhadap jalan pikiran sendiri pun dia merasa bimbang dan tidak menentu. Sepanjang hidup belum pernah pikirannya sekalut ini, sebentar dia berpikir begini, "Kelihatannya dia tidak mirip orang jahat, mungkinkah dia akan mencelakai adikku? Jangan jangan tuduhan ini muncul karena pikiran Siau-susiok yang kelewat sensitip?" Tapi sebentar kemudian dia berpikir lain, "Lebih baik percaya ada daripada percaya tidak ada. Pengetahuan Siau-susiok jauh lebih tinggi daripada kemampuanku. Darimana aku bisa tahu kalau kecurigaannya tanpa dasar?" Dari sisi telinganya dia seolah mendengar lagi peringatan Siaususioknya yang dingin, "Bencana besar memang belum terjadi, tapi dia terbukti sudah mencuri belajar ilmu pedang perguruan kita dari adikmu, apakah kau berani menjamin dia tidak akan menggunakannya untuk melakukan kejahatan? Kalau harus menunggu sampai nama baik adikmu hancur berantakan, hmmm, mau menyesal pun sudah terlambat!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba-tiba suara guntur menggelegar memecahkan keheningan, membuat gadis itu tersadar kembali dari lamunannya. Ketika halilintar berkilat, tiba-tiba diapun teringat kembali dengan Put-ji Totiang, ayah angkat adiknya. Dari cerita adiknya, konon Put-ji paling takut melihat kilatan halilintar, setiap musim hujan tiba, dia sering marah marah tanpa alasan dan penyebab yang jelas. "Aneh, ilmu silat yang dimiliki Put-ji Totiang sangat hebat, latihannya pun amat bagus, kenapa orang semacam dia bisa takut dengan kilatan halilintar?" Yang lebih mengherankan lagi adalah, "Put-ji Totiang begitu menyayangi adikku, mengapa dia justru mengajarkan ilmu pedang yang salah? Apakah dia berniat ingin mencelakainya?" Membayangkan kalau kemungkinan besar Put-ji Totiang berniat mencelakai adiknya, apakah dia harus percaya dengan Tonghong Liang, orang yang baru saja dikenalnya? "Tapi.... bila ilmu pedang yang dipelajari adikku keliru, kenapa dia bisa mengajarkan ilmu pedang tingkat tinggi kepada Tonghong Liang?" Berpikir sampai disini, dia pun mulai mencurigai ucapan Bouw Ityu, benarkah ilmu pedang tingkat tinggi yang dimiliki Tonghong Liang adalah hasil ajaran adiknya? "Jangan-jangan dia mempelajari dari orang lain?" demikian gadis itu berpikir, "ehmm, toh aku sedang dalam perjalanan menuju kuil Siau-lim, setelah berjumpa adikku, bukankah semuanya akan jadi jelas?" Di antara halilintar yang menyambar, pikirannya ikut bergolak tidak tenang bahkan berubah ubah secepat sambaran petir. Sayang sekali, walaupun gadis itu sudah berpikir kian kemari namun hasil yang diperoleh hanya kegelapan yang makin pekat. Suara guntur kembali menggelegar diikuti hujan pun turun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan derasnya. Api unggun di depan gua pun ikut padam. Di antara kilat yang menyambar, lamat lamat dia dapat melihat bayangan punggung Tonghong Liang, ternyata dia masih berdiri di tengah hujan tanpa bergerak. Tidak tahan lagi Lan Sui-leng berteriak keras, "Tonghong Toako, hujan turun sangat deras.... Setelah teriakan itu muncul, dia baru tersadar kembali, ternyata panggilan 'Toako' yang ditujukan kepada Tonghong Liang diutarakan dengan begitu wajar. Tapi setelah "hujan turun sangat deras", apa yang akan dia lakukan? Gadis itu tertegun, kata selanjutnya pun tak tahu bagaimana harus dilanjutkan. "Betul, hujan turun sangat deras, terdengar Tonghong Liang menyahut, "hati-hati jangan sampai basah. Sekali lagi Lan Sui-leng tertegun, biarpun berdiri di tengah hujan badai, ternyata dia masih mengkhawaatirkan kesehatan tubuh sendiri. "Tonghong Toako, kau.... kembali Lan Sui-leng tak sanggup melanjutkan perkataannya. Agaknya Tonghong Liang dapat menebak suara hatinya, sambil tertawa dia menyahut, "Aku sudah terbiasa berdiri di bawah terik matahari atau basah oleh hujan badai. Biar hujan turun selama tiga hari tiga malam pun kau tidak usah kuatir aku jadi sakit gara-gara ini. Lan Sui-leng benar benar merasa amat rikuh, tapi kalau ingin suruh dia berteduh dari hujan, sebetulnya gua dimana dia beradalah merupakan tempat yang paling sesuai, tapi.... walaupun gua ini bisa menampung dua orang sekaligus, dia pun merasa rikuh untuk berdiri saling berdempetan dengan pemuda itu. Karenanya setelah mendengar sahutan tadi, diapun tidak berbicara lebih jauh.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kini pikirannya semakin kalut, dari kilat yang menyambar dia terbayang akan Put-ji Totiang, dari Put-ji Totiang diapun membayangkan Siau-susiok, kemudian dari Siau-susiok diapun membayangkan Tonghong Liang yang kini berdiri dihadapannya, membayangkan panggilan "Toako" yang tanpa sadar ditujukan untuk Tonghong Liang. "Seandainya kuceritakan kisah pengalamanku malam ini kepada Siau-susiok, mungkinkah Siau-susiok akan berubah jalan pemikiran sendiri dan mengakuinya sebagai orang baik? Ehmm, aku tidak boleh menuruti dugaan Siau-susiok dan membinasakan seorang baik.... Dia bahkan membayangkan pula kawanan tosu kecil yang setiap hari sering menggodanya, dia merasa bayangan punggung Tonghong Liang tampak jauh lebih tinggi dan besar. "Bila dibandingkan kawanan tosu bau yang kotor mulutnya, pada hakekatnya dia jauh lebih gagah, jauh lebih mirip lelaki sejati. Tapi, btikankah Put-ji Totiang pun tinggi besar dan gagah? Aaai.... tidak seharusnya Tonghong Toako menjadi seorang lelaki sejati gadungan macam Put-ji Totiang.... Hujan masih turun dengan derasnya, tiba-tiba hawa dingin serasa berkecamuk dan menyelimuti tubuhnya. Biarpun hujan tidak membasahi tubuhnya, namun perasaan hatinya seolah dibasahi air hujan, makin lama dia merasa semakin kedinginan dan akhirnya gigi pun mulai saling gemerutukan. Tiba-tiba cahaya kilat berkelebat, dia melihat tubuh Tonghong Liang mulai bergerak, menembusi hujan yang deras dia sedang berjalan mendekati mulut gua. Ketika kilat menyambar lewat, kegelapan kembali mencekam seluruh jagad, perasaan hatinya serasa ikut tenggelam ke dalam jeram yang dalamnya tak terhingga. "Mau apa dia berjalan mendekat?" Sesaat sebelumnya dia masih mengkhawatirkan dia tidak ada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tempat berteduh, tapi sekarang muncul perasaan takut yang luar biasa, dia kuatir pemuda itu berniat jahat terhadapnya. Tonghong Liang berhenti setibanya didepan gua, ujarnya, "Aku tahu kau sangat kedinginan, sayang dalam keadaan begini tidak bisa membuat api unggun, sementara akupun tidak membawa pakaian yang terlalu banyak. Lan Sui-leng jadi semakin gugup. "Aku tidak dingin, aku tidak kedinginan!" buru-buru serunya. "Bagaimana pun kau toh tidak bisa tidur, mari kita berbincang bincang saja. Tentunya kau tahu tentang delapan nadi utama dalam tubuh kita bukan?" Sungguh aneh, dalam suasana seperti ini ternyata dia masih begitu berminat untuk membicarakan ilmu silat? "Pernah mendengar nama itu, jawab Lan Sui-leng. Keng-luo atau jaringan nadi merupakan sebuah keistimewaan dalam ilmu pertabiban China, sebetulnya ilmu ini tidak termasuk rahasia, penjelasannya amat sederhana. Jaringan nadi atau Keng-luo adalah jalan raya dimana peredaran darah manusia berlangsung, jaringan utama disebut "Keng" sementara jaringan cabang disebut "Luo". Pertemuan antara Keng dan Luo membentuk jaringan bebas hambatan yang menghubungkan seluruh jaringan yang berada dalam tubuh manusia. Jaringan Keng-luo terbagi lagi menjadi Ceng-keng (nadi lurus) dan Khi-keng (jaringan samping). Cengkeng terdiri dari dua belas jaringan yang terbagi kiri dan kanan yakni Jiu-ka-sam-yang-keng (tiga nadi positip tangan dan kaki) yakni Tay-yang, Ce-yang dan Sau-yang. Serta Jiu-ka-sam-im-keng (tiga nadi negatip tangan dan kaki) yakni Im-beng, Sau-im dan Tay-im yang bilamana digabung menjadi dua belas buah nadi. Sementara itu Khi-keng atau jaringan samping terdiri dari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

delapan nadi yaitu Tok-meh, Jin-meh, Jiong-meh, Tay-meh, Im-wimeh, Yang-wi-meh, Im-kiau-meh serta Yang-kiau-meh. Masingmasing nadi mempunyai kegunaan yang berbeda. Ilmu pengetahuan ini bukan saja mempunyai nilai yang tinggi di bidang pengobatan, termasuk juga dasar utama yang harus dikuasahi untuk melatih tenaga dalam. Lan Sui-leng ibarat seorang pelajar yang sedang menghadapi ujian disekolah, dia harus menghapalkan semua nadi penting itu di luar kepala. Kembali Tonghong Liang bertanya, "Tahukah kau jalan darah apa saja yang dilalui setiap nadi itu dan dimana saja letak jalan darah penting di tubuh manusia?" Sambil menjulurkan lidahnya dan tertawa sahut Lan Sui-leng, "Suhu pernah menjelaskan satu per satu, tapi mana mungkin aku bisa menghapalkan sebanyak itu?" "Di antara delapan nadi yang masuk dalam kelompok Khi-keng, Tok-meh disebut orang sebagai jalan bebas hambatan dari Yangkeng dan merupakan kunci yang vital, tahukah kau apa sebabnya?" "Tok-meh bisa disebut nadi pengawas karena dia mempunyai kemampuan mengawasi seluruh nadi yang ada dalam jaringan Yang-meh. Jangan kau sangka aku sama sekali tidak kenal masalah Keng-meh!" seru Lan Sui-leng sedikit kurang senang, "mungkin secara keseluruhan aku tidak hapal, namun kalau hanya jalur yang satu itu, rasanya aku tidak bakalan lupa. Bukankah jalur nadi ini dimulai dari jalan darah Tiang-jiang-hiat yang berada diujung paling bawah tulang ekor hingga jalan darah Yin-ciau-hiat di luar gusi gigi?" "Tepat sekali. Mari kuajarkan sebuah cara untuk melawan hawa dingin, gunakanlah cara mengatur napas yang kuajarkan siang tadi dengan menembusi jalan darah Keng-ciang-bun, Tiong-wan, Thamtiong, Li-ih, Yang-leng, Toa-su, Suan-tiong, Yay-ciu kemudian terhimpun di Tan-tian, dari sana giring hawa murni mengelilingi Tok-meh satu lingkaran. Begitulah kau ulangi latihan beberapa kali,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kujamin pasti ada hasilnya. Selesai berkata dia beranjak pergi dan kembali ke tempat semula. Sepeninggal pemuda itu, Lan Sui-leng segera melatihnya berulang kali, benar saja segera timbul hawa hangat yang mengusir semua rasa dingin ditubuhnya. Dengan perasaan girang pikirnya, "Ternyata Tonghong Toako memang seorang guru yang baik, bukan saja ajarannya bagus bahkan sangat bermanfaat. Dengan mempelajari ilmu tersebut akupun tidak usah kuatir dinginnya salju lagi. Padahal darimana dia tahu kalau Tonghong Liang memberi petunjuk karena sudah mengetahui tingkatan tenaga dalam yang dimiliki. Bukan saja dia telah mengajarkan cara mengusir hawa dingin, bahkan merupakan semacam Sim-hoat tenaga dalam tingkat atas. Begitu merasakan tubuhnya hangat, tanpa terasa Lan Sui-leng pun terlelap tidur. Ketika mendusin dari tidurnya, mendadak dia mendengar ada orang seperti sedang ribut dengan Tonghong Liang, terdengar suara seorang perempuan sedang berteriak, "Hmm, diam-diam kabur keluar, kau tidak menyangka aku bakal menemukan dirimu bukan?" "Aku sedang menjalankan perintah dari Suhu untuk mengunjungi gunung Bu-tong!" Tonghong Liang menyahut. "Tapi jalanan ini bukan menuju gunung Bu-tong! Aku telah berkunjung ke gunung Bu-tong. Lantas kenapa tidak langsung pulang?" bentak perempuan itu nyaring, suaranya makin lama semakin keras. "Karena masih ada sedikit urusan yang harus diselesaikan. "Urusan apa? Tidak dapat kau jelaskan kepada-ku?" Kelihatannya Tonghong Liang takut sekali terhadap perempuan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu, dengan perasaan apa boleh buat terpaksa dia menjawab, "Aku mau berkunjung ke kuil Siau-lim, mencari seorang teman. Perempuan itu kembali tertawa dingin. "Mana mungkin kau punya teman di kuil Siau-lim? Aku pun belum pernah dengar kalau gurumu punya hubungan dengan seseorang di kuil Siau-lim, memangnya kau sangka para hwesio bau yang sok memimpin dunia persilatan bakal memandang sebelah mata kepadamu?" "Sahabatku bukan anak murid Siau-lim-pay, dia hanya bertamu di kuil itu. "Siapakah temanmu itu? Mengapa bertamu di kuil Siau-lim!" "Maaf, urusan pribadi sahabatku bukan urusanku, jadi aku tidak pernah banyak bertanya. Maksud dari perkataan itu jelas, dia tidak suka perempuan itu terlalu banyak mencampuri urusannya. Kelihatannya perempuan itu tidak menyangka kalau dia bakal balas menyindir, setelah membungkam sesaat kembali tanyanya sambil tertawa dingin, "Apakah semalam kau menginap dalam hutan seorang diri?" "Bisa dibilang begitu, bisa juga tidak. "Apa maksudmu?" "Aku mempunyai seorang teman lain, semalam diapun berada dalam hutan ini. Hanya saja berada di tempat yang berbeda, hutan ini toh sanga t luas. Sebenarnya perempuan itu tidak tahu apakah "sahabat" nya itu pria atau wanita, tapi begitu mendengar di balik jabawannya terselip sesuatu yang seolah dirahasiakan, kontan saja timbul perasaan curiga. Sambil memutar biji matanya, sengaja dia berteriak dengan suara lebih keras, "Ooh, jadi sahabatmu itu tidak berani bertemu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orang? Suruh dia keluar, ingin kulihat sahabat babi teman anjing macam apa yang telah berkenalan dengan-mu. Lan Sui-leng yang mendengar ucapan itu jadi sangat mendongkol, tidak tahan dia berjalan keluar dari dalam gua sambil menyahut, "Akulah sahabatnya, aku bukan babi, juga bukan anjing, justru aku lihat kaulah yang mirip seekor macan betina!" "Kurangajar, kau berani mengatakan aku macan betina?" teriak perempuan itu gusar, "baiklah, akan kusuruh kau rasakan kelihayan dari si macan betina!" Tiba-tiba tubuhnya melambung bagaikan seekor burung, dalam sekejap mata dia sudah tiba dihadapan Lan Sui-leng dan langsung menghadiahkan sebuah tempelengan. "Piau-moy, jangan ngawur!" bentak Tonghong Liang. Secara reflek Lan Sui-leng menggunakan kungfu Bu-tong-pay untuk menghadapi datangnya ancaman, dengan jurus Sam-huan-togwee (tiga lingkaran mencekal rembulan) dia berbalik mencengkeram pergelang-an tangan lawan. Siapa tahu mendadak tangan perempuan itu sedikit miring ke samping, perubahan itu dilakukan cepat bagaikan sambaran kilat, Lan Sui-leng hanya merasakan kulit kepalanya tersambar angin dingin, bukan saja topinya sudah tersambar lepas, saputangan pengikat rambut pun sudah terbabat hingga robek. "Hahahaha.... ternyata seorang bocah perempuan!" seru perempuan itu, "Tonghong Liang, mau bilang apa kau sekarang?" "Piau-moy, jangan salah paham.... Belum selesai bicara, perempuan itu kembali menukas, "Salah paham? Hmm! Setelah rase kecil ketahuan ekornya, kau baru mengatakan salah paham!" "Perempuan busuk!" umpat Lan Sui-leng gusar, "senang amat memaki orang lain. Aku suka menyaru laki atau perempuan, apa urusannya dengan dirimu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tutup mulut!" bentak perempuan itu gusar. Dengan sekali sodokan, dia totok jalan darah Lan Sui-leng. "Piau-moy, buru-buru Tonghong Liang berkata, "sejak kecil hingga dewasa kita kumpul bersama, masa kau masih belum paham dengan watakku? Bila kau menuduh dan mencurigai aku semaunya, sama artinya kau sedang menghinaku!" Sembari berkata sengaja dia mengibaskan ujung bajunya. Sebagaimana di ketahui, semalam pakaiannya basah kuyup oleh air hujan, nyaris air telah merembas hingga ke dalam tubuhnya, dengan mengibaskan ujung baju, butiran air pun segera berhamburan ke mana mana. Begitu perempuan itu menyaksikan pakaian Lan Sui-leng yang masih kering dan bersih, seketika itu juga dia mengerti penjelasan dari kakak misannya itu. Kendatipun begitu, dia tidak rela mengaku salah, selain itupun merasa tidak lega membiarkan kakak misannya melakukan perjalanan bersama perempuan lain, tanpa bicara lagi dia segera menarik tangan Lan Sui-leng dan diajak pergi meninggalkan tempat itu. "Piau-moy, jangan ngawur, apa yang hendak kau lakukan?" tegur Tonghong Liang. Perempuan itu kembali mendengus. "Hmm, coba lihat kepanikanmu itu, memangnya pandanganmu dia jauh lebih penting daripada aku?" dalam

"Bukan begitu maksudku, dia adalah sahabatku, aku tidak ingin kau mencelakai dia!" "Hmmm!" perempuan itu tertawa dingin, "aku belum lagi menyentuh seujung rambutnya, kau sudah menuduhku yang bukanbukan. Aku justru mau lihat.... Kelihatannya Tonghong Liang cukup mengerti akan tabiat saudara misannya itu, buru-buru ancamnya, "Kalau kau sampai
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melukainya, aku.... "Mau apa kau?" "Selama hidup aku tidak akan bertemu kau lagi!" Begitu selesai mengucapkan ancamannya, dalam hati dia menghela napas panjang, untuk menghadapi adik misannya yang temperamen, mau tidak mau dia harus mengeluarkan "gertakan" yang paling besar untuk meredam ulahnya. "Huuuh, aku pun tidak butuh kau!" sahut perempuan itu cepat, tapi kemudian sambil tertawa cekikikan tambahnya, "Kau tidak usah takut, aku pasti akan melayaninya sebagai seorang sahabat. Aku akan mengajaknya pulang ke rumah, memperlakukan dia sebagai tamu agung. Puas bukan?" Kali ini Tonghong Liang benar-benar dibuat menangis tidak bisa, tertawa pun sungkan, katanya, "Darimana kau tahu kalau dia bersedia menjadi tamumu?" "Dia tidak bersedia pun harus bersedia! Kenapa kau ngotot ingin melakukan perjalanan bersamanya?" "Karena aku ada urusan ingin bersamanya mengunjungi kuil Siau-lim-si. Sambil mendengarkan penjelasan itu, perempuan tadi tertawa dingin tiada hentinya. Melihat itu, Tonghong Liang jadi tidak suka hati, tegurnya, "Semua yang kukatakan adalah perkataan yang sejujurnya, apa yang kau tertawakan?" "Aku pernah mendengar orang bercerita, katanya dalam kuil Siau-lim berlaku peraturan bau, melarang kaum wanita masuk ke dalam, apakah berita itu benar?" "Benar sekali. Cuma.... Tapi berhubung alasan yang sebenarnya tidak mungkin bisa dijelaskan dalam waktu singkat, lagipula dia enggan mengemukakan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

di hadapan adik misannya, maka sesudah berbicara sampai separuh jalan, dia pun berhenti berbicara. Tidak menunggu pemuda itu berpikir lebih jauh, kembali perempuan itu berkata sambil tertawa dingin, "Hmm, akupun tahu kalau budak cilik ini tidak bakal membantu apa-apa terhadapmu, kalau ingin ke kuil Siau-lim, pergilah sendiri. Selesai bicara ia segera menarik Lan Sui-leng dan berlalu dari situ. "Piau-moy, kau jangan tidak tahu aturan!" teriak Tonghong Liang. Perempuan itu tertawa dingin. "Terhadapmu aku sudah kelewat sungkan, ternyata kau masih juga tidak tahu diri. Kalau aku benar-benar sudah tidak pakai aturan, hehehe.... "Baiklah, akhirnya Tonghong Liang menghela napas, "anggap saja aku memang takut kepadamu. Kalau ingin kau ajak dia pergi, bawalah sana. Tapi jangan lupa, apa yang telah kukatakan selamanya tidak bakal kupungkiri lagi!" "Aku masih ingat, perempuan itu tertawa, "tidak usah kuatir. Di saat kau pulang ke rumah, saat itu juga kubebaskan dirinya, tidak nanti akan kulukai seujung rambutpun!" Lan Sui-leng yang dikempit di bawah ketiaknya sama sekali tidak mampu bergerak, dia hanya merasa deruan angin serta bayangan pohon bergerak cepat disisinya, saat ini dia seakan sedang terbang melayang ditengah awan tebal. Tidak tahan diam-diam dia merasa kagum sekali dengan kehebatan perempuan itu, pikirnya, "Sambil mengempit tubuhku pun dia masih bisa berlarian secepat ini. Padahal Suhu pernah memuji kehebatan ilmu meringankan tubuhku, namun bila dibandingkan kehebatannya, ternyata aku masih ketinggalan jauh!" Tidak selang beberapa saat kemudian, perempuan itu sudah tiba
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

di bawah bukit. Di kaki gunung sudah menunggu sebuah kereta yang dihela seekor keledai, kusirnya adalah seorang kakek tua. Ketika berjumpa dengan perempuan itu, si kakek hanya membungkukkan badan memberi hormat, tidak sepatah kata pun diucapkan. Sambil membopong tubuh Lan Sui-leng, perempuan itu berjalan masuk ke dalam kereta, menurunkan tirai kemudian menotok bebas jalan darahnya. "Orang tua itu bisu lagi tuli, perempuan itu menerangkan, "jadi apa pun yang kau katakan, dia tidak bakalan tahu. Hey, aku ingin bertanya, siapa namamu?" Lan Sui-leng merasa sangat mendongkol, dia tidak menjawab. "Ooh, masih marah kepadaku yaa?" ejek perempuan itu. Diambilnya sehelai handuk sutera, lalu disekanya wajah Lan Sui-leng hingga bersih, kemudian serunya lagi sambil tertawa, "Waaah, nona kecil yang amat cantik!" Lan Sui-leng sadar, mau berkelahi, dia bukan tandingan lawan, mau mengajaknya ribut mulut pun belum tentu dia bisa berbuat apa-apa, maka dia putuskan untuk membungkam tanpa bergerak, pikirnya, "Perduli amat, mau meledek aku dengan cara apa pun, aku akan menganggap kau seperti orang mampus. Kembali gadis itu berkata dengan nada lebih lembut, "Aku bermarga Seebun bernama Yan. Tonghong Liang adalah kakak misanku, aku memang punya tabiat jelek, sejak kecil tidak senang melihat kakak misanku bergaul dengan perempuan lain. Bila tadi telah menyalahimu, harap kau jangan marah. Tiba tiba saja sikap gadis itu berubah lebih lembut dan hangat, seolah dua orang yang berbeda dibandingkan saat tadi. Sesungguhnya Lan Sui-leng pun seorang bocah yang berhati luhur dan lembut, melihat gadis itu sudah bicara terus terang, bahkan sudah minta maaf pula, rasa mendongkol dihatipun jauh berkurang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bukankah dimatamu aku hanya seekor babi, seekor anjing? Mana berani kuterima permintaan maaf-mu?" sindir Lan Sui-leng. Seebun Yan segera tertawa. "Aku telah memakimu dan kaupun telah memaki aku, malah akupun sudah minta maaf, masa cara ini masih belum cukup? Bila hatimu masih mendongkol, apa salahnya untuk mengumpat aku lagi sebagai macan betina? Padahal dalam kenyataan aku tidak segalak apa yang kau bayangkan, setelah kumpul bersamaku, di kemudian hari kau pasti akan tahu sendiri. Sekarang bersediakah kau memberitahukan namamu?" "Kau telah menyebutkan namamu, kalau aku tidak memberitahukan namaku, tentu akan kau anggap aku mencari untungnya sendiri. Baiklah, aku beritahu namaku, aku she-Lan bernama Sui-leng. "Lan Sui-leng? Ehmm, sebuah nama yang indah!" "Apanya yang indah?" "Sepasang biji matamu bening menawan, sungguh indah dan menarik hati. Nama Lan Sui-leng memang sesuai dengan orangnya. Bagaimana pun, kaum wanita memang paling suka mendengar orang lain memujinya cantik, begitu juga dengan Lan Sui-leng, kesannya terhadap Seebun Yan pun otomatis menjadi lebih lunak. "Padahal kau sendiripun amat cantik, katanya, "masa kakak misanmu tidak pernah mengatakan hal ini kepadamu?" "Kakak misanku memang pernah memujiku, tapi aku selalu menganggap dia hanya berniat menyanjung, karena itu tidak pernah percaya kalau dia bicara jujur. "Tapi sekarang akulah yang mengatakannya, tentu kau sudah percaya bukan? Hanya saja.... "Hanya saja kenapa?" "Sewaktu sewot dan marah-marah, rasanya kau tidak secantik
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarang. Aku bicara sejujurnya. "Terima kasih atas kejujuranmu. "Padahal namamu menambahkan. juga indah!" kembali Lan Sui-leng

"Dimana letak keindahannya?" "Kau bermarga Seebun (pintu barat) sementara dia bermarga Tonghong (arah timur), satu timur yang lain barat, bukankah kalian sepasang yang serasi?" Tidak kuasa Seebun Yan tertawa cekikikan. "Kalau yang satu menuju timur yang lain menuju barat, bukankah semakin lama jaraknya semakin jauh?" "Tempat tidak bisa bergeser, manusianya yang bisa bergerak. Biarpun kau berada di barat, dia toh bisa berangkat dari timur untuk menjumpai dirimu. "Waah, ternyata mulutmu yang kecil pandai sekali berbicara!" seru Seebun Yan sambil tertawa. "Ciri, bagaimana kalau kau bebaskan aku?" "Kau masih ingin pergi ke kuil Siau-lim?" "Benar, tapi misanmu. aku tidak akan pergi bersama-sama kakak

"Kenapa kau bersikeras ingin ke sana?" "Karena adikku berada disana. "Ooh, jadi adikmu hwesio kuil Siau-lim-si?" "Bukan, dia murid Bu-tong-pay. "Siapa gurunya?" "Put-ji tootiang. "Put-ji Totiang?" tampaknya Seebun Yan merasa agak tercengang, "bukankah dia adalah murid penutup dari Bu-siang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cinjin, ketua bu-tong-pay yang lalu? Aku dengar baru saja dia diangkat menjadi tianglo dari partai Bu-tong?" "Tepat sekali perkataanmu. "Menurut apa yang kuketahui, rasanya Bu-siang Cinjin mempunyai dua orang murid, murid pertama bernama Put-coat tapi belum pernah menerima murid. "Betul, dan Put-ji tootiang pun hanya menerima adikku sebagai muridnya. "Kalau begitu, adikmu adalah saru satunya cucu murid Bu-siang Cinjin?' "Benar, dia memang paling disayang oleh Sucouw, Lan Sui-leng membenarkan dengan perasaan bangga. "Kalau begitu urusan jadi lebih aneh, aku pernah dengar orang bercerita bahwa antara Bu-tong-pay dengan Siau-lim-pay rasanya sama-sama diganjal oleh penyakit hati, adikmu sebagai ahli waris Ciangbunjin Bu-tong-pay sebelumnya, mengapa bisa mendatangi kuil Siau-lim-si?" "Aku sendiripun tidak tahu. Kakak misanmu yang memberitahukan hal ini kepadaku. Konon dia dengan adikku pun belum lama berkenalan. "Bagaimana dengan kau sendiri? Sejak kapan kau berkenalan dengan dia?" "Aku? Baru berkenalan kemarin. "Kalau begitu kau kelewat percaya dengan perkata annya!" sindir Seebun Yan dengan senyum tidak senyum. Lan Sui-leng enggan banyak bicara dengannya, tukasny, "Sudah selesai pertanyaanmu? Sekarang aku boleh pergi dari sini bukan?" "Jadi kau enggan menjadi tamuku?" "Bukannya tidak mau, tapi aku ingin menemukan adikku lebih dulu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baiklah, kalau merasa punya kepandaian, pergi-lah sana!" Lan Sui-leng tidak tahu kalau dibalik perkataan itu masih tersimpan perkataan lain, segera pikirnya, "Aku toh bukan berniat mencari hwesio-hwesio Siau-lim-si untuk diajak berkelahi, memangnya aku tidak sanggup berjalan sendiri?" Tanpa pikir panjang dia segera menyingkap tirai kereta dan siap melompat keluar. Siapa tahu belum sempat kakinya menempel tanah, mendadak terasa desingan angin berhembus lewat, tahu-tahu pinggangnya terasa mengencang, rupanya Seebun Yan telah melepaskan sebuah ikat pinggangnya dan dilontarkan ke depan untuk menggulungnya kembali. Kini Lan Sui-leng terjatuh kembali di posisinya semula, biarpun lantai kereta beralaskan permadani tebal hingga pantatnya tidak terasa sakit, namun tindakan ini cukup membuat hatinya sangat mendongkol. "Nona Lan, kau tidak usah marah, aku mengundangmu dengan hati tulus untuk menjadi tamu ku. Lan Sui-leng mendengus. "Belum pernah kujumpai ada orang menggunakan cara begini untuk mengundang tamunya, kau hanya tahu asal diri sendiri senang, kenapa tidak ditanyakan dulu apakah orang lain bersedia atau tidak. Seebun Yan tertawa cekikikan. "Perkataanmu tepat sekali, memang beginilah watak jelekku, dari dulu hingga sekarang belum juga bisa dirubah, oleh sebab itu kecuali kau punya kemampuan untuk mengalahkan diriku, kalau tidak kau tetap harus menjadi tamuku. "Sudah, sudahlah, biar aku terima nasib, bertemu orang macam kau anggap saja memang sedang sial. "Tahukah kau, sikapku terhadapmu boleh dibilang sudah luar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

biasa baiknya, coba kalau berganti orang lain, kecuali terhadap kakak misanku, bila ada orang enggan menuruti perkataanku, mungkin aku sudah mematahkan sepasang kakinya. "Terima kasih atas kebaikanmu!" seru Lan Sui-leng. Sengaja kata "kebaikanmu" ditandasnya dengan nada berat, sudah jelas kata itu mempunyai arti yang berlawanan. "Padahal tidak ada salahnya kau menjadi tamuku, ke satu aku tidak bakal membuat kau terlantar, kedua, tempat tinggal ku termasuk tempat yang indah, banyak orang yang ingin ke sana pun belum tentu harapannya bisa kesampaian. "Huuh, biar rumahmu lebih indah dari istana pun aku sama sekali tidak perduli. "Ooh.... ternyata kau begitu benci denganku?" "Bukan benci, hanya tidak suka berada bersama kau. Mendadak Seebun Yan berkerut kening, ujarnya ketus, "Jadi kau hanya suka berjalan bersama kakak misan ku?" Karena memang berniat membuat jengkel gadis itu, Lan Sui-leng sengaja berkata begini, "Sikap kakak misanmu terhadapku jauh lebih baik ketimbang kau, tentu saja aku lebih suka jalan bersamanya daripada berjalan bersamamu. "Oooh, bagaimana baiknya terhadapmu? Sikapnya terhadapku begitu lembut, begitu perhatian, tidak galak seperti kau. Seperti misalnya semalam, waktu turun hujan begitu deras, dia tidak segan berdiri basah kuyuk di tengah curahan hujan deras, hanya untuk menjaga diriku. Sebenarnya Seebun Yan masih menaruh sedikit kecurigaan, tapi setelah mendengar perkataan itu, semua kecurigaannya hilang lenyap tidak berbekas, katanya sambil tertawa, "Betul, betul, sikap kakak misanku terhadapmu memang sangat baik, tapi sayang sikapmu terhadapnya justru kurang baik.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Darimana kau bisa tahu kalau sikapku terhadapnya kurang baik?" tanya Lan Sui-leng terperanjat. "Dipandang dari luar, kau seolah-olah percaya penuh kepadanya, padahal dalam hati kecilmu penuh dengan kecurigaan dan praduga tidak benar. Atas dasar apa kau berkata begitu? Karena aku lihat kau terburu-buru ingin pergi ke kuil Siau-limsi!" sahut Seebun Yan. Sesudah berhenti sejenak, sambungnya, Walaupun antara Butong-pay dan Siau-lim-pay terganjal penyakit hati, namun kawanan hwesio dari kuil Siau-lim-si tidak bakalan mencelakai adikmu, dalam hal ini apakah kau tidak menaruh curiga?" "Siau-susiok ku juga bilang begitu, Lan Sui-leng manggut manggut. "Lantas bagaimana menurut pendapatmu sendiri?" "Baik Siau-lim-pay maupun Bu-tong-pay sama sama merupakan perguruan lurus yang punya reputasi tinggi, tentu saja aku percaya penuh terhadap mereka. "Lantas kenapa kau terburu-buru ingin pergi kuil Siau-lim-si? Bukankah lantaran mengkhawatirkan keselamatan adikmu? Kalau bukan, lalu karena apa?" Tanpa menunggu jawaban kembali dia berkata, "Aku rasa hanya ada satu penjelasannya, karena dalam hati kecilmu kau tetap beranggapan bahwa manusia yang bernama Tonghong Liang perlu di waspadai, kau kuatir adikmu tertipu dan masuk perangkap dia!" Jawaban tersebut ibarat sebuah tusukan jarum yang menghujam di ulu hati Lan Sui-leng membuatnya berdarah-darah dan terbungkam dalam seribu bahasa. Diam-diam pikirnya dengan perasaan menyesal, "Padahal bukan hanya menaruh curiga saja terhadap Tonghong Liang, aku bahkan masih ingin membunuhnya. Tiba tiba Seebun Yan berkata sambil tertawa, "Aku lihat kau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sepertinya tidak punya pendirian, tidak dapat mengambil keputusan untuk diri sendiri, lebih gampang mempercayai perkataan orang daripada suara hati sendiri, entah perkataan ku ini benar tidak?" "Adikku pun pernah berkata begitu kepadaku, mungkin memang itulah penyakitku. Eeei, tapi bukan-kah kita baru berkenalan? Kenapa kau pun bisa menge-tahui kelemahanku?" "Karena kau selalu suka menyebut perkataan orang lain, eei, omong omong, siapa sih Siau-susiokmu?" "Bouwlt-yu!" "Oooh, aku tahu Bouw It-yu, ayahnya adalah Tiong-ciu Tayhiap Bouw Ciong-long, usianya belum terlalu tua tapi nama besarnya dalam dunia persilatan sudah amat tersohor, bagaimana menurut pandanganmu tentang orang ini?" "Aku tidak terlalu dekat dengan dia. "Tapi mustinya ada perbandingannya bukan, umpamanya kau merasa dia lebih baik atau Tonghong Liang lebih baik?" "Aku tidak tahu. "Kau bukannya tidak tahu tapi tidak berani mengatakannya, kuduga dalam hati kecilmu kau merasa Tonghong Liang jauh lebih baik kendatipun terhadapnya kau masih menaruh perasaaan waswas dan curiga. Cuma, kau pun merasa kalau Siau-susiok mu berasal dari perguruan kenamaan kaum lurus, jadi 'seharusnya" dia lebih bisa dipercaya. Merasa "rahasia hati" nya berhasil dibongkar orang, selain kagum Lan Sui-leng pun merasa terkejut, pikirnya, "Orang ini nampaknya seperti susah bergaul dan judas, siapa tahu sepasang matanya begitu lihay, sampai rahasia hatiku pun bisa terbaca olehnya. Terdengar Seebun Yan berkata lagi sambil tertawa, "Nona Lan, kelihatannya aku punya jodoh dengan mu, jadi tidak tahan aku ingin memperingatkan satu hal untukmu, walaupun aku tidak terlalu hapal dengan tabiat Bouw It-yu, tapi kau musti hati-hati
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menghadapinya, jangan sampai masuk perangkap!" "Terima kasih atas perhatianmu. Aku toh bukan bocah berusia tiga tahun, sekalipun pengetahuanku tidak sehebat dirimu, bukan berarti aku begitu gampang ditipu orang. "Kalau begitu anggap saja aku banyak mulut. Tapi kaupun jangan menyangka aku berniat mengadu domba kalian berdua. Sesuai dengan tabiatku, kalau aku mulai suka dengan seseorang, seringkali tidak tahan untuk menyampaikan suara hatiku. "Watakku pun sama seperti kau, mana mungkin menyalahkan dirimu, sahut Lan Sui-leng sambil tertawa. bisa

"Terima kasih banyak, aku amat senang kalau kau tidak marah kepadaku. Lan Sui-leng memandang sekejap kearahnya, tiba-tiba dia tertawa cekikikan. "Hey, apa yang kau tertawakan?" tegur Seebun Yan. "Mentertawakan dirimu. "Memangnya aku lucu?" "Kau persis seperti udara dibulan ke tiga. "Udara di bulan ke tiga?" "Di bukit Bu-tong kami, udara di bulan ke tiga paling susah diraba, sebentar terang sebentar hujan, bahkan terkadang matahari muncul di langit timur, di langit barat hujan deras. Bahkan cuaca di kedua puncaknya seringkali berbeda. "Apa anehnya? Cuaca di tempat kami pun tidak jauh berbeda. Ooh, mengerti aku sekarang, kau sedang mengatakan kalau watakku tidak menentu bagai perubahan cuaca, sebentar marah sebentar gembira, bukan begitu? Ehmm, perumpamaanmu sangat segar dan menarik, kakak misanku hanya bisa menegur secara langsung, belum pernah dia dapat berbicara sesegar dan menarik seperti ini.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sambil berbicara, tidak tahan lagi ia tertawa cekikikan. Lan Sui-leng sebagai gadis yang belum punya pendirian, begitu orang lain bersikap baik kepadanya, dengan cepat diapun melupakan semua kejadian sebelumnya. Tidak selang beberapa saat kemudian dia sudah mulai banyak bicara dan bergurau dengan Seebun Yan, bahkan hubungan mereka makin lama semakin akrab. Malam itu tibalah mereka di sebuah kota kecil, sang pelayan bisu tuli itu membawa mereka menuju sebuah rumah penginapan. Tampaknya pemilik losmen kenal sangat baik dengan Seebun Yan, sikap dan pelayanannya amat menghormat, tanpa bertanya apakah akan memesan kamar, dia langsung menyiapkan sebuah kamar paling baik dan mempersilahkannya masuk. Setelah menutup pintu kamar Lan Sui-leng baru berbisik, "Hey, aneh sekali, tanpa bertanya apa pun kenapa dia sudah menyiapkan sebuah kamar untukmu?" "Kami sudah memesannya sejak awal, aku minta dia hanya menyiapkan sebuah kamar paling bagus, tentu saja dia tidak bakal menyiapkan kamar lebih. "Bukan begitu maksudku, aku hanya tanya.... dari mana dia tahu kalau aku pasti bersedia menginap satu kamar denganmu? Apakah tidak merasa kurang leluasa?" Seebun Yan tertawa cekikikan. "Kau sangka dia tolol dan pikun? Hihihihi.... justru orang itu pintar dan teliti, kau sangka dandanan-mu bisa mengelabuhi sepasang matanya? Sejak awal dia sudah tahu kalau kau adalah seorang nona yang sedang menyaru. Lan Sui-leng tertawa jengah. "Kusangka penyamaranku sudah amat sempurna, apalagi kemarin pun seharian penuh sudah belajar cara lelaki berbicara
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

serta bertindak.... "Menjadi manusia lebih baik yang wajar wajar saja, buat apa memaksakan diri menderita? Nih, kau cobalah pakaian itu, kalau memang cocok dengan potongan tubuhmu, aku rasa lebih baik kau tampil dengan wajah aslimu saja. Seusai berganti pakaian, Lan Sui-leng merasakan tubuhnya semakin nyaman, katanya kemudian sambil tertawa, "Benar juga perkataanmu, saat berperan sebagai pria aku merasa seakan sedang memakai baju untuk bermain opera, walaupun terkadang terasa menarik dan lucu, tapi gerak-gerikku selalu terasa bagai terbelenggu, sama sekali tidak bebas. Aaaai, coba tahu kalau tidak bakalan pergi ke kuil Siau-lim, tidak bakalan sejak awal aku menyiksa diri dengan menyaru sebagai orang laki laki. "Kini kau gagal pergi ke kuil Siau-lim, apakah dalam hati masih jengkel dan mendongkol kepadaku?" "Terus terang, sepanjang perjalanan tadi aku memang masih mendongkol dan jengkel, tapi sekarang.... semuanya sudah lenyap bagai awan tebal yang buyar di angkasa. "Kenapa begitu?" "Karena sikapmu terhadapku makin lama semakin baik. "Kalau tiba-tiba sikapku berubah, jadi jahat terhadapmu?" Lan Sui-leng tertawa cekikikan. "Aku tidak bakalan marah atau menyalahkan kau, karena aku sudah tahu, tabiatmu mirip sekali dengan perubahan cuaca di bulan ke tiga. Hubungan kedua orang gadis ini makin lama semakin cocok, seusai bersantap malam tanpa terasa kentongan ke dua telah berlalu. "Pergilah tidur lebih dahulu, kata Seebun Yan kemudian. "Aku belum merasa mengantuk.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku sendiripun belum mengantuk dan tidak ingin tidur, Cuma setiap malam aku harus berlatih diri sebanyak dua kali, kini sudah saatku untuk berlatih kembali. "Kalau begitu silahkan saja, kau tidak perlu peduli kan aku. "Inginkah kau membunuh aku secara diam-diam?" tiba-tiba Seebun Yan bertanya. Lan Sui-leng amat terperanjat, segera pikirnya, Jangan-jangan diapun tahu kalau aku pernah berniat membunuh kakak misannya hingga sekarang khusus menggunakan kata kata itu untuk menyelidiki aku?" "Hey, kenapa kau? Dibuat bodoh saking kagetnya?" tegur Seebun Yan lagi. "Kenapa kau ajukan pertanyaan seperti itu kepadaku?" "Tidak karena apa apa. Bila aku pernah menderita kerugian di tangan orang lain, sampai kapanpun aku tetap akan menuntut balas. Oleh karena itu bila kau ingin membalas dendam kepadaku, malam ini adalah kesempatan terbaik bagimu. Lan Sui-leng jadi marah sehabis mendengar perkataan itu, teriaknya, "Kalau memang tidak percaya kepadaku, lebih baik aku pindah ke kamar lain saja. Kembali Seebun Yan tertawa. "Kalau aku tidak percaya kepadamu, tidak nanti akan kuucapkan perkataan seperti itu!" Sementara rasa mendongkol Lan Sui-leng belum mereda, Seebun Yan sudah duduk bersila di atas ranjang dan memejamkan matanya. Beberapa kali Lan Sui-leng memanggil namanya namun gadis itu sama sekali tidak menyahut. Sebenarnya dia masih ingin mengajak gadis itu cekcok mulut, karena tidak digubrik maka diapun tidak mengganggunya lagi. Tanpa berganti pakaian dia membaringkan diri di atas ranjang,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sementara pikirannya melayang ke sana kemari, membayangkan kembali pengalaman yang dialaminya selama dua hari terakhir, makin dipikir dia makin termenung, akhirnya biar sudah bolak balik pun tidak juga bisa terlelap nyenyak. Cahaya lentera di dalam kamar belum dipadamkan, tiba-tiba secara lamat-lamat dia melihat ada dua gulung asap putih menyembur keluar dari lubang hidung Seebun Yan. Timbul perasaan ingin tahu dihati kecil Lan Sui-leng, pikirnya, ? "Lucu dan menarik sekali kepandaian yang sedang dia latih, kenapa dari lubang hidungnya bisa menyem-bur keluar dua gulung asap putih? Asap itu mirip sekali dengan dua ekor ular putih yang sedang bermain. Sebetulnya ingin melakukannya. sekali diraba, namun dia tidak berani

Mendadak diapun menjumpai dari ujung hidung sendiri seolah ada asap putih yang sedang bergerak, pikirnya keheranan, "Kenapa dari lubang hidungku bisa muncul asap putih juga?" Perlu diketahui, asap putih yang timbul dari lubang hidung Seebun Yan bergerak mengikuti tarikan napasnya, selama pernapasan berlangsung, asap putih itu selalu menggumpal tanpa buyar ke mana-mana, jadi mustahil kalau ada segumpal asap yang bisa terhembus ke hadapan mukanya. Sementara dia masih bimbang dan tidak habis mengerti, tiba-tiba dadanya terasa sesak diikuti kepalanya menjadi pening dan matanya sedikit berkunang kunang. Masih untung kemarin dia sudah belajar mengatur pernapasan dari Tonghong Liang, ilmu pernapasan itu dapat dilatihnya setiap waktu setiap saat tanpa harus duduk bersila, begitu latihan dilakukan, hawa murni ditubuhnya secara otomatis bereaksi dan mengalir mengelilingi seluruh tubuh, tidak selang beberapa saat kemudian semua rasa sesak telah hilang tidak berbekas. Sesudah diperiksa dengan lebih seksama, dia baru dapat melihat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan jelas, ternyata asap tipis yang melayang dalam ruangan itu berasal dari celah-celah di luar jendela. Sayang waktu itu daun jendela sudah tertutup rapat hingga tidak dapat menyaksikan keadaan di luar. Biarpun Lan Sui-leng kurang berpengalaman, namun dia sadar, saat ini mereka telah berjumpa dengan kaum penyakit yang sedang meniupkan bubuk pemabok. Dia mencoba melirik ke arah Seebun Yan, tapi gadis itu masih duduk bersila bagaikan seorang pendeta tua, bukan saja sama sekali tidak bergerak, dua gulung asap putih yang semula muncul dari balik lubang hidung pun kini telah lenyap. Ingatan pertama yang melintas dalam benaknya adalah membangunkan Seebun Yan, namun gadis itu bukannya sedang tidur melainkan sedang berlatih ilmu, dia pun kuatir bila mengganggu berlangsungnya latihan Seebun Yan, hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi kesehatan tubuhnya. Tanpa terasa pikirnya, "Aku yang hanya memiliki tenaga dalam tingkat dasar pun tidak sampai terpengaruh oleh bubuk pemabok itu. Dia dengan tenaga dalam yang jauh lebih sempurna seharusnya tidak bakalan terpengaruh juga. Kemudian dia pun membayangkan kembali pembicaraan para Suhengnya mengenai pengalaman mereka menghadapi kaum begundal dalam dunia persilatan. "Kaum begal yang bekerja dengan mengandalkan bubuk pemabok biasanya hanya kaum begundal kecil kecilan yang kebanyakan tidak berilmu tinggi. Berpikir begitu, rasa takutnya hilang seketika, pikirnya lebih jauh, "Bisa jadi Seebun Yan sama sekali tidak pandang sebelah mata pun terhadap kaum begundal kecil itu, kenapa aku tidak berpeluk tangan lebih dulu, lihat saja apa yang hendak mereka lakukan?" Berpikir begitu, secara diam diam dia pun bersembunyi di kolong ranjang. Sifat kekanak-kanakannya timbul kembali, dia ingin tahu dengan cara apa Seebun Yan akan mempercundang kawanan begal
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu. Selang beberapa saat kemudian tiba-tiba terdengar daun jendela di buka orang, ketika sudah terbuka sebuah celah yang agak lebar, kembali sebutir batu kerikil dilempar masuk melalui celah itu. "Aaah, mungkin inilah yang dimaksud 'melempar batu bertanya jalan'.... pikir Lan Sui-leng. Oleh karena sang begal tidak tahu apakah penghuni kamar sudah terlelap tidur atau belum, biasanya mereka akan melemparkan dulu sebutir batu untuk memancing reaksi. Ke semuanya ini sudah pernah didengar Lan Sui-leng dari penuturan orang lain, baru malam ini dia membuktikan dengan mata kepala sendiri. Ternyata Seebun Yan seolah-olah sama sekali tidak merasa, bukan saja tiada reaksi bahkan sepasang mata pun sama sekali tidak dibuka. Tidak lama kemudian dari luar jendela terdengar seseorang berbisik, "Sekarang sudah boleh masuk?" "Kita coba sekali lagi!" Kali ini yang dilempar masuk adalah sebiji mata uang tembaga, "Duuuk!" sambitan itu tepat mengenai kening Seebun Yan. Gadis itu tetap memejamkan matanya tanpa kelihatannya dia sudah terlelap tidur amat nyenyak. bergerak,

Sekarang Lan Sui-leng baru terperanjat, pikirnya, "Berbicara dari tabiatnya yang pemberang, bila dia masih dapat merasakan, mana sudi dirinya dihina dan dipermainkan orang semaunya? Ehmm.... jangan-jangan dia sudah terpengaruh bubuk pemabok?" Dalam pada itu dari luar jendela kembali ter-dengar seseorang berkata, "Sudah kalian dengar? Mata uang tepat mengenai jidatnya, tapi dia sama sekali tidak bergerak, berteriak pun tidak. Masa kalian belum bernyali untuk masuk ke dalam?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Untuk menghindari siasat busuk, menurut aku ada baiknya kita tunggu sampai kedatangan lotoa sebelum bertindak, ujar orang ke dua. "Siasat busuk apa? Budak itu sudah terbiasa di manja, mana mau dia telan kerugian dengan begitu saja?" "Aku masih tetap meras tidak tenang, bayangkan saja putri siapa gadis itu? Mana mungkin dia termakan bubuk pemabok kita segampang itu?" "Hmm, kau hanya tahu satu, tidak tahu dua. "Apa maksudmu?" "Setiap malam, setelah tiba saat seperti sekarang, dia harus melatih sejenis ilmu. Ilmu apa?" "Aku sendiri pun tidak tahu ilmu apa yang sedang dilatih, pokoknya di saat sia sedang berlatih ilmu tersebut, budak itu bakal berada dalam keadaan tidak sadar, tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, bergerak sedikitpun tidak bisa. "Kalau begitu dia bukan terpengaruh oleh bubuk pemabok yang kita lepas?" "Kita tidak bisa bilang begitu, tapi lebih berhati-hati toh tidak ada salahnya. "Menurut aku, bila ingin bertindak lebih hati-hati, ada baiknya menunggu sampai kedatangan lotoa, bukankah keselamatan kita lebih terjamin?" "Kalau sedikit bahaya semacam inipun tak berani kau hadapi, tidak kuatir lotoa mengumpat kita sebagai sampah busuk yang tidak berguna? Lotoa memang bilang mau menyusul kemari, tapi siapa tahu sampai kapan dia baru muncul. "Dia sepertinya telah berkata, sebelum fajar menyingsing dia pasti sudah menyusul kemari.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sebelum?" orang itu tertawa dingin, "waktu yang dia maksud bisa lama bisa sebentar. Kalau dia baru muncul selewat kentongan ke lima, memangnya kau akan menunggu sampai kentongan ke lima? Masa kau lupa dengan perkataan yang mengatakan: semakin panjang tidurmu, semakin banyak mimpi mu?" Kelihatannya perkataan itu membuat rekannya takluk, katanya kemudian, "Baik, baiklah, kalau begitu mari kita bongkar daun jendelanya!" Setelah mendengar tanya jawab antara kedua orang itu, Lan Suileng baru tersadar kembali, pikirnya, "Tidak heran kalau dia berkata, bila ingin menghabisi nyawanya, inilah kesempatan yang terbaik. Rupanya dia benar-benar sudah kehilangan kesadaran dan bukan hanya bergurau saja. Kalau didengar dari nada pembicaraan kedua orang itu, rasanya mereka sudah sangat mengenal dirinya, tapi mengapa ingin mencelakai gadis itu?" Sayang tidak ada waktu lagi baginya untuk berpikir panjang karena orang di luar telah menjebol daun jendela dengan sepenuh tenaga. Biarpun kasar ternyata Lan Sui-leng cukup cekatan, dia sadar pihak lawan masih punya bala bantuan, sementara kekuatannya seorang belum tentu mampu mengalahkan kedua orang itu, maka disaat daun jendela itu sedang dibongkar, cepat-cepat dia bersembunyi di kolong ranjang. Tidak lama kemudian, kedua orang itu sudah membuka jendela dan melompat masuk ke dalam ruang kamar. "Cctt, cctt, cctt.... cewek ini sungguh cantik, dia benar-benar seperti pohon yang tertidur di musim dingin, bikin hatiku berdebar saja, ujar lelaki yang jangkung itu sambil berdecak. Lelaki yang berperawakan kurus pendek segera tertawa terkekeh, sahutnya, "Hahahaha.... sungguh tidak nyana kau pun bisa bergaya seorang seniman. "Memang kau sangka aku hanya bisa main kasar? Hmmm, jelek
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jelek begini aku masih tahu bagaimana menyayangi kaum wanita. "Ehh, ehhh.... kau jangan sembarangan! Bocah perempuan ini kita tangkap karena akan dipersembahkan kepada cengcu!" "Masa hanya mencium pun tidak boleh? Asal kau tidak bilang, memangnya cengcu bisa tahu kalau aku telah mencium dan menggerayangi tubuhnya?" Lan Sui-leng yang bersembunyi di kolong ranjang segera melihat ada sepasang kaki berjalan mendekati ke sisi ranjang, kemudian tampak kakinya setengah menekuk, kelihatannya orang itu sedang membungkukkan tubuh siap menciumi wajah Seebun Yan. Menyaksikan hal ini, Lan Sui-leng segera berpikir, "Aku tidak boleh membiarkan kaum begal itu mempermalukan enci Seebun. Waktu itu pedangnya di letakkan diatas ranjang, namun dalam sakunya masih menggembol sebilah pisau pendek, cepat dia mencabut pisau itu dan dibacokkan keatas kaki orang tadi. Selama hidup belum pernah dia membacok orang, sedikit banyak timbul juga perasaan takut dihati kecilnya, tapi pikiran lain segera melintas, "Kalau sampai kupotong kaki sebelahnya, pasti keadaan orang itu sangat mengerikan, lagipula dia hanya berpikiran jahat, rasanya tidak pantas memperoleh hukuman seberat ini. Lelaki jangkung itu sudah membungkukkan badan dan siap memeluk tubuh Seebun Yan, mimpi pun dia tidak menyangka kalau di bawah kolong ranjang ada seseorang sedang menyergapnya. Belum habis hitungan kedua lewat, Lan Sui-leng dengan menggunakan gagang pisaunya telah menghajar lutut orang itu keras-keras. Biarpun orang itu terhindar dari bencana kehilangan kaki sebelah, tidak urung hantaman keras itu membuat tulang tempurung kakinya patah dan retak. Saking sakitnya orang itu menjerit ngeri sambil melompat mundur, jeritnya, Ada setan'"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan sigap Lan Sui-leng bergulingan di atas lantai kemudian menerobos keluar dari kolong ranjang. Tampaknya lelaki bertubuh pendek itu jauh lebih pandai mengendalikan diri, katanya sambil tertawa, "Loji, tidak usah gugup, yang mengacau hanya seorang budak kecil!" Begitu Lan Sui-leng menerobos keluar dari kolong ranjang, dia segera menangkapnya dengan ilmu Ki-na-jiu-hoat. Sebetulnya kalau bicara soal ilmu silat, kedua orang itu tidak lebih hanya jagoan silat kelas teri, kemampuan yang dimiliki Lan Sui-leng tidak nanti bisa kalah dari mereka. Tapi sayang gadis ini belum punya pengalaman dalam menghadapi musuh, dia jadi gugup begitu melihat tangan besar orang itu datang menangkapnya. Dalam paniknya, baru bergebrak beberapa jurus tahu-tahu pisau pendek itu sudah berhasil direbut lelaki pendek itu. Cepat-cepat Lan Sui-leng menyelinap ke samping, dari bawah bantal dia cabut keluar pedang andalannya, lalu bentaknya, "Cepat enyah dari sini, kalau tidak segera menggelinding, jangan salahkan kalau aku tidak sungkan sungkan lagi!" Lelaki pendek itu tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... bagus sekali, kalau ingin bergulingan, ayoh kita guling bersama!" "Aku suruh kau yang menggelinding pergi!" seru Lan Sui-leng agak melengak. "Hahahaha.... masa kau tidak mengerti maksudku? Biarpun umurmu masih rada kecil, pertumbuhan tubuhmu cukup matang dan sempurna.... hehehe.... aku rada sayang untuk kelewat awal mencicipimu!" Sekarang Lan Sui-leng baru tahu kalau lelaki itu sedang mempermainkan dirinya, kontan dia mengumpat, "Kurangajar, secara baik-baik kusuruh kau menggelinding pergi, sebaliknya kau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

malah berani bicara kotor dihadapanku, lihat pedang!" Setelah berhasil merebut pisau pendeknya dalam beberapa gebrakan, lelaki pendek itu sama sekali tidak pandang sebelah matapun terhadap gadis ini, malah ejeknya sambil tertawa, "Bagus, bagus sekali, mau kulihat apa yang akan kau lakukan terhadap diriku!" Lan Sui-leng benar-benar naik pitam, kali ini dia melancarkan serangan tanpa kenal ampun lagi. Di dalam ruang kamar itu terdapat sebuah ranjang besar, meja kursi serta benda lain hingga sisa tempat yang luang sangat terbatas. Untungnya gerakan tubuh Lan Sui-leng jauh lebih ringan dan lincah ketimbang lawannya, lagipula ilmu pedang Bu-tong yang dipelajarinya dapat digunakan sesuai dengan ruangan yang tersedia, baik di lapangan luas ataupun dalam ruangan sempit, semua jurus serangan dapat menghasilkan daya kekuatan yang sama. Lelaki pendek itu sama sekali tidak menyangka kalau si nona secara tiba-tiba bisa memiliki kepandaian yang amat hebat, kali ini giliran dia yang termakan sebuah babatan pedang Lan Sui-leng, padahal perta-rungan baru berlangsung beberapa gebrakan. Sementara itu lelaki jangkung tadi sudah berkurang rasa sakitnya setelah seputar luka dibubuhi obat luar, dengan penuh amarah teriaknya, "Serahkan budak cilik itu kepadaku!" Siapa tahu baru saja selesai bicara, dia sudah melihat rekannya melompat keluar, dengan perasaan kaget tanyanya, "Kenapa kau?" Sebuah mulut luka memanjang muncul di lengan kiri lelaki pendek itu, masih untung hanya luka luar yang tidak terlalu parah, biar begitu, kejadian ini cukup membuatnya amat terperanjat, sahutnya, "Hati-hati, budak cilik itu memiliki kungfu yang cukup hebat, tidak boleh dipandang enteng!" Lelaki janggung itu tertawa dingin.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Huuh, hanya seorang budak ingusan yang masih bau kencur, mau sehebat apa dirinya?" Biarpun di mulut dia berkata begitu, namun sikapnya berubah sama sekali, kini dia tidak berani pandang enteng lawannya lagi, sambil mencabut keluar sebatang tombak kecil, orang itu berdiri di luar pintu kamar lalu dengan senjatanya dia lancarkan tusukan berulang kali ke tubuh Lan Sui-leng. Dibandingkan pedang milik Lan Sui-leng, tombak pendek itu ukurannya jauh lebih panjang, baru menangkis dua kali, nona itu sudah merasakan pergelangan tangannya kesemutan, hampir saja pedangnya tidak mampu digenggam kencang. Dengan perasaan menyesal dia segera berpikir, "Tahu begini, seharusnya kukutungi kaki anjingnya sejak tadi. Tentu saja lelaki jangkung itu tidak bakalan teringat akan kebaikan hatinya itu, tombak pendeknya bagaikan curahan hujan badai, melancarkan tusukan bertubi tubi, jengeknya sambil tertawa dingin. "Budak cilik, berani amat kau membokong aku? Hmmm, biarpun hari ini aku tidak maui nyawamu, paling tidak akan kubetot putus semua urat kakimu!" Mendadak satu ingatan melintas lewat dalam benak Lan Sui-leng, pikirnya, "Suhu sering berkata, kunci dari ilmu pedang perguruan kita adalah menggunakan lembek untuk mengatasi keras, kenapa kulupakan hal ini?" Biarpun ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang dipelajari belum dikuasai dengan baik, namun dia telah mempelajari serangkai ilmu pedang ajaran gurunya, rupanya dengan mengambil makna dari Thay-kek-kiam-hoat secara khusus Put-hui Suthay telah menciptakan serangkai ilmu pedang Ji-hun-kiam-hoat (ilmu pedang awan lembut) untuk diwariskan kepada muridnya ini. Dia melakukan hal ini karena pertama, dalam perguruan Bu-tong berlaku peraturan yang melarang ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

diajarkan secara sembarangan kepada murid preman, kedua karena ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat mengandung arti yang kelewat mendalam hingga orang dengan dasar yang kurang baik sulit untuk mempelajarinya. Sekalipun ilmu pedang Ji-hun-kiam-hoat tidak sehebat Thay-kekkiam-hoat, namun kemampuannya sama saja yakni menggunakan kelembutan untuk mengatasi kekerasan. Tampaknya napsu membunuh telah menyelimuti pikiran lelaki jangkung itu, kembali tombaknya ditusuk ke depan bertubi-tubi, semuanya dilakukan dengan garang dan telengas. Melihat datangnya serangan yang begitu garang, Lan Sui-leng segera melintangkan pedangnya dan menghantam pelan diatas batang tombak lawan. Tiba-tiba lelaki jangkung itu kehilangan keseimbangannya, tubuh yang sedang merangsek maju otomatis terperosok makin ke depan, "bruukkk!" tahu tahu dia sudah roboh terjungkal di hadapan Lan Sui-leng. "Hey, jangan menyembah dihadapanku, ejek Lan Sui-leng sambil tertawa. Saat tubuh lelaki jangkung itu roboh terjungkal, kebetulan tangkai tombaknya menindih di atas tulang lututnya yang terluka, menggunakan kesempatan itu Lan Sui-leng segera menginjaknya kuat-kuat. Akibat injakan ini, tidak ampun tulang lutut lelaki jangkung itu hancur berantakan, saking kesakitannya dia menjerit-jerit bagaikan babi yang mau disembelih. Lama-kelamaan Lan Sui-leng jadi tidak tega sendiri, sambil menendangnya hingga menggelinding keluar dari pintu, dia tertawa dingin tiada hentinya. "Dari tadi sudah kusuruh menggelinding, siapa suruh kau mencari penyakit buat diri sendiri?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kondisi lelaki pendek itu jauh lebih baik dari pada rekannya, dia hanya terluka di lengan kirinya, luka yang tidak mengganggu gerakgeriknya. Cepat dia menanggapi, katanya, "Sayang aku justru ingin mencari penyakit lagi. Sikapnya jauh lebih tenang bila dibandingkan lelaki jangkung itu, biarpun sudah kalah satu kali, namun dari situ diapun berhasil meraba sampai dimana taraf kemampuan yang dimiliki gadis itu. Kali ini dia bukan menghadapi musuhnya dengan tangan kosong, melainkan pada saat yang bersamaan menggunakan dua jenis senjata yang berbeda. Di tangan kanannya dia mainkan sebuah martil berantai sementara tangan kirinya yang terluka memegang sebuah tameng baja. Martil berantai itu bisa mengancam sasaran sejauh satu depa lebih, jauh lebih panjang bila dibandingkan senjata tombak. Begitu dia mainkan rantai tersebut, tidak ampun semua benda yang berada dalam ruang kamar hancur berantakan, hanya ranjang besar saja yang tidak sampai tersentuh. Rantai bermartil itu termasuk senjata berat, sedang ilmu pedang Ji-hun-kiam-hoat yang dilatih Lan Sui-leng belum mencapai tingkat kesempurnaan, dalam keadaan begini tidak mungkin lagi baginya untuk menghadapi lawan seperti waktu dia menghadapi lelaki jangkung itu, menghadapi lawan dengan meminjam tenaga musuh. Serangan gencar dari lelaki pendek itu memaksa Lan Sui-leng tidak sanggup lagi mempertahankan pintu depan, selangkah demi selangkah dia terdesak mundur hingga nyaris menempel di atas dinding, begitu bermaksud meluruk maju, dia baru mengangkat tamengnya dan merangsek maju lebih ke depan. Selama pertarungan berlangsung, beberapa kali Lan Sui-leng berusaha menyergap musuhnya dengan menggunakan ilmu pedang Jit-cap-ji-jiu-lian-huan-toh-beng-kiam-hoat yang terkenal akan kecepatannya, namun setiap kali berhasil dibendung oleh tameng
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lawan. Karena melihat usahanya tidak membuahkan hasil, terpaksa dia membiarkan pihak lawan merangsek masuk. Dalam gugup dan paniknya, tiba-tiba satu akal cerdik melintas lewat, cepat dia memadamkan lampu penerangan di dalam kamar, kemudian ejeknya dingin, "Ayoh, masuklah!" Betul saja, kali ini lelaki pendek itu tidak berani menerjang masuk ke dalam ruangan, dia tahu gerakan tubuh Lan Sui-leng jauh lebih cepat ketimbang dia, ilmu pedang pun cepat bagaikan sambaran kilat, bila berada dalam gelap kemungkinan terluka baginya jauh lebih besar. Sebaliknya bila dia memutar rantai martilnya secara ngawur, kemungkinan besar tindakannya ini akan melukai Seebun Yan yang sedang bersemedi diatas ranjang. Padahal perintah yang diperoleh dari majikannya adalah menangkap hidup Seebun Yan. Untuk sesaat suasana disana jadi kaku dan sepi karena lelaki pendek itu tidak berani maju ke depan, sedang Lan Sui-leng yang bersembunyi di sudut ruangan pun tidak berani sembarangan bergerak karena kuatir terkena sabetan senjata martil lawan. Di tengah keheningan yang mencekam, tiba tiba terdengar lagi suara manusia. Suara itu muncul dari luar kamar. Begitu mendengar suara orang itu, lelaki pendek itu dengan perasaan girang bercampur malu segera berseru, "Han Toako, kami sedang mengharap kedatanganmu. Baguslah setelah kau datang sekarang. Orang yang dipanggil 'Han Toako itu segera mendengus dingin. "Hmm, aku sangka kalian telah berhasil, kenapa masih berdiri dimuka pintu? Apa yang telah terjadi?" "Musuh agak tangguh, malah loji sudah terluka. "Tidak mungkin orang itu membohongi kita, ujar Han Toako, "mana mungkin Seebun Yan mampu melukai loji? Dimana dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarang? Apakah sudah melarikan diri?" "Dia masih berada dalam kamar. Tapi yang melukai loji bukan dia melainkan si bocah perempuan yang tinggal sekamar dengannya. "Aku juga tahu kalau ada seorang bocah perempuan menemaninya, tapi kungfu yang dimiliki bocah itu sangat biasa, masa kalian tidak mampu menghadapi seorang budak ingusan yang Cuma mengerti beberapa jurus ilmu kucing kaki tiga?" Lan Sui-leng yang mendengarkan pembicaraan itu jadi keheranan, pikirnya, "Orang itu baru saja tiba, darimana dia bisa tahu kalau kungfu yang kumiliki hanya kungfu kucing kaki tiga? "Hmm, kungfu yang dimiliki kedua orang saudara pun tidak seberapa bagus, aku yakin kemampuanmu pun tidak seberapa hebat. Kepandaianku memang kucing kaki tiga, tapi mending daripada adikmu si kucing kaki tunggal. Lagipula belum tentu kungfu yang kau miliki adalah kungci kucing berkaki empat!" Manusia memang selalu lebih suka mendengarkan kata-kata yang bagus ketimbang mendengarkan kata jelek, demikian pula dengan Lan Sui-leng. Untung saja dia segera mendengar ada sepatah kata yang enak didengar bergema ditelinganya. "Toako, ilmu pedang yang dimiliki bocah perempuan itu cukup tangguh, kelihatannya berasal dari partai Bu-tong. "Aku tahu, Han Toako menyahut, "budak cilik itu tidak lebih hanya murid Bu-tong-pay yang belum diangkat secara resmi, karena bukan murid resmi, ilmu pedangnya pun tidak bakalan hebat!" Baru saja mendengar kata kata yang 'sedap', lagi lagi Lan Suileng harus mendengar perkataan Han Toako yang menganggap dia tidak masuk hitungan, perasaan hatinya jadi amat tidak senang, namun diapun merasa keheranan. "Kenapa dia seperti tahu segalanya?" demikian pikirnya. Kedua orang itupun merasa tidak suka hati, kalau benar Lan Suileng seorang jagoan yang tidak masuk hitungan, padahal mereka sudah dikalahkan bocah perempuan itu, bukankah hal ini sama
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

artinya kalau mereka adalah gentong nasi yang tidak berguna? Melihat kedua orang itu tidak berbicara, Han Toako segera mendengus dingin, katanya lagi, "Hmm! Lihat saja kehebatanku!" Sambil berkata dia menyulut korek api dari sakunya dan menambahkan, "Sebelum korek api ini padam, akan kuseret budak kecil itu keluar dari kamarnya! Bila aku sampai tidak sanggup, selanjutnya kalian tidak usah memanggil Toako lagi kepadaku!" Begitulah dengan tangan sebelah membawa korek api sementara tangan lain kosong, selangkah demi selangkah dia berjalan masuk ke dalam ruangan. Waktu itu Lan Sui-leng berdiri di sudut dinding di belakang pintu ruangan, hati kecilnya merasa mendongkol sekali karena dipandang enteng lawan, maka begitu Han Toako melangkah masuk, dia langsung melancarkan tusukan kilat. Kali ini dia menyerang dengan menggunakan ilmu pedang Lianhuan-toh-beng-kiam-hoat, kecepatannya betul-betul luar biasa. Entah mengapa ternyata semua serangannya gagal total, bukan saja tidak mampu melukai lawan bahkan menyentuh tubuh lawannta pun tidak mampu. Han Toako segera mengibaskan korek apinya, dengan tangan kosong dia merebut pedang di tangan bocah perempuan itu. Ki-na-jiu-hoat yang digunakan benar-benar lihay, Lan Sui-leng merasakan desingan angin tajam menyergap tiba, bukan saja ilmu pedangnya tidak sanggup dikembangkan, bahkan nyaris pergelangan tangannya kena dicengkeram lawan. Cepat Lan Sui-leng bergeser ke samping sambil mengubah posisinya, mata pedang sedikit miring ke samping, "Sreeeet!" dia babat sebagian kecil korek api itu, namun gagal melukai lawan, cahaya api pun tidak sampai padam. Dalam pada itu Han Toako tercengang juga ketika menyaksikan ke tiga jurus serangan ki-na-jiu-hoat nya bukan saja gagal
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menangkap lawan, sebaliknya korek apinya malah terbabat sebagian, pikirnya cepat, "Tidak heran kalau mereka menderita kerugian besar di tangan budak kecil ini. Sambil tertawa dingin segera ejeknya, Ternyata dugaanku tidak keliru, beberapa jurus ilmu pedangmu benar-benar jelek dan tidak becus. Hati-hati, dalam jurus berikutnya aku tidak bakal mengalah lagi. Padahal perkataan itu sengaja dia ucapkkan hanya untuk menutupi kegagalannya membekuk si nona dalam serangannya, sama sekali bukan ditujukan khusus untuk Lan Sui-leng. Sebaliknya Lan Sui-leng sendiripun mulai ketakutan, terutama setelah melihat serangan tangan sebelah yang dilakukan pihak lawan nyaris membuat permainan pedangnya tidak sanggup berkembang. Namun diapun enggan mengaku kalah, terpaksa sambil keraskan kepala umpatnya, "Tidak tahu malu, kapan kau telah mengalah kepadaku? Lebih baik kau sendiri yang berhati-hati, bacokan pedangku tadi hanya memangkas sedikit obor apimu. Dasar gadis pintar, begitu cepat dia berhasil mempelajari cara mengibul orang lain, walaupun serangannya gagal memadamkan api lawan, tapi dia berlagak seolah memang sengaja berbuat begitu. Han Toako tidak berani mengibul lagi, kalau tadi dia masih sesumbar dengan mengatakan akan berhasil membekuk lawannya sebelum obor dia padam, tapi setelah mencoba beberapa gebrakan, sadarlah lelaki itu bahwa bukan pekerjaan gampang untuk membekuk gadis itu, kalau pun berhasil menawannya, paling tidak dia harus bertarung puluhan jurus lagi, berarti tak ada jaminan obornya sudah padam lebih dulu. Dalam keadaan begini dan demi menjaga nama baiknya, terpaksa dia buang sisa obornya ke tanah. Sangat kebetulan lemparannya itu persis terjatuh disisi lentera yang terletak dekat ranjang, begitu lentera itu menyala, sisa obor
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pun mulai terbakar diatas meja. Tapi berhubung sumber api berasal dari minyak dalam lentera, kobaran api pada obor itupun melambat. Ini berarti dia memiliki kesempatan yang cukup untuk membekuk Lan Sui-leng sebelum obornya benar benar padam. Lan Sui-leng jadi nekad, dalam keadaan begini buru-buru dia keluarkan jurus Pek-hok-liang-ci yang belum lama berhasil dipelajarinya untuk menyerang pihak lawan. Sewaktu berada di gunung Bu-tong tempo hari, dia sudah pernah bertarung melawan adiknya yang menggunakan jurus Pek-hokliang-ci, kemudian setelah beberapa hari berselang, sewaktu Tonghong Liang bertarung melawan Bouw It-yu, lagi-lagi dia telah menyaksikan kehebatan dari jurus serangan itu, baginya pengalaman yang berulang kali mendatangkan pemahaman yang lebih mendalam baginya atas penggunaan jurus tadi. Ketika Lan Sui-leng melambung sambil melancarkan bacokan, Han Toako segera mengancam sepasang matanya dengan ke dua jari tangan, sementara lengan kanan melingkar, lima jarinya sedikit ditekuk bagai cakar burung elang dan mencengkeram urat nadinya. Jurus serangan yang pertama hanya jurus tipuan, tujuannya untuk mengacau perhatian musuh, sedang jurus serangan yang dilepas belakangan barulah jurus yang sesungguhnya, tujuannya hendak memaksa gadis itu melepaskan senjatanya. Adapun jurus serangan yang digunakan adalah ilmu Ki-na-jiuhoat andalannya, begitu hebat ilmu cengkeramannya ini, jangan lagi musuh dengan kungfu yang lebih rendah, menghadapi orang dengan kemampuan yang seimbang pun belum tentu mereka sanggup menangkalnya. Dan sekarang dia telah mengeluarkan jurus andalannya untuk menghadapi seorang 'budak cilik' yang kungfunya jauh lebih lemah ketimbang kemam-puannya, di dalam anggapannya serangan itu pasti akan berhasil melumpuhkan lawannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kedua belah pihak sama-sama menggunakan gerakan tercepat untuk saling menjatuhkan. "Traaangg....!" diiringi suara dentingan nyaring, betul saja, pedang dalam genggaman Lan Sui-leng terlepas dari genggamannya, namun bukan berpindah ke tangan Han Toako melainkan terbang melenceng ke samping dan menancap di atas ranjang. Sebagaimana diketahui, Seebun Yan sedang duduk bersila diatas ranjang, pedang itu kebetulan persis menancap tepat di hadapannya. Dari mata pedang malah masih terlihat butiran darah segar yang menetes ke bawah. Rupanya niat Han Toako semula adalah ingin merampas pedang itu dari tangan lawannya, siapa sangka daya serangan yang terpancar dari jurus Pek-hok-liang-ci ini jauh di luar dugaannya, meski pada akhirnya dia berhasil memaksa Lan Sui-leng untuk melepaskan senjatanya, namun tidak urung dua jari tangannya kena tersayat hingga putus. Waktu itu Lan Sui-leng masih belum tahu kalau sayatan pedangnya berhasil memapas kutung dua jari tangan lawan, dia sangka orang itu berhasil merebut pedangnya dan kini berniat mencelakai Seebun Yan, dalam paniknya cepat ia berteriak, "Hey, aku sedang berkelahi denganmu, buat apa kau melukai orang lain!" Siapa sangka justru teriakan itu malah mengingatkan Han Toako. Sebagaimana diketahui, lelaki she Han itu sudah kehilangan ke dua jari tangannya, bila dia harus bertarung lagi melawan Lan Suileng, belum tentu kemenangan bisa dia raih dengan gampang. Apalagi jika waktu semakin berlarut, bisa jadi setiap saat Seebun Yan akan mendusin kembali dari semedinya. Begitu tersadar akan hal itu, Han Toako segera mengambil langkah nyata. Rencananya sekarang: Di samping merebut pedang musuh, dia harus secepatnya merebut pula sasarannya. Dengan kecepatan paling tinggi dia harus merampas dulu pedang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

milik Lan Sui-leng, kemudian menggunakan kesempatan di saat Seebun Yan belum mendusin, dia akan menangkapnya sebagai sandera. Dalam keadaan begini, dia sudah tidak perlu merasa takut lagi menghadapi serangan balasan dari si budak kecil. "Apalagi budak itu sudah kehilangan senjata, rasanya tidak perlu aku turun tangan sendiripun, kemampuan lo-sam sudah cukup untuk menghadapinya. Perhitungan rencananya boleh dibilang bagus dan sempurna, sayang sekali ternyata telah terjadi suatu kejadian diluar dugaan, kejadian kecil yang membuat seluruh rencananya gagal total. Kalau dibilang kejadian 'diluar dugaan', seharusnya dia dapat berpikir pula sampai kesitu, yakni waktu yang dibutuhkan Seebun Yan untuk berlatih diri. Di saat dia hendak mencabut pedang yang menancap di hadapan Seebun Yan, saat itulah gadis itu telah menyelesaikan latihannya dan membuka mata. Begitu membuka mata dan menyaksikan ada seorang lelaki berdiri di depan ranjang, Seebun Yan jadi amat terperanjat, watak nona nya langsung kambuh.... "Ploook, plook, ploook!" secara beruntun dia melayangkan tempelengan berulang kali, membuat sepasang pipi Han Toako kontan merah membengkak. Hardiknya, "Lelaki bau dari mana yang berani kemari? Hmm, enyah kau dari sini!" Kalau tadi lelaki she-Han itu sanggup menghadapi serangan pedang Lan Sui-leng dengan tangan sebelah, maka sekarang dia seolah gagu dan bodoh, jangankan kabur, menghindari ke empat buah tempelengan itupun tidak sanggup, hal ini membuat Lan Suileng yang menyaksikan dari tepi ruangan jadi berdiri melongo. Ke empat kali tempelengan itu benar benar amat keras dan berat, separuh wajah lelaki she-Han itu kontan merah membengkak, giginya copot dan darah segar meleleh keluar dari mulutnya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu diperintahkan untuk menggelinding pergi, mana berani dia tidak segera menggelinding? Waktu itu lelaki jangkung yang tulang lututnya hancur baru saja bangkit berdiri dengan bantuan senjata tombaknya yang digunakan sebagai tongkat, ketika melihat 'Toako' nya kabur dengan sempoyongan, tidak terlukis rasa terkejutnya, buru-buru dia bertanya, "Toako, kenapa kau?" Dalam keadaan begini, mana berani Han Toako banyak bicara, apalagi menuturkan pengalaman yang baru saja dialami, namun tidak urung dia berteriak juga memperingatkan saudara saudaranya. "Waktu sudah lewat, cepat kabur, cepat kabur!" Apa maksud 'waktu sudah lewat'? Lan Sui-leng tidak mengerti tapi Seebun Yan tahu dengan jelas sekali. Setelah menarik napas dalam dalam, Seebun Yan pun bertanya kepada Lan Sui-leng, "Dalam ruang kamar ini terendus bau dupa pemabok, apakah bajingan tengik itu yang melepaskan?" "Benar, dua orang anteknya yang melakukan. "Mau apa mereka datang kemari?" "Mendengar dari menangkap dirimu!" perkataan mereka, kelihatannya hendak

Sebetulnya Seebun Yan sudah menduga beberapa bagian, tapi begitu mendapat bukti dari mulut Lan Sui-leng, kontan hawa amarahnya memuncak. Sambil mencabut pedang yang menancap di hadapannya dia membentak nyaring, "Bajingan tengik, kalian masih ingin kabur!" Di tengah bentakan keras, pedangnya dengan dilapisi cahaya pelangi telah meluncur ke depan. Lelaki yang bernama Han Toako itu lari paling depan menyusul di belakangnya adalah lelaki bertubuh pendek.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu pedang itu sudah menghujam dari belakang punggung lelaki pendek itu hingga tembus dari depan dadanya, bukan hanya begitu bahkan pedang tersebut masih meluncur ke depan dengan kekuatan yang sama sekali tidak berkurang. Saat itu Han Toako sudah kabur hingga mencapai ujung halaman, baru saja dia melompat ke atas dan kaki sebelah baru menginjak di atas pagar, tahu-tahu pedang yang meluncur tiba itu sudah menancap dari belakang punggungnya dan memantek tubuhnya di atas dinding. Dalam pada itu si lelaki jangkung yang tulang lututnya telah dihancurkan oleh Lan Sui-leng itu sedang kabur dengan bantuan senjata tombaknya sebagai pengganti tongkat, melihat lo-toa dan lo-sam mati terbantai, dia jadi ketakutan setengah mati. Sadar kalau tidak mungkin lagi baginya untuk kabur, terpaksa dia membalikkan tubuhnya, menjatuhkan diri berlutut dan merengek dengan penuh belas kasihan, "Nona, maafkan hamba.... maafkan hamba.... memang hamba sudah buta matanya.... ampunilah nyawaku!" Waktu itu Seebun Yan sudah melompat turun dari ranjang, ketika ujung kakinya menyentuh pisau pendek yang berhasil dipukul jatuh oleh lelaki pendek itu dari tangan Lan Sui-leng, dia segera mencukil dengan ujung kakinya. Begitu berhasil memegang pisau pendek, dengan suara dingin ujarnya, "Kalau matamu buta, dosamu bisa diampuni, tapi kalau hatimu yang buta, jangan harap dosa itu bisa diampuni. Kau ingin minta ampun dariku? Baiklah, akan kupenuhi harapanmu itu!" Begitu pisau pendek itu meluncur ke depan, percikan darah pun berhamburan kemana-mana, tahu tahu senjata itu sudah menancap persis diatas tenggorokan lelaki jangkung itu. Lan Sui-leng yang menyaksikan semua kejadian itu hanya bisa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berdiri termangu-mangu, pikirnya, "Bukankah lelaki jangkung itu sudah berlutut minta ampun? Biar tidak kau bunuhpun dia bakalan cacat seumur hidup, buat apa musti berbuat kejam terhadapnya?" Kelihatannya Seebun Yan dapat membaca suara hatinya, cepat dia berkata, "Kelihatannya kau sedang menyalahkan aku kenapa bertindak keji terhadapnya? Padahal kenapa tidak kau bayangkan, seandainya aku tidak sadar tepat pada waktunya, apa pula yang bakal mereka lakukan terhadap kita berdua? Betul, mungkin saja mereka tidak bakal membunuhmu, tapi kalau sampai diperkosa atau dipermalukan orang-orang itu, bukankah jauh lebih tersiksa dan mengerikan ketimbang mati terbunuh?" Tanpa terasa Lan Sui-leng membayangkan kem-bali sepasang mata lelaki jangkung yang cabul dan menjijikkan itu, tubuhnya kontan bergidik. Sekalipun di hati kecilnya dia tetap tidak setuju dengan cara keji Seebun Yan, namun kini dia tidak berani lagi membantah. "Tampaknya mereka adalah orang orang yang kau kenal, mengapa tidak di interogasi lebih dulu sebelum dijatuhi hukuman mati?" tanya Lan Sui-leng. "Dari mana kau tahu kalau mereka adalah orang orang yang kukenal?" tanya Seebun Yan. "Aku menduganya dari nada pembicaraan mereka, bukan saja orang-orang itu mengetahui namamu, mereka pun tahu kalau setiap malam pada saat seperti sekarang kau harus berlatih tenaga dalam, mereka juga tahu setiap kali sedang berlatih maka keadaanmu tidak bedanya dengan pendeta yang sedang bersemedi, sama sekali tidak dapat merasakan kejadian di sekelilingmu. "Dalam hal ini akupun merasa keheranan, tapi rasanya belum pernah kujumpai orang orang itu sebelumnya, coba nanti kuperiksa lagi dengan seksama, sekarang gantilah dulu pakaianmu. Secara beruntun Lan Sui-leng telah bertempur melawan tiga orang, kini keadaannya amat kusut, bukan saja rambutnya awutawutan, pakaian yang dikenakan pun dipenuhi noda darah. Seebun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yan segera memberikan satu stel pakaian baru dan memintanya untuk tukar pakaian. Sambil menunggu rekannya tukar pakaian, kembali Seebun Yan berkata, "Biarpun bubuk pemabok yang mereka gunakan tidak terlalu istimewa, namun dibandingkan dengan pelbagai bubuk pemabok yang seringkali digunakan dalam dunia persilatan, bubuk jenis itu terhitung jenis yang cukup lihay. Benar-benar tidak kunyana kalau kaupun tidak sampai mabok dibuatnya. "Seandainya peristiwa ini kujumpai dua hari berselang, dapat dipastikan aku sudah mabok sejak dulu dulu. "Kenapa?" "Kalau dibicarakan sebenarnya merupakan satu keberuntungan bagiku, kemarin malam, baru saja Tonghong Toako mengajarkan sedikit ilmu mengatur pernapasan kepadaku, dia ajarkan ilmu itu agar aku bisa melawan hawa dingin yang menggigilkan di malam hujan badai. Tadi, dengan cara itu pula aku melawan pengaruh dupa pemabok. "Tidak heran kalau kau selalu memujinya, ternyata dia memang baik sekali kepadamu. Hanya saja ilmu yang dia ajarkan kepadamu tidak lebih hanya ilmu tenaga dalam tingkat rendahan. Lan Sui-leng sangat terkejut, serunya tidak tahan, "Baru ilmu tenaga dalam tingkat rendah saja sudah mendatangkan manfaat sebesar ini, apa jadinya kalau berhasil mempelajari tenaga dalam tingkat tinggi? Enci Seebun, apakah tenaga dalam yang kau latih sama seperti yang dilatih Tonghong Toako?" "Persis sama. "Waaah, bukankah ilmu tenaga dalam kalian jauh lebih hebat daripada Bu-tong-pay kami? Aku tidak mengerti tentang tenaga dalam aliran Bu-tong-pay, tapi aku tahu tenaga dalam dari Bu-tong-pay dipandang umat persilatan sebagai ilmu kaum lurus. Apa yang kau katakan belum tentu benar. Menurut dugaanku, Tonghong Toako memang seorang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

guru yang pandai, tapi dia bisa mengajarkan murid yang hebat seperti kau, hal ini dikarenakan dia sudah memahami lebih dulu rahasia dan kunci dari ilmu tenaga dalam aliran Bu-tong-pay. Setengah mengerti setengah tidak Lan Sui-leng manggutmanggut. Kembali Seebun Yan berkata, "Untung sekali ada kau kali ini, aku pasti akan bayar hutang budi ini. Bila ada waktu senggang, kau boleh membeberkan semua kungfu yang pernah kau pelajari di gunung Bu-tong serta ilmu tenaga dalam yang diajarkan Tonghong Toako di hadapanku, nanti akan kuajarkan juga ilmu ilmu silat tingkat tinggi agar kemampuan silatmu meningkat lebih hebat. "Berbicara dari keadaan situasi tadi, sebetulnya kita adalah senasib sependeritaan, jadi bukan aku berniat membantumu untuk menghadapi kawanan begal itu, jadi kau tid ak perlu membalas budi kepadaku. "Aku sendiripun berbuat begitu bukan karena ingin membalas budi, kau toh sudah tahu, setiap kali sedang berlatih ilmu maka aku akan kehilangan kesadaran, bisa jadi dikemudian hari kita bakal menghadapi lagi kejadian kejadian semacam ini. Bila kaupun bisa memiliki kungfu hebat, bukankah dengan kemam-puanmu, kau bisa melindungi keselamatan jiwaku?" Mendengar penuturan itu, timbul perasaan ingin tahu di hati kecil Lan Sui-leng, segera tanyanya, "Aku yang berlatih ilmu pernapasan tingkat rendahan saja dapat melawan pengaruh dupa pemabok, sementara kau yang melatih ilmu tingkat tinggi mengapa justru kehilangan ingatan? Lantas apa keguna-an ilmu tenaga dalam tingkat tinggi itu?" "Kondisi kehilangan kesadaran yang kualami hanya sementara sifatnya, di kemudian hari tentu saja banyak sekali manfaatkan, kata Seebun Yan sambil tertawa, "misalkan saja diriku tadi, justru karena aku telah mempelajari ilmu tenaga dalam ini, maka kekuatan hawa murniku jadi amat dahsyat, aku bisa menggunakan sebilah pedang untuk sekaligus menghabisi nyawa dua orang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku hanya ingin mempelajari ilmu kepandaian yang bisa menaklukan musuh, bukan ingin membunuh orang. "Budak bodoh, bila berhasil mempelajari ilmu sakti, mau membunuh atau tidak, itu masalahmu sendiri yang bisa diatur sesuai keinginan. Tapi bila ilmu yang kau pelajari kelewat cetek, bukan saja kau tidak mampu membunuh lawan, malahan pihak lawanlah yang akan membunuhmu, coba bagaimana kalau sampai terjadi begitu?" Lan Sui-leng segera manggut-manggut. "Masuk diakal juga perkataanmu, katanya. "Jadi kau bersedia belajar ilmu dariku?" Lan Sui-leng tidak langsung menjawab, dia berpikir sebentar kemudian baru berkata, "Kalau kau ajari aku, akupun belajar. Cuma, aku tidak mau memanggil suhu kepadamu, karena.... Kontak Seebun Yan tertawa cekikikan, tukasnya, "Hey, siapa yang ingin mengambil murid? Aku pun tahu kalau kau sudah mempunyai guru lain. "Belum pernah diangkat secara resmi, dia hanya mau mengakui diriku sebagai murid tidak resmi. "Usiaku hanya beberapa tahun lebih tua darimu, bila bersedia, bagaimana kalau kita saling menyebut sebagai kakak beradik?" Lan Sui-leng kegirangan setengah mati. "Asal kau tidak keberatan, tentu saja aku bersedia, sahutnya. Berbicara sampai disitu, dia seperti ada yang dipikirkan, sepasang matanya memandang Seebun Yan tanpa berkedip. "Ada lagi yang ingin kau tanyakan?" ujar Seebun Yan kemudian. "Apakah semua orang yang sedang berlatih ilmu pernapasan tingkat tinggi, dia bakal kehilangan kesadaran? Aku pun pernah melihat guruku sedang berlatih ilmu pernapasan, biarpun dia tidak suka diganggu orang lain, tapi apa pun yang orang lain bicarakan,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dia masih dapat mendengarnya dengan jelas. Usianya jauh lebih tua ketimbang dirimu, apakah tenaga dalam yang dilatihnya masih kalah jauh bila dibandingkan dengan ilmu pernapasan tingkat tinggi mu?" "Kehebatan dari ilmu silat terletak pada pemahaman, tinggi rendahnya tenaga dalam pun tidak berpengaruh pada besar kecilnya usia. Cuma kau jangan salah paham, aku bukan mengatakan kalau tenaga dalam gurumu masih kalah dibandingkan aku, semua aliran tenaga dalam memiliki ciri masing-masing, ada sementara tenaga dalam meski sudah dilatih hingga mencapai tingkat yang paling sempurna pun dia masih bisa merasakan keadaan di sekelilingnya. "Lantas tenaga dalam jenis yang mana terhitung paling tangguh dan hebat?" "Setiap perguruan mempunyai cara yang berbeda, karena itu sulit untuk membandingkan aliran mana yang lebih hebat. Sebetulnya Lan Sui-leng masih belum begitu mengerti, tapi dia merasa kurang leluasa untuk bertanya lebihjauh. Darimana dia tahu kalau penjelasan dari Seebun Yan meski bukanlah penjelasan yang ngawur, namun segala sesuatunya belum tentu dia berbicara menurut fakta dan kenyataan. Hal ini disebabkan Seebun Yan sama seperti Tonghong Liang, menyimpan rencana pribadi yang tidak ingin diketahui orang. Ternyata tenaga dalam yang sedang dia latih saat ini merupakan perpaduan antara tenaga dalam aliran lurus dan aliran sesat, walaupun cepat sekali hasilnya namun menyimpan bibit bencana yang amat berbahaya, ketika dilatih hingga mencapai tingkatan paling puncak, kalau sedikit saja kurang berhati-hati, niscaya akan muncul gejala Cau-hwee-jip-mo (jalan api menuju neraka). Dia minta Lan Sui-leng untuk menerangkan pelajaran kungfu yang dipelajarinya dari Bu-tong-pay, tujuannya pun sama seperti tujuan Tonghong Liang, ingin memahami seluk beluk ilmu silat aliran Bu-tong-pay, biarpun gadis itu baru pemula, namun baginya akan mendatangkan manfaat yang luar biasa.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara pembicaraan masih berlangsung, Lan Sui-leng telah berganti pakaian, maka Seebun Yan pun berkata, "Mari kita tengok keluar. Mayat pertama yang tergeletak diatas lantai adalah mayat lelaki jangkung itu, dia terkapar dengan wajah menghadap ke atas, pisau pendek milik Lan Sui-leng tampak tertancap pada tenggorokannya. Di luar halaman ada cahaya rembulan, walaupun tidak terlampau terang namun terlihat dengan jelas lubang luka berdarah yang menganga diatas teng-gorokan orang itu. Lan Sui-leng merasakan jantungnya berdebar keras, dia tidak berani menyaksikan adegan seram yang ada dihadapannya, buruburu kepalanya berpaling ke arah lain. Dengan seksama Seebun Yan memeriksa wajah orang itu, kemudian setelah mencabut pisau pendek itu dan membersihkan noda darahnya, dia serahkan kembali kepada Lan Sui-leng sambil berkata, "Aku tidak kenal dengan orang ini. Mayat kedua adalah jenasah lelaki pendek itu, pedang telah menembusi punggung hingga jebol dari dadanya, dia roboh tertelungkup di atas tanah. Di atas punggungnya muncul sebuah lubang luka yang menganga lebar, darah segar masih mengalir keluar dengan derasnya. Kali ini Lan Sui-leng menutup wajahnya rapat rapat, dia makin tidak berani menyaksikan adegan itu. Kembali Seebun Yan membalikkan mayat itu, setelah diperiksa sebentar, lagi lagi dia menggeleng, "Aku pun tidak kenal dengan orang ini. Mayat ke tiga adalah jenasah Han Toako, dia terpantek diatas dinding pekarangan. Lan Sui-leng betul-betul merasa mual dan ingin tumpah, pintanya, "Tolong jangan kau turunkan jenasah itu, aku takut!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak perlu lagi meneliti wajah orang ini, kata Seebun Yan, "sewaktu berada di kamar tadi aku telah melihatnya dengan jelas. Sambil berkata dia melepaskan ikat pinggangnya, lalu dengan gerakan Ui-hu-jiong-siau (angsa kuning menembus langit) tubuhnya melambung ke udara, ikat pinggangnya digetarkan ke muka menggulung pedang yang menancap ditubuh mayat itu, begitu disentak, pedang tersebut langsung tergulung lepas. Sambil menyerahkan kembali pedang itu ke tangan Lan Sui-leng, katanya, "Sungguh tidak enak, aku telah menodai senjata andalanmu. "Aku sudah hampir muntah, ayoh kita cepat tinggalkan tempat berdarah ini. "Sewaktu untuk pertama kalinya membunuh orang dulu, hatiku pun merasa amat takut. Tapi lama kelamaan jadi biasa juga. Budak bodoh, tampang macam kau juga ingin belajar berkelana dalam dunia persilatan, mana bisa kau menghadapi orang mati. "Bagiku, lebih baik tidak ada kebiasaan seperti ini!" seru Lan Suileng sambil buru-buru keluar dari halaman, kemudian serunya lagi, "Aneh! Tidak seorangpun diantara mereka yang kau kenal, kenapa mereka justru seolah kenal sekali dengan dirimu?" "Aaah benar!" Ada apa? "Masih ada satu kejadian lagi yang lebih aneh, sudahkah kau berpikir sampai disitu?" "Cepat beritahu kepadaku, aku malas untuk berpikir. Seebun Yan gelengkan kepalanya berulang kali, katanya, "Jika dikemudian hari kau masih ingin berkelana dalam dunia persilatan, lebih baik cobalah untuk sering menggunakan otakmu, apa jadinya kalau segala sesuatu malas berpikir!" Lan Sui-leng termenung dan berpikir bentar, ujarnya kemudian, "Beberapa orang bandit itu sudah membuat keonaran besar di
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tempat ini, heran, kenapa pemilik menampakkan diri hingga sekarang?"

penginapan

belum

juga

"Iya, benar juga, bukankah kejadian ini malah bertambah aneh?" "Mungkinkah dia sudah dibunuh bandit-bandit itu?" "Aku rasa tidak mungkin, sebab walaupun kungfu yang dia miliki tidak terhitung tinggi, namun masih jauh lebih hebat bila dibandingkan ke tiga bandit busuk itu. "Kalau memang begitu, mengapa hingga kau berhasil membunuh kawanan bandit itupun belum nampak dia munculkan diri? Bukankah kau sudah kenal lama dengan dirinya?" "Benar juga, itulah sebabnya akupun merasa bertambah heran, selain itu, tamu yang menginap di rumah penginapan ini kan bukan hanya kita berdua, ke mana perginya tamu tamu yang lain? Ehmm, daripada menduga yang bukan-bukan, lebih baik kita segera pergi menengok. Dengan membawa penerangan dia mulai mendobrak kamar tidur pemilik losmen, ternyata selimut diatas ranjang masih terasa hangat, namun sang pemilik losmen sudah tidak nampak lagi batang hidungnya. Dalam losmen itu terdapat enam, tujuh buah kamar, namun ketika semua kamar didobrak, tidak nampak seorang tamu pun disitu. Akhirnya tibalah gadis itu di kamar tidur yang di tempati pembantu bisu tuli, kata Seebun Yan kemudian, "Bila dugaanku tidak keliru, semestinya pelayan tua itupun sudah ikut kabur. Siapa sangka begitu pintu dibuka, di luar dugaan, pelayan tua itu masih terlihat berada dalam kamar. Hanya sayangnya dia sudah bukan seorang yang hidup, tapi orang mati! Tubuh pelayan tua itu terkapar dengan seluruh tubuh berpelepotan darah, bahkan lantai pun penuh dengan noda darah. Tapi di samping mayat terlihat ada dua huruf besar yang ditulis
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan darah, Lu Juan". Huruf itu ditulis miring tidak beraturan. Kalau huruf "Lu" ditulis sangat besar maka huruf "Juan" hanya terdiri dari tiga guratan memanjang, selain kurus garisnya pun amat kecil, bahkan hanya setengah dari huruf "Lu" itu sendiri. Sambil menghembuskan napas panjang gumam Seebun Yan, "Akhirnya berhasil juga ditemukan titik terang. "Dimana?" "Ada dihadapanmu. Makanya aku bilang apa, kalau ingin berkelana dalam dunia persilatan, nyali kecil mah tidak bakalan sanggup. Misalkan saja titik terang ini, kalau kau tidak berani melihatnya, mana mungkin tulisan itu bisa kau temukan?" "Maksudmu tulisan Lu Juan itu?" "Bukan Lu Juan, tapi Lu Sun. Mungkin karena huruf Lu terdiri dari banyak guratan maka sewaktu selesai menulis huruf Lu, dia sudah kehabisan tenaga hingga tidak mampu merampungkan huruf Sun. Ketika tertulis setengah, dia sudah keburu menghembuskan napas terakhir. "Darimana kau bisa tahu kalau itu huruf Sun?" "Lu Sun adalah pemilik losmen ini. Sesaat sebelum meninggal, dia sengaja menulis nama ini, tujuannya tidak lain adalah ingin memberitahukan kepadaku kalau pembunuh yang ingi)$<mencelakai aku adalah Lu Sun. Berbicara sampai disini kembali dia menghela napas panjang, lanjutnya, "Ternyata dugaanku keliru besar, pada mulanya aku masih mengira dia telah bersekongkel dengan kaum pencoleng untuk mencelakaiku. Sebab dia tahu kalau setiap malam pada saat seperti ini aku harus berlatih ilmu pernapasan. Tapi aku tidak mengira kalau ternyata Lu Sun pun tahu. "Dia adalah pelayan tuamu, mengapa justru dia yang pertama tama kau curigai?" "Karena bisu tulinya bukan dibawa dari lahir, ayahku yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menusuk kendang telinganya hingga tuli dan melolohnya dengan obat hingga bisu!" "Aaah!" kontan Lan Sui-leng menjerit keras dan untuk sesaat tidak sanggup berkata-kata. "Apakah kau merasa ayahku kelewat kejam? Padahal sikap ayah terhadapnya sudah kelewat ramah dan penuh welas kasih, kata Seebun Yan. "Kesalahan apa yang telah dia lakukan? Sebetulnya tidak melanggar kesalahan apa-apa, hanya dulunya dia adalah musuh bebuyutan ayahku. Hampir semua orang yang berani bermusuhan dengan ayahku tidak dapat lolos dari kematian, tapi dia adalah pengecualian, sebab setelah terjatuh ke tangan ayahku, nyawanya berhasil lolos dari lubang kematian. "Mengapa ayahmu mempunyai begitu banyak musuh?" "Maksudmu, kau ingin tahu apa kerja ayahku?" Seebun Yan balik bertanya. Biarpun Lan Sui-leng belum punya pengalaman berkelana dalam dunia persilatan, namun dia sudah sering mendengar dari suheng sucinya tentang apa yang tabu dalam dunia persilatan. Mencari tahu asal usul keluarga orang, menyeli-diki identitas seseorang atau jejak seseorang, bagi orang awam mungkin hal semacam ini dianggap biasa dan lumrah, tapi bagi umat persilatan jelas merupakan pantangan besar. Berpikir begitu dia pun segera berkata, "Aku hanya iseng bertanya, ingin tahu saja. Tapi kalau kau enggan menjawab, yaa sudahlah. "Kita sudah saling menyebut saudara, apa salahnya kuceritakan masalah ini lebih detil. Pekerjaan ayahku adalah pekerjaan paling istimewa di antara tujuh puluh dua pekerjaan lainnya, dia adalah nenek moyangnya kaum begal.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Nenek moyang kaum begal?" Lan Sui-leng benar benar tidak habis mengerti, pekerjaan seperti apakah itu. "Lebih jelasnya, dia adalah pentolan bandit yang tinggal menerima jatah. Selama hidup dia tidak pernah ikut merampok, tapi para begal selalu menghantar uang kepadanya, bahkan selalu memanggil dia nenek moyang dan takut upetinya tidak mau diterima. "Waduh.... jadi.... jadi aku sudah naik ke perahu kaum perompak?" teriak Lan Sui-leng amat terkejut. Terdengar Seebun Yan melanjutkan kembali perkataannya, "Dulunya si kakek bisu tuli itu adalah seorang perampok yang punya nama besar di kalangan hek-to, bersama sekelompok perampok lainnya suatu kali dia mengerubuti ayahku tapi dalam pertarungan itu ayah berhasil menumpas rekan-rekan lainnya kecuali dia seorang. Mengapa jiwanya bisa diampuni? Aku sendiri pun kurang jelas. Biarpun sejak itu dia menjadi bisu tuli, namun selembar nyawanya justru berhasil terselamatkan, untuk mengutarakan rasa berterima kasihnya karena tidak dibunuh ayah, semenjak peristiwa itu dia pun menjadi pembantu kami yang setia. Lan Sui-leng hanya membungkam diri tanpa menjawab. Agaknya Seebun Yan dapat membaca jalan pemikirannya, ujarnya lagi, "Kau tidak usah takut, sejak ayahku meninggal dunia, kami sekeluarga hidup mengasingkan diri di tengah gunung dan sudah lama tidak menjadi perampok lagi. "Ayahmu telah meninggal?" "Benar, ketika meninggal dunia, usiaku baru tiga tahun. Konon dia tewas di luar daerah, hingga sekarang aku sendiripun tidak tahu dimana jenasahnya telah terkubur. Lan Sui-leng berseru tertahan, untuk sesaat dia tak tahu apa yang harus diucapkan. Sambil tertawa kembali Seebun Yan berkata, "Apakah kau mulai menyesal telah berteman dengan putri seorang kepala rampok?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ayah adalah ayah, anak adalah anak, apalagi ayahmu sudah lama meninggal dunia. "Yang menjadi perampok belum tentu semuanya orang jahat, bila pengetahuanmu di kemudian hari semakin bertambah, akan kau pahami apa maksud perkataanku ini. Lan Sui-leng terbungkam, tapi dalam hati pikirnya, "Kalau orang yang suka membunuh semacam ayahmu, aku tidak bakal percaya kalau dia adalah orang baik. Tentu saja perkataan semacam ini tidak bakalan diutarakan keluar. Sementara dia membungkam, tiba tiba Seebun Yan tertawa lagi. "Apa yang kau tertawakan?" tegur Lan Sui-leng kebingungan. "Aku dapat melihat kalau kau tidak percaya dengan perkataanku. Coba kalau berada dihari-hari biasa, bila kau berani menunjukkan sikap memandang hina kaum perampok, bisa jadi aku segera akan membunuhmu. Tapi berhubung pada malam ini kau telah menjadi tuan penolongku, tentu saja aku tidak akan membunuhmu. "Aku sama sekali tidak berniat melindungimu, oleh karena kaum pencoleng itu datang menganiaya diriku, maka akupun memberikan perlawanan dengan sekuat tenaga, oleh karenanya kau tidak perlu membalas budi kepadaku. "Kau kembali sedang berbohong, sela Seebun Yan sambil tertawa, "sewaktu mendusin dari latihan tadi, dalam pandangan pertama aku telah menyaksikan kepanikan yang terekam di wajahmu, kau sedang mengkhawatirkan keselamatan jiwaku, hmm, kau sangka aku tidak dapat melihatnya?" Waktu itu Lan Sui-leng memang sangat mengkhawatirkan keselamatan jiwanya, karena rahasianya terbongkar, terpaksa sahutnya sambil menghela napas, "Enci Yan, bila di kemudian hari kau tidak dapa-t merubah watak serta tingkah lakumu, aku lebih suka mati terbunuh sekarang juga.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tingkah laku seperti apa?" "Janganlah bersikap kejam terhadap orang yang memandang hina kaum perampok. "Baiklah, mari kita sama-sama mengalah, bila di kemudian hari ada orang bersikap begitu di hadapanku, aku tidak akan membunuhnya, tapi sedikit banyak aku harus memberi sedikit pelajaran kepada mereka. Sebaliknya setelah tiba di rumahku, janganlah kau maki aku sebagai perampok ketika berhadapan denganku. "Ibumu toh bukan perampok, buat apa tanpa sebab musabab yang jelas aku memakimu perampok?" Seebun Yan tertawa lebar. "Aku ingin kau berterus terang, semisalnya sejak awal kau sudah tahu kalau aku adalah putri seorang perampok, mungkinkah kau akan berpikir beberapa kali sebelum turun tangan melindungi nyawa putri seorang perampok? Apakah kau akan mempertimbangkan dulu, patutkah kau berbuat begitu?" "Aku tidak mengerti segala teori dan pendapat orang, bagiku yang penting adalah perasaan hatiku tenteram, seandainya demi keselamatan sendiri lalu kubiarkan kawanan perampok itu menganiaya dirimu, sepanjang hidup mungkin aku tidak bakal mengampuni diri sendiri. Seebun Yan termangu beberapa saat, kemudian baru ujarnya, "Bagus sekali perkataanmu itu. Aku pun akan berterus terang juga kepadamu, sebetulnya aku tidak membunuhmu bukan lantaran ingin membalas budi, aku hanya merasa kau cocok sekali dengan perangaiku, entah apa sebabnya, aku hanya merasa makin lama semakin menyukai dirimu. "Terima kasih banyak. Eeei, tanpa terasa hari sudah terang tanah. "Kau bisa menunggang kuda?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ayahku mempunyai seekor kuda kurus, biasanya dipakai untuk menghela kereta, tapi terkadang akupun menungganginya untuk bermain, Cuma lingkunganku hanya seputar ladang sayur di atas gunung, belum pernah menunggangnya hingga jalan raya. "Apa kerja ayahmu?" "Menanam sayuran di atas gunung Bu-tong. "Perawakan tubuhmu halus dan putih, coba bukan mendengar sendiri dari mulutmu, mungkin aku mengira kau adalah seorang siocia dari keluarga terpelajar. Mendengar perkataan itu Lan Sui-leng jadi tidak suka hati, kontan serunya dengan nada ketus, "Jadi kau anggap putri seorang petani sayuran sudah seharusnya berbadan bongsor, kasar dan bebal?" "Kau jangan berpikiran begitu, tukas Seebun Yan sambil tertawa, "aku hanya ingin memuji kecantikanmu secara tulus, sayang aku memang tidak pandai berbicara." Melihat nona itu minta maaf, Lan Sui-leng jadi tidak enak sendiri, buru-buru katanya lagi, "Bukannya perasaanku kelewat sensitip, gampang tersinggung, tapi dalam kenyataan hidup memang ada sementara orang yang memandang hina keluarga petani sayuran. Ada beberapa suci ku selalu bersikap begitu terhadapku. "Terus terang aku malah sangat mengagumi kaum petani sayuran, berangkat pagi untuk mulai bekerja dan pulang setelah magrib, bekerja dan bekerja terus tanpa banyak pikiran, tidak perlu banyak risau, apa jeleknya kehidupan semacam ini? Aku malah merasa petani sayuran itu jauh lebih hebat daripada jadi seorang perampok. Misalkan saja aku, ayahku sudah lama meninggal, tapi sebagai putri seorang perampok, aku justru kerap kali harus bertemu dengan kesulitan kesulitan yang sama sekali tidak terduga. Dalam hati Lan Sui-leng segera berpikir, "Bila orang tuaku benarbenar bisa hidup tanpa pikiran, tanpa risau pelbagai masalah,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kehidupan mereka tentu amat bahagia. Rupanya beberapa kali dia pernah memergoki orang tuanya sedang duduk termangu-mangu, seakan ada masalah berat yang sedang dipikirkan, setiap kali dia bertanya, orang tuanya selalu menghindar dan tidak pernah mau mengaku. Sampai belakangan ini dia baru mulai merasa kalau asal usul adiknya sedikit mencurigakan, maka diapun menghubungkan sikap orang tuanya itu dengan urusan adiknya. Tentu saja persoalan semacam ini tidak leluasa baginya untuk berbagi cerita dengan Seebun Yan. "Hei, makin berbicara semakin melantur!" seru Seebun Yan tibatiba, "lebih baik kita kembali ke pokok pembicaraan, tidak masalah kalau kau tidak pandai menunggang kuda, asal kuajarkan caranya, tanggung dengan cepat kau akan menguasainya. Mari kita berangkat. Ternyata Han Toako serta kedua orang begundalnya meninggalkan kuda tunggangan mereka di luar losmen. Kembali Seebun Yan berkata, "Daripada naik kereta, lebih nyaman bila kita menunggang kuda. Tidak disangka ke tiga ekor kuda ini rata-rata hebat dan bagus, kalau kita menungganginya secara bergilir, mungkin perjalanan dapat kita perpendek beberapa hari. Pada hari pertama dia bersama Lan Sui-leng menunggang seekor kuda secara bersama-sama, dengan memegangi tangannya dia mengajarkan bagaimana cara mengendalikan kuda. Pada hari kedua masing-masing sudah menunggang kuda sendiri-sendiri. Kelihatannya ke tiga ekor kuda itu sudah lama mendapat latihan, biarpun tanpa penunggang ternyata kuda-kuda itu tidak akan lari memisahkan diri, bahkan mengintil terus dari belakang. Sepanjang perjalanan Seebun Yan memilih jalanan yang sepi dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jarang dilalui orang, Lan Sui-leng tidak tahu ke mana saja mereka telah pergi, hanya dirasakan udara makin lama semakin dingin sedang orang yang berlalu lalang pun makin jarang, dia tahu saat ini mereka sedang bergerak dari selatan menuju ke utara. Setelah menempuh perjalanan hampir setengah bulan lamanya, tibalah mereka di bawah kaki sebuah gunung yang tinggi. Sambil menghembuskan napas lega ujar Seebun Yan, "Akhirnya sampai juga di rumah. Lan Sui-leng mencoba mendongakkan kepalanya memandang gunung yang tinggi itu, tampak salju putih hampir menyelimuti seluruh tanah perbukitan, semakin ke atas dia menyaksikan awan semakin tebal membungkus permukaan, puncak-puncak bukit terlihat seolah mengapung di balik lautan mega, sebuah pemandangan alam yang amat menawan. "Waaah.... gunung ini begitu tinggi!" bisik Lan Sui-leng sambil menjulurkan lidahnya, "jadi kita akan berdiam diatas gunung itu?" "Benar, rumahku berada di puncak bukit yang terbungkus awan putih itu, tapi kau tidak usah takut, rumah kami bukan berada di puncak gunung itu. Dalam setengah bulan terakhir, tenaga dalammu telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, aku percaya kau sanggup menghadapi udara dingin. Tapi semisal kau benar-benar tidak kuat berjalan, aku akan membopongmu. Kemudian sambil melompat turun dari punggung kudanya, kembali dia berkata sambil tertawa, "Orangnya mah bisa naik sampai atas, tapi sulit buat kuda-kuda ini. Aku tidak ingin menyiksa beberapa ekor kuda itu. Lan Sui-leng ikut melompat turun dari kudanya, serunya sambil tertawa pula, "Enci Yan, betapa indahnya bila kau mau memikirkan pula urusan lain sama seperti sikapmu terhadap beberapa ekor kuda itu. "Mana bisa manusia disamakan kuda, kalau kuda bisa membantumu menarik kereta, bisa kau tunggangi. Jangan lagi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hewan hewan peliharaan, sekalipun hewan liar yang hidup dialam bebas pun tidak nanti mereka akan mengganggumu selama kaupun tidak mengganggu mereka. Hanya manusia yang suka mengganggu dan menyiksa sesamanya. Kembali Lan Sui-leng tertawa. "Usiamu paling hanya beberapa tahun lebih tua ketimbang aku, kenapa pandanganmu begitu negatip? Aku tak percaya kalau manusia itu sejahat apa yang kau bayangkan. Orang jahat bukannya tidak ada, namun aku selalu merasa orang baik pasti jauh lebih banyak jumlahnya. Tampaknya ada sesuatu yang dipikirkan dalam hati Seebun Yan, ujarnya hambar, "Bila kau dapat berpendapat begitu, itulah hokki mu. Lan Sui-leng mengikutinya naik gunung, makin mendaki semakin tinggi, udara pun makin lama semakin dingin. Hembusan angin diatas gunung amat kencang, bukan saja dingin bahkan serasa merasuk ke tulang sumsum. Untung saja selama setengah bulan terakhir hampir setiap hari Lan Sui-leng berlatih ilmu tenaga dalam yang diajarkan Tonghong Liang, apalagi mendapat pula petunjuk dari Seebun Yan, hal ini membuat hasil latihannya semakin cepat memberikan hasil. Kekuatan tenaga dalam yang dimilikinya saat ini boleh dibilang sama seperti hasil latihan orang lain selama tiga tahun. Meski udara sangat dingin, namun dia masih sanggup untuk menghadapinya. Berjalan sampai tengah hari, Lan Sui-leng merasakan ke empat anggota tubuhnya sudah kaku saking dinginnya, untuk mengayunkan setiap langkah dia butuh mengeluarkan tenaga lebih banyak, tidak tahan ujarnya kemudian sambil tertawa getir, "Mungkin aku sudah tidak mampu lagi melanjutkan perjalanan. Tapi akupun merasa rikuh untuk minta gendong, bagaimana baiknya kini? Lebih baik kita beristirahat sejenak, syukur bisa membuat api unggun untuk menghangatkan badan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seebun Yan tertawa. "Kau sudah berjalan lebih jauh dari dugaanku semula, kalau kau tidak mampu mencapai tempat ini, sejak tadi tubuhmu sudah dingin kaku, mungkin aku benar-benar harus menggendongmu. Tapi setelah berada disini, aku tidak usah menggendong lagi. Masih kuat bukan untuk berjalan setengah li lagi?" "Kenapa harus berjalan setengah li lagi?" "Setelah melewati tanah datar itu, kondisi badanmu akan jauh lebih segar, percaya tidak? Aku tidak bakal membohongimu, kemukjijatan segera akan muncul!" Dengan perasaan setengah percaya setengah tidak, Lan Sui-leng mempercepat langkahnya, setelah melewati tanah datar itu, benar saja, perasaan tubuhnya seakan sama sekali berbeda. Angin yang berhembus lewat terasa lebih hangat, udara untuk pernapasan pun terasa jauh lebih lembab dan mengandung kadar air lebih tinggi, tenggorokannya yang semula mengering kini dirasakan lebih basah dan lembab. Tiba-tiba pandangan matanya terasa berkilat, dia telah menyaksikan sebuah keajaiban, keajaiban itu adalah sebuah pemandangan alam yang luar biasa. Yang dia saksikan adalah semburan mata air dari puncak bukit, semburan air di tengah hembusan angin. Mata air panas yang tersembur ke udara berubah jadi uap panas yang menyebar di angkasa, kemudian tersebar mengikuti hembusan angin, di bawah pancaran sinar matahari berubahlah menjadi kuntum bunga berwarna warni bagaikan bianglala. Selama hidup belum pernah dia menjumpai kuntum bunga secantik ini, di hampirinya tanah datar itu, bagaikan baru saja melangkah keluar dari pintu gerbang musim dingin, kini dia terperosok ke dalam pelukan musim semi. "Banyak sekali mata air semacam ini di atas gunung, Seebun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yan menerangkan, "airnya panas sekali hingga cukup untuk mematangkan sebutir telur. Bagaimana kalau kita coba menangkap seekor ayam salju lalu kita rebus pakai air itu? Cuma aku musti terangkan lebih dulu, semburan air itu mengandung belerang hingga sewaktu di makan nanti akan muncul semacam rasa yang aneh. Lan Sui-leng menarik napas segar, dia merasa udara yang lembab membuat semangatnya makin berkobar, tanyanya, "Apakah buah buahan liar yang tumbuh disekitar mata air boleh dimakan?" "Boleh saja, buah itu adalah buah Tho liar, di balik manis terselip rasa kecut. Dapat membangkitkan semangat yang memakannya. Lan Sui-leng mengambil sebiji dan dimasukkan ke dalam mulut, katanya kemudian, "Ehmm, lumayan juga rasanya. Sekarang aku sedikitpun tidak lelah lagi, mari kita lanjutkan perjalanan, tidak perlu banyak buang tenaga hanya untuk menangkap ayam salju. "Ayam salju berlarian dimana-mana, kalau hanya menangkap seekor mah tidak susah. "Buat apa, toh aku tidak lapar. Ayam salju begitu indah dan menawan, mending untuk tontonan daripada dibunuh, hanya akan merusak suasana saja. "Aaah, aku lupa kalau kau adalah nona yang penuh welas kasih, kata Seebun Yan sambil tertawa, "rumahku sudah tidak jauh dari sini, ayoh jalan, setibanya di rumah tanggung ada banyak makanan menantimu. Seebun Yan berjalan di depan menjadi petunjuk jalan, setelah melalui jalan perbukitan yang berliku-liku, sampailah mereka di depan sebuah mulut lembah berbentuk bulan sabit. Rerumputan nan hijau tumbuh subur didalam lembah, aneka bunga dan pepohonan menambah indahnya suasana. Diantara pepohonan yang rindang terlihat beberapa buah bangunan yang terbuat dari bata merah, jelas rumah itu merupakan tempat tinggal orang kaya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tempat ini benar-benar bagaikan nirwana, kalian pandai amat menikmati hidup, puji Lan Sui-leng sambil menghela napas. "Hanya sayang disini agak sepi, jumlah anggota keluarga kami hanya berempat, selain aku dan ibuku, hanya ada dua orang dayang. Sementara pembicaraan masih berlangsung, seorang dayang telah muncul menyambut kedatangan mereka. Setelah mengamati Lan Sui-leng sekejap, katanya sambil tertawa, "siocia, darimana kau menemukan seorang adik secantik itu? Wah, kita mendapat teman baru. Ternyata dia sangka Lan Sui-leng adalah dayang baru. "Sebutan adik bukan untuk kalian, dia adalah adikku, jadi kalian memanggilnya Ji-kounio (nona kedua)" Merah jengah selembar wajah dayang itu, buru-buru dia minta maaf, "Ji-kounio, harap kau jangan marah, aku tidak tahu!" "Aku sama sekali tidak keberatan, kau tidak usah ambil perduli perkataan nona mu, kita saling menyebut sebagai kakak beradik saja. "waah, waah, waah, baru sampai di rumahku, kau sudah ajarin dayangku untuk berontak?" sela Seebun Yan dengan nada hambar. Wajahnya kaku tanpa perubahan emosi, sulit dibaca apakah dia sedang gembira atau marah, juga tidak diketahui dia sedang bicara serius atau bergurau. Tampaknya dayang itu menangkap perkataan Lan Sui-leng sebagai arti kebalikan, dengan ketakutan cepat cepat dia berlutut sambil memohon, "Ji-kounio, ampunilah jiwa kami. Aku tahu salah bicara, kami sebagai orang bawahan mana berani bersikap kurang sopan. Tidak menunggu sampai dayang itu jatuhkan diri berlutut, Lan Sui-leng segera menariknya bangun, katanya sambil tersenyum, "Aku hanya putri seorang petani sayur, kalau bicara soal status,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mungkin kedudukanku masih jauh lebih rendah dari seorang dayang yang bekerja di keluarga orang kaya. Tidak usah kelewat menghormat. Dengan kening berkerut kembali Seebun Yan menukas, "Dayang ini bernama Ang-siau, bila kau senang, panggil saja namanya. Jadi jangan mengacaukan soal panggilan lagi. Sejujurnya Lan Sui-leng sangat tak senang dengan tabiat nona yang diperlihatkan Seebun Yan, tapi ketika teringat kalau tempat itu adalah rumahnya, lagipula dia tak ingin temannya kehilangan muka dihadapan dayang nya, maka diapun membungkam diri. "Mana Ci-giok?" kembali Seebun Yan bertanya. "Kebetulan ada beberapa orang tamu sedang menyambangi LoHujin, dia sedang mengambilkan air teh untuk para tamu. "Aneh, gumam Seebun Yan tercengang, "di tempat kami jarang kedatangan tamu dari luar, kenapa.... Belum habis dia berkata. Terlihat seorang dayang berbaju ungu sedang berjalan keluar dari dalam ruangan. "Baru sebut Cho-cho, ternyata Cho-cho sudah tiba. Ci-giok, baru saja siocia menanyakan tentang dirimu. "Siapa saja tamu tamu itu?" tanya Seebun Yan kemudian. "Aku sendiripun tidak tahu, sahut Ci-giok, "selama ini belum pernah melihat mereka datang kemari. Mereka berjumlah tiga orang, seorang hwesio, seorang tosu.... "Memang ada nikou nya?' sela Seebun Yan sambil tertawa. "Tidak ada, jawaban Ci-giok amat serius, "orang ke tiga adalah seseorang berpotongan siucay yang mengenakan topi kain, setelah memerintahkan aku menyuguhkan air teh, lo Hujin bilang aku tidak perlu melayani lagi. Kelihatannya dia sedang mengingatkan siocia nya agar masuk setelah tamunya pulang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Timbul rasa ingin tahu di hati kecil Seebun Yan, tiba-tiba ujarnya, "Biar kutengok siapa yang telah datang. Adik Sui-leng, ayoh ikut aku!" Lan Sui-leng termasuk gadis yang kurang begitu tahu soal aturan pergaulan, dia segera mengikuti dari belakang. Ci-giok berniat menghalangi, namun tidak berani. Ang-siau yang melihat itu buru-buru kedipkan matanya berulang kali, minta rekannya tidak usah banyak urusan. Baru melangkah masuk ke dalam halaman, Seebun Yan sudah mendengar suara ibunya sedang berkata, "Sejak tadi aku sudah berkata, urusan yang menyangkut pertikaian dunia persilatan tidak pernah kucampuri. Jadi kalian tidak usah banyak bicara lagi. Tampaknya nada ucapan itu sudah mengandung hawa amarah. Rupanya Seebun Yan masih juga tahu diri. Begitu mendengar ibunya sedang marah, dia segera menghentikan langkahnya. Selanjutnya dia pun menyembunyikan diri di belakang gunung gunungan. Tampak salah seorang diantara ke tiga orang tamu itu, seorang tosu bangkit berdiri seraya berkata, "Pertikaian ini bukan timbul karena perbuatan kami, kalau dirumitkan seharusnya merupakan satu kasus yang ditimbulkan Seebun San-cu dahulu dan belum sempat diselesaikan hingga tuntas. "Ooh, jadi maksud kalian, karena urusan itu ulah suamiku maka sebagai istri aku harus menanggung hutangnya?" dengus ibu Seebun Yan ketus. "Tidak berani, tidak berani!" buru-buru tosu itu membungkukkan badan memberi hormat, "kami hanya berharap Lo-Hujin mau melanggar kebiasaan satu kali saja. "Kalau memang sehamsnya kalian kepadaku!"
http://cerita-silat.co.cc/

masalahnya yang belum terselesai kan, memohon kepadanya, bukan memohon

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sang hwesio ikut berdiri, katanya pula, "Sayang Seebun Sancu sudah lama meninggal dunia, kalau tidak, memandang pada kesetiaan kami yang telah puluhan tahun berbakti kepadanya, kami yakin dia pasti bersedia tampilkan diri untuk menyelesai kan persoalan ini. Siapa pun dapat mendengar kalau dibalik perkataannya sudah mengandung nada gusar. Seebun Yan yang mendengar perkataan itu tanpa terasa berpikir, "Ibu juga kebangetan, toh ayah sudah mati, masa suruh mereka memohon kepada ayah? Bukankah sama artinya sedang mempermainkan mereka semua?" Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, mendadak....duuuk!" ibunya telah membanting cawan air teh ke meja sambil berseru, "Bagus, bagus sekali, kau pun sudah tahu kalau suamiku telah mati, tolong tanya masih tersisa hubungan apa antara kalian dengan diriku? Dia adalah pentolan perampok, tapi aku bukan! Semasa masih hidup dulu, belum pernah kucampuri urusannya, apalagi setelah dia mati, aku lebih-lebih tidak mau terlibat urusan! Pembicaraan ini cukup sampai disini, selamat tinggal!" Bicara sampai disitu, dia segera kebaskan ujung bajunya, segulung angin tajam segera menggulung ke tiga cawan air teh yang berada dihadapan ke tiga tamunya itu dan memindahnya ke atas nampan. Padahal air teh yang berada dalam ke tiga cawan itu masih penuh, karena para tamu belum sempat meneguknya, walau begitu, di saat tergulung oleh kebutan ujung baju hingga melayang balik ke atas nampan, tak setetes air pun yang tumpah keluar. Demonstrasi kepandaian silat yang demikian hebat itu kontan saja membuat ke tiga orang tamunya tertegun, tanpa terasa mereka berpikir, "Tidak nyana tenaga dalam yang dimilikinya begitu hebat dan sempurna, rasanya Seebun sancu sendiripun belum tentu memiliki kemampuan sehebat ini. Pada umumnya apabila sang tuan rumah sudah mengangkat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cawannya sejajar dengan dada, ini berarti sang tamu sudah saatnya untuk mengundurkan diri. Tapi kini, bukan saja para tamu belum pergi, sang tuan rumah telah menarik kembali cawan cawan air teh nya, jelas sikap seperti ini mengartikan kalau dia sedang mengusir para tetamunya. Kejadian ini benar benar membuat ke tiga orang itu mendongkol bercampur gusar, pikir mereka, "Sialan, biarpun kau bukan pentolan perampok, tapi sekarang kau bisa menikmati hidup bagaikan di surgawi, bukankah kesemuanya ini merupakan hasil upeti yang pernah kami persembahkan kepada suami mu?" Namun berhubung mereka telah menyaksikan demonstrasi kepandaian silat yang baru saja diperlihatkan Seebun-hujin, maka tidak seorang pun berani banyak bicara lagi. Diam-diam Seebun Yan berbisik, "Sstt, kau tunggu aku sebentar. Begitu para tamunya berpamitan, gadis itu segera masuk ke dalam ruangan dan berkata sambil tertawa, "Ibu, darimana datangnya tamu-tamu itu? Tampak nya kehadiran mereka telah membuatmu marah?" "Beberapa orang itu adalah bekas anak buah ayahmu di masa lampau, sahut Seebun-hujin, "tidak nanti aku akan marah garagara urusan mereka, aku hanya muak mendengar perkataan orangorang itu. Aaai, tidak usah disinggung lagi, bagaimana? Sudah kau temukan kakak misanmu?" "Sudah!" "Mana orangnya? Kenapa tidak kembali bersamamu? Apakah dia akan pulang dulu untuk menjumpai gurunya?" Dari nada suara Seebun-hujin, kedengaran kalau dia merasa tidak suka hati. Seebun Yan segera tertawa. "Ibu, kau tidak usah minum cuka gara-gara gurunya. Dia memang belum kembali, katanya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Oooh, dia telah pergi ke mana?" "Aku dengar akan pergi ke kuil Siau-lim-si. "Mau apa dia pergi ke kuil Siau-lim?" tanya Seebun-hujin tertegun. Seebun Yan tidak ingin banyak bicara, sahutnya cepat, "Aku sendiripun kurang tahu. Apa yang dilakukan Piauko selalu aneh dan penuh misterius, aku cukup mengetahui wataknya, kalau dia enggan menjelaskan, lebih baik tidak usah banyak bertanya. Hanya saja, walaupun aku gagal membawa pulang Piauko, namun aku telah membawakan seorang anak perempuan untukmu. Dari balik wajah Seebun-hujin yang redup terlintas sedikit perasaan tercengang. "Hey, kau sedang ngaco belo. Aku hanya mempunyai seorang anak perempuan, darimana datangnya anak perempuan lain?" Sementara dalam hatinya dia berpikir, "Jangan-jangan di tempat luaran dia sempat mendengar isu mengenai sepak terjangku?" Tentu saja Seebun Yan tidak tahu akan hal itu, segera katanya sambil tertawa, "Ibu, selama ini kau amat cerdik, masa tidak bisa menduga? Aku telah mencarikan seorang anak angkat untukmu. "Oooh, rupanya begitu, Seebun-hujin menghembuskan napas lega, "kau telah angkat saudara?" "Benar, dia she-Lan bernama Sui-leng, memiliki sepasang mata yang besar, bening, indah, cantik dan pintar, tanggung kau akan menyukainya setelah bertemu. Tampaknya Seebun-hujin merasa tidak terlalu tertarik, ujarnya hambar, "Hmm, kau masih mengatakan tingkah laku Piauko mu aneh dan tidak masuk diakal, padahal ulah setanmu sama sekali tidak berada di bawah ulah Piauko mu. "Ibu, saat ini dia sudah berada di luar, bagaimana kalau aku segera memanggilnya masuk?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Melihat Seebun-hujin tidak menampik, Seebun Yan segera berteriak keras, "Adik Leng, ibu ingin bertemu denganmu, cepat masuk!" Padahal Lan Sui-leng yang berada di luar dapat mendengar semua tanya jawab antara kedua orang itu, maka sambil melangkah masuk sapanya, "Bibi! Putri anda hanya suka bergurau saja, aku tidak berani menerima panggilan seperti itu. "Ibu, aku tidak bergurau, cepat-cepat Seebun Yan berseru, "diabahkan pernah menyelamatkan jiwaku!" Seebun-hujin tampak amat terperanjat, sambil memperlihatkan wajah setengah percaya setengah tidak, tanyanya, "Dia telah menyelamatkan jiwamu? Apa yang sebenarnya telah terjadi?" Secara ringkas Seebun Yan menceritakan kembali semua pengalamannya, begitu tahu sebab musababnya, sekulum senyuman kembali menghiasi wajah Seebun-hujin. "Ibu, tahukah kau akan asal usul ke tiga orang itu?" tanya Seebun Yan. Seebun-hujin tidak menjawab, kepada Lan Sui-leng katanya, "Nona Lan, coba kau kisahkan kembali semua pengalamanmu sewaktu bertarung melawan ke tiga orang itu, paling baik bila kau pun masih ingat dengan jurus serangan yang mereka gunakan. "Aku hanya mengetahui ilmu silat perguruanku, itupun hanya terbatas pada jurus pedang, sahut Lan Siu-leng, "karenanya aku susah untuk menerangkan jurus serangan apa yang telah mereka gunakan. Namun aku masih teringat bagaimana situasi pertarungan waktu itu. Lelaki yang jangkung menggunakan sebatang tombak pendek sebagai senjatanya, si lelaki pendek memakai martil berantai sedangkan orang yang mereka panggil sebagai Han Toako tidak menggunakan senjata apa-apa, dia hanya menggunakan sepasang tangan telanjangnya untuk mendesakku hingga susah bernapas. Sambil berkata nona itu melakukan gerakan menirukan kejadian di saat itu, bahkan menjelaskan dengan sangat terperinci.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seusai mendengar penjelasa itu, Seebun-hujin pejamkan matanya sambil berpikir, sejenak kemudian dia baru berkata, "Ilmu silat yang digunakan lelaki jangkung dan lelaki pendek itu sangat cetek, sulit bagiku untuk menyimpulkan asal perguruan mereka. Tapi orang she-Han itu memang punya asal usul yang lumayan, bukankah ilmu Ki-na-jiu-hoat yang digunakan sering mengancam tiga buah jalan darah sekaligus?" "Benar. "Tidak salah lagi, ilmu Ki-na-jiu-hoat yang dia gunakan adalah ilmu andalan dari Toan-hun Kokcu Han Siang. Eehmm, dia pun dari marga Han, bisa jadi orang itu adalah angkatan keponakannya Han Siang. "Siapakah Toan-hun Kokcu Han Siang?" tanya Seebun Yan. "Dia adalah salah satu musuh besar ayahmu yang belum sempat dimusnahkan, yakni salah satu tokoh kalangan hek-to yang harus dihadapi ke tiga orang tamu tadi. "Dia telah mengutus orang untuk membunuh pelayan bisu tuli kita, bahkan nyaris menculikku. Ibu, kau harus mewakiliku untuk membunuhnya. "Di kalangan hek-to, dia termasuk juga seorang tokoh yang disegani, namun masih belum cukup berharga bagiku untuk turun tangan sendiri. Begini saja, bila Piauko mu telah kembali nanti, akan kusuruh dia untuk mewakilimu mencari balas. "Hanya mencari balas?" "Mencari balaspun bisa besar bisa kecil, kau ingin membalas yang besar atau kecil?" "Bagaimana kalau kecil? Bagaimana kalau besar? Kalau menginginkan pembalasan kecil, cukup memusnahkan ilmu silatnya; bila ingin pembalasan besar, bantai saja semua penghuni Lembah pemutus sukma, jangan tinggalkan seorang pun!" Diam-diam Lan Sui-leng merasa amat terkesiap, dia tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyangka urusan yang menyangkut kehidupan orang banyak hanya dibicarakan secara begitu santai dan releks. Sambil tertawa Seebun Yan berkata, "Adikku penuh welas kasih dan berhati baik, memandang di atas wajahnya, lebih baik kita beri pembalasan kecil saja. Seebun-hujin segera berpaling, ujarnya, "Nona Lan, kau bisa bertarung seimbang melawan orang she-Han itu membuktikan kalau kungfu mu cukup bagus. Kau berasal dari perguruan mana?" "Aku.... aku.... "Kalau merasa kurang leluasa untuk diutarakan, tak perlu dipaksakan lagi, sela Seebun-hujin hambar. "Bukan begitu maksudku.... merah jengah selembar wajah Lan Sui-leng. Seebun-hujin jadi tak suka hati, pikirnya, "Entah dari mana Yan-ji berkenalan dengan budak liar ini? Kalau dilihat dari sikapnya yang lembek tidak bersemangat, jangan-jangan dia berasal dari aliran tidak benar?" Baru saja ingatan itu melintas dalam benaknya, sambil tertawa Seebun Yan telah berkata, "Buat apa kau malu-malu untuk mengatakannya? Baiklah, biar aku yang mewakilimu menjawab. Ibu, adikku ini berasal dari perguruan kenamaan, dia adalah murid Puthui Suthay dari Bu-tong-pay. "Oooh, rupanya berasal dari Bu-tong-pay, tidak heran kalau dengan usiamu yang masih kecil, ternyata sanggup bertarung seimbang melawan orang-orang lembah Toan-hun. Kembali Seebun Yan berpikir, "Begitu mendengar kalau dia berasal dari Bu-tong-pay, sikap ibu langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Tampaknya ibu pun pandai memanfaatkan situasi. Buru-buru Lan Sui-leng berkata, "Padahal aku hanya murid tidak resmi dari Bu-tong-pay, belum pernah angkat guru secara resmi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dan lagi dalam kenyataan akupun tidak sanggup mengalahkan orang she-Han itu.... "Kita semua adalah orang sendiri, kau tidak perlu sungkansungkan lagi. Bila kau belum menjadi murid Bu-tong-pay secara resmi, hal ini jauh lebih baik lagi. Lan Sui-leng melengak, dia tidak habis mengerti dengan maksud ucapan itu. Dengan wajah penuh senyuman kembali Seebun-hujin berkata, "Di dalam dunia persilatan berlaku peraturan yang mengatakan, bila ingin belajar ilmu silat aliran lain, diharuskan minta persetujuan terlebih dulu dari guru sebelumnya, kalau tidak dia akan dicap sebagai murid yang telah menghianati perguruan. Thio Cinjin sang pendiri Bu-tong-pay mempunyai jiwa yang besar, pandangannya tentang peraturan tetek bengek pun tidak terlalu ketat, hanya saja anak murid generasi berikutnya tidak mampu meniru sikapnya itu, jadi susah untuk dikatakan. Berbeda sekali dengan murid yang belum resmi, oleh karena itu.... Belum habis perkataan itu diucapkan, Seebun Yan sudah memahami maksud ibunya, sambil tertawa dia segera berseru, "Ibu, rupanya kau ingin menerima adik Leng menjadi muridmu, benar bukan?" Kembali Seebun-hujin tertawa. "Nona Lan, kau telah menyelamatkan jiwa putri-ku, untuk membalas budimu ini, bersediakah kau menjadi anak angkatku? Akan kuajarkan ilmu silat kepadamu atas nama seorang ibu, jadi tidak perlu mengubah status perguruanmu dan kita bisa melakukan kesemuanya ini secara resmi dan terang-terangan. "Bibi, soal ini.... "Kau tidak bersedia?" tanya Seebun-hujin agak tertegun. "Aku khawatir tidak pantas untuk menerima semuanya itu. Kontan saja Seebun-hujin tertawa terbahak-bahak.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahahaha.... bagus, bagus sekali, bila kau tidak keberatan mulai hari ini kau adalah putriku. Jadi tidak usah panggil aku dengan sebutan bibi lagi. Lan Sui-leng merasa benar-benar tidak berdaya, setelah mendengar perkataan itu diapun tidak menam-pik lagi, setelah berlutut memberi penghormatan dia pun memanggil, "Gibo!" Beberapa saat kemudian Seebun-hujin kembali berkata, "Ada satu masalah sebenarnya ingin kutanyakan kepada Yan-ji, tapi aku rasa mungkin kau jauh lebih mengerti dalam hal ini ketimbang dirinya. "Apakah gibo ingin mengetahui hasil pertanding-an pedang yang dilakukan Tonghong Liang di bukit Bu-tong-san?" "Benar, tentunya kau pun sudah tahu bukan kalau dia adalah keponakanku. "Enci Yan telah beritahu kepadaku. Ilmu pedang Tonghong Toako sangat bagus, berapa orang jagoan dari Bu-tong-pay telah menderita kekalahan ditangannya. "Lantas siapa yang kemudian berhasil mengalahkan dirinya?" "Eeei, darimana ibu bisa tahu kalau belakangan dikalahkan orang?" tanya Seebun Yan keheranan. Seebun-hujin tersenyum. "Nama besar Bu-tong-pay sudah berjalan hampir dua ratus tahunan, bersama Siau-lim-pay mereka disebut tulang punggungnya dunia persilatan, memangnya nama besar mereka hanya nama kosong saja? Kungfu yang dimiliki Piauko mu memang termasuk hebat, tapi bagaimana pun kematangannya masih jauh dari sempurna, bila dengan mengandalkan sedikit kemampuan itu dia ingin mengalahkan semua jagoan tangguh dari Bu-tong-pay, bukankah sama artinya partai Bu-tong tidak pantas disebut sebuah partai besar?" Diam-diam Lan Sui-leng merasa sangat gembira, terutama
http://cerita-silat.co.cc/

Piauko

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setelah mendengar Seebun-hujin memuji kehebatan Bu-tong-pay, katanya, "Dugaan gibo tepat sekali, dalam pertarungan terakhir dia menderita kekalahan. Hanya saja kekalahannya diraih secara terhormat, karena orang yang dapat mengalahkan ilmu pedangnya bukan lain adalah Bu-beng Cinjin, tokoh yang menjabat Ciangbunjin Bu-tong-pay saat ini. "Siapakah Bu-beng Cinjin itu?" tanya Seebun-hujin agak melengak, "kenapa aku belum pernah mendengar nama ini disebut orang? Dia memakai istilah "Bu" berarti seharusnya satu angkatan dengan Bu-siang Cinjin, paling tidak masih saudara seperguruannya, tapi menurut apa yang kuketahui, diantara saudara seperguruan Busiang Cinjin hanya Bu-si tojin seorang yang memiliki ilmu pedang paling bagus. "Dulunya dia adalah seorang murid dari golongan preman, baru menjadi pendeta dihari saat Tonghong Toako naik ke Bu-tong. "Sewaktu masih orang preman, siapa namanya?" "Rasanya dia bernama Bouw.... BouwCong.... Belum sampai kata "Liong" disebut, Seebun-hujin sudah berseru sambil menukas, "Aaaah, rupanya dia adalah Tiong-ciu Tayhiap Bouw Ciong-long! Padahal tanpa diberitahu pun seharusnya aku teringat akan dirinya. Dalam kolong langit saat ini, kecuali dia mungkin tiada lagi orang kedua yang sanggup menangkan keponakanku itu. Tanpa disadari perasaan terkejut bercampur girang tercermin diwajahnya. "Ibu, seru Seebun Yan kemudian, "ternyata sejak lama kau sudah mengetahui orang yang bernama Bouw Ciong-long itu? Kenapa aku seperti belum pernah mendengar kau menyinggungnya?" "Itu cerita yang sudah berlangsung lama sekali, waktu itu aku belum menikah dengan ayahmu. Saat itu aku dan ayahmu adalah sahabat karib."
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ayah Seebun Yan meninggal di luar daerah di saat dia masih berusia tiga tahun, tentu saja mustahil baginya untuk menceritakan kisah masa lalunya dengan sang putri. Dalam hati Seebun Yan pun berpikir, "Mungkin ibu khawatir akan menimbulkan rasa sedihnya, maka dia selalu enggan membicarakan masa lalu ayah. Dalam pada itu Seebun-hujin telah bertanya lagi, "Aku dengar Bouw Ciong-long mempunyai seorang putra yang tersohor juga namanya dalam dunia persilatan, benarkah itu?" "Benar, dia bernama Bouw It-yu. Hari itu diapun berada di gunung Bu-tong. "Bouw It-yu? Ehmrn, apakah kau kenal akrab dengannya?" "Sebetulnya dia melakukan perjalanan bersama Bouw It-yu, coba bayangkan saja apakah dia akrab atau tidak?" sela Seebun Yan sambil tertawa. Tampaknya Seebun-hujin menjadi sangat tertarik, kembali ujarnya sambil tertawa, "Ternyata kalian sering bersama-sama?" Merah jengah selembar wajah Lan Sui-leng. "Aku tidak lebih hanya seorang murid tidak resmi, selama berada di gunung Bu-tong, jarang sekali kami mendapat kesempatan untuk berbicara. Kali inipun hanya secara kebetulan bersuanya di tengah jalan, belum lama melakukan perjalanan bersama, kami telah bertemu dengan Tonghong Toako. "Apakah mereka sempat bertarung?" tanya Seebun-hujin dengan perasaan terperanjat. Lan Sui-leng enggan memberi penjelasan secara terperinci, katanya sepintas, "Kelihatannya mereka sempat bertarung berapa jurus. "Lantas siapa yang menang?" "Tentu saja Piauko yang menang, sela Seebun Yan cepat.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ooh, apakah saat itu kau hadir di arena?" tanya Seebun-hujin. "Biarpun aku tidak hadir di lapangan, tapi setelah kemudian bertemu Piauko, masa aku tidak tahu?" "Aku tidak percaya kalau Piauko mu segampang itu bisa menangkan Bouw It-yu. "Tapi memang begitulah kejadiannya!" tegas Lan Sui-leng, "pada saat yang bersamaan mereka sama-sama menggunakan jurus Pekhok-liang-ci dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, tapi sayang jurus yang dimainkan Bouw-susiok sedikit di bawah kedahsyatan dan kehebatan Tonghong Toako. "Tonghong Liang bisa menggunakan ilmu pedang Thay-kek-kiamhoat?" "Benar. Akupun tidak tahu darimana mempelajarinya, Lan Sui-leng mengangguk. Padahal dia tahu dengan mengutarakannya keluar. jelas, hanya dia saja berhasil enggan

"Adik bodoh, seru Seebun Yan, "aku saja dapat menebaknya, masa kau yang hadir di arena belum tahu? Piauko mu sangat cerdas, toh dia pernah naik ke Bu-tong untuk menantang berduel, tentu saja semua rahasia ilmu pedang Bu-tong-pay tidak bisa lolos dari pengamatannya. "Aaah, kau selalu suka memuji-muji Piauko mu, padahal menurut pendapatku, dia hanya kebetulan saja menemukan peluang emas. Atau mungkin juga Bouw It-yu memang sengaja mengalah kepadanya. "Kenapa Bouw It-yu harus sengaja mengalah kepadanya?" "Ayahnya telah berhasil mengungguli Piauko mu, sebagai seorang yang tulus dan jujur, tentu saja dia enggan membuat Piauko mu kehilangan muka. "Eeei, darimana ibu bisa tahu kalau dia orangnya jujur dan berhati tulus?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Biarpun aku belum pernah bertemu dengannya, tapi kalau bapaknya hebat anaknya pasti hebat juga. Bapaknya disebut orang pendekar besar dari daratan, masa nama besar itu diperoleh secara gampang dan ngawur? Gelar Tayhiap bukan saja harus diperoleh atas dasar ilmu silat yang hebat, sebagai pendekar besar diapun harus berjiwa ksatria dan mengutamakan kebajikan, kesetiakawanan dan kebijaksanaan. Bila orang sudah bajik, sudah setia kawan dan bijaksana, dapat dipastikan jiwanya pasti jujur, tulus dan setia. "Ooh, rupanya begitu cara ibu menganalisa?" "Apa salahnya? Toh aku menganalisa berdasarkan fakta?" "Betul, betul sekali, Seebun Yan tertawa cekikikan. "Ehmm, caramu tertawa rada aneh, aku tahu di hati kecilmu pasti kau menyalahkan aku. "Ibu, kali ini dugaanmu keliru besar, kata Seebun Yan masih tertawa, "aku hanya merasa agak geli. "Apa yang geli?" "Aku jadi teringat dengan pepatah kuno yang mengatakan, lilin setinggi satu kaki delapan depa hanya bisa menerangi orang lain tapi tidak dapat menerangi diri sendiri. "Kau maksudkan aku?" "Benar. Ibu, biasanya kau pun suka memuji-muji kehebatan Piauko, tapi secara tiba-tiba hari ini kau malah membantu orang luar. Tidak masalah kalau hanya membantu, kau malah sempat memberi pelajaran habis habisan kepadaku. Seebun-hujin segera tertawa. "Bouw It-yu adalah susiok adikmu, katanya, "jadi tidak bisa dikatakan sebagai orang luar. Sudahlah, jangan menukas melulu, aku masih ada urusan penting lain yang akan dibicarakan dengan adikmu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kemudian sambil berpaling ke arah Lan Sui-leng, tanyanya, "Bagaimana selanjutnya?" Sementara Lan Sui-leng masih mempertimbangkan seberapa banyak yang boleh diberitahukan, lagi-lagi Seebun Yan menukas, "Setelah Piauko berhasil mengungguli Bouw It-yu, adikku pun ikut pergi bersama Piauko. Seebun-hujin tertegun, tanpa terasa dia membelalakkan matanya lebar-lebar. "Ibu, tidak usah terkejut!" seru Seebun Yan sambil tertawa, "kau sangka dia dibawa lari Piauko?" "Siapa bilang aku berpendapat begitu, Seebun-hujin pura-pura gusar, "aku hanya ingin tahu sebabnya saja. "Tentu saja ada sebab musababnya, adiknya berada di kuil Siaulim, kebetulan Piauko juga akan ke kuil Siau-lim, maka mereka pun melakukan perjalanan bersama. "Bukankah adiknya murid Bu-tong? Mau apa dia pergi ke kuil Siau-lim? Mau apa pula Piauko mu pergi ke kuil Siau-lim?" "Ibu, lebih baik kau tanya sendiri bila Piauko sudah kembali nanti. Tahunya adik dia di kuil Siau-lim pun karena diberitahu Piauko, karena apa? Piauko tidak menjelaskan, malah mungkin dia sendiripun tidak tahu. "Terus kenapa dia bisa pergi bersamamu?" "Karena akulah yang merebutnya dari tangan Piauko, sahut Seebun Yan sambil tertawa cekikikan, "aku bilang begini kepadanya, kuil Siau-lim toh melarang kaum wanita memasukinya, daripada kau ikutan ke sana, mending suruh Piauko saja yang mencarikan berita untukmu. Begitulah, akupun mengundang dia untuk berkunjung ke rumah kita. Mendengar putrinya menggunakan istilah "merebut", tanpa terasa Seebun-hujin mengerutkan dahinya, dia cukup tahu watak putrinya, maka segera dia berpikir, "Jangan-jangan anak Yan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menemukan gejala tidak beres, khawatir cinta Piauko nya beralih ke orang lain?" Namun persoalan semacam ini kurang leluasa baginya untuk ditanyakan langsung kepada putrinya, terlebih bertanya kepada Lan Sui-leng. Tiba-tiba Seebun-hujin bertanya, "Anak menurut pendapatmu tentang Bouw It-yu?" Leng, bagaimana

Kembali paras muka Lan Sui-leng berubah jadi merah jengah, sahutnya agak tergagap, "Aku.... aku tidak tahu. Aku hanya pernah melakukan perjalanan bersamanya, itupun hanya sebentar. "Tapi kau pasti bisa menjelaskan soal perasaan sendiri bukan?" ucap Seebun-hujin sambil tertawa, "misalnya, apakah kau merasa muak kepadanya? Benci kepadanya? Atau justru merasa gembira dan senang selama berkumpul dengannya?" "Aku tidak tahu, aku benar-benar tidak tahu, bisik Lan Sui-leng lirih, paras mukanya berubah makin merah. Seebun Yan yang menyaksikan itu kontan saja tertawa cekikikan, serunya, "Kalau kau malu bicara, biar aku saja yang menjawab mewakilimu. Ibu, baru saja aku berkenalan dengannya, dia sudah selalu memuji muji siau susioknya di hadapanku, bikin hatiku jadi tidak senang saja!" "Kalau dia yang memuji-muji siau susioknya, kenapa justru kau yang tidak suka hati?" "Dia melukiskan siau susioknya seolah jauh lebih bagus dan lebih hebat daripada Piauko ku, tentu saja aku tidak senang hati. Seebun-hujin segera tertawa terbahak-bahak, serunya, "Hahahaha.... bagimu, Piauko mu seolah hebat segala-galanya. Sedang bagi dia, siau susioknya seolah jauh lebih hebat ketimbang Piauko mu, lantas apa salahnya? Kenapa kau musti iri dan julas?" "Aku sendiripun tidak merasa Piauko ku baik segala-galanya, dia sering enggan menemani aku bermain disaat sedang latihan silat,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

waktu itu aku selalu merasa jengkel dan tidak senang. Eeh.... iya, ceritaku tadi belum selesai, adikku ini bukan hanya siang hari saja selalu memuji siau susioknya, di saat malam, waktu tidur pun seringkali dia memikirkan siau susioknya!" "Orang lain sedang tidur nyenyak dan bermimpi, darimana kau bisa tahu apa mimpinya?" sela Seebun-hujin sambil tertawa. "Selama ini aku toh tidur bersamanya, seringkali dia mengigau sambil memanggil nama siau susioknya, masa aku tidak tahu?" Lan Sui-leng yang polos dan tidak punya pengalaman sama sekali tidak sadar kalau gadis itu sedang bergurau, dengan nada setengah percaya setengah tidak ujarnya, "Aaah, masa sungguh begitu? Ibuku seringkali berkata, adikku terkadang suka mengigau, tapi aku tidak pernah mengigau, biar hanya satu kali pun. Seebun Yan tertawa terpingkal-pingkal saking gelinya. "Mungkin saja sewaktu masih kecil dulu kau tidak pernah mengigau, tapi di saat dewa asmara mulai bersemi dihati, tidak aneh kalau mulai mengigau. Tapi sumpah, aku bicara sebenarnya, sama sekali tidak membohongimu!" Sekarang Lan Sui-leng baru sadar kalau sedang dibohongi, kontan teriaknya, "Oooh.... rupanya kau sengaja mengarang cerita untuk meledek aku? Ogah, ogah.... aku tidak mau dengar lagi!" "Sudah, jangan ribut lagi, tukas Seebun-hujin sambil tertawa, "anak Leng, aku masih ingin bertanya satu hal lagi, siau susiokmu itu wajahnya mirip siapa? Apakah mirip bapaknya?" Seebun Yan tidak kuasa menahan rasa gelinya, sambil tertawa cekikikan tegurnya, "Ibu, kau ini ada-ada saja, masa sampai bentuk wajahnya pun kau perhatikan. Memangnya ingin mencari menantu? Tapi Bouw It-yu masih terhitung paman gurunya, jadi soal tingkatan kurang sesuai gitu. "Sudah, jangan berisik lagi, aku mau dengar cerita adikmu dulu. Kalau dilihat dari tampang Seebun-hujin, tampaknya dia bukan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sedang bergurau tapi benar-benar ingin mengetahui segala sesuatu tentang Bouw It-yu, termasuk juga bentuk wajahnya. Kebanyakan putra mempunyai wajah yang mirip ayahnya, tapi Seebun-hujin masih secara khusus mengajukan pertanyaan itu, bertanya apakah Bouw It-yu wajahnya mirip ayahnya. Pertanyaan yang diajukan begitu teliti dan seksama, coba kalau berganti orang lain pastilah hal ini akan menimbulkan keanehan. Tapi Lan Sui-leng masih polos dan jujur, hati kecilnya sama sekali tidak diliputi kecurigaan atau praduga lain, hanya pikirnya, "Seebunhujin adalah sobat lama Bouw Ciong-long, sudah belasan tahun tidak pernah bersua dan kini setelah mengetahui putra sobat lamanya sangat menonjol dalam dunia persilatan, tidak aneh bila dia menaruh perhatian khusus. Ehmm.... sudah pasti semasa muda dulu Bouw Ciong-long berwajah tampan, karena itu dia banyak bertanya. Berpikir sampai disitu, diapun menyahut, "Aku sendiri tidak bisa membedakan. Tapi rasanya agak mirip, seperti juga kurang mirip. Kontan Seebun-hujin berkerut kening. "Kenapa di depan kata mirip kau tambahkan perkataan rasanya? Coba terangkan lebih jelas, dibagian mana dia mirip dan bagian mana pula yang tidak mirip?" "Aku tidak seberapa menaruh perhatian, tapi perasaanku sepasang mata Bouw-susiok agak mirip dengan mata ayahnya. Sewaktu mereka sedang mengawasi seseorang, sorot matanya seolah mempunyai daya tarik yang bisa membuat orang jadi terpesona. Tentu saja aku belum pernah dipandang seperti ini oleh Bouw-susiok maupuh ayahnya, Tonghong Toako yang mengatakan hal ini kepadaku. Dia bilang, sewaktu bertarung melawan Bouw Ciong-long, dia merasakan akan hal itu. "Tapi kau bilang tadi kalau ayah beranak itu mempunyai sorot mata yang sama, berarti siau susiok pun tentu pernah menatapmu dengan cara begitu bukan, sela Seebun Yan sambil senyum tidak senyum.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seebun-hujin ikut tersenyum, katanya pula, "Ehmm, pengamatanmu memang sangat teliti. Masih ada yang lain?" Sementara dalam hati pikirnya, "Apa yang dikatakan bocah perempuan ini memang tepat sekali, ketika pertama kali saling bersentuhan dengan sorot mata Bouw Ciong-long, aku pun merasakan daya pesona itu, membuat aku nyaris merinding dan bergidik.... Sementara itu Lan Sui-leng telah berkata lebih jauh, "Selain matanya, bentuk hidung maupun wajahnya kurang mirip dengan ayahnya, menurut aku, dia malah lebih mirip dengan seseorang.... Tampaknya perkataan yang terakhir itu timbul setelah satu ingatan tiba-tiba melintas dalam benaknya, tapi dia segera merandek dan tidak dilanjutkan, sementara mimik muka aneh menyelimuti wajahnya. "Mirip seseorang? Siapa?" desak Seebun-hujin. "Rada-rada mirip dengan enci Yan, kata Lan Sui-leng sambil tertawa. "Omong kosong!" teriak Seebun Yan jengkel, "mana mungkin bisa mirip aku?" "Sungguh, aku tidak berbohong, semakin dipandang aku merasa semakin mirip. "Waah, kalau dia lebih mirip ke wajahku, kesannya malah makin tidak mantap. Kalau seorang lelaki punya raut muka mirip wanita, bagaimana mungkin bisa dibilang kalau tampangnya gagah dan penuh kelaki-lakian?" seru Seebun Yan sambil tertawa. "Gagah dan jiwa kelaki-lakian toh tidak bisa dinilai dari tampang muka seseorang. "Benar juga perkataanmu, Thio Liang, salah satu dari tiga orang ksatria jaman dinasti Han punya paras muka mirip wanita, tapi dia toh tetap berani melaksanakan tugasnya membunuh kaisar Chin. Ehmm, mungkin ini yang dinamakan dari balik pandangan kekasih
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

muncul See-si (see-si adalah wanita cantik yang tersohor di china daratan jaman kuno). Aaah.... bukan.... bukan.... mungkin lebih pantas disebut dari balik pandangan kekasih muncul PhoaAn!" "Lebih baik kau simpan kata-kata dari balik pandangan kekasih muncul Phoa An untuk Piauko mu nanti. Mendadak Seebun-hujin terbungkam dalam seribu bahasa, terhadap gurauan ke dua orang gadis itu dia seakan tidak melihat maupun mendengar. Dalam pandangan matanya seakan telah muncul bayangan tubuh Bouw Ciong-long, tentu saja bayangan Bouw Ciong-long semasa masih muda dulu. Waktu itu semua orang mengatakan kalau mereka adalah sepasang muda mudi ciptaan Thian yang paling sempurna. Bouw Ciong-long telah tergila gila oleh kecantikan wajahnya, sementara diapun tidak kuasa melawan daya pengaruh yang tampil dari sepasang mata Bouw Ciong-long. Dia bahkan masih ingat, suatu ketika Bouw Ciong-long pernah mengucapkan kata-kata demikian kepadanya, dia berharap bisa memiliki seorang putri yang wajahnya sangat mirip dengan dirinya. Dia paham dengan maksud perkataan itu yakni berniat melamarnya untuk kawin, tapi dia pura-pura berlagak bodoh, katanya saat itu, "Kaupun seorang pria tampan, memangnya khawatir tidak bisa mempunyai seorang putri yang cantik?" Waktu itu di rumah keluarga Bouw Ciong-long sedang bersiapsiap untuk melakukan lamaran, yang dilamar adalah seorang gadis dari keluarga kenamaan, selain berparas cantik bahkan tersohor sebagai gadis tercantik di tempat itu. Oleh karena itulah dia sengaja tidak mengatakan "kau adalah pria tampan, memangnya khawatir tidak bisa mendapat jodoh wanita cantik". Bouw Ciong-long tahu kalau dia telah menampik cintanya, sambil
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menghela napas diapun berkata, "Jika dibandingkan orang lain, mungkin aku tidak terhitung jelek, tapi berada dihadapanmu, aku hanya merasa rendah diri. Eehmm, aku aku kalau diriku tidak pantas mendampingimu, tapi keinginan dan hasratku ini tidak pernah akan kulepaskan untuk selamanya. Kau.... kalau kau bersedia memberi kemurahan hati.... Paras mukanya waktu itu kontan berubah jadi merah padam, belum selesai mendengar perkataannya, dia sudah kabur dari situ. "Sayang Siau-Yan bukan putrinya, tapi jika wajah Bouw It-yu benar-benar mirip aku, sudah pasti dia akan merasa terhibur hatinya, pikir Seebun-hujin selesai mendengar perkataan dari Lan Sui-leng tadi. Seebun Yan mulai memperhatikan perubahan mimik wajah ibunya, dia segera menegur, "Ibu, apa yang sedang kau pikirkan?" "Aku tidak memikirkan apa apa!" jawab Seebun-hujin dengan perasaan terperanjat. "Ibu, kau sedang membohongi aku, kembali Seebun Yan berkata sambil tertawa, "sejak tadi kau hanya mengawasi adik dengan termangu-mangu, aku tahu kau pasti sedang memikirkan.... Seebun-hujin tersenyum, mengikuti nada pembicaraan putrinya cepat dia menyambung, "Dasar setan pintar, lagi-lagi jalan pikiranku berhasil kau tebak, benar, ibu memang sedang memikirkan sesuatu. Sambil berpaling, tanyanya lagi kepada Lan Sui-leng, "Tahun ini berapa usia Bouw It-yu? Aku tidak tahu, mungkin sekitar dua puluh tahunan. Padahal tidak usah ditanya pun Seebun-hujin sudah tahu dengan jelas berapa usia Bouw It-yu tahun ini. Ujarnya kemudian kepada Lan Sui-leng sambil senyum tidak senyum, "Tahukah kau, apakah dia pernah tunangan?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak tahu, sambil menjawab Lan Sui-leng menundukkan kepalanya makin rendah. "Ibu, masa dengan cara begini kau bisa mendapat keterangan?" sela Seebun Yan sambil tertawa. "Siapa bilang tidak bisa, jawab Seebun-hujin sambil tertawa pula, "kalau dia mengatakan tidak tahu, berarti Bouw It-yu belum bertunangan. Kelihatannya Seebun Yan sedang bermain sandiwara dengan ibunya, dia berlagak tidak paham, tanyanya, "Kenapa begitu?" "Coba bayangkan saja, Bouw It-yu masih muda dan gagah, diapun putra tunggal Ciangbunjin baru Bu-tong-pay, kehadirannya diatas Bu-tong sudah pasti sangat menonjol dan menarik perhatian orang, masa tidak ada orang yang diam-diam membicarakan tentang dia?" "Adikku, benarkah begitu?" Seebun Yan segera bertanya. "Aku tidak begitu tahu apa yang dibicarakan saudara-saudara seperguruan laki, tapi beberapa Suci yang kukenal memang hampir setiap hari membicarakan tentang dirinya. "Apa saja yang mereka bicarakan? Bicara tentang ilmu silatnya, wajahnya, kejadian-kejadian yang telah dilakukannya dalam dunia persilatan dan lain sebagainya. Hanya saja, mereka memang belum pernah menyinggung soal apakah dia telah bertunangan atau belum. "Apakah berapa para Suci mu itu memang biasanya suka mencampuri urusan orang lain?" "Betul, sahut Lan Sui-leng sambil tertawa, "malah salah seorang diantaranya tersohor karena mulutnya yang cepat. "Ibu, ternyata dugaanmu tepat sekali!" seru Seebun Yan kemudian sambil tertawa. "Aku juga tahu kalau kau tidak kelewat bodoh.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lan Sui-leng boleh dibilang masih polos, meski agak malu malu namun tanyanya juga, "Beberapa orang suci itu belum pernah menyinggung soal pertunangannya, lalu darimana kalian bisa tahu kalau dia memang belum bertunangan?" Seebun Yan segera tertawa cekikikan. "Beberapa orang Suci mu paling suka mencampuri urusan orang lain, bila Bouw It-yu sudah bertunangan, masa mereka tidak akan mengangkatnya sebagai bahan pembicaraan?" "Mungkin saja mereka masih belum tahu?" "Tiong-ciu Tayhiap Bouw Ciong-long adalah seorang tokoh persilatan yang amat tersohor di kolong langit, bila dia telah mencarikan jodoh untuk putranya, pihak perempuan sudah pasti berasal dari keluarga kenamaan juga, masa tidak secuil pun kabar beritanya tersiar dalam dunia persilatan? Bila beberapa suci mu yang gemar mencampuri urusan orang lain pun gagal memperoleh berita, hal ini membuktikan kalau keterangannya merupakan kenyataan. Lalu sambil tertawa lanjutnya, "Ibu, ternyata ganjalan di hatimu adalah ingin mencarikan jodoh buat adik. Tentu saja 'ganjalan hati' Seebun-hujin bukan lantaran masalah itu, namun dia segera mengakuinya dan menyahut sambil tertawa, "Karena kau sudah punya kekasih, tentu saja aku harus memikirkan untuk adikmu. Meski anak Leng hanya murid tidak resmi dari Butong-pay, tapi sekarang dia sudah menjadi putri angkatku, berarti soal status dan kedudukan dia sudah seimbang dengan Bouw It-yu. Buru-buru Lan Sui-leng berseru, "Gibo, aku baru saja datang, kau dan cici sudah meledekku habis-habisan, aku.... "Masalah perkawinanmu adalah masalah besar, mana berani aku menganggapnya sebagai gurauan? Hanya saja usiamu memang masih kecil, akupun sudah hampir tiga puluh tahunan tidak pernah bersua dengan Bouw Ciong-long, meski punya keinginan tersebut, rasanya kita akan bicarakan di kemudian hari saja.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ibu pilih kasih.... teriak Seebun Yan manja. "Aku pilih kasih?" "Begitu adik muncul, kau segera mencarikan lelaki yang dalam pandanganmu terbagus untuk dijodohkan menjadi calon suaminya. "Memangnya kau akan berebut Bouw It-yu dengan dirinya?" kata Seebun-hujin sambil tertawa. "Aaah ibu, kau semakin melantur, aku hanya merasa kau tidak adil dalam membagi cinta. "Benarkah begitu?" kata Seebun-hujin sambil tertawa, "lelaki paling bagus dalam pandanganmu adalah Piauko, memangnya kau khawatir Piauko tidak akan meminangmu? Baiklah, kalau toh kau sudah berkata begitu, biar setelah Piauko pulang nanti, aku segera akan menjodohkan kalian berdua. Pada mulanya Seebun-hujin hanya bermaksud bergurau, tapi kemudian dia menganggap ada baiknya juga bila menjodohkan Lan Sui-leng dengan Bouw It-yu. Lan Sui-leng polos, lincah dan menarik, dalam sekali pandang dia telah menyukainya. Maka perasaan hatinya sekarang tidak ubahnya seperti seorang ibu yang menemukan seorang nona yang cantik kemudian ingin mengambilnya sebagai menantu. Terlebih Seebun Yan, dia sangat berharap hal ini bisa menjadi kenyataan. Sebab biarpun dia percaya Tonghong Liang tidak akan berubah cintanya, namun apabila Lan Sui-leng sudah punya suami, maka dia semakin tidak perlu merasa khawatir lagi. Ibu dan anak mempunyai keinginan yang sama, juga pemikiran yang sama, Bouw It-yu adalah putra dari orang kenamaan, bila Lan Sui-leng benar-benar ingin dijadikan istrinya, berarti dia harus dididik agar bisa menonjol pula dalam dunia persilatan, dengan begitu dia baru pantas mendampingi Bouw It-yu. Dalam hal wajah, Lan Sui-leng dan Bouw It-yu memang serasi, tapi kepandaian silatnya masih terpaut jauh sekali.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Oleh karena itulah sejak hari ke dua, mereka ibu dan anak benarbenar bekerja sama untuk wariskan ilmu silat kepada Lan Sui-leng. Tapi ada satu hal yang membuat mereka merasa sedikit tidak tenang, tanpa terasa Lan Sui-leng sudah tiga bulan lamanya tinggal di rumah mereka, namun Tonghong Liang belum juga nampak kembali. Padahal menurut perkiraan mereka, paling dalam sebulan dia harus sudah kembali. Lan Sui-leng sendiri meski berharap Tonghong Liang segera kembali, namun dia pun takut melihat pemuda itu muncul di hadapannya. Khususnya setiap kali teringat akan janjinya dengan Bouw It-yu, menggunakan cara apa pun untuk mencelakai nyawa Tonghong Liang. "Sebenarnya manusia macam apakah Bouw It-yu itu?" Persoalan ini pernah ditanyakan Seebun-hujin kepadanya dan hal itu justru masalah yang paling mengusik hatinya selama ini. Bagaimanapun baiknya sikap Bouw It-yu kepadanya, namum penampilan siau susioknya benar-benar jauh diluar lingkup pemahamannya. Tapi persoalan yang benar-benar membuatnya khawatir adalah masalah adiknya, bagaimana keadaan adiknya sekarang? Benarkah dia masih berada di kuil Siau-lim? Sudahkah Tonghong Liang berjumpa dengannya? Tahukah dia kalau ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang diajarkan gihunya adalah ilmu pedang palsu? Berbagai persoalan inilah yang ingin diperoleh jawabannya dalam waktu singkat. Oleh sebab itu kendatipun dia sedikit takut melihat kepulangan Tonghong Liang, namun dia masih tetap berharap Tonghong Liang bisa secepatnya tiba, sebab dari mulut Tonghong Liang lah dia baru mendapat tahu kabar berita tentang adiknya. Dia masih belum melupakan peringatan Bouw It-yu kepadanya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jika kau tidak membunuh Tonghong Liang, dia bisa mencelakai adikmu hingga nama rusak nyawa melayang!" Dia tidak percaya kalau Tonghong Liang adalah orang jahat, tapi dalam kenyataan Tonghong Liang pernah naik ke Bu-tong dan menantang berduel, sejak itu seluruh anggota perguruan Bu-tong telah menganggapnya sebagai musuh bersama. Terlepas dia mau percaya atau tidak, hubungan adiknya dengan musuh perguruan jelas bisa merusak nama baiknya. Tapi bagaimana bila adiknya kembali ke gunung Bu-tong? Bahaya yang mengancam jelas akan makin besar! Adiknya mempunyai seorang ayah angkat yang berjiwa busuk dan licik, mana mungkin tidak membuatnya jadi risau? Sebenarnya dia ingin sekali memberitahukan ancaman bahaya ini kepada adiknya, tapi kini dia sudah terkurung di rumah Seebun Yan, satu satunya jalan adalah berharap Tonghong Liang segera kembali. Seebun Yan, Seebun-hujin serta dirinya hampir tiap hari mengharapkan kemunculan Tonghong Liang, akhirnya hari yang ditunggu pun tibalah. Ada orang yang telah 'kembali', tapi sayang yang kembali bukan Tonghong Liang. Dia adalah salah satu diantara ke tiga tamu yang diusir Seebun-hujin tempo hari. "Siapa yang datang?" tanya Seebun-hujin kepada dayang yang masuk memberi laporan. "Orang yang berdandan seperti siucay itu!" jawab Di-giok. Kontan Seebun-hujin mendengus. "Orang ini bergelar Im-kian-siucay (pelajar dari alam baka) dan bernama Liok Ki-seng, wataknya justru kebalikan dengan arti namanya. Aku paling benci bertemu orang ini. Sudah kubilang mereka dilarang balik lagi kemari, kurang ajar benar, ternyata dia masih berani datang menghadap! Cepat usir orang itu dari sini!" "Lapor lo-Hujin, akupun tahu kalau dia pernah kau usir,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebenarnya aku melarangnya masuk pintu, tapi.... Cuma.... "Cuma kenapa?" "Dia bilang, dia mempunyai berita tentang piau-sauya yang hendak disampaikan kepada Hujin!" Biarpun yang datang bukan Tonghong Liang, namun dia membawa kabar berita tentang dirinya! Seebun Yan jadi kegirangan setengah mati, buru-buru serunya, "Cepat undang dia masuk ke dalam!" Seebun-hujin mendengus. "Hmm, belum lagi diketahui beritanya benar atau bohong, kenapa kau sudah keburu girang setengah mati?" Begitu melihat Liok Ki-seng masuk ke dalam ruangan, dengan hati tidak sabar Seebun Yan telah bertanya, "Konon kau mengetahui kabar berita tentang Piauko ku?" Sesudah memberi hormat kepada Seebun-hujin, Liok Ki-seng dengan penuh hormat baru menjawab, "Benar, kalau bukan lantaran persoalan ini, mana ku berani datang mengganggu ketenangan lo-Hujin. "Kalau begitu cepat katakan, berada dimana dia sekarang?" "Saat ini Piau-heng anda sudah tiba di Toan-hun-kok. "Mau apa dia ke Toan-hun-kok?" tanya Seebun Yan agak melengak, "kau dapatkan berita ini dari mana?" "Aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri. "Yan-ji, tukas Seebun-hujin kemudian, "kau jangan menukas terus. Liok sianseng, coba kau tuturkan pelahan-lahan, apa yang telah kau saksikan?" "Lapor Hujin, oleh karena kami bermusuhan dengan pihak Toanhun-kok, maka selama ini selalu mengutus orang untuk mencari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tahu gerak gerik lawan. Hari itu kebetulan aku sedang bersembunyi di mulut Toan-hun-kok, tiba-tiba kusaksikan keponakanmu muncul disitu, aku merasa keheranan, maka tanpa menggubris jejak kami bakal ketahuan musuh, dengan melempar batu kami giring dia naik gunung. "Kalau begitu kau pernah berbincang dengannya?" tidak tahan Seebun Yan bertanya. "Benar. Akupun bertanya kepadanya: tahukah kau bahwa Toanhun-Kokcu Han Siang pernah bermusuhan dengan pamanmu, bahkan pamanmu sebenarnya ingin membunuh dia, hanya karena nasibnya lagi mujur hingga dia lolos dari target pembantaian. "Lalu apa jawabannya?" "Dia bilang persoalan ini adalah urusan angkatan tua, lagipula kejadian sudah lewat banyak tahun, dia tidak ingin membuat perhitungan untuk angkatan lama. "Ehmm, apa yang dia katakan memang agak masuk akal, ujar Seebun-hujin sambil manggutmanggut, "dalam peristiwa dimasa lalu, memang harus diakui tindakan suamiku sedikit agak brutal dan mau mencari menangnya sendiri, kalau dibilang apa salahnya, sebetulnya orang-orang itu hanya enggan mentaati perintah, mau dibilang salah pun kesalahan semacam ini tidak perlu harus dibantai hingga seakar-akarnya. "Ibu, kenapa kau malah membantu orang luar?" protes Seebun Yan, "orang yang bernama Han Siang itu bukan saja dimasa lalu pernah menyalahi ayah, bahkan.... "Aku tahu, tukas Seebun-hujin cepat, "sekarang merekapun lagilagi menyalahi bekas anak buah ayah-mu, tapi dalam masalah hutang lama, aku tidak ingin mencampurinya. Mengenai hutang baru? Itu mah harus dilihat dulu bagaimana perkembangan dikemudian hari, untuk sementara ini aku tak ingin mencampurinya. Biarpun Seebun Yan adalah gadis yang suka menuruti suara hati
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sendiri, namun diapun seorang gadis yang cerdas, begitu mendengar perkataan ibunya dia langsung paham, segera pikirnya, "Betul juga, kenapa aku harus membeberkan urusan pribadiku kepada orang luar hingga semua orang jadi tahu. Biarpun anak buah Han Siang pernah berniat menculikku, toh mereka semua telah mati kubunuh. Bila Piauko benar-benar punya hubungan dengan Han Siang, memandang wajah Piauko apa salahnya kalau kuampuni jiwanya?" Timbul secerca harapan dihati Liok Ki-seng setelah mendengar ucapan Seebun-hujin tentang " Mengenai hutang baru? Itu mah harus dilihat dulu bagaimana perkembangan di kemudian hari", cepat ujarnya, "Lo-Hujin memang berjiwa besar, sebetulnya aku orang she-Liok tidak berani banyak bicara, hanya saja belum tentu Han Siang tidak ingat dengan dendam lama, andaikata dia punya niat busuk, bukankah kehadiran piau sauya sama artinya dengan menghantar diri masuk perangkap?" Kembali Seebun Yan dibuat terkesiap oleh ucapan itu, serunya, "Masuk diakal juga kekhawatiran ini, lantas mengapa kau tidak berusaha untuk membujuknya?" "Betul, ujar Seebun-hujin pula, "menghantar diri masuk perangkap adalah perbuatan yang sangat goblok, tapi aku tahu keponakanku ini tidak pernah melakukan perbuatan bodoh. Karenanya aku merasa amat keheranan, kalau berbicara secara nalar, mustahil Han Siang bisa mempunyai hubungan dengan dirinya, lantas mau apa dia mendatangi Toan-hun-kok?" Dari nada pembicaraan ini jelas dia mengartikan kalau curiga dengan kebenaran laporan Liok Ki-seng. Tentu saja Liok Ki-seng pun bukan orang bodoh, dia mengerti maksud ucapan itu, namun sikapnya tetap berlagak bodoh, dengan mimik seperti orang bingung katanya lagi kepada Seebun Yan, "Bukannya aku enggan membujukinya, Cuma hubunganku dengan piau-heng mu tidak akrab, jadi aku tidak berani berbicara kelewat mendalam. Aku hanya bisa membujuki dia agar segera pulang ke rumah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana kau membujukinya?" tanya Seebun Yan cepat, agaknya ucapan itu sangat mengena di hatinya. "Harap nona sudi memaafkan, terpaksa aku mencatut nama nona untuk berbohong. "Ooh, jadi berbohong?" "Aku bilang baru saja kembali dari sini, ketika bertemu dirimu, kau pun membicarakan soal Piauko, katanya sudah lama tidak pulang maka kau sangat rindu kepadanya. Bahkan aku tambahkan kalau kau titip pesan untuk disampaikan kepadanya, kalau bertemu aku diminta untuk mengingatkan janji kalian. Padahal waktu itu aku tidak bertemu denganmu, hanya dari cerita ibumu agaknya kau sedang keluar rumah dan belum kembali. Aku tidak tahu apakah di antara kalian ada janji atau tidak, bila salah bicara tolong dimaafkan. "Tidak heran kalau julukanmu siucay dari alam baka, ternyata memang punya kepandaian juga. Kebetulan saja bohongmu kali ini sangat tepat, aku memang punya janji dengannya. Kebetulan akupun baru pulang ke rumah di saat kau berkunjung kemari waktu itu, Piauko dapat menghitung waktu perjalananku, maka aku percaya Piauko pun pasti percaya dengan bohongamu yang aspal (asli tapi palsu) itu. "Hmm, aku tidak akan segampang itu mempercayai perkataan orang lain, dengus Seebun-hujin ketus. "Boleh tahu dalam bagian mana lo Hujin merasa curiga?" tanya Liok Ki-seng. "Aku bukan curiga kalau kau berani berbohong kepadaku, tapi paling tidak kau harus ajukan sedikit bukti yang bisa membuat aku merasa percaya. "Apakah Piauko tidak menitipkan pesan untuk disampaikan kepadaku?" tanya Seebun Yan pula. "Ada. Dia bilang suruh kau setiap hari menaruh sebutir telur angsa di dalam keranjang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seebun-hujin kebingungan setelah mendengar perkataan itu, sebaliknya wajah Seebun Yan kontan berseri, teriaknya, "Bagus, dia tidak membohongi kita. Dia memang benar-benar pernah bertemu dengan Piauko!" Ternyata di belakang rumah mereka terdapat sebuah danau kecil, seringkali ada angsa yang bertelur ditepi danau. Ketika masih kecil dulu, Seebun Yan senang sekali pergi ke tepi danau untuk melihat angsa, bahkan gemar sekali makan telur angsa. Dia sering memungutnya untuk dibawa pulang, tidak usah merepoti dayang tentulah merupakan satu peristiwa yang menyenangkan. Suatu hari dia memungut sekeranjang penuh telur angsa dan siap dibawa pulang, di tengah jalan dia bertemu Piauko, waktu itu Piauko nya berkata, "Kau selalu suka mengambil banyak-banyak, coba lihat, keranjangmu sampai nyaris penuh, hati-hati kalau sampai jatuh, pindahkan setengahnya ke dalam keranjangku. Waktu itu dia amat tidak suka hati apalagi ditegur Piauko nya, tahun itu usianya sudah dua belas tahun, sudah mulai belajar ilmu meringankan tubuh, di sangka Piauko nya sedang memandang enteng dirinya. Dia segera menjawab, "Aku suka mengumpulkan barang banyak-banyak, baru hari ini berhasil mengumpulkan sekeranjang penuh telur angsa, eeh kau malah membuat aku tidak senang hati. Semua barang yang kusukai harus kubawa sendiri, jadi kau tidak usah membawakan untukku, mau jatuh, mau pecah, itu urusanku sendiri. Siapa tahu dia benar-benar tersandung hingga jatuh, sekeranjang telur pun berhamburan di tanah dan hancur berantakan. Sambil tertawa tergelak Piauko nya segera berkata, "Nah, itu dia akibatnya, coba lihat.... hahahaha.... mangkanya jadi orang jangan kemaruk. Selain itu belajarlah rendah hati, jangan kelewattekebur.... Perkataan itu kontan saja membangkitkan perangai nonanya, langsung dia berteriak, "Bagus, jadi dalam pandanganmu aku
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mampunyai begitu banyak kekurangan, kalau begitu lebih baik tidak usah gubris aku lagi!" Sang Piauko sama sekali tidak ambil perduli, karena itu diapun tidak mau menggubris Piaukonya, bahkan selama tiga hari berturutturut dia enggan berbicara dengan sang kakak misan. Menanti sampai Piauko nya minta maaf, dia baru berbaikan kembali. Itulah kali pertama dia ribut mulut dengan kakak misannya, karena itu kejadiannya selalu diingat, terutama atas perkataan Piaukonya "jangan taruh telur angsa dalam satu keranjang". Tapi apa maksud Piauko menitipkan perkataan itu kepada orang she-Liok itu? Kecuali sebagai tanda kepercayaan, apakah masih ada maksud lain dibalik perkataan itu? Tapi rasa gembira jauh melebihi rasa curiga, asal mendapat berita dari Piauko, dia pun tak ingin menduga duga lagi. "Bagaimana kemudian? Apakah kalian belum mendapat kabar berita darinya?" tanya Seebun Yan. "Jalan menuju Toan-hun-kok hanya ada satu, padahal jalanan itu kami awasi siang malam, namun walau sudah melewati tujuh hari, belum nampak juga Piauko mu munculkan diri. Tanpa terasa Seebun-hujin mengerutkan dahinya. "Kepergian Tonghong Liang ke Toan-hun-kok sudah merupakan kejadian yang membingungkan, atas dasar alasan apa dia sampai berdiam tujuh hari disana?" Seebun Yan jadi sangat gelisah, buru-buru serunya, "Ibu, kalau begitu besar kemungkinan Piauko benar benar terkurung dalam Toan-hun-kok. Tampaknya Seebun-hujin sedang memikirkan sesuatu, dia tidak menjawab perkataan putrinya. Kembali Liok Ki-seng berkata lebih jauh, "Akupun berpendapat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

begitu. Pepatah kuno mengatakan: serangan yang jelas mudah dihindari, panah gelap susah dihindar. Dengan kemampuan yang dimiliki Tonghong sauya, kalau serangan dilancarkan secara terangterangan, jelas Han Siang tidak akan sangup berbuat apa-apa, tapi bila dia menggunakan bubuk pemutus sukma atau obat pemabok lainnya, itu mah susah diduga. Bubuk pemabok pemutus sukma adalah bubuk yang dibuat dari sejenis rerumputan yang hanya tumbuh dalam Toan-hun-kok, konon merupakan obat pemabok paling lihay dalam dunia persilatan. Seebun Yan semakin terkejut, dengan pandangan ngeri dia menengok ke arah ibunya. Seebun-hujin tetap tidak ambil gubris, hanya tanyanya kepada Liok Ki-seng, "Bagaimana selanjutnya?" "Masih ada sebuah kejadian lagi yang sangat aneh, kami punya mata-mata yang menyusup ke dalamToan-hun-kok, menurut orang itu dia tahu ketika hari Tonghong sauya datang berkunjung ke Toan-hun-kok. Tapi beberapa hari kemudian dia tidak pernah lagi bertemu muka dengan Tonghong Siauya. Kedudukan orang ini dalam Toan-hun-kok sangat rendah, karena itu tidak berani mencari tahu ke tempat tinggal Kokcu. Makin didengar Seebun Yan merasa semakin terkesiap, akhirnya tidak tahan ia berseru, "Ibu, kau harus segera mengambil tindakan!" "Aku sudah punya pemikiran, buat apa kau gelisah?" tukas Seebun-hujin cepat, "kujamin Han Siang tidak bakalan berani mencelakai Piauko mu. Untuk mencelakai Tonghong sauya mungkin saja Han Siang tidak berani. Tapi dia pernah menyalahi Seebun sianseng, diapun sudah tahu kalau lo-Hujin tidak berniat membuat perhitungan lama dengannya, karena khawatir lo Hujin akan membekuknya maka dia menangkap Tonghong sauya lebih dulu untuk dijadikan sandera, siapa tahu dia memang punya pikiran begitu!" "Ibu, kita jangan sampai dipalak orang, kau harus berusaha
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untuk selamatkan Piauko!" seru Seebun Yan nyaring. Begitu teringat bagaimana Toan-hun Kokcu pernah mengutus orang untuk menculiknya, makin bicara dia semakin mendongkol, akhirnya setelah mendengus ujarnya lagi, "Han Siang betul-betul bedebah, besar amat nyali bangsat ini. Menurut aku, biarpun tidak sampai bikin rata Toan-hun-kok, paling tidak kita harus melakukan penggeledahan secara besar-besaran!" Memang itulah yang di harapkan Liok Ki-seng, karena diucapkan oleh Seebun Yan, otomatis dia pun segera menanti reaksi berikut dengan harapan keinginannya bisa tercapai. Orang ini memang banyak akal dan pintar bersiasat, walaupun dalam hati sangat berharap namun lagaknya tetap tenang, seolah sama sekali tidak ada pikiran apa apa. Siapa tahu dengan tegas Seebun-hujin menampik, katanya, "Apa yang telah kukatakan, selamanya tidak bakalan berubah!" Liok Ki-seng agak tertegun, serunya, "Tapi dalam kasus kali ini, keponakanmu yang sudah terjatuh ke tangannya!" Seebun-hujin sama sekali tidak menggubris, katanya lebih lanjut, "Han siang masih belum pantas bagiku untuk turun tangan sendiri, sejak awal sudah kukatakan, aku tidak ambil perduli dengan hutang piutang tolol itu. Selesai berkata dia sudah mengangkat cawan air tehnya. "Ibu....jerit Seebun Yan dengan cemas. Dengan wajah membesi seru Seebun-hujin, "Ci-giok, hantar tamu!" Liok Ki-seng tertawa getir, katanya, "Terima kasih banyak untuk pandangan lo Hujin, anggap saja aku banyak urusan, selanjutnya aku tidak akan merepotkan Lo-Hujin lagi. Tidak usah sungkan sungkan, aku bisa pergi sendiri. Sepeninggal Liok Ki-seng, Seebun Yan baru bertanya, "Ibu, kau benar-benar tidak ambil perduli dengan keselamatan Piauko?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau tidak mendengar perkataanku tadi?" "Ibu, Piauko adalah keponakanmu, bibi yang minta tolong kepadamu untuk merawatnya, masa kau begitu tega tidak menolongnya?" "Toh belum tentu diabakalmati!" Saking cemasnya air mata sampai jatuh bercucuran membasahi wajah Seebun Yan, katanya, "Tapi dia terkurung di Toan-hun-kok dan tidak tahu sampai kapan baru bisa keluar. Bukankah keadaannya sama seperti orang mati? Baiklah, bila ibu enggan menolong Piauko, lebih baik putrimu mati saja!" Seebun-hujin tertawa geli, selanya, "Coba lihat tampangmu itu, gelisah sampai nangis, siapa bilang aku tidak ambil perduli terhadap Piauko mu? Coba pikirlah, bukankah sudah kukatakan tadi kalau aku sudah punya rencana? Kenapa tidak kau tanyakan apa rencanaku?" Kontan saja dari menangis Seebun Yan tertawa cekikikan, serunya kegirangan, "Ibu, ternyata kau sedang menggodaku, kapan mau berangkat? Bagaimana kalau besok saja kita berangkat ke Toan-hun-kok?" "Aku belum pernah berjanji akan pergi ke Toan-hun-kok!" "Kalau kau tidak pergi, lantas siapa yang menolong Piauko?" "Aku tidak bakalan menurunkan derajatku hanya untuk bertarung melawan Han Siang. Tapi aku toh tidak melarang orang lain untuk pergi bertarung dengannya. Bahkan kalau orang lain ingin membasmi Toan-hun-kok hingga rata dengan tanah pun aku tidak bakalan mencegah. "Ibu, jadi kau suruh aku yang pergi? Aku memang ingin sekali membabat Toan-hun-kok hingga rata dengan tanah, hanya khawatirnya tidak punya kemam-puan sehebat itu. Seebun-hujin tertawa, dia berpaling dan ujarnya kepada Lan Suileng, "Anak Leng, selama tiga bulan ini kungfu mu sudah mengalami kemajuan yang amat pesat!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Benar, akupun merasa ada kemajuan, kesemuanya ini tidak lain berkat didikan dari gibo. "Ingin tidak turun gunung untuk menjajal kepandaian silatmu?" Belum sempat Lan Sui-leng menjawab, dengan perasaan tidak sabar Seebun Yan sudah menyela lebih duluan, "Ibu, jadi maksudmu adik Leng akan menjadi pembantuku? Kungfu yang dimiliki adik Leng saat ini sudah jauh lebih hebat ketimbang dulu, tapi kalau hanya mengandalkan kekuatan kami berdua, rasanya masih belum cukup?" "Kenapa musti gelisah? Sudah kuatur semuanya, kata Seebunhujin lagi tenang. Kepada Lan Sui-leng kembali ujarnya, "Anak Leng, aku bukan minta kau pergi ke Toan-hun-kok, tapi aku tahu sebenarnya kau ingin pergi ke kuil Siau-lim-si bukan?" "Benar, adikku berada disana, tentu saja aku ingin mencarinya. Tapi aku tidak tahu apakah sekarang dia masih berada di kuil Siaulim-si atau tidak?" "Baik, kalau begitu pergilah ke kuil Siau-lim sambil mencari berita. Sekalian kau temani cicimu, biar diapun punya teman. "Mau apa aku pergi ke kuil Siau-lim?" "Hwee-ko Thaysu yang ada di kuil Siau-lim adalah sahabatku. Bawalah cincinku ini sebagai tanda pengenal, coba temui Hwee-ko Thaysu. Dia akan membantumu untuk selamatkan Piauko mu dari kurungan. Biarpun dalam kuil Siau-lim berlaku larangan untuk nona muda memasukinya, asal kau minta orang untuk menyampaikan berita, Hwee-ko pasti akan keluar untuk menjumpai mu. Percayalah, semuanya akan berjalan lancar. "Yang bernama Hwee-ko Thaysu itu tianglo dari ruang Tat-mowan ataukah seorang Tongcu?" Dia sangka, kalau toh Hwee-ko Thaysu adalah sahabat karib ibunya, dapat dipastikan dia mempunyai kedudukan atau asal usul
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang luar biasa. Sambil tersenyum Seebun-hujin menyahut, "Dia sama sekali tidak menjabat apa-apa, hwesio itu hanya seorang tukang masak dalam kuil Siau-lim-si. "Apa? Hanya seorang tukang masak?" bisik Seebun Yan tertegun. Seebun-hujin tertawa. "Yang penting dia dapat membantumu untuk membebaskan Piauko mu dari sekapan, perduli amat dia seorang tianglo dari ruang Tat-mo-wan atau hanya seorang hwesio juru masak?" Biarpun Seebun Yan tidak tahu tokoh macam apak Hwee-ko Thaysu itu, namun dia menaruh kepercayaan penuh atas ucapan ibunya, setelah menerima cicin itu katanya, "Ibu, aku percaya kau tidak akan membohongi aku, yang dikhawatirkan adalah Hwee-ko Thaysu sangat memegang peraturan Siau-lim-pay hingga tidak berani melanggar pantangan membunuh. "Dia hanya seorang hwesio juru masak yang berasal dari luar daerah, jadi bukan berasal dari perguruan Siau-lim. Apalagi aku pun tidak berani memastikan beberapa bagian perkataan Liok Ki-seng yang bisa dipercaya. Pokoknya, apakah Piauko mu benar berada dalam Toan-hun-kok atau tidak, Hwee-ko Thaysu itu mempunyai kemampuan untuk menghantar Piauko mu ke hadapanmu. Buat apa kau musti memperdulikan dia akan menggunakan cara apa, mau melanggar pantangan membunuh atau tidak, i tu urusannya. Seebun Yan kegirangan setengah mati, ujarnya kemudian, "Ibu, kaupun tidak usah khawatir apakah aku akan membunuh orang atau tidak, dalam perjalananku kali ini bersama adik Leng, sebisa mungkin aku tidak akan melakukan pembunuhan. Seebun-hujin segera berpaling ke arah Lan Sui-leng, tanyanya, "Kau benci membunuh? Bagaimana seandainya bertemu orang yang ingin mencelakaimu, atau bertemu orang yang ingin mencelakai orang yang kau sayangi?" Pertanyaan ini seolah langsung menohok ulu hatinya, membuat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gadis itu tertegun. Sampai lama kemudian dia baru menjawab, "Aku tidak tahu, tapi seandainya orang itu pantas mati, paling baik bila bukan aku yang membunuhnya, aku.... nyali ku kecil, aku tidak berani membunuh. Sambil tertawa cekikikan Seebun Yan menyela, "Malam itu, ketika begundal yang dikirim Han Siang hendak menangkap kami, dia nyaris kehilangan nyawa, tapi kemudian dia malah menegurku mengapa membunuh orang-orang itu. "Anak Leng, ujar Seebun-hujin kemudian, "bila masalah sudah muncul di depan mata, terkadang mau tidak mau kita harus melakukan pembunuhan. Misalkan saja perumpamaan yang aku katakan tadi, masa kau suruh orang lain yang mewakilimu melakukan pembunuhan?" "Benar, Seebun Yan menambahkan, "bila kau tidak membunuh dia, orang itulah yang akan membunuhmu. Aku pernah berkata begini kepadanya, karena itu kita wajib mempelajari ilmu silat yang hebat. "Anak Leng, hatimu kelewat baik, di kemudian hari hidupmu pasti bahagia. Siapa tahu juga segala peristiwa pembunuhan yang kukatakan tadi, belum tentu akan kau jumpai sepanjang hidup. "Moga-moga saja begitu, Lan Sui-leng menghembuskan napas lega. "Cuma, Seebun-hujin menambahkan, "kaupun harus baik-baik berlatih silat agar bisa digunakan bilamana perlu. Aah betul, bicara soal ilmu silat, rasanya aku belum pernah melihat kau berlatih kembali ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat mu?" "Beberapa jurus yang kupahami adalah hasil pelajaran dari adikku, sama sekali tidak berguna bila digunakan dalam pertarungan, karena itu aku tidak melatihnya. "Ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat merupakan kumpulan dari inti sari ilmu silat aliran Bu-tong, ada baiknya juga bila kau mengerti satu dua. Sudah hampir tiga bulan lamanya kau berlatih kungfu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

disini dan besok akan pergi. Sebelum kau turun gunung, aku ingin mengajarkan sebuah jurus yang terakhir untukmu. Diambilnya sebatang pedang dari tangan putrinya, kemudian serunya, "Perhatikan baik-baik!" Seebun-hujin segera memainkan sebuah jurus pedang, jurus pedang yang membuat Lan Sui-leng tertegun, keheranan dan berdiri melongo. Ternyata jurus pedang itu tidak lain adalah jurus Pek-hok-liangci, salah satu jurus andalan dari Thay-kek-kiam-hoat, bahkan perempuan tua itu dapat memainkannya persis seperti permainan Bouw It-yu, hanya saja "hasrat pedang" yang terkandung jauh lebih matang dan kuat ketimbang Bouw It-yu. Pertama-tama Seebun-hujin menggunakan gerakan normal untuk memainkan jurus itu, kemudian mengulang sekali lagi dengan gerakan yang diperlambat, yang mana membuat Lan Sui-leng dapat mengikuti jauh lebih jelas. Sambil berseru tertahan Lan Sui-leng segera bergumam, "Gibo, ternyata kaupun mengerti ilmu pedang aliran Bu-tong?" Seebun-hujin hanya tersenyum tanpa menjawab. Seebun Yan yang berada di sampingnya segera menimpali, "Bukankah ibuku sudah berkenalan dengan Bouw Ciong-long sejak tiga puluh tahunan berselang. Apa anehnya bila dia pernah melihat Bouw Ciong-long memainkan jurus pedang Bu-tong-pay?" Seebun-hujin sama sekali tidak menyangkal, tampaknya dia setuju dengan perkataan putrinya itu. Lan Sui-leng benar-benar merasa amat kagum, pikirnya, "Keluarga mereka betul-betul amat cerdas, Tonghong Toako mempunyai kemampuan mengingat apa yang pernah dilihat, sementara gibo mampu memainkan jurus pedang yang pernah dilihatnya tiga puluh tahun berselang dengan begitu bagus!" Tanpa terasa satu kecurigaan pun timbul, tanpa sadar ujarnya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Gibo, aku pernah melihat Tonghong Toako menggunakan juga jurus itu, kenapa gerakannya beda jauh dengan gerakanmu?" "Kau sangka jurus Bangau putih pentang sayap yang dia miliki adalah hasil ajaranku?" Sebenarnya Lan Sui-leng sangat berharap apa yang dipertanyakan merupakan sebuah kenyataan, dengan begitu dia dapat menyangkal tuduhan Bouw It-yu yang mengatakan kalau Tonghong Liang mencuri belajar dari adiknya. Maka begitu selesai mendengar sanggahan dari Seebun-hujin, dia jadi amat kecewa. Kembali Seebun-hujin berkata, "Akupun tidak tahu darimana dia mempelajarinya, tapi kalau kuanalisa dari perkataanmu di hari pertama tiba disini, rasanya jurus yang dia gunakan jauh lebih hebat ketimbang Bouw It-yu, bukan begitu?" "Benar, sahut Seebun Yan cepat, "dengan jurus serangan itulah Piauko berhasil mengalahkan Bouw It-yu. Aku masih ingat, saat itupun aku pernah berkata kepadamu, tapi kau tidak percaya, kau bilang Bouw It-yu pasti sengaja mengalah kepada Piauko. "Anak Leng, dapatkah kau memperagakan ulang jurus Bangau putih pentang sayap yang digunakan Tonghong Liang waktu itu?" "Aku tidak dapat menirukan semua perubahan gerakan yang dia lakukan, yang aku pahami hanya garis besarnya saja. Selesai mendengar penuturannya itu Seebun-hujin nampak sedikit sangsi, katanya kemudian. "Emm, rasanya sudah diselipi daya cipta dia sendiri. Tapi aku rasa belum tentu lebih hebat daripada jurus yang digunakan Bouw It-yu. Tiba-tiba Seebun Yan teringat kalau jurus yang digunakan ibunya sekarang berasal dari Bouw Ciong-long, ini berarti sama persis dengan jurus yang digunakan Bouw It-yu, itu berarti dia tidak boleh memandang terlalu rendah atas kemampuan Bouw It-yu dalam ilmu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedangnya, maka segera ujarnya, "Ibu, mungkin saja latihan Bouw It-yu belum mencapai tingkat kesempurnaan sehingga dia berhasil dikalahkan Piauko. "Dalam permainan jurus tadi, dalam bagian bagian yang rawan telah kububuhi dengan sedikit perubahan, anak Leng, sekarang perhatikan penjelasanku dengan seksama. Bukan saja dia menguraikan setiap perubahan dalam ilmu pedang itu dengan teliti, bahkan dijelaskan juga bagaimana menggunakan jurus itu disertai tenaga dalam aliran Bu-tong. Kemudian atas dasar kemampuan yang dimiliki Lan Sui-leng sekarang, dia pun memberikan petunjuk yang tepat untuk memperbaiki kesalahan yang dimilikinya. Setelah mengajarkan beberapa saat, mendadak Seebun-hujin bertanya lagi, "Anak Leng, sesudah berkunjung ke kuil Siau-lim, apakah kau masih akan kembali ke gunung Bu-tong?" "Aku tidak tahu, setelah bertemu adikku mungkin aku baru mengambil keputusan. "Aku dengar pihak Bu-tong-pay akan menyelenggarakan upacara penguburan bagi Bu-siang Cinjin, waktu sudah ditetapkan, kalau tidak salah akan diselenggarakan pada bulan 8 tanggal dua puluh tujuh. Sewaktu Lan Sui-leng meninggalkan gunung Bu-tong, hari penguburan untuk Bu-siang Cinjin belum lagi ditentukan, dia jadi sedikit keheranan, tanyanya, "Gibo, darimana kau bisa tahu?" "Pihak Bu-tong-pay telah mengirimkan selebaran ke seluruh partai dalam dunia persilatan, hampir setiap orang di kolong langit telah mendengarnya. Biarpun sudah dijawab namun Lan Sui-leng tetap merasa sangsi dan tidak habis mengerti, pikirnya, "Selebaran itu tidak pernah dikirim kemari, sedang orang luar yang berkunjung pun selain Liok Ki-seng, dalam beberapa bulan terakhir tidak seorang pun yang datang berkunjung, lalu siapa yang memberitahukan hal ini kepada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gibo?" Belum habis ingatan tersebut melintas, Seebun-hujin telah mengalihkan pokok pembicaraan, sehingga diapun merasa tidak leluasa untuk bertanya lebih lanjut. Terdengar Seebun-hujin berkata lagi, Masih ada lima puluh harian, masih sempat bila kau hendak pulang ke rumah. Adikmu adalah cucu murid kesayangan Bu-siang Cinjin, jadi menurut dugaanku seharusnya dia pun ikut pulang?" "Masalahnya tidak jelas apakah adikku masih berada di kuil Siaulim atau mungkin sudah pergi ke tempat lain. Menurut apa yang kuketahui, dia turun gunung karena mendapat perintah dari Sucouw, tapi aku tidak tahu selain menitahkan dia pergi menjumpai hwesio-hwesio di kuil Siau-lim, apakah Sucouw masih perintahkan dia untuk melaksanakan tugas lain?" "Sekalipun tidak berhasil menjumpai adikmu, tentu nya kau tetap akan pulang ke Bu-tong bukan?" desak Seebun-hujin, jelas diapun berharap Lan Sui-leng bisa pulang ke gunung Bu-tong. "Ibu," sela Seebun Yan tiba-tiba, "menurutku, lebih baik adik Leng tidak usah kembali ke gunung Bu-tong, aku merasa berat hati untuk berpisah dengannya. "Anak bodoh!" seru Seebun-hujin sambil tertawa, "memangnya dia tidak bakalan balik lagi? Lagipula orang tuanya tinggal di gunung Bu-tong, paling tidak seharusnya dia harus pulang untuk tengok keluarga. Walaupun dalam hati kecilnya Lan Sui-leng tidak berharap adiknya kembali ke Bu-tong, namun setelah menyinggung tentang dirinya, mau tidak mau tergerak juga hatinya sesudah mendengar ucapan Seebun-hujin. Benar juga. Dia sudah tiga bulanan meninggalkan rumah, tentu saja dia tidak bisa membendung rasa rindunya dengan ayah dan ibunya. Maka seraya mengangguk sahutnya, "Terima kasih banyak atas
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perhatian gibo, aku akan pulang juga ke rumah. "Bagus, kalau begitu tolong bantu aku lakukan satu pekerjaan. "Silahkan gibo memberi perintah, khawatirnya dengan kemampuanku yang cetek, aku tidak sanggup melakukan pekerjaan apa-apa untuk gibo?" Seebun-hujin tertawa. "Kalau tahu kau tidak sanggup, tentu saja tidak bakal kusuruh kau untuk melakukannya. Bicara sampai disitu diapun berpaling, kepada putrinya ia berpesan, "Cincin yang kuberikan kepadamu sebagai tanda pengenal tidak perlu kau serahkan kepada Hwee-ko Thaysu, cukup diperlihatkan saja. "Ibu, putrimu tidak bakal sebodoh itu, sahut Seebun Yan sambil tertawa, "tentu saja aku tahu kalau cincin ini hanya sebagai tanda bukti kalau aku adalah putrimu, mana mungkin akan kuberikan cincin yang begini berharga kepada seorang hwesio juru masak?" Kembali Seebun-hujin tersenyum. "Aku menyuruhmu minta balik bukan karena cincin itu sangat berharga, melainkan karena benda itu harus kau serahkan kepada adikmu. "Buat apa diberikan kepadaku?" tanya Lan Sui-leng tercengang. "Tentu saja sebagai tanda pengenal. "Gibo minta aku bertemu dengan siapa?" "Bertemu Ciangbunjin kalian yang baru. Kontan Lan Sui-leng tertawa. "Padahal aku sedang berpikir, sekembali ke gunung Bu-tong nanti perlukah aku melapor kepada Ciangbunjin? Menurut aturan, seharusnya aku memberi laporan pada ketua, mengingat posisiku hanya sebagai murid tidak resmi, kemungkinan besar tidak berhak bertemu Ciangbunjin. Tapi dengan adanya perintah dari gibo, aku bisa mohon bertemu secara resmi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tapi kau jangan menyebut namaku lebih dulu, pesan yang kuserahkan kepadamu baru disampaikan setelah berjumpa dengannya. "Aku mengerti. "Kau bisa beritahu kepadanya, selama beberapa bulan terakhir kau berada disini bahkan sudah mengakui aku sebagai ibu angkatmu, setelah melihat cincin ini, dia pasti tidak akan mencurigai perkataanmu. Ehmm, bila dia bertanya apa saja yang kau lakukan selama berada ditempatku ini, kau boleh tunjukkan jurus Bangau putih pentang sayap yang kuajarkan kepadamu itu di hadapannya. "Kemudian?" tanya Lan Sui-leng yang menduga masih ada kata kata yang belum selesai disampaikan. "Kemudian sampaikan pesanku kepadanya. Pertama, sampaikan selamat karena dia menjadi Ciangbunjin baru dari Bu-tong-pay. Ke dua, katakan kepadanya aku ingin berjumpa dengan putranya. Dia baru saja menjabat sebagai Ciangbunjin, jadi aku tidak berani minta dia yang menemani putranya berkunjung kemari, katakan saja suruh Bouw It-yu datang bersamamu. Merah selembar wajah Lan Sui-leng, katanya, "Aku ingin pulang selama beberapa hari, belum tentu bisa datang kemari bersama Siau-susiok. "Ibu, kata Seebun Yan pula sambil tertawa, "kelihatannya kau terburu-buru ingin melihat menantu angkat sampai tidak bisa menahan diri. Adikku, ibu telah mencarikan pasangan ideal untukmu, jangan kau lewatkan kesempatan baik ini. Darimana dia bisa tahu kalau tujuan ibunya ingin berjumpa Bouw It-yu bukan lantaran Lan Sui-leng saja. Sambil tersenyum Seebun-hujin menyahut, "Anak Yan, coba lihat adikmu sudah tersipu-sipu, lebih baik gurauanmu berhenti sampai disini saja. Tapi bicara sejujurnya, sebagai seorang jago yang berkelana dalam dunia persilatan, anak Leng jangan kelewat mentabukan hubungan antara laki-laki dengan wanita. Bila kau ingin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tinggal selama beberapa hari di rumah demi ayah ibumu, tentu saja akupun tidak akan memaksa. Tapi kalau hanya karena ingin menghindar, tidak ingin melakukan perjalanan bersama siau susiok, aku rasa tidak perlulah kau bertindak begitu. "Apakah gibo masih ada perintah lain?" tanya Lan Sui-leng kemudian, sementara dalam hatinya berpikir, "Kalau didengar dari nada pembicaraan ibu angkat, tampaknya yang paling dia harapkan adalah bertemu siau susiok, sementara kapan aku akan balik kemari, rasanya bukan urusan yang dia pentingkan. Sementara dia masih termenung, Seebun-hujin telah berkata lagi, "Besok kalian boleh segera berangkat, jadi sekarang pergilah beristirahat dulu. Aku sudah tidak ada pesan lain lagi yang hendak disampaikan kepada kalian, aaah, benar, hanya soal cincin itu saja yang penting, kalian harus menyimpannya dengan hati-hati, jangan sampai terjatuh atau hilang. "Ibu, kau tidak usah khawatir, aku tidak akan menghilangkan barang mestika mu. "Kenapa? Kau mentertawakan aku kelewat tegang? Perlu kau ketahui, yang menjadi barang mestika ku bukan cincin itu. "Aku tahu, karena cincin ini akan dua kali digunakan sebagai tanda pengenal. Walaupun jawaban dari Seebun Yan santai, namun timbul juga perasaan keheranan di hati kecilnya, seingatnya, belum pernah ibunya begitu cerewet menyampaikan pesannya, tapi demi cincin itu, dia sudah berulang kali mengulang pesan wanti-wantinya. Kendatipun ibunya berusaha tenang namun jelas tidak dapat menutupi perasaan tegang di hatinya, begitu tegangnya dia sampai dirinya yang menjadi putrinya pun dapat merasakan. Tentu saja dia tidak bakal tahu kalau cincin itu mempunyai riwayat yang luar biasa, jadi bukan lantaran pada tiga puluh tahun berselang ibunya pernah mengenakan cincin itu, maka ke dua orang sahabatnya.... Hwee-ko hwesio dan Bouw Ciong-long mengenali cincin tersebut, hingga benda itu bisa dipakai sebagai tanda
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pengenal. Sepeninggal putrinya, tanpa terasa Seebun-hujin terbayang kembali dirinya saat berusia setara putrinya dulu, untuk sesaat dia duduk termangu-mangu. Lama.... diabaru menghela napas sambil berpikir, "Entah bagaimana reaksi Bouw Ciong-long ketika melihat cincin itu?" Waktu berlangsung begitu cepat, dia pun membayangkan kembali kisahnya pada tiga puluh tahun berselang. Tiga puluh tahun yang lalu, Bouw Ciong-long lah yang telah menghadiahkan cincin itu kepadanya. Waktu itu mereka sudah saling mencintai, kedua belah pihak menyangka pihak lawanlah yang bakal menjadi pendampingnya sepanjang masa. Tapi di kediaman Bouw Ciong-long sedang berlangsung persiapan lamaran, orang tuanya tertarik untuk meminta Piaumoy nya menjadi menantu mereka. Akan tetapi pihak keluarga sang wanita tidak begitu menyukai Bouw Ciong-long, mereka menganggap meski latar belakang keluarga Bouw Ciong-long amat termashur, namun dia kelewat mogor, senang "menggait bunga menyentuh pohon liu" di tempat luaran, dalam hal 'nama baik' mereka merasa kurang serasi. Saat itu dia tinggal di rumah famili di kota Hang-ciu, kebetulan Bouw Ciong-long pun sedang berpesiar di kota Hang-ciu, boleh dikata hampir setiap dua tiga hari sekali mereka pasti bersua muka. Tapi sayang tiada perjamuan yang tidak berakhir, bagaimana pun cinta nya mereka berdua, pada akhirnya tiba juga saat dimana mereka harus berpisah. Tidak jelas apakah keluarganya sudah mendengar ulahnya itu, berulang kali ayahnya mengirim surat minta dia untuk pulang, bahkan akhirnya memberi batas waktu untuknya agar segera kembali. Bila sampai lewat batas waktunya belum juga kembali,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ayahnya tidak mau mengakuinya sebagai anak lagi. Cincin inilah yang diberikan Bouw Ciong-long menjelang dia pulang ke rumah. Pada umumnya cincin digunakan sebagai tanda untuk pertunangan, tapi sayang cincin yang diberikan Bouw Ciong-long bukanlah cincin pertunangan. "Cinta harus teguh dan keras melebihi emas, harus lebih bersinar daripada batu permata!" inilah kata-kata yang disampaikan Bouw Ciong-long ketika mengenakan cincin itu dijari tangannya. Cincin itu memang terbuat dari batu mestika yang kekerasannya melebihi emas. "Perduli perubahan apa pun yang bakal terjadi kelak, cintaku kepadamu masih tetap seperti cincin batu mestika ini, selamanya tidak pernah aus, selamanya tidak pernah pudar. Tunggulah kedatanganku dengan sabar, walaupun sekarang aku belum meminangmu, tapi sekembaliku nanti aku akan menikahi dirimu, demikian Bouw Ciong-long berpesan. Diapun mempercayai perkataan Bouw Ciong-long, dia merasa pernikahan diantara mereka hanya masalah waktu. Karena itu tanpa ragu dikenakannya cincin pemberian itu. Siapa tahu kepergian Bouw Ciong-long tidak pernah kembali lagi, walaupun sinar yang terpancar dari cincin itu tidak pernah memudar, namun kisah percintaan mereka waktu itu seakan sudah di segel, sudah pupus sebelum mekar. Bouw Ciong-long tidak pernah muncul untuk meminang, tapi orang pertama yang meminangnya bukanlah orang yang belakangan menjadi suaminya. Dia adalah pemuda lain, pemuda inilah yang di kemudian hari menjadi Hwee-ko hwesio. Hwee-ko adalah sahabat karib Bouw Ciong-long, sama seperti Bouw Ciong-long, dia pun jatuh hati kepadanya. Terhadap pinangan yang diajukan Hwee-ko, dia tidak pernah mengucapkan sepatah katapun, yang dia lakukan hanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengangkat jari tangannya dan memperlihatkan cincin itu. Dia tidak tahu apakah lantaran putus cinta hingga akhirnya Hwee-ko menjadi pendeta, tapi beberapa patah kata yang diucapkan Hwee-ko menjelang perginya tidak pernah dia lupakan hingga detik ini. "Aku tidak mempunyai batu mestika untuk diberikan kepadamu, tapi perasaan cintaku kepadamu tidak pernah akan berubah untuk selamanya, terlepas dengan siapa pun kau bakal menikah. Aku sama sekali tidak berharap mendapatkan apa-apa darimu, tapi aku dapat memberikan benda yang jauh lebih berharga daripada batu mestika untuk dirimu, yakni nyawaku, bila kau memerlukan, ambillah setiap saat!" Peristiwa yang terjadi tiga puluh tahun berselang satu per satu melintas dalam benaknya. Dari semua kejadian itu sebenarnya siapa yang salah? Cinta siapa yang lebih tulus? Seebun-hujin tidak tahu, karena dia pun merasa kebingungan. Ooo)*(ooO BAB IX Hidup kosong tanpa hambatan Menyadari ajaran lepas dari beban. Dia benar-benar tidak habis mengerti, manusia tinggi hati semacam Hwee-ko ternyata bisa hidup mengasingkan diri, bahkan kabur ke kuil Siau-lim untuk menjadi seorang hwesio juru masak. "Bila semuanya itu gara-gara aku, diriku benar benar telah membuat sebuah dosa baru. "Waktu berlalu sungguh amat cepat, dalam sekejap tiga puluh tahun telah lewat, kalau waktu itu dia bersedia terjun ke lautan api demi cinta, tapi kini ia sudah meninggalkan kehidupan duniawi dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menjadi pendeta, mungkinkah cincin itu masih dapat menariknya kembali ke kehidupan duniawi?" Jawabannya sudah pasti, dia yakin sekalipun Hwee-ko sudah melepaskan diri dari kehidupan duniawi, namun setelah melihat cincin itu, dia masih tetap akan melaksanakan janjinya. "Aaai, padahal tidak seharusnya aku pergi mengganggu ketenangan hidupnya lagi, tapi selain dia, siapa lagi yang dapat membantuku?" Hwee-ko adalah sahabat karib yang paling banyak mengetahui masalahnya setengah abad berselang, merupakan pula sahabatnya yang paling dipercaya. Terhadap sahabat karibnya ini dia menaruh perasaan menyesal yang sangat mendalam. Waktu tiga puluh tahun berlalu bagai sambaran petir, kembali dia tenggelam dalam kenangan masa silam, tanpa terasa terlihat secerca cahaya mulai muncul di ufuk timur, pertanda fajar mulai menyingsing. Keesokan harinya pagi-pagi sekali Seebun Yan dan Lan Sui-leng sudah turun gunung, Seebun-hujin baru berpaling kembali setelah menghantar bayangan punggung mereka hingga lenyap dari pandangan, diam-diam dia membesut air mata yang sudah ditahannya semenjak tadi, karena tidak ingin ketahuan putrinya. Kedua orang gadis itupun menempuh perjalanan dengan perasaan sangat berat, namun kalau dibandingkan maka perasaan Seebun Yan jauh lebih baikan, sebab dia hanya mengkhawatirkan nasib Piauko nya yang terjebak dalam Toan-hun-kok, namun dia percaya teman ibunya pasti dapat membantu usahanya. Pikiran dan perasaan Lan Sui-leng jauh lebih rumit, tentu saja dia gembira karena mendapat kesempat an untuk mencari adiknya, tapi diapun merasa takut untuk bertemu Tonghong Liang maupun Bouw It-yu. Dia merasa kedua orang itu sama sama tidak bisa membebaskan tali simpul mati yang membelenggu hatinya. Mereka masih menunggang dua ekor kuda hasil rampasan dari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

anak buah Han Siang tempo hari, kini kemampuan Lan Sui-leng menunggang kuda sudah hampir setara dengan kemampuan Seebun Yan. Setelah menempuh perjalanan tujuh, delapan hari lamanya, udara pun terasa mulai hangat, sementara orang yang berlalu lalang di jalan raya pun semakin banyak. Hari itu, ketika mereka sedang berjalan menelusuri jalanan bukit, mendadak terdengar suara bentrokan senjata yang amat nyaring bergema dari balik hutan, mereka langsung tahu kalau di tengah hutan sedang berlangsung pertempuran sengit. "Eeei, siapa mereka? Dari aliran manakah orang orang itu? Tampaknya pertarungan sedang berlangsung amat seru! Ehmm, kelihatannya ada dua orang sedang mengerubuti satu orang, percaya tidak dengan dugaanku? Bagaimana kalau kita tengok ke sana?" Tentu saja pengalaman Seebun Yan dalam hal ini jauh lebih matang daripada Lan Sui-leng, saat ini dia tidak tahan untuk mempamerkan kebolehannya. "Kita sendiri sedang mengemban tugas, buat apa musti mencampuri urusan orang?" sahut Lan Sui-leng. Belum selesai dia berkata, suara umpatan dan makian di balik pertarungan pun terdengar semakin jelas. "Aku tidak lebih hanya seorang hwesio pemikul air dari kuil Siaulim-si, belum pernah berhubungan dengan rekan-rekan dunia persilatan, apalagi membuat permusuhan atau perselisihan dengan kalian. Sudah pasti kalian sudah salah melihat orang!" terdengar seseorang berseru dengan nada gugup dan panik. Segera terdengar seseorang menyahut sambil tertawa dingin, "Kami tidak bakal salah orang, kaupun tidak usah menggunakan nama besar kuil Siau-lim-si untuk menakut-nakuti kami. Jangankan kau belum termasuk hwesio resmi dari kuil Siau-lim, biarpun kau sudah menjadi pendeta asli dari Siau-lim-pay pun kami tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bakalan takut denganmu!" Seseorang yang lain ikut berseru sambil tertawa terbahak bahak, "Ternyata kepandaian silat dari kuil Siau-lim tidak terlampau hebat, bila kau mampus di tengah hutan, biar punya asal usul lebih hebatpun tidak ada gunanya, sebab tidak bakal ada yang menuntutkan balas untuk-mu, hahaha.... lebih baik terima nasib saja!" Pendeta dari Siau-lim itu segera berteriak keras, "Kalau mau menagih hutang, tagih saja kepada yang berhutang. Kenapa kalian harus membunuhku? Boleh aku tahu alasannya?" "Maaf!" jawab kedua orang itu hampir bersamaan waktu, "kami hanya menjalankan perintah untuk membunuhmu. Kau memang sudah ditakdirkan menjadi setan penasaran, jadi tidak usah menyalahkan kami!" Menyusul kemudian terdengar jeritan lengking yang menusuk pendengaran, tampaknya ada seseorang telah menderita luka. Ketika mendengar orang yang sedang dikerubut adalah pendeta dari kuil Siau-lim, Lan Sui-leng sudah merasa hatinya amat terkejut, apalagi setelah mendengar suara jeritan orang terluka, perasaan hatinya semakin terkesiap. Sebaliknya Seebun Yan justru berlagak seolah tidak ambil perduli, ujarnya sambil tertawa, "Coba kau dengar, kelihatannya yang terluka adalah pendeta dari Siau-lim, bagaimana kalau kita campuri urusan ini?" Lan Sui-leng tidak menjawab, dia langsung mencemplak kudanya dan lari masuk ke dalam hutan. Benar saja, seperti apa yang dikatakan Seebun Yan tadi, terlihat ada dua orang lelaki sedang mengerubuti seorang pendeta. Dua orang lelaki itu, yang satu menggunakan tongkat yang terbuat dari besi sementara yang lain menyerang dengan mengandalkan kepalan kosong.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lelaki yang menggunakan tongkat besi itu masih agak mendingan, jagoan yang menggunakan kepalan tangan kosong itu justru nampak lihay sekali, sepasang kepalannya menari kian kemari, sebentar menghantam, sebentar menyodok, sebentar mencengkeram, hampir setiap gerakan yang dilancarkan semuanya tertuju ke bagian mematikan di tubuh pendeta Siau-lim itu. Sementara pendeta dari Siau-lim itu dengan mengandalkan toyanya melakukan perlawanan dengan sepenuh tenaga, tampak angin serangan menderu-deru, pasir dan batu beterbangan memenuhi angkasa, kekuatannya sungguh mengerikan. Namun berhubung dia harus melawan dua orang, posisinya jadi sangat tidak menguntungkan, dengan toyanya dia dapat saja menghadapi tongkat lawan, namun menghadapi gempuran orang bertangan kosong yang bertubi-tubi itu dia nampak kewalahan, toyanya yang panjang tidak mampu membendung pukulan jarak dekat, posisinya sangat berbahaya. Dengan perasaan terkejut Lan Sui-leng segera berseru tertahan, "Bukankah ilmu yang digunakan orang itu adalah Ki-na-jiu-hoat dari Toan-hun-kok?" Kehadiran mereka tepat pada waktunya, begitu Seebun Yan turun tangan, ke dua orang laki-laki itu langsung kabur terbirit-birit. Namun kuda tunggangannya malah sempat terluka oleh sambitan pisau terbang yang dilancarkan pihak lawan hingga tidak dapat dipergunakan lagi. Dalam keadaan begini Seebun Yan maupun Lan Sui-leng tidak sempat lagi melakukan pengejaran, hwesio dari Siau-lim itu sudah tergeletak ditanah dalam keadaan kritis, karena menolong orang lebih penting, terpaksa mereka biarkan kedua orang itu melarikan diri. Seebun Yan yang berpengalaman lebih matang kontan berkerut kening setelah menyaksikan keadaan luka yang di derita pendeta Siau-lim itu. Dia tahu jiwa orang ini tidak tertolong lagi, yang diharapkan sekarang hanyalah pendeta itu dapat hidup lebih lama,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

secepat kilat dia menotok jalan darah di seputar mulut lukanya. Totokan itu merupakan totokan untuk menghentikan pendarahan, dapat membuat darah yang mengalir keluar agak berhenti hingga kematian tidak datang lebih cepat. Untuk sesaat Lan Sui-leng tidak tahu apa yang harus diperbuat, dia hanya bisa mengawasinya dengan pandangan bodoh. Namun pandangan matanya, mimik mukanya, hampir semuanya menampilkan sikap yang jauh lebih perhatian daripada Seebun Yan atas nasib hwesio Siau-lim itu. Hwesio Siau-lim itupun memperlihatkan sikap yang sangat aneh, ujarnya tiba-tiba, "Nona, matamu sangat indah. Aaaai.... mungkin tidak begini kebetulan, kebetulan mereka pun dua orang nona yang masih sangat muda!" Berada dalam saat yang kritis, ternyata dia masih punya minat untuk menikmati keindahan mata Lan Sui-leng. Namun yang paling menarik perhatian Seebun Yan adalah perkataannya yang terakhir, buru-buru dia bertanya, "Kejadian apa yang menurutmu kebetulan?" "Aku mendapat titipan dari seseorang untuk pergi ke suatu tempat yang sangat jauh, pergi mengirim surat untuk dua orang nona yang sangat muda. "Pergi ke mana?" "Ke puncak bukit Nyainqentanglha, diatas puncak terdapat sebuah lembah yang dinamakan lembah seratus bunga (Pek-hoakok)!" Ternyata tempat yang dimaksud tidak lain adalah tempat tinggal Seebun Yan. Kejut bercampur girang buru-buru Seebun Yan bertanya, "Siapa nama kedua orang nona itu?" "Yang seorang bernama Lan Sui-leng, yang seorang lagi bernama Seebun Yan!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika hwesio itu menyebut nama mereka, kedua orang gadis itu kontan menjerit tertahan, "Akulah Lan Sui-leng!" "Akulah Seebun Yan!" Tampaknya pendeta itu kegirangan setengah mati, kondisinya pun jauh lebih segar, gumamnya, "Sungguh tidak nyana di dunia inipun terdapat kejadian yang begini kebetulan!" "Siapa yang menitipkan surat kepada kalian? Mana suratnya?" buru-buru Seebun Yan bertanya lagi. Dia sangka orang yang menitip surat adalah Piaukonya, Tonghong Liang. Siapa tahu pendeta itu segera menjawab, "Suhuku yang suruh aku menyampaikan pesan, dia pun hanya menyampaikan pesan orang lain lagi!" "Lalu Sangjin dari manakah gurumu itu?" Sangjin adalah istilah panggilan hormat untuk seorang pendeta, atau dengan perkataan lain, dari sekian banyak hwesio dalam kuil Siau-lim, hanya sang ketua serta beberapa orang tianglo dari ruang Tat-mo-wan yang pantas disebut begitu. Tapi bagi Seebun Yan, panggilan itu sama sekali tidak bermakna khusus, dia anggap hanya sebagai sebutan kehormatan saja. "Aku tidak lebih hanya seorang hwesio tukang pikul air di kuil Siau-lim, mana pantas menjadi muridnya Sangjin? Kedudukan guruku dalam kuil hampir sederajat dengan diriku, dia adalah seorang hwesio juru masak. "Aaah, hwesio juru masak!" teriak Lan Sui-leng, "apakah gurumu bergelar Hwee-ko?" "Betul, guruku adalah Hwee-ko, darimana nona bisa tahu?" "Gurumu adalah seorang tokoh berilmu tinggi, mungkin saja kawanan hwesio gentong nasi dari kuil Siau-lim-si tidak mengenalnya, tapi sudah lama kami tahu nama besarnya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika mendengar kalau kedua orang nona itu sudah sejak lama tahu akan nama besar gurunya, pendeta itu selain terperanjat bercampur keheranan, dia merasa gembira juga, serunya, "Ohh, ternyata guruku benar-benar mempunyai riwayat yang amat luar biasa? Padahal aku pun belum diangkat menjadi murid resminya, di hari hari biasa di saat senggang dia sering mengajarkan beberapa jurus ilmu silat kepadaku, aaai, sayang aku belajar tidak rajin.... Seebun Yan merasa tidak sabar mendengarkan gerutu dan penyesalannya itu, segera tukasnya, "Kedua orang itupun merupakan jago-jago yang punya nama dalam dunia persilatan, sudah terbilang tidak gampang bagimu untuk melawan mereka berdua tanpa menemui ajal. Tapi sayang kita tidak ada waktu lagi untuk berbicara banyak, tolong sampaikan saja sebetulnya apa yang terjadi dan apa pesan yang kau bawa?" Sambil berkata dia menempelkan telapak tangan kanannya diatas punggung hwesio itu dan menyalurkan tenaga dalamnya. Meskipun tenaga dalam yang dimiliki gadis itu belum termasuk 'sempurna', namun sudah lebih dari cukup untuk memperpanjang umur pendeta dari Siau-lim itu. Untuk sesaat tampaknya pendeta itu jadi bingung sendiri, tidak tahu pembicaraan harus dimulai dari mana, dia malah balik bertanya, "Nona, sebenarnya apa yang paling kau ingin ketahui?" "Bukankah tadi kau bilang sedang menjalankan perintah dari gurumu untuk menyampaikan berita kepada kami? Siapa orang yang minta tolong kepada gurumu untuk menyampaikan berita ini?" "Aku tidak tahu apakah pesan itu dari seorang pemuda atau bukan, yang jelas setelah suhu bertemu dengan pemuda itu dan sesaat sebelum meninggalkan kuil Siau-lim, dia sampaikan pesan tersebut kepadaku. "Apakah pemuda itu berusia dua puluh tahunan, bermarga Tonghong dan bernama Liang?" desak Seebun Yan. "Aku tidak tahu siapa namanya, tapi kalau dilihat usianya, paling dia baru berumur lima, enam belas tahunan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aaah, sudah pasti dia adalah adikku, seru Lan Sui-leng cepat, "apakah hari itu hanya dia seorang yang masuk ke kuil Siau-lim?" "Seorang temannya menunggu diluar, tapi aku sendiripun baru mendengar cerita ini beberapa hari kemudian, konon oleh karena dia adalah murid Bu-tong-pay maka ketua Tat-mo-wan datang sendiri untuk mengajaknya berbicara, kemudian baru mengijinkan pemuda itu masuk. Mengenai apa sebabnya teman dia tidak diijinkan ikut masuk, aku sendiripun tidak tahu. Seebun Yan menghembuskan napas lega, katanya kemudian, "Kalau begitu sang pemuda itu pastilah adik Sui-leng, sedang temannya itu bisa jadi adalah Piauko ku. Tapi dia tidak ada waktu untuk bertanya lebih jauh, tukasnya kemudian, "Baiklah, sekarang tolong sampaikan pesan apa yang diucapkan orang itu kepada gurumu kemudian minta disampaikan kepada kami berdua?" "Nona adalah....biarpun sudah mendengar mereka berdua menyebutkan namanya, namun berhubung kesadarannya sudah makin menurun, tidak banyak yang bisa diingatnya lagi, karena khawatir salah maka sengaja dia mengulang kembali pertanyaannya. "Aku adalah Seebun Yan! Pesan yang harus diberitahukan kepadamu adalah Piauko mu akan pergi ke tempat lain karena masih ada urusan penting, dia tidak tahu sampai kapan baru pulang, jadi minta kau tidak usah menunggunya lagi. Seandainya kau menaruh telur angsa dalam satu keranjang pun dia tidak akan menyalahkan dirimu. "Masih ada pesan lain?" tanya Seebun Yan dengan kening berkerut. "Ada. Piauko mu bilang, kau harus baik-baik melayani tamu, seandainya sang tamu ingin pergi, kaupun tidak boleh menahannya!" Sambil tertawa getir Seebun Yan segera berkata, "Adik Leng,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ternyata Piauko sangat mengkhawatirkan dirimu, dia khawatir aku menganiaya dirimu!" "Pesan itu toh bukan Tonghong Liang langsung menyampaikannya kepada Hwee-ko Thaysu, siapa tahu adikku hanya titip pesan palsu?" "Tapi kalau bukan Piauko telah memberitahukan hal itu kepada adikmu, darimana adikmu bisa tahu. Lan Sui-leng manggut-manggut, pikirnya, "Ditinjau dari kejadian ini, nampaknya hubungan persahabatan antara adik Keng dengan Tonghong Toako memang sangat akrab. Tidak heran kalau siau susiok menaruh kecurigaan kepadanya. Di samping girang, diam-diam diapun merasa takut. Terdengar pendeta itu berkata lagi, "Nona Lan, pesan yang harus kusampaikan kepadamu nampaknya berasal dari adikmu. "Apa yang dia katakan? Adikmu bilang, kau tidak usah takut, kalau bisa segera pulang ke rumah. Dia bilang dia sangat berterima kasih karena ayah ibu amat menyayanginya, dia minta kau sampaikan salam kepada mereka berdua, kemungkinan besar dia baru bisa pulang di saat dia sudah boleh pulang. "Eeei.... kenapa ucapan adikmu terhadap orang tua sendiri menyampaikan pesan begitu sungkan?" seru Seebun Yan. Lan Sui-leng pun merasakan hatinya gelisah bercampur tidak tenang, pikirnya, "Jangan-jangan adik sudah mengetahui rahasia asal usulnya?" Sambil berpaling tanyanya lagi kepada pendeta itu, "Apakah dia tidak bilang mau pergi ke mana?" "Sewaktu adikmu berbicara dengan Hwee-ko suhu, aku tidak hadir disana, jadi akupun tidak tahu apakah dia mengatakan hal itu atau tidak. Tapi dalam pesan yang disampaikan suhu, beliau tidak mengatakannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jadi mereka bersama-sama meninggalkan kuil Siau-lim?" tanya Lan Sui-leng lebih jauh. "Tidak. Kurang lebih setengah jam setelah adikmu pergi, suhuku baru ikut pergi. Sebab walaupun dia adalah hwesio tidak resmi, namun sebelum meninggalkan kuil Siau-lim, dia wajib memberi laporan dulu kepada toa-hwesioyang mengurusi dapur. "Lantas bagaimana dengan kau sendiri?" tanya Seebun Yan, "apakah kau meninggalkan kuil Siau-lim bersama-sama gurumu?" "Tidak juga. Sebab.... sebab.... sewaktu aku mengajukan ijin cuti, ada seorang hwesio yang mengurusi peraturan kuil memanggilku dan menginterogasi diriku.... jadi.... jadi.... Sewaktu berbicara sampai disitu, napasnya sudah tersengkalsengkal dan nyaris terputus. Seebun Yan yang cerdas segera menduga kalau perkataan selanjutnya adalah "jadi panjang untuk diceritakan" atau perkataan sebangsanya. Kontan saja gadis itu habis kesabarannya, cepat dia menukas, "Apakah pemuda yang menunggu diluar pintu kuil berangkat bersama mereka?" "Aku.... aku.... darimana aku bisa tahu. "Tidak mendengar orang lain bercerita?" "Aku tidak terpikir untuk menanyakan soal ini. Aku tidak tahu. Berita yang paling ingin diketahui Seebun Yan adalah berita tentang Piauko nya, mendengar jawaban tersebut diapun berkata, "Terima kasih banyak kau telah memberitahukan banyak persoalan kepadaku, aku tidak ada pertanyaan lagi. Bicara sampai disitu, tangannya yang menempel dipunggung pendeta itupun segera dilepas. Begitu dia menarik kembali tangannya, hwesio itu langsung tidak kuat menahan diri, paras mukanya berubah jadi putih keabu-abuan. Buru-buru Lan Sui-leng bertanya, "Siapa namamu? Apakah ada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keinginan yang minta kami untuk lakukan untukmu?" "Aku adalah seorang anak yatim piatu, tiada ayah tiada ibu, tiada nama marga tiada nama, mau pergi atau datang tiada beban. Bila kalian teringat akan diriku, sebut saja aku sebagai hwesio pemikul air. "Kau telah melaksanakan tugas kemanusiaanmu secara maksimal, selama hidup budi kebaikanmu tidak akan kami lupakan!" bisik Lan Sui-leng dengan air mata bercucuran. Tampaknya hwesio itu sudah berada dalam keadaan 'sesaat sebelum ajal', sahutnya sambil tersenyum, "Sebetulnya aku hanya seorang manusia biasa, tapi sekarang, paling tidak orang persilatan sudah tahu kalau ada hwesio pemikul air seperti aku. Aku.... biar mati pun akan mati dengan meram. Bicara sampai disitu, sambil tersenyum dia menghembuskan napasnya yang penghabisan. Dengan air mata bercucuran Lan Sui-leng memberi hormat berulang kali kepada jenasah hwesio itu. Sementara Seebun Yan hanya berdiri termangu-mangu, sama sekali tidak ikut memberi hormat. Melihat itu Lan Sui-leng merasa sedikit tidak puas, tegurnya, "Enci Yan, apa yang sedang kau pikirkan?" "Aku sedang berpikir, seandainya aku sendiri yang sedang menghadapi sakral maut, mungkinkah sikapku bisa begitu bebas tanpa beban seperti dia? Aaai, jangankan menghadapi sakral maut, kehilangan seke-ranjang telur angsa pun membuat aku amat tertekan dan berat hati. Kitab Buddha mengatakan: hanya dengan memutuskan belenggu kau akan membuktikan kebenar-an. Tampaknya aku memang tidak berbakat menjadi pengikut Buddha. Lan Sui-leng tidak paham pikiran apa yang sedang menyentuh gadis itu, ujarnya, "Aku tidak mengerti ajaran Buddha, sedang hwesio inipun hanya bertugas memikul air dalam kuil Siau-lim, belum tentu dia pernah membaca kitab Buddha, namun sepak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terjang serta perbuatannya tidak malu disebut perbuatan seorang hwesio agung. Menurut pendapatku, asal seseorang dapat bertindak jujur, berhati welas dan berbuat mulia, tanpa menjadi seorang pendeta pun dia dapat memiliki sifat Buddha. "Siancay, siancay, Seebun Yan segera merangkap tangannya di depan dada sambil tertawa, "perkataanmu sungguh mengandung makna yang sangat mendalam. Aku jadi teringat dengan perkataan seorang pendeta agung, setiap orang sesungguhnya memiliki sifat Buddha, masalahnya setelah kau tiba di dunia yang penuh gemerlapan ini, dapatkah dirimu terbebas dari angkara murka dan sifat kemaruk, karena sifat-sifat itulah yang akan menjadi debu dan kotoran yang menutupi hatimu yang suci. Hanya sayangnya teori gampang dimengerti, kalau disuruh melaksanakan itu baru susah. "Gara-gara ingin menyampaikan pesan kepada kita lah hwesio ini menemui ajalnya, kita tidak bisa sekedar bicara soal teori dan ajaran Buddha, paling tidak lakukanlah satu tindakan nyata, dengan begitu perasaan kita baru ikut tenang. "Apa yang hendak kau lakukan?" "Membawa pulang abunya dan serahkan kepada gurunya. "Apakah kau tidak mendengar perkataannya tadi? Gurunya sudah pergi meninggalkan kuil Siau-lim, ke mana kita harus mencari?" Seolah baru tersadar, Lan Sui-leng segera berkata, "Lantas bagaimana baiknya? Sebenarnya ibu angkat minta kita pergi ke kuil Siau-lim untuk mencari Hwee-ko Thaysu, siapa tahu Hwee-ko adalah gurunya, masih perlukah kita mengunjungi kuil Siau-lim untuk mencari tahu kabar beritanya?" "Kepada muridnya saja Hwee-ko hwesio tidak menjelaskan ke mana dia akan pergi, mana mungkin akan mengatakan kepada orang lain? "Dalam kuil Siau-lim, dia tidak lebih hanya seorang hwesio juru masak, tidak mungkin orang lain akan memperhatikan dirinya. Menurut pendapatku, lebih baik kita mencari berita di Toan-hun-kok.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukan-kah Liok Ki-seng mengatakan kalau Piauko berada di Toanhun-kok? Ketika mengunjungi kuil Siau-lim tempo hari, adikmu pun pergi bersama Piauko ku, siapa tahu saat ini mereka sudah berkunjung semua ke Toan-hun-kok. "Kalau mereka semua telah mengunjungi Toan-hun-kok, kenapa pihak Toan-hun-kok mengutus lagi orang-orangnya untuk membunuh murid Hwee-ko Thaysu?" "Aku sendiripun tidak begitu jelas liku-liku di balik semuanya ini, tapi satu hal yang pasti, apapun latar belakang sesungguhnya dari peristiwa ini, semuanya mempunyai hubungan yang erat dengan Toan-hun-kok, bukan begitu?" Lan Sui-leng tidak punya pendapat lain, sesaat kemudian dia baru manggut-manggut. "Benar juga perkataan cici. Kini kita tidak punya Hwee-ko sebagai pelindung, itu berarti perjalanan kita ke Toan-hun-kok kali ini bakal berbahaya sekali. Adikku, bila kau enggan menyerempet bahaya ini, akupun tidak akan memaksamu. Sebenarnya saat itu Seebun Yan lah yang memaksa Lan Sui-leng untuk diajak pulang, tapi setelah berkumpul selama beberapa bulan, apalagi sikap Seebun Yan terhadapnya benar-benar akrab bagaikan saudara sendiri, kendatipun dalam banyak hal dia kurang setuju dengan cara berpikirnya, namun diapun tidak ingin membuatnya kecewa, katanya kemudian, "Kita berdua adalah saudara angkat, kalau hanya bisa menikmati bersama di kala senang dan tidak mau menghadapi bersama di saat susah, terhitung saudara angkat macam apakah itu? Lagipula kepandaian silat yang kumiliki adalah ajaran ibu angkat. Terlepas apakah adikku pergi ke Toan-hun-kok bersama Tonghong Toako atau tidak, aku tetap akan mendampingimu!" Melihat usahanya 'memanasi hati lawan membuahkan hasil, Seebun Yan segera tertawa, katanya, "Sungguh tidak kusangka kejadian ini begitu kebetulan, ternyata orang yang sedang dicari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

adikmu di kuil Siau-lim adalah Hwee-ko hwesio. Dan kebetulan juga di saat Hwee-ko hwesio mengutus muridnya untuk menyampaikan pesan, secara kebetulan bertemu pula dengan kita. Lan Sui-leng tidak berkata apa-apa, pikirannya masih diliputi kebimbangan. Dia memang sudah tahu kalau Hwee-ko Thaysu adalah sobat lama Seebun-hujin. Tapi apa pula hubungan hwesio juru masak ini dengan adiknya? Mengapa adiknya pergi mencarinya? Betul, dia dapat menduga kalau hal ini disebabkan perintah dari Bu-siang Cinjin, tapi bukankah Bu-siang Cinjin sudah tahu kalau umurnya bakal berakhir, mengapa bukannya dia menahan cucu murid kesayangannya agar mendampingi dia disaat saat terakhir, sebalik nya dia justru melanggar kebiasaan dengan mengirim cucu muridnya mengunjungi kuil Siau-lim untuk mencari seorang hwesio juru masak, bukankah kejadian ini aneh sekali? Satu-satunya penjelasan yang masuk diakal adalah antara Hweeko hwesio dengan adiknya pasti mempunyai keterkaitan atau hubungan khusus, tapi dari-mana pula Bu-siang Cinjin bisa mengetahuinya? Pelbagai teka teki seketika membuatnya bingung dan tidak habis mengerti, akhirnya diapun berpikir, "Mungkin urusan ini baru bisa menjadi jelas setelah aku bertemu adik nanti. Tentu saja Lan Sui-leng pun tidak tahu kalau adiknya meski telah bertemu Hwee-ko, namun pelbagai pertanyaan dan teka teki yang menyelimuti benaknya pun tidak bisa terungkap satu per satu. Hari itu, setelah berpisah dengan Bu-si tojin, dia melanjutkan perjalanannya menuju ke bukit Siong-san. Gunung Siong-san merupakan sebutan gabungan untuk gunung Thay-si-san dan Sau-si-san, kedua bukit itu berdiri saling berhadapan dan dipisahkan oleh wilayah seluas belasan li. Di bawah puncak Ngo-ji-hong di sebelah utara bukit Sau-si-san itulah kuil Siau-lim di dirikan. Nama besar kuil Siau-lim sudah termashur hingga melewati
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

wilayah Ho-lam, bukan hanya orang dewasa saja yang tahu, bahkan kaum wanita dan anak-anak pun mengetahuinya. Tidak heran kalau Lan Giok-keng begitu mudah memperoleh petunjuk arah, akhirnya hari itu tibalah dia di gunung Siong-san. Sejak pagi sekali dia sudah mendaki gunung, di saat fajar baru menyingsing dia sudah berada di depan kuil Siau-lim. Tampak pagoda batu tersebar bagaikan hutan, di tengah hutan pagoda itulah kuil Siau-lim didirikan. Kecuali hutan pagoda, disana pun banyak tumbuh pohon cemara. Sepanjang hidup belum pernah Lan Giok-keng menyaksikan pohon dengan batang yang begitu besar, tidak tahan dia mengawasi pepohonan itu beberapa kejap. Sementara dia masih berdiri termangu, entah sedari kapan tibatiba muncul seseorang di sampingnya. Orang itu adalah seorang lelaki berewok yang berusia tiga puluh tahunan. "Hey bocah, mau apa kau kemari?" terdengar lelaki berewok itu menegur. "Aku mau berkunjung ke kuil Siau-lim. Kalau datang kemari, tentu saja kau akan berkunjung ke kuil Siau-lim. Maksudku mau apa kau ke kuil Siau-lim?" Tentu saja Lan Giok-keng enggan memberi-tahukan maksud kedatangannya kepada seorang asing, tapi menduga kalau orang itu mungkin berasal dari Siau-lim dan bila tidak dijawab mungkin malah runyam keadaannya, maka diapun menyahut, "Aku ingin menyambangi seorang hwesio. Banyak sekali hwesio Siau-lim-si yang kukenal, siapa nama orang yang ingin kau jumpai?" "Yang ingin kucari adalah seorang hwesio juru masak. Kau tidak mungkin mengenalinya. Lelaki berewok itu kontan mendengus.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hmm, hwesio jum masak? Hwee-ko bukan?" jengeknya. "Jadi kau kenal dengan dia?" tanya Lan Giok-keng terperanjat. "Aku saja tidak pantas menjumpai dia, atas dasar apa kau ingin bertemu dengan dia?" "Atas dasar apa?" tentu saja Lan Giok-keng tidak ingin berterus terang. "Aku pun tahu kalau tidak pantas bertemu dengan nya, tapi ada titipan dari orang yang harus disampaikan, jadi apa salahnya untuk dicoba, katanya. "Siapa orang itu?" ternyata lelaki berewok itu berusaha mencari tahu hingga ke dasar dasarnya. "Siapa pula dirimu? Atas dasar apa aku harus memberitahu kepadamu?" tidak tahan Lan Giok-keng balik menegur. Lelaki berewok itu tertawa dingin. "Kalau ingin mencoba, cobalah dengan diriku lebih dulu!" jengeknya. Belum sempat Lan Giok-keng memahami maksudnya, tiba-tiba orang itu sudah melancarkan sebuah cengkeraman ke tubuh Lan Giok-keng. Untung saja Lan Giok-keng berhasil berkelit dengan cepat, bentaknya gusar, "Kenapa kau ingin melukai aku? Bukankah kau bertanya atas dasar apa aku bertanya?"Jengek lelaki berewok itu lagi, "dasar ilmu Ki-na-jiu inilah aku mau bertanya! Sekarang coba dulu kehebatanku, kalau mampu mengalahkan aku, kau baru boleh mencoba untuk bertemu dengan hwesio juru masak itu!" Sementara berbicara, gerak serangannya sama sekali tidak melambat, dalam waktu singkat dia telah melancarkan tiga jurus serangan secepat kilat bahkan jurus demi jurus dilancarkan semakin hebat, pada jurus terakhir dia bahkan mengancam tulang pi-pa-kut
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

di bahu lawan. Tentu saja Lan Giok-keng tidak akan membiarkan lawan memunahkan ilmu silatnya, sekuat tenaga dia memberi perlawanan. "Blaaamm....!" tiba-tiba sepasang tangan mereka saling membentur, tubuh Lan Giok-keng mundur sejauh dua langkah sementara tubuh lelaki itu hanya sedikit terguncang. Sambil mendengus kembali lelaki itu mengejek, "Hmm, ternyata kau si bocah cilik keras juga tubuhnya, tapi sayang masih belum pantas untuk menginjak dalam kuil Siau-lim. Sepasang tangannya berputar makin kencang, serangan yang dilepaskan juga makin gencar dan ketat. Selama ini Lan Giok-keng hanya mengerti ilmu pedang, dalam ilmu tangan kosong boleh dibilang sama sekali tidak menguasai, tapi di bawah serangan lawan yang begitu ketat, nyaris tidak ada waktu lagi baginya untuk mencabut pedang. Tapi semisal ada peluang mencabut pedangpun dia tidak ingin menggunakan pedang untuk menghadapi lawan yang sama sekali tidak bersenjata. Siapa tahu biar pun lelaki berewok itu hanya berkata ingin "menjajal" ilmu silatnya, namun semua jurus serangan yang digunakan justru sangat ganas, buas dan telengas. Apabila sampai tercengkeram, bisa jadi tulang dan ototnya bakal putus atau remuk. Akhirnya Lan Giok-keng tak kuasa lagi membendung serangan lawan, "Breeet!" pakaiannya tersambar hingga robek sebagian. Dalam gugup dan kagetnya cepat dia mengubah jurus pedang Thay-kek-kiam-hoat ke dalam permainan tangan kosong, dengan jums Ya-be-hun-cong (Kuda liar membelah bulu) dia langsung babat bahu kiri orang itu. Ketika melancarkan serangan itu, Lan Giok-keng sama sekali tidak berharap jurus itu bisa mengalahkan lawan, dia hanya berharap bisa membendung datangnya ancaman musuh yang begitu mematikan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siapa tahu baru saja jurus itu dilancarkan, terdengar orang itu menjerit keras, tubuhnya seakan tidak sanggup lagi berdiri tegak, setelah mundur sempoyong-an tiba-tiba dia roboh terjungkal kemudian menggelinding jatuh ke bawah tebing. Perlu diketahui, tebing itu curam sekali, ketika Lan Giok-keng berhasil menenangkan hatinya yang kaget dan lari ke tepi tebing, dia sudah tidak melihat orang itu lagi. Dinding tebing tegak lurus bagai mata pisau, sedang dasar jurang amat dalam tidak nampak dasar. Diam-diam Lan Giok-keng bergidik, pikirnya, "Aneh, padahal pukulanku tadi rasanya tidak mengenai badannya, kenapa dia bisa terpeleset jatuh ke dalam jurang? Moga-moga saja dia tidak sampai kehilangan nyawa garagara kejadian ini, kalau tidak dosa ku bakal sangat besar. Tapi ketika membayangkan kembali jurus Tay-ki-na-jiu-hoat nya yang begitu ganas dan telengas, seandainya dia bukan "terpeleset" hingga jatuh ke jurang, bisa dipastikan dirinya kalau bukan mati pasti terluka parah. Hal ini membuathatinya kembali bimbang. Tapi benarkah dia 'terpeleset'? Sejak dilahirkan dari rahim ibunya, Lan Giok-keng hanya pernah satu kali bertanding pedang melawan Tonghong Liang, itupun hanya berlatih jurus, hingga boleh dibilang dia sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam menghadapi musuh. Sekalipun begitu, sedikit banyak dia masih sedikit tahu diri atas kecetekan ilmu silat yang dimilikinya, dia sadar kungfu yang dimiliki orang itu sangat tinggi, mustahil bisa dikalahkan hanya mengandalkan sebuah jurus Ya-be-hun-cong saja. Tapi kalau bukan lantaran keheranan jurus serangannya, lalu mengapa seorang jago silat yang berilmu begitu tangguh bisa jatuh terpeleset tanpa sebab yang jelas? Matahari yang berwarna merah darah telah muncul dari balik lautan mega, pemandangan di sekeliling hutan kini dapat terlihat sangat jelas, tapi jangan lagi bayangan tubuh orang itu, seekor burung yang sedang terbang pun tidak terlihat.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan perasaan bingung dan tidak habis mengerti terpaksa Lan Giok-keng melanjutkan kembali perjalanannya, belum tiba di depan pintu kuil Siau-lim, lagi-lagi dia bertemu seorang pendeta berwajah hitam. Begitu bersua muka, pendeta berwajah hitam itu langsung menegur, Lan Giok-keng jadi tidak senang hati, apalagi pendeta itu menganggap dia sebagai seorang bocah yang harus didampingi orang dewasa, sahutnya, "Orang tua ku berada seribu li dari sini, aku kemari seorang diri. "Ooh, kalau begitu mungkin aku telah salah dengar. Kau seorang bocah, jauh-jauh dari ribuan li datang kemari, apa tujuanmu?" Rupanya dia adalah pendeta yang mendapat tugas untuk menjaga pintu gerbang, tadi secara lamat-lamat dia mendengar ada orang sedang berkelahi dalam hutan, karena itu cepat-cepat dia lari keluar untuk menengok keadaan. Dengan kening berkerut pendeta bermuka hitam itu segera berkata, "Ooh, jadi kau ingin belajar silat. Sudah tergila-gila dengan ilmu silat? Kami para hwesio dari kuil Siau-lim, pertama tidak bakal sembarangan terima murid, ke dua tidak ada banyak waktu luang untuk mengajarkan ilmu silat kepada orang lain. Kejadian semacam ini memang sering terjadi di kuil Siau-lim, jadi peristiwa itu bukan sesuatu yang aneh. "Pertama, kedatanganku bukan untuk berguru, kedua akupun tidak ingin mencari orang untuk minta petunjuk, aku ada urusan penting ingin bertemu dengan seorang Thaysu dari kuil anda. "Thaysu dari mana yang ingin kau jumpai? Dari ruang Tat-mowan atau dari ruang Lo-han-tong?" Jelas sekali di balik nada pembicaraan itu terselip nada sindiran yang tajam. "Thaysu itu bergelar Hwee-ko, jawab Lan Giok-keng dengan wajah serius.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hwee-ko?" gumam pendeta berwajah hitam itu tercengang, "rasanya di dalam kuil Siau-lim tidak ada seorang hwesio yang bernama Hwee-ko!" "Siapa yang sedang mencari Hwee-ko?" tiba-tiba seorang pendeta berwajah kuning bertanya. "Engkoh cilik ini. "Aneh, Hwee-ko sudah tiga puluh tahun berdiam disini, belum pernah sekalipun ada yang datang mencari nya, kenapa hari ini beruntun ada begitu banyak orang yang datang mencarinya. Engkoh cilik, beruntung sekali kau bertemu aku. "Jadi benar-benar ada hwesio yang bernama Hwee-ko dan sudah tiga puluh tahun tinggal disini?" kata pendeta berwajah hitam itu semakin keheranan. "Sejujurnya, aku sendiripun baru hari ini tahu kalau ada orang bernama itu. Cuma apakah orang itu adalah orang yang sedang dicari engkoh cilik ini, aku perlu menanyai lagi. Hey, apa pekerjaaan Hwee-ko Thaysu yang kau cari itu dalam kuil Siau-lim?" "Aku rasa tidak mungkin dia menjabat kedudukan di ruang Tatmo-wan atau Lo-han-tong. Setahuku, dia adalah seorang hwesio juru masak di kuil ini. "Apa? Hwesio juru masak?" pendeta berwajah hitam itu tertegun. Pendeta berwajah kuning itu ikut tertawa, katanya, Jangan kau pandang enteng hwesio juru masak itu, lagaknya mah besar sekali, kurang lebih dua jam berselang ada seseorang datang mencarinya, dia mohon kepadaku untuk sampaikan kabar kepadanya, Hwee-ko sama sekali tidak bertanya siapakah orang itu, dia langsung minta aku untuk mengusirnya pergi. Ternyata pendeta berwajah kuning itu adalah petugas yang menjaga pintu gerbang separuh malam kemarin, fajar baru saja menyingsing, orang itu sudah munculkan diri. Saat itu dialah yang sedang bertugas meronda, sedang pendeta
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berwajah hitam belum muncul menggantikan posisinya, (biasanya petugas jaga terdiri dari dua orang, dan kedua orang itu akan diganti regu lain pada jam jam tertentu). Pendeta berwajah hitam itu segera tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... tidak aneh bila aku tidak tahu, ternyata dia hanya seorang hwesio juru masak. Perlu diketahui jumlah anggota hwesio yang berdiam di kuil Siaulim termasuk semua karyawan terdiri hampir seribu orang, tentu saja pendeta berwajah hitam itu tidak bakalan menaruh perhatian dengan seorang hwesio juru masak. "Kalau hanya seorang hwesio juru masak, lalu apa lucunya?" tegur Lan Giok-keng. "Engkoh cilik, kau salah paham. Kami sama sekali tidak berniat memandang rendah seorang hwesio juru masak. Hanya baru kali ini kudengar ada orang memanggil hwesio juru masak sebagai Thaysu. Benar-benar aneh tapi nyata. Berbicara sampai disitu tidak tahan lagi dia tertawa terbahakbahak. "Hmm, sedikitpun tidak lucu, dengus Lan Giok-keng, "Sucouwku pun menyebut Hwee-ko sebagai Thaysu. "Kau berasal dari perguruan mana? Siapa Sucouw mu?" tanya pendeta berwajah kuning itu kemudian. "Aku berasal dari Bu-tong-pay, Sucouw ku adalah Bu-siang Cinjin!" Dua orang pendeta itu nampak sangat terperanjat, serunya hampir serentak, "Bu-siang Cinjin? Kau maksudkan Ciangbunjin dari Bu-tong-pay?" "Yang menjadi Ciangbunjin sekarang sudah bukan dia orang tua. Kedua orang pendeta itu baru teringat kalau belum lama berselang Bu-siang Cinjin telah meninggal dunia. Bahkan beritanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pun baru diterima pihak Siau-lim-si dua hari berselang. Pendeta berwajah hitam itu segera bertanya lagi, "Benarkah Busiang Cinjin yang suruh kau datang mencari Hwee-ko?" "Buat apa aku membohongi kalian?" "Hari apa dia suruh kau turun gunung. Setelah Lan Giok-keng menyebutkan harinya, pendeta berwajah hitam itu segera menghitung sebentar, lalu katanya, "Berarti sehari sebelum Bu-siang Cinjin meninggal dunia?" "Benar, aku pun baru mendapat berita tentang wafatnya Sucouw sewaktu ada di tengah jalan. Kontan pendeta berwajah hitam itu tertawa dingin, katanya, "Sebelum ajalnya tiba, sudah pasti ada banyak urusan yang harus dia sampaikan, mana mungkin masih ada waktu luang dengan minta kau datang menjumpai seorang hwesio juru masak di kuil Siau-lim?" "Mau percaya atau tidak terserah dirimu. Kalau bukan diberitahu Sucouw, aku masih ada di gunung Bu-tong dan darimana bisa tahu kalau dalam kuil Siau-lim terdapat seorang hwesio juru masak yang bernama Hwee-ko?" Sambil tertawa dingin pendeta berwajah kuning itu berkata pula, "Tahukah kau couwsu pendiri Bu-tong-pay kalian Thio Sam-hong dulunya pun melarikan diri dari kuil Siau-lim? Selama dua ratus tahun terakhir belum pernah ada murid agama To dari Bu-tong-pay yang berani mendatangi kuil Siau-lim, dari antara murid preman pun hanya Bouw Tok-it seorang yang pernah datang kemari. "Aku tahu. "Kalau dibilang Bu-siang Cinjin suruh kau datang menyambangi Hong-tiang kami, mungkin saja aku masih dapat mempercayainya beberapa bagian, hmm! Hmm! Dia suruh kau datang menyambangi seorang hwesio juru masak?" "Lantas apa yang kau inginkan supaya percaya?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Yang sudah mah tidak bisa diminta jadi saksi, jadi lebih baik dibuktikan lewat ilmu silat saja, kata pendeta berwajah hitam itu. "Ooh, jadi maksudmu ingin menjajal apakah aku mengerti ilmu silat aliran Bu-tong?" "Benar, bukan saja akan kucoba apakah kau mengerti atau tidak, bahkan kau harus sanggup mena-han sepuluh jurus seranganku, dengan begitu aku baru percaya kalau kau benar-benar adalah cucu murid Bu-siang Cinjin!" "Boleh saja. Tapi tidak perlu dibatasi sepuluh jurus, mau seratus jurus pun tidak masalah!" "Bagus sekali, besar amat lagak berwajah hitam itu gusar, "tapi beritahukan dulu, dalam serangan kasihan, jadi kalau sampai terluka, kejam. bocah cilik ini!" teriak pendeta sebelum bertarung aku perlu nanti aku tidak bakal berbelas jangan salahkan aku bertindak

"Begitu juga sebaliknya, ujar Lan Giok-keng, "bila aku sampai melukaimu, harap kaupun jangan menyalah kan. Tidak terlukiskan rasa gusar pendeta berwajah hitam itu, saking jengkelnya sepasang mata sampai melotot besar, bentaknya, "Bocah latah, cabut pedangmu!" Pendeta berwajah kuning itu adalah suhengnya, tahu kalau dia temperamen tinggi, khawatir serangannya nanti sampai melukai seorang pemuda bau kencur sehingga bukan saja akan dihukum Hong-tiang, bahkan kalau sampai tersiar keluar bakal merugikan nama baik Siau-lim-pay, maka buru-buru serunya, "Sute, jangan kau layani seorang pemuda yang tidak tahu diri, lebih baik biar aku saja yang temani dia bertarung dua jurus. Dia adalah salah satu diantara delapan belas murid dari ruang Lo-han-tong, karena tidak ingin membuang waktu, begitu turun tangan segera menggunakan Siau-ki-na-jiu-hoat untuk mencengkeram lawan nya. Siau-ki-na-jiu jauh lebih lihay bila dibandingkan Toa-ki-na-jiu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang digunakan lelaki berewok tadi. "Breeet!" terdengar suara kain disambar robek, tahu-tahu ujung baju Lan Giok-keng sudah tersambar hingga robek. Diam-diam Lan Giok-keng mengulang rumus pedang yang dipelajarinya, "Thay-kek memutar bundar, tanpa putus tanda jedah, hasrat ada di pedang, menyerang sambung menyambung. Biar dia berat bagai tindihan bukit Thay-san, anggap saja angin lembut yang menerpa wajah. Tanpa berkedip sekali pun secara beruntun pedangnya sudah melancarkan tiga lingkaran bunga pedang. Untuk sesaat pendeta berwajah kuning itu gagal menemukan titik kelemahan, tentu saja jari tangannya tidak berani menerobos masuk ke tengah lingkaran pedang itu. Pendeta berwajah hitam itu segera berteriak, "Suheng, mungkin ada orang lain yang secara diam-diam memberi petunjuk dibelakangnya, bisa jadi mereka berniat akan mempermalukan Siaulim-pay. Lebih baik tidak usah berbelas kasihan lagi. Kesempurnaan ilmu pedang yang dimiliki Lan Giok-keng jauh di luar dugaan pendeta berwajah kuning itu, tergerak hatinya setelah mendengar perkataan sute nya itu, segera pikirnya, "Biarpun sute adalah seorang lelaki berangasan, namun perkataannya itu masuk diakal juga. Bocah ini paling baru berusia lima, enam belas tahunan, tapi ilmu pedangnya sudah begitu hebat, jangan-jangan dia memang benar-benar cucu murid Bu-siang Cinjin, ini berarti para tosu tua hidung kerbau sengaja mengutus dia untuk datang menyelidiki kungfu pihak Siau-limpay. Dia tidak lebih hanya seorang bocah ingusan, mungkin kawanan tosu tua itu menganggap kami tidak akan berani mengusik jiwanya. Tapi seandainya ada anggota kami disini yang sampai menderita kekalahan, sejak sekarang Siaulim-pay sudah tidak bisa angkat kepala lagi. Pamornya bakal berada di bawah Bu-tong-pay. Begitu timbul perasaan curiga, seketika itu juga pendeta berwajah kuning itu turun tangan tidak kenal ampun. Sekalipun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak sampai akan merenggut nyawa Lan Giok-keng, namun dia merasa perlu untuk menghajar Lan Giok-keng sampai cacat. Sambil meraung keras tubuhnya menerjang ke muka, dengan pukulan tangan dia singkirkan lingkaran pedang dari Lan Giok-keng. Cepat bocah itu melejit ke samping, dengan jurus Kim-ciam-toksian (jarum emas merajut) ujung pedangnya mengancam urat nadi pergelangan tangan pendeta bermuka kuning itu. Perubahan tersebut dilakukan sangat hebat dan sama sekali di luar dugaan pendeta berwajah kuning itu. Dia tidak tahu kalau gerakan ini merupakan daya cipta Lan Giokkeng dengan dasar ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, gerutunya di dalam hati, "Aneh, kelihatannya bocah ini pandai juga menggunakan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, tapi rasanya juga tidak serupa.... Bicara soal pengalaman maupun ilmu silat, kemampuannya masih berada diatas Lan Giok-keng, sekalipun dia tidak bisa meraba latar belakang musuhnya, namun tidak sampai dipecundangi. Segera sepasang tangannya yang merangkap di depan dada direntangkan ke kiri dan kanan, kembali dia gunakan sebuah pukulan yang disertai tenaga dalam sempurna. Lan Giok-keng segera melompat ke samping untuk menghindar, lamat-lamat dia merasa kepalannya linu dan kaku. "Aduuh mak," teriak Lan Giok-keng, "besar amat tenaga mu!" Merah padam selembar wajah pendeta berwajah kuning itu, dia merasa pipinya bagaikan dibakar. Serunya diam diam, "Sungguh memalukan!" Kemudian pikirnya lebih jauh, "Namaku berada dalam deretan Cap-pwee Lohan, tapi dalam jurus serangan tidak mampu mengungguli seorang bocah, untung tidak ada orang luar disini, kalau tidak kejadian ini benar-benar akan menjadi bahan tertawaan orang lain. Dalam pada itu pendeta berwajah hitam itupun diam-diam
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merasa tercengang setelah melihat Lan Giok-keng sanggup menahan gempuran Toa-lek-kim-kong-ciang dari suhengnya, segera ujarnya, "Sudah lama kudengar orang berkata bahwa ilmu yang paling diandalkan Bu-tong-pay adalah ilmu meminjam tenaga, kau si bocah monyet mengakunya saja sebagai cucu murid Bu-siang Cinjin, masa ilmu sebangsa inipun tidak paham? Hehehe.... tampaknya kau memang orang gadungan yang mengaku saja!" Padahal siapa bilang Lan Giok-keng tidak mengerti teori tentang menggunakan kelembutan mengatasi kekerasan? Sejak berusia lima tahun dia sudah mulai belajar silat, dalam jangka waktu sebelas tahun entah berapa banyak ilmu meminjam tenaga yang telah dipelajarinya. Akan tetapi biarpun teori mudah dipahami, gerakan tangan tidak susah dipelajari, justru yang sulit adalah cara penggunaannya dimana dibutuhkan pikiran yang benar-benar tenang, kalau tidak, di saat sedang menghadapi musuh dengan begitu banyak perubahan, selisih waktu sedikit saja bisa menghasilkan akibat yang sangat berbeda. Di samping itu bila selisih tenaga dalamnya kelewat jauh, sehebat apapun sistim yang digunakan, belum tentu bisa menghasilkan akibat yang kelewat maksimal. Sudah barang tentu pendeta berwajah hitam itu pun memahami akan teori ini, hanya saja dia memang sengaja mengatakannya. Pertama untuk membantu suhengnya menghadapi ejekan, ke dua diapun sudah melihat kalau suhengnya berniat melukai pemuda itu, karenanya dia sengaja menyangkal kalau dia bukan murid Bu-tongpay, jadi seandainya di kemudian hari terjadi masalah dan keonaran, dia lebih gampang mencari alasan untuk menyangkal. Tapi perkataan itu justru menyadarkan pula Lan Giok-keng. Selama setengah bulan terakhir, Lan Giok-keng memang sudah banyak memahami Sim-hoat tenaga dalam yang diberikan Sucouw kepadanya, hanya saja selama ini dia belum mendapat kesempatan untuk mencobanya dan dia kekurangan pengalaman.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam waktu singkat teori Sim-hoat tenaga dalam pun mengalir di dalam bnaknya, "Dari ada menjadi tiada, dibalik tiada tumbuh ada. Pikiran tidak ternoda godaan, mengalir bagai air di sungai. Mengurai keganasan Kim-kong, empat tahil mengubah seribu kati!" Begitu teori dibacakan, seketika pikiran bocah itupun terbuka. Tiba-tiba pendeta berwajah kuning itu melancarkan kembali sebuah bacokan maut, cepat Lan Giok-keng menggetarkan senjatanya dan menyongsong dengan gagang pedang, begitu dia mencukil perlahan.... "Kraaakk!" sebatang dahan pohon sebesar lengan bocah yang tumbuh tiga jengkal di hadapannya telah terhajar patah oleh tenaga pukulan pendeta berwajah kuning itu. Lan Giok-keng sendiri meski dapat menggiring tenaga pukulan lawan hingga berubah arah dan mematahkan dahan pohon, tidak urung dia sendiri pun mundur satu, dua langkah dengan sempoyongan sebelum akhirnya bisa berdiri tegak. Hal ini disebabkan dia hanya berhasil memunahkan delapan bagian kekuatan lawannya. Kontan saja paras muka sang pendeta yang semula berwarna kuning, berubah jadi merah padam lantaran jengah. Perlu diketahui, dalam meminjam tenaga memukul tenaga meski tidak boleh terjadi benturan secara keras melawan keras, namun andaikata barusan Lan Giok-keng menggiringnya dengan memakai ujung pedang, sekalipun tidak sampai membuat pendeta berwajah kuning itu terkurung lengannya, dapat dipastikan dia akan menderita luka luar yang cukup parah. Entah dikarenakan rasa curiganya yang menimbul kan pikiran kacau, sewaktu dia mematahkan batang pohon tadi, lamat-lamat pendeta berwajah kuning itu seakan mendengar ada seseorang sedang tertawa dingin. Suara itu mengalun diangkasa, seolah ada seolah tidak ada, sulit baginya untuk membedakan apakah suara itu suara dahan yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bergoyang? Atau suara daun yang berguguran? Atau bahkan hanya suara hembusan angin? Tapi dia merasa seolah mendengar suara itu, entah khayalan entah kenyataan, namun hal ini segera menimbulkan teka teki dalam hatinya. Untuk menyelamatkan kehilangan muka, sambil tertawa dingin dia segera berseru, "Bocah keparat, biar kutunjukkan ilmu tangan kosongku untuk merampas senjata mu, jangan kau sangka aku hanya bisa mengalahkan dirimu dengan tenaga dalam saja hingga menuduhku yang besar menganiaya yang kecil. Sembari membentak ke lima jari tangannya bagaikan sebuah kaitan langsung mencakar Lan Giok-keng. Walaupun menyerang namun pendeta itu sama sekali tidak merangsek maju, bahkan tubuhnya selalu menjaga jarak dengan ujung pedang Lan Giok-keng sejauh tiga, lima inci. Tujuan tangan kosong merampas senjata adalah merampas senjata yang sedang digunakan pihak lawan, kalau tidak terjadi sentuhan, bagaimana mungkin dia bisa mencapai sasaran? Ternyata kepandaian silat yang digunakan saat ini adalah Liongjiau-jiu (tangan cakar naga), salah satu ilmu silat di antara tujuh puluh dua macam kepandaian andalan Siau-lim-si. Serangannya dilancarkan cepat bagaikan kilat, dalam setiap jurusnya serangan tipuan dan serangan nyata saling mendukung, perubahan yang diciptakan tidak terhingga. Dia selalu mengincar keteledoran pihak lawan, begitu muncul kesempatan maka serangan tipuan segera berubah jadi ancaman nyata, yang diancam pun jalan darah kematian di tubuh bocah itu. Namun di saat tidak ada peluang yang bisa digunakan, tenaga pukulannya seolah melayang kian kemari sehingga sulit bagi lawan untuk mengeluarkan lagi ilmu meminjam tenaga. Kalau dibilang tidak menggunakan tenaga dalam sama sekali, jelas pendeta itu sedang berbohong, sebab ilmu yang digunakan sekarang adalah ilmu pukulan bintang langit kecil (Siau-thian-senghttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ciam) yang bersifat lembut dan negatip, dalam setiap serangannya sama sekali tidak menimbulkan angin pukulan. Cuma saja, ilmu Liong-jiau-jiu memang benar benar tidak memperagakan tenaga dalam. Bagi Lan Giok-keng sendiri, sebetulnya ilmu pedang Thay-kekkiam-hoat yang dipelajarinya sama sekali tidak kalah dengan ilmu Liong-jiau-jiu lawan, hanya bedanya, pendeta berwajah kuning itu sudah hampir dua puluh tahun lamanya melatih ilmu cakar naganya, sedang Lan Giok-keng baru belakangan belajar ilmu pedang Thaykek-kiam-hoat, meski daya ingatnya cukup tinggi bahkan sudah memiliki 'daya cipta', namun bagaimanapun juga dia masih kalah jauh dibandingkan lawannya. Begitu pendeta berwajah kuning itu merubah taktik pertarungan dengan mulai bertarung bergerilya, sering berubah posisi dan melakukan ancaman yang bertubi-tubi, daya tekanan terhadap Lan Giok-keng pun kian lama kian bertambah menghebat, lambat laun permainan pedang Lan Giok-keng pun terbelenggu hingga sama sekali tidak dapat dikembangkan lagi. Pendeta berwajah hitam yang menonton jalannya pertarungan mulai berseri karena gembira, berulang kali dia bersorak sorai memberi dukungan semangat kepada kakak seperguruannya. "Bagus, bagus sekali!" Sayangnya, setiap kali rekannya berteriak 'bagus sekali', kering pendeta berwajah kuning itu makin berkerut kencang, mimik wajahnya pun makin lama semakin tidak sedap dipandang. Lan Giok-keng sama sekali tidak menghitung berapa jurus telah dilalui, namun dia sendiri telah menghitungnya secara diam diam, kini seratus jurus sudah lewat. Tadi, dia sempat sesumbar dengan mengatakan dalam sepuluh jurus pasti berhasil meringkus Lan Giok-keng, tapi sekarang jumlah jurusnya sudah berlipat sepuluh kali, bukankah tempik sorak dari sute nya sekarang sama artinya sedang mengejek dan mencemooh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dirinya? Kendatipun sejujurnya pendeta berwajah hitam itu sama sekali tidak bermaksud begitu. Sambil menggertak gigi diam-diam pendeta berwajah kuning itu berpikir, "Kalau tidak kutangkap bocah keparat ini, akan kutaruh dimana wajah ku?" Kobaran api amarah seketika membangkitkan napsu membunuh dalam hati kecilnya, jurus-jurus pamungkas pun mulai digunakan, sekarang dia sudah tidak ambil perduli lagi apakah serangannya akan mengancam keselamatan jiwa Lan Giok-keng atau tidak. Dia sertakan ilmu pukulan Siau-thian-seng-ciang ke dalam cakar naga nya, sebentar menyodok sebentar menarik, dia gunakan tenaga dalamnya untuk membetot tubuh Lan Giok-keng seolah terhisap dalam pusaran air yang kuat, biarpun tidak sampai roboh, langkah kaki bocah itu mulai sempoyongan hingga tanpa terasa posisi tubuhnya mulai miring ke samping. Dengan cepat pendeta berwajah kuning itu melancarkan serangkaian jurus kilat, semua serangannya aneh dan sakti, dalam keadaan limbung meski Lan Giok-keng berusaha berkelit ke arah mana pun, tubuhnya selalu terkurung dalam pengaruh pukulan lawan. Dalam keadaan seperti ini, seandainya dia gagal untuk menghindar niscaya tulang pi-pa-kut nya akan hancur kena cengkeraman musuh, sebaliknya bila cara menghindarnya tepat, paling tidak pedangnya bakal berhasil dirampas lawan. Dalam keadaan yang kritis itulah tiba-tiba Lan Giok-keng seolah mendengar ada orang berbisik di sisi telinganya, "Pek-hok-liang-ci, Hian-nio-hua-sa!" Tanpa berpikir panjang lagi Lan Giok-keng segera mengeluarkan dua jurus serangan itu. Untuk menggunakan jurus bangau putih pentang sayap, tubuhnya harus melejit ke udara, karena itulah di saat langkahnya sempoyongan, dia segera menggunakan kesempatan itu untuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melambung. Tapi untuk menggunakan jurus burung belibis mengayuh pasir, dia harus membalikkan tangan berputar setengah lingkaran busur ke arah kanan, padahal pendeta berwajah kuning itu sedang menyerang dari arah depan sedang badannya dalam posisi melambung, bila jurus itu digunakan, bukankah pertahanannya jadi terbuka dan memberi peluang kepada lawan untuk menerobos masuk? Tapi Lan Giok-keng sama sekali tidak berpikir sampai ke situ, sebab dia sudah mengenali suara bisikan itu berasal dari seseorang, seseorang yang paling dipercayainya. "Breeeet!" jubah pendeta berwajah kuning itu segera tersambar hingga robek sepanjang tujuh inci lebih, begitu nyaris pedang itu menyambar lewat hingga dada pun dapat merasakan hawa pedang yang menggidikkan itu. Tidak terlukiskan rasa terkejut yang mencekam hatinya, tergopoh-gopoh dia melompat mundur sejauh beberapa depa lebih. Ternyata sebelum memberi petunjuk, orang itu sudah memperhitungkan dengan tepat langkah berikut yang akan dilakukan pendeta berwajah kuning itu. Ternyata dugaannya memang tidak meleset, dalam waktu singkat dia telah menggeser posisinya dengan menyelinap ke belakang Lan Giok-keng sambil melancarkan serangan. Akibatnya, gerakan itu sama halnya dengan menghantar diri menyongsong jurus Burung belibis mengayuh pasir yang sedang digunakan Lan Giok-keng. Yang lebih hebat lagi adalah orang itupun telah memperhitungkan kalau Lan Giok-keng setelah menggunakan jurus Bangau putih pentangkan sayap masih memiliki kekuatan yang cukup untuk merobek jubah lawannya dengan jurus burung hitam mendayung pasir yang akan dilakukan, bahkan kekuatan tersebut tidak sampai melukai jiwa lawan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu melihat jubah saudara seperguruannya tersambar robek, dalam gugup dan paniknya pendeta berwajah hitam itu tidak ambil perduli lagi apakah suhengnya terluka atau tidak, dengan sifat temperamen nya dan berangasan segera bentaknya nyaring, "Bajingan cilik, jangan kau lukai suhengku!" Senjata sekopnya langsung dihantamkan ke sepasang kaki Lan Giok-keng. Senjata sekop adalah jenis senjata berat, lagipula ilmu yang dilatih pendeta bermuka hitam itu adalah ilmu gwa-kang, tidak heran kalau kekuatan sepasang lengannya mencapai ribuan kati beratnya. Bukan saja dia sudah menyerang tiga bagian tubuh Lan Giokkeng, bahkan serangan sekopnya sama sekali tidak kenal ampun. Dalam menghadapi ancaman yang datang, Lan Giok-keng benarbenar terjerumus dalam posisi ter-desak, dalam keadaan begini, seandainya dia berhasil mempertahankan nyawanya pun, kemungkinan besar sepasang kakinya akan berpisah dengan badan. Tentu saja Lan Giok-keng enggan jadi cacat, "walaupun kekuatan lawan berat bagai bukit Thay-san, hadapilah bagai hembusan angin sejuk", serta merta diapun menggunakan ilmu Si-liang-po-jian-keng "kekuatan empat kati menangkis tindihan ribuan kati" untuk menghadapi datangnya ancaman. Tenaga dalam yang dimiliki pendeta bermuka hitam ini jauh di bawah kemampuan suhengnya, ketika Lan Giok-keng menggunakan ilmu Si-liang-po-jian-keng untuk menghadapi pendeta berwajah kuning tadi, hasil yang diperoleh tidak seberapa besar. Sebaliknya ketika digunakan untuk menghadapi pendeta berwajah hitam ini, hasilnya benar-benar luar biasa. Ilmu Si-liang-po-jian-keng memang tidak takut menghadapi kekuatan musuh yang besar, makin besar kekuatan musuh maka daya pental yang dihasilkan pun semakin besar. "Blaaammmm!"
http://cerita-silat.co.cc/

terdengar

suara

benturan

dahsyat

yang

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memekikkan telinga berkumandang di angkasa, mendadak senjata sekop pendeta berwajah hitam itu melenceng ke arah lain, begitu dahsyat getaran yang terjadi, bukan saja dia tidak sanggup lagi memegang senjatanya hingga terlepas dari genggaman, bahkan pergelangan tangannya terasa sakitnya bukan kepalang. Gempuran dahsyat itu dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, namun hanya dalam waktu singkat menang kalah sudah ketahuan hasilnya. Dengan termangu Lan Giok-keng memandang sekejap sekeliling arena, dia menjumpai ke dua orang pendeta itu berdiri lesu bagaikan ayam jago yang kalah bertarung, wajahnya kelihatan sedih sekali. Tiba-tiba Lan Giok-keng merasakan pandangan matanya jadi terang, kedua orang pendeta itupun serentak mendongakkan kepalanya. Ternyata ditengah arena telah bertambah dengan beberapa orang. "Tonghong Toako, ternyata memang kau!" Lan Giok-keng segera berseru tertahan. Dalam pandangan matanya, dia hanya memperhatikan Tonghong Liang seorang dan sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap dua orang lain yang muncul pada saat yang bersamaan. Ke dua orang itu adalah hwesio tua berusia enam puluh tahunan, bahkan mereka adalah hwesio tua dengan kedudukan yang luar biasa. Yang pertama adalah Pun-bu Thaysu, ketua ruang Tat-mo-wan dari kuil Siau-lim, sedangkan orang ke dua adalah Tong-sian Sangjin, Hongtiang kuil Siau-lim-si. Mimpipun ke dua orang pendeta penjaga pintu itu tidak menyangka kalau ketua partai bakal muncul sendiri ke luar pintu, bahkan diiringi ketua ruang Tat-mo. Dengan wajah dingin bagai salju Pun-bu Thaysu segera menegur, "Wan-thong, kau sebagai anggota ruang Lohan mengapa berani
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bertindak sebelum tahu persoalan? Apalagi menggunakan ilmu sakti perguruan kita untuk menghadapi Siau-sicu yang belum lagi dewasa?" Pendeta berwajah kuning itu segera menyahut, "Tecu tahu salah, tapi harap ketua maklum, siau Sicu inilah yang berbohong lebih dulu, dia mengaku sebagai murid Bu-tong-pay bahkan sengaja provokasi untuk mencari gara-gara. Sudah pasti di belakangnya ada dalang lain yang memberi perintah, itulah sebabnya tecu berniat melacak dulu identitasnya. "Tutup mulut!" bentak Pun-bu Thaysu makin gusar, "bukankah Siau-sicu itu sudah mengutarakan dengan jelas maksud kedatangannya? Kau sendiri yang mengada-ada dan berpikir yang bukan-bukan, ayoh cepat minta maaf kepada Siau-sicu itu!" Pendeta berwajah kuning itu semakin terkesiap, bisiknya agak tergagap, "Jadi.... jadi Siau.... Siau-sicu ini benar-benar murid Butong?" Begitu melihat Hong-tiang partai Siau-lim dan ketua Tat-mo-wan bersikap begitu hormat terhadap Lan Giok-keng, sebutan "bocah keparat kecil" pun tidak berani diutarakan. Terdengar Pun-bu Thaysu berkata lagi, "Atas dasar apa kau mencurigai dia bukan murid Bu-tong-pay?" "Ilmu pedangnya memang agak mirip ilmu Thay-kek-kiam-hoat dari Bu-tong-pay, namun dalam kenyataan sama sekali berbeda. Jadi menurut pandangan tecu, kemungkinan besar dia bukan ahli waris dari Thio Sam-hong?" Pun-bu Thaysu tidak langsung menanggapi perkata annya, dia berpaling dulu ke arah ketua Siau-lim, kemudian ujarnya, "Suheng, kau jauh lebih memahami tentang ilmu pedang pelbagai aliran ketimbang aku, entah bagaimana menurut pandanganmu? Apakah aku salah lihat?" "Betul, sahut Tong-sian Sangjin, "ilmu pedang yang digunakan Siau-sicu ini meski sedikit berbeda dengan ilmu pedang Thay-kekhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kiam-hoat yang beredar saat ini, tapi semua ilmu pedang kalau hanya mengutamakan gerakan, sudah pasti kemampuannya akan merosot drastis. Berbeda dengan Thay-kek-kiam-hoat yang digunakan siau Sicu ini, kemampuannya boleh dibilang sudah mencapai tingkatan luar biasa!" "Perkataan suheng sangat sesuai dengan jalan pikiranku, dengan wajah berseri sahut Pun-bu Thaysu, "Siau-sicu, bila dugaanku tidak keliru, ilmu pedangmu pasti warisan langsung dari Bu-siang Cinjin bukan?" Sebagaimana diketahui, Lan Giok-keng belajar ilmu pedang dari ayah angkatnya, tapi kiam-boh berasal dari warisan Sucouw nya. Sekalipun ayah angkatnya mengajarkan jurus pedang yang keliru, namun ilmu pedang yang berhasil dia pahami dari Kiam-boh justru merupakan ilmu pedang yang asli. Namun 'pemahaman yang berhasil dia peroleh, sedikit banyak lantaran petunjuk dari Tonghong Liang, bahkan dilakukan pula dari perbaikan yang selalu dia lakukan terhadap jurus pedang ajaran ayah angkatnya, jadi sedikit banyak ayah angkatnya ikut punya pahala dalam hal ini. Dia tidak tahu bagaimana harus menjawab, setelah sangsi beberapa saat akhirnya dia berkata begini, "Boleh dibilang demikian!" Jawaban yang samar samar ini kontan membuat Pun-bu Thaysu berkerut kening, pikirnya, "Jangan-jangan masih ada masalah lain?" Namun dia tidak ingin melacak lebih jauh, apalagi terhadap anak murid perguruan lain. Tong-sian Sangjin menghela napas panjang, katanya, "Tidak heran kalau belakangan nama besar Bu-tong-pay bisa melampui nama Siau-lim, terlepas yang lain, orang orang berbakat dalam Butong ternyata memang jauh lebih hebat daripada Siau-lim-pay. Hanya seorang cucu murid dari Bu-siang Cinjin pun sudah mampu menandingi murid kepala dari ruang Lo-han-tong kita!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tecu tidak becus, semoga Hong-tiang sudi memaafkan!" dengan ketakutan buru-buru pendeta berwajah kuning itu berseru. "Siau-lim, Bu-tong dulunya berasal dari serumah, jadi kekalahanmu di tangan cucu murid Bu-siang Cinjin bukan terhitung sangat memalukan. Aku hanya merasa sedikit menyesal, bukan lantaran menyalahkan kemampuan mu yang tidak becus. Yang ingin kukatakan, tindakanmu benar-benar telah salah aturan, bersikap kurang sopan kepada siau Sicu, sekalipun yang menang dirimu pun kau tetap harus minta maaf kepadanya. Pendeta berwajah kuning itu berdiri tersipu sipu, malunya bukan kepalang. Masih mending kalau dia yang menang dan minta maaf, sekarang bukan saja sudah keok ditangan musuh, harus minta maaf lagi. Tentu saja dia tidak berani membangkang perintah sang ketua, terpaksa sambil menahan rasa malu dia minta maaf kepada Lan Giok-keng, katanya, "Siau Sicu, maafkan siauceng punya mata tidak berbiji hingga tidak mengenalimu sebagai murid hebat dari Bu-tong, mohon maaf yang sebesar besarnya. Buru-buru Lan Giok-keng balas memberi hormat, sahutnya, "Tidak berani, tidak berani, padahal.... Belum selesai dia mewakilinya berbicara. berkata, sudah ada orang lain yang

Pendeta berwajah hitam itu paling tidak sabaran, dia merasa sangat tidak puas setelah mendengar ketuanya memuji Lan Giokkeng bahkan memandang rendah kemampuan suheng sendiri, maka begitu mendengar Lan Giok-keng mengatakan 'tidak berani', dia langsung menyerobot sambil berseru, "Huuh, siau Sicu itu tidak sampai kalah karena sudah mendapat petunjuk orang lain. Kalau tidak, mana mungkin dia bisa mengungguli Wan-thong suheng?" "Benar, Lan Giok-keng segera membenarkan, "sebetulnya aku memang bukan tandingan hwesio itu. "Wan-yap, kata Pun-bu Thaysu tiba tiba, "tahukah kau apa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebabnya latihan ilmu silatmu selalu tidak bisa peroleh kemajuan? Ini dikarenakan pikiranmu tidak dapat kosong, coba bayangkan sendiri, semisal tadi kau sedang bertarung melawan siau Sicu itu, apakah kau mampu peroleh kemenangan hanya dikarenakan aku memberimu petunjuk dari samping arena?" Pendeta berwajah hitam itupun tahu kalau tadi dia dikalahkan Lan Giok-keng dalam satu gebrakan karena dia sudah termakan ilmu lembek melawan keras yang di miliki lawan, diapun sadar kalau tenaga dalam nya amat cetek, yang dimiliki hanya tenaga gwakang saja. Jadi sekalipun mendapat petunjuk dari guru hebat pun tidak nanti dia bisa mengalahkan musuhnya. Biar begitu, dia tetap merasa tidak puas, ujarnya, "Kuakui kepandaianku memang tidak mampu mengalahkan siau Sicu itu, tapi pengakuan dari siau Sicu inipun tidak bisa dipercaya seratus persen. "Apa yang kukatakan adalah kata sejujurnya, ujar Lan Giok-keng cepat, "dalam hal mana toa hwesio tetap merasa tidak percaya?" "Kau mengatakan sedang mendapat perintah dari Sucouw mu Bu-siang Cinjin untuk mencari seorang hwesio juru masak di kuil kami. "Benar!" "Bu-siang Cinjin hanya memerintahkan kau seorang diri?" "Benar!" Pendeta berwajah hitam itu mendesak lebih jauh, ujarnya lagi, "Kau sama sekali tidak mengajak serta saudara seperguruanmu yang lain?" Lan Giok-keng segera berkerut kening, pikirnya, "Ribet amat hwesio yang satu ini, namun dia menjawab juga, "Sucouw hanya mengutus aku seorang, tentu saja tidak di sertai rekan perguruan lainnya. Sambil tertawa dingin pendeta bermuka hitam itu menuding ke
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

arah Tonghong Liang, serunya, "Lalu siapakah orang itu? Kau berani mengatakan kalau dia bukan anggota perguruan Bu-tong?" Sebagaimana diketahui, Tonghong Liang dapat memberi petunjuk ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat kepada Lan Giok-keng, tentu saja dia menyangka Tonghong Liang adalah anggota perguruan Bu-tong. "Dia adalah saudara angkatku, tapi bukan berasal dari Bu-tongpay!" Wan-thong tampak terkejut, ditatapnya Tonghong Liang dengan mata melotot kemudian ujarnya, "Petunjuk ilmu pedang yang kau berikan kepada siau Sicu tadi sangat dahsyat, masa kau bukan anggota Bu-tong-pay?" Tonghong Liang mendengus dingin. "Hmm, biarpun nama besar Bu-tong-pay hampir sejajar dengan nama Siau-lim-pay namun aku masih tidak berminat menjadi murid Bu-tong-pay!" Jawaban tersebut kontan saja menimbulkan kecurigaan Pun-bu Thaysu, selanya, "Maaf bila mata lolap melamur, boleh tahu Sicu berasal dari perguruan mana?" "Aku sendiripun tidak tahu diriku berasal dari perguruan mana. Jawaban itu tidak berhasil berkelit, walaupun Sucouwnya Hian Tin-cu berasal dari Kun-lun-pay namun ilmu pedangnya boleh dibilang sudah membentuk aliran sendiri, kemudian ketika tiba pada jaman gurunya, Siang Thian-beng, dia semakin banyak membaurkan ilmu pedang dari aliran lain ke dalam ilmu pedangnya hingga tercipta ilmu pedang Hui-eng-hwee-sian-kiam-hoat yang membawa dia memperoleh julukan sebagai Kiam-sin, si rasul pedang. Tentu saja Pun-bu Thaysu tidak mengetahui akan hal ini, sambil mendengus pikirnya, "Sekalipun kau enggan mengatakannya, memang aku tidak punya cara untuk mengetahuinya?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara itu dari dalam kuil kembali bermunculan beberapa orang pendeta yang mendengar kabar itu, tapi begitu melihat ketua mereka hadir di arena, serentak mereka hanya berdiri di samping dengan tenang, siapa pun tidak berani banyak bicara. "Lolap tidak berminat mencari tahu asal usul Sicu, kembali Punbu Thaysu berkata, "tapi apa maksud kedatangan Sicu kemari? Harap kau katakan yang jelas. Makin lama nada bicaranya semakin keras. "Kedatanganku sama seperti adik angkatku, ingin menyambangi seorang pendeta agung, ujar Tonghong Liang. "Jangan kau sebut dulu siapa nama pendeta itu, sebelumnya lebih baik kujelaskan dulu peraturan yang berlaku dalam kuil Siaulim. "Kami Siau-lim-pay sama sekali tidak melarang kunjungan tamu, namun bila orang itu berniat menjajal kepandaian silat dari Siau-limpay maka dia harus melakukan pertandingan terlebih dulu kemudian baru dipastikan apakah dia pantas untuk memasuki kuil kami atau tidak. Maksud dari perkataan ini jelas sekali, jika tidak memenuhi persyaratan maka jangan harap bisa melangkah masuk ke dalam pintu gerbang kuil Siau-lim, otomatis jangan berharap bisa bertemu dengan orang yang cari. "Ilmu silat dari partai anda sudah tersohor di seantero jagad dan dikagumi setiap orang, kata Tonghong Liang, "aku rasa tanpa dicobapun aku sudah tahu kalau kepandaian silat kalian sangat tangguh. Aku rasa peraturan ini tidak cocok untukku. "Kami tidak butuh bantahan atau penjelasan dari situ, yang kami tunggu sekarang adalah tindakan Sicu. "Tadi, secara diam-diam Sicu telah membantu adik angkatmu untuk meraih kemenangan, tindakanmu itu sama artinya sedang menjajal kepandaian silat kami. Mencoba ilmu silat memang bukan sesuatu yang luar biasa, jadi bila Sicu tetap ingin melangkah masuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ke dalam kuil, lebih baik jangan ditampik lagi peraturan yang kami terapkan. Tonghong Liang segera tertawa. "Thaysu adalah ketua ruang Tat-mo, mana berani kujajal kemampuan Thaysu?" Pendeta berwajah hitam itu segera mendengus. Selanya, "Hmm, apakah kau tidak merasa kelewat memandang tinggi statusmu? Darimana kau bisa tahu kalau ketua ruang Tat-mo kami yang bakal bertarung melawan mu?" "Cayhe tidak berani punya keinginan tersebut, namun kalau dibatasi saling menutul saja, bagaimana kalau persilahkan Toahweesio yang memberi petunjuk beberapa jurus?" Pendeta berwajah hitam itu adalah panglima yang kalah perang ditangan Lan Giok-keng ternyata dia cukup terbuka, sahutnya sambil mendengus, "Hmm, sudah jelas kau tahu kalau aku bukan tandinganmu, masih ingin memilih buah yang paling lembek untuk dimakan? Aku tidak bakalan termakan oleh tipu muslihatmu!" Pendeta berwajah kuning yang bergelar Wan-thong itu cepat berkata pula, "Tadi Siauceng sudah merasakan kehebatanmu tentang ilmu pedang, kalau boleh harap Sicu memberi petunjuk lagi dalam ilmu silat yang lain, siauceng pasti akan merasa tersanjung. Rupanya dia menganggap dalam pertarungannya melawan Lan Giok-keng tadi, dialah yang seharusnya menang, tapi gara-gara Tonghong Liang memberi petunjuk kepada Lan Giok-keng, akhirnya dialah yang menderita kekalahan, dia merasa kekalahan itu tidak seharusnya diperoleh, oleh sebab itu kali ini dia tantang Tonghong Liang untuk berduel, agar semua rasa kesalnya bisa terlampiaskan. Sebelum Tonghong Liang memberi pernyataan apapun, Pun-bu Thaysu telah berkata lebih dulu, "Wan-thong, kau sudah melupakan peringatan apa yang kukatakan tadi?" Dengan perasaan terkejut buru-buru Wan-thong menyahut, "Tecu dilarang bertindak sebelum tahu permasalahannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Benar sekali. Siau-lim dan Bu-tong berasal dari sumber yang sama, bila kau sedang menjajal ilmu dengan murid Bu-tong maka bukan menang kalah yang diutamakan, lagipula kau sudah bertanding satu kali, bila kau tetap harus maju lagi untuk bertanding dengan orang luar, apa tidak khawatir akan ditertawakan orang kalau Siau-lim-pay kita memang sudah tidak punya orang lagi!" Maksud perkataan itu adalah dia ingin memisahkan cara menghadapi Lan Giok-keng dan Tonghong Liang, oleh karena Lan Giok-keng berasal dari Bu-tong yang masih terhitung 'satu aliran' dengan siau-lim, maka dia dianggap orang sendiri. Sebaliknya menganggap Tonghong Liang sebagai 'orang luar'. Mendengar perkataan itu, rasa ingin menang di hati kecil Tonghong Liang pun segera terangsang, pikirnya, "Baru saja ketua ruang Tat-mo dari Siau-lim-si memperingatkan muridnya agar jangan mengurusi soal menang kalah, padahal bukankah dia sendiripun masih bernapsu dengan urusan menang kalah? Hmm, asal bukan ketua Siau-lim atau tianglo dari ruang Tat-mo yang turun tangan sendiri, biarpun murid siau-lim sangat banyak, rasanya sulit untuk menemukan jagoan yang mampu mengalahkan diriku. Berpikir begitu, diapun berkata, Kalau toh dalam partai kalian berlaku peraturan seperti ini, kalau begitu cayhe mohon Hong-tiang dan ketua Tat-mo mau memilihkan seorang muridmu untuk memberi petunjuk kepadaku. "Biarpun orang berbakat dalam kuil Siau-lim tidak banyak jumlahnya, namun tidak usah dipilih dengan seksama, kata Pun-bu Thaysu, kemudian sambil menggapai, teriaknya, "Wan-seng, kemari kau!" Salah satu diantara para hwesio yang baru keluar dari kuil dan berdiri tenang disisi arena segera berjalan keluar dari rombongan, dia adalah seorang hwesio kurus kering. "Tecu Wan-seng menanti perintah dari ketua. "Sicu ini berkata kalau dia sendiripun tidak tahu ilmu silatnya berasal dari aliran mana, kini aku minta kau untuk menjajal
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepandaian silatnya, butuh berapa jurus untuk mengetahui asal usul perguruan orang ini?" Wan-seng menengok Tonghong sahutnya, "Sepuluh jurus!" Liang sekejap, kemudian

"Apakah Sicu bersedia untuk bertanding mengikuti peraturan yang berlaku disini?" tanya Pun-bu Thaysu. Tonghong Liang tersenyum. "Sebagai tamu, tentu saja aku harus menuruti kemauan tuan rumah, silahkan Thaysu memberi petunjuk. "Dengan sepuluh jurus sebagai batasan, jika dalam sepuluh jurus dia tidak mampu menunjukkan asal usul perguruanmu, anggaplah dia yang kalah dan kau yang menang. "Hahahaha.... bukankah aku yang diuntungkan?" seru Tonghong Liang sambil tertawa tergelak. Wan-seng mendengus dingin. "Kelewat awal untuk berkata begitu, ujarnya, "kau sangka dengan bertarung menurut aturan, maka kau pasti dapat menangkan pertarungan kali ini?" "Aku tidak bermaksud begitu, hanya saja aku jadi orang inginnya semua bertindak adil. Kalau toh dalam pertandingan ini kalian telah memberi sedikit keuntungan bagiku, maka dalam mencoba pengetahuanmu nanti, aku pun boleh mengalah satu langkah untukmu. "Kau terlalu percaya diri, sela Pun-bu sambil tersenyum, "bisa bertanya, dengan cara apa kau hendak mengalah satu langkah?" "Bila dalam sepuluh jurus nanti, siapa pun murid Siau-lim yang berhasil mengetahui asal usul ilmu silatku, anggap saja kalian yang menang. Jadi tidak terbatas pada Wan-seng Thaysu seorang. "Bagus, kalau begitu kita tentukan demikian saja. Jika kau menang, pintu gerbang Siau-lim-si akan terbuka lebar untuk kau masuki, sebaliknya bila kau kalah, maaf, kami tidak akan mengijinkan kau untuk melangkah masuk ke dalam kuil kami.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sambil melepaskan hudtim yang disisipkan di belakang punggung, ujar Wan-seng kemudian, "Apa yang ingin dibicarakan kedua belah pihak telah disampaikan secara jelas, sekarang silahkan Sicu melancarkan serangan!" Tidak terlihat dia mengambil posisi, hwesio itu hanya berdiri dengan begitu saja di hadapan Tonghong Liang biar begitu ternyata hwesio itu berdiri begitu kokoh bagaikan sebuah bukit karang. Tercekat perasaan Tonghong Liang sehabis melihat hal ini, pikirnya, "Aku tidak boleh pandang enteng hwesio ini! Maaf!" seru Tonghong Liang sambil mencabut pedangnya. Tiba-tiba semua orang merasakan pandangan matanya menjadi silau, sekilas cahaya putih bagai kilat yang membelah bumi telah menerobos ke muka, kedahsyatannya sungguh mengerikan. Diiringi kemudian terdengar suara senjata membelah angin, begitu nyaring suaranya membuat kendang telinga mendengung keras, Tonghong Liang telah melancarkan jurus serangannya yang pertama! Lan Giok-keng yang menyaksikan kejadian itu jadi terperanjat, pikirnya, "Ternyata Tonghong Toako selain mengerti ilmu Thay-kekkiam-hoat, permainan Lian-huan-toh-beng-kiam-hoat nya pun jauh lebih hebat ketimbang aku. Pendeta berwajah kuning yang berdiri di samping Pun-bu Thaysu segera berkata, "Gerakan ini mirip sekali dengan jurus Lui-tian-ciauhong (guntur halilintar bergantian menggempur) dari ilmu pedang Bu-tong-pay. Sama seperti Lan Giok-keng, diapun merasa terkejut bercampur sangsi, walaupun artinya sama namun cara bertanya kedua orang itu berbeda. "Betul, jawab Pun-bu Thaysu sambil tersenyum, "kekuatannya memang mirip sekali dengan jurus Guntur halilintar bergantian menggempur, namun daya penghancurnya masih jauh di atas jurus serangan dari Bu-tong-pay.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu mendengar penjelasan itu, Wan-thong si pendeta berwajah kuning itu segera menjadi paham, jurus yang digunakan Tonghong Liang sepintas memang mirip jurus Lui-tian-ciau-hong dari Bu-tong-pay, pada-hal kemampuannya mengendalikan pedang justru jauh berbeda, dan jelas bukan berasal dari aliran Bu-tongpay. Baru selesai perkataan itu diucapkan, jurus pertama dari Wanseng telah dilancarkan. Sungguh aneh, ketika dia kebutkan senjata hudtim nya dengan santai, cahaya putih yang semula mengancam tubuhnya seketika terkungkus di tengah arena. Bukan saja jurus Lui-tian-ciau-hong yang maha dahsyat itu tidak mampu dikembangkan bahkan kedahsyatannya seolah mengalami hambatan. Begitu melancarkan serangan, gempuran lawan seketika tertahan, hal ini membuat Wan-seng kembali berpikir, "Biarpun dia ingin membingungkan aku dengan menggunakan jurus pedang aliran lain, tidak sulit untuk mengalahkan dirinya, tapi yang paling penting sekarang adalah memaksa dia untuk menggunakan jurus pedang perguruan sendiri. Berpikir begitu, seketika dia lancarkan serangan balasan yang ganas dan mematikan. Tampaknya Tonghong Liang dapat membaca suara hatinya, dalam sekejap mata ke dua orang itu nyaris pada saat yang bersamaan berganti jurus. Wan-seng mengebaskan hudtimnya, seluruh bulu kebutannya berdiri kaku bagaikan beribu batang jarum baja, semuanya diarahkan untuk menusuk jalan darah mematikan ditubuh Tonghong Liang. Biasanya kalau menotok dengan jari tangan, paling banyak hanya satu jalan darah yang bisa ditotok, tapi bila menusuk dengan bulu hudtim, nyaris hampir seluruh jalan darah penting di tubuh Tonghong Liang sudah berada dalam lingkaran ancamannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kepandaian menusuk jalan darah semacam ini belum pernah dijumpai Lan Giok-keng dalam hidupnya, diam diam dia bermandikan keringat dingin karena ikut menguatirkan keselamatan Tonghong Liang. Namun perubahan jurus ke dua yang dilancarkan Tonghong Liang lebih membuatnya tercengang dan di luar dugaan. Menurut aturan, ilmu pedang Lian-huan-toh-beng-kiam-hoat harus digunakan secara berantai dan bersambungan. Setelah jurus pertama Lui-tianciau-hong yang merupakan jurus keras, jurus berikut meski tidak segarang pertama, namun makna jurus seharusnya merupakan kelanjutan dari jurus sebelumnya. Siapa tahu perubahan jurus yang dilakukan Tonghong Liang sama sekali di luar dugaan. Bagaikan ribuan kuda yang sedang berlari kencang, tiba-tiba serentak menghentikan langkahnya. Tiba-tiba cahaya pedang menghilang, ujung pedang bergetar pelan, kekuatan pedang pun berkedip dan memancar tiada beraturan. Sekalipun nampak kacau, namun dalam pandangan seorang ahli seluruh tubuhnya saat ini sudah terlindung di bawah penjagaan yang sangat ketat, pada hakekatnya sama sekali tidak ditemukan titik kelemahan apa pun. Menyaksikan hal ini tanpa terasa Hong-tiang Siau-lim-si, Tongsian Sangjin ikut manggut-manggut memuji, "Ilmu pedang Thaykek-kiam-hoat yang diciptakan Thio Sam-hong ternyata memang luar biasa hebatnya, sayang kita semua terlambat lahir dua ratus tahun hingga tidak punya rejeki untuk menyaksikan permainan jurusnya. "Akan tetapi permainan Thay-khek-kiam-hoat yang dilakukan Sicu inipun sama seperti yang kau katakan, sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, sahut Pun-bu Thaysu pula. "Tepat sekali perkataanmu, ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang dimiliki Sicu ini mungkin saja belum bisa menandingi Thiocinjin dimasa lampau, tapi kalau kita bicara dari jurus tersebut,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

boleh dibilang kemampuan menyerangnya telah mencapai tingkatan bagaikan geledek dan pertahanannya rapat bagai air samudra. Kalau dua orang jagoan paling hebat dari Siau-lim-si pun sudah memberikan pujiannya, tentu saja rasa kagum Lan Giok-keng jauh melebihi mereka. Ternyata jurus kedua yang digunakan Tonghong Liang adalah jurus Ji-hong-sip dari Thay-kek-kiam-hoat, seolah bertahan namun tidak bertahan, seolah menyerang namun tidak menyerang. Lan Giok-keng cukup tahu bahwa gerakan itu mengandung dua tujuan yang berlawanan, tanpa terasa dia berpikir, "Dia memang luar biasa sekali, mungkin hanya Sucouw seorang yang bisa melakukan perubahan sesuai dengan keinginan.... Oleh karena Lan Giok-keng belum pernah menyaksikan ilmu pedang dari Bouw Ciong-long, maka dia tidak bisa memberikan komentarnya. Padahal waktu itu, Tonghong Liang sendiri pun sedang berpikir, "Sungguh memalukan! Jangan lagi menandingi Thio-cinjin di masa lampau, kemampuan Bouw Ciong-long pun sepuluh kali lipat lebih hebat daripada kepandaian-ku sekarang. Setelah melalui dua jurus pertarungan, kedua belah pihak samasama merasa terperanjat dan tidak berani lagi memandang enteng pihak lawan. Sewaktu pertama kali berjumpa Wan-seng, dia sangka hwesio ini berasal dari angkatan 'Wan' yang berarti satu angkatan dengan pendeta berwajah kuning itu, itu berarti kepandaian silatnya tidak bakalan kelewat tinggi, tapi sekarang dia bara tahu kalau dugaan itu keliru besar. Ternyata walaupun Wan-seng dan Wan-thong sama sama merupakan anggota ruang Lo-han-tong, namun dalam deretan delapan belas Lohan, posisi Wan-thong adalah orang ke tiga belas, sementara Wan-seng menempati urutan ke dua. Kalau termasuk para tianglo dari ruang Tat-mo dihitung semua,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

maka dia merupakan salah satu jago paling tangguh diantara sepuluh jago tangguh lainnya dari Siau-lim-pay. Selain hebat, diapun masih memiliki satu kelebihan, kelebihan mana tidak akan tertandingi oleh tianglo mana pun dari ruang Tatmo, yakni pengetahu-annya tentang aliran silat pelbagai perguruan jauh lebih banyak dari siapa pun, tidak seperti para tianglo lain dari ruang Tat-mo yang kebanyakan hanya mempelajari ilmu silat aliran sendiri. Tonghong Liang sendiri walaupun amat cerdas, namun ciptaan barunya dalam ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat belum mampu membuat setiap jurus serangannya mencapai tingkatan luar biasa, apalagi disanapun hadir dua orang pendeta sakti yang ikut menonton jalannya pertarungan. Dia sadar bilamana pertarungan semacam ini berlangsung lebih jauh, maka pada akhirnya aliran ilmu silat perguruannya pasti akan ketahuan juga. Tonghong Liang menyadari hal ini ketika pertarungan sudah memasuki jurus ke tujuh, tiba-tiba gerak serangannya berubah, tubuh pedang berubah jadi gerakan busur, secara bersamaan ujung pedangnya mengancam lima buah tempat sekaligus. Pendeta bermuka hitam itu langsung berseru tertahan, katanya, "Jurus pedang apakah ini? Rasanya seperti pernah dikenal?" Wan-seng kontan mendengus dingin. "Goblok! Masa kungfu perguruan sendiripun tidak dikenal?" dampratnya. "Ooh, ternyata baru saja dia menggunakan jurus Ki-na-jiu!" seru Wan-thong seolah baru sadar. Ternyata Tonghong Liang telah melebur ilmu Ki-na-jiu-hoat dari Siau-lim-pay ke dalam ilmu pedangnya. Mendengar itu Tonghong Liang tertawa terbahak-bahak. "Ketika palsu jadi asli, asli jadi palsu, kalau palsu bisa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengacaukan asli, kenapa tidak kugunakan yang palsu?" Mimpi pun Wan-seng tidak menyangka kalau pihak lawan bisa mempergunakan jurus sakti dari perguruannya, dia jadi tertegun, serangan dahsyat yang dilancarkan pun seketika berhasil dipunahkan Tonghong Liang. Namun kemampuan Wan-seng dalam meyakini ilmu Ki-liong-jiu sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, jurus serangan dari Tonghong Liang tadi hanya sempat mengecoh pandangan matanya dalam waktu singkat, setelah tertegun segera serunya sambil tertawa dingin, "Segera akan kusuruh kau mengetahui apa yang disebut asli dan apa yang disebut palsu. Senjata hudtimnya digetarkan, beribu lembar bulu segera mengurung seluruh batok kepala Tonghong Liang. Jurus serangan dari Wan-seng inipun diciptakan dari ilmu Liongjiau-jiu, setelah melalui pengerahan tenaga murninya, hampir seluruh bulu senjata hudtimnya berubah seakan sebuah jari tangan yang bisa mencengkeram musuh dari berbagai sudut. Begitu hebatnya perubahan ini membuat Pun-bu Thaysu sendiri pun ikut berseru memuji. Tidak mampu membendung datangnya ancaman, Tonghong Liang mundur satu langkah, pedangnya perlahan-lahan membentuk gerakan melingkar, biarpun gerakannya sangat lamban, namun beribu lembar bulu senjata hudtim dari Wan-seng seketika terbendung di luar lingkaran pedangnya. Tidak perlu bantuan dari sang Hong-tiang serta ketua ruang Tatmo pun Wan-seng sudah tahu kalau jurus serangan yang digunakan lawan adalah jurus Thay-si-mi-kiam-hoat dari aliran Thian-san-pay, Ho Thian-tok Ciangbunjin pendiri dari Thian-san-pay adalah sahabat karib partai Siau-lim, dia pernah menggunakan posisinya sebagai angkatan muda, bertanding melawan ilmu warisan Ho Thian-tok ini. Ilmu pedang Thay-si-mi-kiam-hoat (Ilmu pedang bukit Si-mi) mengambil makna dari filsafat yang berbunyi "dalam biji bunga tersimpan bukit Si-mi", merupakan sebuah ilmu pedang yang paling
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

handal untuk menghadapi ilmu pengendalian pedang, apabila ilmu silat yang dimiliki kedua belah selisih tidak terlalu banyak, maka bila pihak yang lemah menggunakan jurus pedang ini, dia akan segera merebut posisi di atas angin dan tidak terkalahkan. Wan-seng pernah menjajal ilmu warisan Ho Thian-tok ini, dia segera menyadari kalau jurus yang digunakan Tonghong Liang mirip sekali dengan gerakan jurus ilmu pedang Thay-si-mi-kiam-hoat, hanya saja tenaga dalam yang digunakan untuk mengendalikan pedang bukan merupakan Sim-hoat tenaga dalam aliran Thian-sanpay. Sambil tertawa dingin dia berseru, "Hmm, kalau palsu tetap palsu, mana mungkin mengaku jadi asli!" Tiba-tiba dia putar balik senjata hudtim nya, dengan gagang senjata dipakai sebagai senjata poan-koan-pit, dia sodok jalan darah Sian-ki-hiat di dada Tonghong Liang. Walaupun hanya sebuah jalan darah yang ditotok, namun daya pengaruhnya justru jauh lebih kuat ketimbang ancaman bulu hudtim yang mengancam seluruh jalan darah ditubuhnya. Kelihatannya Tonghong Liang sedikit keteteran dan sulit untuk melakukan penangkisan, tiba-tiba tubuhnya bergerak cepat, dengan menggunakan sebuah jurus ilmu pedang yang halus dan lembut dia bergerak kian kemari, gerakannya seperti orang sedang menari, indah dan sangat menarik. Begitu Tonghong Liang menggunakan jurus itu, paras muka Wan-seng yang semula kaku tanpa perasaan tiba-tiba terselip suatu perubahan yang sangat aneh, tampak tubuhnya ikut bergerak, senjata hudtimnya bergeser ke samping, dia seolah merasa takut untuk menghadapi jurus serangan dari Tonghong Liang ini hingga tidak berani mendesak lebih jauh. Pun-bu Thaysu yang ikut menyaksikan jalannya pertarungan pun ikut berseru tertahan. Tentu saja jurus yang digunakan Tonghong Liang ini dilakukan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sangat bagus, namun seruan tertahan dari Pun-bu Thaysu bukanlah disebabkan karena kehebat-annya. Ternyata di saat Tonghong Liang didesak lawan hingga keteteran dan tidak mampu menangkis, tanpa sadar dia telah menggunakan ilmu pedang dari aliran Kun-lun-pay. Sucouwnya, Hian Tin-cu memang berasal dari Kun-lun-pay sementara ilmu pedang aliran Kun-lun yang dipelajari Tonghong Liang pun berasal langsung dari gurunya, sudah pasti sewaktu dipergunakan, kehebatannya berbeda jauh dengan ilmu pedang aliran lain. "Tidak kusangka ilmu pedang aliran Kun-lun yang digunakan Sicu inipun sangat hebat, puji Pun-bu Thaysu. "Bukan hebat, sela Tong-sian Sangjin. "Kalau bukan hebat lantas apa?" tanya Pun-bu Thaysu agak tertegun. "Palsu bukan aslipun bukan, aku juga tidak tahu harus berkata apa. Kalau dibilang hebat, lebih cocok kalau dibilang lain daripada yang lain. Tapi kalau dibilang lain daripada yang lain pun tidak tepat sama sekali, sebab dia masih tersisip warna lain. Mungkin Sik Lengcu sendiripun belum tentu bisa mainkan jurus Seng-hay-hu-cha (rakit terapung di laut bintang) ini sehebat dia. Ternyata jurus Seng-hay-hu-cha ini sudah mengalami perkembangan baru setelah jatuh ke tangan Siang Thian-beng, guru Tonghong Liang, dia telah mencampur kan inti sari dari ilmu pedang aliran Go-bi serta Cing-shia-pay ke dalam ilmu pedang aliran Kunlun-pay nya sehingga jurus Seng-hay-hu-cha ini berubah jadi lebih gesit, lebih sakti dan luar biasa. Oleh sebab itulah walaupun 'kerangka' nya tetap berbau Kun-lunpay, namun isinya sama sekali berbeda. Itulah dimaksud Tong-sian Sangjin sebagai lain daripada yang lain dan masih tersisip warna lain.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tercekat hati Tonghong Liang mendengar perkataan itu, pikirnya, "Ternyata tidak malu dia menjadi Hong-tiang Siau-lim-pay, ketajaman matanya memang luar biasa!" Berhubung sejak dimulai dari gurunya, mereka sudah berdiri sebagai satu perguruan yang tersendiri, maka biarpun kerangka dari jurus itu tetap sebagai ilmu pedang Kun-lun-pay, namun dia tidak bisa dikatakan sebagai murid Kun-lun-pay. Kemampuan silat yang dimiliki pendeta bermuka hitam itu sangat biasa, dia tidak mengerti arti ucapan ketuanya, dalam hati segera pikirnya, "Kalau Ciangbunjin Kun-lun-pay saja tidak mampu menggunakan jurus ini, sudah pasti keparat itupun bukan anggota Kun-lun-pay. Celaka, dia sudah menggunakan delapan jurus namun suheng masih juga belum berhasil mengetahui asal perguruannya!" Belum habis ingatan itu melintas, tiba-tiba dia saksikan wajah suhengnya berubah jadi cerah. "Ketika palsu dilakukan seakan asli, asli pun jadi palsu, namun biar asli atau palsu semua pasti ada sumbernya!" gumam Wan-seng dengan suara keras. Tiba-tiba dia membentak nyaring, bulu kebutan yang semula mengumpul mendadak jadi buyar, perubahan yang terjadi pun aneh sekali, cahaya pedang Tonghong Liang seakan terguyur air raksa, seketika tersapu hingga buyar ke empat penjuru. Bahkan lamat lamat ujung kebutan Wan-seng seakan mempunyai daya perekat yang sangat kuat, yang membetot pedangnya untuk lepas dari genggaman. Dengan hati terkejut Tonghong Liang berpikir, "Tidak heran kalau Siau-lim-pay dapat memimpin dunia persilatan dan nama besarnya tetap kuat, ternyata kemampuan mereka memang bukan nama kosong belaka. Kalau seorang murid dari ruang Lohan saja sudah memiliki kepandaian silat diatas para tianglo dari Bu-tong-pay, entah bagaimana bila Tong-sian Sangjin dibandingkan Bouw Ciong-long?" Begitu teringat akan Bouw Ciong-long, tanpa disadari Tonghong Liang menggunakan jurus Bangau putih pentang sayap dari ilmu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedang Thay-kek-kiam-hoat. Jurus ini merupakan jurus pedang yang paling sering dilatih bersama Lan Giok keng merupakan juga jurus yang paling sering digunakan, otomatis dari sekian banyak jurus Thay-kek-kiam-hoat, jurus inilah yang paling dia kuasai. Di bawah tekanan Wan-seng yang begitu gencar, dia merasa hanya menggunakan jurus ini saja dia dapat membendung datangnya ancaman lawan. Tubuhnya melambung ke udara lalu berputar satu lingkaran, bagaikan seekor burung elang, dia menerobos ke bawah sambil melancarkan tebasan. Bangau putih adalah unggas jinak, sifatnya amat lembut, tapi dalam melancarkan serangan ini, dia seperti seekor burung elang yang menyerang secara ganas, keampuhannya jauh di atas kehebatan jurus Bangau putih pentang sayap itu sendiri. Bagi Lan Giok-keng, jurus ini pula yang paling berkenan baginya, tapi sekarang dia benar-benar dibuat terbelalak dengan mulut melongo. Sewaktu Tonghong Liang berlatih bersamanya dulu, belum pernah dia menggunakan jurus tersebut sedemikian hebatnya. Sebetulnya bulu hudtim di tangan Wan-seng terbuat dari serat emas yang sangat tangguh dan kuat, terdengar serentetan bunyi benturan nyaring yang berdentingan di angkasa, Tonghong Liang dengan gerakan Burung belibis berjumpalitan, langsung mundur sejauh belasan depa dari posisi semula, kini bajunya telah bertambah dengan puluhan buah lubang kecil seperti sarang tawon. Sebaliknya bulu hudtim milik Wan-seng pun putus puluhan lembar lebih dan tersebar mengikuti hembusan angin. "Celaka!" pikir Wan-yap diam-diam, "sudah masuk jurus ke sembilan!" Dalam gebrakan terakhir, kedua belah pihak berada dalam posisi seimbang, baik Tonghong Liang maupun Wan-seng sama-sama mundur beberapa lang-kah ke belakang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kini Tonghong Liang berdiri mengawasi lawan dengan paras serius, tangannya menempel ketat pada gagang pedangnya. Dengan suara hambar Wan-seng berkata, "Aku rasa jurusmu yang terakhir tidak perlu digunakan lagi. Wan-yap tercengang, dia suhengnya berkata begitu! tidak habis mengerti mengapa

Terdengar Pun-bu Thaysu tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata dengan lantang, "Tidak heran kalau ilmu pedang yang Sicu miliki begitu dahsyat, ternyata kau adalah murid Kiam-seng si rasul pedang!" Ternyata di dalam menggunakan jurus 'Pek-hok-liang-ci tadi, secara tidak sadar dia telah menyisipkan ilmu pedang elang terbang Hui-eng-hwee-sian-kiam-hoat dari perguruannya. Dan asal usulnya langsung terdeteksi oleh Pun-bu Thaysu! Dengan perasaan terperanjat Wan-thong segera berseru, "Dua puluh tahun berselang, ada seorang bernama Siang Thian-beng yang datang ke daratan Tionggoan dari pinggir perbatasan, dia pernah bertarung pedang melawan Pa-san-kiam-kek Kok Thiat-ceng yang kala itu disebut dewa pedang, konon pertandingan itu berlangsung selama tiga hari dengan akhir seri. Semenjak peristiwa itulah Siang Thian-beng disebut orang sebagai Rasul pedang, tapi dia hanya muncul sebentar kemudian jejaknya lenyap kembali. Jadi yang dimaksud ketua tianglo sebagai Rasul pedang adalah orang itu?" Pun-bu manggut-manggut. "Tepat sekali, dikolong langit hanya terdapat seorang Rasul pedang, dialah orangnya. Tapi apa yang kau dengar tentang kabar cerita itu tidak lengkap dan tidak benar, sebab sewaktu terjadi pertarungan di puncak gunung Pa-san, tidak seorangpun yang ikut menonton. Menurut cerita Thiat Ceng kepadaku, konon dia kalah satu jurus. Jadi cerita tentang pertarungan selama tiga hari sebetulnya hanya merupakan pujian orang saja. Diam-diam Wan-thong menyeka keringat dingin, pikirnya, "Masih
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untung suheng yang maju menggantikan diriku, coba aku yang maju, mungkin tidak bakal bisa menahan tiga jurus serangannya. Saat inipun Lan Giok-keng seolah baru mendusin dari mimpi, cepat dia menghampiri Tonghong Liang sambil berseru, "Waah, ternyata jurus Pek-hok-liang-ci bisa menghasilkan perubahan sedemikian dahsyat, kenapa selama ini aku tidak pernah berpikir ke situ?" Tonghong Liang tertawa getir. "Bunga gugur dan berlalu terbawa air, semuanya biar timbul alami, tidak usah dipaksakan. Perubahan yang kulakukan dalam jurus ini kelewat dipaksakan dan tidak alami, itulah sebabnya gagal mencapai hasil yang maksimal. Aku yakin keberhasilanmu dikemudian hari pasti jauh diatasku, jadi tidak usah belajar dariku. "Terima kasih banyak atas petunjuk Toako, kata Lan Giok-keng, setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya, "Delapan jurus ilmu pedangmu yang lain juga memberikan manfaat yang sangat besar bagiku. Apakah kalut? Apakah murni? Mungkin akupun tidak bisa menentukan satu garis yang pasti, namun dalam penggunaan rasanya memang harus sehati!" Pun-bu yang mendengar perkataan itu segera tergerak hatinya. "Suheng, apa yang dia katakan memang sangat tepat, katanya. "Siancay, siancay, Tong-sian Sangjin segera merangkap tangannya di depan dada, "bila siau Sicu bisa mempunyai ingatan seperti itu, boleh dibilang dunia persilatan bakal bertambah lagi dengan seorang calon tokoh sakti. Cukup memandang dari pandangan tersebut, walau Siau-sicu bukan cucu murid Bu-siang Cinjin pun, lolap tetap akan mempersilahkan Siau sicu untuk masuk ke dalam kuil kami." Dengan mata melotot besar Wan-seng mengawasi wajah Tonghong Liang, kemudian menegur, "Di saat Bu-siang Cinjin belum meninggal, ada seorang pemuda naik ke Bu-tong untuk menantang berduel, apakah pemuda itu adalah kau?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Memang aku. Tapi kehadiranku sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kepergian Bu-siang Cinjin ke langit barat. "Ooh, aku tahu. Aku hanya mengagumi keberani-an serta ilmu silatmu, sama sekali tidak punya maksud lain. Sekali lagi Tonghong Liang tertawa getir. "Semestinya akulah yang mengucapkan kata-kata itu kepadamu. Ketika bertanding pedang di gunung Bu-tong tempo hari, akulah yang menderita kalah, dan kali ini, lagi-lagi aku berhasil kau kalahkan. "Keliru, potong Wan-seng, "susiok ku yang berhasil memecahkan rahasia identitasmu, bila ingin bicara soal kalah menang, kau pun hanya dikalahkan oleh susiok ku. Sebaliknya kalau bicara soal bertanding ilmu, andai diteruskan lagi, akulah yang bakal menderita kekalahan. "Terima kasih atas pujianmu, kembali Tonghong Liang tertawa getir, "tapi dalam kenyataan, akulah yang kalah dalam pertandingan ini. "Tonghong Toako, sela Lan Giok-keng tiba-tiba, "Kepala tianglo ruang Tat-mo yang mengalahkan diri-mu, jadi meski kalah pun kau tetap harus bangga. Pun-bu Thaysu tersenyum, ujarnya pula, "Tonghong Sicu, dalam pertandingan yang berlangsung kali ini, pihakku lah yang mengambil keuntungan darimu. Cuma syarat pertarungan toh sudah disetujui kedua belah pihak dan sama sekali tidak menyalahi aturan Siau-lim, jadi kami hanya bisa minta maaf saja kepadamu. Tapi ngomong ngomong, siapa yang ingin kau jumpai?" "Seorang hwesio juru masak yang bernama Hwee-ko. "Ooh, ternyata kaupun sedang mencari Thaysu itu?" seru Lan Giok-keng agak tertegun. Wan-thong ikut merasa tercengang, ujarnya, Entah nasib apa yang sedang menimpa Hwee-ko hari ini, selamanya belum pernah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kujumpai ada orang datang mencarinya, tapi hari ini sekaligus sudah muncul tiga orang yang datang mencarinya. Tong-sian Sangjin menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya, "Kalau begitu permintaanmu tidak dapat kami kabulkan. Dari nada pembicaraan itu bisa disimpulkan, andaikata orang yang ingin dijumpai Tonghong Liang adalah hwesio lain, maka dia pasti akan mengijinkan. Tapi mengapa dia tidak memberi ijin karena hendak bertemu Hwee-ko? Ketua dari Siau-lim-pay ini sama sekali tidak memberi penjelasan. Namun perkataan seorang ketua dari Siau-lim memang sangat berbobot, lagipula Tonghong Liang pun gagal menembusi ujian yang dilakukan pihak Siau-lim-si, dalam keadaan begini diapun merasa tidak leluasa untuk banyak bicara. Sesudah berpikir sejenak, Tonghong Liang pun berkata, "Karena peraturan yang telah ditetapkan pihak Siau-lim tidak mungkin bisa kulanggar, maka akupun tidak akan memaksakan kehendak, Cuma ada satu hal aku merasa tidak jelas, boleh minta petunjukmu?" "Katakan saja!" sahut Pun-bu Thaysu. "Diantara kawanan jago Tionggoan, hanya Pa-san-kiam-kek Kok loCianpwee seorang yang pernah menyaksikan ilmu pedang guruku, dalam memainkan jurus Pek-hok-liang-ci tadi aku memang sudah membaurkan ilmu pedang perguruanku ke dalam ilmu pedang Butong-kiam-hoat, tapi bagaimana mungkin kau bisa mengenalinya hanya dalam sekilas pandang saja?" "Tentu saja, karena gurumu pernah berkunjung ke kuil Siau-lim. Perasaan kaget dan tercengang yang mencekam perasaan Wanthong jauh lebih hebat ketimbang Tonghong Liang, serunya tertahan, "Rasul pedang pernah berkunjung ke kuil kami?" Sedang dihati kecilnya dia berpikir, "Kenapa aku bisa tidak tahu?" "Ketika dia datang berkunjung, kau masih belum menjadi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pendeta di kuil ini. Waktu itu Siang Thian-beng masih belum menyandang gelar Rasul pedang, dia memohon untuk bertanding ilmu melawan Tong-sian suheng saat itu akulah yang telah mewakili suheng untuk bertanding melawannya, kalau dibicarakan sungguh memalukan, saat itu aku hanya mampu bertarung seimbang. Dia tahu kepandaian silat yang di miliki Tong-sian suheng jauh diatas kemampuanku, maka tanpa mengucapkan sepatah katapun dia menjura dalam-dalam di luar pintu kuil kemudian pergi meninggalkan tempat ini. Tonghong Sicu, waktu itupun gurumu tidak pernah melangkah masuk ke dalam kuil Siau-lim, maka terhadap dirimu pun kami tidak bisa melanggar peraturan. Mendengar penjelasan tersebut, Tonghong Liang pun berpikir, "Ternyata begitu, tidak heran kalau suhu selalu berpesan agar aku tidak mengatakan kalau diriku adalah muridnya, khusus di depan para pendeta dari kuil Siau-lim. Ketika Pun-bu Thaysu sudah selesai bicara, Tong-sian Sangjin pun berkata kepada Lan Giok-keng, "Siau-sicu, bukankah kau ingin bertemu Hwee-ko? Mari ikut aku masuk ke dalam. "Bolehkah aku berbicara beberapa patah kata dulu dengan Tonghong Toako?" pinta Lan Giok-keng. "Tentu saja boleh. Aku akan menunggumu di depan pintu kuil. Pun-bu Thaysu sekalian pun segera berbalik menuju ke pintu gerbang kuil siau-lim-si dan menunggu disana. Sambil tertawa getir ujar Tonghong Liang, Saudara cilik, sekarang kau sudah tahu kalau aku pernah naik ke Bu-tong untuk menantang berduel, apakah kau masih baik kepadaku?" "Toako, bila aku tidak salah menduga, bukankah orang yang secara diam-diam membantuku tadi adalah dirimu?" "Dugaanmu tepat sekali. Selama ini aku memang selalu menguntaimu. Tahukah kau bahwa aku ingin memperalat dirimu?" "Aku tidak perduli apapun tujuanmu, yang pasti kau pernah selamatkan jiwaku, sejak berkenalan denganmu, banyak kebaikan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berhasil kuperoleh dari dirimu. Betul kau pernah naik ke Bu-tong dan menantang berduel, tapi pertama tidak ada yang terluka, kedua persoalan inipun sudah diselesaikan oleh Ciangbunjin partai kami. Semuanya ini Bu-si tojin yang beritahu kepadaku. Aku memang tidak tahu bagaimana pandang an rekan-rekan lain dari Bu-tong-pay terhadap dirimu. Tapi bagiku pribadi, aku tidak akan menganggap dirimu sebagai musuh. "Terima kasih banyak. "Kalau toh kaupun ingin bertemu Hwee-ko Thaysu, bolehkah aku mewakilimu untuk menyampaikannya?" Tonghong Liang segera melepaskan sebuah cincin, katanya, "Kau hanya perlu perlihatkan cincin ini kepadanya. Jadi Hwee-ko Thaysu sudah mengetahui tentang dirimu?" "Ketika Hwee-ko datang ke biara Siau-lim untuk menjadi pendeta, waktu itu aku belum lahir, darimana bisa tahu?" "Lantas kalau dia bertanya tentang asal usul cincin ini? Bagaimana aku harus menjawab?" "Kau cukup mengatakan kalau pemilik cincin itu kini sedang menuju Toan-hun-kok. "Toan-hun-kok? Tempat manakah itu?" "Hwee-ko Thaysu pasti tahu. Tuh, ketua Siau-lim-si dan ketua tianglo sudah menunggumu, cepatan ke sana. Ketika sang ketua menyambut sendiri kedatangan seorang siau Sicu yang belum dewasa memasuki kuil, begitu para pendeta dalam biara mendengar kabar tersebut, hampir semuanya merasa tercengang bercampur tidak habis mengerti. Ketua yang membidangi bagian dapur dalam biara itu mempunyai kedudukan yang tidak terlalu tinggi, namun dialah yang mengurusi semua hwesio yang bekerja sebagai juru masak, memikul air dan kerja serabutan lainnya, Hwee-ko selama ini berada di bawah pengawasannya. Begitu mendapat kabar, dia langsung
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyambut sendiri kedatangan sang Hongtiang. Dengan kening berkerut Tong-sian Sangjin berkata, "Aku datang hanya disebabkan urusan pribadi, bukan kemari untuk melakukan pengontrolan, jadi kalian tidak perlu banyak adat. Ketua bagian dapur bernama Liau-huan, usianya hampir setara dengan Wan-seng, tapi angkatannya setingkat di bawah dirinya, walaupun sang Hong-tiang telah berpesan begitu, dia tetap maju dan menyembah dengan penuh hormat, kemudian baru katanya, "Baik, silahkan Hong-tiang memberi perintah. "Bukankah Hwee-ko adalah salah satu bawahanmu? Apakah dia berada disini?" "Benar, dia bekerja disini sebagai juru masak. "Siau-sicu ini ingin sekali pergi menjumpainya.... Belum habis ketua biara Siau-lim ini menyelesaikan perkataannya, Lan Giok-keng sudah bangkit berdiri seraya berkata, "Tidak berani, boanpwee mendapat perintah dari Sucouw perguruan kami, khusus datang untuk menyambangi Thaysu itu. Liau-huan terkesiap, pikirnya, "Ternyata dia benar-benar seorang tokoh sakti, untung di hari hari biasa sikapku terhadap Hwee-ko cukup baik. Maka sahutnya, "Silahkan Hong-tiang dan Siau-sicu menunggu sebentar, aku akan segera memangil Hwee-ko keluar. "Jangan begitu, kau seharusnya membawa aku untuk pergi menyambanginya!" Liau-huan semakin terkejut. "Hong-tiang, kau.... pada hakekatnya kata "menyambangi" tidak berani dia ucapkan. Tong-sian Sangjin kembali tersenyum. "Sekarang aku datang menjumpainya bukan sebagai seorang Hong-tiang, aku sedang menemani seorang tamu agung dari biara
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kita untuk menyambanginya. Dia adalah tuan rumah sementara aku adalah tamu, sesuai peraturan kau harus mengabarkan dahulu kehadiran kami, mengerti?" "Baii.... baik.... jawab Liau-huan tergagap, "tapi.... "Tapi kenapa? Apakah dia belum selesai bekerja? Bukan, saat ini dia sedang beristirahat di kamarnya. Ternyata Hwee-ko punya kebiasaan tidur siang, di antara para pendeta yang bekerja di urusan dapur, usia dialah yang paling tua, apalagi mengidap pula sakit batuk hingga selama ini Liau-huan memperlakukan dia dengan baik sekali. Selain menitahkan seorang hwesio pemikul air untuk tinggal bersama dalam kamarnya, seusai santap siang diapun diijinkan tidur siang selama dua jam, Liau-huan selama ini tidak pernah melarang perbuatannya itu. "Lalu apa lagi yang kau tunggu?" tanya Tong-sian Sangjin. Terpaksa Liau-huan mengajak mereka menuju ke depan kamar tidur Hwee-ko, belum tiba didekat pintu, sudah terdengar suara dengkuran Hwee-ko yang sangat keras. Sekarang Tong-sian Sangjin baru tahu kalau Hwee-ko benarbenar sedang tidur siang, sementara dia masih ragu apakah perlu membangunkan dia, Liau-huan telah mengetuk pintu. "Hong-tiang, Lan Giok-keng segera berkata, "silahkan kembali. Toa-hweesio, tolong kau jangan membangunkan dia, aku bisa menunggunya diluar pintu hingga dia mendusin. Tapi ketukan pintu Liau-huan telah membangunkan Hwee-ko dari tidurnya. "Dasar bocah pikun, memang kau tidak tahu kalau aku sedang tidur siang? Jangan mengganggu tidurku!" Rupanya sudah menjadi kebiasaan Hwee-ko untuk menyebut hwesio pemikul air yang tinggal sekamar bersamanya itu sebagai 'bocah pikun'.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan tersipu-sipu cepat Liau-huan berseru, "Hwee-ko, coba sedikitlah lebih sadar, dengarkan perkataanku. Orang yang datang mencarimu adalah Hong-tiang dari biara kita, kenapa kau belum juga membukakan pintu?" Hwee-ko mendehem dulu beberapa kali, kemudian baru menyahut, "Bukankah kau pernah mengijinkan aku untuk tidur siang pada jam begini. Pekerjaanku telah selesai kukerjakan, Hong-tiang pun tidak bisa mengurusi aku lagi. Maaf, tolong sampaikan kepada Hong-tiang, dalam waktu waktu sekarang aku tidak bisa menyambut kedatangannya. Merah padam selembar wajah Liau-huan, untuk sesaat dia tidak tahu bagaimana harus berbuat. Sementara dia masih bingung, sambil tersenyum Tong-sian Sangjin telah berkata, "Hwee-ko, rupanya kau sedang tidur siang, aku tidak akan mengganggumu. Tapi ada seorang tamu yang telah berada disini, dia adalah cucu murid Bu-siang Cinjin, Ciangbunjin tua dari Bu-tong-pay, dia mendapat perintah dari Bu-siang Cinjin untuk datang menyam-bangimu, sang tamu sudah jauh-jauh datang kemari, kau.... "Kalau memang khusus datang untuk menyambangiku, kurang sopan rasanya bila aku tidak terima tamu, tukas Hwee-ko segera, "hanya saja, aku hanya bisa bertemu dengan tamu yang ingin berjumpa dengan aku. "Tentu saja, sahut Tong-sian Sangjin, "aku hanya menemani sang tamu untuk datang mencarimu, sama sekali tidak berniat ikut menemaninya di dalam." Kemudian sambil berpaling, katanya lagi, Liau-huan, disini sudah tidak ada urusanmu." Dengan tersipu-sipu Liau-huan ikut mengintil di belakangnya, setiba di luar, kembali Tong-sian Sangjin berbisik, "Sebelum Hweeko menghantar tamunya, siapa pun di larang datang mengganggunya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendapat perintah tersebut, Liau-huan mengiakan berulang kali, maka sepeninggal Hongtiang, dia langsung berjaga-jaga sendiri di depan pintu masuk. Ketika Lan Giok-keng berjalan masuk ke dalam kamar, dia jumpai seorang pendeta tua yang kurus kering sedang duduk kemalasmalasan di atas ranjang sambil mencari kutu. Begitu melihat kemunculan bocah itu, sang pendeta segera berkata, "Sudah hampir tiga puluh tahun lamanya aku datang ke biara Siau-lim, kau adalah tamu pertama yang datang mencariku. Tahukah kau, karena menghormati Bu-siang Cinjin maka aku bersedia menjumpaimu?" "Terima kasih Thaysu bersedia menjumpaiku, sambil berkata, Lan Giok-keng segera memberi hormat. "Aku toh bukan pouwsat, buat apa kau menyembahku?" tukas Hwee-ko segera, "uhukk, uhukkk.... aku paling benci melihat anak muda bergaya seperti kakek tua, ayoh cepat bangun!" Tiba-tiba dia menjulurkan tangannya untuk membangunkan Lan Giok-keng, namun gerakan tangannya justru mirip sekali dengan sebuah jurus ancaman Hun-keng-ciok-kut-jiu-hoat (ilmu pembelah otot penggeser tulang) yang mampu membuat Lan Giok-keng cacat total. Menghadapi datangnya ancaman itu Lan Giok-keng sangat terperanjat, tanpa berpikir panjang dia tolak tangannya ke depan dengan menggunakan sebuah jurus Thay-kek-tui-jiu, tubuh bagian atas ditegakkan, sementara tangannya membuat gerak melingkar sambil mendayung untuk memunahkan tenaga ancaman lawan. Selama beberapa hari belakang, seluruh pikiran dan konsentrasinya hanya tertuju untuk mempelajari ilmu pedang Thaykek-kiam-hoat, karena itu jurus tolakan yang dia lakukan pun tanpa disadari telah disisipi daya cipta dari hasil pencerahannya. Terdengar Hwee-ko berseru tertahan, tampaknya dia dibuat kaget bercampur tercengang. Lengannya kembali berputar satu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lingkaran lalu sambil menyang-gah ujung sikut Lan Giok-keng, perlahan-lahan dia membangunkan bocah itu, katanya, "Berapa usiamu tahun ini?" Seketika itu juga Lan Giok-keng merasakan tenaga dalamnya seolah kerbau tanah liat yang kecebur dalam laut, lenyap dengan begitu saja, rasa kaget dan tercengangnya jauh melebihi Hwee-ko. Namun ada satu hal dia merasa yakin, pihak lawan hanya berniat menjajal ilmunya dan sama sekali tidak berniatjahat. Setelah berhasil menenangkan diri, sahutnya, "Enam belas tahun. "Apakah Bu-siang Cinjin sendiri yang mengajarkan tenaga dalam kepadamu?" "Benar, sementara di hati kecilnya bocah itu berpikir, "Dia hanya menggerakkan tangannya begitu perlahan tapi segera dapat menyebutkan sumber tenaga dalamku, ketajaman matanya sungguh luar biasa, mungkin kemampuannya masih setingkat diatas Pun-bu Thaysu, ketua ruang Tat-mo dari biara Siau-lim. Dalam pada itu Hwee-ko telah berkata lagi, "Tidak heranlah kalau begitu. Tapi aku lihat ilmu pedangmu sedikit agak aneh dan istimewa, Totiang mana yang telah mengajarkan ilmu tersebut kepadamu?" "Tecu belajar sendiri dari Kiam-boh yang diwariskan Sucouw kepada tecu, apakah ada yang keliru?" "Bakat aneh, bakat luar biasa, Hwee-ko menghela napas panjang, "keberhasilanmu kelak mungkin akan jauh diatas Sucouw mu. Sudah hampir tiga puluh tahun lamanya aku tidak pernah bertemu Sucouw mu, apakah dia orang tua dalam keadaan baikbaik?" Rupanya selama berada di biara Siau-lim, tugasnya setiap hari hanya membuat api dan memasak, terhadap kabar berita diluaran boleh dikata nyaris terputus.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sucouw telah meninggal dunia!" jawab Lan Giok-keng sedih. "Bodhi bukanlah pohon, cermin kebenaran bukanlah mimbar, mati atau hidup sesungguhnya hanya ilusi. Bagaimanapun, dia orang tua adalah orang yang paling kuhormati, kepergiannya tetap mendatangkan perasaan menyesal di hatiku. Apalagi ternyata dia orang tua masih teringat dengan aku seorang angkatan belakangan yang tidak becus. Kapan dia kembali ke langit barat?" "Di saat aku turun gunung. Aku mendapat perintah dari dia orang tua untuk datang menyambangi Thaysu. "Thaysu apa? Aku hanya seorang hwesio juru masak. Sucouw mu begitu menghargai aku, akupun tidak boleh menganggap dirimu sebagai orang luar, aku pikir Sucouw mu pasti bukan hanya menyuruh kau untuk datang menengok bukan? Masih ada pesan apa lagi? Cepat kau katakan. "Sucouw menyuruhku mencari seseorang yang bernama Jit-sengkiam-kek, tapi tidak mengetahui kabar beritanya, maka dari itu aku kemari untuk mohon petunjuk dari Cianpwee. Setelah mendengar perkataan itu, sampai lama sekali Hwee-ko tidak berbicara. Kembali Lan Giok-keng merasa ragu bercampur tidak habis mengerti, pikirnya, "Kalau tahu katakan saja tahu, kalau tidak tahu katakan tidak tahu, apa sulitnya?" Tiba-tiba terdengar Hwee-ko bertanya, "Apakah Hui-bun Toheng masih berada di gunung Bu-tong? Apakah dia pun dalam keadaan baik-baik?" Lan Giok-keng tidak habis mengerti mengapa dia ajukan pertanyaan seperti itu, untuk sesaat dia jadi tertegun. "Hui-bun tojin? Rasanya tidak seorang pun di gunung Bu-tong yang bernama Hui-bun Tojin!" "Mana mungkin?" Hwee-ko segera berkerut kening, "dia naik ke Bu-tong jauh sebelum aku jadi pendeta di biara Siau-lim, masa kau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sama sekali tidak tahu?" "Dari sekian tianglo yang ada dalam partai kami, terkecuali Bukek Totiang yang sudah lama meninggal, setahu ku hanya tinggal tiga orang. Dua orang tianglo lainnya adalah Bu-liang dan Bu-si. Rasanya tidak ada tianglo yang memakai urutan 'Hui'.... "Dia bukan seorang tianglo di partai Bu-tong, konon selama ini dia selalu melayani Bu-siang Cinjin. "Oooh.... rupanya tojin bisu tuli yang kau maksudkan, seolah baru tersadar, Lan Giok-keng segera berseru. "Semenjak kapan dia berubah jadi bisu tuli?" Hwee-ko balik bertanya dengan wajah tertegun. "Aku sendiripun tidak tahu, menurut cerita beberapa orang tianglo, kelihatannya sebelum sampai di gunung Bu-tong, dia sudah bisu dan tuli. Hwee-ko menghela napas panjang. "Mengerti aku sekarang. Rupanya dia ingin menjadi seorang tojin bisu tuli, sama seperti aku ingin menjadi hwesio juru masak dalam biara Siau-lim. Dalam hati Lan Giok-keng berpikir, "Ternyata nama asli tojin bisu tuli adalah Hui-bun, mungkin lantaran ada rahasia yang sulit dibicarakan maka sengaja dia mengaburkan identitas sendiri dan bergabung dengan Bu-tong. Tapi kalau didengar dari nada pembicaraan Hwee-ko Thaysu, jangan-jangan bisu tuli nya pun hanya pura-pura?" Walau berpikir begitu, dia tetap merasa tidak jelas, maka kembali tanyanya, "Apakah tojin bisu tuli ada sangkut pautnya dengan jago pedang tujuh bintang?" "Dia adalah sahabat karib Jit-seng-kiam-kek, tapi kemudian lantaran sedikit kesalah pahaman, kedua belah pihak jadi ribut dan saling bermusuhan. Bu-siang Cinjin sama sekali tidak tahu kalau aku kenal Jit-seng-kiam-kek, sudah pasti dialah yang memberitahukan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepada Bu-siang Cinjin. Aaah.... benar, aku ingin bertanya kepadamu, apakah tojin bisu tuli bersikap baik kepada-mu?" "Di atas gunung Bu-tong, kecuali orang tuaku, orang ketiga yang amat menyayangi aku adalah Sucouw ku kemudian orang ke empat adalah dia. Sebenarnya dia ingin mengatakan kalau orang ke tiga yang menyayanginya adalah ayah angkatnya Put-ji, tapi berhubung tekateki seputar pelajaran ilmu pedang palsunya masih mencekam pikiran dan perasaannya, maka terakhir diapun putuskan untuk menghapus nama ayah angkatnya dari dalam catatan otaknya. "Mengapa kau ingin mencari Jit-seng-kiam-kek?" kembali Hweeko bertanya. "Sucouw yang minta aku pergi mencarinya, aku sendiripun tidak tahu karena apa?" "Lantas tahukah kau manusia seperti apakah Jit-seng-kiam-kek itu?" "Aku sama sekali tidak tahu siapakah dia dan siapa pula namanya. Bahkan persoalan mengenai dirinya pun aku sama sekali tidak tahu. "Dia dari marga Kwik bernama Tang-lay tiga puluh tahun berselang termashur sebagai Ciang-ciu-kiam-kek. Berhubung dia memiliki sebuah ilmu pedang yang aneh, dimana dalam setiap jurusnya terdapat tujuh buah titik pedang, barangsiapa terkena sebuah tusukannya maka di tubuh sang korban akan muncul tujuh buah mulut luka, maka diapun disebut orang sebagai Jit-seng-kiamkek, si Jago pedang tujuh bintang. Sejak dua puluhan tahun berselang dia berangkat ke wilayah Liauw-tong dan tidak pernah kembali lagi. Ada orang bilang dia sudah meninggal, tapi ada juga yang mengata kan dia sudah berganti nama dan mengundurkan diri dari dunia persilatan. Tegasnya sejak saat itu tiada orang lagi yang mengetahui kabar beritanya. Lama-kelamaan, seorang jago pedang kenamaan pun lambat-laun dilupakan orang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau dia adalah seorang jago pedang yang sudah lenyap sejak dua puluh tahun berselang, mengapa Sucouw minta aku untuk mencarinya?" tanya Lan Giok-keng keheranan. Hwee-ko sendiripun merasa keheranan, dia seolah sedang bergumam seorang diri, "Antara Bu-siang Cinjin dengan kwik Tanglay selama ini tidak pernah ada hubungan atau saling kontak, jadi mustahil kalau terdapat perselisihan di antara mereka, ini berarti dia bukan lantaran urusan pribadinya, saat Kwik Tang-lay lenyap dari pered aran.... Bicara sampai disini sorot matanya dialihkan ke wajah Lan Giokkeng, seolah-olah sedang bertanya kepadanya, "Saat itu kau belum lahir di dunia ini, mengapa Bu-siang Cinjin minta kau untuk pergi mencarinya?" Justru Lan Giok-keng berharap orang lain bisa membantunya untuk menjawab pertanyaan ini, kalau dia sendiri yang ditanya, mana mungkin bisa dijawab? Ruang kamar yang ditempati Hwee-ko selalu kelihatan redup walaupun berada di siang hari, kini sorot matanya sedang mengawasi wajah Lan Giok-keng tanpa berkedip, seolah-olah baru saja menemukan sesuatu, mendadak dia membuka jendela sambil berseru, "Berdirilah di depan jendela, jangan bergerak, menghadap ke arahku. Nah betul, begitu saja, jangan bergerak. Lan Giok-keng bingung setengah mati, namun dia menurut saja dan melakukan apa yang diperintahkan. Terdengar Hwee-ko kembali bergumam, "Benar-benar mirip, benar-benar mirip.... Mendadak dia bertanya, "Apa hubunganmu dengan Keng Kingsi?" Lan Giok-keng melengak. "Baru pertama kali ini kudengar nama tersebut, sahutnya. "Hah? Jadi kau tidak bermarga Keng?" "Mengapa kau bertanya begitu kepadaku? Aku dari marga Lan!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sudah untuk kedua kalinya orang mengira dia berasal dari marga Keng, orang pertama adalah si Lebah hijau Siang Ngo-nio. Hwee-ko tidak menjawab pertanyaan itu, malah balik bertanya, "Apa kerja ayahmu?" "Ayahku bernama Lan Kau-san, semasa muda bekerja sebagai pemburu, tapi sekrang menanam sayuran di gunung Bu-tong. "Kalau begitu tidak benar. "Kenapa tidak benar?" Hwee-ko masih saja tidak menjawab, tanyanya lebih jauh, "Kau tidak mengenali Keng King-si? Lantas tahukah kau tentang Ji-ouw Tayhiap Ho Ki-bu yang cukup tersohor namanya di partai Bu-tong?" "Tahu. Kalau dirunutkan kembali seharusnya aku memanggil dia sebagai Sucouw. Hanya saja aku belum pernah berjumpa dengan Sucouw ku yang berasal dari kaum preman ini. "Apa maksudmu?" "Sebelum guruku menjadi seorang pendeta, dia pernah menjadi muridnya. "Kalau begitu gurumu baru menjadi murid Bu-siang Cinjin sesudah Ho Tayhiap meninggal dunia?" "Benar!" kembali timbul kecurigaan dalam hati Lan Giok-keng, namun untuk sesaat dia tidak tahu apakah pantas menanyakan hal tersebut kepada Hwee-ko Thaysu yang baru dikenalnya. Paras muka Hwee-ko sendiripun menunjukkan perubahan yang sangat aneh, dengan napas memburu tanyanya, "Siapa nama gurumu?" "Dia bergelar Put-ji!" "Yang ingin kutanyakan adalah nama premannya. "Kalau tidak salah dia bernama Ko Ceng-kim!" "Tidak salah lagi. Ehmmm, tidak benar!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kenapa sebentar mengatakan tidak salah tapi sebentar lagi berubah jadi tidak benar? Lan Giok-keng makin tidak habis mengerti. Namun dia masih juga tidak menanyakan hal tersebut. Dalam pada itu Hwee-ko telah berkata lagi, "Coba kau pikirkan lagi dengan seksama, benar-kah gurumu tidak pernah menyinggung tentang nama orang yang bernama Keng King-si itu....?" "Benar-benar tidak pernah. "Waah, kalau begitu rada aneh. "Kenapa?" "Karena antara gurumu dengan Keng King-si sebetulnya saudara seperguruan. "Haaaah?!" Lan Giok-keng hanya bisa berseru tertahan, untuk sesaat dia tidak tahu apa yang harus diucapkan. Pikirannya terasa amat kalut, perasaannya kacau dan gundah. Namun dari balik kegundahan dia seolah-olah melihat secerca cahaya terang dari balik ruangan yang gelap. Bukan untuk pertama kali ini saja dia mendengar nama 'Keng King-si'. Betul gurunya memang tidak pernah menyinggung nama tersebut, tapi sebelum disebut Hwee-ko, masih ada seseorang lagi yang pernah menyinggung soal itu. Di hari dia jalan bersama Tonghong Liang waktu itu, dia pun pernah bersua Bu-si tojin, setelah Bu-si tojin berhasil memukul mundur Tonghong Liang, diapun sempat membicarakan hal ini. Tapi waktu itu Bu-si tojin hanya menyinggung tentang beberapa kasus pembunuhan yang menimpa beberapa orang anggota Bu-tong kemudian sekalian menyinggung tentang nama Keng King-si, sebab dalam pandangan Bu-si tojin, Keng King-si bukanlah seseorang yang mempunyai peran penting. Tapi berbeda sekali bagi Lan Giok-keng, terutama sekali waktu Siang Ngo-nio mengatakan dirinya seharus nya bermarga Keng. Sejak saat itu secara lamat-lamat dia merasa kalau antara dirinya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan 'Keng King-si' besar kemungkinan terjalin suatu 'hubungan' yang luar biasa. Begitu melihat paras muka bocah itu pucat pias, Hwee-ko segera menegur, "Kenapa kau?" "Masih ada satu persoalan lagi, apakah aku boleh bertanya kepadamu? Katakan saja. "Thaysu, ketika menengok aku tadi kau langsung berseru: benarbenar mirip sekali. Apakah maksudmu aku mirip sekali dengan seseorang yang kau kenal?" "Benar. Diapun seolah membayangkan kembali kejadian masa silam, lewat beberapa saat kemudian baru melanjutkan, "Sebelum masuk biara jadi pendeta, aku sempat mampir ke rumah Ho Ki-bu. Waktu itu Keng King-si pun baru berusia enam belas tahun, tampangnya waktu itu persis seperti wajahmu sekarang. Cuma bedanya dia lebih lincah dan gampang mendatangkan simpatik. Lan Giok-keng tertawa paksa, katanya, "Padahal aku sendiripun sangat nakal, hanya saja tidak berani berulah sebab berada di hadapan Cianpwee. "Aku tidak bermaksud mengatakan kalau kau tidak simpatik, maksudku, bila kau sedikit lebih lincah maka dirimu akan peris sama seperti Keng King-si. "Apakah Ho Ki-bu hanya mempunyai dua orang murid?" "Dia masih mempunyai seorang anak perempuan, usia putrinya hampir sebaya dengan Keng King-si. Tapi aku dengar sejak kecil putrinya sudah dijodohkan dengan murid pertamanya, Ko Ceng-kim. Yang disebut Ko Ceng-kim tidak lain adalah gurumu sekarang. "Kenapa?" "Biarpun usia Ko Ceng-kim jauh lebih tua, tapi sejak kecil dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sudah dipelihara Ho Ki-bu hingga selama ini Ho Ki-bu menganggapnya sebagai putra sendiri, oleh karena itulah meski Ho Ki-bu pun amat menyukai Keng King-si, namun hubungannya dengan murid pertama jauh lebih dekat dan akrab. "Konon Ho Ki-bu mati dibunuh orang?" "Benar, peristiwa itu merupakan salah satu kasus pembunuhan yang penuh diliputi misteri. "Bagaimana dengan nasib putrinya?" "Aku kurang begitu jelas, tapi konon dia pun mengalami nasib tragis sama seperti yang dialami Keng King-si. "Aaah!" sekali lagi Lan Giok-keng berseru ter-tahan, "tidak heran kalau guruku sepanjang tahun tidak pernah nampak gembira, ternyata dia menyimpan sebuah peristiwa yang begitu tragis dan menyedihkan. Hwee-ko menghela napas panjang. "Benar, aku dengar sebetulnya Ho Ki-bu sudah berencana akan menyelenggarakan perkawinan mereka, tidak disangka terjadilah peristiwa yang sama sekali tidak terduga itu. "Guruku adalah seorang anak yatim piatu, bagaimana pula dengan Keng susiok? Apakah dia mempunyai sanak saudara?" "Setahuku, ke dua orang tuanya sudah lama meninggal. Ketika tertimpa bencana tahun itu, dia belum pernah menikah atau berkeluarga. Dia memang tidak sengaja bermaksud menge-labuhi kenyataan itu, ketika Keng King-si kabur bersama Ho Giok-yan waktu itu, memang jarang ada yang tahu tentang rahasia ini. Diam-diam Lan Giok-keng menghembuskan napas lega, pikirnya, "Kalau begitu selama ini aku hanya menduga yang bukan-bukan. Apa anehnya kemiripan wajah seseorang yang dengan orang lain? Bisa jadi gihu tidak menyinggung masalah ini denganku karena dia tidak mau teringat lagi dengan peristiwa pedih di masa lampau. Tapi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kenapa dia pun tidak pernah menyinggung tentang nona Ho yang mempunyai ikatan perkawinan dengannya?" Kemiripan Lan Giok-keng dengan Keng King-si dengan cepat menimbulkan kecurigaan Hwee-ko. Sekalipun Ho Ki-bu telah berusaha merahasiakan aib keluarganya sedemikian rupa hingga orang lain tidak tahu tentang kejadian putrinya yang kabur dengan pemuda lain, namun serapat rapatnya rahasia itu disimpan, tidak urung akhirnya bocor juga keluar. Hwee-ko bahkan pernah mendengar cerita sejelasnya mengenai kejadian di keluarga Ho, bahkan apa yang dia ketahui jauh lebih banyak ketimbang orang lain. Dia tahu kalau Keng King-si bersama seorang gadis pernah pergi ke wilayah Liauw-tong. Hanya saja orang yang pernah bertemu Keng King-si di Liau-tong hanya mengenali Keng King-si seorang dan tidak tahu kalau wanita yang jalan bersamanya adalah Ho Giok-yan. Padahal waktu itu Hwee-ko sedang berusaha melacak kabar berita tentang sahabat karibnya, Jit-seng-kiam-kek, tentu saja masalah kemunculan Keng King-si di wilayah Liauw-tong sama sekali tidak dimasukkan ke dalam hati. Tapi kini, setelah Lan Giok-keng mendapat perintah dari Bu-siang Cinjin untuk menyambanginya, kemudian diapun menjumpai kalau wajah Lan Giok-keng mirip sekali dengan Keng King-si, hal ini mau tidak mau membuatnya jadi teringat kembali akan peristiwa itu. Dia memang tidak percaya penuh dengan "isu" yang beredar, namun mungkinkah bocah ini adalah putra yang dilahirkan perempuan yang tidak diketahui namanya itu dengan Keng King-si sewaktu ada di Liauw-tong? "Tapi mengapa pemuda ini dari marga Lan? Bahkan katanya kedua orang tuanya masih hidup? Menurut dugaanku.... ehmmm, bisa jadi isu itu hanya ngaco belo saja. Hwee-ko merasa tidak leluasa untuk mengemukakan kecurigaannya itu kepada Lan Giok-keng, maka ujarnya, "Aku hanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendapat kabar angin tentang kematian Keng King-si, bagaimana keadaan yang sesungguhnya, aku sendiripun tidak jelas. Tapi hal ini tidak terlalu penting, sebab Keng King-si hanya seorang murid preman yang tidak ada hubungan serius dengan perguruan Bu-tongpay. Karena kemiripan wajahmu dengan dia itulah maka timbul rasa ingin tahuku hingga mengajukan pertanyaan tadi. Mari kita kembali berbicara tentang pokok masalah. Ehmm, apakah kau tahu apa sebabnya Bu-siang Cinjin ingin kau menemukan Jit-seng-kiam-kek?" "Sucouw tidak menjelaskan, siapa tahu urusan ini jadi lebih jelas setelah bertemu Jit-seng-kiam-kek nanti?" Sementara di hati kecilnya dia berpikir, "Kalau memang tahu kabar berita Jit-seng-kiam-kek, katakan saja terus terang, bukankah urusan jadi beres? Buat apa kau musti menyelidiki alasannya....?" Tapi kalau dilihat dari sikap Hwee-ko, tampaknya dia memandang serius soal 'alasan', kali ini dia tidak berbicara, seolah sedang berpikir dengan serius. Tiba-tiba Lan Giok-keng teringat akan satu hal, tanyanya, "Bukankah Jit-seng-kiam-kek lenyap saat berada di wilayah Liauwtong?" "Benar, peristiwa itu sudah terjadi pada tiga puluh tahunan berselang. "Padahal tahun ini guruku pun baru saja pergi ke Liauw-tong bulan berselang dia baru kembali. "Karena urusan apa gurumu pergi ke sana?" "Aku tidak tahu. Aku hanya tahu dia pergi ke sana karena mendapat perintah dari Sucouw. Mendadak Hwee-ko seperti menyadari akan sesuatu, segera serunya, "Aaah, kalau begitu betul sudah!" Kembali sebuah kata "betul", hanya kali ini Lan Giok-keng seperti mengerti apa arti kata 'benar' yang diucapkan Hwee-ko. "Maksud Cianpwee, Suhuku mendapat perintah untuk pergi ke
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liauw-tong karena hendak melacak teka teki seputar kasus pembunuhan itu?" "Betul. Aku berpendapat begitu. Sebab Bu-kek Totiang maupun Ji-ouw Tayhiap Ho Ki-bu yang mati terbunuh merupakan jago-jago tangguh dari Bu-tong-pay, bila kasus pembunuhan dilakukan para jago dari daratan Tionggoan, tidak mungkin setelah dilakukan penyelidikan hampir enam belas tahun lamanya, hingga kini belum juga ditemukan titik terang. Wilayah Liauw-tong merupakan daerah kekuasaan etnik Jurchens (Nizhen), sejak Nurhaci Khan menguasahi suku Jurchens, tiada hentinya dia berusaha menyerbu wilayah Tionggoan. Oleh sebab itu besar kemungkinan para pembunuhnya datang dari daerah Liauw-tong. Kwik Tang-lay sendiripun lenyap di wilayah Liauw-tong, jika dia masih hidup dikolong langit maka orang inilah yang paling menguasai keadaan disana. Kemungkinan besar tujuan Bu-siang Cinjin mengutus gurumu berangkat ke sana adalah untuk menemukan jejak pendekar pedang itu, paling tidak mungkin mencari tahu kabar berita tentang dirinya. "Lantas apakah orang yang bernama Jit-seng-kiam-kek ini masih hidup di kolong langit?" "Semisal dia sudah meninggal, aku rasa pasti ada orang yang memberitahukan kepadaku. Maksud dari perkataan itu sangat jelas, tentu saja pendekar pedang tujuh bintang masih hidup. Sementara Lan Giok-keng merasa kegirangan, terdengar Hweeko berkata lebih jauh, "Cuma saja aku khawatir diriku akan membuat kau kecewa, terutama tentang petunjuk itu. "Apakah Cianpwee mempunyai masalah diutarakan?" tanya Lan Giok-keng tertegun. yang sulit untuk

"Bukan kesulitan untuk berkata, tapi memang tidak tahu apa yang musti diucapkan. Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya, "Selama hampir dua puluh tahun, pekerjaan yang kulakukan setiap hari hanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membuat api dan menanak nasi, belum pernah sejengkal pun meninggalkan pintu biara. Boleh dibilang hubunganku dengan dunia luar sudah terputus. Oleh sebab itu, walaupun aku percaya Jit-sengkiam-kek masih hidup di dunia ini, namun aku tidak tahu dimanakah dia berada. Lan Giok-keng jadi sangat kecewa, ujarnya, "Boanpwee sedang melaksanakan pesan terakhir Sucouw, jadi, selama Jit-seng-kiamkek masih hidup di dunia ini, boanpwee tetap akan berusaha untuk mencarinya sampai ketemu. Apakah Cianpwee masih mempunyai cara lain?" Hwee-ko tertawa getir. "Aku tidak yakin dapat menemukan jejak Jit-seng-kiam-kek, tapi bila dikolong langit terdapat seseorang yang dapat menemukan dirinya, mungkin orang itu hanya aku seorang. "Kalau begitu, asal Cianpwee bersedia mengajak tecu untuk mencari Jit-seng-kiam-kek, biarpun tidak yakin berhasil, paling tidak kesempatan ini pasti jauh lebih besar daripada tecu mencarinya secara ngawur!" Hwee-ko tidak menjawab, dia seperti sedang memikirkan sesuatu. Lan Giok-keng sangat tidak puas dengan sikapnya itu, dia bangkit berdiri dan serunya, "Tecu tahu kalau permintaanku memang sedikit kelewat batas, bila Cianpwee memang ada kesulitan, biarlah tecu mohon diri lebih dahulu!" "Tunggu sebentar!" "Apakah Cianpwee masih ada petunjuk?" tanya Lan Giok-keng sambil berhenti. "Aku pernah memperoleh budi kebaikan dari Sucouw mu Busiang Cinjin, bila di dunia ini ada orang yang bisa memaksaku meninggalkan biara Siau-lim, mungkin orang itu hanya Bu-siang Cinjin seorang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Terima kasih Thaysu, Lan Giok-keng jadi kegirangan. "Kau tunggulah sebentar, kemudian sambil membuka pintu kamar ujarnya, "Liau-huan suhu, harap datang kemari sebentar. Liau-huan adalah hwesio yang mengurusi urusan dapur, saat itu sedang berjaga di depan pintu gerbang sambil melarang siapa pun memasuki ruangan itu. Biarpun suara panggilan Hwee-ko amat perlahan, ternyata panggilan itu terdengar juga olehnya. Liau-huan segera berjalan masuk, wajahnya penuh senyuman, kepada hwesio juru masak yang seharusnya merupakan anak buahnya itu dia berkata dengan hormat, "Apakah tamu akan pamit? Ada urusan apa untukku?" "Aku dan Siau-sicu ini akan meninggalkan sampaikan kabar ini kepada Hong-tiang. Liau-huan terperanjat. "Kau akan meninggalkan biara? Mau pergi satu dua hari ataukah.... "Mungkin tidak akan kembali lagi. Begitu ucapan tersebut diutarakan, paras muka Liau-huan segera berubah menjadi terkejut bercampur keheranan. Setelah tertegun beberapa saat, ujarnya, "Hwee-ko, kau benarbenar orang hebat tapi pandai menyembunyikan diri. Kalau bukan kedatangan siau Sicu pada hari ini, aku masih belum tahu kalau kau mempunyai asal usul yang luar biasa. Bila di hari-hari yang lalu aku kurang bersikap baik, mohon sudi dimaafkan. "Mana, mana, selama banyak tahun aku merasa berterima kasih sekali karena perhatianmu, maafkan kalau aku tidak sempat untuk membalasnya. "Hwee-ko, urusan masa silam tidak perlu dibicarakan lagi. Tapi setelah kejadian hari ini, dapat kulihat kalau Hong-tiang menaruh hormat kepadamu, mengapa tiba-tiba kau akan pergi?"
http://cerita-silat.co.cc/

biara,

tolong

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Pergi adalah pergi, datang adalah datang. Dari mana aku datang, kesana aku pergi. Datang adalah pergi, pergi pun bukan berarti pergi. Tolong laporkan kepada Hong-tiang, ujar Hwee-ko hambar. Liau-huan tertawa getir. "Aku tidak mengerti perkataanmu itu. Tapi kalau toh niat pergimu sudah bulat, terpaksa aku harus melaporkan hal ini kepada Hongtiang. Setelah Liau-huan meninggalkan tempat itu, tidak tahan Lan Giok-keng bertanya, "Apakah kepergian kita mencari Jit-seng-kiamkek bakal menyerempet bahaya yang sangat besar?" "Aku tidak tahu. Tapi menurut kebiasaan, tidak mungkin ada banyak orang yang bisa mengenaliku lagi, karena sudah dua-tiga puluhan tahun lamanya aku tidak pernah meninggalkan biara Siaulim. Kesulitan, hadangan memang tidak bisa terhindar, tapi kalau dibilang ada bahaya yang terlalu besar mah tidak mungkin. "Setelah kita berhasil menemukan Jit-seng-kiam-kek, apakah Cianpwee akan balik lagi ke biara Siau-lim?" Hwee-ko tertawa getir. "Kini rahasiaku sudah terbongkar, bahkan Liauw-huan pun memandang lain kepadaku. Padahal kedatang anku ke biara Siaulim adalah untuk mencari ketenangan hidup, selewat kejadian hari ini, mungkinkah aku bisa hidup tenang lagi disini?" Lan Giok-keng merasa tidak enak hati, buru-buru katanya, "Kesemuanya ini gara-gara boanpwee, kedatangan ku telah mengacaukan ketenangan hidup Cianpwee. "Tidak ada urusannya dengan dirimu, semua peristiwa hanya bersumber dari jodoh. Dosaku belum bersih, biar kau tidak datangpun tidak mungkin aku akan hidup sepanjang masa sebagai juru masak dalam biara Siau-lim. Sudah sekian lama mereka berdua berbincang, namun belum
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

juga tampak Liau-huan balik kemali. Tiba-tiba Lan Giok-keng teringat dengan pesan dari Tonghong Liang, sebetulnya urusan ini baru akan disampaikan kepada Hweeko setelah meninggalkan biara Siau-lim, namun mumpung saat ini ada waktu senggang, maka diapun menyampaikan hal itu kepadanya. Agak tertegun Hwee-ko bertanya, "Jadi seorang temanmu ingin bertemu aku juga?' "Betul. Namun berhubung menurut peraturan biara Siau-lim dia harus dijajal dulu ilmu silatnya, maka sewaktu dikalahkan Wan-seng Thaysu, dia pun tidak bisa ikut masuk ke dalam. "Siapa nama temanmu itu?" "Dia dari marga Tonghong bernama Liang. "Ooh, dia bermarga Tonghong?" Lan Giok-keng ambil keluar cincin itu dan diserahkan kepadanya, lalu ujarnya lagi, "Dia minta kepadaku untuk membawa benda ini sebagai tanda pengenal, menurutnya, asal kau melihat cincin ini, segera akan diketahui asal usulnya. Setelah menyaksikan cincin itu, paras muka Hwee-ko kelihatan sedikit agak aneh, sahutnya setelah menghela napas, "Betul, di kolong langit hanya ada dua macam cincin seperti ini. Pemiliknya kalau bukan Seebun berarti pastilah Tonghong. Aku pernah berjanji kepada mereka berdua, melihat cincin itu sama seperti bertemu sahabat lama, apa pun yang diminta pembawa cincin itu, biar harus terjun ke kuali minyak atau naik ke bukit golok, aku pasti akan melakukannya. Baiklah, sekarang katakan, apa permintaannya?" "Dia tidak mengatakannya. "Ooh, dia ingin mengatakannya secara langsung kepadaku? Lantas, apakah dia menunggu aku di pintu biara?" "Kelihatannya dia sudah pergi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sudah pergi?" Hwee-ko berkerut mengucapkan sepatah katapun?"

kening,

"pergi

tanpa

"Dia hanya minta aku untuk menyampaikan kepada Cianpwee, dia telah pergi ke Toan-hun-kok. "Pergi ke Toan-hun-kok? Apakah dia mempunyai perselisihan dengan Toan-hun Kokcu Han Siang? Aaai, kalau memang begitu, aku jadi agak sulit. Lan Giok-keng tidak mengetahui tokoh seperti apakah pemilik Lembah pemutus sukma Han Siang, apalagi meskipun dia saling menyebut saudara dengan Tonghong Liang, namun pada hakekatnya pengetahuan dia tentang asal usul saudara angkatnya itu sangat terbatas, tentu saja bocah ini tidak sanggup memberi penjelasan apa-apa. Tiba-tiba Hwee-ko tertawa getir, ujarnya lagi, "Apakah aku akan berhasil keluar dari pintu gerbang biara Siau-lim masih merupakan tanda tanya besar, baiklah, kita bicarakan lagi persoalan ini setelah berada diluar nanti. Pada saat itulah muncul seorang hweesio. Begitu mendengar suara langkah manusia, Lan Giok-keng mengira Liau-huan telah kembali, begitu dilihat, ternyata dia adalah seorang hwesio setengah umum yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Hwesio setengah umur itupun tidak ambil perduli apakah disana ada orang luar atau tidak, begitu masuk dia langsung berseru kepada Hwee-ko dengan nada gelisah, "Suhu, benarkah kau akan meninggalkan biara Siau-lim?" "Benar, rasanya hubungan jodoh kita guru dan murid harus berakhir hari ini. Tapi aku bisa mohonkan kepada Hong-tiang untuk mencarikan suhu lain untukmu. Kau bisa menjadi murid Siau-lim secara resmi, tidak perlu seperti sekarang, harus menjadi murid tidak resmi seorang hwesio juru masak!" "Aku tidak ingin menjadi murid biara Siau-lim, akupun tidak sudi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menjadi murid orang lain. Suhu, bolehkah kau mengajak aku pergi?" "Tidak bisa. Ada jodoh kita berkumpul, jodoh berakhir kita berpisah. Apakah kau pernah menjumpai perjamuan yang tidak pernah berakhir di kolong langit?" Kini hwesio tersebut baru memperhatikan Lan Giok-keng yang berdiri di samping, kembali tanyanya, "Suhu, aku dengar kau akan pergi bersama Siau-sicu itu, benarkah demikian? Siau-sicu, aku tidak tahu kau mencari guruku untuk menemanimu pergi ke mana, tapi bersediakah kau membantu aku untuk memohon kepada suhu, agar mengijinkan aku turut serta? Aku bernama Liau-wan, hanya seorang hwesio pemikul air di biara Siau-lim. Selama beberapa tahun terakhir, aku tinggal sekamar dengan suhu, boleh dibilang siang malam kami tidak pernah berpisah. Lan Giok-keng sadar bahwa permintaannya mustahil bisa dikabulkan, sebab bila membiarkan dia turut serta dalam perjalanan ini, sama artinya dengan ikut menyeret dia terlibat dalam pusaran keruwetan dunia persilatan. Begitu berat hati Liau-wan berpisah dengan gurunya membuat Lan Giok-keng yang menyaksikan hal itu ikut merasa terharu. Dasar bocah ini encer otaknya, cepat dia berkata, Aku adalah orang luar, tidak sepantasnya ku-campuri urusan antara kalian guru dan murid, tapi hatiku merasa sesak, ada ganjalan yang membuatku tidak leluasa, bolehkah kuutarakan ganjalan itu?" "Aku memang sedang mencari orang untuk merun dingkan persoalan ini, katakan saja. "Kalau Cianpwee sendiripun dapat merasa kalau tetap tinggal di biara ini maka kehidupannya di kemudian hari mungkin tidak bisa tenang kembali, lantas jika muridmu tetap tinggal dalam biara, bukankah diapun tidak bisa terhindar dari pelbagai kesulitan?" Tiba-tiba Hwee-ko seperti tersadar kembali, katanya, "Aaah, setelah mengurung diri hampir dua-tiga puluh tahun lamanya, aku betul-betul dibikin sedikit pikun. Kemampuan menganalisa persoalan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ternyata masih kalah jauh ketimbang dirimu. Perkataanmu tepat sekali, karena aku sudah menjadi murid Buddha, memang tidak seharusnya menjadi lelaki bebas lagi. Bicara sampai disitu dia segera berpaling dan ujarnya kepada Liau-wan, "Baiklah, aku akan mohonkan ijin dan minta Liau-huan mengabulkan permintaanmu untuk meninggalkan biara ini. Kau berbeda dengan aku, asal Liau-huan dan para pengurus ruang disiplin mengabulkan, rasanya tidak akan ada peraturan macammacam lagi untuk menghadang dan menyusahkan dirimu. "Berarti suhu mau mengajak aku pergi bersama?" seri Liau-wan kegirangan. "Bukan berangkat bersama, kita harus berpisah. "Suhu, apa maksud perkataanmu, aku tidak mengerti. Seakan ada yang dipikirkan, tiba-tiba Hwee-ko berkata, "Liauwan, maukah kau melakukan sebuah pekerjaan untukku?" "Suhu, silahkan kau memberi perintah. "Aku ingin kau menyampaikan sebuah pesan untuk seseorang, orang itu berdiam di sebuah tempat yang jauh sekali. "Siapa? Dimana?" "Orang yang minta kau menyampaikan berita itu bernama Tonghong Liang, sedang tempat yang harus kau datangi adalah bukit Nyainqentanglha yang berada jauh di wilayah Hwee, di atas puncak bukit itu terdapat sebuah puncak wanita suci, dalam puncak wanita suci terdapat sebuah lembah yang bernama Pek-hoa-kok, dalam lembah hidup satu keluarga dari marga Seebun. Lan Giok-keng yang mendengar perkataan itu jadi keheranan, pikirnya, "Dia belum berjumpa dengan Tonghong Toako, kenapa mengatakan kalau Toako yang suruh dia menyampaikan berita?" "Aku belum pernah melakukan perjalanan jauh, ujar Liau-wan, "akupun tidak tahu harus lewat mana untuk mencapai tempat itu, tapi aku percaya pasti akan berhasil menemukan keluarga yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dimaksud. "Akupun percaya kalau kau memiliki kemampuan itu. Ehmm, coba aku pikir sebentar, siapakah penerima berita itu? Apakah bibinya? Atau.... ehmm, lebih baik Piaumoy nya saja. Betul, kalau begitu sampaikan berita dari Tonghong Liang ini untuk adik misannya, Seebun Yan!" "Apa isi berita itu?" Kembali Hwee-ko berpikir sejenak, dia tidak langsung menjawab. Lan Giok-keng yang menyaksikan kejadian itu segera berpikir, jangan-jangan karena ada dia disana maka pendeta itu sungkan untuk mengatakannya? Belum lagi melakukan sesuatu, Hwee-ko telah mendongakkan kepala sambil berkata lagi, "Tonghong Liang adalah pemuda yang datang bersama Sicu ini, coba kau keluar sebentar, lihatlah apakah dia sudah pergi? Kalau sudah, kau segera balik kemari, akan kukatakan beritanya. "Kalau dia belum pergi?" tanya Liau-wan. "Buat apa tanya lagi, tentu saja biar dia sendiri yang beritahu kepadamu. "Benar, ternyata tecu memang bodoh. Begitu Liau-wan berlalu, Lan Giok-keng seperti teringat akan sesuatu, tidak tahan tanyanya, "Darimana Cianpwee bisa tahu kalau Tonghong Liang mempunyai seorang adik misan?" "Walaupun aku belum pernah bertemu dengan Tonghong Liang maupun Seebun Yan, namun ayah mereka adalah sahabat karibku, aaai.... kejadian inipun sudah berlangsung dua, tiga puluh tahun berselang. Bicara sampai disini, kembali dia terbatuk-batuk. Menunggu sampai dia selesai batuk, Lan Giok-keng baru bertanya lagi, "Siapakah paman Tonghong Liang?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba tiba sikap Hwee-ko berubah agak aneh, ditatapnya Lan Giok-keng tajam tajam kemudian menegur, "Mengapa kau ingin tahu siapa pamannya? Tadi Tonghong Liang sempat mengatakan sesuatu kepadaku, dia bilang ciriku berada dirumah adik misannya. Tapi berhubung Hong-tiang biara Siaulim sudah menungguku untuk dihantar menjumpai Cianpwee, maka dia tidak sempat menjelaskan lebih terperinci. "Oooh, rupanya dikarenakan menanyakan bapaknya?" anak gadisnya maka kau

"Apa salahnya begitu, pikir Lan Giok-keng, tapi ingatan lain segera melintas, "eeei, rasanya sedikit tidak beres, kenapa Tonghong Toako tidak mengatakan berada di rumah pamannya, tapi bilang berada di rumah adik misannya?" Belum habis ingatan itu melintas, terdengar Hwee-ko telah berkata lagi, "Paman Tonghong Liang sudah lama meninggal dunia. Mungkin saja Piaumoynya mempunyai tabiat nona besar, senang marah tidak menentu, namun watak aslinya tidak terhitung jahat. Selama cicimu berada disana, kau tidak perlu khawatir. Lan Giok-keng semakin keheranan, pikirnya, "Kalau toh bersua muka pun belum pernah, darimana kau bisa tahu tentang wataknya dengan begitu jelas?" Tentu saja dia tidak berani mencurigai Hwee-ko hanya bicara 'mengawur', namun kenyataan tersebut memang cukup membuatnya bingung dan tidak habis mengerti. Darimana dia bisa tahu kalau semasa masih muda dulu, ibu Seebun Yan pernah menjadi "kekasih dalam impian" bagi Hwee-ko, dia pernah menderita sakit asmara gara-gara perempuan itu, bahkan demi dia pula dia mencukur rambut menjadi hwesio. Pemahamannya tentang tabiat Seebun-hujin boleh dibilang tiara duanya di dunia ini, termasuk pemahaman nya terhadap suami perempuan itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seebun Yan adalah putri tunggal mereka, kendati pun Hwee-ko belum pernah menjumpainya, namun dia dapat membayangkan, watak putrinya paling tidak akan mirip sekali dengan tabiat ibunya di masa lampau. Terdengar Hwee-ko berkata lebih lanjut, "Kalau memang enci mu berada di rumah adik misan Tonghong Liang, ttitiplah pesan juga kepada Liau-wan agar disampaikan kepadanya. Dalam hati Lan Giok-keng tertawa getir, pikirnya, "Asal usulku sendiripun masih belum jelas, pesan apa pula yang harus kusampaikan kepada cici?" Setelah berpikir sejenak, dia pun berkata, "Kalau toh enciku tinggal di rumah adik misan Tonghong Liang, tentu saja perasaan hatiku jadi lega. Sebenarnya tiada persoalan penting yang ingin kusampaikan kepadanya. Tapi aku pun tidak tahu sampai kapan baru bisa pulang kembali, kalau begitu minta tolong kepadanya agar menyampaikan salam untuk kedua orang tuaku, minta mereka tidak usah mengkhawatirkan diriku lagi. Beberapa saat sudah lewat, Liau-huan yang pergi memberi laporan kepada Hong-tiang belum juga kembali, namun murid tidak resmi Hwee-ko, Liau-wan justru telah muncul kembali. Mimik mukanya nampak sedikit agak aneh, begitu masuk dia segera berkata, "Tonghong Liang telah pergi, tapi muncul kejadian lain yang justru kelihatan sangat aneh. Bahkan aku lihat persoalan ini ada sangkut pautnya dengan kau orang tua. Masalah apa?" "Mereka berhasil menemukan sesosok mayat di dasar jeram di luar hutan pagoda, kalau dilihat dari luka memar yang tertinggal, tampaknya orang itu terpeleset jatuh. "Manusia macam apakah itu?" "Seorang lelaki berewok yang kelihatannya datang dari luar daerah!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau memang ada yang hubungannya dengan aku?"

terpeleset

jatuh,

lantas

apa

"Mereka bilang, pagi ini orang tersebut pernah mendatangi biara, bahkan minta ijin untuk bertemu dengan kau orang tua. "Omintohud, bisik Hwee-ko, "masa dia mengambil langkah pendek hanya gara-gara aku menolak bertemu?" Di hati kecilnya Lan Giok-keng tahu kalau lelaki berewok itu tidak lain adalah orang yang dijumpainya sewaktu berada di hutan pagoda tadi, orang itu sempat bertarung melawannya dan terkena bokongan Tonghong Liang hingga jatuh menggelinding ke bawah tebing. Mendengar berita kematiannya, diam-diam dia merasa amat menyesal, namun bocah inipun tidak ingin membuat masalah lain gara-gara peristiwa tersebut. Kembali Liau-wan melanjutkan ucapannya, "Tampaknya yang mereka maksudkan ada hubungan dengan suhu bukan hanya lantaran peristiwa ini saja. "Lantas masih ada masalah apa lagi?" "Dari saku orang itu ditemukan sepucuk surat, surat itu ditujukan kepada kau orang tua, mereka telah menyerahkan surat itu kepada tecu. Sambil berkata dia mengeluarkan sepucuk surat dari sakunya. Begitu dilihat, Hwee-ko langsung mengernyitkan alis matanya, ternyata nama yang tercantum di depan sampul adalah nama premannya sebelum menjadi pendeta, bahkan gaya tulisannya sangat dia kenal. Lan Giok-keng tidak mengerti apa sebabnya dia berkerut kening, tapi dapat diduga isi surat menyangkut sesuatu rahasia yang sangat besar. Karenanya begitu Hwee-ko membuka sampul surat itu, dia langsung menyingkir ke samping sambil berkata, "Toa hweesio yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tadi belum juga kembali, biar aku tengok sejenak keluar. "Bagus juga, jawab Hwee-ko acuh tidak acuh. Di luar kamar tidur para pendeta terdapat sebuah halaman kecil, dengan santai Lan Giok-keng berjalan keluar, meskipun mimik mukanya tetap tenang namun perasaan hatinya bergejolak keras, banyak teka teki telah memenuhi benaknya namun tidak satupun berhasil dia cerna. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki memecahkan keheningan, ketika Lan Giok-keng mendongakkan kepalanya, terlihat Liau-huan telah muncul kembali sambil bertanya, "Siau-sicu, mengapa kau berada disini seorang diri, mana Hwee-ko?" "Dia sedang berbincang-bincang dengan muridnya di dalam kamar, karena merasa tidak ada pekerjaan, aku keluar sebentar mencari angin. Dengan wajah berat dan serius kembali Liau-huan berkata, "Kepergian Hwee-ko kali ini meninggalkan biara, apakah lantaran permintaan dari Siau-sicu? Kalau benar lantas kenapa?" "Pinceng tidak berani bertanya lantaran apa Siau-sicu mengundangnya pergi, tapi kalau bukan masalah yang kelewat mendesak dan mengharuskan Hwee-ko pergi, lebih baik biarkan saja dia tetap tinggal disini. "Apakah Hong-tiang kalian tidak mengijinkannya?" tanya Lan Giok-keng semakin kebingungan. "Bukannya tidak mengijinkan.... bicara sampai disini tiba-tiba Liau-huan membungkam, tampaknya dia tidak ingin berterus terang. Sementara itu dari dalam ruangan sudah ter-dengar suara teriakan dari Hwee-ko, "Jodoh Hwee-ko dengan Buddha telah berakhir, kejadian ini tidak ada sangkut pautnya dengan Siau-sicu itu. Silahkan sampaikan fatwa dari Hong-tiang. Biarpun terhalang halaman dan sederet kamar tidur para
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pendeta, suara ucapan itu kedengaran amat jelas, seakan sedang berbicara disisi telinga mereka. Liau-huan menghela napas panjang. "Kalau kuda sudah mulai birahi, mau dikekang pun rasanya sulit ditahan lagi, baiklah, kalau begitu silah kan saja pergi dari sini. Baru selesai perkataan itu diucapkan, Hwee-ko dan Liau-wan sudah berjalan keluar. Kembali Liau-huan berkata, "Kata Hong-tiang, dia akan mengantar keberangkatanmu, bersama ketua tianglo ruang Tat-mo dan ketua ruang Lo-han, mereka semua sudah menanti kedatangan mu di ruang Toa-hiong-po-tian. "Aah, benar-benar merepotkan mereka, ucap Hwee-ko sambil tertawa getir, "baiklah, aku segera akan berpamitan dengan mereka. Lan Giok-keng semakin keheranan, pikirnya, "Bukankah Hongtiang mau mengantar sendiri keberangkatannya, kejadian ini merupakan sesuatu yang bergengsi, kenapa dia justru tampak murung dan sedih?" Terdengar Hwee-ko berkata lagi, "Liau-wan ingin turut serta pergi ke luar, harap kau mengijinkan. "Kalau Liau-wan ingin pergi, hal ini tidak akan kelewat merepotkan, nanti akan kusampaikan kepada pihak ruang disiplin. Hwee-ko manggut-manggut, katanya kemudian, "Liau-wan, jika selesai menyampaikan pesan itu, sementara waktu kau bisa tinggal di rumah orang itu, aku akan mencarimu disana. Tentu saja bila aku berhasil meninggalkan pintu biara. "Bagus sekali, sahut Liau-wan kegirangan, "suhu, kau pasti berhasil keluar dari pintu biara. Lan Giok-keng makin keheranan, pikirnya, "Bukankah Hong-tiang telah bersedia mengantar kepergiannya, kenapa dia tidak bisa keluar dari pintu biara?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Untung saja teka teki ini tidak perlu kelewat lama mengendon dalam enaknya, karena tidak lama kemudian dia telah memperoleh jawabannya. Ketika tiba di ruang Toa-hiong-po-tian bersama Hwee-ko, dia menyaksikan ketua Siau-lim-pay Tong-sian Sangjin, ketua ruang Tat-mo Pun-bu Thaysu telah menunggu kedatangan mereka disana, selain mereka berdua terdapat lagi seorang hwesio setengah umur yang belum pernah dijumpai sebelumnya, tapi dia bisa menduga kalau orang itu adalah ketua ruang Lo-han seperti yang dikatakan Liau-huan tadi. Menanti Hwee-ko memperkenalkan mereka satu per satu, terbukti kalau dugaannya tidak salah, ternyata hwesio setengah umur itu adalah ketua ruang Lo-han dengan gelar Wan-tin. "Hwee-ko, terdengar Tong-sian Sangjin menegur, "aku dengar kau akan meninggalkan biara?" "Benar, memohon kemurahan hati Hong-tiang. Yang dimaksud "kemurahan hati" bagi para murid agama Buddha adalah mohon kepada pihak lawan untuk "memperingan hukuman" nya, tapi Lan Giok-keng lagi-lagi dibuat melengak. "Baiklah, sahut Pun-bu Thaysu, "sekarang kami akan mengantar kepergianmu, asal dapat kau lewati ke tiga pintu gunung, langit nan luas dapat kau terbangi sesuka hatimu. "Tecu tidak akan melupakan semua ajaran yang pernah tecu terima selama berada dalam biara!" "Itu urusan pribadimu, tukas Pun-bu Thaysu cepat, "asal hari ini kau dapat tinggalkan pintu biara Siau-lim, selanjutnya pihak Siau-lim tidak akan mengurusi sepak terjangmu lagi. Sekali lagi Lan Giok-keng merasa terperanjat, serunya tertahan, "Ternyata yang kalian maksud mengantar kepergi-annya adalah ingin bertanding ilmu silat dengannya?" Tong-sian Sangjin tersenyum.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bukan bertanding, kami hanya khawatir dia keluar dari sini dengan membawa serta kepandaian silat dari biara Siau-lim maka harus menjajal kemampuannya dulu. Peraturan ini merupakan peraturan yang sudah berlaku turun temurun, jadi bukan dilakukan khusus untuk menghadang dirinya. Dalam hati Lan Giok-keng kembali berpikir, "Apa pun yang kau katakan, yang jelas dia harus berhasil mengalahkan para jago dari Siau-lim-pay sebelum dapat meninggalkan biara, kalau bukan bertanding ilmu silat lantas apa namanya?" Tentu saja Lan Giok-keng tidak paham, cara mengantar yang dilakukan pihak Siau-lim jauh berbeda dengan pertandingan ilmu silat pada umumnya. Kalau bertanding ilmu tujuannya hanya untuk menentukan siapa kuat siapa lemah, maka cara 'mengantar' yang dilakukan pihak Siaulim adalah untuk memeriksa apakah Hwee-ko telah mencuri ilmu silat ajaran biara Siau-lim atau tidak. Jika dasar ilmu silat yang dimiliki Hwee-ko sangat terbatas, sementara sebagian besar ilmu silat yang dia gunakan saat ini berasal dari biara Siau-lim, maka begitu dicoba oleh para jago lihay, dia pasti akan terdesak hingga terpaksa mengeluarkan ilmu silat curiannya, karena kalau tidak maka jiwanya akan terancam bahaya. Sementara itu Pun-bu Thaysu telah berkata, "Wan-tin, silahkan kau menghantar keberangkatan Hwee-ko. "Tecu terima perintah, sahut Wan-tin, "Hwee-ko suheng, silahkan maju. Semoga kau dapat meninggalkan gedung Toa-hiongpo-tian ini. Ternyata pintu gerbang gedung Toa-hiong-po-tian merupakan pintu gerbang pertama. Saat itu Wan-tin telah berdiri didepan pintu, sementara Pun-bu Thaysu menyingkir ke samping, sedang Tongsian Sangjin tetap tinggal ditempat menemani Lan Giok-keng menonton jalannya pertarungan. "Silahkan suheng memberi petunjuk, kata Hwee-ko sambil
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merangkap tangannya memberi hormat. "Tidak usah sungkan, berbicara soal tingkatan seharusnya kau masih berada diatasku. Tapi dalam kejadian hari ini, aku hanya menjalankan peraturan yang telah ditetapkan couwsu, jadi maaf kalau tidak bisa bersungkan-sungkan lagi. Kau harus mengeluarkan segenap kemampuan yang kau miliki, kalau tidak itu kesalahanmu sendiri. Bicara sampai disitu, dia langsung membabatkan sebuah pukulan dahsyat. Pukulan ini dibacokkan dengan tangan diangkat tinggi tinggi, sama sekali tidak ada kembangan jurus tidak ada gerakan aneh, sekalipun hanya dibacokkan langsung dari atas ke bawah, namun deruan angin serangan yang dilancarkan seketika membuat kendang telinga Lan Giok-keng merasa mendengung nyaring, kehebatannya betul-betul ibarat membelah batu membuka gunung. Dengan perasaan terkesiap pikir Lan Giok-keng, Wan-seng yang bertarung melawan Tonghong Toako tadi tidak lebih hanya seorang murid dari ruang Lohan, tapi keampuhannya nyaris membuat Tonghong Toako menderita kekalahan. Padahal Wan-tin adalah orang yang menduduki kursi utama di antara Cap-pwee Lohan, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya orang ini. Jangan-jangan Hwee-ko Thaysu tidak sanggup menandinginya.... Ketika secara diam-diam melirik sekejap ke arah Tong-sian Sangjin, dia menyaksikan pendeta ini sedang manggut-manggut sambil tersenyum, agaknya dia sedang memuji kehebatan jurus dari Wan-tin. Ternyata jurus serangan yang barusan digunakan Wan-tin adalah salah satu dari tujuh puluh dua ilmu sakti biara Siau-lim, ilmu toya Kim-kong-co yang telah dilebur ke dalam ilmu pukulan. Toya Kim-kong merupakan senjata yang berat, sementara Wantin hanya bertangan kosong, namun gerakannya seolah olah dia sedang membawa sebuah toya yang sangat berat. Meski orang lain tidak melihatnya, namun ketika melakukan bacokan, dia justru
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seolah olah sedang menghantam dengan menggunakan seba-tang tongkat baja. Tentu saja kedahsyatannya jauh lebih mengerikan ketimbang sewaktu dia menyerang dengan memakai toya sungguhan. Diantara Cap-pwe-lohan dari biara Siau-lim, Wan-seng yang menempati urutan ke dua memiliki ilmu silat yang paling beragam, dia paling banyak mengerti dan menguasai ilmu silat aliran lain. Tapi untuk ilmu silat dari aliran Siau-lim sendiri maka apa yang dipelajari Wan-tin merupakan yang paling banyak, dari tujuh puluh dua macam ilmu dia sudah belajar tiga puluh tiga macam diantaranya, sekalipun 'belajar' bukan berarti 'menguasai', namun kemampuannya dalam ilmu-ilmu tersebut pun sudah mencapai tujuh bagian, jadi dalam biara Siau-lim, tiada orang kedua yang mampu menandinginya. Dari sisa ilmu yang belum pernah dipelajari, dia pun mempunyai pengetahuan dasar atau paling tidak pernah mengerti akan rahasia serta kuncinya, hal ini membuat siapa pun yang menggunakan ilmu ajaran perguruannya, dia pasti mengetahui dengan jelas. Justru karena itulah Pun-bu Thaysu menempatkan dirinya untuk menjaga pintu gerbang pertama, membiar kan dia yang "menguji" apakah Hwee-ko pernah mencuri belajar ilmu silat biara Siau-lim atau tidak. Namun pukulan yang dilancarkan Hwee-ko sangat sederhana, dia memukul sejajar dada dan sama sekali tidak disertai perubahan, gayanya kaku, seperti seseorang yang baru belajar memukul. Ilmu pukulan yang digunakan pun merupakan ilmu pukulan Su-peng-kun yang umum digunakan dalam dunia persilatan. Ilmu pukulan Su-peng-kun adalah sebuah ilmu pukulan yang sederhana, tidak termasuk ilmu pukulan dari keluarga mana pun atau perguruan mana pun, biasanya ilmu ini diajarkan kepada para pemula untuk memupuk dasar, yang diutamakan adalah keseimbangan untuk menghadapi serangan empat penjuru, karena itulah ilmu pukulan ini disebut Su-peng-kun atau ilmu pukulan empat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

datar. Biarpun sederhana dan umum, namun sebuah jurus Su-peng-kun yang begitu sederhana tanpa keanehan itu justu berhasil memunahkan daya pengaruh pukulan toya baja yang dilancarkan Wan-tin. Begitu melihat pihak lawan mengeluarkan ilmu pukulan Su-pengkun, Wan-tin segera mengerti maksud hatinya, dalam hati diapun berpikir, "Dia sengaja menggunakan ilmu pukulan yang paling sederhana dan umum untuk memunahkan seranganku, jelas dia tidak berniat membiarkan aku dapat mengetahui asal usul perguruannya. Tapi sudah banyak tahun aku pelajari pelbagai ilmu sakti dari biara Siau-lim, kalau sampai untuk menandingi ilmu pukulan Su-peng-kun pun tidak mampu, kelihatan sekali kalau aku sama sekali tidak becus. Bagaimana pun dia adalah ketua dari delapan belas Lohan, sedikit banyak rasa ingin menang masih berkecamuk dalam hatinya, maka dengan gerakan Kua-hau-teng-san (menunggang harimau mendaki gunung) sepasang kepalannya saling berhadapan membentuk satu bunga lingkaran lalu dengan jurus Ui-eng-lok-ka (Burung nuri hinggap ditiang) dari Sin-hua-siau-lim dia melancarkan sebuah serangan. Sin-huan-siau-lim merupakan jenis ilmu pukulan yang paling dalam perubahannya diantara tiga belas jenis ilmu pukulan lainnya dalam Siau-lim, lingkaran yang dilakukan tangan kirinya seketika mengurung seluruh tubuh Hwee-ko, sementara kepalan kanannya dengan membuat gerakan busur dilontarkan ke muka. Jika pukulan ini sampai bersarang telak, niscaya tulang rusuk Hwee-ko akan patah beberapa kerat. Diam-diam Lan Giok-keng bermandikan keringat dingin, hampir saja dia menjerit tertahan saking kagetnya, masih untung dia tidak sampai berteriak karena saat itulah terdengar Hwee-ko berbatuk dua kali, sepasang kepalannya kiri dan kanan mulai menghantam ke depan, jurus yang digunakan pun masih dari ilmu pukulan Su-penghttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kun-hoat yang disebut Yo-yu-kay-kiong (kiri kanan membentang gendawa). Kembali daya penghancur pukulan Wan-tin terbendung oleh bentangan kepalan lawan ini, banyak jurus rumit yang ampuh jadi susah dikembangkan lagi. Begitulah, ilmu Sin-hua-siau-lim yang tangguh dan ganas, sekali lagi berhasil dipunahkan secara mudah dan gampang. Tong-sian Sangjin kembali berseru memuji, "Memang tidak gampang untuk mencapai tingkatan berat, lambat dan luas. Hweeko, kau memang sudah mendekati. Aaaai, hanya sayang.... hanya sayang.... Sayang apa? Dia tidak melanjutkan, malah kali ini dia memuji ke arah Wan-tin, "Kungfu hebat!" Ternyata Wan-tin telah berganti gerak serangan, kali ini dia mengancam dengan ilmu jari. Terlihat ke dua jari tangannya bagaikan sebatang tombak menusuk ke depan, langkahnya sempoyongan bagaikan lelaki mabok, tusukan dan totokan dilancarkan tidak beraturan, namun kecepatan dan kehebatannya bagaikan angin puyuh hujan badai. Lan Giok-keng sangat keheranan, pikirnya, "Ilmu totok jalan darah macam apakah ini? Kepandaian silat apa pula yang dia gunakan?" Ternyata ilmu yang digunakan Wan-tin bukanlah ilmu jari, melainkan salah satu diantara beberapa ilmu tingkat tinggi dari biara Siau-lim, ilmu pedang Tat-mo-kiam. Wan-tin dengan jari tangan menggantikan pedang, tenaganya menembusi hingga ke ujung jari, setiap menotok, menusuk atau membabat, hampir semuanya disertai desingan angin tajam. Lan Giok-keng bersembunyi di sudut ruangan sambil mengikuti jalannya pertarungan, biarpun tidak melihat ada cahaya pedang namun dia dapat merasakan hawa pedang yang sedang menyambar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam gedung Toa-hiong-poo-tian. Hwee-ko terbatuk berulang kali, dia seperti tidak kuat menahan datangnya ancaman, tubuhnya mundur sejauh satu jengkal lebih. Mendadak terlihat selapis awan gelap menyeli-muti seluruh tubuhnya, ternyata dia telah melepaskan jubah Ihasa berwarna hitamnya dan diputar sebagai tameng. Perlu diketahui, ilmu silat yang dimiliki mereka berdua boleh dibilang hampir seimbang, oleh sebab itu setelah Wan-tin mengeluarkan ilmu pedang Tat-mo-sin-kiam yang terhitung ilmu sakti dari biara Siau-lim, tidak mungkin lagi baginya untuk memunahkan datangnya ancaman dengan memakai jurus serangan biasa. Di antara ayunan jubah lhasa terasa desingan angin kuat menyelimuti selumh ruangan, Lan Giok-keng yang bersembunyi di sudut ruangan segera merasakan napasnya jadi sesak dan kurang leluasa. Mendadak terdengar Tong-sian Sangjin berbisik, "Barang siapa keras kepala, dia akan terperosok di bawah angin. Kalau tujuannya untuk mencari tahu sumber, buat apa memburu rasa ingin menang!" Waktu itu sebetulnya tanpa disadari rasa ingin menang di hati Wan-tin telah menguasai benaknya, itulah sebabnya dia merangsek terus dengan sepenuh tenaga. Namun sesudah mendengar ucapan dari sang ketua, perasaan hatinya jadi terkesiap, segera pikirnya, "Aaah benar juga, kalau keadaan diteruskan dengan cara begini, aku tidak bakalan bisa memperoleh hasil yang diinginkan, daripada tiada hasil mendingan kalau bisa diperoleh jawaban. Ternyata walaupun dia sudah mengubah dengan beberapa macam ilmu sakti biara Siau-lim, namun tidak pernah berhasil memperoleh jawaban atas asal usul ilmu silat Hwee-ko, hanya satu yang diketahuinya dengan pasti yakni ilmu silat yang dimiliki Hweehttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ko memang setingkat di atas kemampuannya. Hwee-ko menjumpai di atas jubah lhasa kunonya telah muncul tujuh delapan buah lubang kecil yang tersebar dimana-mana, sambil menggulung kembali jubah itu, ujarnya, "Ilmu pedang yang suheng miliki benar-benar luar biasa, kagum, kagum!" Ternyata lubang lubang kecil itu ditembusi oleh kekuatan jari tangan Wan-tin, besar kecilnya sama persis seperti lubang bekas tusukan ujung pedang. "Mau ilmu pukulan, ilmu telapak tangan ataupun ilmu pedang, selama ada 'ilmu' maka dia akan berada di bawah angin, mana mungkin bisa menandingi sistim mu yang tidak terikat, bergerak tanpa aturan?" ujar Wan-tin, "Hwee-ko suheng, kau sama sekali tidak menggunakan ilmu dari perguruan kami, hal ini sudah sangat memberi muka kepadaku, maaf kalau tidak akan mengantar lebih jauh lagi, silahkan!" Semua yang dikatakan bukanlah kata-kata sungkan, namun masih mengandung arti lain, dia seperti menerangkan kalau Hweeko sama sekali tidak mencuri ilmu silat dari Siau-lim-pay, dan hal itu merupakan tujuannya melakukan pengujian. Namun 'jawaban' yang diperoleh hanya sebatas pada jurus serangan saja, sedang mengenai tenaga dalam, apakah Hwee-ko pernah mempelajari Sim-hoat tenaga dalam aliran Siau-lim-pay atau tidak, dia belum bisa memperoleh kepastian. Mendadak Tong-sian Sangjin mengangkat tangan kanannya sambil meraih ke tengah udara, tahu-tahu jubah lhasa yang berada di tangan Hwee-ko telah berpindah ke tangannya. Inilah ilmu Ki-liong-jiu-hoat (ilmu menangkap naga), salah satu ilmu sakti dari biara Siau-lim. Lan Giok-keng merasa terkagum-kagum menyaksi kan hal itu, untuk sesaat dia sampai berdiri terbelalak dengan mulut melongo. Wan-tin terlebih kaget lagi, pikirnya, "Rupanya aku sudah terjangkit penyakit rakus terhadap kepandaian sakti perguruan kita,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

padahal asal salah satu saja bisa dilatih sesempurna apa yang dilakukan Hong-tiang, kemampuan itu sudah cukup bagiku untuk memanfaatkannya sepanjang masa. Aaai, untuk bisa mencapai tingkat kesempurnaan semacam itu, entah berapa lama aku baru dapat mencapainya?" Setelah menerima kembali jubah lhasanya, dengan lantang Tongsian Sangjin berkata, "Setelah melepaskan jubah lhasa, kau telah kem-bali pada asal mulamu, Hwee-ko, kau sudah boleh pergi. "Terima kasih atas petunjuk Hong-tiang, terima kasih juga kepada Wan-tin suheng yang telah mengantar kepergianku, ucap Hwee-ko. Selesai berkata, diapun segera beranjak keluar dari gedung Toahiong-po-tian. Tong-sian Sangjin maupun Wan-tin tidak ikut bergeser dari posisi semula, sementara Lan Giok-keng segera mengikuti di samping Hwee-ko meninggalkan pintu biara. "Kionghi Cianpwee, kau telah berhasil melampuai pintu pertama, bisiknya lirih, "apakah di depan sana masih ada orang lain yang akan mengantar kepergianmu lagi?" Teka teki itu segera terjawab. Tidak lama setelah meninggalkan ruang gedung Toa-hiong-potian menuju ke arah puncak Ngo-ji-hong, tibalah mereka di sebuah tempat yang bernama Pi-lu-kek, tempat ini merupakan salah satu tempat pesiar yang tersohor dalam biara Siau-lim, dalam gedung tersebut terdapat lukisan yang menggambarkan lima ratus orang Lohan, konon merupakan hasil karya Go Too-cu, seorang pelukis kenamaan dari ahala Tong. Setelah melewati gedung Pi-lu-kek terdapat sebuah pintu gunung, di bawah pintu terdapat sebuah dinding batu yang berkilat bagai cermin, dinding batu ini jauh lebih tersohor, konon merupakan batu dinding yang digunakan Tat-mo couwsu ketika menghadap dinding selama sembilan tahun.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Karena itulah dinding batu itu disebut Bin-pit-sik (Menghadap batu dinding). Konon di atas dinding batu itu secara lamat-lamat masih dapat dilihat bayangan wajah Tat-mo couwsu, kendatipun kejadiannya telah berlangsung hampir seribu tahun lebih. Sepanjang perjalanan Hwee-ko tiada hentinya mengisahkan cerita tentang dinding Tat mo itu, baru saja mereka mempercepat langkahnya untuk menyaksikan bayangan yang konon masih tertinggal di atas dinding, tiba-tiba terlihat di bawah dinding terdapat dua buah kasur semedi, salah satu diantaranya ditempati seorang pendeta tua. Dengan perasaan ingin tahu Lan Giok-keng pun berpikir, "Kenapa hweesio tua ini bukannya duduk bersemedi di dalam kamarnya, malahan duduk di tempat ini, masa dia sedang menirukan laku Tatmo Couwsu? Tapi kalau dia bukan berasal dari posisi yang tinggi, rasanya tidak nanti berani duduk menghadap dinding di tempat ini. Lamat-lamat Lan Giok-keng pun merasa punggung orang itu seperti amat dikenalnya. kalau bayangan

Sementara dia masih berpikir, pendeta itu sudah membalikkan tubuhnya, kali ini dia tidak lagi menghadap ke dinding melainkan menghadap ke arah mereka. Ternyata orang ini tidak lain adalah ketua Tianglo dari ruang Tatmo, Pun-bu Thaysu. Terdengar Pun-bu Thaysu berkata, "Aku mendapat perintah dari Hong-tiang untuk mengantar kepergianmu, sudah cukup lama aku menanti kedatanganmu disini. Bila ingin turun gunung, kau harus duduk sebentar di bantal semedi itu. "Tecu tidak berani!" seru Hwee-ko tercekat. "Bodhi sebenarnya tidak berpohon, cermin sebenar nya tidak berkaki. Sudah begitu lama kau hidup dalam lingkungan Buddha, mengapa harus bersikukuh dengan wajah manusia, wajahku? Tatmo Couwsu bisa, kau bisa juga aku, mengertikah?" Sebagaimana diketahui, ajaran Buddha mengutamakan

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kehidupan setara diantara umat manusia, empat penjuru adalah kosong, tapi kali ini Hwee-ko tidak berani duduk bersanding dengan ketua ruang Tat-mo, hal ini dikarenakan dalam pikirannya masih tersisip perasaan, perasaan menghormat orang lain, perasaan rendah diri. Oleh karena itu dia berada di posisi bawah angin. "Terima kasih atas petunjuk ketua, kata Hwee-ko perlahan. "Duduk bersemedi merupakan pelajaran dasar umat Buddha, biarpun kau tidak berada dalam biara, kaupun bukan anggota perguruan Buddha, maka sebelum pergi meninggalkan tempat ini, aku perlu menguji kemampuanmu duduk bersemedi. Asal kau bisa duduk diatas kasur itu dengan tenang, terlepas betapa banyaknya liku-liku perjalanan di dunia, kau pun bisa berjalan dengan tenang. Seakan memahami akan sesuatu, Hwee-ko segera merangkap tangannya di depan dada seraya berkata, "Kasur semedi bukan dibawa oleh couwsu, dimana pun tiada kasur semedi. Bila tidak duduk di kasur itu, darimana datangnya kebebasan?" Sambil berkata dia segera duduk diatas kasur tersebut. Pun-bu Thaysu mengeluarkan seuntai tasbeh, biji tasbeh terdiri dari seratus delapan butir yang dirangkai menjadi satu dengan seutas benang, bila ditarik lurus, panjangnya menjadi tujuh depa (kurang lebih 2 meter). Pun-bu Thaysu menekuk tasbeh itu menjadi sebuah lingkaran yang terbagi jadi atas dan bawah, dia minta Hwee-ko memegang ujung yang satu sambil berkata, "Dapatkah kau membaca doa?" "Tecu tidak dapat membaca doa. "Baiklah, kalau begitu kau baca satu kali O-mi-to-hud sambil menarik sebutir biji tasbeh, begitu juga dengan aku. Ketika semua biji tasbehmu sudah beralih ke atas sementara biji tasbeh ku beralih ke bawah, maka pelajaran dianggap selesai. Kedua orang itu sama-sama duduk bersila diatas kasur semedi, muka berhadapan dengan muka, mata saling berpejam namun jari tangannya bergerak tanpa berhenti.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tidak lama kemudian Hwee-ko telah memindahkan sebutir biji tasbeh ke arah atas, sedang Pun-bu menggerakkan sebutir biji tasbeh ke arah bawah, gerakan yang dilakukan mereka berdua sama-sama cepatnya. Lan Giok-keng yang menyaksikan kejadian itu jadi tertegun dan kebingungan, pikirnya, "Masa mereka benar-benar sedang bertanding membaca doa sambil duduk bersemedi?" Belum habis ingatan itu melintas, tampak biji tasbeh di ujung yang dipegang Hwee-ko kelihatan bergetar sangat keras. Sementara tasbeh dan tali yang dipegang Pun-bu Thaysu sama sekali tidak bergerak. "Ooh, ternyata mereka sedang bertanding tenaga dalam, pikir Lan Giok-keng seolah-olah baru sadar. Tidak salah lagi, mereka memang sedang bertanding tenaga dalam, rupanya disebabkan Wan-tin gagal mencari tahu asal usul Sim-hoat tenaga dalam yang dipelajari Hwee-ko, maka terpaksa dia harus turun tangan sendiri. Lan Giok-keng segera dapat menyaksikan perbedaan di antara kedua orang itu, Hwee-ko berada di pihak yang tersiksa. Rupanya Pun-bu telah menggunakan ilmu Li-uh-coan-kang untuk menekan lawannya, Hwee-ko segera merasakan tenaga dalam lawan bagaikan gulungan ombak samudra menerpa dirinya berulang kali, membuat dirinya nyaris tidak sanggup berpegangan kencang. Dilanjutkan kemudian pengaturan tenaga murninya terhambat, napas pun terasa mulai sesak dan tidak nyaman. Diam-diam Hwee-ko mengeluh, pikirnya, Ternyata ketua dari ruang Tat-mo memang luar biasa hebatnya, ehmm, dia begitu mendesakku habis habisan, kelihatannya dia merasa keberatan membiarkan aku pergi meninggalkan biara Siau-lim. Waktu itu adalah saat para pendeta dalam biara Siau-lim untuk melakukan sembahyang siang, suara genta bergema bertalu-talu,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

namun Pun-bu Thaysu tetap duduk tenang seolah dia sudah berada dalam keadaan konsentrasi penuh, terhadap keadaan di sekelilingnya bukan saja tidak melihat bahkan sama sekali tidak mendengar. Satu ingatan cepat melintas dalam benak Hwee-ko, pikirnya lagi, "Pendeta Buddha tidak pernah berbohong, tadi Pun-bu Thaysu bilang hendak mengujiku duduk bersemedi, kenapa aku hanya berpikir soal tenaga dalam saja? Apalagi Hong-tiang pun pernah bilang, bukan masalah menang kala tapi masalah kau dapat mengendalikan diri atau tidak, aku haras berusaha dulu untuk pengendalian diri!" Sim-hoat tenaga dalam tingkat atas memang ada hubungannya dengan masalah ajaran Buddha. Maka begitu semua ingatan dibuang dari benaknya, begitu pikiran dan perasaan menjadi bersih tanpa gangguan maka kekuatan tenaga dalam yang terpancar keluar pun dengan sendirinya bertambah kuat dan hebat. Kalau dibicarakan sungguh aneh, tadi walaupun dia sudah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menahan serangan Pun-bu Thaysu, namun usahanya keteteran bahkan nyaris tidak tahan, tapi begitu sekarang dia buang jauh jauh ingatan untuk mencari menang, sebaliknya seluruh tubuh malah terasa lebih enteng, tekanan yang berat pun seketika jauh berkurang. Walaupun biji tasbeh masih bergetar tiada hentinya, namun dalam perasaannya sekarang bagaikan hembusan angin musim sepi di atas permukaan telaga, pikiran dan perasaannya yang semula bergolak, lambat laun jadi tenang kembali. Lama-kelamaan tanpa terasa dia seolah sudah lupa kalau dirinya sedang bertanding tenaga dalam melawan Pun-bu Thaysu. Hembusan angin musim sepi diatas permukaan telaga bukan sebatas perasaan saja, bahkan kini seolah berubah jadi sebucih pemandangan semu dihadapan mukanya. Dia seolah balik kembali ke masa tiga puluh tahun berselang,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berada di tepi telaga See-ouw, mengejar kekasih hatinya. Hey, suara apa itu? Dia sedang bersenandung lirih, "Impian sukma tiada ikatan, melangkahi pohon Liu melalui jembatan. Bahkan diapun mulai bernyanyi lirih. "Mabuk dimalam ini hingga kapan baru mendusin, berada di tepi pohon Liu, memandang sisa rembulan. Aaai, semuanya bukan, Bouw Ciong-long yang berjalan mendekat sambil meniup seruling, lalu dia lepaskan cincinnya dan dikenakan di jari tangannya. Aaah, tidak benar, kenapa Bouw Ciong-long bisa berubah jadi orang lain, berubah jadi sahabat karibnya Seebun Mu? Untuk mencapai tingkatan "tenang" tanpa gangguan pikiran apa pun memang teramat sulit, Hwee-ko bisa saja melupakan dunia nyata dan menuju ke alam kosong, namun alam kosong bukanlah sama sekali kosong, sebab dia belum dapat melupakan perasaan cintanya di masa silam. Maka iblis cinta pun mulai merasuk ke dalam pikirannya. Dalam menyaksikan pelbagai khayalan, dia sebagai orang yang menjalaninya sama sekali tidak menyadari akan hal itu, namun Lan Giok-keng yang menonton jalannya pertarungan jadi tercengang, kaget dan tidak habis mengerti, dia tidak paham mengapa pendeta itu seperti sebentar girang sebentar murung, sebentar jengkel sebentar gusar. Dalam pada itu Pun-bu Thaysu pun sedang berpikir, "Tenaga dalamnya memang merupakan tenaga dalam aliran lurus, hanya sayang keteguhan hatinya masih kurang. Tapi tujuanku kali ini mengujinya hanya terbatas ingin tahu apakah dia mencuri belajar Sim-hoat tenaga dalam partai kami atau tidak, dan kini aku telah memperoleh hasilnya, buat apa mesti dilanjutkan lagi hingga menyebabkan dia Cau-hwee-jip-mo?" Ternyata Sim-hoat tenaga dalam yang dimiliki Hwee-ko ada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sedikit ketersambungan dengan Sim-hoat tenaga dalam aliran biara Siau-lim, namun itupun hanya sebatas 'ketersambungan', bila berbicara soal ke d alam dan kehebatan ilmu maka apa yang dipelajari masih setingkat di bawah ilmu silat aliran Siau-lim. Ketika Pun-bu menggeser biji tasbeh yang terakhir, Hwee-ko merasa dihadapan matanya seolah melihat kekasih hatinya sedang membuang cincin yang diberikan Bouw Ciong-long itu ke atas tanah, bantingan itu seakan menimbulkan suara. Dengan cepat dia tersadar kembali dari alam khayalan, dan saat itu pula kebetulan dia mendengar Lan Giok-keng sedang berteriak keras, "Hwee-ko Thaysu, kenapa kau tidak menggerakkan biji tasbehmu?" Dengan cepat dia menggerakkan biji tasbeh yang terakhir, saat itulah Pun-bu Thaysu mengayunkan tangan, untaian biji tasbeh itu segera melambung ke udara, dalam waktu singkat ke seratus delapan biji tasbeh itu hancur lebur berubah jadi bubuk dan beterbangan di angkasa. Dengan suara nyaring Pun-bu Thaysu pun berseru, "Tersebar di alam bebas, tiada rintangan tiada halangan. Mampu duduk di bantal semedi, mampu keluar dari pintu gunung. Hwee-ko, pergilah!" Pada saat yang bersamaan kedua orang itu bersama-sama turun dari bantal semedi. "Terima kasih atas kemurahan Thaysu, Hwee-ko segera merangkap tangannya di depan dada. "Itulah nasib keberuntunganmu, pergilah sendiri, aku tidak akan mengantar lagi. Lan Giok-keng mengikuti disisi Hwee-ko berjalan keluar dari pintu gunung ke dua, segera serunya, "Kionghi Thaysu, lagi-lagi kau berhasil lolos dari sebuah rintangan. "Tapi di depan masih ada sebuah rintangan lagi, ucap Hwee-ko sambil tertawa getir. "Tidak ada orang dalam biara Siau-lim yang memiliki ilmu silat jauh lebih tinggi daripada ketua ruang Tat-mo, kalau rintangan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itupun dapat kau lalui, apa pula yang kau takuti?" "Tadi ketua tianglo memang berniat melepaskan aku. Yang paling sulit dipelajari dari biara Siau-lim bukanlah ilmu silat. "Lantas apa?" batin Lan Giok-keng, namun ketika melihat Hweeko meneruskan perjalanan dengan mulut membungkam, diapun merasa tidak leluasa untuk banyak bertanya. Setelah melewati ruang Pi-lu-kek, tibalah mereka di gedung Jianhud-tian (Ruang seribu Buddha), dalam gedung ini terdapat seribuan lebih patung Buddha hasil pahatan pendeta pendeta di masa lampau, setiap patung mempunyai gaya yang berbeda. Semasa masih berada di gunung Bu-tong dulu, Lan Giok-keng sudah pernah mendengar orang bercerita tentang hal ini, namun saat ini dia tidak punya cukup waktu untuk memasuki gedung dan melakukan pemujaan. Kini mereka berjalan melalui sebuah jalan yang berlapiskan batu hijau, yang membuat Lan Giok-keng tercekat hatinya adalah tersisanya bekas-bekas lekukan di sepanjang lantai batu itu. Bekas bekas lekukan itu adalah bekas yang tertinggal ketika para hwesio biara melakukan latihan kungfu di pelataran itu. Kalau tadi Lan Giok-keng masih mencoba menghibur Hwee-ko, maka kini timbul pula rasa khawatir dalam hati kecilnya, pikirnya, "Jagoan yang menjaga pintu pertama adalah Wan-tin hweesio, pemimpin Cap-pwee Lohan, kemudian jagoan yang menjaga pintu ke dua adalah Pun-bu Thaysu, ketua tianglo ruang Tat-mo. Kira-kira tokoh maha sakti dari mana yang akan berjaga jaga di pintu ke tiga ini?" Perjalanan dilanjutkan dengan perasaan berat bercampur gundah, tanpa terasa akhirnya tibalah mereka di depan pintu gunung yang terakhir. Ternyata orang yang menjaga pintu gunung itu tak lain adalah Tong-sian Sangjin, hongtiang biara Siau-lim.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu bersua Tong-sian Sangjin segera berkata, "Hwee-ko, tahukah kau aku bukan datang untuk mengantar kepergianmu?' "Tecu mengerti. Lan Giok-keng kembali tidak habis mengerti, pikirnya, "Tadi dia telah berkata sendiri kalau ada tiga orang yang akan menghantar kepergian Hwee-ko, dia pun berkata Hwee-ko harus berhasil melewati tiga pintu gunung sebelum dapat meninggalkan biara Siaulim, dan sekarang dia sendirilah yang berdiri di depan pintu terakhir, tapi mengapa dibilang kedatangannya bukan untuk mengantar kepergian Thaysu?" Belum habis ingatan tersebut melintas, terdengar Tong-sian Sangjin telah berkata lagi, "Hwee-ko, sejak kedatanganmu di biara kami dua puluh tahun berselang, belum pernah aku bertanya kepadamu darimana kau berasal?" "Tecu datang dari tempat tecu datang. "Kini kau hendak ke mana?" "Ke mana aku harus pergi. "Apa yang kau lihat sewaktu datang?" "Melihat gunung adalah gunung, melihat biara adalah biara. "Kemudian?" "Melihat gunung bukan gunung, melihat biara bukan biara. "Sekarang?" "Melihat gunung tetap gunung, melihat biara tetap biara. "Benarkah gunung ini adalah gunung semula? Benarkah biara ini biara semula?" "Kalau dikatakan benar adalah benar, kalau dikatakan tidak benar adalah tidak benar. "Kalau memang ada itu tiada, tiada itu ada, kenapa pula kau harus tinggalkan tempat ini?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Datang bukanlah datang, pergi bukanlah pergi, biar tubuh berada dalam dunia persilatan, hati masih tetap berada di Siau-lim. Maksud dari perkataan ini adalah, sewaktu dia datang pertama kali dulu, karena belum mendengar ajaran Buddha maka yang datang adalah kerangka tubuh saja, itulah sebabnya dia mengatakan datang bukanlah datang. Dan kini dia telah memperoleh gemblengan dan ajaran Buddha, telah meninggalkan kehidupan prema, atau dengan perkataan lain telah menjadi murid Buddha, maka dia katakan pergi bukanlah pergi. Lan Giok-keng tidak paham dengan ajaran Buddha, namun lamat-lamat dia dapat memahami apa yang dimaksud. Kalau memang datang bukanlah datang, pergi bukanlah pergi, maka kehadiran Tong-sian Sangjin pun bisa dibilang bukan untuk mengantar kepergiannya. "Jawaban yang bagus, ujar Tong-sian Sangjin, "tapi aku telah mendengar laporan Liau-huan yang mewakilimu, katanya kau belum putus jodohmu dengan keduniawian. "Benar. Jodoh tecu dengan keduniawian memang belum putus, semua dosa dan karma sulit dihilangkan. "Dunia itu kosong, dunia itu tiada benda, semua kehidupan berada di langit barat. Lalu darimana datangnya dosa, darimana perginya karma. Baik, aku ingin bertanya lagi, apa yang dimaksud jodoh keduniawian?" Tanpa terasa butiran keringat jatuh bercucuran membasahi jidat Hwee-ko. "Harap Hongtiang sudi memberi petunjuk. "Baiklah, akan kubacakan kitab Hua-gan-keng sebagai berikut, "Materi dikenal oleh hati, napsu timbul karena materi, penyatuan napsu dan hati akan menimbulkan khayalan dan angkara murka. Napsu berasal dari luar, tiada sifat tersimpan di hati, bila tiada pemahaman, bagaimana bisa mandiri. Berbicara sampai disitu kembali dia menambahkan, "Boddhi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hanya berada dalam hati, buat apa susah payah mencari diluar? Asal kau bersedia melatih diri, langit barat berada di depan mata! Carilah dari dalam tubuh Buddha, bukan mencari di luar sana\" "Ajaran Hong-tiang akan tecu ingat selalu. Baiklah, kalau begitu pergilah ke mana kau akan pergi. Lan Giok-keng sama sekali tidak menyangka kalau pintu gunung yang terakhir dapat mereka lalui dengan begitu 'mudah'. Tanpa banyak bicara dia segera mengikuti Hwee-ko berjalan keluar dari pintu gerbang itu, sementara pikiran dan perasaannya terasa kosong dan tidak menentu. Ooo)*(ooO BAB X Khayalan duniawi sulit dilanjut Terombang-ambing tanpa pendamping. Tua muda berdua dengan cepat berjalan meninggalkan biara Siau-lim. Di luar pintu terlihat cahaya matahari bersinar terang, sambil mendongakkan kepalanya Hwee-ko menarik napas panjang, perlahan dia mulai membesut butiran keringat yang membasahi jidatnya. Tidak tahan Lan Giok-keng segera bertanya, "Cianpwee, aku merasa bingung dan tidak habis mengerti dengan tanya jawab yang kau lakukan dengan Hong-tiang, tapi aku lihat pertarungan ini justru lebih sengit, lebih membuang energi daripada sewaktu bertarung melawan Wan-tin?" "Bukan hanya begitu, pertarungan tenaga dalamku melawan Pun-bu thaysu bukan hanya sengsara dan membuang banyak energi, ditatapnya wajah Lan Giok-keng sekejap kemudian terusnya, "tahukah kau, sebagai seorang hwesio apa yang harus dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pahami?" "Membaca kitab suci?" "Boleh dibilang begitu, Hwee-ko tertawa, "namun yang paling penting adalah pemahamannya terhadap ajaran Buddha, bukan hapal dengan doa. Barusan Hongtiang sedang menguji seberapa banyak pemahamanku, bila jawabanku tidak tepat maka menurut peraturan yang berlaku dalam biara, paling tidak aku harus kembali dan belajar membaca kitab lagi selama tiga tahun. "Ooh, ternyata begitu, Lan Giok-keng tertawa, "tapi sewaktu kudengar tanya jawab yang berlangsung antara kau dengan Hongtiang, rasanya semua jawaban berada diantara dapat dipahami dan tidak. Asal dia berniat membiarkan kau tinggalkan biara, meski jawabanmu keliru pun akan dia anggap sebagai benar. Maaf, ini hanya perasaanku dan bicara tanpa maksud apa-apa, harap kau jangan marah. Hwee-ko segera tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... perkataanmu memang tidak salah, aku pun berasa kalau Hong-tiang memang berniat membiarkan aku pergi meninggalkan biara Siau-lim. Selesai tertawa, tiba-tiba dia menghela napas lagi, ujarnya lebih jauh, "Sayang keterikatanku dengan duniawi belum bisa diputus, sehingga tidak punya jodoh untuk mempelajari ajaran Buddha dari Hong-tiang. "Semakin kau terbeban oleh masalah keterkaitan-mu dengan duniawi, bukankah semakin berat tekanan batin yang kau alami?" Mula-mula Hwee-ko agak tertegun, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak katanya, "Luar biasa, luar biasa. Tampaknya kau memang punya jodoh dengan ajaran Buddha, hanya sepatah kata yang kau katakan sudah membuat kesadaranku makin terkuak. Apa yang kau katakan memang benar, yang penting adalah ketenteraman hati, jangan urusi lagi apakah keterkaitan dengan duniawi bisa dilepas atau tidak. Mari kita segera berangkat!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Setelah menempuh perjalanan beberapa saat, mereka pun melewati hutan pagoda. Tampak di bawah lembah bukit ada orang sedang menggali liang kubur lalu memasukkan sesosok mayat yang terbungkus tikar ke dalam liang itu. Lan Giok-keng tahu, jenasah yang dikubur itu adalah mayat lelaki berewok yang sempat bertarung melawannya, timbul rasa sedih dihatinya, tidak tahan akhirnya dia berlutut dan menyembah beberapa kali. "Kau kenal dengan orang ini?" tanya Hwee-ko. "Setengah hari berselang, aku sempat bertarung melawannya. Walaupun bukan aku yang membunuhnya, namun dia mati lantaran aku. Secara singkat diapun menceritakan bagaimana Tonghong Liang membantunya secara diam-diam hingga mengakibatkan lelaki berewok itu terpeleset dan mati di bawah jurang. "Orang ini adalah anak buah Han Siang dari Toan-hun-kok, dia pasti sudah seringkali melakukan tindak kejahatan. Namun Tonghong Liang membunuh dengan cara beginipun terhitung kelewat kejam, aku kuatir lagi lagi karma buruk telah dibuatnya. "Siapa sih Han Siang dari Toan-hun-kok itu?" "Seorang pentolan perampok yang selalu menerima upeti. Dua puluh tahun berselang, untuk menghindari pengejaran musuh besarnya, dia hidup mengasingkan dalam lembah itu. Di kemudian hari apakah dia sempat muncul lagi dalam dunia persilatan atau tidak, aku sendiri kurang begitu tahu. Sedikit terhibur juga perasaan Lan Giok-keng setelah tahu kalau lelaki berewok yang dibunuh Tonghong Liang adalah anak buah seorang pentolan perampok, kembali tanyanya, "Tadi taysu mengatakan kalau Tonghong Liang membuat karma buruk lagi, apa maksud perkataan ini?" "Karena generasi atas Tonghong Liang pernah mempunyai ikatan dendam kesumat dengan Han Siang. Kendatipun Han Siang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memang bukan orang lurus, namun dalam kasus yang terjadi di masa lalu masih belum jelas keterlibatannya. Kini, Tonghong Liang bukannya mengurangi karma generasi tuanya, dia sendiri justru menambah ruwetnya masalah ini, bukan-kah sama artinya dia telah membuat karma jelek?" "Yang kau maksudkan sebagai generasi diatasnya apakah ayah Tonghong Liang?" "Termasuk juga pamannya. Dulu, pamannya juga termasuk pentolan perampok yang lebih hebat lagi, berhubung Han Siang enggan menuruti perintahnya maka dia telah mencelakai Han Siang hingga sangat mengenaskan keadaannya. "Rasanya Thaysu pernah berkata kalau paman Tonghong Liang adalah sahabat karibmu juga?" tanya Lan Giok-keng sedikit agak ragu. "Mana orang baik, mana orang jahat, terkadang tidak gampang untuk dipisahkan. Yang jadi pentolan bajingan belum tentu orang jahat, sahabatku pun belum tentu orang baik!" Berbicara sampai disini, dia seolah terkenang kembali kejadian di masa lampau, kembali ujarnya, "Kini aku sudah terjun kembali ke dalam dunia persilatan, jadi tidak ada salahnya kalau aku singgung kembali peristiwa yang kualami sebelum menjadi pendeta dulu.... Pernakah kau mendengar tentang Siau Ngo-gi (lima setia kawan kecil) yang cukup tersohor namanya pada tiga puluh tahun berselang?" "Belum pernah mendengar. "Sesudah lewat tiga puluh tahun, yang mati pun sudah mati, yang menghilangpun sudah menghilang, bahkan yang sudah jadi pendeta pun ada. Tidak heran kalau orang lain sudah mulai melupakannya. "Jadi Siau Ngo-gi adalah.... "Lotoa adalah Jit-seng-kiam-kek Kwik Tang-lay, loji adalah Tojin bisu tuli yang selama ini meladeni Sucouwmu Bu-siang Cinjin, nama
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

premannya adalah Ong Hwee-bun. Walaupun dia berada di urutan kedua namun usianya paling tua, tersohor paling awal dan mengundurkan diri dari dunia persilatan pun paling awal. Disaat nama besar lima setia kawan begitu tersohor di kolong langit, dia sudah menjadi pendeta di gunung Bu-tong. "Itulah sebabnya banyak orang tidak menganggap dia sebagai salah satu anggota Siau Ngo-gi tapi memasukkan orang lain ke dalam kelompok tersebut. Biarpun begitu, hubungannya dengan ke empat orang rekan lainnya terjalin sangat baik. Walaupun ada sekian waktu tak tahu kabar beritanya, mereka masih tetap menganggapnya sebagai saudara. Sebaliknya orang lain yang kemudian dianggap salah satu anggota Siau Ngo-gi justru mempunyai hubungan yang kurang harmonis dengan ke empat orang lainnya, sekalipun tidak pernah menampik kehadirannya namun tidak seorang pun yang mau mengakui dia sebagai loji. "Tentu saja julukan Siau Ngo-gi adalah pemberian orang dunia persilatan, apa pun yang ingin dikatakan orang lain, kami tidak bisa memaksakan kehendak. Mendengar sampai disini, Lan Giok-keng segera berpikir, "Itu berarti dia adalah salah satu diantara anggota Siau Ngo-gi, kalau tidak, mana mungkin dia bisa mengetahui kejadian ini dengan begitu jelas. Betul saja, terdengar Hwee-ko berkata lebih jauh, Ke tiga orang lainnya, yang ke satu adalah Tonghong Siau, ayah Tonghong Liang, orang kedua adalah Seebun Mu, paman Tonghong Liang, kemudian orang ke tiga adalah aku. Seebun Mu adalah keluarga perampok, Cuma waktu itu kami semua belum tahu latar belakang keluarganya. Kami berlima datang dari utara selatan timur barat, dari propinsi yang beda, dari perguruan yang tidak sama, selisih usia cukup banyak, diantaranya ada perampok, ada pendekar, ada pula tokoh diantara lurus dan sesat, tapi berhubung kesukaan kami sama, jiwa kami sama dan lagi bertemu dalam dunia persilatan, maka terjalinlah tali persahabatan yang sangat erat. "Pendekarnya adalah jago pedang tujuh bintang Kwik Tang-lay,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perampoknya adalah Seebun Mu, lantas siapakah tokoh yang antara lurus dan sesat?" "Dia adalah Tonghong Siau, ayah Tonghong Liang. Sepak terjangnya memang sesuka hati, gembira marah tidak menentu, sejak kecil sudah tersohor karena watak aneh dan eksentriknya. Walau begitu dia tidak kehilangan sebagai manusia yang berperasaan, itulah sebabnya kami cukup akrab dengan dirinya. Berbicara sampai disitu, dia seolah teringat akan suatu kejadian, tiba-tiba ujarnya lagi sambil menggeleng, "Biarpun sejak kecil Tonghong Liang sudah kehilangan ayah, namun wataknya tidak jauh berbeda dengan tabiat ayahnya. "Bukankah kau mengatakan tidak pernah bertemu Tonghong Liang? Darimana bisa mengetahui tabiatnya?" "Sewaktu dia menyerahkan sepucuk surat kepadaku tadi, coba terka apa yang dia tulis?" "Bukan surat dari lelaki berewok itu?" "Bukan, surat dari Tonghong Liang. Karena dia kuatir para hwesio dari biara Siau-lim enggan menyampaikan surat itu kepadaku, maka sengaja dia letakkan surat itu disaku mayat tadi. Orang itu pernah mencariku pagi tadi, meski mereka tidak membiarkan dia masuk, tapi orangnya toh sudah meninggal, jadi surat itu pasti akan disampaikan ke tanganku. Lan Giok-keng hanya membungkam tanpa menjawab, sedang dalam hati kecilnya berpikir, "Tonghong toako telah membunuh orang itu, bahkan manfaatkan dia untuk mengirim surat. Akal liciknya betul-betul menakutkan, Cuma sikapnya terhadapku terhitung sangat baik. "Dalam surat itu dia hanya menyinggung masalah pribadi, tampaknya dia sudah menduga kalau aku bakal mewakilinya untuk menyampaikan kabar ke rumah, maka dalam surat itu dia tulis sepatah kata untuk adik misannya, kata-kata itu sangat aneh, dia minta adik misannya jangan meletakkan telur angsa dalam sebuah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keranjang. Ehmm, kelihatannya dibalik ucapan tersebut mengandung arti lain, tapi lebih susah diterjemahkan daripada ucapan hongtiang tadi. Begitu mendengar kalau isinya hanya 'urusan pribadi', Lan Giokkeng pun merasa tidak leluasa untuk menyela, maka tanyanya kemudian, "Tadi kau mengatakan setelah Hwe-bun menghilang dari dunia persilatan, ada orang memasukkan seseorang lagi ke dalam kelompok Siau Ngo-gi, siapakah orang yang dimaksud?" "Berbicara dari usia, orang ini paling muda, berbicara soal kungfu, dia paling hebat. Dia sama seperti lotoa kami Kwik Tanglay, berasal dari keluarga persilatan, diapun seorang pendekar pedang. Tapi latar belakang keluarganya lebih tersohor dan nama besarnya lebih mentereng. Setengah percaya setengah tidak Lan Giok-keng sehabis mendengar ucapan itu, pikirnya, "Ternyata di kolong langit terdapat seorang tokoh sehebat ini, kalau didengar nada pembicaraannya, kenapa dia seperti merasa malu dijadikan satu kelompok dengan orang ini?" "Kau tidak percaya ada tokoh semacam ini? Dia malah berasal dari Bu-tong-pay, ucap Hwee-ko sambil tertawa. "Dari Bu-tong-pay?" "Bahkan statusnya sama seperti kau. "Aku bukan berasal dari keluarga persilatan!" seru Lan Giok-keng, mendadak dia seperti menyadari sesuatu, "maksudmu, diapun berasal dari murid preman Bu-tong-pay?" "Benar, dia adalah murid preman dari Bu-tong-pay, orang menyebutnya Tiong-ciu Thayhiap Bouw Ciong-long. "Aaah, sekarang Bouw-thayhiap sudah menjadi Ciangbunjin baru partai Bu-tong kami!" seru Lan Giok-keng dengan perasaan terperanjat. "Beberapa hari berselang aku telah mendengar kabar ini dari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cerita orang. Aaai, terkadang di dunia ini memang bisa terjadi hal hal yang sama sekali diluar dugaan dan kejadian ini boleh dibilang salah satu diantaranya. Loji kami Hwee-bun telah menjadi tojin bisu tuli yang kerjanya hanya melayani keperluan Ciangbunjin, sementara majikan barunya sekarang tidak lain adalah Bouw Cionglong yang dimasa lalu pernah saling menyebut saudara dengan dirinya. Moga-moga saja Bouw Ciong-long bisa memahami kesulitannya dengan tidak menyingkap rahasia identitasnya. Setelah merasa terperanjat, Lan Giok-keng mencoba untuk berpikir sejenak, dia merasa apa yang dikatakan Hwee-ko thaysu memang tidak salah, meskipun usia Bouw Ciong-long baru lima puluh tahunan, berbicara soal tingkatan status maka dia masih satu angkatan dengan Sucouwnya, Bu-siang Cinjin, padahal leluhurnya dimasa lalu pun pernah menjadi satu-satunya ketua preman di Butong-pay, selama dua ratus tahun terakhir, keluarga Bouw selalu tersohor dalam dunia persilatan sebagai keluarga persilatan. Tapi justru karena itu, hal mana menimbulkan pula kecurigaan lain, "Jika dilihat dari posisinya, status dia seharusnya masih berada jauh diatas Siau Ngo-gi, tapi mengapa dia harus mencari tenar dengan bergabung dalam kelompok ini?" Perlu diketahui, biarpun tadi Hwee-ko tidak membocorkannya, namun dari pembicaraanya tadi telah diketahui kalau Bouw Cionglong bisa dimasukkan jadi salah satu anggota Siau Ngo-gi dikarenakan setelah lenyapnya Kwik Tang-lay maka Bouw Cionglong berinisiatip melakukan hubungan dengan mereka. Tampaknya Hwee-ko dapat menebak jalan pikirannya, sambil tertawa getir ujarnya, "Aku sendiripun tidak habis mengerti mengapa dia ingin masuk sekelompok dengan kami, bukannya kami tidak sudi duduk satu kelompok dengannya, sejujurnya kami merasa tidak mampu mengangkat diri setinggi itu. Kalau orang lain memasukkan dia ke dalam kelompok Siau Ngo-gi, hal ini sesungguhnya membuat kami jadi tersanjung dan ikut kecipratan ketenarannya. Berhubung orang yang dibicarakan Hwee-ko adalah Ciangbun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Susiok-couw nya, Lan Giok-keng merasa tidak leluasa untuk banyak bicara, terpaksa dia hanya menyimpan semua kecurigaannya didalam hati. Padahal Hwee-ko mengetahui alasannya, hanya saja dia enggan mengatakannya kepada Lan Giok-keng. Menyingkap kembali tabir memorinya, dia merasa waktu berlalu begitu cepat, dalam waktu singkat dua puluhan tahun sudah lewat. Waktu itu, diantara lima setia kawan ada dua diantaranya telah berkeluarga, mereka adalah Tiong-ciu kiam-kek Kwin Tang-lay serta Tonghong Siau yang tinggal di kota Hang-ciu. Kwik hujin adalah seorang wanita type ibu rumah tangga yang saleh, walaupun perempuan semacam ini pantas dikagumi namun dalam pandangan sementara orang, dia hanyalah seorang wanita biasa. Waktu berkumpul Kwik Tang-lay dengan rekan rekannya berlangsung sangat pendek, tidak lama kemudian dia lenyap tidak berbekas, menyusul kemudian istrinya pun ikut pergi. Istri Tonghong Siau adalah seorang wanita cantik termashur dalam dunia persilatan, dia bernama In Li-cu. yang

Walaupun In Li-cu amat cantik, namun dia kalah cantik bila dibandingkan dengan adiknya, In Beng-cu. Semua orang berkata kalau In Beng-cu lah sesungguhnya merupakan sebutir Beng-cu (mutiara) yang benar benar bersinar terang. Ketika Hwee-ko berkenalan dengan In Beng-cu, gadis itu tinggal di rumah kakak iparnya. Bouw Ciong-long sudah lama berkenalan dengan Tonghong Siau, mula-mula hubungan mereka hanya sekedar kenal, setelah In Bengcu tinggal di rumah kakak iparnya, hubungannya dengan Tonghong Siau baru berkembang jadi sangat akrab. Kedatangan Bouw Ciong-long di kota Hang-ciu jauh sebelum kedatangan Hwee-ko, adapun perkenalan Hwee-ko dan dua orang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lainnya dari Siau Ngo-gi yakni Ong Hwe-bun dan Seebun Mu dengan Bouw Ciong-long terjadi karena peranan Tonghong Siau (waktu itu Kwik Tang-lay sudah lenyap), pada saat itu pula Bouw Ciong-long menyatakan keinginannya untuk mempererat hubungan persahabatan dengan mereka. Tabir kenangan kembali semakin terkuak, tanpa terasa Hwee-ko seolah-oleh melihat bayangan tubuh In Beng-cu, tampak pula In Beng-cu dengan Bouw Ciong-long sedang berjalan santai di sepanjang tanggul, dia seperti mendengar pula suara tertawa In Beng-cu yang bercampur dengan suara seruling yang dimainkan Bouw Ciong-long. Tiba-tiba suaranya kembali berubah, suara tertawa cekikikan In Beng-cu berubah jadi permintaan maaf kepadanya, "Maaf, kau datang terlambat, tolong maafkan kalau kami tidak menunggumu lagi!" Sedang suara seruling dari Bouw Ciong-long pun telah berubah menjadi gelak tertawa penuh kebanggaan. Kini semua permasalahan telah jadi jelas, tujuan Bouw Cionglong 'bersahabat' dengan mereka ternyata hanya bertujuan mendapatkan hati In Beng-cu. Kekasih hati Bouw Ciong-long ternyata merupakan kekasih hatinya juga, dalam keadaan begitu dia hanya bisa tertawa getir sambil berpikir, "Benar, aku memang datang terlambat!" Tapi perubahan yang terjadi kemudian sungguh jauh di luar dugaannya, In Beng-cu tidak jadi menikah dengan Bouw Ciong-long, melainkan menikah dengan seseorang yang kedatangannya jauh lebih 'terlambat' daripada dirinya.... orang yang menempati urutan ke empat dalam kelompok lima sekawan, Seebun Mu. Dia tidak tahan lagi ingin tertawa, entah kenapa, dia justru lebih rela menyaksikan In Beng-cu menjadi janda seorang perampok daripada membiarkan dia menjadi nyonya Ciangbunjin Bu-tong-pay.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tentu saja dia tidak sampai tertawa karena Lan Giok-keng telah menyadarkan kembali dari lamunannya. "Hwee-ko Thaysu, kau.... mengapa kau tidak berbicara?' Seakan baru mendusin dari impian, setelah berhasil menenangkan diri, jawabnya, "Tidak apa apa, aku sedang berpikir.... Sementara pembicaraan sedang berlangsung, mereka telah tiba di sebuah persimpangan jalan, satu mengarah ke timur dan yang lain mengarah ke utara. Hwee-ko thaysu pun menghentikan perjalanannya sambil berkata, "Aku sedang berpikir, ke arah mana aku harus pergi?" "Walaupun ke dua jalan ini menuju ke arah yang beda, tapi bukanlah jalan yang menuju ke arah yang berlawanan, sahut Lan Giok-keng cepat. Kecerdasan otak bocah ini memang jauh melampaui usianya, secara lamat-lamat dia sudah dapat menebak kesulitan yang sedang dihadapi pendeta itu. "Perkataanmu memang tepat sekali, yang ada sesungguhnya hanya mana yang lebih duluan, mana yang belakangan' Lan Giok-keng merasa kurang leluasa untuk mengemukakan pendapatnya, terpaksa dia berlagak mengerti sambil mendengarkan pendeta itu berbicara lebih lanjut. "Tonghong Liang memberitahu kepadaku kalau dia sedang menuju Toan-hun-kok. Walaupun tiada permintaan apa-apa yang dia ajukan, namun antara Kokcu Toan-hun-kok, Han Siang dengan generasi dia sebelumnya pernah terjalin sengketa dan perselisihan yang dalam, bagaimana pun aku harus menguatirkan keselamatan jiwanya. "Sucouwmu, Bu-siang Cinjin adalah Cianpwee yang paling kuhormati dan kagumi, dia minta aku membantumu mencarikan Kwik Tang-lay yang bukan lain adalah Toako ku sebelum aku
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menjadi pendeta, tapi ayah Tonghong Liang pun merupakan sahabat karibku juga.... Tiba tiba Lan Giok-keng menukas perkataannya, Jalan mana yang mengarah ke Toan-hun-kok? Jalan disebelah timur. Sebetulnya Lan Giok-keng berjalan mengikuti di belakangnya, tapi sekarang dia berjalan lebih duluan dengan memilih arah timur. "Kau pandai memecahkan kesulitan orang, bagus sekali, namun kuanjurkan kepadamu lebih baik dipikir sampai matang terlebih dulu sebelum melangkah. "Aku telah memikirkannya dengan sangat jelas, beberapa kasus pembunuhan itu sudah enam belas tahun lamanya dilacak dan diselidiki pihak Bu-tong-pay, namun hingga kini belum juga ditemukan titik terang, jadi apa salahnya bila masalah itu dikesampingkan sesaat?" Sementara itu di hati kecilnya dia berpikir, "Teka-teki seputar asal-usulku pun sejak lahir hingga sekarang masih menjadi sebuah tanda tanya besar, aaai.... daripada tahu mungkin lebih baik bila tidak tahu. "Kau masih belum memahami maksudku, sela Hwee-ko. "Silahkan Cianpwee memberi petunjuk. Untuk menuju ke Toan-hun-kok, kalau mau dibilang perjalanannya sangat jauh, tempat itu memang jauh, kalau mau dibilang dekat, sebenarnya memang dekat. Kalau mengikuti kecepatan kaki kita sekarang, paling banter tujuh hari lagi sudah akan tiba di tempat tujuan, hanya saja.... "Hanya saja kenapa?" "Pernahkah kau berpikir, seandainya aku pun terjebak dalam lembah pemutus sukma, berarti tidak ada orang lagi yang bisa memberi petunjuk kepadamu untuk menemukan Kwik Tang-lay?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Urusan ada yang penting ada yang tidak, kini keselamatan Tonghong toako sedang terancam, sudah seharusnya kita pergi membantunya terlebih dulu. Hwee-ko thaysu menghela napas panjang katanya, "Aaai, tidak disangka biar usiamu masih muda, namun kau jauh lebih mengerti persoalan daripada sementara orang dewasa. Lan Giok-keng tidak paham siapa yang dimaksud sebagai 'sementara orang dewasa', namun dia dapat melihat kalau ucapan tersebut diutarakan atas dasar suara hatinya. "Biarpun Tonghong toako belum pernah angkat saudara denganku, tapi kebaikan yang telah dia berikan kepadaku tidak bakal kulupakan untuk selamanya. Terserah apapun yang akan dikatakan orang lain, aku tetap akan menganggapnya sebagai Toako ku. Cianpwee, kalau kau pun bersedia menempuh bahaya demi keselamatannya, kenapa aku harus memikirkan kepentinganku sendiri?" "Kalau begitu kau bersikeras ingin ikut aku menuju lembah pemutus sukma?" Tiba tiba satu ingatan melintas dalam benak Lan Giok-keng, jangan-jangan pertikaian antara mereka dengan lembah pemutus sukma tidak ingin dicampuri oleh dirinya, maka segera ujarnya, "Bila locianpwee merasa tidak leluasa untuk mengajak serta aku, silahkan kau tunjukkan satu tempat tertentu dengan batasan waktu selama tiga bulan, biar aku menantimu disana. Hwee-ko tidak langsung menjawab, dia berpikir sejenak setelah itu baru berkata, "Hubunganmu dengan Tonghong Liang terhitung sangat akrab, cici mu pun berada di rumah Seebun-hujin, rasanya tidak masalah kuajak serta kau mengunjungi Toan-hun-kok. Perhitungan Hwee-ko ternyata sangat tepat, setelah berjalan selama tujuh hari, betul saja mereka telah tiba di Toan-hun-kok. Hanya saja, biarpun perhitungannya tepat, ada satu hal yang membuatnya tidak habis mengerti.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mengapa Tonghong Liang tidak menunggu kedatangannya di tengah jalan? Betul, Tonghong Liang memang tidak memohon kepadanya untuk melakukan sesuatu, tapi dia telah mengutus orang dengan membawa cincin mendiang ayahnya sebagai tanda pengenal, jelas ini bermakna minta bantuan. Seharusnya Tonghong Liang pun bisa menduga, asal dia dapat meninggalkan biara Siau-lim, sudah pasti akan muncul pula di lembah pemutus sukma. Tonghong Liang tidak lebih hanya berangkat dua jam lebih awal, mengapa ia tidak menunggunya ditengah jalan? Karena tidak diperoleh jawaban, terpaksa Hwee-ko mengurainya begini, "Tonghong Siau adalah tokoh diantara sesat dan lurus, tabiatnya aneh dan sering sukar diduga. Watak Tonghong Liang mirip sekali dengan bapaknya, mana mungkin aku bisa mengurai tindak tanduknya dengan nalar pada umumnya?" Ternyata manusia yang bernama Han Siang jauh di luar dugaan Lan Giok-keng. Dia adalah pentolan perampok, tempat tinggalnya pun disebut lembah pemutus sukma, dalam bayangan Lan Giok-keng, dia pastilah seseorang dengan wajah bengis dan buas. Siapa tahu Han Siang mempunyai wajah yang sangat bersih dengan tiga jenggot panjang yang terawat rapi, modelnya tidak beda jauh dengan seorang siucay tua. Lembah pemutus sukma pun bukan tanah perbukitan yang gersang, aneka bunga dan tumbuhan memenuhi seluruh lembah, ternyata tempat itu begitu subur bagaikan nirwana. Waktu itu Han Siang sedang menjamu mereka di tengah kebun bunga. Di tengah kebun aneka bunga tumbuh mekar, ada gardu, ada bangunan loteng, ada pula gunung-gunung-an dan kolam teratai, keindahannya bak sebuah lukisan hidup.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Meja perjamuan disiapkan di tepi kolam teratai dengan dikelilingi gunung-gunungan yang terbuat dari batuTayli. Setelah mempersilahkan tamunya mengambil duduk, sambil tertawa terbahak-bahak ujar Han Siang, "Maafkan Thaysu bila aku akan bicara terus terang, sungguh tidak kusangka kau bisa kabur ke biara Siau-lim untuk menjadi seorang hwesio juru masak. Masih teringat pada pertemuan kita yang terakhir kalinya, kalau tidak salah diselenggarakan di luar loteng rumah makan dekat telaga See-ouw, waktu itu kita beberapa orang bertaruh minum arak melawanmu, siapa tahu biar kami bergabungpun ternyata tidak sanggup menangkan dirimu. Aaai, tanpa terasa tiga puluh tahun sudah lewat. "Benarkah begitu? Aah, kalau bukan kau yang bercerita lagi, mungkin akupun sudah melupakannya. Aku sendiripun tidak menyangka kalau kau bisa menjadi pemilik lembah pemutus sukma!" Han Siang tertawa. "Hwee-ko Thaysu, walaupun kau sudah menjadi pendeta, namun dalam pandanganku kau masih tetap Si Sam-hiap yang gagah dan berjiwa besar!" Kini Lan Giok-keng baru tahu kalau marga Hwee-ko sebelum jadi pendeta adalah marga Si. "Atas dasar apa kau berkata begitu?" tanya Hwee-ko. Dengan senyum tidak senyum sahut Han Siang, "Kalau bukan demi sahabat, aku rasa tidak mungkin Thaysu akan mendatangi lembahku yang terpencil ini. Boleh tahu saudara cilik ini adalah.... "Dia bernama Lan Giok-keng, saudara angkat Tonghong Liang. "Lebih bagus lagi kalau Lan-siauhiap pun ikut datang. Silahkan duduk, tidak usah sungkan-sungkan. "Han tua, pandai benar kau menikmati hidup, tempat kediamanmu ini boleh dibilang ibarat nirwana, masa kau bilang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lembah gersang yang terpencil?" Kembali Han Siang tertawa getir. "Aku dipaksa untuk bersembunyi disini menjadi cucu kura-kura yang tidak berani memperlihatkan kepala, kalau bukan Seebun Mu ingin membunuh istriku kemudian membunuhku, mana mungkin aku rela mengundurkan diri dari dunia persilatan. "Seebun Mu sudah mati banyak tahun, masa kau masih ingin balas dendam terhadap orang mati? Aku si hwesio hanya tahu membebaskan orang dari dosa dan karma, tidak ingin terlibat lagi dalam urusan dendam sakit hati yang ada dalam dunia persilatan. "Aku justru ingin minta tolong Thaysu untuk membebaskan diriku dari bencana kemusnahan. Hanya saja, mau tidak mau memang harus terlibat dalam pertikaian dunia persilatan. Sebetulnya aku ingin mengandalkan masalah ini kepada Tonghong Liang, tapi kini hanya Thaysu seorang yang bisa menolongku. "Karena kau telah menyinggung soal Tonghong Liang, aku ingin bertanya lebih dulu, benarkah Tonghong Liang pernah mendatangi tempat ini?" "Benar, Han Siang manggut manggut, kemudian sambil tertawa lanjutnya, "Thaysu, sekalipun kau tidak bilang, aku pun tahu kalau kedatanganmu kali ini demi Tonghong Liang. "Sekarang dimana Tonghong Liang berada?" "Masih berada ditempatku, sama sekali tidak kuganggu seujung rambut pun, hanya saja.... "Hanya saja kau telah mengurungnya bukan?" "Harap thaysu maklum, ilmu silat yang dimiliki Tonghong Liang masih diatas kemampuanku, kalau toh pembicaraan tidak menyambung, aku harus gunakan segala cara untuk melindungi diri sendiri. Pepatah kuno pun berkata: Menangkap harimau gampang, melepaskan macan susah. "Persoalan apa yang membuat pembicaraan kalian tidak

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nyambung?" "Padahal sederhana sekali, aku hanya mohon kepadanya untuk membantuku berbicara beberapa patah kata dihadapan Seebunhujin, agar kawanan saudaraku bisa mencari sesuap nasi, Seebunhujin adalah bibinya, setahuku, keponakannya ini bisa jadi segera akan berubah menjadi 'setengah putra'nya, apa yang dia katakan, Seebun-hujin sudah pasti akan menurutinya. "Aku memang mengetahui hubungan antara Tonghong Liang dengan Seebun-hujin. Hanya saja, bukankah kau telah berkata, sudah sejak lama mengundurkan diri dari dunia persilatan?" "Harap Thaysu maklum. Aku mundur dari dunia persilatan karena dipaksa. Bagiku, bisa saja hidup terus dalam lembah gersang ini, tapi para saudaraku toh butuh makan, butuh sesuap nasi. Terus terang saja, semenjak kematian Seebun Mu, saudara saudaraku itu sudah berusaha lagi dengan pekerjaaan lama mereka. Tapi kini ada orang enggan melepaskan kami, apa daya, kalau bukan aku yang tampil mewakili mereka, siapa lagi yang bakal tampil?" "Siapa yang kau maksudkan dengan orang-orang itu?" "Hmm, sialan, pikir Han Siang dalam hati, "sudah tahu masih berlagak tanya. Namun diluaran segera sahutnya, "Biarpun Seebun Mu telah mati, namun sekawan-an pembantu utamanya yang dulu masih hidup. "Siapa pemimpin kawanan itu?" "Seseorang yang bernama Liok Ki-seng, masih ingat dengan orang ini?" "Apakah Liok Ki-seng yang punya julukan Siucay dari alam baka?" "Betul. Liok Ki-seng hanya bisa disebut sebagai kunsunya kawanan tersebut, dia tidak bisa dikatakan sebagai pentolannya. Dalam pandangan kelompok orang orang itu, pemimpin mereka
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

masih tetap Seebun Mu. "Tapi Seebun Mu toh sudah mati. "Oleh sebab itulah dewasa ini hanya Seebun-hujin seorang yang mereka turuti perkataannya. Hwee-ko thaysu segera berpikir, "Bila aku yang berbicara, mungkin saja In Beng-cu akan memberi muka untukku. Cuma, apa yang ku-dengar sekarang hanya merupakan penjelasan sepihak, mungkinkah dibalik kesemuanya itu masih ada persoalan lain?" Belum habis ingatan itu melintas, terdengar Han Siang telah berkata lagi, "Thaysu, kau dan Seebun Mu adalah saudara angkat, asal mau membantu kami, jelas bantuanmu akan jauh lebih bermanfaat daripada bantuan Tonghong Liang. Hwee-ko termenung sejenak, kemudian bertanya, "Bolehkah aku berjumpa dulu dengan Tonghong Liang?" Han Siang segera tertawa tergelak. "Di kalangan hek-to memang berlaku peraturan semacam ini, kalau toh Thaysu baru merasa tenteram setelah bertemu Tonghong Liang, tentu saja kami akan memenuhi keinginanmu. Waktu itu malam sudah menjelang tiba, lampu lampion tampak tergantung diseputar kolam teratai dan pepohonan disekeliling gunung gunungan, begitu banyaknya lentera yang terpasang membuat suasana di sekeliling sana tampak terang benderang. Setelah meneguk dua cawan arak, kembali Han Siang berkata, "Thaysu adalah seorang yang berjiwa terbuka, apalagi taruhan minum yang kita selenggarakan dulu rasanya belum memuaskan Thaysu, untuk perjumpaan kembali kita hari ini, biar aku orang she Han menghormati dulu Thaysu dengan secawan arak. "Lebih baik kita minum setelah bertemu Tonghong Liang nanti. "Cawan ini merupakan cawan penghormatanku, nanti kita baru minum lagi sepuasnya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hwee-ko jadi teringat kalau kedatangannya kali ini adalah ingin minta kembali sandera dari tangan Han Siang, bila tidak minum araknya, hal ini menandakan kalau dia tidak percaya. Karena itu sahutnya, "Baik, akan kuteguk habis cawan arak ini. "Betul, masih ada lagi Lan-siauhiap, silahkan Lan-siauhiap pun menghabiskan secawan. "Dia masih kecil, tidak pandai minum, tukas Hwee-ko cepat, "bila Han-Kokcu tetap ingin menjalankan peraturan dunia persilatan, biar cawan arak itu aku yang mewakilinya. Rupanya Hwee-ko kuatir kalau Han Siang telah mencampuri arak itu dengan racun, dengan mengandalkan tenaga dalam yang dilatihnya secara tekun hampir dua puluhan tahun lamanya dalam biara Siau-lim, dia yakin ke dua cawan arak racun itu tidak bakal sampai mematikannya, oleh sebab itu dengan gaya sama sekali tidak curiga, dia pun menghabiskan cawan arak bagian Lan Giokkeng. Setelah arak mengalir masuk ke dalam perut, dia tidak merasakan sesuatu yang aneh. Hwee-ko pun berpikir, "Ternyata arak yang dia tuang adalah arak jempolan, keharumannya sungguh luar biasa. Berpikir begitu, diapun berseru, "Arak telah kuteguk, kenapa Han-Kokcu belum juga mempersilahkan Tonghong Liang keluar?" "Tonghong Liang sudah datang. "Dimana?" tanya Hwee-ko tertegun. Han Siang segera tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... jauh di ujung langit, dekat di depan mata, silahkan Thaysu periksa!" Baru selesai perkataan itu diucapkan, Hwee-ko pun baru saja bangkit berdiri, terdengar....Blummm!" seorang anak buah Han Siang telah melepaskan sebatang panah berapi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Anak panah itu dibidikkan ke arah gunung-gunungan dan memancarkan cahaya api berwarna kebiru-biruan. Sebetulnya diatas gunung gunungan itu tidak terdapat gua, tapi sekarang, tiba-tiba saja dinding gunung-gunungan itu merekah lalu muncullah mulut gua. Tonghong Liang tampak berdiri di depan mulut gua itu! "Tonghong Toako!" terkejut bercampur girang Lan Giok-keng segera berteriak. Pada saat yang bersamaan Tonghong Liang berteriak pula, "Hwee-ko Thaysu, mereka tidak bakal berani membunuhku, kau jangan termakan tipu muslihatnya!" Belum selesai dia berkata, "Blaaam!" pintu gua yang merekah telah menutup kembali, gumpalan cahaya api berwarna kebirubiruan itupun seketika padam. "Hey, apa yang kau lakukan terhadap Tonghong Toako?" teriak Lan Giok-keng. "Bukankah kau telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, Tonghong Toako mu selamat tanpa kekurangan sesuatu apa pun. "Mengapa kau tidak membebaskannya!" "Engkoh cilik, ujar Han Siang sambil tertawa tergelak, "kelihatannya kau masih belum seberapa paham dengan peraturan yang berlaku di kalangan hitam. "Dia memang tidak paham, tapi aku paham. Ajukan syaratmu sekarang!" "Thaysu, aku orang she Han selalu menyukai transaksi yang adil, dalam kasus ini akulah sang korban, tapi aku tidak bakal menuntut ganti rugi nyawa dari siapa pun. Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan, "Oleh karena itu aku yakin semua prasyarat yang kuajukan adalah syarat yang adil dan masuk akal, tapi bila kau kuatir tertipu atau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terperangkap, lebih baik tidak usah kita bicarakan lagi. Hwee-ko segera berpikir, "Seandainya permintaan dia hanya ingin aku mintakan pengertian dari In Beng-cu dan semua yang mereka katakan tadi memang kata-kata yang jujur, aku rasa permintaan semacam ini tidak kelewat batas. Maka diapun berkata, "Semasa suaminya masih hidup, Seebunhujin tidak pernah mau mencampuri urusan suaminya. Tapi bila dengan sepatah katanya, Liok Ki-seng sekalian benar-benar mau mengakhiri pertarungan, aku rasa dia pasti akan berbicara. "Yang kami harapkan bukan hanya sepatah kata itu saja, melainkan menginginkan dia bicara akan dua hal. "Lalu perkataan apa lagi yang kalian inginkan?" "Minta dia menyerahkan semua kekuasaan yang diperoleh dari suaminya dulu di hadapan Liok Ki-seng sekalian. "Maaf, aku tidak memahami maksud perkataanmu itu, toh orangnya sudah mati, kekuasaan apa lagi yang kalian harapkan?" "Dulu, Liok Ki-seng dan kelompoknya merupakan gabungan dari sembilan belas markas Liok-lim caycu di wilayah air dan daratan, untuk menyatakan kesetiaan mereka terhadap Seebun Mu, orangorang itu secara bersama sama telah menyerahkan sebuah lencana emas yang berukirkan nama dari sembilan belas keluarga Liok-lim sebagai pernyataan kepatuhan mereka ter-hadap Seebun Mu yang telah diangkat menjadi Liok-lim Bengcu. Lencana emas itu bisa diserahkan oleh Bengcu kepada siapa pun untuk menyampaikan perintah, kemunculan lencana emas sama seperti kehadiran Bengcu pribadi. Waktu itu sama sekali tidak disertai keterangan kalau sang Bengcu meninggal maka pengaruh lencana emas ikut lenyap. Oleh karena itulah meski orangnya telah mati namun kekuasaannya masih tetap utuh. Kini Hwee-ko sedikit rada mengerti, ujarnya kemudian, "Jadi menurut perkataanmu, karena Seebun-hujin memegang lencana emas itu maka dia pun bisa menjadi Liok-lim Bengcu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Betul, seandainya dia serahkan lencana emas itu kepada putrinya, biarpun putrinya masih seorang budak ingusan, dia sama saja dapat menjadi seorang Liok-lim Bengcu, atau paling tidak bisa menjadi Cong-caycu dari sembilan belas keluarga. "Tapi menurut apa yang kuketahui, mereka ibu dan anak sudah lama hidup mengasingkan diri diluar perbatasan, di sebuah gunung yang terpencil dan jauh dari keramaian dunia, sudah pasti mereka tidak bakalan mau menjadi Liok-lim Bengcu. "Mau atau tidak, itu urusan mereka, tukas Han Siang, "tapi dalam kenyataan, lencana emas itu masih berada ditangan Seebunhujin. "Han-Kokcu, kata Hwee-ko kemudian dengan suara hambar, "ternyata perhitungan siepoa mu memang luar biasa, kalau sampai begitu keadaannya, bukan saja Liok Ki-seng dan kawan-kawannya tidak akan menyusahkan dirimu lagi, malah sebaliknya mereka bakal menjadi anak buahmu. "Hmm!" Han Siang mendengus dingin, "bukan berarti aku berniat merebut kekuasaan ini, tapi paling tidak berilah keadilan untukku. Anak istriku telah mati di tangan Seebun Mu, jelas aku harus membalas dendam sakit hati ini, anak buahku selama banyak tahun pun hidup tertekan dan sengsara, masa tidak pantas untuk memberi sedikit ganti rugi bagi mereka semua?" Untuk sesaat Hwee-ko thaysu hanya termenung tanpa bicara, pikirnya, 'Bicara sejujurnya, perbuatan Seebun Mu yang mengakibatkan keluarganya berantakan memang merupakan tindakan yang sedikit kelewatan, sewajarnya bila Beng-cu menebuskan dosa dan kesalahan suaminya dimasa itu. Namun Han Siang pun bukan orang baik-baik, jika membiarkan dia jadi Liok-lim Bengcu, sudah jelas kedudukan tersebut akan semakin membuatnya malang melintang dengan segala kejahatan dan kebusukan. Lagipula sewaktu dia berkhianat terhadap Seebun Mu tempo hari, bukankah dia pun berniat menghabisi nyawa Seebun Mu dan keluarganya?'
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Belum sempat dia mengucapkan sesuatu, kembali Han Siang telah berkata, "Thaysu, bukankah kau berkata akan datang membebaskan semua dosa dan karma buruk? Kini keputusan berada pada ucapanmu. "Aku harus berbicara dulu dengan Seebun-hujin sebelum menyinggung masalah lain. "Itulah sebabnya aku mohon agar Thaysu bersedia menyampaikan permintaan mereka itu kepada Seebun-hujin! Thaysu, bila kau anggap prasyarat yang kukemukan masuk akal dan cengli, silahkan ucapkan janjimu, kami percaya kau pasti tak akan mengecewakan harapan kami semua!" Perkataan dari Han Siang ini memang sangat diplomatis, posisi yang dihadapi Hwee-ko sekarang ibarat orang yang sudah didesak hingga berada di sudut dinding, tidak mungkin bisa berkelit lagi, bagaimana pun harus mengemukakan sikapnya. Sebetulnya Han Siang hanya minta tolong kepadanya untuk menyampaikan perkataan, apakah nantinya dia akan sampaikan kepada Seebun-hujin atau tidak, sebetulnya tidak ada yang bakal tahu. Soal apakah Seebun-hujin bersedia menyerahkan lencana emas itu atau tidak pun merupakan urusan Seebun-hujin, sama sekali tidak ada sangkut paut dengan dirinya. Semisal gagal, itupun dia hanya kehilangan muka karena katakatanya tidak berpengaruh. Bila berganti orang lain, bisa saja dia pura-pura menyanggupi permintaan Han Siang dan berusaha membebaskan Tonghong Liang terlebih dulu. Namun Hwee-ko bukanlah manusia seperti itu, sejak tiga puluh tahun berselang dia sudah merupakan seorang pendekar yang punya nama besar, apalagi sekarang pun sudah menjadi murid Buddha, bagaimana mungkin dia mau berbohong? Lagipula dia ingin mencari dahulu apakah prasyarat yang diajukan Han Siang cukup masuk diakal atau tidak, kemudian baru membantu orang itu untuk berbicara dengan Seebun-hujin.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hwee-ko merasakan hatinya sangat kalut, sementara dia masih ragu, mendadak pandangan matanya terasa jadi gelap, tahu-tahu kepalanya merasa pening dan pandangan matanya berkunangkunang, perubahan ini kontan membuat hatinya terperanjat. Walaupun pandangan matanya jadi gelap, tapi pikiran dan hatinya tiba-tiba jadi terang. Dalam pada itu Han Siang sedang mengawasinya dengan pandangan tajam, tegurnya dingin, "Hwee-ko Thaysu, sebetulnya.... Belum selesai dia berkata, mendadak Hwee-ko melompat bangun, sambil menuding bentaknya, "Han Siang, berani amat kau gunakan cara najis yang memalukan semacam ini untuk menghadapiku!" Segulung pancaran air tiba-tiba menyembur keluar dari ujung jarinya, pancaran cairan itu menyebarkan bau wanginya arak yang sangat kental. Ternyata Hwee-ko telah menggunakan tenaga dalam tingkat tingginya untuk memaksa keluar dua cawan arak yang diteguknya tadi melalui ujung jarinya dalam bentuk panah arak. Han Siang tidak sempat bangkit berdiri, bangkunya langsung didorong ke belakang, sementara ujung bajunya dikebaskan untuk menangkis. Butiran arak segera memancar ke empat penjuru, "Aduuuuh!" terdengar jerian ngeri bergema memecahkan keheningan, mata seorang anak buah Han Siang yang kebetulan berdiri di samping sana terhajar telak hingga buta. Ujung baju Han Siang sendiripun telah bertambah dengan lubang lubang kecil yang tidak terhitung jumlahnya, bentuk lubang itu persis seperti sarang lebah. Biar begitu, dia sempat menggulung poci arak yang berada diatas meja itu kemudian berikut bangkunya telah melompat mundur sejauh satu tombak lebih. "Tunggu sebentar!" bentak Han Siang nyaring, dengan tangan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kiri memegang poci, tangan kanannya melakukan bacokan, dia babat poci arak itu hingga terbelah menjadi dua bagian. Sambil mengangkat belahan poci arak itu dan diarahkan ke depan, teriaknya, "Hwee-ko Thaysu, coba kau perhatikan dengan jelas. Dalam poci arak ini sama sekali tidak ada alat rahasia. Arak yang tersimpan pun sama. Padahal aku meneguk arak itu jauh lebih banyak ketimbang kau!" Sebenarnya Hwee-ko curiga kalau dia telah mencampuri arak itu dengan racun, tapi sekarang dia mulai meragukan kecurigaannya itu, jangan-jangan dia telah salah menduga. Pikirnya, 'Kemampuan Han Siang melepaskan racun belum termasuk nomor wahid, bila dia benar-benar mengguna- kan racun, masa aku tidak dapat merasakannya? Tapi aneh, mengapa sekarang.... ' Belum habis dia berpikir, perasaan pusing dan berkunang kembali muncul secara tiba-tiba. Hwee-ko mencoba mengatur pernapasan, dia merasa peredaran hawa murninya sudah menjumpai hambatan, maka setelah berhasil mengendalikan diri ujarnya, "Baik, anggap aku telah salah menuduhmu, silahkan duduk kembali ke tempat semula, mari kita berbicara lagi. "Pembicaraan antar teman berdasarkan saling percaya, bila Thaysu memang menaruh curiga, lebih baik pembicaraan hari ini kita hentikan sampai disini saja. Hwee-ko tidak habis mengerti mengapa dirinya bisa keracunan, tapi sudah jelas terlihat kalau pihak lawan sedang menjalankan siasat menunda pasukan. Sekuat tenaga dia berusaha mengendalikan diri, tidak membiarkan Han Siang menemukan perubahan mimik mukanya, dengan hambar ujarnya, "Baik, sementara waktu tidak usah kita bicarakan, hanya saja.... Mendadak sambil membentak dia menerkam ke depan, serunya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hanya saja, kau harus menghantarkan aku dan Tonghong Liang meninggalkan tempat ini!" Han Siang tidak sempat menghindarkan diri, terpaksa dia balas mencengkeram tubuh Hwee-ko. Sebetulnya dia pun mempelajari ilmu cakar elang Toa-lek-engjiau-kang, siapa tahu ketika cakar kedua belah pihak saling membentur, terjadi suara benturan yang keras diikuti kulit tubuhnya serasa disayat dengan golok, tahu-tahu lengan kanan Han Siang telah muncul sebuah mulut luka yang merekah besar, darah bercucuran tiada hentinya. "Thaysu!" teriak Han Siang dengan napas tersengkal, "kecurigaanmu kelewat besar, sebenarnya aku hendak menghantar keluar Tonghong Liang tapi paling tidak kau harus memberi kesempatan kepadaku untuk berbicara!" Begitu menggunakan tenaga dalamnya, Hwee-ko segera merasakan peredaran tenaga dalam dadanya jadi kalut, seolah olah seluruh badannya akan terlepas saja, bahkan kondisi badan pun kian bertambah menyusut. Cepat dia berpaling ke arah Lan Giokkeng sambil berpikir, "Bocah ini tidak meneguk arak, rasanya dia tidak bakalan keracunan. Namun dalam kondisi seperti ini, dia tidak dapat memperingatkan Lan Giok-keng, minta dia segera melarikan diri. Ooo)*(ooO Belum lenyap ingatan itu, terlihat kepala Lan Giok-keng tiba-tiba terkulai lemas, dia seperti tidak dapat duduk dengan tegak lagi, tubuh berikut bangkunya roboh terjungkal ke tanah. Hwee-ko terkesiap, baru saja hendak menerjang maju, anak buah Han Siang sudah keburu meluruk maju ke depan, Hwee-ko segera mengerahkan sisa kekuatannya untuk memukul, menendang dan merobohkan beberapa orang lagi, tapi sayang pandangan matanya jadi kabur, yang terlihat kini hanya bayangan hitam yang kabur, kekuatan badannya semakin melemah, dalam waktu singkat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dia berhasil merobohkan beberapa orang itu. Untung saja kawanan anak buah Han Siang keder dibuatnya oleh kejadian ini, untuk sesaat mereka tidak berani lagi untuk maju ke depan. Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita berseru sambil tertawa cekikikan, "Hwee-ko, sungguh hebat kepandaianmu, sayang sedikit terlambat ketika kau sadar mulai keracunan. Di hadapannya muncul seorang wanita cantik setengah umur, biarpun pandangan matanya sudah mulai kabur, namun dia masih cukup mengenali siapakah wanita itu, bahkan biar sudah terbakar jadi abu pun dia tetap dapat mengenali. "Siang Ngo-nio, ternyata kau yang telah meracuni kami!" bentak Hwee-ko nyaring, suara bentakan itu penuh dengan hawa amarah, tapi kedengaran mulai gemetar. Siang Ngo-nio tampak sangat bangga, katanya lagi sambil tertawa terkekeh, "Sekarang tentunya kau sudah tahu bukan kalau tuduhanmu terhadap Han tua salah besar? Hehehehe.... kalau bukan lo-nio turun tangan sendiri, mana mungkin tokoh hebat semacam kau bisa masuk perangkap!" "Tidak memalukan bila lolap dipecundangi manusia macam kau, tapi ada satu hal aku kurang jelas, mohon diberi petunjuk, ujar Hwee-ko tiba-tiba. Suara tertawa Siang Ngo-nio makin keras. "Terima kasih banyak atas pujian Thaysu, kenapa persoalan apa yang ingin kau ketahui?" "Dalam arak tiada racun, aku ingin tahu dengan cara apa kau mempercudang diriku?" Ketika seseorang merasa telah melakukan sebuah 'hasil karya yang membanggakan', yang paling dia takuti adalah bila orang lain tidak mengetahui secara jelas.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pertanyaan dari Hwee-ko ini ibarat sedang menggaruk bagian tubuhnya yang paling gatal, kontan saja Siang Ngo-nio tertawa terkekeh. "Hahahaha.... bila tidak kuberitahu tahu, mungkin sampai mampus pun kau akan jadi setan pikun. Meracuni orang sama dengan ilmu silat, semuanya terdiri dari beberapa tingkatan, kau sangka hanya lewat arak dan hidangan saja racun baru bisa disebar? Kau salah besar, terus terang saja, semenjak pertama kali kau melangkah ke tempat ini, tubuhmu sudah mulai keracunan. "Aku jadi semakin tidak habis mengerti, bukankah waktu itu kau belum datang, bagaimana mungkin bisa menyebar racun? Kemudian, sejak kapan kau menyebar racun? Mengapa aku sama sekali tidak merasa?" Siang Ngo-nio tertawa lebar. "Siapa suruh kau kurang hati-hati, pernahkah kau memperhatikan sesuatu, ketika baru datang tadi, langit belum gelap, tapi mengapa di empat penjuru gardu ini sudah disulut lilin?" Seolah baru mendusin dari impian, Hwee-ko segera berseru, "Jadi racun itu berasal dari ke empat batang lilin itu?" "Betul, lilin itu terbuat dari tujuh macam bahan pemabok, yang hebat adalah setelah bahan-bahan itu tercampur, sama sekali tidak menyebarkan bau harum apa pun, itulah sebabnya kehadiran racun ini sama sekali tidak bisa dirasakan oleh jagoan tangguh macam dirimu. Setelah berhenti sejenak, kembali terusnya, "Racun ini bekerja sangat lambat, satu menit lebih lama lilin itu menyala, satu menit lebih dalam kau keracunan. Pada mulanya kau tidak bakalan berasa, tapi disaat kau mulai merasakan hal ini, maka keadaan sudah terlambat, sehebat apa pun tenaga dalam yang kau miliki, jangan harap bisa mengusir pengaruh racun tersebut. Hebatnya tenaga dalam seseorang hanya bisa menunda saatmu jatuh tidak sadarkan diri, tapi sayangnya semakin kau gunakan tenaga dalam untuk melawan, racun akan semakin dalam menyusup dalam tubuhmu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kalau tidak percaya, cobalah sekarang, coba lihat apakah kau masih bisa mengerahkan tenaga murnimu. Hwee-ko sengaja 'minta petunjuk' darinya, tujuan yang utama adalah berusaha untuk mengulur waktu, dia berharap bisa menggunakan waktu yang sesaat untuk mengusir pengaruh racun dari tubuhnya. Tapi sekarang dia tidak perlu mencoba lagi, sebab sudah tahu kalau apa yang dikatakan Siang Ngo-nio memang tidak bohong, kini lambungnya terasa kosong melompong, bukan saja tidak dapat menggiring hawa murninya berkumpul di Tan-tian, sebaliknya dia merasa makin lama tubuhnya semakin 'terurai' dan terlumat dalam udara. "Lebih baik beristirahatlah dengan tenang, kata Siang Ngo-nio sambil tertawa, "mengingat hubungan kita selama banyak tahun, tidak nanti aku akan mencabut nyawamu. Yang kuinginkan hanya bocah itu. Han tua, aku telah membantumu, jadi bocah she Lan itu bisa kau serahkan kepadaku bukan!" "Buat apa aku minta bocah itu? Cuma khawatirnya ada yang merasa keberatan. "Siapa?" "Tonghong Liang!" Kontan Siang Ngo-nio tertawa dingin. "Hmm, dia sangka masih berhak untuk ikut bicara disini?" jengeknya. Tiba tiba dia teringat kalau Tonghong Liang sudah terjatuh ke tangan Han Siang, lantas buat apa dia harus mengucapkan perkataan seperti itu? Begitu ingatan tadi melintas, segera katanya, "Baik, sekarang aku akan membawa dulu bocah itu, daripada nanti aku musti berebut lagi dengan orang lain. Eeei, tidak benar.... Sebetulnya Lan Giok-keng berbaring diatas meja dalam keadaan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tudak sadarkan diri, tapi sekarang, secara tiba tiba dia melompat bangun, kemudian.... blukk, bluuuk! Dua orang anak buah Han Siang yang sedang mengawasinya dari samping tahu-tahu sudah roboh tertelentang diatas tanah. Ternyata walaupun dalam arak yang disuguhkan Han Siang tidak dicampuri racun, namun setelah meneguk arak lalu menghisap hawa racun yang tersebar dari lilin yang terbakar, daya kerja racun menyebar semakin cepat. Itulah sebabnya ketika Hwee-ko merasa kalau dirinya sudah keracunan, Lan Giok-keng sendiri baru saja mulai merasa agak pening, namun sama sekali belum sadarkan diri. Alasan lain mengapa racun dalam tubuhnya bekerja jauh lebih lambat dari Hwee-ko adalah, meski dalam hal tenaga dalam dia masih kalah jauh dibandingkan Hwee-ko, namun Sim-hoat tenaga dalam yang dipelajarinya adalah tenaga dalam murni yang dipelajari langsung dari Bu-siang Cinjin, tenaga dalamnya lebih menang dalam hal 'kemurnian', maka di saat dia berlagak mabok dengan memperlemah napasnya, otomatis daya kerja racun pun jadi semakin melambat. Begitu cepat dia bertindak, mendadak Lan Giok-keng telah mencabut keluar pedangnya dan melancarkan sebuah tusukan ke tubuh Siang Ngo-nio. Tentu saja Siang Ngo-nio tidak memandang sebelah mata pun terhadap datangnya ancaman, sambil mengebaskan ujung bajunya dia berkata sambil tertawa lembut, "Aku hanya berniat baik kepadamu, buat apa.... Belum habis berkataan itu diucapkan, "Breeet!' tahu-tahu ujung bajunya sudah terpapas oleh sambaran pedang Lan Giok-keng yang cepat bagaikan sambaran kilat dan robek sebagian. Sekarang Siang Ngo-nio baru terkejut, dia tidak habis mengerti, baru berpisah satu bulan kenapa ilmu pedang Lan Giok-keng dapat mengalami kemajuan sedemikian cepatnya?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Darimana dia bisa tahu kalau dalam sebulan belakangan, bukan saja dia telah mendapat petunjuk dari Tonghong Liang bahkan selama berada dalam biara Siau-lim, secara beruntun dia telah menyaksikan pertarungan antara Tonghong Liang dengan Wan-seng dan Wan tin, lalu menyaksikan pula pertarungan Hwee-ko melawan Pun-bu thaysu, ketua tianglo dari ruang Tat-mo, sekalipun pertarungan mereka bukan pertan-dingan pedang, namun dengan pemahaman yang diperoleh sepanjang pertarungan itu berlangsung, kepesatan ilmu silat yang diperoleh Lan Giok-keng saat ini boleh dibilang jauh diatas kemampuannya dulu. Begitu menyaksikan Lan Giok-keng dapat menggunakan ilmu pedang sedemikian hebatnya, Hwee-ko merasa kegirangan setengah mati, namun dibalik rasa gembira, diam-diam dia pun berpekik, "Sayang!" pikirnya, "Kepintaran bocah ini memang lain daripada yang lain, hanya sayang dia masih kekurangan pengalaman, coba kalau dia menunggu sebentar lagi, sampai wanita siluman itu berjalan mendekatinya baru melancarkan serangan, besar harapan perempuan itu tidak bisa meloloskan diri lagi. Dengan perasaan kaget bercampur ragu Siang Ngo-nio melompat mundur ke belakang, kemudian menyelinap ke balik penyekat ruangan. Dalam pada itu Hwee-ko merasakan kepalanya makin lama makin bertambah pening, buru-buru teriaknya, "Mau menangkap bajingan, bekuk pentolannya lebih dulu. Dalam Toan-hun-kok, Han Siang adalah tuan rumah, kalau bisa membekuk Han Siang tentu saja manfaatnya jauh lebih besar ketimbang membekuk Siang Ngo-nio. Selain itu kungfu yang dimiliki Han Siang masih sedikit di bawah Siang Ngo-nio, itu berarti kesempatan untuk berhasil jauh lebih besar. Hwee-ko bisa berpikir ke situ, begitu pula dengan Lan Giok-keng. Dengan cepat dia mengambil keputusan dan langsung menerkam ke arah Han Siang. Melihat datangnya ancaman, Han Siang dengan jurus Wan-kionghttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

si-tiau (Menarik gendawa memanah rajawali) segera mengancam jalan darah Sam-yo-hiat di tekukan lengan Lan Giok-keng, cepat bocah itu membalik pedangnya balas membacok. "Serangan bagus!" bentak Han Siang. Sambil menekuk lutut dan memutar arah, Dia menggunakan ilmu Ki-na-jiu-hoat balas mengancam lengan lawan. Saat itu jurus serangan Lan Giok-keng sudah terlanjur digunakan hingga puncak, tampaknya susah baginya untuk meloloskan diri dari cengkeraman tersebut. Hal ini bukan disebabkan ilmu silat Han Siang jauh lebih baik dari Siang Ngo-nio, melainkan karena dia sudah melihat kerugian yang diderita perempuan itu maka jauh sebelumnya sudah membuat persiapan. mi.... -> " * ' Bagaimana pun, yang menonton dari samping arena dapat melihat situasi jauh lebih jelas, disaat dia sangka bakal peroleh kemenangan itulah tiba-tiba terdengar Siang Ngo-nio berteriak keras, "Kokcu, hati-hati!" Belum habis dia berkata, mata pedang Lan Giok-keng yang sesungguhnya sudah berada pada posisi tidak mungkin membalik itulah tiba-tiba memercikkan bunga pedang, kemudian dari arah yang sama sekali tidak diduga Han Siang mendadak menusuk masuk. Dalam gugupnya cepat-cepat Han Siang menekuk pinggang sambil membuang tubuhnya nyaris menempel diatas tanah, meski cukup cepat dia berkelit hingga bagian tubuhnya yang mematikan berhasil terlindungi, tidak urung ujung pedang Lan Giok-keng sempat menusuk juga tubuhnya. Han Siang merasakan tengkuknya tersambar angin dingin, dengan perasaan bergidik pekiknya dalam hati, Mampus aku kali ini!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Diluar dugaan, ternyata dia tidak merasakan kesakitan. Ternyata babatan pedang dari Lan Giok-keng itu hanya menyambar lewat nyaris menempel diatas bahunya, akibat babatan tersebut hanya selapis kulit tubuhnya saja yang tersayat. Sementara itu Lan Giok-keng sendiripun diam diam menarik napas dingin, pikirnya, "Coba kalau aku menggunakan tenaganya dua bagian lebih besar, dia pasti terluka parah. Aaai, sungguh tidak nyana kemampuanku demikian tidak becus!" Bagaikan keledai malas yang menggelinding, Han menyingkir sejauh beberapa tombak dari arena pertarungan. Siang

"Kokcu, jangan gugup, terdengar Siang Ngo-nio berseru sambil tertawa, "bocah itu sudah kehabisan tenaga. Ketika Han Siang bangkit berdiri, betul saja, dia jumpai Lan Giokkeng hanya berdiri di tempat semula dan sama sekali tidak mengejarnya. Namun sayang keadaannya sekarang sudah ibarat burung yang kaget oleh panah, mana mungkin berani maju kembali? Dalam pada itu Siang Ngo-nio telah muncul kembali dari balik sekatan, dengan lembut ujarnya, "Anak Keng, aku tidak bakal mencelakaimu, asal mau memanggil ibu angkat kepadaku, bukan saja aku akan segera menolongmu bahkan akan kuberikan juga obat pemunahnya. Waktu itu Lan Giok-keng merasakan otaknya seperti mau meledak, beratnya bukan kepalang. Namun meski sudah ingin tidur, dia masih berusaha untuk mempertahankan diri, umpatnya, "Kau.... kau siluman perempuan.... bunuhlah aku, tidak nanti aku akan.... Belum selesai bicara tiba-tiba terdengar suara benda berat yang jatuh ke tanah, ternyata Hwee-ko Thaysu bagaikan sebatang balok kayu sudah roboh terjungkal ke tanah. Ternyata setelah menyaksikan racun yang berada dalam tubuh Lan Giok-keng mulai bekerja, harapan pun pupus sudah, hawa murni yang masih tersisa dalam Tan-tian pun otomatis membuyar,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hal ini membuat kesadarannya tidak dapat dipertahankan lagi. "Hwee.... Hwee-ko Thaysu.... teriak Lan Giok-keng dengan suara parau. Sayang dia tidak dapat mendengar suara teriakan sendiri, dia sudah tidak mampu berteriak lagi. Namun lamat-lamat dia seperti mendengar suara helaan napas Siang Ngo-nio disusul ucapannya, " Aaaai.... dasar bocah yang tidak tahu diri....!" Mendadak pandangan matanya jadi gelap, dia pun roboh tidak sadarkan diri. "Han Kokcu, sambil tertawa ujar Siang Ngo-nio, "kali ini mereka benar-benar sudah pingsan, bukan pura-pura lagi, kau tidak usah kuatir. Keadaan Han Siang sungguh mengenaskan, selain malu dia pun merasa sangat kehilangan muka, sambil tertawa paksa katanya, "Bocah ini selain pintar, nyalinya sangat besar. Terus terang saja bukan hanya Ngo-nio saja yang menyukainya, meski aku sempat tersayat oleh pedangnya, jujur saja, aku tetap tidak tega untuk melukainya. Siang Ngo-nio mendengus. "Sudah, tidak usah bicara yang bukan-bukan lagi, mari kita kembali ke pokok persoalan. Aku telah membantu usahamu, lantas apa balasanmu untukku?" Sebenarnya dia menunggu tindakan Han Siang yang secara otomatis menyerahkan Lan Giok-keng kepadanya, siapa tahu orang itu hanya membungkam saja. Diam-diam Siang Ngo-nio jadi jengkel, pikirnya, "Sudah jelas kau tahu kalau aku menyukai bocah ini, tapi masih sengaja berlagak pilon! Hmmm, paling tidak kau harusnya bilang begini, kalau kau begitu menyukainya, ambillah. Belum lagi ingatan itu melintas, tiba-tiba terdengar seseorang berkata, "Jangan lupa masih ada aku!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bersamaan dengan bergemanya perkataan itu, dari balik sekat ruang telah berjalan keluar seseorang, ternyata dia tidak lain adalah Tonghong Liang. Rupanya di dalam gua di balik gunung-gunungan itu terdapat sebuah lorong bawah tanah yang langsung menembus ke ruangan Huan-cui-kek ini. "Ngo-nio, tidak nyana tanganmu begitu panjang hingga bisa menjamah ke tempat ini. Mengagumkan, sungguh mengagumkan!" sindir Tonghong Liang. "Hmm, memangnya aku masih punya nilai untuk dikagumi?" balas Siang Ngo-nio ketus. "Bukan saja aku kagum karena tanganmu yang begitu panjang, terlebih kagum lagi karena siasatmu yang begitu licik dan keji. Hey, dengan cara apa pula kau bisa membiarkan si tua Tong memberi ijin kepada-mu untuk keluyuran?" Sewaktu berjumpa ditengah jalan tempo hari, Siang Ngo-nio telah menderita kekalahan di tangan Tonghong Liang, bahkan menderita kekalahan yang amat mengenaskan, sedikit banyak dia merasa jeri juga menghadapi orang ini. Cepat sahutnya, "Kau tidak usah mencampuri urusanku. Hmm, aku hanya ingin tanya, mau apa kau datang kemari?" "Sama seperti kau, datang kemari untuk menanyakan balas jasa dari Han-Kokcu, sahut Tonghong Liang sambil tersenyum. "Tonghong Liang, hari ini aku tidak ingin membuat perhitungan denganmu, tapi kau pun jangan mencoba mencampuri urusanku. Tahukah kau, aku adalah sahabat karib gurumu, seandainya gurumu berada disini pun, dia pasti akan memberi muka kepadaku. Kembali Tonghong Liang tertawa. "Ke satu, sahabat lamamu kelewat banyak, aku tidak berminat untuk mengetahuinya. Ke dua, aku tidak pernah mencampuri urusan lama guruku. Ke tiga, sejak terjun ke dalam dunia persilatan, guruku tidak pernah lagi mencampuri urusan pribadiku.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siang Ngo-nio benar-benar dibuat menangis tidak bisa tertawa pun tidak mampu, hampir saja dia tidak tahan untuk melukainya dengan racun, tapi setelah mendapat pelajaran tempo hari, dia semakin sadar akan kehebatan ilmu silat Tonghong Liang, bahkan sudah jauh mengungguli gurunya di masa lampau, maka dia tidak berani bertindak gegabah. Sembari berpaling ke arah Han Siang, ujarnya sambil tertawa dingin, "Han-Kokcu, permainan sandiwara mu dengan Tonghong Liang benar-benar sangat hebat, bahkan aku sendiripun nyaris terkelabuhi. Hehehe.... apakah sekarang kalian akan bekerja sama lagi untuk menghadapi ku?" Han Siang tertawa getir. "Ucapan Ngo-nio terlampau serius, kalian berdua sama-sama telah membantuku, mana mungkin aku akan pilih kasih?" "Bantuan apa yang telah dia berikan kepadamu?" tanya Siang Ngo-nio cepat. "Tanpa dia, Hwee-ko Thaysu yang sudah menjadi pendeta di biara Siau-lim ini mana mungkin bakal muncul di Toan-hun-kok?" Kembali Siang Ngo-nio tertawa dingin. "Aku tahu, dalam hal menipu orang, aku memang tidak sanggup menandingi Tonghong Liang, tapi kalau hanya berhasil membohongi pendeta itu hingga muncul disini, memangnya dia bakal membantumu menyelesaikan cita-cita?" "Benar, seandainya tiada bantuan dari Ngo-nio, kami pun tidak mampu menghadapi hweesio itu. Maka dari itulah aku menaruh rasa berterima kasih yang sama terhadap kalian berdua. Tolong kalian sudi memandang wajahku dengan tidak melakukan benturan sendiri, semua persoalan mari kita rundingkan secara baik-baik. Bila kalian sudah memperoleh pemahaman, aku akan melaksanakan apa pun keputusan itu. Tolong jangan menyusahkan diriku. "Baik, kalau memang hweesio itu datang karena tertipu olehnya, kutinggalkan hwesio itu untuknya, sementara aku menginginkan bocah she Lan itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tidak, tukas Tonghong Liang cepat, "hwesio itu untukmu, aku minta Lan Giok-keng saja. "Kurangajar, aku toh seorang wanita, buat apa mendapatkan seorang hweesio?" "Hahahaha.... siapa tahu kau ingin mencicipinya. "Dasar sialan, mulut anjing memang tidak bakal muncul gading. Lo-nio tidak sudi ribut denganmu. Tapi jangan kau sangka lo-nio bisa dipermainkan sesuka hatimu!" "Siapa yang sedang mempermainkan dirimu? Kalau kau tidak maui hwesio, itu mah urusanmu sendiri. Lan Giok-keng adalah adik angkatku, tidak nanti akan kuserahkan kepadamu. "Han-Kokcu, bagaimana menurut kau?" teriak Siang Ngo-nio kemudian. Han Siang angkat ke dua belah tangannya sambil menggeleng. "Terus terang, aku tidak ingin menyalahi kalian berdua, namun aku pun tidak ingin membantu pihak mana pun. "Han-Kokcu, jadi kau sangka aku tidak mampu mengalahkan Tonghong Liang?" "Lebih baik kalian berdua jangan sampai saling bertempur!" "Han-Kokcu, kembali Siang Ngo-nio berkata ketus, "kalau memang kau enggan membantuku, lebih baik biarkan aku mati disini saja!" Sembari berkata dia sudah mencabut sebatang jarum beracun dan mengarahkan ujung jarum yang tajam ke atas tenggorokan sendiri. "Ngo-nio, jangan!" teriak Han Siang. "Apa salahnya biarkan aku mati? Bukankah lebih baik untukmu? Hmm, biar kau enggan membantuku, ada orang pasti akan membantuku!"

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tentu saja Han Siang mengerti siapa yang dimaksud "ada orang" itu, pikirnya, "Tidak jelas ancamannya untuk bunuh diri itu sungguhan atau hanya gertak sambal. Tapi seandainya dia benarbenar mati di dalam Lembah pemutus sukma, kekasih gelapnya, Tong ji-sianseng pasti akan datang kemari untuk membuat keonaran. Sebagaimana diketahui, keluarga Tong dari wilayah Su-chuan mempunyai julukan sebagai "keluarga senjata rahasia nomor wahid dikolong langit". 'Tong ji-sianseng' Tong Tiong-san adalah anggota keluarga Tong dari Su-chuan, kakaknya Tong Pak-san sudah meninggal, itu berarti dewasa ini dialah orang dengan kedudukan paling tinggi dalam keluarga Tong. Jangan lagi Han Siang tidak bernyali untuk mengusiknya, bahkan para Ciangbunjin dari pelbagai partai besar pun rata-rata menaruh perasaan jeri terhadapnya. Mimpi pun Han Siang tidak menyangka kalau Siang Ngo-nio bakal membuat ulah, saking kagetnya dia sampai gugup dan panik tidak karuan. Tonghong Liang masih berdiri dengan mimik santai, hanya ujarnya dengan nada hambar, "Ngo-nio, kau ingin merampas Lan Giok-keng? Apakah tidak kuatir orang Bu-tong-pay akan mencarimu untuk membuat perhitungan?" Dengan berlagak serius sahut Siang Ngo-nio cepat, "Mati saja tidak takut, apa lagi yang musti kutakuti?" "Hahahaha.... betul, orang mati memang tidak perlu ditakuti, tapi kalau ada orang tahu kalau kau bukan orang mati?" sindir Tonghong Liang sambil tertawa terkekeh. "Apa maksud perkataanmu itu?" seru Siang Ngo-nio, diam-diam dia terperanjat. "Aku tidak percaya kalau kau tidak mengerti, berani mendatangi Toan-hun-kok bukankah lantaran kau sangka orang lain telah menganggapmu mati? Orang yang sudah mati ditambah sedikit obat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perubah wajah, kau pun bisa berkeliaran dalam dunia persilatan semau hati sendiri. Siang Ngo-nio tidak mengira rahasianya bakal dibongkar Tonghong Liang, untuk sesaat dia berdiri termangu, berdiri tertegun saking kagetnya. Kembali Tonghong Liang tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... Ngo-nio, lebih baik tidak usah berlagak sok mati lagi, mari kita bicarakan jual beli ini dengan lebih serius. Kemudian sambil berpaling ke arah Han Siang, ujarnya lebih jauh, "Han-Kokcu, untuk sementara waktu kuserahkan hwesio tua dan adik angkatku kepadamu, harap kau merawat mereka dengan sebaik-baiknya, biar aku berunding dulu dengan Ngo-nio. Terlepas apakah transaksi ini berhasil atau tidak, akupun tidak bakal menyusahkan dirimu. Ibarat pucuk dicinta ulam tiba, cepat-cepat Han Siang berseru, "Memang paling baik begitu. Segera dia perintahkan orang untuk menggotong pergi Hwee-ko thaysu dan Lan Giok-keng, sementara dia sendiri ikut meninggalkan ruang Huan-cui-kek dengan membiarkan Siang Ngo-nio dan Tonghong Liang tetap berada ditempat. Sepeninggal Han Siang, dengan perasaan ragu penuh curiga Siang Ngo-nio baru bertanya kepada Tonghong Liang, "Sebetulnya isu apa yang telah kau dengar sepanjang jalan?" "Tidak ada, aku hanya berjumpa Bouw It-yu di tengah jalan. "Lantas kenapa?" "Juga tidak apa-apa, aku hanya tahu kalau kau pun pernah bersua pula dengan Bouw It-yu. "Apa saja yang telah dia katakan kepadamu?" kembali Siang Ngo-nio bertanya, sementara di hati kecilnya berpikir, 'Bouw It-yu adalah musuh bebuyutan Tonghong Liang, seharusnya tidak mungkin dia akan beritahukan rahasiaku kepada Tonghong Liang'
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tampaknya Tonghong Liang dapat membaca jalan pikirannya, segera ujarnya lagi, "Pokoknya kau tidak usah tahu siapa yang memberitahukan kepadaku, pokoknya aku tahu kalau kau ingin menggunakan siasat berlagak mati untuk mengelabuhi seluruh dunia. Siang Ngo-nio adalah jago silat kawakan, betapa pun rasa takut mencekam perasaan hatinya, perasaan tersebut tidak sampai diperlihatkan keluar. Katanya ketus, "Monyet kecil, apa lagi yang kau ketahui?" Tonghong Liang tertawa terkekeh. "Ngo-nio, aku dengar kau dengan Bouw Ciong-long, Ciangbunjin baru dari Bu-tong-pay pun punya hubungan khusus, benarkah itu?" "Bocah busuk, jangan ngaco belo.... Belum selesai umpatan itu, Tonghong Liang telah menarik kembali senyumannya dan berkata serius, "Ngo-nio, kau bukan perempuan baik, akupun bukan lelaki budiman, mari kita bicara blak-blakan, kalau tidak jual beli ini tidak perlu dibicarakan lebih lanjut. Siang Ngo-nio terkesiap, sahutnya kemudian, "Baik, katakan lebih lanjut. Kembali Tonghong Liang bersikap santai, ujarnya sambil tertawa, "Ngo-nio, kau tidak kuatir orang orang Bu-tong-pay mencarimu untuk menuntut balas karena selain telah berlagak mati dan mengira Bu-si Tojin sekalian pasti dapat dikelabuhi, mungkin hal ini dikarenakan Bouw Ciong-long pernah jadi kekasih gelapmu bukan? Benar! Menurut kebiasaan, dia seharusnya teringat dengan hubungan cinta kalian di masa lalu, tapi aku rasa kau harus mewaspadainya juga!" Makin didengar Siang Ngo-nio merasa semakin terkesiap, pikirnya, Entah berapa banyak lagi yang dia ketahui?' Dengan berlagak tidak acuh katanya, "Bocah busuk, kalau ada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perkataan cepat sampaikan, kalau ada kentut cepat lepaskan, kau tidak usah menebak-nebak perasaan hati lonio. Kelihatannya Tonghong Liang lagi-lagi berhasil membaca suara hatinya, setelah tertawa terbahak-bahak katanya, "Hahahaha.... apa yang kuketahui tentang persoalanmu mungkin jauh diluar perhitunganmu, aku pun tahu tentang kematian yang menimpa Bukek tianglo dari Bu-tong-pay, walaupun bukan kau yang turun tangan namun kasus pembunuhan ini ada hubungannya denganmu. Aku bahkan tahu kalau kau lah pembunuh utama yang telah menghabisi nyawa Ji-ouw thayhiap Ho Ki-bu!" Biarpun Siang Ngo-nio berusaha menenangkan hati, tidak urung berubah juga paras mukanya sesudah mendengar perkataan itu, ujarnya getir, "Kalau kau tahu lantas kenapa? Bila aku takut dengan gertakan orang, dari dulu sudah mati ketakutan, mana mungkin bisa hidup hingga hari ini?" "Ngo-nio, kau salah paham, Tonghong Liang tertawa, "jika aku berniat jahat kepadamu, tidak bakalan kuajak kau berunding soal jual beli ini, aku tidak berniat menggertakmu, hanya ikut mengkhawatirkan keselamat anmu. "Terima kasih banyak. Aku jadi ingin tahu dengan cara apa kau ikut mengkhawatirkan aku?" "Kedua kasus pembunuhan ini merupakan kejadian yang paling memalukan bagi Bu-tong-pay, bila orang lain sampai tahu akan keterlibatanmu, aku yakin Bouw Ciong-long sendiripun tidak bakal bisa melindungimu. Itupun seandainya Bouw Ciong-long masih teringat dengan hubungan cinta kalian dimasa silam, tapi bila demi memperkokoh posisinya sebagai Ciangbunjin baru, siapa tahu dia bakal mengorbankan dirimu. Sesungguhnya Siang Ngo-nio sendiri pun merupakan seorang wanita berhati keji dan telengas, begitu mendengar ucapan tersebut, dalam hati kecilnya dia segera mengakui kalau ucapan ini ada benarnya juga. "Bouw Ciong-long baru saja menjabat sebagai Ciangbunjin, dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pasti akan berusaha melakukan jasa besar bagi partai Bu-tong, dengan begitu posisi dan kekuasaannya baru semakin kokoh. Membayangkan sampai disitu, tanpa terasa Siang Ngo-nio merasa amat bergidik, ujarnya kemudian, "Apakah kau punya cara untuk mengajariku menghadapi Bouw Ciong-long?" "Kata 'mengajari' tidak berani kuterima, kemampuanku pun tidak bisa digunakan untuk menghadapi Bouw Ciong-long. Tapi kalau ingin membuat Bouw Ciong-long segan kepadamu, itu mah tidak susah. "Aku siap mendengarkan pendapatmu yang hebat. Jangan dikatakan yang hebat, yang paling lemah pun aku tidak punya!" Siang Ngo-nio tertegun. Belum sempat dia mengucapkan sesuatu, terdengar Tonghong Liang telah berkata lebih jauh, "Kau harus tahu, untuk bisa membuat Bouw Ciong-long segan kepadamu, kita tidak bisa hanya mengandalkan pembicaraan saja. Tapi mengapa aku harus mengatakannya kepadamu?" "Ooh, rupanya kau hendak menggunakan hal ini untuk melakukan barter denganku, aku musti lihat dulu apa yang kau minta dan seberapa besar keuntungan yang akan kuperoleh?" "Dalam jual beli ini sudah pasti kau berada dipihak yang di untungkan. Asal kau bersedia menyerah kan Lan Giok-keng kepadaku, bagimu ibarat sekali tepuk mendapat dua. Dapat membuat Bouw Ciong-long segan kepadanya telah dikatakan Tonghong Liang sedari tadi, maka Siang Ngo-nio pun bertanya, "Lalu apa pula yang ku peroleh lainnya?" Tonghong Liang tidak langsung menjawab, dengan senyum tidak senyum ujarnya, "Tahun ini Tong Ji-sianseng telah mencapai usia tujuh puluh tahun an, masa hidupnya di dunia inipun tidak bakal berapa lama lagi. Sekalipun tidak sampai mati, yang pasti dia akan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

semakin tua. Aku yakin kau pasti mempunyai cara menundukkan dirinya bukan?"

untuk

"Apa maksudmu menyangkut pautkan persoalan ini dengan dia orang tua?" "Tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin mengatakan bahwa kehidupanmu dikemudian hari sudah pasti tidak perlu kuatir kekangan dan peng-awasan dari Tong ji-sianseng lagi. "Hmm, sebelumnya pun aku tidak usah takut dikekang dan diawasi dia, dengus Siang Ngo-nio sambil tertawa dingin. "Hahahaha.... bagus, kalau begitu aku boleh menyinggung masalah pokoknya sekarang, kata Tonghong Liang sambil tertawa, "kita singkirkan masalah si tua bangka itu, aku ingin bertanya, bila kau bisa mempunyai seorang gendak, kira-kira yang kau pilih Bouw Ciong-long atau Ko Ceng-kim?" "Cisss, kentut apa yang sedang kau hembuskan?" "Sudahlah, tidak perlu berlagak pilon, kembali Tonghong Liang tertawa, "Ko Ceng-kim, murid pertama Ho Ki-bu dimasa lampau tidak lain adalah Put-ji Tojin, tianglo yang baru diangkat di partai Bu-tong, bukankah kalian pernah menjalin hubungan rahasia?" Akhirnya sikap Siang Ngo-nio melunak, tanyanya, "Sebenarnya apa yang ingin kau sampaikan?" "Kalau bicara soal kedudukan, jelas Bouw Ciong-long lebih tinggi, tapi bicara soal usia, Ko Ceng-kim jauh lebih muda. Aku rasa mereka berdua sama-sama berat untuk ditinggalkan bukan? Tapi kira-kira dari mereka berdua, siapa yang bersikap lebih baik terhadapmu?" Siang Ngo-nio hanya membungkam tanpa menjawab, sementara dalam hati berpikir, "Rasanya ke dua orang itu sama saja. Samasama tidak setia, tidak sayang, tidak menaruh perhatian lagi kepadaku. Sudah sejak lama Bouw Ciong-long tidak berani menyentuhku lagi, Ko Ceng-kim pun sudah enam belas tahun menghindari aku.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tonghong Liang kembali melirik Siang Ngo-nio beberapa kejap, lalu dengan senyum tidak senyum ujarnya, "Aku tidak tahu bagaimana Ko Ceng-kim bersikap kepadamu, tapi menurut pandanganku, bila kau ingin berhubungan mesra lagi dengan Bouw Ciong-long, jelas hal ini lebih susah lagi untuk mencapainya!" Merah padam selembar wajah Siang Ngo-nio lantaran jengah, umpatnya, "Siapa bilang aku ingin bermesraan lagi dengan Bouw Ciong-long? Kau sangka lantaran dia sudah jadi Ciangbunjin, maka aku berniat menggaetnya lagi? Hmmm, sebejadnya lo-nio, tidak bakal sampai sebejad itu!" Tonghong Liang tertawa tergelak. "Memang paling bagus bila kau lepaskan ingatanmu terhadap Bouw Ciong-long. Berarti jual beli kita pun bisa dilanjutkan pembicaraannya. Eeei.... Kenapa kau tidak bertanya, mengapa aku begitu yakin kalau Bouw Ciong-long tidak bakal menerima cinta kasihmu lagi?" "Hmm, sejak awal aku memang tidak punya rencana untuk berbuat begitu. "Kau tidak ingin mengetahui alasannya?" Bersambung.... Ooo)*(ooO JILID KE EMPAT Lanjutan BAB X Selama ini Siang Ngo-nio selalu percaya diri karena dia yakin memiliki daya pikat untuk meluluhkan hati lelaki, tapi sekarang dia sudah setengah umur, sedikit banyak muncul juga perasaan rendah diri, tidak percaya diri. Sisi lain dari tidak percaya diri adalah gengsi, karena alasan itu pula dia enggan menanyakan alasannya secara
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

detil. Tidak berani bertanya bukan berarti dia tidak ingin tahu, karena Tonghong Liang sudah berkata begitu maka dia pun berlagak seolah-olah kehabisan daya dan berkata, "Baiklah, kalau begitu aku ingin bertanya, mengapa dia bersikap begitu?" "Hal ini disebabkan dia menyukai perempuan lain!" Berlagak seolah tidak acuh kembali Siang Ngo-nio bertanya, "Selama ini hubungannya dengan istri dia selalu rukun dan saling menyayangi, tidak usah kau bilangpun aku sudah tahu, sayang bininya telah meninggal. "Perempuan itu bukan istrinya. Jauh sebelum dia menikahi istrinya sudah kenal akrab dengan perempuan itu, bahkan sempat pacaran dengannya. "Mengapa dia tidak menikah dengan perempuan itu?" "Waah, kalau soal itu mah aku kurang jelas, mungkin tidak direstui orang tuanya. Tapi yang kuketahui, hingga sekarang rasa cintanya terhadap perempuan itu belum pernah padam. "Siapa perempuan itu?" rasa cemburu mulai membakar perasaan Siang Ngo-nio. "Perempuan ini adalah seorang perempuan yang luar biasa. "Sebenarnya siapakah dia?" "Kau tidak perlu tahu siapakah dia, tapi aku dapat memberitahukan satu hal lagi kepadamu, bukan saja dia mempunyai hubungan cinta dengan perempuan itu bahkan malah mempunyai seorang keturunan!" "Sungguh?" seru Siang Ngo-nio terperanjat. "Jangankan kau tidak tahu, dikolong langit saat ini mungkin hanya aku seorang yang mengetahui rahasia mereka! Bila rahasia ini sampai terkuak atau terbongkar, dapat dipastikan akan terjadi kehebohan yang luar biasa di dunia persilatan, dan yang terkena
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

imbasnya sudah pasti bukan hanya Bouw Ciong-long seorang!" Sekarang Siang Ngo-nio baru paham, ujarnya kemudian, "Jadi kau ingin menggunakan rahasia ini untuk barter denganku?" "Benar. Dengan memegang rahasia ini sama artinya kau telah membawa selembar Hu pelindung badan. Tidak perlu takut lagi dia akan berbuat sesuatu kepadamu. Diam diam Siang Ngo-nio berpikir, "Benar juga, bila Bouw Cionglong takut kubeber kan rahasia ini ke dunia luar, sekalipun dia tahu kalau aku pun tersangkut dengan ke dua kasus pembunuhan itu, tahu juga kalau aku sedang pura-pura mati, yakin dia tidak akan berani membawaku balik ke gunung Bu-tong untuk di interogasi. Melihat perubahan mimik mukanya, Tonghong Liang segera mendesak, '"Ngo-nio, sudah jelas dalam transaksi ini kau berada di pihak yang diuntungkan, kenapa musti ragu ragu?" "Tidak benar!" tiba-tiba Siang Ngo-nio berteriak. "Apanya yang tidak benar?" "Pertama, darimana aku tahu kalau ucapanmu jujur atau tidak, buktinya siapa nama perempuan itu pun kau enggan memberitahukan kepadaku! Kedua, kalau toh benar, memangnya Bouw Ciong-long tidak tahu cara membunuh orang untuk membungkam mulut saksi?" "Kesatu, kau bersedia untuk bertransaksi denganku, tentu saja akan kuberitahukan hal yang lebih banyak lagi, bahkan akan kuserahkan sebuah tanda pengenal sebagai tanda bukti. Kedua, jika dia tahu kalau dengan membunuhmu pun tidak mungkin bisa membungkam mulutmu, sudah pasti dia tidak akan berani membunuh! Dengan kecerdasan otakmu, masa cara yang begini sederhana pun tidak terpikirkan?" "Benar juga, kembali Siang Ngo-nio berpikir, "aku bisa saja beritahu kepadanya kalau sudah kusiapkan surat wasiat yang disembunyikan di rumah keluarga Tong, bila aku sampai mati maka semua rahasianya akan terungkap.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terdengar Tonghong Liang berkata lebih lanjut, Yang kau katakan hanya ke dua, padahal yang ingin kukatakan masih ada ke tiga nya. Ke tiga, dengan benda yang kuberikan kepadamu itu, begitu dilihat dia segera akan tahu kalau kau sudah mempersiapkan langkah akhir, kujamin dia tidak bakalan berani membunuhmu!" "Benda apakah itu? Masa mempunyai daya pengaruh sehebat itu?" "Asal kau setujui jual beli ini, tentu saja akan kuserahkan benda itu kepadamu. Kembali Siang Ngo-nio termenung sambil berpikir beberapa saat, tiba-tiba dia menggeleng. "Apa lagi yang kau khawatirkan?" tanya Tonghong Liang. "Aku masih belum tahu benda apa yang akan kau serahkan kepadaku, lagipula aku merasa berat hati untuk menyerahkan Lan Giok-keng kepadamu. Kontan saja Tonghong Liang tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... kalau begitu lebih baik aku bicara blak-blakan saja denganmu! Kau bukannya merasa berat hati untuk menyerahkan Lan Giok-keng kepadaku, yang benar kau ingin menggunakan bocah itu sebagai sandera. Ko Ceng-kim adalah ayah angkatnya, bila kau telah menjadi ibu angkatnya, sudah pasti Ko Ceng-kim tidak bakalan tidak menuruti kemauanmu, tapi coba kau bayangkan, Bouw Ciong-long sudah menjadi Ciang-bunjin Bu-tong-pay, sekalipun Ko Ceng-kim masih menaruh hati kepadamu, memangnya dia masih berani melakukan langkah-langkah salah! Rasa takutnya terhadap Bouw Ciong-long jauh melebihi rasa takutnya terhadap dirimu, sekalipun kau berhasil mendapatkannya sebagai anak angkat, hal ini tidak bakal membantu banyak! Tapi sebaliknya, bila kau dapat mengenda likan Bouw Ciong-long, justru dia malah bisa membantu dirimu, agar kaupun mendapatkan juga Ko Ceng-kim. Akhirnya sambil menggertak gigi ujar Siang Ngo-nio, "Baik, akan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kupertaruhkan! Kuserahkan bocah ini kepadamu, serahkan juga benda yang akan kau berikan kepadaku!" Tonghong Liang segera mengeluarkan sebuah cincin dan diserahkan ke tangan Siang Ngo-nio. Setelah menerimanya sengaja Siang Ngo-nio berkata, "Bahannya mah lumayan juga, tapi aku tidak melihat sesuatu yang sangat istimewa. "Kau jangan pandang enteng cincin itu, asal kau kenakannya di jari tangan, kujamin Bouw Ciong-long tidak bakalan berani mencelakai dirimu. "Oooh, berarti cincin ini mempunyai asal usul yang luar biasa. "Bouw Ciong-long pernah menghadiahkan sebuah cincin kepada kekasih hatinya sebagai tanda tunangan, cincin itu mirip sekali dengan cincin tersebut. "Sekalipun mirip sekali, toh tetap barang palsu. Asal kau bisa membuat dia tahu kalau rahasianya telah kau ketahui, asli atau palsu sama sekali tidak ada bedanya. Seketika itu juga Siang Ngo-nio merasa masgul, dia merasa kuatir namun takut juga kehilangan, akhirnya dengan setengah percaya setengah tidak katanya, "Yang aku ketahui hanya secuwil, mana mungkin bisa meyakinkan dia?" "Bila seseorang tidak ingin rahasianya ketahuan orang lain, sudah pasti dia sendiripun tidak ingin mengungkitnya kembali. Apalagi hubunganmu dengan dirinya pun terjalin luar biasa, meski dihati kecilnya mungkin masih ada keraguan, tidak nanti dia akan menginterogasi mu, paling banter dia hanya bertanya: darimana kau dapatkan cincin itu?" "Lalu bagaimana aku harus menjawab?" "Tidak perlu dijawab, cukup diingat saja dua bait syair ini. "Aku harus membacakan syair?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mudah diingat, dengarkan baik-baik. Apa daya bunga berguguran, serasa kenal walet terbang kembali. Siang Ngo-nio ikut membaca syair itu berulang kali, kemudian ujarnya, "Apakah kedua bait syair itu ada asal usulnya?" "Apa yang kau tanyakan sudah kelewat banyak! Bila masih tak percaya, lebih baik kita batalkan saja jual beli ini!" Siang Ngo-nio segera berpikir, "Bila kubatalkan transaksi ini, dengan kepandaian yang kumiliki pun rasanya tidak mungkin bisa merebut kembali Lan Giok-keng dari tangannya. Berpikir sampai disitu, terpaksa dia menjawab, Baiklah, kali ini aku akan mempercayaimu. Bila Lernyata kau menipu, akupun dapat membeberkan semua rahasiamu. Aku pikir, kau pun tidak ingin orang lain tahu bila Lan Giok-keng sudah terjatuh ke tangan-mu bukan!" Tonghong Liang tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... setali tiga uang, sekarang kau boleh pergi dari sini, semoga semua harapanmu terkabulkan. Siang Ngo-nio tertawa, katanya pula, "Dari tangan Lan Giokkeng, kau pun bakal mendapatkan ilmu pedang Bu-tong-pay, manfaat yang diperoleh tidak kecil juga. Baik, setali tiga uang, akupun mengucapkan semoga harapanmu terkabul. Bayangan tubuh Siang Ngo-nio sudah lenyap dari pandangan mata, namun sorot mata Tonghong Liang masih diarahkan ke tempat kejauhan. Sambil berdiri termenung, gumamnya, "Apa berguguran, serasa kenal walet terbang kembali.... daya bunga

Kemudian pikirnya kembali, Apa daya bunga berguguran, aku belum merasakan bagaimana rasanya keadaan seperti ini, aku pun tidak ingin mengalami, serasa kenal walet terbang kembali....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara dia masih termenung, tampak Han Siang telah berjalan keluar dari lorong bawah tanah, sambil tersenyum tanyanya, "Perempuan beracun itu sudah pergi? "Kau tidak usah kuatir, masing-masing sudah peroleh keuntungan, transaksi pun telah berjalan lancar, dia tidak bakal datang mencari gara-gara lagi. Tiba-tiba Han Siang berkata, "Aku benar-benar tidak habis mengerti, mengapa kau bersedia membantu aku.... Bicara sampai disini dia segera berhenti mengamati perubahan muka Tonghong Liang. sejenak sambil

Pemuda itu segera tersenyum, ujarnya, "Aku rasa semua pembicaraanku dengan Siang Ngo-nio tadi telah kau dengar semua bukan? Karena itu kini kau sudah mengerti!" "Maaf, aku sama sekali tidak bermaksud mencuri dengar pembicaraan kalian. Tapi ada satu hal aku tidak habis mengerti, bukankah Lan Giok-keng adalah adik angkatmu? Kalau hanya ingin bertukar ilmu silat dengannya, aku rasa tidak perlu memakai cara semacam ini bukan?" Tonghong Liang jadi terbungkam dan tidak sanggup menjawab. Dengan berlagak sok pintar kembali Han Siang melanjutkan, "Siau-lim, Bu-tong memang bersumber dari satu, kau kuatir dia tertahan di biara Siau-lim untuk belajar ilmu hingga tidak bisa keluar lagi, ataukah karena kuatir orang-orang Bu-tong-pay mengetahui hal ini hingga melarang Lan Giok-keng berhubungan denganmu?" "Kau senang menduga macam apa, anggap saja begitu, maaf aku tidak bisa menjelaskan, kata Tonghong Liang dengan wajah senyum tidak senyum. "Terlepas karena alasan apa pun, yang pasti kau telah membantuku. Untuk pertolongan ini, sudah sepantasnya aku musti berterima kasih kepadamu. Tapi balasan seperti apa yang kau inginkan?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sejak awal toh aku sudah bilang, tidak perlu balasan darimu. "Saudara Tonghong, ilmu silatmu hebat, masih muda dan punya kemampuan, Liok Ki-seng sekalian pun merupakan bekas anak buah pamanmu dimasa lampau, bila kau bersedia jadi Liok-lim Bengcu, aku orang she Han dengan rela dan suka hati akan mendukungmu!" Tonghong Liang kontan tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... menurutmu aku bisa bertampang seorang Liok-lim Bengcu? Lagipula aku pun tidak punya waktu jadi pentolan bandit! Hehehe.... terima kasih kau telah mengingatkan, ada satu hal aku belum berhasil membantumu, tapi kau tidak usah kuatir, cepat atau lambat lencana emas itu pasti akan kuserahkan kepadamu. Tapi kau tidak boleh mendesakku!" Walaupun dihati kecilnya merasa sangat girang, di luaran Han Siang berpura-pura kaget dan gugup, cepat serunya, "Tonghong Siauhiap, kau jangan salah paham, aku bukannya sengaja menyinggung urusan ini dengan maksud mendesakmu. Aku benarbenar berterima kasih kepadamu, berterima kasih dengan setulus hati.... Cepat Tonghong Liang mengulapkan tangannya menukas perkataannya yang belum selesai, ujarnya, "Aku sudah tahu, maksud baikmu biar kuterima dalam hati. Sekarang aku hanya minta kepadamu untuk melakukan satu pekerjaan. "Silahkan diperintahkan. "Laksanakan segala sesuatunya sesuai dengan rencana yang telah kuatur, perlakukan Hwee-ko Thaysu dan adik angkatku secara baik-baik. Sekarang coba kau tengok, apakah mereka telah sadar?" "Siauhiap tidak usah kuatir, aku pasti akan merawat adik angkatmu sesuai dengan keuntungan yang bakal diperoleh. Sewaktu mengucapkan perkataan itu, sekulum senyuman licik segera tersungging di ujung bibirnya. Mengawasi bayangan punggungnya masuk ke lorong bawah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tanah, tanpa terasa timbul perasaan menyesal di hati kecil Tonghong Liang, pikirnya, 'Adik Keng, sebetulnya aku tidak ingin menipumu lebih jauh, tapi sekarang keadaan mendesak, aku benarbenar apa boleh buat. Siapa suruh ilmu pedang Bu-tong-pay begitu hebat hingga membuatku tergila-gila, siapa suruh aku tidak mampu melawan godaan ini? Aaai, bagaimana pun toh dia telah mencurigai aku, sama seperti seorang hwesio makan daging, sekali berdosa, dua kali pun tetap berdosa, jadi mencuri satu jurus atau sepuluh jurus sebetulnya memang tidak ada bedanya!' Ternyata dia adalah seseorang yang gila ilmu silat, selama berlatih bersama selama tujuh hari dengan Lan Giok-keng, dia telah berhasil mempelajari beberapa jurus ilmu pedang bocah itu. Sekalipun begitu, dia merasa beberapa jurus ilmu pedang yang dipelajarinya itu seakan belum berhasil dipahami benar-benar, semakin dia mempelajari rahasia ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, dia semakin merasa kalau ilmu tersebut tidak terkirakan dalamnya. Seperti orang yang sudah keranjingan sesuatu, begitu mulai kecanduan, sulitlah baginya untuk melepaskan diri lagi. Akan tetapi perangkap yang diaturnya saat ini bukan seratus persen dikarenakan dia ingin mencuri belajar ilmu pedang dari Lan Giok-keng. Rembulan telah muncul diangkasa, memandang bunga di bawah sinar rembulan selalu menimbulkan keindahan yang luar biasa. Semasa masih berada dalam lembah seratus bunga, Seebun Yan paling senang mengajaknya menik-mati bunga di bawah sinar rembulan. Walaupun kebun bunga yang berada dihadapannya sekarang adalah kebun bunga yang ditata dengan tenaga manusia, namun kebun alami di Pek-hoa-kok terasa jauh lebih menawan. Aaai, dia merasa bersalah bukan terhadap Lan Giok-keng seorang saja! Sambil menghela napas pikirnya, 'Bibi, kau jangan salahkan aku
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang telah membeberkan rahasiamu, kalau tidak begitu, tidak nanti aku mampu menghadapi Bouw Ciong-long. Aku telah bersumpah dihadapan suhu, harus berhasil mengalahkan jago paling lihay dari Bu-tong-pay, kalau melawan dengan tenaga tidak berhasil, apa salahnya aku kalahkan mereka dengan akal?' Ternyata semua rencana yang dia susun selama ini, termasuk meminjam tangan Siang Ngo-nio untuk menghadapi Bouw Cionglong, merupakan bagian dari rencana besarnya untuk menghadapi Bu-tong-pay, dia ingin mewujudkan harapan tiga generasi perguruannya untuk menjatuhkan kehebatan pihak Bu-tong. Kemudian dia mencoba menghibur diri, Aku rasa cinta bibi terhadap Bouw Ciong-long belum pupus, entah bagaimana perasaan paman di alam baka? Apalagi Bouw Ciong-long lah yang menyalahi bibi lebih dahulu. Bibi, apa yang kulakukan selama inipun antara lain untuk membalaskan sakit hatimu!' Tapi bagaimana penjelasannya terhadap Seebun Yan? Sambil tertawa getir terpaksa pikirnya, 'Piaumoy, kau pun jangan salahkan aku, bukan-kah pernah aku katakan, telur angsa tak boleh ditaruh dalam satu keranjang!' Entah berapa lama sudah lewat, Lan Giok-keng seolah mendapat mimpi buruk, dia tersadar dari mimpinya. Pandangan matanya terasa sangat gelap, dia tahu saat ini dirinya sedang terkurung dalam sebuah ruang gelap. Setelah berhasil menenangkan diri, lamat lamat ia seperti mendengar suara seseorang sedang bernapas. "Siapa disitu?" Saat i tulah terdengar orang itu berkata pula, Anak Keng, kau telah sadar. "Hwee-ko Thaysu, rupanya kau, seru Lan Giok-keng kegirangan, "bagaimana keadaan Tonghong toako? Aku tidak tahu, akupun baru tersadar." Lambat laun pandangan mata Lan Giok-keng dapat

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyesuaikan diri dengan keadaan disana, ternyata ruangan itu tidak gelap sama sekali, walaupun ke empat dinding batu itu tidak berjendela, namun dari sela-sela dinding masih tampak cahaya lemah yang menyusup masuk. Setelah berusaha konsentrasi, kini dia dapat melihat kalau Hweeko sedang duduk bersila. Dengan suara keras diapun berteriak, "Dasar bandit busuk, mengapa kalian mengurungku disini!" "Tidak ada gunanya, cegah Hwee-ko sambil terbatuk, "mau teriak sampai serak suaramu pun jangan harap mereka akan perdulikan dirimu. Siapa tahu baru selesai perkataan itu diucapkan, mendadak dari atas dinding batu terbuka sebuah lubang kecil, kemudian ada orang mendorong masuk sebuah kotak persegi panjang, ketika Lan Giokkeng membuka penutup kotak itu, ternyata isinya adalah nasi, hidangan serta sepoci arak yang tamnpak masih panas. Kontan saja Lan Giok-keng mengumpat, "Aku bukan tawananmu, tidak sudi makan nasi penjara!" Orang yang berada diluar segera menyahut sambil tertawa, "Sauya ini susah amat diladeni, ayam goreng yang wangi, nasi putih yang harum masih dianggap makanan penjara? Aku mendapat perintah dari Kokcu untuk secara khusus menghantar kemari, mau makan mau tidak, terserah!" Mungkin lubang kecil itu segera ditutup kembali oleh orang yang berada diluar, suasana dalam ruang penjara kembali dicekam dalam kegelapan. "Sudah, jangan marah, Hwee-ko Thaysu segera menghibur, "kalau kau enggan makan, tubuhmu pasti semakin lemah. Lan Giok-keng memang merasa agak lapar, maka ujarnya, "Kokcu bajingan ini licik dan banyak akal, apalagi dibantu perempuan siluman itu, darimana kita tahu kalau hidangan yang mereka hantar tidak dicampuri racun?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana pun juga, kita sudah terkena racun dari siluman wanita itu, jadi semisal keracunan lagi, paling banter keadaannya tidak jauh berbeda dengan keadaan kita sekarang, tidak sanggup mengeluarkan tenaga. Aku tidak yakin akan mengalami keadaan lebih tragis. Saat itu Lan Giok-keng sudah tidak segusar tadi, begitu dipikir apa yang dikatakan Hwee-ko benar juga, maka dia pun manggutmanggut. Semisal pihak lawan berniat mencelakainya, memang mereka tidak perlu meracuni lagi kini. "Menurut pendapatku, ujar Hwee-ko Thaysu kemudian, "Seebun-hujin pasti akan berusaha untuk menyelamatkan Tonghong Liang, jadi buat kita bukannya tiada harapan untuk lolos dari kurungan. Tapi bila kau enggan mengisi perut, kuatirnya tidak bisa menunggu hingga saat itu. "Betul juga perkataan Thaysu, sahut Lan Giok-keng cepat. Maka bersama Hwee-ko Thaysu, dia sikat semua hidangan yang tersedia hingga ludas, sementara sepoci arak itu dinikmati pendeta tersebut seorang diri. Ketika selesai menghabiskan sepoci arak dan membuang jauh jauh poci arak tersebut, sambil tertawa tergelak ujar Hwee-ko Thaysu, "Seandainya tiap hari ada sepoci arak wangi untukku, biar aku si hweesio harus duduk sampai mati disini pun tidak ada salahnya juga.... Lan Giok-keng tidak bisa menirukan sikap rekannya yang begitu tenang tenteram, ketika perut sudah kenyang dan tenaganya tumbuh kembali, dia mulai menggerakkan anggota tubuhnya untuk melemaskan diri, kemudian dihampirinya dinding ruangan dan mulai diraba. Ternyata dinding itu tidak rata dan seakan terbuat dari batu cadas alam, dia mencoba meminjam cahaya matahari yang menyusup masuk lewat cerah untuk memeriksa bagian atas ruangan, ternyata atap bangunan itupun tidak rata.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tampaknya ruang penjara yang dipakai untuk menyekap kita adalah sebuah gua batu, ujar Lan Giok-keng kemudian. "Sudah, tidak usah banyak berpikir, sekalipun bukan dibangun dari gua batu pun mustahil bagi kita untuk singkirkan batu besar yang menyumbat pintu masuk itu. Lan Giok-keng terbungkam dalam seribu basa, pikirnya, 'Kalau Seebun-hujin tidak muncul, atau semisal dia sudah datang namun tidak tahu kalau aku dan Hwee-ko Thaysu terkurung disini, sampai kapan kami baru bisa loloskan diri? Aaai, tampaknya satu-satunya harapan tinggal Tonghong Toako, semoga saja dia bisa menyelamatkan kami berdua' Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia berpikir, 'Hweeko Thaysu sudah berusia enam puluh tahun lebih, sementara aku baru enam belas tahun. Buat dia mah tak masalah, masa aku harus menghabiskan sisa hidupku dalam neraka yang gelap gulita ini?' Saking jengkelnya dia hantam dinding batu itu keras keras. "Blaaammm....!" pukulan itu menyebabkan kepalannya sakit bukan kepalang. Nyaris dia mengucurkan air mata saking saki tnya. "Aaai, akulah yang membuat kau turut menderita, ujar Hwee-ko dengan nada minta maaf. "Aku sendiri yang ingin ikut, masa Thaysu yang disalahkan?" sahut Lan Giok-keng, "aku hanya kesal, entah sampai kapan baru bisa lolos dari kurungan ini. "Kalau toh sudah berada disini, buat apa musti dirisaukan, kata Hwee-ko Thaysu sambil kembali duduk bersila, "kekayaan, kemuliaan bagai awan di angkasa, kesengsaraan, musibah bagai impian. Ada tampak ibarat tidak ada muka, tidak perlu risau tidak perlu murung. Di balik ucapan tadi terselip kata-kata rahasia yang pernah diucapkan Sucouwnya, Lan Giok-keng seketika merasakan hatinya tergerak, pikirnya, 'Dalam Sim-hoat tenaga dalam yang diajarkan Sucouw, tampaknya ada pengungkapan tentang segala sesuatu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang berkembang sewajarnya, bukankah ungkapan tersebut seperti dua patah kata itu? Ehmm, seperti biar bukit Thaysan menindih kepala, kuanggap bagai angin berlalu. Tidak terpengaruh oleh musuh, kekuatan musuh justru dapat kugunakan. Betul, inilah kunci dari ilmu dengan tenaga dua tahil menepis beban seribu kati. Masih ada yang lain? Thay-kek berputar dengan garis bulat, tiada putus tiada berhenti, niat ada di ujung pedang, bergerak saling bersambungan. Aaai.... ternyata Kiam-koat dan Sim-hoat yang diajarkan Sucouw sangat dalam dan luas artinya, sayang Tonghong toako tidak ada di sampingku, hingga tidak ada yang ikut memberi petunjuk atas beberapa bagian yang tidak kupahami' Dari ucapan Hwee-ko Thaysu, dia mulai membayangkan Simhoat tenaga dalam ajaran Sucouw nya, tentu saja Hwee-ko sendiri tidak mengetahui akan hal itu, tapi bersamaan waktu tiba-tiba hatinya tergerak, dia seperti teringat akan sesuatu yang belum pernah terpikir kan sebelumnya, cepat dia bertanya, "Adik Keng, apakah tadi pukulanmu yang menghantam di atas bebatuan? Apakah tenaga murni mu sudah pulih kembali?" "Masih selisih sangat jauh, sahut Lan Giok-keng sambil tertawa getir, "sebelum turun dari gunung Bu-tong, biarpun ilmu pukulan lembek belum berhasil aku kuasai, namun kekuatanku sudah cukup untuk memukul hancur bebatuan, tapi hari ini, aaai.... Bicara sampai disitu iapun terbungkam, sebab gara-gara pukulan tadi, kepalannya malah terasa begitu sakit tulangnya bagaikan mau retak saja, tidak tahan diapun menghela napas. "Bagaimana mungkin bisa kau membandingkan keadaan dihari biasa, kata Hwee-ko Thaysu, "kini kau sudah keracunan, coba kalau kepalanku yang saling berbentur dengan bebatuan cadas itu, mungkin tulang belulangku saat ini sudah retak dan hancur. "Mungkin saja hal ini disebabkan racun yang masuk ke dalam tubuh Thaysu jauh lebih dalam. "Aku rasa bukan hanya itu alasannya, biarpun aku memang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keracunan hebat, tapi tenaga dalamku telah kulatih hampir empat puluh tahun lamanya. Seperti ada yang dipikirkan, beberapa saat kemudian dia baru melanjutkan sambil menghela napas, "Yang paling penting dalam berlatih tenaga dalam adalah Sim-hoat, sudah puluhan tahun aku berlatih tenaga dalam namun tidak pernah menyelami Sim-hoat tingkat atas, karena itu meski tenaga dalamku jauh lebih sempurna ketimbang kekuatanmu, namun begitu dipunahkan orang dengan obat-obatan, maka kondisi ku akan lebih susah untuk memulihkan kembali kekuatan ketimbang dirimu. Eehmm, sayang aku sudah dua puluh tahunan menjadi hweesio dalam biara Siau-lim, namun kini harus pergi dengan tangan hampa. Tahu bakal terjadi peristiwa seperti hari ini, aku seharusnya minta petunjuk Sim-hoat tenaga dalam dari Tong-sian Hong-tiang. "Padahal, aku sendiripun belum lama baru mendapat warisan Sim-hoat tenaga dalam dari sucouw. Hwee-ko kembali menghela napas. "Aaai, hal ini semakin terungkap bahwa Sim-hoat tenaga dalam aliran Bu-tong-pay memang tidak terukur hebatnya. Bu-tong bersumber dari Siau-lim, Thio-cinjin menciptakan Sim-hoat tenaga dalam berdasarkan ilmu dari Siau-lim, tapi aku rasa kehebatannya saat ini mungkin masih setingkat lebih hebat daripada Sim-hoat tenaga dalam aliran Siau-lim. Tergerak pikiran Lan Giok-keng sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya, 'Hwee-ko Thaysu memiliki tenaga dalam yang sempurna, asal dia bersedia melatih Sim-hoat tenaga dalam warisan Sucouw, siapa tahu ilmu tersebut dapat membantunya lebih cepat pulih seperti sedia kala. Tapi bila aku bicara terus terang, belum tentu dia bersedia menerima tawaranku' Maka segera ujarnya, "Hwee-ko Thaysu, dasar ilmu silatku sangat cetek, apakah kau bersedia membantuku?" "Bantuan apa?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau dibicarakan sesungguhnya sangat memalukan, Sucouw pernah mewariskan Sim-hoat tenaga dalam kepadaku, tapi sayang tidak ada yang membantuku memberi penjelasan, selama dua bulan terakhir aku sudah mencoba merabanya, sayang otakku kelewat dodol hingga susah memahaminya dengan baik. Mau kah kau memberi sedikit petunjuk kepadaku?" "Kalau kau pun menganggap daya pencerahanmu jelek, siapa lagi didunia ini yang memiliki daya pencerah an bagus. Tapi memang harus diakui, teori Sim-hoat tenaga dalam memang sulit dan dalam sekali artinya, biarpun kau pintar, selama dasar ilmumu masih cetek memang tidak mudah untuk memperoleh pencerahan dengan baik. Sambil berkata, dalam hati dia berpikir, 'Bocah ini mempunyai daya pencerahan yang tinggi, bila aku dapat membantunya melatih Sim-hoat tenaga dalam, sekalipun belum tentu bisa lolos dari kurungan, mungkin kondisinya akan jauh lebih baik' Dalam pada itu Lan Giok-keng telah berkata lagi, "Thaysu, aku segera akan membaca isi Sim-hoat tenaga dalam itu, mohon kau sudi memberi petunjuk. "Tidak masalah bila kau ingin membacanya, tapi harus diingat, Sim-hoat tenaga dalam tidak boleh diajarkan kepada orang lain, sekalipun orang itu punya hubungan yang paling akrab pun!" "Aku tahu. Tapi aku butuh bimbingan dari Thaysu, atau janganjangan.... Hwee-ko Thaysu tertawa tergelak, tukasnya, Hahahaha.... karena ingin menghindari kecurigaan, kau kuatir aku tidak berani mendengarkan Sim-hoat tenaga dalam dari perguruanmu? Kau salah paham, aku tidak bermaksud begitu. "Benar, terkadang untuk menghindari pembicaraan masyarakat, seseorang harus berusaha menghindar atau berkelit. Tapi Thaysu adalah seorang pendeta suci, aku rasa kau tidak perlu bersikukuh dengan pendapat semacam itu bukan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kembali Hwee-ko tertawa. "Tidak nyana kau si monyet kecil pun mengerti memberi topi tinggi kepada orang lain. Tapi masalah ini tidak ada sangkut pautnya dengan pandangan orang. Terus terang saja aku beritahu, sekalipun aku bermaksud jahat, ingin menggunakan kesempatan ini untuk mencuri belajar tenaga dalam perguruanmu, belum tentu usaha ini akan membawa hasil, mengertikah kau?" Lan Giok-keng merasa setengah paham setengah tidak, dia tidak berani menanggapi. "Aku lihat kau masih benar-benar tidak paham, kembali Hweeko Thaysu berkata, "aku ingin bertanya, lebih gampang menulis diselembar kertas yang masih kosong atau menulis di selembar kertas yang sudah dipenuhi tulisan?" Kali ini Lan Giok-keng benar-benar paham, sahutnya sambil tertawa, "Kalau lembaran kertas itu sudah dipenuhi tulisan, mana mungkin kita bisa menulis lagi?" "Aku sudah empat puluh tahunan berlatih tenaga dalam, bila ingin berganti belajar tenaga dalam aliran lain, pertama-tama aku harus melupakan dulu semua yang pernah kupelajari, kemudian baru bisa belajar lagi dari awal, sama seperti selembar kertas yang sudah dipenuhi huruf, kita harus membersihkannya dulu sebelum bisa ditulisi kembali. Mungkin berlatih empat puluh tahun lagi pun belum tentu akan berhasil, hahaha.... umurku mah tidak bakal melewati seratus tahun. Sebenarnya Lan Giok-keng bermaksud membantu Hwee-ko mempercepat pemulihan tenaga dalamnya, tapi sekarang dia baru sadar kalau niat baiknya tidak mungkin bisa dilakukan. Akibatnya dia jadi merasa tidak enak hati. "Kau pernah mendengar perkataan yang mengatakan: Pagi mendengar pelajaran, biar malam hari mati pun tidak siasia?" "Kalau tidak salah, itu ucapan dari Khong Hu-cu?" "Terlepas siapa pun yang mengatakan, maknanya tetap sama
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

saja. Biarpun aku tidak bisa mempelajari tenaga dalam perguruanmu lagi, namun bisa mendengar Sim-hoat tenaga dalam tingkat tinggi, perasaanku tetap akan gembira karena bisa "mendengar pelajaran" baru. Siau-lim dan Bu-tong memang berasal dari sumber yang sama, sekalipun selama banyak tahun berada di biara Siau-lim, Hwee-ko belum pernah mempelajari tenaga dalam aliran Siau-lim, namun sedikit banyak dia berhasil juga menyerap banyak rahasia dari ilmu tersebut. Dengan sendirinya ke dalaman ilmu nya kini sudah jauh melebihi kemampuan Lan Giok-keng. Ketika bocah itu menanyakan setiap kesulitan yang dihadapinya sewaktu mempelajari Sim-hoat tenaga dalamnya, satu per satu Hwee-ko menjelaskan sambil memberi petunjuk. Terkadang dia tidak bisa memberi jawaban seketika, setelah berpikir semalaman, pada hari ke dua dia selalu berhasil memberikan jawaban yang memuaskan untuk bocah itu. Hidup dalam penjara gelap memang susah mengetahui jumlah hari, namun makanan yang dikirim dari luar tetap berjalan sesuai waktu. Pagi, siang, malam tiga kali hidangan selalu tiba tepat waktu. Dari jumlah pengiriman inilah mereka memperkirakan beberapa hari sudah lewat. Di saat Lan Giok-keng mulai berlatih Sim-hoat tenaga dalam, pada tiga kali pertama, kemajuan yang diperoleh sangat pesat, dalam perkiraan tiga hari, kekuatan tenaga dalamnya telah pulih dua bagian, tapi kemudian kemajuan yang dicapai semakin melambat, pada hari ke tujuh, tenaga dalam yang berhasil pulih baru mencapai dua bagian lebih, tiga bagian pun belum tercapai penuh. Sebab terjadinya keadaan tersebut memang tidak sulit ditebak, hal ini dikarenakan dalam hidangan yang dihantar untuk mereka telah dicampuri dengan sesuatu bubuk pelemas tulang. Kadar yang dicampurkan kurang lebih bisa memunahkan bertambahnya tenaga dalam yang berhasil dilatih Lan Giok-keng setiap harinya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara bagi Hwee-ko yang tenaga dalamnya sejak awal telah punah, tercampurnya bahan pelemas tulang didalam hidangan sama sekali tidak menimbulkan pengaruh apa pun. Namun ada satu hal membuat Hwee-ko tidak habis mengerti, bila tindakan Lan Giok-keng yang sedang berlatih tenaga dalam telah diketahui Han Siang dan Siang Ngo-nio (dia sangka perempuan itu masih berada disana), mengapa mereka tidak menambah kadar bubuk pelemas tulang, agar usahanya mengalami kegagalan total? Tapi tetap membiarkan bocah itu memperoleh sedikit kemajuan? Walaupun alasannya tidak diketahui jelas, berhubung setiap hari tetap diperoleh kemajuan, maka Lan Giok-keng pun berlatih lebih jauh. Ada satu hal lagi yang diluar dugaan mereka semua, yakni pedang milik Lan Giok-keng ternyata tidak ikut dirampas. Oleh sebab itu semasa berlatih tenaga dalam, Lan Giok-keng pun mulai berlatih kembali ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. Dalam berlatih ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, Hwee-ko tidak mampu memberikan petunjuknya lagi. Namun pendeta itu adalah seorang jago berilmu tinggi, sekalipun dia tidak dapat memberikan petunjuk yang bermanfaat dalam ilmu pedang, tapi dapat diketahui olehnya bahwa ilmu pedang Thay-kekkiam-hoat mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Sim-hoat tenaga dalam, ilmu pedang itu harus di dukung tenaga dalam dan sewaktu berlatih pedang, harus berlatih juga tenaga dalam. Hari ini, ketika Lan Giok-keng sedang berlatih jurus ke enam hingga jurus ke delapan ilmu pedangnya, dia jumpai kesulitan. Dengan mengandakan kemampu-an pencerahannya yang tinggi, berulang kali dia melakukan perbaikan atas jurus pedang yang pernah dipelajarinya dari ayah angkatnya, namun perbaikan yang berulang kali masih juga tidak mendatangkan kepuasan. Beberapa kali dia berusaha mengulang ke empat bait Kiam-koat yang dimilikinya, "Thay-kek berputar dengan garis bulat, tiada putus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tiada berhenti, niat ada di ujung pedang, bergerak saling bersambungan. Saking seriusnya dia berpikir hingga hidangan yang dikirimkan hari itu lupa disantap. Hwee-ko Thaysu ikut mengulang ke empat bait kiam-koat tersebut, tiba-tiba ujarnya, "Menurut pendapatku, Kiam-koat dan Sim-hoat perguruanmu ada saling keterkaitan, sayang teori Thaykek-kiam-hoat kelewat dalam, sulit bagiku untuk memberi pendapat ataupun gambaran, kalau tidak, asal ilmu pedangmu berhasil dilatih, otomatis tenaga dalammu akan semakin lancar pula. Ternyata semakin dalam dia pelajari Sim-hoat tenaga dalam itu, semakin banyak penemuan-penemuan baru yang diperoleh, rahasia yang semakin dalam pun bermunculan. Pada tahap pertama, Hwee-ko masih bisa bertindak sebagai guru Lan Giok-keng, namun mencapai tahapan kedua, dia mulai merasa berat dan pusing. 'Aaai, sayang tidak ada Tonghong toako.... ' pikir Lan Giok-keng. Baru saja ingatan itu melintas, terdengar Hwee-ko sedang bergumam pula sambil menghela napas, "Sayang mereka tidak mengurung Tonghong Liang satu ruangan dengan kita. Mendengar itu Lan Giok-keng melengak, serunya tanpa sadar, "Darimana kau tahu kalau Tonghong toako pun mengerti ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat!" Hwee-ko ikut tertegun, cepat tanyanya, "Kalau begitu kau pernah mendapat petunjuk ilmu pedang dari Tonghong Liang?" "Benar. Dia pernah berlatih ilmu pedang bersamaku selama tujuh hari, banyak manfaat yang kuperoleh waktu itu. Sayang selama tujuh hari, aku hanya mampu memahami tujuh, delapan jurus. "Apakah waktu itu kau belum kenal dengan Tonghong Liang?" "Benar, sampai saat berpisahan kami baru saling

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memperkenalkan diri. "Aaai, kau kelewat gampang mempercayai orang lain. "Padahal jauh sebelum berjumpa aku, dia sudah pernah menyaksikan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. Dia pernah naik ke gunung Bu-tong dan bertanding pedang melawan guruku, kemudian diapun pernah bertarung tiga jurus melawan Bu-beng Cinjin, Ciangbunjin yang sekarang. Hanya waktu itu aku sudah turun dari gunung Bu-tong hingga tidak berkesempatan menyaksikan pertarungan ini. Dia kuatir Hwe-ko menuduh dia telah mengajarkan ilmu pedang perguruannya kepada orang luar, maka segera memberikan penjelasan. "Tonghong Toako luar biasa pintarnya, belum pernah kujumpai orang lain sepintar dia, kata Lan Giok-keng lagi. "Ucapanmu memang benar, meski aku belum pernah bertemu, aku pun tahu kalau dia sangat cerdas. Dia tidak menjawab pertanyaan dari Lan Giok-keng, tapi bocah itu menyangka Hwee-ko sudah tahu masalah Tonghong Liang yang membuat keonaran di bukit Bu-tong sewaktu masih berada di biara Siau-lim. Dia pun merasa karena dirinya sudah angkat saudara dengan Tonghong Liang, maka bukan satu kejadian yang aneh bila Tonghong Liang memberi petunjuk ilmu pedang kepadanya. Padahal darimana dia tahu kalau Hwee-ko bisa menebak Tonghong Liang mengerti ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat dari 'sumber' yang lain, dan sumber tersebut berasal dari Seebun-hujin, perempuan yang pernah membuatnya tergila-gila. Hanya saja saat ini dia enggan menjelaskannya kepada Lan Giok-keng. Sementara kedua orang itu masih dicekam oleh pemikiran masing-masing, mendadak terdengar Han Siang berkata dari luar ruangan, "Huuh, apa anehnya dengan Thay-kek-kiam-hoat? Kau sangka hanya Tonghong Liang seorang yang bisa memberi petunjuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepadamu?" "Baiklah, sahut Lan Giok-keng sambil tertawa dingin, "kalau begitu tolong Han Kokcu masuk kemari untuk memberi petunjuk beberapa jurus kepadaku!" Biarpun tenaga dalamnya belum pulih tiga bagian, namun dia yakin masih sanggup mengalahkan Han Siang, paling tidak dengan andalkan ilmu pedangnya, dia bisa memaksakan musuh terluka bersama dirinya. "Paling banter juga mampus, apa salahnya kalau akupun berhasil menyarangkan sebuah tusukan ke tubuhnya, demikian bocah itu berpikir. Han Siang segera tertawa terbahak-bahak. "Hahaha.... kalau hanya untuk memberi petunjuk kepada seorang bocah ingusan macam kau, buat apa aku musti turun tangan sendiri? Seorang anak buah ku pun sudah cukup untuk memberi petunjuk kepadamu!" Di tengah gelak tertawa Han Siang, tiba-tiba dari bagian atap penjara itu terbuka sebuah lubang, kemudian terlihat seseorang melompat turun ke bawah. Sebagaimana dugaan mereka semula, ternyata penjara ini berasal dari sebuah gua alam yang dirubah menjadi ruang tahanan. Di atas gua itu telah dilengkapi dengan sebuah alat rahasia yang dapat membuka dua buah batu raksasa dalam ukuran yang dikehendaki, begitu tubuh seseorang melompat turun, pintu gua itu segera menutup kembali. Sewaktu pintu gua terbuka tadi, suasana di dalam ruang penjara itu tampak jauh lebih terang, dapat dilihat pula kalau usia orang itu tidak terlalu tua, dia mengenakan baju serba hitam dengan wajah tertutup selembar kain hitam (Gb 11). Dengan suara nyaring Lan Giok-keng menghardik, "Kau siapa? Mengapa tidak berani bertemu aku dengan wajah aslimu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Orang itu sama sekali tidak bersuara, dia hanya perlahan-lahan mencabut keluar pedangnya. Terdengar Han Siang berteriak lagi dari luar gua, "Kau tidak usah perduli siapakah dia, asal dapat memenangkan satu jurus saja dari orang itu, aku segera akan membebaskan kalian berdua. "Baik, kau seranganmu!" sendiri yang bilang. Ayoh mulai lancarkan

Manusia berkerudung itu menutulkan ujung pedangnya dua kali, maksudnya sangat jelas, membiarkan dia turun tangan lebih dahulu. Lan Giok-keng bukanlah pemuda yang tidak tahu diri, melihat manusia berkerudung itu menunjukkan sikap seorang jagoan, dia tidak berani pandang enteng. Sahutnya kemudian, "Baik, kalau kau minta aku yang menyerang dulu, baiklah, aku segera akan perlihatkan kejelekanku. Ujung pedangnya berputar membentuk satu lingkaran busur, jurus pertama yang digunakan adalah jurus pembukaan dari Thaykek-kiam. Biarpun hanya jurus pembukaan, namun lingkar-an busur yang terbentuk persis sama seperti teori yang berbunyi, "Thay-kek berputar dengan garis bulat, tiada putus tiada berhenti. Kembali Lan Giok-keng berpikir, 'Aku tidak heran meski ilmu silatmu jauh lebih tinggi, ingin kulihat dengan cara apa kau memberi petunjuk atas Thay-kek-kiam-hoat ku' Belum habis dia berpikir, orang itu sudah melakukan gerakan balasan, diapun membuat satu lingkaran busur hanya arahnya yang berlawanan, secara gampang tanpa membuang sedikit tenaga pun dia punahkan jurus pembukaan dari bocah itu. Lan Giok-keng sangat terperanjat, pikirnya, 'Ternyata orang ini benar-benar mengerti ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat!' Dari jurus pembukaan, dengan cepat dia merobah jadi jurus Ji-gisiang-seng (dua kutub saling menghidupi), Su-siang-sun-huan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

(empat unsur saling berputar), Lak-hap-kun-tong (enam unsur bercampur baur), Pat-kwa-sun-huan (delapan unsur saling berputar).... Jurus demi jurus dia mainkan saling berhubungan dan benarbenar melaksanakan apa yang dikatakan" niat ada diujung pedang, bergerak saling bersambungan. Orang itu sungguh hebat, jurus dipatahkan dengan jurus, gerakan dipecahkan dengan gerakan, sebentar tangannya membuat lingkaran besar, sebentar lingkaran kecil, kemudian lingkaran lurus dan lingkaran berlawanan, semua gerak lingkaran pedang yang diciptakan selalu berhasil menggulung lingkaran pedang dari Lan Giok-keng dan memunahkannya. Bocah itu tidak tahu apa nama jurus jurus serangan yang digunakan orang itu, namun dia sadar bahwa semua gerakan yang dilakukan orang itu sesuai dengan teori yang berlaku dalam ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. Atau dengan perkataan lain, semua jurus pedang yang dilakukan orang itu secara sembarangan, justru lebih mencapai tingkatan tanpa wujud tapi menimbulkan kesaktian. Ooo)*(ooO BAB XI Belajar ilmu sakti dalam penjara, Manusia berkerudung menciptakan jurus baru. Lan Giok-keng semakin curiga, pikirnya, 'Heran, siapakah orang ini? Tampaknya ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang dia mainkan jauh lebih hebat dari Tonghong toako' Mendadak dia menyadari akan sesuatu, dia merasa perawakan orang ini mirip sekali dengan Tonghong Liang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hanya saja, tentu dia tidak menaruh curiga kalau manusia berkerudung itu adalah penyamaran dari Tonghong Liang. Dia keluarkan ke delapan jurus pedang yang pernah diperoleh atas petunjuk dari Tonghong Liang itu, tapi satu per satu berhasil dipecahkan manusia berkerudung itu secara mudah, caranya memecahkan jurus itupun sama persis seperti cara yang pernah digunakan Tonghong Liang. Namun hingga detik itu Lan Giok-keng masih tetap tidak menaruh curiga. Sebab anggapannya teori pedang itu sama saja, kalau terjadi persamaan hal itu lumrah, kalau ada beda pun hal ini lantaran pencerahan yang diperoleh setiap orang berbeda, bila memahami teori pedang dari sudut pandang yang berbeda, sudah pasti daya cipta yang terbentuk pun tidak sama. Tanpa terasa Lan Giok-keng telah menggunakan hingga jurus ke enam, jurus tersebut bernama Sam-coan-hoat-lun (tiga putaran roda hukum), secara beruntun dia ciptakan tiga lingkaran pedang dimana daya pengaruhnya gelombang yang satu lebih hebat dari gelombang sebelumnya. Tatkala Lan Giok-keng memutar sampai lingkaran pedang ke tiga, tampaknya manusia berkerudung itu sengaja melakukan satu titik kelemahan, mendadak lingkaran pedangnya menyusut kecil dan membiarkan lingkaran pedang Lan Giok-keng menguasainya, dengan semakin mengecilnya lingkaran pedang, tenaga gempuran yang tercipta pun bertambah kuat. Dengan jurus Cho-ci-lian-huan (mencabut dan memunah berantai) dia puntir pedang Lan Giok-keng hingga nyaris terlepas dari genggaman. Bahkan sewaktu sepasang pedang saling membenturpun kembali pedang bocah itu nyaris terlepas. Ketika manusia berkerudung itu gagal memelintir lepas pedang ditangan Lan Giok-keng, tampaknya diapun merasa agak tercengang hingga tanpa terasa berseru tertahan. Hwee-ko yang menonton jalannya pertarungan sambil duduk bersila tiba-tiba nyelutuk, "Menganiaya orang yang tIDak cukup
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tenaga dalamnya, terhitung jagoan macam apa kau?" Padahal Lan Giok-keng sendiripun sadar, sesungguhnya pihak lawan hanya menggunakan sedikit tenaga dalamnya. Coba kalau tadi pihak lawan mengeluarkan sepenuh kekuatan, baru bertemu satu gebrakan saja mungkin pedangnya sudah berhasil dirontokkan ke tanah. Manusia berkerudung itu tidak membantah ataupun berdebat, dia hanya mendengus. Dalam pada itu Lan Giok-keng telah mengeluarkan jurus ke tujuhnya, jurus ini bernama Tin-to-im-yang (memutar balikkan Im dan yang), dalam satu jurus tersembunyi beberapa macam perubahan. Manusia berkerudung itu segera membentuk satu lingkaran pedang untuk mengurungnya....Plaaak!" sepasang pedang saling membentur, kali ini pedang yang berada dalam genggaman Lan Giok-keng tergetar hingga terjatuh ke tanah. Yang membuat Lan Giok-keng terperanjat bukan lantaran pedangnya yang terlepas, melainkan disaat terjadi benturan tadi, dia segera mengetahui kalau pihak lawan hanya menggunakan sebilah pedang kayu. Sudah jelas tujuan pihak lawan adalah untuk menghindari agar tidak sampai mencederai Lan Giok-keng, oleh sebab itu dia tidak menggunakan senjata beneran. Siapa sangka rasa kaget Lan Giok-keng sama sekali tidak di bawah rasa kaget pihak lawan atas kemajuan yang telah dicapainya. Ternyata sejak Lan Giok-keng berpisah dengan Tonghong Liang, jurus serangan tersebut selain berhasil dipahami dengan daya kemampuan sendiri, diapun berhasil menciptakan perubahan baru. "Sungguh memalukan!" diam-diam manusia berkerudung ituberpekik dalam hati, pikirnya lebih jauh, 'Ternyata kemampuannya untuk mendalami ilmu jauh diatas kemampuanku, aku saja tidak menyangka akan perubahan tersebut, bicara
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sejujurnya, aku masih belum mampu menangkan dia dalam hal ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat' Ternyata dia pun sudah sangat hapal dengan jurus Tin-to-imyang yang digunakan Lan Giok-keng itu, bahkan nyaris di luar kepala. Dalam perkiraannya semula, dia sangka tanpa terjadi benturan dengan pedang lawan pun, asal menggunakan kekuatan hawa pedang untuk menggiring, niscaya senjata di tangan bocah itu akan terlepas. Siapa sangka secara tiba-tiba Lan Giok-keng melakukan sebuah perubahan baru, akhirnya bentrokan senjata pun tidak terhindarkan. Walau begitu, caranya menggunakan tenaga dalam masih terhitung sangat pas, kekuatannya boleh dibilang hampir setara dengan kekuatan yang dipakai Lan Giok-keng saat itu. Coba kalau dia memakai tenaganya sedikit kelewatan, niscaya Lan Giok-keng sudah terluka sejak tadi. Untuk beberapa saat kedua orang itu hanya bisa saling berhadapan dengan termangu. Tiba-tiba terdengar Han Siang yang berada diatas gua berseru sambil tertawa terbahak-bahak, "Bocah cilik, kau sudah takluk bukan?" Tergerak pikiran Lan Giok-keng, bantahnya, "Jurus Thay-kekkiam-hoat ku paling baru dipakai tujuh jurus, apalagi pada jurus yang terakhir, paling banter aku hanya kalah setengah jurus saja. "Apa maksud perkataanmu itu?" "Masa kau tidak paham? Kalau tidak paham tanya saja ke dia!" ejek Lan Giok-keng sambil tertawa, "eeeh, benar juga. Bukankah kau bilang dia hanya anak buah-mu, masa kau yang jadi atasan malah tidak paham?" Semenjak masuk ke dalam ruang penjara itu, manusia berkerudung tadi sama sekali tidak bersuara, kini dia sudah didesak Lan Giok-keng hingga mau tidak mau harus berbicara (semisal dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

benar benar anak buah Han Siang). Tapi orang itu tetap membungkam dalam seribu bahasa, tidak mengakui, pun tidak menyangkal. Tampaknya Han Siang cukup mampu mengendali kan emosinya, sambil tertawa tergelak katanya, "Tidak masalah bila kau tidak puas, besok dia akan datang lagi. Aku rasa hari ini sampai disini saja dulu!" Sepeninggal manusia berkerudung itu, Lan Giok-keng berkata kepada Hwee-ko, "Sungguh aneh, kenapa dalam Lembah pemutus sukma bisa terdapat tokoh silat yang mengerti ilmu pedang Thaykek-kiam-hoat? Aku rasa dia pasti bukan anak buah Han Siang. Hwee-ko Thaysu seperti sedang memikirkan sesuatu, sampai lama kemudian dia baru membuka matanya seraya menyahut, "Akupun merasa agak aneh. "Hwee-ko Thaysu, pengetahuanmu sangat luas, apakah sudah kau ketahui asal usul orang itu?" "Aku tidak paham rahasia dari ilmu Thay-kek-kiam-hoat, akupun tidak bisa menebak asal usulnya. Hanya satu hal yang kuketahui, kelihatannya dia tidak bermaksud jahat kepadamu. "Benar, sebenarnya dia dapat melukaiku, tapi yang dia gunakan hanya sebilah pedang kayu. Hwee-ko manggut-manggut membenarkan. "Kalau memang begitu, tidak ada salahnya bila kau minta petunjuknya. "Ada satu hal yang tidak kupahami, mengapa Han Siang harus mencari orang semacam ini untuk mengajak ku bertanding pedang?" "Apakah kau menaruh curiga kalau tujuan orang ini adalah ingin mencuri belajar ilmu pedangmu?" "Tapi Thay-kek-kiam-hoat yang dia miliki masih jauh lebih hebat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

daripada kepandaianku. Hwee-ko Thaysu termenung sesaat, tiba-tiba dia bertanya, "Menurut kau, bagaimana ilmu pedangnya bila dibandingkan Tonghong Liang?" "Rasanya dia masih sedikit lebih hebat daripada Tonghong Liang. "Itu berarti kaupun bisa memperoleh manfaat darinya ketika sedang berlangsung pertandingan pedang?" "Aku rasa begitu. Tentu saja bila dia bersungguh hati ingin memberi petunjuk kepadaku. "Kalau toh banyak manfaat yang bisa kau peroleh, kenapa musti membuang energi hanya untuk menduga duga, bagaimana pun, suatu hari nanti semua persoalan akan menjadi terang dengan sendirinya. Seusai berkata pernapasan. dia segera duduk bersila dan mengatur

Hari ke dua, manusia berkerudung itu benar-benar telah muncul kembali. Kali ini, sewaktu Lan Giok-keng bertarung sampai menggunakan jurus Tin-to-im-yang, pedangnya tidak lagi sampai saling membentur dengan pedang kayu manusia berkerudung itu. Namun ketika orang berkerudung itu mengubah gerak serangannya dengan melepaskan satu tusukan kilat lewat tengah lingkaran pedang Lan Giok-keng, tusukan tersebut dengan telak menotok urat nadi bocah itu. "Traaang.... pedang dalam genggaman Lan Giok-keng pun rontok ke atas tanah. Jurus pamungkas yang paling diandalkan Lan Giok-keng sebenarnya adalah jurus Pek-hok-liang-ci, sejak berpisah dengan Tonghong Liang, dalam gerakan jurus ini kembali dia berhasil menyelami tiga macam perubahan yang dipenuhi dengan daya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cipta, sebetulnya dia ingin menggunakan jurus itu untuk melihat bagaimana cara manusia berkerudung itu memecahkannya. Tapi dalam keadaan dan situasi seperti ini, tiba tiba timbul pemikiran lain, karena itu rencana semula pun segera diurungkan. Dengan sorot matanya yang tajam manusia berkerudung itu mengawasi lawannya tanpa berkedip, kelihatannya dia belum berniat akan meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba Lan Giok-keng merasa sorot mata itu seakan 'pernah dikenalnya, tapi dengan cepat dia tertawa sendiri, pikirnya, 'Aku memang pikun dan berpikir yang bukan-bukan, mana mungkin dia adalah orang yang ingin kujumpai?' Dipungutnya kembali pedang mestika miliknya, kemudian ujarnya lagi, "Ilmu pedangmu jauh lebih hebat dari kemampuanku, tapi menurut Han Siang, kau dapat memberi petunjuk kepadaku, apakah kau bersedia memberi petunjuk?" Manusia berkerudung itu hanya membungkam tanpa menjawab. "Baik, kalau begitu tolong beri petunjuk kepadaku!" seru Lan Giok-keng. Dengan jurus Seng-hay-hu-cha (rakit terapung di laut bintang) dia lancarkan sebuah serangan, jurus ini memang belum pernah dia gunakan untuk bertarung melawan Tonghong Liang. Sebagaimana diketahui, dia pelajari jurus serangan ini dari ayah angkatnya, Put-ji tootiang. Apa yang diajarkan kepadanya boleh dibilang sudah jauh keluar dari jalur ilmu Thay-kek-kiam-hoat yang sesungguhnya, jurus yang gerakannya mirip sama sekali tidak mengandung makna apa-apa. Tidak heran kalau manusia berkerudung itu dengan begitu gampang berhasil mematahkan ancamannya. Baru bergebrak, tahu-tahu pedangnya sudah terlepas dari cekalan. Manusia berkerudung itu menanti sampai Lan Giok-keng

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memungut kembali pedangnya, lalu dengan menirukan gayanya, diapun mainkan jurus Seng-hay-hu-cha (rakit terapung di laut bintang) tersebut, ternyata cara yang digunakan persis sama. Lan Giok-keng agak tertegun, cepat dia tersadar kembali, pikirnya, 'Ternyata dia sedang mengajarkan kepadaku bagaimana cara memperbaiki kesalahan!' Berpikir sampai ke situ, dia pun segera menggunakan jurus pemecahan yang dilakukan manusia berkerudung itu untuk menghadapinya. Ternyata dugaannya tidak salah, ketika mencapai titik yang paling kritis, tiba-tiba manusia berkerudung itu mengubah gerakan pedangnya, dengan menyentilkan tiga buah lingkaran pedang, lingkaran satu berkaitan dengan lingkaran berikut, secara gampang sekali dia berhasil memaksa Lan Giok-keng melepaskan senjatanya. Begitulah, saling menyerang saling bertahan berlangsung amat seru, berulang kali bocah itu mengubah dan memperbaiki gerakannya sehingga dia merasa cukup puas. Sampai cahaya lemah yang masuk ke dalam ruang penjara lenyap tidak berbekas, manusia berkerudung itu baru pergi dari sana. Tidak lama dia pergi, hidangan malam telah dihantar masuk ke dalam ruang penjara. Sekarang Lan Giok-keng baru tahu, ternyata untuk memperbaiki satu jurus serangan aja, dia telah menghabiskan waktu setengah harian. Lan Giok-keng mencoba untuk membayangkan kembali pelbagai perubahan yang baru dipelajarinya, pikir punya pikir, diapun hanya menggerakkan sumpitnya saja sambil melakukan pelbagai gerakan, akibatnya makan pun jadi lupa. "Bagaimana?" tanya Hwee-ko Thaysu kemudian. "Banyak manfaat yang kuperoleh. Hwee-ko Thaysu tertawa.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Walaupun aku tidak ingin mempelajari Thay-kek-kiam-hoat, namun dengan menonton dari samping arena pun banyak manfaat yang berhasil kuperoleh. Biar begitu, kau tidak perlu sampai lupa makan lupa tidur, toh besok pagi dia pasti akan datang lagi. Sambil berkata dia segera gunakan sumpitnya untuk menahan gerakan sumpit Lan Giok-keng yang sedang melakukan pelbagai gerakan. Waktu itu seluruh perhatian Lan Giok-keng masih terpusat pada ilmu pedangnya, tanpa sadar muncul reaksi alam dari dalam tubuhnya dengan melakukan satu gerakan lingkaran, dengan cepat dia berhasil merebut sumpit yang berada di tangan Hwee-ko Thaysu. "Kionghi, kionghi, seru Hwee-ko Thaysu sambil tertawa, "rupanya kau berhasil menciptakan perubahan baru. Nah sekarang boleh mulai bersantap bukan. Keesokan harinya manusia berkerudung itu muncul lebih awal, baru selesai mereka sarapan, dia sudah datang. Hari ini Lan Giok-keng masih berlatih jurus yang kemarin, ketika dia menggunakan perubahan hasil pencerahannya semalam, terdengar manusia berkerudung itu berseru tertahan, kali ini dia hanya mampu 'memunahkan' jurus serangan bocah itu dan tidak berhasil merebut pedang dari tangannya. Manusia berkerudung itupun manggut-manggut, pertanda dia anggap jurus ini telah berhasil dilatihnya. Menyusul kemudian dia mulai berlatih jurus ke dua, Sam-huantau-gwee (Tiga gelang membelenggu rembulan). Perubahan dari jurus ini jauh lebih ruwit daripada jurus Seng-hay-hu-cha, hingga saat makan malam Lan Giok-keng masih belum berhasil memahami rahasia di balik gerakan itu. Tanpa hasil manusia berkerudung hitam itu pun mengundurkan diri. Hari ke tiga terjadi hujan. Tiada cahaya yang menembusi celahcelah ruang batu, yang terdengar dalam ruang penjara hanya suara
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hujan yang memekak telinga. Mula-mula Lan Giok-keng kuatir manusia berkerudung itu tidak muncul, ternyata dia tetap munculkan diri disana. Dalam kegelapan dia tidak mampu melihat perubahan dari gerakan pedang lawan, setiap kali manusia berkerudung itu melepaskan tusukan, segera terdengarlah suara desingan tajam. Tiba tiba Lan Giok-keng tersadar, dengan perasaan girang segera serunya, "Ooh, rupanya pada saat bersamaan kau mengajari aku ilmu pedang, kaupun mengajari aku cara membedakan suara senjata?" Manusia berkerudung itu tidak menjawab, dia sudah mulai melancarkan serangan dan melanjutkan latihannya menggunakan jurus Sam-huan-tou-gwee. Terhadap gerakan jurus ini boleh dibilang Lan Giok-keng sudah hapal di luar kepala, begitu mendengar dari suara angin, dia segera tahu perubahan macam apakah yang dilakukan lawan dalam gerakan pedang ini. Akhirnya menjelang makan malam, dia berhasil juga menguasahi jurus pedang itu. Sejak hari itu, baik hari terang tanah maupun saat hujan deras, manusia berkerudung itu selalu muncul tepat waktu. Sampai akhirnya kemampuan Lan Giok-keng memahami gerakan pedangnya pun semakin bertambah cepat. Kurang lebih satu bulan kemudian, seluruh rangkaian ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat nyaris telah selesai dijelaskan oleh manusia berkerudung itu. Hari itu selesai bersantap malam, dengan penuh rasa girang Lan Giok-keng berkata kepada Hwee-ko Thaysu, "Dari rangkaian ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, tinggal jurus Pek-hok-liang-ci saja yang belum mendapat pencerahan darinya. "Kalau tidak salah, bukankah jurus Pek-hok-liang-ci berada pada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

urutan sepuluh jurus pertama. Kenapa hingga sekarang kau masih belum minta petunjuk darinya?" "Aku menganggap jurus ini merupakan sebuah jurus pamungkas bagiku, baik Bu-si Tojin maupun Tonghong Toako mereka semua pernah memberi petunjuk. Semenjak berpisah dengan Tonghong Toako tempo hari, aku pun berhasil menyelami lagi beberapa rahasia dalam gerakan jurus ini, itulah sebabnya aku berpikir akan minta petunjuknya pada urutan paling belakang. "Aku si hweesio tua tidak begitu mengerti ilmu pedang Thay-kekkiam-hoat, ujar Hwee-ko Thaysu perlahan, "tapi setelah menyaksikan latihan kalian selama beberapa hari, sedikit banyak akupun berhasil menarik sebuah kesimpulan. "Maaf aku kurang begitu paham dengan perkataan mu itu, apakah Thaysu bersedia menjelaskan lebih terperinci?" "Menurut pendapatku, kecerdasanmu sama sekali tidak berada di bawah kepintaran manusia berkerudung, dia memang telah memberi petunjuk kepadamu, namun kaupun telah memberi petunjuk juga kepadanya!" Lan Giok-keng melengak. "Bukankah dia yang telah membantu aku merubah semua kesalahan yang ada? Kenapa kau mengatakan aku telah memberi petunjuk kepadanya?" Hwee-ko Thaysu tertawa. "Pernah dengar perkataan yang mengatakan: pengajar dan pelajar sama-sama tumbuh? Artinya dia membantumu memperbaiki kesalahan, sementara dia sendiripun memperoleh pencerahan yang lebih mendalam atas jurus serangan itu. "Tapi toh tidak bisa dibilang aku telah memberi petunjuk kepadanya. "Sesungguhnya memang tidak bisa dibilang siapa memberi petunjuk kepada siapa, yang benar kedua belah pihak saling
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memanfaatkan. Gerakan yang kau gunakan belum tentu sudah dia pahami sebelumnya, hanya bedanya dasar ilmu silatnya jauh lebih tinggi ketimbang dirimu, jadi dia dapat menemukan titik kelemahanmu. Oleh sebab itu menurut aku, meski manfaat yang kau terima tidak sedikit dari petunjuknya, namun manfaat yang dia peroleh justru jauh lebih besar lagi!" Lan Giok-keng terbungkam tanpa bicara, sementara dalam hati berpikir, 'Eeei, rasanya perkataan ini sangat kukenal. Aaaah, betul, Tonghong toako pun pernah mengucapkan kata yang sama kepadaku' Hwee-ko Thaysu tidak berbicara lagi, dia menundukkan kepala seakan-akan sedang memikirkan sesuatu. Lewat beberapa saat kemudian dia baru mendongakkan kepala sambil bertanya, "Selama satu bulan ini, bagaimana dengan pemulihan tenaga dalam mu?" "Pemulihan berjalan sangat lambat, rasanya belum mencapai tiga bagian. "Itu mah tidak terhitung lambat. Bagaimana dengan Thaysu?" "Aku.... tiba-tiba "Plaaak!" sumpit yang berada di tangannya terjatuh ke tanah, "Aku sudah tua, sudah tidak berguna lagi, Hweeko Thaysu menghela napas panjang, suaranya kedengaran agak gemetar. Lan Giok-keng terkesiap pikirnya, memegang sumpit pun tidak sanggup?' 'Aneh, kenapa sampai

Cepat dipungutnya sumpit itu lalu bertanya, "Hwee-ko Thaysu, apakah kau sakit?" "Benar, tubuhku sedikit kurang sehat, mungkin tidak sampai sakit. Cuma dadaku sesak, tidak ingin makan. "Han Kokcu!" dengan suara keras Lan Giok-keng segera berteriak. "Tidak perlu mengusik mereka, cegah Hwee-ko, "lagipula meski
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aku benar-benar sakitpun belum tentu mereka akan bersungguh hati mengobati sakitku. Kau tidak perlu kuatir, biar aku beristirahat sejenak, mungkin saja selewat malam ini akan sehat kembali. Sana, berlatihlah lagi dengan lebih rajin, coba kau asah jurus Pek-hokliang-ci itu. Siapa tahu selewatnya malam itu, kondisi tubuh Hwee-ko Thaysu semakin bertambah parah. Walaupun suasana dalam ruang penjara itu remang-remang, namun berdasarkan indra rasa dan indra pendengaran, bisa diketahui juga kalau kondisi sakit yang diderita Hwee-ko Thaysu bertambah parah bahkan nyaris sudah mendekati keadaan yang amat kritis. Sarapan telah dikirim masuk ke ruang sel, namun Hwee-ko Thaysu sama sekali tidak bernapsu untuk makan, bahkan minum air pun enggan. Hwee-ko Thaysu melarangnya minta bantuan kepada Han Siang, sedang dia sendiripun hanya seorang pemuda yang sama sekali tidak mengerti ilmu pertabiban, bahkan pengalaman untuk menghadapi keadaan seperti inipun tidak punya. Di saat dia sedang kebingungan setengah mati, manusia berkerudung itu muncul lagi tepat waktu. Manusia berkerudung itu tampak sangat keheranan ketika melihat pemuda itu sama sekali tidak bergerak walau dia sudah mencabut pedang kayunya, sambil menuding ke empat penjuru dengan ujung pedang kayunya dia seolah sedang bertanya, "Kenapa kau?" Tutulan pedangnya itu sebetulnya merupakan juga sebuah jurus pedang yang sangat hebat, hanya saja saat itu Lan Giok-keng sama sekali tidak berminat untuk memikirkannya. Dengan pikiran dan perasaan gundah Lan Giok-keng bangkit berdiri, katanya, "Hari ini hwesio tua sedang sakit, aku sama sekali tidak berminat untuk berlatih pedang denganmu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Manusia berkerudung itu tampak agak tertegun, tiba-tiba dia menghampiri Hwee-ko Thaysu, membangunkan tubuhnya lalu membuka paksa mulutnya. "Hey, mau apa kau?" tegur Lan Giok-keng terperanjat. Manusia berkerudung itu mendorongnya ke belakang, lalu membuka lebar lebar mulut Hwee-ko Thaysu, setelah itu dia memasukkan sebuah benda sebesar ibu jari ke dalam mulutnya, sayang dalam kegelapan susah untuk melihat jelas benda apakah itu. Dalam hati kembali Lan Giok-keng berpikir, 'Tampaknya dia tidak bermaksud jahat, siapa tahu tindakan tersebut memang sedang mengobati penyakit Hwee-ko Thaysu?' Padahal sekalipun manusia berkerudung itu punya maksud jahatpun, Lan Giok-keng tidak mampu berbuat apa-apa. Tenaga dalamnya sekarang baru pulih tiga bagian, masih selisih jauh bila dibandingkan ilmu silat manusia berkerudung itu. Ternyata dugaannya tidak salah, tampak dia tempelkan sepasang telapak tangannya di punggung Hwee-ko Thaysu, sementara pendeta itu sudah duduk kembali dalam posisi bersila. Tidak sampai setengah hio kemudian terlihat asap putih mulai mengepul keluar dari ubun-ubun Hwee-ko Thaysu, dalam keadaan begini biarpun Lan Giok-keng bukan seorang jagoan berpengalaman, namun dengan dasar tenaga dalam yang dimilikinya sekarang, dia pun tahu kalau manusia berkerudung itu sedang menyalurkan tenaga dalamnya ke tubuh pendeta itu dan berusaha memperlancar peredaran darahnya. Tidak lama kemudian asap putih yang muncul dari ubun-ubun Hwee-ko Thaysu berubah makin tawar, saat itulah manusia berkerudung itu baru melepaskan tangannya dan beranjak pergi dari ruang penjara. "Bagaimana keadaan si hweesio tua?" tanya Lan Giok-keng kemudian.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Manusia berkerudung itu hanya menuding dengan pedang kayunya, maksudnya, Lihat saja sendiri. Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia berlalu, pintu penjara pun segera menutup kembali. Hwee-ko Thaysu masih duduk bersila sambil mengatur pernapasan, Lan Giok-keng tidak berani mengusiknya, ketika didengar suara dengusan napasnya sudah mulai bertambah halus, tahulah dia kaiau kondisi tubuhnya sudah lebih bertambah baik. Tiba-tiba terdengar orang yang setiap hari datang menghantar makanan itu berseru dari luar, "Toaya itu suruh aku beritahu kepadamu kalau kondisi rekanmu lambat laun akan bertambah baik, minta kau tidak usah kuatir. Lan Giok-keng merasa sangat lega, namun tidak tahan dia berseru juga, "Dia toh bukan bisu, kenapa bukan dia sendiri yang berbicara denganku?" Tiada jawaban dari luar. Mendadak terdengar Hwee-ko Thaysu berkata, Kalau dia bersedia mengajakmu bicara, buat apa dia musti muncul sambil mengenakan kain kerudung muka. Mendengar pendeta itu sudah berbicara dengan suara nyaring, Lan Giok-keng jadi kegirangan, serunya, "Thaysu, rupanya kau sudah mendusin, apakah kondisi mu sudah lebih baikan?" "Sudah jauh lebih baik. Setelah orang itu menyalur kan hawa murninya ke tubuhku, bukan saja telah membantuku mengusir pergi penyakit itu bahkan tenaga dalamku sudah pulih saru bagian. "Bagus sekali kalau begitu. Thaysu, jadi kau sudah mengetahui asal usulnya?" "Atas dasar apa kau berkata begitu?" "Kalau didengar dari perkataanmu tadi, tampaknya.... "Dugaanmu keliru. Aku hanya tahu kalau dia enggan membiarkan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kita tahu siapakah dirinya. "Kalau begitu, menurut kau bisa jadi dia adalah orang yang kita kenal? Kalau tidak, kenapa dia harus memakai kerudung hitam dan berlagak membisu?" "Biar orang yang dikenal pun bukan sesuatu yang aneh, sewaktu aku si hweesio tua masih sering berkelana dalam dunia persilatan masih muda dulu, entah berapa banyak orang yang pernah kukenal? Selama mereka bermaksud baik kepadamu, tidak ada niat jahat, perduli amat musti menebak siapa gerangan dirinya. Perasaan ragu dan curiga masih menyelimuti hati Lan Giok-keng, namun dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. "Kau masih ingin membongkar rahasia identitasnya?" tanya Hwee-ko Thaysu tiba-tiba. "Biarpun aku berkeinginan untuk berbuat begitu, rasanya tidak punya kemampuan untuk melaksanakannya, jawab Lan Giok-keng. Mendadak dia seperti teringat akan sesuatu, katanya lagi, "Thaysu, apakah kau merasa lapar? Sudah sejak kemarin malam hingga saat ini kau tidak makan apa pun. Bagaimana kalau kusuruh mereka siapkan bubur untukmu?" "Tidak perlu merepotkan mereka, lagipula akupun tidak ingin makan bubur bikinan mereka." Kemudian sambil tertawa lanjutnya, "Barusan aku telah makan sebatang jinsom paling baik, masa masih lapar?" "Aaah, ternyata benda yang dicekokkan ke dalam mulutnya oleh manusia berkerudung itu adalah sebatang jinsom!" seru Lan Giokkeng seolah baru sadar. "Betul. Sebagian orang mengira jinsom yang berasal dari gunung Tiang-pek-san merupakan kwalitas nomor satu, padahal mereka tidak tahu kalau gunung Thian-san di wilayah Hwee serta dalam gunung Nyainqentanglha menghasilkan jinsom paling baik. Kalau diperbandingkan maka jinsom hasil kedua tempat ini masih jauh di atas kwalitas jinsom dari gunung Tiang-pek-san. Kelihatannya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jinsom yang kumakan tadi berasal dari gunung Nyainqentanglha. Mendengar perkataan itu Lan Giok-keng tertegun. "Eeei, kalau tidak salah, bukankah kau pernah bilang kalau bibi Tonghong Liang tinggal di gunung Nyainqentanglha?" "Huss, kau jangan sembarangan menduga, kau sangka jinsom itu di peroleh Tonghong Liang dari tangan bibinya?" "Biarpun aku mempunyai kecurigaan ke sana pun, tidak bakalan kucurigai Tonghong Toako. Sewaktu kita tiba disitu hari itu, bukankah dengan mata kepala sendiri kita saksikan dia terkurung dalam gua? Mana berani Han Siang membebaskannya sebelum memunahkan ilmu silat yang dimiliki?" Hwee-ko Thaysu tidak berbicara lagi, dia seolah terbungkam. Tiba-tiba muncul satu pikiran aneh dihati Lan Giok-keng, pikirnya, 'Sudah pasti bukan perbuatan Tonghong toako, semisal memang dia, pelbagai persoalan pelik yang susah dicerna akan semakin gampang diurai. Hwee-ko Thaysu adalah sobat karib ayahnya semasa masih hidup, jadi sudah sewajarnya bila dia menggantikan peran ayahnya untuk mengobati penyakit yang dideritanya' Pada saat itulah terdengar Hwee-ko Thaysu berkata, "Apa yang kau katakan memang suatu kejadian yang lumrah. Tentu saja akupun tidak berharap terjadi peristiwa yang diluar kebiasaan. Ternyata sakitnya Hwee-ko Thaysu bukanlah sakit benaran, walaupun sejak keracunan, hawa murninya memang tidak sanggup dihimpun kembali. Dia memang sengaja tidak makan dua hari dan membiarkan kondisi tubuhnya jadi sangat lemah, tujuannya tidak lain adalah untuk menyelidiki manusia berkerudung itu, mencoba mencari tahu apakah dia memang seseorang yang dicurigai. Alhasil dia membuktikan kalau dugaannya memang benar, sebab hawa murni yang disalurkan manusia berkerudung itu ke dalam tubuhnya merupakan tenaga dalam aliran tunggal yang hanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dimiliki perguruan seorang sahabat karibnya. Lan Giok-keng dapat mendengar maksud lain dibalik perkataan Hwee-ko Thaysu, dia tertegun tapi tidak berani bertanya lebih jauh. Mendadak terdengar Hwee-ko Thaysu berkata lagi, Hari ini kau tidak dapat berlatih pedang melawan manusia berkerudung itu, coba kau mainkan jurus Pekhok-liang-ci yang sengaja kau tinggalkan itu dihadapan-ku. Lan Giok-keng tahu, pendeta itu pasti mempunyai tujuan dengan ucapannya, maka diapun segera memainkan jurus Pek-hok-liang-ci itu dihadapan Hwee-ko Thaysu. Baru selesai memainkan satu kali, Hwee-ko Thaysu segera memintanya untuk mengulang lagi untuk ke dua kalinya, ke tiga kalinya. Setelah menyaksikan permainan jurus itu sampai tiga kali, pendeta itu baru berkata, "Aku tidak paham Thay-kek-kiam-hoat, dalam hal jurus aku pun tidak bisa memberi petunjuk apa-apa. Tapi aku yakin teori ilmu silat sesungguhnya tidak jauh berbeda. Aku lihat dalam permainan jurus itu, gerakanmu kelewat enteng dan kurang stabil, mungkin jika dirubah lebih berat dan kasar, keadaannya jauh lebih baik. Lan Giok-keng pun tahu kalau tingkat paling tinggi dari ilmu silat adalah "berat, bebal dan besar", buru-buru dia memohon petunjuk. Sewaktu Hwee-ko Thaysu menguraikan teori pedang sesuai dengan pandangannya, benar saja, Lan Giok-keng kembali mendapatkah pencerahan baru atas jurus serangan tersebut. Kembali Hwee-ko Thaysu berkata, Ilmu silat Bu-tong maupun Siau-lim bersumber satu, dari pihak Siau-lim-pay terdapat pula sejenis ilmu pedang yang disebut Tat-mo-kiam-hoat, kendatipun jauh berbeda bila dibandingkan Thay-kek-kiam-hoat, namun teori, pengertian serta dasarnya tidak jauh berbeda. Aku memang belum pernah mempelajari Tatmo-kiam-hoat, namun pernah melihatnya. Coba dengarkan uraianku tentang teori ilmu pedang yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kuketahui. Selesai mendengar uraian tersebut, kembali Lan Giok-keng berhasil memperoleh manfaat yang lebih besar. Malam itu Lan Giok-keng nyaris tidak bisa tidur saking gembiranya, sampai dalam mimpi pun dia masih memikirkan pencerahan yang diperoleh dalam jurus ini. Ketika mendusin keesokan harinya, dia merasa ruangan penjara terlihat jauh lebih cerah daripada biasanya, ternyata matahari sudah jauh di angkasa. Ketika membuka matanya, Lan Giok-keng menjumpai Hwee-ko Thaysu sedang minum arak, dia baru sadar kalau bangun terlambat, sarapan pun sudah dihantar masuk. Sambil tertawa Hwee-ko Thaysu pun berkata, "Kelihatannya mereka seperti tahu kalau aku bakal ingin minum arak setelah sembuh dari sakit, dalam sarapan yang dikirim pagi ini, mereka sertakan juga sepoci arak yang sangat harum. Ingin mencicipinya?" Tentu saja Lan Giok-keng sama sekali tidak berminat untuk menemaninya minum arak, sahutnya, "Hari ini aku ingin menjajal jurus Burung bangau pentang sayap itu. Nanti di saat makan malam saja, kutemani kau minum secawan. Setelah menyelesaikan sarapannya secara tergesa-gesa, dia pun segera mempraktekkan kembali jurus Pek-hok-liang-ci itu. Hwee-ko Thaysu segera memuji, Tampaknya kau berhasil mendapat pencerahan baru? Biarpun aku tidak paham Thay-kekkiam-hoat, tapi bisa kurasakan kalau gerakanmu sekarang jauh lebih hebat ketimbang kemarin. Lan Giok-keng tidak menjawab, dia malah berseru tertahan, seolah menemukan sesuatu yang aneh. "Kenapa kau?" tegur Hwee-ko Thaysu segera. "Sstt.... kekuatan tenaga dalamku sudah pulih setengah, bisik Lan Giok-keng lirih.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Waaah, sungguh pesat kemajuan yang berhasil kau capai, satu peristiwa yang menggembirakan. "Justru karena itu aku baru merasa keheranan. Kalau tidak salah menghitung, kita sudah hampir sebulan lamanya terkurung disini. Padahal kemarin pun tenaga dalamku baru pulih tiga bagian. Berbicara sampai disitu, satu ingatan kembali melintas lewat. "Kini tenaga dalamku sudah pulih separuh, bila kulancarkan serangan diluar dugaan hingga berhasil mengalahkan manusia berkerudung itu, bukankah kami berdua segera akan lolos dari sekapan?" Dia yakin dengan kekuatan tenaga dalam sebesar lima bagian, Han Siang sudah bukan tandingannya lagi. Tapi bila teringat kembali manfaat yang diperolehnya dari manusia berkerudung itu, patutkah dia membalas budi orang dengan menyanderanya, bahkan dalam keadaan terpaksa harus membunuhnya? Kelihatannya Hwee-ko Thaysu dapat membaca jalan pemikirannya, sambil tersenyum ujarnya, "Kau sangka manusia berkerudung itu tidak tahu kalau tenaga dalammu telah pulih lima bagian? Menurut ku pikiran tersebut salah besar!" "Maksud thaysu.... "Menurut dugaanku, lambatnya pemulihan tenaga dalammu dimasa lalu dikarenakan Han Siang telah mencampurkan bubuk pelemas tulang dalam makanan yang kita santap setiap harinya. Komposisi bubuk itu sudah diperhitungkan dengan matang hingga membiarkan setiap harinya tenaga dalammu hanya pulih sedikit, sedang sisanya habis dipakai untuk melawan pengaruh racun. Tapi sejak kemarin keadaan itu sudah mulai terjadi perubahan baru. "Jadi maksud thaysu, sejak kemarin, makanan yang dikirim masuk sudah tidak dicampuri bubuk pelemas tulang lagi?" tanya Lan Giok-keng seolah baru sadar.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Betul, termasuk hidangan sarapan yang baru saja kita makan. Bukan saja tidak ada campuran racunnya, bahkan arak itu merupakan arak obat berkwalitas tinggi. Nampaknya manusia berkerudung itu kuatir kondisi tubuhku melemah setelah sembuh dari sakit, maka sengaja dia persembahkan untukku. Ternyata tenaga dalam yang dimiliki Hwee-ko Thaysu pun sudah pulih satu dua bagian, hanya saja berita ini tidak disampaikan kepada bocah itu. Lan Giok-keng jadi tertawa geli, ujarnya, "Hahahaha.... sudah seharusnya bisa kuduga kalau kesemuanya itu merupakan perbuatan dari manusia berkerudung itu. Pulihnya tenaga dalamku adalah hasil pemberiannya, bagaimana mungkin aku bisa mengelabuhi dirinya. Tiba-tiba Hwee-ko Thaysu berkata lagi, Sekarang tenaga dalammu sudah pulih separuh bagian, jelas kejadian ini tidak mungkin bisa mengelabuhinya. Cuma dia belum tahu kalau kau sengaja menyimpan satu jurus dan perubahan dari jurus itu sama sekali di luar dugaannya. Lan Giok-keng dapat mendengar kalau dibalik perkataan itu mengandung maksud lain, tanyanya, "Kalau memang begitu lantas kenapa?" "Dia berani memulihkan separuh tenaga dalammu tidak lain disebabkan dua hal. Ke satu, dia yakin tenaga dalamnya masih jauh mengungguli dirimu, meski kau berhasil pulih pun bila bertarung beneran, kau masih bukan tandingannya. Ke dua, dia tahu kalau kau sudah menaruh rasa simpatik kepadanya, karenanya dia pun tidak kuatir setelah tenaga dalammu pulih kembali, kau akan melukainya. "Sejujurnya, melukainya. aku memang tidak punya ingatan untuk

"Padahal kau hanya bisa membunuhnya, tidak mungkin bisa melukainya. Kau paham dengan teori ini? Sebab bila kau hanya bisa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melukainya, dengan tenaga dalam yang jauh diatas kemampuanmu, dia bisa segera membunuhmu. Sebaliknya bila kau gunakan jurus Pek-hok-liang-ci itu dan diluar dugaannya berhasil menusuk mati dia, biar dia memiliki tenaga dalam yang lebih hebat dari kemampuanmu pun, dia sama saja tidak bisa balas menyerangmu. "Sebagai seorang lelaki sejati, mana boleh aku membalas air susu dengan air tuba, melukai saja enggan apalagi membunuhnuya. "Kalau begitu kau hanya ingin menangkan satu jurus darinya?" Lan Giok-keng terbungkam tanpa menjawab, setengah harian kemudian ujarnya sambil tertawa getir. "Aku rasa bukan kejadian yang gampang untuk mengungguli dirinya?" Ternyata tujuan dia yang paling utama bukanlah ingin menangkan satu jurus dari manusia berkerudung itu, melainkan ingin membongkar kedok penyamarannya. "Dalam hal jurus pedang, aku memang tidak bisa memberi petunjuk apa-apa kepadamu, namun aku bisa menceritakan sebuah cerita. Sudah pernah membaca ajaran Cuang-cu?" Bu-tong-pay adalah aliran agama To, aliran To sangat mempercayai dan menyembah ajaran Cuang-cu, Lan Giok-keng segera menyahut, "Aku pernah melihat Sucoue membacakan ajaran Cuang-cu, tapi aku sama sekali tidak mengerti. Sebetulnya ada rencana untuk meminta petunjuk dari Sucouw dua hari kemudian. Aaai.... Dia tidak melanjutkan perkataannya, sebab Sucouw nya sudah meninggal dunia. Tapi dia tidak habis mengerti, kenapa secara tibatiba Hwee-ko Thaysu menyinggung tentang ajaran Cuang-cu. Terdengar Hwee-ko Thaysu berkata, Dalam ajaran Cuang-cu terdapat sebuah cerita yang mengisahkan kehebatan dari seorang pemahat batu yang tinggal di ibu kota negeri Chu. Waktu itu diibu kota negeri Chu hidup seseorang, suatu hari ujung hidungnya ternoda setitik lumpur sebesar lalat, orang itupun pergi mencari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tukang pahat itu dan minta kepadanya untuk menghilangkan noda tersebut. Sang pemahat pun mengambil kampak besar lalu ditebaskan berulang kali ke depan. Bagi penonton yang menyaksikan dari samping, semua orang menyangka bacokan kapak itu bakal menebas batang hidungnya, siapa tahu noda lumpur itu bukan saja berhasil ditebas hingga bersih, hidung orang itupun sama sekali tidak terluka. "Waah, benar-benar kepandaian sakti yang luar biasa, puji Lan Giok-keng sambil menghela napas, "padahal kapak lebih berat dari pedang, untuk melatih tingkatan sehebat itu dengan pedangpun sudah amat susah, mungkin kemampuannya sudah tiada tandingan di kolong langit. "Betul. Dengan kampak membersihkan noda lumpur diujung hidung, jelas jauh lebih susah dari menggunakan pedang, tapi maknanya masih saling berhubungan. "Silahkan thaysu memberi petunjuk. "Kapak itu benda berat, untuk membersihkan noda lumpur diujung hidung dibutuhkan kelincahan serta tenaga yang paling enteng. Ini menunjukkan kalau berat dan bebal bisa disatu padukan dengan ringan dan lincah. Jadi kuncinya mengangkat berat bagaikan menjinjing ringan. Lan Giok-keng bagaikan seorang murid cerdas yang mendapat bimbingan dari gurunya, dalam posisi seperti paham seperti tidak, dia resapi perkataan "angkat berat bagai menjinjing ringan" itu. Kembali Hwee-ko Thaysu berkata, Di dalam ajaran Cuang-cu masih ada lagi sebuah cerita tentang seorang koki menjagal sapi, tulisan itu sangat bagus, coba kubacakan untukmu: sang koki menjagal sapi untuk kaisar Liang Hui-ong, tempat yang disentuh adalah bahu yang tidak bisa disandari, tanah yang tidak bisa diinjak, ketika golok menusuk, tidak akan menimbulkan suara yang sumbang. Kaisar Liang Hui-ong berseru, "wah, begitu hebat ilmu menjagal sapimu?" Sambil meletakkan kembali pisaunya sang koki menjawab, "Yang kusukai adalah tehnik diatas rata-rata. Ketika aku
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mulai menjagal sapi, yang kulihat semuanya sapi; begitu banyak sampai tiga tahun kemudian pun tidak bisa melihat sapi yang utuh lagi. Kini aku tidak melihat sapi dengan mata lagi, tapi dengan perasaan.... konsentrasi harus terpusat, gerakan harus lambat, waktu menggerakkan pisau harus ringan, dan.... sapi itu akan terbelah bagaikan membelah lumpur ditanah.... Lan Giok-keng mendengarkan uraian itu dengan terkagumkagum, dia seolah-olah dibuat mabok oleh ungkapan ini. Kembali Hwee-ko Thaysu bertanya, "Tahukah kau, dimana titik penting dari uraian itu?" "Apakah melihat sapi dengan perasaan?" "Benar, yang dilihat sang koki adalah celah paling kosong dan paling gampang dari seekor sapi, oleh sebab itu lihatlah sapi sebagai bukan sapi, gunakan perasaanmu untuk melihat, karena isi itu kosong dan kosong itu isi!" Lan Giok-keng membayangkan Sim-hoat yang diberikan Sucouw nya menyebut pula bahwa belajar silat tidak perlu bersikukuh dengan gerakan, tapi dipahami dengan perasaan.... pikirnya kemudian, 'Bukankah ajaran koki penjagal sapi sama persis dengan ajaran dari perguruan?' Terdengar Hwee-ko Thaysu berkata lagi, "Yang paling penting lagi adalah hindari yang nyata serang yang kosong. Sang koki mengungkapnya dengan mengatakan dia sudah sembilan belas tahun menggunakan pisau itu untuk menjagal sapi, tapi pisau yang digunakan masih setajam waktu masih baru dulu, tahukah kau ajaran apa yang termakna dibaliknya?" "Harap thaysu memberi petunjuk. "Karena dia menghindari bagian tubuh sapi yang menghubungkan otot dengan tulang belulang. Dalam ajaran Cuang Cu dikatakan, "Tusukan pisaumu ke dalam celah kosong antara tulang dengan otot, karena menurut anatomi tubuh sapi, bagian sambungan otot dengan tulang adalah bagian yang susah ditusuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan pisau, apalagi menusuk tulang keras. Oleh sebab itu walaupun pisau sudah digunakan selama sembilan belas tahun, ketajamannya masih seperti baru. Walau begitu, setiap kali bertemu bagian pertemuan antara otot dan tulang, aku selalu bertindak hatihati dengan tingkatkan kewaspadaan, pusatkan pandangan ke satu titik, gerakan semakin melambat, ketika menggerakkan pisau pun sangat ringan. Lalu daging pun terurai dari tulang dan.... berserakan diatas tanah. Dengan bangga kupandang empat penjuru, dengan hati-hati kugosok pisauku dan menyimpannya kembali. Lan Giok-keng berdiri termangu, gumamnya, "Tusuklah bagian yang kosong, aaaah, ternyata begitu. Aaaai, entah sampai kapan aku baru bisa mencapai taraf setinggi itu?" "Setelah mendengar perkataan mu itu, aku tahu bahwa banyak sudah pencerahan yang berhasil kau serap hari ini. Baru berbicara sampai disitu, tiba-tiba terlihat pintu gua terbuka dengan perlahan kemudian tampak manusia berkerudung itu melompat masuk ke dalam. Lan Giok-keng segera berkata, "Terima kasih banyak atas petunjukmu selama beberapa hari ini hingga keseluruhan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat ku berhasil dilatih hingga sempurna. Hari ini aku ingin mencoba lagi permainan pedangku, tapi bukan jurus demi jurus, bukan pula secara berurutan, bagaimana kalau anggap saja pertarunganku denganmu memakai keseluruhan jurus pedang itu?" Begitu mendengar perkataan "menyeluruh", berkilat sepasang mata manusia berkerudung itu, dia seolah timbul pertanyaan, namun akhirnya tetap tidak menjawab, dia hanya manggutmanggut. Maka Lan Giok-keng pun mulai melancarkan serangan dari jurus pembukaan, Ji-gi-siang-seng (dua unsur saling menumbuhkan), Susiu-yan-hua (empat unsur saling mendukung), Lak-hap-kun-tong (enam unsur bersatu padu), Pat-kwa-sun-huan (delapan unsur saling berputar). Hampir semua jurus dilancarkan susul menyusul,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kekuatan yang terpancar pun bagaikan gulungan ombang di sungai Tiang-kang yang saling menyusul. "Bagus!" pekik manusia berkerudung itu didalam hati, "kecerdasan dan bakat alam bocah ini benar-benar luar biasa, tidak disangka dia bisa menyerang bagaikan gulungan ombak yang bersambungan. "Aku paling banter hanya bisa mengembangkan satu gerakan menjadi gerakan lain, tapi dia, baru mendengar satu sudah dapat menciptakan sepuluh. Aaai.... tak heran kalau banyak orang mengagumi kecerdasan seseorang yang berbakat alam. "Suhu sering memuji kecerdasanku, selama ini akupun selalu mengira bakat silatku luar biasa, siapa sangka bila dibandingkan dia, aku ketinggalan jauh sekali. Kini aku masih bisa mengungguli dia, tapi tiga tahun kemudian, belum tentu aku masih sanggup melawan dirinya!" Sementara itu Lan Giok-keng sendiripun diam diam merasa amat kagum, dia tidak menyangka manusia berkerudung itu masih mampu memecahkan setiap jurus serangan yang dilancarkan, bahkan seolah tanpa menggunakan banyak tenaga, dalam waktu singkat ke tujuh jurus serangannya dapat dipunahkan dengan begitu saja. 'Kelihatannya jurus Pek-hok-liang-ci ku juga belum tentu bisa merobohkan dia' demikian dia berpikir. Tentu saja dia tidak menyangka kalau gerakan yang nampak sangat enteng dan sederhana itu justru telah menghabiskan begitu banyak tenaga manusia berkerudung itu, bahkan memaksa dia harus mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya. Begitulah, dalam kondisi sama-sama mengagumi pihak lawan, kedua orang itu bertarung lagi puluhan jurus. Mendadak terdengar suara seruan tertahan. Ternyata ketika Lan Giok-keng mengeluarkan jurus Sam-coanhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hoat-lun (Tiga putaran roda hukum), dia mulai memperlihatkan perubahan yang sama sekali tidak diduga manusia berkerudung itu. Dalam melakukan serangan dengan jurus sam-coan-hoat-lun, seharusnya secara beruntun dia ciptakan tiga lingkaran pedang, tapi sekarang bocah itu justru menciptakan sembilan buah lingkaran pedang yang saling terkait bahkan semua gerakan tidak menentu arahnya. Hal ini memaksanya jadi gelagapan, jurus pemecah yang sudah dipersiapkan pun jadi kacau balau. Namun reaksi yang kemudian dilakukan manusia berkerudung itupun jauh diluar dugaan Lan Giok-keng. Kalau tempo hari dia melakukan gerakan serong dengan kecepatan tinggi untuk memaksa Lan Giok-keng melepaskan pedangnya, maka untuk memecahkan jurus Sam-coan-hoat-lun kali ini dia justru mengikuti semua gerakan pedang lawan, pedang kayunya seringan selembar kertas seolah "menempel" diatas pedang Lan Giok-keng. Dengan begitu, meski dia tidak berhasil memaksa Lan Giok-keng kehilangan pedangnya, namun bocah itupun tidak sanggup memainkan kehebatan dari jurus serangan tersebut. Karena sama-sama tidak mampu merobohkan lawan, terpaksa sekali lagi dilakukan perubahan jurus. Perubahan yang diciptakan Lan Giok-keng dalam jurus barunya banyak tidak terhilangkan, namun manusia berkerudung itu menghadapi setiap perubahan dengan cepat, bahkan satu per satu berhasil dipunahkan. Perubahan yang mereka lakukan sama-sama berdasarkan teori pedang dan masing-masing memiliki kelebihan sendiri. Namun diantara sekian banyak jurus, ada beberapa jurus diantaranya harus dipunahkan manusia berkerudung itu dengan mengandalkan tenaga dalamnya, tanpa bantuan tenaga dalam niscaya dia akan menderita kerugian dalam perubahan jurus itu. Namun oleh karena dia sangat memahami kekuatan tenaga
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam yang dimiliki Lan Giok-keng, maka perhitungannya dalam penggunakan kekuatan pun sangat akurat, demikian tepatnya hingga Lan Giok-keng sendiripun tidak menyadari kalau dia sedang bermain curang. Tanpa terasa seluruh rangkaian jurus ilmu pedang Thay-kekkiam-hoat telah selesai dimainkan Lan Giok-keng, kini dia mengulang lagi dengan jurus pembukaan. Manusia berkerudung itu mulai mengernyitkan dahi, kelihatannya dia tidak sependapat dengan niat Lan Giok-keng yang ingin mengulang lagi dari awal, namun diapun tidak dapat mengemukakan keberatannya itu. Ternyata hingga sekarang dia masih berharap Lan Giok-keng mengeluarkan jurus Pek-hok-liang-ci. Baru saja dia berkerut kening, tiba-tiba permainan pedang Lan Giok-keng kembali telah berubah, akhirnya jurus Pek-hok-liang-ci yang ditunggu-tunggu manusia berkerudung itu digunakan juga! Begitu jurus Pek-hok-liang-ci digunakan, biarpun manusia berkerudung itu menguasahi Thay-kek-kiam-hoat pun tidak urung hatinya bergetar juga, pandangan matanya serasa berkunang. Kalau dalam permainan jurus Sam-coan-hoat-lun tadi, yang muncul tidak lebih hanya penambahan perubahan baru, maka jurus serangan kali ini benar benar merupakan ciptaan baru yang telah melewati lingkaran batas yang ada, walaupun merupakan ciptaan baru namun sama sekali tidak bertentangan dengan teori pedang. Jurus Pek-hok-liang-ci yang asli adalah serangan yang dilakukan dengan tubuh melambung dan babatan pedang serong ke samping. Walaupun luas lingkaran tidak ditentukan namun biasanya hanya berada dalam ruang lingkup seluas satu tombak (3,3 m). Sementara jurus Pek-hok-liang-ci yang digunakan Lan Giok-keng saat ini jauh berbeda, begitu mata pedang digetarkan langsung dia tarik kembali hingga ruang lingkup yang diciptakan lingkaran busur tidak ter-lampau melebar, sementara dalam perjalanan pemhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bentukan lingkaran busur itu terasa hawa pedang yang mengembang bagaikan gulungan ombak, hal ini membuat pihak lawan tidak bisa menduga seberapa lebar jari-jari luas yang akan dikembangkan hawa pedang itu. Andaikata jurus serangan ini terlihat oleh para murid Bu-tong yang berpegang teguh pada peraturan, mereka pasti akan melontarkan pelbagai kritikan, menganggap jurus itu merupakan ciptaan yang berdiri sendiri, sama sekali tidak bisa dianggap sebagai bagian dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. Tapi manusia berkerudung itu sangat menguasai ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, kini boleh dibilang dia sudah memperoleh warisan langsung dari Bu-siang Cinjin, baginya, dia sangat memahami maksud ciptaan dari Lan Giok-keng ini. Yang diburu bocah itu sekarang sudah bukan ciptaan baru lagi, kini dia sedang mengejar keadaan dimana jurus pedangnya bisa maha sakti, karena di dalam jurus inilah sudah terkandung seluruh inti sari dari Thay-kek-kiam-hoat. Mata pedang yang begitu menggetarkan lingkaran busur lalu ditarik kembali melambangkan gerakan Bangau putih setelah mengebaskan sayapnya, "getaran gelombang" melambangkan getaran yang ditimbulkan karena gerakan sayap, kesemuanya ini sangat mencocoki dengan teori pedang yang berbunyi "Thay-kek berputar bulat, bergerak tanpa putus. Bagaimanapun manusia berkerudung itupun merupakan seorang jagoan pedang yang lihay, begitu pandangan matanya terasa kabur, cepat dia menggetarkan pedang kayu nya dan segera menciptakan jurus baru pula untuk mematahkan ancaman lawan. Keadaan saat itu persis seperti dua jago catur yang sedang berhadapan, semakin hebat musuh yang dihadapi, biasanya setelah melalui pemikiran yang matang akan diciptakan pula jurus baru, bahkan seringkali merupakan langkah baru yang mematikan. Gerak serangan yang dilakukan manusia berkerudung sekarang boleh dibilang sama sekali bukan jurus mana pun dari Thay-kekhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kiam-hoat, bahkan dalam perguruan mana pun tidak pernah ada jurus serangan semacam ini. Namun gerakan pedang itu sudah jelas mengandung inti sari dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. Dia telah mengambil inti sari dari ke tiga belas jurus Thay-kek-kiam-hoat yang dihimpun menjadi satu gerakan jurus baru, jurus ciptaan baru yang belum sempat diberi nama. Bahkan bukan hanya inti sari Thay-kek-kiam-hoat saja yang sudah dilebur ke dalam jurus barunya ini. Sebagaimana diketahui, dia sudah pernah mempelajari ilmu pedang dari pelbagai aliran, Thay-kek-kiam-hoat merupakan ilmu pedang yang belum lama dipelajari, meski saat ini boleh dibilang telah mencapai tingkat sempurna, bagaimanapun masih terhitung tingkat pemula. Yang menjadi dasar ilmu pedangnya selama ini adalah ilmu pedang Elang terbang, Hui-eng-hui-sian-kiam-hoat, karena itulah di dalam jurus ciptaan barunya kali ini, tanpa disadari dia telah meleburkan pula inti sari ilmu pedang hui-eng-hui-sian-kiam-hoat ke dalamnya. Lan Giok-keng tidak memahami rahasia dibalik kesemuanya itu. Dia hanya merasakan jurus serangan ini sangat kuat dan sama sekali tiada titik kelemahan. Kalau tiada titik kelemahan yang bisa dijumpai, bagaimana mungkin bisa ditemukan kesempatan untuk meraih kemenangan? Jurus ini merupakan jurus serangan terakhirnya, dia seolah sudah berada diujung jalan, jalan dihadapannya telah disumbat mati orang lain. Tapi.... benarkah sudah tidak ada jalan lain? Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya.... mengangkat berat bagai menjinjing ringan", "dalam pandangan tiada sapi utuh". Begitu ingatan tadi menembusi otaknya, satu dunia baru pun segera tercipta dalam benaknya. Sebagaimana diketahui dalam ciptaan jurus barunya, manusia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkerudung itu telah sertakan intisari dari dua rangkai ilmu pedang, yang pertama adalah Thay-kek-kiam-hoat sedang yang lain adalah Hui-eng-hui-sian-kiam-hoat yang telah dilatihnya sejak kecil. Satu lembut satu keras, dua sifat yang berlawanan. Namun setelah dipoles dan dilebur manusia berkerudung itu, penggunaan lembek maupun keras ternyata bisa bersanding sejajar dan membentuk satu kekuatan yang luar biasa. Separutnya jurus itu disebut jurus ciptaan ter-bagus, terindah yang pernah diciptakan selama ini, tapi sesuatu benda yang baru memang tidak mungkin bisa sempurna sejak awal, persoalanya adalah apakah kau bisa menemukan bagian mana yang belum sempurna itu. Lan Giok-keng segera membayangkan kembali kisah sang koki menjagal sapi. "Tusukan pisaumu ke dalam celah kosong antara tulang dengan otot, karena menurut anatomi tubuh sapi, bagian sambungan otot dengan tulang adalah bagian yang susah ditusuk dengan pisau, apalagi menusuk tulang keras." Sekarang dia sudah melihat "celah kosong" yang muncul di tubuh lawan, dan....Sreeeet!" sebuah tusukan kilat langsung dilontarkan! Mimpi pun manusia berkerudung itu tidak menyangka kalau jurus Pek-hok-liang-ci dari Lan Giok-keng masih memiliki perubahan yang sangat mendadak dan tidak terduga. Padahal seluruh konsentrasinya waktu itu sudah dicurahkan pada pemecahan jurus itu, ibarat anak panah yang sudah dipentang, mau tidak mau harus dilepaskan juga. Semua keraguan dan kesangsian seketika dibuangnya jauh jauh. Tadinya dia hanya menggunakan tenaga dalam sebesar tiga bagian untuk menghadapi Lan Giok-keng, kekuatan sebesar tiga bagiannya setara dengan kekuatan lima bagian dari bocah itu, karenanya siapa pun yang menangkan jurus itu, tidak bakalan sampai melukai pihak lawan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi kini dia seolah sudah melupakan pantangan itu, dalam jurus serangannya kali ini dia telah sertakan tenaga dalamnya sebesar tujuh, delapan bagian. Dalam ilmu pedang, mungkin saja dia tidak mampu memecahkan jurus serangan dari Lan Giok-keng ini, namun dalam hal tenaga dalam, dia masih jauh melampaui kemampuan bocah itu. Akibatnya kemungkinan besar ke dua belah pihak akan terluka parah, tapi mungkin juga hanya Lan Giok-keng yang menderita luka parah. Pada saat itulah tiba-tiba dia seolah mendengar ada seseorang sedang berteriak memanggil, Piauko,Piauko!" Oleh karena ruang penjara itu di bangun dalam gua batu, suara yang harus menembusi celah batu yang berlapis-lapis membuat nada suaranya sama sekali berubah, kedengarannya seperti sayupsayup, terkadang keras kadang lemah, kadang jauh terkadang dekat. Waktu itu seluruh konsentrasi Lan Giok-keng sudah terpusat jadi satu, bahkan ujung pedang lawan pun seolah sudah lenyap dari pandangan matanya. Kini dia sudah berada dalam kondiri "bukan melihat dengan mata, tapi melihat dengan perasaan!". Persis seperti teori Cuang-cu tentang sang koki yang menjagal sapi. Bila seseorang telah berada dalam kondisi seperti ini, tentu saja terhadap keadaan disekelilingnya dia ibarat memandang tapi tidak melihat, mendengar tapi tidak masuk. Suara panggilan itu masih mengalun tidak menentu, bahkan Hwee-ko Thaysu yang sedang duduk bersemedi pun tidak bisa membedakan apakah suara manusia atau suara angin. Akan tetapi biarpun nada suara itu sudah berubah, namun manusia berkerudung itu masih bisa membedakan suara dari siapakah itu. Sebab suara bisa berubah namun perasaan yang terselip dibalik suara itu sama sekali tidak berubah. Itulah suara dari Seebun Yan! Panggilan "Piauko" dari Seebun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yan sudah berpuluh ribu kali didengarnya. Mimpi pun dia tidak menyangka kalau Seebun Yan bakal muncul di tempat itu. Dia tidak ingin Lan Giok-keng mengetahui identitas diri yang sebenarnya, bila Seebun Yan sampai muncul disitu, bukankah rahasia jati dirinya akan segera terbongkar? Begitu mendengar suara panggilan itu, tanpa sadar dia pun agak tertegun. Justru karena itu pula tenaga dalam sebesar tujuh bagian yang sudah siap dilontarkan pun tanpa disadari menjadi kendor kembali. "Sreeet!" secepat sambaran kilat ujung pedang Lan Giok-keng telah menyambar kain kerudung di wajah manusia berkerudung itu hingga terlepas. Tenaga yang disertakan dalam sabetan pedang itupun digunakan sangat tepat, dia hanya mencongkel lepas kain kerudung hitamnya tanpa meninggalkan bekas sayatan diatas wajah lawan. Bila dibandingkan si tukang pahat yang bisa menggunakan kapak besar untuk membersihkan noda lumpur di ujung hidung orang, tentu saja yang dilakukan Lan Giok-keng saat ini belum terhitung seberapa, namun bagi pribadi dirinya, jelas ilmu pedang yang diyakini telah mencapai sebuah taraf baru. Hanya saja dia tidak meniru gaya sang koki selesai menjagal sapi, "Dengan bangga kupandang empat penjuru, dengan hati-hati kugosok pisauku dan menyimpannya kembali", sebab dia telah melihat dengan jelas wajah asli orang itu, ternyata dia adalah seseorang yang sama sekali tidak diduganya. Manusia berkerudung itu bukan lain, dia adalah Tonghong Liang. Hasil ini sebetulnya sudah berada dalam dugaan Hwee-ko Thaysu, namun sama sekali diluar dugaan Lan Giok-keng. Dalam waktu singkat dia pun sama seperti Tonghong Liang, berdiri termangu-mangu!
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seebun Yan menyusup masuk ke dalam Toan-hun-kok dengan menyaru sebagai salah satu bandit wanita yang sangat terkenal di kalangan hitam dengan julukan Si Ular hijau Ting Lak-nio. Siang Ngo-nio punya julukan sebagai si lebah hijau sedang Ting Lak-nio bergelar Si Ular hijau, sering kali orang persilatan salah menyangka mereka sebagai saudara angkat, padahal tidak demikian keadaannya. Kepandaian silat yang dimiliki Si Ular hijau masih kalah jauh dibandingkan Si Lebah hijau, namun dia menang dalam soal usia, dia pun beberapa kali pernah mendatangi Lembah pemutus sukma dengan harapan bisa menggaet Kokcu Han Siang. Tapi Han Siang waktu itu sudah berhasil mendapatkan Si Lebah hijau Siang Ngo-nio, tentu saja dia tidak berani menggaet perempuan ini lagi. Ketika pertama kali menginjakkan kakinya di rumah keluarga Han, mereka harus melaporkan identitasnya, maka Seebun Yan pun menyaru menjadi Ting Lak-nio, sedang Lan Sui-leng menyaru sebagai dayangnya, bukan saja dengan mulus berhasil memasuki Lembah pemutus sukma, bahkan dengan sergapan tidak terduga mereka pun berhasil menguasai Han Siang. Sambil mencengkeram tulang Pi-pa-kutnya, Seebun Yan menempelkan pedang pendek diatas punggungnya, lalu menghardik keras, "Apa yang telah kau perbuat dengan kakak misanku? Kalau aku sampai tidak dapat bertemu dengannya, segera akan kucabut nyawamu!" "Siapa Piauko mu?" "Tonghong Liang!" Begitu tahu orang yang dicari adalah Tonghong Liang, Han Siang merasa sangat lega, katanya, "Ooh, ternyata kau adalah putri Seebun Mu dengan nama Yan bukan?" "Aku tidak punya waktu untuk berkenalan dengan mu, cepat bebaskan Piauko ku!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Han Siang tertawa. "Aku adalah sahabat karib Piauko mu, mana mungkin menyekap dirinya? Ayoh, ikuti aku!" "Baik, cepat sebagai petunjuk jalan, aku melarang anak buahmu untuk mengikutinya!" Seebun Yan merasa kuatir terhadap dirinya, begitu pula dengan Han Siang, dia pun menaruh perasaan was was terhadap gadis itu. Benar, hubungannya dengan Tonghong Liang hingga dewasa ini masih boleh dibilang sebagai rekan sekomplotan. Tonghong Liang hendak menggunakan dia untuk mengatur Lan Giok-keng, sedang diapun ingin menggunakan Tonghong Liang untuk membantunya naik menjadi Liok-lim Bengcu. Namun bagaimanapun juga Tonghong Liang adalah kakak misan Seebun Yan, sedang Seebun Yan adalah putri dari musuh besarnya. Sekalipun musuh besarnya telah lama meninggal, namun dendam kesumat ini belum pernah terselesaikan. "Begitu Tonghong Liang bertemu dengannya, mungkin dia bakal menuruti perkataan gadis ini. Tapi bila aku tidak membiarkan dia bertemu Tonghong Liang, bisa jadi nyawaku tidak bisa diselamatkan!" Dengan perasaan gundah dan kehabisan daya akhirnya Han Siang mengajak Seebun Yan dan Lan Sui-leng menuju ke tempat dimana Lan Giok-keng sedang disekap. "Mana Piauko ku?" melihat dia menghentikan langkahnya, Seebun Yan segera bertanya. "Berada di bawah. Seebun Yan segera pasang telinga, betul saja, lamat lamat dia mendengar ada suara manusia di bawah sana, dengan penuh kecurigaan pikirnya, 'Kelihatannya bukan hanya dia seorang yang berada di bawah sana, bahkan kalau didengar suaranya seperti suara orang bertempur' Berpikir begitu dia pun menegur, "Apakah ruangan di bawah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sana adalah penjara?" "Benar, penjara yang dibangun di perut bukit. "Lantas mengapa kau mengatakan tidak pernah mengurung Piauko ku dalam penjara?" teriak Seebun Yan gusar. Jari tangannya segera mencengkeram lebih kuat, membuat tulang pi-pa-kut itu mengeluarkan suara gemerutuk keras, saking sakitnya Han Siang sampai bermandikan peluh dingin. "Nona, perkataanku belum selesai!" jerit Han Siang, "Tonghong Liang sama sekali tidak dikurung dalam penjara, dia sendiri yang masuk ke dalam penjara untuk bertarung pedang melawan seseorang!" "Bertanding pedang dengan seorang narapidana?" tanya Seebun Yan keheranan. "Benar. Saban hari Piauko mu selalu mendatangi penjara untuk bertanding pedang. Kini pertarungannya belum selesai, malah kedengarannya sudah mencapai saat yang paling penting. Nona Seebun, bagaimana kalau kau menunggu sejenak?" "Dia bertanding dengan siapa?" "Rasanya seorang bocah muda yang bernama Lan Giok-keng. "Jadi Lan Giok-keng pun tersekap disini?" seru Seebun Yan terperanjat. "Benar, Piauko mu yang sengaja mengatur siasat dan menipunya datang kemari. "Aku tidak percaya!" teriak Lan Sui-leng setelah tertegun sejenak, "apa pun yang kau katakan, aku tidak percaya kalau Tonghong Toako bakal membohongi adikku!" Sekarang Han Siang baru tahu kalau gadis yang datang bersama Seebun Yan tudak lain adalah kakak Lan Giok-keng, rasa kagetnya semakin menjadi. "Aku tidak mau menunggu lagi!" bentak Seebun Yan gusar, "ayoh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cepat buka pintu penjara itu!" Di bawah ancaman dan paksaannya terpaksa Han Siang menekan tombol rahasia dan membuka batu penutup penjara itu, kini semua suara pembicaraan dari bawah kedengaran semakin jelas. "Piauko! Piauko!" teriak Seebun Yan. Sekalipun tidak percaya dengan apa yang di dengar, tidak urung Lan Sui-leng ikut berteriak juga, "Adik, adik!" Ooo)*(ooO Begitu pedang Lan Giok-keng berhasil mencongkel lepas kain kerudung hitam milik Tonghong Liang, sontak dia berdiri tertegun, berdiri seperti orang bodoh. Dalam keadaan begini, teriakan dari Lan Sui-leng sama sekali tidak terdengar olehnya. Tonghong Liang benar-benar sangat malu, semisal disana ada lubang, dia pasti sudah menerobos masuk ke dalamnya. Namun, walaupun di tanah tidak ada lubang, diatas kepalanya masih ada pintu lubang. Sebenarnya setiap hari pada saat dan waktu yang telah ditentukan, dia perintahkan orang diluar untuk membukakan pintu gua, sekarang, walaupun saat yang dijanjikan belum tiba, namun berhubung Han Siang telah membukakan pintu gua, tentu saja dia enggan berdiam diri lagi dalam gua itu. Menggunakan kesempatan ketika kesadaran Lan Giok-keng belum pulih, Tonghong Liang segera menggunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk menerjang keluar dari tempat itu. Kini tenaga dalam yang dimiliki Lan Giok-keng sudah pulih tujuh, delapan bagian, dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang, diapun bisa menggunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk melakukan pengejaran. Tapi pada saat itulah dia mulai mendengar suara teriakan dari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lan Sui-leng, Adik, adik!" Hanya didalam waktu yang relatip singkat, dia harus menghadapi dua kejadian yang mimpi pun tidak pernah dibayangkan sebelumnya, benarkah semuanya ini merupakan kenyataan? Atau hanya dalam impian? Pikirannya sangat kalut, sedemikian kalut hingga nyaris jatuh dan hancur berantakan. Begitu Tonghong Liang terbang keluar dari gua, tiga orang yang berada diluar serentak berteriak keras, "Piauko, Piauko, kau.... kau tidak apa-apa bukan?" Seebun Yan segera melepaskan cengkeramannya atas Han Siang dan menyusul di belakang kakak misannya. "Tonghong Siauhiap, kau harus menjelaskan kejadian yang sebenarnya!" teriak Han Siang pula sambil diam-diam melakukan persiapan, kini dia sudah punya ingatan untuk "menyelamatkan diri sendiri" hingga tidak berani lagi melakukan tindakan gegabah. "Tonghong Toako, adikku, dia.... dia.... apakah.... perasaan Lan Sui-leng diliputi kebingungan dan kepanikan hingga perkataan yang diucapkan pun sampai tergagap. Waktu itu Tonghong Liang benar-benar merasa sangat malu, dalam keadaan begini mana mungkin dia bisa memberikan jawabannya? Apalagi harus menjelaskan keadaan yang sesungguhnya? Bagaimana mungkin dia bisa buka mulut? Begitu berhasil menghindari tubrukan adik misannya, cepat dia kabur menjauh sembari berseru, "Adikmu berada di bawah sana!" Dia hanya bisa menjawab pertanyaan dari Lan Sui-leng. Karena dia merasa telah berbuat salah terhadap Lan Giok-keng, karena itu tidak sepantasnya untuk membohongi Lan Sui-leng pula. "Tonghong Siauhiap, kembali Han Siang berteriak keras, "mana boleh kau pergi dengan begitu saja?" "Maaf Han-kokcu, aku tidak bisa membantumu lagi!" seru Tonghong Liang sambil kabur, "tahukah kau, sebetulnya bibi hendak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membunuhmu, sekarang aku tidak ingin membunuhmu, tapi tidak bisa juga membantumu, lebih baik kau mengurusi diri sendiri!" Han Siang merasakan hatinya bergetar keras, dia tidak berani bicara lagi. Begitu Seebun Yan bertemu kakak misannya, urusan apa pun dia tidak ambil perduli. Sambil buru-buru mengejar, teriaknya, "Piauko, tunggu aku, tunggu aku sebentar!" Tinggal Lan Sui-leng seorang yang waktu itu masih berdiri kebingungan hingga mirip dengan sebuah patung kayu. Tonghong Liang adalah orang tidak menduga kalau adiknya bisa dari Tonghong Liang, bahkan dia Han Siang, mengatur perangkap tawanan. yang dihormati, mimpipun dia tertipu gara-gara rencana busuk tidak segan berkomplot dengan hingga memaksa adiknya jadi

Sementara dia masih kebingungan, mendadak terasa desingan angin tajam berhembus lewat, tahu-tahu Han Siang telah mencengkeram bahunya. Ilmu Ki-na-jiu-hoat yang dimiliki Han Siang memang merupakan ilmu hebat untuk pertarungan jarak dekat, apalagi ketika digunakan untuk menghadapi seorang nona kecil yang sama sekali tidak siap. Dia tahu Lan Sui-leng adalah kakak Lan Giok-keng, oleh sebab itu gadis cilik itu harus dibekuknya sebagai sandera. Karena menangkap sandera ada gunanya, tentu saja diapun tidak berani mencengkeram remuk tulang Pi-pa-kut di tubuh Lan Sui-leng. Dia sangat yakin dengan kemampuan ilmu Ki-na-jiu-hoat miliknya, asal Lan Sui-leng sampai terjatuh ke tangannya, tidak nanti gadis itu dapat meloloskan diri lagi. Untung saja dia tidak melancarkan serangan mematikan, dan perubahan yang terjadi kemudian jauh di luar dugaannya. Ilmu silat yang dimiliki Lan Sui-leng meski masih jauh ketinggalan bila dibandingkan adiknya, tapi selama beberapa bulan terakhir,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sama seperti adiknya, dia telah menjumpai banyak pengalaman aneh, kemampuannya sekarang sudah berbeda jauh dengan kemampuannya dulu. Sesaat dia merendahkan bahunya, sebelum ke lima jari tangan Han Siang berhasil mencengkeram tubuhnya, gadis itu sudah meloloskan diri dari ancaman. Han Siang tidak ingin membiarkan korbannya kabur, dengan jurus Kwa-hau-teng-san (menunggang harimau mendaki bukit) dia maju selangkah, kaki kirinya menyapu sepasang kaki lawan, sementara telapak tangan kirinya berubah jadi ilmu cengkeraman, langsung mengancam jalan darah I-khi-hiat dipinggang-lawannya. Cepat Lan Sui-leng mengubah ilmu pedang Thay-kek-kiamhoatnya jadi ilmu pukulan, mengikuti datangnya ancaman lawan, dia membetot tangan musuh ke samping. Inilah jurus meminjam tenaga untuk memukul balik, dia gunakan tenaga lawan untuk menggiringnya menyambar ke arah lain. Coba kalau gerakan ini dilakukan dengan sempurna, dapat dipastikan tubuh lawan akan jatuh tertelentang. Tapi sayang dalam gugup dan panik, dia seolah lupa dengan kondisi tempat di sekitarnya. Batu besar yang digunakan untuk menutup mulut gua saat itu sudah bergeser ke samping, adapun tempat dimana dia berdiri merupakan sisi mulut gua itu, di bawahnya adalah penjara bawah tanah yang digunakan untuk menyekap adiknya. Tatkala tangannya membetot ke samping, dia hanya berhasil memunahkan setengah dari tenaga Han Siang, namun dia sendiripun berhasil digerakkan juga oleh Han Siang. Akibatnya pada saat yang bersamaan mereka berdua sama-sama terjatuh ke dalam penjara bawah tanah. Ketika Lan Sui-leng terjatuh ke bawah, saat itulah Lan Giok-keng baru saja mendengar suara teriakan kakaknya, belum sempat berbuat sesuatu, dia sudah melihat gadis itu terjatuh di
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hadapannya. Dalam keadan begini tanpa berpikir panjang lagi buru-buru dia menyambut tubuh kakaknya. Lan Sui-leng terjatuh dari tempat ketinggian, bisa dibayangkan betapa besarnya kekuatan terjunnya, begitu menyambar tubuh gadis itu, dengan cepat Lan Giok-keng berputar dua kali di tempat sebelum akhirnya bisa berdiri tegak. Lain halnya dengan Han Siang, dia adalah jago kawakan dari dunia persilatan, selagi masih berada di tengah udara, dengan gerakan burung manyar membalikkan badan, dia bersalto berulang kali untuk mengurangi daya luncurnya. Begitu ujung kakinya mencapai tanah, dia langsung berlarian maju sejauh beberapa langkah, sekalipun dia jatuh belakangan namun lebih cepat menguasahi tubuhnya daripada Lan Giok-keng. Begitu berhasil menguasai diri, dengan cepat dia menemukan kalau dirinya sedang berdiri di samping Hwee-ko Thaysu. Waktu itu Hwee-ko Thaysu masih duduk bersila di atas lantai, tenang bagaikan seorang pendeta yang sedang samadi. Reaksi Han Siang cukup cepat, pertama karena dia sadar tidak sanggup menghadapi kerubutan Lan Giok-keng dengan kakaknya, kedua dia anggap Hwee-ko Thaysu sudah kehilangan tenaga dalam hingga lebih gampang untuk dikuasahi. Maka begitu melihat pendeta itu berada dihadapannya, dengan cepat dia gunakan ilmu Hau-jiau-ki-na (ilmu cengkeram kuku harimau) untuk mencengkeram tubuhnya kuat-kuat. Begitu tersadar dari rasa kagetnya, Lan Sui-leng segera berteriak keras, "Cepat hadapi bajingan tua itu!" Lan Giok-keng menurunkan kakaknya sembari berpaling, begitu melihat Han Siang menggunakan Hwee-ko Thaysu sebagai sandera, dia segera menggetarkan pedangnya sambil membentak, "Cepat bebaskan Hwee-ko Thaysu, kalau tidak akan kuhadiahkan sebuah lubang tusukan di dadamu!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Han Siang tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... bagus sekali, kalau memang bernyali, ayoh cepat hadiahkan tusukanmu itu! Hehehehe.... sehebat apapun ilmu pedangmu, mungkin kau musti menghadiahkan sebuah lubang tusukan dulu di tubuh hweesio tua itu sebelum dapat melukai aku!" Lan Giok-keng benar-benar sangat gusar, saking gemasnya dia sampai menggertak giginya kuat-kuat. Sambil menggetarkan ujung pedangnya, dalam waktu singkat dia telah memikirkan tujuh, delapan macam cara untuk menjebol tubuh lawannya, namun pada akhirnya dia tetap tidak berani menggunakan nyawa Hwee-ko Thaysu sebagai taruhan. Belum habis ingatan tersebut melintas, tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang sangat keras bergema memecahkan keheningan, ternyata batu besar di atas gua telah tertutup kembali. Suasana dalam ruang penjara pun pulih dalam kegelapan. Perubahan yang terjadi sangat tiba-tiba itu tidak ditanggapi kelewat serius bagi Lan Giok-keng, dalam anggapannya, orang di luar sana tidak tahu akan kejadian yang sedang berlangsung di dalam penjara, karena melihat Tonghong Liang telah pergi, maka mereka menutup kembali mulut penjara itu. Di masa lalu, setiap kali Tonghong Liang selesai bertanding pedang melawannya, keadaan selalu berlangsung begitu. Di saat dia akan melompat turun, batu dimulut penjara akan terbuka kemudian menutup kembali, kemudian pada saat yang telah ditentukan, batu itu akan menggeser kembali, di saat dia telah melompat keluar maka batu pun akan menyumbat lagi. Dua kali terbuka dua kali tertutup, hampir setiap hari terjadi hal yang sama. Namun bagi Han Siang, perubahan ini berlangsung sangat tibatiba dan sama sekali diluar dugaannya, perubahan yang cukup membuat perasaan hatinya bergetar keras. Pertama, dia bisa masuk ke dalam penjara yang digubah dari gua
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

batu itu karena berada di bawah ancaman Seebun Yan, saat itu cukup banyak anak buahnya yang hadir ditempat kejadian, saat ini kejadian telah berlangsung cukup lama, berita itupun pasti sudah tersebar luas kemana-mana, lalu siapa yang berani menutup pintu gua itu sebelum dia meninggalkan tempat itu? Kedua, batu raksasa penyumbat pintu gua itu beratnya mencapai ribuan kati, tidak mungkin batu itu bisa digeser dengan tenaga manusia, selama inipun dia melakukannya dengan bantuan alat rahasia. Padahal hanya dia dan wakil Kokcu saja yang mengetahui rahasia alat itu. Kecuali mereka berdua, biarpun seluruh anak buahnya bersatu padu mendorong batu tersebut pun, tidak mungkin mulut gua bisa tersumbat dalam waktu secepat itu. Karenanya hanya ada satu kesimpulan, salah seorang pembantunya, atau bahkan mungkin kedua orang wakilnya telah manfaatkan kesempatan itu untuk melakukan pemberontakan. Sementara hatinya masih dicekam kegugupan dan kekalutan, tiba-tiba perutnya terasa kaku, perasaan kaku itu dengan cepat menjalar sampai dimana-mana, lalu ke empat anggota tubuhnya ikut menjadi kaku dan mati rasa. Dalam terperanjatnya, buru-buru dia cengkeram tulang Pi-pa-kut di tubuh Hwee-ko Thaysu, sayang waktu itu seluruh tenaga yang dimilikinya hilang lenyap tidak berbekas. Ketika ruang penjara tiba-tiba berubah jadi gelap gulita, dengan perasaan kaget Lan Sui-leng segera berteriak, "Adik!" "Jangan takut, aku berada disini, sahut Lan Giok-keng. Sambil mendekati adiknya kembali Lan Sui-leng bertanya, "Apakah kau dapat melihat Hwee-ko Thaysu?" "Benar, aku dapat melihatnya. Perlu diketahui, biarpun mulut gua telah tersumbat batu raksasa, namun masih ada celah yang kemasukan cahaya, jadi sama sekali bukan gelap seratus persen. Hampir setiap hari dia bertanding pedang melawan Tonghong Liang dalam situasi seperti ini, sepasang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

matanya telah terbiasa dengan suasana "kegelapan" semacam ini. Berbeda dengan Lan Sui-leng, dia masih belum dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di sekelilingnya, justru karena dia tidak dapat melihat Hwee-ko Thaysu maka gadis ini belum tahu apakah pendeta itu sudah dicelakai Han Siang atau tidak, itulah sebabnya dia mengajukan pertanyaan itu. Lan Giok-keng memang bocah yang sangat cerdas, diapun segera teringat kalau keadaan Han Siang tidak jauh berbeda dengan kakaknya, ketika dari tempat terang benderang tiba-tiba terperosok ke dalam kegelapan, maka betapapun hebatnya kungfu yang dimiliki, sebelum matanya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekelilingnya, tidak mungkin dia bisa melihat jelas keadaan disitu. Atau dengan perkataan lain, dalam hal penglihatan, kini dia memperoleh keuntungan besar. Sambil menempelkan tubuhnya diatas dinding, perlahan-lahan dia menggeser tubuhnya tanpa menimbulkan sedikit suara pun. Dia bersiap melancarkan serangan tiba-tiba untuk membunuh Han Siang. Kini selisih jaraknya dengan Han Siang hanya sekitar tiga tombak, walaupun tubuhnya bergeser sangat lambat, namun tidak selang beberapa saat kemudian jangkauan pedangnya sudah cukup untuk menusuk tubuh Han Siang. Tapi disaat dia siap melakukan tindakan itulah tiba-tiba terdengar Hwee-ko Thaysu berkata, "Giok-keng, Han-kokcu hanya mengajakku bergurau, kau jangan menganggapnya serius!" Lan Giok-keng melengak, ketika diperhatikan tampak Hwee-ko Thaysu sudah bangkit berdiri, begitu berdiri diapun menepuk bahu Han Siang sambil berkata, "Sobat lama, terima kasih kau bersedia datang ke penjara untuk menjengukku, sudah terlalu lama aku duduk disini, baiklah, kasur itu kuberikan untuk kau tempati. Oleh karena selama dua hari terakhir makanan yang dikirim sama sekali tidak dicampuri bubuk pelemas tulang, saat ini tenaga dalam yang dimiliki Hwee-ko Thaysu telah pulih tiga bagian. Andaikata
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

harus bertarung melawan Han Siang pun belum tentu pemilik lembah pemutus nyawa ini sanggup menghadapinya. Saat itu jalan darah Ih-khi-hiat di tubuhnya justru sudah ditotok oleh pendeta itu. Tepukan yang barusan dilakukan kendatipun telah membebaskan Han Siang dari pengaruh totokan, namun dalam kondisi seperti ini, mana berani dia berkutik lagi? Tanpa sadar dia pun duduk diatas kasur itu dan tidak bersuara lagi. Kejut bercampur girang Lan Giok-keng segera bertanya, "Hweeko Thaysu, apa yang sebenarnya telah terjadi?" "Bukankah telah kukatakan, Han-kokcu hanya mengajak aku bergurau. Lan Sui-leng maju menghampiri, tanyanya dengan penuh rasa kuatir, "Hwee-ko Thaysu, kau benar-benar tidak bermasalah?" "Bila kau tidak percaya, lihatlah sendiri!" sahut Hwee-ko Thaysu sambil tertawa. Setelah berdiri tegak, diapun mulai memukul sambil menendang, jurus yang dimainkan adalah ilmu pukulan Lohan-kun dari Siau-limpay. Lo-han-kun merupakan ilmu ilmu pukulan wajib yang harus dipelajari setiap anggota Siau-lim, karena ilmu pukulan itu bisa dipakai untuk melancarkan peredaran darah dan menyehatkan rubuh. Hwee-ko Thaysu tidak bermaksud mencuri belajar ilmu silat aliran biara Siau-lim, tapi ilmu pukulan itu wajib dipelajari setiap hweesio yang hidup dalam biara. Dia sebagai seorang hwesio juru masak yang kedudukannya paling rendah dalam biasa, lagipula ketua bagian dapur Liau-huan hweesio tidak tahu kalau dia punya asal usul hebat, secara khusus mewariskan ilmu pukulan itu kepadanya, tujuannya tidak lain agar dia bisa tetap sehat dan segar. Sudah hampir sebulan lamanya dia terkurung dalam ruang penjara itu, untuk melancarkan peredaran darah dan menyegarkan tubuh maka diapun meninggalkan ilmu silat perguruan sendiri
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan berlatih Lo-han-kun dari biara Siau-lim terlebih dulu. Jangan disangka ilmu pukulan itu hanya sebuah ilmu sederhana, begitu dimainkan pendeta itu segera terasalah deruan angin pukulan yang memekikkan telinga, begitu hebatnya sampai Lan Giok-keng termangu-mangu dibuatnya. "Ternyata ilmu pukulan paling dasar dari biara Siau-lim pun mengandung begitu banyak teori ilmu silat, rasanya tidak jauh berbeda bila dibandingkan ilmu pedang Lian-huan-toh-beng-kiamhoat dari partai Bu-tong kami. Sementara Lan Giok-keng menghela napas karena kagum, Han Siang jauh lebih kaget lagi, dia tidak mengira pendeta itu begitu tangguh. Ketika memainkan sampai jurus yang terakhir, Hwee-ko Thaysu melontarkan kepalannya menghajar dinding batu, membuat bebatuan pun hancur berserakan. Han Siang amat ketakutan, dengan jantung berdebar pikirnya, 'Ternyata tenaga dalam yang dimiliki hwesio tua ini luar biasa hebatnya, sampai bubuk pelumat tulang pun tidak mampu berbuat banyak, bisa jadi dia telah berlatih hingga ke taraf otot kawat tulang baja. Rupanya selama sebulanan ini dia hanya berlagak kehilangan ilmu silat! Aaai, aku masih menyangka dia paling gampang ditangkap, semisal dia ingin membunuhku tadi, pasti bisa dilakukannya segampang membalikkan telapak tangan!' Han Siang mana tahu kalau kesemuanya ini bukan dikarenakan Hwee-ko Thaysu berhasil melatih tubuhnya hingga mencapai tingkatan otot kawat tulang baja, sebaliknya karena Liangsim Tonghong Liang tersentuh, dia sangka Hwee-ko Thaysu benar-benar jatuh sakit sehingga dalam dua hari terakhir tidak mencampuri hidangan mereka dengan racun. Sambil menarik kembali jurus serangannya ujar Hwee-ko Thaysu, "Bagaimana? Kalian percaya bukan kalau aku tidak apa-apa?" "Hwee-ko Thaysu!" seru Lan Sui-leng, "ternyata kungfu mu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sangat hebat. Tapi apa pun yang kau katakan, aku tidak percaya kalau Han-kokcu adalah orang baik. "Aku memang tidak mengatakan kalau dia orang baik, tapi tiada manusia yang sempurna di dunia ini, siapa berani mengatakan kalau dirimu sepanjang hidup tidak pernah melakukan kejahatan?" "Meski begitu, toh harus dibedakan. Misalnya kalau ada orang ingin mencelakai sanak keluargaku, tentu saja aku tidak boleh mengampuninya lagi. "Nona Lan, apa maksud perkataanmu itu?" tanya Hwee-ko Thaysu agak tertegun. "Hwee-ko Thaysu, bukankah dalam biara Siau-lim kau mempunyai seorang murid yang menjadi hwesio tukang pikul air?" "Benar. Dia bernama Liau-wan, seorang murid tidak resmiku. Bukankah telah kukirim dia untuk menyampaikan kabar dari Tonghong Liang untuk Seebun Yan. Oooh, juga pesan dari adikmu.... "Betul, tukas Lan Giok-keng cepat, "tadi aku tidak sempat memberitahukan kepadamu, akupun pernah titip pesan kepadanya. Jadi kalian telah bertemunya?" "Dia tidak datang ke Pek-hoa-kok, tapi berjumpa kami di tengah jalan. "Bagaimana keadaannya?" "Dia sudah mati dicelakai orang! Sewaktu bertemu kami berdua, dia sedang dikerubuti dua orang, salah satu diantaranya menggunakan ilmu Ki-na-jiu-hoat dari Han-kokcu. Sayang kedatangan kami terlambat selangkah, meski terluka parah kedua orang bajingan itu sempat melarikan diri, sedang Liau-wan terluka sangat parah, dia hanya sempat menyampaikan pesan saja dan belum sempat berpesan apa-apa, dia.... dia telah meninggal dunia!" Han Siang menundukkan kepalanya makin rendah, katanya, "Orang itu adalah keponakanku bernama Han Seng, luka yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dideritanya pun tidak enteng, kini sudah menjadi orang cacat. "Sudah sepantasnya kalau orang jahat macam dia jadi cacat seumur hidup!" seru Lan Sui-leng, "aku ingin tanya, kenapa kau utus orang untuk membunuh murid Hwee-ko Thaysu?" "Aku sama sekali tak tahu kalau dia adalah murid Hwee-ko Thaysu, yang kuketahui dia adalah kurir pembawa berita. "Han Seng hanya mendapat perintah dariku untuk melarang siapa pun berangkat ke Pek-hoa-kok untuk menyampaikan berita. Sebab kami sedang bermusuhan dengan kelompok yang dipimpin Liok Ki-seng, kawanan jago itu adalah bekas anak buah suami Seebun-hujin dari Pek-hoa-kok semasa masih hidup dulu, oleh karenanya kami harus meningkatkan kewaspadaan dan sementara waktu menghentikan semua berita yang akan masuk ke Pek-hoakok. Tapi aku tidak menyangka bakal.... Han Seng, dia.... ternyata dia.... Lan Giok-keng sendiripun menaruh kesan baik terhadap Liauwan, serunya dengan jengkel, "Kau tidak menyangka? Hmmm! Kau anggap perkataanmu itu bisa membohongi siapa? Bukankah kesemuanya ini disebabkan karena kau ingin menjadi Liok-lim Bengcu? Sudah jelas kaulah yang perintahkan keponakanmu untuk melakukan kejahatan, masih berani menyangkal dan berkelit?" "Mau disangka atau tidak menyangka, yang pasti murid Hwee-ko Thaysu telah mati karena ulahmu, ujar Lan Sui-leng pula, "buat apa kau masih menyangkal? Hmmm, disangka dengan alasan yang macam-macam maka dia orang tua akan mengampuni nyawamu. Sejak awal Han Siang memang tidak percaya kalau Hwee-ko Thaysu bakal mengampuni kesalahannya, maka sahutnya lantang, "Betul, Hwee-ko Thaysu! Apapun yang akan kukatakan, kematian muridmu memang tidak bisa terlepas dari sangkut paut diriku. Mau dibunuh, mau dicincang, terserah keputusanmu!" Hubungan Hwee-ko Thaysu dengan Liau-wan selama ini ibarat ayah dan anak, begitu mendengar kabar duka ini, meski dia telah berusaha mengendalikan gejolak emosi pun tidak urung basah juga
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sepasang matanya karena air mata. Lan Giok-keng pun menaruh kesan baik dengan Liau-wan, membayangkan bagaimana hwesio yang jujur dan setia itu tewas secara mengenaskan gara-gara menyampaikan beritanya, kemudian membayangkan pula penderitaan yang dialaminya hampir sebulan lebih dalam penjara, tanpa terasa sama seperti kakaknya, dia mulai meraba gagang pedangnya sambil melotot gusar ke arah lawan. Waktu itu sepasang mata Han Siang sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan gelap disekelilingnya, menghadapi sorot mata gusar dari Lan Sui-leng kakak beradik, bergidik juga hatinya di samping dia pun merasa jengkel bercampur gusar. Tiba tiba ujarnya sambil tertawa mengenaskan, "Gara gara keponakanku membunuh orang, kalian datang membuat perhitungan denganku, sementara keluargaku mati dibunuh orang, kepada siapa aku harus membuat perhitungan?" "Siapa yang telah membunuh keluargamu? Kau.... Sebetulnya Lan Sui-leng ingin bilang, siapa yang membunuh keluargamu, bikinlah perhitungan dengan orang itu", tapi sebelum dia menyelesaikan perkataannya, dengan dingin Han Siang telah menukas, "Nona Lan, buat apa kau berlagak pilon?" Lan Sui-leng melengak, serunya, "Aku tidak pernah kenal dengamu, darimana bisa tahu urusan keluargamu?" "Bukankah kau menyebut saudara dengan Seebun Yan?" "Kalau benar lantas kenapa?" "Orang yang membunuh istri dan anakku adalah ayahnya, Seebun Mu. Seluruh anggota keluargaku tewas ditangannya, hanya tersisa seorang keponakanku itu saja. "Seebun Mu sudah lama mati!" "Apakah dengan kematiannya maka semua dendam kesumat dianggap selesai? Dia sudah mampus, tapi toh masih punya seorang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

anak perempuan. "Seebun Yan sama sekali tidak tahu akan persoalan ini. "Darimana kau tahu kalau dia tidak mengetahui persoalan ini?" "Masa kau akan membuat perhitungan dengan dirinya? Dia tidak pernah membunuh anggota keluargamu!" "Murid Hwee-ko Thaysu pun bukan mati di tanganku!" "Mana boleh kau bandingkan dengan cara begitu? Di dalam pandanganku tidak ada perbedaan yang kelewat besar, penyebab kematian memang berbeda, tapi semua orang mempunyai orang terdekatnya yang mati terbunuh. Lan Giok-keng tertawa dingin. "Hmmm, bicara pulang pergi, intinya kau hanya ingin Hwee-ko Thaysu mengampuni jiwamu, jengeknya. "Kau keliru besar. Kalau persoalannya pun sudah kupahami, buat apa lagi minta ampun kepada Hwee-ko Thaysu?" Lan Sui-leng sedikit tercengang, dengan perasaan tidak habis mengerti katanya, "Tadi kau masih berusaha menyangkal dengan alasan yang berbelit, kenapa secara tiba-tiba sudah merasa paham?" "Tahukah kau apa yang kupahami? Katakan!" "Yang kupahami adalah hukum rimba, siapa kuat dia menang, siapa lemah dia tersingkirkan. Kepandaian silatku kalah jauh dari Seebun Mu, selain mempunyai banyak teman, ilmu silatnya pun jauh diatas kemampuanku. Karena itu bukan saja semasa hidupnya dulu aku tidak bisa membalas dendam, setelah matipun sulit bagiku untuk menyudahi perselisihan ini. Tapi Hwee-ko Thaysu bila ingin membunuhku, hal ini bisa dia lakukan segampang membalikkan tangan. Kalau toh di dunia ini berlaku hukum rimba, jangan lagi aku tidak pakai aturan, tahu aturanpun hanya bisa mandah dia bunuh.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sebuah pemahaman yang ngawur dan tanpa dasar!" umpat Lan Giok-keng, "tidak bakal Hwee-ko Thaysu termakan oleh siasat busukmu itu. Tiba-tiba Hwee-ko Thaysu merangkap tangannya di depan dada sambil berkata, "Tubuh akan berubah pada saat yang telah ditentukan, segala sesuatunya berjalan cepat bagaikan cahaya kilat, bagai curahan air, untuk apa kau pikirkan selalu. "Mati dan hidup akan selalu berputar, tiada awal tiada akhir, jangan kau pikirkan, karena semuanya kosong!" Mendengar perkataan itu Lan Giok-keng tertegun, tanyanya tanpa sadar, "Hwee-ko Thaysu, jadi kau tidak akan membalaskan dendam atas kematian muridmu?" "Kau membunuh orang, orang membunuhmu, dendam sakit hati silih berganti, sampai kapan semuanya akan berhenti? Ajaran Buddha mengutamakan cinta kasih, selamatkan umat manusia dari segala dosa. Sekalipun aku bukan hidup dalam biara, namun perasaan hatiku tetap berada dalam ajaran Buddha. Han Siang nyaris tidak percaya dengan pendengar an sendiri, tanpa terasa teriaknya, "Barusan saja aku ingin melukaimu, apakah kau tidak mempermasalahkan kejadian itu?" "Hudcouw mengiris daging sendiri untuk memberi makan burung elang, bukankah tujuannya adalah menyelamatkan semua kehidupan di dunia ini? Tentu saja latihanku belum bisa mencapai ke taraf seperti itu, tapi niat dan pikiranku sudah tertuju ke sana. Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya, Dendam kesumat, saling membunuh, balas dendam merupakan peristiwa yang sukar dihindari dalam dunia persilatan. Aku tidak berani mengatakan siapa benar siapa salah dalam perselisihanmu dengan Seebun Mu, tapi tindakan Seebun Mu yang telah membasmi habis seluruh anggota keluargamu jelas merupakan satu perbuatan yang kelewat batas. Aku dan Seebun Mu adalah sahabat karib, karena aku tidak berusaha menghalangi perbuatannya dimasa lalu, jelas akupun turut berdosa dalam hal ini. Han-kokcu, bersediakah kau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memandang diatas wajahku dengan menyelesaikan semua dendam kesumat itu sampai disini saja?" Han Siang kegirangan setengah mati, serunya, "Hwee-ko Thaysu, terima kasih banyak kemuliaan hatimu, selembar nyawa ku pun hasil pemberian darimu, mana mungkin aku tidak akan mentaati perintahmu? Justru yang aku kuatirkan adalah aku bersedia menyelesaikan masalah ini, belum tentu Seebun-hujin bersedia mengakhirinya. "Aku akan berusaha membujuk Seebun-hujin. Namun masalah Liok Ki-seng dan komplotannya bersedia menuruti perkataan Seebun-hujin atau tidak, aku tidak berani menjamin seratus persen. Han Siang jadi kegirangan setengah mati. "Asal Seebun-hujin tidak lagi memberi perlindungan kepada mereka, aku masih mampu untuk menghadapi orang orang itu!" Dari ucapan tersebut Hwee-ko Thaysu segera dapat mengambil kesimpulan kalau ambisi Han Siang belum padam, dalam kenyataan dia belum bersedia lepas tangan dengan begitu saja. Namun diapun tidak berkata apa-apa lagi. "Han-kokcu, ujar Lan Giok-keng dingin, "Hwee-ko Thaysu telah mengampuni jiwamu, sekarang tentunya kau bisa segera membuka pintu penjara dan membiarkan kami pergi bukan?" Kini sepasang mata Han Siang pun lambat laun sudah terbiasa dengan kegelapan, setelah merasa gembira tadi, kembali ujarnya sambil tertawa getir, "Hwee-ko Thaysu, padahal kau hendak membunuhku atau tidak, sama saja!" "Apa maksud Kokcu berkata begitu?" "Biarpun kau tidak membunuhku pun, nyawaku sulit untuk dipertahankan. Semisal aku mati pun tidak masalah, tapi akibatnya kalian pun jadi ikutan terseret. "Kenapa bisa begitu?" "Kita hanya bisa keluar dari gua ini bila memanjat lewat mulut
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gua diatas sana, sekarang batu raksasa itu telah menyumbat kembali, tidak sembarangan orang dapat menggesernya!" "Kenapa Tonghong Liang bisa masuk keluar semau sendiri?" tanya Lan Giok-keng. "Itu dikarenakan akulah yang menggerakkan alat rahasia dari luar. "Masa kau tidak bisa menyuruh orang diluar untuk membukakan pintu?" seru Lan Giok-keng sambil tertawa. Han Siang segera tertawa getir. "Tadi akulah yang membuka pintu gua itu, tapi segera menyumbat nya kembali, padahal penyumbatan itu bukan berasal dari perintahku. Mengertikah kau sekarang?" Hwee-ko Thaysu memang sudah menduga sampai ke situ, segera katanya, "Han-kokcu, maksudmu ada anak buahmu yang telah berkhianat?" "Mungkin orang itu adalah orang yang paling kupercaya!" sahut Han Siang sambil menghela napas. Baru saja berkata sampai disitu, betul saja, dari luar gua sana terdengar suara keributan. Mula-mula terdengar ada orang membentak nyaring, "Dilarang menuju ke sana!" Menyusul kemudian terdengar suara ribut dan caci maki dari dua kelompok manusia. "Kenapa kami tidak boleh ke sana?" "Pan-kokcu bakal memberi penjelasan kepada kalian, harap jangan gelisah dan bertindak gegabah, segera kalian akan tahu. "Han-kokcu belum lagi mati, darimana datangnya Pan-kokcu?" "Kita semua adalah sesama saudara, kenapa harus saling ribut? Tapi kalau ada yang enggan memberi muka kepadaku, hahaha....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jangan salahkan kalau aku pun tidak akan sungkan sungkan kepadanya!" Suara orang itu nyaring bagai suara genta, ketika bicara sampai disitu tiba-tiba hardiknya, "Barang siapa berani melewati pembatas batu itu, panah sampai mampus!" Begitu ancaman diucapkan, suasana yang semula ribut pun seketika jadi tenang kembali. "Siapakah orang itu?" tanya Lan Giok-keng kemudian. Han Siang tertawa getir. "Dia adalah wakil Kokcu ku bernama Pan Toa-cau, tampaknya dia berencana hendak merebut kekuasaanku, tapi untung saja masih ada kelompok lain yang membantuku.... Belum habis dia berkata, terdengar seseorang telah berseru sambil tertawa dingin, "Bagus, Pan Toa-cau, kalau berani bunuhlah aku!" "Orang ini adalah wakilku yang lain, cepat Han Siang menjelaskan, "dia bernama Be It-tong. Aduh.... celaka!" Dia tempelkan telinganya di atas dinding batu, terdengar suara desingan anak panah bergema membelah angkasa, lalu terdengar Be It-tong berteriak, "Melukai orang dengan panah gelap, terhitung manusia.... Belum selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba suaranya terhenti dan suasana pun berubah jadi sunyi kembali. Tidak terlukiskan rasa kaget Han Siang, mungkinkah Pan Toa-cau dengan komplotannya benar-benar bertindak brutal dengan memanah mati Be It-tong dan konco-konconya? Tiba-tiba terdengar Pan Toa-cau berkata lagi dengan nada dingin, "Pentang mata mu lebar-lebar, apakah kau ter-luka? Hmmm, sejak awal sudah kukatakan, barang siapa berani melewati pembatas batu itu, panah sampai mampus. Hmmm, kalau benarbenar sampai terpanah pun jangan salahkan kalau aku melepaskan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

panah gelap!" Ternyata dua orang anak buah Be It-tong berusaha ikut melewati pagar pembatas batu itu, namun anak panah segera menyambar lewat dari sisi tengkuknya, membuat mereka jadi kaget, ketakutan dan buru-buru mundur kembali. Saat itu Be It-tong sudah melewati pagar pem-batas, ketika berpaling dan melihat kedua orang kepercayaannya tidak terluka, dia pun merasa lega. Kembali Pan Toa-cau berkata, "Lo-sam, harap kau kendalikan anak buahmu, kali ini, memandang kita berdua masih tetap bersaudara, aku masih berlaku sungkan, tapi kalau sampai berani melanggar lagi, jangan salahkan kalau aku bertindak tegas!" "Mengapa kau berani melawan atasan sendiri dengan mengurung Han-kokcu dalam penjara bawah tanah?" tegur Be It-tong. "Losam, kau jangan marah dulu, tahukah kau Tonghong Liang telah pergi?" "Apa sangkut pautnya kepergian dia dengan Toan-hun-kok?" "Sebenarnya Tonghong Liang telah menyanggupi permintaan Kokcu untuk membantunya, tapi dengan kepergiannya, apa lagi yang bisa diharapkan Kokcu?" "Memang lebih baik bila mendapat bala bantuan dari luar, namun tidak mendapat bantuan dari luar pun bukan berarti kita tidak berdiri sendiri. Menurut pendapatku, dengan hilangnya bantuan dari luar, kita semua seharusnya lebih bersatu padu untuk menghadapi setiap persoalan bersama-sama. Kenapa gara gara kepergian Tonghong Liang, kau malah timbul niat untuk memberontak?" Setelah melihat situasi tidak menguntungkan pihaknya, nada bicara Be It-tong jauh lebih melunak, dia berharap bisa membujuk Pan Toa-cau agar mengurungkan niatnya memberontak. "Sayang ambisi Lotoa bukan hanya ingin menancapkan kaki saja dalam rimba hijau, kata Pan Toa-cau.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Semisal kau kurang setuju dengan rencana Lotoa, toh kita bisa duduk bersama sambil merundingkan kembali persoalan ini!" "Hmm, kau bukannya tidak tahu bagaimana watak Lotoa, tampilannya saja nampak halus dan lembut, padahal dia tidak pernah mau mendengar masukan dari orang lain. Hanya saja, sekarang akupun tidak ingin berdebat lagi denganmu mengenai pandanganku yang berbeda dengan Lotoa. Aku hanya ingin memberitahukan satu hal kepadamu, diantara dua orang gadis yang datang barusan, salah satu diantaranya adalah putri Seebun Mu!" "Aku sudah tahu akan hal ini. Lantas kenapa?" "Hal ini menunjukkan kalau rencana Kokcu semula yang ingin menggunakan jasa Tonghong Liang untuk mencari penyelesaian damai dengan Seebun-hujin sudah tidak mungkin terlaksana lagi!" "Seebun-hujin pun belum tentu mampu menyapu rata Toan-hunkok kita!" tukas Be It-tong. Pan Toa-cau tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha,.... Losam, di hari biasa kau selalu hati- hati dan berbobot kalau bicara, kenapa perkataan-mu hari ini kehilangan nalar sehat. Untuk menghadapi Liok Ki-seng dan gerombolannya saja kita sudah kewalahan dan tidak sanggup menghadapi, kau sangka dengan kekuatan yang kita miliki masih mampu menghadapi musuh tangguh lain?" Biarpun Be It-tong telah berusaha mengendalikan diri, akhirnya habis sudah kesabarannya, dengan suara keras teriaknya, "Bagaimana pun juga, kau tidak seharusnya mencelakai Kokcu sendiri!" "Bukan aku yang mendorongnya, Kokcu sendiri yang terjatuh ke dalam penjara batu itu. Losam, kau jangan terburu napsu, bagaimana kalau dengarkan lagi pendapatku?" "Oooh, pendapat apa lagi yang hendak kau sampaikan?" "Berbicara soal kekuatan, kita tidak akan mampu melawan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kekuatan Liok Ki-seng dan komplotannya, apa salahnya bila kita berbagi daerah kekuasaan saja dengan mereka dan biarkan dia menjadi Liok-lim bengcu wilayah utara.... Be It-tong segera mendengus, tukasnya, "Lantas siapa yang akan menjadi Liok-lim Bengcu wilayah selatan?" Kembali Pan Toa-cau tertawa tergelak. "Mau kau atau aku sama saja, yang penting bukan Lotoa yang memangku jabatan tersebut! Dendam kesumatnya dengan keluarga Seebun sudah terlanjur mendalam, bila dia yang menjadi Bengcu, sudah pasti Liok Ki-seng dan komplotannya tidak bakal setuju!" Be It-tong segera tertawa dingin, sindirnya, "Oooh, ternyata sejak awal kau telah berunding dengan Liok Ki-seng? Hmmm, hmmm, apakah kau ingin menggunakan kesempatan baik pada hari ini untuk melenyapkan Lotoa?" "Hey, jangan kau bayangkan aku begitu kejam dan berhati buas, jelek-jelek begini aku masih mempunyai hubungan persaudaraan hampir dua, tiga puluh tahun dengannya, tidak mungkin aku gunakan kesempatan ini dengan mendorongnya masuk penjara. "Lalu kenapa kau melarangku membebaskan dirinya keluar dari sana?" "Masalah ini adalah masalah tersendiri, bila kau membebaskan dirinya, Liok Ki-seng dan komplotannya tidak bakalan melepaskan kita semua!" "Kalau begitu kau akan membiarkan dia mati di dalam penjara? Hmmm, bukankah sama saja artinya!" "Aku pun tidak akan membiarkan dia mati sendiri. Bukan aku yang tidak mau, tapi orang lain tidak akan membiarkan dia hidup. "Maksudmu masih ada orang lain yang hendak membunuhnya? Siapakah mereka?" "Orang-orang yang semula terkurung dalam penjara.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kontan saja Be It-tong tertawa dingin, katanya, "Tenaga dalam yang dimiliki hwesio tua dari biara siau-lim itu sudah punah, sementara Lan Giok-keng si bocah cilik itu, hmmm, kau sangka dia sanggup membunuh Lotoa kita?" "Hampir setiap hari dia berlatih pedang dengan Tonghong Liang, sedikit banyak Tonghong Liang pasti akan menyisakan dua, tiga bagian tenaga dalam untuknya bukan? Siapa tahu saat ini Lotoa sudah mati dibunuh bocah itu. Karenanya kuanjurkan lebih baik kau sedikit hemat tenaga. Kalau ingin membuka pintu gua pun lebih baik menunggu beberapa hari lagi. "Kenapa?" "Kita tunggu saja sampai bocah itu kelaparan setengah mati, bila matanya sudah berkunang dan kepalanya pening, kita akan membekuknya dengan lebih gampang. Kalau tidak, bila sekarang juga kau membuka pintu gua secara sembarangan, andai bocah itu sampai kabur, hmmm, bukan saja kau tidak dapat membalaskan dendam bagi Lotoa, malah sebaliknya akan terluka oleh pedang Lan Giok-keng!" Be It-tong semakin naik pitam, teriaknya, "Bila kau pandang rendah diriku, aku masih bisa menerimanya, tapi kau berani memandang rendah kemampuan Lotoa? Jangan lagi tenaga dalam bocah itu baru pulih dua, tiga bagian, biar sudah pulih semua pun belum tentu Lotoa bakal kalah ditangannya. Jika dia berani turun tangan, Lotoa pasti akan membunuhnya lebih dulu. "Aku rasa belum tentu begitu! Kau tidak hadir sewaktu Lan Giokkeng datang hari itu, kau pun belum pernah menyaksikan ilmu pedangnya, tapi aku pernah melihatnya. Oleh sebab itu aku tidak setuju dengan tindakanmu yang mengambil resiko, apalagi melepaskan harimau kecil keluar kerangkeng dalam keadaan begini!" Be It-tong benar-benar amat gelisah, segera bentaknya, "Jadi berbicara pulang pergi, kau tetap berniat mengulur waktu dengan membiarkan Lotoa mati terkurung di dalam penjara! Hmmm,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekalipun benar seperti yang kau katakan, Lotoa tidak mampu menandingi bocah kecil itu, sudah seharusnya kita lebih cepat masuk ke dalam gua untuk membantunya!" "Losam, aku tidak bisa membiarkan saudara saudara kita mengalami kerugian gara-gara keputusan-mu, bila kau bersikeras dengan kehendakmu, jangan salahkan kalau aku tidak akan mengingat lagi hubungan persaudaraan di masa lalu. Berubah paras muka Be It-tong. "Kalau sampai Lotoa pun berani kau celakai, sudah kuduga, kau pun tidak akan membiarkan aku hidup terus!" Han Siang yang berada dipenjara bawah tanah hanya bisa mendengar suara bentrokan senjata yang lamat-lamat berkumandang datang, ujarnya kemudian dengan sedih, "Seandainya Be It-tong tidak terburu napsu, mungkin dia masih bisa bertahan dua, tiga ratus gebrakan, tapi begitu terdorong napsu, mungkin sebelum seratus gebrakan pun selembar nyawanya sudah bakal hilang di tangan Pan Toa-cau. "Bila Be It-tong sampai mati, bukankah tidak ada orang lagi yang akan melepaskan dirimu?" tanya Lan Giok-keng. Han Siang tertawa getir. "Benar, kecuali aku yang mengetahui cara menggerakkan tombol rahasia itu, hanya Pan dan Be berdua saja yang tahu. "Kenapa kau tidak ajarkan saja cara membuka alat rahasia itu kepada Lan Giok-keng?" tiba tiba Hwee-ko Thaysu berkata. "Tentu saja boleh. Tapi alat rahasia itu baru bisa dibuka bila kita berada diluar sana. Sementara dalam hatinya berpikir, "Bila bocah ini bisa keluar, berarti akupun bisa keluar. Apa gunanya bicara tidak bermakna seperti itu?" Siapa tahu belum habis ingatan itu melintas lewat, terdengar Hwee-ko Thaysu telah berkata lagi, "Orang lain mungkin susah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untuk keluar, tapi Lan Giok-keng punya harapan untuk keluar dari sini. Maksudku, biar dia seorang yang keluar terlebih dahulu, kemudian menggunakan cara yang kau ajarkan untuk membuka penyumbat mulut gua itu. "Tapi aku tidak mempunyai kemampuan untuk menggeser batu besar penyumbat gua itu!" seru Lan Giok-keng terperanjat. "Apa kunci utama ilmu silat aliran Bu-tong-pay kalian?" tanya Hwee-ko Thaysu. "Dengan tenang mengatasi mencapai sasaran duluan. "Selain itu?" "Meminjam tenaga memukul tenaga, dengan tenaga empat tahil menggeser beban seribu kati. "Nah itulah dia, berapa besar kekuatan yang kau miliki? Seratus kati tentunya ada bukan?" "Seharusnya ada, jawab Lan Giok-keng seolah baru menyadari akan hal itu. "Kalau kekuatan empat tahil pun bisa menggeser beban seribu kati, coba hitunglah seratus kati itu beberapa kali lipat dari empat tahil?" "Menurut teori ilmu silat perguruanku memang berkata begitu, Cuma, ke satu, aku masih jauh dari tingkatan sehebat itu, ke dua, batu besar yang menyumbat gua itu adalah benda mati, tidak bisa meminjam kekuatan dari situ, lagipula akupun tidak mempunyai tempat untuk berpijak. "Menurut penilaianku, pertama, kemampuan ilmu silatmu sudah mencapai tingkatan dimana kau sendiripun tidak menduga, dengan kemampuan yang kau miliki sekarang, mungkin saja masih belum mampu untuk menyingkirkan batu penyumbat gua itu, tapi bukan berarti tidak bisa menggesernya sedikit dari posisi semula. Ke dua, batu raksasa itu bukan batu alam yang sejak jaman dulu sudah
http://cerita-silat.co.cc/

gerak,

bertindak

belakangan

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berada disana, melainkan dipindahkan orang dari tempat lain, dengan perkataan lain batu itu tidak berhubungan langsung dengan mulut gua diatas. Inilah yang dikatakan ajaran Cuang-cu sebagai "tempat luang". Meski tidak bisa meminjam kekuatannya, kau toh bisa manfaatkan tempat luang itu untuk menggesernya ke samping!" Bagaikan orang kebingungan yang tiba-tiba memperoleh petunjuk, pikiran Lan Giok-keng langsung menjadi cerah kembali, ujarnya, "Pagi tadi, sewaktu bertanding pedang melawan Tonghong toako, aku telah menggunakan teori "sang koki menjagal sapi" untuk memecahkan jurus Pek-hok-liang-ci dari Tonghong toako. Aku tidak tahu apakah teori yang sama dapat pula digunakan untuk menggeser batu raksasa diatas mulut gua. "Ajaran ilmu silat adalah penggabungan dari pelbagai sumber dan teori, aku tidak tahu apakah sewaktu Thio Cinjin menciptakan Thay-kek-kun, dia mendapat pencerahan dari ajaran Cuang-cu, tapi Sim-hoat tenaga dalam perguruanmu sangat sesuai dengan ajaran dari Chuang-cu, dengan bakat dan kecerdasan yang kau miliki, rasanya tidak sulit untuk memahami teori itu. Ucapan tersebut segera membangkitkan kembali pengharapan dalam hati Han Siang, katanya pula, "Betul sekali, berhasil atau tidak, apa salahnya untuk dicoba? Bila kau hanya kuatir karena tidak punya tempa t berpijak, aku dapat membantu usahamu itu. Sambil berkata tubuhnya melambung ke udara, ilmu Tay-engjiau-lek kebanggaannya segera digunakan, dengan ke lima jarinya yang kuat bagaikan kaitan dia cengkeram dinding batu dan menciptakan sebuah lekukan di atas dinding keras itu, lekukan yang persis digunakan untuk tempat berpijak. Demikianlah dia mengulang hal tersebut sebanyak tiga kali, dalam waktu singkat dia telah menciptakan tiga buah tempat pijakan untuk bocah itu. Lan Giok-keng kegirangan, serunya, "Han-kokcu, terima kasih banyak untuk bantuanmu. Aku segera akan mencobanya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kini harapan hidupku sudah kusandarkan padamu, buat apa kau malah berterima kasih? Tapi tunggu sebentar, biar kuajarkan dulu cara untuk membuka tombol rahasia itu. Ternyata caranya tidak terlampau rumit, hanya saja karena area tempat alat rahasia itu disembunyikan terlalu luas sehingga untuk sesaat sulit baginya untuk menerangkan hingga jelas. Dalam keadaan begini, terpaksa dia hanya bisa membiarkan Lan Giok-keng bertindak lebih dulu kemudian baru beradu nasib. Lan Giok-keng menaiki tempat berpijak paling bawah, lalu dengan tangan menempel diatas dinding dia mulai merayap naik keatas menggunakan jurus Sun-jiu-tui-cho (Mengayun tangan mendorong sampan). "Aku selalu bertindak hati-hati dengan tingkatkan kewaspadaan, pusatkan pandangan ke satu titik, gerakan semakin melambat, ketika menggerakkan pisau pun sangat ringan. Dia segera memusatkan seluruh kekuatannya dengan mengalihkan konsentrasi ke arah celah yang terdapat diantara batu cadas itu. Lalu dengan menggunakan Sim-hoat perguruannya "tenaga empat tahil menyingkirkan ribuan kati" dia dorong ringan batu itu ke samping, benar saja batu raksasa itu segera bergeser sedikit. Celah itu tidak terlalu besar, orang dewasa sudah pasti tidak bisa melewatinya, tapi untuk perawakan tubuh bocah seperti Lan Giokkeng, dengan paksakan diri dia masih bisa menerobos keluar. Jika dilihat sepintas lalu, kemampuannya menggeser batu cadas itu seakan tidak menggunakan tenaga yang terlampau besar, padahal sudah merupakan puncak ilmu silat yang bisa dicapainya dewasa ini. Han Siang pun terhitung seorang ahli ilmu silat, sekarang dia baru mengerti apa maksud Hwee-ko Thaysu dengan mengatakan hanya Lan Giok-keng seorang yang bisa menerobos keluar. Waktu itu anak buah Pan Toa-cau sudah tersebar memenuhi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tanah perbukitan, namun berhubung Pan Toa-cau sudah memperingatkan sejak awal, maka siapa pun tidak ada yang berani mendekati pembatas batu. Pan Toa-cau sedang bertarung sengit melawan Be It-tong, padahal jarak dari pembatas batu hingga mulut gua berkisar lebih kurang satu li, ini berarti lingkaran di dalam jarak tersebut kosong tidak ada penghuninya. Ketika Lan Giok-keng menerobos keluar dari dalam gua, dia sama sekali tidak mendapat halangan apapun. Namun dalam keadaan terburu-buru dia tidak berhasil menemukan letak tombol rahasia seperti yang dikatakan Han Siang tadi. Be It-tong berdiri membelakangi pembatas batu dan menghadap ke arah gua, dialah yang pertama tama menyaksikan kemunculan Lan Giok-keng. Dia hanya tertegun sejenak kemudian segera tersadar kembali. Dia dapat menebak maksud Lan Giok-keng, pikirnya, 'Perduli bocah ini musuh atau teman, lebih baik biar kupertaruhkan pada dirinya' Cepat dia mengambil keputusan dan segera teriaknya, "Berjalan ke arah Jian berputar ke posisi Sun, tujuh langkah melintang, jongkok, jejakkan kaki.... Pan Toa-cau yang mendengar teriakan itu kontan membentak keras, "Permainan setan apa yang sedang kau lakukan?" Saat itulah terdengar anak buahnya ramai-ramai berteriak keras, "Hey, ada anak kecil menerobos keluar dari bawah!" "Aduh, dia adalah bocah she-Lan itu!" "Kalau bocah itu bisa menerobos keluar, berarti Kokcu sudah mati dibunuh olehnya. Kembali Poan Toa-cau membentak nyaring, "Kenapa kalian masih berdiri mematung disana, cepat lepaskan anak panah, bidik bocah itu sampai mampus!" Lan Giok-keng sama sekali tidak ambil perduli dengan hujan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

panah yang tertuju ke arahnya, mengikuti langkah yang diajarkan Be It-tong, dia segera bergerak menuju arah Jian lalu berputar ke posisi Sun dan bergeser tujuh langkah ke samping. Be It-tong sudah tahu posisi bocah itu setelah keluar dari gua kemudian baru memberikan komandonya, boleh dibilang petunjuknya sesuai dengan keadaan dilarang, hasilnya sudah pasti jauh lebih manjur ketimbang petunjuk Han Siang ketika masih dalam gua. Cepat dia bergeser tujuh langkah, jongkok dan menjejakkan kakinya....Traaang! Ternyata dia menendang sebuah lempengan baja, tombol rahasia pun segera ditemukan. Kembali terdengar Be It-tong berteriak: "Dengarkan, di sisi atas papan besi sebelah kiri terdapat.... Belum selesai dia berteriak, selapis kulit lengan kirinya sudah tersayat robek oleh senjata kaitan dari Poan Toa-cau. Lan Giok-keng mempunyai perawakan tubuh yang kurus kecil, sambil berbaring ditanah, dia gunakan batu cadas sebagai penghadangnya untuk menjalankan tombol rahasia. Terdengar suara dentingan nyaring yang memekik kan telinga, hujan panah yang dibidikkan ke arahnya sebagian besar menghajar diatas batu besar sementara sebagian kecil rontok di tengah jalan karena kekuatan yang tidak memadahi. Hanya beberapa batang saja sempat mencapai tubuh Lan Giok-keng, namun dengan sebuah ayunan pedang, dia berhasil merontokkannya secara mudah. "Losam!" bentak Poan Toa-cau, "kau sangka aku benar-benar tidak berani membunuhmu!" Sepasang senjata kaitannya ditegakkan lalu ditarik, dia telah mengeluarkan jurus pamungkas terkeji dan terkejam untuk menghadapi saudaranya. Ilmu silat yang dimiliki Be It-tong pada dasarnya memang masih berada di bawah kemampuannya, di tambah lagi sekarang dia sudah kehabisan tenaga, bagaimana mungkin dia bisa membendung
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

serangan ganas yang begitu hebat? Tampak darah segar berhamburan kemana-mana, lambung Be It-tong tersayat sepasang senjata kaitan itu hingga robek sepanjang tujuh, delapan inci, seketika itu juga dia roboh tidak sadarkan diri. Tapi pada saat itu pula terdengar suara gemericit, pintu gua sudah terbuka lebar. Sambil meraung keras Han Siang melompat keluar dari dalam penjara. Sejak awal dia sudah membuat persiapan, ketika hujan panah diarahkan ke tubuhnya, dengan sepasang tangan dia sambar panah-panah itu. Sebagaimana diketahui, ilmu yang dia yakini adalah ilmu cakar elang, ketika batang panah tersentuh tangannya, panah-panah itu seketika patah jadi dua bagian. Caranya menghadapi ujung panah pun sangat lincah dan cekatan. Sebagian besar anak buah Poan Toa-cau selama ini mengira Kokcu mereka tidak mungkin bisa lolos lagi dari penjara, karena itu mereka baru berani ikut Poan Toa-cau untuk memberontak, ketika secara tiba-tiba melihat pemimpin mereka telah tampil lagi di hadapan mereka, sembilan dari sepuluh orang diantaranya seketika berdiri terbelalak dan tidak berani melepaskan panah lagi. Dengan suara nyaring Han Siang pun membentak. "Aku tahu kalian semua sudah ditipu Poan toa-cau, untuk peristiwa ini aku tidak ingin mengusutnya lebih jauh. Asal kalian bersedia tunduk kepadaku, kalian semua masih merupakan saudaraku. Yang enggan mengikuti aku lagi, tidak masalah, kalian boleh segera mengambil sangu dan tinggalkan tempat ini. Begitu ucapan tersebut diutarkan, sebagian besar pemberontak serentak menyatakan sumpah setianya kepada Kokcu mereka. Buru-buru Poan toa-cau ikut berseru, "Lotoa, kesemuanya ini hanya salah paham. Kusangka kau sudah dibunuh bocah she Lan itu....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Han Siang mendengus dingin, tukasnya, "Orang yang ingin mencelakai aku bukan orang lain. Semua pembicaraanmu tadi sudah kudengar sangat jelas, jadi tidak perlu kau ulangi lagi. Dia membiarkan Poan toa-cau berdiri melongo di sisi arena, dihampirinya Be It-tong yang terluka parah, sambil memeluknya kembali dia berkata, "Saudaraku, semuanya salahku, salah aku datang terlambat. Cepat dia mengambil obat luka dan membubuhkan sendiri obat itu di seputar luka Be It-tong, tapi mulut luka masih mengeluarkan darah segar, hingga untuk ke tiga kalinya dia bubuhkan obat luka, darah segar baru berhenti memancar. Han Siang segera perintahkan orang untuk menggotong pergi Be It-tong, kemudian baru berpaling sambil ujarnya dingin, "Poan Toacau, apa lagi yang hendak kau katakan?" "Lotoa, aku merasa bersalah kepadamu, kau tidak usah turun tangan, biar aku menyelesaikan diriku sendiri. "Bagus, punya nyali untuk bunuh diri, kau memang tidak malu disebut seorang Hohan, apakah kau masih ada pesan terakhir?" "Aku hanya berharap Lotoa mau mengingat hubungan persaudaraan kita hampir puluhan tahun lamanya, setelah meninggal nanti, tolong dirikan batu nisan dengan tulisan Toan-hunkok Hu-kokcu Poan Toa-cau, tolong jangan anggap aku sebagai penghianat. Dia berbicara dengan nada yang begitu tulus dan bersungguhsungguh. Tampaknya Han Siang terharu dibuatnya, dia mengangguk. "Baik, aku kabulkan permintaanmu, berangkatlah dengan hati tenang. "Terima kasih atas pemberian lotoa, siaute mohon pamit!" sambil berkata dia menjatuhkan diri berlutut dan menyembah berulang kali.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Semua orang menyangka pada detik-detik terakhir ini, dia berharap Han Siang mau berubah pikiran dengan mengampuni selembar jiwanya. Siapa tahu menyembah adalah melancarkan serangan bokongan. kamuflase baginya untuk

Pada saat dia berlutut itulah tiba-tiba dari balik bajunya menyambar keluar tiga batang panah pendek. Selama hidup Poan Toa-cau belum pernah menggunakan senjata rahasia, selama puluhan tahun berkumpul dengannya Han Siang tidak pernah tahu dia menggunakan panah dari sakunya. Ke tiga batang panah saku itu sama sekali berbeda bila dibandingkan hujan panah itu, serangan kali ini benar-benar merupakan serangan bokongan. Pepatah mengatakan: serangan tombak secara terang-terangan gampang dihindari, serangan panah gelap susah dihadapi. Apalagi serangan itu dilancarkan Poan Toa-cau pada detik terakhir menjelang ajalnya, saat terakhir ketika dia berbicara dengan penuh penyesalan. Kendatipun Han Siang memiliki ilmu Toa-lek-eng-jiaukang yang hebat pun sulit rasanya untuk terhindar dari kematian. Pada detik yang amat kritis itulah terlihat cahaya putih berkelebat lewat lalu....Triiing, triiiing, triiiiing! Diiringi dentingan nyaring, ke tiga batang panah pendek itu sudah terpapas kutung dan rontok ke tanah. Ternyata Lan Giok-keng telah menggunakan ilmu pedang kilatnya untuk menyelamatkan jiwa Han Siang. Begitu ke enam potongan panah itu menempel di atas rerumputan, kontan rerumputan hijau itu berubah jadi kuning, jelas panah panah gelap itu mengandung racun yang sangat jahat. Menyaksikan serangannya gagal total, Poan toa-cau tertawa getir, diambilnya sepotong kurungan panah lalu ujarnya, "Padahal kita semua setali tiga uang, hanya nasib-ku tidak sebagus nasibmu!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bruuuk!" dia hujamkan kutungan panah itu ke atas dada sendiri, dalam sekejap mata paras mukanya berubah jadi kelabu, darah kental mengucur dari tujuh lubang inderanya, tanpa menimbulkan suara dia roboh dan mati keracunan. Han Siang seakan baru terpental keluar dari pintu neraka, bulu kuduknya pada bangun berdiri. Setelah berhasil mengendalikan rasa kagetnya dia baru berkata, "Lan Siauhiap, terima kasih banyak kau telah selamatkan jiwaku, aku.... aku benar-benar menyesal, tapi bukan dikarenakan aku ingin mencelakaimu, bencana dan musibah yang kau alami sekarang bukan atas ide ku, dalangnya adalah Tonghong Liang. Apakah kau ingin mengetahui kejadian yang sebenarnya?" "Aku tidak mau mendengarnya!" seru Lan Giok-keng dengan emosi yang bergejolak, "akupun tidak ingin terlibat dalam pertikaian kalian. Aku hanya melakukan pekerjaan yang seharusnya ku lakukan, kau tidak perlu menaruh perasaan menyesal, juga tidak perlu berterima kasih. Dalam pada itu Hwee-ko Thaysu dan Lan Sui-leng telah keluar dari mulut gua. "Han-kokcu, Hwee-ko Thaysu segera berkata, "Lolap sudah hampir sebulan lamanya mengganggumu, sekarang sudah seharusnya mohon pamit!" Han Siang sangat rikuh, sahutnya, "Thaysu, aku jadi malu sendiri apalagi kau tidak mempermasalahkan kesalahanku waktu lalu. Sebetulnya aku ingin menahan mu beberapa hari lagi, biar kutebus semua kesalahanku. "Banyaklah berbuat kebajikan untuk menebus kesalahanmu itu. Tidak perlu melayani aku sihwesio dengan arak dan daging. Rejeki atau bencana datang karena ulah manusia. Han-kokcu, baik-baiklah menjaga diri. "Nona Lan, aku pun minta maaf kepadamu. "Tidak perlu minta maaf, aku hanya ingin mencari kabar tentang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seseorang. Sebelum Han Siang menjawab, Lan Giok-keng segera menyela lebih dulu, "Ciri, asal dapat lolos dari bahaya, itu sudah lebih dari cukup, tidak perlu banyak urusan lagi. Lan Giok-keng tertegun, serunya, "Kenapa kau mengatakan aku banyak urusan? Tahukah kau, orang ini berniat mencelakaimu! Adikku, tahukah di dalam dunia persilatan terdapat seorang wanita siluman yang disebut orang sebagai Si Lebah hijau Siang Ngo-nio?" Pada mulanya Lan Giok-keng menyangka orang yang dimaksud kakaknya adalah Tonghong Liang, setelah tahu kalau Siang Ngo-nio yang dimaksud, perasaan hatinya menjadi tidak setegang tadi lagi, ujarnya, "Jadi kaupun pernah bertemu dengan siluman wanita itu, darimana bisa tahu kalau dia berniat mencelakaiku?" "Panjang untuk diceritakan, nanti saja akan kuberitahukan secara perlahan. Han-kokcu, aku dengar siluman wanita itu berada disini, benarkah begitu?" Sambil tertawa Lan Giok-keng menyela, "Kau hanya mendengar, sedang aku malah pernah bertarung melawannya disini. Tentu saja benar. Aaah iya, Han-kokcu, aku pun ingin bertanya.... "Tidak usah kau tanyakan pun aku akan memberitahukan kepadamu, Siang Ngo-nio telah pergi. Pada saat kau bertarung melawan dia itulah, di saat kau tidak sadarkan diri, dia pun pergi dari sini. "Bukankah dia bermaksud menangkap aku? Kenapa setelah berhasil mendapatkan aku, dia malah pergi secepat itu?" "Soal ini.... soal ini.... "Han-kokcu, apakah kau merasa kesulitan untuk berbicara? Hmmm, begitu masih bilang mau membalas budi adikku, ternyata kau malah berusaha melindungi musuh besarnya. Kan Siang tertawa getir, sahutnya, "Karena kau sudah menegurku, terpaksa aku harus bicara terus terang. Kehadiran
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siang Ngo-nio adalah atas undangan Tonghong Liang, tapi Tonghong Liang pula yang mengusirnya pergi. Tampaknya dia punya rahasia yang berada dalam genggaman Tonghong Liang hingga tidak berani membangkang perkataannya. Lan Siauhiap, berhubung kau sudah berpesan duluan, melarang aku menyinggung.... "Betul, tukas Lan Giok-keng dengan suara tidak jelas, "aku tidak senang mendengar orang lain membicarakan kejelekan Tonghong Liang.... eei, cici. Kenapa kau?" "Tidak apa-apa, jawab Lan Sui-leng dengan wajah pucat pasi, "kalau memang siluman perempuan itu tidak ada disini, mari kita pergi saja. Sementara Lan Giok-keng masih kebingungan, terdengar Hweeko Thaysu telah berbisik, "Yang itu adalah sebuah gara-gara, yang inipun sebuah gara-gara, cepat tinggalkan tempat gara-gara, tidak usah menanyakan masalah gara-gara.... Lan Giok-keng segera tersadar kembali, sahutnya, "Thaysu, perkataanmu memang benar. Mari kita segera pergi. Sesudah meninggalkan Toan-hun-kok, tiba-tiba Lan Sui-leng berkata, "Akupun tidak percaya kalau Tonghong Liang adalah orang jahat. "Bukankah kau berkenalan dengannya belum terlalu lama?" tanya Lan Giok-keng tertegun. Lan Sui-leng menggeleng. "Sejak kau pergi, sudah banyak terjadi peristiwa besar, aku jadi tidak tahu harus berbicara dari mana. "Baiklah, kalau begitu biar aku yang bercerita lebih dulu, secara ringkas bocah itupun menceritakan semua pengalamannya kepada cicinya. Lambat laun paras muka Lan Sui-leng berubah jadi lebih baik, katanya, "Kalau begitu, kendatipun Tonghong Liang pernah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membuat kau tertipu namun diapun pernah memberikan kebaikan kepadamu bukan?" "Betul, kalau dia tidak mengajakku berlatih pedang, mana mungkin aku bisa memperoleh kemajuan seperti hari ini?" "Tapi ada orang bilang dia sedang mencuri belajar ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat mu. "Pada dasarnya dia sudah mengerti ilmu pedang Thay-kek-kiamhoat. Sekalipun yang dipelajari berbeda, paling banter hanya bisa dibilang kita saling bertukar pikiran. "Tapi yang paling ditakuti adalah omongan orang, lebih baik dikemudian hari kau tidak usah berhubungan lagi dengannya!" "Yang ditakuti omongan orang?" "Masa kau belum tahu kalau dia adalah musuh perguruan kita? Pada saat kau turun gunung, dia telah mendatangi gunung Bu-tong dan menantang berduel, malah gurumu telah menderita kekalahan di tangannya. "Bu-si Tojin telah menceritakan kejadian ini kepadaku. Tapi aku ingin tahu yang dimaksud "omongan orang" itu orang yang mana? Anggota Bu-tong-pay mana yang begitu hebat beritanya hingga tahu kalau aku pernah berhubungan dengannya?" Lan Sui-leng termenung tanpa bicara, agaknya diapun sedang memikirkan satu persoalan yang sangat berat. "Eeei cici, tegur Lan Giok-keng, "kau jadi orang selalu terbuka dan bicara blak-blakan, kenapa sekarang nampak ragu untuk bicaraa? Apakah terhadap adik sendiri pun ada masalah yang tidak boleh disampaikan?" "Baik, kalau begitu aku beritahu. Ketika turun gunung mencari kau tempo hari, di tengah jalan aku telah bertemu Siau-susiok. "Siau-susiok yang mana?" Lan Giok-keng tertegun. "Siapa lagi kalau bukan Bouw It-yu yang menghantar Put-coat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

supek pulang ke gunung, kini ayahnya sudah menjadi Ciangbunjin kita, karena itu aku memanggilnya Siau-susiok. Aku sendiripun tidak tahu darimana dia bisa tahu kalau kau ada bersama Tonghong Liang, Cuma, kaupun tidak perlu mengusutnya lebih jauh. Biar masih muda, Lan Giok-keng pintarnya luar biasa, dia pandai melihat perubahan wajah orang, dari perubahan mimik muka cicinya dia segera tahu kalau ada suatu rahasia yang sulit diucapkan, maka katanya, "Dengan kedudukannya sekarang, dia memang seharusnya memberi peringatan kepadaku. Tapi kalian tidak usah kuatir, selewat hari ini, biarpun aku masih ingin berhubungan terus dengan Tonghong Liang pun, aku rasa dia pasti akan berusaha untuk menghindari aku. Membayangkan kembali keadaan Tonghong Liang sewaktu tergopoh gopoh meninggalkan tempat kejadian, tanpa terasa Lan Sui-leng menunduk sedih. "Cici, sekarang tiba giliranmu untuk bercerita, kata Lan Giokkeng. Lan Sui-leng tertawa getir. "Aku pun tidak tahu harus mulai berbicara dari mana!" "Kalau begitu berceritalah mulai kau turun gunung mencari aku. Lan Sui-leng berpikir sejenak, kemudian ujarnya sambil tertawa, "Sebenarnya terdapat tiga alasan, tapi salah satu alasan yang paling penting sekarang justru telah berubah jadi tidak penting. "Kenapa bisa begitu?" tanya Lan Giok-keng tercengang. "Aku rasa sekarang kaupun sudah tahu, ilmu pedang Thay-kekkiam-hoat yang diajarkan ayah angkat mu itu padahal sama sekali tidak berguna. "Oooh, rupanya kau hendak memberitahukan soal ini. Apakah Put-hui Suthay yang berhasil mengetahuinya?" "Betul. Aku justru takut bila kau masih belum mengetahuinya, bila sampai bertemu musuh tangguh dan kau gunakan ilmu pedang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ajaran ayah angkatmu, bukankah keadaanmu bakal celaka. Tapi sekarang kau berhasil melatih ilmu pedangmu jauh diatas kemampu-an ayah angkatmu. Tentu saja aku tidak perlu menguatirkannya lagi. Sejujurnya, bukan ilmu pedangmu yang kukuatirkan, aku justru lebih menguatirkan ayah angkatmu.... Lan Giok-keng merasa sangat gundah, katanya sembari menggelengkan kepalanya, "Semenjak lahir, Gihu nyaris selalu bersikap sangat baik kepadaku. Aku tidak tahu apa sebabnya dia tidak mengajarkan ilmu pedang yang murni, tapi aku tidak ingin menduga atau mencuriga dirinya. "Aku sendiripun tidak percaya kalau ayah angkatmu berniat mencelakaimu, tapi dalam peristiwa ini, jangan lagi aku, siapa pun tidak habis mengerti dibuatnya, kata Lan Sui-leng. Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali lanjutnya, "Tadi kau pernah bercerita, telah bertemu Si Lebah hijau Siang Ngo-nio ditengah jalan, berarti kau sudah dapat menduga bukan apa alasanku ke dua ingin cepat cepat menemukan dirimu. "Ingin beritahu kalau Si Lebah hijau Siang Ngo-nio bermaksud mencelakai aku?" "Hari kedua setelah kau turun gunung, siluman wanita itu telah datang menyatroni ke rumah kita, mengancam ayah, ingin merampas dirimu. Kemudian secara kebetulan aku pulang ditemani guru, karena itulah dia berhasil di usir lari.... Di hati kecilnya kembali Lan Giok-keng berpikir, "Siluman wanita ini berulang kali ingin aku memanggilnya ayah angkat, aku rasa masalahnya bukan sesederhana itu, tidak mungkin dia hanya berniat mencelakai aku. Tapi pikir punya pikir dia tetap merasa tidak habis mengerti, tanyanya kemudian, "Hwee-ko Thaysu, tahukah kau akan asal usul si Lebah hijau Siang Ngo-nio?" "Tentu saja aku tahu. Tapi, aku rasa lebih baik lagi bila kau tidak mengetahuinya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kenapa?" "Sebab dibelakangnya terdapat sebuah tulang punggung yang maha dahsyat, selain itu dia pun mempunyai hubungan khusus dengan banyak tokoh terkenal dalam dunia persilatan. "Ooh, kau kuatir aku akan mencari gara-gara dengannya?" "Bukan begitu. Aku rasa sejak saat ini dia tidak bakalan datang merecokimu lagi, selama dia tidak datang merecokimu, lebih baik kaupun tidak usah merecoki dirinya. Lan Giok-keng dapat merasakan kalau ucapan Hwee-ko Thaysu bermaksud lain, tampaknya tulang punggung di belakang Siang Ngo-nio justru hanya masalah kedua, sedang masalah utama yang harus diperhatikan adalah tokoh-tokoh terkenal persilatan yang punya hubungan khusus dengan perempuan itu. Satu ingatan segera melintas dalam benaknya, pikirnya, 'Mungkinkah ada tokoh Bu-tong-pay yang terlibat dalam kelompok yang dimaksud?' Berpikir sampai disitu, dia pun merasa kurang leluasa untuk bertanya lebih jauh. Dalam pada itu Lan Sui-leng telah berkata lagi, Tanpa harus kukatakan pun aku rasa kau pasti mengetahui alasanku yang ke tiga. Adik, ayah dan ibu paling menyayangimu, atas kepergianmu secara tiba tiba, mereka berdua merasa amat kuatir dan rindu. Banyak kecurigaan dan rasa bingung berkecamuk dalam benak mereka berdua. Adik, aku masih ingat suatu kali kau pernah menyinggung masalah isu santer yang beredar diluaran, aku minta kau berterus terang kepadaku, benarkah kepergianmu meninggalkan rumah kali ini ada sangkut pautnya dengan isu santer yang pernah beredar diluaran?" Yang dimaksudkan isu santer itu tidak lain adalah teka-teki seputar asal-usul Lan Giok-keng. Pertanyaan itu langsung menyentuh luka perih yang selama ini Lan Giok-keng sembunyikan dalam hati kecilnya, hingga sekarang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dia sendiripun masih melacak dan meraba dibalik kabut kegelapan, apakah harus dia katakan kepada cicinya? Setelah termenung sesaat, diapun berkata, "Aku turun gunung karena mendapat perintah dari Sucouw, cici, tolong sampaikan kepada ayah dan ibu, minta mereka jangan berpikir yang bukanbukan lagi. "Sucouw suruh kau melakukan apa?" timbul perasaan ingin tahu dihati kecil Lan Sui-leng, "ehmm, kalau boleh dikatakan, katakanlah, tapi kalau tidak boleh dikatakan, aku tidak memaksamu untuk menjawab. "Sucouw perintahkan aku untuk mencari seorang tokoh dunia persilatan yang sedang hidup mengasingkan diri, jadi tidak bakalan menghadapi ancaman bahaya apapun, hanya saja aku memang tidak tahu sampai kapan baru bisa pulang ke rumah. Pulanglah dan beritahu ayah dan ibu, minta mereka tidak usah kuatir. Aaah benar, cici, kau masih belum menceritakan kisah pengalamanmu, bukankah tadi kau datang bersama nona Seebun? Aku dengar dia pun sepertinya memang-gil Tonghong Liang sebagai Piauko, benar bukan? Bagaimana ceritanya sampai kau bisa jalan bersamanya?" "Selama beberapa bulan ini, akupun sudah mengalami banyak kejadian yang diluar dugaan, secara ringkas dia pun menceritakan semua pengalamannya kepada Lan Giok-keng. Selesai mendengar penuturan itu, dengan perasa-an terperanjat seru Lan Giok-keng, "Jadi ibunya Seebun Yan juga pandai ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat?" "Aku tidak tahu apakah ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang dipelajarinya bersumber dari Bu-tong-pay, tapi rasanya terdapat perbedaan yang sangat besar dengan ilmu pedang Thay-kek-kiamhoat yang kau pelajari. "Ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang kupelajari berasal dari hasil gubahan Bu-si Tojin, jadi tidak bisa dianggap ilmu pedang yang murni.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku sendiri meski belum pernah diajari ilmu pedang Thay-kekkiam-hoat dari guruku, tapi seringkali kulihat dia berlatih diri. Rasanya ilmu pedang guruku pun jauh berbeda dengan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang digunakan ibu angkatku. Eeei.... Melihat paras mukanya tiba-tiba berubah aneh, dengan nada tercengang Lan Giok-keng segera bertanya, "Cici, apa yang telah kau ingat? Kenapa tidak kau lanjutkan perkataanmu?" "Tiba-tiba saja aku teringat akan sesuatu, ada seseorang memiliki ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang mirip sekali dengan ilmu pedang yang dipelajari ibu angkatku. "Siapa?" "Bouw It-yu!" Lan Giok-keng tidak habis mengerti, dia tidak paham apa sebabnya gadis itu dibuat terperanjat oleh hasil penemuannya, baru saja akan ditanyakan kepada cicinya, suatu peristiwa diluar dugaan telah memotong niatnya itu. Saat itu mereka semua telah berjalan keluar dari Toan-hun-kok, tapi selagi masih menelusuri jalan perbukitan, tiba-tiba dari atas gunung terlihat ada sekelompok manusia sedang bergerak mendekat. Sebagai pemimpinnya adalah seorang siucay tua, begitu mendekat, orang itu segera menyapa sambil menggoyangkan kipas lipatnya, "Hwee-ko Thaysu, kita sudah berpisah selama tiga puluhan tahun lebih, kau orang tua tentu tidak menyangka bakal bertemu aku lagi bukan? Yang ini tentunya nona Lan bukan? Masih ingat denganku? Kita pernah bersua dalam Pek-hoa-kok yang didiami Seebun-hujin?" Ternyata orang ini tidak lain adalah Im-kian-siucay, Si Pelajar dari alam baka yang pernah dua kali mengunjungi lembah seratus bunga. Liok Ki-seng! "Sudah kuduga, cepat atau lambat pasti akan berjumpamu. Aku malah sedikit tercengang ketika di saat harus bertemu, ternyata aku
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak menjumpaimu, sahut Hwee-ko Thaysu. Berputar sepasang biji mata Liok Ki-seng, seakan sudah memahami maksudnya, dia pun berkata, "Ooh, berarti Han Siang pernah mengadu kepada Thaysu bahwa selama ini aku selalu menganiaya dan menekannya!" "Dia tidak pernah mengucapkan kata-kata jelek tentang dirimu, Cuma dia beritahu kepadaku kalau Toan-hun-kok nya selalu berada di bawah pengawasan-mu. "Oleh karena Tonghong Siauya disekam dalam Toan-hun-kok nya, terpaksa aku harus melakukan tindakan ini, Liok Ki-seng menerangkan. Maksud dari perkataan itu sangat jelas, andaikata mereka tidak kuatir akan mengancam keselamatan jiwa Tonghong Liang, sejak awal Toan-hun-kok telah mereka serbu. "Tonghong Liang sama sekali tidak pernah di sekap dalam Toanhun-kok, Hwee-ko Thaysu menjelaskan. "Kalau bukan disekap, mengapa dia mengendon hampir dua bulan lamanya di dalam Toan-hun-kok?" "Bukankah dia sudah keluar dari lembah? Masa tidak lewat ditempat ini? Kau tidak bertanya kepadanya?" "Sejak satu jam berselang dia sudah pergi melewati tempat ini, tapi dia berlarian sangat cepat, sama sekali tidak memperdulikan kami. "Kalau dia sendiripun enggan memberitahukan kepada kalian, berarti akupun tidak boleh mewakilinya memberi penjelasan. Tapi ada satu hal aku perlu memberitahukan kepada kalian, bila dua ekor harimau saling bertarung, salah satunya pasti akan terluka. Aku telah membujuki Han Siang agar tidak lagi merajalela dalam rimba hijau, karena itu bila kalian toh tidak mungkin dari musuh berubah jadi teman, paling tidak seharusnya air sungai tidak melanggar air sumur.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jika Han Siang tidak datang mengusik kami, tentu saja kamipun tidak akan banyak berulah. "Kalau memang begitu tunjukkan dulu niat baik kalian, sekarang bubarkan semua pos penjagaan yang ada di seputar sini. Kelihatannya Liok Ki-seng merasa sangat keberatan, namun setelah berpikir beberapa saat akhirnya dengan terpaksa dia menyanggupi. Saat itulah Lan Sui-leng baru berkesempatan untuk bertanya, "Apakah kalian melihat Seebun Yan?" "Nona Lan, aku memang hendak memberitahukan kepadamu. Nona besar memang lewat dari tempat ini, tapi dia meninggalkan pesan yang minta aku untuk menyampaikan kepadamu. Dia minta kami menghantarmu balik ke Pek-hoa-kok. "Bagaimana dengan dia sendiri?" "Kelihatannya dia sedang terburu-buru mengejar Tonghong Siauya, hanya pesan itu yang ditinggalkan. "Aku tidak berniat kembali ke Pek-hoa-kok. "Mana boleh begitu? Pesan yang telah disampaikan Toa-siocia tidak berani kami bangkang!" Lan Sui-leng jadi naik darah, teriaknya, "Aku bukan budaknya, bukan anak buahnya, jika kalian mau turuti perkataanya, itu urusan kalian. Apa hak kalian semua mau mengurusi diriku?" "Kami harap nona Lan mau memaklumi kesulitan kami sebagai orang bawahan, desak Liok Ki-seng. "Liok sianseng!" Lan Giok-keng menegur ketus, "jadi gara-gara ingin berebut posisi Liok-lim Bengcu dengan Han Siang, kau tidak malu merendahkan dirimu sendiri?" "Ayah Seebun siocia memang majikan lama kami, apa yang kulakukan sekarang pun hanya untuk menghormati majikan lama kami, jadi tidak bisa dibilang merendahkan derajat sendiri. Saudara
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cilik, kau tidak mengerti peraturan dunia persilatan.... "Mungkin saja aku tidak mengerti peraturan yang berlaku dalam dunia persilatan, tapi aku tahu, tidak seorangpun di dunia ini yang boleh memaksa orang lain untuk melakukan perbuatan yang tidak dia inginkan. Kami kakak beradik mempunyai rumah sendiri, sekarang ciciku ingin pulang ke rumah sendiri, jadi tidak seorangpun di dunia ini yang boleh menghalangi niatnya!" Sambil berkata dia mengayunkan tangannya, gerakan tangan yang digunakan pun tanpa disadari merupakan sebuah jurus pedang, seketika itu juga sebatang pohon besar yang tumbuh di hadapannya telah tersambar patah batangnya hingga roboh ke tanah. Dengan perasaan terperanjat Liok Ki-seng berkata, "Aku tidak berani memaksa nona Lan untuk kembali ke Pek-hoa-kok, tapi kami berharap nona Lan mengijinkan kepada kami untuk mengutus orang menghantarmu sampai ke rumah. "Aku bisa berjalan sendiri, tukas Lan Sui-leng. "Jadi nona akan pulang ke rumah bersama adikmu?" Lan Sui-leng menggeleng. "Tidak!" "Nona Lan, aku tahu kungfu yang kau miliki sangat tangguh, tapi sebagai seorang gadis remaja, rasanya tidak leluasa bukan bila harus melakukan perjalanan seorang diri. Disini kami telah siapkan sebuah kereta kuda, akan kusuruh orang menggunakan kereta untuk menghantarmu pulang, dengan begitu sepanjang perjalanan pun ada orang yang melayani kebutuhanmu. "Aku bukan seorang nona orang kaya atau gadis anak hartawan, tidak perlu orang untuk melayani kebutuhanku. "Maaf, rupanya aku belum menerangkan lebih jelas lagi. Yang kuberikan untuk melayani kebutuhanmu bukanlah anak buah biasa.
http://cerita-silat.co.cc/

memandang

adiknya

sekejap,

kemudian

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Aku pun mempunyai anak buah wanita, akan kusiapkan seorang taubak perem-puan yang kaya pengalaman dunia persilatan untuk menghantarmu pulang. Kemudian sambil tertawa lanjutnya, "Nona Lan, kau adalah anak angkat ibu majikan kami, sesungguhnya sudah terhitung setengah majikan kami. Hanya saja, bila kau tetap enggan dianggap majikan, tidak ada salahnya kau anggap dia sebagai petunjuk jalan saja. Melihat ketulusan hati orang itu, Lan Sui-leng pun berpikir, 'Apa yang dia katakan memang merupakan kenyataan, aku sama sekali tidak punya pengalaman dalam dunia Kangouw, kalau bukan Seebun Yan yang selama ini menemani perjalananku, entah berapa banyak lelucon lagi yang sudah kualami selama ini. Berpikir begitu diapun menjawab, "Terima kasih banyak atas maksud baik Toucu, hanya saja aku tidak berani menerima bila secara khusus kau harus mengutus pentolan dari markas kalian. "Semua pos penjagaan yang kuatur untuk mengawasi Toan-hunkok segera akan kububarkan. Hong-hiocu yang kumaksud berasal dari wilayah Ouwpak, rencananya dia sendiripun ingin pulang kampung, jadi aku dapat menyuruhnya sekalian menghantarmu pulang ke gunung Bu-tong!" Sesungguhnya Lan Giok-keng sendiripun merasa rada kuatir dengan nasib cicinya yang tidak begitu paham dunia Kangouw, sebab dia tahu mustahil bagi dirinya untuk menghantar pulang cicinya itu, pikirnya kemudian, 'Orang she Liok ini sudah mengetahui hubungan-ku dengan Hwee-ko Thaysu, kalau dibilang dia bukan melihat diatas wajah Seebun-hujin, rasanya diapun tidak bakal berani membohongi ciriku' Berpikir sampai disitu diapun menyahut, "Bila Liok-tuocu memang berniat baik, baiklah, kami akan menuruti permintaanmu. "Aaaah, ternyata Lan Siauhiap memang lebih bijaksana, puji Liok Ki-seng. Segera dia perintahkan orang untuk memanggil Honghiocu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Menggunakan kesempatan ini, Lan Giok-keng segera mengajak cici nya untuk berbicara. "Ciri, tolong sampaikan kepada ayah dan ibu, katakan apa pun yang bakal terjadi dikemudian hari, kau masih tetap adalah ciriku yang tersayang. Dari nada pembicaraan itu dia seolah hendak memberi kisikan kepada cicinya kalau kepergiannya kali ini adalah untuk menyelidiki rahasia asal usulnya. Sepasang mata Lan Sui-leng segera berubah jadi merah, sambil menahan lelehan air matanya dia mengangguk. "Pergilah dengan perasaan lega. Persoalan yang paling membuatku sedih adalah tidak bisa ikut menghantar kepergian Sucouw, aku dengar waktu upacara penguburan telah dirubah, benarkah begitu?" "Benar, seharusnya sudah ditetapkan pada hari pehcun, tapi ketika masih di Pek-hoa-kok, aku dengar waktunya telah dirubah jadi pertengahan bulan tujuh. "Sucouw minta aku pergi mencari seorang tokoh persilatan yang sudah lama hidup mengasingkan diri, Hwee-ko Thaysu tahu kalau saat ini dia berada di wilayah Liauw-tong. Semisal aku sedang mujur, setibanya di wilayah Liauw-tong aku dapat segera menemukannya hingga masih ada waktu bagiku untuk kembali ke gunung dan mengikuti upacara penguburan Sucouw, tapi semisal kurang beruntung, sulitlah aku untuk bicara. "Asal kau tidak menyia-nyiakan pengharapan Sucouw, lakukanlah apa yang harus dilakukan. Adikku, sewaktu turun gunung, apakah pikiranmu dipenuhi pelbagai kecurigaan dan teka teki?" Lan Giok-keng manggut-manggut. "Aku rasa, kau pun sama seperti aku bukan?" "Adikku, kau jauh lebih cerdas dan tahu urusan ketimbang diriku, tapi akupun mempunyai pemikiran yang bodoh, menurutku, lebih
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

baik cari tahulah terlebih dulu semua kecurigaan dan teka-teki itu hingga jelas sebelum kembali ke rumah. "Cici, aku memahami maksudmu, sekembali ke gunung Bu-tong nanti, bila menjumpai persoalan yang menurutmu susah dihadapi atau sukar dipecahkan, pergilah mencari Bu-si Tianglo untuk mendiskusinya. Dia baik orangnya, jauh lebih baik daripada Bu-liang Totiang. "Aku tahu. Ketika berbicara sampai disitu, terlihat sebuah kereta kuda bergerak mendekat dari jalan perbukitan, tidak lama kemudian telah berhenti di hadapan mereka. Dari atas kereta melompat turun seorang perempuan setengah baya. Liok Ki-seng segera berkata, "Dia adalah Hong-hiocu, usianya sudah cukup dewasa, cara kerja pun cekatan dan hebat. Saudara saudara kami semua memanggilnya Hong Toaci. Hong Toaci, kuserahkan nona Lan kepadamu!" Lan Sui-leng segera maju menghampiri sambil memanggil "Hong Toaci", kontan saja perempuan paruh baya itu berseri-seri saking girangnya, buru-buru sahutnya, "Siaumoy-cu, kau memang hebat dan cantik, dengar-dengar kau adalah putri angkat Seebun-hujin, sungguh suatu keberuntungan bagiku dapat melayani seorang nona macam kau. Aku bernama Si-hu, kau panggil saja namaku. "Hong Toaci, kata Liok Ki-seng pula, "aku hampir saja sudah melupakan nama gadismu. "Tidak berani, Lan Sui-leng merendah, "Hong Toaci, aku boleh dibilang tidak tahu urusan apa-apa, selanjutnya mohon petunjuk darimu. Orang yang bertindak sebagai kusir kereta adalah seorang lelaki gemuk pendek, sambil tertawa Si-hu segera berkata, "Nona Lan, tidak perlu sungkan-sungkan. Aku ingin menguji ketajaman matamu, coba kau lihat dia adalah seorang lelaki atau seorang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

wanita?" Wajah maupun suara orang itu mirip sekali dengan seorang pria, tapi dari nada pembicaraan Hong toaci, Lan Sui-leng sudah tahu kalau dia adalah wanita yang menyamar menjadi pria, sahutnya sambil tertawa, "Belum pernah kujumpai perempuan menyaru sebagai pria yang begitu mirip dan persis. "Suaminya berasal dari keluarga Peng, saudara semua biasanya memanggil dia Peng-toaso, Hong-sihu menjelaskan, "tapi harap diingat, bila sedang berada di depan orang banyak, kau harus memanggilnya Peng Toa-siok. "Harap nona jangan mentertawakan, ujar sang kusir, "sejak lahir tampangku memang sudah begini, tanpa menyamar pun orang sudah menyangka aku adalah seorang lelaki bertampang jelek. "Justru karena itulah Liok Toucu sangat menghargai kemampuanmu dan memilih kau yang melaksana kan tugas ini, sambung Hong-sihu sambil tertawa. Kusir kereta itu tertawa, dengan suara parau serunya, "Silahkan nona naik ke dalam kereta!" Suaranya keras bagaikan gembrengan rusak, membuat Lan Suileng tersentak kaget. Baru saja gadis itu berpaling hendak berpamitan kepada Hwee-ko Thaysu, tiba-tiba terlihat pendeta itu berjongkok sambil mengambil segumpal tanah liat. Dengan perasaan keheranan dan ingin tahu Lan Sui-leng berjalan menghampirinya. "Hey Hwee-ko Thaysu, apa yang sedang kau lakukan?" tegurnya, "aku hendak pamitan denganmu. "Tunggu sebentar!" seru Hwee-ko Thaysu, setelah membuat sebuah patung manusia dari tanah liat, katanya lebih lanjut, "tentunya kau kenal bukan dengan tosu bisu tuli yang selama ini melayani kebutuhan Bu-siang Cinjin?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dia bisu lagi tuli, aku tidak bisa dibilang kenal baik dengannya, setiap kali berjumpa paling hanya menganggukkan kepala saja. "Kalau begitu serahkan patung tanah liat ini kepadanya. Bila dikemudian hari kau menjumpai masalah, mintalah bantuan darinya. Lan Sui-leng jadi tercengang, ujarnya keheranan, "Konon Totiang bisu tuli itu sudah puluhan tahun datang ke gunung Bu-tong, selama ini belum pernah ada orang yang datang mencarinya, jadi kau adalah sobat lamanya?" "Aku rasa boleh dibilang begitu, sahut Hwee-ko Thaysu hambar, "hanya kau saja yang boleh tahu, jangan sekali-kali beritahu kepada orang lain. Lan Sui-leng memperhatikan sekejap patung manusia itu, patung itu mirip sekali dengan wajah seorang pria muda, bahkan raut mukanya lamat-lamat seperti pernah dikenalnya, pikirnya keheranan, 'Hadiah ini sungguh aneh.... ' Tapi dia tahu Hwee-ko Thaysu pasti punya maksud lain dengan pemberiannya itu, karena merasa kurang leluasa untuk bertanya lebih jauh maka diapun menyimpannya ke dalam saku. "Ciri, kau harus baik-baik jaga diri, kata Lan Giok-keng kemudian. "Tidak usah kuatir, sela Hong-sihu sambil tertawa, "kemampuan lain mungkin aku tidak punya, tapi selama melakukan perjalanan di dunia Kangouw, belum sekalipun pernah terjadi peristiwa diluar dugaan. Selama aku yang menghantar pulang cicimu, tanggung tidak bakalan dia kehilangan sekerat rambut pun. Peng-toaso pun membentak nyaring, sambil mengayunkan pecutnya dia jalankan kereta kuda itu meninggalkan tempat tersebut. Ooo)*(ooO
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

BAB XII Bertemu musuh ditengah jalan Timbul curiga melihat bayangan di telaga beku. Setelah berjalan selama beberapa hari, Lan Sui-leng merasakan kalau udara makin lama semakin dingin, padahal dari Toan-hun-kok menuju gunung Bu-tong seharusnya dari arah utara menuju selatan, sedang saat itu adalah peralihan musim semi ke musim panas, sepatutnya bila suhu udara makin hari makin bertambah hangat. Hari itu kereta mereka berjalan di tengah sebuah tanah datar yang sangat luas, Lan Sui-leng merasa makin dipikir keadaan semakin tidak beres, sementara dia masih ragu dan penuh kesangsian tiba tiba terlihat ada dua orang penunggang kuda berjalan melalui samping keretanya. Usia kedua orang itu tidak terlalu tua, lebih kurang berusia dua puluh tahunan, salah seorang diantaranya berdandan sebagai seorang pelajar. Kelihatannya keadaan hati orang berdandan sastrawan itu sedang sangat gembira, sepanjang perjalanan dia seringkali bergurau, hanya saja Lan Sui-leng tidak terlalu menaruh perhatian apa saja yang sedang mereka bicarakan. Pada saat itulah terdengar sastrawan itu bersenandung dari atas pelana kudanya, "Beraneka ragam tumbuhan obat menghiasi halaman depan, bunga teratai tampak suci di atas kolam, hanya bunga Botan indah menawan, di saat mekar menggetarkan kotaraja. Kemudian ujarnya, "Besok kita sudah akan tiba di kota Lokyang, tampaknya kedatangan kita saat ini tepat saat bunga Botan di kebun Kim-kok-wan sedang mekar. Rekannya segera menyahut sambil tertawa, "Keindahan bunga
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Botan di kota Lokyang memang tiada keduanya di kolong langit, justru karena aku tahu kalau kau sangat menggemari bunga Botan, maka sengaja mengundangmu untuk berkunjung ke sana. Hanya saja aku merasa tujuan kedatanganmu kali ini bukan Cuma ingin menikmati keindahan bunga di kebun, tapi sudah tertarik oleh kecantikan si bunga botan hitam yang sudah tersohor di kolong langit?" Kedua ekor kuda itu berlari sangat cepat, hanya terdengar sastrawan itu berseru, "Dasar omonganmu tidak benar.... Kata selanjutnya tidak sempat lagi terdengar jelas. Lokyang merupakan ibu kota di masa lampau, ketika jaman dinasti Ciu, kota itu disebut Tong-tok, kemudian pada jaman Cankok baru berubah menjadi Lokyang. Sejak dinasti Ciu takluk, dinasti Han, Gui, Cing, Sui, Tong, Liang, Tong akhir dan Song utara hampir semuanya pernah menggunakan kota itu sebagai kotaraja. Lan Sui-leng tidak tahu manusia macam apakah si Bunga botan hitam itu, namun dia tahu dengan jelas kota Lokyang berada dimana. Ternyata setelah menempuh perjalanan selama empat, lima hari, mereka telah memasuki wilayah Holam. Itu berarti mereka hanya bergeser dari wilayah tenggara menuju ke arah barat laut. Dalam kagetnya Lan Sui-leng segera menghardik, "Hentikan kereta!" Peng-toaso seolah tidak mendengar, kereta kuda dilarikan makin cepat. "Adikku, Hong-sihu berbisik sambil menekan bahu Lan Sui-leng, "tidak usah gelisah, berbicaralah secara baik-baik. "Mengapa kalian membohongiku? Tidak!" "Masih mengatakan tidak? Bukankah kalian berjanji akan menghantarku balik ke Bu-tong? Mengapa kalian ingkarjanji?" "Bukan kami sedang membohongimu, Seebun siocia yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

meminta kau untuk kembali ke lembah Pek-hoa-kok!" Tidak terlukiskan rasa gusar Lan Sui-leng, serunya sambil melotot besar, "Bukankah sejak awal sudah kukatakan, aku tidak akan kembali ke lembah Pek-hoa-kok! Kokcu menyuruh kalian menghantarku kembali ke gunung Bu-tong, bukankah kau pun telah menyatakan kesanggupan. Hong-sihu tertawa. "Nona Seebun adalah majikan muda kami, sedang Kokcu tidak lebih hanya pemimpin kelompok kami. Perintah majikan tentu lebih berbobot daripada perintah pemimpin kelompok, oleh karena itu terpaksa kami hanya mengikuti perintah nona Seebun. "Kurangajar!" umpat Lan Sui-leng gusar, "cepat hentikan kereta dan bebaskan aku!" Peng-toaso dipaksa untuk menghentikan keretanya, hanya saja bukan Lan Sui-leng yang memaksanya untuk berhenti. Yang memaksanya mau tidak mau harus menghentikan larinya kereta adalah lima orang penunggang kuda yang datang dari depannya, salah seorang diantara ke lima penunggang itu, seseorang yang mengerudungi wajahnya dengan kain hitam menghadang jalan lewatnya (Gb 12). Sambil melompat turun dari kereta Peng-toaso maju menghampiri orang itu, tegurnya dengan suara yang nyaring bagaikan gembrengan bobrok, "Kalian adalah sobat-sobat dari aliran mana?" Lelaki yang menjadi pemimpin itu tertawa. "Dasar manusia aneh yang laki bukan perempuan pun bukan, siapa kesudian bersahabat denganmu?" ejeknya. Ternyata dia sudah mengetahui asal-usul dari Peng-toaso. "Dasar bajingan cilik tidak punya mata!" bentak Peng-toaso semakin gusar, "tahukah kalian siapa kami?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Perduli amat siapa kalian, yang jelas kami akan borong semuanya!" Istilah 'borong' adalah istilah rahasia yang berlaku di kalangan hekto, maksudnya mereka menghendaki orangnya juga menghendaki harta kekayaannya. Penyamun yang berada di sampingnya segera menyela sambil tertawa, "Toako, perkataanmu sedikit kurang benar. "Bagian mana yang tidak benar?" "Perempuan genit yang ada di dalam kereta mah masih mencocoki seleraku, sedang si jelek ini.... hahahaha.... biar kau hadiahkan kepadaku pun belum tentu aku mau!" Biarpun Peng-toaso menyamar sebagai seorang kusir kereta, dalam kalangan hek-to dia merupakan seorang tokoh yang cukup berbobot, selama ini dia sudah terbiasa malang melintang menuruti suara hati sendiri. Pepatah kuno mengatakan: merusak mulut orang pantang merusak mulut cawan. Orang itu telah menggunakan kejelekan wajahnya sebagai bahan olok olokan, sudah pasti Peng-toaso tidak sanggup menahan emosinya lagi. "Bocah keparat!" umpatnya, "kulihat kau sudah bosan hidup!" Sambil mengayunkan tunggangan orang itu. cambuk kudanya dia hajar kuda

Cambuk kuda itu merupakan cambuk rotan ular yang terbuat dari serat besi baja, dibalik kelembutannya terkandung ketajaman yang luar biasa, bahkan bentuknya jauh lebih panjang daripada cambuk biasa. Begitu cambuk itu menghajar kaki depan kuda tunggangan itu, kontan saja sang kuda meringkik panjang sambil mengangkat tinggi kedua kaki depannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sambil tertawa terbahak bahak kembali orang itu mengejek, "Ngaco belo tidak karuan, hey manusia jelek, rupanya kau sudah edan karena mikirin lelaki!" Walaupun masih sempat mengejek, namun mau tidak mau dia harus melompat turun juga dari punggung kudanya. Dengan jurus Hui-hong-sau-liu (pusingan angin menyapu pohon Liu) Peng-toaso segera membelit pinggang orang itu sambil menghardik, "Aku menginginkan nyawamu!" Buru-buru orang itu mengayunkan goloknya untuk menahan lilitan cambuk rotan ular. "Buat apa saling menarik saling membetot, memang kau sangka kalau ingin mendapatkannya lantas kau segera memperolehnya?" seru orangitu sambil tertawa. "Lepaskan golokmu!" dengan tenaganya yang besar dan kuat Peng-toaso membentak nyaring. Siapa tahu biarpun orang itu berbadan kurus kecil, namun sepasang kakinya seolah terpantek mati diatas tanah, Peng-toaso sama sekali tidak mampu menggoyahkan tubuhnya. Dengan perasaan terkesiap Peng-toaso berpikir, "Ternyata tenaga dalam yang dimiliki bangsat ini masih jauh lebih tangguh ketimbang aku!" Cepat cambuk ularnya disentak ke belakang kemudian dengan jurus Hui-hong-sau-liu, lagi-lagi dia babat tubuh bagian bawah orang itu. "Lepaskan cambukmu!" tiba-tiba orang itu membentak keras. Goloknya secepat kilat membabat cambuk ular yang sedang menyambar tiba. Dalam keadaan begini, seandainya Peng-toaso tidak melepaskan cambuknya, niscaya jari tangannya akan terpapas kutung. Peng-toaso cukup telengas, sambil melepaskan cambuknya dengan dua jari tangannya dia tusuk sepasang mata orang itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata dia mempertaruhkan tubuhnya terkena bacokan dengan niat membuat buta orang itu lebih dahulu. "Nenek jelek, buas amat kau!" bentak orang itu, sambil membuang goloknya dia tangkis tusukan lawan dengan telapak kanannya melintang ke atas. "Kraakkkk!" dua jari tangan Peng-toaso seketika terhajar hingga patah tulangnya. Dalam keadaan begini, Peng-toaso sama sekali tidak mengeluh kesakitan ataupun mengernyitkan alis matanya, telapak tangan kiri segera di bacokkan ke ubun ubun lawan. Sambil tertawa dingin orang itu mengejek, "Hanya kerbau gila yang mengandalkan tenaga. Telapak tanganya segera disodok ke depan, seketika itu juga Peng-toaso roboh terjengkang ke tanah sambil muntahkan darah segar. Perlu diketahui, biarpun Peng-toaso memiliki tenaga alam yang luar biasa, dia masih kalah jauh bila dibandingkan dengan orang yang pernah berlatih tenaga dalam, ketika orang itu meminjam tenaganya untuk kemudian mengirim balik pukulan itu ke arahnya, seketika itu juga Peng-toaso terhajar telak hingga menderita luka parah. Belum puas dengan tindakannya, sambil mendengus kembali orang itu berseru, "Perempuan busuk, kau ingin membuat cacat mataku? Hmmm, baik, akan kusuruh kau rasakan dulu bagaimana rasanya bila kehilangan kedua mata!" Diambilnya kembali golok dari atas tanah kemudian siap ditusukkan ke arah mata Peng-toaso. Pada saat itulah buru-buru Hong-sihu berteriak keras, "Tunggu sebentar!" Sambil melompat turun dari kereta, dia maju menghampiri sambil ujarnya lagi, "Air bah menenggelamkan kuil raja naga, jangan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sampai merusak hubungan dari orang kalangan sendiri!" "Kalangan sendiri? Kau punya hubungan gelap dengan anggota kami yang mana?" ejek orang itu sambil tertawa dingin. Sambil menahan gejolak emosinya ujar Hong-sihu, "Harap toako jangan menggoda, tentunya kalian pernah mendengar nama Liok Kiseng, Liok-tuocu kami bukan? Aku adalah salah seorang hiocu di bawah pimpinan Liok-tuocu. Lelaki yang menjadi pemimpin rombongan itu segera tampil ke depan dan tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... nama besar Liok Ki-seng tidak bakalan membuat kami ketakutan. Betul, kamipun tahu kalau dia adalah tokoh yang ingin merajai rimba persilatan, tapi sayang kemampuannya tidak becus, untuk menghadapi Han Siang yang sudah terkurung dalam Toan-hun-kok saja tidak mampu, huuh, kalau sekarang mah sang harimau sudah berubah jadi seekor kucing penyakitan. Hong-sihu terkesiap, pikirnya, 'Cepat amat kabar berita yang diketahui orang orang ini' Cepat dia berseru, "Aku rasa kalian hanya tahu satu tidak tahu keduanya....?" Tidak menunggu dia menyesalkan perkataannya, pentolan bandit itu telah menukas sambil tertawa, "Aku tidak ambil perduli satu atau dua, aku hanya tahu Liok-tuocu kalian itu kini sudah menjadi Buddha tanah liat yang menyeberangi sungai, melindungi diri sendiripun sudah tidak mampu. Hanya saja, bila kau telah menjadi anggota kami, mungkin urusan masih bisa dirundingkan lagi. Seorang rekannya segera menimpali, "Kami adalah lima orang saudara angkat, empat orang telah beristri dan tinggal seorang yang belum berkeluarga. Hong-hiocu, aku dengar suamimu sudah mati. Kami orang persilatan mah tidak pernah pantang memperistri janda, asal kau bersedia menjadi enso angkat kami, itu berarti kita semua sudah menjadi orang sendiri. Selesai bicara kembali dia tertawa terbahak-bahak. Hong-sihu mana tahan menghadapi ejekan dan penghinaan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

semacam itu, kontan dia tertawa dingin. "Hmmm, aku hanya ingin menyapa kalian menu-rut aturan yang berlaku di kalangan hitam. Memang kau sangka aku mudah dipermainkan dengan begitu saja?" "Aku toh bermaksud baik dengan mencarikan jodoh untukmu, siapa bilang sedang mempermainkan?" jengek orang itu sambil tertawa. "Dasar lelaki busuk, mulut anjing memang tidak bakalan tumbuh gading!" bentak Hong-sihu, "aku tidak bakalan takut meskipun kalian akan mengandalkan jumlah banyak, ayoh maju saja bersamasama!" Pentolan bandit itu mendengus, ujarnya dingin, "Kau sangka kami sedang bergurau? Saudara Suma, ayoh tampil ke depan!" Begitu mendengar kata "Suma", Hong-sihu tampak melengak. Terlihat manusia berkerudung itu sudah melepaskan kain kerudungnya dan melangkah maju ke hadapannya. "Hong Toa-siocia, masih mengenali aku?" sambil memandang dengan mata jalang lelaki itu menegur. Sementara itu Lan Sui-leng masih mendongkol karena Hong-sihu telah membohonginya, dia berniat berpangku tangan saja membiarkan sesama kalangan Hek-to itu saling menggempur. Namun dari atas kereta dia dapat melihat suasana di tengah arena dengan sangat jelas, begitu melihat lelaki itu melepaskan kain kerudung hitamnya, hampir saja dia menjerit keras saking kagetnya. Ternyata paras muka orang itu dipenuhi bekas luka yang sangat rapat, lukanya seperti rel kereta api saja, malang melintang tidak beraturan, selama hidup belum pernah Lan Sui-leng saksikan paras muka manusia seburuk dan seseram ini. "Suma Cau, Hong-sihu segera menegur ketus, "ternyata kau belum mampus, hmmm! Tidak nyana masih punya muka untuk tampil kembali di hadapan-ku!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begal yang tadi menjadi mak comblang itu segera gelengkan kepalanya berulang kali seraya berkata, "Biarpun saudara Suma tahu kalau kau telah kawin dengan orang, tapi dia masih menggunakan panggilan lama untuk menyebutmu sebagai Toasiocia, ini menunjukkan kalau cintanya kepadamu tidak pernah terlupakan, tapi balasannya, kau malah mengumpatnya, mengutuknya, aaai.... dasar perempuan busuk yang tidak punya perasaan!" "Hong-sihu, kata lelaki jelek itu, "ketika aku meminangmu dulu, seandainya kau menampik pun tidak menjadi masalah, kenapa kau melukai aku hingga berubah jadi begini rupa? Hmmm, apa yang kuderita sekarang merupakan hasil pemberianmu, biar tidak punya muka pun aku tetap akan menjumpaimu!" Kalau dilihat tidak punya muka, lelaki itu benar benar tidak punya kulit muka, karena kulit mukanya sudah tidak utuh lagi. Sikap Hong-sihu masih tetap tenang seolah tidak terjadi apapun, katanya angkuh, "Huuh, manusia macam kaupun ingin meminang aku? Masih untung kalau tempo hari aku tidak sampai menghabisi nyawamu, sekarang apa yang kau inginkan?" Dengan satu gerakan cepat Suma Cau meloloskan pedangnya dari sarung, katanya dingin, "Tidak ingin berbuat apa-apa, aku hanya ingin membuat wajahmu mirip dengan apa yang kuderita! Hhehehe.... dulu, kau telah menghadiahkan enam belas buah bekas bacokan diwajahku, sekarangpun aku ingin meninggalkan enam belas bacokan luka di wajahmu, modal balik modal, tidak usah bayar bunganya!" Sudah banyak tahun dia memendam rasa benci dan dendam, hawa amarah, kebencian dan dendam kesumat yang terpancar dari wajah lelaki jelek itu membuat Hong-sihu bergidik tanpa sadar, bulu kuduknya pada berdiri, dia tidak berani saling bertatap muka dengan lawan. Tampak kulit muka yang penuh codet itu mengejang berulang kali, membuat tampangnya terlihat makin menakutkan dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menggidikkan, sementara pedang yang berada genggamannya berkilauan bagai lidah ular berbisa.

dalam

Hong-sihu berusaha keras menenangkan gejolak hatinya, sambil mundur dua langkah bentaknya, "Tunggu sebentar!" "Perempuan bajingan, apa lagi yang hendak kau sampaikan?" teriak Suma Cau. Lelaki yang berhasil membuat Peng-toaso terluka parah tadi segera ikut menimbrung, "Suma-heng, jangan kelewat awal mengumpatnya, siapa tahu dia bersedia menjadi binimu. Kalau sekarang kau mengumpatnya sebagai perempuan bajingan, bukankah dirimu sendiri pun jadi ikut termaki?" "Hmm! Biar dia berlutut dan menyembah, aku pun tidak bakalan aku akan menikahinya!" sumpah Suma Cau penuh kebencian. Habis sudah kesabaran Hong-sihu, tiba-tiba serunya dengan nada melengking, "Sedikit banyak Liong-bun-pang masih punya nama dalam kalangan hitam, aku tidak ingin menganggap kalian sebagai manusia tengik kelas tiga. Siapakah Liong-pangcu? Silahkan tampil untuk berbicara!" Darimana perempuan ini bisa mengetahui asal usul kelompok manusia itu? Ternyata sewaktu dia berhasil melukai Suma Cau waktu itu, walaupun kejadian mana tidak sampai tersimpan dalam hatinya, namun ada orang yang pernah menyampaikan kabar mengenai Suma Cau. Dia mendapat tahu kalau semenjak tiga tahun berselang Suma Cau telah bergabung dengan perkumpulan Liong-bun-pang. Oleh karena itulah setelah berhasil mengenali identitas Suma Cau, otomatis asal usul ke empat orang rekannya diketahui pula dengan sangat jelas. Dalam perkumpulan Liong-bun-pang terdapat seorang pangcu dan tiga orang hiocu, mereka berempat mengikat diri sebagai saudara dengan julukan Liong-bun-su-pa (empat manusia bengis dari pintu naga).
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketuanya bernama Liong Pa-thian, sementara ke tiga orang hiocu nya adalah In Thian-tek, The Thian-hau danLi Bun-kiat. Semenjak Suma Cau menggabungkan diri, julukan mereka pun berubah menjadi Liong-bun-ngo-pa (lima manusia bengis dari pintu naga). Pentolan bandit itu segera menyahut sambil tampil ke depan, katanya memperkenalkan diri, "Akulah Liong Pa-thian, apakah Hong-hiocu ada petunjuk?" Berhubung Hong-sihu telah membongkar rahasia asal-usulnya, mau tidak mau Liong Pa-thian harus bersikap lebih sopan dan hormat terhadap lawannya. "Baik buruk kita berasal dari aliran yang sama, ujar Hong-sihu, "menurut aturan kalangan hitam, aku perlu bertanya dulu kepada Liong pangcu, kedatangan-mu kali ini dikarenakan masalah dinas ataukah karena urusan pribadi?" "Bagaimana kalau urusan dinas? Bagaimana pula kalau urusan pribadi?" "Bila kehadiran kalian dikarenakan menerima permintaan dari Han Siang untuk menghadapi diriku, ini berarti yang kita bicaralah adalah urusan dinas, jadi kitapun tidak perlu bertindak mengikuti peraturan. Liong Pa-thian tidak mengakui pun tidak menyangkal, tanyanya lebih jauh, "Coba terangkan lagi, bagaimana jika lantaran urusan pribadi?" "Bila dikarenakan urusan pribadi, ini berarti urusan hari ini adalah masalah pribadiku dengan salah seorang hiocu dari perkumpulan kalian. Jadi peraturan mana yang harus dilaksanakan, aku rasa tidak perlu dijelaskan pun Liong pangcu tentu lebih jelas ketimbang aku. Tapi, bila kalian tetap tidak mau mengikuti peraturan dunia persilatan pun tidak menjadi masalah, paling banter aku Hong-sihu harus mengorbankan selembar nyawaku, kalian boleh maju bersama-sama!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendengar ucapan itu, Liong Pa-thian segera tertawa terbahakbahak. "Hahahaha.... terus terang saja kukatakan, aku memang merasa tidak senang melihat ulah Liok Ki-seng si bocah keparat itu, tapi tidak bakalan sampai kubekuk seorang hiocu nya hanya dikarenakan ingin memberi hadiah untuk Toan-hun Kokcu. "Itu berarti urusan hari ini adalah masalah pribadi?" sela Hongsihu sambil menghembuskan napas lega. "Lagi-lagi kau keliru besar, urusan kali ini adalah urusan dinas dan urusan pribadi, tapi bukan urusan dinas dan urusan pribadi seperti apa yang kau maksudkan. "Apa maksud ucapanmu itu?" "Aku tidak perlu memberi hadiah untuk Han Siang, tapi anak buah Liok Ki-seng yang bertemu aku, kecuali dia bersedia menyerah kepada kelompokku, kalau tidak aku tidak bakalan melepaskan dia dalam keadaan hidup. Bila mau menyerah, berarti dia harus mentaati semua perkataan dan perintahku!" "Bagus! Kalau begitu silahkan Liong pangcu turun tangan!" "Kenapa musti terburu napsu? Aku toh belum selesai berbicara. Betul, persoalan ini adalah urusan pribadi saudara Suma, namun tidak bisa dikatakan kalau seratus persen adalah urusan pribadinya, jangan lupa, dia bukanlah seorang anggota biasa dalam perkumpulan Liong-bun-pang, dia adalah saudara angkat kami. "Bagus sekali!" seru Hong-sihu semakin gusar, "kalau memang Liong-bun-pang kalian tidak kuatir ditertawakan orang, silahkan maju bersama sama!" "Lagi-lagi kau keliru besar, aku tidak ingin membunuhmu, hanya berharap keinginan saudara Suma dapat terkabulkan. Jangan kau anggap saat ini mulutnya ketus, jika rasa mendongkolnya sudah terlampiaskan, semisal kau memohon lagi kepadanya, kujamin dia pasti akan langsung mengawini dirimu. Tapi jika kau tidak menurut, terpaksa Toako yang menjadi mak comblang itu akan menggunakan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cara tirani untuk memaksakan kehendaknya!" Kontan saja Hong-sihu mengernyitkan alis matanya rapat rapat, bentaknya, "Aku menghormati dirimu sebagai ketua satu perkumpulan, karenanya mengajak kau untuk membicarakan peraturan dunia persilatan. Siapa sangka kalian semua sama-sama satu kwalitas, sampah busuk, hmmm! Biar aku hanya seorang wanita, aku lebih rela kehilangan nyawa daripada harus takluk kepada kalian semua! Sudah, tidak usah banyak mulut lagi, ayoh maju saja bersama-sama!" Sebetulnya Lan Sui-leng benci sekali dengan perempuan ini, tapi sehabis mendengar perkataannya itu, tanpa terasa timbul juga rasa hormatnya, dia berpikir, 'Meskipun sepak terjangnya telengas dan kejam, namun ucapannya yang gagah perkasa, pantang takut, pantang menyerah, jauh mengungguli kaum lelaki!' Sementara itu terdengar Suma Cau telah berseru dengan nada lantang, "Maksud baik Toako biar kuterima dalam hati, yang kuinginkan sekarang hanya membuat perempuan jadah ini berubah seperti tampang wajahku!" Sambil berkata dia langsung melancarkan sebuah tusukan ke depan. Senjata yang digunakan Hong-sihu adalah sepasang golok Wanyo-to yang satu panjang satu pendek. Golok panjang digunakan untuk melindungi tubuh sedang golok pendek dipakai untuk menyerang musuh, jurus serangan yang digunakan hampir semuanya kejam, ganas dan telengas. Tapi setelah bertarung berapa gebrakan, diam diam perempuan itu mulai merasa terkesiap, pikirnya, 'Sungguh tidak disangka ilmu silat bajingan ini sudah jauh lebih maju daripada kemampuannya dimasa lampau, aku tidak boleh kelewat pandang enteng dirinya' Ditengah pertarungan sengit akhirnya Suma Cau berhasil menemukan kesempatan, cepat pedangnya diputar lalu menyapu ke pinggang lawan. Dalam babatan kali ini dia sertakan tenaga sebesar sepuluh bagian, kedahsyatannya benar-benar mirip sapuan angin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

puyuh dan sambaran geledek. Siapa tahu Hong-sihu memang sengaja membuka titik kelemahan untuknya, di saat yang amat singkat itulah golok panjang dan golok pendeknya serentak melancarkan serangan pula, begitu benturan nyaring bergema, pedang di tangan Suma Cau seketika terpapas kutung jadi dua. Ternyata walaupun tenaga dalamnya tidak bisa mengungguli pihak lawan, namun caranya menggunakan waktu sangat tepat hingga tidak sulit baginya untuk mematahkan senjata lawan. Pepatah kuno mengatakan: semakin keras semakin gampang patah. Walaupun Suma Cau telah mendapat petunjuk dari Liong Pathian, namun cara menggunakan tenaga yang kurang tepat menyebabkan pihak lawan justru memanfaatkan kesempatan itu. Hanya saja sistim menggunakan tehnik mengatasi kekuatan harus digunakan tepat waktu, sedikit saja salah perhitungan sudah pasti usaha semacam ini akan mengalami kegagalan, itulah sebabnya ketika menggunakan jurus tersebut, boleh dibilang Hongsihu telah melakukannya dengan menyerempet bahaya. Di dalam pelajaran ilmu silat partai Bu-tong terdapat juga cara meminjam tenaga untuk melawan tenaga, dengan pengetahuan yang dimiliki Lan Sui-leng saat ini, dia pun segera berpikir, "Tentu saja kemampuan kungfu yang dilakukan Hong-sihu kali ini tidak bisa dibandingkan dengan kehebatan kungfu perguruan sendiri, namun kalau hanya berbicara terbatas masalah penggunakan tehnik, aku rasa banyak sekali anak murid para supek, Susiok dari angkatan "Put" yang belum mampu menandingi kehebatan perempuan ini. Tapi dengan cepat dia harus bermandikan peluh dingin karena menguatirkan keselamatan Hong-sihu. Rupanya si pentolan bandit Liong Pa-thian telah ikut turun tangan. Begitu seorang jagoan tulen turun tangan, orang akan segera mengetahui kehebatannya, Liong Pa-thian tidak menggunakan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

senjata tajam, dia hanya mengandalkan sepasang kepalan kosong, tapi begitu turun tangan, posisi Hong-sihu langsung terkurung dan mati kutu. Dia sama sekali tidak ambil perduli ketika golok pendek Hongsihu mengancam tenggorokannya, dengan membalikkan telapak tangannya dia justru bermaksud merebut senjata andalannya itu. Belum lagi urat nadi Hong-sihu kena di cengkeram, dia sudah merasakan kesakitan yang luar biasa, tidak ampun sepasang goloknya segera berhasil direbut musuh. Sambil tertawa terbahak bahak ujar Liong Pa-thian, "Hahahaha.... saudara Suma, sekarang kuserahkan perempuan itu kepadamu. Aku telah membantumu mencabut gigi taring harimau betina ini, kau suka berbuat apa lakukan saja sekehendak hatimu!" Dengan hilangnya sepasang golok, keadaan Hong-sihu benarbenar ibarat harimau yang kehilangan gigi taring, bahkan kekuatan tubuh yang dimiliki pun sudah terkuras habis sewaktu dipakai untuk melawan Liong Pa-thian, hal ini membuat keadaannya bukan saja mirip harimau tanpa taring, bahkan tidak jauh berbeda dengan seekor macan yang sedang sakit parah. Dengan gemas dan keji Suma Cau mengayunkan cambuknya berulang kali, setiap ayunan cambuknya segera meninggalkan sebuah luka memanjang yang mengucurkan darah segar. Dalam sekejap mata, pakaian yang dikenakan Hong-sihu sudah tercabik-cabik dan beterbangan bagaikan kupu-kupu, kini seluruh punggungnya sudah berada dalam keadaan bugil. Lama kelamaan tidak tega juga Lan Sui-leng setelah menyaksikan kejadian ini, namun diapun merasa bahwa kesalahan pertama memang berada dipihak Hong-sihu, hingga dia memang sepantasnya memperoleh ganjaran hukuman seperti ini. "Ke dua belah pihak sama-sama bukan orang baik, buat apa aku musti mencampuri urusan mereka?" demikian dia berpikir. Cepat gadis itu membalikkan tubuh dan tidak memperhatikan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keadaan mereka lagi. Tidak lama kemudian seluruh tubuh Hong-sihu sudah penuh dengan luka-luka berdarah, namun perempuan itu sama sekali tidak mengaduh, mengeluh pun tidak, tubuhnya terguling-guling sampai ke tepi kereta kuda, namun dia masih berusaha untuk merangkak naik ke atas kereta. Sambil tertawa dingin jengek Suma Cau, "Hehehe.... kau sangka dengan merangkak naik ke atas kereta lantas sanggup melarikan diri?" "Taaar, taaar.... dua ayunan cambuk membuat kaki ke dua ekor kuda penarik kereta tersambar hingga pincang, kereta pun seketika teronggok roboh ke samping. Berada dalam keadaan begini, terpaksa Lan Sui-leng harus menyingkap tirai kereta sambil melompat keluar. Mula-mula Suma Cau nampak agak tertegun, menyusul kemudian serunya sambil tertawa tergelak, "Hahahaha,.... ternyata diatas kereta masih ada seorang budak cilik yang amat cantik!" "Kau telah melampiaskan semua rasa benci dan dendammu, sekarang ampunilah jiwanya!" pinta Lan Sui-leng. "Mengampuni dia? Enak benar, memang disangka segampang itu?" jengek Suma Cau sambil tertawa licik, "hehehehe.... aku ingin bertanya, apa hubunganmu dengan dia? Adik angkatnya atau anak jadahnya? Buat apa kau mintakan ampun baginya!" Sampai sebesar ini belum pernah Lan Sui-leng mendengar ucapan sekasar dan sekotor itu, hatinya jadi sangat mendongkol, serunya, "Aku bukan sedang mintakan ampun baginya, aku hanya merasa sangat terganggu dengan ulahmu yang kelewatan batas, letakkan kembali cambukmu!" Suma Cau tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... lucu, sungguh amat lucu, jengeknya, "budak ingusan macam kaupun ingin memberi pelajaran kepadaku, Hmm!
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Rupanya kau pun ingin mencicipi bagaimana rasanya dicambuk?" "Kau ingin mencambukku? Aku khawatir tidak segampang yang kau bayangkan, dengus Lan Sui-leng sambil tertawa dingin, "kalau tidak percaya, coba saja!" Suma Cau bertemperamen tinggi, selain itu dia pun kasar dan berangasan, habis sudah kesabarannya setelah mendengar ucapan itu, "Sreeet!" sebuah ayunan cambuk langsung dilontarkan sambil bentaknya, "Bagus, akan kusuruh kau cicipi bagaimana rasanya disambar cambuk kulit. Belum habis dia bicara, mendadak terlihat cahaya tajam berkelebat bagai sambaran petir, menyusul kemudian terdengar serentetan suara letupan seperti jagung berondong yang sudah matang dan meletup, dalam sekejap mata cambuk rotan ular yang berada dalam genggaman Suma Cau telah putus menjadi berkeping keping, yang tersisa pun hanya sepotongan kecil saja. "Hahahaha.... ilmu pedang bagus, ilmu pedang hebat, puji Liong Pa-thian sambil tertawa terbahak-bahak, "nona cilik, apakah kau berasal dari Bu-tong-pay?" "Kau tidak usah perduli aku berasal dari perguru-an mana, kalau kau tidak puas karena aku telah melukai anak buahmu, ayo maju saja. "Hmm! Membunuh ayam buat apa harus menggunakan golok penjagal kerbau, sela In Thian-tek tiba tiba, "nona cilik, biar aku saja yang melayanimu. Dia adalah loji atau orang kedua di dalam Liong-bun-su-pa, kepandaian silatnya masih sedikit di bawah Liong Pa-thian, orang inilah yang tadi menghajar Peng-toaso hingga terluka parah. Waktu itu Peng-toa-so sudah mulai memperoleh kesadarannya kendatipun belum sadar seratus persen, sambil berbaring diatas tanah teriaknya dengan suara parau, "Hong-hiocu, kau harus balaskan dendam bagiku!" Dia mana tahu kalau "Hong-hiocu" nya saat itu sudah tergelepar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pula ditanah dengan sekujur tubuh penuh luka. Kembali Lan Sui-leng berpikir, Teng Toaso memang orang yang memuakkan, tapi orang ini jauh lebih menyebalkan, sekalipun aku tidak bisa membalaskan dendam baginya, paling tidak harus kuberi hukuman yang setimpal untuk bajingan tengik ini' Sementara itu In Thian-tek sudah melangkah maju sambil berkata dingin, "Buat seorang lelaki rimba persilatan, kehilangan batok kepala ibarat muncul bisulan. Kalau kemampuannya hebat akan mampu membunuh orang lain, kalau kemampuannya tidak becus paling dibunuh orang. Nona cilik, kalau memang merasa punya kemampuan, ayoh bunuh saja aku!" "Aku tidak ingin membunuhmu, bukankah kau senang menusuk mata orang hingga buta? Baiklah, aku pun akan membuat cacat papan nama mu. Bagi orang persilatan, istilah "papan nama" berarti sepasang mata. Bukannya gusar In Thian-tek malah tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... nona cilik, kau ingin membuat cacat papan namaku? Hehehehe.... yang kuketahui selama ini, dalam partai Butong terdapat Bu-si Tojin yang sangat lihay ilmu pedangnya, tampaknya aku benar benar punya mata tidak kenal Thay-san. "Kalau hanya untuk membuat cacat papan nama mu, tidak perlu dia orang tua musti repot-repot turun tangan sendiri!" "Bagus, kalau begitu dipersilahkan untuk mencoba nya!" Senjata yang digunakan adalah sepasang senjata kaitan Hau-taukou, sambil memutar sepasang senjatanya segera dia lancarkan serangan ke arah gadis itu. Dengan jurus Giok-li-tou-so (gadis remaja melempar jarum) Lan Sui-leng melancarkan serangan balasan. "Bagus!" bentak In Thian-tek keras.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kaitan sebelah kiri menekan ke bawah sementara kaitan disebelah kanan mengait ke atas. Tusukan pedang Lan Sui-leng seketika tertangkis hingga miring ke samping, coba dia tidak berubah jurus dengan cepat, hampir saja pedangnya terkena tehnik "menggiring" hingga terlepas dari cekalan. Ternyata di antara sekian banyak senjata tajam, senjata kaitan Hau-tau-kou memiliki sifat untuk mengendalikan keganasan golok dan pedang, Lan Sui-leng sebagai anak kemarin sore yang belum lama terjun ke dalam dunia persilatan, mana mungkin dia memahami akan hal itu? Tidak heran kalau begitu bertarung, dalam hal senjata tajam dia sudah menguntungkan pihak musuhnya. Berhasil dengan serangan pertama, In thian-tek segera meneter lebih jauh, sepasang kaitannya segera mengembangkan tehnik menggunting, mengikat, menelan, memuntahkan, menggaet, mengunci, mencabut, membuyar. Ibarat dua ekor ular berwarna perak, dia menempel terus di sekitar cahaya pedang Lan Sui-leng. Biarpun ilmu pedang Lianhuan-toh-beng-kiam-hoat yang dikembangkan gadis itu cepat bagai sambaran kilat, namun begitu dikendalikan sepasang kaitan lawan, lambat laun permainannya semakin tidak mampu berkembang, jurus pedang pun makin lama semakin melambat. Sementara In Thian-tek merasa bangga dengan keberhasilannya, tiba-tiba Lan Sui-leng mengubah permainan pedangnya, perlahanlahan dia membentuk satu lingkaran busur, bukan saja sepasang senjata kaitan In Thian-tek tidak mampu "mengunci" ujung pedangnya, sebaliknya tanpa disadari senjata kaitannya mengikuti gerakan pedang lawan dan turut berputar satu lingkaran. Rupanya ilmu pedang yang dikembangkan Lan Sui-leng dari sifat keras berubah menjadi sifat lembek, kini dia menggunakan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. Hanya sayang kematangan Lan Sui-leng belum mencapai pada puncaknya, dia masih jauh dari kondisi "mengerahkan tenaga sesuai
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan kehendak", perubahan hanya bisa dia lakukan perlahanlahan, coba kalau bukan begitu, niscaya senjata kaitan In thian-tek sudah patah sejak tadi, bahkan lawanpun sudah menderita luka parah. In Thian-tek segera menggetarkan sepasang senjata kaitannya, baru saja lolos dari kurungan gadis itu, tiba tiba dia menyaksikan Lan Sui-leng telah melambung ke tengah udara. "Loji, hati-hati!" Liong Pa-thian segera berteriak memperingatkan. Belum habis teriakan itu, Lan Sui-leng dengan jurus Pek-hokliang-ci telah membabat turun ke bawah. Sekalipun ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang diyakininya belum mencapai kematangan, namun sudah berulang kali dia menyaksikan perubahan yang berbeda dari Tonghong Liang, Bouw It-yu serta adiknya ketika menggunakan jurus serangan itu, boleh dibilang jurus ini merupakan jurus yang paling disukai, biar masih selisih jauh bila dibandingkan adiknya, namun sudah cukup membuat In Thian-tek tidak sanggup menahan diri. Dalam waktu singkat In Thian-tek merasakan cahaya pedang berkilauan didepan mata, begitu dekatnya sambaran itu hingga kelopak matanya dapat merasakan desingan hawa dingin dari mata pedang. Dalam terkejut bercampur ngerinya, dia sangka Lan Sui-leng benar-benar hendak menusuk sepasang matanya, tanpa sadar dia pejamkan matanya rapat-rapat. Tidak terasa sakit, tidak terasa pedih, ternyata pihak lawan hanya menempelkan pedangnya nyaris menempel di atas matanya. Terdengar Lan Sui-leng berkata dengan nada dingin, "Oleh karena sepasang mata Peng-toaso tidak sampai kau bikin buta, anggap saja hari ini adalah hari mujurmu!" In Thian-tek membuka matanya, ternyata tidak buta. Tapi dihadapan matanya terlihat ada segumpal alis matanya yang sedang beterbangan terhembus angin. Dia dapat melihat amat jelas, bulu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

alis yang lebih lembut dari rambut, alis matanya yang semula tebal, kini pun terasa sedikit agak aneh. Ketika coba diraba dengan tangan, dia baru merasakan kalau alis matanya yang semula tebal, kini sudah terpangkas hingga bersih dan licin, rupanya bulu alis mata miliknya yang sedang beterbangan di depan mata. Alis mata terpangkas jauh lebih mengenaskan daripada rambut yang terpangkas, biasanya orang persilatan menyebutnya sebagai "alis mata terpangkas". Keadaan semacam ini sama artinya dengan satu peristiwa yang sangat memalukan, bahkan sebuah kejadian yang paling kehilangan muka. Tidak kuasa lagi In Thian-tek meraung gusar, jeritnya, "Toako, siaute benar-benar telah jatuh pecundang. Aku tidak punya muka lagi untuk mengikutimu!" Cepat dia melompat naik ke atas punggung kudanya dan menceplak pergi dari situ. Liong Pa-thian tertawa terbahak-bahak, ujarnya, "Kalah menang adalah kejadian yang lumrah dalam dunia kangouw, Loji, pikiranmu kelewat sempit. Baiklah, nona cilik, biar aku yang menjajal kehebatan-mu!" Tidak menanti Lan Sui-leng menyahut, dia sudah melancarkan serangan dahsyat. Jika dibandingkan In Thian-tek, sudah jelas kungfu yang dimiliki Liong Pa-thian jauh lebih hebat dan tangguh. Dengan tangan kosong dia bertarung melawan pedang Lan Sui-leng. Begitu Lan Sui-leng melancarkan tusukan, Liong Pa-thian segera maju sambil miringkan tubuh, tangan kanan menyapu secara melintang sementara tangan kiri dibabat ke muka, dalam sekejap mata dia telah melancar kan dua jurus serangan balasan. Tusukan pedang Lan Sui-leng segera tergetar miring oleh tenaga
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pukulan lawan, bukan saja tidak mampu menusuknya, malah sebaliknya nyaris terhajar serangan lawan. Ketika segulung angin sejuk berhembus lewat, tiba tiba Lan Suileng teringat dengan teori ilmu silat perguruannya, "Berat bagaikan tindihan bukit Thay-san, ringan bagaikan hembusan angin sejuk, tanpa terasa dia pun berpikir, 'Intisari ilmu silat perguruan adalah meminjam tenaga untuk melawan tenaga, dengan kelembutan mengatasi kekerasan, mengapa aku bisa melupakannya?' Teori tentang "Meminjam tenaga melawan tenaga, dengan lembut melawan keras" memang sangat dipahaminya, hanya saja ketika berada di gunung Bu-tong, dia hanya bisa menggunakannya dalam permainan ilmu pukulan, biarpun dalam ilmu pedang pun dapat menggunakan cara yang sama, namun selama ini dia belum pernah mencobanya. Begitu ingatan tersebut melintas, jurus pedangnya segera berubah, dia mengikuti gerakan pukulan dari Liong Pa-thian perlahan-lahan menciptakan sebuah garis busur yang melingkar, benar saja, tujuh bagian tenaga kekuatan lawan segera berhasil dipunahkan. Kendatipun dia masih belum dapat menerapkan teori 'pinjam tenaga memukul tenaga' dalam permainan pedangnya, namun dengan menggiring kekuatan lawan ke luar lingkaran pertarungan, paling tidak dia sanggup melenyapkan tujuh bagian daya hancurnya, dengan begitu Liong Pa-thian sendiripun tidak sanggup untuk melukainya. Akan tetapi Liong Pa-thian memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, pengalamannya pun sangat luas, sesudah menjajal dua gebrakan, dia segera tahu kalau tenaga dalam yang dimiliki Lan Suileng masih sangat cetek, belum mencapai tiga bagian. Satu ingatan pun seketika melintas dalam benaknya. "Biarpun ilmu pedang yang dimiliki budak ini cukup tangguh, namun belum mencapai kesempurnaan. Bila pertarungan dilanjutkan, aku masih punya peluang untuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

meraih kemenangan' Maka dalam setiap pukulannya dia sertakan enam, tujuh bagian tenaga pukulan, serangan yang dilancarkan susul menyusul membuat Lan Sui-leng sama sekali tidak mampu lolos dari kuningannya. Dalam menghadapi ancaman musuh, setiap jurus Lan Sui-leng hanya sanggup memunahkan tujuh bagian tenaganya, padahal dia pun belum mampu menggunakan Sim-hoat tenaga dalam perguruannya, akibatnya meski tenaga yang dia pakai untuk memunahkan ancaman musuh jauh lebih sedikit ketimbang pihak lawan, cukup parah kerugian yang dideritanya. Lebih kurang setengah batang hio kemudian, peluh sebesar kacang kedele sudah bercucuran membasahi jidatnya, lambat laun dia mulai kewalahan dan tidak mampu mempertahankan diri. Sambil menggertak gigi, menggunakan kesempatan disaat tenaga dalamnya belum melemah, kembali tubuhnya melambung ke udara, mata pedang langsung dibabat ke bawah dengan ganasnya, sekali lagi dia menggunakan jurus bangau putih pen tang sayap. Tentu saja Liong Pa-thian membuat persiapan yang matang begitu tahu gadis itu menggunakan lagi jurus serangan yang pernah mengalahkan In Thian-tek, dengan jurus Ki-hwee-liau-thian (mengangkat obor membakar langit) telapak tangan kirinya mendorong ujung sikut lawan sementara telapak tangan kanannya mencengkeram tulang pi-pa-kut nya. Kendatipun dia telah membuat persiapan, tidak urung kehebatan dan kesaktian jurus serangan itu cukup membuatnya tercengang dan diluar dugaan. Dalam waktu singkat baik Hong-sihu yang berada diatas kereta maupun The dan Li sekalian yang menonton dari pinggir arena bermandikan keringat dingin saking tenang dan gelisahnya. Mengapa mereka sampai gelisah hingga bermandi kan peluh dingin? Karena bila jurus serangan itu dilanjutkan lebih jauh maka
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lengan Liong Pa-thian segera akan terbabat kutung oleh sabetan pedang Lan Sui-leng, sebaliknya tulang pi-pa-kut di tubuh nona itupun akan tercengkeram hingga hancur. Pada detik detik terakhir dimana kedua belah pihak sama-sama akan terluka parah itulah tiba-tiba terjadi perubahan yang sama sekali diluar dugaan siapa pun, perubahan yang terjadi pada saat yang paling kritis. Sewaktu telapak tangan kiri Liong Pa-thian yang digunakan untuk mendorong sikut gadis itu hampir menyentuh tubuhnya, tiba-tiba dia merasa lututnya seolah digigit oleh semut merah, gigitan yang seketika membuat sepasang lututnya jadi kaku dan lemas, tidak kuasa lagi dia menjatuhkan diri berlutut ke tanah. Biarpun tubuhnya telah merendah setengah bagian, tidak urung di mana cahaya pedang Lan Sui-leng berkelebat lewat, dua jari tangannya segera terpapas kutung. Sebenarnya perhitungan Liong Pa-thian sudah sangat tepat, di saat tubuh Lan Sui-leng meluncur turun ke atas permukaan itulah cengkeraman tangan kanannya dengan tepat akan menghancurkan tulang pi-pa-kut nya. Kendatipun akibatnya dia bakal kehilangan lengan kiri, namun bersamaan waktu diapun dapat memunahkan ilmu silat yang dimiliki Lan Sui-leng. Namun ketika secara mendadak tubuhnya merendah ke bawah, cengkeraman yang dilancarkan pun hanya mampu mencengkeram rerumputan. Agak tertegun Lan Sui-leng ketika menyaksikan kejadian itu, segera tegurnya, "Hey, sedang apa kau?" Waktu itu Peng-toaso telah sadar dari pingsannya, sembari tertawa terbahak-bahak sindirnya, "Hahahaha.... masa kau tidak paham? Dia sedang berlutut minta ampun!" Biarpun nada suaranya parau tidak enak didengar, namun penuh dengan nada gembira dan puas. Liong Pa-thian mencak-mencak dengan wajah merah padam,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bentaknya, "Siapa yang telah membokongku? Menang pun tidak gagah. "Eeei.... siapa yang kau tuduh?" tegur Lan Sui-leng sambil berseru tertahan. "Siapa yang sedang membokongmu?" sindir Hong-sihu pula sambil tertawa dingin, "huuh, aku lihat paling kau sedang mencari alasan untuk menutupi rasa malumu. Hmmm! Sebagai seorang Pangcu beraninya hanya menganiaya seorang nona cilik, laki-laki macam apa pula kau?" Liong Pa-thian mendengus dingin, tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia melompat naik ke atas kudanya dan berlalu dari sana. "Toako.... teriak The Thian-hau. "Aku tidak punya kemampuan untuk menjadi tokomu!" seru Liong Pa-thian dari kejauhan, "kalau tidak kabur, memang harus menunggu makin dibuat malu lagi?" Belum lama dia masih bisa mengatakan kalau "menang kalah adalah hal lumrah dalam sebuah pertarungan" bahkan menyindir In Thian-tek tidak cukup gagah, namun ketika tiba gilirannya, diapun dari malu dan menjadi gusar. The Thian-hau tidak berani banyak bicara, cepat dia melompat naik ke atas kuda dan ikut kabur. Li Bun-kiat maupun Suma Cau tidak perlu disebut lagi, mereka berdua justru sudah ikut kabur lebih duluan, bahkan kedua orang itu seolah khawatir tertinggal, mereka cemplak kudanya keras-keras. Dalam waktu sekejap orang orang Liong-bun-pang telah kabur tidak berbekas. "Sayang!" keluh Hong-sihu kemudian sambil menghela napas. "Hong-hiocu, tegur Lan Sui-leng ketus, "sebuah permusuhan lebih baik diselesaikan daripada diperpanjang, kuanjurkan kepadamu lebih baik sudahi sampai disini saja.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Selama ini dia selalu memanggilnya sebagai Hong-toaci, ketika secara tiba-tiba panggilannya berubah jadi Hong-hiocu, hal ini menunjukkan kalau dia merasa sangat tidak puas dengan sepak terjang Hong-sihu selama ini. "Nona Lan, ujar Hong-sihu sambil tertawa paksa, "aku hanya merasa sayang mengapa tidak kau rampas kuda tunggangannya. Sebagaimana diketahui, kaki ke dua ekor kuda mereka telah dibuat pincang, dengan begitu kuda-kuda tersebut tidak mampu lagi menarik kereta. Sementara itu Peng-toaso telah bangkit berdiri, setelah mematahkan sebatang dahan untuk digunakan sebagai tongkat, dia berjalan menghampiri seraya berkata, "Nona Lan, ilmu pedangmu sungguh hebat, terima kasih kau telah membalaskan dendamku. "Peng-toaso, bagaimana dengan luka mu?" "Hanya luka luar, tidak masalah. Apalagi kulit tubuhku dasarnya memang tebal seperti badak, tidak bakalan mampus!" "Kalian butuh obat luka luar? Aku masih punya tiga butir Siauhuan-wan pemberian guruku. Siau-huan-wan adalah obat mustajab yang bisa menyembuhkan luka dalam, kehebatannya tidak kalah jauh dengan siau-huan-wan dari biara Siau-lim. "Nona tidak usah kuatir, kami masih memiliki obat luka luar, tampik Peng-toaso, "lagian menurutku luka yang diderita Honghiocu pun hanya luka luar, setelah dibubuhi obat luar beberapa hari lagi akan sembuh dengan sendirinya, tidak perlu membuang percuma pil Siau-huan-wan yang tidak ternilai harganya. "Baiklah, kalau begitu baik-baiklah kalian merawat diri, maaf kalau aku tidak dapat menemani kalian lagi!" "Nona Lan.... teriam Hong-sihu. "Kenapa?" tukas Lan Sui-leng ketus, "kalian masih ingin memaksaku kembali ke Pek-hoa-kok?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Terus terang saja, aku hanya tahu mentaati perintah Toa-siocia, seandainya tidak berada dalam keadaan terluka, biarpun tahu kalau tidak sanggup mengalahkan dirimu, aku tetap akan berusaha untuk menghalangi kepergianmu, tapi sekarang.... tentu saja terpaksa akan kubiarkan kau pergi!" Hong-sihu segera berlagak tertawa, katanya, "Nona Lan, kau salah paham, aku hanya merasa menyesal karena tidak dapat membalas budi kebaikanmu, bahkan mengucapkan terima kasih pun tidak. Seandainya perkataan itu disampaikan pada beberapa hari berselang, mungkin saja Lan Sui-leng akan sangat terharu dibuatnya, tapi kini Lan Sui-leng telah mengetahui wajah aslinya, biarpun dia berbicara manis, lembut dan senyumannya ramah pun kesemuanya itu hanya membuat Lan Sui-leng semakin muak dan ingin muntah. "Tidak usah berterima kasih lagi, tukas Lan Sui-leng ketus, "orang tidak menggangguku, akupun tidak akan mengganggu orang lain. Aku mengusir orang orang Liong-bun-pang karena mereka mengusikku lebih dahulu. Kemudian sambil berpaling katanya pula kepada Peng-toaso, "Peng-toaso, aku suka dengan keterus terangan-mu, akupun akan bicara blak-blakan kepadamu, coba kalau tidak memandang di atas siocia kalian, mungkin saja akupun tidak akan bersikap sungkan kepada kalian!" Padahal perkataan itu sengaja dia tujukan kepada Hong-sihu, begitu selesai berkata dia segera membalikkan tubuh dan berlalu. "Ternyata perkataan Seebun Yan tidak salah, hati manusia memang amat berbahaya dan busuk, jadi orang memang tidak boleh kelewat jujur. Ehmm, entah bagaimana keadaannya sekarang? Apakah dia berhasil menyusul Tonghong toako? Mogamoga saja apa yang diharapkan bisa terkabulkan. Begitu teringat akan Tonghong Liang, perasaan hatinya kontan jadi hangat, buru-buru dia mempercepat langkah kakinya dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berlarian cepat, seakan-akan sedang berusaha untuk melepaskan diri dari bayangan Tonghong Liang. Dia tidak tahu harus berjalan lewat mana untuk kembali ke gunung Bu-tong, terpaksa dia hanya bisa berbalik arah dan menelusuri jalan yang ada. Menelusuri jalan perbukitan, suasana terasa amat hening dan tidak nampak sesosok bayangan manusia pun. Yang terdengar hanya suara air yang lamat-lamat mengalir dikejauhan serta suara serangga yang mengerik. Tiba-tiba dari balik pepohonan lebat muncul seseorang, begitu muncul dihadapannya segera menegur sambil tersenyum, "Sui-leng, kau kaget?" "Eeei.... Siau-susiok, kenapa.... kenapa kau pun bisa muncul di sini?" ketika Lan Sui-leng mendongakkan kepalanya dan mengetahui siapa yang muncul, dia berteriak penuh kegirangan bercampur rasa kaget. Bahkan diantara rasa gembira dan kaget terselip juga perasaan ngeri yang aneh dan tidak jelas sebab musababnya. Ternyata orang itu tidak lain adalah Bouw It-yu, Bouw It-yu yang perintahkan dia untuk membunuh Tonghong Liang dengan "menghalalkan segala cara". "Sebetulnya tidak bisa dibilang kebetulan, sahut Bouw It-yu sambil tertawa, "sudah dua hari aku ikuti perjalanan kalian. Seolah baru sadar kembali, Lan Sui-leng segera berseru, "Jadi kaulah yang membantuku mengalahkan Liong Pa-thian dengan sambitan senjata rahasia?" Terbayang kembali pertarungannya saat melawan Liong Pa-thian, dia merasa jantungnya masih berdebar keras, dia menganggap suatu keberuntungan besar karena bisa terhindar dari akibat yang lebih fatal dari pertarungan seru itu. Waktu itu Liong Pa-thian sempat mengumpat karena ada orang menyambitkan senjata rahasia secara diam-diam, waktu itu dia menganggap hal semacam ini mustahil, siapa yang bakal
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membantunya secara diam-diam, kendatipun kenyataan mana membuatnya setengah percaya setengah tidak. "Padahal bukan termasuk senjata rahasia yang khusus, sahut Bouw It-yu perlahan, "aku hanya menimpuknya dengan sebuah batu kerikil kecil. "Siau-susiok, tadi kau mengatakan sudah dua hari mengikuti perjalananku?" Nada lain dari perkataan itu adalah, mengapa baru sekarang kau menampakkan diri. "Hong toa-ci itu terhitung seorang jago kawakan dalam rimba hijau, dia mempunyai nama yang cukup termashur kendatipun ilmu silatnya tidak terhitung seberapa hebat. Pengetahuanku tidak seberapa luas, tapi secara kebetulan aku mengetahui asal-usulnya, justru akulah yang sedang merasa heran, mengapa kau bisa melakukan perjalanan bersama mereka. Itulah sebabnya untuk sementara aku tidak menampakkan diri, ingin kulihat mereka dan kau hendak pergi ke mana. Diam-diam Lan Sui-leng terperanjat, padahal Hong-sihu maupun Peng-toaso adalah jago-jago kalangan hitam yang amat cekatan dan banyak pengalaman, namun dalam kenyataan walaupun sudah dikuntit selama dua hari pun mereka tidak menyadarinya. Selain itu, dia pun lamat-lamat merasakan ada sesuatu yang tidak beres sehabis mendengar perkataan dari Bouw It-yu tadi, dimana letak ketidak beresan itu, dia sendiripun tidak tahu. Namun ada satu hal yang pasti, besar kemungkinan Bouw It-yu masih mempunyai alasan lain dengan penguntitannya selama dua hari ini, tidak mungkin alasannya hanya begitu sederhana. "Kenapa aku bisa berkumpul bersama mereka? Soal ini panjang untuk diceritakan!" Bouw It-yu tersenyum, tukasnya, "Selama menguntil dibelakang kalian, aku dapat mendengar semua keributan diantara kalian dengan sangat jelas, karena itu kau tidak perlu memberi penjelasan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lagi, hanya saja sejak berpisah denganku selama tiga bulanan ini pasti ada banyak hal yang ingin kau katakan kepadaku bukan?" Lan Sui-leng merasa sedikit gugup, katanya, "Walaupun aku berhasil menemukan Tonghong Liang, namun kemudian lantaran terjadi suatu peristiwa yang sama sekali diluar dugaan, aku pun berpisah dengannya setelah melakukan perjalanan bersama selama satu hari. "Aku tahu. Kau diundang paksa Piaumoynya Seebun Yan untuk berkunjung ke rumahnya bukan. Aah benar, dimana sih letak Pekhoa-kok itu?" "Akupun tidak tahu dimana letaknya, tapi gunung itu disebut gunung Nyainqentanglha, sebuah nama gunung yang sangat aneh. "Oooh, gunung itu terletak jauh di wilayah Hwee. Tiba tiba satu ingatan melintas dalam benak Lan Sui-leng, segera serunya, "Tonghong Liang dengan Seebun Yan adalah saudara misan, jadi kau berencana menguntit kami hingga sampai di Pekhoa-kok?" Bouw It-yu tertawa getir. "Kau sangka aku masih berniat mencari Tonghong Liang untuk membuat perhitungan?" serunya, "sayang hingga kini aku masih belum memiliki kemampuan untuk berbuat begitu. Kemudian setelah berhenti sejenak, tanyanya lagi, Jadi kau berniat tidak akan kembali lagi ke Pek-hoa-kok?" "Benar, justru gara-gara alasan inilah aku sampai ribut dengan Hong-sihu. "Bukankah Seebun Yan memperlakukan dirimu dengan sangat baik?" Diam diam Lan Sui-leng tertawa getir, namun jawabnya juga, "Sebaik apapun perlakuannya terhadapku, tidak mungkin aku akan menganggap rumahnya sebagai rumahku. Sudah tiga bulan lebih
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aku meninggalkan orang tuaku, kalau tidak segera kembali, mungkin mereka akan menungguku dengan gelisah. "Oooh, jadi kau enggan balik ke lembah Pek-hoa-kok karena rindu rumah?" tanya Bouw It-yu lagi dengan senyum tidak senyum. "Memangnya masih ada alasan lain? Bukankah kau takut bertemu Tonghong Liang lagi di Pek-hoakok bukan? Walaupun kau pernah menyanggupi permintaanku untuk membunuhnya dengan segala cara, padahal dalam hati kecilmu kau tidak tega untuk membunuh dirinya!" Lantaran rahasia hatinya sudah tertebak, sambil pura-pura jengkel seru Lan Sui-leng, "Siau-susiok, kau sedang mengajakku bergurau ataukah sedang bicara serius?" "Bagaimana kalau sedang bergurau? Bagaimana pula kalau sedang bicara serius?" "Kalau dikatakan sedang bergurau, gurauanmu sedikit kelewatan dan aku akan memakimu sebagai orang tua yang tidak tahu sopan. "Tapi kalau dibilang sedang bicara serius, hal ini menunjukkan kalau kau tak percaya denganku, bila tak percaya, kenapa mesti minta aku yang melakukan tugas ini untukmu!" "Waaah, waah.... sungguh lihay mulut kecilmu itu. seru Bouw It-yu sambil tertawa. "Bicara sejujurnya saja, ujar Lan Sui-leng lebih lanjut, "kesempatan sudah terlewatkan satu kali, aku khawatir sulit untuk memperoleh kedua kalinya. Lagipula jika dia dan Seebun Yan telah kembali ke Pek-hoa-kok, bagaimana mungkin aku bisa lebih sering berdekatan dengan dirinya?" "Baiklah, kalau begitu persoalan ini tidak perlu diperdebatkan lagi. Tapi masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepadamu. Baru saja Lan Sui-leng merasa sedikit lega, tanpa terasa hatinya menjadi tegang kembali, cepat tanyanya, "Soal apa?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku dengar Tonghong Liang serta adikmu secara beruntun telah muncul di Toan-hun-kok, sementara Liok Ki-seng dan komplotannya telah mendirikan pos penjagaan di bukit Pa-san diluar Toan-hunkok. Karena kau keluar dari tempat sana bersama seorang hiocu anak buahnya, aku rasa kaupun pasti mengetahui juga akan peristiwa ini bukan?" "Betul, aku pernah mendatangi Toan-hun-kok, sewaktu tiba disana, Giok-keng sedang bertanding pedang melawan Tonghong Liang. Kemudian mereka pun pada kabur. "Bertanding pedang? Mereka sedang bertanding pedang?" gumam Bouw It-yu seolah tidak percaya. "Kenapa? Kau tidak percaya? Hampir semua orang yang berada di Toan-hun-kok tahu akan hal ini. Jika tidak percaya, kenapa kau tidak.... "Bukannya aku tidak percaya, aku hanya ingin tahu karena persoalan apa mereka sampai bertanding pedang?" "Aku sendiripun tidak tahu, yang kuketahui pertandingan pedang itu bukan suatu permainan! Tentunya kau tidak akan mencurigai Giok-keng sedang bersekongkol dengan pihak musuh bukan?" "Aaah, ucapanmu kelewat serius. Aku hanya khawatir adikmu dengan usianya yang masih muda gampang ditipu orang jahat. Tapi kalau toh dia sudah bentrok dengan Tonghong Liang, aku pun dapat merasa sedikit lega. Apa yang kemudian dia katakan tentang peristiwa ini?" "Dia lalu meninggalkan Toan-hun-kok bersama seorang hweesio tua, kepergian mereka sangat tergesa gesa, adik hanya bertanya tentang keadaan di rumah dan berpesan agar aku baik-baik merawat ayah dan ibu. "Ke mana dia akan pergi? Tentunya hal ini dia katakan kepadamu bukan?" Bila Lan Sui-leng menjawab tidak tahu, jelas jawaban itu sangat tidak masuk diakal, terpaksa jawabnya, "Aku dengar mereka hendak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pergi ke wilayah Liauw-tong. "Mau apa pergi ke Liauw-tong?" "Menurut hwesio tua itu, tampaknya mereka sedang mencari seseorang. "Siapa?" "Orang itu adalah sahabat hwesio tua itu, kalau dia tidak mengatakan, darimana aku bisa tahu siapakah orang itu. Kau pun tidak usah bertanya kenapa adikku pergi menemaninya, aku bukan seorang nona yang cerewet, tidak bakalan aku bertanya ini itu dihadapan hwesio tua itu hingga menimbulkan kesan muak bagi orang lain. Eeei Siau-susiok, sudah selesaikah interogasi-mu?" Bouw It-yu segera tertawa. "Hahahaha.... kalau kuteruskan pertanyaanku, sudah pasti akan menimbulkan kesan muak bagimu. Baiklah, pulanglah sana. Tapi tahukah kau bagaimana cara untuk kembali ke gunung Bu-tong?" "Kau sendiri tidak pulang gunung?" tanya Lan Sui-leng agak melengak. "Sebetulnya aku ingin sekali menemanimu pulang, tapi sayangnya masih ada urusan lain yang harus kuselesaikan dulu. Sebetulnya Lan Sui-leng tidak membenci Siau-susioknya ini, namun selama berada bersamanya, dia selalu merasa hatinya tegang dan tidak tenang. Kontan saja dia menghembuskan napas lega setelah mendengar perkataan itu, ujarnya, "Asal aku tidak malas bertanya jalan, apa susahnya untuk balik ke gunung Bu-tong? Kau tidak usah menguatirkan diriku." "Daripada bertanya kepada orang lain, lebih baik sekarang bertanyalah kepadaku. Tahukah kau dimana-kah posisi kita sekarang? Tempat ini dekat sekali dengan dermaga Hong-leng-tok di tepi sungai Huang-ho.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

'Tidak heran kalau secara lamat-lamat aku mendengar suara aliran air yang cukup deras,' pikir Lan Sui-leng. Bouw It-yu segera menjelaskan arah jalan dengan amat teliti, sembari menerangkan dia gunakan sebatang ranting pohon untuk menggambar peta di atas tanah. "Terima kasih banyak Siau-susiok atas petunjukmu, ucap Lan Sui-leng kemudian. Kembali Bouw It-yu tertawa. "Padahal usiaku paling berapa tahun lebih tua ketimbang kau, bila tidak keberatan, akan kuminta kepada ayah untuk menerimamu sebagai murid, jadi waktu itu kaupun menjadi Siau-sumoayku, memanggil akupun jadi Toa-suheng. Setengah bergurau setengah serius kata Lan Sui-leng, "Huuuh, siapa yang kesudian? Kapan jenasah Sucouw akan dikebumikan?" "Kalau tidak salah telah ditentukan pada bulan berikut tanggal delapan, kau masih sempat untuk kembali ke gunung dan mengikuti upacara penguburan. Kembali Lan Sui-leng merasa keheranan, pikirnya: Ayahnya adalah Ciangbunjin baru, kenapa dia tidak ikut pulang untuk menghantar keberangkatan jenasah Ciangbunjin lama? Memangnya ada urusan lain yang jauh lebih penting?' Hanya saja diapun tidak ingin bertanya lebih mendetil, bisa terlepas dari Bouw It-yu pun sudah merupakan kejadian yang paling dia inginkan. Siapa sangka baru saja dia akan meninggalkan tempat itu, mendadak terdengar suara seseorang yang amat dikenalnya memanggil nyaring, "Tunggu sebentar!" Ternyata orang yang muncul dihadapannya adalah Seebun Yan! Dengan wajah agak gusar teriak Seebun Yan, "Mengapa kau enggan balik ke Pek-hoa-kok?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terkejut bercampur girang Lan Sui-leng berseru tertahan, "Mana Tonghong toako? Kau tidak berhasil menemukannya?" "Perduli amat dengan dirinya, aku hanya ingin bertanya, kenapa kau enggan balik?" "Bukankah sejak awal telah kuberitahu padamu? Aku ingin pulang ke rumah. "Aku perlakukan dirimu dengan begitu baik, sungguh tidak disangka kau begitu membenciku!" Tanpa terasa Lan Sui-leng ikut mendongkol juga oleh perkataan itu, serunya, "Kenapa kau mencampur adukkan masalah itu jadi satu? Jelas hal itu merupakan dua masalah yang berbeda!" "Aku memang senang mencampur adukkan semua masalah. Hmmm! Tidak masalah bila kau membenci diriku, tapi gara-gara kau, Hong-sihu dan Peng-toaso sampai terluka parah!" "Aaah, kau betul-betul tidak tahu aturan. Apa urusannya mereka terluka dengan diriku? Ketika orang orang Liong-bun-pang melukai mereka, malah akulah yang telah membantu mereka untuk memukul mundur bandit-bandit itu!" "Mereka mendapat perintahku untuk menghantar kau balik ke Pek-hoa-kok, coba kalau bukan lantaran harus menemanimu, bagaimana mungkin mereka bisa bertemu dengan bandit-bandit busuk dari Liong-bun-pang!" Ucapan tersebut benar-benar sebuah perkataan yang tidak pakai aturan, dan mencari menangnya sendiri, masih untung bukan baru kali ini Lan Sui-leng menghadapi keadaan tidak tahu aturan seperti ini. Pikirnya, 'Tampaknya gara-gara tidak berhasil menyusul Tonghong toako, dia jadi jengkel dan ingin melampiaskan amarahnya kepadaku' Berpikir begitu, maka ujarnya cepat, "Aku tidak ingin ribut denganmu, cici Yan, lebih baik kau cepatlah pulang ke rumah. Siapa tahu Tonghong toako sudah menunggumu di rumah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dia tidak bakalan menunggu aku. Dia tidak bakal baik kepadaku sebaik perhatiannya pada dirimu!" Perkataan ini dipenuhi nada cemburu dan julas, membuat Lan Sui-leng jadi melengak lalu tertegun. Dengan mata melotot besar kembali Seebun Yan berseru, "Cepat katakan, mengapa dia berusaha menghindariku?" Lan Sui-leng merasa mendongkol bercampur geli, serunya, "Darimana aku tahu keributan apa yang sedang terjadi diantara kalian berdua? Lagian sewaktu berada di Toan-hun-kok, kita pun bersama-sama bertemu dengannya, bahkan aku pun cuma sempat berbicara sepatah dua patah kata dengannya. "Tapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun padaku!" protes Seebun Yan. Habis sudah kesabaran Lan Sui-leng menghadapi ulahnya itu, dengan nada sedikit marah teriaknya, "Kalau dia tidak menggubrismu, kenapa kau malah melampiaskan amarahnya kepadaku. "Kau tidak boleh pergi!" bentak Seebun Yan lagi, "kau harus ikuti aku pulang ke rumah!" "Hey, kau pakai aturan tidak?" teriak Lan Sui-leng gusar. "Kalau kau mengatakan aku tidak pakai aturan, aku sengaja tidak pakai aturan! Kau harus menunggu sampai sepulangnya Tonghong Liang baru boleh pergi. Tidak tahan Bouw It-yu ikut tertawa, katanya, Kau mengatakan dia tidak pakai aturan, padahal dia pun mempunyai alasan tersendiri untuk berbuat begitu. "Oooh, lantas apa alasannya?" tanya Lan Sui-leng. "Dia kuatir kakak misannya jatuh hati kepadamu, bila kau dibiarkan berkeliaran diluar, takutnya kau bakal pergi bersama-sama Piaukonya. Karena itu dia harus membawamu untuk tetap berada di sampingnya, dengan demikian hatinya baru lega.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ngaco belo, apa hubunganmu dengannya?" bentak Seebun Yan semakin gusar. "Dia adalah Siau-susiokku, cepat Lan Sui-leng menjelaskan. Mula mula Seebun Yan agak tertegun, kemudian katanya, "Oooh, jadi kau adalah itu yang bernama Bouw It-yu?" "Apa ini itu?" sela Bouw It-yu tertawa, "dikolong langit hanya ada satu yang bernama Bouw It-yu, akulah orangnya. Siau-sumoay, kau pergi saja, kalau dia suka menyusahkan orang, biar aku saja yang melayani dia. Lan Sui-leng memang ingin sekali ada orang yang mewakilinya menghadapi gadis itu, sambil tertawa cepat ujarnya, "Enci Yan, kau sudah menemui lawan tanding, maaf kalau aku tidak bisa menemanimu lagi. "Sreeeet!" Seebun Yan segera mencabut pedangnya dan menuding sambil membentak, "Kau ingin pergi? Coba saja kalau bisa kabur dari sini!" Dalam keadaan begini, terpaksa Lan Sui-leng harus menangkis pedangnya, tapi berhubung pertama dia tidak ingin bertarung kelewat lama, kedua ilmu pedangnya memang setingkat masih di bawah kemampu an Seebun Yan, maka dia ingin secepatnya meninggalkan tempat itu. Dengan sebuah jurus Hu-yu-Huan-hun (mengundang hujan membalik awan) Seebun Yan segera menekan pedang gadis itu hingga turun ke bawah, jengeknya sambil tertawa dingin, "Kau sangka setelah belajar ilmu pedang dari ibuku, lantas bisa kau pakai untuk melawanku? Lebih baik suruh Siau-susiokmu.... Belum selesai dia berkata, terdengar....Criiing. Bouw It-yu benar-benar telah menerima "undangan" nya dan begitu turun tangan, pedangnya segera tertangkis hingga mencelat ke samping. "Nona Seebun, ujarnya, "biarkan Siau-sumoay ku pulang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara akulah yang akan membantumu menemukan Tonghong Liang!" "Siapa yang butuh bantuanmu?" teriak Seebun Yan gusar. Diam-diam Lan Sui-leng tertawa geli, pikirnya: 'Nah, kali ini kau telah mendapat pembalasan yang setimpal, dia ingin merecoki aku, siapa tahu malah direcoki Siau-susiok' Menggunakan kesempatan meninggalkan tempat itu. itu cepat-cepat dia kabur

Sambil tertawa kembali Bouw It-yu berkata, "Kau tidak percaya kalau aku dapat membantumu menemukan jejak Piauko mu? Padahal aku bicara sejujur nya. Seebun Yan benar-benar naik pitam, dia mendongkol setengah mati, hardiknya, "Bagus sekali, Bouw It-yu, aku memang hendak mencarimu untuk membuat perhitungan!" "Rasanya sebelum pertemuan hari ini, kita belum pernah bertemu, kapan aku pernah berhutang padamu?" kata Bouw It-yu sambil tertawa. Mendadak seperti teringat akan sesuatu, terusnya, "Aaah benar, aku pernah berkelahi melawan Piaukomu, jadi lantaran peristiwa ini kau mendongkol dan membenciku?" "Huuh, kau tidak lebih hanya panglima perang yang pernah kalah di tangan Piaukoku, buat apa aku musti mewakilinya untuk membuat perhitungan. "Tempo hari aku memang sengaja berniat mengalah kepada kakak misanmu, jadi kau sangka aku benar-benar kalah ditangannya? Hanya saja, kalau toh kau bukan demi kakak misanmu itu, lalu dikarenakan urusan apa kau hendak membuat perhitungan dengan-ku?" "Kalau dikatakan hendak membuat perhitungan, rasanya perkataan ini kelewat serius, padahal aku.... aku hanya merasa tidak puas!" kata Seebun Yan, "ibuku selalu memujimu setinggi langit,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seakan-akan di dunia ini kau adalah segalanya, jelas dia maksudkan kalau kau lebih hebat dari Piauko, bahkan katanya Piauko ku tidak mungkin bisa melebihi kemampuanmu. "Oooh, rupanya begitu, kini Bouw It-yu baru mengerti, "tidak heran kalau dia mengatakan "Itu si Bouw It-yu", ternyata hal ini dikarenakan ibunya pernah memuji-mujiku. Sebagaimana diketahui, ayah Seebun Yan adalah Seebun Mu, seorang Liok-lim Bengcu pada dua puluh tahun berselang, sementara ibunya In Beng-cu adalah perempuan paling cantik dari dunia persilatan, mereka berdua merupakan tokoh-tokoh besar yang namanya amat tersohor sampai dimana-mana. Tentu saja Bouw It-yu pun mengetahui siapakah ayah ibunya, namun Seebun Mu maupun In Beng-cu adalah tokoh persilatan satu angkatan dengan ayahnya, selama hidup belum pernah dia menjumpai mereka. Kemudian sejak meninggalnya Seebun Mu, In Bengcu selalu hidup mengasingkan diri dalam Pek-hoa-kok, dia semakin tidak berkesempatan untuk berjumpa dengannya. "Aneh, darimana ibunya bisa mengetahui tentang aku? Sekalipun ayah adalah seorang ternama dalam dunia persilatan, dia pun tahu kalau Tiong-ciu Thayhiap Bouw Ciong-long mempunyai seorang putra, darimana pula dia bisa mengetahui tinggi rendahnya kepandaian silatku serta sampai dimana sifat dan akhlakku? Bila dia tidak mengetahui detilku dengan jelas, darimana pula bisa memberikan perbandingan antara aku dengan Tonghong Liang?" Sementara dia masih termenung, sambil tertawa dingin Seebun Yan telah berkata lagi, "Cuuuh, kau merasa bangga karena ibuku memujimu?" "Hingga kini aku belum pernah bertemu muka dengan ibumu, kenal pun tidak, namun aku merasa berterima kasih sekali atas pujiannya, aku merasa malu untuk menerima pujian itu. Tentu saja aku tidak dapat menutupi rasa senang dan banggaku.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Oooh, ternyata kaupun tahu juga kalau ucapannya hanya sekedar kata pujian! Hmmm, aku pun tidak habis mengerti apa sebabnya ibu memujimu secara ngawur. Dia memujimu, aku merasa tidak puas! Mari, mari, mari, aku akan mengajakmu bertanding pedang, bila kaupun tidak mampu mengungguli diriku, lebih baik selanjutnya tidak usah berlagak sombong lagi!" Sudah cukup lama dia ingin melampiaskan perasaan tidak puasnya itu, apalagi sekarang dia berada dalam kondisi labil karena perasaan emosinya yang sedang bergejolak, maka dari itu tanpa mempertimbangkan lebih jauh atas perkataan ibunya, dengan penuh amarah dia lancarkan sebuah tusukan ke depan. Bouw It-yu segera memutar pedangnya satu lingkaran, dengan jurus Sam-coan-hoat-lun (tiga putaran roda hukum) dia sampok pedang lawan hingga miring ke samping. "Hmm, kau bisa membuat garis lingkaran, di sangka aku pun tidak bisa?" seru Seebun Yan jengkel. Dengan cepat pedangnya membentuk pula satu gerakan melingkar, benar saja, tenaga giringan dari Bouw It-yu seketika terpunahkan. Melihat itu, Bouw It-yu berpikir dalam hati, 'Tonghong Liang mampu menggunakan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, sudah pasti jurus serangan ini dia pelajari dari Tonghong Liang' Namun dia segera merasakan ada sesuatu yang "tidak beres", setelah bergebrak berapa jurus lagi, dia menjumpai Seebun Yan sanggup mematahkan setiap jurus, setiap gerakan yang dia lancarkan, kini Bouw It-yu baru sadar dimanakah letak "ketidak beresan" itu. Yang paling diutamakan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat adalah, Berputar bulat bagai gelang, tiada putus tiada cacat, niat berada di pedang, bergerak bersambungan tanpa berhenti". Asal kau dapat memahami makna dari rumus tersebut dan bergerak mengikuti niat, maka semuanya akan berjalan dengan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sendirinya. Itulah sebabnya guru yang bijak selalu mengharapkan muridnya lebih mengutamakan kesaktian daripada keindahan wujud. Hanya saja karena pemahaman yang diterima setiap orang berbeda, murid yang dilatih oleh guru yang berbeda otomatis akan memperlihatkan gaya pedang yang berbeda pula meski sama-sama menggunakan sebuah jurus serangan yang sama. Ketika Tonghong Liang bertarung melawan Bouw It-yu tempo hari, dia hanya menggunakan berapa jurus Thay-kek-kiam-hoat, sementara saat ini Bouw It-yu telah bertarung belasan jurus melawan Seebun Yan, dari pertarungan itupun dia mulai menemukan kalau gaya pedang yang mereka gunakan ternyata "sama tapi berbeda, berbeda tapi sama". Misalkan saja dalam "berputar bulat", dalam bidang ini ilmu pedang Tonghong Liang jauh lebih tangguh dan hebat, namun dalam masalah "ketajaman", dia masih kalah jauh bila dibandingkan Seebun Yan. Dengan perasaan heran Bouw It-yu berpikir, 'Bila ditinjau dari kejadian ini, pada mula mereka belajar pedang rasanya kedua orang itu berasal dari perguruan yang sama. Tapi kemudian masingmasing mempunyai guru pembimbing yang berbeda. Kalau Tonghong Liang semakin cekatan dalam ilmu pedangnya maka Seebun Yan lebih banyak memahami jurus pedang Thay-kek-kiamhoat. Tapi.... mengapa bisa begitu?' Bagaimanapun juga dia adalah seorang yang ahli dalam hal ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, sekalipun dugaannya tidak benar seratus persen, namun selisihpun tidak terlalu banyak. Ternyata ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang dipelajari Tonghong Liang serta Seebun Yan sama-sama berasal dari ibu Seebun Yan, hanya saja pemahaman yang diperoleh Tonghong Liang jauh lebih maju dan berkembang. Dengan kemampuan ilmu pedang yang dimiliki Bouw It-yu saat ini, sebetulnya tidak sulit baginya untuk mengalahkan gadis itu tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sampai sepuluh gebrakan, namun berhubung rasa ingin tahunya, dia sengaja berlagak seolah kekuatan mereka seimbang. Belasan gebrakan kemudian, kejadian mencekam perasaan hati Bouw It-yu. aneh lain kembali

Begitu pertarungan berlanjut, dia semakin merasa kalau gaya pedang yang digunakan Seebun Yan seolah sangat dikenal olehnya, setelah dipikirkan sejenak, tiba tiba dia menjadi sadar kembali. Bukankah gaya yang digunakan gadis itu persis sama seperti gaya pedang yang diajarkan ayahnya kepada dirinya? Ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang dipelajari ayah Bouw It-yu boleh dibilang merupakan bentuk aliran yang tersendiri, jauh berbeda dengan gaya dari Bu-siang Cinjin maupun Bu-si Tojin. Diantara sekian banyak murid Bu-tong-pay, hanya dia seorang yang memahami semua rahasia dan intisari ilmu pedang ayahnya. Tapi mengapa Seebun Yan pun seakan sangat memahaminya? Sudah barang tentu mustahil kalau gadis itu belajar dari ayahnya, satu hal yang membuat Bouw It-yu kebingungan dan tidak habis mengerti. Kelihatannya Seebun Yan pun sudah merasa kalau gelagat tidak menguntungkan dirinya, secara beruntun dia lancarkan tiga babatan kilat kemudian dengan gaya nekad dia meneter maju, serangan demi serangan bagaikan gulungan ombak samudra menerjang ke depan tiada hentinya. Garis-garis busur yang terbentuk kian tidak beraturan, di balik kekerasan tersimpan kelembutan, ada enam tujuh bagian mirip dengan jurus Thay-kek-kiam-hoat tapi tidak mirip secara keseluruhan. Menghadapi gerak serangan semacam ini, untuk sesaat Bouw It-yu dibuat bimbang juga, kendatipun pengetahuannya luas namun dia tidak bisa menebak darimana gerakan pedangnya akan berubah. Tatkala Seebun Yan masih bayi, ayahnya telah meninggal dunia. Karena itu ilmu pedangnya dipelajari dari ibunya. Namun disaat usianya sudah mulai lanjut, dia pun mulai mempelajari kitab kiamhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

boh peninggalan ayahnya, setiap kali menjumpai hal yang tidak dipahami, dia selalu minta petunjuk dari ibunya. Ilmu pedang andalan ayahnya itu bernama Keng-to-kiam-hoat (Ilmu pedang pukulan ombak), sebuah ilmu pedang bersifat positip yang keras. Biarpun ibunya memahami ilmu pedang tersebut, namun belum berhasil menguasahi semua rahasia serta intisari yang terkandung dalam jurus pedang itu. Lantaran dia sebagai anak gadis keluarga Seebun, mau tidak mau gadis itu tetap harus mempelajari ilmu pedang warisan ayahnya. Dengan begitu, kendatipun dia mempelajari ilmu pedang dari dua keluarga yang berbeda, namun pemahamannya jauh lebih matang dalam menggunakan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. Dan kini, permainan jurus pedang yang dia kembangkan tifak lain adalah jurus gubahan hasil peleburannya antara ilmu pedang Thaykek-kiam-hoat dengan ilmu pedang Keng-to-kiam-hoat. Dari seluruh perubahan itu, sebagian besar adalah hasil ciptaan ibunya, dan sebagian kecil merupakan gerakan spontan yang dia lakukan menyesuaikan diri dengan kondisi. Saat ini seandainya Bouw It-yu melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga, sebetulnya tidak sulit baginya untuk mengalahkan lawannya ini, tapi berhubung rasa ingin tahunya, dia enggan meraih kemenangan dengan mengandalkan tenaga dalam, tapi lebih mengimbanginya dengan jurus pedang. Jurus-jurus aneh yang dilancarkan Seebun Yan seketika membuat dia kelabakan, karena untuk sesaat tidak mampu mematahkan jurus yang datang, tidak lama kemudian pemuda ini sudah keteter hebat hingga kalang kabut sendiri. Berhasil dengan serangannya, Seebun Yan semakin tidak memberi kesempatan kepada lawannya untuk bernapas, secara beruntun dia lancarkan kembali tiga jurus serangan berantai. Diam-diam Bouw It-yu berpikir kembali, 'Dia sedang mencoba menggunakan jurus barunya, mengapa akupun tidak mencoba jurus baruku?'
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Perlahan-lahan pedangnya membabat keluar, lingkaran busur seakan dibikin rata oleh getaran gelombang serangannya, kalau dibicarakan memang sangat aneh, gerakan pedang yang begitu lambat ternyata seketika memunahkan seluruh serangan gencar dari Seebun Yan. Tampaknya hasil serangan inipun sama sekali diluar dugaan Bouw It-yu. Rupanya jurus itu bernama Oh-teng-siong-tou (sambil berbaring mendengarkan suara pohon siong), sebuah jurus pedang yang diciptakan ayahnya belakangan, dia sendiripun belum berhasil menguasahinya dengan sempurna. Berhubung menurut teori jurus pedang ini paling sesuai digunakan untuk mematahkan serangan berantai lawan, karena itulah dengan mengambil resiko dia mencoba menggunakannya. Dalam hati kecil dia memang sudah membuat persiapan, seandainya jurus itu menemui kegagalan, dia berencana akan mementalkan pedang Seebun Yan dengan mengandalkan tenaga dalam. Siapa tahu tanpa menggunakan tenaga dalam pun jurus serangan tersebut berhasil dipunahkan. Begitu serangannya berhasil dipunahkan lawan, Seebun Yan menyangka ilmu pedang warisan ayahnya belum berhasil dipelajari dengan sempurna, terpaksa dia harus berubah lagi menggunakan jurus Thay-kek-kiam-hoat ajaran ibunya. Begitu berhasil dengan percobaan pertamanya, Bouw It-yu kembali menggunakan jurus jurus baru yang lain untuk menjajal memunahkan ancaman lawan. Begitu dicoba, seketika itu juga dia berhasil mendapatkan lagi sebuah penemuan baru. Bila dia menggunakan jurus pedang yang belakangan diciptakan ayahnya, Seebun Yan seketika akan dibuat gelagapan dan susah untuk menghadapi, namun bila dia menggunakan ilmu pedang ayahnya yang sering digunakan pada usia tiga puluh tahun berselang, kendatipun jurus pedang tersebut baginya jauh lebih sempurna dan matang, sebaliknya bagi Seebun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yan justru dapat melayani dan menghadapi dengan sama baiknya. Rasa heran dan curiga semakin mencekam perasaan Bouw It-yu, pikirnya, 'Bila dianalisa dari gejala yang kujumpai sekarang, rasanya hanya ada satu penjelasan yang masuk diakal. Dia pernah diterima ayahku menjadi muridnya pada tiga puluh tahun berselang' Sudah jelas hal ini merupakan satu kejadian yang mustahil, tahun ini ayahnya sudah berusia lima puluh tahunan, sewaktu dia masih berusia dua puluh tahun, Seebun Yan jelas belum lahir. Tidak salah, memang masih ada sebuah kemungkinan lagi, pada dua puluhan tahun berselang orang tua Seebun Yan pernah belajar ilmu pedang dari ayahnya. Akan tetapi 'kemungkinan' semacam inipun tidak bisa diyakini dengan begitu saja. Orang tua Seebun Yan adalah tokoh Liok-lim yang termasyhur nama besarnya, bahkan berasal dari satu angkatan dengan ayahnya, bagaimana mungkin mereka bisa menjadi murid ayahnya? Hasil pemolesan yang kebetulan mirip memang ada kemungkinan, tapi ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang digunakan Seebun Yan jelas bukan hasil pemolesan yang secara kebetulan mirip dengan ilmu pedang perguruannya. Biarpun Bouw It-yu sudah mencoba peras otak untuk memecahkan masalah ini, namun dia gagal memperoleh jawaban yang memuaskan, bahkan secara lamat-lamat dia dapat merasakan kalau dibalik kesemua nya ini seolah tersimpan sebuah rahasia besar yang sulit dipercaya. Semua jurus ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang dikuasahi Seebun Yan telah diperlihatkan dihadapannya, dalam hal ini dia sudah tidak merasa perlu untuk menyelidiki lebih jauh. Sengaja dia membuka sebuah titik kelemahan, membiarkan jurus Seebun Yan digunakan hingga puncaknya, kemudian dengan satu ayunan lingkaran pedang, seketika dia sumbat seluruh gerakan dari gadis itu dan....Traaang!" pedang yang berada dalam genggaman Seebun Yan terlepas dan jatuh ke tanah, sementara ujung pedang Bouw It-yu langsung menempel di atas tenggorokannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sambil pejamkan matanya rapat-rapat Seebun Yan berteriak, "Kalau punya nyali, ayoh cepat bunuh aku. Biar ibu tidak membalaskan dendamku pun, Piauko pasti akan membalaskan sakit hatiku ini!" Biarpun dia masih sempat berteriak lantang, sejujurnya gadis itu merasa ketakutan setengah mati. Begitu dekat ujung pedang itu dengan tenggorokannya membuat dia tidak berani membuka matanya, dia sudah siap menerima kematiannya sambil memejamkan mata. Setelah lewat berapa saat kemudian, tiba-tiba dia merasa hawa pedang yang menempel didepan lehernya sudah tidak sedingin tadi lagi, pihak lawan pun seolah sama sekali tidak bergerak, keheningan yang sangat aneh membuat dia mau tidak mau harus membuka matanya kembali. Tapi begitu membuka matanya, tidak kuasa lagi dia merasa keheranan, malu bercampur mendongkol, ternyata ujung pedang Bouw It-yu sudah tertuju ke bawah, tapi sepasang matanya yang terbelalak besar, seakan begitu dekat mengawasi raut mukanya. Saat itu Bouw It-yu memang sedang mengawasi wajah gadis itu dengan termangu, ingatannya seakan terbang balik pada kejadian berapa tahun berselang. Ibunya sudah tiga bulan menderita sakit, waktu itu tahun baru hampir menjelang tiba, tapi ayahnya belum kembali ke rumah. Walaupun saat itu dia hanya seorang bocah berusia lima, enam belas tahunan, namun terhadap urusan orang dewasa dia cukup banyak memahami. Dia pun mengetahui sedikit banyak mengenai rahasia seputar ayahnya, rahasia itu sempat dicuri dengar ketika orang bawahannya sedang berkasak kusuk membicarakan hal tersebut, tapi ada juga sebagian rahasia yang berhasil dia curi dengar ketika ibunya berkeluh kesah terhadap ayahnya. Waktu itu dengan penuh rasa jengkel dan mendongkol dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkata di hadapan ibunya yang masih tergolek sakit di ranjang, "Sudah pasti ayah terpikat lagi oleh perempuan yang tidak tahu malu itu!" "Jangan kau maki ayahmu, cegah ibunya, "jangan pula mengumpat perempuan itu. Dia bukanlah perempuan liar yang tidak tahu malu!" Dia merasa sangat tidak puas dengan jawaban ibunya itu, segera bantahnya, "Ibu, kau jadi orang kelewat baik hati, sudah jelas perempuan yang tidak memperolehkan ayah pulang adalah perempuan jalang yang tidak tahu malu, mengapa kau masih berusaha membelainya?" "Perempuan jalang? perempuan jalang?" Siapa yang mengatakan kalau dia

"Kau tidak perlu mengusut siapa yang telah memberitahukan kepadaku, pokoknya aku sudah tahu siapakah perempuan busuk itu. "Ooh.... kau sudah tahu? Siapakah dia?" "Perempuan busuk yang amat tersohor karena jahatnya, si lebah hijau Siang Ngo-nio. Ibunya segera menghela napas panjang, desisnya, "Alangkah baiknya bila dia adalah si Lebah hijau Siang Ngo-nio. "Jadi orang itu jauh lebih keji daripada Siang Ngo-nio?" tanyanya terkesiap. "Bukan, ibunya menggeleng, "dia adalah seorang wanita anggun yang mempunyai reputasi tinggi, selain cantik dan berbakat, kungfunya sangat lihay, hampir dalam hal apa pun dia jauh mengungguli diriku. "Ibu, aku tidak percaya masih ada perempuan lain yang jauh lebih baik daripada dirimu. Ibunya tertawa getir, ujarnya, "Di dalam pandanganmu, aku adalah perempuan yang terbaik di dunia ini. Akan tetapi kebaikan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan kelebihanku masih jauh ketinggalan bila dibandingkan perempuan itu, bukan saja dalam pelbagai hal dia mengungguli aku, bahkan jauh mengungguli diriku!" Dengan perasaan ragu bercampur tidak habis mengerti ujarnya, "Ibu, kau terlalu mengunggulkan musuh dengan memadamkan semangat sendiri. Tapi aku tetap tidak mengerti maksud dari perkataan yang barusan kau ucapkan. "Kau tidak mengerti? Manusia semacam ayahmu tidak bakalan bisa menyukai perempuan semacam Siang Ngo-nio, kendatipun mereka pernah berselingkuh, paling hubungan tersebut hanya sekedar panggung sandiwara. Oleh karena itu, bila perempuan tersebut adalah Siang Ngo-nio, aku justru merasa lega sekali, karena perempuan semacam itu tidak bakalan akan membuat ayahmu terpikat hingga tergila-gila. Kini dia baru memahami maksud ibunya. "Lantas perempuan manakah yang benar-benar disukai ayah?" tanyanya kemudian. Ibunya tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya berkata, "Ayahmu pun benar-benar mencintai aku. "Berarti kesemuanya ini merupakan kesalahan ayah, dia dikenal orang sebagai seorang pendekar sejati, mengapa cintanya justru bercabang-cabang?" "Jangan salahkan ayahmu, jangan salahkan juga perempuan itu, kesemuanya ini.... kesemuanya ini.... aaaai, boleh dibilang memang nasib, memang takdir kita semua. "Siapakah perempuan itu?" "Jangan mencampuri urusan ayahmu, padahal ayahmu, dia.... perasaan hatinya sudah cukup men derita. Saat ibunya mengucapkan perkataan itu dulu, dia sama sekali tidak paham, tapi sekarang, setelah mengamati paras muka Seebun Yan, tiba-tiba saja dia seakan memahami akan sesuatu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Perkenalannya dengan Seebun Yan baru saja berlangsung belum lama, tapi Seebun Yan yang berada dihadapannya sekarang terasa seakan seseorang yang sangat dikenalnya. Mengapa dia bisa memiliki perasaan sedemikian aneh? Ketika menatap kembali paras muka Seebun Yan yang cantik, tiba-tiba hatinya tergerak, "Jangan-jangan perempuan itu adalah ibunya?" In Beng-cu, ibunda Seebun Yan berasal dari keluarga persilatan kenamaan, semasa masih muda dulu, dia pernah dijuluki orang sebagai Bulim Tee-it Bi-jin (perempuan paling cantik dari persilatan), setelah menikah dengan Seebun Mu, diapun menjadi nyonya seorang Liok-lim Bengcu, bukan saja statusnya sangat tinggi dan terhormat, kecantikan dan kepintarannya juga luar biasa, hingga kini dia masih disegani banyak orang. Dengan pelbagai syarat yang dimilikinya, dia memang pantas menyandang predikat sebagai seseorang dengan status istimewa, bukankah syarat seperti ini sangat cocok dengan penuturan ibunya dulu? Akan tetapi dia pun tidak berani menduga kalau "perempuan itu" tidak lain adalah ibunda Seebun Yan. Benarkah apa yang dia bayangkan? Atau salah? Sungguh? Atau palsu? Dia merasa bingung, tidak habis mengerti, pikirannya kalut.... Seebun Yan membuka kembali matanya, melihat pedang di tangan Bouw It-yu sudah tertunduk ke bawah sementara wajahnya dengan mimik terpesona sedang mengawasi wajahnya tanpa berkedip, dia jadi mendongkol bercampur gusar, "Ploook!" sebuah tamparan langsung dilayangkan ke depan. Bagi seorang jago silat berilmu tinggi, biarpun sedang menghadapi sergapan yang sangat tiba-tiba, namun daya refleksinya cukup tinggi, sayangnya kendatipun dia sudah menghindar cukup cepat, tidak urung tamparan itu mengena juga. Tentu saja bukan menghantam diwajahnya melainkan menghantam
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pada pedangnya hingga terlepas dari pegangan. "Kalau ingin membunuh, cepatlah bunuh aku. Buat apa kau mempermainkan diriku?" umpat Seebun Yan. "Eeei.... kapan aku mempermainkan dirimu? Bukankah kau mempunyai ibu yang gagah, mana berani aku permainkan dirimu?" Seebun Yan berpikir sejenak, benar juga, dia hanya menatap wajahnya dengan terpesona, sama sekali tidak melakukan tindak tanduk kurangajar atau berniat mempermainkan dirinya, dia pun berpikir, "Kelihatannya dia benar-benar hanya terpesona oleh paras muka ku!" Bagaimana pun wanita memang senang bila tahu ada orang lelaki yang terpikat oleh paras mukanya, otomatis rasa mendongkolnya ikut mereda, katanya kemudian, "Asal tahu saja kau.... Bouw It-yu tidak banyak bicara lagi, dengan ujung kakinya dia congkel gagang pedang Seebun Yan, menyusul kemudian memungut juga pedang milik sendiri. Agak tertegun Seebun Yan melihat hal itu, segera bentaknya, "Kau ingin.... Belum sempat kata berikut diucapkan, terdengar Bouw It-yu telah berkata lagi, "Aku telah menjatuhkan pedangmu, kaupun telah menjatuhkan pedangku, boleh dikata kita berdua seimbang. Rasanya tidak perlu bertanding lagi bukan?" Seebun Yan tahu kalau dia sengaja berkata begitu karena ingin mengambil hatinya, karena tidak perlu kehilangan muka lagi maka dengan perasaan girang katanya, "Padahal ilmu pedangmu jauh lebih tinggi ketimbang aku, hanya saja dibandingkan Piauko ku, kau masih selisih sedikit saja. Baiklah, pedangpun sudah dipertandingkan, sekarang silahkan. "Silahkan? Silahkan aku ke mana?" "Siau-sumoay mu sudah pergi cukup lama, masa kau tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

segera mengejarnya?" "Oooh, ternyata kau sedang mempersilahkan aku pergi!" "Tentu saja, masa aku harus menahanmu disini. "Eeei, jangan buru-buru pergi, kau tidak ingin menahanku tapi aku justru ingin menahammu!" Sambil berkata tiba tiba dia melompat ke depan dan menangkap pergelangan tangan Seebun Yan. Dengan perasaan terkesiap jerit Seebun Yan, "Kau.... mau apa kau.... Bouw It-yu tidak menjawab, dia menarik gadis itu ke tepi telaga, air telaga dalam lembah bukit itu bening bagaikan cermin, bayangan wajah mereka pun segera muncul diatas permukaan. "Coba kau perhatikan dengan seksama!" kata Bouw It-yu. "Melihat bayangan tubuhmu?" "Melihat bayanganku, melihat juga bayanganmu. perhatikan, bukankah wajah kita sangat mirip?" Coba

"Aaaah benar, Seebun Yan ikut menjerit tertahan, "wajah kita benar benar mirip sekali. Lantas kenapa?" "Paras mukamu mirip ayahmu atau mirip ibumu?" tiba-tiba Bouw It-yu bertanya lagi. "Buat apa kau menanyakan soal ini?" "Tidak apa apa, aku hanya ingin tahu saja. 'Jangan-jangan inilah penyebab mengapa dia awasi wajahku dengan termangu tadi,' pikir Seebun Yan. Maka sahutnya, "Kerabatku kebanyakan mengatakan kalau aku mirip ibuku, tapi ibu bilang aku lebih banyak mirip ayah. Hanya sayang disaat ayahku meninggal dunia, aku masih tidur dalam bokongan ibuku sambil menetek. Jadi aku sama sekali tidak tahu bagaimana sebetulnya wajah ayahku.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku belum pernah bertemu ayahmu, juga belum pernah bertemu ibumu, tapi menurut pendapatku, kau lebih banyak mirip ibumu. Timbul rasa ingin hati dihati kecil Seebun Yan, cepat tanyanya, "Kenapa kau bisa berkata begitu?" "Hampir semua orang tahu kalau ibumu adalah perempuan paling cantik dalam persilatan. Seebun Yan segera tertawa. "Mulutmu pandai amat berbicara, rupanya setelah bicara ke utara selatan, akhirnya tujuanmu hanya ingin memujiku. Tapi, tadi kau mengatakan kalau wajah kita mirip sekali, bukankah perkataanmu sama artinya sedang memuji diri sendiri. "Sayang aku hanya berapa bagian mirip dengan dirimu. Tapi dimasa masih muda dulu, ayahku pun pernah disebut orang sebagai lelaki paling tampan dalam persilatan. "Jangan kau katakan wajahmu lebih banyak mirip ayahmu, goda Seebun Yan sambil tertawa. Bouw It-yu hanya tertawa tanpa menjawab, sementara dalam hatinya berpikir, 'Mungkin wajahmu pun lebih banyak mirip ayah' Kelihatannya Seebun Yan masih tetap bingung dan tidak habis mengerti, kembali dia bertanya, "Bouw It-yu, sebenarnya apa maksudmu dengan tindakanmu ini?" "Apa maksudnya?" Bouw It-yu balas bertanya sambil menirukan gayanya. "Tidak ada angin tidak ada hujan kau mengajakku mengaca di permukaan air telaga, kemudian mengucapkan juga perkataan yang tidak ada ujung pangkalnya, aku tidak yakin kalau perbuatanmu ini hanya ulah seorang bocah cilik. "Tentu saja aku bukan berulah. Sekarang tentunya kau sudah tahu bukan kalau diantara kita berdua sesungguhnya sangat mirip?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jadi kau bermaksud agar aku mengetahui hal ini? Tapi apa manfaatnya bagimu setelah aku mengetahuinya?" "Bukan bermanfaat bagiku saja, bagimu pun bermanfaa tjuga. "Ini lebih aneh lagi, manfaat apa yang bisa kuperoleh?" "Jika kau menyamar sebagai adikku, orang lain pasti akan mempercayainya. "Buat apa aku harus menyamar menjadi adikmu?" "Dengan begitu kau bisa ikut aku pergi ke wilayah Liauw-tong, kita pun tidak usah kuatir ada perbedaan antara lelaki dan wanita. "Karena alasan apa aku harus mengikutimu pergi ke wilayah Liauw-tong?" "Bukankah kau hendak mencari Piauko mu?" "Jadi kau tahu kalau Piauko ku berada di Liauw-tong?" "Kau tidak usah perduli darimana aku mengetahui nya, yang pasti aku tidak bakalan menipumu!" "Kau sangka aku akan mempercayaimu?" "Bila aku berniat membohongimu, biar aku mendapat nama busuk, tidak bisa menancapkan kaki lagi dalam Bui-lim, tidak bisa mendongakkan kepala lagi dihadapan orang lain!" Seandainya dia hanya bersumpah "biar aku mati tidak wajar" atau ucapan sebangsanya, mungkin saja Seebun Yan tidak bakalan percaya, tapi sumpah itu sangat berat, mau tidak mau gadis itu harus mempercayai juga akan ketulusan hatinya. Perlu diketahui, Siau-lim dan Bu-tong merupakan tonggak dunia persilatan, sebagai putra dari seorang Ciangbunjin partai besar, tentu saja dia tidak ingin mendapat nama busuk, apalagi tidak ada tempat untuk tancapkan kaki dalam rimba persilatan. Jika seseorang berada dalam kondisi "tidak bisa mendongakkan kepala lagi didepan orang lain", jelas keadaan itu jauh lebih
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menakutkan daripada mati. Setelah termangu berapa saat, akhirnya Seebun Yan bertanya lagi, "Antara kau dengan Piauko pernah terjadi perselisihan, mengapa kau bersedia membantuku?" "Karena aku ingin membalas pujian yang diberikan ibumu kepadaku, sekalipun aku tidak berani menerimanya, namun bagaimana pun dia telah menyam paikan pujian itu. Setengah percaya setengah tidak Seebun Yan bertanya, "Jadi lantaran ibuku pernah memujimu, maka kau pun bersedia menahan cemoohan orang lain?" Perlu diketahui, dengan Bouw It-yu bersedia membantunya mencari Tonghong Liang, sama artinya dia bersedia mengajak damai kakak misannya itu. Tiba tiba Bouw It-yu bertanya lagi, "Apakah sikap ibumu terhadap Piaukomu sangat baik?" "Tentu saja. Aku tidak punya saudara, karena itu ibu selalu menganggapnya seperti anak kandung sendiri. Berbicara sampai disini, tiba-tiba dia seperti teringat akan sesuatu, katanya lagi sambil tertawa, "Ibu sama sekali tidak mengenalmu, tapi dia sangat memuji dirimu, kalau didengar dari nadanya, dia seolah menaruh sikap yang jauh lebih baik ketimbang terhadap Piauko ku. "Benar, itulah sebabnya aku harus membalas budi kebaikan ibumu, dia telah memujiku, padahal Kau dan Piauko mu adalah orang yang paling dia kasihi, masa aku masih bisa bersikukuh atas perselisihanku dengan Tonghong Liang?" Pada dasarnya tabiat Seebun Yan memang istimewa, dia termasuk orang yang senang gusar semaunya sendiri, seringkali apa yang dia lakukan jauh diluar kebiasaan pada umumnya. Jika berganti orang lain, kemungkinan besar mereka tidak bakal percaya dengan penjelasan dari Bouw It-yu itu, tapi baginya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

apalagi setelah melihat ketulusan hati Bouw It-yu ketika mengucapkan kata kata tersebut, tanpa terasa dia mempercayai semua perkataan nya. Melihat gadis itu hanya termenung tanpa menjawab, sambil tertawa Bouw It-yu bertanya lagi, "Apa yang sedang kau pikirkan, masih tidak percaya dengan diriku?" "Bukannya tidak percaya, tapi aku tidak bisa mendampingimu pergi Liauw-tong. Maukah kau memberitahukan jejak Piauko ku?" "Aku pun hendak ke Liauw-tong untuk mencari tahu kabar beritanya. Mengapa kau tidak bisa pergi bersamaku?" "Tidak apa-apa, aku hanya tidak ingin. "Apa lantaran kau kuatir Piauko mu cemburu?" desak Bouw It-yu sambil senyum tidak senyum. Merah jengah selembar wajah Seebun Yan. "Kau tidak perlu mencampuri urusanku!" "Piaukomu benar benar amat jahat!" tiba tiba Bouw It-yu berbisik. "Atas dasar apa kau menuduh Piaukoku jahat? tegur Seebun Yan gusar. "Jadi menurutmu tidak jahat? Bayangkan saja, dia mempunyai seorang Piaumoay yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, tapi dia justru berlagak seolah tidak memahami perasaan hatimu, tidak perduli padamu, bahkan acuh tidak acuh, aku lihat sikapnya terhadap Lan Sui-leng justru jauh lebih baik kan. Masa kau masih bisa menahan diri? Hmm, coba kalau berganti aku.... "Kenapa kau?" "Maaf, aku salah bicara. Kalau kuteruskan, pasti akan kau anggap sedang mengadu domba. Lebih baik pikirlah sendiri. "Tidak kau ucapkan pun aku juga tahu, betul, aku memang sepatutnya membuat panas hatinya juga, kalau dia sampai salah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

paham, biarkan saja dia salah paham. "Jadi adikku, kau sudah paham bukan? Bagus, kalau begitu mari kita segera berangkat!" "Huuh, siapa yang jadi adikmu?" seru Seebun Yan gusar. "Tentu saja kau, sahut Bouw It-yu sambil tertawa, "jangan lupa, kita sedang menyamar menjadi kakak beradik. Bila tidak dibiasakan panggilannya sejak sekarang, aku kuatir rahasia penyamaran kita bakal terbongkar. Sementara dia berbicara, dalam hati kecilnya berpikir, 'Mogamoga saja dia memang bukan adikku. Tapi kalau dilihat gelagatnya, kemungkinan besar perempuan itu adalah ibunya, mungkin aku tidak ingin menjadi kakaknya pun tidak mungkin bisa dihindari' Berpikir sampai disitu dia hanya bisa tertawa getir, paras mukanya tampak makin bimbang d an kosong. Seebun Yan berjalan berdampingan dengannya, melihat perubahan wajahnya itu dia jadi keheranan, segera tegurnya, "Aku lihat pikiranmu sangat kalut dan tak tenang, apakah sedang merindukan siau sumoay mu?" Tentu saja Bouw It-yu tidak bisa mengemukakan alasan sebenarnya, maka sahutnya, "Aku memang sedikit kuatir membiarkan dia pulang gunung seorang diri, namun setelah berjumpa denganmu, aku pun sedikit merasa lebih lega. "Kenapa?" tanya Seebun Yan tercengang. "Kau pintar, cekatan lagi, meskipun usiamu sedikit lebih tua daripadanya, pengetahuanmu tentang rimba persilatan pun jauh lebih banyak, bukankah selama berapa bulan terakhir dia selalu mengikutimu? Asal dia pernah mempunyai seorang guru yang begini bagus, tentu saja aku tidak perlu menguatirkan keselamatannya lagi. "Pandai amat kau mengambil hati orang, tapi ada satu hal aku ingin bertanya kepadamu, mengapa kau panggil dia sebagai Siauhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sumoay, sementara dia sendiri menyebutmu Siau-susiok?" "Berbicara soal tingkatan, aku memang setingkat lebih tinggi darinya. Tapi bicara soal usia, aku hanya berapa tahun lebih tua dari umurnya, jadi aku berniat minta ayahku untuk menerimanya sebagai murid. "Memangnya ayahmu bersedia? Dalam perguruan lain, soal tingkat kesenioran tidak bisa dirubah semau sendiri. "Ayahku sama seperti aku, tidak suka mengurusi segala urusan tetek bengek yang tidak berguna. "Pepatah kuno mengatakan: begitu bapaknya, begitu anaknya. Kau seharusnya mengatakan kalau kaulah yang mirip ayahmu. "Terima kasih banyak atas petunjukmu, tapi kalau semua perkataan harus dipikir dulu sebelum diucapkan, aku merasa seolah diriku jadi terkekang. "Aaah, benar, memang disinilah terlihat kalau kau bukan orang yang suka dikekang. Setelah memandang Bouw It-yu sekejap, tiba tiba ujarnya lagi, "Tahukah kau, ketika kau sedang memikir sesuatu masalah, tampangmu.... tampangmu.... "Tentunya amat jelek bukan?" "Tidak, sangat menarik malah, bicara sampai disitu, Seebun Yan tertawa cekikikan. "Tertawamu aneh sekali, pasti ada penyebab lain?" "Bukankah sudah kukatakan, sahut Seebun Yan sambil tertawa, "alasannya adalah karena tampangmu menarik sekali!" Alasan yang sesungguhnya sudah tentu bukan lantaran "menarik", melainkan karena secara tiba-tiba dia teringat dengan ibunya. 'Seringkali tanpa sebab ibu seperti sedang memikirkan sesuatu, ketika dia sedang termenung, alis matanya selalu berkenyit, sorot
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

matanya memandang ke tempat kejauhan, bukankah tampang ibu saat itu mirip sekali dengan tampang Bouw It-yu sekarang.... ' Ketika berpikir sampai disini, tiba-tiba perasaan aneh lain kembali melintas dalam benaknya. "Bukan hanya gayanya saja, bahkan dari atas mimik mukanya aku seolah dapat melihat bayangan dari ibu. Ooo)*(ooO BAB XIII. Mengarungi jalan mencari jejak Hati beku nyali baja saling berkaitan. "Hey, apa yang sedang kau pikirkan?" tegur Bouw It-yu. "Aku sedang berpikir, mungkinkah ada kehidupan lain sebelum kehidupan kali ini?" "Mengapa kau berpikir ke situ?" "Seringkali di dunia ini terdapat dua orang yang tidak saling mengenal, ternyata memiliki wajah yang sangat mirip, bahkan jalan pikiran mereka pun sering-kali sama. Mungkinkah dalam penghidupan mereka sebelumnya pernah menjadi sanak saudaranya? Kemudian ada juga orang yang merasa begitu cocok satu sama lainnya ketika baru bertemu, mungkinkah dalam kehidupan mereka sebelumnya pernah mengikat tali kasih atau jodoh?" "Aaah, makin bicara perkataanmu semakin mendekati tahayul. Pepatah kuno bilang: manusia ada yang mirip, benda pun ada yang sama. Masa kau tarik masalahnya jadi jodoh pada penghidupan sebelumnya?" Kembali Seebun Yan tertawa.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau tidak tahu, aku memang seringkali terjangkit penyakit suka berpikir yang bukan-bukan. Tapi anehnya, kadangkala pikiran yang bukan-bukan itu sering bisa berubah menjadi kenyataan. Tidak jelas apakah hal semacam inipun termasuk "jodoh", belum lama berselang mereka masih saling menyerang, tapi kini pembicaraan berlangsung begitu hangat dan akrab. Sepanjang perjalanan Bouw It-yu selalu merawat dan memperlakukan gadis itu sebagai seakan dia adalah kakak tertuanya, namun sikap serta tindak tanduknya tidak pernah melanggar batas kesopanan. Tidak selang berapa hari kemudian, bukan saja orang lain telah menganggap mereka sebagai dua bersaudara, Seebun Yan pun telah menganggap Bouw It-yu sebagai saudara kandung sendiri. Hanya saja diantara mereka berdua ada satu hal yang berbeda, Bouw It-yu bukan orang yang suka mengurusi masalah kecil dan urusan tetek bengek, dia adalah seseorang yang penuh dengan akal dan cerdas, seringkali dia menggunakan sejumlah tehnik yang halus untuk melakukan penyelidikan tentang urusan yang berhubungan dengan orang tuanya. Suatu kali Bouw It-yu membicarakan masalah pemandangan alam di wilayah Kanglam, Seebun Yan pun berkata, "Diatas langit ada surga, di bawah bumi ada Siok-Hang (Siok-ciu, Hang-ciu), tidak usah kau jelaskan pun aku sudah tahu. Khususnya mengenai telaga See-ouw, biarpun aku belum pernah mengunjunginya, namun dalam alam mimpi entah sudah berapa kali aku pesiar ke sana. "Hahahaha.... macam apakah telaga See-ouw dalam alam mimpi mu itu?" tanya Bouw It-yu sambil tertawa. "Baik, akan kuceritakan satu per satu, coba kau perhatikan apakah aku telah salah jalan?" Dari pohon Yang-liu yang tumbuh disepanjang tanggul Siok-ti, Pek-ti, sampai bunga Tho di bukit Ku-san, bayangan ombak di pagoda Ou-sim-teng, suasana bulan purnama di Sam-than-eng,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

malah sampai tempat tempat terkenal di telaga See-ouw dan hidangan lezat yang tersedia, satu per satu dia uraikan dengan detil. Selesai mendengar uraian nona itu, sambil tertawa Bouw It-yu berkata, "Aneh, kau seolah seperti benar-benar pernah mendatangi kota Hang-ciu, masa tentang telaga See-ouw kau bisa menjelaskan begitu hapal dan detil. "Desa asal kakak misanku berada di kota Hang-ciu. Ibu pun pernah tinggal di rumah Cihu (suami Cici) hampir setahun lamanya, dia paling senang telaga See-ouw, bukan saja seringkali membicarakan keindahan alam See-ouw denganku, bahkan dia pun tunjukkan juga banyak lukisan yang pernah dibuatnya dulu. "Tentunya kisah cerita banyak tahun berselang bukan?" "Waktu itu ibu belum menikah, aku merasa paling tidak sudah dua puluhan tahun berselang. "Waah, rupanya kejadian pada dua puluhan tahun berselang!" seru Bouw It-yu sambil tertawa, "tentunya waktu itu akupun belum lahir. Tidak heran kalau kau begitu mengagumi telaga See-ouw, ternyata semasa masih dalam kandungan ibumu pun kau sudah menghapalkannya. Sementara diluar dia berbicara sambil tertawa, dalam hati kecilnya semakin dicekam perasaan ragu dan tanda tanya, pikirnya, Aku masih ingat ibu pernah berkata kalau ayah buru-buru pulang ke rumah dari Hang-ciu untuk menikah dengannya. Dia tiba dirumah persis dihari perkawinan yang telah ditetapkan. Ehmm, janganjangan pada tahun ayah menikah, ibu Seebun Yan juga kebetulan berada di rumah Cihunya di kota Hang-ciu?" Sekarang dia hampir berani memastikan kalau Seebun-hujin adalah "perempuan itu", namun masih ada berapa pertanyaan yang mencurigakan hatinya. "Bila dia adalah perempuan itu, mengapa dia bisa sangat memuji diriku? Mengapa Seebun Yan bisa iri dan cemburu gara-gara pujiannya jauh melebihi pujian terhadap kakak misannya? Jelas
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keadaan semacam ini tidak sesuai dengan kenyataan. Kalau berbicara menurut kenyataan, biasanya pikiran dan perasaan kaum wanita jauh lebih sempit dan cupat, mana mungkin dia memuji putra dari musuh cintanya? Lagipula selama inipun mereka belum pernah berjumpa muka. Seebun Yan sendiripun dicekam oleh keraguan, setelah menempuh perjalanan bersama selama beberapa hari, tidak tahan dia bertanya kepada Bouw It-yu, "Selama berapa hari mencari tempat penginapan, kau sering mencari berita dari para pelayan losmen tentang seorang pemuda, tapi kalau kudengar dari raut muka yang kau lukiskan, rasanya orang yang sedang kau cari bukan kakak misanku?" "Lalu kau sangka siapa dia?" "Kalau kubayangkan dari raut muka yang kau lukiskan, rasanya dia adalah adik Lan Sui-leng bukan? Aku pernah satu kali berjumpa dengannya dalam Toan-hun-kok. "Dugaanmu tepat sekali, aku memang sedang mencari kabar tentang Lan Giok-keng, adik Lan Sui-leng. "Kenapa kau harus mencari tahu kabar beritanya?" "Karena aku tahu Lan Giok-keng memang sedang pergi ke Liauwtong, bila kita berhasil menemukan Lan Giok-keng, Piauko mu pasti akan ditemukan juga. Dengan nada setengah tidak percaya, tanya Seebun Yan, "Mengapa bisa begitu?" "Dengan mencermin masa lalu kita akan tahu masa depan, selama ini di mana Lan Giok-keng munculkan diri, cepat atau lambat Piauko mu pasti akan muncul juga disana. Contoh yang paling jelas adalah sewaktu kau bertemu mereka di Toan-hun-kok. "Siapa tahu kalau pertemuan itu hanya secara kebetulan?" "Kebetulan hanya bisa terjadi satu kali. Menurut apa yang kuketahui, sejak Lan Giok-keng turun gunung, dia sudah ditempel
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terus oleh Piauko mu!" Sebetulnya Seebun Yan sendiripun sudah merasa kalau peristiwa yang terjadi dalam Toan-hun-kok sangat aneh dan mencurigakan, namun setelah mendengar ucapan dari Bouw It-yu, tidak tahan segera bantahnya, "Masa kaupun percaya dengan segala isu yang beredar selama ini, menyangka Piauko ku ingin mencuri belajar ilmu pedang perguruanmu dari tangan Lan Giok-keng?" "Aku tidak mempunyai maksud begitu, tapi aku yakin dia pasti akan mengikuti Lan Giok-keng berangkat ke Liauw-tong!" Begitu melihat pemuda itu berbicara dengan begitu serius, Seebun Yan jadi setengah percaya setengah tidak, pikirnya, 'Bagaimana pun aku toh tidak punya cara lain untuk menemukan jejak Piauko, lagipula orang she-Bouw ini tidak terlalu memuakkan, apa salahnya aku ikut jalan jalan ke wilayah Liauw-tong?' Berpikir begitu maka sahutnya, "Baiklah, aku akan mempercayaimu kali ini saja, bila tetap tidak berhasil menemukan Piauko ku.... "Akan kuganti dengan.... "Ngaco belo, emang Piauko pun bisa dicarikan penggantinya?" "Nanti dulu, perkataanku kan belum selesai diucapkan, bukan diganti dengan Piauko tapi dengan seorang kakak kandung. Seebun Yan mengira pemuda itu sedang mencari untung darinya, kontan dia mengumpat, "Cisss.... aku mah ogah mendapat kakak macam kau. Tapi kemudian sambil tertawa terusnya, "Hanya saja, rasanya kau masih punya harapan bila ingin menjadi anak angkat ibuku. Cuma.... biar begitupun aku tidak bakalan mengakui dirimu sebagai kakak angkatku. Begitulah sepanjang jalan mereka berdua melakukan perjalanan sambil berbincang dan bergurau, suasana tidak terasa kelewat sepi. Namun mereka tidak berhasil mendapatkan berita mengenai Lan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Giok-keng, tanpa terasa mereka berdua telah memasuki wilayah Liauw-tong. Hari ke tiga setelah menginjakkan kaki di wilayah Liauw-tong, ketika sedang menempuh perjalanan, mereka melihat ada sebuah kedai arak dipinggir jalan. Hampir semua kedai arak yang ada disepanjang jalan memiliki bentuk yang sama, dinding empat penjuru berada dalam keadaan terbuka, tiada jendela, tiada pintu. Sang pemilik kedai merangkap pula menjadi pelayan, biasanya mereka hanya menggaji seorang kacung cilik. Arak yang dijual pun hanya arak putih biasa, sedang hidangan teman minum arak biasanya adalah daging sapi asin atau itik goreng. Sebenarnya Bouw It-yu tidak terlalu menaruh perhatian terhadap kedai arak itu, namun sewaktu lewat tadi, dia sempat mendengar suara pembicaraan dari sang pemilik kedai dengan kacungnya, pembicaraan itulah yang menarik perhatiannya. "Pemuda asing yang datang dari luar daerah itu sungguh begitu lihay?" terdengar si kacung bertanya. "Walaupun aku tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, tapi banyak orang dikota ini yang berkata begitu, masa bisa bohong?" Tergerak pikiran Bouw It-yu, dia segera balik kembali. Melihat itu Seebun Yan segera menegur, "Bukankah baru saja kita bersantap siang, masa kau sudah lapar kembali?" "Arak di kedai tadi kurang enak, aku ingin meneguk barang dua cawan arak lagi disini. "Darimana kau bisa tahu kalau arak disini enak?" "Kau bukan peminum arak, tentu saja tidak bakal tahu. Begitu kuendus bau harum arak disini, segera kutahu kalau arak di tempat ini pasti arak yang harum.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika melihat sang tamu hanya berjalan lewat, pemilik kedai itu sebenarnya kecewa, maka begitu melihat kedua orang itu balik kembali ke arah kedainya, buru-buru dia menambahkan, "Betul, betul, ketajaman matamu memang luar biasa, arak putih yang kami jual memang arak putih kwalitas satu, dijamin tidak dicampuri air, silahkan masuk!" Bouw It-yu memesan sepoci arak dan setengah kati daging sapi, selesai bersantap dia pun mengeluarkan sebiji goanpo seberat lima tahil perak dan diserahkan kepada pemilik kedai itu. "Kami tidak punya hancuran perak sebanyak itu untuk pengembaliannya, kata pemilik kedai kemudian dengan kening berkerut. Untuk membayar arak dan hidangan yang dipesan Bouw It-yu, paling banter harganya tidak lebih dari lima rence (seperlima tahil). "Kau tidak perlu memberi pengembaliannya, asal memberitahukan satu hal kepadaku, kata Bouw It-yu sambil tersenyum. "Soal apa?" "Pernahkah kau menjumpai seseorang macam begini lewat di tempat ini?" Mencorong sinar terang pemilik kedai itu selesai mendengar penjelasan tamunya, cepat dia berseru, "Oooh, bukankah pemuda itu berlogat selatan? Tepat sekali. Aku hanya ingin tahu apakah dia telah tiba di wilayah Liauw-tong, bila kau tahu cepat katakan padaku, soal yang lain, kau tidak perlu banyak bertanya lagi. Pemilik kedai itupun orang kawakan yang sudah berpengalaman dalam pergaulan, tujuan baginya hanya ingin mendapat uang perak tersebut, sudah barang tentu diapun tidak ingin mencari tahu latar belakang Bouw It-yu. Begitu menerima uang tersebut segera katanya, "Aku sendiri
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

belum pernah bertemu dengan orang itu, tapi aku tahu ada banyak orang pernah berjumpa dengannya. "Bertemu di mana?" "Dikota Uh-sah-tin!" "Uh-sah-tin? Sah dari kata pasir atau Sah dari kata ikan hiu?" "Sah dari kata ikan hiu. Kota Uh-sah-tin terletak lebih kurang tujuh puluh li dari sini, kota itu adalah sebuah bandar, oleh karena di wilayah lautan sekitar sana seringkali muncul sejenis ikan hiu yang seluruh badannya berwarna hitam pekat, maka orang orang pun menyebut bandar itu sebagai kota Uh-sah-tin, padahal tidak terlalu sering muncul ikan hiu hitam disitu, dalam setahun paling banter hanya muncul satu, dua kali, kalau bukan begitu mana ada orang berani menangkap ikan lagi di seputar sana. Bouw It-yu tidak sabar mendengar penjelasan yang bertele-tele itu, segera tukasnya, "Apa yang dilakukan si bocah muda itu di kota Uh-sah-tin?" "Berkelahi dengan pedagang ikan. "Kenapa berkelahi dengan pedagang ikan?" "Katanya mah pedagang ikan, padahal mereka adalah tukang pukul dari pengumpul ikan. Semua nelayan yang berada di kota Uhsah-tin harus menjual semua ikan hasil tangkapannya kepada pengumpul ikan itu, pemilik pengumpul ikan tersebut konon merupakan seorang saudagar yang mempunyai kemampuan duduk sejajar dengan pembesar setempat, aku dengar beberapa buah toko perdagangan yang ada di kota itupun miliknya seorang. "Tentunya transaksi jual beli berjalan tidak adil bukan?" tanya Seebun Yan. "Eeei, darimana kau bisa tahu? Tidak ada salahnya aku beritahu, secara diam-diam penduduk kota Uh-sah-tin mengumpat juragan ikan itu sebagai Hi-pa (manusia lalim pengumpul ikan)!" "Aku rasa tidak mungkin bocah muda itu melakukan transaksi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jual beli dengan para nelayan, lantas mengapa bisa berkelahi?" tanya Bouw It-yu. "Itulah dia, kejadian ini memang benar-benar aneh sekali, konon baru saja anak muda itu tiba di kota, para tukang pukul pengumpul ikan itu sudah mengerubuti dirinya. Penduduk kota tidak berani mendekat, mereka hanya menonton dari tempat kejauhan saja, siapa pun tidak berani bertanya apa sebabnya. "Konon ada tujuh delapan orang tukang pukul yang mengerubuti anak muda kurus kering itu, tapi anehnya, ke tujuh delapan orang lelaki itu berhasil dihajar sampai tidak mampu merangkak bangun!" Diam diam Seebun Yan tertawa geli, pikirnya: 'Terhitung manusia macam apa berapa orang tukang pukul itu, jangan lagi Lan Giokkeng, aku pun sanggup menghajar berapa orang itu sampai tidak mampu merangkak bangun' Berbeda dengan gadis itu, Bouw It-yu justru menunjukkan mimik muka yang amat serius, dengan berlagak kaget bercampur keheranan serunya, "Aaah, benarkah ada kejadian seperti ini? Aku tidak berani percaya kalau seorang anak muda memiliki kemampuan sedemikian hebatnya, jangan-jangan ada orang yang secara diamdiam membantunya?" "Betul sekali, ada orang memang curiga begitu. "Lantas mereka mencurigai siapa?" "Waktu itu si anak muda datang bersama seorang hwesio tua, hwesio itu kurus kering dan batuk tiada hentinya, sepertinya sedang sakit parah, kondisi tubuhnya jauh lebih lemah ketimbang bocah laki itu. Selama bocah itu terlibat pertarungan, si hwesio sendiri hanya berdiri ditepi arena, tapi anehnya ketika ada dua orang tukang pukul menumbuk badannya, yang jatuh terpelanting bukan sang hwesio melainkan ke dua orang tukang pukul itu sendiri. "Bagaimana nasib hwesio tua dan bocah muda itu kemudian?" "Tentu saja kabur. Pepatah mengatakan: naga sakti susah melawan ular setempat. Kali ini mereka memang menang, bukan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berarti dalam pertarungan berikut mereka seuntung sekarang, tentu saja mereka tidak berani berdiam lagi di dalam kota. Tanpa banyak bicara lagi Bouw It-yu melanjutkan perjalanan, Seebun Yan menyusulnya sambil bertanya, "Bagaimana kita sekarang?" "Aku rasa lebih baik kita segera menuju kota Uh-sah-tin. "Betul, sekalipun mereka sudah tidak berada dikota itu, paling tidak kita sudah berhasil memperoleh sedikit keterangan tentang jejak mereka berdua. Kalau si nona bergembira karena berhasil menemu kan setitik petunjuk, sebaliknya mimik muka Bouw It-yu justru berubah jadi lesu dan murung, jauh berbeda dengan sikap biasanya yang banyak bicara danbergurau. "Eeei, apa yang sedang kau pikirkan?" tegur Seebun Yan kemudian. "Tidak apa-apa, aku hanya merasa hwesio tua itu sedikit rada aneh. "Oooh, rupanya kau sedang memikirkan hwesio tua itu, kenapa tidak kau tanyakan kepadaku?" "Memangnya kau tahu siapakah si hwesio tua itu?" "Tentu saja tahu, dia adalah seorang hwesio juru masak dalam biara Siau-lim dengan gelar Hwee-ko. Aku dan Lan Sui-leng pernah mendatangi biara Siau-lim untuk mencarinya. Tapi sayang waktu itu dia bersama Lan Giok-keng sudah pergi ke Toan-hun-kok. Kemudian kami pun pernah bersua lagi dengannya dalam Toan-hun-kok. "Apakah hwesio tua yang kau jumpai dalam Toan-hun-kok memberitahukan kepadamu kalau dia bernama Hwee-ko Thaysu?" "Dia jalan bersama Lan Giok-keng, kalau bukan Hwee-ko Thaysu lantas siapa lagi?" Dalam hati dia benar-benar merasa keheranan, dengan

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kecerdasan Bouw It-yu, masa pandangan semacam inipun tidak terpikirkan olehnya. "Aku justru merasa keheranan, kata Bouw It-yu, "mana mungkin seorang hwesio juru masak dari biara Siau-lim bisa memiliki kepandaian sehebat itu?" "Sudah pasti dia bukan seorang hwesio juru masak biasa, ketika aku hendak berangkat ke Toan-hun-kok untuk mencari Piauko, ibu pernah menyarankan aku untuk minta bantuannya di biara Siau-lim. Hanya saja aku tidak tahu asal-usul serta identitasnya yang sesungguhnya. Padahal Bouw It-yu jauh lebih mengetahui tentang asal-usul Hwee-ko Thaysu ketimbang Seebun Yan, sejak awal dia sudah curiga kalau hwesio tua yang jalan bersama Lan Giok-keng adalah Hwee-ko Thaysu, dia tidak lebih hanya ingin membuktikan dan mencari ketegasan dari pernyataan Seebun Yan. "Ternyata dugaan ayah tidak salah, dikolong langit hanya Hweeko Thaysu seorang yang bisa menemukan Jit-seng-kiam-kek, dan ternyata Lan Giok-keng telah berhasil mengundangnya untuk turun gunung. Tentu saja Hwee-ko Thaysu membantunya bukan lantaran dia memberi muka kepada Lan Giok-keng, tapi siapakah tokoh besar yang mempunyai reputasi begitu tinggi hingga berhasil mengundangnya membantu Lan Giok-keng?" Bisa jadi ayahnya sudah tahu siapakah tokoh di belakang layar itu, hanya saja tidak sampai mengemukakan dugaan itu kepada putranya, mau tidak mau Bouw It-yu harus menganalisanya sendiri. "Eeei, kenapa kau hari ini? Sejak tadi hanya murung terus seperti sedang memikirkan sesuatu, kenapa kau tidak berbicara?" tegur Seebun Yan tiba-tiba. Bouw It-yu tertawa, baru saja akan bicara, mendadak paras mukanya berubah. "Kau tunggulah sebentar, ujarnya. Di tepi jalan merupakan tanah pegunungan yang dipenuh rumput
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ilalang, ternyata dia lari masuk ke balik rumput ilalang itu. Seebun Yan segera menyusul dari belakang, tampak pemuda itu sedang memungut sekerat tulang belulang dari balik rumput ilalang. "Apa bagusnya tulang belulang itu?" tegur Seebun Yan. Bouw It-yu memperhatikan sekejap tulang itu, kemudian sambil membuangnya kembali ujarnya tertawa, Mungkin aku yang banyak curiga. Apa yang kau curigai?" "Aku curiga dia mati karena dibunuh orang, ingin mencari tahu bekas lukanya dari tulang belulang itu. "Benar benar sinting, tidak waras otakmu. Tidak terhitung manusia yang mati di tengah alas seperti ini, masa mereka yang mati pasti karena kasus pembunuhan?" Lagi-lagi Bouw It-yu tidak berbicara. "Padahal aku sendiri pun mungkin sudah terjangkit juga penyakit curiga, kata Seebun Yan lagi. "Apa pula yang kau curigai?" "Mencurigai dirimu!" "Dalam hal mana aku pantas dicurigai?" seru Bouw It-yu terperanjat. Padahal tujuan Seebun Yan hanya ingin memancing perhatiannya, begitu tujuannya tercapai segera ujarnya sambil tertawa, "Kau tidak usah gugup, aku bukan curiga atas akhlak dan kelakuanmu. Tapi ada satu hal aku merasa tidak habis mengerti, tolong berilah penjelasan. "Oooh, kenapa kau malah bersikap begitu sungkan. Bukankah hari penguburan jenasah Bu-siang Cinjin telah ditetapkan akan terselenggara pada bulan depan?" "Benar, kenapa kau menanyakan hal ini?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku ingin bertanya lagi, menurut dugaanmu masih butuh berapa lama lagi untuk menemukan Piauko ku?" "Kalau soal ini mah tidak pasti, walaupun sekarang kita telah memperoleh titik terang, namun tidak jelas sampai kapan baru bisa menemukan Lan Giok-keng, bila kita berhasil menemukan Lan Giokkeng, kita pun harus menunggu lagi sampai munculnya Piauko mu. "Berarti sulit bagimu untuk pulang ke gunung dan mengikuti upacara penguburan?" Bouw It-yu tertawa getir. "Sekalipun sekarang aku menyusul pulang, rasanya tidak akan bisa mengikuti upacara itu, katanya. "Persoalan inilah yang ingin kutanyakan kepada-mu, Bu-siang Cinjin adalah seorang tokoh saleh yang tersohor nama besarnya, bukan saja penyelenggaraan upacara penguburan baginya merupakan kejadian besar bagi partai Bu-tong, terhitung kejadian besar juga bagi umat persilatan. Apalagi ayahmu saat ini adalah Ciangbunjin partai, sudah pasti upacara itu akan dipimpin ayahmu. Aku duga para pemimpin dunia persilatan khususnya para ketua partai besar pasti akan berbondong-bondong naik ke Bu-tong untuk mengikuti upacara tersebut. Sebagai putra Ciangbunjin kenapa kau bukannya balik ke gunung untuk turut hadir dalam upacara akbar itu, sebaliknya malah menemani aku mencari Piauko sampai ke wilayah Liauw-tong?" Sejak awal Bouw It-yu telah mempersiapkan jawaban untuk pertanyaannya itu, segera sahutnya, "Kau hanya tahu satu, tidak tahu dua. "Lantas apakah yang ke dua itu?" "Lan Giok-keng adalah cucu murid yang paling disayang Bu-siang Cinjin, secara tiba-tiba dia turun gunung, jangankan orang lain bahkan ayah angkatnya pun tidak tahu lantaran apa dia pergi, tentu saja kami harus menemukannya dan membawa dia pulang. Aku hanya mendapat tugas untuk menemukan jejaknya, jadi membantu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kau menemukan Piauko sebetulnya hanya kebetulan saja. Dengan setengah percaya setengah tidak kata Seebun Yan, "Ternyata masih terdapat alasan istimewa lainnya, sebagai orang luar mana aku bisa menduga sampai ke situ? Namun bagaimana pun juga, nasibku memang terhitung cukup baik, bukan saja secara kebetulan bertemu kau, bahkan mendompleng juga keberuntungan dari Lan Giok-keng!" Bouw It-yu tahu penjelasan semacam itu sulit untuk membuatnya percaya, tapi dia tidak ada waktu untuk berpikir lebih jauh. Padahal apa yang dia katakan bukan ucapan bohong, kehadirannya untuk mencari tahu jejak Lan Giok-keng memang atas perintah ayahnya, hanya saja latar belakang dibalik kesemuanya itu tidaklah sesederhana apa yang dia lukiskan tadi. Mendadak cuaca berubah jadi sangat buruk, hujan turun tidak terlalu deras pun tidak terlalu kecil. Sambil mengenakan jas hujan kedua orang itu melanjutkan perjalanannya ditengah curahan hujan, meski harus melalui jalan perbukitan namun tidak terlalu menyulitkan mereka berdua. Namun sepanjang perjalanan, perasaan Bouw It-yu gelap dan murung segelap cuaca saat itu, bahkan tiada hentinya bersih berulang kali. Di hadapan matanya dia seakan melihat ada sesosok tengkorak sedang bergoyang, dia teringat kembali dengan kejadian yang dialaminya ketika berada di Boan-liong-san tempo hari, saat itupun hujan sedang turun cukup deras. Di atas Boan-liong-san tersimpan kasus pembunuhan yang telah terlangsung hampir tujuh belas tahun lamanya, Bu-kek Totiang, ketua Tianglo Bu-tong-pay terkubur diatas bukit tadi. Bersamanya terkubur pula murid Bu-tong-pay lainnya, Keng King-si, Ho Giok-yan serta Ho Liang pelayan tua dari keluarga Ho. Jauh sebelum kedatangannya di gunung Boan-liong-san, seorang murid Bu-tong-pay lainnya telah tiba disana.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Murid Bu-tong-pay itu bukan orang sembarangan, dia adalah Putcoat murid pertama dari Bu-siang Cinjin . Put-coat mendapat perintah gurunya untuk mendatangi Boan-liong-san dan membawa pulang kerangka tulang Bu-kek yang terkubur disana. Tatkala Bouw It-yu tiba di Boan-liong-san, secara kebetulan dia bertemu dengan Put-coat yang sedang diserang seorang manusia berkerudung. Waktu itu dia sudah terkena jarum lebah hijau milik Siang Ngo-nio terlebih dulu, tampaknya sebentar lagi bakal tewas di tangan manusia berkerudung itu. Bouw It-yu segera membantunya memukul mundur manusia berkerudung itu, walaupun pada akhirnya dia tidak berhasil selamatkan jiwa nya, namun paling tidak Put-coat meninggal sesaat setelah dihantar balik ke gunung Bu-tong. Kalau tidak, mungkin sampai mati pun dia akan mah tidak meram. Padahal peristiwa itu bukan suatu kejadian yang "kebetulan", jauh sebelum terjadinya peristiwa itu, Bouw It-yu sudah mengetahui kabar itu hingga secepatnya berangkat ke Boan-liong-san. Adapun si pemberi kabar telah membeberkan pula semua untung rugi yang bakal terjadi kepadanya. Hujan turun semakin deras, membayangkan kembali duel yang terjadi di tengah hujan lebat waktu itu, perasaan takut bercampur ngeri kembali timbul dihatinya. Ilmu pedang Bu-tong-pay yang dimiliki manusia berkerudung itu jauh lebih hebat ketimbang kemampuannya, dia sendiripun tidak habis mengerti kenapa manusia berkerudung itu bisa kalah ditangannya, hingga orang itu melarikan diri, dia masih seolah berada dalam alam impian. Tapi yang membuatnya lebih terkejut adalah ditemukannya sebatang jarum lebah hijau diatas tulang tengkorak kepala Ho Liang. Jarum lebah hijau adalah senjata rahasia andalan Siang Ngo-nio, sementara sejak awal diapun sudah tahu kalau ayahnya pernah mempunyai hubungan istimewa dengan Siang Ngo-nio.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tentu saja dia tisak ingin merembetkan persoalan ini dengan ayahnya, karena itulah dia sengaja menyembunyikan tengkorak kepala itu dan tidak berani membiarkan Bu-siang Cinjin mengetahuinya. Pepatah kuno mengatakan kalau ingin mengetahui anaknya, lihatlah bapaknya. Tapi sebaliknya pikiran seorang ayah terkadang dirasakan juga secara langsung oleh putranya. Selama ini ayahnya memang tidak pernah berkata apa pun, tapi dia dapat "merasakan" kalau ayahnya seperti tidak berharap beberapa kasus pembunuhan misterius itu bisa terungkap hingga tuntas. Sudah barang tentu dia tidak bakalan mencurigai ayahnya sebagai seorang pembunuh, tapi mengapa ayahnya takut kasus pembunuhan itu terungkap? Apakah rasa takutnya itu hanya lantaran dia pernah mempunyai hubungan khusus dengan Siang Ngo-nio? Tapi, bukankah Siang Ngo-nio hanya seorang pembantu dalam kasus pembunuhan itu? Lagipula kemampuannya toh belum sanggup menghabisi nyawa Bu-kek Tianglo yang berilmu. Ooo)*(ooO Yang paling menjurigakan justru manusia berkerudung itu, hampir dalam beberapa kasus pembunuhan yang terjadi, kesemuanya itu terkait erat dengan manusia berkerudung itu, lalu siapakah manusia berkerudung itu? Kali ini ayahnya perintahkan dia untuk menguntil Lan Giok-keng, alasannya adalah lantaran tindak tanduk serta gerak-gerik Lan Giokkeng sangat aneh dan mencurigakan, dia sebagai seorang Ciangbunjin harus mencari tahu akan masalah ini. Tapi Bouw It-yu sebagai putranya dapat merasakan kalau perkataan yang disampaikan ayahnya hanya sebuah alasan yang dibuat-buat, masalah apakah yang membuat dia tidak berani berterus terang kepada putranya sendiri? Kini dia makin lama semakin tahu banyak tentang segala
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

persoalan yang terjadi setelah Lan Giok-keng turun gunung, dia pun makin lama semakin yakin kalau Lan Giok-keng pasti sedang pergi ke wilayah Liauw-tong, dan kepergiannya sudah jelas terkait dengan penyelidikannya atas berapa kasus pembunuhan yang pernah terjadi. Sekalipun Lan Giok-keng sendiri belum tentu mengetahui latar belakang yang sebenarnya. Entah mengapa, tiba tiba muncul sebuah ingatan aneh dalam benak Bouw It-yu, "Bila hasil pelacakan membuktikan kalau manusia berkerudung itu ada keterkaitan yang erat dengan ayah, lantas apa yang harus kulakukan?" Bagi Seebun Yan, dia hanya ingin secepatnya menemukan Piaukonya, karena itu segera tegurnya, "Eeei, kenap^ kau? Aku lihat pikiranmu tidak tenang sepertinya ada yang sedang kau renungkan! Ayoh kita jalan lebih cepat, dengan begitu menjelang malam nanti kita bisa tiba di kota Uh-sah-tin!" Pikiran dan perasaan Bouw It-yu sangat kalut, terpaksa dia mempercepat langkahnya menyusul di belakang gadis itu. Setelah berjalan berapa saat, mendadak Seebun Yan menghentikan kembali langkahnya sembari berteriak, "Coba kau lihat ke sana!" Memandang ke arah yang ditunjuk gadis itu, Bouw It-yu segera menemukan sebuah bekas telapak tangan yang tertinggal jelas di atas sebuah batu cadas yang licin bagaikan cermin. "Bekas tangan itu tampaknya sangat aneh, biar kuperiksa sebentar, kata Seebun Yan lagi dengan rasa ingin tahu. "Bukankah kau ingin cepat-cepat tiba ditempat tujuan? Buat apa mesti mencampuri urusan yang tidak berguna?" cegah Bouw It-yu. Tapi Seebun Yan tidak menggubris, dia telah mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk mendekati bawah batu cadas itu. "Hati-hati!" teriak Bouw It-yu cepat. Belum selesai dia berteriak, mendadak dari permu kaan tanah di
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bawah batu cadas itu terbuka sebuah liang besar, ternyata ada orang telah menyiapkan jebakan di sekitar tempat itu. Dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat Bouw It-yu segera melesat ke depan, untung saja dia bertindak cepat, ketika tiba di tempat tersebut secara kebetulan dia masih berhasil menangkap kaki Seebun Yan dan menariknya ke atas. Dengan tubuh masih melambung di tengah udara sementara tangan sebelah menggenggam kuat pedang berikut sarungnya, dia sodokkan pedang tersebut di atas permukaan tanah yang keras lalu menggunakan kekuatan tadi meluncur kembali ke arah lain, dengan cara itulah dia berhasil menyelamatkan Seebun Yan yang terperangkap dalam liang itu. Belum hilang rasa kaget Seebun Yan, lamat-lamat terdengar ada orang seperti sedang tertawa dingin. "Bangsa tikus yang tidak tahu malu, berani amat kau membokong nonamu, kalau punya nyali ayoh cepat keluar!" umpat Seebun Yan dengan nada sewot. Tiada jawaban, ketika mereka periksa sekeliling tempat itu, jangankan manusia, bayangan setan pun tidak nampak. "Aneh!" bisik Bouw It-yu sambil membungkukkan memeriksa perangkap itu. "Apa yang aneh? Coba kau perhatikan sendiri. Seebun Yan mengira di dalam liang itu terdapat suatu benda atau makhkuk yang aneh atau sesuayu menyeramkan, siapa tahu setelah diperiksa ternyata liang itu kosong, tidak ada sesuatupun yang terlihat. Setelah tertegun sejenak, diapun seolah menyadari akan sesuatu, ujarnya, "Benar juga, tampaknya memang sedikit agak aneh, berbicara pada umumnya, bila mereka telah menyiapkan perangkap disini, seharusnya di dalam liang itu disiapkan juga sesuatu alat rahasia atau alat perangkap yang mematikan. Sekalipun tidak ada alat perangkap, paling tidak didalam liang harus ditebari senjata
http://cerita-silat.co.cc/

tubuh

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

rahasia duri atau sebangsanya untuk melukai sang korban. Tapi liang itu kosong tidak berisi, biar orang biasa pun yang terperosok ke dalam, dia toh masih sanggup merangkak keluar lagi. "Kalau di dengar dari suara tertawa dingin tadi, jelas ada orang bersembunyi di belakang batu cadas itu, jika mereka berniat mencelakai dirimu, seharusnya sejak tadi mereka telah melancarkan bokongan dengan senjata rahasia, kata Bouw It-yu. "Masa mereka hanya berniat mengagetkan hati-ku?" seru Seebun Yan. Bouw It-yu tidak menjawab, dia melompat naik ke atas batu cadas itu. "Orang itu sudah kabur sejak tadi, mau apa kau naik ke sana?" kembali gadis itu menegur. "Bekas cap tangan ini sedikit agak aneh, akan kuperiksa dengan lebih seksama. Apa yang diucapkan pemuda itu tidak lain adalah perkataan yang pernah diucapkan Seebun Yan tadi. Tidak heran gadis itu segera tertawa cekikikan, serunya, "Burung beo belajar bicara, cepat amat kau menirukannya. Dengan nada parau diapun segera menirukan gaya bicara Bouw It-yu tadi, "Bukankah kau ingin cepat tiba ditempat tujuan, buat apa mencampuri urusan orang!" "Tidak mencampuri urusan orang lain pun kini telah dicampuri, kata Bouw It-yu, "biar kita mempercepat langkah kaki saja nanti. Dia benar-benar menunjukkan gaya seseorang yang sedang menganggur dan suka mencampuri urusan orang, bukan saja bekas telapak tangan itu diteliti dengan seksama bahkan masih dipegang dan dirabanya berulang kali. "Apa bagusnya bekas telapak tangan itu?" tegur Seebun Yan, "coba lihat tampangmu, seakan sedang menikmati sebuah lukisan antik!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw It-yu tertawa. "Lukisan antik hanya bisa dinikmati seniman atau sastrawan yang mengerti lukisan, kalau aku mah orang kasar, tidak mengerti soal begituan. "Kalau kau hanya ingin mengetahui kungfu orang itu, seharusnya sedari tadi sudah terlihat jelas. Sudah begitu lama kau perhatikan, masa masih belum cukup?" Bouw It-yu tidak langsung menjawab, dia melompat turun dari atas batu cadas. "Sudah menemukan sesuatu?" tanya Seebun Yan. "Ternyata memang sedikit agak aneh. Seebun Yan tidak tahu pemuda itu sedang bergurau atau sedang bicara sungguhan, tapi dia melihat paras mukanya memang amat berat dan serius, maka tanyanya, "Apa yang aneh? Hey, aku sedang bertanya kepadamu, dengar tidak? Kenapa tidak menjawab?" Seolah baru mendusin dari impian, sahut Bouw It-yu kemudian, "Batu cadas itu berada enam tujuh tombak dari permukaan tanah, bagi orang dengan ilmu meringankan tubuh hebat mungkin saja masih berdiri tegak disitu, tapi kalau melambung sambil meninggalkan bekas telapak tangan yang begitu jelas di atas dinding jelas bukan perbuatan yang gampang dilakukan, apa kau tidak merasa aneh sekali?" "Pernyataanmu aneh juga! Pertama, seharusnya kau hanya bisa mengatakan kalau ilmu silat yang dimiliki orang itu luar biasa, kenapa menggunakan kata aneh?" "Betul, aneh dan luar biasa memang ada bedanya, aku yang tidak tepat dalam penggunakan kata. Lantas apa yang ke dua?" "Biarpun dibutuhkan ilmu silat tingkat tinggi untuk melakukannya, tapi bukan berarti tiada orang yang bisa melakukannya. Dulu, seorang pelayan tua di rumahku pun memiliki ilmu Kim-kong-ciang semacam ini.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dimana pelayan tuamu itu sekarang.... "Sudah mati lama, dia adalah pelayan ayahku. "Tidak ada yang ke tiga bukan?" "Tepat sekali, masih ada yang ke tiga. Boleh saja orang lain mengatakan aneh atau luar biasa, namun tidak seharusnya orang macam kau berkata begitu juga!" "Kenapa?" "Ayahmu adalah Ciangbunjin Bu-tong-pay, tokoh yang disegani dan dihormati seluruh umat persilatan, boleh saja orang lain tercengang atau bahkan terheran heran, namun tidak pantas untuk dirimu. Apa kata orang jika mereka melihat sikap semacam itu?" "Betul, bagi ayahku memang tidak sulit untuk meninggalkan bekas telapak tangan di atas dinding batu itu, tapi untuk manusia semacam aku, paling tidak harus berlatih sepuluh tahun lagi untuk bisa melakukan hal yang sama. Sesungguhnya jawaban tersebut bukan terhitung jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang diajukan, tapi berhubung Bouw It-yu telah melangkah pergi, maka Seebun Yan pun tidak ingin merecokinya lagi dengan mengajukan pertanyaan lain. Darimana dia tahu kalau sikap "ringan dan santai" yang diperlihatkan Bouw It-yu sesungguhnya kelewat dipaksakan. Saat itu paras mukanya telah berubah sangat aneh bahkan jauh dari keadaan biasa, perasaan hatinya terasa jauh lebih berat daripada mimik mukanya yang murung dan kelabu. Karena bukan saja dia telah berhasil meraba asal usul ilmu silat yang dimiliki orang itu, bahkan sudah tahu juga siapakah dia. Sewaktu berada di Boan-liong-san tempo hari, dia pernah bertanding pedang melawan manusia berkerudung itu, pernah juga beradu pukulan dengannya. Dia masih ingat dengan jelas, telapak tangan kanan orang itu memiliki ciri khusus, kebanyakan orang jari tengahnya pasti lebih panjang ukurannya dibandingkan ukuran jari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lain, tapi ukuran jari tengah orang ini pendek lagi kasar, bahkan ukuran jari tengah dan jari telunjuknya nyaris seimbang. Bekas telapak tangan yang tercetak diatas dinding batu itu merupakan telapak tangan kanan, ternyata jari tangan cap tangan itu persis sama seperti ciri-ciri jari tangan manusia berkerudung itu. "Apa maksud dia meninggalkan bekas telapak tangan? Janganjangan jejak ku sudah ketahuan olehnya sejak awal hingga dia bermaksud agar aku tahu akan kehadirannya disini dan sekarang minta aku segera mengundurkan diri?" Sementara Bouw It-yu masih berpikir dengan perasaan sangsi, tiba-tiba dia seperti mendengar lagi suara tertawa dingin dari manusia berkerudung itu. Waktu itu Seebun Yan sudah berjalan melampaui dirinya, sembari berpaling serunya, "Sudahlah, jangan berpikir yang bukanbukan, ayoh kita beradu ginkang saja. Bouw It-yu tidak ingin rahasia hatinya ketahuan lawan, maka sambil membangkitkan kembali semangatnya dia beradu kecepatan dengan gadis itu. Dan masing-masing mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki, terjadilah kejar mengejar di antara mereka berdua, tanpa terasa puluhan li sudah terlampaui. Sementara Seebun Yan sedang berlari dengan penuh keriangan, tiba-tiba dia saksikan Bouw It-yu telah memperlambat kembali langkahnya. "Hey ada apa kau?" tegur gadis itu kemudian, "kenapa kau sudah kehilangan semangat lagi? Sudah ke tiga kalinya aku berhasil melampaui dirimu!" Belum selesai dia berkata, terlihat Bouw It-yu bukan saja telah memperlambat langkahnya, malah kali ini dia benar-benar telah berhenti berlari. Seebun Yan tidak perlu menanyakan alasannya lagi, sebab dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pun telah menyaksikan sendiri dengan amat jelas. Apa yang dilihatnya? Ternyata di atas dinding batu cadas persis dihadapannya tertulis dua huruf tulisan besar. Tulisan itu berbunyi, "Bila tidak segera kembali, mencari penyakit buat diri sendiri!" Seusai membaca tulisan itu, seru Seebun Yan, Tampaknya tulisan itupun hasil karya orang itu, hmmm! Sebentar meninggalkan bekas telapak tangan, sebentar meninggalkan sederetan tulisan, entah permainan busuk apa yang sedang dia lakukan?" "Dia ingin menakut-nakuti kita, mencegah kita menempuh perjalanan lebih jauh, sahut Bouw It-yu sambil tertawa getir. "Memangnya kau takut kepadanya?" Bouw It-yu tidak menjawab, dia telah menghampiri tulisan itu dan memeriksanya dengan seksama. "Kau telah mengetahui siapa yang meninggalkan tulisan itu, bisa menulis huruf-huruf itu diatas dinding batu pun bukan sesuatu kungfu yang hebat, buat apa kau musti meraba dan menelitinya lagi?" tegur Seebun Yan sambil berkerut kening. "Aku rasa gaya tulisan yang tertera di baru ini sangat indah. "Bukankah kau bilang tidak suka dengan segala macam seni dan budaya?" "Kita sudah cukup jauh menempuh perjalanan, tidak ada salahnya untuk beristirahat sejenak. Lagipula kita memang tidak ada urusan penting, apa salahnya kalau kali ini kita melanggar kebiasaan dengan menikmati karya seni.... Tulisan "Bila tidak segera kembali, mencari penyakit buat diri sendiri!" yang tertera di atas dinding batu itu digores dengan menggunakan pedang, 'gaya tulisan' nya tidak seberapa istimewa, tapi khususnya huruf 'bila' terasa goresannya kelewat panjang sementara huruf 'tidak' terlihat kelewat pendek.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Melihat pemuda itu begitu bersemangat mengawasi gaya tulisan itu, bahkan nyaris termangu, tanpa terasa tergerak perasaan Seebun Yan, pikirnya, 'Dia pasti bukan sedang menikmati gaya tulisan itu saja, tidak mungkin masalahnya begitu sederhana' Cepat dia maju mendekat. Tapi setelah diamati berapa saat tidak tahan serunya tertahan. "Apakah kau pun telah melihat keanehan dibalik goresan tulisan ini?" tanya Bouw It-yu kemudian. "Benar, goresan hurufnya mirip sekali dengan sebuah gerakan pedang, jangan-jangan dia menyembunyikan semacam aliran ilmu pedang di balik goresan huruf itu?" "Apakah sudah kau ketahui dari aliran mana ilmu pedang itu?" "Tidak, cepat terangkan kepadaku. "Aku sendiripun tidak mengetahuinya! Hanya kuketahui kalau ilmu pedang ini adalah sebuah Kiam-hoat tingkat tinggi. "Aku tidak percaya. Hanya sayang kita bukan berasal dari perguruan yang sama, ilmu pedang yang kau pahami tidak mungkin bisa kau jelaskan kepadaku. Kalau memang keberatan untuk menjelaskan yaa sudahlah. Bouw It-yu tertawa paksa. "Tolong jangan terlalu menaruh curiga kepadaku, mari kita lanjutkan perjalanan, katanya. Tentu saja hal ini bukan dikarenakan Seebun Yan menaruh banyak curiga. Setelah berkata begitu diam-diam Bouw It-yu tertawa getir, pikirnya, 'Mungkin aku benar benar sudah terjangkit penyakit banyak curiga' Apa yang di duga Seebun Yan memang tidak salah, Bouw It-yu memang sudah mengetahui asal-usul ilmu pedang yang digunakan orang itu. Hanya saja alasan dia enggan mengemukakan bukan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dikarenakan seperti apa yang digunakan Seebun Yan tadi, melainkan karena dia sudah dapat melihat aliran ilmu pedang yang digunakan orang itu, bahkan ilmu pedang tersebut tidak lain adalah ilmu pedang yang pernah digunakan orang itu untuk menghadapinya. Bahkan dari gaya tulisan orang itu diapun berhasil meraba "gerakan pedang" yang dimiliki orang itu, bukan saja terselip perubahan baru yang berhasil dia ciptakan bahkan mengandung juga gerak serangan yang jauh lebih ganas, yang cukup mampu untuk mengatasi gerak serangannya. Bila bekas telapak tangan tadi merupakan peringat an pertama, maka tulisan yang dijumpainya sekarang merupakan peringatan untuk kedua kalinya, jika dia tetap "Tidak segera kembali" mungkin tindakan berikut yang dilakukan manusia berkerudung itu tidaklah seringan dan sesederhana saat ini. Namun yang membuat dia merasa takut bercampur ngeri bukanlah ilmu pedang yang sangat hebat dari manusia berkerudung itu, melainkan dikarenakan keterlibatan secara langsung ayahnya di dalam seluruh kasus pembunuhan yang telah terjadi. Apakah dia akan melakukan penyelidikan lebih lanjut, ataukah dilepas begitu saja? Bila dia tidak melakukan pelacakan dan seandainya Lan Giok-keng yang berhasil menyelidiki ke semuanya itu, mungkinkah bocah itu akan melakukan tindakan yang tidak menguntungkan ayahnya? Keadaan Bouw It-yu saat ini ibarat makan buah simalakama, kalau dimakan bapak mati kalau tidak dimakan ibu mati. Perasaan bimbang, gugup dan panik tanpa sadar tercermin semua di mimik mukanya. Seebun Yan seperti mengetahui rahasia hatinya, cepat ujarnya, "Aku tidak tahu apakah aku harus menyampaikan pertanyaanku ini kepadamu, aku kuatir kalau sampai diucapkan, kau akan menuduhku banyak curiga lagi. Berdebar keras jantung Bouw It-yu setelah mendengar perkataan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu, sahutnya, "Kalau begitu cepat katakan. "Aku lihat kau seperti sedikit takut pergi ke kota Uh-sah-tin bersama aku?" "Dugaanmu tepat sekali. Tapi aku bukan takut lantaran masalah keselamatanku pribadi. "Jadi lantaran aku?" Bouw It-yu manggut-manggut. "Aku kuatir perjalanan kita kali ini bakal menjumpai banyak mara bahaya, atau begini saja, kau pulanglah dulu, bila aku berhasil menjumpai Piauko mu, akan kusuruh dia segera pulang. "Dia mau menuruti anjuranmu?" sela Seebun Yan sambil tertawa, "lagipula akulah yang hendak mencari Piauko, jadi seandainya harus menghadapi tantangan mara bahaya pun sudah sepantasnya aku sendiri yang menghadapinya, mana boleh kau mewakiliku. "Sejak awal aku telah berkata, kedatanganku kemari karena atas nama Bu-tong-pay ingin mengajak pulang Lan Giok-keng, jadi bukan karena ingin membantumu. "Tahukah kau akan watakku?" tanya Seebun Yan sambil tertawa. "Kau cerdas, bernyali besar, menurut kemauan sendiri, berjiwa besar, egois.... hmmm, apa yang kau tertawakan, aku bukannya sengaja mencari alasan untuk membela diri, disaat kau sedang baik maka apa pun akan diberikan kepadamu, di saat jelek, maka urusan apa pun dilimpahkan kepadamu. "Aku lihat kau jauh lebih memahami perangaiku ketimbang kakak misanku, kata Seebun Yan tertawa, "tapi apa yang kau katakan belum lengkap. Mari biar kutambahkan sendiri. Aku bukanlah orang yang dengan begitu saja mau menerima kebaikan orang lain. Aku baru mau menerima kebaikan orang jika merasa yakin bisa membalas kebaikan itu. Bila hutang budiku kelewat besar dan tidak mungkin bisa kubayar, tahukah kau apa yang bakal kulakukan?" "Tentu saja menolak kebaikan orang, jawab Bouw It-yu sambil
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menghela napas. "Salah, keliru besar!" seru Seebun Yan sambil tertawa, "bila aku harus menerima budi kebaikannya sementara aku tidak sanggup membayar kebaikan budinya, maka satu-satunya jalan adalah membunuh orang itu. Karena itu kau harus membiarkan aku pergi bersamamu, kalau tidak berarti hutangku kepadamu tidak mungkin bisa kubayar. Bouw It-yu sadar, sulit baginya untuk mencegah keinginan si nona, akhirnya sambil tertawa katanya, "Budi bisa diimbangi dengan dendam, bila kau merasa tidak mampu membayar budiku, biar kucarikan sebuah masalah untuk mencelakaimu, bukankah urusan jadi impas. "Aku tidak percaya kau bakal mencelakaiku. Siapa tahu, tiba-tiba Bouw It-yu menghela napas panjang, "seringkali budi atau dendam seseorang sulit untuk dibicarakan. Siapa yang berani menjamin sepanjang hidup kau tidak bakal melakukan kesalahan terhadap orang lain!" "Aneh benar sikapmu hari ini, tampaknya kau sedang dilanda kemurungan yang luar biasa. Ehmm, tapi kalau dipikirkan dengan seksama, rasanya apa yang kau ucapkan memang masuk diakal. Dia jadi teringat kembali dengan kakak misannya, sesudah termangu sesaat, ujarnya lagi sambil tertawa, "Sudah, tidak usah bicara yang bukan-bukan lagi, ayoh kita segera berangkat sambil mencari tahu kabar berita tentang Lan Giok-keng. Ooo)*(ooO Langit sangat bersih, ditengah hamparan pantai berpasir yang lembut tampak burung manyar terbang tinggi di udara, sampan dan perahu hilir mudik di kejauhan. Nama Uh-sah-ho atau sungai ikan hiu hitam mungkin saja mendatangkan kesan menyeramkan bagi yang mendengarnya, namun pemandangan alam di sana memang indah menawan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sungai itu bukanlah sebuah sungai besar, tapi berhubung sungai itu terhubung dengan laut utara maka di saat musim hujan, air sungai mengalir ke dalam laut sementara di musim kemarau, air laut yang mengalir masuk ke dalam sungai. Oleh karena itu sepanjang tahun permukaan air selalu rata dan seimbang, bukan hanya pantainya yang berliku, tiga penjurunya pun dikelilingi pula oleh pegunungan hingga terbentuklah sebuah bandar yang sangat indah dan strategis. Bandar ini merupakan bandar andalan para nelayan yang tinggal di seputar sana. Suasana di sepanjang pesisir sungai Uh-sah-ho memang selalu sepi dan jarang ada yang lewat, apalagi sebelum tiba saat perahu nelayan bersandar, tapi pada saat itulah terlihat ada seorang lelaki tua dan seorang lelaki muda sedang berjalan menelusuri pesisir, bahkan yang tua tampak sebagai seorang hweesio. Jelas mereka adalah tamu yang datang dari luar daerah. Kedua orang tamu luar daerah itu tidak lain adalah Hwee-ko Thaysu dan Lan Giok-keng. Dalam suasana lingkungan yang begitu tenang, perasaan Lan Giok-keng justru amat kalut. Dia baru saja melarikan diri keluar dari lingkungan pertarungan yang kalut. Semakin dipikir dia merasa semakin tidak habis mengerti, tidak tahan ujarnya, "Kalau hanya bertemu satu orang gila, kejadian semacam ini tidak termasuk aneh, tapi tidak mungkin rasanya untuk bertemu begitu banyak orang gila sekaligus?" "Tentu saja mereka bukan orang gila, mereka adalah tukang pukul pedagang ikan, sahut Hwee-ko Thaysu sambil tertawa, "bahkan aku lihat mereka bukanlah tukang pukul biasa. "Aku tahu. Mereka semua pernah berlatih ilmu silat, beberapa orang diantaranya malah memiliki ilmu silat yang cukup tangguh. Andaikata aku melakukan pertarungan semacam ini ketika baru turun gunung, rasanya sulit untuk lolos dari kepungan dengan keadaan selamat. Tapi justru disinilah letak ketidak pahamanku. Selama hidup aku belum pernah lewat kota Uh-sah-tin, mengapa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mereka begitu bertemu aku langsung ingin menghajarku sampai mati? Bahkan cara mereka turun tangan telengas dan tidak kenal ampun, seakan-akan mereka ingin membereskan nyawaku secepatnya. "Setiap masalah pasti ada penyebabnya, coba pikirlah, saat itu apakah kau sempat mendengar ucapan ucapan aneh?" Seolah baru tersadar kembali Lan Giok-keng segera berseru, "Betul, aku seperti mendengar ada orang bilang begini, mirip benar, mirip benar.... aku tidak mengerti apa maksud perkataan orangorang itu, apakah aku mirip seseorang?" "Aku rasa kita hanya bisa menjelaskan begitu, sahut Hwee-ko Thaysu setelah termenung sejenak. "Tapi penjelasan inipun rasanya tidak bisa di terima dengan begitu saja. Sekalipun wajahku mirip dengan seorang musuh besar mereka, tidak sepantasnya kalau mereka berusaha untuk membunuhku. "Apakah kau bertekad akan menyelidiki persoalan ini hingga tuntas?" tiba tiba pendeta itu bertanya. "Apakah Thaysu punya cara untuk melacak masalah ini hingga tuntas?" "Di dusun ada sebuah pepatah kuno yang berkata begini: terkadang orang bodoh itu malah beruntung. Ada kalanya orang yang kelewat pinter malah gampang mendatangkan kesulitan. Aku rasa daripada kau mengetahuinya lebih baik malah tidak usah tahu saja. Hwee-ko Thaysu memang pandai ilmu agama Buddha, namun kurang pengetahuannya tentang ilmu kejiwaan, justru karena perkataannya itu, Lan Giok-keng malah semakin ingin tahu. "Hwee-ko Thaysu!" seru Lan Giok-keng tiba-tiba, "aku masih ingat, kau pernah bercerita kalau semasa muda dulu pernah mencintai seorang gadis tapi entah apa sebabnya tiba-tiba sikap gadis itu terhadapmu jadi dingin dan tawar, gara-gara urusan ini
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kau sampai tidak bisa tidur selama beberapa hari, akhirnya karena tidak tahan, kau pun pergi mencarinya dan menanyai persoalan itu hingga jelas. "Peristiwa itu sudah terjadi pada dua puluh tahunan berselang, tujuh malam aku tidak bisa tidur nyenyak, saking tidak tahannya maka pada hari ke delapan aku pergi mencarinya dan bertanya secara langsung. Ehmm, waktu itu aku masih terlalu muda, seorang lelaki tidak tahu diri memang sulit terlepas dari godaan rakus, marah dan bodoh. Kalau dipikirkan kembali sekarang, keadaanku saat itu memang sangat menggelikan. Kitab Buddha pernah tertulis: bila sifat gelap kau lenyapkan, bila sifat keras kepala kau atasi, maka kecerdasan dan kesadaran baru akan muncul. Yang dimaksud sifat gelap yaitu: kerakusan, angkara murka dan bodoh.... Dengan sabar Lan Giok-keng mendengarkan perkataannya itu, kemudian baru ujarnya, "Kalau begitu kau baru merasa geli atas perbuatan mu di masa muda dulu setelah kau menjadi pendeta?" "Benar, setelah menjadi pendeta banyak tahun aku baru menyadari betapa bodoh dan kosongnya semua perbuatanku di masa muda dulu. Eeei, sebenarnya apa yang ingin kau katakan, tidak usah berputar lagi, utarakan saja berterus terang. Lan Giok-keng tertawa. "Pertama, aku belum pernah menjadi hwesio biar hanya seharipun, kedua, usiaku jauh lebih muda ketimbang usiamu waktu itu, walaupun masalahnya berbeda namun sama-sama tidak bisa menahan diri untuk mencari tahu duduk persoalan yang sebenarnya, aku sudah digebuk orang, akupun telah menggebuk orang. Bila rahasia di balik persoalan ini belum juga bisa diungkap, mungkin paling tidak aku tidak bisa tidur selama tiga hari tiga malam. "Hahahaha.... bicara sedari tadi, ternyata tujuanmu hanya ingin tahu rahasia di balik kejadian ini, kata Hwee-ko Thaysu sambil tertawa, "untung saja sudah kuduga kalau kau tidak bakalan berhenti untuk melakukan penyelidikan hingga jauh sebelumnya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

telah kusembunyikan sesuatu, ayoh ikuti aku. Timbul perasaan ingin tahu di hati kecil Lan Giok-keng, tanyanya, "Kau menyembunyikan apa?" Sambil melanjutkan langkahnya sahut Hwee-ko Thaysu, "Ketika kau sedang bertarung melawan orang orang itu, akupun ikut disergap orang. "Orang itu sengaja menumbuk tubuhku, dengan senjata martilnya dia hantam jalan darah Ih-khi-hiat ku. Dari caranya melancarkan serangan, aku mendapat tahu kalau dia adalah anak murid Tiang-pek-pay. "Tentu saja serangannya tidak mengenai sasaran, dengan cepat aku tabok punggungnya pelan sambil membisikkan sesuatu ke sisi telinganya. Kontan dia kabur terbirit-birit. "Padahal ilmu silat yang dimiliki orang ini cukup tangguh, coba kalau aku tidak membisikkan sesuatu, mungkin banyak tenaga yang harus kugunakan untuk menghadapinya. Begitu orang itu turun tangan, Hwee-ko Thaysu langsung sudah tahu asal-usul perguruannya. Atas kehebatan rekannya itu Lan Giokkeng merasa sangat kagum, segera tanyanya, "Apa yang telah Thaysu bisikkan kepadanya?" "Aku bilang begini: ilmu Sam-sat-ciang yang kau yakini belum mencapai kesempurnaan, tentunya kau tahu bukan? Kini mau hidup atau mati tergantung dirimu sendiri, lebih baik tahu diri sedikitlah. "Sam-sat-ciang (pukulan tiga hawa sesat)? Ilmu silat apa itu? Kenapa dia langsung melarikan diri?" "Sam-sat-ciang adalah ilmu silat aliran Tiang-pek-pay, sejenis ilmu pukulan beracun yang sangat lihay, tapi ilmu semacam ini baru dapat dipelajari bila ilmu Iweekang maupun gwakang dari aliran perguruannya telah dilatih hingga mencapai tingkat kesempurnaan. Oleh sebab itu aku yakin kalau dia belum pernah melatihnya. "Jadi Thaysu pernah berlatih ilmu silat aliran Tiang-pek-pay?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hwee-ko Thaysu tertawa. "Tentu saja aku belum pernah melatihnya, ilmu silat aliran sesat semacam ini tidak berharga untuk dipelajari. Akibat dari pukulan Sam-sat-ciang dapat membuat tulang belulang korbannya menjadi lembek hingga berakibat kematian, begitu terkena pukulan, seluruh badan akan terasa ada banyak semut dan ulat yang berjalan di dalam tubuhnya. Ketika aku menepuk pelan punggungnya tadi, memang sengaja kubuat agar dia merasakan hal yang sama, karena pukulan yang kulakukan mirip dengan ilmu pukulan Sam-sat-ciang. Tentu saja ilmuku ilmu gadungan, karena yang kugunakan adalah tenaga dalam aliran perguruanku. Lan Giok-keng tertawa geli, serunya, "Memang tepat sekali untuk memakai cara itu menakuti dirinya. Tapi aku tidak mengerti apa kegunaannya kau berbuat begitu terhadapnya?" "Ilmu tersebut merupakan ilmu pukulan beracun dari Tiang-pekpay, meskipun dia belum pernah melatihnya namun kuduga dia seharusnya tahu bagaimana cara untuk mengobati luka pukulan beracun itu. Caranya adalah berendam diri di dalam air hangat yang telah diberi sejenis rumput obat, setiap hari dilakukan sebanyak tiga kali dan beruntun selama tujuh hari lamanya sebelum semua racun bisa dipunahkan. Kebetulan rumput obat itu tumbuh disekitar tempat ini, setiap saat kau bisa mengumpulkan setumpuk rumput obat itu diatas gunung. Aku yakin saat ini orang tersebut pasti sedang berendam diri di dalam rumahnya dengan air bercampur rumput obat itu. Kini Lan Giok-keng baru mengerti apa yang dimaksud, tanyanya kemudian, "Jadi sekarang kita akan pergi mencari orang itu?" "Benar, diantara kelompok tukang pukul tadi, dialah yang memiliki ilmu silat paling bagus, bisa jadi dialah pentolannya. Asal kita dapat menemukan orang itu berarti kita bisa mengorek banyak keterangan dari mulutnya. "Apakah kita pasti dapat menemukan orang itu? Rumput obat itu mempunyai semacam bau khas yang menusuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hidung. Bila dia memasak obat tadi dalam rumahnya, semua orang yang berada diluar rumah pasti dapat mengendusnya. Orang itu melarikan diri keluar dari kota Uh-sah-tin, padahal diluar kota hanya terdapat puluhan rumah penduduk, aku rasa tidak sulit untuk menemukan jejaknya. "Benar. Tempat ini adalah desa paling dekat dengan kota Uhsah-tin, tapi darimana kita bisa tahu kalau dia bukannya tinggal di dusun yang lebih jauh lagi?" "Anak muda harus banyak memakai otak untuk berpikir, coba renungkan sendiri. Lan Giok-keng memang terhitung bocah cerdas, begitu berpikir sejenak dia langsung mengerti, katanya kemudian sambil tertawa, "Betul, jika tempat tinggalnya jauh, mungkin sebelum tiba dirumah racun ditubuhnya sudah keburu kambuh, tidak mungkin dia akan kabur secara terburu-buru dan bisa dipastikan dia akan tebalkan muka untuk minta kepadamu mengobati racunnya. Ternyata dugaan mereka tidak salah, baru berjalan mengelilingi dusun nelayan itu satu kali, Hwee-ko Thaysu segera mengendus bau sejenis ramuan obat yang muncul dari sekitar sana. Rumah itu ternyata berdiri menyendiri di tepi tanah perbukitan. Baru Hwee-ko Thaysu mendorong pintu sambil berjalan masuk, dua orang yang berada dalam ruangan tampak amat terperanjat, tanpa banyak bicara mereka langsung menerkam ke depan. Dengan sekali kebutan Hwee-ko Thaysu segera menotok jalan darah mereka berdua. Mereka hanya sempat meneriakkan kata "Toako" kemudian ucapan berikut terhenti karena jalan darahnya keburu tertotok. "Siapa?" bentak sang Toako. "Tidak usah gugup, sahut Hwee-ko Thaysu sambil tertawa, "aku datang untuk menolongmu, bukan untuk membunuhmu. Sembari berkata, Hwee-ko Thaysu telah menerjang masuk ke halaman belakang dan menendang pintu kamar hingga terbuka. Lan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Giok-keng menyusul dari belakang. Terasa udara dalam ruangan itu panas sekali, ternyata di tengah mangan terlihat ada sebuah gentong besi besar yang diletakkan diatas rak baja, kobaran api sedang membara di bawah gentong itu, sementara air dalam gentong diisi penuh dan saat itu mulai mendidih. Dalam gentong terlihat seseorang, hanya kepalanya yang terlihat sementara tubuhnya berendam dalam air. Dia tidak lain adalah bajingan yang membokong Hwee-ko Thaysu kemarin. Berubah paras muka orang itu saking kagetnya, cepat teriaknya, "Aku tidak butuh pertolonganmu, kalau kedatanganmu bukan untuk mempermainkan aku, silahkan keluar dari sini!" "Rumput obat itu tidak bakalan bisa memunahkan racun dalam tubuhmu, bukankah gejala aneh dalam tubuhmu sama sekali tidak berkurang? Hmmm, aku rasa justm bertambah beratbukan?" Sudah hampir dua jam orang itu berendam dalam air hangat yang diberi rumput obat, bukan saja gejala semut berjalan dalam tubuhnya sama sekali tidak berkurang, malah sebaliknya dia merasa keadaan bertambah berat. Sejak awal dia memang menaruh curiga kalau cara pemunahan racun yang dilakukan tidak benar, hatinya bertambah gugup setelah mendengar perkataan Hwee-ko Thaysu barusan. "Bila kau tidak percaya, coba tariklah napas dalam dalam, ujar Hwee-ko Thaysu lagi, "bukankah dadamu terasa sesak dan perutmu kembung?" Orang itu segera mencobanya, kemudian serunya terperanjat, "Si.... siapa kau? Mengapa bisa menggunakan ilmu Sam-sat-ciang dari Tiang-pek-pay kami?" "Kau tidak perlu tahu siapakah aku, Sam-sat-ciang yang kupelajari jauh berbeda dengan ilmu yang dipelajari Ciangbunjin kalian, bahkan paling tidak sepuluh kali lipat lebih lihay dari kemampuannya, hanya resep rahasia ku yang bisa selamatkan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nyawamu. Mau percaya atau tidak, terserah padamu!" Setelah keadaan berkembang jadi begini, mau tidak mau orang itu harus mempercayainya, buru-buru serunya, "Thaysu, tolong.... tolonglah aku!" "Tidak sulit untuk menolongmu, tapi aku tidak bisa menolongmu dengan percuma, aku harus menerima bayaran untuk pertolongan ini. "Katakan saja Thaysu, berapa pun jumlah uang yang kau minta, pasti akan kubayar!" "Aku tidak menginginkan uangmu, kau cukup menjawab tiga pertanyaanku. "Tiga pertanyaan?" kelihatan sekali kalau orang itu terperanjat bercampur keheranan. "Betul, aku minta kau menjawab dengan sejujurnya. Bila kau berbohong, akupun akan memberikan obat palsu untukmu. "Aku mana berani membohongi thaysu?" "Aku percaya kau tidak akan berani. Jujur atau tidaknya jawabanmu, asal kudengar pasti akan segera ketahuan. Maka diapun mulai bertanya, "Aku tahu, kau adalah penduduk asli yang tumbuh dan dewasa di tempat ini, aku ingin bertanya padamu, pernahkah ada orang luar daerah yang tinggal di kota Uhsah-tin?" Orang itu berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Pernah, lebih kurang belasan tahun berselang, ada sepasang suami istri muda yang pernah berdiam di kota Uh-sah-tin. "Katakan yang lebih jelas, belasan itu berapa tahun? Siapa pula nama sepasang suami istri itu?" Tampaknya orang itu sedang membuat pertimbangan, lewat berapa saat kemudian baru jawabnya, "Pada delapan belas tahun berselang ada sepasang suami istri yang masih muda sekali datang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ke kota ini, sang suami dari marga Keng dan mempunyai nama yang aneh, namanya adalah "Heng-ji" (deret ke dua). Sedang istrinya dari marga apa, tidak ada yang tahu. Hanya suatu kali, secara kebetulan kudengar suaminya memanggil dia sebagai adik Yan. Kuduga nama perempuan itu tentu ada kata Yan". Sepasang suami istri itu tidak genap setahun tinggal di kota Uh-sah-tin, tiba tiba saja jejak mereka hilang tidak berbekas. Pada mulanya Lan Giok-keng mengira interogasi yang akan dilakukan Hwee-ko Thaysu tidak akan bergeser dari persoalan yang terjadi pagi tadi. Menurut jalan pemikirannya, persoalan pertama yang harus ditanyakan lebih dulu adalah: mengapa kelompok orang orang dari kota Uh-sah-tin itu langsung mengembut bahkan bemsaha membunuhnya begitu bertemu, padahal diantara mereka belum pernah saling mengenal sebelumnya? Siapa tahu pertanyaan yang diajukan Hwee-ko Thaysu sama sekali tak menyangkut urusan hari ini, sebaliknya malah menyelidiki masalah orang luar daerah yang pernah tinggal dikota itu delapan belas tahun berselang. Sebenarnya dia merasa sangat keheranan, namun setelah mendengar jawaban orang itu, satu ingatan segera melintas lewat, dia seakan telah memahami akan sesuatu. Dia teringat kembali dengan kejadian ketika dalam perjalanan bersama Tonghong Liang bertemu lebah hijau Siang Ngo-nio di tengah jalan, waktu itu Siang Ngo-nio menyebutnya sebagai 'bocah muda she-Keng". Padahal dia bermarga Lan, kenapa Siang Ngo-nio mengubah nama marganya menjadi Keng? Atas dasar apa dia berbuat begitu? Kemudian dia teringat pula dengan cerita Hwee-ko Thaysu tentang Ji-ouw Thayhiap Ho Ki-bu. Ayah angkatnya belum pernah menyinggung tentang asal usul dirinya sewaktu masih preman dulu, dari mulut Hwee-ko Thaysu lah dia mengetahui segala sesuatunya. Dia tahu kalau Ho Ki-bu mempunyai dua orang murid, murid
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pertama bernama Ko Ceng-kim yakni ayah angkatnya sekarang dan murid ke dua bernama Keng King-si, diapun mempunyai seorang putri bernama Ho Giok-yan. Ho Ki-bu ayah beranak bersama Keng King-si ditemukan tewas secara misterius pada tujuh belas tahun berselang! Dalam waktu singkat Lan Giok-keng merasakan hatinya sangat kalut. Setelah berusaha menenangkan hatinya dia pun berpikir, "Jangan-jangan suami muda yang bernama Keng Heng-ji itu adalah Keng King-si? Bukankah dalam perguruan Ho Ki-bu, dia berada pada urutan kedua? Sedang istrinya memakai kata Yan", kalau bukan Ho Giok-yan yang dimaksud lalu siapa pula? Mengapa Hwee-ko Thaysu mulai mengajukan pertanyaannya tentang suami istri muda itu? Mungkinkah mereka berdua ada sangkut paut dan keterkaitannya dengan diriku?" Belum habis ingatan itu melintas lewat, terdengar Hwee-ko Thaysu telah mengajukan persoalan yang ke dua. "Kapan untuk terakhir kalinya kau berjumpa dengan Jit-seng Kiam-kek?" Sekali lagi Lan Giok-keng tertegun, darimana Hwee-ko Thaysu bisa tahu kalau orang ini pernah bertemu Jit-seng-kiam-kek? Bahkan bertemu bukan hanya satu kali saja? Tampaknya Hwee-ko Thaysu dapat menebak jalan pikirannya, perlahan ia berkata, "Bila dugaanku tidak keliru, walaupun Jit-sengkiam-kek tidak tinggal di kota Uh-sah-tin, namun dia pasti bukan hanya satu kali datang ke kota ini. Bahkan pada enam belas tahun berselang, sewaktu sepasang suami istri itu tinggal dikota Uh-sahtin, dia pasti pernah datang kemari!" Sepintas perkataan itu seolah ditujukan kepada orang itu, padahal dalam kenyataan dia sengaja mengucapkannya untuk didengar Lan Giok-keng. "Ucapan Thaysu tepat sekali. Dalam belasan tahun terakhir, mungkin ada empat, lima kali Jit-seng-kiam-kek datang kemari.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terakhir kali aku menjumpainya adalah pada bulan sembilan tahun berselang. Tapi harinya sudah tidak ingat, kata orang itu. Sekali lagi Lan Giok-keng merasakan hatinya tergerak, bulan sembilan tahun berselang? Bukankah tepat saat ayah angkatnya berkunjung ke wilayah Liauw-tong? Apakah ayah angkatnya bertemu Jit-seng-kiam-kek di kota Uh-sah-tin? Keng King-si adalah adik seperguruan ayah angkatnya ketika masih preman dulu, tujuh belas tahun berselang pun pernah berdiam di kota Uh-sah-tin, konon pada tahun itu Jit-seng-kiam-kek pernah muncul juga di kota tersebut, apakah ke tiga kejadian ini ada keterkaitan nya satu dengan lainnya? Hwee-ko Thaysu manggut-manggut, katanya kemudian, "Sekarang adalah pertanyaanku yang terakhir, setahuku, Jit-sengkiam-kek mempunyai seorang putra, tapi dia sudah berganti nama dan she. Cepat katakan kepadaku, siapa nama putranya sekarang dan dimana aku bisa menemukan dirinya?" "Soal ini.... soal ini.... orang itu jadi tergagap. "Tidak usah ini itu, kalau menginginkan nyawa-mu, cepatjawab!" Pada saat itulah tiba tiba terdengar desingan angin tajam bergema memecahkan keheningan, begitu suara itu bergema, para jago silat segera tahu kalau suara itu adalah desingan senjata rahasia yang menembus udara. Reaksi Hwee-ko Thaysu cukup cepat, dia kebaskan ujung bajunya merontokkan dua paku penembus tulang yang menyambar tiba. Tapi paku penembus tulang yang ke tiga tetap menghajar orang itu. Bukan menembusi tulangnya, tapi menembusi tenggorokannya! Semburan darah segar segera memancar keluar, dalam waktu singkat air didalam gentong itu telah berubah jadi merah darah. "Berani membunuh orang kenapa tidak bernyali bertemu aku?" bentak Hwee-ko Thaysu nyaring.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tubuhnya bagaikan sebuah anak panah langsung melesat keluar melalui jendela. Ketika Lan Giok-keng periksa orang yang berada dalam gentong, ternyata dia telah tewas seketika. Membayangkan kembali betapa dahsyat dan hebatnya serangan senjata rahasia itu, Lan Giok-keng merasakan hatinya kebat kebit, pikirnya, 'Masih untung ada Hwee-ko Thaysu di sampingku, coba kalau ke tiga batang paku penembus tulang itu diarahkan ke tubuhku, mungkin rubuhku akan bertambah dengan tiga buah lubang besar!" Hwee-ko Thaysu telah kembali. Baru Lan Giok-keng ingin bertanya, sambil tertawa getir dia telah berkata, "Tidak terkejar lagi! Ilmu silat yang dimiliki orang itu masih jauh diatasku dan tidak mungkin dibawahku!" Ternyata bajunya telah tertembus sambitan senjata rahasia tadi hingga muncul dua lubang besar, bagi orang lain, baju yang berlubang karena sambitan paku penembus tulang bukanlah satu kejadian aneh, namun baginya, peristiwa tersebut cukup membuat hatinya bergetar keras karena kaget. Sebab sewaktu menangkis serangan Am-gi tadi, dia telah menggunakan ilmu Thiat-siu-kang (ilmu baju baja) untuk menangkisnya, bila ilmu silat yang dimiliki lawan sedikit lemah, maka biarpun mereka membacok dengan golok atau pedang pun jangan lagi melukai tubuhnya, bisa jadi senjata mereka sendiri yang bakal patah. Cepat Lan Giok-keng berbisik, "Di depan sana masih ada dua orang, apakah.... "Mungkin nyawa mereka pun sudah melayang, coba kita periksa ke luar. Ternyata dugaan mereka tidak meleset, di tubuh kedua orang itu tidak ditemukan tanda luka apa pun, namun mereka pun sudah kehilangan napas.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Selesai melakukan pemeriksaan, tiba-tiba Hwee-ko Thaysu bertanya, "Apakah ilmu pukulan Thay-kek-ciang dari partai Bu-tong bisa membunuh orang tanpa meninggalkan bekas luka di tubuh korbannya?' "Jika ilmu pukulan seseorang telah dilatih hingga mencapai puncak kesempurnaan, memang bisa terjadi seperti apa yang kau katakan. Aaaah, teringat aku sekarang!" "Teringat apa?" "Tujuh belas tahun berselang, seorang Tianglo dari partai Butong mati juga karena dibokong orang. "Yaa, tentang peristiwa itu akupun tahu, bukankah yang terbunuh adalah Bu-kek Totiang, ketua para Tianglo dari Bu-tongpay? Entah bagaimana tampang dan keadaannya sewaktu meninggal?" "Dari pernyataan Sucouw, konon tidak ditemukan bekas luka apa pun di tubuhnya. "Kejadian ini sedikit rada aneh. Menurut apa yang kuketahui, tenaga dalam yang dimiliki Bu-kek tootiang sudah mencapai tingkatan sempurna, kehebatannya sama sekali tidak berada di bawah kemampuan Bu-siang Cinjin. Dari ke tiga orang Tianglo Butong-pay saat itu, bicara soal ilmu pedang maka Bu-si Tojin yang paling hebat, tapi kalau bicara soal tenaga pukulan seharusnya Bukek tootiang lah yang paling tangguh. Sekalipun dia tewas karena dibokong orang, aneh rasanya kalau ternyata dia mati karena dihantam ilmu pukulan Thay-kek-ciang, tentu terkecuali Bu-siang Cinjin sendiri yang melakukan. Tentu saja pembunuhnya waktu itu bukan Bu-siang Cinjin karena pada saat kejadian, Bu-siang Cinjin berada diatas gunung Bu-tong. "Tapi tenaga pukulan yang menyebabkan kematiannya toh belum pasti akibat pukulan Thay-kek-ciang-hoat. "Apakah Bu-siang Cinjin yang berkata begitu?" tanya Hwee-ko Thaysu cepat, "apakah dia yakin kalau pukulan itu bukan Thay-kekhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ciang-hoat?" "Sucouw tidak membenarkan, juga tidak mengatakan bukan. Dia hanya bilang masih berada dalam penyelidikan. Tapi kalau menurut Bu-liang Tianglo, dia menganggap pukulan itu tidak salah lagi pasti Thay-kek-ciang-hoat. "Oooh, jadi saat itu Bu-liang Tianglo juga ikut hadir?" "Persoalan itu memang sedang diperbincangkan Bu-liang Tianglo dengan Sucouw, kebetulan saja hari itu aku sedang berlatih tenaga dalam di dalam kamar Sucouw hingga tanpa sengaja mendengar pembicaraan tersebut. "Atas dasar keyakinannya?" apa Bu-liang Tianglo berani mengatakan

"Dia bilang walaupun tenaga pukulan sesama seperguruan tidak ada yang bisa mengungguli Bu-kek Tianglo, namun tidak menjamin murid Bu-tong-pay dari aliran lain tidak ada yang memiliki tenaga pukulan jauh lebih tangguh darinya, konon banyak tahun berselang ada seorang murid Bu-tong-pay yang hilang lenyap jejaknya setelah berhasil mempelajari ilmu silat sakti, konon dia kabur ke luar perbatasan dan hidup mengasingkan diri disana, bahkan tersebar berita yang mengatakan dia telah mempunyai seorang ahli waris. Hanya saja bagaimana kejadian yang sesungguhnya, hingga kini tidak seorangpun yang tahu jelas. Sebab sejak hilang dari peredaran, belum pernah ada rekan-rekan Bu-tong-pay yang pernah bersua lagi dengannya, tentu saja kesemuanya ini hanya menurut cerita saja. Hingga kini peristiwa tersebut sudah berlalu hampir mendekati seratus tahun, tidak ada lagi yang menemukan ahli waris lain dari orang tersebut muncul di luar perbatasan. "Sekalipun benar ada manusia seperti ini, yang pasti orang yang telah membokong Bu-kek Tianglo tidak memiliki tenaga pukulan Thay-kek-ciang-hoat diatas kemampuan Bu-kek Tianglo. "Darimana kau bisa tahu?" "Pertanyaanmu susah untuk kujelaskan dalam waktu singkat. Aku
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hanya bisa mengatakan bahwa dugaan dan kesimpulan ku ini tidak bakalan salah. Lan Giok-keng sangat pintar, segera pikirnya, 'Hwee-ko Thaysu pasti masih mengetahui hal-hal lain yang kemungkinan besar tidak diketahui Sucouw maupun beberapa orang Tianglo, hanya saja dia enggan mengatakannya kepadaku' Berpikir begitu, diapun bertanya, "Kalau memang begitu, kau tentunya sangat yakin kalau kedua orang inipun sudah tewas karena pukulan Thay-kek-ciang-hoat?" "Betul sekali, aku yakin melesetpun tidak bakalan terlalu jauh. Hanya saya, aku tetap menaruh curiga, bisa jadi pembunuh yang telah menghabisi nyawa kedua orang ini tidak lain adalah pembunuh yang telah membokong Bu-kek tootiang pada enam belas tahun berselang. "Kalau begitu cepatlah kau mencari akal untuk menyelidiki siapakah sang pembunuh itu!" seru Lan Giok-keng kegirangan. "Kau pernah berlatih ilmu pukulan Thay-kek-ciang?" tiba tiba Hwee-ko Thaysu bertanya. "Latihan mah sudah pernah, hanya sayang tenaga dalamku masih sangat cetek. "Kalau begitu pukullah aku, tapi harus memukul dengan sepenuh tenaga!" "Boanpwee tidak berani, sahut Lan Giok-keng terperanjat. "Tidak usah kuatir, kata Hwee-ko Thaysu lagi sambil tertawa, "pukul saja dengan sepenuh tenaga, semisal berhasil melukai akupun tidak bakalan aku marah kepadamu. Begitu mendengar perkataan itu, Lan Giok-keng baru tersadar kembali, tenaga dalam yang dimiliki Hwee-ko Thaysu masih jauh diatas kemampuannya, bagaimana mungkin pukulannya bisa melukai pendeta itu? Pukulannya dilancarkan dengan sepenuh tenaga, walaupun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

akibatnya Hwee-ko Thaysu tidak sampai terluka, tidak urung tubuhnya bergetar juga sangat keras. Ternyata setelah ilmu pedangnya mengalami kemajuan pesat dalam berapa bulan terakhir, tenaga dalamnya ikut mengalami kemajuan, bahkan dia sendiri tidak sadar akan hal ini. "Sangat bagus, ujar Hwee-ko Thaysu kemudian, "aku telah merasakan kehebatan dari kekuatan lembek Thay-kek-ciang-hoat. Coba kau tunggu sebentar. Sambil berkata, dia membopong sesosok mayat dan berjalan masuk ke dalam kamar. Lan Giok-keng kebingungan melihat ulah pendeta itu, setelah menunggu sesaat, tampak Hwee-ko Thaysu muncul kembali dengan tangan kosong sambil berkata, "Ternyata dugaanku tidak salah, orang ini bergabung dengan Buy-tong-pay setelah mempelajari ilmu silat perguruannya sendiri, oleh karena itu tenaga pukulan Thaykek-ciang nya tidak terlalu sempurna. "Darimana kau bisa mengetahui dengan begitu jelas?" "Aku telah melakukan otopsi untuk memeriksa isi perut mayat tadi, karena kuatir kau ngeri dan muak, maka sengaja tidak mengajakmu. Jika ilmu pukulan Thay-kek-ciang-hoat yang dimiliki orang itu sudah mencapai tingkat kesempurnaan, jantung sang korban akan ditemukan dalam keadaan utuh. Tapi jantung mayat tadi sudah hancur berantakan, malah dua kerat tulang iganya ikut berubah bentuk karena pengaruh tenaga pukulan. Bagian-bagian ini tidak mungkin bisa ditemukan bila kita tidak melakukan pembedahan jenasah. "Jadi sang pembunuh berasal dari perguruan mana?" "Tiang-pek-pay memiliki dua jenis ilmu silat yang sangat lihay, yang pertama adalah ilmu pukulan Sam-sat-ciang, dan yang kedua adalah Hong-lui-ciang (ilmu pukulan angin geledek). Korban yang tewas akibat pukulan Hong-lui-ciang pun tidak meninggalkan bekas luka di permukaan tubuh sang korban, tapi isi perutnya pasti hancur
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berantakan. Tampaknya sang pembunuh telah menggabungkan ke dua macam ilmu pukulan itu menjadi satu, kesempurnaan ilmu pukulan Thay-kek-ciang nya mungkin saja belum mampu melampaui kehebatan Bu-kek Tianglo, tapi kesempurnaannya cukup meyakinkan. "Kalau begitu, bukankah ke tiga orang penghuni rumah ini sudah mati karena dibunuh rekan seperguruannya?" "Dia ingin melenyapkan saksi, tentu saja tidak akan memperdulikan apakah rekan seperguruan atau tidak. Aaaah, mengerti aku sekarang!" Ucapan itu kelewat mendadak, membuat Lan Giok-keng jadi tertegun. Tanyanya cepat, "Thaysu telah mengerti soal apa?" "Apakah tahun berselang Sucouw mu pernah mengutus orang pergi ke gunung Boan-liong-san untuk menggali kerangka tubuh Bukek Tianglo?" "Benar, Sucouw ingin memindahkan kerangka jenasahnya untuk dikubur kembali diatas gunung. Yang mendapat perintah untuk melakukan penggalian adalah Toa-supekku, Put-coat. Sayang Toasupek terluka di tangan seorang manusia berkerudung ketika masih berada di gunung Boan-liong-san, lantaran luka yang kelewat parah maka setelah tiba di gunung Bu-tong, dia menemui ajalnya. Apakah manusia berkerudung itu.... "Saat ini aku masih belum berani memastikan apakah manusia berkerudung itu sama dengan manusia berkerudung yang barusan kita jumpai, namun ada satu hal aku berani memastikan. "Soal apa?" "Sucouw mu beralasan ingin memindahkan kerangka jenasahnya agar bisa dikubur digunung Bu-tong, tapi di dalam kenyataan sebenarnya dia ingin melakukan penyelidikan sebab kematiannya di masa lalu dengan memeriksa sendiri kerangka Bu-kek Tianglo, bahkan ingin membuktikan benarkah sang pembunuh adalah anggota perguruan Bu-tong-pay. Ehmmm, bila dia berhasil
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendapat tahu kalau sang pembunuh masuk perguruan dengan membawa serta ilmu silat perguruan semula.... Bicara sampai disitu diapun membungkam dan tidak dilanjutkan, seolah secara tiba-tiba terpikir kembali suatu teka teki yang sulit dipecahkan olehnya. Lan Giok-keng tidak mengetahui jalan pemikirannya, sambil menghela napas katanya, "Sayang sekali di saat Put-coat supek meninggal dunia, Sucouw pun menderita sakit parah, bahkan berapa hari kemudian ikut menghembuskan napas penghabisan. Aaai.... dalam keadaan begitu, mana mungkin dia punya kekuatan lagi untuk melacak sebab kematiannya. Thaysu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Waktu itu langit sudah mendekati gelap. "Jelas kita tidak bisa tinggal terlalu lama ditempat seperti ini, sahut Hwee-ko Thaysu, "lebih baik kita pergi dulu dari sini. Dia bersama Lan Giok-keng berjalan menuju ke atas sebuah tanah perbukitan didekat sana, sambil mengeluarkan rangsum kering katanya lagi, "Sekarang makanlah dulu hingga kenyang, kemudian tidur dengan nyenyak. "Kenapa harus tidur?" tanya Lan Giok-keng. "Kalau tidak memiliki tenaga yang segar, bagaimana bisa menyelesaikan tugas?" "Jadi kau sudah mempunyai rencana?" "Tidak usah terburu napsu, kau pun tidak perlu memikirkan terus persoalan ini, bila saat harus berangkat telah tiba, akan kuberitahukan kepadamu. Lan Giok-keng tertawa. "Kalau hanya untuk memulihkan tenaga mah tidak perlu harus tidur sampai nyenyak, katanya. Diapun segera duduk bersila dan mulai mengatur pernapasan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan mengikuti Sim-hoat tenaga dalam yang dipelajarinya dari sang Sucouw. Tidak selang beberapa saat kemudian dia sudah masuk dalam kondiri lupa diri, terhadap sekelilingnya dia memandang tapi tidak melihat, ada suara tapi tidak mendengar. Setelah melakukan latihannya sebanyak tiga kali, dia baru mendongakkan kepalanya, ternyata rembulan telah berada ditengah angkasa. "Bagus sekali, ujar Hwee-ko Thaysu kemudian, "kau telah menyelesaikan latihanmu, mari sekarang juga kita berangkat. "Mau ke mana?" "Kota Uh-sah-tin!" Mula-mula Lan Giok-keng agak tertegun, kemudian seolah menyadari sesuatu sahutnya, "Benar, mereka pasti tidak menyangka kalau secepat ini kita bakal balik lagi, siapa tahu kita berhasil melacak sedikit titik terang. "Kau harus melakukan persiapan untuk menghadapi hal yang tidak diinginkan. Kemudian secara ringkas pendeta ini membeberkan semua rencana yang harus dia lakukan nanti, setelah itu dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh mereka berdua balik kembali ke kota Uh-sah-tin. Target penyelidikan mereka kali ini tidak lain adalah balai penjualan ikan di kota tersebut. Ternyata balai penjualan ikan dikota itu mencakup tanah yang sangat luas. Di bagian depan merupakan gedung yang digunakan untuk jual beli, di bagian belakang merupakan deretan rumah tinggal, sedang di bagian tengah merupakan sebuah halaman yang sangat luas. Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya, pada tengah malam itu Hwee-ko Thaysu dan Lan Giok-keng berhasil menyusup masuk ke halaman dalam tanpa menimbulkan sedikit suara pun.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pada ujung serambi ruangan yang berliku-liku terdapat sebuah bangunan loteng, cahaya terang memancar keluar dari balik jendela ruangan itu. Ternyata jendela itu berada dalam kondisi setengah tertutup. Begitu mereka berdua tiba diujung serambi, dengan satu lompatan ringan mereka melompat naik ke atas wuwungan rumah, kebetulan wuwungan itu terdapat sebuah bagian yang agak cekung ke dalam hingga persis bisa dipakai mereka berdua untuk menyembunyikan diri. Tampak seorang lelaki setengah umur yang tubuhnya agak gemuk duduk di ruang tengah, seorang kakek jangkung lagi kurus dan seorang lelaki pendek tapi kekar berdiri di kiri kanannya. Suasana dalam ruangan itu sangat hening, tidak terdengar ada suara pembicaraan, rupanya lelaki setengah umur itu sedang memusatkan perhatiannya membaca sepucuk surat. Ketika selesai membaca, dia letakkan kembali surat itu ke meja dan berkata, "Apakah dia sendiri yang menyerahkan surat ini kepadamu?" Lelaki yang pendek tapi kekar itu segera menyahut, "Karena kuatir menimbulkan kecurigaan orang, aku tidak berani mencarinya di kantor resminya. Seorang kepercayaannya yang menyerahkan surat ini kepadaku, jadi aku yakin tidak bakalan salah. Kim-lopan, apakah kau merasa gaya tulisan dalam surat itu mencurigakan?" Ternyata lelaki setengah umur itu tidak lain adalah juragan bengis yang menguasahi penjualan ikan di kota Uh-sah-tin dan bernama Kim Teng-hap. Tentu saja statusnya disana bukan hanya sebagai seorang juragan bengis saja. Terdengar Kim Teng-hap berkata, "Belasan tahun berselang, dia pernah membantu aku mengerjakan pembukuan disini. Tentu saja aku pernah melihat gaya tulisannya, tapi semua catatan pembukuan yang dia lakukan pun aku hanya kadang-kala membukanya. Setelah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lewat banyak tahun, sesungguhnya aku sendiripun agak buram dengan gaya tulisannya. "Kalau soal itu mah gampang, kata si kakek ceking, "perintahkan saja Lo-liau untuk membawa kemari semua catatan pembukuan yang pernah dia kerjakan dulu, bukankah dengan cepat kita bisa mendapat tahu apakah gaya tulisan itu miliknya atau bukan. "Untuk sementara tidak perlu. Terus terang saja, aku bukannya menaruh curiga dengan gaya tulisannya, hanya merasa sedikit keheranan. "Keheranan soal apa?" "Heran kenapa beritanya begitu cepat dan tepat?" "Si hwesio tua dan bocah muda itu datang dari selatan, ujar lelaki pendek kekar itu, "untuk bisa tiba di kota Uh-sah-tin paling tidak juga butuh waktu setengah bulan lamanya, sementara jabatannya di kotaraja adalah.... "Aku sudah tahu apa jabatan dia di kotaraja, buat apa kau ikut cerewet?" tukas Kim Teng-hap tiba tiba sambil melotot ke arahnya, "hmmm, selama ini kau pintar dan cekatan, mengapa sikapmu hari ini jadi begitu bodoh dan pikun?" Buru-buru lelaki kekar itu tertawa paksa, sahutnya, "Aku tahu rahasianya memang tidak boleh sampai bocor, tapi bukankah dalam ruangan hanya ada.... "Biarpun di tempat ini kita tidak perlu kuatir di balik dinding ada telinga, tapi jadikan hal semacam ini sebagai suatu kebiasaan. Setelah lelaki kekar itu mengiakan, Kim Teng-hap baru berkata lagi, "Baiklah, sekarang lanjutkan. Lelaki kekar itu melanjutkan kembali perkataannya, "Dengan posisi jabatannya sekarang, waktu selama setengah bulan sudah lebih dari cukup baginya untuk mendapat laporan dari matamatanya yang tersebar dimana-mana. Begitu sang hweesio dan bocah itu meninggalkan Toan-hun-kok menuju utara, mungkin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sudah ada orang yang menggunakan kuda paling cepat untuk melaporkan berita ini ke kotaraja. "Dia mempunyai mata-mata yang tersebar dimana mana bukanlah kejadian yang aneh, yang aneh justru.... ehmmm, apakah kalian sudah melihat isi surat ini?" "Mana berani kubuka dulu surat itu?" buru-buru lelaki kekar itu berseru. "Kalau begitu ambillah dan dibaca dulu. Selang berapa saat kemudian terdengar Kim Teng-hap berkata lagi, "Aku benar benar tidak habis mengerti, kenapa dia pesan wanti-wanti kepada kita agar jangan melukai nyawa bocah muda itu?" Tentu saja "bocah muda" yang dimaksud Kim Teng-hap tidak lain adalah Lan Giok-keng. Mendengar ucapan tersebut, Lan Giok-keng segera merasakan hatinya berdebar keras. Inilah persoalan yang sangat ingin dia ketahui, apa sebabnya Kim Teng-hap dan komplotannya berusaha mencabut nyawanya? Lalu siapa pula orang yang telah melindungi nyawanya? Kim Teng-hap sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang dia ajukan itu, malah sambil tertawa getir ujarnya lebih lanjut, "Seandainya surat ini datang sehari lebih awal, kita tidak perlu kehilangan nyawa beberapa orang saudara. "Tapi masih beruntung begitu, sahut kakek ceking itu, "andaikata bocah muda itu yang tewas di tangan kita, sekalipun kita bisa beralasan kedatangan surat itu terlambat sehari, bukan berarti kita bisa terhindar dari teguran dan umpatannya. Kim Teng-hap segera mendengus. "Hmm! Sekarang dia memang bisa bergaya, coba kalau tempo hari bukan aku yang mengajaknya bergabung, memangnya dia bisa memangku jabatan tinggi seperti sekarang?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kakek ceking itu tidak bicara lagi, sementara lelaki pendek kekar itu berkata, "Benar, Kim-lopan, terlepas betapa tingginya pangkat yang dia jabat sekarang, yang pasti dia pernah mendapat budi kebaikan darimu. Aku yakin diapun tidak akan berani berbuat apaapa terhadapmu. Menurut pendapatku, lebih baik kau berlagak seperti tidak pernah membaca surat itu, kita habisi dulu nyawa bocah muda itu kemudian baru bicara lagi. Terus terang akulah yang pertama tama tidak puas dengan hasil sekarang, hmmm, kita harus kehilangan nyawa berapa orang saudara sementara kita dilarang mengusiknya barang seujung rambutpun!" "Kau tidak usah banyak bicara, aku mempunyai perhitungan sendiri. Aku hanya ingin tahu, mengapa dia harus melindungi bocah muda itu? Eng-lo, apakah kau bisa menduga sebab dan alasannya?" Tampaknya dia menaruh sikap hormat terhadap kakek ceking itu, tapi menganggap lelaki pendek kekar itu sebagai bawahannya. "Berbicara dari tampang muka bocah muda itu, siapa pun yang melihatnya segera akan tahu.... ehmm, aku malah masih mengetahui akan satu hal, dari pembicaraan In-po yang buka praktek di kota Uh-sah-tin tempo hari, katanya di saat bini Keng Heng-ji meninggalkan kota ini, dia sudah.... sudah.... Suara pembicaraan kakek itu makin lama semakin mengecil, biarpun Lan Giok-keng mencoba pasang telinga baik-baik pun dia hanya bisa menangkap berapa patah saja yang tidak jelas. Namun Hwee-ko Thaysu dapat menangkap semua perkataan itu dengan jelas sekali, ternyata sang In-po (dukun melahirkan dimasa lampau) itu berkata begini: sebelum bini Keng Heng-ji balik ke selatan, dia sudah berada dalam keadaan hamil, bahkan janinnya sudah berusia tiga bulan lebih. "Jadi maksudmu, dia memang sudah mengetahui asal usul bocah muda itu?" seru lelaki pendek kekar itu cepat, "karena mengingat hubungan baiknya dengan Keng Heng-ji di masa lampau maka dia sengaja menulis surat ini? Aku rasa dugaan ini tidak benar?" "Betul, Kim Teng-hap manggut manggut, "bagi kita yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melakukan pekerjaan semacam ini, boleh dibilang kita tidak kenal sanak tidak kenal saudara. Jangan lagi hanya sahabat karib, bila perlu bini yang kita ajak tidur bersama tiap haripun setiap saat bisa kita bunuh. Melihat sang majikan menyetujui dengan pendapatnya, lelaki itu merasa amat bangga, ujarnya lagi, "Menurut apa yang kuketahui, kematian Keng Heng-ji dimasa lalu pun gara-gara tersangkut masalahnya. Apakah dia tidak kuatir bocah muda itu datang mencari balas kepadanya? Semestinya dia jauh lebih cemas daripada kita dan seharusnya dialah yang berkepentingan untuk segera menghabisi nyawa bocah itu. "Kalau aku tidak berpendapat begitu, perlahan kakek ceking itu berkata. "Lalu bagaimana menurut pendapatmu?" buru-buru Kim Tenghap bertanya. "Tahukah kalian, apa sebabnya dimasa lalu orang she-Keng itu sampai dicurigai rekan seperguruannya?" "Aku tahu, karena disakunya tersimpan sepucuk surat, sela lelaki kekar itu cepat, "surat itu pertama kali diketahui oleh Susioknya dari marga Ting, kemudian Suhunya dan Suhengnya mengetahui juga akan kejadian tersebut. "Betul, orang yang menulis surat untuknya dulu tidak lain adalah orang yang menulis surat untuk kita sekarang. Tapi tahukah kalian apa isi surat itu?" "Surat itu adalah sepucuk surat rahasia, ketika orang she-Keng itu tewas, suratnya langsung dirampas. Darimana aku bisa tahu? Kenapa kau bertanya begitu, apakah kau mengetahui isi suratnya?" "Tentu saja akupun tidak tahu. Tapi darimana kau bisa tahu kalau surat itu sudah terjatuh ke tangan rekan seperguruannya? Hmm, jangan-jangan kau pun hanya menduga.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dasar apa kau berkata begitu?" protes lelaki pendek itu. Kim Teng-hap tidak ingin melihat kedua orang itu ribut lebih lanjut, segera tukasnya, "Bagaimana pun kita sama-sama hanya menduga. Eng tua, coba lanjutkan analisamu. "Semua orang tidak pernah melihat isi surat itu, tapi rekan seperguruan orang she-Keng telah menganggap surat rahasia itu sebagai tanda bukti kalau dia telah bersekongkol dengan musuh, tapi mungkinkah di dalam surat itu tersembunyi pula pembicaraan yang hanya bisa dimengerti mereka berdua? Atau dalam surat itu tercantum pula sesuatu yang tidak terlihat orang lain?" "Hanya si penerima surat yang bisa membaca isinya dan orang lain tidak bisa membaca? Maksudmu?" tanya lelaki kekar itu tertegun. "Ada semacam cairan obat yang bisa menyembunyikan tulisan, mungkin kau belum pernah mendengarnya bukan? Tulisan yang telah digosok dengan cairan obat itu hanya bisa terbaca tulisannya bila digarang diatas api. Paras muka Kim Teng-hap kelihatan agak sedikit berubah, buruburu serunya, Lanjutkan!" "Bisa jadi surat itu sudah terjatuh ke tangan seseorang yang punya hati.... "Seseorang yang punya hati? Apa maksudnya?" sela lelaki kekar itu tiba-tiba. "Jangan menimbrung dulu, biar Eng-lo lanjutkan pandangannya!" tegur Kim Teng-hap dengan kening berkerut. "Orang yang punya hati terbagi menjadi dua macam, pertama ada hati atau niat membantu orang she-Keng itu terlepas dari tuduhan dan fitnahan yang tidak pernah dilakukan, tapi berhubung saat itu dia tidak punya kekuatan atau kemampuan untuk membelanya, maka surat itu sengaja dia sembunyikan. Ke dua adalah orang yang punya hati atau niat untuk menggunakan surat itu untuk mengancam dan mengompas si penulis surat itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Teng-hap kembali mengangguk. "Jika termasuk orang yang pertama, kemungkinan besar surat itu sudah diserahkan kepada Lan Giok-keng si bocah muda itu, katanya. Lan Giok-keng yang mendengar ucapan itu kontan saja merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya, 'Kenapa dia menganggap surat itu bakal diserahkan kepadaku. Mungkinkah antara aku dengan orang she-Keng itu terdapat hubungan khusus?' Tampaknya lelaki kekar itu berhasil menemukan pula sebuah titik terang, cepat katanya, "Eng-lo, apakah kau menaruh curiga kalau dia tidak setia kepada majikan? karena khawatir surat itu terjatuh ke tangan Lan Giok-keng si bocah muda itu, maka dia harus berusaha melindungi nyawanya. Dan setelah surat itu berhasil didapatkan kembali bara berani membunuh bocah itu?" "Kau yang bicara begitu, bukan aku yang bilang yaa! Lebih baik kau jangan sembarangan menebak maksud hatiku!" seru kakek itu. Tentu saja Kim Teng-hap juga tahu kalau kakek ceking itu gelisah lantaran rahasia hatinya tertebak tepat, maka sengaja dengan muka serius katanya, "Perkataan Eng-lo memang tepat sekali, perkataan semacam ini tidak boleh diucapkan secara sembarangan. Sambil tertawa paksa cepat cepat lelaki itu berkata, "Bagaimanapun kita semua hanya saling menduga, apalagi dalam ruangan ini pun hanya ada kita bertiga. Perlahan-lahan paras muka Kim Teng-hap berubah melunak kembali, sahutnya, "Kalau hanya berbicara disini mah tidak menjadi masalah, tapi jangan sampai bocor atau salah bicara ditempat luaran sana. Baik, sekarang kalian sudah membaca surat itu, biar kusimpan baik-baik.... Pada saat itulah mendadak berhembus lewat segulung angin kencang, baru saja Kim Teng-hap hendak mengambil surat itu, tubuhnya sudah bergetar sangat kuat hingga nyaris tidak mampu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berdiri tegak. Surat yang berada diatas meja pun tahu-tahu sudah melayang ke tengah udara. Secepat sambaran kilat Hwee-ko Thaysu bagai seekor burung raksasa telah menerjang masuk ke dalam ruangan itu, surat yang berada diatas meja pun sudah direbutnya. Kakek ceking dan lelaki kekar pendek itu serentak menyerbu maju dari kiri kanan, dengan satu tendangan Hwee-ko Thaysu merobohkan lelaki kekar itu sementara si kakek ceking langsung menyambar betisnya. Saat itu Hwee-ko Thaysu belum sempat mencapai tanah, buruburu dengan gaya burung belibis membalikkan badan, ia pelintir kakek itu hingga terbanting ke tanah, kemudian sambil mencengkeram pinggangnya, pendeta itu melempar tubuh lawannya keluar. Selama pertarungan berlangsung, Kim Teng-hap sama sekali tidak melarikan diri, sebaliknya dia malah tertawa terbahak-bahak. Ditengah gelak tertawa yang keras itulah mendadak papan lantai di bawah kaki Hwee-ko Thaysu terbuka lebar, tampak jelas di bawah jebakan itu dipenuhi dengan panah panah tajam. Cahaya kebiruan memantul keluar dari ujung panah panah itu, bisa diduga kalau semuanya telah dibubuhi racun jahat. Sewaktu membanting tubuh kakek ceking tadi, Hwee-ko Thaysu telah mengerahkan seluruh kekuatannya pada sepasang kaki, dalam keadaan begini mana mungkin dia bisa menghindarkan diri? Tidak ampun tubuhnya segera meluncur ke dalam liang jebakan itu dan memapaki ujung panah yang tajam. Sambil tertawa terbahak bahak seru Kim Teng-hap, "Hahahaha.... hwesio bau, ini namanya menghantar diri.... Sayang dia tertawa terlalu awal. Benar, bila tubuh Hwee-ko Thaysu terjatuh ketengah hutan panah beracun itu, niscaya dia akan mati secara mengenaskan. Tapi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

disaat yang amat kritis itulah telah terjadi perubahan yang sama sekali di luar dugaan. Belum lagi Kim Teng-hap menyelesaikan kata katanya, mendadak terlihat seutas tali panjang telah menggulung datang bagaikan seekor naga sakti, disaat sepasang kaki pendeta itu menginjak di tempat kosong, lilitan tali panjang itu tepat menggulung diatas pinggangnya dan membetot tubuhnya ke atas. Kim Teng-hap seketika berdiri tergagap bagaikan tertotok jalan darahnya, dia hanya bisa membuka lebar mulutnya namun tidak sedikit suara tertawa pun yang keluar. Rupanya Hwee-ko Thaysu sudah menduga kalau ruangan itu telah dilengkapi alat rahasia, karena itu dia sengaja meninggalkan Lan Giok-keng di tempat luar sambil bersiap siap membantunya di saat dibutuhkan. Tali otot kerbau yang panjang itu dia pula yang menyiapkan jauh sebelumnya dan diserahkan kepada Lan Giokkeng. Namun sayang, walaupun persiapan telah mereka lakukan amat cermat, masih ada juga peristiwa lain yang sama sekali tidak terduga telah terjadi. Baru saja tali panjang yang menggulung pinggangnya itu hendak membetotnya keluar dari jendela, tiba-tiba dari atas atap bangunan melompat turun sesosok manusia. Saat itu tubuh Hwee-ko Thaysu masih berada di tengah udara, mana mungkin dia dapat menghindarkan diri dari sergapan itu? "Blaaaam....!" dengan telak pukulan dari orang itu bersarang di tubuhnya. "Kau.... ternyata kau!" teriak Hwee-ko Thaysu dengan suara parau. Menggunakan tenaga pantulan dari Hwee-ko Thaysu, orang itu melesat keluar dari ruangan, begitu berhasil dengan serangannya, dia langsung melarikan diri.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi Lan Giok-keng telah melihat orang itu. Dia tidak sempat melihat raut wajahnya karena wajah orang itu tertutup oleh kain kerudung hitam, tapi Lan Giok-keng berani memastikan kalau manusia berkerudung itu tidak lain adalah manusia berkerudung yang mereka jumpai kemarin. Buru-buru Lan Giok-keng menarik kembali talinya dan menarik tubuh Hwee-ko Thaysu ke samping. Di bawah redupnya cahaya rembulan, dia tidak sempat melihat jelas apakah Hwee-ko Thaysu sudah menderita luka atau tidak, baru akan bertanya, tampak Hwee-ko Thaysu sudah melepaskan diri dari lilitan tali sambil berbisik, "Bocahbodoh, ayoh cepat kabur!" Waktu itu Lan Giok-keng masih bersembunyi di bagian cekung dari wuwungan rumah, belum lagi bangkit berdiri, Hwee-ko Thaysu sudah melompat turun ke bawah. Begitu melihat rekannya tidak dapat menggunakan ilmu meringankan tubuh, Lan Giok-keng segera tahu kalau dia sudah terluka, bahkan lukanya parah sekali, dengan perasaan cemas buruburu dia mengikuti di belakangnya melarikan diri. Saat itu Kim Teng-hap yang berada dalam kamar masih dicekam perasaan kaget bercampur ngeri, dua orang pembantu andalannya pun sudah terluka, tentu saja dia tidak berani melakukan pengejaran. Beberapa orang tukang pukul dari pengumpul ikan segera munculkan diri di tempat itu, tapi dengan kekuatan mereka, bagaimana mungkin bisa menghadang kepergian kedua orang jagoan itu? Di bawah remangnya cahaya rembulan, tampak bayangan manusia bermunculan dari balik halaman, dalam waktu singkat empat arah delapan penjuru telah dipenuh kawanan tukang pukul. "Bajingan cilik, mau kabur ke mana kau!" teriak mereka bersama. "Kalian mau menangkapku? Bagus sekali, ejek Lan Giok-keng sambil tertawa, "bagaimana kalau kalian maju kemari dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menangkap diriku? Hanya saja, mampukah kalian berbuat begitu, tergantung sampai dimana kemampuan yang kalian miliki. Dia sambil menyongsong maju sambil melancarkan serangan secepat petir, dalam waktu singkat sudah ada tujuh orang yang terkena tusukan dan roboh terjungkal. Biarpun dalam kegelapan malam susah untuk mengincar jalan darah orang, namun setiap tusukan yang dia lancarkan ternyata berhasil mengenai jalan darah lawannya secara tepat. Kawanan jago lainnya jadi panik dan bingung ketika melihat rekannya roboh terkapar tanpa diketahui mati hidupnya lagi, saking takutnya serentak mereka menyingkir ke samping dan tidak berani berteriak lagi. Tiba-tiba terdengar seseorang bertanya dengan suara gemetaran, "Suara ribut apa diluar sana? Eei.... kenapa secara tibatiba hilang suaranya?" Orang itu berbicara dari dalam sebuah ruangan, dari balik ruangan terlihat cahaya lentara yang memancar keluar. "Liauw-ciangkwee, coba lihat, masa kau ketakutan sampai seperti itu? Memang kau tidak mendengar, yang datang hanya seorang bajingan cilik, aku yakin bajingan itu pasti sudah tertangkap, tentu saja suara teriakan pun ikut mereda," rekan sekamarnya sok pintar dengan memberikan penjelasannya. Bagaimana pun juga Liauw-ciangkwe adalah seorang yang sudah berusia lanjut, pengetahuan dan pengalamannya sudah sangat banyak, walaupun dicekam rasa gugup dan takut namun otaknya jauh lebih terang ketimbang rekannya, sahutnya kemudian, "Aku merasa gelagat agak tidak beres, coba keluar dan tengoklah apa yang sebetulnya telah terjadi?" "Baik, aku akan menengok keluar, jawab lelaki kasar itu, "dasar manusia bernyali kecil, sana, bersembunyi di kolong ranjang dulu. Belum selesai dia berkata, "Braaaak!" tahu-tahu pintu kamar sudah ditendang orang hingga terbuka lebar, orang yang menerjang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

masuk tidak lain adalah Hwee-ko Thaysu. Begitu bertemu lelaki kasar itu, Hwee-ko Thaysu langsung mengayunkan tinjunya kuat-kuat sementara tali yang berada ditangannya langsung digunakan untuk menjirat tubuh Liauwciangkwee yang sudah siap-siap bersembunyi di kolong ranjang. Tidak terlukiskan rasa kaget Liauw-ciangkwee, saking takutnya walau ia sudah berusaha berteriak sekeras kerasnya, namun tak kedengaran ada suara yang muncul. Tindakan Hwee-ko Thaysu yang secara tiba-tiba melewati disisi tubuh Lan Giok-keng dan langsung menangkap Liauw-ciangkwee ini seketika membuat bocah muda itu tercengang, dengan perasaan penuh tanda tanya pikirnya, 'Orang ini tidak lebih hanya seorang pegawai yang mengurusi pembukuan milik Kim-lopan, sekalipun hendak menghukumnya, kita bisa menghukumnya ditempat, buat apa musti membelenggunya? Apakah akan kita bawa kabur juga dari sini?' Rupanya Hwee-ko Thaysu memang berniat membawa kabur Liauw-ciangkwee, begitu keluar dari ruangan, dia langsung menyerahkan tali itu ke tangan Lan Giok-keng sambil berpesan, "Hati-hati sedikit, jangan mengikatnya kelewat kencang. Tidak usah banyak bertanya, kita bawa keluar dulu orang ini. Hwee-ko Thaysu berjalan paling depan, dengan menelusiri tepi sungai dia kabur menuju ke atas sebuah bukit kecil. Sementara Lan Giok-keng dengan membopong Liauw-ciangkwe mengikutinya terus dari belakang. Hwee-ko Thaysu masih berlarian dengan gagah dan penuh semangat, tapi baru tiba di punggung bukit, tampak dia sudah basah kuyup bermandikan peluh, asap putih mengepul dari batok kepalanya. Menyaksikan hal ini, Lan Giok-keng segera tahu apa yang telah terjadi, walaupun pengalamannya masih cetek, namun dia tahu kalau gejala tersebut merupakan pertanda kalau tenaga dalamnya telah mengalami kerugian besar.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Thaysu, kau berjalan terlalu cepat, aku tidak bisa mengikutimu, tolong perlahan sedikit, Lan Giok-keng sengaja berlagak terengahengah dan berteriak keras. Hwee-ko Thaysu tertawa hambar, tukasnya, Setan cilik, kau tidak usah berbohong dihadapanku. Kau sangka aku tidak tahu kalau kau memang sengaja memperlambat langkahmu agar tidak bisa menyusulku? Ayoh cepat, ayoh cepat sedikit, waktuku sudah tidak banyak lagi. "Waktuku sudah tidak banyak lagi"?? apa maksud perkataan ini? Tanpa terasa Lan Giok-keng bertambah lagi dengan sebuah beban bera t. Ketika tiba di puncak bukit, hari sudah mulai terang tanah. "Thaysu, kau.... kau tidak apa-apa bukan?" "Tidak usah banyak bicara, sadarkan dulu orang itu, ada pertanyaan yang ingin kutanyakan kepadanya. Lan Giok-keng segera menyeret tubuh ciangkwee she-Liauw itu ke sisi sebuah selokan kemudian mengguyur kepalanya dengan air dingin, benar saja dinginnya air gunung seketika membuatnya tersadar kembali. "Buat apa kalian menangkapku, Liau ciangkwee segera berteriak keras, "aku tidak lebih hanya pegawai pembukuan dari Kim-lopan, aku tidak pegang uang, akupun tidak punya uang.... Entah karena kedinginan ataukah sedang ketakutan, ketika berbicara seluruh tubuh orang tua ini gemetar keras. "Aku si hweesio tua bukan mencari derma, sela Hwee-ko Thaysu ketus, "aku hanya ingin mengajukan dua pertanyaan. Bila kau berani berbohong, aku si hweesio pasti akan membacakan doa keberangkatanmu ke alam baka!" "Bicara, bicara, apa yang kuketahui pasti akan kukatakan, jawab Liauw-ciangkwee gemetar. Sambil memperlihatkan surat yang dirampasnya tadi Hwee-ko
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Thaysu bertanya, "Ini tulisan siapa?" "Tu.... tulisan Huo Bu-tuo. "Menurut apa yang kuketahui, Huo Bu-tuo telah berganti nama, sekarang dia memakai nama apa dan dimana dia berada?" "Dia.... dia.... aku.... aku.... Liauw-ciangkwee tampak tergagap, agaknya dia tidak berani menjawab pertanyaan itu. "Apakah kau benar-benar ingin segera berangkat ke alam baka?" bentak Hwee-ko Thaysu. "Baik, baik, akan kujawab, akan kujawab.... sekarang dia bernama Kwik Bu, berada di kotaraja. "Kotaraja dari negara mana? Yang jelas kalau bicara, di kota Seng-keng atau di Kim-leng?" "Berada di kota Kim-leng. "Bagus, bila kau tidak membohongiku, akan kuhantar kau berangkat ke langit barat. Tiba-tiba telapak tangannya diayunkan, sebuah pukulan langsung mencabut nyawa Liauw-ciangkwee. Bukan saja Liauw-ciangkwee beranggapan asal dia bicara jujur maka jiwanya akan terselamatkan, Lan Giok-keng sendiripun berpendapat sama, tidak heran kalau tindakan pendeta itu jauh diluar dugaannya. Sesudah tertegun berapa saat, serunya tertahan, Thaysu, kau.... Hwee-ko Thaysu menghela napas panjang, ujarnya, "Sebenarnya boleh saja orang ini tidak usah dibunuh, tapi aku terpaksa harus berbuat begitu, apa daya, yang bisa kulakukan kini hanya melanggar pantangan membunuh. "Atas alasan apa kau harus membunuhnya?" tanya Lan Giokkeng terperanjat.

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hwee-ko Thaysu tidak langsung menjawab pertanyaan itu, hanya ujarnya, "Aku khawatir selanjutnya kau harus seorang diri menghadapi mereka. Aku tidak bisa membiarkan orang ini membocorkan rahasiamu. Lan Giok-keng kembali berdiri tertegun, dia tidak habis mengerti "rahasia" apa yang dia miliki sekarang? Tampak Hwee-ko Thaysu mengambil sebatang ranting pohon dan menuliskan dua nama diatas tanah, Huo Bu-tuo", "Kwik Bu". Dia seperti kuatir Lan Giok-keng tidak menangkap jelas nama yang disebut orang itu dengan logat Liauw-tong nya sehingga secara khusus menuliskan nama tadi agar bisa dibaca bocah itu. "Nama Manchu orang ini adalah Huo Bu-tuo, sedang nama Han nya adalah Kwik Bu. Kau harus mengingatnya baik-baik, ujar Hwee-ko Thaysu perlahan, ketika selesai bicara napasnya kelihatan makin tersengkal. "Apa hubungan orang ini dengan diriku?" buru-buru Lan Giokkeng bertanya. "Aku rasa semua persoalan yang ingin kau ketahui bisa diperoleh dari mulut orang ini. Sedang mengenai Jit- seng-kiam-kek.... "Thaysu, beristirahatlah sejenak sebelum bicara lagi. Hwee-ko Thaysu seolah tidak mendengar perkataan itu, sambil mendorong tubuh bocah itu, lanjutnya, "Sedangkan mengenai Jitseng-kiam-kek, jika menemukannya tentu saja jauh lebih baik, tapi semisal tidak ketemu pun tidak masalah. Yang paling penting putranya.... Suara pembicaraannya makin lama semakin mengecil, coba kalau Lan Giok-keng tidak berlatih tenaga dalam semenjak kecil, dengan pendengaran orang awam, nyaris tidak terdengar suara apapun. "Putranya", yang dimaksud "nya" disini sudah pasti Jit-sengkiam-kek, tapi mengapa secara tiba tiba dia mengalihkan pembicaraan ke masalah putra Jit-seng-kiam-kek? Siapa pula putra Jit-seng-kiam-kek? Bila di dengar dari nada pembicaraannya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kemungkinan besar dia adalah manusia yang bernama Huo Bu-tuo itu. Tapi bagaimana kalau bukan orang itu yang dimaksud? Buru-buru Lan Giok-keng menempelkan telinganya diatas bibir Hwee-ko Thaysu, dia mendengar kata berikut dari pendeta itu adalah, "Aaaai, aku tidak bisa melebihi Bu-kek Tootiang, aku tidak bisa menemanimu lagi.... Tiba-tiba saja pembicaraannya terputus ditengah jalan. Ketika Bu-kek Totiang terkena bokongan manusia berkerudung waktu itu, dia masih mampu kabur sejauh ratusan li dan bertahan hampir dua hari lamanya sebelum tewas di Boan-liong-san. Dengan perasaan terkejut buru-buru Lan Giok-keng membopong tubuh Hwee-ko Thaysu, serunya sambil menggoyangkan tubuh pendeta itu berulang kali, "Kau tidak boleh mati, kau tidak boleh mati, siapa musuh pembunuhmu? Kau belum mengatakannya kepadaku!" Semula dia menyangka Hwee-ko Thaysu hanya menderita luka ringan, tapi sekarang dia sudah tahu kalau pendeta itu telah menderita luka parah yang mengancam keselamatan jiwanya, dia bisa bertahan sampai sekarang karena telah menggunakan sisa kekuatan yang dimilikinya untuk membantu dia menginterogasi orang ini. Jadi keadaannya sekarang ibarat lentera yang kehabisan minyak. Tiba-tiba Lan Giok-keng teringat kembali, ketika mendapat serangan dari manusia berkerudung tadi, pendeta itu sempat berteriak keras "Ternyata kau!", hal ini membuktikan kalau dia sudah tahu siapakah manusia berkerudung itu. Dalam keadaan begini, persoalan lain boleh tidak usah ditanyakan, tapi dia harus tahu siapakah pembunuh yang telah melukai nyawa Hwee-ko Thaysu itu. Tenaga dalam yang dipelajari Lan Giok-keng berasal dari ajaran Bu-siang Cinjin, meskipun dasarnya masih cetek namun hasil latihannya sudah terhitung cukup bagus. Buru-buru dia tempelkan telapak tangannya diatas jalan darah Leng-ki-hiat dipunggung
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hwee-ko Thaysu. Jalan darah Leng-ki-hiat merupakan pertemuan dari delapan nadi penting dari Ki-keng, begitu mendapat rangsangan hawa murni, asal nyawa orang itu belum keburu melayang, biasanya akan menimbulkan reaksi yang cukup untuk menyadarkan orang itu dari kondisi koma. Lan Giok-keng pernah mempelajari cara pertolong an pertama ini dari Sucouwnya, namun berhubung baru digunakan pertama kali, dia merasa tisak yakin dengan keberhasilannya. Entah apakah Hwee-ko Thaysu sedang mengalami Hwee-konghuan-cau (cahaya terang sebelum padam), ataukah berkat pertolongan pertama yang dilakukan, tiba-tiba pendeta itu membuka kembali sepasang matanya. "Siapakah manusia berkerudung yang membokongmu? Cepat katakan! Sekarang aku memang belum mampu mengalahkan dia, namun di kemudian hari aku tetap akan membalaskan sakit hatimu!" bisik Lan Giok-keng berulang kali disisi telinganya. Akhirnya Hwee-ko Thaysu membuka suara, kali ini suaranya malah jauh lebih nyaring daripada tadi, "Buddha bersabda: jangan katakan, jangan katakan!" "Thaysu, dalam keadaan seperti ini buat apa kau singgung sabda sang Buddha!" omel Lan Giok-keng dengan perasaan gelisah. Hwee-ko Thaysu berhenti sejenak untuk menghela napas, kemudian seolah sedang bergumam, lanjutnya, "Aku pernah berbuat kebaikan, pernah pula melakukan.... ehmmm, sekalipun tidak bisa dikatakan perbuatan jahat, namun tidak akan jauh dari perbuatan salah. Mati hidup merupakan putaran kodrat, buat apa meninggalkan dendam kesumat yang tidak dapat terurai lagi di dunia ini?" Mimik mukanya berubah amat serius, dari bergumam sikapnya berubah seperti seorang pendeta agung yang sedang memberi kotbah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Thaysu!" teriak Lan Giok-keng lagi, "kau boleh saja mengampuni musuhmu, tapi aku harus waspada dari bokongannya. Bila aku tidak tahu asal usulnya, maka.... "Benar, aku memang harus berpikir untukmu. Tapi orang ini tidak bakalan akan mencelakaimu. Sebenarnya Lan Giok-keng ingin bertanya "darimana kau bisa tahu", namun setelah melihat nada suaranya makin lama semakin melemah, terpaksa dia harus mengesampingkan dulu masalah tersebut, buru-buru tanyanya lagi, "Thaysu, apakah kau masih ada tugas yang belum terselesaikan?" "Aduh.... benar, ada satu hal penting yang lupa kukatakan kepadamu!" Buru-buru Lan mendengarkan. Giok-keng menempelkan telinganya untuk

Dengan suara terputus-putus kata Hwee-ko Thaysu, "Setelah kejadian pada malam ini, kau.... kau harus pergi mencari Huo.... Huo.... jangan sampai orang lain tahu, termasuk Ciangbunjin yang menjabat sekarang, kau tidak boleh.... tidak boleh.... Belum selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba ucapannya terputus ditengah jalan, kali ini dia benar benar telah 'putus nyawa', walaupun Lan Giok-keng sudah dua kali melakukan usaha 'pertolongan', namun sama sekali tidak menimbulkan reaksi. Meledaklah isak tangis Lan Giok-keng, dia tidak menyangka secepat itu Hwee-ko Thaysu berlalu dari dunia ini. Memandang sinar fajar yang baru menying-sing di ufuk timur, perasaan hatinya benarbenar masgul bercampur pedih. "Mengapa secara khusus Hwee-ko Thaysu menyinggung soal Ciangbunjin yang sedang menjabat sekarang?" Lan Giok-keng benar benar tidak habis mengerti, namun dia sangat memahami jalan pemikiran pendeta itu. Sebagaimana diketahui, Lan Giok-keng turun gunung sehari sebelum Bu-beng Cinjin menjabat sebagai Ciangbunjin generasi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berikut, mungkin Hwee-ko Thaysu khawatir keterangannya kurang jelas maka secara khusus dia menandaskan soal "yang menjabat saat ini", dengan demikian begitu mendengar dia langsung akan tahu kalau yang dimaksud adalah Ciangbunjin yang baru sekarang, Bu-beng Cinjin. Lan Giok-keng belum pernah bertemu Ciang-bunjin baru, tapi dia cukup mengetahui asal-usul dari Ciangbunjin baru itu, tanpa terasa pikirnya: 'Semasa masih preman dulu, Ciangbunjin baru adalah Tiong-ciu Thayhiap Bouw Ciong-long yang amat termashur nama besarnya, ketika Put-coat supek terluka parah ditangan manusia berkerudung, putranya Bouw It-yu lah yang menghantar dia balik ke gunung Bu-tong. Konon Bouw Ciong-long naik ke gunung pada hari kedua setelah aku turun gunung, begitu sampai di gunung dia langsung jadi pendeta dan begitu menjadi pendeta langsung menjabat sebagai ketua baru. Padahal mereka ayah beranak memang berasal dari orang persilatan, jangan-jangan antara mereka dengan Jit-seng-kiam-kek dan Huo Bu-tuo pernah terjalin perselisihan atau permusuhan?' Tapi begitu pikiran itu muncul, bocah itupun merasa pemikirannya kelewat "ngawur dan sembarangan", tegurnya kepada diri sendiri, "Kenapa bisa muncul pemikiran semacam ini? Sucouw begitu mempercayai Bouw Ciong-long, ketika sedang sakit parah pun dia tetap berusaha menunggu sampai Bouw Ciong-long tiba diatas gunung dan menyerahkan kedudukan Ciangbunjin kepadanya sebelum tutup mata dengan tenang, mana boleh aku malah menaruh curiga kepadanya?" Pikiran dan perasaan Lan Giok-keng sangat kalut, setelah berpikir berulang kali, akhirnya dia putuskan untuk berangkat ke kota Kimleng dan mencari Huo Bu-tuo yang kini telah berganti nama menjadi "Kwik Bu", sebab dari mulut orang inilah mungkin semua rahasia yang terselubung dapat terungkap. Selesai mengubur jenasah Hwee-ko Thaysu dan baru saja akan meninggalkan tempat itu, tiba-tiba dia mendengar seperti ada suara langkah kaki manusia sedang berjalan mendekat, dalam terkejutnya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendadak dia teringat dengan pesan dari Hwee-ko Thaysu, buruburu dia hapus kedua tulisan nama yang tertera diatas tanah itu dengan kakinya. Ooo)*(ooO Sepeninggal Hwee-ko Thaysu dan Lan Giok-keng, di gedung kediaman Kim Teng-hap terjadi pula peristiwa yang luar biasa. Baru saja badai keruwetan berlalu, suasana hening yang aneh segera mencekam seluruh perkampungan itu. Ketika manusia berkerudung itu muncul secara tiba-tiba dan melukai Hwee-ko Thaysu, Kim Teng-hap maupun kedua orang anak buahnya dapat menyaksikan dengan sangat jelas. Mereka tidak melakukan pengejaran, dari sisi jendela si kakek ceking itu segera berjalan kembali diikuti Kim Teng-hap pun masuk kembali ke dalam ruangan, tidak seorangpun diantara mereka yang bersuara. Karena mereka tidak bersuara, otomatis lelaki kekar pendek itupun tidak berani berkoar-koar. Seperti ada yang dipikirkan, mendadak Kim Teng-hap bertanya, "Eng-lo, enam belas tahun berselang kau masih menjadi seorang pengawal dari Nurhaci Khan bukan?" Ternyata kakek yang dipanggil "Eng-lo" ini tidak lain adalah salah satu pengawal kepercayaan Nurhaci Khan, dia bernama Eng Siongleng, masih terhitung seorang jagoan lihay yang sangat ternama dari perguru-an Tiang-pek-pay. Seolah secara tiba-tiba mendusin dari impian, mendadak Eng Siong-leng melompat bangun sambil berteriak, "Tidak salah, ternyata dia!" "Aku pun sudah menduga kalau dia!" seni Kim Teng-hap pula sambil manggut m anggut. Eng Siong-leng adalah tamu kehormatan dari Kim Teng-hap, sedang lelaki kekar pendek itu bermarga Ouyang dan bernama
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yong. Dia merupakan salah satu anak buah andalan Kim Teng-hap. Berbicara soal ilmu silat, mungkin kemampuannya tidak selisih jauh dari Eng Siong-leng, tapi berhubung Eng Siong-leng pernah menjadi pengawal pribadi Nurhaci Khan, berbicara soal status, jelas dia tertinggal jauh sekali. Saat ini sebenarnya Ouyang Yong masih agak bingung siapa gerangan "dia" yang dimaksud, namun berhubung mimik muka Kim Teng-san maupun Eng siong-leng menunjukkan keenggannya untuk menyebutkan nama orang itu, otomatis berada di hadapan majikannya dia pun merasa segan untuk bertanya lebih jauh, apalagi ingin tahu rahasia yang bukan masalahnya merupakan sebuah pantangan besar, terpaksa teka-teki dan keraguan itu hanya disimpan dalam hati. "Sudah pasti bukan Khan, atau jangan-jangan Huo Bu-tuo? Tapi Huo Bu-tuo meski memiliki ilmu silat yang mungkin lebih tangguh dari Kim-lopan maupun Eng Siong-leng, tapi rasanya gerakan tubuhnya tidak selincah dan segesit manusia berkerudung itu, lagipula tidak ada alasan bagi Huo Bu-tuo untuk meninggalkan Kimleng. Aneh.... lantas siapakah orang itu?" Sementara Ouyang Yong masih menduga-duga, mendadak terlihat Eng Siong-leng melompat bangun lagi, seakan baru teringat harus melakukan sesuatu yang wajib segera dilakukan, buru-buru dia berlari keluar dari ruangan sambil berseru, "Maaf, aku tidak bisa menemani lagi!" Saat itu Lan Giok-keng dan Hwee-ko Thaysu sudah keluar dari halaman gedung, tapi Kim Teng-hap beserta para begundalnya masih belum berani bercuap cuap. Akan tetapi bukan semua orang yang berada disana telah dibuat tertegun karena terkejut, ada seseorang yang bersembunyi dibalik gunung gunungan mendadak berbisik lirik, "Ternyata dia!" "Betul, akupun telah melihat jelas, memang dia!" seorang gadis yang berada di sampingnya segera menyahut.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tentu saja sepasang muda mudi itu bukan tukang pukul dari Kim Teng-hap, yang lelaki adalah Bouw It-yu sedang sang nona adalah Seebun Yan. Yang mereka maksud "dia" bukanlah manusia berkerudung itu, melainkan Lan Giok-keng. Begitu mendapat kabar dari warung teh di pinggir jalan yang mengatakan Lan Giok-keng pernah muncul di kota Uh-sah-tin, dengan cepat mereka berdua menyusulnya hingga tiba di rumah tauke pengumpul ikan. Baru saja Seebun Yan hendak melakukan suatu gerakan, Bouw It-yu segera mencegahnya. "Kalau toh kita sudah melihat jelas akan dirinya, kenapa tidak segera mengejarnya?" "Hweesio tua itu sudah terluka parah, kalau pandanganku tidak keliru, tampaknya tidak enteng luka yang dideritanya, apalagi Lan Giok-keng harus kabur sambil membopong seseorang. "Maksudmu kita cukup mengundinya secara diam diam? Karena pasti terkejar maka tak perlu terburu-buru?" "Benar, lagipula.... "Lagipula kenapa?" Pada saat itulah Eng siong-leng berlalu keluar dan kebetulan sedang lewat dari samping mereka berdua, menunggu orang itu sudah berlalu, Bouw It-yu baru berbisik kembali, "Lagipula ilmu silat yang dimiliki orang ini masih jauh diatas kepandaian kita berdua, lebih baik bila pada saat seperti ini jangan sampai ketahuan mereka dulu. "Tapi kalau sampai kedahuluan dia.... Tentu saja Bouw It-yu memahami maksud hatinya, baru mendengar setengah dia sudah menukas, "Berbicara untuk kita sekarang, yang paling penting tentu saja tetap Lan Giok-keng, tapi bagi mereka, orang yang lainnya mungkin jauh lebih penting.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Siapa yang kau maksud?" "Manusia berkerudung itu. Seebun Yan ingin menemukan Piaukonya lewat diri Lan Giokkeng, cepat katanya lagi, "Biarpun begitu tapi semisalnya yang dia kejar bukan manusia berkerudung itu melainkan Lan Giok-keng.... "Itupun tidak masalah, ilmu pedang yang dimiliki Lan Giok-keng saat ini sudah jauh lebih hebat, sekalipun tidak bisa mengungguli kakek she-Eng itu, dia tidak bakalan sampai menderita kekalahan. Sementara itu suasana dalam halaman gedung mulai terjadi kegaduhan baru, begitu rasa kaget kawanan tukang pukul itu mereda, yang berteriak pun mulai berteriak, yang berlarian mulai berlarian, suasana amat kalut. "Baik, sekarang kita boleh berangkat, bisik Bouw It-yu kemudian. Di tengah hiruk pikuknya suara teriakan manusia tiba-tiba terselip pula suara gonggongan anjing, suaranya tajam memekakkan telinga, nyaris semua hiruk pikuk suara manusia tenggelam dibalik suara gonggong-an anjing itu. Tiba tiba Bouw It-yu menarik Seebun Yan ke samping. Ooo)*(ooO Perginya Eng Siong-leng secara tiba-tiba seketika membuat Kim Teng-hap mengeritkan alis matanya, namun dia tetap tidak berbicara. Berbeda dengan Ouyang Yong, tidak tahan dia berteriak, "Eng Siong-leng benar-benar kelewatan, dianggapnya dia paling senior lalu berbuat semaunya sendiri, begitu bilang mau pergi langsung pergi, mau pergi ke mana si tua itu? Hmmm, sekalipun ada urusan penting yang harus diselesaikan, paling tidak bicara dululah dengan sang majikan. "Dia kalau bukan sedang mengejar manusia berkerudung itu, tentulah sedang mengejar bocah she-Lan itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dari kedua orang ini, mana yang lebih penting?" "Aku bukan dia, sulit untuk dijawab.... Sementara itu suara hiruk pikuk telah bergema hingga ke dalam ruangan mereka. "Celaka, Liauw-ciangkwee telah disandera mereka!" "Kelihatannya hweesio tua itu sudah terluka, aaah.... bocah itu kabur....! aaah, si hweesio turut kabur!" Kim Teng-hap tidak bersuara, sepasang matanya tertuju pada sebuah benda yang tergeletak diatas lantai. Benda itu adalah selembar jubah pendeta yang berhasil dirobek Eng siong-leng ketika tubuh Hwee-ko Thaysu terseret keluar oleh gulungan tali panjang tadi, biarpun tubuhnya tidak sampai tertangkap namun kain jubah yang berhasil dirobek lebarnya se telapak tangan orang. Ouyang Yong cukup cekatan, begitu melihat sorot mata taukenya, dia segera tahu apa maunya, cepat dia mengambil robekan kain itu, setelah diendus serunya sambil tertawa, "Waah. Bau sekali. Kelihatannya hwesio tua itu paling tidak sudah setengah bulan tidak pernah mandi!" "Benar, cepat suruh anjing-anjing pelacak untuk mencari jejaknya! Aku tidak tahu siapa yang sedang dicari Eng Siong-leng, tapi bagiku, bocah yang bernama Lan Giok-keng jauh lebih penting!" "Leng-oh" adalah sejenis anjing serigala yang banyak hidup di luar perbatasan, daya penciumannya sangat tajam. Ouyang Yong memberikan sobekan kain itu untuk diendus kedua ekor anjing serigala itu, kemudian ketika tali kekangnya dilepas, kedua ekor anjing itupun langsung melompat keluar menuju halaman. Dengan perasaan terkejut bisik Seebun Yan, "Waaah.... belum pernah melihat anjing garang sebesar ini, anjing apa anak harimau??"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Anjing serigala jenis ini merupakan anjing yang paling hebat untuk melacak jejak, ayoh kita ikuti dari belakang. Saking cemas dan gelisahnya, Seebun Yan langsung tampilkan diri dari tempat persembunyian dan menyusul di belakang anjing anjing pelacak itu. Ouyang Yong adalah seorang jagoan yang cermat, begitu melihat perawakan tubuh orang yang sedang lari dihadapannya berperawakan kurus kecil dan tidak mirip salah satu tukang pukulnya, kontan dia sambit tiga batang paku penembus tulang ke depan. "Hey bocah kecil dari mana kau?" hardiknya, "cepat berhenti!" Rupanya dia belum tahu kalau Seebun Yan adalah seorang gadis. Seebun Yan hanya merasakan desingan angin tajam menyambar tiba, belum habis ingatan kedua melintas, sebatang paku penembus tulang telah meluncur lewat dari atas kepalanya bahkan nyaris bergesekan dengan kulit kepalanya. Selain itu ada dua batang paku penembus tulang lagi yang menyambar tepat di samping telinganya. Dalam terkejut bercampur ngerinya, dia benar-benar berhenti dibuatnya. Ouyang Yong segera menyusul tiba, setelah jarak mereka semakin dekat, dia baru melihat dengan lebih jelas, dengan wajah tercengang ujarnya kemudian, "Kusangka bocah busuk darimana yang datang, ternyata sudah muncul target baru.... Belum selesai ia berkata, tiba-tiba di sisi telinganya terdengar seseorang membentak keras, "Roboh kau!" Tahu-tahu ketiaknya jadi kaku, seketika itu juga dia tidak mampu tertawa lagi. Ternyata orang yang secara diam diam membokong Ouyang Yong tidak lain adalah Bouw It-yu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan menggunakan ilmu totok jalan darah yang paling berat Bouw It-yu telah menotok Hiat-to di tubuh Ouyang Yong, sementara ke dua ekor anjing serigala tadi telah lari semakin jauh. Buru-buru Seebun Yan berbisik, "Kedua ekor binatang itu hanya menuruti perintah majikannya, dengan ilmu meringankan tubuh yang lebih hebat pun sulit rasanya bagi kita untuk menyusulnya. "Tadi kita memang belum mengetahui ke arah manamkedua ekor anjing itu pergi, tapi sekarang kita telahmmengetahuinya, ucap Bouw It-yu, "coba kau lihat.... Ketika Seebun Yan berpaling, dia menjumpai jalanan yang terbentang dihadapannya adalah sebuah jalan yang lurus, diujung jalan merupakan sebuah bukit. Biarpun ke dua ekor anjing itu sudah berjarak sangat jauh namun mereka masih dapat melihat ada dua titik bayangan hitam sedang bergerak cepat, sudah jelas ke arah bukit itulah kedua ekor binatang itu menuju. Seakan baru mengerti Seebun Yan menyahut, "Betul juga, meskipun kita tidak bisa menyusul anjing-anjing itu tapi sudah pasti dapat menemukan jejak Lan Giok-keng. Si hweesio tua sudah terluka, dapat dipastikan bocah muda itu tidak bakalan terlalu jauh meninggalkan dirinya. Ooo)*(ooO Baru selesai Lan Giok-keng mengubur jenasah Hwee-ko Thaysu, dia sudah mendengar suara langkah kaki manusia yang bergerak mendekat, buru-buru dia menggunakan kakinya untuk menghapus nama yang ditulis Hwee-ko Thaysu diatas tanah. Belum bersih dia hapus tulisan nama itu, orang tersebut telah muncul dihadapannya. Lan Giok-keng segera mengenali orang itu sebagai kakek ceking yang berada bersama Kim Teng-hap. Dalam sekilas pandang Eng Siong-leng telah melihat gundukan tanah baru disana, sementara si hweesio tua tidak terlihat lagi sedang Liauw-ciangkwee terkapar ditanah, berdasarkan pengalaman
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang dimiliki nya dia langsung dapat menduga peristiwa apa yang telah terjadi di tempat itu. Dua nama yang ditulis Hwee-ko Thaysu diatas tanah telah terhapus sembilan puluh persen, yang tersisa sekarang tinggal huruf "ong" yang merupakan huruf samping dari kata "Bu". "Hey bocah keparat, Eng Siong-leng segera menghardik, "cepat mengaku terus terang, apa saja yang telah dikatakan orang ini kepadamu?" Sambil berkata dia menuding ke arah jenasah Liauw-ciangkwee, kemudian lanjutnya, "Selain itu, kau pun harus menyebutkan satu per satu apa isi tulisan yang hurufnya telah kau hapus itu!" "Hmm, kalau dipandang dari wajahmu, seharusnya kau sudah cukup umur, kenapa pandanganmu justru seperti anak kecil!" "Hmm! Apa maksud perkataanmu itu?" dengus Eng Siong-leng. "Jangan lagi aku memang enggan memberi-tahukan kepadamu, biar aku bersedia pun, kau sangka aku bakal mengatakan hal yang sejujurnya?" Kontan saja Eng Siong-leng tertawa terbahak-bahak. "Apa yang kau tertawakan?" kembali Lan Giok-keng menegur. Tiba-tiba paras muka Eng Siong-leng berubah, bentaknya, "Bocah ingusan yang masih bau susu, tahu apa kau? Bila aku tidak punya kemampuan untuk memaksa-mu berbicara, tidak nanti aku akan muncul di tempat ini!" Begitu selesai bicara, dia langsung melancarkan serangan maut, telapak tangan kirinya membabat bagaikan golok, sementara tangan kanannya bagaikan senjata kaitan, dengan jurus Beng-hun-liat-sik (mega gugur batu retak) yang digabungkan dengan tehnik membabat, membacok, merobek dari ilmu Ki-na-jiu-hoat melancarkan serangan berbarengan, Lan Giok-keng sejak awal sudah membuat persiapan, musuh tigak bergerak, diapun tidak bergerak; begitu musuh bergerak, dia bergerak lebih duluan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mencabut pedang, berkelit, melancarkan serangan balasan kesemuanya dilakukan hampir bersamaan waktu, kedua belah pihak sama sama bergerak sangat cepat, ujung pedang Lan Giok-keng dengan menciptakan setengah garis busur dengan tepat menyongsong datangnya ke lima jari tangan Eng Siong-leng yang sedang mencakar. "Aaah, rupanya aku kelewat memandang enteng bocah keparat ini, batin Eng Siong-leng dengan hati tercekat. Buru-buru tangan kirinya yang membabat miring dirubah jadi tusukan lurus. Belum sempat garis busur Lan Giok-keng membentuk satu lingkaran utuh, serangannya segera dibuyarkan oleh pukulan Samyo-kay-thay (tiga kambing membuka bukit) yang dilancarkan pihak lawan, tenaga serangan yang bersimpangan seketika membentuk pusaran yang sangat kuat, kontan ujung pedangnya bergeser ke samping. Eng Siong-leng berseru tertahan, dia tIDak menyangka pukulannya gagal menggetar lepas senjata bocah itu, kehebatan lawannya membuat Dia bertambah tercengang. Dalam pada itu ke dua ekor anjing serigala tadi telah berlari mendekat, anehnya binatang itu sama sekali tidak menerjang dan menggigit ke arah mereka, setelah mengitari tempat itu dua kali, binatang tadi langsung berlalu. Ternyata binatang itu telah mengendus bau tubuh mereka berdua, dan bau itu sangat berbeda dengan bau yang muncul dari robekan kain yang diendusnya tadi. Kembali ke dua ekor anjing itu mengendus di seputar tempat itu, akhirnya tibalah disisi gundukan tanah baru. Daya penciuman anjing-anjing serigala itu memang luar biasa tajamnya, ditambah lagi gundukan tanah itu dikerjakan Lan Giokkeng secara terburu-buru, sudah tentu tanah galian yang menutup kembali lubang kuburan itu kurang padat, bau jenasah Hwee-ko
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Thaysu yang terkubur di bawah tanah pun bersama bau tanah tersebar keluar. Rupanya bau itulah yang berhasil dicium ke dua ekor anjing pelacak ini. Kini giliran Lan Giok-keng yang merasa hatinya tidak tenteram. Kedua ekor anjing itu sudah mulai menggali tanah. Dia tidak tega menyaksikan jenasah Hwee-ko Thaysu dirusak anjing anjing serigala itu, namun dia pun sulit meloloskan dari dari gencetan serangan Eng Siong-leng. Tiba-tiba terdengar ke dua ekor anjing serigala itu mengaum sangat keras, tubuhnya melompat setinggi satu depa lebih kemudian bersama-sama jatuh ke bawah, hanya saja begitu terjatuh kembali, tubuhnya sama sekali tidak bergerak lagi. Pada batok kepala binatang itu terlihat sebuah mulut luka yang menganga lebar, darah segera membasahi seluruh permukaan tanah. Bersamaan itu mendadak muncul lagi sesosok bayangan manusia. Ternyata ke dua ekor anjing serigala itu telah ditimpuk dengan baru hingga mati. Belum lagi orangnya muncul, dia telah mempu menghabisi nyawa dua ekor anjing serigala yang ganas hanya menggunakan dua butir batu kecil, dari sini dapat diketahui betapa tingginya tenaga dalam yang dimiliki orang itu. Tidak terlukiskan rasa kaget Eng Siong-leng! Jangan lagi Ouyang Yong mustahil memiliki tenaga dalam seampuh itu, sekalipun memiliki pun tidak mungkin dia akan menghabisi nyawa anjinganjing kesayangan majikannya. Perubahan yang sama sekali tidak terduga ini betul-betul diluar dugaan Eng Siong-leng maupun Lan Giok-keng. Kalau Lan Giokkeng merasa terkejut bercampur girang maka Eng Siong-leng merasa terkejut bercampur tercekat hatinya. Ternyata orang yang muncul secara tiba-tiba itu tidak lain adalah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tonghong Liang. Dalam keadaan terkejut bercampur tercekat, dengan cepat Eng siong-leng dipaksa untuk bertamng seimbang lagi melawan Lan Giok-keng. Begitu munculkan diri, Tonghong Liang langsung mendesak masuk diantara mereka berdua, dengan rentangan tangannya dia memisahkan ke dua belah pihak. Ternyata tindakan ini dilakukan sangat adil, sama sekali tidak membantu pihak mana pun. Sayang tenaga dalam yang dimiliki Lan Giok-keng sedikit lebih lemah, lagipula dia baru saja melewati serangkaian pertarungan yang menguras tenaga, begitu dipisah, dia tidak mampu menahan diri lagi dan segera terduduk dengan napas tersengkal. Sedangkan Eng Siong-leng mundur dua langkah dari posisi semula, dia masih dapat mempertahankan tubuhnya tidak sampai roboh. Dengan napas masih tersengkal Eng Siong-leng segera menegur, "Siapa kau? Kenapa menggunakan kesempatan ini mencampuri air keruh?" "Hmm, bila aku ingin menangkap ikan di air keruh, barusan adalah kesempatanku yang terbaik untuk mencelakaimu, jengek Tonghong Liang hambar, "hmmm, hmmm, dan kini, kalian berdua sudah pasti telah terjatuh ke tanganku dan menunggu nasib!" Perkataan itu bukan saja telah menyindir Eng Siong-leng, tampaknya diapun sengaja mengucapkannya untuk Lan Giok-keng. "Hmm! Menggunakan kesempatan di saat orang tidak siap, terhitung perbuatan ksatria macam apa dirimu itu.... Tonghong Liang tertawa terbahak-bahak, tukasnya, "Eng toawisu, kau tidak usah mengumpak aku. Aku bukan seorang siaujin, tapi aku pun bukan seorang kuncu!" "Lebih baik buka jendela lebar-lebar dan bicara sejujurnya, aku
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak percaya kalau kau hanya lewat secara kebetulan, boleh tahu apa maksud kedatangan-mu?" "Bagus, sahut Tonghong Liang dingin, "karena kau telah bertanya, aku pun akan beritahu secara terus terang. Eng Toa-wisu, apakah kau tidak malu dengan kedudukanmu sebagai seorang pengawal kenamaan harus bertarung melawan seorang bocah yang belum dewasa? Hmm, meski kau sendiri tidak merasa malu, orang lain bakal malu melihat perbuatanmu itu. Hmm, bila kau masih belum puas, bagaimana kalau aku saja yang melayanimu?" Sambil berkata dia melepaskan ikat pinggangnya dan menelikung lengan kanan sendiri ke belakang punggung lalu mengikatnya. "Tonghong toako, apa yang kau lakukan?" tanya Lan Giok-keng keheranan. "Aku tidak pernah mau mencari keuntungan dari orang lain, Eng toa-wisu telah bertarung denganmu, maka akupun akan bertarung melawanmu dengan mengikat sebelah tanganku, dengan begitu pertarungan ini tentunya lebih adil bukan?" Tatkala Eng Siong-leng mendengar Lan Giok-keng menyebutnya sebagai "Tonghong toako" tadi, dia nampak agak tertegun, tapi kemudian segera pikirnya, 'Sekalipun dia adalah keturunan dari keluarga persilatan Tonghong, usianya saat ini paling baru dua puluh tahunan, tidak mungkin ilmu silatnya telah mencapai puncak kesempurnaan, apalagi bertarung dengan mengikat tangan sebelah....' Orang ini benar-benar pandai menahan diri, biarpun sudah dicemooh Tonghong Liang, bukan saja tidak gusar sebaliknya malah berkata sambil tertawa licik, "Tepat sekali perkataanmu itu, dengan kedudukan dan statusku sekarang memang tidak boleh membiarkan orang lain mentertawakan diriku, tapi untung saja hanya kau seorang yang melihat aku sedang menganiaya seorang bocah!" "Toako, hati-hati!" teriak Lan Giok-keng, "dia ingin.... "Dia ingin membunuhku untuk melenyapkan saksi, aku tahu,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sahut Tonghong Liang tertawa, "katak buduk ingin mencicipi daging angsa, apa salahnya kita biarkan dia berpikir begitu?" Sementara dia masih tertawa dingin, sebuah pukulan maut dari Eng Siong-leng telah dilontarkan ke depan. Tonghong Liang menyongsong datangnya serangan itu dengan tangan sebelah, jari tangannya ditegakkan bagaikan tombak dan menyambut datangnya ancaman itu. Sebenarnya kekuatan jari tangan tidak bisa melawan kekuatan telapak tangan, tapi sungguh aneh, ternyata Eng Siong-leng tidak berani melawannya dengan keras melawan keras, cepat-cepat dia berganti jurus. Kalau pada serangan yang pertama kali tadi angin pukulannya menderu-deru dan sangat kuat, sampai Lan Giok-keng yang berdiri di samping pun merasakan ketajaman angin serangannya, maka setelah berganti jurus, serangannya sama sekali tidak membawa deruan angin pukulan. Mula-mula Lan Giok-keng merasa tercengang, namun setelah diperhatikan lagi, dia pun segera mengetahui apa yang telah terjadi. Ternyata Tonghong Liang telah mengubah ilmu pedangnya menjadi ilmu jari, serangannya ganas dan tajam bagaikan burung elang yang menerkam dari angkasa. Ilmu pedang yang ganas, keras dan garang ini sebenarnya saling bertolak belakang dengan unsur sifat ilmu pedang Thay-kek-kiamhoat, tapi sewaktu Lan Giok-keng mengamatinya dengan seksama, justru muncul satu perasaan yang aneh, dia seolah melihat bahwa "niat pedang" yang terkandung dalam jurus pedang ini banyak kemiripannya dengan "niat pedang" dari Thay-kek-kiam-hoat. Mendadak Lan Giok-keng seperti teringat akan sesuatu, pikirnya, Bu-si Tianglo pernah berkata, ilmu pedang perguruannya disebut Hui-eng-hwee-sian-kiam-hoat, ilmu pedang elang terbang berputar, bisa jadi selesai berlatih ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat bersamaku, dia berhasil melebur kedua unsur sifat keras dan lembut
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu ke dalam ilmu pedangnya' Apa yang diduga Lan Giok-keng memang tidak salah, kemampuan yang dimiliki Tonghong Liang saat ini meski belum bisa dibilang berhasil melebur kedua unsur ilmu pedang itu menjadi satu, namun secara dipaksakan dia memang telah menggabungkan unsur kedua ilmu pedang ini. Kendatipun hanya dipaksakan, namun sudah lebih dari cukup bila dipakai untuk menghadapi Eng Siong-leng, karena itulah mau tidak mau si kakek ceking itu harus menggunakan ilmu pukulan Im-yangciang untuk menghadapi ancaman tersebut. Ilmu pukulan Im-yang-ciang miliknya masih memiliki kelebihan lain, tenaga pukulannya akan membentuk pergolakan tenaga pusaran yang mengelilingi tubuh lawan, sekalipun tidak mengenai tubuh lawan pun kekuatannya dapat membuat pihak musuh terjerumus ke dalam lingkaran pusaran tidak berwujud itu. Mendadak Tonghong Liang berseru, "Bagus, kau ingin beradu tenaga pukulan bukan? Baik, aku akan melayani mu dengan tenaga pukulan juga!" Telapak tangan tunggalnya mendadak 'melengket' jadi satu dengan sepasang telapak tangan lawan. Lan Giok-keng yang menonton dari tepi arena diam-diam mandi dengan peluh dingin, pikirnya, 'Tonghong Toako benar-benar tekebur, masa dia meninggalkan kelebihan sendiri dan malah mengikuti kemaunan lawan?" Sampai dimana kehebatan tenaga dalam yang dimiliki Eng siongleng, dia telah menjajal dan merasakannya, sekarang dia mulai kuatir bila Tonghong Liang tidak sanggup menahan diri. Sebetulnya Eng siong-leng sendiripun tidak yakin bisa meraih kemenangan dengan mengandalkan ilmu pukulan Im-yang-ciang nya, tapi diapun tidak mengira kalau Tonghong Liang begitu berani beradu tenaga dalam melawan dirinya, tindakan lawan justru dianggap pucuk dicinta ulam tiba. Memang keadaan inilah yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

diharapkan. Sambil menghimpun seluruh tenaganya ke dalam telapak tangan, dia mencoba menekan ke depan, betapa girangnya kakek ini begitu tahu pihak lawan ternyata tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Siapa tahu pada saat itulah tiba-tiba Tonghong Liang menarik tangannya ke belakang, kekuatan serangannya kontan tergiring ke depan, seolah menghantam tempat yang kosong saja, bukan Cuma serangannya tidak membuahkan hasil, bahkan tubuhnya pun ikut bergoncang hingga bergeser ke samping. Lan Giok-keng sangat girang menyaksikan kejadian itu, diamdiam pikirnya, Sungguh memalukan, padahal dasar ilmu silat perguruan adalah meminjam tenaga memukul tenaga, memakai tenaga empat tahil menghadapi serangan ribuan kati. Aku memang belum pernah melihat ilmu pukulan dari Tonghong toako, tapi tampaknya ilmu silat yang dia miliki mempunyai dasar ilmu perguruan Bu-tong. Sungguh aneh, tidak mungkin Sim-hoat tenaga dalam ajaran Sucouw bisa dicuri belajar orang luar, kenapa dia sebagai murid perguruan lain justru bisa menggunakan ilmu tersebut jauh melebihi diriku! Ehmm, jangan-jangan bila ilmu silat telah dilatih mencapai suatu tingkatan tertentu maka segala sesuatunya akan terbuka dan saling berhubungan?' Eng Siong-leng tidak sabar untuk bertarung lama, sambil tertawa dingin katanya, "Kau mengetahui asal-usulku, akupun mengetahui asal usulmu. Hmmm! Hmmm! Sebagai keturunan keluarga Tonghong, sebagai murid tertua Khong-tong-pay, ternyata masih menggunakan ilmu silat aliran perguruan lain, kau tahu malu tidak? Kalau memang punya kemampuan, ayoh bertarung menggunakan ilmu silat perguruanmu sendiri. Memanfaatkan kesempatan ketika dia berganti napas, tiba-tiba Tonghong Liang membentak nyaring, "Bukankah kau ingin beradu tenaga dalam? Baik, aku akan beradu tenaga dalam denganmu!" Telapak tangannya diputar ringan, tatkala tenaga menggiring masih berkelanjutan, tiba-tiba dari serangan kosong berubah jadi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

serangan nyata, tenaga pukulannya langsung dimuntahkan keluar. Tidak ampun tubuh Eng Siong-leng yang kurus kering segera mencelat ke udara bagaikan layang-layang putus benang, kemudian roboh terjungkal ke tanah. "Bagaimana? Masih ingin dilanjutkan!" ejek Tonghong Liang sambil tertawa dingin. Ternyata Eng Siong-leng cukup tangguh, dengan gaya burung belibis membalikkan badan, begitu kakinya menjejak tanah cepat dia kabur dari situ dengan kecepatan tinggi. Kembali Tonghong Liang berteriak nyaring, Biarpun kau ingin membunuhku, aku tidak sudi membunuhmu, lebih baik kau tidak usah mencampuri air keruh di sungai Uh-sah-tin lagi!" Kemudian dia baru berpaling kembali, tampak Lan Giok-keng masih mengawasinya dengan termangu, seolah tidak tahu apa yang harus diucapkan. "Mana Hwee-ko Thaysu?" tanya Tonghong Liang kemudian. "Ada di bawah gundukan tanah. Tonghong Liang menghela napas panjang, katanya, "Aaai.... sayang kedatanganku terlambat selang- kah. Jadi dia sudah tewas?" "Benar, dia dibokong orang sewaktu berada di rumah pemilik pelelangan ikan dikota Uh-sah-tin. Cuma, dia pergi dengan sangat tenang dan tenteram. "Apakah manusia berkerudung yang membokongnya?" Tergerak perasaan Lan Giok-keng, buru-buru tanyanya, "Benar, apakah toako tahu siapakah manusia berkerudung itu?" Tonghong Liang tidak menjawab, dia hanya menggelengkan kepalanya berulang kali, entah apakah dia memang tidak tahu siapakah manusia berkerudung itu, ataukah enggan memberitahukan kepada Lan Giok-keng. Setelah menggeleng berulang kali dia balik bertanya, "Apa saja
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang telah Hwee-ko Thaysu katakan kepadamu menjelang ajalnya tadi?" Teringat kembali pesan terakhir Hwee-ko Thaysu menjelang ajalnya, Lan Giok-keng ragu-ragu dan tidak bisa mengambil keputusan. Pendeta itu telah berpesan agar dia tidak menceritakan rahasia tersebut kepada siapa pun, tapi Tonghong Liang.... bukankah dia ber hutang budi kepadanya? Budi yang telah menyelamatkan jiwanya? Kembali Tonghong Liang berkata sambil menghela napas panjang. "Sewaktu berada di Toan-hun-kok, tidak seharusnya aku membohongimu, tapi akupun mempunyai kesulitan yang tidak bisa diungkap. Suatu saat nanti aku pasti akan memberitahu kepadamu, karena sekarang masih belum saatnya. Anggap saja aku masih berhutang satu kepadamu. "Toako, kau jangan berkata begitu, akulah yang telah banyak berhutang kepadamu. "Mau kau yang berhutang kepadaku atau aku yang berhutang kepadamu, lebih baik kita tidak usah permasalahkan lagi. Baiklah, sekarang beritahu dulu kepadaku!" Entah karena didesak rasa ingin tahu yang begitu kuat atau karena dipengaruhi emosi, suaranya ikut pula berubah, berubah jadi tinggi melengking, terburu napsu dan sorot matanya berubah menjadi sangat aneh. Namun bagi Lan Giok-keng, sinar mata itu amat dikenalnya, selama dia terkurung dalam penjara bawah tanah Toan-hun-kok, hampir setiap hari dia bertanding pedang melawan manusia berkerudung itu, setiap kali selesai bertanding, manusia berkerudung itu selalu memperlihatkan sinar mata semacam ini! Dia tidak pernah mendengar suara manusia berkerudung itu, tapi pada hari terakhir kedok rahasia manusia berkerudung itu terbongkar juga, ternyata orang itu tidak lain adalah Tonghong
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liang yang berdiri dihadapannya sekarang. Dalam waktu sekejap tiba-tiba muncul lagi perasaan curiga dihati Lan Giok-keng, pikirnya, 'Sudah jelas Tonghong Toako mengetahui siapa-kah manusia berkerudung yang muncul semalam, tapi dia enggan beritahu kepadaku, mungkinkah dia adalah manusia berkerudung yang semalam muncul di rumah juragan Kim? Bukankah sewaktu di lembah Toan-hun-kok, diapun pernah menggunakan cara yang sama untuk membohongi aku?" "Jadi kau masih tidak percaya dengan aku? Persoalan ini berpengaruh besar pada situasi persilatan, kau harus secepatnya beritahu kepadaku. Kini sinar mata aneh yang memancar dari mata Tonghong Liang telah lenyap, tapi nada suaranya masih terkesan panik, gelisah dan tidak tenang. "Mungkin tidak seharusnya aku menaruh rasa curiga kepadanya, kembali Lan Giok-keng berpikir, "tapi berulang kali Hwee-ko Thaysu pesan wanti-wanti kepadaku agar jangan sembarangan percaya kepada orang lain, tidak seharusnya secepat itu kulupakan peringatannya. "Di saat menjelang ajalnya, Hwee-ko Thaysu hanya menyampaikan sepatah kata kepadaku, dia bilang, nak maafkan aku, aku tidak bisa menemanimu lagi!" Lan Giok-keng memang tidak bohong, Hwee-ko Thaysu memang mengucapkan perkataan itu kepadanya. Malah sepasang matanya sempat memerah dan berkaca-kaca. Tonghong Liang kelihatan sangat kecewa, sambil menatap tajam bocah itu, tanyanya, "Dia benar hanya berkata begitu?" "Betul, memang hanya berkata begitu, jawaban Lan Giok-keng sangat tenang. Sambil berkata, dia berpikir dalam hati, 'Maaf, kau telah membohongi aku satu kali, jadi akupun berbohong satu kali kepadamu'
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tonghong Liang setengah percaya setengah tidak, mendadak tanyanya lagi sambil meninggikan nadanya, "Tahukah kau tentang kabar berita Jit-seng-kiam-kek?" "Jit-seng-kiam-kek?" Lan Giok-keng tidak menyangka kalau Tonghong Liang mengetahui juga tentang Jit-seng-kiam-kek, karena dalam gugup dia tak tahu bagaimana harus menjawab, terpaksa dia mengulang kembali nama itu. "Benar, dialah Jit-seng-kiam-kek Kwik Tang-lay yang pernah melukai ayah angkatmu! Aku tahu kedatanganmu ke Liauw-tong karena ingin mencari dia. Tapi waktu tidak banyak, aku tidak bisa memberi-tahukan padamu kenapa aku bisa tahu. Dari mimik mukanya yang gelisah, terlihat kalau dia berniat pamit diri. "Aku tidak tahu, kembali Lan Giok-keng berkata, sementara dalam hatinya berpikir, Ternyata si jago pedang tujuh bintang bermarga Kwik, padahal nama Han dari Huo Bu-tuo adalah Kwik Bu. Kenapa bukan memakai nama marga lain dia justru memakai Kwik? Jangan jangan.... Belum habis ingatan itu, kembali terdengar Tonghong Liang bertanya lagi, "Konon jit-seng-kiam-kek berputra satu, seharusnya Hwee-ko Thaysu telah memberitahukan kepadamu bukan.... Sementara Lan Giok-keng sedang tertawa getir dan tidak tahu bagaimana harus menjawab, tiba-tiba Tonghong Liang menjawab sendiri persoalan itu. Barusan Tonghong Liang telah menyinggung kalau Jit-seng-kiamkek mempunyai seorang putra, jika pembicaraan itu berlangsung terus, maka dia pasti akan menyinggung soal Huo Bu-tuo atau Kwik Bu. Siapa tahu tiba-tiba saja dia mengalihkan pembicaraan ke soal lain, katanya, "Aku memang pernah membohongimu, jadi tidak heran kalau kau tidak percaya kepadaku. Baiklah, kau boleh bercerita kepadaku ketika suatu saat nanti kau sudah memahami
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perasaan hatiku. Beberapa patah kata itu diucapkan makin lama semakin cepat, ketika mengucapkan perkataan terakhir, dia seolah sudah tidak bisa berdiam lebih lama lagi disana, tubuhnya langsung berbalik dan kabur dari situ. Malah kata terakhir berasal dari beberapa puluh langkah dari posisi semula. Lan Giok-keng sangat keheranan, pikirnya, 'Kenapa dia melarikan diri seperti berusaha menghindari sesuatu, jangan-jangan ada yang datang?' Benar saja, dia segera mendengar ada suara pembicaraan orang. "Coba lihat, siapa yang berada diatas sana, perkataanku tidak salah bukan?" "Aaah benar, ternyata memang Piauko! Piauko, jangan kabur, kau dengar suaraku? Aku adalah Piaumoy mu!" "Giok-keng-sutit, tidak usah gugup, aku adalah Bouw-susiok mu!" Yang memanggil Piauko adalah Seebun Yan, sedang yang memanggil "Giok-keng sutit" adalah Bouw It-yu. Ilmu meringankan tubuh yang mereka miliki sebenarnya tidak sebanding, tapi saat ini Seebun Yan lari sangat cepat dan meninggalkan Bouw It-yu jauh di belakang. Terhadap Lan Giok-keng yang berdiri di atas bukit dia seolah tidak melihatnya, begitu sampai di puncak bukit, dia langsung mengejar ke arah Tonghong Liang. Waktu itu Lan Giok-keng baru saja menghapus huruf yang ditulis Hwee-ko Thaysu diatas tanah, biarpun tulisannya sudah tidak terbaca namun masih kelihatan bekasnya. Bouw It-yu berjalan kehadapannya, sambil melirik sekejap permukaan tanah dikakinya dia berkata sambil tersenyum, "Giokkeng, kau tidak menyangka aku bakal datang mencarimu bukan?" "Aaah sudah datang, lagi-lagi sudah datang!" pikir Lan Giok-keng
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sambil tertawa getir. Dia sangka Bouw It-yu pasti akan mengulang kembali pertanyaan yang barusan diajukan Tonghong Liang, siapa tahu pemuda itu tidak berbuat demikian, katanya, "Sutit, kau tentu sudah mendengar bukan kalau Bu-siang Cinjin telah kembali ke langit?" "Benar, aku sudah tahu. Sayang aku tidak bisa pulang untuk melayat jenasahnya. "Tidak, kau masih sempat untuk mengikutinya. Jadwal penguburan adalah tanggal tujuh bulan depan, berarti persis masih ada setengah bulan, kau bisa segera berangkat. "Aku.... mungkin aku tidak bisa pulang tepat waktu. Aku tahu. Serahkan saja tugas yang diberikan Ciangunjin kepadaku. Dengan begitu kau bisa segera pulang. "Aku tidak paham dengan maksud Susiok, ucap Lan Giok-keng tertegun. Bouw It-yu tertawa. "Bukankah Bu-siang Cinjin suruh kau mengajak Hwee-ko Thaysu datang ke Liauw-tong mencari Jit-seng-kiam-kek? Tentu saja kau tidak boleh memberitahukan rahasia ini kepada orang lain, tapi aku sudah mengetahuinya. Lan Giok-keng merasa sangat ragu, pikirnya, 'Ayahnya adalah Ciangbunjin partai saat ini, tidak aneh bila diapun mengetahui persoalan ini' Sebagaimana diketahui, rencana mengangkat Bouw Ciong-long sebagai pewaris Ciangbunjin memang sudah dipersiapkan Bu-siang Cinjin sebelum ajalnya tiba, jadi sangat masuk diakal bila Ciangbunjin lama menyerahkan pesan kepada Ciangbunjin baru atas beberapa perintahnya yang belum terselesaikan. Kalau memang begitu, mengapa Sucouwnya meninggalkan surat wasiat dan mengapa pula suruh dia pergi mencari Hwee-ko Thaysu dan segala sesuatunya mengikuti perintah Hwee-ko Thaysu? Menjelang saat ajalnya Hwee-ko Thaysu pun berpesan wanti-wanti
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepadanya, bahkan berpesan secara khusus.... jangan mengatakan rahasia itu kepada siapa pun termasuk sang Ciangbunjin sendiri pun. Bukankah Ciangbunjin yang dimaksud Hwee-ko Thaysu adalah ayah Bouw It-yu, Bouw Ciong-long yang kini telah berganti nama menjadi Bu-beng Cinjin? Maka sambil menggelengkan kepalanya berulang kali dia berkata, "Sucouw hanya suruh aku datang ke biara Siau-lim mencari Hweeko Thaysu dan menuruti semua perintahnya. Karena itulah Hwee-ko Thaysu mengajak aku datang ke Liauw-tong. Mengenai nama Jitseng-kiam-kek.... rasanya aku memang pernah mendengar Hwee-ko Thaysu menyinggung nama orang ini. Tapi sayang hingga sekarang aku masih belum tahu siapakah Jit-seng-kiam-kek itu, tidak tahu juga dia berada di mana sekarang. Apa yang dia katakan memang tidak bohong, nama Jit-sengkiam-kek pun dia ketahui setelah disebut Tonghong Liang. Dan dia pun benar-benar tidak mengetahui kabar berita serta jejak dari Jago pedang tujuh bintang itu. Bouw It-yu setengah percaya setengah tidak, kali ini sinar matanya dialihkan ke tubuh Liauw-ciangkwee, katanya lagi, "Apakah orang ini mati lantaran dibunuh Hwee-ko Thaysu?" Lan Giok-keng tidak tahu apa sebabnya dia mengajukan pertanyaan seperti itu, tapi setelah tahu kalau hal semacam ini tidak mungkin berbohong, dia pun mengangguk. "Benar Hwee-ko Thaysu tidak mengatakan apa-apa sebelum menemui ajalnya?" "Benar, benar tidak ada, sahut Lan Giok-keng mengikuti nada suaranya. "Aku percaya padamu. Kalau begitu sebutkan siapa nama orang itu. "Orang yang mana?" tanya Lan Giok-keng melengak.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Orang yang titip surat untuk Kim-lopan. Bukankah tujuan Hweeko Thaysu menangkap dan menyeret Liauw-ciangkwee kemari untuk mencari tahu nama dari orang itu serta dimana dia berada?" Diam-diam Lan Giok-keng terkesiap, pikirnya, 'Usia Siau-susiok hanya selisih sedikit dibandingkan aku, ternyata dia begitu lihay!' Cepat dia menggeleng seraya menyahut, "Aku tidak tahu. Berubah paras muka Bouw It-yu. "Sebelum meninggal, Hwee-ko Thaysu masih sempat membunuhnya. Sudah jelas dia telah berhasil mengorek keterangan dari mulutnya. Lan-sutit, masa sampai terhadap diriku pun kau tidak percaya? Kau harus tahu, aku sedang melaksanakan perintah Ciangbunjin untuk menggantikan dirimu menyelesaikan tugas ini. Tujuannya tidak lain agar kau bisa segera pulang gunung untuk mengikuti upacara penguburan sucou. Di antara murid generasi ke tiga, kaulah yang paling disayang Sucouw, masa kau tidak ingin menghantarnya masuk ke tanah dan berkabung baginya?" Perkataan itu bernada tinggi, tajam dan penuh sindiran, membuat Lan Giok-keng jadi gelagapan sendiri. Kini bocah tersebut benar-benar tidak tahu bagaimana harus menghadapinya, pelbagai kecurigaan memenuhi seluruh benaknya, dia berdiri melongo dengan sinar mata kabur, seakan sudah dibuat bodoh saking kagetnya. Tampaknya Bouw It-yu sendiripun tidak ingin mendesaknya kelewat batas, dengan nada yang lebih lunak katanya lagi, "Coba kau pikirkan lagi dengan kepala dingin, siapa tahu akan teringat nama orang itu. Agar aku bisa membantumu menyelesaikan tugas ini, paling tidak aku harus mengetahui nama kedua orang itu. Pertama adalah orang yang menulis surat untuk Kim-lopan, dan kedua adalah manusia berkerudung yang pernah muncul di rumah keluarga Kim. Setelah aku berbicara sampai disini, semestinya kaupun tahu bukan, kemarin malam aku sama seperti kau, bersembunyi dalam kebun di rumah keluarga Kim!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara Lan Giok-keng masih kebingungan dan tidak tahu bagaimana harus menghadapinya, mendadak terdengar seseorang berkata, "Kau tidak usah mendesak bocah itu untuk menjawab, semestinya tanyalah kepadaku!" Dengan kepandaian silat sehebat Bouw It-yu, ternyata dia tidak mengetahui akan kehadiran pihak ke tiga, rasa terkejut yang dialaminya benar-benar tidak terlukiskan dengan kata. Sambil melompat bangun, hardiknya, "Siapa kau?" Orang itu tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... bukankah kau sedang mencariku? Nah, sekarang aku sudah datang!" Di tengah gelak tertawa nyaring, tahu-tahu orang itu sudah muncul dihadapan Bouw It-yu, sayang pemuda itu tidak dapat melihat raut mukanya, sebab dia mengenakan kain kerudung hitam hingga yang terlihat hanya sepasang matanya. Walaupun hanya kelihatan sepasang matanya, namun Bouw It-yu masih dapat mengenali orang itu sebagai manusia berkerudung hitam yang semalam menyerang Hwee-ko Thaysu di rumah keluarga Kim. Sambil berusaha menenangkan hatinya Bouw It-yu membentak, "Mau apa kau?" "Aaah, masa secepat itu kau sudah lupa?" jengek manusia berkerudung hitam itu dingin, "aku telah berulang kali memperingatkan dirimu: bila tidak segera kembali berarti mencari penyakit buat diri sendiri! Hmm, siapa tahu kau begitu bandel, tidak mau menuruti peringatanku, terlambat sudah bila sekarang kau ingin berbalik!" Sambil meraba gagang pedangnya kembali Bouw It-yu membentak, "Ternyata kaulah bajingan tengik yang berlagak sok rahasia di tengah jalan itu! Hmm, aku justru tidak percaya dengan segala dewa, apalagi takut dengan setan!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagus sekali! Kalau begitu cabut pedangmu! Kalau punya kemampuan, rubahlah aku jadi setan, bila kau yang tidak punya kemampuan.... hmm, akulah yang akan mengubahmu jadi setan. Perkataan itu diucapkan dengan nada sengau, seolah suara yang membawa nada hidung, seperti orang yang sedang menderita flu berat. Tapi anehnya Lan Giok-keng justru merasa suara hidung yang sangat aneh itu seakan "sangat dikenal" olehnya, namun dia tidak teringat dimanakah dia pernah mendengar suara orang itu. Lagipula diapun merasa tidak pernah mendengar suara orang yang sedang menderita flu berat sedang berbicara. Tapi mengapa bisa timbul perasaan seaneh ini? Belum habis ingatan itu melintas, Bouw It-yu telah melancarkan sebuah tusukan sambil membentak, "Bagus, berubah jadi setan tidak masalah, dianggap mencari penyakit pun tidak mengapa. Yang pasti aku memang sedang mencarimu!" Serangan yang dilancarkan cepat bagaikan sambaran petir, di saat ujung pedang hampir menusuk di tubuh orang tersebut, mendadak bergetar tiga buah lingkaran yang membuat gerakan tusukan yang lurus seketika berubah. Diam-diam Lan Giok-keng memuji, pikirnya, 'Ternyata begini caranya menggunakan jurus sam-huan-tau-gwee (tiga lingkaran membelenggu rem-bulan)!' Sam-huan-tau-gwe merupakan salah satu jurus serangan dalam ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, pada dasarnya thay-kek-kiam memang mengutamakan kelembutan untuk mengatasi kekerasan, maka dalam penggunaan jurus ini tenaga lembek jauh lebih di utamakan. Namun Bouw It-yu yang menggunakan jurus ini justru berbeda sekali dengan prinsip dasarnya, bukan saja tenaga keras dan lembek digunakan bersama bahkan kecepatannya bagaikan sambaran kilat, hingga teori "menyerang belakangan tapi menguasahi musuh duluan" pun ikut dirubah pula.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekalipun terdapat banyak perbedaan dan pertentangan prinsip, jurus serangan itu tidak bisa dikatakan bukan merupakan bagian dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. Lan Giok-keng bagaikan orang mabok saja, dia begitu kesemsem menyaksikan permainan jurus itu, pikirnya, 'Tidak heran kalau Sucouw selalu berkata bahwa ilmu pedang perguruan kita tertumpu pada pencerahan dan pemahaman, aaai.... kusangka sudah banyak teori yang kupahami, sekarang terbukti bahwa kata pencerahan dan pemahaman memang gampang diucapkan susah dilaksanakan!" Dalam waktu singkat tujuh puluh gebrakan sudah lewat, tiba-tiba manusia berkerudung itu berkata sambil menghela napas, "Ayahmu memang seorang jago silat berbakat luar biasa, tapi sayang ilmu pedang yang berhasil dia rubah dari pelajaran yang diterima dari Thio-cinjin belum berhasil kau pelajari barang setengahnya pun. Sementara berbicara, serangan tangannya semakin diperketat, tidak selang berapa saat kemudian dia sudah berhasil memaksa Bouw It-yu hanya bisa bertahan saja tanpa memiliki kekuatan untuk melancarkan serangan balasan. Kini Lan Giok-keng baru paham, rupanya pada belasan jurus pertama, manusia berkerudung itu hanya berniat mengintip rahasia ilmu pedang keluarga Bouw, begitu gerak jurus lawan telah dipahami, dia pun tidak memberi kesempatan lagi bagi Bouw It-yu untuk bertarung lebih lama. Biarpun Lan Giok-keng menaruh rasa curiga terhadap Bouw Ityu, namun bagaimanapun orang itu adalah paman gurunya sementara manusia berkerudung itu tidak lain adalah pembunuh yang telah mencelakai nyawa Hwee-ko Thaysu, bicara dari sudut mana pun, tidak mungkin lagi baginya untuk berpangku tangan saja. Sedari tadi dia tidak ikut turun tangan karena dianggapnya Bouw It-yu seorang diri sudah mampu menghadapi manusia berkerudung itu. Kini, setelah melihat Bouw It-yu keteter hebat dan mulai tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sanggup menahan diri, tanpa berpikir panjang lagi Lan Giok-keng segera mencabut pedangnya dan maju menyerang. "Hey bocah cilik, kau pun ingin menghantar kematian?" tegur manusia berkerudung hitam itu. "Kau telah membunuh Hwee-ko Thaysu, sekali-pun aku tidak mampu mengalahkanmu, biar harus korbankan nyawa pun aku tetap akan beradu jiwa melawanmu!" Kembali manusia berkerudung itu menghela napas. "Aaaai.... budi dan dendam susah untuk dibicarakan!" Dengan telapak tangan kirinya dia menghadapi serangan dari bocah itu. Ketika pedang Lan Giok-keng membabat ke depan, manusia berkerudung itu berusaha merampas senjatanya, siapa tahu tibatiba dia berganti gerakan dan menusuk tubuh manusia berkerudung itu dari posisi yang sama sekali tidak terduga. "Ilmu pedangbagus!" puji manusia berkerudung itu sambil berseru tertahan. Dimana cahaya pedang Lan Giok-keng menyambar lewat, pakaian yang dikenakan manusia berkerudung itu segera robek memanjang. Namun pedangnya kena ditangkis juga oleh kebasan lawan hingga mencelat ke samping. Dalam jurus serangan kali ini Lan Giok-keng telah menggunakan taktik menuding ke barat menyerang ke timur, perubahannya sangat hebat dan luar biasa, namun kebasan dari manusia berkerudung itu bukan saja dapat membebaskan diri dari ancaman bahkan langsung melancarkan serangan balasan, kehebatannya benar-benar di luar dugaan siapa pun. Kebasan ujung baju itu seketika membua t napas Lan Giok-keng menjadi amat sesak dan tidak leluasa, tiba-tiba dia teringat dengan cerita "sang koki menjagal sapi" yang dijelaskan Hwee-ko Thaysu sewaktu masih terkurung dalam penjara Toan-hun-kok, pikirnya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

'Tidak salah, kenapa aku tidak belajar dari si koki? Sang koki bisa menusukkan pisaunya di tempat yang luang, hal ini tidak lain karena dalam pandangannya tidak melihat sapi' Dia sadar kalau kepandaian silat yang dimiliki lawan jauh diatas kemampuannya, tidak mungkin baginya untuk bertarung untunguntungan, terpaksa seluruh perhatiannya ditujukan ke telapak tangan lawan. Lambat laun terhadap lingkungan di sekelilingnya dia seolah memandang tapi tidak melihat, mendengar tapi tidak menangkap, bahkan terhadap manusia berkerudung yang sedang bertarung melawan dirinya pun dia seakan hanya melihat sepasang telapak tangannya saja. Kalau dikatakan memang aneh sekali, begitu dia mencapai keadaan seakan lupa segala galanya, peredar-an darah serta dengusan napasnya malah menjadi begitu lega dan leluasa, tenaga yang menekan dan menghimpit dirinya pun makin bertambah ringan. Diam-diam manusia berkerudung itu memuji, pikirnya, 'Selama puluhan tahun terakhir, banyak sudah murid Bu-tong-pay yang kujumpai, tapi rasanya hanya pemuda ini yang benar-benar dapat mewarisi seluruh kemampuan dan kepandaian dari Thio-cinjin. Tidak heran kalau Bu-siang Cinjin begitu serius membina dan membimbingnya, keberhasilannya di kemudian hari pasti diatas Busiang Cinjin dan tidak mungkin di bawah nya. Begitu timbul rasa pujian itu, serangan yang dilancarkan pun jadi bertambah serius, dia seolah sedang berhadapan dengan musuh tangguh, tidak berani lagi memandang pihak lawan sebagai kanak kanak. Pada mulanya dia menggunakan kekuatan tujuh bagian untuk menghadapi Bouw It-yu, tapi kini keadaan malah sebaliknya, dia hanya menggunakan tiga bagian kekuatannya untuk menghadapi jago muda ini. Diam-diam Bouw It-yu mengeluh, pikirnya, 'Sungguh menyesal!
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kusangka ilmu pedang ciptaan ayahku sudah tiada tandingan di kolong langit, tapi kalau dilihat sekarang, mungkin masih kalah jauh bila dibandingkan dengan ilmu pedang hasil pencerahan dari Giokkeng si bocah ini' Lambat laun manusia berkerudung itupun mulai tidak kuasa menahan diri lagi, pikirnya, 'Walaupun aku tidak bisa melukainya, tapi bila keadaan seperti ini dibiarkan berlarut, mungkin bakal mengacaukan urusan besarku' Sementara dia masih mempertimbangkan bagaimana caranya menaklukkan Lan Giok-keng tanpa melukai tubuhnya, Bouw It-yu telah menggunakan kesempatan ini melancarkan serangkaian serangan berantai. Satu ingatan segera melintas dalam benak manusia berkerudung itu, bentaknya, "Manusia she-Bouw, akan kubunuh dirimu lebih dulu!" Dengan satu gerakan cepat dia berputar ke samping, sebuah kebasan baju memunahkan serangan pedang Lan Giok-keng yang meluncur tiba, sementara telapak tangan kirinya diangkat siap dihantamkan ke atas ubun-bun Bouw It-yu. Saat itu Lan Giok-keng nyaris sudah berada dalam keadaan "lupa diri", namun sewaktu melihat telapak tangan manusia berkerudung itu tinggal lima inci dari ubun-ubun Bouw It-yu, mau tidak mau perasaan hatinya bergetar keras. Kunci utama dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat adalah timbul niat pedang langsung menyerang, rangkaian serangan berhubungan menjalin satu lingkaran, begitu perasaan hatinya bergetar keras, gerakan pedangnya yang semula mengalir bagaikan lingkaran pun muncul titik kelemahan. Dengan gerakan cepat yang tidak terlukiskan dengan kata manusia berkerudung itu segera manf aatkan peluang dengan sebaik-baiknya, Lan Giok-keng merasakan tubuhnya jadi enteng, tahu-tahu dia sudah kena ditangkap dan dilempar keluar arena.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tubuh Lan Giok-keng meluncur sejauh tiga tombak lebih dan....Bruuuk!" terbanting keras-keras di tanah, tidak sempat lagi menjerit kesakitan, bocah itu jatuh tidak sadarkan diri. Tidak terlukiskan rasa kaget Bouw It-yu, bentaknya penuh amarah, "Kauherani membunuh keponakan muridku!" Dia sangka Lan Giok-keng sudah dibanting mati manusia berkerudung itu, padahal bocah itu meski kehilangan kesadaran, tubuhnya sama sekali tidak terluka. Ternyata sewaktu membanting Lan Giok-keng tadi, manusia berkeru dung itu telah menggunakan sejenis ilmu bantingan yang khas, bantingan semacam itu tidak bakalan membuat yang bersangkutan jatuh pingsan. Lan Giok-keng bisa tidak sadarkan diri karena sewaktu dicengkeram manusia berkerudung tadi, dia telah menotok pula jalan darahnya. Dicekam perasaan terkejut bercampur marah, Bouw It-yu melancarkan serangan semakin garang, bahkan nyaris mendekati beradu jiwa. Bukan jadi gusar, sorot mata manusia berkerudung itu sebaliknya justm berubah makin lembut dan lunak, pikirnya, 'Memandang atas rasa sayang dan perhatiannya untuk melindungi keselamatan jiwa Giok-keng, aku tidak boleh mencelakai jiwanya' Setelah bertarung satu lawan satu, mana mungkin Bouw It-yu bisa menandingi kehebatan manusia berkerudung itu? Ketika pedangnya dengan jurus sam-coan-hoat-lun menerobos keluar, tanpa menggubris datangnya ancaman manusia berkerudung itu menyodokkan kedua jari tangannya memasuki lingkaran pedang. Jurus Sam-coan-hoat-lun baru berputar satu lingkaran, tahu-tahu punggung pedangnya sudah terjepit oleh dua jari tangan manusia berkerudung itu. "Lebih baik bunuhlah aku!" seru Bouw It-yu dengan nada parau, dia sadar kalau dirinya bukan tandingan, saat inipun dia sudah tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memiliki kekuatan lagi untuk melawan. Begitu dia buka suara, hawa murninya kontan saja membuyar, isi perutnya seketika terasa bagai dibolak balik dengan kerasnya. Belum lagi manusia berkerudung itu buka suara, mendadak terdengar seseorang telah menegur lebih dulu. Sesaat sebelum jatuh tidak sadarkan diri, tiba tiba Bouw It-yu mendengar ada orang berseru, "Kungfu yang hebat, kau adalah Tianglo yang mana dari Bu-tong-pay?" Dari balik cahaya fajar yang baru menyingsing, tampak seorang wanita berbaju kuning muncul dari balik kegelapan dan berjalan menghampiri. Perempuan itu sebetulnya sudah setengah umur, tapi bila tidak tahu siapakah dia, mungkin akan menyangka usianya masih sangat muda. Dia memiliki perawakan tubuh yang kecil dan ramping, tidak mirip perempuan yang pernah melahirkan, apalagi sebagai seorang ibu yang putrinya telah menanjak dewasa. Kecantikan wajahnya pada hakekatnya bagaikan sekuntum bunga segar yang baru mekar di pagi hari. Begitu melihat kemunculan wanita itu, perasaan hati manusia berkerudung itu bergetar keras, kedua jari tangannya yang sedang menyodokpun segera ditarik kembali. Begitu kehilangan daya tekanan yang berat, tubuh Bouw It-yu pun "roboh" dengan lemas, dia hanya bisa duduk diatas tanah dengan napas tersengkal sengkal. Perlahan perempuan setengah umur itu berjalan mendekat. Sesaat itu bukan hanya manusia berkerudung itu saja yang merasakan hatinya bergetar keras, Bouw It-yu sendiripun merasakan hatinya berdebar. Paras muka perempuan setengah umur itu beberapa bagian mirip Seebun Yan, tapi jauh lebih cantik dibandingkan gadis itu. Hal ini
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

masih tidak aneh, yang lebih aneh lagi adalah perasaan yang timbul di hati Bouw It-yu, dia merasa seakan sedang berhadapan dengan orang yang sangat dikenalnya, tanpa sadar timbul lah perasaan simpatik yang tebal di hati kecilnya. Perasaan kenal ini tidak sama seperti perasaan kenal terhadap Seebun Yan, melainkan jauh melebihi perasaan itu. Padahal mereka belum pernah saling bertemu. Siapakah dia? Siapakah dia? Ooo)*(ooO JILID KE LIMA BAB XIV Jago pedang dari Tiong-ciu. Tapi bukan persoalan ini yang ingin diketahui jawabannya, sebab biarpun dia belum pernah bertemu wanita setengah umur itu, namun secara lamat-lamat telah dapat menebak siapa gerangan perempuan ini. Yang paling ingin diketahui jawabannya adalah.... Manusia berkerudung itu berdiri kaku bagaikan sebuah patung batu, dia seakan sudah tertegun dibuatnya. "Hey kau tuli? Kau bisu?" terdengar wanita cantik itu kembali membentak, "aku sedang bertanya, kau adalah tianglo yang mana dari Bu-tong-pay? Kenapa? Tidak berani menjawab?" "Tianglo dari partai Bu-tong?" tidak terlukiskan rasa terperanjat yang dialami Bouw It-yu saat itu. Kalau memang tianglo dari Bu-tong-pay, lalu siapakah dia? Bu-tong-pay mempunyai dua orang tianglo, yakni Bu-liang Totiang dan Bu-si Tojin, keduanya sangat dikenal olehnya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sementara Put-ji, tianglo yang belum lama diangkat pun sudah cukup lama bergaul dengannya, malah selama ini dia memperhatikan orang ini secara khusus. Dia yakin tidak bakal tidak bisa mengenalinya kendatipun dia telah mengenakan kain kerudung muka. Bouw It-yu mencoba untuk memperhatikan dengan lebih seksama, di pandang dari sudut manapun dia tidak bisa menemukan bayangan rubuh dari ke tiga orang tianglonya di tubuh manusia berkerudung ini. Hanya satu hal yang berhasil dia ketahui, orang berkerudung ini adalah seseorang yang telah lanjut usia, paling tidak berusia lima puluh atau enam puluh tahunan. Orang yang memiliki ilmu silat hebat memang agak sulit untuk diduga usianya. Namun bagaimanapun juga, biar seseorang yang telah lanjut usia berusaha memelihara tubuhnya sebagus apapun, bila dibandingkan dengan orang berusia pertengahan tetap terdapat perbedaan yang nyata. Sewaktu bertarung melawannya tadi, Bouw It-yu tidak sempat memperhatikan akan hal itu, tapi kini, setelah diamati lebih seksama, dia segera dapat menemukan perbedaannya. Dia percaya dengan kemampuan matanya, oleh sebab itu meski dia kagum akan kehebatan perempuan cantik itu, yang bisa mengetahui kalau orang itu adalah seseorang yang lanjut usia dalam pandangan pertama, tapi diapun berani memastikan kalau manusia berkerudung ini tidak mungkin tianglo dari Bu-tong-pay. Lalu siapakah dia? Siapakah dia? Manusia berkerudung itu tidak menjawab, dia hanya gelengkan kepalanya. Biasanya gelengkan kepala tertanda menyangkal. Tampaknya perempuan cantik itu tidak percaya, terdengar ia bergumam diri, "Tenaga dalammu masih setingkat lebih hebat dari Bu-liang Totiang, ilmu pedangmu juga tidak berada di bawah kemampuan Bu-si Tojin....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dia bukan saja mengetahui kelebihan yang dimiliki para tianglo dari Bu-tong-pay, mengetahui juga kalau manusia berkerudung itu bisa menggunakan ilmu pukulan sebagai pengganti ilmu pedang. "Tidak benar, tidak benar! Ehmm, benarkah Bu-kek Totiang telah mati?" pertanyaan terakhir ini dia tujukan kepada Bouw It-yu. Sebetulnya pertanyaan ini bisa dijawab Bouw It-yu secara tegas dan tanpa ragu, sebab dialah yang mengambil kerangka tubuh Bukek Totiang dan membawanya kembali keatas gunung Bu-tong. Tapi sayang dia sudah tidak bertenaga lagi untuk bicara, yang bisa dilakukan hanya manggutkan kepala. Pada saat itulah manusia berkerudung itu menghela napas panjang, namun dia tetap belum berbicara. Tiba-tiba perempuan cantik itu mematahkan setangkai ranting pohon, katanya dingin, "Kau sangka dengan berlagak bisu dan tuli lantas bisa mengelabuhi aku? Kau tidak usah beritahu akupun aku juga bisa mengetahui asal-usulmu. Sambil tertawa dingin dia getarkan ranting pohon itu, kemudian dengan menggunakan jurus pedang yang sangat hebat menusuk tubuh manusia berkerudung itu. "Sreeet, sreeet, sreeet" diiringi tiga desingan tajam, tahu-tahu jubah yang dikenakan manusia berkerudung itu sudah bertambah dengan tiga buah lubang kecil, tubuhnya mundur ke belakang berulang kali. "Kau berani tidak membalas?" kembali perempuan cantik itu membentak nyaring. Biarpun yang dia gunakan hanya sebatang ranting pohon, namun setiap tusukan yang dilancarkan selalu disertai desingan angin tajam, Giok-li-to-sou (gadis perawan memasukkan jarum), Ting-sansi-hau (Ting-san memanah harimau), Gin-han-hu-chat (bianglala mengam bang di angkasa), Kek-seng-huan-gwee (bintang tamu mengusik rembulan). Jurus serangan yang keras dikombinasikan dengan jurus serangan yang lembek, semua ancaman boleh dikata
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terarah ke bagian tubuh yang mematikan ditubuh lawan. Selangkah demi selangkah manusia berkerudung itu terdesak mundur hingga ke tepi jurang, kini sudah tidak ada jalan mundur lagi baginya. Dalam pada itu ranting pohon ditangan perempuan cantik itu kembali telah menciptakan tiga lingkaran cahaya yang mengurung seluruh tubuhnya, ujung ranting yang terarah persis di hadapannya tampak segera akan berhasil mencongkel kain kerudung mukanya. Dalam keadaan seperti inilah terpaksa manusia berkerudung itu melakukan pembelaan, sepasang telapak tangannya dirangkap di depan dada, dia membalas dengan jurus Tong-cu-pay-kwan-im (bocah suci menyembah Kwan-im). Maksud dari gerakan jurus ini adalah berniat menjepit ranting pohon yang mengancam tiba, siapa tahu perempuan cantik itu kembali mengubah jurus serangannya secepat kilat, dia tarik balik rantingnya lalu berganti mengancam tiga bagian tubuhnya. Hanya saja, biarpun perubahan jurus dilakukan sangat cepat, namun hal ini justru memberi peluang kepada manusia berkerudung itu untuk menghindarkan diri. "Weesss....!" diiringi desingan angin tajam, manusia berkerudung itu sudah melambung ke udara, bagaikan seekor burung terbang lewat dari atas kepalanya, membopong Lan Giok-keng yang masih tergeletak di tanah dan melarikan diri. Berapa gerakan gesit dan cekatan yang diperlihatkan kedua orang itu membuat Bouw It-yu yang menyaksikan merasakan hatinya ngeri bercampur berdebar. Tapi diapun berhasil melihat jelas sebuah kenyataan, kemungkinan besar manusia berkerudung itu kenal dengan wanita cantik itu, karenanya dia tidak pernah berani melancarkan jurus serangannya, bisa dipastikan hal ini dikarenakan dia kuatir wanita cantik itu berhasil mengetahui asalusul ilmu silatnya. Bouw It-yu tidak tahu apakah wanita cantik itu telah berhasil
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengetahui asal-usul jurus serangan yang dimiliki manusia berkerudung itu, tapi dia telah mengenali sumber ilmu silat yang digunakan sang wanita cantik itu. Jurus serangan yang barusan dia gunakan tidak lain adalah jurus Sam-coan-hoat-lun (tiga putaran roda hukum), sebuah jurus ciptaan ayahnya yang diambil dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, malahan permain an jurus perempuan itu jauh lebih bagus ketimbang ayahnya sendiri. Bouw It-yu merasa bimbang bercampur bingung, dia tidak tahu dengan cara apa manusia berkerudung itu berhasil melarikan diri. Pandangan matanya penuh diliputi teka-teki, perasaan hatinya pun dicekam kebingungan. Dia seakan telah balik kembali ketepi ranjang ibunya yang sedang sakit, apa yang dilihat, apa yang didengar, hanya bayangan semu dari ibunya, yang bergaung diangkasa hanya helaan napas ibunya. Berada ditepi ranjang ibunya yang sedang sakit, dia mengumpat dan menyumpahi "perempuan liar" itu. Besok adalah tanggal satu hari raya Imlek, ibunya sakit begitu parah, tapi ayahnya.... dengan alasan demi "perempuan liar" itu, ternyata enggan pulang kembali ke rumah! Sambil menghela napas, saat itu ibunya berkata perlahan, "Dia bukan wanita liar! Bukan, dia adalah wanita anggun yang mempunyai status sosial tinggi, dia cantik, ilmu silatnya hebat, dalam segala bidang dia jauh mengungguli aku!" Sekarang dia sudah tahu siapakah "wanita liar" itu, dia tidak lain adalah perempuan cantik yang berada dihadapannya sekarang. Apa yang dikatakan ibunya memang tidak keliru, "perempuan liar" ini memang anggun, ilmu silatnya tinggi, wajahnya cantik jelita! Biarpun demi ibunya, dalam hati kecilnya dia tetap memaki dia sebagai "perempuan liar", namun mau tidak mau diapun harus mengakui, "perempuan liar" ini memang jauh lebih cantik daripada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ibunya, ilmu silat yang dimilikipun jauh lebih hebat. Tidak aneh bila ayah begitu tergila gila kepadanya. Sebuah jawaban lain pun ikut tersingkap, tidak perlu diberitahu wanita cantik itu, diapun sudah tahu kalau wanita itu tidak lain adalah ibu kandung Seebun Yan. Semenjak pertemuan pertamanya dengan Seebun Yan, dia sudah menaruh curiga akan hal ini. Dan sekarang dia telah memperoleh sebuah bukti nyata yang amat jelas. Tiba-tiba saja dia merasa peristiwa ini kelewat lucu, kelewat menggelikan, dia dan Seebun Yan saling menyebut sebagai saudara, tidak disangka ternyata ibunya Seebun Yan adalah kekasih gelap ayahnya! Dia ingin tertawa, namun tidak ada suara tertawa yang muncul, dia ingin menangis, tidak ada pula suara tangisan yang terdengar! Perasaan dan tenaga yang runtuh seketika membuatnya jatuh tidak sadarkan diri. Walaupun pikiran dan kesadaran mulai buram, namun dia masih dapat merasakan. Kini keadaannya ibarat orang yang terlelap dalam alam impian, seperti sedang bermimpi seperti bukan, seperti kejadian nyata tapi seperti juga tidak. Sentuhan pertama yang terasa olehnya adalah sesuatu yang lunak, seakan menyiarkan bau harum semerbak. Dia seperti sedang berbaring diatas tumpukan bunga, begitu lembut dan empuk, jauh lebih lunak daripada kasur yang terbuat dari bulu angsa, dia pun merasa seakan sedang berbaring di pesisir pantai dengan cahaya matahari yang hangat, pasir yang putih dan lembut membuat setiap pori pori tubuhnya terasa hangat. Tapi perasaan yang lebih mendekati adalah dia seperti sedang berbaring dalam pelukan ibunya, merasakan belaian dan kasih sayang seorang ibu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Aaaai, mungkinkah waktu berjalan berbalik? Apakah dia sedang kembali ke alam mimpi, kembali ke masa kanak-kanaknya dulu? Suara apakah itu? Apakah suara hembusan angin bulan ke lima yang membangunkan berbagai bunga? Ataukah suara nyanyian ibunya yang sedang mendendangkan nina bobo? Di balik perasaan yang hangat terasa pula hawa dingin, mungkinkah embun pagi yang menetes dari kelopak bunga membasahi wajahnya? Seperti bermimpi, tapi bukan mimpi, seperti khayalan seperti kejadian nyata! Aaai, terserah dia sedang bermimpi atau tidak, semoga alam impian ini dapat bertahan kekal. Manusia berkerudung itu telah membopong Lan Giok-keng dan berlalu dari sana. Sementara perempuan cantik itu balik kembali ke samping Bouw It-yu. Dia peluk tubuh Bouw It-yu, menempelkan telinga nya diatas dada pemuda itu, mendengarkan detak jantungnya. Dia gunakan sentuhan ujung jarinya untuk "mendengar" denyutan nadinya. Detak jantung berjalan normal, denyutan nadi meski agak lemah namun tidak menunjukkan kekalutan. "Entah dikarenakan dia teringat dengan budi kebaikan teman lama atau karena takut bertindak kelewat keji terhadap murid Butong-pay? Ehmm, asal nyawa anak Yu masih dapat dipertahankan, akupun tidak ingin membongkar kedok rahasianya.... Wanita cantik itu mengalihkan matanya memandang ke tempat kejauhan, sewaktu tidak menemukan kembali manusia berkerudung itu, dia pun merasakan beban hatinya jauh lebih lega. "Nak, tidak disangka aku masih bisa bertemu dirimu, aku memang patut dikasihani, tapi kau pun lebih patut dikasihani!" dia mencium lembut pipi Bouw It-yu, setetes air mata jatuh membasahi wajah pemuda itu. Bouw It-yu sama sekali tidak terluka dalam, tapi gencetan tenaga
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam manusia berkerudung itu telah membuat tenaganya jadi lemah bahkan seluruh semangat dan kekuatannya telah runtuh. Keadaan tersebut meski bukan merupakan luka yang bewujud, namun termasuk juga sebuah luka tanpa wujud. Bila tidak memperoleh perawatan yang setimpal, dia akan lemah seperti orang yang baru sembuh dari penyakit parah, paling tidak dibutuhkan waktu setahun lamanya untuk bisa pulih kembali seperti sedia kala. Perempuan cantik itu menempelkan telapak tangannya dipunggung Bouw It-yu, menyalurkan hawa murni ke dalam tubuhnya. "Bila dia sampai tahu siapakah aku, mungkin perasaan hatinya akan bertambah sedih. Aaai, lebih baik dia tidak usah tahu. Kembali air mata jatuh berlinang. Mimpi indah memang tidak akan langgeng, biarpun Bouw It-yu enggan mendusin kembali, akhirnya toh dia telah mendusin juga. Ketika membuka matanya kembali, dia menjum-pai wanita cantik itu sedang duduk di sampingnya. Biarpun dia merasakan ke empat anggota tubuhnya lemah tidak bertenaga, namun semangatnya terasa segar kembali. Dia bukan orang bodoh, tentu saja tahu kalau wanita cantik itu telah menyalurkan tenaga dalamnya untuk menyembuhkan dia. "Terima kasih kau telah selamatkan nyawaku, ucap Bouw It-yu. Biarpun dia sedang menyampaikan rasa terima kasihnya, namun tidak dapat menutup perasaan benci terhadap dirinya. "Kau tidak usah berterima kasih kepadaku, manusia berkerudung itu memang tidak berniat mencelakai nyawamu, kata wanita cantik itu. "Tapi kalau bukan kau menolongku tepat waktu, mungkin aku harus berbaring entah sampai kapan di tengah pegunungan sunyi ini!" Apa yang dia katakan memang tidak salah, sebab itulah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kendatipun masih terselip perasaan benci dan dendam, mau tidak mau diapun merasa berterima kasih kepadanya. Wanita cantik itu tersenyum. "Mungkin kau belum tahu siapakah aku, katanya, "akulah ibu Seebun Yan. Aku dengar kau datang ke Liauw-tong bersamanya, karena itulah secara khusus aku datang kemari untuk mencari kalian. Maksud ucapan itu jelas, karena kau baik pada putriku, jadi sudah sepantasnya bila akupun membantumu. "Padahal sedari tadi aku sudah tahu siapakah kau, batin Bouw It-yu dalam hati kecilnya, tapi diluaran dia berlagak seolah terkejut bercampur girang, serunya, "Ooh, ternyata bibi, coba kau datang selangkah lebih awal, mungkin dapat bertemu dengan putrimu. "Dia pergi ke mana?" tanya Seebun-hujin. "Mengejar Piaukonya. "Oooh, Tonghong Liang maksudmu?" "Benar. Dia tiba duluan disini sebelum kehadiran kami, tapi entah mengapa, begitu bertemu kami, dia langsung melarikan diri. Dia tahu Seebun-hujin selalu menganggap Tonghong Liang seperti putra sendiri, dalam perkiraannya, setelah mendengar kabar itu, dia pasti akan segera pergi mencari putrinya dan keponakannya itu. Siapa tahu Seebun-hujin sama sekali tidak berniat meninggalkan tempat itu, dia malah duduk di sampingnya dan berkata sambil menghela napas panjang, "Budak itu memang selalu menuruti suara hati sendiri, apa yang dia inginkan selalu berusaha untuk mendapatkannya. Namun dalam persoalan dia, aku tidak bisa membantu apa-apa, biarkan saja mereka urusi sendiri. Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah sudah baikan? Sekarang cobalah berjalan dua langkah. Bouw It-yu merasa tidak leluasa untuk membantah, namun dihati
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kecilnya timbul perasaan heran, pikirnya, Aneh, kalau memang dia tidak bisa membantu putrinya, tapi setelah jauh-jauh datang kemari, kenapa tidak secepatnya ingin bertemu dengan putrinya? Malahan aku lihat dia lebih menaruh perhatian terhadap aku sebagai orang luar?' Dia bangkit berdiri, mencoba berjalan dua langkah, lalu sahutnya, "Aku sudah jauh lebih baik. Kelihatannya besok aku sudah dapat bergerak seperti biasa. "Kau tidak usah terburu-buru, kata Seebun-hujin sambil tersenyum, "beristirahatlah barang dua hari, setelah ilmu silatmu pulih tujuh, delapan bagian, belum terlambat untuk pergi. "Terima kasih atas perhatian bibi. Aah benar, aku masih belum memperkenalkan diri, aku dari marga Bouw bertanam It-yu. Padahal tidak ada gunanya dia memperkenalkan nama sendiri. Perlu diketahui, Seebun-hujin justru khusus datang ke Liauwtong mencari mereka karena dia telah mendapat kabar kalau putrinya melakukan perjalanan bersamanya. Dalam keadaan seperti ini, apa gunanya dia memperkenalkan nama sendiri? Namun, Bouw It-yu tentu saja tidak pernah akan berpikir sampai disitu, karena dia merasa situasi saat ini serba rikuh dan untuk sesaat tidak tahu apa yang harus dibicarakan dengan Seebun-hujin, maka dia mencari bahan bicaraan untuk mengisi kekosongan ini. Sejak bertemu dengan dirinya, Seebun-hujin belum pernah menanyakan namanya, sebagai seorang Boan-pwee, demi sopan santun dia memang sepatutnya memperkenalkan diri. Benar saja, Seebun-hujin tersenyum, katanya, "Aku tahu, biarpun aku hidup mengasingkan diri di pinggir perbatasan, pengetahuanku sangat cupat namun ayahmu adalah Tiong-ciu Thayhiap yang namanya telah menggetarkan sungai telaga, kinipun sudah menjadi Ciangbunjin Bu-tong-pay, secupat apapun pengetahuanku, rasanya tidak mungkin kalau tidak mengenali kalian ayah beranak. Apalagi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sewaktu anak Yan pulang tempo hari, diapun pernah menying-gung tentang dirimu. Konon kalian berkenalan gara-gara saling bertarung? Terus terang saja, sejak mendengar pujiannya atas dirimu, akupun sudah sejak lama ingin bertemu denganmu. Tentang persoalan ini, Bouw It-yu sudah mendengar dari cerita Seebun Yan, hanya saja yang memuji dia adalah Seebun-hujin dan bukan putrinya. Malahan Seebun Yan sempat merasa tidak puas dan marah gara-gara ibunya memuji dia jauh lebih hebat dari Piauko nya. Dia tidak mengerti apa sebabnya Seebun-hujin begitu menyayangi dirinya, diapun tidak mengerti setelah memuji dirinya, mengapa dia harus meminjam nama putrinya, atau janganjangan.... Dia bersama Seebun Yan telah menempuh perjalanan sejauh ribuan li hanya berduaan, kendatipun bagi orang persilatan batasan antara lelaki dan perempuan tidak seketat pandangan orang sekolahan, namun bagaimana pun juga dia merasa wajib memberi penjelasan dihadapan ibunya. "Terima kasih banyak atas pujian ini. Tempo hari, aku hanya bertemu putri anda secara kebetulan, oleh karena dia bilang sedang mencari Piauko nya, sementara secara kebetulan akupun hendak pergi ke Liauw-tong untuk mencari keponakan muridku, maka kami memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama-sama. Sepanjang jalan aku dan putri anda selalu mengaku sebagai kakak beradik.... Tiba-tiba paras muka Seebun-hujin berubah sedikit agak aneh, setelah tertegun serunya, "Oooh, jadi kalian sudah mengaku sebagai kakak beradik?" "Aku tahu, sebetulnya aku tidak pantas menjadi kakaknya, tapi untuk leluasanya terpaksa kami saling menyebut.... Seebun-hujin tersenyum, tukasnya, "Kau tidak usah jelaskan lebih jauh, bila anak Yan ku benar-benar mempunyai seorang kakak macam kau, oooh, betapa indahnya. Sejak kecil dia sudah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kehilangan ayahnya, akupun tidak mendidiknya terlalu ketat hingga sejak kecil sudah terbiasa manja. Sepanjang jalan tentu banyak mendatangkan kesulitan bagimu bukan?" Bouw It-yu menyangka perempuan itu berkata begitu karena tidak berputra, maka sahutnya, "Bibi, bila kau tidak keberatan, bagaimana kalau aku memanggilmu ibu angkat. Sementara diliati kecilnya dia berpikir, 'Kau adalah musuh besar ibuku, dengan mengakui mu sebagai ibu angkat, dikemudian hari semakin memudahkan aku bila ingin membalas dendam' Dengan wajah berseri karena kegirangan sahut Seebun-hujin cepat, "Bagus, bagus sekali. Kini kesehatan tubuhmu belum pulih kembali, kau tidak perlu melakukan penghormatan. Setelah menerima penghormatan dari Bouw It-yu, kembali dia berkata lebih lanjut, "Sejak hari ini, aku akan menganggapmu sebagai putra kandungku sendiri, aku tahu ayahmu hanya mempunyai kau seorang putra, dia pasti telah mendidikmu secara baik. Berbicara sampai disini, tiba-tiba dia mengucapkan sepatah kata yang membuat Bouw It-yu tercengang, "Apakah ibumu baik terhadapmu?" Baru pertama kali bertemu "ibu angkat" nya, ternyata dia malah bertanya apakah ibu kandungnya bersikap baik terhadapnya, apakah pertanyaan ini tidak aneh dan di luar kebiasaan? "Tabiat Seebun Yan sudah terhitung antik, siapa tahu ibunya lebih antik lagi, coba kalau aku tidak tahu siapakah dia, pasti kuanggap dia sudah gila. Membayangkan nasib buruk yang menimpa ibunya, tidak tahan Bouw It-yu menyahut dengan sedih, "Ayahku jarang berada dirumah, kecuali mengajar kan ilmu silat, hampir urusan yang lain semuanya dilakukan ibuku. Terus terang saja aku lebih banyak mendapat didikan ibu ketimbang ajaran bapak. Sayangnya dia orang tua mati terlalu awal.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ibumu berasal dari keluarga kenamaan, akupun tahu, dia pasti akan bersikap baik sekali kepadamu. Maaf kalau aku telah mengungkit kembali kesedihan hatimu. Bouw It-yu kembali berpikir, 'Kalau hanya membuat aku sedih mah bukan masalah, tapi kau telah membuat ibuku mati merana, mati karena sedih. Betapa pun baiknya sikapmu kepadaku, aku tak bakalan akan memaafkan dirimu!' Seebun-hujin memandang sekejap keadaan cuaca, kemudian katanya, "Tenaga murnimu mengalami kerugian besar, tenagamu belum pulih seperti sedia kala, aku tidak seharusnya mengajakmu banyak bicara, tapi karena pertemuan ini baru terjadi untuk pertama kalinya, aku tidak tahan untuk bicara panjang lebar. Sekarang kau harus beristirahat dulu, aku tahu disana terdapat sebuah gua, malam ini mari kita ibu beranak menginap semalam disana. Aku dapat membantumu untuk menghimpun kembali hawa murnimu, asal bisa pulih lebih cepat, besok kau sudah dapat bergerak seperti biasa. Hanya saja, bila ingin ilmu silatmu pulih kembali seperti sedia kala, mungkin harus menunggu dua, tiga hari lagi. "Kau tidak perlu pergi mencari adik Yan dan keponakanmu?" tidak tahan Bouw It-yu bertanya. "Mereka tidak terluka, juga tidak sakit, aku tidak perlu mengurusi mereka berdua. Terlepas anak Yan berhasil atau tidak menyusul kakak misannya, aku rasa dia pasti akan kembali juga ke sisiku. Bicara sampai disini, diapun menarik bangun Bouw It-yu dan memapahnya untuk berjalan. Karena tidak bertenaga untuk melawan, terpaksa pemuda itu membiarkan dirinya dipapah. Ilmu silat yang dimiliki Seebun-hujin memang sangat luar biasa, ketika tangannya mencekal pinggang Bouw It-yu dan menariknya, tubuh pemuda itupun melayang di udara, tanpa mengeluarkan sedikit tenaga pun, kakinya tidak usah menempel ditanah pun, dia sudah digiring untuk melakukan perjalanan. Setelah membimbingnya masuk ke dalam gua, Seebun-hujin mengeluarkan ransum kering, katanya, "Makanlah dulu sedikit
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ransum yang kubawa, oyaa.... ini arak susu kuda, mungkin kau tidak biasa untuk meneguknya, tapi berfaedah untuk memulihkan tenagamu. Perawatan dan layanan yang begitu lemah lembut dari Seebunhujin membuat rasa heran dan curiga Bouw It-yu makin bertambah, pikirnya, 'Tidak jelas rencana apa yang dia susun dengan perbuatannya ini, sudah jelas dia tahu kalau aku adalah putra musuh cintanya, kenapa sikap dia terhadapku justru seakan aku adalah putra kandungnya? Sementara dia masih berpikir, terdengar Seebun-hujin telah berkata lagi, "Baiklah, sekarang kau boleh duduk bersamadi, ulurkan tanganmu kemari, aku akan membantumu. Digenggamnya tangan Bouw It-yu, kemudian segulung hawa murni perlahan-lahan mengalir keluar dari telapak tangannya mengalir masuk ke tubuhnya. Selang beberapa saat kemudian, kembali Seebun-hujin berkata, "Selama mengatur pernapasan, kau harus menjaga konsentrasimu, sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?" "Tidak pikir apa apa. Hari sudah hampir gelap, kenapa adik Yan belum juga kembali!" Seebun-hujin tersenyum. "Mungkin saja dia telah menemukan Piauko nya dan sedang bermanja-manja. Aku yang jadi ibunya saja tidak kuatir, kenapa kau musti khawatir? Yang perlu kau kuatirkan adalah dirimu sendiri. Jika ingin secepatnya hawa murnimu terhimpun kembali di Tan-tian, jangan cabangkan pikiran untuk berpikir yang bukan-bukan. "Baik!" sahut Bouw It-yu. Walaupun dia berusaha keras untuk membuang jauh-jauh pikiran yang kalut, namun masih tetap tidak berhasil menenangkan diri. "Anak Yu, kata Seebun-hujin kemudian, "ganjalan apa yang masih kau rahasiakan terhadapku? Lebih baik katakan saja berterus terang, siapa tahu aku dapat membantumu untuk memecahkan persoalan itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Diam diam Bouw It-yu terkesiap, pikirnya, Aaah.... jangan sampai rahasia hatiku diketahui olehnya.... ' Cepat-cepat dia berkata, "Ibu angkat, aku memang masih ada masalah yang membuatku tidak tenang. "Baiklah, apa masalahmu, katakan saja!" "Keponakan muridku ditangkap manusia berkerudung itu, entah apa yang akan dia lakukan terhadapnya?" "Ooh, rupanya persoalan itu yang kau kuatirkan, kalau begitu aku berani memberi jaminan, keponakan muridmu pasti dapat kembali dengan selamat. "Kenapa?" "Kalau kau saja tidak dilukai, bagaimana mungkin manusia berkerudung itu akan mencelakainya? Masa kau tidak bisa melihat, betapa sayang dan cintanya dia terhadap keponakan muridmu itu. Sewaktu dia membanting tubuhnya tadi, yang digunakan adalah sebuah tehnik membanting tingkat tinggi, dia saja kuatir bantingannya membuat dia terluka, mana mungkin jiwanya akan terancam. Bouw It-yu mencoba untuk membayangkan kembali kejadian tadi, ternyata apa yang dikatakan Seebun-hujin memang tidak salah. Dengan hati tercengang ujarnya kemudian, "Keponakan muridku ini tumbuh dewasa diatas bukit Bu-tong, seharusnya dia tidak pernah berhubung-an dengan orang luar. Kenapa manusia berkerudung itu bersikap luar biasa baiknya terhadap dia?" "Darimana aku tahu. Aku rasa sudah cukup asal kau tahu kalau dia tidak berniat akan mencelakai keponakan muridmu. 'Kau pasti tahu, hanya enggan mengatakannya kepadaku' batin Bouw It-yu dalam hati. Tidak bisa dibilang dia sama sekali tidak mengkhawatirkan keselamatan Lan Giok-keng, tapi persoalan yang benar-benar membelenggu dirinya bukanlah keselamatan bocah itu, dia memang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

masih mempunyai masalah lain yang lebih berat. Hanya saja persoalan itu enggan dia kemukakan di hadapan Seebun-hujin. Kuatir rahasia hatinya ketahuan, terpaksa dia berusaha keras mengendalikan pikirannya, di bawah bantuan Seebun-hujin perlahan-lahan dia himpun hawa murni dan mulai menggiringnya mengitari badan. Begitu pikiran terkonsentrasi, kesadarannya pun lambat laun mulai jernih kembali. Entah berapa lama sudah lewat, kini peredaran hawa murni di tubuh Bouw It-yu telah berhasil menembus semua sumbatan. Seebun-hujin pun menghembuskan napas panjang seraya berkata, "Biarpun taraf pemulihan yang kau capai tidak sesuai harapan, namun sudah cukup baik untukmu. Sekarang tidurlah sejenak. Bouw It-yu tidak tidur, malah Seebun-hujin yang tidur duluan. Setelah membantu Bouw It-yu menembus semua nadinya dengan sepenuh tenaga, dia benar-benar kepayahan, jauh lebih letih ketimbang sewaktu bertarung melawan manusia berkerudung itu, kini dia benar-benar sangat lelah. Bagian atap gua ini terdapat sebuah celah yang berbentuk setengah lingkaran, dari sana cahaya rembulan yang bersinar terang memancar masuk ke dalam gua, menyinari tubuh Seebun-hujin yang indah. Entah mimpi indah apa yang sedang diperolehnya, sekulum senyuman seolah tersungging diujung bibirnya. Aaah! Senyuman tersebut mengapa terasa begitu hapal, begitu dikenal olehnya? Tiba-tiba Bouw It-yu mulai berpikir, memikirkan ibunya yang telah meninggal, mungkin saja wajah ibu tidak secantik Seebunhujin, namun senyuman yang menghiasi bibirnya sama lembut, sama hangatnya seperti senyuman ibunya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dia amat menyukai senyuman ibunya, senyuman sewaktu sadar, senyuman saat tertidur, dia menyukai semua. Tapi sayang senyuman ibu jarang sekali terlihat. Bayangan semu yang muncul dihadapannya sudah berubah menjadi ibunya yang terkapar sakit diatas pembaringan. Yang terlihat hanya wajah yang sayu, wajah yang kusut, yang tersisa hanyalah senyum-an getir yang memilukan hati, senyuman yang menghiasi wajah kurusnya. Segulung angin dingin berhembus lewat, Bouw It-yu bergidik, tiba-tiba yangan semu ibunya hilang lenyap. Begitu mendusin, hanya kenyataan yang ter-pampang dihadapannya, musuh besar ibunya sedang tidur di samping tubuhnya. Gaya Seebun-hujin sewaktu tidur begitu tenang, anggun dan indah, hal ini memperlihatkan perasaan hatinya yang bahagia dan penuh kedamaian. Sinar mata Bouw It-yu mulai bergeser dari wajah Seebun-hujin, hatinya penuh diliputi rasa benci yang mendalam. Siapa yang telah mencelakai ibunya? Siapa yang telah membuat ibunya sengsara? Perempuan inilah! Siapa yang membuat ibunya merana sepanjang hidup? Perempuan ini juga! Tiba-tiba muncul dorongan emosi untuk membalaskan dendam bagi ibunya! Kini musuh besar ibunya telah berada di sampingnya, pedang pun berada disisinya, asal dia cabut pedang itu maka ulu hatinya segera akan tertembus. Tapi, apakah perbuatannya tidak kelewatan? Apalagi membalas dendam dengan cara begini? Atau mungkin tidak usah membunuhnya, cukup patahkan saja tulang Pi-pa-kut nya, agar dia jadi cacat seumur hidup, agar semua ilmu silatnya yang paling hebat pun tidak bisa dipergunakan lagi. Atau cukup merusak wajahnya yang cantik, agar selama hidup dia menjadi perempuan jelek, dia ingin tahu apakah ayahnya masih tetap mencintainya?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tentu sajak bila dia gunakan cara seperti itu untuk membalas dendam, dia sendiripun bakal mampus di tangan Seebun-hujin, tapi asalkan bisa membalaskan dendam ibunya, apalah artinya kehilangan nyawa? "Seorang lelaki sejati, seorang lelaki jantan, masa membokong seorang wanita dengan cara begitu licik? Apakah tindakan semacam ini tidak kelewat hina? Benar, lebih baik aku tidak membunuhnya.... Tangan yang menggenggam pedang mulai gemetar keras. "Malaikat baik" dan "Malaikat jahat" seolah sedang bertarung didalam batinnya, apakah pada akhirnya dia akan terjerumus ke "jalan kesesatan"? ataukah segera tersadar dari kekeliruannya? Ooo)*(ooO Akhirnya Lan Giok-keng tersadar dari pingsannya. Di saat manusia berkerudung itu menurunkan tubuhnya, dia telah mendusin. Hanya saja manusia berkerudung itu tidak mengetahuinya. Sewaktu bertemu manusia berkerudung itu, Lan Giok-keng merasakan suatu perasaan yang aneh, dia merasa seolah pernah mengenalnya. Apalagi ketika mendengar suara pembicaraannya yang membawa logat suara yang berat. Perasaan tersebut lebih kentara lagi. Perasaan "aneh" itu sesungguhnya memang sangat tepat. Bukan saja manusia berkerudung itu mengenali dirinya, bahkan sangat memahami ilmu silatnya. Namun yang dia ketahui adalah ilmu silat yang dimiliki Lan Giokkeng sewaktu masih berada di gunung Bu-tong, bagaimana kemajuan yang berhasil dicapai bocah itu dalam setengah tahun terakhir, rupanya tidak diketahui secara jelas. Biarpun baru saja dia bertarung melawan Lan Giok-keng, namun yang menimbulkan perasaan heran dan curiganya baru terbatas pada ilmu pedangnya saja, tinggi rendahnya tenaga dalam yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dimiliki masih belum dapat dia lihat dalam waktu singkat. Dia tahu kalau ilmu silat yang dimiliki Lan Giok-keng seharusnya mengalami kemajuan pesat, namun dia tidak mengira kalau kemajuan yang berhasil dicapainya jauh diluar dugaan dan perkiraannya semula. Dia sengaja menotok jalan darah tidur Lan Giok-keng, karena kuatir akan melukai tubuhnya maka totokan itu tidak menggunakan ilmu totokan yang terlalu berat, dia hanya mengendalikan jalan darahnya pada taraf menguntungkan, dalam perhitungannya paling tidak dua jam kemudian Lan Giok-keng baru akan tersadar kembali. Siapa tahu belum sampai satu jam, Lan Giok-keng telah pulih kembali kesadarannya. Dia menurunkan tubuh Lan Giok-keng lalu menghela napas panjang, gumamnya, "Aku selalu memandang rendah ayah angkatnya, padahal semua perbuatan dan tindak tandukku tidak jauh berbeda dengan tingkah laku Put-ji, kami berdua ibarat lima puluh langkah mentertawakan seratus langkah!" Lan Giok-keng yang mendengar suara gumanan itu jadi amat tergetar hatinya, manusia berkerudung itu bisa menyebut ayah angkatnya bahkan dapat pula menyebut gelar kependetaan ayah angkatnya, tidak bisa di sangkal lagi manusia berkerudung ini pastilah murid Bu-tong-pay, bahkan merupakan orang yang amat dikenal ayah angkatnya! Mungkinkah dia adalah Bu-liang tianglo? Tidak mirip, sama sekali tidak mirip! Mungkinkah Bu-si Tianglo? Rasanya semakin tidak mungkin. Manusia berkerudung itupun tidak mengenakan pakaian pendeta, biarpun seringkali ada tamu preman yang menginap diatas gunung Bu-tong, namun kalau bukan murid pendeta yang sering berhubungan, darimana dia bisa kenal begitu dekat dengan ayah angkatnya? Penyamaran memang bisa merubah tampilan seseorang, hanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kemampuan ilmu silat yang tidak mungkin bisa dipalsukan. Ilmu silat yang dimiliki manusia berkerudung ini masih jauh diatas kemampuan ayah angkatnya, kalau bukan satu diantara ke dua orang Tianglo itu lantas siapakah dia? Padahal berbicara soal ilmu silat yang dimiliki ayah angkatnya, dia sudah terhitung jago yang cukup diandalkan pada angkatannya. Ada satu hal lagi yang membuat perasaan hatinya bergoncang keras, bila didengar dari nada pembicaraan manusia berkerudung itu, ternyata ayah angkatnya memang seseorang yang sangat jahat! Atau paling tidak dia adalah manusia yang tidak benar tingkah lakunya. Kalau bukan begitu, mengapa bisa menimbulkan pandangan hina dari orang ini. Saking goncangnya perasaan hati yang dialaminya saat itu, tanpa terasa tubuhnya bergetar keras. Tampaknya manusia berkerudung itu terperanjat, menepuk tubuhnya dia menegur, "Kau sudah mendusin?" sambil

Lan Giok-keng tidak menjawab, cepat dia mengatur napasnya dan pura-pura masih tertidur nyenyak. Manusia berkerudung itu segera mentertawakan dirinya yang banyak curiga, gumamnya lagi, "Lebih baik biar kubangunkan dia lebih awal saja. Aaai, bocah yang patut dikasihani!" Lan Giok-keng merasa telapak tangannya di tempelkan ke punggungnya lalu terasa ada aliran hawa panas menyusup masuk ke dalam tubuhnya, membuat sekujur tubuhnya terasa panas sekali. Perutnya jadi kembung bagai balon yang diisi hawa, begitu menggelembung seluruh pori-pori tubuhnya, membuat dia seolah mau meletup saja. Hawa panas yang menyusup ke dalam tubuhnya makin lama semakin bertambah kuat. Sambil menggertak gigi Lan Giok-keng mencoba untuk bertahan, tapi akhirnya dia tidak kuasa menahan diri dan mulai merintih.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bocah yang tidak kenal tingginya langit tebalnya bumi!" bentak manusia berkerudung itu nyaring, "baru menerima sedikit siksaan saja sudah tidak tahan, begitu masih berani membela orang lain!" "Cepat bunuhlah aku, rintih Lan Giok-keng, "bila kau tidak membunuhku, pada akhirnya aku pun akan membalaskan dendam atas kematian Hwee-ko Thaysu!" Sebetulnya yang dimaksudkan manusia berkerudung sebagai orang lain adalah Bouw It-yu, siapa tahu Lan Giok-keng ternyata masih mendendam terus atas serangan gelapnya terhadap Hwee-ko Thaysu. Diam-diam manusia berkerudung itu menghela napas panjang, dalam waktu sekejap pelbagai ingatan melintas dalam benaknya, "Bagaimana pun aku bersikap baik terhadapnya, belum tentu bocah ini mau menerima niat baikku. Kalau aku tidak membunuhnya, dikemudian hari bisa jadi dia akan mendatangkan bencana bagiku!" "Aaah tidak, tidak! Aku membunuh Hwee-ko Thaysu karena terpaksa, aku tidak boleh menciptakan dosa besar lagi? Apalagi aku menyaksikan bocah ini sejak kecil hingga tumbuh jadi dewasa!" "Kini sebelah kakiku sudah melangkah masuk ke dalam peti mati, sekalipun nanti bakal muncul bencana, kenapa musti kumasukkan ke dalam hati!" "Sampai mimpi pun bocah ini tidak bakal menduga siapakah aku, buat apa aku musti takut? Dia adalah cucu murid yang paling disayang Bu-siang Cinjin, seluruh pengharapan Bu-siang Cinjin untuk kemajuan dan kejayaan Bu-tong-pay pun tertumpu pada dirinya, aaai.... budi kebaikan Bu-siang Cinjin tidak mungkin bisa kubalas, satu-satunya jalan yang bisa kulakukan hanyalah membantu dia untuk mewujudkan cita-cita dan pengharapannya. Asal bocah ini tidak menyia-nyiakan harapan Bu-siang Cinjin, biarpun di kemudian hari aku harus mati ditangannya pun, kematianku terhitung cukup berharga!" Berpikir begitu, hawa pembunuhan yang semula muncul pun kini kian memudar, namun dia tetap berlagak berniat jahat, katanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sambil tertawa dingin, "Hmm, aku sengaja tidak akan membunuhmu, aku sengaja akan menyiksamu! Hehehe.... bukankah Sim-hoat tenaga dalam Bu-tong-pay paling mengutamakan cara menggiring hawa murni? Kenapa? Rupanya hanya bualan belaka? Hmmn, dasar bocah yang tidak punya rejeki, rasakan saja siksaan itu perlahan-lahan!" Di tengah tawa dinginnya yang berkerudung itu pergi dari tempat itu. menyeramkan, manusia

Namun dari suara tertawa dingin orang itulah, tiba-tiba Lan Giokkeng menyadari akan sesuatu. "Dia sengaja menyinggung soal Sim-hoat tenaga dalam perguruanku, jangan-jangan dia memang secara khusus menyalurkan tenaga murninya ke dalam tubuh-ku dengan tujuan untuk membantu aku meningkatkan tenaga dalam yang kumiliki? Tapi dia telah membunuh Hwee-ko Thaysu, mengapa masih bersikap begitu baik kepadaku?" Pelbagai kecurigaan dan teka-teki menyelimuti benak Lan Giokkeng, tapi rasa panas yang menusuk tubuh benar-benar membuatnya tidak kuasa menahan diri, dalam keadaan begini, terpaksa dia harus mencoba untuk mengatur napas. Kali ini dia mencoba mengerahkan Sim-hoat tenaga dalam perguruan nya, benar saja hawa panas yang menusuk tubuhnya lambat laun mulai beredar menurut garisnya, setetes demi setetes terhitumpun ke dalam Tandan, setiap kemajuan yang berhasil diraih membuat penderitaannya lebih ringan dan memudar. Di saat dia sedang berkonsentrasi mengatur pemapasan, mendadak terdengar suara seseorang yang dikenalnya berkumandang memecahkan keheningan, "Piauko, Piauko!" Ternyata Seebun Yan yang sedang mencari kakak misannya telah melacak hingga ke puncak bukit itu. Lan Giok-keng pernah bertemunya satu kali ketika masih berada di Toan-hun-kok, waktu itu Seebun Yan pun sedang mengejar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Piauko nya. Diam diam Lan Giok-keng tertawa geli, pikirnya, 'Sungguh tidak nyana walaupun sudah dikejar hingga ke Liauw-tong pun, dia masih belum berhasil menyusulnya. Konon dia binal dan susah diatur, apa mau dikata justru benda yang paling ingin diperolehnya susah didapat, benar-benar mengenaskan' Belum lagi ingatan itu melintas lewat, mendadak terdengar seseorang berkata, "Benar-benar gadis cilik yang patut dikasihani, apakah Piauko mu sudah tidak maui dirimu lagi?" Nada ucapan itu penuh dengan nada ejekan dan sndirian, tapi nadanya manja dan amat merdu di dengar. Tidak perlu dilihatpun Lan Giok-keng sudah tahu, siapa gerangan yang telah muncul. Tidak salah lagi, yang muncul adalah si lebah hijau Siang Ngonio. Wajah merah padam Seebun Yan, bentaknya, "Kau tidak usah ngaco belo, urusanku tidak perlu kau campuri!" Sesungguhnya, ilmu silat yang dimiliki Siang Ngo-nio tidak terhitung tinggi, tapi dia kekasih gelap Tong Ji-sianseng, kepandaiannya menggunakan racun pun berhasil dipelajari dari rahasia ilmu silat keluarga Tong. Biarpun Seebun Yan terhitung gadis yang tidak takut langit dan bumi, namun terhadap perempuan ini sedikit banyak dia menaruh perasaan jeri juga. Sambil tertawa terkekeh kembali Siang Ngo-nio berkata, "Siapa yang ngaco belo? Aku sedang bicara serius dan sejujurnya. Dalam kepandaian lain, mungkin Lonio tidak berani bicara besar, tapi masalah ilmu menggaet lelaki, kau harus mengangkat ku sebagai gurumu. Atau bila kau mohon bantuanku, aku pun bersedia memberikan bantuannya!" "Tidak tahu malu!" tidak tahan Seebun Yan mengumpat.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siang Ngo-nio segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak. Seebun Yan jadi keheranan, tegurnya, "Apa yang kau tertawakan? Aku tidak punya waktu menemanimu gila, minggir, biar aku lewat!" Siang Ngo-nio telah menghadang jalan perginya, setelah tertawa sesaat dia baru berhenti sambil berkata, "Tahukah kau, memaki aku sama halnya kau sedang memaki ibu kandungmu sendiri!" Kontan Seebun Yan naik pitam, sesungguhnya dia menaruh berapa bagian perasaan jeri terhadap Siang Ngo-nio, tapi kini dengan wajah memerah umpatnya, "Dasar perempuan cabul yang tidak tahu malu, hmm, perempuan busuk macam kaupun berani membandingkan diri dengan ibuku. "Hahahaha.... kau jangan membuat aku sakit perut lantaran tertawa geli, jengek Siang Ngo-nio sambil tertawa tergelak, "kau sangka ibumu benar-benar wanita suci yang setia pada suami? Teras terang, akupun merasa kalah jauh bila dibandingkan dengan kcmampu-annya menggaet suami orang. Hanya saja, bila dugaanku tidak salah, selama berada dihadapanmu, dia pasti berlagak sok suci, karena itu aku pun tidak bakal menyalahkan dirimu. Paras muka Seebun Yan berubah jadi hijau membesi saking marahnya, "sreeet!" dia mencabut keluar pedangnya kemudian bentaknya nyaring, "Kalau kau berani bicara sembarangan lagi, segera kubunuh dirimu!" Siang Ngo-nio gelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas, katanya, "Kasihan, sungguh kasihan, ternyata kau telah dikelabuhi ibumu sendiri selama hampir dua puluh tahun lamanya! Apakah kau ingin mengetahui apa yang sedang dilakukan ibumu sekarang? Dia sedang mengada kan pertemuan gelap dengan anak jadahnya! Bila kau tidak percaya, ayoh kuajak kau untuk melihatnya. Bila perkataanku terbukti bohong, bunuh saja diriku!" Paras muka Seebun Yan merah membara, amarahnya benarbenar memuncak, sambil melancarkan sebuah tusukan kilat,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bentaknya, "Siluman perempuan, rupanya kau ingin masuk neraka dengan lidah terbetot. Hmmm, biar aku tidak mampu membunuhmu, ibuku pasti akan menjagal nyawamu!" "Hahahaha.... terima kasih atas peringatanmu, kembali Siang Ngo-nio tertawa terkekeh, "sejujurnya aku memang bukan tandingan ibumu. Seebun Yan bukan gadis bodoh, dari nada ucapan Siang Ngo-nio dia segera tahu kalau perempuan beracun ini berniat menangkapnya sebagai sandera. Betul saja, dengan ilmu Liong-heng-cuan-ciang (pukulan terobosan naga) Siang Ngo-nio mencengkeram jalan darah Ciankeng-hiat diatas bahunya. Sadar kalau dirinya bukan tandingan lawan, sebetulnya Seebun Yan berniat meminjam nama besar ibunya untuk menggertak pergi perempuan itu, siapa sangka hasil yang diperoleh justru kebalikannya. Dasar dia seorang gadis cerdas yang banyak akal, cepat dia berpikir, "Bila dia ingin menangkapku sebagai sandera, berarti nyawaku pasti tidak berani diusiknya!" Jalan darah Cian-keng-hiat berada dilekukan tulang Pi-pa-kut, menurut keadaan pada umumnya, saat Siang Ngo-nio mencengkeram ke bagian tubuhnya yang mematikan, gadis itu seharusnya segera berkelit ke samping. Waktu itu pukulan Siang Ngo-nio telah memblokir semua jalan perginya, mau berkelit ke arah mana pun, Siang Ngo-nio dapat merampas pedangnya. Begitu senjata terlepas, dapat dipastikan gadis itu akan terjatuh ke tangan Siang Ngo-nio. Seebun Yan yakin kalau perempuan itu tidak bakal berani menghancurkan tulang Pi-pa-kut nya, maka bukannya mundur dia malah merangsek maju ke depan, dengan jurus Hian-nio-hua-sah (burung hitam mendayung pasir) dia menghadang pergelangan tangan lawan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata perkiraannya tidak salah, Siang Ngo-nio benar-benar tidak berani turun tangan telengas, perlu diketahui, bila tulang Pipa-kut seseorang sampai tercengkeram hancur, dia bakal menderita cacat seumur hidup, menghancurkan tulang Pi-pa-kut lawan hampir sama seperti telah mencelakai jiwanya. Padahal Siang Ngo-nio bermaksud menggunakan Seebun Yan sebagai sandera lalu mengompas Seebun-hujin, tentu saja dia tidak berani bertindak kelewat telengas. Begitu dia ragu-ragu, cahaya pedang Seebun Yan segera menyambar lewat dan merobek sebagian dari pakaian yang dikenakan. Masih untung dia menarik tangannya dengan cepat, kalau tidak, ke lima jari tangannya mungkin sudah terpapas kutung. Seebun Yan kuatir dia menggunakan senjata rahasia beracun, maka begitu berhasil dengan serangan pertamanya, kembali dia mencecar dengan serangkaian serangan yang cepatbagaikan sambaran kilat. Tampaknya Siang Ngo-nio dapat membaca jalan pikirannya, sambil tertawa serunya, "Sebetulnya ilmu pedang Tui-hong-kiamhoat dari keluarga Seebun sangat hebat, sayang kau baru belajar tentang kecepatan, hmmm! Kau kira dengan melancarkan serangkaian serangan kilat, lantas aku tidak bisa melepaskan senjata rahasiaku? Kalau kulukai dirimu dengan senjata rahasia, kau pasti kalah dengan perasaan tidak puas, biar kuimbangi pertarungan ini dengan menggunakan senjata saja. Sementara berkata, dia telah bergeser posisi ke samping, begitu tusukan pedang Seebun Yan mengenai sasaran kosong, tahu-tahu sepasang goloknya telah tergenggam ditangan. Sebagaimana diketahui, golok Wan-yo-to yang dia gunakan adalah sebilah golok panjang dan sebilah golok pendek, yang panjang dipakai untuk melindungi tubuh sementara yang pendek dipakai untuk menyerang musuh.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berbicara soal kehebatan ilmu pedang, seharusnya ilmu yang dimiliki Seebun Yan tidak kalah dari musuhnya, namun masalah pengalaman menghadapi musuh serta ilmu meringankan tubuh dia masih kalah setingkat. Begitu Siang Ngo-nio merangsek maju, jurus serangan yang dilancarkan Seebun Yan seketika terbendung semua oleh permainan golok panjangnya, menggunakan kesempatan itu golok pendeknya menerobos masuk menyerang. Seebun Yan benar-benar keteter hebat, kini dia sudah tidak sanggup lagi membendung datangnya serangan dari pihak lawan. Dalam pada itu serangan yang dilancarkan Siang Ngo-nio semakin lama semakin garang dan dahsyat, Seebun Yan hanya merasakan golok pendek itu selalu menyambar di depan mukanya. Tidak selang berapa saat kemudian, dia sudah semakin terdesak, permainan pedangnya makin kalut, posisinya semakin kacau dan terdesak di bawah angin. Lan Giok-keng yang berada dibelakang batu cadas hanya bisa mendengar suara benda tajam yang saling beradu, suara bentrokan yang memekakkan telinga itu membuat bocah ini tanpa sadar mengucurkan keringat dingin. Diam-diam pikirnya, 'Biarpun tabiat nona ini kasar, binal dan sukar diatur, bagaimana pun dia adalah sahabat ciciku, aku tidak boleh berpeluk tangan saja tanpa berusaha menolongnya.' Tapi gumpalan hawa panas yang mengeram dalam lambungnya baru separuh yang terserap masuk ke dalam tan-tian, keadaannya waktu itu tidak berbeda seperti orang yang sedang panas tinggi, biarpun punya niat namun sama sekali tidak bertenaga. Dalam keadaan apa boleh buat, terpaksa dia hanya bisa duduk tenang sambil menanti. Tiba-tiba terdengar lagi suara bentrokan senjata yang amat nyaring, namun suara deruan golok sama sekali tidak terdengar lagi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu mendengar ini Lan Giok-keng segera tahu kalau Seebun Yan sedang menggunakan jurus Pek-hok-liang-ci dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. Dalam hati diam-diam dia berpikir, "Sayang, sayang dia tidak tuntas mempelajarinya, bahkan setengah dari kemampuan piauko nya pun belum tercapai. Entah mengapa, Siang Ngo-nio justru kelihatan sangat terperanjat, jeritnya keras, "Kau.... ternyata kaupun bisa menggunakan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat!" Dibalik jeritan kaget, terselip pula perasaan jengkel dan mendongkol, malah terdengar pula rasa cemburu, sedih yang amat mendalam. Seebun Yan yang menyaksikan kejadian itu jadi keheranan, pikirnya, 'Aku belum mampu tarung berimbang melawannya, kenapa dia nampak sangat ketakutan? Masa dia dibikin keder oleh nama besar Thay-kek-kiam-hoat? Padahal aku hanya bisa menggunakan tapi belum berhasil menyelaminya. Baiklah, kalau begitu biar aku takut-takuti dirinya.' Maka dengan berlagak bangga segera bentaknya lagi, "Siluman perempuan, sudah tahu kelihayanku bukan? Hmm, yang lebih hebat masih ada di belakang!" "Baiklah, kalau begitu keluarkan juga jurus jurusmu yang lebih lihay!" kata Siang Ngo-nio dingin. Secara beruntun Seebun Yan melancarkan beberapa jurus serangan dengan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, walaupun hampir semua serangannya berhasil dipunahkan Siang Ngo-nio, namun kini keadaannya sudah jauh lebih mendingan, selain bertahan diapun dapat melancarkan serangan balasan. "Apakah ilmu pedang ini kau pelajari dari ibumu?" tiba-tiba Siang Ngo-nio bertanya. "Kalau benar kenapa? Apa yang kupelajari belum lagi satu bagian dari kemampuan yang dimiliki ibuku!" Siang Ngo-nio menghela napas panjang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aaaai.... aku percaya dengan perkataanmu itu. katanya. Mendadak dia mengumpat, "Tidak tahu malu!" "Siapa yang kau maki tidak tahu malu!" teriak Seebun Yan gusar. Siang Ngo-nio melotot besar, lama kemudian dia baru menghela napas lagi. "Betul, aku memang tidak pantas memaki ibumu, aku seharusnya mengumpat manusia yang tidak punya perasaan itu!" Ternyata dia jengkel kepada Bouw Ciong-lor.g karena tidak pernah mengajarkan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat kepadanya, sementara Seebun-hujin diajari secara khusus. Sebetulnya Seebun Yan kebingungan setengah mati, dia tidak habis mengerti melihat ulah lawannya yang aneh, tapi setelah melihat otot hijau di wajah Siang Ngo-nio pada menonjol keluar, sepasang matanya merah membara dan wajahnya diliputi hawa napsu membunuh, rasa takut tiba-tiba mencekam hatinya, begitu melancarkan sebuah serangan tipuan, cepat dia membalikkan tubuh siap melarikan diri. "Mau kabur ke mana kau!" bentak Siang Ngo-nio keras, golok panjangnya segera diputar balik, lalu dengan memakai gagang goloknya dia sodok jalan darah tertawa dipinggang lawan. Seebun Yan tidak kuasa menahan rasa gelinya lagi, dia tertawa terbahak-bahak, tertawa sampai tubuhnya jadi lemas dan kakinya mulai limbung. "Roboh kau!"bentak Siang Ngo-nio lagi. Siapa tahu bukan saja Seebun Yan tidak roboh, malah dia berdiri stabil dan suara tertawanya seketika terhenti. Menghadapi perubahan yang sama sekali diluar dugaan ini, Siang Ngo-nio merasa tercengang, padahal saat itu Seebun Yan pribadi jauh lebih terkejut dari pada dia. Ternyata sewaktu bersiap kabur tadi, secara kebetulan Seebun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yan lari menuju ke batu karang dimana Lan Giok-keng sedang menyembunyikan diri. Maka secepat kilat bocah itu mengulurkan tangannya untuk menahan pinggang si nona. Saat itu delapan bagian tenaga murni yang disalur kan manusia berkerudung itu sudah meresap di dalam tubuhnya, sisanya yang dua bagian langsung tercecer keluar, satu bagian dipakai untuk menahan pinggang Seebun Yan sementara bagian yang lain menyusup ke dalam tubuh gadis itu dan menerjang jalan darah Ihkhi-hiat nya. Jalan darah Seebun Yan yang tertotok pun seketika terbebaskan! Hanya saja diapun tidak kuasa menahan rasa sesak yang mendadak menyumbat dadanya, ketika menjumpai Lan Giok-keng, dia seperti tidak mampu tertawa lagi, mau bicara pun tidak sanggup. Ketika Lan Giok-keng membaringkan badannya, dia pun roboh terkapar diatas tanah dengan lemas. "Siapa yang bersembunyi disana, cepat menggelinding keluar!" bentak Siang Ngo-nio. Dengan mata melotot besar Lan Giok-keng menampilkan diri, jengeknya sambil tertawa dingin, "Perempuan siluman, biar kau tidak mencari akupun aku sedang mencarimu. Pentang matamu lebar lebar, perhatikan siapakah aku!" Begitu tahu orang yang munculkan diri adalah Lan Giok-keng, Siang Ngo-nio segera merasakan hatinya tenang kembali, dia segera tertawa terkekeh-kekeh. "Hahahaha.... rupanya anak kesayanganku, anak tersayang, cepat panggil ibu. Asal kau bersedia mengangkat aku sebagai ibu angkatmu, akan kuampuni budak cilik yang kau sukai itu. "Dasar perempuan siluman yang tidak tahu malu!" umpat Lan Giok-keng penuh amarah. Cepat tubuhnya melambung, mencabut pedang, mengumpat dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melancarkan serangan, berapa tindakan itu dilakukan sekaligus nyaris bersamaan waktu. Ketika baru turun dari bukit Bu-tong, Lan Giok-keng sudah pernah bersua Siang Ngo-nio di tengah jalan bahkan tertawan, peristiwa itu berlangsung baru pada berapa bulan berselang. Jadi Siang Ngo-nio tidak menyangka kalau baru berpisah berapa bulan, ternyata ilmu silat yang dimiliki bocah itu telah mengalami kemajuan yang amat pesat. "Traaangg!" golok pendek Siang Ngo-nio terpental hingga jatuh ke tanah, sementara ujung pedang Lan Giok-keng secepat petir langsung menutul urat nadinya. Buru-buru Siang Ngo-nio membuang tubuhnya ke samping dengan gerakan VVan-yo-si-liu (membungkuk pinggang memetik pohon liu), sementara golok panjangnya melakukan tangkisan, perpaduan gerakan tubuh dengan ilmu golok yang sangat indah. Sebenarnya tangkisan itu sudah cukup untuk membendung serangan ganas pihak lawan, siapa tahu sebelum ujung pedang Lan Giok-keng menyentuh urat nadinya, hawa pedang yang kuat seketika membuat pergelangan tangannya lamat-lamat terasa linu dan kaku. "Traang....!" begitu golok dan pedang saling membentur, lagi-lagi golok panjang di tangan Siang Ngo-nio terlepas dari genggamannya. Menyaksikan sorot matanya yang berapi api dan sepak terjangnya yang garang, tanpa terasa Siang Ngo-nio jadi sedikit ketakutan, segera bentaknya, "Kalau enggan menjadi putraku yaa sudah, memang ada dendam sakit hati apa antara kau dengan aku?" Dengan sepenuh tenaga dia melompat, melejit, menghindar, menyusup berusaha untuk meloloskan diri dari ancaman maut, sayang belum selesai dia berkata, lagi lagi.... Triiing! Tusuk konde yang menancap diatas rambutnya kembali sudah terpapas kutung. Siang Ngo-nio malah merasakan juga hawa dingin yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membabat persis diatas kulit kepalanya. Sambil menggigit bibir bentak Siang Ngo-nio, "Dasar tidak tahu kebaikan orang, akan kusuruh kau rasakan kelihayan lonio!" Sambil berkata dia mengayunkan tangannya, di hadapan Lan Giok-keng segera muncul selapis kabut asap tebal berwarna keabuabuan. Ternyata di balik ujung bajunya tersimpan bubuk pembingung sukma yang dapat merobohkan orang. Sayang, walaupun Lan Giok-keng merasakan kepalanya agak pening, namun dia sama sekali tidak roboh ke tanah. Bocah itu hanya seperti lelaki mabok, langkah kakinya gontai dan agak sempoyongan, namun tetap menempel terus di belakang musuhnya dan tetap melakukan pengejaran. Sebetulnya ilmu pedang yang dia kuasai pada mulanya lebih menitik beratkan pada kekuatan otot, namun sesudah mendapat petunjuk dari Hwee-ko Thaysu, kepandaiannya mengalami kemajuan lagi satu tingkat, kini dia sudah pandai mengalihkan kekuatan ototnya dengan lebih menitik beratkan pada tehnik dan akal. Kini dengan langkah delapan dewa mabok dia bergerak kian kemari sambil merangsek terus ke depan, begitu gencar tekanan yang dilakukan membuat Siang Ngo-nio benar-benar terdesak dan keteter hebat. Diam-diam Siang Ngo-nio mengeluh, segera bentaknya, "Lan Giok-keng, kau jangan percaya akan perkataan orang, aku bukan musuh besarmu!" Perempuan ini sudah terbiasa memandang suatu masalah dari sudut untung rugi bagi diri sendiri, begitu Lan Giok-keng meneternya terus menerus, otomatis timbul perasaan curiga dihati kecilnya. Tergerak perasaan Lan Giok-keng setelah mendengar ucapan itu,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sengaja dia mendengus, sahutnya dingin, "Perempuan siluman, tanganmu sudah penuh berpelepotan darah, tidak usah aku berbicarapun seharusnya kau sudah memahami sendiri!" Keterlibatan Siang Ngo-nio di dalam berapa kasus pembunuhan yang menimpa beberapa orang jago Bu-tong-pay diketahui Lan Giok-keng dari pembicaraannya dengan Bu-si tianglo, sekarang dia sengaja mengungkapnya secara sekilas, tujuannya tidak lain karena ingin menyelidiki reaksinya. Bila berada dalam keadaan biasa, tentu saja Siang Ngo-nio tidak bakalan masuk perangkap, tapi saat ini dia sedang terdesak hebat, bukan saja kerepotan menghadapi serangan lawan, pikirannya pun ikut kalut, tanpa sadar segera teriaknya, "Bukan aku yang membunuh ayahmu, akupun tidak membunuh ibumu, buat apa kau merecoki aku terus seperti sukma penasaran?" Sekalipun Lan Giok-keng berniat melakukan penyelidikan, namun mimpi pun dia tidak menyangka akan memperoleh hasil seperti itu. Ketika berjumpa cicinya di lembah Toan-hun-kok, dari mulut kakaknya dia sudah tahu kalau si Lebah hijau Siang Ngo-nio pernah mendatangi rumah mereka dan memaksa orang tuanya untuk menyerahkan dia. Untung nya Put-hui suthay datang tepat waktu sehingga berhasil memaksa Siang Ngo-nio kabur dan orang tuanya tidak sampai menderita luka. "Jangan-jangan aku masih mempunyai orang tua lain?" dalam waktu seketika, pelbagai kecurigaan serta kesangsian yang mengendap di dasar hatinya selama ini mulai terapung di permukaan, hal mana membuat hatinya semakin kalut bahkan nyaris membuatnya tertegun. Menggunakan kesempatan itu Siang Ngo-nio melepaskan sebutir peluru asap, di bawah perlindungan kabut asap yang tebal, dia segera melarikan diri. Dengan sepenuh tenaga Lan Giok-keng melepaskan pukulan demi pukulan untuk menyapu kabut asap yang menyelimuti sekeliling tempat itu, menanti kabut mulai buyar, dia baru seolah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendusin dari impian. Lamat-lamat dia mendengar di belakang tubuhnya bergema suara orang merintih, saat itulah dia baru teringat kalau Seebun Yan masih berada di bekas tempat persembunyiannya. Ternyata saat itu Seebun Yan benar-benar sudah letih dan kehabisan tenaga, karena dibalik kabut tebal itu mengandung bubuk pemabok dari Siang Ngo-nio, kendatipun tubuhnya bersembunyi dibelakang batu karang, tidak urung ada sedikit asap racun yang menyusup ke dalam tubuhnya. Padahal sisa tenaga dalam yang dimiliki saat itu sudah tidak cukup untuk melawan serangan itu. Dalam keadaan kritis, terpaksa dia hanya bisa menggigit ujung lidahnya, berusaha agar dirinya tidak sampai roboh tidak sadarkan diri. Lan Giok-keng sendiri meski pandai ilmu pertabiban, namun dia sama sekali tidak tahu bagaimana cara untuk memunahkan racun. Yang bisa dilakukan sekarang hanya berjongkok di samping Seebun Yan dan membiarkan gadis itu bersandar ke tubuhnya sehingga tubuhnya tidak sampai berguling di tanah yang berakibat terluka. Untung saja kabut beracun yang terhisap oleh Seebun Yan tidak terlalu banyak sehingga dia tidak sampai roboh tidak sadarkan diri. Tatkala melihat gadis itu menggerakkan bibirnya, cepat Lan Giokkeng menempelkan telinganya dekat dengan bibir dan mencoba menangkap apa yang sedang dia katakan. Dengan suara yang lemah dan lirih, bagaikan suara angin yang menggoyangkan ranting liu, dia berbisik, "Bi-leng-wan, Bi-lengwan.... Apa yang dimaksud Bi-leng-wan? "Pil Bi-leng-wan yang terbuat dari Thian-san-soat-lian, pil itu.... pil itu berada di.... Seketika Lan Giok-keng menjadi paham, teratai salju dari gunung Thian-san memang berkhasiat memunahkan pelbagai racun, boleh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dikata setiap umat persilatan mengetahui akan hal ini. "Aku tahu, pil itu adalah pil mestika yang dapat memunahkan racun, kata Lan Giok-keng, "konon teratai salju dari gunung Thiansan adalah barang langka yang susah diperoleh, kau telah menggunakan bahan itu untuk membuat pil Bi-leng-wan?" "Yaa.... pil itu berada.... berada di saku ku!" Seebun Yan berkata dengan terbata-bata, satu kalimat yang pendek dia harus membaginya jadi tiga bagian, bahkan selesai bicara, napasnya semakin tersengkal. Dalam keadaan begini, dia hanya bisa menempel semakin lekat di tubuh pemuda itu. Tapi pil Bi-leng-wan berada disakunya, inilah masalah yang membuatnya kesulitan. Sejak dilahirkan, baru pertama kali ini dia berdekatan begitu mesra dengan seorang lawan jenis, tubuh yang halus, lembut, hangat ternyata menempel di tubuhnya, kulit bertemu kulit, badan bersentuhan dengan badan, ke semuanya ini sudah cukup membuat wajahnya berseru merah dan jantungnya berdebar keras. Dan kini, pil Bi-leng-wan ternyata berada dalam sakunya. Seebun Yan menanti berapa saat, ketika tidak merasakan pemuda itu melakukan tindakan berikut, dia pun berseru gusar, "Hey setan cilik, ciut amat nyalimu.... tidak usah menghindar lagi.... Merah padam selembar wajah Lan Giok-keng, terpaksa dia masukkan tangannya ke dalam pakaian gadis itu, dari balik saku yang berada di pakaian dalamnya dia berhasil menemukan sebuah botol perak kecil, di dalam botol itu terdapat berapa butir pil berwarna merah. "Apakah yang ini?" "Benar, cepat lolohkan ke mulutku. Pil semacam ini harus dimamah dulu sebelum ditelan, dengan begitu daya kerja obat baru bereaksi lebih cepat. Tapi keadaan si nona saat ini amat lemah, jangan lagi menghancurkan pil tersebut,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membuka mulut pun sudah tidak mampu. Sambil membopong tubuhnya, Lan Giok-keng merasakan hatinya goyah, jari tangannya gemetar, nyaris botol itu terjatuh dari genggamannya. "Ini masalah nyawa, aku harus segera menolongnya, demikian dia berpikir, "baiklah, biar kuanggap dia seperti ciciku sendiri. Maka dia pun menggigit hancur sebutir pil Bi-leng-wan, kemudian dilolohkan ke mulut gadis itu. "Butuh berapa butir?" "Cukup sebutir. Seebun Yan bersandar lemas dalam pelukannya, tapi air mukanya mulai nampak secercah cahaya kemerahan. Bi-leng-wan memang nyata sebagai pil pemunah racun yang amat tangguh, daya kerjanya sangat cepat. Tidak sampai setengah batang hio kemudian, Seebun Yan telah pulih kembali kekuatan tubuhnya, dia bangkit dari pelukan Lan Giokkeng, duduk bersila dan berbisik, "Terima kasih banyak!" Mukanya yang semula pucat pasi, kini mulai nampak memerah dan segar kembali. "Tidak perlu berterima kasih. Kau adalah sahabat ciciku, jadi sudah sepantasnya bila aku membantumu, sahut Lan Giok-keng. "Ooh, kau adalah adik Sui-leng, kau bernama Lan Giok-keng?" "Betul. Kita pernah berjumpa ketika masih di lembah Toan-hunkok. Aku juga tahu kalau kau adalah Toa-siocia dari keluarga Seebun. Lang Giok-keng tidak habis mengerti, mengapa dia ajukan perkataan semacam itu padahal sebelumnya sudah tahu. Tiba-tiba Seebun Yan tertawa cekikikan. "Apa yang kau tertawakan?" tanya Lan Giok-keng tak habis
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengerti. "Kau tidak seharusnya memanggil aku Toa-siocia. Tahukah kau kalau aku sudah mengangkat saudara dengan cici mu?" "Lantas kenapa?" "Lantas kenapa, kalau cici mu memanggil cici kepadaku, coba jawab kau harus memanggil apa kepadaku? Kau musti menyebut aku Lo-toaci!" "Aku lihat usiamu paling lebih tua sedikit ketimbang aku, sahut Lan Giok-keng pura-pura serius, "lebih baik aku memanggil cici saja kepadamu. Kalau musti ditambah kata 'lo' tua.... aku mah tidak berani melakukannya. Kontan Seebun Yan tertawa. "Tidak nyana masih muda usia sudah pandai bicara manis, serunya, "aku dua tahun lebih tua dari cicimu, tahun ini berapa usiamu?" "Aku dilahirkan pada tahun, bulan dan tanggal yang sama dengan cici, sudah tujuh belas tahun. "Oooh, rupanya kalian saudara kembar? Eeei, rasanya aneh sekali. "Apanya yang aneh?" "Orang bilang wajah saudara kembar pasti mirip satu dengan lainnya, aku lihat kau sedikitpun tidak mirip dengan wajah cicimu!" Lan Giok-keng jadi teringat kembali dengan ledekan dan ejekan para Suheng-te nya sewaktu masih berada di gunung Bu-tong, pikirnya, 'Kalau ditinjau dari apa yang dia katakan sekarang, berarti isu yang beredar selama ini bukannya muncul tanpa sebab. Sayang tadi aku tidak berhasil membekuk perempuan siluman itu.' Maka sambil tertawa paksa katanya, "Segala macam persoalan tentu ada pengecualian, ayah bilang aku mirip dengan engku, cici mirip ibu. Apa anehnya akan hal ini?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seebun Yan seperti ada yang sedang dipikirkan, selang berapa saat kemudian ia baru berkata, "Perlakuan cicimu terhadap dirimu sungguh baik sekali, selama tinggal di rumahku, hampir setiap hari dia selalu ribut merindukan dirimu. Aaai.... kau punya cici, kau jauh lebih hokki ketimbang diriku. Sementara Aku hanya hidup sebatang kara, tidak punya saudara laki-laki, tidak punya saudara perempuan!" "Bukankah kau pun mempunyai seorang mengapa tiba-tiba Lan Giok-keng nyelutuk. piauko?" entah

Tapi begitu ucapan tersebut diutarakan, dia baru tersadar, tidak seharusnya mengungkit kembali luka hatinya. Benar saja, paras muka Seebun Yan kontan berubah jadi gelap, serunya, "Tidak usah mengungkit dia lagi, kapan dia pernah menganggapku sebagai orang dekatnya? Hmm, dia tidak ambil perduli diriku, aku pun tidak butuh dirinya. Lan Giok-keng tidak berani memberi komentar, dia terbungkam dalam seribu bahasa. Baru saja Seebun Yan menyinggung soal "tidak usah mengungkit dia lagi", tapi malah dia pula yang segera mengungkitnya kembali, "Piauko seringkali jalan bersamamu, tahukah kau dia hendak ke mana?" "Aku sendiripun baru bertemu dia di puncak bukit itu, kata Lan Giok-keng, "kedatangannya hanya setengah jam lebih awal daripada kedatangan kalian. Tapi begitu melihat kemunculan kau berdua, dia langsung angkat kaki kabur dari sini, jadi aku sendiripun tidak tahu hendak kemana dirinya. Begitu menyinggung soal 'kalian', Seebun Yan seolah baru mendusin dari impian, dia mulai teringat dengan Bouw It-yu yang datang ke Liauw-tong bersama dia. "Kemana perginya Bouw-susiokmu? Apakah dia pun berada diatas bukit itu? Kenapa kau datang kemari seorang diri?" "Aku tidak tahu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku masih ingat, ujar Seebun Yan keheranan, "ketika aku menyusul Piauko, dia sedang berada disini mengajakmu berbicara, mana mungkin kau tidak tahu?" "Tidak lama setelah kepergian kalian, datang seorang manusia berkerudung. Ilmu silat yang dimiliki manusia berkerudung itu sangat lihay, biar aku bersama Bouw-susiok mengerubutinya tetap tidak berhasil mengalahkan dirinya. Kemudian aku dibanting sampai jatuh tidak sadarkan diri. Sewaktu mendusin kembali, tahu-tahu aku sudah berada disini. Apa yang dia katakan memang semuanya merupa kan kejadian nyata, tapi hanya separuh cerita yang dia sampaikan. "Oooh, ternyata ada peristiwa seaneh ini, padahal jarak antara tempat kita berada sekarang dengan puncak bukit itu paling tidak mencapai tujuh, delapan li. Memangnya kau mimpi berjalan hingga tiba disini?" "Aku sendiripun bingung dan tidak habis mengerti, mungkin saja ada orang yang memindahkan diriku kemari di saat aku sedang tidur terlelap. Padahal meski pada mulanya dia tidak sadarkan diri, namun diapun tahu kalau manusia berkerudung itulah yang telah memindahkan tubuhnya sampai disitu. Hanya saja dia tetap tidak habis mengerti, mengapa manusia berkerudung itu berbuat demikian. Tampaknya Seebun Yan pun tidak berniat menyelidiki lebih jauh tentang kejadian aneh ini, apa yang dia pikirkan sekarang adalah "apa yang bisa diperbuat manusia berkerudung itu terhadap Bouw It-yu. Tiba tiba ia menjerit keras dengan nada terkesiap, "Pasti orang itu!" "Kau pernah bertemu manusia berkerudung itu?" tanya Lan Giokkeng. "Sehari sebelum aku dan Bouw It-yu tiba di kota Uh-sah-tin, di
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tepi jalan kami jumpai tulisan besar di atas baru cadas yang mencegah kami untuk melanjutkan perjalanan, tulisan itu berbunyi: bila tidak segera kembali, berarti mencari penyakit buat diri sendiri. Kami tidak bertemu dengannya, tapi tahu kalau kungfu yang dimilikinya jauh diatas kemampuan kami berdua. Sebab selain meninggalkan tulisan peringatan itu, dia pun meninggalkan bekas telapak tangannya di atas batu cadas itu. "Aaai, kalau sampai Bouw It-yu bertemu dengan orang itu, aku kuatir.... aku kuatir bukan masalah saja yang dia jumpai. Kau saja sudah dibanting sampai pingsan, meski Bouw It-yu itu paman gurumu, dalam masalah ilmu silat, mungkin dia pun tidak lebih hampir sama dengan kemampuanmu!" Ketika berbicara sampai disini, nada suaranya kedengaran mulai gemetar. Jelas dia sedang merasa takut bila Bouw It-yu bakal kehilangan nyawanya. Melihat itu, Lan Giok-keng pun berpikir, Kusangka dalam hatinya hanya terdapat piauko nya seorang, ternyata rasa kuatir dan perhatiannya terhadap Siau-susiok pun sama sekali tidak berada di bawah perhatiannya terhadap sang piauko. Maka dengan nada menghibur segera katanya, Orang baik selalu dilindungi Thian. Kau tidak perlu kelewat kuatir, Bouw-susiok pasti bisa lolos dari segala mara bahaya. "Kau tidak merasa apa yang kau ucapkan hanya kata yang sama sekali tidak berguna?" bentak Seebun Yan gusar, "kecuali ada seseorang dengan ilmu silat jauh lebih hebat dari manusia berkerudung itu datang menyelamatkan jiwanya, kalau tidak, mana mungkin dia bisa lolos dari bahaya maut?" Lan Giok-keng tertawa. "Aku tidak tahu apakah di tempat ini terdapat seseorang yang memiliki ilmu silat jauh lebih tinggi daripada manusia berkerudung itu, tapi aku tahu sejak awal sudah ada orang yang datang membantunya. "Siapa dia?" buru-buru Seebun Yan bertanya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Rasanya seorang wanita. "Kalau benar katakan benar, kalau tidak katakan tidak, kenapa kau bilang sepertinya?" "Waktu itu aku baru saja dibanting ke atas tanah oleh manusia berkerudung itu, aku hanya sempat mendengar suaranya tapi belum sempat melihat wajahnya, karena kesadaranku keburu hilang. "Perkataan apa yang diucapkan orang itu?" "Suara itu datang dari tempat yang jauh, tapi begitu lembut dan halus sehingga enak didengar, kelihatannya dia sedang memanggil nama seseorang, tapi aku hanya sempat mendengar salah satu katanya saja. "Apa itu?" "Kata Yan. Seebun Yan seperti terperanjat, sesaat kemudian dia baru bertanya lagi, "Menurut dugaanmu dia adalah ibuku?" "Aku harap dugaanku tidak salah, bagaimana menurutmu sendiri?" Seebun Yan tidak menjawab, wajahnya diliputi kebimbangan dan keraguan. "Eeei, apa yang sedang kau pikirkan?" tegur Lan Giok-keng. Seebun Yan memang sedang memikirkan sesuatu, tapi apa yang dipikirkan tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Karena dia teringat kembali dengan perkataan yang pernah diucapkan si Lebah hijau Siang Ngo-nio. Bukan saja perkataan tersebut tidak boleh diberitahukan kepada Lan Giok-keng, bahkan dia sendiripun merasa tidak pantas untuk membayangkan kembali ucapan tersebut. "Mana boleh aku mempercayai perkataan perempuan siluman itu? Bouw It-yu adalah putra Tiong-ciu Thayhiap Bouw Ciong-long, ibu pun perempuan keturunan keluarga kenamaan, hampir setiap
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

umat persilatan mengetahui akan hal ini. Tidak pantas dia mengenakan topi hijau ini diatas kepalanya tanpa didasari bukti yang jelas. Biarpun jalan pikiran itu hanya 'ingatan sesaat' yang timbul dari hatinya, lagipula telah dipermak disana sini. Namun perumpamaannya tentang "asal usul yang tidak jelas" kedengaran amat tidak sedap dalam telinga. Waktu itu dia berkata secara terang terangan kalau Seebun-hujin sedang bertemu dengan anak jadahnya. Menghadapi sinar mata penuh tanda tanya dari Lan Giok-keng, Seebun Yan segera tersadar kembali, sambil berlagak girang serunya kemudian, "Kecuali ibuku, Perempuan yang bisa membuat kabur manusia berkerudung dewasa ini rasanya tidak bakalan ada keduanya. Tapi apakah Bouw-susiok mu dalam keadaan sehat wal'afiat? Bagaimana kalau ku-temani kau balik ke sana?" Seandainya bukan Seebun Yan yang memohon kepadanya, sejujurnya Lan Giok-keng tidak ingin balik lagi menengok Bouw Ityu. Entah mengapa, dia menaruh perasaan curiga bercampur takut yang aneh terhadap paman guru kecilnya ini. Lagipula dia sendiri masih ada tugas lain, harus berangkat ke kota Kim-leng untuk melacak dan menyelidiki teka teki seputar asal usulnya. Tapi dia tidak bisa memakai alasan itu untuk menampik permohonan dari Seebun Yan. Sementara dia masih sangsi, Seebun Yan telah berkata lagi sambil tertawa cekikikan, "Masa kau merasa malu berjalan bersama cici mu? Barusan saja kau malah sempat membopong dan memeluk ku. Gadis ini memang sudah terbiasa menuruti suara hati sendiri, di saat sedang bergembira, dia suka sekali bergurau, dan sekarang dia ingin sekali melihat wajah Lan Giok-keng yang malu tersipu-sipu. Dengan wajah merah padam terpaksa Lan Giok-keng menemani gadis itu balik kembali ke atas bukit.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seebun-hujin tertidur sangat nyenyak, entah apakah dia sedang bermimpi indah, senyuman yang lembut dan ramah tersungging diujung bibirnya. Perasaan budi dan dendam bercampur aduk, walaupun hati kecil Bouw It-yu masih diselimuti perasaan benci, namun dia tidak berani menatap senyuman di wajahnya, cepat dia alihkan sorot matanya ke arah lain. Pedangnya telah dicabut keluar, menggengamnya masih gemetar keras. namun tangan yang

Bila ingin membalaskan dendam bagi ibunya, inilah kesempatan terbaik baginya, tapi bolehkah dia berbuat begitu? Sementara pertarungan batin masih bergejolak, mendadak dia seperti mendengar suara helaan napas bergema dari luar sana. Cepat dia melangkah keluar dari gua, mencoba mendengarkan dengan seksama. Waktu itu fajar baru saja menyingsing, diantara lamat-lamatnya cuaca, dari puncak bukit berselimutkan salju di seberang sana terlihat ada berapa bayangan manusia sedang bergerak mendekat. Suara pembicaraan mereka pun telah terkirim datang oleh hembusan angin fajar dan terdengar ditempat itu. Terdengar suara seorang perempuan yang amat dikenalnya bergema tiba, "Tonghong Liang pernah membuat keonaran di gunung Bu-tong, tentu Thaysu telah mengetahuinya bukan? Tonghong Liang si bocah keparat itu masih tidak seberapa, aku justru kuatir bila ilmu pedang Seebun-hujin sudah jauh diatasnya. Bouw It-yu sangat terperanjat, ternyata perem-puan itu tidak lain adalah si Lebah hijau Siang Ngo-nio. Menyusul kemudian terdengar suara seseorang yang bernada keras menyahut, "Aku hanya merasa sayang Seebun Mu telah mati. Yang berbicara adalah seorang pendeta asing berbaju merah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sebagaimana diketahui, Seebun Mu pernah menjadi Liok-lim Bengcu, dari nada pembicaraan pendeta asing itu bisa disimpulkan bahwa dia menganggap hanya Seebun Mu yang pantas menjadi musuhnya, sementara istri Seebun Mu sama sekali tak dipandang sebelah mata pun olehnya. Siang Ngo-nio segera tertawa paksa, ujarnya, "Aku merasa sangat kagum dengan ilmu silat yang dimiliki Thaysu, tentu saja perempuan itu bukan tandinganmu, hanya saja segala sesuatu lebih baik bertindak lebih hati-hati, yang aku kuatirkan hanyalah bila Thaysu kelewat pandang enteng musuh kita. Tiba-tiba orang ke tiga berkata, "Tonghong Liang kuserahkan kepada kalian, sementara Bouw It-yu kalian serahkan kepadaku. "Benar, sambung orang ke empat, "bila kita berempat turun tangan bersama, betapapun lihaynya musuh kita, aku yakin masih dapat menghadapinya. Yang paling ingin kutangkap adalah Lan Giok-keng si bocah keparat itu. Ke empat orang itu berjalan cepat diatas permukaan salju, dalam waktu singkat mereka telah berjalan mendekat dari tebing bukit di seberang sana. Bouw It-yu segera mengenali dua orang lelaki lainnya, ternyata mereka adalah Ouyang Yong yang pernah ditotok jalan darahnya serta Eng Siong-leng yang pernah dikalahkan Tonghong Liang. Dari ke empat orang itu, dia mengenali tiga orang diantaranya, hanya pendeta asing berbaju merah itu yang belum diketahui asal usulnya. Sungguh tajam pandangan mata Siang Ngo-nio, dia yang pertama kali mengetahui kehadirannya, sambil memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang menggidikkan, ujarnya, "Hahahaha.... tidak nyana kau si keparat masih berada disini, dimana perempuan bangsat itu?" Sambil tertawa dingin dia menyentilkan sebutir peluru kabut harum yang langsung meledak persis dihadapan Bouw It-yu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bertemu musuh besarnya, sepasang mata Ouyang Yong langsung berubah jadi merah membara, bentaknya pula, "Bajingan keparat, aku memang sedang mencari-mu untuk membuat perhitungan, kalau punya nyali ayoh bertarung habis habisan melawanku!" Buru-buru Bouw It-yu melepaskan satu pukulan untuk membuyarkan asap beracun, namun tidak urung dia menghisapnya juga beberapa bagian. Sebagaimana diketahui, peluru kabut harum yang diracik Siang Ngo-nio merupakan sejenis bubuk pemabuk yang sangat lihay, namun khasiatnya hanya dapat membuat orang pingsan dan sama sekali tidak meracuni tubuh. Padahal saat itu tenaga dalam yang dimiliki Bouw It-yu belum sama sekali pulih, setelah menghisap kabut pemabok itu meski tidak sampai jatuh pingsan, sedikit banyak dia merasakan juga kepalanya jadi pening dan pandangan matanya berkunang. Ketika telapak tangan Ouyang Yong membacok tiba, cepat Bouw It-yu menyentilkan jari tengahnya menghajar urat nadi di punggung tangannya, lengan kanan Ouyang Yong seketika terhajar telak hingga lunglai lemas. Dalam keadaan begini ternyata orang itu enggan menyerah dengan begitu saja, dia merangsek lebih ke depan, biar lengan kanannya sudah lemas tidak bertenaga namun dia masih memiliki tangan kiri, sebuah pukulan tinju langsung ditumbukkan ke depan. Bila berada dalam keadaan biasa, Bouw It-yu tidak bakalan merasa kuatir, tapi kini tenaga dalamnya belum pulih, gerakgeriknya sama sekali tidak lincah, pertarungan keras melawan keras ini menyebabkan kedua belah pihak sama-sama menderita kerugian besar. Tidak ampun tubuh Bouw It-yu mundur dengan sempoyongan, wajahnya bertambah pucat pias. Pada saat yang bersamaan Eng Siong-leng telah menerjang maju
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan memapaki datangnya tubuh lawan. "Tinggalkan bocah itu untukku, buru-buru Siang Ngo-nio berteriak keras, "kalau ingin balas dendam, silahkan kalian balas dendam, tapi jangan kalian usik nyawanya!" "Tidak usah kuatir Ngo-nio, sahut Eng Siong-leng sambil tertawa, "aku tidak bakal memusnahkan si pipi putih ini. Saat itu tenaga dalam Bouw It-yu semakin berkurang, ditambah lagi kungfunya memang kalah setingkat dari lawannya. Tidak sampai beberapa gebrakan dia sudah dibuat kalang kabut. "Ngo-nio, siapakah bocah muda itu?" tanya pendeta berbaju merah itu tiba-tiba. "Dia bernama Bouw It-yu, ayahnya adalah Ciangbunjin Bu-tongpay saat ini. Pendeta berbaju merah itu tentu saja mengetahui nama besar Bu-tong-pay, namun dia sangat percaya dengan kemampuan sendiri, jangan lagi hanya putra dari sang ketua, kemampuan Ciangbunjin dari Bu-tong-pay pun sama sekali tidak dimasukkan ke dalam hati. Maka sambil memasukkan sepasang tangannya ke balik baju, dia gelengkan kepalanya berulang kali seraya berkata, "Lantas ke mana perginya jago-jago lihay yang kalian maksudkan? Merusak selera, merusak selera! Hanya menghadapi seorang bocah muda saja dibutuhkan kekuatan berapa orang untuk mengerubutinya?" Merah padam selembar wajah Eng siong-leng, segera bentaknya, "Ouyang Yong, kau mundur!" Waktu itu Ouyang Yong sedang merasakan kesakitan yang luar biasa pada tangan kanannya, dia segera membangkang, sahutnya, "Bocah keparat ini pernah membokongku secara diam-diam, boleh saja kalau minta aku mundur, tapi harus menunggu sampai kuhadiahkan sebuah bacokan terlebih dulu. Waktu itu Eng Siong-leng telah berada diatas angin, pikirnya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

'Apa susahnya memberi kesempatan menghadiahkan sebuah bacokan?'

kepadamu

untuk

Sambil berpikir dia melepaskan sebuah bacokan ke depan, serangannya mulai dilancarkan sangat gencar, begitu perhatian Bouw It-yu terpancing untuk memperhatikan gerak serangannya, tiba-tiba dia melancarkan sebuah sapuan, membuat tubuh anak muda itu seketika terpelanting jatuh ke tanah. "Bocah keparat, jangan gugup!" jengek Ouyang Yong sambil tertawa seram, "aku hanya menginginkan sebuah lenganmu!" Tampaknya ayunan goloknya segera akan memisahkan lengan Bouw It-yu dengan tubuhnya.... Mendadak dari sisi arena meluncur datang seekor "ular emas" diikuti berkelebatnya segumpal bayangan putih, lalu terdengar Ouyang Yong menjerit keras, goloknya terlepas dari genggaman dan tubuhnya mencelat sejauh berapa tombak dari posisi semula. Ternyata Seebun-hujin telah berjalan keluar dari dalam gua. Karena tidak membawa senjata, dia melepaskan seutas tali ikat pinggangnya dan digunakan untuk menggulung golok yang berada ditangan Ouyang Yong. Tali pinggang itu berwarna warni dan meluncur bagaikan seekor ular emas, namun kelihayannya jauh melebihi seekor ular berbisa, bukan saja berhasil merampas golok di tangan Ouyang Yong, bahkan sempat melilit pergelangan tangannya dan membuat tulang tangannya patah jadi dua. Dengan jurus ikan lehi melentik buru-buru Bouw It-yu melompat bangun, sebuah tendangan langsung diarahkan ke tubuh Ouyang Yong yang sedang ter-guling. Sayang kekuatan tubuhnya sudah amat lemah, asap pemabok yang terhisap dalam tubuhnya sedang bekerja, begitu berhasil menendang tubuh Ouyang Yong, dia sendiripun berdiri sempoyongan bagaikan lidah api yang dipermainkan angin. Cepat Seebun-hujin memeluk ke dalam rangkulannya, bisiknya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jangan gugup, ada ibu disini!" Tapi dia lupa kalau masih ada Eng Siong-leng disisinya. Oleh karena perubahan ini terjadi sangat tiba tiba, tidak urung Eng Siong-leng tertegun juga dibuatnya. Namun bagaimana pun dia adalah seorang jago kawakan, begitu melihat peluang emas, langsung saja dia lancarkan sebuah cengkeraman maut ke tubuh Seebun-hujin. Orang ini adalah seorang jagoan yang sangat menguasahi ilmu Toa-kin-na-jiu-hoat, cengkeraman yang dia lancarkan benar-benar sangat menakutkan, biar seorang jago lihay pun mungkin sulit untuk meloloskan diri, atau paling tidak tulang tubuhnya bakal tercengkeram hancur. Menghadapi datangnya ancaman maut itu, ternyata Seebun-hujin masih tetap memeluk tubuh Bouw It-yu, malah tangan kirinya sedang mengambil sebutir pil yang disuapkan ke mulut pemuda itu sementara sepasang mata nya tertuju pula pada pemuda yang berada dalam pelukannya. Dia seakan sama sekali tidak melihat kalau Eng Siong-leng sudah berada disisi tu buhnya, tentu saja dia pun tidak berusaha untuk menghindarkan diri. Tampaknya cengkeraman itu segera akan menghancurkan tulang Pi-pa-kut nya.... Pada detik terakhir tiba-tiba dia mengayunkan tangan kanannya, lagi-lagi tali ikat pinggang itu berubah jadi ular emas dan meluncur ke depan, kali ini mengarah telapak tangan Eng Siong-leng. Bagaimanapun Eng Siong-leng adalah seorang jago silat kawakan, begitu merasakan angin serangan yang muncul membawa daya 'tusukan', dia segera sadar kalau gelagat tidak menguntungkan. Tali ikat pinggang termasuk benda yang lunak, namun setelah memperoleh saluran tenaga dalam dari Seebun-hujin, kini tali yang lemas telah berubah jadi tombak yang sangat tajam. Bagi Eng siong-leng, dia lebih suka digigit ular berbisa daripada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membiarkan jalan darah Lau-kiong-hiat pada telapak tangannya tertusuk ujung tali lawan. Bila jalan darah Lau-kiong-hiat sampai tertusuk tembus, mungkin tenaga dalam yang dimilikinya bakal punah separuh bagian. Sekalipun cukup cepat dia menarik kembali tangannya, tidak urung punggung telapaknya terhajar juga oleh tali ikat pinggang itu, seketika dia merasakan rasa panas dan sakit yang luar biasa. Dalam pada itu Seebun-hujin sama sekali tidak bergeser dari posisi asalnya, dia hanya memainkan tali pinggangnya kian kemari, memaksa lawan tidak sanggup menghampirinya. Terdengar pendeta asing berbaju merah itu bertanya kepada Siang Ngo-nio, "Bukankah kau mengatakan kalau bocah she-Bouw itu adalah putra Bu-tong Ciangbunjin Bouw Ciong-long? Setahuku bini Bouw Ciong-long sudah lama mati, darimana bisa muncul seorang nenek yang mengaku sebagai ibu kandungnya?" Saat itu Ouyang Yong telah menyambung sendiri sendi tulangnya yang terlepas, kontan dia nyeletuk sambil tertawa dingin, "Untuk bisa bermain dengan pipi putih, kalau tidak mengaku sebagai anaknya, lalu musti diakui sebagai apa?" "Mulutmu benar benar kotor dan tidak bermoral, umpat Siang Ngo-nio cepat, "mana boleh kau sembarang an menuduh orang?" "Eeei.... bukankah kaupun mengumpatnya sebagai perempuan hina? Kenapa malah membantu bicara untuk dirinya?" "Yang kukatakan adalah kenyataan, benar adalah benar, tidak benar adalah tidak benar. "Lantas menurutmu mengapa dia anggap si muka putih itu sebagai anak kesayangannya?" "Aaaah, kau seperti tidak mengerti saja, ini namanya mencintai orangnya sekalian mencintai peliharaannya. Maksud lain dari perkataan itu adalah menuding orang yang benar-benar dicintai Seebun-hujin adalah ayah Bouw It-yu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tampaknya pendeta asing berbaju merah itu kurang begitu paham dengan pepatah dari bangsa Han, padahal sejujurnya dia memang tidak tertarik untuk mengetahui hubungan antara Seebunhujin dengan Bouw It-yu, pertanyaan yang dilontarkan tidak lebih hanya pertanyaan iseng. Yang benar-benar menarik perhatiannya saat ini hanyalah ilmu silat yang dimiliki Seebun-hujin. "Apakah perempuan ini adalah Seebun-hujin yang maksudkan itu?" kembali pendeta berbaju merah itu bertanya. kau

Belum sempat Siang Ngo-nio menjawab, situasi kembali telah terjadi perubahan baru, perubahan yang membuat hatinya terkesiap. Saat itu Seebun-hujin telah menurunkan Bouw It-yu ke tanah, dengan wajah penuh amarah dia bangkit berdiri dan....plaaaak! sebuah tempelengan keras telah mendarat di wajah Eng Siong-leng, rupanya ikat pinggang Seebun-hujin telah mencambuk wajahnya secara telak, bagaikan terkena sabetan cambuk ruyung, kontan wajahnya sembab memerah dan mengucurkan darah. Masih untung dia berkelit cukup cepat, kalau tidak mungkin sepasang matanya telah buta dibuatnya. Kembali tubuh Seebun-hujin melambung ke udara, kali ini dia bukannya mengejar ke arah Eng Siong-leng melainkan menerkam Siang Ngo-nio. Buru-buru Siang Ngo-nio melepaskan segenggam jarum emas, tapi mana mungkin serangannya itu dapat membendung terjangan Seebun-hujin? "Triiiing, traaaang.... serangkaian dentingan nyaring bergema di udara, tahu tahu seluruh jarum emas itu sudah tersapu oleh tali ikat pinggangnya dan meluncur balik. "Kungfu yang hebat!" puji pendeta asing berbaju merah itu. Sebuah pukulan yang dibabat keluar menghancurkan segenggam jarum emas yang terpental balik itu menjadi bubuk halus, hancuran bubuk itu menyebar diseluruh tubuh Siang Ngo-nio, membuat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perempuan itu termangu saking kagetnya. Dengan satu gerakan yang amat cepat pendeta asing berjubah merah itu menyongsong kehadiran Seebun-hujin, dengan sebuah pukulan Toa-jiu-eng dia lepaskan pukulan dahsyat. Tali ikat pinggang Seebun-hujin yang semula tegak lurus seperti seekor ular emas, kini telah berubah jadi berliuk-liuk karena tekanan pukulan lawan. Siang Ngo-nio ikut melejit ke samping untuk menghindari desakan hawa pukulan yang dahsyat. Toa-jiu-eng memang sebuah pukulan yang menakutkan, begitu meleset dari sasaran, angin pukulan yang maha dahsyat itu langsung menggulung ke muka dan menghantam sebatang pohon kecil yang tumbuh di sisi jalan. "Blaaaam!" pohon sebesar paha itu langsung terhantam patah jadi dua dan roboh ke tanah. Ternyata pendeta asing berjubah merah itu adalah seorang jagoan sakti dari Mi-tiong Tibet, dia bergelar Ka-cok. Konon ilmu pukulan Toa-jiu-eng miliknya berada di urutan kedua di kolong langit. Ketika Nurhaci Khan (kemudian menjadi kaisar Cheng Thay-cu) mendengar nama besarnya, secara khusus dia mengundang pendeta ini untuk datang ke Seng-keng (kini kota Shen-yang) dan memberinya gelar Sin-bu-hoat-su Pendeta dewa silat. Kehadirannya kali ini pun sedang menjalankan perintah dari Nurhaci Khan untuk datang ke kota Uh-sah-tin dan menyampaikan perintah rahasia kepada Kim-lopan. Eng siong-leng pernah bekerja sebagai pengawal pribadi Nurhaci Khan, sejak sepuluh tahun berselang dia sudah berkenalan dengannya di kota Seng-keng. Ketika pendeta itu tiba di kota Uhsah-tin, waktu itu kebetulan Eng Siong-leng baru pulang dari pengejaran, maka begitu bertemu dengannya, dia pun mengundangnya untuk sekali lagi mengejar Tonghong Liang serta
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lan Giok-keng sekalian. Di tengah jalan mereka bertemu Siang Ngo-nio, karena mengandalkan orang-orang itu sebagai jimat pelindung dirinya, maka diapun ikut balik lagi ke tempat itu. (semalam ketika Seebunhujin sedang mengobati Bouw It-yu, diapun pernah bersembunyi di sekitar sana sambil mengintip, hanya saja tidak berani menampilkan diri). Ka-cok Hoatsu tampak tercengang ketika melihat serangan toajiu-eng yang dilancarkan hanya mampu memaksa tali ikat pinggang Seebun-hujin jadi meliuk. Cepat dia mengejar ke depan, sambil tertawa tergelak serunya, "Ternyata kungfu mu hebat juga, kenapa baru satu gebrakan sudah ingin kabur. Jangan kuatir, walaupun Hudya tidak pantang membunuh, tapi belum pernah mencelakai perempuan cantik, ayoh kemari, temani Hudya bermain beberapa gebrakan lagi!" Seebun-hujin membalikkan tubuhnya sambil melompat keluar, diantara kibaran ujung bajunya, bagaikan sekuntum awan putih tahu-tahu dia sudah melayang turun di hadapan Ouyang Yong. "Plaaak, plaaak, plaaak, plaaak!" dalam waktu sekejap Seebunhujin telah melayangkan tamparannya berulang kali, menghadiahkan empat gamparan keras ke wajah Ouyang Yong, bukan saja membuat pipinya sembab merah, beberapa buah giginya ikut patah dan tertelan berikut darah. Coba kalau bukan Ka-cok Hoatsu segera menyusul tiba, mungkin penderitaan yang dialami Ouyang Yong akan semakin parah. Perlahan-lahan Seebun-hujin membalikkan tubuhnya, setelah tertawa dingin ujarnya, "Hweesio gede, lebih baik gunakan kesempatan ini untuk membaca mantera selamat!" Setelah merasakan kelihayan Toa-jiu-eng dari hwesio itu, kali ini Seebun-hujin bertindak lebih hati-hati. Tali ikat pinggangnya berputar kencang di utara lalu menerobos masuk ke depan, kali ini sasaran yang diarah adalah sepasang mata, lubang hidung dan telinga dari Ka-cok Hoatsu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di bawah gempuran musuh yang dahsyat, tampak tali ikat pinggang itu bergoyang tiada hentinya bagaikan ranting pohon liu yang dimainkan angin puyuh, tapi sayang tali termasuk benda lembek, Ka-cok Hoatsu tidak sanggup menggunakan angin pukulannya untuk mematahkan senjata tersebut. Di tengah pertempuran, berapa kali tali di tangan Seebun-hujin menerobos masuk bagaikan seekor ular lincah, berapa kali nyaris menyusup masuk ke dalam lubang hidung Ka-cok Hoatsu, hal ini menyebabkan pendeta itu bersin berulang kali, terpaksa dia mundur berapa langkah dengan wajah merah padam. Menerobos masuk ke lubang hidung memang masalah kecil, tapi urusan jadi besar jika sepasang matanya yang tertusuk. Ka-cok Hoatsu tidak berani pandang enteng lawannya, cepat dia memutar tubuh sambil melepaskan jubah merahnya, kemudian bagaikan selapis awan merah dia hadang sergapan tali musuh yang meliuk bagaikan ular emas. Seebun-hujin tidak berani merangsek lebih ke depan, tidak lama kemudian permainan tali ikat pinggangnya malah terhambat sehingga terkurung sama sekali di bawah lapisan awan merah. Sebetulnya kepandaian yang dimiliki wanita ini tidak kalah dari Ka-cok Hoatsu, namun berhubung semalam dia telah mengorbankan banyak tenaga murni untuk membantu Bouw It-yu menembusi delapan nadi pentingnya, maka setelah pertarungan berlarut lebih lama, dia mulai merasakan kehabisan tenaga. Begitu berhasil menduduki posisi di atas angin, kembali Ka-cok Hoatsu merasa bangga, katanya sambil tertawa, "Konon suamimu sudah lama meninggal, selama ini hidup sebatang kara, benar-benar kasihan, bagaimana kalau kau menjadi murid Hud-ya saja!" Seebun-hujin tidak berani memecahkan perhatian untuk balas mengumpatnya, terpaksa dia harus menahan diri dan bertarung seraya menggertak gigi. Di pihak lain Bouw It-yu sudah bertarung seru melawan Siang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ngo-nio. Setelah menelan pil Bi-leng-wan, semangat dan tenaga Bouw Ityu telah pulih kembali, tapi tenaga dalamnya baru pulih delapan bagian, karena Siang Ngo-nio tidak menggunakan senjata rahasia beracun, maka kekuatan mereka pun berimbang. Dengan berlagak seolah tidak terburu-buru, sambil tertawa seru Bouw It-yu, "Apakah Tong ji-sianseng baik-baik saja? Tidak nyana dia begitu tega membiarkan kau pergi seorang diri. Siang Ngo-nio balas tertawa. "Semestinya aku sudah terbaring di dalam liang kubur, apa mau dikata aku jadi orang lebih suka mampus daripada kesepian, karena itu terpaksa harus bangkit lagi dari liang kubur. Sekalipun begitu, aku tetap berterima kasih kepadamu karena telah merancangkan siasat ini. Karenanya kau tidak perlu gugup atau panik, asal mau mengakui aku sebagai ibu angkatmu, aku tidak bakalan mencelakaimu lagi. Yang dia maksudkan adalah peristiwa yang telah terjadi delapan bulan berselang, ketika Bouw It-yu merancangkan siasat baginya, membiarkan dia "tewas" ditangan Tong Ji-sianseng hingga terhindar dari penangkapan yang dilakukan orang-orang Bu-tong-pay. Dalam peristiwa ini, hanya tiga orang yang mengetahuinya, Eng Siong-leng serta Ouyang Yong yang berada di samping perempuan itu nampak tertegun dan tidak habis mengerti. Wajah Eng Siong-leng saat itu hanya dihajar terluka oleh Seebunhujin, yang diderita hanya luka luar saja, beda dengan luka dari Ouyang Yong, baru saja dia menyambung tulangnya yang terlepas, hal ini membuat tangannya untuk sementara tidak bisa digunakan. Tapi dasar bandel, dia tidak tahan mendengar celoteh dari Siang Ngo-nio dan Bouw It-yu itu. Terdengar Bouw It-yu berkata sambil tertawa tergelak, "Ngo-nio, kelihatannya kau sedang mengidap penyakit menular, bertemu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

siapa pun ingin menjadikan dia sebagai anak pungutmu, hanya saja, aku tidak ingin merusak tingkat kesenioranku dengan Lan Giokkeng. Ouyang Yong tidak mengetahui sebab musabab dibalik ucapan itu, dia sangka mereka sedang saling meledek, maka sambil menerjang maju ke depan dan tertawa dingin, serunya, "Kalau kau tidak mau menjadi anak angkatnya Ngo-nio, jadi anakku saja, panggil aku bapak, segera kuampuni nyawamu!" Siang Ngo-nio tidak suka hati mendengar perkataan itu, sengaja dia kendorkan serangannya, menggunakan kesempatan itu Bouw Ityu langsung melepaskan sebuah tusukan sambil membentak, "Kau hanya pantas jadi cucu kura-kura!" Sesungguhnya ilmu silat yang dimiliki Ouyang Yong kalah setingkat dibandingkan Bouw It-yu, apalagi saat ini harus bertarung dengan mengandalkan sebuah lengan, mana mungkin dia bisa menahan serangan jurus pedang Bouw It-yu yang dahsyat? Terdengar dia menjerit keras, tubuhnya yang baru menerjang ke depan segera mundur kembali. Biarpun kali ini luka yang dideritanya tidak terhitung parah, namun dua jari tangan kirinya telah terpapas kutung oleh sabetan pedang tajam Bouw It-yu. Saking mendongkolnya Ouyang Yong berteriak keras, "Siang Ngo-nio, kau benar-benar hanya membutuh kan si muka putih tidak tidak perdulikan sahabatmu?" "Bagus, jawab Siang Ngo-nio dingin, "kau maju saja, akan kubiarkan kau bertarung satu lawan satu dengannya. Eng Siong-leng segera goyangkan tangannya memberi tanda agar dia segera mundur. Sementara dia sendiri sambil maju ke depan katanya, "Ngo-nio, kaupun tahu kemungkinan besar pihak lawan masih mempunyai bala bantuan, hingga sekarang Tonghong Liang dan Lan Giok-keng belum muncul disini!" "Lantas kenapa?" "Kita harus selesaikan pertarungan ini secepatnya!" sahut Eng
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siong-leng hambar, "Ngo-nio, bila kau sudah lelah, pergilah beristirahat sejenak, biar aku bertarung satu lawan satu melawan bocah muda ini!" Eng Siong-leng tidak bisa dibandingkan dengan Ouyang Yong, sebab baik soal status maupun ilmu silat, dia masih jauh diatas kemampuan rekannya. Terhadap Ouyang Yong boleh saja Siang Ngo-nio mempermainkan dan pandang enteng dirinya, tidak demikian terhadap Eng Siong-leng, dia harus menaruh rasa hormat terhadapnya. Hanya saja karena antara dia dengan Bouw It-yu mempunyai hubungan yang khusus, tentu saja dia enggan membiarkan Bouw Ityu terjatuh ke tangan Eng Siong-leng. Sementara dia masih serba salah dibuatnya, mendadak terdengar suara teriakan seorang pria dan wanita berkumandang secara bersamaan. Yang lelaki memanggil, memanggil, Ibu!" Susiok!", sedang yang wanita

Tidak salah lagi, mereka berdua adalah Lan Giok-keng dan Seebun Yan. Kedatangan mereka berdua sebenarnya sudah berada dalam dugaan Siang Ngo-nio, namun juga diluar dugaannya. Cepat atau lambat Seebun Yan pasti akan balik kesana untuk mencari Bouw It-yu, sementara kedatang-an Lan Giok-keng mendampingi gadis itupun sangat masuk diakal, tentu saja Siang Ngo-nio tidak akan merasa keheranan. Justru yang membuat Siang Ngo-nio tidak menyangka adalah kedatangan mereka yang begitu cepat. Seebun Yan sudah terkena bubuk pemaboknya, menurut perkiraan dia, sekalipun dapat pulih kembali paling tidak juga butuh waktu berapa jam lamanya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tentu saja dia tak mengira kalau Seebun Yan mengandalkan khasiat dari pil Bi-leng-wan serta "tenaga bantuan" dari Lan Giokkeng hingga tidak sampai setengah jam kemudian, dia sudah dapat menggunakan lagi ilmu meringankan tubuhnya. Begitulah, dengan kecepatan luar biasa Lan Giok-keng telah menerjang tiba dan menggantikan posisi Bouw It-yu. "Lagi-lagi bocah keparat ini!" umpat Eng Siong-leng gusar. "Tua bangka yang tidak tahu malu, baru saja kau berhasil melarikan diri, sekarang berani mencari gara-gara lagi. Umpatan ini mempunyai arti ganda, tadi wajah Eng Siong-leng terhasil dihajar Seebun-hujin hingga robek berdarah, dia memang benar-benar sudah kehilangan muka sedari tadi. Tidak heran kalau Eng Siong-leng jadi amat gusar, bentaknya, "Bocah keparat, akan kucabutnyawamu!" Diiringi bentakan nyaring, dia segera melancarkan serangan mematikan! "Bagus, kalau memang punya kepandaian ayoh keluarkan semua!" Sambil mencabut pedang dia melancarkan sebuah babatan. Cengkeraman maut yang dilancarkan Eng siong-leng diarahkan ke tulang Pi-pa-kut nya, bukan saja jurus serangannya matang bahkan sudah diperhitungkan ke mana pun pihak lawan akan berkelit, meski tulang Pi-pa-kut nya tidak sampai hancur, paling tidak akan menyebabkan luka yang cukup parah. Siapa tahu Lan Giok-keng bukannya berkelit malahan merangsek maju ke depan, pedangnya dengan membentuk garis melingkar langsung menyongsong datangnya cengkeraman itu. Dengan begitu cengkeraman ini sama artinya usaha yang sia-sia meski sudah dilakukan dengan resiko. Tampak dimana cahaya putih berkelebat lewat, percikan darah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

segar berhamburan ke udara, tahu-tahu sebuah jari tangan Eng siong-leng sudah terpapas kutung. Masih untung dia cepat menarik kembali tangannya, kalau tidak mungkin ke lima jari tangannya bakal terpapas kutung semua. Bouw It-yu sebagai seorang paman guru tidak tahan bersorak memuji juga setelah melihat kejadian ini, serunya, "Sebuah gerak tipuan yang hebat, jurus Hian-nio-hua-sah yang kau gunakan sangat bagus!" Sementara itu Eng siong-leng justru merasa terkesiap, pikirnya, 'Heran, baru selisih saru hari, kenapa ilmu pedang yang dimiliki bocah ini bisa mengalami kemajuan secara tiba-tiba?' Sewaktu bertarung melawan Lan Giok-keng kemarin, walaupun kekuatan mereka hanya seimbang namun dia masih bisa mengambil porsi enam bagian untuk melancarkan serangan. Dia yakin kalau bukan Tonghong Liang ikut menimbrung secara mendadak, dia seharusnya masih bisa mengungguli Lan Giok-keng. Itulah sebabnya tadi dia masih berani bicara sesumbar. Dia mana tahu kalau ilmu pedang dari Lan Giok-keng lebih menitik beratkan pada "pemahaman", ilmu Eng-jiau-kang yang diyakini Eng siong-leng merupakan sebuah ilmu manunggal yang jarang beredar dalam dunia persilatan, ketika bertarung pertama kali, oleh karena Lan Giok-keng belum pernah menjumpai ilmu tersebut sebelumnya, tidak urung dia sedikit dirugikan. Tapi setelah bentrok untuk kedua kalinya, keadaan sedikit berbeda, dari pengalaman sebelumnya dia berhasil menempa diri untuk menciptakan cara untuk mematahkan serangan lawan, itulah sebabnya tidak sulit baginya untuk merebut posisi diatas angin. Selain itu masih terdapat alasan lain, dalam hal tenaga dalam Eng siong-leng memang jauh diatas kemampuannya, tapi sebelum ini Eng Siong-leng sudah menghadapi dua pertarungan secara beruntun, hal ini menyebabkan tenaga dalamnya terkuras habis, keadaannya sekarang malah jauh berada di bawah kemampuan Lan Giok-keng.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sayangnya Eng siong-leng bukan saja tidak tahu kekuatan sendiri, diapun tidak mengetahui kekuatan lawan, begitu sadar kalau kemampuannya tidak sanggup mengatasi serangan pedang lawan, dia masih ingin mengandalkan tenaga dalamnya untuk meraih kemenangan, sebuah tendangan kilat dia lontarkan ke dada Lan Giok-keng. Terkesiap hati Bouw It-yu begitu melihat Eng siong-leng berniat adu nyawa. Tapi belum sempat dia maju untuk memberi bantuan, terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati, bergema memecahkan kehening-an, tampak seseorang roboh terjungkal ke atas tanah. Tapi orang itu bukan Lan Giok-keng, juga bukan Eng Siong-leng melainkan Ouyang Yong. Ternyata begitu Ouyang Yong melihat Seebun Yan hanya seorang gadis muda, dia anggap "gadis ingusan" itu gampang dipermainkan, waktu itu dia sedang duduk diatas batu sambil mengobati lukanya, begitu melihat Seebun Yan lewat dihadapannya, tanpa banyak bicara dia langsung menerkam ke depan. Biarpun sedang bertempur, namun perhatian dan pendengaran Seebun-hujin masih cukup tajam, begitu tahu anaknya terancam bahaya, cepat dia berteriak, "Heng-im-toan-hun! (awan melintang memotong puncak)!" Sejak kecil Seebun Yan sudah belajar silat dari ibunya, begitu mendengar teriakan itu dia langsung lancarkan jurus serangan itu. Sekalipun dalam keadaan tidak terluka pun Ouyang Yong sudah sulit mengungguli gadis itu, apalagi sekarang setelah memperoleh petunjuk dari ibunya. Daya jangkauan dari jurus Heng-im-toan-hun ini sangat kecil, namun daya penghancurnya justru besar sekali, merupakan jurus paling tangguh untuk menghadapi sergapan dari musuh. Begitu jurus ini digunakan gadis tersebut, derita yang diterima Ouyang Yong bukan hanya sekedar lepas tulang saja, seluruh lengannya tertebas hingga kutung jadi dua.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata Ouyang Yong terhitung jagoan yang bandel dan nekad, biar lengan sudah berpisah dengan tanah, biar badan sudah tergeletak ditanah namun dia sama sekali tidak pingsan. Sambil menggertak gigi dia segera menggulingkan diri ke bawah tebing. Padahal di bawah tebing penuh dengan batu cadas tajam dan runcing, begitu menggelinding ke bawah, bukan saja mati hidup susah diketahui, yang pasti seluruh tubuhnya bakal luka dan robek karena gesekan batu-batu itu. Untuk sesaat Seebun Yan berdiri tertegun saking kagetnya. Saat itulah kebetulan Eng Siong-leng sedang melambung sambil melepaskan tendangan, ketika secara tiba-tiba mendengar jeritan ngeri dari Ouyang Yong, seketika pikirannya jadi kalut, tendangan yang dilancarkan pun otomatis bergeser arah. Tapi justru karena tendangannya miring dari sasaran, dia malah berhasil menyelamatkan kakinya dari babatan lawan. Waktu itu Lan Giok-keng dengan jurus Sam-coan-hoat-lun sebetulnya sedang menunggu sampai kaki lawan menendang keatas dadanya, maka tebasan pedangnya segera akan memotong tumit sebatas lutut musuhnya hingga kutung. Begitu tendangannya miring kesamping, cepat dia gunakan kesempatan itu menggelinding pula ke bawah tebing dengan gaya burung belibis membalikkan badan. Gara-gara harus memberi petunjuk kepada putrinya, meski berhasil memukul mundur Ouyang Yong namun Seebun-hujin sendiri semakin tidak sanggup menghadapi gempuran gempuran dahsyat dari Ka-cok Hoatsu, kini seluruh badannya nyaring terkurung di bawah kepungan awan merah yang pekat. Begitu hilang rasa kagetnya, Seebun Yan segera berteriak keras, "Bajingan gundul, jangan lukai ibuku!" Rasa kasih sayang seorang anak terhadap ibunya membuat Seebun Yan untuk sesaat seolah lupa kalau kepandaian yang dimiliki
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ibunya masih sepuluh kali lipat diatas kemampuannya, kalau ibunya saja tidak sanggup melawan, apa pula gunanya dia maju memberi bantuan? Tampak jubah merah yang diputar Ka-cok Hoatsu menimbulkan deruan angin serangan yang sangat kuat, baru saja Seebun Yan berlari mendekati ruas tiga tombak dari arena pertarungan, tiba-tiba dia merasakan munculnya segulung tenaga yang sangat kuat menghantam dadanya, seketika itu juga bagaikan sebuah bola kain, tubuhnya mencelat sejauh tiga tombak lebih. Dalam terkejut bercampur panik, secara beruntun Seebun-hujin melancarkan berapa pukulan untuk memunahkan tenaga kekuatan lawan. Untung saja dia melepaskan pukulan tepat waktu, sehingga tenaga pukulan yang menyentuh tubuh Seebun Yan hanya tidak lebih dari tiga bagian dari kekuatan Ka-cok Hoatsu semula, dengan begitu si nona pun lolos dari luka yang parah. Namun, kendatipun tidak sampai terluka parah, namun bantingan dari tengah udara cukup membuatnya menderita. Cepat Bouw It-yu dan Lan Giok-keng memburu ke depan menolong, Lan Giok-keng yang berada paling depan menyongsong jatuhnya tubuh Seebun Yan dari udara, berpaling lagi dia membalik tangan sambil melemparkan Seebun Yan ke arah Bouw It-yu. untuk persis tanpa tubuh

Dengan gugup Bouw It-yu menerima lemparan itu dan membopongnya erat-erat, untuk sesaat mereka berdua berdiri bodoh saking kagetnya. Dalam pada itu Lan Giok-keng bagai segulung angin kencang telah menyerbu ke dalam arena pertarungan dan bertarung bersanding dengan Seebun-hujin, gejolak tenaga dalam yang dipancarkan kedua orang jago ini membuat anak muda itu merasakan napasnya sesak dan tidak leluasa. Cepat pemuda itu memusatkan konsentrasinya, dengan tehnik
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"biarkan gunung Thay-san datang menindih, aku tanggapi bagai hembusan angin berlalu" dia tusukkan pedangnya ke dalam gumpalan awan merah pendeta itu. Sebetulnya permainan jubah dari Ka-cok Hoatsu sangat ketat, sedemikian rapatnya ibarat angin dan hujan pun sukar tembus, tapi aneh sekali, ternyata tusukan pedang Lan Giok-keng yang sederhana dan tidak dikenal itu berhasil menembusinya. Padahal kalau berbicara soal ilmu silat, jelas kemampuan yang dimiliki Ka-cok Hoatsu jauh diatas kemampuannya, mengapa dia bisa memiliki kekuatan sedemikian 'sakti'? Tentu saja hal ini disebabkan Seebun-hujin telah memberikan bantuannya, kalau tidak ada Seebun-hujin yang mewakilinya menghadang serbuan dari Ka-cok Hoatsu, tentu saja anak muda itu tidak sanggup mengeluarkan kebolehannya. Tapi alasan lain yang lebih penting lagi adalah karena dia sudah memusatkan seluruh pikiran dan kekuatannya dalam jurus serangan ini, dia telah menyatukan jiwa serta tubuhnya menjadi satu dengan serangan pedangnya. Dalam waktu singkat, bukan saja dia seolah tidak melihat dan tidak mendengar suasana di sekelilingnya, bahkan terhadap diri sendiripun dia seolah sudah melupakannya. Dalam detik yang singkat ini, dia seakan telah menjelma jadi si tukang jagal sapi. "Tusukan pisaumu ke dalam celah kosong antara tulang dengan otot, karena menurut anatomi tubuh sapi, bagian sambungan otot dengan tulang adalah bagian yang susah ditusuk dengan pisau, apalagi menusuk tulang keras. Oleh sebab itu walaupun pisau sudah digunakan selama sembilan belas tahun, ketajamannya masih seperti baru. Walau begitu, setiap kali bertemu bagian pertemuan antara otot dan tulang, aku selalu bertindak hati-hati dengan tingkatkan kewaspadaan, pusatkan pandangan ke satu titik, gerakan semakin melambat, ketika menggerakkan pisau pun sangat ringan. Lalu daging pun terurai dari tulang dan.... berserakan diatas tanah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan bangga kupandang empat penjuru, dengan hati-hati kugosok pisauku dan menyimpannya kembali. Kini dia sudah menjadi si koki yang hendak menjagal sapi, dia berhasil menemukan "rongga kosong" di tubuh Ka-cok Hoatsu. Jaman kuno ada seorang pemanah sakti bernama Yang Yu-ki, dia pernah menggunakan cara semacam ini untuk melatih diri, dia ikat seekor kutu dengan benang dan digantungkan diatas kelambunya, setiap hari dipandangnya kutu itu, hingga suatu hari dari pandangan matanya dia dapat melihat kutu itu telah berubah sebesar roda kereta, maka anak panah yang dilepaskan pasti akan mengenai sasaran tanpa meleset. Cerita ini mempunyai banyak kesamaan dan kemiripan dengan cerita sang koki penjagal sapi. Dan keadaan Lan Giok-keng saat ini tidak beda dengan Yang Yuki yang melihat seekor kutu sebesar roda kereta, dia telah menemukan setitik kelemahan yang muncul pada diri Ka-cok Hoatsu, betapa pun ketat dan rapatnya perputaran jubah Ihasanya, namun keadaan "angin dan hujan sukar tembus" hanya berlaku bagi pandangan orang lain, dalam pandangan Lan Giok-keng dia berhasil menemukan setitik 'ruang kosong' yang tidak terlihat orang lain. Maka seperti panah sakti dari Yang Yu-ki, pedang saktinya pun menusuk tembus jubah lhasa milik Ka-cok Hoatsu (Gb 13). Biarpun hanya sebuah lubang yang kecil, namun jubah lhasa Kacok Hoatsu yang semula menggelem-bung bagaikan layar perahu samudra, tiba-tiba saja mengem-pis lalu rontok sama sekali. Ka-cok Hoatsu bagaikan seekor ayam jago yang kalah bertarung segera membuang jubah Ihasanya lalu membalikkan tubuh dan melarikan diri. Untuk sesaat keheningan mencekam seluruh jagad. Lama kemudian baru terdengar Bouw It-yu dan Seebun Yan berteriak serentak, "Ilmu pedang hebat!" Hanya bedanya, teriakan Seebun Yan penuh dengan nada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gembira sementara Bouw It-yu justru merasakan kekecutan yang sukar diurai dengan perkataan. Lama Seebun-hujin menatap wajahnya, kemudian tanyanya perlahan, "Siapa yang mengajarkan ilmu pedang itu kepadamu?" "Ibu, sela Seebun Yan, "rupanya kau belum tahu, dia adalah adik Lan Sui-leng, murid dari Bu-tong-pay, menurut Bouw-toako, dia adalah cucu murid yang paling disayang Bu-siang Cinjin " Maksud dari perkataan itu sangat jelas, siapa yang telah mengajarkan ilmu pedang itu sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Tapi Seebun-hujin seolah tidak mendengar perkataan dari putrinya, dengan tatapan tanpa berkedip dia masih menanti jawaban dari Lan Giok-keng. Dan jawaban dari Lan Giok-keng ternyata jauh diluar dugaan Seebun Yan. "Aku tidak tahu, sahutnya. "Hey, apa maksud jawabanmu itu, sela Seebun Yan lagi dengan nada tercengangm, "kenapa kau.... Sebetulnya dia ingin menegur Lan Giok-keng, tapi setelah menyaksikan pandangan mata ibunya maupun Bouw It-yu samasama tertuju ke wajah Lan Giok-keng, seakan mereka tidak menganggap aneh jawaban pemuda itu, terpaksa kata berikut tidak dia lanjutkan. Lan Giok-keng berpikir sejenak, kemudian ujarnya lebih jauh, "Kiam-koat aku dapatkan dari warisan Sucouw, gerakan jurus aku belajar dari Gihu, tapi dengan pikiran yang kalut akupun menciptakan sejumlah jurus baru. "Oooh, dengan pikiran yang kalut? Pintar amat kau!" ujar Bouw It-yu hambar. "Hwee-ko Thaysu pernah memberi petunjuk kepadaku, tapi yang dia bicarakan adalah makna dan inti sari dari ilmu silat, sama sekali bukan ilmu pedang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bila sebuah makna berhasil dipahami, berbagai pengertian lain dengan sendirinya akan lebih mudah dicerna, meskipun petunjuk yang dia berikan bukan ilmu pedang, namun banyak manfaat yang berhasil kau peroleh bukan?" kata Seebun-hujin. "Tepat sekali seperti yang hujin katakan. Diam-diam Seebun-hujin berpikir, "Tampaknya apa yang dia katakan bukan bohong, ilmu pedangnya memang jauh diatas kemampuan anak Yu, meski belum tentu bisa mengungguli ayahnya anak Yu, namun jelas dia telah membuka sebuah aliran baru. Ternyata ketika dia menyaksikan kehebatan ilmu pedang yang dimiliki Lan Giok-keng, sempat muncul kecurigaan dihati kecilnya, curiga apakah ilmu pedang itu merupakan ajaran dari Bouw Cionglong. Sementara dia dapat menerima penjelasan dari Lan Giok-keng, berbeda dengan Bouw It-yu, dia masih menaruh sedikit kecurigaan. "Tentunya orang yang memberi petunjuk ilmu silat kepadamu bukan hanya Hwee-ko Thaysu seorang bukan?" Belum sempat Lan Giok-keng menjawab, Seebun Yan sudah kehabisan sabar, segera selanya, "Masalah ini bukanlah sebuah masalah yang sangat penting, apa salahnya ditanyakan nanti saja. Aku baru bertemu dengan ibuku, bolehkah aku berbicara duluan?" "Anak Yan, kenapa kau begitu tidak tahu adat, jangan memotong pembicaraan orang!" tegur Seebun-hujin. Lan Giok-keng segera berpikir, "Mumpung Seebun-hujin masih berada disini, inilah kesempatan terbaik bagiku untuk melepaskan tali simpul mati ini!" Maka sahutnya cepat, "Aku pernah bertanding ilmu pedang melawan Tonghong Liang, kalau dibilang bertanding, lebih cocok disebut menempa diri. Tapi saat itu aku sama sekali tidak tahu kalau antara Tonghong Liang dengan perguruan kami pernah terjadi perselisihan. Bouw-susiok, bila kau anggap perbuatanku salah, aku bersedia menerima hukumanmu!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw It-yu sama sekali tidak menyangka kalau pemuda itu bakal bicara tanpa tedeng aling-aling di hadapan Seebun-hujin, untuk sesaat dia jadi serba salah, rikuh dan tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. "Anak Yu, ujar Seebun-hujin kemudian, "aku mohon kau sudi mengabulkan sebuah permintaanku. Bouw It-yu segera dapat menebak apa yang hendak disampaikan, namun diapun terpaksa harus menyahut, "Nyawa ku saja diperoleh kembali berkat bantuan ibu angkat, silahkan ibu memberikan perintah. "Tonghong Liang adalah keponakanku, walaupun dia pernah membuat keonaran di gunung Bu-tong, namun bukankah Bu-siang Cinjin pun telah memaafkan kesalahannya? Aku harap kau jangan lagi menganggapnya sebagai musuh besar. "Hahahaha.... mana mungkin aku mengingat terus perselisihanku dengan keponakanmu, bila aku menganggapnya sebagai musuh besar, tidak nanti akan kutemani adik Yan untuk mencarinya di Liauw-tong, sahut Bouw It-yu sambil tertawa tergelak, "hanya saja aku harus bicara dulu dimuka, aku adalah murid Bu-tong-pay, bila suatu saat keponakanmu datang mencari keributan lagi dengan Butong-pay kami, saat itu paling banter aku hanya bisa menghindar, tapi tidak bisa mencegah rekan sesama seperguruanku untuk bermusuhan dengannya. Seebun-hujin tahu kalau pemuda itu tidak bicara sejujurnya, tapi dia berkata pula, "Aku sudah merasa puas bila kau dapat berbuat begitu. Hanya saja akupun ada sepatah kata ingin minta tolong untuk disampaikan kepada sesama seperguruanmu, aku tahu kalian curiga dia telah mencuri belajar ilmu pedang perguruanmu, maka aku perlu bicara sejujurnya, sekalipun berniat mencuri belajar, dia tidak perlu harus mencuri belajar dari anggota perguruanmu. Ilmu pedang Bu-tong-pay bukanlah ilmu rahasia yang tidak pernah diwariskan kepada orang luar, sudah banyak orang pernah melihatnya, bukan anggota perguruan kalian pun bukan berarti tidak mengerti ilmu pedang perguruan kalian. Jika Tonghong Liang ingin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

belajar, akupun dapat mengajarinya. "Baik, aku tahu, sahut Bouw It-yu. Padahal sewaktu menjawab pertanyaan ini, timbul sebuah kecurigaan lain dihati kecilnya.... kenapa Seebun-hujin pun mengerti ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat? Sambil tertawa Seebun Yan berkata pula, "Akupun jadi orang suka bicara blak-blakan. Bouw-toako, sekarang ibuku telah memberikan penjelasannya, aku harap di kemudian hari kau tidak usah mencurigai lagi kalau keponakan muridmu itu pernah mengajarkan ilmu pedangnya secara diam-diam kepada piauko ku!" "Toako mu sudah mendengar dengan jelas, sela Seebun-hujin sambil tertawa, "buat apa kau musti melukis kaki di gambar ular? Baiklah, sekarang katakan-lah apa yang ingin kau ucapkan kepadaku. Menggunakan kesempatan ibunya sedang senang, Seebun Yan segera berseru, "Sebelum si Lebah hijau Siang Ngo-nio muncul disini, aku pernah bertemu satu kali dengannya bahkan nyaris dicelakai olehnya, untung Lan Giok-keng berhasil menyelamatkan nyawaku. Ibu, bagaimana kalau kucarikan sebuah anak angkat lagi untukmu? Dia adalah adik Sui-leng, bukankah Sui-leng pun sudah memanggil kau ibu angkat. Seebun-hujin tidak berkata apa-apa, begitu pula dengan Lan Giok-keng. Cepat Seebun Yan mengerdipkan matanya berulang kali ke arah Lan Giok-keng sambil serunya, "Kenapa kau tidak segera memberi hormat kepada ibu angkatmu, bila kau sudah menjadi anak angkatnya maka kaupun bisa minta ibu mengajarkan ilmu pedang untukmu. "Ilmu pedangnya sudah jauh diatas kemampuanku, pelajaran apa lagi yang bisa kuajarkan kepadanya?" kata Seebun-hujin hambar. "Maafkan aku tidak tahu diri, aku telah mempunyai seorang ayah angkat, kata Lan Giok-keng pula.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Memangnya setelah punya ayah angkat lantas tidak boleh punya ibu angkat?" pikir Seebun Yan dalam hati. Namun berhubung kedua belah pihak sama sama tidak berminat, terpaksa dia hanya bisa menggerutu dalam hati. Sejenak kemudian kembali Lan Giok-keng berkata, "Bouw-susiok, maafkan aku karena tidak bisa pulang gunung untuk menghadiri pemakaman Sucouw, aku harus pergi duluan karena masih ada urusan lain. "Apakah urusanmu tidak bisa diwakilkan orang lain?" tanya Bouw It-yu. "Persoalan ini merupakan tugas yang dicerikan Sucouw semasa masih hidup dulu, maaf kalau aku tidak bisa minta bantuan orang lain. Bouw It-yu merasa amat rikuh dan serba salah, terpaksa dia hanya bisa mengawasi bayangan punggung pemuda itu lenyap dari pandangan matanya. Tiba tiba Seebun-hujin berbisik, "Daripada bertambah dengan satu masalah, lebih baik berkurang dengan satu masalah, biarkan saja dia pergi seorang diri!" "Eeei.... ibu, kau seakan sudah mengetahui semuanya!" seru Seebun Yan tercengang. "Masa kau lupa, ayahmu dulu pernah menjadi Liok-lim Bengcu, biarpun di wilayah Liauw-tong, banyak juga bekas anak buahnya yang bermukim disini, apa sulitnya bagiku untuk menyelidiki jejak kalian semua?" "Bukan soal ini yang kumaksud. Yang kumaksud adalah tampaknya kau jauh lebih mengerti persoalan Bouw-toako ketimbang apa yang kuketahui. Seebun-hujin terperanjat, dia sangka putrinya sudah timbul curiga, tanyanya cepat, "Mengapa kau punya pikiran begitu?" "Atas dasar perkataanmu tadi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Oooh, perkataanku tadi yang mana?" "Kau membujuk Bouw-toako lebih baik kurangi satu masalah ketimbang bertambah satu masalah, bukankah hal ini mengartikan kau sedang beritahu kepada orang bahwa kau telah mengetahui apa tujuan kedatangan Bouw-toako ke Wilayah Liauw-tong kali ini? Aku tidak mengerti apa yang kau maksud dengan bertambah satu masalah. "Dasar budak nakal, rupanya kau sedang menelaah kata per kata dan memaksa orang untuk memberi penjelasan.... Meski begitu diam-diam dia merasa lega sekali. "Bouw-toako, ujar Seebun Yan lagi, "bukankah kedatangamu dan aku ke Liauw-tong kali ini adalah untuk mencari Lan Giok-keng dan mengajaknya pulang gunung?" Tergerak pikiran Bouw It-yu, serunya sambil tertawa tergelak, "Hahahaha.... sejak kapan kau berubah jadi begitu bawel dan suka mencampuri urusan orang?" "Coba lihat, hal ini membuktikan kalau kau memang masih punya urusan lain. Baik, aku tidak akan ikut campiir urusanmu, aku hanya ingin membantumu. "Oooh, ingin membantuku?" "Aku belum selesai bicara. Sekalipun aku tidak mampu membantumu, toh masih ada ibuku. Coba katakan, siapa tahu ibu dapat membantumu. "Jangan kau anggap ibumu hebat, serba bisa dan luar biasa, tegur Seebun-hujin tertawa. Diam-diam Bouw It-yu berpikir, "Bekas anak buah suaminya tersebar luas di kolong langit, jelas berita mereka amat tajam dan cepat, apa salahnya aku mencari tahu darinya....?" Berpikir begitu diapun berkata, "Aku tahu, kedatangan Giok-keng dan Hwee-ko Thaysu ke Liauw-tong karena sedang mencari seseorang, tapi aku tidak tahu siapakah yang sedang mereka cari?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aaah, keponakan muridmu memang kurang sopan dan tidak menghormatimu, masa dia enggan memberitahukan hal ini kepadamu?" seru Seebun Yan. "Apakah masalah ini sangat penting untukmu?" tanya Seebunhujin pula. "Boleh dibilang begitu. "Ooh, jadi rupanya masalah ini adalah masalah yang ingin diketahui ayahmu?" Seebun-hujin menam-bahkan sambil tersenyum. Bouw It-yu mengakuinya. tidak menjawab tapi mimik mukanya sudah

Tiba-tiba Seebun-hujin berkata lagi, "Menurut dugaan kalian, siapakah orang yang sedang dicari dia dan Hwee-ko Thaysu?" "Menurut dugaan kami, kemungkinan besar orang itu adalah Jitseng-kiam-kek. "Jit-seng-kiam-kek Kwik Tang-lay?" seru Seebun-hujin agak tertegun, "kalian yakin dia masih hidup di dunia ini?" "Tahun berselang, Put-ji-suheng pernah datang ke Liauw-tong dan bertemu dengannya. "Berapa usia Put-ji dibandingkan usiamu?" "Mungkin usianya seputar empat puluh tahunan. Seebun-hujin termenung dengan kening berkerut, sesaat kemudian dia baru berkata lagi, "Sudah hampir dua puluh tahunan Jit-seng-kiam-kek lenyap dari peredaran dunia persilatan, kalau dilihat Suhengmu dulunya adalah seorang murid preman, aku rasa tidak mungkin bukan dia sudah berkelana sejak belasan tahun? Lantas darimana bisa tahu kalau orang yang dijumpainya adalah Jitseng-kiam-kek?" "Put-ji-suheng telah menderita kerugian fatal di tangannya, hanya menggunakan satu jurus, dada Put-ji-suheng telah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bertambah dengan tujuh buah titik bekas tusukan pedang, tujuh titik yang berjajar membentuk barisan tujuh bintang gugus utara. Berubah paras muka Seebun-hujin, serunya, "Kalau begitu orang itu memang Jit-seng-kiam-kek, kurasa lebih baik kau tidak usah pergi mencarinya. "Ibu, kau takut terhadap Jit-seng-kiam-kek?" seru Seebun Yan penasaran. "Ibu bukannya takut kepadanya.... jelas masih ada kelanjutan, tapi setelah berhenti sejenak, Seebun-hujin tidak melanjutkan perkataan itu. Tiba-tiba dia mengalihkan pokok pembicaraan, "Yan-ji, kau telah datang ke Liauw-tong, keinginanmu juga telah kesampaian, mari ikut aku pulang. "Aku belum menemukan Piauko. "Tapi kalian telah bertemu muka. "Tidak sepatah kata pun dia bicara denganku, bertegur sapa pun tidak! Aku ingin pulang bersamanya!" "Aaaai, dalam masalah apa pun tidak baik untuk kelewat dipaksakan, kata Seebun-hujin sambil menghela napas, "mari kita pulang dulu, nanti akan kuutus orang untuk menyampaikan pesanmu kepadanya. "Ibu, aku bukannya menguatirkan Piauko, tapi apa salahnya kalau kita pulang setelah kau membantu Bouw-toako?" Kembali Seebun-hujin tertawa. "Hahahaha.... aku sedang berpikir kenapa secara tiba-tiba kau bersikap begitu perhatian terhadap urusan orang lain, rupanya hanya untuk memenuhi harapanmu untuk menunggu kedatangan Piauko mu. Baiklah, agar hatimu lebih tenteram, kita tinggal sehari lagi disini. "Ibu angkat, Bouw It-yu segera menyela, "aku tidak ingin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kelewat memaksa dirimu, lagipula persoalan ini mengandung resiko yang kelewat besar'' "Kau salah paham, sahut Seebun-hujin tertawa, "masih ada alasan lain mengapa aku tidak ingin kau pergi mencari Jit-sengkiam-kek, hanya saja sekarang aku telah berubah pikiran, sebab saat ini hatiku ter-dorong juga oleh rasa ingin tahu yang besar, ingin kujumpai sahabat lamaku ini. "Aaah, ternyata ibu angkat sudah lama kenal dengan Jit-sengkiam-kek?" seru Bouw It-yu sedikit diluar dugaan. "Benar, aku sudah berkenalan dengannya sejak tiga puluh tahun berselang, waktu itu kau belum lahir, jawab Seebun-hujin hambar. "Jadi ibu angkat tahu, dimanakah dia sekarang?" "Aku tidak tahu. "Tapi katamu hanya butuh waktu sehari.... Aku tidak mengetahui kabar beritanya, tapi bukan berarti tidak bisa bertanya dimana dia berada, bukankah di kota Uh-sah-tin sudah siap seseorang yang bisa ditanyai. "Maksudnya Kim-lopan?" hampir berbareng Bouw It-yu dan Seebun Yan berteriak. "Betul, mungkin saja orang lain tidak tahu kabar berita tentang Jit-seng-kiam-kek, tapi Kim Teng-hap pasti tahu. "Masa dia mau memberitahukan kepada kami?" tanya Seebun Yan. "Jadi kau sangka aku pergi untuk memohon kepadanya?" "Berarti kita akan memaksanya untuk menjawab? Aku tidak seberapa tahu ilmu silat yang dimiliki Kim Teng-hap, tapi jumlah anak buahnya cukup banyak, jika manusia berkerudung ditambah pendeta asing berjubah merah itu berada disana juga, aku kuatir.... aku kuatir.... aaai, kenapa Lan Giok-keng buru-buru pergi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kedua orang itu bukan anak buah Kim Teng-hap, lagipula akupun bukan mencari mereka untuk berkelahi, sela Seebun-hujin. Agaknya Bouw It-yu sudah dapat menebak beberapa bagian, katanya kemudian, "Apakah ibu angkat ingin menggunakan peraturan dunia persilatan dengan mengundang seorang penengah untuk menyelesaikan perselisihan ini kemudian sekalian mencari berita tentang jejak Jit-seng-kiam-kek?" "Bagaimana pun kau memang lebih berotak, Seebun-hujin tertawa, "benar, Kim Teng-hap mempunyai anak buah, akupun mempunyai anak buah. Bila benar benar harus bertarung, belum tentu kekuatan yang kita miliki kalah dari mereka. "Lantas apakah sekarang juga kita akan pergi ke Uh-sah-tin?" "Aku telah minta tolong seseorang yang kenal dengan Kim Tenghap untuk menyampaikan kartu namaku, kartu nama itu memakai namanya tapi dari status kedudukannya, dia adalah utusanku. Kita menanti kabar beritanya terlebih dulu. Berkata sampai disini, dia memeriksa sebentar keadaan cuaca kemudian melanjutkan, "Seharusnya sebentar lagi dia sudah tiba disini.... Benar saja tidak lama kemudian terdengar suara desingan anak panah bergema di udara kemudian terlihat sebuah lidah api berwarna biru meledak di angkasa. Inilah tanda rahasia panah lidah ular yang seringkali dipergunakan kalangan hek-to untuk menyampaikan berita. Dengan mengerahkan ilmu Coan-im-jip-bit (ilmu menyampaikan suara) Seebun-hujin berseru kepada orang yang berada di bawah bukit, "Aku tidak ada masalah, kalian tidak perlu naik kemari. Walaupun sudah ada perintah, namun sewaktu Seebun-hujin, Seebun Yan dan Bouw It-yu tiba di punggung bukit, masih ada dua orang yang segera berlarian menyongsong kedatangannya. Kedua orang itu adalah orang-orang yang sama sekali diluar dugaan Seebun Yan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata kedua orang yang munculkan diri itu tidak lain adalah Peng-toaso serta Hong-sihu. Tempo hari, Hong-sihu telah dihajar Suma Cau dari perkumpulan Liong-bun-pang hingga sekujur tubuhnya babak belur, kendatipun hanya luka luar dan kini telah sembuh, namun berapa bekas luka diwajahnya hingga kini masih belum hilang sama sekali. Di hari mereka terluka itulah Seebun Yan berjumpa dengan Bouw It-yu. Biarpun waktu itu dia hanya bersembunyi di tempat kegelapan tanpa menampilkan diri, namun setelah itu dia menempuh perjalanan bersama Bouw It-yu, bisa diduga kalau jejaknya tidak akan bisa mengelabuhi kedua orang ini. Begitu bertemu kedua orang itu, Seebun Yan seakan memahami akan sesuatu, segera serunya, "Ooh, ternyata kalianlah yang menyampaikan berita diriku kepada ibu. "Mana Kuai-be Han?" tiba-tiba Seebun-hujin bertanya. "Liok-tuocu sendiri yang telah pergi mencarinya, kini Liok-tuocu sedang menunggu di bawah, jawab Hong-sihu. Yang mereka maksudkan sebagai 'Liok-tuocu' tidak lain adalah Liok Ki-seng yang bergelar Im-kian-siucay si pelajar dari alam baka. Seebun-hujin kelihatan sedikit tidak suka hati, dengusnya, "Hmm, tidak dinyana dia sudi menjual tenaga untukku dengan jauh-jauh dari Toan-hun-kok menyusul kemari. Sayang aku tidak punya imbal balik yang setimpal untuknya. Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka sudah tiba di bawah bukit. Benar saja, terlihat Liok Ki-seng telah menunggu disana. Cepat Liok Ki-seng maju memberi hormat sambil berkata, "Salam hormat untuk Bcngcu-hujin. "Suamiku sudah mati hampir dua puluh tahun lamanya, mana ada Bengcu-hujin?" sahut Seebun-hujin dingin, "eei.... aku harus bicara dulu di muka, biarpun kali ini kau telah datang membantuku,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bukan berarti aku akan memberi keuntungan apa pun kepadamu. "Sudah menjadi kewajiban hamba untuk menyusul kemari, buruburu Liok Ki-seng menyahut sambil tertawa dibuat-buat, "mana berani hamba mengharapkan imbalan?" "Waah, waah.... aku tidak tahan dengan perkataanmu itu, jangan-jangan setelah kau menjadi Bengcu nanti, gantian aku yang harus melayanimu. "Bengcu-hujin, perkataanmu benar-benar seperti membunuh aku orang she-Liok. Bagaimana pun usaha-ku mengumpulkan kembali semua bekas anggota Bengcu yang lama tidak lebih hanya ingin memberi pelajaran setimbal atas ulah kurangajar Toan-hun kokcu Han Siang. "Aku dengar Tonghong Liang telah menasehati kalian berdua untuk berdamai dan menyelesaikan masalah lama dengan berunding, jadi kau masih tetap merasa tidak puas?" "Tentu saja aku tidak berani menentang niat baik Piau-sauya. Aku justru kuatir kalau Piau-sauya telah terperangkap oleh tipu muslihat lawan. Hanya saja, urusan ini lebih baik nanti dibicarakan lagi saja. "Betul, kalau toh kau tidak mengharapkan balas jasa apa-apa dariku, sekarang kita boleh mulai membicarakan pokok persoalan, mana si Kuay-be Han?" "Soal ini, soal ini.... "Apakah lantaran aku sudah bukan Bengcu-hujin, maka dia tidak sudi datang menjumpaiku?" "Harap hujin jangan salah paham, semestinya dia memang mau kemari, hanya saja.... "Hanya saja kenapa?" "Sudah lama Kuai-be Han tidak melakukan usaha di kalangan Hek-to lagi, kini dia sudah menjadi pejabat negara.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Oooh, apa kedudukannya sekarang?" "Konon sudah menjadi seorang pejabat militer yang kedudukannya cukup lumayan dalam pasukan berkuda pengawal Nurhaci Khan. Sekalipun posisinya belum terhitung tinggi sekali, namun dia sudah menjadi orang kepercayaan Khan. "Lantas setelah dia jadi pejabat, apakah aku harus pergi menyambanginya lebih dulu?" "Dia tidak berani kelewat pandang tinggi jabatannya, ketika aku minta dia untuk menjalin kontak dengan Kim Teng-hap, dia pun telah melakukannya. "Tapi menurutnya, kemungkinan besar Kim Teng-hap ingin mengajukan berapa syarat pertukaran, oleh sebab itu dia minta aku melapor dulu kepada hujin sebelum kedatangannya, agaknya, maksud.... maksud hatinya adalah mohon pengertian dari hujin. "Kalau bicara buat apa putar kesana kemari, langsung saja katakan terus terang, bilang saja dia minta imbalan untuk jasanya karena telah bantu aku bertemu dengan Kim Teng-hap, bukankah urusan jadi jelas?" Dengan suara rendah Liok Ki-seng segera berbisik, "Sepintas orang mengira Kim Teng-hap adalah seorang juragan di rumah lelang ikan, padahal jabatan pangkatnya masih jauh diatas kedudukan Kuai-be Han. "Tentang hal ini aku telah menduganya. Hmm! Baru pertama kali ini aku berhubungan dengan kaum pejabat. Lantas syarat apa yang mereka tuntut sebagai imbalannya?" Pada saat itulah dari tempat kejauhan terlihat debu beterbangan di udara, kemudian tampak satu pasukan berkuda bergerak mendekat dengan kecepatan tinggi, pasukan berkuda itu baru menghentikan kudanya setelah berada seratus langkah dihadapan mereka. Ternyata orang yang berada paling depan adalah Kim Teng-hap, disusul kemudian dibelakangnya adalah Kuai-be Han.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Maafkan aku agak terlambat menyambut kedatangan Seebunhujin, Kim Teng-hap segera menjura seraya berseru. "Ternyata Tauke Kim adalah seorang pejabat tinggi, maaf, maaf. Han Cau, kionghi juga untukmu, tidak nyana kaupun sudah menjadi pejabat tinggi!" jengek Seebun-hujin. Han Cau atau Kuai-be Han (si kuda cepat Han) sebetulnya hanya seorang begal berkuda, dulu dia beroperasi di seputar perbatasan sebelum akhirnya diterima dan dibina ayah Seebun Yan. "Saudara Liok, tentunya kau telah menyampaikan maksud Kimlopan kepada hujin bukan?" kata Han Cau, "aku memang khusus datang untuk menyambut hujin dan siap mengawal hujin hingga tiba di kotaraja. "Kotaraja? Kotaraja yang mana?" seru Seebun-hujin. Han Cau tampak melengak, dia segera mengalihkan matanya ke wajah Liok Ki-seng. Sambil tertawa getir sahut Liok Ki-seng, "Tidak kusangka kalian tiba begitu cepat, baru saja ingin kusampaikan kepada hujin, kalian telah tiba. Sambil tertawa paksa kata Kim Teng-hap, "Karena hujin sudah berada disini, aku rasa tidak perlu orang lain untuk menyampaikan lagi. Hujin, boleh saja aku beritahu kepadamu bila kau ingin mengetahui kabar berita tentang Jit-seng-kiam-kek, aku bukan hanya bisa memberitahu saja bahkan bisa mengaturkan pertemuan bagi kalian berdua. Hanya saja, akupun mempunyai satu permintaan, harap hujin mau berkunjung dulu ke kotaraja Sengkeng bersamaku. "Oooh, ternyata kotaraja yang kalian maksudkan adalah kotaraja kerajaan Kim. Aku hanya seorang wanita, lagipula tidak berniat mencari pangkat untuk berbakti kepada Khan kalian, buat apa musti pergi ke kotaraja?" "Hujin, kau kelewat merendah. Aku tahu, kau bukanlah seorang wanita sembarangan, apalagi pernah menjadi Liok-lim Bengcu-hujin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang dihormati dan disegani banyak orang. Terus terang saja, Khan kami sudah lama mendengar dan mengagumi nama besar hujin. Mungkin kau tidak ingin bertemu Khan, namun Khan kami ingin sekali bertemu dengan dirimu!" Seebun-hujin segera tertawa dingin. "Aneh sekali. Jangankan suamiku sudah lama meninggal, aku pun sudah lama mengundurkan diri dari dunia persilatan. Kalau toh hingga sekarang aku masih dipanggil Bengcu-hujin, panggilan itu tidak lebih hanya bermakna aku adalah bini bekas pentolan bandit. Masa seorang Khan yang tersohor ingin bertemu bini seorang pentolan bandit?" "Harap hujin maklum. Khan sangat menghargai orang pintar, saat ini amat membutuhkan dukungan dari orang berbakat untuk bekerja sama dengan beliau, Khan tidak pernah mempersoalkan asal usul seseorang. Apalagi Khan berniat menyerang dan menguasai wilayah Kanglam, saat inilah beliau sedang mengumpulkan para orang gagah kalangan rimba hijau yang berada di dalam perbatasan untuk bersama-sama mendukung perjuangannya. "Sekalipun hujin enggan bergabung dengan Khan, kami tetap akan menyambut kedatangan hujin dengan segala hormat, semoga hujin bisa memaklumi niat baik Khan. "Oooh, ternyata kalian ingin menggunakan merek ku, dengan menggotong namaku maka bekas anak buah suamiku yang sudah mampus mau bergabung pula dengan kalian. Tapi sayang aku sudah tidak mencampuri urusan rimba hijau lagi, kalian telah salah mencari orang. Bicara sampai disini seperti sengaja tidak sengaja dia melirik Liok Ki-seng sekejap, maksud lain dari ucapan itu adalah, disini telah siap Liok Ki-seng, kalian seharusnya pergi menghubunginya. Kim Teng-hap tidak menanggapi, dia berkata lebih jauh, "Begitu pula dengan Bouw-siauhiap, walaupun dengan kami pernah terjadi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sedikit perselisihan, namun kami tidak akan mempermasalahkan. Menurut apa yang kami ketahui, ayah Bouw-sauhiap adalah Ciangbunjin Bu-tong-pay saat ini. Khan sangat menghargai orang orang saleh dan orang terpelajar, apalagi Bouw-siauhiap jauh-jauh sudah sampai kemari, kami akan berusaha menjadi tuan rumah yang baik, harap Bouw-siauhiap mau datang ke kotaraja kami bersama Seebun-hujin. Bouw It-yu tertawa dingin. "Sayang aku bukan orang terpelajar, juga bukan seorang pendekar, katanya, "aku tidak lebih hanya seorangbangsa Han, bukan penghianat bangsa!" Begitu perkataan itu diucapkan, paras muka Kim Teng-hap serta Han Cau seketika berubah hebat. "Sudah, tidak usah banyak bicara lagi, Seebun-hujin segera menukas, "kini aku dengan mengikuti peraturan dunia persilatan ingin bertanya kepadamu, inikah syarat yang kalian ajukan?" "Benar, Kim Teng-hap membenarkan, "harap hujin mau berpikir tiga kali!" "Tidak perlu dipikirkan lagi, transaksi batal!" "Bagaimana dengan Bouw-siauhiap?" tanya Kim Teng-hap, "kau jauh jauh datang ke luar perbatasan, bukankah tujuannya adalah ingin bertemu Jit-seng-kiam-kek?" Tercekat perasaan Bouw It-yu, pikirnya, 'Darimana dia bisa membaca jalan pikiranku?' Namun dengan lantang sahutnya, "Aku memang ingin bertemu Jit-seng-kiam-kek, namun tidak ingin bertemu dengan Khan kalian!" "Anak Yu, tidak kusangka kau sehati dengan pemikiranku. Mari kita pergi dari sini!" seru Seebun-hujin girang. "Tunggu sebentar! "bentak Kim Teng-hap tiba-tiba. Seebun-hujin tertawa dingin.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hmm, aku toh tidak melanggar hukum negara kalian, a tas dasar apa kalian melarang aku pergi?" "Hujin, bukankah tadi kau mengatakan akan menyelesaikan persoalan ini menurut peraturan dunia persilatan. "Tepat sekali! Tolong tanya, bila transaksi gagal lantas kalian memaksa akan menahan kami, peraturan mana yang berkata begitu?" "Tidak ada orang yang memaksa hujin untuk tetap tinggal disini, hanya saja, hujin boleh pergi, tidak demikian dengan Bouwsiauhiap. "Benar, Bouw-siauhiap memang pernah mempunyai perselisihan dengan kalian, kata Seebun-hujin, "tapi bukankah kau pernah berkata tadi, sejak awal kalian sudah tidak mempermasalahkan lagi perselisihan kecil ini. Eei, kalau bicara masuk hitungan tidak?" "Bouw-siauhiap, tolong tanya apakah kau adalah Siauciangbunjin dari Bu-tong-pay? Apakah Lan Giok-keng adalah keponakan muridmu?" "Kalau benar kenapa?" dengus Bouw It-yu. "Bouw-siauhiap, perselisihan diantara kita boleh saja kusudahi sampai disini. Tapi Lan Giok-keng pernah membunuh dan melukai beberapa orang saudaraku, hutang piutang ini bagaimana pun harus dilunasi. Menurut peraturan yang berlaku dalam dunia persilatan, bila murid melanggar kesalahan maka kalian yang jadi angkatan tuanya harus ikut bertanggung jawab. Apalagi kau adalah putra Ciangbunjin! Kami sama sekali tidak berniat menyusahkan dirimu, tapi tolong bantulah kami untuk menemukan kembali keponakan muridmu itu dan serahkan kepada kami untuk dihukum. Kapan Lan Giok-keng balik kemari, saat itulah kau boleh pergi dengan merdeka!" Di dalam dunia persilatan memang berlaku peraturan semacam ini, tapi bila Bouw It-yu sampai 'ditahan', mana mungkin Seebunhujin dan Seebun Yan akan berpeluk tangan meninggalkan dirinya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seorang? "Menurut apa yang kuketahui, baru tiba di kota Uh-sah-tin, Lan Giok-keng sudah dikepung dan dikejar orang-orang mu. Karena terpaksalah dia baru melukai orang-orangmu, seru Seebun Yan. Kim Teng-hap segera tertawa tergelak. "Hahahaha.... menurut peraturan dalam dunia persilatan, untuk membicarakan masalah yang terjadi maka orang yang bersangkutan harus hadir. Lagipula menurut pengetahuanku, saat kejadian rasanya kau tidak hadir ditempat peristiwa. Malah semalam kau dan Bouw It-yu baru saja mencuri dalam rumahku!" Berubah paras muka Seebun Yan. "Jadi kau pun akan menganggapku sebagai orang buronan?" teriaknya gusar. "Sesungguhnya dengan senang hati setiap waktu setiap saat kami siap menerima nona sebagai tamu kami, walaupun kedatangan nona yang tidak diundang sedikit melanggar tata cara, tapi aku anggap itu mah urusan kecil. "Terima kasih kau tidak mempersoalkan.... baru saja dia akan menyinggung lagi urusan Bouw It-yu, mendadak terdengar Kim Teng-hap tertawa paksa sambil menukas, "Maaf, mungkin aku masih tidak bisa menerima rasa terima kasih nona. Seebun Yan berpaling mengikuti arah pandangan matanya, terlihat ada dua orang lelaki dengan wajah penuh keringat sedang berlarian mendekat sambil menggotong sebuah tandu. Kedua orang itu menurunkan tandu keatas tanah, sambil berkata mereka menyingkap selimut yang menutupi tandu itu. Ternyata orang yang digotong tandu tidak lain adalah Ouyang Yong yang belum lama berselang kehilangan sebuah lengannya karena tertebas kutung pedang Seebun Yan. "Untung ditemukan lebih cepat, kami telah membubuhi lukanya dengan obat penghenti darah. Hanya saja karena darah yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengalir kelewat banyak, biar bisa disembuhan pun paling dia akan menjadi seorang cacat, ujar kedua orang itu. Mendadak Ouyang Yong bangkit terduduk, dengan suara yang parau teriaknya, "Budak bajingan itu yang memenggal lenganku. Tang-keh, kau harusbalaskan dendamku!" Begitu habis berkata, kembali tubuhnya roboh terkapar. "Nona, ujar Kim Teng-hap kemudian dingin, "aku boleh saja tidak mempermasalahkan kejadian semalam, tapi dalam peristiwa hari ini, biar aku ingin menyudahi pun belum tentu saudara saudara ku bisa menerima dengan begitu saja. "Siapa suruh dia membokongku lebih duluan, toh aku belakangan baru memenggal lengannya, sahut Seebun Yan. "Terlepas bagaimana kejadian yang sebenarnya, nona, kau tidak merasa tindakan yang kaulakukan kelewat jahat dan telengas!" kata Kim Teng-hap hambar. Perkataan itu kontan saja membangkitkan tabiat nona besarnya, sambil mendengus teriaknya, "Mau pantas atau tidak, buktinya sudah kutebas. Mau apa kalian?" "Tidak mau apa-apa, kepada salah seorang anak buahnya Kim Teng-hap berkata, "bunuh orang bayar nyawa, hutang duit bayar duit. Kau telah mengutungi sebuah lengannya, kami pun hanya minta ganti sebuah lenganmu. "Hmm, jangan lagi hanya sebuah lengan, jengek Seebun Yan sambil tertawa dingin, "kalau memang punya kemampuan, silahkan ambil saja nyawa ku!" Tampaknya watak orang itu jauh lebih temperamen danberangasan, seketika itu juga dia membentak, "Kau sangka aku tidak berani mencabut nyawamu!" Di tengah umpatan keras, tangannya langsung diayun ke depan, sebuah senjata rahasia berbentuk bola segera meluncur ke depan dengan kecepatan tinggi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hey, pembicaraan belum selesai, jangan bersikap kurang sopan kepada tamu kita!" bentak Kim Teng-hap. Tapi belum habis perkataan itu diucapkan, senjata rahasia berbentuk bola itu sudah meledak di tengah udara, ternyata di balik bulatan itu tersimpan sembilan pisau terbang, ada yang terbang miring ke samping, ada yang terbang lurus, dari pelbagai sudut yang berbeda benda-benda itu melesat ke tubuh Seebun Yan. Dalam waktu sekejap ada dua sosok bayangan tubuh melambung bersama ke tengah udara. Yang satu adalah Bouw It-yu, sementara yang lain adalah seorang perwira yang berada di samping Kim Teng-hap. Gerakan tubuh perwira itu benar-benar amat cepat hingga sulit dilukiskan dengan kata, melambung, mencabut pedang dan mengejar pisau-pisau terbang itu! "Triiing.... triiing.... terdengar suara dentingan nyaring bergema berulang kali, entah sudah berapa banyak pisau terbang yang berhasil ia rontokkan. Kedatangan Bouw It-yu hanya terlambat setengah detik, mulamula dia belum tahu maksud perwira itu dengan gerakannya, maka begitu berada di tengah udara dia langsung mengeluarkan jurus kebanggaannya, Pek-hok-liang-ci. Sungguh kuat tenaga serangan dari perwira itu, "Traaang....!" begitu dua bilah pedang saling membentur, terperciklah bungabunga api. Dengan gaya burung belibis membalikkan tubuh, perwira itu melayang turun lebih kurang tiga tombak dari posisi semula, namun begitu menyentuh tanah, tubuhnya nampak sempoyongan beberapa langkah. Sebaliknya Bouw It-yu melayang turun di hadapan Seebun Yan, begitu kakinya menyentuh tanah, dia segera dapat berdiri tegak. Bila berada dalam kondisi biasa, tentu saja dalam gebrakan barusan Bouw It-yu telah meraih posisi diatas angin, namun perwira
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu memapas pisau terbang terlebih dulu sebelum menyambut serangan pedang, sekalipun ilmu pedang yang dimiliki tidak berada diatas kemampuan Bouw It-yu, jelas kemampuannya tidak mungkin berada di bawahnya. Terdengar perwira itu berkata, "Aku datang hanya untuk meluruskan kesalahan yang dilakukan saudaraku, boleh tahu apa sebabnya Bouw-siauhiap malah berusaha menghalanginya? Jika Bouw-siauhiap masih tetap berkeinginan adu pedang melawanku, lebih baik berbuatlah setelah tahu keadaan yang sejelasnya. Jika kau ngotot ingin bertarung, aku pasti akan melayani tantanganmu itu!" Kini Bouw It-yu dapat melihat dengan jelas, ternyata ada sembilan bilah pisau terbang yang disambit tapi tujuh bilah diantaranya telah dipapas kutung perwira itu. Sisanya yang dua bilah jatuh di sisi kaki Seebun Yan. Biarpun perkataan lawan kedengaran amat tidak sedap, namun andaikata bukan dia yang turun tangan tepat waktunya, niscaya tubuh Seebun Yan telah bertambah dengan berapa buah lubang luka tembus. Merah padam selembar wajah Bouw It-yu karena jengah, dalam keadaan begini mau berang pun dia jadi sungkan sendiri. Tiba-tiba terdengar Seebun-hujin berkata, "Kau adalah jago dari Tiang-pek-pay. Walaupun dalam jurus Oh-ka-cap-pwe-pai (delapan belas ketukan seruling) hanya mampu menggunakan empat belas ketukan, namun hal ini sudah lebih dari cukup. Masih tersisa dua bilah pisau terbang dalam keadaan utuh, sayang kalau dibuang begitu saja. Yan-ji, kembalikan kepada mereka. "Memangnya mereka tidak dapat memungut sendiri?" sahut Seebun Yan malu bercampur jengkel. Sekalipun sangat mendongkol, namun keder juga hatinya, cepat dia kabur balik ke samping ibunya. Sementara itu Bouw It-yu merasa kebingungan dengan perkataan dari Seebun-hujin, dia tak habis mengerti apa yang dimaksud perempuan itu. Dia tidak menyangka kalau diantara anak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

buah Kim Teng-hap ternyata terdapat seorang jago pedang yang demikian hebatnya. Tentu saja dia tidak tahu kalau perwira yang bernama Che Tinkun ini merupakan salah satu busu dari pasukan tenda emas yang khusus mengawal Nurhaci Khan, berbicara soal tenaga dalam, mungkin dia masih di bawah Ka-cok Hoatsu tapi dalam hal ilmu pedang, boleh dibilang kehebatannya tidak terkalahkan. Bila Bouw It-yu tidak paham maksud dan tujuan Seebun-hujin, maka Che Tin-kun begitu mendengar perkataan tadi langsung menunjukkan sikap terkejut bercampur sangsi. Yang membuatnya terkejut bercampur sangsi bukan hanya lantaran dalam sekilas pandang Seebun-hujin dapat menebak asal perguruan serta jurus silatnya saja. Rupanya Oh-ka-cap-pwe-pai merupakan ilmu dahsyat penusuk jalan darah dari aliran Khong-tong-pay, bila seseorang telah melatihnya hingga mencapai tingkatan paling tinggi maka dalam satu jurus saja, dia dapat menusuk delapan belas buah jalan darah di tubuh lawannya. Tiga puluh tahun berselang, ketua Tiang-pek-pay dengan tiga jurus ilmu pukulan Hong-lui-ciang-hoat berhasil menukar dengan sebuah jurus pedang dari Khong-tong-pay ini dan meleburnya ke dalam ilmu silat perguruannya, sejak itulah jurus Oh-ka-cap-pwe-pai berubah menjadi salah satu ilmu andalan Tiang-pek-pay. Atau dengan perkataan lain, walaupun nama sebutannya sama namun keistimewaan dan cirinya berbeda. Tenaga dalam Tiang-pekpay lebih menjurus ke sifat keras, kekuatannya jauh lebih hebat daripada Khong-tong-pay, karena keras otomatis kelincahan dan kecepatannya jauh agak berkurang. Oleh sebab itu jurus Oh-ka-cap-pwe-pai dari aliran Tiang-pek-pay walau sudah dilatih hingga mencapai tingkat tertinggi pun, hanya enam belas titik jalan darah yang bisa ditusuk dalam satu gebrakan. Tapi bila jago lihay dari Khong-tong-pay yang menggunakan kedua
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jurus itu, mereka tidak akan mampu menebas tujuh batang pisau terbang pada saat yang bersamaan seperti apa yang dilakukan Chi Tin-kun. Padahal kemampuan Chi Tin-kun menguasai "enam belas ketukan" sudah merupakan tingkatan tertinggi dalam perguruan Tiang-pek-oay, sebetulnya dia mampu menebas kutung sembilan batang pisau terbang, namun entah kenapa, pedangnya tidak mampu menyentuh ke dua bilah pisau terbang yang lain hingga pisau pisau terbang itu rontok ke tanah. Begitu selesai mendengar perkataan Seebun-hujin, timbul kecurigaan dihati kecilnya, maka dia pun maju ke depan dan memungut ke dua bilah pisau terbang itu. Begitu diperiksa dia pun menjerit tertahan karena kaget. Ternyata pada gagang kedua pisau terbang itu masing-masing telah tertancap sebutir bunga mutiara yang kecil (bunga mutiara adalah butiran mutiara yang lembut seperti beras). Kini Chi Tin-kun baru mengerti, rupanya kedua bilah pisau terbang itu telah dirontokkan lebih dulu oleh Seebun-hujin. Biarpun bunga mutiara itu sudah terbenam dalam gagang pisau namun masih tetap berada dalam keadaan utuh. Hal ini menunjukkan kalau kemampuannya menggunakan tenaga dalam jauh lebih tinggi dari kemampuan Chi Tin-kun sendiri. Apalagi Seebun-hujin sedang berdiri saling berhadapan dengan Kim Tenghap, bahkan Kim Teng-hap yang sedang bertatap muka pun tidak mengetahui tindakan yang dilakukan perempuan tersebut, dalam hal kecepatan melancarkan serangan pun terbukti masih diatas kehebatan Chi Tin-kun. Andaikata gerak serangan itu dilakukan dengan menggunakan pedang, bisa diduga jurus Oh-ka-cap-pwee-pai yang dilancarkan Chi Tin-kun bisa kalah di tangannya. Kim Teng-hap menerima pisau terbang itu dari tangan Chi Tinkun, lalu digetarnya perlahan, bunga mutiara itu pun segera mencelat keluar.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hujin cukup mengembalikan pisau terbangnya saja, buat apa musti buang harta pula? Silahkan hujin menerima kembali bunga mutiara milikmu itu!" sembari berkata dia sentilkan jari tengahnya, bunga mutiara itupun segera meluncur balik. Dengan sekali raup Seebun-hujin menerima kembali ke dua butir bunga mutiara itu. Kini kedua belah pihak sama sama telah menunjuk kan kebolehannya, tenaga dalam milik Kim Teng-hap terbukti memang tidak lemah, namun kemampuan Seebun-hujin pun sama sekali tidak kalah dari lawannya. Dengan wajah dingin Seebun-hujin berkata, "Seharusnya kau mengendalikan ulah anak buahmu. Kini sudah saatnya kita kembali membicarakan urusan pokok bukan?" "Transaksi kita sudah batal, rasanya persoalan yang ada saat ini sudah tidak ada sangkut pautnya dengan hujin, sengaja Kim Tenghap menyahut. "Kau tidak usah berlagak pilon, memangnya kau tidak tahu kalau dua orang yang hendak kau tahan, satu adalah putriku, satu lagi adalah anak angkatku?" "Harap hujin maafkan kelancanganku, sahut Kim Teng-hap tertawa paksa, "yang mula-mula mengusulkan penyelesaian masalah menurut aturan dunia persilatan pun rasanya hujin sendiri!" "Benar!" "Kalau begitu urusan jadi lebih mudah. Menurut peraturan yang berlaku dalam dunia persilatan, aku rasa hujin sendiripun pasti paham. Sikap menghormat kami terhadap hujin adalah satu masalah, sementara pertikaian yang terjadi antara putra putrimu dengan kami pun merupakan masalah yang lain!" Sebetulnya Bouw It-yu hanya anak angkat Seebun-hujin, tapi kini sebutannya diubah menjadi 'putra' mu, tidak jelas apakah perubahan panggilan itu memang sengaja dia lakukan karena mengandung maksud tertentu ataukah karena situasi yang tegang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sehingga dia sadar akan kekeliruan itu. Namun dalam situasi seperti ini, tidak seorang pun yang mempermasalahkan apalagi memperhatikannya. "Tidak usah kau ingatkan aku, justru hari ini aku akan mengajakmu berbicara tentang peraturan dunia persilatan, tukas Seebun-hujin. "Kalau begitu, silahkan hujin memberi petunjuk. "Aku bukan minta kau membebaskan mereka, tapi aku adalah Cianpwee mereka, perselisihan yang mereka lakukan sudah wajar bila penyelesaiannya pun dipikul oleh angkatan tuanya!" Dalam dunia persilatan memang terdapat peraturan semacam ini, Kim Teng-hap sendiripun tadi telah menggunakan peraturan yang sama untuk menahan Bouw It-yu karena persoalan yang telah dilakukan Lan Giok-keng. Buru-buru Han Cau tampil ke depan, serunya, Hujin, harap dengarkan dulu perkataan hamba. Kau adalah pejabat sementara aku hanya rakyat jelata, sela Seebun-hujin dingin, "aku tidak berani menerima sanjunganmu. Harap kau jangan marah karena aku tidak tahu diri, kalau memang ingin menyampaikan sesuatu, lebih baik sampaikan saja kepada atasanmu." Dari malu Han Cau jadi gusar, teriaknya, Hujin, biarpun kau tidak sudi menanggapi diriku, aku masih tetap memandang wajah Lo-tang-keh dan selalu menghormatimu. Hujin, maaf kalau aku akan bicara blak-blakan, jadi orang yang bijaksana haruslah tahu situasi dan keadaan. Kau musti ingat, tempat ini bukan wilayah Tionggoan. Hujin, kau pun tidak punya banyak anak buah yang bisa diperintahkan di tempat ini. Kim-thayjin menaruh niat baik kepadamu, itulah sebabnya ingin mengajak kau pergi ke kotaraja untuk menjumpai Khan. Jadi orang sedikitlah tahu diri, jangan arak kehormatan ditampik, arak hukuman justru dicari!" "Bagus sekali, kalau begitu suruh Kim-thayjin mu segera
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

suguhkan arak hukuman. Betul, kalian boleh saja mengandalkan jumlah banyak, tapi paling banter kalian hanya bisa merenggut nyawa kami bertiga, aku tidak percaya kalau dengan kemampuan kami, tidak mampu mencari modal balik!" Berubah paras muka Kim Teng-hap. Barusan dia telah menyaksikan kehebatan dari Seebun-hujin, maka pikirnya, 'Kemampuan Chi tin-kun hanya setingkat lebih unggul ketimbang Bouw It-yu, andaikata perempuan bangsat ini benar-benar melakukan pembunuhan yang secara besar-besaran, mungkin tiada orang yang mampu membendungnya. Betul, mengandalkan jumlah banyak memang menguntungkan dan akhirnya kemenangan tetap berpihak padaku. Tapi seperti apa yang dia katakan, paling banter hanya mereka yang terbunuh, sementara berapa banyak nyawa pihak kami yang harus ikut menjadi tumbal?' Dia sadar keselamatan jiwanya memang tidak perlu dikuatirkan, namun bukan berarti bisa lolos dari luka-luka. Sementara dia masih berdiri sangsi dan tidak bisa mengambil keputusan, mendadak terdengar suara pekik an panjang berkumandang, suara pekikan itu sebentar panjang sebentar pendek, suaranya keras seperti benda logam yang saling beradu, gemerincingan dan menggaung sangat menusuk telinga, anehnya sama sekali tidak terlihat orang yang mengeluarkan pekikan itu. Seolah terbetot sukmanya, Kim Teng-hap berdiri mematung setelah mendengar suara pekikan itu. Han Cau pun kelihatan kaget dan ketakutan setengah mati. Yang lebih aneh lagi, ternyata Seebun-hujin sendiri pun berdiri termangu, seolah dibalik suara pekikan itu tersimpan sesuatu rahasia dan rahasia itu sedang mengetuk perasaan hatinya. Mendadak Seebun Yan seperti tersentak bangun, serunya, "Ibu, suara pekikan ini mirip sekali dengan irama tambur yang biasa digunakan orang-orang Sikang serta Tibet!" Beberapa kelompok pribumi yang tinggal di wilayah Sikang serta Tibet sering menggunakan irama tambur untuk menyampaikan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berita, dari komposisi irama tambur yang terkadang cepat atau melambat, mereka dapat menyampaikan ungkapan isi hatinya kepada pihak lain, tentu saja ungkapan yang kelewat rumit tidak mungkin bisa disampaikan, tapi percakapan sehari-hari biasanya dapat disampaikan lewat irama tambur. Seebun-hujin manggut-manggut, lalu gelengkan kepalanya. Mengangguk pertanda ucapan putrinya benar; menggeleng artinya dia tidak bisa menangkap artinya. Mendadak Chi Tin-kun bertanya, "Han Cau, apa yang dikatakan orang itu?" Dari mimik mukanya, dia seolah sudah tahu kalau Kim Teng-hap serta Han Cau pasti memahami arti irama tambur itu. Tapi karena kedudukan Kim Teng-hap hampir sejajar dengan statusnya, maka dia bertanya kepada Han Cau. Benar saja, Han Cau tidak berani berbohong, segera sahutnya, "Dia bilang, kau hanya mendengarkan putranya, apakah tidak menurut kepada yang tua?" "Apa maksud perkataan itu?" tanya Kim Teng-hap keheranan. "Aku sendiripun tidak paham, Han Cau menggeleng. Han Cau boleh tidak paham, tapi Kim Teng-hap memahami artinya. Surat yang kemarin dibawa pulang Ouyang Yong dari kota Kimleng tidak lain adalah surat yang ditulis putra orang itu. Dalam surat itu dia diminta tidak menyusahkan Lan Giok-keng. Orang yang menulis surat itu mempunyai status dan kedudukan khusus, sehingga mau tidak mau dia harus mentaatinya. Dan kini dia ingin menahan Bouw It-yu, untuk melancarkan rencananya itu maka diapun menggunakan alasan Lan Giok-keng telah membuat perselisihan dengan dirinya untuk menahan paman gurunya. Tapi sekarang, suara pekikan orang itu menyampaikan pesan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lagi, mengingatkan dia, terlepas apa pun maksud dan tujuannya, dia tidak boleh menyusahkan semua orang yang ada hubungannya dengan Lan Giok-keng. Bahkan Kim Teng-hap tahu dengan jelas bahwa orang tua itu jauh lebih susah dihadapi daripada anaknya. Kim Teng-hap termangu beberapa saat lamanya, kemudian teriaknya lagi, "Kwik locianpwee, disini ada orang ingin bertemu denganmu!" Kembali suara pekikan orang itu berkumandang, kali ini waktunya jauh lebih panjang. Begitu suara pekikan berhenti, paras muka Chi Tin-kun ikut berubah hebat. Ternyata "Kwik locianpwee" yang disebut Kim Tenghap tidak lain adalah salah satu tokoh yang paling ditakuti sepanjang hidupnya. Tanpa terasa dia alihkan pandangan matanya ke arah Han Cau. Dengan setengah berbisik sahut Han Cau, "Dia bilang, sahabat yang ingin kujumpai tidak perlu kalian atur, teman yang tidak ingin kujumpai, biar kalian atur pun tidak ada gunanya. Jawaban itu sama artinya telah menyangkal semua janji yang diberikan Kim Teng-hap kepada Seebun-hujin. Sambil tertawa dingin Seebun-hujin menyindir, "Huuh, pertukaran syarat apa yang kau ajukan? Ternyata hanya menjual pepesan kosong!" Kim Teng-hap benar-benar malu setengah mati, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia mengulapkan tangannya lalu beranjak pergi dari situ. Begitu dia berlalu, kawanan tentara itupun ikut berlalu dari sana. Siapa pun tidak menyangka kawanan manusia yang sewaktu datang nampak begitu garang dan menakutkan, kini harus menarik kembali pasukannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Bouw It-yu sendiri pun terkejut bercampur sangsi, begitu kawanan tentara itu angkat kaki, dia cepat bertanya kepada
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seebun-hujin, "Apakah orang itu adalah Jit-seng-kiam-kek?" Entah Seebun-hujin tidak ingin menjawab pertanyaan itu atau memang tidak sempat menjawab, begitu kawanan tentara itu mundur, dia langsung lari menuju ke arah bukit dimana suara pekikan itu berasal. Tiba di tepi bukit, sejauh mata memandang hanya tanah lapang nan luas terbentang di depan mata. Nun jauh diatas permukaan samudra terlihat sebuah perahu kecil membuang sauh. Kecuali perahu kecil itu, tidak nampak perahu-perahu lainnya. Bouw It-yu yang mengikuti dari belakang, sama sama merasa terperanjat bercampur heran. Angin dan suara ombak di samudra sangat kencang, bila suara pekikan tadi berasal dari seseorang yang berada di atas perahu kecil itu, dapat diduga kalau kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki orang itu benar-benar jarang ditemui di kolong langit (Gb 14). Seebun-hujin menarik napas panjang, teriaknya, "Kwik-toako, harap tunggu sebentar!" Begitu mendengar sebutan 'Kwik-toako', Bouw It-yu segera tahu kalau dugaannya tidak keliru, ternyata orang itu memang Jit-sengkiam-kek. Perahu kecil itu sama sekali tidak berbalik, hanya terdengar irama senandung bergema dari lautan, "Kehidupan berganti bintang beralih, berapa musim gugur telah berlalu. Simpatik dan rasa hormat untuk sahabat lama. Air hitam bukit putih memendam hawa pedang, sahabat lama hanya berkumpul di daratan Tiong-ciu. Baru suara senandung bergema di telinga, perahu sampan itu telah lenyap diujung lautan. "Ibu, apa maksud syair yang disenandungkan itu?" tanya Seebun Yan kemudian. "Dia bilang waktu sudah berganti situasi telah berubah, dia tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ingin bertemu aku lagi. Julukan Jit-seng-kiam-kek yang sebenarnya adalah Tiong-ciu-kiam-kek, dia bilang sahabat lama hanya berkumpul di daratan Tiong-ciu, artinya sekarang dia sudah bukan dia yang dulu, hanya sewaktu dia masih berada di Tiong-ciu lah baru merupakan sahabat lamaku. "Yang dimaksud air hitam bukit putih tentulah luar perbatasan, air hitam bukit putih memendam hawa pedang, tampaknya kehidupan dia di luar perbatasan adalah karena keadaan terpaksa, kalau tidak kenapa dia begitu putus asa dan kehilangan semangat? Ibu, kenapa dia tidak kembali ke Tiong-ciu (daratan Tionggoan)? Bila dia mau kembali ke Tiong-ciu, bukankah kalian masih tetap sahabat karib. "Aku telah berpisah dengan dirinya hampir tiga puluh tahun lamanya, aku sama sekali tidak tahu bagaimana kehidupannya selama di luar perbatasan. Tapi aku rasa dia pasti mempunyai kesulitan yang memaksanya berbuat begitu, karena itulah dia lebih suka mati tua di tempat ini. Habis berkata dia berpaling dan ujarnya kepada Bouw It-yu, "Yuji, bukannya aku tidak ingin membantumu, kalau akupun tidak ingin dijumpainya, apalagi kau!" "Biarpun tidak dapat bertemu dengannya, tapi untung sudah mengetahui sedikit kabar tentangnya, kalau kusampaikan kepada ayah, sudah pasti beliau akan gembira sekali. Ibu angkat, boleh aku bertanya satu hal kepadamu. "Tentang apa?" "Ayah sangat mengkhawatirkan kabar berita tentang Jit-sengkiam-kek, dulu apakah mereka adalah sahabat karib?" "Aku hanya kenal dengan Jit-seng-kiam-kek, aku tidak tahu berapa banyak sahabat yang dia miliki, lebih baik kau pulang dan tanyakan sendiri kepada ayahmu. Bouw It-yu adalah pemuda yang cerdas, sekali pandang dia sudah tahu kalau wanita ini mempunyai masalah yang sulit untuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dijelaskan, segera pikirnya, 'Entah masih ada berapa banyak persoalan yang sengaja dia rahasiakan kepadaku?' Dalam pada itu Liok Ki-seng telah maju ke depan sambil bertanya, "Hujin, apakah kita boleh segera pulang?" "Kalau tidak pulang, memang mau apa disini?" jawab Seebunhujin ketus. "Aku telah menyiapkan kereta untuk hujin dan siocia, kereta menanti di tepi bukit sebelah sana. Harap hujin mengijinkan aku untuk mengiringi perjalananmu. "Buat apa musti merepotkan!" "Bila kita empat orang wanita asing harus melakukan perjalanan bersama-sama, kemunculan kita pasti akan memancing perhatian orang, kata Hong-sihu, "bagaimana kalau kita naik kereta saja?" "Hujin, ujar Peng-toaso pula, "bila kau merasa tidak terbiasa dilayani orang luar, biar aku saja yang akan menjadi kusir keretamu. Urusan lain mungkin aku tidak berani membanggakan diri, tapi kalau soal jadi kusir, akulah ahlinya. "Aku tahu, sahut Seebun Yan sambil tertawa, "adik angkat ku pernah naik kereta yang kau kusiri. "Menyinggung kembali kejadian tersebut, aku belum minta maaf kepada siocia. Waktu itu siocia berpesan agar kami menghantar nona Lan balik ke lembah Pek-hoa-kok, siapa tahu kami menemui kejadian ditengah jalan. Hanya saja, kesalahan itu bukan disebabkan kemampuanku membawa kereta tidak canggih. "Aku tahu. Bila ada waktu dikemudian hari, pasti akan kubantu kalian mencari orang orang Liong-bun-pang dan melampiaskan semua kekesalanmu. Sudah cukup, tidak usah bercerita lagi, ibu. Biar kita terima saja niat baik Peng-toaso. Saat i tulah Seebun-hujin baru berkata, "Liok Ki-seng, ternyata semua yang kau persiapkan untukku telah tersusun rapi, tampaknya bila aku menolak naik keretamu, keputusanku- itu sedikit tidak tahu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aturan. Baiklah, kalau begitu mari kita buktikan kehebatan Pengtoaso. Setelah mengalami peristiwa kali ini, sikap maupun pandangannya terhadap Liok Ki-seng jadi telah banyak mengalami perubahan. "Bouw-toako, kata Seebun Yan, "kau pun sudah lelah karena menemani aku datang ke Liauw-tong, hal ini sungguh membuat perasaanku tidak enak. Apa rencanamu selanjutnya?" "Biarpun tugas yang kuemban gagal dilaksanakan dengan baik, sedikit banyak akupun berhasil meraih sedikit hasil. Tentu saja aku harus balik ke Bu-tong-san, kata Bouw It-yu, "kegagalan yang kualami tidak mutlak, biarpun hasil yang diperoleh sedikit. Siapa tahu masih sempat ikut menghadiri upacara penguburan jenasah Bu-siang Cinjin " "Yan-ji, tiba-tiba Seebun-hujin bertanya, "kau merasa berat hati untuk berpisah dengan toakomu?" "Kalau benar lantas kenapa?" tanya Seebun Yan. "Kalau begitu sementara waktu kita tidak pulang ke rumah, ikut bersama toakomu naik ke Bu-tong. "Sama-sama pergi ke gunung Bu-tong?" tanya Seebun Yan agak melengak. "Bu-siang Cinjin merupakan tokoh dalam dunia persilatan yang paling bagus reputasinya dan paling dihormati setiap umat persilatan, sayang aku tidak punya rejeki hingga semasa hidupnya belum sempat memperoleh petunjuk darinya, mumpung saat ini ada kesempatan, sewajarnya bila kita ikut hadir dalam upacara penguburannya sebagai wujud hormat kita. Apalagi ayah Bouwtoako mu adalah Ciangbunjin Butong-pay saat ini, kalau tidak hadir rasanya kurang sopan. Bagaimana, apakah kau.... "Tentu saja aku seribu kali setuju, jawab Seebun Yan cepat, "sejujurnya, akupun ingin sekali bertemu dengan adik angkatku.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Padahal yang benar dia ingin bertemu Lan Giok-keng dan bertanya mengenai hal-hal yang menyangkut piauko nya. Walaupun dalam hati Bouw It-yu agak curiga dengan niat dan tujuan Seebun-hujin, tentu saja tidak leluasa baginya untuk menampik, terpaksa katanya, "Bagus sekali kalau kita melanjutkan perjalanan bersama-sama!" Setelah turun ke bawah bukit, benar saja disana telah menunggu dua buah kereta besar, selain kereta tersedia pula lima orang anak buah Liok Ki-seng serta belasan ekor kuda. Kereta diperoleh dari menyewa penduduk setempat, sedang anak buah dan kuda dibawa sendiri Liok Ki-seng dari daerah perbatasan. Kepada dua orang kusir kereta penduduk setempat, Liok Ki-seng pun berkata, "Kami sudah punya kusir sendiri, kalian tidak usah ikut. Kedua kereta milik kalian ini biar kubeli saja. Karena harga yang dibayar untuk kedua buah kereta itu adalah harga dua kali lipat, tentu saja kedua orang pemilik kereta itu menyetujuinya. "Hong-hiocu, ujar Seebun-hujin kemudian, "kau naik satu kereta dengan aku karena aku ingin mendengar ceritamu. "Terima kasih atas perhatian hujin, jawab Hong-sihu, "aku telah menimbulkan banyak kesulitan dan masalah, sudah saatnya untuk mohon petunjuk dari hujin. Bouw-toako, kalau begitu kau naik satu kereta dengan aku, ajak Seebun Yan. Bouw It-yu segera tertawa. "Aku adalah seorang lelaki, naik satu kereta denganmu bisa menimbulkan tertawaan orang. Buat aku lebih baik naik kuda sendiri saja. Kecuali mereka yang duduk dalam kereta dan menjadi kusir kereta, yang tersisa adalah enam orang penunggang kuda, berarti masih tiga ekor kuda yang kosong.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Liok-tuocu, banyak amat kuda yang kau siapkan, seru Bouw Ityu kemudian. "Lebih banyak toh lebih baik, jawab Liok Ki-seng sambil tertawa licik, "apalagi kusangka kau masih ada teman lainnya. Tergerak hati Bouw It-yu, pikirnya, 'Jangan-jangan diapun sudah tahu kalau Lan Giok-keng dan Hwee-ko Thaysu pun sudah datang ke Liauw-tong?' Mula-mula Bouw It-yu masih sedikit khawatir, dia takut selama masih berada di wilayah Liauw-tong, setiap saat mereka bakal bertemu para pengejar, siapa tahu sepanjang jalan aman tenteram, karena itu perasaan hatinya pun mulai lega. Kalau pada hari pertama tidak ada masalah, lain halnya pada hari ke dua. Selesai bersantap siang, ketika kereta sedang bergerak ke depan, entah mengapa Peng-toaso yang bertugas menjadi kusir kereta tibatiba merasakan kepalanya pening dan pandangan matanya berkunang kunang, sedikit teledor, kereta yang dibawanya nyaris terjerumus ke dalam sawah di tepi jalan. Cepat-cepat dia menarik tali les kudanya, dengan susah payah akhirnya kereta pun berhasil dihentikan, namun dia sudah kecapaian hingga napasnya tampak terengah-engah. Dengan wajah tersipu karena malu Peng-toaso berseru, "Selama hidup aku belum pernah mengalami kecelakaan, entah mengapa, tiba-tiba kepalaku terasa pening, kakiku lemas, seakan baru terserang penyakit parah. "Mungkin kau lelah, kata Seebun-hujin, "coba ganti orang lain. Siapa tahu baru selesai dia berkata, orang yang bertugas jadi kusir kereta yang membawa Seebun Yan "sakit" lebih parah lagi, bahkan jauh lebih parah daripada Peng-toaso, tiba-tiba saja tubuhnya jatuh terguling dari atas kereta. Begitu kusirnya terjatuh, kereta pun ikut terguling, sambil
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melompat keluar Seebun Yan segera berteriak, "Ibu, apa yang terjadi, kenapa kepala ku pun terasa berat sekali, semua tenaga seakan hilang lenyap dan tidak bisa digunakan lagi. Menyusul kemudian, berapa orang anak buah Liok Ki-seng pun susul menyusul berteriak tidak enak badan, seakan-akan mereka semua telah terjangkit penyakit. Bouw It-yu sendiripun merasakan ada perubahan aneh dalam tubuhnya, namun dia tetap membungkam. Liok Ki-seng yang berada di punggung kudapun nampakber goncang keras, segera jeritnya, "Celaka, kemungkinan besar kita semua sudah terkena hawa kabut racun!" "Kabut beracun? Darimana datangnya kabut beracun?" seru Seebun Yan. "Di Bawah bukit yang kita lalui pagi tadi terdapat sebuah hutan bunga Tho yang amat luas, bunga Tho yang berguguran dan menumpuk selama banyak tahun menimbulkan bau busuk yang lama-kelamaan membentuk kabut beracun yang sangat jahat, bisa jadi hawa beracun itu tersebar ketika terhembus angin. Hutan bunga Tho itu tak akan terlihat dari bawah bukit, Liok Ki-seng menerangkan. Seebun Yan merasakan rubuhnya makin lama semakin lemas tidak bertenaga, pikirnya, 'Biarpun tenaga dalam yang kumiliki tidak termasuk bagus, namun tidak banyak kabut racun yang terhisap olehku, apalagi kalau kabut racun itu berasal dari atas bukit. Aneh, kenapa 'sakit' ku bertambah parah?' Namun gadis inipun sadar kalau pengetahuannya sangat terbatas, dia tidak berani menyampaikan rasa curiganya terhadap Liok Ki-seng, hanya tanyanya, "Ibu, bagaimana perasaanmu?" "Tidak apa-apa, jawab Seebun-hujin, "aku hanya merasa sedikit tidak enak badan. Sambil tertawa getir Liok Ki-seng segera berkata, "Tenaga dalam yang dimiliki hujin serta Bouw-siauhiap sangat hebat, sekalipun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terkena kabut racun, rasanya tidak akan terlalu mengganggu. Hanya saja, kalau dilihat kondisi sekarang, mungkin sulit bagi kita untuk melanjutkan perjalanan. "Lantas bagaimana baiknya?" tanya Seebun Yan. "Aku rasa mungkin kita harus mendirikan tenda disini. Untung aku menyiapkan pula sedikit peralatan untuk berkemah serta obat obatan, walaupun bukan obat untuk memunahkan racun kabut, siapa tahu setelah diminum, kondisi tubuh kita akan lebih mendingan. Bila selewat malam nanti kondiri kita sedikit lebih baikkan, aku akan pergi mencari tabib. Hujin, bagaimana menurut pendapatmu?" Seebun-hujin seperti kehabisan akal, sahutnya kemudian, "Aku belum pernah datang ke Liauw-tong, segala sesuatunya baiklah kau putuskan sendiri. Selesai mendirikan tenda, Liok Ki-seng mengeluarkan bubuk obat yang dibawanya dan dibagikan kepada semua orang. "Aku tidak perlu, tampik Seebun-hujin, "bagikan saja lebih banyak obat yang kau bawa kepada mereka. Begitu Bouw It-yu melihat Seebun-hujin menampik pemberian itu, tergerak hatinya, cepat katanya pula, "Aku dengar kabut beracun yang berasal dari hutan bunga Tho merupakan jenis kabut paling beracun, betul bubuk obatmu bisa memunahkan pelbagai racun, tapi bila dipakai dalam kadar sedikit sama sekali tidak ada gunanya. Lagian aku hanya merasa sedikit pening dan tidak masalah, berikan saja lebih banyak kepada mereka yang kondisi sakitnya parah. Adik Yan, bagaimana keadaanmu?" "Kondisiku pun tidak terlalu parah, sahut Seebun Yan, "kalau kau tidak mau, akupun tidak mau. Oleh karena gadis ini bersikeras menampik, terpaksa Liok Ki-seng mengulang kembali pembagian jatahnya, termasuk satu bagian buat diri sendiri. Padahal keadaan Seebun Yan saat itu bagaikan orang yang baru
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terserang penyakit parah, seluruh tubuhnya terasa bagaikan dilolosi, bukan saja matanya berkunang telinganya mendengung, ke empat anggota tubuhnya lemah tidak bertenaga. Namun setelah menyaksikan Liok Ki-seng maupun semua anak buahnya menelan bubuk obat yang dibagikan, perasaan curiga terhadap dirinya ikut pula hilang separuh bagian. Tapi sayang khasiat bubuk obat itu tidak terlalu besar, lewat setengah jam kemudian kecuali Seebun-hujin dan Bouw It-yu, seluruh anggota rombongan nyaris dalam kondisi 'sakit parah'. Berhubung begitu banyak orang jatuh sakit, persoalan mendesak pun segera muncul di depan mata. Dengan tubuh lemas dan tidak bertenaga bisik Peng-toaso, "Tampaknya aku sudah tidak sanggup bertahan lagi, tapi.... Lioktuocu, malam ini harus ada orang yang menanakkan nasi untuk hujin. "Kalian tidak perlu menguatirkan diriku, sela Seebun-hujin cepat, "aku bisa saja mengisi perut dengan rangsum kering. Kalian sedang sakit dan tidak sehat, tidak cocok rangsum kering untuk kalian semua. "Benar, nasi boleh saja tidak di makan tapi toh harus ada air yang bisa diminum, Liok-tuocu.... persediaan air kita.... Sambil tertawa getir sahut Liok Ki-seng, "Beras mah masih tersedia dua karung, tapi air yang tersisa tinggal sepoci. Untuk membuatkan bubur satu orang pun mungkin tidak cukup. Saat itu Seebun Yan merasakan pula sangat haus, segera serunya, "Apa jadinya bila orang yang sedang sakit tidak punya air? Toako, di tempat ini selain ibu, mungkin hanya kau seorang yang masih dapat bergerak, kau.... "Baik, aku segera akan pergi mencari air, jawab Bouw It-yu cepat. "Jangan, cegah Liok Ki-seng, "kami tidak berani merepotkan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw kongcu, lagian soal ini.... soal ini.... "Apa itu soal ini soal itu, jadi kau tetap menganggap aku sebagai orang luar?" tukas Bouw It-yu cepat. Terpaksa Liok Ki-seng menyahut, "Aku tidak bermaksud begitu, hanya saja.... kemampuanku memang terbatas, aku merasa kurang enak.... Keluar dari tenda, Bouw It-yu menghirup napas segar, walaupun langkah kakinya agak limbung namun otak dan pikirannya tetap segar. "Aneh, tanpa sebab yang jelas kenapa ada begitu banyak orang yang jatuh sakit?" Dia tidak percaya dengan perkataan Liok Ki-seng, apalagi menggambarkan pengamh racun kabut hutan bunga Tho yang konon begitu lihay. Tapi demikianlah kenyataan yang terpampang di depan mata, bahkan saat ini tenaga dalamnya sudah tidak dapat digunakan lagi, yang bisa dia lakukan sekarang hanya bergerak dengan paksakan diri. "Moga-moga saja tenaga dalam yang dimiliki Seebun-hujin tidak lenyap seperti apa yang kualami. Biarpun sikap permusuhannya terhadap Seebun-hujin belum lenyap sama sekali, diapun bukan bersungguh hati menganggapnya sebagai ibu angkat, namun satu-satunya harapan yang dimilikinya saat ini hanyalah dia. Mendadak satu ingatan melintas lewat, Aduh celaka! Bila tenaga dalam yang dimiliki Seebun-hujin belum lenyap, dia seharusnya mulai interogasi Liok Ki-seng, datangnya kejadian ini sangat aneh, bahkan aku pun merasa kalau Liok Ki-seng sangat mencurigakan, dia sebagai jago kawakan masa tidak dapat berpikir ke situ?" Tapi, sekalipun dapat membuktikan kalau semuanya ini merupakan ulah yang dilakukan Liok Ki-seng, apa pula yang bisa dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lakukan? Dengan kondisi tubuhnya sekarang, jangan lagi memikirkan keselamatan orang lain, keselamatan diri sendiripun masih menjadi tanda tanya besar. Sementara dia masih bingung dan tidak tahu apa yang mesti diperbuat, mendadak terdengar suara pekikan nyaring muncul dari balik hutan. Suara pekikan itu disertai irama yang istimewa, sekali mendengar Bouw It-yu segera tahu kalau suara itu berasal dari Jit-seng-kiamkek. Biarpun dia tidak bisa menangkap arti dari suara pekikan itu, tidak urung muncul juga secercah harapan dihati kecilnya. Maka dengan langkah cepat dia menghampiri sumber munculnya suara tersebut. Sementara dia masih berlarian dengan napas ngos-ngosan, mendadak terdengar suara yang sangat menusuk pendengaran bergema, "Hey bocah muda, kau anggap setelah mempunyai ibu angkat maka aku tidak bisa berbuat apa-apa kepadamu?" Suara itu membawa nada hidung yang kental, seperti orang yang sedang sakit pilek. Begitu mendengar suara orang itu, dia segera tahu siapa yang datang, tahu-tahu di depan mata telah muncul manusia berkerudung itu. Dalam pada itu Bouw It-yu telah mencabut keluar pedangnya, Sreeet! Dia langsung melepaskan sebuah bacokan. Dalam kondisi tenaga dalam masih utuhpun dia tidak sanggup menghadapi sepuluh jurus serangan dari manusia berkerudung itu, apalagi sekarang tenaga dalamnya telah punah sama sekali, hanya saja dia tidak rela untuk menyerah kalah dengan begitu saja. "Traaang....!" baru saja ujung pedang Bouw It-yu menyentuh pakaian lawan, serangan itu seketika tersampok runtuh oleh kebasan manusia berkerudung itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Agaknya manusia berkerudung itupun tidak menduga akan hal ini, sambil mendengus segera tegurnya, "Kau sedang berlagak bodoh atau benar-benar telah kehilangan ilmu silat?" Perlu diketahui mereka baru berpisah selama dua hari, biarpun saat itu Bouw It-yu telah menderita kerugian besar ditangannya, namun manusia berkerudung itupun tidak berhasil melukai lawannya. "Aku telah kehilangan ilmu silatku, jawab Bouw It-yu dingin, "bila ingin membunuhku, bukankah bisa kau lakukan dengan lebih gampang lagi?" Tampaknya manusia berkerudung itu sudah tahu kalau lawannya benar-benar telah kehilangan ilmu silat, sebagai seorang jagoan kelas satu dalam dunia persilatan, mana mungkin dia mau membunuh seseorang yang telah kehilangan kemampuannya untuk melawan? Tangan manusia berkerudung yang telah diangkat ke atas perlahan-lahan diturunkan kembali, kemudian setelah berpikir berapa saat akhirnya dengan nada dingin ujarnya, "Baiklah, aku tidak akan membunuhmu, tapi akan kumusnahkan ilmu silatmu!" Kondisi Bouw It-yu saat ini tidak lebih hanya 'kehilangan' ilmu silat, 'kehilangan' dan 'dimusnahkan' jelas dua hal yang berbeda sekali, bila kehilangan ilmu silat karena keracunan hebat atau sakit parah, suatu saat kemampuannya dapat pulih kembali, sebaliknya bila dimusnahkan seorang jago silat maka selama hidup ilmu silatnya tidakbakalan pulih kembali seperti sedia kala. Biarpun terancam bahaya maut, Bouw It-yu tidak sudi minta ampun, dalam keadaan begini dia hanya menggertak giginya kuatkuat. Tampaknya manusia berkerudung itupun tidak sanggup mengambil keputusan, tapi saat ini telapak tangannya telah menempel diatas tulang Pi-pa-kut di tubuh Bouw It-yu. Pada saat dia sambil menggigit bibir siap melancarkan serangan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang mematikan itulah, tiba tiba suara pekikan aneh itu kembali berkumandang. Manusia berkerudung itu tampak agak tertegun, kemudian serunya, "Bukannya aku lupa dengan hubungan persahabatan di masa lampau, aku toh sudah berulang kali memperingatkan bocah muda ini!" Kembali suara pekikan berkumandang tapi kini telah berubah iramanya. Bouw It-yu tahu suara pekikan itu merupakan irama tambur untuk menyampaikan berita, hanya sayang dia tidak paham apa maksud dari pekikan itu. Dia memang tidak mengerti n,;mun manusia berkerudung itu sangat memahami artinya, begitu suara pekikan berhenti, kembali dia berseru, "Baiklah, kau adalah lotoa kami, bila kau bersedia mewakili bocah ini memberikan janjinya, tentu saja aku akan mempercayai jaminanmu itu. Memandang diatas wajahmu sebagai penanggung, kulepaskan dirinya kali ini' Begitu manusia berkerudung itu berlalu, terdengarlah seseorang berkata lagi, "Sebetulnya aku tidak ingin bertemu dengan mu, tapi sekarang mau tidak mau harus bertemu juga!" Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, dalam sekejap mata seorang kakek berwajah merah yang tinggi besar telah muncul dihadapannya. Banyak pertanyaan berkecamuk dalam benak Bouw It-yu selama ini, cepat dia berseru, "Kwik-locianpwee, terus terang, kedatangan tecu kali ini ke wilayah Liauw-tong adalah karena ingin menanyakan berapa masalah yang pelik kepada diri cianpwee.... Belum sempat dia menyelesaikan perkataannya, secara tegas Jitseng-kiam-kek telah menukas, "Hanya aku yang boleh bicara, kau tidak boleh bertanya!" Bouw It-yu melengak dan berdiri melongo. Sebagaimana diketahui dia adalah putra seorang pendekar kenamaan, sedikit
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

banyak dia masih memiliki sedikit pamor dan nama, siapa tahu bukan saja orang tua itu sama sekali tidak sungkan, bahkan begitu bertemu muka telah membuatnya ketanggor batunya. Maka sesudah termangu berapa saat, ujarnya, "Urusan orang lain boleh saja tak kutanyakan, tapi kalau masalahnya menyangkut pribadiku dan aku ingin mengetahuinya, hal ini tidak kelewat batas bukan? Kalau didengar dari perkataan manusia berkerudung itu, kelihatannya locianpwee telah mewakili aku menyanggupi sesuatu, apakah hal seperti inipun aku tak pantas bertanya?" "Kau menyalahkan aku karena berani mewakilimu mengambil keputusan?" "Tidak berani, aku tahu cianpwee berbuat kebaikanku. Hanya saja aku masih tetap ingin tahu. begini demi

"Betul, persoalan ini memang harus kau ketahui. Sederhana sekali, aku hanya mewakilimu berjanji setelah balik ke gunung nanti tidak pernah akan bercerita kepada siapa pun kalau di wilayah Liauw-tong pernah bertemu dengannya.... termasuk kepada ayahmu. "Tapi bukan dengannya. hanya tecu seorang yang pernah bertemu

"Aku tahu, jawab Jit-seng-kiam-kek, "selain kau, Seebun-hujin dan putrinya pernah bertemu juga. Tapi mereka tidak bakalan akan bercerita kepada orang-orang Bu-tong-pay, lagipula yang mereka ketahui tidak sebanyak apa yang kau peroleh. Seperti misalnya kejadian barusan, mereka toh tidak tahu. Cuma kau tidak usah kuatir, siapa yang akan membocorkan rahasia nya dikemudian hari, dia pasti punya cara untuk menyelidikinya, tidak mungkin dia akan menagih hutang orang lain kepadamu. Bouw It-yu bukan orang bodoh, begitu berpikir sejenak diapun segera menjadi paham, yang di maksud manusia berkerudung itu sebagai "kepada siapa" sesungguhnya hanya kata kiasan, sebab orang yang benar-benar paling ditakuti olehnya hanya ayahnya seorang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mengapa dia tidak berani membiarkan ayah tahu kalau dia pernah muncul di Liauw-tong bahkan berulang kali berusaha menyusahkan diriku? Mungkin masalahnya bukan hanya takut ayah bakal menuntut balas kepadanya, dulu dia pasti pernah saling mengenal dengan ayahku dan sekarang ada sesuatu rahasia yang tidak ingin diketahui ayahku. Semisal secara diam-diam kuberitahukan hal ini kepada ayah, darimana dia bisa mengetahuinya?" Agaknya Jit-seng-kiam-kek dapat membaca suara hatinya, cepat katanya, "Bila kau mengira dapat mengelabuhinuya, maka dugaanmu itu keliru besar. Bila ingin orang lain tidak tahu, kecuali kau tidak pernah melakukannya. Bila kau beritahukan persoalan ini kepada ayahmu, bukan saja bakal tidak menguntungkan bagimu, terhadap ayahmu sendiripun lebih banyak ruginya daripada untung. Jangan kau sangka aku sedang menakut-nakutimu!" "Boanpwee akan mentaati pesan cianpwee. "Bagus, apa yang ingin kau tanyakan telah kujawab, sekarang kaulah yang harus mendengarkan perkataanku. "Boanpwee siap mendengarkan. "Tadi kau mengatakan kalau aku mau mewakilimu menyanggupi permintaan manusia berkerudung itu karena demi kebaikan, salah!" Tanpa terasa kembali Bouw It-yu tertegun, namun berhubung dia tidak boleh bertanya terpaksa ditunggunya sampai Jit-seng-kiamkek sendiri yang memberi penjelasan. "Aku berbuat demikian demi Seebun-hujin, Jit-seng-kiam-kek menerangkan, "bagaimanapun juga, dia masih terhitung sahabat lamaku. Sekarang dia sedang ketimpa masalah, aku tidak bisa berpeluk tangan tanpa menolong. Oleh karena itulah terpaksa aku harus meminjam tanganmu untuk menolongnya! Bila ilmu silatmu sampai dipunahkan manusia berkerudung itu, berarti tidak bisa selamatkan dirinya!" Bouw It-yu merasa terkejut bercampur kaget, tanpa sadar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

serunya tertahan, "Apakah Liok.... Baru mengucapkan dua kata, Jit-seng-kiam-kek telah mengerling sekejap ke arahnya sambil menukas, "Bagaimana aku berpesan kepadamu tadi, secepat itu sudah kau lupakan?" "Tecu hanya sembarangan menebak, tidak berani banyak bertanya. "Kau ingin menduga seperti apapun, itu urusanmu, kau ingin menggunakan cara apa untuk menghadapi orang yang kau curigai, itupun urusanmu sendiri, aku tidak mau ikut campur. Yang ingin kukatakan kepadamu adalah racun yang bersarang di tubuh kalian bukan racun yang berasal dari kabut melainkan racun yang dicampur orang di dalam makanan kalian, racun ini dibuat dari bunga setan yang banyak tumbuh di Tibet, tiada warna tiada bau, siapapun yang terkena racun itu maka tenaga dalamnya segera akan punah, kendatipun ilmumu sangat hebat. Racun ini jauh lebih lihay dari bubuk pelemas tulang. Berbicara sampai disini dia mengeluarkan sebuah botol porselen, di dalam botol itu berisi lima butir obat, katanya, "Untung aku mempunyai obat penawarnya, kau telanlah sebutir lebih dulu, sisanya yang empat butir bawa pulang dan berikan kepada orang orang yang kau anggap butuh pertolongan. Tergerak hati Bouw It-yu, pikirnya, 'Ucapan ini terdapat titik kelemahan. Tujuannya yang paling utama adalah selamatkan Seebun-hujin, tapi sekarang minta akulah yang melakukan tugas pem-bagian ini. Mungkin dia sangka jalan pikiranku sama seperti jalan pikirannya, pasti akan selamatkan Seebun-hujin terlebih dulu.' Berbagai ingatan segera melintas dalam benaknya, namun mimik mukanya tidak menunjukkan perubahan apa pun. Terdengar Jit-seng-kiam-kek berkata lebih jauh, Obat penawar ini baru menunjukkan khasiatnya setelah waktu berjalan berapa saat, bagi orang yang memiliki tenaga dalam seperti Seebun-hujin, setelah menelan pil pemunah itu maka dalam setengah jam kekuatannya dapat pulih kembali, namun bagi kau paling tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

butuh waktu satu jam. Aku rasa dia tidak bisa menunggu kedatanganmu satu jam lagi, mari biar kubantu dirimu. Habis berkata diapun menepuk punggung Bouw It-yu, segulung hawa panas segera memancar keluar dari telapak tangannya dan langsung menembusi ke dalam tan-tian Bouw It-yu. "Nah sudah, ujar Jit-seng-kiam-kek kemudian, "di saat kau sudah tiba kembali di tempat semula, aku rasa tenaga dalammu telah pulih kembali enam, tujuh bagian. "Terima kasih banyak atas pemberian obat dari Cianpwee, tecu mohon diri, kata Bouw It-yu kemudian sambil menyimpan botol obat itu ke dalam sakunya. "Tunggu sebentar, tiba-tiba Jit-seng-kiam-kek berseru, "melihat kau sudah jauh-jauh datang ke Liauw-tong, tampaknya paling tidak aku harus memberi-tahukan sedikit tentang persoalan yang paling ingin kau ketahui. "Terima kasih atas petunjuk Cianpwee!" seru Bouw It-yu kegirangan, "perguruan kami pasti akan sangat berterima kasih atas budi kebaikan ini. Dia tidak tahu apakah apa yang akan dikatakan Jit-seng-kiam-kek merupakan persoalan yang benar-benar ingin dia ketahui, karena itulah dia ingin menggunakan ucapan tersebut untuk "mengunci" janjinya didalam lingkungan yang dia maksud, agar Jit-seng-kiamkek tidak salah paham dengan maksud hatinya. "Kau tidak usah berterima kasih kelewat awal, kata Jit-sengkiam-kek lagi, "aku tidak mungkin memberitahukan kepadamu siapa pembunuh yang kau curigai. Yang bisa kuberitahukan kepadamu hanyalah.... ehmm, jangan salahkan kalau aku bicara tanpa sungkan sungkan. Walaupun ayahmu bukanlah terhitung seorang lelaki sejati, namun dia tidak bakalan mau menjadi pembantu dalam kasus pembunuhan terhadap orang lain. Sedikitpun tidak salah, apa yang dia katakan memang merupakan persoalan yang paling ingin diketahui Bouw It-yu. Walaupun dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak memberitahukan siapa pembunuh sebenarnya dalam berapa kasus pembunuhan yang menimpa tokoh-tokoh Bu-tong-pay, namun jawaban ini telah menghilangkan satu keraguan yang paling ditakuti Bouw It-yu, dia pernah mencurigai ayahnya tersangkut langsung dengan beberapa kasus pembunuhan itu. "Terima kasih Kwik-locianpwee telah membebaskan simpul mati yang mengganjal pikiranku selama ini!" Walaupun perkataan Jit-seng-kiam-kek sama sekali tidak sungkan, namun rasa terima kasihnya ini tetap muncul dari hati sanubarinya yang paling tulus. "Cukup, sekarang kau boleh segera kembali. Kalau terlambat kuatirnya tidak sempat lagi!" Ketika mengucapkan perkataan yang terakhir, tubuh Jit-sengkiam-kek telah lenyap di balik hutan belukar. Setelah mendapat bantuan dari Jit-seng-kiam-kek, di saat Bouw It-yu balik kembali ke tempat dimana tenda itu didirikan, tenaga dalamnya telah pulih kembali tujuh bagian. Pertama-tama yang dia dengar adalah suara tertawa dingin dari Liok Ki-seng. Di saat semua orang sedang berharap harap cemas akan munculnya kembali Bouw It-yu, tiba-tiba Liok Ki-seng berkata, "Nona Seebun, jangan salahkan kalau aku bicara terus terang, aku kuatir kau sedang bermimpi bila ingin melihat Bouw It-yu balik kembali kemari!" "Kenapa?" tanya Seebun Yan terperanjat. "Sebab bocah keparat itu sudah kehabisan tenaga, dimulut saja dia masih berbicara sok gagah, mau pergi mencari air, hmmm.... mungkin saja saat ini tubuhnya sudah terpelanting masuk ke dalam jurang dan tidak mampu bangkit kembali. Bila nasibnya sedang baik, mungkin saja jiwanya akan ditolong pemburu yang kebetulan lewat, tapi paling tidak dia bakal sakit parah setengah sampai setahun lamanya, jika nasib sedang buruk, apalagi sampai bertemu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tanah longsor atau air bah, mungkin bukan cuma nyawanya saja yang lenyap, tulang belulangnya pun tidak bakal bisa ditemukan lagi!" Meledak hawa amarah Seebun Yan setelah mendengar ucapan itu, umpatnya, "Liok Ki-seng, kau berani menyumpahi saudara angkatku! Ibu, coba lihat, kurangajar benar bajingan ini, kita harus memberi pelajaran yang setimpal kepadanya!" Namun Seebun-hujin berlagak seolah tidak ada masalah, katanya sambil tersenyum, "Mungkin Liok-tuocu sengaja menggodamu setelah melihat kau panik tidak karuan, jangan ditanggapi serius." Melihat Seebun-hujin tidak berani menegur atau memakinya, Liok Ki-seng segera tahu kalau apa yang diduga tidak meleset, sikapnya semakin bertambah kurangajar. "Seebun-hujin, jengek Liok Ki-seng kemudian sambil tertawa dingin, "aku dengar ilmu pedangmu sudah termasuk jagoan nomor wahid, ternyata yang kau miliki hanya ilmu sandiwara yang hebat!" Meledak hawa amarah Peng-toaso mendengar ucapan itu, bentaknya, "Liok-tuocu, aku adalah anak buahmu, tapi kau pun anak buah hujin, berani amat kau bersikap kurang ajar terhadap hujin! Hmm, kalau kamipun bersikap seperti itu kepadamu, apa kau sanggup untuk menerima nya?" "Itu mah tergantung berada dalam situasi macam apa, jawab Liok Ki-seng kembali tertawa dingin, "terkadang tidak tahan pun terpaksa harus ditahan!" Hong-sihu jauh lebih cerdas, tampaknya dia sudah menemukan gejala yang tidak beres, cepat katanya, "Liok-tuocu, apa sih yang kau andalkan, berani amat kurangajar terhadap hujin?" "Ucapan enci Hong kelewat serius. Aku hanya membuka jendela lebar-lebar sambil bicara blak-blakan. Meski apa yang kukatakan memang tidak enak didengar, tapi seharusnya hujin pun mengerti, semua yang kukatakan adalah ucapan sejujurnya. Bicara sampai disini, dia sengaja berlagak minta maaf, katanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lagi kepada Seebun-hujin, "Hujin, aku tidak pandai bicara, bila ucapanku menyinggung perasaanmu, harap kau sudi memaafkan dan memberi hukuman yang seringan-ringannya. Hampir meledak dada Seebun Yan saking gusarnya, kembali dia berteriak, "Ibu, kenapa kau masih belum turun tangan untuk memberi pelajaran kepadanya!" Seebun-hujin menghela napas panjang. "Aaaai, kau memang bocah yang tidak tahu urusan, hari ini kita semua sudah terjatuh ke ceng-keraman orang lain!" "Ibu, apa yang kau katakan?" jerit Seebun Yan terperanjat. Saat itulah Seebun-hujin baru menatap Liok Ki-seng sambil perlahan-lahan berkata, "Liok Ki-seng, ilmu meracunmu sungguh luar biasa, sampai akupun berhasil kau kelabuhi!" Begitu perkataan itu diucapkan, bukan hanya Seebun Yan saja yang terperanjat, Hong-sihu serta Peng-toaso pun ikut melompat bangun saking kagetnya, teriak mereka berbareng, "Liok Ki-seng, ternyata kau telah meracuni kami!" Liok Ki-seng tertawa terbahak-bahak, ejeknya, "Hujin kelewat memujiku, padahal bukan caraku melepaskan racun yang hebat, bahan racun itu sendiri yang memang luar biasa. Hujin, kau ingin tahu bahan apa yang telah digunakan? Hahahaha.... obat itu adalah bubuk Siu-lo-san yang dibawa Ka-cok Hoatsu dari Tibet, bubuk Siulo-san terbuat dari bunga iblis (opium), daya pengaruhnya berlipat ganda bila dibandingkan bubuk pelemas tulang. "Liok Ki-seng! Kau memang bangsat, bajingan yang sudah sinting!" umpat Peng-toaso sambil menu-ding ke arah wajahnya, "hujin begitu baik kepadamu, beginikah balasan yang kau berikan?" Kembali Liok Ki-seng tertawa keras. "Peng-toaso, masa kau lupa kalau julukanku adalah sang pelajar dari alam baka?" "Kalian tidak perlu mengumpatnya lagi, tukas Seebun-hujin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hambar, "manusia semacam dia lebih pantas disebut: manusia egois yang takut dikutuk langit bila tidak mencelakai orang. Buat apa kalian mengajaknya bicara soal perasaan dan kesetiakawanan? Jangan sampai dia menterta wakan kalian hingga pecah kulit perutnya. "Tepat sekali!" seru Liok Ki-seng sambil bertepuk tangan, "ternyata hujin memang lebih tahu perasaanku.... "Baiklah, sekarang aku ingin bertanya kepadamu, karena apa kau meracuni diriku?" "Sebenarnya aku ingin mengandalkan hujin sebagai tulang punggungku, tapi kau enggan menolong-ku, karena itulah agar bisa menjadi seorang Liok-lim Bengcu, terpaksa aku mencari orang lain untuk dijadikan sandaran. "Kim Teng-hap maksudmu?" "Tepat sekali, tapi yang benar-benar cocok menjadi sandaranku adalah majikan Kim Teng-hap. Khan dari bangsa Boan?" "Tepat sekali. Kim Teng-hap telah menyanggupi permintaanku, asal aku berhasil membekuk kalian ibu dan anak dan menyerahkan kepadanya, dia berjanji akan membantu aku membicarakan masalah ini dihadapan Khan, agar keinginanku bisa kesampaikan!" "Liok Ki-seng, anjing gelandangan!" umpat Peng-toaso teramat gusar, "sungguh tak kusangka kau adalah manusia berhati serigala berparu paru anjing! Kau ingin menangkap hujin? Lebih baik bunuhlah aku terlebih dulu!" "Peng-toaso, siapa yang telah mempromosikan dirimu? Kau lupa pernah bersumpah setia sampai mati kepadaku?" seru Liok Ki-seng. "Hmm, siapa pula yang telah menampungmu ketika kau melarikan diri ke luar perbatasan seperti seekor anjing yang habis digebuki? Terhadap hujin pun tidak setia, kau masih punya muka untuk berbicara denganku!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukannya gusar Liok Ki-seng malah tertawa tergelak. "Hahahaha.... ternyata baru dicoba sudah ketahuan, sejak c.wal aku sudah tahu kalau kau tidak dapat melupakan majikan lamamu, kesetiaanmu terhadapku hanya palsu, kesetiaan terhadap majikan lamalah baru beneran. "Liok-toako.... tiba tiba Hong-sihu memanggil dengan suara lembut. "Hong-hiocu, tukas Liok Ki-seng cepat, "kaupun jangan salahkan aku karena harus meracuni pula dirimu, meski kita adalah rekan kerja selama banyak tahun, namun selama beberapa hari belakangan tampaknya hujin sedang berusaha merangkulmu, aku musti bertindak hati-hati dalam setiap langkahku. "Aku baik terhadap hujin, baik pula terhadapmu, bahkan aku bisa bersikap lebih baik lagi kepadamu, ucap Hong-sihu. "Oooh, kebaikan apa lagi yang bisa kau berikan untukku?" "Asal kau bebaskan hujin, apa pun yang kau inginkan pasti akan kukabulkan. Rupanya selama ini Liok Ki-seng selalu kesemsem dengan kecantikan wajah Hong-sihu, bahkan berapa kali sempat mengemukakan keinginannya, namun selama ini Hong-sihu selalu berlagak tidak paham dan menolak keinginannya. Liok Ki-seng tampak sangat puas setelah mendengar ucapan itu, katanya, "Kalau begitu kau bersedia menikah denganku?" Berlagak seolah tersipu malu Hong-sihu menundukkan kepalanya, sesaat kemudian dia baru menyahut, "Hal ini tergantung dirimu. "Baiklah, bagaimana kalau kita masing-masing mengalah satu langkah, usul Liok Ki-seng sambil tertawa, "aku tidak keberatan untuk membebaskan nona Seebun. "Tidak bisa, kalau ingin dibebaskan harus ter-masuk juga hujin. Bagaimana pun ilmu silat yang hujin miliki telah punah, kau tidak usah menguatirkan lagi tindakannya untuk mencegahmu menjadi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liok-lim Bengcu. Liok Ki-seng menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya, "Aku pun tidak segan untuk bicara sejujurnya kepadamu, meski aku menyukaimu tapi kalau gara-gara mendapatkan dirimu lantas aku harus kehilangan posisi ku sebagai Liok-lim Bengcu, jelas kerugian dipihakku kelewat besar. Selama mereka belum berhasil mendapatkan hujin, tidak nanti orang orang itu akan mendukungku. Bila aku gagal memperoleh kekuatan untuk mendukungku, sekalipun hujin tidak menghalangi pun, rasanya sulit bagiku untuk menduduki bangku kehormatan itu. "Kalau ada harga tentu ada penawaran, begini saja, kata Hongsihu kemudian, "berikan obat penawar untuk nona kami, aku akan mengabulkan permintaanmu setelah menyaksikan ilmu silatnya pulih kembali seperti sedia kala. Tampaknya tergerak hati Liok Ki-seng setelah mendengar tawaran itu, dia mulai termenung sambil mempertimbangkan. Kembali Hong-sihu berkata, "Biarpun ilmu silat yang nona miliki telah pulih kembali, diapun bukan tandinganmu, apa yang harus kau takuti?" Menurut perhitungannya, asal dia bersedia kawin dengan Liok Kiseng maka sedikit banyak orang itu akan membagikan juga obat penawar baginya. Asal dia bekerja sama dengan Seebun Yan, paling tidak dia masih bisa beradu nyawa dengan Liok Ki-seng. Peng-toaso tidak berpikir sampai kesitu, ucapan mana membuat sepasang matanya langsung melotot gusar, dia ingin memaki namun tidak mampu bersuara, akhirnya yang bisa dilakukan hanyalah menghela napas panjang. Seebun Yan tidak kuasa menahan amarahnya, dengan nada kasar kembali teriaknya, "Lebih baik kawin dengan babi atau anjing daripada kawin dengan bangsat macam dia. Enci Hong, biar kuterima dalam hati niat baikmu. Tapi aku tidak boleh membiarkan tubuhmu jadi kotor dan terhina gara gara ingin menolongku.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liok Ki-seng mendengus dingin. "Budak busuk!" umpatnya, "jangan lupa, nyawamu sudah berada dalam genggamanku, berani amat bicara kotor. Buru-buru Hong-sihu melerai, katanya, "Liok-tuocu, kau telah berjanji kepadaku untuk tidak bertindak sembarangan. Nona, lebih baik kurangi perkataanmu, pepatah kuno mengatakan: selama gunung nan hijau.... Tidak menanti dia menyelesaikan perkataannya, kembali Seebun Yan telah mengejek sambil tertawa dingin, "Memangnya aku salah memaki? Aku ingin bertanya kepadamu, bukankah menjadi kuku garudanya kaum Tartar sama hinanya dengan seekor anjing busuk?" Paras muka Hong-sihu berubah jadi hijau kemerah merahan, dia sadar setelah kejadian berubah jadi begini maka perkataan apa pun tidak mungkin bisa pulihkan kembali keadaan. Sambil tertawa dingin kembali Liok Ki-seng berseru, "Toa-siocia, kau benar-benar tidak tahu diri, hmm! Jangan salahkan kalau aku orang she-Liok tidak punya perasaan. "Kalau kau ingin membunuh, bunuhlah, buat apa banyak bicara. Setelah kau membunuhku, pasti ada orang yang akan membalaskan dendam bagiku. Liok Ki-seng tertawa mengejek. "Kau mengharapkan siapa yang akan membalaskan dendammu? Tonghong Liang atau Bouw It-yu? Sayang Tonghong Liang menganggap wajahmu kelewat jelek, begitu bertemu denganmu, sedari jauh sudah berusaha menghindarkan diri, sedang Bouw It-yu si bocah keparat itu.... hehehe.... Belum selesai dia berkata, mendadak terdengar lagi seseorang sedang tertawa dingin. "Siapa?" hardik Liok Ki-seng. Sambil tertawa dingin sahut orang itu, "Aku tidak mati
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terpelanting, tidak pula roboh karena sakit, maaf, telah membuat kau kecewa berat!" Ternyata Bouw It-yu muncul tepat waktu. Begitu turun tangan dia langsung mengeluarkan jurus pamungkas dari ilmu pedang Lian-huan-toh-beng-kiam-hoat, niatnya ingin menggunakan serangan yang tercepat untuk segera menyelesaikan pertarungan ini. Ujung pedangnya langsung menusuk ke arah tenggorokan lalu mata pedang mengikuti gerakan tadi menebas turun ke bahu, sementara dengan gagang senjata dia sodok perut lawan. Tiga jurus berantai dilancarkan bersamaan waktu, kedahsyatannya benar benar luar biasa. Tapi sayang tenaga dalamnya baru pulih tujuh bagian, Liok Kiseng berani mengincar kursi kebesaran Liok-lim Bengcu tentu saja ilmu silat yang dia milikipun bukan sembarangan. Cepat telapak kirinya menabok ke muka, dia tangkis gagang pedang lawan terlebih dulu, otomatis tusukan ke arah tenggorokan dan babatan ke arah bahu pun terurai dengan sendirinya. Menyusul kemudian telapak tangan kanannya menyodok ke depan, sepasang tangan bersatu membentuk satu lingkaran busur, dalam waktu singkat gerakan pedang dari Bouw It-yu pun terkunci sama sekali. Kini bukan saja gerakan pedang Bouw It-yu terkunci, bahkan seluruh tubuhnya berada dalam kurungan angin pukulannya, hal ini memaksa tubuhnya gontai berapa kali. Sambil tertawa dingin Liok Ki-seng segera mengejek, "Bocah dungu, kusangka kepandaianmu benar benar luar biasa, hmmm, tidak tahunya hanya ujung tombak yang terbuat dari lilin. Hmm! Tadi kau berhasil kabur satu kali, jangan harap bisa kabur untuk kedua kalinya, inilah yang dinamakan jalan ke sorga kau tidak lewati, jalan menuju ke neraka justru kau datangi!" Walaupun mulutnya tetap berkobar mengejek ketidak becusan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

musuhnya, sementara dalam hatinya dia merasa terperanjat bercampur keheranan, pikirnya, 'Sim-hoat tenaga dalam dari Butong-pay ternyata memang luar biasa saktinya, Seebun-hujin saja tidak tahan menghadapi racun dari bunga iblis, ternyata bocah keparat ini masih mampu bertarung seimbang melawanku!' Dalam terkejut bercampur ragunya, karena kuatir situasi bakal berubah tidak menguntungkan pihaknya maka napsu membunuh pun seketika menyelimuti hatinya. Waktu itu Seebun-hujin sedang duduk bersila sambil setengah pejamkan matanya, mendadak dia berseru, "Jalan ke Jian (baratlaut) berputar ke Sun (tenggara), Kim-ku-lui-ming (tambur emas guntur menggelegar)" Jian (Langit/barat-laut), Kun (Bumi/barat-daya), Ken (Gunung/timur-laut), Sun (Angin/tenggara), Kan (Air/utara), Li (Api/Selatan), Ceng (Guntur/timur), Tui (Jeram/barat) merupakan delapan unsur yang menunjuk kan arah yang berbeda dalam Patkwa, namun bila digunakan dalam ilmu silat maka bukan saja hanya menunjukkan arah mata angin bahkan memiliki pula makna mana yang saling menghidupkan dan mana yang saling bertentangan. Bu-tong-pay merupakan pusat agama To, semua ilmu silatnya mengandung makna Ngo-heng dan Pat-kwa, jelas merupakan suatu keistimewaan dari ilmu silat aliran Bu-tong. Begitu mendengar petunjuk itu, tanpa berpikir panjang lagi Bouw It-yu bergerak menuju arah yang ditunjuk Seebun-hujin, pedang dan pukulan digunakan bersama, dia segera mengeluarkan jurus Kim-ku-lui-ming (tambur emas guntur menggelegar) yang maha dahsyat. Jurus pembunuh yang dilancarkan Liok Ki-seng memang tertuju ke bagian tubuhnya yang kosong, dengan perputaran itu maka secara persis dia malah menyumbat bagian yang kosong itu bahkan melancarkan serangan setengah langkah cepat, dari posisi yang diserang kini dia malah menjadi pihak yang menyerang. Begitu Bouw It-yu mendapat petunjuk dari Seebun-hujin,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

walaupun tenaga dalamnya masih kalah dari musuhnya, namun setiap jurus serangan yang dilancarkan selalu berhasil mengendalikan situasi lebih dulu, hal ini menyebabkan Liok Ki-seng jadi keteter hebat dan kalang kabut dibuatnya. Cepat Liok Ki-seng merangkap tangannya di depan dada dan berdiri tegap tanpa melancarkan serangan lagi. Karena dia tidak bergerak, petunjuk dari Seebun-hujin pun segera berhenti. Tiba tiba Liok Ki-seng membentak nyaring, "Kalian tidak usah berlagak mampus, ayoh cepat bangun dan turun tangan!" Ke lima orang anak buah yang dibawa dari daratan Tionggoan itu semula masih tergeletak 'sakit' dalam kondisi yang parah, kini tibatiba saja melompat bangun dalam keadaan segar bugar. Sasaran pertama yang mereka serang tentu saja Seebun-hujin. Paras muka Seebun-hujin sama sekali tidak berubah, mendadak terdengar suara orang menjerit kesakitan, orang pertama yang menubruk ke arahnya tahu-tahu sudah tergelepar lagi diatas tanah. Rupanya orang itu hendak menggunakan Seebun-hujin sebagai sandera, siapa tahu meski tenaga dalam yang dimiliki perempuan ini telah punah namun ilmu silatnya sama sekali tidak lenyap, sejak awal secara diam diam dia sudah menyembunyikan sebatang tusuk konde di balik telapak tangannya. Begitu orang itu menyerang, diapun langsung menotok urat nadinya, kemudian dengan tehnik empat tahil membelokkan seribu kati dia lempar tubuh orang itu ke belakang. Dengan ilmu silat tenaga luar yang dimiliki orang itu, bagaimana mungkin dia dapat menghadapi ilmu silat tingkat tinggi, tidak ampun lagi tubuhnya roboh tertelentang ke tanah. Tusuk konde perak itu memang sengaja disembunyikan di balik telapak tangan, rekan orang itu yang ikut menerjang ke muka sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi dengan temannya, dia hanya melihat begitu orang itu menerjang maju tahu-tahu sudah roboh terjengkang, disangkanya Seebun-hujin masih memiliki ilmu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

simpanan yang maha dahsyat, hal mana membuatnya terkesiap dan langsung berdiri mematung. Dengan tatapan tajam Seebun-hujin mengawasi wajahnya, kemudian berkata hambar, "Lay Po-ji, kau pun sudah berpindah keluarga? Bagus, kalau begitu majulah, akan kusempurnakan keinginanmu itu!" Ternyata orang yang bernama Lay Po-ji ini adalah pelayan mendiang suaminya dulu, meski sudah lewat dua puluhan tahun namun sikapnya terhadap perempuan itu masih takut bercampur hormat. Dalam terperanjatnya buru-buru dia berseru, "Hamba tidak berani!" Kakinya seolah menginjak minyak pelumas saja, membalikkan tubuh langsung melarikan diri terbirit-birit. begitu

Mana dia tahu kalau saat itu kondisi Seebun-hujin sudah amat parah, bukan saja amat lelah bahkan sudah kehabisan tenaga. Untuk melakukan tehnik empat tahil membelokkan seribu kati, paling tidak dia harus memiliki modal tenaga sebesar empat tahil, padahal jangan lagi empat tahil, kekuatan setahil pun saat ini sudah tidak dimilikinya. Andaikata dia berani maju menyerang, niscaya Seebun-hujin akan berhasil dibekuknya. Orang ke tiga jauh lebih licik, dia tidak berani maju menyerang Seebun-hujin namun diapun tidak melarikan diri, hanya berganti sasaran saja, kini dia berbalik menerjang ke arah Seebun Yan. Saat ini untuk berdiri pun sudah tidak sanggup, bagaimana mungkin Seebun-hujin dapat menolong putrinya? "Sudah kalian lihat sendiri bukan!" bentak Liok Ki-seng, "perempuan bangsat itu sudah ibarat patung lumpur menyeberangi sungai, untuk menyelamatkan diri sendiripun sudah tidak mampu, apa lagi yang kalian takuti?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Baru selesai dia berteriak, kembali terlihat ada dua orang jatuh bersama keatas tanah. Ternyata Peng-toaso telah memeluk kencang orang itu, maka mereka berdua pun menggelinding bersama diatas tanah. Peng-toaso memang pada dasarnya memiliki tenaga alam yang sangat kuat, biarpun sudah keracunan hebat, biarpun kekuatan tenaganya sudah hilang tujuh, delapan bagian, namun serangan yang dilancarkan dalam keadaan kritis dan berbahaya ini benarbenar menakutkan. Mana mungkin dalam keadaan panik dan cemas orang itu dapat melepaskan diri dari rangkulannya? Seebun Yan segera mencabut ditusukkan ke punggung orang itu. pedangnya dan langsung

Tenaga yang dimilikinya saat itu hanya cukup untuk memegang kencang gagang pedangnya, sewaktu ditusukkan ke depan, ujung pedangnya bergetar tiada hentinya, Peng-toaso harus menggunakan seluruh tenaga yang dimilikinya untuk membenturkan punggung orang itu dengan ujung pedang. Pada tusukan ke tigalah ujung pedang itu baru tembus ke dalam punggungnya. Seketika orang itu tidak bergerak lagi sedang Pengtoaso pun jatuh tidak sadarkan diri.... "Traaang.... pedang Seebun Yan terjatuh ke tanah, sama seperti ibunya, diapun kehabisan tenaga dan tidak sanggup bergerak lagi. Masih untung dua orang jagoan yang lain sedang membantu Liok Ki-seng menyerang Bouw It-yu, agaknya mereka tidak menyangka kalau orang itu ternyata tidak mampu mengatasi Peng-toaso. Setelah berhasil menenangkan diri, buru-buru Seebun-hujin berteriak lagi, "Berputar ke arah Li, menyeberang ke Sun, balik tangan menusuk ke belakang!" Waktu itu Bouw It-yu sedang diserang habis habisan hingga tidak sanggup berganti napas, dia segera mengikuti petunjuk dengan melakukan tusukan membalik.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Benar saja, tusukan itu langsung menembusi jalan darah seorang diantaranya, menyusul kemudian tusukan berikut membuat seorang jago yang tersisa menderita luka pula. Tampaknya orang itu keder dan tidak berani bertarung lebih jauh, tergopoh-gopoh dia melarikan diri. Dari lima orang anak buah yang dibawa Liok Ki-seng, dua orang telah melarikan diri, tiga orang terkapar dalam keadaan terluka parah dan kehilangan kesadaran, kini yang tersisa tinggal dia seorang diri. Menyadari akan posisinya yang berbahaya, Liok Ki-seng jadi gugup bercampur panik, serangannya pun mulai kalut. Dalam pada itu tenaga dalam yang dimiliki Bouw It-yu makin pulih kembali, dalam keadaan begini, sekalipun tidak ada petunjuk dari orang lain pun dia sudah memiliki kemampuan untuk meraih kemenangan. "Blaaaam....!" sebuah pukulan keras bersarang telak di atas dada Liok Ki-seng, membuat tubuhnya mencelat ke belakang. "Perempuan bangsat, teriaknya kalap. aku akan beradu jiwa denganmu!"

Bouw It-yu khawatir dia akan melukai Seebun-hujin, dengan satu gerakan cepat dia menghadang di depan perempuan itu sambil melepaskan sebuah bacokan kilat. Ternyata bentakan itu hanya gertak sambal, menggunakan kesempatan itu Liok Ki-seng berjumpalitan di udara dan berusaha melarikan diri. Tampaknya pukulan yang bersarang di dadanya menimbulkan luka yang cukup parah, semburan darah yang muntah keluar dari tenggorokannya dipaksa untuk ditelan kembali, bentaknya, "Bajingan muda, dua lawan satu terhitung jagoan macam apa kau, kalau bernyali ayoh bertarung satu lawan saru!" Bouw It-yu tertawa dingin.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Yang berlagak sok jagoan bukan aku, kalau memang bernyali jangan melarikan diri!" Padahal Liok Ki-seng memang sengaja bicara sesumbar untuk menutupi rasa takutnya, begitu selesai berteriak, dia langsung membalikkan tubuh dan melarikan diri terbirit-birit. Sampai musuhnya lenyap dari pandangan, Seebun-hujin baru menghembuskan napas lega, membayangkan kembali ancaman bahaya yang baru lewat, tanpa terasa peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya. "Anak Yu, untung ada kau!" bisiknya lirih. "Bukankah semuanya ini berkat petunjukmu, sahut Bouw It-yu hambar. Ternyata dia tidak menyebut 'ibu angkat' sebaliknya langsung menggunakan sebutan 'kau' 'aku'. Seebun Yan masih tidak seberapa memperhatikan, sebaliknya Seebun-hujin nampak tertegun, apalagi setelah melihat perubahan aneh di wajah pemuda itu. Sementara itu Seebun Yan berhasil menenangkan hatinya, dengan perasaan girang serunya, "Bouw-toako, tenaga dalam dari Bu-tong-pay kalian memang bukan nama kosong, ibu saja berhasil dipecundangi bajingan itu, ternyata kau sendiri malah tidak apa apa!" "Anak Yu, apakah sewaktu keluar tadi kau telah memperoleh penemuan luar biasa?" tanya Seebun-hujin. "Akupun tidak tahu apakah kejadian ini termasuk satu penemuan luar biasa, tapi persoalan ini bisa kujelaskan di kemudian hari saja. "Benar, yang penting sekarang adalah menyelamat kan orang lebih dulu, seru Seebun Yan, "toako, cepat kau periksa Peng-toaso, coba lihat apakah dia masih dapat ditolong?" "Tidak usah diperiksa lagi, dia hanya menggunakan tenaga kelewat batas hingga jatuh tidak sadarkan diri. Asal dicekoki obat penawar racun dan biarkan dia tidur sejenak, kondisi tubuhnya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

segera akan pulih kembali. "Aaah, jadi kau mempunyai obat penawar racun?" seru Seebun Yan kegirangan. "Benar, hanya saja obat penawar ini mempunyai sedikit keistimewaan. "Keistimewaan apa?" Bouw It-yu segera menjejalkan obat penawar racun ke mulut Peng-toaso kemudian membaginya pula untuk Seebun Yan dan Hong-sihu masing-masing sebutir, setelah itu baru ujarnya, "Bukan sesuatu yang amat istimewa, hanya saja obat itu baru berkhasiat jika kalian telah tidur sejenak. Bicara sampai disitu dengan kecepatan tinggi dia langsung menotok jalan darah tidur di tubuh Seebun Yan serta Hong-sihu. Ilmu menotok jalan darah yang digunakan Bouw It-yu bukanlah ilmu totokan berat yang bisa merugikan badan, namun tidak urung menimbulkan kecurigaan juga dalam hati Seebun-hujin. "Darimana kau dapatkam obat pemunah racun itu? Kenapa baru berkhasiat bila jalan darah tidur mereka ditotok? Rasanya aku belum pernah mendengar tentang hal ini, kata Seebun-hujin. Sementara dalam hati diapun merasa keheranan, mengapa Bouw It-yu tidak membagikan obat penawar racun itu untuknya. "Sebenarnya mah tidak perlu, sahut Bouw It-yu kemudian, "hanya saja aku tidak ingin ada orang ke tiga yang ikut mendengarkan pembicaraan kita berdua. "Masalah apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Seebun-hujin terperanjat. Dengan sorot mata yang bening, dingin dan tajam bagai mata pedang Bouw It-yu menatap perempuan itu tanpa berkedip, berapa saat kemudian dia baru berkata, "Hingga kini aku tidak habis mengerti, mengapa kau bersikap begitu baik kepadaku?" "Dan sekarang kau sudah mengerti?" tanya Seebun-hujin. Bouw It-yu manggut-manggut. "Apa yang telah kau pahami?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

desak Seebun-hujin lebih jauh. "Kau sedang menebus dosa!" jawaban Bouw It-yu dingin bagaikan es. "Menebus dosa?" paras muka Seebun-hujin tiba tiba berubah jadi pucat pias bagaikan kertas, "aku sedang menebus dosa siapa?" "Kau tidak perlu berlagak pilon, dalam hati kecil-mu kau sudah tahu dengan jelas. "Anak Yu, apakah kau telah mendengar desak desus dari seseorang?" tanya Seebun-hujin lembut. "Tidak perlu diberitahu orang lain, aku pernah melihat lukisan wajahmu di kamar baca ayahku!" "Haaah?" Seebun-hujin ternganga lebar saking kagetnya, untuk sesaat dia tidak mampu berkata. "Ayah menyembunyikan lukisan wajahmu dengan sangat rapi, ujar Bouw It-yu lebih lanjut, "aku menemukannya tanpa sengaja. "Terus? Apa saja yang kau ketahui?" "Aku tahu, sikap ayah kepadamu jauh lebih baik ketimbang sikapnya terhadap ibuku! Benar bukan perkataanku ini?" Seebun-hujin tidak menyangkal, namun dihati kecilnya dia berpekik, "Kau keliru besar, justru ayahmu bersikap paling baik terhadap ibumu. Sambil menggigit bibir kembali Bouw It-yu berkata, Tahukah kau bagaimana ibuku meninggal? Dia mati karena dibuat jengkel olehmu! Selama hidup aku tidak akan melupakannya, malam itu adalah malam menjelang tahun baru Imlek, ibu sangat berharap ayah pulang ke rumah, hari sudah terang tanah, bunyi mercon telah bergelegar di udara, tapi ayah belum juga kembali. Di tengah bunyi petasan yang ramai itulah ibu menghembuskan napasnya yang penghabisan. Tapi sesaat sebelum ajalnya tiba, dia sempat meninggalkan pesan kepadaku, dia bilang, "Nak, jangan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

salahkah ayahmu, jangan salahkan perempuan itu, dia bukan perempuan liar. "Ibumu sungguh orang baik, aku merasa bersalah kepadanya, gumam Seebun-hujin. "Oleh karena itu kau harus menebus dosa, benar bukan? Tapi aku minta kau dengar baik-baik, bagaimana pun juga aku tidak bakal memaafkan diri-mu!" Tiba-tiba Seebun-hujin menghela napas panjang, katanya, "Aku menghormati ibumu, akupun iri kepada ibumu. Bouw It-yu tertawa dingin, tukasnya, "Seharusnya ibuku yang mengucapkan perkataan itu. Kau telah merebut suaminya, tapi dia tidak iri kepadamu, justru sekarang kau yang iri kepadanya!" "Dalam kejadian ini bukan aku yang salah, juga bukan kesalahan ayahmu. "Memangnya kesalahan ibuku?" "Tidak, tidak ada yang salah, kami semua hanya dipermainkan oleh takdir!" "Takdir? Enak amat kau cuci tangan. Hmmm! Coba katakan, apa yang kau irikan darinya?" Seebun-hujin tertawa getir. "Dia mempunyai seorang anak yang berbakti macam kau, sementara aku tidak punya!" Bicara sampai disini, tanpa terasa dia sedikit emosi, jeritnya dengan suara parau, "Thian memang tidak adil kepadanya, tapi lebih tidak adil lagi terhadap diriku!" Bouw It-yu tidak habis mengerti mengapa dia nampak begitu emosi, terasa sorot matanya tampak aneh sekali dan entah mengapa ternyata dia merasa sedikit takut saling bersentuhan dengan sorot matanya itu. Tangannya mulai meraba gagang pedang, dia ingin secepatnya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyelesaikan persoalan ini, tapi jantungnya terasa berdebar keras, jari tangannya ikut gemetaran, dia tidak tahu haruskah membunuh perem-puan ini atau jangan dibunuh. "Anak Yu, kau tidak boleh.... teriak Seebun-hujin. Teriakan itu bukan jerit ketakutan atau ngeri, panggilan "anak Yu" justru seolah muncul dari hati sanubarinya, penuh diliputi cinta kasih seorang ibu. Bouw It-yu merasakan hatinya bergetar keras, ujarnya agak bimbang, "Kau telah mencelakai ibuku hingga mati, kenapa aku tidak boleh membunuhmu?" Secara lamat-lamat dia sudah mulai merasakan sesuatu yang 'tidak beres', pertanyaan yang dia ajukan hanya mempertegas niatnya untuk membalas dendam, tapi sebelum melakukannya dia mohon kepada Seebun-hujin untuk memberikan sebuah penjelasan yang nyata. Dalam waktu singkat pelbagai ingatan berkecamuk dalam hati Seebun-hujin, pikirnya, 'Justru disaat kau mengetahui kejadian yang sesungguhnya, selama hidup kau bakal menyesal!' Namun pada akhirnya dia berkata begini, Aku bukannya takut mati, tapi paling tidak aku pernah hidup bersama ayahmu. Aku tidak ingin membiarkan kau memikul dosa karena membunuhku.... kau.... lemparkan pedangmu kepadaku, aku masih mempunyai kekuatan untuk bunuh diri! Ehmm, kenapa kau masih termangu? Aaai.... baiklah, biar kau pandang aku berapa kejap lebih lama!" Dari balik sorot matanya Bouw It-yu dapat merasa kan luapan perasaan cinta kasihnya yang tebal, tapi dia tidak kuasa menahan diri, akhirnya pemuda itu melakukan satu tindakan yang sama sekali diluar dugaan Seebun-hujin. Yang dia melemparkan ke hadapan Seebun-hujin bukan senjata, melainkan obat penawar racun. "Kau pernah selamatkan jiwaku, kuberikan obat pemunah ini
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untukmu, mulai sekarang kita sama-sama tidak ada yang berhutang. Kau tidak perlu bersikap baik kepadaku, kau pun jangan berharap aku bisa melupakan dirimu sebagai orang yang telah mencelakai ibuku hingga mati!" Air mata mulai membasahi kelopak mata Seebun-hujin, mengawasi bayangan punggung Bouw It-yu yang semakin menjauh, gumamnya, "Anak Yu, maafkan, semua ini merupakan rahasia, selamanya aku tidak akan membiarkan kau tahu. Bouw It-yu mengambil jalan semula, sepanjang jalan dia menjumpai bekas-bekas kaki kuda yang baru, terlihat pula dua gumpal bekas cairan darah, tidak usah ditanya pun dapat diketahui kalau kesemuanya itu ditinggalkan oleh Liok Ki-seng. Pada mulanya Bouw It-yu masih agak kuatir bila dia balik ke kota Uh-sah-tin dan memberi laporan, tapi kini dia merasa lega sekali, pikirnya, 'Bajingan penghianat ini bukan saja gagal mencelakai orang, dia pun tidak bisa mempertanggung jawabkan tugasnya, dalam keadaan begini, balik ke tempat Kim Teng-hap sama artinya mencari penghinaan dan cemoohan buat diri sendiri, tidak heran kalau dia langsung kabur balik ke daratan Tionggoan' Jalanan yang dilalui adalah jalan bukit yang sepi dari lalu lalang manusia. Tidak lama kemudian dari bawah bukit dia menyaksikan ada satu rombongan manusia sedang bergerak lewat. Dua orang yang berjalan dipaling depan tidak lain adalah Han Cau dan Eng Siong-leng. Bouw It-yu tidak ingin jejaknya ketahuan, menyembunyikan diri dibalik semak belukar. cepat dia

Waktu itu Han Cau dan Eng Siong-ling sedang bercakap-cakap, cepat Bouw It-yu menempelkan telinganya diatas permukaan tanah untuk ikut mendengarkan. Terdengar Han Cau sedang berkata, "Hingga kini kita belum memperoleh kabar berita tentang Lan Giok-keng, tapi menurut dugaan Tauke, kemungkinan besar dia telah berangkat ke Kimhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

leng. "Kenapa?" tanya Eng Siong-leng. "Sebab surat dari Kwik Bu telah terjatuh ke tangannya. Siapakah Kwik Bu? Bouw It-yu tidak tahu, apa sebabnya Lan Giok-keng berangkat ke Kim-leng setelah memperoleh surat itu? Bouw It-yu pun tidak paham. Tapi Eng Siong-leng sangat paham, segera sahutnya, "Kalau begitu urusan disini boleh dibilang telah selesai, mungkin kitapun harus berangkat ke Kim-leng. "Kim-lopan memang punya niatan begitu, tapi masalah yang didepan mata saat ini belum diketahui apakah bisa berjalan lancar sesuai dengan dugaan, terus terang aku merasa sedikit.... "Kau tidak perlu kuatir, tukas Eng Siong-leng sambil tertawa, "kau anggap bubuk siu-lo-san dari Ka-cok Hoatsu adalah obat pemabuk yang biasa dan umum? Aku rasa biar perempuan busuk itu memiliki kepandaian yang lebih hebat pun pasti akan terkena juga. Apalagi sekarang terdapat Liok Ki-seng yang menjadi musuh dalam selimut, kau jangan anggap saudaramu itu adalah orang yang tidak berguna. Ketika berbicara sampai disini, rombongan itu sudah pergi sangat jauh sehingga kata berikut tidak kedengaran lagi. Kini Bouw It-yu baru tahu, ternyata Han Cau sekalian sudah mempunyai janji dengan Liok Ki-seng, itulah sebabnya walaupun Liok Ki-seng tidak memberikan laporannya namun mereka tetap datang meminta orang sesuai dengan pernjanjian. Pada detik itu juga Bouw It-yu nyaris tidak kuasa menahan diri untuk tampil ke depan dan berteriak keras, dia berniat memancing perhatian orang orang itu agar datang mengejarnya. Tapi sayang pertama karena rombongan itu sudah pergi jauh, kedua menurut perhitungannya, di saat Han Cau sekalian tiba di tempat mereka mendirikan tenda tadi, Seebun-hujin sudah hampir
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setengah jam lamanya minum obat pemunah. "Antara aku dengan dia sudah putus hubungan dan tidak saling berhutang, urusannya biar dia selesaikan sendiri, mau selamat atau berbahaya, kenapa aku musti menguatirkannya?" Dia sendiripun merasa sedikit agak heran, mengapa dia bersikap begitu perhatian terhadap Seebun-hujin. Dengan pikiran bimbang dia meneruskan perjalanannya, namun suara teriakan Seebun-hujin yang penuh dengan emosi seolah masih terdengar disisi telinganya. "Dia punya seorang anak yang berbakti macam kau, sementara aku tidak punya! Thian memang tidak adil kepadanya, tapi lebih tidak adil terhadap diriku!" Sorot matanya yang menggetarkan sukma seakan masih mengawasinya, sinar mata penuh amarah namun terselip juga sorot mata penuh kasih sayang. Mendadak seakan tersadar akan sesuatu, pikirnya, Aaah, dia baik kepadaku bukan karena ingin menebus dosa, dia memang menaruh perasaan kasih yang sangat mendalam kepadaku, kasih seorang sanak' Segulung angin berhembus lewat, menggoyangkan daun dan ranting pohon Siong, suara deruan itu bercampur dengan suara deburan ombak samudra.... persis sama seperti perasaan hatinya yang sedang diombang ambingkan oleh ombak perasaan. Ketika Han Cau sekalian tiba ditempat yang telah dijanjikan Liok Ki-seng, mereka jumpai ada dua buah kereta kuda parkir di tepi jalan, menemukan pula tenda tenda yang dibangun di sana. Tapi suasana di seputar sana sangat hening, tidak terdengar pula sesuatu suara dibalik tenda. Dengan kening berkerut Han Cau segera berbisik, "Tampak gelagatnya tidak beres.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Siong-leng pun seorang jago kawakan, katanya pula, "Benar, jangan buru-buru masuk. Kemudian setelah menarik napas, serunya lantang, Seebunhujin, Khan mengundangmu berkunjung ke kotaraja, aku orang sheEng sengaja datang untuk menyambutmu. Tiada jawaban. "Liok-toako!" teriak Han Cau pula. Masih tidak ada jawaban. "Kalau tidak ada orang yang keluar, segera akan kulepaskan api!" Eng Siong-leng sengaja mengancam. Ancaman hendak membakar tentu saja bohong, tapi Seebunhujin yang berada dalam tenda justru cemas bercampur panik. Ternyata walaupun Seebun-hujin telah menelan pil pemunah itu, namun karena pukulan batin yang diterimanya kelewat besar, untuk sesaat dia tidak mampu menenangkan kembali pikirannya. Dengan dasar tenaga dalam yang dimilikinya, sebetulnya seperti yang di duga Bouw It-yu, dalam setengah jam kemudian kekuatan tubuhnya dapat pulih kembali, tapi berhubung pikirannya tidak tenang, dengan sendirinya tahap penyembuhan yang diperoleh pun jadi sangat lamban. Saat ini tenaga dalamnya baru pulih tiga bagian, untuk menghadapi Han Cau seorang memang masih bisa, tapi bila ditambah Eng Siong-leng, dia tidak yakin bisa menghadapinya. Di samping itu masih ada satu hal lagi yang membuatnya kuatir, hingga kini putrinya belum mendusin kembali. Andaikata rombongan orang itu benar-benar menyerbu masuk ke dalam tenda, dapatkah dia jamin keselamatan putrinya? Untung saja Han Cau sekalian banyak curiga dan ragu sehingga mereka tidak berani menyerbu masuk ke tenda. Dengan setengah berbisik Han Cau segera berkata, "Aku rasa mungkin sudah terjadi perubahan yang sama sekali tidak terduga, hingga sekarang kita belum tahu apakah Liok-toako masih ada di
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam atau tidak, kita tidak boleh sembarangan bertindak hingga berakibat sama-sama rugi. Eng Siong-leng segera mengedipkan mata, memberi isyarat kalau rencananya membakar hanya gertak sc-.mbal, kemudian dengan suara keras serunya, "Lebih baik kita hancur bersama, apa pun yang terjadi kita harus paksa mereka untuk keluar! Aku akan mulai menghitung sampai angka tiga, bila tidak ada yang keluar lagi, akan kulepaskan panah berapi!" Kemudian dia pun mulai menghitung, "Satu.... dua.... tiga!" Pada saat itulah terdengar Seebun-hujin berseru sambil tertawa dingin, "Bukankah kalian menginginkan orang-orangmu? Baik, kukembalikan orangmu!" Di tengah suara tertawa dingin tampak dua orang manusia "terbang" keluar dari balik tenda. Pada saat yang bersamaan Eng Siong-leng telah melepaskan panahnya, tentu bukan panah berapi. Han Cau segera mengenali siapakah kedua orang itu, dengan terperanjat buru-buru teriaknya, "Mereka adalah orang sendiri!" Sayang keadaan sudah terlambat. Begitu anak buah Eng Siong-leng melihat ada orang melompat keluar dari balik tenda, mereka segera melepaskan hujan panah. Tidak ampun kedua orang itu segera terkena bidikan panah, hanya saja dibalik ketidak beruntungan masih ada keuntungan juga. Orang pertama yang jalan darahnya sudah ditotok Seebun-hujin dengan tusuk kondenya, karena totokan belum dibebaskan maka tubuhnya tidak mampu bergerak, seketika itu diapun terhujan panah dan mati seketika. Orang kedua hanya pingsan karena dihajar Peng-toaso, begitu termakan bidikan panah, dia segera tersadar dari pingsannya karena kesakitan. Untung nasibnya tidak terlalu jelek, panah itu tidak bersarang di bagian tubuhnya yang mematikan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di saat tubuhnya sedang bergulingan di atas tanah, hujan panah pun berhenti seketika. Buru-buru Eng Siong-leng dan Han Cau membangunkan orang itu dan bertanya cemas, "Apa yang telah terjadi?" "Apakah perempuan busuk itu tidak keracunan?" "Mana Liok-toako?" "Mana rekan-rekan lainnya?" Orang ini adalah anak buah andalan Liok Ki-seng, sekalipun reaksinya cukup cepat, namun berhubung dia baru sadar dari kesakitan, lagipula sekaligus menghadapi serentetan pertanyaan yang bertubi-tubi, untuk sesaat dia jadi bingung dan tidak tahu pertanyaan penting mana yang harus di jawab dulu. Akhirnya sambil menahan sakit teriaknya, "Hujin hanya pura-pura kehilangan ilmu silat, kalian harus berhati-hati!" Perlu diketahui, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana seorang rekannya roboh terjungkal persis di hadapan Seebun-hujin, menyusul kemudian diapun tidak sadarkan diri hingga kejadian selanjutnya tidak diketahui olehnya. Dalam anggapannya, Liok Ki-seng serta ke tiga orang rekan lainnya telah tewas di tangan Seebun-hujin. Sementara Eng Siong-leng yang berada diluar tenda merasa terperanjat bercampur sangsi, Seebun-hujin yang berada dalam tenda justru merasa terkejut bercampur gembira. Ternyata Seebun Yan hanya ditotok jalan darah tidurnya oleh Bouw It-yu dengan ilmu tunggalnya, tujuan Bouw It-yu hanya tidak ingin gadis itu ikut mendengarkan pembicaraannya dengan Seebunhujin. Karena itulah totokan yang digunakan tidak terlalu berat, bahkan sudah memperhitungkan dengan tepat bahwa dia dapat mendusin sendiri satu jam kemudian. Dan saat itulah kebetulan dia baru mendusin dari tidurnya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu mendengar suara hiruk pikuk di luar tenda, dia sangka Liok Ki-seng belum sempat melarikan diri, tanpa berpikir panjang lagi dia segera mencabut pedangnya sambil menerjang keluar. Semula Seebun-hujin merasa gembira, menyusul kemudian dengan perasaan terkejut buru-buru dia ikut menerjang keluar. Begitu panah dari Eng Siong-leng meluncur datang, Seebun Yan segera menangkis dengan pedangnya, anak panah itupun melenceng dan terbang ke samping. Pada saat yang bersamaan itulah Seebun-hujin telah muncul di belakang putrinya dan menangkap anak panah itu. Dengan perasaan takut buru-buru Han Cau membalikkan tubuh sambil kabur. "Kau bukan dalang dari semuanya ini, hukuman mati boleh dihindari, hukuman hidup tidak bisa dielakkan!" bentak Seebun-hujin nyaring. Sepacang jarinya menyentil ke depan dan mementalkan balik anak panah tadi. Panah itu melesat dengan kecepatan tinggi dan secara kebetulan menembusi tulang Pi-pa-kut di tubuh Han Cau, seketika itu juga ilmu silatnya punah. Sebetulnya Eng Siong-leng masih sangsi dengan perkataan orang itu, setelah melihat kejadian ini, mana dia berani menjajal lagi ilmu silat Seebun-hujin, dengan cepat dia melompat naik ke punggung kudanya dan kabur lebih cepat ketimbang Han Cau. "Dasar sekawanan gentong nasi!" umpat Seebun Yan sambil tertawa, "dengan kemampuan macam beginipun ingin mencari gargara. Ibu, obat penawar racun dari Bouw-toako sungguh mustajab, ilmu silatku telah pulih kembali. Bajingan tua itu sangat memuakkan, mari kita mengejarnya balik!" Diam-diam Seebun-hujin bersyukur, cegahnya, "Tidak usah banyak urusan. Ternyata tenaga dalamnya baru pulih tiga bagian, untuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mementalkan balik panah dari Han Cau, dia telah menggunakan seluruh sisa kekuatan yang dimilikinya. Melihat paras muka ibunya pucat pasi, dengan rasa kaget Seebun Yan segera menegur, Ibu, kenapa kau?" "Tidak apa-apa, sahut Seebun-hujin sambil tersenyum, "hanya saja bila panah tadi kusambitkan ke arah Eng Siong-leng, mungkin rahasiaku segera akan terbongkar. Kini Seebun Yan baru sadar akan apa yang terjadi, serunya tertahan, "Oooh, rupanya mereka kabur lantaran termakan gertakanmu. Mendadak dia teringat kembali akan Bouw It-yu, setelah memandang sekejap sekeliling tempat itu, Seebun Yan pun berseru tertahan, "Aaaah, kenapa tidak nampak Bouw-toako?" "Dia telah pergi. "Bukankah dia akan menemani kita naik ke Bu-tong?" seru Seebun Yan agak heran, "kenapa sebelum aku tersadar kembali, dia sudah pergi seorang diri?" "Aku sendiripun tidak tahu mengapa dia pergi secara tiba-tiba, tapi setiap orang memang memiliki masalah pribadi yang tidak ingin diketahui orang lain, lagian diapun bukan anak kandungku, mana boleh aku menanyainya secara detil?" Walaupun dia gunakan perkataan itu untuk menyumbat agar putrinya tidak banyak bertanya, tapi dihati kecilnya dia merasa kecut bercampur sedih. Sementara itu Hong-sihu dan Peng-toaso telah sadar kembali dari pingsannya. Maka Seebun Yan pun bertanya lagi, "Bagaimana rencana kita sekarang? Apakah masih akan naik ke gunung Bu-tong untuk menghadiri upacara penguburan Bu-siang Cinjin?" "Lebih baik kita masuk dulu ke daratan sebelum bicara lagi, sahut Seebun-hujin murung.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ooo)*(ooO BAB XV Mengenang kekasih dalam kompleks kuburan. Mencuri dengar rahasia besar. Gunung Bu-tong, bawah puncak Ci-siau-hong, terlihat seorang tosu setengah umur sedang berlatih pedang. Puncak Ci-siau-hong merupakan tempat dimana Thio Sam-hong, Couwsu pendiri Bu-tong-pay berlatih diri tempo dulu. Kini dibekas rumah gubuk yang pernah ditinggali Thio Sam-hong telah dibangun istana Ci-siau-kiong yang besar dan megah dan menjadi markas besar dari perguruan Bu-tong-pay. Dari bawah memandang ke atas, pada puncak Ci-siau-hong seolah terdapat berpuluh bangunan gedung dan loteng yang sedang timbul tenggelam di tengah lautan awan. Istana Ci-siau-kiong dibangun dengan menempel di atas bukit, bangunan dalam istana terdiri dari pintu gerbang Toa-kiong-bun, dua buah prasasti, dua pintu pintu istana, pelataran penyembahan, gedung Ci-siau-tian serta beratus buah undak-undakan batu yang lebar dan tersusun rapi ke arah atas. Waktu itu fajar baru menyingsing, tiada awan di angkasa, sejauh mata memandang lamat-lamat masih terlihat bayangan manusia di bawah prasasti, di atas undakan batu dan di depan pintu gedung. Mereka seakan para dewata yang sedang naik gunung untuk berpesiar. Tentu saja orang-orang itu bukan para dewata yang sudah tidak suka dengan hidangan ke duniawian, mereka adalah para tamu undangan yang berbondong bondong naik ke gunung Bu-tong untuk ikut hadir dalam upacara penguburan jenasah Bu-siang Cinjin. Di
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

samping para tosu yang mendampingi para tetamunya. Hari penguburan jenasah Bu-siang Cinjin masih ada dua hari, tapi sudah tidak sedikit tamu yang berdatangan. Itulah sebabnya suasana di seputar istana Ci-siau-kiong tampak jauh lebih ramai daripada keadaan biasa. Namun suasana di bawah puncak Ci-siau-kiong, di sisi jembatan Yu-ci-kiau terasa begitu hening dan sepi, di sana hanya ada toosu setengah umur seorang diri. Luas jembatan Yu-ci-kiau tidak terlalu lebar, bangunan itu didirikan diatas sebuah jeram yang sempit, jembatan yang sempit lagi tinggi tergantung memberikan pemandangan yang indah di sekitar tepat itu. Bila melewati jembatan tadi maka tibalah di sebuah kompleks pekuburan yang baru saja selesai dibangun, kompleks pekuburan ini disiapkan untuk mengubur jenasah Bu-siang Cinjin. Tosu setengah umur itu adalah orang yang diberi tugas membangun kompleks pekuburan itu, dia adalah satu-satunya murid Bu-siang Cinjin yang masih tersisa, semasa masih preman bernama Ko Ceng-kim dan kini bernama Put-ji Tojin. Biarpun sedang berlatih pedang, disaat berlatih pedang pikiran harus jernih dan tenang, namun dia nampak gelisah dan tidak tenang. Di atas kepalanya terdapat sebuah pohon yang tumbuh menjulang dari tebing karang, ranting yang besar malang melintang kemana-mana, tampak dia melambung ke udara sambil mengeluarkan jurus Pek-hok-liang-ci, dimana cahaya pedang berkilat, tujuh lembar daun berguguran ke tanah. Bahkan setiap daun itu telah terpapas kutung sama besar sama rata. Bisa melatih ilmu pedangnya hingga mencapai taraf sehebat itu sesungguhnya merupakan satu peristiwa yang luar biasa, namun dia nampak murung dan masgul sehabis melihat dedaunan yang berguguran itu, gumamnya, "Apa yang sedang terjadi dengan diriku,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengapa latihanku pada hari ini bukan saja tiada kemajuan, bahkan jauh lebih mundur daripada hasil latihanku kemarin. Ketika berlatih kemarin, dia berhasil memapas rontok sembilan lembar daun, tapi hari ini bukan hanya berkurang dua lembar, bahkan salah satu diantaranya gagal ditebas sama sisi dan sama besarnya. Di atas tebing batu yang curam terdapat sebuah tebing kecil yang disebut Thay-cu-po, di bawah tebing curam terdapat sebuah sumur kuno yang disebut Mo-ciam-cing sumur penggosok jarum, sementara kompleks tanah pekuburan yang baru selesai dibangun berada di samping tebing Thay-cu-po dan tidak jauh dari sumur Mociam-cing. Dengan sedih dia menarik kembali pedangnya dan mengalihkan pandangan matanya ke arah sumur penggosok jarum, kemudian gumamnya sambil menghela napas, "Sudah tujuh belas tahun lamanya aku berlatih ilmu pedang, tapi belum mampu mencapai setengahnya kemampuan suhu. Aaai.... hingga kini aku masih belum sanggup mengendalikan pikiran dan perasaanku yang bergejolak, benar-benar membuat malu suhu yang sudah banyak tahun mendidikku.... Ternyata tebing pangeran atau Thay-cu-po dan sumur penggosok jarum Mo-ciam-cing mendapat nama dari cerita yang terdapat dalam kitab agama To. Dalam To-keng yang bernama Sam-po-toa-yu-kim-su disebutkan, ada seorang pangeran dari negeri Cing-lok-kok pada usia lima belas tahun berpamitan kepada orang tuanya untuk bertapa di atas gunung, di atas tebing inilah sang pangeran mendapat ajaran dari Giok-ceng-seng-cou Ci-hian-kun. Suatu hari dia ingin meninggalkan gunung dan tidak melanjutkan semedinya lagi, dia berjalan menuju ke tepi sebuah sumur, di sana tampak seorang nyonya tua sedang mengasah tongkat besinya diatasbatu. Diapun bertanya kepada perempuan tua itu, mengapa mengasah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tongkat besinya diatas batu, jawab perempuan tua itu, dia ingin menggosok tongkat besi itu menjadi sebatang jarum. Diapun bertanya, bukankah sangat sulit untuk berbuat begitu? Perempuan tua itupun menjawab: bila kau punya tekad, akhirnya pasti akan berhasil. Petunjuk ini seketika membuat sang pangeran tersadar kembali akan kesalahannya, maka diapun balik ke atas gunung untuk melanjutkan pertapaannya dan terakhir berhasil mencapai kesempurnaan. Ketika di kemudian hari dia naik ke atas langit, jadilah pangeran itu sebagai Tin-bu Thay-tee. Tin-bu Thay-tee merupakan dewa pelindung dari bukit Bu-tong. Karena itulah sewaktu pertama kali Bu-siang Cinjin mengajarkan ilmu pedang kepada muridnya, Put-ji, dia tidak memilih tempat lain tapi secara khusus mengajaknya naik ke tebing Thay-cu-po di samping sumur Mo-ciam-cing. Tentu saja tujuan gurunya adalah agar dia menirukan pengalaman dari pangeran negeri Cing-lok-kok dan melatih ilmu dengan tekun. Waktu itu gurunya sempat berkata begini, "Bakatmu sebetulnya tidak terlalu jelek, tapi belum terhitung bakat alam yang hebat, karena itu "dengan rajin menambal kekurangan" merupakan kata kunci yang paling cocok untukmu. Pelbagai kenangan lama pun satu per satu melintas kembali dalam benaknya, dia tertawa getir, tiba tiba bayangan seseorang muncul dalam benaknya. "Tidak heran kalau sumoay menyukai Keng-sute, diluar masalah tampang yang dia memang lebih ganteng ketimbang aku, bakat ilmu silatnya memang jauh lebih bagus daripada diriku. Aku telah mendapat bimbingan langsung dari Ciangbunjin, tujuh belas tahun sudah aku melatih diri namun belum pernah mencapai kesempurna an dalam permainan Thay-kek-kiam-hoat, coba kalau diganti dia, mungkin tidak sampai tujuh tahun keberhasilannya sudah jauh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melebihi kemampuanku hari ini!" demikian Put-ji berpikir dalam hati. Selama banyak tahun dia berusaha keras untuk menekan perasaan hatinya itu, tidak ingin memikirkan Keng King-si lagi. Tapi sekarang tanpa disadari secara tiba-tiba dia teringat akan dirinya. Tentu saja bukannya tanpa sebab dia bersikap begitu, dia bisa secara tiba-tiba teringat akan Keng Kingsi tidak lain karena terpengaruh oleh pemandangan alam yang terpampang di depan mata. Dalam kompleks pemakaman yang berada di hadapannya sekarang, kecuali bagian tengah yang disediakan secara khusus untuk mengubur jenasah Bu-siang Cinjin, di sampingnya terdapat pula sebuah kuburan yang agak kecil, biarpun kuburan itu hanya satu namun dibawahnya terkubur tiga sosok kerangka manusia, salah satu diantaranya adalah adik seperguruannya, Keng King-si. Padahal Keng King-si tidak lebih hanya seorang murid dari kalangan preman yang rendah kedudukannya, mengapa kerangka tubuhnya bisa dikuburkan dalam satu kompleks pemakaman yang sama dengan Ciangbunjinnya? Dalam hal ini memang ada penyebabnya dan penyebab itu timbul karena sekilas pikiran egois dari Put-ji Tojin. Keng King-si, Ho Giok-yan, Ho Liang serta Bu-kek Totiang ketua Tianglo dari Bu-tong-pay tewas pada hari dan tempat yang sama, Keng King-si mati karena 'salah bunuh', Ho Liang mati karena dibokong Siang Ngo-nio sedang Ho Giok-yan bunuh diri setelah melahirkan putranya. Setelah peristiwa itu, lebih kurang satu jam kemudian dia menghantar bayi yang baru lahir itu ke rumah keluarga Lan, menyusul kemudian Bu-kek Totiang yang terluka parah pun muncul disana. Ketika Bu-kek Totiang selesai menyampaikan pesannya, dia pun ikut tewas secara mengenaskan. Terdorong rasa egonya pula, dia enggan menguburkan jenasah Keng King-si dan Ho Giok-yan dalam satu liang, tapi membuang dua
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

liang yang beda, satu untuk mengubur jenasah Ho Giok-yan dan satu lagi untuk mengubur jenasah Bu-kek tianglo, Keng King-si serta Ho Liang. Tahun berselang Bu-siang Cinjin menitahkan murid pertamanya, Put-coat pergi ke bukit Boan-liong-san untuk membawa kerangka Bu-kek tianglo agar bisa dikubur di atas bukit, setelah lewat enam belas tahun, jenasah yang dikubur tanpa peti mati pasti sudah lapuk dan hancur, yang tersisa hanya tulang belulang belaka. Terpaksa Put-coat mengumpulkan ke tiga sosok kerangka itu menjadi satu karung dan dibawa pulang ke gunung, kerangka yang tercampur sudah pasti tidak bisa dibedakan lagi kerangka orang per orang. Ditambah lagi Put-coat sendiri diserang musuh tangguh di bukit Boan-liong-san hingga terluka parah, beruntung muncul Bouw It-yu yang menyelamatkan jiwanya, tapi begitu tiba di gunung Bu-tong, pada hari yang sama dia iku t meninggal dunia. Kedudukan Bu-kek Tianglo dalam partai Bu-tong menempati posisi di bawah Bu-siang Cinjin, sudah sepantasnya bila jenasahnya dikuburkan dalam kompleks pemakaman ini. Oleh karena tulang belulang ke tiga orang itu sudah membaur jadi satu dan tidak mungkin dipisahkan lagi, maka bukan hanya Keng King-si saja yang mendapat upacara penguburan istimewa, Ho Liang si pelayan tua keluarga Ho pun mendapatkan perlakuan yang sama. Tapi kini, Put-ji yang berhadapan dengan kom-pleks pemakaman itu benar-benar dibuat menangis tidak bisa, tertawapun tidak dapat. "Kau sudah mati tapi keadaanmu jauh lebih enak ketimbang aku yang masih hidup, setiap hari setiap saat aku harus merasakan kemurungan, kekhawatiran dan kesedihan yang luar biasa, pikir Put-ji sambil tertawa getir. Peristiwa lama satu demi satu melintas kembali dalam benaknya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tentu saja yang paling membuatnya tidak dapat melupakan adalah Siau-sumoaynya Ho Giok-yan. "Siau-sumoay, kau jangan marah kepadaku karena setelah matipun aku tidak membiarkan jenasahmu terkubur dalam satu liang dengan Keng-sute, biarpun aku sudah banyak melakukan kesalahan kepadamu, paling tidak ada satu hal aku dapat mempertanggung jawabkan kepadamu, anak Keng mu, sesuai dengan permintaanmu terakhir, telah kupelihara hingga dewasa. Memandang awan putih yang bergerak di angka-sa, kembali dia berguman sambil menghela napas, "Sejak anak Keng turun gunung, hingga kini belum terdengar kabar beritanya lagi, entah ke manakah dia telah pergi? Aaaai, aku telah memeliharanya hingga tumbuh dewasa, tapi setiap hari aku harus merasakan ketegangan dan rasa takut yang luar biasa, aku selalu kuatir suatu saat nanti dia tahu kejadian yang sebenarnya dan datang mencari balas kepadaku!" Perasaan hatinya pada Lan Giok-keng memang serba salah dan saling bertentangan, disatu sisi dia merindukan bocah itu, berharap dia segera kembali, tapi disisi lain diapun kuatir bila bocah itu tahu teka-teki tentang asal usulnya, kemudian menganggapnya sebagai musuh besar pembunuh orang tuanya. Kalau sampai terjadi begini, apa yang harus dia lakukan? Sementara pikirannya sedang kusut dan kalut, tiba tiba terlihat ada seorang tosu kecil berjalan turun dari tebing Thay-cu-po sambil memanggilnya lirih, "Susiok-tianglo!" Tosu kecil itu adalah murid Suhengnya Put-po Tojin bergelar Goseng. Put-po Tojin adalah murid tertua dari Bu-kek Totiang, dalam deretan angkatan "put" dia mempunyai posisi yang paling tinggi, sejak Bu-siang Cinjin meninggal dunia, ketua penggantinya Bu-beng cinjin (yaitu Bouw Ciong-long, ayah Bouw It-yu) mengusulkan agar mengangkat dua orang murid dari angkatan "put" menjadi tianglo baru. Maka diangkatlah dua orang tianglo baru untuk mengisi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kekosongan dalam jabatan tersebut, mereka adalah Put-ji Tojin serta Put-po Tojin. Sejak naik ke gunung Bu-tong dan menjadi Tosu, Put-ji selalu tampil murung, tidak banyak bicara dan berwajah serius, begitu seriusnya hingga tosu kecil yang berdiri dihadapannya pun seolah merasa ngeri dan ketakutan. "Ada urusan apa?" tanya Put-ji. "Ti.... tidak ada apa apa, hanya saja.... jawaban Go-seng kedengaran tergagap. "Hanya saja kenapa, cepat katakan!" "Bouw-susiok telah kembali, suhu minta aku menyampaikan kabar ini. Sekarang Bouw-susiok berada di ruang Ci-siau-kiong, apakah tianglo berniat.... Rupanya berhubung selama berapa bulan ini Put-ji harus bertugas mengawasi pembangunan kompleks pemakaman itu, maka untuk sementara waktu dia mendirikan sebuah rumah gubuk di dekat kompleks itu dan tinggal disana. Kini, walaupun pembangunan di kompleks pemakaman telah usai, namun dia belum pindah ke tempat tinggalnya semula, itulah sebabnya Go-seng khusus datang kesana untuk mencarinya. Dalam hati Put-ji merasa terkejut, namun paras mukanya sama sekali tidak berubah, tukasnya hambar, "Aku sudah tahu, kau boleh pergi dari sini. Karena dia tidak memberi pernyataan apakah akan menjumpai Bouw It-yu atau tidak, terpaksa Go-seng berlalu lebih dulu. Mendapat tahu kalau Bouw It-yu telah kembali, perasaan hati Put-ji bertambah kusut dan tidak tenang. Bouw It-yu lah yang telah menerima karung yang berisikan tulang belulang Bu-kek tianglo, Keng King-si serta Ho Liang dari tangan Put-coat, bahkan dia sendiri yang menyerahkan karung itu ke tangan Bu-siang Cinjin. Angin berhembus lembut menggoyangkan ranting dan dedaunan,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seharusnya suara itu halus dan lembut, namun dalam pendengaran Put-ji justru seolah suara gemerutuknya tulang belulang yang diletakkan diatas meja. "Baiklah, sekarang keluarkan tulang itu satu per satu dan letakkan di atas meja, akan kuperiksa dengan seksama!" Ucapan gurunya kepada Bouw It-yu pada saat itupun sepatah demi sepatah seakan mengiang kembali disisi telinganya. Waktu itu dia bersembunyi diluar ruang tidur gurunya sambil mencuri dengar. Sebuah teka teki besar yang selama ini tersimpan dalam hatinya, hingga kini belum pernah terungkap. "Apakah suhu telah mengetahui rahasiaku?" Tapi "untung" gurunya telah meninggal dunia, sekarang hanya satu yang dia kuatirkan. "Entah berapa banyak rahasiaku yang telah diketahui Bouw It-yu si bocah keparat itu?" Setelah peristiwa itu, secara tidak langsung Bouw It-yu pernah memberi kisikan kepadanya bahwa dia telah membantunya, merahasiakan sejumlah persoalan, termasuk 'lenyap' nya sekerat tulang tengkorak di tengah jalan (apakah dalam tulang tengkorak itu tertinggal sebatang jarum Lebah hijau?) Justru karena dia pernah memperoleh "ancaman" dari Bouw It-yu (sekalipun Bouw It-yu tidak pernah menerangkan secara jelas), maka mau tidak mau, meski dengan perasaan tidak puas dan terpaksa, dia harus menunjukkan sikap loyal dan dukungannya terhadap Ciangbunjin baru. Biarpun dia banyak membungkam dan jarang berbincang dengan rekan seperguruannya, namun berita tentang Bouw It-yu yang turun gunung dengan cepat telah masuk ke dalam telinganya. Dia bahkan tahu kalau Bouw It-yu pernah keluar perbatasan dan dalam perjalanan kembalinya sempat mampir di kota Kim-leng. "Apakah ketika berada di luar perbatasan, dia pernah melewati
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kota Uh-sah-tin?" Put-ji pernah mendapat perintah dari gurunya untuk berkunjung ke kota Uh-sah-tin dan menyelidiki Keng King-si saat hidup ditempat itu, dan di saat berada di kota Uh-sah-tin itulah dia bertemu dengan Jit-seng-kiam-kek dan kabur pulang dengan membawa luka di tubuh. Terbayang kalau Bouw It-yu besar kemungkinan telah datang pula ke Uh-sah-tin, pikiran dan perasaan hatinya makin kalut dan tidak tenang. "Aaai, terlepas seberapa banyak yang berhasil dia ketahui, yang penting aku harus berhasil melatih ilmu pedangku. Dia paksakan diri untuk berkonsentrasi dan mulai berlatih pedang kembali. Perangainya memang sekokoh batu karang, ketika sekali mengalami kegagalan dia segera melatih satu kali lagi, tanpa terasa semua kemurungan dan kemasgulan pun terbuang jauh-jauh dari benaknya. Di saat seluruh konsentrasinya terpusat untuk berlatih pedang inilah, mendadak terdengar seseorang memuji, "Ilmu pedang yang hebat!" Desingan angin tajam membelah angkasa disusul bergugurannya dedaunan. Kali ini dia berhasil menebas sembilan lembar daun dan setiap lembar berhasil ter-belah persis di bagian tengahnya. Begitu menarik kembali pedangnya, dia melihat seorang lelaki berwajah sangat umum, tidak tampan pun tidak jelek, kesan yang ditinggalkan orang itu hanyalah orang umum yang setiap saat dapat kau jumpai dimana pun dan setelah lewat sama sekali tidak meninggakan kesan apa pun. Tapi lelaki yang berwajah amat umum itu sedang mengawasinya dengan sorot mata yang sangat aneh. "Siapa kau?" sambil menarik kembali pedangnya Put-ji menegur.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba-tiba orang itu tertawa cekikikan, "Masa aku pun sudah tidak kau kenali?" sapanya. Suaranya merdu bercampur genit, coba kalau orang itu bukan berbicara persis dari hadapannya, dia tidak bakalr.n percaya kalau suara yang merdu merayu itu berasal dari mulu t seorang lelaki yang begitu bersahaja. Namun yang membuatnya terperanjat bukan hanya begitu saja, tapi suara panggilan yang merdu itu telah membangkitkan kembali kenangannya di masa silam. Kalau berbicara soal waktu, kenangan ini sudah teramat lama sekali, namun tidak pernah terlupakan olehnya. Suara itu pernah membuatnya terbuai, pernah membuatnya tergila-gila dan kehilangan sukma, pernah membuat hatinya berdetak keras, takut, ngeri dan merasa seram. Lama setelah berdiri mematung, akhirnya agak tergagap dia berbisik, "Kau.... kau.... kau adalah Ngo.... Siang Ngo-nio tertawa terkekeh. "Terima kasih banyak kau masih ingat namaku, katanya, "tapi aku hanyalah Ngo-nio mu, bila berada dihadapan orang lain, kau jangan memanggil namaku. "Ngo-nio, ujar Put-ji Tojin setelah berhasil menenangkan hatinya, "ilmu merubah wajahmu sungguh luar biasa. Tapi, kendatipun tidak ada yang mengenalimu, tidak seharusnya kau mengambil resiko sebesar ini untuk datang kemari. Mau apa kau kemari?" "Mau apa? Tentu saja datang mencarimu!" "Mencari aku?" berubah paras muka Put-ji, "tahukah kau apa posisiku saat ini?" "Aku tahu, sekarang kau sudah menjadi tianglo di Bu-tong-pay! Hmm, kenapa? Setelah jadi tianglo, kau tidak mau memperdulikan aku lagi?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ngo-nio, tolong jangan berteriak-teriak disini" bisik Put-ji dengan suara lirih, "coba dengarkan dulu perkataanku.... Siang Ngo-nio sama sekali tidak ambil perduli, setelah tertawa dingin kembali ujarnya, "Dasar bocah yang tidak punya perasaaan, masih ingat tidak ketika dulu kau tidur seranjang denganku, berapa banyak kata mesra dan hangat yang pernah kau bisikkan disisi telingaku? Dan sekarang, kau memandangku dengan wajah dingin membeku! Pepatah mengatakan: semalam jadi suami istri.... Buru-buru Put-ji Tojin mendekap mulutnya sambil berbisik, "Ngonio, aku mohon.... jangan sembarangan bicara, sebenarnya apa yang ingin kau katakan?" "Aku ingin kau melaksanakan janjimu dulu, mengambil aku sebagai istrimu!" "Tolong, janganlah bergurau terus!" seru Put-ji sambil tertawa getir, "aku sudah lama jadi pendeta, bahkan sekarang telah menjadi tianglo dalam perguruan ku. "Kalau jadi tianglo lantas kenapa? Orang yang sudah jadi pendeta pun dapat kembali jadi preman! Eeei Ceng-kim, aku lihat kehidupanmu sebagai seorang tosu pun tidak terlalu nyaman dan gembira, aku rasa lebih banyak kesulitan yang bakal kau jumpai daripada kesenangan! Mumpung disini tidak ada orang, bagaimana kalau kita kabur saja ke ujung dunia!" Tiba-tiba saja nada suaranya berubah, berubah jadi sangat halus dan lembut, membuat Put-ji Tojin semakin kelabakan dan tidak tahu apa yang musti dilakukan. Sadar kalau dia tidak bakal lolos dari cengkeraman perempuan itu, satu ingatan segera melintas dalam benaknya. Katanya kemudian, "Lusa adalah saat jenasah guruku dikebumikan, semisal harus pergi pun, aku tidak mungkin bisa pergi pada hari ini. Ngonio, berilah waktu kepadaku untuk berpikir, tapi sebelum itu aku ingin menanyakan satu hal lebih dulu kepadamu. "Baik, tanyalah!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kenapa kau bisa sampai disini?" Berlagak tidak mengerti sahut Siang Ngo-nio, "Aku toh bukan pincang, tentu saja dengan mengandalkan kedua kakiku aku sampai disini!" Put-ji mendengus. "Hmm, tidak usah maksud pertanyaanku mungkin tiada orang mengenali raut wajah siapa dirimu?" berlagak bodoh, kau harus mengerti apa ini! Tidak salah, kau telah berganti rupa, di sepanjang gunung Bu-tong yang bisa aslimu, tapi masa tidak ada yang bertanya

"Sebenarnya aku memang sudah siap bila ada yang bertanya kepadaku, sayang tidak ada kesempatan bagiku untuk mempraktekkan kemampuanku berbohong. Sejak melangkah masuk dari pintu Hian-gak-bun, entah mengapa, para murid perguruanmu yang bertugas menerima tamu tidak ada yang menaruh curiga kepadaku, bahkan bertanya setengah kecap pun tidak. "Hmm, kalau begitu kemampuanmu memang benar-benar luar biasa!" dengus Put-ji sambil melototkan matanya. Dari balik sorot matanya Siang Ngo-nio dapat menangkap cahaya yang sangat aneh, saat itulah dia baru tidak memperolok dirinya lagi, sambil tersenyum ujarnya, "Bukan kemampuanku yang hebat dan luar biasa, aku hanya naik gunung mengikuti seseorang, kalau dibilang ada yang memiliki kemampuan hebat, orang itu pasti bukan aku melainkan orang tersebut. "Siapa?" "Bouw It-yu!" "Untung aku tidak bertindak gegabah, pikir Put-ji dengan perasaan terperanjat. Tampaknya Siang Ngo-nio dapat menebak jalan pikirannya, dengan senyum tidak senyum katanya lagi, "Ceng-kim, bukankah kau menganggap aku telah membawa kesulitan bagimu, bukankah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kau ingin membunuhku? Hehehehe.... ilmu pedangmu telah kau latih hingga mencapai taraf begitu sempurna, bila ingin membunuhku, sebetulnya hal ini bisa kau lakukan dengan gampang sekali, justru yang sulit adalah bisa membunuh aku tanpa diketahui siapa pun!" Put-ji tertawa paksa, ujarnya, "Ngo-nio, kau terlalu banyak curiga, mana mungkin aku ingin membunuhmu? Lagipula kau telah berlatih ilmu senjata rahasia aliran keluarga Tong, aku merasa tidak punya kemampuan untuk membunuhmu!" "Baiklah, anggap saja aku memang menggunakan pikiran seorang siaujin untuk mencurigai seorang kuncu. Apa yang sedang kau pikirkan sekarang?" "Apakah kau bertemu Bouw It-yu di luar perbatasan?" "Benar, bertemu di sebuah kota yang bernama Uh-sah-tin, bukan hanya bertemu Bouw It-yu, disana pun aku telah berjumpa pula dengan anak angkatmu!" "Lan Giok-keng? Kau.... kau pun telah bertemu dengannya?" "Aku rasa sudah waktunya kau mengubah panggilannya sebagai Keng Giok-keng bukan?" Put-ji merasakan hatinya sangat tergoncang, serunya tanpa sadar, "Jadi dia sudah mengetahui orang tua aslinya?" "Aku tidak tahu seberapa banyak yang teLih dia ketahui, tapi aku rasa dia sudah bukan seperti dulu lagi, yang sama sekali tidak tahu apa-apa. Paras muka Put-ji berubah hebat, mulutnya melongo tapi tidak sanggup berbicara. Sambil tersenyum kembali Siang Ngo-nio berkata, "Aku bahkan mengetahui pula akan satu hal, bila sekarang kau ingin membunuhnya, mungkin tidak gampang kau lakukan, karena ilmu pedangnya sekarang sudah jauh lebih hebat daripada kepandaian yang kau miliki!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Omong kosong!" seru Put-ji dengan wajah serius, "akulah yang telah mendidik ilmu silatnya, bukan saja hubungan kami adalah guru dan murid bahkan keakraban kami melebihi seorang ayah dan anak. Untuk menyayangi dirinya saja aku masih tidak sanggup, mana mungkin akan mencelakainya?" Siang Ngo-nio segera tertawa terkekeh. "Benarkah begitu?" ejeknya, "menurut apa yang kuketahui, ilmu pedang yang kau ajarkan kepadanya sepertinya aspal, asli tapi palsu, bukan begitu? Untung saja dia dapat melatih diri sendiri hingga menguasai ilmu pedang tingkat tinggi, kalau tidak, kasih sayangmu kepadanya mungkin akan mencelakainya hingga mati. Put-ji berlagak sedih, ujarnya sambil menghela napas, "Ngo-nio, apakah sampai kau pun tidak bisa menyelami perasaan hatiku? Padahal aku berbuat begitu pun demi kebaikannya, aku hanya ingin dia hidup tenang tenteram sepanjang masa di atas gunung Bu-tong. Kau pun seharusnya tahu, orang persilatan yang bisa hidup bahagia hingga tua biasanya malah mereka yang ilmu silatnya biasa-biasa saja. Orang kuno mengatakan: orang bersahaja banyak rejeki nya ternyata memang tidak keliru. "Tapi sayang Keng Giok-keng bukan termasuk manusia biasa!" "Perkataanmu benar sekali. Tapi maksud utamaku adalah baik, aku tidak menyangka kalau Sucouww nya bakal menyuruh dia turun gunung, bahkan mewariskan pula kiam-boh perguruan kepadanya. "Sekarang dia sudah tahu kalau ilmu pedang asli tapi palsu yang kau ajarkan kepadanya tidak berguna sama sekali, apakah kau sangka dia tetap menganggapmu berniat baik? Itupun baru sebatas masalah ilmu pedang, bila diapun tahu kalau ayah kandungnya ternyata tewas diujung pedangmu, kau sangka.... "Jangan dilanjutkan!" jerit Put-ji, "bagaimanapun juga dia tumbuh dewasa di bawah didikanku, aku telah membuang banyak tenaga maupun pikiran untuk merawatnya dan dia seharusnya tahu akan hal ini! Kalau dia tahu maka dia seharusnya percaya kepadaku!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Gurumu saja sepertinya tidak percaya lagi kepadamu, kalau tidak, masa tanpa memberitahukan kepadamu, dia sudah menyuruh Giok-keng turun gunung. Kau sangka Giok-keng si bocah itu masih mau percaya kepadamu setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya? Hehehe.... mungkin itu hanya keinginanmu sepihak?" Ucapan ini mengena langsung pada penyakit hati Put-ji, kontan saja seperti ayam jago yang kalah bertarung dia tundukkan kepalanya dengan wajah murung. "Ceng-kim, lebih baik kau bersama aku kabur ke ujung dunia saja. Aku punya cara untuk membantumu, sekalipun Keng Giokkeng telah mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, aku pun bisa mengalihkan dendam kesumatnya dari dirimu kepada diriku, bujuk Siang Ngo-nio. Tergerak hati Put-ji sesudah mendengar ucapan itu, tapi ingatan lain segera melintas, "Setelah melakukan satu kesalahan, aku tidak boleh mengulang lagi kesalahan yang sama, apalagi sepanjang hidup berada bersama siluman perempuan ini!" Dari perubahan mimik mukanya, agaknya Siang Ngo-nio sudah dapat menebak perubahan yang terjadi dalam hatinya, sambil menghela napas kembali ujarnya, "Ceng-kim, ternyata kau begitu muak terhadapku? Aaai, kusangka kita berasal dari jenis manusia yang sama. "Terima kasih banyak atas niat baikmu, tapi aku lebih rela mampus di ujung pedang anak Keng, seandainya dia benar-benar tidak mau memaafkan diriku. "Kau tidak bakal menyesal?" ."Paling banter juga mati, aku seharusnya sudah mati sejak delapan belas tahun berselang, tapi karena sumoay telah menyerahkan bayi yang baru dilahirkan kepadaku, bagaimana pun aku tidak boleh menyia-nyiakan harapannya, itulah sebabnya aku bertahan hidup hingga sekarang. Kini anak Keng telah tumbuh dewasa, biar harus mati secara mengenaskan pun aku tidak bakalan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyesal!" Siang Ngo-nio pura-pura ikut menghela napas, katanya, "Ternyata dalam hati kecilmu selama ini hanya terdapat sumoaymu seorang, bagimu, Siang Ngo-nio yang masih hidup segar bugar tidak bisa menandingi Ho Giok-yan yang telah lama meninggal. Hmmm, anggap saja aku telah salah mengenalimu, tapi masa kau sama sekali tidak ada pertanggungan jawab sedikit pun terhadapku?" "Ko Ceng-kim yang pernah kenal denganmu pada delapan belas tahun berselang telah lama mati, yang ada sekarang adalah tianglo dari Bu-tong-pay, Put-ji!" "Aku tidak perduli siapa dirimu, aku hanya ingin tanya, apa yang hendak kau lakukan terhadapku?" "Katakan saja sendiri, kecuali aku tidak bisa mengabulkan ajakan mu untuk pergi bersama, apa pun yang kau inginkan, selama aku dapat melakukannya pasti akan kukabulkan. "Baik, kalau begitu aku akan memohon satu hal kepadamu, bawalah aku menjumpai Ciangbunjin baru perguruanmu. Tapi dalam hal ini aku tidak ingin ada pihak ke tiga yang ikut mengetahui. "Mana boleh begitu?" seru Put-ji setelah tertegun beberapa saat saking terkejutnya. "Kalau tidak kau kabulkan, maka selamanya aku akan hidup bersamamu selama kau masih hidup dan mati bersamamu bila kau mati!" Berdiri semua bulu kuduk Put-ji saking seramnya, cepat-cepat dia berseru, "Jadi kau tetap bersikeras ingin melihat namaku hancur posisiku musnah? Baik, kalau begitu hadiahkan saja sebatang jarum Lebah hijau ke tubuhku!" "Bila kau tidak punya perasaan, kenapa musti marah bila aku tidak setia kawan!" ucap Siang Ngo-nio, "terus terang saja aku beritahu, bila persoalan apa pun tidak mau kau lakukan untukku, aku pasti akan membuat kau hidup tidak bisa, matipun tidak dapat! Percaya-kah kau kalau aku mempunyai kemampuan seperti ini? Tapi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bila kau bersedia mengaturkan pertemuanku dengan Bouw Cionglong, kujamin kau pasti akan aman tenteram tidak kekurangan sesuatu apa pun. Tergerak hati Put-ji setelah mendengar ucapan itu, katanya, "Kau.... kau.... jadi Bouw Ciong-long pun merupakan bekas.... bekas.... "Hey, lari ke mana jalan pikiranmu?" tukas Siang Ngo-nio dengan wajah memerah, "memangnya setiap orang yang ingin kujumpai pasti merupakan bekas kekasihku?" "Lalu apa sebabnya kau ingin bertemu dengannya? Kenapa berani memberikan jaminan kepadaku?" "Inilah rahasiaku, bila kau bersedia menjadi suami ku, rahasia ini pasti akan kuberitahukan kepadamu. "Kalau begitu kau tidak perlu beritahu kepadaku, tapi mengapa kau tidak minta bantuan kepada Bouw Ityu? Bukankah dia bersedia mengajakmu naik ke gunung Bu-tong?" Siang Ngo-nio segera tertawa. "Aku adalah perempuan jahat yang sudah tersohor di kolong langit, mana ada seorang anak mengaturkan pertemuan rahasia bagi bapaknya dengan seorang wanita jahat!" Put-ji ikut tertawa geli, pikirnya, 'Hahahaha.... kenapa aku tidak pernah berpikir sampai ke situ? Jika Bouw Ciong-long benar-benar adalah bekas kekasihnya, tentu saja dia tidak ingin Bouw It-yu mengetahui rahasianya, apalagi minta bantuan kepadanya untuk mengaturkan sebuah pertemuan' Terdengar Siang Ngo-nio berkata lebih lanjut, "Aku hanya mengikuti Bouw It-yu naik gunung, bukan Bouw It-yu yang mengajakku naik gunung. Pada hakekatnya dia malah tak tahu siapakah diriku. Lagipula dia tidak berhutang apa-apa kepadaku, aku toh tidak bakalan sembarangan minta tolong kepada orang lain.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Perkataan itu setengahnya jujur tapi setengahnya lagi bohong, namun dalam pendengaran Put-ji, dia hanya bisa tertawa getir. "Betul, Ngo-nio, aku memang pernah berhutang cinta kepadamu, tapi dalam kejadian itu.... "Kalau kau tidak bersedia, lebih baik tidak usah banyak bicara. Kita lihat saja nanti!" tukas Siang Ngo-nio sambil tertawa dingin. Paras mukanya tiba-tiba berubah jadi dingin bagaikan lapisan salju. Buru-buru Put-ji berseru, "Bukankah menampik permintaanmu, bagaimana pun kau harus memberi waktu kepadaku untuk berpikir. Selang berapa saat kemudian kembali Siang Ngo-nio bertanya, "Sudah kau pikirkan baik-baik?" "Ssttt!" mendadak Put-ji mendesis lirih, "ada orang datang, kau cepat pergi dulu!" Siang Ngo-nio jadi gusar. "Sebenarnya kau.... Baru berbicara berapa patah kata, Put-ji telah mendekap mulutnya sambil berbisik, "Aku berjanji, malam nanti datanglah ke kompleks pemakaman. Cepat pergi, cepat pergi, jangan sampai terlihat orang lain!" Siang Ngo-nio adalah seorang jago senjata rahasia, pendengarannya jauh lebih tajam daripada orang lain, saat itu secara lamat-lamat dia telah mendengar ada orang sedang bergerak mendekat. Dengan ilmu meringankan tubuhnya yang lihay, cepat dia membalikkan tubuh, melompat naik ke atas tebing curam dan menyembunyikan diri dibalik pohon-pohonan. Baru saja Put-ji menghembuskan napas lega, terlihat Put-hui Tokouw dengan menggandeng seorang gadis muda telah berjalan menghampirinya. Put-ji tertegun, tapi cepat serunya sambil berlagak sangat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gembira, "Sui-leng, ternyata kau telah kembali!" "Sejak kemarin Leng-ji sudah kembali, sahut Put-hui suthay, "sebenarnya dia ingin segera melapor kepadamu, tapi berhubung hari sudah malam, aku menyuruhnya datang hari ini. Adik Lan Sui-leng adalah putra angkat Put-ji, selama banyak tahun berbagai masalah yang ada di rumahnya selalu mendapat perhatian dan bantuan darinya, menurut keadaan pada umumnya, begitu gadis ini sampai di gunung, dia seharusnya langsung datang menghadap. Oleh karena itu Put-ji sama sekali tidak merasa keheranan. Yang membuatnya heran adalah kenapa Put-hui Suthay punya waktu menemani muridnya datang mencari dia. Padahal pada saat seperti ini seharusnya Put-hui Suthay berada di istana Ci-siau-kiong. Mimik muka Put-hui Suthay kelihatan sedikit aneh, baru saja Putji hendak mengajukan pertanyaan kepada Lan Sui-leng, dia sudah berkata duluan, "Aku seperti mendengar ada seseorang sedang berbicara denganmu, mana dia sekarang?" Perasaan hati Put-ji tergoncang, tapi rasa kagetnya sama sekali tidak ditampilkan di wajahnya, buru-buru sahutnya, "Benar, tadi memang ada tamu, baru saja pergi. "Tamu itu adalah.... Put-hui suthay tampak masih curiga. Put-ji berusaha menenangkan hatinya, lalu menjawab dengan hambar, "Aku tidak bertanya siapa namanya. "Kenapa dia bisa datang kemari?" desak Put-hui suthay lagi dengan kening berkerut. "Tamu ini sedikit agak ceroboh, bukan saja telah berpesiar di seluruh bukit bahkan katanya ingin masuk kompleks pemakaman untuk berpesiar, sudah kukatakan kalau kompleks ini tertutup bagi orang awam sebelum upacara penguburan diselenggarakan, tapi dia ngotot terus, akhirnya setelah kutampik secara tegas, dia baru pergi dengan wajah bersungut-sungut.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pihak Bu-tong-pay memang tak pernah melarang tamunya untuk berpesiar di atas gunung, misalnya muncul orang tidak tahu aturan yang bersikeras ingin berkunjung ke kompleks pemakaman lantaran rasa hormatnya kepada Bu-siang Cinjin, hal semacam inipun lumrah dan tak aneh. Karena itulah perasaan curiga Put-hui suthay seketika berkurang banyak setelah mendengar alasan tersebut. "Oooh, rupanya begitu, dia berkata. Diam-diam Put-ji menghembuskan napas lega, ujarnya kemudian, "Suci, kenapa kau tidak berada di istana Ci-siau-kiong untuk membantu melayani tamu?" "Mungkin Ciangbunjin tahu kalau aku tidak terbiasa melayani kunjungan orang, mungkin juga khawatir aku tidak tahan lelah, maka kecuali memerintahkan aku untuk ikut hadir dalam upacara pemakaman lusa, aku telah dibebaskan dari tugas apa pun. Padahal luka ku telah sembuh, sekalipun dalam seharian harus beberapa kali naik turun puncak Ci-siau-hong pun tidak menjadi masalah bagiku. "Suhu, timbrung Lan Sui-leng, "sekembali ke atas gunung, aku baru tahu kalau kau telah terkena jarum Lebah hijau milik Siang Ngo-nio, perempuan siluman itu hingga nyaris harus berbaring hampir setengah tahun lamanya. Konon jarum Lebah hijau miliki siluman wanita itu merupakan senjata rahasia yang sangat beracun, biarpun kini telah sembuh, lebih baik jaga dirimu dengan seksama. "Benar, sahut Put-hui Suthay sambil tersenyum getir, "biarpun lukaku telah sembuh, namun ilmu meringankan tubuhku sedikit terkendala, mungkin butuh berapa waktu lagi sebelum dapat pulih kembali seperti sedia kala. Diam-diam Put-ji sendiripun tertawa getir, pikirnya: 'Untung dia tidak tahu kalau orang yang baru saja disini adalah si Lebah hijau Siang Ngo-nio. Mungkin seandainya kungfu yang dia miliki tidak menyusut mundur gara-gara lukanya, perkembangan cerita bisa jadi lain.' Khawatir Put-hui Suthay bertanya lebih jauh, buru-buru dia mengalihkan pokok pembicaraan, katanya, "A-Leng, kau turun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gunung sudah setengah tahunan, apakah mendengar sesuatu berita tentang adikmu?" "Aku malah pernah bertemu dengannya sewaktu ada di Toanhun-kok, hanya karena dia bersama Hwee-ko Thaysu dari biara Siau-lim-si akan pergi ke luar perbatasan, lagian dia melarangku ikut serta. Terpaksa aku pulang seorang diri. Dalam hati kecilnya Put-ji merasa gugup bercampur panik, namun dia berusaha tidak menampilkan kecemasan itu di wajahnya. "Oooh, jadi dia telah pergi ke luar perbatasan bersama Hwee-ko Thaysu, katanya, "aku benar-benar tidak menyangka akan hal ini. Tahukah kau karena urusan apa mereka keluar perbatasan?" "Tidak tahu. Justru karena itulah aku ingin bertanya kepada tianglo, apakah sudah mendapat kabar tentang dirinya. Semasa hidup dulu Sucouww paling menyayanginya, seharusnya dia akan mengejar waktu untuk balik ke gunung. "Aaai, akupun sedang berharap bocah ini segera pulang ke gunung, tapi hingga hari ini masih belum mendapat kabar berita tentang dirinya. Biarpun dia sedang berbohong (belum lama berselang dia telah mendapat kabar tentang Lan Giok-keng dari cerita Siang Ngo-nio), namun perasaan kasih sayangnya antara ayah angkat dengan putranya terlihat kentara sekali. Sebenarnya tujuan kedatangan Lan Sui-leng kali ini hanyalah untuk melakukan sebuah kunjungan penghormatan saja, terhadap Put-ji dia sama sekali tidak menyimpan pengharapan apa pun. Oleh sebab itu walau tidak mendapat berita tentang adiknya, dia sama sekali tidak merasa kecewa. Tapi di saat dia hendak mohon diri itulah mendadak terdengar Put-ji berkata lagi, "Hanya saja.... Buru-buru Lan Sui-leng menelan kembali ucapan 'pamitan' nya dan segera bertanya, Hanya saja kenapa?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Walaupun Giok-keng si bocah ini belum kembali, tapi salah seorang murid perguruan kita yang ikut melakukan perjalanan jauh bersamanya telah kembali. "Siapa?" buru-buru Lan Sui-leng bertanya dengan perasaan hati berdebar. "Bouw It-yu. Menurut apa yang kuketahui, tujuannya turun gunung kali inipun sepertinya pergi juga ke luar perbatasan. Perlu diketahui, berita kembalinya Bouw It-yu ke atas gunung biar tidak dia katakan pun, orang lain pasti akan mengatakannya juga, oleh sebab itu dia mengatakannya segera. Dia butuh ketenangan, berharap Put-hui Suthay dan Lan Sui-leng dapat segera meninggalkan tempat itu secepatnya. Tiba-tiba saja paras muka Lan Sui-leng berubah jadi pucat pias seperti mayat. Melihat itu dengan perasaan kaget Put-hui Suthay menegur, "Anak Leng, kenapa kau?" "Tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit takut. Siau-susiok telah kembali, kenapa adik tidak ikut kembali. "Walaupun mereka menuju ke sebuah tempat yang sama, belum tentu secara begitu kebetulan bisa saling bersua muka, kalau bertemu saja belum tentu, mana mungkin bisa pulang bersamasama? Kau tidak usah sembarangan berpikir, kalau memang Bouw It-yu sudah kembali, lebih baik kita mencari kabar darinya. Darimana dia tahu kalau yang ditakutkan Lan Sui-leng bukan kemungkinan adiknya tertimpa bencana atau musibah diluar dugaan, tapi dia takut bertemu dengan Bouw It-yu, namun mau tidak mau diapun harus pergi menjumpainya. Dengan mulut membungkam dia berjalan mengikuti di belakang gurunya, dari jembatan Yu-ci-kiau menuju ke jembatan Kim-sohkiau, dari kejauhan bangunan istana Ci-siau-kiong sudah kelihatan. Di bawah undak undakan batu yang lebar terdapat sebuah tanah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berumput yang luas, di tempat itulah tempo hari Tonghong Liang menantang duel jago jago dari Bu-tong-pay. Sambil menghela napas ujar Put-hui Suthay, Waktu berlalu begitu cepat, peristiwa Tonghong Liang menantang berduel hari itu seolah masih berada di depan mata, tanpa terasa mendiang Ciangbunjin sudah hampir setahun meninggalkan kita semua. Aku masih ingat, dia sempat mengeluh tentang minimnya orang orang berbakat dalam partai Bu-tong gara-gara harus menghadapi tantangan duel itu, beruntung Ciangbunjin yang sekarang tiba tepat pada saatnya hingga nama baik perguruan terselamatkan. "Dikemudian hari kami baru tahu, rupanya sejak awal dia telah berjanji untuk melepaskan status sipilnya untuk menjadi Ciangbunjin saat ini, tapi berhubung Ciangbunjin belum datang juga seperti waktu yang telah dijanjikan, akibatnya mendiang Ciangbunjin sempat ikut dibuat panik dan gelisah. Aaai.... setiap kali teringat kejadian ini, aku ikut merasa malu sendiri, dasar bakat-ku memang terbatas, kemajuan yang bakal diperoleh di kemudian haripun sudah pasti terbatas pula. Tampaknya semua pengharapan hanya bisa kutumpukan pada kalian generasi berikut!" Tokoh ini jadi heran ketika tidak mendengar tanggapan dari muridnya meski dia telah berbicara panjang lebar, sewaktu berpaling, dilihatnya Lan Sui-leng seperti kehilangan konsentrasi dan berdiri melamun, dengan perasaan tercengang segera tegurnya, "Anak Leng, apakah kau mempunyai masalah dalam hati kecil mu?" "Tii.... tidak ada, benar tidak ada!" sahut Lan Sui-leng gugup, ketika dilihatnya sorot mata gurunya masih mengawasi wajahnya tanpa berkedip, cepat ia menambahkan lagi, "kecuali merasa kuatir akan keselamatan adikku, masalah apa lagi yang bakal mengganjal pikiran ku?" Padahal didalam kenyataan, bukan saja dia mempunyai ganjalan hati, bahkan masalah yang dia hadapi bukan hanya satu! Sewaktu gurunya menyinggung tentang Tonghong Liang, persoalan yang sedang dia pikirkan pun tak lain adalah masalahnya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan pemuda itu. Dia seperti terbayang kembali pengalamannya ketika selama berapa hari melakukan perjalanan bersama Tonghong Liang, teringat bagaimana ketika turun hujan deras pada malam itu, Tonghong Liang telah memberikan satu satunya gua yang bisa dipakai untuk berteduh dari air hujan kepadanya, bahkan menjaga keamanannya sepanjang malam ditengah hujan badai. Setiap kali terbayang kejadian itu, ia merasakan hatinya diliputi kehangatan yang luar biasa, tapi sayang perasaan yang kemudian muncul adalah teror perasaan takut yang luar biasa. Sebab setiap kali teringat akan diri Tonghong Liang, otomatis dia teringat pula akan Bouw It-yu. Bayangan wajah Bouw It-yu selalu menyingkirkan bayangan Tonghong Liang dan perasaan teror, horor dan takut menggantikan kehangatan perasaan hatinya. Sikap Bouw It-yu terhadapnya bukannya jelek atau tidak baik, tapi Bouw It-yu telah memaksanya untuk menganggap Tonghong Liang sebagai musuh, bahkan mengintruksikan dirinya untuk membunuh Tonghong Liang dengan menghalalkan segala cara, tentu saja bila terbukti Tonghong Liang benar-benar telah mencuri belajar ilmu pedang dari Bu-tong-pay. Dia menaruh curiga kalau adiknya secara sembunyi telah mengajarkan ilmu pedang perguruannya kepada Tonghong Liang, walaupun dengan pelbagai cara dia sudah berusaha membelai adiknya, namun paman gurunya itu tidak pernah mau percaya. Dia tidak berani melaporkan kejadian ini kepada gurunya, karena dia tidak ingin gurunya mengetahui rahasia hatinya. Apalagi dari nada pembicaraan gurunya ketika menyinggung kembali peristiwa di kala Tonghong Liang datang ke Bu-tong untuk menantang berduel, dapat diketahui kalau pandangannya terhadap Tonghong Liang mungkin sama persis seperti pandangan dari Bouw It-yu. Dengan tatapan tajam Put-hui Suthay mengawasi gadis itu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berapa saat, kemudian serunya, "Aaaah, tidak benar, kau seperti sedang takut akan sesuatu?" Lan Sui-leng mencoba tertawa paksa. "Ketika baru balik ke atas gunung, perasaan hatiku memang sedikit merasa takut, katanya, "tapi setelah berada disisi suhu, aku sudah tidak merasa ketakutan lagi. Put-hui Suthay manggut-manggut, katanya, "Aku bisa memaklumi bila dihati kecilmu, kau merasa ngeri bercampur takut terhadap Put-ji tianglo. Terus terang, sewaktu kutemukan kalau dia mengajarkan adikmu dengan ilmu pedang aspal, asli tapi palsu, timbul juga perasaan curiga, ragu dan tidak tenang di hati kecilku. Tapi bila dilihat dari sikap rindu dan sayangnya terhadap Giok-keng, rasanya luapan emosinya itu bukan pura-pura saja, lagipula dalam setahun belakangan dia hidup di tengah kesedihan dan kepedihan yang mendalam, aku rasa perasaan semacam ini tidak mungkin bisa dilakukan dengan pura-pura. Adikmu adalah cucu murid yang paling disayang mendiang Ciangbunjin, sedang diapun sedih karena kehilangan gurunya. Menurut nalar yang sehat, tidak sepantasnya dia menaruh maksud jahat atau rencana busuk terhadap adikmu. "Sejak dia mengangkat adikku sebagai anak angkatnya, dia memang selalu bersikap sangat baik dan sayang kepadanya, aku sendiripun tidak percaya kalau dia berniat mencelakai adikku, tapi dalam peristiwa ini.... aku sendiripun jadi bingung. Tiba-tiba Put-hui Suthay menyela, "Akupun menghadapi satu masalah yang membingungkan, ingin kudengar penjelasan darimu. "Suhu, apa yang ingin kau ketahui?" tanya Lan Sui-leng terperanjat. "Sejak sekembalimu dari merantau, meski aku belum punya waktu untuk menjajal kungfu mu, tapi dapat kulihat kalau ilmu silatmu telah mengalami kemajuan yang pesat. Terutama dalam ilmu meringankan tubuh, aku lihat kehebatanmu sudah jauh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melebihi kemampuanmu dulu, tapi akupun merasa tidak mirip dengan kungfu yang kuajarkan. Kenapa bisa demikian?" Diam-diam Lan Sui-leng merasa terperanjat juga akan ketajaman mata gurunya, segera sahutnya, "Tecu tidak berani berbohong, apalagi merahasiakan kejadian ini. Benar, dalam perantauanku kali ini, tecu memang telah menjumpai pengalaman aneh. Telah berkenalan dengan seorang sahabat dari aliran perguruan lain.... "Oooh.... sahabat seperti apakah itu?" "Seorang gadis yang usianya hampir sebaya denganku, dia dari marga Seebun bernama Yan. Begitu tahu kalau sahabatnya adalah seorang gadis, tanpa terasa Put-hui Suthay menghembuskan napas lega, tapi begitu mendengar nama marga tersebut, dia seolah tersentuh akan sesuatu, setelah tertegun, ulangnya, "Dia dari marga Seebun?" "Benar, ayahnya adalah Seebun Mu, Liok-lim Bengcu wilayah utara pada tiga puluh tahun berselang, tapi masalah ini baru kuketahui belakangan. "Seebun Mu sudah lama meninggal, tentunya putri dia bukan bandit wanita bukan?" "Tatkala ayahnya meninggal, dia baru berusia dua-tiga tahunan. Sejak ayahnya meninggal, ibunya segera mengundurkan diri dari dunia persilatan dan membawa nya hidup mengasingkan diri di tengah gunung. Aku pernah bertemu ibunya, ibunya pun bersikap sangat baik kepadaku, malah menerima aku sebagai putri angkatnya. "Kalau begitu pastilah Seebun-hujin yang pernah mengajarkan ilmu silat kepadamu?" desak Put-hui Suthay. "Harap suhu mau memaafkan kelancangan tecu. Benar, tecu merasa tidak leluasa untuk menampik niat baiknya. Tapi aku hanya tinggal sebulan lamanya di rumah mereka, jadi sesungguhnya tidak banyak yang sempat kupelajari.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Padahal dalam kenyataan, ilmu meringankan tubuh yang dia miliki berasal dari ajaran Tonghong Liang, hanya saja hal mana tidak berani dia ungkap kepada gurunya. "Aku memandang hambar soal pandangan fanatik perguruan. Apalagi diapun ibu angkatmu, sedang hingga kini kau baru menjadi murid tidak resmi diriku. Sekalipun mengikuti peraturan persilatan yang paling ketat pun aku masih belum berhak untuk melarangmu mempelajari ilmu silat dari aliran lain. "Terima kasih banyak atas pengertian suhu, tecu ingin sekali memohon sesuatu hal kepada suhu. "Katakan. "Harap suhu mau secara resmi menerimaku sebagai muridmu. Ternyata dia teringat kembali dengan janji Bouw It-yu ketika waktu itu minta tolong kepadanya untuk 'menghadapi' Tonghong Liang, saat itu dia berjanji akan memohon kepada ayahnya untuk menerima dia sebagai muridnya. Namun Lan Sui-leng tidak ingin memperoleh 'kemuliaan' tersebut dengan melanggar 'kebiasaan' yang berlaku. "Aku pun mempunyai niat begitu, jawab Put-hui Suthay kemudian, "tapi untuk penerimaan murid wanita yang berasal dari kalangan preman, menurut aturan Sam-ceng-kau, aku harus melaporkan dulu hal ini kepada Ciangbunjin. Nanti bila bertemu Ciangbunjin dan ada kesempatan untuk berbicara, akan kusinggung hal ini dengannya. Kalau segala prosedur berjalan menurut aturan, aku rasa dia tidak mungkin akan keberatan. "Terima kasih banyak suhu!" "Apakah Seebun-hujin berwajah sangat cantik?" tiba-tiba Put-hui Suthay bertanya. "Bila berdiri bersanding dengan putrinya, mereka mirip seperti kakak beradik. Putrinya sudah cantik bagaikan sekuntum bunga segar, tapi ketika berdiri disisi ibunya, kecantikan wajahnya justru
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nampak suram karena kalah dengan kecantikan ibunya. Put-hui Suthay menghela napas panjang, katanya, Tidak heran bila dimasa lampau dia disebut orang sebagai Bu-lim Tee-it-bi-jin (wanita paling cantik dari dunia persilatan), sayang aku tidak bersempatan bertemu dengannya. Put-hui Suthay sebenarnya adalah seorang tokoh berwajah dingin berperasaan hangat, dia jarang bergurau apalagi bicara tidak berguna. Maka tidak heran bila Lan Sui-leng tercengang dibuatnya setelah mendengar perkataan itu, dia heran, mengapa gurunya bisa mempunyai pandangan dan ingatan semacam itu terhadap Seebunhujin. Tampaknya Put-hui Suthay dapat menebak jalan pikirannya, dia segera menjelaskan, "Aku menjadi pendeta setelah usiaku melampuai dua puluh tahun. Pada dua puluhan tahun berselang, aku tinggal di kota Siok-ciu, waktu itu In Beng-cu pernah tinggal di rumah Cihu nya dikota Hangciu, In Beng-cu adalah perempuan yang kemudian bernama Seebun-hujin. Waktu itu aku masih muda dan rasa ingin tahuku besar, pernah terlintas ingatan untuk datang ke kota Hangciu untuk melihat, sampai dimanakah kecantikan wajah perempuan yang disebut Bulim Te-it-bi-jin ini. Sayang belum sempat terpenuhi keinginanku itu, In Beng-cu sudah keburu meninggalkan kota Hangciu. "Suhu, di saat masih muda dulu, kau pasti seorang wanita cantik juga. Aku duga kau pasti ingin membandingkan kecantikanmu dengan kecantikan In Beng-cu bukan?" kata Lan Sui-leng sambil tertawa. "Dasar budak edan, bicara sembarangan saja, masa berani menggoda gurumu sendiri!" seru Put-hui Suthay berlagak marah, "sudah, kita kembali ke pokok persoalan, rasanya cerita tentang 'pengalaman aneh'mu belum selesai bukan. "Panjang kalau ingin membicarakan pengalamanku selama setengah tahun ini. Gedung Ci-siau-kiong sudah hampir tiba, lebih baik nanti malam saja aku baru bercerita lagi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sebagaimana diketahui, dia tidak ingin menceritakan kisahnya yang menyangkut Tonghong Liang kepada gurunya, kalau bisa "memangkas" ceritanya, tentu saja dia ingin berbuat begitu. Menyinggung tentang Seebun Yan, bagaimana mungkin dia bisa menghindari pemikirannya tentang Tonghong Liang serta Bouw Ityu. "Entah enci Yan berhasil menemukan Tonghong-toako atau tidak, ehmm.... dia begitu tergila-gila terhadap Tonghong-toako, tapi tampaknya Tonghong-toako justru berniat menghindarinya. Semoga saja mereka tidak selalu memainkan permainan petak umpat seperti ini. Kalau permainan berlanjut terus, bisa saja rasa cemburu dan iri enci Yan bakal dilimpahkan kepadaku. Tanpa terasa dia jadi teringat kembali dengan usaha Seebun Yan yang ingin menangkapnya, tujuannya waktu itu adalah agar dia tidak bisa berkeliaran di luaran hingga muncul kesempatan berdekatan dengan Tonghong Liang, setiap kali teringat akan hal ini, dia benar-benar merasa konyol. Waktu itu, Bouw It-yu lah yang telah membantu dia menghadapi Seebun Yan, meskipun selama ini dia tidak menaruh kesan baik terhadap Bouw It-yu, namun dalam peristiwa tersebut mau tidak mau gadis ini tetap merasa berterima kasih sekali kepadanya. "Peristiwa yang terjadi di dunia ini memang sukar diduga, ketika aku pergi meninggalkan mereka saat itu, dari perkataan terakhir yang sempat kudengar, tampaknya enci Yan sudah tergerak hatinya oleh bujukan Bouw It-yu, semoga saja dia memang pergi bersama ke luar perbatasan untuk mencari Tonghong toako. Aneh, darimana pula Bouw-susiok bisa tahu kalau Tonghong toako sedang ke luar perbatasan? Kini Bouw-susiok telah kembali, apakah dia telah berhasil membantu enci Yan menemukan kembali Tonghong toako?" Walaupun dalam hati kecilnya dia ingin sekali mengetahui jawaban dari teka-teki ini, namun dia tetap merasa takut sekali untuk berjumpa dengan Bouw It-yu. Karena ada pikiran yang mengganjal hatinya, Lan Sui-leng pun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mempercepat langkahnya sambil memanggil lirih, "Suhu, suhu!" Put-hui Suthay berpaling, melihat paras muka gadis itu pucat pias segera tegurnya, "Ada apa? Merasa kelelahan? Kita segera akan sampai di tempat tujuan!" "Aku tidak ingin masuk. "Kenapa?" "Sebagian besar tamu yang pantas diundang masuk ke istana Cisiau-kiong adalah tokoh-tokoh luar biasa, sementara para petugas penerima tamu pun kebanyakan adalah para Cianpwee dari perguruan kita, aku tidak lebih hanya seorang murid tidak resmi, rasanya.... "Kenapa musti takut, toh ada aku, tukas Put-hui Suthay cepat, "tenangkan pikiranmu, jangan membuat lelucon hingga aku sebagai gurumu ikut jadi malu. "Suhu, aku bukannya takut bertemu para tamu, hanya.... hanya saja aku.... aku tidak ingin.... lebih baik tidak usah ikut ke sana. "Bukankah kau ingin mencari berita tentang adikmu dari mulut Bouw It-yu?" "Suhu, alangkah baiknya bila kau saja yang sekalian mencarikan berita. Semisal ada aku, mungkin pembicaraan kalian malah kurang leluasa. "Aaah, benar juga, batin Put-hui Suthay, "kenapa aku tidak berpikir sampai ke situ. Perlu diketahui, dalam suasana pertemuan akbar semacam ini, dapat dipastikan Bouw It-yu sangat sibuk melayani para tamunya, bila dia mengajak muridnya datang ke sana, lalu mengajak Bouw Ityu ke pojokan untuk berbicara, tindakan semacam ini sudah pasti akan menimbulkan perhatian orang lain. Akan tetapi dia sendiripun bukan termasuk seseorang yang kaku memegang peraturan, maka setelah berpikir sejenak katanya, "Toh kita sudah sampai disini, lihat saja perkembangannya nanti. Selama
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ikut masuk ke sana nanti, lebih baik kau tidak usah banyak bicara, ikuti aku saja nonton keramaian!" Lan Sui-leng tidak berani mengemukakan alasan sebenarnya dari perasaan takutnya itu kepada gurunya, terpaksa dia mengikutinya dari belakang. Tapi gurunya bukannya melanjutkan perjalanan, dia malah menghentikan langkahnya. Waktu itu mereka telah melewati prasasti dan sedang berjalan memasuki sebuah hutan pohon siong, lapangan luas di depan istana Ci-siau-kiong telah muncul di depan mata. Waktu itu banyak orang sedang berkumpul di tanah lapang tadi. Bahkan terlihat ada dua orang sedang cekcok ramai. "Bocah keparat, perkataanmu tajam dan tidak enak didengar, memangnya berniat menantang aku beradu kekuatan?" yang berbicara adalah seorang lelaki kurus ceking. "Menantang mah tidak berani, tapi tidak keberatan untuk memberi petunjuk bukan?" orang yang diumpat sebagai bocah keparat itu adalah seorang pemuda berdandan sastrawan, dia menanggapi ucapan lawan sambil tertawa ringan. "Hmmm, manusia macam kau belum pantas untuk minta petunjuk!" kembali lelaki ceking itu mendengus. Para penonton yang menyaksikan keramaian itu semuanya berharap mereka bisa segera bertarung, maka ucapan pun bergema simpang siur, ada yang berkata begini, "Pantas atau tidak baru bakal ketahuan kalau sudah bertarung!" Ada pula yang berseru begini, "Benar, saling menjajal ilmu silat adalah kejadian lumrah. Apalagi disini hadir begini banyak orang, masa kalian takut kehilangan nyawa?" Bahkan ada pula yang bicara lebih kasar, "Kau bilang perkataannya menyindir tidak enak didengar, memangnya kau anggap ungkapanmu sendiri enak didengar.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku bukannya takut menghadapi dia, sahut lelaki ceking itu segera, "tapi asal usul bocah keparat ini tidak jelas.... "Hahahaha.... aku lihat asal-usulmu sendiripun rada kurang jelas!" jawab 'bocah keparat' itu sambil tertawa. "Kurangajar, kau belum pantas untuk mengetahui asal usulku!" teriak lelaki ceking itu makin gusar. 'Bocah keparat' itu manggut-manggut, sahutnya, "Ucapanmu tepat sekali, justru karena itu maka aku ingin minta petunjukmu!" Untuk sesaat lelaki itu seperti belum memahami maksud di balik ucapan lawannya, tapi sebelum dia mengucapkan sesuatu, dari sisi arena sudah ada yang menanggapi, "Tepat sekali, kami semua memang belum tahu asal usul perguruan kalian berdua. Kau menuduh asal-usulnya tidak jelas, diapun menuduh asal-usulmu tidak jelas. Kalau memang kedua belah pihak sama sama tidak mau berterus terang, cara yang terbaik adalah diselesaikan dengan pertarungan! Disini hadir jago-jago berpengalaman, asal pertarungan dimulai, bukankah segala sesuatunya akan jadi jelas!" Beberapa orang jago lainnya serentak berseru pula, "Benar, percuma kalau cekcok mulut melulu, terhitung enghiong macam apa kalau hanya beraninya pentang bacot, hmmm! Jadi anjing atau beruang saja!" Hasutan dan provokasi dari para penonton kontan saja membuat emosi lelaki ceking itu meluap, dengan wajah merah padam bentaknya, "Baiklah, bocah keparat, ayoh menyeranglah!" Oleh karena di tengah lapangan ada perkelahian, terpaksa Puthui Suthay menunda perjalanannya dan berhenti di sisi arena. Ketika melihat Lan Sui-leng sedang menonton dengan kesemsem, sambil tertawa segera tegurnya, "Apa bagusnya menonton perkelahian orang orang persilatan semacam mereka?" Darimana dia tahu kalau terperangahnya Lan Sui-leng karena ada penyebab lain.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bocah keparat" itu berdandan sebagai seorang sastrawan, wajahnya bersih dan tampan, suaranya halus lagi merdu, tapi entah mengapa, justru mendatangkan perasaan aneh dalam pendengarannya. Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Lan Sui-leng, pikirnya, Aneh sekali, padahal aku belum pernah bertemu dengan orang itu, mengapa rasanya seperti pernah kukenal?' Belum habis ingatan itu melintas, terdengar bocah keparat itu sudah berkata, "Akulah yang ingin minta petunjuk darimu, tidak usah sungkan-sungkan, ayoh mulailah melancarkan serangan!" Lelaki ceking itu mendengus, tanpa kepalannya langsung dijotoskan ke muka. banyak bicara lagi

Siapa pun tidak ada yang tahu jurus serangan apa yang dia gunakan, tampak tangan kirinya mengepal kencang, tulang jari yang mengepal justru menonjol keluar bagaikan tanduk, sementara jari tangan kanannya lurus bagaikan tombak, di bawah perlindungan pukulan kepalan yang gencar, dia sodok sepasang mata lawannya. Sebagaimana diketahui, semua yang hadir di tempat itu merupakan tamu-tamu undangan dari Bu-tong-pay, kendatipun terjadi perselisihan paham, pertarungan pun seharusnya hanya terbatas saling menutul, tidak pantas bila serangan dilancarkan begitu ganas dan telengas. Tidak heran kalau suasana menjadi gempar setelah jurus serangan itu dilancarkan, malahan ada diantara mereka yang mulai mengumpat dan mencaci maki lelaki ceking itu. Gerakan tubuh yang dilakukan kedua belah pihak sangat cepat, belum sempat orang itu mengumpat lelaki ceking itu, tampak bocah muda itu sudah melambung sambil berkelebat, bagaikan capung yang menutul di permukaan air, seperti juga burung walet terbang di bawah wuwungan rumah, dengan satu gerakan yang cepat dia sudah terhindar dari semua ancaman itu. Tempik sorak pun berkumandang memecahkan keheningan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Semula, Put-hui Suthay memandang rendah kemampuan dua orang jagoan itu, tapi kini mau tidak mau dia ikut berseru tertahan. Ternyata gerakan tubuh bocah itu selain lincah dan cekatan, tampak indah menawan, sudah jelas yang digunakan adalah ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Sebaliknya di balik pukulan lelaki ceking itu terselip serangan jari tangan yang mengancam jalan darah musuh, sudah jelas dia pun bukan tokoh silat sembarangan. Lan Sui-leng benar-benar terpana hingga untuk sesaat hanya bisa berdiri melongo. Baginya, gerakan tubuh anak muda itu sangat dikenal dan hapal diluar kepala, sekalipun belum sempat melihat jelas raut wajah aslinya, tapi selain Seebun Yan, siapa pula orang itu? Dia masih ingat sangat jelas, ketika pertama kali bertemu Seebun Yan dan tertawan oleh gadis itu, gerak-an tubuh burung walet melintas di bawah wuwungan inilah yang telah digunakan Seebun Yan. Dalam pada itu lelaki ceking tadi telah membuntuti lawannya bagaikan bayangan tubuh, dia ikut melambung ke udara, kali ini kepalan tinjunya diarahkan ke punggung lawan. Dengan saru gerakan menggeser tubuh beralih posisi, bocah muda itu balas membacokkan dua pukulan. Biar berada di bawah serangan gencar musuh, bukan saja orang itu bisa melancarkan serangan balasan, bahkan gerakan tubuhnya tetap nampak indah dan menawan. Sekali lagi tempik sorak bergema gegap gempita. Melihat Lan Sui-leng berdiri kesemsem, Put-hui Suthay kembali berkata, "Meski ilmu pukulan bocah itu hebat, sayang tenaga dalamnya belum cukup sempurna, aku rasa serangan itu hanya indah dipandang, kurang mantap hasilnya. Baru selesai ia berbicara, situasi dalam arena pertarungan kembali telah berubah, kini pertarungan berlangsung dalam jarak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dekat. Jari tangan lelaki ceking itu menjojoh berulang kali melepaskan serangan yang ganas dan gencar, khususnya ke dua jari tangan kanannya, setiap serangan yang dilancarkan selalu tertuju ke jalan darah mematikan di tubuh lawan. Hal ini membuat anak muda tersebut mulai keteter dan kewalahan. Kembali terdengar Put-hui Suthay berseru tertahan, kepada Lan Sui-leng ujarnya, "Ilmu menotok jalan darah yang digunakan lelaki itu hebat sekali, tampaknya merupakan perubahan dari ilmu pena dari keluarga Lian. Ilmu menotok jalan darah dengan Poan-koan-pit dari keluarga Lian diwilayah Sam-say merupakan salah satu ilmu langka dalam dunia persilatan, dengan sepasang pit nya empat nadi penting bisa terancam dalam waktu bersamaan. Apalagi bila dua orang bekerja sama menggunakan ilmu poan-koan-pit tersebut, dengan empat pit mereka bisa menotok delapan nadi penting sekaligs. Atau dengan perkataan lain, dalam satu gebrakan mereka dapat mengancam delapan nadi lawan secara bersamaan dan mengurungnya di bawah lingkaran pengaruhnya, dalam keadaan begini, salah satu di antara delapan nadi itu pasti akan menjadi sasaran. Terdengar Put-hui Suthay kembali berkata, Tampaknya lelaki itu masih agak sangsi dan takut, apakah kau dapat melihatnya? Walaupun ilmu pukulannya tampak garang, padahal dia gunakan untuk melindungi diri. Coba dia berani menggunakan kedua tangannya berbarengan, sudah pasti ilmu sepasang pit menotok empat nadi nya bisa dikembangkan lebih sempurna. Dalam keadaan begitu, biar gerakan tubuh bocah itu lebih cepat pun pasti tidak akan sanggup menahan serangannya!" Waktu itu Put-hui Suthay berbicara di dalam hutan Siong, orang yang berada di lapangan sudah pasti tidak akan mendengarnya. Namun tampaknya lelaki ceking itupun punya pikiran yang sama, benar saja, dia segera menarik kembali ilmu pukulannya dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menggunakan ke dua belah tangannya untuk melancarkan totokan. Tampak ke empat jari tangannya sebentar menyodok sebentar ditarik, bagaikan lidah empat ekor ular berbisa mengancam kian kemari. Rupanya dia sudah menjajal kalau tenaga dalam yang dimiliki lawannya masih cetek, meski tubuhnya kena pukulan pun, serangan tersebut tidak akan berakibat fatal baginya. Dalam waktu singkat bocah muda itu mulai keteter hebat dan dipaksa berada di bawah angin, tiba tiba dengan satu gerakan cepat dia berjumpalitan mundur ke belakang. "Bocah busuk, mau mencoba melarikan diri?" bentak lelaki ceking itu nyaring. Baru selesai dia membentak, tiba-tiba bocah itu sudah membalikkan tubuh sambil melepaskan sebuah pukulan, gerak serangannya jauh berbeda dari serangannya semula, setiap serangan diiikuti dengan gerakan melingkar, walaupun gerakannya jauh lebih lamban namun selalu berhasil memunahkan datangnya ancaman lawan yang garang. Begitu bocah itu membalikkan tubuh menyongsong kedatangan lawannya, dengan tangan kiri dia menciptakan gerakan melingkar, tangan kanannya membabat melintang pergelangan tangan lawan, atau terkadang tangan kanan yang menciptakan gerakan melingkar, tangan kiri menusuk bagaikan ujung tombak. Begitu ilmu pukulan itu dikembangkan, tidak sampai puluhan gebrakan kemudian, dari posisi terdesak kini dia memegang peranan di atas angin. Sekali lagi Put-hui Suthay berseru tertahan, dia seolah merasa sangsi dan tidak habis mengerti. Namun bagi Lan Sui-leng, dia mengetahui dengan sangat jelas, karena ilmu pukulan yang digunakan pemuda itu merupakan perubahan yang diciptakan dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukan saja Lan Sui-leng tahu kalau ilmu pukulannya merupakan perubahan dari ilmu pedang, bahkan tahu dengan jelas sumbernya. Ketika dia masih tinggal di rumah Seebun Yan tempo hari, Seebun-hujin pernah mengajarkan ilmu pedang kepadanya. Waktu itu ibunya memberi pelajaran sementara putrinya menjadi patner berlatih. Jurus serangan itu bernama Liong-bun-tiap-long (ombak berlapis menerjang pintu naga), merupakan jurus serangan yang paling banyak dipraktekkan bersama Seebun Yan. Kini dia sudah tidak ragu lagi, dia yakin bocah muda dihadapannya sekarang tidak lain adalah penyamaran dari Seebun Yan. Pada dasarnya watak Seebun Yan adalah gadis yang suka akan keindahan, biarpun sedang menyamar sebagai pria, diapun tetap menyaru sebagai seorang sastrawan yang tampan. Kini Lan Sui-leng sudah amat yakin kalau dugaannya tidak salah, ketika diamati lagi dengan lebih seksama, benar saja, dia segera menjumpai raut muka aslinya. Maka sambil tertawa geli, diam-diam ia memaki kebodohan sendiri, "Masa aku pun mau dikelabuhi dia dengan menyamar jadi seorang pemuda tampan.... Begitulah, sementara guru dan murid masing-masing tercekam dalam jalan pemikiran sendiri, menang kalah di tengah arena segera telah ketahuan hasilnya. Tampaknya lelaki ceking itu sudah merasa kalau gelagat tidak menguntungkan, dalam cemas bercampur gelisah, dia buru-buru ingin meraih kemenangan. Tiba-tiba badannya merangsek maju ke depan, ke lima jari tangannya digenggam kemudian disentilkan ke depan, dalam sekali gebrakan dia mengurung jalan darah Thian-sian, Tee-kue, Giok-bun, Sian-ki, Yang-tiong lima buah jalan darah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ke lima buah jalan darah yang menjadi incarannya ini termasuk dalam rangkaian empat nadi utama, jalan darah mana pun yang tertotok pasti akan menyebab kematian atau paling tidak menyebabkan luka yang cukup parah. Tidak sedikit jago totokan yang hadir di seputar arena saat itu, meski mereka tidak mengenali ilmu tadi merupakan gubahan dari ilmu pena dari keluarga Lian, namun semua orang tahu kalau serangan tersebut sangat lihay seketika itu juga jeritan kaget bergema di udara. Semua orang mengira Seebun Yan bakal sulit lolos dari serangan maut itu, diluar dugaan apa yang kemudian terjadi segera membuat semua orang terperangah. Terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu tubuh lelaki ceking itu sudah mencelat sejauh beberapa depa (satu depa = 1,33 meter), lengan kanannya terlihat lunglai lemas dan tidak bisa diangkat kembali. Ada begitu banyak orang yang hadir di seputar arena, ternyata tidak ada yang melihat dengan jelas, ilmu apa yang telah digunakan bocah keparat itu, tahu-tahu saja lengan kanan lelaki ceking itu sudah dipatahkan tulangnya. Belum lewat rasa kaget yang mencekam perasaan semua orang, satu peristiwa aneh kembali berlangsung di tengah arena. Tiba-tiba dari balik kerumunan orang banyak muncul seseorang, orang itu langsung mencengkeram lelaki ceking itu sambil membentak, "Siapa kau? Cepatmengaku!" Ternyata orang itu tidak lain adalah putra ketua Bu-tong-pay saat itu, Bouw It-yu. Seharusnya, bila ada tamu bertarung dan terluka, sebagai tuan rumah apalagi putra ketua Bu-tong-pay, dia harus turun tangan mencegah, kendatipun kedatangannya agar terlambat sehingga tidak sempat mencegah, paling tidak dia harus membantu sang korban untuk merawat lukanya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi tindakan yang dilakukan Bouw It-yu saat ini jauh diluar kebiasaan, bukan saja tidak menolong malah menginterogasi orang itu dengan nada yang keras. Sambil menahan rasa sakit yang luar biasa lelaki ceking itu protes, "Kenapa kau tidak menginterogasi juga bangsat cilik itu?" Peluh sebesar kacang kedela bercucuran membasahi seluruh jidat dan wajahnya. Ada diantara penonton yang tidak tega, mereka mulai berbisik bisik, "Benar juga, kalau mau di interogasi, seharusnya mereka harus dipandang sama! Lagipula menurut peraturan........ Menurut peraturan yang berlaku, bila asal-usul kedua belah pihak sama-sama tidak jelas namun ada salah satu pihak yang terluka, maka orang yang tidak terbukalah yang harus diinterogasi lebih dulu. Entah apakah Bouw It-yu ikut mendengar perkataan itu atau tidak, baru selesai orang itu berkata, Bouw It-yu telah menyindir dengan nada dingin, "Dia adalah tamu kami, sedang kau adalah mata mata yang khusus menyelinap ke gunung kami, memangnya aku harus pandang kalian sama rata?" Begitu ucapan tersebut diutarakan, semua orang yang berbisik bisik pun membungkam seketika. Dengan keringat bercucuran membasahi wajahnya, lelaki ceking itu kembali berteriak parau, "Aku.... aku pun diundang oleh Bu-tongpay kalian!" "Siapa yang mengundangmu?" Entah karena sudah kehabisan tenaga hingga tidak mampu menjawab atau karena alasan lain, lelaki ceking itu nampak hanya bisa membuka lebar mulutnya namun sama sekali tidak terdengar suara apapun. Di tengah arena hadir seorang busu tua yang mempunyai sedikit hubungan dengan ayah Bouw It-yu, dengan lagaknya dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menimbrung, "Hiantit, coba kau bubuhi obat luka dulu kemudian baru ditanyai. "Hmm, dia hanya berlagak mampus!" seru Bouw It-yu. Sambil berkata dia cengkeram tulang Pi-pa-kut di tubuh lelaki ceking itu, kontan orang itu menjerit keras seperti babi yang mau disembelih. Tapi orang itu benar-benar keras kepala, untuk menarik simpatik orang lain kepadanya, kembali protesnya, 'Manusia she-Bouw, kau telah menghina aku habis habisan, sampai mati pun aku tidakbakal mengaku!" "Hmm, tidak kau katakan pun aku juga tahu siapa dirimu, dengus Bouw It-yu dingin, "aku hanya ada satu hal yang belum jelas, ingin minta petunjukmu lebih dulu. Mendadak nada suaranya berubah jadi amat sungkan. Lelaki ceking itu agak tertegun, kemudian tanyanya, "Petunjuk apa yang kau inginkan?" "Sewaktu berada di tebing Yan-cu-ki, siapa yang memerintahkan dirimu untuk menyergap aku?" Lelaki ceking itu nampak sangat ketakutan, jeritnya tertahan, "Kau.... kau.... apa kau bilang? Mana.... mana ada kejadian seperti ini!" "Bouw-kongcu, mungkin kau salah orang," kembali busu tua itu menimbrung, "coba lihat, dia benar-benar mempunyai tanda bukti sebagai tamu yang kalian undang. Ternyata dari sakunya dia telah berhasil menggeledah keluar selembar berita duka, tentu saja tanda itu merupakan ciri khusus dari Bu-tong-pay. Sebagai tanda undangan untuk ikut menghadiri upacara pemakaman dari Bu-siang Cinjin. Bouw It-yu mengambil lembaran undangan itu, lalu katanya, "Bagus, asal kau mengaku, segera akan kubebaskan dirimu. Siapa yang memberi surat undangan ini? Jika tidak kau jawab, jangan salahkan kalau aku akan bertindak telengas!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lelaki ceking itu membuka mulutnya lebar-lebar seperti ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba biji matanya membalik, tubuhnya mengejang keras lalu tidak bergerak lagi. Dengan perasaan terkejut buru-buru busu tua itu menariknya bangun sambil memeriksa dengus napasnya. Tiba-tiba terdengar seseorang berteriak keras, Tidak boleh, tidakboleh!" "Tidak boleh apa?" tanya busu tua itu tertegun, tapi baru selesai bicara mendadak seperti terkena serangan jantung, badannya mengejang keras dan ikut roboh ke tanah. Pada saat yang bersamaan tampak seseorang berlari mendekat, sambil berlari kembali dia berteriak, "Jangan sentuh tubuhnya, dia terserang racun yang sangat ganas!" Tapi sayang peringatan itu sudah menjadi peringatan yang terlambat datangnya. Dengan cepat orang itu menjejalkan sebutir pil ke dalam mulut busu tua itu, ujarnya setelah mengamati berapa saat, "Untung kedatanganku belum termasuk terlambat, meski sudah terkena racun namun jiwanya masih tertolong. Hanya saja lelaki itu.... Dia tidak meneruskan ucapannya dan hanya gelengkan kepala berulang kali. Orang lain tidak butuh penjelasannya lebih jauh, kalau si busu tua yang baru menyentuh badan lelaki ceking itupun sudah jatuh pingsan karena keracunan, bisa diduga lelaki itu pasti sudah menemui ajalnya. Dalam waktu singkat suasana jadi heboh, terdengar berapa orang diantara mereka berteriak, "Swan-sianseng, kau sangat ahli dalam bidang ini, racun apa yang telah bersarang ditubuh lelaki itu? Kenapa begitu lihay?" Ternyata orang itu bernama Swan Ji-cing, dia adalah seorang tokoh ternama yang sangat mendalami ilmu obat-obatan. Menyinggung soal ilmu menggunakan racun, keluarga Tong dari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Suchuan terhitung jagoan nomor satu, keluarga Bok dari Soatsay terhitung nomor dua dan keluarga Swan dari Kamsiok terhitung jago nomor tiga. Swan Ji-cing adalah jagoan dari keluarga Swan di Kamsiok. Walaupun ilmu racunnya belum bisa memadahi keluarga Tong dari Suchuan atau keluarga Bok dari Soatsay, namun kemampuannya memunahkan racun konon masih jauh diatas kehebatan keluarga Bok. Dengan seksama Swan Ji-cing memeriksa seluruh tubuh lelaki ceking itu, biarpun dia berusaha mengendalikan ketenangannya, namun tidak urung mimik mukanya tetap menampilkan perasaan ngeri dan horor yang menggelayut perasaan hatinya. "Racun.... racun ini adalah racun jahat dari Suchuan.... Bicara sampai disitu dia berhenti sejenak dan tidak berani melanjutkan kembali kata-katanya, jelas dia tidak cukup nyali untuk menyebut nama keluarga Tong dari Suchuan. Dalam pada itu sudah ada orang menebak pohon untuk membuat sebuah tandu. Swan Ji-cing pun mengenakan sarung tangan kulit menjangannya kemudian mengangkat tubuh busu tua itu dan diletakkan di atas tandu. Tampak busu tua itu membuka sedikit mulutnya, seperti akan mengucapkan sesuatu, namun tidak kedengaran ada suara. "Apa yang dia katakan?" tanya Bouw It-yu kemudian. "Tampaknya dia seperti bilang, diatas alis mata lelaki itu terdapat sebuah lubang jarum, Swan Ji-cing menerangkan. Untuk mengucapkan beberapa patah kata itu, kelihatannya si busu tua tadi telah menggunakan seluruh tenaga yang dimilikinya, begitu selesai mengucapkan kata-kata tadi, kembali dia jatuh tidak sadarkan diri. Ke empat orang rekannya segera menggotong tubuh busu tua itu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ke arah istana Ci-siau-kiong. Bouw It-yu betul-betul merasakan hatinya bergoncang keras, dengan pandangan tajam dia mencoba memeriksa sekeliling tempat itu, namun tidak menemukan Siang Ngo-nio yang menyamar berada diantara kerumunan orang orang itu, setelah yakin, dia baru merasa sedikit agak lega. Di hati kecilnya dia tahu perbuatan itu pasti hasil karya Siang Ngo-nio, walaupun dia tidak habis mengerti mengapa Siang Ngo-nio harus membinasakan saksi hidup itu, namun dia tahu dengan kecerdasan perempuan itu, dia pasti sudah kabur secara diam diam begitu berhasil dengan serangan bokongannya. Peristiwa ini terjadi kelewat mendadak, suasana di seputar arena pun jadi gaduh dan ramai. Semua orang datang mengerubung, pelbagai pembicaraan pun bergema simpang siur. Tentu saja ada diantara mereka yang segera menegur, "Bouw-kongcu, darimana kau bisa tahu kalau orang ini adalah mata-mata?" Bouw It-yu tidak berbicara, tiba-tiba dia merobek pakaian sendiri dan dipakai untuk membalut tangan kanannya, lalu dengan sekali bacokan dia babat wajah lelaki itu. Kalau tadinya raut muka orang itu nampak sedikit sembab membengkak, maka begitu babatan tangan Bouw It-yu berlalu, tahu-tahu paras muka orang tadi sudah berubah jadi rata kembali. Anehnya ternyata tidak ada darah yang mengalir keluar, yang dibabat keluar ternyata hanya segumpal benda yang segera hancur lebur dan berserakan ditanah. Rupanya lelaki itu telah menggunakan sebangsa pupur yang dipekatkan untuk membuat pelbagai benjolan diwajahnya, meskipun belum termasuk ilmu menyaru muka tingkat tinggi, namun boleh dibilang sangat canggih dan hebat. Tadi, sebetulnya ada banyak orang sudah merasa kalau raut wajah orang ini sedikit agak 'istimewa', keistimewaan itu terletak pada bentuk badannya yang kurus ceking namun memiliki bentuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

wajah yang gemuk dan sedikit melebar, sama sekali tidak serasi dengan potongan tubuhnya. Tapi kini, sesudah Bouw It-yu dengan andalkan sabetan tangannya berhasil menampilkan raut muka aslinya, semua orang baru sadar apa yang sesungguhnya telah terjadi. Mi Jian-cong, seorang busu dari soat-pak segera berseru, "Jika dilihat dari ilmu jari yang digunakan orang ini, rasanya mirip sekali dengan ilmu pena keluarga Lian yang digubah menjadi ilmu jari, tapi menurut apa yang kuketahui, ilmu pena dari keluarga Lian tidak pernah diwariskan orang luar, sedang anak murid keluarga Lian pun hampir semuanya kukenal, tapi belum pernah kujumpai orang ini. Dia dapat melihat asal-usul ilmu jari yang digunakan lelaki ceking itu, terhitung pengetahuan orang ini cukup luas. "Kalau hanya soal ini mah buat apa kau katakan kepadaku, batin Bouw It-yu. Namun untuk sopan santunya tentu saja dia harus berterima kasih untuk petunjuk yang diberikan, katanya cepat, "Kalau begitu terpaksa dikemudian hari aku harus minta petunjuk lagi dari orang keluarga Lian." Mendadak terdengar ada orang berseru, Hey, ke mana perginya pemuda tadi? Kenapa secara tiba-tiba lenyap tidak berbekas? Bouwkongcu, lebih baik kau cari kembali orang itu dan menanyainya. Dia bisa bertarung melawan lelaki ini, siapa tahu dia sudah tahu asal usulnya. Ternyata menggunakan kesempatan di saat semua orang sedang heboh, secara diam-diam Seebun Yan telah melarikan diri dari situ. Ilmu menyaru muka yang dilakukan Seebun Yan jauh lebih hebat daripada ilmu menyamar dari lelaki ceking itu, namun ilmu pedang yang ia gunakan tak bisa mengelabuhi ketajaman mata Bouw It-yu. Karena dia sudah tahu kalau bocah keparat itu adalah Seebun Yan, maka Bouw It-yu tidak segan di hadapan orang banyak lebih membelai dirinya daripada lelaki ceking itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sejujurnya dia pun sebenarnya sedang khawatir bila Seebun Yan di bawah tekanan orang banyak melakukan keonaran lain lagi, dia jadi merasa sangat lega setelah mengetahui gadis itu sudah tidak berada di sana lagi. Hanya saja, biarpun Seebun Yan telah pergi namun peristiwa ini belum bisa disudahi sampai disitu saja. Terdengar busu dari soatpak Mi Jian-cong kembali berkata, "Menurut pandanganku, persoalan paling penting yang harus segera kita lakukan sekarang adalah menemukan sang pembokong. Memang benar yang dia bunuh adalah seorang mata-mata, tapi apa maksudnya menghabisi nyawa orang itu untuk menghilangkan saksi? Benar bukan perkataanku?" Diantara para tamu yang hadir, status dia terhitung paling tua dan dihormati, tentu saja serentak semua orang menyatakan "benar". Mi Jian-cong nampak semakin bangga, ujarnya lebih jauh, "Bila dugaanku tidak meleset, karena dia ingin menghilangkan saksi, berarti sang pembunuh pasti punya hubungan dengan penghianat ini. Swan-sianseng, coba kau periksa, apa benar diantara alis mata bajingan itu terdapat bekas lubang jarum kecil?" Lubang kecil itu ditemukan busu tua tadi sewaktu menyentuh tubuh lelaki ceking itu, gara-gara menyentuh tubuhnya dia ikut keracunan, tapi sebelum jatuh tidak sadarkan diri dia sempat memberitahukan penemuannya itu kepada semua orang. Kini Mi Jian-cong kembali menyinggung soal ini, jelas maksudnya adalah menegur Swan Ji-cing kenapa begitu ceroboh mengesampingkan jejak penemuan penting itu. Buat orang lain mungkin bukti itu tidak berguna, tapi Swan Ji-cing adalah keluarga jago racun nomor tiga di kolong langit. Darimana dia tahu kalau Swan Ji-cing memang enggan membongkar rahasia tersebut karena masalah ini ada keterkaitannya dengan keluarga Tong.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Waktu itu Swan Ji-cing sedang mempertimbangkan masalah itu dalam hati, "Bila yang kuhisap keluar adalah jarum beracun dari keluarga Tong, apakah aku harus berlagak bodoh? Atau bicara terus terang?" Perlu diketahui, dengan posisinya dalam dunia persilatan, bila berlagak tak tahu, jelas tindakan tersebut sangat membuatnya kehilangan muka, belum tentu orang lain mau percaya kepadanya. Sebaliknya bila bicara terus terang, jelas perbuatan nya ini sama halnya membuat masalah dengan keluarga Tong. Padahal senjata rahasia beracun dari keluarga Tong terhitung nomor wahid dikolong langit, sementara dia sendiri hanya menempati urutan ke tiga, itupun dalam hal menyelidiki obat penawar racun, tentu saja dengan posisinya ini, dia tidak akan berani mencari gara gara dengan keluarga Tong. Sekalipun timbul keraguan di hati kecilnya, besi semberani yang telah dia tempelkan diatas mulut luka tetap harus diangkat juga. Di bawah pengawasan orang banyak, dia mengangkat perlahan besi semberani itu dari atas alis mata lelaki ceking itu. Dalam waktu sekejap, perasaan hatinya benar benar terasa berat sekali, jantungnya berdebar keras. Tapi begitu diangkat, diapun segera menghembuskan napas lega. Ternyata di atas besi semberani itu sama sekali tidak terhisap benda apa pun, meski sebatang jarum sangat halus dan lembut, namun setiap orang masih dapat melihatnya dengan jelas. "Aneh, seru Swan Ji-cing sambil menghembuskan napas lega, "kenapa tidak ada yang terhisap keluar?" "Jangan-jangan luka itu bukan karena tertembus jarum melainkan terluka kena kuku bocah tadi sewaktu bertarung, terdengar seseorang berseru. Seebun Yan memang memelihara kuku panjang, dan melukai orang dengan kuku mesti merupakan kejadian langka namun bukan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berarti tidak mungkin terjadi. Gagal menghisap keluar sesuatu, Swan Ji-cing sendiripun merasa keheranan, pikirnya, Aneh, permainan busuk dari siapa lagi?' Dia mencoba memperhatikan keadaan disekeliling nya, tampak semua yang hadir sedang ramai membicara kan kejadian itu, hanya Bouw It-yu seorang yang berdiri sambil menyunggingkan sekulum senyuman dingin. Dalam waktu singkat dia segera memahami keadaan yang sebenarnya, hanya saja dia menyangka Bouw It-yu pun berdiam diri karena takut menghadapi keluarga Tong dari Suchuan, tentu saja dia tidak menyangka kalau Bouw It-yu sedang berusaha melindungi si Lebah hijau Siang Ngo-nio. Lalu dengan cara apa dia menghisap keluar jarum beracun itu? Ternyata ketika Bouw It-yu menggunakan golok tangannya merobek penyamaran wajah lelaki ceking itu, secara diam-diam dia telah mengerahkan tenaga dalamnya dan menghisap keluar jarum Lebah hijau yang menancap di alis mata lelaki itu bahkan segera memusnahkannya. Walau begitu bukan berarti tidak ada orang yang menaruh curiga. Sejak awal Put-hui Suthay sudah curiga akan jarum Lebah hijau milik Siang Ngo-nio. Dia adalah salah satu korban yang pernah merasakan hebatnya racun jahat dari jarum lebah hijau, begitu mendengar kalau kening penghianat itu ditemukan lubang jarum, perasaan curiganya langsung saja muncul. Put-hui Suthay adalah seorang wanita yang dengan tegas membedakan mana budi dan mana dendam, selain sifat kerasnya dia pun tinggi hati. Begitu timbul rasa curiganya maka tanpa berpikir panjang lagi dia melompat keluar dari tempatnya berdiri. "Aku akan memeriksanya sendiri, kau tunggu aku disini. "Suhu, bagaimana kalau aku pulang dulu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata baru kemarin Lan Sui-leng tiba dirumah, karena saat tiba hari sudah gelap maka dia tinggal di tokoan tempat tinggal gurunya dan hingga kini belum pulang ke rumah. Saat itu konsentrasi Put-hui Suthay hanya ingin melakukan pelacakan yang jelas, bahkan setelah memeriksanya diapun tahu kalau persoalan tidak akan beres dalam waktu singkat (andaikata terbukti memang Siang Ngo-nio yang melakukannya). Maka begitu muridnya minta ijin untuk pulang ke rumah menjumpai orang tuanya lebih dulu, maka diapun segera mengiyakan. "Baiklah, tapi kalau pulang sendirian harus berhati-hati. Untuk menghindar agar tidak sampai bertemu dengan ayah angkat adiknya, Put-ji Tojin, Lan Sui-leng sengaja memilih jalan di bawah bukit. Puncak Ci-siau-hong saling berhubungan dengan puncak Tian-kihong, kedua puncak bukit itu berdiri berjajar, kalau istana Ci-siaukiong dibangun di atas puncak Ci-siau-hong maka puncak Tian-kihong ibarat sebuah penahan angin bagi istana Ci-siau-kiong. Bukit ini berbatu hitam bagai baja, bentuknya seperti sebuah panji besar yang berkibar terhembus angin, karena bentuknya inilah nama puncak Tian-ki-hong diperoleh. Bila ditinjau dari bentuk medannya maka tebing ini jauh lebih curam dan berbahaya ketimbang puncak Ci-siau-hong, itulah sebabnya jarang sekali ada orang yang melalui tempat itu. Lan Sui-leng sengaja memilih jalan perbukitan ini, dia berputar dari sisi selatan istana Ci-siau-kiong lalu turun dari puncak sebelah utama puncak Tian-ki-hong. Sepanjang perjalanan tampak air jeram mengalir diantara bebatuan yang curam, pemandangan alam sangat indah dan tenang. Namun perasaan hati Lan Sui-leng justru naik turun bagai
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terombang ambing di tengah samudra luas, sulit rasanya untuk menjadi tenang kembali. Sementara dia masih menelusuri jalan bukit yang berliku-liku itulah, mendadak terdengar suara seseorang menegurnya dengan merdu, "Adik Leng, kau tidak menyangka bakal bertemu aku disini bukan? Aku sudah cukup lama menanti kedatanganmu. Orang yang muncul dihadapannya tidak lain adalah 'bocah keparat' tadi. Walaupun 'bocah keparat' ini belum muncul dengan wajah aslinya, namun nada ucapannya sudah pulih kembali sebagai suara wanita. Dia memang tidak salah melihat, ternyata orang ini memang Seebun Yan. Bahkan seperti apa yang dikatakan Seebun Yan, dia pun seakan sudah menduga kalau dia bakal melalui jalan bukit ini. Setelah berhasil mengendalikan diri, Lan Sui-leng menegur, "Mau apa kau datang ke gunung Bu-tong?" "Datang mencarimu!" "Kau jangan mengajakku bergurau. Kalau ingin bergurau dengan diriku saja tidak mengapa, tapi aku harus memberitahu kepadamu, berada di gunung Bu-tong, kau tidak boleh membuat keonaran sekehendak hatimu sendiri, kalau sampai terjadi sesuatu, keadaan bisa berabe.... Seebun Yan segera tertawa terkekeh, tukasnya, "Aku telah membuat keonaran, toh paling juga begitu. Namun denganmu.... aku tidak ingin bergurau, siapa suruh kau menolak pulang ke rumahku, jadi terpaksa aku datang mencarimu. "Aaaai.... aku benar-benar kehabisan akal menghadapi orang macam kau, sebenarnya apa mau mu?" "Masa baru saja bertemu, kau sudah ingin mengusirku? Bicaralah barang satu dua patah kata. "Baik, kalau ingin mengucapkan sesuatu, katakan!"
http://cerita-silat.co.cc/

segera

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apakah adikmu telah kembali?" "Aku pun sedang mengharapkan dia kembali. Eei.... apakah kaupun sedang mencarinya?" "Ooh, jadi dia belum pulang kemari? Bila tidak terjadi sesuatu yang diluar dugaan, paling lambat sebelum tengah hari lusa, dia seharusnya sudah tiba disini. "Darimana kau tahu?" "Nanti saja baru kubicarakan soal ini. Percaya tidak, aku benarbenar sedang mencari dia. Selama ini Seebun Yan sangat gemar bicara sambil bergurau, tapi sewaktu mengucapkan perkataan barusan, dia justru nampak serius dan bersungguh sungguh. Tidak perlu diselidiki lebih jauh pun, Lan Sui-leng yang polos dapat melihatnya juga. Seakan memahami akan sesuatu Lan Sui-leng segera berseru sambil tertawa, Aaah.... mengerti aku. Mengerti apa?" "Kalau dibilang mencari aku, jelas bohong. Dibilang mau mencari adikku pun bohong. Orang yang sebetulnya sedang kau cari adalah Piauko mu!" Seebun Yan tidak mengaku, pun tidak menyang-kal, hanya ujarnya sambil tertawa, "Sejak kapan kau belajar menebak jalan pikiran orang?" "Aku bukan sedang menbak, tapi mendengar dengan telinga ku sendiri. ""Mendengar?" tanya Seebun Yan tertegun. "Bukan hanya mendengar, malah telah melihatnya. Waktu itu kau memaksa aku untuk pulang bersama mu, kemudian Bouw It-yu muncul membelai aku. Saat itu meski aku sudah menyingkir tapi semua pembicara-anmu masih sempat kudengar dari sisi bukit. Waktu itu Bouw It-yu berkata begini kepadamu, bila kau sedang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mencari Tonghong Liang, sudah seharusnya ikut bersamanya pergi Liauw-tong. Waktu itu kau bertanya kepadanya, darimana bisa tahu kalau Tonghong Liang sedang menuju Liauw-tong, dia bilang, diapun tidak mengetahui berita tentang Tonghong Liang, tapi tahu kalau adikku sedang menuju Liauw-tong. Dia bilang, dimana adikku muncul, kemungkinan besar Tonghong Liang akan segera menyusulnya. Aku tidak salah mendengar bukan?" "Memang tidak salah mendengar. "Pada mulanya kau ribut dengan Bouw It-yu, tapi kemudian setelah mendengar ucapannya, kau pun mengikutinya pergi tanpa membantah. Aku tidak salah melihatbukan?" Kontan saja Seebun Yan berteriak gusar, "Bagus sekali, dasar setan cilik, kusangka kau adalah seorang nona yang jujur, ternyata pintar sekali mencuri dengar pembicaraan orang secara diam-diam. "Aku bukannya berniat mencuri dengar semua pembicaraan kalian, tapi enci Yan, kau jangan percaya dengan permainan lain dari Bouw It-yu. "Perkataan lain apa?" "Aku memang tidak mendengar apa yang dia katakan kepadamu, tapi aku dapat menduganya, apakah perkataan lain yang telah dia sampaikan kepadamu. Seebun Yan memang cerdas dan berotak encer, sekali dengar dia segera mengerti, tanpa terasa ujarnya sambil menghela napas panjang, "Rasa curiga Siau-susiok mu memang sedikit agak besar, tapi aku sama seperti pandanganmu, tidak percaya kalau Tonghong Liang bersahabat dengan adikmu hanya gara-gara ingin mencuri belajar ilmu pedang dari Bu-tong-pay. "Terima kasih banyak. "Eeei, aku percaya Piauko ku bukan orang jahat, kenapa kau malah berterima kasih kepadaku, seru Seebun Yan sambil senyum tidak senyum.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Merah jengah selembar wajah Lan Sui-leng. "Kemana kau bawa perkataanmu itu, aku kan demi adikku.... serunya. "Jangan tegang!" seru Seebun Yan kemudian sambil tertawa, "aku hanya menggodamu. Terus terang, pada mulanya aku memang sedikit agak cemburu ketika melihat Piauko bersikap baik sekali kepadamu, tapi kini aku baru tahu, ternyata Piauko ku mencintai rumah berikut seisinya, karena adikmu adalah sahabat karibnya, tentu saja diapun harus melindungimu, bahkan bukan cuma begitu, aku malah tahu juga kalau kau sudah mempunyai kekasih hati, kalau sudah jadi begini, masih ada alasan apa lagi bagiku untuk minum cuka mu?" Perkataan itu disampaikan dengan begitu terus terang dan blakblakan, membuat paras muka Lan Sui-leng berubah jadi merah padam bagai kepiting rebus, serunya jengkel, "Kau lagi-lagi ngaco belo, darimana datangnya kekasih hati?" Seebun Yan tertawa tergelak. "Ooh, mungkin aku harus memutar balik kata kataku, betul, dia memang bukan kekasih hatimu, kaulah kekasih hatinya. Hey, apakah lantaran terhalang oleh perbedaan status, maka kau jadi sangsi dan ragu? Padahal.... "Sudah, jangan banyak bicara lagi, kau cepat pergi!" tukas Lan Sui-leng dengan perasaan tidak tenang. "Baik, tolong kau menghantarku. "Apa? Kau minta aku menghantarmu turun gunung?" "Siapa bilang aku minta kau menghantarku turun gunung? Aku mau bertanya, kau hendak ke mana?" "Ke mana lagi aku akan pergi, tentu saja pulang ke rumahku. "Tepat sekali, aku pun akan ikut pulang ke rumahmu!" "Kau ini serius atau sedang bergurau?" tanya Lan Sui-leng
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terkesiap. "Tentu saja serius. "Mana boleh begitu?" teriak Lan Sui-leng semakin terperanjat. "Kenapa tidak boleh? Takut ada orang melihat kau mengajak pulang seorang laki-laki hingga timbul isu dan gosip tidak sedap di belakangmu? Padahal bukan masalah, asal setiba dirumahmu aku tampil kembali dengan wajah asliku, bukankah semua jadi beres? Asal orang tuamu mengerti, perduli amat dengan segala gosip dan isu. Lagipula jalanan ini sepi dan terpencil, belum tentu dalam perjalanan nanti kita kepergok orang lain. Lan Sui-leng benar-benar dibuat tertawa tidak bisa menangis pun tidak dapat, sambil menghentakkan kakinya berulang kali dia berseru, "Seharusnya kau memahami maksudku, bukan begitu yang kuartikan!" "Kau takut ayah ibuku tidak suka hati?" "Aku takut kau akan membuat bencana bila tetap berada diatas gunung!" "Kau takut aku membuat bencana? Berarti semakin wajib menerimaku dirumahmu, kalau tidak, kau suruh aku mencari tempat di mana?" Akhirnya Lan Sui-leng menghela napas panjang, keluhnya, "Kau benar-benar seorang nona yang susah dilayani, jadi kau tetap bersikukuh baru akan pergi setelah bertemu Piaukomu? Percayalah, perkataan Bouw It-yu tidak bisa dipegang, jangan lagi adikku belum kembali, sekalipun dia sudah kembali, belum tentu Tonghong toako akan mengikutinya datang kemari, "Kalau begitu, paling tidak aku baru akan pergi setelah bertemu adikmu bukan. Begini saja, dua hari, masa kau tega membiarkan aku hidup bergelandangan? Masa kau tidak sudi menerimaku tinggal di rumahmu? Adikku, kaupun sudah hampir sebulan berdiam di rumahku, sekarang aku mohon hanya tinggal selama dua hari saja di rumahmu!" Lan Sui-leng dibuat kelabakan dan tidak tahu apa yang harus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dilakukan, pikirnya, 'Waktu itu aku bisa tinggal dirumahmu karena kau yang paksa aku, menculik diriku, toh bukan keinginanku secara sukarela.' Sekalipun dia dipaksa dan diculik, namun selama tinggal dirumah Seebun Yan sebulan lamanya, banyak menfaat yang berhasil diraihnya, sebab itulah dia merasa kurang leluasa untuk bicara secara terus terang. "Enci Yan, bukan aku tidak menyambut kedatanganmu dengan suka cita, bila dihari hari biasa, aku pasti akan menerima mu dengan penuh kegembiraan. "Oooh, jadi kau takut kehadiranku menyulitkan kau? Keliru besar, walaupun aku telah membuat keonaran tadi, tapi hal itu merupakan bagianku membantu Bouw It-yu untuk membongkar kasus penyusup, dalam kejadian itu, biar ayahnya, Ciangbunjin perguruanmu sekarang tahu siapa diriku, aku yakin dia tidak bakalan menyalahkan dirimu. Aku berjanji tidak akan melakukan keonaran lagi, masa kau masih takut terseret karena ulahku?" Lan Sui-leng tahu kalau dia tidak bakal bisa memenangkan debat melawan gadis itu, lagipula dasar jiwanya baik dan mulia, terpaksa katanya setelah menghela napas, "Aku bukannya takut terseret oleh perbuatanmu, aku hanya memikirkan keselamatanmu. "Aku hanya ingin bertanya, kau setuju tidak?" tukas Seebun Yan cepat. "Aaaai.... kau benar-benar musuh bebuyutanku, baiklah, sekalipun aku tidak berani menaikkan derajatku dengan menganggap kau sebagai saudara angkatku, dalam kesopanan aku memang wajib.... "Bagus sekali, kembali Seebun Yan menukas kegirangan, "asal tahu soal tata kesopanan, kau tidak perlu melanjutkan lagi perkataanmu. Adikku sayang, padahal aku masih ada banyak persoalan yang ingin dibicarakan denganmu, selama aku tinggal dirumahmu, kujamin ayah ibumu pasti ikut gembira. Inginkah kau tahu....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bila kau senang untuk membicarakan, katakan saja!" "Dan kau?" "Biar aku tidak kudengarkan!" suka mendengar pun terpaksa harus

Mendengar itu Seebun Yan tertawa terbahak-bahak. "Hey, apa yang lucu?" tegur Lan Sui-leng. "Tepat sekali, sesuai dengan watakku, biar kau tak ingin mendengarpuri aku tetap akan mengucapkannya. Kita baru berkumpul satu bulanan tapi begitu cepat kau bisa menyelami watakku, sungguh sebuah prestasi yang luar biasa. Tapi apa yang ingin kukatakan kali ini, tanggung kau pasti ingin mendengarnya!" "Sudah, tidak usah jual mahal lagi. Kalau ingin bicara cepatlah bicara, kalau ingin.... ingin.... Tiba-tiba dia ingat, ucapan "kalau ingin kentut cepat dilepaskan" tidak patut diucapkan seorang gadis remaja, kontan saja dengan wajah merah padam dia mengulang kembali kata pertama. Ternyata Seebun Yan tidak menanggapi serius, katanya sambil tertawa, "Kau tidak usah memujiku, yang ingin kubicarakan adalah masalah serius, bukankah kau ingin tahu kabar berita tentang adikmu? Nah, aku beritahu, bukan saja sewaktu di Liauw-tong aku telah bersua dengannya, bahkan dia pernah menyelamatkan nyawaku?" "Sungguh?" "Tapi kisah ini memang panjang untuk diceritakan, entar malam kalau kita sedang tidur bersama saja, akan kuceritakan semuanya. Biarpun jalan perbukitan itu sangat suci, namun Lan Sui-leng masih tetap merasa tidak lega hati, katanya kemudian, "Baiklah, aku justru takut kau tidak bisa membungkam mulutmu dan berbicara tidak hentinya, kalau sampai kedengaran orang maka identitasmu segera akan ketahuan orang. Kalau masih ingin membicarakan sesuatu, memang lebih baik dilanjutkan di rumah saja.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Namun biarpun Seebun Yan tidak berbicara lagi, setelah berjalan beberapa saat tidak tahan dia mulai tertawa, rupanya dia terbayang kembali keadaan ketika Lan Giok-keng menolongnya setelah dia terkena asap beracun dari Siang Ngo-nio ketika berada ditanah perbukitan dekat kota Uh-sah-tin. Sesudah berhasil memukul mundur Siang Ngo-nio, Lan Giok-keng membopongnya masuk ke dalam gua, kemudian menggunakan pil Bi-leng-wan yang terbuat dari teratai salju asal gunung Thian-san untuk menyelamatkan jiwanya. "Aku pura-pura tidak sadarkan diri, mendadak dia membuka suara dan mengajaknya bicara, dia tersipu sipu malu hingga muka dan telinganya jadi merah. Hehehehe.... entah hingga sekarang dia masih tersipu malu atau tidak? Tapi aku tidak tahan ingin sekali menggodanya lagi. Kemudian dia berpikir lagi, "Bila waktu itu Piauko yang membopongku, entah bagaimana pula reaksiku?" Berpikir sampai disitu, tidak tahan senyumannya kembali hilang, dia mulai murung dan termenung. "Kau sinting atau edan?" tegur Lan Sui-leng cepat, "sebentar tertawa, sebentar murung.... otaknya mulai tidak beres!" Sekalipun dia sangat memahami watak Seebun Yan namun tidak menyadari kalau gadis itu sedang dilanda asmara. Ooo)*(ooO "Coba bawa kemari, apa benar jarum Lebah hijau?" begitu tiba di tengah pelataran, Put-hui Suthay langsung menegur Bouw It-yu. "Darimana datangnya jarum Lebah hijau?" jawab Bouw It-yu, "jarum bwee-hoa-ciam yang biasa pun tidak terlihat. Bisa jadi luka kecil dialis matanya disebabkan luka terkena kuku tangan. "Sungguh?" "Benar, Swan Ji-cing berkata pula, "aku telah mencoba untuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menghisapnya dengan batu semberani, namun tidak ada benda yang berhasil kuhisap. Put-hui Suthay segera menghampiri jenasah itu dan memeriksanya sekejap dengan seksama, kemudian serunya, "Aaah, tidak benar! Aku pernah terluka oleh jarum Lebah hijau dan tahu bagaimana bentuk keadaannya. Lubang jarum itu sudah pasti bukan akibat luka karena kuku tangan!" Sementara berbicara, matanya dialihkan ke wajah Bouw It-yu. "Tapi Swan-sianseng telah mencobanya, kata Bouw It-yu, "andaikata memang ada jarum beracunnya, jarum itu pasti sudah terhisap keluar oleh batu semberani. Apakah kau ingin mencobanya sekali lagi?" Dengan perasaan setengah percaya setengah tidak kata Put-hui Suthay, "Mungkin saja jarum beracun itu telah menyusup lebih dalam sampai di tulang, jadi susah dihisap keluar. Tapi bagaimana pun juga, duduknya persoalan harus diselidiki sampai tuntas!" Sewaktu mengucapkan perkataan persoalan" sengaja dipertegas. "Soal ini.... "Apakah kau masih sangsi akan sesuatu?" tanya Put-hui Suthay sambil menatap tajam wajahnya. "Tidak ada yang perlu disangsikan, tapi seandainya benar seperti yang kau katakan, bila ingin menyelidiki hingga tuntas, mungkin terpaksa kita harus membelah batok kepalanya, soal ini.... Mendadak terdengar seseorang berkata, "Perbuatan kejam semacam ini tidak pantas dilaku kan orang beribadah macam kita. Ternyata yang berbicara adalah seorang tosu, dia tidak lain adalah murid pertama Bu-kek Totiang yang bergelar Put-po. Sejak Bu-siang Cinjin meninggal dunia, sudah ada dua orang dari angkatan "Put" yang diangkat menjadi tianglo, yang seorang adalah Put-ji sementara yang lain adalah dia.
http://cerita-silat.co.cc/

itu,

kata

"duduk

nya

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika terjadi kegaduhan di pelataran tadi, kebetulan dia sedang berjalan keluar dari istana Ci-siau-kiong. "Perkataan Toa-suheng tepat sekali, Bouw It-yu segera berkata, "walaupun orang ini adalah bajingan tengik yang pernah ingin mencelakaiku, namun aku tetap merasa tidak pantas merusak jenasahnya dengan cara yang begitu keji. Lagipula setelah kita belah tengkorak kepalanya pun belum tentu bisa menemukan sebatang jarum beracun. Masa kita harus membelah setiap tulang tengkoraknya satu per satu.... Belum selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba terdengar ada tiga orang hampir pada saat yang bersamaan berteriak, "Tidakbenar!" "Rasanya tidak benar!" "Eeei, kelihatannya memang tidak benar. Yang mengatakan "tidak benar" adalah Swan Ji-cing, yang mengatakan "rasanya tidak benar" adalah Put-po tianglo, sedang yang menjerit terakhir adalah Put-hui Suthay. Ternyata paras muka mayat itu lambat laun mulai diselimuti selapis warna hitam pekat, menanti semua orang datang mengerubung, seluruh wajah mayat itu telah berubah jadi hitam pekat bagaikan tinta bak. "Seandainya terkena jarum Lebah hijau, seharusnya wajah maya t ini dilapiri warna hijau, ujar Swan Ji-cing. Put-hui Suthay termasuk korban yang pernah merasakan kelihayan jarum beracun itu, ketika tubuhnya terkena jarum Lebah hijau, lapisan hawa hijau yang menyelimuti wajahnya bertengger hampir belasan hari lamanya sebelum hilang lenyap. Karena itu dia tidak bisa berkata-kata lagi setelah melihat keadaan tersebut. "Sungguh tidak kusangka dalam situasi seperti ini orang sheSwan itu telah membantuku, pikir Bouw It-yu. Dia sangka Swan Ji-cing telah melakukan sesuatu untuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membantu dirinya, tidak terlukis rasa terima kasihnya terhadap orang ini. Padahal darimana dia tahu kalau perasaan sangsi dan curiga yang dialami Swan Ji-cing waktu itu jauh melebihi dirinya. Sudah jelas penyebab terjadinya perubahan warna pada wajah jenasah itu dikarenakan terkena racun, bahkan sifat racunnya jauh lebih hebat daripada racun jarum Lebah hijau, oleh karena kadar racunnya yang kuat maka dari warna hijaunya berubah jadi hitam. Yang membuat Swan Ji-cing curiga bercampur kaget adalah bukan saja bukan dia yang meracuni jenasah itu, bahkan jenis racun apa yang digunakan pun tidak terdeteksi olehnya. Ada satu hal lagi yang membuat hatinya tercekat, di bawah penglihatan begitu banyak orang, ternyata orang itu dapat meracuni mayat itu tanpa diketahui siapa pun, termasuk dia sendiri. Jelas kecepatan orang itu melancarkan serangan jauh melebihi kemampuan siapa pun. Swan Ji-cing sendiri adalah seorang tokoh yang jago dalam melepaskan racun, justru karena dia ter-masuk seorang jagoan maka rasa kaget dan ngeri yang dialaminya jauh melebihi siapa pun. "Perbuatan siapakah ini? Jangan-jangan.... Belum habis ingatan itu melintas, mendadak terdengar Put-po membentak nyaring, "Siapa kau?" Di tengah bentakan nyaring, tubuhnya langsung menerjang ke arah seorang tamu berwajah kurus tapi tampan. Bersamaan waktu Put-hui Suthay ikut pula menyergap ke depan sambil membentak, "Bajingan laknat, tunjukkan wujud aslimu!" Gerakan tubuh ke tiga orang itu dilakukan dengan kecepatan luar biasa, dalam waktu singkat tamu asing itu sudah berada diatas batuan di samping puncak Tian-ki-hong, jaraknya dari pelataran itu sudah mencapai ratusan langkah. Put-hui Suthay yang pertama-tama berhasil menyusulnya, ujung senjata hudtimnya segera digetarkan, bulu lembut berawarna putih itu langsung mengurung wajah orang itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di susul kemudian tusukan pedang dari Put-po mengancam punggungnya. Selisih mereka berdua hanya setengah langkah, tapi berhubung pedang Put-po jauh lebih panjang daripada senjata hudtim Put-hui Suthay, karena itu meski menyerang belakangan namun senjatanya tiba duluan, tampaknya ujung pedang itu segera akan menusuk ke tubuh orang tadi. Berhubung gerakan tubuh tamu asing itu kelewat cepat, banyak orang tidak sempat melihat jelas raut wajahnya. Namun Bouw It-yu dapat melihat dengan jelas sekali, dengan ketajaman matanya, dalam sekilas pandang dia sudah tahu kalau orang itu mengenakan topeng kulit manusia, tubuh serta wajahnya pun telah melalui penyamaran yang teliti dan seksama. Siang Ngo-nio yang kemarin naik gunung bersama nya menyamar sebagai seorang lelaki, dan kini meski tamu ini bukan tampil dengan wajah seperti penyaruan Siang Ngo-nio kemarin, namun perawakan tubuhnya boleh dibilang tidak jauh berbeda. Bouw It-yu sendiri meski tidak sempat melihat jelas raut muka orang itu, namun dalam waktu sekejap, jantungnya terasa berdebar sangat keras. Dia kuatir sekali kalau tamu ini tidak lain adalah 'jelmaan' dari Siang Ngo-nio. Put-po serta Put-hui Suthay sama halnya seperti Bouw It-yu, mereka pun sudah tahu kalau tamu itu mengenakan topeng kulit manusia dan muncul dengan penyamaran, karena itu meski timbul kecurigaan diliati kecilnya, namun mereka tidak berani terlalu yakin. Kalau Put-po curiga orang itu adalah Tonghong Liang maka Puthui Suthay mencurigai orang itu sebagai si lebah hijau Siang Ngonio. Sebagaimana diketahui, Put-hui Suthay sangat mahir dalam ilmu meringankan tubuh, terdorong oleh rasa curiganya, maka dengan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya dia melakukan pengejaran, dalam jarak yang sangat pendek ini, dia justru tiba setengah langkah lebih cepat daripada Put-po.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Diantara murid wanita Bu-tong-pay, ilmu silatnya memang menempati posisi paling atas. Jurus Jian-si-ban-lu (seribu bulu selaksa serat) yang dia gunakan ini merupakan sebuah jurus yang digubah dari gerakan Luan-po-hong (angin puyuh liar) dalam ilmu pedang Lian-huan-toh-beng-kiam-hoat, bila orang itu sampai terkurung oleh senjata hudtimnya, niscaya seluruh kulit mukanya ayang tercabik-cabik hingga hancur. Put-po sendiri adalah salah satu diantara tiga jago pedang dari Bu-tong-pay, tusukan pedangnya benar benar sangat lihay, asal tenaga dalamnya dipancarkan lewat ujung pedang itu, niscaya punggung orang tersebut akan tertembusi oleh tusukan pedang mautnya. Jantung Bouw It-yu nyaris melompat keluar dari mulutnya karena kaget, tapi dalam waktu yang relatif singkat itulah kembali terjadi perubahan yang sama sekali diluar dugaan siapa pun. Tiba-tiba orang itu membalikkan tubuh sambil meniup kencang, tiupan itu begitu kuatnya hingga bulu senjata hudtim yang hampir mengenai wajahnya segera buyar ke empat penjuru. Di saat menghembuskan tiupannya tadi, orang itu menyentilkan juga tangannya....Criiiing!" terdengar suara dentingan nyaring, pedang yang hampir menembusi punggungnya itu ikut terpental ke samping. Sentilan ini sangat cepat dan tepat waktu, boleh dibilang benarbenar luar biasa. Put-hui maupun Put-po adalah jagoan tangguh dari murid angkatan kedua dalam Bu-tong-pay, khususnya Put-po, bukan saja ilmu pedangnya hebat, tenaga dalam yang dimiliki pun cukup tangguh. Namun dalam kenyataan kedua orang jago Bu-tong ini tidak sanggup menghadapi tiupan serta sentilan tangan orang itu. Yang lebih hebat lagi, ternyata langkah kaki Put-hui Suthay jadi gontai dan tidak sanggup berdiri tegak, dengan sempoyongan dia mundur sampai sejauh tujuh-delapan langkah lebih sebelum berdiri tegak.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Put-po sendiri walaupun tidak sampai tergetar mundur, namun tubuhnya terlihat gontai, disusul kemudian.... Traaang!" pedangnya sudah terlepas dari genggaman. Dalam terperanjatnya semua orang berlarian maju untuk memberi pertolongan. Tapi entah mengapa, beberapa orang yang lari paling depan mendadak merasakan tubuhnya linu dan kaku, sepasang kaki seolah tidak mau menuruti perintah lagi dan....Bluuuk. "Blukkk!" secara beruntun mereka jatuh terjerembab ke tanah. Orang-orang yang berada di belakang serentak menjerit kaget dan tanpa sadar sama-sama menghentikan larinya, dalam waktu singkat tamu asing itupun lenyap entah ke mana. Swan Ji-cing tahu bahwa musuhnya adalah seorang jago tangguh, maka ujarnya, "Kali ini kita tidak bakal salah lihat lagi, racun yang barusan disebar orang itu adalah bubuk pelunak tulang, bila bubuk itu dicampurkan ke dalam air teh, paling tidak sang korban baru akan pulih kembali tenaganya setelah tiga hari kemudian, tapi kalau asap itu hanya terhisap karena terbawa angin, kondisi tubuhnya tidak akan terganggu, asal istirahat setengah jam saja keadaannya akan pulih kembali. Dalam pada itu Put-hui Suthay pun ikut berjalan mendekat, hampir bersamaan waktu dengan Put-po, serunya, "Bukan!" "Apanya yang bukan?" "Bukan perempuan siluman itu. Meski cara menyebar racun yang dilakukan orang ini masih diatas kemampuan wanita siluman itu, namun sepak terjangnya tidak seganas perempuan siluman itu. "Dia bukan Tonghong Liang, Tonghong Liang tidak memiliki tenaga dalam sehebat ini, ucapan Put-po jauh lebih singkat. Lalu siapakah orang itu? Bouw It-yu serta beberapa orang itu segera dapat menebak, hanya saja tidak seorang pun berani menyinggung nama orang itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baguslah kalau bukan perempuan siluman itu, ujar Bouw It-yu kemudian sambil menghembuskan napas lega. "Hmm, tapi orang ini jauh lebih susah dihadapi ketimbang wanita siluman itu, dengus Put-hui Suthay. Put-po tertawa getir, katanya, "Perduli siapa pun orang ini, yang pasti dia telah mengampuni jiwa kita semua, coba dia sedikit lebih telengas, mungkin badan kita pun sudah ikut hancur berantakan. Apa yang dia katakan memang tidak salah, tenaga dalam yang dimiliki orang itu benar-benar sangat hebat, saat itu mereka sedang bertarung di atas tebing batu, seandainya menggunakan kesempatan disaat dia sedang menghisap asap bubuk pelemas tulang itu dia mendorongkan tangannya dengan tenaga dalam, berada dalam kondisi lemas, mana mungkin dia mampu melawannya? "Menurut pendapatku, lebih baik kita tidak usah mencari tahu siapakah orang itu!" usul Bouw It-yu. "Kenapa begitu?" tanya Put-hui Suthay. "Suci, bila apa yang kau curigai merupakan kenyataan, kemunculan orang ini justru telah membantu Bu-tong-pay kita melenyapkan seorang penyclinap. Walaupun dia tidak menerangkan secara jelas, namun Put-hui Suthay maupun Put-po memahami maksudnya. Orang itu tidak sampai turun tangan jahat tentu saja karena dia tidak ingin mengikat tali permusuhan dengan Bu-tong-pay. Oleh sebab itu bila Siang Ngo-nio benar-benar seperti apa yang dicurigai Put-hui Suthay, telah datang ke gunung Bu-tong, maka kehadiran orang itu besar kemungkinan adalah bermaksud mencari Siang Ngo-nio untuk diajak pulang. "Aku dengar murid tidak resmi mu telah kembali?" kembali Bouw It-yu bertanya. "Sebetulnya Sui-leng sudah mengikuti aku sampai disini, tapi berhubung telah terjadi peristiwa disini, maka kusuruh dia pulang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dulu. Eei.... beritamu sungguh cepat, sampai urusan sekecil inipun mendapat perhatian mu. Bouw It-yu hanya tertawa tanpa menanggapi perkataan itu, ucapnya, "Baiklah, sekarang kita harus segera kembali ke ruang Cisiau-kiong. Ooo)*(ooO Lan Sui-leng merasa kehabisan daya, terpaksa dia mengajak Seebun Yan pulang ke rumah. Orang tuanya jadi terperangah bila melihat dia pulang dengan mengajak seorang 'pria' asing. Namun perasaan kaget itu segera berubah jadi gembira setelah dia memberikan penjelasan. "Nona, ujar Lan Kau-san, "tinggallah disini dengan perasaan lega. Di tempat ku ini, kecuali Put-ji Totiang yang terkadang datang mampir, para tosu lainnya tidak bakalan akan datang kemari. Hanya saja.... "Hanya saja kenapa?" tanya Seebun Yan. "Aku berharap kau berganti dengan dandanan wanita saja, sebab aku masih mempunyai banyak teman menanam sayur yang sering mampir kemari, aku khawatir.... "Aku mengerti, tukas Seebun Yan sambil tertawa, "mana ada seorang pria asing tidur sekamar dengan putrimu?" "Sudah, jangan bergurau lagi, tukas Lan Sui-leng, "mari kita bicara secara serius. Rumah kami dibangun menyendiri di sudut bukit, di sekitar sini tidak ada rumah penduduk lain. Tapi bukan berarti tidak ada petani yang bakal mampir kemari, meski jarangjarang. Aku hanya berharap kau tinggallah disini tenang alim, jangan sembarangan pergi. "Aku tahu. Begitu bertemu adikmu, aku segera akan pergi. Orang tua Lan Sui-leng yang mendengar perkata-an itu segera saling berpandangan sambil tersenyum, mereka seperti ingin mengucapkan sesuatu namun tidak berani.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seebun Yan tahu kalau mereka pasti salah paham, namun diapun tidak banyak membantah. Malam itu mereka tidur seranjang dan bercerita sepanjang malam, secara ringkas Seebun Yan mengisahkan bagaimana dia bertemu Lan Giok-keng di Liauw-tong. Mendengar cerita itu Lan Suileng merasa gembira bercampur terkejut. "Aaah, betulkah ilmu pedangnya berhasil dilatih hingga selihay itu?" "Bukan saja ilmu pedangnya hebat, kesempurnaan tenaga dalamnya pun sudah jauh lebih maju daripada kemampuanku. Ketika aku terserang bubuk pemabok dari Siang Ngo-nio, dialah yang berhasil mengusir siluman wanita itu dan menyelamatkan aku. Padahal waktu itu dia tidak menghisap pil Bi-leng-wan, namun bubuk pemabok seolah sama sekali tidak berpengaruh di tubuhnya. Lan Sui-leng benar-benar merasa tercengang, katanya, "Berapa hari sebelum turun gunung, aku pernah berlatih pedang dengannya di bawah tebing Tian-ki-hong, sewaktu aku melolohnya dengan satu jurus tipuan, dia kalah ditanganku. Heran, baru berpisah selama tujuh, delapan bulan, kenapa ilmu silatnya bisa meraih kemajuan sedemikian pesatnya?" "Aku dengar dia telah mewarisi ilmu pedang peninggalan Busiang Cinjin, bisa jadi setelah turun gunung dia kembali memperoleh pengalaman aneh. "Kalau soal ini, aku masih bisa menerimanya, tapi ada kejadian lain yang membuat pikiranku tidak habis mengerti, ujar Lan Suileng, "antara siluman wanita Siang Ngo-nio dengan adikku boleh dibilang sama sekali tidak punya hubungan apa apa, kenal pun tidak, mengapa berulang kali dia mencari masalah dengannya?" "Sebetulnya bukan terhitung masalah besar, tampaknya siluman wanita itu hanya ingin mengangkat adikmu menjadi anak angkatnya. "Betul. Justru persoalan inilah yang membuat aku tidak habis
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengerti. Pertama kali datang ke rumahku, dia berusaha menculik dan melarikan adikku, padahal waktu itu adikku belum pernah turun dari bukit Bu-tong. Anehnya, darimana dia bisa tahu tentang adikku, lalu mengapa pula dia gunakan segala cara untuk memaksanya menjadi anak angkatnya?" Seebun Yan segera tertawa. "Siang Ngo-nio paling suka dengan pemuda berwajah tampan, siapa tahu dia sudah tertarik dengan adikmu, katanya. "Cisss, ngaco belo, Lan Sui-leng menyumpah, "adikku baru berusia enam, tujuh belas tahunan.... "Apakah kau tidak merasa sepak terjang adikmu agak aneh?" Pertanyaan ini dengan tepat mengenai rahasia hati Lan Sui-leng, kontan saja gadis itu berdebar keras, serunya, "Aku justru ingin bertanya kepadamu, apa alasannya dia pergi ke Liauw-tong?" "Aku tidak tahu, aku hanya tahu kalau dia sempat mencari tahu tentang jejak seseorang sewaktu berada di kota Uh-sah-tin. "Siapa?" "Konon seorang murid preman dari Bu-tong-pay yang bernama Keng King-si, kurang lebih dua puluh tahun berselang, orang itu pernah pula tinggal di kota Uh-sah-tin. "Keng King-si? Aku sepertinya pernah mendengar menyinggung tentang nama ini, kata Lan Sui-leng. orang

"Aku dengar Keng King-si adalah murid dari mendiang Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu. "Bukankah Ho Ki-bu adalah guru Put-ji Totiang ketika masih preman dulu? Kalau begitu orang she-Keng itu pastilah saudara seperguruan ayah angkat adikku. Tidak heran kalau dia bersikap begitu baik kepada adikku. Tapi dalam hal mengajarkan ilmu pedang, mengapa pula dia harus membohongi adikku?" Berpikir sampai disini, tiba-tiba timbul satu ingatan aneh dalam
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

benaknya, "Mungkinkah adikku benar-benar adalah anak hubungan gelap orang lain? Tidak heran kalau wajahnya sama sekali tidak mirip dengan wajahku!" Tapi dia segera merasa kalau ingatan semacam ini 'tidak sepatutnya' muncul dalam benaknya, dia segera menegur diri sendiri, "Aku pernah memaki adik agar tidak percaya atas perkataan ngawur orang lain, kenapa sekarang aku malah punya pikiran begini!" "Hey, apa yang sedang kau pikirkan?" tiba-tiba Seebun Yan menegur, "aku ingin mendengar pula kisahmu. "Aku hanya ingin mendengar kisah pengalamanku selama berada di wilayah Liauw-tong, semua kejadian di sana terasa baru, aneh dan menarik. Mengenai pengalamanku sendiri, aaai, tidak ada yang bisa diceritakan, sejak berpisah denganmu, aku langsung pulang ke gunung dan sepanjang perjalanan tidak pernah terjadi apa-apa. "Bagus. Kalau begitu aku akan mengisahkan lagi sebuah cerita yang sangat menegangkan hati, ada seorang manusia berkerudung.... Belum habis dia berkata, mendadak terlihat Lan Sui-leng menguap karena mengantuk. Dalam hati Seebun Yan merasa tidak suka hati, tapi entah mengapa, tiba-tiba diapun ikut menguap. Gadis ini pernah punya pengalaman terkena bubuk pemabuk, dia segera sadar akan ketidak beresan itu, namun tanpa terasa dia kembali menghirup bubuk pemabuk. "Cepat kerahkan tenaga dalam untuk melawan racun!" dia hanya bisa berbisik lirih di sisi telinga Lan Sui-leng, karena kepalanya terasa makin berat dan mulai terkurai, rasanya mengantuk sekali dan ingin tidur. Untung saja tenaga dalamnya cukup lumayan, begitu konsentrasi dipusatkan ke Tan-tian, hawa murni pun kembali berputar satu lingkaran di seluruh tubuh, lambat laun keadaannya menjadi sedikit
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendingan. Yang dimaksud 'mendingan' adalah dia hanya bisa memaksakan diri untuk membuka lebar matanya dan mengusir momok rasa kantuk hingga tidak sampai roboh tidak sadarkan diri. Namun seluruh tenaga yang dimilikinya telah lenyap, jangan lagi berbicara, untuk menggerakkan jari tangan sendiri pun sudah tidak sanggup. Keadaan Lan Sui-leng tidak jauh berbeda, dia hanya bisa membuka matanya dan sama sekali tidak mampu bergerak. Diam-diam Seebun Yan merasa kagum, pikirnya, 'Padahal dia hanya seorang murid yang belum lama bergabung dengan Bu-tongpay, tapi kenyataannya dia sanggup mempertahankan diri!' Tentu saja dia tidak tahu kalau majunya tenaga dalam yang dimiliki Lan Sui-leng bukan hasil ajaran Put-hui Suthay melainkan ilmu yang dipelajarinya dari Tonghong Liang. Oleh karena pikirannya tidak banyak berusik oleh pelbagai masalah, berbeda jauh dengan Seebun Yan yang sering terganggu banyak urusan, karena itu meski baru berlatih setengah tahun, namun keberhasilannya nyaris menyamai kemam puan Seebun Yan. Biarpun mereka berdua tidak sampai jatuh semaput, namun justru karena mereka masih memiliki kesadaran maka kedua orang itu merasakan teror dan rasa takut yang selama hidup belum pernah dialaminya. Perlu diketahui, pada saat dan detik ini, mereka berdua sudah tidak memiliki sedikit tenaga pun, semisal orang itu masuk ke dalam kamar, maka mereka berdua hanya bisa menyerah dan menuruti semua keinginannya, kalau hanya mati bukan masalah, justru yang dikuatirkan adalah kejadian yang jauh lebih tersiksa daripada kematian. Bagaimana pun juga, yang akan muncul akhirnya muncul juga. Mereka mulai mendengar suara pembicaraan di luar sana.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Orang pertama yang berbicara alah Lan Kau-san, ayah Lan Suileng. "Ada urusan apa tengah malam begini tootiang datang kemari, apakah.... apakah.... suara Lan Kau-san kedengaran penuh dicekam rasa heran. Begitu mendengar suara ayahnya, Lan Sui-leng merasa sedikit lega. Karena ayahnya tidak keracunan maka pikirnya, 'Hanya seorang tootiang yang kenal akrab dengan ayah, mungkinkah orang itu adalah.... ' Belum lenyap pikiran itu, orang tersebut sudah mulai menjawab, betul seperti yang dia duga, orang itu adalah Put-ji tootiang, ayah angkat adiknya. "Aku hanya ingin mengajukan satu pertanyaan, kau harus menjawab sejujurnya. Apakah kau telah memberitahukan asal usul anak Keng yang sebenarnya?" Suara Put-ji Totiang kedengaran sedikit sumbang, seakan dia sedang menderita sakit flu berat hingga hidungnya dipenuhi ingus. Tapi Lan Sui-leng masih dapat mengenali suaranya. "Ti.... tidak!" jawab Lan Kau-san dengan suara gemetar. "Tidak? Kenapa dia bisa pergi ke Liauw-tong untuk mencari orang tua kandungnya?" Mendengar sampai disini, Lan Sui-leng merasakan hatinya bergoncang keras. Ternyata dugaannya tidak salah, adiknya memang punya asal-usul sendiri, dia bukan saudara kandungnya! "Aku.... aku tidak tahu! Aku benar-benar tidak tahu!" "Apa yang tidak kau ketahui? Tidak tahu akan persoalan ini, atau tidak tahu dia anak siapa?" "Dia sama sekali tidak beritahu kepadaku apa sebabnya turun gunung, akupun tidak tahu ke mana dia telah pergi!" Put-ji Tojin segera tertawa dingin.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau begitu kau sudah tahu anak siapakah dia?" dengusnya. "Too.... tootiang mungkin lupa? Sewaktu kau serahkan anak itu kepadaku, aku pernah dipesan untuk tidak bertanya asal-usul bocah itu. Kau hanya mengatakan kalau dia adalah putra sahabat karibmu. "Kalau aku tidak mengatakan, memangnya kau sendiri tidak tahu? Aku ingin tanya. Berani kau mengata kan kalau kau sama sekali tidak tahu siapa orang tua bocah itu?" "Soal ini, soal ini.... Lan Kau-san adalah seseorang yang jujur, dia tidak berani berbohong, akan tetapi dia pun tidak berani berbicara terus terang. Nada suara Put-ji Tojin makin lama semakin ketus dan dingin, katanya lagi, "Tahukah kau siapa ayahnya? Tentunya kaupun tahu bukan kalau akulah yang telah membunuh ayahnya!" Andaikata Lan Sui-leng masih memiliki sedikit tenaga, dia pasti akan melompat bangun saking kagetnya. Kini, biarpun tubuhnya sama sekali tidak mampu bergerak, namun jantungnya seolah mau melompat keluar dari rongga dadanya, dia merasa sangat ketakutan. "Aku tidak tahu, waktu itu sepanjang hari aku tidak berada di rumah, aku tidak.... tidak.... Kembali Put-ji Tojin menukas sambil tertawa dingin, Tapi siapa pun tahu kalau saat itu Keng King-si dan Ho Giok-yan pernah muncul di bukit Boan-liong-san, kemudian jejak mereka berdua hilang tidak berbekas. Hampir semua orang melihat kalau Ho Giokyan melakukan perjalanan dengan perut buncit. Aku tidak percaya kalau kau sedemikian gobloknya sampai menduga akan hal inipun tidak bisa!" "Aku.... aku memang.... memang tahu akan kejadian ini, tapi.... tapi.... aku sama sekali tidak menyangka kalau pembunuhnya adalah dirimu!" Apa yang diucapkan Lan Kau-san memang kata yang sejujurnya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baiklah, aku percaya kalau ucapanmu jujur. Tapi sekarang aku telah memberitahukan rahasia ini kepadamu!" Wajahnya seakan dilapisi oleh bunga salju yang tebal, bukan saja perkataannya dingin bagaikan es, mimik muka serta sikapnya juga dingin dan kaku, membuat siapa pun bergidik. Lan Kau-san bukan terhitung orang yang kelewat bodoh, buruburu dia berkata, "Tootiang, apa yang barusan kau katakan? Aku sepertinya tidak mendengar apa-apa.... Ketika dilihatnya Put-ji Tojin tidak memberi tanggapan, cepat dia menambahkan lagi, "Totiang, jangan kuatir, aku tidak bakal membocorkan semua yang kau katakan malam ini kepada siapa pun. Put-ji Tojin tertawa dingin, "Baru sekarang kau mengatakan hal ini, hmmm! Tapi sayang aku tidak bisa mempercayaimu dengan begitu saja!" "Lantas apa yang hendak kau lakukan agar percaya?" "Kecuali.... Lan Sui-leng yang berbaring dalam kamarnya sambil mencuri dengar pembicaraan itu dapat menangkap semua tanya jawab itu dengan jelas, tapi dia tidak bisa melihat apa yang terjadi diluaran sana. Put-ji Tojin mengatakan 'kecuali", lalu "kecuali" apa yang dimaksud? Namun dia tidak perlu menebak terlalu jauh, karena jawabannya segera ketahuan. Tiba-tiba terdengar jeritan ngeri yang menyayat hati berkumandang memecahkan keheningan, menyusul kemudian terdengar suara langkah kaki ibunya dan menyusul keluar dari belakang. Agaknya waktu itu ibunya tertegun sesaat, sesudah hening berapa waktu, tiba-tiba terdengar dia menjerit lengking, "Tootiang,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kau.... kau apakah suamiku.... Mendadak jeritan lengking itu terputus di tengah jalan, diikuti terdengar lagi jeritan ngeri yang memilukan hati. Kemudian terdengar Put-ji Tojin berkata, Enso, maafkan aku. Hanya perbuatan semacam inilah yang bisa kulakukan. Karena hanya orang mati yang tidak bisa membocorkan rahasia ini lagi!" Tanpa menyaksikan dengan mata kepala sendiri pun Lan Sui-leng sudah tahu apa yang telah terjadi, seketika itu juga dia tertegun saking kagetnya. Sukmanya serasa meninggalkan raganya, melayang keluar dari kamar tidur dan menyaksikan tubuh ayah ibunya terkapar di tengah genangan darah. Dia ingin menjerit namun tidak ada suara yang keluar, ingin menangis namun tidak dapat mengeluarkan isak tangisnya. Apakah dia sedang bermimpi? Aaai, moga-moga saja kesemuanya ini hanya sebuah impian buruk. Kembali terdengar suara langkah kaki manusia, Put-ji Tojin tidak memasuki kamarnya tapi pergi meninggalkan rumah itu. Sungguh aneh sekali, ternyata di saat seseorang merasakan ketakutan yang telah mencapai puncaknya, dia malah seolah tidak tahu lagi arti dari takut. Kini benaknya seolah berubah jadi putih dan kosong, bahkan jalan pikiran serta semua aktifitasnya ikut terhenti. Semuanya tenang, semuanya terhenti. Seandainya ada sebatang jarum yang terjatuh ke lantai pada saat ini, mungkin dia dapat mendengarnya dengan sangat jelas. Saat itulah dia mendengar suara perempuan yang dikenalnya berkumandang dari luar rumah, Semua telah dibereskan?" Bukankah suara itu berasal dari Siang Ngo-nio? Walaupun suaranya agak serak, namun dia masih dapat mengenalinya. "Kenapa musti ditanyakan lagi, semua ini gara-gara kau hingga terpaksa aku harus melakukan kekejam-an ini. Aaai, sejujurnya, Lan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kau-san pernah membantu-ku, coba kalau bukan demi kau, tidak nanti aku tega untuk menghabisi nyawanya!" "Hmm, gara-gara demi aku?" Kelihatannya Put-ji Tojin berbicara sambil berjalan, "Betul, aku takut anak Keng mengetahui kejadian yang sebenarnya. Tapi coba kalau bukan aku telah mengambil keputusan, akan selamanya bersama mu.... Kata selanjutnya sudah tidak terdengar lagi. Berapa saat kemudian Seebun Yan baru berbisik, "Adik Leng, sekarang bukan saatnya untuk bersedih hati, cepat tenangkan pikiran dan cobalah mengatur pernapasan lagi. Hingga kini kita belum terlepas dari kurungan!" Rupanya tenaga dalam yang dimiliki Seebun Yan telah pulih satu, dua bagian hingga dia memiliki kekuatan untuk berbisik. Pikiran Lan Sui-leng kembali dibuat kacau oleh terjadinya peristiwa yang sama sekali tidak terduga itu, kondisi tubuhnya mundur kembali ke posisi semula, sama sekali tidak punya tenaga hingga kekuatan untuk menggerakkan jari tangan pun tidak punya. Entah berapa saat kembali lewat, tiba-tiba terdengar lagi suara manusia. Ternyata Lan Giok-keng telah kembali, (seharusnya sudah bukan she-Lan lagi, tapi bermarga Keng, jadi selanjutnya dia bernama Keng Giok-keng). Oleh karena dalam benaknya dipenuhi pelbagai kecurigaan dan tanda tanya, maka dia sengaja pulang ke rumah di malam hari. Sewaktu lewat di kota Kim-leng, dia berhasil menjumpai Kwik Bu bahkan menyingkap teka-teki yang menyelimuti asal-usulnya. Setiap perkataan yang diucapkan Kwik Bu masih teringat dengan sangat jelas. Dan kini, di saat dia sudah mendekati pintu rumah, pemandangan saat itu satu per satu kembali melintas dalam benaknya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dia mengunjungi rumah keluarga Kwik di tengah malam, oleh karena status dan kedudukan Kwik Bu yang istimewa, begitu melihat munculnya orang asing, tanpa memberi kesempatan kepadanya untuk berbicara sudah berusaha untuk membekuknya. Tapi pertarungan pun tidak sampai lewat tiga puluh gebrakan, serta merta mereka berdua sama-sama menghentikan pertarungan. Ujar Kwin Bu kemudian sambil menghela napas, "Aku dengar ilmu pedang Bu-si Tojin merupakan yang paling hebat dalam Butong-pay, sayang belum sempat kujumpainya. Kalau dilihat dari usiamu, seharus nya kau hanya seorang Boanpwee. Tapi ilmu pedangmu sudah berada jauh diatas kemampuanku. Aaaai, kalau hanya seorang murid muda dari Bu-tong-pay pun tidak sanggup kuhadapi, mana mungkin bisa bertarung melawan jagoannya. Aaai, aku tahu siapakah dirimu. "Kau mengetahui siapakah aku, akupun mengetahui siapa dirimu, meski aku belum pernah bertemu denganmu!" ujar Keng Giok-keng. "Kau tahu siapakah aku?" ?"Aku tahu kau adalah putra Jit-seng-kiam-kek, mempunyai nama manchu sebagai Huo Bu-tuo dan nama Han sebagai Kwik Bu. Seharusnya orang itu terperanjat karena identitasnya berhasil tertebak, akan tetapi dia tidak kaget, seolah hal tersebut sudah berada dalam dugaannya. Dia hanya bertanya, "Ada apa kau mencari aku?" Untuk sesaat Keng Giok-keng tidak tahu harus mulai ceritanya dari mana. Sambil tersenyum kembali Kwik Bu berkata, "Aku mempunyai seorang sahabat she-Keng, sama seperti kau, murid Bu-tong-pay. Hanya saja peristiwa itu sudah berlangsung pada delapan belas tahun berselang. Tahun ini usiamu belum genap delapan belas tahun bukan?" Keng Giok-keng merasakan hatinya berdebar keras, dia balik
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bertanya, "Benarkah begitu?" "Sahabatku itu bernama Keng King-si, dia adalah murid kedua dari Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu. "Dua puluh tahun terselang, dia bersama Bouw Ciong-long merupakan murid preman dari Bu-tong-pay. Hanya sayang nasibnya tidak sebagus Bouw Ciong-long. Kini Bouw Ciong-long telah menjadi Ciangbunjin baru perguruanmu, sementara Ho Ki-bu sudah mati sejak delapan belas tahun berselang, bahkan kudengar dia mati tidak jelas. Apakah kaupun mengetahui kejadian ini?" "Tentu saja aku pernah mendengar orang mem bicarakan tentang nama Ho Thayhiap dari perguruanku, tapi belum pernah ada yang beritahu apa penyebab kematiannya. Dengan ucapanmu ini, berarti kau sudah tahu.... "Aku sendiripun tidak tahu. Aku hanya ingin membicarakan masalah yang berkaitan dengan orang she-Keng itu. Dia memandang Keng Giok-keng sekejap, ketika dilihatnya bocah itu memandang dengan mata mendelong, seperti orang kebingungan, tanpa terasa kembali dia menghela napas, lanjutnya, "Ho Ki-bu mempunyai dua orang murid dan seorang putri, anak putrinya bernama Ho Giok-yan, Keng King-si berada diurutan kedua, diatas dia masih ada seorang Suheng lagi dari marga Ko, sedang dibawahnya adalah Giok-yan, Siau-sumoaynya. Pernah-kah kau mendengar nama ke tiga orang ini?" "Pernah, jawab Keng Giok-keng setelah ragu sejenak, "tapi itupun hanya terbatas pernah mendengar nama mereka. "Sejak kapan kau mulai mendengar tentang mereka?" "Setelah aku turun gunung, baru setengah tahun berselang. "Kau bukan hanya tahu nama mereka saja bukan? Karena apa kau mengajak Hwee-ko Thaysu berkunjung ke kota Uh-sah-tin?" "Betul, aku mengetahui juga kalau Keng-kisu dan Ho Giok-yan pernah berdiam hampir setahun lamanya di kota Uh-sah-tin. Tapi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hal ini kuketahui sesudah tiba di kota Uh-sah-tin. Sebelum itu aku hanya tahu kalau mereka pernah datang ke luar perbatasan, tapi tidak tahu pasti tempat yang dituju. Ada orang memberi petunjuk kepadaku, suruh aku menemukan Jit-seng-kiam-kek, karena bila dapat bertemu dengannya maka ada harapan bagiku untuk mencari tahu kejadian tentang mereka di masa lalu. Tapi sayang aku tidak punya kesempatan untuk bertemu dengan Jit-seng-kiam-kek, oleh sebab itu.... "Kemudian kau tahu kalau Jit-seng-kiam-kek adalah ayahku, maka kaupun terpaksa datang mencari aku, sambung Kwik Bu. Bicara sampai disini dia berhenti sebentar, tertawa terbahakbahak, kemudian baru melanjutkan, "Betul, kau telah menemukan aku, telah menemukan orang yang benar. Aku mengetahui masalah tentang Keng King-si, bahkan apa yang kuketahui jauh lebih banyak daripada apa yang diketahui ayah angkatmu. "Dia bersama sumoaynya tinggal di kota Uh-sah-tin dan berganti nama, sehari-hari mereka hidup sebagai nelayan. Tidak seorangpun yang mengetahui asal usulnya, kecuali aku. Mereka tidak punya teman yang lain. "Tunggu sebentar, dengan napas tersengkal Keng Giok-keng bertanya, "kalau benar mereka adalah murid dari perguruan kaum lurus, mengapa harus kabur ke luar perbatasan dan bersembunyi di sebuah bandar nelayan yang terpencil?" "Mereka kabur dari rumah, kawin lari. Oleh karena nona Ho adalah putri tunggal Ji-ou Thayhiap, maka hampir semua orang di daratan Tionggoan mengenalinya, karena itu mereka hanya bisa kabur ke luar perbatasan dan menyembunyikan diri disana. Tampaknya Keng Giok-keng tidak menyangka akan menerima jawaban seperti itu, setelah agak ter-tegun, dia menegaskannya, "Kabur dari rumah?" "Kau tidak mengerti apa yang dinamakan kabur dari rumah?" ujar Kwik Bu sambil tersenyum, "biasanya perkawinan itu harus mendapat restu dari orang tua, paling tidak ada mak comblangnya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yang dinamakan kabur dari rumah adalah kawin lari, mereka jadi suami istri tapi tidak mendapat restu dari orang tua, karena itu mereka kabur dari rumah, kawin lari dan menyembunyikan diri. "Aku bukannya tidak mengerti apa yang dinamakan kabur dari rumah, aku hanya tidak mengerti kenapa mereka harus kabur dari rumah? Kenapa harus kawin lari?" "Karena sejak kecil ayahnya telah menjodohkan nona Ho kepada Toa-suhengnya. Tapi gadis itu justru mencintai Ji-suhengnya. Diam-diam Keng Giok-keng menghembuskan bisiknya lirih, "Ooh, ternyata begitu!" napas lega,

Rupanya di dasar hati kecilnya tersembunyi suatu perasaan takut yang luar biasa. Dia takut Keng King-si kabur ke luar perbatasan karena berkhianat dan sudah menjadi mata-mata bangsa Boan. Tadi dia tidak berani menanyakan soal ini kepada Kwik Bu, kendatipun dia tahu dengan jelas bahwa Kwik Bu adalah satusatunya orang yang bisa mengungkap teka-teki asal-usulnya, dia tidak berani bertanya karena khawatir hal tersebut menyangkut suatu penghianatan bangsa. Tapi kini, walaupun dia sudah merasa lega namun beban lain kembali mengganjal hatinya. "Bukankah Toa-suheng dari Keng King-si adalah ayah angkatku sekarang?" Terdengar Kwik Bu berkata lebih lanjut, "Waktu itu kedudukanku adalah juragan yang membeli ikan disana, posisi yang ditempati Kim Teng-hap sekarang. Di kota Uh-sah-tin hanya aku seorang yang mengetahui asal-usul Keng King-si, dan hanya Keng King-si seorang yang mengetahui identitasku yang sebenarnya, bahkan Ho Giok-yan sendiripun tidak tahu. Oleh sebab itu meski aku berkenalan dengan mereka berdua, namun sahabatku yang sesungguhnya hanya Keng King-si seorang. "Sepasang suami istri itu tinggal di kota Uh-sah-tin hampir setahun lamanya kemudian mudik. Tahukah kau mengapa mereka
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berbuat begitu?" tiba tiba Kwik Bu bertanya. Keng Giok-keng merasa sedikit keheranan, serunya, "Darimana aku bisa tahu? Lebih baik kau saja yang memberitahukan masalah ini kepadaku!" "Karena Keng-hujin telah hamil dan tidak ada yang merawatnya, dia ingin mudik dan melahirkan di desa kelahirannya. Selain itu, nasi telah menjadi bubur, dia berharap perbuatannya di masa lalu dapat dimaafkan oleh ayahnya. Aaai.... siapa tahu perpisahan itu merupakan perpisahan untuk selamanya, aku tidak pernah bertemu lagi dengan mereka. Keng Giok-keng merasakan jantungnya berdebar sangat keras, buru-buru tanyanya, "Setelah dilahirkan, anak mereka itu seorang pria atau seorang wanita?" "Konon anak mereka lelaki!" "Lelaki?" suara Keng Giok-keng kedengaran mulai gemetar. "Cukup lama kunantikan kedatangannya di kotaraja, namun dia tidak pernah muncul, karena itu aku mengutus orang untuk mencari kabar tentang mereka berdua. "Berita yang kudapat, pernah ada orang melihat sepasang mudamudi menempuh perjalanan di tanah perbukitan Boan-liong-san, kalau dilihat keadaannya, mereka adalah sepasang suami istri. Sang wanita konon perutnya buncit, seperti orang hamil yang sudah cukup bulan untuk melahirkan. Berdasarkan berita ini dapat disimpulkan kalau sepasang suami istri muda itu tidak lain adalah Keng King-si serta Ho Giok-yan. "Bagaimana selanjutnya?" buru-buru Keng Giok-keng bertanya, tanpa terasa nada suaranya ikut berubah. "Ho Giok-yan dan suaminya tidak pernah sampai ke rumah, semenjak hari itu jejak mereka berdua hilang lenyap tidak berbekas. Tapi untung juga dia tidak pulang ke rumah.... "Kenapa?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sebab di rumah orang tuanya sedang berlangsung satu kasus pembunuhan yang amat tragis, ayahnya, Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu ditemukan mati terbunuh secara mengenaskan!" "Aaah....!" Keng Giok-keng menjerit tertahan, seluruh perasaan hatinya serasa mengejang, untuk sesaat dia tidak mampu berkatakata. Kwin Bu berkata lebih lanjut, "Peristiwa ini terjadi sehari sebelum kedua orang itu hilang, dan setelah lenyapnya kedua orang itu, tersiar lagi sebuah berita kecil, walaupun tidak ada orang yang menaruh perhatian atas berita kecil itu, namun rasanya kau perlu mengetahui juga akan hal ini. Keng Giok-keng merasakan hatinya berdebar keras, dia dapat menduga apakah isi berita tersebut. Betul saja, terdengar Kwik Bu berkata lebih jauh, "Di atas bukit Boan-liong-san tinggal seorang pemburu dari marga Lan, tiba-tiba saja keluarga mereka kedapatan memperoleh tambahan seorang bayi lelaki. Bininya baru saja melahirkan seorang anak gadis pada setengah bulan berselang, itu berarti bayi lelaki itu sudah pasti bukan anak yang dia lahirkan, tapi tidak ada yang tahu darimana datangnya bocah itu. Beberapa hari kemudian, keluarga pemburu she-Lan itu sudah pindah rumah, tidak ada yang tahu mereka telah pindah ke mana. Ehmm, yang diketahui hanyalah kalau bocah itu masih hidup hingga sekarang, seharusnya dia telah genap berusia enam belas tahun. "Bocah itu.... bocah itu.... teriak Keng Giok-keng dengan suara parau. Saking sedih dan terharunya, dia tidak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya, air mata jatuh bercucuran membasahi wajahnya. "Apakah kau masih belum paham?" sepatah demi sepatah kata Kwik Bu melanjutkan, "bocah itu tidak lain adalah kau! Ayah kandungmu adalah Keng King-si, ibu kandungmu adalah Ho Giokyan!" Biarpun jawaban ini sudah diduga Keng Giok-keng jauh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebelumnya, namun setelah memperoleh bukti dari mulut Kwik Bu, tidak urung air matanya berlinang semakin deras. "Sekarang kau seharusnya sudah paham bukan, mengapa aku harus melindungimu secara diam-diam?" ujar Kwin Bu lagi, "sejak kau melangkahkan kakimu ke luar perbatasan, aku telah mendapat laporan rahasia dari mata-mataku, menurut laporan yang kuperoleh, katanya Hwee-ko Thaysu dari biara Siau-lim melakukan perjalanan bersama seorang pemuda dan pemuda itu berwajah mirip sekali dengan Keng King-si masa itu. Aku segera tahu siapakah dirimu. Kau adalah putra temanku almarhum, tentu saja aku harus melindungi keselamatan jiwamu dengan sepenuh tenaga. "Karena itulah kau menulis surat itu!" seru Keng Giok-keng seolah baru mengerti. "Surat yang mana?" "Surat yang kau tujukan untuk Kim Teng-hap. Oooh, rupanya kau pun mengetahui persoalan ini. Kalau begitu kau pasti tahu bukan kalau surat yang kutulis itu sama sekali tidak menaruh niat jahat terhadap mu?" Isi surat itu memerintahkan mempersulit Keng Giok-keng. Kim Teng-hap agar tidak

"Terima kasih banyak kau telah melindungiku secara diam-diam, kata anak muda itu kemudian. "Aku tahu Kim Teng-hap tidak melakukan seperti apa yang kuperintahkan, kata Kwik Bu lagi, "bahkan secara diam-diam dia berusaha mencelakaimu. "Sekalipun begitu, aku tetap menerima maksud baikmu. Tapi ada satu hal yang tidak kupahami, sebetulnya apa kedudukanmu?" "Menurut kau?" Keng Giok-keng ragu-ragu, untuk sesaat dia tidak mampu menjawab.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sambil tertawa tergelak Kwik Bu berseru, "Kalau begitu biar aku yang mewakilimu untuk menjawab. Kau tidak berani berbicara karena selama ini kau menganggap aku adalah mata-mata bangsa Boan. "Tidak!" Keng Giok-keng menggeleng, "jika kau adalah matamata bangsa Boan, tidak mungkin kau akan melindungiku secara diam-diam. Dalam pertarungan tadi, setelah lewat tiga puluh gebrakan, tenagaku sudah tidak sanggup ditambah lagi, jika kau curiga aku sudah tahu kalau kau adalah mata-mata bangsa Boan dan dalam kenyataan kau memang pengkhianat bangsa, pada jurus yang ke tiga puluh satu kau sudah dapat menusuk tujuh buah jalan darahku. Tapi dalam kenyata-an, kau menarik pedang jauh lebih awal ketimbang aku. Oleh sebab itu aku benar-benar tidak habis mengerti.... "Aku tidak pernah membocorkan statusku kepada siapa pun, tapi terkecuali untuk dirimu, kata Kwik Bu, "sesungguhnya kedudukanku bukan hanya satu saja tapi ada tiga kedudukan yang berbeda, kedudukan pertama adalah orang kepercayaan Nurhaci Khan dari negeri Kim; kedudukanku yang ke dua adalah pejabat tinggi Kerajaan Beng yang sedang mendapat tugas dari Nurhaci Khan untuk menyusup ke kota Kim-leng. Keng Giok-keng yakin dan percaya kalau dia pasti bukan matamata bangsa Boan, namun perasaan hatinya tidak urung tercekat juga setelah mendengar jawaban itu, karena yang dimaksud "menyusup" sudah jelas adalah perbuatan seorang mata-mata. Buru-buru dia bertanya, "Lantas apa kedudukanmu yang ke tiga?" "Aku sendiripun tidak tahu harus berkata apa tentang kedudukanku sekarang. Aku justru rela menjadi mata-matanya bangsa Boan untuk menyusup ke kota Kim-leng karena hanya dengan berbuat beginilah aku baru bisa memperoleh laporan yang paling rahasia, aku jadi tahu orang-orang dari kerajaan Beng mana yang secara diam-diam melakukan persekongkolan dengan bangsa Boan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kalau meminjam istilah jaman sekarang, posisinya saat ini adalah 'spion ganda". "Tapi semua yang kulakukan ini bukan karena mendapat perintah dari siapa pun, kembali Kwik Bu melanjutkan, "dulu ayahku pernah bertemu dan berbicara panjang lebar dengan Hin Teng-pi, menurut Him Teng-pi untuk menanggulangi serangan yang datang dari luar, maka pertama-tama yang harus dilakukan adalah membasmi kaum penghianat, khususnya musuh dalam selimut. Atau lebih tegasnya lagi, inilah tugas utama yang harus dilakukan oleh aku si mata-mata gadungan dari bangsa Boan. Karena dengan berbuat beginilah kita baru tahu siapa mata-mata bangsa Boan yang sesungguhnya. Aaai.... alhasil.... "Bagaimana hasilnya?" "Bahkan aku sendiripun tidak menyangka kalau ada begitu banyak orang kenamaan yang ternyata telah dibeli olehbangsa Boan untuk menjadi pengkhianatbangsa!" Tergerak pikiran Keng Giok-keng setelah mendengar perkataan itu, tanpa terasa dia bertanya, "Jadi mereka yang telah menjadi mata mata bangsa Boan kebanyakan adalah para pejabat tinggi kerajaan?" "Belum tentu begitu. Misalkan saja, menurut apa yang kuketahui dari pihak militer selain ada panglima perang dari pasukan Yu-limkun yang terlibat, ternyata ada juga orang persilatan yang menjadi pengkhianat bangsa.... bahkan.... Bicara sampai disini, tiba-tiba dia berhenti berbicara. "Bahkan dalam Bu-tong-pay kami pun terdapat mata-mata bukan?" sambung Keng Giok-keng cepat. Bocah ini memang sangat cerdas, dari cara Kwik-bu berbicara, dia sudah dapat menebak kalau ada masalah tertentu yang sama sekali tidak disinggung olehnya. Tapi bagaimana pun juga dia masih muda dan belum banyak pengalaman, masalah semacam ini memang tidak sepatutnya dia tanyakan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak berani memastikan, ujar Kwik Bu kemudian, "kami hanya mencurigai tapi belum bisa membuktikan. "Bagaimana dengan para mata-mata yang berhasil kau buktikan secara nyata? Apakah rahasia mereka sempat kau bongkar.... "Membongkarnya kepada siapa?" tanya Kwik Bu sambil tertawa getir, "Him Teng-pi sudah tewas dibunuh pengkhianat bangsa. Mau lapor ke pihak kerajaan? Padahal mereka yang telah berkhianat rata-rata adalah pejabat tinggi yang memegang kekuasaan besar, dengan posisi dan pangkatku yang begini kecil, bagaimana mungkin bisa menggeser mereka? Lagipula begitu aku membocorkan rahasia ini, dapat dipastikan peranku sebagai mata-mata ganda segera akan terbongkar. "Lantas apa artinya kau melanjutkan peran ganda mu itu?" "Tidak bisa dikatakan tidak ada artinya. Semisal aku bisa mendapat tahu tokoh persilatan manakah yang telah menjadi matamata bangsa Boan dan mengkhianati bangsa, kita bisa menggerakkan para pendekar untuk membunuhnya. Keng Giok-keng merasakan darah panas menggelora dalam rongga dadanya, setelah menanyakan masalah yang tidak sepantasnya dia tanyakan, kini dia baru mulai berpikir masalah tentang diri sendiri. Ujarnya, "Tadi kau mengatakan, selama ini belum pernah membocorkan rahasiamu kepada siapa pun, terkecuali kepadaku. Kenapa terkecuali kepadaku?" "Sebab kemungkinan besar ayah ibumu mengalami nasib tragis karena terseret oleh masalahku!" "Siapa yang telah mencelakai mereka?" buru-buru Keng Giokkeng mendesak. "Aku hanya mendengar kabar tentang hilangnya mereka berdua, kemudian selama banyak tahun tidak pernah bertemu lagi dengan mereka, oleh karena itu.... oleh karena itu kuduga mereka lebih banyak celakanya daripada selamat.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Timbul secercah harapan di hati kecil Keng Giok-keng, katanya, "Terlepas apakah orang tuaku sudah tertimpa bencana atau tidak, aku harus melakukan penyelidikan hingga semuanya jelas, aku harap.... aku harap.... "Kunasehatkan padamu, lebih baik tidak usah diselidiki lebih jauh. Sebab, sekalipun kau berhasil melacak kejadian yang sebenarnya, mungkin.... mungkin mereka telah tertimpa nasib tragis, dan semisalnya mereka memang menemui celaka, tidak usah menyalahkan siapa pun, kalau ingin menyalahkan, salahkan diriku saja!" "Kenapa?" "Masa kau masih tidak paham? Belum tentu pengkhianat yang ingin mencelakainya. Bukankah pada awalnya kau pun mencurigai aku sebagai mata-mata bangsa Boan? Keng King-si adalah sahabat karibku, sementara para pendekar selain tidak mengetahui kejadian ini, setelah tahu, apa tidak mungkin mereka pun mencurigai dirinya sebagai mata-mata bangsa Boan juga?" Keng Giok-keng merasakan hatinya bergolak keras, katanya, "Kalau begitu aku semakin harus melakukan penyelidikan hingga jelas, aku tidak boleh membiarkan nama ayahku tercemar! Empek Kwik, kau pasti sudah mengetahui sesuatu, tolong beri tahukan kepadaku!" "Kau bersikeras ingin tahu? Benar!" jawaban Keng Giok-keng tegas. Kwik Bu menghela napas panjang, ujarnya kemudian, "Padahal aku sendiripun tidak tahu apa-apa, bila kau bersikeras ingin tahu, mungkin harus bertanya kepada seseorang.... "Siapa?" "Murid pertama dari Ho Ki-bu, Ko Ceng-kim! Pada malam ketika Ho Ki-bu terbunuh, dia tidak berada di rumah keluarga Ho, baru hari ke dua ada orang melihat dia pulang dari gunung Boan-liong-san!" "Maksud.... maksudmu....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak mengatakan kalau Ko Ceng-kim lah yang telah membunuh Keng King-si serta Ho Giok-yan, tapi bila diperhitungkan waktunya sejak sepasang suami istri itu lenyap setelah naik ke gunung Boan-liong-san, seharusnya mereka telah saling bertemu muka dengan Toa-suhengnya!" "Apakah dia tahu kalau ayahku berkenalan denganmu di luar perbatasan?" "Aku tidak tahu apakah dia mengetahui akan hal ini, tapi ada sepucuk surat dariku yang disembunyikan disakunya, menurut apa yang kemudian kuketahui, surat itu sudah terjatuh ke tangan orang lain. Siapakah "orang lain" itu? Walaupun tidak bisa dikatakan tidak tersangkut secara langsung dalam peristiwa ini, namun bukan berarti orang itu tidak ada hubungannya dengan kejadian ini. Sebab kalau orang itu bukan Ko Ceng-kim, menurut apa yang dilukiskan Kwik Bu, kemungkinan besar surat itu diperoleh setelah menggeledah saku Keng King-si kemudian diserahkan kepada "orang lain". Aaai.... bukankah Ko Ceng-kim adalah ayah angkatnya, yang kini sudah menjadi Put-ji Tojin, salah satu Tianglo dari Bu-tong-pay? Keng Giok-keng sangat berharap kematian orang tuanya sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan ayah angkatnya itu. Oleh karena pelbagai kecurigaan dan tanda tanya menyelimuti benaknya, maka dia sengaja pulang di saat malam telah tiba. Walaupun dia pergi belum sampai satu tahun, sebuah jangka waktu yang tidak terlalu lama, akan tetapi kepergiannya kali ini merupakan kali pertama meninggalkan rumah, tidak heran kalau perasaan gembira segera menyelimuti hatinya setelah kini tiba kembali di rumah. Aneh, kenapa tidak ada yang menyahut meski pintu telah diketuk berulang kali? "Ayah, ibu, aku telah kembali!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sewaktu memanggil "ayah" dan "Ibu" timbul perasaan aneh dihati kecilnya, namun luapan perasaannya masih sama seperti dulu. Pepatah kuno mengatakan: budi dari ibu kandung tidak bisa mengalahkan budi terhadap ibu yang memeliharanya, selama ini dia dipelihara dan dibesarkan oleh Lan Kau-san suami istri, meskipun sekarang dia sudah tahu kalau mereka bukan orang tua kandungnya, namun dalam hati kecilnya dia tetap menaruh perasaan terima kasih dan sayangnya kepada mereka. Masih belum kedengaran suara jawaban. "Jangan-jangan mereka tidak berada dirumah, atau terlelap tidur sangat nyenyak, aaah....! atau jangan jangan mereka sakit?" Dicekam rasa ragu, sangsi bercampur curiga, terpaksa dia mendorong sendiri pintu rumah. Ternyata pintu hanya dirapatkan, begitu didorong segera terbuka. Begitu melangkah masuk ke dalam rumah, segera terenduslah bau anyirnya darah! Buru-buru Keng Giok-keng menyulut lentera yang ada dimeja, tampak Lan Kau-san dan istrinya telah terkapar ditanah bersimbah darah, dari mulut mereka terlihat darah masih meleleh keluar. Untuk sesaat dia jadi tertegun, terperangah. Kemudian sambil menghantam meja makan kuat kuat, teriaknya kalap, "Ayah! Ibu! Kalian tidak boleh mati! Siapa pembunuhnya, katakan kepadaku, katakan kepadaku.... siapa yang telah membunuh kalian!" Tentu saja tidak ada orang yang beritahu kepadanya, rasa sakit karena kepalan yang menghantam meja, membuatnya tersadar dari luapan emosi, tiba-tiba dia mendengar ada suara lirih sedang memanggil namanya. "Adik.... adik....!" "Siau-Keng-cu, Siau-Keng-cu!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan langkah sigap dia masuk ke kamar tidur cicinya, disitu dia temukan Lan Sui-leng sedang berbaring bersama Seebun Yan. Dalam sekilas pandang Keng Giok-keng sudah tahu kalau mereka berdua telah terkena racun bubuk pemabuk, tapi suara panggilan "Siau-Keng-cu" dari Seebun Yan terdengar jauh lebih nyaring, ini membuktikan kalau racun yang menyerang dirinya jauh lebih ringan. Tapi dalam keadaan begini dia tidak sempat lagi bertanya mengapa Seebun Yan bisa tidur dirumahnya, dengan suara keras segera tanyanya, "Siapa pembunuhnya?" Mulut Seebun Yan terkatup rapat, dia seperti ingin mengucapkan sesuatu namun tidak mampu mengutarakannya keluar. "Dia.... dia adalah.... seru Lan Sui-leng. Suaranya sangat lirih bagai suara nyamuk, tapi sayang hanya kata itu yang mampu diucapkan, karena dia sudah kehabisan tenaga. Akan tetapi Keng Giok-keng telah memperhatikan wajahnya, wajah dengan rasa takut, ngeri dan horor yang telah mencapai pada puncaknya. Keng Giok-keng semakin gelisah, cepat dia menarik tubuh encinya, menempelkan tangan di punggungnya dan menyalurkan tenaga dalam ke tubuhnya. "Apakah perbuatan siluman wanita Siang Ngo-nio?" tanyanya. Dengan mengerahkan segenap sisa kekuatan yang dimiliki, akhirnya Lan Sui-leng berseru, "Dia.... dia adalah.... adalah ayah angkatmu!" Keng Giok-keng bersuara nyaring tidak berani percaya dengan pendengaran sendiri, bentaknya, "Kau.... apa kau bilang?" "Walaupun aku tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, namun tidak bakalan salah mendengar, pembunuhnya memang tosu bajingan Put-ji!" kata Lan Sui-leng lagi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keng Giok-keng ingin menangis namun ddak ada air mata yang jatuh berlinang, sepasang matanya merah membara seperti sembuaran api di mulut kawah. Setelah tertegun cukup lama, tiba-tiba dia mengeluarkan dua butir pil dan dijejalkan ke mulut mereka, kemudian tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia membalikkan tubuh dan lari keluar rumah. "Adik, kau.... jerit Lan Sui-leng. "Aku tidak punya waktu untuk menunggu kalian, pembunuhan atas orang tuaku lebih dalam dari samudra, aku harus bertanya kepadanya hingga jelas, aku harus bertanya hingga jelas!" Apa yang akan ditanyakan? Walaupun tidak dia jelaskan namun Lan Sui-leng telah memahami maksud hatinya. Dia ingin bertanya, mengapa Put-ji begitu sayang terhadap dirinya hingga melebihi hubungan seorang ayah dan anak, tapi mencelakai orang tuanya? Namun kata depan dan kata belakang yang diucapan Keng Giokkeng justru bukan merupakan satu rangkaian kata, hal ini tidak pernah terbayangkan Lan Sui-leng sebelumnya. Pil yang diberikan Keng Giok-keng untuk mereka tidak lain adalah dua butir Siau-huan-wan yang ditinggalkan Hwee-ko Thaysu kepadanya, Siau-huan-wan merupakan obat mujarab dari biara Siau-lim, khasiatnya adalah untuk memperkuat daya tahan tubuh, sekalipun bukan obat pemunah bubuk mabuk dari keluarga Tong, namun sangat bermanfaat untuk mengembalikan kondiri tubuh mereka. Tidak sampai seperminum teh kemudian mereka berdua telah dapat duduk kembali, berbicara dan duduk seperti orang biasa. "Adikmu benar benar patut dikasihani, tiba-tiba Seebun Yan berkata sambil menghela napas, "coba kalau berganti aku, mungkin perasaan hatiku pun amat kalut dan terjadi pertentangan batin!" Lan Sui-leng baru saja kehilangan sepasang orang tuanya, perasaan benci dan dendam menyelimuti hatinya, dalam keadaan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

begini tentu saja jalan pikirannya berbeda dengan jalan pikiran Seebun Yan. Dengan mata mendelik tanyanya, "Pertentangan batin apa? Masa kau tidak mendengar, diapun mengatakan dendam orang tua sedalam lautan? Sekalipun dia mempunyai orang tua lain, tapi dia dibesarkan dirumahku, orang tuaku adalah orang tuanya juga!" "Tapi diapun mengatakan kalau akan pergi bertanya hingga jelas!" kata Seebun Yan. "Maksudmu, dia menaruh curiga atas perkataanku?" "Bukan hanya itu saja maksudnya. "Kalau begitu kau kuatir dia masih teringat hubungannya sebagai guru dan murid, hubungan antara ayah angkat dengan anak, sekalipun sudah tahu kalau ayah angkatnya adalah pembunuh yang telah menghabisi nyawa orang tuanya, namun tetap tidak tega untuk membalas dendam?" "Dia bukannya tidak percaya, tapi tidak ingin percaya. Jelas dalam hal ini terdapat perbedaan yang besar. "Lantas kenapa?" "Oleh sebab itulah dia ingin menanyakan masalah ini hingga jelas, moga-moga saja kesimpulan yang kau peroleh tidak akan menjadi kenyataan. "Orang yang membunuh ayah ibuku adalah ayah angkatnya, hal ini merupakan "kenyataan" yang kita dengar sendiri, memangnya masih mungkin terdapat "kenyataan" lain?" "Kau jangan lupa, kata Seebun Yan cepat, "kita hanya "mendengar", bukan "menyaksikan" dengan mata kepala sendiri!" "Semua pembicaraan antara ayahku dengan tosu bajingan itu kita ikuti dengan sangat jelas, apakah dalam hal ini kita perlu melihat dengan mata kepala sendiri?" "Benar, aku memang masih sedikit agak sangsi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apa lagi yang kau sangsikan?" Seebun Yan tidak langsung menjawab pertanyaan itu, dia seakan terjerumus dalam pemikiran yang sangat mendalam, setelah lewat beberapa saat kemudian dia baru berkata lagi, "Tadi kau bertanya kepadaku, apakah aku khawatir adikmu tidak tega untuk turun tangan? Sekarang aku dapat menjawab pertanyaanmu itu, aku bukan hanya khawatir, bahkan merasa sangsi. Sebab setelah kubayangkan kembali semua peristiwa yang baru saja terjadi, memang nyata sekali terdapat banyak bagian yang sukar dimengerti!" "Baik, coba kau sebutkan!" Begitu mendengar perkataan dari Seebun Yan ini, seketika dia pun dibuat tertegun. Pada saat Seebun Yan sedang menunjukkan beberapa hal yang membuatnya "sangsi" dan "curiga", waktu itu sang pembunuh Put-ji Tojin sedang merasa amat masgul di dalam kamarnya. Siang tadi, demi menghindari keributan dengan Siang Ngo-nio dan dipaksa oleh keadaan, terpaksa dia berjanji akan bertemu dengan perempuan itu pada malam nanti di kompleks pemakaman. Kini bayangan rembulan telah condong ke langit barat, waktu sudah menunjukkan kentongan ke tiga. "Malam sudah begini larut, mengapa dia belum juga munculkan diri? Mungkin kah dia tidak jadi datang?" Sejujurnya dia sangat tidak ingin bertemu dengan Siang Ngo-nio, tapi bila malam ini dia tidak datang, besar kemungkinan besok malam akan datang juga, sekalipun besok malam, atau malam lusa dia tidak datang juga, bibit musibah masih tetap ada! "Aaaai, yang harus datang biarlah segera datang! Dengan begitu urusan pun segera dapat terselesaikan!" Pada saat pikirannya sedang kalut itulah, tiba-tiba terdengar seseorang tertawa merdu sambil berseru, "Maaf, aku harus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membuatmu menunggu cukup lama!" Tidak salah, yang akan datang akhirnya datang juga, Siang Ngonio telah muncul dihadapannya! "Ngo-nio, dengarkan aku.... seru Put-ji. Dia ingin berusaha untuk terakhir kalinya untuk membujuk perempuan itu agar pergi meninggalkan dirinya. Tapi bila dia tetap bersikeras ingin merecokinya, maka satu-satunya jalan adalah menggunakan segala cara untuk menyelesaikan masalah ini secepatnya. Tapi Siang Ngo-nio bukan saja tidak mau menuruti bujukannya, bahkan dengan gelisah berseru, "Tidak bisa menunggu lagi, cepat pergi, cepat pergi!" "Kau pergilah sendiri!" Tiba-tiba Siang Ngo-nio menunjukkan mimik muka yang sangat aneh, seakan sangat mengkhawatirkan keselamatannya, tapi seperti juga membawa nada ejekan dan sindiran, seolah mara bahaya sedang mengancam jiwanya. "Kau keliru besar, kali ini kau harus pergi dari sini!" Put-ji Tojin ingin sekali mendorong perempuan itu, tapi ingatan lain segera melintas, dia merasa belum waktunya untuk ribut dengan perempuan ini, terpaksa sambil menahan sabar dia bertanya, "Kenapa?" "Kau benar benar amat tolol, sengaja Siang Ngo-nio menunjukkan senyum tidak senyum, "kita telah melakukan perbuatan yang tidak sepatutnya kita lakukan, masa tidak mau kabur?" Put-ji Tojin salah mengartikan ucapan itu, sambil menarik muka tegurnya, "Bicaralah yang benar!" "Aku sedang bicara benar dan serius, tahukah kau, bocah muda itu sudah kembali!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bocah muda mana yang kau maksud?" "Tentu saja bocah muda yang kau cintai, tapi juga paling kau takuti. Bocah itu mempunyai dendam kesumat sedalam lautan denganmu, coba bayangkan saja, kecuali dia tidak tahu duduk persoalan yang sebenarnya, kalau tidak apakah tidak mungkin dia menyusul kemari untuk mencari balas terhadapmu?" Ucapan itu dengan telak menyinggung penyakit hati Put-ji, persoalan inilah yang selama beberapa hari terakhir menghantui pikiran dan perasaan hatinya. Dia pernah berniat akan menyatakan penyesalannya di hadapan anak angkatnya itu, mengaku semua perbuatannya secara terus terang; dia pun pernah berpikir untuk memanfaatkan hubungan perasaan anak angkat terhadapnya untuk mengarang sebuah cerita bohong dan melanjutkan usahanya untuk mengelabuhi bocah itu. Bahkan diapun pernah berpikir, bilamana keadaan terpaksa, dia lebih suka mengorbankan orang lain dari pada dirinya terjerumus dalam rasa malu karena namanya ternoda dan tercemar. Untuk beberapa saat pikiran itu berada diatas angin, tapi beberapa saat kemudian pikiran lain yang berada diatas angin, hingga detik ini dia masih tetap ragu dan tidak berani mengambil keputusan. "Sebagai seorang lelaki, kau harus segera mengambil keputusan, ujar Siang Ngo-nio, "mumpung bocah itu belum tiba, kalau sekarang tidak pergi, kau hendak menunggu sampai kapan lagi?" Put-ji Tojin masih tetap sangsi, tapi Siang Ngo-nio sempat menariknya untuk kabur beberapa langkah meninggalkan tempat itu. Pada saat itulah mendadak terdengar suara seseorang menghardik dengan nada gemetar, "Put-ji, kau masih ingin melarikan diri?" Biarpun suaranya agak gemetar, namun nadanya dingin dan kaku
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekali. Satu lagi, yang harus datang akhirnya datang juga. Put-ji Tojin merasakan hatinya tergoncang keras, tanpa sadar dia menghentikan langkahnya. Orang yang muncul persis dihadapannya saat ini tidak lain adalah anak angkatnya, Keng Giok-keng! "Keng-ji, kau.... Dialah yang menyaksikan Keng Giok-keng lahir ke dunia ini, aaai.... dari situlah panggilan "Keng-ji" berasal. "Kau masih memanggil aku Keng-ji? Aku telah mengetahui segala sesuatunya!" kata Keng Giok-keng sambil menggigit bibir. Put-ji Tojin menghela napas panjang. "Aku pun tahu, hari seperti ini akhirnya pasti akan tiba juga, tapi tidak mengira datang dengan begitu cepat! Anak.... anak Keng.... apa yang ingin kau lakukan?" "Jadi kaupun tahu kalau telah melakukan perbuatan yang sangat memalukan?" "Betul! Setelah kejadian ini, aku sempat merasa menyesal, akan tetapi.... "Jangan tapi-tapian!" bentak Keng Giok-keng, "aku hanya ingin bertanya kepadamu, mengapa kau bunuh ayah ibuku?" Pucat pias wajah Put-ji bagaikan mayat, katanya gemetar, "Peristiwa itu terjadi pada delapan belas tahun berselang, aku tidak tahu harus mulai bicara dari mana.... Dia menyangka "ayah ibu" yang dimaksud Keng Giok-keng adalah orang tua kandungnya, oleh sebab itu begitu buka suara dia langsung menyinggung soal peristiwa pada "delapan belas tahun berselang. Mana dia tahu kalau perkataan itu sama halnya telah mengakui semua perbuatannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Setelah melakukan perjalanan ke Liauw-tong kali ini, Keng Giokkeng berhasil mengumpulkan banyak data dan keterangan dari pelbagai pihak tentang kejadian di masa lampau, dari semua keterangan tersebut sudah timbul perasaan curiga di hati kecilnya. Tapi sekarang, setelah mendengar sendiri pengakuan yang langsung muncul dari mulut Put-ji, yang mana semakin membuktikan kalau Put-ji lah sang pembunuh yang telah mencelakai ayah ibu kandungnya, dia merasakan hatinya bergoncang keras, begitu terpukul batinnya yang membuat dia jadi sedih bercampur gusar. "Hmm, kau tidak tahu harus berbicara dari mana? Apakah ingin mengarang cerita bohong lagi untuk menipuku? Ingat, aku sudah bukan bocah berusia tiga tahun, mau mengaku mau tidak, aku tetap akan menuntut keadilan darimu!" Sinar berapi-api serasa memancar keluar dari sepasang mata Keng Giok-keng, nada ucapannya dingin, tajam dan tanpa perasaan. Tiba-tiba Siang Ngo-nio menimbrung, "Ceng-kim, kalau kau tidak tahu bagaimana harus berbicara, biar aku mewakilimu untuk menjawab. Sederhana sekali, bila kau tidak bisa mengendalikan diri, langit dan bumi akan memusnahkan dirimu!" Put-ji Tojin menghela napas panjang. "Benar, sahutnya, "dalam peristiwa ini, aku memang terdorong oleh perasaan egois, tapi dibalik ke semuanya ini terselip pula banyak kesalahpahaman!" Keng Giok-keng tidak kuasa menahan diri lagi, tiba-tiba bentaknya nyaring, "Kau telah membunuh ayah dan ibu yang telah memeliharaku selama ini, apakah kejadian inipun sebuah kesalahpahaman?" Put-ji Tojin kelihatan sangat terkejut, jeritnya, "Apa.... apa kau bilang?" "Kau masih ingin menyangkal?" kembali Keng Giok-keng

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membentak, "mengingat kau pernah memelihara dan membesarkan aku, bunuhlah dirimu sendiri! Kalau tidak, jangan salahkan aku.... Tangannya sudah mulai menggenggam gagang pedang. Tiba-tiba Siang Ngo-nio mengayunkan tangannya, segenggam jarum beracun segera dilontarkan ke depan, bentaknya, "Ceng-kim, kejadian telah berkembang jadi begini, bila kau tidak membunuhnya, dialah yang akan membunuhmu! Cepat turun tangan membunuhnya!" Sejak awal Keng Giok-keng sudah membuat persiapan, begitu jarum Lebah hijau dari Siang Ngo-nio meluncur ke arahnya, dia segera mengibaskan pedangnya menciptakan selapis cahaya yang segera menghancur lumatkan jarum-jarum itu. Sejak mencabut pedang, melambung sampai melancarkan serangan semua dilakukan bersamaan waktu, jurus serangan yang digunakan tidak lain adalah Pek-hok-liang-ci, jurus yang diajarkan Put-ji. Maksud tujuannya adalah ingin menunjukkan kepada ayah angkatnya bahwa jurus Thay-kek-kiam-hoat yang dia ajarkan itu sama sekali tidak berguna. Dia ingin melihat bagaimana reaksi dari ayah angkatnya itu. Dalam situasi yang amat kritis itu, Put-ji Tojin merasa kegirangan setengah mati setelah menyaksikan bocah itu mengeluarkan jurus serangan ajarannya. "Untung aku telah menyiapkan hal ini untuk mengantisipasi hal hal yang tidak diinginkan!" demikian dia berpikir (GB15). Tanpa berpikir panjang lagi dia segera membalas dengan menggunakan jurus Pek-hok-liang-ci yang asli. Begitu dilancarkan, gerak pedangnya melambung di udara bagaikan burung bangau sedang mementang sayap. Tapi sayang gerakan yang dilakukan Keng Giok-keng terlampau melebar, meskipun sangat indah dipandang namun bila digunakan dalam pertarungan nyata, jelas terbuka sebuah titik kelemahan yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sangat besar. Dengan gerakan sangat cepat ujung pedang Put-ji menusuk masuk ke dalam titik kelemahan dari Keng Giok-keng, asal dia menusukkan pedangnya dengan sepenuh tenaga, maka ujung pedang akan segera menghujam di atas dadanya. Pada detik itulah Put-ji merasakan jantungnya berdebar keras, pikirnya, 'Mana boleh kulukai bocah ini?' Buru-buru dia menarik kembali berapa bagian tenaganya, ujung pedangnya segera dicongkel perlahan, maksudnya ingin menotok beberapa buah jalan darahnya agar bocah itu tidak mampu berkutik. Siapa tahu biarpun jalan pikirannya bergerak cepat, gerakan Keng Giok-keng jauh lebih cepat lagi. Bocah itu berani menggunakan jurus palsu untuk menjebak ayah angkatnya, tentu saja karena dia punya keyakinan untuk menghadapi perubahan tersebut, begitu menyaksikan pedang Put-ji telah menusuk masuk ke bagian tubuhnya yang terbuka, tentu saja dia tidak berani ambil resiko, cepat jurus sesungguhnya dia gunakan. Saat itu kemampuan ilmu pedang Put-ji belum sempat mencapai taraf pengendalian sesuai dengan jalan pikiran, terdengar....Traaaang!" tahu-tahu pedangnya sudah terpapas kutung jadi dua bagian. Tapi bersamaan waktu perasaan hati Keng Giok-keng pun sedikit tergerak, timbul setitik keraguan di hatinya. Sampai dimana kemampuan tenaga dalam yang dimiliki ayah angkatnya, tentu saja dia tahu dengan pasti, sekalipun ilmu pedangnya masih belum mampu melampaui kemampuannya, namun mustahil senjatanya bisa dikutungi dengan begitu gampang. "Jangan-jangan diapun berniat mengampuni jiwaku?" Sayang di samping mereka masih hadir si Lebah hijau Siang Ngonio, tentu saja perempuan itu tidak akan membiarkan dia bertindak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lebih jauh. Bersamaan dengan dilepasnya tiga batang paku penembus tulang, sepasang golok Wan-yo-to di tangan Siang Ngo-nio segera membacok ke arahnya bertubi-tubi. Sepasang golok yang digunakan Siang Ngo-nio itu satu panjang satu pendek, biasanya sewaktu bertarung melawan orang, golok panjangnya digunakan untuk melindungi tubuh sementara golok pendeknya dipakai untuk menyerang musuh. Tapi kini, tanpa menunggu teriakan dari Put-ji lagi, sepasang goloknya langsung diayunkan ke depan melancarkan serangan. Saat itu Keng Giok-keng telah berhasil memukul rontok dua batang jarum penembus tulang, jarum ke tiga menyambar lewat persis di atas bahunya, senjata rahasia itu berhasil dipunahkan tenaganya oleh pancaran hawa murninya, karena itu meluncur dan rontok di sisi tubuhnya. Oleh karena, pertama, perasaan hatinya tidak tenang, ke dua harus menghadapi pula senjata rahasia beracun dari Siang Ngo-nio, hampir saja tubuhnya terbacok oleh golok pendek Siang Ngo-nio. "Breeet!" terdengar suara kain yang tersambar robek, ujung bajunya telah terbabat hingga robek sebagian. Dengan cekatan Siang Ngo-nio menyelinap ke samping lalu mundur ke sisi Put-ji Tojin, tiba-tiba dia menjejalkan sebuah benda ke tangan toosu itu, kemudian teriaknya, "Kau tidak usah takut, asal kita bekerja sama, bocah itu pasti dapat teratasi, namun kau tidak boleh punya perasaan tidak tega!" Ternyata benda yang dijejalkan ke tangan Put-ji Tojin itu tidak lain adalah sebilah pedang lemas yang tergulung, rupanya jauh sebelumnya perempuan ini telah menduga sampai disitu, karenanya dia telah menyiapkan sebilah pedang pengganti untuk Put-ji Tojin. Begitu mendengar teriakan dari Siang Ngo-nio itu, Keng Giokkeng segera berpikir lagi, "Tidak benar, sekalipun dalam jurus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

serangan tadi dia berniat mengampuni jiwaku, tapi bagaimana pun juga dia telah mencelakai orang tuaku, telah membunuh mati ayah dan ibu yang telah memelihara aku selama ini!" Berpikir sampai di situ, permainan pedangnya segera dilancarkan secepat petir, dalam waktu singkat dia telah melancarkan delapan belas jurus serangan, pada mulanya tiga jurus pertama diarahkan ke tubuh Put-ji Tojin, disusul kemudian tiga jurus berikut dia menyerang ke arah Siang Ngo-nio, delapan belas jurus serangan dirangkai menjadi tiga buah lingkaran berantai. Dalam waktu yang teramat singkat, Put-ji Tojin maupun Siang Ngo-nio masing-masing telah mendapat tiga kali serangan kalap. Berhubung permainan pedangnya telah mencapai tingkat kecepatan yang luar biasa, waktu jedah baginya seolah sama sekali tidak ada, Put-ji Tojin maupun Siang Ngo-nio harus menghadapi serangan demi serangan secara bertubi-tubi tanpa berhenti. Di tengah pertempuran sengit, Keng Giok-keng dengan jurus Tay-mo-ku-yan (asap tunggal di tengah gurun) pedangnya lurus bagaikan tombak, ujung pedangnya langsung menusuk ke arah tenggorokan Put-ji Tojin. Sadar kalau serangan itu sulit dihindari lagi, Put-ji Tojin menghela napas sambil bergumam, Karma, karma!" Dia pun memejamkan mata sambil menunggu saat datangnya kemarian. Tapi entah mengapa, dia hanya merasakan mata pedang yang dingin bagaikan es itu seolah menyambar lewat persis dari atas kulit lebernya, tiada rasa sakit, tiada darah yang mengalir, namun Put-ji Tojin dengan bermandikan keringat dingin telah roboh terjungkal ke belakang. Dalam pada itu Keng Giok-keng sendiripun sedang menghela napas sambil berpikir, "Dia adalah musuh besar pembunuh ayahku, mengapa aku masih teringat akan budi kebaikannya? Yaa sudahlah, lebih baik kubantai dulu perempuan siluman ini!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Taktik pertarungan Keng Giok-keng segera berubah, dengan tenaga sebesar tujuh bagian dia mulai melancarkan serangan ke arah Siang Ngo-nio. Tidak selang beberapa gebrakan kemudian perempuan itu sudah dibuat keteter hebat dan kalang kabut dibuatnya. Baru saja dia akan melancarkan serangan mematikan, tiba-tiba jalan darah Huan-tiau-hiat pada lututnya terasa linu, ujung pedangnya pun segera meleset ke samping. Perubahan yang terjadi ini sangat mendadak dan sama sekali tidak terduga oleh Keng Giok-keng sebelumnya. Berdasarkan perasaan hatinya, benda yang menyentuh lututnya adalah sejenis batu pasir yang amat lembut, tapi dia tidak tahu apakah benda tersebut benar adalah batu pasir ataukah merupakan sejenis senjata rahasia berbentuk pasir. Disangkanya senjata rahasia ini dilepas Siang Ngo-nio di saat jiwanya sedang terancam, segera pikirnya dengan terkesiap, 'Tidak kusangka kemampuan siluman perempuan ini dalam melepaskan senjata rahasia jauh diluar dugaan ku, tidak jelas dengan cara apa dia melepaskan senjata rahasianya, ternyata bukan saja aku tidak melihatnya, merasakan pun tidak.' Siang Ngo-nio sendiri yang baru lolos dari kematian merasakan hatinya tergerak, walaupun dia tidak merasa ada senjata rahasia yang datang dari luar jendela, namun dari perubahan mimik muka Keng Giokkeng, dia tahu pasti sudah terjadi sesuatu. Tiba-tiba bentaknya, "Aku tahu kau sedang bersembunyi diluar! Hmm, kalau memang tidak ingin berjumpa denganku, tidak usah pinjam golok membunuh orang! Kau sangka dengan meminjam tangan bocah ini membunuhku, maka semua rahasiamu bakal tersimpan rapi. Hmm, terus terang saja kukatakan, sejak awal aku sudah.... Dengan teriakan tersebut, baik Keng Giok-keng maupun Put-ji Tojin segera menyangka "dia" yang dimaksud adalah Tong Jisianseng. Keng Giok-keng segera berpikir, "Jangan-jangan si tua bangka
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dari marga Tong benar-benar bersembunyi diluar? Tidak heran kalau senjata rahasia yang dia lancarkan begitu lihay dan luar biasa!" Sebaliknya Put-ji Tojin setelah merasakan terkejut bercampur girang, dia pun merasa curiga. Kalau didengar dari nada pembicaraan Siang Ngo-nio, tidak seharusnya dia bersikap sekasar itu terhadap Tong Ji-sianseng, apalagi ucapannya tentang "pinjam golok membunuh orang", hal ini semakin membuatnya tidak habis mengerti. Apalagi rahasia yang dimaksud Siang Ngo-nio, bila ditujukan untuk hubungan khususnya dengan Tong Ji-sianseng, maka seharusnya "rahasia" yang dimaksud sudah bukan merupakan sebuah rahasia lagi. Jagoan mana dalam dunia persilatan yang tidak tahu kalau Siang Ngo-nio adalah kekasih simpanannya? Lalu selain "rahasia" tersebut, mungkinkah Tong Ji-sianseng masih mempunyai "rahasia" lain yang bisa dibuat bahan ancaman? Tentu saja kecurigaan itu hanya terbatas pada pemikiran Put-ji Tojin, bagi Keng Giok-keng sendiri, pikirannya tidak secermat dan sedetil itu. Karena kuatir Siang Ngo-nio memperoleh bala bantuan yang tangguh, kuatir juga kemampuan Siang Ngo-nio dalam melepaskan senjata rahasia benar-benar di luar dugaannya, begitu lewat rasa kagetnya, dia semakin memperketat serangan yang dilancarkan, jurus pedang yang digunakan pun semakin luar biasa. Dia ingin memaksa Siang Ngo-nio keteter hebat sehingga tidak berkesempatan melepaskan senjata rahasia, andaikata senjata rahasia itu berasal dari luar pun, dia akan melakukan penjagaan yang ketat hingga serangan itu tidak tembus dari lingkaran pedangnya. Di bawah serangan yang gencar dan dahsyat, posisi Siang Ngonio semakin gawat, jangankan untuk meloloskan diri, kesempatan untuk berbicara pun sudah tidak punya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Suasana di luar sana masih tetap hening, sama sekali tidak nampak sesuatu gerakan. Kembali Put-ji Tojin berpikir, "Andaikata Tong Ji-sianseng berada diluar, dia seharusnya sudah masuk kemari. Berarti ucapan Ngo-nio yang ngawur dan ngaco belo itu tidak lebih hanya ingin menakutnakuti anak Keng. Tapi gertak sambal semacam ini hanya bisa dilakukan sekali dan tidak mungkin berulang. Aaai.... andaikata Tong Tiong-san benar-benar telah datang, aku pun bisa luput dari kematian. Perasaan putus asa seketika mencekam perasaan hatinya, timbul sudah niatnya untuk pasrah. Jalan pikiran Keng Giok-keng sama seperti apa yang dia pikirkan, dia menduga Siang Ngo-nio hanya gertak sambal belaka, maka sambil tertawa dingin sindirnya, "Siluman perempuan, kau sudah banyak melakukan kejahatan, tidak ada orang yang bisa menolongmu lagi!" Tenaga dalamnya segera dihimpun ke ujung pedang, jurus serangan dilancarkan secepat petir, kali ini dia lancarkan serangan mematikan! "Traaang....!" golok panjang pelindung tubuh Siang Ngo-nio telah terpapas kutung jadi dua bagian. Ujung pedang Keng Giok-keng yang tajam tahu-tahu sudah berada di depan dadanya. Put-ji Tojin berseru kaget, tanpa memperdulikan keselamatan sendiri dia getar pedang lemasnya hingga tegak lurus lalu secara tiba-tiba menggulung ujung pedang Keng Giok-keng. Keng Giok-keng mendengus dingin, dengan jurus Hun-hui-samuh (barisan awan menari-nari) yang disertai tenaga dalam dia babat pedang lemas di tangan Put-ji Tojin hingga patah jadi dua bagian. Dimana pedang itu menyambar lewat, bahu kanan tosu itu segera terbacok hingga muncul luka yang sangat dalam. "Anak Keng, dengan wajah pucat pias Put-ji menghardik, "bila kau menginginkan nyawaku, segera akan kuserahkan, tapi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengarkan dulu sepatah dua patah perkataanku!" Keng Giok-keng membungkam tanpa bicara, walaupun pedang itu masih terarah ke tubuhnya, namun ujung pedangnya telah ditarik mundur dua inci dari tenggorokannya. Kelihatannya Siang Ngo-nio tidak setakut tosu itu, bahkan secara tiba-tiba dia tertawa terkekeh, ujarnya, "Ceng-kim, ternyata kau memang baik kepadaku. Cukup berharga bagiku untuk mati bersamamu. Baik, mari kita beradu nyawa dengan bocah keparat ini!" Begitu selesai bicara, tiba-tiba dia membusungkan dadanya, pakaian luar yang dikenakan tiba-tiba terbuka lebar, kemudian dengan gerakan yang paling cepat dia melepaskan tiga buah kancing dari pakaian itu. Ke tiga kancing itu berwarna tembaga, sekilas pandang dapat dilihat kalau terbuat dari bahan logam. Namun Put-ji Tojin tahu kalau kancing itu merupakan senjata rahasia yang amat dahsyat, disebut Lui-hwee-tan (peluru api guntur). Di dalam kancing itu tersimpan bahan peledak berkekuatan tinggi, andaikata ke tiga biji kancing Lui-hwee-tan itu sampai meledak berbarengan, biarpun memiliki ilmu silat yang lebih hebat pun tubuh bakal terpisah hingga hancur berkeping keping. Tapi saat ini Keng Giok-keng berdiri saling berhadapan dengan mereka, andaikata peluru Lui-hwee-tan itu meledak, tentu saja bukan Keng Giok-keng seorang yang tewas, tapi seperti yang dikatakan Siang Ngo-nio tadi: mereka akan mati bersama! Keng Giok-keng tidak mengetahui kalau senjata rahasia itu merupakan senjata rahasia paling dahsyat dari keluarga Tong, dia jadi bingung dan tidak habis mengerti ketika melihat perempuan itu melepaskan pakaian luarnya, dengan gusar segera umpatnya, "Perempuan siluman yang tidak tahu malu, kematian sudah didepan mata pun masih ingin bermain busuk?" Siang Ngo-nio tertawa dingin, baru saja dia akan melemparkan peluru lui-hwee-tan itu, mendadak pergelangan tangannya terasa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengencang, suatu perubahan yang sama sekali tidak terduga telah terjadi. Rupanya diluar dugaan Put-ji Tojin telah turun tangan, dengan satu gerakan kilat tiba-tiba dia merebut ke tiga butir Lui-hwee-tan itu dari genggamannya. Saat itu seluruh konsentrasi Siang Ngo-nio hanya tertuju untuk menghadapi lawan, mimpi pun dia tidak menyangka kalau kekasihnya bakal menyergap dirinya. Agak tertegun dia pun berteriak, "Hey, mau apa kau?" Disangkanya karena terdesak oleh anak angkatnya, timbul rasa benci dihati tosu itu hingga ingin meledakkan sendiri Keng Giokkeng. Karena dianggapnya dengan cara apapun toh hasilnya mati juga, maka perempuan itupun tidak melakukan tindakan lebih jauh. Lagi-lagi satu kejadian di luar dugaan berlangsung di depan mata, ternyata Put-ji Tojin tidak melemparkan peluru Lui-hwee-tan itu, melainkan menyimpannya ke dalam saku. Bahan peledak dari Lui-hwee-tan tersimpan dalam sebuah kerangka yang terbuat dari logam, dibutuhkan tenaga benturan yang kuat untuk membuat benda itu meledak, andaikata tidak dilempar dengan kekuatan besar, maka benda tersebut baru akan meledak jika ditekan dengan jari tangan. Kini semua benda tadi sudah disimpan ke dalam saku, dengan sendirinya tidak mudah bagi orang lain untuk meledakkannya. Dengan perasaan heran bercampur sangsi kata Siang Ngo-nio, "Kejadian telah berkembang jadi begini rupa, apakah kau masih berat hati untuk mati?" "Biar harus mati pun aku harus menanyakan persoalan ini hingga jelas!" sahut Put-ji Tojin. Hingga detik itu Keng Giok-keng masih belum sadar kalau baru saja dia berjalan keluar dari pintu gerbang kematian. Dengan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pandangan bingung, tidak habis mengerti dia awasi kedua orang itu. Terdengar Put-ji Tojin berkata lagi, "Benarkah ayah ibumu telah meninggal? Mati keracunan atau mati terbunuh?" Sekali lagi api amarah membara di hati Keng Giok-keng, bentaknya gusar, "Kalian telah bersekongkol untuk melakukannya, apakah masih menyangkal?" "Oooh, kalau begitu mereka keracunan lebih dulu kemudian baru dibunuh?" Jari tangan Keng Giok-keng yang menggenggam pedang mulai tampak gemetar, jelas terjadi pergolakan emosi dihatinya, bentaknya gusar, "Seharusnya akulah yang mengajukan pertanyaan ini kepada kalian!" Sebagaimana diketahui, dia baru tiba di rumah setelah ayah dan ibunya mati terbunuh, menyusul kemudian dia menjumpai encinya serta Seebun Yan terkena bubuk pemabok, maka setelah Put-ji Tojin mengajukan pertanyaan itu, dia mengira ayah ibunya keracunan lebih dahulu kemudian baru mati terbunuh. Put-ji Tojin sudah berhubungan dengan Lan Kau-san hampir dua puluh tahun lamanya, tidak heran bila dia merasa tidak tega untuk turun tangan sendiri, jadi sangat masuk diakal bila dia meracuni dulu korbannya kemudian baru turun tangan menghabisi nyawanya. Sebaliknya Put-ji Tojin yang mendengar perkataan itu, disangkanya kejadian yang sebetulnya memang demikian. Dalam waktu singkat paras mukanya yang semula putih keabu-abuan kini dilapisi pula dengan warna hijau menyeramkan. Kepada Siang Ngo-nio tiba-tiba bentaknya gusar, "Kau yang membunuh Lan Kau-san suami istri!" "Bukan aku, Siang Ngo-nio segera menyangkal, "tapi akupun tahu juga bukan perbuatanmu!" "Lantas perbuatan siapa?" "Aku tidak tahu!" sahut Siang Ngo-nio, padahal dalam hatinya dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

telah menduga seseorang, namun dia masih menyimpan secerca harapan, karena itu tidak berani menyebutkan nama orang itu secara terus terang. "Tentu saja bukan aku, seru Put-ji Tojin sambil tertawa dingin, "tapi kau pun jangan harap bisa berkelit!" Siang Ngo-nio melototkan sepasang matanya bulat bulat, mendadak perasaan gusar menyelimuti wajahnya. Tiba-tiba dia mendongakkan kepalanya tertawa terbahak-bahak, teriaknya, "Ko Ceng-kim, kau ingin aku memikul tanggung jawab ini seorang diri! Hahahaha.... Keng Giok-keng, dengarkan baik-baik, aku akan mengakui semua kesalahanku. Apa yang kau katakan benar, memang aku bekerja sama dengan gurumu yang telah membunuh ayah dan ibumu!" Perempuan ini menyangka Put-ji Tojin akan mengkhianatinya agar bisa bertahan hidup, dalam gusar dan emosinya, dia pun langsung menggigit Put-ji Tojin dan menyeretnya ke dalam kasus pembunuhan ini. "Perempuan racun, kau benar-benar keji!" umpat Put-ji Tojin gusar, dia segera mengangkat kurungan pedangnya dan langsung dihujamkan ke dada Siang Ngo-nio. Perubahan yang terjadi sama sekali di luar dugaan Keng Giokkeng, tapi perubahan yang kemudian menyusul semakin membuatnya melengak. Di saat yang kritis itulah tiba-tiba terdengar suara dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan, "Triiiing!" sebiji baru tahu-tahu melesat masuk dari luar jendela dan merontokkan kutungan pedang di tangan Put-ji Tojin. Bersamaan dengan rontokkan kutungan pedang itu, sebutir batu lain memadamkan api lentera dalam ruangan, seketika ruang kamar itu berubah jadi gelap gulita, sedemikian gelap hingga sukar melihat ke lima jari tangan sendiri. Saat itu Keng Giok-keng telah membuat persiapan, buru-buru dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tempelkan tubuhnya ke sudut dinding, pedangnya diputar untuk melindungi tubuh. Asal senjata rahasia tidak ditujukan ke tubuhnya, dia pun enggan ambil peduli atas keselamatan Put-ji Tojin serta Siang Ngo-nio. Di balik kegelapan malam, terdengar lagi suara desingan tajam membelah bumi, terlihat seutas tali menyambar masuk dari luar jendela, tiba-tiba tali itu menggulung tubuh Siang Ngo-nio kemudian membetotnya keluar dari ruangan. Semua perubahan yang terjadi diluar dugaan ini berlangsung dalam waktu singkat, menanti mereka sadar akan apa yang telah terjadi, suasana di luar sana sudah pulih dalam keheningan dan tidak terdengar suara apa-apa lagi. Keng Giok-keng dapat menduga kalau orang yang telah selamatkan nyawa Siang Ngo-nio adalah Tong Tiong-san, dia pernah merasakan kelihayan senjata rahasia dari Tong Ji-sianseng ini, apalagi saat ini mereka berada dalam kegelapan, menimbang untung rugi yang harus dihadapi, maka sementara waktu dia memilih untuk berdiam diri dan membiarkan perempuan siluman itu kabur. Perlu diketahui, dalam pandangan bocah ini, sekeji kejinya Siang Ngo-nio, perempuan itu tidak lebih hanya pembunuh pembantu, sebagai dalang dari semua pembunuhan ini tetap adalah Put-ji Tojin. Dia mencoba untuk mengatur pernapasan, selang berapa saat kemudian dari balik kegelapan baru terdengar suara Put-ji, "Anak Keng, percayalah padaku, bukan aku yang membunuh ayah dan ibu angkatmu!" "Bagaimana dengan orang tua kandungku?" Keng Giok-keng balik bertanya. Put-ji Tojin menghela napas panjang. "Benar, akulah yang membunuh ayah kandung-mu, meski ibu kandungmu bukan mati ditanganku, namun diapun mad lantaran
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aku. Selama banyak tahun belakang, hampir setiap hari setiap malam aku merasa menyesal, menyesali perbuatanku yang telah salah membunuh mereka berdua!" "Salah membunuh?" jengek Keng Giok-keng sambil tertawa dingin, "telah banyak tahun kau membohongi aku, sekarang tidak perlu berbohong lagi dengan mengarang pelbagai cerita!" "Aku tahu kau tidak bakal percaya lagi dengan diriku, sahut Putji Tojin pilu, "kesemuanya ini memang gara-gara rasa egoisku yang menyebabkan aku melakukan kesalahan besar, oleh karena itu aku tidak ingin memberi penjelasan apa pun, bukankah kau menginginkan aku menghabisi diriku sendiri? Tadi aku memang berpikir akan bunuh diri begitu berhasil menghabisi perempuan jahat itu, sayang keinginanku tidak terkabulkan. "Aku pasti akan mencari perempuan siluman itu untuk membuat perhitungan dengannya, kata Keng Giok-keng dingin, "kini meski dia telah pergi, bukankah masih ada kau!" "Keng-ji, aku pasti akan mengabulkan permintaanmu, janji Put-ji Tojin pedih, "tapi sebelum mati, aku masih ada sebuah permintaan lagi. "Katakan, asal dapat kulakukan. "Silahkan sulut lampu lentera, biar aku dapat mengamati wajahmu sekali lagi!" Keng Giok-keng menyangka dia masih ada tugas lain yang belum sempat diselesaikan, sama sekali tidak disangka ternyata "permintaan" nya hanya ingin melihat nya sekejap lagi. Perasaan budi dan dendam seketika berkecamuk dalam dadanya, membuat perasaan hatinya bergejolak keras, begitu emosinya bocah ini hingga jari tangan pun ikut gemetar keras, sudah tiga kali dia menggesekkan batu api sebelum lampu lentera itu dapat tersulut kembali. Dengan pandangan kosong Put-ji Tojin mengamati wajah bocah itu, katanya kemudian dengan sedih, "Bagus, kini kau telah tumbuh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dewasa, ilmu silatmu sudah jauh diatas kemampuanku, kau tidak butuh perawatan aku lagi. Anak Keng, terima kasih kau telah mengabulkan permintaanku, ketika ibumu menyerahkan kau ke tanganku, aku telah berjanji akan merawatmu baik-baik, dan kini aku telah memenuhi pengharapannya, inilah saatku untuk melepaskan beban ini. Setiap patah kata yang dia ucapkan nyaris disampaikan dengan lelehan air mata, ketika menyelesai kan perkataan itu dia segera mengangkat kutungan pedangnya dan perlahan-lahan dihujamkan ke ulu hatinya. Keng Giok-keng hanya berdiri di samping bagaikan patung kayu, perasaan hatinya saat itu menggelora kencang. Mati hidup Put-ji Tojin boleh dibilang tergantung keputusannya saat itu, terhadap musuh besar pembunuh ayah kandungnya, tapi sekaligus merupakan ayah angkat yang telah mendidik dan memeliharanya selama ini, dia merasa bingung dan ragu untuk mengambil keputusan, apakah dibiarkan tetap hidup? Ataukah membiarkan dia bunuh diri di depan matanya? Ooo)*(ooO Siang Ngo-nio dililit dengan seutas tali panjang dan ditarik keluar, sungguh besar kekuatan yang dimiliki orang itu, sambil memegang ujung tali yang lain, dia menggantung perempuan itu dan membawanya lari kencang. Akhirnya Siang Ngo-nio tidak kuasa menahan diri lagi, teriaknya keras keras, "Bouw Ciong-long, aku tahu pasti kau. Apakah belum cukup kau menyiksa diriku? Cepat lepaskan aku!" Sepanjang perjalanan dia belum sempat melihat raut wajah orang itu, lalu atas dasar apa dia begitu yakin kalau orang itu adalah Bouw Ciong-long? Tentu saja ada alasannya! Bouw It-yu pernah berjanji akan berusaha mengajaknya menemui ayahnya, Bouw Ciong-long yang kini telah menjadi Buhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

beng Cinjin, ketua Bu-tong-pay yang baru. Bouw Ciong-long adalah bekas kekasihnya di masa lampau. Tempat yang dijanjikan Bouw It-yu adalah hutan pohon Siong di belakang rumah kediaman Lan Kau-san. Waktu yang dijanjikan adalah pada kentongan ke tiga, sejak kentongan ke dua dia sudah menanti kedatangannya di sana. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi dalam pertemuan ini, pertama, Bouw It-yu muncul seorang diri sambil membawa berita untuknya, atau kemungkinan kedua Bouw Ciong-long akan datang sendiri untuk bertemu dengannya. Siapa tahu yang dia jumpai justru satu peristiwa yang sama sekali di luar dugaannya. Dia telah mendengar suara dari Put-ji Tojin, meski hal ini bukan sesuatu kejadian yang aneh, tapi yang lebih aneh lagi adalah dia telah mendengar suara "diri sendiri". Saat itu dia mendengar suara "sendiri" sedang bertanya kepada Put-ji Tojin, "Apakah semua persoalan telah dibereskan?" Terdengar suara Put-ji Tojin menyahut sambil menghela napas, "Sebenarnya aku tidak ingin melakukan perbuatan ini, aaai, semuanya gara-gara kau. Menyusul kemudian dia mendengar suara "sendiri" kembali menyindir, "Hmm, gara-gara aku? Enak benar kau bicara sembarangan. Memangnya kau tidak takut bocah itu kembali dan mengetahui kejadian yang sebenarnya?" Yang dia dengar saat itu adalah suara dua orang, tapi yang terlihat keluar dari rumah Lan Kau-san hanya sesosok bayangan hitam, orang itu berlari masuk ke dalam hutan pohon Siong. Saking takutnya Siang Ngo-nio menahan napas sambil bertiarap di tengah semak belukar, dia tidak berani berkutik walau sedikitpun. Untung orang itu tidak menemukan tempat persembunyiannya, dia hanya lewat dari jarak tidak jauh dari tempatnya bersembunyi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan berlalu dari situ. Orang itu sebentar menirukan logat Put-ji Tojin, sebentar lagi menirukan logat dirinya, bahkan gaya bahasa serta nada suaranya ditiru sangat persis, se akan kuatir kalau orang lain tidak tahu bahwa "mereka" adalah Put-ji Tojin serta Siang Ngo-nio. Orang itu berlagak seolah ada dua orang sedang bertanya jawab, tidak lama kemudian suara itu tidak kedengaran lagi. Tentu saja bayangan tubuhnya juga ikut lenyap. Siang Ngo-nio bertiarap dibalik semak belukar tanpa berani berkutik, tentu saja diapun tidak berani mengintip siapa gerangan orang itu. Namun meski tidak bisa dilihat dengan mata, dia dapat berpikir dengan hati, dan begitu berpikir diapun segera tahu siapakah orang itu. Biarpun hanya beberapa kecap kata orang itu yang dia dengar, namun segala sesuatunya dia sudah paham. Orang yang punya janji dengannya adalah Bouw It-yu, berarti orang itu kalau bukan Bouw It-yu pastilah ayahnya, Bouw Cionglong. Tapi Bouw It-yu tidak memiliki ilmu meringankan tubuh sebagus itu, diapun tidak bisa menirukan logat suara orang sebagus ini, jadi perempuan ini yakin kalau orang tersebut pastilah Bouw Ciong-long. "Sungguh tidak kusangka sepak terjang Bouw Ciong-long jauh lebih keji daripada aku, dia beraninya menyamar sebagai Put-ji untuk membunuh Lan Kau-san suami istri!" Tapi mengapa Bouw Ciong-long harus berbuat begitu? Dia adalah seorang jago kawakan dari dunia persilatan, bahkan sudah terbiasa melakukan perbuatan jahat dan keji, dengan kebiasaan sendiri dia berusaha menelusuri jalan pemikiran Bouw Ciong-long dan mencari tahu apa yang menjadi dasar pemikirannya. "Demi melepaskan diri dariku, demi menjaga nama baiknya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ternyata dia tidak segan meminjam golok untuk membunuh orang!" "Mungkin dia pun sudah tahu kalau antara aku dengan Put-ji pernah terjalin hubungan gelap, siasatnya meminjam golok membunuh orang boleh dibilang merupakan siasat sekali timpuk mendapat dua ekor burung!" 'Setelah Lan Kau-san suami istri ditemukan tewas di tangan Put-ji yang bersekongkol denganku, dia secara resmi dapat menghukum mati kami berdua! Bukan hanya dia, bahkan setiap anggota Butong-pay punya kewajiban untuk menghabisi nyawa kami!" Kini tinggal satu persoalan yang belum dipahami olehnya, mengapa Bouw Ciong-long harus menyamar jadi mereka berdua? Hal itu dia lakukan untuk didengarkan siapa? Dia tidak tahu kalau Lan Sui-leng dan Seebun Yan sedang tidur di rumahnya, dengan berlagak sok pintar kembali pikirnya, 'Janganjangan masih ada murid Bu-tong-pay yang sedang ronda malam di seputar sana?' Tapi anehnya, sampai bayangan itu lenyap tidak berbekas, dia masih belum melihat ada orang lain memasuki rumah keluarga Lan. Tentu saja dia tidak bisa menunggu lebih jauh. Sebab terpikir olehnya, bila Bouw Ciong-long telah melaksanakan siasat pinjam golok untuk membunuh orang, sementara diapun tahu kalau dirinya bakal datang kesitu pada kentongan ke tiga. Maka saat ini dia pasti telah balik ke istana Ci-siau-kiong untuk membuat persilatan kemudian balik lagi ke sana. Bila saat itu mereka bertemu, sudah pasti Bouw Ciong-long tidak akan memberi kesempatan kepadanya untuk berbicara lagi, dia pasti akan menggunakan cara tercepat untuk menghabisi nyawanya. Kemudian baru pergi membunuh Put-ji Tojin. Analisanya memang terhitung cukup cermat, Bouw Ciong-long harus berlagak seolah tidak mengetahui kejadian ini, maka dia harus kembali dulu ke istrana Ci-siau-kiong kemudian menitahkan murid Bu-tong-pay yang telah dipersiapkan (kemungkinan besar adalah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw It-yu) untuk melaporkan penemuan kasus berdarah di rumah keluarga Lan kepadanya. Setelah mendapat laporan itu, dia baru segera menyusul ke tempat kejadian. Sudah barang tentu waktu pun telah di perhitungkan dengan matang. Kini kentongan ke dua sudah lewat, kentongan ke tiga segera akan menjelang tiba, dia tidak bisa berdiam diri saja menunggu dirinya ditangkap dan dibunuh, oleh sebab itu dengan mengambil resiko dia segera berangkat mencari Put-ji Tojin. Dia sadar, setelah terjadi peristiwa berdarah diatas gunung Butong, kendatipun Tong Tiong-san masih bersedia menerimanya, belum tentu dia sanggup menghadapi tekanan dari pihak Bu-tongpay, lagipula dia pun merasa tidak punya muka lagi untuk kembali ke dalam pelukannya. Maka setelah berpikir pulang pergi, akhirnya dia memutuskan daripada tidak memperoleh siapa pun, apa salahnya kalau mencoba untuk merebut hati Ko Ceng-kim. Satu hal yang sama sekali tidak terduga olehnya adalah baru saja dia melangkah pergi, Keng Giok-keng telah melangkah masuk ke rumahnya. Kemudian ketika dia baru tiba di kompleks pemakaman dan baru saja akan mengajak Put-ji melarikan diri, lagi-lagi Keng Giok-keng telah tiba disana. Masih untung di saat jiwanya terancam bahaya maut, ternyata Bouw Ciong-long telah turun tangan menyelamatkan jiwanya. Selama ini dia selalu berpikir ke arah yang terjelek, ketika secara tiba-tiba memperoleh kesempatan hidup, perempuan inipun tanpa terasa mulai berpikiran positip, pikirnya, 'Ternyata perasaan cinta Bouw Ciong-long terhadap diriku belum punah, sasarannya meminjam golok membunuh orang ternyata hanya terbatas untuk membunuh Put-ji seorang.' Sambil menahan rasa pedih dan sakit karena kulit tubuhnya terluka oleh onak disemak, tidak tahan teriaknya, "Bouw Ciong-long,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aku tahu pasti kau. Belum cukupkah kau menyiksa diriku? Cepat lepaskan aku!" Bouw Ciong-long sama sekali tidak menuruti perkataannya, dia malah semakin diseret dengan kasarnya. Batu cadas diatas permukaan tanah langsung saja mencabik-cabik kulit tubuhnya, membuat perempuan itu semakin tersiksa dan kesakitan. "Bouw Ciong-long, kau sungguh kejam! Lebih baik bunuhlah aku!" Bouw Ciong-long tetap tidak menjawab. Karena mengumpatpun tidak manjur, akhirnya terpaksa dia mulai merengek minta ampun, "Ciong-long, kau seharusnya tahu, yang kucintai selama ini hanya kau seorang. Karena kau tidak mau lagi denganku, maka aku berpura-pura baik dengan Ko Ceng-kim. Sekarang kau telah meminjam tangan Keng Giok-keng untuk membunuhnya, perasaan bencimu seharusnya telah mereda. Kenapa musti menyiksa aku terus-menerus? Ampunilah diriku!" Sementara pembicaraan berlangsung, orang itu telah menyeret tubuhnya tiba di sebuah tanah datar dalam hutan pohon Siong. Mendadak orang itu menghentikan langkahnya, berpaling dan membebaskan tali yang membelenggu tubuh Siang Ngo-nio, tegurnya dingin, "Perempuan rendah, coba lihat siapa aku?" Ternyata orang yang sedang mengawasinya dengan mata melotot itu bukan Bouw Ciong-long, melainkan Tong Tiong-san! Dengan begitu semua analisa yang dilakukan olehnya selama ini adalah salah besar! Tapi hal inipun bukan kesalahannya, sebab dia tahu Tong Tiongsan adalah seseorang yang tinggi gengsinya, bagaimanapun dia tidak akan menyangka kalau Tong Tiong-san bisa menebalkan muka untuk mengundinya sampai di gunung Bu-tong. "Bagus sekali, yang kucintai selama ini hanya kau seorang! Tapi sayang aku bukanlah Bouw Ciong-long yang kau dambakan selama
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ini, tentunya kau merasa amat kecewa bukan?" ujar Tong Tiong-san dengan suara dingin. "Yang kucintai selama ini hanya kau seorang", perkataan ini bukan saja diutarakan dengan lagak Siang Ngo-nio, bahkan suara, dialek serta gayanya tidak jauh berbeda. "Perempuan hina, apa lagi yang hendak kau katakan?" sambil melepaskan tali yang membelenggu tubuhnya, Tong Tiong-san membanting tubuh perempuan itu keras-keras. Dalam keadaan begini, Siang Ngo-nio benar-benar mati kutunya, bukan saja tidak dapat menjawab, berkutik pun tidak bisa. Akhirnya diapun mengeluarkan senjata ampuhnya yang terakhir: air mata dan teriakan manja. Tiba-tiba dia menangis menjerit, sambil berguling ke samping Tong Tiong-san, merangkul sepasang kakinya kuat-kuat, rengeknya, "Loya, aku telah berbuat salah kepadamu, bunuhlah aku!" Tong Tiong-san telah mengangkat tinggi telapak tangannya, dia sudah siap menghajar ubun-ubunnya, namun di bawah sinar rembulan, dia menyaksikan perempuan itu menangis dengan begitu sedihnya, wajahnya yang cantik penuh berderai air mata, membuat hatinya tiba-tiba terenyuh, mana tega dia melanjutkan pukulannya? "Hmm, membunuhmu? Bukankah kalau mati malah keenakan untuk kau perempuan sundal!" Biarpun nada suaranya tetap keras dan penuh amarah, namun Siang Ngo-nio telah mendengar kalau kesempatan hidupnya kembali muncul. "Loya, aku memang membuatmu gusar, biar mati seribu kalipun tidak bisa menebus kesalahan ini. Loya, aku tahu salah, aku rela kau jatuhi hukuman, mau membunuhku terserah, mau menyiksaku setiap hari aku pun rela.... Sambil memeluk sepasang kakinya, dia tempelkan wajahnya di atas kaki orang itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Diam-diam Tong Tiong-san menghela napas panjang, dia segera menarik bangun Siang Ngo-nio, dengan wajah tetap dingin ujarnya, "Kau perempuan hina selalu bikin hatiku marah, tapi Bouw Cionglong lebih memuakkan lagi! Hmm, sudah tahu kau adalah orangku, masih beraninya mengajak kau berselingkuh. Kurangajar, aku tidak akan melepaskan dia dengan begitu saja!" "Loya.... seru Siang Ngo-nio sambil menangis tersedu, "aku memang dirayu olehnya, tapi akupun punya kesalahan. Bila ingin membunuh, bunuhlah aku saja, kau jangan menantang duel Bouw Ciong-long!" "Oooh, jadi kau sedang mintakan ampun?" "Loya-cu, aku berbuat demikian demi dirimu! Aku tahu ilmu silatmu jauh lebih hebat daripada Bouw Ciong-long, tapi saat ini kita sedang berada di gunung Bu-tong! Bila aku telah membuatmu gusar, biar matipun aku tidak akan menyesal, tapi bila gara-gara urusanku hingga menyusahkan loya, aku.... biar aku mati seribu kali lagi pun tidak akan bisa menebus dosa ini!" Perhitungan sipoa perempuan ini memang sangat hebat, bila Tong Tiong-san termakan oleh perkataannya hingga menantang Bouw Ciong-long untuk berduel, inilah kejadian yang sangat dia harapkan. Sebaliknya bila Tong Tiong-san tidak berani pergi, sudah pasti dia akan berterima kasih atas "perhatian" nya. Padahal Tong Tiong-san sendiripun sadar, dia tahu kalau ilmu silat yang dimiliki Bouw Ciong-long masih jauh di atas kemampuannya. Oleh sebab itu kendatipun dia marah dan benarbenar ingin membalas dendam, hal tersebut tidak akan dilakukannya dengan gegabah. Perlahan-lahan dia mendongakkan kepalanya melihat posisi rembulan, lalu tanyanya, "Jam berapa pertemuan mu dengan Bouw It-yu?" "Pada kentongan ke tiga, sahut Siang Ngo-nio setelah tertegun sejenak.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kini rembulan persis diatas awang-awang, berarti kentongan ke tiga telah menjelang. Tong Tiong-san tertawa dingin, dia membalikkan tubuh dan sekali lagi berjalan menuju hutan pohon Siong di belakang rumah Lan Kau-san. Senyuman yang tersungging diujung bibirnya amat dingin, sepasang alis matanya berkenyit, sorot matanya dingin bagai es. Begitu seram wajahnya membuat si Lebah hijau Siang Ngo-nio yang sudah tersohor karena kekejamannya pun bergidik dibuatnya. Mau apa dia berjalan balik ke rumah keluarga Lan? Bagaimana keadaan rumah keluarga Lan saat itu? Lan Sui-leng dan Seebun Yan sudah dapat bergerak, tenaga dalam mereka perlahan-lahan pulih kembali. Peristiwa yang barusan terjadi merupakan peristiwa yang paling menggoncangkan hati Lan Sui-leng selama hidupnya, tapi setelah mengalami goncang-an tersebut, dia pun tahu, saat ini dia butuh ketenangan untuk memulihkan kembali kondisinya. "Aaah, salah!" tiba-tiba Seebun Yan berbisik. "Apa yang salah?" "Kedua orang itu sama-sama tidak beres! Bagaimana tidak beresnya?" "Suara pertama tidak benar, suara dari Siang Ngo-nio kabur dan tidak jelas, sementara suara dari Put-ji berat dan sengau, seperti orang yang sedang sakit flu berat dan tersumbat hidungnya. "Suara Siang Ngo-nio berasal dari tempat kejauhan, tidak aneh bila suaranya tidak jelas. "Lalu bagaimana dengan penjelasanmu tentang suara Put-ji yang berubah?" "Atau mungkin dia benar-benar sedang terserang flu?"

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana keadaan cuaca hari ini?" "Apa maksudmu menanyakan hal ini?" tanya Lan Sui-leng setelah agak tertegun, "sejak pagi tadi langit sangat cerah, tentu saja tidak bisa dikatakan cuaca jelek. "Tepat sekali, bukankah pagi tadi kau sempat berbincang dengan Put-ji? Apakah waktu itu dia sudah terserang flu? Cuaca sama sekali tidak berubah jadi buruk, lagipula dia adalah seorang yang berlatih silat, mana mungkin secara tiba-tiba bisa terserang masuk angin? Lan Sui-leng mulai curiga, tapi katanya kemudian, "Tidak mungkin ayahku salah mengenali orang, apalagi semua pembicaraan yang mereka lakukan cukup membuktikan identitas dirinya!" "Tidak bisa dijadikan bukti, ada satu titik kelemahan besar yang mungkin tidak kau pikirkan?" "Titik kelemahan? Titik kelemahan apa?" "Coba bayangkan, seandainya mereka memang benar Put-ji dan Siang Ngo-nio, mengapa kedua orang itu tidak sekalian menghabisi nyawa kita berdua?" "Benar, siluman wanita itu tersohor karena kekejaman dan ketelengasannya, sedangkan Put-ji adalah tianglo dari Bu-tong-pay, atau mungkin mereka menyangka kita berdua sudah jatuh tidak sadarkan diri?" "Bila orang itu benar-benar Put-ji, tujuannya melakukan pembunuhan adalah untuk menghilangkan saksi, dia pasti akan berusaha mencabut rumput hingga keakar-akarnya, buat apa mesti tinggalkan bibit bencana untuk di kemudian hari? Hmm, orang yang tampilannya sok lurus, biasanya kalau melakukan kejahatan, sepak terjang mereka biasanya jauh lebih buas dan telengas! Kalau terhadap ayah ibumu saja dia tega melakukan kekejian, mana mungkin dia akan mengampuni jiwa mu?" Api kegusaran kembali membara di hati Lan Sui-leng, hatinya dipenuhi rasa duka dan marah, selain itu diapun merasa bimbang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan diliputi tanda tanya. "Mengapa dia berbuat begitu?" dengan perasaan ragu bisiknya. "Justru karena dia ingin kita berdua mendengarkan pembicaraan tersebut, agar kita tahu siapakah mereka!" Seebun Yan menerangkan. "Aku tetap tidak mengerti, kenapa.... "Apa lagi yang tidak kau pahami? Setelah ada kau sebagai saksi, siapa lagi yang berani curiga kalau Put-ji bukan sang pembunuh!" "Oooh, jadi dia ingin melimpahkan kejahatan ini kepada orang lain dengan menfitnah Put-ji Totiang!" seru Lan Sui-leng seakan baru menyadari akan hal itu. "Tepat sekali, akhirnya kau paham juga. Sekali lagi Lan Sui-leng menghela napas panjang. "Aaaai.... kalau begitu aku telah salah menuduh Put-ji Totiang, katanya. "Put-ji sendiripun bukan manusia baik, hanya saja dia tidak sejahat seperti apa yang dilukiskan orang itu. Kau tidak salah menuduh dirinya. "Sekalipun dia jahat, tapi tidak sepantasnya menerima fitnahan yang demikian kejinya?" "Jadi kau berniat mencegah adikmu pergi membunuhnya?" "Orang tuaku sudah mati terbunuh, tentu saja aku tidak ingin menyusahkan mereka yang tidak bersalah. Bila aku tidak berusaha menghalanginya, mungkin sepanjang hidup adikku akan menyesal!" "Apakah kau masih kuat untuk lari?" tanya Seebun Yan, "sekalipun kuat, aku rasa saat ini sudah terlambat. Lagipula orang itu masih mengawasi gerak-gerik kita secara diam-diam, memangnya dia akan mengijinkan kau pergi memberi kabar?" Tenaga dalam yang dimiliki Lan Sui-leng jauh lebih cetek
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ketimbang Seebun Yan, kondisi tubuhnya saat ini masih lemah, sekalipun dipaksakan, paling dia hanya sanggup berjalan perlahan. Mendengar perkataan itu dia jadi putus asa bercampur duka, serunya dengan penuh kebencian, "Siapakah orang itu? Dia benarbenar amat keji. Belum habis dia berkata, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar didorong orang, kemudian terlihat seseorang menerjang masuk ke dalam sambil berteriak, "Aku tahu siapakah dia!" Begitu orang itu menerjang masuk ke ruang tidur Lan Sui-leng dan menyelesaikan perkataannya, dia sudah roboh terjungkal ke lantai. Begitu Lan Sui-leng tahu siapa orang itu, kontan saja dia menjerit kaget. .... Tong Tiong-san menyeret tubuh Siang Ngo-nio menuju ke dalam hutan di belakang rumah keluarga Lan, tiba-tiba dia menotok jalan darah bisunya. Kemudian jagoan dari keluarga Tong ini berjongkok sambil bersandar di belakang sebatang pohon besar, dia menarik tubuh Siang Ngo-nio dan didudukkan persis dihadapannya, seolah tubuh perempuan itu dipakainya sebagai sebuah tameng. Siang Ngo-nio ketakutan setengah mati, dengan jantung berdebar keras pikirnya, 'Sialan benar tua bangka ini, entah apa yang hendak dia lakukan terhadap diriku?' Baru berpikir sampai kesitu, dia menyaksikan rembulan telah berada di tengah angkasa, pertanda kentongan ke tiga telah tiba. Saat itulah terlihat sesosok bayangan hitam mulai muncul di tengah hutan. Yang muncul adalah Bouw It-yu, dia memang datang tepat waktu, tidak terlalu awal, tidak pula terlalu lambat. Biarpun dia datang tepat waktu, namun perasaan hatinya sangat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kalut. Ada perasaan ngeri yang sama sekali tidak terduga, juga terdapat rasa terkejut dan gembira yang tidak disangka. Walau apa pun perasaan hatinya saat itu, paling tidak sebuah beban berat berhasil disingkirkan. Biarpun ayahnya pernah melakukan kesalahan, ternyata dia tidak sejahat bayangannya semula. Walaupun dia baru berusia dua puluhan tahun, namun perasaan hati terhadap ayahnya sudah berapa kali terjadi perubahan. Sewaktu masih kecil dulu, dia menganggap ayahnya merupakan jelmaan dari seorang laki-laki sempurna, merupakan idola yang selalu dipuja dan disanjung. Kemudian dia tahu kalau ayahnya di tempat luar mempunyai seorang "Perempuan liar", ibunya mulai tersiksa, mulai terabaikan, kesepian, hidup menyendiri, sepanjang tahun selalu menyembunyikan perasaan sedihnya di dalam hati, tidak pernah dia menyalahkan ulah ayahnya dan terakhir dia mati karena sakit hati, mati dalam keadaan mengenaskan. Lambat laun dia pun mulai menemukan kalau moral dan watak ayahnya tidak sesempurna apa yang semula dia bayangkan, bahkan boleh dibilang tidak ubahnya seperti seorang kuncu gadungan, maka dia pun semakin menganggap ayahnya sebagai orang jahat. Oleh karena Siang Ngo-nio pernah mempunyai hubungan yang tidak terlalu jelas dengan ayahnya, sementara Siang Ngo-nio nyaris boleh dibilang tersangkut dalam berapa kasus berdarah yang menimpa anggota perguruannya, dia bahkan pernah menaruh curiga kalau ayahnyalah yang menjadi dalang di belakang layar yang selama ini mendukung dan melindungi semua sepak terjang Siang Ngo-nio. Sekalipun bukan dalang utama, paling tidak tersangkut erat dengan kasus tersebut. Ketika kali ini Siang Ngo-nio memohon agar bisa dipertemukan dengan ayahnya, diapun pernah berusaha untuk berdiri diluar garis sambil memikirkan kepentingan ayahnya, dia berpendapat, bila ingin mempertahankan nama baik ayahnya sebagai Ciangbunjin Bu-tonghttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pay, cara yang terbaik adalah berusaha merancang sebuah jebakan, kemudian menghabisi nyawa Siang Ngo-nio. Tapi hasil yang diperoleh sama sekali diluar dugaannya. Betul, saat ayahnya mengetahui persoalan ini, pada mulanya reaksi yang diberikan sangat aneh, paras mukanya berubah jadi mendung dan cerah bergantian, ini menunjukkan perasaan gusar dan tidak tenang yang mencekam hatinya. Sambil menghancurkan cawan teh yang berada dalam genggamannya, Bouw Ciong-long bertanya, "Percayakah kau dengan perkataan siluman wanita itu?" Serta merta dia pun menjawab, meski dalam hati berpendapat lain, "Tentu saja aku tidak percaya, tapi ucapan siluman wanita itu begitu tegas, dia bahkan mengatakan telah mempunyai bahan yang kuat untuk menjerumuskan ayah, justru karena punya bukti, maka dia tidak khawatir diancam. Aku tidak percaya dengannya, tapi aku kuatir orang lain.... Baru saja dia berbicara sampai disitu, "Kraaak!" lagi-lagi ayahnya menghajar ujung cawan dengan "tangan golok"nya hingga gumpil sebagian, teriaknya, "Kau tidak percaya, orang lain pun tidak akan percaya!" Dengan nada menyelidik diapun berkata lagi, "Bila ayah punya keyakinan, lebih baik kita.... Dia membuat gaya membacok dengan telapak tangannya. Namun ketika melihat gerakan tangannya itu, sang ayah segera gelengkan kepalanya berulang kali. Selang beberapa saat kemudian, tiba-tiba ayahnya menghela napas sambil berkata, "Aku ingin tahu, dalam pandanganmu, ayah adalah seorang manusia macam apa?" Dia ddak berani segera menjawab, maka ayahnya berkata lebih lanjut, "Kau tidak perlu membohongi aku, aku telah bersalah kepada ibumu, aku cukup tahu bagaimana pandanganmu. Tapi akupun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mempunyai kesulitan yang sukar diutarakan, selewat malam ini, semua masalah pasti akan kuberitahukan kepadamu. Saat itu dia merasa jenuh, amat muak, tampiknya, "Aku tidak ingin tahu. "Tapi masalah ini besar sekali pengaruhnya padamu, sekalipun kau tidak ingin tahu, aku tetap harus memberitahukan kepadamu. Hanya saja, malam ini kau harus bantu aku melakukan satu pekerjaan. "Jadi ayah, telah mengambil keputusan akan.... "Tidak, ayahnya menukas, "aku sama sekali tidak berniat untuk membunuhnya. Sekalipun dia pantas mati, namun bukan aku yang berhak membunuhnya. Dalam persoalan ini, aku.... aku pun ikut bersalah. Coba bantu aku dan lakukan.... asal begini.... dia pasti dapat enyah dari sini. Secara panjang lebar ayahnya merincikan tugas rencananya, bahkan menyerahkan sebuah benda kepadanya. serta

Sebetulnya setiap kali teringat akan hubungan cinta ayahnya dengan Siang Ngo-nio, dia merasa muak dan ingin muntah, tapi kali ini dia dipaksa oleh keadaan sehingga terpaksa harus mengajak pulang perempuan itu ke atas gunung, untuk perbuatannya itu dia selalu merasa tidak tenang. Tapi sekarang, setelah dia harus mewakili ayahnya untuk pergi menjumpai perempuan kekasih ayahnya itu, bukan saja dia tidak merasa rikuh atau kikuk, sebaliknya dia justru merasakan hatinya ringan dan lega. Sebab sekarang boleh dikata dia benar-benar telah mengenali ayahnya, ternyata sang ayah bukanlah "nabi" yang mengenakan lingkaran cahaya diatas kepalanya, melainkan seorang manusia yang mempunyai darah daging, seseorang yang bisa menyadari kenyataan. Dalam hal ayahnya bersedia membantu Siang Ngo-nio untuk melakukan persoalan inipun dia berpendapat bahwa tindakan itu sangat cengli dan masuk diakal.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu melangkah masuk ke dalam hutan dan bertemu dengan Siang Ngo-nio, dengan perasaan tidak sabar diapun berseru, "Ngonio, aku sampaikan sebuah berita gembira.... Waktu itu jalan darah bisu Siang Ngo-nio telah tertotok hingga tidak sanggup bicara, dengan hati berdebar pikirnya, 'Kabar gembira apa? Apakah Bouw Ciong-long telah bersedia menerima aku? Tapi mengapa ucapan semacam inipun hams diwakilkan putranya?' Mengapa Siang Ngo-nio tidak bicara? merasakan gelagat yang sedikit tak beres. Bouw It-yu mulai

Setelah agak tertegun diapun menghentikan ucapannya yang baru mencapai separuh jalan. Tapi baru saja dia berhenti bicara, terdengar Siang Ngo-nio telah berseru dengan nada marah, "Monyet cilik, kenapa bapakmu tidak ikut datang? Berita gembira apa yang hendak kau sampaikan?" Suaranya kedengaran agak parau, tapi logat serta gaya bicaranya persis sama seperti gaya bicara Siang Ngo-nio dihari-hari biasa. Bouw It-yu segera tertawa terbahak, katanya, "Hahahaha.... Ngo-nio, sepintar begini kau pun masa tidak bisa menebak sendiri? Baiklah, kalau begitu aku beritahu, ayah bilang, dia bersedia memenuhi keinginanmu, dia.... dia.... Belum selesai dia berkata, tiba-tiba terdengar "Siang Ngo-nio" mendengus dingin, kemudian Bouw It-yu merasakan lututnya menjadi kaku dan kesemutan, ternyata seutas tali telah menyambar datang dan melilit pinggangnya. Dalam keadaan seperti ini, betapapun hebatnya ilmu silat yang dimiliki, sulit bagi Bouw It-yu untuk menghindarkan diri. Tong Tiong-san benar-benar terbakar oleh api cemburu, begitu berhasil melilit tubuh Bouw It-yu dan membetotnya, tanpa memberi kesempatan lagi baginya untuk berbicara, cepat dia cekik dagu pemuda itu, membuat dia harus membuka mulutnya lebar-lebar, kemudian menjejalkan sebutir pil ke dalam mulutnya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw It-yu tidak dapat melihat wajahnya, dia diseret secara kasar hingga tiba di depan rumah keluarga Lan, kemudian dilemparkan masuk ke dalam. "Aku tahu siapakah dia, itulah ucapan Bouw It-yu begitu tubuhnya terbanting ke atas lantai. Tentu saja dia tak tahu kalau Lan Sui-leng dan Seebun Yan sedang membicarakan siapa pembunuhnya, Lan Sui-leng sendiripun tidak tahu apa yang diucapkan pemuda itu. "Siapakah dia?" tanya Lan Sui-leng tanpa terasa. "Aaah, Bouw toako, kenapa kau?" pada saat yang bersamaan Seebun Yan berteriak pula. Bouw It-yu segera merasakan kegembiraan yang sama sekali tidak terduga, pikirnya, 'Ternyata adik Yan memang khawatirkan diriku' Meski begitu, dia menjawab pertanyaan Lan Sui-leng, "Dia adalah Tong Tiong-san!" Seebun Yan menjerit kaget, buru-buru dia peluk tubuh pemuda itu dan bertanya dengan gemetar, "Toako, kau.... apakah kau sudah terkena racun dari keluarga Tong?" Tiba-tiba terdengar gelak tertawa yang amat menu suk telinga, menyusul kemudian terdengar Tong Ji-sianseng, jago nomor wahid dalam hal racun berkata, "Hey nona cilik dari keluarga Seebun, jangan khawatir, Toakomu tidak bakalan mampus. Yang kucekokkan ke mulutnya bukan obat racun, tapi pil dewa. Obat dewa yang dapat membuat dia merasa senang dan bahagia bagaikan para dewa! Hehehehe.... kau tidak percaya bukan? Baik, aku pun dapat membuat mu merasakan juga bagaimana nikmatnya jadi dewa!" "Tong Ji-sianseng!" teriak Bouw It-yu, "bila kau marah kepada ayahku, cukup aku saja yang kau celakai, jangan kau ganggu lagi nona Seebun!" Mana mungkin Tong Tiong-san mau menuruti bujukannya?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Braaak!" terdengar suara benturan keras, tahu tahu jendela ruang tidur itu sudah terhajar oleh pukulannya hingga muncul sebuah lubang besar. Yang pertama-tama muncul adalah seutas tali panjang, dengan kecepatan bagai sambaran petir, tali itu langsung melilit tubuh Lan Sui-leng! Waktu itu Seebun Yan masih memeluk tubuh Bouw It-yu, belum sempat dia berteriak, menyusul, lagi lagi terjadi ledakan keras bergema dalam ruangan, kali ini suara itu berasal dari ledakan sebuah bulatan peluru, dalam waktu singkat seluruh ruangan itu telah dipenuhi asap tebal. Sambil tertawa dingin dengan nada yang menyeramkan ujar Tong Tiong-san, "Bouw It-yu, ternyata kau cukup cekatan dan pintar, selama ini akupun amat suka denganmu. Sayang siapa suruh kau menjadi putra tunggal dari Bouw Ciong-long? Hehehe.... ayah berhutang anak musti membayar, itu baru adil namanya. Begitu juga anak perempuannya, sama-sama harus bertanggung jawab!" Perkataan yang pertama mudah sekali dipahami, tapi perkataan yang terakhir sangat membingungkan, jangankan Bouw It-yu, Siang Ngo-nio sendiripun membutuhkan waktu cukup lama sebelum dapat mengartikannya. Ooo)*(ooO JILID KE ENAM BAB XVI Pedang sakti unjuk diri Mencari pemecahan ilmu pedang berantai. Kendatipun dia sudah terbiasa melakukan perbuatan keji dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

busuk, tapi kali ini, tidak urung bergidik juga dibuatnya. "Lepaskan aku, lepaskan aku, selama hidup aku tidak pernah kenal denganmu!" jerit Lan Sui-leng. "Mungkin saja kau tidak kenal dengan aku, tapi aku kenal siapa dirimu. Aku pun tahu kalau kau dan Keng Giok-keng meski bukan saudara kembar, namun hubungan kalian tidak ubahnya seperti saudara kembar. Sambil berkata, dia segera menotok jalan darah bisu di tubuh Lan Sui-leng. Diikuti dia menotok bebas jalan darah bisu di tubuh Siang Ngo-nio. "Memandang di atas wajah Keng Giok-keng, kita tidak boleh membiarkan gadis muda ini menderita, kau bopong dia!" perintah Tong Tiong-san kemudian. "Loya-cu, apakah kehadirannya tidak akan menam bah kerepotan kita sendiri?" tanya Siang Ngo-nio. "Benar, memang bakal menambah sedikit kerepotan, tapi kerepotan yang sedikit itu justru memberi manfaat besar bagimu! Asal kita bertemu bocah muda itu, semisal aku tidak bisa menjaga keselamatanmu, paling tidak kaupun tidak perlu kuatir tusukan pedang bocah itu bakal mencabut nyawamu. Padahal Siang Ngo-nio bukannya tidak mengerti akan maksud hatinya, dia hanya ingin mendengar sendiri pengakuan langsung dari mulutnya, dengan begitu perasaan hatinya baru lega. "Aaah, ternyata keselamatanku!" dia masih tetap berusaha melindungi

Timbul rasa ingin tahu dihati kecilnya, sekali lagi Siang Ngo-nio bertanya, "Loya-cu, senjata rahasia apa yang barusan kau gunakan?" "Menurut kau senjata rahasia apakah itu?" "Aku tidak tahu. Tapi dilihat bentuknya mirip sekali dengan peluru Lui-hwee-tan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tong Tiong-san kelihatan sangat bangga, sahutnya sambil tertawa riang, "Padahal bukan senjata rahasia, melainkan obat pencipta khayalan, pernah mendengar nama ini?" "Apa yang disebut obat pencipta khayalan?" "Obat pencipta khayalan bisa membuat kesadaran orang hilang dan kabur, kemudian muncul khayalan karena terpengaruh oleh sejenis obat. Bahan dasar dari obat ini bernama opium, banyak tumbuh di sebuah negeri kecil yang bernama Nepal, negeri Nepal berada di sebelah utara gunung Himalaya. "Hehehehe.... tidak gampang untuk memperoleh bahan dasar itu. Isi dari peluru itu sebenarnya hanya obat pencipta khayalan, aku tidak lebih hanya menambahi dengan belerang, agar bahan itu bisa terbakar kemudian meledak. Pil yang kucekokkan ke mulut Bouw Ityu tadi tidak lain adalah obat pencipta mulut Bouw It-yu tadi tidak lain adalah obat pencipta khayalan, bila obat itu langsung tertelan maka khasiatnya akan jauh lebih besar. "Kalau begitu, setelah menelan pil tersebut, bukankah dia akan kehilangan kesadaran serta dapat melakukan hal-hal yang diluar susila?" tanya Siang Ngo-nio terperanjat. Tong Tiong-san tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... tepat sekali, aku memang ingin membuat mereka kehilangan kesadaran, bila seseorang sudah kehilangan kesadaran kemudian terangsang napsu birahinya.... hahahaha.... perbuatan apa pun bisa mereka lakukan!" Bouw It-yu merasa seolah tubuhnya berendam di kolam air panas, seluruh tubuh terasa lemas tidak bertenaga, semua syaraf, semua otot di tubuhnya seakan kendor semua. Tapi terasa ada segumpal hawa panas muncul dari Tan-tian dan menyebar ke seluruh badan. Waktu itu Seebun Yan masih memeluk tubuhnya erat-erat, tibatiba dia berbisik dengan nada aneh, "Bouw-toako, semakin kupandang wajahmu semakin terasa mukamu mirip sekali dengan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ibu, tidak heran kalau ibu begitu menyukaimu. Tahukah kau, dulu ibu adalah wanita tercantik dalam dunia persilatan. Bouw-toako, kau pun tampak ganteng sekali. Waktu itu Bouw It-yu masih memiliki berapa bagian kesadaran, begitu mendengar gadis itu menying-gung dirinya mirip ibunya, seketika dia seolah mendusin kembali, buru-buru dia dorong tubuh gadis itu sambil bentaknya, "Nona Seebun, sadarlah!" "Kau panggil aku apa? Bukankah kita sudah angkat saudara? Kau adalah engkohku sayang dan aku adalah adikmu sayang. "Baik, kalau begitu kau harus menuruti perkataanku, cepat lari keluar dan tinggalkan ruangan ini!" Biarpun tenaga dalamnya jauh lebih sempurna, walaupun dia jauh lebih sadar ketimbang Seebun Yan, namun saat itu Bouw It-yu mulai merasa agak kabur pikirannya dan timbul pelbagai khayalan yang mesum. Dia seakan tidak terpikirkan, kalau dia sendiripun sudah tidak bertenaga untuk kabur, apa lagi Seebun Yan? "Aku ingin kau menemaniku, kenapa harus mengusirku pergi dari sini? Aaah, coba lihat.... ada begitu banyak bunga yang indah, ada yang ungu, kuning, merah, coklat, hijau.... aaaah, ada pula yang biru, ada begitu banyak aneka warna, indah.... sungguh indah! Jangan- jangan kita telah tiba di istana para dewata?" Tanpa terasa Bouw It-yu pentangkan matanya lebar-lebar, teriaknya, "Aaaah, akupun telah melihatnya, sungguh takjub!" Bagaimanapun dia masih tersisa sedikit kesadaran dalam benaknya, tiba-tiba dia merasakan gelagat tidak beres, cepat dia gigit lidah sendiri sambil berteriak, "Itu semua hanya khayalan, hanya ilusi, cepat gigit lidahmu sendiri!" "Gigit lidah sendiri? Sakit.... ogah!" bisik Seebun Yan manja, sorot matanya mulai nampak liar dan jalang, "toako, bukankah kau pernah bilang amat menyukai aku? Jangan kau permainkan diriku!" "Aku bukannya sedang permainkan dirimu, dengarkan dulu perkataanku....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi bagaimana caranya memberi penjelasan kepada gadis itu? Begitu tertunda, pengaruh obat semakin menyebar luar diseluruh tubuhnya, daya pengaruh yang ditimbulkan pun semakin bertambah berat. Dalam keadaan begini, biarpun dasar tenaga dalamnya cukup sempurna pun lambat laun dia mulai tidak kuasa mengendalikan diri. Seebun Yan semakin menempelkan tubuhnya, bisiknya lirih, "Bagaimana sih rasanya lidah yang digigit? Toako, ciumlah aku, coba gigitlah lidahku.... "Omong kosong, cepat pergi!" hardik Bouw It-yu, sekuat tenaga dia dorong tubuh gadis itu. Sayang sekujur tubuhnya lemas tidak bertenaga, tentu saja dia tidak sanggup mendorong si nona dari sisi tubuhnya. Sambil menangis Seebun Yan berseru, "Tonghong-toako enggan dekati aku, kaupun tidak mau mencium aku. Apakah wajahku memang jelek dan buruk?" Sekali lagi Bouw It-yu menggigit lidahnya kuat-kuat, kemudian menghibur, "Jangan menangis, jangan menangis! Aku berjanji, pasti akan menemukan kembali Tonghong Liang untukmu!" "Aku tidak mau Tonghong Liang lagi, dia tidak mencintaiku dengan sungguh hati, aku tahu, toako, sepanjang jalan kau melindungiku, kaulah yang sesungguhnya amat menyayangiku, aku tahu!" "Jangan begitu, kau.... kau.... Belum lagi kata "salah paham" sempat diucapkan, Seebun Yan bagaikan burung kecil telah menubruk ke dalam pelukannya dan bersandar pada dadanya. Tiba-tiba Seebun Yan mulai menyanyi, mulai bersenandung dengan suara yang merdu, "Terbang.... terbang.... terbang.... aku terbang di antara awan.... oooh.... sungguh nyaman! Sungguh nikmat!
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hei.... jangan simpan telur angsa dalam satu keranjang.... itulah yang dikatakan Tonghong Liang.... apakah kau paham!" "Tidak, aku tidak mengerti. "Kau tidak mengerti, tapi aku mengerti. Aaai.... kenapa kau pandang aku dengan sorot mata seperti itu? Apakah wajahku benarbenar sangat jelek?" Tiba-tiba dia menangis lagi. Begitu menyaksikan gadis itu menangis dengan amat sedihnya, runtuh sudah daya tahan Bouw It-yu, tanpa sadar dia balas memeluk gadis itu sambil berbisik, "Jangan menangis, jangan menangis! Wajahmu amat cantik, aku sayang padamu!" "Kalau begitu ciumlah aku.... ciumlah aku.... asal kau mau mencium, aku baru akan percaya! Baiklah, kau tidak mau menciumku? Akulah yang akan mencium-mu!" Tiba-tiba saja dia menyodorkan bibirnya yang mungil ke depan dan mulai menciumi pipinya. Bouw It-yu yang langsung menelan obat pencipta khayalan, begitu bibir gadis itu menempel diatas bibirnya, kontan saja semua daya tahannya ambrol, tidak kuasa dia balas menciumi bibir gadis itu dengan penuh napsu. Di saat yang amat kritis itulah tiba-tiba muncul seseorang yang langsung masuk ke dalam kamar. "Ploook.... ploook.... ploook....!" tamparan demi tamparan mendarat diwajah ke dua orang itu, rupanya orang yang menampar sepasang muda mudi itu tidak lain adalah Seebun-hujin. "Kalian tidak boleh berbuat begitu!" bentak Seebun-hujin nyaring. Seebun Yan membelalakkan sepasang matanya yang merah membara, merah karena napsu birahi, tiba tiba umpatnya, "Dasar perempuan siluman, diam-diam kau selingkuh dengan laki lain pun aku tidak ambil perduli, apa urusannya aku bermesraan dengan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lelaki lain?" Seebun-hujin tertegun, tapi segera bentaknya, "Anak Yan, kau jangan ngaco belo, perhatikan baik-baik, siapa aku?" Seebun Yan seakan tidak menggubris, kembali teriaknya, "Terbang.... terbang.... terbang melayang.... aku terbang diantara awan! Aku adalah bidadari, kau siluman wanita!" Bagaimana pun Seebun-hujin adalah seorang tokoh silat kawakan yang banyak pengalaman, dalam sekali pandang dia sudah tahu kalau kedua orang muda mudi itu sudah dikerjai orang. Pikirnya, 'Untung saja mereka belum sampai melakukan perbuatan busuk.... ' Di atas meja tersedia sepoci air teh dingin, Seebun-hujin segera meneguk satu tegukan kemudian menyemburkan air teh itu diatas wajah putrinya, menyusul kemudian dia tekan jalan darah Thamtiong-hiat di tengah dadanya. Kemudian dia melakukan hal yang serupa terhadap Bouw It-yu. Setelah itu dengan menggunakan Sim-hoat tenaga dalamnya dia membantu mereka berdua memperlancar peredaran hawa murni, tidak selang setengah batang hio kemudian, Bouw It-yu sudah bermandikan keringat dingin, pancaran sinar matanya jauh lebih lunak dan halus, bahkan terkandung rasa terima kasihnya yang luar biasa. Seebun-hujin tahu dia akal sehatnya telah pulih kembali, maka dia menarik kembali telapak tangannya dari dada pemuda itu dan membiarkan dia bersemedi sendiri. Setelah tidak perlu pecahkan perhatian maka kini dengan sepenuh tenaga dia mengobati putrinya, tidak lama kemudian Seebun Yan merasakan sekujur tubuhnya terasa dingin, ternyata dia lebih cepat tersadar kembali dari pengaruh obat. Setelah memperoleh kembali akal sehatnya, dengan perasaan terkejut Seebun Yan bertanya, "Ibu, apa yang sebenarnya telah terjadi?" "Justru aku yang ingin bertanya padamu, apa yang sebenarnya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

telah terjadi?" Seebun-hujin balik bertanya. Seebun Yan berusaha mengingat kembali semua yang telah terjadi, tapi untuk sesaat dia seperti tidak dapat mengingatnya kembali. Melihat itu Seebun-hujin segera mengingatkan, "Tadi kau sempat memaki seorang perempuan siluman, coba pikirkan lagi dengan seksama, sebelum jatuh tidak sadarkan diri, apakah kalian telah bertemu.... "Aaah benar, aku teringat sekarang, tiba-tiba Seebun Yan seperti teringat akan sesuatu, "perempuan siluman itu adalah si Lebah hijau Siang Ngo-nio, tapi aku tidak bertemu dengannya, aaai.... apa yang sebenarnya telah terjadi? Aaah, ingat aku sekarang, Bouw-toako yang membawanya sampai disini. "Aneh, seru Seebun-hujin tercengang, "mana mungkin dia membawa siluman wanita itu hanya untuk mencelakaimu dan dirinya sendiri?" "Hey, hey, Bouw-toako!" teriak Seebun Yan kemudian, "tadi aku seperti mendengar kau berkata kepada siluman perempuan itu bahwa ayahmu bersedia memenuhi keinginannya, aku tidak salah dengar bukan?" Ternyata dia hanya teringat setengah, sementara yang setengah lagi adalah kejadian setelah Bouw It-yu melangkah masuk ke dalam ruangan itu, tapi ingatannya masih tersamar. Setelah mengatur pernapasan, Bouw It-yu merasakan akal sehatnya telah pulih seperti sedia kala, dia membuka matanya seraya menjawab, "Kau tidak salah dengar, tapi yang turun tangan mencelakai kita berdua bukan dia. "Lantas siapa?" tanya Seebun-hujin dengan perasaan ragu bercampur kaget. "Dia adalah Tong Tiong-san. Dia paksa aku menelan sebutir pil, sedangkan adik Yan telah menghirup asap dupa yang dihasilkan dari ledakan pelurunya. Secara lamat-lamat aku seperti mendengar dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menjelaskan kepada siluman perempuan itu bahwa dupa itu adalah obat pencipta khayalan!" Paras muka Seebun-hujin seketika berubah hebat! "Kurangajar betul tua bangka sialan itu, berani amat dia mencelakai aku!" umpat Seebun Yan gusar, "ibu, kau harus membalaskan sakit hatiku ini. Seebun-hujin tertawa getir, ujarnya, "Kehebatan senjata rahasia dari keluarga Tong tiada duanya dikolong langit. Bila kau telah mengusiknya, berdoa saja semoga dia tidak datang mencari garagara lagi, selama dia tidak mencarimu, keselamatan mu pasti tidak akan terancam. "Aku sama sekali tidak pergi mengusiknya, dialah yang tanpa sebab musabab tahu-tahu datang mengganggu kami. Ibu, tahukah kau, orang tua adik Lan telah dia bunuh mati dan sekarang adik Lan telah diculik olehnya, apakah kita akan melepaskan tua bangka itu begitu saja....?" "Adik Lan mu adalah murid Bu-tong-pay, jadi tidak perlu kita yang harus tampil sendiri. Turuti saja nasehatku, mari ikut aku pulang. "Ibu, seru Seebun Yan tercengang, "bukankah kau ingin menghadiri upacara penguburan Bu-siang Cinjin? Susah payah kita telah sampai di Bu-tong, kenapa harus pulang?" "Sekarang aku telah berubah pikiran. "Ibu, kau benar-benar takut menghadapi bajingan tua itu?" teriak Seebun Yan makin gusar. Seebun-hujin hanya tertawa getir tanpa menjawab. Padahal meskipun dia memang jeri menghadapi kelihayan senjata rahasia keluarga Tong, namun masih ada alasan penting lainnya, hanya saja alasan tersebut sulit untuk diutarakan dengan begitu saja. "Urusan balas dendam lebih baik dibicarakan di kemudian hari saja, tiba tiba Bouw It-yu menyela, "adik Yan, apakah kau ingin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tahu maksud dari perkataan itu?" "Maksud perkataan yang mana?" Seebun Yan sudah tak teringat lagi. "Ucapan yang kusampaikan kepada Siang Ngo-nio. "Kau bilang ayahmu bersedia memenuhi keinginannya bukan? Bukankah ucapan itu sudah amat jelas, tidak usah dijelaskan lagipun aku sudah mengerti maksudnya. Hehehe.... sungguh tidak disangka biarpun ayahmu bertampang pendeta, ternyata jiwanya tetap seorang lelaki romantis, tidak disangka dengan siluman perempuan itupun.... "Anak perempuan bicara tanpa batasan, apa-apaan kau?" tegur Seebun-hujin. "Adik Yan, kau salah paham, bukan begitu maksudnya!" Bouw Ityu menerangkan. Seebun-hujin segera mengernyitkan alis matanya, tanpa sadar dia telah menegur lebih dulu mendahului putrinya, "Lantas apa maksudnya?" "Maksud ayah, dia bersedia membantunya untuk membebaskan dirinya dari belenggu, agar dia tanpa dibebani rasa takut dan khawatir bisa menghindari Tong Ji-sianseng dan memperoleh kembali kemerdekaannya, dengan begitu dia pun bisa bebas mencari suami yang sesuai dengan keinginannya. Sebab inilah yang sesungguhnya diinginkan Siang Ngo-nio. Seebun-hujin manggut-manggut. "Biarpun nama busuk Siang Ngo-nio sudah tersohor seantero jagad, namun separuh hidupnya boleh dibilang dilewatkan sebagai barang mainan Tong Tiong-san, dia memang pantas dikasihani. Hanya saja, mungkinkah Tong Tiong-san bersedia lepas tangan?" "Ayah suruh aku menyerahkan kotak ini kepadanya, konon isi kotak ini adalah rahasia yang bisa dipakai untuk mengendalikan Tong Ji-sianseng. Ketika Tong Ji-sianseng mengetahui kalau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

boroknya sudah terjatuh ke tangannya, enggan lepas tangan pun terpaksa dia harus membebaskannya juga. "Menurut pandanganku, memang keinginan siluman wanita itu sendiri untuk melakukan perbuatan hina, jadi sebenarnya tidak berharga dikasihani ayahmu, kata Seebun Yan. "Aku sendiripun berpendapat begitu, maka.... "Maka kenapa?" "Maka aku tidak ingin menyerahkan kepadanya. "Bukankah sama artinya telah menyia-nyiakan pengharapan ayahmu?" sindir Seebun-hujin dingin. "Bagaimana pun dia toh sudah pergi bersama Tong Tiong-san, sekalipun ingin kuserahkan juga tidak mungkin lagi. "Aku rasa dia tidak mirip orang yang dipaksa, memang dia sendiri yang rela dan iklas kembali ke dalam pekikan bajingan tua itu, ucap Seebun Yan. "Anak Yan, kau tidak boleh berkata begitu!" tegur Seebun-hujin. Walaupun dia seakan sedang menegur putrinya, namun dalam pandangan Bouw It-yu, dia dapat menangkap suara hati perempuan itu yang sebenarnya. Tiba tiba ujarnya, "Adik Yan, lebih baik kuberikan kotak ini untukmu. "Buat apa aku mendapatkan barang itu?" sahut Seebun Yan, mendadak seperti teringat sesuatu, katanya lagi sambil tertawa, "jadi kau bermaksud agar aku memiliki barang mestika yang bisa kupakai untuk menghadapi Tong Ji-sianseng. "Ayahku mengatakan kalau kotak itu berisikan rahasia yang dapat mengendalikan Tong Tiong-san, aku rasa kegunaannya belum tentu harus dilakukan oleh Siang Ngo-nio saja. Timbul perasaan ingin tahu dihati kecil Seebun Yan, segera ujarnya, "Bukan lantaran aku takut menghadapi bajingan tua itu,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tapi apa salahnya kalau kita buka kotak itu dan coba kita periksa sebenarnya rahasia apa yang tersimpan dalam kotak itu. Ketika kotak dibuka, ternyata isinya hanya selembar saputangan berwarna kuning, diatas sapu tangan itu sama sekali tidak ada tulisannya. "Eeei, dimana rahasianya?" seru Seebun Yan. Seebun-hujin mengambil saputangan itu dan diendusnya sebentar, seakan menyadari akan sesuatu, ujarnya kemudian, "Terlepas apakah saputangan ini menyimpan rahasia atau tidak, biar sementara waktu aku saja yang menyimpannya. Ternyata walaupun dia tidak mengerti tentang obat-obatan, namun pengetahuannya cukup lumayan juga. Dari bau obat yang tertinggal pada saputangan itu, dia dapat memastikan kalau dibalik saputangan itu pasti tersimpan tulisan, hanya saja karena tulisan itu sudah disembunyikan dengan sejenis obat-obatan, maka harus melalui suatu cara yang khusus (bisa direndam atau digarang diatas api), tulisan itu baru dapat muncul dan terbaca. "Anak Yu, kalau memang ayahmu sudah berniat baik untuk membantu Siang Ngo-nio melepaskan diri dari lautan derita, sudah seharusnya kita bantu dia untuk menyelesaikan keinginannya itu. Hanya saja ayahmu sebagai seorang Ciangbunjin memang tidak sepantasnya mengarungi dunia persilatan hanya bermaksud mencari jejak Siang Ngo-nio, kalau begitu biar aku saja yang membantunya memenuhi pengharap-an tersebut, karena sebagai sesama perempuan, mungkin gerak-gerikku jauh lebih gampang, kata Seebun-hujin lebih lanjut. Bicara sampai disitu, mendadak dengan senyum tidak senyum dipandangnya Bouw It-yu sekejap, kemudian tambahnya, "Orang bilang: yang tidak punya perasaan justru kaya akan perasaan! Barusan anak Yan mengatakan ayahmu adalah seorang lelaki romantis, aku rasa apa yang dia katakan memang benar. Bouw It-yu merasakan dadanya tersumbat oleh banyak

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kecurigaan dan tanda tanya, tanpa terasa dia berpaling dan saling bertatap muka dengan Seebun-hujin, dia seakan ingin mengatakan sesuatu, namun tidak berani mengucapkannya keluar. Seebun Yan sendiripun merasakan pipinya sedikit terasa panas dan pedas, katanya kemudian, "Bouw-toako, apakah kau marah lantaran ibu telah menamparmu tadi? Hal ini dilakukan karena.... "Aku tahu, hal ini dilakukan agar kita semua tersadar kembali dari pengaruh obat, sahut Bouw It-yu. "Lantas apa yang sedang kau pikirkan?" "Tidak apa-apa, ibu angkat memang sangat baik kepadaku. "Jadi sekarang kau baru tahu?" kata Seebun Yan sambil tertawa, "padahal sejak bertemu kau di tengah jalan dan kemudian kuceritakan pertemuan ini kepada ibu, padahal waktu itu ibu belum pernah bertemu kau, tapi dia sudah sangat menaruh perhatian terhadap segala sesuatumu. Bicara sampai disitu, timbul kecurigaan dihati kecilnya, kembali serunya, "Aaah, betul. Kenapa ibu bersikap sangat baik terhadapnya?" Dari nada pembicaraan Seebun-hujin tadi, Bouw It-yu pun dapat merasakan kalau perempuan ini seolah menaruh semacam perasaan yang istimewa terhadap ayahnya, tanpa terasa dia pun jadi teringat kembali di saat perempuan itu menampar dirinya, Seebun-hujin sempat berteriak, "Kalian tidak boleh berbuat begitu!" Benar, saat ini dia sudah seratus persen sadar, diapun merasa malu atas semua perbuatan yang telah dilakukan di saat terpengaruh orang perangsang, dia memang tidak seharusnya bermesraan seperti itu dengan Seebun Yan. Tapi kata "tidak boleh" jelas sangat berbeda dengan kata "Jangan", bagaimana pun juga, ucapan Seebun-hujin itu segera menambah selapis kecurigaan yang lebih mendalam dihati kecilnya. Seebun-hujin berusaha menghindari tatapan matanya, katanya,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Anak Yu, kau jangan berpikir sembarangan, segera pulanglah dan titip salamku untuk ayahmu. "Ibu, apakah sekarang juga kita akan pergi?" tanya Seebun Yan. "Benar, coba lihat, hari hampir terang tanah. Ibu angkat!" tiba tiba Bouw It-yu memanggil. "Ada apa?" "Aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepada-mu. Seebun-hujin merasakan hatinya tergoncang keras, namun dia berusaha mengendalikan diri, dengan nada setenang mungkin ucapnya, "Kalau begitu tanyalah!" "Sebetulnya apa hubunganmu dengan aku?" Sebenarnya Seebun-hujin sudah mendapat firasat pertanyaan macam apa yang bakal diajukan, namun setelah mendengar dengan mata telinga sendiri, tak urung gemetar juga sekujur tubuhnya, paras mukanya berubah. Bagi Seebun Yan, pertanyaan ini datangnya sangat mendadak dan sulit baginya untuk mencerna, untuk sesaat, sama seperti ibunya, dia ikut berdiri mematung. Pada saat itulah, tiba-tiba mereka seperti mendengar ada suara helaan napas seseorang dari luar ruangan. "Siapa?" hardik Seebun-hujin dengan nada gemetar. Tahu-tahu orang itu sudah muncul dihadapan mereka semua. "Ayah!" teriak Bouw It-yu tidak tahan. Dengan perasaan terkejut Seebun Yan ikut menjerit, "Jadi kau.... kau adalah Ciangbunjin Bu-tong-pay?" Hanya Seebun-hujin seorang tetap berdiri mematung, tidak sepatah kata pun yang diucapkan. Sambil tertawa getir ujar Bouw Ciong-long perlahan, "Selama berada dihadapan ibumu, aku bukanlah seorang Ciangbunjin, juga bukan seorang Cinjin, aku hanya bisa tampil sebagai Bouw Cionghttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

long!" Perkataan yang dia ucapkan tidak dipahami Seebun Yan, begitu juga Bouw It-yu, hanya Seebun-hujin yang paham. "Ciong-long, mau apa kau datang kemari?" "Beng-cu, Bouw Ciong-long menghela napas panjang, "urusan toh telah berkembang jadi begini, rasanya kita tidak perlu merahasiakannya lagi. Anak Yu, kemari kau!" "Ayah, kau.... apa yang harus kulakukan?" tanya Bouw It-yu tercengang, tiba-tiba perasaan ngeri dan takut yang aneh mencekam hatinya, membuat nada suaranya ikut berubah pula. "Aku minta kau datang menjumpai ibu kandungmu!" ujar Bouw Ciong-long perlahan. Bouw It-yu langsung tertegun, mendadak jeritnya, "Apa kau bilang? Ibuku sudah lama meninggal!" "Tidak, ibu kandungmu belum meninggal, dia.... dialah.... "Aku tidak percaya, aku tidak percaya!" jerit Bouw It-yu, bagaikan mabok arak, tubuhnya mulai gontai, langkah kakinya mulai sempoyongan dan tidak mampu berdiri tegak (Gb 16). Seebun-hujin tidak kuasa mengendalikan rasa pedih dihatinya, cepat dia memayang pemuda itu sambil katanya, "Anak Yu, kami tidak berbohong, aku.... aku memang bukan ibu angkatmu, aku adalah ibu kandungmu!" "Anak Yu, kata Bouw Ciong-long pula, "maafkan aku. Sebenarnya kau harus tahu rahasia ini sejak dulu. Tapi kau harus percaya padaku, semua yang kukatakan adalah sebenarnya!" Bouw It-yu tidak mau menatap ayahnya, dia tetap berteriak, "Aku tidak mau mendengarnya, aku tidak mau mendengarnya!" Padahal dalam hatinya dia sudah mempercayai kenyataan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tersebut, hanya saja dia tidak ingin mempercayainya dengan begitu saja. Perlu diketahui, semenjak dia tahu urusan, ibu tirinya selalu dianggap sebagai ibu kandung sendiri, pada hakekatnya dia tidak tahu kalau dirinya masih memiliki seorang ibu yang lain. Yang dia butuhkan sebetulnya bukan kasih sayang seorang ibu, sebaliknya adalah kasih sayang seorang ayah. Dia pernah merasa tidak terima karena perlakuan ayahnya yang begitu dingin terhadap ibunya, selama hidup diapun tidak dapat melupakan sorot mata ibunya menjelang saat ajalnya tiba. Tidak lama berselang, dia masih menganggap Seebun-hujin yang berada dihadapannya sebagai musuh besar pembunuh ibunya, bahkan nyaris hendak menghabisi nyawanya. Tapi sekarang, dari pengakuan ayahnya dia baru tahu, ternyata perempuan yang telah membuat "ibu"nya mati karena sedih sesungguhnya adalah ibu kandung dia sendiri! Kini, dia sudah tahu bahwasanya semua peristiwa itu merupakan kenyataan yang tidak terbantahkan, namun dalam perasaan, dia belum dapat menerimanya dengan begitu saja. Seebun-hujin sendiripun merasakan kepedihan yang luar biasa, untuk sesaat dia tidak tahu apa yang harus dikatakan, satu gelombang belum reda, gelom-bang lain telah datang melanda. Setelah tertegun berapa saat, tiba-tiba Seebun Yan berteriak keras, "Ibu, apakah semuanya ini kenyataan?" Nada suaranya dipenuhi rasa bimbang bercampur gusar, suaranya berubah jauh lebih tidak sedap didengar daripada suara Bouw It-yu. Perlu diketahui, biarpun dia tidak mempunyai seorang ayah, tapi sejak kecil dia sangat menyanjung kehadiran seorang ayah. Gadis ini tidak rela membiarkan ayahnya memiliki seorang istri yang tidak setia, dia tidak rela dirinya ditipu selama banyak tahun oleh ibunya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Anak Yan, kata Seebun-hujin lagi, "aku memang telah melakukan kesalahan. Tapi aku tidak pernah mempermalukan ayahmu. Aku berhubungan lebih dulu dengan ayah anak Yu sebelum kenal dengan ayahmu, dan dia mengetahui akan hal ini!" "Aku tidak mau mendengar!" tiba-tiba sikap Seebun Yan sama seperti sikap Bouw It-yu tadi, dia mulai berteriak keras, bahkan sambil menutupi wajah sendiri kabur meninggalkan tempat itu. "Anak Yan!" teriak Seebun-hujin, wajahnya pucat pias. Baru saja dia berteriak, Bouw It-yu sudah ikut lari meninggalkan tempat itu. "Anak Yu, seru Bouw Ciong-long, "semuanya ini merupakan kesalahanku seorang, kalau ingin marah, marahlah kepadaku!" Bagaimana pun juga usia Bouw It-yu jauh lebih dewasa, dia lebih mengerti urusan, kendatipun pikiran dan perasaannya sangat kalut, namun dia tidak seperti Seebun Yan, sama sekali tidak memberi jawaban. "Ayah, ibu.... berilah kesempatan kepadaku untuk berpikir lebih tenang. Aku segera akan mencari adik Yan!" Bouw Ciong-long menghembuskan napas lega, ujarnya kemudian sambil tersenyum, "Beng-cu, coba dengar, dia sudah memanggil ibu kepadamu. Tapi dalam pendengaran Seebun-hujin, panggilan "ibu" dari Bouw It-yu diucapkan dengan nada terpaksa. Bahkan dia merasa memikul beban tekanan batin yang jauh lebih banyak daripada Bouw Ciong-long, sudah jelas putrinya tidak dapat memaklumi kejadian itu. Dengan lemas dia terduduk, katanya, "Aku tidak seharusnya datang kemari!" "Jangan berpikir begitu, mereka hanya sekedar emosi, setelah beberapa saat, sikap mereka pasti akan berubah lebih baik. "Moga-moga saja begitu. Hanya saja, Cong-long, akupun harus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pergi dari sini. "Biarkan mereka kakak beradik bicara lebih lama, jangan kelewat cepat mengusik ketenangan kedua orang itu. "Kalau begitu kau boleh balik dulu. Sebentar biar aku sendiri yang mencari anak Yan. Aku tidak berencana menghadiri upacara pemakaman dari Bu-siang Cinjin. "Beng-cu, bisik Bouw Ciong-long, "berilah kesempatan bagiku untuk memandang wajahmu lebih lama, aku telah mengecewakan banyak orang, terlebih kepada dirimu. Beng-cu, aku sedang berpikir, apakah masih ada kesempatan bagiku untuk membayar semua kesalahanku di masa lalu.... Seebun-hujin tertawa pedih, tukasnya, "Buat apa kau singgung lagi masalah tersebut saat ini, kini kau sudah menjadi Ciangbunjin Bu-tong-pay!" "Tapi aku toh bisa tidak usah jadi Ciangbunjin!" pikir Bouw Cionglong dalam hati. Tapi berhubung persoalan ini menyangkut masa-lah yang lebih besar, tentu saja keputusan semacam itu tidak bisa dia putuskan seorang diri. Dengan perasaan apa boleh buat ditatapnya lagi wajah kekasih hatinya, dia hanya bisa menyimpan ucapan itu di dalam hati dan tidak berani mengemukakan. "Cong-long, kembali Seebun-hujin berkata, "kau masih ada tugas berat yang sedang menanti. Sewaktu masuk tadi, apakah kau sudah melihat kalau Lan Kau-san suami istri telah tewas di depan rumah sana?" Seolah baru teringat kembali, Bouw Ciong-long segera bertanya, "Tahukah kau, siapa yang telah membunuh mereka?" "Semua perbuatan keji itu merupakan hasil karya Tong Tiongsan. Tapi menurut cerita Yan-ji kepadaku tadi, tampaknya dia sengaja mengatur rencana busuk dan berniat melimpahkan semua
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dosa ini kepada Put-ji Tojin, ayah angkat Keng Giok-keng. Saat itu Bouw Ciong-long masih terpengaruh oleh gejolak perasaan hatinya, dia bertambah kaget setelah mendengar perkataan itu. "Sewaktu datang tadi, apakah kau bertemu Keng Giok-keng?" "Tidak, tapi aku tahu dia telah kembali, buat apa kau menanyakan hal ini?" "Ketika baru turun dari puncak Ci-siau-hong tadi, kulihat ada sesosok bayangan hitam bergerak menuju ke kompleks pemakaman, kelihatannya dia adalah Keng Giok-keng. Perlu diketahui, dia menyusul turun dari puncak Ci-siau-kiong lantaran menguatirkan keselamatan putranya, oleh sebab itu meski timbul kecurigaan saat itu, namun tidak sempat untuk melakukan penyelidikan. "Kompleks pemakaman?" seru Seebun-hujin dengan perasaan terkejut. "Benar, kompleks pemakaman yang disediakan untuk mengubur jenasah Bu-siang Cinjin, selama berapa bulan terakhir Put-ji selalu tinggal disana. "Kalau begitu sudah pasti dia. Aduh.... celaka! Rencana busuk Tong Tiong-san benar-benar kelewat kejam, bocah itu.... bocah itu.... Tidak perlu dia menyelesaikan perkataannya, Bouw Ciong-long sudah tahu kalau urusan ini sangat gawat. Tampaknya Tong Tiong-san ingin menyaksikan Put-ji Tojin mati dibunuh anak angkatnya sendiri, tindakannya ini merupakan pelampiasan rasa gusarnya karena kekasih kesayangannya direbut orang. Dengan berbuat demikian, bukankah dia akan jauh lebih puas daripada turun tangan membunuhnya sendiri? Sekalipun dia merasa berat hati untuk meninggalkan Seebunhujin, mau tidak mau dia harus meninggalkan dirinya juga.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terhadap Put-ji Tojin, boleh dibilang dia tidak menaruh kesan baik, namun diapun tidak tega membiarkan dia mati konyol. Bukan dikarenakan dia telah difitnah orang, di balik kesemuanya itu terselip pula alasan lainnya. Dengan kecepatan tinggi dia berangkat menuju kompleks pemakaman, dia khawatir kedatangannya sedikit terlambat. Put-ji Tojin mengangkat tinggi kurungan pedangnya kemudian perlahan lahan dihujamkan ke ulu hati sendiri. Dalam waktu sekejap Keng Giok-keng merasakan pikiran dan perasaannya amat kalut. Terhadap musuh besar pembunuh ayahnya, tapi bersamaan juga sebagai ayah angkat yang telah melepaskan budi memelihara dan mendidiknya hingga dewasa, dia tidak tahu haruskah membiarkan dia hidup terus, ataukah membiarkan dia mati dihadapannya? Pedang Put-ji toji telah menusuk masuk ke dalam ulu hatinya, darah segar telah menyembur keluar dihadapannya. Tiba-tiba Keng Giok-keng menubruk maju ke depan dan merebut kutungan pedang dari tangan Put-ji. Meski mulut luka tidak terlalu dalam, namun Put-ji telah roboh diatas genangan darah. Dalam keadaan begini dia tidak mampu berkata-kata, hanya sepasang matanya belum dipejamkan, bahkan sedang membelalak lebar sambil mengawasi pemuda itu tanpa berkedip. Tiba-tiba terdengar suara yang lembut serasa melayang di udara dan terkirim ke dalam telinganya, "Giok-keng, bukan dia yang membunuh ayah ibu asuhmu!" "Siapa yang sedang mengajak aku bicara?" Jangan lagi pikirannya saat itu sedang kalut, sekali pun masih dapat mempertahankan kesadaran otaknya pun dia tidak bakal menyangka kalau Ciangbunjin nya telah datang sendiri ke sana, bahkan sebelum melangkah masuk ke kompleks pemakanan, dia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sudah menyampaikan suara terlebih dulu. Terhadap kematian yang menimpa Lan Kau-san suami istri, Put-ji Tojin telah menyangkal kalau dia adalah pembunuhnya, tapi setelah pernyataan itu disampaikan orang ini, mau tidak mau Keng Giokkeng harus mempercayainya. Orang itu muncul dengan kecepatan luar biasa, belum lagi orangnya muncul, seruannya telah disampaikan lebih dulu melalui ilmu menyampaikan suara, hal ini membuktikan betapa cemas dan gelisahnya dia. Oleh karena itulah Keng Giok-keng merasakan hatinya bergoncang keras, segera pikirnya, 'Jangan-jangan aku memang telah salah menuduh ayah angkat?' Begitu ingatan tersebut melintas, perasaan benci dan dendamnya terhadap Put-ji pun otomatis berkurang beberapa bagian. Perlu diketahui, sejak lahir dari rahim ibunya, kedua orang tuanya sudah mati, karena itu selama hidup belum pernah dia bertemu dengan kedua orang tuanya itu. Keinginannya untuk membalas dendam pun tidak lebih hanya berdasarkan niatan dan kewajiban yang telah berlaku turuntemurun, perasaan tersebut bercampur aduk dengan perasaan tanggung jawabnya, sehingga niatan untuk membalas dendam sesungguhnya tidak terlalu kuat. Sejak dia lahir di dunia ini, hanya dua orang yang bersikap sangat baik kepadanya, yang satu adalah ayah asuhnya Lan Kausan dan yang lain adalah ayah angkat sekaligus gurunya Put-ji Tojin. Perasaan kasih sayangnya terhadap dua orang ini merupakan ikatan batin yang nyata, seakan ada sebuah tali yang tidak berwujud telah merantai dan menyatukan mereka. Dia sendiri mungkin belum pernah mengurai perasaan hati sendiri secara detil, tapi alasan utama yang memaksa dia untuk mendesak Put-ji melakukan bunuh diri bukanlah karena ingin membalaskan sakit hati ayah ibu kandungnya, tapi lebih ditekankan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pada pembalasan dendam atas kematian Lan Kau-san berdua. Masalah utama yang paling membuatnya sedih adalah karena dia menyangka ayah angkatnya telah menghabisi nyawa orang tua asuhnya. Tapi sekarang, setelah mendengar seruan Bouw Ciong-long yang secara tegas menandaskan kalau ayah angkatnya bukanlah sang pembunuh, otomatis simpul mati terbesar yang membelenggu perasaan hatinya selama inipun ikut teruraikan. Dia merampas kurungan pedang ditangan Put-ji, kemudian katanya sedih, "Benar, orang tuaku kandung telah mati, orang tua asuhku juga telah mati, bagaimana pun juga aku tidak boleh membiarkan ayah angkatku ikut mati!" Sesungguhnya perkataan itu diucapkan untuk didengar dirinya sendiri, tapi Put-ji yang terkapar diatas genangan darah dan belum kehilangan kesadarannya, tentu saja dapat mendengar pula perkataan itu. Sekulum senyuman mulai menghiasi wajah Put-ji Tojin yang pucat pasi, tapi sepasang matanya perlahan-lahan dipejamkan. "Gihu, kau.... kau tidak boleh mati!" teriak Keng Giok-keng terkejut. Pada saat itulah terasa desiran angin berkelebat lewat menggoyangkan cahaya lentera dalam ruangan, tahu-tahu Ciangbunjin Bu-tong-pay telah muncul di hadapannya. Terkejut bercampur girang "Ciangbunjin, rupanya kau!" Keng Giok-keng berseru,

Bu-beng Cinjin (Bouw Ciong-long) tidak sempat menjawab, secepat kilat dia totok beberapa buah jalan darah ditubuh Put-ji, yang digunakan adalah ilmu menotok untuk menghentikan aliran darah, seketika itu juga darah yang mengalir keluar dari mulut luka terhenti. "Untung luka yang dideritanya tidak terlampau berat, aku rasa
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nyawanya masih dapat diselamatkan, ujar Bu-beng Cinjin sambil menghembuskan napas lega. Keng Giok-keng ikut menghembuskan napas lega, namun tekateki yang mencekam pikirannya sulit untuk diuraikan. Tampaknya Bu-beng Cinjin dapat menebak jalan pikirannya, dia segera berkata, "Kau tidak perlu tahu darimana aku bisa mengetahui kejadian ini, aku hanya ingin bertanya, percayakah kau dengan perkataanku?" "Terima kasih atas teguran Ciangbun-Cinjin sehingga tecu tidak melakukan kesalahan besar. Untuk menyesal pun tecu merasa tidak sempat, mana berani mencurigai? Tapi sesungguhnya tecu pun tidak punya nyali untuk memaksa Gihu bunuh diri, di balik kesemuanya itu masih terdapat rahasia lain yang sulit untuk diungkap.... "Kalau memang sulit diungkap, lebih baik tidak usah kau sampaikan kepadaku. "Apakah Ciangbun-Cinjin telah berkunjung ke rumah tecu?" "Betul, aku pun sudah tahu kalau orang yang mencelakai ayah dan ibu asuhmu adalah Tong Ji-sianseng dari Suchuan. Cici mu sudah diculik olehnya. "Lagi-lagi ulah bangsat tua itu!" seru Keng Giok-keng terkejut bercampur marah. "Cepatlah pergi selamatkan cicimu, serahkan ayah angkatmu kepadaku. Karena sudah terjadi peristiwa secara beruntun, tentu saja terpaksa Keng Giok-keng menunda urusan tentang ayah angkatnya sementara waktu, cepat dia pergi mengejar Tong Ji-sianseng. Setelah menghentikan aliran darah ditubuh Put-ji, Bu-beng Cinjin menyalurkan tenaga dalamnya ke tubuh pendeta itu. Tapi dia segera merasakan timbulnya tenaga perlawanan di tubuh Put-ji Tojin, hawa murni yang dia salurkan hanya digiring untuk berputar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

di antara urat urat nadinya namun sama sekali tidak digiring masuk ke Tan-tian. Dengan adanya penolakan tersebut, usaha Bu-beng Cinjin pun menjadi sia-sia belaka. Tanpa terasa Bu-beng Cinjin mengernyitkan dahinya, perlu diketahui, apabila pihak penderita telah muncul keinginannya untuk mati, maka sekalipun Hoa-tuo hidup kembali pun tidak nanti dia bisa selamatkan jiwanya lagi. Perlahan-lahan Put-ji Tojin membuka matanya dan berkata, "Tecu memang pantas mati, harap Ciangbunjin tidak usah membuang tenaga lagi untuk menolong aku. "Apakah kau merasa bersalah karena telah salah membunuh Keng King-si? Sudah lama aku mengetahui persoalan ini, bukan maksudku kau tidak bersalah, tapi dalang dari semua pembunuhan itu bukanlah kau. "Tidak bisa dikatakan semua peristiwa ini timbul karena salah paham, kata Put-ji Tojin sambil menghela napas, "ketika turun tangan secara keji waktu itu, aku memang mempunyai kepentingan pribadi. Kalau dibicarakan sungguh aneh sekali, sebetulnya dia tidak ingin mati, tapi setelah memperoleh pengampunan dari Keng Giok-keng, entah mengapa, dia justru merasa tidak punya muka lagi untuk bertemu dengan putra angkatnya. Dia sadar, kendatipun selembar nyawanya tetap dapat dipertahankan, namun kondisinya ibarat seorang cacat, apalagi sepanjang tahun dia harus memikul rasa bersalah dan menyesal, lalu apa gunanya tetap hidup terus di dunia ini? Sementara itu Bu-beng Cinjin berpikir, "Untuk mengobati penyakit jiwa memang diperlukan santapan rohani, bila aku tidak menggunakan obat yang paling keras, mungkin niatnya untuk tetap hidup bakal lenyap untuk selamanya. Berpikir begitu, diapun menegur, "Hmm, kau hanya ingin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bertanggung jawab atas kematian Keng King-si dan istrinya? Apakah kau lupa masih ada seseorang lain yang lebih penting, sebuah kasus besar yang lebih penting?" Put-ji Tojin tertegun seketika, dengan napas ter-sengkal bisiknya, "Ciangbun Cinjin, kau.... maksudmu.... Tiba-tiba wajah Put-ji yang pucat pias mulai mengejang keras, katanya lagi agak tergagap, "Kau.... kau maksudkan guruku semasa preman dulu?" "Betul. Aku ingin tanya apa penyebab kematian guru premanmu dulu, Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu?" "Aku.... aku tidak tahu. Malam itu aku tidak berada dirumah. Sekembali dari pergi,.suhu telah mati dibunuh orang. "Bagaimana keadaan matinya?" "Sepertinya dihantam oleh tenaga pukulan aliran perguruan kita sendiri. "Malam itu kau pergi ke mana?" "Oleh karena Ciangbunjin telah menanyakan persoalan ini, tecu akan menjawab sejujurnya. Sewaktu mendapat kabar kalau Keng sute bakal pulang ke rumah, akupun pergi untuk mencari kabar. Malam itu aku tinggal di rumah seorang famili keluarga Ho di kaki gunung Boan-liong-san, hingga kini orang itu masih hidup, dia bersedia menjadi saksi mataku. "Karena itu kau curiga pembunuhan itu dilakukan Keng King-si, dan pada hari kedua kau mengajak si orang tua Ho Liang untuk naik ke gunung Boan-licng-san dan melakukan penghadangan?" "Waktu itu aku memang salah informasi dan kelewat percaya dengan segala rumor, kusangka Keng King-si betul-betul telah menjadi mata-mata bangsa Boan, ditambah lagi pada malam itu, di saat aku sedang keluar rumah untuk mencari berita tentang dirinya, ternyata sebelum aku tiba kembali di rumah, dia sudah berkunjung dulu ke rumah kami dan melakukan pembunuhan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tapi, bukankah dia pulang dari luar perbatasan bersama-sama Sumoymu? Sumoymu adalah putri tunggal gurumu!" Maksud ucapan itu sangat jelas, dia sedang menuduh Put-ji tidak punya otak, karena kecurigaan yang timbul dalam benaknya sesungguhnya tidak masuk akal. Semu merah muncul dari balik wajah Put-ji yang pucat, cepat sahutnya, "Malam itu dia pernah meninggalkan Sumoy hampir dua jam lamanya, hal ini pernah kuinterogasikan pada mereka, Sumoy mengatakan hal itu kepadaku. Meskipun saat itu Sumoy telah memberi penjelasan juga kepadaku, namun aku tetap tidak percaya. "Dan sekarang?" Paras muka Put-ji Tojin nampak semakin duka, sahutnya lirih, "Tahun berselang aku telah berkunjung ke Liauw-tong, sedikit banyak aku berhasil juga mendengar segala sesuatu yang berhubungan dengan Keng-sute semasa hidup disana, tampaknya aku memang telah salah menduganya. "Tapi kau belum pernah melakukan pembelaan atas watak dan perangai Keng King-si dihadapan gurumu Bu-siang Cinjin, kenapa kau selalu hanya mengatakan kalau kemungkinan besar kau telah salah menuduhnya. "Benar, aku memang pantas mati, aku memang egois, aku hanya memikirkan kepentingan sendiri, kata Put-ji sambil memukul dada sendiri berulang kali. "Oleh karena kau sudah tahu menyesal, dalam hal ini aku tidak akan melakukan pengusutan lagi. Tapi waktu itu kau selalu bersikeras menuduh Keng King-si lah yang telah membunuh gurunya, kecuali dikarenakan kau percaya dengan isu yang sengaja dilontarkan mata-mata bangsa Boan, apakah masih ada alasan lainnya?" "Soal ini.... soal ini.... Tampaknya dia sedang menduga-duga apa tujuan Ciangbunjin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang sebenarnya, sehingga meski ingin menjawab namun dia pun tidak berani mengatakannya. Kembali Bu-beng Cinjin berkata, "Aku dengar sewaktu guru premanmu dibunuh orang, dia sempat menjerit kaget sambil berteriak. ternyata.... ternyata kau! Benarkah ada kejadian seperti ini?" Put-ji Tojin membelalakkan matanya lebar-lebar, sorot matanya dipenuhi rasa takut bercampur ngeri, beberapa saat kemudian dia baru berkata, "Malam itu hanya Ho Liang seorang yang berada di rumah, dia bilang perkataan yang diucapkan suhu didengarnya dengan mata kepala sendiri, jadi akupun tidak tahu apakah benar atau tidak!" "Hanya sepatah kata?" desak Bu-beng Cinjin. "Tegasnya hanya setengah patah kata. Guru hanya memaki: Kau.... kau binatang.... hanya sampai separuh jalan, suhu telah putus nyawa. Bu-beng Cinjin manggut-manggut, katanya kemudian, "Separuh patah katamu jauh lebih banyak dari-pada apa yang kudengar dari orang lain, tidak heran kalau orang lainpun jadi curiga. "Tidak heran" apa? Tampaknya memang tidak perlu Put-ji melukis ular diberi kaki lagi. Biasanya kalau seorang guru silat mengumpat "binatang", kalau bukan putranya yang dimaksud, pastilah muridnya yang dituju. Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu tidak berputra, jadi umpatannya "binatang" kalau bukan ditujukan untuk muridnya lalu siapa lagi? Padahal perkataan yang disampaikan Ho Liang bukan hanya separuh kata itu saja, tapi Put-ji kuatir bila dia bicara makin banyak maka kecurigaan orang terhadap dirinya bisa makin besar, maka dia tidak berani bicara lebih jauh. Dengan sorot tajam Bu-beng Cinjin mengawasi wajahnya, kemudian bertanya, "Apakah gara-gara separuh kata itu maka kau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mencurigai adik seperguruanmu?" "Menurut Ho Liang, dia sempat melihat bayangan punggung orang itu, menurutnya orang itu mirip.... mirip Keng-sute. "Tapi kalau ditinjau dari pelbagai kenyataan yang berhasil kita kumpulkan sekarang, dapat disimpulkan bahwa sembilan puluh persen pembunuhnya bukan Sute mu!" Keringat dingin mulai bercucuran membasahi punggung Put-ji Tojin, dengan napas tersengkal bisiknya, "Ciangbunjin, jadi kau mencurigai aku?" Bu-beng Cinjin tidak menjawab, dengan sorot mata yang tajam bagaikan mata golok ditatapnya wajah tosu itu tanpa berkedip. "Bukan aku, sumpah bukan aku!" teriak Put-ji Tojin dengan suara parau, "Ciangbun-Cinjin, kau.... Tiba-tiba sorot mata Bu-beng Cinjin berubah, dengan suara yang lebih lembut ka tanya, "Aku mempercayaimu!" Put-ji menghembuskan napas lega, peluh dingin telah membasahi seluruh pakaiannya, dia merasa seolah baru saja lolos dari lubang jarum. Terdengar Bu-beng Cinjin berkata lebih lanjut, "Tapi sayang belum cukup hanya aku seorang yang mempercayaimu. Kau baru bisa terlepas dari segala tuduhan setelah kasus pembunuhan ini terungkap. "Baik, aku tahu. "Oleh karena itu kau tidak boleh mati, kalau tidak, bila kau sampai mati maka biar dicuci dengan air lautan pun, dosa mu tidakbakalan terhapus!" "Teguran Ciangbunjin sangat tepat, biar tecu harus jadi cacat pun tetap akan hidup terus. Sekalipun kondisi tubuhnya bertambah lemah sehingga apa yang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seharusnya ingin disampaikan pun sudah tidak sanggup diucapkan, malah dia telah memejamkan matanya, namun hawa murni yang disalurkan Bu-beng Cinjin ke dalam tubuhnya segera mengalir masuk ke dalam Tan-tian dengan lancar. Setelah Bu-beng Cinjin melihat pendeta itu tertidur pulas, meski perasaan hatinya sedikit agak lega, namun tidak urung dalam hatinya dia tertawa getir juga. Delapan belas tahun berselang, beberapa orang tokoh penting dari Bu-tong-pay telah mati terbunuh secara beruntun, diantaranya terdapat ketua para Tianglo Bu-kek Tojin, ada Ji-ou Thayhiap Ho Kibu, ada pula Ting Hun-hok yang satu level dengan Ho Ki-bu. Di antara ketiga korban pembunuhan itu, berbicara soal tingkat kedudukan maka Bu-kek Tianglo yang paling tinggi, tapi kalau berbicara dari tingkat kasus maka terbunuhnya Ho Ki-bu merupakan kasus kunci yang paling penting. Sebab dari pelbagai gejala dan bukti yang berhasil dikumpulkan dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho Ki-bu merupakan target utama yang hendak dibunuh pihak lawan, sementara dua orang lainnya hanya karena secara kebetulan bertemu dengan kejadian ini maka otomatis mereka ikut tergulung dalam peristiwa berdarah itu. Itu berarti asal kasus yang pertama dapat diuraikan, maka dua kasus lainnya secara otomatis akan tersingkapjuga. Yang pasti hanya orang luar biasa yang sanggup membokong mati tiga orang jago lihay dari Bu-tong-pay, dan jelas peristiwa ini merupakan kasus yang luar biasa. Sesudah terjadinya diam-diam Ciangbunjin menghubungi sute nya murid preman, Bouw penyelidikan. beberapa kasus pembunuhan ini, secara Bu-tong-pay saat itu Bu-siang Cinjin pernah ini, yang saat itu masih merupakan seorang Ciong-long untuk bantu dia melakukan

Kini, setelah kejadian itu lewat delapan belas tahun lamanya, Tiong-ciu Thayhiap Bouw Ciong-long pada waktu itu kini telah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menjadi ketua Bu-cong-pay yang baru dengan nama Bu-beng Cinjin, namun dia masih tetap gagal untuk mengungkap siapa dalang pembunuhan yang sebenarnya. Tapi ada satu hal dia telah mengetahuinya, yakni ditemukannya sebatang jarum Lebah hijau milik Siang Ngo-nio dalam kerangka kepala si orang tua Ho Liang. Putranya Bouw It-yu yang melaporkan penemuan ini kepadanya. Bahkan jauh sebelum putranya melaporkan penemuan itu, dia sudah curiga kalau Siang Ngo-nio tersangkut dalam kasus pembunuhan ini. Sebab dua patah kata pertama yang diucapkan Ho Ki-bu di saat menemui ajalnya merupakan kata-kata yang pernah diungkap Siang Ngo-nio ketika suatu kali dia sedang menikmati arak bersama perempuan itu. Waktu itu dia sempat bertanya kepada Siang Ngo-nio, tapi perempuan itu segera berkata, "Kau sangka aku memiliki kemampuan untuk membuat mati Ho Ki-bu serta Bu-kek Totiang? Kalau memang sudah tahu kalau bukan aku, maka apa yang tidak ingin kukatakan lebih baik tidak usah kau tanyakan lagi!" Watak Siang Ngo-nio membuat dia kehabisan daya, lagipula dia sendiripun mempunyai banyak hal yang membuatnya was-was, terpaksa dia lepaskan Siang Ngo-nio dan berusaha melacak dari jalur lain. Kini dari mulut Put-ji dia berhasil mendapat tahu keadaan di saat Ho Ki-bu terbunuh, bahkan apa yang diperoleh jauh lebih lengkap dan terperinci, selama delapan belas tahun lamanya, untuk pertama kalinya dia memperoleh sedikit gambaran tentang seluk beluk kasus pembunuhan ini. "Jangan-jangan pembunuhnya adalah Tong Ji-sianseng?" tapi ingatan lain segera melintas, "Tong Ji-sianseng hanya bisa dikatakan mengerti ilmu silat aliran Bu-tong, seharusnya dia membunuh Ho Kibu dengan mengandalkan ilmu pukulan perguruannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Setelah berpikir sekian lama, mendadak dia teringat lagi akan seseorang, seseorang yang membuatnya amat terperanjat. "Jangan-jangan orang itu adalah.... adalah.... Dia tidak berani berpikir lebih lanjut. Andaikata bukan terpaksa, dia tidak ingin ribut apalagi bermusuhan dengan orang itu. Terpaksa dia pun memusatkan kembali perhatiannya pada Tong Ji-sianseng. Menurutnya, sekalipun Tong Ji-sianseng tidak tersangkut dengan beberapa kasus pembunuhan itu, paling tidak dia bisa mencari keterangan atau titik terang dari tubuhnya. Karena antara dia dengan Siang Ngo-nio punya ikatan hubungan yang luar biasa, rahasia yang diketahui Siang Ngo-nio sudah pasti diketahui pula olehnya. Bahkan besar kemungkinan berita yang dibocorkan Siang Ngo-nio setelah pesta arak waktu itupun berasal dari mulutnya. Di samping itu, bukankah belum lama berselang Tong Ji-sianseng telah menjadi pembunuh yang telah mengeksekusi Lan Kau-san dan istrinya? Memang, Lan Kau-san dan istrinya hanya orang kecil yang sama sekali tidak berbobot, namun bagaimana pun juga, lokasi terbunuhnya mereka adalah diatas gunung Bu-tong, sebagai Ciangbunjin Bu-tong-pay tentu saja dia tidak bisa berpangku tangan membiarkan orang itu melakukan kejahatan semaunya kemudian pergi dengan begitu saja. Tapi.... bukan satu pekerjaan yang mudah untuk menghadapi Tong Ji-sianseng, bahkan tidak dapat disangkal, peristiwa itu pasti akan menyeret Siang Ngo-nio juga. Bila penanganannya sedikit saja keliru, peristiwa ini bisa meletus menjadi berita paling memalukan dalam dunia persilatan. Lebih baik membiarkan Tong Ji-sianseng dan Siang Ngo-nio pergi meninggalkan gunung Bu-tong, atau mumpung baru saja terjadi, dia segera menghadang mereka dan menggusurnya ke atas gunung?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bu-beng Cinjin merasa serba salah, menyaksikan Put-ji yang terlelap tidur, dia hanya tertawa getir. Mimpi pun dia tidak menyangka, tidak usah dia turun tangan sendiripun waktu itu sudah ada seseorang menghadang jalan pergi Tong Ji-sianseng. Waktu itu Tong Tiong-san baru saja turun dari puncak Tian-kihong. Siang Ngo-nio sambil membopong Lan Sui-leng berjalan di depannya. Bebatuan di puncak Tian-ki-hong hitam bagai baja, medannya selain naik turun tidak menentu bahkan seluruh puncak berwarna hitam pekat dan amat tandus. Ada satu keuntungan bagi mereka dengan memilih di bawah bukit ini, dalam sekilas pandang mereka dapat memeriksa apakah di sekitar sana terdapat jebakan atau tidak. Medan yang curam dan berbahaya sama sekali bukan jadi halangan bagi mereka berdua. Siang Ngo-nio sendiri karena dilindungi oleh Tong Tiong-san, apalagi dia pun membawa Lan Sui-leng sebagai sandera, maka perempuan itu tidak perlu merasa takut atau khawatir. Di puncak Tian-ki-hong terdapat sebuah batu cadas, bentuknya mirip seorang Tojin yang sedang berjongkok sambil mengawasi tungku obat dihadapannya, batu berbentuk tungku obat itu berwarna hitam kemerah-merahan. Karena bentuknya yang unik, bebatuan itu dinama kan "Lo-kunlian-wan" (Tosu tua memasak obat), merupakan salah satu tempat wisata yang terkenal di gunung Bu-tong. Ketika Siang Ngo-nio sedang berjalan melewati bawah kaki "lokun" itu, dia berjalan santai dan sama sekali tidak berjaga-jaga, tidak disangka tiba-tiba "lo-kun" itu bergerak dan hidup. Seorang tosu berbaju hitam yang menyaru sebagai "Lo-Kun" tibatiba melompat turun dari atas tebing dan langsung menerkam Siang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ngo-nio. Perempuan ini cukup cekatan, walaupun dalam kondisi tidak siap namun dia segera dapat menebak niat tosu itu, tampaknya pihak lawan berniat merebut sanderanya, Lan Sui-leng. Buru-buru Siang Ngo-nio memutar tubuh sambil menyodorkan tubuh Lan Sui-leng ke arah tosu tadi, ejeknya sambil tertawa dingin, "Apakah kau menghendaki nyawa bocah perempuan ini?" Siapa tahu tosu tersebut sama sekali tidak ambil perduli atas mati hidup Lan Sui-leng, baru selesai perempuan itu mengancam, sebuah pukulan keras dari tosu itu sudah dihantamkan ke tubuh Lan Suileng. Dalam anggapan Siang Ngo-nio, tosu itu ingin merebut sanderanya sebagai Hu pelindung diri, dia sama sekali tidak menyangka jika "Hu pelindung diri" itu sekarang malah dipakai lawan sebagai alat untuk menggempurnya. Dalam waktu singkat dia merasakan dadanya seolah dihantam dengan martil besar, belum sempat berpikir lebih jauh, sandera yang berada di tangannya tahu-tahu telah berhasil direbut tosu berbaju hitam itu! Bukan saja sanderanya berhasil direbut, perempuan itupun merasakan tubuhnya gontai bagaikan api lilin yang terhembus angin, untung tidak sampai roboh terjengkang. Perubahan yang terjadi sangat tiba-tiba ini bukan saja jauh diluar-dugaan Siang Ngo-nio, Tong Ji-sianseng pun tidak pernah menduga sebelumnya. Bagaimana pun juga dia adalah seorang tokoh yang luas pengalamannya dalam dunia persilatan, reaksi yang dilakukan sangat cepat dan tepat. Sebelum tubuh Siang Ngo-nio roboh terjengkang, dia telah melepaskan satu pukulan ke punggung perempuan itu. Siang Ngo-nio buru-buru mengendalikan diri, selang beberapa saat kemudian perlahan-lahan dia baru roboh ke tanah. Biarpun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

akhirnya perempuan itu roboh juga, namun Tong Ji-sianseng segera menghembuskan napas lega, seolah baru saja terlepas dari beban berat. Ternyata ilmu pukulan yang digunakan tosu berbaju hitam itu adalah ilmu Li-uh-coan-kang (mengirim tenaga dari balik benda) yang merupakan ilmu pukulan tingkat tinggi, meskipun serangan itu dihantamkan ke tubuh Lan Sui-leng, namun korban yang terkena sasaran adalah Siang Ngo-nio. Pukulan yang kemudian dilancarkan Tong Tiong-san bermaksud untuk memunahkan tenaga pukulan yang dikirim lawan. Pertarungan semacam ini sama artinya dengan meminjam tubuh Siang Ngo-nio sebagai media untuk beradu tenaga dalam, kendatipun tidak sampai mencabut nyawa perempuan itu, tidak urung getaran dan guncangan tenaga dalam yang dipancarkan ke dua orang jago lihay itu akhirnya membuat dia jatuh tidak sadarkan diri. Itupun masih beruntung karena pukulan dari Tong Tiong-san tiba tepat waktunya, coba kalau bukan begitu, niscaya selembar jiwanya akan melayang. Kini, walaupun dia tidak sadarkan diri, namun tidak sampai menderita luka dalam. Reaksi yang dilakukan Tong Tiong-san benar-benar amat cepat, disaat dia melepaskan pukulan ke tubuh Siang Ngo-nio tadi, segenggam senjata rahasia telah disambitkan pula ke tubuh tosu berbaju hitam itu. Gerakan yang dilakukan kedua belah pihak sama-sama cepatnya, mula pertama tosu berbaju hitam itu melempar dulu tubuh Lan Suileng ke arah belakang, kemudian tangannya diayunkan, sebutir batu cadas sebesar telur itik segera diremasnya jadi hancuran batu kerikil, kemudian dengan gaya Thian-li-san-hoa (gadis langit menebar bunga) dia tebar hancuran batu itu ke depan. "Triiing.... traaangg.... suara dentingan nyaring bergema

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berulang kali, sebagian besar senjata rahasia yang dilontarkan Tong Tiong-san nyaris berhasil dijatuhkan, tinggal dua butir peluru yang meluncur tidak beraturan berhasil menghindari hantaman batuan itu dan langsung melesat ke hadapan tubuh tosu itu. Cepat tosu itu mengebaskan ujung bajunya, ke dua butir peluru itu seakan melekat diujung bajunya, untuk sesaat hanya berputar tiada hentinya. Mula pertama Tong Tiong-san nampak berseri karena girang, tapi berapa saat kemudian paras mukanya berubah. Ternyata kedua butir peluru itu telah berhenti berputar, sedikit saja menggetarkan bajunya, tahu-tahu kedua biji peluru itu telah meluncur masuk ke dalam saku tosu berbaju hitam itu. Kalau peluru geledek Bi-lek-tan saja tidak mampu melukai tosu itu, tentu saja senjata rahasia lain tidak akan menghasilkan apa-apa, dalam keadaan begini terpaksa menang kalah harus ditentukan dengan beradu ilmu silat. Tosu berbaju hitam itu menggerakkan tangannya mendayung ke samping membentuk satu lingkaran busur, dia menggiring tenaga pukulan dari Tong Tiong-san melenceng ke samping. Tampaknya Tong Tiong-san sudah menduga akan hal itu, tibatiba gerak pukulannya berubah, dari sudut yang sama sekali tidak terduga dia melakukan satu perubahan dan....Plaaak!" sepasang tangan pun saling beradu. Tong Tiong-san merupakan tokoh yang sangat hebat dari keluarga Tong selama seratus tahun terakhir, bukan saja senjata rahasianya merupakan nomor wahid di kolong langit, tenaga dalam yang dimiliki pun boleh dibilang sejajar dengan para jago mana pun. Siapa sangka tenaga dalam yang dilontarkan keluar seolah tergiring masuk ke dalam ruangan dengan pintu baja yang berlapislapis. Sekalipun tidak sampai hilang lenyap begitu saja, namun setiap kali berhasil melampaui selapis pintu, daya kekuatannya serasa ikut hilang separuh bagian.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kejut bercampur heran Tong Tiong-san segera berpikir, "Rasanya tenaga dalam aliran Bu-tong-pay tidak seperti ini, tapi cara yang dia gunakan justru merupakan tehnik lembek melawan keras dari Thaykek-kun. Ehmmm, tidak betul, tenaga yang dia gunakan sama sekali bukan tenaga lembek yang murni, jelas dia adalah tosu Bu-tong yang menjadi pendeta di tengah jalan!" Ternyata dibalik tenaga lembek yang digunakan tosu itu untuk menempel dan melekat di seputar serangannya, lamat-lamat muncul 'sudut tonjolan", padahal inti dari tenaga dalam aliran Bu-tong-pay mengutamakan "bulat dan berputar natural". Dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki tosu itu, tidak seharusnya terjadi sudut tonjolan seperti ini. Tiba-tiba Tong Tiong-san tersadar, segera teriaknya, "Aku tahu siapakah kau, kau.... kau adalah.... Tiba-tiba tosu berbaju hitam itu tertawa dingin kemudian menarik kembali tenaga pukulannya. Yang paling susah dipelajari seorang pesilat adalah menyerang dan menarik kembali tenaganya sekehendak hati, khususnya disaat sedang bertarung melawan musuhnya, menyerang maupun menarik kembali tenaganya harus dilakukan tepat waktu, bahkan lebih susah lagi ketika menarik kembali tenaganya secara mendadak. Padahal waktu itu mereka berdua sedang bertarung sengit, ditariknya kembali tenaga pukulan tosu berbaju hitam itu secara mendadak, sesungguhnya mengandung resiko yang amat besar. Jika tenaga lawan sedikit saja berkurang maka pihak lawan bisa manfaatkan kesempatan itu untuk menyerang balik, dari lemah berubah jadi kuat, dari kalah bisa berubah menjadi menang. Tapi sebaliknya, cara inipun bisa digunakan untuk mundur tapi kemudian maju lagi, melancarkan sergapan tanpa diduga. Tapi berhubung pertama, Tong Tiong-san sudah tahu siapakah tosu itu, kedua diapun tidak menyangka pihak lawan berani membuyarkan tenaga serangannya dalam keadaan seperti ini, kontan saja tubuhnya kehilangan keseimbangan hingga tidak ampun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dia maju terhuyung sejauh beberapa langkah. Dalam keadaan seperti ini, asal tosu berbaju hitam itu menambah sebuah pukulan lagi di punggungnya, niscaya dia akan mati atau paling tidak terluka parah. Buru-buru Tong Tiong-san mengendalikan keseimbangan tubuhnya lalu berpaling agak tertegun. Ternyata tosu berbaju hitam itu masih berdiri tidak bergerak di posisi semula. Biarpun sekarang dia tahu kalau tosu berbaju hitam itu tidak berniat melukainya, namun perasaan sangsi dan ragu masih mencekam perasaan hatinya, untuk sesaat dia tidak tahu apa yang harus dikatakan. Terdengar tosu berbaju hitam itu berkata perlahan, "Kau tahu siapakah aku, akupun tahu siapa dirimu. Apa yang kuketahui tentang dirimu jauh lebih banyak daripada apa yang kau ketahui tentang aku!" Tentu saja yang dimaksud Tong Tiong-san tadi sebagai "Aku tahu siapa kau" mengartikan kalau dia sudah tahu siapakah tosu berbaju hitam itu. Tapi "tahu" yang dimaksud tosu berbaju hitam itu jelas bukan menunjukkan manusia melainkan masalah. Dan masalah yang dimaksud, tentu saja bukan masalah biasa melainkan rahasia yang tidak ingin diketahui orang lain. Bagaimanapun Tong Tiong-san adalah seekor rase tua yang licik, segera ujarnya, "Baik, kalau kau tidak bicara, akupun tidak akan bicara!" "Tidak, yang seharusnya disampaikan harus disampaikan, yang tidak seharusnya diucapkan, tidak perlu diucapkan!" "Soal itu aku perempuan.... mengerti, hanya saja mengenai bocah

Sambil berkata Tong Tiong-san menengok sekejap ke arah Lan Sui-leng yang tergeletak ditanah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tidak usah kuatir, biar guntur membelah bumi pun dia tidak bakal mendengar, tukas tosu berbaju hitam itu cepat. Kini Tong Tiong-san sudah berhasil menenangkan hatinya, tentu saja diapun dapat melihat bahwa sewaktu tosu berbaju hitam itu membanting Lan Sui-leng, bukan saja telah menggunakan tehnik melempar yang hebat hingga membuat gadis itu sama sekali tidak terbuka, bahkan telah menotok jalan darah tidurnya. "Jadi kedatanganmu lantaran bocah perempuan ini?" tanya Tong Tiong-san kemudian. "Secara khusus aku datang kemari untuk menunggu kedatanganmu, hanya saja bocah perempuan ini adalah cicinya seorang sahabat kecilku, karena telah bertemu disini, anggap saja aku sedang minta keringan-an tanganmu untuk membebaskannya. "Baik, bisa saja kuserahkan bocah perempuan ini kepadamu, tapi kau pun tidak boleh menyusahkan aku!" Perlu diketahui, diatas gunung Bu-tong saat ini hanya dua orang yang benar-benar memiliki kemampu-an untuk mempersulit dirinya, yang satu adalah Bu-beng Cinjin dan yang lain adalah tosu berbaju hitam itu. Oleh karena itu, asal tosu berbaju hitam itu bersedia mengijinkan dia bersama Siang Ngo-nio turun gunung, maka diapun tidak membutuhkan Lan Sui-leng lagi untuk dijadikan sandera. "Tukar menukar kado memang sesuatu yang sangat menyenangkan, tapi rasanya kau seperti lupa dengan sepatah kata yang telah kuucapkan tadi. "Apa?" "Kedatanganku kemari adalah khusus untuk menantikan dirimu! Bila hanya dikarenakan bocah perempuan itu, masa aku musti bersusah payah menanti kan kedatanganmu?" "Jadi kau masih punya maksud lain?" "Boleh dibilang aku ingin menawarkan sebuah transaksi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baik, katakan saja!" "Jangan kuatir, aku tidak berniat menyusahkan dirimu, tapi itu pun hanya terbatas tidak akan menyusahkan dirimu saja. Dengan ditambahnya ucapan tersebut, jelas artinya jadi jauh berbeda. Dengan perasaan "Maksudmu.... terkejut Tong Tiong-san berseru:

"Asal kau turun gunung seorang diri, bukan saja aku tidak akan menyusahkan dirimu bahkan akan membantumu. Namun Siang Ngo-nio harus tetap tinggal disini! Kita semua adalah sahabat lama, aku tidak akan membohongimu, aku hanya ingin meminjam Ngo-nio untuk dipakai!" Melotot besar sepasang mata Tong Tiong-san saking gusarnya, dengan suara dalam tegurnya, "Bukankah kau mengatakan kita adalah sahabat lama? Tahukah kau karena apa aku datang kemari? Aku datang ke gunung Bu-tong justru karena dia. Masa kau ingin pinjam untuk memakainya?" "Pikiranmu jangan kotor duluan, tukas tosu berbaju hitam itu senyum tidak senyum, "aku hanya ingin meminjamnya untuk menghadapi seseorang, bukan berniat meminjamnya untuk dipakai dalam arti lain. Lagipula setelah selesai upacara penguburan Busiang Cinjin, aku akan mengembalikan dia ke sisimu, kujamin tidak bakal kekurangan seujung rambut pun. "Ternyata kau ingin menggunakan dia untuk mengancam Bouw Ciong-long!" teriak Tong Tiong-san makin gusar. "Asal kita sama-sama mengertikan sudah cukup, buat apa musti disebut terang-terangan!" sela tosu itu dengan tidak suka hati. Coba berganti orang lain, aneh jika Tong Tiong-san tidak merobek tubuhnya jadi dua. Tapi tosu berbaju hitam itu merupakan salah satu lawan tandingnya, biarpun hawa amarah memenuhi seluruh dadanya, dia tidak ingin segera bermusuhan dengan orang ini.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terdengar tosu berbaju hitam itu berkata lebih lanjut, "Padahal akupun berbuat begitu demi kebaikanmu sendiri. Coba bayangkan, bila kita tidak bisa menaklukan Bouw Ciong-long, apa akibat yang mungkin bisa terjadi terhadap dirimu? Kita bicarakan dulu soal hutang piutang, kau sangka dia tidak tahu kalau orang yang mencelakai Lan Kau-san suami istri belum lama berselang adalah dirimu?" "Memangnya dia akan membuat perhitungan denganku hanya gara-gara seorang petani sayur? Apalagi ilmu silatku tidak selisih jauh darinya meski sedikit masih berada dibawahnya!" Tosu berbaju hitam itu tersenyum. "Kau keliru besar, si petani sayur itu mempunyai seorang anak angkat yang punya reputasi hebat. Tentunya kau mengerti bukan, yang kumaksudkan adalah Keng Giok-keng!" "Lantas kenapa?" teriak Tong Tiong-san gusar, "memangnya aku harus takut menghadapi seorang bocah ingusan?" "Benar, dewasa ini kungfunya masih belum dapat mengungguli dirimu, namun tidak gampang juga bagimu bila ingin menangkan dirinya. Sengaja dia berhenti sejenak, kemudian baru perlahan-lahan melanjutkan, "Bila kau keberatan meminjamkan Ngo-nio kepadaku, akupun tidak akan kelewat memaksa. Terpaksa aku pun akan berpeluk tangan sambil berdiri di luar garis, biar Bouw Ciong-long dan Keng Giok-keng merecoki dirimu. Tong Tiong-san adalah seekor rase tua yang licik, tentu saja dia dapat menangkap kalau di balik perkataan itu masih terkandung makna lain, dengan terperanjat serunya, "Apakah kau telah mengundang mereka berdua untuk berkumpul di sini?" "Buat apa aku musti mengundang? Bocah itu sudah tiba di bukit Thay-cu-po. Bukit Thay-cu-po terletak hanya selisih satu tebing dengan tempat dimana mereka berada, dengan hasil latihan semedinya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

selama dua puluh tahun, tosu berbaju hitam itu mempunyai pendengaran yang luar biasa, dia telah menangkap suara dengus napas dari tebing seberang. Sebagai seorang jago senjata rahasia kenamaan, tentu saja pendengaran Tong Tiong-san tidak kalah jauh dari tosu berbaju hitam itu, begitu pasang telinga, benar saja diapun segera menangkap suara itu. "Seorang lelaki sejati harus tegas dalam mengambil keputusan, kembali tosu berbaju hitam itu berkata, "apalagi dengan kerugian kecil bisa meraih keuntungan yang lebih besar!" Dengan paras muka dingin kaku dan tidak mengucapkan sepatah kata pun, Tong Tiong-san segera berlalu dari sana. Oleh karena puncak Tian-ki-hong merupakan jalanan menuju ke bawah gunung, Keng Giok-keng pun memilih melalui tempat ini melakukan pengejaran. Belum lama tosu berbaju hitam itu menyembunyikan Siang Ngonio, Keng Giok-keng telah tiba di tempat tersebut. Pemandangan yang terlihat di depan mata membuatnya terkejut bercampur gembira. Dia mengejar musuh karena ingin menyelamatkan encinya yang diculik, apakah pengejarannya berhasil menyusul musuh, dan apakah setelah berhasil menyusul musuhnya dia mampu merebut kembali cicinya, baginya hal itu merupakan sebuah tanda tanya besar, dia sama sekali tidak yakin. Sungguh tidak disangka baru tiba di Tian-ki-hong, di tempat tersebut dia telah menemukan cicinya. Tosu berbaju hitam yang "menjaga" disisi cicinya setelah lari menyambut kedatangannya begitu melihat kemunculan bocah muda itu. Keng Giok-keng meski terkejut setelah melihat cicinya tergeletak ditanah, namun setelah bertemu tosu berbaju hitam itu, seakan bertemu sanak keluarga sendiri, dia tampak jauh lebih gembira lagi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tosu berbaju hitam itu hanya seorang, tapi tosu berbaju hitam yang "dikenali" Keng Giok-keng berbeda jauh dengan tosu berbaju hitam yang dikenali Tong Tiong-san. Keng Giok-keng sama sekali tidak tahu kalau tosu berbaju hitam ini dapat berbicara dan mendengar, dia hanya tahu kalau tosu berbaju hitam itu pernah melayani Sucouwwnya selama puluhan tahun dan dia adalah seorang Tojin bisu tuli. Tojin bisu tuli boleh dibilang merupakan pembantu paling setia dari Sucouwwnya, Bu-siang Cinjin, di samping itu diapun amat sayang dirinya. Dia sudah terbiasa berdialog dengan Tojin bisu tuli menggunakan bahasa tangan, bahkan cukup melihat "gerakan bibir" lawan, diapun dapat menebak "perkataan" apa yang sedang disampaikan. "Apakah kau yang berhasil menghajar siluman wanita itu dan menyelamatkan ciriku?" tanyanya dengan bahasa tangan. Tojin bisu tuli menuding ke arah Lan Sui-leng, melakukan gerakan menotok jalan darah lalu menuding ke arah diri sendiri dan gelengkan kepalanya berulang kali. Maksudnya, Lan Sui-leng tidak terluka, dia hanya tertotok jalan darahnya, akan tetapi dia tidak mampu membebaskan pengaruh totokan itu. Keng Giok-keng merasa sedikit lega, menghampiri dan melakukan pemeriksaan. dia segera maju

Ilmu totokan yang digunakan Tojin bisu tuli adalah ilmu totokan berat, jangankan Keng Giok-keng memang tidak mengenali ilmu totokannya, sekalipun mengerti, dengan tenaga dalamnya yang minim belum cukup baginya untuk membebaskan. Dia sangka ke semuanya itu hasil perbuatan Tong Tiong-san, mimpi pun dia tidak mengira kalau orang yang telah menotok jalan darah cirinya adalah si Tojin bisu tuli yang amat disayanginya. Bila jalan darah terlalu lama tertotok, sekalipun pada akhirnya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bisa terbebaskan dengan sendirinya, namun hal ini akan mendatangkan kerugian bagi tubuh. Oleh sebab itu meski dia masih ada beberapa urusan ingin "ditanyakan" Tojin bisu tuli, dalam keadaan begini dia tidak sempat lagi untuk berpikir lebih jauh. Setelah menggendong tubuh cirinya, sekali lagi dia mendaki bukit Tian-ki-hong dan berlarian menuju kompleks pekuburan Bu-siang Cinjin. Dia ingin minta bantuan Ciangbunjin nya untuk membebaskan pengaruh totokan cirinya. Di samping itu diapun sangat menguatirkan keselamatan ayah angkatnya. Walaupun ayah angkatnya telah ditangani dan ditolong langsung oleh Ciangbunjin sehingga nyawanya tidak perlu dikhawatirkan, namun bagaimana pun juga dia tetap merasa tidak lega hati. Ooo)*(ooO Bu-beng Cinjin berdiri termangu sambil mengawasi Put-ji Tojin yang telah tertidur nyenyak, pikirannya terombang-ambing tidak menentu. Dari mulut Put-ji Tojin, dia berhasil mengumpulkan banyak data dan titik terang seputar kasus pembunuhan misterius yang menimpa Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu pada delapan belas tahun berselang. Ketika titik terang baru dicocokkan dengan bukti nyata yang telah diketahui olehnya, lambat laun jalan pikirannya makin terang dan jelas. Tapi justru karena itu, perasaan hatinya jadi tidak tenang. Sebab perkembangan kasus ini kemungkinan besar akan merembet pada seseorang yang sangat tidak ingin dijumpai. Tanpa terasa dengan perasaan bergidik, berpikir, "Bila kecurigaanku terbukti benar, kejadian ini betul-betul merupakan sebuah lelucon yang tidak lucu. Jauh diujung langit, dekat di depan mata, ternyata aku masih tidak tahu akan dirinya!" Tentu saja "lelucon" ini bukan lelucon beneran, sebab orang ini jauh lebih sukar dihadapi ketimbang Tong Ji-sianseng.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam hati kecilnya masih ada satu teka-teki lagi yang belum berhasil dia pecahkan, dia tidak ingin segera pergi mencari orang itu, tapi ingin mencari Tong Ji-sianseng lebih dulu untuk mencari tahu duduknya persoalan. Akan tetapi dia pun tidak ingin mengusik Siang Ngo-nio lagi, dia tahu dengan jelas, Siang Ngo-nio berada bersama Tong Ji-sianseng. Sementara masih berdiri sangsi, mendadak terdengar suara ujung baju tersampok angin berkuman-dang dari atas atap rumah. Ternyata ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Ya-heng-jin (si pejalan malam) itu cukup lihay. Dia adalah seorang tokoh silat berilmu tinggi, dari gesekan ujung baju yang tersampok angin dia dapat menebak aliran ilmu meringankan tubuh yang digunakan lawan, sekalipun bukan berarti seratus persen tepat, paling tidak selisihpun tidak banyak. "Jangan-jangan Beng-cu balik lagi?" perasaan hatinya terasa hangat, selain terkejut diapun merasa girang. Belum habis ingatan itu melintas, orang itu sudah melayang turun persis dihadapannya bagaikan selembar daun kering. Diluar dugaan, yang datang bukan Seebun-hujin melainkan Tonghong Liang. Tampaknya Tonghong Liang jauh lebih terkejut lagi, setelah tertegun sejenak serunya, "Bouw-Ciangbunjin, tidak kusangka akan bertemu kau disini!" "Aku pun tidak menyangka akan bertemu kau disini!" jawab Bubeng Cinjin dingin, "tapi aku adalah Ciangbunjin Bu-tong-pay, jadi aku tidak perlu memberi penjelasan kepadamu, kaulah yang harus memberi penjelasan kepadaku!" "Aku datang untuk mencari bibi dan Piaumoy aku tahu mereka telah tiba di gunung Bu-tong. "Tempat ini adalah kompleks pemakaman yang disediakan untuk mengubur jenasah Bu-siang-suheng, yang menjaga kompleks
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pemakaman ini adalah Tianglo kami, Put-ji!" "Aku tahu, tapi aku tidak beranggapan telah salah masuk. "Alasanmu?" "Murid Put-ji Totiang, Keng Giok-keng adalah sahabatku, aku ingin mencari dia terlebih dulu lalu baru minta bantuannya untuk menemukan bibiku. "Masih untung kalau kau tidak menyinggung masalah lagi, karena telah kau singgung, aku jadi ingin bertanya, kau selalu berusaha mendekati dan berusaha berkenalan dengan Keng Giok-keng, sebenarnya apa maksud tujuanmu yang sebenarnya?" "Karena cocok satu sama lain, aku ingin bersahabat dengannya, masa aku ingin mencelakai Keng Giok-keng?" ujar Tonghong Liang. "Enak saja kalau bicara, memang disangka aku tidak tahu? Kau memang tidak ingin mencelakainya tapi ingin membohonginya, menipu ilmu pedang Bu-tong-kiam-hoatkami!" "Aku menyangkal dengan keras, memang betul aku pernah saling berdiskusi tentang ilmu pedang. Tapi bicara soal Bu-tong-kiam-hoat, aku justru dapat belajar darimu, meski bukan kau ajarkan secara langsung, boleh dibilang aku adalah murid angkatan ke tiga?" Dingin membeku selembar wajah Bu-beng Cinjin, dengusnya, "Jangan kau sangka dengan mengetahui sedikit rahasia pribadiku maka kau dapat mengancam diriku. Sewaktu kau membuat keonaran tempo hari, aku telah mengampunimu satu kali, hmmm! Kali ini aku tidak bisa mengampunimu lagi!" Dari sorot matanya, Tonghong Liang dapat menangkap hawa napsu membunuh yang menggidikkan hati, tanpa terasa pikirannya tergerak, "Kalau hanya disebabkan aku mencuri naik ke bukit Butong, dengan memandang wajah bibi, tidak seharusnya dia turun tangan keji kepadaku. Jangan-jangan apa yang dikatakan Han Siang memang benar, dialah pembunuh yang dicurigai telah menghabisi nyawa pamanku dan bibiku sendiripun sama sekali tidak tahu akan hal ini.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Perlahan-lahan Bu-beng Cinjin mengangkat tangannya, dia berencana akan membuat keputusan lain bila pemuda itu minta ampun. Siapa tahu bukan saja Tonghong Liang tidak minta ampun, sebaliknya berseru lantang, "Bouw Ciong-long, aku tahu cepat atau lambat kau ingin membunuhku! Tempo hari hanya dikarenakan aku menantang berduel secara terbuka, maka untuk menjaga reputasi, kau sengaja mengampuniku. Sekarang kau telah menemukan alasan yang tepat, kenapa belum juga turun tangan? Kau ingin menunggu sampai kapan lagi?" Begitu ditantang, Bu-beng Cinjin malah menurunkan kembali tangannya dan berkata, "Atas dasar apa kau menuduh aku sejak lama sudah ingin membunuhmu?" Tonghong Liang tidak menjawab, sinar matanya dialihkan ke arah Put-ji Tojin. Bu-beng Cinjin sedikit agak ragu, ujarnya kemudian, "Ternyata yang kau cari bukan muridnya, melainkan dia pribadi!" "Kenapa? Kau takut?" "Kau sangka aku yang telah membunuh gurunya yang pertama? Hmm, kurangajar!" "Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu angkat nama berbareng dengan kau, meski ilmu silatnya bukan tandinganmu, tapi dia adalah seorang pendekar sejati. Sementara kau selalu berusaha menjadi Ciangbunjin Bu-tong-pay, tentu saja kau tidak akan membiarkan dia jadi sainganmu. "Analisa ini berdasarkan dugaanmu sendiri atau mendengar dari orang lain?" "Kau ingin menipuku agar aku bicara terus terang? Hmm, aku tidak bakalan termakan oleh tipuanmu. Hmm, kalau tidak ingin orang lain tahu, kecuali kau tidak pernah melakukannya. Pernahkah kau melakukan kasus pembunuhan itu, cepat atau lambat pasti ada yang tahu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku beritahu, Ho Ki-bu bukan mati di tanganku, mau percaya atau tidak terserah kau. Tapi aku ingin bertanya, seandainya kasus ini memang hasil perbuatanku, lalu apa sangkut pautnya dengan dirimu? Mengapa kau yakin kalau sejak lama aku sudah ingin membunuhmu?" "Perbuatan busuk yang pernah kau lakukan mungkin bukan hanya satu kasus itu saja bukan?" jengek Tonghong Liang hambar. "Oooh, rumor apa lagi yang kau dengar tentang aku?" Tonghong Liang tertawa dingin. "Kalau tidak kuucapkan mungkin saja kau belum tentu berani membunuhku, tapi bila kukatakan, memang nya nyawaku masih bisa diselamatkan?" "Kau keliru besar, mau bicara atau tidak hasilnya tetap sama saja!" "Kau tetap akan membunuhku?" "Mungkin akan membunuhmu, mungkin juga tidak, pokonya aku telah mengambil keputusan. Mau bicara boleh, tidak bicara pun tidak mengapa, toh tidak bakal akan mengubah keputusanku! Hmm, apakah kau sudah lama yakin bahwa aku pasti akan membunuhmu?" Separuh kata pertama masih bernada imbang antara membunuh dan tidak, tapi ucapan terakhir jelas terlihat kalau keinginannya untuk membunuh sangat besar. Menyaksikan sinar matanya yang buas, diam-diam Tonghong Liang terkesiap, cepat dia mundur selangkah sambil ujarnya, "Benar, justru karena sudah lama aku yakin kau hendak membunuhku, maka sebelum naik ke gunung Bu-tong kali ini, aku telah menulis semua rahasiaku pada sepucuk surat dan menyerahkan surat itu ke tangan piaumoy. Bila aku mati, surat ini baru boleh dibuka. Kecuali kaupun tega sekalian menghabisi nyawa Seebun Yan, kalau tidak kunasehati lebih baik berpikir-lah tiga kali sebelum bertindak.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Padahal hal ini hanya gertak sambal Tonghong Liang saja, walaupun dia curiga Bouw Ciong-long lah yang telah membunuh pamannya, bahkan bisa jadi kematian ayahnya pun terkait dengan Bouw Ciong-long, tapi karena pertama dia tidak terlalu yakin, kedua masalah ini menyangkut urusan yang lebih besar bahkan menyangkut pula rahasia pribadi bibinya, maka dia tidak berani memberitahukan hal ini kepada Seebun Yan. Tapi sekarang, setelah dia melakukan pelacakan dan penyelidikan dari berbagai pihak, meskipun kecurigaannya terhadap Bouw Cionglong masih belum dapat dibuktikan, tapi paling tidak dia semakin yakin akan dugaannya. Dia dapat merasakan, Bouw Ciong-long bukan hanya sekedar bicara, terhadap dirinya dia sudah menaruh napsu untuk membunuh. Sejak kecil dia sudah berkelana dalam dunia persilatan, telah memupuk banyak pengalaman, perkataan orang yang dianggap tidak bisa dipercaya, seringkali dalam "perasaan"nya dapat dipercaya. Bouw Ciong-long sama sekali tidak memiliki alasan yang kuat untuk menghabisi nyawanya, kecuali apa yang dicurigai merupakan kenyataan. Sekarang dia hanya bisa berharap pada gertak sambalnya yang terakhir. Sekalipun Bouw Ciong-long terhitung seorang jago kawakan yang berpengalaman, tidak urung paras mukanya berubah juga setelah mendengar kalau dia telah menyerahkan "rahasia" tersebut ke tangan Seebun Yan. Tapi "ketidak wajaran" itupun hanya berlangsung sekejap, tidak lama kemudian dia sudah pulih kembali seperti sedia kala, ujarnya dingin, "Tonghong Liang, kali ini kau lagi-lagi membuat kesalahan! Tahukah kau selama hidup aku paling tidak suka dipalak orang!" Maksud dari perkataan itu, sebetulnya belum tentu aku ingin
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membunuhmu, tapi sekarang mau tidak mau aku harus menghabisi nyawamu. Tentu saja Tonghong Liang memahami maksudnya bahkan telah membuat persiapan. Tiba-tiba dia mundur berapa langkah. Mundur, mencabut pedang, melancarkan serangan.... berapa gerakan itu dilakukan hampir bersamaan. Tapi Bu-beng Cinjin yang menyerang dengan tangan kosong, meski menyerang belakangan namun malah tiba lebih dahulu, dengan jari menggantikan pedang, tiba-tiba dia menotok alis mata Tonghong Liang. Di saat yang amat kritis tiba-tiba Tonghong Liang menganggukkan kepala, mata pedang dengan membentuk garis melingkar berbalik membabat pergelangan tangan lawan. Inilah pertarungan adu nyawa, bila Bu-beng Cinjin menyerang dengan sepenuh tenaga, mungkin dia masih dapat menghabisi nyawanya, namun dengan kedudukan Bu-beng Cinjin saat ini, mana mungkin dia bisa dilukai lawan dengan begitu saja? Dalam waktu singkat puluhan jurus telah lewat, setiap totokan yang dilancarkan Bu-beng Cinjin selalu disertai suara desingan angin tajam, seolah seluruh angkasa telah dipenuhi hawa pedang yang sedang menari. Namun dalam pandangan Tonghong Liang, ujung jari Bu-beng Cinjin ibarat mata pedang yang tajam, hampir semuanya ditujukan ke bagian tubuhnya yang mematikan, bukan saja gerak serangannya hebat, bahkan perubahannya sama sekali tidak terduga. Percuma saja dia menggunakan sebilah pedang mestika, bukan saja tidak sanggup melancarkan serangan balasan, bahkan dia dipaksa oleh tekanan dari Bu-beng Cinjin itu hingga hanya bisa menangkis saja. Namun dalam pandangan Bu-beng Cinjin, hal ini merupakan sesuatu yang lain.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tonghong Liang memang terperanjat, tapi rasa kaget Bu-beng Cinjin jauh melebihi rasa kagetnya. Ketika Tonghong Liang menantang berduel tempo hari, Bu-beng Cinjin (waktu itu masih sebagai Tiong-ciu Thayhiap Bouw Cionglong) hanya menggunakan tiga jurus sudah dapat menghajarnya hingga kalah total, tapi sekarang sepuluh gebrakan sudah terlampaui. Rupanya setelah Tonghong Liang berulang kali berlatih pedang dengan Keng Giok-keng, pemahamannya terhadap ilmu pedang aliran Bu-tong-pay mesti tidak sedalam Keng Giok-keng, namun dia telah memperoleh kemajuan yang amat pesat, dia dapat menyelami arti daripada ilmu pedang dan bisa membuat pandangan tanpa jurus seakan terdapat jurus yang sebenarnya. Bu-beng Cinjin sendiripun mempakan seorang jago yang sangat mendalami ilmu pedang, berbicara soal Thay-kek-kiam-hoat belum tentu dia kalah dari Tonghong Liang, bahkan besar kemungkinan satu tingkat diatasnya. Setiap terlihat ada perubahan yang tidak terduga, dia selalu berhasil menemukan cara untuk mengatasinya, walau begitu kehebatan anak muda itu cukup membuatnya was-was, dalam waktu singkat pelbagai ingatan melintas dalam benaknya, haruskah membunuh dia? Atau jangan menghabisi nyawanya? "Tidak sampai sepuluh tahun kemudian, kemungkinan besar ilmu pedang yang dimiliki bocah ini sudah berada diatas kemampuanku, bila aku tidak gunakan kesempatan ini untuk menghabisinya, mungkin akan meninggalkan bibit bencana di kemudian hari!" "Tidak, aku tidak boleh berbuat begitu! Sekalipun kesalah pahaman sukar dihapus, aku tidak boleh membunuhnya hanya karena khawatir dia bakal membalas dendam. Aku sebagai Ciangbunjin Bu-tong-pay masa tidak punya kebijaksanaan sedikitpun?" Pikiran positip dan negatip saling bertentangan dalam benaknya, tapi begitu teringat statusnya sebagai Ciangbunjin Bu-tong-pay,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perasaan hatinya kembali tercekat, pikirnya, 'Kenapa aku begitu pikun, sampai melupakan beban dari suheng yang diserahkan ke pundakku?' Perlu diketahui, sejak generasi Hian Tin-cu, Sucouww dari Tonghong Liang, mereka telah bertekad ingin merebut kemenangan dari Bu-tong-pay, dia sebagai pewaris dari Bu-siang Cinjin, berarti punya tanggung jawab untuk mempertahankan nama baik perguruan agar tidak sampai runtuh di tangan orang. "Tanggung jawabku sangat berat, sekalipun tidak kucabut nyawanya, paling tidak harus kupunahkan ilmu silatnya!" Tonghong Liang seperti dapat membaca jalan pikirannya, sekulum senyuman dingin tersungging di ujung bibirnya. Senyuman dingin ini seketika menimbulkan kembali perasaan terhina di hati kecilnya, "Hmm, tanggung jawab apa? Kau hanya julas karena ilmu pedangnya jauh lebih hebat darimu, kau hanya takut nama besar jago pedang nomor satu direbut olehnya!" Sementara dia masih ragu dan tidak bisa mengambil keputusan, Keng Giok-keng sambil membopong kakaknya telah memasuki kompleks pemakaman. Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Keng Giok-keng tidak terlampau bagus, apalagi harus membopong seseorang, langkah kakinya terdengar jauh lebih berat. Bu-beng Cinjin adalah seorang jagoan tangguh, sekalipun konsentrasinya agak buyar, namun pendengar annya tetap tajam, dia segera dapat menangkap suara itu. Waktu itu Keng Giok-keng sendiripun secara lamat-lamat telah mendengar 'suara aneh berkumandang dari balik kompleks pemakaman. "Siapa?" Bu-beng Cinjin segera menegur. Begitu mendengar suara itu, dengan perasaan lega Keng Giokkeng segera menjawab, "Ciangbun-Cinjin, aku!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bu-beng Cinjin segera mengebaskan ujung bajunya mendesak mundur Tonghong Liang, katanya, "Kau cepat pergi dari sini, jangan biarkan aku berjumpa lagi denganmu di atas gunung Bu-tong!" Yang digunakan adalah ilmu menyampaikan suara, ucapan itu langsung masuk ke dalam telinga Tonghong Liang, jangan lagi Keng Giok-keng masih berada di luar kompleks, biarpun berdiri di sampingnya pun tidak bakalan mendengar ucapan tersebut. Tonghong Liang sendiripun tidak ingin bertemu Keng Giok-keng dalam suasana seperti ini, meminjam tenaga gulungan itu cepat dia menerobos keluar melalui jendela belakang, melompati dinding tembok dan berlalu dari situ. "Jangan berisik, Gihumu sedang tidur nyenyak, masuklah!" Bu-beng Cinjin merasa agak tercengang ketika melihat dia berjalan masuk sambil menggendong kakaknya. "Secepat ini kau telah berhasil menyelamatkan cici mu?" tanyanya keheranan. "Supek bisu tuli yang berhasil merebutnya dari tangan siluman wanita Lebah hijau Siang Ngo-nio, jawab Keng Giok-keng. "Supek bisu tuli?" kembali Bu-beng Cinjin merasa terperanjat. "Benar, Tojin bisu tuli yang selama puluhan tahun pernah melayani Sucouww almarhum semasa hidupnya. "Aku tahu. Tapi tidak kuketahui kalau ilmu silatnya begitu bagus dan hebat. "Tampaknya cici telah tertotok jalan darahnya oleh bajingan tua she-Tong itu, tecu gagal membebaskannya, harap Ciangbunjin mau bermurah hati dan membantu membebaskan dari totokan. "Baik, baringkan dia disana, biar kucoba. Sesudah memeriksanya sekejap, sekilas perasaan tercengang bercampur bimbang terlintas di wajahnya, menyusul dia mencoba membebaskan pengaruh totokan itu dengan satu kebasan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi Lan Sui-leng sama sekali tidak memberikan reaksinya, ketika dicoba berapa kali lagi tanpa hasil, perasaan tercengang semakin kentara di raut muka pendeta itu. "Dari mana kau tahu kalau Tong Tiong-san yang menotok jalan darahnya?" kembali Bu-beng Cinjin bertanya. "Dia kabur bersama perempuan siluman itu sementara ciriku tertinggal dalam keadaan tertotok jalan darahnya, Supek bisu tuli pun tidak sanggup membebaskannya, aku percaya pasti bukan perbuatan siluman wanita itu, Ciangbun-Cinjin, menurut kau.... "Tidak mirip ilmu menotok jalan dari keluarga Tong di Suchuan, jalan darah cirimu yang tersembunyi telah ditotok seseorang dengan ilmu totokan yang berat. "Jalan darah yang tersembunyi" terletak dibagian dalam isi perut, Keng Giok-keng pernah mendengar soal ini dari Bu-siang Cinjin, untuk bisa menotok jalan darah tersembunyi, seseorang harus memiliki tenaga dalam tingkat tinggi, karena ilmu tersebut merupakan sejenis ilmu menotok jalan darah yang paling susah dipelajari. Bagi Keng Giok-keng, dia hanya pernah mendengar namun sama sekali tidak pernah mempelajarinya. Mengetahui kenyataan tersebut, Keng Giok-keng semakin terkesiap, ujarnya, "Mungkinkah siluman wanita itu telah mengajak serta jagoan lihay lainnya? Ciangbun-Cinjin, ciciku.... "Aku sendiripun tidak dapat menebak perbuatan siapakah ini. Tapi kau tidak usah kuatir, totokan jalan darah tersembunyi ini tidak akan menyulitkan aku, hanya saja aku membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama. Padahal dia sudah tahu siapakah yang telah menotok jalan darah itu, hanya saja tidak ingin mengatakan kepada Keng Giok-keng. Bu-beng Cinjin menempelkan telapak tangannya di atas jalan darah Tay-wi-hiat di tulang belakang Lan Sui-leng, Tay-wi-hiat merupakan salah satu kunci utama dari berkumpulnya nadi Kenghttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

meh, dengan menyalurkan hawa murninya Bu-beng Cinjin berharap dapat menembusi jalan darah tersembunyinya yang tertotok. Tidak selang beberapa saat kemudian, butiran keringat mulai bercucuran membasahi jidat Lan Sui-leng, lambat laun paras mukanya berubah menjadi merah dan akhirnya gadis itu membuka matanya. Lan Sui-leng dapat melihat adiknya yang sedang berdiri dihadapannya, menyusul kemudian melihat pula Ciangbun-Cinjin serta Put-ji yang tertidur di atas ranjang. "Kenapa aku bisa berada disini? Ini.... tempat ini.... tanya Lan Sui-leng kebingungan. "Aku yang membopongmu keng, "dan aku pula yang membebaskan jalan darahmu. kuceritakan di kemudian hari kasih kepada Ciangbun-Cinjin!" datang kemari, sahut Keng Giokminta tolong Ciangbunjin untuk Kejadian yang sesungguhnya akan saja, sekarang cepatlah berterima

"Lebih baik kita bicarakan dulu masalah yang lebih penting, coba ceritakan bagaimana Tojin bisu tuli menolongmu, tukas Bu-beng Cinjin cepat. Lan Sui-leng seperti orang kebingungan, untuk sesaat dia tidak mampu menjawab pertanyaan itu. "Tidak perlu terburu-buru, coba pikirkan lagi dengan seksama. "Aku bukannya tidak teringat, hanya merasa sedikit heran, kata Lan Sui-leng. "Heran soal apa?" "Waktu itu siluman wanita tersebut menggunakan aku sebagai tameng, rasanya Supek bisu tuli melepaskan sebuah pukulan ke tubuhku, tapi aku sama sekali tidak merasa kesakitan, kemudian akupun tidak sadarkan diri. "Aaah, itu mah ilmu menyalurkan tenaga dari balik benda!" seru
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keng Giok-keng. Dia tahu ilmu silat yang dimiliki Tojin bisu tuli sangat tinggi, akan tetapi tidak mengira kalau kehebatan nya telah mencapai taraf tersebut. Baru berbicara beberapa patah kata, Lan Sui-leng sudah merasakan napasnya tersengkal-sengkal. "Apakah kau pernah berlatih ilmu mengatur pernapasan?" tanya Bu-beng Cinjin kemudian. Lan Sui-leng manggut-manggut. "Kalau begitu aturlah pernapasanmu disini!" perintah Bu-beng Cinjin, "lakukan semedimu satu putaran kecil, satu jam kemudian tenaga dalam mu akan pulih kembali seperti sedia kala. Kemudian kepada Keng Giok-keng dia berkata, "Ayah angkatmu sudah melewati masa bahaya, sekarang nyawanya tidak perlu dikhawatirkan lagi. Hanya saja dia masih butuh orang untuk menjaganya, kedatanganmu tepat waktu, kalau begitu tugas menjaga kuserahkan kepadamu. Seusai berkata dia meninggalkan kompleks pemakaman dan langsung berangkat menuju puncak Tian-ki-hong. Di belakang batu Lo-kun-sik di puncak Tian-ki-hong terdapat sebuah gua, batuan yang menutup mulut gua itu harus disingkirkan lebih dulu untuk mengetahui keberadaan gua tadi. Hanya Tojin bisu tuli seorang yang mengetahui keberadaan gua tadi, di dalam gua inilah dia menyembunyikan Siang Ngo-nio. Kini dia telah mempersiapkan segala sesuatunya secara rapi dan sempurna, dengan sikap yang amat hormat Tojin bisu tuli itu berdiri menanti di depan batu Lo-kun-sik. Dia tahu, Bu-beng Cinjin pasti akan datang, tapi dia mulai menunggu dengan perasaan sedikit gelisah. Ternyata dugaannya tidak salah, akhirnya Bu-beng Cinjin muncul juga di hadapannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jiko, kau benar-benar manusia hebat yang tidak mau tampilkan diri, maafkan Siaute punya mata tidak berbiji, biarlah aku memberi hormat sebagai pertanda minta maaf!" ujar Bu-beng Cinjin sambil menjura. "Tidak berani, aku hanya bisa menjadi jiko nya Tonghong Siau serta Seebun Mu, kau adalah seorang Ciangbun-Cinjin, aku tidak berani menerima panggilan-mu itu!" sahut Tojin bisu tuli sambil balas menjura. Disaat kedua orang itu sama-sama menjura, terlihat tubuh Bubeng Cinjin sedikit tergoyang, sedangkan jubah pendeta berwarna biru yang dikenakan Tojin bisu tuli terlihat bergelombang bagaikan permukaan telaga yang terhembus angin. Dalam pertarungan yang dilakukan secara diam-diam, terlihat kalau tenaga dalam yang dimiliki Bu-beng Cinjin jauh lebih sempurna, sedang tenaga dalam dari Tojin bisu tuli jauh lebih telengas, boleh dibilang masing-masing pihak memiliki kelebihan sendiri. Tapi sekilas pandang, Bu-beng Cinjin nampak setingkat lebih rendah dibandingkan lawannya. "Aku tidak bisa membunuhmu, kaupun tidak mampu membunuhku, apakah masih ingin dicoba lagi?" jengek Tojin bisu tuli ketus. "Siaute sama sekali tidak bermaksud begitu, harap jiko jangan banyak curiga. "Ooh, kalau begitu maksudmu menjajal ilmu silatku hanya ingin membuktikan identitasku yang sebenarnya?" "Benar, jawab Bu-beng Cinjin terus terang, "tapi kata menjajal terlalu berat, aku tidak berani menerimanya. Ada satu hal lagi yang belum kupahami, mohon jiko sudi memberi petunjuk. "Kedudukanku sekarang hanya seorang tosu tingkat rendah dalam kuil, silahkan Ciangbunjin memberi perintah!" suara Tojin bisu tuli tetap hambar.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dulu aku paling belakang bergabung dalam kelompok sehingga tidak berjodoh untuk berkenalan dengan jiko, kalau memang jiko menganggap diriku sebagai orang luar, Siaute pun tidak berani kelewat memaksakan diri. Baik, kita tidak perlu ribut hanya dikarenakan sebutan saja, karena usiamu lebih tua, baiklah aku menyebutmu sebagai toheng saja. Hui-bun toheng, tolong tanya apa maksud dan tujuanmu bersembunyi hampir tiga puluh tahun lamanya di gunung Bu-tong dan berlagak bisu tuli?" Ternyata Tojin bisu tuli adalah Loji dari kelompok Siau ngo-gi di masa lampau, nama premannya adalah Ong Hui-bun. Lotoa dari kelompok lima setiakawan ini adalah Jit-seng-kiam-kek Kwik Tang-lay, Loji adalah dia, Losam adalah ayah Tonghong Liang, Tonghong Siau, Losu adalah ayah Seebun Yan, Seebun Mu sedang Lo-ngo adalah Hwee-ko Thaysu yang di kemudian hari hidup di biara Siau-lim sebagai juru masak. Diantara ke lima orang ini, meski Ong Hui-bun berada diurutan ke dua, namun usianya yang paling tua. Dialah yang mula pertama lenyap tidak berbekas. Setelah lenyapnya orang ini, Bu-beng Cinjin (saat itu masih bernama Bouw Ciong-long) baru berkenalan dengan ke empat orang jagoan lainnya. Terdengar Ong Hui-bun tertawa terbahak-bahak, "Hahahaha.... semenjak kedatanganku di Bu-tong puluhan tahun berselang, belum pernah ada orang memanggilku dengan nama sebenarnya, terima kasih Ciangbunjin telah menghadiahkan sebuah panggilan untukku. "Itupun tidak lebih hanya mengembalikan dirimu ke wajah aslimu yang sebenarnya. Jelas perkataan itu mengandung arti ganda, Ong Hui-bun bukan orang bodoh, tentu saja dia paham akan maksudnya. "Langit, bumi dan seisinya selalu berubah tidak menentu, hanya kenyataan di depan mata merupakan sebuah yang nyata, buat apa mesti menanyakan asal mula?" jawaban dari Ong Hui-bun seperti
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orang sedang bersenandung, padahal jawaban itu merupakan kata yang langsung mematahkan ucapan dari Bu-beng Cinjin tadi. "Kalau begitu kau tidak bersedia menjawab pertanyaanku ini?" desak Bu-beng Cinjin. "Pernah kah aku bertanya kepadamu, apa sebabnya ingin menjadi Ciangbunjin dari Bu-tong-pay?" "Baik, kalau begitu aku akan menanyakan persoalan di depan mata, sudah puluhan tahun kau berlagak bisu tuli dan baru hari ini memperlihatkan wajah aslimu. Aku rasa tindakanmu dengan mengambil resiko terbongkarnya identitasmu bukan lantaran hanya ingin menolong Lan Sui-leng bukan?" "Betul, tujuannya adalah memancing kedatanganmu kemari. "Kini aku sudah datang! Katakan saja. "Bouw Ciong-long, aku minta kau melakukan satu hal!" Dia tidak menghormatinya lagi dengan sebutan Ciangbun-Cinjin, sebaliknya memanggil dengan nama preman, bahkan penggunaan kata pun berubah dari "memohon" jadi "meminta", nada bicaranya sangat kasar dan memaksakan kehendak. "Itu mah tergantung soal apa yang kau maksudkan! " sahut Bubeng Cinjin dingin. "Tentu saja perbuatan yang harus kau lakukan!" "Seharusnya atau tidak, akulah yang menentukan, dengus Bubeng Cinjin, "tidak ada salahnya kau katakan lebih dulu. "Lusa adalah hari penguburan Bu-siang Cinjin, sampai saatnya pasti ada banyak ketua partai besar, atau wakil dari tokoh pelbagai tempat akan ikut menghadiri upacara penguburan tersebut, bahkan pihak kerajaan pun akan mengirimkan utusannya untuk menyampaikan penobatan gelar, bukan begitu? Betul. "Oleh karena itu sekarang kau masih belum berhak

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menggunakan gelar "Cinjin" dan hanya bisa memanggilmu dengan nama preman. Bahkan di kemudian haripun aku tetap akan memanggilmu sebagai Bu-beng Tojin dan bukan Bu-beng Cinjin!" Bergetar keras perasaan hati Bu-beng Cinjin sesudah mendengar perkataan itu, serunya, "Maksudmu aku tidak pantas menjadi Ciangbun-jin Bu-tong-pay?" Ternyata diantara para tosu Bu-tong-pay, hanya Ciangbunjin seorang yang berhak disebut Cinjin, gelar Cinjin adalah anugera gelar yang diberikan pihak kerajaan, nama itu baru sah dipergunakan setelah dilaku kan upacara secara resmi dari perwakilan kerajaan. "Aku tidak mengatakan kau berhak atau tidak, kata Ong Huibun, "mau berhak atau tidak, pokoknya kau tidak bisa menjabat sebagai Ciangbunjin Bu-tong-pay!" Berbicara sampai disini, dia sengaja mempertinggi suaranya dan melanjutkan, "Bouw Ciong-long, dengarkan baik-baik, seusai upacara penguburan jenasah Bu-siang Cinjin dan sebelum kau menerima gelar kehormatan dari pihak Kerajaan, aku perintahkan kepadamu untuk menyerahkan posisi Ciangbunjin kepada Bu-liang Tianglo dan mengumumkannya di hadapan para enghiong di kolong langit!" "Kedudukan Ciangbunjin tidak dapat diserah terimakan secara pribadi kepada siapa pun!" "Aku tahu, sesaat sebelum meninggal dunia Bu-siang Cinjin telah mewariskan kedudukan ini kepada-mu. Tapi selama upacara peresmian belum dilakukan, kedudukan tersebut masih bisa dirubah. Asal kau bicara pakai aturan, orang lain pasti akan memuji akan kerendahan dan ketulusan hatimu. Bu-liang Tianglo adalah murid Bu-tong-pay dengan usia paling tua, apakah kau tidak merasa bahwa dia lebih berhak menjadi Ciangbunjin ketimbang kau?" "Apa yang kau katakan sekarang, sejak dulu pernah kusampaikan kepada Bu-siang suheng....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tahu. Alasan Bu-siang Cinjin minta kau menerima kedudukan itu lantaran usiamu masih muda dan lagi khawatir Buliang Tianglo tidak mampu mengatasi pelbagai masalah. Padahal meski usia Bu-liang sedikit tua, dia masih sanggup menghadapi semua persoalan, hanya saja waktu itu dia enggan ribut denganmu. "Apakah sekarang dia ingin menjadi Ciangbun-jin?" tanya Bubeng Cinjin lagi. "Kau jangan menilai orang dengan kepicikanmu sendiri, bukan dia yang berniat tapi semuanya ini merupakan keinginanku, lagi pula aku masih ada maksud lain!" "Baik, akan kudengarkan penjelasanmu. Bu-liang Tianglo pun hanya sementara jadi Ciangbunjin, karena setelah beberapa waktu dia akan menyerahkan lagi kedudukan Ciangbunjin ini kepada satu-satunya murid Bu-siang Cinjin, Put-ji Tojin. Perkataan itupun akan dia sampaikan di hadapan para enghiong disaat menerima kedudukan Ciangbunjin dari tanganmu. Atau dengan perkataan lain, tampilnya Bu-liang Totiang sebagai Ciangbunjin tidak lebih hanya sebagai batu loncatan. Begitu mendengar semua penjelasan tersebut, pikiran Bu-beng Cinjin pun menjadi terang benderang, pikirnya, 'Ternyata kesemuanya ini merupakan rencana yang telah disusun rapi olehnya serta Bu-liang, aku rasa belum tentu Put-ji tersangkut dalam rencana busuk ini. Tapi seandainya rencana busuk mereka berhasil, Put-ji pun hanya bisa menjadi ketua boneka yang disetir dan diatur mereka dari belakang layar' Tampaknya Ong Hui-bun dapat membaca suara hatinya, diapun berkata lebih lanjut, "Dengan mengatur seperti ini, sesungguhnya kami pun sedang menjaga nama baik Bu-siang Cinjin. Put-ji adalah satu-satunya muridnya, usia dia lebih muda dari dirimu, hanya saat ini kemampuan dan kepandaiannya masih kurang matang. Karena itulah butuh Bu-liang Tianglo untuk menduduki jabatan tersebut selama berapa tahun. Terus terang saja aku katakan, Bouw Cionghttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

long, sebagai murid preman kini kau naik menjadi Ciangbunjin, hal ini sudah sangat bertentangan dengan peraturan yang berlaku turun-temurun, sekalipun keputusan ini merupakan keputusan dari Bu-siang Cinjin yang melangggar kebiasaan. Bila kau bersedia melakukan seperti apa yang kukatakan, mengundurkan diri dari posisi ketua, bukan saja alasannya kuat bahkan bersamaan itu semakin menunjukkan pula jiwa rendah hatimu!" Bukan saja perkataan itu sangat memojokkan, bahkan sampai "alasan" regenerasi pun telah dia persiapkan untuk Bu-beng Cinjin secara baik dan rapi. "Terima kasih banyak atas kebaikan hatimu yang telah memikirkan semuanya secara rapi, ujar Bu-beng Cinjin hambar, "tapi bagaimana seandainya aku menampik?" "Aku tidak akan memaksamu, tapi bila kau tidak bersedia, sampai waktunya akan muncul seseorang yang mempunyai hubungan tidak wajar dengan mu yang tampil di hadapan banyak orang secara tibatiba!" "Siapa?" bentak Bu-beng Cinjin dengan perasaan tercekat. "Kalau sudah tahu buat apa mesti pura-pura bertanya, siapa lagi, tentu saja si Lebah hijau Siang Ngo-nio! Sampai saatnya dia akan muncul di depan kuburan Bu-siang Cinjin dan kepada para tamu yang ikut hadir dalam upacara penguburan ini dia akan membeberkan hubungan kalian yang mesra dan hangat, hehehehe.... seorang Ciangbunjin dari Bu-tong-pay ternyata punya hubungan gelap dengan Siang Ngo-nio yang tersohor karena nama busuknya, aku yakin kejadian tersebut pasti akan menjadi berita yang menghebohkan dalam dunia persilatan!" Bu-beng Cinjin tertawa dingin, jengeknya dengan angkuh, "Selama hidup aku orang she-Bouw paling pantang diperas dan dikompas orang, kau ingin membuka kedokku? Silahkan saja, aku pun dapat membongkar kedokmu!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ong Hui-bun tertawa terbahak-bahak, "Hahaha.... kedok apa yang akan kau ungkap? Paling juga menuduh aku berlagak bisu tuli dan menyusup ke dalam Bu-tong-pay? Setiap saat aku bisa mengarang berpuluh macam alasan untuk menjelaskan persoalan ini. Mungkin aku akan mengatakan sedang bersembunyi dari kejaran musuh, bisa juga mengatakan karena kagum dengan Bu-siang Cinjin maka secara sukarela datang melayaninya. Sekalipun kau tuduh tujuanku untuk mencuri belajar ilmu silatpun, aku bisa memberikan bukti dan jawaban yang membuatmu tidak berkutik. Dia sudah puluhan tahun melayani Bu-siang Cinjin, andaikata dia beralasan ilmu silat Bu-tong-pay yang dipelajarinya berasal dari ajaran Bu-siang Cinjin, orang lain memang tidak bisa mencurigai dirinya lagi. Sambil senyum tidak senyum kembali Ong Hui-bun melanjutkan, "Hubungan gelapmu dengan si Lebah hijau Siang Ngo-nio mungkin bukan hanya sekedar hubungan cinta biasa. Menurut apa yang kutahu, dalam tengkorak kepala Ho Liang, pelayan tua dari keluarga Ho ditemukan sebatang jarum lebah hijau milik Siang Ngo-nio. Sebetulnya tulang tengkorak itu telah disembunyikan putramu, tapi sayang tempat penyimpanannya dike-tahui seorang sahabatku, dan sekarang sudah terjatuh ke tangan kami!" Kini maksudnya sudah semakin jelas, bila Bu-beng enggan bekerja sama, dia akan menuduhnya tersangkut dengan kasus pembunuhan yang menimpa Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu. Biarpun Bu-beng Cinjin sudah kenyang menghadapi masalah dunia, tidak urung hatinya tercekat juga setelah mendengar ancaman itu. Kembali Ong Hui-bun berkata dengan suara dalam, "Seorang lelaki sejati akan tegas mengambil kepu-tusan, bagaimana dengan tawaran transaksi ini?" "Kau belum menjelaskan apa tawaranmu dengan permintaan tersebut.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Asal kau bersedia menuruti perkataanku, pada saat upacara penguburan jenasah Bu-siang Cinjin menyerahkan posisi Ciangbunjin, aku pun akan menuruti keinginanmu untuk menghukum Siang Ngo-nio. Bu-beng Cinjin terbungkam dalam seribu basa, dia seakan sedang mempertimbangkan usulan itu. Ong Hui-bun melanjutkan kembali kata-katanya, "Mungkin perlu kujelaskan lebih terperinci agar hatiku semakin tenteram. Bila kau menghendaki dia hidup, secara diam-diam aku akan melepaskan dirinya, tanggung orang lain tidak akan mengetahui rahasia kalian berdua. Bila kau menginginkan kematiannya, aku pun bisa mewakili mu untuk melakukan eksekusi. Bahkan aku pun bisa membuat Tong Ji-sianseng tahu kalau akulah pelakunya, jadi jika dia ingin membalas dendam, pembalasan tersebut tidak akan dialamatkan pada dirimu. Bagi Bu-beng Cinjin, usulan tersebut memang memiliki daya tarik yang besar, tampaknya dia mulai tertarik dan tergerak hatinya. "Tidak sulit bila menginginkan aku menyerahkan kedudukan Ciangbunjin, cuma aku masih ingin mengetahui satu hal lagi. "Baik, katakan saja, apa yang ingin kau ketahui?" "Apakah kau yang membunuh Bu-kek Tianglo?" Ong Hui-bun tidak menyangka kalau dia akan secara blak-blakan mengajukan pertanyaan itu, untuk sesaat dia jadi tertegun. "Atas dasar apa kau menduga begitu?" "Bu-kek Tianglo, Ting Hun-hok, Ho Ki-bu semuanya tewas karena terkena pukulan aliran Bu-tong-pay, sementara waktu kita kesampingkan dulu Ting Hun-hok dan Ho Ki-bu, setahuku tenaga dalam yang dimiliki Bu-kek Tianglo amat sempurna, bahkan dia hanya sedikit di bawah kemampuan Ciangbunjin Bu-siang Cinjin. Kecuali kau, masih ada siapa lagi yang bisa membunuhnya dengan memakai ilmu silat perguruan?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Senyum tidak senyum Ong Hui-bun tergelak. "Hahahaha.... tampaknya kau seperti melupakan sesuatu hal!" "Melupakan apa?" "Sejak datang ke Bu-tong-san, aku selalu melayani Bu-siang Cinjin, selama tiga puluhan tahun belum pernah turun gunung satu kali pun!" "Asalkan kau bisa mencari alasan yang tepat dan memperoleh ijin dari Bu-siang Cinjin, biarpun meninggalkan gunung selama berapa hari pun tidak mungkin akan menarik perhatian orang lain. "Betul, aku tidak lebih hanya seorang Tojin bisu tuli yang setiap hari hanya bertugas membuat air teh, menyapu, bersih-bersih dan lain sebagainya, berkurangnya aku memang tidak akan menarik perhatian orang. Tapi bila ucapan itu benar, bukankah sama artinya kau menuduh aku bersekongkol dengan Bu-siang Cinjin?" "Maksudku kau pernah menipu Bu-siang Cinjin!" "Yang mati tidak bisa dimintai jadi saksi! Bila kau menuduhku dengan cara begitu, aku pun bisa saja mengatakan kalau tuduhan tersebut hanya khayalan mu pribadi!" "Jadi kau telah mengakuinya?" "Mengakui apa?" "Mengakui kaulah pembunuh yang telah menghabisi nyawa Bukek Tianglo, Ho Ki-bu serta Ting Hun-hok!" "Kau sendiri yang mengatakan begitu, bukan aku!" "Kalau bukan, kenapa kau tidak berani menyangkal secara terang-terangan?" "Kini permintaanmu jauh lebih banyak daripada permintaanku kepadamu. Jadi kalau aku tidak senang menjawab pertanyaanmu, aku tidak akan menjawab!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Saking jengkel dan mendongkolnya Bu-beng Cinjin dibuat menangis tidak bisa tertawapun tidak dapat, siapa pun dapat membedakan mana yang berat dan mana yang ringan dari menyerahkan kedudukan Ciangbunjin dengan menyimpan rahasia pribadi. Seharusnya pertanyaan itu diajukan terbalik. Namun bagi mereka yang bersangkutan, hal ini dipandang lain. Sambil tertawa dingin Ong Hui-bun mengancam lagi, "Bouw Ciong-long, bila kau tidak ingin rusak nama, lebih baik jangan mencari gara-gara!" Bu-beng Cinjin memutar otak berusaha mencari jalan keluar, belum sempat menemukan sesuatu, mendadak dia mendengar ada suara orang menjerit kaget dari kejauhan, bahkan suara itu mirip sekali dengan suara putranya Bouw It-yu. Sebetulnya Bu-beng Cinjin berniat menggunakan siasat mengulur waktu, maka segera katanya, "Yang kau bicarakan adalah urusan lusa, aku tidak perlu sekarang juga menjawab pertanyaan itu! Maaf, aku masih ada urusan lain dan harus pergi dulu. Ong Hui-bun sama sekali tidak menghalangi kepergiannya, hanya dengan ilmu menyampaikan suara dia berkata dingin, "Aku yakin kau tidak akan berani membangkang, terus terang saja aku beritahu, bila kau tidak menurut, mungkin nyawa putra mu tidak terjamin keselamatannya! Bouw It-yu melakukan pengejaran dengan ketat, ketika tiba di gardu Ciu-meh-teng di puncak utara Tian-ki-hong, akhirnya dia berhasil menyusul Seebun Yan. "Benar-benar tidak kusangka kita adalah saudara seibu lain ayah, kata Bouw It-yu sambil tertawa paksa. Seebun Yan tidak kuasa menahan sedihnya, dia merebahkan diri dalam pelukan pemuda itu sambil menangis terisak. "Tidak kusangka ibu membohongi aku, sekarang aku harus percaya kepada siapa? Sungguh tidak ada artinya hidup sebagai manusia!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan lembut Bouw It-yu membelai rambutnya, bujuknya, "Kau jangan berpikiran begitu, tahukah kau, betapa gembira hatiku karena mempunyai seorang adik cantik macam kau, apakah kau tidak suka mempunyai seorang kakak seperti aku?" "Aku tidak mengatakan kau tidak baik, tapi ayah-ku adalah orang baik, ayahmu orang jahat! Dia tidak seharusnya merayu.... "Persoalan ini tidak bisa dibahas dengan cara begitu, tukas Bouw It-yu sambil tertawa getir, "mereka berdua sudah sejak lama.... Melihat paras muka Seebun Yan tidak sedap dilihat, kata berikut segera ditelannya kembali. "Aku belum pernah bertemu ayahku, tapi aku tahu dia adalah seorang Toa-enghiong. Akupun tidak tahu apa yang menyebabkan kematiannya. Hmm, jangan jangan dia.... dia mati gara-gara jengkel!" "Adik Yan, itu semua hanya dugaanmu. Padahal ibuku juga mati gara-gara.... gara-gara jengkel dengan ibu.... aaai, tapi apakah aku bisa menyalahkan mereka?" Tanpa terasa Seebun Yan dibuat tertegun, sambil membelalakkan matanya dia berseru, "Apa itu ini, ibu jauh lebih menyayangi kau dari pada aku, kenapa kau begitu tidak tahu diri dan masih mengumpatnya sebagai perempuan jahat?" Ternyata sejak kecil Bouw It-yu telah menganggap ibu asuhnya sebagai ibu kandung, dia bisa mengetahui ibu kandungnya pun baru merupakan kejadian belum lama berselang, oleh karena kebiasaan itulah tanpa terasa dia telah menganggap ibu tirinya sebagai ibu kandung. Sewaktu mengatakan "ibuku pun mati gara-gara dijengkelkan ibumu" tadi sebetulnya dia hanya bermaksud untuk membantah tuduhan Seebun Yan yang menyalahkan ayahnya, sehingga untuk sesaat dia tidak terpikirkan kalau ibunya tidak lain adalah ibu Seebun Yan juga.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw It-yu tertawa geli, sesaat kemudian dia baru berkata, "Aku hanya bermaksud untuk menguraikan kemelut dalam hatimu. Kau harus tahu bahwa nasib kita berdua itu sama. Aku memang salah bicara, tapi kaupun seharusnya mengerti, tiada anak yang membenci orang tua sendiri. Kalau bukan begitu, kaupun tidak akan menegur aku dengan cara begitu. Tapi, Seebun Yan memang menggerutu karena tidak seharusnya dia ditipu ibunya, tapi setelah Bouw It-yu menyinggung masalah ibu tirinya, tanpa sadar diapun segera membelai kesalahan ibunya. Maka begitu ditegur Bouw It-yu sekarang, dia pun tertawa geli sendiri. Beberapa saat kemudian dengan nada sedih kembali dia berkata, "Perkataanmu memang tidak salah, semua perbuatan yang telah dilakukan angkatan tua kita, mau baik atau salah, kita memang ikut tersangkut dan terseret oleh problem tersebut, tapi siapa yang harus kita salahkan?" Begitu mendengar perkataan itu, Bouw It-yu tahu, kendatipun dimulut dia mengatakan "tidak bisa menyalahkan siapa pun" namun simpul mati dalam hatinya tetap belum dapat terurai. Betul saja, terdengar Seebun Yan berkata lebih lanjut, "Tapi sekarang aku sudah mengerti, ternyata banyak kejadian di dunia ini semuanya palsu. Bahkan begitu pula dengan semua perkataan yang pernah dikatakan sanak atau orang yang kau cintai. Aaai.... ternyata menjadi manusia itu sama sekali tidak berarti. "Setiap orang tentu mempunyai masalah pribadi yang tidak leluasa untuk disampaikan kepada pihak ke tiga, termasuk kepada putra-putrinya sendiri. Ibu sebetulnya tidak membohongimu, dia hanya berpendapat lebih baik kau tidak usah tahu daripada kau mengetahui akan hal ini. Bagaimana pun juga, perasaan cintanya kepadamu adalah cinta yang tulus dan murni!" "Aku percaya. Tapi yang kumaksudkan bukan hanya terhadap ibu saja. "Maksudmu Tonghong Liang?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hmm, jangan kau singgung dia lagi!" tukas Seebun Yan sambil cemberut. "Menurut pendapatku, dia masih tetap menyukaimu. "Hmm, yang dia cintai itu Lan Sui-leng! Aku tahu, kedatangannya ke gunung Bu-tong kali inipun dikarenakan Lan Sui-leng! Aku tidak bakal pulang bersamanya, aku pun tidak perduli lagi dengannya!" Bouw It-yu sendiripun tidak habis mengerti mengapa Tonghong Liang harus mengambil resiko dengan naik lagi ke gunung Bu-tong, tapi untuk menghibur adiknya, terpaksa dia berkata sambil tertawa, "Kalau tidak pulang, memangnya dia mau tetap tinggal di gunung Bu-tong? Sudahlah, jangan berpikir yang bukan-bukan, akan kucari dirinya agar kau bisa bicara terus terang di hadapannya. "Mau ke mana kau mencarinya?" "Coba lihat, siapa yang datang?" Pada saat itulah Seebun Yan mendengar suara seseorang sedang menghela napas. Bagi Seebun Yan boleh dibilang pucuk dicinta ulam tiba, tanpa perlu membuang banyak tenaga, dia berhasil juga menjumpai orang yang dicari. Orang itu seolah baru muncul dari bawah tanah, tibatiba saja sudah berdiri persis di hadapannya. Perasaan hatinya saat ini sudah berbeda dengan perasaannya ketika pertama kali naik gunung, dengan termangu dia awasi Tonghong Liang, untuk sesaat dia tidak tahu apa yang harus diucapkan. Begitu pula dengan Tonghong Liang, dia hanya menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sambil mendengus Bouw It-yu segera menegur, "Tonghong Liang, coba tidak melihat di atas wajah adikku, aku benar-benar ingin memberi pelajaran yang setimpal kepadamu!" "Adikmu?" tanya Tonghong Liang agak tertegun.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Walaupun sudah lama dia mencurigai akan hal ini, tidak urung hatinya tergoncang juga setelah mendengar pengakuan langsung dari Bouw It-yu, pikirnya, 'Ternyata kabar burung yang beredar selama ini memang terbukti benar. Kini tinggal membuktikan apakah kabar burung yang lain pun terbukti benar juga' Merah jengah selembar wajah Seebun Yan, buru-buru serunya, "Piauko, kau tahu, aku belum pernah berbohong atas semua persoalan yang kuhadapi. Sesampai di rumah nanti, aku pasti akan menjelaskan semuanya. "Pulang ke rumah?" "Memangnya kau ingin tetap tinggal di gunung Bu-tong?" tanya Bouw It-yu. "Ucapanmu tepat sekali, sejak saat ini aku tidak bakal naik lagi ke gunung Bu-tong. Pergi, tentu saja aku harus pergi, tetapi.... "Kalau memang harus pergi, masih ada tetapi apa lagi?" sela Bouw It-yu. "Tidak usah dipaksa, kata Seebun Yan, "aku tahu dia memang enggan melakukan perjalanan bersamaku!" Tonghong Liang tertawa getir. "Padahal aku sendiripun tidak tahu harus pulang ke mana, ujarnya. "Kau mungkin tidak tahu, tapi aku tahu. Kau ingin melakukan perjalanan bersama Lan Sui-leng!" seru Seebun Yan keras, "kini kedua orang tuanya telah meninggal, dia memang sedang butuh.... "Kau keliru besar, tukas Tonghong Liang cepat, "dia masih mempunyai sanak dan tidak butuh perawat-anku. Aku pun naik ke gunung Bu-tong bukan lantaran dia!" "Bukankah kau amat menyukainya?" Kembali Tonghong Liang tertawa getir. "Kau memang selalu senang menduga-duga. Terus terang saja
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aku katakan, bila aku mencintainya, hal ini justru akan mencelakai dirinya. "Kenapa? Kenapa kalau menyukainya malah justru akan mencelakainya?" Seebun Yan tidak mengerti, namun dia sudah merasa sangat puas setelah mendengar jawaban dari Piaukonya itu. Sebab dia dapat menyimpul kan kendatipun Piaukonya "menyukai" Lan Sui-leng, dia pun tidak bakal pergi bersama gadis itu. Kalau memang begitu, mengapa wajah Piaukonya menunjukkan rasa sedih dan pedih yang mendalam? Seebun Yan tidak ingin mencari tahu sebabnya, tapi tanpa terasa timbul perasaan kasihan terhadap Piaukonya ini. "Piauko, ujarnya kemudian, "kehidupanmu diluar pasti kurang bahagia, mari kita bersama-sama balik ke Pek-hoa-kok. Akhirnya Tonghong Liang menjawab juga, Baiklah, pulang kemana pun toh sama saja bagiku." Baru saja Seebun Yan merasa gembira, siapa tahu baru saja selesai Tonghong Liang berbicara, mendadak terdengar seseorang berseru dengan nada dingin, Tidak sama!" Seorang lelaki berusia lima puluh tahunan, mengenakan jas hujan berwarna hitam dan berwajah kaku tanpa perubahan mimik muka, tiba-tiba muncul di hadapan mereka semua. "Suhu!" teriak Tonghong Liang dengan perasaan terperanjat. Seebun Yan tahu kalau kakak misannya mempunyai seorang guru yang mempunyai julukan "Rasul pedang", namun dia belum pernah menjumpainya. Dasar watak seorang nona besar, begitu mendengar nada ucapan orang itu seolah melarang muridnya pulang bersamanya, sontak amarahnya meluap, dengan gusar teriaknya, "Apa maksudmu mengatakan tidak sama?" Lelaki itu sama sekali tidak menggubris, seolah-olah sama sekali tidak mendengar perkataannya, sorot mata dan perhatiannyan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perlahan-lahan dialihkan dari wajah muridnya ke wajah Bouw It-yu. Bouw It-yu tidak berani berayal, cepat dia menjura sambil menyapa, "Apakah Cianpwee adalah Rasul pedang Siang Thianbeng?" "Berbicara soal ilmu pedang, belum tentu aku bisa mengungguli ayahmu. Julukan "Rasul pedang" tidak berani kuterima, kata Siang Thian-beng dingin, "namun aku percaya, tidak sampai sepuluh tahun kemudian pasti akan muncul seseorang yang pantas disebut Rasul pedang!" Dia berpaling ke arah Tonghong Liang dan menambahkan, "Apakah kau masih ingat, apa janjimu ketika mengangkat aku sebagai gurumu?" "Aku berjanji akan mengangkat nama besar suhu dan melatih diri menjadi jago pedang nomor wahid di kolong langit!" Kembali Siang Thian-beng mendengus. "Lantas kenapa sebelum latihanmu melepaskan usahamu di tengah jalan?" berhasil, kau hendak

Kini Bouw It-yu baru tahu, ternyata harapan "Rasul pedang" untuk masa depan tidak lain adalah muridnya, Tonghong Liang. "Dahulu aku adalah seekor anak harimau yang tidak tahu rasa takut, tapi kini aku telah kehilangan rasa percaya diri, sahut Tonghong Liang cepat. "Hanya gara-gara kalah satu kali di tangan Bouw Ciong-long? Bukankah kondisimu jauh lebih baik daripada pertarungan semula?" Kembali Tonghong Liang tertawa getir. "Kali ini kekalahanmu bukan lebih mengenaskan, tapi kekalahan ini membuatku semakin menyesal dan malu. Aku sadar bahwa sesungguhnya diriku tidak berguna. Tentu saja Bouw It-yu mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan itu, pikirnya, Ternyata tujuannya mencuri belajar ilmu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedang dari Keng Giok-keng memang bermaksud untuk menghadapi ayahku. Untung dia masih tahu diri, tidak selatah dan sesumbar gurunya' Terdengar Siang Thian-beng mendengus gusar. "Baru kalah dua kali sudah putus asa? Memalukan!" umpatnya. "Bukan hanya dikarenakan aku kalah di tangan Bouw Cionglong, sahut Tonghong Liang perlahan, "tapi aku mengerti bahwa bakatku tidak seberapa.... Sebetulnya dia ingin mengatakan, sekalipun berhasil mengungguli Bouw Ciong-long pun tetap tidak mungkin baginya menjadi jago pedang nomor wahid di kolong langit. Sebab bakat yang dimiliki Keng Giok-keng jauh di atas bakatnya, bila sama-sama berlatih sepuluh tahun lagi, keberhasilan yang dicapai Keng Giokkeng pasti jauh di atas kemampuannya. Hanya saja "kesimpulan" tersebut merupakan analisa dia pribadi, dia sadar gurunya tidak mungkin akan percaya. Karena itulah sampai saat ini dia enggan mengemukakan keluar. Siang Thian-beng adalah seseorang yang tidak sabaran, benar saja dia segera menukas, "Ooh.... jadi kau keberatan untuk meninggalkan gadis cilik ini? Hmm, benar-benar tidak becus! Hanya dikarenakan seorang budak ingusan, kau rela melepaskan cita-cita mu yang setinggi langit?" Semenjak tadi Seebun Yan sudah ingin mengumbar hawa amarahnya, kontan saja dia mengumpat, "Jangan disangka karena kau adalah guru Piauko ku, maka aku tidak berani memakimu! Kalau kau sendiripun tidak becus, mana mungkin bisa mendidik murid yang hebat? Piauko, menurut aku, lebih baik kau tinggalkan saja guru macam begitu. Suruh ibu mengajari mu, dia pasti dapat mendidikmu jauh lebih baik ketimbang dia!" Siang Thian-beng segera mengebaskan ujung bajunya sambil membentak, "Jangan merecoki muridku terus, dia tidak bakalan mengawinimu sebagai istrinya!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kebasan itu sungguh kuat, desingan angin tajam membuat tubuh Seebun Yan mundur sejauh enam, tujuh langkah, nyaris dia jatuh terjerembab. Begitu mengebaskan bajunya, Siang Thian-beng segera menarik tangan Tonghong Liang dan diajak berlalu dari situ. Seebun Yan tidak terluka, tapi harga dirinya benar benar tersinggung hebat. Sejak dilahirkan, belum pernah dia "dipermalukan" seperti ini, tidak tahan lagi meledaklah isak tangisnya. Mana dia tahu, sebetulnya Siang Thian-beng tidak berniat mempermalukan dirinya. Ternyata dia ingin Tonghong Liang berlatih sejenis tenaga dalam yang disebut Tongcu-kang (ilmu jejaka), ilmu tersebut tidak mungkin dilatih oleh seorang lelaki yang pernah menikah. Bila Tonghong Liang berhasil mempelajari ilmu jejaka, kemudian dikombinasikan dengan ilmu pedangnya, maka ditambah bakatnya yang bagus, tidak sulit baginya untuk mengorbit menjadi seorang jagoan pedang yang tidak terkalahkan di kolong langit. Baru saja Siang Thian-beng menarik Tonghong Liang untuk beranjak pergi, Bouw It-yu telah menyusul tiba sembari membentak, "Tonghong Liang, kau sudah bukan kanak-kanak, seharusnya kau punya pendirianmu pribadi! Siang Thian-beng, tempat ini adalah gunung Bu-tong, terlepas apa hubunganmu dengan Tonghong Liang, hormatilah peraturan yang berlaku di gunung Bu-tong!" Siang Thian-beng mendengus dingin, tukasnya, "Kau mempunyai peraturanmu, akupun mempunyai peraturanku! Siapa ambil perduli dengan segala peraturan bau yang berlaku di perguruan Bu-tongpay?" Bukan hanya membantah, bahkan dia mulai melancarkan serangan. Baru saja Bouw It-yu menyusul ke belakang tubuhnya, dia sudah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membalikkan tubuh sambil melancarkan sebuah cengkeraman. Untung Bouw It-yu sudah membuat persiapan, sebuah tusukan langsung diarahkan ke telapak tangan lawan. Jurus serangan yang dia gunakan adalah Li-kwang-si-sik (Li Kwang memanah batu) dari ilmu pedang Lian-huan-toh-beng-kiamhoat, membungkuk pinggang, menggeser langkah, mencabut pedang, melan carkan serangan, empat gerakan dilakukan dengan waktu bersamaan, bukan hanya cepat bahkan amat ganas. Bertarung dalam jarak yang sedemikian dekatnya, walaupun Siang Thian-beng berhasil menghindari jurus pertamanya Li-Kwangsi-sik, belum tentu dapat menghindari jurus ke duanya Pek-hongkoan-jit (bianglala putih menembusi sang surya). Jurus yang pertama dapat menembus jalan darah Lau-kiong-hiat pada telapak tangannya, sementara jurus serangan kedua dapat menembus tulang Pi-pa-kut pada bahu lawan. Baik Lau-kiong-hiat maupun tulang Pi-pa-kut, asal tertusuk tembus maka betapapun hebatnya ilmu silat yang dimiliki, tetap akan punah dan cacat seumur hidup. Siapa tahu jurus pukulan yang digunakan Siang Thian-beng sangat aneh, jari tengah diluruskan ke depan bagaikan paruh burung elang dan langsung menutul urat nadi di tubuh Bouw It-yu. Waktu itu Bouw It-yu baru saja mengubah jurus serangan Likwang-si-sik menjadi Pek-hong-koan-jit, tiba-tiba saja urat nadinya terasa kesemutan, meski ujung pedangnya berhasil menyentuh tubuh lawan namun sudah tidak ada kekuatan lagi untuk merobek pakaian musuh, terlebih ingin "memanah batu" atau "menembusi sang surya". "Traaaang.... pedang yang berada dalam genggaman Bouw Ityu terlepas dan jatuh ke tanah, menyusul kemudian tubuhnya ditangkap Siang Thian-beng dan diangkat ke tengah udara. "Suhu.... teriak Tonghong Liang terperanjat.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Belum selesai dia berkata, Siang Thian-beng telah memutar tubuh pemuda itu bagai gangsingan lalu melemparnya ke depan. "Apa yang kau cemaskan?" dengus Siang Thian-beng. Dia segera merangsek ke depan dan menarik tangan Tonghong Liang. Tampaknya tubuh Bouw It-yu segera akan terlempar jatuh dari puncak Tian-ki-hong, tiba-tiba terlihat Seebun-hujin meluncur datang dengan kecepat-an tinggi lalu melayang turun ke bawah. Terkejut bercampur girang buru-buru Seebun Yan berteriak, "Ibu, cepat.... cepat tolong.... Waktu itu diapun ikut menyerbu maju ke depan, kendatipun sadar kalau tindakannya sudah terlambat. Ketika Seebun-hujin meminta Tonghong Liang pergi mencari putrinya, secara diam-diam dia mengikuti dari belakang. Ketika melihat tubuh Bouw It-yu terjun ke bawah, dia yakin bisa menangkapnya tepat saat, maka segera serunya, "Tidak usah khawatir.... Siapa tahu meskipun tubuh Bouw It-yu dilempar ke arahnya dengan kekuatan penuh, dalam perhitungannya tubuh pemuda itu pasti akan dilemparkan ke hadapannya, siapa tahu tiba-tiba satu kejadian diluar dugaan telah terjadi, tahu-tahu tubuh pemuda itu terjatuh ke bawah di tengah jalan. Hanya saja, kejadian yang di luar dugaan masih berada di belakang. Baru saja tubuh Bouw It-yu menyentuh tanah, mendadak tubuh itu mental lagi ke udara. Rupanya lemparan yang dilakukan Siang Thian-beng dilakukan dengan sebuah tehnik khusus, walau pun sekilas pandang tubuh yang terlempar itu nampak meluncur cepat dan kuat, namun begitu menyentuh tanah, ternyata kekuatannya sama sekali hilang, tubuh pemuda itu seolah diletakkan orang dengan perlahan. Buru-buru Seebun Yan menyusul tiba, sambil membimbing Bouw
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

It-yu bangun tanyanya cemas, "Kau.... kau tidak apa-apa bukan?" Bouw It-yu seperti patung batu, untuk sesaat dia hanya berdiri bengong tanpa berkata-kata. Seebun Yan mengira jalan darahnya tertotok, kembali teriaknya, "Ibu, cepat kau kemari.... Seebun-hujin tidak menanggapi teriakan itu, paras mukanya dingin membeku, bukannya berjalan ke arah Bouw It-yu, dia malah menuju ke arah Siang Thian-beng. Seebun Yan kebingungan, baru akan berteriak lagi, terdengar Bouw It-yu menghembuskan napas panjang sambil berkata, "Aku tidak apa-apa!" Ternyata barusan dia sedang membayangkan jurus pukulan yang digunakan Siang Thian-beng, dia merasa pukulan itu seolah-olah pernah dilihat sebelumnya. Setelah dipikir sejenak, akhirnya dia teringat, rupanya jurus itu bukan ilmu pukulan melainkan jurus ilmu pedang. Ketika pertama kali naik ke gunung Bu-tong, Tonghong Liang pernah menggunakan jurus pedang itu. Jurus pedang itu bagaikan seekor burung elang yang terbang berputar di angkasa, itulah salah satu jurus pamungkas dari Siang Thian-beng yang disebut enam puluh empat jurus Hui-eng-hweesian-kiam-hoat (ilmu pedang elang terbang berputar di angkasa). Hanya saja kali ini Siang Thian-beng telah mengubah jurus pedang itu jadi jurus pukulan, hal ini membuat perubahan yang ditimbulkan semakin susah diduga. Dalam hati Bouw It-yu kembali berpikir, "Tenaga keras yang digunakan dalam ilmu pedang ini telah melebur hingga tingkatan yang luar biasa, andaikata dia melebur pula tenaga lembek dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat yang berhasil dicurinya hingga menyatu dengan tenaga kerasnya, bukankah ilmu pedang yang dia miliki menjadi lebih dahsyat? Saat itu, kemungkinan besar dia benar-benar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bisa menjagoi seluruh kolong langit. Berpikir sampai disini, timbul perasaan menyesal di hati kecilnya, dia menyesal karena tidak seharusnya membebaskan Tonghong Liang dengan begitu saja. "Jangan biarkan dia membawa pergi Tonghong Liang!" seru Bouw It-yu kemudian. Seebun Yan tidak mengetahui kalau pemuda itu punya maksud lain, segera teriaknya pula, "Ibu, dia memaksa mengajak pergi Piauko, bahkan di abilang.... dia.... "Semua pembicaraan kalian telah kudengar, tukas Seebun-hujin perlahan. Selesai berkata dia berjalan menuju ke hadapan Siang Thian-beng. "Aku tahu kau adalah gurunya Liang-ji, ilmu pedangmu hebat juga, tapi untuk julukan Rasul pedang.... hmmm! Rasanya belum pantas!" "Hmm, kau tahu apa?" jengek Siang Thian-beng sinis. "Aku memang tidak tahu apa-apa, kata Seebun-hujin dingin, "tapi ada satu hal yang kuketahui, perkataan putriku benar, daripada kau yang mengajari ilmu silat kepada keponakanku, mending aku sendiri yang mengajarinya. "Apakah kau ingin menantang aku untuk berduel ilmu pedang?" tantang Siang Thian-beng. "Benar, bila kau mampu menangkan aku, akan kuijinkan kau membawa pergi Tonghong Liang. "Bibi.... teriak Tonghong Liang. "Kau memilih bibimu atau gurumu?" tukas Seebun-hujin. Tonghong Liang segera terbungkam, tidak berani menjawab. "Bagus, kembali Seebun-hujin berkata, "manusia she-Siang, biar kusaksikan sampai dimana kehebatan ilmu pedang seorang Rasul pedang. Silahkan!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak sudi mencari keuntungan dari seorang perempuan!" dengusSiang Thian-beng. Seebun-hujin mendengus pula, dia patahkan sebatang ranting pohon lalu katanya lagi dengan nada dingin, "Kau boleh saja memandang rendah kaum wanita, tapi aku lebih memandang rendah manusia latah bernama kosong macam dirimu!" Ranting pohon itu langsung menusuk ke depan disertai desingan angin tajam. Dia menggunakan ranting pohon itu sebagai pengganti pedang, begitu menggetarkan tangan secara beruntun dia lancarkan tiga jurus serangan berantai mengancam jalan darah Hian-ki-hiat, Giokheng-hiat serta Thian-jiak-hiat di dada lawan. Siang Thian-beng miringkan tangan sambil membacok, jari telunjuk dan jari tengahnya menjulur dan menyusut tiada hentinya seperti hendak menotok jalan darah, padahal itulah ilmu pedang tingkat tinggi yang hebat. Di bawah sambaran angin pukulan yang dahsyat, ranting pohon itu bergerak lincah dan ringan bagaikan ular perak di tengah ijuk, biarpun tenaga pukulan dari Siang Thian-beng sangat kuat dan ganas, ternyata tidak mampu mematahkan ranting pohonnya. Begitulah, yang satu menggunakan ranting pohon sebagai pedang, yang lain menggunakan tangan kosong sebagai pengganti pedang, kedua belah pihak sama sama mengeluarkan segenap kemampuan yang dimiliki untuk saling menjatuhkan. Dalam waktu singkat lima puluh gebrakan sudah lewat, mendadak Siang Thian-beng berpekik nyaring, tubuhnya melambung ke udara, bagaikan elang lapar yang menerkam kelinci, telapak tangannya secara ganas membabat ke bawah. Cepat Seebun-hujin berputar bagaikan gangsing-an, ranting pohonnya melepaskan puluhan lingkaran hawa pedang untuk melindungi tubuh. Terkejut bercampur ngeri mencekam perasaan hati Seebun Yan,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tapi dia pun dapat melihat kalau kedua belah pihak sama-sama telah menggunakan jurus pamungkas untuk menghancurkan musuhnya. Mendadak tubuh kedua orang itu saling berpisah satu sama lainnya. "Sayang, sungguh sayang!" terdengar Bouw It-yu berteriak keras. Sejenak kemudian kembali dia memuji, "Ilmu pedang bagus!" "Hmm, bocah dungu, apa yang kau pahami?" jengek Siang Thian-beng sambil tertawa dingin, diiringi suara tertawanya yang menyeramkan, kembali dia menerkam ke depan. Seebun Yan tidak paham mengapa kakaknya berteriak "sayang", tapi begitu mendengar dia memuji kehebatan ilmu pedang ibunya, sedikit banyak lega juga hatinya. Rupanya barusan Seebun-hujin telah menggunakan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat ajaran Bouw Ciong-long untuk memunahkan serangan lawan, biarpun Siang Thian-beng menggunakan telapak tangan sebagai pengganti pedang dan jurus serangan Hui-enghwee-sian-kiam-hoat yang digunakan jauh lebih ganas ketimbang menggunakan senjata, namun setiap gerak melingkar yang diciptakan Seebun-hujin dengan ranting nya selalu berhasil memunahkan satu bagian kekuatan lawan. Pada lingkaran pedang yang terakhir, asal ranting itu berubah dari gerakan melingkar jadi gerakan lurus maka Dia dapat segera menusuk mata lawannya. Tapi entah mengapa perubahan itu tidak diwujudkan bahkan tubuh mereka berdua tiba-tiba saja berpisah. Bouw It-yu sendiripun pernah mempelajari jurus pedang yang dipergunakan Seebun-hujin, melihat itu segera pikirnya, 'Ternyata jurus pedang ini bisa digunakan dengan demikian cepatnya! Tapi apa sebabnya ibu tidak melakukan serangan mematikan?'
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw It-yu tidak tahu, rupanya guratan garis melingkar yang terakhir diciptakan Seebun-hujin telah tergeser oleh pengaruh tenaga pukulan lawan, sekalipun dia berhasil memunahkan beberapa bagian tenaga tekanan musuh, akan tetapi pengaruh kekuatan lawan membuat garis lingkaran yang terbentuk jadi lebih melebar, dengan begitu jurus serangan pun dipaksa menjadi "tua" sebelum saatnya. Apabila dalam keadaan begini dia tetap melanjutkan ancamannya untuk menusuk biji mata musuh, maka dadanya akan terbabat lebih duluan oleh pedang tangan lawan. Di tengah pertempuran sengkit, Seebun-hujin semakin memperketat serangannya dengan menciptakan lingkaran pedang yang lebih rapat, sementara pukulan Siang Thian-beng menyambar kian kemari semakin ganas, tanpa meninggalkan permukaan tanah, tubuhnya telah menerjang ke muka bagaikan seekor elang ganas. Tampaknya kedua belah pihak sudah mempersiapkan diri untuk melancarkan gempuran terakhir. Tonghong Liang merasakan hatinya bergetar keras, tiba-tiba teriaknya, "Kalian tidak usah bertarung lagi, suhu, aku pergi bersamamu!" Selesai berkata dia membalikkan tubuh dan segera beranjak pergi dari situ. Tapi pada saat itulah ranting pedang Seebun-hujin telah menusuk ke tubuh Siang Thian-beng. Terdengar serentetan suara ledakan yang keras, ranting pohon itu patah jadi enam bagian. Siang Thian-beng mendengus tertahan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia mengejar ke bawah bukit dan meninggalkan arena pertarungan. Dengan perasaan terkejut Seebun Yan menerjang ke depan, teriaknya cemas, "Ibu, bagaimana keadaanmu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tidak masalah. Kerugian yang dia derita tidak lebih ringan dari ku!" sahut Seebun-hujin. Ternyata dalam jurus serangan yang terakhir, dia berhasil menciptakan enam lubang tusukan kecil di pakaian yang dikenakan Siang Thian-beng. Masih beruntung teriakan dari Tonghong Liang berkumandang lebih dahulu sehingga mempengaruh semangat tempur mereka berdua, kalau tidak, bukan hanya ranting pohon itu saja yang terpatah jadi enam bagian, mungkin tulang rusuk Seebun-hujin akan ikut patah. Sebaliknya bukan hanya pakaian Siang Thian-beng saja yang berlubang, mungkin di atas tubuhnya telah bertambah dengan enam lubang luka yang cukup parah. Seebun Yan merasakan sebuah beban telah terbebas dari hatinya, namun beban lain kembali mengganjal dalam benaknya. "Ibu, Piauko telah dibawa pergi orang itu!" serunya. Dari kejauhan lamat-lamat terdengar suara Siang Thian-beng sedang berkata, "Boleh saja bila kau enggan pergi, siapa bilang kita tidak boleh tetap tinggal di gunung Bu-tong?" "Tidak suhu, terdengar Tonghong Liang menyahut, "lebih baik kita tinggalkan tempat ini!" Ucapan mereka berdua berkumandang karena terbawa angin, hanya Seebun-hujin seorang yang dapat mendengar dengan jelas, Bouw It-yu hanya mendengar setengah jelas sementara Seebun Yan sama sekali tidak mendengar apa-apa. Seebun-hujin menghela napas panjang, ujarnya kemudian, "Anak Yu, kelihatannya dia tidak ingin menyusahkan ayahmu. Anak Yan, kalau dia ingin pergi bersama gurunya, biarkan saja dia pergi sesuka hati!" Bouw It-yu merasakan hatinya sangat kalut, dia awasi Seebunhujin dengan wajah termangu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Anak Yu, maafkan aku, kembali Seebun-hujin berkata lembut, "aku tidak bisa berada bersamamu, aku harus pergi dari sini. Ayahmu jauh lebih membutuhkan dirimu ketimbang aku, karena dia harus menghadapi banyak persoalan yang susah dan pelik. Aku tidak bisa membantu apa-apa, tampaknya aku hanya bisa berharap padamu. Selesai berkata diapun menarik tangan putrinya dan berlalu dari sana. Ketika bayangan ibunya sudah tidak nampak, dia seolah-olah masih mendengar suara helaan napasnya yang pedih. Mendadak timbul perasaan menyesal di hati Bouw It-yu, tanpa terasa teriaknya, "Ibu, aku telah salah menuduhmu. Ternyata semua nya ini bukan kesalahanmu!" Semenjak tahu kalau Seebun-hujin adalah ibu kandungnya, belum pernah dia memanggilnya dengan sebutan "ibu". Baru pertama kali ini dia memanggil ibunya dengan penuh hangat, panggilan yang muncul dari lubuk hatinya, sayang Seebun-hujin sudah tidak mendengar. Sementara Bouw It-yu masih berdiri termangu, tiba-tiba terdengar suara ayahnya berkata, "Anak Yu, tidak usah kelewat sedih. Begitulah kehidupan manusia, terkadang harus berkumpul, terkadang harus berpisah, kadang sedih, kadang gembira. Semuanya itu tergantung pada jodoh. Tahu-tahu Bouw Ciong-long telah muncul di hadapannya. "Ayah, rupanya sejak tadi kau sudah datang. "Benar, semua pembicaraan dengan ibumu telah kudengar. Anak Yu, kau bersedia.... "Ayah, seperti yang kau katakan, kumpul, pisah, sedih, gembira semuanya tergantung apakah kau punya jodoh. Kau tidak usah memohon kata maaf dari siapa pun, kedua orang ibuku sama-sama baiknya, aku tidak akan dendam atau jengkel karena siapa pun.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku senang dapat mendengar perkataanmu itu, ucap Bu-beng Cinjin, "dimasa muda dulu, aku lebih kasar dan keras kepala ketimbang dirimu. Aku lebih menuruti perasaanku. Tapi kau.... kau jauh lebih tahu urusan daripada diriku dulu. "Tapi ibu menyangka aku dapat membantu usahamu, aku merasa malu dan menyesal sekali. "Aku tahu, kau telah dibanting Siang Thian-beng, apalah artinya kerugian semacam itu?" "Ooh, ternyata sebelum ibu bertarung melawan orang itu, kau sudah tiba disini, tapi mengapa.... "Aku memang khusus kemari untuk melihat permainan pedangnya, bila keadaan terdesak, tentu saja aku akan turun tangan, tapi berhubung tidak ada keharusan begitu maka akupun hanya menonton saja. "Lantas bagaimana pendapatmu tentang ilmu pedangnya?" Bu-beng Cinjin termenung berapa saat, kemudian baru katanya, "Ternyata diluar langit masih ada langit, diluar manusia masih ada manusia. Ungkapan tersebut ternyata tepat sekali. "Memangnya ilmu pedang yang dimiliki Siang Thian-beng mampu mengungguli dirimu?" tanya Bouw It-yu terperanjat. "Sekarang memang masih belum mampu, tapi sukar dibilang di kemudian hari. Yang kukatakan diluar manusia masih ada manusia lain, manusia disini bukan dia. "Maksudmu Tonghong Liang sepuluh tahun kemudian?" "Itupun belum tentu Tonghong Liang. Tapi bila Tonghong Liang bersedia menuruti perkataan gurunya, pulang dan berlatih sepuluh tahun lagi, kemampuan ilmu pedangnya memang mampu mengungguli ke-pandaianku. "Benar, bila dia bisa menyarukan ilmu pedang Hui-eng-hweesian-kiam-hoat dengan ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat, kehebatannya memang menakutkan. Tapi sekalipun begitu, bukan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berarti dia mampu mengungguli ayah. Paling tidak dalam kematangan ilmu pedang, dia belum bisa menandingi ayah. Bu-beng Cinjin tertawa getir. "Selewat sepuluh tahun, kau sangka mempertahankan reputasiku sekarang?" aku masih bisa

"Tapi Tonghong Liang adalah kakak misan adik Yan, belum tentu dia mau menuruti perintah gurunya untuk bermusuhan dengan ayah. "Gelar jago pedang nomor wahid dikolong langit merupakan godaan yang sangat besar bagi siapa pun, apalagi, apa kau tidak mendengar perkataan yang disampaikan Siang Thian-beng kepadanya, sepanjang hidup dia tidak mau muridnya menikah. Tampaknya diapun tahu ilmu tenaga dalam macam apa yang dilatih Siang Thian-beng, hanya saja kurang leluasa untuk menjelaskan kepada putranya. Kembali Bou w It-yu menghela napas, katanya, "Ibu mengira aku dapat membantu usahamu, aku benar-benar merasa malu dan menyesal. "Asal kau bersedia mendampingi ku, hal ini sudah merupakan dukungan moral yang besar bagiku, akupun tidak ingin kau bisa mengungguli Tonghong Liang pada sepuluh tahun mendatang. Kini mungkin kau tidak paham, tapi dikemudian hari pasti mengerti, padahal gelar jago pedang nomor wahid di kolong langit hanya bisa diusahakan namun tidak bisa diharapkan!" Bouw It-yu sendiripun seakan mengerti tapi seakan tidak paham, sambil melompat bangun serunya, "Ayah, kau belum tua, jadi tidak butuh sebuah tongkat penyangga, begitu juga dengan diriku, akupun tidak ingin menjadi tongkat penyangga ayah!" "Kau punya semangat, aku amat gembira, ujar Bu-beng Cinjin perlahan, "biarpun sepuluh tahun lagi Tonghong Liang berhasil melatih ilmu pedangnya, dia tetap tidak akan mampu menjatuhkan Bu-tong-pay kami, saat itu pasti ada orang yang bisa mengungguli
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dirinya!" "Maksudmu Keng Giok-keng?" "Benar. Menurut pendapatku, tidak sampai sepuluh tahun, ilmu pedangnya dapat mencapai nomor satu di kolong langit. "Apakah ilmu pedangnya dipelajari dari kiam-boh warisan Busiang Cinjin?" Bu-beng Cinjin segera berkerut kening, katanya, "Aku tidak memahami maksudmu, untuk bisa melatih diri menjadi jago pedang nomor wahid di kolong langit, selain dibutuhkan kesempatan, diapun harus memiliki bakat alam yang hebat, hanya mengandalkan berlatih ilmu pedang saja tidak cukup. Jadi kau tidak usah berupaya untuk mendapatkan kiam-bohnya, atau memaksa dia menyerahkan kitab rahasia tersebut. Merah padam selembar wajah Bouw It-yu, buru-buru katanya, "Sejujurnya aku pernah mempunyai pikiran untuk berbuat begitu, tapi kalau memang ayah tidak ingin ananda berbuat demikian, tentu saja ananda akan mentaati perintahmu. Bu-beng Cinjin tidak langsung menjawab, dalam hati pikirnya, 'Padahal aku sendiripun pernah timbul niatan egois seperti itu, jangan lagi kau.... ' Maka diapun berkata, "Baiklah, hari hampir terang tanah. Tamu yang bakal datang hari ini pasti semakin banyak, cepatlah pulang untuk beristirahat sejenak. "Baik, untung Siang Thian-beng sudah pergi, aku khawatir besok dia akan muncul lagi di saat upacara penguburan dan membuat kekacauan. Bu-beng Cinjin hanya bisa tertawa getir di hati, "Kau mana tahu, musuhku yang sebenarnya bukanlah SiangThian-beng!" Ooo)*(ooO

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

BAB XVII Pertarungan dalam pertemuan, Pedang dari Bu-tong tampil cemerlang. Ketika balik ke Ci-siau-kiong, hari sudah mendekati terang tanah, tahu kalau dalam keadaan begini mustahil bisa tidur nyenyak, Bubeng Cinjin pun duduk bersemedi mengatur pernapasan. Sim-hoat tenaga dalam yang dia pelajari adalah tenaga dalam aliran lurus, di hari biasa asal dia duduk bersemedi berapa saat maka segera akan memasuki keadaan lupa diri. Tapi hari ini pikiran dan perasaannya sangat kalut, bukan saja tidak dapat menenangkan diri, sebaliknya pelbagai khayalan terlintas di dalam benaknya. Dia merasa seakan berada diantara awan dan air, seolah berada dalam sebuah perahu bersama In Beng-cu (Seebun-hujin). Sebentar kemudian dia merasa seperti tertidur di balik kelambu sutera berwarna hijau dan menyaksikan Siang Ngo-nio dengan baju dalamnya berwarna merah berbaring di sisinya. Tiba-tiba dia menyaksikan Seebun Mu yang berlumuran darah serta Tong Ji-sianseng yang mencak- mencak kegusaran sedang menerkam ke arahnya, sementara Siang Ngo-nio yang cantik dan genit, tiba-tiba berubah jadi setan perempuan yang berwajah menyeram kan.... Untung saja nyawanya tidak sampai putus, karena suara genta pagi dari Tokoan menyadarkan dia dari lamunan, akhirnya dia dapat lolos dari alam khayalan. Setelah mencoba mengatur pernapasan berulang kali, akhirnya perasaannyapun lambat laun menjadi tenang kembali. Pembesar yang diutus pihak kerajaan untuk menyerahkan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

anugerah gelar "Cinjin" kepada Ciangbunjin telah tiba digunung Butong. Ketika mendapat laporan, Bouw Ciong-long segera keluar menyambut. Sambil melangkah maju ke depan, sapa Utusan kaisar itu, "Saudara Bouw, masih kenali aku? Secara khusus aku telah memohon kepada Baginda untuk melaksanakan tugas ini, sekalian datang mengucapkan selamat kepadamu karena telah menjadi Ciangbunjin Bu-tong-pay!" "Ooh, rupanya saudara To, sungguh tidak disangka setelah berpisah hampir sepuluh tahun, kita bertemu lagi disini. Konon di kotaraja saudara To mendapat posisi yang makin lumayan, bahkan telah menempati posisi wakil komandan pasukan Yu-lim-kun. Seharusnya akulah yang musti menyampaikan selamat kepada saudara To!" Utusan kaisar itu tertawa terbahak bahak. "Hahahaha.... saudara Bouw, kau masih sama santainya seperti dulu, hanya saja sekarang kau sudah menjadi Ciangbunjin, jadi aku musti mengubah sebutan. Tio Hu-si, cepat maju untuk bertemu dengan Ciangbun-Cinjin. Wakil utusan Tio segera maju ke depan dan berkata, CiangbunCinjin, walaupun antara kita berdua baru bertemu kali pertama, namun belum lama berselang aku sempat bertemu dengan kongcumu di kota Kim-leng. Ternyata utusan kaisar itu bernama To Jian-sik, dia adalah wakil komandan pasukan Yu-lim-kun, sedang wakil utusan bernama Tio Thay-khong, diapun seorang pambesar militer berpangkat tinggi dalam pasukan Yu-lim-kun. "Terima kasih banyak atas sambutan Tio-thayjin selama putraku berada di Kim-leng, sahut Bu-beng Cinjin, "hanya saja daya ingat Tio-thayjin tampaknya sedikit kurang baik!" "Persoalan mana yang dimaksud Ciangbun-Cinjin?" tanya Tio Thay-khong.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lima tahun berselang, ketika pinto merayakan ulang tahunku yang ke lima puluh, rasanya kau pernah mampir di rumahku. Tio Thay-khong segera tersenyum. "Tidak kusangka ternyata Ciangbun-Cinjin bisa mengetahui kejadian ini, sungguh membuat aku sangat terharu. Hanya saja waktu itu aku hadir karena mengikuti rombongan hingga sejak awal hingga akhir tidak peroleh kesempatan untuk berbincang dengan Cinjin. Jadi rasanya belum bisa dihitung perkenalan secara resmi bukan?" Ternyata sewaktu Bu-beng Cinjin masih disebut Tiong-ciu Thayhiap Bouw Ciong-long, berhubung pergaulannya yang sangat luas, maka sewaktu diadakan perayaan untuk memperingati ulang tahunnya yang ke lima puluh, sangat banyak tamu agung dari pelbagai daerah yang menghadiri perayaan itu, saking banyaknya tamu yang datang, walaupun para tamu mengenali dirinya, namun belum tentu dia mengenali setiap tamu yang datang. Saat itu Tio Thay-khong belum memangku jabatan dalam pasukan Yu-lim-kun, dalam dunia persilatan pun dia tidak memiliki nama besar, jadi Bouw Ciong-long memang tidak mengenali dirinya. Tapi sejak Bouw It-yu kembali dari kota Kim-leng dan menyinggung tentang Tio Thay-khong, lagipula sewaktu Tio Thaykhong datang menyampaikan selamat, kebetulan Bouw It-yu pula yang mewakili ayahnya meladeni tamunya itu, Tak heran bila Bouw Ciong-long pun ikut mengetahui akan kejadian tersebut. Bu-beng Cinjin adalah seorang tokoh silat yang tangguh, dari sorot mata Tio Thay-khong yang tajam serta jalan darah Thay-yanghiat dikeningnya yang menonjol, dia segera tahu kalau orang ini adalah seorang jago yang hebat tenaga dalamnya. "Heran, diam-diam dia menegur diri sendiri, "mengapa waktu itu aku tidak menaruh perhatian terhadap orang ini?" Di samping itu timbul juga kecurigaan dalam hatinya, "Aku dengan dia tidak saling mengenal, tiada pula hubungan apa pun,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kenapa waktu itu dia ikut hadir dalam perayaan ulang tahunku? Kalau dibilang dia ingin menggunakan kesempatan ini untuk berkenalan dengan orang kenamaan, kenapa pula dia hanya berdiam diri tanpa banyak bicara?" Ingatan lain segera muncul dalam hatinya, Jangan-jangan kedatangannya waktu itu pun mempunyai tujuan tertentu?" Seorang utusan kaisar ternyata langsung menyambangi Ciangbunjin di Ci-siau-kiong, hal ini menunjukkan rasa hormat pihak kerajaan terhadap Bu-tong-pay, sekalipun begitu, itupun hanya terbatas menjalankan tugas resmi saja. Selesai berbincang-bincang, Bu-beng Cinjin menitahkan putranya untuk mewakili dia menghantar tamu. Keluar dari Ci-siau-kiong, tiba-tiba Tio Thay-khong berkata, "Aku dengar kemarin kongcu berhasil membekuk seseorang yang mencoba menyusup naik ke gunung Bu-tong?" Peristiwa itu terjadi di depan Ci-siau-kiong dan dilihat banyak orang, tentu saja Bouw It-yu tidak dapat merahasiakannya, maka diapun menyahut, "Benar, memang ada kejadian ini. Tapi aku tidak tahu siapakah orang itu. "Aku tahu siapakah orang itu. Dia bernama Lian Heng, keponakan dari keluarga Lian yang tersohor karena Su-pit-tiam-patmeh (empat pit menotok delapan nadi). Konon dia tewas karena dibokong orang, apakah kongcu telah menyelidiki senjata rahasia apa yang mencabut nyawanya?" Bouw It-yu tahu kalau masalah inipun tidak dapat mengelabuhinya, kembali sahutnya, "Ada orang curiga kalau dia terkena jarum Lebah hijau dari Siang Ngo-nio, padahal bukan.... "Darimana tahu kalau itu bukan?" "Sebab korban yang terkena racun jarum Lebah hijau akan tewas dengan tubuh berwarna hijau, sedang Lian Heng tewas dengan wajah bersemu hitam.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apakah berhasil mencabut keluar senjata rahasia dari dalam tubuhnya?" "Tidak. Paling hanya sebatang jarum beracun yang sangat lembut. Tidak jelas bagian tubuh mana yang terkena sambitan. Bila harus melakukan otopsi dengan membedah seluruh bagian jenasahnya, aku rasa cara itu kelewat sadis dan menyeramkan. Waktu itu hadir pula seorang ahli ilmu beracun, Swan Lo-sianseng, dia pun berpendapat Lian Heng bukan terkena jarum Lebah hijau, jadi kesimpulan ini diambil berdasarkan analisanya. "Yang kau maksudkan sebagai Lo-sianseng itu tentunya jagoan nomor tiga soal ilmu beracun Swan Ji-cing bukan?" Diantara "jago nomor tiga" dan "Ahli ilmu beracun" jelas mempunyai perbedaan yang cukup besar. Bouw It-yu terkesiap, tapi dia merasa tidak leluasa untuk meralat perkataannya semula, terpaksa ujarnya, "Benar, apakah Tio-thayjin berpendapat bahwa analisanya kurang tepat?" Tio Thay-khong tidak menyangkal, beberapa saat kemudian katanya, "Dimana jenasah Lian Heng? Apakah aku boleh memeriksanya?" "Telah dikubur. Tapi bila Tio-thayjin tetap ingin memeriksa, itupun tidak sulit, jenasahnya dikubur di tebing bukit di depan sana, liang kuburnya tidak terlalu dalam. Perlu diketahui, meskipun dia agak keberatan dan tidak ingin ada orang membongkar kuburan Lian Heng untuk menyelidiki sebab kematiannya. Namun dia pun merasa tidak kuasa untuk menampik permintaan seorang utusan kaisar. Tentu saja anggota Bu-tong-pay tidak akan mengubur jenasah Lian Heng secara sembarangan, peti matinya tertanam di dalam tanah yang gembur, maka dengan kekuatan Tio Thay-khong dan Bouw It-yu, tidak lama kemudian peti mati itu sudah terangkat. Setelah membuka penutup peti mati, seru Tio Thay-khong, "Ternyata dugaanku tidak keliru, coba kau lihat!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tidak usah diingatkan pun Bouw It-yu sudah memperhatikan. Tampak wajah Lian Heng dilapisi oleh warna hijau yang tebal, meskipun warnanya tidak kelewat mencolok namun biarpun sudah lewat sehari semalam. Warna hijau itu belum juga luntur, hal ini menunjukkan kalau dia sudah keracunan hebat. Dalam keadaan begini terpaksa Bouw It-yu berkata, "Kalau dilihat dari gejalanya, bisa jadi dia memang terkena jarum Lebah hijau. Tio-thayjin, darimana.... darimana kau bisa menduga ke situ?" Tio Thay-khong tidak langsung menjawab pertanyaan itu, sebaliknya malah berkata, "Dari sini bisa disimpulkan, bukan saja Siang Ngo-nio pernah datang kemari, Tong-sianseng pun pernah datangjuga!" Biarpun Bouw It-yu tahu kalau apa yang dikatakan memang kenyataan, namun mau tidak mau dia harus sengaja bertanya, "Atas dasar apa Tio-thayjin bisa berpendapat begitu?" "Hanya Tong Ji-sianseng yang memiliki bubuk obat yang bisa dalam waktu singkat merubah warna kulit orang yang keracunan, bahkan sewaktu menggunakan obat itu, tidak akan diketahui siapa pun. Mungkin hanya dia seorang yang bisa berbuat demikian!" Melihat paras mukanya berubah, tergerak hati Bouw It-yu, sengaja ujarnya lagi, "Siapa pun tahu kalau Siang Ngo-nio adalah kekasih simpanan Tong Ji-sianseng, seandainya dia berusaha menutupi perbuatan siluman wanita itupun hal tersebut tidak aneh. "Aku kuatir bukan sesederhana untuk menutupi perbuatannya saja!" "Lantas menurut pendapat Tio-thayjin.... "Membunuh untuk menghilangkan saksi!" "Membunuh untuk menghilangkan saksi?" ulang Bouw It-yu terperanjat. "Kelihatannya baik Tong Ji-sianseng maupun Siang Ngo-nio
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sama-sama tidak ingin membiarkan Lian Heng terjatuh ke tangan kalian, sekalipun cara yang mereka gunakan berbeda, namun samasama punya kekuatiran bila Lian Heng membocorkan rahasia hubungannya dengan kedua orang itu. Hanya sayang dia tidak menjelaskan "rahasia" apa yang diduganya, karena itu Bouw It-yu pun tidak berani banyak bertanya. Sekembali ke istana Ci-siau, Bouw It-yu segera melaporkan semua kejadian kepada ayahnya. Selesai mendengar penuturan dari anaknya, Bu-beng Cinjin bertanya, "Anak Yu, kau pernah datang di Liauw-tong, apakah tahu kalau disana terdapat sebuah perkumpulan yang disebut orang Heksah-pang (perkumpulan Hiu hitam)?" "Konon Hek-sah-pang adalah sebuah organisasi kaum penyelundup garam, dulunya mereka hidup di daerah Kanglam, kemudian lantaran tidak bisa tancapkan kaki lagi di Kanglam maka ketua mereka Lo Kang-hong kabur menuju Liauw-tong dan membangun partainya lagi disana. Ayah, mengapa secara tiba-tiba kau tanyakan soal Hek-sah-pang?" "Lian Heng adalah tangan kanan Lo Kang-hong, coba bayangkan saja bila tidak ada becking yang kuat, memangnya mereka mampu mendirikan perkumpulan di wilayah Liauw-tong?" "Maksudmu mereka punya hubungan yang erat dengan orangorang bangsa Boan?" "Dalam hal ini tidak perlu diragukan lagi, yang kucurigai mereka telah memegang sesuatu rahasia besar dari Tong Ji-sianseng, lantaran kuatir mereka membeberkan rahasia tersebut maka dia turun tangan terlebih dulu untuk menghilangkan saksi. Mendengar itu Bouw It-yu sangat terperanjat, serunya, "Kalau begitu, bukankah antara Tong Ji-sianseng, Siang Ngo-nio dan Lian Heng terjalin hubungan khusus, bahkan kemungkinan besar mereka adalah satu kelompok?" Bu-beng Cinjin tidak membenarkan pun tidak menyangkal,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

katanya tiba-tiba, "Sudah, aku hendak bersemedi sebentar, pergilah ke kompleks pemakaman dan hiburlah Put-ji. Semalam dia terluka cukup parah, sekalian bawa dua butir Kiu-thian-keng-giok-wan dan berikan kepadanya. Bouw It-yu merasa ucapan ayahnya sedikit membias, tanpa terasa timbul perasaan curiga di hatinya. "Jangan-jangan ayah masih kepadaku?" demikian dia berpikir. menyembunyikan sesuatu

Tapi di luaran dia segera mengiakan, disusul bertanya lagi, "Apakah ayah masih ada perintah lain?" "Sudah tidak ada lagi. Aaaah, benar, sewaktu keluar nanti, sekalian suruh mereka memanggil Hian-tong untuk segera bertemu aku. Hian-tong adalah seorang Tojin kebersihan dalam kuil Cing-siu-koan. Bouw It-yu tidak salah merahasiakan sesuatu darinya. yang mengurusi ayahnya urusan memang

menduga,

Sejak Tojin bisu tuli menampakkan jati diri aslinya, Bu-beng Cinjin sudah tahu kalau manusia berkerudung yang dijumpai Bouw It-yu sewaktu di Liauw-tong tidak lain adalah dirinya. Tapi semalam Tong Ji-sianseng lagi-lagi memberi kisikan kepadanya, lalu Tojin bisu tuli sebenarnya seorang sahabat ataukah musuh? Di samping itu ada satu hal lagi yang membuat Bu-beng Cinjin tidak habis mengerti. Kenapa Tojin bisu tuli dapat meninggalkan Butong selama satu bulanan tanpa diketahui siapa pun? Ooo)*(ooO Dalam ruang kamar dirumah yang didirikan dalam kompleks pemakaman, kini hanya tersisa Keng Giok-keng serta ayah angkatnya Put-ji Tojin.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cicinya, Lan Sui-leng telah pulang rumah menjelang fajar tadi. Put-ji seolah sedang bermimpi buruk, tiba-tiba Dia menjerit keras, "Bukan aku.... bukan aku.... Napasnya tersengkal dan memburu, otot hijau pada keningnya pada merongkol semua. Buru-buru Keng Giok-keng menempelkan telapak tangannya pada jalan darah Hong-hu-hiat dan membantunya menyalurkan tenaga dalam, tidak lama kemudian Put-ji tersadar dari tidurnya. Begitu membuka mata dan melihat Keng Giok-keng duduk disisinya, dia seakan lupa kalau pemuda itu menjaganya terus selama ini, seakan sadar tidak sadar teriaknya, "Percayalah padaku, kau harus percaya padaku, bukan aku, bukan aku, bukan aku!" "Gihu, tentu saja aku percaya padamu, jawab Keng Giok-keng sambil menggelengkan kepalanya, "sejak semalam aku telah percaya padamu. Cici pun telah berkata padaku, yang membunuh ayah ibu asuhku adalah Tong Ji-sianseng, bukan kau!" "Keng-ji, kau.... apa kau bilang?" "Pembunuhnya bukan kau, aku sudah tahu!" "Apa? Kau.... kau sudah tahu?" Keng Giok-keng merasakan hatinya kecut bercampur sakit, sahutnya, "Gihu, masa kau telah melupakan semua peristiwa yang baru terjadi semalam? Betul, pada awalnya aku curiga kaulah pembunuh ayah ibu asuhku, tapi kemudian semuanya telah menjadi jelas. "Bukan peristiwa semalam yang kumaksudkan!" "Aku tahu, kau telah salah membunuh ayahku, ucap Keng Giokkeng dengan pedih, "tapi kini akupun tidak menyalahkan kau. Sudahlah, tidak usah diungkit lagi!" "Yang kumaksud pun bukan persoalan ini!" kembali Put-ji menggeleng.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keng Giok-keng tertegun, tanyanya kemudian, "Lantas persoalan apa yang kau maksudkan?" Put-ji Tojin menghirup napas dalam dalam, kemudian sahutnya, "Yang kumaksud adalah kasus pembunuhan atas kakek luarmu, yaitu guruku sendiri, Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu!" Keng Giok-keng tahu kasus pembunuhan ini merupakan sebuah kasus yang maha besar, maka dia hanya berseru tertahan dan tidak berani menyela. "Dalam kasus pembunuhan ini, ternyata sampai Ciangbun-Cinjin pun menaruh curiga kalau akulah pembunuhnya!" ujar Put-ji Tojin lebih lanjut. "Tidak, aku mengetahui maksud tujuan Ciangbun-Cinjin, sela Keng Giok-keng cepat, "dia kuatir kau mengambil jalan pendek, sehingga mengingatkan kepadamu bahwa tanggung jawab menyingkap siapakah pembunuh yang sebenarnya berada dipundakmu!" Semangat Put-ji nampak jauh lebih segar, diapun mengangguk. "Aku tahu akan hal ini. Tapi terus terang saja, terhadap Ciangbun-Cinjin pun aku tidak berani kelewat percaya. Aku hanya bisa mempercayai dirimu seorang!" "Baiklah, kalau begitu katakan saja kepadaku!" "Ketika Ciangbun-Cinjin menanyakan kepadaku kejadian sebenarnya waktu itu, ada satu hal sengaja aku rahasiakan. Sesungguhnya ketika suhu terbunuh malam itu, aku pernah singgah sebentar di rumah!" "Aaaah!" Keng Giok-keng menjerit tertahan, "lantas Gihu, apa yang kau saksikan? Aku tetap yakin bukan kau pembunuhnya!" "Terima kasih banyak," sekulum senyuman akhirnya tersungging di bibirnya. Maka diapun mengisahkan semua yang dilihat dan di dengar pada malam kejadian.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sewaktu aku pulang ke rumah, kebetulan saat itu sang pembunuh sedang melarikan diri. Sesaat sebelum menemui ajalnya suhu sempat mengumpat, Binatang!" aku turut mendengar umpatan itu dengan jelas sekali. Keng Giok-keng merasa hatinya tercekat, umpatan "binatang" biasanya hanya digunakan seorang ayah yang sedang mengumpat putranya, atau seorang guru sedang memaki muridnya! Lantas siapakah pembunuh mungkinkah.... mungkinkah.... itu? Kalau bukan Gihu,

Tampaknya Put-ji Tojin seakan mengerti jalan pemikirannya, ujarnya lagi, "Tidak heran kalau suhu memaki pembunuh itu sebagai binatang, ternyata pembunuh yang melarikan diri itu memiliki raut wajah yang pada hakekatnya mirip sekali dengan aku! Bahkan bayangan punggungnya mirip sekali dengan ayahmu!" Keng Giok-keng tertegun, lewat berapa saat kemudian dia baru mendesah, "Aaah, ternyata ada kejadian seperti ini!" Berbicara sampai disini, diatas wajah Put-ji kembali muncul perasaan menderita dan tersiksa yang luar biasa, sambil memukul dada sendiri serunya, "Aku memang pantas mati, suhu telah memberi budi kebaikan yang tinggi bagai bukit kepadaku, tapi aku tidak berani menampilkan diri untuk berduel melawan pembunuh guruku. Waktu itu aku benar-benar ketakutan, saking takutnya hingga bersembunyi di tempat kegelapan, jangan lagi melakukan penyerangan, bernapas lebih keras pun tidak berani, aku kuatir tempat persembunyianku ketahuan pembunuh itu. "Pembunuh itu memiliki ilmu silat yang jauh lebih hebat ketimbang dirimu, seandainya kau tampilkan diri waktu itu, paling juga menghantar selembar nyawa dengan percuma. "Aku bukan hanya takut mampus, akupun seorang siaujin yang rendah dan tidak tahu malu. Dalam situasi yang demikian penting dan kritis, aku hanya memikirkan keselamatan dan kepentingan pribadi.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Baru saja Keng Giok-keng hendak membujuknya agar tidak kelewat menyalahkan diri sendiri, terdengar Put-ji Tojin telah melanjutkan kata katanya, "Gerakan tubuh pembunuh itu sangat cepat, dalam waktu singkat dia sudah kabur dengan melewati dinding pekarangan, aku sempat mendengar suara langkah Ho Liang yang berlari masuk ke dalam kamar tidur suhu, sebenarnya saat itu seharusnya aku ikut masuk, tapi aku tidak berani menampilkan diri karena khawatir suhu yang telah terluka parah dan sekarat akan menganggap akulah sang pembunuh. Bisa jadi kalau bertemu aku lagi, beliau akan mati karena jengkel dan marah. Atau mungkin juga begitu bertemu dia akan langsung mencaci maki diriku dan tidak memberi kesempatan untuk melakukan pembelaan. Seandainya gara-gara itu beliau sampai mati, sudah jelas kecurigaan itu akan ditimpakan atas namaku, sampai waktunya biar aku mencebur ke dalam Huang-ho pun tidak bakalan bisa mencuci bersih tuduhan itu. Kini Keng Giok-keng baru tahu apa sebabnya Put-ji sangat menyesali perbuatannya dan memaki diri sendiri, dia berpendapat ayah angkatnya memang kelewat egois, kelewat kecil nyalinya, memang tidak sepatutnya dia bersikap begitu. Setelah tertawa getir kembali Put-ji berkata, "Keng-ji, aku telah menceritakan semua rahasia hatiku yang paling memalukan kepadamu, seandainya lantaran ini kau akan membunuhku pun aku akan mati dengan pasrah! Aku memang selalu cemburu dan iri kepada ayahmu, khususnya setelah dia merebut sumoy dari tanganku, rasa benciku kepadanya nyaris merasuk sampai tulang sumsum. Waktu itu, mungkin saja karena pandangan negatipku terhadapnya, aku memang mencurigai pembunuh suhu adalah ayahmu, aku pun "berharap" pembunuh itu benar-benar adalah ayahmu!" Secara lamat-lamat Keng Giok-keng dapat merasakan "kata bijaksana menjelang kematian seseorang", maka hiburnya kemudian, "Peristiwa itupun sudah lewat banyak tahun, terlepas apakah pikiranmu waktu itu salah atau benar, yang penting asal
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mau mengakui kesalahan, hal ini sudah sangat baik. Seperti diriku, sejak dilahirkan aku telah berhutang budi kepadamu, karenanya aku tetap menganggap dirimu sebagai ayah angkatku, hanya saja.... Put-ji Tojin segera menarik kembali senyuman yang menghiasi bibirnya, buru-buru dia bertanya, Hanya saja kenapa?" "Hanya saja bila ingin mencurigai seseorang, paling tidak kau harus mempunyai dasar pemikiran atau pertanda yang bisa dibuktikan. Aku ingin tahu mengapa kau mencurigai ayahku. "Tidak kau tanyakan pun aku tetap akan beritahu kepadamu, tahukah kau apa sebabnya malam itu aku sempat pulang ke rumah?" Sebelum Keng Giok-keng menjawab, dia telah menjelaskan lebih jauh, "Karena baru saja aku mendapat sebuah kabar yang mengatakan bahwa ayahmu telah menjadi mata-mata bangsa Boan dan telah kembali dari luar perbatasan, bisa jadi besok sudah akan tiba dirumah. Karena itulah aku buru-buru pulang ke rumah untuk melaporkan kejadian ini kepada kakek luarmu. "Darimana kau dapatkan kabar itu?" Paras muka Put-ji Tojin yang semula hijau pucat tiba-tiba berubah jadi merah jengah, jelas dia merasa malu sekali. Tapi akhirnya dia menjawab juga, "Siang Ngo-nio yang beritahu kepadaku. Antara aku dengan dia memang terjalin hubungan yang tidak seharusnya terjadi. Aku tahu perbuatannya tidak benar, tapi akupun tahu kalau pergaulan perempuan itu sangat luas, beritanya sangat tajam dan cepat, aku.... maka akupun mengambil sikap lebih baik percaya atas kebenaran berita itu daripada tidak mempercayainya. Aaah, tadi aku bercerita sampai mana?" "Kau bercerita mendengar suara langkah Ho Liang yang berlari masuk ke dalam kamar tidur kakek luarku. "Betul, pada saat itulah tiba-tiba Siang Ngo-nio muncul di sampingku dan memberi tanda agar aku segera tinggalkan tempat ini, maka aku pun seperti orang bodoh, mengikutinya pergi dari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sana. "Ketika tiba di tempat yang sepi, dia berkata, untuk menghindari kecurigaan orang maka cara yang terbaik adalah pulang ke rumah pada esok hari, pulang sambil berlagak seolah sama sekali tidak mengetahui akan kejadian ini. Bahkan dia beritahu lagi akan sebuah berita terbaru, dia yakin ayahmu adalah murid durhaka yang telah membunuh guru. "Berita terbaru apa lagi?" "Dia mengatakan kalau ayahmu menyimpan sepucuk surat dari Huo Bu-tuo. Huo Bu-tuo adalah pengawal pribadi Nurhaci Khan dari bangsa Boan yang kini telah menyusup ke kotaraja dan berencana untuk menjabat pangkat tinggi sehingga bisa menjadi matamatanya bangsa Boan. "Bila aku berhasil menggeledah surat itu dari saku ayahmu, maka akan diperoleh tanda bukti atas semua kejahatannya. "Darimana Siang Ngo-nio bisa memperoleh kabar sejelas itu?" tidak tahan Keng Giok-keng bertanya. Kembali Put-ji menghela napas panjang. "Saat itu aku hanya ingin menghabisi nyawa ayahmu, selain itu diapun enggan menjelaskan sumber berita itu, maka aku pun tidak mendesaknya lebih jauh!" "Aku pernah bersua dengan Huo Bu-tuo, kata Keng Giok-keng, "kendatipun status dan kedudukannya sedikit agak rumit, namun dia bukanlah mata-mata bangsa Boan. Hanya saja panjang sekali bila harus diceritakan, di kemudian hari bila ada kesempatan akan kuceritakan kepadamu. Gihu, aku ingin bertanya lagi, pernahkah kau menaruh curiga bahwa Siang Ngo-nio adalah seorang matamata bangsa Boan?" "Selewat kejadian pada malam itu, aku mulai menaruh curiga, Put-ji Tojin melanjutkan, "keesokan harinya, aku bersama Ho Liang berhasil bertemu dengan kedua orang tuamu di gunung Boan-liongsan. Ehmm, aku harus memberitahukan satu hal kepadamu, aku
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bukan bermaksud membantah atau mencari alasan, waktu aku bertarung melawan ayahmu, betul ayahmu memang terluka di ujung pedangku, padahal ilmu pedang yang dia miliki masih jauh diatas kemampuan-ku, kematian yang menimpanya dikarenakan dia sudah terkena jarum beracun dari Siang Ngo-nio!" "Dalam hal ini sejak lama aku telah menduganya, ucap Keng Giok-keng sambil menggertak bibir. Put-ji manggut-manggut, terusnya, "Surat itu tidak terjatuh ke tanganku, meski aku memang pernah melihat dan membacanya. Surat tadi ditemukan ibumu di dalam buntalan bajunya dan diserahkan kepada ayahmu, kemudian setelah ayahmu meninggal, entah mengapa surat itu hilang lenyap dengan begitu saja. Tapi pada akhirnya aku berhasil membuktikan satu hal, ayahmu sudah pasti bukan pembunuh yang menghabisi nyawa suhu!" "Untunglah masalah ini sudah jelas!" bisik Keng Giok-keng sambil menghembuskan napas lega. "Sayang sekali yang jelas baru sedikit, masih banyak hal yang tidak kupahami. Seingatku, belum pernah aku bermusuhan dengan orang, aku tidak habis mengerti kenapa dia harus menyamar seperti aku dan melimpahkan dosa ini kepadaku?" "Aku rasa orang itu bukan berniat menfitnahmu, tapi ingin mencelakai ayahku!" "Maksudmu sejak awal orang itu sudah tahu kalau aku mempunyai penyakit hati terhadap ayahmu sehing-ga dia sengaja berbuat begini, agar aku mencurigai ayahmu lah yang melakukan pembunuhan itu?" Waktu itu Put-ji Tojin memang mempunyai perasaan curiga seperti ini, karena itulah pada hari kedua dia "salah membunuh" adik seperguruannya Keng King-si. Maka dia hanya membungkam diri setelah mendengar ucapan itu. Kembali Keng Giok-keng berkata, "Walaupun tidak sedikit orang persilatan yang mengetahui ilmu menyaru muka, tapi yang paling
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hebat dan sempurna penyamarannya adalah Tong Tiong-san si bajingan tua itu serta Siang Ngo-nio yang telah memperoleh didikan langsung darinya!" "Kau mencurigai Siang Ngo-nio?" "Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Siang Ngo-nio sangat lihay, baru saja pembunuh itu lenyap dari pandangan, dengan cepat dia telah muncul lagi di sampingmu, apa tidak mungkin dia balik lagi setelah pergi?" "Tapi orang itu bukan perempuan. "Bagi seseorang yang pandai ilmu menyaru muka, tidak susah bagi seorang wanita untuk menyamar jadi lelaki, seandainya penyamarannya sempurna pun bukan sesuatu yang aneh!" "Tidak benar, Put-ji tetap menggeleng. "Kenapa tidak benar?" "Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang itu sangat istimewa, jauh berbeda dengan gerakan tubuh Siang Ngo-nio!" Pengetahuan Keng Giok-keng tentang ilmu silat yang dimiliki Siang Ngo-nio tentu saja tidak sepaham Put-ji Totiang, terpaksa dia mempercayai ucapan itu. Kembali Put-ji melanjutkan katanya, "Selama delapan belas tahun terakhir aku selalu gagal menebak siapa gerangan orang itu, hingga kemarin malam aku baru berhasil mendapatkan sebuah penemuan baru, tapi hingga kini akupun belum berani mengungkap identitasnya. "Gihu, apa yang berhasil kau temukan?" buru-buru Keng Giokkeng bertanya. "Semalam, sebelum berkunjung kemari. "Siapa?" "Tonghong Liang!"
http://cerita-silat.co.cc/

kedatanganmu ada

seseorang pernah

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keng Giok-keng tertegun, berapa saat kemudian serunya, "Oooh, ternyata Tonghong-toako pernah berkunjung kemari. Mengapa dia tidak menunggu aku?" "Waah, kalau soal itu mah aku kurang tahu. Saat itu dia sedang bertarung melawan Ciangbunjin, mungkin mereka mengira aku masih tidak sadarkan diri, padahal aku telah mendusin. Begitu Tonghong Liang mendengar suara teriakanmu dari luar, dia segera meloncat tembok dan kabur. Agaknya Ciangbunjin pun setuju untuk melepaskan dia pergi, maka dia tambahi dengan sebuah pukulan, pukulan itu merupakan tenaga untuk menghantarnya pergi lebih cepat. "Tapi apa hubungannya antara kejadian ini dengan peristiwa yang terjadi delapan belas tahun berselang? Apakah kau sangka.... Tampaknya Put-ji Tojin sedang memikirkan sesuatu, tiba-tiba ujarnya, "Dahulu, walaupun aku pernah bertarung dengan Tonghong Liang, tapi belum pernah melihat dia memper gunakan ilmu meringankan tubuhnya. "Kenapa dengan ilmu meringankan tubuhnya?" "Gerakan tubuhnya sewaktu melompati pagar tembok persis sama seperti gerakan tubuh sang pembunuh yang pernah kusaksikan pada delapan belas tahun berselang!" "Tonghong Liang adalah Piauko Seebun Yan, walaupun usianya lebih tua dari Seebun Yan, namun paling banter juga baru mencapai tiga puluh dua, tiga puluh tiga tahun, mana mungkin dia adalah sang pembunuh?" "Pemuda yang lahir di daerah utara kelihatan tinggi besar meski usianya baru empat, lima belas tahunan. Waktu itu ayahmu juga paling baru berusia dua puluh tahunan. Lagipula bukankah perawakan tubuh Tonghong Liang sedikit agak mirip dengan perawakan tubuhmu?" Keng Giok-keng menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya, "Bagaimana pun juga aku tidak percaya seorang bocah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang baru berusia empat, lima belas tahunan dapat melakukan pembunuhan sekejam itu!" "Akupun tidak berani memastikan kalau dialah pembunuhnya. Tapi gerakan ilmu meringankan tubuhnya amat istimewa, sekalipun sang pembunuh bukan dirinya, paling tidak pasti mempunyai hubungan yang erat dengan dia. Biarpun Keng Giok-keng masih muda, namun jalan pikirannya cukup cermat dan teliti, katanya, "Dengan perkataan lain, yang dimaksud mem punyai hubungan yang erat itu bisa saja orang yang pernah mewariskan ilmu silat kepadanya. Kalau bukan ayahnya, berarti dia adalah gurunya.... "Kecuali kedua orang itu masih ada seorang lagi, tiba-tiba Put-ji menyela. Keng Giok-keng tertegun. "Kau maksudkan bibinya, Seebun-hujin? Tidak benar, tidak benar, pasti bukan dia!" Put-ji tidak membantah, sebaliknya berkata lagi, "Bisa jadi pembunuh itu adalah saudara seperguruannya, hanya sayang kita semua belum mengetahui akan hal ini, anak Keng, kau.... kau.... Tiba-tiba dia tidak mampu berbicara lagi. "Gihu, kenapa kau?" teriak Keng Giok-keng. Tiba tiba dia menjumpai darah segar menyembur keluar dari tenggorokannya. Put-ji Tojin telah mati. Dia mati dibokong orang dan mati seketika tanpa sempat meninggalkan pesan apa apa. Sekalipun tidak dapat berbicara, sesaat sebelum meninggal jari tangannya sempat dijulurkan keluar, menuding ke arah jendela. "Betul, pikir Keng Giok-keng, "aku harus balaskan dendam kematian gihu!" Tanpa berpikir panjang dia segera menerobos keluar melalui jendela dan melakukan pengejaran.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kompleks pemakaman itu dibangun di bawah tebing Ci-siauhong, sewaktu menyusul keluar kompleks kuburan, terlihat sesosok bayangan manusia sedang berlarian naik tebing. Jika dilihat dari kemampuan ilmu meringankan tubuhnya, jelas kemampuan orang itu masih diatasnya dan tidak mungkin berada dibawahnya. Bayangan manusia itu berbelok di sebuah tebing, bukannya berlari naik ke atas puncak Ci-siau-kiong sebaliknya malah berputar menuju ke sebuah puncak bukit disisi Ci-siau-hong. Puncak gunung itu belum pernah dijamah orang, keadaan medannya jauh lebih berbahaya ketimbang Ci-siau-hong. Keng Giok-keng tahu bahwa kemampuannya tidak mungkin bisa menyusul orang itu, tapi dia bersikeras untuk tetap melakukan pengejaran. Entah karena kehendak Thian atau kehendak orang itu, tiba-tiba terjadi satu peristiwa aneh. Entah mengapa, tiba-tiba orang itu menghentikan larinya, memasang telinga dan seakan sedang mendengarkan sesuatu. Dia berdiri membelakangi Keng Giok-keng sehingga pemuda itu tidak dapat melihat perubahan mimik mukanya, tampak dia berkelebat cepat lalu tubuhnya lenyap di belakang sebuah batuan cadas. Di pandang dari kejauhan, batu raksasa itu seolah menyatu, padahal merupakan dua batu yang berdiri sejajar, di antara dua batu itu terdapat sebuah celah yang bisa digunakan untuk menyembunyikan diri. Biarpun Keng Giok-keng tidak dapat menyaksikan mimik mukanya, tapi dari gerak-gerik orang itu dapat diduga bahwa dia telah menemukan jejak musuh, karena itu sengaja menyembunyikan diri di tempat kegelapan sambil menunggu kesempatan untuk melan-carkan gempuran. Keng Giok-keng merasa sedikit keheranan, pikirnya, 'Bila dia merasa ada orang yang menguntilnya, dengan bersembunyi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

semacam ini jelas tidak mungkin dia bisa mengelabuhi tatapan mata orang yang menguntil di belakangnya. Mungkinkah masih ada orang lain yang bersembunyi di sekitarnya, atau mungkin dia hanya di permainkan perasaan sendiri?" Namun dalam keadaan begini Keng Giok-keng tidak sempat lagi untuk berpikir panjang, dia segera mengerahkan seluruh kemampuan ilmu meringankan tubuhnya dan menerjang ke arah tempat persembunyian orang itu. Ketika jaraknya mencapai tiga puluhan langkah, tiba-tiba terdengar orang itu membentak nyaring, Kena!" Segenggam hancuran batu ditimpuk ke depan. Tapi anehnya, segenggam batu yang pertama dilemparkan ke arah depan, di antara hujan batu yang kencang, tidak terlihat sesosok bayangan manusia pun yang muncul, baru pada lemparan ke dua, dia menyambit ke arah Keng Giok-keng yang sementara itu telah menerjang tiba. Keng Giok-keng memang sudah membuat persiapan, dengan jurus "Hun-yong-hong-huan" (Awan berkumpul angin berputar), gerakan pedangnya menciptakan lingkaran gelang yang rapat untuk mementalkan semua hancuran batu itu. "Triiing, traaang.... , triiiing, traaang.... bunyi dentingan bagaikan permainan kecapi bergema memecahkan keheningan. Kendatipun Keng Giok-keng berhasil menyapu runtuh bebatuan yang terarah ke tubuhnya, tidak urung pergelangan tangannya terasa linu dan kesemutan karena benturan itu. Orang itu menghancurkan lebih dulu batu cadas menjadi hancuran kerikil sebelum disambit ke arahnya, dari sini dapat diketahui betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki orang itu. Andaikata belakangan tenaga dalam yang dimiliki Keng Giok-keng tidak mengalami kemajuan pesat, jangankan bertarung melawan orang itu, cukup sambitan batu kerikil itupun mungkin sudah membuat seluruh tubuhnya babak belur.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendadak orang itu sudah muncul tepat di hadapannya. Di luar dugaan Keng Giok-keng, ternyata orang ini tidak lain adalah manusia berkerudung yang pernah dijumpai di kota Uh-sahtin tempo hari. Tampaknya manusia berkerudung itupun agak tertegun setelah mengetahui yang muncul adalah Keng Giok-keng, setelah mendengus, bentaknya, "Kau si bocah muda, mau apa datang kemari? Cari mampus? Cepat menggelinding pergi dari sini!" Suaranya kering dan tajam, amat menusuk pendengaran. Hawa amarah dalam dada Keng Giok-keng seketika meluap, bentaknya, "Ketika berada di luar perbatasan, kau telah mencelakai Hwee-ko Thaysu hingga kehilangan nyawa, sekarang kaupun telah mencelakai pula ayah angkatku. Hmm! Meski harus pertaruhkan nyawa, aku akan mengajakmu beradu jiwa!" Di tengah makian, sebuah tusukan langsung dilontarkan ke depan. Dibalik tusukan ini terselip jurus pamungkas, kedahsyatan dan ketelengasannya benar-benar luar biasa. Ternyata manusia berkerudung itu sama sekali tidak menghindar atau berkelit, dia bahkan berusaha merebut pedang lawan. Tiba-tiba Keng Giok-keng mengubah gerak serangannya sambil membabat miring ke samping, dalam dugaannya paling tidak dia akan berhasil memapas kutung ke dua jari tangannya. Siapa sangka ilmu tangan kosong yang dimiliki orang itu sungguh luar biasa, dalam waktu singkat dia telah merubah serangannya menjadi ilmu menotok jalan darah, empat jari tangannya menekuk, hanya jari tengahnya digunakan untuk menotok jalan darah Kwangoan-hiat di tubuh anak muda itu. Pertarungan antara jago lihay, seringkali selisihnya hanya sedetik, begitu ke empat jari tangannya ditekuk, secara kebetulan sekali dia sudah menghindari tebasan pedang lawan. Namun jari tengahnya tetap melanjutkan ancaman menotok urat nadi Keng Giok-keng.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam situasi yang kritis, tiba-tiba Keng Giok-keng merendahkan tubuhnya, ujung pedang dicongkel mengancam lambung lawan. Semula manusia berkerudung itu menyangka jurus serangannya sudah terlanjur tua, tidak nyana ternyata dia masih memiliki kekuatan untuk berubah arah, dalam keadan seperti ini, bila manusia berkerudung itu masih melanjutkan tekanannya, jelas kedua belah pihak sama-sama akan terluka parah. Terpaksa manusia berkerudung itu menarik dada dan lambungnya ke belakang untuk menghindari dulu tusukan tersebut. Pertarungan antara dua jago tangguh, selisihnya hanya dalam hitungan detik, hanya selisih sedikit saja ujung pedang Keng Giokkeng mengenai sasaran kosong, jangan lagi melukai tubuh lawan, menyentuh pakaiannya pun tidak mampu. Tapi oleh karena manusia berkerudung itu harus menarik perut dan dadanya ke belakang, tubuhnya jadi menyusut berapa inci, dengan sendirinya totokan ujung jarinya pun gagal menyentuh jalan darah Keng Giok-keng. Di tengah deruan angin pukulan bayangan pedang, mendadak tubuh mereka berdua dari bergabung menjadi berpisah. Sekilas pandang kedua belah pihak sama-sama tidak menderita kerugian, tapi Keng Giok-keng merasakan urat nadinya lamat-lamat terasa panas dan pedas. Peru diketahui, tenaga dalam yang dimiliki manusia berkerudung itu amat sempurna, sekalipun ujung jarinya tidak sampai mengenai jalan darahnya, namun tenaga serangan yang terpancar sudah cukup membuat pergelangan tangannya jadi linu dan kaku. Keng Giok-keng menarik napas pajang, pedangnya kembali berputar melancarkan serangkaian ancaman kilat. Bagaikan air raksa yang tersebar di tanah, hampir setiap pori-pori yang ada disusupi dengan cepat, namun tidak mengurangi kelincahan serta keindahan gerakannya. Apabila manusia berkerudung itu tidak dapat membunuhnya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam sekali pukulan, boleh dibilang dia benar-benar tidak akan berani mendekati anak muda itu. Sekalipun manusia berkerudung itu yakin kemenangan berada dipihaknya, tidak urung tercekat juga perasaan hatinya. "Baru berpisah berapa bulan, ternyata ilmu pedang yang dimiliki bocah ini telah mencapai kemajuan yang amat pesat, bila sekarang aku tidak membunuhnya, di kemudian hari pasti akan merupakan bibit bencana! Aaai, tapi aku melihatnya tumbuh hingga dewasa, apakah tega turun tangan keji kepadanya?" Begitu sedikit dia pecah perhatian, terdengar "Sreeet....!" ujung baju manusia berkerudung itu sudah tersambar ujung pedang hingga robek sebagian. Manusia berkerudung itu menggigitbibir, pikirnya, 'Bila aku melayani terus pertarungan ini, takutnya masih ada musuh tangguh lain yang sedang mengincar dari samping, sudah, sudahlah, kalau tidak berjiwa besar memang bukan seorang Kuncu, kalau tidak keji bukan lelaki sejati, terpaksa aku harus menghantar setan cilik ini menghadap raja akhirat!' Begitu napsu membunuhnya muncul, secepat kilat dia lepaskan dua bacokan kilat lalu mundur tiga langkah. Kali ini dia mengandalkan kesempurnaan tenaga dalamnya untuk memaksa mundur lawan. Pukulan pukulan udara kosongnya sudah lebih dari cukup untuk membendung serangan lawan, dia tinggal menunggu hingga kekuatan lawan mulai lemah, maka dari jurus tipuan diapun akan mengubah jadi jurus benaran dan mencabut nyawanya. Dalam waktu singkat Keng Giok-keng merasakan napasnya mulai sesak tidak lancar. Mendadak dia teringat dengan Sim-hoat ajaran Sucouwwnya, "Biarkan bukit Thay-san datang menindih, aku anggap bagaikan hembusan angin sejuk!" Kemudian dia teringat pula dengan ajaran "koki menjagal sapi" yang dijelaskan artinya oleh Hwee-ko Thaysu sewaktu terkurung
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam penjara batu lembah Toan-hun-kok. Begitu teringat akan semua teori tersebut, Keng Giok-keng segera memusatkan seluruh perhatiannya ke satu titik, dalam tatapan matanya saat ini tinggal sepasang telapak tangan dari manusia berkerudung itu. Ilmu pedangnya mengalami pula kemajuan satu tingkat, dia seakan bukan menggunakan tangan untuk memegang pedang tapi menggunakan hatinya, mengikuti setiap perubahan dari lawan, dia hadapi menuruti suara hati, menyerang lewat celah-celah yang muncul dan berusaha mendahului lawannya. Dengan begitu dia tidak perlu mengeluarkan lebih banyak tenaga lagi untuk melancarkan serangannya, sementara tehnik "pemborosan" tenaga yang dipakai manusia berkerudung itu pun tidak memberikan manfaat lagi. Biarpun tenaga dalam yang dimiliki manusia berkerudung itu amat sempurna, namun dalam pertarungan seru ini, banyak tenaga yang harus dihamburkan, dalam kondisi seperti ini bila pertarungan dilanjutkan, menang kalah jadi sukar diramalkan. Agaknya manusia berkerudung itu dapat melihat bahaya yang mengancam, dia segera mengeluarkan jurus tangguh untuk segera menyelesaikan pertarungan. Semua pembahan terjadi dalam waktu singkat, sepasang tangannya telah menciptakan rangkaian lingkaran demi lingkaran, dari ilmu pukulan pun kini telah berubah jadi ilmu pedang. Mimpi pun Keng Giok-keng tidak menyangka kalau manusia berkerudung itu dapat menggunakan telapak tangannya sebagai pengganti pedang untuk memainkan Thay-kek-kiam-hoat, bahkan yang dia gunakan adalah jurus serangan yang khusus untuk mematahkan jurus Pek-hong-koan-jit (bianglala putih menembus sang surya) yang sedang dia pergunakan sekarang. Dalam situasi kritis, Keng Giok-keng segera mengeluarkan jurus pemecahan yang baru saja diperoleh dari pemahaman, tampak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ujung pedangnya bergetar keras, tiba-tiba muncul tujuh kuntum bunga pedang, dari jurus Pek-hong-koan-jit tiba-tiba berubah jadi jurus Jit-seng-pan-gwee (tujuh bintang mendam-pingi rembulan). Dalam waktu singkat tujuh buah jalan darah kematian di tubuh manusia berkerudung itu terserang secara berbarengan, andaikata dia tetap bersikeras hendak merebut pedangnya, niscaya ada berapa lubang tusukan yang akan muncul ditubuhnya. Jurus serangan balasan yang dipergunakan Keng Giok-keng saat ini boleh dibilang tercipta mengikuti keadaan, dan seharusnya telah menembusi tingkat pemahaman ilmu pedang paling tinggi, siapa sangka perubahan tersebut seolah-olah telah berada dalam perhitungan manusia berkerudung itu. Gerakan yang dilakukan kedua belah pihak sama sama cepat luar biasa, nyaris pada saat bersamaan mereka berubah jurus. Sepasang tangan manusia berkerudung itu mengguratkan garis lingkaran yang berlapis, belum sampai lingkaran itu menyatu, dia telah memutar tubuhnya ke arah lain. Tidak butuh bantuan tangannya, dengan jurus Kim-can-to-ke (tonggeret emas keluar dari kepompong) tahu-tahu dia telah melepaskan jubah luarnya dan dilontarkan ke tengah udara. Jubah itu langsung mengembang dan ibarat selapis awan gelap langsung mengurung batok kepala Keng Giok-keng. Cahaya pedang Keng Giok-keng berkelebat dan menari di angkasa, diantara kilatan cahaya tajam, jubah luar milik manusia berkerudung itu sudah tercabik cabik menjadi berkuntum kupu kupu yang menyebar ke mana mana. Tapi dalam sekejap itu juga, lantaran sinar mata Keng Giok-keng tertutup oleh "awan gelap", maka dia pun tidak dapat melihat jelas perubahan jurus serangan dari lawannya. Manusia berkerudung itu segera manfaatkan kesempatan emas itu dengan sebaik-baiknya, sebuah pukulan yang enteng langsung dilontarkan ke tubuh Keng Giok-keng. Serangan itu tanpa suara
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tanda pertanda, tahu-tahu meluruk tiba dengan kecepatan tinggi bahkan disertai tenaga dalam yang luar biasa. Tampaknya Keng Giok-keng segera akan terluka oleh serangan maut itu.... Mendadak manusia berkerudung itu teringat kembali dengan pemandangan di saat Keng Giok-keng masih kecil, terbayang bagaimana dia main bersama bocah itu. Apalagi dalam kehidupannya yang begitu panjang di atas gunung Bu-tong, perasaan hatinya betul betul kesepian, kecuali Bu-siang Cinjin, boleh dibilang hanya bocah ini yang paling akrab dengan dirinya. "Aaaai, kenapa aku berbuat begini? Sekalipun tidak mengingat budi kebaikan Bu-siang Cinjin selama ini kepadaku, akupun tidak boleh menghancurkan kehidupannya!" Serangan itu sebenarnya bisa menghajar Keng Giok-keng hingga mampus atau paling tidak terluka parah, begitu ingatan tadi melintas, dia segera menarik kembali tenaganya sebesar tujuh bagian, maksudnya pukulan itu cukup menghajar Keng Giok-keng hingga pingsan saja. Siapa sangka kemajuan tenaga dalam yang dicapai Keng Giokkeng jauh di luar dugaannya, terdengar bocah itu menjerit tertahan, langkah kakinya gontai namun tidak sampai roboh terjungkal. Pada saat itulah ujung pedang Keng Giok-keng memancarkan cahaya kehijau hijauan dan tahu-tahu sudah menusuk ke hadapan wajahnya. Tapi pada detik terakhir untuk menentukan mati hidup ini, ingatan Keng Giok-keng pun berputar cepat dan tidak mampu mengambil keputusan.... dia tidak tahu haruskah membunuh dirinya? Atau tidak membunuhnya? Dia sudah pernah merasakan kelihayan manusia berkerudung itu. Ketika manusia berkerudung itu mengampuni jiwanya tadi, dia bukannya tidak tahu. Sama keadaannya seperti ketika dia bertarung melawan manusia
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkerudung itu di kota Uh-sah-tih, saat itupun dia pernah mengampuni jiwanya. Itu berarti bukan hanya satu kali manusia berkerudung itu mengampuni jiwanya, melainkan untuk kedua kalinya. "Dia mempunyai dua kesempatan untuk membunuhku tapi tidak dia lakukan, mana boleh kucabut nyawanya?" "Tapi dendam kematian Gihu tidak boleh dibiarkan begitu saja, apalagi masih di tambah nyawa Hwee-ko Thaysu, apakah mereka harus kehilangan nyawa dengan sia-sia?" Sementara ingatan itu masih melintas, Sreeet! Pedangnya telah menyambar di wajah manusia berkerudung itu. Hanya saja babatan pedangnya dilakukan ringan sekali, paling hanya merobek kain kerudung mukanya dan sama sekali tidak melukai kulit wajahnya. "Hmm, akan kulihat siapakah.... Belum habis pikiran itu melintas, Keng Giok-keng telah berdiri terperangah. Dia telah menyaksikan paras muka sesungguhnya dari manusia berkerudung itu. Mimpi pun dia tidak menyangka kalau manusia berkerudung itu tidak lain adalah Tojin bisu tuli yang selama ini melayani Bu-siang Cinjin (Gb 17). Dia tidak mengira orang ini adalah orang yang nyaris setiap hari bertemu dengannya selama belasan tahun terakhir. Kini dia baru tahu kalau tubuh bongkok Tojin bisu tuli, mimik muka bloon dan gerak-geriknya yang lamban hanya pura-pura saja. Tapi kini, setelah kain kerudung muka Tojin bisu tuli tersingkap, tiba-tiba saja gerak-gerik tosu itu balik kembali seperti sedia kala. "Ternyata kau!" jerit Keng Giok-keng.

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tojin "bisu tuli" tertawa getir. "Giok-keng, kau telah menyia-nyiakan kesempatan baik untuk membunuhku, jangan salahkan bila aku akan melakukan kesalahan terhadapmu!" Begitu ucapan terakhir diutarakan, telapak tangannya telah bergerak cepat. Waktu itu Keng Giok-keng masih berdiri terperangah, rasa bingung dan kalut menyelimuti benaknya, kontan saja pukulan itu membuatnya roboh tidak sadarkan diri. Tidak jelas apakah dia masih hidup atau telah mati. Ooo)*(ooO Prosesi pemakaman segera akan dimulai, para pelayat dengan teratur telah memasuki kompleks pekuburan. Peti mati Bu-siang Cinjin digotong oleh delapan orang kekar, empat orang adalah murid pertama dari Bu-tong-pay, sementara empat orang yang lain adalah sahabat karib Bu-siang Cinjin di saat masih hidupnya dulu. Komandan upacara tentu saja Ciangbunjin baru, Bu-beng Cinjin. dipimpin langsung oleh

Tengah hari telah menjelang, sudah saatnya peti jenasah Busiang Cinjin masuk liang kubur. Bu-beng Cinjin pun segera membaca doa, "Bila kemampuan telah terlupakan, bila napsu dan angkara murka telah terhapus, jagad raya tiada wujud, semuanya kembali pada kehampaan, melepaskan diri dari kulit kasar, kembali ke nirwana tanah ketenangan!" Baru saja ke empat murid Bu-tong-pay peng-gotong peti mati itu hendak menurunkan peti jenasah ke dalam liang kubur, tiba-tiba terdengar seseorang berteriak keras, "Tunggu sebentar!" Bersamaan dengan suara bentakan, terlihat seorang lelaki berusia lima puluh tahunan, berbaju warna abu-abu telah menghadang di depan peti mati.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ooo)*(ooO BAB XVIII Mati hidup bagai impian Budi dendam terselesaikan. Ke empat murid Bu-tong-pay yang bertugas menggotong peti mati adalah Put-po, Put-yi, Put-yu dan Put-kan. Mereka berempat merupakan murid angkatan kedua partai Bu-tong dari angkatan "Put" yang memiliki kepandaian silat paling menonjol, terutama Putpo Tojin Put-po adalah murid pertama Bu-kek Tojin, ketua Tianglo yang telah meninggal, selain ilmu pedangnya hebat, tenaga dalamnya sempurna, kemampuannya sama sekali tidak kalah dibandingkan kemampuan para susioknya dari angkatan "Bu". Namun tenaga dorongan yang dipergunakan manusia berbaju abu-abu itu untuk menahan peti mati tersebut sangat hebat, bukan dilawan dengan kekerasan tapi justru meminjam tenaga lawan. Sementara ke empat orang murid itu maju melangkah ke depan, tahu-tahu peti mati itu sudah dia letakkan ke tanah. Manusia berbaju abu-abu itu segera menjatuhkan diri berlutut, sambil membenturkan keningnya di ujung peti mati, serunya diiringi isak tangis yang sedih, "Cinjin, aku datang terlambat!" Sebetulnya put-po hendak mengumbar amarahnya, tapi setelah menyaksikan orang itu melakukan penghormatan besar, bahkan penampilannya begitu sedih, tentu saja dia jadi tidak dapat menegur dengan nada kasar. Ke empat orang murid itu tidak tahu apa hubung-an manusia berbaju abu-abu itu dengan Bu-siang Cinjin, untuk sesaat tidak seorang pun berani bersuara. Tapi pada saat itulah ada seorang "orang luar" justru menegur
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan nada kasar, "Siang Thian-beng, apa maksudmu menghalangi upacara penguburan? Kalau memang hebat, tunggu saja setelah selesai penguburan, aku orang she-Kok pasti akan menantangmu untuk berduel!" Kalau dibilang dia adalah "orang luar", sesungguh nya dia bukan "orang luar". Ternyata orang yang barusan berbicara tidak lain adalah jagoan pedang yang tersohor sebagai "Dewa pedang", orang menyebutnya Pa-san-kiam-kek (jago pedang dari gunung Pa-san) Kok Thiat-ceng. Dia adalah sahabat karib Bu-siang Cinjin semasa hidupnya, dan tidak lain adalah salah satu diantara empat orang kenamaan yang ikut menggotong peti jenasah Bu-siang Cinjin tadi. Tampilnya Kok Thiat-ceng sambil memberi teguran sudah cukup menarik perhatian semua hadirin, apalagi sesudah dia menyebutkan nama manusia berbaju abu-abu itu, seketika itu juga suasana jadi gempar. Yang membuat orang-orang yang hadir terkesiap adalah nama Siang Thian-beng yang belakangan sudah menjadi jago pedang paling top di kolong langit. Dia baru berusia empat puluh tahunan, begitu muncul dalam dunia persilatan, dia langsung berhasil mengalahkan si dewa pedang Kok Thiat-ceng sehingga merebut julukan sebagai Rasul pedang. Tapi berhubung dia amat jarang berkelana di daratan Tionggoan, maka tidak banyak kawanan jago yang hadir mengenalinya. Tanpa melirik sekejap pun ke arah Kok Thiat-ceng, jengek Siang Thian-beng hambar, "Bukankah kita sudah pernah bertanding?" Kontan saja api amarah berkobar di rongga dada Kok Thiantceng, teriaknya, "Itu kejadian sepuluh tahun berselang, sepuluh tahun yang lalu secara beruntung kau berhasil mengungguli aku satu jurus, kenapa? Tidak sudi bertanding pedang lagi denganku?" "Aku tidak bermaksud begitu, oleh karena aku punya janji
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terlebih dulu maka hari ini aku tidak bisa melayani tantanganmu itu. "Ada janji? Janji dengan siapa?" "Janji dengan Bu-siang Cinjin. Kembali Kok Thiat-ceng mendengus. "Siang-sianseng, bukannya kau sedang bergurau?" tegurnya. "Ciangbunjin dari Bu-tong-pay tentu tidak akan menganggap aku sedang bergurau, sahut Siang Thian-beng tenang. Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya, Tiga puluh tujuh tahun berselang, aku pernah mengikuti guruku, Hian Tin-cu naik ke gunung Bu-tong untuk minta pengajaran, saat itu usiaku masih kecil, tapi Bu-siang Cinjin pernah berjanji kepadaku, bila aku berhasil melatih ilmu silatku, terlepas kapan pun waktunya, aku boleh mencarinya untuk beradu pedang. Janji itu tidak dibatasi waktunya!" "Janji memang tiada batasan waktu, sayang usia manusia ada batasnya, kata Bu-beng Cinjin, "seperti apa yang kau katakan tadi, kau datang terlambat. "Benar, kata Pun-bu Thaysu pula dari kerumunan para tamu, "orang yang telah mati tidak bisa hidup kembali, Sicu, tentunya tidak mungkin kau akan menarik Bu-siang Cinjin dari dalam peti matinya untuk beradu pedang denganmu bukan!" Pun-bu Thaysu adalah ketua ruang Tat-mo dari biara Siau-lim, di antara kawanan tamu yang hadir, kedudukannya terhitung paling terhormat. Ketika dia mengucapkan kata guyon sembari mengelus jenggot putih, tidak tahan banyak orang ikut tertawa tergelak. Untung saja orang yang mati telah melewati usia delapan puluh, menurut adat yang berlaku, kematian semacam ini dinamakan "duka cita tertawa", jadi meski ada tamu yang tertawa pun tidak dianggap melanggar tata kesopanan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Put-bu Thaysu dengan statusnya sebagai ketua ruang Tat-mo datang memberikan belasungkawanya atas kematian Bu-siang Cinjin, semua orang sangka dengan tampilnya pendeta saleh ini maka semua pergolakan segera akan mereda. Siapa tahu Siang Thian-beng tetap ngotot dengan kehendaknya, terdengar dia berseru, "Walaupun terlambat bukan terlambat beneran, walau sudah mati bukan mati beneran!" "Ooh, tampaknya Sicu sedang memberi petunjuk kepada loceng? Sayang loceng bodoh dan tidak bisa memahami petunjuk itu, kata Pun-bu Thaysu cepat. "Memberi petunjuk mah tidak berani, aku hanya mengatakan kenyataan di depan mata. Meledak hawa amarah Put-po, hampir saja dia akan meradang, serunya ketus, "Kenyataan apa yang kau maksud?" "Boanpwee memang menyesal karena datang terlambat, namun pewarisnya tidak pernah akan mati!" "Hmm, maksudmu.... dengus Bu-beng Cinjin. "Sebagai seorang boanpwee, aku memang menyesal karena datang terlambat, karena keterlambat-anku membuat aku tidak sempat minta pengajaran dari Bu-siang Cinjin. Tapi walaupun Cinjin telah berpulang ke alam baka, kehebatan ilmu silatnya tidak mungkin akan ikut dia berpulang ke nirwana. Menurut apa yang kuketahui, Put-ji Tojin yang baru diangkat menjadi Tianglo baru adalah satu-satunya murid didiknya!" "Ooh. Jadi kau ingin beradu pedang melawan pewarisnya?" sela Kok Thiat-cing. "Orang kuno berkata, sekali berjanji sampai matipun tidak akan mengingkari. Sekalipun orang sekarang tidak bisa dibandingkan orang kuno, tapi dengan budi luhur serta kebijaksaan yang dimiliki Bu-siang Cinjin, seandainya di bawah tanah dia tahu akan hal ini, dapat dipastikan dia pun tidak ingin ahli warisnya mengingkari janji yang pernah dibuatnya bukan?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Umat persilatan memang mengutamakan janji, karena itu Put-bu Thaysu tidak leluasa menimbrung setelah mendengar ucapan tersebut. Put-po Tojin benar-benar mendongkol, tidak tahan teriaknya, "Tahun berselang, muridmu Tonghong Liang pernah mewakilimu memenuhi janji! Kami bukannya takut menghadapimu, tapi jelas kehadiranmu memang berniat mengacau!" Senyum tidak senyum Siang Thian-beng terbahak-bahak, katanya, "Ucapan Totiang keliru besar! Muridku rendah dua tingkat bila dibandingkan Bu-siang Cinjin, selatah atau segila apa pun tidak nanti akan kusuruh dia mewakili aku datang memenuhi janji. Bila aku sampai berbuat begitu, bukankah tindakan ku ini berubah jadi sikap tidak hormat terhadap Cinjin? Aku hanya suruh dia menyampaikan kabar kepada Cinjin, sekalian perintahkan dia untuk menjajal ilmu silat dari murid partai anda yang seangkatan dengan dirinya. Menurut apa yang kuketahui, orang yang waktu itu memberi pelajaran kepada muridku pun bukan Bu-siang Cinjin, darimana bisa kau katakan kalau dia telah mewakili aku beradu pedang melawan Bu-siang Cinjin?" Tentu saja Siang Thian-beng tahu kalau orang yang turun tangan "memberi pelajaran" kepada muridnya saat itu tidak lain adalah Bubeng Cinjin yang berdiri dihadapannya. Tapi dia sengaja tidak membongkarnya karena dari balik perkataan itu sesungguhnya dia sedang menyindir Bu-beng Cinjin, menyindir dia sebagai seorang senior menganiaya golongan muda hingga merendahkan derajat sendiri. Hari itu Put-po sendiripun mengalami kekalahan di tangan Tonghong Liang, tanpa terasa merah jengah selembar wajahnya. "Waktu itu muridmu datang dengan mengusung nama besarmu, katanya. "Benarkah begitu? Aaah, muridku memang sedikit kelewatan. Hanya saja, seandainya dia tidak berbuat begitu, mana mungkin para tokoh Bu-tong-pay sudi memberi petunjuk kepadanya?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di balik ucapan itu terkandung makna lain, yang dimaksud para tokoh disini jelas menunjukkan Put-po Tojin. Kalau Put-po Tojin saja sudah dianggap menurunkan derajat sendiri, apalagi Bu-beng Cinjin yang dua tingkat lebih senior. Setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan, Untuk ketidak tahuan muridku, harap Cinjin jangan marah. Tujuan kedatanganku hari ini tidak lebih hanya ingin menagih janji, karena Bu-siang Cinjin telah meninggal maka satu satunya jalan adalah minta ahli warisnya memberi petunjuk kepadaku. Tolong tanya siapakah diantara kalian yang bernama Put-ji Totiang? Cayhe siap menantikan petunjuk darinya!" Terhadap sindiran orang itu Bu-beng Cinjin hanya menanggapi dengan senyuman, namun terhadap tantangannya kepada Put-ji Tojin, tentu saja dia tidak berani menanggapi dengan begitu saja. Apalagi Put-ji telah tewas terkena sambitan jarum Lebah hijau yang diperoleh Ong hui-bun, si tosu yang menyamar sebagai Tojin bisu tuli dari tangan Siang Ngo-nio. Dengan perasaan sangsi Bu-beng Cinjin berpikir, Jangan-jangan Siang Thian-beng telah bersekongkol dengan anggota Bu-tong-pay, bila aku tidak sanggup mengundang Put-ji untuk tampil melayani tantangan ini, maka mereka segera akan memfitnah diriku? Tapi Ong hui-bun mempunyai permintaan kepadaku, mustahil dia mau berhubungan dengan Siang Thian-beng hingga merusak rencana dia sendiri. Berpikir begitu maka diapun mengalihkan sorot matanya ke seputar arena, dia bermaksud menemukan Tojin bisu tuli dari kerumunan orang banyak. Sementara itu terdengar Put-po berkata, "Put-ji sute tidak nampak hadir disini, walaupun pinto tidak berani mengatakan telah memperoleh warisan dari mendiang Ciangbunjin, akan tetapi.... Belum selesai dia berkata, Siang Thian-beng telah memperlihatkan perasaan kaget bercampur tercengang, serunya tertahan, "Hah? Bukankah Put-ji Totiang adalah satu-satunya ahli
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

waris Bu-siang Cinjin? Kenapa dia tidak nampak ikut hadir dalam upacara pemakaman?" Diam-diam Bu-beng Cinjin berpikir, "Sekarang masih belum saatnya untuk menying-kap kejadian yang sebenarnya, akan kucoba seberapa banyak yang dia ketahui. Maka diapun mengarang sebuah cerita bohong, katanya, "Oleh karena kesedihan yang kelewat batas, sungguh tidak beruntung Putji sedang jatuh sakit. "Aaah, sungguh tidak beruntung. Bu-beng Cinjin, kau adalah penerus Ciangbunjin, kalau dibicarakan yang sebenarnya, janji dari mendiang Ciangbunjin seharusnya menjadi tanggung jawabmu untuk mewakilinya, padahal seusai upacara pemakaman, kaupun harus menghadiri upacara penyerahan tanda gelar kehormat-an, bagimu jelas waktunya sangat tidak sesuai. Tentu saja bila kau bersedia memberi petunjuk, hal ini jauh lebih baik lagi, tapi bila merasa kurang leluasa, kaupun bisa memilih salah satu diantara murid-murid perguru-an anda untuk tampil mewakili Put-ji tootiang. Kemarin, Bu-beng Cinjin sudah pernah melihat kelihayan ilmu silatnya, dalam hati diapun berpikir, "Ilmu pedangnya masih setingkat lebih tinggi daripada Beng-ci, kendatipun kusuruh Bu-si sute tampil ke arena pun belum tentu dia sanggup menandingi kehebatannya, apalagi Put-po. Hmm, sampai akupun dia berani tantang, jangan-jangan orang ini memang masih menyembunyikan jurus pamungkas yang kemarin belum sempat diperlihatkan?" Dalam pada itu Bu-si Tojin telah tampil ke depan sambil berkata, "Siang-sianseng, biar pinto yang minta petunjuk beberapa jurus seranganmu. Put-po yang berada di sampingnya cepat menyela, "Keinginan sebenarnya dari Siang sianseng adalah ingin beradu pedang melawan ahli waris mendiang Ciangbunjin, sekalipun aku bukan murid langsung Bu-siang Cinjin, namun masih terhitung kakak seperguruan Put-ji, aku rasa pertarungan ini lebih cocok aku yang mewakili Put-ji.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Perlu diketahui, walaupun usia Bu-si Tojin dan Put-ji hanya selisih tidak seberapa, namun Bu-si Tojin berasal dari angkatan dengan Busiang Cinjin. Tampilnya Put-po dengan gagah berani sebetulnya tidak lebih hanya ingin menyelaraskan tingkat keseniorannya dengan Siang Thian-beng. Melihat itu, kembali Bu-beng Cinjin berpikir, "Jika membiarkan Put-po yang brtanding, jelas sudah dia pasti akan menderita kekalahan. Tapi bila membiarkan Bu-si yang tampil, menang tidak gagah apalagi jika sampai kalah, hal ini akan sangat memalukan." Kemarin dia telah menyaksikan sendiri kehebatan ilmu pedang yang dimiliki Siang Thian-beng, dia sadar, kecuali dirinya turun tangan sendiri, tidak akan ada murid Bu-tong-pay yang sanggup menandingi kehebat-an Siang Thian-beng. Tapi sekarang dia sedang menghadapi kesibukan yang luar biasa, seusai dilantik jadi Ciangbunjin dan sebelum diselenggaranya upacara penobatan gelar dari kerajaan, dengan posisinya sekarang mustahil baginya untuk turun tangan sendiri. Sementara dia masih sangsi dan tidak dapat mengambil keputusan, terdengar Siang Thian-beng berkata lagi sambil tertawa tergelak, "Kalian berdua tidak perlu rebutan, lebih baik maju bersama!" "Siang Thian-beng, kata Bu-si Tojin gusar, "kau anggap setelah mendapat gelar Rasul pedang maka tiada orang lagi yang sanggup mengalahkan dirimu?" Pada saat itulah mendadak terdengar seseorang berkata, "Janji yang ditinggal Sucouw sudah sepantasnya bila aku yang mewakili. Susiok-couw, Toa-supek, harap kalian tidak usah berebut. Menyusul kemudian muncul seorang pemuda berwajah bersih, usianya seputar tujuh, delapan belas tahuan. Orang ini tidak lain adalah Keng Giok-keng. Ternyata meskipun semalam dia telah dihajar Tojin bisu tuli hingga jatuh tidak sadarkan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

diri, namun apa yang dilakukan Tojin bisu tuli hanya sebatas membuatnya "tidak sadarkan diri" dan sama sekali tidak melukainya. Sekalipun begitu, setelah melalui pertarungan yang amat seru, walaupun tenaga murni Keng Giok-keng tidak sampai mengalami "luka parah", "luka kecil" memang tidak dapat dihindarkan. Melihat kemunculan Keng Giok-keng, Siang Thian-beng segera menegur, "Engkoh cilik, berapa usiamu tahun ini?" Jelas sekali, dia bertanya dengan nada sinis dan pandang enteng. "Kau tidak usah mengurusi berapa usiaku tahun ini, tukas Keng Giok-keng angkuh, "yang seharusnya kau tanyakan adalah apakah aku pantas menerima tantanganmu?" "Bagus, kalau begitu aku balik bertanya, atas dasar apa kau merasa berhak untuk mewakili Bu-siang Cinjin menerima tantanganku ini?" Bu-liang Tojin, ketua para Tianglo dari Bu-tong-pay yang berdiri di sampingnya segera mewakili bocah itu untuk menjawab, "Dia bernama Keng Giok-keng, salah seorang murid Put-ji. Biarpun usianya masih muda, namun ilmu pedangnya diajar langsung oleh mendiang Ciangbun-suheng. Dia dengan statusnya sebagai ketua Tianglo ternyata secara khusus dan serius memperkenalkan seorang murid angkatan muda dari perguruannya, hal ini menunjukkan kalau dia kuatir Siang Thian-beng enggan menerima Keng Giok-keng sebagai lawan tandingnya. "Oooh, kalau begitu kau adalah satu-satunya ahli waris dari Busiang Cinjin!" seru Siang Thian-beng. "Rasanya sulit bagiku untuk menjawab pertanyaanmu itu, memang benar, ilmu pedang yang kupelajari berasal dari Sucouw, tapi hanya beberapa bagian yang berhasil kuserap, hal ini baru bisa dijawab setelah aku beradu pedang denganmu nanti, biar penilaian diberikan oleh beberapa orang Tianglo itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siang Thian-beng sendiripun pernah mendengar Tonghong Liang memuji kehebatan ilmu pedangnya serta bakat alamnya yang luar biasa, tapi setelah melihat kalau bocah itu hanya seorang pemuda berusia tujuh, delapan belas tahunan, bagaimana mungkin dia memasukkan dalam pandangan matanya. Setelah mendengus katanya, "Sebetulnya janji ini adalah janjiku dengan Bu-siang Cinjin, perduli kau adalah seorang kakek yang telah berusia delapan puluh tahun atau bocah yang masih berusia delapan belas tahun, bila kau merasa dapat mewakili Bu-siang Cinjin untuk memenuhi janji ini, akupun dapat menganggap kau sebagai wakil dari Bu-siang Cinjin. Cuma ingat, jangan kau anggap hal ini sebagai mainan. Kau mengerti maksudku bukan?" "Aku mengerti. Kau takut orang lain menuduhmu yang tua menganiaya yang muda. Kalau begitu kita bicarakan dulu dimuka, kau boleh menyerangku dengan sepenuh tenaga, sementara aku pun tidak akan segan-segan melancarkan serangan telengas!" "Bagus, punya semangat, kalau begitu ayoh majulah!" Bu-beng Cinjin tidak tahu kalau semalam Keng Giok-keng telah bertarung melawan Tojin bisu tuli menyaksikan wajah pemuda itu kusut dan layu, dikiranya dia sedang sedih karena kematian ayah angkatnya. Maka cepat ujarnya, "Siang-sianseng, bagaimana kalau pelaksaan janji itu kita tunda dua hari lagi?" "Kenapa?" "Selama ini dia amat disayang Sucouwnya, sedang hari ini adalah hari jenasah Sucouwnya dikebumikan, perasaan sedih pasti sedang mencekam hatinya. Lagi-pula secara adat kurang baik bila pertarungan dilaksanakan pada saat seperti ini. "Perkataan Cinjin keliru besar. Pertama, janji ini aku buat semasa Bu-siang Cinjin masih hidup dulu, jadi seharusnya diselesaikan sebelum dia masuk liang tanah, dengan begitu kita baru bisa menganggap dia datang sendiri memenuhi janji. Lagipula kalau memang Lan sauhiap adalah cucu murid yang paling disayang Busiang Cinjin, untuk menunjukkan rasa baktinya, diapun seharusnya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perlihatkan semua ilmu yang telah dipelajarinya dari perguruan di depan layon Bu-siang Cinjin, agar Cinjin bisa ikut bangga karena keberhasilan ilmu pedang cucu muridnya dan bisa beristirahat dengan tenang dialam baka!" "Ucapan ini sangat masuk diakal, Bu-liang Totiang manggutmanggut, "Giok-keng, kalau begitu anggap saja Sucouwmu ikut hadir di arena pertarungan dan menyaksikan kau bertanding. Dengan diucapkannya perkataan itu, sama saja dia telah melengkapi Siang Thian-beng dengan alasan ke tiga: membiarkan Keng Giok-keng bertanding didepan kuburan Sucouw nya telah memberikan rangsangan tidak berwujud kepadanya. Bu-beng Cinjin segera berkerut kening, namun diapun harus menghormati status Bu-liang Totiang sebagai seorang Tianglo, kendatipun dihati kecilnya merasa sangat tidak puas, dia pun hanya bisa berkerut kening saja. Tiba tiba Pun-bu Thaysu berkata, "Siang-sicu, sewaktu kau membuat pernjanjian dengan Bu-siang Cinjin tempo dulu, tujuannya tentu hanya ingin beradu ilmu pedang saja bukan?" "Betul. Tapi aku adalah angkatan muda, kata beradu tidak berani kugunakan, lebih cocok kalau disebut minta petunjuk, karena kata ini lebih sesuai. Bagaimanapun Bu-siang Cinjin sudah masuk ke liang kubur, biar rendah hati sedikit pun tidak masalah. "Kalau memang begitu, pertandingan pedang kali ini seharusnya hanya sampai saling menutul bukan, ucap Pun-bu Thaysu. "Memang seharusnya begitu, tapi golok dan pedang tidak bermata, seandainya terjadi luka atau salah bacok pun mungkin masing-masing harus menuruti kehendak Thian. Sebagian besar tamu yang hadir disana pada menaruh rasa simpatik kepada Keng Giok-keng, perkata an itu segera memancing pembicaraan ramai diantara mereka.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ada yang mengatakan, kalau bertanding pedang maka seharusnya menang kalah ditentukan pada ilmu pedang, adu jurus bukan adu kekuatan. Ada pula yang mengatakan, meski luka memang susah dihindari tapi bila menyebabkan pihak lawan terluka dalam, itu berarti dia melukai lawan memakai tenaga dalam dan bukan terluka karena jurus ilmu pedang. Karena itu seharusnya penggunaan tenaga dalam harus dilarang. Bahkan ada pula yang berpendapat menggetar lepas pedang lawan dengan menggunakan tenaga dalam pun seharusnya dilarang. "Omintohud, Put-bu Thaysu segera merangkap tangannya di depan dada, "terluka tanpa sengaja memang susah dihindari, tapi disengaja atau tidak sukar untuk ditentukan. Lolap berharap kedua belah pihak sama-sama mempunyai perasaan welas asih, asal bisa ditaati, itu sudah lebih dari cukup. Menggunakan kesempatan itu Bu-beng Cinjin segera ikut menimbrung, "Sengaja atau tidak sengaja susah dipastikan dengan mata telanjang. Masih untung ada Put-bu Thaysu yang bermata tajam dan bijaksana. Bagaimana kalau dalam pertarungan kali ini, biar Thaysu saja yang menjadi juri?" Sebenarnya "perjanjian" ini termasuk perjanjian yang sifatnya pribadi, sama sekali berbeda dengan perjanjian adu ilmu silat yang biasanya terjadi antara dua perguruan karena dendam kesumat. Bila perjanjian itu bersifat yang belakang, memang dibutuhkan seorang juri untuk menyaksikannya, sementara kalau sifatnya hanya pribadi tidak perlu. Tapi kini Bu-beng Cinjin mengusulkan hal tersebut, sedang Punbu Thaysu pun telah menyang-gupi, terpaksa Siang Thian-beng harus menghormati Put-bun Thaysu, ketua ruang Tat-mo dari biara Siau-lim ini dan menyetujuinya menjadi juri, sekalipun perasaan persetujuan harus dilakukan dengan terpaksa.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan cepat Siang Thian-beng telah meloloskan pedangnya, dia memberi hormat terlebih dulu kepada peti mati Bu-siang Cinjin. Seusai memberi hormat, dengan lantang dia baru berkata, "Semenjak berusia tiga puluh tahunan, aku belum pernah menggunakan golok atau pedang yang terbuat dari logam. Tapi hari ini aku datang kemari adalah lantaran untuk memenuhi janjiku dengan Ciangbun Cinjin dari Bu-tong-pay, andaikata tidak menggunakan senjata berbentuk pedang, mungkin tindakanku itu akan dianggap kurang hormat terhadap seorang Cianpwee, untuk itu harap kalian semua maklum adanya!" Biarpun penampilannya seolah menaruh rasa hormat terhadap Bu-siang Cinjin, namun sikap angkuh dan jumawanya jelas sekali terpancar keluar dari wajahnya. Akan tetapi apa yang dikatakan memang benar. Apabila ilmu pedang dapat dilatih hingga mencapai tingkat kesempurnaan, setiap benda yang ditemukan dapat dipergunakan sebagai pengganti pedang, bahkan tanpa pedang di tangan pun tetap dapat mempergunakan ilmu pedang. Seperti contohnya kemarin, sewaktu dia "beradu pedang" melawan Seebun-hujin, "pedang" yang dipergunakan Seebun-hujin hanya berupa sebatang ranting pohon, sedangkan pedangnya hanyalah sepasang tangan kosong. Chin Ling-hun, sahabat karib Kok thiat-cing segera tertawa dingin, ejeknya, "Gayanya sok, ngibulnya gede. Sudah jelas yang tua menganiaya yang muda, lagaknya masih memuakkan. Huuuh, menangpun tidak gagah, apalagi kalau kalah, bikin malu saja. Memang paling enak kalau segala kesalahan dilimpahkan kepada Bu-siang Cinjin. Chin Ling-hun termasuk juga seorang jago pedang kenamaan, dia seharusnya termasuk juga seorang pendekar dengan pengetahuan luas, perkataan itu terang terangan bermaksud mengejek Siang Thian-beng, membuat para tamu yang sebagian besar memang menaruh simpatik kepada Keng Giok-keng segera
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tertawa terbahak-bahak. Siang Thian-beng mendengus dingin, katanya, "Aku tidak pernah menggubris segala omongan orang, siapa saja yang merasa tidak puas, selesai pertandingan pedang ini, silahkan saja ikut merasakan kehebatan pedang tanpa wujudku. Kontan meledak hawa amarah Chin Ling-hun, teriaknya nyaring, "Begitu selesai bertanding, asal kau belum mampus, akulah orang pertama yang akan minta pelajaran darimu. Buru-buru Bu-liang Tianglo melerai, serunya, "Saudara sekalian, harap melihat wajah Pun-bu Thaysu dan pinto, jangan membuat masalah baru lagi. Pun-bu Thaysu adalah juri, dengan sengaja menarik nama Punbu Thaysu, Bu-liang Tianglo bermaksud meningkatkan bobot perkataan sendiri. Betul saja, suasana yang mulai gaduh pun seketika menjadi hening kembali, semua orang tidak berani banyak bicara. Dalam pada itu Pun-bu Thaysu telah menghampiri Keng Giokkeng sambil bertanya, "Siau-sicu, apakah belakangan kau baru saja sembuh dari sakit parah?" Diam-diam Keng Giok-keng merasa tercekat, pikirnya, 'Sungguh lihay ketajaman mata hwesio tua ini' Namun dia segera menjawab, "Tidak. "Baguslah kalau tidak. Aku lihat semangatmu sedikit kurang bagus, karena itu sengaja bertanya begitu. Bagus, bangkitkan semangatmu dan gunakan pedang sesuai dengan kemampuanmu. Bagi seorang jago, begitu turun tangan segera akan diketahui berisi atau tidak, jangan kau pikirkan masalah menang kalah!" Sambil berkata dia segera menepuk bahu Keng Giok-keng. Begitu ditepuk, Keng Giok-keng merasakan ada segulung aliran hawa panas mengalir masuk lewat Cian-cing-hiat di bahunya dan dalam waktu singkat menye-bar ke seluruh tubuh, dia merasakan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

semangatnya seketika berkobar. Sadar kalau secara diam-diam Pun-bu Thaysu telah membantunya, dia segera berkata, "Terima kasih atas dorongan semangat Thaysu. Selesai berkata dia segera meloloskan pedangnya dan tampil ke tengah arena. Sementara itu Siang Thian-beng telah memasang kuda-kuda, sorot matanya dicurahkan ke ujung pedang, mimik mukanya serius, seolah sedang menghadapi musuh tangguh. Bertarung melawan singa menggunakan sepenuh tenaga, berbarung melawan kelinci tetap menggunakan sepenuh tenaga, inilah ajaran seorang jago lihay kelas satu untuk mempertahankan prinsipnya tidak kalah. Jangan takut sepuluh laksa, yang dikuatirkan justru seandainya terjadi. Hanya menggunakan sikap yang sama seriusnya dalam menghadapi setiap masalah, kau baru bisa berjagajaga atas terjadinya segala kemungkin-an. Bagi seorang jago silat, begitu turun tangan segera akan ketahuan berisi atau tidak. Tapi begitu Siang Thian-beng memasang kuda-kuda, dia segera memperlihatkan kewibawan dari seorang jago silat kenamaan. Siang Thian-beng tersohor sebagai seorang jago pedang dengan julukan Rasul pedang, sebaliknya Keng Giok-keng meski merupakan cucu murid yang memperoleh warisan langsung dari Bu-siang Cinjin, namun dia tidak lebih hanya seekor anak ayam yang baru menetas, maka tidak heran sikap serius yang diperlihatkan jago pedang itu terhadap pertarungan yang segera berlangsung membuat setiap orang merasa tercengang dan di luar dugaan. Akan tetapi sikap seriusnya itu mengartikan juga bahwa dia menaruh rasa hormat terhadap Bu-siang Cinjin, hal ini membuat para murid Bu-tong-pay disatu sisi merasa sangat puas, disisi lain menguatirkan juga keselamatan Keng Giok-keng. Bahkan Bu-beng Cinjin yang sangat mengetahui kehebatan ilmu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedang Keng Giok-keng pun diam-diam berpikir, "Semoga saja dia dapat bertahan tiga sampai lima puluh gebrakan, walaupun akhirnya kalah, rasanya dia tetap kalah dengan terhormat. Di bawah sorot mata banyak orang Keng Giok-keng telah berjalan menuju ke hadapan Siang Thianbeng, ujarnya sembari melintangkan pedangnya di depan dada, "Siang sianseng jauh-jauh datang sebagai tamu, silahkan melancarkan serangan lebih dahulu!" Mula-mula Siang Thian-beng agak tertegun, kemudian sahutnya sambil tertawa, "Benar, kau adalah wakil Bu-siang Cinjin, aku tidak boleh memandang kau sebagai seorang murid angkatan muda dari Bu-tong-pay. Bila memutar balikkan tata sopan santun, hal ini justru akan memperlihatkan sikap tidak hormatku kepada Bu-siang Cinjin. Bicara sampai disitu segera bentaknya, "Lihat serangan!" Cahaya pedang secepat sambaran petir segera menyapu ke depan. "Triiing....!" Keng Giok-keng mundur selangkah. Siang Thian-beng segera melancarkan tiga jurus serangan berantai, serangannya tiba susul menyusul. Jurus kedua ganas bagaikan bianglala panjang yang membabat ke arah pinggang, jurus ke tiga telengas bagaikan rantai baja yang langsung menusuk ulu hati. "Triiiing, triiiing, triiiing!" selesai terjadi tiga kali dentingan nyaring, tubuh Keng Giok-keng mundur lagi sejauh tiga langkah, namun dilihat dari mimik wajahnya, pemuda itu masih nampak tenang dan santai, sedikitpun tidak ada pertanda menderita kekalahan. Kejadian ini kontan saja memancing perasaan kaget bercampur keheranan dari para hadirin, bahkan Put-po yang berdiri di samping Bu-beng Cinjing pun berbisik lirih, "Tidak kusangka Giok-keng-sutit berhasil memahami semua intisari pelajaran silat dari perguruan kita!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Intisari pelajaran ilmu silat Bu-tong-pay adalah "dengan lembek mengatasi keras", ketika menghadapi tiga jurus serangan dahsyat dari Siang Thian-beng tadi, Keng Giok-keng memang benar-benar memperlihatkan kehebatan dari tehnik empat tahil membelokkan ribuan kati. Siang Thian-beng mendengus dingin, kembali dia melanjutkan serangan mautnya, setiap ancaman muncul bagaikan gulungan ombak di sungai Tiangkang yang mengalir dan menggulung dengan hebatnya. Keng Giok-keng menciptakan lingkaran pedangnya satu per satu, lingkaran-lingkaran besar, lingkaran kecil, lingkaran bulat, lingkaran loncong, dalam lingkaran terkandung lingkaran lain, setiap lingkaran yang tercipta segera memunahkan satu bagian tenaga serangan dari Siang Thian-beng. Tanpa terasa tiga puluhan gebrakan sudah lewat tanpa bisa menentukan siapa menang siapa kalah. Senyuman puas mulai tersungging diujung bibir Bu-beng Cinjin maupun Pun-bu Thaysu, pikir mereka, "Sekalipun bocah ini bakal kalah saat ini, namun keberhasilan yang telah dicapainya tetap akan mempertahankan nama baik Bu-tong-pay, justru yang paling dikuatirkan sekarang adalah dia tidak tahu diri dan merangsek terus. Seandainya Keng Giok-keng menyerah kalah saat itu, boleh dibilang walaupun kalah namun dia kalah dengan cemerlang, bagi nama baik pihak Bu-tong-pay sendiripun akan semakin bertambah dan sama sekali tidak akan menderita kerugian apa pun (perlu diketahui, dia tidak lebih hanya cucu murid Bu-siang Cinjin). Tentu saja keputusan tersebut hanya bisa diambil oleh pihak yang bersangkutan, sementara penonton tidak bisa melampaui wewenang tersebut. Namun Keng Giok-keng sama sekali tidak punya niatan untuk mundur, dia masih tetap mematahkan setiap jurus yang datang, memunahkan setiap gerakan yang mendekat, bahkan dia seolah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sudah terlelap dalam kondisi lupa diri, sama seperti Siang Thianbeng, seluruh pikiran, tenaga dan konsentrasinya telah terpusat di ujung pedang lawan. Oleh karena kedua belah pihak sama-sama bersikap begitu, tampaknya sebelum menang kalah diketahui, pertarungan tersebut tidak mungkin akan berhenti dengan begitu saja. Bu-beng Cinjin selain girang diapun merasa kuatir, gembira karena tidak mengira seorang murid angkatan mudanya sanggup bertarung hampir lima puluh gebrakan lebih melawan si Rasul pedang. Kuatir karena pada akhirnya Keng Giok-keng bakal kalah, sekalipun kekalahannya tidak sampai merusak nama baik Bu-tongpay, namun pemuda itu sendiri mungkin kalau tidak mati bakal menderita luka parah. Siang Thian-beng mengembangkan ilmu pedangnya dengan hebatnya, gerak serangannya ibarat burung elang yang terbang di angkasa, menyambar dan menukik tidak menentu. Begitu hebatnya gempuran yang dilancarkan membuat kening Keng Giok-keng mulai dibasahi keringat sebesar kacang kedele. Sementara itu Bu-beng Cinjing, Bu-si Tojin serta Put-po Tojin yang merupakan jago-jago pedang dari Bu-tong-pay merasa teramat terperanjat, ternyata mereka dapat melihat bahwa dibalik sifat keras dari ilmu pedang Siang Thian-beng terkandung pula sifat lembek, terutama gaya pedangnya sewaktu berputar dan menari diudara ibarat gelombang samudra yang mengembang ke empat penjuru, bahkan secara lamat-lamat terkandung "makna" dari ilmu pedang Thay-kek-kiam-hoat. Walaupun hingga detik itu Keng Giok-keng masih sanggup menghadapi datangnya semua ancaman, namun dalam pandangan ke tiga orang jago pedang ini, permainan pedang Keng Giok-keng boleh dibilang telah dikuasahi pihak lawan. Diam-diam Keng Giok-keng menarik napas panjang, dalam hati dia berbisik, "Biarkan dia menindih bagaikan gunung Thay-san, kutanggapi seperti hembusan angin sejuk.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seketika itu juga pikirannya pulih kembali dalam kesegaran, gerakan pedangnya ringan bagai lambaian pohon Liu, meski ringan dan lembek namun tidak akan bisa dihancurkan oleh hembusan angin puyuh sekali-pun. Tanpa terasa timbul juga perasaan "sayang" Siang Thian-beng atas bakat bagus pemuda itu, tapi pikiran lain segera melintas, "Jika aku membiarkan bocah ini bertahan sampai seratus gebrakan lebih, harus kutaruh ke mana wajahku ini dihadapan para enghiong, apalagi mau membuka perguruan besar!" Nama dan status seketika mengalahkan rasa sayangnya atas bakat pemuda itu, sambil menggigit bibir dia segera mengeluarkan jurus pamungkas lain yang lebih ganas dan telengas. Tampak cahaya pedang menyambar bagaikan sambaran kilat, begitu silau dan menusuk mata membuat para jago yang menonton disekeliling arena pun merasakan matanya ikut sakit hingga nyaris tidak sanggup dibuka kembali. Dalam keadaan seperti ini, sekalipun. Keng Giok-keng mengerti tehnik "empat tahil membelokkan ribuan kati", namun bila tidak mampu melihat jelas datangnya serangan lawan, mana mungkin dia bisa mengeluarkan jurus untuk menghadapinya? Baru saja Bu-beng Cinjin akan mempertaruhkan nama baiknya untuk mewakili Keng Giok-keng mengaku kalah, mendadak satu kejadian yang sama sekali tidak terduga telah berlangsung di depan mata. Di tengah pertarungan yang begitu sengit, tiba-tiba saja Keng Giok-keng memejamkan sepasang matanya. Kalau dibicarakan memang sungguh aneh, begitu dia pejamkan mata, gerak serangannya jadi lebih santai, setiap jurus yang digunakan secara kebetulan dan pas selalu berhasil memunahkan serangan lawan, sikapnya yang semula tegang pun kini jadi lebih santai, lambat laun peluh yang semula membasahi jidatnya berangsur menghilang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Put-po betul-betul kesemsem dibuatnya, dengan mata terbelalak tanpa berkedip dia ikuti terus pertarungan yang sedang berlangsung. Tiba-tiba tanyanya kepada Bu-beng Cinjin, "Aku.... aku sama sekali tidak menyangka kalau Giok-keng-sutit berhasil melatih ilmu pedangnya hingga mencapai tingkat begitu sempurna, bagaimana.... bagaimana cara dia melatihnya? Rasanya belum pernah tercatat dalam ilmu pedang perguruan kita. Bu-beng Cinjin sendiripun terperangah menyaksikan kehebatan anak muda itu, berapa saat kemudian dia baru menjawab, "Tentu saja tidak ada catatan dalam ilmu pedang kita, yang dia pakai adalah ajaran sang koki menjagal sapi, melihat tapi tidak melihat, kalau seseorang berhasil mencapai tingkatan seperti ini, memang tidak perlu lagi jurus atau gerakan serangan. "Berarti Giok-keng-sutit telah berhasil mencapai tingkatan seperti itu?" tanya Put-po terperanjat. "Aku tidak tahu karena aku sendiripun belum pernah mencapai tingkatan seperti itu. Tapi menurut penilaianku, kendatipun belum mencapai tingkatan seperti itu, paling tidak sudah mendekatinya. Put-po, kau paling memahami seluk beluk ilmu pedang perguru an kita, coba kau perhatikan apakah ke dua jurus serangannya telah mencapai dari tiada menjadi ada, dari ada menjadi tiada?" Yang dimaksudkan sebagai dari tiada menjadi ada, dari ada menjadi tiada? Adalah menitik beratkan pada "niat pedang". Apabila seseorang dapat mencapai pemahaman atas ilmu pedang tingkat tinggi maka setiap gerakan yang dilakukan seadanya bisa berubah menjadi jurus serangan maut, yang tampak seolah tanpa jurus sesungguhnya mengandung jurus serangan yang luar biasa. Antara "tiada" dan "ada" sudah bukan merupakan wujud yang bisa terlihat dengan nyata, karena kedua sifat itu telah membaur jadi satu. Itulah sebabnya orang kuno mengatakan: dari tiada bisa diperoleh ada, seakan ada namun tetap tiada.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Put-po manggut-manggut, ujarnya, "Perkataan Ciangbunjin memang benar, walaupun gerak serangan yang dipergunakan Giokkeng sutit sama sekali tidak mengandung unsur ilmu pedang perguruan kita, akan tetapi bila diamati lebih teliti, dapat dilihat adanya sifat dari Thay-kek-kiam-hoat, hanya saja sungguh aneh, kenapa ilmu pedang milik Siang Thian-beng pun seakan mengandung juga unsur dari ilmu pedang kita?" "Pernyataanmu itu hanya benar separuh, kata Bu-beng Cinjin. "Harap Ciangbunjin mau memberi petunjuk. "Memang benar, ilmu pedang dari Siang Thian-beng ada berapa bagian mirip unsur Thay-kek-kiam-hoat-kiam aliran kita, tapi inti utama dari jurus serangan nya masih tetap ilmu pedang perguruannya, Hui-eng-hwee-sian-kiam-hoat. Berbicara tentang tingkatan yang berhasil dicapai, dia masih kalah setingkat bila dibandingkan Giok-keng. Put-po Tojin adalah seorang "gila pedang", sebenarnya dia ingin manfaatkan kesempatan itu untuk minta petunjuk yang lebih banyak dari Bu-beng Cinjin, namun melihat pertarungan yang berlangsung di tengah arena telah memasuki babak yang paling gawat dan tegang, dia kuatir terlewat melihat satu dua perubahan hebat yang bakal muncul, maka dia tidak banyak berbicara lagi dan segera memusatkan seluruh perhatian ke tengah arena pertarungan. Sementara Put-po dan Bu-beng membicarakan tehnik dan intisari dari ilmu pedang, maka sebagian besar tamu hanya melihat "keramaian" dan bukan menyaksikan "kehebatan tehnik" nya. Selama ini Keng Giok-keng hanya memejamkan mata, dia seolaholah benar-benar memandang tapi tidak melihat, mendengar tapi tidak mendengar. Tidak kuasa lagi semua orang bersorak-sorai memuji kehebatan Keng Giok-keng, bahkan ada yang mulai mengejek, "Hahahaha.... katanya saja Rasul pedang, ternyata tidak mampu mengungguli seorang bocah yang memejamkan mata!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aaah belum tentu, coba lihat si Rasul pedang masih menguasai enam, tujuh bagian penyerangan!" "Tapi musuhnya memejamkan mata, biar menang pun tetap tidak gagah, apalagi kalah!" "Coba kalian lihat, tampaknya sewaktu bocah itu memejamkan mata, dia jauh lebih lihay daripada sewaktu membuka matanya. "Kalian semua tidak tahu, cahaya pedang dari Rasul pedang yang berkilauan seperti halilintar, hanya dengan pejamkan mata dia baru tidak merasakan silau. Walaupun orang terakhir yang mengucapkan perkataan itu tidak mengerti teori ilmu pedang tingkat tinggi, namun apa yang dijelaskan memang merupakan kenyataan. Sindiran dan ejekan dari orang orang itu kontan saja membuat Siang Thian-beng berang, dengan mempertaruhkan nama baiknya tiba-tiba dia melancarkan serangan mematikan. Terlihat cahaya pedang bagaikan sambaran petir itu mendadak membelah bumi, diiringi kilatan bianglala berwarna perak, Siang Thian-beng membentak nyaring, melambung ke udara dan menyerang dari tengah udara. Dia telah menggunakan jurus pamungkasnya yang terakhir dari ilmu pedang Hui-eng-hwe-sian-kiam-hoat. Sebagian jago yang hadir di arena adalah tokoh silat yang menguasai ilmu silat tingkat tinggi, mereka terkejut juga setelah melihat dia mengeluarkan jurus tangguh itu. Bahkan Bu-beng Cinjin yang selama ini menaruh kepercayaan tinggi terhadap Keng Giokkeng pun ikut ' erubah mukanya. Gerak serangannya ini ibarat bumng elang yang terbang di angkasa lalu berputar, menukik sambil menyerang ke bawah, di antara gerakan pedangnya yang menukik sambil meliuk-liuk itu, paling tidak terkandung sembilan macam pembahan. Tiga puluh tujuh tahun berselang, ketika gurunya, Hian-tin-cu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bertarung melawan Bu-siang Cinjin, waktu itu Hian-tin-cu sempat menggunakan jurus pamungkas ini, saat itu Bu-siang Cinjin hanya mampu memunahkan gerakan serangannya saja. Sekalipun pada akhirnya Bu-siang Cinjin berhasil memenangkan pertarungan, namun berbicara soal jurus serangan ini, Bu-siang Cinjin hanya mampu memunahkannya dan bukan mematahkan gerak serangan itu. Saat itu, dalam jurus serangan yang dilancarkan Hian tin-cu hanya tersisip tujuh jenis perubahan, sementara jurus yang digunakan Siang Thian-beng saat ini mengandung sembilan jenis perubahan. Sekalipun jago yang menguasahi tehnik empat tahil membelokkan ribuan kati pun tidak mungkin baginya untuk memunahkan satu jums dengan sembilan gerakan itu dalam waktu singkat. Apalagi tenaga dalam yang dimiliki Siang Thian-beng jauh di atas kemampuan Keng Giok-keng. Mampukah Keng Giok-keng menghadang sergapan dari tengah udara yang cepat bagaikan sambaran geledek dan disertai perubahan yang serba pelik dan rumit? Sementara semua orang menahan napas karena tegang, tampak Keng Giok-keng ikut melambung pula ke udara, gerakan pedangnya membentang bagaikan burung bangau pentang sayap. Menyaksikan hal ini, para murid Bu-tong-pay yang dengan tingkatan yang lebih tinggi jadi semakin kaget. Dulu, sewaktu Bu-siang Cinjin mematahkan jurus serangan itu, yang dipergunakan adalah jurus Twie-cong-kan-gwat (mendorong jendela memandang rembul an), sebuah jurus serangan sederhana. Twie-cong-kan-gwat adalah gerakan lurus disertai tenaga serangan, meski nampak sederhana tanpa sesuatu yang hebat, namun dengan kesederhanaan itu dia berhasil meraih kemenangan. Berbeda sekali dengan jurus Pek-hok-liang-ci, bukan saja gerak serangannya melebar bahkan harus terjadi bentrok kekerasan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan pihak lawan. Dengan gelisah Bu-beng Cinjin berpikir, "Katanya bocah ini sudah menguasahi ilmu pedang tingkat tinggi, kenapa tiba-tiba melakukan tindakan bodoh?" Tiba-tiba dia menyaksikan ternyata dalam menggunakan jurus serangan ini Keng Giok-keng masih tetap menggunakan tehnik, ada tapi tiada, bentuknya menyerupai Pek-hok-liang-ci namun niat pedangnya justru berbeda. Namun sekalipun begitu, Bu-beng Cinjin masih tetap menguatirkan keselamatan Keng Giok-keng, dia kuatir, sekalipun bocah itu dapat mematahkan jurus tersebut tapi berhubung tubuhnya masih melambung di udara, lagipula harus terjadi bentrok kekerasan, paling tidak hasil pertarungan ini bisa menyebabkan kedua belah pihak sama-sama terluka parah. Malahan kalau sedikit saja kurang berhati-hati, mungkin dia harus kehilangan selembar nyawanya. Tampaknya kedua belah pihak segera akan bentrok ditengah udara! Mendadak terlihat selapis awan merah muncul di tengah udara, ternyata Pun-bu Thaysu telah melepaskan jubah lhasa berwarna merahnya dan dibabatkan ke depan menerobos dua kilas cahaya pedang itu. "Traaaang....!" terdengar dua kali dentingan nyaring, dua bilah pedang sama-sama rontok ke tanah. Jubah lhasa milik Pun-bu Thaysu pun berubah jadi hancuran kecil dan tersebar bagaikan kupu-kupu. Keng Giok-keng terpental sejauh beberapa jengkal dan roboh terduduk di atas tanah, sementara Siang Thian-beng mundur sejauh enam, tujuh langkah lebih, paras mukanya tampak amat tidak sedap dipandang. Bu-si Tojin melotot sekejap ke arah Siang Thian-beng kemudian berjalan menghampiri Keng Giok-keng dan membangunkan dirinya sambil bertanya, "Anak Keng, bagaimana keadaanmu?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di antara empat orang Tianglo dari Bu-tong-pay, dia menempati posisi ke dua sedang ilmu pedangnya menempati posisi pertama, tujuh puluh dua jurus ilmu pedang Lian-huan-toh-beng-kiam-hoat yang dimiliki Keng Giok-keng tidak lain adalah hasil belajar darinya. Sama seperti Bu-siang Cinjin, dia pun selama ini amat sayang terhadap Keng Giok-keng. Pikirnya lagi, 'Bila anak Keng sampai terluka dalam, aku bersumpah tidak akan melepaskan Siang Thianbeng!' "Aku tidak apa-apa, sahut Keng Giok-keng perlahan, "aku hanya merasa malu bercampur menyesal, malu dan menyesal.... Yang dia maksudkan sebagai malu dan menyesal karena tidak mampu mengalahkan pihak lawan. "Kau tidak perlu malu dan menyesal, Bu-si Tojin segera menghibur, "bukan saja tidak perlu malu dan menyesal bahkan hasil pertarunganmu telah membuat pamor perguruan kita menjadi lebih cemerlang. Dalam ilmu pedang, kau sama sekali tidak kalah dari manusia yang menyebut dirinya Rasul pedang!" Sebenarnya ungkapannya yang mengandung "Penilaian" hanya pantas diucapkan seorang juri dan tidak cocok diucapkan Bu-si Tojin. Tapi pendeta ini benar-benar tidak kuasa mengendalikan rasa gusar dan dongkolnya sehingga tidak tahan diutarakan juga. Kondisi tubuh Keng Giok-keng saat itu bagaikan orang yang baru sembuh dari sakit parah, seluruh tubuhnya amat lemah. Ketika dibimbing bangun Bu-si Tojin, terlihat tubuhnya masih gontai sebelum dapat berdiri tegak. Menyaksikan hal ini, semua hadiripun berpikir, "Sekalipun dia tidak sampai menderita luka dalah, tapi dalam kenyataan telah dirobohkan oleh tenaga dalam lawan. Eehm, lalu siapa yang berhak menjadi pemenang dalam pertandingan pedang ini?" Perlu diketahui, meski sebelum pertandingan pedang sudah ada yang mengusulkan dilarang menggunakan tenaga dalam untuk melukai lawan, tapi dirobohkannya Keng Giok-keng oleh pukulan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tenaga dalam lawan adalah masalah lain, lagipula pertarungan belum sampai berakhir, Pun-bu Thaysu telah memisahkan mereka berdua, kejadian semacam inipun merupakan pelanggaran peraturan dunia persilatan, lalu apa yang harus dilakukan sekarang? Perhatian semua jago yang hadir diarena sama-sama dialihkan ke wajah Pun-bu Thaysu. Terdengar Pun-bu Thaysu mendeham beberapa kali, kemudian baru berkata, "Aku terpaksa harus memisahkan kalian berdua karena memang keadaan memaksa. Bila kalian menganggap lolap tidak pantas berbuat begini apalagi sebagai seorang juri, lolap bersedia untuk melepaskan jabatan ini. Tapi menurut pendapat lolap, hasil pertarungan barusan adalah seri, tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Entah bagaimana menurut pendapat Siang-sicu?" Walaupun sebagian besar para jago yang hadir menaruh simpatik kepada Keng Giok-keng, namun semua orangpun berpendapat bahwa keputusan yang diambil Pun-bu Thaysu jelas lebih membelai pihak Keng Giok-keng, tanpa terasa orang orang itu berpikir, "Keng Giok-keng telah dijatuhkan, sementara keadaan Siang Thian-beng masih bagaikan lentera yang belum kehabisan minyak, mana mau dia menerima keputusan ini?" Siapa tahu diluar dugaan banyak orang, tampak Siang Thianbeng berdiri dengan wajah yang berubahubah, sebentar berubah jadi hijau membesi sebentar kemudian berubah jadi merah padam. Akhirnya dengan suara sedih katanya, "Tidak, akulah yang kalah! Pun-bu Thaysu, terima kasih kau telah memberi muka kepadaku, tapi kalah tetap kalah, aku tidak boleh mengingkari kenyataan ini!" Begitu ucapan tersebut diutarakan, kontan saja para jago berdiri terperangah dan melongo, mereka bingung dan tidak habis mengerti. Pada saat itulah segulung angin berhembus lewat, tiba-tiba terlihat ada segumpal robekan kain berbentuk bulat yang besarnya seperti mata uang tembaga terbang melayang di angkasa. Darimana
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

datangnya robekan kain itu? Setelah diamati lebih seksama, semua orang baru tahu kalau pakaian di bagian dada Siang Thian-beng telah bertambah dengan sebuah lubang, besar lubang itu persis seperti sebuah mata uang. Kini para jago baru menyadari, ternyata Siang Thian-beng memang sudah menderita kekalahan. Padahal tadi mereka berdua baru saja akan bentrok satu sama lainnya, sementara bentrokan itu belum sampai terjadi, mereka berdua telah dipisah Pun-bu Thaysu. Biarpun belum terjadi benturan, namun tenaga dalam kedua belah pihak telah dipusatkan di ujung pedang, bahkan telah memancarkan hawa pedang tanpa wujud. Oleh sebab itu walaupun ujung pedang Keng Giok-keng belum sampai menyentuh tubuh Siang Thian-beng, namun hawa pedang tanpa wujudnya telah merobek pakaiannya lebih dahulu. Dengan teori yang sama seperti di atas, pukulan terakhir yang dilancarkan Siang Thian-beng meski belum sampai mengenai tubuh Keng Giok-keng, namun Keng Giok-keng seakan sudah terkena tenaga pukulan itu dan roboh terjungkal diterjang hawa pukulan lawan. Untung Pun-bu Thaysu memisahkan mereka berdua tepat waktu sehingga kedua orang itu tidak sampai terluka. Atau dengan perkataan lain, andaikata di saat yang kritis itu jika Pun-bu Thaysu tidak segera turun tangan, akibatnya kedua belah pihak pasti sama-sama terluka parah. Namun meski kedua belah pihak sama-sama terluka, taraf luka yang diderita pun berbeda. Bagi Keng Giok-keng, tentu saja dia akan menderita luka dalam yang amat parah, namun belum tentu sampai menyebabkan dia kehilangan nyawa. Sebab meski jurus pedangnya dilancarkan belakangan akan tetapi telah mencapai sasaran duluan, bila Siang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Thian-beng sudah terluka lebih dulu oleh tusukan pedang, otomatis serangannya tidak akan mampu membacok tubuh Keng Giok-keng, itu berarti dia hanya bisa mengandalkan tenaga dalam yang dilontarkan kemudian untuk melukai anak muda itu. Sebaliknya bila tusukan pedang Keng Giok-keng itu tidak kenal ampun, dapat dipastikan dada Siang Thian-beng pasti sudah tertembus oleh pedang lawan. Inilah alasan kuat yang memaksa Siang Thian-beng mau tidak mau harus mengakui kekalahannya. Pucat pias selembar wajah Siang Thian-beng, mendadak dia tertawa kalap, serunya, "Seorang cucu murid Bu-siang Cinjin saja sudah demikian hebatnya, aku masih berkhayal ingin bertarung melawan dia orang tua, benar-benar bagaikan katak dalam tempurung. Kionghi kalian Bu-tong-pay telah muncul seorang pendekar muda yang begitu hebat, aku orang she-Siang mengaku kalah!" Di tengah gelak tertawanya yang kelap, Siang Thian-beng telah berjalan keluar dari kompleks pemakaman dan pergi meninggalkan tempat itu. Para anggota Bu-tong-pay beserta para tamu segera maju memberi selamat kepada Keng Giok-keng,. Bu-beng Cinjin membimbing pemuda itu menuju ke depan layon Bu-siang Cinjin, minta dia melakukan penghormatan terakhir kepada Sucouwnya, kemudian ke empat murid Bu-tong baru memasukkan peti mati itu ke dalam liang kubur. Tidak sampai setengah jam kemudian, liang kubur telah diisi tanah, batu nisan baru pun telah diletakkan. Ketika upacara penguburan jenasah Bu-siang Cinjin telah selesai dilakukan, menyusul kemudian Bu-beng Cinjin pun secara resmi diangkat menjadi Ciang-bunjin baru dan menerima gelar kehormatan dari pihak Kerajaan. Utusan kaisar To Jian-sik segera maju mengucapkan selamat,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

katanya, "Upacara penguburan telah tertunda satu jam, apakah penganugerahan gelar bisa segera kita mulai?" Menurut tata cara yang berlaku turun-temurun, pengumuman tentang pengangkatan Ciangbunjin baru sama artinya dengan surat pengangkatan resmi, mula-mula isi pengumuman itu akan mengatakan karena mentaati pesan terakhir mendiang Ciangbunjin, disusul kemudian seluruh anggota perguruan akan memberikan penghormatannya. Dalam pada itu dua orang murid Bu-tong-pay dengan membawa baki kumala telah berdiri dikedua sisi Bu-beng Cinjin. Dalam baki pertama berisinya tanda kekuasaan dari seorang Ciangbunjin sementara dalam baki kedua berisikan satu stel jubah pendeta yang sudah nampak sangat kuno, jubah kuno itu adalah barang peninggalan dari Thio Sam-hong, Couwsu pendiri Bu-tong-pay. Kedua macam benda ini merupakan lambang kekuasaan paling tinggi dari seorang ketua Bu-tong-pay. Tiba tiba Bu-beng Cinjin berkata, "Sementara waktu kalian berdua mundur dulu, aku masih ada yang ingin kusampaikan!" Dua orang anggota Bu-tong-pay itu saling bertatap muka dengan perasaan terkejut bercampur heran. Menurut aturan yang berlaku, di saat Bu-beng Cinjin telah menyampaikan pengumuman tentang pengangkatannya sebagai Ciangbunjin penerus, dia akan menerima tanda kekuasaan dan mengenakan jubah pendeta itu. Pengumuman tidak lebih hanya mengulang kata kata yang telah disiapkan, tidak terlalu panjang isinya dan dengan cepat akan selesai dibaca, sekalipun tidak ingin mengikuti peraturan lama, tidak seharusnya Bu-beng Cinjin menitahkan mereka untuk mundur, kemudian sampai waktunya meminta mereka buru-buru maju mendekat lagi. Tapi dikarenakan perkataan ini merupakan perintah dari seorang Ciangbunjin, terpaksa kedua orang murid itu menyingkir ke
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

samping. Kebanyakan tamu tidak memahami peraturan yang berlaku dalam Bu-tong-pay, karenanya mereka tidak terlalu menganggap serius kejadian ini, sebaliknya para anggota Bu-tong-pay mulai gelisah dan cemas, serentak mereka mengawasi Bu-beng Cinjin tanpa berkedip, setiap orang memasang telinga baik-baik. Terdengar Bu-beng Cinjin perlahan-lahan berkata, Semua murid perguruan kita pasti masih ingat, sewaktu Bu-siang suheng mewakili gurunya menerima aku sebagai murid, kemudian mengangkat aku menjadi Ciangbunjin, telah terjadi satu peristiwa yang amat istimewa. Tentu saja semua anggota Bu-tong-pay menge-tahui akan peristiwa itu, tapi ada sementara tamu yang belum mengetahui akan kejadian tersebut, beramai ramai mereka mencari tahu berita tersebut dari murid Bu-tong. Bu-liang Totiang segera nyahut, "Benar, hari itu Tonghong Liang telah menyaru sebagai gurunya dan naik gunung menantang berduel, Bu-beng sute hanya menggunakan satu jurus telah berhasil menyingkap topeng kulit manusianya, hal ini membuat dia menyerah kalah dengan perasaan puas!" Bu-liang Totiang menyimpan banyak rencana busuk dalam benaknya, dalam perkiraan dia Bu-beng Cinjin bakal menyerahkan posisi ketua kepadanya setelah secara resmi dia menjadi Ciangbunjin nanti. Karena mengira Bu-beng Cinjin ingin memamerkan hasil karyanya sebelum lengser, maka diapun cepatcepat membantu memberikan penjelasan. Kini kawanan tamu baru mengerti duduknya perkara, pikir mereka hampir berbareng, "Ternyata Bu-beng Cinjin bisa diangkat menjadi Ciangbunjin karena dia telah membuat jasa besar. Sambil tertawa Pa-san-kiam-kek Kok Thiat-ceng menimbrung, "Tempo hari muridnya yang dikalahkan, hari ini gurunya yang dikalahkan, hahahaha.... tampaknya kejadian hari ini merupakan hadiah besar untuk merayakan pengangkatan Ciangbunjin baru!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bu-liang Totiang yang mendengar ucapan itu kontan saja mengernyitkan alis matanya. Melihat itu Kok Thiat-ceng baru sadar kalau perkataannya memang tidak tepat diucapkan dalam suasana begini. Apalagi yang mengalahkan muridnya adalah Ciangbunjin baru, sementara yang mengalahkan gurunya justru murid muda yang dua tingkat di bawah Ciangbunjin. Terdengar Bu-beng Cinjing melanjutkan kembali kata-katanya, "Sebenarnya aku adalah murid preman, ketika naik gunung hari itu, Bu-siang suheng segera menyiapkan upacara untuk menerimaku menjadi pendeta, disusul kemudian mewakili gurunya menerima aku sebagai muridnya. Padahal semua kejadian ini dilakukan tidak mengikuti aturan yang berlaku, karena merupakan tindakan taktis untuk menghadapi kejadian yang tidak diinginkan. "Padahal peristiwa semacam ini bukannya belum pernah terjadi sebelumnya, kata Bu-si Tianglo, "Ciangbunjin generasi ke tiga perguruan kami pernah dipegang juga oleh murid preman, yaitu Bouw Tok-it, Bouw Couwsu tidak lain adalah leluhur keluarga Bouw kalian!" "Peristiwa itu sudah terjadi pada dua ratus tahun berselang, kata Bu-beng Cinjin, "sejak leluhurku Bouw Tok-it menjadi Ciangbunjin pertama dari kaum preman, selama ini belum pernah terjadi lagi kejadian semacam itu. Karenanya aku pun tidak ingin melanggar kebiasaan yang berlaku. "Walaupun kau diangkat menjadi Ciangbunjin bertepatan pada hari yang sama setelah kau dilantik jadi pendeta, namun saat itu kau sudah berstatus seorang pendeta, jadi seharusnya pengangkatan ini tidak menyalahi aturan. "Tadi telah kukatakan, sebetulnya hal ini tidak lebih hanya merupakan siasat taktis yang digunakan Bu-siang suheng untuk mengatasi masalah, sewaktu aku menerima pengangkatan tersebut pun sempat memberikan janji bahwa setiap saat aku siap untuk dilengserkan dari jabatan ketua.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Put-po adalah orang yang paling mengagumi Bu-beng Cinjin, sebagai seorang pendeta yang polos, dia segera berseru, "Benar, oleh karena Ciangbun supek waktu itu menganggap ilmu pedangmu tiada tandingan dikolong langit, lagipula perguruan sedang dirudung banyak masalah dan kesulitan, untuk menjadi seorang Ciangbunjin selain harus mahir menggunakan ilmu pedang, diapun harus masih berusia muda, bertenaga kuat, cekatan dan hebat. Karena itulah baru terpikir untuk mengundang kau datang dan menduduki jabatan Ciangbunjin. Tatkala mendiang Ciangbunjin mengambil keputusan untuk melakukan kesemuanya itu, terlepas apakah benar seperti yang kau katakan, hanya merupakan tindakan taktis untuk mengatasi masalah, tapi sebelum semua situasi berubah menjadi lebih baik dan stabil, tidak seharusnya kau melepaskan beban dan tanggung jawab ini!" "Tidak, telah terjadi perubahan, sela Bu-beng Cinjin. "Kau sangka dengan dikalahkannya Rasul pedang dan muridnya, maka kau sudah dapat memberikan pertanggungan jawab kepada mendiang Ciangbunjin?" teriak Put-po dengan suara keras, "apakah kau tidak tahu kalau partai kita masih harus menghadapi persoalan lain yang jauh lebih penting dan berat, yang menanti kau untuk menghadapi dan menyelesaikannya!" Ketika pertama kali berbicara tadi, dia mengatakan bahwa "partai kita sedang dirundung banyak kesulitan", lalu sekarang kembali dia mengatakan kalau "partai kita masih harus menghadapi masalah lain yang jauh lebih penting daripada urusan mengalahkan Rasul pedang dan muridnya, kemudian berulang kali meminta Bu-beng Cinjin untuk menanggulanginya. Kontan saja perkataan ini menimbulkan keheboh-an diantara para tamu, ada diantara mereka yang sedang berpikir, "Saat ini partai Bu-tong sedang memasuki masa jayanya, kehebatan mereka ibarat matahari di tengah hari, mengapa dikatakan sedang dirundung banyak kesulitan?" Tapi ada pula sebagian orang yang cukup mengetahui "banyak kesulitan" apa yang sedang dihadapi Bu-tong-pay, banyak orang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

segera menganut sikap ingin tahu lebih banyak tentang masalah itu dan berharap Putpo bisa mengungkap lebih banyak lagi "aib" keluarga mereka. Kontan saja Bu-liang Totiang mengernyitkan dahi, umpatnya dalam hati, "Kini Put-po telah menjadi salah seorang Tianglo, kenapa dia masih begitu tidak tahu diri, tidak seharusnya dia mengungkap masalah yang tidak banyak diketahui orang luar. Tapi berhubung Put-po merupakan murid pertama dari bekas ketua Tianglo yang telah tiada, Bu-kek Tojin, apalagi sekarangpun telah naik pangkat menjadi seorang Tianglo, biar tidak puas di dalam hati, Bu-liangTojin tidak berani mencegahnya. "Oleh karena kau telah mengatakan, akupun tidak perlu mengelabuhi teman-teman lagi, kata Bu-beng Cinjin, "enam belas tahun berselang dalam partai kami terdapat tiga orang suheng yang satu angkatan denganku, mereka ditemukan tewas secara misterius, kasus pembunuhan ini memang harus kami selidiki hingga tuntas. Namun, biarpun aku tidak menjadi Ciangbunjin pun masih tetap bisa memberikan bantuan untuk melacak kejadian ini!" Begitu rahasia tersebut diungkap, sekali lagi terjadi kehebohan diantara para tamu yang hadir. Put-po menunggu hingga suasana menjadi tenang kembali, kemudian baru berkata, "Bu-beng-susiok, dulu kau adalah Tiong-ciu Thayhiap, sebagai seorang Thayhiap mengapa tidak kau selesaikan tanggung jawab ini hingga tuntas? Kenapa sebelum masalah besar diselesaikan, kau sudah akan regenerasi?" Dengan tabiatnya yang temperamen dan polos, begitu diumbar hawa amarah, sebutan Ciangbunjin pun segera dirubah jadi sebutan Susiok, bahkan mulai menegur sang ketua secara kasar. Kini habis sudah kesabaran Bu-liang Totiang, tidak tahan hardiknya keras-keras, "Put-po, kau tidak boleh bersikap kasar! Kita hanya bisa membujuk Ciangbunjin untuk berubah pikiran, tidak boleh kau tegur dengan kata-kata sekasar itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tampaknya Bu-beng Cinjin sama sekali tidak ambil perduli, katanya lagi hambar, "Put-po, perkataanmu memang tidak salah, sebutan Thayhiap memang hanya nama kosong belaka. Terus terang, imanku memang tidak teguh, setelah kuserahkan jabatan Ciangbunjin nanti, aku malah berencana untuk menjadi preman lagi. Siapa tahu setelah menjadi preman kembali, aku bisa menyumbangkan tenagaku lebih besar untuk partai. Oleh sebab itu kau boleh saja menegurku tidak teguh imannya, tapi masalah tidak menyelesaikan tugas hingga tuntas, aku rasa teguran ini kelewat berat untuk kuterima. Orang yang segera akan menerima jabatan sebagai Ciangbunjin ternyata memberikan pernyataan bahwa dia akan menjadi preman kembali, kontan saja pertanyaan itu membuat para anggota Butong-pay jadi malu. Bu-liang Totiang tampak amat gembira menyaksikan ketuanya mendapat malu, sengaja dia menghela napas panjang dan berkata, "Kalau memang kau tidak tahan hidup dalam biara, kamipun tidak akan memaksamu. Aaai, tidak heran kalau tadi kau mengatakan akan melanggar kebiasaan, ternyata memang sejak awal sudah punya rencana untuk kembali menjadi orang preman!" Dari nada pembicaraan tersebut dapat disimpulkan bahwa dia setuju bila Bu-beng Cinjin melepaskan jabatannya sebagai ketua dan diberikan kepada orang lain. "Susiok, buru-buru Put-po Tojin berseru, "harap kau berpikir tiga kali sebelum memutuskan. Berulang kali kau mengatakan akan regenerasi, lalu dimana generasi baru yang kau maksud?" "Jauh diujung langit, dekat di depan mata.... Bicara sampai disitu sengaja dia berhenti sejenak, sinar matanya perlahan lahan menyapu sekejap wajah Bu-liang Totiang, Bu-si Tojin serta Put-po Tojin. Bu-liang Tianglo merasakan jantungnya berdebar keras, sejak awal dia sudah mengetahui rencana busuk yang diatur si Tojin bisu tuli Ong Hui-bun, menurut rencana posisi Ciangbunjin oleh Bu-beng
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cinjin akan diserahkan kepadanya, kemudian dari tangannya diwariskan kepada Put-ji Tojin. Hanya saja setelah Bu-beng Cinjin lengser dari kedudukannya, maka dia akan memegang jabatan sebagai ketua selama banyak tahun, karena di saat dia telah menjadi ketua maka Put-ji Tojin harus diangkat terlebih dulu menjadi murid Ciangbunjin. Mereka terpaksa mengatur begitu karena Bu-siang Cinjin semasa hidupnya pernah berkata, Ciangbunjin baru setelah dia diharapkan bisa dipilih dari mereka yang masih muda, kuat dan penuh kemampuan. Sedangkan alasan mereka mengapa memilih Put-ji Tojin sebagai Ciangbunjin generasi berikut, pertama karena hal ini sesuai dengan urutan yang berlaku (karena Put-ji Tojin adalah murid Bu-siang Cinjin) dan kedua karena mereka memegang rahasia pribadi Put-ji Tojin. Karena mereka memegang rahasianya, otomatis Put-ji Tojin bakal menjadi boneka mereka saja. Siapa tahu semalam Put-ji Tojin tidak segan mengakui semua dosanya termasuk masalah "salah membunuh" Sutenya kepada Keng Giok-keng, semua pengakuan diberikan secara gamblang, bahkan secara beruntun dia pun bersumpah di hadapan Bu-beng Cinjin maupun Keng Giok-keng dan berjanji akan berusaha dengan sepenuh tenaga untuk mencari tahu siapa pembunuh sebenarnya yang telah menghabisi nyawa Bu-kek Totiang serta Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu. Justru lantaran masalah inilah Ong Hui-bun terpaksa turun tangan menghabisi nyawa Put-ji. Bu-liang Totiang merasa uring-uringan, dia takut kehilangan kesempatan untuk menjadi ketua, namun diapun kualir setelah menjadi ketua, kedudukan tersebut bakal diserahkan lagi kepada orang lain, diam-diam pikirnya, 'Put-ji telah mati, aku harus mewariskan kedudukan ini kepada siapa? Kalau tidak segera mengangkat murid Ciangbunjin, lagipula usiaku sudah lanjut, bisa jadi para murid tidak akan setuju bila jabatan ketua diserahkan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepadaku' Tiba-tiba dia memperoleh sebuah ide, pikirnya lebih jauh, 'Aaah betul, aku toh bisa memilih Put-po, walaupun sifatnya polos dan terus terang namun dia tidak tahu keadaan, orang semacam ini paling gampang untuk disetir' Belum habis ingatan itu melintas, terlihat Bu-beng Cinjin telah menghentikan pandangan matanya di wajah Keng Giok-keng, kemudian terdengar dia berkata lebih jauh, "Orang itu jauh diujung langit, dekat di depan mata, dia tidak lain adalah satu-satunya cucu murid Bu-siang Cinjin, Keng Giok-keng!" Begitu pengumuman itu disampaikan, bahkan para tamu yang hadir di lapangan pun nyaris tidak percaya dengan pendengaran sendiri, terlebih para anggota Bu-tong-pay, mereka sampai terbelalak saking kagetnya. "Apa?" teriak Bu-liang Totiang tidak tahan, "kau hendak serahkan posisi Ciangbunjin kepada bocah itu?" "Benar!" jawaban Bu-beng Cinjin singkat tapi tegas. Keng Giok-keng sendiripun berdiri terbelalak dengan mulut melongo saking kagetnya, dengan susah payah akhirnya dia dapat berteriak juga, "Ciangbun Cinjin, aku.... aku.... mana mungkin aku memikul tanggung jawab seberat ini!" Bibeng Cinjin segera memberi tanda, menanti suasana di arena menjadi tenang kembali, dia baru berkata lebihjauh, "Walaupun Giok-keng masih muda, namun kehebatan ilmu pedangnya telah kalian saksikan sendiri, bahkan Rasul pedang pun kalah ditangannya, coba kalian pikirkan, siapa lagi yang mampu mengalahkan dirinya? Aku menang dari dia karena tenaga dalamku jauh lebih tinggi, tapi berbicara soal ilmu pedang.... sejujurnya harus kuakui, aku masih kalah jauh!" Dia dengan status sebagai paman guru ternyata tidak segan merendahkan diri, hal ini menunjukkan bahwa pujiannya terhadap Keng Giok-keng benar-benar luar biasa.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Merah padam selembar wajah Bu-liang Totiang saking mendongkolnya, tapi dia pun tak berani mengata kan kalau ilmu pedangnya jauh lebih unggul daripada Keng Giok-keng. Put-po adalah seorang gila pedang, setelah tertegun berapa saat tiba-tiba ujarnya, "Aku tidak tahu bagaimana pemikiran orang lain, tapi terus terang aku pribadi merasa benar-benar kagum dan takluk atas kehebatan ilmu pedang yang dimiliki Giok-keng-sutit. Apa yang dikatakan Bu-beng-susiok memang tepat, dia memang seorang manusia berbakat yang belum tentu akan dijumpai dalam seratus tahun. Apalagi dalam perguruan kitapun rasanya tidak ada peraturan yang mengatakan hanya orang yang berusia lanjut saja yang pantas menjadi seorang Ciangbunjin!" Nada pembicaraan itu jelas menunjukkan kalau dia sangat setuju bila Keng Giok-keng yang menjadi ketua. Murid ke dua Bu-liang Totiang, Put-huang Tojin segera berpikir, "Tampaknya suhu sungkan untuk bicara sendiri, kalau begitu biar aku membantunya untuk berbicara. Maka sambil tampil ke depan katanya, "Put-po suheng, walaupun ucapanmu masuk akal, namun bagaimana pun Giok-keng-sutit baru menginjak usia enam, tujuh belas tahunan, mana mungkin dia bisa memimpin sebuah perguruan yang begini besar? Apalagi untuk menjadi seorang Ciangbunjin dari partai kita, bukan pandai ilmu pedang saja yang diandalkan. Tadipun Bu-beng-susiok sempat menyinggung bahwa calon ketua yang baru harus seorang yang arif, tolong tanya dimana kearifan Giok-keng-sutit? Hingga kini toh kita belum pernah melihatnya!" Put-po segera garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, katanya kemudian, "Ehmm, kelihatannya apa yang kau katakan memang masuk akal juga. "Aku rasa dalam hal ini kalian tidak perlu terlalu merisaukan, sela Bu-beng Cinjin. "Kenapa?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Pepatah mengatakan: dekat gincu jadi merah, dekat tinta jadi hitam, sejak kecil Giok-keng sudah dididik oleh Bu-siang Cinjin Cinjin, apakah kalian anggap didikan dari mendiang Ciangbunjin masih diragukan? Mengetahui kemampuan untuk mengatasi permasalahan, hal semacam ini bisa dilatih dengan jalannya sang waktu. Put-po memang orang yang tidak punya pendiri-an, sekali lagi dia garuk-garuk kepala, "Rasanya perkataan inipun masuk akal. Betul, bila dia berhati busuk atau moralnya jelek, mana mungkin mendiang Ciangbun Cinjin akan mewariskan Sim-hoat tenaga dalam serta ilmu pedang maha sakti dari perguruan kita kepadanya. Bu-siang Cinjin merupakan idola setiap anggota perguruan, rasa hormat dan kagum mereka kepada ketuanya tidak perlu diragukan lagi. Setelah Bu-beng Cinjin mengusung hal ini, siapa pun tidak lagi berani membantah. Terdengar Put-huang Tojin masih menggerutu, "Tapi usia Giokkeng sutit masih sangat muda, kalau sekarang juga mengangkatnya jadi Ciangbunjin, rasanya.... rasanya.... "Tentu saja masalah ini masih bisa dirundingkan lagi, sela Bubeng Cinjin kemudian, "misalkan saja selama jangka waktu tertentu kita bisa memilih dua orang Tianglo untuk membantunya, atau mungkin kita tetapkan saja dulu dirinya sebagai Ciangbun-tecu. Tiba tiba Bu-liang Totiang berkata, "Aku rasa saat ini belum saatnya untuk merunding kan masalah seperti itu, karena ada satu hal yang perlu kita tanyakan dulu hingga jelas!" "Soal apa?" tanya Bu-beng Cinjin. "Apabila seseorang telah melanggar peraturan-peraturan yang diakui seluruh umat persilatan, apakah dia masih pantas menjadi seorang Ciangbunjin?" "Peraturan apa yang dilanggar?" tanya Bu-beng Cinjin dengan perasaan berat, jantungnya terasa berdebar keras.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bersekongkol dengan penghianat, pagar makan tanaman!" Keng Giok-keng yang mendengar perkataan itu kontan saja melompat bangun, teriaknya, "Kapan aku bersekongkol dengan penghianat? Kapan aku pagar makan tanaman?" "Giok-keng, biar Tianglo selesaikan dulu tuduhannya!" bentak Bubeng Cinjin nyaring. Terdengar Bu-liang Totiang berkata lebih lanjut, "Aku bukannya curiga Bu-siang suheng tidak bisa mendidik orang, tapi sifat anak muda itu masih tidak menentu, pengetahuan tidak banyak apalagi baru pertama kali terjun ke dalam dunia persilatan, siapa yang bisa jamin kalau dia tidak akan ditipu orang jahat hingga terjerumus ke jalan sesat. Harus diketahui, guru hebat menghasilkan murid hebat hanya merupakan sebuah kebiasaan, tapi dalam pelbagai kejadian toh terkadang muncul juga pengecualian. Put-po yang polos kembali menyela, "Perkataanmu memang ada benarnya juga, namun lebih baik kau kurangi ucapan debat kusir, banyak perlihatkan fakta saja. Bu-liang Totiang cukup mengetahui wataknya, meskipun ditegur, dia sama sekali tidak mendongkol, ujarnya lebih lanjut, "Dalam pertarungannya melawan Siang Thian-beng tadi, tentunya kalian telah menyaksikan dengan jelas bukan?" "Kalau dibilang jelas sekali mah susah, mungkin baru enam tujuh bagian saja. "Kalau begitu coba katakan, benarkah didalam permainan pedang Siang Thian-beng tersisip juga rahasia ilmu pedang Thay-kek-kiamhoat dari Bu-tong-pay?" "Benar, memang ada berapa bagian. Namun bagaimana pun juga dia toh tidak bisa mengungguli kemampuan Giok-keng dalam permainan pedang. "Peristiwa ini harus dipandang sebagai dua hal yang beda, aku ingin bertanya lagi, bila kau tidak memahami ilmu pedang dari suatu partai tertentu, dapatkah kau ciptakan ilmu pedangmu dengan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

unsur ilmu pedang aliran lain?" "Tentu saja tidak bisa!" "Tepat sekali, lantas darimana Siang Thian-beng mempelajari ilmu pedang pergunian kita?" desak Bu-liang Totiang. "Waah, darimana aku bisa tahu?" sahut Put-po sambil memegang kepala sendiri. "Kau memang tidak tahu, tapi aku tahu!" jawab Bu-liang Totiang cepat, tiba-tiba dia berpaling dan membentak, "Giok-keng, setelah kau turun gunung tahun berselang, benarkah kau telah bersahabat dengan Tonghong Liang?" "Tonghong Liang bukan penghianat, juga bukan bandit, bahkan guru dia Siang Thian-beng pun tidak pernah dianggap Sucouw sebagai penghianat atau bandit, kalau tidak, mana mungkin Sucouw menyang-gupi tantangannya untuk berduel. Bu-liang Totiang mendengus dingin. "Hmmm! Guru ada guru, murid adalah murid, jangan kau baurkan mereka menjadi satu. Lagipula meski Siang Thian-beng bukan bandit atau penghianat, namun dia bermusuhan dengan perguruan kita. "Tapi sekarang toh permusuhan itu telah terselesai kan, sela Keng Giok-keng. Bu-liang Totiang jadi semakin sewot, bentaknya gusar, "Sudah kusuruh kau jangan mengaitkan persoalan ini dengan orang lain, yang kubicarakan sekarang adalah Tonghong Liang!" "Baik, kalau begitu kita bicara soal Tonghong Liang. Apakah Tonghong Liang seorang begal atau bukan, nanti akan kujelaskan kepadamu. Sekarang aku ingin bertanya terlebih dulu, benarkah ilmu pedang aliran Bu-tong-pay yang dimiliki Tonghong Liang merupakan hasil ajaranmu?" "Bukan!" jawab Keng Giok-keng setelah berpikir sejenak.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bu-liang Totiang segera berpaling ke arah Pun-bu Thaysu, katanya, "Pun-bu Thaysu, konon Keng Giok-keng pernah mendatangi biara Siau-lim bersama Tonghong Liang, bahkan ketika berada di biara Siau-lim, Tonghong Liang pernah memperlihatkan ilmu pedangnya!" "Benar, memang ada kejadian ini, Pun-bu Thaysu manggutmanggut, "dibalik ilmu pedang yang digunakan Tonghong Liang memang terktmdung jurus serangan dari aliran Bu-tong-pay. Dengan wajah dingin bagai salju, Bu-liang Totiang segera menghardik, "Giok-keng, apakah kau masih ingin menyangkal!" "Aku bukannya ingin menyangkal.... sahut Keng Giok-keng. Put-po Tojin tidak sabaran, dia ingin membantu Keng Giok-keng, maka sebelum bocah itu menyesalikan perkataannya, dia sudah menyela lebih dahulu, "Sewaktu tahun kemarin Tonghong Liang naik gunung untuk menantang berduel, aku pernah bertarung melawannya, waktu itu dia belum kenal Giok-keng-sutit, tapi buktinya telah dapat menggunakan ilmu pedang Thay-kek-kiamhoat, bahkan ada berapa jurus diantaranya malah jauh lebih hebat daripada permainanku!" "Apakah hal ini membuktikan kalau dia tidak pernah mengajari Tonghong Liang?" dengus Bu-liang Totiang. Put-po sedikit tidak mengerti, sambil garuk-garuk kepalanya dia berkata, "Apakah pernah mengajar atau tidak, sulit untuk dikatakan. Kembali Bu-liang Totiang berkata, "Aku tidak tahu siapakah orang pertama yang mengajarkan ilmu pedang perguruan kita kepada Tonghong Liang. Bu-beng sute, apakah kau tahu?" "Aku tidak tahu!" jawab Bu-beng Cinjin tegas, sementara dalam hati kecilnya diam-diam merasa terperanjat, dia tidak tahu berapa banyak rahasianya yang diketahui pendeta tua itu. Bu-beng Cinjin bisa merasa terperanjat karena sejak tiga puluh tahun berselang, diapun pernah mengajarkan ilmu pedang Thayhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kek-kiam-hoat hasil pengembangannya kepada In Beng-cu (yang kemudian menjadi Seebun-hujin). Sekalipun kini Bu-liang Totiang seolah-olah sedang menuduh Keng Giok-keng, namun dalam pendengarannya berarti lain, ucapan itu mengandung maksud "menuding si A tapi yang dimaki si B". "Sute, kembali Bu-liang Totiang berkata, "kalau memang kau tidak tahu, maka lebih baik kau tidak usah tahu siapakah orang pertama yang mengajarkan ilmu pedang Bu-tong-pay kepada Tonghong Liang. Tapi aku yakin, yang membuat Tonghong Liang bisa memperoleh ilmu pedang aliran murni pastilah Keng Giokkeng. "Tianglo, darimana kau bisa tahu?" tanya Put-po sambil garukgaruk kepala. Bu-liang Totiang tidak menggubris pertanyaan itu, sambil berpaling ke arah Bouw It-yu katanya, "It-yu, kau mendapat perintah untuk turun gunung dan membawa pulang Keng Giokkeng. Konon kaupun pernah melihat mereka melakukan perjalanan bersama, bahkan pernah juga beradu pedang melawan Tonghong Liang, boleh tahu bagaimana hasil dari pertarungan itu?" "Sungguh memalukan, aku kalah! Jawab Bouw It-yu. "Kalau begitu bukankah ilmu pedang yang dimiliki Tonghong Liang telah mengalami kemajuan yang pesat bila dibandingkan ketika pertama kali naik ke gunung Bu-tong?" "Benar, memang kemajuannya amat pesat!" "Sudah berapa lama peristiwa ini terjadi?" "Pertengahan bulan sepuluh tahun berselang. Bouw It-yu tahu kalau pendeta tua ini bermaksud menggiring dia untuk memberi pertanyaan bahwa Keng Giok-keng lah yang telah mengajarkan ilmu pedangnya kepada orang luar, dalam hati segera pikirnya, 'Aku tidak bisa berbohong gara-gara ingin melindungi Keng Giok-keng, tapi bagaimana harus kusampaikan hal tersebut?'
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Karena bingung terpaksa diapun berlagak tidak tahu. Setelah tertawa dingin Bu-liang Totiang kembali berkata, "Padahal seharusnya aku langsung bertanya kepadamu. Aku masih ingat kau pernah berkata kepadaku, tugasmu turun gunung kali ini adalah khusus untuk menyelidiki dan mengawasi tingkah laku Keng Giokkeng selama berada di luaran, kalau memang kau pernah bertarung melawan Tonghong Liang, kenapa saat itu Keng Giokkeng enggan turut dirimu pulang gunung sebaliknya bersikeras ingin pergi bersama Tonghong Liang? Tentunya kau pasti tahu bukan apakah Keng Giok-keng pernah mengajarkan ilmu pedang perguruan kita kepada orang lain? Sekalipun tidak tahu, kau seharusnya bisa mengambil satu kesimpulan!" "Waktu itu dia bersikeras hendak berangkat bersama Tonghong Liang karena mereka hendak pergi ke biara Siau-lim dan menyambangi Hwee-ko Thaysu, panjang untuk menceritakan kejadian ini.... "Aku hanya ingin tahu kesimpulanmu!" bentak Bu-liang Totiang dengan suara keras, "urusan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaanku, lebih baik tidak usah kauurusi!" Tugas utama Bouw It-yu sewaktu turun gunung kali ini adalah menyelidiki hubungan antara Keng Giok-keng dengan Tonghong Liang, tapi kini situasi telah berubah, posisi Tonghong Liang dimatanya juga berubah karena kemungkinan besar akan menjadi calon adik iparnya. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana mungkin dia dapat membuka suara untuk memberikan pengakuannya? Tiba-tiba Keng Giok-keng berteriak keras, "Bu-liang Tianglo, seharusnya kau langsung bertanya kepadaku!" "Oooh, jadi sekarang kau bersedia bicara sejujurnya?" ejek Buliang Totiang. "Aku tidak pernah berbohong, karena pertanyaanmu adalah: pernahkah aku mengajari Tonghong Liang, maka akupun hanya bisa menjawab: tidak pernah!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kurangajar, semua fakta telah terpampang di depan mata, kau masih tetap menyangkal!" teriak Bu-liang Totiang penuh amarah. Bu-beng Cinjin segera menangkap maksud lain dari ucapan itu, cepat tukasnya, "Suheng, tampaknya dia belum selesai bicara, biarkan dia selesaikan dulu ucapannya!" Dengan suara lantang Keng Giok-keng berseru, "Di dalam kenyataan, dialah yang mengajari aku, bukan aku yang mengajari dia!" "Dia mengajarimu?" dengus Bu-liang Totiang sambil tertawa dingin, "ilmu pedang yang dia gunakan sewaktu naik ke Bu-tong tahun berselang telah kami saksikan. Padahal jurus serangan yang kau gunakan tadi tidak ada yang dipahami olehnya!" Agaknya didalam hal ini Put-po pun merasa tidak habis mengerti, gumamnya, "Benar juga perkataan ini, perbedaan mereka memang bagaikan langit dan bumi!" "Giok-keng, Bu-beng Cinjin kemudian dengan nada lembut, "coba kau ceritakan kisah pengalamanmu itu. "Sewaktu pertama kali berjumpa dengannya, aku sama sekali tidak tahu kalau dia adalah Tonghong Liang. Waktu itu dia panaspanasi hatiku untuk berduel melawannya, kemudian gara-gara duel itu kamipun berkenalan. Dia tunjukkan semua kelemahan yang ada dalam jurus seranganku dan minta aku mengulang dan mengulang terus, akhirnya gara-gara kejadian ini akupun berhasil memahami banyak teori yang sebelumnya tidak kuketahui. "Kalau begitu kau memperoleh banyak manfaat dari kejadian ini?" tanya Put-po. "Benar, memang begitulah kenyataannya. "Kionghi, kionghi!" seru Pun-bu Thaysu sembari memuji, "tidak kusangka dari perguruan anda telah muncul seorang jago berbakat alam yang hebat, sungguh luarbiasa! Sungguh luar biasa!" Bu-liang Totiang tidak berani menyindir atau mengajak debat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pun-bu Thaysu, tapi kepada Put-pi Tojin segera dampratnya, "Terlepas siapa yang lebih banyak menerima manfaat, buktinya dia telah membocorkan rahasia ilmu pedang perguruan kami kepada orang luar. Kalau hanya orang lain saja masih tidak seberapa, tahukah kalian siapakah Tonghong Liang?" "Dia adalah murid Rasul pedang Siang Thian-beng, jawab Put-po cepat. Dengan gemas Bu-liang Totiang melotot sekejap ke arahnya, lalu umpatnya sambil tertawa dingin, "Kalau hanya soal itu mah setiap orang juga tahu, buat apa kau banyak omong?" Nyaris saja dia mengumpat dengan kata yang lebih kotor. "Ooh, jadi dia masih mempunyai status lain?" kata Put-po lagi. "Pamannya adalah Lioklim Bengcu di masa lalu, Seebun Mu, sedangkan ayahnya Tonghong Siau meski tidak pernah jadi kepala bandit akan tetapi sering membantu usaha Seebun Mu, jadi sesungguhnya diapun tidak berbeda dengan kepala bandit. Dengan latar belakang keluarganya seperti ini, apa mungkin Tonghong Liang adalah orang baik? Dengan mengajarkan ilmu pedang Bu-tong-pay kepada manusia semacam ini, bukankah sama artinya kau sedang membantu melakukan kejahatan? Jadi tidak salah bukan jika aku menuduhmu berkawan dengan bandit, pagar makan tanaman?" Diantara tamu undangan yang hadir, Chin Ling-hun berasal dari kalangan hitam, kontan saja dia protes setelah mendengar perkataan itu. "Bandit pun terbagi menjadi bandit baik dan bandit jahat, mana boleh kau sama ratakan. Menurut pendapatku, Seebun Mu mesti seorang bandit namun dia tahu aturan. Kalau dibandingan moral dan akhlak-mu, Hamm, dia masih menang jauh!" Sekujur badan Bu-liang Totiang gemetar keras saking gusar dan mendongkolnya, bentaknya keras keras, "Kau.... kau.... kau berani membandingkan aku dengan pentolan bandit!" Buru-buru Bu-beng Cinjin melerai, katanya, "Harap kalian jangan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membuat masalah baru, lebih baik kita kembali ke pokok persoalan yang sebenarnya. "Apakah Seebun Mu termasuk orang baik atau orang jahat rasanya tidak perlu kita persoalkan disini, ujar Keng Giok-keng, "tapi, sekalipun paman Tonghong Liang adalah seorang pentolan bandit, lantas apa sangkut paut dengan dirinya? Asal dia sendiri bukan orang jahat toh sudah cukup. Kalau menuruti perkataan-mu, jika seorang ayah melakukan kejahatan maka anaknya yang harus masuk penjara?" "Pendapat yang hebat, pendapat yang hebat, puji Put-po sambil manggut-manggut, "Giok-keng-sutit, sungguh tidak kusangka dengan usiamu yang masih begitu muda, ternyata pemahamanmu sudah begitu luar biasa. Kembali Bu-liang Totiang mendengus. "Hmm, pepatah mengatakan: begitu bapaknya, begitu juga anaknya. Sekalipun perkataan ini ada pengecualian, tapi apakah kalian bisa menjamin kalau di kemudian hari Tonghong Liang tidak akan menjadi seorang bandit jahat?" Setelah diserang berulang kali dengan ucapan yang tajam, dia tetap berusaha membela pendapat sendiri, bahkan selalu tidak lupa menambahkan kata jahat dibelakang kata bandit. "Urusan dikemudian hari adalah urusan besok, paling tidak hingga sekarang dia tidak begitu, bantah Keng Giok-keng. "Tapi kau jangan lupa, ada sebagian ilmu pedangnya berhasil diperoleh dengan mencuri darimu, bila dia menggunakan kepandaian tersebut untuk melakukan kejahatan, bila kemudian ada yang mengusut, bagai-mana pertanggungan jawab Bu-tong-pay akan persoalan ini? Apalagi jika waktu itu kau telah menjadi seorang Ciangbunjin!" "Seandainya Tonghong Liang benar-benar berubah sejahat itu, kata Keng Giok-keng dengan tegas, "aku bersumpah akan menggunakan ilmu pedang ajaran Sucouw untuk membasminya!
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bila aku tidak mampu membunuhnya maka aku sendiri yang akan bunuh diri di hadapan makam Sucouw!" Begitu perkataan itu diucapkan, seketika suasana di arena berubah jadi hening dan serius. Sesaat kemudian Bu-beng Cinjin berkata, "Giok-keng telah mengangkat sumpah berat, Bu-liang suheng, seharusnya semua keraguanmu bisa dihapus bukan? "Terus terang, aku menaruh kesan yang sangat buruk terhadap Siang Thian-beng karena demi merebut sedikit nama bagi Sucouwnya Hian Tin-cu, berulang kali dia selalu berusaha mencari masalah dengan Bu-tong-pay kami. Tapi untunglah pertikaian yang telah berlangsung selama tiga generasi ini akhirnya dapat dihentikan pada hari ini. Sekalipun di kemudian hari Tonghong Liang bisa saja akan mencari masalah lagi, paling tidak hingga hari ini sepak terjangnya belum pernah bersifat negatip. Jadi semisal Giok-keng berteman dengan dirinya pun tidak bisa dituduh sebagai bersahabat dengan bandit. Apalagi meski Giok-keng berteman dengan Tonghong Liang, namun gurunya Tonghong Liang justru berhasil dia kalahkan, jadi tuduhan pagar makan tanaman semakin tidak sesuai untuk dijatuhkan pada dirinya!" Dengan adanya uraian tersebut maka semua tuduhan yang dilontarkan Bu-liang Tianglo terhadap Keng Giok-keng pun menjadi mentah kembali. Dari malu Bu-liang Totiang jadi naik pitam, teriaknya, "Hingga kini kau belum lengser berarti kedudukan mu masih seorang Ciangbunjin. Kalau sebagai Ciang-bunjin maka seharusnya semua urusan diselesaikan menurut peraturan yang berlaku dalam perguruan, tapi kau justru kelewat membelai Keng Giok-keng! Sekalipun ke dua tuduhan itu tidak terbukti, namun perbuatannya membocorkan rahasia ilmu pedang perguruan kepada orang luar tetap merupakan sebuah pelanggaran berat!" "Aku rasa tidak ada satu peraturanpun dari perguruan kita yang melarang anak murid kita bertarung melawan murid partai lain,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

apalagi hanya sebatas adu kepandaian. Giok-keng sendiripun sudah bicara jelas, dia hanya beradu ilmu pedang melawan Tonghong Liang dan belum pernah mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain!" "Sekalipun tidak ada peraturan yang tertulis, tapi peraturan semacam ini telah diakui semua umat persilatan sejak ribuan tahun berselang!" "Bolehkah menyela. lolap ikut berbicara?" tiba-tiba Pun-bu Thaysu

Ketika dia hendak berbicara, siapa yang berani membantah? Terpaksa Bu-liang Totiang manggut-manggut. "Tentu saja boleh, sahutnya. "Silahkan Thaysu memberi petunjuk, kata Bu-beng Cinjin pula. "Petunjuk mah tidak berani. Aku hanya ingin bertanya kepada kalian, ilmu silat dari aliran manakah yang sejak awal hanya diciptakan atas dasar pemikiran Couwsunya sendiri? Ilmu silat dari aliran mana pula yang tidak pernah menghisap inti sari dari ilmu silat aliran lain? Tidak pernah terpengaruh oleh gerakan ilmu silat aliran lain?" Sebagian besar tamu yang menghadiri upacara pemakaman Busiang Cinjin kali ini boleh dikata memiliki ilmu silat yang rata-rata sudah terpengaruh oleh ilmu silat aliran lain, tidak seorang pun yang berani membantah pernyataan ini. Melihat semua orang hanya membungkam, kembali Pun-bu Thaysu melanjutkan kata-katanya, "Lolap tidak tahu bagaimana dengan aliran perguruan lain, tapi ambil contoh partai Siau-lim kami, ilmu silatnya bersumber dari negeri Thian-tok (kini India) dan hampir semua orang mengetahui akan hal ini. Tapi setelah melewati perubahan hampir seribu tahun lebih, ilmu silat aliran negeri Thiantok yang ada dalam biara Siau-lim telah membaur dan menyatu dengan ilmu silat daratan Tionggoan sendiri sehingga tidak bisa dibedakan jurus mana yang berasal dari Thian-tok dan jurus mana
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang berasal dari daratan. Namun ilmu silat dari biara Siau-lim tetap dikatakan berasal dari ilmu silat yang datang dari kuil Nalanda di negeri Thian-tok. Karena apa yang dikatakan memang merupakan kenyataan yang hampir diketahui setiap orang, ada terdengar seseorang berseru, "Rupanya dikarenakan partai Siau-lim menyerap pelbagai ilmu silat yang ada di daratan Tionggoan maka kehebatannya baru berkembang jadi sehebat sekarang, perkataan Thaysu benar-benar membuat pikiranku jadi lebih terbuka. Ada seorang lagi yang merasa kagum dan takluk setelah mendengar perkataan itu, dia adalah Put-po Tojin. Tampak pendeta itu berdiri termangu bagai orang bodoh, tiba-tiba gumamnya, "Harus menyerap pelbagai ilmu, dengan begitu kepandaian sendiri baru makin berjaya. Masuk akal, sangat masuk akal! Tidak heran kalau ilmu silat aliran Siau-lim-pay selalu nomor wahid dikolong langit!" Selama ini antara Siau-lim dengan Bu-tong selalu terjadi ganjalan hati, sekalipun tahun-tahun belakangan ganjalan itu sudah makin pudar namun bukan berarti lenyap begitu saja. Bu-liang Totiang merasa sangat tidak puas, terutama setelah mendengar Put-po mengagumi kehebatan Siau-lim, akan tetapi diapun merasa tidak enak untuk menegur rekannya yang dianggap hanya memuji kehebatan orang hingga kejayaan perguruan sendiri jadi tid ak bercahaya. Sambil tersenyum Pun-bu Thaysu berkata lagi, "Pujian itu tidak berani kuterima, sebab banyak dari ilmu silat perguruanmu yang terbukti jauh lebih mengungguli biara Siau-lim kami. Ehmm, apalagi Couwsu pendiri partai kalian Thio Cinjin adalah seorang tokoh yang luar biasa, sewaktu masih menjadi hwesio cilik di biara Siau-lim-si, dia hanya sempat mempelajari ilmu pukulan Lo-han-kun, tapi setelah meninggalkan biara dan mengembara di kolong langit, akhirnya setelah menyaksikan bentuk dua bukit yang menyerupai kura kura dan ular, beliau berhasil mendapat ilham sehingga menciptakan tiga belas jurus Thay-kek-kun dan menjadi seorang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pendiri partai. Lolap selama hidup tidak pernah berbohong, sejak dulu hingga sekarang, meski terdapat banyak tokoh persilatan namun orang yang benar-benar lolap kagumi hanyalah Thio Cinjin dari partai Bu-tong!" Ucapan ini sama artinya menerangkan bahwa ilmu silat yang dimiliki Bu-tong-pay saat ini berasal dari biara Siau-lim, jika menyerap ilmu silat dari partai lain pun dilarang, bagaimana mungkin bisa muncul partai Bu-tong saat ini? Dan mungkin hanya Pun-bu Thaysu seorang yang berani mengungkapnya. Oleh karena berulang kali pendeta ini menyatakan kekagumannya terhadap Thio Cinjin, segenap anggota Bu-tong-pay pun ikut merasa nyaman di dalam hati. Put-po menggelengkan kepalanya berulang kali, setelah termenung sejenak, akhirnya dia tidak tahan dan ikut menimbrung, "Benar juga, ketika terjadi pertarungan antara Giok-keng melawan Tonghong Liang, meski kejadian tersebut membuat Tonghong Liang berhasil mencuri beberapa jurus, bukankah manfaat yang diperoleh pihak kita pun lebih banyak? Jurus serangan adalah benda mati, pemahaman itulah yang penting. Misalkan saja jurus serangan yang sama-sama dirubah dari Thay-kek-kiam-hoat, bukankah permainan jurus dari Giok-keng sutit masih setingkat lebih menang ketimbang gurunya Tonghong Liang?" "Bukan hanya setingkat, tapi dua tingkat, tiga tingkat!" teriak Pasan Kiam-kek Kok Thiat-cing lantang. "Oleh karena itu, sekalipun kebiasaan ini sudah berlangsung sejak ribuan tahun berselang, belum tentu kebiasaan tersebut bisa diterima oleh setiap orang, kata Pun-bu Thaysu lebih lanjut, "dunia persilatan ibarat sebuah keluarga besar yang terdiri dari beribu keluarga, tidak seharusnyalah masing-masing perguruan menutup diri dan hidup mengasingkan diri. Pepatah mengatakan: kita jadi besar bila mau membaur. Lolap bersedia untuk berdiskusi dengan kalian semua!" Begitu dia menyelesaikan perkataannya, para tokoh dari pelbagai
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perguruan pun sama-sama mengangguk tanda setuju. "Terima kasih banyak atas petunjuk Thaysu, kata Bu-beng Cinjin kemudian, "Bu-liang Tianglo, apakah masih ada yang ingin kau sampaikan?" Oleh karena situasi telah berubah jadi begini rupa, tentu saja Buliang Totiang tidak sanggup berbicara lagi, terpaksa dia hanya bisa tertawa getir. "Apakah kalian sudah tidak ada perkataan lagi, kata Bu-beng Cinjin kemudian, "kalau begitu mari kita kembali ke pokok persoalan. Aku memutuskan untuk menyerahkan kedudukan Ciangbunjin kepada Giok-keng, mengenai bagaimana pelaksanaannya.... Pada saat itulah tiba-tiba terdengar seseorang berteriak keras, "Tunggu sebentar!" Seorang Tojin tua bertubuh bongkok perlahan-lahan tampil ke depan, semua anggota Bu-tong-pay segera berseru tertahan setelah melihat kemunculannya. "Eeei, bukankah dia.... dia adalah Tojin bisu tuli dari istana Cisiau-kiong yang selama ini bisu? Kenapa secara tiba-tiba bisa berbicara?" Setelah tertegun berapa saat, suasana pun berubah menjadi gaduh. Terdengar ada orang yang berseru, "Dia sudah tiga puluh tahunan hidup melayani mendiang Ciangbun Cinjin, ternyata selama ini hanya berpura-pura bisu dan tuli!" "Hmm, pura-pura bisu tuli, apa tujuan sebenarnya!" seru Bouw It-yu pula. Tojin bisu tuli mendengus dingin, katanya, "Boleh tahu, peraturan mana dalam Bu-tong-pay yang melarang seseorang berlagak bisu tuli?" "Ehmm, rasanya tidak ada, sahut Bu-liang Totiang cepat.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bu-beng Cinjin sadar, bentrokan tidak mungkin bisa dihindari lagi, maka katanya, "Baik, katakan lebih lanjut. Sepatah demi sepatah kata Tojin bisu tuli berka ta, "Bagaimana pun juga, hingga sekarang kau masih tetap Ciangbunjin dari Butong-pay. Aku ingin kau laksanakan pembersihan perguruan terlebih dulu kemudian baru menyinggung masalah kedudukan ini akan kau wariskan kepada siapa!" Begitu perkataan itu diucapkan, kembali terjadi kegaduhan diseluruh arena. Semua orang merasa perkembangan kejadian yang berlangsung sekarang makin lama semakin bertambah aneh. "Membersihkan perguruan" bukankah sama artinya menuduh Keng Giok-keng adalah seorang murid murtad? Sebab kalau yang dibicarakan adalah orang lain, tidak mungkin perkataannya dikaitkan dengan masalah regenerasi. "Hey, membersihkan perguruan? Ucapan sema-cam ini tidak boleh dituduhkan secara sembarangan! Supek bisu tuli, kau tuli lagi bisu, masalah apa yang bisa kau ketahui?" Ternyata yang berteriak adalah Put-po Tojin, tosu yang polos dan suka bicara blak-blakan. Biarpun Tojin bisu tuli telah berbicara, namun dia masih tetap memanggilnya seperti kebiasaan semula, memanggilnya Supek bisu tuli. Bu-si Tojin paling encer otaknya diantara sekian banyak orang, dengan alis mata berkenyit segera ujarnya pula, "Walaupun peraturan perguruan tidak melarang seseorang untuk berlagak bisu tuli, tapi sebelum kau melontarkan tuduhan agar kami melakukan pembersihan atas perguruan, terlebih dulu kami ingin menanyakan satu hal terlebih dulu. Kau sudah hampir tiga puluh tahunan menyembunyikan identitasmu dengan bersembunyi dalam partai Butong, sudah jelas perbuatanmu bukannya tanpa tujuan. Aku minta kau berikan dulu sebuah penjelasan yang masuk akal!" "Kalau tidak kau akan menuduhku mempunyai maksud dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tujuan busuk?" ejek Tojin bisu tuli. "Betul, memang begitu maksudku!" "Hmmm, penjelasan yang paling nyata dihadapanmu, buat apa kau bertanya lagi?" "Penjelasan apa?" "Aku sudah puluhan tahun hidup melayani Bu-siang Cinjin, seandainya aku adalah orang jahat dan bermaksud jahat, masa dalam puluhan tahun ini Cinjin tidak merasakannya? Masa dia tetap berani menerimaku untuk melayaninya?" Karena yang dia usung adalah mendiang Ciangbunjin, orang yang paling dihormati segenap anggota Bu-tong-pay, otomatis meski dalam hati kecil kawanan murid itu menaruh curiga, tidak seorang pun berani buka suara. "Hmm!" Bu-si Tojin mendengus dingin, "seorang kuncu paling gampang dibohongi manusia licik, Bu-siang Cinjin adalah orang yang jujur dan polos, tidak aneh jika beliau pun bisa kau bohongi. "Benar, serentak berapa orang murid Bu-tong-pay berseru, "bukan saja kau telah berlagak bisu tuli bahkan berhasil pula merahasiakan identitas serta asal-usul ilmu silatmu, jadi, sekalipun kami tidak melacak apa sebabnya kau berlagak bisu tuli, paling tidak kau harus memberikan penjelasan yang masuk akal, mengapa kau rela datang ke gunung Bu-tong dan hidup sebagai seorang Tojin yang tugasnya hanya masak teh dan menyapu lantai?" Mendadak Tojin bisu tuli membusungkan dadanya, sambil angkat kepala katanya, "Tentu saja aku ada alasannya, tapi rasanya tidak ada kepentingan untuk disampaikan kepada kalian. Begitu dia membusungkan dadanya, seketika itu juga seakan berubah menjadi dua orang yang berbeda. Sikapnya yang semula layu dan kusut hilang lenyap seketika. Meski rambutnya tetap beruban namun semangatnya terlihat segar sekali. Ada berapa orang Bulim cianpwee yang berusia lanjut nampak
http://cerita-silat.co.cc/

sudah

berada

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terperanjat setelah melihat wajahnya, serentak mereka berteriak hampir berbareng, "Kau.... bukankah kau adalah orang kedua dari Siau-ngo-gi yang tersohor pada tiga puluh tahun berselang, Ong Hui-bun, Ong-thayhiap?" "Sebutan Thayhiap tidak berani kuterima. Betul, aku memang loji dari Siau-ngo-gi. Siau-ngo-gi atau lima sekawan sudah amat tersohor sejak dulu, sekalipun dikemudian hari losu Seebun Mu dan longo Tonghong Siau masuk kalangan hek-to, namun kejadian tersebut sama sekali tidak mempengaruhi nama baik ke tiga orang lainnya. Tiga orang yang lain (Jit-seng-kiam-kek Kwik Tang-lay, Hwee-ko Thaysu serta Ong Hui-bun) pun secara beruntun lenyap dari peredaran dunia persilatan tanpa diketahui jejaknya lagi. Mereka yang mengetahui peristiwa itupun tanpa terasa berpikir, "Tampaknya alasan Ong Hui-bun menyusup masuk ke dalam tokoan di gunung Bu-tong sama seperti alasan Hwee-ko Thaysu menyusup masuk ke biara Siau-lim dan hidup sebagai juru masak. Bisa jadi mereka sedang menghindari kejaran musuh tangguh, atau bisa juga karena ingin menghindari masalah yang ditimbulkan Seebun Mu. Dalam dunia persilatan memang sering terjadi tokoh persilatan yang tiba-tiba hidup mengasingkan diri. Apalagi para tamu yang hadir pun rata-rata pernah mendengar nama besar Ong Hui-bun, tanpa terasa orang orang itupun mempercayai perkataannya. Terdengar Ong Hui-bun berkata lebih lanjut, Aku sudah tiga puluh tahunan hidup disisi Bu-siang Cinjin, walaupun dulunya bukan anggota Bu-tong-pay, tapi sekarang rasanya aku sudah termasuk salah satu bagian dari partai ini. Selama ini aku telah banyak berhutang budi kepadanya, untuk membalas budi kebaikannya, sudah menjadi kewajibanku untuk membela dan melindungi Butongpay dari pelbagai masalah. Masa kaliapun masih menganggap aku sebagai orang luar?" Bu-liang Totiang mendehem berulang kali, lalu katanya, "Dengan kedudukannya serta hubungan yang erat selama ini dengan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perguruan kita, aku rasa sudah seharusnya kesempatan kepadanya untuk berbicara.

kita

memberi

"Terus terang saja, aku telah mendapat pesan dari Bu-siang Cinjin menjelang ajalnya untuk secara khusus mengawasi seseorang. Orang ini adalah murid partai yang paling dia kagumi juga ingin dia bina untuk disiapkan menerima tanggung jawab yang lebih besar. "Tapi berhubung orang ini mempunyai rahasia yang takut diketahui orang, apalagi jika rahasia ini sampai terjatuh ke tangan orang lain, bisa jadi dia akan berada di bawah ancaman orang tersebut hingga melangkah ke jalan yang salah. Dan kini aku telah menemukan titik-titik yang mencurigakan dari orang itu.... "Kecurigaan apa?" "Dia berniat menghancurkan perguruan sendiri bahkan akan menjerumuskan perguruan ke dalam kondisi yang berbahaya!" Sebuah tuduhan yang berat untuk suatu pelanggaran, tidak heran para murid Bu-tong-pay saling berpandangan dengan perasaan kaget bercampur heran. Bila didengarkan secara seksama atas perkataan dari Ong Huibun tadi, bisa disimpulkan kalau "orang tersebut" adalah Keng Giokkeng, karena bocah ini paling mencurigakan, tapi bisa juga yang dimaksud adalah Bu-beng Cinjin. Tentu tidak seorang pun berani mencurigai Bu-beng Cinjin. Maka terdengar seseorang bertanya, "Lebih baik bicara secara blak-blakan saja, apakah orang yang kau maksud adalah Lan Giokkeng?" "Kau hanya mengatakan benar untuk dua per tiganya. Nama yang kau sebut betul, tapi sebutan marganya salah, dia she-Keng, bukan dari marga Lan!" "Mana mungkin, bukankah dia adalah putra Lan Kau-san, petani sayur itu?" berapa orang anggota Bu-tong-pay segera membantah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bukan, Ong Hui-bun menggeleng, "dia adalah putra Keng Kingsi!" "Betul, ayahku memang Keng King-si, lantas kenapa?" teriak Keng Giok-keng. Tiba-tiba terdengar Bu-liang Totiang menghela napas panjang, ujarnya, "Sungguh tidak nyana, selama ini aku tidak tahu kalau dia ternyata adalah putra Keng King-si!" Begitu Bu-liang Totiang menghela napas, ada banyak diantara anggota Bu-tong-pay yang segera berpikir. Sebagaimana diketahui, selama ini Keng King-si dicurigai sebagai mata-mata bangsa Boan sehingga akhir nya tewas diujung pedang kakak seperguruannya, Ko Ceng-kim (yang kemudian menjadi Put-ji Tojin), sekalipun peristiwa ini merupakan rahasia besar yang tidak disiarkan keluar, namun ada banyak anggota Bu-tong-pay yang mengetahui kejadian ini. Khususnya para murid dari angkatan "Put. Bu-liang Totiang berlagak iba, dengan pandangan penuh rasa kasihan dia tatap Keng Giok-keng, kemudian setelah menghela napas katanya lagi, "Apakah hingga sekarang kau belum tahu, aaai. Sebetulnya aku tidak ingin mengatakannya, tapi setelah kejadian berkembang jadi begini rupa, sekalipun tidak ingin kukatakan pun rasanya tidak mungkin lagi, ayah kandungmu Keng King-si sesungguhnya adalah seorang mata-mata bangsa Boan!" "Omong kosong!" teriak Keng Giok-keng dengan amarah yang meledak, "ayahku bukan mata-mata bangsa Boan!" Sebetulnya mengumpat seorang Tianglo dengan kata "omong kosong" sudah merupakan satu tindakan yang tidak sopan. Tapi Buliang Totiang berlagak sok bijaksana dan berbesar hari, katanya lagi, "Anak membelai orang tua memang hal yang sangat jamak, aku tidak menyalahkan dirimu. Tapi kau harus menunjukkan bukti, darimana bisa tahu kalau ayahmu bukan mata-mata bangsa Boan?" Perkataan itu kontan saja membuat Keng Giok-keng tidak mampu menjawab, dia hanya bisa berteriak berulang kali, "Aku tahu, aku
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tahu!" Mendadak Ong Hui-bun berkata, "Aku mempunyai sepucuk surat, harap Tianglo sekalian memeriksanya. Bu-liang Totiang menerima surat itu, dibaca sebentar lalu tanpa bicara menyerahkan kepada Bu-si Tojin. Ketika selesai membaca surat tersebut, paras muka Bu-si Tojin nampak diliputi keraguan dan sangsi, kemudian dia serahkan surat tadi ke tangan Put-po, Tianglo yang baru saja diangkat. Begitu selesai membaca, Put-po segera berteriak, "Aaah, tidak ada apa-apanya, Cuma berisi sepucuk surat biasa dari seorang teman Keng King-si. "Surat biasa? Sudah kau periksa lebih jelas?" dengus Ong Huibun dingin. "Kalau seorang teman memberi kabar tentang keadaannya, itu mah lumrah, tidak ada yang istimewa. "Di sana tertulis tanda tangan-temannya, coba dibaca siapa nama itu?" Put-po memeriksanya lebih seksama, kemudian katanya, "Huo Bu-tuo! Ehmm, nama ini memang agak istimewa, rasanya tidak mirip nama bangsa Han. "Siapakah Huo Bu-tuo? Ada yang tahu?" dengan suara lantang Ong Hui-bun segera berteriak. Seorang busu yang berasal dari luar perbatasan segera menjawab, "Banyak tahun berselang, rasanya orang ini pernah menjadi pengawal pribadi Nurhaci Khan dari bangsa Boan. "Apakah orang inipun pernah berdiam di sebuah kota yang bernama Uh-sah-tin?" "Rasanya benar, hanya waktu itu aku dengar dia merahasiakan identitasnya, di kota tersebut bekerja sebagai juragan ikan. Seorang jago yang datang dari peternakan di luar perbatasan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ikut menimbrung, "Menurut apa yang kuketahui, penampungan ikan itu sesungguhnya dibuka oleh anak buah Nurhaci Khan. Hanya saja kejadian ini telah berlangsung pada dua puluh tahunan berselang, waktu itu Nurhaci Khan masih seorang kepala suku. "Apakah hingga sekarang tempat itu masih ada?" "Rasanya masih ada. Juragannya masih tetap juragan yang lama. "Delapan belas tahun berselang, sewaktu Keng King-si pulang dari luar perbatasan, seorang murid preman kami yang tinggal di kota Kim-leng, Ting Hun-hok mendapat kabar bahwa disaku Keng King-si terdapat sepucuk surat rahasia yang ditulis seorang mata mata bangsa Boan, sebetulnya dia ingin mengejar dan melacak kebenaran itu kemudian berusaha merampas surat rahasia tadi dari tangan Keng King-si. Siapa tahu belum sempat meninggalkan kota Kim-leng, secara misterius dia telah mati dibunuh orang. Setelah dia terbunuh, keluarganya sempat datang ke gunung Bu-tong untuk melaporkan kejadian ini kepada Bu-siang Cinjin, tentunya Tianglo berdua masih ingat bukan?" Bu-si Tojin tidak menjawab, sementara Bu-liang Totiang segera menyahut, "Betul, memang ada kejadian seperti ini. Bisa jadi matamata bangsa Boan yang dimaksud adalah Huo Bu-tuo. Dengan perasaan terkejut Put-po Tojin segera berseru, "Waaah, kalau begitu surat ini tidak boleh dianggap sebagai surat biasa, Huo Bu-tuo mengatakan kalau dia sudah menjadi pembesar di kota Kimleng dan minta Keng King-si pergi menjumpainya!" Dengan suara keras Ong Hui-bun segera berseru, "Kini sudah terbukti kalau Keng King-si mempunyai hubungan yang sangat akrab dengan Huo Bu-tuo, coba menurut kalian apakah pantas kalau dia dicurigai sebagai mata-mata juga?" "Perkataanmu tepat sekali, seru Bu-liang Totiang, "sejak mendapat tahu peristiwa ini dari keluarga Ting Hun-hok, aku sudah mulai curiga kalau Keng King-si adalah seorang mata-mata.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tanya jawab yang dilakukan kedua orang ini mirip sebuah tontonan opera, kontan saja membuat Keng Giok-keng gusar bukan kepalang, akan tetapi dia pun tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi membelai ayahnya. Harus diketahui, Huo Bu-tuo memang punya identitas ganda, dia pun pernah berjumpa Huo Bu-tuo sewaktu di kota Kim-leng. Jangan lagi dia memang tidak bisa membocorkan identitasnya sebagai Kwik Bu, sekalipun dia katakanpun siapa yang bakal percaya kalau dia hanya pura-pura jadi mata-mata bangsa Boan, sedang identitas yang sesungguhnya adalah melawan bangsa Boan? "Dengan cara apa surat ini bisa terjatuh ke tanganmu?" tanya Bu-si Tojin dingin. "Biarpun aku berada di Bu-tong, bukan berarti dalam dunia persilatan tidakmemiliki teman. Maksud dari perkataan itu, surat tersebut diperoleh dari seorang temannya tapi dia enggan menerangkan hal ini secara terperinci kepada Bu-si Tojin. Seandainya berganti orang lain, Bu-si Tojin pasti akan mengejar terus hingga jelas, tapi pertama karena Ong Hui-bun sudah tersohor sejak dulu, kedua diapun sudah tiga puluh tahunan melayani Busiang Cinjin, dengan sendirinya kurang leluasa baginya untuk memperlihatkan perasaan curiganya, apalagi merecoki dirinya terus menerus. Walau begitu, Bu-si Tojin tetap berkata juga, "Terlepas Keng King-si seorang mata-mata atau bukan, apa sangkut pautnya dengan putra dia? Ketika Keng King-si mati terbunuh, putranya baru saja lahir!" Ong Hui-bun segera berpaling ke arah Keng Giok-keng, tanyanya tiba-tiba, "Bukankah kau pernah berkunjung ke Uh-sah-tin di luar perbatasan?" "Benar. Aku kesana karena ingin mencari keterang an yang sejelasnya tentang kematian ayahku.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tapi kenyataannya kau tidak berhasil menemukan bukti untuk membersihkan tuduhan atas diri ayahmu, sementara orang orang yang pernah ada hubungan dengan ayahmu di masa silam masih tetap berada disana!" Tidak perlu ditambahi bumbu pun semua orang juga bisa mendengar kalau dia tetap menuduh Keng Giok-keng melanjutkan usaha ayahnya, paling tidak sukar terlepas dari kecurigaan sebagai mata-mata. Keng Giok-keng benar-benar naik darah, dengan penuh amarah teriaknya, "Siapa yang jadi mata-mata? Suatu saat aku pasti dapat membuktikan!" "Tapi bukan sekarang, bukan?" ejek Ong Hui-bun sambil tertawa dingin. "Dengan berkata begitu, apakah sekarang kau telah menemukan saksi yang berhubungan dengan kejadian itu?" tanya Bu-liang Totiang tiba-tiba. Mendadak Ong Hui-bun menghela napas panjang, katanya, "Sejujurnya aku sangat tidak ingin berbicara, tapi aku pun tidak bisa untuk tidak harus bersuara. Sepasang mata Ong Hui-bun tampak basah oleh air mata, mimik mukanya kelihatan begitu sedih seakan baru saja ditinggal mati anak kandungnya. "Kalian semua juga tahu bahwa akulah yang menyaksikan Giokkeng si bocah ini tumbuh jadi dewasa, katanya, "dia cerdas dan cepat tanggap dalam pelajaran, asal usulnya pun amat menyedihkan, rasa cinta dan sayangku terhadapnya tidak akan berada di bawah siapa pun. Semasa hidupnya dulu, yang paling dikuatirkan Bu-siang Cinjin adalah dia, di kemudikan orang lain setelah mengetahui rahasia asal-usulnya hingga tersesat ke jalan tidak benar. Aaaai, sungguh tidak nyana apa yang beliau kuatirkan kini menjadi kenyataan, bila dia orang tua dialam baka mengetahuinya, rasa sedihnya pasti tidak kalah dengan perasaan pedihku sekarang! Namun demi nama baik dan mati hidupnya Buhttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tong-pay, demi juga pesan terakhir Bu-siang Cinjin menjelang ajalnya, walau aku tidak ingin bicarapun tetap akan kukatakan!" Benarkah sebelum ajalnya tiba Bu-siang Cinjin telah meninggalkan begitu banyak pesan kepadanya? Yang sudah mati tidak dapat dimintai sebagai saksi, siapa pun tidak tahu apakah dia jujur atau bohong, tapi semua orang memang tahu kalau dimasa lalu dia memang sangat menyayangi Keng Giok-keng. Tanpa terasa para murid Bu-tong-pay berpikir, "Dia berbicara dengan begitu sedih, rasanya tidak mungkin sedang menfitnah Giok-keng. Yang paling diperhatikan Bu-beng Cinjin adalah perkataan "dikemudikan orang lain", dia sangat paham, Ong Hui-bun sedang memaksanya untuk menumpukkan kartu. Jika dirinya tidak melaksanakan seperti apa yang dia harapkan, maka ujung tombak itu sudah pasti akan ditudingkan ke arahnya. Apabila Keng Giok-keng tidak mengetahui ter-lebih dulu kedok di balik wajah aslinya, saat ini dia pasti akan dibuat terharu sekali oleh perkataan itu. "Hmmm, ilmu silatnya belum tentu nomor wahid di kolong langit, tapi kemampuannya berakting benar-benar tiada duanya di dunia ini!" Kini, selain tertawa dingin di dalam hati, hanya satu pertanyaan yang masih menggelitik hatinya, "Benarkah sepanjang hidupnya Busiang Cinjin telah ditipu habis habisan oleh orang ini? Mungkinkah di saat menjelang ajalnya tiba-tiba dia orang tua menyadari kalau Tojin bisu tuli yang telah melayaninya hampir tiga puluh tahunan patut dicurigai bahkan kemungkinan besar akan mencelakai aku sehingga aku segera diperintahkan untuk segera meninggalkan gunung?" Selama ini dia memang tak habis mengerti kenapa sehari menjelang ajal, Sucouwnya memerintahkan dia turun gunung. Dulu, rasa curiganya dilimpahkan pada ayah angkatnya, Put-ji
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tojin, sebab Put-ji Tojin telah mengajarkan ilmu pedang aspal kepadanya dan hal ini diketahui Sucouwnya. Tapi sekarang mau tidak mau dia harus melimpah kan kecurigaannya pada Ong Hui-bun, si Tojin bisu tuli gadungan. Sikapnya yang risau dan tidak tenang segera terlihat oleh Put-po Tojin yang polos, gerak-gerik itu seketika menimbulkan perasaan curiganya. "Jangan-jangan bocah ini benar-benar pelanggaran besar?" demikian dia berpikir. telah melakukan

Maka dia pun berkata, "Paman guru bisu tuli, aaaah, maaf, aku sudah terbiasa memanggilmu dengan sebutan tersebut hingga untuk sesaat sukar untuk dirubah. Kalau didengar dari nada pembicaraanmu, tampaknya kau telah mempunyai bukti atas penghianatan Keng Giok-keng terhadap perguruan, karena masalah ini besar, lebih baik cepat kau beberkan!" "Baik, kalau begitu pertama-tama ijinkan aku untuk mengundang seseorang sebagai saksi. Siapa?" "Dia tidak lain adalah Put-ji Tianglo, orang yang menjadi gurunya sekaligus menjadi ayah angkatnya!" "Hah? Bukankah Put-ji telah jatuh sakit karena kelelahan? Masa kau tidak mendengar penjelasan dari Ciangbunjin?" "Tenaga dalam yang dimiliki Put-ji sangat hebat, sekalipun kelelahan tidak mungkin jatuh sakit hingga tidak mampu bangkit, sekalipun sakit parah, untuk berbicara saja tentu masih sanggup bukan?" "Kalau tenaga untuk bicara saja tidak punya, berarti dia sudah sekarat. Seharusnya tidak sampai separah itu. "Tepat sekali, biarpun dia tidak sanggup bangkit dari tempat tidurnya, toh kita bisa menggotongnya keluar!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baik, kalau begitu ijinkan aku untuk menggotongnya kemari. Toh dia memang tinggal dalam kompleks pemakaman ini, tidak butuh banyak waktu. "Tidak seharusnya kau yang pergi!" cegah Ong Hui-bun. "Ooh, maksudmu.... "Aku bilang seharusnya Keng Giok-keng sendiri yang pergi menjemputnya, pertama karena dia adalah anak angkat Put-ji, kedua Put-ji adalah saksi paling penting dalam kasus ini, tapi terus terang aku sendiri-pun tidak tahu apa yang bakal dia berikan dalam kesaksiannya nanti, bila ucapannya menguntungkan bagi Keng Giokkeng, maka Keng Giok-keng pun akan bebas dari segala tuduhan, serta merta dia pun dengan lancar dapat diangkat menjadi Ciangbunjin berikut. Jelas berita ini merupakan sebuah berita gembira, seharusnya kita undang kehadiran ayah angkat sekaligus gurunya ini untuk turut merayakan hari kegembiraan ini, bukan begitu?" Begitu mendengar ucapannya itu, semua orang segera tahu kalau dia sedang berbicara "kebalikan"nya, tanpa terasa pikirnya, 'Tampaknya dia sangat yakin dan sudah menduga kalau kesaksian yang diberikan Put-ji bakal menguntung kan dirinya, jika menguntungkan Keng Giok-keng, tidak nanti dia akan minta Put-ji tampil sebagai saksi' Hanya Put-po Tojin yang polos mempercayai perkataan itu dan mengira dia berkata tulus, maka sambil garuk-garuk kepalanya dia berkata, "Betul, perkataanmu memang masuk diakal. Aku benarbenar pikun, masa hal semacam inipun tidak pernah kubayangkan. Sementara itu Ong Hui-bun telah menatap lagi Keng Giok-keng dengan wajah dingin, katanya, "Semua orang berpendapat kaulah yang paling pantas mengundang keluar ayah angkatmu, kenapa belum juga berangkat?" Selama ini Keng Giok-keng telah menahan sabar hingga mencapai pada puncaknya, tiba-tiba bagaikan gunung berapi yang meletus, dia mencabut keluar pedangnya sambil membentak, "Kau
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

telah membunuh ayah angkatku, bajingan tua, akan kucabut nyawamu!" Entah darimana datangnya kekuatan, sekali melompat dia sudah mencapai beberapa tombak, pedang diiringi desingan angin tajam langsung ditusukkan ke tubuh Ong Hui-bun. Diantara anggota Bu-tong-pay, hanya Bu-beng Cinjin dan Bouw It-yu berdua yang tahu kalau Put-ji Tojin telah meninggal, tidak heran kalau semua orang tertegun dibuatnya setelah mendengar berita yang sangat mengejutkan itu muncul dari mulut Keng Giokkeng. Dengan kecepatan luar biasa ujung pedang Keng Giok-keng yang memancarkan cahaya kehijauan menusuk ke tubuh Ong Hui-bun. "Jangan!" bentak Bu-si Tojin keras. Tapi tubuh Keng Giok-keng sudah keburu roboh terjungkal ke tanah. Sambil mengebaskan jubahnya Ong Hui-bun menghela napas panjang, katanya, "Percuma kusayangi bocah ini selama belasan tahun, aaai! Sungguh tidak kusangka dia benar-benar menginginkan kematianku. Aaai.... tapi aku tidak boleh melayani kebrutalannya. Kini bocah itu hanya jatuh pingsan, kalian tidak perlu kuatir. Orang-orang yang berdiri di seputar sana dapat melihat dengan jelas, di atas bajunya telah muncul tujuh buah lubang kecil yang berderet membentuk tujuh bintang bujur utara. Pak-to-jit-seng atau tujuh bintang bujur utara merupakan salah satu jurus pamungkas dari Bu-tong-pay, Bu-siang Cinjin lah yang berhasil mempersatukan dengan jurus Lian-huan-toh-beng-kiamhoat, lurus dan berlawanan saling menumbukan, keras dan lembek saling beriring, dalam Bu-tong-pay hanya Bu-si Tojin seorang yang menguasahi junis itu secara sempurna. Tampak Bu-si Tojin terkejut bercampur girang setelah menyaksikan Keng Giok-keng dapat menggunakan jurus itu dengan begitu sempurna, dia sadar bahwa kesempurnaan jurus bocah itu
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jauh diatas kemampuannya. Tapi justru karena itu, semua anggota Bu-tong-pay semakin percaya bahwa apa yang dikatakan Ong Hui-bun memang tidak salah, karena dengan jurus pamungkas itu Keng Giok-keng jelas berkeinginan untuk mencabut nyawanya. Setelah suasana kalut menjadi tenang kembali, Bu-si Tojin membimbing bangun Keng Giok-keng. Namun bocah itu memejamkan matanya rapat-rapat dan belum tersadar kembali. "Kini Giok-keng sutit sudah jatuh tidak sadarkan diri, lantas.... lantas bagaimana baiknya?" tanya Put-po. "Akupun tidak menyangka kalau persoalan bisa berubah seperti ini, kata Bu-beng Cinjin, "tampaknya masalah regenerasi harus ditunda sementara waktu, nanti saja kita bicarakan lagi. Ong Hui-bun tertawa dingin, jengeknya, "Sekalipun dia telah jatuh tidak sadarkan diri, toh penyelidikan masih bisa diteruskan hingga menjadi jelas semua!" "Maksudmu.... "Sebenarnya Put-ji telah meninggal atau belum! Persoalan ini yang pertama-tama harus diperjelas lebih dahulu!" "Benar! Kita harus memperjelas dahulu masalah ini, Put-po segera mendukung. Baru selesai dia berkata, terlihat dua orang tosu telah menggotong keluar tubuh Put-ji yang telah meninggal. Kedua orang tosu itu tidak lain adalah murid ketiga dan murid ke empat dari Buliang Totiang, Put-bo dan Put-yok. Sambil mendengus kembali Ong Hui-bun berkata, "Coba kalian periksa, apa penyebab kematian Put-ji? Tentunya ada orang yang dapat mengenalinya bukan?" Cepat Bu-liang Totiang menyahut, "Diantara alis matanya lamatlamat muncul warna hijau, eeei, tampaknya dia tewas keracunan karena terkena jarum Lebah hijau!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Swan-sianseng, coba kau periksa!" teriaknya kemudian. Swan Ji-cing adalah seorang tokoh yang ahli dalam ramuan obat obatan, pengetahuannya terhadap pelbagai senjata rahasia beracun pun sangat luas. Begitu diperiksa, dengan wajah berubah segera serunya, "Betul, memang terkena jarum Lebah hijau!" Jarum lebah hijau merupakan senjata rahasia andalan Siang Ngonio, seketika ada banyak anggota Bu-tong-pay yang mulai mengumpat, "Lagi lagi perbuatan siluman wanita itu!" Diantara mereka, khususnya Put-hui Suthay yang paling membencinya hingga merasuk ke tulang sumsum, sambil menggertak gigi makinya, "Perempuan siluman ini pernah menggunakan jarum Lebah hijau untuk mencelakai Put-coat suheng kita, kemarin pun pernah menggunakan jarum Lebah hijau untuk membumkam mulut Lian Heng, hmm! Sungguh tidak nyana dia berani bersembunyi digunung kita bahkan lagi-lagi mencelakai Put-ji Tianglo dengan jarum Lebah hijaunya. Hmmm! Apabila berhasil membekuknya, aku bersumpah akan mencincangnya hingga hancur berkeping!" "Belum tentu orang yang mencelakai Put-ji adalah siluman wanita itu sendiri!" sindir Ong Hui-bun dengan nada dingin. "Memangnya kau sangka perbuatan dari Giok-keng si bocah itu?" seru Put-hui Suthay. Tiba-tiba Put-bo, murid ke tiga dari Bu-liang Totiang berseru, "Oooh, aku teringat akan satu hal, tahun berselang perempuan siluman itu pernah naik ke gunung Bu-tong, bukan saja dia pernah mengunjungi rumah keluarga Lan Kau-san, bukankah Giok-keng pun pernah dilarikan? Put-hui suci, kalau tidak salah pada hari itu.... Put-hui Suthay adalah seorang tokoh yang temperamen dan tidak sabaran, segera sahutnya, "Benar, kebetulan hari itu aku bertemu dengan siluman wanita itu, kebetulan Giok-keng sedang turun gunung, sedang dia lagi mengancam encinya Giok-keng yakni
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

muridku Lan Sui-leng. Aku yang berhasil mengusir siluman wanita itu, tapi akibatnya aku ter-sambar pula jarum beracunnya hingga nyaris kehilangan nyawa. "Aku dengar Siang Ngo-nio hendak mengangkat Giok-keng menjadi anak angkatnya?" "Hmm, itu mah pikiran gila siluman wanita itu, mana mungkin Giok-keng mau mengakuinya sebagai ibu angkat?" "Tapi bagaimanapun juga, siluman wanita itu jelas mempunyai sedikit hubungan dengan Giok-keng, kalau tidak, mengapa dia bukannya merampas orang lain tapi justru mengincar Giok-keng?" seru Put-bo Tojin lagi. "Apa maksud perkataanmu itu?" teriak Put-hui Suthay gusar, "kau sangka Giok-keng bersekongkol dengan siluman wanita itu untuk mencelakai ayah angkatnya sendiri? Aku yakin Giok-keng tidak bakal melakukan perbuatan semacam itu!" Put-bo Tojin sengaja tidak berbicara lagi, dia hanya tertawa dingin tiada hentinya. "Put-hui Suthay, kata Ong Hui-bun kemudian dengan nada hambar, "persoalannya sekarang bukan bisa dipercaya atau tidak, terbukti jelas kalau Put-ji tewas keracunan karena terkena jarum Lebah hijau, mengapa Keng Giok-keng harus merahasiakan kejadian ini dan mengatakan ayah angkatnya hanya menderita sakit tidak bisa bangun? Bahkan setelah kenyataan semakin jelas, kenapa dia malah mengumpat dan menyerangku? Siapa pun tahu kalau jarum Lebah hijau adalah senjata rahasia andalan Siang Ngo-nio, padahal aku sendiri tidak pernah memakai senjata rahasia, kini kenyataan sudah terbukti didepan mata, apabila dia bukan sedang melindungi Siang Ngo-nio, pastilah dia telah meminjam jarum lebah hijau dari tangan perempuan siluman itu!" Uraian tersebut disampaikan secara detik dengan didukung fakta yang kuat, Put-hui Suthay seketika tertunduk dan tidak mampu berbicara lagi, pikirnya, 'Mungkinkah bocah ini termakan hasutan orang jahat setelah mengetahui rahasia asal-usulnya hingga
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melakukan tindakan bodoh?' Sementara dia masih berpikir, Put-po yang polos kembali telah berseru, "Sebenarnya akupun tidak percaya kalau Giok-keng bakal berubah sejahat ini, aaaai, tapi sekarang, sekalipun tidak berani percaya pun mau tidak mau harus mempercayainya juga. Bu-sisusiok, Put-hui-suci, menurut pendapatku, tidak sepantasnya bila kita kelewat melindungi bocah ini, mending kita bersama-sama mohonkan ampun kepada Ciangbun Cinjin, mengingat dia hanya bertujuan membalaskan dendam atas kematian ayahnya maka tanpa mengetahui masalah yang sejelasnya telah melakukan sebuah kesalahan besar. Put-hui Suthay tidak bicara, sebaliknya Bu-si Tojin dengan kening berkerut berkata, "Aku lihat di balik kesemuanya ini mungkin masih ada hal lain yang mencurigakan, lebih baik kita tunggu dulu sampai Giok-keng sadar lalu menginterogasi dirinya sebelum menjatuhkan hukuman. "Kenyataan telah terpampang didepan mata, buat apa kita bertanya lagi kepadanya? Apa yang dikatakan Supek bisu tuli benar, kalau bukan dia yang melakukan.... "Semua perkataannya telah kudengar dengan sangat jelas, tidak perlu kau ulang lagi, tukas Bu-si Tojin cepat. "Kalau begitu mohon tanya, menurut kau ucapannya masuk akal atau tidak?" desak Put-po. "Aku tidak tahu. Sebab masih masih membutuhkan lebih banyak bukti sebelum memutuskan, hingga saat ini aku tetap merasa kejadian ini mencurigakan!" Sebetulnya Bu-si Tojin termasuk orang yang simpatik, tapi berhubung jalan pikiran dan pandangan sebagian besar anggota Butong-pay sama seperti apa yang dipikirkan Put-po, menganggap Keng Giok-keng telah melakukan kesalahan karena ingin membalas dendam atas kematian ayahnya, maka tanpa terasa sikap mereka terhadap putsi pun ikut berubah, untuk sesaat suasana berubah jadi gaduh.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Put-ji Tianglo telah memeliharanya hingga dewasa, selain ayah angkatnya, diapun gurunya, budi kebaikan yang telah diberikan lebih tinggi dari bukit, ayah kandungnya mati karena kesalahannya memang pantas menerima ganjaran tersebut, sekalipun ayahnya benar tewas dibunuh Put-ji Tianglo dimasa lalu, tidak seharusnya dia melakukan pembunuhan sekeji ini!" "Kalau hanya berniat balas dendam mah masih mending, jangan lupa, dia pun masih dicurigai sebagai mata-mata yang berhubungan dengan bangsa Boan!" "Betul, sekalipun tuduhan sebagai mata-mata belum terbukti, tapi persekongkolannya dengan siluman wanita Siang Ngo-nio sudah jelas terbukti. Peristiwa ini pantas diselidiki hingga tuntas!" "Sudah cukup, harap kalian tenang!" teriak Put-po kemudian, "menurut aku, lebih baik kita nantikan keputusan dari Ciangbun Cinjin, bagaimana pun dia adalah seorang bocah berbakat luar biasa, sekalipun telah melakukan perbuatan bodoh, namun.... namun.... Bu-beng Cinjin mendeham berulang kali, kemudian katanya, "Seandainya dia benar-benar telah melanggar dosa seperti yang dituduhkan Ong Hui-bun, tentu saja kesalahan tersebut harus dijatuhi hukuman yang setimpal!" Semua orang menyangka Keng Giok-keng sudah tidak mungkin lolos dari semua tuduhan itu, ada yang merasa sayang dengan bakatnya yang bagus, ada pula yang kasihan karena usianya masih muda, semua orang berharap Bu-beng Cinjin dapat menjatuhkan hukuman yang ringan hingga bocah itu terbebas dari siksaan. Siapa tahu pada saat itulah muncul seseorang yang membantu Keng Giok-keng berbicara, bahkan orang itu tidak lain adalah Buliang Tianglo. "Apa yang diucapkan Put-po-sutit memang betul, kata Bu-liang Totiang, "Giok-keng masih muda, rasanya tidak mungkin dia bisa melakukan perbuatan dengan begitu berpengalaman, bahkan pada saat yang bersamaan melakukan beberapa perbuatan sekaligus!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu mendengar ada orang membantu berbicara, bahkan yang berbicara pun merupakan ketua Tianglo, Put-po merasa sangat bangga, segera ujarnya, "Betul juga, baru saja dia pergi ke luar perbatasan untuk bersekongkol dengan bangsa Boan, kemudian sekembalinya ke daratan bersekongkol pula dengan perempuan siluman, padahal dia hanya seorang pemuda berusia tujuh, delapan belas tahunan! Jika ke dua perbuatan ini bisa terbukti, waaah.... perbuatannya benar- benar sedikit di luar dugaan siapa pun!" "Dosa memang tidak mungkin bisa dicuci bersih, sela Ong Huibun, "hanya saja.... "Hanya saja kenapa?" "Hanya saja aku duga di belakangnya masih ada aktor lain yang mendalangi kesemuanya ini!" Bu-liang Totiang menghela napas, ujarnya, Dalam hal inipun telah kubayangkan, kalau hanya mengandalkan kemampuannya, tidak mungkin bisa dia lakukan perbuatan jahat sebanyak ini, justru dalang yang menjadi otak itulah merupakan penjahat sesungguhnya yang harus kita selidiki. Aku rasa Giok-keng hanya seorang pembantu saja!" Walaupun Put-po berharap dapat membantu Keng Giok-keng untuk meringankan dosanya, namun perkataan yang barusan didengar merupakan satu kejadian yang sama sekali tidak terduga sebelumnya. Dengan perasaan terkesiap teriaknya, "Kalau didengar dari nada pembicaraanmu, seolah orang yang berada dibelakangnya adalah seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam Bu-tong-pay?" "Aaaai, pada hakekatnya mereka tidak bisa sebanding, jangan lagi kedudukannya jauh diatasnya, bahkan jauh diatas posisimu juga!" Saat ini kedudukan Put-po Tojin adalah seorang Tianglo, mana ada orang lain yang mempunyai kedudukan jauh lebih tinggi daripada dirinya?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam waktu singkat perasaan hati semua murid Bu-tong-pay jadi terkesiap, tentu saja mereka tidak berani mengatakan siapa gerangan orang yang telah diduga itu. Put-po biarpun kasar ternyata dia cukup teliti, sengaja katanya, "Aku dengar sewaktu Giok-keng turun gunung tahun berselang, dia mendapat perintah dari mendiang Ciangbun Cinjin. "Apakah kau dengar dengan mata kepala sendiri Bu-siang Cinjin berkata begitu?" tanya Ong Hui-bun. "Tidak!" sahut Put-po, sebenarnya dia ingin mengatakan kalau mendengar dari Bu-beng Cinjin, tapi akhirnya dia tidak berani mengutarakannya keluar. "Kalau memang tidak, darimana kau bisa buktikan kalau perintah itu memang berasal dari Bu-siang Cinjin? Apalagi setelah dia pergi jauh ke luar perbatasan, semakin menyimpulkan kalau perintah itu bukan berasal dari Bu-siang Cinjin. "Berarti pada waktu itu orang tersebut sudah berada diatas gunung Bu-tong, kata Put-po lagi. "Tentu saja, kalau tidak mana mungkin bisa menurunkan perintah?" Jawaban ini sudah menjelaskan segala sesuatunya secara gamblang, disaat Keng Giok-keng turun gunung, pada hari itu juga Bu-beng Cinjin tiba di atas gunung Bu-tong. Kini, hampir semua pandangan mata tertuju ke diri Bu-beng Cinjin! Paras muka Bu-beng Cinjin sama sekali tidak berubah, dengan tenang katanya, "Kalau begitu kau sudah tahu siapakah dia?" "Benar!" "Kenapa tidak kau katakan?" "Pertama, karena urusan ini menyangkut keadaan yang sangat besar, ke dua jelek-jelek orang itu tetap merupakan seorang tokoh
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

persilatan kelas satu, asal dia tahu kesalahannya dan bersedia menuruti bujukan, bahkan penampilannya dalam melaksanakan janji memang bisa dipercaya, aku tidak ingin merusak nama baiknya. Maksud lain dari perkataan itu adalah mengingatkan Bu-beng Cinjin: bila kau tidak melaksanakan sesuai yang kuinginkan, aku segera akan membuat nama baikmu tercoreng! Bu-beng Cinjin segera berkata pula, "Aku pun berharap orang itu jangan melanjutkan perbuatannya yang terkutuk, tapi harus diketahui seseorang yang semula baik, dengan gampang bisa berubah jadi jahat, tapi kalau dari jahat susahlah untuk menjadi baik. Kami pun tidak berharap menaruh pengharapan pada hal yang kosong, kita harus mengetahui lebih dulu apa gerangan masalah yang sebenarnya. Setelah berhenti sejenak, dia berpaling ke arah Ong Hui-bun lalu bertanya, "Kau mengatakan dibelakang Keng Giok-keng ada dalang yang mengatur semua rencana, boleh tahu apa rencananya?" "Menguasai seluruh Bu-tong-pay dalam genggamannya!" "Yang kau maksudkan sebagai 'nya' apakah penghianat bangsa?" "Benar! Maka dari itu.... sekelompok

"Maka dari itu bila rencana busuk mereka berhasil, itulah saat Butong-pay musnah dari dunia persilatan!" sambung Bu-beng Cinjin cepat. "Memang begitulah!" Setelah terjadi adu debat diantara kedua orang ini, kini sekalipun orang yang paling bodoh dengan otak paling sederhana pun dapat menangkap kalau ujung tombak dari Ong Hui-bun ditujukan langsung kepada Bu-beng Cinjin. Bu-beng Cinjin minta Keng Giok-keng untuk meneruskan jabatannya sebagai Ciangbunjin, sementara Keng Giok-keng pun dicurigai sebagai mata-mata, bukankah hal ini sama artinya seperti apa yang dikatakan Ong Hui-bun tadi, ingin menguasai seluruh Butong-pay?
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Paras muka Bu-beng Cinjin tetap tidak berubah, namun nada suaranya lebih berat dan serius, katanya, "Karena urusan sudah menyangkut mati hidupnya perguruan kita, hal ini tidak bisa diselesaikan hanya mengandalkan emosi! Sekarang aku masih seorang Ciangbunjin, aku perintahkan kepadamu untuk berbicara sejujurnya!" "Tapi harus dapat menunjukkan saksi dan bukti yang otentik!" Bu-si Tojin menambahkan. Dia kuatir Ong Hui-bun mengandalkan hubungan eratnya dengan Bu-siang Cinjin dan menyampaikan firman palsu yang justru merupakan khayalannya. "Ciangbun Cinjin, kata Ong Hui-bun kemudian, "bolehkah aku tampilkan seorang saksi penting!" Sejak awal Bu-beng Cinjin sudah tahu siapa yang hendak ditampilkan, namun dia tetap bertanya, "Tentu saja, siapa saksi penting itu?" "Siang Ngo-nio!" jawab Ong Hui-bun sepatah demi sepatah kata. Begitu nama itu disebut, suasana dalam arena pun terjadi kegaduhan. Serentak para murid Bu-tong-pay bertanya, Memangnya siluman wanita itu masih di atas gunung?" "Dia adalah musuh besar partai kita, mana mungkin bersedia tampil sebagai saksi?" "Dia telah kutangkap hidup-hidup!" ujar Ong Hui-bun. Seketika itu juga berita ini menghebohkan seluruh arena, seluruh anggota Bu-tong-pay jadi gaduh dan saling berbisik bahkan ada yang mulai berteriak, minta Ong Hui-bun segera tampilkan siluman perempuan itu. Ong Hui-bun membuat gerakan tangan menekan bibirnya dengan kedua belah tangan, setelah kegaduhan menjadi tenang kembali, dia baru berkata, "Tapi kalian harus berjanji dulu untuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengampuni jiwanya, kalau tidak, bisa jadi dia malah langsung ingin mati daripada tampil sebagai saksi. Semua orang mulai mempertimbangkan usulan itu, untuk sesaat siapa pun tidak berani bersuara. "Berarti siluman wanita itu telah memberikan pengakuannya kepadamu?" tanya Bu-si Tojin. "Betul. Daripada aku yang membeberkan, lebih baik biar dia saja yang mengakui dihadapan jakuab senya. "Tapi kita pun harus mengampuni nyawa siluman perempuan ini, aku tidak tahu bagaimana perhitungan siepoa dalam hal ini?" seru Put-po Tojin, "kalau memang dia sudah mengaku semua, seharusnya.... seharusnya.... Belum selesai dia berkata, kembali ucapannya ditugas oleh seruan orang agar dia membungkam. Perlu diketahui, dalam hati sebagian besar orang yang hadir saat ini, kebanyakan mereka hanya ingin nonton keramaian, kalau Siang Ngo-nio belum tampilkan diri, bagaimana mungkin hal tersebut bisa memuaskan hati mereka semua? Ong Hui-bun menggelengkan kepalanya berulang kali, kepada Bu-si Tojin katanya, "Lebih baik biar Siang Ngo-nio mengaku sendiri. Kalau tidak, takutnya ada orang akan curiga kalau semuanya itu hanya karangan aku sendiri. Tentu saja ucapan ini sengaja ditujukan untuk menyindir Bu-si Tojin yang minta dia mengusung keluar bukti dan saksi. Bu-si Tojin segera mendengus dingin. "Hmm, ucapan siluman wanita mana boleh dipercaya?" "Kita mengundangnya untuk tampil sebagai saksi tentu saja bukan hanya mendengar perkataan dia seorang. Tapi akan kita adu muka dengan orang yang berada di belakang Keng Giok-keng. Di saat mereka saling bertemu, tentunya dari tanya jawab mereka berdua kita bisa menarik kesimpulan yang lebih jelas dan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menentukan mana yang dia katakan itu benar dan mana yang salah. Kembali Put-po Tojin garuk-garuk kepalanya. "Ehmm, masuk akal juga perkataan ini, katanya. "Apabila dari pengakuan siluman wanita itu kita benar-benar bisa membuktikan kalau dalam partai kita tersusup penghianat, aku rela mengampuni nyawa perempuan itu!" seru Put-hui Suthay dengan nada serius. Di antara sekian banyak orang yang hadir, permusuhan Put-hui Suthay dengan Siang Ngo-nio terhitung paling dalam, setelah dia berjanji begitu, tentu saja orang lain pun tidak banyak komentar. "Baik, kalau begitu persilahkan kau untuk mengundang keluar Siang Ngo-nio!" "Aku telah mengurungnya di dalam sebuah gua di atas tebing bukit seberang sana dan menguncinya di dalam sebuah peti besi. Silahkan Ciangbun Cinjin mengutus dua orang murid untuk menggotong kemari peti besi itu. "Bagus, tidak nyana cara kerjamu sangat cermat dan teliti, kata Bu-beng Cinjin. Orang pertama yang mengajukan diri adalah Put-po Tojin, dia bersama murid Bu-liang Totiang pergi menggotong peti besi itu. Gua itu terletak tidak jauh dari kompleks pemakaman, tidak butuh waktu terlalu lama, peti besi itu sudah digotong ke depan Bubeng Cinjin. Kehadiran peti besi itu segera menarik perhatian semua orang, terutama anggota perguruan Bu-tong-pay, tanpa sadar serentak mereka meluruk maju ke depan, setiap orang membawa perasaan ingin tahu dan perasaan gembira yang meluap, semua orang berharap peti besi itu segera dibuka dan menunggu permainan sandiwara apa lagi yang bakal ditayangkan. Bahkan Bu-beng Cinjin sendiripun merasakan hatinya berdebar
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keras, walaupun permainan ini sudah berada dalam dugaannya, bahkan diapun telah memikirkan cara untuk menghadapinya. Tapi siapa tahu apakah aktor dari permainan ini bakal berubah pikiran atau tidak di tengah jalan. Kalau ditinjau dari sikap Ong Hui-bun, sudah jelas dialah sang sutradara, atau dengan perkataan lain, segala sesuatunya berjalan mulus sesuai dengan rencana nya, dan tidak perlu ditebak pun sudah bisa diduga permainan macam apa yang sedang dia laksanakan. Tapi sikapnya saat ini sama seperti orang lain, tidak dapat menutupi perasaan tegang yang mencekam hatinya, bahkan terselip pula berapa bagian rasa heran dan tercengang. Karena orang yang masuk ke dalam arena telah berkurang dengan seseorang. Sesuai dengan skenario yang telah dirancang, seharusnya saat ini masih ada seseorang lagi yang mengikuti di belakang Put-po dan Put-bo yang menggotong peti besi itu dan bertindak sebagai orang yang membebaskan kurungan. "Sebetulnya inilah kesempatan paling baik baginya untuk menampilkan diri, akupun dengan niat baik telah menyiapkan tugas ini kepadanya dan berniat mempromosikan dirinya setelah rencana ini berhasil. Kenapa dia malah menyembunyikan diri? Hmm, tampaknya dia kuatir mendapat satu tapi kehilangan yang lain, takut aku tidak sanggup mengungguli Bouw Ciong-long maka di saat terakhir berubah pikiran dan pilih jadi cucu kura-kura? Hmm, betulbetul tidak tahu diri, yaa sudah, biarlah semau dia! Demikian Ong Hui-bun berpikir. Walaupun sebelum acara pembukaan dimulai, dia sudah kehilangan seorang pemain, namun untungnya yang menyingkir hanya seseorang yang tidak penting peranannya. Tanpa diapun sandiwara masih bisa dilangsungkan. Oleh karena itu meski dalam hati kecilnya Ong Hui-bun sedikit merasa tidak senang hati, namun dia tidak terlalu masukkan ke dalam hati.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lapor Ciangbun Cinjin, siluman perempuan itu telah digotong kemari, lapor Put-po. "Bagus, segera buka peti besi itu!" perintah Bu-beng Cinjin. Ong Hui-bun segera mengeluarkan anak kunci dan diserahkan kepada Put-bo, dengan membawa anak kunci itu Put-bo Tojin pun membuka gembokan di depan peti besi. Entah dikarenakan gembokan besar lagi kuno itu sukar dibuka atau dikarenakan perasaan hatinya kelewat tegang, terlihat jari tangannya gemetaran keras, sampai lama kemudian dia masih juga belum berhasil membuka kunci gembokan itu. Habis sudah kesabaran Put-po, sambil mencengkeram rantai gembokan itu dia menariknya kuat-kuat, katanya, "Merusak sebuah gembokan tidak terhitung apa-apa, Supek bisu tuli, kau pasti tidak menyalahkan aku karena merusak gembokanmu bukan!" Karena betotannya yang kuat, rantai berikut gembokan itu segera terbetot patah jadi beberapa bagian. Dia langsung membuka tutup peti, mencengkeram tubuh seseorang dari dalam peti dan melemparnya ke atas tanah. Mungkin karena bantingan itu kelewat keras, orang itu segera menjerit kesakitan. Dalam waktu singkat beberapa ratus pasang mata dibuat terperana, dibuat bodoh setelah melihat wajah orang itu. Ternyata orang itu bukan Siang Ngo-nio. Melainkan seorang tosu tua dan tosu tua itu sudah dikenal oleh setiap anggota Bu-tong-pay yang berada disana. "Eeei, Put-huang suheng!" teriak Put-po, "bukannya berada di istana Ci-siau-kiong, mau apa kau bersembunyi dalam peti?" Ternyata Tojin itu adalah seorang pengurus rumah tangga di istana Ci-siau-kiong dengan gelar Put-huang. Usianya lebih tua sedikit daripada Put-po, "menjadi pengurus" di istana Ci-siau-kiong pun sudah mencapai tiga puluh tahunan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ilmu silat yang dimiliki orang ini biasa saja, tapi orangnya jujur bahkan sangat pandai bekerja, oleh sebab itu mendapat kepercayaan penuh dari Bu-siang Cinjin. Selama berperan sebagai Tojin bisu tuli dan bertugas di istana Cisiau-kiong, dia adalah atasan langsung Ong Hui-bun. Bu-liang Totiang tampak amat cemas, bentaknya nyaring, "Coba periksa lagi, apakah dalam peti masih terdapat orang lain?" "Tii.... tidak ada!" sahut Put-po agak gemetar. "Put-huang, apa yang sebenarnya terjadi?" hampir pada saat yang bersamaan Bu-beng Cinjin dan Ong Hui-bun membentak bersama. Kini Put-huang Tojin telah bangkit berdiri, pandangan matanya dialihkan ke wajah Ong Hui-bun, tampaknya rasa kaget masih mencekam perasaannya bahkan kelihatan sekali kalau dia takut ditegur karena kelalaiannya. Dengan badan menggigil ujarnya kemudian, "Bukannya aku tidak menjaga dengan sepenuh tenaga, tapi aku.... aku tidak mampu melawannya.... Dengan ucapannya itu maka semua orang pun segera memahami apa yang telah terjadi, ternyata dia mendapat perintah dari Ong Hui-bun untuk menjaga Siang Ngo-nio. Namun kalau ditinjau dari kedudukan mereka berdua, rasanya saat ini justru terjadi kebalikannya. Kalau dilihat dari mimik mukanya yang begitu ketakutan, seolah Ong Hui-bun adalah atasannya saja. Diantara murid angkatan "Put", usianya terhitung paling tua namun kedudukannya paling rendah. Oleh sebab itu selama ini semua murid Bu-tong-pay tidak terlalu memperhatikan dirinya, otomatis tidak ada yang menaruh perhatian apakah dia ikut menghadiri upacara penguburan atau tidak. Namun setelah mendengar tanya jawabnya dengan Ong Hui-bun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

barusan, semua orang pun menaruh pandangan yang berbeda terhadapnya. Pikir mereka, "Ternyata sejak awal dia sudah mengetahui asal usul Tojin bisu tuli yang sebenarnya!" Kini Ong Hui-bun sudah merasa tidak perlu untuk merahasiakan hubungan mereka lagi, segera bentaknya, "Bagaimana aku perintahkan dirimu, sekalipun kau tidak berdaya untuk melawan, begitu bertemu orang asing, kau seharusnya segera berteriak minta tolong!" Sebetulnya hal ini bukan dikarenakan kecerobohan Ong Hui-bun, pertama karena letak gua itu memang sukar diketahui orang, kedua dia telah menyiapkan berapa jenis senjata rahasia paling lihay untuk Put-huang menghadapi musuh dan ketiga letak gua itu tidak terlalu jauh dari kompleks pemakaman, asal Put-huang berteriak, dia dan Bu-liang Totiang segera akan menyusul ke situ. Perasaan bingung kembali menyelimuti wajah Put-huang Tojin, katanya, "Aku.... aku.... aku tidak tahu.... "Tidak tahu apa....?" "Tidak tahu apakah dia adalah dirimu?" Apa maksud perkataan itu? Semua orang tertegun dan dibuat tidak habis mengerti. Namun paras muka Ong Hui-bun segera berubah sangat hebat. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar seseorang tertawa nyaring, disusul kemudian serunya, "Kalian tidak perlu gelisah, aku telah mengundang datang saksi mu itu!" Bersama dengan bergemanya perkataan itu, semua orang kembali dibuat tertegun. Ternyata jagoan yang muncul adalah seorang tokoh silat yang tidak pernah diduga siapa pun, tapi dia mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam dunia persilatan. Terdengar Pa-san-kiam-kek Kok Thiat-cing berseru tertahan, teriaknya, "Bukankah kau adalah Kwik Thayhiap? Tidak disangka dapat bertemu dengan kau disini, selama banyak tahun kau bersembunyi di mana saja?"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pun-bu Thaysu, ketua Tianglo ruang Tatmo dari biara Siau-lim merangkap pula tangannya memberi hormat, sapanya, "Aku masih ingat ketika Kwik Thayhiap datang berkunjung ke biara Siau-lim dan berbincang tentang ilmu pedang dengan pinceng, mungkin kita sudah berpisah hampir tiga puluh tahunan bukan?" "Betul, tiga puluh dua tahun, jawab orang itu sambil tertawa. Biarpun hanya beberapa orang diantara para pelayat dan murid Bu-tong-pay yang mengetahui orang itu, namun setelah mendengar Kok Thiat-cing serta Pun-bu Thaysu menyebutnya sebagai Kwik Thayhiap, hampir setiap orang segera mengetahui siapakah dirinya. Ternyata orang ini tidak lain adalah pemimpin kelompok lima setiakawan Siau-ngo-gi di masa lalu, jit-seng-kiam-kek Kwik Tanglay. Dialah orang pertama yang lenyap dari peredaran dari antara kelompok Siau-ngo-gi, disusul kemudian Ong Hui-bun dan Hwee-ko Thaysu ikut lenyap dari dunia persilatan, sejak itu pula kelompok lima setiakawan Siau-ngo-gi lenyap ditelan bumi. Teka-teki tentang hilangnya mereka dari dunia persilatan merupakan misteri yang tidak pernah terjawab selama tiga puluh tahunan, siapa pun tidak mengira mereka bakal bermunculan pada hari yang sama diatas gunung Bu-tong. Seandainya Kwik Tang-lay datang dengan 'tangan kosong' pun sudah cukup menghebohkan, apalagi sekarang dia muncul sambil menggendong sebuah karung yang terbuat dari kulit. Kantung kulit itu panjang lagi besar, dengan ketinggian badannya yang mencapai tujuh kaki (lebih kurang 2,3 meter), ternyata kantung kulit yang dipikulnya masih menyentuh permukaan tanah. Selain Kok Thiat-cing yang maju menyambut, masih ada seorang lagi yang ikut maju, dia adalah busu tua Chin Ling-hun. Dengan wataknya yang suka bicara terus terang dan mempunyai perasaan ingin tahu yang besar, Chin Ling-hun segera tampil ke depan dan langsung menegur, "Kwik Thayhiap, apa isi kantung kulit
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu?" "Tidak usah terburu napsu, jawab Kwik Tang-lay sambil tersenyum, "nanti toh kau akan tahu dengan sendirinya. Sembari bicara dia telah berjalan sampai didepan kuburan Busiang Cinjin, saat itulah dia baru menurunkan kantung kulit itu, kemudian sambil bersujud memberi hormat di depan batu nisan, katanya, "Cinjin, di masa hidupmu, aku tidak berkesempatan mendapat petunjuk darimu, hal ini merupakan satu kejadian besar yang paling membuat aku kecewa. Hari ini aku khusus datang untuk membalas budi atas kebaikanmu. Seluruh anggota Bu-tong-pay, termasuk juga Bu-liang Totiang, todak ada yang tahu tentang persoalan ini, tanpa terasa mereka saling bingung dan menduga-duga. Mereka tidak tahu apa sebenarnya yang dia maksudkan sebagai balas budi itu. Dalam pada itu Ong Hui-bun telah maju memberi hormat sambil menyapa, "Toako, aku dengar kau sudah hidup mengasingkan diri di luar perbatasan, sungguh bukan pekerja an yang gampang untuk jauh-jauh datang kemari!" Desa kelahiran Kwik Tang-lay ada di kota Lokyang, tapi Ong Huibun sengaja mengubahnya menjadi "mengasingkan diri di luar perbatasan", tujuannya jelas sedang memperingatkan dia, "Kau mengetahui urusanku, akupun mengetahui urusanmu, jika kau bongkar rahasiaku, akupun tidak akan sungkan-sungkan menghadapi dirimu. "Hmmm!" Kwik Tang-lay mendengus dingin, ujarnya hambar, "sudah hampir tiga puluhan tahun kau berada di gunung Bu-tong, kalau kau bisa datang, kenapa aku tidak bisa kemari?" Bu-beng Cinjin segera maju memberi hormat, katanya pula, "Waktu aku berada di kota Hangciu, ternyata saat itu tidak ada kesempatan untuk berjumpa dengan toako, hal ini benar-benar membuatku menyesal. Ada satu hal aku harus melaporkan kepadamu....
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kwik Tang-lay tertawa terbahak-bahak, tukasnya, "Aku sudah tahu mengenai urusanmu, tapi sekarang kau telah menjadi Ciangbun Cinjin, buat apa harus mempersoalkan adat kaum awam?" "Ciangbun-sute, apakah kau tidak merasa pertanyaan mu itu sedikit menggelikan!" ejek Bu-liang Totiang tiba-tiba. "Bagaimana menggelikannya? Tolong dijelaskan. Sambil menuding ke arah Ong Hui-bun ujar Bu-liang Totiang, "Untuk mempermudah komunikasi, aku tetap menggunakan nama panggilannya dulu. Siapa pun tahu kalau Tojin bisu tuli bertugas melayani keperluan mendiang Ciangbunjin, bila dia pergi meninggalkan gunung, memangnya Bu-siang Cinjin tidak akan mengetahui akan hal ini?" "Masuk diakal juga perkataanmu itu, Bu-beng Cinjin manggut manggut, "tapi aku tetap ada pertanyaan yang perlu diajukan. Puthuang, aku tetap mempercayai perkataanmu tadi, dia tidak pernah meninggalkan gunung, tapi dalam beberapa hari itu apakah telah terjadi sesuatu kejadian yang istimewa atas dirinya? Semisal kedatangan tamu asing yang mengunjunginya, atau menderita sakit. "Belum pernah ada yang datang mengenai sakit.... soal ini.... soal ini.... "Kenapa?" "Kejadiannya sudah lewat cukup lama, aku tidak teringat lagi. "Hmm! Lebih baik pikirkan lagi dengan cermat, dengus Kwik Tang-lay. "Rasanya.... rasanya.... Put-huang bergumam tiada hentinya namun tidak muncul jawaban. Tiba-tiba Put-po memukul benak sendiri sembari berseru, "Aaah, aku teringat sekarang, benar, beberapa hari sebelum keluarga Ho tertimpa kejadian, rasanya paman guru bisu tuli pernah menderita sakit yang cukup parah.
http://cerita-silat.co.cc/

mencarinya,

sedangkan

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana mungkin daya ingatanmu begitu jelas?" seru Buliang Totiang. "Ketika Ji-ou Thayhiap Ho suheng terbunuh, aku pernah datang ke istana Ci-siau-kiong, waktu itu kudengar dia sedang sakit dan sempat mendatangi kamarnya untuk menjenguk. Mengapa aku bisa teringat begitu jelas, karena selewat beberapa hari kemudian ada orang naik ke gunung untuk melapor kepada Ciangbun suheng katanya di saat Ho suheng terbunuh, katanya aku terlihat hadir juga di tempat kejadian. Maka setelah pembawa berita itu pergi, akupun sempat bertanya kepada Put-huang, apakah sakit Tojin bisu tuli telah sembuh. Dia bilang belum. "Betul, kini Put-huang Tojin baru berkata, "aku pun teringat sudah, beberapa hari itu dia memang sakit. "Siapa pun dapat terserang sakit setiap saat, apa yang perlu diherankan, sela Ong Hui-bun. "Ilmu silatmu begitu bagus, kau menderita penyakit apa?" tanya Bu-beng Cinjin. "Kejadian itupun sudah berlangsung tujuh belas tahun berselang, mana mungkin aku masih ingat sakit apa yang kuderita waktu itu?" Jawaban itu seketika menimbulkan perasaan curiga dari para anggota Bu-tong-pay. Perlu diketahui, dalam ingatan mereka, Tojin bisu tuli jarang sekali sakit, mungkin sakitnya waktu itu merupakan satu-satunya sakit yang pernah diderita, mana mungkin dia bisa tidak teringat? Sorot mata banyak orang mulai dialihkan ke tubuh Put-po. Terdengar Put-po Tojin berkata lagi, "Aku menengoknya ketika dia berada dalam kamar, memang dia, bukan orang lain. "Hmm, masih ada yang hendak kalian katakan?" jengek Ong Huibun sambil tertawa dingin. "Masih!" jawab Kwik Tang-lay.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sebelum Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu dibunuh orang, telah terjadi pembunuhan misterius terhadap Ting Hun-hok, seorang murid preman perguruan kita di kota Yan-keng, disusul kemudian Bu-kek Tianglo dibokong orang hingga menderita luka parah sewaktu dalam perjalanan menuju kotaraja, dari pelbagai gejala yang tampak, jelas ada sekawanan penghianat yang berniat mencelakai perguruan. Bukek Tianglo meninggal setelah beberapa hari menderita luka parah, tapi terus terang saja sebelum dia tewas, aku telah mendapat kabar kalau seorang murid Ho Ki-bu telah bersekongkol dengan bangsa Boan di luar perbatasan, bahkan sedang dalam perjalanan pulang ke selatan. Waktu itu aku kuatir sasaran ke tiga yang bakal dibunuh para penghianat adalah Ho Ki-bu, oleh sebab itu aku memohon kepada Bu-siang Cinjin agar segera mengutus orang untuk memberi kabar kepada keluarga Ho. "Darimana kau bisa memperoleh berita yang sangat penting itu?" tanya Bu-si Tojin. "Biarpun aku hidup mengasingkan diri dan bersembunyi di atas gunung Bu-tong, akan tetapi di tempat luaran aku masih mempunyai banyak sekali mata-mata. Kabar itu kuperoleh lewat Put-huang saat dia naik ke gunung Bu-tong waktu itu. Karenanya akupun langsung melapor kepada Bu-siang Cinjin, atas seijin Ciangbunjin, akupun meminta kakakku untuk menggantikan aku berlagak sakit, sementara aku turun gunung melakukan penyelidikan akan sepak terjang para penghianat! Jadi sebenarnya sejak awal Bu-siang Cinjin maupun Put-huang sudah mengetahui identitas-ku yang sebenarnya. Diantara para murid Bu-tong-pay meski ada juga yang curiga kalau pengakuannya tidak jujur, namun Bu-siang Cinjin maupun Ong Hui-sin (kakak Ong Hui-bun) telah meninggal, orang yang sudah mati memang tidak bisa dimintai kesaksian! Yang lebih sukar dibantah lagi adalah semua persoalan dia limpahkan atas nama Bu-siang Cinjin, kalau bukan mengatakan hal ini telah dilaporkan kepada Bu-siang Cinjin, dia pasti beralasan ide tersebut muncul atas saran Bu-siang Cinjin, tapi memang dalam
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kenyataan dia telah melayani Bu-siang Cinjin hampir tiga puluh tahunan lamanya. Bila ada yang menunjukkan sikap curiga, bukankah hal ini sama artinya tidak menaruh hormat kepada Bu-siang Cinjin? Paling tidak Bu-siang Cinjin pun tersangkut dalam kesalahan ini? Padahal segenap anak murid Bu-tong-pay menaruh sikap yang sangat hormat terhadap Bu-siang Cinjin, sekalipun timbul kecurigaan tersebut, mereka pun tidak berani mengutarakannya keluar. Sambil tertawa dingin kata Bu-si Tojin, "Benarkah Keng King-si memiliki kemampuan yang begitu hebat sehingga mampu mencelakai seluruh anggota perguruannya?" "Perkataanmu tepat sekali!" seru Ong Hui-bun cepat, "yang kumaksudkan sebagai sang penghianat tentu saja bukan Keng Kingsi, Keng King-si tidak lebih hanya merupakan kuku garudanya. Padahal Ho Ki-bu sendiripun tewas di tangan penghianat itu, tentu saja dia bisa masuk ke rumah keluarga Ho dengan mulus lantaran mendapat bantuan dari Keng King-si. "Waah, kau mengetahui kejadian ini dengan begitu jelas, tampaknya saat itupun kau berada disana?" sindir Bu-si Tojin. "Waktu itu kedatanganku terlambat selangkah, yang kulihat hanya bayangan punggungnya. Kepandai-an yang dimiliki orang itu jauh diatas kemampuanku dan aku yakin masih bukan tandingannya, oleh karena itu aku hanya bisa menghindari 'memukul rumput mengejutkan ular'. Ehm, kalau dibicarakan sesungguhnya sangat memalukan, waktu itupun aku kelewat egois, terus terang, dengan orang itu aku pernah mempunyai hubungan yang cukup akrab, lagipula orang itupun merupakan seorang jago dengan bakat alam yang hebat, karena muncul dari perasaan sayang maka aku berharap dia dapat bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Aku pikir jika tujuannya hanya ingin merebut kekuasaan dalam partai, apa salahnya kalau aku bantu dia untuk merahasiakannya sementara waktu sambil melihat perkembangan di
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kemudian hari!" Begitu ucapan tersebut diutarakan, maka jelas sudah kalau orang yang dia tuduh sebagai "penghianat" tidak lain adalah Bu-beng Cinjin. "Kalau begitu mengapa tidak segera kau sebutkan, siapakah penghianat itu?" kata Bu-beng Cinjin dingin. Ong Hui-bun tertawa dingin. "Kau benar-benar ejeknya. menyuruh aku untuk mengatakannya?"

Tiba tiba terdengar seseorang tertawa dingin, dengan suara yang lebih nyaring serunya, "Kalau begitu biar aku saja yang mewakilimu untuk mengatakan, penghianat itu tidak lain adalah kau! Pengkhianat bangsa yang telah menjadi mata-mata bangsa Boan pun adalah kau!" Tentu saja orang yang mengucapkan perkataan itu tidak lain adalah Jit-seng-kiam-kek Kwik Tang-lay! Kejut bercampur gusar Ong Hui-bun segera membentak, "Kau.... "Kau, kau apa?" tukas Kwik Tang-lay, "aku mah tidak seperti dirimu, kau sangka karena yang mati tidak dapat bersaksi maka kau boleh bicara sembarangan? Hmmm! Kalau aku berbicara disertai dengan bukti yang jelas!" Keder juga perasaan hati Ong Hui-bun setelah mendengar kata kata itu, namun dia enggan menyerah dengan begitu saja, pikirnya, 'Kenapa aku tidak mengajaknya berduel sampai titik darah penghabisan?' Berpikir begitu segera bentaknya, "Mana buktinya?" "Disini telah hadir saksi-saksi hidup!" Mendadak Bu-beng Cinjin seperti tersadar kembali, segera ujarnya pula, "Benar, tadi kau mengatakan semuanya ada tiga orang saksi, saksi pertama adalah Put-huang, saksi kedua adalah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ong Hui-seng, saksi ke tiga adalah.... "Saksi ke tiga adalah aku!" sambung Kwik Tang-lay dengan nada lantang. "Kau jangan ngaco belo!" bentak Ong Hui-bun. "Bukti penghianatanmu dengan bangsa Boan telah terjatuh ke tanganku, apakah harus kubacakan surat itu di depan orang banyak sebelum kau mau mengakuinya?" "Aneh, sambil keraskan kepala Ong Hui-bun berseru, "seandainya benar benar ada bukti bahwa aku telah bersekongkol dengan bangsa Boan, seharusnya bukti itu rahasia sekali, mana mungkin bisa terjatuh ke tanganmu? Kalau bukan barang palsu, kecuali kau adalah.... Belum selesai ia berkata, Kwik Tang-lay telah menukas lebih dulu, "Betul sekali, kau adalah mata-mata bangsa Boan, aku pun mata-mata bangsa Boan. Tapi aku adalah mata mata gadungan sementara kau adalah mata-mata beneran! Selama banyak tahun meski kau belum pernah bertemu aku, tapi kau seharusnya tahu, sesungguhnya akulah atasanmu selama ini!" Tampaknya Ong Hui-bun telah terdesak hingga seakan hewan buas yang terperangkap dan tidak mampu melarikan diri lagi, tibatiba dia menerkam ke arah Kwik Tang-lay. Tampak cahaya pedang berkelebat, di tengah gulungan bayangan telapak tangan, ujung baju yang dikenakan Ong Hui-bun telah terpapas kutung sebagian dan kebetulan hancur menjadi tujuh keping, ke tujuh keping hancuran kain itu bagaikan tujuh ekor kupu kupu yang terbang dan menari di tengah hembusan angin. Serentak Bu-si Tojin serta Put-po Tojin bersorak memuji, "Ilmu pedang tujuh bintang yang hebat!" Kedua orang ini sama-sama merupakan jagoan kelas satu dalam dunia persilatan, menurut peraturan yang berlaku, bila dua orang jagoan sedang bertarung, Orang lain tidak diperkenankan ikut campur, sekalipun ingin campur tanganpun belum tentu dapat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mencampurinya. Ong Hui-bun segera merangkap tangannya di depan dada, dengan tangan kiri membetot tangan kanan menarik, gerak pukulannya mantab bagaikan batu karang, tapi juga ringan bagai selembar bulu angksa. Pada serangan pertama meski Kwik Tang-lay berhasil mendesak musuhnya namun pada serangannya yang ke dua ujung pedangnya seolah terjerumus dalam pusaran angin yang tidak berwujud, cahaya pedang mesti bergerak berulang kali namun tidak satu pun berhasil menusuk ke arah tubuhnya. Menyaksikan kehebatan ini, tanpa terasa ada orang yang berteriak memuji, "Bagus sekali.... ba.... Mendadak ucapan itu terhenti ditengah jalan, agaknya secara tiba-tiba dia teringat kalau Tojin bisu tuli telah terbukti merupakan penghianat yang menyusup ke dalam perguruan mereka, masa dia harus memuji seorang mata-mata? Kwik Tang-lay bergerak cepat bagaikan bayangan setan, dimana cahaya pedangnya melintas seketika terciptalah beratus ratus perubahan yang luar biasa. Sebaliknya sepasang tangan Ong Hui-bun berputar bagaikan gelang, jurus demi jurus dilancarkan dengan membetuk lingkaran bulat. Lingkaran besar, lingkaran kecil, lingkaran kiri, lingkaran kanan, lingkaran lurus, lingkaran serong, dalam lingkaran terdapat lingkaran lain. Kalau dibicarakan memang sungguh aneh, betapa pun ganas dan cepatnya permainan pedang Kwik Tang-lay, ternyata tidak satu jurus pun yang mampu mendekati tubuhnya. Lingkaran pedang itu bagaikan pusaran air yang tidak berwujud, menggiring ujung pedang Kwik Tang-lay menjadi serong kesanakemari tidak beraturan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terdengar desingan angin tajam menderu-deru, dedaunan yang berada pada pepohonan di seputar mereka berguguran tiada hentinya, bila diperhatikan, dapat dilihat setiap daun yang rontok semuanya telah terbelah menjadi tujuh keping. Bu-si Tojin benar-benar kesemsem dibuatnya, tiada hentinya dia bergumam, "Menyerang belakangan mencapai tujuan duluan, meminjam tenaga memukul tenaga, Thay-kek berputar bular, bersambungan tiada putus. Aaah, aku mengerti sekarang apa maksud dari teori ini, tapi alangkah sulitnya untuk bisa mencapai tingkatan seperti ini. Tiba-tiba terdengar Keng Giok-keng berbisik lirih, "Walaupun tidak berbentuk, juga tidak nampak sakti, misalkan seratus langkah baru dilewati sembilan puluh. Sama seperti semula, sama sekali tiada daya cipta." Waktu itu Bu-si Tojin sedang memusatkan seluruh perhatian untuk mengikuti jalannya pertempuran, dia tidak memperhatikan kalau saat itu Keng Giok-keng telah tersadar kembali. Terkejut bercampur gembira Bu-si Tojin segera bertranya, "Maksudmu ilmu pukulan Thay-kek-kunnya masih terdapat banyak titik kelemahan?" Keng Giok-keng mengangguk. "Benar, dia itu tebal tapi tidak lentur, kesempurnaan yang dicapai sesungguhnya belum mampu melebihi dirimu. "Kau bukan sedang memuji aku bukan? Tenaga dalamnya jauh lebih hebat dariku, jurus serangannya juga lebih lihay daripada diriku. "Nah, titik kelemahannya justru terletak pada kata lihay!" Bu-si Tojin seperti mengerti tapi tidak paham, namun berhubung pertarungan antara Kwik Tang-lay dengan Ong Hui-bun makin lama berlangsung makin sengit, diapun tidak ada waktu lagi untuk berpikir lebih jauh.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berbicara tentang tenaga dalam, sesungguhnya kemampuan Kwik Tang-lay jauh lebih hebat daripada Ong Hui-bun, hanya saja karena terkendali oleh pukulan Thay-kek-kun lawan maka daya kemampuan yang dimiliki Jit-seng-kiam-hoat jadi terhambat dan sukar untuk dipancarkan keluar. Walau begitu, dengan ketajaman matanya yang bisa mengawasi empat penjuru dan pendengarannya yang bisa menangkap suara di delapan arah, kendatipun ucapan dari Keng Giok-keng sangat lirih, namun setiap patah kata dapat didengarnya amat jelas, dalam waktu singkat diapun memahami maksud dari perkataan itu. Sebagaimana diketahui, Ong Hui-bun baru setengah jalan masuk menjadi pendeta dan hidup melayani kebutuhan Bu-siang Cinjin selama hampir tiga puluhan tahun lamanya, meskipun dia telah memperoleh ajaran ilmu silat tingkat tinggi dari Bu-tong-pay, namun ilmu silat asalnya telah mendarah daging hingga sulit baginya untuk membuang semuanya. Ilmu silat yang semula dipelajarinya tergolong ilmu silat bertenaga keras, setelah melalui latihan hampir tiga puluhan tahun, dia mengira dirinya berhasil membaurkan sifat keras dari ilmu silat asalnya dengan sifat lembut dari ilmu silat Bu-tong-pay, padahal justru karena hal inilah dia jadi gagal mencapai tingkatan yang lebih sempurna. Ketika keadaan tersebut jatuh dalam pandangan mata Keng Giok-keng, diapun menganggap hal ini sebagai "Tebal tapi tidak lentur". Di tengah pertempuran sengit yang sedang berlangsung, tibatiba terdengar suara....Criiiit!" bahu kiri Ong Hui-bun telah terkena sebuah tusukan, namun tusukan itu tidak sampai mengucurkan darah, hanya pakaiannya yang tertembus oleh ujung pedang. Menyusul kemudian "Buuuk!" Kwik Tang-lay terhajar pula oleh sebuah pukulan hingga mundur berapa langkah sebelum dapat berdiri tegak. Tampaknya luka yang diderita pun tidak terlampau berat, namun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bagaimanapun juga jelas diapun menderita kerugian yang cukup besar. Sesudah termangu berapa saat mendadak Bu-si Tojin menari-nari sambil berteriak, "Anak Keng, perkataanmu memang benar, aku mengerti, aku mengerti sudah! Tebal tapi tidak lentur, kelihatan kuat padahal lemah, tidak masuk sarang harimau mana mungkin bisa memperoleh anak macan!" Orang yang berada di sampingnya, kecuali Keng Giok-keng, tidak seorang pun mengerti apa yang dia katakan. "Susiok, kau mengerti soal apa?" tanya Put-po cepat. "Coba lihat, begitu besar titik kelemahannya!" teriak Bu-si Tojin lagi. Put-po mencoba mengawasi tengah arena, tapi segera katanya sambil garuk-garuk kepala, "Titik kelemahan siapa? Mengapa aku tidak melihatnya?" Saat itu Kwik Tang-lay telah merangsek maju lagi setelah mundur sejenak, jurus serangannya makin cepat dan ganas, bunga pedang yang berkuntum-kuntum ibarat bintang yang bertaburan di tengah kegelapan malam dan berguguran ke atas bumi. Begitu sengitnya pertarungan yang sedang berlangsung, membuat Put-po Tojin terbelalak lebar, dalam keadaan begini diapun tidak sempat lagi berbicara dengan Bu-si Tojin. "Hey, hei, kau paham tidak?" teriak Bu-si Tojin lagi, "kalau tidak masuk sarang harimau, bagaimana bisa memperoleh anak macan!" Walaupun serangan yang dilancarkan Kwik Tang-lay makin cepat dan makin garang, namun tenaga serangannya telah berkurang banyak sekali. Diam-diam Ong Hui-bun kegirangan, dia sangka pukulan yang disarangkan ke tubuhnya tadi meski tidak sampai menimbulkan luka yang sangat parah, namun bisa diduga kalau lukanya pun tidak ringan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cepat dia gunakan jurus Huan-tiong-po-gwat (dalam rangkulan memeluk rembulan), gerak pukulannya menciptakan satu lingkaran yang besar sekali dan segera mengurung seluruh tubuh Kwik Tanglay. Menanti Kwik Tang-lay menarik kembali pedangnya, pukulan yang semula tipuan pun berubah jadi pukulan nyata, biar menyerang belakangan namun tiba disasaran lebih dulu, dia berniat mencabut nyawa Kwik Tang-lay. "Aaaai, kau.... Bu-si Tojin menghela napas panjang. Tiba-tiba dia menyaksikan sekulum senyum kegirangan melintas di wajah Keng Giok-keng, Bu-si Tojin jadi tercengang, pikirnya, 'Bukankah Kwik Tang-lay telah menunjukkan gejala kalah, kenapa dia malah tampak kegirangan? Jangan-jangan diapun berharap Ong Hui-bun yang berhasil meraih kemenangan?' Belum habis ingatan tersebut melintas, mendadak terdengar Kwik Tang-lay berseru, "Terima kasih banyak atas petunjukmu!" Mendadak tubuhnya merangsek maju ke depan, dengan jurus Pek-hong-koan-jit (bianglala putih menembusi matahari), ujung pedangnya langsung menusuk ke dalam lingkaran pukulan yang diciptakan Ong Hui-bun. "Benar sekali!" seru Bu-si Tojin kegirangan. Tiba-tiba dia menyaksikan paras muka Keng Giok-keng berubah jadi pucat pias, perasaan gelisah mencekam seluruh wajahnya, senyuman girang yang semula menghiasi bibirnya, kini hilang lenyap tidak berbekas. Dengan cepat Bu-si Tojin tersadar kembali, teriaknya, "Aaaai, masih tetap keliru! Cepat, cepat mundur....!" Belum habis dia berteriak, tampak tusukan pedang Kwik Tang-lay telah menusuk masuk ke dada Ong Hui-bun, tapi dengan cepat senjata itu berhasil direbut lawannya, menyusul kemudian sebuah pukulan dahsyat membuatnya roboh terjungkal ke tanah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata yang dimaksud "sarang harimau" oleh Busi Tojin adalah lingkaran yang diciptakan oleh pukulan Ong Hui-bun, apabila telah dilatih hingga mencapai puncak kesempurnaan, lingkaran tersebut seharusnya merupakan tempat yang paling kuat mengandung tenaga merekat. Ketika tusukan pedang menembusi lingkaran pukulan itu, sudah pasti pedang tersebut akan dirampas nya, tapi berhubung dia masuk jadi pendeta di tengah jalan, maka yang dipelajarinya pun jadi tebal tapi tidak lentur, tenaga dalam yang terkandung dalam lingkaran pukulannya jadi menyebar ke empat penjuru, dengan begitu akan terbukalah sebuah titik kosong. Tadi, Kwik Tang-lay tidak memahami teori tersebut, karena itu ketika melihat ujung pedangnya selalu tergiring ke sana kemari setiap kali mendekati tubuh lawan, maka diapun hanya bisa mundur dan tidak berani meneter lebih jauh. Tapi sayang walaupun pada akhirnya dia memahami petunjuk dari Bu-si Tojin, namun tenaga serangannya tidak sesuai dengan kehendak hatinya, dia hanya memburu maju tapi lupa meninggalkan sisa kekuatan untuk perlindungan, kecepatan tusukan pedangnya pun tidak mencapai pada posisi yang tepat. Akibatnya walaupun dia berhasil melukai lawan, namun luka yang dideritanya justru jauh lebih berat. Baru saja Bu-si Tojin hendak berteriak, mendadak terlihat sekilas cahaya pedang meluncur ke arahnya dengan kecepatan tinggi, ternyata Ong Hui-bun gemas karena dia banyak bicara, maka dengan menggunakan pedang hasil rampasan dari Kwin Tang-lay, dia timpuk ke arahnya. Cepat Bu-si Tojin mencabut pedangnya untuk menangkis, "Trannng!" percikan bunga api menyebar ke empat penjuru, pedang tersebut terbang lewat nyaris menempel di atas jidatnya. Bu-si Tojin tidak menyangka kalau Ong Hui-bun dalam keadaan terluka parah ternyata masih memiliki tenaga dalam yang begitu kuat, buru-buru teriaknya, "Anak Keng, hati-hati!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keng Giok-keng segera menempelkan tangan kirinya diatas pedang yang sedang meluncur ke arahnya, begitu gagang pedangnya sedikit ditarik, tahu tahu senjata itu sudah jatuh ke tangannya. Entah darimana datangnya kekuatan itu, dari menerima pedang sampai melesat ke muka, semua gerakan dilakukan hampir bersamaan waktu dan secara tepat menghadang jalan pergi Ong Hui-bun. "Tidak salah, ejek Ong Hui-bun dengan suara sinis, "akulah yang telah membunuh ayah angkatmu, ayoh, kalau berani turun tangan!" Tidak seorangpun yang percaya kalau dia akan menyerah dengan begitu saja, segera terdengar teriakan orang-orang itu, "Cepat mundur! Cepat mundur!" Bu-si Tojin jauh lebih gelisah, bentaknya nyaring, "Kalau berani melukai anak Keng, aku orang pertama yang tidak akan melepaskan dirimu!" Belum selesai dia berkata, Keng Giok-keng telah melancarkan sebuah tusukan ke depan. Dalam waktu sekejap, hampir setiap orang mengkhawatirkan keselamatan jiwa Keng Giok-keng, mereka khawatir sebelum ujung pedangnya sempat menyentuh lawan, dia sudah dihajar mati duluan oleh tenaga pukulan musuh. Perlu diketahui, Keng Giok-keng baru saja ter-sadar dari pingsannya, tenaga dalam yang dimilikinya sekarang nyaris telah tiada, sementara Ong Hui-bun selain pandai menggunakan ilmu pukulan pedang dari Bu-tong-pay, meski diapun sudah terluka namun bagaimana pun juga kondisinya masih jauh lebih prima daripada Keng Giok-keng. Tapi semua kejadian hanya berlangsung dalam waktu singkat, belum habis mereka mengkhawatirkan keselamatan Keng Giokkeng, kini hampir semuanya berubah jadi tercengang, kaget dan terperangah.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata dari sisi alis mata, tengah kening, sepasang tulang Pipa-kut pada bahunya serta dua puting susu di dada Ong Hui-bun telah muncul butiran darah sebesar beras, setetes demi setetes meleleh keluar tiada hentinya. Tiada reaksi dari Ong Hui-bun, juga tidak ada serangan balasan, hanya sepasang matanya terbelalak lebar-lebar, mengawasi Keng Giok-keng tanpa berkedip. Yang lebih aneh lagi, ternyata sinar matanya memancarkan perasaan girang bercampur kaget. Pa-san-kiam-kek Kok Thiat-cing yang mempunyai gelar dewa pedang pun berseru tertahan, dengan suara lirih tanyanya kepada Put-po Tojin yang berdiri disisinya, "Kenapa diapun bisa menggunakan Jit-seng-kiam-hoat?" Tampaknya Put-po sendiripun berdiri tertegun, entah apakah lantaran dia tidak mendengar pertanyaan itu atau karena hal lain, dia hanya terbungkam dalam seribu basa. "Bagus, ilmu pedang yang bagus!" terdengar Ong Hui-bun berkata pelan, "jurus Pak-to-jit-seng (tujuh bintang busur utara) mu sudah jauh mengungguli Bu- siang Cinjin! Aaai, tidak sia-sia aku.... Bagaikan orang yang kehabisan tenaga hingga untuk berbicara pun tidak mampu, belum selesai dia berkata, tubuhnya sudah roboh lemas dalam pelukan Keng Giok-keng. Pak-to-jit-seng merupakan jurus hasil ciptaan Bu-siang Cinjin, sepintas memang mirip dengan ilmu pedang jit-seng-kiam-hoat, padahal jurus ini merupakan gubahan dari ilmu pedang Thay-kekkiam-hoat, dibandingkan Jit-seng-kiam-hoat berbeda sekali. Mendengar perkataan itu Kok Thiat-cing semakin tercekat, pikirnya, 'Sekalipun Ong Hui-bun masih mempunyai kekuatan untuk melancarkan serangan balasan pun, rasanya sulit bagi dia untuk menghindari jurus serangan yang maha dahsyat ini!' Ong Hui-bun tergeletak lemas dalam pelukan Keng Giok-keng, di tubuhnya terdapat tujuh buah mulut luka, yang besar seperti mata uang dan yang kecil seperti mata jarum, darah masih meleleh terus
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tiada hentinya. Kini semua kegarangan dan keangkerannya telah musnah, mimik mukanya telah pulih kembali seperti mimik muka Tojin bisu tuli yang sudah sering dilihat Keng Giok-keng. Walaupun ucapan terakhirnya hanya disampaikan separuh kata, namun Keng Giok-keng mengetahui dengan jelas apa yang hendak dia katakan. Pertama kali belajar Thay-kek-kiam-hoat, Keng Giok-keng belajar dari ayah angkatnya Put-ji, yaitu mempelajari ilmu pedang Thaykek-kiam-hoat aspal, asli tapi palsu. Orang pertama yang menunjukkan kesalahan pada permainan pedangnya adalah Tojin bisu tuli, waktu itu dia mencoba memperagakan jurus pedangnya di hadapan Bu-siang Cinjin. Kemudian Bu-siang Cinjin baru meminta Bu-si Tojin untuk mengajarkan ilmu pedang Bu-tong-pay kepadanya dan terakhir Busiang Cinjin mewariskan Kiam-boh serta Sim-hoat tenaga dalam miliknya kepada bocah itu, sebelum akhirnya berhasil mencapai taraf seperti hari ini. Jadi kalau ditelusuri kembali, Tojin bisu tuli sesungguhnya masih terhitung gurunya yang pertama. Ucapan terakhirnya yang belum sempat disampaikan adalah, Tidak sia-sia aku pernah mengajarimu!" mungkin saja orang lain tidak paham, tapi Keng Giok-keng sangat memahaminya. Apalagi sama seperti Bu-siang Cinjin serta Bu-si Tojin, rasa cinta kasih Tojin bisu tuli terhadapnya boleh dibilang sangat tulus dan benar-benar menaruh perhatian. Untuk berapa saat Keng Giok-keng mengenang kembali masa masa kecilnya dulu, benar, orang yang mencintainya masih ada lagi ayah dan ibu asuhnya, hanya mereka amat jarang menemaninya bermain. Bu-si Tojin hanya mengajarkan ilmu pedang, diapun amat jarang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menemaninya bermain, apalagi Bu-siang Cinjin. Selama ini yang menemaninya bermain selain 'cici'nya Lan Suileng, hanya Tojin bisu tuli inilah teman bermain sejatinya. Bahkan boleh dibilang Tojin bisu tuli adalah satu-satunya 'sahabat' karib dia yang tidak mungkin bisa terlupakan. Tapi sekarang 'sahabat tua'nya telah terluka oleh ujung pedangnya, bahkan segera akan tewas di dalam pelukannya. Keng Giok-keng terhitung seseorang yang gampang terpengaruh oleh emosinya, dalam waktu itu juga dia seolah sudah lupa kalau Ong Hui-bun telah membunuh kedua orang tua asuhnya, dia seakan sudah lupa dengan dendam kesumatnya. Sambil memeluk Tojin bisu tuli, serunya sambil berisak, "Aku.... sebenarnya aku tidak ingin berbuat begitu.... Sekulum senyuman segera tersungging diujung bibir Ong Huibun, katanya lirih, "Kau sudah seharusnya berbuat begini, tidak perlu menyesal, aku lebih suka mati ditanganmu daripada harus mati di tangan Kwik lotoa! Ehmm, ada satu hal kau harus.... harus percaya kepadaku!" Berbicara sampai disini, napasnya sudah bertambah lemah dan setiap saat seakan bakal putus. Terpaksa Keng Giok-keng menempelkan telinganya disisi bibir Ong Hui-bun. Terdengar dia berbisik, "Bukan aku yang membunuh kakek luarmu! Dia.... dia.... Buru-buru Keng Giok-keng mengurut dadanya sembari bertanya, "Siapakah dia?" Tapi akhirnya Ong Hui-bun tidak sanggup menyebutkan nama orang itu, dia keburu menghembuskan napasnya yang penghabisan. Meledaklah isak tangis Keng Giok-keng. Tiba-tiba terdengar Bu-beng Cinjin berteriak memanggil, "Keng-ji, cepat kemari!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata jit-seng-kiam-kek Kwik Tang-lay sudah mendekati saat ajalnya. Luka yang diderita Kwik Tang-lay jauh lebih berat daripada Ong Hui-bun, isi perutnya telah hancur sebagian karena termakan pukulan berat yang dilepaskan Ong Hui-bun tadi. Saat ini Bu-beng Cinjin telah membangunkan dirinya, dengan tangan sebelah menempel dipunggungnya, dia menyalurkan segulung hawa murni ke dalam tubuhnya lewat jalan darah diatas punggung. Perlahan-lahan Kwik Tang-lay membuka kembali matanya dan menggerakkan bibir. Cepat Bu-beng Cinjin menempelkan telinganya, terdengar Kwik Tang-lay dengan suara yang amat lirih berbisik, "Aku.... aku telah melepaskan dirinya. Tentu saja Bu-beng Cinjin tahu "dirinya" yang dimaksud adalah si Lebah hijau Siang Ngo-nio. Tampaknya sejak awal Kwik Tang-lay sudah tahu kalau persoalan inilah yang paling menguatirkan dirinya, sehingga ucapan pertamanya adalah membebaskan semua kerisauan hatinya. Selain terharu dan berterima kasih, Bu-beng Cinjin merasa juga amat malu bercampur menyesal, untuk sesaat dia sampai tidak tahu apa yang harus dikatakan. Kembali Kwik Tang-lay berkata, "Manusia mana yang tidak pernah melakukan kesalahan, kesalahan yang kulakukan jauh lebih besar darimu, hanya saja.... Berbicara sampai disini dia mulai terengah-engah hingga tidak mampu melanjutkan kembali perkataannya, terpaksa dia berhenti sambil mengatur napas. Bu-beng Cinjin segera menguruti dadanya, beberapa saat kemudian napas Kwik Tang-lay baru bisa teratur kembali, ujarnya lebih jauh sambil menghela napas, "Sebenarnya watak Hui-bun tidak
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terlampau jahat, hanya sayang ambisinya untuk memperoleh nama dan pahala kelewat besar, dia iri padamu dan lo-ngo, itulah sebabnya sampai terjebak dalam perangkap orang lain dan berakhir secara tragis, aku.... aku.... Bu-beng Cinjin tahu, yang dimaksud sebagai lo-ngo adalah Lioklim Bengcu wilayah utara Tonghong Siau, hanya saja dia tidak tahu kerelaan Ong Hui-bun menjadi mata-mata bangsa Boan kenapa bisa berhubungan dengan Tonghong Siau. Tentu saja dalam keadaan seperti ini dia tidak sempat lagi untuk banyak bertanya. Dalam berapa saat kemudian sepasang mata Kwik Tang-lay kembali kehilangan cahaya, ketika Bu-beng Cinjin menempelkan tangan di punggungnya, terasa hawa murni yang berada di dalam tubuhnya telah semakin kacau hingga mencapai keadaan yang sukar dikendalikan lagi. Bagi seorang jago dengan tenaga dalam yang sempurna, bila hawa murninya telah kacau hingga mencapai taraf seperti itu, sekalipun terdapat pil dewa juga sulit untuk menyembuhkannya kembali, setiap saat jiwanya bisa melayang. Padahal masih terdapat banyak persoalan yang ingin ditanyakan Bu-beng Cinjin, sadar kalau keadaan sudah makin mendesak, terpaksa dia pun bertanya, "Toako, apakah kau masih ada pesan terakhir yang hendak disampaikan?" Sementara itu Keng Giok-keng telah membaringkan Ong Hui-bun yang berada dalam pelukannya dan berlari menghampiri Jit-sengkiam-kek Kwik Tang-lay. Saat itu napas Kwik Tang-lay sudah semakin lirih, namun masih bisa memaksakan diri untuk berbicara, "Keng-sauhiap, aku mohon satu hal.... "Kwik-locianpwee," buru-buru Keng Giok-keng menyahut dengan perasaan terperanjat, "ketika masih berada diluar perbatasan, aku pernah menerima budi pertolonganmu, kalau ada pesan silahkan diperintahkan.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Konon kau pernah berkunjung ke kota Kim-leng dan bertemu dengan anakku?" Keng Giok-keng manggut-manggut. "Benar, sewaktu berada di kota Kim-leng, kebetulan putramu Kwik Bu baru datang dari kotaraja. Aku sempat berjumpa muka dengan dirinya. Dia sengaja menyebut nama Kwik Bu agar orang lain tahu kalau Kwik Bu yang dituduh Bu-liang Totiang sebagai mata-mata bangsa Boan meski mempunyai nama Boan sebagai Huo Bu-tuo, sesungguhnya dia tidak lain adalah putra Jit-seng-kiam-kek Kwik Tang-lay. Terdengar Kwik Tang-lay berkata lagi, "Tolong sampaikan semua kejadian yang berlangsung hari ini kepadanya, suruh dia secepatnya hidup mengasingkan diri, makin jauh bersembunyi semakin baik. Kau.... kau.... kaupun harus.... Agar tidak terlalu payah untuk berbicara, buru-buru Keng Giokkeng menukas, "Aku mengerti. Aku akan segera berangkat selesai upacara penguburan ini dan berusaha menyampaikan kabar ini kepadanya sebelum berita tersebut terkirim ke luar perbatasan. Sebagaimana diketahui, peran Kwik Bu adalah seorang spion ganda, dalam tampilan dia seolah sedang bekerja untuk bangsa Boan, padahal kenyataannya adalah kebalikan. Kini identitas Kwik Tang-lay telah terbongkar, tentu saja kejadian ini besar kemungkinan akan mempengaruh peran putranya. Begitu bangsa Boan memperoleh berita ini, mereka pasti akan mengutus sekawanan jago lihay untuk membunuh Kwik Bu. Tadi, Kwik Tang-lay ingin berkata " kaupun harus secepatnya menyampaikan kabar ini, makin cepat makin baik", namun setelah mendengar jawaban Keng Giok-keng, sekulum senyum kepuasan pun tersungging di bibirnya. Kini dia alihkan sinar matanya ke wajah Bu-beng Cinjin. Pikiran dan perasaan hati Bu-beng Cinjin saat itu dipenuhi
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan keraguan, mengikuti rencananya semula, dia ingin Keng Giok-keng menjabat sebagai Ciangbunjin baru, kalau memang begitu, mana boleh dia melakukan perjalanan jauh? Tapi hari ini Kwik Tang-lay telah membantunya membongkar kedok penghianat yang menyusup dalam partainya, jasa yang dia lakukan terhitung sangat besar, apalagi permintaan itu merupakan permintaan terakhirnya, mana boleh dia tampik permintaan orang? Maka setelah ragu sejenak diapun berkata, "Toako tidak usah kuatir, walau ada urusan sepenting apa pun, aku pasti akan mengijinkan anak Keng untuk menyelesaikan pesan mu itu. Kwik Tang-lay merasa sangat lega, perlahan-lahan dia pejamkan matanya. Tiba-tiba Keng Giok-keng berteriak keras, "Kwik locianpwee, ada satu persoalan aku ingin bertanya kepadamu!" Bu-beng Cinjin segera menyalurkan kembali tenaga dalamnya ke tubuh Kwik Tang-lay. Tampak Jit-seng-kiam-kek membuka matanya, ketika melihat kegelisahan yang mencekam wajah Keng Giok-keng, tidak menunggu pemuda itu buka suara, dia sudah berkata lebih dulu, "Aku tahu apa yang ingin kau tanyakan, apa yang dia katakan tentang persoalan itu?" "Dia bilang kakek luarku bukan dia yang bunuh. Mendadak Kwik Tang-lay melototkan sepasang matanya semakin besar, dia seakan bimbang juga oleh jawaban tersebut. Bu-beng Cinjin sendiripun mempunyai satu persoalan penting yang ingin ditanyakan kepada Kwik Tang-lay, dia tahu nyawa Kwik Tang-hay sudah berada diujung tanduk, saat ini dia bisa melanjutkan hidup karena dukungan hawa murninya, jelas keadaan seperti ini tidak akan berlangsung lama. Dia tidak ingin Kwik Tang-lay menggunakan tenaga kelewat besar, maka segera selanya, "Masa kau percaya dengan perkataan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seorang penghianat?" Kwik Tang-lay menggeleng, katanya tiba-tiba, "Tidak, bila seseorang hendak meninggal, ucapannya pasti jujur dan benar. Aku mulai curiga kalau pada malam itu.... "Bayangan punggung yang kau jumpai malam itu.... buru-buru Keng Giok-keng bertanya. "Aku selalu mengira sebagai dia. Tapi kalau memang dia berkata begitu, besar kemungkinan masih ada pembunuh lain. Apakah dia tidak beritahu siapakah orang itu?" "Belum sempat mengatakannya dia sudah keburu pergi. Tapi kalau didengar nada suaranya, ilmu silat yang dimiliki orang itu rasanya masih jauh diatas kemampuannya bahkan sangat mahir menggunakan senjata rahasia. Jangan-jangan dia adalah Tong Tiong-san?" "Tidak mungkin perbuatan Tong ji-sianseng. Aaai, jangan-jangan dia adalah.... aaah tidak benar.... rasanya tidak.... tidak benar. "Kalau memang tidak ingat, lebih baik kita bicarakan persoalan yang lain.... sela Bu-beng Cinjin. Tapi keadaan Kwik Tang-lay ibarat lentera yang kehabisan minyak, belum sempat Bu-beng Cinjin mengutarakan persoalan yang lain, kepalanya sudah terkulai lemas. Sekali lagi sepasang matanya terpejam rapat-rapat. Kali ini meski Bu-beng Cinjin ingin menyalurkan tenaga murninya pun tidak akan bisa memperpanjang usianya lagi. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar Put-po berseru kaget, lalu teriaknya, "Kemana perginya Bu-liang Tianglo?" Sebetulnya persoalan yang ingin Bu-beng Cinjin tanyakan kepada Kwik Tang-lay adalah urusan yang menyangkut Bu-liang Tianglo. Sejak awal Bu-liang Totiang dan Ong Hui-bun telah bersekongkel sudah merupakan satu kenyataan yang tidak perlu disangsikan lagi. Tapi apakah dia pun musuh dalam selimut? Apakah dia pun
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

penghianat bangsa? Atau karena kemaruk nama, kekuasaan dan kedudukan sehingga dia dimanfaatkan Ong Hui-bun? Bersamaan dengan teriakan Put-po, Bouw It-yu menemukan pula satu kejadian aneh, ternyata ke dua orang utusan kerajaan To Jiansik serta Tio Thay-khong ikut lenyap dari tempat upacara. Kalau mengikuti keadaan biasa, tidak mungkin tokoh penting seperti ini dapat kabur secara diam-diam tanpa diketahui siapa pun. Tapi sayang perhatian hampir seluruh orang yang ada disana sedang tercurahkan ke tubuh Jit-seng-kiam-kek Kwik Tang-lay dan Tojin bisu tuli Ong Hui-bun yang sedang sekarat sehingga tidak seorang pun dari mereka yang memperhatikan perginya para utusan itu. Karena utusan penobatan gelar sudah menghilang, terpaksa Bubeng Cinjin pun sementara waktu mengesampingkan niatnya untuk melepaskan kedudukan Ciangbunjin. Katanya kemudian, "Persoalan regenerasi rasanya harus ditunda dulu perundingannya sementara waktu. Mari kita cari dulu Bu-liang Tianglo!" Bu-liang Totiang berhasil ditemukan, dia berbaring di bawah batu Lo-kun dengan wajah menunjukkan perasaan kaget, ngeri dan rasa takut yang mencekam, di atas alis matanya terdapat sebuah titik merah bekas lubang jarum. Dia sudah tewas sejak tadi. Keng Giok-keng telah tiba di kota Hangciu, tinggal di sebuah penginapan di tepi telaga See-ouw. Pemandangan alam di telaga See-ouw memang indah menawan, konon berapa tempat pesiar yang terkenal adalah: menikmati suasana musim sepi di tanggul Siok-ti, mendengarkan kicauan burung di tengah ombak pohon liu, menikmati ikan di bandar Hoakong, melihat teratai di ruang Ci-wan, menyaksikan sepasang puncak yang menembus awan, menikmati cahaya rembulan di telaga sam-than, menikmati rembulan musim gugur di telaga Pengouw, mendengarkan suara lonceng dari Lam-pin.... Sayang Keng Giok-keng tidak punya selera untuk menikmati
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

semua pemandangan alam dan tempat pesiar terkenal itu. Kedatangannya karena satu urusan dan bukan untuk mengagumi keindahan telaga See-ouw. Cicinya adalah putri angkat Seebun-hujin, sedang Seebun-hujin pun jarang datang ke daratan Tionggoan, apalagi untuk mengunjungi tempat tempat kenangan lama. Karena orang tua Lan Sui-leng telah meninggal, maka selama ini diapun menemani ibu angkat dan adik angkatnya berpesiar diseputar telaga See-ouw. Dia tahu jarak antara kota Kim-leng dengan Hangciu hanya berapa hari perjalanan, maka dia minta adiknya seusai menyampaikan pesan dari Kwik Tang-lay di kota Kim-leng untuk datang berkunjung ke Hangciu. Sayang dia tidak mengetahui alamat lama Seebun-hujin berada dimana, sewaktu terburu-buru turun gunung hari itu, dia tidak sempat bertanya secara jelas kepada Seebun-hujin. Padahal biarpun ditanya, mungkin Seebun-hujin sendiripun tidak dapat memberi petunjuk yang jelas. Karena waktu itu dia tinggal di rumah Cihu nya dan peristiwa pun telah berlangsung pada tiga puluh tahun berselang. Apakah alamat lama masih tetap seperti dulu? Hal inipun masih menjadi tanda tanya besar. Keng Giok-keng hanya berharap sewaktu sedang berpesiar di telaga, dia dapat bertemu dengan mereka. Sudah hampir tiga hari dia tinggal disana, semua pemandangan indah di telaga See-ouw pun telah habis dijelajahi, namun dia belum berhasil menemukan mereka. Malam ini seperti kebiasan sehari-hari, dia duduk bersemedi sambil mengatur pernapasan. Di saat seperti ini, apalagi ketika pikirannya terlepas dari segala pikiran, pendengarannya boleh dibilang luar biasa tajamnya. Di tengah keheningan tiba-tiba dia mendengar suara orang sedang berbincang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Suara pembicaraan itu berasal dari dua kamar tamu di seberang kamar tidurnya, disana ada dua orang tamu sedang berbisik-bisik, begitu lirihnya suara bisikan mereka hingga bagi orang biasa, walau kau berdiri di depan pintu kamar pun tidak bakal mendengar suara apa-apa. Kebetulan Keng Giok-keng menangkap suara pembicaraan lirih itu, "Ssst.... perlahan sedikit suaramu, benarkah Lo-tangkee telah datang?" Begitu mendengar istilah "Lo-tangkee", Keng Giok-keng segera tahu kalau mereka adalah orang persilatan, maka dia pun menghimpuin tenaga dalamnya dan memasang telinga lebih tajam. "Aaah, ini mah rahasia yang luar biasa besarnya!" "Justru karena rahasia yang luar biasa besarnya, maka kita harus berlagak seolah olah tidak tahu!" "Pangcu, kau tidak ingin menggunakan kesempatan ini untuk minta kepada Lo-tangkee.... Kata berikut tidak dipahami Keng Giok-keng karena menggunakan istilah dunia persilatan, tapi dia dapat menduga artinya kalau dia sedang minta Pangcunya kembali ke pangkuan Lotangkee. "Jangan, jangan sampai begitu, memanfaatkan kita, dia.... dia tentu.... bila Lo-tangkee sampai

"Dalam berapa hari ini pasti akan terjadi peristiwa besar, ingat, jangan sekali-kali kau bocorkan rahasia ini di luaran. Tidak, mulai sekarang pun kau tidak boleh menyinggung masalah ini kepada siapa pun, termasuk juga jangan kau singgung lagi sebutan Lotangkee!" "Baik, aku tidak akan menyingging soal Lo-tangkee, tapi boleh kan kalau bicara soal seorang nona cilik?" "Nona cilik yang mana?" "Siang tadi bukankah kita telah bertemu dengan seorang pemuda
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tampan di seputar bukit Sang-ku-san? Toako, mungkin kau tidak perhatian, tapi aku telah memperhatikan dengan seksama, aku yakin delapan puluh persen bocah muda itu adalah penyamaran dari seorang budak. "Kalau memang nona lantas kenapa?" "Dia mempunyai sepasang mata yang besar!" "Apa anehnya kalau mempunyai sepasang mata yang besar?" "Sepasang mata besarnya begitu bening dan indah, hahaha.... asal kau dikerling oleh mata besarnya itu, hehehehe.... "Kenapa? Apakah kau merasa nyawamu terbetot oleh kerlingan matanya? Hmmm, dasar manusia yang tidak punya otak, kembali kau terjangkit penyakit lama!" "Toako, kau hanya benar setengah, budak liar itu memang benar-benar pandai membetot sukma, tapi yang digunakan adalah pedang, buka mata! Sebetulnya akupun bukan berniat ingin Cay-hoa (memetik bunga), aku hanya ingin membantu lo-ngo melampiaskan rasa jengkelnya!" Kelihatannya si Toako terperanjat, segera ujarnya, Jadi kau curiga kalau budak itu adalah budak yang telah membantu si wanita iblis Hong Si-hu memusuhi kita?" "Betul, aku lihat sembilan puluh persen pasti dia! Tempo hari kita Liong-bun-ngo-pa menguntit mereka dari Toan-hun-kok hingga di tebing Ki-sik-hong dengan maksud akan merebut Hong Si-hu untuk dijadikan bini lo-ngo, baru saja akan berhasil, budak itu sudah datang mengacau, bukan Cuma lo-ngo dan kita semua menderita kerugian besar, bahkan sampai Toako, kau.... kau sendiripun.... Sang Toako segera mendengus. "Benar, akupun sudah menderita kerugian. Tapi bukan karena kemampuan budak itu. Aku sudah tahu kalau ada orang lain yang secara diam-diam membantunya. Keng Giok-keng yang mencuri dengar pembicaraan itu jadi terkejut bercampur girang, pikirnya, 'Kalau didengar dari
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pembicaraan mereka, tampaknya nona yang menyamar sebagai pemuda tampan itu pastilah Ciri!' Dia bukannya kuatir Liong-bun-ngo-pa mencari Cicinya untuk balas dendam, tapi dia memang ingin secepatnya menemukan cicinya itu. Maka tanpa membuang waktu lagi dia tinggalkan rumah penginapan dan malam itu juga menyambangi bukit Ku-san. Baru tiba di kaki bukit dia sudah mendengar suara seruling yang mengalun lembut. Bukit Ku-san merupakan sebuah tempat dengan pemandangan paling indah di seputar telaga See-ouw, tempat itupun merupakan tempat paling bagus untuk menikmati pemandangan alam di telaga, di sisi timur laut terdapat sebuah hutan bunga Bwee, konon merupakan tempat tinggal penyair terkenal dari jaman Song, Lim Ho-cing. Konon Lim Hon-cing senang menanam bunga Bwee sambil memelihara bangau, itulah sebabnya orang orang di jaman itu menyebutnya sebagai bini bunga Bwee, anak bangau. Artinya dia memperistri bunga Bwee dan mempunyai anak burung bangau. Setelah dia meninggal, orang pun membangun sebuah gardu Bweeteng dan gardu Hok-teng untuk memperingati dirinya, (kini disebut Hong-hok-teng). Selain itu orang pun menanam beratus batang pohon Bwee hingga arena hutan Bwee saat ini jauh lebih luas dan lebar daripada hutan bunga Bwee di jaman Lim Ho-cing dulu. Suara seruling berasal dari balik hutan bunga bwee. Diantara suara seruling yang sebentar terdengar sebentar menghilang, tiba-tiba terlihat seorang wanita cantik muncul dari balik pepohonan. Si peniup seruling segera maju menyongsong sambil menyapa, "Beng-cu, akhirnya aku berhasil menemukan dirimu!" Nada ucapan itu selain murung, terselip juga rasa kagum.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata orang yang meniup seruling itu adalah Bouw Cionglong, sedangkan wanita cantik setengah umur itu adalah Seebunhujin. Keng Giok-keng sama sekali tidak menyangka kalau Ciangbunjin nya bakal muncul disana bahkan muncul dalam keadaan seperti ini, dia semakin tidak berani menampakkan diri. Tampak Seebun-hujin berkata sambil tertawa getir, "Aaaai, Ciong-long, kau tidak seharusnya datang kemari!" "Kenapa?" "Karena dia pun telah datang!" "Dia....? siapakah dia?" dengan pandangan tertegun Bouw Cionglong mengawasi sinar matanya, kemudian dengan hati tergoncang jeritnya, "Kau maksudkan dia? Dia.... bukankah dia.... dia telah.... "Ternyata dia tidak mati!" jawab Seebun-hujin dengan suara gemetar, "aku.... aku pun baru tahu belakangan ini!" "Jadi kau telah bertemu dengannya?" paras muka Bouw Cionglong bertambah pucat. "Belum, tapi aku tahu dia pun telah kemari!" Setelah sempat tergoncang, lambat laun Bouw Ciong-long dapat menenangkan kembali hatinya, sesaat kemudian ujarnya sambil tertawa getir, "Betul-betul satu kejadian yang sama sekali tidak disangka, tidak heran kalau kau mengatakan aku tidak seharusnya datang. Tapi aku tidak bakalan menghindar!" "Kau ingin bertemu dengannya?" Bouw Ciong-long menghela napas panjang. "Aku tidak tahu apakah perbuatan yang kulakukan dulu benar atau salah, tapi sejujurnya akupun berharap dia masih tetap hidup. Tapi keinginanku tetap berada bersamamu merupakan hal yang lain. Aku menyesal kenapa dulu tidak punya keberanian untuk memberitahukan hubungan kita berdua kepadanya, dan sekarang
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aku rasa merupakan saat yang tepat untuk menjelaskan segala sesuatunya!" "Aku kuatir bila kalian saling bertemu maka ada seorang diantaranya bakal roboh, kalau bukan kau pastilah dia!" "Aku tidak akan membunuhnya!" "Tapi kaupun tidak rela dibunuh olehnya bukan?" Bouw Ciong-long tampak sangat murung dan masgul, dia tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan itu, terpaksa katanya, "Bagaimana pun, persoalan ini toh harus ada penyelesaian!" "Aku tidak ingin kehilangan kau, tapi akupun tidak tega melihat dia mati sekali lagi, ujar Seebun-hujin sedih, "Cong-liong, lebih baik tinggalkan saja tempat ini untuk sementara waktu!" "Akupun tidak tega membiarkan kau susah, baiklah, apa yang kau ingin kulakukan, akan kulakukan. Tapi dengan susah payah akhirnya aku baru dapat berjumpa denganmu, paling tidak biarkan aku berada sejenak di sampingmu. Beng-cu, coba pikirlah sejenak, apa yang hendak kau katakan kepadaku?" Seebun-hujin seperti ada yang dipikirkan, sejenak kemudian katanya, "Kedatanganmu memang ada baiknya juga, aku memang ada satu masalah yang ingin kurundingkan denganmu. Tapi bukan masalah kita berdua, melainkan.... melainkan.... "Masalah anak anak kita?" sela Bouw Ciong-long. "Anak Yu cerdas dan pandai bekerja, aku tidak perlu mengkhawatirkan dirinya. Justru yang membuat hatiku khawatir adalah Yan-ji. "Apa yang kau khawatirkan?" "Aku mengkhawatirkan masalah perkawinannya. "Bukankah kau telah menjodohkannya kepada Tonghong Liang? Meskipun karena urusan perguruan Tonghong Liang harus berhadapan denganku sebagai lawan, sejujurnya akupun sangat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengagumi dirinya. Lagipula Yan-ji memang amat menyukainya. Padahal perselisihan dari generasi sebelumnya tidak susah untuk dihapus, asal aku mengalah sejurus saja masalah pasti sudah beres. "Tonghong Liang memang lumayan, diapun satu satunya keponakanku, boleh dibilang semakin merekatkan persaudaraan. Tapi sayang.... Dia berhenti sejenak kemudian baru melanjutkan, Tahukah kau ilmu silat tingkat tertinggi dari perguruannya harus dilatih dengan dasar ilmu jejaka?" "Ooh, kau takut lantaran hal ini maka dia enggan mempunyai bini? Tapi dia ingin berlatih ilmu silat tingkat tinggipun tidak lebih hanya akan digunakan untuk menghadapiku. Aku bisa saja memberitahu kepadanya, biar dia berhasil melatih ilmu tingkat tinggi itupun belum tentu sanggup mengalahkan aku. Dari-pada susahsusah, lebih baik biar kuajarkan sejenis ilmu tenaga dalam yang lain. Dijamin ilmu tersebut dapat mengalahkan ilmu sakti dari perguruannya. "Aku tahu, tenaga dalam aliran lurusmu memang jauh lebih hebat, tapi ada satu hal yang tidak kau ketahui, tahukah kau masalah apa yang paling dirisaukan Siang Thian-beng, guru Tonghong Liang?" "Mana mungkin aku tidak tahu kalau dia ingin melatih ilmu sakti yang bisa mengungguli ilmu pedang Bu-tong-pay, hmmm! Pada hakekatnya hanya bermimpi!" "Belum tentu sedang bermimpi, kata Seebun-hujin, "misalnya saja bila dia dapat mempersatukan ilmu Hui-eng-kiam-hoat dengan Thay-kek-kiam-hoat, apa yang bakal terjadi?" "Sekalipun berhasil menyatukan dua jenis ilmu tersebut, belum tentu dia mampu mengungguli ilmu pedang Bu-tong!" "Kalau belum tentu berarti masih ada harapan. Tapi untuk mencapai pengharapan itu, dia harus melatih ilmu tenaga dalam
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aliran sesat itu!" "Kita toh bisa membujuknya agar tidak melakukan latihan itu.... kata Bouw Ciong-long. Tiba-tiba dia menangkap perubahan aneh di wajah Seebun-hujin, sesudah tertegun sejenak, tanyanya, "Apakah sudah terjadi penyimpangan untuk melatih ilmu tersebut, atau masih ada kejadian lain.... Mendadak paras muka Seebun-hujin berubah jadi merah padam, tapi akhirnya berkata juga, "Dia telah menyetujui maksud gurunya, mengebiri diri untuk berlatih pedang!" Bouw Ciong-long tampak tertegun, tapi dengan gusar ujarnya kemudian, "Kurangajar, Siang Thian-beng si bedebah tua itu telah memaksanya untuk berbuat begitu? Biar kucari dia untuk membuat perhitungan!" "Belum tentu dia dipaksa. "Memangnya dia melakukan dengan sukarela?" Seebun-hujin hanya membungkam tanpa menjawab, sedang Bouw Ciong-long seolah teringat akan sesuatu, paras mukanya dari gusar berubah jadi bimbang dan panik, pikirnya, 'Kalau begitu masalahnya tidak sesederhana hanya ingin merebut nama baik untuk perguruannya saja. Entah berapa banyak yang dia ketahui tentang kejadian di waktu itu, takutnya dia hanya tahu setengah setengah hingga tidak jelas' Sementara Bouw Ciong-long masih diombang ambingkan dengan pelbagai pikiran, tiba-tiba terdengar Seebun-hujin berteriak, "Aaah, coba lihat, dia.... dia telah datang!" "Baiklah, kalau begitu biar aku berbicara yang jelas dengan dirinya!" Dalam dugaannya, orang yang muncul adalah "dia" yang paling ditakuti Seebun-hujin, cepat dia berpaling dan menatapnya tajam. Ternyata orang yang telah muncul dihadapannya bukanlah "dia",
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melainkan Tonghong Liang. Mimik muka Tonghong Liang tampak sangat aneh, sorot matanya dipenuhi cahaya kegusaran, dia menatap Bouw Ciong-long tanpa berkedip. Biarpun disana hadir Seebun-hujin yang merupakan bibinya, dia bersikap seolah-olah tidak melihat. "Anak Liang, kenapa kau?" teriak Seebun-hujin. Jangankan berpaling, melirik ke arah Seebun hujin pun tidak, Tonghong Liang langsung menegur Bouw Ciong-long, "Bouw Cionglong, aku tahu ilmu pedangku bukan tandinganmu. Tapi biarpun aku ditakdirkan harus mati diujung pedangmu, aku tetap akan melakukan penyelesaian terakhir dengan dirimu!" "Dendam sakit hati apa yang terjalin diantara kita berdua? Kenapa kau harus beradu nyawa denganku?" tanya Bouw Cionglong. "Bouw Ciong-long, kau tidak usah berlagak pilon!" bentak Tonghong Liang penuh kegusaran, "apa yang pernah kau lakukan dimasa lalu tentunya sudah kau ketahui dengan jelas!" "Terlalu banyak perbuatan yang pernah kulakukan dimasa lalu, kasus mana yang kau maksudkan?" "Kau telah membunuh pamanku, kemungkinan besar ayahku pun sudah tewas di tanganmu!" teriak Tonghong Liang. "Anak Liang, kau salah!" jerit Seebun-hujin. "Yang salah mungkin kau, jangan panggil aku anak Liang lagi, kau tidak pantas menjadi bibiku!" dengus Tonghong Liang sinis. Sambil berusaha menahan rasa pedih dan sakit kembali Seebunhujin berkata, "Aku tidak ambil perduli bagaimana jalan pikiranmu, aku hanya ingin beritahu satu hal kepadamu, pamanmu masih hidup!" Tonghong Liang tampak sangat terperanjat, mendadak kembali
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dia tertawa dingin, "Hmm, hanya setan yang bakal mempercayai kebohonganmu itu, paman adalah seorang Enghiong sejati, semisal masih hidup, kau sangka dia rela hidup sebagai kura-kura hampir dua puluhan tahun lamanya?" "Mau percaya atau tidak terserah dirimu sendiri. Sedangkan tentang ayahmu.... Kembali Tonghong Liang tertawa dingin, tukasnya, "Akulah yang mengangkut balik peti jenasah ayahku, sebelum dikuburkan aku pun sempat membuka tutup peti mati dan melihat wajah terakhirnya, tentu kau tidak akan mengatakan dia belum mati bukan?" Rupanya Tonghong Siau pulang ke rumah dari tempat luaran dengan membawa luka yang sangat parah, tapi sebelum menginjakkan kakinya di gerbang rumah, dia sudah tewas lebih dulu di tepi jalan. "Ayahmu memang tewas karena dibokong orang, Seebun-hujin membenarkan, "tapi orang yang mencelakainya bukan Bouw Cionglong!" "Lalu siapa?" tanya Tonghong Liang. "Aku sendiripun perbuatannya. tidak tahu, tapi aku percaya bukan

"Dia, dia, dia, mesra amat panggilan itu!" ejek Tonghong Liang dengan wajah sinis, "Hmm, aku jadi bingung, seharusnya tetap memanggilmu bibi atau seharusnya memanggilmu Bouw hujin?" Seebun-hujin benar-benar mendongkol bercampur jengkel, dia hanya bisa melelehkan air mata dan tidak sanggup mengucapkan sepatah kata pun. "Tonghong Liang!" Bouw Ciong-long segera membentak gusar, "jangan kau pojokkan bibimu, terus terang saja aku beritahu, bukan aku yang membunuh ayahmu.... "Sudah kuduga kau bakal berkata begitu!" kembali Tonghong Liang mengejek.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw Ciong-long tidak menggubris ejekan itu, kembali lanjutnya, "Walaupun bukan aku yang bunuh, tapi orang itu memang mempunyai hubungan dengan diriku, dan aku pun tidak ingin lari dari tanggung jawab ini. "Hmmm, tidak ingin lari dari tanggung jawab?" Tonghong Liang tertawa dingin, "aku ingin bertanya, kalian mengatakan pamanku masih hidup, lantas dimana dia sekarang? Kalau bukan kau yang membunuh ayahku, lalu siapakah dia? Bila kau tidak dapat menjawabnya.... Bouw Ciong-long tertawa terbahak-bahak, tukasnya, "Walaupun selama hidup aku belum pernah berbohong, tapi untuk menghadapi anak muda macam kau, aku belum merasa perlu untuk membohongi dirimu! Kalau memang tidak percaya, silahkan saja bunuh diriku!" Belum habis dia tertawa, mendadak terdengar seseorang dengan suara yang tinggi melengking dan menusuk pendengaran telah menyela, "Apa yang dia katakan memang tidak salah, aku masih hidup! Yang membunuh ayahmu juga bukan dia!" Dalam waktu singkat, Bouw Ciong-long maupun Seebun-hujin berdiri tertegun saking kagetnya, ternyata tokoh misterius yang muncul secara tiba-tiba itu bukan lain adalah Seebun Mu yang sudah "mati" semenjak dua puluh tahun berselang, atau dengan kata lain, dia adalah suami In Beng-cu (Seebun-hujin). Biarpun Bouw Ciong-long maupun In Beng-cu sudah tahu kalau dia masih hidup, namun kemunculannya yang secara tiba-tiba tetap membuat mereka terperangah dan kaget. Tonghong Liang ikut tertegun, lalu teriaknya, "Paman, kau.... kau.... katakan kepadaku, siapa yang telah membunuh ayahku?" Walaupun dia dicekam perasaan kaget dan keheranan, namun dia tidak ambil perduli akan hal itu. hal terpenting yang paling ingin diketahui olehnya Saat ini adalah kematian sebenarnya yang menimpa ayahnya dulu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku!" jawab Seebun Mu dengan wajah tanpa emosi. Tonghong Liang kembali terperangah, dia seolah tidak berani mempercayai pendengaran sendiri. "Paman, apa kau bilang?" "Aku bilang, akulah yang telah membunuh ayahmu!" Kali ini Tonghong Liang benar-benar yakin kalau dia tidak salah mendengar. Setelah termangu beberapa saat, teriaknya, "Tidak benar, aku tidak percaya! Bukan saja kau masih ada hubungan saudara dengan ayahku, kalian pun merupakan sahabat yang paling karib, mengapa kau harus membunuhnya? Tadi pun Bouw Cionglong telah mengaku, dia yang telah membunuh ayahku, aku tidak mengerti, mengapa kau harus memikul tanggung jawabnya?" "Dia hanya mengatakan kau boleh menganggap dialah yang membunuh, dengan suara rendah Seebun-hujin segera mengingatkan. Bouw Ciong-long tertawa getir, selanya, "Kita tidak perlu membantah atau berdebat lagi dalam masalah tersebut. Bicara sampai disini dia pun berpaling, saling berhadapan dengan Seebun Mu, menyongsong pandangan matanya yang dingin bagaikan salju. "Seebun Mu, kau memang memiliki kelebihan yang patut membuatku kagum, tapi juga membuat hatiku muak. Terlepas kagum atau muak, aku tidak ingin kau mewakiliku untuk menerimanya! Baiklah, Tonghong Liang, kalau toh kau ingin mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, dengarkan penjelasanku.... "Bouw Ciong-long, tukas Seebun Mu sambil tersenyum, "kau bilang selain kagum kepadaku, kaupun muak padaku, hehehehe.... sejujurnya, aku pun mem punyai perasaan yang sama terhadap dirimu! Baiklah, akupun ingin mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya waktu itu, coba kau katakan lebih dulu!" "Persoalan ini harus dimulai dari dirimu, ujar Bouw Ciong-long perlahan, "saat itu kau adalah seorang Liok-lim Bengcu yang hebat,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hampir semua orang mengagumi baik soal nyali, pengetahuan maupun ilmu silat yang kau miliki, termasuk diriku sendiri. Tapi kau pun memiliki kelemahan yang membuat orang jadi segan, kau kelewat otoriter, dalam pandanganmu hanya ada kau seorang dan seolah tidak ada orang lain, apalagi dikemudian hari kau berubah makin jahat, telengas, buas, melanggar hukum dan membunuh orang semau sendiri....!" "Waah, benar-benar jiwa seorang pendekar sejati, tiba-tiba Seebun Mu menukas dengan dingin, "aku cukup mengetahui manusia macam apakah diriku, jadi tidak perlu kau memberi analisa yang panjang lebar! Aku hanya ingin tahu apakah niatmu untuk membunuh-ku waktu itu bukan muncul karena kepentingan pribadi. Bouw Ciong-long sama sekali tidak menghindari tatapan matanya, dia berkata lebih jauh, "Betul, aku juga memang bertindak karena ada kepentingan pribadi, karena aku tidak ingin Beng-cu menjadi bini seorang bandit macam dirimu hingga hidupnya susah dan tidak pernah mendapat ketenang-an! Ketika Han Siang dan sekelompok kalangan hitam menghianatimu, secara diam-diam akupun telah membantu mereka. Mendadak Tonghong Liang berteriak keras, "Sebenarnya siapa yang telah membunuh ayah-ku?" "Tonghong Liang, akupun akan memberitahukan keadaan yang sebenarnya, sahut Seebun Mu, "walaupun ayahmu bukan terbunuh oleh tanganku sendiri, tapi orang itu mempunyai hubungan yang sangat erat denganku, jadi kau pun boleh anggap akulah yang telah membunuhnya!" "Siapakah orang itu?" dengan perasaan setengah percaya setengah tidak Tonghong Liang bertanya. "Kau pernah mendengar nama Bok Ing-ing?" "Bok Ing-ing? Dia adalah putri ke tujuh keluarga Bok di wilayah Liong-say (Kainsiok), kehebatan senjata rahasia keluarga Bok dari Liong-say
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sama tenarnya dengan keluarga Tong dari Suchuan. Dua puluh tahun berselang nama besarnya sudah amat tersohor, jauh lebih terkenal dari si Lebah hijau Siang Ngo-nio, orang persilatan menghormatinya sebagai Bok Jit-koh "Jadi ayahku dibunuh perempuan itu? Betul, ayahmu dibunuh oleh Bok Ing-ing. Kenapa dia membunuh ayahku? Dia membunuh karena aku!" "Maksudmu?" tanya Tonghong Liang sambil membelalakkan matanya lebar-lebar. "Dia menjadi istriku setelah aku "mati", tapi bila aku "bangkit dan hidup" kembali maka dia tidak bisa menjadi istriku. Waktu itu aku merasa kecewa dan putus asa karena terjadi prahara dalam rumah tanggaku, maka setelah terjadi pertarungan sengit akupun melenyapkan diri dari peredaran dunia, semua orang menyangka aku sudah mati. Tapi dia takut kalau aku berubah pikiran, karenanya dia sengaja membunuh ayahmu agar aku tidak punya kesempatan lagi untuk bangkit dan hidup kembali!" Bini setelah "mati" walaupun merupakan sebuah ungkapan yang lucu, tapi siapa pun dapat memahami maksudnya. Tonghong Liang mengerti jauh lebih banyak lagi, dia tahu dalam keadaan seperti ini, andaikata pamannya hidup kembali (maksudnya tampil lagi dalam dunia persilatan) maka pertama-tama dia harus membunuh Bok Ing-ing terlebih dulu untuk balaskan sakit hati ayahnya, kalau tidak berbuat begitu, mana mungkin dia bisa kembali ke keluarganya dan memperoleh pengerti-an dari istri serta keponakannya? Dengan suara parau Tonghong Liang berteriak keras, "Mengapa kau beritahu kejadian yang sebenarnya kepadaku?" "Karena aku tidak ingin kau mati di tangan Bouw Ciong-long, jawab Seebun Mu hambar, "akupun tidak ingin Bouw Ciong-long terluka oleh pedangmu. Sebab aku hendak menantang dia untuk
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berduel. Sekarang tinggal menunggu keputusanmu, apakah saat ini juga kau akan balas dendam?" "Aku.... aku.... aku.... untuk sesaat Tonghong Liang tergagap, tapi akhirnya sambil menggigit bibir katanya, "Aku tidak ingin Bouw Ciong-long memperoleh keuntungan darimu, baiklah kita bicarakan lagi masalah ini di kemudian hari!" "Bagus, kalau begitu istirahatlah dulu!" kata Seebun Mu. Tibatiba dia melancarkan sebuah totokan dengan kecepatan tinggi, Tonghong Liang segera terkapar di tanah dan jatuh tidak sadarkan diri. "Akulah yang telah bersalah kepadamu, kata Seebun-hujin kemudian dengan nada sedih, "bila ingin membalas dendam, hukumlah diriku, apa pun hukuman yang akan kau limpahkan kepadaku, akan kuterima tanpa mengeluh!" "Beng-cu, kau tidak boleh berkata begitu!" seru Bouw Ciong-long cepat, "bila ada kesalahan, seluruh kesalahan ada pada diriku seorang! Sebetulnya aku bisa mengawinimu sebagai istriku, bila dulu aku tidak menuruti perkataan ayahku, mana mungkin akan terjadi peristiwa hari ini? Tapi.... Seebun Mu, kaupun punya kesalahan, aku berhubungan lebih dulu dengannya dan kau bukannya tidak tahu akan hal ini, tapi setelah tahu, kaupun tetap meminangnya menjadi binimu, apakah kau tidak pernah berpikir, yang kau peroleh selama ini hanya tubuh kasarnya?" Tentu saja dia tahu, perkataan ini pasti akan menimbulkan hawa amarah Seebun Mu, tapi bagi jagoan yang bertarung, semakin bisa mengkalutkan konsentrasi lawan, hal mana semakin menguntungkan bagi posisi sendiri. Betul saja, pancaran sinar berapi-api mencorong dari mata Seebun Mu, tampaknya dia benar-benar sangat gusar dan tersinggung oleh perkataan itu. Cepat Bouw Ciong-long membuat persiapan, dia menunggu sampai musuhnya bertindak lebih dulu, maka dia akan segera melancarkan jurus pamungkas.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dia yakin, jurus pedangnya pasti akan mencapai sasaran terlebih dulu meski dilancarkan belakangan. Siapa tahu kejadian sungguh di luar dugaan, gunung berapi yang nyaris meletuk itu mendadak mereda kembali, bukan mereda, bukan menjadi tenang, tapi dia tampil dengan mimik muka lain. Tiba-tiba saja paras muka Seebun Mu yang diliputi hawa amarah berubah menjadi amat sedih dan berduka. Tidak tahan Seebun-hujin berteriak keras, "Sebenarnya apa yang kau inginkan, cepat katakan!" Dia sedang ketakutan, kalau harus ketakutan terus seperti ini, biar Seebun Mu tidak gila pun, dia yang bakalan gila. Akhirnya Seebun Mu buka suara, "Aku tahu, kalian memang berpacaran lebih dulu sebelum kenal dengan diriku, akupun tahu, Bouw It-yu adalah anak yang dilahirkan hasil hubungan dengan dia!" "Waktu itu dia belum menjadi istrimu!" cepat Bouw Ciong-long menyela. "Tapi saat itu kau sudah mempunyai orang lain sebagai istrimu, sambung Seebun Mu. "Oleh karena itulah aku mengakui bahwa disinilah letak kesalahanku, lantas mau apa kau? Silahkan saja.... Tiba-tiba Seebun Mu membentak nyaring, lalu teriaknya dengan suara berat, "Tentu saja aku tidak bakalan melepaskan dirimu, tapi sekarang aku sedang berbicara dengan istriku, kau tidak usah ikut campur!" Tampaknya Seebun-hujin telah mengambil keputusan, dengan berani dia sambut tatapan matanya. Terdengar Seebun Mu berkata lagi, "Aku hanya ingin mengetahui satu hal, apakah Seebun Yan adalah putriku?" Biarpun Seebun-hujin telah mengambil keputusan, tidak urung
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gelagapan juga setelah menghadapi pertanyaan dari bekas suaminya itu, dia jadi tergagap dan tidak mampu menjawab. "Jadi diapun putrinya?" desak Seebun Mu lagi. "Benar, dia adalah putrinya, menghindari tatapan matanya. jawab Seebun-hujin sambil

Tiba-tiba Seebun Mu mendongakkan kepalanya dan tertawa kalap, keluhnya, "Selama ini aku selalu menganggap Seebun Yan adalah putri kandungku, ternyata diapun bukan! Hehehe.... hahahaha.... ternyata apa pun tidak kumiliki, percuma aku pernah hidup sebagai suami istri denganmu!" Ternyata salah satu tujuan kedatangannya kali ini adalah ingin minta kembali putrinya. Seebun Mu tertawa kalap tiada hentinya, dia seolah ingin melampiaskan keluar seluruh rasa gusar, kecewa dan mendongkolnya lewat gelak tertawa itu. "Kalau ingin bunuh, bunuhlah aku, jerit Seebun-hujin, "aku harap kalian jangan berduel lagi karena aku!" "Oooh, jadi kau takut dia mati di tangaku sehingga rela mengorbankan diri sendiri?" ejek Seebun Mu, "sejak awal aku sudah tahu kalau kau berselingkuh dengannya, kalau ingin membunuhmu, kenapa harus menunggu hingga hari ini! Bukan saja aku tidak pernah punya ingatan untuk membunuhmu, bahkan karena alasan kau, akupun tidak ingin membunuhnya. Kendatipun aku tahu dengan jelas kalau kau tidak setia, namun aku masih tetap tidak tahan untuk mencintaimu, berusaha membuat kau gembira. Aaai, ternyata kau sama sekali tidak tahu akan maksud hatiku ini, benarbenar membuat hatiku pedih!" Entah karena terharu oleh ucapan itu atau karena alasan lain, air mata mulai berlinang membasahi wajah Seebun-hujin. Katanya lirih, "Aku pun tidak ingin menyaksikan kau mati di tangannya. Sekali lagi Seebun Mu tertawa tergelak.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahahaha.... memang dia mampu membunuhku?" ejeknya. "Kau pun belum tentu sanggup membunuhku!" sahut Bouw Ciong-long sambil tertawa dingin. "Perkataanmu itu ada benarnya juga. Sewaktu terjadi pertempuran sengit di Toan-hun-kok dulu, dengan mengerudungi wajah kau ikut serta menge-rubutiku, sebetulnya waktu itu kau mendapat satu kesempatan untuk membunuhku, tapi kesempatan tersebut kau lepaskan dengan begitu saja. Apakah lantaran saat itu kau merasa terusik harga dirimu dan tidak ingin mencari kemenangan dengan mengandalkan banyak orang?" "Itu mah bukan, aku hanya merasa tiba-tiba saja tidak ingin membunuhmu. Tapi aku tidak pernah menyesal telah melepaskan dirimu waktu itu. "Tapi tahukah kau, disaat Tonghong Siau datang membantu aku waktu itu, akupun mempunyai satu kesempatan untuk membunuhmu?" ejek Seebun Mu sambil tertawa dingin. "Aku tahu, akupun berterima kasih sekali karena waktu itu kau telah melepaskan aku. "Tidak, aku hanya tidak tega membiarkan Beng-cu sedih. Tidak ada salahnya kubeberkan jalan pikiranku waktu itu, aku sudah tahu kalau perasaan hatinya sudah bukan milikku, tapi akupun tidak tega mebuatnya sedih, maka semua kekesalan dan amarahku kulampiaskan kepada orang lain, pertama-tama yang menjadi sasaran-ku adalah para bekas anak buahku yang berniat berkhianat. Selama tahun-tahun itu, aku memang banyak membunuh orang tidak bersalah. Tapi apa mau dikata hanya kau seorang yang paling kubenci, aku pernah bersumpah akan membunuhmu, tapi tidak pernah tega untuk turun tangan. Setelah pertempuran berdarah di Toan-hun-kok, hatiku mulai patah arang, kecewa dan putus asa, maka semenjak saat itulah aku melenyapkan diri, aku berharap kalian berdua bisa jadian. "Terima kasih banyak, tapi mengapa setelah 'kematian'mu hampir dua puluh tahun lamanya, kini kau muncul kembali?" tanya
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seebun-hujin. "Tentu saja ada alasannya, karena aku menemukan kalau dia telah melakukan hal yang tidak boleh dimaafkan terhadap dirimu. "Kesalahan apa yang telah dia lakukan terhadapku?" "Aaaaai, masa kau tidak tahu? Di samping merajut tali cinta denganmu, ternyata secara diam-diam dia menjalin hubungan dengan seorang gundik lagi, dan gundiknya tidak lain adalah perempuan paling busuk dari dunia persilatan, Siang Ngo-nio!" "Aku tahu, jawab Seebun-hujin hambar, "tapi kabut cinta terlarang itu pada akhirnya putus sudah. Ketika dia menjalin hubungan dengan Siang Ngo-nio, hubunganku dengannya belum terjalin kembali. Tapi aku pun tidak ingin membelai dia, karena dia telah menyalahi bininya sendiri. Aaaai.... bicara sejujurnya, kami semua yang telah melakukan kesalahan terhadap istrinya!" Seebun Mu tertawa dingin. "Tidak salah, kami pun telah menyalahi dirimu, Seebun-hujin menambahkan. "Beng-cu, aku kagum dengan kebesaran jiwamu, tapi sayang Bouw Ciong-long bukan seseorang yang patut memperoleh perhatian yang begitu besar darimu. Tampaknya Seebun Mu masih mengetahui banyak perbuatan busuk yang telah dilakukan Bouw Ciong-long, hanya saja dia enggan untuk mengatakan. "Aaai, manusia mana yang tidak pernah melakukan kesalahan? Yang sudah lewat biarkan saja lewat, kaupun tidak usah mengungkitnya lagi. Engkoh Mu, akupun kagum dengan kebesaran jiwamu, aku bersalah padamu, menyesal dan sedih karena kau harus bersembunyi hampir dua puluhan tahun lamanya. Aku mohon kepadamu.... "Tidak usah mohon kepadanya!" tukas Bouw Ciong-long tiba-tiba, "walaupun selama hidup aku telah banyak melakukan kesalahan,
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

namun belum pernah membohongimu. Tapi hingga kini dia masih tetap membohongimu!" "Omong kosong!" bentak Seebun Mu gusar, "aku bohong soal apa?" "Membohongi rasa simpatiknya!" dengus Bouw Ciong-long dingin, "Hmm, kau bilang karena ingin memberi kesempatan kepada kami berdua maka kau pura-pura mati, ucapan ini jelas kebohongan yang paling besar! Seebun Mu, sungguh tidak disangka kecuali hebat dalam hal ilmu silat, kepandaianmu bermain sandiwara pun luar biasa!" Merah membara sepasang mata Seebun Mu saking gusar dan mendongkolnya, dengan geram bentaknya, "Jadi kau menuduh semua yang kulakukan di hadapan Beng-cu hanya sandiwara, bukan bersungguh hati?" "Betul, kau telah menipunya, tapi di depan dia, kau justru berlagak minta dikasihani!" Agaknya Seebun-hujin pun menganggap ucapan ini sedikit kelewat batas, segera teriaknya, "Cong-liong, jangan.... Belum selesai dia berkata, mendadak terdengar Seebun Mu membentak nyaring, "Selama hidup, belum pernah Seebun Mu minta belas kasihan dari orang lain!" Dalam waktu sekejap, baik Seebun Mu maupun Bouw Ciong-long sama-sama menerjang ke arah lawannya dengan kecepatan luar biasa. "Blaaaam!" sepasang tangan saling beradu, tubuh Bouw Cionglong tergetar mundur tiga langkah, sementara tubuh Seebun Mu hanya gontai sedikit. Cepat Seebun-hujin menerobos masuk ke tengah antara kedua orang itu, jeritnya, "Bila kalian ingin turun tangan, bunuhlah aku terlebih dulu!" Kemudian kepada Seebun Mu mintanya, "Engkoh Mu, lepaskan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kami berdua!" "Kau ingin aku sekali lagi menjadi orang mati?" tegur Seebun Mu dingin. "Dua puluh tahun yang lalu pun kau rela berbuat begitu, kini kita semua sudah tua, buat apa harus mengungkit kembali semua dendam sakit hati di masa lalu?" "Jadi kau ingin mengetahui alasannya? Kau bersedia memberi tahu?" Seebun Mu berpikir menggigit bibir, Tidak!" sejenak, kemudian sahutnya sambil

Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara seorang wanita berseru, "Kau ingin tahu? Baik, akan kuberitahu, dia berbuat begitu karena aku!" Kalau dilihat dari wajahnya, perempuan itu seharusnya telah berusia diatas empat puluh tahunan, apa mau dibilang dia justru masih berdandan seperti seorang gadis remaja. Hanya saja walaupun dandanannya tidak genah namun masih tetap memancarkan sifat liar yang menggairahkan. "Jadi kau adalah Bok Ing-ing?" tanya Seebun-hujin. "Tepat sekali dugaanmu, betul, aku adalah Bok Ing-ing. Hehehe.... Seebun-hujin, sudah lama kudengar namamu!" "Padahal kaulah yang seharusnya dipanggil Seebun-hujin!" Sekali lagi Bok Ing-ing tertawa tergelak. "Hahahaha.... lagi-lagi ucapanmu sangat seharusnya hanya ada seorang Seebun-hujin!" "Maka kau minta dia datang membunuhku?" "Untuk ketiga kalinya ucapanmu tepat sekali! Bagaimanapun kau memang seorang wanita, hanya wanita yang mengetahui jalan pikiran wanita lain. Bagaimana pun juga aku toh tidak bisa
http://cerita-silat.co.cc/

tepat,

memang

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

selamanya menjadi Seebun-hujin di belakang layar!" "Aku rela menyerahkan gelar yang kusandang itu untukmu. "Siapa suruh kau mengalah, terus terang saja aku yang minta dia untuk membunuhmu, bukan saja karena kau adalah Seebun-hujin yang sebetulnya, karena aku ingin kau lenyap untuk selamanya dari dalam pikirannya!" "Aku mengerti. Kau minta dia membunuhku untuk membuktikan rasa cintamu kepadanya!" kata Seebun-hujin sambil manggutmanggut. Kemudian setelah berhenti sejenak kembali terusnya, "Ucapanmu memang benar, aku memang seharusnya mati. Padahal kau tidak perlu memohon dia untuk melakukannya, karena sejak awal aku sudah rela mati di tangannya!" "Beng-cu, jangan kau lakukan perbuatan bodoh!" hardik Seebun Mu, "Ing-ing, aku tidak pernah menyanggupi permintaanmu itu, mana boleh kau berbicara semaunya sendiri?" "Aku bicara semauku sendiri?" Hmm, tampaknya kau sudah melupakan semua perkataan yang pernah kusampaikan padamu!" teriak Bok Ing-ing sambil tertawa dingin. "Kapan aku pernah membunuh In Beng-cu?" menyanggupi permintaanmu untuk

"Tapi kau pernah mohon bantuanku untuk membunuh Bouw Ciong-long! Hehehe.... aku tahu, kau pasti akan mengabulkan permintaanku!" Maksud lain dari perkataan itu adalah dia minta dia membunuh In Beng-cu sebagai pertukaran syarat. "Kau ingin membunuh, bunuhlah aku lebih dulu! Kenapa harus membunuh Bouw Ciong-long?" kata Seebun-hujin. "Kalau dia tidak sanggup membunuh Bouw Ciong-long, mana mungkin punya wajah untuk muncul lagi dalam dunia persilatan? Setiap orang tentu akan mentertawakan dirinya sebagai kura-kura
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang pandainya menyembunyikan kepala!" kata Bok Ing-ing. Ketika berbicara sampai disitu, paras muka Seebun Mu telah berubah jadi merah padam saking jengkelnya, namun dia masih terbungkam dalam seribu bahasa. Terdengar Bok Ing-ing berkata lebih lanjut, "Selama dia tidak bisa muncul lagi dalam dunia persilatan, bukankah aku pun tidak akan pernah mendapat kesempatan menjadi Seebun-hujin yang resmi?" "Aku belum pernah punya rencana untuk mengambil kau sebagai biniku!" bentak Seebun Mu. "Jadi kau tidak butuh bantuanku untuk Bouw Ciong-long?" "Tidak usah kau bantu, hmm! Kau sangka aku tidak tahu kalau kau jauh lebih ingin menghabisi nyawa Bouw Ciong-long ketimbang aku!" Ternyata semasa masih remaja dulu Bok Ing-ing pun pernah mengejar Bouw Ciong-long, tapi kemudian lantaran ungkapan cintanya tidak mendapat perhatian, dari cinta diapun berubah menjadi benci. Bouw Ciong-long yang selama ini hanya membungkam tiba-tiba membentak keras, "Seebun Mu, kau ingin membunuhku, padahal aku lebih ingin membunuhmu!" Seebun-hujin tampak sangat terperanjat, serunya, "Cong-liong, bukankah kau pernah berkata tidak akan membunuhnya, kenapa sekarang berubah pikiran? Engkoh Mu, kau.... tolong kau.... Sementara itu Bouw Ciong-long telah tiba di depan Seebun Mu, sambil menuding kearahnya dia berteriak, "Kau adalah pembunuh yang telah membinasakan Bu-kek Tianglo!" Seebun Mu tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha.... sekarang baru tahu?" ejeknya, "aku juga yang telah membunuh Ting Hun-hok!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana dengan Ji-ou Thayhiap Ho Ki-bu? Kalau soal itu mah tidak ada sangkut pautnya dengan dia, karena akulah yang membunuh Ho Ki-bu!" sela Bok Ing-ing sambil tertawa dingin, "aku sengaja menyamar jadi muridnya, Keng King-si, menggunakan kesempatan di saat dia terperanjat, akupun membunuhnya! Hehehe.... kalau bukan ilmu merubah wajahku tiada tandingan di kolong langit, mungkin tidak selancar itu aku berhasil membunuhnya!" Biarpun Bok Ing-ing sengaja membesar-besarkan kemampuannya, namun Bouw Ciong-long tahu kalau ilmu menyaru muka yang dia miliki memang sangat hebat. Sekarang Bouw Ciong-long baru paham, pikirnya: 'Tidak heran kalau kata umpatan Ho Ki-bu menjelang ajalnya adalah: ternyata kau si binatang!' Berpikir begitu, kembali dia membentak, Bu-kek Tianglo, Ho Ki-bu maupun Ting Hun-hok tidak punya dendam sakit hati apapun dengan dirimu, kenapa kau turun tangan sekeji ini terhadap mereka? Mereka memang tidak punya dendam denganku, tapi kau punya dendam kesumat dengan aku!" jawab Seebun Mu dingin, "hehehe.... sekarang kejadian telah berkembang jadi begini, akupun tidak khawatir bicara sejujurnya. Kau sangka aku benar-benar iklas menyerahkan Beng-cu kepadamu? Aku justru berlagak mati karena ingin membalas rasa maluku karena kau telah merebut istriku! Setelah pertempuran di Toan-hun-kok, aku sadar kalau tidak punya kemampuan untuk membunuhmu, maka pura-pura mati adalah cara menghindar yang paling tepat. Pertama bisa berlatih silat lebih tekun, kedua dapat menghindari perhatianmu dan ketiga bila kesempatan emas telah muncul, aku masih bisa menfitnah dirimu. Setelah berlatih beberapa tahun, akupun berhasil melatih semacam ilmu pukulan yang mirip Thay-kek-kun, akhirnya akupun menghajar Bu-kek Tianglo hingga tewas termakan pukulanku. Tidak banyak jago dikolong langit yang mampu melukai Bu-kek Tianglo dengan tenaga pukulan semacam itu, apalagi jika ilmu yang digunakan adalah ilmu pukulan Thay-kek-kun dari Bu-tong-pay.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau berharap kecurigaan orang terhadap diriku jadi semakin besar?" tanya Bouw Ciong-long. "Hmm, tapi aku tidak menyangka kalau Bu-siang Cinjin begitu menaruh kepercayaan kepadamu, meski tahu kalau kau sangat mencurigakan, ternyata dia tetap menyerahkan jabatan Ciangbunjin kepadamu. Bouw Ciong-long tertawa getir. "Dia orang tua bukannya sama sekali tidak menaruh curiga terhadapku, katanya, "dia memang mengangkat aku menjadi Ciangbunjin, tapi pada saat yang bersamaan diapun memasang Tojin bisu tuli untuk mengawasi semua gerak-gerikku. Ilmu berakting dari Tojin bisu tuli jauh lebih hebat daripada aktingmu, ternyata diapun berhasil membohongi dia orang tua. Masih untung di saat yang kritis muncul Jit-seng-kiam-kek Kwik Tang-lay yang membantu aku membongkar kedok mata-matanya!" Berbicara sampai disini, tiba-tiba dia membentak keras, "Apakah kau yang sengaja mengatur Ong Hui-bun sebagai Tojin bisu tuli dan menyusupkan dia ke gunung Bu-tong sebagai mata-mata bangsa Boan?" Mencorong sinar gusar dari balik mata Seebun Mu, teriaknya marah, "Percuma aku bergaul selama belasan tahun denganmu, ternyata kau berani mengucapkan kata-kata busuk semacam itu kepadaku! Hmm, perbuatan macam apa pun berani kulakukan, hanya perbuatan yang menjual negara tidak bakalan sudi kukerjakan. Jika aku tahu Ong Hui-bun adalah mata-mata bangsa Boan, sejak awal pasti sudah kubunuh dirinya!" "Bagus, aku percaya dirimu. Tapi aku tidak yakin kau seorang diri sanggup membunuh Bu-kek Tianglo!" kata Bouw Ciong-long. Bok Ing-ing tertawa terkekeh. "Bouw Ciong-long, ternyata kau memang sangat pintar, tapi masih belum cukup cerdas. Seharusnya kau bisa menduga, tentu saja aku telah menggunakan senjata rahasia untuk membantumu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Oooh, rupanya begitu. Baik, sekarang kalian boleh maju bersama!" Dari nada pembicaraan yang semula tenang, tiba tiba saja berubah jadi keras dannyaring. Bok Ing-ing sama sekali tidak acuh, dengan senyuman dikulum katanya santai, "Engkoh Mu, terlepas kau ingin aku membantumu atau tidak, orang lain sudah menganggap kita memang bersekongkol. Mendadak Seebun Mu mendorong tubuhnya hingga mundur, lalu bentaknya, "Kau ingin melihat semua Enghiong hohan di kolong langit mentertawakan diriku? Aku ingin duel satu lawan satu dengan dirinya, kau tidak boleh ikut campur!" Bentakan ini sangat menyinggung perasaan Bok Ing-ing, dia jadi kikuk dan merasa serba salah, pikirnya, 'Hmm, dia tidak lebih hanya ingin berlagak sok Enghiong di hadapan Beng-cu' Hadnya merasa jengkel bercampur kecut, namun dia pun tidak berani mengumbarnya keluar. Terdengar suara burung mulai berkicau di tengah keheningan, kemudian cahaya terang pun mulai menyelimuti menembusi kegelapan. Tanpa disadari fajar telah menyingsing, cahaya matahari mulai memancar masuk ke balik hutan pohon Bwee. Cepat Seebun Mu merebut posisi yang lebih menguntungkan dengan berdiri membelakangi cahaya matahari, bentaknya, "Ayohmaju!" Sepasang lengannya direntangkan, sepuluh jari tangannya bagaikan sepuluh batang pit baja langsung dihujamkan ke tubuh Bouw Ciong-long. Menghadapi datangnya ancaman, cepat Bouw Ciong-long membalikkan tubuh sambil berputar, pedang nya dilapisi cahaya dingin menyongsong maju ke depan dan membabat pergelangan tangannya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seebun Mu membentak nyaring, dari jari tangan berubah jadi pukulan, tenaga serangan yang kuat bagaikan gulungan ombak di samudra langsung menyapu ke depan, menggetar ujung pedang hingga miring ke samping. Langkah kaki Bouw Ciong-long bagaikan lelaki mabok, pedangnya bergoyang kacau, sepintas serangannya tampak tidak beraturan, namun dalam perasaan Seebun Mu, seakan dari empat arah delapan penjuru muncul pedang tajam yang menusuk ke arahnya. Begitulah, kedua orang itu sama-sama mengerahkan segenap ilmu yang dimilikinya untuk saling menggempur, pertarungan pun makin lama makin seru. Di antara kilauan cahaya pedang dan bayangan tangan, pertarungan kedua orang itu bagaikan sebuah pertempuran massal yang melibatkan ribuan orang. Seebun-hujin sadar, tidak mungkin dia bisa mencegah terjadinya pertarungan itu, bahkan sebelum salah satu terluka atau tewas, tidak mungkin pertarung-an sengit itu akan berhenti. Merasa tidak tega menyaksikan akhir dari pertarungan itu, tidak tahan dia menghela napas panjang, pikirnya, 'Terlepas siapa benar siapa salah, semua musibah dan bencana ini timbul gara-garaku!' Dengan membawa perasaan menyesal yang luar biasa, tiba-tiba dia mencabut pedangnya lalu dihujamkan ke atas dadanya sendiri. Biarpun jago-jago lihay itu sedang bertarung, namun pandangan mata mereka masih awas terhadap sekeliling arena pertarungan, Seebun Mu yang pertama-tama menyaksikan kejadian itu. "Beng-cu jangan!" Dalam situasi seperti ini, pada hakekatnya Seebun Mu sudah tidak memperdulikan keselamatan dirinya lagi, nyaris dia telah menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk meluncur ke sisi arena, melewati dari atas kepala Bouw Ciong-long dan langsung menerkam ke hadapan bekas istrinya.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw Ciong-long melancarkan serangan secepat kilat, dengan jurus Ki-hwee-liau-thian (angkat obor membakar langit) dia tinggalkan sebuah mulut luka yang tipis memanjang di atas betis lawannya. Tapi segera dia mengetahui juga akan peristiwa itu, sebab walaupun posisi berdirinya membelakangi Seebun-hujin, namun bayangan yang terbias dari tubuh Seebun-hujin tercermin jelas di atas permukaan tanah dan terpampang di hadapannya. Masih untung dia cepat menarik kembali serangan itu, kalau tidak mungkin seluruh kaki Seebun Mu telah terpapas kutung. Tanpa memperdulikan luka di kakinya Seebun Mu berlarian ke depan. Siapa tahu belum mereda sebuah gelombang, timbul kembali gelombang lain, kali ini yang mencipta gelombang baru ad alah Bok Ing-ing. Dua orang lelaki, yang satu adalah pria yang pernah dicintainya semasa masih muda dulu tapi sayang hanya bertepuk sebelah tangan (Bouw Ciong-long), sedang yang lain adalah suaminya sekarang (Seebun Mu), namun kini dua orang pria yang sedang bertempur sengit segera menyelesaikan pertarungannya hanya dikarenakan ingin menolong seorang wanita yang lain, bisa dibayangkan bagaimana perasaan hatinya saat itu? Terbakar oleh api cemburu yang berkobar, tanpa pikir panjang dia sambitkan segenggam senjata rahasia ke arah Seebun-hujin. Kebetulan saat itu Seebun Mu sedang berlarian mendekat, selisih jaraknya dengan Bok Ing-ing masih cukup jauh. Pada detik yang amat kritis itulah mendadak tubuh Seebun Mu melambung ke udara, bagaikan seekor burung raksasa dia 'terbang' lewat dengan cepatnya. Dia bukan termasuk orang yang hebat dalam ilmu meringankan tubuh, tapi berhubung keadaan sangat kritis dan bahaya, terpaksa dia pun harus mengeluarkan ilmu yang bukan andalannya itu.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di saat tubuhnya sedang melambung, dia melepas kan juga sebuah pukulan dahsyat, kemudian menyusul tubuhnya meluncur turun, dia langsung mencengkeram pergelangan tangan Bok Inging. Sebetulnya waktu itu Bok Ing-ing sedang melepaskan senjata rahasianya berulang kali, tapi begitu pergelangan tangannya dicengkeram, otomatis serangan nya tidak bisa dilanjutkan. Sementara senjata rahasia yang telah terlanjur dilepaskan pun segera tercerai berai dan rontok semua ke tanah akibat terjangan pukulan dahsyat. Tidak terlukiskan rasa gusar Bok Ing-ing, jeritnya, "Aku tidak mempermasalahkan bila kau tidak mau bantu aku untuk membunuhnya, kenapa sekarang kau malah berbalik membantu dia untuk menghadapi aku? Apa maksudmu?" "Tidak ada maksud apa-apa, jawab Seebun Mu dengan nada dalam, "sekali lagi kau berani mengusik seujung rambutnya, segera akan kusayat kulit tubuh-mu!" Bok Ing-ing menangis tersedu-sedu, teriaknya semakin keras, "Bagus, ternyata dalam bayanganmu, aku lebih rendah dari seujung rambutnya. Lelaki selingkuhannya ingin membunuhmu, tapi kau tetap memandangnya sebagai istri tercinta! Cisss, selama hidup belum pernah kujumpai lelaki hina dan tengik macam kau. Ternyata selama banyak tahun aku mendampingimu, kau hanya berbohong dan menipuku. Baiklah, aku akan adu nyawa denganmu.... Dengan kuku jari tangannya yang tajam dan runcing, dia cakar tangan Seebun Mu, begitu dalam dia mencengkeram hingga kuku jari yang tajam terbenam ke dalam daging tangan suaminya. Dalam keadaan begini, jelas tidak gampang baginya untuk melepaskan diri. Seebun Mu ikut naik darah, bentaknya, "Aku tidak punya waktu untuk ribut denganmu!" Diam-diam dia kerahkan tenaga dalamnya kemudian sambil merentangan sepasang lengan, dia lempar tubuh perempuan itu jauh ke belakang.
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekalipun pada akhirnya dia berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Bok Ing-ing, namun Bouw Ciong-long pun telah mendahuluinya dan tiba terlebih dulu di samping Seebun-hujin. Jantung Seebun-hujin sedang gemetar, jari tangannya ikut gemetar. Tapi untung dia sedang gemetar sehingga meski mata pedang telah menghujam di atas dadanya, namun tidak sampai menusuk jantungnya. Dengan cepat Bouw Ciong-long telah tiba di sisinya. Dada Seebun-hujin yang dingin bagaikan es segera terasa munculnya hawa panas, sekulum senyuman mulai menghiasi wajahnya yang pucat. "Peluklah aku, jangan tinggalkan diriku!" Suaranya halus bagaikan hembusan angin musim semi di atas permukaan telaga. Seebun Mu ikut mendengar bisikan itu. Dia terperangah, tertegun, seakan terkena tenungan secara tiba tiba, tubuhnya berdiri kaku, sama sekali tidak mampu bergerak. Tapi satu hal yang sama sekali tidak terduga, nyaris pada saat yang bersamaan telah terjadi, terdengar suara lain yang memilukan hati. "Criiiit!" diikuti kemudian "Triiiing....!" suara yang menusuk telinga.... kemudian tampak Seebun-hujin merintih kesakitan. Biarpun Seebun Mu bukan seorang ahli dalam ilmu senjata rahasia, namun diapun tahu kalau mereka telah dibokong orang. "Perempuan hina.... baru saja dia mulai mengumpat, mendadak terdengar suara tertawa yang jalang telah bergema di udara, "Kau telah salah menuduhnya, inilah senjata rahasia dari keluarga Tong, masih selisih jauh bila dibandingkan senjata rahasia dari keluarga Bok!" Dalam pada itu Bouw Ciong-long masih memeluk erat tubuh Seebun-hujin, sambil mendengus bentaknya, "Lebih baik kau cepat
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pergi, kalau tidak, jangan salahkan kalau aku segera akan mencabut nyawamu!" Seebun-hujin yang berada dalam pelukannya segera berbisik, "Apakah Siang Ngo-nio?" Tidak salah, ternyata yang membokongnya adalah Siang Ngo-nio, bukan Bok Ing-ing. Dia telah terhajar sebatang jarum Lebah hijau milik Siang Ngo-nio. "Ampuni dia, pinta Seebun-hujin lirih, "bagaimana pun, dia pernah terjalin hubungan cinta denganmu. Saat itulah dari balik hutan pohon Bwee berkumandang suara tertawa seram yang serak dan tua, kemudian terdengar orang itu berseru, "Bouw Ciong-long, kau telah melakukan kesalahan terhadapku, sudah lama aku ingin membunuhmu. Tapi sekarang akan kuberi waktu selama setengah jam, karena kekasihmu masih bisa bertahan hidup setengah jam lagi. Tapi bila kau tega meninggalkan dia, sekarang juga maju lah untuk berduel denganku!" Ternyata orang yang berbicara itu tidak lain adalah Tong Jisianseng, jago senjata rahasia nomor wahid di kolong langit. Tiba-tiba Seebun Mu membentak nyaring, "Tidak perlu menunggu setengah jam lagi, sekarang juga aku akan menjajal kehebatan senjata rahasia keluarga Tong!" "Eeei, aneh sekali, ejek Tong Ji-sianseng sambil tertawa dingin, "sejak lama In Beng-cu sudah tidak menganggapmu sebagai suaminya lagi, bahkan sekarang pun dia sedang berbaring dalam pelukan laki-laki lain, heran, kenapa kau malah membantu gendaknya untuk beradu nyawa denganku?" "Siang Ngo-nio sering selingkuh dengan lelaki lain, kenapa kau pun selalu mendukungnya?" balas Seebun Mu ketus. Diam-diam Tong Ji-sianseng berpikir, Andaikata kau belum terluka, mungkin aku masih takut tiga bagian kepadamu, tapi sekarang, hmmm, aku yakin kau bukan tandinganku lagi!'
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berpikir begitu segera bentaknya, "Bagus, kalau begitu rasakan dulu kelihayan dari senjata rahasiaku!" Seebun Mu segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk melancarkan serangan berulang kali, angin pukulan yang menderuderu dengan cepat merontokkan duri beracun, teratai baja, paku pencabut nyawa, jarum bunga Bwee.... serta pelbagai macam senjata rahasia lainnya yang tertuju ke tubuhnya, termasuk juga senjata rahasia yang dilancarkan Siang Ngo-nio. Bok Ing-ing cepat merangkak bangun, teriaknya, "Engkoh Mu, jangan gugup, akan kubantu dirimu untuk menghadapi perempuan siluman itu. Akan kulihat senjata rahasia keluarga Tong lebih lihay atau senjata rahasia keluarga Bok lebih ampun?" Siapa sangka, baru saja berlari dua langkah, mendadak punggungnya terasa sangat dingin, sebilah pedang tajam telah menembusi punggungnya hingga tembus ke ulu hati. Ternyata orang yang membunuhnya adalah Tonghong Liang. Rupanya kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Tonghong Liang masih jauh di atas perkiraan Seebun Mu, secara diam-diam dia telah membebaskan diri dari pengaruh totokan. Maka ketika Bok Ing-ing kebetulan lewat dari sisinya, dia pun melompat bangun sambil melayangkan sebuah tusukan, tusukan yang segera mengakhiri kehidupannya. Selama ini, Bouw Ciong-long maupun Seebun-hujin seakan tidak melihat mau pun mendengar pada pelbagai peristiwa yang sedang berlangsung diseputar itu. "Toako, bisik Seebun-hujin dengan nada lirih, "kau tidak perlu membuang tenaga lagi untukku. Tapi ada satu hal yang terasa mengganjal, aku harus mengatakannya padamu. "Soal apa?" tanya Bouw Ciong-long. Saat ini diapun mulai merasakan matanya berkunang-kunang dan kepalanya pusing, sudah tiba pada saat dia tidak sanggup menahan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

diri lagi. Rupanya meski dia dapat menggunakan tenaga murninya yang melindungi tubuh untuk mementalkan senjata rahasia Tong Jisianseng, namun ada juga sebagian senjata rahasia yang berhasil merobek pakaiannya, bahkan melukai sedikit kulit tubuhnya. Padahal senjata rahasia keluarga Tong sangat beracun, begitu kena darah langsung mematikan, seandainya dia tidak menyalurkan tenaga murninya untuk menolong Seebun-hujin, dengan dasar lweekangnya yang lihay, luka tersebut tidak akan sampai menjadi ancaman serius. Tapi kini sulitlah baginya untuk membendung menjalarnya hawa racun dalam tubuhnya. Meski kondisi tubuhnya mulai kepayahan, namun dia tetap berlagak seolah tidak terjadi apa-apa dan melayani Seebun-hujin untuk bertanya jawab. "Masalah yang tadi akan kurundingkan denganmu, sahut Seebun-hujin. "Ooh, kau maksudkan urusan perkawinan anak Yan? Baiklah, kita bicarakan nanti saja setelah kau membaik. "Kau tidak perlu membohongi aku lagi, aku tahu hidupku hanya tinggal setengah jam. Aku merasa Keng Giok-keng adalah bocah yang sangat baik, kalau memang Yan-ji tidak mungkin lagi kawin dengan Tonghong Liang, aku minta tolong kau untuk menjodohkan mereka berdua. "Bagus sih memang bagus, hanya saja.... "Hanya saja kenapa?" Bouw Ciong-long tidak ingin membuat hatinya sedih, maka sahutnya, "Dia sudah pergi meninggalkan gunung Bu-tong, seandainya sempat bertemu lagi, pasti akan kusampaikan keinginanmu itu kepadanya. Sudah, yang penting sekarang adalah mengeluarkan racun dari tubuhmu, tidak usah kau pikirkan masalah
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lain lagi. Dia sangka nyawa sendiripun sukar dipertahankan, bisa jadi selamanya tidak akan bertemu Keng Giok-keng lagi. Siapa sangka belum habis ingatan itu melintas, segera terdengarlah suara dari Keng Giok-keng. "Seebun-cianpwee, serahkan saja Tong Tiong-san bajingan tua itu kepadaku, aku ingin membunuh sendiri musuh besar pembunuh ayah dan ibu asuhku!" Biar tidak dalam keadan terluka pun ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Seebun Mu bukan tandingannya, apalagi saat ini dia dihadang oleh sambitan senjata rahasia yang begitu gencar. Belum sempat dia berbicara, Keng Giok-keng telah melesat maju ke depan dan mengejar Tong Tiong-san. Terdengar Tong Tiong-san tertawa dingin, ejeknya, "Yang kubunuh tidak lebih hanya sepasang suami istri petani, tidak pernah kupikirkan soal ini dalam hari. Bocah keparat, kau masih belum pantas untuk membalas dendam kepadaku!" Sambil berkata kembali dia sembitkan segenggam senjata rahasia ke arah Keng Giok-keng. Dengan jurus Sam-coan-hoat-lun (tiga putaran roda hukum), senjata rahasia yang menyusup masuk ke balik lingkaran cahaya pedangnya seketika hancur lebur dan berubah menjadi bubuk. Sekarang Tong Tiong-san baru terkesiap, pikirnya, 'Sungguh tidak disangka baru berpisah beberapa bulan, ilmu pedang yang dimiliki bocah ini telah maju sedemikian pesat' Tidak sempat berpikir panjang, seluruh tubuhnya tahu-tahu sudah terperangkap di balik lingkaran pedang yang dilancarkan anak muda itu. Berada dalam keadaan begini, Tong Tiong-san hanya bisa mengandalkan tenaga dalam yang dilatihnya selama puluhan tahun untuk mempertahankan diri, dia tidak sanggup lagi melepaskan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

senjata rahasia andalannya. Terlepas dari hadangan senjata rahasia, dengan cepat Seebun Mu menemukan Siang Ngo-nio berada tepat dihadapannya. Tiba-tiba terdengar Siang Ngo-nio tertawa terbahak-bahak. "Apa yang kau tertawakan?" tegur Seebun Mu. "Selama ini kusangka orang yang ingin membunuhku adalah Bouw Ciong-long, tidak tahunya ternyata dirimu, apakah hal ini tidak lucu sekali?" "Hmm, sudah tahu kematian telah berada di depan mata, masih bisanya tertawa tergelak, dasar makhluk aneh!" umpat Seebun Mu dingin. "Aku memang makhluk aneh, keanehanku muncul karena dipaksa oleh kalian!" teriak Siang Ngo-nio kalap, "orang pertama adalah Tong Ji-sianseng, dia paksa aku untuk menjadi kekasih gelapnya, orang kedua adalah Bouw Ciong-long, sebetulnya dia memberi sedikit harapan, tapi pada akhirnya dia tetap mencampakkan diriku. Lalu orang ketiga adalah dirimu, di saat kau sedang sedih dan patah hati, semua napsu birahimu kau lampiaskan di atas tubuhku!" Seebun Mu jadi tertegun, dia merasa, walaupun perempuan ini memuakkan namun bagaimana pun memang patut dikasihani. Bukankah dia sendiripun pernah melakukan pembantaian semau hati hanya dikarenakan tertekan oleh sakit hati? Sambil menggertak gigi ujarnya kemudian, "Perduli apa pun yang kau katakan, karena kau telah melukai Beng-cu maka aku pun tidak dapat mengampunimu!" Sekali lagi Siang Ngo-nio tertawa kalap, di tengah tertawa diapun menghela napas berulang kali, serunya, "Beng-cu, aku benar-benar kagum padamu, ternyata ada dua orang lelaki yang rela mati demi kau. Heeehehe.... hahaha.... tapi aku tidak pernah menyesal!
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bouw Ciong-long, biarpun aku tidak berhasil mendapatkanmu, kau sendiripun tidak berhasil memperoleh apa apa! Dan kau, Seebun Mu, kau jauh lebih mengenaskan lagi! Hahahaha.... kalian dua orang Enghiong hohan sama-sama membenciku, tapi kalian pun sama-sama tidak bisa berbuat apa-apa terhadapku!" Mendadak di tengah gelak tertawa kalapnjra dia roboh terjungkal ke tanah. Dalam waktu singkat selapis hawa hijau telah menyelimuti wajahnya. Dia roboh ke tanah kemudian tidak pernah bergerak lagi, ternyata perempuan itu telah bunuh diri dengan menelan obat beracun. Tong Tiong-san yang sedang bertarung sengit melawan Keng Giok-keng segera menangkap suara tertawa Siang Ngo-nio yang sangat aneh, dengan hati tercekat segera teriaknya, "Ngo-nio, kenapa kau?" "Dia sudah mati!" jawab Seebun Mu dingin, "bukan aku yang membunuhnya, kaulah yang mendesak dia untuk mati!" Jago silat yang sedang bertempur, mana boleh mencabangkan pikirannya? Apalagi pikirannya jadi kalut dan dicekam rasa duka yang mendalam? Menggunakan kesempatan itu Keng Giok-keng segera menggetarkan ujung pedangnya, maka sebuah lubang kecil telah muncul pada tenggorokan Tong Tiong-san, diiringi pancaran darah segar, tubuhnya roboh terjengkang ke atas tanah. Seebun-hujin semakin lemas kondisinya, sambil berbaring dalam pelukan Bouw Ciong-long, tiba-tiba katanya sambil setengah pejamkan mata, "Aku seperti mendengar suara tertawa Siang Ngonio, suara tertawanya terdengar begitu gembira, tapi juga begitu sedih dan murung, apa yang terjadi dengan dirinya?" "Dia sudah mati!" jawab Bouw Ciong-long. "Aaai, kasihan! Apa yang dia katakan menjelang ajalnya?' "Dia bilang dia sangat kagum dengan kebahagiaanmu!"
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekulum senyuman manis kembali tersungging di bibir Seebunhujin, katanya, "Benar, aku memang sangat bahagia, aku adalah seorang wanita jahat, tapi kau tetap begitu baik kepadaku!" Bouw Ciong-long benar-benar amat sedih, hatinya pilu, tapi sambil tertawa paksa katanya, "Tidak, kau adalah wanita baik, jangan berkata begitu!" "Terima kasih Bouw toako, aaah.... jangan lupa, tolong sampaikan kepada Seebun Mu, akupun amat berterima kasih kepadanya!" Suaranya makin lama semakin lemah dan akhirnya dia menghembuskan napas yang terakhir dalam pelukan Bouw Cionglong. Dalam pada itu setelah Tonghong Liang membunuh Bok Ing-ing dan membesut bekas darah di pedangnya, dia berjalan menuju ke hadapan Seebun Mu dan mengangsurkan pedang tadi sambil berkata, "Pedang mestika ini adalah pemberianmu, aku telah menggunakan untuk membalas dendam atas kematian ayahku. Tapi dengan senjata ini pula aku telah membunuh istrimu. Bila kau ingin membalaskan dendam, ambillah kembali pedang ini dan gunakan untuk membunuh aku!" "Anak Liang, aku sudah merasa berterima kasih sekali karena kau tidak membunuhku, kata Seebun Mu, "semoga kau bisa gunakan pedang mestika itu untuk menggali masa depanmu!" "Masa depan apa yang kumiliki?" tanya Tonghong Liang sambil tertawa getir. "Sebagai seorang lelaki sejati, penderitaan yang telah kau alami?" terhitung apalah sedikit

"Apakah aku masih pantas disebut seorang lelaki sejati?" pikir Tonghong Liang dalam hati. Tampaknya Seebun Mu dapat membaca suara hatinya, cepat dia melanjutkan, "Kau pasti tahu tentang cerita Suma Cuan bukan? Karena dikebiri maka dia lampiaskan kekesalannya dengan menulis
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

catatan sejarah, coba bayangkan, siapa yang tidak menghormatinya? Begitu juga dengan ilmu silat, nah. Pergilah untuk memperjuangkan masa depanmu!" Walaupun ucapan itu disampaikan dengan lembut, namun bagi pendengaran Tonghong Liang ibarat pukulan tongkat yang sangat keras, segera serunya, "Terima kasih banyak atas nasehat paman. Dia sarungkan kembali pedangnya dan segera beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Keheningan yang mencekam kembali menyelimuti hutan pohon Bwee. Ketika Seebun Mu berpaling, dia melihat Bouw Ciong-long telah membaringkan jenasah In Beng-cu keatas tanah kemudian ikut bangkit berdiri. "Benar, aku hampir lupa, masih ada kau yang akan datang mencari balas!" ujar Seebun Mu perlahan. "Sebelum meninggal, Beng-cu berpesan agar aku ucapkan banyak terima kasih kepadamu. Pertikaian pribadi antara kita berdua telah berakhir, tapi sayang aku masih tetap seorang Ciangbunjin dari Bu-tong-pay, untuk kematian Bu-kek Tianglo di tanganmu, aku.... aku tidak bisa tidak harus.... Kini racun dalam tubuhnya telah mulai bekerja, padahal dia berniat ingin meminjam tangan Seebun Mu untuk menyelesaikan kehidupannya. Dengan cara begini, meski dia harus mati, paling tidak dia telah menyelesaikan pertanggungan jawabnya sebagai Ciang-bunjin Bu-tong-pay. "Aku tahu, tukas Seebun Mu, "tapi lebih baik simpanlah tenaga untukmu sendiri!" "Apa maksudmu? Kau sangka setelah aku terkena senjata rahasia keluarga Tong maka tidak sanggup mengalahkan dirimu?" "Bukan, aku tidak bermaksud begitu, aku.... aku.... Tiba-tiba Bouw Ciong-long mendengar suara letupan seperti
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

suara jagung yang meletus, dengan terperanjat teriaknya, "Seebun Mu, apa yang kau lakukan?" Seebun Mu tertawa getir, katanya, "Beng-cu telah mati, apa artinya aku hidup terus di dunia ini?" Ternyata suara letupan itu adalah suara dia ketika memusnahkan tenaga dalam sendiri menjelang ajalnya. Keng Giok-keng yang kebetulan muncul dari balik hutan Bwee jadi tercekat hatinya setelah melihat kejadian itu. "Anak Keng, kemari kau!" seru Bouw Ciong-long tiba-tiba. Keng Giok-keng segera berjalan menghampiri. "Ciangbunjin, ada perintah apa?" tanyanya. "Sebetulnya aku ingin kau menggantikan aku jadi Ciangbunjin, tapi sayang.... "Kau tidak perlu minta maaf, sejak awal telah kukatakan, aku tidak berminat dengan tawaran ini. "Bila kau tidak bersedia, kumohon bantulah It-yu, sekalipun musuh dalam partai telah mati semua, namun kemungkinan besar masih akan muncul badai yang lain. "Walaupun tentu tidak bisa balik lagi ke perguru-an, paling tidak masih tercatat sebagai anggota partai Bu-tong, tecu pasti akan sekuat tenaga mendukung dan berbakti untuk kepentingan partai!" "Siapa bilang kau tidak boleh kembali ke perguruan? Sekarang juga kau boleh pulang ke atas gunung!" kata Bouw Ciong-long. "Tapi di tengah perjalanan menuju kota Kim-leng, tecu telah melakukan perbuatan yang menyalahi dua orang utusan kerajaan itu. "Kau tidak perlu merisaukan masalah ini. "Kenapa?" "Karena kedua orang utusan itu telah bersekongkol dengan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bangsa Boan, dengan kaburnya Kwik Bu, mereka pasti akan ikut melarikan diri. "Kalau begitu tecu akan mentaati perintah. Tapi bagaimana dengan kau sendiri Ciangbunjin?" "Coba lihat, siapa yang datang?" seru Bouw Ciong-long tiba-tiba. Baru saja Keng Giok-keng berpaling, dia seperti mendengar suara senjata yang menusuk sesuatu. Cepat dia berpaling kemba li. Tampak sebilah pedang telah menancap diatas dada Bouw Ciong-long, terdengar ketua Bu-tong-pay itu berkata, "Sekarang aku tidak perlu risau lagi setelah kau berjanji akan membantu menjayakan Bu-tong-pay. Apa yang dikatakan Seebun Mu memang benar, setelah Beng-cu mati, apalah arti hidup terus!" Ternyata dia telah mencabut pedang yang menghujam di tubuh Seebun-hujin itu kemudian menggunakannya untuk bunuh diri. Pedang ini memang pedang kesayangan Seebun-hujin, dan kini dia roboh terkapar di sisi jenasah Seebun-hujin, perempuan yang paling dicintainya. Keng Giok-keng seakan baru mendusin dari impian buruk, terburu-buru dia turun gunung. Baru sampai di tanggul Pek-ti, terlihat seorang gadis muda berlarian mendekat. Mula-mula gadis itu tampak tertegun, kemudian sambil tertawa serunya, "Kau memang amat cerdas, aku kuatir kau tidak mengerti arti lukisan peta yang berada di sapu tanganku, ternyata kau malah sudah sampai disini. Tahukah kau Cici mu juga ikut datang?" Ternyata gadis itu tidak lain adalah Seebun Yan. "Mana Ciriku?" "Ada disana. Ternyata Tonghong Liang bergerak selangkah tiba lebih dulu.

http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di saat semua orang belum memperhatikan, dia telah berjalan menghampiri Lan Sui-leng. "Nona Lan, aku merasa bersalah padamu, harap kau sudi memaafkan, katanya. "Aku telah putuskan untuk ikut Put-hui Suthay menjadi pendeta, terima kasih banyak atas perhatian Sicu!" jawab Lan Sui-leng sambil merangkap tangannya di depan dada, sementara setitik air mata tampak jatuh berlinang. Walaupun dia belum mencukur rambutnya jadi pendeta, tapi telah menyebut diri sebagai seorang Tokouw. Di bawah deraian air mata gadis itu, Tonghong Liang beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Bouw It-yu diangkat menggantikan ayahnya. menjadi Ciangbunjin Bu-tong-pay

Meski Keng Giok-keng sempat kembali ke gunung untuk menyampaikan selamat kepadanya, namun diapun hanya berdiam beberapa hari sebelum pergi lagi. Dia bersikeras menampik jadi Ciangbunjin, selain karena sadar kalau kemampuannya masih kalah dibandingkan Bouw It-yu, hal lainpun dikarenakan dia merasa masih ada tugas lain yang lebih bermanfaat harus segera dilakukan. Ooo)*(ooO Thian-ci tahun ke enam Bulan satu, pasukan Manchu menyeberangi sungai Liauw-ho dan menginvasi secara besar besaran wilayah Liau-wan. Pasukan yang terlibat dalam penyerangan itu mencapai tiga belas laksa orang. Waktu itu pasukan Wan Tiong-huan yang menjaga wilayah Liauw-huan hanya satu laksa orang. Tapi akhirnya Wan Tiong-huan dengan jumlah yang kecil berhasil mengalahkan jumlah pasukan musuh yang besar. Bukan saja dia berhasil memukul mundur serbuan pasukan
http://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bangsa Mancu, bahkan membuat jenderal lawan, Nurhaci Khan menderita luka cukup parah. Pada tahun yang sama bulan tujuh, Nurhaci Khan tewas di benteng Si-ki-po, lebih kurang empat puluh li di luar kota Shenyang, waktu wafat, usianya baru mencapai enam puluh delapan tahun. Konon dalam suatu pertempuran yang amat sengit, Nurhaci Khan terluka oleh tusukan pedang seorang pemuda tanggung, jago pedang muda itu tidak lain adalah Keng Giok-keng. Tidak jelas apakah rumor itu benar atau tidak, tapi seringnya jejak kependekaran Keng Giok-keng muncul di luar perbatasan merupakan sebuah kenyataan yang tidak terbantahkan. Tentu saja di sampingnya selalu terlihat pula seorang nona, dia adalah Seebun Yan. Begitu hebat dan tersohornya pemuda itu memainkan ilmu pedang aliran Bu-tong-pay, pada akhirnya hampir setiap orang pasti akan mengacungkan jempolnya bila menyinggung tentang kehebatannya. Semua orang memujinya sebagai Bu-tcng-it-kiam Pendekar pedang dari Bu-tong. Pada saat bersamaan ketika Keng Giok-keng termashur di wilayah luar perbatasan, di wilayah seputar Soatsay, Kamsiok, Cenghay dan barat laut wilayah Hui muncul pula seorang jago pedang muda yang lebih misterius jejaknya ketimbang Keng Giok-keng, jarang sekali ada orang yang pernah melihat wajah aslinya. Tapi menurut saksi mata, dia adalah Tonghong Liang. Sementara partai Bu-tong sendiri, di bawah pimpinan Bouw It-yu yang hebat dan luar biasa, makin hari makin bertambah jaya. Mereka bertiga sama-sama melakukan pekerjaan yang berbeda, namun ada satu hal yang sama diantara ketiga orang itu, ilmu silat mereka hampir semuanya mengandung unsur ilmu pedang Bu-tonghttp://cerita-silat.co.cc/

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pay. Tidak heran kalau dikemudian hari, banyak orang menyebut mereka bertiga sebagai Bu-tong sam-kiam-khek, Tiga jago pedang dari Bu-tong. TAMAT Bandung, 30 January 2009 Salam Hormat (See Yan Tjin Djin)

http://cerita-silat.co.cc/

Anda mungkin juga menyukai