Anda di halaman 1dari 1348

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.

com/

Oleh : Wang Yu

Jilid 01

-- 1 --

Itulah malam menyeramkan.........


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Awan gelap menutupi bulan sisir. Kilat berkeredepan, diselingi


oleh bunyinya guntur seolah-olah malam itu bakal turun hujan
besar.

Dalam suasana yang seram itu, ada terdengar percakapan ini :

"In-ji, malam ini cuaca jelek. Kita tak usah latihan ilmu silat."

"Terserah pada Liok Sinshe. Juga bukankah sinshe lagi sakit


?"

"Sungguh terang otakmu, In-ji. Kau bakat menjadi seorang


pandai yang selain mengerti ilmu surat juga silat sekaligus !
Ha ha ha......."

"Terima kasih. Semua ini atas didikan Liok sinshe."

Percakapan ini keluar dari sebuah rumah tua yang mencil


sendirian di atas jurang Tong-hong gay, sebelah barat gunung
Hengsan di propinsi Ouwlam.

Dalam rumah itu yang diterangi dengan dua batang lilin, cukup
terang, tampak duduk menghadapi meja seorang anak kira-
kira umur 12 tahun tengah menulis. Tidak jauh dari padanya,
diatas sebuah kursi malas, ada rebah seorang laki-laki dari
usia pertengahan. Kepalanya diikat setangan dan pada kedua
belah pilingannya ada ditempel koyo.

Orang sakit itu yang dipanggil Liok Sinshe, tabib Liok, tiba-tiba
bangun dari rebahannya, jalan menghampiri si anak kecil,
duduk di bangku di depannya.

Anak kecil itu hentikan tulisannya, bangkit dari duduknya,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendekati Liok sinshe.

"Sinshe lagi sakit, sebaiknya Sinshe rebahan saja." kata si


anak dengan roman aleman.

Liok Sinshe ketawa. Ia pegang kedua tangan si bocah, lalu


ditarik dan dipeluk dengan rupa yang sangat menyayang.

"In-ji..." bisiknya di telinga si anak.

"Ya, Sinshe," jawabnya pelan.

Hening sejenak........

Lama ditunggu, belum juga Liok Sinshe menyambung kata-


katanya. Lo In, si anak kecil menjadi heran. Lebih terperanjat
pula di kala ia merasakan pipinya hangat. Itulah air, ketika ia
meraba pipinya.

Dengan pelan ia melepaskan diri dari peluknya Liok sinshe.


Hatinya dirasakan mencelos ketika ia mengawasi Liok Sinshe
bercucuran air mata. Tapi air mukanya tetap bersenyum halus.
Senyuman penuh kesayangan, yang biasa Lo In hadapi
sehari-hari selama ia berkumpul denganLiok Sinshe.

"Liok Sinshe, kau kenapa ?" tanyanya cepat.

"Anak In (In-ji)...." kaat Liok sinshe, tidak lampias suaranya,


"Sebenarnya, malam ini ingin aku menuturkan suatu
kisah......."

Baru sampai di perkataan 'kisah', tiba-tiba saja Liok Sinshe


meniup padam api lilin hingga dalam ruangan itu menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gelap gulita.

Segera terdengar menyambarnya beberapa senjata rahasia,


disusul oleh suara ketawa : "Ha ha ha, Liok sinshe mau
menutur kisah si bangsat Kwee Cu Gie ! Keluar ! Mari keluar
Liok sinshe, kita bikin perhitungan hutang jiwa dua belas tahun
yang lampau. Ha ha ha, Kwee Cu Gie...... !"

Liok Sinshe dan Lo In saat itu sembunyi di bawah meja hingga


terhindar dari serentetan serangan senjata rahasia musuh
yang dilepas dari jendela. Dalam keadaan biasa, musuh tidak
mudah menyatroni rumahnya, membokong dengan senjata
rahasia. Malam itu rupanya Liok sinshe dipengaruhi oleh
cuaca buruk, membikin kupingnya yang biasanya tajam
menjadi puntul.

"In-ji," bisik Liok sinshe, "Yang datang itu Siauwsan Ngo-ok.


Mereka punya piauw yang direndam racun yang dinamai 'Ngo-
tok piauw', sangat berbahaya. Juga mereka sangat kejam dan
telengas, maka itu, kalau sebentar aku keluar, harap kau lari
selamatkan diri !"

Si bocah tidak menjawab. Hanya ia pegangi kencang


lengannya Liok sinshe seperti juga ia tidak ijinkan sinshe itu
keluar.

"Liok sinshe, lekas keluar. Apa kau takut ? Hmmm... malam ini
kau harus bayar jiwanya Ngo-te. Kau sembunyi........"

Tiba-tiba dari dalam rumah melesat satu tubuh keluar. Dalam


sekejapan sudah berdiri berhadapan dengan si penantang
yang tidak melanjutkan kata-katanya sampai di perkataan
"sembunyikan......", saking kaget nampak kegesitannya orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu.

"Aku sudah ada disini, buat apa kau begini bawel ?" kata Liok
sinshe jenaka.

"Bagus, kau harus bayar jiwanya Ngo-te kami !" kata si


penantang.

"Kau ini aneh," sahut Liok sinshe. "Memangnya kau sudah


linglung ?"

Orang itu melengak dikatakan linglung.

Liok Sinshe ketawa geli dalam hatinya, nampak orang itu


melengak heran.

"Sam-ok Cui Seng," menyambung Liok Sinshe, "aku hanya


hutang satu jiwa. Kau masih ngerembengi minta ganti. Sedang
kalian huta pada mereka yang anggauta keluarganya dibunuh,
entah berapa puluh, tidak mau ambil pusing. Apa ini bukannya
linglung perhitunganmu ? Ha ha ha........"

Si Jahat ketiga, Cui Seng mendelu hatinya mendengar kata-


kata Liok Sinshe, tajam menyindir atas kelakuan mereka yang
jahat.

"Sam-to, kekas beresi saja !" teriak Toa-ok Cui Peng (si Jahat
no. 1).

"Jangan kasih calon bangkai itu banyak omong !" sambung Ji-
ok Cui Kin (si jahat ke-2).

Liok Sinshe awas matanya, ia perhatikan sekitarnya. Nyata


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

selain empat musuhnya yang sudah mengurung, ia dapat lihat


masih ada beberapa orang lagi yang berdiri sedikit jauh dari
mereka.

Kalau tadi ia bersenyum-senyum saja menghadapi empat


lawannya, kini setelah dapat tahu musuhnya ada bawa bala
bantuan, tampak ia kerutkan keningnya.

"Pantas kalian berani datang, kalau kalian bawa bala bantuan"


kata Liok Sinshe jenaka.

Ia sama sekali tidak gentar kelihatannya.

"Hm !" Toa-ok Cui Peng mendengus. "Kau takut ? Aku bisa
kasih kelonggaran padamu. Nah, kau berlutut sekarang,
mengangguk sepuluh kali dihadapan kami kemudian
membunuh diri sendiri. Dengan demikian, kau dapat
selamatkan kematianmu dengan tubuh utuh.........:

"Kentut busuk !" memotong Liok Sinshe. "Dengan turutnya dua


ekor imam busuk dan sebuah kepala gundul bau dalam
keramaian malam ini, apa kalian kira aku tinggal lari ? Kalian
salah hitung, Siauwsan Ngo-ok !"

Suaranya Liok Sinshe dibikin nyaring ketika menyebutkan 'dua


ekor imam busuk' dan 'sebuah kepala gundul', hingga orang-
orang yang bersangkutan mendelik matanya saking menahan
amarahnya.

Memang, malam itu kedatangan Siauwsan Ngo-ok (Lima


orang jahat dari gunung Siauw san) dikawal oleh Tiat Cie
Hweshio Hong Hui (si Hweshio Jari besi) dan Tui-Beng Kiam
Siong Leng Tojin (si pedang Pengejar Jiwa) bersama adik
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seperguruannya, Jin Leng Tojin yang bergelar Pek-houw-kiam


atau si Pedang Macan Putih.

Ketiga orang suci ini, ada jago-jago kelas satu dalam rimba
persilatan. Cuma sayang sekali, mereka melakukan
perbuatan-perbuatan yang nyeleweng dari tujuan agama
hingga menimbulkan kemarahan diantara jago-jago pembela
keadilan. Diantaranya mereka bentrok dengan Liok Sinshe
dimana telah terjadi pertarungan hebat. Kesudahannya
mereka dapat dipecundangai. Sejak mana mereka menaruh
dendaman hati, mereka meningkatkan kepandaiannya untuk
mencari balas pada lawannya.

Kawanan orang-orang jahat dari Siauwsan habis sabar


mendengar kata-katanya Liok Sinshe. Mereka anggap orang
terlalu menganggap enteng.

Lekas juga Toa-ok Cui Peng hunus goloknya dan mulai buka
penyerangan.

Tadinya Liok Sinshe hendak melayani si Empat Jahat dengan


tangan kosong, tapi melihat ada backingnya, tiga jago kelas
berat, maka ia rubah niatnya semula.

Maka begitu Toa-ok membabat goloknya mengarah leher, ia


mendak berkelit. Ia tidak balas menyerang, sebaliknya ia
lompat menerjang pada Su-ok (si Jahat ke-4) yang baru saja
akan menghunus pedangnya.

Gerakan Liok Sinshe gagal untuk merampas pedang Su-ok


Cui Tie.

Sebab barusan saja ulur tangannya, tiba-tiba goloknya Cui


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seng menyelak, membacok untuk tolong saudaranya.

Su-ok Cui Tie yang mencekal pedang dengan tangan kiri


karena lengan kanannya kutung tempo hari ditabas
pedangnya Liok Sinshe menjadi sangat gusar. Musuhnya mau
merampas senjatanya.

Sambil putar pedang, ia menyerang hebat membantu saudara-


saudaranya yang mengepung Liok Sinshe. Ia sangat gemas
pada musuhnya yang sudah membuat dirinya cacad. Nekad ia
untuk menuntut balas.

Dengan jurusnya 'Tong-cu-ci-louw' -- 'Bocah menunjukkan


jalan', pedangnya menyambar ke arah tenggorokan orang.
Hebat serangan ini karena dilakukan dengan cepat. Tapi Liok
Sinshe ada lebih cepat pula, ia berkelit sambil memutar tubuh
untuk terus lompat tinggi menghindarkan serangan Toa-ok Cui
Peng yang menggunakan tipu 'Hui-hong-sauw-yap'--'Angin
puyuh menyapu dedaunan'. Goloknya yang tajam dua muka,
membabat kaki Liok Sinshe dari kiri ke kanan.

Sungguh mengerikan. Kalau saja Liok Sinshe tidak sangat


gesit, kakinya akan tertabas kuntung tanpa ampun lagi.

Belum kakinya Liok Sinshe menginjak tanah, sudah datang


serangan golok Sam-ok Cui Seng yang mengarah kaki lagi. Si
jahat ketiga itu pikir kali ini ia tidak bakal luput goloknya
membacok kai musuh sebab Liok Sinshe masih belum
menginjakkan kakinya ditanah. Cara bagaimana ia dapat
berkelit ?

Tapi perhitungan Cui Seng meleset. Tampak tubuhnya Liok


Sinshe berputar, berkelit tanpa menginjak tanah hingga ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lolos dari bahaya.

Suatu gerakan yang indah sekali yang dinamani 'Yan-cu-teng-


kong' atau 'Burung walet mumbul di udara' yang membuat
empat lawannya menjadi melongo saking heran. Pikirnya,
musuh begini liehai, apa mereka nanti berhasil menuntut balas
untuk menuntut kematian saudaranya yang kelima ? Hanya
sejenak mereka bersangsi, sebab mereka segera mengurung
lagi.

Liok Sinshe yang perhatikan gerak gerik orang, dapat tahu


lawan-lawannya agak jeri untuk melangsungkan pertandingan.
Inilah suatu keuntungan bagi lawan yang sudah unggul. Ia
tertawa gelak-gelak, lalu berkata : "Kalian percuma
mengepung aku. Hayo undang itu si kepala gundul bau dan
dua imam busuk, bantu kalian mengerubuti aku !"

"Sungguh temberang !" terdengar suaranya Tui-beng-kiam


Siong Leng Tojin. "Undangan sudah datang, tidak baik kalau
ditempuh. Mari, mari kita maju !"

Ajakan itu disusul dengan majunya ia dalam kalangan


pertempuran, diikuti oleh Pek-houw-kiam Jin Leng Tojin.

"Ha ha ha ! Kwee Cu Gie, saat mampusmu sudah diambang


pintu. Masih bersikap jumawa ? Ha ha ha h...!" teriak si
Hweshio (pendeta) Jari Besi Hong Hui sambil jalan mengikuti
di belakang dua imam kawannya.

Di lain saat, tampak Liok Sinshe sudah dikepung oleh tujuh


musuhnya.

"Liok Sinshe," kata Siong Leng Tojin, suaranya mengejeki,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau mau tinggalkan pesan apa, sebelum berangkat mati ?"

Liok Sinshe tidak menjawab, ia hanya kerutkan keningnya.

Otaknya bekerja, pikirnya, menghadapi Siauw San Ngo-ok,


meskipun dengan tangan kosong tidak menjadi soal baginya.
Tapi sekarang ia harus menggempur tujuh musuh, tiga
diantaranya ada jago-jago keals berat. Tanpa senjata
bagaimana ia dapat melayani mereka ?

Diantara empat pengepungnya tadi, Ji-ok Cui Kin kelihatan


agak jeri terhadapnya. Sedang senjata pedangnya itulah yang
paling tajam diantara senjata-senjata saudaranya. Mungkinkah
karena kakinya tinggal sebelah, sebab dahulu dikutungi
olehnya hingga ia tidak dapat leluasa bergerak ?

Bagaimanapun, pikir Liok Sinshe, ia harus waspada terhadap


Ji-ok yang cara melepas piauw beracunnya paling pandai
diantara saudara-saudaranya yang lain. Matanya melirik pada
Ji-ok yang berdiri di samping kirinya Toa-ok.

"Bagaimana ?" tegur Siong Leng Tojin, sikapnya jumawa.

"Memang aku mau tinggalkan pesanan," sahut Liok Sinshe.

"Nah, lekas bicara !" girang Siong Leng Tojin.

"Sebentar, kalau tanganmu putus, harap kau jadi orang baik


selanjutnya......" Liok Sinshe berkata seraya tersenyum.

"Sret !" tiba-tiba Siong Leng Tojin menghunus pedangnya.

"Kurang ajar, kau berani main gila ? Rasakan pedangku ini ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

teriak Siong Leng Tojin, hatinya panas. Ingin sekali ia tabas


tubuhnya Liok Sinshe kutung dua.

"Eh, nanti dahulu !" kata Liok Sinshe, sambil berkelit dari
tikaman pedang Siong Leng Tojin, "Aku masih belum bicara
habis."

"Manusia hina, tak usah kau banyak pernik !" teriak Siong
Leng Tojin penuh kemurkaan. Serangannya pun dilakukan
saling susul tidak memberikan ketika kepada lawannya yang
melayani ia dengan tangan kosong.

Liok Sinshe berlaku tenang, meskipun kelihatannya ia repot


menghindari serangan lawan yang bertubi-tubi.

Dengan mengandalkan kegesitannya, Liok Sinshe melayani


Siong Leng Tojin.

Dalam tempo singkat saja, pertempuran sudah berjalan tiga


puluh jurus tetapi Siong Leng Tojin masih belum bisa berbuat
apa-apa atas lawannya yang bertangan kosong. Diam-diam ia
kagumi ilmu entengi tubuh musuh yang sampai sebegitu jauh
ia belum dapat menyentuh walaupun hanya bajunya saja.

Kenapa yang lain-lain berdiri diam saja, tidak datang


mengeroyok ?

Itu ada sebabnya. Siong Leng Tojin orangnya sangat


temberang, memandang rendah siapa juga. Ia anggap dirinya
adalah jago pedang nomor wahid di dunia.

Apalagi sekrang ilmu pedangnya sudah meningkat, sejak pada


dua belas tahun yang lalu dipecundangi Liok Sinshe. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

anggap sekarang Liok Sinshe sudah bukan tandingannya lagi.


Maka ketika Siauw-san Ngo-ok minta bantuannya, ia majukan
satu syarat ialah kalau ia bertempur dengan Liok Sinshe, yang
lainnya berdiri menonton saja dahulu sampai ia kasih kode
"turun tangan", barulah dilakukan pengeroyokan.

Imam sombong ini ingin menjatuhkan Liok Sinshe dengan


kepandaiannya sendiri.

Kalau tadi ia mendesak lawannya, selewatnya tiga puluh jurus,


pelan-pelan ia berbalik kedesak hingga si Pedang Pengejar
Jiwa jadi kelabakan.

Melihat si iman sudah kedesak, kawan-kawannya ingin lantas


turun tangan. Tapi masih juga belum dapat tanda dari Siong
Leng Tojin. Sampai kemudian terdengar suara 'prang !',
pedangnya si imam jatuh ke tanah, sedang Liok Sinshe lompat
mundur jumpalitan dengan gerakan 'Kera tua jatuh dari pohon'.

"Maaf Tui-beng-kiam !" kata Liok Sinshe seraya kedua


tangannya diangkat menyoja kepada Siong Leng Tojin yang
saat itu berdiri bagaikan patung. Tak dapat ia berkata-kata,
hanya matanya saja melotot mengawasi musuhnya.

Semua orang tercengang dengan kesudahan pertempuran itu.

Meskipun sudah terdesak, tidak semudah itu Siong Leng Tojin


dijatuhkan lawannya. Ini karena salahnya sendiri. Adatnya
yang berangasan tak dapat mengendalikan kemarahannya,
ingin cepat-cepat ia menjatuhkan lawannya.

Ia menggunakan jurusnya yang paling baharu, 'Ouw in hoan


hui' --'Awan hitam bergulung-gulung', pedangnya dibulang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

baling cepat ke arah muka lawan untuk membuat mata orang


kabur penglihatannya, kemudian menusuk laksana kilat ke
arah tenggorokan.

Sudah berapa banyak ia bikin terjungkal lawannya dengan


ilmu pedangnya ini. Tapi menghadapi Liok Sinshe ia mesti
bayar mahal. Liok Sinshe ada terlalu gesit, hebat ilmu entengi
tubuhnya, penglihatannya tidak jadi kabur oleh bulang baling
pedangnya. Maka ketika pedang menikam ke arah
tenggorokannya, dengan sebat Liok Sinshe berkelit sambil
lompat nyamping ke kiri, akan dari mana sebelum Tui-beng-
kiam sempat menarik pulang pedangnya yang mendapat
sasaran kosong, dua jari tangan kiri Liok Sinshe dengan
totokan 'hong-bun-hiat', menotok jalan darah di bagian pundak
lawan hingga si imam gemetaran tangannya dan dengan
sendirinya, pedangnya juga jatuh ke tanah.

Dengan angkat kedua tangan, Liok Sinshe bersoja pada Siong


Leng Tojin, sebenarnya Liok Sinshe ingin mengadakan
perdamaian, pemusuhan sebaiknya disudahi saja, jangan
ditarik panjang berlarut-larut tidak habisnya. Pikirnya, jagonya
yang paling lihay sudah ia jatuhkan yang lainnya pasti akan
menurut dan hentikan nafsunya untuk menuntut balas.

Tapi sebelum ia membuka suara lebih jauh, tiba-tiba ia


rasakan ada angin menyambar dari belakang. Cepat ia buang
diri ke kanan, sambil bergulingan ia menyelamatkan diri dari
serangan piauw beracun Ji-ok Cui Kin yang datang saling
susul, dibarengi oleh teriakan Pek-houw-kiam Jin Leng Tojin,
"Turun tangan ! Semua maju, habiskan jiwa keparat itu !"

Mereka ramai-ramai memburu Liok Sinshe yang bergulingan.


Dengan beberapa lompatan enteng, mereka sudah datang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dekat dan hujani tubuh lawan alot itu dengan bacokan,


tusukan dan kemplangan.

Sementara itu........

Awan gelap dari setadian, kini semakin gelap dan..... turunlah


hujan besar.

Orang-orang jahat itu tidak hiraukan lebatnya turun hujan,


mereka bernapsu besar untuk menghabiskan jiwa musuhnya.
Apalagi, musuhnya itu kini sudah mandi darah, lengan kirinya
sudah kena kebacok, mereka jadi beringas !

Ia kumpul tenaganya, kemudian melejit bangun. Dengan


gerakan 'Elang lapar menyambar kelinci', ia menerjang pada
Ji-ok Cui Kin yang berada paling dekat padanya. Cepat Ji-ok
Cui Kin menyambut dengan pedangnya. Tapi ia kalah cepat
sebab Liok Sinshe punya dua jari dari tangan tangan kiri sudah
menotok dengan totokan 'thian-ki-hiat', jalan darah di iga
kanannya, sedang pedangnya pun lantas pindah tangan Liok
Sinshe.

Bagaikan harimau tumbuh sayap, Liok Sinshe sudah


menyerang musuh-musuhnya tanpa ampun lagi. Ia naik pitam
melihat kekejaman dan ketelengasan kawanan jahat itu ketika
menghujani ia dengan berbagai senjata.

Pedangnya berkelebatan di antara sinar kilat dan lebatnya


hujan.

Segera juga terdengar jeritan saling susul, Ji-ok Cui Kin


lehernya kesabat pedang, hampir putus, Sam-ok Cui Seng
rebah dengan kaki kanannya kutung, Pek-houw-kiam Jin Leng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tojin terkulai, mendeprok di tanah, pundak kanannya


berlumuran darah.

Hanya ketinggalan tiga musuhnya, Tiat Cie Hweshio, Toa-ok


Cui Peng dan Su-ok Cui Tie. Mereka ciut nyalinya, nampak
kawan-kawannya rubuh saling susul sedang Tui-beng-kiam
Siong Leng Tojin masih dalam keadaan tertotok, tak bisa
diharapkan bantuannya. Hampir berbareng muncul dalam
pikiran mereka, "Lari, paling selamat !"

Demikian, mereka bertempur sambil melihat kesempatan.

Dalam keadaan murka hingga kecerdasannya meningkat, Liok


Sinshe sebenarnya tidak sukar untuk menjatuhkan tiga
musuhnya. Sayang, dari lukanya di lengan kiri, muka dan
punggung banyak mengeluarkan darah membuat ia letih dan
tenaganya menurun banyak, kegesitannya pun dengan
sendirinya agak kurang.

Untung musuh-musuhnya tidak perhatikan itu. Mereka hanya


memikirkan 'jalan lari' saja hingga perlawanan mereka juga
tidak sepenuh tenaga.

Meskipun sudah lelah, Liok Sinshe ingin takluki tiga musuhnya


itu.

Demikian, ketika goloknya Toa-ok Cui Peng membacok, ia


tidak menangkis, hanya elakan pundaknya yang diarah.
Berbareng dengan itu, pedangnya meluncur ke muka lawan
dengan gerakan 'Giok li tek hoa' -- 'Bidadari petik kembang'.
Satu jurus yang lihay sekali sebab sebelum Toa-ok Cui Peng
dapat selamatkan mukanya, hidungnya copot kena disentak
ujung pedang. Ia berkaok-kaok sambil tangan kirinya menekap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hidungnya yang gerumpung lumuran darah.

Si hweshio Jari Besi merasa tidak ungkulan layani musuhnya


yang lihai. Ia coba angkat kaki, tapi ia juga tidak luput dikasih
persen tanda mata, kupingnya yang kiri di papas pedangnya
Lok Sinshe.

Su-ok Cui Tie dari pada ia turut lari, malah jadi lemas kakinya
dan jatuh duduk. Matanya meram, mulutnya kemak-kemik
seperti yang memohon Malaikat Elmaut tidak mencabut
jiwanya.

Sesaat kemudian ia raba lehernya, masih utuh. Ia heran, lalu


membuka matanya. Kiranya Liok Sinshe sudah tidak ada
disitu, ia sedang menguber si Hweshio Jari Besi yang lari ke
tepi jurang.

Tiat Ci Hweshio berlarian di tepi jurang dikejar dari belakang


oleh Liok Sinshe. Keduanya menggunakan lari cepat (enteng
tubuh). Hujan sementara itu masih turun dengan lebatnya.

"Kepala gundul bau, apa kau bisa naik ke la..... Ayo !"

Tiba-tiba saja Liok Sinshe berteriak, tubuhnya menyusul rubuh


dan......... tergelincir masuk ke dalam jurang yang curam.

Tiat Cie Hweshio heran, lalu hentikan larinya, balik


menghampiri tempat dimana Liok Sinshe berteriak dan jatuh
ke dalam jurang. Ia lihat jurang ada demikian dalam, diukur
dari sudut ketika ia dengan kawan-kawannya mendaki Tong-
hong-gay, ia yakin Liok Sinshe pasti menemui ajalnya.

Girang bukan main hatinya si Hweshio Jari Besi.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahaha !! Hahaha !" ia tertawa gelak-gelak sendirian seperti


orang gila.

"Hai, kepala gundul ! Kau jangan girang dahulu.....!" tiba-tiba


suara orang menyelusup ke dalam kupingnya.

Mungkinkah itu ada setannya Liok Sinshe ? Tiba-tiba


bayangan berkelebat, keluar dari balik pohon.

Tiat Cie Hweshio makin ketakutan, tubuhnya menggigil seperti


yang diserang penyakit malaria.

Hujan mulai berhenti, cuaca agak terang tapi suasana tetap


sunyi menyeramkan dalam daerah pegunungan itu.

Si kepala gundul makin menggigil, kapan pundaknya berasa


ada yang tepuk dari belakang, ketakutannya meningkat dan si
Hweshio Jari Besi bisa jatuh semaput kalau ia tidak
mendengar suara ketawa terkekeh-kekeh, seraya berkata :
"Hweshio pecundang, kau ketakutan ?"

"Ah, Kim Popo, kau bikin aku kaget setengah mati. Hahaha !"
tertawa si kepala gundul sambil putar tubuhnya, menghadapi
orang yang jail tadi.

"Apa kalian lupa dengan pesanku ?" tanya Kim Popo.

Sejenak Tiat-ci Hweshio mengingat-ingat, "Ah, benar-benar


aku harus mati. Aku lupa benar akan pesan Kim Popo",
katanya sambil tepuk-tepuk pahanya.

"Coba kalau kalian tidak mengabaikan pesanku, siang-siang si


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keparat itu sudah menjadi makanannya kawanan ular dibawah


jurang. Hihihi......." Kim Popo temberang.

Adalah ketika mendamaikan pengeroyokan atas dirinya Liok


Sinshe, Kim Popo diminta bantuannya juga. Ia bersedia
membantu, tapi tidak mau terang-terangan menggempur Liok
Sinshe, hanya dengan cara gelap ia akan menghajar musuh.

Kim Popo memang ada satu nenek jagoan. Selain ilmu


silatnya tinggi, orang takuti senjata rahasia beracunnya yang
dinamai "touw-kut-tok-ciam' atau jarum berbisa menembus
tulang' yang jarang gagal mengambil korban diwaktu ia
menggunakannya. Jarum itu disimpan dalam satu bungbung
mungil, ada alat rahasianya yang membikin jarum melesat.
Keluarnya tidak satu-satu, tapi lima batang sekaligus,
mengarah bagian tubuh si korban, atas, tengah, bawah, kiri
dan kanan, hingga korbannya sukar meloloskan diri.

Asal usulnya Kim Popo tidak seorang yang tahu, sekalipun


siauw San Ngo-ok yang menjadi anak-anak angkatnya.
Tentang cara bagaimana si Lima Jahat bisa jadi anak-anak
angkatnya Kim Popo, akan dituturkan di sebelah belakang
cerita ini.

Kelupaan akan pesan Kim Popo sebenarnya si Hweshio Jari


Besi ngebohong.

Tui-beng-kiam Siong Leng Tojin, sewaktu mereka mendaki


jurang Tong-hong-gay mengajari kawan-kawannya jangan
meladeni pesan Kim Popo memancing Liok Sinshe ke tempat
sembunyinya si nenek yang hendak membokong.

Katanya itu tidak perlu, malah akan merendahkan derajat


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mereka yang sudah ada nama dalam kalangan kang-ouw.


Dengan mereka bertujuh, sudah cukup untuk membinasakan
Liok SInshe, malah dianggap kelebihan oleh imam itu, kapan
ia ingat dirinya sendiri punya kepandaian sudah meningkat
banyak. Tidak tahunya mereka dibikin kucar kacir dan Liok
Sinshe binasa ditangannya si nenek tua yang membokong
dengan jarum jahatnya.

Liok Sinshe lihai, tidak mudah ia kena dibokong orang. Kalau


saja saat itu turunnya hujan tidak mengganggu
pendengarannya yang tajam.

Tiat Ci Hweshio ajak Kim Popo untuk melihat kawan-


kawannya. Sesampainya di tempat pertempuran tadi, tampak
Siong Leng Tojin dan Su-ok Cui Tie tengah repot menolongi
kawan-kawannya yang luka. Si imam mukanya merah, bahkan
malu ketika menyambut kedatangannya Kim Popo.

"Maafkan, aku sudah berlaku ceroboh, melupakan pesan


Popo." Siong Leng Tojin sembari angkat tangannya memberi
hormat.

"Kalau tidak, tidak sampai kejadian begini," ia menyambung,


matanya mengawasi kepada korban-korban yang pada rebah
sambil keluarkan rintihannya, menahan rasa sakit.

Tui-beng-kiam Siong Leng Tojin belum lama ia dapat


membebaskan dirinya dari totokan Liok Sinshe, setelah
berkali-kali ia memeras tenaga dalamnya.

"Tidak apa, ini barangkali sudah takdir." sahut Kim Popo acuh
tak acuh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tui-beng-kiam dalam hatinya mendongkol melihat sikap


sombong si nenek tua.

Tiba-tiba Su-ok Cui Tie menghampiri Kim Popo, di depan


siapa ia tekuk lututnya berkata :

"Popo, sakit hati ini laksana dalamnya lautan, kalau Popo tidak
tolong balaskan, bagaimana kami......."

"Anak tolol !" potong Kim Popo. "Apa yang dibalas ? Musuhmu
sudah mampus masuk ke jurang, sekarang barangkali
tubuhnya tengah dikerubuti oleh ular-ular penghuni disitu.
Hihihi !"

Kaget Su-ok Cui Tie mendengar kabar itu sampai ia lompat


bangun dari berlututnya.

"Apa ini benar ?" ia cepat menanya.

Siong Leng Tojin pun turut kaget, tidak terkecuali Toa-ok Cui
Peng dan Jin Leng Tojin yang sedang merintih-rintih.

"Kalau tidak percaya, kau tanya saja si kepala gundul !" jawab
Kim Popo, sikapnya bangga sambil menunjuk kepada si
Hweshio Jari Besi.

Mereka lalu minta keterangan kepada si Hweshio, lalu ia


menuturkan ketika ia diuber-uber Liok Sinshe hampir
kecandak, tiba-tiba ia dengar musuh berteriak dan tubuhnya
roboh tergelincir ke jurang, akibat bokongan Kim Popo dengan
senjata rahasianya yang lihai.

Semua jadi kegirangan, Siong Leng Tojin sambil bersenyum


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkata, "Dengan mampusnya si keparat itu, kerugian kita


sekarang ini sudah dibayar lunas. Hahaha !"

Disamping kegirangan dan rasa puas dari kawanan penjahat


itu, ada yang menceles hatinya dan mengucurkan air mata
mendengar berita kematiannya Liok Sinshe. Siapa gerangan
orang itu ?

Itulah si bocah Lo In yang saat itu mencuri dengar dibelakang


sebuah batu besar, dimana ia mengumpat, menonton
pertandingan yang menegangkan hatinya, Liok Sinshe
dikeroyok orang banyak.

Menggunakan kesempatan orang tidak memperhatikan


dirinya, karena perhatian kawanan penjahat itu tengah
dipusatkan pada Liok Sinshe, diam-diam Lo In sudah
menyelinap di balik batu besar dimana dengan aman ia
sembunyi.

Dengan begitu, Lo In sudah tidak menurut nasehatnya Liok


Sinshe supaya ia lari untuk menyelamatkan dirinya.

Anak ini besar nyalinya. Ia sebenarnya ingin membantu Liok


Sinshe, melihat orang dikeroyok. Tapi mengingat
kepandaiannya masih rendah, terpaksa ia harus menahan
napsu amarahnya.

Lo In sudah kegirangan melihat Liok Sinshe menjatuhkan


musuh-musuhnya satu per satu. Hampir ia melompat keluar
dari tempat persembunyiannya, kalau ia tidak ingat akan
pesanan Liok Sinshe supaya ia kabur untuk menyelamatkan
diri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tidak melihat dengan mata sendiri bagaimana Liok


SInshe dirobohkan musuhnya dan tergelincir masuk ke dalam
jurang sebab letak tempat kejadian itu ada jauh dari ia dan
juga teraling oleh pohon-pohon.

Meskipun ia menangis, ia masih sangsikan kebinasaannya


Liok Sinshe.

"Ah, dia lihai. Tidak mungkin dia binasa cuma tergelincir saja
ke dalam jurang." pikir si bocah yang percaya akan
kepandaian Liok SInshe.

Sama dengan pikiran Lo In, terdengar Siong Leng Tojin


menanya, "Popo, dia sangat lihai, mungkinkah dia
menemukan ajalnya ?'

"Hehehe !" Kim Popo ketawa. "Dia boleh lihai tapi racun jarum
mautku, dalam tempo satu jam akan antar dia menghadap
Giam-lo-ong !" Giam-lo-ong dimaksudkan adalah raja akherat.

Kata-kata Kim Popo membuat Lo In kembali sedih. Air


matanya yang barusan sudah berhenti, kembali mengucur.
Suatu kedukaan yang belum pernah ia alami.

Liok Sinshe ada terlalu baik, ramah, sangat memperhatikan


sekali paanya. Sejak ia mengetahui dirinya tak berayah ibu, ia
pandang Liok Sinshe adalah pelindungnya, sebagai gantinya
orang tua.

Sementara itu angin pegunungan meniup agak keras.

Baru sekarang Lo In sadar, bahwa pakaiannya basah kuyup.


Ia merasa kedinginan, tapi ia tidak menggubrisnya. Ia ingin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyaksikan lebih jauh tindak tanduknya kawanan jahat itu.

Untuk memberikan pertolongan lebih jauh, korban-korbah


pedangnya Liok Sinshe diangkut masuk ke dalam rumah. Su-
ok Cui Tie segera pasang lilin penerangan.

Dalam pemeriksaan, Ji-ok Cui Kin sudah mati dengan leher


hampir putus. Entah dengan Sam-ok Cui Seng yang
keadaannya tidak sadarkan diri akibat terlalu banyak
mengeluarkan darah dari kaki kanannya yang tertebas
buntung. Pek-houw-kiam Jin Leng Tojin masih merintih,
sambungan tulang pundaknya yang kanan putus hingga
selanjutnya ia tak dapat gunakan lengan kanannya ini.

Toa-ok Cui Peng amat berduka, Siong Leng Tojin kertak gigi,
menampak pemandangan yang mengharukan itu. Sebaliknya,
Kim Popo acuh tak acuh sikapnya. Rupanya ia mendongkol
pada Siong Leng Tojin yang tak mau perhatikan pesannya
sehingga terjadi mala petaka itu.

"Hei, kemana dia ?" berkata Siong Leng Tojin tiba-tiba, agak
kaget romannya.

"Siapa ?" tanya Su-ok Cui TIe.

"Si bocah ! Hayo, lekas cari !" sahut Tui-beng-kiam, seraya ia


sendiri lantas bertindak melakukan penggeledahan.

Sementara orang repot mencari Lo In, adalah Kim Popo


menggeledah orang punya laci, meja, rak, buku-buku, kopor
dan lain-lain.

Kim Popo seperti lagi mencari sesuatu barang.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siong Leng Tojin merasa heran, lalu menanya, "Popo, kau lagi
cari apa ?"

"Urusanku aku urus sendiri, urusanmu kau urus sendiri. Buat


apa banyak tanya !" sahut Kim Popo, suaranya tidak enak
didengar.

Siong Leng Tojin cuma bisa nyengir. Dalam hatinya ia amat


mendongkol, pikirnya, "Nenek gila. Kau terlalu menghina !
Tunggu, ada satu tempo, aku bikin kau tahu rasa kelihayannya
Tui-beng-kiam !"

Ia kemudian keluar untuk hindarkan bentrokan dengan Kim


Popo, pura-pura turut kawan-kawannya mencari Lo In sebab di
dalam rumah anak itu tidak diketemukan.

Kim Popo memang memandang rendah pada siapa juga,


bukan hanya pada Siong Leng Tojin seorang. Adatnya aneh,
cepat amrah, sedang kata-katanya kasar.

Orang yang tidak mengimbangi adatnya, bicara beberapa


patah dengannya, akan lantas merasa dihinakan dan menaruh
dendam hati.

Kim Popo aduk-aduk lagi apa yang sudah diperiksa waktu


Siong Leng Tojin sudah keluar. Rupanya ia penasaran barang
yang dicari belum diketemukan.

"Celaka !" katanya perlahan, alisnya berdiri, marah rupanya.


"Tidak mungkin bangsat itu bawa ke dalam jurang !" ia
meneruskan berkata-kata sendirian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Itulah Kim Popo yang kelihatannya putus asa, tak menemui


barang yang dicari.

Lalu ia jalan keluar, akan dari depan pintu dengan beberapa


kali lompatan saja ia sudah menghilang meninggalkan rumah
Liok Sinshe.

Apa sebenarnya yang dicari oleh Kim Popo ?

Ini, kejadian pada lima tahun yang lampau. Pada hari itu lepas
lohor, cuaca agak mendung. Liok Sinshe jalan terburu-buru,
habis mencari akar-akaran obat di sekitar Siauw-san, kuatir
nanti keburu turun hujan.

Ketika ia lewati pohon cemara yang besar, tiba-tiba ia


merandek. Ia berdiri sejenak sambil pasang kuping. Ia dengar
suara beradunya senjata, seperti ada orang yang tengah
bertempur.

Setelah memperhatikan sekian lama, lalu ia menghampiri tepi


jurang, tidak jauh dari ia berdiri barusan. Ia melongok ke
bawah, tampak sebuah lembah datar dimana ada kelihatan
dua orang sedang bertempur seru.

Dengan menggunakan ilmu entengi tubuhnya, ia lompat ke


bawah mendekati tempat pertempuran untuk menyelidiki siapa
mereka yang bertempur itu. Kiranya mereka itu ada satu
nenek dan satu kakek.

Si nenek menggunakan tongkat sebagai senjatanya, sedang si


kakek bersenjata sebilah pedang panjang. Kenapa mereka
jadi bertempur, itulah ia ingin tahu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi tidak menanti lama, Liok Sinshe lantas mendengar si


kakek buka suara, "Apa kau sudah tidak kenal persaudaraan
?" katanya, seperti yang sudah kewalahan.

"Hm !" mendengus si nenek. "Baru ada persaudaraan kalau


kau serahkan barang itu !"

"Itu toh bukannya hakmu ?" kata lagi si kakek.

"Aku tidak perduli punya siapa, barang itu harus aku punyai !"
teriak si nenek.

"Ah, kau benar-benar telengas !" si kakek mengeluh.

Kelihatannya ia mulai keteter, permainan pedangnya mulai


kalut hingga si nenek dapat kesempatan untuk merangsek
lawannya dengan serangan-serangan tongkatnya yang hebat.

Melihat gelagat jelek, si kakek mecari kesempatan untuk


angkat kaki.

Pada saat si nenek menusuk dengan tongkatnya, si kakek


menyampok, kakinya menjejak tanah akan lompat mundur,
kemudian putar tubuh dan ............ lari.

"Hm ! mau lari ? Lebih sukar lolos dari Kim Popo dari pada
naik ke langit !" si nenek berseru, tangannya merogoh
sakunya, kemudian dari tangan tangan itu melesat senjata
rahasianya, lima jarum beracun menyambar berbareng.

Segera teriakan ngeri terdengar, si kakek roboh ditanah,


pedangnya terlempar jauh, sementara itu Kim Popo sudah
berdiri di depannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

-- 2 --

"Kau mau lari dari tanganku ? Hm !" mengejek Kim Popo.

"Tidak rela aku mati ditanganmu, perempuan jahat !" memaki


si kakek.

"Kau berani maki aku ? Nih, rasai........" sambil angkat


tongkatnya hendak dipukulkan pada batok kepala orang.

"Tring !" tiba-tiba terdengar suara. Tongkat besinya Kim Popo


terdorong nyamping, mengemplang tanah hingga
berhamburan. Selamatlah batok kepala si kakek dengan
kejadian ini, tadinya ia sudah meremkan matanya untuk terima
kematian.

Sebaliknya Kim Popo bukan main marahnya, ia berteriak


seperti orang gila, "Manusia usilan, siapa kau, lekas unjuk diri
di depan Popo !"

"Aku disini, Popo." Kim Popo dengar suara di belakangnya.

Kaget ia, cepat ia putar tubuhnya. Di depannya tampak


seorang laki-laki dengan usia kurang lebih empat puluh tahun.
Mukanya putih, cakap, di atas alis kirinya ada codet sebesar
jari kelingking. Rupanya bekas barang tajam mampir disitu.

"Kau yang barusan main-main ?" tanya Kim Popo gemas.

"Benar," sahut orang itu, sambil soja mulutnya bersenyum.

"Siapa kau ?" tanya lagi Kim Popo, sikapnya galak, tangannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sudah siap dengan tongkat besinya untuk menghajar orang


usilan yang berdiri di depannya.

"Aku yang rendah si orang she Liok," sahutnya tenang.

Kiranya Liok Sinshe yang menolok si kakek dari bahaya pecah


kepalanya.

"Binatang !" teriak Kim Popo kalap. "Terimalah hadiah ini dari
Popo !" Mulutnya berkata, tongkat besinya bekerja.

Ia menyerang lawannya tidak tanggung-tanggung. Dengan


tipu 'Tay-san-ap-teng' -- 'Gunung Agung menimpa kepala', ia
kemplang batok kepala orang dengan tongkat besinya.

Tapi bukan main terkejutnya si nenek. Serangannya gagal,


musuhnya menghilang dari depannya. Ia celigukan mencari,
panas hatinya.

"Aku disini, Popo," suara halus terdengar di belakangnya.

Kaget Kim Popo. Pikirnya, setan barangkali orang ini, yang


bisa menghilang.

Ia penasaran, tongkat besinya sudah banyak makan korban.


Masa sekarang ia mesti jatuh dalam segebrakan saja ? Ia
harus jaga nama, jangan sampai dikalahkan.

Sebenarnya, Kim Popo sudha harus tahu diri. Ia sudah kalah


jauh. Kalau lawan memang kejam, ditepuk jalan darah di
bebokongnya, ia mesti terkulai jatuh duduk.

Dasar Kim Popo bandel, ia masih mau nekad-nekadan.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan jurusnya "In-li-yu-liong' atau 'Naga melayang di awan',


sambil berputar tubuh, tongkatnya menyabat ke belakang
mengarah iga orang. Serangan ini dilakukan dengan cepat,
lincah. Tapi Liok Sinshe lebih cepat dna gesit akan lompat
tinggi, mundur satu tombak.

Melihat kembali sasarannya menghilang bagai setan, Kim


Popo gemas. Ia lompat menyerang lagi, tongkatnya menyodok
ke arah perut. Liok Sinshe berkelit sambil geser kaki
kanannya, tangan kanannya berbareng menepuk tongkat yang
nyelonong lewat.

Tergetar lengannya Kim Popo. Ia rasakan nyeri. Hampir-


hampir terlepas tongkat dari cekalannya, itulah tepukan Liok
Sinshe yang menggunakan tenaga dalamnya.

Cepat Kim Popo empos tenaga dalamnya, untuk


menghilangkan rasa nyeri.

"Hehe, binatang kau, boleh jgua !" kata si nenek, seraya


kerjakan lagi tongkatnya. Kali ini hendak nenamu ke arah
dada. Liok Sinshe bersenyum, ia tidak berkelit, sebaliknya
ketika ujung tongkat hampir sampai sasarannya, tiba-tiba ia
mengebut dengan lengan bajunya yang kanan, dari bawah ke
atas.

Liok Sinshe hanya gunakan tenaganya tiga bagian, tapi sudah


cukup membuat tongkatnya si nenek hampir terlepas lagi dari
cekalannya. Angin kebutan lengan baju dirasakan si nenek
menumbuk dadanya sampai rasanya susah bernapas,
lengannya juga kembali dirasakan nyeri.

Lawan terlalu alot, sudah seharusnya Kim Popo terima kalah.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Namun, dasar si nenek keras kepala. Ia masih mau coba


dengan serangannya yang terakhir. Tampak ia melemparkan
tongkatnya, matanya mendelik seram, rambutnya yang kasar
hampir pada berdiri, rupanya ia sedang mengerahkan lwekang
(tenaga dalam). Kemudian, kedua tangannya yang kurus
macam cakar bebek diangkat, tampak kukunya seperti
memanjang. Benar-benar dalam sikapnya yang menyeramkan
itu, Kim Popo bisa membikin anak kecil yang melihatnya
menjerit nangis dan jatuh pingsan.

Liok Sinshe air mukanya tetap bersenyum-senyum, tapi ia


waspada akan serangan lawan yang hebat dengan
pengerahan tenaga dalam sepenuhnya.

Si kakek yang rebah di tanah empas empis, masih sempat


membuka matanya, kaget bukan main ia melihat si nenek
kerahkan tenaganya untuk melakukan serangan maut. "Awas
!" teriaknya kepada Liok Sinshe.

Berbareng dengan perkataan "Awas !", Kim Popo sudah


menerjang sambil berseru menyeramkan, "Binatang, aku akan
adu jiwa denganmu !"

Dengan gerakan 'Beng-houw-pok-ye' -- "Harimau liar


menerkam kambing', ia lompat menerjang musuhnya. Kedua
tangannya mencengkeram kepada lawan, dadanya Liok
Sinshe pasti remuk oleh karenanya kalau serangan itu
menemui sasarannya.

Si orang she Liok tidak takut. Ia bergerak sedikit, kedua


tangannya diulur untuk menyambuti. Ia gunakan tenaganya
empat bagian yang keras untuk lawan keras. Kim Popo tahu
juga bahaya. Cepat ia tarik pulang kedua tangannya untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mencegah bentrokan. Ia tidak mau tangannya bentrok dengan


tangan musuh yang unggul banyak tenaga dalamnya.

Serangannya berganti, tangan kanannya diputar lalu dua


jarinya, telunjuk dan tengah bagaikan kilat nyelonong hendak
mengorek sepasang mata lawannya.

Namun, Liok Sinshe sekarang tidak mau kasih si nenek


banyak tingkah lagi. Sambil elakkan kepalanya ke kanan,
tangan kirinya bekerja. Jarinya menyentil dua jari si nenek di
bagian jalan darah tiong-ciong dan siang-yang.

Segera terdengar jeritan melengking, mengalun di sekitar


lembah itu. Itulah jeritan Kim Popo yang kesakitan, jari
telunjuknya kena disentil. Ia rasakan sakit sekali menyelusup
ke ulu hati, panas rasanya.

Berbareng dengan melengking jeritannya, kakinya menjejak


tanah, lompat ke belakang, menjauhkan diri dari lawannya,
kemudian berkata, "Binatang, lain kali kita jumpa lagi."

Setelah mengucap demikian, Kim Popo putar tubuhnya.


Dengan beberapa lompatan tubuhnya sudah menghilang dari
pemandangan.

Oleh karena jeri terhadap kelihaiannya Liok Sinshe, maka


ketika Kim Popo diminta bantuannya oleh Siauw-san Ngo-ok
dan kawan-kawannya untuk mengeroyok si orang she Liok, ia
tidak mau menempur orang dengan berterang, hanya bersedia
membantu dengan jarum mautnya, membokong dari tempat
sembunyi. Tidak ia sangka bahwa rencananya itu dibikin
kacau oleh si imam sombong Siong Leng Tojin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kenapa dalam pertempuran satu sama satu tadi dengan Liok


Sinshe si nenek tidak menggunakan jarum mautnya ?
Meskipun keras kepala, Kim Popo punya perhitungan akan
untung rugi. Demikian ia lihat musuh sangat lihai, juga tidak
mencelakakan dirinya, ia sangsi untuk menggunakan senjata
mautnya. Pikirnya kalau ia berhasil, tidak jadi soal. Tapi kalau
gagal, apakah Liok Sinshe tidak jadi naik pitam ? Ia sadar,
kalau mau dengan mudah Liok Sinshe dapat ambil jiwanya
bagaikan orang yang membalik tangannya. Kalau si nenek
tinggalkan perkataan 'lain kali kita jumpa pula', itulah hanya
untuk tolong mukanya dari perasaan malu.

Liok Sinshe melambaikan tangannya dengan senyum dikulum,


ketika Kim Popo ambil 'selamat berpisah', kemudian putar
tubuhnya menghampiri si kakek dalam keadaan dekat mati.
Terkejut Liok Sinshe ketika memeriksa si kakek, dua jarum
beracun sudah menembusi bagian pundak dan bebokongnya.
Pada bagian-bagain itu sudah jadi hitam, menjalar ke bagian
lagin dari tubuhnya, mungkin racun jarum sudah menembusi
tulang.

Ketika Liok Sinshe celentangi si kakek, sesudah periksa


bebokongnya, kepalanya rebah dilengannya. Keadaannya
sudah payah. Matanya meram terus. Liok Sinshe terharu
melihatnya. "Kejam...." Liok Sinshe kata dalam hatinya.

Ingin ia menolongi si kakek, namun apa daya ? Racun jahat


sudah menjadi satu dengan darahnya. Tapi bagaimana pun
juga, ia ingin coba dengan obat pilnya yang mustajab. Taruh
kata si korban tak dapat tertolong jiwanya, ia masih akan dapat
keterangan tentang siapa dirinya si kakek, manakala ia dapat
menyadarkannya dengan pertolongan obatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika tangannya hendak merogoh sakunya, tiba-tiba matanya


si kakek dibuka. Liok Sinshe kegirangan.

"Terima kasih atas pertolonganmu." berkata si kakek,


suaranya lemah.

"Kau siapa, lotiang ?" tanya Liok Sinshe.

"Kau kenal dengan Kwee Cu Gie ?" kakek itu tidak menjawab
pertanyaan Liok Sinshe, ia balik menanya malah.

Liok Sinshe kerutkan keningnya.

"Dia ada satu tayhiap." kata si kakek lagi, tidak menanti


jawabannya Liok Sinshe.

"Dia seharusnya memiliki barang mustika yang kubawa.


Tolong kau kasihkan ini padanya."

Tangan kanannya digerakin, maksudnya hendak merogoh


kantongnya. Tapi sia-sia ia gerakan karena tangan itu sudah
lumpuh.

"Kau siapa, lotiang ?" Liok Sinshe ulangi pertanyaannya.

"Aku....aku... She Kong..... ah....." kepalanya lantas saja


terkulai.

Liok Sinshe terharu menyaksikan kematiannya si kakek she


Kong, air matanya mengembang. Pikirnya, si kakek ini
menyebut nama Kwee Cu Gie, dimana ia kenal Kwee Cu Gie ?
Barang apakah yang hendak dihadiahkan kepada Kwee Cu
Gie ?
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pelan-pelan tangannya Liok Sinshe merogoh kantongnya si


kakek. Ia keluarkan isinya. Tidak ada apa-apa selain perak
hancur dan sebuah buku kecil yang sudah kumal. Kapan ia
baca kalimat di buku itu, tertulis empat huruf yang sudah
banyak luntur. 'Tiam hiat pit koat', terkejut hatinya Liok Sinshe.

"Tiam hiat pit koat......' katanya, tidak tegas. "Dari mana si


kakek dapatkan buku yang sangat berharga itu ?" ia menanya
pada dirinya sendiri.

Liok Sinshe bengong sejenak. Kembali dalam benaknya


muncul pertanyaan, "Ada hubungan apa dia dengan Kwee Cu
Gie ? Begitu sangat dia menghargakan si orang she Kwee,
dengan suka rela ia menghadiahkan buku pelajaran ilmu
menotok jalan darah, suatu buku 'Tiam hiat' yang menjadi
rebutan masa itu dalam Bu-lim (dunia persilatan). Dan apa
hubungannya si nenek dan si kakek, mengingat si kakek
dalam kewalahan bertempur ada mengucapkan kata-kata,
'Apa kau sudah tidak kenal persaudaraan ? Siapa Kim Popo ?

Ia tersadar dalam renungannya, ketika ia meraba si kakek


tubuhnya sudah mulai dingin. Cepat ia masukkan ke sakunya
buku mungil itu, uang perak ancur ia masukkan pula ke dalam
kantongnya si kakek. Setelah mana, dengan menggunakan
pedangnya almarhum ia mulai menggali lubang, ke dalam
mana di lain saat mayatnya si orang she Kong dimasukkan
dan dikubur rapi.

Liok Sinshe gantung pedang si kakek di pinggangnya.


Pikirnya, pelan-pelan ia mau selidiki si kakek dan akan
mengembalikannya. Sebelum angkat kaki, ia soja depan
kuburan si kakek, mulutnya kemak kemik, entah apa yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dikatakannya.

Setelah mana, ia mendengak. Lihat cuaca memburuk dan


segera akan turun hujan kelihatannya. Ia lalu gerakan kakinya
untuk dengan ilmu entengi tubuh 'Pat pou kan siam' atau
'Delapan tindak mengejar tenggeret', ia meninggalkan tempat
itu.

Liok Sinshe tidak tahu kalau gerak geriknya diintip orang.

Itulah Kim Popo yang balik lagi dengan diam-diam. Ia


penasaran untuk dapatkan barang dari tangan si kakek
diganggu orang. Lari belum jauh, ia putar tubuhnya kembali ke
tempat tadi. Cuma ia tidak berani datang dekat. Diatas, dari
jarak beberapa tombak, ia memasang mata atas gerak gerik
Liok Sinshe.

Gusar bukan main si nenek di waktu melihat Liok Sinshe


memegang buku yang bentuknya mungil yang kemudian
dimasukkan ke dalam sakunya. Itulah justru barang yang ia
arah dari si kakek.

Sekarang barang itu sudah berada di tangan orang lihai.


Bagaimana ia dapat mengambilnya pulang ? Dari marah ia
menjadi lesu, hanya melongo mengawasi orang berlalu
dengan ilmu entengi tubuh. Untuk menyusul, menguntit, ilmu
entengi tubuhnya dibawah Liok Sinshe.

Dengan perasaan sakit hati, ia turun ke bawah untuk ambil


pulang tongkatnya kembali. Mulutnya bergerak-gerak dan
matanya melotot pada kuburannya si kakek seolah-olah ia
sedang mencaci maki si orang she Kong. Saking gemas
malah, ia sudah kemplang tiga kali kuburannya si kakek, akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kemudian dengan uring-uringan ia berlalu dari tempat itu.

Belum berapa jauh, ia rasakan hujan mulai gerimis. Ia cepati


jalannya untuk mencari tempat meneduh. Dari kejauhan,
jalannya ke selatan. Ia melihat ada bangunan rumah berhala.
Ia lari ke sana, untuk meneduh, menyingkir dari serangan
hujan besar yang saat itu sudah mulai turun dengan lebatnya.

Ketika ia datang dekat, hatinya merasa heran melihat rumah


berhala itu dijaga oleh banyak orang yang bersenjata tajam.
Orang yang keluar masuk juga pada bawa senjata masing-
masing. Ada apa gerangan disitu.

Ia jalan terus ke sana, sampai tiba-tiba ada yang menegur


dibalik satu pohon, "Hei, nenek tua, kau mau kemana ?"

Kim Popo menoleh, dilihatnya ada dua orang bermuka bengis


tengah mengawasi kepadanya. Kim Popo yang adatnya aneh,
cepat marah, menjadi tidak senang.

"Apa mentang-mentang kalian bawa golok, begini caranya


menegur seorang tua ?' sahutn si nenek, tidak enak dilihat
mukanya yang kehujanan.

Dua orang jaga itu, yang satu tinggi kurus, temannya gemuk
pendek berewokan.

"Kita tanya benar-benar, bolehnya dia marah. Hahaha !" kata


si gemuk pada kawannya.

"Hmm !" mendengus Kim Popo.

Matanya pelototi si gemuk, kakinya bergerak. Ia mau jalan


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terus, tapi si kurus menghadang cepat-cepat. "Nenek tua, kau


jangan tidak tahu diri !" bentaknya, seraya goloknya
dilintangkan di depan Kim Popo, menghalangi untuk berjalan.

"Trang !" segera terdengar golok di kemplang tongkat.

"Aiyoo !" si kurus berteriak, sambil tangan kirinya memegangi


lengan kanannya yang dirasakan sakit bukan main, goloknya
jatuh nancap di tanah. Ia merintih teraduh-aduh, mukanya
pucat mengawasi Kim Popo yang tampak tertawa terkokoh-
kokoh.

Si gemuk bengong sejenak, melihat kawannya dikerjai si


nenek. Dengan gusar ia menyerang Kim Popo dengan
goloknya. Sayang, tenaganya besar tapi tidak ada 'isi' (pandai
silat). Maka satu tangkisa keras dari tongkatnya Kim Popo
cukup bikin ia berkaok-kaok persis macam kawannya tadi.
Lengannya gemetaran, sakitnya bukan main nyelusup ke
jantung.

Si nenek setelah mendupak si gemuk, sampai meloso


mencium lumpur, lalu angkat kaki pergi. Melihat itu, si kurus
masih sempat kasih tanda 'bahaya' pada kawan-kawannya
dengan suitannya.

Sebentar saja dari balik beberapa pohon keluar orang-orang


jaga dengan golok terhunus, mencegat jalannya Kim Popo.

"Kurang ajar !" maki Kim Popo dalam hatinya. "Kalian kalau
tidak dikasih hajaran, memang tidak kenal kelihaian aku si
nenek."

Lalu dengan ilmu entengi tubuh, ia kelit sana sini dari bacokan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orang-orang yang merintangi jalannya. Tongkatnya yang berat


enam puluh kati berkelebatan diantara hujan lebat. Teriakan-
teriakan mengerikan terdengar saling susul dari orang-orang
yang menjadi korban tongkatnya yang berat itu.

Banyak korban jatuh, sedang si nenek dengan seenaknya


jalan berlenggang menghampiri kuil yang dijaga ketat. Orang-
orang jeri melihat si nenek demikian lihai, maka mereka pada
minggir dan di lain saat si nenek sudah ada dalam kuil. Tapi,
sebelum ia bertindak lebih jauh, dari jurusan pintu, satu orang
tinggi besar menghadang di depannya.

"Hehe ! Masih ada juga yang minta dikemplang !" jengek Kim
Popo.

"Kau boleh bertingkah di antara orang-orang kami yang tidak


berguna, tapi di depanku, hmm !" kata si orang tinggi besar,
sikapnya jumawa.

Kim Popo sebal melihat tingkahnya.

"Jadi, kau mau apa ?" bentaknya keras.

Sementara menanya, matanya Kim Popo jelalatan melihat ke


sekitar ruangan.

Kiranya kuil itu adalah rumah berhala tua, rupanya sudah tidak
diurus lagi karena disana sini tampak banyak rusak dan bocor.
Sejauh yang dapat ia lihat, di sebelah dalam ada duduk dua
orang menghadapi meja, satu bermuka berewokan, tengah
mengusap-usap brewoknya yang tebal, satunya lagi bermuka
bengis, berhidung panjang. Di samping dan belakang mereka
ada berdiri beberapa orang dengan senjata di tangan masing-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

masing, siap untuk digunakan.

Di depan mereka ada dua orang tengah berlutut dengan


masing-masing kedua tangannya di ikat ke belakang.
Entahlah, apa yang sudah terjadi. Tapi dari pemandangannya,
Kim Popo dapat menduga bahwa si berewokan dan si hidung
panjang tengah memeriksa dua orang yang berlutut dengan
tangan ditelikung.

Si orang tinggi besar yang mencegat Kim Popo tertawa gelak-


gelak, sebelum menjawab pertanyaan Kim Popo yang
menantang.

"Nenek tua, kau kenali aku siapa ?" ia malah balik menanya.

"Di lihat romanmu, kau ini bukan orang baik-baik". jengek Kim
Popo ketus.

"Nenek celaka !" teriak si tinggi besar. "Buka matamu dan


kenali, aku ada sam-taunia dari gunung Siauw-san !"

Dengan menyebut 'sam-taunia (pemimpin ketiga) dari


Siauwsan' si orang tinggi besar kira orang akan jadi kaget,
tubuhnya gemeteran karena itulah Sam-ok Cui Seng, si Jahat
ketiga yang tersohor paling bengis dan telengas diantara si
Lima Jahat dari Siauwsan (Siauwsan Ngo-ok).

Sam-ok Cui Seng ternyata salah hitung.

Si nenek bukan gemetaran, sebaliknya tertawa terpingkal-


pingkal.

Mendelu bukan main hatinya Sam-ok Cui Seng.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apa yang kau ketawai, nenek gendeng ?" bentaknya.

"Tepat dugaanku, kau ini orang jahat !" sahutnya kontan.

Sam-ok Cui Seng tidak tahan meluap amarahnya. Dengan


'Elang lapar menyambar kelinci', ia menubruk Kim Popo.
Tangan kanannya mencengkeram dada, sedang tangan kiri
bekerja untuk merebut tongkat si nenek.

Cepat gerakan itu dilakukan Sam-ok Cui Seng hanya sayang


ia kalah cepat. Bukan saja tongkat si nenek gagal direbut,
malah kepalanya hampir pecah digaplok tangan Kim Popo
yang keras, kalau saja ia tidak keburu mengelakkan
kepalanya.

Sam-ok Cui Seng terkejut serangannya gagal, malah


kepalanya hampir digempur pecah. Ia lompat mundur,
mengawasi si nenek yang ketawa haha hihi.

Sambil menunjuk dengan tongkatnya, Kim Popo berkata,


"Badanmu memang tinggi besar, menyeramkan tapi tidak ada
'isi'. Buat main-main dengan Kim Popo, kau bukan
tandinganku. Lekas kumpulkan saudara-saudaramu untuk
mengerubuti aku !"

Bukan main gusarnya Sam-ok Cui Seng ditantang demikian.

Pikirnya, mungkin barusan ia kurang cepat gerakannya


lantaran terlalu enteng memandang lawan.

Ia penasaran, cuma sangsi kalau ia lawan si nenek dengan


tangan kosong. Maka itu ia mencabut goloknya, berkata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jangan temberang. Lihat golok !"

Perkataan Sam-ok Cui Seng disusul dengan satu sabatan


golok pada pinggang.

Kim Popo ketawa terkekeh-kekeh sambil tubuhnya dengan


enteng lompat tinggi mengelakkan serangan, terputar
sebentaran baru turun menginjak lantai lagi. Sam-ok Cui Seng
merangsek, goloknya menyerang bertubi-tubi. Ia mainkan ilmu
goloknya 'Ngo-houw-toan-bun-to' atau 'Lima macan menjaga
pintu'. Tidak ia memberi kesempatan untuk Kim Popo perbaiki
posisinya.

Tapi pengalaman bertempur, Kim Popo jauh diatas Sam-ok


Cui Seng. Ilmu goloknya 'Lima macan menjaga pintu' yang
belum tamat, mana dapat membuat susah pada si nenek
kosen yang menggunakan ilmu entengi tubuhnya baik sekali.

Kim Popo ingin mencoba tenaga dalamnya si Jahat ketiga.


Golok lawan yang mengarah dadanya, ia kelit nyamping ke
kanan, dari mana tongkatnya digeraki menangkis golok dari
bawah ke atas dengan tipu "Lutung hitam petik buah'. "Trang !"
terdengar suara bentrokan dua senjata, goloknya Sam-ok Cui
Seng terlempar jauh ke atas kemudain turun lagi menghajar
lantai, sehingga menerbitkan suara keras.

Sam-ok Cui Seng tampak berdiri menjublak, lengannya yang


barusan mencekal golok gemetaran, sakit bukan main.
Matanya melotot mengawasi Kim Popo yang tengah terkekeh-
kekeh tertawa.

Sekonyong-konyong si nenek merasa ada angin menyambar


dari belakang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia duga akan datangnya senjata rahasia. Cepat ia lompat


nyamping ke kiri. Benar saja, itulah piauw beracun yang
dilepas oleh Ji-ok Cui Kin. Kalau si nenek selamat dari piauw
beracun, adalah orangnya Siauwsan Ngo-ok yang berdiri di
depan Kim Popo menjerit dan jatuh rubuh. Ia terkena senjata
piauwnya Ji-ok Cui Kin tepat sekali, tidak ampun lagi, ia roboh
tidak berapa lama. Tubuhnya berkelojotan dan rohnya segera
terbang.

Berbareng dengan dilepas senjata rahasianya, Ji-ok Cui Kin


enjot tubuhnya melesat, tancap kaki didepannya Kim Popo
yang barusan saja memutar tubuhnya untuk melihat siapa
yang melepas senjata rahasia tadi.

"Nenek tua !" bentak Ji-ok Cui Kin gusar. "Kau datang menhina
kami, apa maksudmu ? Apa kau kira mudah keluar dari kuil ini
setelah kau mengacau ?"

Kim Popo awasi orang di depannya. Ternyata ia tidak lain


adalah si hidung panjang yang duduk berduaan dengan si
berewokan di sebelah dalam. Ia berdiri diatas sebelah kakinya
yang kanan karena kaki kirinya kutung sebatas dengkul.

"Kau yang melepaskan piauw barusan ?" tanya Kim Popo,


keningnya mengkerut.

"Tidak salah !" sahut Ji-ok sambil menepuk-nepuk dadanya.

"Bagus !" teriak Kim Popo, tongkatnya berbareng diangkat


untuk mengemplang batok kepala Ji-ok Cui Kin, tetapi Ji-ok
cepat menangkis dengan pedangnya. Dua senjata saling
bentur hingga meletikkan bunga-bunga api.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"He he, boleh juga tenagamu," kata Kim Popo ketika melihat
pedang lawannya masih tetap tercekal ditangannya.
"Sambutlah ini !" si nenek melanjutkan kata-katanya seraya
gerakkan tongkatnya menyodok ke arah punya 'gudang
makanan' (perut), menuju jalan darah "Liong-kek-hiat'.

Ji-ok Cui Kin tidak takut. Ketika ujung tongkat sampai ia


mengegos, pedangnya dipakai menekan. Kemudian
diserosotin untuk memapas tangan yang mencekal senjata
berat itu. Inilah gerakan yang dinamai 'Tok coa poan cu' atau
'Ular berbisa melilit tiang', satu jurus yang berbahaya sekali
bagi lawannya, ialah akan terpapasnya tangannya.

Melihat gelagat jelek, Kim Popo cepat tarik pulang tongkatnya,


lompat ke samping kiri musuhnya, akan dari mana tongkatnya
bekerja menotok pada jalan darah di iga. Serangan ini
dilakukan cepat sekali hingga Ji-ok Cui Kin gugup untuk
menangkisnya. Dalam bahaya dia. Tapi ada bintang penolong
yang datang tiba-tiba. Itulah Toa-ok Cui Ping, si berewok tadi
yang menolongi saudaranya menangkis tongkat Kim Popo
dengan goloknya. Sementara itu Ji-ok Cui Kin sudah lompat
menjauhkan diri.

Kim Popo marah, alisnya berdiri. Ia penasaran sekali pada


orang yang sudah gagalkan serangannya yang hampir
berhasil Ia mengawasi Toa-ok dengan roman yang geregetan
sekali. Maka tidak banyak omong lagi, ia angkat tongkatnya
menyerang si berewok.

"Tahan !" kata Toa-ok Cui Peng sambil berkelit dari serangan
dan lompat mundur empat tindak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Binatang, kau mau omong apa lagi ?" bentak Kim Popo kasar.

Toa-ok Cui Peng angkat tanganya bersoja, katanya, "Maafkan,


aku Cui Peng kurang hormat. Tapi tolong jelaskan apa sebab
kau orang tua datang mengacau disini ?"

"Aku mengacau ? Hm ! Kau tanya orang-orangmu sendiri


tanpa sebab sudah datang mengeroyok padaku, memangnya
aku orang apa ?" jawab si nenek mendongkol.

Cui Peng dapat memahami duduknya kejadian. Memang


kesalahan dipihaknya, orang-orangnya suka berlaku
sewenang-wenang dan perbuatan meraka justru kali ini 'kena
batunya' menemui si nenek kosen.

Ia tidak menjawab si nenek yang balik menanya, sebaliknya ia


berkata lagi, "Aku mengagumi kepandaianmu, orang tua !
Untuk menyingkat waktu, bagaimana kalau pertempuran
dengan senjata dirubah dengan pertaruhan ?"

"Kau mau bertaruh apa ?" tanya Kim Popo, suaranya tidak
sekasar tadi. Rupanya ia measa si berewokan ini, meskipun
kelihatannya bengis kasar, tiap pertanyaannya diucapkan
dengan sopan santun.

"Begini saja," sahut Cui Peng, "kita bertaruh dalam dua babak.
Kalau aku menang, kau harus meninggalkan kuil ini tanpa
syarat."

"Kalau aku yang menang ?" Kim Popo memotong


pembicaraan orang yang belum habis.

"Kalau yang yang menangi, kami tiga saudara akan berlutut di


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

depanmu dan angkat kau orang tua menjadi ibu angkat kami.
Akur !" sahut Cui Peng ketawa.

Si nenek termenung sebentar.

"Baiklah, bagaimana caranya bertaruh ?" Kim Popo menanya.

"Babak pertama, kita masing-masing menghadapi batu besar.


Siapa yang memukul lebih patah pada batunya masing-
masing, dialah yang menang." menerangkan Toa-ok Cui Peng.
Dan babak yang kedua, kita masing-masing menghadapi dua
batang besi. Siapa yang dapat menekuk atau mematahkan,
dia yang menang."

Kim Popo kembali temenung. Ia tidak sadar bahwa ia tengah


diliciki oleh Toa-ok Cui Peng. Si berewok memang ada ahli
'Gwakang' (tenaga luar) disamping ia mempelajari juga
lwekang (tenaga dalam). Ia sangat andalkan tenaganya yang
seperti raksasa. Pikirnya, si nenek yang kurus kering seperti
yang kurang makan itu, pasti dengan mudah dikalahkan
olehnya.

Si berewok sangat licin. Ia tahu kepandaiannya Kim Popo ada


di atas mereka tiga saudara dan bila si nenek dikerubuti,
belum tentu mereka akan peroleh kemenangan. Pikirnya dari
pada buang tempo, malah bisa-bisa mendapat celaka, lebih
baik si nenek ia ajak bertaruhan untuk jurusan yang ia
andalkan, yang ia percaya seratus persen Kim Popo akan
tergelincir kalah hingga ia boleh angkat kaki dari kuil itu tanpa
adu senjata lagi.

Setelah termenung, Kim Popo berkata lagi, "Kalau kau kalah,


tak usah ganti berbahasa pakai ibu segala, cukup kau orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memanggil 'Popo' (nenek) saja."

"Bagus, kami menurut saja kau orang tua punya kemauan."


jawab Cui Peng merendah sambil anggukan kepala.

"Nah, kau unjukkan dimana barangnya yang hendak


digunakan sebagai sasaran bertaruh." tanya Kim Popo.

"Oh, itu ada di belakang kuil ini. Mari turut aku ke sana !" sahut
Cui Peng.

Berbareng ia berjalan diikuti oleh dua saudaranya Ji-ok Cui


Kin dan Sam-ok Cui Seng, sedang Su-ok Cui Tie ada di
markas besarnya, gunung Siauw-san, tidak ikut hadir dalam
keramaian dalam kuil tua itu.

Kim Popo turut dari belakang.

Kemudian yang lain-lainnya, jagoan dibawahnya Siauw-san


Ngo-ok menyusul mengikuti. Mereka kegirangan akan
menyaksikan keramaian yang bakal dilihat.

Sesampainya dibelakang ruangan kuil, Toa-ok dengan muka


bersenyum ramah mengunjukan pada Kim Popo dimana
letaknya dua barang yang bakal dipakai sasaran itu. Tampak
di depan agak sebelah kiri, ada dua buah batu besar
sepelukan orang. Entah berapa ratus kati beratnya. Di sebelah
kanannya di satu pojokan, ada menyandar dua batang besi
dari ukuran tengah dua dim dan panjangnya kurang lebih dua
setengah meter.

Setelah mengawasi sejenak, si nenek tampak kerutkan


keningnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Matanya Toa-ok yang awas, dapat melihat perubahan ini.


Dalam hatinya amat kegirangan. Sebab dengan mengunjuk
sikap demikian, kelihatannya si nenek tidak mungkin akan
menang dalam pertaruhannya.

"Bagaimana, apakah kita boleh mulai ?" tanya si berewok.

"Boleh saja, kau boleh mulai. Tapi tunggu dahulu." kata Kim
Popo seraya berjalan menghampiri dua batu besar bakal
sasaran itu. Ia memeriksa sambil pegang-pegang. Benar-
benar batu itu kelihatannya alot. Lalu ia jalan menghampiri dua
batang besi yang merupakan toya besar. Juga disini ia
pegang-pegang barang itu dan memeriksa dengan teliti.
Mulutnya kemak kemik seperti ada yang dikatakan tapi tidak
kedengaran oleh siapa pun juga disitu.

Makin kegirangan Toa-ok melihat gerak geriknya si nenek.

"Marilah kita mulai." kata si berewok sambil maju menghampiri


satu diantara dua batu besar itu.

"Jangan sungkan, kau boleh mulai !" kata Kim Popo yang
melihat Toa-ok unjuk laga seperti yang pasti akan dapat
memukul belah batu itu.

"Baiklah," sahutnya. Lalu dikerahkanlah tenaga luar.

Kecuali Kim Popo yang sikapnya acuh tak acuh, semua orang
yang ada menyaksikan disitu dan tegang hatinya, masing-
masing kuatir kepala pemimpinnya gagal dalam
pertaruhannya. Setelah mengerahkan tenaganya, tampak
Toa-ok Cui Peng mengangkat tangannya yang kanan, dibeber
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

macam golok lalu dengan tiba-tiba tubuhnya mendak,


tangannya membacok. Segera terdengar suara terbelahnya
batu. Batu besar itu terbelah dua.

Di susul oleh sorak ramai, gegap gempita dan seruan "Hidup


pemimpin kita !".

Kemudian Toa-ok Cui Peng jalan menghampiri para penonton


dengan roman tertawa-tawa. Disambut oleh orang-orangnya
sambil tampik sorak ramai.

"Bagus." memuji Kim Popo. "Toa-taunia, hampir kau bikin aku


jeri dan terima kalah. Kalau hatiku tidak mendesak untuk coba-
coba."

"Ah, kau terlalu merendah, orang tua." sahut Cui Peng ketawa.

Kim Popo pun tertawa. Lalu ia minta salah seorang pegangi


tongkatnya. Ia sendiri jalannya mendekati batu besar bagian
sasarannya.

Setelah datang dekat, ia berdiri sejenak lalu berpaling ke arah


orang banyak. Kepalanya manggut-manggut lalu entah
bagaimana ia bergerak, tangannya yang kanan tiba-tiba
menggaplok batu besar itu. Terdengar suara gemuruh, batu itu
ternyata hancur berantakan.

Orang banyak jadi terkesima melihatnya. Mereka sangat


tertegun sampai lupa bersorak sorai. Suasana menjadi sunyi
sebentaran sampai kemudian Toa-ok Cui Peng yang juga
terbelalak matanya keheranan sudah bisa menghilangkan rasa
cemasnya dan dengan muka tertawa, ia menyambut Kim Popo
yang sudah balik lagi ke tempat orang banyak berkumpul.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Orang tua, kau hebat sekali ! Kali ini kau menang. Marilah kita
mulai dengan babak yang kedua." si berewok menantang
seraya menghampiri dua lonjoran besi berat yang menyandar
di tembok.

Ia ambil satu antaranya. Besi yang berat itu ditangannya


seolah-olah bambu saja entengnya. Ia putar-putar sebentar
lalu berkata pada Kim Popo, "Bolehkah aku mulai, orang tua ?"

Kim Popo manggut. "Kau boleh mulai, Toa-taunia." Ia


menyilahkan.

Toa-ok Cui Peng gunakan dengkulnya sebagai penahan besi.


Tenaganya dikerahkan pada kedua tangannya dan dengkul,
lalu...... besi lonjoran itu pelan-pelan melengkung dan mulai
jadi bundar.

Kembali terdengar tampik sorak riuh rendah dan ucapan


bersemangat "Hidup pemimpin kita" beberapa kali. Malah ada
yang berjingkrakan kegirangan. Ji-ok dan Sam-ok berseri-seri
mengawasi Kim Popo yang tengah mengerutkan keningnya.
Pikir mereka, kali ini Toakonya bakal menang hingga stand
menjadi seri 1-1.

Setelah melengkung hampir bundar, besi itu dilemparkan oleh


Toa-ok Cui Peng dan ia kembali ke rombongannya, mukanya
tersungging senyuman puas. Ia kemudian berkata pada Kim
Popo, "Silahkan orang tua !"

Si nenek tanpa dipersilahkan kedua kalinya, ia sudah lantas


menghampiri besi berat itu. Ia pegang kemudian diputar-putar
seperti Toa-ok tadi berbuat. Setelah mana, ia pegang dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kedua tangannya. Ia timbang-timbang, akan sebentar lagi


orang lihat besi itu dilemparkan ke atas dengan kedua
tangannya, terputar sebentar kemudian jatuh turun dalam
keadaan melintang.

Inilah ada suatu demonstrasi yang mempersonakan. Penonton


tidak tahu apa yang akan dilakukan Kim Popp atas besi yang
berat itu, yang jatuh turun dengan melintang.

Toa-ok Cui Peng dengan dua saudaranya saling mengawasi,


mata seperti saling menanya. Tidak menanti lama keputusan,
sebab tiba-tiba si nenek berseru keras. Sambil lompat
memapaki besi yang jatuh turun, lengan kanannya menghajar
keras persis di tengah-tengah lonjoran besi itu. "Peletak !"
terdengar suara barang patah. Itulah toya besar yang patah
jadi dua turun jatuh ke tanah.

Kali ini, saking heran dan gembiranya menyaksikan


kepandaiannya Kim Popo yang istimewa, penonton bersorak
riuh. Teriakan terdengar, "Hidup, hidup......."

"Hidup Popo !" Toa-ok tambahkan teriakan kawan-kawannya


yang kelihatan ragu-ragu untuk menyebutkan "Popo".

Maka, setelah diberi contoh, lalu teriakan "Hidup Popo, hidup


Popo" menggema dalam ruangan di belakang kuil tua itu yang
tidak seberapa besarnya.

Kini dengan hati rela, Siauw-san Ngo-ok menyerah kalah.

Ketika Kim Popo balik ke tempat rombongan, tanpa ditegur,


Toa-ok dan dua saudaranya yang lain telah menekuk lututnya
sambil menyebut, "Popo, anak-anakmu memberi hormat dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengucapkan selamat panjang umur !"

"Bangunlah Toa..... eh, anak-anak. Aku paling tidak suka


banyak peradatan !" kata Kim Popo yang menyilakan anak-
anak angkatnya bangun dari berlututnya.

Demikianlah ada kejadian cara bagaimana Siauw-san Ngo-ok


menjadi anak-anak angkatnya dari Kim Popo.

Toa-ok Cui Peng dan saudara-saudaranya kegirangan


mendapat ibu angkat yang demikian kosen. Segera mereka
menyuruh orang-orangnya menyiapkan satu meja makanan
untuk mereka berpesta pora menghormati Kim Popo.

Ketika rombongan kembali masuk ke ruangan dalam pula, Kim


Popo dapatkan dua orang yang ditelikung tangannya masih
ada. Ia lalu minta keterangan dari Toa-ok, siapa mereka itu.
Kiranya mereka itu ada dua orang piauwsu dari Sam Seng
Piauw Kiok di kota Tongkwan propinsi Siamsay. Satu
perusahaan pengawalan barang yang sangat terkenal, karena
pengiriman-pengiriman yang diurus oleh Sam Seng Piauw Kok
hampir belum pernah gagal atau mendapat halangan di
jalanan.

Kim Popo tampak kerutkan keningnya setelah mendengar


keterangan Toa-ok Cui Peng. Kemudian mengawasi kedua
piauwsu yang berlutut sambil tundukan kepala.

"Hehe, kenapa si orang she Liong pakai dua orang tidak


berguna begini ?" kata Kim Popo, suaranya pelan tapi cukup
kedengaran oleh dua piauwsu itu.

Berbareng mereka angkat kepalanya, mengawasi pada si


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nenek.

"Kami sudah kena ditawan. mau dibunuh, boleh bunuh. Untuk


apa banyak rewel ?" berkata satu diantara piauwsu itu yang
mukanya persegi.

Kawannya yang jenggotnya jarang, sambil tertawa sini


berkata, "Tanpa perangkap belum tentu dapat merobohkan
kami berdua !"

"Kau bernama apa ?" tanya Kim Popo kepada si muka


persegi.

"Aku bernama Liok Tek Kim. Belum pernah aku menukar


nama !" sahutnya.

"Dan kau ?" tanya Kim Popo pada si jenggot jarang.

"Aku Tan Kim Tie." jawabnya gagah.

"Kau pernah apa dengan Liong Seng, pemimpin dari Sam


Seng Piauw Kiok ?" si nenek tanya Liong Tek Kim.

"Aku adalah keponakannya." sahutnya singkat.

"Bagus." kata Kim Popo. "Sekarang bagaimana kehendak kau


orang ?"

"Sudah kukatakan, mau bunuh boleh bunuh. Tak usah banyak


cingcong !" sahut si muka persegi, suaranya keras, hatinya
tidak gentar.

"Hehe." Kim Popo tertawa. "Anak-anakku, merdekakan dua


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orang ini."

Toa-ok dan saudara-saudaranya melenggak mendengar kata-


kata Kim Popo. Tidak kecuali dengan dua orang tawanan yang
ditelikung tangannya.

"Tapi......ah, Popo........" kata Sam-ok Cui Seng gugup.

"Merdekakan !" potong si nenek. "Aku bilang merdekakan


harus turut !"

Sam-ok Cui Seng melirik pada saudara tuanya seperti minta


pendapat. Toa-ok Cui Peng mengedipkan matanya, kepalanya
manggut sedikit, suatu pertanda saudara ketiga itu bolhe
lakukan perintah si nenek.

Tanpa sangsi, Sam-ok Cui Seng perintahkan orang-orangnya


untuk memerdekakan dua orang tawanannya. Sekejapan saja
tangan mereka sudah merdeka, tapi mereka masih tetap
berlutut.

"Bangun !" kata Kim Popo. "Kenapa kalian masih tetap berlutut
?'

Dua piauwsu itu tidak menyahut, hanya keduanya pada


tundukkan kepala.

Kim Popo heran. Ketika diselidiknya, kiranya mereka sudah


tidak dapat bangkit dari berlututnya karena dengkul masing-
masing lemas akibat hajaran (siksaan) pada kakinya dipaksa
mereka berlutut oleh Sam-ok Cui Seng.

Kim Popo kerutkan keningnya. Kemudian ia suruh orang


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

periksa lukanya dan diberi obat lalu diangkut ke lain ruangan


dimana mereka direbahkan dan diberi pertolongan lebih jauh.

"Apa memangnya Popo kenal dengan Liong Seng, pemimpin


dari Sam Seng Piauw Kiok ?" tanya Toa-ok Cui Peng setelah
dua piauwsu itu digotong ke lain ruangan.

Kim Popo anggukan kepalanya. "Orang she Liong itu yang


bergelar Tiat-gee (Si Kerbau Besi), selain ilmu silatnya lihai,
dia juga ada seorang yang peramah." menutur si nenek.
"Luhur budinya, suka tolong orang yang dalam kesusahan
hingga dia sangat dihormati oleh lawan dan kawan. Pun
pergaulannya ada sangat luas, banyak kawan-kawan atau
sahabat-sahabatnya yang berkepandaian tingi di kalangan
putih maupun hitam (baik dan jahat) hingga Piauw kioknya
mendapat banyak kemajuan.........'

"Dia toh tidak punya hubungan penting dengan Popo."


memotong Sam-ok Cui Seng tidak sabaran. Rupanya ia masih
menyesal dua tawanannya dimerdekakan.

Kim Popo pelototi matanya pada si jahat ketiga itu.

Toa-ok dilain pihak mengedipi saudaranya, hingga Cui Seng


tundukkan kepala.

"Aku belum bicara habis, kau sudah main potong saja !" kata
Kim Popo, suaranya kaku. "Aku paling tidak suka orang
potong bicaraku !"

-- 3 --

Si nenek yang adatnya cepat ngambul dan cepat marah,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hampir tidak mau melanjutkan penuturannya kalau tidak Toa-


ok yang membujuknya dengan sabar.

Kiranya si nenek itu hutang budi pada Tiat-gu Liong Seng yang
memberikan pertolongan di waktu ia sakit dalam sebuah hotel
di Tongkwan. Si Kerbau Besi bukan saja menolong dalam hal
keuangan dan pengobatan, malah dengan ramah tamah
mengundang ia tinggal dalam rumahnya yang besar untuk
beristirahat sampai ia sehat dan segar benar, baharu
dilepaskan ia merantau lagi.

Dilihat romannya yang jelek dan keriputan, ditaksir usianya


Kim Popo sudah dekat mencapai tujuh puluh tahun. Namun,
sebenarnya ia baharu lima puluhan.

Kenapa kelihatannya jadi begitu tua, itu ada sebabnya.


Mukanya yang bagus cantik telah berubah jelek keriputan
akibat ia masak obat beracun yang tiba-tiba meledak
menyambar ke mukanya.

Mendengar ceritanya Kim Popo, Toa-ok Cui Peng manggut-


manggut kepalanya.

Ia merasa bertindak keliru dengan merampas barang-barang


antarannya Sam Seng Piauw Kiok di bawah pimpinannya Tiat-
gu Liong Seng yang mulia hatinya.

Di samping jeri menghadapi pembalasannya si Kerbau Besi


yang banyak kawannya yang lihai, juga Ketua dari si Lima
Jahat itu merasa segan pada ibu angkatnya. Maka barang-
barang rampasan dikembalikan pada Liok Tek Kim dan Tan
Kim Tie dengan tidak kurang suatu apa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dua piauwsu itu mengucapkan terima kasih terutama pada


Kim Popo sebab dengan datangnya si nenek itu telah
membuat perubahan yang mereka tidak sangka-sangka.

Ketika Liong Tek Kim menanya hal hubungannya si nenek


dengan pemimpinnya, Kim Popo hanya ketawa haha hihi saja,
akan kemudian ia berkata juga, "Tak usah banyak tanya. Kau
nanti akan dapat tahu dari si Kerbau Besi kalau kau sudah
kembali di Tongkwan."

Liong Tek Kim tidak berani banyak tanya pula. Maka ia lalu
siapkan orang-orangnya untuk berangkat lebih jauh, ke tempat
barang-barang kiriman itu dialamatkan. Ia dan kawannya
masih belum bisa jalan atau naik kuda karena kakinya masih
lumpuh. Maka terpaksa ikut naik dalam kereta piauw yang
mereka kawal.

Sementara itu, hujan lebat pun sudah berhenti.

Kim Popo diundang Toa-ok Cui Peng sama-sama pulang ke


markasnya di Siauw san, tapi Kim Popo menolak dengan
alasan bahwa ia masih banyak urusan yang perlu diselesaikan
dan berjanji begitu sudah ada ketikanya, ia akan datang ke
sana menyambang anak-anak angkatnya.

Demikianlah, setelah menjamu Kim Popo sebagai kehormatan


menjadi ibu angkat Siauw-san Ngo-ok, maka mereka telah
berpisahan satu dengan lain.

Mari kita lihat Lo In, si bocah yang dicari oleh Siong Leng Tojin
dan kawan-kawannya yang dianggap ada bibit bencana kalau
tidak dibinasakan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika Siong Leng Tojin ingat Lo In, si bocah itu waktu sedang
mengintip jendela. Cepat-cepat ia jauhkan diri waktu ia dengar
dirinya akan dicari di sebelah luar, menyelingkar dibaliknya
sebuah pohon besar.

Pemeriksaan dilakukan sangat teliti, bukan saja diatas pohon-


pohon karena di duga Lo In ngumpat di atas pohon, juga batu
besar itu, dibelakang mana Lo In pernah mengumpat telah
diselidiki dengan seksama.

"Untung aku sudah tidak sembunyi disitu." kata Lo In dalam


hati kecilnya, waktu melihat batu besar itu diperiksa keras.

Hasilnya mereka laporkan pada Siong Leng Tojin, tak dapat


mencari Lo In setelah uber-uberan dicari.

Setelah mayat Ji-ok Cui Kin ditanam, mereka lalu


meninggalkan tempat itu pada esok paginya terang tanah.
Toa-ok jalan sambil panggul tubuhnya Sam-ok Cui Seng yang
kutung kaki kanannya.

Mereka tidak memusingkan kemana perginya Kim Popo sebab


mereka masing-masing sudah tahu adatnya si nenek yang
angin-anginan, setiap waktu ia pergi tak pernah
memberitahukan bahwa ia akan pergi ke mana.

Setelah keadaan aman, barulah Lo In berani memasuki


rumahnya.

Tampak olehnya, keadaan dalam rumah morat marit, bekas


diaduk-aduk kawanan penjahat, hatinya bukan main sedihnya.

Lo In dijatuhkan diri di kursi malas, yang biasa Liok Sinshe


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

rebahan, otaknya berputar, memikirkan hidupnya yang


seterusnya tanpa orang melindungi dirinya.

Air matanya mengembeng, sakit hatinya, tangannya


dikepalkan.

"Aku akan membalas dendam akan kematiannya Liok Sinshe


!" ia berkata sendirian, matanya beringas dan tangannya
dikepal-kepalkan.

Lucu kelihatannya kalau anak kecil lagi lagi.

Kapan ia ingat akan nasehat Liok Sinshe bahwa ia harus


berlaku tenang jika menghadapi sesuatu urusan, biar
bagaimana besar pun, maka amarahnya menjadi reda.

Sebagai gantinya, kembali ia menangis, menangis terisak-


isak.

Lo In terkenang pada masa lampau, lima tahun berselang


hidup terlunta-lunta diantara anak-anak gembel di kota
Lamkoan. Pada hari itu tengah bermain-main di pekarangan
kuil Thian-ong-sie. Tiba-tiba pundaknya ada yang tepuk.
Ketika ia menoleh, tampak seorang laki-laki berparas cakap
menatap kepadanya. Di atas alis kirinya ada tanda codet
seperti bekas barang tajam. Senyumannya yang menawan,
telah menarik sekali hatinya. Itulah orang yang belakangan ia
kenal sebagai Liok Sinshe, yang telah angkat ia dari dunia
gelandangan menjadi seorang anak yang cerdas tangkas,
yang melindungi dan mencintainya sebagai ganti ayahnya.

Masih berbayang saat itu, mula-mula ia ketika ia bertemu Liok


Sinshe.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Anak, apa kau sudah makan ?" tanyanya Liok Sinshe diwaktu
itu.

Lo In menggelengkan kepala.

"Apa mau makan ?" tanya Liok Sinshe.

Lo In mengangguk.

"Mari ikut aku !" kata Liok Sinshe berbareng tangannya Lo In


dipegang, diajak berlalu dari situ untuk kemudian mereka
memasuki sebuah rumah makan.

Lo In menurut disuruh duduk diatas bangku yang kitari meja


makan. Setelah pesan makanan, Liok Sinshe berkata lagi
pada Lo In, "Anak, kau begini kurus."

Lo In tidak menjawab. Kepalanya nunduk, mengawasi bajunya


yang kumel dan robek disana sini.

"Ayah dan ibumu ada dimana ?" tanya Liok Sinshe memancing
si bocah bicara.

Lo In geleng kepala. "Akut idak tahu ayah dan ibu dimana."


sahutnya kemudian.

Sementara itu, pelayan sudah siapkan hidangan di atas meja.

Lo In awasi makanan di depannya. Ia menelan ludah, mengilar


dia rupanya.

Liok Sinshe memperhatikan anak gembel itu, kurus dan pucat


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mukanya. Pakaiannya compang camping, hatinya merasa


sangat kasihan.

"Mari kita makan !" mengajak Liok Sinshe seraya mulai


pegang sumpitnya.

Lo In tidak perlu diundang dua kali, sebab segera ia pegang


sumpit dan mulai cobai makanan yang barusan membuat ia
menelan ludah saking kepingin cicipi. Ia makan banyak, malah
dua kai ia minta tambah nasi.

Liok Sinshe ketawa menampak perbuatan Lo In yang lucu,


simpati serta gerakannya ada cekatan sekali.

"Eh, namamu siapa ?" tanya Liok Sinshe.

"Namaku In, orang bila aku she Lo" jawabnya, mulutnya penuh
nasi.

Geli hatinya Liok Sinshe melihat Lo In yang gembul


makannya.

"Bagus," kata Liok Sinshe. "Kau mau ikut aku ?"

"Kemana ?" Lo In balik menanya.

"Kemana saja." sahut Liok Sinshe. "Kita jalan-jalan melihat-


lihat keramaian kota diberbagai tempat."

Lo In meletakkan sumpitnya, mengawasi sebentar pada orang


didepannya.

"Mau, aku mau !" katanya kegirangan.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Demikian, sejak itu Lo In ikut mengembara dengan Liok


Sinshe ke berbagai tempat, kemudian menetap diatas jurang
Tong-hong-gay.

Melebihi dari dugaannya sendiri, Liok Sinshe lihat kecerdikan


dan ketajaman otaknya Lo In ada luar biasa. Tiap pelajaran
baik surat maupun ilmu silat, belum pernah diulang sampai
tiga empat kali. Paling banyak dua kali sudah cukup, ini juga
kalau ruwet.

Lo In ternyata ada satu anak yang jenaka, banyak menghibur


hatinya Liok Sinshe dikala dalam kesunyian merenungkan
nasibnya yang terumbang ambing.

Semakin Lo In tambah umur, Liok Sinshe tampaknya semakin


sayang pada si bocah hingga Lo In dapat mewariskan
kepandaiannya Liok Sinshe salam ilmu surat dan ilmu silat
yang lihai. Sayang ia masih anak-anak hingga belum dapat
digembleng tenaga dalamnya, kalau tidak, ia sudah selihai
Liok Sinshe, malah ada kemungkinan ia lebih gesir dan cepat
lagi.

Meskipun demikian, pelan-pelan Liok Sinshe memulai dengan


gemblengannya tenaga dalam (lwekang). Dimulai ketika
umurnya Lo In meningkat sepuluh tahun. Maka ketika ada
penyerbuan dari Siauw-san Ngo-ok dengan kawan-kawannya
itu adalah dikala Lo In baru dapat gemblengan lwekang dua
tahun lamanya.

Sebenarnya Lo In ingin membantu Liok Sinshe waktu


dikerubuti. Cuma saja, selain ia ragu-ragu akan
kepandaiannya sendiri, yang terutama ia takuti Liok Sinshe
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tegur dan marahi padanya, tidak menurut perintah untuk lari


menyelamatkan diri.

Maka juga ia tinggal mengintip nonton saja pertarungan seru


itu. Ia perhatikan betul gerak gerik Liok Sinshe
mempraktekkan kepandaian yang telah diajarkan padanya.
Inilah yang membangkitkan nyalinya jadi besar, untuk dalam
usia yang masih anak-anak kelak ia dapat menjatuhkan lawan-
lawan dari penolongnya (Liok Sinshe).

Sekarang Liok Sinshe sudah tidak ada lagi dalam dunia,


kemana Lo In harus pergi ? Apakah ia tinggal tetap saja di
atas jurang Tong-hong-gay untuk meyakinkan ilmu tenaga
dalamnya lebih jauh ?

Pusing kepalanya Lo In memikirkan itu semua.

Tiba-tiba ia rasakan perutnya bergeruyukan minta makan.

"Kurang ajar, orang sedang kesusahan, ada-ada saja !" ia


berkata sendirian, menyesalkan perutnya yang menyelak
diantara alunan ngelamunnya.

Sambil berkata begitu, Lo In bangkit dari duduknya, masuk ke


ruang belakang untuk cari makanan. Sebentar lagi tampak ia
sudah pegang satu potong besar kue. Sambil mengganyang
ransum kering itu ia berjalan keluar.

Maksud Lo In mau duduk ngelamun di atas kursi malasnya


Liok Sinshe tapi sekonyong-konyong ia merandak jalan dan
berdiri terpaku seperti ada apa-apa yang tiba-tiba mundul
dalam ingatannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Matahari pagi sudah mulai naik tinggi, sementara Lo In berdiri


terpaku. "Tidak, tidak. Aku tidak percaya dia mati !" ia
menggumam.

Lo In tidak jadi menghampiri kursi malas. Sebaliknya, ia putar


tubuhnya dan jalan mendekati peti obat-obatan. Ia periksa di
dalamnya sudah berantakan. Rupaynya peti itu tidak menjadi
kekecualian diaduk-aduk oleh Kim Popo yang mencari buku
ilmu menotok jalan darah, Tiam-hiat Pit-koat.

Meskipun berantakan, botol-botol kecil yang terisi obat-obat pil


dan puder (bubuk) tidak sampai berceceran, semuanya masih
utuh. Lalu ia ambil botol-botol terisi obat itu, semuanya ada
enam botol, dimasukkan ke dalam kantongnya.

Sebelum Lo In bertindak, tangannya yang kanan dimasukkan


pula ke dalam sakunya dari mana ia keluarkan dua botol yang
berisi pil dan puder. Tangannya diangkat tinggi-tinggi, matanya
memandang tajam pada dua botol itu. Tiba-tiba ia berteriak
kegirangan, "Hidup, hidup. Dia masih hidup. Ha ha ha !"

Tampak si bocah berjingkrakan seperti orang gila.

Apakah Lo In sudah hilang ingatannya ? Apa ia sudah jadi gila


mendadak ? Kalau tidak, kenapa ia berjingkrakan sekonyong-
konyong ?

Tidak, Lo In tidak gila. Saking girangnya, setelah ia berpikir


bahwa Liok Sinshe akan ketolongan dengan dua rupa obat
ditangannya tadi, maka ia jadi berjingkrak-jingkrak. Maklumlah
anak masih kecil yang kegirangannya meluap-luap.

Di lain saat, kelihatan ia sudah berlari-larian menuju ke tepi


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jurang. Tapi di tengah jalan tiba-tiba ia rem larinya, lalu putar


tubuh dan balik kembali.

Benar-benar lucu kelakuannya si bocah Lo In. Apa maunya Lo


In balik lagi ? Oh, kiranya ia balik ke rumahnya mengambil
pedangnya Liok Sinshe yang disimpan rapi di balik pintu. Itu
adalah satu pedang pendek, hanya kira-kira dua kaki
panjangnya ketika Lo In hunus dari sarungnya.

Pedang itu tidak mengkilap sinarnya, seperti kebanyakan


pedang-pedang dari jago-jago Sungai Telaga (kang-ouw),
hanya kebiru-biruan kalau terkena sinar matahari. Bentuknya
tidak menarik, hingga pantas sekali kalau ia menjadi penghuni
dalam sarung yang sudah kumel. Entah sudah berapa puluh
tahun pedang itu dipakai oleh Liok Sinshe dalam hidupnya
malang melintang dalam dunia Sungai Telaga.

Siong Leng Tojin dan kawan-kawannya ketika melewatkan


sang malam dalam rumah itu dengan pintu terpentang. Coba
kalau ketika itu, pintu itu ditutup. Pasti senjata tajam Liok
Sinshe akan dibeslag, meskipun bentuknya jelek, demikian
pandangan Lo In si bocah.

"Kenapa Liok Sinshe pakai pedang beginian ?" tanya Lo In


pada dirinya sendiri, seraya membulak balik memeriksa.

Ia baru pertama kali melihat senjatanya Liok Sinshe, selama ia


ikuti penolongnya itu. Yang menarik hatinya si bocah adalah
bobotnya pedang itu enteng sekali, maka ia memasuki pula ke
dalam sarungnya, ia gantung di pinggangnya lalu jalan mundar
mandir dengan sikap perwira.

Sok aksi anak itu, tapi lucu laga lagunya dasar anak-anak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sayang Liok Sinshe tidak ada. Coba ada, tentu akan


terpingkal-pingkal melihat Lo In dalam gayanya sendiri
menjual aksi.

Lo In dilain saat sudah berada diluar rumah, dengan di


pinggangnya menyandang pedang. Bocah itu dalam usia
meningkat dua belas tahun, tubuhnya kurus dan lebih tinggi
dari anak-anak biasa dalam usia pantarannya. Maka, kelihatan
pantas sekali pedang warisan Liok Sinshe itu tergantung di
pinggangnya yang ceking.

Ia berdiri sejenak di depan rumah. Matanya memandang ke


sekitarnya, kemudian gerakin kakinya melangkah. Ternyata
kali ini ia bukannya lari ke tepi jurang, hanya ia lari
menghampiri batu besar yang semalam ia pakai sembunyikan
diri. Di depan batu mana kira-kira satu tindak jauhnya, ia
hunus pedangnya lalu jongkok untuk menggali tanah.
Sebentar lagi, ditangannya sudah terpegang satu kotak
persegi empat dari ukuran empat cun dan tinggi dua cun.
Setelah dipandang, ia mau masukkan barang itu ke dalam
sakunya tapi berbarang pada saat itu ia kaget dan lompat
mundur mendengar suara orang ketawa di balik batu.

"Hi hi hi ! Anak kecil, serahkan barang itu pada nenekmu."


demikian Lo In dengar orang berkata, segera berkelebat tubuh
dari balik batu, siapa ternyata ada si nenek jelek Kim Popo.

Lo In kenali si nenek yang mengaku membokong Liok Sinshe.

Amarahnya timbul seketika. "Nenek jahat, kau mau apa ?"


tegurnya kasar.

"Begini caranya kau sambut nenekmu ?" kata Kim Popo


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seraya tertawa haha-hihi.

"Mana aku ada punya nenek jahat sepertimu." ejek Lo In.

"Jangan banyak cakap, bocah ! Lekas serahkan barang


ditanganmu !" teriak si nenek. Kelihatannya marah bila
dikatakan nenek jahat.

"Kau mau ini ?" Lo In tanya sambil angkat kotak tadi


ditangannya.

"Mari kasih aku." Kim Popo sambil sodorkan tangannya untuk


menjambret.

Lo In tarik pulang tangannya. "Hmm ! Nenek jahat, tidak


semudah itu !" katanya.

Kim Popo rada-rada heran melihat jambretannya gagal. Sebab


menurut pendapatnya, ia sudah bergerak cepat. Tapi si bocah
kelihatan lebih cepat pula menarik tangannya. Ia penasaran. Ia
lompat menubruk untuk merampas barang ditangannya Lo In,
tapi untuk kedua kalinya ia dibuat gregetan karena Lo In sudah
dapat berkelit dengan manis dari terkaman.

"Bocah ini licin seperti si tabib busuk. Aku tidak boleh


sungkan-sungkan lagi !" dmeikian pikirnya Kim Popo dalam
hati. Segera ia gunakan tipu Ki ong pek touw atau elang lapar
menyambar kelinci, dua tangannya yang berkuku runcing
menyambar berbareng mencengkeram dada Lo In. Satu jurus
yang agak ganas untuk digunakan terhadap anak kecil.

Namun si nenek tidak memikir ke situ, ia hanya ingin


menyingkat waktu, barang yang diingini itu lekas pindah dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tangannya.

Lo In tahu bahayanya serangan itu, tapi ia tidak takut. Pikirnya


denagn ia majukan dua tangan menangkis, keras lawan keras,
rasanya serangan si nenek dapat dipatahkan. Tapi Lo In lupa
memperhitungkan bahwa tenaga dalamnya kalah jauh di
banding dengan si nenek. Maka tidak heran ia segera rasakan
kelalaiannya, ketika tangannya bentrok dengan tangan si
nenek, ia rasakan dadanya tergentar dan tubuhnya terlempar
jumpalitan sampai sepuluh tindak.

Cepat Lo In bangun tapi dadanya dirasakan masih sesak. Si


nenek, sementara itu sudah lompat maju, berdiri di depannya.
"Bocah bau, kau rasakan nenekmu punya lihai,ya ?" katanya
dengan suara menjengeki.

Lo In tidak berani menjawab sebab ia tengah coba memeras


tenaga dalamnya untuk mendorong pergi rasa sesak dalam
dadanya.

Begitu ia rasakan enak dadanya, tiba-tiba ia rasakan


tangannya dicekal orang.

"Keluarkan hayo keluarkan barang itu !" perintah Kim Popo.


Tangannya si nenek yang mencekal tangannya dirasakan Lo
In seperti sepitan besi.

Lo In mengawasi Kim Popo dengan sorot mata benci.

Melihat anak kecil itu membandel, Kim Popo tidak sabaran.

"Kau masih belum mau keluarkan ?" katanya. Tangannya


dipakai memencet lebih keras hingga butiran-butiran keringat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pada merembes keluar dari lubang-lubang tubuhnya Lo In,


saking ia menahan sakit.

Bandel dan keras kepala anak itu. Ia lebih suka menahan rasa
sakit dari pada menangis keluarkan air mata. Matanya
menyala seperti berapi, tapi meluanpnya napsu membunuh ini
hanya sejenak sebab segera tampak ia kalem lagi. Pelan-
pelan ia merogoh sakunya dan dikeluarkan kotak yang
barusan ia gali.

"Nenek jahat, tuh kau boleh gegares !" kata Lo In kasar sambil
melemparkan kotak yang dipegangnya.

Kim Popo lepaskan cekalannya lalu memungut barang yang ia


impi-impikan itu ialah buku mungil 'Tiam-hiat Pit-koat' di dalam
kotak itu.

"Hehe, akhirnya kau menyerah juga bocah !" kata si nenek


sambil coba buka kotak tadi tapi susah terbuka seperti ada
kuncinya.

"Hahaha !" kedengaran Lo In tertawa tiba-tiba.

"Kau ketawai apa ? Lekas serahkan anak kuncinya !" bentak si


nenek.

"Hahaha !" kembali Lo In tertawa.

Kim Popo naik pitam. "Binatang cilik, kau main gila........!"


bentaknya.

"Kau kira hanya kita berdua disini ?" potong Lo In, air mukanya
bersenyum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Popo sudah siap menyerang Lo In tapi hatinya gentar


mendengar kata-katanya si bocah, memotong bicaranya.

"Memangnya ada siapa lagi ?" ia menanya.

"Masih ada yang belum mati dibokong olehmu. Hahaha, si


nenek jahat kena perangkap." Lo In tertawa terbahak-bahak
hingga menimbulkan rasa takut si nenek meningkat.

Pikirnya, apa benar Liok Sinshe tidak mati ? Celaka ia kalau


benar-benar mereka menggunakan perangkap. Liok Sinshe
sudah pasti tak dapat mengampuni perbuatannya yang
telengas membokong orang.

Melihat Kim Popo seperti yang ketakutan, menengok sana sini


sambil memegangi kotak lebih erat, seolah-olah yang takut
dirampas orang. Lo In berkata pula, "Nenek jahat. Kau masih
tunggu apa lagi. Tidak mau lepaskan kotak ditanganmu itu ?"

"Kau mau mempermainkan aku ? Kau membokong orang. Apa


Liok Sinshe tidak akan menagih ?" sahut Lo In dan ia tekankan
suaranya menjadi keras diwaktu menyebut 'Liok Sinshe'.

Justru tekanan suara 'Liok Sinshe' itu yang membikin


semangatnya Kim Popo hampir terbang seketika. Maka lantas
saja ia geraki kakinya melompat kabur. Sebelum jauh, Lo In
yang jail sudah ambil batu kecil dan disentilkannya, jitu
mengenakan sasaran diarah atas sedikit dari kibulnya hingga
dirasakan sangat sakit. Dan ini dianggap Kim Popo ada Liok
Sinshe yang melakukannya hingga ia lari lebih kencang lagi.
Lo In tertawa geli menyaksikan Kim Popo lari terbirit-birit
ketakutan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sebenarnya tidak ada Liok Sinshe. Si nenek hanya takut


bayangannya sendiri saja lari ketakutan. Tadi, ketika dipencet
tangannya oleh Kim Popo, Lo In menyala matanya seperti
yang mengeluarkan apai, napsu dari pembunuhan. Tapi hanya
sejenak ia sudah jadi sabar lagi. Itulah ia ingat akan pesan
Liok Sinshe yang berkata kepadanya, "Anak In, jika kau
menghadapi sesuatu yang genting, harus berlaku tenang.
Sebab ketenangan yang menimbulkan jalan pemecahan !"
Kata-kata Liok Sinshe ini yang mengiang ditelinganya waktu
itu hingga dari meluap amarahnya ia menjadi kalem dengan
tiba-tiba. Dan kemudian timbul dalam otaknya yang cerdik
suatu pikiran yang baik untuk menggertak si nenek lari
tunggang langgang dengan cuma menyebut namanya Liok
Sinshe.

Kejadian itu ialah begitu mudah si nenek kena digertak,


sungguh diluar dugaan Lo In. Sebab ia tidak tahu memang si
nenek jeri betul-betul pada Liok Sinshe sebagai akibat
kesudahannya pertempuran pada lima tahun berselang
dimana Kim Popo dipecundangi dengan sangat mudahnya
ketika si nenek hendak merampas buku rahasia ilmu menotok
jalan darah 'Tiam-hiat Pit-koat' dari tangannya si kakek she
Kong.

Lo In kemudian menghampiri pedangnya yang menggeletak


ditanah lalu memungutnya, disorong lagi di pinggangnya yang
ceking. Kali ini ia tidak balik ke rumahnya hanya memutar
tubuh lari ke jurusan tepi jurang. Ia berlari-larian di tepi jurang
yang curam itu sampai kemudian ia berhenti disuatu tempat
yang ada bekas-bekas seperti disitulah Liok Sinshe sudah
tergelincir masuk ke dalam jurang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia melongok ke bawah. Benar-benar jurang sangat curam.


Entah berapa dalamnya dan didasarnya yang merupakan
lembah, apa tidak ada banyak binatang buasnya.

Tapi Lo In adalah lanak yang besar nyalinya. Ia tidak takut. Ia


lebih perhatikan keselamatan Liok Sinshe dari pada bahaya
yang bisa mengancam pada dirinya sendiri.

Dengan berani Lo In merosot turun sambil memegangi pada


akar-akar rotan yang tumbuh merembet di sana sini. Pelan-
pelan ia terus turun ke bawah. Dengan kepandaian entengi
tubuh ajarannya Liok Sinshe, ia lompat sana sini dan akhirnya
sampai juga ia pada tujuannya, di dasarnya jurang. Ia
celigukan ke sekitarnya. Ia dapatkan banyak pepohonan yang
rindang. Mendengak ke atas, tampak tebing jurang ada sangat
curam.

"Bagaimana aku bisa naik ke atas nanti ?" tanyanya pada diri
sendiri, melihat tepi jurang ada demikian tinggi kelihatan dari
sebelah bawah.

Tapi Lo In tidak mau ambil pusing hal kembali naik keatas.


Yang penting ia harus mencari Liok Sinshe. Tapi dimana ia
harus mencarinya ?

Lekas ia gerakin kakinya, mulai mencari Liok Sinshe, orang


yang sangat cintai. Pikirnya, bagaimana pun ia harus
ketemukan tubuhnya Liok Sinshe, baik dalam keadaan
selamat maupun sudah mati.

Kita balik sebentar, melihat Kim Popo yang lari tunggang


langgang ketakutan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Setelah lari jauh, ia berhenti di bawah sebuah pohon besar


yang rindang daunnya, dimana ia meneduh dengan adem,
menyingkir dari terik panasnya matahari yang waktu itu tengah
mencorong menerangi jagat.

Ia taruh tongkatnya yang berat disampingnya.

Lewat sesaat ia duduk, lantas tangan kirinya merogoh


kantongnya. Dikeluarkan kotak yang ia rampas dari tangan Lo
In. Mukanya berseri-seri, rupanya ia sangat puas dengan
pekerjaannya yang berhasil.

Entah terbuat dari apa, kotak itu kelihatannya sangat kuat tapi
bobotnya enteng sekali. Ia periksa dengan seksama, karena
kotak itu tak dapat dibuka, ia lantas dapatkan ada sebuah
lubang kecil. Pikirnya, disinilah ada lubang kuncinya. Harus ia
dapatkan anak kuncinya. Kalau tidak, cara bagaimana ia bisa
membukanya. Di samping kegirangan, ia mendongkol dan
penasaran. Ia coba membukanya dengan paksa tapi
bagaimana juga kotak tak dapat dibuka.

"Sialan !" ia mengeluh. "Dengan begini aku mesti kerja lagi


untuk dapatkan anak kuncinya." ia meneruskan kata-katanya
sambil membanting kotak itu sekerasnya.

Justru dibanting, kotak itu menjadi terbuka sendirinya. Dari


dalam lompat keluar sebuah buku yang bentuknya mungil.

Matanya Kim Popo terbelalak saking heran. Ia tertegun


sejenak.

Karena ini, ia terlambat mengambil buku yang diimpi-impikan


sebab lain tangan sudah mencomotnya lebih dahulu. Itulah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tangan orang yang lompat dari atas pohon, dengan sebat


sekali sudah dahului Kim Popo mencomot buku mungil yang
mencelat keluar dari kotaknya. Kim Popo tercengang oleh
karenanya.

Kapan ia mengawasi orang di depannya, kiranya ia ada satu


thauto (pendeta yang piara rambut panjang) bermuka bengis.
Dua anting-anting besar yang menghias di telinganya
berkerincingan kalau ia geleng-geleng kepalanya, ramai
kedengarannya.

Si nenek menjadi sangat gusar. "Binatang, kau berani rampas


barangku ?" ia membentak sambil lompat menubruk si thauto
untuk merampas pulang buku yang dicomot si thauto tadi.

Tapi tubrukannyaKim Popo kecele sebab dengan elakan


badannya sedikit saja, Kim Popo telah menubruk angin. Gesit
sekali caranya si thauto bergerak.

Tentu saja Kim Popo yang adatnya angin-anginan, marahnya


menjadi-jadi.

"Binatang, kembalikan barangku ! Kalau tidak, hmm !" bentak


Kim Popo, hatinya penasaran barusan tubrukannya gagal.

"Kau ingin dapat pulang barangmu, harus tanya dulu orangku."


sahut si thauto.

Kim Popo kertak gigi, meskipun giginya sudah sisa tidak


seberapa lagi.

"Mana dia orangmu ?" bentaknya sengit.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ini dianya..... ha ha !" sahut si thauto seraya unjuk dua


kepalannya yang besar, mirip buah kelapa kata bohongnya.

"Bagus !" kata Kim Popo mendelu, dadanya dirasakan hampir


meledak.

"Siapa bilang jelek ?" menggoda si thauto. Rupanya orang


jenaka juga.

Habis sabarnya Kim Popo, matanya mendelik hingga


romannya tambah jelek.

"Binatang, lihat seranganku !" serunya, sambil menerjang


dengan tipu pukulan 'Hui heng tong lay' -- 'Angin taufan
menghembus dari Timur', kepalan tangan kanannya mengarah
dada disusul dengan tangan kirinya menyamber orang punya
iga kanan. Cepat serangan saling susul ini datangnya tapi si
thauto tidak gugup. Tangannya yang besar dibuka untuk
menangkap kepalang lawan, sedang iga kanannya yang
diarah dibiarkan saja menjadi sasaran totokan jarinya Kim
Popo.

"Aiyoo !" teriak si nenek tiba-tiba sambil lompat mundur.

Si thauto tidak balas menyerang, hanya berdiri sambil


terbahak-bahak ketawa mengawasi Kim Popo yang teraduh-
aduh seraya tangan kanannya memegangi dua jari tangan
kirinya yang barusan dipakai menotok.

Dengan tipu pukulan 'Angin taufan menghembus dari Timur',


Kim Popo ingin sekali gebrak saja menjatuhkan si thauto yang
kurang ajar. Ketika kepalannya hendak disambut dengan
tangan si thauto yang besar, ia melihat bahaya, maka ia cepat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tarik pulang. Tapi tangan kirinya ia teruskan nyelonong ke iga


musuh.

Pikirnya, si thauto tidak membuat penjagaan pada bagian ini,


sudah pasti totokannya akan berhasil membikin lawannya
terkulai rubuh. Tapi kesudahannya ada lain, si nenek telah
menelan pil pahit. Dua jarinya yang dipakai menotok iga
musuh dirasakan seperti menotok tiang besi, sakitnya bukan
main sampai menyusup di ulu hati.

Melihat serangannya gagal, maka cepat ia lompat mundur


sambil berteriak "Aiyoo !", saking tak tahan menahan sakitnya.

Tapi Kim Popo, dasar si nenek bandel. Kalau hanya begitu


saja ia sudah mesti jadi pecundang, maka sebentar lagi
setelah ia memeras tenaga dalamnya buat usir rasa sakit tadi,
segera ia kembali lakukan penyerangan.

"Hahaha, nenek jelek !" goda si thauto. "Masih berani melawan


?"

"Kiramu mukamu bagus ?" sahutnya menjerit saking


mendongkol.

Kata-katanya Kim Popo disusul dengan serangan gesit. Ia


keluarkan ilmu entengi tubuhnya untuk melayani si thauto
yang bertubuh tinggi besar. Pikirnya, si thauto rupanya ada
punya ilmu 'tiang-pou-san' (ilmu kebal). Tubuhnya keras
laksana besi, maka ia harus mencari kelemahannya yaitu
dibagian matanya.

Demikian, setelah bertempur sepuluh jurus, Kim Popo


gunakan kepalannya yang kiri pura-pura menjotos ke arah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perut, sedang sasarannya yang sebenarnya adalah sepasang


matanya lawan. dua jari tangan kanannya, telunjuk dan tengah
dengan sebat meluncur akan mengorek sepasang biji mata si
thauto. Serangannya ini yang dinamai 'Lo wan tou ko' atau
'Lutung tua mencuri buah'.

Cepat sih memang cepat gerakannya Kim Popo, cuma


sayang, kembali ia dapat kerugian. Kepalan kirinya yang pura-
pura menjotos kena ditangkap tangan si thauto, sedang dua
jari tangan kanannya belum sampai pada sasarannya, ia
rasakan tenaga dorongan yang keras pada kepalannya yang
kena dipegang lawan. Tenaga dorongan itu benar-benar hebat
sampai ia perpelanting dan jungkir balik ke belakang. Di lain
saat, ketika ia sudah dapat tancap pula kakinya ditanah, ia
rasakan sekujur tubuhnya gemetaran dan dadanya sesak.

Untung lwekangnya cukup tinggi hingga tidak sampai


mendapat luka di dalam.

Meskipun demikian, nyalinya ciut seketika. Untuk melawan lagi


si thauto jagoan itu, pikirnya tidak mungkin. Maka setelah ia
rasakan badannya kembali normal, ia lantas saja putar
tubuhnya dan lari. Persis seperti tempo hari ia tunggang
langgang dipecundangi Liok Sinshe.

"Haha, nenek jelek, kau mau lari !" Kim Popo dengar suaranya
si thauto.

Berbareng dengan ditutup kata-katanya, tampak si thauto


geleng-geleng kepalanya. Sepasang antingnya segera
melesat berbareng menyusul Kim Popo.

Si nenek hanya berkaok satu kali lantas kelihatan tubuhnya


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terkulai dan mendeprok di tanah. Seluruh tubuhnya dirasakan


lemas.

Kiranya, sepasang anting-anting dikedua telinganya itu adalah


senjata rahasianya si thauto. Sungguh lihai senjata rahasia itu.
Cuma dengan geleng-geleng saja, sepasang anting-anting itu
meleset laksana kilat hingga membuat Kim Popo semaput
jatuh di tanah. Tidak mudah menggunakan senjata rahasia
yang aneh itu kalau lwekang pemiliknya tidak tinggi. Sebab
barang itu baru dapat melesat dari kuping di dorong oleh
tenaga dalam yang istimewa.

Si thauto tertawa gelak-gelak melihat si nenek sudah tidak


berdaya.

Ketika matanya melirik ke tanah, ia melihat kotak tempat buku


menarik perhatiannya. Maka ia lantas pungut dan diperiksa.
Kemudian rogoh sakunya, keluarkan itu buku mungil, dipaskan
dalam kotak. Tiba-tiba kotak itu menutup seketika hingga si
thauto kaget bukan main. Entah bagaimana rupanya ada alat
rahasianya yang ketekan. Maka kotak itu otomatis menutup
buku yang ditaruh di dalamnya.

Si thauto dari kaget menjadi ketawa girang melihat kemujijatan


kotak dapat menutup sendiri. Maka ia lalu masukan kotak itu
ke dalam sakunya. Pikirnya, pada suatu kesempatan ia akan
membukannya nanti. Setelah mana ia menghampiri Kim Popo,
memungut sepasang anting-antingnya yang jatuh tidak jauh
dari si nenek dan dipakainya kembali.

Thauto itu bengis romannya, menakuti tapi orangnya benar-


benar jenaka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Nenek bagus, bagaimana sekarang ?" ia menanya dengan


senyum dikulum.

Ia godai Kim Popo tidak lagi ia menyebut 'nenek jelek' tapi


diganti jadi 'nenek bagus'. Enak kedengarannya tapi tidak
enak berkumandang ditelinganya si nenek. Anggapnya ia telah
disindir, maka matanya jadi mendelik.

"Sudah aku berlaku murah barusan, tidak mengambil jiwamu,


apa kau masih kurang terima ?" berkata si thauto.

"Hmm ! Murah hati !" menggerutu Kim Popo.

"Memang," berkata lagi si thauto. "Kalau aku berlaku kejam,


barusan anting-antingku mengarah pada jalan darah kematian
di bebokongmu. Apa ini aku sudah tidak berlaku murah ?"

"Hmm !" mendengus si nenek. "AKu Kim Popo tidak rela


dijatuhkan oleh lawan dengan jalan membokong."

"Habis kau mau apa ? tanya si thauto, geli hatinya nampak


orang kepala batu.

"Kalau kau berani, merdekakan aku sekarang !" sahutnya


ketus.

"Jadi ? Kau mau bertempur lagi ?" tanya lagi si thauto.

"Tidak ! Saat ini aku terima kalah. Tapi lihat, tiga tahun lagi
akan kucari kau untuk menetapkan siapa unggul !" sahut Kim
Popo tengik laganya.

Si thauto tertawa terbahak-bahak lalu tanpa menghiraukan


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Popo yang masih duduk mendeprok, ia tinggal pergi.

"Binatang, kau mau siksa aku dengan cara begini !" teriak Kim
Popo, matanya terbelalak keheranan melihat dengan begitu
saja meninggalkan dirinya.

"Lagi dua jam totokan pada jalan darahmu akan hilang


sendirinya. Kau nenek bandel, mesti dihukum dijemur
dipanasnya matahari dua jam. Hahaha !" demikian terdengar
kata-kata si thauto, meskipun sudah jalan jauh kedengarannya
tegas sekali kuping Kim Popo hingga ia jadi terkejut. Pikirnya,
thauto itu hebat sekali tenaga dalamnya sampai bisa mengirim
suara dari jauh.

Terpaksa Kim Popo, si bandel, mesti menanti dua jam


dibawah panasnya matahari untuk mendapat
kebebasannya.....

Kita kembali kepada Lo In yang tengah mencari Liok Sinshe di


lembah dari jurang Tong-hong-gay.

Dengan hati-hati ia mencari dipinggir-pinggiran lalu pelan-


pelan sedikit ke tengah, tapi belum juga ia dapatkan tanda-
tanda yang mengunjuk dimana adanya Liok Sinshe. Kadang-
kadang ia mendongak ke atas mengawasi diantara tebing-
tebing dengan pengharapan matanya akan bentrok dengan
gerakan sesuatu disana. Tapi sia-sia saja pengharapannya,
malah cuaca pelan-pelan tanpa disadari sudah mulai gelap.

Bermula Lo In kebingungan, bagaimana ia dapat naik pula ke


atas, sedang hari sudah berubah menjadi malam ? Tapi
belakangan hatinya menjadi senang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tidak memikirkan untuk kembali ke rumahnya lagi. Yang


penting, ia harus cari terus Liok Sinshe sampai dapat
diketemukan.

Untuk mengisi perutnya yang lapar, Lo In sudah banyak petik


buah-buahan dimasukkan dalam perutnya. Ia rasakan lebih
segar dan nyaman perutnya diisi buah-buahan dari pada diisi
kue atau nasi.

Untuk menghindarkan gangguan dari binatang buas maka


malam itu Lo In tidur diatasnya sebuah pohon yang banyak
cabang dahannya. Di atas dahan yang merupakan
pembaringan baru, mana Lo In dapat cepat-cepat pulas.
Pikirannya melayang-layang, mengingat-ingat tempat-tempat
yang dijelajahinya dalam menemui Liok Sinshe, ia harus
mencari suatu tempat yagn aman. Dimana ia bisa bersemedhi
setiap malam untuk meyakinkan tenaga dalamnya. Sebagai
satu anak yagn bernyali besar Lo In merasa penasaran Kim
Popo yang sudah memencet tangannya sampai ia
mengeluarkan keringat dingin.

(Bersambung)

Jilid 02

Pikirnya, nanti suatu waktu kalau lwekangnya sudah mahir ia


akan cari si nenek buat diajak berkelahi lagi. Sebenarnya Lo In
belum tentu kalah kalau ia layani si nenek dengan
kegesitanya, jangan mengadu tenaga. Yang membuat ia
pecundang adalah karena ia coba-coba adu tenaga dengan
Kim Popo, yang sudah tentu bukan tandingannya.

Dalam keadaan tiduran, kupingnya tiba-tiba mendengar suara


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gedebukan, datangnya dari sebelah selatan. Suara apa itu ? Ia


pasang telinganya lagi, saban kira 1-2 menit ia degnar suara
gedebukan itu.

Di dorong oleh perasaan ingin tahu, ia turun dari atas pohon.

Pelan-pelan ia hampiri tempat dimana ada suara gedebukan


tadi.

Setelah jalan beberapa lama, suara gedebukan itu makin


nyata. Rupanya jaraknya sudah tidak jauh lagi. Maka Lo In
rada cepatin jalannya. Segera dari kejauhan ia nampak seperti
ada dua sinar menyorot ke arahnya.

"Apa itu ?" tanyanya pada diri sendiri.

Ia menduga akan binatang macan. Sebab menurut Liok


Sinshe, matanya macan suka mencorong kalau diwaktu
malam.

Hati Lo In tabah, nyalinya besar, ia tidak takut. Ia menghampiri


lebih dekat. Kiranya itu bukannya macan hanya seekor burung
yang luar biasa besarnya, tengah kebut-kebutkan sayapnya ke
tanah. Suaran gedebukan itu tiada lain dari pada sayapnya si
burung tadi yang dihantamkan ke tanah.

Lo In terus mengintip, ingin tahu apa maunya si burung yang


besar luar biasa itu mengebut-ngebutkan sayapnya ke tanah.

Ia ingat, kalau ia sedang main di tepi jurang sering melihat ada


burung yang luar biasa besarnya melayang-layang diatas
lembah. "Apakah bukan dianya ini ? " tanya Lo In pada dirinya
sendiri. Menurut katanya Liok Sinshe, burung sebesar itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

adalah burung rajawali yang biasa jinak dimiliki orang pandai


yang menyepi tinggalnya di pegunungan. Malah Liok Sinshe
namakan burung itu 'Kim-tiauw' atau 'Rajawali Emas' karena
patuk dan kedua kakinya kekuning-kuningan seperti emas
yang Liok Sinshe dapat lihat sendiri dari dekat pada suatu hari
ia sedang mencari daun obat-obatan di lembah itu.

Apa dia itu benar Kim-tiauw. Ingin Lo In menyaksikan dari


dekat, tapi tak dapat ia lakukan itu. Sayapnya yang memukul-
mukul tanah bukan saja menerbitkan suara gedebukan tapi
juga menerbitkan angin keras menderu. Kalau Lo In berani
datang dekat, sekali dikibas sama sayapnya, pasti tubuhnya
akan melayang entah berapa jauhnya.

Setelah memperhatikan agak lama, Lo In berpendapat si


rajawali hanya mengibaskan sayapnya yang kanan saja,
sedang yang kiri diam saja. Ia seperti mau terbang tapi tak
bisa kalau cuma satu sayap. Pikir Lo In tentu rajawali ini
mendapat luka parah pada sayap kirinya.

Hatinya merasa kasihan, ingin ia periksa lukanya. Tapi


bagaimana mendekatinya ?

Otaknya lantas bekerja mencari akal. Matanya memandang ke


sekitarnya tapi agaknya ia cemas tidak melihat jalan untuk
pemecahan. Sebenrar lagi, setelah ia tundukkan kepala ia
menengadah melihat keadaan diatasnya si rajawali.

Tiba-tiba mulutnya bersenyum, rupanya ia sudah dapat akal


untuk mendekati si rajawali yang dalam kesukaran.

Bagaimana ? Dengan gunakan gerakan ilmu entengi tubuh


'Burung walet tembusi mega', ia enjot tubuhnya mencelat dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

di lain detik sudah tampak ia berloncatan dari satu dahan ke


lain dahan pohon. Dalam tempo pendek saja, ia sudah berada
di atas pohon yang dekat sekali pada si burung rajawali. Si
burung rajawali sama sekali engan kalau ada orang yang
datang dekatinya.

Ia masih sibuk gedebukan dengan sayapnya yang kanan.

Lo In menunggu sampai sayap itu berhenti dikebaskan, pada


saat mana enteng sekali tubuhnya melayang dan mencolok di
punggungnya si rajawali yang ketika sadar ada orang
menyerang, ia sudah tidak berdaya karena jalan darah di
bagian sayap dan lehernya sudah kena ditotok oleh si bocah
yang besar nyalinya.

Ketika itu sayapnya yang kanan berhenti mengebas-ngebas


sedang lehernya sudah menjadi kaku, tak dapat digeraki
hingga ia tak dapat mematuk lawan yang berada di atas
pungggungnya. Hanya sinar matanya saja mencorong seperti
yang sedang gusar sekali.

Meskipun mendapat kesukaran karena beratnya sayap si


rajawali, juga dibawah sayapnya terdapat lukanya yang berat,
Lo In dengan gembira sudah dapat mengobati lukanya itu
memakai obatnya Liok Sinshe yang amat mustajab.

Selain obat bubuk ditabur di tempat luka, juga Lo In paksa si


rajawali menelan pilnya, setelah berkutatan lama ia membuka
patuknya.

"Tiauw-heng" kata si bocah pada si rajawali. "Aku ini


temanmu, jangan takut. Maaf, kalau aku sudah berbuat sedikit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kasar menolong kamu !"

Gerak gerik Lo In lucu. Ia memanggil 'Tiauw-heng' atau 'Kanda


rajawali' kepada si burung garuda yang tinggal membisu saja.

Kuatir totokannya kurang kuat hingga si rajawali dapat geraki


pula sayapnya, yang menyebabkan lukanya tidak bisa rapat,
maka Lo In memberikan pula beberapa totokan sehingga
betul-betul tenaganya si burung garuda menjadi lumpuh.

Lukanya si rajawali ternyata kena panah beracun. Untung


tenaganya si burung garuda sangat kuat hingga menjalarnya
racun berjalan dengan perlahan dan keburu mendapat
obatnya Liok Sinshe yang mustajab. Kalau saja sampai
menanti besoknya lagi, terang jiwanya si rajawali tak akan
ketolongan.

Entah siapa yang begitu kejam melepaskan panah


beracunnya.

Lo In malam itu tidak jadi nginap di atas pohon yang banyak


dahannya, yang ia tinggalkan. Sebaliknya ia tidur diatas
pohon, tidak jauh dari mendekamnya si rajawali. Diam-diam ia
siap sedia menghadapi kemungkinan datangnya orang jahat
yang hendak mencelakakan si rajawali.

Tapi syukur sampai hari sudah terang tanah, tidak ada


kejadian apa-apa.

Lo In merosot turun dari atas pohon. Ia lihat si rajawali tengah


memejamkan matanya. Rupanya ia juga bisa tidur karena
tidak merasakan sakit lagi pada sayapnya yang kiri. Matanya
dibuka ketika ia mendengar Lo In berkata, "Tiauw-heng, kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

diam-diam saja mengaso. Tunggu aku akan mencari makanan


untuk kau makan."

Ia berkata sambil anggukan kepalanya seperti yang memberi


hormat kepada saudara yang tuaan. Ah, benar-benar lucu
kelakuannya Lo In.

Kemudian ia putar tubuh dan meninggalkan tempat itu.

Berkat kepandaiannya menyentil dengan batu kecil, maka


dalam tempo pendek saja Lo In sudah dapat menyentil jatuh
tiga ekor ayam hutan. Ketiga ekor ayam itu hendak ia bawa ke
tempatnya. Pikirnya, Tiauw-heng tentu gembul makannya,
tidak cukup kalau hanya 2-3 ekor ayam saja. Maka ia lalu
mencari pula ayam di lain tempat dan segera ia sudah
dapatkan lagi.

Empat dari lima ekor ayam itu, Lo In taruh di depannya si


rajawali, sedang yang seekor ia potong dan bersihkan dalam
selokan jernih, karena air gunung mengalir disitu. Kemudian ia
nyalakan api dan memanggang hasil buruannya.

Sambil panggang ayam, matanya Lo In memandang pada si


rajawali yang tinggal melotot saja mengawasi empat ekor
ayam yang ada di depannya. Ia tak dapat kerjakan patuknya
untuk menerkam hidangan didepannya itu sebab lehernya
masih belum bisa digeraki karena pengaruh totokan Lo In.

"Tiauw-heng." kata Lo In seraya bersenyum. "Kau tunggu


sebentar. Kita nanti makan sama-sama. Bukankah itu ada
lebih menyenangkan sebagai tanda terjalinnya persahabatan
diantara kita ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si rajawali yang diajak bicara hanya matanya saja yang


melotot sebagai jawaban, tapi kali ini sinarnya tidak
bermusuhan.

Setelah beres memanggang ayamnya, Lo In mendekati si


rajawali.

"Tiauw-heng, kau jangan marah. Lantaran aku ingin menolong


jiwamu maka terpaksa dalam dua tiga hari ini aku bikin kau
tidak berdaya. Kau sabarlah !" berkata Lo In sambil kemudian
dengan sebat ia menotok bebas lehernya si rajawali berbareng
ia lompat mundur takut dipatuk.

Rupanya burung itu memahami akan kebaikan hatinya si anak


kecil sebab ia tidak perhatikan Lo In lompat tapi terus saja ia
gasak empat ekor burung itu satu persatu hingga dalam
sekejapan saja telah hilang lenyap dalam perutnya.

Lo In tertawa ngakak melihat kecepatan si rajawali


memindahkan empat ekor ayam ke dalam perutnya.

Hari itu usaha Lo In tidak memberikan hasil dalam mencari


Liok Sinshe.

Pada hari ketiga, ia datang dengan roman lesu mendekati si


rajawali yang sekarang menjadi jinak. Barani ia memeluk
lehernya dan menciumi patuknya yang indah seperti emas.

"Tiauw-heng, aku mencari Liok Sinshe." ia kata pada si


rajawali. "Apa kau lihat dia ada dimana ?"

Seperti yang mengerti akan kata-kata manusia, burung itu


geleng kepalanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In makin sayang pada burung itu yang rupanya mengerti


akan omongan orang. Setelah menggelendoti tubuhnya
burung yang seperti raksasa itu, Lo In ingat akan
kewajibannya untuk memeriksa lukanya.

"Tiauw-heng, mari aku periksa lukamu." ia berkata seraya


dengan sebatnya ia menyingkap sayap burung itu, dibawah
mana ada terdapat lukanya yang parah.

Lo In kerutkan keningnya.

"Kau masih belum dapat geraki sayapmu yang terluka, Tiauw-


heng." katanya.

Sementara itu, ia keluarkan obatnya dan mulai beri obat baru


pada luka si rajawali, patuknya Lo In buka dengan tangannya
yang kecil untuk dimasukan pil mujarabnya. Sungguh heran,
burung itu menurut saja, jinak sekali dan pasrah apa yang
diperbuat Lo In. Rupanya ia mengerti akan kebaikan orang.

"Tiauw-heng, mulai saat kita ketemu, aku sudah tahu kau akan
menjadi teman sebagai gantinya Liok Sinshe. Maka
selanjutnya, harap kau selalu jangan meninggalkan aku, ya !"
berkata Lo In sambil mengelus-elus sayapnya si rajawali.

Burung itu angguk-anggukkan kepalanya, matanya merem


melek, girang rupanya ia diusap-usap Lo In dengan
kesayangan.

Pada hari keenam si rajawali sudah sembuh benar-benar dari


luka parahnya. Ia sudah dapat geraki kedua sayapnya seperti
sedia kala. Setelah terbang beberapa putaran, ia turun di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

depan Lo In lalu mendekam dan kepalanya diangguk-


anggukkan seperti yang menghaturkan terima kasih atas
pertolongannya si bocah.

Lo In dapat memahami gerak gerik si burung garuda, maka


sambil menubruk dan menciumi ia berbisik, "Tiauw-heng, kita
sudah jadi saudara. Tak usah kau mengucap terima kasih
segala."

Tangannya mengelus-elus kepalanya si rajawali, ketika ia mau


mengusap-usap patuknya tiba-tiba Lo In merasa heran. Dari
matanya burung itu ada melelehkan air mata. Entahlah,
kenapa burung itu menangis.

Lo In terharu, bukan karena apa. Ia hanya terkenang akan


dirinya Liok Sinshe. Dimanakah adanya penolong itu. Apakah
dia masih hidup atau sudah mati ? Sebab sudah hampir
seminggu ia mencari jejaknya belum juga berhasil
menemuinya.

Siapakah Liok Sinshe itu ? Apa dia Kwee Cu Gie ? Siapakah


Kwee Cu Gie itu ?

Dimana adanya kedua orang tuanya ? Mati sudah atau masih


ada dalam dunia ini ?

Kenapa Liok Sinshe begitu sayang dan memperhatikan dirinya


begitu rupa ? Apa hubungan ia dengan Liok Sinshe ?

Pusing Lo In memikirkannya itu semua. Malah jadi bertambah


sedih hingga saling peluk dengan si rajawali, menangis
sampai terdengar suaranya Lo In terisak-isak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sang burung, rupanya ingin menghibur Lo In. Kemudian ia


mementang sayapnya akan terbang ke atas pohonjauh disana,
terpisah dari Lo In.

Lo In yang cerdik mengerti maksudnya si rajawali. Maka ia


juga telah berhenti menangis, ia gosok air matanya dengan
tangan bajunya.

Dalam hari-hari berikutnya dalam usaha mencari Liok Sinshe,


Lo In dikawal oleh si rajawali.

Senang hati Lo In. Sering ia ajak si rajawali bercanda.

Hari-hari demikian mereka bergaul, hingga keakrabannya


meningkat.

Sering atau hampir saban hari, tampak Lo In pesiar di atas


lembah sambil menunggang rajawali yang merupakan kapal
terbangnya.

Dasar anak-anak menghadapi apa yang baru, lupa pada yang


lama. Ditemani si burung raksasa, Lo In merasa aman. Betah
ia tinggal dalam lembah itu, lupa pulang ke rumahnya di atas
jurang Tong-hong-gay yang sebenarnya ia bisa pergi ke sana
dengan mudah dengan menunggang kapal udaranya 'si
rajawai'.

Soal makanan Lo In tidak kekurangan, mau ikan ia dapat di


sungai-sungai kecil yang banyak terdapat disitu. Mau daging
ayam, kelinci, babi, mudah sekali ia dapat. Cuma tinggal
perintah si rajawali yang pergi menangkapnya.

Tapi Lo In lebih senang makan buah-buahan yang terdapat


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

disitu. Ia rasakan badannya lebih segar dan nyaman dari pada


makan ikan dan daging.

Yang lucu, Lo In sudah dapat tundukkan kawanan kera liar


dalam lembah itu. Mereka kelihatan sangat berterima kasih
dan menganggap Lo In sbagai rajanya.

Dengan begitu, Lo In bertambah banyak kawan.

Bagaimana Lo In dapat tundukkan kawanan kera liar, kecil


besar ? Itulah kejadian pada suatu hari ketika cuaca mendung.
Selagi ia tiduran celentang di bawah sebuah pohon, tiba-tiba ia
dikurung oleh kawanan monyet liar, bukan satu dua tapi
adalah puluhan hingga ia merasa amat heran.

Lo In bangkit, duduk, sambil kedua tangannya memeluk kedua


dengkulnya yang ditekuk. Kepalanya menunduk seolah-olah
yang tidak memperhatikan dirinya tengah dikurung oleh
kawanan monyet galak.

Suara cetcowetan yang ramai dari kawanan monyet itu tidak


dihiraukan oleh Lo In. Terus saja ia berpura-pura mati ular.

Kelihatannya kera-kera itu amat gusar pada si bocah. Bisa


dilihat dari sikap dan gerakan mereka yang keluarkan suara
'her ! her !' sambil mulutnya nyengir-nyengir menakuti.
Entahlah, kenapa mereka demikian benci pada Lo In.

Mungkinkah karena perbuatannya Lo In ?

Untuk melatih ginkang (ilmu entengi tubuh), Lo In saban hari


melatih diri dengan mencelat sana sini di atas pohon. Gesit
luar biasa hingga mengalahkan jauh dari kepandaian kera-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kera yang ada disitu.

Rupanya hal inilah yang menyebabkan kawanan kera itu


membenci Lo In.

Mereka yang bermula merasa kagum melihat kegesitannya Lo


In, belakangan merasa mengeri dan anggap Lo In adalah
suatu saingan berat dalam dunianya.

Lama juga sudah Lo In perhatikan sikap permusuhan dari


mereka itu. Tapi Lo In tidak memperdulikan sampai pada saat
itu baharu berasa bahwa dirinya benar-benar dibenci.

Tapi Lo In tidak takut. Pikirnya kawanan kera itu tak dapat


membuat susah dirinya. Ia mau lihat apa mereka bisa bikin
terhadapnya. Tak perlu ia minta bantuan si rajawali yang
dengan sayap raksasanya, sekali mengebas saja membuat
puluhan kera itu akan sungsang sumbel dan terbang kemana
tahu. Ia mau taklukan kawanan kera itu dengan usahanya
sendiri.

Dua yang paling besar diantara kawanan monyet itu,


perdengarkan cetcewetannya lebih keras. Rupanya berupa
bentakan-bentakan, memerintah pada kawan-kawannya untuk
segera menggempur Lo In yang tinggal anteng-anteng saja.

Memang dua kera besar itu adalah yang paling pandai dalam
hal meloncat dari satu ke lain cabang pohon. Kawan-
kawannya mengagumi kepandaiannya itu. Merekalah yang
paling menaruh dendam pada Lo In, yang dianggap saingan
alot.

Meskipun bentak-bentakannya makin keras, kawanan kera itu


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

masih belum berani menerjang Lo In. Rupanya mereka jeri


sebab Lo In ada backingnya si rajawali.

Mereka sambil cetcowetan, celigukan sana sini seakan-akan


mengamat-amati apakah si burung raksasa ada di sekitar situ
mengawal si bocah. Si rajawali ternyata tidak ada. Memang
tidak ada. Ia lagi terbang ke lain tempat untuk mencari
makanan.

Hatinya kawanan kera liar itu rupanya jadi berani, sebab suara
'hor, hor !' dari dua pimpinannya paling akhir dibarengi dengan
menyerbunya mereka.

Yang diserbu tiba-tiba saja lenyap dari pandangan mereka.

Terdengar ramai-ramai suara cetcowetan kawanan kera itu.


Sambil kepalanya pada mendongak ke atas dimana mereka
lihat Lo In sedang bercokol di atas dahan sambil ketawa-
ketawa.

Kiranya diwaktu kawanan monyet itu melakukan penyerbuan


serentak, dengan gerakan 'Walet terbang menembusi awan',
tubuhnya Lo In mencelat ke atas, mencelok diatasnya
sebatang dahan pohon, dimana si bocah sambil uncang-
uncang kaki mentertawakan lawan-lawannya yang ribut
cetcowetan di sebelah bawah.

Hanya dua tahun Lo In mendapat gemblengan tenaga dalam


dari Liok Sinshe, ia sudah memanfaatkan sebaik-baiknya
dalam latihan ginkeng (entengi tubuh), cukup untuk melayani
kawanan kera yang menyerang dirinya dengan penuh
kebencian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Degnan dikepalai oleh dua monyet besar tadi, kawanan


monyet itu segera juga pada menaiki pohon, lelompatan
mengepung Lo In yang segera unjuk kegesitannya untuk
meloloskan diri dari kepungan mereka.

Tampak Lo In loncat ke atas sebatang dahan yang lebih tinggi.


Selag ia terbahak-bahak ketawa, sembari kedua tangannya
bertepuk-tepuk keras menggodai kawanan monyet yang
mengubar dirinya, tiba-tiba terdengar suara 'hor ! hor !'
agaknya keras dan lebih bengis di atas kepalanya. Ketika ia
mendongak, kiranya diatasnya ada dua kera lebih besar lagi
dari dua kera besar tadi, yang ia lihat menjadi pemimpinnya.

Itulah sepasang orang utan hitam legam, lengannya besar-


besar, matanya tajam mengawasi Lo In seraya perdengarkan
suara 'hor ! hor !' menakutkan.

Diam-diam Lo In perhatikan, rupanya dua orang utan itu suami


istri. Yang lelaki kepalanya hampir botak, yang perempuan
matanya tertutup satu disebelah kiri, sedang dibelakangnya
ada menggemblok anaknya, mulutnya ramai cetcewetan.

Lo In hendak enjot tubuhnya menyingkir, tapi sudah terlambat.


Si orang utan yang lelaki menyambar dari atas dan tepat dapat
mencekal lengan Lo In.

Sakit rasanya cekalan si orang utan, lebih-lebih Lo In kaget,


tenaganya seperti lenyap oleh pengaruh cekalan itu hingga ia
tak dapat berkutik.

Celaka, pikirnya, apa ia bakalan mati ditangannya si orang


utan ?
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tengah hatinya berkuatir, sekonyong-konyong terdengar


suaranya si rajawali dari jauh tengah mendatangi hingga ia
jadi sangat kegirangan.

Rupanya si orang utan sudah kenali suaranya si rajawali, tahu


juga Lo In ada kawannya, maka ia jadi ketakutan. Dengan
sendirinya, cekalannya yang melumpuhkan itu terlepas. Ia
lompat pula ke atas, ajak bininya ikut lari.

Angin seperti menderu kedengarannya ketika si rajawali


sampai dengan kebasan sayapnya. Ia mencelok disatu dahan
dekat Lo In. Saking berat badannya membuat pohon sampai
tergetar rasanya.

"Tiauw-heng, syukur kau datang. Kalau lambat sedikit saja,


aku kena dicelakai si orang utan !" Lo In berkata pada
kawannya.

Seperti yang mengerti, si rajawali tampak beringas romannya


ketika mendengar ada makhluk yang mau bikin celaka
kawannya.

Lo In berbareng lompat mendekati si rajawali, ia usap-usap


sayapnya.

Tiba-tiba Lo In mendengar suara teriakan. Matanya yang awas


segera dapat lihat si orang utan yang perempuan terpeleset
jatuh. Ia sendiri dapat tolong dirinya karena sudah menjambret
cabang pohon. Tapi anaknya, dalam kaget sudah melepaskan
cekelan pada leheer ibunya hingga tidak ampun lagi anak
orang utan itu meluncur jatuh terbanting di tanah dan pingsan.

Dalam ketakutannya atas kedatangan si rajawali, dua orang


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

utan itu sudah terbirit-birit lari, lompat dari satu ke lain cabang
pohon. Rupanya yang perempuan kurang hati-hati memilih
cabang pohon, maka ketika ia loncat ke cabang yang lapuk, ia
kaget. Cepat lompat lagi ke lain cabang cuma saja saking
gugupnya ia terpeleset dan menjerit ketika terpelanting.

Yang lelaki berada beberapa tindak disebelah depan, ia kaget


bukan main mendengar jeritan sang istri. Cepat ia putar
tubuhnya tapi sudah tak dapat menolong anaknya yang
terpelanting jatuh dari gendongan ibunya.

Mulutnya cetcowetan ramai. Bersama istrinya, ia cepat-cepat


turun ke bawah, lari menghampiri anaknya yang sudah tidak
sadarkan diri. Sang ibu menubruk anaknya sambil
menggoyang-goyang tubuh si orang utan kecil, mulutnya
cetcowetan menangis.

Segera banyak monyet-monyet yang datang merubung.

Lo In yang melihat dan menyaksikan kejadian yang hebat itu,


tidak tega hatinya. Entahlah, bagaimana keadaannya si anak
orang utan itu.

"Tiauw-heng, mari kita tolong dia." ia berkata pada si rajawali.

Berbareng, ia geraki kakinya berloncatan ke bawah yang


diikuti oleh si rajawali. Dengan hanya sekali kibasan sayapnya
sudah sampai ditempat banyak kera berkumpul. Lo In tidak
tahu bagaimana caranya memberi pertolongan. Sebab kalau
ia dengan begitu saja datang dekat, tentu tidak dapat dipahami
maksud baiknya. Apa lagi si orang utan sudah pernah
memencet lengannya, tentu kedatangan Lo In dianggap akan
menuntut balas, menggunakan kesempatan ketika mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sedang kesusahan anaknya mendapat kecelakaan.

Baik juga tongkrongan si rajawali dibuat jeri oleh kawanan


kera itu.

Ketika rajawali itu sampai, mendahului Lo In. Kawanan monyet


itu sudah simpang siur lari. Malah dua orang utan itu, saking
ketakutannya sudah lupa akan anaknya dan lari terbirit-birit.

Anak orang utan itu jadi ditinggalkan sendirian.

Lo In girang menampak kejadian itu diluar perhitungannya.


Cepat ia dekati si anak orang utan, ia periksa, meraba-raba
dadanya, pegang nadinya. Lucu, persis lagaknya seorang
tabib.

Ini, Lo In bukannya menjual aksi. Kelakuan ini meniru Liok


Sinshe jika si tabib Liok diundang untuk mengobati orang
sakit, ia suka turut dan menyaksikan caranya Liok Sinshe
berbuat atas dirinya si pasien.

Lo In girang karena si orang utan kecil tidak putus jiwanya. Ia


hanya tidak berkutik karena pingsan, kaget jatuh dari tempat
yang demikian tinggi.

Kelakuan Lo In itu disaksikan oleh banyak kera dari kejauhan,


terutama oleh dua orang utan dengan penuh rasa kuatir,
apakah anaknya akan dibunuh mati Lo In. Buat merebut
anaknya dari tangan Lo In, mereka tak berani lakukan, melihat
si rajawali tengah mendekam didekatnya.

Melihat keadaan anak orang utan itu berat juga, tak dapat
disembuhkan dengan seketika, maka ia lalu angkat tubuhnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

diempo lantas menghampiri si rajawali, ke atas punggung Lo


In loncat.

"Tiauw-heng, mari kita pergi !" kata Lo In.

Berbareng si rajawali bangkit lalu mengebaskan kedua


sayapnya akan kemudian terbang mumbul. Tinggal dua orang
utan itu berteriak-teriak dengan cara dia sendiri. Rupanya
mereka sangat gusar pada Lo In yang sudah merampas
anaknya.

Lo In ditempatnya sebuah gubuk yang dibangun diatas sebuah


pohon besar. Memakan waktu juga menolong anak orang utan
itu. Sebab anak orang utan itu kecuali mendapat luka dalam,
juga tangannya yang sebelah kiri keseleo yang perlu ditolong
dengan jalan mengurut tiap hari tiga kali.

Selang empat hari, Lo In sudah bikin anak orang utan itu


sembuh benar. Ia kelihatan suka pada Lo In yagn tadinya
ditakuti. Dalam tempo empat hari mereka berkumpul, anak
orang utan itu menjadi jinak, sering menggelendoti Lo In.
Mulutnya cetcowetan seakan-akan mengajak bercakap-cakap.
Tapi sayang Lo In tidak mengerti akan percakapannya.

Meskipun begitu, Lo In suka pada anak orang utan itu. Sering


ia ajak main, diajak bercakap dengan gerakan mulut dan
tangan.

Gembira kelihatannya anak orang utan itu.

Pada hari yang keenam, Lo In berkata pada si anak orang


utan, "Adikku, hari ini kau harus pulang menemui ayah ibumu.
Harap selanjutnya kau akan menjadi sahabatku yang baik
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seperti aku punya Tiauw-heng."

Sambil berkata, Lo In empo anak orang itu lalu keluar dari


gubuknya.

Dengan sekali suitan, segera kapal udaranya sudah datang.


Dengan menumpang si rajawali, Lo In pergi ke tempat dimana
ia telah dikeroyok kawanan monyet liar. Sesampainya disana,
ia dapatkan keadaan sepi. Cuma ada beberapa kera yang
lelompatan sana sini.

Melihat Lo In datang dengan mengempo anak orang utan,


monyet-monyet itu menjadi heran rupanya. Tapi sebentar lagi,
tampak mereka datang lagi membawa kawan-kawannya.

Diantaranya tampak itu sepasang orang utan.

Mereka tidak berani datang dekat pada Lo In karena si rajawali


mendekam di dekatnya. Bagaimana pun, dua orang utan itu
terbelalak matanya melihat Lo In tengah mengempo anaknya
yang cetcowetan menciumi pipinya si bocah.

Lo In dapat melihat pada mereka, maka cepat ia turunkan


anak orang utan itu dari empoannya sambil berkata, "Adikku,
pergi kau ketemui ayah bundamu !" Lo In sambil menunjukkan
kejurusan orang utan yang berada diatas pohon, yang tengah
keheran-heranan mengawasi kejadian itu.

Anak orang utan itu melihat ke jurusan yang ditunjuk oleh Lo


In. Ia melihat pada ayah bundanya. Cepat ia lari sambil
mulutnya cetcowetan. Sang ibu bapak juga tidak tinggal diam.
Mereka loncat-loncat turun dari pohon dan memapaki anaknya
yang lantas diempo oleh si ibu, diciumi dengan penuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kesayangan.

Dalam empoan ibunya, sang anak cetcowetan sambil


menunjuk-nunjuk kejurusan Lo In. Rupanya ia sedang
bercerita tentang pertolongan yang diberikan Lo In dan
kebaikannya si bocah hingga kelihatannya si ibu merasa
sangat gegetun sekali, sedang si ayah angguk-anggukkan
kepalanya yang botak.

Lo In menyaksikan itu semua dengan bersenyum. Kemudian


putar tubuhnya menyamperi si rajawali, loncat ke
punggungnya. "Mari kita pergi, Tiauw-heng !" katanya sambil
tepok pundaknya si rajawali.

Sebentar saja, Lo In sudah ada di udara bersama kapal


terbangnya.

Meskipun binatang, kawanan kera itu tahu akan kebaikan


orang. Maka sejak itu, mereka telah menghapuskan
kebenciannya dan tidak berani mengganggu lagi Lo In yang
semula dianggap saingan alot.

Malah yang lucu, sejak itu, Lo In boleh dikata tak usah susah-
susah mencari buah-buahan lagi untuk makannya. Karena
setiap pagi, ia dapatkan banyak buah-buahan berserakan di
bawah pohon diatas mana ia tidur. Rupanya ini ada kiriman
dari kawanan keras yang merasa berterima kasih, anak
rajanya sudah ditolongi.

Bebuahan itu ditaruh berserakan. Rupanya kera-kera itu takuti


si rajawali. Maka seenaknya saja mereka melemparkan dan
lari pergi. Lo In memahami ini, maka kepada rajawalinya ia
memesan supaya ia tidak ganggu kera-kera yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengantarkan bebuahan itu. Kawanan kera itu belakangan


jadi berani karena melihat si rajawali tidak apa-apa. Maka
buah-buah yang diantarnya, mereka tumpuk dengan rapih.
Malah ada yang berani naik di pohon dan meletakan buahnya
di depan gubuknya Lo In.

Lo In terharu melihat kecintaannya kawanan kera itu.

Maka terjalinlah persahabatan diantara kawanan kera itu


dengan Lo In.

Dalam pertemuan pertama dua orang utan, seperti manusia,


mereka berlutut dihadapan Lo In sambil manggut-manggut. Di
sampingnya ada anaknya yang juga turut berlutut. Mereka
sangat berterima kasih atas pertolongannya Lo In sehingga
anaknya selamat dari cengkeraman maut.

Lo In ketawa. "Toa-hek, Ji-hek dan adikku," kata Lo In. "Kita


orang sendiri, tak usah banyak pakai peradatan. Kalian
bangunlah. Selanjutnya kita menjadi sahabat saling tolong !"

Seperti yang mengerti omongan Lo In, mereka semua bangkit.

Lo In tatkala itu duduk diatas sebuah batu, tengah menikmati


mengalirnya air sungai, dalam mana banyak terdapat ikan-ikan
yang sedang main-main.

Lo In memanggil Toa-hek (si hitam kesatu) dan Ji-hek (si hitam


kedua) kepada dua orang utan itu adalah panggilan dari
keakraban persahabatan.

Toa-hek dan Ji-hek serta anaknya menghampiri Lo In. Toa-hek


mengusap-usap tangan, Ji-hek mengusap-usap pipi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sementara Siauw-hek (si kecil) lompat kepangkuan Lo In


sambil cowet-cowetan ngomong dalam bahasanya sendiri. Lo
In suka dan sayang pada Siauw-hek, maka ia elus-elus
kepalanya, sambil katanya, "Siauw-hek, kau lekas gede. Nanti
bisa bantu aku mencari Liok Sinshe."

Sejak itulah mereka bergaul rapat.

Supaya pergaulannya lebih leluasa lagi, maka pelan-pelan Lo


In ada pelajari gerak gerik dan suaranya kera-kera diwaktu
mereka berloncatan di pohon-pohon sambil cetcowetan.
Berkat kecerdasan otaknya yang luar biasa, ia dapat kemajuan
banyak dalam bahasa monyet, meskipun tidak seluruhnya.
Cukup dengan membuka mulutnya, cowet-cowet, ia dapat
memerintahkan kera-kera yang diajak bicara olehnya untuk
melaksanakan titahnya dengan baik.

Kawanan kera itu semakin menghargai dan menjunjung tinggi


Lo In. Boleh dikatakan ia adalah raja monyet, karena tiap
titahnya dilaksanakan dengan kontan.

Dengan adanya Toa-hek sebagai teman berlatih, lwekangnya


Lo In meningkat. Kalau mula-mula satu kali pegang saja Lo In
tak dapat berontak dari cekalan Toa-hek, pelan-pelan
tangannya makin kuat hingga dari kewalahan Toa-hek menjadi
pecundang. Dalam latihan tenaga, jangan bicara ilmu silat,
sudah tentu Lo In ada di pihak unggul. Girang hatinya Lo In
dengan kemajuan yang diluar perhitungannya itu. Maka pada
suatu hari si rajawali ia ajak berlatih.

"Tiauw-heng, tenagamu sangat hebat. Aku ingin sepertimu.


Coba, mari kita berlatih !" Lo In menantang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mari !" si bocah mengundang lagi ketika melihat si rajawali


tinggal diam mendekam saja. Ia pasang kuda-kuda untuk
menerima serangan si rajawali.

Sesudah kedap kedip matanya, si burung raksasa pelang-


pelan bangkit.

Ketika Lo In menyambar dengan tangannya yang kuat


sekarang, pikirnya, si rajawali tak kuat menahan serangannya.
Tapi si bocah salah hitung. Sebab cuma sekali kebas saja
dengan sayap kirinya, Lo In terdampar oleh angin kebasan
hingga ia jatuh duduk.

"Itu hebat, Tiauw-heng." ia berkata sambil nyengir dan rasakan


pantatnya sakit juga bekas jatuh barusan. "Kau pelan-pelan
dahulu. Jangan terlalu kuat mengebaskan sayapmu !"

Lo In bicara seperti saja terhadap seorang partner, kawan


selatihan. Tapi si burung raksasa seperti yang mengerti akan
maksud Lo In. Benar saja kebasan yang selanjutnya dilakukan
perlahan.

Lo In menjadi girang. Sejak itu ia terus ajak si rajawali berlatih.


Saban hari tenaganya Lo In meningkat an kegesitannya
bertambah. Maka setelah lewat dua bulan, betul-betul luar
biasa tenaga dalamnya si bocah. Ia sudah dapat menahan
kebasan sayap si burung raksasa yang bagaimana keras juga.
Hal mana membuat si rajawali juga merasa heran
kelihatannya.

Lo In bangga dengan latihannya. Ia kira semua itu dari


tenaganya yang meningkat demikian hebatnya. Tapi ia tidak
sadar bahwa tenaga dalamnya itu bisa demikian kokoh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lantaran ia memakan buah Jit-goat-ko atau 'Buah bulan


matahari' yang ia dapatkan diantara buah-buah yang diantar
oleh kawan-kawannya.

Buah itu bentuknya mungil, tidak besar, hanya sebesar telur


angsa. Warnanya separuh merah dan separuh putih. Kapan
buah itu dibelah, segera menyiarkan bau harum yang lama
sekali memenuhi hidung. Kalau disedot, rasanya nyaman dan
segar seluruh badannya. Ini baharu harumnya saja, apalagi
buahnya kalau dimakan rasanya lezat sekali. Tenggorokan
yang dilewati oleh buah itu, selama lima menit terus menerus
akan mengeluarkan hawa wangi yang menyegarkan. Seluruh
badan rasanya kaku sejenak tapi kemudian tangkas lagi.
Tindakan berubah menjadi enteng, sedang tenaga entah dari
mana sudah berlipat tambahnya.

Buah itu Lo In dapatkan dua biji. Entah dari mana sang kera
dapatkan ini, dua-duanya ia sikat habis setelah ia rasakan
bagaimana harum dan enaknya buah itu, dimasukkan ke mulut
lewat tenggorokannya.

Di permulaan cerita dilukiskan bagaimana girang dan bangga


Liok Sinshe menampak kecerdasannya Lo In. Si bocah bukan
saja sudah mewariskan semua kepandaian Liok Sinshe yang
dicatat dalam otaknya, juga rahasia dari ilmu menotok jalan
darah yang terdapat dalam buku 'Tiam-hiat Pit-koat' sudah jadi
miliknya Lo In.

Anak kecil itu tinggal memerlukan gemblengan tenaga alam


yang sempurna, lantas ia akan berubah menjadi satu
pendekar yang sukar menemui tandingan. Tapi peryakinan
lwekang (tenaga dalam) yang sempurna bukannya gampang.
Itu harus meminta bukan satu dua tahun tempo, tapi makan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

puluhan tahun. Meskipun demikian, Liok Sinshe yakin, dalam


bimbingannya dalam waktu tidak sampai sepuluh tahun, ia
bisa bikin Lo In menjadi jago tak terkalahkan.

-- 5 --

Hanya sayang sekali, Liok Sinshe yang mengasuh Lo In


sampai setengah jalan, baru saja ia menggembleng lwekang
Lo In dua tahun lamanya, tiba-tiba ada bencana dengan
kedatangannya Siauw-san Ngo-ok dan kawan-kawannya. Liok
Sinshe jatuh tergelincir ke dalam jurang yang jejaknya tak
dapat diketemukan oleh Lo In yang berusaha mencarinya
siang malam.

Setelah dapat menahan kibasan sayap si rajawali yang


demikian dahsyatnya, diam-diam Lo In merasa sangat
geregetan. Ia sendiri merasa tenaga dalamnya ada hebat,
tidak berani ia balas menyerang pada burung kesayangannya,
kuatir nanti si rajawali terluka oleh karenanya. Sekarang, siapa
yang ia dapat ajak berlatih setelah si burung raksasa tak
berdaya menghadapi ia ?

Pada suatu malam, ia keluar dari gubuknya. Tidak lagi ia


leloncatan dari satu ke lain dahan pohon untuk turun ke
bawah, meniru si burung raksasa. Benar-benar hebat ilmu
entengi tubuhnya. Bagaimana ia dapat demikian hebat
ginkangnya ? Inilah justru menjadi pertanyaan yang sampai
sebegitu jauh belum dapat dijawab olehnya sendiri.

Tidak jauh dari situ ada terdapat satu lapangan, cukup besar
untuk berlatih silat. Di sekitarnya banyak tumbuh pohon, tinggi
dan rendah, tidak rata. Dan ini semua bagi Lo In merupakan
lapangan untuk melatih ginkangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di bawah terangnya sang rembulan, Lo In tampak melatih ilmu


silatnya ajaran Liok Sinshe dengan tangan kosong mula-mula.
Pukulan-pukulannya ternyata luar biasa, semua menerbitkan
angin menderu. Kapan ia tujukan pukulannya ke atas, cabang-
cabang pohon yang jaraknya dua tombak pada bergoyang dan
daun-daunnya pada berjatuhan ke tanah. Gerakannya gesit
luar biasa hingga yang tak melihat dengan mata kepala sendiri
tentu akan tidak percaya Lo In mempunyai tenaga yang
sempurna dan ilmu silat yang aneh-aneh melihat usianya baru
masuk empat belas tahun.

Lo In tidak merasa kalau ia dalam lembah itu diam-diam sudah


melewatkan waktunya hampir 2 tahun. Pantas badannya
makin tinggi, sedang romannya makin nyata kecakapannya.
Sayang pakaiannya mulai compang camping. Maklumlah ia
masuk ke dalam lembah itu tak membawa bekal pakaian. Jadi
ia tiap hari mengenakan pakaian itu-itu juga.

Setelah berlatih dengan tangan kosong, Lo In ganti berlatih


dengan pedangnya, juga tidak kurang hebatnya. Kalau tak
dapat dikatakan lebih hebat dan seram pula. Kecepatan
memainkan pedang yang bobotnya sangat enteng,
menimbulkan angin santar. Suaranya 'bat bet bat bet', bisa
membuat musuh yang menghadapinya ciut nyalinya.

Berhenti berlatih, Lo In duduk termenung di atas rumput.

Ia masih penasaran, lalu bangkit dari duduknya menghampiri


sebuah pohon siong (cemara) yang ukuran bulat batangnya
sebesar betis orang gemuk. Ia pasang kuda-kudanya lalu
kerahkan lwekangnya. Tampak seperti menghembus hawa
putih dari embun-embunannya. Ia berdiri kira-kira satu tombak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dari pohon yagn mau dibuat sasarannya. Setelah merasa


cukup kekuatan untuk menyerang, kedua tangannya digeraki
berbareng, diulur ke depan. Angin menghembus keluar hebat
bukan main. Segera terdengar suara 'krak !'. Disana, pohon
siong yang dipakai sasaran, kelihatan tumbang. Tidak dapat
menahan serangan Lo In yang dahsyat itu.

Lo In berdiri bengong. Ia kagum akan tenaganya sendiri,


berbareng ia menanya dirinya sendiri, dari mana mendapat
tenaga yang luar biasa itu.

"Celaka." katanya dalam hati kecilnya. "Tenagaku begini


dahsyat, aku tidak boleh sembarangan pukul orang !"

Sebentar lagi ia akan meninggalkan tempat.

Lo In kira tidak ada yang lihat perbuatannya. Tidak tahunya,


diam-diam sambil mendekam di atas dahan pohon, si rajawali
menonton ia tengah berlatih silat dan matanya si burung
terbelalak kagum menyaksikan Lo In memukul tumbang pohon
siong.

Sampai dibawah pohon, dengan gerakan 'walet terbang


menembusi awan', ilmu entengi tubuh yang paling ia suka, Lo
In sebentar saja sudah ada didalam gubuknya lagi.

Bulak balik ia di pembaringannya. Tidak bisa tidur memikirkan


akan keanehan tenaganya yang luar biasa. Tiba-tiba
berkelebat dalam benaknya tentang 'Jit-goat-ko', buah mujizat
yagn ia makan demikian harum dan lezat rasanya.

Pikirnya, apakah oleh karena makan itu ? Ia kemudian merasa


sangsi lagi sebab setelah ia makan buah itu, ia lantas rasakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perubahan aneh dalam tubuhnya, enteng dan gesit dirasakan


tubuhnya, tenaganya pun meningkat entah berapa puluh kali
karean si burung raksasa kontan pada hari-hari berikutnya
tidak berdaya menghadapi ia berlatih.

Dari mana kawanan kera itu dapatkan buah ajaib itu ?

Maka pada keesokan harinya, ia lantas kumpulkan kawan-


kawan keranya. Ia majukan pertanyaan, siapa diantaranya
yang membawakan buah yang bentuknya macam telur angsa
dan warnanya merah putih.

Lo In gunakan bahasa monyet menanyakannya hingga


puluhan monyet yang hadir dalam pertemuan itu pada
cetcowetan ramai. Rupanya satu dengan lainnya pada saling
bertanya. Tidak lama, satu kera yang berpotongan kecil tapi
gesit, lompat ke depan Lo In, berlutut sambil angguk-
anggukkan kepala.

Lo In girang melihatnya. "Pek-gan, jadi kau yang


membawakannya untukku ?" ia menanya seraya mengelus-
elus kepalanya si kera.

Pek-gan, kera itu dipanggil Lo In, artinya 'Mata Putih'.

Ia ada satu kera jantan yang bertubuh kecil, tapi kegesitannya


melebihi kawan-kawannya. Dua matanya putih seperti mata
yang terbalik, tapi ia melihat terang sebagaimana biasa. Malah
ada keistimewaannya, dengan sepasang matanya yang aneh
itu, pada malam hari gelap ia dapat melihat tegas terang
bagaikan siang hari. Ia mempunyai teman yang hampir sama
gesit dan cerdasnya dengan dia. Kera ini kepalanya putih dan
lebih jangkung sedikit, tapi kurusnya sama. Ia dipanggil 'Pek-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tauw' oleh Lo In, artinya 'Kepala Putih'.

Dua kera ini paling disayang oleh Lo In karena gayanya yang


lucu dan sering bikin ketawa, baik dalam percakapan maupun
dalam kelakuannya. Hingga bagi Lo In, mereka itu ada dua
penghibur yagn menyenangkan.

Lain dari itu, dalam soal mengantar buah-buahan mereka tidak


sembarangan asal petik saja. Selalu mereka pilih buah-buah
yang istimewa untuk dipersembahkanpada junjungannya. Oleh
karenanya Lo In sangat menghargakan mereka.

Pek-gan senang kepalanya diusap-usap Lo In, matanya


melirik bangga pada kawan-kawannya.

"Pek-gan, coba kau terangkan dari mana kau dapatnya. Apa


kau masih bisa dapatkan pula beberapa buah untukku ?"
demikian kata Lo In dalam bahasa kera.

Pek-gan geleng-geleng kepala. Mulutnya kemudian


cetcowetan sambil tangannya menunjuk-nunjuk. Rupanya ia
sedang cerita menuturkan pengalamannya.

Lo In mengerti cerita Pek-gan. Kiranya buah mujizat itu si kera


dapatkan pada satu tebing yang curam disebelah barat
mereka sedang berkumpul. Pohonnya hanya mengeluarkan
dua buah. Malah setelah dipetik buahnya, pohon itu lantas
layu, daun-daunnya pada kuncup.

"Tidak apa." kata Lo In. "Lain kali kau boleh bawakan lagi
buah-buah lain yang sama baiknya. Nah, kau boleh kumpul
lagi dengan teman-temanmu !" Lo In sambil tepuk-tepuk
pundaknya si kera.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berbareng dengan ini, tiba-tiba Lo In dan kawanan kera


menjadi kaget mendengar suara monyet berteriak-teriak minta
tolong Lo In dan yang lain-lain pasang kuping untuk menegasi
dari mana datangnya suara minta tolong itu.

"Ah, itu suaranya Ji-hek !" kata Lo In sambil lompat dari


duduknya.

Terus ia gunakan ilmu entengi tubuhnya, memburu ke selatan.

Semua kera paling kalut, masing-masing gunakan kecepatan


lari menyusul Lo In. Sedang si rajawali juga tidak ketinggalan,
pentang sayapnya dan terbang mendahului Lo In.

Lo In tidak minta 'kapal terbangnya' stop dahulu untuk


membawa dia, sebab ia tahu Ji-hek lebih perlu lekas ditolong,
jikalau ia mendengar teriakannya yang menyayatkan hati.

Ketika Lo In sampai disatu lapangan terbuka, ia lihat


rajawalinya sedang bertempur dengan manusia, entah siapa
dia. Tidak jauh dari mereka bertempur, tampak menggeletak
Toa-hek, tengah dipeluki oleh Ji-hek sambil berteriak-teriak
menangis minta pertolongan.

Cepat Lo In menghampiri Ji-hek.

Melihat Lo In datang, Ji-hek kegirangan. Mulutnya ramai


menceritakan apa yang sudah terjadi. Kiranya Toa-hek sudah
bertempur dengan orang yang sekarang lagi bertempur
dengansi rajawali. Dalam keadaan tidak waspada, Toa-hek
sudah dirubuhkan dengan senjata beracun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tidak perhatikan Ji-hek nyerocos cetcowetan. Ia terus


saja memeriksa lukanya Toa-hek. Keadaannya parah juga,
matanya meram saja ! Lo In girang sebab Toa-hek tidak
terancam bahaya kematian karena lukanya.

Cepat ia bersihkan darah di pundaknya Toa-hek. Dengan


tangan bajunya lalu keluarkan obatnya, dioleskannya, sedang
pil mustajabnya dimasukkan ke dalam mulutnya Toa-hek.
Mustajab benar obatnya Lo In, warisan Liok Sinshe. Karena
tidak lama setelah obat berjalan dalam perut dan pundaknya,
Toa-hek sudah dapat membuka matanya dan merintih pelan-
pelan.

Melihat Toa-hek sudah tertolong, maka Lo In bangun berdiri


menyaksikan pertempuran si garuda dengan lawannya. Ia
perhatikan musuhnya si garuda ternyata adalah seorang tua
dengan hidung bengkok seperti patuk burung kakaktua,
mulutnya lebar, jidatnya jantuk. Entah ada tanda apanya lagi di
mukanya sebab hanya itu saja yang dapat dilihat dari
kejauhan oleh Lo In.

Ternyata orang tua itu ada punya lwekang hebat juga. Sebab
samberan si rajawali terus dapat ditolak mundur. Tampak si
rajawali napsu benar hendak membinasakan musuhnya. Angin
pukulan si orang tua, seolah-olah tidak dihiraukan. Ia terus
menyambar musuhnya sambil perdengarkan pekikan yang
gusar sekali.

Entah ada permusuhan apa si rajawali begitu marahnya.

Lo In lihat, orang tua itu mulai keteter. Ia mulai gunakan


senjata rahasianya. Ser ! Ser ! Lo In dengar suaranya senjata
rahasia si orang tua menyambar pada si rajawali. Tapi sampai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebegitu jauh dengan kebasan sayapnya, saban kali senjata


rahasianya si orang tua dapat dijatuhkan.

Lo In kuatir akan keselamatan burung kesayangannya. Maka


ia lalu bersuit, si rajawali masih bernapsu bertempur. Suitan
tanda memanggil Lo In seperti juga ia tidak mendengarnya.
Tapi, ketika suitan yang kedua nadanya agak keras, membuat
si rajawali tak dapat membandal panggilan tuannya.

Ia putar tubuh dan terbang menghampiri Lo In.

Sementara itu, si orang tua sudah memburu datang.

Kiranya dia itu seorang tua dari usia kira-kira 50 tahun. Selain
tanda-tanda yag Lo In dapat lihat terlebih dahulu, ia saksikan
lagi, orang tuaitu mulutnya dan giginya omping. Entah tinggal
berapa giginya, yang terang di sebelah depannya, atas bawah
sudah sungsang sumbel.

Segera Lo In dan si orang tua sudah berhadap-hadapan, kira


satu tombak jauhnya. Sambil menunjuk dengan jarinya, si
orang tua berkata pada Lo In, "Em ! Jadi kau ini tuannya si
burung celaka itu ?"

Lo In merasa tidak senang burungnya dikatai 'si burung


celaka'.

"Lotiang (orang tua), kau sudah celakai Toa-hek, lantas kau


mau celakai juga aku punya Tiauw-heng, apa maksudmu ?" Lo
In balik menanya tanpa menjawab pertanyaan orang yang
diajukan lebih dahulu.

"Aku tidak peduli kau punya Toa-hek, Tiauw-heng, Sam-heng,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

apa hek apa heng kek ! Asal aku mau bunuh, tidak ada orang
yang berani rintangi !" si orang tua nyerocos, kasar betul.
Suaranya nyaring macam gembreng pecah.

Lo In mendongkol hatinya. Tapi ia tidak berani kurang ajar. Ia


tetap berlaku sopan terhadap orang asing itu. Selama hampir
dua tahun dalam lembah, hari itu, Lo In untuk yang pertama
kalinya ketemu lagi dengan manusia. Di samping ia suka
berlaku jail, mengocok orang, juga perangainya halus dan
ingin bersahabat sama siapa juga. "Jadi lotiang masih marah
sekarang ?" tanyanya.

Matanya si orang asing mendelik.

"Aku mau bunuh orang utan dan burung busukmu. Kau mau
apa ?" bentaknya.

Lo In kedip-kedipkan matanya, seperti yang ketakutan.

"Lotiang, kau sebenarnya siapa ? Apa namamu ?" tanya Lo In


tenang.

"Hahaha." si orang asing ketawa, seraya tepuk-tepuk dadanya.


"Tidak perlu kau tahu siapa aku sebab kau masih bocah. Tapi
tidak apa aku sebutkan supaya mati merem. Hahaha, aku ini
Toan Bilo-mo Siauw Cu Leng dari Coa-kok !"

Lo In tidak kaget si orang asing sebutkan namanya, sekaligus


dengan gelarnya 'Toan Bilo-mo' atau 'Si Iblis Alis Buntung'.
Yang membikin ia heran, Toan Bilo-mo Siauw Cu Leng macam
orang edan. Apa dia setengah atau memang betul-betul
sinting ? Lo In tanya dirinya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kalau orang baik-baik, tidak semestinya ia menyebutkan


namanya yang seram sambil tepuk-tepuk dada dihadapan
seorang anak kecil seperti Lo In. Sebab Lo In belum tahu apa-
apa dengan dunia Kang-ouw.

Yang lebih aneh pula, Siauw Cu Leng pakai mengatakan


'supaya kau mati merem' segala, apakah maksudnya ? Apa ia
mau bunuh juga Lo In ? Ini pun menjadi pertanyaan dalam
hatinya si bocah.

Lo In memandang mukanya si iblis, benar-benar saja kedua


alisnya pendek (kuntugn), cuma setengah dari alisnya orang
biasa.

Setelah menyebutkan nama dan gelarnya, Siauw Cu Leng


jalan mau menghampiri Toa-hek sehingga Toa-hek
mengerang gusar sedang Ji-hek tampak siap sedia buat
menjaga kalau suaminya diserang.

"Hei, kau mau apa ?" tanya Lo In.

"Ah, kau anak bau, tau apa !" sahut Toan Bilo-mo Siauw Cu
Leng seraya mengebaskan lengan bajunya. Dari mana
mengembus angin keras, menyerang Lo In.

Si Iblis Alis Buntung berdiri heran melihat Lo In tidak apa-apa.


Si bocah tinggal tetap berdiri ditempatnya. Biasanya, kalau
orang akan jungkir balik, apalagi ini anak kecil yang dikebas,
kenapa dia diam saja ? Demikian tanya si iblis dalam hatinya.

Apa kurang kencang kebasannya ? Maka ia lalu mengebas


sekali lagi dengan lwekan ditambah menjadi 7 bagian, tapi......
Lo In masih berdiri ditempatnya sambil bersenyum geli.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Rupanya ia masih merasa lucu atas kelakuan si iblis.

Memang, kalau anak kecil biasanya yang dikebut pasti akan


jungkir balik dan mungkin jatuh pingsan. Tapi kali ini Lo In
yang dikebas, tidak bisa mempan sebab tenaga dalam Lo In
ada diatasnya si Iblis Alis Buntung.

"Silahkan, kau mau bunuh Toa-hek ?" tanya Lo In ketika


melihat si iblis berdiri tertegun.

Sebagai tokoh iblis yang ditakuti sepak terjangnya, tentu saja


Siauw Cu Leng tidak mengira dapat dijatuhkan demikian
mudah oleh satu anak kecil yang masih ingusan, kata hati
kecilnya.

Ia lalu lompat menerjang, menghajar Lo In dengan kedua


tangannya yang menghembuskan angin besar. Debu dan
tanah berterbangan saking hebatnya dilanggar angin serangan
Siauw Cu Leng. Tapi Lo In sudah menghilang dari depannya.

Bukan main kagetnya, cepat ia putar tubuhnya. Dilihat Lo In


sudah berada dibelakangnya sambil anteng-anteng saja
menggendong tangan.

"Tanah tidak berdosa kau hajar begitu bengis, lotiang !" Lo In


kata dengan jenaka.

Malu bukan main si Iblis Alis Buntung diejek si bocah, naik


pitam dia. "Bagus, kau jaga pukulan mautku !" teriaknya
nyaring.

Pukulan yang dikerahkan dengan tenaga maksimum kalau


kena tubuh Lo In bisa hancur lebur berkeping-keping, tapi lagi-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lagi pukulan si iblis cuma bisa menghajar tanah sebab Lo In


sudah bisa menghilang lagi kemana tahu.

"Anak busuk, kau berani permainkan aku, Toan Bilo-mo ?"


bentaknya sambil celigukan, matanya mencari bayangan Lo
In.

SI iblis benar heran. Entah bagaimana Lo In bergerak sebab


tahu-tahu ia hanya menghajar tanah lagi. Ia marah-marah
hanya untuk menyimpan mukanya dari perasaan malu sebab
sebenarnya telah takut bukan main dalam menghadapi si
bocah punya kegesitan yang seperti setan saja bisa
menghilang.

Pikirnya, kalau tidak siang-siang angkat kaki, ia bisa susah.

Ia tahu bahwa saat itu Lo in berada di samping kirinya. Ia


bukan menyerang lagi, hanya ia lompat ke depan dan angkat
kaki terbirit-birit lari.

Lo In tidak mau tanam bibit permusuhan, makanya ia tadi


hanya lawan si iblis dengan kelincahannya saja mengelakkan
serangan-serangan. Ketika si iblis melarikan diri, ia hanya
ketawa, tidak mengejar. Tapi tidak demikian dengan si
rajawali, begitu meliaht Siauw Cu Leng lompat lari, ia juga
gerakan sayapnya menyerang dari atas. Cakarnya yang
bagaikan baja, nyaris mencomot hilang kepalanya si iblis,
kalau Siauw Cu Leng tidak menggunakan tipu 'Keledai malas
bergulingan diatas rumput', akan kemudian disusul dengan
gerakan 'Lo hie ta teng' atau 'Ikan gabus meletik', untuk ia
terus melarikan diri.

Lo In tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan pertunjukan itu.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ia tidak ijinkan si rajawali mengejar terus lawannya karena ia


tahu orang itu sangat licik hingga mungkin burung
kesayangannya nanti bisa dapat celaka oleh senjata
rahasianya yang berbisa. Oleh karenanya ia lalu
memperdengarkan suitannya memanggil si rajawali untuk
terbang pulang.

Tampak burung kesayangannya unjuk roman bengis dan


penasaran.

"Tiauw-heng, kau kenapa begitu marah pada dia ?" tanya Lo


In seraya elus-elus sayapnya, sebagaimana biasa unjuk
kesayangannya.

Si rajawali tidak geleng atau anggukkan kepalanya, dia diam


saja.

Lo In mengerti burung kesayangannya sedang marah.


Seketika itu ia ingat akan kejadian si burung raksasa
menderita luka, ia terkena anak panah beracun. Maka cepat ia
pungut anak panah yang barusan menancap dipundaknya
Toa-hek. Ketika ia perhatikan dengan seksama, lantas ia
mengerti bahwa yang memanah si rajawali adalah si Iblis Alis
Buntung. Pantesan burung kesayangannya begitu marah pada
Toan Bilo-mo Siauw Cu Leng.

"Tidak apa, lain kali kita ketemu, kita akan kasih hajaran
padanya." menghibur Lo In pada burung garudanya. Si
rajawali kali ini, mendengar Lo In mengucapkan kata-katanya
telah memanggutkan kepalanya.

Kenapa Toa-hek bertempur dengan Toan Bilo-mo Siauw Cu


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng ?

Itu adalah kebetulan kesompokan di jalanan. Ketika Siauw Cu


Leng sedang jalan lewati pohon, tiba-tiba ada bayangan
lompat dari atas. Ia kaget, cepat balik tubuhnya dan ia lantas
berhadapan denga Toa hek sebab bayangan tadi memang
Toa-hek yang barusan turun dari pohon.

Sebenarnya, kalau Siauw Cu Leng tidak timbul niatan ingin


menaluki si orang utan, ia teruskan jalannya, tentu tidak akan
ada kejadian apa-apa, sebab Toa-hek juga tidak
perdulikannya.

Apa mau, Siauw Cu Leng ketarik dengan tubuhnya Toa-hek


yang tegap dan kokoh kuat. Pikirnya, kalau ia bisa taluki orang
utan ini dan dijadikan pembantunya, ada baiknya juga untuk
disuruh-suruh. Segera ia datang mendekati, ia mulai
mengganggu, mengundang kemarahan Toa-hek. Ia berhasil
sebab Toa-hek lantas kedengaran menggerang gusar.
Dengan gerakan 'Hek houw tam jiauw' atau 'Macan hitam
mencengkeram', ia lompat menerjang. Tangan kanannya
menyambar lengan kiri Toa-hek, sedang tangan kiri, dengan
dua jarinya meluncur mau menotok 'hongbun-hiat', jalan darah
di pundak kanan si orang utan.

Inilah gerakan yang dilakukan dengan cepat. Pikirnya, dalam


segebrakan itu ia akan bikin lawan tidak berdaya. Tapi
perhitungan Siauw Cu Leng ternyata keliru sebab Toa-hek
segera elakkan lengannya yang hendak dicekal sedang
tangan kiri si iblis yang hendak menotok pundak sudah kena
ditangkis keras sekali hingga si iblis lompat mundur saking
kaget dan kesakitan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apa mungkin monyet ini bisa ilmu silat ?" ia menanya dirinya
sendiri, sambil matanya mengawasi Toa-hek.

Tapi si orang utan yang sudah marah, tak mengasih


kesempatan untuk Siauw Cu Leng banyak menanya-nanya
dalam hatinya karena segera ia menyerang dengan tangannya
yang gede berbulu dan kepaksa si iblis harus keluarkan
kegesitannya untuk menyelamatkan diri.

Ia rada ngeri untuk kasih tangannya bentrok lagi dengan


tangan Toa-hek sebab barusan ketika ditangkis, ia rasakan
tangannya seperti ditangkis sepotong besi sampai ia rasakan
kesemputan tangannya. Sebaliknya, ia mau menggunakan
lwekang, menggempur rubuh Toa-hek, hatinya tidka
mengirakan karena ia ingin taluki si orang utan, bukannya
hendak membunuhnya.

Jadi, bagaimana ia harus berbuat ? Dalam berkelit sana sini,


menghindarkan sambarang tangan Toa-hek, si iblis putar
otaknya mencari jalan merobohkan Toa-hek.

Ia dapat jalan rupanya sebab sebentar kemudian ia lompat


keluar dari pertempuran, lari dikejar oleh Toa-hek.

Siauw Cu Leng menyelinap dibalik sebuah pohon besar


hampir dua pelukan, disini dia ajak Toa-hek main petak,
berputar ia disini sampai kemudian ia berada dibelakang si
orang utan. Diam-diam ia keluarkan panah beraacunnya,
terdengar Toa-hek menjerit roboh karena pundaknya kena
dilanggar senjata rahasia si iblis.

Siauw Cu Leng kegirangan. Tapi baru saja dengan terbahak-


bahak ia ketawa seraya mendekati Toa-hek, dari atas pohon
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyambar satu bayangan. Untung ia awas. Cepat berkelit


selamatkan diri dari serangan. "Bangsat pembokong !"
bentaknya sambil memandang orang yang membokong tadi.

Ia terkejut juga sebab yang menyerang dirinya bukanlah


manusia, tapi orang utan lagi, orang utan betina. Memang Ji-
hek yang datang hendak menolong suaminya yang terancam
bahaya.

Segera mukanya si iblis berubah. Napsu membunuhnya


tampak dari romannya yang beringas. Ia kerahkan
lwekangnya, maksudnya hendak menghajar Ji-hek dengan
sekali pukul saja. Tapi pada saat Ji-hek terancam bahaya,
tiba-tiba terdengar suara si rajawali mendatangi, bagaikan
kapal terbang yang hendak mendarat saja, si burung raksasa
menyambar Siauw Cu Leng. Pohon dimana si iblis berdiri ada
merintangi si rajawali menyambar dengan leluasa. Maka ia
serempet Siauw Cu Leng dengan sayapnya hingga si iblis
terpental bergulingan, sebelum ia berdaya untuk
menyelamatkan dirinya.

Ia bergulingan menjauhi pohon kemudian ia lompat bangun,


lebih jauh lagi jaraknya dari pohon yang membuat si rajawali
tidak leluasa. Maka dengan enak saja Kim-tiauw permainkan
Siauw Cu Leng dengan kebasan sayap dan cakaran kedua
kakinya yang tajam-tajam. Tapi Siauw Cu Leng ada satu tokoh
iblis yang sudah terkenal dalam kalangan Kang-ouw. Maka
tidak mudah si rajawali mencomot kepalanya yang saban kali
hampir tercakar sebab ketika si iblis dapat memperbaiki
posisinya, segera juga serangan-serangan si rajawali di balas
dengan serangan tangan yang menghembuskan angin santar.
Itulah Pek-kong-ciang, pukulan udara kosong yang digunakan
Toan Bilo-mo Siauw Cu Leng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si rajawali dengan demikian terus ketahuan tiap


menyambarnya. Pertarungan dilakukan hebat sekali sebab si
rajawali yang kenali musuhnya yang telah melukai ia,
kelihatannya sangat bernapsu sekali hendak mencakar dan
mematuk binasa musuhnya itu.

Siauw Cu Leng menggempur dengan hati-hati, ia pun sudah


siapkan panah beracunnya untuk merobohkan si rajawali.
Justru ia sudah siap, tiba-tiba terdengar suitannya Lo In.
Suitan pertama si rajawali belaga pilon, tapi suitan kedua yang
nadanya agak keras, membuat si rajawali tak dapat
meremehkan panggilan tuannya dan ia putar tubuh melayang
balik menyampari Lo In.

Siauw Cu Leng menyesal sekali ia terlambat melepas panah


beracunnya karena gara-gara suitan Lo In. Oleh karena itu
juga, maka Siauw Cu Leng sudah mendatangi Lo In dan
marah-marah di depan si bocah seperti orang gila. Tapi
kesudahannya ia kena dipecundangi si jago kecil dengan
hanya menggunakan kegesitan entengi tubuhnya saja.

Toa-hek sangat berterima kasih atas pertolongan Lo In.

Tiba-tiba ia jatuhkan diri, menyembah di depan si jago cilik.

"Kau terlalu menghargai aku, Toa-hek. Bangunlah !" berkata


Lo In sambil tepuk-tepuk pundaknya Toa-hek.

Lo In berjaln pulang dengan diiringi oleh tentara keranya.

Dalam perjalanan, Lo In berpikir mungin dalam lembah itu


bukan ia sendiri manusia yang menjadi penghuninya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Munculnya si Iblis Alis Buntung sudah tentu ada kawan-


kawannya pula yang turut dengannya. Berpendapat bahwa
disekitarnya lembah mesti ada orang-orang lainnya pula yang
tinggal, maka dalam hatinya jago cilik kita ingin ia ketemukan
mereka itu untuk menanyakan keterangan kalau-kalau
diantaranya ada yang mengetahui tentang jejaknya Liok
Sinshe.

Meskipun hampir dua tahun sudah, Lo In menjadi penghuni


lembah, belum pernah ia melupakan Liok Sinshe. Tiap hari ia
masih terus mencari jejaknya Liok Sinshe. Malah tentara
keranya dikerahkan untuk membantu mencarinya. Ia sangat
mencintai Liok Sinshe yang ia anggap sebagai pengganti
orang tuanya, yang ia tidak tahu siapa dan dimana adanya
sekarang.

Tiga hari sejak kejadian diatas, Lo In dengan sendirian coba


melakukan pemeriksaan disekitarnya tempat dengan
pengharapan ia akan bertemu dengan orang yang ia dapat
ajak bicara. Ia menerobos sana menerobos sini, diantara
pepohonan yang lebat sampai akhirnya ia mendekati satu
rimba bambu. Tidak jauh dari sini, ia lihat ada sebuah sungai
kecil. Ia datang mendekati, duduk ditepinya untuk melepaskan
lelah.

Belum lama ia duduk, terbawa oleh silirannya angin, sayup-


sayup ia seperti mendengar ada orang yang merintih. Ia kaget
kapan ia tegasi, rintihan itu keluar dari jalanan masuk ke rimba
bambu tadi.

Siapakah gerangan yang merintih itu ? Dalam hatinya, ia


girang dapat menemukan manusia disitu, tetapi juga kuatir
bahwa ia akan terlambat dapat menolong orang yang dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kesulitan itu sebab dari suara rintihannya, orang itu seperti


mendapat luka berat.

Dengan beberapa kali lompatan saja, Lo In sudha masuk ke


dalam rimba bambu.

Di pinggiran jalan ia nampak ada satu nenek yang sedang


rebah merintih.

Ia datang mendekati, ia pegang lengannya si nenek dari


belakang sebab si nenek sedang rebah miring. "Kau kenapa,
Popo ?" tanya Lo In.

Lo In menduga si nenek bisa silat sebab dari dandanannya


ada lain dari kebanyakan nenek-nenek. Juga ia lihat, tidak
jauh dari si nenek, ada kedapatan sepotong besi, panjang tiga
kaki. Rupanya potongan besi itu yang merupakan toya
pendek, ada gegumamnya si nenek yang roboh merintih.

Merasa lengannya dipegang orang, si nenek berbalik dan


memandang Lo In.

"Oh, anak." sahutnya. "Aku terluka berat oleh itu anjing keparat
!"

Paras mukanya si nenek kelihatan seperti yang marah dan


penasaran.

"Siapa yang lukai Popo ?" tanya Lo In.

"Ah, kalau diceritakan, gemas sekali aku pada si keparat ! Aku


hanya kalah sejurus saja, apa mau betisku kena ditendang
oleh tendangan geledeknya hingga aku rubuh tidak ampun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lagi. Untung dia tidak barengi mengemplang kepalaku dengan


toyaku yang dia rampas. Kalau sampai begitu, celaka aku si
nenek sekarang sudah mampus !" demikian si nenek menutur.
Ia tidak menjawab langsung pertanyaan Lo In.

Si nenek sambil bercerita, sembari bangkit dari rebahnya dan


duduk. Lalu gulung kaki celananya yang kanan. "Nih, kau lihat.
Bukankah orang itu amat kejam ?" si nenek sambung
bicaranya sambil menunjuk pada lukanya.

Lo In lihat, benar saja betisnya matang biru akibat tendangan


lawannya.

"Siapa yagn lukai Popo ?" Lo In ulangi pertanyaannya tadi.

Si nenek mengawasi Lo In sebentar, lalu berkata, "Ah, kau


masih kecil. Barangkali kau belum kenal dia. Dia itu ada satu
iblis kejam. Namanya Siauw Cu Leng dengan gelarnya si 'Iblis
Alis Buntung'. Anak, sebaiknya kau tolong aku dari pada kau
tanyakan orang yang mencelakai aku sebab toh kau tidak bisa
berbuat apa-apa untuk membalaskan sakit hatiku si nenek !"

Lo In hanya mendehem. Lalu ia segera mau periksa lukanya si


nenek, tapi ia urungkan ketika si nenek berkata lagi, "Eh,
tunggu dulu. Kau tentu mau tahu juga aku berhantam dengan
si iblis, bukan ?"

Lo In hanya manggutkan kepala.

"Lantarannya ia menuduh aku sudah menemukan buah 'Jit-


goat-ko' dan aku sudah memakannya sendiri." kata pula si
nenek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apa buah 'Jit-goat-ko' itu ?" tanya Lo In.

"Jit-goat-ko," sahut si nenek. "Bentuknya mungil sebesar telur


angsa, warnanya merah putih. Siapa makan ini, tubuhnya
akan kuat luar biasa. Kalau yang pandai silat, lwekangnya
meningkat. Makan satu seperti tambahan tenaga dalam dari
latihan 5 tahun. Makan dua sebagai berlatih 10 tahun. Siapa
yang dapat makan buah ini, rejekinya besar. Mana aku si
nenek punya itu rejeki dapatkan buah yang demikian, tapi
difitnah oleh si jahat itu sampai aku rasakan semaput betisku
ditendang olehnya. Baik, nanti ada satu waktu, aku akan bikin
perhitungan padanya. Ia tak nanti lolos dari pembalasanku !"

Sementara si nenek nyerocos cerita, Lo In diam-diam merasa


terkejut dalam hatinya. Ia tidak sangka buah 'Jit-goat-ko' ada
demikian besar khasiatnya. Pantas dia makan dua buah itu,
tenaganya tambah entah berapa puluh lipat hingga ia bikin
tidak berkutik Toa-hek dan si rajawali, dua teman dalam
latihannya. Kalau begitu, pikirnya, tenaganya meningkat
seperti juga ia berlatih sepuluh tahun sudah lwekangnya.

Parasnya si bocah yang terkejut, tidak lepas dari matanya si


nenek yang berkilat sebentaran, lalu berkata pada Lo In,
"Anak, coba kau tolong periksa lukaku. Aku rasakan sangat
sakit !"

Lo In menurut, ia tekuk lututnya dan memeriksa luka si nenek.

Tiba-tiba terdengar suara 'buk !' disusul oleh jeritan 'aiyoo !'
dari Lo In berbareng badan si bocah lantas rebah terkulai.

Kiranya Lo In kena dibokong si nenek. Ia kena perangkap


sebab si nenek sebenarnya bukan terluka. Betisnya yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

matang biru hanya buatannya sendiri dengan mengerahkan


tenaga dalamnya, disalurkan ke betisnya hingga timbullah itu
tanda seperti yang benar kena ditendang orang.

Lo In masih kecil, belum kenal kecurangan manusia. Ia masih


belum berpengalaman dalam rimba persilatan yang banyak
akal-akal busuk yang dilakukan orang-orang jahat. Ia percaya
saja akan obrolannya si nenek. Ketika ia tekuk lutut, nunduk
untuk periksa luka yang dikatakan si nenek jahat, tiba-tiba
dengan kejam si nenek membokong Lo In dengan tenaga
sepenuhnya.

Tentu saja Lo In yang tidak berjaga-jaga, sekali digebuk ia


jatuh setelah mengeluarkan jeritan 'Aiyoo !' yang
mengenaskan.

"Hehehe !" si nenek tertawa terkekeh-kekeh sambil bangkit


dari duduknya dan mengawasi korbannya yang rebah
tengkurup, tidak sadarkan diri.

"Bagus !" tiba-tiba terdengar suara orang dari gerombolan


pohon bambu, berbareng orangnya muncul. Siapa, ternyata
bukan lain orang adalah Toan Bilo-mo Siauw Cu Leng sambil
ketawa-ketawa datang menghampiri.

"Anak bau !" katanya sambil menendang tubuhnya Lo In


hingga terpental bergulingan setombak jauhnya. "Rasakan
gempuran tangan ciciku !" si iblis menyerang gemas seraya
memburu dan hendak menendang lagi.

"Tahan !" kedengaran si nenek menyetop niatnya Siauw Cu


Leng yang gemas sekali pada Lo In yang pernah bikin ia lari
terbirit-birit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siauw Cu Leng tidak jadi menendang. Ia jadi uring-uringan, ia


berkata, "Anak bau ini, buat apa ditinggal hidup ? Mampusi
saja, habis perkara !"

Si nenek goyang-goyang tangannya sambil jalan


menghampiri. Dekat tubuh Lo In, ia jongkok mengawasi
parasnya si bocah yang cakap tengah telentang dengan tidak
ingat orang, mungkin napasnya sudah berhenti.

Pelan-pelan tangannya si nenek ditempelkan pada dadanya


Lo In. Ia dapatkan Lo In masih bernapas meskipun sangat
perlahan. Kembali ia mengawasi pada paras Lo In lalu
menghela napas, "Musti anak ini turunannya dia........." ia
berkata perlahan, tapi cukup nyata bagi telinganya Siauw Cu
Leng.

Si Iblis Alis Buntung juga turut jongkok.

Sambil turut mengawasi si bocah yang seolah-olah sudah


tidak ada napasnya, Siauw Cu Leng menanya, "Siapa yang
kau maksudkan, cici ?"

"Dia..........dia........" sahtu si nenek bengong.

"Oh, aku tahu. Dia si orang she........." Siauw Cu Leng kata


lagi. Ia tak dapat meneruskan kata-katanya karena si nenek
tiba-tiba menaruh telunjuk di mulut, bersuara "sstt !"

Siauw Cu Leng celingukan sebab tanda dari kakaknya itu


menandakan ada orang yang mengintai. Tapi ia tidak lihat
apa-apa kecuali dua monyet kecil yang sedang lelompatan di
pohon bambu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yang satu kelihatan kepalanya putih sedang yang pendekan


matanya putih. Dua monyet itu kelihatan lucu sekali.

Setelah lama memperhatikan, mereka itu tidak mendengar


gerakan apa-apa lagi, maka Siauw Cu Leng sambil ketawa
berkata, "Ah, cici. Hanya dua binatang itu saja yang
mengagetkan kita." sambil ia menunjuk pada dua kera yang
seenaknya saja bermain lompat-lompatan saling kejar, malah
terkadang sampai mendekati mereka dengan aksinya masing-
masing yang lucu.

Siapa si nenek itu ? Ia bernama entah siapa, tapi ia terkenal


dalam kalangan kang-ouw dengan nama Ang Hoa Lobo atau
si nenek Kembang Merah. Rupanya nama ini diambil dari
kebiasaannya, pada rambutnya suka dicantum kembang yang
warnanya merah.

Kepandaiannya jauh diatas Siauw Cu Leng.

Namanya saja si iblis Siauw cu Leng memanggil cici (kakak).


Tapi sebenarnya mereka itu sudah menjadi laki bini diluar
kawin.

Ang Hoa Lobo 'jago racun', disamping kepandaian silatnya


tinggi hingga Siauw Cu Leng yang biasa tidak takuti siapa
juga, ia tunduk terhadap bininya diluar kawin itu. Ia pun juga
mempunyai panah beracun buatang Ang Hoa Lobo.

Demikian, tatkala mengetahui bahwa kecurigaannya tidak


beralasan, makan Ang Hoa Lobo suruh Siauw Cu Leng
pondong Lo In untuk dibawa pergi dari tempat itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siauw Cu Leng benci pada Lo In tapi ia tak dapat menolak


perintah sang ratu. Terpaksa dengan uring-uringan ia angkat
si bocah, terus dipanggul di pundaknya.

Ang Hoa dan Kim Popo, jadi sudah dua-dua nenek yang
muncul dalam cerita. Sekarang, mari kita melihat perjalanan
Kim Popo dan asal usul dua nenek itu.

Kim Popo setelah dijemur selama dua jam dibawah terik


panasnya matahari, barulah dengan sendirinya totokan si
thauto bebas. Di samping sangat gusar, ia rasakan
tenggorokannya sangat kering. Cepat ia bangkit lalu
menghampiri tongkatnya dan dipungutnya. Ia meneduh
sebentar di bawah pohon kemudian ia mencari air, kalau-kalau
didekat situ ada kali kecil yang jernih airnya.

Keinginannya Kim Popo kesampaian, sebab tidak lama ia


jalan, ia menemui sebuah kali kecil yang airnya jernih
bagaikan kaca, keluar dari mata-mata air dari pegunungan.
Kegirangan dia sampai di tepi kali, ia rebahkan diri tengkurap,
tangan kanannya dipakai menyendok air. Dengan napsu, ia
minum sekenyangnya. Ia cuci muka dan cacapi kepalanya
yang barusan kena dijemur panasnya matahari.

Ia rasakan adem sekali ketika merasakan air kali itu meresap


di kepalanya.

"Hahaha ! Dia ada disini !" tiba-tiba Kim Popo dibikin kaget
oleh suara laki-laki dari belakangnya. Cepat ia bergulingan
untuk menyelamatkan diri dari serangan gelap kemudian
dengan gerakan 'Ikan gabus meletik', di lain saat ia sudah
tancap kakinya berdiri sambil pegangn kencang tongkatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia menduga si thauto yagn datang lagi. Maka ia sudah siap


untuk menempur musuhnya dengan mati-matian. Tapi ketika
ia mengawasi orang yang tertawa tadi, amarahnya dengan
seketika lenyap dan malah ia ikut ketawa dan berkata : "Koko,
kau bikin kaget orang saja. Mengapa sih suka jail begitu ?"

Tidak biasanya Kim Popo keluarkan suara dengan nada begitu


empuk dan halus. Kiranya orang itu ada 'kenalan lama' dari
Kim Popo.

"Adik Kim, kau dari mana ?" tanya orang laki-laki itu.

"Kau sendiri, datang dari mana dan mau kemana ?" balik
tanya Kim Popo sambil melirikkan matanya.

"Ah, adik Kim. Kau belum jawab pertanyaanku." kata lagi


orang laki-laki itu sambil jalan menghampiri dekat pada si
nenek.

"Aku..... aku, eh......... kau........." sahut Kim Popo, agak gugup


suaranya.

Laki-laki itu telah mencekal tangannya Kim Popo yang kurus,


dengan tangan kanan ia mencekal, sedang tangan kirinya
memegang lengan kanan si nenek sehingga si nenek coba
berontak dari cekalan dan pegangan si lelaki sambil
mengucapkan kata-kata yang gugup tadi.

Berontaknya Kim Popo hanya 'aksi' atau pura-pura saja.


Sebab iahanya sebentaran saja beraksi demikian. Selanjutnya
ia jinak, antapkan perbuatannya si laki-laki tadi sambil
tundukkan kepala seperti anak dara yang malu-malu kucing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Orang akan merasa geli dan lucu, melihat adegan yang 'luar
biasa' itu.

Kim Popo yang terkenal dengan adatnya yang angin-anginan


dan kepala batu, eh, bolehnya begini jinak pada lelaki yang
dihadapinya malah mengunjuk aksi manja aleman, bagaikan
anak perawan usia sweet-seventeen.

Siapakah lelaki itu ? Siapa Kim Popo itu ?

Marilah kita menuturkan 'kisah roman' dari mereka yang cukup


menarik.

Di sebelah barat kota Hoa-im dalam provinsi Siamcay, ada


tinggal bekas piauwsu (pengawal antaran barang) bernama
Kong Tek Liang. Ia terkenal dengan ilmu tongkatnya yang
dinamai 'Thian-lo Sin-kuay-hoat' atau 'Ilmu silat tongkat sakti
jatuh dari langit', terdiri dari 6 jalan dan masing-masing jalan
ada mempunyai 8 jurus, sama sekali jadi 48 jurus.

Dengan kepandaiannya ini, ia banyak taluki penjegal-penjegal


atau perampok-perampok besar, dalam perjalanan mengawal
barang-barang antaran. Ketika ia masih jadi piauwsu,
sehingga namanya terkenal dengan julukan Sin-kuay piauwsu
atau Piauwsu Tongkat Sakti. Setelah berusia tua, ia dengan
sendirinya mengundurkan diri dan menetap di sebelah barat
kota Hoa-im.

Kong Tek Liang mempunyai anak perempuan bernama Kong


Kim Nio, yang sangat dimanjakan karena ia hanya puteri satu-
satunya.

Di samping Kong Kim Nio, si Piauwsu Tongkat Sakti


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mempunyai dua murid bernama Siauw Cu Leng dan The Sam.

Kim Nio ada berparas cantik menarik hingga Siauw Cu Leng


dan The Sam tergila-gila oleh kejelitaannya Kim Nio.

Siauw Cu Leng parasnya cakap tapi sifatnya licik dan agak


ceriwis. Sebaliknya The Sam, meskipun kalah cakap dari
Siauw Cu Leng, ia lebih pandai dalam merayu si dara. Hatinya
Kim Nio lebih mendoyong pada The Sam, pergaulan mereka
pun menjadi lebih erat oleh karenanya.

Pada suatu hari, Kim Nio duduk berduaan dengan The Sam
beromong-omong dalam sebuah taman bunga yang terdapat
dipekaranagn rumah Kong Tek Liang yang lebar luas. Mereka
begitu asyiknya ngobrol sampai tak disadari dua tangan
mereka saling pegang.

"Adik Kim," terdengar suara The Sam berkata dengan suara


perlahan. "Mungkinkah kita bisa jadi kawan seumur hidup ?"

"Kenapa tak mungkin, koko ?" sahut Kim Nio dengan mukanya
bersemu merah sebab seketika itu ia merasakan pegangan
tangannya The Sam makin erat dan duduknya menggeser
lebih dekat lagi.

"Aku kuatir kau tidak menjadi milikku, adik Kim." kata The
Sam, suaranyaagak gemetar.

"Kenapa kau memikir begitu, koko ?" tanya Kim Nio seraya
tarik tangannya yang dipegang erat-erat oleh The Sam.

Tapi The Sam tidak mau melepaskan tangan yang ditarik


pulang itu, malah ia menggunakan dua tangan menggenggam,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seolah-olah takut tangan si gadis yang lemas halus laksana


kapas itu terlepas. Kim Nio juga tidak memaksa, ia antapkan
tangannya dalam genggaman kedua tangan The Sam yang
kuat. Hatinya tiba-tiba memukul melihat The Sam duduknya
makin menggeser saja merapati tubuhnya.

"Adik Kim........" kata The Sam, suaranya hampir tidak


kedengaran.

"Kenapa, koko ?" tanya Kim Nio terkejut, melihat gerak gerik
The Sam.

Anak muda itu mengawasi parasnya si nona, dari sela-sela


matanya The Sam menetes air mata turun mengalir di kedua
pipinya.

"Kau kenapa, koko ?" Kim Nio ulangi pertanyaannya, heran


melihat The Sam menangis.

"Aku mencintai kau, tapi aku akan kehilangan kau......." sahut


The Sam. Ia menangis, seperti anak kecil.

-- 6 --

Kim Nio makin heran. Sambil tarik lepas tangannya dari


genggaman The Sam, ia berkata, "Koko, kau omonglah yang
jelas. Jangan kau menangis tidak karuan, membuat aku jadi
menghadapi teka teki."

"Adik Kim, boleh aku bicara terus terang ?" tanya The Sam
setelah menyusut air matanya.

"Kenapa tidak boleh." sahut Kim Nio. "Kau ceritalah dengan


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tenang."

"Adik Kim, aku bakal kehilangan kau sebab kau sudah


ditunangi dengan Suheng Siauw Cu Leng dan...." sampai
disini bicara The Sam mandek karena dipotong oleh Kim Nio.

"Dari mana kau tahu ini ?" Kim Nio memotong, seraya bangkit
dari duduknya, berjingkrak saking kaget.

"Suhu yang ceritakan ini padaku." sahut The Sam.

"Kenapa ayah tidak cerita tentang ini padaku ? Aku heran !"
kata Kim Nio.

"Dengan pertunangan ini, hilanglah pengharapanku. Bukankah


itu berarti aku akan kehilangan kau, adik Kim ?" The Sam
berkata lagi sambil tundukkan kepala.

Kim Nio melihat si pemuda yang putus harapan, merasa amat


kasihan.

Hatinya, meskipun suka pada kecakapan Siauw Cu Leng,


sebanding kalau menjadi suami istri, tapi ia tak dapat melupai
Ji suhengnya (kakak kedua dalam perguruan), yang ia cintai
dengan hati murni. Sebagai tanda bahwa ia lebih mesra
terhadap The Sam, terbukti dari panggilannya. Ia seharusnya
memanggil Ji-suheng pada The Sam tapi ia hanya memanggil
'koko' saja. Sebab pikir Kim Nio, panggilan ini ada lebih mesra
kedengarannya.

Tangang Kim Nio yang halus tiba-tiba diangkat lalu memegang


dagu The Sam, diangkat hingga dua pasang mata bertemu
pandangan. "Koko, kau jangan kuatir. Aku akan menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

milikmu......." kata Kim Nio menghibur, mulutnya yang mungil


menyungging senyuman yang tak dapat dilupakan oleh si
pemuda yang kuatir kisah cintanya akan menjadi tamat.

Tampak The Sam pun bersenyum setelah mendengar kata-


kata Kim Nio. Badannya tiba-tiba bergerak maju dan dilain
saat tampak Kim Nio sudah berada dalam rangkulannya The
Sam, jinak sekali kelihatannya.

The Sam mencium pipi kanannya Kim Nio perlahan sambil


berbisik, "Adik Kim......"

"Ya....... koko........." sahut Kim Nio sambil merasakan ciuman


hangat dalam pelukan kekasih yang ia sangat cintai.

"Adik Kim, boleh aku menciummu lagi ?" bisik The Sam lagi.

Kim Nio hanya manggut, bersenyum dan segera ia merasakan


ciuman hangat di pipi kirinya. Keduanya saling peluk dengan
penuh kasih.

"Ha ha ha !" sekonyong-konyong terdengar suara ketawa


mengejek.

Dua makhluk yang sedang asyik dalam lautan asmara terkejut,


melepaskan pelukannya dan masing-masing lompat
menjauhkan diri satu sama lainnya.

Di situ tambah satu orang ialah Siauw Cu Leng. Dengan suara


sinis, Siauw Cu Leng berkata, "Bagus, bagus ya, perbuatan
bagus !"

Kim Nio berdiri tercengang, sedang The Sam tundukkan


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepala seakan-akan persakitan yang merasa bersalah.

Tampak Kim Nio tekap mukanya dengan kedua tangannya, ia


menangis saking malunya lalu lari masuk ke dalam rumah.

"The Sam !" bentak Siauw Cu Leng kasar.

"Apa kau tidak tahu adik Kim sudha menjadi milikku ? Apa kau
belaga pilon dengan perkataan suhu ?"

The Sam tidak menyahut, ia hanya tundukkan kepalanya.

Siauw Cu Leng sebenarnya bukanlah dengan sengaja


mengintip perbuatan mereka, tapi secara kebetulan saja.
Ketika ia ke belakang, ia masuk ke taman bunga mau memetik
sekuntum bunga untuk dihadiahkan pada Kim Nio, apabila
sebentar sore pertunangan mereka diberitahukan pada si jelita
oleh suhunya.

Kong Tek Liang mengambil keputusan Siauw Cu Leng


sebagai mantunya berdasarkan perhitungan bahwa Siauw Cu
Leng cakap parasnya, pintar mengambil hati sang suhu, juga
dengannya ada hubungan famili. Ibunya Siauw Cu Leng ada
adik piauwnya yang menikah dengan orang she Siauw. Atas
permufakatan kedua orang tua, ialah Kong Tek Liang dan
ibunya Siauw Cu Leng, bapaknya sudah mati, mereka setuju
merangkapkan jodoh anak-anaknya.

Kepada Kim Nio sendiri, Kong Tek Liang belum memberi


tahukan tentang pertunangan itu karena Sin-kuay Piauwsu
mau mencari kesempatan yang baik sehingga anaknya tidak
menjadi terkejut. Kong Tek Loang tahu bahwa anaknya ada
lebih mencintai The Sam, maka dengan perlahan ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merenggangkan dahulu pergaulannya kedua orang muda itu.


Kepada The Sam ia sudah beritahukan. Maksudnya supaya
The sam mengundurkan diri karena Kim Nio sudah menjadi
miliknya Siauw Cu Leng. Si orang tua tidak mengira, bukannya
The Sam mundur, malah makin merapat hubungannya hingga
terjadi adegan yang dipergoki Siauw Cu Leng.

Siauw Cu Leng yang pergoki bakal istrinya dipeluki orang,


bukan main marahnya. Ia sudah lantas mau menerjang dan
gebuk mampus The Sam, tapi ia takut salah pukul sehingga
bukannya The Sam yang terpukul tetapi malah tunangannya.
Maka ia hanya perdengarkan suara ketawanya yang bernada
mengejek.

Sekarang mereka hanya berduaan saja, makin meluap


kegemasan Siauw Cu Leng.

"Bangsat she The, kau terlalu kurang ajar !" teriaknya. "Berani
kau merebut bakal istriku ? Nih, rasain !"

Berbareng ia menerjang. Kepalanya The Sam menjadi


sasaran dengan gerakan "Tok pek Hoasan' atau 'Menggempur
gunung Hoasan'. Serangan dilakukan dengan cepat luar biasa,
dibarengi dengan hawa amarah yang meluap-luap. Tidak
heran kalau kepalanya The Sam yang sedang nunduk bisa
berantakan otaknya kalau saja pukulan Siauw Cu Leng
mengenakan sasarannya.

The Sam tahu datangnya bahaya, cepat ia kelit ke kanan.


"Tahan !" serunya.

Siauw Cu Leng tarik pulagn tenaganya yang mengenakan


sasaran kosong. Lalu dengan mata melotot menanya, "Kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mau bicara apa lagi ? Terima sajalah kematianmu ini hari !"

Berbareng dengan itu ia juga sudah lantas mau menyerang


lagi.

"Kau adalah suheng dan aku adalah sute. Tidak seharusnya


bila kakak adik mesti berkelahi. Maka haraplah suheng suka
bersabar." kata The Sam seraya mengelakan tubuhnya,
berkelit sana sini untuk menghindari serangan Siauw Cu Leng
yang dilancarkan bertubi-tubi.

"Hmm !" mendengus Siauw Cu Leng sambil serangannya tidak


ia hentikan.

"Maaf suheng kalau aku kurang ajar !" kata The Sam seraya
kali ini, ia tidak mau mengalah terus terusan.

Dua saudara dalam seperguruan itu jadi saling gasak dengan


serunya.

Dalam tempo pendek saja, sudah lewat 28 jurus. Siauw Cu


Leng sangat penasaran untuk dapat menjatuhkan saudara
mudanya.

Dua saudara itu, sebenarnya kepandaiannya tidak berimbang.


Dengan kata lain dapat dikatakan Siauw Cu Leng selangkah
lebih unggul sebagai saudara tua. Tapi oleh karena Siauw Cu
Leng berkelahinya dengan bernapsu, maka ia telah menelan
pil pahit dari The Sam.

Sehingga terbitlah suatu kejadian. Ketika ia menggunai tipu


'Hiu hi lian po' atau 'Ikan cucut menerjang gelombang'.
Kepalan kirinya menjotos muka, sedang tangan kanannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan dua jarinya meluncur menotok 'hoa kay hiat', jalan


darah di pundak kiri The Sam.

Serangan cepat itu dilakukan hampir berbareng, tapi The Sam


juga tidak kurang cepatnya untuk menyelamatkan diri. Tangan
kanan menangkis jotosan ke muka sambil kelit miring ke kiri
berbareng ia menyambar lengan kanan lawan yang hendak
menotok pundaknya. Ia menggennak sejenak, kemudian
tangannya membalik, menghajar dada Siauw Cu Leng yang
terjerunuk ke depan.

Ini adalah jurus 'Sin-chiu Pa-houw' atau 'Tangan sakit


menggempur macan', jurus keempat dari jalan kelima dari
'Thian Lo Sin-kuay-hoat', ilmu silat tongkat sakti yang menjadi
kebanggaannya Sin-koay Piauwsu Kong Tek Liang.

Telak hajaran The Sam didadanya Siauw Cu Leng sehingga ia


rubuh seketika setelah mengeluarkan jeritan ngeri, dari
mulutnya kontan menyemburkan darah panas dan ia jatuh
pingsan.

The Sam jadi ketakutan. Ia bukannya datang menolong,


angkut sang suheng ke dalam rumah untuk minta pertolongan
suhunya, sebaliknya ia malah angkat kaki dari situ untuk
melenyapkan diri.

Siauw Cu Leng menggeletak dengan tak sadarkan diri.

Kong Tek Liang yang barusan pulang habis menamu ke rumah


temannya, diberitahukan oleh Kim Nio, dua suhengnya tengah
berkelahi. Lantas buru-buru melihat ke belakang dengan
maksud mau memisahkan, tapi sudah terlambat. Disitu ia
hanya dapatkan Siauw Cu Leng terlentang pingsan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berlumuran darah.

Bukan main kagetnya sang guru. Cepat-cepat ia memberikan


pertolongannya setelah memeriksa lukanya di dada, ia
pondong murid kepalanya itu dibawa masuk ke rumah.

Kim Nio mengikuti dari belakang sambil menangis


sesenggukan.

Si Tongkat Sakti marah-marah dan mengeluarkan ancaman


hendak menghukum The Sam tapi sejak itu tidak kelihatan
pula mata hidungnya sang murid, apalagi pulang ke rumah.
Hal mana sangat mendukakan hatinya Kim Nio.

Karena kejadian itu, karena gara-garanya Kim Nio, maka sang


ayah bertindak bengis menghukum Kim Nio disuruh merawati
dirinya Siauw Cu Leng sampai sembuh.

Mau tidak mau Kim Nio menurut, tidak berani ia


membangkang. Apalagi ia mengingat tiada orang lain yang
dapat merawati Siauw Cu Leng, selain ia berdua ayahnya
yang sudah lanjut usianya.

Dalam perawatan, Kim Nio bersungguh-sungguh sebab ia


merasa berdosa. Ia yang menyebabkan luka parahnya sang
suheng. Maka dengan berangsur-angsur Siauw Cu Leng mulai
sembuh dari luka parahnya.

Di waktu sakit tak dapat bangun, Siauw Cu Leng sering


ditolong Kim Nio, mengangkat bangun dari tidurnya untuk
minum obat. Pun sering membantu ayahnya mengurut-urut
jalan darahnya sang suheng supaya lancar lagi. Dengan
sering bersentuhan badan dan mata pandang memandang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hatinya Kim Nio pelan-pelan terpikat juga pada Siauw Cu


Leng, lupa ia pada The Sam yang sekarang entah ada
dimana.

Sering Kim Nio menemani sang suheng duduk di tepi


pembaringannya, kasak kusuk mengobrol ketawa-tawa. Dari
memegang jari terus ia memegang tangan, lalu ke lengan. Kim
Nio antapkan tangan nakal si ceriwis, malah ia bersenyum.
Tapi alangkah kagetnya, tiba-tiba Siauw Cu Leng meniup
padam api lilin. Kim Nio rasakan tangannya ditarik hingga ia
terjerunuk menubruk badannya si bangor di atas pembaringan.
Kim Nio berontak tapi sudah terlambat, dua tangan yang kuat
telah memeluk dirinya.

Kim Nio memberontak, tapi tidak berdaya karena ciuman si


ceriwis Siauw Cu Leng yang bertubi-tubi membuat badannya
jadi lemas tak bertulang.

"Adik Kim,... oh...'

"Suheng.... ah...."

Hanya kata-kata ini yang terdengar sejenak dari lubang kunci


pintu kamar Siauw Cu Leng, sayup-sayup kedengarannya
seperti terbawa hembusannya angin.

Itulah kisah pada suatu malam, dimana si Tongkat Sakti Kong


Tek Liang tidak ada di rumah, lagi main tio-ki (catur Tionghoa)
di rumah tetangganya.

Masih terdengar suaranya Kim Nio, sayup-sayup jauh disana,


tapi tegas : "Jangan suheng, jangan........"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lantas sang malam pun menjadi sunyi senyap.......

Sejak itu, dua minggu kemudian dalam rumah Sinkuay


Piauwsu Kong Tek Liang diadakan keramaian, pesta
pernikahan Kim Nio, puteri tunggalnya dengan Siauw Cu
Leng.

Banyak kawan-kawannya Kong Tek Liang yang datang


meramaikan pesta itu.

Diantara tetamunya yang kelihatan sangat dihormati adalah


Teng Siu bersama anak perempuannya bernama Teng Goat
Go yang tinggal di sebelah selatan rumahnya Kong Tek Liang.

Melihat dirinya dihormati lebih dari tetamu yang lainnya, Teng


Siu tampaknya amat angkuh, seakan-akan ia tidak
memandang mata pada banyak tetamu yang hadir dalam
pesta itu. Maka, untuk mereka yang gampang tersinggung
hatinya, tidak mau mendekatinya, kuatir nanti terbit urusan
yang tidak diingini.

Sebenarnya, memang Teng Siu orang takuti. Ditakuti bukan


kepandaian ilmu silatnya yang tinggi atau ia seorang hartawan
besar, ia disungkani kawan dan lawan karena 'racun'nya. Ia
sangat mahir membuat racun hingga dalam kalangan 'hitam'
(kawanan penjahat), ia sangat dihormati karena banyak
diantara kawanan jahat itu yang membuat senjata rahasianya
dengan bisa yang diperoleh dari Teng Siu. Dalam kalangan
jahat, orang hanya kenal nama julukannya Hoa-im, si orang
beracun dari Hoa-im.

Anak perempuannya, Goat Go yang umurnya 24 tahun sebaya


dengan Kim Nio, sudah mewarisi kepandaiannya sang ayah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan Kim Nio, Goat Go kenal baik sebab teman dalam satu
sekolahan.

Meskipun parasnya cantik, Goat Go hatinya tidak cantik. Jelus,


gampang mengiri. Maka tidak heran kalau ia mengiri pada Kim
Nio yang dapatkan Siauw Cu Leng sebagai suami yang
ganteng.

Seperti juga dengan Kim Nio, Goat Go siang-siang sudah


kehilangan ibu, meninggal dunia pada waktu ia berusia 8
tahun. Ia hidup bersama ayah dan Twa-ienya (kakak
perempuan ibunya) yang menggantikan sang ibu yang sudah
berada di alam baka.

Goat Go lebih dimanja oleh orang tuanya dibandingkan


dengan Kim Nio, kemerdekaannya tidak dikekang. Ia boleh
pergi melancong seharian atau satu malaman tidak pernah
ditegur oleh ayahnya, yang percaya penuh Goat Go bisa jaga
diri sendiri.

Begitulah, ketika ia habis pulang dari undangan, otaknya


bekerja untuk mencari pasangan yang lebih cakap dari
suaminya Kim Nio.

Ia memang cantik menarik, banyak pemuda yang incar dirinya


tapi tidak berani majukan lamaran karena pengaruh sang ayah
yang termashur biasanya.

Juga disekitar kampungnya, Goat Go tidak menemui orang


yang secakap suami Kim Nio. Mana ia mau ladeni mereka
yang mengincar dirinya. Ia justru ingin cari orang yang lebih
cakap dan ganteng dari Siauw Cu Leng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Teng Siu tidak memikirkan akan jodohnya sang puteri. Ia


hanya menyerahkan atas pilihan anaknya, ia hanya akur saja.
Pikirnya, ini demi keberuntungna anak tunggalnya.

Pada suatu hari, selagi Goat Go ngelayap, ia mampir dalam


sebuah rumah makan hendak mengisi perutnya yang lapar.
Sikapnya galak betul, main bentak saja kepada pelayan yang
melayaninya. Tapi si pelayan melayani ia dengan ramah
tamah, meskipun dibentak-bentak. Ini karena si pelayan,
siang-siang sudah mendapat bisikan dari majikannya supaya
melayani si nona dengan baik dan manis budi meskipun si
nona berlaku galak kepadanya.

Majikan rumah makan itu sudah tahu ketika Goat Go masuk, ia


kenali itu ada puterinya Hoa-im Tok-jin, maka cepat-cepat ia
bisiki pelayan yang hendak melayaninya supaya layani
dengan baik sehingga tidak terbit onar.

Meskipun si pemilik rumah makan sudah atur demikian rapih,


toh terjadi juga keonaran, tak dapat dicegah. Sebabnya, Goat
Go marah-marah lantaran si pelayan salah membawakan
santapan yang ia pesan. Makanan itu semestinya dibawa ke
meja seorang tamu anak muda yang duduk di pojok, tapi ia
salah bawa ke mejanya si nona. Rupanya ia sangat bingung
karena dipesan lekas-lekas membawa makanan pesanannya
si nona. Dalam marahnya, Goat Go angkat mangkok sayur
yang masih mengepul panas lalu disiramkan ke mukanya si
pelayan. Siapa, sudah tentu saja menjadi gelagapan dan
berteriak-teriak kepanasan mukanya. Para tamu menjadi
tercengang melihat perbuatannya Goat Go.

Mereka yang kenali si nona, pada membayar uang makannya


di tempat kasir dan ngeloyor pergi. Sedang tamu-tamu yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

datang dari lain tempat pada berdiri dari bangkunya


mengawasi Goat Go. Mereka sangat tidak senang melihat
kelakuan si nona yang demikian keterlaluan.

Termasuk si anak muda yang duduk di pojok, yang sayurnya


disiramkan ke muka si pelayan. Merasa tidak puas, ia datang
menghampiri ke tempat Goat Go yang saat itu sedang
terpingkal-pingkal ketawai si pelayan yang gelagapan
kepanasan mukanya, sambil kedua tangannya dipakai
menekap muka.

Sambil tolak si pelayan minggir, anak muda itu maju


mendekati Goat Go berkata, "Cici, perbuatanmu sangat
keliwatan !"

Si nona heran ada orang berani menegur kelakuannya. Ia


angkat kepalanya memandang. Kiranya yang menegur itu
seorang anak muda, dandanannya sebagai pelajar, di
punggungnya ada terselip sebatang pedang pendek.
Pengawakannya tinggi kurus, gagah dan cakap tampangnya,
mengalahkan kecakapan Siauw Cu Leng dalam pandangan
Goat Go yang tengah mencari pasangan.

Diam-diam ia tertegun memandang si anak muda. Pikirnya,


pemuda itulah yang pantas menjadi pasangan dirinya. Tapi
Goat Go wataknya tinggi hati, tidak senang ada orang tegur
dirinya. Maka setelah mengerutkan keningnya, ia bangkit dari
duduknya, menghadapi si anak muda. "Habis kau mau apa ?"
ia jawab teguran si anak muda.

"Pelayan itu tidak berbuat kesalahan beasr, kenapa kau


sampai berbuat yang begitu keliwatan ?" kata si pemuda lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ia, habis kau mau apa ?" tantang si nona.

Tidak marah dia, mukanya tampak berseri-seri seakan-akan


pandang remeh pada anak muda di depannya. Si anak muda
tidak takut, tapi si pemilik rumah makan sebaliknya yang
ketakutan setengah mati. Meskipun takut, ia coba maju dan
ingin melerai antara dua muda mudi yang kelihatannya hendak
bergerak.

"Sudah, sudah." katanya. "Kejadian itu tidak berarti, untuk apa


ditarik panjang. Sudah, sudahlah..........." sambil ajukan diri,
hendak memisahkan.

"Plak !" tiba-tiba terdengar suara, kiranya itu tangannya si


nona yang mampir ke pipinya si pemilik rumah makan.
"Jangan coba melerai, aku tidak suka cecongormu muncul
diantara kita !" bentak si gadis, matanya melotot gusar.

Sambil menekan pipinya yang panas bekas tamparan si nona,


pemilik rumah makan itu mundur teratur. Hanya matanya saja
kedap kedip sambil meringis-ringis kesakitan. Kelakuan mana
mengelitik urat ketawa Goat Go sebab ketika itu ia tertawa
cekikikan sambil matanya melirik pada si anak muda.

Dalam keadaan tertegun, si anak muda dengar Goat Go


berkata : "Apa kau juga ingin rasakan ini ?" seraya unjuk
telapak tangannya yang putih halus.

"Cobalah !" sahut si anak muda, dingin suaranya.

Goat Go memang kepingin usap muka orang yang cakap,


sekarang ada jalan untuk ia berbuat demikian. Maka dalam
girangnya, seketika ia lantas angkat tangannya dipakai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menampar pipinya si anak muda.

Tapi..... tampaknya bukan mengenakan pipi orang, sebaliknya


angin yagn ditampar olehnya sebab si anak muda dengan
otomatis sudah berkelit.

Merah mukanya si nona, bukan main malu dia. Maka di lain


saat ia sudah menampar lagi, malah ia gunakan tipu 'Thian lie
hun hoa' atau 'Bidadari sebarkan kembang', bukan satu tapi
dengan dua tangan ia menampar kalang kabut ke mukanya si
anak muda. Sayang gerakannya meskipun cepat, si pemuda
malah lebih cepat menghindarkan hujan tamparan itu.

Akhirnya Goat Go berhenti sendiri. Kiranya barusan ia hanya


menampari angin tok, sebab si anak muda siang-siang sudah
jauhkan diri dan berdiri di depannya dengan muka tersungging
senyuman ejek.

Goat Go jadi kalap melihat si anak muda mentertawai dirinya.

"Kau berani permainkan nonamu, hmm ! Kau lihat !"


bentaknya, berbareng ia depak terpental bangku di dekatnya,
meja ia terbaliki lalu lompat pada si pemuda. Tangan
kanannya di ulur ke arah dada lawan hendak mencengkeram
sedang tangan kirinya dengan kecepatan kilat menyambar
pada 'thian-ki-hiat', jalan darah di iga kanan. Serangan ini
dilakukan dengan berbareng, ganas kelihatannya tapi si anak
muda tinggal kalem saja. Ia menunggu datangnya serangan,
begitu tangan kanan Goat Go hampir sampai di dada, tangan
kirinya si pemuda sudah siap untuk menyambuti. Sementara
tangan kanan si nona kena dicekal, adalah tangan kirinya yang
hendak menotok jalan darah di iga kena ditekan ke bawah.
Goat Go merasa sesak dadanya menahan tekanan si anak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

muda yang dibarengi dengan sebagian tenaga dalam.

Si anak muda menggunakan gerakan 'Sian-jin tian chiu' --


'Sang Dewa mementang kedua lengannya', untuk menyambuti
serangannya Tong Goat Go yang hebat.

Si nona berontak-berontak untuk meloloskan kedua lengannya


yang sudah kena dicekal si anak muda. Tapi bagaimana pun
ia keluarkan tenaga sepenuhnya, tetap tangannya tak dapat
diloloskan dari cekalan lawan yang makin lama makin sakit
rasanya. Rupanya anak muda ini mau kasih sedikit hajaran
pada Goat Go yang tengik lagaknya, keterlaluan
perbuatannya.

Lwekang si pemuda rupanya tinggi sebab sebentar kemudian


kelihatan Goat Go sudah tak berkutik. Itulah pengaruhnya
lwekang (tenaga dalam) yang disalurkan ke tangannya yang
mencekal tangan si nona yang membuat Goat Go merasakan
lumpuh badannya.

Matanya si nona menatap si anak muda.

"Kau mau apakan kau, setan ?" tanyanya.

Ia sudah tidak meronta-ronta lagi, sudah menyerah kalah


tampaknya.

"Aku mau kau ganti kerugian apa yang sudah kau rusakkan
dan uang obat untuk si pelayan yang kau siram mukanya
dengan sayur !" sahut si anak muda.

"Baik." kata Goat Go tanpa banyak pikir lagi.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si pemuda tertegun. Ia tidak menyangka urusan begitu


gampang, si nona mau menerima permintaannya. Dalam
tercengangnya, ia masih terus mencekali kedua tangannya si
nona.

"Kau masih belum mau melepaskan tanganku ?" Goat Go


tegur, suaranya halus dan ramah, membuat si anak muda
gelagapan dan buru-buru saja ia lepaskannya.

Tampak muka si anak muda bersemu merah saking jengah.

Setelah terlepas kedua tangannya, si nona urut-urut. Rupanya


ia masih merasa sakit bekas cekalan tadi. Tenaganya yang
barusan dirasakan lumpuh, sekarang sudah balik kembali.
Hatinya girang, ia tidak mendendam karena ia memang naksir
pada si anak muda.

Pikirnya, anak muda ini selain berparas cakap juga


berkepandaian tinggi. Mau cari siapa lagi kalau bukan dia,
dijadikan jodohnya ? Memikir sikapnya Goat Go gampang
berubah, mengherankan semua orang termasuk si pemilik
rumah makan yang masih merasakan pipinya panas bekas
tamparan si nona tadi.

"Mari kita ke kasir." mengajak Goat Go pada si anak muda.

"Cici, kau baik betul." kata si anak muda tanpa merasa.

"Memang aku tidak sakit." sahutnya bersenyum sambil melirik


tajam.

Si anak muda kembali tertegun. Pikirnya, anak dara ini benar-


benar aneh kelakuannya. Tadi ia begitu marah, beringas, tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarang begitu ramah dan ketawa, malah bisa melucu lagi.


Anak siapakah dia ? Lirikannya tajam menusuk pusat
asmaranya.

Anak muda itu mesem mendengar jawaban Goat Go yang


lucu.

Ia mengikuti dari belakang si nona, tapi belum sampai di


tempat kasir untuk membikin perhitungan, si pemilik rumah
makan sudah datang menyongsong. Katanya, "Kionghi,
kionghi !" sambil angkat tangannya menyoja kepada kedua
anak muda itu. Perbuatannya mana membuat mereka jadi
heran.

"Apanya yang hendak kau beri selamat ?" tanya Goat Go.

"Oh itu, kalian sekarang sudah akur lagi. Maka aku


mengucapkan kionghi kepada kalian." jawabnya seraya
ketawa haha hehe.

"Oh, begitu."kata Goat Go. "Sekarang mari kita hitung berapa


kerugian yang sudah aku bikin rusak serta itu uang obat untuk
pelayanmu."

"Tidak apa, tidak apa, itu tak usah." kata si pemilik rumah
makan sambil goyang-goyang tangannya. "Itu perkara kecil,
buat apa mesti diganti."

Tapi Goat Go tidak meladeni kata-kata merendah si pemilik


rumah makan, ia kedok kantongnya, keluarkan uang perakan
hancur, lalu ditaruh diatas meja.

"Cukup ?' tanyanya sambil mengawasi si pemilik rumah


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

makan.

Mengingat urusan akan berlarut-larut nanti, maka si pemilik


rumah makan terima saja penggantian si nona tanpa
menyebut 'tak usah' lagi. Ia hanya kata, "Cukup, cukup. Sudah
kelebihan malah."

Setelah selesai berurusan, Goat Go putar tubuhnya lalu


menghadapi si anak muda yang berdiri di belakangnya. Ia
ketawa manis, berkata, "Bagaimanan ? Kau puas sekarang ?"

Si pemuda anggukkan kepalanya.

"Kau belum makan, bukan ?" tanya si nona lagi.

Belum si anak muda menjawab, Goat Go sudah tarik


tangannya diajak duduk menghadapi satu meja yang agak
dipojok.

Si nona teriaki pelayan, pesan makanan untuk dua orang,


katanya, "Lekas siapkan makanan enak untuk kita makan !"

Makanan disiapkan dengan ekstra cepat oleh kok (tukang


masak).

Di lain saat, kelihatan dua muda mudi itu sudah kerjakan


sumpitnya mendahar hidangannya. Kalau si gadis ketawa-
ketawa dan banyak bicara, tetapi si pemuda tinggal membisu
saja.

Sejenak tadi si pemuda membisu saja, rupanya pikirannya


masih terpengaruh oleh laga lagunya Goat Go yang benar-
benar aneh menurut pendapatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hei, kau berubah jadi orang bisu ?" menegur si nona, ketawa
manis sambil ujung sumpitnya dipakai mencolek hidung si
anak muda.

Pemuda itu kaget, cepat mengelak hingga sang sumpit si nona


tak usah berkenalan dengan hidungnya yang mungil.

Ia tertawa, katanya, "Cici, benar-benar aku dibikin heran oleh


kelakuanmu."

"Herannya kenapa ?" tanya si nona, matanya melirik tajam.

Kembali pusat asmara si pemuda tertusuk oleh lirikannya.

"Barusan aku lihat kau bengis seperti Li-giam-ong (Ratu


akherat)." kata si pemuda. "Sekarang kau berubah sebagai
Tian-li (bidadari) cantik dan ramah tamah........."

"Stop !" memotong Goat Go sambil mulutnya mengunyah


daging bebek panggang, tangannya yang memegang sumpit
diangkat digoyang-goyangkan.

Ketika daging bebek panggang sudah lewat


ditenggorokannya, ia meneruskan kata-katanya : "Kau bisa
juga melucu, hi ! Dari mana kau belajar ? Hi hi hi......."

Anak muda itu tertawa, kini ia tertawa terbahak-bahak.

Goat Go tidak kesepian lagi karena si pemuda mulai kembali


dengan kegembiraannya.

Mereka dapat tertawa-tawa gembira dalam rumah makan yang


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarang sudah kosong ditinggalkan oleh para tamu.

Hanya pemilik rumah dan para pelayannya yang menonton


adegan lucu, aneh sebab tadinya musuh sekarang mereka
menjadi sahabat seperti juga sahabat lama.

Ketika mereka habis makan, Goat Go bangkit hendak


membayar uang santapannya tapi dicegah oleh si pemuda,
berkata :

"Cici, kali ini aku yang bayar. Tadi kau sudah rogoh kantong
untuk mengganti kerugian. Apa salahnya kalau sekarang aku
yang membayar makanan, bukan ?"

Goat Go hanya tersenyum manis. "Terima kasih" ucapannya


halus.

Setelah membayar makanan, si pemuda balik lagi ke tempat


duduknya. Ia mengajak si nona berlalu. "Eh, nanti dulu." kata
si nona seraya pegang tangan si anak muda yang lemas
seperti juga tangannya sendiri yang halus.

"Ada urusan apa ?" tanya si pemuda.

"Aku duduk dahulu." si gadis menyuruh orang duduk, yang


segera diturut.

"Lama kita mengobrol dan ketawa-ketawa tapi belum kita


mengetahui nama masing-masing. Siapa sebenarnya kau,
adik ?" menanya Goat Go.

"Aku she Kwee, nama Cu Gie." sahut si anak muda.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dan umurmu ?" tanya Goat Go lagi.

"Tahun ini aku masuk 21 tahun." sahut Kwee Cu Gie.

"Pantesan kau panggil aku cici. Kalau begitu memang benar


aku ada lebih tua 3 tahun dari kau, adik Gie." berkata si nona.

Goat Go berkata seraya ketawa manis, melirik tajam dengan


ujung matanya.

Lagi-lagi Kwee Cu Gie dibuat bergoyang pusat asmaranya,


karena lirikan tajam si gadis. Tapi ia ada satu pemuda sopan,
tidak berani ia kurang ajar meskipun Goat Go, si berandalan
mengasih kesempatan Kwee Cu Gie untuk berbuat demikian.

"Sekarang kau hendak kemana ?" tanya Goat Go.

"Aku mau mencari pamanku." sahutnya.

"Adik Gie, bagaimana kalau kau mampir dahulu di rumahku ?"


mengundang si gadis.

"Terima kasih. Aku sangat kesusu. Lain kali saja kita bertemu
pula." jawabnya.

"Kalau begitu, baiklah. Cuma jangan lupa, kalau kau datang ke


sini cari aku ya !" memesan Goat Go, blak-blakan ia berkata,
tak pakai malu-malu lagi.

Kwee Cu Gie yang sopan santun merasa heran si nona


memesan demikian kepada seorang lelaki yang barusan saja
dikenal olehnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Goat Go memahami pikirannya si anak muda, maka lalu


berkata, "Adik Gie, aku bukannya gadis pingitan. Aku sangat
bebas, maka jangan heran kalau aku bicara blak-blakan. Apa
yang aku pikir dan lantas keluarkan."

Kwee Cu Gie anggukkan kepalanya.

"Nah, sampai disini saja kita berpisahan." kata si pemuda


kemudian.

"Bagus, selamat jalan adik Gie." sahut Goat Go. Sedikit pun
kelihatannya ia tidak merasa berat dengan perpisahan itu.

Tapi setelah Kwee Cu Gie berlalu dari sampingnya, ia menjadi


sedih sendirinya. Pilu rasa hatinya berpisahan dengan orang
yang dicintainya. Entah kapan mereka dapat bertemu pula. Ia
menyesal, tadi tidak ia tanyakan nama pamannya si anak
muda itu siapa namanya dan dimana tempat kediamannya.
Dengan mengetahui alamatnya, bisalah ia susul Kwee cu Gie
kesana buat diajak makan-makan lagi dan tertawa-tawa
menghibur hati.

Goat Go pulang dengan perasaan lesu, seperti orang yang


kehilangan sesuatu.

Di lain pihak, Kwee Cu Gie juga mengenangkan dirinya si


gadis. Pikirnya, gadis itu kecantikannya tidak mengecewakan,
dapat menggoncangkan jantung orang yang melihat,
ketawanya yang manis dan lirikannya yang mantap dalam
pusat asmara. Tapi sayang dalam sifarnya yang berandalan
itu ada tersembunyi kegenitan yang seakan-akan
mengundang untuk berbuat kurang ajar terhadapnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kwee Cu Gie menghela napas sambil melanjutkan


perjalanannya.

Hari sudah sore, tidak keburu ia mencari pamannya. Maka


pada malam harinya ia menginap dalam sebuah rumah
penginapan di kota Hoa-im.

Keesokan harinya, setelah tanya-tanya orang, ia sampai di


depan rumah yang terkurung tembok disekitarnya. Ia
mengetok-ngetok pintu rumah dengan gelang besi yang
tergantung di pintu. Rupanya memang ini diperuntukkan bagi
tetamu memanggil orang di sebelah dalam. Tidak lama ia
menanti, sebentar kemudian pintu dibuka. Satu pelayan
perempuan muncul didepannya dan menanyakan ada urusan
apa, siapa yang dicari.

Kwee Cu Gie kasih tahu maksud kedatangannya hendak


menemui tuan rumah. Si pelayan segera masuk ke dalam
setelah memesan Kwee Cu Gie untuk menunggu sebentar.

Tidak lama si pelayan keluar lagi dan mengundang Kwee Cu


Gie masuk.

Ia diantar ke dalam satu ruangan tengah dan disuruh duduk


menanti, sebentar lagi tuan rumah akan muncul menemuinya.

Kwee Cu Gie menunggu. Lama juga belum kelihatan muncul


tuan rumah. Ia jadi kesal, maka ia bangkit dari duduknya lalu
menghampiri satu pigura yang melukiskan pemandangan di
suatu pegunungan dimana ada berkeliaran banyak binatang
buas. Asyik ia memandangi pigur itu hingga tidak merasa
kalau dibelakangnya sekarang ada muncul satu orang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia menjadi kaget ketika sekonyong-konyong kedua matanya


disekap oleh dua tangan dari belakangnya. Cepat, ia mau
nglitik orang dibelakangnya itu, kalau ia tidak tahu bahwa yang
memegang tangan yang halus lemas, disusul oleh suara
empuk merayu, berkata, "Adik Gie, kau toh datang juga ke
rumahku......"

Kwee Cu Gie cepat putar tubuhnya dan... itulah Goat Go yang


berdiri di depannya, bersenyum memikat hati.

(Bersambung)

Jilid 03
Anak muda itu tercengang sebentaran. Belum sempat ia
menanya, Goat Go sudah tarik tangannya si anak muda. "Mari
kita duduk-duduk kongkouw !" katanya.

Ruangan itu perabotannya cukup mewah, pigura-pigura


dengan lukisan indah tergantung pada dinding-dinding
sehingga menarik selera tetamu, pot-pot kembang diatur rapi
sekali, siliran angin yang masuk dari jendela meniup
harumnya, mewangi masuk ke hidung.

Goat Go ajak Kwee Cu Gie duduk di atas bangku panjang


yang beralaskan bahan yang empuk, yang ditempatkan di
bawah jendela yang menghadap ke taman bunga.

"Adik Gie, " kata Goat Go, setelah mereka pada duduk.
"Sekarang aku tahu asal usulmu. Kau bukankah anaknya bibi
San dari Hoay-siang."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kwee Cu Gie ketawa. "Kau benar, cici" sahutnya. "Di mana


adanya paman Siu ? Aku ingin lekas sampaikan pemberian
selamat ibuku dan menanya keselamatannya."

"Sabar adik Gie." kaat Goat Go. "Segera ayah akan keluar, dia
sekarang masih repot dengan pekerjaannya.

Terpaksa Kwee Cu Gie layani si nona kong kouw. Sudah tentu


ngobrolnya urusan famili diantara mereka. Goat Go berkali-kali
menyatakan ia ingin ketemu bibinya (ibu Kwee Cu Gie).
Katanya, sejak ibunya meninggal, ia tidak pernah ketemu lagi
dengan ibunya Kwee Cu Gie yang pindah ke Hoay-siang dari
Hoa-im.

Kiranya ibu Kwee Cu Gie itu ada saudara piauw dari Teng Siu,
ayahnya Goat Go bernama Thio Leng San yang menikah
dengan Bian-ciang Kwee Eng Siang, salah satu jago
terkemuka dalam kalangan kang-ouw.

Ketika masih di Hoa-im, meskipun ada tersangkut famili, Kwee


Eng Siang tidak suka bergaul dengan Teng Siu. Ia tidak suka
akan pergaulannya Teng Siu dengan orang-orang dari
kalangan tidak benar terutama ia benci akan kepandaiannya
Teng Siu membuat racun dipakai membantu orang-orang
jahat.

Pernah Eng Siang satu kali menasehati Teng Siu untuk jangan
bergaul dengan kawanan penjahat dan kepandaiannya
membuat racun sebaiknya disalurkan untuk kebaikan
menolong orang saki. Tapi nasehat Eng Siang tidak digubris,
malah selanjutnya perbuatannya makin mencolok di mata Eng
Siang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Untuk menghindarkan bentrokan diantara famili sendiri, maka


Eng Siang ajak istrinya pindah ke Hoay-siang, suatu kota
dimana ia dilahirkan.

Pada waktu kepindahan itu, Kwee Cu Gie baru berumur lima


tahun.

Demikian, sewaktu mengobrol Goat Go mencoba menarik


hatinya Kwee Cu Gie dengan aksi genitnya. Tiap sebentar ia
pegang tangan si pemuda, mengasi lowongan untuk si
pemuda berbuat kurang ajar terhadap dirinya. Tapi
pancingannya itu ternyata tidak berhasilm, malah dari berani
melayani bicara, kelihatannya Kwee Cu Gie menjadi takut
melihat kegenitan Teng Goat Go.

Si nona jadi tidak sabaran, kenapa sang korban begini alot. Ia


mengundang saudara piauw itu untuk minum arak yang
barusan dibawakan oleh pelayannya.

Untuk membuat cici piauwnya senang, Kwee Cu Gie tidak


menolak. Tapi ketika ia minum baru tiga sloki, ia rasakan
matanya berkunang-kunang. Matanya pun dirasakan seperti
mau mengantuk. Seketika ia tak dapat menahan badannya
lagi. Ia rubuh celentang di atas bangku panjang yang
didudukinya.

"Hihihi, Cu Gie." kedengaran Goat Go ketawa, waktu melihat


korbannya rubuh.

Pipi Goat Go kemerah-merahan karena pengaruh arak yang


diminum barusan membuat si nona kelihatan tambahcanti dan
menggiurkan. Cuma sayang kecantikannya ini dibikin suram
oleh perbuatannya yang tidak bagus.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Goat Go bangkit dari duduknya, menghampiri si pemuda yang


sudah tidur nyenyak tampaknya. Ia tak dapat menahan rindu
hatinya yang meluap seketika. Maka ia lantas menubruk,
memeluk Cu Gie dan mencium pipinya.

"Plak ! Plak !" tiba-tiba terdengar suara pipi ditampar. Ternyata


pipi yang ditampar itu adalah pipinya si nona Goat Go yang
segera melepaskan pelukannya dan lompat mundur seraya
pegangi kedua pipinya yang panas bekas tamparan serta ia
rasakan ada giginya yang rontok.

"Anak kurang ajar !" bentkanya. "Kau berani tampar aku ?"
berbareng ia menerjang Cu Gie yang tengah mencelat bangun
dari rebahnya.

Sambil memutar tubuh, Cu Gie sambuti serangan Goat Go.


Tangan kanan si nona kena dipegang, dipelintir hingga Goat
Go berkaok-kaok kesakitan menangis.

Ketika Goat Go terima kabar dari pelayannya ada satu tama


muda cakap mencari ayahnya, lantas ia menduga akan dirinya
Kwee Cu Gie yang datang. Ia mengintip ketika Cu Gie diajak
masuk oleh pelayan. Benar saja ia lihat si pemuda yang
dirindukannya. Ia tidak jadi mengabarkan pada ayahnya yang
waktu itu sedan dalam kamar laboratoriumnya memasak obat.
Pikirnya, ia akan layani sendiri dahulu, belakangan baru
diberitahukan pada ayahnya. Tidak lupa ia siapkan arak yang
dicampuri beng-han-ye semacam obat tidur, maksudnya kalau
dengan kecantikan dan kegenitannya ia tak berhasil menjaring
si anak muda, ia mau bikin Cu Gie menjadi mabuk dan tertidur
dan selanjutnya ia boleh buat sesukanya atas tubuhnya Cu
Gie. Ia pesan pelayannya untuk membawakan arak dan sedikit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hidangan keluar kalau mereka sedang asyik bercakap-cakap.


Ia menggunakan tempat arak yang mempunyai dua aliran,
yaitu suatu aliran untuk arak biasa dan satu aliran lagi untuk
arak yang dicampuri obat tidur.

Caranya Goat Go untuk menjaring korbannya memang amat


rapih.

Tapi ia tidak memperhitungkan bahwa Cu Gie ada jago muda


yang lihai.

Ketika Cu Gie merasakan gejala tidak baik dari pengaruh arak,


segera ia gunakan lwekangnya yang tinggi untuk mendesak
arak yang diminumnya itu keluar dari lubang-lubang peluh
(keringat). Ia pura-pura seperti benar-benar ia kena
pengaruhnya arak. Setelah melenggut sejenak, ia rubuhkan
dirinya di atas bangku panjang yang didudukinya itu.

Ketika merasa dirinya dipeluk dan diciumi Goat Go, bukannya


ia menyambut dengan mesra, sebaliknya ia menjadi marah.
Bau harum dari tubuhnya Goat Go yang menembus ke dalam
lubang hidungnya tidak ia hiraukan, tangannya segera
melayang dan menampar keras juga sampai giginya si nona
ada beberapa yang rontok.

Selagi mencoba bangun, ia tahu dirinya diserang Goat Go.


Dengan sekali badannya berputar, ia sudah dapat menyambuti
serangan si nona dan tangannya Goat Go kena dicekal,
dipelintir hingga nona genit itu jadi berkaok-kaok kesakitan.

Cu Gie wataknya halus. Kalau tadi ia menampar itu dilakukan


saking tak dapat menahan marahnya. Kini marahnya sudah
hilang. Melihat Goat Go berkaok-kaok kesakitan, ia lepaskan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tangannya sambil berkata, "Cici, perbuatanmu bikin aku jadi


lupa ! Harap perbuatanmu ini kau tidak ulangi lagi !" berbareng
Cu Gie putar tubuhnya. Dengan beberapa lompatan saja ia
sudah berada di pintu pekarangan.

Goat Go melenggak. Cepat ia memburu, ia hendak memanggil


balik tapi tak dapat keluar suara dari mulutnya. Ia malu. Ia
hanya menyaksikan si anak muda melenyapkan diri di balik
pintu pekarangan.

Sambil membetulkan pakaian dan rambutnya yang kusut,


Goat Go bantingkan diri diatas bangku panjang tadi yang
membuat riwayatnya tak terlupakan olehnya sampai kemudian
ia merubah dirinya menjadi Ang Hoa Lobo, si Nenek Bunga
Merah.

Di lain pihak, Kim Nio tidak kenal apa artinya 'bisa'. Ia diajari
oleh Goat Go sampai pandai tapi kemudian rusak mukanya
karean hembusan obat yang dimasak sehingga ia belakangan
berubah menjadi Kim Popo. Setelah mukanya jadi jelek tidak
karuan, Siauw Cu Leng yang cakap telah meninggalkannya,
ikut Goat Go. Belakangan nona Goat Go juga mukanya rusak
akibat racun. Buat bikin Siauw cu Leng tidak meninggalkan
dirinya, Goat Go sudah gasak mukanya si cakap dengan 'bisa;
sehingga lebih jelek dari mukanya Goat Go. Si 'Arjuna' tidak
laku lagi di kalangan perempuan baik-baik. Oleh karenanya ia
sangat setia pada Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go, puteri
kesayangan dari Hoa-im Tok-jin Teng Siu.

Kisah cinta 'segitiga' antara Kim Popo alias Kim Nio, Siauw Cu
Leng si Arjuna dan Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go, ramai
dan menarik untuk ditutukan dan ini kita akan ceritakan di
sebelah belakang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekarang, mari kita balik kepada Kim Popo yang bersua


kembali dengan The Sam yang menjadi 'idaman hatinya' di
waktu Kim Nio belum berubah menjadi Kim Popo.

The Sam ketika kabur dari rumah perguruannya karena sudah


memukul parah Siauw Cu Leng yang menjadi suhengnya, ia
terus berkelana di kalangan kang-ouw (Sungai Telaga)
mencari pengalaman. Ia beruntung ketemu dengan salah
seorang Tojin (imam). Ia mengajarkan ilmu 'Thong-pie-kong' --
'ilmu lengan sakti', ialah kalau lengan kanan diulur memanjang
sementara lengan kirinya mengkeret pendek. Dengan
kepandaiannya ini, ia dapat menjagoi meskipun sering kali
juga ia kena dipecundangi lawannya.

The Sam sudah lama tidak ketemu muka dengan Kim Popo
sejak ia kabut dari rumah perguruan baru sekarang ia
berjumpa pula. Ia kenali Kim Popo sebagai bekas ia punya
Kim Nio adalah dari suaranya dan potongan tubuhnya yang
selama ini tak dapat dilupakan olehnya. Ia tahu, memang Kim
Popo bukannya Kim Nio dahulu yang cantik menarik.
Sekarang mukanya sudah rusak. Ini ia dapat tahu dari
kenalan-kenalannya yang dahulu tinggalnya tidak berjauhan
dari rumah si Tongkat Sakti Kong Tek Liang. Ia merasa
kasihan atas nasib bekas kekasihnya. Ia mencari-cari, sampai
hari itu dengan secara kebetulan ia ketemukan bekas
'darlingnya' sedang minum air selokan.

Setelah memperhatikan lebih tegas, baharulah ia berani


ketawa dibelakangnya Kim Popo yang tengah minum air kali
dan cacapi kepalanya supaya adem.

"Mari kita ngobrol di bawah pohon itu." kata The Sam seraya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tuntun tangannya Kim Popo yang jinak sekali bagai mana


kucing peliharaan.

Di bawah pohon mereka ngobrol saling menuturkan


pengalamannya masing-masing sambil ketawa riang gembira.
Inilah mungkin kejadian yang pertama kali dialami si nenek
sejak Kim Popo meninggalkan rumahnya di Hoa-im.

"Koko, aku sekarang sudah jelek begini, apakah kau masih


mencintai aku ?" kata Kim Popo setelah sejenak percakapan
mereka terhenti.

"Adik Kim." sahut The Sam, suaranya mengasihi hingga


membuat Kim Popo terkenang akan masa lampau diwaktu
berkasih-kasihan di taman bunga. "Kau terlalu memandang
rendah akan cintaku. Meskipun mukamu sudah rusak, aku
tetap mencintaimu !" sambung The Sam.

Merasa lega hatinya Kim Popo mendengar kata-kata itu.

Menyesal ia tidak dapat hidup bersuami istri dengan The Sam.


Kalau tidak, tidaklah ia mengalami penghidupan yang gagal
total seperti sekarang ini.

Kim Popo tundukkan kepala lalu menatap wajahnya The Sam,


tersenyum ia tapi sudah tentu senyumannya 'senyuman
istimewa' karena giginya sudah tinggal beberapa buah saja.

Terdengar di lain saat Kim Popo menghela napas.

"Ya, sang tempo sudah membuat kita sama-sama tua." kata


Kim Popo, sauranya berubah. "Tak perlu kita berdendang
asmara lagi. Mari kita bicarakan urusan penting !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

The Sam melongo mendengar kata-kata Kim Popo.

Ia tidak menyangka perubahan sikap si nenek akan begitu


cepat. Ia menanya, "Urusan apa yang kau maksudkan penting,
adik Kim ?"

Kim Popo lalu menceritakan bahwa barusan ia kehilangan


barang berharga dirampas oleh si thauto beranting-anting
emas. Ia amat penasaran. Sebab selain barangnya yang
penting kena dirampas, juga ia sudah kena dijemur 2 jam
lamanya.

"Ah, kau berurusan dengan dia ?" tanya The Sam, romannya
seperti yang terkejut.

"Memangnya kenapa, siapa dia sih ?" balik menanya Kim


Popo.

"Ah, adik Kim." sahut The Sam. "Dia sangat lihai. Orang tidak
tahu siapa namanya, tapi orang kenal julukannya Kim Wan
Thauto (Thauto beranting-anting emas). Dia bukan saja lihai
ilmu silatnya tapi senjata rahasianya di kedua telinganya.
Kalau sudah dilepas, tiada seorang pun korbannya yang dapat
lolos dari sasarannya."

The Sam cerita benar. Senjata rahasia "Kim-wan' dari si thauto


ada sangat hebat sebab dilepas dengan tenaga dalam.
Sampai dimana tingginya lwekan si thauto dapat diukur dari
kepandaiannya melepas senjata rahasia itu. Dan ia dapat
kendalikan yaitu bisa enteng, bisa setengah berat dan berat
waktu ia menghajar orang. Pukulan enteng seperti yang dibikin
terkulai Kim Popo, setengah berat bikin orang terus pingsan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang berat bisa bikin korbannya terus tidak bangun lagi alias
jiwanya melayang untuk menghadap Giam-lo-ong (Raj
Akhirat).

"Dia begitu lihai....." Kim Popo menghela napas. "Habislah


pengharapanku untuk dapat merebut barangku yang sangat
penting itu."

"Barang apa sebenarnya yang dirampas Kim-wan Thauto ?"


tanya The Sam.

"Barang itu adalah menjadi rebutan oleh kalangan bu-lim


(rimba persilatan) pada dewasa ini." menerangkan Kim Popo.

"Apakah itu ?" The Sam ingin tahu.

"Barang itu adalah sebuah buku mungil yang bernama 'Thiam-


hiat Pit-koat', pelajaran ilmu menotok jalan darah yang luar
biasa pentingnya bagi setiap dunia persilatan." kata Kim Popo.

The Sam kerutkan keningnya, ia tundukkan kepala, berpikir,


lalu menanya, "Sampai begitu penting, bukankah setiap orang
yang pandai ilmu silat dapat menotok lawan dengan baik ?"

"Kau jangan meremehkan 'Thiam-hiat Pit-koat'. Ia dikarang


oleh satu ahli totok kenamaan, The Leng Tong namanya,
orang dari propinsi Shoatang. Pada jamannya yaitu 80 tahun
berselang, The Leng Tong tidak menemukan tandingan dalam
ilmu totokan jalan darah. Banyak orang kepingin berguru
padanya tapi dia tolak. Dia tidak mau menerima murid. Hanya
dia ada lepas kata kalau dia sudah tidak ada dalam dunia, di
belakang hari orang akan menemui bukunya yang dinamai
'Thiam-hiat', kalau orang itu memang berjodoh untuk menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

muridnya. Kau tidak tahu, koko. Buku itu memuat tiga macam
ilmu totokan. Kecuali pelajaran menotok jalan darah
menggunakan satu sampai dua jari dari dekat, dalam bukunya
ada disebut menotok dari jauh dengan menyentil batu kecil
dan kebasan tangan baju. Malah, yang penting, totokan The
Leng Tong dapat dikendalikan berat entengnya dengan jitu
sekali." demikian Kim Popo menutur.

"Aha, aku juga orang she The, siapa tahu ada jodoh
mendapatkan buku itu." kata The Sam kegirangan sambil
tepuk-tepuk pahanya.

"Bagaimana kau bisa bilang begitu ?" tanya Kim Popo heran.

"Aku she The dan Leng Tong juga she The. Kita sama-sama
she The. Tidak mustahil kalau barangnya The Leng Tong
diwariskan padaku, bukan ?" sahut The Sam.

Ia menutup kata-katanya sambil terus tarik tangannya si nenek


diajak pergi.

"Mari kita susul Kim-wan Thauto !" ia mengajak Kim Popo.

"Kau bilang Kim-wan Thauto lihai. Bagaimana kau dapat


merebut kembali 'Thiam-hiat Pit-koat' dari tangannya ?" tanya
Kim Popo sangsi.

"Ah, itu urusan belakangan. Mari kita susul nanti dia keburu
sudah jalan jauh, sukar kita mencarinya." sahut The Sam.

Ia pun, berbareng gerakan kakinya mengajak Kim Popo


berlalu dari situ.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Popo tak dapat berbuat apa-apa lagi kecuali mengikuti


bekas kekasihnya itu. Malah diam-diam hatinya merasa girang
The Sam sudah mau bantu ia merebut pulang buku pelajaran
ilmu menotok itu. Apa The Sam berhasil atau tidak, pikirnya,
itu bagaimana nanti saja. Ia percaya bekas kekasihnya itu
sudah mempunyai akal untuk merebut kembali buku mungil
itu, bila dilihat The Sam demikian napsu mengajak ia
menyusul Kim-wan Thauto.

Kita tinggalkan dahulu Kim Popo dan The Sam yang menyusul
Kim wan Thauto. Kita balik kepada Lo In, bagaimana si bocah
itu, apakah dia binasa akibat gebukan Ang Hoa Lobo yang
dilakukan dengan sepenuh tenaga ?

Lo In dibawa masuk ke dalam sebuah rumah yang dibangun


dari bambu dengan separuh batu. Cukup besar rumah itu dan
mempunyai pekarangan depan belakang.

Lo In diletakkan di sebuah bale-bale dengan kasar sekali oleh


Siauw Cu Leng yang sangat membenci bocah itu.

Keadaan Lo In masih belum sadarkan diri.

Kenapa Ang Hoa Lobo begitu kejam menghajar bebokong


anak kecil dengan menggunakan tenaga penuh ? Itu ada
sebabnya.

Siauw Cu Leng ketika pulang habis dipecundangi oleh Lo In


telah mengadu pada Ang Hoa Lobo tentang munculnya satu
bocah luar biasa. Ia telah dipecundangi dengan hanya
kegesitan saja, malahan pukulan gunturnya yang
menghancurkan batu gunung tidak mempan dihadapkan pada
si bocah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ang Hoa Lobo tertawa terkekeh mendengar penuturannya si


Iblis Buntung, yang alisnya dibuntungi oleh Ang Hoa Lobo.

"Sama anak kecil kau kalah, bagaimana kau hadapi anak gede
?" kata Ang Hoa Lobo seraya mentertawakan Siauw Cu Leng.

"Kau tidak tahu, cici." sahut Siauw Cu Leng. "Setelah aku


rubuh, dia menantang, katanya : 'Iblis gila, kau boleh
datangkan iblis temanmu. Biar segerobak aku tidak takut !'
Nah, ini 'kan satu hinaan bagi kita. Mana boleh anak yang
masih ingusan diumbar ngaco begitu."

Siauw Cu Leng mulai menghasut, ketika melihat Ang Hoa


Lobo tidak mau meladeni pengaduannya. Mendengar kata-
kata si Iblis Alis Buntung, tampak Ang Hoa Lobo kerutkan
alisnya, "Apakah benar kata-katamu ?" tanyanya kemudian.

"Kenapa tidak benar ? Memangnya aku mau ambil untung dari


perkataanku yang tidak benar ? Aku bicara yang benar, buat
apa timbulkan yang tidak betul !" nyerocos Siauw Cu Leng,
mukanya kelihatan sungguh-sungguh.

"Anak bandel. Masa dia berani omong besar ?" kata si nenek,
mulai marah dia.

Siauw Cu Leng lalu cerita, Lo In selain kepandainnya hebat


juga mempunya tentara kera dan burung rajawali. Kalau tidak
dibokong, jangan harap bisa menowelnya, apalagi untuk
menangkapnya. Dia mesti sudah makan buah JJit-goat-go,
kalau tidak tentu tidak begitu hebat.

Disebutnya buah Jit-goat-go, mendadak saja Ang Hoa Lobo


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berjingkrak.

Sudah lama ia mendengar akan khasiatnya buah itu. Maka


juga ia sudah mencari dari satu ke lain gunung. Sekarang,
buah itu sudah dimakan si anak kecil. Dimana ia bisa dapatkan
pula dalam daerah pegunungan disitu yang sangat luas ? Ia
benci kepada orang yang sudah mendahului ia memakan buah
yang ia idam-idamkan. Maka setelah berjingkrak, ia berkata
pada Siauw Cu Leng, "Dimana kita bisa menemui dia ?"

"Tidak, tidak bisa kita menemui dia begitu saja. Dia luar biasa
kepandaiannya, apalagi dia mempunyai rajawali dan tentara
keranya yang melindungi."

"Habis, bagaimana ?" tanya si nenek, jeri juga mendengar


kata-kata si iblis.

"Dia mesti dibokong. Kita harus mengatur perangkap, yang dia


tidak curiga sama sekali. Asal sudah ada kesempatan, kau
harus menghajar dia sepenuh tenaga. Sebab tanpa tenaga
penuh mana dia bisa rubuh karena dia sudah makan buah Jit-
goat-go, tenaga dalamnya tentu bukan main hebatnya !"
demikian Siauw Cu Leng mengajukan usulnya yang kejam.

Tapi memang si iblis benar. Tidak mudah Lo In ditakluki


dengan cuma mengadu silat. Sebab anak itu sudah lihai sekali
ditambah dengan tentara kera dan rajawalinya.

Si nenek percaya akan kata-katanya sang suami diluar kawin.


Maka mereka lalu berdamai soal pasang perangkap dalam
menangkap si bocah.

Begitulah, hari itu rupanya Lo In dilanggar apes (sial). Maka ia


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sudah masuk perangkap yang diatur oleh Ang Hoa Lobo dan
Siauw Cu Leng.

Untung Lo In tenaga dalamnya sudah hebat berkat makan


buah Jit-goat-go, kalau saja kejadian itu sebelum ia makan
buah, bisa celaka 2 x 13. Pasti isi perutnya ambrol dan
nyawanya melayang seketika menerima pukulan hebat dari
Ang Hoa Lobo. Ia hanya merasakan dadanya sesak tiba-tiba,
tubuhnya dirasakan lumpuh. Maka ia rubuh pingsan setelah
mengeluarkan jeritan.

Juga Lo In masih untung jiwanya tidak sampai melayang


karena Ang Hoa Lobo menyetop tendangan Siauw Cu Leng
yang kedua kali. Kalau sampai kakinya si iblis bekerja,
rasanya Lo In sudah tidak bernyawa ketika itu. Si Iblis Alis
Buntung sangat benci Lo In, tentu tendangannya yang kedua
kali jauh lebih berat dari yang pertama, yang cuma terpental
tidak seberapa jauh.

Ketika meletakkan Lo In dibale-bale, Siauw Cu Leng dapat


lihat pedang pendek di pinggang si bocah, lalu diloloskan
kemudian diserahkan pada Ang Hoa Lobo sambil berkata, "Ini,
kepunyaan dia."

Ang Hoa Lobo menyambuti, lalu dihunus pedang pendek yang


bobotnya sangat enteng itu lalu diperiksa. Di atas badan
pedang tidak ada apa-apanya yang aneh, tapi ketika diselidiki
gagangnya, Ang Hoa Lobo dapat melihat huruf-huruf kecil
yang berbunyi, 'Kwee Cu Gie Toan-kiam' atau 'Pedang pendek
kepunyaan Kwee Cu Gie'.

"Betul, betul punya dia ?' tanya Siau Cu Leng yang sedari tadi
mengawasi Ang Hoa Lobo memeriksa pedang pendek itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si nenek tidak menjawab, ia hanya angguk-anggukkan kepala


atas pertanyaan si orang she Siauw. Si Iblis kelihatannya agak
cemburuan juga melihat si nenek yang begitu kesemsem
memandangi pedang ditangannya.

"Hm ! Dia keturunannya...." Ang Hoa Lobo tiba-tiba


menggerutu sendirian setlah lama ia memandangi pedang
ditangannya.

"Dia keturunannya, buat apa dikasih hidup. Mampusi saja !"


kata Siauw Cu Leng mendengar Ang Hoa Lobo menggerutu
sendirian.

"Jangan, aku ada jalan." sahut Ang Hoa Lobo.

"Jalan bagaimana ?" tanya Siauw Cu Leng tidak sabaran


kelihatannya.

"Kita bikin rusak mukanya." jawab si nenek.

"Bagus ! Mari kita mulai." kata Siauw Cu Leng. Ia main cara


kilat saja berurusan dengan Ang Hoa Lobo sebab si nenek
sering berubah-ubah pikirannya. Ia mendesak karena ingin
lekas-lekas apa yang Ang Hoa Lobo kata, segera
dilaksanakan. Ia seperti membenci sampai tujuh turunan Lo In
saja.

Siauw Cu Leng mengambil pisau, bersiap-siap untuk merusak


mukanya Lo In.

"Bukan begitu caranya." kata Ang Hoa Lobo seraya goyang-


goyang tangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Habis, kau mau pakai apa ?" tanya Siauw Cu Leng.

Ang Hoa Lobo tidak menjawab. Sebaliknya dari kantongnya ia


keluarkan sebungkus obat. "Ambil air !" ia memerintah Siauw
Cu Leng.

Segera permintaan si nenek dipenuhi. Si iblis mengambil air


dalam gelas.

Ang Hoa Lobo menyambuti. Air dalam gelas itu ia buang ke


lantai sampai tinggal seperluanya, lalu obat yang berupa
bubuk berwarna hitam ia masukkan dalam gelas, diaduk kira
satu menit. Kemudian ia suruh Siauw Cu Leng ambil sobekan
kain. Ketika barang yang diminta diberikan, ia lalu robek
seperlunya untuk digunakan sebagai kuas. Obat hitam itu ia
polesi pada bagian muka Lo In, dari jidat terus sampai ke
dagu. Hanya bagian leher dan kuping tidak diganggu.
Sebentar saja muka Lo In yang putih cakap berubah menjadi
hitam legam seperti Zwarte Piet (si Piet Hitam, kacung
Sinterklas).

Setelah selesai, tiba-tiba si nenek berkakakan ketawa.

"Nah, inilah pembalasanku ! Aku mau lihat, tanpa diundang dia


akan datang berlutut dihadapanku untuk minta-minta
dikasihani !" ia berkata bangga.

Siauw Cu Leng bingung. Apa yang si nenek sebenarnya


maksudkan dengan kata-katanya. Ia lalu menanya, "Apa yang
kau maksudkan dengan kata-katamu, cici ?"

"Hehehe !" Ang Hoa Lobo ketawa. "Aku bikin anaknya begini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kalau bapakanya tahu tentu dia bakal mencari aku. Dia tentu
datang berlutut dihadapanku untuk minta obat pemusnahnya,
jangan sampai anaknya yang cakap ini mempunyai dua muka.

Baru sekarang Siauw Cu Leng mengerti maksudnya si nenek.

Kiranya Ang Hoa Lobo hendak membikin malu Kwee Cu Gie.


Dengan bikin wajah Lo In berubah hitam, Kwee Cu Gie pasti
mengerti siapa punya perbuatan. Orang she Kwee itu tentu
akan mencari Ang Hoa Lobo untuk menolong anaknya, minta
belas kasihannya si nenek supaya Ang Hoa Lobo
mengembalikan wajah anaknya pada keadaan semula.

Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go sampai saat itu masih
merasa penasaran pada Kwee Cu Gie yang sudah menampar
pipinya dua kali sehingga beberapa giginya pada rontok dan
sekarang ia sudah ompong !

"Sekarang kita mau apakan dia ?' tanya Siauw Cu Leng.

"Masukan jadi satu dengan si sundal cilik." sahut Ang Hoa


Lobo.

Siauw Cu Leng sangsi tampaknya, ia berdiri saja menjublek.

"Kau masih belum mau bawa dia pergi, mau tunggu apa ?" si
nenek membentak.

"Tapi cici, tapi....... " si iblis terhenti bicaranya ketika si nenek


Kembang Merah memotong. "Tapi, tapi apa ? Lekas kerjakan
!"

"Aku kuatir kejadian selanjutnya." jawab si Iblis Alis Buntung,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ia beranikan hati mendebat Ang Hoa Lobo. "Binatang kecil ini


sangat hebat tenaga dalamnya. Sebentar kalau dia sudah
siuman, apakah dia tidak ngamuk ?"

"Ngamuk ? Hehehe !" si Nenek Kembang Merah ketawa.


"Sudah tidak ambrol isi perutnya menahan pukulanku, sudah
bagus. Mau ngamuk ? Hmm ! Aku mau lihat. Lekas kerjakan
perintahku, jangan banyak cing cong !"

Siauw Cu Leng tak berani banyak kata. Ia lalu angkat


tubuhnya Lo In, dipondong di bawa ke kamar belakang. Ke
dalam mana, tubuhnya Lo In menggelinding karena diletakkan
oleh Siauw Cu Leng separuh dilemparkan.

"Iblis, kau bawa masuk apa kesini ?" bentak seorang anak
perempuan kecil yang ada dalam kamar itu ketika melihat
pintu kamar dibukan dan tubuh Lo In diletakkan di lantai
separuh dilemparkan.

Sambil menutup pintu kamar lagi, Siauw Cu Leng menjawab,


"Sundal cilik, kau tak usah kesepian lagi. Sekarang ditemani si
setan cilik ! Hahaha !"

Si iblis berkata-kata sambil meninggalkan kamar itu yang


merupakan kamar tahanan rupanya. Memang, kamar itu boleh
disebut kamar tahanan sebab dalam kamar itu ada disekap
seorang gadis cilik umur kira-kira belum 15 tahun. Jadi lebih
tua dari Lo In yang usianya baru memasuki tahun ke-14.

Dalam ruangan itu yang lumayan juga lebarnya, mendapat


penerangan dari sela jeruji-jeruji jendela kecil yang kokoh dan
kuat dari bambu pilihan. Tidak ada perabotan didalam situ
kecuali bale-bale yang muat 2 orang serta bangku dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mejanya yang sudah reyot. Tampak si nona kecil berdiri


tertegun melihat 'tamu' datang dalam keadaan tidak sadarkan
diri.

Rambutnya si dara cilik yang dikepang dua tampak sudah


awut-awutan, romannya lesu dan pucat tapi tidak
mempengaruhi air mukanya yang jernih, ramai dengan
senyum dikulum.

Pelan-pelan ia jalan menghampiri tubuhnya Lo In. Ia jongkok


disampingnya lalu memandang parasnya Lo In. Hatinya
merasa geli, ia ketawa melihat mukanya Lo In yang hitam
legam. Di usap-usap pipi Lo In, kemudian melihat pada
tangannya yang barusan dipakai meraba. Oh, kenapa tidak
hitam ? Ia menduga, tadinya wajah hitam itu disengaja si
bocah dengan mengolesi mukanya dengan arang hitam
legam.

Selama itu, Lo In tidak berkutik. Di goyang-goyang badannya,


tapi Lo In tetap tak sadarkan diri. Mulai curiga hatinya si dara
cilik, lalu ia tekuk lututnya, lengkungkan badannya, telinganya
di pasang di atas dada Lo In. Ia dapatkan si bocah masih ada
napasnya. Ia periksa keadaan Lo In lebih jauh, keculai
mukanya hitam, tidak kedapatan tanda-tanda bekas dianiaya.

Ketika ia gerakkan kakinya hendak jongkok pula, tiba-tiba ia


rasakan kakinya lemas dan jatuh ke depan diatas tubuhnya Lo
In. Selagi ia berusaha hendak bangun, tiba-tiba ia mendengar
suara dari sebelah luar kamar, "Eng Lian, kau masih tetap
membandel ? Lihat itu setan cilik contohnya ! Selain aku tidak
kasih makan kau, juga aku akan bikin mukamu yang cantik jadi
berubah hitam seperti si setan cilik ! Hehehe......."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dara cilik itu yang ternyata bernama Eng Lian kenali suaranya
Ang Hoa Lobo yang berkata-kata tadi. Tampak ia menggertak
giginya, tangannya yang kecil mungil mengepal keras,
rupanya ia sangat marah. Sekarang ia mengerti, yang
membuat wajah anak itu hitam adalah si Nenek Kembang
Merah.

"Siapa yang mau berurusan denganmu, nenek jahat !" sahut


Eng Lian kemudian.

"Hehe ! Bagus, baru tiga hari aku hukum kau tidak makan.
Kalau kau masih tetap membandel, hemm ! Aku kasih tempo
tiga hari lagi untuk kau pikir-pikir. Kalau sampai temponya kau
masih tetap membandel, jangan salahkan si nenek bila
berbuat kejam Pikirkanlah !" demikian si nenek mengancam.

Eng Lian tidak mau ladeni Ang Hoa Lobo sampai nenek itu
meninggalkan kamar itu, tidak terdapat jawaban dari sebelah
dalam.

Si dara cilik sudah tiga hari dihukum tidak makan oleh Ang
Hoa Lobo, pantasan kakinya lemas. Dalam bingung, apa yang
akan ia buat menghadapi Lo In yang masih pingsan, sedang
perutnya sudah sangat lapar, tiba-tiba Eng Lian dibikin terkejut
dengan diceploskannya benda-benda bundar melalui sela-sela
jeruji jendela.

Ia merayap menghampiri salah satu benda itu, kiranya itu ada


buah-buah yang diceploskan dari sebelah luar. Siapa yang
mengirimnya ? Matanya mengawasi ke jurusan jendela, ia
melihat ada dua ekor kera disana, sedang repot menceplos-
ceploskan buah-buahan. Dalam herannya, ia ingin mendekati
dua kera itu tapi ia tak dapat bangun karena kakinya amat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lemas.

Dua kera itu, sudah tentu pembaca dapat menebaknya siapa.


Sebab mereka tidak lain adalah Pek-gan dan Pek-tauw, si
monyet mata putih dan kepala putih yang menjadi
kesayangannya Lo In.

Mereka melihat tuannya dibawa masuk ke dalam rumah itu


terus mengintip akan segala tindak tanduknya Siauw Cu Leng
dengan Ang Hoa Lobo. Setelah tahu yang Lo In ditempatkan
dalam kamar belakang, mereka lantas mencari buah-buahan
di sekitar tempat itu untuk dipersembahkan kepada
majikannya. Tapi mereka tidak tahu kalau Lo In dalam
keadaan pingsan. Mereka hanya mengira bahwa majikannya
itu sedang tidur nyenyak.

Eng Lian dapat pungut salah satu buah dan dimakannya. Ia


rasakan manis dan enak. Ia lalu makan lagi beberapa buah
untuk mengisi perutnya yang kelaparan. Benar-benar ia
rasakan buah-buah yang dimakan istimewa. Kecuali manis
dan lezat, setelah masuk ke dalam perut telah menimbulkan
reaksi tubuh menjadi segar dan kuat.

Bukan main girangnya Eng Lian ketika ia tahu kakinya sudah


dapat digerakkan lagi dengan leluasa. Ia lantas kumpulkan
buah-buah itu supaya nanti jangan sampai ketahuan oleh dua
iblis yang hendak merongrongnya.

Hari berikutnya, Eng Lian repot menerima kiriman dari Pek-


gan dan Pek-tauw. Lucu laga lagunya dua kera itu hingga Eng
Lian merasa suka dan sayang. Ia sendiri tidak mengerti
kenapa dua monyet itu begitu baik mau mengirimkan buah-
buahan kepadanya yang dalam kesukaran. Ia belum tahu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kalau dua kera itu mengirim buah-buahan bukan untuk dia tapi
untuk majikannya, Lo In, yang Eng Lian tidak tahu anak itu
siapa namanya dan datang dari mana.

Sambil melahap buah semacam jambu, Eng Lian memandangi


wajah Lo In.

Pikirnya, anak ini parasnya cakap sayang dibuat hitam oleh si


nenek jahat. Apakah warna hitam yang melekat itu nanti dapat
dicuci dan parasnya anak cakap itu kembali pada asalnya ? Ia
tanya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba ia dibikin kegirangan
melihat Lo In pelan-pelan telah membuka matanya. Saking
girangnya sampai ia lempar buah yang dimakannya dan
tangannya yang kecil halus memegang pipinya Lo In,
menanya, "Oh, adik, aku sudah siuman ? Enak betul tidurmu."

Lucu kelakuannya Eng Lian. Ia kira Lo In tidur nyenyak. Ia


tidak tahu kalau Lo In menderita pukulan dahsyat.

Lo In heran, matanya kecap kecip memandang Eng Lian.


Pikirnya, apakah ia sedang ngimpi atau sudah berada di lain
dunia ? Kenapa ada anak perempuan disampingnya ? Ia
angkat tangan kanannya, jari telunjuknya dimasukkan dalam
mulutnya, digigit, au, tentu saja ia berjengkit kesakitan.

"Hi hi hi.... anak tolol. Kenapa menggigit jari sendiri ?" Eng
Lian ketawa, melihat Lo In kesakitan menggigit jarinya
barusan.

"Kau siapa, cici ?" tanya Lo In, lemah suaranya.

"Aku Eng Lian, kau sendiri siapa ?" balik menanya si dara cilik,
lucu lagaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Oh, enci Lian......." Lo In terus bungkam.

"Hei, hei, kenapa kau tidak sebutkan namamu ?" kata Eng
Lian seraya menggoyang-goyang lengan Lo In yang tatkala itu
sudah mau meramkan matanya lagi.

Lo In kembali membuka matanya, ia tersenyum mengawasi si


nona cilik.

"Apa sih yang dilihat ?" kata Eng Lian ketika mereka beradu
pandangan sambil mencibirkan bibirnya yang mungil.

"Enci Lian, aku ini berada dimana ?" tanya Lo In, tidak
melayani orang mencibirkan bibirnya.

"Dalam kamar tahanan." sahut Eng Lian singkat, dongkol


rupanya dia.

Lo In terkejut. Ia coba gerakkan badannya untuk bangun, tapi


belum bisa. Sebab seluruh badannya dirasakan lemas.
Tenaga raksasanya entah pergi kemana. Ia heran, kemana
perginya tenaganya yang dahsyat.

Lantas dia ingat akan kejadian ketika bertemu dengan si


nenek di rimba bambu. Bagaimana ia dibokong. Pikirnya,
mungkin gebukan si nenek yang menyebabkan hilang
tenaganya. Buktinya, ia peras tenaga dalamnya, bukannya
berhasil malah bobokongnya dirasakan sakit bekas gebukan si
nenek.

"Jahat..........." ia menggerendeng, perlahan suaranya.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Perlahan suaranya tapi menusuk telinga Eng Lian. Mukanya


lantas cemberut. "Jahat, jahat, siapa jahat, hah !" tangannya
berbareng mau menampar.

"Tahan !" kata Lo In cepat ketika pipinya hendak ditampar si


dara cilik. "Enci Lian, aku bukan maksudkan kau jahat."
sambung Lo In.

Eng Lian ketawa, sambil tarik pulang tangannya. "Habis, siapa


yang kau maksudkan ? Sebab disini tidak ada orang lain
kecuali kita berdua." katanya.

Lo In anggap dirinya lucu. Oh, bolehlah ketemu ini dara cilik


yang lebih lucu dan aneh adatnya. Seketika juga Lo In merasa
suka berteman dengan Eng Lian, maka sambil bersenyum ia
berkata, "Enci Lian, yang aku maksudkan adalah nenek itu
dengan kembang merah disanggulnya."

"Oh, dianya ?" kata Eng Lian sambil leletkan lidahnya.

"Ya." sahut Lo In. "Dimana dia sekarang ? Aku dibokong


olehnya, digebuk dari belakang sampai rasanya semaput.
Untung aku tak sampai mati."

"Eh, mengapa sampai begitu ? Mengapa, kenapa ?" Eng Lian


minta Lo In tuturkan.

Lo In lantas ceritakan kejadian di rimba bambu ketika ia


hendak menolongi si nenek, tidak tahunya ia kena masuk
perangkap.

Eng Lian yang mendengari cerita Lo In merasa panas hatinya


kepada Ang Hoa Lobo yang kejam. Di samping itu ia merasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

simpati pada Lo In, anak yang berhati mulia menjadi korban


dari tangan telengas.

"Dia, si nenek itu memang jahat. Dia ada disini, dibantu oleh si
kakak jelek Siauw Cu Leng yang julukannya Toan Bi-lomo."
menerangkan Eng Lian.

"oh, iblis itu juga ada disini ?" tanya Lo In terkejut.

Eng Lian anggukkan kepalanya.

-- 8 --

Tadinya, Lo In tidak mengerti apa salahnya dia digebuk oleh si


Nenek Kembang Merah ? Padahal baru saja ia berjumpa
dengan maksud baik hendak memberikan pertolongan tapi
bukan terima kasih ia dapat dari si nenek, malah gebukan
yang membikin isi perutnya berantakan, untung tenaga
dalamnya cukup dahsyat.

Sekarang, ia mendengar cerita Eng Lian, si Iblis Alis Buntung


itu adalah konconya Ang Hoa Lobo, lantas ia mengerti
duduknya urusan. Tentu gara-gara mulut si iblis yang tajam
menghasut sehingga si nenek menurunkan tangan telengas
atas dirinya.

"Enci Lian, anak si......" Lo In hendak menanya tapi sudah


dipotong oleh si dara cilik, katanya, "Makan dahulu ini.
Perutmu tentu sudah minta diisi !" sambil menjejalkan
sebagian buah yang tengah ia lahap ke mulut Lo In.

Terpaksa Lo In mengganyangnya. Seketika hatinya terkesiap,


karena buah itulah yang biasa ia makan kiriman dari dua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keranya yang sangat disayang. Maka ia lalu menanya, "Enci


Lian, kau dapat dari mana buah ini ?" sambil unjukkan
sepotong buah yang belum habis ia makan.

"Entahlah. Ada dua malaikat berupa kera yang mengantarkan


ke sini. " jawab Eng Lian. Gembira dia sebab sekarang ia tidak
usah memikirkan lagi akan kelaparan.

"Oh, itu adalah Pek-gan dan Pek-tauw." kata Lo In.

"Betul, betul. Yang satu berkepala putih, yang lainnya


sepasang matanya yang putih. Kera siapakah mereka itu, apa
kau tahu ?" Eng Lian cerita.

"Mereka ada teman-teman baikku." sahut Lo In.

Eng Lian terbelalak matanya, heran mendengar Lo In


mengatakan dua kera itu ada teman baiknya lalu minta Lo In
cerita bagaimana ia bisa bersahabat dengan dua kera yang
pandai itu.

Lo In tidak berkeberatan. Sebelumnya ia perkenalkan dahulu


namanya Lo In, lalu menuturkan perjalanan hidupnya dari
anak jembel sampai mengerti surat dan ilmu silat atas
pimpinan Liok Sinshe. Ia turun ke dalam jurang mencari Liok
Sinshe yang jatuh dibokong musuh, bagaimana ia hidup dalam
lembah itu bersama-sama dengan si rajawali yang ia
sembuhkan dari lukanya, bagaimana ia taklukan kawanan
monyet lantaran menolong Siauw-hek.

Eng Lian yang hatinya sangat tertarik oleh penuturan Lo In


tidak memotong ceritanya Lo In. Ia sangat kagumi si bocah
yang luar biasa dan besar rejekinya sampai dapat makan buah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

'Jit-goat-ko.'.

"Adik In," kata Eng Lian, setelah mendengar habis cerita Lo In.
"Kau ada satu bocah luar biasa. Bukan mustahil kau nanti jadi
terkenal dan orang menyebut kau 'sinlong', bocah sakti.
Hihihi......"

"Mudah-mudahan," sahut Lo In membanyol. "Dengan doa


restumu, kata-katamu tadi akan menjadi kenyataan."

Si dara cilik mesem manis.

Setelah menutur, Lo In coba gerakkan badannya. Ternyata


masih belum dapat bergerak sebagaimana mestinya. Ia sudah
pegal rebah saja maka ia minta si dara cilik bantu ia untuk
dapat duduk. Eng Lian tidak berkeberatan. Ia bantu sampai Lo
In dapat duduk betul.

"Terima kasih, enci Lian." kata Lo In.

"Terima kasih kembali." sahut si dara cilik jenaka.

Lo In makin girang hatinya ia memperoleh teman yang lebih


jenaka dari dirinya.

"Enci Lian." kata Lo In. "Aku sudah bercerita tentang


perjalanan hidupku. Sekarang giliranmu cerita bukan ?"

"Tentu, tentu, adikku manis." sahut Eng Lian melucu. "Aku


hidup bersama......."

"Hei, Eng Lian. Kau jangan banyak ngobrol. Bagaimana, kau


menyerah tidak ?" tiba-tiba terdengar kata-kata dari sebelah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

luar kamar hingga ceritanya si dara cilik terhenti seketika.

Si Nenek Kembang Merah yang memotong kata-kata Eng Lian


tadi.

Mendongkol hatinya si dara cilik, kelihatan dari romannya yang


merengut, tangannya dikepal-kepal gergetan, lucu
kelihatannya sampai Lo In tak dapat menahan ketawanya
terbahak-bahak.

"Kau ketawai apa, bocah ?" bentak Eng Lian. Tangannya


diangkat mau menampar Lo In tapi tidak jadi ketika ia melihat
Lo In tempelkan satu jari dimulutnya seraya tangan kirinya
digoyang-goyang.

Heran Eng Lian melihat lagaknya Lo In, ia menanya,


"Memangnya ada apa sih ?"

"Tidak apa-apa." sahut Lo In. "Cuma aku lihat enci makin


marah jadi makin ber....... au !" Lo In berjengit karena
perkataannya belum putus, tangan si dara cilik yang mungil
nyelonong ke pipinya, tidak menampar hanya mencubit hingga
Lo In kesakitan.

"Rasakan, ya !" kata Eng Lian sambil cekikikan tertawa melihat


Lo in pegangi pipinya yang kesakitan.

"Hei, Eng Lian, kau dengar tidak ?" bentak suara Ang Hoa
Lobo.

"Janji tiga hari belum sampai, kenapa kau minta putusan


sekarang ?" sahut Eng Lian, suaranya lantang berani.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hehe.... jadi aku mesti tunggu ?" si nenek ketawa.

"Ya, tunggu saja. Sampai pada waktunya, aku beri putusan !"
kata Eng Lian.

Lantas terdengar suara kakinya si nenek berlalu.

Kiranya Siauw Cu Leng yang menggosok-gosok si nenek


supaya mendesak Eng Lian.

Ia mencuri dengar percakapan Eng Lian dan Lo In, lantas


usulkan pada si nenek kembang merah supaya lekas
mendesak Eng Lian berikan keputusannya. Ia menyatakan
kekuatirannya akan Lo In yang sudah siuman dari pingsannya,
nanti membikin susah mereka. Si nenek tidak kuatiri.

"Mengapa kamu harus takut dengan anak sambal itu ?" Ang
Hoa Lobo berkata pada Siauw Cu Leng. "Tenaga dalamnya
sudah musnah, berani dia main gila pada kita ?"

Ang Hoa Lobo percaya benar masa pukulan mautnya yang


sudah memusnahkan tenaga dalamnya Lo In. Ini memang
benar sebab Lo In rasakan tenaga raksasanya hilang lenyap
meskipun ia sudah coba berkali-kali untuk dikumpulkan.

Yang penting, pikir Ang Hoa Lobo adalah Eng Lian yang harus
didesak supaya memberitahukan rahasia pelajaran yang ia
perlukan.

Setelah Ang Hoa Lobo berlalu, Lo In menanya kepada Eng


Lian, "Enci janjikan apa sama dia ? Apa dia mau ?"

Eng Lian lantas cerita pada Lo In hal kedatangannya Ang Hoa


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lobo dan Siauw Cu Leng, sekalian menutur tentang dirinya


dalam rumah itu.

Si dara cilik ternyata ada dari keluarga Oey, menurut


keterangannya.

Ia hidup bersama ayah dan ibunya bertiga dalam desa Teng-


ong chung, sebelah barat kota Gukwan di bawah kaki gunung
Hengsan. Sampai umur 7 tahun Eng Lian ikut ibunya di Teng-
ong-chung, sering pindah dari satu dusun ke dusun lain di
pegunungan sebab ayahnya mempunyai hobi (kesukaan)
memelihara ular dan akhirnya mereka menetap di lembah itu
sudah 4 tahun lamanya.

Pada kira-kira hampir 2 tahun yang lalu, pernah keluarga Oey


kedatangan seorang tamu yang mengaku she Tan, entah
namanya siapa. Tapi menurut ibunya, tamu itu biasa dipanggil
Tan Sianseng. Tamu she Tan itu sangat baik pada ibunya,
sering mengajak omong sambil ketawa-ketawa, malah bukan
jarang mereka kedapatan suka kasak kusuk berduaan saja.
Tapi ayahnya sama sekali tidak menaruh cemburu, malah
kelihatannya seperti yang sangat menghormati pada tamu she
Tan itu. Terhadap Eng Lian, tamu itu juga sangat sayang dan
mencintai sebagai pada anaknya sendiri.

Dua minggu lamanya tamu itu menginap dalam rumahnya


tetapi kemudian menghilang, berbareng juga menghilang
ibunya Eng Lian. Si dara cilik tentu saja menangis ditinggalkan
ibunya, tapi sang ayah menghibur. Kata ayah, ibu pergi
dengan Tan Sianseng buat satu urusan penting dan tidak lama
pun akan kembali.

Tapi sampai sekarang sang ibu belum kelihatan mata


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hidungnya muncul kembali. Sampai disini Eng Lian menutur, ia


menangis hingga Lo In yang merasa dirinya piatu menjadi
turut terharu dan turut mengalirkan air mata.

Sambil menyusut air matanya dengan tangan baju, Eng Lian


melanjutkan ceritanya. "Dua minggu yang lalu kita kedatangan
dua iblis yang sekarang ada disini. Katanya numpang
menginap untuk melakuka penyelidikan dalam lembah."

"Ayah tidak berkeberatan atas permintaan mereka, malah


suak antar-antar mereka menjelajah tempat yang asing bagi
mereka. Belakangan mereka lihat ayah banyak pelihara ular.
Mereka heran lalu si nenek jahat minta ayah mengajarinya
cara bagaimana dapat menjinaki atau menaluki ular. Ayah
ketawa, ia bilang kepandaiannya tak dapat diturunkan lain
orang kecuali pada anaknya yaitu aku."

"Jadi, enci Lian pandai menaluki ular ?" menyelak Lo In yang


sedari tadi mendengarkan saja penuturan si dara cilik.

Eng Lian manggut. "Mereka tidak apa-apa permintaannya


ditolak." menyambung Eng Lian dalam ceritanya. "Pada
keesokan harinya, mereka mengajak lagi ayah untuk
menjelajah pegunungan. Ayah tidka menolak sebab dia pun
ingin menyelidiki ular-ular yang ada ditempat-tempat lain. Eh,
tidak tahunya ketika mereka pulang, ayah ternyata tidak turut
pulang. Sampai sekarang ayah hilang. Entah dimana dia
adanya. Setelah ayah tidak ada, orang-orang jahat itu
mendesak aku supaya aku turunkan pelajaran menaluki ular
kepadanya."

"Apa enci tidak tanya pada mereka, kemana ayahmu pergi ?"
tanya Lo In disaat Eng Lian hentikan sebentar penuturannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

karena ia menangis ketika sampai pada bagian menutur


ayahnya tidak pulang.

"Aku sudah tanya mereka. Tapi mereka bilang ayah pergi


menyusul ibu dan tidak berapa hari juga akan pulang."
menyambung Eng Lian. "Tadinya aku tak keberatan
menurunkan kepandaianku menakluki ular tapi belakangan
aku segan. Aku mogok mengasih pelajaran pada mereka
karena si Nenek Kembang Merah itu sangat jahat. Telah
membunuh aku punya Tok-gan Siancu."

"Apa itu Tok-gan Siancu ?" menyela Lo In.

"Tok-gan Siancu adalah ular kesayanganku, bermata satu,


mempunyai empat sayap, besarnya sebesar betis orang
gemuk." menerangkan Eng Lian.

Tok-gan Siancu artinya Dewi Bermata Satu. Bagus juga Eng


Lian kasi nama ular kesayangannya yang dua meter
panjangnya.

"Kenapa Tok-gan Siancu dibunuh nenek jahat itu ?" tanya Lo


In.

"Kejadian itu pada suatu sore, di waktu dia ajak aku melihat
ular kesayanganku. Tiba-tiba Tok-gan Siancu beringas melihat
si nenek, kepalanya bangun dari melingkarnya kemudian
menyambar tangan si nenek yang sedang pegang jeruji
kerangkeng dari bambu, menggigit tanganya itu hingga dia
semalaman panas dingin tidak bisa tidur. Kalau dia tidak
ketolongan oleh obatku, dia pasti melayang jiwanya. Tapi dia
bukan terima kasih padaku, malah keesokan harinya, aku lihat
aku punya Tok-gan Siancu sudah menjadi bangkai dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kerangkengnya, dibunuh oleh si nenek jahat. Aku menangis


atas kematiannya itu.........'

Eng Lian bercerita sambil menangis, ingat dengan ular


kesayangannya yang sangat jinak dan menjadi teman
mainnya.

Lo In menghibur Eng Lian, tapi diam-diam hatinya merasa


gemas pada Ang Hoa Lobo yang sangat telengas itu. Pikirnya,
ada satu waktu kalau tenaganya sudah pulih kembali, ia ingin
memberi hajaran pada si nenek.

Eng Lian selagi susut air matanya, tiba-tiba mendengar


cetcowetan kunyuk di luar jendela. "Nah, itu teman-temanmu
datang." ia kata pada Lo In.

Lo In mengawasi ke jendela, ia lihat Pek-gan dan Pek-tauw


sedang menurunkan kirimannya melalui sela-sela jeruji. Lo In
perdengarkan suara cetcowetan juga hingga Eng Lian heran
dan merasa lucu. "Hihi, dia juga bisa bicara monyet......."
seraya menekap mulut Lo In, tapi cepat ia tarik pulang lagi
tangannya itu ketika melihat matanya Lo In melotot padanya.

Pikirnya, Lo In tentu sedang bicara serius dengan sang kera,


makanya perbuatannya tadi dipelototi. Memang, Lo In sedang
beri teguran Pek-gan dan Pek-tauw, kenapa dua kera itu tidak
berusaha untuk menolong ia dalam kesusahan. Ia tegaskan si
nenek dan si kakek bukan orang baik-baik, harus mereka
waspada nanti dijebak oleh mereka.

Seperti yang menerima salah, kedua kera itu membungkam


mulutnya pada saat Lo In sedang cetcowetan mengomeli pada
mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tidak lama, setelah Lo In tutup mulutnya berhenti bicara, Pek-


gan dan Pek-tauw cetcowetan sebentar, manggut-manggut,
lalu meninggalkan tempat itu.

Setelah melihat Lo In mukanya tenang lagi, baharulah Eng


Lian berani menanya, "Adik In, kau omong apa dengan dua
temanmuitu ?"

"Aku marah-marah, mereka sangat goblok, tidak berusaha


mencari daya untuk menolong aku ! Rupanya mereka
ketakutan dan lari pergi." menerangkan Lo In.

"Pandai benar kau bercakap-cakap dalam bahasa monyet,


adik In." memuji Eng Lian, mesem manis. "Kau lagi marah-
marah, pantesan aku dipelototi. Coba sekarang matamu
melototi aku, kalau aku tidak gasak mukamu, jangan panggil
aku si Lian !"

Dengan serentak Lo In tertawa terbahak-bahak mendengar


kata-kata Eng Lian, apalagi melihat si dara cilik ketika
mengucapkan kata-kata paling belakang, sembari gulung
tangan bajunya dan keluarkan kepalan tangannya yang bulat
kecil mungil, diunjukan pada Lo In.

Sepasang anak jenaka itu kelihatan cocok satu dengan lain,


seolah-olah tidak menghiraukan kekejamannya si Nenek
Kembang Merah dan si Iblis Alis Buntung.

Ketika menjelang malam, dua orang jahat itu berunding.

"Cici, lebih baik kita mampusi saja si setan kecil itu !" usul
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siauw Cu Leng pada 'darlingnya', masih saja ketakutan dia


terhadap Lo In.

"Kau jangan aduk-aduk rencanaku, Cu Leng." sahut Ang


Hoa Lobo.

Siauw Cu Leng tidak setuju dengan rencanaya si Nenek


Kembang Merah karena ia tahu kepandaiannya Kwee Cu Gie
yang hebat. Nanti bukan Kwee Cu Gie yang berlutut tapi si
nenek yang semaput berlutut di hadapan pendekar tersohor
itu, pikir Siauw Cu Leng. Tapi ia tak mau menyatakan
pikirannya itu pada Ang Hoa Lobo, kuatir si nenek marah-
marah membuat hatinya tidak enak. Sebab si nenek kalau
marah-marah bukan mulutnya saja yang nyap-nyap tapi
tangannya suka nampar.

Mereka terus kasak kuduk berunding, sementara sang malam


sudah mulai sangat sunyi. "Tolong kau tuangkan air dicangkir
untuk aku minum." memerintah si nenek pada kekasihnya.
Siauw Cu Leng menurut, ia tuang air dari teko sebanyak 2
cangkir sebab yang satu lagi cangkir untuknya.

Kemudian ia serahkan satu cangkir pada Ang Hoa Lobo. Ia ini


menyambuti, lalu tempelkan ke mulut untuk dihirup isinya.
Belum menghirup habis, tiba-tiba cangkir itu melesat ke
jendela, dilontarkan oleh Ang Hoa Lobo sambil membentak,
"Bangsat ! Kau berani mengintai ?"

Menyusul suara cetcowetan di luar jendela. Kiranya si kepala


putih yang cetcowetan itu. Ia kesakitan kupingnya yang kiri
kena keserempet pinggiran cangkir yang dilontarkan Ang Hoa
Lobo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ah, itu kan hanya si kunyuk kecil, cici." kata Siauw Cu Leng
mentertawakan Ang Hoa Lobo yang mengira didatangi musuh
berat.

"TIdak perduli, lekas kejar dan bunuh dia !" perintah Ang Hoa
Lobo bengis.

Siauw Cu Leng tak dapat membangkang perintah ratunya,


meskipun dalam hati ia uring-uringan, terpaksa ia keluar untuk
mengejar si kera.

Tapi baru saja ia muncul di pintu tiba-tiba tangannya ada yang


menyambar. Ia berkelit, selamatkan tangannya dari sambaran
tadi. Kiranya yang menyambar tangannya itu adalah Ji-hek
yang berdiri di depannya, sudah bersiap-siap untuk
menyambar lagi tangan Siauw Cu Leng.

Si Iblis Alis Buntung marah bukan main, ia kerahkan


tenaganya untuk melancarkan pukulan maut pada Ji-hek. Tapi
sebelum tangan jahatnya bergerak, diserang dari belakang
oleh Siauw-hek yang sekarang sudah besar. Siauw Cu Leng
cepat mengegos, kasih lewat serangan membokong itu.
Kemudian ia maju menerjang pada Ji-hek, lagi-lagi
serangannya kecandak karena saat itu lompat dua monyet
kecil berbareng ke arahnya hendak memeluk lehernya.
Kepaksa ia harus mengelak lagi dari serangan dua monyet
tadi, hingga mereka ini tubruk angin. Lain-lain kawanan
monyet datang mengurung hingga dari berani si Iblis Alis
Buntung menjadi jeri melihat datangnya tentara monyet. Entah
dari mana datangnya sebab tahu-tahu sekarang ia
berhadapan ratusan monyet kecil dan besar, dibantu oleh Ji-
hek dan Siauw-hek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dimana adanya Toa-hek ? Si Iblis bertanya-tanya dalam


hatinya yang jeri.

Ia lalu berteriak-teriak minta bantuan Ang Hoa Lobo yang


segera muncul dengan toya besinya yang berat. Ia melihat
Siauw cu Leng tengah dikerubuti kawanan kera, bukan main
marahnya.

Ia putar toya besinya, maksudnya hendak menyerbu


melepaskan 'darlingnya' dari kepungan tentara kera. Tetapi
sebelum ia dapat bergerak, dari atas genteng rumah
melayang satu tubuh. Itulah Toa-hek yang sudah lama
menanti munculnya si nenek.

Lengannya dirasakan sangat sakit kena dicekal Toa-hek


hingga toya besinya jatuh sendiri. Tapi Ang Hoa Lobo
bukannya si nenek kejam kalau hanya segebrakan saja dapat
dikuasai Toa-hek. Seketika itu ia mengerahkan lwekangnya,
mendorong cekalannya Toa-hek pada lengannya. Sekali
berontak ia sudah lolos dari cekalan Toa-hek. Cepat ia pungut
toyanya lalu menyerang pada si orang utan yang
perdengarkan suara her ! her ! yang menakutkan.

Ang Hoa Lobo tidak gentar dengan roman Toa-hek yang


sedang gusar.

Toyanya digeraki untuk menyodok perut Toa-hek. Tapi


sodokannya lupu karena dengan manis si orang utan dapat
menyelamatkan diri dengan berkelit lompat ke samping kiri si
nenek akan dari mana lengan kanannya yang berbulu dipakai
membentur toya Ang Hoa Lobo terus ditekan ke bawah. Inilah
gerakan 'Kim ke tan tian ci' atau 'Ayam Emas geraki satu
sayap' yang Lo In ajarkan kepada Toa-hek dalam latihannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata si gorila cerdik juga dan dapat mengingat diorakanya


tipu silat istimewa itu. Cuma sayang ia kalah cerdas dengan
Ang Hoa Lobo. Bukan toya si nenek dapat ia rebut, sebaliknya
dadanya hampir ditembusi senjatanya Ang Hoa Lobo, kalau ia
tidak cepat memutar tubuh untuk menyelamatkan diri dari
sodokan maut itu.

Ang Hoa Lobo gunakan tipu 'Hek liong lam cu' atau 'Naga
hitam mencari mutiara' untuk memusnahkan tipu Toa-hek
'Ayam emas menggerakkan satu sayapnya'. Ketika toyanya
ditekan ke bawah, ia tidak lantas tarik pulang, sebaliknya ia
kerahkan tenaga dalamnya disalurkan ke toya yang membuat
toya jadi sangat berat. Dalam heran, melihat toya tak dapat
ditekan, Toa-hek terkejut waktu sekonyong-konyong si nenek
ditarik pulang, kemudian dengan kecepatan kilat disodorkan
ke arah dadanya. Untung ia dapat memutar tubuhnya untuk
berkelit. Kalau tidak, celaka dia kepanggang toyanya si nenek.

"Hehe, pintar juga kau." tertawa si nenek, sedang hatinya


diam-diam merasa gegetun, kenapa gorila ini bisa ilmu silat. Ia
lantas menduga akan Lo In yang ajarkan tentu. Segera ia
sudah mulai menyerang pula pada Toa-hek yang ketika itu
sudah memperbaiki posisinya.

Manusia kontra binatang itu jadi bertempur seru. Selainnya


memang latihan dan kecerdasan. Ang Hoa Lobo pun ada
pakai senjata toya untuk mendesak lawannya yang bertangan
kosong. Maka sudah tentu saja Toa-hek tak dapat
mempertahankan perlawanannya. Belum 10 jurus, ia sudah
patah perlawanannya. Toya si nenek sudah melanggar bahu
kanannya, lantaran kurang cepat ia mengegosi serangan
lawan. Untung sebelum si nenek menghajar lebih telak
padanya, beberapa kunyuk yang melihat si gorila dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bahaya sudah lantas turun tangan mengerubuti sehingga Ang


Hoa Lobo menjadi sangat repot.

Si nenek putar toyanya yang menerbitkan angin menderu-


deru.

Kawanan monyet itu melihat gelagat juga. Sementara Ang


Hoa Lobo tengah memutar toyanya, mereka tidak berani
datang menerjang, hanya menonton saja dari kejauhan.
Menggunakan kesempatan itu, Ang Hoa Lobo sudah enjot
tubuhnya, menyela ke arah Siauw Cu Leng yang sedang
dikerubuti. Di sini Ang Hoa Lobo memutarkan pula toyanya
untuk membubarkan kepungan atas kekasihnya sehingga
kawanan monyet itu pada mundur melihat datangnya bahaya.

Hanya Ji-hek dan Siauw-hek yang masih menempur Siauw Cu


Leng yang sudah kehabisan 'bensin' kelihatannya. Napasnya
tampak ngos-ngosan, keringat mengucur membuat
pakaiannya basah kuyup. Ia merasa girang atas kedatangan
Ang Hoa Lobo, dapat ia bernapas sedikit legaan, apalagi ia
melihat Siauw-hek kena kehantam toyanya si nenek,
menambahkan kegirangannya. Ia tinggalkan Ji-hek dan lompat
mengubar Siauw-hek yang berkaok-kaok kesakitan, melarikan
diri.

Lebih baik barangkali kalau siauw Cu Leng tidak mengejar


Siauw-hek sebab justru ia mengejar, ia telah mengalami
kesulitan, hampir jiwanya melayang. Di saat ia sudah hampir
menyandak si anak gorila, tahu-tahu dari atas pohon
kedengaran suara 'bleber', itulah si rajawali yang pentang
sayapnya menyambar pada Siauw Cu Leng.

Bukan main kagetnya si Iblis Alis Buntung. Musuh alotnya


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sudah muncul sedang tenaganya sudah hampir habis. Apa


daya ? Ia jadi menghela napas lalu memeramkan matanya
untuk terima nasib dicengkeram si rajawali yang kukunya
runcing-runcing. Tengah ia berdiri sambil memeramkan
matanya, tiba-tiba ia merasa dirinya disambar orang dan
dibawa lari, dipanggul di atas pundak. Itulah Ang Hoa Lobo
yang menolong kekasihnya dalam bahaya maut. Sambil
memutar toyanya untuk melindungi diri, ia geraki kakinya
sekuatnya untuk menyingkir dari sambaran-sambaran si
rajawali yang amat ganas kelihatannya.

Suara menderu-deru dan angin keras dari putaran toyanya si


nenek membuat si rajawali tidak berani gegabah
mendekatinya. Ia hanya menyambar-nyambar saja sambil
keluarkan pekikan menyeramkan.

Ang Hoa Lobo lama-lama merasa jeri untuk meladeni si


burung raksasa yang makin lama makin beringas
menerkamnya. Ia sembari lari dan memutar toya, matanya
celigukan untuk mencari tempat perlindungan. Di sana, di
sebelah depannya kira-kira sepuluh tombak, ia melihat ada
rimba yang lebar dengan pohon-pohon, maka ia lari kesitu.
Benar saja, ia dengan kekasihnya dapat menyelamatkan diri
sebab untuk masuk mengejar ke dalam rimba itu, tak dapat
dilakukan oleh si burung raksasa karena sukar ia mementang
sayap, dirintangi oleh banyak cabang-cabang pohon.

Si rajawali ketika melihat dua musuhnya dapat melenyapkan


diri ke dalam rimba, ia melampiaskan marahnya dengan
mengeluarkan pekikan-pekikan melengking seram.

Siauw-hek sementara itu sudah balik pula berkumpul dengan


ibu dan ayahnya, bersam-sama sekalian kawan-kawan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

monyetnya.

Atas penunjukan Pek-gan dan Pek-tauw, Toa-hek sudah


hampiri kamar belakang dimana Lo In dan Eng Lian ditahan.
Dengan sekali pukul saja, pintu kamar sudah terpentang lebar.
Toa-hek masuk ke dalam mencari Lo In.

Eng Lian menjerit melihat datangnya si gorila, tanpa disadari ia


sudah menubruk dan memeluki Lo In, ketakutan setengah
mati. Badannya bergemetaran dalam pelukan Lo In hingga Lo
In tidak tahan untuk tidak mentertawakan kelakuan sang
kawan yang jenaka itu.

Lo In usap-usap rambut kepala si dara cilik yang hitam jengat


dan halus, yang saat itu tengah umpatkan mukanya di dada Lo
In, seram melihat kedatangan Toa-hek.

"Enci Lin, kau jangan takut. Mereka adalah kawan-kawan


kita........" kata Lo In, suaranya halus sambil tangannya
memegang dagu si dara supaya Eng Lian melihat pula pada si
gorila.

Eng Lian mendengar kata-kata Lo In memberanikan diri untuk


memandang kepada si orang utan. Kali ini ia melihat, bukan
atu tapi ada tiga orang utan yang sedang berlutut di hadapan
Lo In.

Terbelalak matanya Eng Lian, hatinya berdebar-debar.

"Enci Lian, mereka adalah Toa-hek sekeluarga." Lo In


memperkenalkan pada Eng Lian.

Meskipun Lo In dalam penuturannya, ada menceritakan juga


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tentang tiga gorila ini, Eng Lian tidak dapat lepas dari
perasaan takutnya karena sikapnya ketiga gorila itu benar-
benar menyeramkan.

"A......... aku takut In." sahut si dara cilik.

"Kau jangan takut, nanti aku kenalkan." berbareng Lo In


mulutnya cetcowetan bicara kepada Toa-hek sekeluarga.

Betul-betul membuat Eng Lian heran sebab setelah Lo In


bicara, ketiganya lalu bangkit dan mendekati si dara cilik untuk
mengusap-usap lengan dan pipinya. Karena saking takutnya,
Eng Lian lebih kencang memeluk Lo In, pipinya yang kanan
merapat di dadanya Lo In, hanya sepasang matanya saja yang
bundar jeli bundar, kedap kedip memandang pada tiga kawan
Lo In. Ia rasakan bulu-bulu Ji-hek dan tangannya yang kasar
mengusap-usap pipinya.

Ia beranikan hati untuk menerima 'tanda persahabatan' itu


malah makin lama usapan-usapan Ji-hek itu dirasakan makin
meresap dalam hatinya, tanda kasih sayangnya seorang ibu.
Maka pelan-pelan perasaan takutnya telah terusir pergi jauh.

Eng Lian jadi tabah. Dasar anah jenaka dan berani, seketika
itu juga berubah sikapnya. Ia balas mengusap-usap tangan Ji-
hek seraya menjabat tangan Siauw-hel dan Toa-hek hingga
ketiga kera itu berjingkrak kegirangan.

Eng Lian kaget mereka berjingkrakan, dikira hendak


menerkam dirinya. Tapi setelah Lo In memberi keterangan
bahwa mereka itu kegirangan, si dara berubah sikap,
membuat Eng Lian bersenyum manis dan angguk-anggukkan
kepalanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Toa-hek sekeluarga sebenarnya merasa heran wajah Lo In


berubah hitam tapi mereka kenali suaranya.

Lo In yang belum bisa jalan dipondong oleh Toa-hek, dibawa


keluar dimana sudah ada ratusan kera yang menyambut,
ramai cetcowetan yang dapat memekakkan telinga. Sangat
kegirangan rupanya mereka dapatka 'rajanya' selamat.

Malah si kera Mata Putih dan si Kepala Putih sudah datang


mendekat Lo In untuk minta dielus-elus kepanya, rupanya
mereka menagih jasanya yang sudah mengabarkan pada
kawan-kawannya tentang Lo In terancam bahaya. Memang
merekalah yang disuruh Lo In untuk mengabarkan dan
mengatur penyerbuan dari tentara kera ke situ untuk
membebaskan ia dan Eng Lian dari cengkeraman orang-orang
jahat.

Eng Lian kagum pada Lo In yang sudah dapat mengerahkan


tentara keranya untuk mengusir Ang Hoa Lobo dan Siauw Cu
Leng, dua manusia iblis kejam.

Tiba-tiba terdengar pekikan si rajawali, sebentar saja burung


raksasa itu sudah terbang mendatangi. Ia mendekam di depan
Lo In yang sedang dalam pondongan Toa-hek, kepalanya
manggut tiga kali. Lo In bersenyum, "Tiauw-heng, terima kasih
kau sudah bantu mengusir orang-orang jahat itu, Bagaimana,
kau baik-baik saja berpisah denganku beberapa hari ini ?"
demikian Lo In berkata-kata kepada burung kesayangannya.

Eng Lian yang mendengar kata-kata Lo In, hatinya ketawa


geli. Pikirnya, masa bicara sama seekor burung seperti juga
bicara dengan manusia, mana burung itu mengerti maksud
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

omongannya ? Tapi alangkah ia tercengang ketika melihat si


rajawali mengangguk-anggukkan kepalanya dengan manja
kelihatannya, ia gosok-gosokkan tubuhnya pada kepalanya.
Lucuk lagak-lagaknya si burung raksasa hingga Eng Lian jadi
ketawa, kali ini bukan dalam hatinya saja yang cekikian. Ia
mendekati Lo In mencekal lengannya, lalu berkata, "Adik In,
kau benar-benar hebat." jempolnya yang mungil pun
berbareng diunjukkan hingga Lo In tertawa bangga.

Lo In perlu merawat diri untuk memulihkan tenaga dalamnya,


maka ia perintah tentara keranya termasuk si rajawali supaya
berjaga-jaga di sekitar rumah itu, jangan kasih orang asing
datang mengganggu.

Dalam rumah Eng Lian, Lo In dirawat si dara cilik dengan


penuh perhatian hingga si bocah merasa sangat berterima
kasih pada kawan barunya itu.

Lewat dua hari, Lo In tampak sudah dapat belajar jalan


dipimpin oleh Eng Loan. Pada waktu mereka ngomong-
ngomong di serambi belakang rumah, tiba-tiba Eng Lian
seperti mengingati sesuatu. Seketika ia bangkit dari duduknya.

Lo In cepat pegang tangan si dara cilik menanya, "Ada apa


Enci Lian ?"

"Tunggu !" sahut Eng Lian sambil lepaskan tangannya dari


cekalan Lo In. Ia berjalan masuk ke dalam rumah dengan
cepat.

Tidak lama kemudian, ia muncul lagi dengan satu gelas


ditangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia mendekati Lo In dan berkata, "Adik In, aku mempunyai obat


manjur untuk mengembalikan lwekangmu cuma aku takut kau
tidak berani makan."

Lo In ketawa, "Enci Lian, aku sangat berterima kasih


kepadamu." sahut Lo In. "Jangan kata obat, racun juga kalau
kau suruh aku makan, aku tidak akan menolak pemberianmu."

Si dara cilik cekikikan ketawa mendengar kata-kata Lo In.

"Anak tolol" katanya setelah ia habis ketawa. "Orang mau


kasih obat kenapa jadi racun dibawa-bawa ? Memangnya aku
si Nenek Kembang Merah ? Hihihi......."

Lo In pun turut ketawa. "Mana obat itu ?" ia kemudian


menanya.

"Ini dia obat manjur yang tidak ada duanya." sahut Eng Lian
seraya angsurkan gelas yang ada ditangannya tadi.

Lo In menyambuti. Ia periksa isi gelas, ia dapatkan satu benda


bundar sebesar telu ayam, warnanya meah tua direndam
dengan arak putih. Tampaknya benda itu lunak sekali seakan-
akan telur ayam barusan dipecahkan.

"Barang apa ini ?" tanya Lo In keheranan.

"Kau makan dahulu, nanti baru aku ceritakan," sahut Eng Lian.

Lo In dekati gelas pada hidungnya, ia terkejut, dari dalam


gelas menyambar bau harum yang enak sekali.

"Kau takut makan ?" tanya si dara cilik, mukanya kelihatan


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cemas.

Lo In adalah seorang laki-laki, tidak mungkin ia menarik


pulang apa yang sudah ia kaakan tadi pada Eng Lian,
meskipun itu hanya bersifat main-main.

Maka setelah ia nyengir sebentaran, ia lantas angkat gelas itu


dan isinya sekali teguk saja lenyap lewat tenggorokannya.

"Adik In, oh...kau...." Eng Lian menubruk, memeluk Lo In


kegirangan, hampir ia menciumi pipi orang.

Lo In gelagapan dipeluki Eng Lian dengan tiba-tiba, gelas


yang dipegangnya itu hampir jatuh di lantai.

"Kau kenapa, enci Lian ?" si bocah menanya.

Sambil tangannya masih memegang kedua pundaknya Lo In,


si dara cilik menatap parasnya si bodah, mukanya
menyungging senyuman. Ia berkata, " Adik In, rejekimu besar
senyuman. Kau akan sembuh, sembuh......segera !"

"Enci Lian, bagaimana kau tahu aku bakalan sembuh segera


?" tanya Lo In.

"Adik In, itu yang kau makan adalah lwetam dari Tok-gan
Siancu, ular kesayanganku yang aku ambil setelah mati."
menerangkan Eng Lian sambil duduk pula di tempat duduknya
tadi.

"Hanya lwetam ular, apalah artinya ?" kata Lo In tertawa.

Lwetam artinya nyali, jadi Lo In sudah telan nyali ular.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau tidak tahu khasiatnya." kata Eng Lian lagi. "Menurut kata
ayahku,
Tok-gan Siancu mempunyai lwetam yang tak ternilai. Cuma
saja nyali itu tak dapat dimiliki begitu saja, misalnya dengan
sengaja kita bunuh mati Tok-gan Siancu, lantas diambil
nyalinya. Ini tidak akan ada khasiatnya.

"Jadi, bagaimana semestinya ?" Lo In memotong tidak


sabaran.

"Adik In, kau dengar dulu aku cerita. Jangan kau potong." kata
Eng Lian.

Lo In nyengir. Kemudian Eng Lian meneruskan ceritanya,


"Tok-gan Siancu harus marah dahulu dan lalu menggigit
orang. Dengan begitu bisanya sudah buyar. Bisa itu terpusat
pada nyalinya. Tok-gan Siancu sudah marah dan menggigit si
jahat Nenek Kembang Merah, maka nyalinya sudah bersih
dari racun. Justru ia kena dibunuh Ang Hoa Lobo, aku jadi
ingat akan kata-kata ayahku. Maka aku cepat membelah
perutnya, ambil nyalinya yang berharga itu sebelum aku kubur
bangkainya. Nyali itu aku rendam dalam obat yang dapat
mengawetkan. Pikirku akan aku berikan pada ayah apabila ia
sudah pulang mencari ibu."

"Habis, sekarang kau kasih nyali itu aku makan, ayahmu tidak
kebagian, bagaimana kau nanti dapat
mempertanggungjawabkan pada ayahmu ?" kata Lo In.

Si dara cilik bersenyum. Ia berkata lagi, "Taruh kata ayahku


pulang, dia juga belum tentu berani memakannya. Karena
nyali yang kau makan itu baru dapat sebagai obat dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menimbulkan khasiatnya kalau ia dimakan oleh orang yang


lwekangnya tinggi sedang terluka parah. Khasiatnya untuk
mengembalikan tenaganya yang lenyap dan
menambahkannya berlipat ganda. Ini, entah benar atau tidak,
aku sendiri belum pernah mengalami. Tapi lihatlah nanti
reaksinya bagaimana setalah kau makan nyalinya Tok-gan
Siancu."

Lo In anggukkan kepala. Sementara itu ia rasakan badannya


tiba-tiba panas. Ia minta si dara cilik untuk memimpinnya
masuk. Ia ingin rebah diatas pembaringan.

Eng Lian cepat memenuhi permintaannya. Belum lama Lo In


rebah, tiba-tiba Eng Lian dibikin kaget oleh suara merintih Lo
In.

"Kau kenapa, adik In ?" Eng Lian menanya.

"Panas, oh, panas aku rasakan sekujur badanku.........." Lo In


berteriak.

Eng Lian tidak tahu apa yang harus diperbuatnya ketika


melihat Lo In sangat gelisah diatas bale-balenya, tak tahan
merasakan menyerangnya hawa panas.

Ia mau menghampiri, menjadi takut. Karena Lo In seperti yang


sedang mengamuk. Ia takut kena jotosan kepalannya Lo In.

Betul-betul bingung Eng Lian. Cuma mulutnya saja yang ramai


menanyakan Lo In kenapa bisa jadi begitu. Tapi, ia tak dapat
jawaban dari si bocah. Tiba-tiba ia ingat bahwa Lo In jadi
begitu setelah makan nyalinya ular. Apakah itu yang menjadi
gara-garanya ? Ia jadi takut sebab Lo In makan lwetam itu atas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

anjurannya. Ia bukannya meracuni, memang dengan sungguh-


sungguh ia hendak menolong Lo In tapi kenyataannya
sekarang jadi begini. Bagaimana ?

Lima menit kira-kira Lo In bergelisahan. Tiba-tiba tubuhnya


diam, tenang dan ia bisa tidur nyenyak. Entah kenapa bisa jadi
begitu. Eng Lian segera mendekat Lo In lalu mencekal
tangannya. Ia periksa sekujur badannya si bocah mandi
keringat. Cepat ia ambil kain-kain tebal untuk menyekanya.
Tak dapat Lo In dibanguni meskipun digoyang-goyang keras
tubuhnya. Ia tidur sampai keesokan harinya baru mendusin
membuat Eng Lian menangis ketakutan kalau-kalau si bocah
mati.

Sekarang melihat Lo In membuka matanya, Eng Lian ketawa,


berhenti menangisnya. Sambil susut airmatanya, ia menanya,
"Adik In, apa kau sudah baik ?"

"Eh, kenapa kau tanya begitu ? Dan kenapa kau menangis,


enci Lian ?" balik menanya Lo In yang menjadi keheranan
nampak si dara cilik menangis.

"Adik In, kau tidak tahu, aku ketakutan kau mati !" sahut si
gadis cilik.

Lalu Eng Lian tuturkan bagaimana Lo In dalam


kegelisahannya mengamuk diatas bale-bale karena
kepanasan, bagaimana si bocah terus tidur nyenyak sampai
sekarang baru mendusin. Hal mana membikin Lo In kaget,
lantas ia mencelat bangun. Begitu enteng ia mencelat, ketika
ia tancapkan kakinya di lantai tidak perdengarkan suara apa-
apa seperti juga jatuhnya selembar daun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Lian terbelalak matanya, heran melihat Lo In dengan


mendadak saja bisa gerak, badannya lompat mencelat dari
tempat tidurnya yang sebenarnya untuk bangun saja ia harus
mendapat pertolongan si dara cilik.

Belum sempat ia menanya, tiba-tiba ia rasakan pinggangnya


dicekal Lo In dan tubuhnya diapungkan, hampir saja
kepalanya menyundul atap rumah kalau tidak cepat-cepat Lo
In menyusul lompat dan tarik pulang si dara cilik dan dilain
saat, Eng Lian jatuh dalam pelukan Lo In.

"Enci Lian, kau adalah penolongku......." bisik Lo In seraya


mencium pipinya si dara cilik hingga Eng Lian merasa panas
mukanya. Tapi ia tidak mau berontak sebab dalam pelukan Lo
In, ia merasa lebih aman.

Tapi kemudian ia berontak juga sambil mencubit pipi si bocah,


ia berkata :

"Anak nakal. Kenapa kau bikin encimu kaget setengah mati


barusan ?"

"Ah, enci Lian, maafkan aku." sahut Lo In seraya melepaskan


pelukannya. "Saking kegirangan aku, sampai lupa yang
diapungkan itu ada enciku yang baik hati. Hahaha......"

Mulutnya si nona menjebir, lucu tapi ia tidak mengatakan


penyesalan apa-apa sebag memang juga hatinya turut girang
dengan kembalinya lagi tenaga Lo In berkat pertolongan dari
nyali ular kesayangannya, Tok-gan Siancu.

Memang luar biasa khasiatnya nyali ular itu. Sebab Lo In


merasakan bukan saja tenaga lamanya pulih kembali tapi juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seperti bertambah, badannya dirasakan jauh lebih enteng dari


pada sebelumnya.

Selama Lo In dalam kegirangan, Eng Lian sering menatap


wajahnya Lo In lama, hingga Lo In curiga. Ia menanya, "Ada
apa yang heran diwajahku, enci Lian ?"

"Itu, eh, itu.... tanda yang tidak bisa hilang." sahutnya.

"Tanda apa, enci Lian ?" Lo In kata heran sebab sejak dahulu
ia tidak punya tanda apa-apa diwajahnya yang cakap.

"Itu tanda hitam diwajamu, adik In." sahut Eng Lian. "Kukira
tadinya dengan makan nyali ular kesayanganku itu, sekaligus
akan mengunjuk khasiatnya, menghilangkan tanda hitam pada
wajahmu. Tapi kenyataannya....... masih saja ada."

Sebelum Lo In membuka mulut menanya, Eng Liang sudah


menuturkan bagaimana si Nenek Kembang Merah sudah
membikin wajah Lo In menjadi hitam legam.

Lo In terkejut, ia usap-usap keras pipinya yang hitam lalu


pandang jari-jari tangannya yang dipakai mengusap-usap tadi.
Ia tak dapat lihat ada tanda-tanda hitam. Jadi tanda hitam itu
tak dapat dihapus.

Ia pinjam kaca dari Eng Lian dan mengacai wajahnya. Benar


saja mukanya hitam legam. Bukan main marahnya si bocah.
"Kurang ajar itu nenek dekat mampus. Akan kau rasakan
pembalasanku nanti........."

"Ah, kau jangan marah, adik In." memotong Eng Lian. "Kita
belum tahu betul dia jahat, membunuh orang misalnya, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tak perlu kita balas membalas. Asal kita ketemu dia, dengan
rela dia memberi obat pemusnahnya, kita bikin habis saja
urusan. Dengan begitu tidak saling balsa membalas lagi.

-- 9 --

Lo In adatnya halus. Ia suak mengampuni siapa juga. Kalau


barusan ia mengucapkan kata-kata mau membalas, itu
didorong oleh hawa amarahnya yang muncul seketika. Maka
waktu Eng Lian menasehatkan dengan kata-kata yang lemah
lembut dan masuk dalam sanubarinya, ia angguk-anggukan
kepalanya dan menyatakan penyesalannya.

Dua anak itu suka membanyol, jenaka tapi pribadinya luhur.


Cocok mereka itu menjadi teman yang akrab, di lembah yang
jauh dari pergaulan manusia.

Sampai disini kita tinggalkan Lo In dan Eng Lian. Mari kita lihat
perjalanan Kim-wan Thauto. Setelah ia meninggalkan Kim
Popo begitu saja dibawah terik panasnya matahari, selagi ia
jalan tiba-tiba ia mendengar ada derap kaki kuda mendatangi
dari belakangnya.

Ketika ia menoleh, kiranya ada tiga penunggang kuda yang


mendatangi ke arahnya. Entah siapa gerangan mereka itu.
Mereka melarikan kudanya cukup kencang ketikan melewati
ia. Ia dapat melihat wajahnya mereka itu. Yang satu, yang
paling tua diantara mereka, usianya dikira 45 tahun, yang
kedua 40 tahun dan yang muda ditaksir kurang lebih 20 tahun.
yang pertama mukanya terang, tak berkumis, yang kedua
mukanya hitam, piara kumis berewokan, yang muda parasnya
cakap.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si berewokan pada waktu lewati Kim-wan Thauto bepaling


pada si thauto, matanya melotot mengawasi. Si thauto tidak
senang dipelototi tanpa sebab, tapi sebelum ia menegur,
orang yang berusia paling tua tadi kedengaran berkata pada si
berewokan, "Samte, kau jangan cari urusan sebelum kita
ketemu toako......"

Kim wan Thauto lantas tidak dengar lagi apa yang mereka
bicarakan kemudian karena kudanya dipecut lari makin
kencang.

Dengan menggunakan ilmu entengi tubuhnya, Kim Wan


Thauto menyusul mereka.

Sayang tak dapat menyusul karena mereka sudah jauh


jaraknya, apalagi ketika sampai di satu tikungan, Kim Wan
Thauto kehilangan jejak mereka.

Kim Wan Thauto teruskan perjalanannya sambil menebak-


nebak dalam hatinya, siapakah mereka itu dan apa sebabnya
tiba-tiba si berewokan pelototinya.

Sebentar kemudian ia sampai di desa Kunhiang, satu desa


yang besar juga dan ramah penduduknya. Diantaranya banyak
orang-orang hartawan yang tinggal menetap disitu, pada
membuka perusahaan.

Kim Wan Thauto masuk ke sebuah rumah makan 'An Goan',


dimana kedapatan banyak tamu dari dalam dan luar desa
Kunhiang. Ia terus masuk mengambil tempat disuatu pojokan
lalu pesan makanan pada pelayan yang menghampirinya.

Sementara ia menunggu makanan disiapkan, ia memandang


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ke sekitarnya. Ia lihat ada satu tamu yang menghadapi meja


besar sendiri saja, sedang meja besar demikian biasanya
untuk para tamu dalam rombongan besar.

Ia heran melihat tamu itu yang barusan ia lewati ketika


memasuki rumah makan.

Tamu itu mukanya persegi, jenggotnya macam jenggot


kambing. Alisnya yang kanan hilang, rupanya bekas golok
mampir pada bagian dekat alisnya itu, juga matanya meram.
Tegasnya mata kanannya picak. Entah ia sedang menunggu
siapa sebab sikapnya seperti ada yang ditunggu, tiap sebentar
matanya mengawasi ke jurusan pintu masuk.

Sebentar kemudian, sewaktu Kim Wan Thauto mulai dengan


hidangannya, ia mendengar suara ramai orang bercakap di
sebelah luar, pintu pun lantas terbuka, masuklah orang-orang
yang ramai bercakap-cakap tadi. Mereka disambut oleh orang
yang duduk sendirian tadi dengan kata-kata, "Wah, kenapa
kalian datang lama benar ?"

"Maaf toako, barusan kita diajak Kongcu untuk menemukan


ayah Kongcu dahulu sehingga kita terlibat dalam arena
percakapan, itulah yang bikin kita terlambat." kata seorang
diantaranya yang berusaha masuk.

Kim Wan Thauto terkejut sebab mereka itu tiada lain adalah
tiga orang penunggang kuda yang ditemukannya di jalanan
tadi.

Anak muda yang bersama-sama menunggang kuda ternyata


adalah anaknya Tan Wangwee, seorang hartawan yang cukup
terkenal. Mereka bertiga memanggilnya Kongcu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tan Kongcu supaya dikenal baik oleh pemilik rumah makan


termasuk pelayannya karena ia dengan kawan-kawannya
mendapat pelayangan yang istimewa kelihatannya. Dari
percakapan mereka, Kim Wan Thauto dapat mencuri dengar.
Hatinya jadi terkejut juga sebab tiga orang itu tiada lain adalah
Sucoan Sam-sat atau tiga algojo dari Sucoan yang terkenal
kekejamannya di wilayah Sucoan.

Tiga algojo itu mempunyai julukan masing-masing yang


menyeramkan. Si toako bernama Puy Teng alias Giam-ong
(Raja akherat), si jiko yaitu si muka terang namanya Teng
Cong, julukannya Mo-jiauw atau si Cakar Setan, yang bontot si
berewok yang melototi Kim Wan Thauto menamakan dirinya
Sin-mo Lie Kui, si Iblis Sakti.

Gelarannya si hebat-hebat, entahlah kepandaiannya tapi yang


terang mereka terkenal dengan perbuatan yang suka
sewenang-wenang dan buas.

Tiga alogojo dari sucoan itu tidak bisa omong perlahan,


mereka bercakap-cakap dengan berisik sehingga banyak
orang yang ada di situ pada dapat curi pendapatan mereka,
diantaranya tentu Kim Wan Thauto yang menaruh perhatian
istimewa atas kedatangannya Sucoan Sam-sat ke desa itu.

Kiranya mereka itu datang atas undangan Tan Wangwee,


mereka spesial diundang oleh Tan Kongcu untuk membikin
perhitungan dengan Liu Wangwee yang menuduh Tan
Wangwee ada simpanan orang jahat dalam rumahnya.

Kim Wan Thauto paling suka mencampuri urusan yang tidak


adil, maka dalam hal Tan Wangwee dan Liu Wangwee, ia ingin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tahu duduk perkaranya.

Ia lebih percaya pada Liu Wangwee yang benar kalau melihat


orang-orang undangan Tan Wangwee terdiri dari bajingan
buas. Maka itu, ia harus cari tahu keadaannya Liu Wangwee,
tapi dimana ? Ia masih asing dalam deast itu yang baru
pertama kali ia datangi.

Ia tidak kurang akal, sebab begitu kawanan jahat itu sudah


bubaran dengan tidak memperhatikan dirinya yang duduk di
pojokan, ia lantas panggil pelayan yang melayani ia untuk
menanyakan keterangan dimana letak rumahnya Liu
Wangwee.

Cuaca sementara itu sudah mulai sore. Ia sewa kamar dalam


rumah makan itu yang merupakan juga rumah penginapan.

Ketika hari mulai gelap, ia bikin kunjungan ke rumahnya Liu


Wangwee.

Kiranya rumahnya si hartawa Liu itu sekitarnya dikurung rapat


dengan pagar tembok. Tingginya kira-kira satu setengah
tombak. Kim Wan Thauto tidak mau mengunjunginya dengan
terang-terangan sebab kuatir tuan rumah nanti salah sangka
atas kedatangannya yang tiba-tiba itu. Maka pikirnya lebih baik
sebentar tengah malam saja ia kembali lagi bikin penyelidikan.
Oleh karena itu ia lalu pulang ke hotelnya kembali.

Setelah mengisi perutnya lebih dahulu, Kim Wan Thauto lalu


masuk ke kamarnya.

Sambil menunggu waktu, ia rebahan. Ketika ia merobah


miring, tiba-tiba ia rasakan ada yang mengganjal. Lantas ingat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

akan kotak yang ia rampas dari Kim Popo dalam kantongnya.


Ia lalu merogoh keluarkan, ia main-mainkan ditangannya dan
mencoba membukanya tapi kotak itu tak dapat dibuka. Ia
girang tapi entah apa isinya buku mungil itu, tidak
diketahuinya. Ia menyesal tak ditanyakan itu pada si nenek
bandel.

Ia kelihatannya tidak begitu menghargakan kotak itu, maka


ditaruhnya di bawah bantal setelah beberapa lama dimain-
mainkannya.

Ia kemudian bangun lagi dari rebahannya, ambil buku dari


kantongnya lalu duduk membacanya sampai kemudian ia
mendengar kentongan dua kali dipukul menandakan jam dua
tengah malam. Pikirnya sudah waktunya ia lakukan
penyelidikan. Seketika itu ia keluar dari kamar dengan
mengambil jalan dari jendela supaya tidak mengganggu tamu-
tamu yang nginap disitu dan bikin curiga pemilik hotel.

Sebentar saja ia sudah sampai di dekat rumahnya Liu


Wangwee. Tidak susah, dengan menggunakan ilmu entengi
tubuh, ia sudah lompat melewati tembok pekarangan dari
rumah hartawan Liu.

Rumah itu ternyata berloteng. Pada tingkat satu, ia lihat masih


terang. Apakah masih ada orang yang belum tidur ? Tanyanya
pada diri sendiri.

Ini kebetulan sekali, pikirnya. Lalu dengan menggunakan


kepandaian memanjat, sebentar saja ia sudah sampai di
loteng tingkat satu. Ia mengintai dari jendela. Ia lihat di
dalamnya ada seorang lelaki yang kira-kira berusia lima
puluhan tengah membaca buku, sedang disampingnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terdapat seorang gadis yang kira-kira berusia 18 tahun sedang


duduk.

Kim Wan Thauto lantas menduga akan Liu Wangwee, ketika ia


mendengar si gadis berkata-kata, "Sudah malam ayah. Untuk
apa urusan demikian dipikirkan."

"Tapi anak Hiang." kata sang ayah. "Kau jangan meremehkan


paman Tan."

"Dia toh takut pada ayah, kenapa mesti dipikirkan ?" kata si
gadis lagi.

Lu Wangwee tarik napas sambil letakkan bukunya diatas


meja, ia berkata lagi, "Anak Hiang, ayah sudah nasehatkan,
kau jangan suka mengatakan apa-apa tentang paman Tan tapi
kau seenaknya saja omong hingga jadi urusan sekarang.
Bagaimana sebenarnya yang menjadi pokok lantaran, coba
kau terangkan. Jangan pakai diumpat-umpatkan.:

"Itulah pada suatu hari," sahut si gadi. "Ketika enci Ciok datang
padaku membujuk aku supaya aku terima lamaran saudara
misannya, si Kongcu ceriwis itu, dia ada menyebut bahwa
kekayaan paman Tan jauh lebih kaya dari pada kita. Hatiku
jadi panas dan meyemprot dia dengan kata, 'Tentu saja
paman Tan lebih kaya lantaran pelihara maling dalam
rumahnya !' Kata-kata ini rupanya disampaikan pada paman
Tan sehingga ia menjadi marah, menegur ayah supaya minta
maaf di depan umum. Aku yang salah, aku yang tanggung
jawab, kenapa ayah dibawa-bawa ?"

Si gadis ketika mengucapkan kata-kata yang paling belakang,


kelihatan marah, menggertakkan giginya, gemas rupanya dia.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Terang si Ciok mesti adukan kata-katamu yang menyinggung


itu." kata Liu Wangwee. "Karena buat dirinya juga tidak enak,
kau mengatakan pamannya pelihara maling. Paman Tan
sendiri, tidak berani padaku, tapi dia ada punya orang. Dia
kasih tempo buat ayah menghaturkan maaf dalam tempo tiga
hari. Kalau dalam tempo tersebut ayahmu tak memenuhi
permintaannya, dia akan minta kawan-kawannya datang untuk
menghajar ayah. Besok sudah hari ketiga, entah bagaimana
nanti kejadiannya. Kabarnya paman Tan sudah mengundang
kawan-kawannya dan sudah datang tadi siang."

"Siapa yang dia datangkan ?" tanya si anak.

"Kau mana tahu kekejaman paman Tan. Dia sudah datangkan


bala bantuannya, tidak tanggung-tanggung ialah Sucoan Sam-
sat yang tersohor sangat buas !"

"Tiga algojo dari Sucoan......." menggumam si gadis. "Kalau


ayah takut, biar saja nanti aku yang layani. Baru tiga algojo,
meskipun dia datangkan selusin algojo juga aku tidak takut !"

"Kau punya kepandaian apa ?" tanya si ayah, melengak heran.

"Ayah nanti lihat saja." sahut sang anak. "Sekarang ayah


masuk tidur saja, urusan diserahkan pada aku saja yang nanti
menghadapinya."

Liu Wangwee bingung. Bagaimana anaknya begini gagah ?


Siapa yang dia bakal andalkan ? Dia sendiri yang
menghadapinya, itu tak mungkin sebab ia tahu benar Bwee
Hiang, anak gadisnya tidak punya kemampuan itu. Ilmu
silatnya hanya ia yang ajari, bagaimana dia begitu besar hati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untuk menghadapi musuh berat ?

Tapi untuk membuat anak gadisnya senang, ia pun menurut


disuruh masuh tidur, diantar oleh Bwee Hiang.

Kim Wan Thauto diam-diam memuji kegagahan si gadis. Ia


pun angkat jempolnya. Tapi ketika ia mau angkat kaki dari situ,
ia urungkan karena mendengar suara menangis
sesenggukkan. Itulah Bwee Hiang, yang sudah balik lagi dari
mengantarkan ayahnya masuk tidur.

Ia duduk diatas kursi yang barusan diduduki ayahnya,


menangsi sesenggukkan tanpa ada orang yang
menghiburnya.

"Aku yang sudah menerbitkan bencana, mengapa ayahku


yang harus bertanggung jawab ? Oh, nasib........ibu...... ibu,
kenapa kau sudah meninggalkan aku lebih dahulu ?"
terdengar si gadis berkata-kata sendirian, ia sesambat pada
ibunya yang sudah lama berada di alam baka.

Kim Wan Thauto yang berhati baja, melihat adegan itu tak
dapat mempertahankan kesedihannya. Ia diam-diam merasa
terharu akan nasibnya Bwee Hiang. Kapan ia ingat lagi, ia jadi
heran kenapa si gadis menangis begitu sedang tadi ia lihat
tegas si gadis begitu gagah mengucapkan kata-katanya untuk
tanggung sendiri semua urusan yang mengancam keluarga
Liu. Apa benar si gadis mempunyai kepandaian tinggi untuk
menghadapi Tiga Algojo dari Sucoan ?

Sehingga Kim Wan Thauto masih ragu-ragu. Tapi bisa saja


terjadi keanehan-keanehan, maka Kim Wan Thauto pikir
biarlah ia nanti menonton saja apa yang akan dilakukan oleh si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gadis. Malah diam-diam ia berjanji akan membantu si gadis


manakala dipandang perlu. Setelah berpikir demikian, maka ia
lantas berlalu dari tempat mengintainya tanpa diketahui oleh si
gadis yang masih menangis sesenggukkan.

Pada hari esoknya, ada hari penghabisan dari ultimatum yang


dikirimkan pada Liu Wangwee tapi oleh Tan Wangwee
ditunggu-tunggu tidak ada kabar apa-apa dari pihak hartawan
Liu sehingga Tan Wangwee menjadi amat mendongkol.

Oleh karenanya ia lalu himpunkan kawan-kawannya yang


diundang.

Dalam desa kunhiang itu, diantara hartawan-hartawan yang


paling menonjol adalah hartawan Liu. Ia mempunyai banyak
pabrik tahu, tenun dan lain-lainnya dimana ia pakai banyak
buruh sebagai pekerjanya. Dengan adanya mata pencaharian
yang dibuka oleh hartawan Liu, maka tidak heran kalau desa
kunhiang menjadi amat ramai. Buruh dari mana-mana pada
datang minta pekerjaan pada perusahaannya Liu Wangwee.
Kawan-kawannya hartawan Liu yang juga dikenal sebagai
hartawan sangat menghormat Liu Wangwee karena ia ini
meskipun kaya juga tidak sombong dan banyak menolong
orang yang dapat kesusahan.

Di antara kawan-kawan Liu Wangwee termasuk juga Tan


Wangwee.

Hartawan Tan memang terkenal kaya tapi tidak membuka


perusahaan apa-apa. Orang tidak tahunya mendapat
kekayaan dari mana tapi yang terang kekayaannya makin
bertambah saja sejak anak-anaknya pulang dari tempat lain.
Katanya baru tamat dari belajar silat dan pulang ke rumah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untuk bantu usaha orang tua.

Belum lama Tan Kongcu pulang dari perguruan, dalam desa


kunhiang yang tadinya aman-aman saja, lantas jadi banyak
maling. Hartawan-hartawan yag menetap dalam desat itu
banyak dipreteli kekayaannya oleh maling-maling itu. Itu bukan
maling biasa sebab semua itu dikerjakan oleh satu orang dan
untuk kejadian itu orang desa kunhiang menaakan ia 'Huicat'
atau 'Maling biasa terbang' karena tak dapat diselidiki jejaknya
baik oleh korban-korbannya sendiri maupun oleh pihak yang
berwajib. Yang herannya justru maling terbang itu mengincar
hartawan-hartawan yang 'kaya' saja sebab yang tanggung-
tanggung tak pernah mendapat gangguan. Jadi keadaan tidak
aman hanya dialami oleh mereka yang betul-betul hartawan.

Liu Wangwee meskipun ia sendiri belum pernah mendapat


gangguan, dengan sendirinya sebagai ketua kaum hartawan ia
malu hati buat peluk tangan saja. Maka ia kumpulkan kawan-
kawannya untuk berunding mencari jalan sampai mereka
dapat mengamankan lagi desanya dari gangguan maling.

Belum ada keputusan tentang daya apa dapat diambil untuk


menangkap maling terbang itu, dua hari sejak diadakan rapat
oleh Liu Wangwee, rumahnya sendiri telah didatangi si maling
terbang itu.

Ia sendiri tidak menghadapinya tapi gadisnya, Bwee Hiang,


pada malam itu sudah bertempur seru dengan si maling
terbang yang pakai topeng mukanya.

Sudah menjadi kebiasaan Bwee Hiang, ia baharus masuk tidur


kalau ayahnya terlebih dahulu ia antarkan masuk tidur. Maka
ia tidur lebih larut (malam) dari ayahnya. Waktu barusan saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ia bangkit dari duduknya hendak meninggalkan ruangan baca,


kupingnya yang tajam seperti mendengar ada orang yang
membuka jendela perlahan. Ia pura-pura tidak memperdulikan
itu, terus saja ia jalan. Tapi ia tidak menuju ke kamarnya, tapi
ia membelok ke satu gang yang dapat menembus keluar. Ia
lantas dapat memergoki seorang yang sedang mengintip di
jendela. Si nona segera menduga yang datang adalah maling
terbang. Maka dengan tidak bersuara kakinya menotol lantai,
tubuhnya yang langsing mencelat ke arah orang yang sedang
mengintip tadi.

"Maling terbang, akhirnya kau datang juga. " kata si gadis


sekonyong-konyong.

Bukan main kagetnya orang itu sebab segear ia berkelit ke


kanan dengan gugup mengelak serangan Bwee Hiang yang
membarengi kata-katanya tadi.

Itulah kejadian di atas loteng tingkat satu.

Si maling terbang tidak membalas serangan si gadis, hanya ia


lompat ke atas genteng. Enteng sekali tubuhnya, menghampiri
loteng tingkat dua. Ia mengira kegesitannya sudah tidak ada
taranya, tapi bukan main kagetnya ketika ia barusan saja
menginjak genteng terdengar pula suaranya Bwee Hiang,
"Kau mau lari ? Hmm ! Tamu datang tidak disambut, itu tidak
hormat !"

Si maling lantas putar tubuhnya, sekarang ia berhadapan


dengan si gadis yang tersenyum mengejek kepadanya.
Sungguh ia tidak mengira, kalau Bwee Hiang dapat
menandingi kegesitannya, malah kelihatan lebih gesit lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang ketika jalan keluar hendak pergoki si maling, ia


sudah sembat pedang yang biasa ia pakai dalam latihan
dengan ayahnya. Dengan senjata itu ia tunjuk si maling sambil
berkata, "Hui cat, kau tak akan lolos dari aku !"

Si maling tidak menjawab, hanya ia lantas menghunus


pedangnya.

"bagus !" kata Bwee Hiang, "Mari kita main-main !"

Kata-katanya ditutup dengan serangan pada dua jurusan.


Pertama, ujung pedang si nona seperti menyerang
tenggorokan, ketika si maling bertopeng menangkis, ia tarik
pedangnya supaya jangan bentrok dengan senjata lawan,
lantas diteruskan menusuk pada 'kiok-ti-hiat', jalan darah di
bagian pundak kiri untuk sekalian menyontek tulang pundak
orang. Gerakan ini dilakukan dengan cepat laksana kilat, salah
satu jurus yang hebat dari Bwee Hoa Kim Hoat (Ilmu silat
pedang kembang bwee) yang dinamai 'Hoa kay beng goat'
atau 'Kembang mekar memandang rembulan'.

Tapi si maling bertopeng cukup gesit.

Melihat tangkisannya luput sebab pedang lawan cepat ditarik


pulang, pundaknya yang di arah si nona ia elakkan dengan
turunkan pundaknya sedikit hingga ujung pedang tak dapat
sasarannya.

"Aha, boleh juga !" kata Bwee Hiang melihat serangannya


yang ditujukan pada dua arah luput semua. Berbareng, ia pun
lantas menyerang pula dengan jurus-jurus yang mematikan.
Pedangnya berkelebatan menyambar-nyambar ke arah jalan
darah lawan sehingga merupakan tekanan yang berat bagi si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

maling terbang. Apalagi pikirannya tidak mau melayani si nona


lama-lama. Maka begitu ia mendapat lowongan, lantas enjot
tubuhnya mencelat mundur ke tepi genteng rumah, dari mana
dengan ilmu entengi tubuh ia loncat ke genteng rumah tingkat
satu akan terus loncat ke bagian bawah, lari menghampiri
tembok pekarangan. Tubuhnya enteng sekali diwaktu ia
melompati tembok pekarangan rumah Liu Wangwee, dari
mana ia teruskan larinya ke arah barat dan melenyapkan diri
dalam sebuah rumah besar.

Maling itu mengira dirinya tidak dikejar si nona karena


beberapa kali ia menoleh ke belakang tidak nampak bayangan
yang mengejar apalagi mendengar suaranya si nona. Tapi ia
salah hitung. Ia boleh gesit dan dapat menghilang bagaikan
setan kalau kepandaiannya itu dihadapkan pada orang biasa
atau ilmu silatnya hanya ilmu silat pasaran saja. Tapi kali ini ia
menghadapi Bwee Hiang yang kegesitannya cukup tinggi.
Tentu saja jejaknya tak luput dari kuntitan si nona.

Ketika ia menghilang dalam rumah besar tadi, tiba-tiba Bwee


Hiang berdiri tertegun. Sebab rumah itu adalah rumah Tan
Wangwee. Ia lantas menduga bahwa Tan Wangwee dalam
rumahnya ada pelihara maling, makanya kekayaannya dengan
tentu meningkat tanpa orang mengetahui dari mana
sumbernya.

Si gadis pulang lagi ke rumah. Pikirannya makin yakin bahwa


Tan Wangwee telah pelihara maling. Maka ketika keesokan
harinya ia ketemu ayahnya, lantas ia menceritakan
pengalamannya semalam. Sang ayah terkejut juga mendengar
cerita anaknya, lantas ia berkata, "Anak Hiang, kau sudah tahu
rahasianya paman Tan, harap kau jaga mulutmu jangan
sampai mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggungnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Paman Tan segan dan menghormatku karena dia tahu aku


ada seorang yang dipandang tinggi oelh penduduk kunhiang
dan dia tahu juga aku berkepandaian tidak rendah dalam ilmu
silat. Tapi kalau kita membuat gara-gara menyinggung
kehormatannya, dia tentu akan pandang lagi padaku. Dia
dapat datangkan kawan-kawannya dari golongan jahat untuk
menghadapi aku karena dia sendiri tidak berani untuk
berurusan langsugn dengan aku. Ingat, anak Hiang !"

Bwee Hiang mengiakan atas nasehat itu. Tapi ia lupa ketika


Cok Ciok, teman mainnya yang menjadi keponakan Tan
Wangwee membanggakan kekayaannya hartawan Tan di atas
kekayaan keluarga Lu. Hatinya panas seketika dan
mengatakan tentu saja Tan Wangwee lebih kaya karena
dalam rumahnya ada pelihara maling. Kata-kata inilah yang
menjadi 'urusan' sehingga Tan Wangwee mengundang
Sucoan Sam-sat yang sangat kesohor kebuasannya untuk
menghadapi Liu Wangwee.

Dalam pertemuan dengan tamu-tamu undangannya, Tan


Wangwee menanyakan pikiran mereka bagaimana mereka
akan bertindak kalau sampai nanti malam masih belum terima
kabar dari Liu Wangwee. Giam-ong Puy Teng dan Sin-mo Lie
Kui ada orang-orang kasar, mereka tidak dapat mengeluarkan
pikiran yang baik, maka diminta pikirannya Mo-jiauw Teng
cong, si Cakar Setan yang banyak akalnya untuk mengusulkan
sesuatu untuk kebaikannya Tan Wangwee.

"Menurut pikiranku," kata Mo-jiauw Teng Cong, "Kalau nanti


malam Liu Wangwee tidak kirim orang mengabarkan apa-apa
kepada kita, sebaiknya kita datangi rumahnya untuk minta
keputusan. Kalau dia lulusi permintaan Tan-heng yaitu
bersedia untuk minta maaf dihadapan umum, kita bikin habis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

saja urusan ini. Kalau tidak, baik nanti kita lihat gelagat
bagaimana, kalau perlu kita gunakan kekerasan untuk
menaklukinya."

"Ah, kau terlalu bertele-tele." kata Puy Teng Toako dari


Sucoan Sam-sat.

"Kau benar Toako, jiko terlalu berliku-liku. Kita ambil jalan


pendek saja, kalau nanti dia tidak mau meluluskan permintaan
Tan-heng, kita habisi saja jiwanya !" Sin-mo Lie Kui
menyatakan pikirannya.

"Kita harus pakai jalan lunak dahulu, kalau bisa kita jangan
sampai bertempur dengan dia." Mo-jiauw perkuatkan usulnya.

"Memangnya Jie-te takut ?" tanya Puy Teng, si toako.

"Hahaha......!" Sin-mo Lie Kui tertawa. "Biasanya Jiko paling


berani, mengapa disini menghadapi Liu Wangwee saja jadi
ketakutan ?"

Tan Wangwee sementara itu tinggal membungkam. Begitu


juga dengan Tan Kongcu, anaknya yang disuruh mengundang
Sucoan Sam-sat.

Mo-jiauw Teng Cong jadi serba salah.

Si Cakar Setan memang ada sedikit jeri, seelah ia cari


keterangan bahwa Liu Wangwee selainnya ia sendiri ilmu
silatnya tidak renah, juga ada anak daranya yang membantu.
Kabarnya hartawan Liu itu juga banyak mempunyai sahabat
dalam Bu-lim.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Menurut pikirannya, lebih baik digunakan jalan damai saja.


Keterangan yang ia dapat itu tidak ia beritahukan kepada dua
kawannya karena kuatir ia dikatakan pengecut. Tapi akhirnya
si Setan Sakti Lie Kui telah mengatakan juga hingga membuat
ia jadi serba salah.

Belum ia dapat menyatakan pikirannya lagi, tiba-tiba Tan


Wangwee berkata, "Memang, untuk menaikkan pamornya
Sucoan Sam-sat, lebih baik ambil jalan pendek saja."

"Kau maksudkan apa jalan pendek itu ?" tanya Mo-jiauw Teng
Cong.

"Kalau Liu Wangwee tidak mau menurut perintahku, lebih baik


jiwanya dihabiskan saja." jawab Tan Wangwee.

Mo-jiauw Teng Cong kalah suara, maka selanjutnya ia


membungkam.

Demikianlah, ketika sang malam tiba belum juga diterima


kabar apa-apa dari pihak hartawan Liu, maka tiga algojo dari
Sucoan itu, diiringi oleh Tan Kongcu telah menyatroni
rumahnya Liu Wangwee. Tan Wangwee sendirian tidak turut
karena ia malu hati kalau sampai dirumahnya Liu Wangwee ia
mesti tarik urat dengan tuan rumah.

Di pekarangan rumah, kedatangan mereka disambut oleh Liu


Wangwee sendiri.

Tuan rumah kelihatan ramah tamah, sedang pihak tamu


sangat sombong sikapnya.

Tidak termasuk Mo-jiauw yang pandai menggunakan otaknya.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia melihat Liu Wangwee bertubuh sedang tingginya, agak


gemuk, memelihara jenggot yang bagus ! Romannya
berwibawa, keras wataknya meskipun kelihatannya ia sangat
ramah tamah.

Tamu-tamu diundang masuk ke ruangan tengah, dimana


sudah disiapkan barang hidangan seperlunya. Rupanya
hartawan Liu sudah menduga akan kedatangannya mereka,
maka ia sudah suruh pelayan-pelayannya mengadakan meja
perjamuan sederhana.

Tan Kongcu dan Lie Kui yang lagaknya paling tengik.


Terutama Tan Kongcu yang seolah-olah membanggakan para
pahlawannya, amat menyebalkan tingkahnya.

"Aku tidak melihat ayahmu turut datang, dimana dia, anak Sin
?" tanya Liu Wangwee pada Tan Kongcu ketika mereka sudah
sama-sama ambil tempat duduk.

Tan Kongcu pelototkan matanya sebelum ia menjawab


pertanyaannya Liu Wangwee.

Di waktu dalam keadaan biasa, dua keluarga (Liu dan Tan)


ada baik satu dengan lain, malah Liu Wangwee tidak melarang
Tan Kongcu sesudah masing-masing meningkat dewasa untuk
datang ngomong-ngomong dengan Bwee Hiang, puterinya,
karena Tan Kongcu teman sepermainan si nona di waktu
mereka masih kecil.

Jadi persahabatan keluarga Tan dan Liu itu sudah sejak lama.
Apa mau sekarang terbit bentrokan yang sesungguhnya amat
disayagnkan. Sebenarnya Tan Wangwee sendiri segan
bentrokan dengan Liu Wangwee karena urusan tersebut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hanya persoalan kecil saja. Tetapi lantaran adanya


hasutannya Tan Kongcu, anak muda itu sangat gemas pada
Bwee Hiang yang menolak menjadi isterinya malah
menghinanya bahwa dalam rumahnya ada pelihara maling.

Panggilan Liu Wangwee pada Tan Kongcu biasa saj,


memanggil namanya sebagai juga orang tua itu memanggil
anaknya sendiri.

Setelah pelototi Liu Wangwee, Tan Kongcu menjawab, "Ayah


tidak perlu ketemu paman. Dia bilang kalau paman mau kasih
kabar, katakan saja padaku."

Jawaban yang amat kurang ajar, malah matanya pakai melotot


segala. Tapi Liu Wangwee tidak jadi marah. Ia tetap sabar.
"Anak Sin," kata Liu Wangwee. "Jawabanku singkat saja. Aku
dapat mohon maaf pada ayahmu, tapi tidak dihadapan umum."

"Hmm ! Justru ini kita tidak mau terima !" kata Liung Sin
mendengus.

"Habis, kau mau apa ?" tanya Liu Wangwee, jadi habis sabar
rupanya melihat sikap yang tengik dari si anak muda ceriwis
menurut Bwee Hiang.

Melihat keadaan sudah mulai panas, Mo-jiauw Teng Cong


menyela, "Liu Wangwee, kedatangan kami kesini adalah
hendak mendamaikan urusan bukan hendak mencari ribut
dengan keluarga saudara Liu. Aku pikir, sebaiknya saudara
Liu mengalah saja dan suka memohon maaf di depan umum.
Dengan begitu urusan menjadi beres."

"Saudara ini siapa ?" tanya hartawan Liu yang pura-pura tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tahu.

"Mereka adalah Giam-ong Puy Teng." jawab Teng Cong


seraya menunjuk pada saudara tuanya. "Aku sendiri bernama
Teng Cong, sedang dia adalah Sin-mo Lie Kui. Kami bertiga,
entah bagaimana anggapan orang dalam dunia Kangouw,
telah mendapat julukan Su-coan Sam-sat. Julukan ini dilebih-
lebihi."

Liu Wangwee angguk-anggukkan kepalanya sambil mengurut


kumisnya yang panjang.

"Jiko, untuk apa banyak omong. Lekas, bikin beres saja !" kata
Sin-mo Lie Kui sambil matanya melotot pada Liu Wangwee.

Hartawan Liu berlagak pilon atas sikapnya si berewok jahat.

"Aku sudah katakan," kata Liu Wangwee. "Apakah saudara


Teng tidak dengar jawabanku pada anak Sin barusan ?"

"Brak !" tiba-tiba terdengar suara piring mangkok di atas meja


beterbangan. Sayur pada tumpah berlelehan gara-gara Giam-
ong Puy Teng yang menggebrak meja dengan telapak
tangannya yang besar. "Kepala batu !" bentaknya pada tuan
rumah. "Aku mau lihat kepandaian apa yang kau mau
perlihatkan dihadapan Sucoan Sam-sat !"

Teng Cong tidak setuju dengan kelakuan Sang Toako yang


berangasan itu tapi perbuatannya sudah terjadi, maka ia
tinggal menanti reaksi dari tuan rumah saja.

Meskipun Liu Wangwee tidak senang akan kelakuannya si


mata satu, ia masih bisa menahan sabar. Katanya, "Aku si tua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak berguna lagi tapi untuk melayani kau seorang kasar,


rasanya masih belum tentu !"

"Kau berani sama Sucoan Sam-sat ?" bentak Puy Teng,


marah dia.

"Sucoan Sam-sat lain, tapi dengan kau, aku tidak tinggal lari !"
sahut tuan rumah.

Puy Teng bangkit dari duduknya. Ia tertawa gelak-gelak sambil


katanya, "Mari, mari diluar kita coba." berbareng tubuhnya,
enteng sekali, melesat ke arah pintu.

Liu Wangwee tidak takut. Ia pun bangkit dari duduknya, lantas


jalan keluar. Di pekarangan ia lihat Puy Teng sudah berdiri
menanti.

Tidak sampai tarik urat lagi, mereka telah berhadapan, lantas


bergebrak.

Teng Cong dan Lie Kui tidak berani datang mengeroyok Liu
Wangwee karena mereka tahu akan adatnya sang toako.
Kalau ia belum kalah belum mau dibantui saudara-
saudaranya. Maka juga mereka tinggal menonton saja.

Dua macan berkelahi, tentu saja sangat ramai.

Liu Wangwee mainkan 'Bwee Hoa Ciang Hoat' atau 'Ilmu


pukulan kembang bwee', sedang dipihaknya Giam-ong Puy
Teng menggunakan 'Eng-jiauw-kang' atau 'Tenaga Kuku
Garuda' untuk melayani lawan. Liu Wangwee mendesak
lawannya dengan pukulan-pukulan halus tapi mantap, tapi
dilayani dengan sambaran tangan yang keras berat oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Giam-ong Puy Teng yang menggunakan ilmu pukulan Eng


jiauw kang. Tidak kecewa Giam-ong Puy Teng sebagai toako
dari Sucoan Sam-sat karena ilmu pukulannya itu saban-saban
membuat lawannya tergetar. Dari berimbang, pelan-pelan
tampak Liu Wangwee keteter.

Liu Wangwee merasa cemas dengan kepandaiannya karena


ia yakin bahwa ia bukan tandingannya Giam-ong Puy Teng.
Dalam keadaan yang cemas itu, hatinya menjadi makin cemas
ketika ia mendengar beradunya senjata dan melihat puterinya
Bwee Hiang sudah bergebrak dengan Tan Kongcu.

Ia menguatirkan keselamatan puterinya yang tersayang itu,


maka perlawanan yang diberikan pada musuhnya tidak
sebagaimana mestinya. Dalam keadaan bingung, tiba-tiba
berkelebat tangannya Giam-ong Puy Teng hendak
mencengkeram dadanya, ia geser kaki kirinya berkelit dari
cengkerama ke arah dada, tapi ia lupa datangnya tangan kiri
musuh yang menjambret pinggangnya. Tanpa ampun lagi ia
terkulai roboh setelah menjerit perlahan. Giam-ong Puy teng
telah menggunakan tipu pukulan 'Say pek sie' atau 'Terkaman
singa' untuk mreobohkan lawannya.

Jeritan Liu Wangwee diwaktu terkulai roboh disusul jeritan lain


ialah jeritan Tan Kongcu yang tulang pundaknya kena disontek
ujung pedang Bwee Hiang.

Setelah merobohkan lawannya, Bwee Hiang lantas enjot


tubuhnya mencelat ke arah tempat ayahnya bertempur. Tapi
sudah terlambat karena ayahnya sudah roboh dan tidak
bangun lagi. Alisnya si nona berdiri, saking gusarnya ia
membentak Giam-ong Puy Teng, "Manusia jahat, kau apakan
ayahku ? Aku akan adu jiwa denganmu !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kata-katanya ditutup dengan serangan pedangnya yang


tajam. Tapi Giam-ong Puy Teng bukannya Tan Kongcu sebab
dengan satu elakan saja pedang si nona menemui sasaran
kosong. Ketika ia tarik pulang pedangnya hendak menyerang
lagi, di depannya sudah ganti orang. Itulah si berewok Lie Kui
yang bengis.

"Nona manis, kau jangan main-main dengan toakoku. Untung


dia tidak biasa layani bangsa perempuan. Kalau tidak, hmm !
Jangan harap mukamu yang cantik akan tetap utuh !"

Itulah kata-kata Sin-mo Lie Kui yang enak untuk si berewok


sendiri tapi tidak enak untuk telinganya si nona. Tidak heran
kalau Bwee Hiang menggerang disusul dengan serangan
pedangnya ke arah orang punya jalanan makanan
(kerongkongan) tapi si setan sakti sambil ketawa haha hehe
berkelit, "Nona manis jangan galak-galak !" menggoda si muka
berewok.

Bwee Hiang makin meluap amarahnya, pedangnya


menyambar-nyambar tapi si berewok hanya berkelit sana sini
tanpa melakukan serangan membalas. Malah menggodainya
makin menjadi membuat si nona tak dapat mengendalikan
amarahnya. Ia menempur dengan serangan-serangan nekad,
justru inilah kesempatan untuk si berewok berlaku ceriwis,
coba ulurkan tangan untuk menyolek pipi yang putih dari Bwee
Hiang.

Untung Bwee Hiang masih awas, ia dapat menyelamatkan


mukanya dari colokan Lie Kui yang kurang ajar. Ketika di lain
saat si berewok mau menyolek lagi, ia babat tangan orang
tersebut dengan pedangnya hingga si ceriwis amat kaget,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kalau tidak secepat kilat ia tarik pulag tangannya yang bangor.

"Jangan kejam-kejam, nona," ia menggodai Bwee Hiang.

(Bersambung)

Jilid 04
Kepandaian si nona ketinggalan jauh dibandingkan dengan
Sin-mo Lie Kui. Maka ia kena digocok sana sini hingga Tan
Kongcu yang menonton di pinggiran menjadi tertawa terbahak-
bahak meliha si nona sudah mandi keringat meskipun ia
sendiri waktu itu menderita rasa sakit bukan main pada luka
dipundaknya karena barusan kena disontek pedangnya si
nona yang tajam.

"Nah, rasakan sekarang pembalasanku, digecek mampus kau


oleh samko !" Tan Kongcu mengejeki si gadis yang sedang
kepayahan.

Lama-lama si nona menjadi lelah, kata-kata si Kongcu ceriwis


menusuk hatinya, membuat hatinya sangat pedih. Pikirnya,
daripada ia bakal terima hinaan orang-orang jahat itu, lebih
baik ia ambil keputusan nekad. Bunuh diri !

Tiba-tiba si gadis melompat dari arena pertempuran, seraya


berkata, "Tahan !"

"Kau mau bicara apa, nona manis ?" tanya Lie Kui, haha hehe
tertawa.

Si nona tidak meladeni, hanya menubruk ayahnya yang


menggeletak di tanah dengan napas empas empis. Ia girang
ketika mendapat kenyataan ayahnya tidak putus jiwanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ayah, legakan hatimu. Semua ini ada gara-garaku, maka aku


yang akan bertanggung jawab."

Setelah mengucapkan kata-katanya yang gagah itu, si nona


tampak bangkit.

Ia berdiri, pedangnya masih tercekal di tangannya, matanya


mengawasi ke sekitarnya. Tampak olehnya Giam-ong Puy
Teng dan kawan-kawannya tengah mengawasinya dengan
senyuman masing-masing.

"Tuan-tuan." tiba-tiba si nona berkata. "Ayahku tidak berdosa,


kalian harus bebaskan ayahku. Akulah yang mengatakan
dalam rumah paman Tan ada dipelihara maling. Maka
sepantasnya aku yang bertanggung jawab dari itu, sebagai
permohonan maaf, lihatlah sekarang aku lakukan..........."

Kata-kata ini disusul dengan diangkatnya pedangnya dan akan


ditebaskannya lehernya yang putih hingga kawanan jahat
yang biasanya tidak berkedip membunuh orang, melihat
kelakuan nekad si gadis telah pada menutup matanya, merasa
ngeri.

"Tring !" tiba-tiba terdengar suara batu kecil membentur


pedang, segera juga pedangnya si nona terlepas dari
cekalannya. Di susul oleh melayangnya sesosok tubuh dari
atas sebuah pohon.

Apakah Kim Wan Thauto yang datang menolong Bwee Hiang


?

Bukan. Kim Wan Thauto memang mengumpat diatas genteng,


menonton pertarungan yang terjadi di sebelah bawah. Ketika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liu Wangwee dirubuhkan, ia masih belum mau turun tangan


untuk membantu sebab ia ingin melihat bagaimana tindakan
Bwee Hiang lebih jauh mengingat kata-kata si nona dihadapan
ayahnya. Ia ingin melihat apakah pedangnya si nona akan
dapat mengusi tiga orang jahat itu. Tapi ia kecewa hatinya,
nampak si nona dipermainkan oleh Lie Kui. Pikirnya, apakah si
gadis hanya begitu saja kepandaiannya ? Melihat Bwee Hiang
berlaku nekad, ia sudah siap akan menggoyangkan
kepalanya, untuk melepaskan senjata anting-antingnya ke
arah pedang si nona yang tengah diayunkan ke lehernya. Tapi
ia jadi tercengang karena maksudnya sudah disusul orang
lain.

Dalam tertegunnya, ia mendengar orang yang barusan


menolong Bwee Hiang tertawa gelak-gelak. Hatinya terkejut
sebab suara tertawa itu seperti ia pernah mendengarnya tapi
dimana ? Ia kumpul ingatannya tapi ia lupa dimana ia pernah
dengar suara ketawa yang ia pernah kenal.

Orang barusan melayang turun dari pohon, tampak


menghampiri Bwee Hiang. Ia memungut pedang si nona yang
seketika itu berdiri bagaikan patung. Matanya yang jeli
mencilak mengawasi pada orang yang menolong dirinya.

Orang itu tak tampak mukanya karena kepalanya terbungkus


kerudung kain merah.

"Kau siapa ?" tanya si nona seraya menerima kembali


pedangnya yang diangsurkan oleh orang yang berkerudung
merah.

"Anak Hiang," kata si kerudung merah, tidak menjawab


pertanyaan Bwee Hiang. "Dengan membunuh diri berarti kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membunuh ayahmu. Sekarang lekas tolong ayahmu dan tamu-


tamu ini serahkan aku yang melayani !"

Bwee Hiang kaget, mengapa si kerudung merah


memanggilnya 'anak Hiang'. Siapakah dia ? Tapi ia sekarang
tidak dapat mengajukan pertanyaan karena ia lebih perlu
lekas-lekas menolong ayahnya. Cepat ia bertindak
menghampiri ayahnya dan lantas memeriksa luka sang ayah
yang parah, dua tulang iganya patah.

Sementara Sucon Sam-sat yang sedari tadi berdiri tertegun


memperhatikan kedatangan si kerudung merah, lantas
mengurung si orang asing. Mereka sadar bahwa yang datang
niscaya seorang lawan yang alot.

"Hmm !" mendengus si kerudung merah. "Liu Wangwee,


apakah kurang hormat melayani para tamunya ? Biarlah aku
yang menggantikannya........."

"Siapa kau ?" bentak Sin-mo Lie Kui yang berangasan


wataknya.

"Kau panggil saja aku si kerudung merah, wakilnya Liu


Wangwee." sahutnya.

"Bagus, bagus. Hahaha !" kata Giam-ong Puy Teng seraya


ketawa terbahak-bahak.

"Hahaha............ hahaha......... !" si kerudung merah juga ikut-


ikutan ketawa.

Giam-ong Puy Teng mendelikkan matanya. "Kau tertawakan


apa, setan !" bentaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tertawakan kau." sahutnya kontan.

"Kurang ajar, apa yang harus kau tertawakan ?" tanyanya


agak heran.

"Itu......... itu..............." sahut si kerudung merah sambil masih


tertawa. "Itu, menurutmu aku bagus, kau mana tahu bahwa
mukaku bagus sedang aku pakai kerudung."

Ini merupakan jawaban yang 'olok-olok' sehingga


menimbulkan amarahnya toako dari Sucoan Sam-sat menjadi
lebih meluap. Sebelah matanya, yang tinggal satu, mendelik
lagi lalu menyerang si kerudung merah dengan jurusnya yang
paling diandalkan 'Eng Jiauw chiu' atau 'Cengkeraman cakar
garuda', kedua tangannya diulur untuk mencengkeram dada.
Gerakannya cepat, kalau kena dicengkeram, pasti melayang
jiwa korbannya karena cengkeraman itu berisikan tenaga
dalam yang dahsyat.

Tapi si kerudung merah acuh tak acuh menghadapi serangan


dahsyat itu. Ia menunggu sampai serangan datang, kedua
tangannya dirangkap sejenak lalu diajukan ke depan, nyelusup
diantara dua tangan lawan, mendadak dipentangkan secepat
kilat sehingga dua tangan lawan yang mencengkeram dapat
ditolak nyamping. Inilah gerakan 'Siang hong seng thian' atau
'Sepasang burung hong naik ke langit', jurus yang paling tepat
untuk memusnahkan 'Eng jiauw chiu' lawan.

Melihat serangannya gagal, cepat Giam-ong Puy Teng ganti


tipu. Tampak tubuhnya terputar ke belakang lawan.
Tangannya yang kanan diulur, mencengkeram bagian
pinggang untuk membikin remuk tulang iga. Ini adalah gerakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

istimewa dari Giam-ong Puy Teng yang dinamai 'Mo Lie jiauw
chiu' atau "Cengkeraman Kuntilanak'. Berbareng ia berkata,
"Terima nasib, sahabat !"

Ia berkata demikian, menyangka seratus persen serangannya


kali ini tak akan luput. Tapi diluar dugaannya sang lawan
sudah mengelak dengan gesit sambil lompat satu tindak ke
depan. Sebelum si kerudung merah berputar tubuh, Giam-ong
Puy Teng sudah maju merangsak, ia menggempur batok
kepala musuh dengan gaplokan yang dahsyat. Sayang
bukannya si kerudung merah berantakan kepalanya,
sebaliknya tampak Giam-ong Puy Teng terkulai roboh. Hal
mana membuat dua saudaranya yang tengah menonton
dengan kegirangan toakonya diatas angin menjadi keheranan.

"Sudah cukup !" kata si kerudung merah sambil lompat


menjauhi Giam-ong Puy Teng yang tubuhnya terkulai
mendeprok di tanah.

Kenapa Giam-ong Puy Teng ? Ketika si kerudung merah


lompat satu tindak ke depan, berkelit dari serangan Giam-ong
Puy Teng yang menggunakan tipu 'Cengkeraman Kuntilanak',
ia rasakan dibelakangnya ada sambaran angin. Cepat ia
mendek sambil memutar tubuhnya ke kiri. Dalam posisi ini,
sehingga ia adanya lowongan pada iga kanan Giam-ong Puy
Teng yang sedang angkat tangan kanannya untuk
menggaplok kepala, enak saja dua jari tangan kiri si kerudung
merah nyelonong ke jalan darah 'thian-coan-hiat'. Kontan si
raja akherat menjadi terkulai roboh. Kejadian ini hanya
beberapa detik saja. Saking cepatnya, maka tidak heran kalau
dua saudaranya Giam-ong Puy Teng menjadi melongo
keheranan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dari melongo keheranan, Sin-mo Lie Kui meluap amarahnya.


Lantas saja menerjang si kerudung merah sambil berkata,
"Setan, akan aku cuci kehormatan Sucoan Sam-sat !"

"Dicuci juga bakalan kotor juga !" menggoda si kerudung


merah seraya berkelit dari serangan Lie Kui yang
menggunakan jurus 'Mo lie khoa keng' atau 'Kuntilanak
berkaca'. Sambaran dua tangannya menghembuskan angin
menderu. Biasanya dengan menggunakan serangan ini, Lie
Kui dalam segebrakan dapat menjatuhkan musuhnya. Tapi
kali ini ia salah hitung. Si kerudung merah lwekangnya sangat
kuat. Malah si Setan Sakti tidak menjadi sakti karena kaget
nampak musuhnya hilang dari depannya. Ia merasa dirinya
gesit, dapat mempermainkan orang, tidak dinyana ia kalah
jauh dari si kerudung merah.

Bertarung baru lima jurus, lantas Mo-jiauw Teng Cong dapat


menilai bahwa saudara mudanya tak dapat menandingi
musuhnya. Ia heran kenapa si kerudung merah, tadi waktu
menempur Giam-ong Puy Teng tidak memperlihatkan
kegesitannya seperti sekarang ini menghadapi ia punya
Samte.

Melihat saudaranya hanya beberapa gebrakan saja sudah


terdesak, ia tidak dapat berpeluk tangan untuk menonton.
Maka si Cakar Setan seketika itu lantas menyerbu
mengeroyok si kerudung merah yang tengah mempermainkan
Lie Kui.

Dengan turunnya si Cakar Setan, Lie Kui berharap segera


diperoleh kemenangan dengan cepat sebab kepandaiannya
sang Jiko atau si Cakar Setan ada lebih tingkat dari ia dan
toakonya (Giam-ong Puy Teng). Sayang pengharapannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

meleset sebab bukannya mempercepat kemenangan, tapi


mempercepat kekalahan.

"Bagus." tiba-tiba si kerudung merah berkata ketika ia elakkan


cengkeraman Mo-jiauw Teng Cong yang ganas. Berbareng
tampak ia mencelat ke atas untuk menghindari gencetan
serangan dari dua arah, Mo-jiauw Teng Cong mencengkeram
bagian atas perutnya seperti mau mengorek hati, sedang Sin-
mo Lie Kui menggempur pinggangnya. Tidak sampai menanti
sang musuh menginjakkan kakinya ditanah lagi, Lie Kui siap
dengan serangan susulan yang mematikan dengan tipu 'Hui
hong tong lay' atau 'Angin taufan datang dari timur'.
Tangannya diulur saling susul untuk menjambret kaki kanan
lawan yang masih dalam keadaan terapung. Tapi kaki lawan
seperti ada matanya, ia mengelak, turun sedikit lantas
menotok ke arah jin-tiong-hiat di jidat si berewok. Ia hanya
menjerit 'aiyoo !' lantas rubuh mendeprok. Totokan pada ujung
sepatu ini, membawa efek pada Mo-jiauw Teng Cong. Tangan
kanannya yang dibeber bagaikan golok dipakai untuk
menebas kaki si kerudung merah yang masih terapung. Ujung
sepatu yang barusan menotok jidatnya Lie Kui tampak berbalik
lalu menyontek pergelangan tangan. Tepat sekali
mengenakan jalan darah 'Yang-kok-hiat', hingga seketika itu
Mo-jiauw Teng Cong merasakan lengannya kesemutan, hawa
panas menjalar ke seluruh tubuhnya dan kontan ia pun roboh
meniru Lie Kui.

Gerakan yang dilakukan si kerudung merah memang luar


biasa sukarnya. Dengan badan masih terapung, ujung
sepatunya dapat menotok roboh dua lawan tangguh sekaligus,
bukan suatu ilmu mengentengi tubuh yang mudah dilatih.
Tanpa mempunyai lwekang sampai pada batas tertinggi,
jangan harap dapat melatihnya. Pun, melatih ilmu demikian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

akan meminta tempo puluhan tahun. Dalam kalangan Bu-lim,


orang namakan tipu silat itu 'Siang hong ko hong', atau
'Sepasang hong terbang lewati puncak gunung'. Jarang
terlihat di kalangan jago-jago dalam dunia Kangouw.

Bahwa si kerudung merah dapat mendemonstrasikan ilmu


yang langka itu, dapatlah diukur sampai dimana hebatnya
lwekang orang itu. Oleh karenanya, maka Sucoan Sam-sat
dengan sendirinya sudah menjadi ciut nyalinya.

Tang Kongcu yang sangat ketakutan lantas angkat kaki


meninggalkan kawan-kawannya. Tapi belum berapa langkah,
ia rasakan ada angin berkesiur disampingnya dan tahu-tahu si
kerudung merah sudah ada dihadapannya. Ia menggigil
ketakutan, tubuhnya dirasakan lumpuh dan seketika itu juga
dia jatuh duduk.

"Mau lari ?" tegur si kerudung merah, suaranya halus tapi


berwibawa.

"Ampun tayhiap, ampuni aku........." Tan Kongcu meratap


sambil tangannya menyoja-nyoja.

"Kau yang menjadi biang keladi dari ini semua. Cara


bagaimana yang kau hendaki untuk mengampuni kau, anak
jahat !" kata si kerudung merah, suaranya agak bengis.

Terkejut hatinya Tan Kongcu. Pikirnya, dari mana si kerudung


merah dapat tahu bahwa dirinya menjadi biang keladi dari
keonaran itu.

Ketakutan ditambah kaget, tentu saja hatinya si pemuda jahat


jadi terguncang keras dan setelah ia berkata, "Ampun, ampun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tayhiap......" lantas saja tubuhnya terkulai dan jatuh pingsan.

Tiga sudah rubuh karena totokan dan satu rubuh karena


ketakutan, membuat si kerudung merah tertawa gelak-gelak
sampai suaranya mendengung di angkasa hingga Kim Wan
Thauto yang berada di atas genteng terpengaruh juga. Untuk
tidak sampai diketahui oleh si kerudung merah yang lihai itu,
Kim Wan Thauto dengan diam-diam sudah meninggalkan
tempat sembunyinya, pulang ke hotelnya.

Pada keesokan harinya ia berkemas-kemas untuk


meninggalkan hotel. Ketika ia meraba ke bawah bantalnya
dimana ia sesapkan kotak kecil mungilnya, kaget ia sebab
kotak itu sudah tidak ada ditempatnya.

Ia ingat betul ketika ia pulang dengan ambil jalan jendela, ia


periksa pintu kamarnya masih tetap terkunci. Dari manakah
datangnya penjahat yang sudah mencuri barangnya ? Ia
periksa barang-barangnya yang lain, tidak ada yang
kehilangan kecuali kotak kecil itu. Pikirnya, tentu orang sudah
masuk dari jendela. Dari kenyataannya orang hanya
mengarah kotak itu, jadi kotak mungil itu tentu sangat
berharga. Tapi apa yang menjadi sebab kotak itu sangat
dimaui ? Ini hanya merupakan pertanyaan saja bagi Kim Wan
Thauto karena ia sendiri belum lihat isinya.

Ia anggap kotak itu tidak penting baginya, maka ia tidak


banyak ribut dalam hotel itu. Setelah ia membayar uang
sewaan kamar dan makannya, lalu ia ngeloyor meninggalkan
rumah makan An Goan untuk meneruskan kelananya.

Balik kepada si kerudung merah. Setelah merobohkan Sucoan


Sam-sat dan si Kongcu ceriwis, lalu ia menghampiri Bwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hiang yang sedang repot menolongi ayahnya. Tadi si gadis,


meskipun sedang repot menolongi ayahnya, dapat
menyaksikan juga bagaimana si kerudung merah menjatuhkan
lawannya satu demi satu. Dalam hatinya merasa amat kagum
atas kepandaian tersebut. Entah siapa dia itu, kenpa
memanggil dia 'anak Hiang', apakah dia mempunyai hubungan
keluarga dengan ayahnya ? Demikian dalam hatinya
menanya-nanya akan halnya si kerudung merah.

Ketika si kerudung merah jongkok mau periksa lukanya Liu


Wangwee, si nona sudah siap untuk memajukan pertanyaan
siapa adanya penolong itu, tapi tidak jadi karena penolong itu
lantas berkata, "Anak Hiang, mari kita bawa ayahmu masuk ke
dalam rumah. Ia perlu dengan pertolongan cepat."

Tanpa menanti jawaban, si kerudung merah sudah


memondong Liu Wangwee.

Sampai di dalam rumah, para pelayan yang menggigil


ketakutan, yang turut menyaksikan jalannya pertandingan
barusan sudah menyambut tubuhnya Liu Wangwee untuk
diletaki diatas pembaringan kecil dimana biasanya Liu
Wangwee suka pakai untuk tidur siang.

Hartawan Liu masih terus pingsan. Ketika diperiksa lukanya


oleh si kerudung merah, ternyata dua tulang iganya patah. Si
kerudung merah geleng-geleng kepala setelah melihat lukanya
Liu Wangwee.

Melihat itu Bwee Hiang menjadi ketakutan.

"Apa luka ayah tak dapat disembuhkan ?" ia menanya pada


tamu asing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dapat, cuma makan tempo lama." sahut si kerudung merah.

"Asal sembuh kembali, tak perduli berapa lama, aku akan


merawatnya." kata Bwee Hiang dengan hati lega.

"Bagus, kau anak baik, anak Hiang." kata si kerudung merah


pula.

"Kau keliru berkata begitu." si nona bersenyum sedih.

"Kenapa ?" tanya si kerudung merah. Heran ia mendengar


kata-kata Bwee Hiang.

"Aku anak puthauw (tidak berbakti) sebab akulah yang


menjadi gara-gara hingga timbulnya kejadian seperti
sekarang." jawab Bwee Hiang seraya menundukkan kepala
dan dari kedua matanya yang bagus mengucur air mata.

"Mari kita tolong ayahmu." si kerudung merah berkata,


menyimpangkan kesedihannya si nona. Sementara itu, ia
minta air kepada salah satu pelayan untuk membersihkan
lukanya Liu Wangwee.

Bwee Hiang usulkan untuk memanggil sinshe, tapi tamu asing


itu menggoyangkan tangannya. "Tak usah, nanti aku obati
sendiri ayahmu." ia berkata.

Si nona percaya akan kepandaian orang tersebut. Ia hanya


membantu saja apa yang ia dapat atas pekerjaan si bintang
penolong untuk kesembuhan ayahnya.

Malam harinya, Liu Wangwee kedengaran merintih. Seluruh


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tubuhnya terasa panas, sedang dibagian yang luka parah


amat sakit. Tapi setelah diberi obat lagi oleh si kerudung
merah, perlahan-lahan Liu Wangwee hilang rintihannya dan
kemudian baru dapat pulas. Dijaga oleh Bwee Hiang yang
tidak tidur baragn sekejap pun pada malam itu. Selama mana,
sering ia tumpahkan air mata. Ia sangat menyesal telah
menerbitkan bencana pada ayahnya.

Pemberesan pada kawanan penjahat dilakukan sangat singkat


oleh si kerudung merah. Setelha memberikan pertolongan
pertama pada Liu Wangwee, ia keluar lagi dari rumah dan
menghampiri korban-korban totokannya.

"Untuk membuat kalian jangan penasaran, nah, mari kita


bertempur lagi !" berbareng ia menyepak satu demi satu
tubuhnya Sucoan Sam-sat.

Giam-ong dan dua saudaranya segera juga bebas dari


totokan. Mereka lompat berdiri mengawasi si kerudung merah.

Hanya Tan Kongcu yang masih belum dibebaskan totokannya,


yang dalam pingsan telah ditotok oleh si kerudung merah.
Maksudnya supaya anak hartawan jahat itu tidak melarikan
diri, sementara ia memberikan pertolongan kepada Liw
Wangwee.

Tiga algojo dari Sucon merasakan badannya segar kembali.


Maka semangat berkelahinya juga lantas timbul dengan
serentak.

"Sahabat, kau buka kerudungmu kalau kau benar laki-laki !"


kata Giam-ong Puy Teng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahaha !" si kerudung merah tertawa. "Tidak ada yang


istimewa di wajahku, buat apa kalian hendak mengenalinya ?
Kalian terkenal sangat jahat, maka aku ingin memunahkan
tenaga dalam masing-masing. Untuk membikin kalian jangan
jadi penasaran, maka aku pun sudah membebaskan kalian
dari totokan !"

Mendengar itu, tiga jagoan dari Sucoan amat kaget. Belum


pernah mereka sekaget saat itu. Tapi hati mereka angkuh
karena percaya dengan tiga tenaga gabungan, mereka dapat
mengalahkan si kerudung merah yang sangat sombong.

Mo-jiauw Teng Cong yang pandai bicara dan banyak akalnya


berkata, "Kami tidak bermusuhan dengan kau, kenapa kau
hendak memusnahkan lwekang kami ?"

Terdengar si kerudung merah tertawa, lalu berkata, "Memang,


dengan aku pribadi kalian tidak bermusuhan tapi kalian sangat
jahat dan banyak membunuh sesama manusia, tak pandang
bulu, jahat atau baik. Kejahatan kalian sudah tak terkira, maka
aku akan mewakili mereka yang sudah mati penasaran untuk
menghukum kalian........."

"Kentut !" memotong Sin-mo Lie Kui yang menjadi panas atas
kata-kata si kerudung merah, sikapnya sudah hendak
menyerang.

"Jangan temberang, sahabat !" menyela Giam-ong Puy Teng.


"Maksudmu hendak memusnahkan lwekang kami bertiga
hanya merupakan impianmu saja. Ha ha ha.........." berbareng
ia menerjang hendak menjambret kerudung lawan.

Cuma sayang kepandaiannya di bawah si kerudung merah


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebab bukan saja kerudung orang luput menjambret, malah


jari-jari tangannya kena disentil hingga ia merasakan kesakitan
dan lantas lompat mundur lagi.

Mo-jiauw Teng Cong, diantara tiga jagoan jahat itu yang


percaya bahwa si kerudung merah akan buktikan kata-
katanya, sebenarnya mencoba mendamaikan urusan
sehingga dapat dibereskan dengan menyenangkan. Tetapi
usahanya selalu dibikin gagal oleh sikap dan kata-kata kedua
saudaranya yang ingin selalu berkelahi sebagai keputusannya.
Dengan suara kalem terdengar si kerudung merah berkata
lagi, "Sebaiknya kalian bersiap-siap sebab temponya sudah
dekat untuk aku musnahkan lwekang kalian. Lekas siap !"

Dua orang berangasan, Giam-ong Puy Teng dan Sin-mo Lie


Kui, begit kata 'siap!' meluncur dari mulutnya si kerudung
merah, sudah lantas menerjang dengan jurus-jurusnya yang
paling ganas untuk mengirim lawannya ke dunia lain.

"Bukan kami tapi kau yang akan kami musnahkan lwekangnya


!" bentak Giam-ong Puy Teng dengan suara menggelepar,
saking marahnya dia.

"Belum komplit kalau belum turun tiga-tiganya." menyindir si


kerudung merah seraya mengelak sana sini menghindarkan
serangan dua orang yang sudah kemasukan setan. Mo-jiauw
Teng Cong yang berdiri dengan ragu-ragu, merasa tepat sekali
kena sindiran si kerudung merah, maka hatinya pun panas
seketika.

"Jangan jumawa, sahabat !" ia kemudain berkata sambil terjun


dalam arena pertempuran, mengeroyok si kerudung merah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahaha, ini baru komplit !" katanya. Berbareng dengan


perkataan 'komplit !' segera terdengar suara 'buk ! buk !'
beberapa kali, disusul oleh jeritan saling susul dan........ di lain
detik tampak Sucoan Sam-sat pada tergeletak sana sini.

Sementara si kerudung merah tampak berdiri ketawa-ketawa.

Ketiga jagoan jahat itu tidak melihat, entah bagaimana si


kerudung merah bergerak, tahu-tahu merasakan punggungnya
digebuk dua kali. Kontan rasa panas menyelusup ke ulu hati,
kaki berbareng lumpuh hingga seketika itu tak tahan untuk
mendeprok di tanah.

Tapi hanya sebentaran saja hawa panas yang merupakan


reaksi dari gebukan di punggung itu, sebab segera sudah pulih
lagi kesegarannya. Mereka menjadi kegirangan, tapi tatkala
mereka coba empos tenaga dalamnya, tiba-tiba 'plong....'
hilang lenyap.

Mereka mengerti bahwa tenaga dalam mereka sudah


dimusnahkan oleh si kerudung merah. Mereka pada bangun
berdiri sambil menundukkan kepala.

"Kalian sangat jahat. Kalau watak demikian kalian masih


belum mau buang, lain kali ketemu aku, terang aku tak bisa
ampuni lagi. Nah, sekarang enyahlah kalian !" si kerudung
merah mempersilahkan Sucoan Sam-sat meninggalkan
tempat itu.

Mereka ngeloyor pergi dengan tidak berani angkat kepala.


Sungguh menyedihkan, Sucoan Sam-sat yang biasanya
seenaknya membunuh orang seperti juga memotong rumput,
kini sekaligus mendapat malu di desa Kunhiang. Apakah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mereka dapat memulihkan pula lwekangnya kemudian belajar


lagi untuk menuntut balas kehinaan yang mereka telah alami
hari itu, entahlah dibelakang hari.

Yang terang, mereka malu untuk pulang ke rumahnya Tan


Wangwee lagi. Langsung mereka pulang ke sarangnya di
Sucoan.

Setelah mereka pergi, si kerudung merah menghampiri Tan


Kongcu dan membebaskan ia dari totokan. Ketika ia bangun
berdiri, lantas mendengar si kerudung merah berkata, "Kau
menjadi biang keladi keonaran, kau harus dihukum !"

Tan Kongcu menggigil ketakutan, takut ilmu silatnya akan


dimusnahkan.

"Tapi mengingat kau tidak sejahat Sucoan Sam-sat, maka aku


kasih kelonggaran. Nah, hunuslah pedangmu dan potong
sebuah kupingmu !" menitah si kerudung merah.

Tan Kongcu ragu-ragu sebab hilangnya kupingnya sebelah


berarti mengurangi parasnya yang cakap, pikirnya.

"Apa perlu aku yang harus turun tangan ?" si kerudung merah
menegur, waktu melihat si kongcu ceriwis ragu-ragu.

"Oh, tidak, tidak....." jawab Tan Kongcu gugup. Berbareng ia


pun menghunus pedangnya untuk memotong sebelah
kupingnya.

Pada saat itu, Bwee Hiang datang menghampiri mereka.


Sambil menunjuk pada si kongcu ceriwis, ia berkata, "Dialah
sebagai maling terbang yang dicari. Kenapa diberi hukuman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

begitu murah ?" matanya si gadis mengawasi si kerudung


merah.

"Bagaimana kau tahu dia si maling terbang ?" tanya si


kerudung merah.

"Aku dapat tahu dari ilmu silatnya ketika bertempur dengan


aku." sahut Bwee Hiang.

Si kerudung merah tertawa terbahak-bahak sehingga Tan


Kongcu ketakutan setengah mati.

Dalam hatinya, diam-diam ia memaki Bwee Hiang,


"Perempuan sundel, kau bikin celaka aku. Tunggu nanti
pembalasanku !"

Setelah tertawa, si kerudung merah berkata pada Tan Kongcu,


"Kalau begitu, satu kupingmu itu harus menggelinding di tanah
!"

Tan Kongcu mengerti, ia toh tak dapat membangkang. Maka ia


kerjakan lagi pedangnya untuk menebas kutung kupingnya
sehingga ia tak berkuping lagi. Dengan hilangnya kedua
telinganya itu, kelihatannya ia sangat lucu.

Bwee Hiang hampir-hampir tidak dapat menahan ketawanya,


tapi ia tahan sebisanya supaya tidak melukai hatinya si kongcu
ceriwis............

Mari kita lihat Lo In dan Eng Lian yang sudah lama kita
tinggalkan.

Lo In amat berterima kasih pada Eng Lian yang sudah


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menolong memulihkan tenaga dalamnya dengan memberikan


nyali ular kesayangannya.

Sebaliknya Eng Lian girang, ia sudah dapat menolong adik In-


nya yang nakal.

Dua anak itu kelihatan cocok satu dengan lain. Tiap hari
mereka bermain-main disekitar rumahnya. Eng Lian melihat
pakaian Lo In sudah compang camping, merasa tidak tega.
Maka ia gunakan temponya untuk membuat pakaian Lo In dari
pakaian ayahnya yang ia kecilkan hingga pas untuk dipakai si
bocah.

Pada suatu hari ketika Lo In keluar dari kamar dengan pakaian


'baru', tampak gagah benar. Maka ia berkata pada Eng Lian,
"Enci Lian, buatanmu ini bagus betul. Coba lihat, gagah tidak
aku dalam pakaian baru ?"

Eng Lian memandang Lo In kemudian ketawa cekikikan


mendengar kata-kata si bocah. "Anak kecil," katanya. "Aksi
amat nih, pakai mau dipandang gagah segala."

"Anak besar yang bikin, mana tidak jadi gagah dipakainya ?"
sahut Lo In.

Eng Lian monyongkan mulutnya yang mungil. Segera juga


kedua bocah itu pada tertawa gembira, masing-masing
senang dengan kejenakaan mereka.

Oey Hoan Ciang atau ayahnya Eng Lian, ada memelihara


puluhan ular di pekarangan rumahnya. Masing-masing
dikurung dengan kerangkeng dari bambu. Bermacam-macam
ular yang dapat dilihat Lo In ketika Eng Lian ajak si bocah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melihat-lihat 'kebun binatangnya'.

Pada suatu hari setelah lakukan inspeksi, dua anak itu pada
duduk diserambi belakang rumah, dimana biasanya mereka
suka duduk omong-omong.

Tiba-tiba Lo In terdengar menghela napas.

"Hei, kau kenapa ?" tanya Eng Lian kontan.

Lo In tertawa mesem. "Aku menyayangkan ular-ular itu tinggal


dalam kurungan." kata Lo In. "Coba mereka di.........."

"Diapakan ?" memotong Eng Liang, seperti biasa, dia tukang


potong omongan.

"Dilepaskan aku maksudkan, enci Lian." sahutnya.

"Hihihi, anak tolo." si dara cilik ketawa. "Kalau dilepas


bukankah mereka tak bisa pulang lagi ? Kau ini ada-ada saja."

"Enci Lian," kata Lo In serius. "Coba kalau kita lepas, selain


kita tidak perlu memikirkan makanannya, juga bagi mereka
akan sangat berterima kasih karena telah mendapat
kebebasan."

"Adik In, bagaimana sih. Mana ada ular bisa berterima kasih
segala !" kata Eng Lian.

Setelah menarik napas lagi, Lo In berkata, "Enci Lian, kau lihat


kawanan keraku. Aku dapat menjinakkan mereka dengan
kehalusan, mereka sangat setia kepadaku, apa yang aku mau,
mereka lantas lakukan tanpa ragu-ragu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Lian diam, tapi otaknya bekerja.

"Habis, bagaimana kehendakmu ?" tanyanya.

"Ular hanya dapat mendesis, tapi tidak bisa omong." kata Lo


In. "Menurut Liok Sinshe, ular dapat diperintah dengan suatu
lagu dari tetabuhan. Misalnya kita menggunakan seruling
sebagai alat untuk memerintah ular sengan sesuka kita. Aku
lihat kamu menjinakkan ular hanya untuk dipelihara, tapi tidak
dapat dibuat teman. Ini sayang sekali sebab kalau kita dapat
membuat ular-ular sebagai kawan, sewaktu kita membutuhkan
tenaganya, dapat kita minta pertolongannya. Ini, kau jangan
pandang remeh, enci Lian."

Si dara cilik angguk-anggukkan kepalanya.

"Mulai sekarang, mari kita mencoba akan kata-katanya Liok


Sinshe. Kalau benar ular-ular itu dapat ditundukkan dan
diperintah dengan irama lagu, oh, sungguh suatu keuntungan
besar bagi kita berdua sebab disamping kita sudah punya
teman kawanan kera dan rajawali, juga kita dapat sahabat
kawanan ular." demikian Lo In tambahkan.

Eng Lian lantas saja bertepuk tangan. "Bagus, bagus."


katanya girang. "Mari, kita sekarang mulai. Tapi, eh, dari mana
kiat dapat alat tabuhannya ?"

"Itu mudah. Kita coba dengan seruling saja." sahut Lo In.

"Serulingnya dari mana ?" tanya si dara cilik.

"Mari kita cari serulingnya." kata si bocah seraya pegang


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tangan Eng Lian, diajak berlalu dari situ.

Eng Lian mengikuti saja dituntun oleh Lo In. Tidak merasa


janggal dia. Karena ini ada kebiasaan Lo In kalau mengajak
encinya pergi main-main.

Segera juga mereka sudah sampai di satu rimba bambu,


dimana Lo In memperhatikan batang-batang pohon bambu
yang baik untuk dipakai membuat seruling yang merdu
suaranya. Sebentar kemudian, tampak ia mencabut pisau
yang diselipkan di pinggangnya dan ia mulai memotong satu
batang bambu yang dianggap akan memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai seruling.

Mereka kemudian balik pula ke rumah, dimana dengan cepat


Lo In membuat seruling, sedang Eng Lian hanya menonton
saja si adik In bekerja.

Setelah selesai, Lo In coba-coba meniupnya. Ternyata


bikinannya tidak mengecewakan. Segera juga tiupannya Lo In
berirama keras perlahan dan tinggi rendah.

"Hihihi, adik In." Eng Lian ketawai Lo In. "Kau bisa meniup
seruling, tapi mana bisa kau memerintah ular ? Hihihi...."

Lo In tidak layani ejekan sang enci, ia terus meniupkan


beberapa lagu dekat kurungan-kurungan ular. Ia mencoba
pada satu ular yang sebesar lengan, panjangnya satu meter
lebih.

Beberapa lagu ia perdengarkan tapi ular itu tetap meringkuk,


tidak menghiraukan Lo In yang sedang meniup mati-matian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Lian melihat itu, terpingkal-pingkal ia ketawai si bocah.

"Aku juga sudah duga, mana dapat ular-ular diperintah dengan


lagu. Ada-ada saja, eh, eh....." tiba-tiba si dara hentikan
ejekannya ketika ia melihat dengan perlahan ular yang tidur
tadi mengangkat kepalanya. Banyak lagu yang ada dalam
otaknya Lo In, si bocah jadi kegirangan. Ia ganti berganti
meniup lagunya sampai ia membuat sang ular terus berdansa
dalam kurungannya. Hal mana membuat Eng Lian jadi berdiri
terpaku sambil leletkan lidahnya, saking keheranan.

Tiba-tiba Lo In hentikan tiupan serulingnya, lantas putar


tubuhnya menghadap Eng Lian yang berdiri terpaku di
belakangnya. "Bagaimana, enciku yang baik ?"

Si dara cilik tidak lantas menyahut, ia hanya unjukkan


jempolnya yang kecil mungil. "Adik In, luar biasa kau......." puji
Eng Lian setelah ia sadar dari keheranannya melihat hasil
yang gemilang dari percobaannya Lo In.

Sambil menghampiri si dara cilik, Lo In berkata, "Selanjutnya,


kita akan latih ular-ular yang ada disini sampai mereka bukan
saja jinak tapi menurut perintah kita. Kalau sudah begitu,
baharulah kita menjadi majikannya."

"Kau benar-benar hebat, adik In."memuji si dara cilik sambil


mencubit hangat pipi Lo In.

Berkat kecerdasan dan kemauan yang sungguh-sungguh, Lo


In berhasil dengan percobaannya menundukkan dan
memerintah kawanan ular. Ular-ular yang ada dalam kurungan
segera pada dilepaskan untuk mendapat kemerdekaannya.
Mereka dapat dipanggil balik bila Lo In meniup serulingnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

malah bukan ular-ular yang tadinya dalam kurungan saja,


malahan ular-ular lain yang terdapat disekitarnya pada datang
dan menghadap kita punya jago cilik yang didampingi oleh
ratu ciliknya.

Bukan main girangnya Lo In dan Eng Lian melihat hasil usaha


mereka.

Lo In selainnya mendapat warisan ilmu silat dan surat, juga


mendapat warisan dalam ilmu pengobatan dari Liok Sinshe.
Tidak heran kalau ia sering mencari akar-akar pohon yang
merupakan obat dan menciptakan obat pulung (pil) yang
mustajab untuk menjaga kesehatan ia dan Eng Lian.
Disamping itu, Eng Lian juga giat belajar silat dari Lo In, juga
tidak ketinggalan belajar bahasa monyet hingga selanjutnya ia
dapat bergaul leluasa dengan tentara monyet Lo In. Si burung
garuda juga sudah jinak dengannya. Malah kalau tidak mereka
berduaan naik si rajawali, Eng Lian juga suka pesiar sedirian.

Ada pepatah yang membilang, 'Ada waktu berkumpul, tentu


ada waktu berpisah'. Pepatah ini memang tidak salahnya,
sebagaimana yang dialami oleh Lo In dan Eng Lian.

Itulah pada suatu sore, Lo In melihat burung rajawalinya


pulang dengan tidak membawa Eng Lian, sedang dua jam
yang lalu ia lihat menunggang burung raksasanya
sebagaimana biasa untuk pesiar di sekitar lembah itu.

Lo In terkejut. Segera ia menghampiri burungnya yang sedang


tundukkan kepalanya mendekam. Ia heran, lalu menanya,
"Tauw-heng, kau bersama-sama lagi enci Eng Lian. Kemana
dia pergi ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Burung itu diam saja, seolah-olah merasa bersalah.

Lo In jadi bingung. Bagaimana dia bisa tahu sedang si rajawali


tidak bisa bicara seperti manusia. Maka, ia cepat lompat ke
punggung si burung raksasa, ia tepuk pundaknya sambil
berkata, "Lekas, bawa aku ke tempat enciku !"

Si rajawali lantas bangkit dan pentang sayapnya, segera


terbang ke jurusan barat kemudian turun pada suatu tempat
yang lebat dengan pepohonan.

-- 11 --

Lo In lompat turun dari punggung si rajawali kemudian


melakukan pemeriksaan di sekitar tempat itu. Ia sampai pada
satu tempat yang banyak tumbuh pohon bunga, tentu ia
mendarat di sini. Cepat ia memeriksa, tampak olehnya ada
satu pohon kembang yang berbunga bagus sekali.

Ia menghampiri ke sana, tiba-tiba ia menjadi kaget tatkala


matanya melihat di tanah ada berceceran darah. Apakah enci
Lian dibunuh di sini ? Tanya ia dalam hati kecilnya. Ia jadi
bingung dan sangat kuatir akan keselamatannya enci Liannya.

Ia jongkok dan memeriksa lebih teliti, darah itu berceceran


sampai pada jalanan masuk ke dalam rimba pohon. Ia
mengikuti terus jejak darah yang dapat terlihat, sampai tiba-
tiba ia sadar kalau dirinya sudah dikurung oleh tiga orang yang
ia tidak kenal, belakangan menyusul lagi empat orang yang
keluar dari semak-semak.

Mereka itu rupanya jago-jago silat pilihan, semuanya pada


membawa senjata tajam di pinggangnya masing-masing. Tiba-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tiba seorang, yang menjadi pemimpin rupanya, berkata,


"Hehehe, aku heran. Kenapa Pangcu kirim kita begini banyak
untuk membekuk satu anak hitam begini saja ?"

Lo In mengawasi pada orang yang barusan berkata. Ia lihat


orang itu kira-kira usia pertengahan, mukanya persegi tiga,
hidungnya mancung, mulutnya ada sedikit tongos.

"Kita mesti percaya pada kata-kata Pangcu. Jangan kita


sembarangan memandang enteng, Cin-heng (saudara Cin)."
terdengar yang lain berkata.

"Aku sih bukannya sombong. Kalau hanya menghadapi segala


bocah begini, sembari tiduran juga aku bisa menangkapnya.
Ha ha ha !" kata lagi si pemimpin.

Kecuali yang barusan kasih nasihat pada orang she Cin, yang
lain-lainnya memang pada memandang rendah pada Lo In.

Mengurung makin rapat, Lo In heran. Ia tidak kenal dengan


mereka tapi sikapnya seperti yang memusuhi dirinya.

"Para paman, kalian menghendaki apa dari aku ?" Lo In tanya,


sekenanya saja.

"Kami akan menangkapmu !" bentak salah satu diantaranya.

"Aku tidak bersalah, kenapa mesti ditangkap ?" tanya Lo In.

"Kau anaknya Kwee Cu Gie, bukan ?" balik tanya si pemimpin.

"Siapa itu Kwee Cu Gie, aku tidak kenal." sahut Lo In kontan.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bocah hitam, kau mau main-main sama engkongmu !" si


pemimpin berkata lagi.

Berbareng ia menjambret tangan Lo In yang sedang


memegang kembang. Tangan Lo In dapat dicekal, sambil
pelintir ia berkata, "Anak hitam, mengakulah. Jangan....... Kau
!" tiba-tiba ia berjengit sebab sekarang menjadi berbalik.
Bukan tangan Lo In yang diplintir tapi tangan si orang kasar
yang diplintir.

Kawan-kawan lainnya menjadi kaget, melihat pemimpinnya


hanya segebrakan saja sudah dapat dikuasai Lo In.

Lo In salurkan sedikit tenaga dalam ke tangannya, segera


tangan si pemimpin yang kena diplintir seperti kena strum
listrik. Ia teraduh-aduh tanpa dapat melepaskan pegangan Lo
In. Meskipun tangannya kecil, seakan-akan melengket.

"Kalian kenapa diam saja ? Lekas maju semua !" teriak si


pemimpin yang sudah jadi mandi peluh kena diplintir Lo In.

Seperti baru sadar dari tidurnya, mereka lantas serentak


menyerbu.

Dua belas tangan menghajar berbareng. Itu bukan main


hebatnya. Lo In bisa hancur lebur badannya. Tapi
kenyataannya lain, ketika serangan serentak sampai, dengan
kegesitannya laksana kilat, Lo In menghilang sambil
melepaskan si pemimpin yang dijadikan temberang.

Si pemimpin jadi berkuing-kuing seperti babi dipotong karena


dihujani pukulan kawan-kawannya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kaget mereka, bukan Lo In yang dihujani pukulan tapi


kawannya sendiri. Cepat mereka mancari bayangan Lo In.
Mereka lihat si anak kecil hitam berada tidak jauh dari mereka,
sedang tenang-tenang saja bermain setangkai bunga.

Mereka mulai jeri tapi tak dapat mereka abaikan perintah dari
kepala perkumpulannya. Maka itu mereka maju pula
berbareng untuk menangkap Lo In.

"Kita tidak bermusuhan, kenapa kalian mau tangkap aku ?"


tanya Lo In.

"Perintah dari atasan tak dapat diabaikan." sahut satu


diantaranya.

"Kalian dari mana sebenarnya ?" tanya si bocah pula, tenang-


tenang saja.

"Kami dari Ceng Gee Pang." sahut tiga orang hampir


berbareng.

"Untuk apa banyak cakap, lekas tangkap dia !" bentak si


pemimpin.

Perintah mana, sudah lantas dikerjakan. Enam orang


mengurung Lo In. Tapi mereka sangat hati-hati, kuatir nanti
bocah lolos lagi.

"Sebetulnya aku ingin main-main dengan kalian, sayang


temponya tidak ada. Karena aku mau mencari enci Lian." kata
Lo In, tersenyum nakal.

"Anak hitam, sebaiknya kau menyerah supaya tidak membuat


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kami jadi berabe dan tubuhmu kesakitan karena hujanan


kepalan kami !" berkata salah satu diantara orang yang
mengepung Lo In.

"Kalian tak dapat menangkap aku." menantang si bocah.

"Jangan sombong, anak kecil !" terdengar jawaban.

Sementara itu pengurungan makin diperketat, kira-kira


jaraknya satu meter lebih.

"Kalau kalian tidak percaya, nah, lihatlah !" kata si bocah.

Lo In berkata begitu, jarak mengepung makin rapat. Setelah itu


berbareng mereka menubruk dan menyangka si bocah akan
tertangkap.

Tapi sebelum maksud mereka kesampaian, tapak Lo In


meremas-remas kembang ditangannya lalu sambil memutar
tubuhnya ia meniup kembang ditangannya hingga
berserabutan terbang mengarah ke hiat-to (jalan darah) di
jidat, leher, pundak dan lain-lainnya. Kontan enam orang yang
mengepung pada lemas kakinya karena kena ditotok oleh
lembaran-lembaran kembang tadi.

Sementara itu Lo in sudah tidak ada bayangannya lagi


dihadapan mereka.

Karena totokan dengan kembang itu hanya totokan main-main


saja dari Lo In, maka hanya beberapa menit saja mereka
lumpuh. Selanjutnya mereka sudah dapat bangun pula dan
segar kembali sebagaimana biasa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Melihat kawan-kawannya dirobohkan dengan hanya tiupan


kembang yang diremas, membuat Cin Lian Hin si pemimpin
menjadi melongo terpaku ditempatnya. Ia geleng-geleng
kepala. Pikirnya, apa bisa jadi ada seseorang bocah yang
mempunyai tenaga dalam begitu hebat, susah diukur ?

"Hahaha, Cin-heng." tiba-tiba diantara mereka ada yang


ketawa terpingkal-pingkal.

"Hei, Kek Kim. Kau tertawakan apa ?" tanya Cin Lian Hin.

"Aku tertawakan kau, Cin heng. Kau bilang, kau mau ganda
dia sembari tiduran, nah sekarang apa buktinya ? Malah kita
bertujuh diganda olehnya seperti memeram mata saja. Aaha !"
kembali Kek Kim tertawa seenaknya.

Cin Lian Hin merah seluruh mukanya, saking jengahnya.

Untuk tidak sampai jadi berkelahi dianara kawan sendiri,


beberapa orang menyela untuk simpangkan pembicaraan itu
hingga dua orang itu tidak sampai adu kepalan.

Mereka tidak ungkulan mencari Lo In, maka pulanglah mereka


untuk memberi laporan kepada Pancu (ketua perserikatan)
mereka.

Sampai cuaca menjadi gelap, Lo In masih juga belum dapat


menemukan Eng Lian.

Hatinya sangat kuatir akan keselamatan si dara cilik, melihat


darah berceceran. Ia menyesal tadi tak menanyakan tentang
enci Lian kepada salah satu orang yang mengeroyok mereka,
lantas terburu-buru untuk mencarinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In pulang dengan lesu, badannya sangat lemas ketika ia


turun dari punggungnya si garuda. Keadaan mana dilihat oleh
si burung raksasa dengan mengembang air matanya, rupanya
ia turut berduka atas kehilangan Eng Lian.

Esok paginya, Lo In kumpulkan tentara keranya, diperintah


untuk mencari Eng Lian sementara ia sendiri dengan naik si
rajawali mencari disekitar lembah, tapi jejak Eng Lian tak
dapat dijumpai oleh si bocah.

Diam-diam ia menangis kehilangan enci Liannya.

Ketika dua tiga hari dicari disekitar lembah enci Eng Lian tidak
diketemukan, pada hari yang keempat, Lo In mencari sampai
cuaca remang-remang gelap.

Ketika ia mau pulang, tiba-tiba dalam pikirannya berkelebat


pikiran apakah boleh jadi Eng Lian sudah dibawa naik ke atas
? Mungkin si dara cilik ada di atas Tong-hong-gay. Pikirnya,
apa salahnya ia coba-coba naik ke atas sekalian melongok
rumahnya dahulu, bagaimana keadaannya sekarang ini.

Ia tepuk-tepuk burung raksasanya untuk terbang tinggi, ke


atas puncak jurang.

Si rajawali merasa heran. Tidak sari-sarinya sang tuan kecil


menyuruh dia terbang sampai ke atas puncak. Tapi ia terbang
sampai ke atas puncak, tapi ia terbang dengan semangat
karena ia tahu Lo In hendak mencari Eng Lian.

Sampai di atas cuaca sudah gelap, cuma diterangi oleh bulan


sisir yang tenggelam timbul diantara awan yang menutupinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Melihat itu, Lo In jadi terkenang akan kejadian hampir dua


tahun berselang ketika ia berdiam dengan Liok Sinshe di
puncak jurang itu. Ia turun dari 'kapal terbangnya', menyuruh si
rajawali menantikan disitu saja, jangan ikut ia yang hendak
mencari bekas rumahnya.

Sampai di tempat yang dituju, Lo In merasa heran sebab


rumahnya lain dari dahulu. Kalau tadinya sudah tua, sekarang
bagus mentereng, malahan dijaga oleh beberapa pengawal
yang bersenjata tajam.

Siapakah yang menjadi penghuni baru dari bekas rumahnya


itu ?

Lampu-lampu di sana sini tampak sudah dipasang hingga


cukup terang di sekitar rumah itu. Ingin Lo In menghampiri
rumah itu tapi kuatir orang nanti salah anggapan dan
menghinanya. Jalan paling baik, pikirnya, ia mengintip dengan
diam-diam saja ke dalam rumah itu. Siapa tahu ia dapat kabar
halnya enci Eng Lian yang hilang.

Dengan ginkangnya (ilmu entengi tubuh) yang sudah diukur,


dapat sekejap saja Lo In sudah berada di atas genteng rumah
tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal.

Dari sini Lo In tidak dapat melihat ke ruangan dalam karena


gentengnya dilapis dari sebelah bawah. Rupanya disengaja
dibuat begitu kekar supaya tidak ada orang yang mencuri
dengar apa yang dibicarakan dalam ruangan.

Terpaksa Lo In turun lagi ke bawah.

Dua orang jaga hanya nampak berkesiurnya angin tapi tak


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melihat adanya bayangan orang, tidak tahu Lo In datang


mendekati mereka.

Dua orang penjaga itu, tengah duduk membelakangi pohon,


yang satu pendek, satu lagi kurus.

"Menurut Cin Lian Hin, calon Tongcu dari cabang Ceng Gie
Pang disini dengan membawa enam pilihannya sudah
menemukan bocah yang diinginkan oleh Pangcu." demikian Lo
In mendengar si pendek berkata pada temannya.

"Habis, apa yang sudah ditangkap ?" tanya si kurus.

"Katanya mukanya hitam legam, cuma kuping dan lehernya


saja putih."

"Heran, masa calon Tocu (pemimpin) bisa dipermainkan,


apalagi dibantu oleh enam orang pilihan yang memperkuat
perserikatan kita."

Demikian Lo In mendengar pembicaraan dua pengawal itu.

Selagi ia sangsi, kenapa ia mau ditangkap, lantas mendengar


pula si kurus menanya pada kawannya, "Hei, Lao Can, kenapa
sih anak kecil itu mau ditangkap ?'

"Mana aku tahu." sahut si pendek. "Cuma aku dengar, dia itu
anaknya Kwee Cu Gie. Siapa Kwee Cu Gie dan kenapa
anaknya mau ditangkap, aku tidak tahu."

"Itu Cin Lian Hin dan kawan-kawannya hanya gentong nasi


saja. Masa anak kecil saja tidak bisa menangkap. Coba kalau
aku yang disuruh, aku bekuk saja batang lehernya sampai dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terampun-ampun. Hahaha !" membual si kurus, seraya bangkit


mau meninggalkan kawannya yang masih duduk. Tiba-tiba ia
rasakan batang lehernya seperti ada yang menepuk. Sakit
rasanya sampai ia meringis-ringis.

Sambil berbalik, ia tegur temannya, "Hei, Lao Can. Kau jangan


main-main, sakit tuh. Main tepuk belakang batang lehar orang,
tidak ada kira-kiranya !"

"Siapa yang menepuk batang lehermu ?" tanya si pendek


sambil bangkit dan mau ngeloyor meninggalkan si kurus.

Mendadak ia rasakan telinganya seperti disentil, sakit bukan


main. Ia lantas berbalik dan marah-marah menegur si kurus.
"Kenapa kau menyentil telingaku ?"

"Siapa yang menyentil telingamu ?" si kurus melotot.

Dua-dua kelihatan mendongkol. Tapi mengingat akan


kewajiban meronda sudah waktunya, mereka ngeloyor jalan.
Belum dua tindak mereka berlalu, tiba-tiba keduany berseru,
"au !" Si kurus pegangi belakang lehernya, sedang si pendek
pegangi telinganya. Panas rasanya pada bagian yang
dipegangnya itu. Berbareng mereka putar tubuh dan
berhadapan. Masing-masing matanya saling mendelik.

"Betul-betul kau bikin penasaran orang, pendek !" kata si


kurus, katanya marah.

"Kau juga bikin penasaran orang," sahut si pendek.

"Kau tepuk pundakku lagi !"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau sentil kupingku lagi !"

Mereka bertengkar dan akhirnya berkelahi. Masing-masing


tidak mau mengaku salah. Memang mereka tidak bersalah
sebab yang menyebabkan itu adalah Lo In. Dengan gunakan
kegesitannya, saban-saban menyelingkar di balik pohon, Lo In
godai dua pengawal itu. Ia menepuk belakang lehernya si
kurus, kemudian menyentil kuping si pendek, akhirnya mereka
adu kepalan.

Jail benar si bocah. setelah orang berkelahi, ia nonton dengan


bertepuk tangan. Tanpa disadari bahwa hal itu akan
menimbulkan kecurigaan. Dan ini pun telah terjadi, si kurus
dan si pendek yang tengah berkelahi saling jotos, lantas saja
hentikan perkelahiannya, mengawasi Lo In yang sedang
bertepuk tangan.

"Hei, dari mana datangnya ini bocah bermuka hitam ?" pikir
mereka.

Lantas mereka ingat akan penuturannya Cin Lian Hin. Inilah


rupanya si anak kecil yang dikatakan lihai. Mereka tidak
melihat adanya kelebihan dari si bocah sehingga ia sangat
ditakuti, girang hatinya, masing-masing ingin menangkap Lo
In. Kalau mereka dapat tangkap si bocah, berarti satu jasa
besar dan tidak mustahil bila mereka dinaiki pangkatnya.

Terdorong oleh rasa serakah, dua pengawal itu lantas main


mata satu sama lain untuk kerja sama menangkap Lo In.

"Anak kecil, kau siapa ?" tanya si kurus.

"Aku adalah aku, buat apa kau tanya." sahut Lo In jenaka.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Anak sambel, apa kau tidak tahu masuk ke sini dilarang ?"
bentak si pendek.

Siapa yang berani melarang aku datang untuk main-main


disini ?" Lo In balik menanya.

Kembali dua pengawal itu main mata, segera tangan kiri Lo In


sudah kena disambar si pendek sedang si kurus berbareng
menyekal tangan kanannya. Mereka kegirangan dapat
menangkap Lo In. "Anak kecil, mari ikut kami menghadap Hu-
pancu." berkata si kurus sambil tarik tangan Lo In.

Dengan bangga mereka sudah giring Lo In. Kawan-kawannya


pada merasa heran melihat si kurus dan si pendek menggusur
satu bocah bermuka hitam. Anak siapa itu, berani mati datang
ke situ yang terjaga keras.

Tidak mudah untuk menghadap Hu-pangcu (wakil ketua)


sebab harus melalui beberapa ruangan yang dijaga kuat. Lo In
menjadi benar-benar pangling (tidak mengenali) bekas
rumahnya, diperbesar dan menjadi mewah itu. Ia jinak sekali
dituntun si pendek dan kurus untuk dihadapkan kepada Hu-
pangcu.

Sampai di ruangan tempatnya Hu-pangcu, Lo In lihat ruangan


itu diperaboti indah sekali. Entah berapa banyak Ceng Gee
Pang (Golongan Gigi Hijau) mengeluarkan duit untuk
memperindah ruangan itu.

Lo In lihat kira-kira ada 20 orang tengah mengadakan rapat


menghadapi meja panjang. Ditengah-tengahnya ada seorang
dengan muka lonjong dan kumis pendek, usianya kira-kira di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bawah lima puluh tahun. Tubuhnya agak kegemuk-gemukan,


pakaiannya dari sutra yang mahal harganya.

Lo In menduga orang itu tentu Hu-pangcu dari Ceng Gee


Pang.

Diantara yang hadir dalam rapat itu terdapat calon Tocu Cin
Lian Hin bersama kawannya yang menangkap Lo In. Ketika
melihat si bocah bermuka hitam dibawa masuk, mereka amat
terkejut. Ada juga yang kucak-kucak matanya, tidak percaya
bahwa Lo In begitu mudah dapat ditangkap oleh dua tukang
rondanya.

"Apakah dia anaknya yang mempermainkan kalian ?" tanya


Hu-pangcu kepada Cin Lian Hin dan kawan-kawannya.

"Belum pasti." sahut Cin Lian Hin. "Tak semudah itu dia dapat
ditangkap."

Hu-pangcu tersenyum tidak enak sebab dalam senyuman itu


seolah-olah mengandung sindiran kepada Cin Lian Hin
dengan kawan-kawannya tidak becus menangkap seorang
bocah saja.

Kalau Hu-pangcu itu dapat anggapan remeh pada Lo In,


tidaklah heran sebab si bocah menurut saja dibentak-benatk
dan dijoroki oleh si pendek dan si kurus yang membawanya
menghadap si wakil ketua.

Si pendek dan si kurus setelah melaporkan bagaimana


mereka dapat menangkap si anak kecil, lalu majukan Lo In
untuk diperiksa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Anak kecil, apakah maksud kau untuk masuk kemari ?" tanya
Hu-pangcu, suaranya tidak bengis.

"Aku mau mencari enci Lian." sahut Lo In.

"Siapa itu enci Lian ?' tanya Hu-pangcu.

"Dia adalah enciku, teman karibku." Lo In menerangkan.

"Apa kau yang permainkan dia dengan kawan-kawannya ?"


Hu-pangcu tanya lagi, seraya jarinya menunjuk pada Cin Lian
Hin.

Lo In mengawasi si orang she Cin sebentar, "Kau tanya saja


pada dia." sahutnya.

Si wakil ketua melengak. Pikirnya bocah ini sikapnya acuh tak


acuh, menjawab pertanyaan seenaknya saja, hatinya menjadi
tidak senang.

Matanya tiba-tiba bersinar mengawasi si pendek dan si kurus.

Mereka ketakutan dan gelapan. Mereka tahu kesalahannya,


barusan lupa menyuruh Lo In berlutut untuk menghadap wakil
ketua. Cepat mereka dekati Lo In. Masing-masing pada
pegang lengan Lo In dijoroki supaya berlutut.

Hampir berbareng mereka membentak, "Berlutut !"

Waktu itu para hadirin termasuk Hu-pangcu terkejut dan


katanya terbelalak.

Mengapa mereka ? Mereka melihat ada yang berlutut tapi


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bukannya Lo In malahan dua pengawal yang menjoroki Lo In


sambil berseru 'berlutut !' yang berlutut.

Itulah Lo In yang mendemonstrasikan kelincahannya.

Waktu si bocah dipegang lengannya dan dibentak disuruh


berlutut, ia geraki sedikit badannya, lolos dari pegangan si
pendek dan si kurus lalu berjongkok. Kedua tangannya
dipentang untuk menotok hiat-to di dengkul yang membuat
pengawal itu terkulai dan berlutut, sedang Lo In sudah lantas
berdiri.

Gerakan Lo In sangat cepat laksana kilat. Hanya beberapa


detik saja terjadi sehingga banyak diantara hadirin yang tidak
tahu bagaimana Lo In bergerak.

Hanya Hu-pangcu yagn melihat tegas, bagaimana dua


pengawalnya dirubuhkan dengan satu gerakan kilat dari si
bocah.

Waktu Lo In dapat ditangkap oleh si pendek dan si kurus itu


hanya atas kemauan Lo In. Pikirnya, dengan membiarkan
dirinya ditangkap dan dibawa menghadap pemimpin, ia bisa
dapat tahu keadaan di dalam dan siapa yang kepalai
Golongan Gigi Hijau yang hendak menangkap dirinya.

SI bocah gesit luar biasa, tetapi belum tentu lwekangnya luar


biasa. Kalau nampak usianya yang masih begitu muda, belum
masuk hitungan jago muda.

Pikiran itu muncul diantara para hadirin, diantaranya ada satu


yang mukanya kekuning-kuningan yang bernama Gouw Li Lit
bangkit dari duduknya, datang menghampiri Lo In sambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ketawa-ketawa, "Anak kecil, kau hebat !" katanya sambil


menepuk pundaknya si bocah dengan tenaga lima bagian.

Pikirnya, sekali tepuk si bocah akan terkulai sedikitnya, kalau


tidak sampai tergetar jantungnya pasti copot. Tidak disangka,
kalau tepukannya itu membawa akibat yang memalukan.
Ialah, telapak tangannya yang menepuk, ia rasakan seperti
menepuk kapas atas pundaknya Lo In, malah tangannya tak
dapat diangkat dari pundaknya Lo In seakan-akan menempel
saja. Kaget bukan main Gouw Li Lit, apalagi ketika Lo In
menyalurkan lwekangnya ke pundak orang she Gouw itu
hampir menjerit kesakitan dan rasa linu sekujur badannya
seketika. Waktu Lo In goyang sedikit pundaknya, tangan Gouw
Li Lit terlepas dan terdorong sempoyongan, hampir jatuh
duduk kalau ia tidak gunakan 'cian kin tui' atau ilmu
memberatkan bada seribu kati untuk menahan tubuhnya.

Gouw Li Lit pucat mukanya, merasa sangat penasaran


dirubuhkan hanya segebrakan saja oleh bocah yang barusan
lepas netek. Ia ada satu ahli Gwakang (tenaga luar) yang oleh
kawan dan lawan disegani. Dimana ia taruh muka bila hanya
begitu saja dapat keok sama anak kecil. Tidak heran kalau ia
jadi sangat gusar. Matanya mendelik pada Lo In dan berkata,
"Anak kecil, mari kita adu kepandaian !"

"Aku tidak ada tempo, aku hendak mencari enci Lian." sahut
Lo In.

Penerangan dalam ruangan itu cukup, dipasang beberapa lilin,


diantaranya ada empat lilin yang besar ditancap dibelakang
meja rapat.

Gouw Li Lit mendekati Lo In, "Aku tidak rela dengan gebraka


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tadi. Maka marilah kita adu kepandaian." menantang Gouw Li


Lit sambil pasang kuda-kuda.

Melihat lagaknya orang she Gouw, Lo In jadi ketawa. "Aku


tidak mau berkelahi, kenapa kau memaksa ?" katanya seraya
masih ketawa.

Lo In ketawa sebenarnya wajar karena merasa lucu melihat


tingkahnya si orang she Gouw. Tapi ketawanya si bocah justru
dianggap satu hinaan oleh Gouw Li Lit. "Aku ketawa apa,
bocah !" bentaknya lalu disusul dengan serangan hebat
menggunakan tenaga penuh. Angin pukulannya sampai
menderu, segera terdengar suara 'brak !'. Itulah meja yang
berantakan terkena angin pukulannya.

Lo In tatkala itu berdiri tidak jauh dari meja yang hancur tadi.
Kalau serangan Gouw Li Lit itu mengenakan sasarannya, pasti
si anak kecil remuk tulang-tulangnya. Baikna saja ia sudah
menghilang dan sodorkan meja sebagai wakilnya.

Para hadirin jadi tegang. Mereka tahu si orang she Gouw


kalau sudah kalap, untuk mencuci kehormatannya, jalan satu-
satunya adalah menghancurkan tubuh Lo In.

Hanya sayang, si anak kecil terlalu gesit untuk lantas


menghilang dari hadapan Gouw Li Lit yang saban kali
menyerang dengan tenaga maksimum.

"Bocah hitam !" teriak Gouw Li Lit kalap. "Kau jangan


menghilang kayak setan. Kalau berani sambuti seranganku !"

Kelihatannya ia kewalahan dilawan dengan kegesitan Lo In.


Maka ia berteriak kalap tadi. Ia berteriak sambil membarengi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan serangan dahsyat.

"Aku tidak mau berkelahi, kau paksa juga. Nah, baiklah aku
sambuti !" Lo In sambuti seenaknya saja, tanpa pasang kuda-
kuda segala.

Gouw Li Lit girang teriakannya tidak sia-sia. Seketika ia


menyerang dengan jurus yang mematikan, sepasang
kepalannya yang segede kepala bayi, menyambar ke arah
dada Lo In. Ini adalah tipu 'sian coa touw sin' atau 'Sepasang
ular muntahkan bisanya'. Satu jurus yang ganas, mengerikan,
apalagi itu ditujukan kepada Lo In anak kecil. Tidak heran
kalau para hadirin menjadi amat kaget dan kuatir akan
keselamatan si bocah.

Tapi Lo In tenang-tenang saja, malah ia masih bisa ketawa


ketika pukulan sampai. Ia tidak berkelit menghilang,
sebaliknya ia papaki sepasang kepalan lawan dengan satu
sampokan tangan kiri, keras lawan keras. Lucu kelihatannya
sebab dua lengan yang segede anak ditangkis oleh satu
tangan yang kecil halus. Menurut teori, akan patahlah tangan
yang kecil itu. Tapi prakteknya, setelah bentrokan keras, Gouw
Li Lit tarik pulang sepasang lengannya dengan susah payah
seperti yang terlepas dari sambungan pundaknya, wajahnya
meringis-ringis kesakitan, jantungnya tergetar seperti mau
copot saja rasanya. Sementara si bocah hanya berdiri
senyum-senyum saja melihat sang lawan lompat mundur
dengan muka pucat dan meringis-ringis.

Lo In telah gunakan gerakan 'Tan cian cui tah' atau 'Dengan


satu tangan mendorong pagoda', satu tangkisan keras yang
mengandung tenaga dalam yang dahsyat untuk memunahkan
serangan Gouw Li Lit yang ganas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Para hadirin hampir tak percaya dengan mata kepalanya


sendiri menyaksikan adegan yang langka dalam dunia
persilatan (Bu lim) seperti yang diperlihatkan oleh si anak kecil
berwajah hitam.

"Hek-bin Sin-tong........" menggumam Hu-pangcu dari Ceng


Gee Pang saking kagum ia melihat kepandaian Lo In.

Meskipun perlahan Hu-pangcu itu menggumam tetapi


terdengar nyata di telinga para hadirin yang mempunyai
lwekan tinggi. Mereka pada menoleh pada Hu-pangcu, seraya
dalam hatinya masing-masing pada berkata, "Pantas anak
hitam ini mendapat julukan 'Hek-bin Sin-tong' dari mulutnya
Hu-pangcu Ceng Gee Pang. Belakangan hari telah membuat
namanya Lo In populer dengan julukan itu dalam dunia
Kangouw.

Diantara para jagoan yang hadir dalam rapat itu adalah Gouw
Li Lit yang paling menonjol kepandaiannya. Sekarang si orang
she Gouw sudah dikalahkan dengan begitu mudah, siapa lagi
yang berani maju ?

Hu-pangcu, meskipun jeri hatinya merasa tidak puas kalau


tempatnya diacak-acak oleh anak kecil. Maka seketika itu
lantas memberi tanda pada para hadirin untuk mengepung Lo
In.

Mereka bangun dengan serentak dari masing-masing tempat


duduknya, memburu Lo In.

Si bocah kaget juga. Sebelum ia buka mulut menanyakan


sebabnya mereka datang mengeroyok, ia dibikin repot oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hujan kepalan dan tangan dibeber menabas bagaikan golok


tajam. Terpaksa Lo In keluarkan ilmu entengi tubuh ajaran
Liok Sinshe yang dinamai 'Bu eng bu seng sin hoat' atau 'Ilmu
sakti tidak bayangan tiada suara', yang ia yakinkan dengan
mahir betul.

Dengan kepandaian meringankan tubuh yang sakti itu,


membuat jagoan-jagoan yang mengeroyok saban-saban
tubruk angin. Sungguh lucu kalau menyaksikan adegan itu.
Kawanan jagoan seakan-akan merupakan kawanan serigala
yang kelaparan berebut menangkap mangsanya, tapi sang
korban saban-saban menghilang dari hadapannya. Bukannya
jarang, satu sama lain saling beradu tangan, beradu tubuh dan
berbenturan kepala disebabkan berbarengan mereka
menubruk mangsanya. Tapi sang mangsa telah hilang lenyap
seperti masuk dalam rumah atau naik ke langit saja.

Dalam sengitnya mereka mengepung Lo In, sampai tak


menyadari bahwa saat itu ada seorang tamu sudah lama
menonton mereka sedang uber-uberan.

"Hahaha ! Ang Ban Ie, kau menjadi anak kecil lagi ? ha ha


ha......... !" Inilah suara si tamu, keras berwibawa sehingga
semua orang hentikan uber-uberannya.

Mereka tidak tahu kemana si bocah menghilangnya, tapi


mereka lebih perlukan menghadapi tamu yang baru datang itu.
Rupanya mereka kenal baik pada tamu yang datang itu sebab
semuanya kelihatan pada menunjuk muka tegang.

Tamu itu ada seorang tua dengan muka bersih, pakaiannya


pun perlente, dari mana menunjukkan bahwa si tamu itu bukan
orang dari tingkatan rendah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tamu itu memang tiada lain adalah Pangcu dari Ceng Gee
Pang.

Melihat ketuanya yang datang, segera Ang Ban Ie, si wakil


ketua lekas menghampiri memberi hormat. Ia berkata, "Toako,
mengapa malam-malam kau datang kemari ? Tentu ada
urusan penting yang hendak dibicarakan dengan aku."

Pangcu dari Ceng Gee Pang itu ada saudara cintong dari Ang
Ban Ie, namanay Ang Ban Teng. Ia lihai menggunakan senjata
rahasia bentuk panah yang direndam dalam obat, bukannya
racun tapi istimewa kerjanya. Panah itu asal menancap pada
tubuh korbannya, kalau menemui darah lantas menjadi lumer
dan sang korban akan menggigil kedinginan. Kaki tangan tak
dapat digerakkan seperti membeku untuk sepuluh menit
lamanya. Entahlah, Ang Bang Teng menggunakan bahan obat
apa untuk senjata panahnya yang istimewa itu, tapi yang
terang namanya terkenal dengan Soa-cian Ang atau Ang si
Panah Salju.

"Terang kalau tidak ada urusan penting, tak aku datang


malam-malam kesini." jawab Ang Ban Teng, si Panah Salju
sembari jalan menghampiri meja rapat dan lantas duduk di
meja kepala, di dampingi oleh Ang Ban Ie, si wakil ketua.

Orang-orang pada berkumpul lagi mengitari meja rapat


dengan dalam hatinya masing-masing pada menanya urusan
penting apa yang dibawa Pangcu itu.

"Hiante," kata Soat-cian Ang. "Kenapa kalian mengeroyok


anak kecil tadi ? Apakah tidak malu nanti diketahui oleh rekan-
rekan dalam kalangan Kangouw ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ang Ban Ie ketawa, tapi ketawanya tentu saja tidak wajar. Ia


merasa malu dengan teguran saudara tuanya. Meskipun
begitu, ia harus membela diri agar jangan terlalu
dipersalahkan. Ia berkata, "Soalnya bocah itu anaknya Kwee
Cu Gie. Bukankah Siong Leng Totiang ada minta bantuan kita,
diwaktu kita hendak menempati tempat ini supaya kita
membantunya untuk menangkap anaknya Kwee Cu Gie ?'

Soat-cian Ang kerukan keningnya. "Dari mana kau tahu bocah


itu anaknya Kwee Cu Gie ?"

Pada sepuluh hari yagn lalu kita ada kedatangan Ang Hoa
Lobo dengan Toan-bi Lomo Siauw Cu Leng." jawab Ang Ban
Ie.

"Hah ! Dua iblis itu datang kemari?" tanya Soat-cian Ang,


terkejut dia.

"Betul," sahut Hu-pangcu Ang Ban Ie. "Si nenek mengatakan


bahwa dibawah jurang ada satu lembah dimana ada tinggal
seorang anak kecil yang mempunyai tentara kera dan burung
raksasa. Aku jadi ingat akan pesan Siong Leng Totiang
supaya kita membantunya. Maka aku lalu menanya pada si
nenek, apakah anak itu bukannya anak Kwee Cu Gie. Ang
Hoa Lobo manggut. Ang Hoa Lobo kata anak itu lihai, harus
dipancing meninggalkan tentara kera dan burung raksasanya,
baru ada harapan ditangkap degnan menggunakan banyak
orang kuat kita. Kalau diserangnya, ia kata jangan banyak
harap dapat menangkap si bocah karena tentara kera dan
burung rajawalinya, ada pelindung yang sangat kuat......."

"Lalu kau kirim orang untuk memancing dia, bukan ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memotong Soat-cian Ang.

"Betul," melanjutkan Ang Ban Ie. "Aku sudah kirim tujuh orang
kuat kesana dikepalai oleh Cin Lian Hian. Inilah Tocu kita
untuk cabang disini." Ang Ben Ie menunjuk Cin Lian Hin
memperkenalkan kepada Pangcunya.

Soat-cin Ang manggut-manggut. "Teruskan, hayo teruskan


ceritamu." katanya.

"Cin hiante dan kawan-kawan tak usah memancing lagi si


anak kecil meninggalkan sarangnya." melanjutkan Ang Ban Ie.
Karena dalam perjalanan ke sana dia sudah bertemu dengan
anak yang dimaksud, yang mencari kawannya yang bernama
Eng Lian. Rupanya Cin hiante terlalu memandang enteng
pada si anak kecil, karena bukan saja anak yang diarah tak
dapt ditangkap, malah Cin hiante dengan enam kawannya
kena dirobohkan dengan memalukan sekali."

Selanjutnya Ang Ban Ie menuturkan bagaimana Cin Lian Hin


dan kawan-kawan dipecundangi oleh Lo In dan tentang
kedatangannya si bocah malam itu ke markas mereka malam-
malam untuk mencari temannya hingga menjadi adu
kepandaian dengan Gouw Li Lit disusul dengan pengeroyokan
ramai-ramai oleh mereka.

Soat-jian Ang angguk-anggukkan kepalanya, sembari urut-urut


kumisnya.

Diam-diam ia merasa kaget mendengar penuturannya Ang


Ban Ie.

"Anaknya sudah begitu hebat, bagaimana dengan bapaknya


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

?" terdengar si Pangcu bergumam. Kiranya gumaman Ang


Ban Teng dapat didengar tegas oleh para hadirin yang
kepandaian lwekangnya tidak rendah.

"Pangcu maksudkan siapa bapaknya ?" tanya Gouw Li Lit tiba-


tiba.

"Aku tidak tahu apa bapaknya si anak kecil itu masih hidup
atau sudah mati. Sebab menurut Siong Leng Totiang, Kwee
Cu Gie yang menyaru jadi Liok Sinshe ada dua tahun yang
lampau sudah mati masuk jurang dibokong oleh Kim Popo."
menerangkan Soat-cian Ang.

"Lalu bagaimana pikiran Toako ?" tanya Ang Ban Ie.

"Kemarin dulu, aku ada kedatangan sobatku. dia itu ada Liu In
Ciang, yang kini terkenal dengan nama Liu Wangwee di desa
Kunhiang." menutur Soat-jian Ang. "Dalam omong-omong dia
menceritakan pengalamannya pada satu setengah tahun yang
lalu dia didatangi Sucoan Sam-sat........"

"Apa Pangcu bilang ? Sucoan Sam-sat ?" memotong Gouw Li


Lit. Ia kaget rupanya.

"Benar." sahut Soat-cain Ang. "Siapa tidak kenal dengan tiga


algojo dari Sucon itu. Rata-rata orang persilatan pernah
mendengar tentang mereka itu."

"Mereka datang ada urusan apa dengan Liu Wangwee ?"


menyela Ang Ban Ie.

"Sucoan Sam-sat datang atas undangannya Tan Kong Ceng,


salah satu hartawan di Kunhiang. Entah ada urusan apa yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyebang Liu In Ciang dan Tan Kong Ceng bentrok hingga


hartawan Tan mengundang tiga algojo dari sucoan. Tapi yang
penting untuk kita adalah keterangan sobatku itu. Katanya
dalam pertempuran dengan Giam-ong Puy Teng, Liu In Ciang
dapat dirobohkan dengan mendapat luka parah, dua tulang
iganya patah. Anak gadisnya, Bwee Hiang, dalam putus
harapan hendak menebas kuntung lehernya, tiba-tiba
pedangnya terpental jatuh dari cekalannya karena benturan
batu kecil yang dilepas dari jurusan pohon, dari mana telah
turun melayang sesosok tubuh, ialah si kerudung
merah..........."

"Siapa itu si kerudung merah ?" menyela beberapa hadirin


hampir berbareng.

"Hahaha !" tertawa Soat-cian Ang. "Si kerudung merah adalah


bintang penolong dari sobatku itu. Dia bukan saja melabrak
Sucoan Sam-sat satu demi satu, malah belakangan disuruh
maju berbareng tapi mereka tidak ungkulan menghadapi si
kerudung merah. Lwekang dari tiga penjahat itu telah
dimusnahkan dan diancam apabila mereka tidak bisa rubah
adatnya dan belakangan hari ketemu lagi dengannya, si
kerudung merah akan mengambil jiwanya."

Sampai disini menutur, kelihatan Soat-cian Ang gembira, air


mukanya berseri-seri sambil elus-elus janggutnya. Atas
desakan hadirin ia menutur lagi, "Liu Wangwee diobati olehnya
sampai sembuh. Ketika ditanyai siapa adanya si kerudung
merah, selalu dia menyimpangkan pertanyaan hingga sobatku
tidak tahu siapa dia sebenarnya. Tapi yang terang, ilmu
silatnya luar biasa. Sekali gebrak, ia bikin lawannya mati kutu
mendeprok di tanah. Dia meninggalkan rumah sobatku,
menghibur supaya hartawan Liu jangan memikirkan lagi si tiga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

algojo karena dia sudah musnahkan ilmu silatnya dan mereka


tidak berani datang lagi. Tapi perhitungan itu rupanya meleset
sebab Sucoan Sam-sat bukan merubah kelakuannya,
sebaliknya mereka minta pertolongan gurunya, Thie-tauw-eng
Ie Jie Lo (si Garuda Kepala Besi).

"Gurunya sendiri tidak sanggup memulihkan tenaga dalam


mereka. Untung ada supeknya, Hong-hwe-liong Siang Hong
Sin, dapat menolongnya meskipun perlahan-lahan. Sekarang
kepandaian mereka sudah pulih. Setelah mendapat petunjuk
dari guru dan supeknya, kabarnya Sucoan Sam-sat sudah
keluar lagi dari sarangnya mencari si kerudung merah. Tapi
sudah beberapa bulan dicari belum dapat dijumpai dimana
adanya si kerudung merah. Sahabatku, Liu In Ciang menjadi
gelisah. Karena tak dapat menemukan musuhnya maka
mereka akan datang pula ke Kunhiang untuk menghancurkan
keluarga Liu. Liu Wangwee sendiri tidak mohon pertolongan
apa-apa padaku, cuma aku sebagai sobatnya, mana dapat
tinggal peluk tangan menonton Liu In Ciang menghadapi
bahaya maut."

Semua yang hadir tidak membuka suara apa-apa setelah


mendengar penuturannya san Pangcu sampai kemudian Hu-
pangcu, Ang Ban Ie yang memecahkan kesunyian. "Jadi
apakah kita akan ikut campur tangan dalam urusan Liu
Wangwee ?"

Soat-cian Ang angguk-anggukkan kepala.

Kembali keadaan menjadi sunyi.

"Untuk menolong Liu Wangwee adalah wajar." kata Gouw Li


Lit. "Sebab Liu In Ciang ada sahabat Pangcu. Cuma saja,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bagaimana kita harus menghadapinya itu tiga algojo dari


Sucoan yang tersohor sangat ganas ?"

"Justru dalam hal ini aku datang kemari untuk berunding.


Bagaimana pikiran saudara-saudara sekalian ?" berkata Soat-
cian Ang sambil perhatikan wajah hadirin satu demi satu. Ia
mengharap ada pikiran baik keluar dari salah satu
diantaranya.

Mereka berunding, mencari jalan keluar.

Sementara itu soal si anak kecil sudah tidak disinggung-


singgung lagi oleh mereka. Apa lagi sang Pangcu tidak
menanyakan soalnya lebih jauh. Perhatian sekarang jauh
dipusatkan kepada soal mencari jalan untuk menolong Liu
Wangwee yang terancam bahaya.

Dimana si bocah mengumpat ?

Kiranya ia mengumpat di bawah meja rapat yang ditutup


dengan kain merah. Enak saja ia diam-diam disitu mencuri
dengar apa yang dibicarakan oleh mereka. Kembali dalam
benak Lo In timbul pertanyaan : Siapakah dirinya ? Anak
siapa, apakah Kwee Cu Gie benar ayahnya ? Dimana ibunya ?
Liok Sinshe dikatakan menyamar, diam diatas jurang Tong-
hong-gay, apakah benar ia Kwee Cu Gie, kenapa dia tidak
omong bahwa dia adalah anaknya ? Semua telah membikin
pusing kepalanya si bocah lagi.

Memikir dalam ruangan itu ia tidak mempunyai kepentingan


pula, maka diam-diam tanpa disadari oleh para hadirin yang
tengah memusatkan perhatiannya kepada urusan Liu
Wangwee, Lo In sudah bisa menyingkir dari ruangan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan menggunakan kepandaiannya meringankan tubuh,


tidak seorang pun dapat melihat ia berlalu kecuali
berkesiurnya angin disamping para penjaga. Sebentar lagi Lo
In sudah menghampiri burung raksasanya yang
menantikannya dengan penuh khawatir.

Mari kita lihat keadaan Eng Lian.

Sore itu Eng Lian naik garudanya sendirian, pesiar diatas


lembah. Ketika si rajawali melayang rendah, tiba-tiba burung
raksasa itu nampak berkelebatnya seekor kelinci. Otomatis ia
menyambar ke bawah, tapi sang korban sudah lari
bersembunyi diantara pohon bunga-bungaan.

Melihat banyak pohon kembang, Eng Lian sangat tertarik


hatinya. Ia tepuk-tepuk pundaknya si burung raksasa sambil
berkata, "Tiauw-heng, kau turun disini, aku nanti tangkapkan
kelinci untukmu."

Si dara cilik dari tadi terpingkal-pingkal ketawai burungnya


yang gagal menyambar mangsanya. Ia ingin menolong
tangkapi si kelinci yang menyusup diantara pohon-pohon yang
merintangi si rajawali mementang sayapnya.

Si burung raksasa lantas mendarat. Eng Lian dengan gembira


lompat turun dari bebekong si rajawali kemudian ia lari
menyusup diantara pohon-pohon kembang. Lagaknya seperti
yang mengubar kelinci tapi sebenarnya ia hendak memetika
kembang-kembang yang harum semerbak memenuhi hidung.

Senang sekali Eng Lian berada diantara bunga-bunga.


Tangannya repot memetik sana sini, memilih bunga yang
bagus-bagus untuk dibawa pulang. "Sayang adik In tidak turut,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kalau tidak, oh, bagaimana gembiranya kita memetik kembang


yang harum mewangi ini." ia berkata-kata sendiri.

"Selamat bertemu lagi nona Lian........" tiba-tiba si dara cilik


mendengar orang berkata dari belakangnya hingga ia cepat
menoleh dengan kaget.

Kiranya yang berkata-kata tadi adalah Ang Hoa Lobo, kenalan


lama yang Eng Lian sangat benci. Sambil cemberut, ia
menanya : "Nenek jahat mau apa ?"

"Hehehe !" si nenek ketawa kering. "Bagaimana kau bisa


katakan aku jahat ?"

"Memang kau jahat." sahut Eng Lian berani. "Kau sudah pukul
adik In sampai luka berat, kemudian kau hukum aku tidak
makan beberapa hari. Apa itu tidak jahat ?"

"Aku toh belum gebuk mati si bocah, belum hukum mati kamu,
masih belum terhitung jahat, bukan ?" bantah si Nenek
Kembang Merah seraya haha hihi ketawa.

"Hmm !" si dara cilik mendengus. Mendongkol dia mendengar


alasan si nenek.

"Aku datang hendak menyambut kau, Eng Lian." kata si


nenek.

"Menyambut aku ?" si nona cilik menanya heran. "Aku sudah


tidak ada hubungan lagi dengan kau, untuk apa kau
menyambut aku ?"

"Hubungan kita masih ada. Sebegitu jauh, kau masih tetap


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membandel tidak ajarkan menjinaki ular." sahut si nenek


ketawa.

--12--

Si dara cilik geleng kepala.

"Aku tidak mau ajarkan kau." katanya.

"Kenapa ?" Ang Hoa Lobo menanya heran.

"Kalau kau sudah dapat menjinaki ular, nanti kau akan lebih
jahat lagi." sahut si dara cilik.

"Tidak, tidak. Aku berjanji akan menjadi orang baik, kalau kau
sudah ajarkan menjinaki ular." si nenek cepat menyahut.

"Soalnya ditempatku Coa-kok (Lembah Ular) disana ada


banyak kawanan ular, aku mau bikin kawanan ular itu takluk
padaku, lain tidak."

Si nona kerutkan alisnya yang lentik, ia berpikir rupanya.

"Nona Lian, aku hanya minta kau ajari aku. Setelah mana aku
tak akan mengganggu lagi kau." Ang Hoa Lobo berjanji.

Kembali si nona tidak menjawab. Ia berpikir, memang paling


baik kalau si nenek tidak datang mengganggu ia dan Lo In
punya ketentraman. Apalagi si nenek berjanji akan menjadi
orang baik. Tidak ada salahnya kalau ia mengajari si nenek
menjinaki ular. Setelah mengambil keputusan, ia berkata,
"Baiklah, mari ikut aku."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si nona berkata seraya geraki kakinya hendak berlalu dari situ,


menghampiri si rajawali yang menunggu jauh di sana.

Ang Hoa Lobo sudah tentu saja tidak bersedia mengikuti si


nona karena disana ada si rajawali yang kalau melihat dia
dengan Siauw Cu Leng akan beringas dan mengajak
bertempur. Maka itu ia lalu berkata, "Nona Lian, sebaiknya kita
jangan ke rumahmu. Kau ikut aku saja ke Coa-kok."

Si nona putar tubuhnya. "Mana bisa begitu, adik In sedang


menunggui aku." sahutnya seraya lari hendak lari
meninggalkan Ang Hoa Lobo.

Lari belum jauh, tiba-tiba ia dicegat oleh Siauw Cu Leng.

"Hahaha ! Dara cilik, kau mau lari kemana ?" bentaknya kasar.

"Kakek jahat, kau jangan merintangi aku !" semprot Eng Lian.

Si nona coba hindarkan sambaran tangan Siauw Cu Leng, tapi


ia ada satu gadis cilik yang baru saja belajar silat. Mana dapat
ia lolos dari si Iblis Alis Buntung yang kasar dan kejam. Maka
sambaran tangan yang kedua kali sudah dapat menangkap
pergelanagan tangan si nona cilik hingga ia menjerit karena
pegangan si Iblis Alis Buntung seperti jepitan besi rasanya.

Si dara cilik berontak-rontak tidak menolong.

"Eng Lian sebaiknya jangan kau menolak undangan kami. Hei,


Cu Leng, jangan kau kurang ajar pada guru cilik kita !" kata
Ang Hoa Lobo melihat Toan-bi Lo-mo memencet tangan si
nona kecil dengan keras hingga menjerit kesakitan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siauw Cu Leng menurut. Ia longgarkan pegangannya.

Si rajawali yang menunggu majikannya jauh dari situ,


bukannya tidak mendengar jeritan nonanya. Ia hanya
mengebas-ngebaskan sayapnya saja. Untuk terbang masuk
ke tempatnya Eng Lian tak dapat ia lakukan karena banyak
rintangan cabang pohon untuk sayapnya bebas bergerak.
Tidak heran, ia kelihatan sangat gelisah sebab suara jeritan
Eng Lian itu ada satu tanda si dara cilik dalam bahaya.

Setelah lama ia nantikan nonanya belum kelihatan muncul,


maka terpaksa ia pulang untuk memberitahukan pada Lo In. Di
lain pihak, Eng Lian sudah kena ditotok oleh Siauw Cu Leng
dan dibawa pergi dari situ.

Belum berapa tindak mereka berlalu, telah berjumpa dengan


Cin Lian Hin dan enam kawannya. Ang Hoa Lobo berkata
pada Cin Lian Hin, "Ini ada cara yang kebetulan. Tak usah
kalian memancing lagi si bocah keluar dari sarangnya, kalian
tunggu saja disini. Pasti si bocah akan datang kemari untuk
mencari temannya."

Cin Lian Hin sangat kegirangan. Pikiranya memang hal itu


sangat baik, tidak berabe lagi harus memancing Lo In keluar
dari sarangnya yang banyak teman kawanan kera.

Sementara itu, atas perintah si nenek, Siauw Cu Leng sudah


tangkap seekor kelinci, ia potong dan daranya dibikin
berceceran dari mulai pohon kembang di mana Eng Lian
berdiri sampai sejauh bisa darah sang kelinci dapat
dikucurkan.

Jadi darah yang berceceran yang Lo In jumpai itu bukannya


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

darah Eng Lian tapi darahnya sang kelinci liar yang nasibnya
lagi sial ketemu Siauw Cu Leng.

Ang Hoa Lobo senang dapatkan Eng Lian. Ia bawa ke


sarangnya, Coa-kok yang sukar didatangi orang karena di
lembah itu kesohor banyak ularnya.

Di sana Eng Lian dibujuk lagi oleh Ang Hoa Lobo, dijanjikan ia
akan dibebaskan dan diantarkan kepada Lo In kalau ia sudah
turunkan ajaran menakluki kawanan ular. SI dara cilik dapat
dibujuk, tanpa banyak pikir ia lantas berikan pelajaran pada
Ang Hoa Lobo. Hatinya sudah kepingin buru-buru ketemu Lo
In lagi. Ia kuatirkan putus asa mencari dirinya yang diculik oleh
si Nenek Kembang Merah. Kalau ia sudah menurukan
pelajaran menakluki ular kepada Ang Hoa Lobo, pikirnya, ia
akan mendapat kebebasannya dan segera dapat pulang ke
rumahnya bertemu pula dengan adiknya.

Dasar anak kecil, masih belum tahu kecurangannya manusia.


Eng Lian kena dikibuli Ang Hoa Lobo sebab setelah si nenek
dapat ilmu menakluki ular bukan saja kebebasannya si dara
cilik tidak diberikan, malah Eng Lian dipakai alat untuk
keuntungannya Ang Hoa Lobo dan gula-gulanya (Siauw Cu
Leng).

"Popo." kata Eng Lian pada suatu hari. Ia sekarang memanggil


popo atas usul si nenek sebab katanya diantara mereka tidak
ada permusuhan dan malah dengan panggilan yang halus itu,
kedengarannya lebih mesra dan lebih dekat hubungan
keluarga. "Aku sudah turunkan pelajaran menakluki ular,
kapan aku dibebaskan dan ketemu lagi denan adik In ? Dia
tentu sudah menunggu-nunggu aku dengan tidak sabaran."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ang Hoa Lobo tertawa ramah. Katanya, "Oh, besok ada hari
baik. Tanggal 7 bulan 7, aku akan antarkan kau kembali ke
rumahmu dan ketemu lagi dengan Lo In."

Eng Lian senang mendapat jawaban itu. Ia menubruk Ang Hoa


Lobo, memeluk dengan mesra, katanya berbisik, "Popo, kau
sangat baik......."

Si nenek mengelus-elus rambut kepalanya Lian.

"Anak Lian," katanya, "Besok ada hari berpisahan kita. Maka


sebentar malam sebaiknya aku mengadakan sedikit
perjamuan untuk memberi selamat jalan padamu. Sebab
belum tahu kapan kia bisa ketemu lagi."

"Oh, tidak Popo. Nanti aku dengan adik In akan menyambangi


kau disini. Jangna lupa, kalau adik In kemari, kau mau juga
akan memberi obat pemunah pada mukanya adik In yang
hitam supaya ia dapat kembali pada wajahnya yang asli."
demikian si dara cilik nyerocos, tampaknya ia sangat manja.

Ang Hoa Lobo mendengar kata-kata Eng Lian angguk-


anggukkan kepalanya. "Tentu, itu jangan kau minta juga aku
akan sembuhkan muka anak In." sahutnya ramah.

Hatinya si dara cilik makin girang.

Pada malamnya lantas diadakan perjamuan sederhana.

Eng Lian yang tidak biasa minum arak, ia hanya disuguhi teh
saja. Teh yang wangi dan menyegarkan badannya. Maka ia
beberapa kali meneguk isi cangkir yang saban kali disilahkan
minum oleh Ang Hoa Lobo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si nenek dan Siauw Cu Leng dengan gembira menemani


pesta perpisahan itu.

Setelah beberapa cangkir teh masuk dalam perutnya Eng


Lian, si dara cilik tiba-tiba menguap beberapa kali lantas
bangkit dari duduknya sambil berkata, "Aku sudah ngantuk,
biarlah aku tidur lebih dahulu........."

Baru saja ia mengucapkan 'dahulu........' lantas roboh terkulai,


dengkulnya dirasakan lemas. Lantas saja ia tidur di lantai, lupa
akan keadaan disekitarnya.

"Hehehe !" terdengar Ang Hoa Lobo ketawa seram.

"Hebat obatmu, cici !" memuji si Iblis Alis Buntung.

"Ini baru tidur saja. Sebentar kalau dia sudah siuman, kau
boleh lihat bagaimana pengaruh obatku yang kuberikan
padanya. He he he......" si nenek berkata sangat bangga
tampaknya.

Eng Lian diantapkan saja tidur di lantai, sementara Ang Hoa


Lobo teruskan makan minumnya bersama Siauw Cu Leng
dengan gembira.

Kira-kira 1 jam sudah berlalu, tampak si gadis cilik mulai


mendusin.

Eng Lian kucak-kucak matanya kemudian bangkit dari


rebahnya. Matanya yang jeli halus kini berubah jadi beringas
seperti kerasukan setan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hi...hi....hi...........hihihi.........!" tiba-tiba Eng Lian ketawa


menyeramkan.

"Bagaimana ?" Ang Hoa Lobo tanya Siauw Cu Leng yang saat
itu jadi bengong melihat kelakuan Eng Lian.

"Begini !" sahut si Iblis Alis Buntung seraya mengacungkan


jempolnya.

Beringas sikapnya Eng Lian, menakutkan. Matanya terus


mengawasi Ang Hoa Lobo, tapi yang diawasi tinggal tenang-
tenang saja, malah ketawa ramah.

Tiba-tiba........ Eng Lian berteriak keras, lalu menubruk si


nenek. Kedua tangannya diangkat hendak mencengkeram
muka si nenek. Tapi dengan mudah kedua tangan si dara cilik
dipegangnya, lalu berkata, "Eng Lian, jangan kurang ajar
kepada suhu. Lekas berlutut !"

Sungguh mengherankan. Kata-kata Ang Hoa Lobo diturut


dengan serentak. Eng Lian jatuhkan dirinya berlutut, sambil
mengucap 'Suhu'.

Toan Bi Lo-mo Siauw Cu Leng hanya mendengar dari Ang


Hoa Lobo bahwa 'istrinya' itu mempunyai satu kepandaian
mengherankan. Ia belum mau percaya sebab kalau belum
melihat buktinya. Sekarang dengan mata kepala sendiri ia
menyaksikan kepandaian istimewa dari Ang Hoa Lobo. Diam-
diam bulu tengkuknya dirasakan pada berdiri, seram, makin
takut ia pada si nenek.

"Cu Leng." si nenek berkata pada si Iblis Alis Buntung yang


saat itu kelihatan duduk termangu-mangu. "Inilah kepandaian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang diwariskan oleh suhuku, Lambay Mo Lie kepadaku,


murid tunggalnya. Obat itu dinamai 'Cian jit su su hun' (Obat
bubuk mematikan ingatan seribu hari). Siapa yang minum
akan membuat lupa siapa dirinya dan kejadian-kejadian yang
lampau, dia hanya mempunyai ingatan ada punya suhu,
kepada siapa dia harus setia dan menurut segala perintahnya.

"Sekarang bagaimana kita harus berbuat atas dirinya ?" tanya


Siauw Cu Leng.

"Eng Lian ada punya sepasang ular kecil." kata si nenek.


"Warnanya kekuning-kuningan seperti emas. Ditaruh dalam
sebuh bumbung mungil yang dia bawa-bawa dibadannya.
Kalau aku tanya kenapa sepasang ular itu tidak dia lepas,
katanya untuk menjaga dirinya. Dia ada seorang lemah, tidak
pandai silat. Kalau ada orang hendak berbuat jahat padanya,
dia dapat melepaskan ularnya untuk menggigit. Siapa yang
kena digigit oleh ular emasnya itu akan keracunan dan dalam
tempo setengah jam, kalau tak mendapat obat pemusnahnya
bakal mati dan tubuhnya lumer menjadi air tanpa bekas.........'

"Ah, sampai begitu hebatnya ?" menyela Siauw Cu Leng,


ketakutan dia.

"Itu aku belum buktikan sendiri. Mungkin omongannya tidak


salah. Katanya sepasang ular itu adalah pemberian ayahnya
dengan pesan kalau tidak keliwat terpaksa jangan dilepaskan
untuk membunuh orang. Makanya sampai sebegitu jauh dia
simpan saja sepasang ular emas itu dalam bumbung di
badannya.

"Aku tidak melihat dia kasih makan ularnya." kata Siauw Cu


Leng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sepasang ular itu bisa tiga bulan berturut-turut tidak makan."


menerangkan Ang Hoa Lobo. "Ini aku tahu dari Eng Lia.
Makanannya apa, aku sendiri tidak tahu sebab si Lian tidak
mau mengatakan padaku."

"Kalau sepasang ular itu begitu jahat, paling baik kita rampas
saja dari padanya, kita bunuh mati. Jadi tidak membahayakan
kita." usul Siauw Cu Leng.

"Jangan, jangan." sahut Ang Hoa Lobo seraya goyang-goyang


tangan. "Mati atau hidup sepasang ular itu bagi kita tidak
penting."

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita takluki dia dan dijadikan


alat untuk kita. " usul Siauw Cu Leng bernapsu.

"Tidak bisa." sahut si nenek. "Sepasang ular itu tak dapat


ditakluki oleh kita kecuali oleh Eng Lian yang menjadi
majikannya. Juga tidak akan membahayakan pada kita karena
dalam keadaan tidak sadar, Eng Lian tentu akan menjadi alat
kita yang dapat kita gunakan untuk membunuh musuh-musuh
kita. Ini bukannya baik ?"

Siauw Cu Leng ketawa nyengir.

"Eng Lian selain punya senjata ampuh itu, juga punya senjata
lainnya yang tidak kurang ampuhnya." menerangkan Ang Hoa
Lobo.

"Senjata apa, cici ?" tanya Siauw Cu Leng.

"Setelah makan obatku, pikirannya menjadi linglung, gigitan


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

giginya akan membuat orang yang digigitnya akan kepanasan


seperti dibakar jantungnya dalam tempo lima menit setelah
mana si korban akan sembuh kembali tapi ingatannya lantas
berubah dan tunduk kepada Eng Lian, dapat diperintah
sesukanya Eng Lian....."

"Ah, cici....... aku takut ! Kalau orang yang digigit Egn Lian itu
dapat diperintah Eng Lian. Bagaimana kalau Eng Lian perintah
orang menghajar kita ?"

"Tua bangka tolol !" jengek si nenek ketawa. "Mana bisa Eng
Lian suruh hajar kita sebab Eng Lian ada di bawah pengaruh
kita."

Siauw Cu Leng membungkam.

Sementara itu, Eng Lian tinggal berlutut di depan Ang Hoa


Lobo bagaikan patung.

"Sekarang Eng Lian sudah tidak ingat lagi akan dirinya. Perlu
dia mendapat pelayan-pelayan untuk melayaninya. Sebab
mana aku yang menjadi suhunya melayani dia mandi, makan,
temani kongkow segala. Dia harus mempunyai banyak
pelayan." Ang Hoa Lobo utarakan pikirannya.

"Habis, dari mana kita cari pelayan begitu banyak ?" tanya
Siauw Cu Leng, garuk-garuk kepala.

"Culik. Kenapa kau tidak bisa culik anak gadis orang ?" bentak
si nenek.

Si Iblis Alis Buntung ketawa nyengir. Memang jalan yang


paling mudah untuk mendapati pelayan-pelayan Eng Lian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

harus menculik gadis-gadis orang.

Demikian, dengan menggunakan kepandaiannya yang tinggi,


Ang Hoa Lobo dan Siauw Cu Leng dalam beberapa hari saja
sudah dapat menculik banyak gadis-gadis dan anak lelaki
yang berusia tanggung sebaya dengan Eng Lian. Semuanya
dicekoki obat oleh Ang Hoa Lobo supaya ingatannya masing-
masing lenyap. Apa yang dipikirkan mereka hanya punya 1
suhu (guru) pada siapa haru setia dan menurut segala
perintahnya. Yang mereka anggap suhunya adalah Eng Lian,
bukannya Ang Hoa Lobo sebab si nenek sudah menjadi
suhunya Eng Lian. Tegasnya Ang Hoa Lobo menjadi sucow
(kakek guru) dari itu sekian banyak wanita dan pria tanggung.

Senang bukan main hatinya Ang Hoa Lobo melihat muridnya


Eng Lian dan cucu muridnya demikian banyak. Tentu saja ada
meminta biaya besar untuk mengongkosi mereka. Dari mana
di dapat biaya untuk itu ? Gampang. Suruh saja si Iblis Alis
Buntung mencuri atau membegal, maka biaya didapatkan
dengan mudahnya.

Dalam sedikit tempo saja, Eng Lian berubah menjadi ratu


tanpa mahkota.

Semua dayang-dayang yang menjadi pengiringnya


berseragam sutra putih yang tipis, pakai ikat kepala juga dari
sutra putih tertaneap sekuntum bunga dari sutra merah.
Sebaliknya, pria pakaiannya dari sutra kuning menyolok, ikat
kepalanya juga dari sutra kuning, tertancap sekuntum bunga
dari sutra merah seperti para wanita.

Ang Hoa Lobo namakan prajuritnya ini Ang Hoa Kun atau
Pasukan Kembang Merah, simbol (tanda) yang si nenek paling
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

suka.

Eng Lian berpakaian sutra tipis kuning keemas-emasan,


lapisnya dari sutra warna dadu sangat tipis hingga tubuhnya
yang halus putih berbayang. Ikat kepalanya dari sutra putih
dengan burung-burungan tengah mematuk setangkai bunga
merah. Kalau kepalanya Eng Lian bergerak, burung-burungan
itu angguk-anggukan karena dipasangi per. Indah sekali dan
menarik perhatian.

Para dayang, kecuali sutra tipis warna putih yang merupakan


pakaian luar, di bagian dalam tubuhnya dibungkus oleh sutra
biru ekstra tipis yang ketat hingga tubuhnya yang putih seperti
tercetak, menggiurkan, merangsang napsu lelaki yang
gampang goyah imannya. Sungguh jempol Ang Hoa Lobo
menciptakan mode pakaian yang merangsang napsu birahi.

Rupanya si nenek sudah mempunyai tujuan tertentu


menciptakan mode pakaian istimewa ini, yang membuat Siauw
Cu Leng bengong dan telan ludah.

Ang Hoa Lobo diam-diam bukannya tidak tahu Siauw Cu Leng


yang ceriwis mengiler sampai telan ludah untuk 'cicipi' salah
satu bidadari bikinan itu. Tapi ia pura-pura tidak tahu. Ia mau
kasih hajar pada suami diluar kawin itu supaya kapok atas
perbuatannya yang nyeleweng.

Begitulah telah terjadi. Sore itu Siauw Cu Leng berusaha


pulang dari bepergiannya. Ia dapatkan Ang Hoa Lobo dan Eng
Lian tidak ada ditempatnya. Ia mencari-cari tak terdapat di
sekitar rumah. Diam-diam ia sudah dekati salah satu
dayangnya Eng Lian yang bernama Cui Sian yang waktu itu
sudah benahi pakaiannya Eng Lian yang habis tukaran. Cui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sian ketawa-ketawa diajak ngobrol oleh Siauw Cu Leng.


Sudah tentu ketawanya tidak wajar, linglung, tak tahu dimana
dirinya berada.

Memandang tubuhnya Cui Sian yang seperti tercetak dibalik


pakaiannya yang gerombongan tipis, bukan main ngilernya si
ceriwis Siauw Cu Leng. Pikirnya ini ada ketika baik, kenapa
dia tak mau gunakan ? Apalagi melihat keadaannya Cui Sian
seperti yang hilang ingatannya, apa ia bisa bikin kalau dia
perkosa atas dirinya ? Napsu birahinya timbul dengan
serentak, tak dapat ia mengendalikannya.

Ia maju lebih dekat, menyambar tangan orang yang putih


halus. Cui Sian hanya tertawa haha hihi seraya berontak-
berontak melepaskan tangannya dari cekalan Siauw Cu Leng.
"Cui Sian, mari kita main." berkata Siauw Cu Leng berbareng
ia memeluk dan mencium pipi Cui Sian. Beradunya tubuh yang
hangat membuat Siauw Cu Leng seperti kalap. Ia pondong si
nona hendak dikerjai di atas pembaringan tapi........'Aiyoo !'.
Sekonyong-konyong Siauw Cu Leng berjengkit, serentak ia
melepaskan pondongannya dan tubuhnya Cui Sian terbanting
di lantai. "Hihihihi........." si nona ketawa seraya lari keluar dari
kamar Eng Lian.

Kenapa Siauw Cu Leng ? Itu hasil dari pekerjaan yang tidak


sopan. Ia memondong Cui Sian dengan maksud keji tapi
sebelum napsu jahatnya kesampaian, lengannya sudah kena
digigit oleh Cui Sian. Bekas gigitan sakit bukan main sehingga
mengeluarkan teriakan 'Aiyoo !' dan lepaskan tubuh si nona
dari pondongannya. Seketika itu ia terkulai roboh, hawa panas
dirasakan meluap ke jantungnya seperti dibakar. Ia menjerit-
jerit beberapa kali kemudian tenang lagi dan dapat berdiri pula
sebagaimana biasa, hanya.... ingatannya hilang. Keadaannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak beda seperti korban-korban lainnya yang kena dicekoki


obatnya Ang Hoa Lobo.

Siauw Cu Leng tidak sadar dimana dirinya berada. Perlahan-


lahan ia jalan dan berkumpul dengan golongan pria dari Ang
Hoa Kun.

Korban dari obatnya Ang Hoa Lobo yang istimewa memang


benar hilang ingatannya, tidak ingat lagi keadaan dirinya
siapa. Tapi dapat diajak ngobrol, bersenda gurau, ketawa-
ketawa apabila yang diobrolkan dapat mengitik urat ketawa
seperti juga keadaannya ada normal. Dia tidak akan digigit
kalau salah satu dari 3 bagian dari anggautanya tidak
kesentuh. Tiga bagian anggauta penting itu adalah jidat, buah
dada dan perut.

Kalau salah satu bagian ini kena kesentuh, kontan si korban


akan sadar bahwa dirinya dalam bahaya. Lantas saja
menggigit macam anjing gila menularkan racun. Giginya
nancap pada bagian daging yang digigit, menimbulkan hawa
panas nyelusup ke jantung seperti dibakar tapi hanya
sebentaran. Kemudian si korban gigitan normal lagi cuma saja
penyakit hilang ingatannya menular dan ia keadaannya akan
seperti yang menggigitnya.

Tiada seorang pun yang dapat tahu rahasia tiga bagian


anggauta yang tak dapat disentuh ini kecuali Ang Hoa Lobo
yang mewarisi ilmu sakti dari Lamhay Mo Lie.

Buah dadanya Cui San yang bulat menonjol membikin napsu


iblisnya Siauw Cu Leng melonjak, tak dapat ia melewatkan
kesempatan baik pikirnya. Diwaktu memondong Cui Sian ia
sudah mencium buah dada si nona dan.... karena sentuhan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mulut pada buah dada menyebabkan Cui Sian sadar akan


bahaya mengancam dirinya, otomatis seketika itu ia menggigit
lengannya si ceriwis sehingga menjerit kesakitan.

"Hehehe........." tertawa Ang Hoa Lobo ketika ia pulang melihat


keadaannya Siauw Cu Leng yang jadi hilang ingatannya. Ia
tidak mengenali istrinya, hanya ia memberi hormat pada Eng
Lian seperti kawan-kawannya yang lain. "Inilah ada satu
hukuman bagi orang yang menyeleweng. Cu Leng, Cu Leng,
sampai kapan tabiatmu yang buruk itu bisa dibuang ?
Hehehe........"

Siauw Cu Leng seperti tidak mendengar kata-kata Ang Hoa


Lobo, ia diam saja.

Si nenek lalu membisiki kupingnya Eng Lian, segera ia


berkata, "Siapa diantara kalian yang diganggu oleh Yaya ?
Maju ke depan !"

Saat itu Eng Lian sudah duduk diatas kursi kebesarannya,


didampingi oleh Ang Hoa Lobo dan dikitari oleh dayang-
dayangnya yang cantik-cantik. Eng Lian berkata pada dayang-
dayangnya yang berkumpul disitu.

Tanpa Eng Lian mengucapkan kedua kalinya, segera tampak


satu dara muncul tampil ke depan ialah Cui Sian. Ia ini berlutut
di depan Eng Lian. Ang Hoa Lobo perhatikan pakaian Cui
Sian, ternyata ada yang sobek pada bagian buah dadanya.

Si nenek manggut-manggut melihat itu. Ia sudah lantas


menduga sobeknya baju si nona pada bagian buah dadanya
adalah kerjaan tangan nakal dari Siauw Cu Leng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Setelah hilang ingatannya, Eng Lian merubah panggilannya


kecuali pada si Nenek Kembang Merah sudah ia panggil Popo
(nenek), kepada Siauw Cu Leng ia panggil Yaya (kakek atau
engkong) yang biasanya si dara cilik panggil si nenek dan si
kakek jahat.

"Cu Leng, atas kelakuanmu yang ceriwis, aku hukum kau


untuk beberapa lamanya menjadi anggauta Ang-hoa kun !"
berkata si nenek.

Siauw Cu Leng tinggal membisu saja. Ang Hoa Lobo lupa


bahwa Siauw Cu Leng tak dapa menangkap omongannya
kecuali omongan itu keluar dari mulutnya Eng Lian sebab Eng
Lianlah dalam benaknya ada ia punya suhu.

Kapan Ang Hoa Lobo ingat akan keadaan itu, maka ia suruh
Eng Lian yang bicara pada Siauw Cu Leng dan sekarang si
kakek ceriwis kelihatan pucat mukanya, ia maju ke depan dan
jatuhkan diri berlutut di depan Eng Lian sambil manggut-
manggut dia berkata, "Hamba terima salah, mohon Siancu
punya belas kasihan."

Lucu kelakuan Siauw Cu Leng hingga Ang Hoa Lobo yang


melihatnya tertawa terpingkal-pingkal. Setelah mana, tiba-tiba
hatinya merasa menyesal. Pikirnya jelek, Siauw Cu Leng ada
lakinya dan teman diajak berunding. Kalau sekarang ia
ditinggal begitu, hilang ingatannya, dengan siapa dia dapat
bicara untuk mendamaikan cita-citanya lebih jauh. Lantaran
berpikir demikian, maka si nenek terpaksa mengembalikan
pula ingatannya si kakek ceriwis, dikasih obat pemunahnya.

Obat itu diaduk dengan air teh dalam sebuah mangkok, di


depan siapa ia berkata, "Nah, kau minumlah ini !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siauw Cu Leng yang masih tetap berlutut tidak meladeni


perintah Ang Hoa Lobo, hanya matanya saja mengawasi si
nenek. Ang Hoa Lobo heran, tapi segera pikiran terangnya
berkelebat. "Ah, dasar sudha jadi nenek, pelupa. Kenapa aku
berbuat begini." ia berkata-kata sendirian sambil jalan
menghampiri Eng Lian.

"Anak Lian, kau suruh orangmu untuk kasih mangkok obat ini
pada yayamu supaya diminum isinya." Ang Hoa Lobo kata
pada Eng Lian seraya menyodorkan mangkok obat pada si
dara cilik yang lantas menyambuti kemudian diserahkan pada
salah satu dayangnya untuk melakukan perintahnya Ang Hoa
Lobo.

Kiranya si nenek kembali lupa bahwa anggauta-anggautanya


Ang-hoa-kun hanya tunduk perintah Siancu (dewi) yang
dianggap suhunya, lain orang jangan harap dapat memerintah
meskipun Ang Hoa Lobo yang menjadi Sucownya (kakek
guru).

Mendengar perintah Siancu, maka Siauw Cu Leng tanpa ragu-


ragu sudah lenyap terima mangkok yang disodorkan padanya
dan minum habis isinya. Sebentar lagi tampak ia menguap
beberapa kali, lalu roboh dilantai dan tidur pulas sampai
mengorok.

Sementara itu Eng Lian sudah suruh Cui Sian bangun dari
berlututnya dan disuruh tukar pakaiannya yang sobek. Cui
Sian menurut lalu meninggalkan ruangan itu.

Eng Lian ada memelihar sepasang ular kecil, warnanya


keemas-emasa yang disimpan dalam sebuah bumbung kecil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mungil, entah dari dahan apa bumbung itu dibuat, bobotnya


enteng dan licin mengkilat. Sepasang ular itu panjangnya
masing-masing hanya tiga cun (dim), gesit luar biasa. Kalau
bumbung ditekan terbuka maka mereka segera mencelat
keluar dan menyambar pada korbannya untuk menggigit.
Racunnya sangat jahat karena korbannya dalam tempo
setengah jam akan mati dan badannya lumer menjadi air
tanpa meninggalkan bekas, kalau tidak keburu dapat obat
pemusnahnya.

Eng Lian tadinya tidak percaya demikian jahat bisa ular


emasnya itu. Tapi setelah menyaksikan sendiri, ia meleletkan
lidahnya. Itulah ia lihat pada waktu sepasang ular itu hendak
diwariskan padanya oleh sang ayah. Maksudnya untuk
menjaga dirinya. Pada saat itu telah dicoba sang ular disuruh
menggigit ular besar yang panjangnya satu meter. Benar saja
ular besar itu mati setelah kena digigit setengah jam lamanya,
bangkainya lumer menjadi air.

Sang ayah memesan kalau tidak sangat perlu, senjata ampuh


itu jangan dikeluarkan karena akibatnya sangat mengerikan.
Kepada Lo In ia masih belum mau ceritakan ia ada
mempunyai senjata ampuh itu. Takut Lo In nanti melarang ia
membawa-bawanya, sedang ia sangat sayang pada sepasang
ular itu, seakan-akan jimatnya.

Berdasarkan sepasang ular emas itu dan kebetulan Coa-kok


(Lembah ular) ada menjadi tempat kediamannya, maka Ang
Hoa Lobo telah memberi gelaran kepada Eng Lian, Kim Coa
Siancu atau Dewi Ular Emas. Memang gelaran ini sangat tepat
untuk Eng Lian karena si dara cilik adalah penakluk ular. Untuk
membikin si dara cilik lebih ditakuti lagi namanya, disamping
sudah punya kepandaian menakluki ular dan sepasang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

senjata ampuhnya ular emas, Ang Hoa Lobo dengan tidak


mengenal capek, siang malam dia didik Eng Lian dengan ilmu
silat, rahasia ilmu pedang dan pukulan tangan kosong yang
hebat diturunkan semua pada si dara cilik hingga dalam tempo
pendek Eng Lian sudah berubah dirinya dari gadis cilik yang
lemah gemulai menjadi gadis cilik yang gesit dan tangkas.
Tinggal menggembleng lwekangnya (tenaga dalam) saja,
setelah mana Eng Lian dapat digolongkan sebagai jago kelas
satu.

Setelah siuman kembali, Siauw Cu Leng nampak dirinya tidur


menggeletak di atas lantai, ia lantas ingat akan kesalahannya.
Ia jadi ketakutan pada Ang Hoa Lobo.

"Orang she Siauw." kata si nenek, setelah tertawa terkekeh-


kekeh. "Masih ada nyali untuk berbuat yang bukan-bukan lagi
nanti ? Kali ini aku mau ampunkan selembar jiwamu tapi lain
kali, hmm !"

Siauw Cu Leng malu, tidak berani ia angkat kepala. Ia masih


tinggal duduk dilantai, kalau tidak Ang Hoa Lobo membentak,
katanya, "Lekas bangun, atur pekerjaanmu sebagaimana
biasa !"

Siauw Cu Leng dengan roman lesu dan malu telah


meninggalkan ruangan itu untuk berkumpul dengan 'Pasukan
Kembang Merah' di lapangan latihan dimana ia biasa
mengajar ilmu silat kepada mereka.

Ang-hoa-kun bagian pria, mendapat didikan dari Siauw Cu


Leng sedang buat bagian wanitanya dididik sendiri oleh Ang
Hoa Lobo. Ketika hari pertama mendidik anak buahnya, si
nenek pernah berkata pada Siauw Cu Leng. "Kita masing-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

masing mendidik orang-orang muda yang berbakat. Sampai


dimana kepandaian mereka, kita tidak tahu. Tapi satu waktu
nanti aku akan mengadakan pertemuan umum, dimana murid-
muridmu akan dihadapkan dengan murid-muridku. Lihatlah
siapa yang lebih jempol mendidiknya !"

Karena sudah ada kata-kata demikian dari Ang Hoa Lobo,


maka Siauw Cu Leng tidak berani alpakan kewajibannya dan
mendidik orang-orangnya dengan sungguh-sungguh. Maka
tidak heran kalau dalam sedikit waktu orang-orangnya menjadi
pandai silat juga walau belum boleh dikatakan masuk kelas
satu.

Kata-kata Ang Hoa Lobo pada Siauw Cu Leng hanya sebagai


anjuran pada si kakek ceriwis. Sebab umumnya anak murid
Ang Hoa Lobo ada lebih tinggi ilmu silatnya karena dididik oleh
orang yang pandai seperti Ang Hoa Lobo. Kepandaian Siauw
Cu Leng kalah jauh dengan si nenek, apa lagi lwekang Ang
Hoa Lobo ada sangat tinggi.

Tidak sembarangan Ang Hoa Lobo maupun Siauw Cu Leng


menculik anak-anak tanggung pria dan wanita. Mereka
memilih hanya mereka yang dinilai berbakat untuk mendapat
didikan ilmu silat, barulah diculik dibawa ke Coa-kok.

Tidak heran kalau ada beberapa anak jago-jago silat


kenamaan yang hilang lenyap diculik Ang Hoa Lobo atau
Siauw Cu Leng sehingga orang tuanya menjadi gelagapan
mencarinya.

Adanya penculikan-penculikan itu telah menghebohkan


kalangan Kangouw.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jago-jago silat bergerak dengan serentak untuk mencari


jejaknya si penculik.

Sebenarnya perbuatan-perbuatan menculik dari kedua iblis itu


susah dicari jejaknya kalau tidak si nenek yang 'sok' dengan
kepopuleran nama. Pada belakangan ini, ia setelah menculik
anak orang telah meninggalkan nama Kim Coa Siancu. Malah
yang paling menghebohkan adalah kejadian dirumahnya Hek-
houw Ma Liong, guru silat kenamaan di kota Lengkoan,
Hokkian, dimana Ang Hoa Lobo membuat huru hara.

Sudah beberapa hari memang Ang Hoa Lobo ada tinggal di


kota Lengkoan untuk mencari gadis-gadis yang berbakat untuk
menjadi pelayannya Eng Lian. Ia ada mengincar pada Ma Sian
Bwee ialah gadisnya Hek-houw Ma Liong yang usianya hampir
sebaya dengan Eng Lian. Sian Bwee tubuhnya kecil, gesit dan
cerdik rupanya. Maka Ang Hoa Lobo sangat ketarik padanya.

Untuk terangkan meminta langsung pada orang tuanya, sudah


tentu tidak mungkin. Maka ia gunakan jalan sebagaimana
biasa menculik anak orang dengan menggunakan obat pulas,
tidak ada yang merintanginya. Tapi sekali ini perhitungan Ang
Hoa Lobo meleset. Ma Liong bukan sembarangan guru silat, ia
memang jago, murid kepala dari Siang-tauw-niauw Kam Eng
Kim, Si Burung Kepala Dua yang terkenal dalam kalangan
jago-jago silat propinsi Hokkian.

Malam itu Ma Liong sedang berlatih dengan tiga orang


muridnya, Mak Kian anaknya sendiri, Gouw Liu Pa dan Hoan
Tek Huy. Tempat berlatih letaknya di pekarangan belakang
rumah, cukup lebar hingga mereka berlatih dengan penuh
semangat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cuaca malam itu tidak menentu, kadang-kadang terang dan


kadang-kadang gelap disebabkan sang awan yang menutupi
bulan muda baru nongol. Hek-houw Ma Liong yang tengah
memberi petunjuk-petunjuk pada murid-muridnya, tiba-tiba
bungkam mulutnya sambil matanya mengawasi ke jurusan
loteng rumahnya. Sekilas ia merasa seperti melihat ada
mencelat ke sana sesosok bayangan gesit luar biasa, sebentar
saja sudah lenyap.

Hatinya merasa tidak enak sebab diloteng sana ada tidur ia


punya anak gadis, Sian Bwee, hanya ditemani oleh seorang
pelayannya. Hek-houw Ma Liong menduga bayangan itu
mungkin ada Cay-hoa-cat (maling tukang petik bunga), hatinya
makin tidak enak akan keselamatan anak gadisnya.

"Kalian teruskan berlatih, aku ada urusan sebentar." ia berkata


tiba-tiba kepada ketiga muridnya berbareng ia sudah gerakkan
badannya melesat ke bawah loteng, dari mana ia enjot
tubuhnya untuk terus hinggap diatas melalui langkan.
Perlahan-lahan ia menghampiri pintu kamar anaknya. Melalui
lubang kunci, ia dapat lihat dalam kamar ada satu nenek
sedang membungkus tubuh anaknya dengan kain sprei.
Bukan main marahnya Hek-houw Ma Liong. Ia tendang pintu
hingga terbuka dan lompat masuk menerjang si nenek yang
tiada lain adalah Ang Hoa Lobo.

Mendengar pintu ditendang terbuka, dari mana ada bayangan


lompat menerjang dirinya, Ang Hoa Lobo cepat berkelit sambil
lepaskan bungkusan yang saat itu sudah siap diangkat ke
pundaknya.

"Maling kurang ajar, kau berani ganggu keluarga Ma ?"


demikian ada bentakan si Macan Hitam Ma Liong dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

marahnya ketika ia menerjang masuk dalam kamar Sian


Bwee. Ia menggunakan tipu 'Beng houw Pok yo' atau 'Harimau
buas menubruk kambing', dua tangannya diulur
mencengkeram kedua pundak si nenek untuk dengan
sekaligus menarik copot lengan orang sebatas pundak. Satu
serangan yang ganas karena si Macan Hitam Ma Liong sangat
gusar kepada si nenek.

Mungkin serangan Ma Liong yang ganas dan cepat itu berhasil


kalau yang diserang itu bukannya Ang Hoa Lobo, si nenek
yang sudah kawakan menggempur jago-jago silat dimana
saja. Dengan sedikit menggeser badannya, Ang Hoa Lobo
sudah dapat meluputkan diri dari serangan si Macan Hitam.

Melihat serangannya gagal, si guru silat sudah menyerang lagi


dengan gerakan 'Coa ong sim hiat' atau 'Ular mencari liang'. Ia
merangsak, tangan kirinya menyambar perut sedang tangan
kanannya berbareng nyelonong ke arah mata, dua jarinya
hendak mengorek sepasang lampu lawan. Tentu saja Ang Hoa
Lobo tidak ijinkan orang main-main dengan matanya. Tangan
kanannya menekan ke bawah tangan Ma Liong yang
menyambar perutnya sedang tangan kirinya menyentil dengan
cepat sekali pada 'siang-yang-hiat', jalan darah di jari telunjuk
lawan yang mau mengorek matanya.

'Nyer !' rasanya ketika telunjuknya kena disentil. Ma Liong


rasakan kesemutan dan ngilu. Tapi ia ada jago silat yang
keras kepala dan bandel, hanya sebentar saja ia sudah dapat
membebaskan rasa kesemutan dan ngilu.

"Nenek maling !" bentak Hek-houw Ma Liong gemas tapi agak


jeri juga melihat si nenek sangat lihai. Dua serangannya yang
dahsyat dapat dipatahkan dengan mudah, malah ia hampir
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dirobohkan dengan totokan 'siang-yang-hiat'. "Aku tidak


bermusuhan dengan kau. Kenapa kau mau mencelakakan
keluarga Ma ?" tanya Ma Liong.

"Aku tidak pernah mencelakakan keluarga Ma, aku hanya mau


ajak anak gadismu untuk menjadi pelayannya Kim Coa
Siancu....." jawab Ang Hoa Lobo tenang-tenang. Tapi ia tak
dapat meneruskan kata-katanya karena lantas dipotong oleh
Ma Liong, "Hah ! Apa kau kata ? Kim Coa Siancu ? Siapa kau,
apa kau Kim Coa Siancu sendiri ?"

"He he he !" tertawa Ang Hoa Lobo yang melihat Hek-houw Ma


Liong seperti yang ketakutan mendengar disebut Kim Coa
Siancu. "Aku bukannya Kim Coa Sincu, tapi aku ada
suruhannya saja. Kepandaianku amat rendah, beda jauh
dengan majikan Kim Coa Siancu yang dapat pergi dan pulang
dengan hanya berkesiur angin saja. Tak seorang pun dapat
melihat bayangannya kalau dia memasuki rumah orang."

(Bersambung)

Jilid 05
Hek-houw Ma Liong terkejut. Pikirnya, orang suruhannya
sudah begini lihai. Sudah terang si nenek tidak ngebohong
kalau Kim Coa Siancu sendiri ada jauh lebih lihai dari
padanya. Meskipun sangat jeri, ia tidak ingin kehilangan anak
gadisnya. Begitu melihat Ang Hoa Lobo sudah menyentuh
pula tubuh anak gadisnya, hendak diangkat. Lantas ia kalap.
Ia terjang si nenek dengan pukulan maut, tapi Ang Hoa Lobo
hanya geraki badannya sedikit, lantas tangan kanannya
diulurkan untuk menangkis. 'Krak' segera terdengar satu
suara, berbareng si Macan Hitam lompat mundur sambil
pegangi tangan kirinya yang telah patah tulangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba-tiba tiga sosok tubuh sudah menyerbu masuk. Mereka


ternyata murid-muridnya Ma Liong. Si guru silat melihat
kedatangan murid-muridnya bukannya girang malah ia jadi
ketakutan karena ia sudah perhitungkan, mereka bukan
tandingannya si nenek.

Ia hendak membuka mulut mencegah tapi sudah terlambat


karena Gouw Liu Pa yang berangasan sudah menerjang Ang
Hoa Lobo dibantu oleh Hoan Tek Huy sedang Ma Kian
menolong ayahnya yang dalam semaput kesakitan.

Ang Hoa Lobo pikir tidak seharusnya ia membuang-buang


waktu, maka ketika si berangasan Gouw Liu Pa mengulur
tangannya ke arah dada, ia menyampok dengan tangan
bajunya yang berisi lwekang. Tentu saja si berangasan tidak
tahan. Kedua lengannya ia rasakan seperti copot. Si nenek
susul dengan totokan ke iga kiri sehingga Gouw Liu Pa
seketika itu juga roboh di lantai.

Tek Huy melihat kawannya hanya segebrakan saja


dirobohkan, hatinya panas lalu menerjang Ang Hoa Lobo. Si
nenek berkelit ke samping, dari mana jarinya yang kurus diulur
meluncur menotok 'ceng-leng'hiat' di lengan kanan Tek Huy
sehingga merasakan lengan yang tertotok itu kesemutan dan
ngilu kemudian ia pun roboh terkulai seperti Gouw Liu Pa.

Ma Kian terkejut. Apa mau, sebelum ia turun tangan, dengan


kegesitannya si nenek sudah mendahului si anak guru silat,
menotok 'thian-ki-hiat' di iga kanan. Lantas Ma Kian juga roboh
seperti teman-temannya. Serangan is nenek tak puas sampai
disitu sebab segera menyusul si guru silat Ma Liong sendiri
dibikin mendeprok di lantai karena totokan si nenek yang lihai.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hehehe !" terdengar Ang Hoa Lobo tertawa ketika melihat


musuh-musuhnya sudah dirobohkan semua. Ia menghampiri
pembaringan Sian Bwee, membungkus tubuh si dara yang tak
bergerak karena ditotok lalu diangkat lantas dipanggul dibawa
pergi dari situ. "Aku hanya menotok tidak berat. Maka dalam
tempo tidak lama kalian sudah bebas pula dari totokan.
Hehehe....!" demikian si nenek meninggalkan kata-katanya
ketika ia mau berjalan pergi membawa Sian Bwee.

Si Macan Hitam Ma Liong dan ketiga muridnya hanya matanya


saja dapat bergerak-gerak mengawasi si nenek, mulutnya tak
dapat membuka suara untuk mencaci atau meminta belas
kasihannya Ang Hoa Lobo supaya jangan membawa Sian
Bwee.

Adalah pada saat si nenek menginjakkan kakinya ditanah,


barusan lompat dari atas genteng rumah tiba-tiba ia dibikin
kaget dengan teguran dari belakangnya, "Jalan perlahan
sedikit, orang tua. Jangan tergesa-gesa !"

Ang Hoa Lobo cepat menoleh, kiranya yang berkata-kata tadi


adalah seorang perempuan usia kira-kira 40 tahun. Mukanya
bundar, alisnya lentik, tingginya sedang, cantik wanita itu,
sedang ditangannya ada mencekal sebatang pedang yang
siap untuk digunakan dimana perlu.

"Kau siapa ?" tanya Ang Hoa Lobo.

Wanita itu ketawa manis sebelum menjawab, "Aku adalah


nyonya dari rumah ini." kemudian sahutnya, suaranya halus
terang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Oh, jadi kau ada nyonya Ma ?" tanya Ang Hoa Lobo pula.

"Tidak salah, aku adalah nyonya Ma.' sahutnya. "Ingin aku


menanyakan sebab apa kau orang tua mencari perkara
dengan keluarga kami disini ?"

"Heheheh !" tertawa Ang Hoa Lobo. "Soalnya aku mau


membawa anak gadismu dirintangi oleh suamimu. Kalau tidak,
tak akan aku menganggu ketentramanmu."

Nyonya Ma bersenyum tawar. Alisnya tampak berkerut,


"Meskipun kau sudah mengacau dalam rumahku, melukai
suamiku dan menotok rubuh tiga muridnya, tidak aku tarik
panjang. Kau boleh berlalu dengan tenang asal kau tinggalkan
itu bungkusan yang digemblik dipunggungmu. Akur ?" kata si
nyonya Ma.

Diam-diam si nenek merasa heran. Ia mengawasi wanita


cantik, pikirnya, bisa ada orang yang sikapnya begini tenang
menghadapi musuh yang sudah timbulkan kerugian. Ucap
katanya begitu merendah, seharusnya si nenek mengalah dan
kembalikan bungkusan gede itu kepada nyonya Ma, tapi dasar
watak si nenek mau unggul saja, tidak mau ia pulang dengan
tangan kosong. Maka ia lalu menjawab, "Seharusnya aku
menurut apa kau katakan, cuma dalam menjalankan perintah
Kim Coa Siancu, siapa yang berani membantah ? Inilah yang
menjadikan aku keberatan......."

Ia tutup kata-katanya sambil putar tubuhnya, disusul dengan


satu lompatan jauh untuk lantas meninggalkan si wanita
cantik. Tapi niatnya si nenek tidak kesampaian sebab
dibelakangnya lantas terdengar pula nyonya Ma berkata,
"Kalau begitu, marilah kita main-main untuk menetapkan siapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

unggul !"

Kapan Ang Hoa Lobo balik tubuhnya, lantas ia menghampiri


nyonya Ma yang sudah siap dengan pedangnya. Melihat
caranya si nyonya menyusul ia yang lari menggunakan ilmu
larinya yang istimewa dengan mudah saja dapat membayangi
dirinya, maka Ang Hoa Lobo menduga bahwa wanita ini
bukannya lawanan empuk. Maka itu ia lalu turunkan
bungkusannya yang berisi Sian Bwee kemudian menghadapi
nyonya Ma, ia berkata, "Jika kau inin main-main, tidak ada
halangannya kita mencoba beberapa jurus !"

Toya besinya si nenek sudah disiapkan di tangan kanan.

"Bagus !" kata nyonya Ma. "Nah, sambutlah seranganku !" ia


menyambung tanpa ada tawar menawar lagi dalam hal siapa
lebih dahulu menyerang. Rupanya nyonya Ma sangat
mendongkol atas kelakuannya si nenek, meskipun sudah
dilayani dengan kerendahan juga masih kepala batu saja.

Dua jago betina segera sudah bertempur seru.

Ilmu pedang nyonya Ma baik sekali hingga Ang Hoa Lobo


berhati-hati melayaninya. Salah sedikit saja ia bisa
dipecundangi dan habislah cita-citanya untuk membangun
Ang-hoa-pay (Partai Kembang Merah). Maka itu si nenek
Kembang merah melayani nyonya Ma dengan sungguh-
sungguh hingga pertarungan menjadi seru.

Si wanita cantik (nyonya Ma) adalah puteri tunggal dari Siang-


tauw-niauw Kam Eng Kim, namanya Lian Eng dan mendapat
julukan 'Lengkoan Giok-li' atau 'Wanita elok dari kota
Lengkoan'. Selain kesohor kecantikannya, juga kesohor ilmu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedangnya yang hebat.

Maklumlah puteri tunggal dari si Burung Kepala Dua yang


terkenal dalam propinsi Hokkian, semua kepandaiannya yang
ada diturunkan pada Lian Eng sehingga si juwita dari
Lengkoan itu menjadi jago betina yang belum menemukan
tandingannya. Kepandaiannya itu ada setingkat lebih tinggi
dari Hek-houw Ma Liong yang menjadi suaminya atau murid
kepala dari Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim.

Pertempuran antara Lian Eng Kam dan Ang Hoa Lobo benar-
benar ramai. Pedangnya Lian Eng berkelebatan mencari
sasaran penting pada tubuh si nenek. Sebaliknya, Ang Hoa
Lobo dengan toya besinya yang berat, berputaran dan toyanya
menyambar-nyambar keluarkan suara menderu-deru. Diam-
diam Lian Eng berpikir, orang suruhannya begini lihai,
bagaimana dengan Kim Coa Siancu sendiri kalau menyatroni
rumahnya ?

Lengkoan Giok-li lalu merangsek. Pedangnya berputar


sebentaran lalu dengan gerakan kilat ia menikam ke arah
tenggorokan Ang Hoa Lobo. Ini ada gerakan 'Giok li touw
kang' atau 'Wanita elok menyeberang sungai', salah satu jurus
yang penting dari Liu-su Kian-hoat atau ilmu silat pohon Liu,
yang menjadi kebanggaan ayahnya.

Biasanya Lian Eng belum pernah gagal menggunakan tipu


'Giok li touw kang', tapi kali ini yang dihadapi adalah Ang Hoa
Lobo. Terang tak semudah yang ia alami sebelumnya. Melihat
pedang hendak menikam 'jalan makanan', si nenek menaiki
badannya, toyanya dipegang dengan dua tangan dilintangi
menangkis serangan, kaki kanannya berbareng bekerja
menyapu kaki Lengkoan Giok-li. Ini adalah gerakan 'Liong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pang heng ouw' atau 'Toya naga melindungi telaga'.

Melihat serangan gagal, malah kakinya hampir disapu si


nenek, cepat Lian Eng ganti serangannya dengan 'Peng ouw
se ie' atau 'Hujan gerimis ditengah telaga'. Pedangnya susul
menyusul mengarah mta, tenggorokan, pundak dan
sebagainya. Cepat gerakan pedang itu hingga kalau bukan
Ang Hoa Lobo yang ilmu toyanya tinggi, siang-siang ia sudah
dapat dirobohkan oleh si jago betina dari kota Lengkoan. Si
nenek tahu bahayanya serangan musuh lalu memutar
toyanya, dibarengi dengan suara ketawanya yang melengking,
menggunakan tenaga dalamnya untuk membuat kacau pikiran
musuhnya yang sedang hebat menyerang. Inilah salah satu
jurus Ang Hoa Lobo yang paling ampuh yang dinamai 'Yu lim
mo siauw' atau 'Di rimba sunyi iblis tertawa'.

Benar saja, tipu silat si nenek membawa efek buruk bagi Lian
Eng. Sebab seketika ia mendengar suara tertawa yang seram
melengking, pemusatan pikirannya jadi terganggu. Hatinya
tergetar oleh suara tawa Ang Hoa Lobo, serangannya jadi
kacau. Kelemahan ini tidak disia-siakan oleh si nenek, toyanya
yang berputar tadi berganti arah, nyelonong ke 'hoa-kay-hiat',
jalan darah di bagian pundak kiri Lian Eng, kontan si wanita
cantik terkulai roboh. Ia rasakan totokan ujung toya si nenek
melumpuhkan lengan kirinya. Tangan kanannya masih
mencekal pedang tapi tak dapat digerakkan karena
kelumpuhan itu dari lengan kiri menjalar ke lengan kanan.
Tidak heran kalau pedangnyajatuh dengan sendirinya dan ia
mendeprok di tanah tak berdaya.

"Hehehe !" tertawa si nenek. "Bagaimana nyonya Ma yang


botoh ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ang Hoa Lobo berkata sambil bekerja, angkat dan panggul


pula bungkusan gede yang terisi Sian Bwee. Setelah selesai
dan tinggal berangkat, ia berkata pada Lian Eng, "Nyonya Ma,
kau tak usah kuatir. Anakmu akan kupelihara seperti anak
sendiri. Dia akan menjadi pelayannya Kim Coa Siancu.
Belakangan hari, kalau berjumpa pula dengannya, kau akan
kegirangan sebab ilmu silatnya akan berada diatas kalian
suami istri. Nah, selamat tinggal........"

Setelah melemparkan senyumannya yang tidak enak dilihat, si


nenek meninggalkan nyonya Ma yang tidak berdaya.
Lengkoan Giok-li mengawasi berlalunya Ang Hoa Lobo
dengan berlinang-linang air mata. Ia sangat berduka dan
penasaran anak gadisnya digondol orang tapi ia tak dapat
menolongnya.........

Sudah lama kita tinggalkan Kim Popo. Marilah kita lihat si


nenek bandel dengan pacarnya The Sam. Bagaimana
perbuatan mereka untuk dapat merebut kembali kotak yang
berisi buku Tiam-hiat Pit-koat yang berada di tangan Kim Wan
Thauto.

Belum lama Kim Wan Thauto sampai di Kunhiang, mereka


juga sudah datang menyusul dan dari kejauhan
memperhatikan gerak gerik dari si Thauto beranting emas.

Kim Popo tidak ambil tempat di rumah penginapan An Goan,


dimana Kim Wan Thauto menginap. Ini untuk menjaga jangan
sampai ia dikenali oleh Kim Wan Thauto sedang The Sam, ia
suruh ambil di rumah penginapan An Goan untuk
memperhatikan gerak gerik Thauto dimana bila ada
kesempatan The Sam boleh turun tangan untuk merampas
pulang kotak mungil berisi kitab pelajaran menotok jalan darah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang amat berharga.

The Sam menurut perintah pacarnya.

Tidak berani The Sam menghadapi Kim Wan Thauto dengan


terang-terangan. Maka ia menunggu sampai si Thauto lenah,
baru ia akan turun tangan. Pada malam kedua meliaht gerak
gerik Kim Wan Thauto pada waktu makan malam, The Sam
yang lihai matanya dapat menduga bahwa Kim Wan Thauto
sedang menghadapi suatu urusan, pikirnya, pasti ia akan
keluar lagi sebentar tengah malam. Ia sudah menduga pasti si
Thauto akan ambil jalan dari jendela kamarnya. Supaya
jangan bikin kaget orang, maka malam itu ia terus pasang
mata ke jurusan jendelanya si pendeta rambut panjang.

Benar lihai dugaannya sebab Kim Wan Thauto lewat tengah


malam betul saja keluar melalui jendela kamarnya. Girang
hatinya The Sam. Tidak lama si Thauto pergi, ia lantas masuk
ke kamar Kim Wan Thauto melalui jendela tadi dimana ia
menggeledah dan kegirangan menemukan barang yang
diselipkan dibawah bantal.

Barang itu ia masukkan ke kantongnya, kemudian meniup lilin


yang ia pasang ketika ia masuk dalam kamar itu yang dalam
keadaan gelap. Cepat ia keluar dari jendela dan dilain saat ia
sudah berada dalam kamarnya sendiri.

Setelah menyalakan lilin, ia duduk menghadapi meja. Dari


sakunya ia keluarkan kotak kecil yang barusan ia sikat dari
kamarnya Kim Wan Thauto.

Ia pandang kotak mungil itu sekian lama lalu mencoba


membukanya tapi tak dapat dibuka. Ia coba dan coba lagi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kotak mungil itu tetap tak dapat dibuka.

Setelah dipandang lagi barang itu untuk sesaat lamanya, tiba-


tiba ia tertawa, "Hahaha ! Barng berharga memang sukar
didapat, biarlah aku buka belakangan."

Kemudian kotak itu ia letakkan diatas meja. Kembali ia


memandangnya, tiba-tiba pikiran serakah timbul seketika.
"Tidak, aku tidak akan serahkan barang ini pada Kim Nio. Aku
harus miliki dulu. Bila aku sudah pandai meyakinkannya dan
benar-benar dapat malang melintang dengan ilmu menotokku
yang hebat, barulah aku akan menemui Kim Nio lagi. Waktu itu
dia toh tidak akan memarahi aku lagi sebab aku sudah dapat
membujuk dia dengan turunkan sedikit kepandaian menotokku
kepadanya. Dia tentu sudah kegirangan dengan ilmu yang
didapatkan dari Tiam-hiat Pit-koat. Hahaha......" demikian ia
berkata-kata sendirian.

Sebentar lagi tampak The Sam menguap beberapa kali,


ngantuk dirasakan matanya. Lalu ia menghampiri
pembaringan dan tidur nyenyak disana tanpa memperhatikan
pula barang berharganya yang terletak diatas mejanya. Malah
ia lupa untuk meniup padam api lilin, yang biasanya
dipadamkan bila orang hendak masuk tidur.

Dalam keadaan gelap, tiba-tiba sesosok tubuh telah masuk


dalam kamar itu melalui jendela, kemudian cepat melompat
keluar lagi.

Pada keesokan harinya The Sam baru bangun setelah


matahari naik tinggi.

"Celaka, kenapa aku jadi kepulasan seperti orang mati !"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkata The Sam sembari turun dari pembaringan,


menghampiri meja diatas mana ia taruh kota mungilnya.

"Hah !" ia terkejut karena kotak berharga itu sudah tidak ada
ditempatnya.

Dengan gugup ia memeriksa, malah sampai di kolong


mejanya, kalau-kalau kotak itu jatuh pikirnya. Tapi barang itu
tak diketemuka, lenyap, hilang entah siapa yang ambil. Baru
sekarang ia sadar akan keserakahan hatinya untuk memiliki
kepandaian hebat tapi akhirnya gigit jari.

Siapa yang ambil kotak berharga itu ? Apakah Kim Wan


Thauto ? Bagaimana ia harus melaporkan pada Kim Nio akan
kejadian itu ? Pikirnya, bagaimana juga ia harus menemui Kim
Nio (dimaksudkan Kim Popo) supaya bisa berdamai.
bagaimana baiknya untuk mendapatkan kembali barang
berharga itu.

Maka setelh ia cuci muka dan berpakaian rapi, lalu ia keluar


dari hotel An Goan menuju ke hotel Hok Lai untuk menemui
Kim Popo.

Belum sampai ia bertindak mencari kamar Kim Popo, tiba-tiba


ia dicegat oleh kuasa hotel yang berkata, "Aku ada titipan
sepucuk surat untuk tuan, marilah ikut ke kantorku." si pemilik
ajak The Sam ke kantornya.

"Surat dari siapa ?" tanya The Sam.

"Sebentar kalau tuan sudah lihat, tentu tahu surat itu dari
siapa." sahutnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sebentar lagi mereka sudah berada dalam kamar hotel. Si


kuasa hotel ambil surat dari dalam lacinya lalu diserahkan
kepada The Sam.

Ia tidak punya sahabat atau kenalan yang dapat mengadakan


surat menyurat. Dari mana datangnya surat itu ? Tanyanya
dalam hati kecilnya. Tapi bagaimana juga ia harus membuka
dan membaca isinya, baru ketahuan siapa pengirimnya.

Koko,
Setelah aku sudah pandai meyakinkannya dan dapat
malang melintang dengan ilmu menotokku yang hebat,
barulah aku akan menemui kau lagi. Waktu itu, sebab aku
sudah dapat membujuk kau dengan menurunkan sedikit
kepandaian menotokku kepadamu. Kau tentu akan kegirangan
dengan ilmu totok yang didapatkan dari Tiam-hiat Pit-koat.
Hihihi...."

Surat itu tidak ditandatangani tapi sudah terang sekali bagi


The Sam bahwa surat itu ditulis oleh Kim Popo alias Kim Nio.
Kata-katanya persis seperti yang dikatakan tadi malam, maka
kotak kecil itu juga sudah tentu telah terbang bersama Kim
Popo. Ia sesalkan dirinya yang tidak jujur. Sekarang ia
kehilangan kotak berharga dan kehilangan juga Kim Nio,
malah kehilangan juga kepercayaan sang pacar itu,
bagaimana ia ada muka nanti bertemu lagi dengan Kim Popo
?

Dalam keadaan lesu The Sam meninggalkan kantor hotel Hok


Lay, tidak jadi mencari kamarnya Kim Popo sebab
penghuninya sudah terbang tadi pagi-pagi sekali, menurut
kuasa hotel.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Rupanya Kim Popo tidak percaya seratur persen atas


kejujuran The Sam. Maka kalau The Sam membayangi Kim
Wan Thauto, ia sendiri tidak tahu kalau dirinya dibayangi juga
oleh Kim Popo. Kata-katanya yang diucapkan dalam
kamarnya, semua terdengar tegas oleh Kim Popo yang
mengintip dari jendela.

"Kurang ajar ! Dia mau main gila denganku. Hmm !" diam-diam
Kim Popo berkata dalam hati kecilnya. Kemudian dia menyulut
hio obat pulas yang asapnya ia tiup masuk ke dalam kamar
The Sam. Sebentar saja tampak The Sam mengantuk dan
menguap beberapa kali, akan kemudian saking tidak tahan ia
sudah banting dirinya di pembaringan dan tidur nyenyak, tidak
menghiraukan kotak berharganya disikat Kim Popo.

Sekarang kita kembali pada Liu Wangwee.

Liu Wangwee sangat berterima kasih kepada si kerudung


merah. Disamping itu, ia menyesal sekali tidak dapat
mengetahui siapa adanya bintang penolongnya itu sampai
pada saat si kerudung merah meninggalkan rumahnya.

Dari suara bicara bintang penolongnya, seperti ia pernah


mendengarnya cuma ia lupa dimana ia pernah mendengar
suara itu. Meskipun ia coba kumpul ingatannya, tapi tetap
luput untuk mengingatkan dimana ia pernah ketemu dengan
orang yang suaranya tidak asing ditelinganya. Ingin sekali ia
menjambret kerudung si kerudung merah tetapi sudah tentu
keinginan itu tak dapat ia wujudkan karena perbuatan itu tentu
tak sopan.

Ia hanya boleh terhibur hatinya ketika si kerudung merah


meninggalkan, memesannya, "Toako, kau jangan kuatirkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lagi kepada Sucoan Sam-sat karena mereka tentu tidak akan


berani lagi datang kemari sedang bentrokan dengan Tan Kong
Ceng sebaikanya diselesaikan saja agar tidak menanam
permusuhan yang tidak ada gunanya."

"Terima kasih atas nasihat Injin (tuan penolong),aku akan


perhatikan betul-betul. Cuma saja....." Liu Wangwee tidak
dapat menemukan kata-katanya, sebaliknya ia tersenyum
kepada tamunya yang aneh itu.

"Cuma saja apa, toako ?" tanya si kerudung merah.

"Cuma saja aku menyesal tak dapat melihat wajah Injin." sahut
Liu Wangwee.

"Untuk apa melihat wajahku. Kita berkenalan cara begini saja


sudah cukup." kata si kerudung merah, ia tertawa gelak-gelak.

Liu Wangwee terkejut, suara tertawa itu seperti ia kenal baik


tapi dimana ia pernah mendengarnya, siapa orangnya ? Maka
dengan bernapsu berkata, "Injin, suara ketawamu aku kenal
benar, hanya dimana aku pernah mendengarnya aku sudah
lupa lagi. Dasar aku sudah tua, tukang pelupa !"

"Toako kenal suara tawaku, itu sudah bagus." sahut si


kerudung merah. "Sekarang belum waktunya aku
memperkenalkan wajahku tapi ada suatu waktu, tentu aku
akan datang pula untuk menyambangi toako dan disitulah
toako nanti kenali siapa diriku."

Liu Wangwee tidak memaksa si kerudung merah untuk


memperkenalkan diri karena sudah jelas si bintang penolong
sungkan berbuat demikian. Maka ia suruh seorang pelayan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untuk panggil keluar nonanya, untuk kasih selamat jalan


kepada bintang penolongnya yang hendak berangkat hari itu.
Sebentar lagi tampak Bwee Hiang sudah keluar, lalu Liu
Wangwee berkata pada gadisnya, "Anak Hiang, Injin akan
berangkat hari ini juga. Lekas kau mengucapkan selamat jalan
dan terima kasih."

Bwee Hiang lantas berlutut dihadapan si kerudung merah


yang sedang duduk di kursi.

"Budi Injin sebesar gunung, entah dengan apa kami dari


keluarga Liu dapat membalasnya. Moga-moga Thian akan
melindungi Injin dalam perjalanan dengan tak kurang suatu
apa pun. Bwee Hiang mengharap perpisahan ini hanya untuk
sementara saja dan segera akan disusul oleh kunjungan Injin
sehingga Bwee Hiang dapat melayani Injin lagi..." demikian si
gadis mengucapkan kata-kata selamat berpisahnya, air
matanya tampak bercucuran jatuh di lantai.

Bwee Hiang sangat duka hatinya. Ia tidak menduga si


kerudung merah akan meninggalkan mereka demikian
cepatnya sebab hari kemarin ia duduk berkumpul dengan si
bintang penolong, tidak ada omongan bahwa si kerudung
merah akan berangkat hari ini.

Dalam beberapa hari berkumpul, disamping si kerudung


merah terus mengobati ayahnya, tamu asing itu sangat ramah
terhadap dirinya. Ia dapat banyak petunjuk dalam hal ilmu silat
maupun sastra, dan Bwee Hiang juga sangat hormat dalam
pelayanannya sehingga si kerudung merah kelihatan betah
tinggal dalam rumah Liu Wangwee.

Sebagaimana dengan ayahnya, Bwee Hiang juga sudah


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berusaha memancing siapa dirinya si kerudung merah tapi


tamu itu selalu kesampingkan omongan yang menyinggung
tentang keadaan dirinya, maka Bwee Hiang tidak berani
mendesak.

Kini tiba-tiba ia mendengar si kerudung merah akan angkat


kaki dari rumahnya, tentu saja si nona menjadi terkejut dan
merasa sangat sedih.

Seraya mengelus-elus rambut si nona, si kerudung merah


berkata, "Anak Hiang, kau tak usah menangis. Kau lupa
dengan peribahasa yang mengatakan, 'Tiap ada berkumpul.
selalu ada berpisah'. Maka perpisahan ini semoga disusul
dengan kunjunganku berikutnya. Kata-katamu ini tepat sekali.
Nah, bangunlah nak !"

Sementara Bwee Hiang bangkit dari berlututnya sambil


menyusuti air matanya dengan saputangan berbareng si
kerudung merah juga bangkit dari duduknya. Setelah angkat
tangan menyoja pada Liu Wangwee, dengan tidak berkata
apa-apa lagi ia putar tubuhnya dan meninggalkan ruangan itu
dengan cepat sehingga Liu Wangwee tertegun ditempatnya
melihat sikap tamunya yang aneh itu.

Sebentar saja si kerudung merah sudah lenyap dari


pandangan mereka.

Sejak itu ayah dan anak itu berlatih keras dalam ilmu pukulan
maupun pedang untuk berjaga-jaga kalau-kalau dari pihaknya
Tan Kong Ceng mencari gara-gara pula.

Dengan dapat beberapa petunjuk yang berharga dari si


kerudung merah, dalam tempo pendek ilmu pedang Bwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hiang sudah berubah jauh. Ia merasa girang akan


kemajuannya itu tapi ia tidak pernah lupa untuk berterima
kasih kepada tamu anehnya itu.

Hari lewat dengan cepat laksana anak panah yang melesat


dari busurnya. Tanpa terasa sudah satu tahun setengah
dilewati sejak kunjungannya si kerudung merah. Ternyata si
bintang penolong tidak kelihatan mata hidungnya pula. Tapi
Liu Wangwee dan Bwee Hiang tentram hatinya karena ilmus
ialtnya sudah banyak maju.

Sementara itu desa Kunhiang pun sudah banyak berubah.


Desa itu maju karena pabrik-pabrik disitu bertamah banyak.
Penduduk makin banyak sehingga makin ramai desa itu,
tentam dan aman. Hartawan Tan juga tidak mencari gara-gara
pula kepada Liu Wangwee.

Liu Wangwee mengira keadaan akan dinikmati terus dampai


hari tuanya, tidak dikira pada suatu hari ia dibikin terkejut
dengan adanya kabar yang tersiar bahwa Sucoan Samsat
sudah kembali mengganas. Mereka sedang mencari si
kerudung merah.

Kabar yang mengagetkan Liu Wangwee adanya berita yang


mengatakan bahwa Sucoan Sam-sat akan membakar dan
menghancurkan desa Kunhiang kalau mereka tidak
menemukan si kerudung merah. Mereka hendak
melampiaskan angkara murkanya kepada desa Kunhiang
sebagai gantinya si kerudung merah.

Bingung hatinya Liu Wangwee bersama gadisnya. Kemana


mencari si kerudung merah yang sampai sebegitu jauh tidak
mengunjungi rumahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Liu Wangwee ingat akan sahabatnya yang tinggal


dikota Gakwan, dibawah kaki gunung Hengsan, ialah Soat-
cian Ang Ban Teng, Pangcu dari Ceng Gee Pang.

Pikirnya, Ceng Gee Pang ada mempunyai banyak anggauta,


tersebar luas, siapa tahu dengan bantuan Pangcu dari Ceng
Gee Pang, ia dapat berita dimana adanya si kerudung merah
supaya dapat diberitahukan tentang maksud Sucoan Sam-sat
mencarinya.

Demikianlah, Liu Wangwee setelah memesan Bwee Hiang


untuk berhati-hati dirumah, ia berangkat ke kota Gakwan
menemui Ang Ban Teng dan minta pertolongan sahabat ini.

Ang Ban Teng dan Liu Wangwee ada sahabat dari banyak
tahun, maka pertemuan mereka sangat menggembirakan. Liu
Wangwee tidak minta bantuan sang sahabat untuk
menghadapi tiga algojo dari Sucoan, ia hanya minta bantuan
supaya mendengar-dengar dimana adanya si kerudung
merah. Ang Ban teng menjanjikan akan membantunya.

Meskipun tidak diminta bantuan untuk menghadapi Sucoan


Sam-sat, Ang Ban Teng tidak enak nampak sahabatnya
menghadapi bencana, maka Pangcu dari Ceng Gee Pang itu
sudah perlukan malam-malam mengunjungi markas
cabangnya di atas jurang Tong-hong-gay seperti yang kita
ceritakan disebelah atas.

Sudah dua minggu lamanya sejak kunjungannya pada Ang


Ban Teng, diam-diam Liu Wangwee merasa cemas hatinya
karena belum mendapat berita apa-apa dari sahabat itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pada suatu siang hari untuk menghibur diri dari


kecemasannya, Liu Wangwee jalan-jalan disekitra desa dan
akhirnya memasuki rumah makan An Goan dimana ia minta
disediakan arak dan makanan sederhana untuk mengisi
perutnya.

Setelah ia menengak beberapa sloki araknya, tiba-tiba ia


dibikin kaget oleh suara ramai-ramai diatas loteng. Ketika ia
melihat ke loteng, saat itu satu anak kecil tengah dilemparkan
oleh dua pelayan rumah makan melalui langkan.

Liu Wangwee memeramkan matanya saking ngeri melihat


adegan itu. Pikirnya, anak kecil dilempar dari atas loteng yang
demikian tinggi, bagaimana jadinya kalau sebentar jatuh diatas
lantai. Kalau tidak hancur, sedikitnya anak itu bakalan
setengah mati keadaannya. Ketika ia membuka pula matanya,
tiba-tiba ia berseru, "Eh...."

Matanya terbelalak heran sebab anak kecil itu tampak lagi


berdiri tidak kurang suatu apa, hanya kedua tangannya
memegangi perutnya.

Tampak dua pelayan yang melemparkan si bocah turun dan


satu diantaranya yang dipanggil Lo-ji telah mendamprat. "Enak
saja kau ngomong. Besok-besok sampai kapan kau akan
membayarnya ? Memangnya uang sewa kamar disini boleh
diulur-ulurkan ? Hmm ! Bocah, lebih baikkau sekarang pergi
dari sini supaya jangan aku si Lo-ji menggebuki kau setengah
mati. Hayu, pergi sana. Bocah tukang sikat !"

"Aku bukan mau sikat uang sewaan kamar cuma aku mau
minta tempo besok." kata si anak kecil.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo-sam, kawannya Lo-ji menghampiri si bocah, katanya,


"Sudah, sudah, hayo keluar. Jangan sampai Lo-ji turun tangan
!"

Lo-sam berkata sambil menjoroki si anak kecil hingga


sempoyongan.

Tamu-tamu rumah makan itu jadi pada menonton kejadian itu.

Mereka lihat si anak kecil wajahnya hitam legam seperti pantat


kuali, usianya kira-kira baru 14 tahun, cuma perawakannya
ada tinggi kurus. Entah anak siapa dia, para tamu menanya
dalam hatinya.

Ada yang menanyakan pada Lo-ji, lalu menerangkan. "Aku


tidak tahu dia anak siapa, hanya dia sudah menginap disini
selama tiga malam. Ketika diminta uang sewa kamar dan
makan, katanya besok, besok kapan ? Dia memang anak
gembel yang kesasar ke sini rupanya."

Lo-ji tutup kata-katanya sambil menghampiri si bocah yang


belum mau pergi.

Ia ulur tangannya dan menjoroki lagi sambil berkata, "Lekas


keluar, aku tak ingin melihat cecongormu, tukang sikat !"

Kembali si bocah sempoyongan, malah kali ini sampai


terpelanting tapi ia cepat bangun lagi. Para tamu pada ketawa
terbahak-bahak melihat kejadian itu.

Hanya Liu Wangwee yang lihai matanya tidak turut ketawa.

Sedari tadi, pada saat ia buka matanya melihat si bocah tidak


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

apa-apa dilempar dari atas loteng, hatinya merasa heran.


Sekarang ia menyaksikan si anak kecil dijoroki sempoyongan
sampai terpelanting lagi, tapi kakinya antap betul. Anak itu
seperti mempunyai kepandaian yang disembunyikan.

Melihat si bocah belum mau keluar, dua pelayan itu makin


marah. Dua orang lalu menubruk mau menggusur si anak
hitam dilempar keluar. Benar si bocah kena dicekal tapi waktu
mau diseret tidak bergeming seperti nyangkut pada tiang besi.
Tapi ini hanya sejenak saja, sebab lantas si bocah dapat
diseretoleh dua pelayan itu.

Dasar orang-orang dogol, pikirnya, barusan si bocah tidak


bergeming diseret lantaran kurang keras gentaknya, maka
mereka ulangi lagi, benar saja anak kecil itu kena diseret.

"Tahan !" tiba-tiba Liu Wangwee berkata ketika melihat si


bocah mau dilempar keluar.

Dua pelayan itu hentikan niatnya melempar si anak kecil


keluar. Mereka lihat ada orang menghampiri mereka, lantas
mereka kenali itu adalah Liu Wangwee, ketua dari orang-orang
kaya dalam desa itu.

Dengan sangat hormat, mereka menanyakan apa maksudnya


si hartawan mengucapkan kata 'Tahan !' yang mana dijawab
oleh Liu Wangwee, "Kalian lepaskan anak ini, semua
hutangnya aku yang tanggung !"

Dua pelayan itu melengak. Tapi tidak berani membantah,


maka seketika itu mereka melepaskan cekalannya hingga si
anak kecil sekarang bebas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Anak itu ketawa nyengir pada mereka, lalu membungkukkan


badan memberi hormat pada Liu Wangwee, katanya, "Terima
kasih atas kebaikan Lope."

"Anak kurang ajar, Loya begitu kenapa dipanggil Lope ?"


semprot Lo-ji mau ambil muka Liu Wangwee.

Tapi hartawan Liu menggoyangkan tangannya, "Kalian sudah


tidak ada urusan lagi, lekas layani tamu-tamu lainnya !"

Lo-ji jadi bengong. Dikira bakal dipuji tapi kenyataannya


menerima kata-kata pahit dari Liu Wangwee.

Lo-ji dan Lo-sam pada ngeloyor pergi.

"Anak, mari kita makan sama-sama." kata Liu Wangwee


seraya tangannya diulur mencekal lengan si anak kecil diajak
ke mejanya.

Liu Wangwee minta pelayan tambah hidangan lagi.

Setelah sama-sama sudah ambil tempat duduk, Liu Wangwee


menanya, "Anak, namamu siapa ?"

"Aku she Lo, nama In." sahut si anak kecil, yang memang Lo
In adanya. "Aku ribut dengan pelayan itu lantaran......."

"Sudah, sudah." memotong Liu Wangwee seraya goyang-


goyang tangannya. "Urusan dengan mereka sudah aku
bereskan, jadi tak usah kau sebut-sebut lagi. Aku hanya mau
berkenalan dengan kau, sebenarnya kau anak siapa ?"

Mendapat pertanyaan itu, Lo In tidak lantas menjawab. Ia


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kerutkan keningnya, berpikir apakah ia boleh mengaku ia


anaknya Kwee Cu Giok ? Tidak bisa, sebab ia tidak kenal
siapa Kwee Cu Giok itu. Anak Liok Sinshe juga tidak tepat
sebab Liok Sinshe janya pelindungnya saja, ia jadi sangsi.

"Anak, kau dapat kesulitan untuk menyebutkan nama orang


tuamu ?" tanya Liu Wangwee yang melihat Lo In seperti yang
ragu-ragu akan menyebutnya.

"Oh, bukan, bukan." sahut Lo In gugup. "Aku sendiri tidak tahu


aku anak siapa, maka aku jadi ragu-ragu untuk menjawabnya."
Lo In berkata dengan malu-malu, sambil tundukkan kepalanya.

Liu Wangwee ketawa. "Tidak apa, mari kita makan. Eh,


barusan aku lihat kau memegangi perut saja, apa kau sakit ?"

"Memang aku lagi sakit perut, tapi sekarang sudah baik."


jawab Lo In.

"Lantaran tubuhmu didorong-dorong tadi oleh dua orang dogol


itu, rupanya perutmu terkojak-kojak hingga perutmu kabur
sendirinya. Hahaha..." Liu Wangwee tertawa.

Lo In turut tertawa.

"Mari kita makan." mengundang hartawan Liu.

Lo In tidak diundang untuk kedua kalinya, ia hantam saja


makanan yang sudah tersedia di depannya. Sudah lama ia
hanya makan buah-buahan saja, kini menghadapi makanan
enak bukan main senangnya. Hampir kenyang, tiba-tiba ia
ingat sesuatu dalam benaknya, maka seketika itu ia letakkan
mangkok dan sumpitnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia bengong, dari kedua matanya tampak ada mengembeng air


mata.

Liu Wangwee heran melihat kelakuannya Lo In, ia menanya,


"Nak, kenapa ? Apa kau rasakan perutmu sakit lagi ?"

Lo In geleng kepala. "Aku menghadapi makanan seenak ini,


aku jadi ingat kepada seseorang yang pernah mengajak aku
makan seperti Lope sekarang ini." kata Lo In seraya menyusut
air matanya dengan tangan bajunya.

"Siapa orang itu ?" tanya Liu Wangwee.

"Lebih baik aku tidak menyebutkan namanya." sahut Lo In.


"Sebab dengan menyebutkan namanya aku menjadi lebih
sedih lagi."

Liu Wangwee tidak menanya panjang. Ia hanya menghibur,


"Orang baik memang selalu diingat orang, biarlah orang itu
mendapat lindungan Thian. Anak, kau jangan sedih, sebaiknya
kau makan terus dan lebih banyak."

Mendengar hiburan Liu Wangwee, bukannya Lo In terhibur


sebaliknya malah ia menangis tersedu-sedu hingga membuat
tamu-tamu yang duduk disekitarnya menjadi heran.

Liu Wangwee merasa tidak enak. "Nak, mari kita pulang. Di


rumah ada enci yang dapat menghiburmu."

Dengan serentak Lo In hentikan tangisnya yang terisak-isak


ketika mendengar Liu Wangwee menyebutkan kata 'enci'. Ia
ingat akan enci Eng Lian-nya. Apakah yang dimaksud oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orang tua didepannya ini ada enci Eng Lian-nya ?

Lo In anggukkan kepalanya.

Liu Wangwee heran melihat kelakuannya si anak hitam,


apakah dia kurang waras ingatannya, tadi menangis tersedu-
sedu sekarang berhenti menangis seraya mengangguk,a pa
yang ia anggukkan ? Justru kelakuan Lo In yang ia anggap
aneh itu yang membuat Liu Wangwee makin keras niatnya
untuk mengetahui rahasia dirinya si bocah.

Meskipun ditutup oleh wajahnya yang hitam, mata Lo In yang


tajam bercahaya tidak bisa menutup matanya Liu Wangwee
yang lihai. Orang tua itu menduga pasti si bocah ada
berkepandaian sangat tinggi dilihat dari sorot matanya yang
tajam luar biasa seakan-akan ada membungkus tenaga dalam
yang dahsyat.

Setelah membayar uang makanan, Liu Wangwee lantas ajak


Lo In berlalu dari situ.

"Kau mau ajak aku kemana, Lope ?' tanya Lo In seperti yang
linglung.

"mari kita pulang." sahut Liu Wangwee manis budi.

"Pulang kemana ?" si bocah menanya heran.

"Ke rumahku. Mari, disana kita bisa ngomong-ngomong


dengan tiada yang ganggu." Liu Wangwee kata seraya tarik
tangan Lo In.

"Nanti dulu, aku mau ambil pakaianku sebentar." kata Lo In


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sambil terus lari naik tangga loteng masuk ke kamarnya.


Sebentar lagi ia sudah turun lagi dengan membawa buntalan
kecil. Liu Wangwee ketawa melihat kelakuan Lo In yang lucu.

Dalam perjalanan, Lo In menanya, "Lope kata tadi di rumah


ada enci ?"

"Ya, benar ada enci. Di sana kau akan ketemu enci." sahut Liu
Wangwee.

Lo In kegirangan. Jalannya makin cepat hingga Liu Wangwee


terheran-heran sebab ia sudah gunakan jalan cepat untuk
mencoba meninggalkan si bocah, kenyataannya Lo In masih
terus mengintil dalam jarang yang dekat sekali dengannya.

-- 14 --

Ketika sampai dirumah, Bwee Hiang heran melihat ayahnya


membawa pulang satu anak berwajah hitam seperti pantat
kuali. "Nah, ini encimu." kata Liu Wangwee memperkenalkan
anak gadisnya pada si bocah.

"Bukan, bukan, dia bukan enci Lianku." sahut si bocah


mengawasi Bwee Hiang.

"Siapa itu enci Lianmu ?" tanya Bwee Hiang, tersenyum


manis.

Lo In ketawa nyengir. Lucu kelihatannya hingga Bwee Hiang


tertawa ngikik.

"Anak Hiang, kau bawa masuk adikmu itu." kata Liu Wangwee
dari sebelah dalam, yang sudah masuk lebih dahulu setelah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memperkenalkan Bwee Hiang pada Lo In.

"Adik, mari masuk." kata Bwee Hiang.

"Ah, aku tidak mau. Tidak ada enci Lian, buat apa aku masuk."
kata si bocah seraya mundur dan mau ngeloyor dari depan
pintu masuk.

"hei, kau mau kemana ? Mari masuk, di dalam nanti enci kasih
makanan enak." membujuk Bwee Hiang seraya cekal
tangannya Lo In ditarik masuk ke dalam.

Lo In sudah mau bebaskan tangannya yang dicekal si gadis


kalau ia tidak mendengar Bwee Hiang kata 'mau kasih
makanan enak'. Ia ragu-ragu makanan enak apa yang akan
diberikan padanya oleh enci yang baru dikenal itu.

Lagian Bwee Hiang kelihatan ramah tamah meskipun tidak


selincah enci Liannya, si bocah merasa malu hati. Maka ia
menurut dituntun oleh Bwee Hiang dibawa masuk ke dalam
rumah dimana Lo In dapat lihat perabotan dan perhiasan
rumah itu sangat indah dan menarik perhatiannya.

Dasar orang gunung, ia menanya ini itu pada Bwee Hiang,


kapan ia melihat barang yang menarik hatinya. Si gadis sangat
sabar, ia memberi keterangan dengan terang hingga Lo In
menjadi girang.

"Ini namanya apa ?" tanya Lo In pada Bwee Hiang seraya


menunjuk sesuatu ketika ia dibawa ke ruang belakang.

Bwee Hiang pintar, otaknya cerdas. Melihat Lo In laga lagunya


seperti baru keluar dari pegunungan, maka ia selalu melayani
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gerak geriknya supaya si bocah senang.

Apalagi barusan dikisiki oleh ayahnya supaya ia perlakukan si


bocah baik-baik karena bocah itu ada isinya. Maka Bwee
Hiang menjaga hati-hati supaya tidak membikin hatinya si
anak kecil kurang senang.

Ketika ia ditanya Lo In sambil tersenyum ia menjawab, "Aku


Bwee Hiang, dan kau, siapa namamu ?"

"Aku she Lo nama In, enci Hiang." jawabnya seraya nyengir


ketawa.

Nyengir ketawa dalam wajah hitam macam pantat kuali, tentu


saja kelihatannya lucu dan tak tahan Bwee Hiang untuk tidak
tertawa. Ia ngikik ketawa sambil menekap mulutnya dengan
tangannya yang halus putih.

Lo In senang melihat teman barunya banyak ketawa. Pada


Bwee Hiang ternyata Lo In lebih terlepas omongannya hingga
diam-diam si gadis pun merasa suka pada anak hitam ini.

Ditanya kenapa Lo In ribut dalam rumah makan, Lo In lantas


saja nyerocos cerita. ia kata bukannya ia tidak mau bayar
uang sewa kamar tapi lantaran uangnya kena dicopet orang,
maka ia minta tempo besok. Apa mau pada hari yang
dijanjikan ia sakit perut tidak bisa keluar hingga kembali
berjanji besok. Tapi orang-orang rumah makan tidak mau
mengerti dan mengusir dia seperti mengusir binatang. Untung
ketemu sama Liu Wangwee dan membereskannya, kalau tidak
entah bagaimana jadinya.

"Orang usirmu seperti binatang, kenapa kau tidak melawan ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tany Bwee Hiang.

"Aku anak kecil, mana bisa menang sama orang tua." sahut Lo
In ketawa.

"Kau bohong, ya. Kalau kau mau, mungkin dua orang dogol itu
bukan tandinganmu." berkata lag si gadis yang hendak
memancing Lo In.

Lo In ketawa nyengir. "Enci Hiang bisa saja. Aku tidak pandai


berkelahi. Bagaimana aku bisa menangkan dua orang tua itu"
jawab Lo In kemudian.

Si bocah suka dengan humor, maka laga lagunya saban-


saban bikin Bwee Hiang ketawa ngikik hingga diam-diam si
gadis merasa suka sama adik kecil ini.

Omong-omong tidak terasa lagi hari sudah sore. Lo In permisi


pada Bwee Hiang hendak berlalu, tapi si gadis menahan.
"Nanti dulu, aku akan kabarkan pada ayah." katanya.

"Jangan ganggu orang tua. Biarkan dia mengaso. Sebentar


pun masih boleh enci sampaikan aku punya rasa hormat dan
terima kasih padanya." berkata Lo In ketawa.

"Adik kecil, kau jangan pergi dulu. Kalau aku pergi, aku nanti
marah !" kata Bwee Hiang sambil bangkit dari duduknya dan
masuk ke dalam menemui ayahnya.

Lo In tidak berani tinggalkan tempat itu, karena ia takut


membuat marah Bwee Hiang yang ia pandang sebagai enci
yang sangat baik padanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Selagi menanti Bwee Hiang, pikirannya melayang pada Eng


Lian. Dimana enci nakal itu sekarang berada, dimana ia harus
mencaharinya ?

Dalam keadaan ngelamun, tiba-tiba ia ditegur oleh Bwee


Hiang, "Adik kecil, kau lagi ingati apa saja sampai terbengong-
bengong kulihat."

Lo In seperti tersadar dari tidurnya, dengan gugup ia


menjawab, "Tidak, oh tidak. Aku hanya memikiri dimana
malam ini aku harus menginap. Aku tidak punya uang untuk
membayar uang sewa penginapan, nanti diusir orang lagi."

Bwee Hiang tersenyum, "Adik kecil kalau tidak, seharusnya


kau tidur di pohon." si gadis berkata sambil ngikik ketawa.

"Oh, kalau di lembah, oh, tidak, kalau.... kalau....." omongan Lo


In jadi kacau.

Ia kesalahan omong maka ia jadi gugup tidak karuan tapi


Bwee Hiang yang cerdik sudah lantas dapat menangkap apa
yang Lo In ingin maksudkan omongannya itu.

"Nah, anak tukang ngebohong." ia berkata sambil jari


telunjuknya menuding pada Lo In. "Ngomongnya saja sudah
gaga gugu hihihi..."

Mau tidak mau Lo In jadi ketawa melihat teman barunya


bergaya lucu.

"Begini, adik kecil." berkata lagi Bwee Hiang. "Ayah kata


sedikitnya kau harus menjadi tamu kita seminggu lamanya, itu
baru betul. Kau tidak boleh sekarang pergi dari sini sebab
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ayah kata kalau kau paksa pergi artinya kau tidak memandang
mata pada orang tua."

Lo In jadi melengak mendengar kata-kata Bwee Hiang. "Habis,


aku tidur dimana ?" tanyanya.

"Di pohon, tuh !" jawab Bwee Hiang sembari jarinya


telunjuknya menunjuk ke jurusan pohon, lucu gayanya hingga
Lo In jadi tertawa terbahak-bahak.

Senang Lo In dapatkan teman barunya yang jenaka, sekalipun


tidak seperti Eng Lian yang kejenakaannya suka dibarengi
dengan mencubit. Si bocah tidak ingat bahwa usia Eng Lian
dan Bwee Hiang jauh bedanya. Eng Lian masih terhitung
anak-anak sedang Bwee Hiang sudah masuk hitungan gadi
yang sudah matang 'keluar pintu', mana bisa antara Eng Lian
dan Bwee Hiang disamakan kelakuannya.

Bwee Hiang demikian open pada Lo In selain sendirinya kena


ketarik sama kejenakannya si bocah, adalah keinginan
ayahnya supaya ia dapat mengetahui asal usulnya Lo In.

Liu Wangwee percaya anak gadisnya yang cerdik dapat


mengorek rahasia dirinya Lo In yang diduga menyembunyikan
kepandaian sangat tinggi. Liu Wangwee curigai Lo In bukan
anak sembarangan, siapa tahu bapaknya ada orang lihai yang
dapat menolong ia dalam kesulitan menghadapi Sucoan Sam-
sat.

Matanya Liu Wangwee lihai. Memang betul Lo In hendak


sembunyikan kepandaiannnya. Hanya sayang, dasar anak
kecil 'sok aksi', dipancing-pancing akhirnya si bocah bercerita
juga pada Bwee Hiang bahwasanya ia di lembah ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mempunyai kawan-kawan tentara kera, burung rajawali, gorila


serta teman mainnya Eng Lian yang nakal jenaka.

Perihal ia makan buah 'Jit-goat-ko' dan nyalinya Tok-gan


Siancu tidak ia ceritakan pada si gadis. Bwee Hiang separuh
percaya, setengah tidak. Tapi melihat Lo In bercerita sambil
bergaya dan tangannya tidak bisa diam dan unjuk aksinya,
mau tidak mau tiap sebentar si nona jadi cekikikan ketawa.

Lo In girang dapat membikin teman barunya itu ketawa ngikik.


Dengan pertemuan ini, membuat ia tidak begitu kehilangan
atas lenyapnya Eng Lian.

Keluarga Liu ada kaya raya, rumahnya besar bertingkat,


dilingkari dengan pekarangan yang lebar dan luas. Malah
dibelakang rumahnya ada satu tempat yang dinamakan 'rimba
kecil', dimana orang bisa jalan-jalan cari angin seperti di
Kebon Raja. Untuk mengurus rumah dan tanahnya yang luas
itu, sudah tentu hartawan Liu ada memakai banyak pegawai
dan pelayan. Bwee Hiang sendiri ada pakai dua pelayan yang
ia beri nama sendiri Ling Ling dan Lan Lan yang berusia kira-
kira 15 dan 16 tahun.

Bwee Hiang bukan gadis hartawan yang sombong dan


angkuh, sebaliknya ia sangat ramah tamah sehingga dua
pelayannya sangat suka dan setia padanya. Begitulah dengan
bergaul sama Bwee Hiang yang diramaikan oleh Ling Ling dan
Lan Lan, kelihatannya si bocah Lo In senang tinggal dalam
rumahnya Liu Wangwee.

Pada suatu sore, cuaca ada adem sekali. Tampak Lo In


sedang mendongeng apa tahu, yang terang Bwee Hiang
terpingkal-pingkal ketawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau mendengar dari mulutmu yang banyak omong, kukira


kau hanya satu bocah tukang ngobrol saja, adik kecil." berkata
Bwee Hiang setelah ia berhenti ketawa.

Kiranya Lo In sedang mendongeng bagaimana ia dapat


memerintah tentara keranya dengan bahasa monyet, perintah
burung garudanya dengan hanya siulan saja, lompat tinggi ke
atas pohon dengan hanay sekali gerakan saja, inilah rupanya
yang membuat Bwee Hiang terpingkal-pingkal ketawa.
Pantasan si gadis sama sekali tidak percaya. Pikirnya,
bagaimana manusia bisa bercakap bahasa monyet,
memerintah dan memanggil burung raksasa hanya dengan
siulan saja. Maka juga, setelah ia terpingkal-pingkal ketawa ia
mengatakan si bocah hanya pandai omong besar saja. Ia tidak
kira justru kata-kata ini membuat si bocah penasaran.

"Enci Hiang mau bukti ?" tanya si bocah dalam penasarannya.

"Coba kau tangkan tuh burung gereja yang saling kejar di


pohon !" sahut Bwee Hiang ketawa seraya jarinya menunjuk
ke pohon.

Lo In menoleh ke jurusan yang ditunjuk. Benar saja ada dua


ekor burung gereja yang terbang saling kejar. Tanpa banyak
omong si bocah dekati pohon, kemudian enjot tubuhnya
ngapung ke atas pohon. Entah bagaimana ia menyergap,
tahu-tahu dua ekor burung gereja itu sudah berada
ditangannya dan dibawa lompat turun.

Sambil ketawa-ketawa ia menghampiri Bwee Hiang, seketika


itu sedang terbelalak keheranan melihat gerakan si bocah
yang sangat gesit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Nah, ini lihat, burung yang enci suruh tangkap." berkata si


bocah seraya taruh dua ekor burung gereja itu ditelapakan
tangan kirinya.

Burung yang tadinya lincah, terbang dengan gesitnya,


sekarang berada di telapak tangan si bocah kelihatannya
jinak, hanya sayapnya mengebas-ngebas seperti mau terbang
tapi tak dapat mereka pergi dari telapak tangan Lo In seakan-
akan sepasang kakinya pada melengket pada telapak tangan
si bocah.

Bwee Hiang lihat burung itu tampak gemetaran, seperti yang


kedinginan. Ia heran, tapi ia lantas berkata, "Pantas tidak bisa
terbang, burung-burung itu barusan kau pencet sih !"

"Siapa yang pencet ? Nah, nih lihat !" berkata Lo In seraya ia


lemparkan dua ekor burung itu ke udara. Lantas saja dua
burung itu dapat bergerak bebas lagi, terbang gesit sekali
seperti tadinya. Malah, kali ini mereka seperti yang ketakutan,
sudah terbang jauh dari situ.

Bwee Hiang tidak merasa heran. Ia kira si bocah tentu bisa


main sulap dengan dua ekor burung gereja yang ditangkapnya
tadi. Tapi untuk membikin si bocah jangan sampai kurang
senang, maka ia berkata sambil unjukkan jempolnya, "Begini,
kau benar hebat adik kecil. Kau ajari aku nanti, ya !"

Lo In hanya ketawa, tapi diam-diam si bocah yang 'sok aksi'


bangga dalam hatinya.

Pada malam harinya, ketika Bwee Hiang omong-omong


dengan ayahnya, sang ayah menanya : "Anak Hiang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bagaimana dengan usahamu, apa sudah berhasil ?"

"Ah, itu anak tidak punya kepandaian apa-apa. Cuma omong


kosong saja. Katanya ada punya teman kawanan kera dan ia
bisa bahasa monyet. Hihihi...." jawab Bwee Hiang.

Liu Wangwee kerutkan alisnya mendengar si putri menutur.

Sebelum ia buka mulut menanya, Bwee Hiang sudah


menyambung, "Tapi ayah, lompatannya ke atas pohon dan
menangkap burung memang begini !" Bwee Hiang unjuk
jempolnya.

"Lompatan bagaimana, coba, coba kau tuturkan." mendesak


sang ayah.

Bwee Hiang lantas tuturkan bagaimana Lo In lompat ke pohon,


tahu-tahu dua ekor burung gereja sudah kena ditangkapnya.
Kemudian ditaruh ditelapak tangan dan burung-burung itu tak
dapat terbang seolah-olah kedinginan. "Anak hitam itu
mungkin hanya bisa sulap saja, yah. Tidak sebagaimana ayah
duga ada menyembunyikan kepandaiannya...." kata Bwee
Hiang menutup penuturannya. Tapi ia terhenti kata-katanya
karena tiba-tiba ia dibikin kaget oleh kelakuan sang ayah yang
sekonyong-konyong tertawa terbahak-bahak.

"Oh, ayah ketawakan dia ? Memang juga lucu caranya


menangkap burung dan ditaruh ditangannya, persis tukang
sulap." menyambung Bwee Hiang, turut ketawa.

"Anak tolol !" kata Liu Wangwee kepada puterinya, hingga


sang puteri menjadi kaget karena tidak biasanya sang ayah
mengatakan ia 'anak tolol'.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ayah, kenapa kau bilang aku tolol ?" ia menanya dengan


penasaran.

"Anak Hiang, itu bukannya ilmu sulap dari si bocah."


menerangkan sang ayah dengan roman kegirangan. "Anak itu
telah memperlihatkan 'Han ki bian kang', Ilmu tenaga lunak
berhawa dingin, satu ilmu yang tak mudah dilatih kalau
orangnya tidak punya lwekang yang dahsyat dalam tubuhnya.
Hahaha, memang tidak meleset dugaanku. Dia satu anak yang
luar biasa, harus kau baik-baik melayaninya dan coba-coba
pancing kepandaian silatnya, anak Hiang."

Bwee Hiang melongo mendengar kata-kata ayahnya.

Pikirnya, kalau begitu si bocah benar bukannya main sulap


seperti yang dikiranya. Entahlah, apa dia hanya punya
kepandaian itu saja ? Maka ia girang ketika ayahnya
menganjurkan buat ia coba-coba pancing kepandaiannya si
bocah hitam dengan ilmu silat.

Demikian pada suatu sore, Bwee Hiang ajak Lo In ke lapangan


tempat berlatih.

Belum lama mereka omong-omong, muncul Liu Wangwee


menghampiri mereka. Mereka jadi ngobrol bertiga. Setelah
beberapa lama Liu Wangwee berkata kepada anaknya, "Anak
Hiang, cuaca begini baik, bagaimana kalau kita berlatih
pedang ?"

"Bagus, bagus !" kata sang anak sambil bertepuk tangan. "Eh,
Ling Ling, coba kau ambilkan sepasang pedang yang biasa
aku dan ayah pakai berlatih !" kata Bwee Hiang suruh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pelayannya.

Ling Ling lekas berlalu ambil barang yang diperlukan, sebentar


lagi ia sudah ambilkan sepasang pedang pada nonanya.

Satu batang pedang ia pegang sendiri, lainnya ia angsurkan


kepada ayahnya. Sambil melirik pada Lo In yang tinggal
tenang-tenang saja duduk. Bwee Hiang berkata, "Adik kecil,
kau lihat encimu main pedang. Kau nonton disitu !"

Liu Wangwee sementara itu sudah siap, ia mengedipkan


matanya pada si gadis, satu tanda supaya Bwee Hiang
berlatih benar-benar lalu serang menyerang dimulai. Perlahan
mula-mulanya, tapi makin lama main seru. 'Bwee hoa kiam
hoat' dimainkan dengan indah sekali, banyak jurus-jurus yang
berbahaya diperlihatkan hingga sepasang pedang
berkelebatan seakan-akan lihat sambaran. Ling Ling dan Lan
Lan yang menyaksikan merasa sangat kagum dan bertepuk
tangan beberapa kali.

Sebaliknya, Lo In menonton acuh ta acuh kelihatannya. Sikap


si bocah tak lolos dari matanya Liu Wangwee yang lihai.
"Sudah, kita sampai disini saja." kata Liu Wangwee sambil
lompat keluar dari arena pertempuran.

Bwee Hiang juga merasa heran si bocah seperti yang tidak


tertarik dengan latihan mereka yang sangat hebat. Terdengar
Liu Wangwee menanya, "Anak In, apa kau tidak tertarik
dengan latihan kami barusan ?"

"Aku tidak bisa berkelahi seperti kalian, mana aku mengerti."


sahutnya, nyengir ketawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liu Wangwee menggelengkan kepala. Di luar tahunya Lo In,


matanya mengedip pada gadisnya, disambut dengan
manggutan oleh Bwee Hiang.

"Anak In tidak bisa main pedang. Coba kau ajari anak Hiang.
Aku ada urusan. Biarlah kalian berdua teruskan berlatih."
berkata Liu Wangwee sambil terus bertindak meninggalkan Lo
In dan Bwee Hiang.

Bwee Hiang ambil tempat disampingnya Lo In. Ia berkata,


"Adik kecil, mari aku ajari kau bermain pedang supaya jangan
nanti dihina orang." sambil menarik tangannya Lo In diajak ke
tengah lapangan. "Nah, ini pakai pedangku. Aku pakai pedang
ayah." menyambung si nona seraya angsurkan pedangnya
pada si bocah, sedang ia mengambil pedang Liu Wangwee
yang diletakkan tidak jauh dari situ.

"Ketika mereka sudah berhadapan, Lo In berkata, "Eh,


barusan aku tidak ingat bagaimana kau mainkan pedangmu.
Coba sekarang unjuk sekali lagi."

Jengkel juga Bwee Hiang menghadapi anak yang cerewet ini,


sembari putar pedangnya ia berkata, "Nah, ini lihat !"

Bwee Hiang mainkan tipu-tipu silat 'Bwee hoa kiam hoat' atau
'Ilmu pedang kembang bwee'. ialah 'Bwee swat tiauw goat'
atau 'Kembang bwee mekar menghadapi rembulan'. Pedang si
nona menusuk ke depan, ke kanan dan ke kiri dengan cepat
sekali. Kemudian disusul dengan tipu 'Bwee hiang boan wan'
atau 'Harumnya bunga bwee memenuhi taman', salah satu
jurus dari 'Bwee hoa kiam hoat' yang paling disukai oleh Bwee
Hiang. Mungkin karena namanya 'bwee hiang' ada termasuk di
dalamnya. Tampak Bwee Hiang bersemangat memainkan tipu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

'Bwee hiang boan wan', pedangnya menari-nari dengan


indahnya, berkelebat laksana kilat, tubuhnya si nona yang
tinggi seolah-olah tebungkus oleh sinar pedang yang
dimainkan.

Lo In kelihatan tersenyum-senyum. "Enci Hiang, hebat


permainan pedangmu. Sayang aku tak dapat melayani kau.
Aku ngeri melihat pedangmu menyambar-nyambar. Bisa-bisa
leherku putus oleh.... eh, kau jangan main-main...."

Berbareng si bocah menghilang dari hadapannya Bwee Hiang


sehingga pedangnya Bwee Hiang menyabet angin. Matanya si
gadis celingukan mencari Lo In sementara dua pelayannya
Ling Ling dan Lan Lan pada mendekap mulutnya untuk
menahan ketawa karena saat itu tampak Lo In berada di
belakangnya Bwee Hiang sambil leletkan lidahnya dalam
gayanya yang sangat lucu.

Melihat Bwee Hiang celingukan mencari dirinya, Lo In berkata,


"Enci Hiang, aku ada disini."

Bwee Hiang cepat putar tubuhnya. Benar saja si nakal sudah


ada dibelakangnya.

"Setan kecil." kata Bwee Hiang, ketawa kegirangan. "Kau


membohongi encimu, ya !"

"Habis, leherku mau disabet pedang, siapa mau kasih." sahut


Lo In melucu seraya pegangi lehernya hingga Bwee Hiang
ngikik ketawa dibarengi oleh ketawanya Ling Ling dan Lan
Lan. Ramailah saat itu pada ketawa.

Apa sebenarnya sudah terjadi hingga Lo In kepaksa


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memperlihatkan kepandaiannya yang istimewa ? Saat itu,


Bwee Hiang sedang enaknya memainkan tipu silatnya 'Bwe
hiang boan wan', ia mendengar si anak kecil nyerocos
ngomong lantas berkelebat dalam benaknya untuk menyerang
tiba-tiba pada si bocah dengan telengas. Kalau Lo In bisa silat,
tentu ia akan berkelit dari serangannya. Sebaliknya kalau si
bocah tak punya guru, paling-paling si anak kecil akan terluka
batang lehernya.

Mendapat pikiran bagus itu, maka selagi ia putar pedangnya,


diam-diam ia balik mata pedangnya sehingga belakang saja
yang ia gunakan membabatleher Lo In dengan jurus yang
ampuh dan seperti kilat menyambar. Dalam kagetnya,
otomatis keluar ilmu saktinya Lo In 'Bu eng bue seng' (tiada
bayangan tiada suara), menghilang dari hadapannya Bwee
Hiang sehingga si nona terperanjat. Pikirnya, hanya setan saja
yang bisa menghilang demikian.

Hatinya kegirangan sebab percobaannya berhasil. Ia tidak


ragu-ragu lagi bahwa si bocah memang ada mempunyai
kepandaian luar biasa seperti kata ayahnya.

"Anak kecil, kau jangan suka gede bohong." kata Bwee Hiang
sehabisnya ngikik ketawa. "Sekarang sudah ketahuan rahasia
dirimu, kau mau bilang apa ?"

Lo In ketawa nyengir. Tiba-tiba ia rasakan adanya angin


menyambar dari belakangnya, tangannya yang kanan
menyampok ke belakang lalu tangan kirinya diacungkan,
kemudian tubuhnya berputar. Tahu-tahu dia sudah menggigti
sebuah benda. Ia melihat si penyerang gelap lompat dari balik
pohon mau melarikan diri. Benda yang digigit di mulutnya ia
tiup sambil berkata, "Perlahan jalan, sahabat...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Orang itu menjerit dan jatuh meloso, badannya menggigil


kedinginan.

Lo In sudah mau lompat menyusul tapi dari balik pohon-pohon


kembali muncul lima orang yang memegat dan
mengurungnya. Ternyata orang-oang itu hebat-hebat
pengawakannya, tinggi besar dan bengis-bengis. Tapi Lo In
tidak takut seperti biasa, ia menanya dengan tenang, "Para
paman, aku tidak bermusuhan dengan kalian, kenapa kalian
mau tangkap aku ?"

"Hahaha !" tertawa seorang diantaranya, seraya usap-usap


jenggotnya yang panjang. "Anak kecil, kau anaknya Kwee Cu
Gie, bukan ?"

"Aku tidak kenal siapa Kwee Cu Gie." kata Lo In tenang.

"Tidak perduli kau anak Kwee Cu Gie atau bukan, kami harus
tangkap sebab kau sudah membuat malu namanya Ceng Gee
Pang !" kata lagi orang tadi.

"Oh, jadi kalian adalah orang-orangnya Ceng Gee Pang ?"


tanya Lo In.

"Kalau benar, kau mau apa ?"

"Aku sih cuma mau menanya saja." Lo In berkata sambil


bejak-bejak benda ditangannya. Kiranya itu ada dua panah
kecil yang barusan ia tangkap dengan tangannya dari si
penyerang gelap.

Lima orang yang mengurung si bocah terbelalak matanya


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

karena mereka kenali panah kecil itu terbuat dari logam


istimewa tapi diremas-remas Lo In si bocah seperti juga
meremas tepung terigu. Dua panah itu hancur menjadi bubuk.

"Maju semua !" bentak orang tadi yang berkata pada Lo In,
menganjurkan kawan-kawannya mengepung rapat.

Dengan rada-rada jeri mereka maju.

"Aku hanya satu bocah. Kalau sebentar kalian kalah sama


anak kecil, jangan salahkan aku berbuat kurang ajar, ya !"
berkata Lo In, ketawa nyengir dia.

Panas hatinya orang-orang yang mengepung si bocah. Masa


mereka yang sudah tercatat namanya dikalangan Kangouw
sebagai jago-jago kenamaan boleh diingusi oleh satu bocah
yang belum lepas tetek, pikir masing-masing.

"Anak sombong, lebih baik kau menyerah supaya dengan baik


kita bawa kau ke pusat untuk dihadapkan kepada Pangcu."
kata satu diantara lima orang itu.

"Buat apa aku menghadap Pangcu kalian ?" kata si bocah


acuh tak acuh.

Kalau Lo In menghadapi lima jago itu dengan santai saja,


sebaliknya Bwee Hiang dan dua orang pelayannya Ling Ling
dan Lan Lan menjadi ketakutan. Mereka kuatirkan
keselamatannya Lo In. Meskipun Bwee Hiang tahu barusan Lo
In ada unjukkan kepandaiannya yang luar biasa, pikirnya,
anak kecil menghadapi orang-orang gede yang sudah
kawakan dalam kalangan kangouw, mana bisa menang ?
Apalagi Bwee Hiang melihat semuanya pada membawa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

senjata tajam yang menyeramkan.

Ia diam-diam heran kenapa ada orang-orang masuk ke dalam


rumahnya, sang ayah diam-diam saja ? Apakah ayahnya
memang tidak ada di rumah ? Mungkinkah sang ayah keluar
sebab tidak kelihatan muncul orang tua itu disitu justru
keadaan sedang gentingnya.

Bwee Hiang menjadi nekat. Ia lalu lompat menghampiri Lo In,


katanya, "Adik kecil, kau jangan takut. Encimu datang
membantu !"

Lo In menoleh ke arah Bwee Hiang. "Enci Hiang, kau tenang-


tenang saja nonton. Lihat adikmua akan bikin semua paman
ini tangkap angin."

"Kentut !" memotong si orang yang berjenggot panjang.


"Jangan jumawa, anak kecil. Lihat kami tangkap kau !"

Berbareng ia ajak kawan-kawannya maju, kira-kira jaraknya


empat langkalh lagi mereka mendekati Lo In, tiba-tiba si bocah
ketawa terbahak-bahak lalu tubuhnya berputar seperti gasing,
perlahan seperti asap tubuhnya naik ke atas hingga lima orang
itu jadi heran dan matanya mengikuti tubuh Lo In yang
ngapung seperti asap. Dalam tertegunnya tiba-tiba mereka
rasakan dengkulnya pada terkulai roboh mendeprok ditanah
dibarengi dengan jatuhnya sepotong baju dari udara. Kiranya
yang mencolot ke udara tadi bukan tubuh Lo In, sebaliknya
bajunya yang melayang ke udara bagaikan asap, sementara
Lo In berbareng sudha jongkok dan lalu menotok 'leng-coan-
hiat' jalan darah di dengkul masing-masing lawannya.

Sambil pakai lagi bajunya, Lo In jalan menghampiri Bwee


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hiang yang saat itu berdiri terkesima di tempatnya. Ling Ling


dan Lan Lan terbelalak matanya nampak kejadian yang
mempesonakan di depannya, satu kejadian yang mungkin
dilakukan hanya oleh tukang sulap kawakan dengan ilmu
sihirnya, tapi tidak oleh si anak kecil seperti Lo In. Sungguh
kejadian itu mengagumkan kepada yang melihatnya.
Termasuk itu orang-orang kasar yang telah menjadi korban
totokan Lo In.

"Enci Hiang, kau mau apakan orang-orang jahat ini ?" tanya Lo
In.

Bwee Hiang masih belum hilang kesimanya, ia hanya


memandang si bocah dengan air mata mengembeng saking
girangnya ia menyaksikan ilmu sakti Lo In.

"Kenapa kau menangis, enci Hiang ?" tanya Lo In kaget.

"Oh, oh, adik kecil. Aku menangis saking kegirangan.


Kau,kau...... selamat."

"Sekarang enci mau apakan mereka itu ?"

"Adik kecil, biarkan saja dahulu, tunggu ayah pu...."

"Tahan, tahan !" terdengar suara dari kejauhan hingga si nona


berhenti bicaranya.

Kiranya yang datang itu adalah Liu Wangwee. Ketika is orang


tua sampai pada mereka, Bwee Hiang cepat berkata, "Ayah,
orang-orang ini....."

"Tunggu, aku bicara dahulu." memotong Liu Wangwee.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Semua ada orang sendiri. Kejadian yang menegangkan


barusan adalah gara-gara ayahmu."

Bwee Hiang terkejut, "Ayah....."

"Tunggu dahulu, aku belum bicara habis." kata Liu Wangwee.


"Anak In, harap kau jangan marah, Semua ini ada aku yang
atur. Aku lihat kau selalu mau umpatkan kepandaianmu yang
sakti, membuat aku jadi tidak sabaran. Maka, kebetulan ada
Pangcu datang dari Ceng Gee Pang dan orang-orangnya.
Pangcu dari Ceng Gee Pang adalah sahabatku. Ketika aku
ceritakan hal dirimu, dia kaget. Karena dia menduga pasti
bahwa kau ada anak itu yang membuat repot cabangnya di
Tong-hong-gay. Sahabatku ingin mencoba-coba dengan
panah saljunya, dibantu oleh lima anak buahnya, ternyata
percobaan mereka telah membuka kedokmua yang
menyembunyikan kepandaian saktimu. Anak In, nanti aku
akan ceritakan panjang lebar duduknya urusan. Sekarang aku
perkenalkan kau dengan Ang Pangcu dari Ceng Gee Pang...."

Berbareng maju satu orang, ternyata orang itu adalah si


pembokong denan panah lihainya, hingga Lo In menjadi
tertawa terbahak-bahak.

Setelah Lo In ketawa puas, Soat-cian Ang berkata, "Siauw-


hiap (pendekar cilik), harap kau jangan marah. Barusan apa
yang aku lakukan adalah hanya main-main saja. Tidak
sebenarnya kami mau berbuat kurang ajar padamu."

"Main-main tinggal main-main, paman." sahut Lo In, melucu


dia. "Kalau aku tidak punya sedikit kepandaian, barusan aku
sudah ditembusi oleh tiga panah tanganmu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Semua orang jadi ketawa, begitu juga Bwee Hiang, Ling Ling
an Lan Lan. Lega hatinya masing-masing, setelah tahu
duduknya perkara.

Lima orang yang masih mendeprok di tanah lalu dibebaskan


dari totokan oleh Lo In. Mereka pada bangun serentak,
salaman dengan si bocah, memohon maaf untuk kelakuannya
yang barusan dibuat. Tapi Lo In sudah lantas berkata, "Para
paman, kalian tidak bersalah. Malah yang harus minta maaf
pada kalian yang sudah berbuat kurang ajar membikin kalian
duduk ditanah sebentaran. Hahaha.... "

Meskipun kata-kata Lo In membanyol sifatnya, tapi mereka


merasa tersindir juga, tampak muka semuanya pada bersemu
merah saking jengah.

Dari musuh sekarang sudah menjadi teman, maka dengan


gembira orang-orang pada masuk ke dalam untuk
menyambung pembicaraan lebih jauh.

Lo In yang tadinya hendak menyembunyikan kepandaiannya,


sekarang sudah tidak bisa lagi. Rahasianya sudah bocor.
Maksudnya menyembunyikan kepandaia, ia tidak mau cari
urusan, kuatir ketahan perjalanannya mencari enci Liannya.
Tidak tahunya ia ketemu dengan Liu Wangwee yang lihat
matanya hingga rahasia dirinya jadi terbongkar.

Soat-cian Ang bersama dengan lima orang pilihannya datang


ke rumah Liu Wangwee untuk memberitahukan bahwa ia tidak
mendapat kabar perihal si kerudung merah. Ia mau damaikan
bagaimana baiknya nanti menghadapi Sucoan Sam-sat. Tiba-
tiba ia mendengar si bocah hitam ada dirumahnya Liu
Wangwee, membikian ia disamping kegirangan ingin juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mencoba-coba kepandaian si bocah yang dikatakan Hu-


pangcu Ang Ban Ie si bocah boleh dijuluki 'Hek bin sin tong'
atau 'si bocah sakti hitam'.

Setelah sekarang ia menjajal kepandaiannya Lo In, barulah ia


mau percaya memang anak itu sakti dalam ilmu silat. Tiga
panahnya yang diarahkan dengan sungguh-sungguh malah
disambut dengan tangan dan mulut. Itu adalah kepandaian
luar biasa yang belum pernah ia saksikan sebelumnya. Malah
yang membikin ia kaget adalah lima orangnya, bukan orang
sembarangan, jago-jago pilihan sudha kena dikerjakan
demikian mudahnya, membuat ia merasa takluk pada
kepandaian si bocah.

Dalam omong-omong, Liu Wangwee menyatakan kesulitannya


pada Lo In bahwa ia akan disatroni oleh Sucoan Sam-sat
sedang si kerudung merah yang ditunggu-tunggu tidak
kunjung datang, malah diselidiki juga tidak ketahuan jejaknya
ada dimana.

"Mendengar namanya," kata Lo In. "Tiga algojo itu benar-


benar seram. Entah kepandaiannya bagaimana, tapi kalau
sepanjang aku masih ada disini, aku nanti coba-coba
menghadapinya. Harap Lope jangan kuatir."

Liu Wangwee saling pandang dengan Ang Ban Teng.

"Memangnnya kau mau pergi dari sini, Siauw-hiap (pendekar


cilik) ?" tanya Ang Ban Teng.

"Jangan panggil Siauwhiap segala. Panggil saja aku anak In.


Aku paling suka dengar, karena itu ada panggilannya Liok
Sinshe." kata Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baik, baik." sahut Ang Ban Teng cepat. "Aku selanjutnya akan
panggil kau, anak In. Tapi kalau aku boleh tahu, siapa itu Liok
Sinshe yang kau sebutkan ?"

"Liok Sinshe ada seorang baik. Biarlah kita jangan omong


tentang Liok Sinshe sebab nanti bikin aku menangis karena
ingat kepadanya." kata Lo In, sedih tampaknya.

Liu Wangwee dan Soat-cian Ang saling pandang nampak


kelakuannya si bocah.

"Anak In, kau mau kemana ?" tanya Soat-cian Ang, nampak Lo
In bangkit dari duduknya dan mau ngeloyor keluar.

Lo In balik tubuhnya, sambil ketawa nyengir ia menyahut. "Aku


mau mencari enci Hiang."

Rupanya si bocah tidak kerasan duduk berunding dengan


orang-orang tua.

Liu Wangwee kedipi matanya pada sahabatnya hingga Soat-


cian ANg tidak membuka mulut lagi. Mereka hanya
mengawasi saja si bocah ngeloyor keluar.

"Biarkan dia pergi pada Bwee Hiang. Anak itu selama disini
kelihatan akur betul dengan puteriku. Aku percaya Bwee
Hiang dapat menahan dia." kata Liu Wangwee pada Soat-cian
Ang dan para hadirin lainnya.

Soat-cian Ang anggukkan kepalanya. "Adatnya aneh tapi


terang ia mempunyai kepandaian yang luar biasa sampai aku
dan lima Hiocu pilihan digulingkan." menyatakan Pangcu dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ceng Gee Pang sambil melirik pada anak-anak buahnya.

Lima Hiocu (pemimpin pusat) pada ketawa, tapi dalam hatinya


merasa malu.

Soat-cian Ang alihkan pembicaraan sekarang pada soal


Sucoan Sam-sat.

"Bagaimana sekarang pikiran toako ?" tanya Ang Ban Teng.

"Bagaimana kau pikir tentang si bocah ?" balik menanya Liu


Wangwee.

"Anak itu berkepandaian tinggi. Hanya aku sangsikan


pengalamannya bertempur dengan jago-jago kelas berat
seperti Sucoan Sam-sat." menyatakan Soat-cin Ang.

"Jadi bagaimana baiknya ?" Liu Wangwee seperti yang


keputusan akal.

"SUcoan Sam-sat adalah sangat ganas." menyatakan Soat-


cian Ang. "Kalau toako gagal majukan kita punya jago cilik,
akibatnya mengerikan. Seluruh keluarga toako akan dibasmi
olehnya. Ini justru yang aku sedang pikirkan."

Liu Wangwee ketawa. Tapi ketawanya mengandung


kecemasan. Ia rupanya dapat mengerti akan kekuatiran
sahabatnya itu. Memang juga ia sangsikan Lo In nanti bisa
tempur tiga algojo dari Sucoan yang buat itu tapi apa daya ?
Keadaan sudah memaksa, si kerudung merah yang diharap-
harap kedatangannya kini ditumplek pada si bocah saja. Kalau
toh Lo In tidak tahan mengusir tiga jagoan jahat dari Sucoan
itu, apa boleh buat. Sudah nasibnya mesti hancur lebur
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dibawah keganasannya mereka. Cuma ia menyesal kalau


dalam urusannya itu si bocah nanti kebawa-bawa membuang
jiwa dengan percuma. APa nanti kata orang tuanya apabila
mengetahui duduknya urusan bahwa jago cilik itu dibawa-
bawa olehnya sehingga menemui kebinasaannya.

Memikir kesitu, hartawan Liu menjadi lesu.

Untuk beberapa saat dalam ruangan itu menjadi sunyi.

"Pangcu, bukankah kita akan ketamua Kian-san Ji-lo ?"


nyeletuk salah satu Hiocu dari Ceng Gee Pang yang bernama
Lie Goan Tay.

"Aaa... " tiba-tiba Ang Ban Teng terkejut girang. "Kau benar Lie
Hiocu. Aku sampai lupa akan kedatangan Kian-san Ji-lo. Ya,
ya, betul toako."ia meneruskan kata-katanya pada Liu
Wangwee. "Dalam dua hari ini Ceng Gee Pang akan
kedatangan Kian-san Ji-lo, aku nanti coba untuk minta
bantuannya. Asal mereka bersedia membantu, rasanya kita
tak usah kuatirkan akan kedatangannya tiga orang jahat itu
kemari."

"Kian-san Ji-lo...." menggumam Liu Wangwee.

"Bukankah toako juga kenal dengan Kian-san Ji-lo Cia Kie dan
Cia Liang ? Dua orang tua dari Kian-san itu kepandaiannya
susah diukur."

Liu Wangwee anggukkan kepala. "Aku tidak kenal dengan dua


orang tua dari gunung Kian-san (Kian-san Ji-lo)." katanya.
"Hanya kau dengar sepak terjangnya dalam rimba persilatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak menentu sehingga orang sangsi apakah mereka itu


masuk kalangan Pek-to atau Hek-to.

Liu Wangwee belum jelas benar apakah Kian-san Ji-lo itu


masuk Pek-to (golongan ksatria) atau Hek-to (golongan jahat).

"Mereka ada hubungan baik dengan suhuku." berkata Soat-


cian Ang. "Kalau aku minta bantuannya, rasanya mereka tentu
mau terima."

"Ya, kalau Hiante yang minta untuk memecahkan kesulitan


Hiante sendiri rasanya mereka tidak menolak." menyatakan
Liu Wangwee.

"Tapi ini halnya menyangkut diriku, mana dapat mereka


dimintakan bantuannya sedang aku tidak kenal kepada
mereka ?"

"Hahaha...." tertawa Soat-cian Ang.

"Toako ini anggap aku seperti orang lain atau bagaimana ?


Urusan toako sama juga ada urusanku, kenapa mesti dibeda-
bedakan ?"

Senang Liu Wangwee mendengar kata-kata sahabatnya itu,


dengan siapa memang ia bersahabat rapat meskipu tidak
angkat saudara.

"Kalau begitu terserahlah untuk mana sebelumnya aku


mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas perhatian
Hiante." kata Liu Wangwee seraya bangkit dari duduknya dan
angkat tangannya menyoja pada Ang Ban Teng hingga
tergopoh-gopoh Soat-cian Ang berdiri untuk membalasnya. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkata, "Jangan seeji, toako."

Demikian perundingan sudah didapat pemecahan.

Kian-san Ji-lo atau dua orang tua dari gunung Kian-san, she
Cia bernama Kie dan Liang, pendek saja. Sepak terjangnya
disamping membuat kagum orang, juga membikin orang
membenci mereka. Itulah karena perbuatannya yang murah
hati dan kejam buas hingga orang tak dapat memastikan
mereka masuk golongan baik atau jahat.

Mereka ada hubungan baik dengan gurunya Soat-cian Ang, si


panah salju ialah Ang Hui Kin, satu she dengan Soat-cian Ang,
gelarnya 'Touw-kut-ciang' atau 'si pukulan menembus tulang',
cukup kenamaan dalam kalangan Kangouw.

Omong-omong dalam hal berkelana, Ang Hui Kin dapat tahu


kalau dua sahabatnya ini bakal lewati kota Gakwan, maka Ang
Hui Kin minta kalau dua orang tua itu lewat disana, sukalah
mampir di pusat Ceng Gee Pang. Disana muridnya Ang Ban
Teng menjadi Pangcu.

Cia Kie dan Cia Leng terima baik undangan itu. Maka diam-
diam Ang Hui Kin sudah mengabarkan pada Ang Ban Teng
bakal kedatangannya dua orang tua itu ke Gakwan.

Benar jgua, dua jago tua yang sepak terjangnya tak menentu
itu datang di Gakwan, selewatnya dua hari dari kejadian-
kejadian yang diceritakan diatas.

Kedatangan mereka sangat dihormatai sekali oleh Ang Ban


Teng dan anak buahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam omong-omong, Soat-cian Ang menceritakan tentang


sahabatnya Liu Wangwee menghadapi kesuakaran akan
disatroni Sucoan Sam-sat dan minta bantuannya dua orang
tua itu untuk menjadi perantara suapaya urusan dapat
didamaikan.

Cia Kie kerutkan alisnya setelah mendengar penuturan Ang


Ban Teng.

"Untuk menjadi perantara, kami tidak keberatan." kata Cia Kie.


"Cuma soalnya, apakah Sucoan Sam-sat dapat memahami
atau tidak kami punya maksud baik ? Biasanya, tiga algojo itu
suka bawa kemauannya sendiri, tidak ingin urusannya
dicampuri orang lain. Inilah yang sulit. Akhirnya, tentu akan
terjadi pertempuran."

Ang Ban Teng terdiam. Lalu ia ceritakan tentang Sucoan Sam-


sat yang dipecundangi si kerudung merah. Sebenarnya
mereka ada mencari si kerudung merah tapi oelh karena orang
yang dicari tak dapat diketemukan, maka Liu Wangwee yang
akan dijadikan sasaran dari kekejamannya sebagai
pembalasan sakit hati.

"Memang aku dengar." Cia Liang kali ini yang bicara. "Pada
waktu belakangan ini ada muncul satu pendekar dengan
kerudung merah. Katanya ia selalu membuat kebaikan dalam
sepak terjangnya sehingga orang sangat memujanya. Kami
belum tahu siapa adanya dia dan ingin sekali kalau ketemu,
kami juga akan coba-coba kepandaiannya yang hebat seperti
dikatakan orang."

-- 15 --
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lalu Ang Pangcu ceritakan halnya si bocah Lo In, bagaimana


dia (Soat-cian Ang) dan lima Hiocunya dipecundangi si bocah
secara yang mempesonakan. Dua orang tua itu diam-diam
terkejut mendengar ceritanya Pangcu dari Ceng Gee Pang.

"Ah, masa ada kejadian begitu ?" tanya Cia Liang, tidak
percaya dia.

"Memang, kalu tidak menyaksikan dengan mata kepala


sendiri, tidak akan percaya dengan ceritaku barusan." kata
Ang Ban Teng. "Nanti kedua Lo-suhu saksikan sendiri
kepandaiannya yang luar biasa itu."

Tadinya Kian-san Ji-lo mau menolak dengan halus permintaan


bantuan Ang Bang Teng. Tapi setelah mendengar tentang
adanya bocah hitam yang gaib kepandaiannya, maka mereka
jadi rubah haluan. Ingin mereka menyaksikan kepandaiannya
bocah sakti itu.

Demikianlah, pada malam harinya dengan diantar oleh Ang


Ban Teng, Kian-san Ji-lo telah bikin kunjungan pada Liu
Wangwee, oleh siapa diterima dengan manis budi hormat
hingga dua orang tua itu menjadi girang.

Selain mereka bertiga, juga Ang Ban Teng ajak lima Hiocunya.
Pikirnya, jikalau perlu mereka bisa dikerahkan tenaganya.

Meskipun bulan muda, malam itu malamnya Sie-gww ce-cit


(bulan 4 tanggal 7 Tionghoa), cuaca tampak terang. Sudah
menjadi kebiasaan dari Liu Wangwee, kalau ada datang tamu
yang menjadi kenalan baiknya, ia suka bawa tamunya itu ke
taman bungan yang dikitari oleh banyak pohon besar dan
tinggi yang terawat baik. Kali ini kedatangan Pangcu dari Ceng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Gee Pang yang membawa serta Kian-san Ji-lo dan lima anak
buahnya juga oleh Liu Wangwee dibawa ke taman tersebut.

Disana, selain mereka menikmati hidangan yang mencocoki


selera, juga menikmati harumnya bunga-bunga yang baru
mekar dalam taman yang luas itu.

Senang kelihatannya para tamu dibawa ke tempat ini. Mereka


memuji Liu Wangwee yang dapat menciptakan taman
sedemikian indah dan menariknya.

Dalam omong-omong Kian-san Ji-lo matanya selalu melirik


sana sini. Liu Wangwee diam-diam heran, tapi Ang Ang Teng
lantas sudah dapat tebak maksud dua jago tua itu. Ia lantas
berkata pada Liu Wangwee, "Toako, kedua Lo-suhu ini ingin
berkenalan dengan anak In. Dimana dia sekarang ?"

"Oh, begitu." sahut Liu Wangwee, tahu sekarang ia kenapa


dari setadian dua jago tua itu larak lirik saja. "Nanti aku suruh
panggil dia."

Lantas Liu Wangwee suruh salah satu pelayannya untuk


memanggil Lo In.

Tidak lama pelayan itu datang kembali tapi tidak dengan Lo In.
Ia berkata pada Liu Wangwee, "Loya, anak itu tidak ada
ditempatnya."

"Coba cari, tentu dia ada bersama Siocia."

"Sudah kucari dan menanyakan pada Siocia. Katanya anak


kecil itu sejak siang tadi keluar dan sampai sekarang belum
kembali."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liu Wangwee heran. Kemana perginya Lo In sebab biasanya


anak itu hampir tidak berkisar dari samping puterinya. Lalu ia
minta maaf kepada dua jago tua itu, katanya, "Harap kedua
Lo-suhu dapat memaafkan, bocah itu katanya tidak ada."

"Jangan seeji, Liu-heng." kat Cia Kie. "Kedatangan kami


kemari memang pertama ingin belajar kenal dengan bocah
sakti itu. Tapi biarlah, kalau dia tidak ada di rumah. Kami
rupanya tidak berjodoh menemuinya."

"Maksud kedua." menyambung Cia Liang, adiknya. "Adalah


hendak mendamaikan urusan Liu-heng dengan Sucoan Sam-
sat. Kami harap saja berjalan memuaskan dan...."

Cia Leng berhenti bicaranya karena melihat ada satu pelayan


yang berlarian datang menghampiri Liu Wangwee kepada
siapa diserahkan sebatang pisau kecil dengan secarik kertas.
Tanpa menanya lagi pada si pelayan, Liu Wangwee lantas
baca surat itu diterangi rembulan. Tampak mukanya pucat
setelah membaca.

"Toako, ada urusan apa yang membuat kau kaget ?" tanya
Ang Ban Teng.

Liu Wangwee tidak menjawab, hanya serahkan secarik kertas


itu kepada sahabatnya, siapa lalu menyambuti dan dibaca
isinya.

"Sucoan Sam-sat datang !" sekonyong-konyong Ang Ban Teng


berteriak hingga membuat terkejut para hadirin seketika itu,
tidak terkecuali Kian-san Ji-lo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Inilah Lo-suhu, coba baca." kata Ang Ban Teng seraya


menyerahkan secarik kertas itu kepada Cia Kie yang lalu
membacanya. Surat itu hanya pendek saja bunyinya :
"Liu In Ciang, meskipun kau minta bala bantuan dua tua
bangka dari Kian-san, rumahmu toh akan kami hancurkan dan
bakar habis. Serumah tanggamu tak ada satu jiwa yang kami
tinggalkan !

Sucoan Sam-sat"

"Hehehe !" tertawa Cia Kie. "Kami tidak bermusuhan dengan


kalian, tapi kalau kalian anggap kami sebagai musuh, apa
boleh buat. !"

Kemudian ia berpaling pada Liu Wangwee yang masih


tertegun ditempatnya. Ia berkata, "Liu-heng, mereka
memasukkan nama kita berdua. Biarlah kami berdiri
dibelakangmu. Jangan takut Liu-heng. Dan....."

"Hahaha !" sekonyong-konyong kedengaran suara tawa dari


balik gerombolan rumput alang-alang hingga bicaranya Cia
Kie menjadi terhenti lalu berpaling ke jurusan orang tertawa
tadi yang lantas muncul dan Liu Wangwee kenali itulah Sin-mo
Lie Kui, si berewok ganas, saudara ketiga dari Sucoan Sam-
sat. Terdengar kata-katanya menyambung ketawanya tadi.
"Tua bangka, biarpun kalian berdua berdiri di belakangnya,
percuma saja. Paling baik, kalau kalian tahu gelagat lantas
enyah dari sini dan biarkan kami mengganas pada keluarga
Liu !"

Cia Kie dan Cia Liang bangkit dengan serentak. Yang disebut
duluan berkata, "Kian-san Ji-lo belum pernah terbirit-birit lari
oleh karena gertakan. Malah makin digertak mereka makin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nekad. Hahaha..."

Tertawanya berhenti karena sebatang piauw menyambar pada


tenggorokannya.

"kau kirim barang rongsokan begini. Mana masuk hitungan


jago Kangouw !" Cia Kie kata seraya tangannya diangkat dan
piauw tahu-tahu sudah terjepit pada dua jarinya lalu dibuang
begitu saja hingga membuat Lie Kui panas hatinya melihat
senjata rahasianya dihina oleh Cia Kie.

Melihat akan terjadi pertempuran ramai, maka semua orang


pada mundur. Sedang pelayan-pelayan yang hatinya kecil
sudah pada lari ketakutan.

"Kau sambuti lagi ini !" teriak Lie Kui, berbareng tangannya
saling susul hingga beberapa batang piauw menyambar
dahsyat ke arahnya Cia Kie.

Ta[i si orang she Cia tidak gentar. Dengan berkelit dan


kebasan lengan bajunya yang gedombrongan, semua piauw
Lie Kui kena dijatuhkan. Tidak heran kalau Lie Kui menjadi
jengkel dan penasaran, cepat ia enjot tubuhnya lompat
mendekati Cia Kie.

Setelah berhadapan, si berewok obral makiannya pada Cia


Kie sambil dua kepalannya bekerja saling susul menyerang
toako dari Kian-san Ji-lo. Mereka jadi bertempur seru saling
jotos, hebat sekali, sama-sama tandingan.

Liu Wangwee merasa tidak enak hatinya. Belum apa-apanya,


tamu barunya sudah bertarung dengan musuhnya yang ganas.
Bagaimana kalau Cia Kie nanti mengalami celaka ?
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ai, kemana perginya si bocah perginya ? Demikian pikir Liu


Wangwee yang menjadi kacau pikirannya memikirkan Lo In
yang diharap tenaganya.

Sementara itu perkelahian hebat berlangsung terus. Diam-


diam tanpa diketahui oleh orang-orang disitu yang tengah
memusatkan perhatiannya kepada mereka yang sedang
bertempur, disitu sudah tambah dua orang yang bukanlain
adalah Giam-ong Puy Teng dan si Cakar Setan Teng Cong.
Mereka menyaksikan Sam-tenya berkelahi tenang-tenang
saja, seolah-olah sudah memperhitungkan bahwa Cia Kie
bukan tandingan Samtenya yang belakangan ini sudah dipale
oleh gurunya.

Lie Kui berkelahi bagaikan banteng ngamuk, pukulannya


mendatangkan suara menderu-deru dan betul-betul saja Cia
Kie keteter. Melihat gelagat jelek, Cia Liang adiknya sudah
lantas nyerbu untuk bantu engkonya tapi si Raja Akherat Puy
Teng sudah menghadang di hadapannya. "Jangan kesusu,
sobat !" katanya. "Kalau mau main-main, jangan ganggu orang
yang sedang enaknya berlatih. Mari aku layani kau !"

Cia Liang gemas. Tanpa banyak cing-cong lagi ia sudah


menerjang Puy Teng. Si Raja Akherat ganas pukulan-
pukulannya. Lwekangnya bertambah setelah dipale oleh
gurunya, sebagai bekal untuk menuntut balas. Ia bersilat
degan Mo-jiauw Sin-kang atau Tenaga sakti cengkeraman
setan. Jurus-jurus yang digunakan sangat berbahaya sekali.
Tangannya menjambret dan mencengkeram hingga dalam
sedikit tempo saja Cia Liang menjadi kewalahan melayaninya.

"Celaka !" kata Liu Wangwee dlam hatinya ketika melihat


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kedua penolongnya keteter. Bagaimana sekarang ? Dari takut,


hatinya Liu Wangwee menjadi nekad. Seketika itu juga lompat
ke dalam kalangan berkelahi hendak membantu Cia Liang
yang sudah kepayahan.

Perbuatan Liu Wangwee dicegat oleh Teng Cong hingga dua


orang ini jadi bertempur. Liu Wangwee gunakan 'Bwee hoat
Kun-hoat (Ilmu jotosan bunga bwee) untuk menggempur Mo-
jiauw Teng Cong. Meskipun kelihatannya perlahan serangan-
serangannya tapi antap dan telak sekali mengarah
sasarannya. Dalam beberapa bulan ini, ia berlatih tekun
bersama puterinya. Maka telah didapat kemajuan yang baik
sekali. Ia kelihatan bersilat lebih lincah dan cepat. Kalau tempo
hari ketemu Teng Cong, saat itu Liu Wangwee sudah punya
pukulan-pukulan seperti sekarang, mungkin dapat sama kuat
kalau tidak sampai menang. Tapi sekarang dimana Mo-jiauw
juga sudah mendapat pelajaran dari gurunya sebagai bekal
untuk mencahari si kerudung merah, mau tidak mau Lin In
Ciang harus mengakui pihak lawan ada lebih unggul.

Teng Cong dari dahulu memang adalah setingkat lebih tinggi


kepandaiannya dari dua saudaranya. Ia pun disayang oleh
gurunya Thitouw-eng Ie Jie Lo atau Garuda Kepala Besi yang
menciptakan ilmu pukulannya tersendiri yang dinamai 'Sin-mo
Siang jiauw Ciang-hoat' atau 'Ilmu pukulan Sepasang Cakar
Iblis Sakti'.

Melayani Mo-jiauw Sin-kang dari Teng Cong yang lihai, sudah


tentu Liu In Ciang alias Liu Wangwee bukan tandingannya. Hal
mana membuat Pangcu dari Ceng Gee Pang yang menonton
menjadi khawatir. Ia lalu mengedipkan pada lima anak
buahnya. Tidak sampai dikedipi dua kali, mereka sudah sama
mengerti sebab dengan serentak sudah menyerbu ke dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

arena pertarungan sehingga adegan-adegan saling gempur


dalam taman bunga itu menjadi ramai bukan main.

Tiga orang lawan delapan orang, Sucoan Sam-sat tidak


menjadi keder malah tampak makin bernapsu. Tubuhnya
berkelebatan gesit sekali hingga lawan-lawannya saban-saban
kebogehan serangannya tidak mendapat sasarannya.

Sebentar lagi terdengar jeritan saling susul. Itu adalah jeritan


tanda dari kesakitan. Tampak beberapa tubuh pada roboh
tersungkur, terkulai atau mendeprok di tanah dengan sukar
bangun pula. Mereka yang roboh itu adalah lima Hioucu
bersama Pangcu dari Ceng Gee Pang, mereka kedengaran
merintih kesakitan. Yang masih kuat bertempur tnggal Kian-
san Ji-lo dengan tuan rumah. Tapi juga tidak lama sebab Cia
Kie sudah dibikin mental tubuhnya kena tendangan Lie Kui,
Cia Liang adiknya menyusul kena dicengkeram pundaknya
oleh Giam-ong Puy Teng sedang Liu Wangwee tampak masih
terus bertahan. Ini bukannya karena Liu Wangwee ilmu
silatnya lebih tinggi dari Kian-san Ji-lo, yang sebenarnya kalau
ia masih terus dapat bertahan adalah Teng Cong tidak
sekejam dua saudaranya. Ia bermaksud mau bikin Liu
Wangwee lelah dan roboh sendirinya, ia peras tenaga Liu
Wangwee dengan kegesitannya lompat sana sini.

Dalam keadaan sudah tinggal robohnya saja, tiba-tiba Liu


Wangwee mendengar teriakan puterinya dari jauh yang
barusan keluar dari rumahnya. Bwee Hiang barusan saja
mendapat laporan dari salah satu pelayannya bahwa ayahnya
terancam bahaya di taman bunga, berhantam dengan salah
satu orang dari Sucoan Sam-sat.

Ia cepat sembat pedangnya dan lari keluar. Tampak olehnya


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sang ayah sudah lelah dan tinggal robohnya saja. Hatinya


sedih bercampur gusar, ia berteriak, "Orang jahat, kau jangan
lukai ayahku !"

Dengan beberapa lompatan ia sudah sampai di taman bunga.

Mo-jiauw Teng Cong lompat mundur ketika diserang Bwee


Hiang dengan pedangnya. Berbareng tampak Liu Wangwee
sudah jatuh duduk saking lelahnya karena barusan diperas
tenaganya oleh si Ji-ko dari Sucoan Sam-sat.

"Jangan melukai ayah ! Berani ganggu lagi, jangan sesalkan


pedang nonamu tidak mengenal ampun !" kata si nona dengan
gagah, ia berdiri di samping Liu Wangwee yang mengeletak
empas-empis kecapaian.

Kian-san Ji-lo dan yang lainnya sudah pada rebah malang


melintang, dari mulutnya keluar rintihan kesakitan.

Melihat kejadian itu semua, hatinya si nona sangat sakit. Ia


menyesal orang kabarinya telah terlambat. Kalau tidak, tentu
ia sudah keluar siang-siang membantu para tamu yang
membantu ayahnya menempur si tiga algojo buas.

"Ji-ko, serahkan dia padaku." kata Lie Kui yang kegirangan


melihat si botoh dapat ia jumpai kembali. "Kalau sebentar kita
basmi keluarga Liu, biar tinggalkan dia untuk aku. Hahaha....."

Bwee Hiang kenali si berewok yang tempo hari kurang ajar


terhadap dirinya. Matanya melotot gemas ke arah si ceriwis
hingga Lie Kui kembali berkakakan ketawa.

"Kau ketawai apa, orang jelek !" semprot si gadis.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau jangan marah. Jelek-jelek aku bakal suamimu, bukan ?"


goda Lie Kui.

"Fui !" si gadis meludahi muka Lie Kui, saking gemasnya.

Sin-mo Lie Kui keburu berkelit hingga mukanya tidak sampai


berkenalan dengan ludah si nona. Ia tidak marah, malah
dengan ketawa hahah hihi, ia menghampiri Bwee Hiang.
Tangannya yang nakal diulur untuk mencolek pipi orang, tapi
pedang si nona menyabet laksana kilat. Cepat ia tarik
tangannya, kalau tidak, pasti tangan nakal itu akan kutung dan
kutungannya pasti jatuh di tanah.

"Nona manis, kau jangan galak-galak. Nanti aku cium kau di


depan orang banyak !" Lie Kui mengancam dengan
omongannya yang tidak enak di dengar untuk telinga si nona.

"Tutup mulut kotormu !" bentak Bwee Hiang. Berbareng


pedangnya dikasi kerja untuk menyerang si setan sakti.
Pikirnya, ia sudah berlatih banyka dengan ayahnya, masa ia
tidak bisa menabas si berewok yang memuakkan ini ? Ia tidak
tahu bahwa Lie Kui juga sudah dapat kemajuan banyak,
dibekali oleh gurunya.

Serangan si nona meskipun bagus dan berbahaya, tidak


ubahnya seperti dahulu ketika ia menghadapi Lie Kui. Ia hanya
diganda dengan berkelit sana sini saja hingga diam-diam
Bwee Hiang mengeluh kenapa dirinya goblok amat tidak bisa
menjatuhkan Lie Kui.

Si setan sakti sebaliknya merasakan bahwa ilmu pedang si


nona sudah jauh berbeda dengan dahulu. Diam-diam ia amat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berterima kasih pada gurunya sebab kalau tidak


kepandaiannya ditambah, sekarang menghadapi si nona,
salah-salah lehernya bisa dibabat pedang yang menari-nari
dengan sangat cepatnya.

Bwee Hiang gunakan gurus serangan kesayangannya, ialah


'Bwee hiang boan-wan' (harumnya bunga bwee memenuhi
taman), bagus sekali dimainkan oleh si gadis. Gerakan
pedang menari-nari dengan indahnya. Menyabet ke kiri ke
kanan, ke atas ke bawah dengan cepat sekali. Dengan itu ia
coba mendesak si setan sakti tapi tidak bermanfaat. Lie Kui
adalah lebih gesit dari dahulu. Malah sekarang lantaran agak
kewalahan, selainnya berkelit sana sini, lengan bajunya sering
dipakai menyampok pedang hingga serang si nona sering
mencong dari sasarannya.

Teng Cong dan Puy Teng ketawa bergelak-gelak melihat si


bontot tengan permainkan si nona yang sudah jadi mandi
keringat.

Sebaliknya, Kian-san Ji-lo menonton dengan rasa penuh


penasaran. Pangcu dari Ceng Gee Pang dengan lima anak
buahnya merintih-rintih menahan sakit dari lukanya sedang Liu
Wangwee keadaannya dalam sadar atau tidak, mengikuti
jalannya pertempuran si gadis lawan si bontot dari Sucoan
Sam-sat.

Sebentar lagi, tampak si gadis menusuk dengan bernapsu.


Inilah tindakan yang ditunggu-tunggu oleh Lie Kui. Dengan tipu
'Han mo tui ho' atau 'Setan kedinginan mengejar api', ia lihat
pedang Bwee Hiang tangan bajunya dibarengi dengan
kekuatan lwekang, ia menyentak hingga senjata itu terlepas
dari cekalannya si gadis. Malah Bwee Hiang hampir
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terhuyung-huyung menubruk si berewok kalau sja ia tidak


cepat-cepat tancap kakinya dengan ilmu 'cian kin tui' yang
membuat berat badannya seribu kati.

Bwee Hiang berdiri terkesima. Putuslah semua harapannya.


Tadinya ia berbesar hati dengan ilmu pedangnya yang hebat,
ia dapat melindungi orang-orang yang kini rebah malang
melintang. Kenyataannya, ilmu pedangnya meskipun
meningkat berkat pengunjukkannya si kerudung merah, tidak
bisa berbuat apa-apa dalam menghadapi si muka berewok.

Ia lupa bahwa lwekannya kalah jauh dengan Lie Kui. Jago


pedang tak dapat menjadi jago pedang yang kesohor jikalau
ilmunya itu tidak dibarengi dengan lwekang yang tinggi.
Seperti Bwee Hiang, ilmu pedangnya bukannya jelek, ia bisa
bikin Lie Kui mandi keringat dan mungkin tertusuk salah satu
anggotanya kalau saja lwekangnya Bwee Hiang sedikit sama
dengan tenaga dalamnya si berewok.

Bwee Hiang hanya merasa cemas, cemas karena latihannya


kurang mahir pikirnya. Sayang, sebenarnya Bwee Hiang bisa
menjadi jago betina kelas wahid sebab ia berbakat kalau saja
ia mendapat didikan yang baik dari seorang berilmu dan
melatih lwekangnya yang dahsyat untuk menghadapi jago-
jago kuat.

Dalam putus asa dan hilang harapan, Bwee Hiang cuma bisa
jongkok dan menubruk ayahnya, dipeluki sambil menangis.
"Oh, ayah, anakmu yang celaka ini, yang membuat gara-gara
ini semua. Oh, ayah, ayah....." ia menangis makin keras ketika
sang ayah digoyang-goyang tubuhnya tinggal diam saja.

Dasar orang buas, dengan tidak punya perasaan sedikitpun


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melihat orang sedang bersedih. Sin-mo Lie Kui seraya


menghampiri si nona, ia menggodai, "Nona manis, kalau aku
Lie Kui tidak pandang kau ada calon istriku, siang-siang sudah
aku cabut nyawamu. Sekarang jangan nangis, marilah ikut
aku..........."

"Tahan, tahan, aku datang....." terdengar orang berteriak,


keluar dari pintu belakang rumah. Teriakan mana membikin
Lie Kui tidak jadi mencekal lengan si botoh yang lemas halus.

Dalam sekejapan saja lantas berdiri di depan Sucoan Sam-sat


seorang anak berwajah hitam. Mereka tidak tahu bagaimana si
bocah bergerak sebab tahu-tahu setelah terdengar
teriakannya 'Tahan, tahan, aku datang........', orangnya sudah
berdiri di hadapan mereka. Sudah tentu mereka tidak pandang
mata pada Lo In yang hanya satu bocah mukanya hitam, lain
tidak.

Lie Kui tertawa, kapan melihat anak kecil itu wajahnya hitam.
Ia berkata, "Anak kecil, pantas benar kalau kau jadi anak aku
Lie-toaya (tuan besar Lie)."

Lo In ketawa nyengir. "Sama-sama hitam, bagus sekali kalau


kau pelayan dari aku Losiauwya (tuan kecil)". sahut Lo In.

Matanya Lie Kui mendelik pada si bocah.

"Hei, anak kecil. Lekas kau enyah dari sini !" kata Giam-ong
Puy Teng nyaring.

"Kenapa aku harus pergi ?" tanya Lo In.

"Di sini bukan urusan anak kecil, semua urusan orang tua !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sahut Puy Teng.

Lo In tiba-tiba ketawa gelak-gelak. Meskipun suaranya tidak


sekeras orang dewasa, tapi bagi telinga bukan main berisiknya
hingga dirasakan pekak oleh karenanya. Sucoan Sam-sat
bukan main kagetnya apabila merasakan suara ketawa itu
selain menyelusup ke kuping memekakkan juga jantung rasa
tergetar.

Teng Cong yang sangat berhati-hati dalam segala hal lalu


menanya pada si bocah, "Saudara kecil, apa maksudmu
datang kemari ?"

Matanya si bocah berkilat melihat ke sekitarnya, banyak orang


bergeletakan rebah keluarkan rintihan sedang enci Hiangnya
sedang menangis sesengukkan memeluki Liu Wangwee. "Enci
Hiang, kau mengapa menangis ?" ia tanyai Bwee Hiang dan
tidak meladeni pertanyaannya Mo-jiauw Teng Cong.

"Adik kecil, kau terlambat datang. Oh, ayah, ayah


sudah.........." Bwee Hiang tak dapat melampiaskan kata-
katanya. Karena sangat sedih, ia tersedu-sedu menangis
sembari peluki tubuhnya Liu Wangwee dan digoyang-goyang,
mulutnya tak hentinya memanggil : "ayah, ayah !"

"Anak bau, kau bikin ribut saja !" bentak Lie Kui seraya
tangannya yang segede apa tahu, digaploki ke kepala Lo In.
Badannya si berewokan mendadak terputar sendiri karena
saking kerasnya ia memukul, ia telah menggaplok angin sebab
Lo In sudah lenyap dari hadapannya.

Mo-jiauw Teng cong yang lihat gelagat jelek sudah lantas


hendak mencegah Lie Kui berlaku kasar pada si bocah tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gagal akeran Giam-ong Puy Teng yang berangasan sudah


turun tangan mencengkeram kedua pundak Lo In saat itu ada
dibelakangnya Lie Kui.

"Celaka !" pikir Mo-jiauw Teng Cong dalam hati kecilnya.


Sebelum ia membuka mulut hendak mencegah toakonya
berlaku kasar, tiba-tiba terdengar : plak ! plak ! tiga kali.
Tubuhnya Giam-ong Puy Teng tampak terputar bagaikan
gasing, seraya tangannya memegangi pipinya yang kena
digampar oleh Lo In. Kesakitan bukan main dia, sebab giginya
sampai pada rontok, malah kepalanya jadi keleyengan pusing
karena tubuhnya terputar. Entah dibagaimanakan oleh si
bocah nakal.

Bwee Hiang sembari tersedu-sedu menangis, diam-diam ia


perhatikan gerak gerik adik kecilnya. Melihat Lo In dalam
segebrakan saja membuat dua jagoan yang kesohor
kebuasannya menjadi pecundang, bukan main girangnya.
Malah ia tertawa ngikik waktu nampak Giam-ong tubuhnya
berputar macam gasing seraya memegangi pipinya yang
bekas digampar si bocah.

Melihat keadaan genting, Mo-jiauw Teng Cong tak dapat


berpeluk tangan menonton. Segera ia melompat, maksudnya
hendak membekuk Lo In yang berdiri membelakanginya.
Adegan itu sangat menegangkan urat syaraf sampai-sampai
Bwee Hiang menjerit saking ngerinya melihat si bocah
dibokong. Tapi bukannya si bocah yang kena dibekuk,
sebaliknya si Cakar Setan yang tersungkur dan ngusruk habis,
mukanya mencium tanah.

Terbelalak matanya si gadis. Ia hampir tidak percaya akan


penglihatannya sebab Lo In tampaknya lenyap seperti asap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

saja. Gerakannya bagaikan kilat, seantero tubuhnya seperti


ada matanya, tidak mudah di bokong lawan.

Giam-ong Puy Teng tampak roboh terkulai, setelah main


gasing sebentaran. Ia rasakan kepalanya pusing benar,
mulutnya berlumuran darah. Ketika ia semburkan ada tiga
empat biji giginya yang ikut lompat keluar dengan darahnya.

Lie Kui naik pitam. Goloknya yang berkilauan dihunus dari


sarungnya.

"Anak haram jadah ! Kau rasakan golok kakakmu !" bentaknya


disusul dengan serangan membacok dari atas ke bawah
kemudian dari samping kiri ke kanan dan sebaliknya, disusul
dengan tikaman ke arah dada, dahsyat sekali. Cepat
serangannya Lie Kui, bertubi-tubi. Tidak heran sebab ia
menggunakan salah satu jurus yang paling ampuh dari 'Sin-
mo Siang jiauw Ciang-hoat' yang dinamai 'Han mo hoan sin'
atau 'Setan kedinginan jungkir balik'.

Cuma si berewokan merasa amat gegetun karena tiap


tebasan, tikaman dan sontekan dari goloknya, seakan-akan
menebas, menikam dan menyontek bayangan saja. Lo In di
depannya bergerak terlalu gesit, meskipun melayani ia dengan
tangan kosong.

Mata Lie Kui serasa mabuk, nampak Lo In seperti menari-nari


dengan lima bayangan, mengitari dirinya. Terpaksa ia
membacok sana sini, serabutan saja.

Untuk mengocok si berewokan itu, Lo In sudah gunakan


gerakan 'Thian lie pian in', ialah 'Bidadari menari di awan'. Si
bocah punya 'Bu ong sin kang' (tenaga sakti tanpa bayangan)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yagn sempurna, telah memungkinkan ia memerkan gerakan


yang indah, lincah dan gesit laksana kilat dalam jurusnya
'Bidadari menari di awan' tubuhnya tampak bagaikan menari-
nari diikuti dengan lima bayangan. Karena ini si bontot dari
Sucoan Sam-sat matanya menjadi mabuk.

Bwee Hiang berhenti menangis. Ia terpesona dengan


kepandaiannya si bocah sakti yang nakal, lupa ia kepada
ayahnya yang barusan ia peluki dengan tangisan terisak-isak.

Demikian mudah si bocah permainkan Lie Kui yang tinggi


besar, kasar. Hatonya merasa puas. Pikirnya, "Aku sendiri tak
dapat membalas si kurang ajar. Biarlah adik In yang tolong
balaskan !"

Dalam berpikir demikian, tiba-tiba ia menjerit, "Adik kecil, awas


!"

Berbareng dengan jeritan si gadis tampak Lo In jumpalitan.


Ujung sepatunya yang kecil menotok jalan darah di
pergelangan tangan kanan Lie Kui hingga goloknya terpental
dan orangnya jatuh numprah. Badannya Lo In kemudian
berputar, mencelat ke atas beberapa kali. Ketika si bocah
berhenti bergerak, tampak ia berdiri dengan mulut menggigit
pisau dah dua tangannya juga menggenggam pisau.

Dari mana Lo In dapat tiga pisau dengan berbareng ?

Itu ketika sedang gembiranya Bwee Hiang menonton si


berewokan dipermainkan oleh adik kecilnya, tiba-tiba matanya
yang awas melihat Mo-jiauw Teng Cong tengah mengayun
tangannya melepaskan senjata rahasianya 'Thoat-beng-ciam'
(Jarum pencabut nyawa) dan Giam-ong Puy Teng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyambitkan 'Hui-to' (pisau terbang).

Mereka lepaskan senjata-senjata rahasianya dengan serentak


dan saling susul hingga Bwee Hiang menjerit 'Adik kecil, awas
!' dan hatinya ketakutan adik kecilnya mati dibokong oleh dua
orang jahat itu. Mendengar tanda bahaya, si bocah lantas
jungkir balik, ujung sepatunya menotok pergelangan Lie Kui
hingga goloknya jatuh untuk hindarkan hujan jarum, badannya
berputar mengebut dengan bajunya sedang sambaran-
sambaran pisau terbang Giam-ong Puy Teng, ia punahkan
dengan tubuhnya mencelat pergi datang beberapa kali. Dua
pisau ia tangkap dan satu ia gigit hingga waktu ia tancap kaki
pula ke tanha, tampak gayanya lucu sekali. Mulutnya yang
menggigit pisau seperti ketawa, dua pisau yang dipegang
kedua tangannya diacung-acungkan. Tapi hanya sejenak saja
si bocah hitam bergaya lucu sebab kemudian pisau di tangan
kiri ia lontarkan pada Lie Kui, mengarah kuping sebelah kiri
hingga si berewokan menjerit dan memegang telinganya yang
daunnya sudah copot. Pisau di mulut ia tiup, menyambar
telinga Mo-jiauw Teng Cong sebelah kanan hingga ia pun
menjerit, daun kupingnya mental jatuh di tanah. Tinggal pisau
di tangan kanannya yang membuat Giam-ong Puy Teng
menggigil ketakutan sebab saat itulah ada gilirannya.

Si bocah dengan wajahnya yang hitam legam memandang


toako dari Sucoan Sam-sat. Kemudian ia menengadah ke
langit lalu tertawa gelak-gelak yang memekakkan telinga tiga
algojo pecundang, setelah mana ia memandang pula Giam-
ong Puy Teng dan berkata, "Kau ada paman jahat, biar
hukuman begini saja !"

Berbareng dengan kata-katanya, pisau ditangan kanannya


juga sudah lantas meluncur ke arah mata kirinya. Pisau itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

meluncur cepat karena di dorong oleh kekuatan lwekang


sehingga tahu-tahu sudah nancap pada matanya si raja
akherat tanpa ia dapat berkelit lagi. Ia teraduh-aduh sambil
pegangi matanya yang berlumuran darah.

Sucoan Sam-sat rasakan hukuman yang mereka terima lebih


berat dari si kerudung merah sebab dua daun kuping yang
mental dari tempatnya tak dapat ditempel lagi dan matanya
Giam-ong Puy Teng menjadi meram dua-duanya. Ia menjadi
buta.

Untuk mengeroyok Lo In, itu sudah tak mungkin. Si bocah


kepandaiannya benar-benar mempesonakan. Belum pernah
mereka saksikan jago silat yang mana juga, apalagi Lo In
hanya satu anak kecil saja. Dengan memimpin toakonya yang
sudah buta, Teng Cong dan Lie Kui berlalu meninggalkan
tempat itu. Mereka ketakutan ditahan oleh Lo In tapi
kenyataannya tidak demikian sebab si bocah sudah bertindak
menghampiri Bwee Hiang, tidak menghiraukan lagi pada
mereka.

"Adik kecil, kau datang terlambat. Kemana saja kau pergi ?"
tanya Bwee Hiang sambil deliki matanya, ia memarahi si adik
kecil.

Lo In hanya tertawa nyengir. Ia tidak ladeni enci Hiangnya.


Sebaliknya, ia lantas jongkok untuk memeriksa keadaan Liu
Wangwee.

"Gara-gara kau adik kecil datang terlambat, ayah, ayah


sudah....." Bwee Hiang kembali menangis sesenggukkan,
seraya goyang-goyang tubuhnya Liu Wangwee.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang rupanya ngeri untuk mengatakan 'ayah sudah


MATI', hanya sampai pada kata 'sudah' lantas ia nangis
sesenggukan seperti anak kecil.

"Enci Hiang, kenapa kau menangisi lope begini sedih ?" kata
Lo In setelah si bocah memeriksa Liu Wangwee.

Sambil menyeka air matanya dengan lengan baju, Bwee


Hiang menyahut, "Kau bisa kata begitu tapi bagaimana aku
tidak bisa menangis karena dia sudah pulang..... Oh, ayah,
ayah, kau tega tinggalkan Bwee Hiang....."

Bwee Hiang menangis keras, malah kali ini gegerungan.

Lo In menjadi heran, dari heran ia jadi tertawa terbahak-bahak.

Sudah menjadi wataknya rupanya, kalau Lo In menghadapi


sesuatu yang akan meminta tenaganya, ia suka tertawa
terbahak-bahak.

Orang sedang kematian bapak, sedih bukan main. Menangis


untuk melampiaskan kesedihan, tiba-tiba mendengar si bocah
ketawa terbahak-bahak, sudah tentu si nona menjadi jengkel.
Tak tahan meluapnya hawa amarah, maka seketika itu ia
sudah lantas merangsang Lo In yang sedang jongkok di
dekatnya. Ia ingin cekek mampus saja si bocah seketika itu
sampai melupakan badannya bersentuhan dengan si bocah.
Gemas ia hendak menggigit Lo In yang saat itu dengan sabar
melayani tangan si nona yang saling susul hendak
mencengkeram mukanya. Dua tangannya si nona sudah kena
dipegangi Lo In, lalu Bwee Hiang gunakan mulutnya menggigit
pipi si bocah muka hitam. Heran, Lo In tinggal antapkan saja
pipinya digigit si nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In kelihatan seperti yang bercanda dengan Bwee Hiang,


tapi sebaliknya si nona beringas hendak menerkamnya.

Orang-orang yang melihat perbuatan Lo In pada mencela,


diam-diam pada mengutuk kelakuan si bocah yang
keterlaluan. Masa orang yang menangisi ayahnya yang mati
ditertawakan, mereka tidak menyalahkan kalau si nona begitu
marah. Malah, kalau mereka tidak sedang terluka, tentu
dengan serentak turut mengganyang si bocah.

Bwee Hiang rasakan menggigit pipinya Lo In bukannya


menggigit daging tapi seperti menggigit kapas, lunak bukan
main. Dalam sikapnya itu ia bukan menggigit, sebaliknya
seperti ia menciumi si hitam. Ketika ia sadar atas kelakuannya
yang tidak benar, ia rasakan dirinya sudah berada dalam
pelukan Lo In. Ia berontak tapi tanpa hasil. Kedua tangan Lo In
yang memeluk dirinya seperti besi seberat seribu kati, susah
disingkirkan. Ia jadi jengah dengan sendirinya, selebar
mukanya merah karena malu. Ketika mulutnya sudah siap
hendak mencaci maki, tiba-tiba ia mendengar si bocah
berkata, seperti berbisik di kupingnya, "Enci Hiang, jangan
marah. Juga jangan menangis sebab Lope tidak apa-apa....."

Bwee Hiang mendelik matanya, "Apa kau masih belum mau


lepaskan encimu ?" Bwee Hiang menegur tatkala si bocah
masih terus memeluki tubuhnya.

Sambil ketawa haha hihi, Lo In lepaskan pelukannya.

Kelakuan Lo In hanya bersifat main-main saja. Ia anggap


Bwee Hiang seperti Eng Lian. Sebaliknya bagi Bwee Hiang
yang sudah dewasa, merasa tidak enak Lo In perlakukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dirinya demikian di depan orang banyak.

Ketika ia hendak melampiaskan amarahnya via mulutnya, Lo


In sudah mendahului berkata, "Enci Hiang, Lope hanya
kehabisan tenaga. Dia tidak mati !"

"Hah ! Masa ?" Bwee Hiang kaget tapi timbul harapannya.

"Kau lihat, nanti adikmu tolong Lope." kata Lo In.

Sambil berkata, tangan Lo In bekerja. Ia angkat tubuhnya Liu


Wangwee supaya dikasih duduk, lalu berkata pada Bwee
Hiang, "Kau bantu aku, enci Hiang. Kau pegangi tubuh Lope
supaya dia dapat duduk tegak."

Bwee Hiang cepat membantu, memegangi tubuhnya Liu


Wangwee yang lemas dan hendak jatuh rebah lagi. Kemudian
Lo In tempelkan tangan kirinya ke bokong si orang tua, tangan
kanannya menempel di dada. Seperti strum mengalir, tenaga
dalamnya Lo In yang dikerahkan, sudah nyusup membuka
otot-otot yang mecet dan saluran-saluran darah yagn jalannya
mampet. Dalam tempo tidak lama, kelihatan Liu Wangwee
bergerak, kemudian menarik napas dan membuka matanya.

Saking kegirangannya, Bwee Hiang lantas mau berteriak dan


memeluk ayahnya tapi melihat Lo In geleng-geleng kepalanya,
ia tidak berani sembarangan. Ia taat pada kewajibannya
sampai si orang tua pulih kesegarannya. Ia melihat Lo In dan
Bwee Hiang ada didekatnya. Si gadi tengah memegangi
tubuhnya, sedang Lo In menempelkan telapakan tangannya di
dada dan di bebokongnya.

Liu Wangwee mengerti bahwa Lo In sedang menolong dirinya


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan tenaga dalamnya yang dahsyat sebab ia rasakan


hawa panas menyelusup dimana-mana dalam tubuhnya dan
segera ia merasakan kesegarannya kembali.

"Anak-anak, terima kasih atas pertolongan kalian." Liu


Wangwee tiba-tiba berkata.

Bwee Hiang memandang Lo In dan Lo In anggukkan


kepalanya. Itu sebagai tanda si nona boleh bicara dengan
ayahnya. Seketika si nona sudah menubruk ayahnya dan
berkata sambil berlinang-linang air mata, "Ayah, kau sudah
sembuh. Oh, untung ada adik kecil. Kalau tidak, entahlah
bagaimana jadinya kita." Bwee Hiang berkata seraya
menunjuk pada Lo In yang saat itu juga ia sudah hentikan
pertolongannya pada Liu Wangwee yang sudah kembali
kesehatannya.

"Anak In, terima kasih. Kau anak baik. Semoga selamanya kau
mendapat perlindungan dari Thian...." Liu Wangwee berkata,
seraya ia bangkit dari duduknya dibantu oleh Bwee Hiang
yang sangat kegirangan.

Setelah melihat sang ayah dapat bergerak bebas, si nona


lepaskan tangannya yang membantu Liu Wangwee untuk
berdiri. Lalu ia rapihkan rambut kepalanya yang awut-awutan
dan ketika ia merapihkan pakaiannya yang juga awut-awutan,
matanya melirik pada Lo In yang mengangguk sambil ketawa.
Bwee Hiang pelototi matanya sebentar, tapi ia pun ketawa
mesem. Ia sadar sekarang, bahwa perbuatan Lo In barusan
bukannya kelakuan kurang ajar. Itu hanya kelakuan dari
seorang bocah nakal yang menganggap ia (Bwee Hiang)
sebagai teman sebayanya memain.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kalaupun dimisalkan Lo In barusan main gila terhadap dirinya,


si nona pun tidak merasa menyesal sebab pertolongan Lo In
pada orang tuanya ada jauh lebih berharga dari kenakalannya
si bocah barusan atas dirinya. Maka itu, barusan setelah
pelototi Lo In, ia telah kasih senyum mesem memikat pada si
bocah hitam.

Liu Wangwee melihat Kian-san Ji-lo dan Pangcu beserta anak


buahnya roboh malang melintang terluka karena
mengganasnya Sucoan Sam-sat, hatinya sangat terharu.
Sebab oleh karena hendak membantu dirinya, mereka telah
menjadi korban.

"Anak In, coba kau periksa lukanya para pamanmu itu.


Barangkali kau dapat menolongnya." berkata itu Liu wangwee
kepada Lo In.

(Bersambung)

Jilid 06
Si bocah menurut. Yang luka parah ternyata Cia Liang dari
Kian-san Ji-lo, tulang sambungan pundak sebelah kiri remuk
dicengkeram Giam-ong Puy Teng. Cian Kie sang engko tidak
seberapa berat kena tendangan Lie Kui sedang Pangcu dan
lima anak buahnya dari Ceng Gee Pang hanya luka-luka
ringan. Mungkin karena takut, mereka tidak berani maju lagi
dan pura-pura merintih kesakitan ketika mereka dirobohkan.

Sementara Lo In memberi pertolongan kepada mereka yang


terluka, Bwee Hiang di lain pihak sudah nyerocos menuturkan
bagaimana Lo In menempur tiga jago jahat dari Sucoan dan
merobohkannya satu persatu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liu Wangwee ketika Lo In datang, ia sudah jatuh pingsan,


tidak menonton pertempuran ramai itu. Maka sambil angguk-
anggukan kepala, diam-diam Liu Wangwee merasa sangat
kagum akan kepandaian Li In yang sakti.

"Hek-bin Sin-tong...." kedengaran ia menggumam setelah


mendengar habis si nona bercerita. Ini adalah cetusan
perkataan yang tanpa terasa dari bibirnya Liu Wangwee
seperti juga kejadian dengan Hu-pangcu dari Ceng Gee Pang
tempo hari.

Julukan bagi Lo In ialah 'Hek-bin Sin-tong' atau 'Si bocah sakti


berwajah hitam', sejak membuat kucar kacir Sucoan Sam-sat
telah menjadi populer di kalangan Kangouw. Nama Hek-bin
Sin-tong untuk Lo In dengan serentak telah menjadi terkenal.

Seraya mengurut-urut jenggotnya, Liu Wangwee menarik


napas tatkala Bwee Hiang habis menutur. Parasnya kelihatan
sangat berduka, hingga Bwee Hiang jadi kaget.

"Ayah, kau kenapa ?" tanya sang gadis penuh kuatir.

"Aku menyesal anak In datang terlambat. Kalau tidak, tentu


para pamanmu tidak sampai mengalami malapetaka seperti
sekarang ini." jawab sang ayah lesu.

"Aku juga tidak tahu kemana anak nakal itu sudah pergi. Coba
aku nanti tanya padanya." kata Bwee Hiang seraya bertindak
menghampiri si bocah yang sedang repot.

Kiranya Lo In tidak boleh disalahkan. Sebab ia tidak tahu kalau


pada malam ini bakal kedatangan Sucoan Sam-sat. Ia permisi
pada Bwee Hiang untuk jalan-jalan keluar lantaran ada urusan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sendiri.

Si bocah masih penasaran pada orang yang menggasak


miliknya berupa bungkusan kecil. Uang ia tidak buat pikira.
Yang ia sayangi obat-obatan yang ia bawa ada dalam
bungkusan itu. Maksudnya ia keluar jalan-jalan, siapa tahu ia
dapat pergoki orang yang menyikat barang miliknya itu. Dari
siang ia kelayapan tanpa tujuan sampai pada saat cuaca
remang-remang ia lihat ada seorang yang kebetulan
kesamprokan dengannya seperti ketakutan dan menjauhkan
diri.

Orang yang potongannya kurus kecil tapi gesit. Romannya


seperti kunyuk, ketawanya tidak enak dilihat. Lo In lantas
curiga, mungkin orang ini yang sudah ambil buntelan kecilnya.
Ia pura-pura tidak memperhatikan tapi diam-diam ia pasang
mata kemana perginya orang itu. Lo In harus melewati
beberapa lapangan dan tikungan untuk menguntit orang yang
mencurigakan itu. Waktu sampai pada satu jalan yang
menikung ke belakang sebuah kuil kecil, Lo In kehilangan jejak
orang yang dikuntitnya. Ia merasa heran. Bagaimana orang itu
bisa lolos dari kuntitannya.

Pikirnya, tidak bisa salah. Orang itu tentu masuk ke dalam kuil
di situ.

Dasar anak bernyali besar, tanpa pikir dirinya bisa terjebak, Lo


In sudah masuk dalam kuil itu. Di dalam ia disambut oleh
Hweshio (pendeta) muda dari kira-kira berusia 18 tahun dan
menanyakan pada Lo In, "Saudara kecil, ada urusan apa kau
datang kemari ?"

"Aku hendak sembahyang, suhu." sahutnya singkat, sedang


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

matanya berkilat memperhatikan sekitarnya. Ia mengharap


kalau-kalau dapat melihat orang yang dikuntitnya.

Omongnya mau sembahyang tapi Lo In tidak maju ke tempat


pemujaan, sebaliknya ia jalan sana sini melongok-longok
mencari orang yang dicurigai.

"Saudara kecil, kau cari apa ?" tanya si Hweshio mesem,


rupanya sudah tahu apa yang diinginkan oleh si bocah.

"Tidak, aku mau mencari orang. Apa suhu dapat lihat ada
orang kurus kecil masuk ke sini barusan ?" Lo In balik
menanya.

"Bukankah saudara kecil hendak sembahyang ?" menanya


lagi si Hweshio.

"Sembahyang belakangan kalau aku sudah ketemu orang itu."


sahutnya, nyengir.

"Saudara kecil, tempat disini tidak boleh dipakai main-main !"


kata si Hweshio.

"Aku omong benar, bagaimana kau katakan main-main ?"

"Tadi bilangnya mau sembahyang, sekarang mau cari orang.


Apa itu bukannya main-main ?"

"Kau keluarkan dulu orang itu, aku nanti sembahyang !"

Si Hweshio jadi kurang senang, matanya mendelik. Ia angkat


tangannya, menunjuk ke pintu sambil katanya, "Keluar, lekas
keluar !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau suruh aku keluar, mudah saja. Asal kau sudah keluarkan
orang yang sembunyi dalam kuilmu disini !"

Panas hatinya si Hweshio. Si bocah diusir, bukannya menurut


malah menantang !

"Aku Tong Seng, murid keempat dari Ceng Bian Hweshio.


Belum pernah menemui tamu macam kau yang tidak tahu adat
!" teriaknya sambil tepuk-tepuk dada.

"Baru murid keempat, biar kau murid nomor wahid juga aku
tidak takut. Asal kau masih membandel tidak mau keluarkan
orang yang kucari !" sahut Lo In.

Meluap amarahnya Tong Seng Hweshio.

"Kau kira disini biasa sembunyikan maling ?" bentaknya


berbareng tangannya melayang hendak menyekik batang
leher Lo In.

"Hehehe, kau mau berkelahi ?" kata Lo In, tangan si Hweshio


yang melayang dapat ditangkapnya. Sekali sentak tubuh Tong
Seng Hweshio terjerunuk ke depan, jidatnya membentur meja
tepekong hingga kontan tambah daging.

"Rampok ! Rampok !" teriaknya seraya pegangi jidatnya yang


kesakitan.

Lo In tenang-tenang saja meskipun dari berbagai jurusan pada


bermunculan kawanan kepala gundul dengan masing-masing
membawa gegaman pentungan kayu besar. Si bocah hitung
kira-kira ada 15 orang yang muncul berbareng mendengar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

teriakannya Tong Seng Hweshio tapi diantaranya tidak


kelihatan orang yang dicari.

Satu Hweshio yang usianya lebih tua dari Tong Seng tampak
maju mendekat Lo In. Dengan bengis ia membentak, "Anak
kecil, kau mau merampok di sini ?"

"Buat apa aku merampok kuilmu yang tidak ada harganya."


sahut Lo In. "Aku hanya mau minta orang yang kucari, kau
keluarkan !"

"Siapa yang kau cari ?" tanya si Hweshio.

"Hehehe, kau juga mau main putar-putar ?" kata Lo In tidak


senang.

"Nih, main putar-putar !" bentak si Hweshio seraya pentungnya


melayang mau mengepruk kepala Lo In.

"Bagus !" kata Lo In, berbareng ia berkelit nyamping. Ketika


pentungan lewat, kakinya maju, tangan kanannya dengan satu
jari telunjuk menotok lengan si Hweshio jagoan yang menjerit
seketika dan roboh terkulai.

Semuanya menyerbu Lo In. Sesosok tubuh menjadi sasaran


pentungan ramai-ramai hingga yang dijadikan sasaran
menjadi berkuing-kuing seperti babi dipotong. Kiranya orang
yang dihujani pentungan bukannya Lo In sebab si bocah
sudah lenyap tanpa setahu mereka. Mereka
celingukanmencari seraya minta maaf pada si Hweshio yang
menjadi sasaran pentungan tadi. Siapa, ternyata ada Hong
Seng, murid kepala dari Ceng Bian Hweshio dalam kuil itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kemana itu anak anjing ?" teriak Hong Seng penuh


kegusaran. Ia dapat bergerak bebas pula dari totokan Lo In
sebab si bocah hanya menotok main-main saja.

Mendengar ribut-ribut, Ceng Bian Hweshio keluar dari kamar


semedhinya. Murid-muridnya repot melapor tentang
munculnya bocah berwajah hitam membuat onar dalam kuil.

Ketika ditanyaka apa sebabnya, Hong Seng lapor kalau si


bocah hitam itu mencari jejaknya si kurus kecil.

"Aku sudah katakan, kalian jangan suka campur dengan si


Tangan panjang Ong Cit. Sebab satu waktu Ong Cit akan
ketemu batunya. Benar ia pandai memindahkan milik orang
dengan menggunakan kesebatan tanganya, tapi itu perbuatan
tidak baik. Satu waktu bila ia diterjang sial bisa susah. Nah,
buktinya sekarang, bagaimana ? Kuil kita menjadi kerembet-
rembet oleh perbuatannya Ong Cit."

Kawanan Hweshio itu ada komplotannya Ong Cit. Mereka


suka melindungi si Tangan Panjang dengan menyuruh Ong Cit
melenyapkan diri dalam kuilnya sebab tidak ada orang berani
carinya kalau ia sudah berada dalam kuil itu. Orang segan
kepada Ceng Bian Hweshio yang menjadi kuil tersebut.

Mereka begitu perlu melindungi si Tangan Panjang latnaran


mereka sering mendapat bagian dari penghasilan yang
diperoleh Ong Cit.

Mendengar kata-kata gurunya, Hong Seng membela


kawannya. Ia berkata, "Suhu, Ong Cit banyak membantu kuil
kita. Apa suhu hendak pungkir kedermawanannya ? Orang
sudah hinakan kuil kita, bukannya suhu mencari tahu siapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orangnya, sebaliknya suhu marahi kita dan sesalkan bergaul


dengan Ong CIt."

Ceng Bian Hweshio juga bukannya pendeta suci. Maka ketika


mendengar jawaban sang murid kepala, seketika itu menjadi
gusar.

"Mari kita cari anak hitam itu !" katanya seraya ajak anak
muridnya untuk memeriksa seluruh kuil.

Tapi Lo In tidak diketemukan, entah kemana bocah itu larinya.

Ketika Hong Seng membuka sebuah kamar yang biasa dipakai


untuk mengumpat oleh Ong cit, kaget bukan main si murid
kepala dari Ceng Bian Hweshio. Dalam kamar itu tampak Ong
Cit, dua daun kupingnya hilang, empat jari tangan kanannya
sudah kuntung dan kuntungannya jatuh di lantai. Dari tangan
dan kedua belah telinganya tampak berlumuran darah, bekas
bekerjanya pisau tajam yang menggeletak tidak jauh dari si
Tangan Panjang. Malah pisau itu pun miliknya Ong Cit.

Si copet lihat dalam keadaan tidak bergerak karena kena


ditotok terpaksa Hong Seng lapor pada gurunya untuk sekalian
minta bantuan supaya membuka totokan.

Ceng Bian Hweshio sudah lantas datang ke kamarnya Ong


Cit.

Ia geleng-geleng kepala nampak nasib yang dialami si Tangan


lihai. Cepat ia bekerja untuk membuka totokan tapi sana sini
ditepuk tubuhnya si copet lihai oleh si kepala kuil untuk
membebaskan totokan tetap tak berhasil.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hong Seng heran. Ceng Bian Hweshio malah lebih heran dan
terkejut karena sebagai orang Kangouw kawakan ia tidak bisa
membuka totokan orang.

Bagaimana ia berusaha ternyata tidak peroleh hasilnya malah


Ong Cit tiap sebentar berjengit kesakitan dan matanya
mengucurkan air. Ia menangis dan matanya saja yang
mencilak-cilak seolah-olah memohon supaya percobaa Ceng
Bian Hweshio jangan diteruskan karena ia merasakan suatu
siksaan ditepuk sana sini bagian anggautanya untuk mencari
tempat membuka totokan.

Ceng Bian Hweshio yang sudah banyak pengalaman dapat


memahami keadaan si Tangan Panjang. Maka ia hentikan
percobaannya. Ia berkata, "Biasanya totokan macam ini tidak
sembarang orang bisa buka, berjalan dua jam lamanya dan si
korban akhirnya bebas dengan sendirinya. Maka tunggu saja
dua jam lagi, lihat bagaimana jadinya." Ceng Bian Hweshio
berkata seraya ngeloyor keluar dari kamar.

Tinggal Hong Seng dan kawan-kawannya pada menemani


Ong Cit sambil menanti sang waktu lewat dua jam
sebagaimana dikatakan oleh suhunya. Selama menemani,
diam-diam mereka ketakutan kalau-kalau si bocah wajah
hitam itu datang lagi menotok mereka dan menyiksa
sebagaimana yang dialami si Tangan Panjang Ong Cit.

Syukur-syukur si bocah tidak datang lagi dan mereka


kegirangan. Ketika sudah lewat dua jam, benar saja totokan
pada Ong Cit terbuka dengan sendirinya. Kini baru terdengar
rintihan si Tangan Panjang yang kesakitan karena sepasang
daun telinga dan empat jari di tangan kanannya dihilangkan
orang dengan paksa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hong Seng sudah memberi obat pil bikinan Ceng Bian


Hweshio untuk menahan rasa sakit dan obat bubuk untuk
diborehkan pada bagian-bagian angguta yang terluka maka
Ong Cit tidak sampai menderita kesakitan terus menerus.

Menurut penuturan Ong Cit, ketika ia kesomplokan dengan Lo


In, ia lihat matanya Lo In berkilat tajam menotok di jantungnya
hingga berdebaran. Maka ia jadi ketakutan sebab menurut
penuturan jago-jago persilatan kalau orang punya mata
demikian berwibawa mempunyai lwekang (tenaga dalam)
yang dahsyat.

Tadinya ia tidak takuti Lo In ketika dalam rumah makan ia


sambar bungkusa kecilnya yang saat itu si bocah tengah
bicara dengan seorang pelayan, berdiri membelakangi
bungkusannya. Tapi tadi, ketika ia kesomplokan dan
pandangannya kebentrok dengan mata Lo In yang berkilat
menusuk jantung, membuat ia jadi ketakutan.

Sebagai copet yang lihai, ia tahu dirinya dikuntit Lo In. Maka


pikirnya, jalan yang selamat adalah masuk ke dalam kuil Thian
Ong Bio dimana ia banyak kawan yang dapat membantu
melindungi dirinya. Setelah kasak kusuk dengan Tong Seng
lalu ia masuk ke kamar biasa ia mengumpat tapi tidak urung ia
dapat diketemukan oleh si bocah muka hitam. Tatkala mana ia
sudah berlaku nekad dengan pisaunya yang tajam luar biasa,
ia menerjang Lo In.

"Hehe, mau melawan ?" si bocah berkata berbareng Ong Cit


rasakan nadi tangannya yang memegang pisau kena disentil,
kesemutan lemas, pisaunya dengan sendirinya jatuh ke lantai.
Ia coba menerobos keluar tapi satu tendangan mengenai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pahanya membuat ia jatuh melongsor. Cepat ia bangun lagi


tapi bukan untuk lari, sebaliknya ia lantas jatuhkan diri berlutut
di depan Lo In untuk minta ampun.

"Asal kau kembalikan barangku, aku nanti kasih kelonggaran."


kata Lo In.

"Ada, oh, ada. Aku tidak ganggu sedikit pun barang Siaoya."
sahut Ong Cit.

Setelah berkata, Ong Cit bangun dari berlututnya dan jalan


menghampiri satu lemari kecil dimana ia keluarkan miliknya Lo
In.

"Inilah barang Siaoya." katanya seraya menyerahkan pada Lo


In.

Lo In menyambuti lalu periksa isinya, ternyata benar saja tidak


diganggu.

Uang yang jumlahnya tidak seberapa dan botol obat-obatan


yang si copet tidak tahu obat apa membikin Ong Cit tidak
bernafsu untuk mengganggunya. Makanya juga ia lantas
simpan saja di dalam lemari kecil, spesial untuk menyimpan
barang-barang rongsokkan (tidak berharga) dari hasil kerja
tangan panjangnya.

"Bagus." kata Lo In setelah memeriksa isi bungkusa kecilnya.


"Nasibmu masih baik. Coba kau bikin hilang barangku.
Sebagai gantinya aku bikin hancur batok kepalamu. Nah, ini
kau lihat !" berbareng tangan Lo In diulur mengambil sebuah
patung kecil diatas meja tidak jauh dari situ. Patung itu dikepal
Lo In sejenak lalu setelah kepalannya dibuka, ia perlihatkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pada Ong Cit.

Matanya Ong Cit terbelalak ketakutan, badannya menggigil


seperti disambar penyakit malaria layaknya. Kembali ia tekuk
lututnya dan minta-minta ampun.

"Ampun, Siaoya, ampunilah selembar jiwaku........." ia


meratap.

Kiranya patung itu, meskipun kecil terbuat dari logam murni


yang kuat. Di taruh dalam kamar itu, merupakan tepekongnya
Ong Cit dalam pekerjaan jahatnya.

Patung yang sekeras itu ternyata dalam genggamannya Lo In


telah berubah menjadi tepung terigu. Sudah tentu saja Ong Cit
menjadi ketakutan menyaksikan demikian dahsyatnya tenaga
dalam si bocah wajah hitam.

Setelah meniup berhamburan patung yang berubah menjadi


tepung itu dari tangannya, Lo In berkata pada Ong Cit, "Kau
jahat, suka bikin susah orang tapi tidak sejahat orang yang
membunuh sesamanya. Maka aku kasih kelonggaran
hukuman. Sekarang kau ambil pisau ini dan iris kedua daun
telingamu !"

Ong Cit gemetaran tubuhnya. Matanya memandang Lo In


seperti yang mohon dikasihani tapi Lo In belagak pilon, malah
katanya, "Lekas kerjakan !"

Si Tangan Panjang tidak bisa berbuat apa-apa. Ia ambil


pisaunya sendiri yang tadi jatuh di lantai, sambil kuatkan hati,
ia mengiris dua daun telinganya satu demi satu. Darah
mengetel jatuh dari telingan yang sudah kehilangan daunnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Melihat itu, hatinya Ong Cit terkesiap dan ia jatuh pingsan.

Kapan ia siuman kembali, ia dapatkan dirinya tak dapat


bergerak. Empat jari di tangan kanannya sudah berserakan di
lantai bersama dua daun kupingnya.

Mulutnya tak dapat bersuara untuk minta tolong karena urat


gagunya sudah kena ditotok Lo In. Maka terpaksa ia
menantikan orang datang membuka kamarnya saja.

Mendengar penuturan Ong Cit, semua orang menjadi gentar


terhadap si bocah wajah hitam. Mereka mengharap Lo In tidak
mengulangi kedatangannya ke kuil mereka.

Demikianlah, Lo In sambil bersiul-siul kegirangan mendapat


pulang barangnya yang tak ternilai harganya. Ia berjalan
pulang ke ruman Liu Wangwee. Justru tatkala itu Kian-san Ji-
lo dan jago-jago dari Ceng Gee Pang sudah dirobohkan oleh
Sucoan Sam-sat. Si botoh Bwee Hiang tengah dipermainkan
oleh Lie Kui. Pelayan yang melihat si bocah pulang lantas
memberikan laporannya. Kaget Lo In. Cepat ia lari ke taman
bunga, dimana ia lihat enci Hiang sedang peluki tubuhnya Liu
Wangwee yang dalam keadaan kehabisan tenaga. Kapan ia
lihat Lie Kui hendak menganggu Bwee Hiang, mengulur
tangan hendak memegang si nona, lantas ia berteriak :
'Tahan, tahan, aku datang.....!' dari kejauhan, sementara
tubuhnya melesat seperti meluncurnya roket yang barusan
dilepaskan, bagaimana si bocah bergerak tahu-tahu sudah
muncul dihadapan mereka.

Tidak mudah untuk memberi pertolongan kepada mereka yang


menjadi korban keganasan Sucoan Sam-sat, apalagi Cia
Liang yang remuk sambungan tulang pundaknya di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cengkeram Giam-ong Puy Teng. Untung, dengan secara


kebetulan, Lo In sudah dapat kembali obat mustajabnya
sehingga dapat menolong mereka dengan tidak usah ke sana
sini mencari obat.

Obat buatan Lo In, yang mewariskan kepandaian Liok Sinshe


memang manjur sekali. Maka dalam tempo pendek korban-
korban yang terluka karena keganasan Sucoan Sam-sat
sudah dapat bergerak pula. Hal mana membikin Liu Wangwee
jadi sangat kegirangan. Segera ia suruh Bwee Hiang supaya
pelayan-pelayannya menyiapkan satu meja perjamuan untuk
memberi selamat pada mereka, yang membantu dirinya
dengan tidak sampai mengorbankan jiwanya.

Dengan dipimpin oleh Liu Wangwee dan Pangcu dari Ceng


Gee Pang, dilain saat para tamu sudah kelihatan pada
memasuki rumahnya Liu Wangwee. Mereka diantar ke sebuah
ruangan makan yang lebar luas dan diperaboti indah lengkap.

Mereka kelihatan amat senang dapat memasuki ruangan yang


mencocoki seleranya sehingga mereka pada melupakan apa
yang sudah terjadi barusan dan rasa sakitnya kena dihajar
oleh Sucoan Sam-sat.

Sementara, Lo In tidak mau turut dengan mereka. Ia hanya


menyusul Bwee Hiang yang pergi dari situ untuk
menyampaikan perintah Liu Wangwee kepada para pelayan
yang bertugas menyiapkan barang hidangan.

"Kenapa kau ikuti aku ?" tanya Bwee Hiang. "Bukannya


berkumpul dengan para paman. Siapa tahu mereka mau
dengar ceritamu yang lucu-lucu. Hihihi...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak kerasan berkumpul dengan orang tua. Maka aku


menyusul enci kemari." sahut si bocah. "Apa tidak boleh ?"

"Bukannya tidak boleh, cumanya tidak pantas begitu saja


meninggalkan mereka."

"Tidak pantas dalam pandangan mereka, tidak jadi soal. Asal


pantas dalam pandangan enci Hiang, aku sudah puas."

Kata-kata Lo In mengingatkan Bwee Hiang pada kejadian, ia


menciumi pipinya si bocah yang maksudnya mau gigit hancur
dagingnya, tahu-tahu si bocah berbalik memeluki tubuhnya.
Ingat kesitu, wajah si nona menjadi merah dan berkata, "Tidak
pantas kelakuanmu barusan terhadap encimu. Malu ditonton
banyak orang !"

"Enci yang mulai, bagaimana bisa salahkan aku ?"

"Hah ! Aku mulai apa ?" si gadis cepat menanya, kaget ia


dituduh yang mulai.

"Mencium pipiku, apakah itu bukan mulai dulu ? Maka lantas


saja kalau aku main-main memeluk tubuh enci, bukan ?
Hehehe... "

Bwee Hiang pucat wajahnya lalu merah karena jengah.


Pikirnya, kurang ajar bocah hitam ini. Tapinya memang
alasannya tepat juga. Ia jadi membisu. Kemudian, ia gerakan
kakinya lebih cepat meninggalkan Lo In dengan tidak berkata-
kata seperti yang sedang mendongkol.

Sebelum ia bertindak jauh, tiba-tiba kupingnya mendengar Lo


In berkata, "Baik, kau marah. Aku pun akan pergi dari sini !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terkejut si nona. Cepat ia balik tubuhnya dan lekas


menghampiri Lo In. Sambil pegang tangan si bocah, dituntun,
ia berkata, "Adik kecil, kau gampang ngambek ya ? Mari ikut
encimu !"

Lo In ketawa nyengir, sebaliknya si nona gondok. Cuma ia


tidak berani berlaku kasar lagi pada si bocah, takut Lo In
benar-benar pergi dari rumahnya. Kalau Lo In berlalu gara-
gara ia (Bwee Hiang), pasti ia akan didamprat oleh ayahnya.
Juga, andaikata diantara Sucoan Sam-sat ada yang balik lagi,
siapa yang berani melayaninya ? Dalam bahaya, keluarga Liu,
bagaimana dapat membiarkan si bocah pergi begitu saja ?
Oleh sebab itu, maka Bwee Hiang sudah robah sikapnya yang
mendongkol menjadi ramah seperti biasanya hingga Lo In
senang hatinya.

Demikian, tidak lama perjamuan sudah disiapkan.

Lo In ada bersama-sama Bwee Hiang di ruangan belakang


lagi ngomong-ngomong. Tiba-tiba muncul satu pelayan,
berkata pada Bwee Hiang, "Siocia, loya suruh aku undang
adik kecil turut serta dalam perjamuan !"

"Nah, kau dapat kehormatan. Lekas pergi turut makan ke


sana. Makanannya enak-enak, tentu kau dapat makan
banyak." berkata Bwee Hiang pada Lo In, menggodai si
bocah.

"Brengsek !" Lo In menggerutu hingga Bwee Hiang menjadi


heran.

"Apanya yang brengsek, adik kecil ?" si nona lantas menanya.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tidak menjawab perkataan Bwee Hiang, sebaliknya ia


berkata pada si pelayan, "Kau katakan pada Loya, aku tidak
bisa ke sana, lagi tidak enak badan."

"Hihihi..." Bwee Hiang tertawa ngikik, sambil tekap mulutnya.


"Orangnya segar bugar dikatakan tidak enak badan. Kalau
tidak enak badan iut, biasanya rebah di pembaringan. Ah, adik
kecil, kau kenapa sih permainkan orang tua ?"

Lo In ketawa nyengir. Kepalanya digeleng-gelengkan. "Aku


tidak mau ke sana, kalau tidak bersama enci." ia berkata
kemudian.

Bwee Hiang melengak. "Kenapa mesti sama-sama encimu ke


sana ?" ia menanya.

"Kalau bersama enci, aku jadi punya teman ngobrol." sahut si


bocah.

Bwee Hiang memandang paa pelayannya yang saat itu tengah


tersenyum-senyum melihat lagak lagunya dan kata-katanya si
bocah yang serba lucu. "Kau katakan pada Loya apa yang
dikatakan adik kecil barusan." Bwee Hiang berkata pada si
pelayan yang sedang menanti keputusan.

Pelayan itu lantas berlalu. Tak lama lagi ia kembali, katanya,


"Loya minta adik kecil ke sana bersama-sama Siocia."

"Nah, ini baru betul !" kata Lo In seraya bertepuk tangan


kegirangan.

Bwee Hiang jebirkan bibirnya yang mungil pada Lo In yang


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kontan disambut dengan jebiran pula hingga si pelayan yang


menyaksikan adegan itu tidak tahan untuk tidak ketawa
cekikikan. Bwee Hiang tidak marah sebab ia tahu, memang
kelakuan mereka waktu itu dapat mengitik urat ketawa.

Si nona tak usah tukar pakaian lagi karena ia sekarang sudah


berdandan rapih.

Tadi, setelah ia pesan tukang masak untuk menyiapkan


hidangan, ia sudah masuk ke kamarnya untuk menukar
pakaian yang kotor dan awut-awutan. Rambutnya pun sudah
rapih dibereskan oleh dua pelayannya Ling Ling dan Lan Lan.
Waktu ia menemui Lo In pula, kecantikannya membuat kagum
si bocah berbareng bau harum menusuk ke lubang hidungnya.
Entah minyak wangi apa yang dipakai Bwee Hiang. Yang
terang si bocah setelah menghirum bau harum itu merasakan
dadanya lega dan segar.

"Hebat enciku ini." ia berkata dalam hati kecilnya. Tidak berani


ia mengatakan terang-terangan, nanti sang enci salah paham.
Coba kalau Eng Lian yang ia hadapkan, sudah lantas
mulutnya ramai memuji dan mungkin ia memeluk si dara
harum sambil membisiki kata-kata pujian pada telinganya.

Kalau dalam keadaan biasa, sudah tentu Liu Wangwee


keberatan puterinya turut dalam perjamuan diantara orang-
orang lelaki yang bukan menjadi famili dekatnya. Tapi kali ini
ia terpaksa karena Lo In tanpa Bwee Hiang biar bagaimana
juga tak akan menghadiri perjamuan itu. LO In justru orang
penting dimana Kian-san Ji-lo berkali-kali ada mengatakan
keinginannya berkenalan dengan si bocah.

Demikian ketika Lo In dan Bwee Hiang muncul, orang-orang


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pada bertepuk tangan. Malah Soat-cian Ang, Pangcu dari


Ceng Gee Pang berseru, "Hidup, jago kecil kita." beberapa
kali, disambut riuh oleh anak buahnya.

Kian-san Ji-lo hanya ketawa ngekeh, kepalanya manggut-


manggut.

Segera perjamuan dimulai karena sekarang sudah komplit


dengan hadirnya Lo In.

Dalam omong-omong, Cia Kie berkata pada Lo In, "Siohiap,


eh, anak In. Tiga manusai dari Sucoan itu sangat jahat. Kau
telah memberi hukuman terlalu enteng pada mereka. Mereka
jadi keenakan, malah mungkin akan menuntut balas !'

Kian-san Ji-lo sudah dikisiki oleh Ang Ban Teng, kalau bicara
dengan Lo In jangan menggunakan perkataan 'Siaohiap'
sebab si bocah paling suka dipanggil 'anak In'. Ia menyatakan
penyesalannya pada Lo In yang memberikan hukuman terlalu
enteng pada Sucoan Sam-sat yang kesohor kebuasannya.

"Paman-paman itu toh tidak membunuh orang." sahut Lo In


acuh tak acuh.

"Ha ha ha !" Cia Kie tertawa. "Anak In, kau masih kecil. Belum
banyak mendengar dalam kalangan Kangouw orang ributi
kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh mereka. Kau tahu
anak In, mereka membunuh orang tanpa berkedip matanya.
Entah sudah berapa banyak jiwa yang dikirimkan pada Giam-
lo-ong oleh mereka. Tapi yang terang, kalangan Pekto
maupun Hekto pada mengutuk atas perbuatannya.

Terbelalak matanya Lo In. Lucu tampaknya sepasang mata


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang bening dan berwibawa terdapat diantara wajahnya yang


hitam legam.

"Ah, masa sampai begitu ?" Lo In menanya, heran dia.

"Seharusnya mereka itu dibasmi habis." menyela Cia Liang.

"Apa dibasmi, paman maksudkan apa dibasmi ?" si bocah


tidak mengerti.

"Di basmi ialah dibunuh habis mereka itu." menegaskan Cia


Liang, ketawa.

"Mana bisa dibunuh, aku tidak biasa membunuh." Lo In ketawa


nyengir.

"Mereka datang ke sini mau membunuh keluarga Liu, tidak


satu juga yang mereka mau kasih tinggal. Kenapa kita tidak
mau bunuh habis mereka ?" tanya Cia Kie.

Lo In geleng-geleng kepala. "Aku belum pernah bunuh orang."


katanya lucu.

Para hadirin jadi saling pandang melihat kelakuan si bocah.


Bwee Hiang ingin menegur atas ketololan Lo In tapi ia tidak
berani buka mulut dihadapan banyak orang tua. Hanya
matanya saja mengawasi si bocah seolah-olah menyesalkan
dengan kata-kata yang diucapkan Lo In. Tapi Lo In tidak dapat
memahami isi hatinya si enci Hiang. Ia tinggal tenang-tenang
saja.

Ang Pangcu tidak sabaran. Ia lantas berkata, "Anak In, kalau


mereka tidak dibasmi habis, dibunuh semua aku maksudkan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mereka akan...."

Kata-kata Ang Pancu tidak diteruskan karena ia kaget tiba-tiba


melihat satu orangnya bernama Kang Kiat muncul diantar oleh
satu pelayan.

kang Kiat ada salah satu Tocu dari markas cabang Ceng Gee
Pang di sebelah barat desa Kunhiang (tempatnya Liu
Wangwee). Belum berapa lama dibangun, masih dibawah
penilikan Hoan Hiocu dari pusat di Gakwan. Disana selainnya
Kang Tocu, masih ada tiga Tocu lagi yang menjadi pemimpin
cabang itu, dibantu oleh beberapa anak buahnya yang
semuanya ada pandai silat.

Ceng Gee Pang pada waktu belakangan ini mendapat


kemajuan pesat, membangun cabang di beberapa tempat.
Ang Ban Teng merasa sangat girang karena dalam
pimpinannya Ceng Gee Pang mendapat banyak kemajuan.

Melihat kedatangan Kang Kiat dengan air muka kusut dan


bajunya berlepotan darah, dengan cepat Ang Ban Teng
menaya, "Kang Tocu, kelihatannya ada kabar penting untukku.
Ada apa ?"

Setelah memberi hormat dan disuruh ambil tempat duduk oleh


Liu Wangwee, Kang Tocu lalu menyampaikan kabar duka
untuk Ceng Gee Pang.

Kan Kiat menceritakan telah kedatangan dua orang itu malam,


satu bermuka kelimis bersih dan satu lagi hitam berewokan
bengis. Mereka menanyakan apa disitu ada pusat dari Ceng
Gee Pang. Kang Kiat jawab bukan, hanya cabangnya saja
yang baharu dibangun belum lama. Tiba-tiba ia dengar si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berewokan ketawa terbahak-bahak lalu berkata pada


temannya, "Jiko, Ceng Gee Pang suah menjadi alatnya Liu In
Ciang, mari kita bereskan !"

Leng Tongcu yang berdiri tidak jauh dari Kang Kiat panas
hatinya mendengar kata-kata si berewokan, lalu maju dan
berkata, "Apa yang dibereskan ?" -- tangannya berbareng
melayang hendak menggaplok kepala tamu yang tidak
diundang itu.

Tapi si berewokan yang bukan lain Lie KUi adanya, sudah


lantas berkelit. Cepat bagaikan kilat tangannya diulurkan
menepuk pundaknya Leng Tongcu yang tidak keburu
mengelakkannya. Hanya menjerit sekali, Leng Tongcu sudah
roboh tersungkur tidak bangun lagi. Kang Kiat melihat hal itu
menjadi gusar. Ia sudah lantas mau menerjang Lie Kui tapi
Ong Tocu sudah mendahului.

Orang-orang Ceng Gee Pang beringas dan ramai-ramai


mengeroyok si berewokan hitam tapi mereka diganda hanya
dengan ketawa-ketawa saja, malah ketika Mo-jiauw Teng
Cong, si muka kelimis turun tangan, segera terdengar
beberapa jeritan ngeri dan orang-orang Ceng Gee Pang pada
roboh dihajar dua tamu tidak diundang itu.

Kemudian muncul orang-orang bersenjata dipimpin oleh Hoan


Hiocu.

Barangkali lebih baik kalau rombongan bersenjata tajam ini


tidak muncul sebab akibatnya sangat mengerikan. Lie Kui dan
Teng cong lantas merampas golok lawan, dengan senjata
mana mereka mengganas. Teriakan-teriakan ngeri
menyayatkan hati, kepala orang pating berjatuhan bagaikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

buah kelapa yang berjatuhan dari pohonnya. Banjir darah


disitu, malah Hoan Hiocu pun menjadi salah satu korbannya.
Kepalanya menggelinding jatuh dilantai karena ditebas oleh
Lie Kui.

Kang Kiat yang masih sempat menyelamatkan diri, sudah


lantas meninggalkan mereka yang sedang ngamuk dalam
markasnya, lari ke rumahnya Liu Wangwee. Ia tahu
Pangcunya ada disana untuk memberi laporan.

Ang Pangcu mendengar kejadian yang menyedihkan itu


sampai tidak bisa membuka mulut, saking sangat gusar dan
jeri pada Sucoan Sam-sat.

"Ang-hiante, bagaimana baiknya ini ?" Liu Wangwee berkata


pada Ang Ban Teng.

"Hahaha !" sekonyong-konyong Cia Kie ketawa.

"Anak In, kalau kau tidak menyaksikan dengan mata kepala


sendiri, tentu kau mengatakan aku si kakek omong kosong.
Nah, sekarang buktinya bagaimana ?"

"Anak In, coba kau turut paman Ang pergi ke sana


menengoknya." Liu Wangwee berkata pada si bocah yang
acuh tak acuh mendengar hal itu.

Mendengar kata-katanya Liu Wangwee, barulah ia seperti


tersadar. Tapi ia tidak menyahut, sebaliknya ia memandan
Bwee Hiang yang pucat wajahnya mendengar kabar jelek
yang disampaikan oleh Kang Kiat.

"Kau ikut paman Ang ke sana, adik kecil." berkata Bwee Hiang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ketika si bocah tinggal diam saja duduk di kursinya. "Apa mesti


encimu turut ke sana ?"

Nada suaranya paling belakang agak keras, seperti teguran.

"Anak In, turutlah kata-kata encimu." Liu Wangwee


menganjurkan.

Lo In tinggal diam saja.

Liu Wangwee dan Bwee Hiang saling pandang nampak Lo In


tidak bergerak dari duduknya. Mereka mengerti kalau tidak
bersama Bwee Hiang, si bocah tidak mau pergi. Keadaan
sudah demikian mendesak, Ang Pangcu kelihatan amat
gelisah. Ia tidak punya nyali untuk pergi ke markas cabangnya
tanpa Lo In, sebab percuma saja akan mengantarkan jiwa saja
kepada Sucoan Sam-sat.

Matanya mengawasi Liu Wangwee seperti memohon


pertolongan. Liu Wangwee menjadi sangat tidak enak, maka ia
lalu berkata pada puterinya, "Anak HInga, kau bawa
pedangmu dan antarkan adik kecilmu kesana, ikut paman
Ang."

Bwee Hiang bangkit dari duduknya dan berlalu, diikuti oleh Lo


In, seolah-olah yang tidak mau ketinggalan. Kemana Bwee
Hiang pergi, ia harus ikut. Sungguh lucu lagaknya si bocah
hitam. Sebenarnya bukan apa-apa kelakuannya Lo In itu, ia
memang ketakutan kehilangan Bwee Hiang seperti ia sudah
kehilangan Eng Lian.

Sebentar lagi tampak Bwee Hiang sudah muncul kembali


dengan pakaian ringkas, pedangnya disorong di pinggang. Di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

belakangnya tampak Lo In mengintil.

"Habis, kalau anak pergi, siapa yang temani ayah ?" tanya si
gadis. Ia khawatir ayahnya ditinggal sendirian.

"Legakan hatimu, kami disini akan menemani ayahmu." Cia


Kie berkata tertawa.

Lega hatinya si gadis, lalu ia bersama Lo In ikut Ang Pangcu


dan Kang Kiat pergi ke markas cabang Ceng Gee Pang.
Karena masing-masing dapat menggunakan jalan cepat, maka
dalam tempo pendek saja mereka sudah sampai di tempat
tujuan.

Keadaan dalam markas cabang itu benar-benar mengerikan.


Mayat tampak malang melintang, yang kuntung tangan, kaki,
paha dan kepala terdapat di sana sini.

Sunyi senyap, hanya terkadang seperti ada terdengar rintihan


dari korban-korban yang belum mati. Sementara Lie Kui dan
Teng cong yang diharapkan masih dapat dijumpai disitu,
ternyata sudah tidak kelihatan mata hidungnya.

Ang Pangcu nampak semua itu telah mengucurkan air mata,


diikuti oleh lima Hiocunya. Bwee Hiang juga tidak dapat
menahan rasa terharunya, ia menangis. Beberapa kali ia
menyeka air mata dengan lengan bajunya.

Lo In yang belum pernah melihat orang dibunuh demikian


kejam, tampak geleng-geleng kepala. Pernah ia melihat orang
terluka, berceceran darahnya, kejadian itu dua tahun yang lalu
dimana Liok Sinshe mengamuk menghajar musuh-musuhnya.
Di sini ia nampak bukan darah berceceran saja, tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengumpiang di sana sini, sedang kepala, tangan, kaki dan


lain-lain anggota tubuh manusia berserakan mengerikan.

Hatinya yang lemah tidak mau membunuh orang, tiba-tiba


tergugah. Tangannya yang kecil dikepal-kepalkan, romannya
sangat gusar. Ia menyesal tadi kenapa ia tidak membereskan
jiwanya Sucoan Sam-sat. Kalau tidak, tentu ia tidak
menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan seperti
sekarang ini.

Bwee Hiang melirik pada adik kecilnya, ia tahu bahwa Lo In


sangat gusar.

"Adik kecil," katanya. "Lantaran kau punya murah hati, nah


kejadiannya begini. Kau lihat, bagaimana kejamnya Sucoan
Sam-sat mengganas !"

"Biarlah sekali lagi kita ketemu mereka, aku tak akan kasih
ampun !" jawab si bocah seraya angguk-anggukkan
kepalanya.

Terkejut Bwee Hiang. Pikirnya, kenapa bocah ini mengatakan


'kita' ? Apakah dimaksudkan dia dengan ia (Bwee Hiang) yang
kelak akan menghadapi Sucoan Sam-sat ?

Ia tidak sempat memecahkan soal ganjil itu karena segera


mendegnar Ang Pangcu berkata pada Lo In, "Anak In, inilah
bukti dari perbuatan ganas Sucoan Sam-sat. Maka kalau
belakang hari kau ketemu mereka, aku harap kau suka
menghukum mereka yang setimpal dengan kebuasannya !"

"Aku mengerti paman Ang. Semoga dalam perjalanan


berkelana aku akan menjumpai mereka supaya para paman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang mati sekarang toh akhirnya mendapat kepuasan di alam


baka !" demikian si bocah berjanji.

-- 17 --

Kata-kata Lo In membuat Bwee Hiang ketawa girang sebab


sudah terang si bocah sekarang sudah berubah
pandangannya terhadap orang-orang jahat. Kelemahan
hatinya berubah menjadi suatu keganasan. Yang paling girang
adalah Ang Pangcu sebab ia percaya meskipun ia sendiri tidak
bisa membalas kekejamannya Sucoan Sam-sat, sekarang ada
si bocah sakit yang menyanggupinya.

Mendengar kedatangannya ketua dari pusat, maka orang-


orang Ceng Gee Pang yang tadi pada lari menyembunyikan
diri dari angkara murka Sucoan Sam-sat pada muncul dan
memberikan pertolongan pada mereka yang belum tewas
jiwanya. Atas perintahnya Pangcu, tempat itu dibersihkan dari
mayat-mayat yang malang melintang.

Ketika Kang Kiat berada jauh dari Bwee Hiang dan Lo In, Kang
Tocu berkata pada Ang Pangcu, "Pangcu, kalau tadi kita tidak
berkutat dulu membujuk si bocah muka hitam, kita pasti
datang disini dalam waktunya. Kita masih bisa menjumpai dua
orang jahat itu dan kita dapat menolong saudara-saudara kita,
tidak sampai mengambil korban begini banyak !"

"Kang Tocu." katanya. "Kau tidak tahu." Ang Pangcu ketawa.


"Justru si bocah yang penting kita bawa ke sini. Apa dengan
tenaga kita, dapat kita usir Sucoan Sam-sat ? Hmm ! Kau
jangan mimpi. Bocah itu mempunyai kepandaian yang susah
diukur, dialah yang telah mengusir pergi Sucoan Sam-at dari
taman bungan Liu Wangwee, dimana kita berenam dan Kian-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

san Ji-lo sudah roboh tidak berdaya. Kalau tidak ada dia,
sekarang, kau tentu tidak bisa berhadapan dengan
Pangcumu........."

"Ha ! Apa iya ?" memotong Kang Kiat, matanya terbelalak


kurang percaya.

Ang Pangcu hanya tersenyum melihat kelakuan Tocunya.


Sementara itu ia sudah bertindak ke arah Bwee Hiang dan Lo
In yang tengah ngomong-ngomong.

Sebelum ia membuka mulut bicara, Bwee Hiang sudah


mendahului, "Paman Ang, musuh sudah pergi. Sedang paman
juga repot menghadapi para paman yang mati dan terluka.
Maka sebaiknya aku dan adik In pulagn saja. Aku masih
kuatirkan di rumah ada terjadi apa-apa yang tidak diingini !"

Sebenarnya Ang Pangcu hendak menahan mereka tapi


karena alasannya Bwee Hiang cukup teguh maka ia pun tidak
bisa berkata apa-apa selain mengucap terima kasih pada Lo in
dan si nona atas perhatiannya.

"Aku harap saja di rumah tidak terjadi apa-apa, anak Hiang !"
berkata Ang Pangcu ketika ia mengantar muda mudi itu keluar
dari kantor cabangnya.

Hanya diwaktu menyaksikan pemandangan yang mengerikan


tadi, tampak Lo In seperti hatinya tergerak, gusar dan berubah
kelemahan hatinya dengan ketegasan. Tapi waktu dalam
perjalanan si bocah hanya biasa lagi saja. Riang gembira dan
saban-saban menggodai enci Hiangnya supaya tertawa. Lo In
senang hatinya, kalau melihat Bwee Hiang ngikiki ketawa
karena kejenakaannya. Dalam perjalanan pulang ini juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bukan sedikit Bwee Hiang dibikin ketawa ngikik oleh ucapan


atau lagaknya si bocah.

Kapan mereka sampai di rumah pula, Bwee Hiang berasa


tidak enak hatinya. Ia tidak melihat ada pelayannya yang
membukai pintu pekarangan. Malah pintu itu tidak terkunci,
tidak biasanya demikian. Masuk ke dalam rumah, biasanya ia
disambut oleh Ling Ling dan Lan Lang. Kali ini tidak kelihatan
satu juga pelayannya itu. Kemana mereka sudah pergi ? Ia
masuk lebih jauh ke ruangan dimana ayahnya dan Kian-san Ji-
lo pasang omong di waktu ia meninggalkan rumah. Tidak
tampak mereka disitu.

"Adik kecil, mungkin ada kejadian hebat di sini !" kata Bwee
Hiang. Hatinya sangat tegang, sedang Lo In terus mengintil di
belakangnya si gadis.

Bwee Hiang cepatkan tindakannya, menghampiri kamarnya.


Ketika ia membuka pintu kamar, matanya terbelalak. Lo In
tidak turut masuk ketika melihat Bwee Hiang tergesa-gesa
masuk ke dalam kamarnya, ia menanti di luar sambil bersiul-
siul.

Bwee Hiang lihat Lan Lan menggeletak di lantai sudah tidak


bernapas. Ia jongkok memeriksa. Terkejut ia ketika melihat
pakaiannya si pelayang sobek sana sini seperti yang disobek
orang. Kapan Bwee Hiang angkat pakaian yang menutupi
tubuh si pelayan, kiranya Lan Lang sudah telanjang sehingga
pusar ke bawah. Dari tanda-tanda yang mencurigakan, Bwee
Hiang duga Lan Lan dibunuh setelah diperkosa. Tidak
terdapat tanda penganiayaan. Rupanya Lan Lan dibunuh
dengan totokan maut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang ngeri. Ia menekap mulutnya. Kemudia ia buka


tekapan tangannya, ia memandang ke pembaringannya. "Hei,
kenapa ada orang lagi tidur ?" ia menanya pada dirinya
sendiri. Cepat ia bangkit dari jongkoknya lantas menghampiri
orang yang seperti tertidur dengan pakai selimut.

"Kurang ajar, siapa berani tidur di pembaringanku ?" bentak


Bwee Hiang seraya ia menyingkap selimut yang dipakai
menutup kepala orang yang lagi tidur.

"Ah, Ling Ling !" teriaknya ketika ia mengenali wajah orang


yang tidur.

Pada wajahnya Ling Ling yang cantik tampak sepasang mata


yang melotot penasaran. Meskipun merasa ngeri melihat
wajahnya si pelayan, Bwee Hiang masih sempat membuka
selimut yang menutupi tubuh. "Aiyaaa !" Bwee Hiang
mengeluarkan teriakan tertahan, seraya ia mundur setelah
menutupi pula selimut tadi yang menutupi tubuhnya Ling Ling.

Apakah yang membikin si nona sangat kaget ?

Kiranya, ketika selimut dibuka, tampak tubuh Ling Ling


telanjang bulat. Sepasang buah dadanya yang montok sudah
dikupas orang hingga rata. Kemana sepasang buah dadanya
itu ? Sedang tangan kirinya, 3 dim diatas nadi berlumur darah,
tertabas kutung oleh senjata tajam.

Bwee hiang tak tahan menghadapi dua adegan di depannya,


maka ia berteriak, "Adik kecil, adik kecil, lekas kau masuk !"

Lo In terkejut mendengar panggilan Bwee Hiang seperti yang


ketakutan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekali lompat ia sudah berada di dalam mendekati Bwee


Hiang yang berdiri gemetaran di tepi pembaringan di atas
mana ada terlentang mayatnya Ling Ling.

Ketika Lo In sudah berada di dekatnya, Bwee Hiang tak tahan


dengan goncangan hatinya maka ia roboh terkulai dan akan
mendeprok di lantai kalau tidak keburu Lo In datang
menyangga. "Enci Hiang, enci Hiang !" memanggil si bocah
ketika melihat si nona lemas badannya dan kedua matanya
tertutup.

Apa yang sudah terjadi ? Tanyanya dalam hati. Sementara


matanya melirik ke bawah, ia melihat tubuhnya Lan Lan yang
terkapar tak berkutik. Cepat Lo In pondong Bwee Hiang dan
diletakkan di atas satu dipan, tidak jauh dari pembaringan.

Meskipun biasanya Lo In sangat tenang, kali ini kelihatan ia


gugup juga.

Cepat si bocah menghampiri Lan Lan yang menggeletak di


lantai. kapan ia membuka baju yang sobek sana sini yang
menutupi tubuhnya Lan Lan, tampak Lan Lan telanjang bagian
bawahnya. Cepat ia menutupi pula Lan lan, lalu meraba
tangan si pelayan diperiksa urat nadinya. Kiranya Lan Lan
sudah tidak bernyawa. Ia geleng-geleng kepala tampaknya ia
merasa kasihan pada si pelayan yang bernasib malang itu. Ia
mengerti bahwa Lan lan mati karena totokan jahat pada jalan
darah.

Lo In jadi termenung sejenak dalam keadaan berjongkok.


Kapan matanya kemudian melirik ke pembaringan, ia lihat ada
sesosok tubuh yang ditutupi selimut seluruhnya. Cepat ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bangkit dan menghampiri. Perlahan-lahan ia membuka selimut


yang menutupi. Kaget ia karena itulah Ling Ling yang
ketawanya manis dan mukanya botoh, sekarang sudah jadi
mayat dengan mata melotot.

Dalam terkejutnya, ia menyingkap terus selimut yang menutupi


tubuh Ling Ling. Bukan main gusarnya Lo In nampak
sepasang buah dadanya si pelayan yang cantik dikupas orang.
Berbayang di matanya si bocah, kapan Ling Ling turut tertawa
ngikik, sepasang buah dadanya yang bulat menonjol seperti
turut bergoyang.

Pikir si bocah, Ling Ling toh sudah jadi mayat. Apa


halangannya kalau ia diperiksa lebih jauh tanda-tanda
kekejaman manusia atas dirinya si pelayan. Maka, ia sudah
menyingkap terus selimut dan.... hatinya terkesiap kapan
melihat tangan kirinya si Ling Ling dekat pergelangan
terkutung mengeluarkan banyak darah. Kekejaman itu
sedikitnya dengan pedang, kalau tidak dengan golok
dikerjainya. Lo In sambil bergidik. Ia bergidik dan bulu
tengkuknya dirasakan berdiri. Bukannya takut tapi meluap
kegusarannya yang belum pernah ia alami sebelumnya.

Cepat-cepat ia menutupi pula tubuhnya Ling Ling dengan


selimutnya.

Lo In tampak berdiri bengong. Pikirnya, apakah mungkin ada


manusia demikian kejam merusak anggauta tubuh si Ling Ling
yang botoh mungil ? Tapi bukti sudah ada, bagaimana juga Lo
In dapat melupakan kekejamannya manusia jahat dalam dunia
yang lebar ini.

Kalau tadi ia acuh tak acuh meskipun sudah menyaksikan


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kekejaman dalam markas cabang Ceng Gee Pang, sekarang


setelah menyaksikan Ling Ling dan Lan Lang menjadi korban
keganasan manusia jahat, maka hatinya benar-benar menjadi
sadar bahwa seharusnya ia membasmi kejahatan untuk
menolong si lemah.

Tiba-tiba ia teringat akan Liu Wangwee, maka seketika itu ia


lompat keluar kamar.

Saban beberapa tindak ia jalan, ia menemukan mayat para


pelayan yang mengerikan. Ia tidak ada tempo untuk
memeriksa satu demi satu. Yang penting ia mau cari Liu
Wangwee, orang tua yang telah perlakukan dirinya sangat
baik.

Setelah ia berputar-putar mencari, tidak juga ia menemukan si


orang tua. Akhirnya ia sampai ke taman bunga, dimana belum
lama berselang ada dilakukan pertempuran dengan Sucoan
Sam-sat. Di sini ia telah menemui mayatnya Cia Kie terkapar
dengan leher hampir putus, tidak jauh darinya terlihat
mayatnya Cia Liang terlentang dengan kepala sudah terpisah.

Cemas hatinya Lo In, sebab Liu Wangwee masih juga belum


diketemukan.

Ia berdiri bengong. Tiba-tiba pendengarannya yang tajam


menangkap seperti ada suara rintihan dalam gerombolan
alang-alang. Dengan beberapa lompatan ia sudah sampai
disana, ia menerobos masuk dan kemudian keluar lagi dengan
sesosok tubuh dipanggul di atas pundaknya. Itulah Liu
Wangwee yang keadaannya sudah hampir mati.

Lo In letaki orang tua yang bernasib buruk di tempat terbuka.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan meminjam penerangan rembulan, Lo In periksa


keadaannya si orang tua.

Si bocah cepat menotok beberapa bagian jalan darah untuk


menghentikan darah yang keluar tidak hentinya dari luka-luka
di bagian muka, bahu dan kedua tangannya yang sudah
menjadi buntung. Keadaan lukanya si hartawan sangat parah.
Lo In putus harapan untuk merampas jiwanya dari malaikat
elmaut. Meskipun demikian, ia coba keluarkan obatnya yang
manjur untuk menolongnya. Dalam repotnya, tiba-tiba ia
dibikin kaget oleh Bwee Hiang yang menubruk ayahnya dan
menangis menggerung-gerung.

Bwee Hiang ketika mendusin dari pingsannya, ia tidak melihat


adik kecilnya dalam kamar. Ia lantas menduga Lo In tentu
sedang mencari ayahnya. Cepat ia bangun dan lari keluar. Ia
tidak perdulikan mayat-mayat para pelayannya yang malang
melintang ia ketemukan. Terus ia mencari Lo In sampai ia
jumpai si bocah sedang memberikan pertolongan pada
ayahnya di taman bunga.

Bukan main takutnya si gadis tampak keadaan ayahnya sudah


sangat payah. Ia memeluki sambil menangis, tangannya
meraba-raba wajah si orang tua yang sudah mandi darah.

Dengan jari-jarinya yang halus, si nona beberapa kali coba


melekkan matanya Liu Wangwee yang meram saja seperti
sudah mati. Putus harapan si nona, ia menangis makin
menjadi.

"Enci Hiang." tiba-tiba si gadis mendengar adik kecilnya


berkata halus. "Lope tidak dapat ditolong hanya dengan
tangisan saja. Maka tenangkanlah hati enci dan marilah kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sama-sama menolongnya."

Bwee Hiang seperti tersadar mendengar kata-kata si bocah. Ia


melepaskan pelukannya sambil masih terisak-isak ia
menyusuti air matanya.

"Adik kecil, bagaimana ini..........?" si gadis kebingungan,


tangisnya belum berhenti.

"Tenang, enci Hiang." menghibur Lo In. "Jiwa ada di tangan


Thian (Tuhan). Kita manusia harus pasrah kepada nasib, asal
kita sudah menolong dengan sebisanya kepada Lope. Coba
aku periksa lagi keadaannya."

Lo In berkata sambil tangannya mengangkat tubuhnya Liu


Wangwee hendak di pondong, di bawa pergi dari situ.

Tiba-tiba matanya Liu Wangwee yang barusan meram saja


tampak dibuka, sebelum badannya terangkat oleh Lo In. Si
bocah tersenyum kepadanya. Bwee Hiang lihat itu, mukanya
mendekati wajah si orang tua. Katanya, "Ayah, oh, ayah......"

Si orang tua tersenyum. Terdengar ia berkata, "Anak Hiang,


anak Hiang. Selanjutnya kau harus akur-akur dengan adik
kecilmu. Eh, anak In." Liu Wangwee teruskan kata-katanya
pada si bocah. "Tolong kau jaga encimu. Biarlah kalian hi...."

Sampai disitu kata-kata Liu Wangwee terputus berbareng


jiwanya juga sudah pergi. Kepalanya teklok dengan
sendirinya. Lo In menghela napas. Liu Wangwee mati dengan
disangga tangannya. Suatu kematian yang mengharukan,
setelah meninggalkan pesa pada putri kesayangannya dan si
bocah wajah hitam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara itu, setelah mendengar pesan sang ayah kemudian


melihat ayahnya menutup mata, Bwee Hiang tidak tahan
dengan getaran hati yang sangat sedih dan putus harapan.
Maka ia tidak bisa menangis, sebaliknya, ia jatuh pingsan........
Sampai disini kita melihat pada Eng Lian.

Seperti diceritakan di sebelah atas, Eng Lian setelah dicekoki


'Cian jit su su hun' atau 'Obat bubuk mematikan ingatan seribu
hari', ingatannya sudah berubah dan menjadi lupa kepada
segala kejadian yang sudah-sudah. Si bocah Lo In sudah tidak
ada dalam alam pikirannya lagi. Ia hanya ingat Ang Hoa Lobo
ada suhunya dan kepada siapa ia harus bersetia dan menurut.
Meskipun demikian, obat itu tidak mengganggu alam
pikirannya yang cerdik, lincah dan gayanya yang lucu. Ang
Hoa Lobo sangat kegirangan setelah menguasai Eng Lian.
Cita-citanya yang besar untuk mendirikan partay baru, segera
kesampaian dengan bantuannya Siauw Cu Leng.

Ang Hoa Pay (Partay Bunga Merah) telah terbentuk dan


perlahan-lahan dikenal di kalangan Kangouw. Akan tetapi
orang tak dapat menemukan dimana pusat atau cabangnya
Partay Bunga Merah itu. Orang hanya dengar perkumpulan
baru itu dikepalakan oleh satu nona muda yang menamakan
dirinya Kim Coa Siancu atau Dewi Ular Emas.

Kabarnya Kim Coa Siancu ada sangat lihai, pergi dan datang
tak kelihatan bayangannya, menakjubkan dan membuat jago-
jago rimba persilatan (Bulim) menjadi khawatir akan sepak
terjangnya partai baru itu. Apakah partai itu berhaluan baik
atau jahat. Tapi yang terang, belakangan ini banyak terjadi
penculikan anak-anak tanggung usianya, menimbulkan
kegemparan karena diketahui penculikan-penculikan itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dilakukan oleh Kim Coa Siancu.

Eng Lian yang sudah berubah dirinya menjadi Kim Coa Siancu
memang juga berkepandaian lihai. Ia bukan saja dapat didikan
serius dari Ang Hoa Lobo tapi juga disayang oleh Sucouwnya
ialah Lamhay Mo Lie atau 'Si Iblis wanita dari lautan kidul
(selatan)' yang kepandaiannya susah diukur.

Lamhay Mo Lie yang melihat Eng Lian ada berbakat jempolan,


tidak ragu-ragu lagi ia mendidik si dara cilik dengan luar bisa.
Lwekangnya Eng Lian dahsyat oleh karena emposan dari
obat-obat gaib Lamhay Mo Lie. Dalam tempo pendek atau
tidak sampai dua tahun, dari satu dara kecil yang lemah, Eng
Lian berubah menjadi si 'Jelita 17 tahun' yang tegap, cantik
luar biasa dan kepandaiannya sangat tinggi. Memang tidak
dilebih-lebihkan kalau Ang Hoa Lobo suka membual bahwa
Kim Coa Siancu ada seorang yang hebat kepandaiannya
sebab memang demikian kenyataannya si dara cilik di bawah
didikan langsung dari Lamhay Mo Lie.

Sepanjang muncul Kim Coa Siancu yang memimpin Ang Hoa


Pay, ada juga beberapa orang kuat yang dapat menyelidiki
dimana tempatnya partai baru itu. Tapi Coa-kok (lembah ular)
adalah sangat berbahaya untuk dikunjungi, maka ada sedikit
orang yang berani menempuh bahaya untuk pergi ke sana.

Diantara yang sedikit orang yagn berani menempuh bahaya


terhitung Siang-tauw niauw Kam Eng Kim, puteri dan
mantunya (Lengkoan Giok Lie Kam Lian Eng dan Hek-houw
Ma Liong). Mereka sangat penasaran dengan diculiknya Ma
Sian Bwee, cucu dan puteri kesayangannya mereka.

Setelah Ma Sian Bwee diculik Ang Hoa Lobo, dengan


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bercucuran air mata Kam Lian Eng melapor pada ayahnya, si


Burung Kepala Dua Kam Eng Kim. Mendengar laporan yang
mengagetkan itu, bukan main marahnya si Burung Kepala
Dua. Sambil menggebrak meja ia mencaci si nenek yang
menculiknya, ia tidak tahu siapa namanya si nenek culik itu.
Hanya ia tahu si nenek adalah suruhannya Kim Coa Siancu
sebagaimana diterangkan oleh Lengkoan Giok-Lie Kam Lian
Eng.

Sejak itu, penyelidikan dilakukan dengan sungguh-sungguh


untuk mengetahui dimana tempatnya Kim Coa Siancu itu.
Sampai beberapa lama dia berusaha, akhirnya dapat juga
keterangan yang dingini oleh mereka.

"Coa-kok letaknya ada di sebelah utara barat gunung


Hengsan." menyatakan Ma Liong dalam membicarakan soal
menolong anaknya.

"Jauh tentunya dari tempat kita." kata sang isteri, Lengkoan


Giok Lie.

"Jauh tidak menjadi soal." menyela Kam Eng Kim. "Yang


dipikirkan tempat itu merupakan lembah yang banyak ular
jahatnya. Banyak orang bilang yang memasuki lembah itu,
bisa masuk tidak bisa keluar lagi."

"Apa benar sampai begitu bahayanya, ayah ?" tanya


Lengkoan Giok-lie.

"Aku sendiri belum tahu ke sana, bagaimana aku tahu ?"


jawab sang ayah.

"Biar bagaimana, kita tidak tega anak Bwee diantapkan begitu


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

saja !" Ma Liong menyatakan kecemasannya.

Kam Eng Kim dan puterinya membungkam.

Tampak si Burung Kepala Dua mengurut-urut jenggotnya yang


panjang. "Memang begitu." katanya. "Tidak perduli ada
gunung golok di sana, kita harus pergi untuk menolong Sian
Bwee !" si jago tua meneruskan, bersemangat dia.

"Kapan kita berangkat ?" Lengkoan Giok-lie juga


bersemangat.

Ma Liong melirik pada mertuanya, tidak berkata apa-apa.

"Nanti aku tanyakan dahulu pada sahabatku Louw Bin Cie,


apa dia bersedia untuk mengikuti kita atau tidak." Kam Eng
Kim menyatakan.

"Bagus." kata Ma Liong. "Kalau Louw Su-siok turut, kita dapat


tambah tenaga yang sangat berarti. Dia kepandaiannya
menggunakan sepasang pedang, tiada yang dapat
menandinginya !"

Ma Liong kelihatan kegirangan mendengar Louw Bin Cie akan


diajak dalam kepergiannya itu. Tidak heran ia kegirangan
karena Louw Bin Cie ada tersohor kepandaiannya bersilat
dengan sepasang pedangnya. Dua pedang yang digunakan
olehnya bukan pedang dari ukuran biasa, tapi pendek. Dari
ujung pedang samapi di ujung gagangnya kira-kira panjang
dua kaki. Pedang biasa, tajam hanya satu muka. Tapi pedang
Louw Bin Cie ada dua muka, depan belakang.

Kepandaiannya menggunakan sepasang pedang itu, membuat


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

namanya Louw Bin Cie terkenal dengan julukan Sian-jin


Siang-kiam Louw Bin Jie atau 'Si Sepasang Pedang Dewa'
dan dengan kepandaiannya ini bukan sedikit jago-jago silat
yang menjadi pecundang. Malah di kalangan Hekto (jahat)
namanya sangat ditakuti.

Dengan Kam Eng Kim, si Sepasang Pedang Dewa ada


bersahabat baik, lebih-lebih dari saudara putusan perut. Maka
ketika Louw Bin Cie mendapat kabar hal diculiknya Sian
Bwee, dia juga sangat gusar. Sian Bwee ada satu anak
perempuan yang berbakat untuk belajar ilmu silat. Maka Louw
Bin Cie sering memberi beberapa petunjuk dan pandangan
kepada si dara cilik sebagai cucunya juga, karena atas
perintah Kam Eng Kim, kepadanya Sian Bwee ada memanggil
Yaya (engkong atau kakek).

Demikian, ketika ditanya pikirannya, Louw Bin Cie tidak pikir-


pikir lagi. Ia sudah lantas menyanggupi untuk pergi bersama-
sama dengan Kam Eng Kim ke Coa-kok.

"Aku ingin lihat, Kim Coa Siancu itu macam bagaimana.


Apakah dia ada mempunyai tangan delapan sampai orang
ketakutan kepadanya ? Hmm !" Louw Bin Cie menyatakan
kesengitannya ketika Kam Eng Kim mengatakan si Dewi Ular
Emas ada sangat lihai ilmu silatnya, disamping juga ada
pembantunya yang lihai-lihai.

Pada keesokan harinya, genap satu setengah tahun Sian


Bwee menghilang. Ma Liong dan isteri dengan dikawal oleh
dua jago tua Kam Eng Kiam dan Louw Bin cie, mereka
melakukan perjalanan ke lembah ular dimana ada
bersemayam Kim Coa Siancu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam perjalanan kesana, mereka dapat kesukaran mencari


keterangan. Waktu jarak tempat yang dituju masih jauh,
mereka masih dapat petunjuk dari orang dimana letaknya
Coa-kok. Tapi makin mendekat ke tempat tujuan, makin sukar
mereka dapat keterangan. Orang-orang yang ditanyai
kebanyakan menggeleng kepala, mengatakan tidak tahu.
Lengkoan Giok-lie coba gunakan pengaruh uang, menyogok,
supaya orang mau kasih petunjuk tetapi tidak ada yang mau
terima. Mereka jadi heran.

"Kalau begitu jalannya, bagaimana kita cari sarangnya Kiam


Coa Siancu ?" tiba-tiba Kam Eng Kiam mengutarakan
pikirannya.

Ma Liong dan isterinya hanya memandang si jago tua, hanya


diam saja. Rupanya mereka satu pikiran. Memang sukar untuk
mencari sarangnya Kim Coa Siancu, manakala tidak
mendapat petunjuk dari orang-orang yang berdekatan dengan
Coa-kok.

Louw Bin Cie juga terdiam di tempat berdirinya.

Setelah semuanya membisu untuk beberapa lama, tiba-tiba


Louw Bin Cie berkata, "Mari ikut aku. Di sana ada orang yang
akan menolong kita."

Louw Bin Cie berkata sambil tangannya menunjuk ke


jurusandepan, nyamping ke kiri hingga kawan-kawannya
menjadi heran, "Memangnya siapa ada tinggal disana ?" tanya
Kam Eng Kim pada sahabatnya.

"Aku kira toako tentu kenal orangnya manakala sudah jumpa."


jawabnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Louw Bin Cie tidak menerangkan siapa adanya orang itu,


hanya ia terus memimpin orang-orangnya dengan jalan lebih
dahulu menuju ke arah yang barusan ia tunjuk sehingga Kam
Eng Kim sungkan untuk menanya lebih jauh.

Tidak lama mereka jalan, segera menemukan sebuah rumah


sederhana dikurung oleh pagar bambu sekitarnya. Mereka
sampai didekatnya, tiba-tiba dibikin kaget oleh anjing yang
menyalak. Gonggongan anjing itu keras dan galak. Rupanya
anjing jantan sebab kemudian disusul menyalaknya anjing lain
yang tidak begitu galak, anjing betina rupanya. Sebentar lagi
tampak muncul seorang wanita yang berusia pertengahan,
melihatnya, Louw Bin Cie menyapa, "Thio Jiso (enso kedua),
apa kau baik-baik saja ? Sungguh girang aku dapat melihat
kau lagi."

Wanita tadi memandang ke jurusan Louw Bin Cie, "Eh, kau


yang datang Louw-ji (si Louw kedua). Sungguh tidak disangka-
sangka." kata si wanita seraya menghampiri pintu pekarangan,
berbareng mulutnya ramai melarang anjing-anjingnya
menyalak.

"Mari, mari masuk. Kau bawa banyak teman ?" kata si wanita
lagi seraya membuka pintu pekarangan, menyilahkan tamu-
tamunya masuk.

"Bagaimana, apa toako ada di rumah ?" tanya Louw Bin Cie
sambil terus berjalan mengikuti si Thio Jiso, nyonya rumah
rupanya.

Si wanita yang dipanggil Thio Jiso tidak menyahut, hanya


jalannya dipercepat dan masuk lebih dahulu ke dalam rumah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sebentar lagi tampak muncul lagi wanita lain. Lian Eng yang
melihat merasa bingung sebab wanita itu romannya hampir
sama dengan yang tadi, hanya sedikit tuaan. Tapi kalau dilihat
sepintas lalu, orang bisa keliru dan menyangka wanita yang
baru muncul itu yang tadi juga.

"Selamat datang, selamat datang !" menyambut si wanita yang


barusan muncul.

"Thio Toaso, bagaimana kau baik-baik saja ?" kata Louw Bin
Cie sambil angkat tangannya menyoja si nyonya dan diturut
oleh yang lain.

Lian Eng bingung Louw Bin Jie memanggil Jiso dan Toaso
(enso kedua dan kesatu). Apa tuan rumah punya dua isteri ?
Tanya hati kecilnya.

Lengkoan Giok-lie tak usah lama-lama menebak dalam


hatinya karena ia segera diperkenalkan kepada tuan rumah
dan dua wanita tadi.

Dan benar saja dua wanita itu adalah isterinya tuan rumah.

Mereka itu Sian Kin dan Sian Lian, orang she Kho, keduanya
adalah isteri dari Kim to Thio Tiat, si Golok Emas yang pada
10 tahun berselang terkenal namanya sebagai guru silat di
kota Hokciu (Hokkian). Sian Kin dan Sian Lin adalah sepasang
dara kembar dari puteri hartawan Kho di kota Hokciu yang
bersama-sama mencintai Thio Tiat gara-gara belajar silat. Thio
Tiat tidak memilih-milih lagi, ia sikat sekaligus kedua-duanya
menjadi istrinya. Matanya Thio Tiat benar-benar lihai sebab
dua isterinya memang benar isteri-isteri yang pantas
mendapat cinta sang suami.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Karena mereka betul-betul setia dan merawat suaminya


dengan baik. Satu sama lain bisa akur, tidak main iri-irian
seperti biasanya bila satu suami dengan dua istri bila dijadikan
satu (srumah) pasti cakar-cakaran. Tetapi mereka dapat hidup
dengan bahagia.

Belakangan Thio Tiat merasa bosan dengan penghidupan di


kota, maka ia sudah ajak dua istrinya menyepi di tempat
pegunungan, yang ditinggali sekarang, ialah dusun Cit-seng-
tin, termasuk wilayah Coa-kok juga.

Thio Tiat dengan Louw Bin Cie adalah teman baik dari kecil.
Malah ketika si guru silat bercinta-cintaan dengan sepasang
dara kembar, ia tahu juga. Malah sering menggodai mereka.
Pada waktu itu ia sering mendapat pesanan Sian Kin dan Sian
Lin, bukannya suatu hadiah tapi pesanan cubit karena si dara
jengkel digodai. Thio Tiat hanya ketawa terbahak-bahak dapat
melihat Louw Bin Cie teraduh-aduh terima cubitan Sian Lin
yang lebih galak dari encinya.

Louw Bin Cie dipanggil Louw-ji karena masih ada engkonya


yang dipanggil Louwtoa (si Louw kesatu atau tua) yang
bernama Bin Gie, yang juga mengenali sepasang dara itu tapi
tidak suka bersenda gurau seperti Louw Bin Cie.

Demikian pertemuan antara Thio Tiat dan Louw Bin Cie,


sungguh-sungguh menggirangkan kedua pihak karena sejak si
orang she Thio menyepi di kampungnya situ, belum pernah
ketemu lagi dengan teman sepermainan di waktu masih kecil
itu.

Louw Bin Cie mengenalkan Kam Eng Kim dan lain-lainnya


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pada Thio Tiat dimana Thio Tiat memberi sambutannya indah


dan sopan hingga menyenangkan para tamunya. Siang-tauw-
niauw Kam Eng Kiam memang kenal dengan Thio Tiat tapi
hanya kenal nama saja. Begitu juga sebaliknya dengan Thio
Tiat. Tapi sekarang, begitu berani, kelihatan mereka cocok
dan dapat mengobrol banyak.

Demikian, dilain pihak Lian Eng pun dapat mengobrol dengan


gembira dengan dua nyonya rumahnya, yang ternyata suka
ngomong. Tidak hentinya dua nyonya rumah itu menghujani
Lian Eng dengan rupa-rupa pertanyaan tentang keadaan di
kota sekarang ini. Lengkoan Giok-lie tidak keberatan untuk
menceritakan perubahan-perubahan yang ia tahu sehingga
dua nyonya itu kelihatannya merasa senang.

Selama mereka bercakap-cakap, tak terasa cuaca mulai


gelap.

Dengan ramah tamah, tuan dan nyonya rumah mengundang


mereka untuk melewatkan sang malam dalam rumah itu saja.
Para tamu tidak melihat alasan untuk menolak. Apalagi urusan
yang penting hendak ditanyakan belum dilakukan. Maka itu
mereka dengan baik telah menerima undangan untuk
menginap dalam rumah Thio Tiat.

Nyonya rumah telah menyediakan hidangan sekedarnya tapi


cukup lezat dimakan oleh para tamu dan semuanya pada
mengatakan banyak terima kasih.

Pada mulanya, di waktu omong-omong dengan perlahan-


lahan Louw Bin Cie timbulkan persoalan Kim Coa Siancu.
Waktu mendengar disebutnya Kim Coa Siancu, otomatis,
tampak wajah Thio Tiat dan dua istrinya menjadi pucat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi Thio Tiat dapat menguasai getaran jantungnya yang


kaget. "Sebaiknya jangan kita bicarakan soal itu." katanya,
perlahan suaranya.

Ma Liong tidak puas. Ia lantas ceritakan tentang diculiknya


Sian Bwee dan maksud mereka lewat di Cit-sen-tin adalah
hendak menyatroni sarangnya Kim Coa Siancu di Coa-kok.
Hanya menyesal sekali, tidak ada seorang yang dapat
memberi petunjuk yang jelas untuk pergi ke sana.

Mendengar itu, Thio Tiat saling pandang dengan kedua


istrinya.

"Urusan kalian memang hebat." kata Sian Lin tiba-tiba. "Dalam


hal lain mungkin kita dengan lantas dapat membantu tapi
dalam itu, maaf saja."

"Kenapa begitu ?" tanya Kam Eng Kim, tidak puas dia.

"Dalam wilayah di sini, ada satu pantangan untuk orang


menyebut apa-apa mengenai dirinya, apalagi petunjuk seperti
yang kalian ingini." berkata lagi Sian Lin, wajahnya sudah
pucat ketakutan.

Thio Tiat dan Sian Kin juga kelihatan gelisah.

"Hahaha !" terdengar Kam Eng Kim tertawa.

"Kalian tidak berani kasih tahu, kami juga tak berani lama-lama
tinggal disini. Nah, marilah kita pergi !" ia bangkit dari
duduknya mengajak kawan-kawannya berlalu dari rumah itu,
malam-malam itu juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ayah, kau jangan bawa adat yang bukan-bukan !" berkata


Lian Eng yang merasa jengkel dengan kelakuan sang ayah
yang tidak benar.

"Apa kau bilang ? Bukan-bukan ? Hmm !" tidakk senang ia


ditegur anaknya.

"Orang sudah begitu baik terhadap kita, masa dibalas dengan


kelakuan yang demikian tidak sopan ?" berkata lagi Lien Eng,
berani ia menyela ayahnya.

"Kau, kau, anak apa ! Tidak punya isi perut. Orang sudah
ketakutan masih mau ngotot lagi. Mereka boleh takut pada si
sundal Kim Coa Sian....." berbareng api lilin yang sengaja
dipasang dua batang telah menjadi padam.

"Hihihi....." kedengaran suara ketawa wanita di sebelah luar,


perlahan suara ketawa itu tapi menusuk ke telinga orang yang
ada disitu. Thio Tiat dan dua istrinya saling peluk ketakutan
sementara Ma Liong dan Liang Eng juga jeri hatinya, hanya
Louw Bin Cie yang besar hatinya. Dengan sekali lompat ia
sudah berada di luar pintu. Di sana si orang she Louw hanya
melihat seperti segulungan asap ketiup angin pergi, pergi tidak
kelihatan ditelan kegelapan sang malam.

Louw Bin Cie sebenarnya hendak mencegat larinya si wanita


yang ketawa tadi tapi sudah terlambat. Wanita itu sudah
lenyap seperti asap bergulung-gulung.

Si orang she Louw hanya bisa menghela napas dengan


mendongkol. Ketika ia masuk lagi ke dalam, api lilin
penerangan sudah dipasang lagi. Mendadak Lian Eng menjerit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melihat ayahnya sedang duduk menyender di kursi dengan


kedua matanya tertutup.

Waktu Thio Tiat dan dua istrinya mendekati, mereka menjadi


menggigil seperti yang merian, "Kim...... Kim..... Coa....
Sian.....cu.....!" kata-kata ini molor keluar dari bibirnya sian Lin
seraya tangannya menunjuk pada jidatnya Kam Eng Kim
dimana terdapat goresan seperti gambar ular kecil tengah
meloget-loget jalan.

"Ayah, ayah........." Lian Eng bangkit dari duduknya hendak


menubruk ayahnya, tapi cepat dihalangi oleh Sian Lian hingga
mereka jadi berkutatan. Lian Eng berontak hendak
menghampiri ayahnya sedang Sian Lian bertahan
menghalanginya.

Segera Sian Kin sudah turun tangan juga, katanya, "Nona


Eng, kau dengar dulu omonganku. Sabar, satu sudah hilang,
masa harus yang lain menyusul ?"

Ma Liong dan Louw Bin Cie heran mendengar kata-kata Sian


Kin.

Sementara itu, Lian Eng juga sudah menjadi tenang. Tidak lagi
ia berontak untuk memeluk ayahnya yang sudah jadi mayat. Ia
ingin mendengar penjelasan Sian Kin, yang lalu berkata lagi,
"Nona Eng, kalau adikku barusan mencegah kau menubruk
ayahmu adalah demi keselamatanmu. Kam Lo-enghiong
setelah mendapat totokan maut dari Siancu, badannya
menjadi beracun. Kalau kena diraba, orang yang merabanya
akan ikut ia ke alam baka. Inilah yang dapat kuterangkan.
Harap kau tidak menjadi kecil hati. Sekarang paling baik kita
urus jenasah ayahmu baik-baik. Mau ditanam disini boleh saja,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mau di bawa pulang, itu terserah."

Lengkoan Giok-lie mendengar perkataan Sian Kin, berdiri bulu


kuduknya. Seram dia, hatinya berdebar keras, ketakutan.
Matanya saling pandang dengan suaminya.

Ma Liong ragu-ragu akan Sian Kin, maka ia tinggal membisu


saja, tak dapat ia memberi putusan. Sang istri paham dengan
sikapnya sang suami, maka dari takut ia juga menjadi ragu-
ragu atas keterangannya Sian Kin.

Louw Bin Cie juga masih tidak percaya, masa sampai begitu
ampuh totokan si Dewi Ular Emas. Dapatkan ia menyimpan
bisa di dalam tubuhnya sang korban ?

Melihat sikap mereka, kuatir salah satu antaranya nanti nekad


mencoba-coba meraba mayatnya Kam Eng Kiam, maka si Jiso
(Sian Lin) berkata, "Kalian mungkin tidak percaya akan kata-
kata enciku. Nanti aku kasih bukti !" berbareng ia berlalu dari
situ masuk ke belakang. Tidak lama ia kembali dengan
membawa seekor anak anjing yang masih kecil hingga para
tamu menjadi heran.

"Nah, lihat, aku korbankan makhluk yang tidak berdosa !"


katanya berbareng ia pegang kepalanya si anjing kecil,
mukanya ditempelkam pada pipinya Kam Eng Kim, lalu
dilepaskan dengan cepat hingga si anak anjing jatuh di lantai.
Ia tidak berkuing-kuing lari mencari ibunya, sebaliknya, begitu
badannya menyentuh lantai, tampak ia berkelejetan seperti
makan racun layaknya. Sebentar kemudian terdengar suara
'Ngik' hanya sekali dan anjing kecil itu melayang jiwanya dan
tubuhnya sudah tak bergerak lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lian Eng lompat menubruk Ma Liong. Ia memeluk suaminya


dengan ketakutan bukan main.

Ma Liong pun tergetar hatinya, tapi tidak ketakutan seperti Lian


Eng.

Louw Bin Cie dilain pihak, tampak angguk-anggukkan


kepalanya. Hatinya cemas tercampur terharu. Ia cemas karena
gara-gara ia yang membawanya ke rumah Thio Tiat sehingga
Kam Eng Kim menemukan kematian konyol, terharu
kehilangan si Burung Kepada Dua yang tidak sedikit tahun
menjadi sahabatnya. Ia jadi berdiri menjublek.

Sekonyong-konyong Lian Eng melepaskan pelukan dari


suaminya lalu menghampiri Sian Lin, di dekapnya Lian Eng
jatuhkan diri berlutut sambil berkata, "Lin koukou, kau adalah
Injinku, terimalah hormatku dan aku mohon maaf atas
kelakuanku barusan yang tidak benar." air matanya tampak
bercucuran.

Koukou artinya bibi dan Injin (tuan penolong).

Melihat kelakuan Lengkoan Giok-lie, Sian Lin mengelus-elus


rambut si juwita dari kota Lengkoan, "Anak Eng. Kita orang
sendiri, tak usah banyak peradatan. Nah, bangunlah !" Sian
Lin menyilakan si nyonya muda bangun.

Mengingat nanti berabe diperjalanan kalau mayatnya Kam


Eng Kim di bawa pulang, maka atas kemauan Lin Eng sendiri,
mayat Kam Eng Kim dikubur di Cit-seng-tin. Mayat itu
dibungkus dengan kain tebal dan selimut supaya tubuhnya
yang beracun tidak sampai teraba oleh orang yang
menggotongnya ke dalam liang kubur. Lian Eng mengucurkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

banyak air mata, menyaksikan penguburan jenasah ayahnya


yang kesohor itu hanya disaksikan oleh ia sendiri, sang mantu
Ma Liong, sahabatnya Louw Bin Cie serta Thio Tiat dan dua
nyonya yang mulia hatinya. Coba kematian Siang-tauw-niauw
Kam Eng Kim kejadian di tempatnya sendiri, sudah tentu
banyak yang datang melayat dan penguburan dilakukan
dengan ramai sekali dengan diantar oleh banyak kawan-
kawannya dalam dunia Kangouw.

Setelah selesai membereskan penguburan jenasah ayahnya,


Lian Eng ajak kawan-kawannya untuk meneruskan perjalanan.
Kepada tuan rumah dan dua nyonya rumah, Lengkoan Giok-lie
mengucapkan banyak terima kasih. Malahan ia mau
tinggalkan uang untuk ongkos selama mereka tinggal disitu,
akan tetapi ditolak oleh tuan dan nyonya rumah yang manis
budi.

Dalam perjalanan, mereka mampir disebuah rumah makan An


Seng untuk melepaskan lelah dan mengisi perut. Mengingat
akan nasehat dua nyonya Thio Tiat bahwa ada pantangan
bagi orang-orang yang tinggal di wilayah dekat Lembah Ular
menyebutkan nama Kim Coa Siancu atau menyinggung-
nyinggung soalnya, maka Lian Eng dan dua kawannya tak
berani dengan terang-terangan berbicara mengenai soal Kim
Coa Siancu lagi. Mereka kini tahu akan kelihaiannya si Dewi
Ular Emas.

Meskipun demikian, diam-diam Lian Eng ada mengandung


maksud bahwa suatu waktu ia mesti menemui Kim Coa Siancu
untuk menentukan siapa unggul. Tapi hal ini ia tidak dapat
lakukan sekarang. Pikirnya, ia akan belajar atau
memperdalam ilmu silatnya lagi, setelah mana ia baru akan
mencari Kim Coa Siancu yang telah menculik puterinya dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membunuh ayahnya.

Dalam rumah makan itu mereka kasak kusuk untuk mengambil


keputusan, apakah perjalanan baik diteruskan atau baik
pulang saja. Louw Bin Cie tidak berkata apa-apa sebab ia
memang hanya sebagai pengantar saja. Putusannya sudah
tentu ada pada Ma Liong dan istrinya yang mempunyai
kepentingan dalam hal itu.

"Diteruskan juga percuma, kita hanya akan mengantarkan jiwa


saja." Ma Liong menyatakan pikirannya. "Sebaiknya kita
pulang saja dahulu untuk berdamai dengan orang-orang tua
dirumah, untuk meminta nasehatnya bagaimana kita harus
berbuat menghadapi musuh yang sangat tangguh."

Louw Bin Cie pikir, itulah jalan paling baik. Maka Lian Eng pun
tidak bisa membantah dan mereka sekarang telah putar
haluan untuk balik kembali saja.

Tidak jauh dari meja makan mereka, tampak ada 4 orang, juga
sedang makan dengan bernapsu. Mereka ketawa geli dalam
hati melihat satu diantaranya yang bermuka merah dan gendut
pendek, makannya sangat gembul. Beberapa kali telah
tambah nasi dalam mangkoknya tapi masih belum juga
kelihatan merasa kenyang.

"Tan-heng, aku kuatir perutmu nanti kembung seperti balon !"


kawannya bermuka putih menggodai si gendut yang makan
tanpa batas.

"Hahaha !" si gendut tertawa seraya letakkan mangkok dan


sumpitnya di meja, mulutnya masih penuh dengan nasi.
Setelah menelan habis nasi di mulutnya, ia meneruskan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkata, "Perjalanan kita ke Coa-kok harus melewati banyak


tempat sepi. Maka aku harus bekal makanan dalam perutku
supaya tidak kelaparan di jalan. Hahaha !"

Si gendut tertawa seraya tepuk-tepuk perutnya.

Louw Bin Cie terkejut mendengar kata si gendut. Pikirnya,


kalau begitu 4 orang yang sedang makan itu bermaksud
hendak pergi ke lembah ular. Apa maksud mereka ke sana ?
Apa ada urusan yang sama dengan urusannya Ma Liong ?

Louw Bin Cie saling berpandangan dengan Ma Liong serta


istrinya.

Si Sepasang Pedang Dewa Louw Bin Cie ingin mencari tahu,


kalau benar mereka ada bertujuan sama, baik sekali kalau
diajak menjadi teman seperjalanan. Ketika ia mau bangkit dari
duduknya, tiba-tiba ia mendengar seorang lain yang memakai
kumis berkata pada si gemuk, "Tan-heng, jangan-jangan
belum sampai disana bekal dalam perutmu itu sudah
digerembengi orang............ Hehehe !"

Si gemuk ketawa, "Aku Tan Thiat Ga, datang kemari


mengantar dia, aku punya toako." berkata si gemuk seraya
menunjuk orang di depannya yang berperawakan jangkung.
"Kalau aku si orang she Tan tidak punya 'isi', mana berani
begitu gegabah mengantar orang ke tempat yang seram !"

Maksud si gemuk 'isi' itu artinya 'punya kepandaian silat'. Tapi


temannya, si kumis berlagak pilon dengan arti yang
sebenarnya, ia menggodai, katanya, "Tentu saja ada isi, ialah
isi perut. Hahahaha...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Semua orang ketawa kecuali si jangkuk yang kelihatannya


sedari tadi bermuram durja saja. Thiat Gu rupanya seorang
yang jenaka diantara mereka, maka kawannya suka
menggodainya. Sebab kemudian dengan gayanya yang lucu
ia berkata lagi pada si kumis seraya mengusap-usap perutnya,
kepalanya nunduk memandang perutnya yang seperti balon
ditiup, katanya, "Lie-heng, isi ini penuh dengan lwekang
(tenaga dalam) yang dahsyat. Siapa berani raba isinya ? Hmm
! Jago-jago temanku, jungkir balik dengan iniku !" si gemuk
perlihatkan kepalannya. Lalu meneruskan, "Di sini aku mau
coba si dara jelita yang disohorkan berkepandaian sangat
tinggi !"

"Siapa itu dara jelita, Tan-heng ?" tanya si kumis seraya


menahan tertawa.

"Hehehe...." kepalanya mendongak. "Itulah Kim Coa Sian......


!"

Baru saja menyebut 'Kim Coa Sian...', belum 'cu'-nya


keucapkan, badan si gemuk tiba-tiba gemetaran dan jatuh ke
lantai bersama bangku yang didudukinya.

Semua orang kaget, apa lagi kawan-kawannya yang serentak


turun tangan menolong temannya yang diserang penyakit
ayan, pikir mereka.

"Hi hi hi..... !" terdengar suara ketawa wanita di sebelah luar.

-- 18 --

Suara ketawa itu tidak diperhatikan oleh kawan-kawannya Tiat


Gu yang sedang repot menolong si gemuk yang kelenger
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan tiba-tiba itu. Tapi bagi Louw Bin Cie dengan kawan-
kawannya, tertawa wanita itu mereka kenal baik. Itulah Kim
Coa Siancu, berkata dalam hati masing-masing. Tidak berani
mereka mengucapkan dengan terang-terangan karena takut
mati konyol seperti Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim dan si
gemuk yang barusan mereka saksikan menemui ajalnya.

Louw Bin Cie hanya dapat berpandangan dengan dua


kawannya.

Sementara itu Tiat Gu yang digoyang-goyang lengannya tetap


tidak sadarkan diri. Si jangkung, toakonya si gemuk lalu ulur
tangannya meraba pipi dan dahinya sang kawan. Tiba-tiba ia
bergemetaran dan jatuh meloso di lantai. Berkelejatan
sebentar seperti anak anjing beberapa malam yang lalu Lian
Eng saksikan, lantas si jangkung tidak berkutik lagi.

Melihat si jangkung keracunan gara-gara meraba pipi si


gemuk, maka dua kawannya yang lain ketakutan, tidak berani
meraba tubuh sang kawan. Apalagi si kumis yang barusan
menggoyang-goyang lengan si gemuk, bukan main ia
ketakutan. Ia tidak apa-apa menggoyang-goyang lengan si
gemuk lantaran lengan si korban ketutupan lengan baju. Coba
bila tidak, pasti si kumis yang direnggut duluan jiwanya oleh
racun dahsyat dari Kim Coa Siancu. Keadaan waktu itu
menjadi panik, para tamu yang takut tentang hal itu sebentar
saja sudah padalari keluar kecuali tamu-tamu yang datang dari
luar tempat tidak mengerti akan kematiannya si gemuk dan si
jangkung. Penduduk disitu sudah lantas tahu bahwa si gemuk
mendapat hadiah 'Bu-im In-coa' atau 'Cap ular tanpa suara',
senjata rahasia Kim Coa Siancu yang menggemparkan.

Pada dahi si gemuk tampak goresan gambar ular yang sedang


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melegot-legot jalan.

Entah macam apa bentuknya senjata rahasia dari Kim Coa


Siancu, tiada orang yang tahu. Orang-orang hanya tahu
korban-korban yang kena sasarannya akan gemetaran
sebentar dan kemudian lantas mati. Pada jidat si korban akan
diketemukan satu goresan gambar ular kecil yang jalan
melegot-legot. Berdasar inilah rupanya orang menamakan
senjata yang ampuh dari Kim Coa Siancu 'Bu-im In-coan' atau
'Cap ular tanpa suara'.

Si muka putih dan si kumis mengeluarkan banyak uang juga


untuk mengubur jenazah kedua kawannya karena mereka tak
dapat melakukannya sendiri tapi harus minta bantuannya
beberapa penduduk disitu yang sudah biasa menguburkan
korban-korban dari Kim Coa Siancu sehingga tidak sampai
keracunan.

Louw Bin Cie dan dua kawannya tidak menyaksikan


penguburan itu karena mereka sudah lantas melakukan
perjalanan pulang.

Meskipun sudah kawakan dalam dunia Kangouw, Louw Bin


Cie menyaksikan kejadian yang sehebat dilakukan Kim Coa
Siancu, diam-diam keberaniannya menjadi kecut untuk
menghadapi Kim Coa Siancu. Ia ingin buru-buru pulang untuk
berunding dengan kawan-kawannya yang lebih tua tentang
halnya Kim Coa Siancu.

Ketika matahari mendoyon ke sebelah barat, si Sepasang


Pedang Dewa Louw Bin Cie dan dua kawannya menjadi
kebingungan karena sudah kesasar jalan. Hari sudah
mendekati sore, bagaimana mereka nanti dapat tempat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pemondokan sebab disitu jalan-jalan yang dilewati boleh


dikata hanya hutan-hutan yang sepi saja.

Di depan sana, tiba-tiba Lian Eng nampak ada satu kebun


bunga.

Ia memang paling suka pada kembang-kembang, maka


seketika itu ia cepatkan jalannya meninggalkan kawan-
kawannya. Ia tidak mengira bahwa disana sudah ada seorang
gadis tengah memetik bunga-bungan yang indah seraya dari
mulutnya terdengar suara nyanyian yang amat merdu
kedengarannya.

"Hm, siapa anak dara ditengah-tengah hutan ini ?" Lian Eng
menanya pada dirinya sendiri seraya teruskan jalannya
mendekati si anak dara yang tengah asyik memetik bunga.
Lengkoan Giok-lie menggunakan ilmu entengi tubuh maka
juga si gadis jelita tadi tidak mengetahui kalau dirinya ada
yang dekati.

"Adik manis, kau sendirian saja memetik kembang ?" tiba-tiba


ia menegur si gadis yang kelihatan kaget dan hentikan
menyanyinya.

Ka[an ia menoleh pada Lengkoan Giok-lie, si Lengkoan Giok-


lie menjadi sangat terperanjat hatinya. "Eh, kau, kau ada disini,
anak Bwe..." tiba-tiba mulutnya nyonya Ma tercetus ucapan
aneh.

Aneh untuk si gadis sebab ia tidak kenal sama wanita di


depannya.

"Siapa yang kau maksudkan dengan anak Bwee ?" ia lantas


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menanya.

"Eh, apa kau bukan anak Bwee ?" Lengkoan Giok-lie


menegasi berbareng hatinya rada sangsi karena reaksi dari si
gadis di luar dugaannya.

Gadis itu geleng-geleng kepala mendengar pertanyaan


Lengkoan Giok-lie.

Lian Eng menjadi penasaran, ia datang lebih dekat dan


mengawasi wajah gadis itu.

Ia lihat si gadis pengawakannya agak berubah, lebih jangkung


dan lebih botoh dari Sian Bwee anaknya satu setengah tahun
yang lalu. Pikirnya, perubahan itu wajar karena satu setengah
tahu ia tidak ketemu anaknya itu. Ibu mana sih yang tidak
mengenali anaknya, maka juga Lian Eng sudah berkata pula,
"Tidak salah, kau adalah Sian Bwee anakku. Kalau buka,
siapa ada orang tuamu, adik manis ?"

"Hihihi..... bibi ini lucu. Aku jadi anakmu, aku sudah keliru. Aku
bernama Cui Sian bukannya Sian Bwee !" si gadis
menyangkal seraya terus memetik bunganya, tidak
memperdulikan Lian ENg yang haus akan cintanya sang puteri
yang hilang !

Sementara itu Ma Liong, suaminya sudah datang mendekati


isterinya yang sedang terpaku, tercengang mendapat
perlakuan dari si gadis yang ia kira anaknya.

"Engko Liong, coba kau lihat siapa dia." kata Lian Eng ketika
mengetahui suaminya ada didepannya. "Eh, nona. Coba kau
lihat siapa ini." Lian Eng kata pada si gadis yang sedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membelakangi mereka, asyik memetik bunga.

Si gadis menolah kepada mereka. Ma Liong terkesiap hatinya


nampak wajah si gadis tapi dia sangsi sebab gadis yang
dilihatnya ini pengawakannya lebih jangkung dan lebih botoh
dari anaknya Sian Bwee yang hilang.

"Adik Eng, anak ini mirip dengan anak kita." akhirnya ia


berkata juga.

Liang Eng tidak menyahuti kata-katanya sang suami tapi ia


gapaikan tangannya pada Louw Bin Cie yang berdiri sedikit
jauh dari mereka, si Sepasang Pedang Dewa dengan segera
lantas datang menghampiri.

"Louw susiok (paman), coba kau lihat, siapa gadis itu." kata
Lian Eng.

Louw Bin Cie memandang pada gadis yang asyik memetik


bunga, "Hei, nona, coba kau berpaling sebentar !" katanya
pada si gadis.

Si nona menoleh dan melemparkan senyuman manis.

"Ah, dialah Sian Bwee." kataya setelah melihat tegas roman


muka si gadis.

"Nah, bagaimana pendapatmu ?" Lian Eng menanya


suaminya.

Ma Liong juga memang menduga gadis itu adalah anaknya


hanya ia ragu-ragu karena perbedaan perawakan si gadis itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendengar perkataan sang isteri dan ucapan Louw Bin Cie,


mau tidak mau ia harus akui bahwa gadis di depannya itu ada
puterinya yang hilang. Maka ia lantas maju mendekati dan
berkata, "Anak Sian, apakah kau sudah lupa kepada ayah
bundamu ? Kau disini sendirian, mari kita pulang !"

"Hihihi...." si gadis ketawa empuk. "Pulang ? Pulang kemana ?


Aku tidak bisa meninggalkan suhu, lagian aku tidak kenal
kalian !" si gadis berbareng angkat kaki hendak meninggalkan
mereka.

"Tunggu !" kata Lian Eng, agak bengis suaranya.

Si gadis hentikan tindakannya. Ia agak kaget, wanita ini main


bentak, pikirnya.

"Kau mau apa ? Aku tidak ada urusan dengan kau. Kenapa
kau tetap juga mengaku aku sebagai anakmu ? Hihihi, ada-
ada saja."

Lian Eng dan dua kawannya seketika mempunyai satu


anggapan baha gadis di depannya ini memang Sian Bwee
adanya, cuma saja ingatannya sudah tidak waras, memungkiri
ayah bundanya sendiri. Maka mendengar kata-kata Cui Sian,
Louw Bin Cie saling pandang bertiga. Dengan satu tanda
kedipan dari Lian Eng, segera juga Ma Liong bergerak hendak
menangkap Cui Sian.

Pikrinya, dengan sekali jambret tangan Cui Sian sudah dapat


dicekal olehnya sebab dalam gerakannya ia gunakan tipu
'Sianjin hian chiu' atau 'Sang Dewa perlihatkan tangan', salah
satu jurus dari 'Liu su ciang hoat' (Ilmu pukulan pohon Liu)
yang menjadi kebanggaan dalam perguruannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tangan kiri di dada untuk menjaga serangan membalik,


tangan kanan menyambar tangan si gadis. Ma Liong sangsi
kalau Cui Sian bukan puterinya dan pandai silat, maka ia
sudah gunakan tipu itu. Tapi sebaliknya sang isteri, Lian Eng
menganggap perbuatan sang suami itu terlalu kasar terhadap
anak sendiri.

Meskipun kelihatannya tidak berjaga-jaga, tangannya yang


halus terancam bakal kena dicekal Ma Liong, si gadis
waspada juga. Begitu tangan Ma Liong menyambar, segera ia
tarik sedikit tangannya sehingga sambaran tangan Ma Liong
hanya menangkap angin.

"Hihihi..." Cui Sian ketawa, seraya lari dari situ.

Ma Liong terbelalak matanya, Lian Eng terpaku ditempatnya


dan Louw Bin Cie manggut-manggut kepalanya. Kenapa ? Ma
Liong suami isteri dan Louw Bin Cie bukannya heran atas
kegesitannya si gadis, hanya mereka kenali Cui Sian
menyelamatkan tangannya dari sambaran Ma Liong adalah
jurus 'Thian lie kay tay' atau "Bidadari meloloskan sabuk'.
Suatu gerakan yang khusus untuk mengelakkan tipu 'Sian jin
hian ciu' dari ilmu silat 'Liu su ciang hoat'.

Dengan begitu, Cui Sian itu benar-benar adalah Sian Bwee,


puterinya yang hilang itu.

Lian Eng tidak sabaran setelah mendapat bukti ini, maka ia


sudah lompat menyusul sebelum Cui Sian pergi jauh, "Anak
Bwee, kau mau kemana ?" ia memanggil.

Cui Sian tidak meladeni, ia terus lari seperti yang ketakutan.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba-tiba ia hentikan larinya dan kebingungan karena di


depannya sudah ada Ma Liong yang mencegat. Ia tidak
kekurangan akal, lantas ia belik ke kanan, lari menghampiri
sebuah pohon besar seraya berteriak-teriak minta tolong. Tapi
sebelum ia sampai ke pohon yang dituju, tiba-tiba muncul
Louw Bin Cie dari balik sebuah pohon yang terus mencekal
tangan si gadis sehingga tidak berkutik meskipun Cui Sian
berontak-rontak keras untuk melepaskan tangannya. Tidak
lama lagi, sudah sampai Ma Liong dan Lian Eng kesitu.

Lian Eng peluk Cui Sian seraya mengelus-elus rambutnya,


"Anak Bwee, kau benar-benar adalah puteriku yang hilang.
Apa kau tidak kenali aku, ibumu ?" berkata Lian Eng dengan
penuh kesayangan. Tapi si gadis terus berontak-rontak,
mulutnya ribut tidak mengakui Lian Eng dan Ma Liong sebagai
ayah ibunya, hingga suami isteri itu kewalahan.

"Mari kita bawa dengan paksa saja." Ma Liong mengusulkna.


"Nanti setelah di rumah, kita pikir bagaimana baiknya
mengobati pikirannya yang ngawur."

Louw Bin Cie setuju dengan usul itu.

Tiada ada lain jalan dari pada demikian, maka Lian Eng juga
jadi mufakat dan seketika itu juga, Ma Liong sudah gunakan
jarinya menotok jalan darah si gadis yang membuat ia tidak
berontak-rontak dan gampang diangkutnya. Tiba-tiba mereka
mendengar suara, "hihihi!". Suara ketawa wanita yang sangat
dikenal oleh mereka.

"Kim Coa Siancu..." ucap mereka dalam hati masing-masing.

Ma Liong dan Lian Eng tanpa disadari sudah menggigil


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tubuhnya.

Louw Bin Cie masih dapat menahan getaran jantungnya, ia


tidak demikian jeri seperti Ma Liong suami isteri. Ia pasrah
kepada nasib apabila senjata rahasianya Kim Coa Siancu
ialah 'Buim In-coa' mengambil jiwanya seketika itu.

Mereka sudah pada memeramkan matanya untuk menerima


kematian.

Tapi lama ditunggu, kiranya tidak ada apa-apa yang


menakutkan sebab disana tidak jauh dari pohon besar tampak
seorang dara manis yang umurnya sebaya dengan Cui Sian
lagi ketawa-tawa manis ke arahnya.

Kapan Lian Eng perhatikan si dara manis yang sedang jalan


mendatangi, ia lihat, gadis itu benar-benar sangat cantik.
Terpesona ia oleh kecantikan gadis itu. Kecantikannya sendiri
yang sampai mendapat julukan Lengkoan Giok-lie atau si
Jelita dari kota Lengkoan, ia merasa belum menemui
tandingan, sekarang ia menjumpai nona di depannya sungguh
menakjubkan hatinya.

Dalam pakaian serba tipis yang menggiurkan, burung-


burungan yang bergerak-gerak memain pada ikat kepalanya
yang pantas sekali, sungguh nona ini pantas menjadi satu ratu
yang dipuja dalam suatu negera. Demikian mempesonakan
wajahnya si dara manis, hingga Lian Eng tanpa merasa dari
bibirnya telah berkata, "Nona, kau sangat cantik....." tatkala si
dara manis sudah berhadapan dengan Lengkoan Giok-lie.

"Terima kasih atas pujianmu." suaranya ramah dan meresap di


hati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cui Sian sementara itu masih tetap dikuasai oleh Ma Liong


dan isterinya.

Ketika melihat yang datang itu lantas saja Cui Sian berkata,
"Siancu, mereka hendak membawa aku. Katanya aku adalah
anak mereka. Tolong Siancu supaya dapat mengusir mereka
yang mengganggu kesenangan kita !"

Lenkoan Giok-lie dan dua kawannya menjadi terkejut. Kiranya


dara manis itu adalah Kim Coa Siancu yang ditakuti bagaikan
hantu. Mereka kira tadinya Kim Coa Siancu itu adalah satu
wanita yang berwajah jelek menakuti dengan jari-jarinya yang
berkuku panjang-panjang runcing menyeramkan. Tidak
tahunya, ia hanya satu dara manis dari usia yang sebaya
dengan Sian Bwee dan cantik sekali.

Lian Eng memberanikan hati apalagi melihat Kim Coa Siancu


tidak ada apa-apanya yang harus ditakuti dan seram. Ia
berkata, "Mohon Siancu punya kemurahan supaya anakku ini
dikembalikan ingatannya dan mengenali ayah bundanya lagi."

Kim Coa Siancu tertawa manis. "Dari mana kau tahu CUi Sian
adalah puteri kalian ? Bagaimana kalian dapat mengenalinya
?" tanya Kim Coa Siancu.

"Aku yang menjadi ibunya, mana tak bisa mengenali anaknya.


Juga ayahnya dan Yayanya (dimaksudkan Louw Bin Cie) pasti
mengenalinya."

"Orang bisa saja keliru kecuali bila ada buktinya."

"Bukti apa yang Siancu maksudkan ?" menyela Ma Liong.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalian mengatakan Cui Sian adalah anak kalian, tapi apa


buktinya ?" sahut si Dewi Ular Emas.

Lengkoan Giok-lie dan suaminya merenungkan apa yang


dimaksud oleh Kim Coa Siancu.

Akhirnya Lengkoan Giok-lie dapat tahu maksud si Dewi Ular


Emas, lalu katanya :"Aku dapat buktikan bahwa pada jidat
puteriku ada satu andeng-andeng kecil. Sepintas lalu memang
tidak kelihatan. Tapi kalau diperhatikan tampak nyata."

"Bagus." kata Kim Coa Siancu. "Coba kau unjukkan padaku,


dimana adanya andeng-andeng itu pada jidatnya Cui Sian.
Kalau benar ada, tentu Cui Sian adalah anak kalian."

"Baik !" sahut Lian Eng hampir berbareng dengan Ma Liong.

Lengkoan GIok-lie lantas pegang kepala Cui Sian dan


memeriksa. Bukan main girangnya sebab tanda yang
dimaksudkan itu memang ada diatas jidat Cui Sian.

"Siancu, ini dia...." kata Lengkoan Giok-lie seraya dengan


jarinya ia tekan andeng-andeng paa jidat si gadis.

Karena jidatnya kena disentuh, otomatis Cui Sian beringas


dan tangannya si wanita cantik dari kota Lengkoan kena digigit
seketika. Cui Sian berbareng berontak dan lari kepada Kim
Coa Siancu sambil ketawa hi hi hi....

Cui Sian merasa dirinya aman disampingnya Kim Coa Siancu.

Sementara Ma Liong dan Louw Bin Cie berdiri bengong


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melihat kejadian itu. Kim Coa Siancu telah berkata, "Nah, lihat
buktinya !"

Apa yang dimaksudkan 'Nah, lihat buktinya' oleh Kim Coa


Siancu, Ma Liong dan Louw Bin Cie tidak paham tapi yang
terang bahwa dengan sekonyong-konyong setelah digigit Cui
Sian, Lengkoan Giok-lie telah tertawa Hi hi hi..., berbareng
gerakan kakinya lari pada Kim Coa Siancu.

Pikirannya Lengkoan Giok-lie sudah berubah sekarang,


berubah dalam alam pikiran untuk Kim Coa Sianculah adanya
suhunya dan pelindungnya. Ia sudah tidak mengenali Ma
Liong lagi sebagai suaminya, apalagi kepada Louw Bin Cie.

Ma Liong jadi kebingungan. Anak belum dapat ditarik pulang,


sekarang isterinya lagi ikut pihak sana. Dalam tertegunnya itu,
Ma Liong dengar kata-kata Louw Bin Cie, "Lekas tarik pulang
isterimu sebelum dikuasai orang !"

Ma Liong tiba-tiba menjadi nekad. Ia lompat dan menyambar


tangan isterinya. Tapi sang isteri berkelit seperti Cui Sian
barusan menggunakan gerak 'Bidadari loloskan sabuknya',
hingga Ma Liong menjadi sangat cemas.

"Adik Eng, ingat mari kita pulang !" kata Ma Liong seraya
kembali ia lakukan percobaannya untuk menjambret tangan
Lengkoan Giok-lie.

Lagi-lagi Ma Liong jambret angin, malah diluar dugaannya,


sang isteri telah menyerangnya dengan jurus yang sangat
berbahaya. Coba kalau ia tidak siap sedia dengan
kemungkinan itu, tentu kena dihajar oleh Lengkoan Giok-lie.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Pulang ? Pulang kemana ? Aku tidak kenal dengan kau !"


bentak Lengkoan Giok-lie, sambil maju menyerang Ma Liong
lagi.

"Adik Eng, ingat, kau adalah istriku." kata Ma Liong sambil


menangkis serangan-serangan Lengkoan Giok-lie yang hebat.

"Susiok !" teriak Ma Liong. "Kau jangan diam saja, lekas bantu
aku !"

Mendengar teriakan Ma Liong, Louw Bin Cie seperti yang baru


tersadar dari tidurnya. Ia sudah lantas maju untuk bantu
menangkap Lengkoan Giok-lie.

Pertempuran menjadi seru. Lengkoan Giok-lie dikerubuti dua


orang yang kepandaiannya sudah terkenal dalam kalangan
Kangouw.

Kim Coa Siancu dan Cui Sian hanya menonton saja, tidak
begitu menaruh perhatian kelihatannya. Rupanya mereka
hanya menunggu bagaimana kesudahannya pertempuran
sengit itu.

Lengkoan Giok-lie tampak beringas menempur dua lawannya.

Karena kalah unggul, akhirnya Lian Eng menjadi kewalahan


dan kena disergap oleh Louw BIn Cie. Lengkoan Giok-lie
masih terus berontak-rontak.

Tidak enak Louw Bin Cie pikir, saat itu ia memeluki istri orang,
maka ia teriaki Ma Liong, "Lekas, lekas kau gantikan aku !"

Dengan cepat Ma Liong menggantikan yang masih terus


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

meronta-ronta, "Jahanam, kau tidak mau lepaskan nyonyamu


!" ia semprot Ma Long hingga sang suami jadi kebingungan.

"Adik Eng, kau toh ada istriku. Bagaimana kau maki aku
jahanam ?" kata Ma Liong sambil pererat pelukannya, kuatir
sang isteri terlepas lagi.

"Kau dua orang jahat, bagaimana mau menghina nyonyamu ?"


semprot Lian Eng, sepasang matanya beringas menakutkan.

Ma Liong hanya saling pandang dengan Louw Bin Cie.

Louw Bin Cie gerak-gerakkan tangannya, mengasih isyarat


pada Ma Liong. Si Macam Hitam Ma Liong mengira sang
paman menyuruh ia menotok jalan darah isterinya supaya
jangan ia berontak-rontak terus-terusan. Dalam keadaan
tertotok, meskipun pikirannya sudah berubah, Lengkoan Giok-
lie mudah diangkut pulang.

Tapi bagaimana ? Dua tangannya dipakai memeluki Lian Eng.


Bagaimana mungkin dengan satu tangan ia bisa kuasai Lian
Eng sedang dengan satu tangan lain dapat menotok Lengkoan
Giok-lie ? Tapi ia tidak kekurangan akal rupanya, tangan
kanannya yang memeluk Lian Eng digeser pindah ke atas,
maksudnya hendak menotok 'tee-hiat' (jalan darah dibawah
tetek) tapi justru tiba-tiba Lian Eng berontak, jari yang hendak
menotok 'tee-hiat' tadi, sesudah menyentuh buah dadanya
Lengkoan Giok-lie, otomatis si cantik dari kota Lengkoan itu
menggigit lengan Ma Liong hingga Ma Liong jadi kesakitan
dan berbareng dengan Lengkoan GIok-lie yang terlepas dari
pelukannya, ia lari menghampiri Kim Coa Siancu seraya
ketawa hihihi !
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tampak Ma Liong berdiri kesakitan digigit Lengkoan Giok-lie


tadi.

"Liong-jie, kau kenapa ?" tanya Louw Bin Cie seraya


menghampiri pada Ma Liong.

"Siapa kau ?" bentak Ma Liong tiba-tiba hingga Louw Bin Cie
sangat kaget.

"Aku adalah kau punya susiok." sahut Louw Bin ie terang.

"Susiok ? Siapa susiok ?" kata Ma Liong, matanya beringas.

Louw Bin Cie mengerti bahwa Ma Liong juga sudah ketularan


berubah pikirannya seperti istrinya tadi. Tapi toh ia mau coba
juga, katanya, "Liong-jie, ingat ! Kau kena dikerjai orang. Ingat,
lekas ingat !"

Ma Liong bukannya mengingatkan malah ia jadi marah pada


Louw Bin Cie. "Pergi kau ! Aku tidak kenal denganmu !"
bentaknya kasar. Berbareng ia juga sudah jalan menghampiri
Kim Coa Siancu yang memandang Louw Bin Cie dengan
senyuman manis mempesonakan.

"Bagaimana, paman ?" tanyanya pada Louw Bin Cie.

Louw Bin Cie jadi serba salah. Ia mau marah salah, tidak
marah memang ia tahu sudah dipermainkan oleh Kim Coa
Siancu. Perlahan dari jeri hatinya menjadi nekad. Pikirnya, ia
tempo hari meninggalkan kampung halaman dengan empat
orang, masa sekarang ia harus pulang dengan sendirian.

"Siancu." katanya dengan hati mantap setelah ia berhadapan


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan Kim Coa Siancu yang tatkala itu sudah hendak berlalu
meninggalkan tempat itu, diiringi oleh Cui Sian, Ma Liong
dengan istrinya, "Kau adalah satu Dewi yang sangat dipuja.
Tidak seharusnya kau berlaku kejam...."

"Aku kejam apa ?" memotong Kim Coa Siancu.

"Setelah merampas anaknya, masa sekarang kau mau kuasai


juga ayah bundanya ? Itu suatu perbuatan yang tidak betul,
masuk hitungan kejam." berkata si orang she Louw berani.

"Orang she Louw," Kim Coa Siancu ketawa manis. "Kalau aku
tidak pandang kau orang baik yang belum pernah berbuat
kejahatan, siang-siang aku sudah ambil jiwamu." kata si Dewi
Ular Emas.

"Bagus." sahut Louw Bin Cie. "Kau sudah menghargai aku,


tapi aku juga tidak akan angkat kaki dari sini sebelum aku adu
jiwa dengan kau."

Berbareng dengan kata-katanya, Louw Bin Cie sudah


mencabut dua belah pedangnya.

Pikirnya, ia kesohor kepanaiannya dengan sepasang


pedangnya yang aneh, belum pernah dipecundangi musuh,
masa menghadapi satu gadis cilik saja ia mesti terima takluk
sebelum bertempur ? Sungguh hatinya yan berani tidak mau
terima.

"Siancu." katanya lagi. "Dengan sepasang pedangku ini, akan


aku adu jiwa denganmu. Mari, marilah kita menetapkan siapa
unggul !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Coa Siancu yang sedari tadi menonton saja laga lagunya
Louw Bin Cie yang sudah nekad, tiba-tiba ia tertawa. Suaranya
kali ini melengking menusuk telinga hingga Louw Bin Cie kalau
tidak merasa malu, saat itu ia sudah kepingin angkat
tangannya untuk menutupi kupingnya yang sakit seperti
ditusuk-tusuk.

Setelah berhenti tertawa, Kim Coa Siancu memandang Louw


Bin Cie.

"Kau mau berkelahi ?" tanyanya halus, bukan satu bentakan.

"Ya !" sahut Louw Bin Cie singkat.

"Sudah siap ?" Kim Coa Siancu menggoda.

"Sudah siap ?" Kim Coa Siancu menggoda.

"Ya !" sahut Louw Bin Cie gemas. Berbareng ia mulai


menyerang, tidak menanti Kim Coa Siancu bersiap-siap
dahulu. Pikirnya, dengan secara tidak menduga-duga
serangannya akan berhasil. Tapi ia tidak mengira bahwa Kim
Coa Siancu tidak boleh dipandang enteng.

Demikian ketika sepasang pedangnya menusuk berbareng ke


arah dada, tiba-tiba tangan kiri Louw CIn Bie kesemutan dan
pedang jatuh dengan sendirinya. Saat itu Louw Bin Cie hanya
lihat Kim Coa Siancu bergerak sedikit tangannya, berkelebat
menyentil jalan darah pada nadi tangan kirinya.

Louw Bin Cie bukan jago kampungan, sentilah Kim Coa


Siancu pada nadinya hanya membuat jatuh satu pedangnya
tidak sampai membuat ia jatuh terkulai oleh pengaruh totokan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Boleh juga, ya !" berkata Kim COa Siancu seraya berkelit dari
serangan susulan Louw Bin Cie yang hebat sebab si orang
she Louw sudah menggunakan tipu yang sukar dielakan yang
dinamai 'Beng goat Kiam eng' atau 'Bayangan pedang
diterang bulan'. Ujung pedang seperti menusuk dada tapi
sebenarnya yang diarah adalah 'jalanan nasi' (tenggorokan).
Cepat laksana kilat gerakan ini dilakukan, maklumlah Louw
Bin Cie adalah jago pedang maka julukannya juga 'Sian-jin
Siang-kiam', si Sepasang Pedang Dewa.

Tapi.... terbelalak sepasang matanya si Sepasang Pedang


Dewa ketika melihat ujung pedangnya bukan menusuk
tenggorokan tapi nancap diantara dua jari mungil si Dewi Ular
Emas, wajahnya si elok bersenyum manis ke arahnya.

Louw Bin Cie kerahkan tenaga dalamnya untuk menarik


pulang pedangnya yang dijepit dua jarinya Kim Coa Siancu
tapi meskipun ia berdegingan, tidak dapat ia tarik lolos dari
jepitan jari lawan. Kaget si Sepasang Pedang Dewa, peluh
bercucuan di seluruh tubuhnya.

"Mari, kita jangan terlalu lama main-main !" berkata Kim Coa
Siancu berbareng terdengar suara 'pletak !'. Itu adalah suara
patahnya pedang Louw Bin Cie hingga si jago pedang hanya
memegangi pedang buntung di tangannya sambil berdiri
menjublek, tidak tahu apa yang ia harus berbuat saking
kagetnya.

Pedang Louw Bin Cie bukan sembarangan pedang. Dibuat


dari baja pilihan, meskipun pendek, bobotnya berat juga.
Bukan sedikit menemui senjata lawan yang lebih besar dan
berat, pedangnya dapat memapas kuntung. Tapi sekarang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarang ditangannya Kim Coa Siancu hanya ujungnya saja


dijepit oleh dua jarinya yang halus mungil, sekali dikutik,
pedang sudah patah persis pada tengah-tengahnya.

SAmpai dimana tenaga alam Kim Coa Sianvu, benar-benar


susah diukur.

Oleh karenanya si Sepasang Pedang Dewa menjadi


menjublek, tidak tahu apa yang ia harus bikin saat itu.
Kepalanya nunduk dengan perasaan kagum.

"Hi hi hi !" suara ketawa yang membuat si Sepasang Pedang


Dewa tersadar dari kekagetannya. Cepat ia angkat mukanya,
kiranya suara ketawa itu sudah berada di tempat jauh. Kim
Coa Siancu sudah tidak ada pula disitu, berbareng Cui Sian
alias Sian Bwee dengan ayah bundanya sekali, sudah tidak
kelihatan mata hidungnya. Louw Bin Cie hanya bisa menghela
napas beberapa kali dengan putus harapan.

Ia lalu membongkoki badannya, memungut pedangnya yang


jatuh tadi.

Perlahan-lahan ia bertindak meninggalkan tempat itu dengan


penuh teka teki akan kelihaian Kim Coa Siancu yang muda
belia dan cantik luar biasa.

Beberapa lie ia jalan tanpa merasa, tiba-tiba ia melihat jauh di


depan seperti ada dua orang sedang meneduh di bawah
pohon, yang satu tengah berdiri, yang lainnya tengah duduk,
dua-dua kelihatan menyandar pada batang pohon. Louw Bin
Cie kegirangan akan menemui dua orang ditempat yang sepi
itu. Pikirnya, dapatkah mereka ia buat teman kongkouw
(ngomong) dalam perjalanan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia cepatkan jalannya. Beberapa tindak lagi mendekati dua


orang itu, ia lantas hendak membuka mulut menyapa tapi kata-
katanya urung meluncur dari bibirnya karena matanya tiba-tiba
jadi terbelalak kaget. Kiranya orang-orang yang menyandar itu
bukan seperti biasanya menyandar melepaskan lelah,
keduanya tertusuk dengan pedang. Yang menyandar sambil
berdiri adalah seorang yang masih muda, dadanya tertusuk
pedang hingga menembus ke batang pohon, sementara yang
satunya lagi adalah wanita muda, lehernya disate pedang
menembus pohon.

Mata keduanya melotot gusar seakan-akan kematian mereka


itu penasaran. Meskipun si Sepasang Pedang Dewa banyak
pengalamannya bertempur, kematian-kematian seperti yang ia
saksikan sekarang adalah wajar. Tapi mengingat bahwa
kematian mereka ini bukan dari perkelahian tapi akibat
keganasan Kim Coa Siancu, membuat hatinya tergetar setelah
melihat tanda goresan Cap Ular Kecil yang berlegot-legot jalan
pada jidatnya si korban masing-masing. Suatu tanda cap yang
menakutkan bagi siapa yang melihatnya.

Siapakah korban-korban itu ? Louw Bin Cie tidak berani


memeriksa kantong baju mereka, untuk mendapatkan
petunjuk siapa sebenarnya mereka itu. Ia takut akan
keracunan dan menemui kematian konyol.

Kembali Louw Bin Cie melihat lagi akan sepak terjangnya Kim
Coa Siancu.

Sebenarnya menurut hatinya yang tidak tega, Louw Bin Cie


ingin gulung tangan baju bantu mengubur dua mayat itu tapi
mengingat bahanyanya racun Kim Coa Siancu. Ia urungkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

niatnya, ia lalu meneruskan perjalanannya sambil menghela


napas. Baru kali ini si Sepasang Pedang Dewa banyak
keluarkan elahan napas dalam perjalanan. Biasanya ia paling
gembira dan nyalinya besar, meskipun dalam perjalanan
menempuh bahaya.

Belum berapa lama Louw Bin Cie berjalan, kembali ia


menemukan sesosok tubuh yang sedang celentang. Ketika ia
datang mendekati, kaget bukan main sebab orang itu adalah si
muka putih, temannya si gemuk yang tampak sudah jadi
mayat dengan tanda goresan Cap Ular pada jidatnya.

Kemana perginya si kumisan, temannya si gemuk yang


satunya lagi ? Demikian tanya Louw Bin Cie dalam hati
kecilnya.

Louw Bin Cie makin jeri hatinya. Tak ada tempo ia untuk
memeriksa tubuh si muka putih yang sudah jadi mayat, ia
lantas teruskan perjalanannya. Ingin cepat-cepat ia sampai di
rumah untuk mendongeng kepada kawan-kawan halnya si
Dewi Ular Emas yang hebat dan menggemparkan sepak
terjangnya.

Pikirnya, yang penting ia harus lekas-lekas keluar dari daerah


berbahaya yang termasuk wilayah Coa-kok supaya jangan
sampai menemukan kematian konyol.

Akhirnya ia sampai juga di Tong-pek-cun, satu dusun yang


ramai dan banyak penduduknya, terletak di luar wilayah
berbahaya dari Lembah Ular. Hatinya Louw Bin Cie baru
merasa lega. Ia mamir pada sebuah rumah makan 'Ce-lam-
tiam' yang kesohor dengan arak wanginya. Banyak orang dari
lain tempat datang, kebanyakan pada masuk dalam rumah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

makan itu. Maka tidak heran kalau sabah hari rumah makan itu
penuh dengan tamu-tamu, kalau tidak dari luar dudun, tentu
yang datang makan dari dalam dusun itu sendiri.

Sedang enaknya Louw Bin Cie mencicipi makanan lezat dan


arak wangi sebagai pengantarnya, tiba-tiba matanya melihat
pada seorang tamu yang barusan masuk. Ia kenali itulah si
kumis teman si gemuk. Ia ingin dapat beromong-omong
dengan si kumis, mengerti teman-temannya yang telah gugur
dan maksud mereka ke Lembah Ular.

Dengan cara kebetulan, si kumis kehabisan tempat dan


datang makan satu meja dengan Louw Bin Cie. Mereka lalu
berkenalan, sementara menunggu hidangan si kumis yang
perawakan kecil kurusm memperkenalkan namanya Tiong Kiat
she Lie asalah dari propinsi Kwitang.

Louw Bin Cie terkejut. Pikirnya, apa bukan dianya ? Lantas ia


menanya, "Lie-heng ini bukannya Kengcu Kim-kauw cian yang
menggemparkan Kwitang ?"

Kengcu Kim-kauw-cian artinya 'Si Gunting Emas dari kota


Kengcu'.

"Ah, itu hanyalah nama kosong saja." sahut Lie Tiong Kiat
merendah. "Aku sendiri tidak punya kepandaian apa-apa tapi
teman-teman Kangouw main sembarangan memberi julukan
'si Gunting Emas', sungguh berkelebihan."

Louw Bin Cie terkejut mendengar namanya Lie Tiong Kiat


yang bergelar di Gunting Emas, lantaran mendengar sepak
terjangnya si Gunting Emas yang hebat dan pantas dapat
pujian. Ia menindas si jahat menolong si lemah. Di samping
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ilmu silatnya tinggi, tubuhnya enteng seperti jatuhnya


selembar daun kalau ia lompat dari atas menginjak tanah,
tidak ada suaranya. Lompat tingginya melebihi kepandaian
jago-jago silat kelas satu, khusus ia namakan ilmu entengi
tubuhnya itu 'Kim cian coan in' atau 'Panah emas tembusi
mega'.

"Sepantasnyalah kalau orang memberikan julukan kau


demikian." kata Louw Bin Cie seraya manggut-manggut
kepalanya, air mukanya tersenyum ramah.

"Nama saudara Louw juga sangat santar terdengar di


telingaku. Maka aku girang sekali dapat berkenalan dengan
saudara." si Gunting Emas balas memuji.

(Bersambung)

Jilid 07
Letak meja mereka makan di satu pojokan, agak jauh dari
meja tamu lain. Maka dengan leluasa mereka dapat
membicarakan soal-soal yang rahasia, asal tidak keras-keras
bicaranya. Demikian, kesempatan itu tidak disia-siakan oleh
Louw Bin Cie untuk menanyakan halnya si Gunting Emas
datang ke Lembah Ular.

Lie Tiong Kiat kaget Louw Bin Cie timbulkan soal Kim Coa
Siancu.

Mengingat ia sudah berada di luar wilayah Lembah Ular, tidak


ada halangan untuk berbicara dengan Louw Bin Cie mengenai
halnya Kim Coa Siancu. Ia menanya, "Dari mana saudara tahu
halnya aku ke Coa-kok ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ketika kawan saudara yang gemuk itu menemui ajalnya, aku


juga beserta kawan-kawan berada di sana menyaksikan."
sahut Louw Bin Cie.

"Louw-heng kata bersama-sama kawan, sekarang kawan-


kawanmu ada dimana ?" tanya Lie Tiong Kiat. Ia heran Louw
Bin Cie hanya sendirian tapi menyebutkan ada kawan-
kawannya.

"Lie-heng jangan kaget." sahut Louw bin Cie. "Seperti dengan


kau, aku juga sudah kehilangan kawan-kawan dalam
perjalanan."

"Juga dibunuh Kim Coa Siancu ?' tanya Lie Tiong Kiat.

"Satu yang di bunuh, sedang yang lain pada mengikuti si Dewi


Ular Emas."

"He, bagaimana bisa begitu ?"

Louw Bin Cie menghela napas. Lalu ia ceritakan terbunuhnya


Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim, pertemuannya dengan Cui
Sian yang dikenali Lengkoan Giok-lie dan Ma Liong sebagai
puterinya yang hilang diculik. Kemudian muncul Kim Coa
Siancu, Lengkoan Giok-lie digigit Cui Sian dan ingatannya
menjadi berubah dan lalu menggigit Ma Liong sehingga
suaminya ini pun menjadi berubah pikirannya dan mengikuti si
Dewi Ular Emas dengan kesukaan sendiri. Kemudian ia
sendiri maju, nekad untuk menempur Kim Coa Siancu tapi
kesudahannya dipecundangi dengan cara yang memalukan
sekali.

Si Gunting Emas Lie Tiong Kiat manggut-manggut, kemudian


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terdengar ia menghela napas.

Atas permintaan Louw Bin Cie, si Gunting Emas lalu


menuturkan riwayat perjalanannya ke Lembah Ular yang ia
tidak sangka-sangka akan berbahaya sekali.

Pada suatu malam gelap dan hujan turun dengan rintik-rintik.


Keadaannya sunyi senyap dan hawanya dingin membuat
orang tidur nyenyak berselimut tebal.

Pada saat itu, Tan Eng Sian (si jangkung teman si gemuk)
barusan saja pulang dari rumah kawannya yang tinggal di luar
kota Hokcu dimana ia menginap dua malam untuk memberi
pertolongan kepada anak temannya yang dapat sakit.

Tan Eng Siang selainnya terkenal pandai silat, juga pandai


obat-obatan. Maka tidak jarang ia mendapat undangan
sahabat atau kenalan yang anggota keluarganya dalam sakit
untuk diminta pertolongannya.

Tatkala ia samapi di halaman rumahnya, tiba-tiba ia dibikin


kaget oleh berkelebatnya bayangan keluar dari jendela
rumahnya. Ia tidak tahu bayangan siapa yang merupakan
asap menghilang ditelan kegelapan, yang terang ia
mendengar suara seram, "Hihihi..." sehingga ia kaget dan
menduga bayangan tadi manusia yang masuk ke dalam
rumahnya.

Tan Eng Sian tergopoh-gopoh menggedor pintu yang segera


dibukai oleh seorang pelayan laki-laki tau yang sudah
bongkok.

"Siapa yang masuk barusan ?" tanya Eng Sian cepat.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tidak ada yang masuk kemari," sahut si kakek bongkok.

Eng Sian tidak sempat memajukan pertanyaan lebih jauh


karena hatinya penuh dengan kekuatiran rupanya sebab
sikapnya amat gugup.

Cepat ia pergi ke kamarnya. Ternyata kamar dikunci dari


sebelah dalam. Ia heran sebab tidak biasanya sang istri tidur
dengan pintu kamar terkunci. Sebab menurut kata istrinya
sebaiknya pintu kamar jangan dikunci, kalau ada apa-apa
gampang keluarnya. Ini ada alasan yang janggal tapi karena ia
sangat mencintai istrinya ialah istri kedua yang baru dua tahun
ia nikah, karena istri pertamanya meninggal dunia pada lima
tahun berselang, ia tidak keberatan dengan usulnya itu.

Tapi kenyataannya sekarang dikunci dari sebelah dalam ?


Kenapa ? Ah, tentu perbuatan orang jahat yang merupakan
bayangan tadi, pikirnya. Dalam keadaan mendesak, diliputi
oleh kekuatiran, tidak ada jalan lain Tan Eng Sian mendobrak
pintu kamar dengan paksa karena sang isteri yang dipanggil-
panggil beberapa lamanya belum juga membuka pintu
kamarnya.

Waktu sang pintu sudah terpentang, sekali lompat Tan Eng


Sian sudah berada di dalam kamar. Matanya terbelalak ketika
ia melihat ke atas pembaringannya. Ia tampak berdiri
menjublek dengan wajah gusar, matanya tidak berkedip
memandang ke arah pembaringan dimana isterinya tampak
rebah celentang dalam pakaian hawa (telanjang) sedang di
sisinya ada seorang lelaki yang memeluk sang isteri dalam
pakaian adam. Adegan dua orang telanjang bulat inilah yang
membuat Tan Eng Sian berdiri menjublek dengan mata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terbelalak.

Dari sangat gusar, Eng Sian menjadi heran sebab dua


manusia yang main-main pat-pat gulipat itu tidak bergerak,
apalagi lompat ketakutan dan pakai pakaiannya kembali.

Ketika Tan Eng Sian mendekati dengan kegusaran yang


meluap-luap, ternyata dua manusia mesum itu sudah tidak
ada napasnya. Jiwanya telah melayang, entah sejak kapan.
Cepat Tan Eng Sian periksa, ternyata mereka tidak terluka
apa-apa.

Kapan diselidiki lebih tegas, kiranya mereka itu telah ditotok


urat kematiannya dalam keadaan telanjang bulat seperti yang
dihadapi ia sekarang.

Saking gemasnya tiba-tiba tangan Tan Eng Sian menyambar


saling susul dan dua manusia mesum itu dilain saat tubuhnya
sudah pada pindah ke lantai, sedikitpun tidak mengeluarkan
kesakitan meskipun terbanting keras karena memang dua
manusia menjijikan itu sudah tidak bernapas lagi.

Eng Sian lalu keluar, ia berteriak memanggil si bongkok.


Meskipun suaranya keras dan diulang-ulang, tidak kelihatan si
bongkok datang menghampiri.

"Kemana si bongkok perginya, apa dia sudah mampus ?"


berkata Tan Eng Sian dalam marahnya seraya kakinya
bertindak ke kamar si bongkok. Di situ tidak ada orangnya,
makin meluap amarahya Tan Eng Sian. Ia pergi ke belakang
berteriak-teriak memanggil pelayan-pelayannya yang lain tidak
ada kelihatan muncul satu juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si kakek bongkok itu Eng Sian belum jelas benar asal usulnya.
Ia menemukan si bongkok di halaman kuil 'Malaikat Bumi',
ketika ia mengantar Loan Giok, isterinya sembahyang
membayar kaul penyakitnya supaya sembuh. Si bongkok
dengan roman yang mengharukan soja-soja minta pekerjaan
pada Eng Sian suami isteri untuk pekerjaan apa saja ia mau
terima asal dapat makan katanya.

Atas usulnya Loan Giok yang merasa kasihan pada si kakek


bongkok, ia telah diterima bekerja untuk membikin bersih
kebun di pekarangan sebab kebetulan tukan kebunnya Eng
Sian berhenti pada dua hari yang lalu.

Melihat kecerdikannya si kakek bongkok setelah satu minggu


tinggal pada keluarga Tan Eng Sian sudah percayakan
padanya untuk menjaga pintu di waktu malam sebab Eng Sian
sering bepergian. Tuan rumah puas dengan pekerjaan si
bongkok, ia sangat cekatan dan gesit. Kalau Eng Sian pulang
malam, menggedor rumahnya tidak sampai diulangi berkali-
kali, si bongkok sudah lantas membukainya.

Sudah jangka dua minggu si bongkok bekerja pada Tan Eng


Sian.

Melihat bujang-bujangnya tidak muncul, si bongkok juga


kemana tahu, Eng Sian lari masuk lagi, menghampiri satu
pojokan dalam ruangan tengah rumahnya dimana terdapat
sebuah lemari cukup besar dan berta, tapi untuk Eng Sian
tidak menjadi halangan, ketika ia menggeser lemari itu
kelihatan enteng dapat dikisarkan.

Terkejut Eng Sian seketika, mukanya tampak pucat melihat


lubang rahasia tempat menyimpan hartanya sudah dibongkar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orang. Tiada seorang yang tahu tempat menyimpan harta itu


dibawahnya lemari kecuali Loan GIok isterinya. Maka itu,
lantas saja ia mencurigai isterinya. Tapi bagaimana ia
menegur dan tanya Loan Giok karena sang isteri sudah tidak
bernyawa lagi ?

Sejak ia masuk ke dalam rumah tadi, yang ia kuatir adalah


lubang rahasia itu karena di dalamnya ada tersimpan satu
kalung lehe dari batu giok (kumala) tertabur berlian yang ia
dapat miliki dari Gouw Tiang Su saudara angkatnya dengan
mempertaruhkan jiwanya.

Gouw Tiang Su adalah satu maling terbang yang licin, entah


dari mana ia dapat menyikat kalung kumala sangat berharga
itu. Ketika ia memperlihatkan hasilnya itu kepada Tan Eng
Sian, lantas timbul dalam hatinya si orang she Tan yang
serakah untuk memiliki barang-barang berharga. Ketika
diminta, malah mau dibeli dengan uang, barang itu tak
diberikan oleh Gouw Tiang Su, maka Eng Sian terpaksa
menggunakan kekerasan untuk memilikinya. Dalam
perkelahian yang sangat seru, Eng Sian hampir celaka kalau
tidak ada orang ketiga yang datang menyela. Ialah seorang
muda dari usia tiga puluhan, mukanya tampan, namanya Coan
Sim, she Tan sama dengan Eng Sian yang telah bantu
mengerubuti Gouw Tiang Su hingga ia kewalahan dan
akhirnya ia menyerah, barangnya dirampas oleh Tan Eng
Sian.

Karena kejadian itu maka Coan Sim sering-sering suka datang


bertamu ke rumah Eng Sian yang disambut dengan manis
budi dan ramah oleh tuan dan nyonya rumah.

Loan Giok ketika ikut Tan Eng Sian sudah janda, ditinggal mati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

oleh suaminya yang menjadi sahabar Eng Sian. Ia ambil Loan


Giok terdorong oleh perasaan kasihan. Tatkala mana usia
Loan Giok bukan muda lagi, sudah 45, lebih tua 4 tahun dari
Eng Sian. Tapi lantaran Loan Giok bisa merawat diri,
wajahnya tetap segar seperti juga wanita yang baru berusia
30an.

Wajahnya yang hitam manis botoh, kalau tertawa memincuk


jantung membuat Eng Sian yang sudah lama bujangan, tidak
punya pilihan lain selain mengambil Loan Giok sebagai istrinya
untuk menyambung kebahagiaan sampai di hari tuanya.

Memang benar Loan Giok ada seorang istri yang baik, tidak
genit dan mencintai suaminya hingga selama itu Eng Sian
merasa puas dengan pelayanan Loan Giok.

Kebahagiaan yang diharap sampai tua oleh Eng Sian suami


isteri ternyata tak dapat terlaksana. Manusia boleh
mengharap, tapi guratan nasib tak dapat dielakkan.

Demikian awan mendung telah muncul memayungi keluarga


Tan ialah dengan munculnya Coan Sim, bintang penolong Eng
Sian ketika menghadapi Gouw Tiang Su.

Coan Sim tampan wajahnya, tapi hatinya busuk. Tukang


mempermainkan anak isteri orang degnan ketampanannya
sebagai modal. Ia tidak punya pekerjaan, sehari-harinya hanya
luntang lantung saja. Kalau ia bisa berlaku royal dalam
hidupnya yang workloss itu karena berkat dari tante girang
yang membantunya.

Pada sore itu dimana Tan Eng Sian sedang keluar, Coan Sim
dapat kesempatan ngobrol dengan Loan Giok. Nyonya untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

rumah pandang Coan Sim adalah pemuda sopan santun.


Memang demikian ia membawa kelakuannya di depan Tan
Eng Sian dan Loan Giok apabila sedang omong-omong. Maka
Loan Giok tidak berkeberatan menemani Coan Sim
mengobrol, malah si pemuda dapat suguhan hidangan enak
berupa kue-kue dan teh hangat sebagai kawan dalam
menikmati pasang omong.

Dalam omong-omong, bukan sekali dua kali mereka beradu


pandangan hingga Loan Giok sering tundukkan kepala,
hatinya tergetar karena pandangan tajam dari matanya si anak
muda tampan. Sebaliknya, Coan Sim makin tergiur
memandang calon tante girang didepannya yang hitam manis
dengan senyum memikat.

Dari omong-omong sopan lantas melantur kepada kata-kata


melantur, itulah Coan Sim yang mulai keluarkan aksi
merayunya. Ia berkata, "Siapa tidak jadi kegirangan omong-
omong dengan Tan-hujin yang sangat cantik...."

Tan-hujin artinya nyonya Tan.

"Saudara Tan, kau omong berlebihan." sahut Loan Giok


seraya angkat kepalanya dari menunduk marusan karena
tikaman mata lihai si anak muda.

Coan Sim ketawa. Ia kata lagi, "Selama aku ingat belum


pernah aku memuji siapa juga kecuali pada hujin yang
memang aku kagumi kecantikannya...."

Berdebar hatinya Loan Giok. Belum pernah ia mendengar


kata-kata yang dapat membanggakan sanubarinya seperti
yang ia dengar dari mulut Coan Sim yang seolah-olah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bunyinya musik mengalun di telinganya.

Ia diam saja. Sampai Coan Sim berkata lagi, "Kecantikan


hupjan diatas dari segala gadis cantik dari umur 17 keatas.
Hahaha, ini bukannya bohong. Aku berani bersumpah.
Gerakan hujin diwaktu jalan, diwaktu duduk, dilengkapi oleh
senyuman manis memikat, siapa yang akan tidak gugur
imannya ?"

"Aha, saudara ini suka main-main. Aku sudah menjadi nenek


dan...."

"Itu hanyalah pikiran hujin." Coan Sim cepat memotong


sebelum Loan Giok melanjutkan kata-katanya. "Usia tidak
menjadi ukuran, kalau memang wajah sendiri memang cantik
dipandangan orang."

Mau tidak mau, Lok Giok yang biasanya tidak genit, menjadi
berubah mendadak sontak mendengar rayuan Coan Sim yang
dahsyat itu.

Dari suaminya yang dulu maupun yang sekarang, belum


pernah Loan Giok mendengar pujian tentang kecantikan
dirinya apalagi yang demikian muluk seperti yang ia dengar
dari mulutnya si anak muda yang tampan. Waktu ia melirik
pada wajah si pemuda yang tengah berseri-seri ke arahnya,
jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tersenyum membalas,
kemudian dengan lagak manja ia berkata, "Apa iya ?"

"Siapa yang membohongi hujin ?" si anak muda kata,


romannya serius.

"Baiklah, aku akan kasih hadiah...." kata si nyonya rumah.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berbareng ia bangkit dari duduknya, entah mau kemana.

Coan Sim juga cepat bangkit, ia menghadang. Dengan berani


ia pegang kedua lengan Loan Giok, ia menarik dan mendekap
badan Loan Giok di dadanya. Dua tubuh bersentuhan hangat,
tergetar hatinya Loan Giok. Ia coba berontak, susah terlepas
dari pelukannya Coan Sim. Ketika ia angkat mukanya
mendongak, tahu-tahu mulurnya sudah ditekan bibirnya Coan
Sim. Dari berontak ia menjadi jinak. Hanya tangan kirinya
mengikuti tangan kanan Con sim yang mulai galak dan
berkeliaran meraba buah dada yang jadi berombak dan lain-
lain anggota tubuh sampai si nyonya bergemetaran ketika
tangan nakal Coan SIm sampai pada bagian yang hanya oleh
tangan suami yang syah bagian itu boleh disentuh.

"Ah, kau. Jangan disini...." kata Loan Giok perlahan,


tangannya yang kanan berbareng mendorong dada si pemuda
hingga ia terlepas dari pelukan Coan Sim yang ceriwis
kemudian jalan tanpa menoleh lagi.

Coan Sim kesima sebentaran tapi ia segera mengikuti si


nyonya. Ia sudah dapat menduga maksudnya si nyonya dan
benar saja ia telah dibawa ke kamarnya.

Girang seperti menemui gunung emas, ketika Coan Sim sudah


berada dalam kamar si tante girang. Terdengar dari sebelah
luar suaranya Loan Giok. "Ah, kau begini nakal terhadap
nenek-nenek. Hihihi....."

"Nenek-nenek justru yang bisa main... ma..."sahut Coan Sim


terputus. Berbareng terdengar suara pintu didorong terbuka,
seorang kakek bongkok masuk ke dalam dengan pisau
ditangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dua manusia mesum itu terbelalak kaget.

Loan Giok sembat selimut untuk menutupi tubuhnya yang


telanjang.

"Kakek gila, kenapa kau berani masuk ke kamar nyonyamu !"


semprot Loan Giok.

Coan Sim yang memang punya kepandaian silat sudah segera


hendak melompat menerkam si kakek, ia tidak takut orang ada
bawa pisau tajam. Sayang, sebelum ia bergerak si bongkok
sudah sampai dan menotok 'thian ki hiat', jalan darah pada iga
kanannya hingga ia terkulai di ranjang dalam keadaan tidak
berpakaian.

Loan Giok menjadi ketakutan, mukanya pucat seperti


kehabisan darah.

"Hehehe, jangan takut !" kata si bongkok. "Asal kau mau


katakan dimana disimpannya kalung kumala, aku tidak akan
apa-apakan kau dan lelaki jahanam ini !" sambil menunjuk
pada Coan Sim yang tidak berkutik.

Loan Giok memang menyayangi kalung kumala berharga itu


seperti juga dengan Eng Sian suaminya. Tapi dalam keadaan
yang genting itu dimana jiwanya tentu lebih pentind dari pada
kalung kumala, maka ia lantas berkata, "Kau cari di bawah
lemari yang terletak dipojokan dari ruang tengah !"

"Bagus ! Kau tunggu sampai aku ketemukan barang itu. Kalau


kau bohong, awas !" mengancam si bongkok seraya putar
tubuhnya jalan kelua dan pintu ia kunci dari sebelah luar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hingga Loan Giok tidak bisa keluar menggunakan kesempatan


si kakek lagi pergi.

Loan Giok menangis lalu bangkit memeriksa keadaan Coan


Sim yang hanya sepasang matanya saja berputar, badannya
sendiri tak dapat digerakkan.

"Oh, kau kenapa jadi begini ?" tanya si nyonya Tan seraya
menggoyang-goyang tubuh si pemuda yang diam saja.
Nyonya Tan tidak tahu kalau Coan Sim kena ditotok.

Tante girang tidak jadi girang menghadapi kegawatan pada


saat itu.

Sebagai nyonya yang tidak genit dan memang baik


kelakuannya, Loan Giok menangis menyesalkan kelakuannya
yang tidak benar. Ia telah khilap seketika, pada saat
mendengar rayuan asmara dari si pemuda tampan tapi busuk
hatinya. Apa daya sekarang ? Ia hanya mengharap belas
kasihan si kakek bongkok, sebentar bila ia sudah kembali. Ia
tahu bahwa si bongkok tidak akan gagal mencari kalung
kumala.

Sebentar lagi ia mendengar pintu di buka, si kakek tampak


berjalan masuk sambil ketawa-ketawa. Tapi ketika sampai
tidak jauh dari tepi pembaringan, Loan Giok kaget melihat
sikapnya berubah bengis. Ia ketakutan, hampir ia selimuti
kepalanya sekali kalau tiak keburu mendengar si kakek
berkata, "Tan-hujin terima kasih. Ini !" berbareng ia kodok
sakunya dan keluarkan kalung kumala dan diperlihatkan pada
Loan Giok.

"Bagus, kau bawalah !" sahut nyonya Tan, hatinya agak lega
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

karena si bongkok tidak sebengis tadi malah suaranya pun


enak didengar.

Pikirnya, ada harapan ia. Tapi tiba-tiba ia terkejut ketika si


bongkok datang lebih dekat ke tepi pembaringan dan
cenderungkan badannya, tangannya diulur seperti hendak
memegang tubuhnya. Ia memeramkan matanya, ia pasrah
pada nasib kalau sampai si kakek hendak memperkosa dirinya
asal jiwanya dikasih hidup. Kiranya si bongkok bukannya
hendak memeluk Loan Giok yang sudah siap menyerahkan
diri, sebaliknya ia menototk urat kematian Loan GIok yang
seketika itu si tante girang berkelejetan sebentaran dan
napasnya pun lantas putus.

Coan Sim melihat kejadian itu menjadi ketakutan. Tidak lama


sebab ia juga lantas menyusul arwahnya si nyonya hitam
manis yang belum jauh meninggalkannya. Setelah
membereskan si pemuda mesum, si bongkok singkap selimut
yang menutupi tubuh Loan Giok kemudian angkat badannya
Coan Sim yang sudah jadi mayat, di gabrukan ke tubuhnya
Loan Giok hingga keadaannya seperti yang saling peluk dalam
keadaanya yang tidak genah dipandang untuk mereka yang
beriman teguh.

Demikian, si bongkoklah yang membereskan dua manusia


mesum itu, sekarang kemana si kakek bongkok dengan kalung
kumalanya ? Eng Sian berdiri terpaku sekian lama tatkala
menyaksikan lubang rahasia penyimpanan hartanya sudah
dibongkar orang.

Ia jongkok lalau memeriksa, benar saja kalung kumalanya


sudah terbang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hehehe ! " Sekonyong-konyong terdengar suara ketawa


dibelakangnya. Cepat Tan Eng Sian balik tubuhnya, kiranya
yang ketawa itu tiada lain adalah si bongkok yang dicari-cari.

Eng Sian bangun dari jongkoknya lantas menghajar si


bongkok dengan dua kepalannya tapi ia menghajar angin
karena si bongkok sudah berkelit dengan lincahnya. Malah
Eng Sian menjadi kaget sebab si bongkok sekarang sudah
tidak bongkok pula badannya.

"Kau.... kau, siapa sebenarnya ?" Eng Sian menanya gugup.

"Hehehe, kau mau tahu siapa aku ? Aku adalah Kut-nia Hui-
ma Sie Toan Leng !" di kakek memperkenalkan namanya
sehingga tergetar hatinya Eng Sian.

Tan Eng Siang kaget karena Kut-nia Hui-ma atau 'Si Kuda
Terbang dari Bukit Tulang' Sie Toan Leng adalah begal
tunggal yang malang melintang di sekitar pegunungan
Kiansan. Wataknya angin-anginan hingga orang bisa serba
salah menghadapinya, kalau bukan kawan karibnya yang
biasa galang gulung dengannya.

"Kenapa kau menjadi orang bongkok dan nyelusup ke


rumahku ?" tanya Eng Sian.

"Kalau tidak ada kepentingan, mana si Kuda Terbang mau


merendah menjadi orang bongkok segala !" jawabnya,
seenaknya saja kelihatannya.

"Jadi, kau yang curi kalung kumala dalam rumahku ?"

"Tepat dugaanmu, saudara Tan."


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau yang bunuh dua manusia hina itu dalam kamar ?"

"Kau menebak jitu sekali, saudara Tan."

"Aku tidak perduli dengan dua manusia hina itu, tapi kalung
kumala itu. Hm ! Apabila kau tidak kembalikan, jangan harap
kau bisa keluar dari rumahku !"

Sie Toan Leng tiba-tiba tertawa terbahak-bahak hingga Tan


Eng Sian heran.

"Kau mentertawakan apa ? Memangnya aku tidak bisa


buktikan ucapanku barusan ?"

"Aku tertawa bukannya tertawakan kau." sahut si Kuda


Terbang. "Aku tertawa karena kedogolanku hingga barang
yang sudah ada di tangan bisa hilang dirampas orang.
Saudara Tan, kau paham akan kata-kataku ini ?"

Tan Eng Sian melongo. Ia belum dapat menangkap betul apa


maksud kata-kata Sie Toan Leng barusan, maka ia lalu minta
ketegasan.

"Setelah aku membereskan dua manusia terkutuk itu, aku


keluar kamar dan kuncikan mereka dari luar. Pikirku, kalau kau
pulang aakn dapat pergoki bagaimana tidak setianya istrimu
dan kawan mudamu itu." demikian Kut-nia Hui-ma Sie Toan
Leng bercerita kepada Tan Eng Sian.

"Lalu, terus, terus bagaimana dengan kalung kumala itu."


mendesak Eng Sian tidak sabaran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ketika aku jalan sampai di pertengahan rumah, aku masih


sempat mengodok keluar dari sakuku kalung kumala itu untuk
aku memandangnya sekali lagi. Sekonyong-konyong aku
rasakan ada angin dingin berkesiur disampingku. Aku kaget.
Sebelum aku tahu apa-apa kalung kumala itu sudah pindah
tangan. Kaget dan gusar saat itu, lantas aku melihat di
depanku gadis cantik tersenyum ke arahku."

"Kalung kumala tampak ada ditangannya yang putih halus.


Aku merasa gegetun, cara bagaimana ia dapat merampas
barang itu dari tanganku tanpa merasa apa-apa. Apakah dia
satu setan gentayangan ? Tapi kupikir di dunia mana ada
setan, maka aku lantas membentak, 'Anal sambel, kau berani
permainkan kakekmu ? Lekas kembalikan barang yang
ditanganmu itu !' Dia tidak menyahut hanya ketawa manis
saja."

"Aku si Kuda Terbang, mana ketarik dengan senyuman wanita


cantik. Hatiku lebih ketarik oleh kalung kumala yang dengan
susah payang aku dapatkan. Maka seketika itu aku
membentak lagi, 'Kau berani permainkan kakekmu !'
Berbareng aku pun maju untuk menyerang dan merampas
pulang kalung kumala. Tapi.... ia hanya mengebas perlahan
dengan lengan bajunya ke arahku, tiba-tiba aku rasakan
serangkum angin menerjang sangat kuat sekali hingga
tindakanku tertahan oleh karenanya. Aku heran, kukerahkan
tenaga dalam dan maju terus. Si jelita kembali mengebas
dengan lengan bajunya, kali ini agak kerasan dikit tapi cukup
membuat aku terpelanting hingga dahiku tambah daging
karena kebentur pinggir meja. Sialan, pikirku. Amarahku jadi
meluap. Berbareng terdengar suara ketawa 'Hihihi..'. Gadis itu
sudah menghilang dari pandanganku, lenyap bersama dengan
kalung kumala...." Demikian si Kuda Terbang menutup
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ceritanya.

Tan Eng Siang berdiri termangu-mangu mendengar si Kuda


Terbang ceritanya.

Ia menghela napas. Apa daya ? Pikirnya kalau kalung kumala


itu masih ada pada Sie Toan Leng, biarpun ia harus mengadu
jiwa, ia akan berusaha untuk merampas pulang barangnya.
Tapi sekarang, putuslah harapannya. Bagaimana ia bisa
menghadapi lawan, sedang si Kuda Terbang sendiri yang
kepandaiannya sangat tinggi, hanya dikebas sekali sudah
terpelanting.

Kut-nia Hui-ma Sie Toan Leng lalu ngeloyor pergi.

"Tunggu." kata Tang Eng Sian tiba-tiba.

"Kau mau apa lagi ? Barangmu toh sudah tidak ada padaku,
apa kau tidak percaya ?" berkata si Kuda Terbang seraya
ketawa.

"Bukan itu maksudku." sahut Tan Eng Sian.

"Aku hanya mau tahu apa kau kenal gadis yang datang kesini
itu ?"

"Mana aku tahu, sebab kenal wajahnya juga baru pada saat
itu."

"Sebagai begal tunggal, kau harus tahu !"

Si Kuda Terbang termenung sebentar.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Eh," katanya sekonyong-konyong seperti yang teringat


sesuatu, telunjuknya ditekankan pada jidatnya. Ia
meneruskan, katanya : "Sekarang aku ingat. Menurut katanya
kawan-kawanku yang suka tinggal suara ketawa berbareng
orangnya menghilang adalah Kim Coa Siancu dari Coa-kok !"

"Kim Coa Siancu...." menggumam Tan Eng Sian.

Ia pun pernah dengar tentang munculnya Kim Coa Siancu


yang melakukan penculikan beberapa lama berselang.
Menurut berita, datang dan perginya hantu itu ada
menakjubkan seakan-akan bagaikan asap yang lenyap ketiup
angin. Tiada seorang pun yang pernah mempergoki wajahnya.
Ia sendiri menduga hantu itu romannya menakutkan luar
biasa, maka kepandaiannya ada sangat tinggi. Kalau seperti
yang dikatakan sekarang oleh si Kuda Terbang, dia hanya ada
satu gadis cantik saja, ia sangsi apakah dia itu ada Kim Coa
Siancu yang dihebohkan dalam kalangan Kangouw ?

"Kim Coa Siancu sangat lihai." si Kuda Terbang berkata lagi.


"Datang dan perginya hanya seperti bayangan. Aku belum
yakin ada manusia demikian lihai tapi setelah sekarang aku
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, mau tidak mau aku
harus mengakui memang Kim Coa Siancu ada begini !"
berbareng ia menunjukkan jempolnya.

Tan Eng Sian cemas hatinya. Pikirnya, bagaimana ia bisa


dapat pulang barangnya yang sangat berharga itu di tangan
seorang yang sangat lihai ?

"Kalung kumala itu ada sangat berharga, bagaimana kau pikir


?" tanya Eng Sian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tahu, kalau tidak, bagaimana aku berusaha untuk


memilikinya ?"

Tan Eng Sian manggut-manggut. "Sekarang." katanya.


"Kalung kumala ada di tangan Kim Coa Siancu, apakah kau
tidak ada niat untuk merebutnya kembali ?"

"Itu bukan pekerjaan mudah." sahut si Kuda Terbang. "Aku


harus runding dulu dengan teman-temanku, tentang
bagaimana baiknya."

"Bagus ! Marilah kita berlomba, siapa yang dapat merampas


pulang lebih dulu."

"Baiklah !" sahut si Kuda Terbang, berbareng ia pun lantas


ngeloyor dari situ.

Tan Eng Sian pun lantas bekerja, mengubur mayatnya Loan


Giok dan Coan Sim dengan diam-diam di belakang rumahnya
yang terdapat kebun yang rindang.

Dengan begitu, maka Tan Eng Sian tidak perlu lagi berurusan
dengna yang berwajib.

Kalung kumala yang menjadi rebutan itu, kecuali harganya


sukar dinilai, juga mempunyai khasiat untuk kesehatan. Siapa
yang pakai kalung itu, katanya tidak akan didatangi penyakit
dan badan akan selalu merasa sehat dan segar.

Bagaimana Kut-nia Hui-ma Sie Toan Leng dapat tahu adanya


kalung kumala itu dirumahnya Tan Eng Sian, sebabnya karena
Gouw Tiang Su yang memberitahukan padanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kalau digunakan kekerasan, si Kuda Terbang menyangsikan


kepandaiannya. Maka si Kuda Terbang berpikiran
menggunakan jalan halus yaitu menjadi pembantu Tan Eng
Sian, dalam rumah diam-diam ia menyelidiki dimana
disimpannya barang permata itu. Tuakng kebun Tan Eng Sian,
ia sogok suruh berhenti bekerja. Maka dengan mudah si Kuda
Tebang diterima bekerja di rumahnya keluarga Tan.

Sudah dua minggu ia lakukan penyelidikan dengan sabar,


tidak juga ia berhasil.

Kebetulan Tan Eng Sian tidak ada dirumah, ia pergoki nyonya


rumah sedang main gila dengan Coan Sim. Menggunakan
kesempatan ini, ia berhasil menggertak Loan Giok dan
menemukan barang permata yagn dicarinya sekian lama. Tapi
dasar bukan miliknya, tiba-tiba muncul Kim Coa Siancu.
Barang yang sudah ada ditangannya dipindah tangan oleh
Kim Coa Siancu dengan demikian mudahnya.

Kim Coa Siancu datang ke rumahnya Eng Sian pun


bermaksud hendak memiliki kalung kumala karena tertarik
dengan khasiatnya untuk kesehatan. Kiranya barang itu
sebenarnya adalah milik seorang pangeran Boan yang
ternama. Lantaran kehilangan barangnya itu, ia telah membuat
pengumuman. Barang siapa yang dapat mengembalikan
kalung kumala itu akan diberi hadiah besar atau pangkat
dalam pemerintahan. Rupanya pangeran itu sangat
berpengaruh, maka dengan mudah dapat menjanjikan pangkat
pada siapa yang dapat mengembalikan barangnya yang
sangat berharga itu. Kim Coa Siancu dapat tahu hal kalung
kumala itu berdasarkan pada pengumuman itu.

Tan Eng Sian adalah jago silat ulung, banyak pengalamannya


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan banyak kenalannya. Seperti katanya si Kuda Terbang Sie


Toan Leng, pikirnya, memang tidak mudah dengan sendirian
saja berurusan dengan Kim Coa Siancu. Maka itu, ia sudah
kumpul kawan-kawannya yang dianggap paling akrab dan
dapat mengawal menyatroni Lembah Ular.

Keputusan Tan Eng Sian pergi dengan diantar oleh tiga orang
kawannya.

Lembah ular belum dapat dicari, Tan Eng Sian sudah harus
menyerahkan jiwanya dalam perjalanan sebagaimana yang
sudah diceritakan di atas.

Demikian Kim-kauw-cian Lie Tiong Kiat menutur pada Louw


Bin Cie.

Kita kembali pada Lo In yagn tinggal dalam rumahnya Liu


Wangwee.

Melihat Bwee Hiang berubah menjadi pendiam dan selalu


berduka sejak ayahnya meninggal dunia, membuat Lo In
menjadi tidak betah lama-lama dalam rumah orang hartawan
itu. Wataknya paling suka bergembira, tidak memusingkan hal
yang dihadapi, apalagi untuk urusan yang sudah lewat.
Makanya, ia paling cocok dengang Eng Lian.

Tapi kemana perginya enci Lian ? Lo In sering-sering


menanya pada dirinya sendiri.

Mengingat bahwa dia keluar lembah, meninggalkan rajawali


dan kawan-kawan keranya disebabkan untuk mencari Eng Lia,
maka dalam pikirannya kini selalu berbayang Eng Lian yang
lincah jenaka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pada suatu sore ia berkata pada Bwee Hiang : "Enci Hiang,


sudah lama aku berada disini. Maka besok pagi aku akan
teruskan perjalanan mencari enci Lian. Harap enci Hiang baik-
baik saja di rumah sampai aku sudah menemui enci Lian.
Tentu akan datang pula kemari untuk menyambangmu lagi."

Bwee Hiang terkejut mendengar kata-kata Lo In yagn tidak


diduga-duganya.

"Adik kecil, apa kau tega meninggalkan encimu begitu saja ?"
ia menanya.

"Semua urusan sudah beres, tidak halangannya kalau aku


meninggalkan enci sekarang. Aku toh sudah janji akan
kembali kalau nanti sudah menemui enci Lian."

"Tapi bukan itu yang kumaksudkan."

"Habis, aku harus berbuat bagaimana ?"

"Sucoan Sam-sat adalah musuh besarku." kata Bwee Hiang,


romannya beringas ketika ia menyebutkan 'Sucoan Sam-sat',
ia meneruskan, "Hutang darah pada keluarga Liu harus aku
tagih berikut dengan bunganya !"

"Nah, tagihlah ! Mudah saja, bukan ?" kata Lo In wajar, bukan


melucu.

"Adik kecil, kau kelewatan...." Bwee Hiang tiba-tiba menutup


mukanya dan menangis.

Lo In menjadi heran. Ia berkata, "Enci Hiang, kau jangan


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menangis. Aku jadi tidak enak melihatnya."

"Adik kecil, kau tahu aku tidak berdaya terhadap mereka." kata
Bwee Hiang seraya susut air matanya dan terisak-isak. "Aku
harus belajar kepandaian lagi, baru aku akan mencari mereka.
Dengan kedua tanganku akan kubereskan jiwa mereka !"

"Oh, mau tambah kepandaian ? Mudah saja. Cari guru yang


pandai dan belajar sungguh-sungguh, bukankah itu jalan yang
paling baik. Untuk apa enci menangis ?"

"Adik kecil, kau sungguh kelewatan terhadap encimu...." si


gadis menangis makin menjadi, ia sangat menyesalkan Lo In.

"Enci Hiang, jangan menangis. Apa salahnya omonganku


yang barusan ?"

Bwee Hiang tundukkan kepala seraya masih terisak-isak


menangis.

Lo In kebingungan karena kata-katanya disalahkan. Ia


menanya, "Habis, bagaimana aku harus berbuat supaya hati
enci senang ?"

"Adik kecil." sahut Bwee Hiang sambil menyusut air matanya.


"Kepandaianmu di atas jago silat yang mana juga, kenapa kau
begitu pelit untuk mengajarkan satu dua jurus pada encimu
untuk bekal bagiku untuk menuntut balas ?"

"Hehehe, jadi enci mau angkat aku jadi guru ?"

Bwee Hiang mengangguk, ketawa mesem ia melihat lagak si


bocah yang lucu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mana bisa begitu." Lo In kata. "Usia enci jauh lebih banyak


dariku, bagaimana aku lebih muda boleh menjadi gurumu.
Hahaha...." Lo In tertawa terbahak-bahak.

Bwee Hiang jengkel. Ia merasa seperti dipermainkan si bocah


saja, suaranya agak kaku ketika ia berkata, "Adik kecil, kalau
kau tiadk mau ajari encimu, aku juga tidak hendak memaksa !"

"Bukan begitu, aku masih kecil masa harus jadi guru ?"

"Tak usah main guru-guruan, kalau kau mau ajari encimu !"

"Hehehe, enci marah ya ?" Lo In menggodai si gadis yang


sedang cemberut.

"Memang, memang aku marah !" sahutnya kaku.

"Senang aku melihatnya kalau enci Hiang marah !"

Gemas hatinya Bwee Hiang mendengar ucapan Lo In. "Bagus,


kau mau suruh aku mati kejengkelan, bocah !" bentak Bwee
Hiang.

Lo In ketakutan melihat enci Hiang benar-benar marah. "Enci


Hiang, kau jangan marah." kata Lo In cepat melihat gelagat
jelek.

"Hm, kau senang melihat aku marah, kenapa sekarang suruh


aku jangan marah ?"

"Bukan lantaran itu, enci Hiang !"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Habis, lantaran apa kau senang ?"

"Lantaran wajah enci, makin marah kelihatan makin cantik.


Aduh !"

Lo In tiba-tiba mengaduh karena tangan Bwee Hiang yang


lemas halus tiba-tiba menyambar kupingnya, dipuntir agak
keras.

"Nah, rasakan hadian dari mulut bocormu !" kata Bwee Hiang.
Ketawa si gadis karena serangan mendadaknya berhasil
menemui sasarannya.

Lo In sudah sangat lihai. Sebeanrnya, tidak semudah yang


dipikirkan Bwee Hiang, si bocah kena dijewer kupingnya. Ia
melihat gerakan si gadis tapi ia antapkan supaya si gadis
merasa senang, malah ia berteriak mengaduh lagi sehingga
benar-beanr membuat Bwee Hiang merasa puas dengan hasil
gerakannya yang tiba-tiba.

Lo In pura-pura kesakitan, kedua tangannya memegangi


telinganya yang dipuntir tadi, dengan gerak griknya yang lucu
ia berkata, "Enci Hiang, kau betul kejam. Masa kuping orang
dipuntir hampir copot ? Sakit tuh !"

Mau tidak mau Bwee Hiang jadi ngikik ketawa geli.

Sejak itulah Bwee Hiang belajar kepandaian pada Lo In.

Selama bergaul dengan Lo In, Bwee Hiang dapat menyelami


watak si bocah yang selalu bergembira, seakan-akan dalam
alam pikirannya tidak ada kata-kata 'sedih' atau 'duka'. Ia
senang bersenda gurau, ketawa-ketawa riang, bersentuhan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

badan saking sengitnya bercanda. Semua itu terjadi karena


wataknya yang polos, bukan timbul karena kelakuan kurang
ajar yang disengaja.

Bwee Hiang yang sudah 'matang' dalam usia dewasa, mula-


mula merasa jengah mengimbangi gerak gerik Lo In,
ketakutan kepada kedua tangannya dipegang, ditarik untuk
diajak berjoget di lantai ruangan atau dilapangan berlatih, tapi
belakangan setelah menyelami watak polos dari si bocah, ia
tidak ragu-ragu lagi untuk menyerah di ajak bergembira ria
oleh Lo In. Berpegangan tangan dan bersentuhan badan,
sudah tidak menjadi soal lagi bagi si gadis. Lantaran ini juga,
si bocah jadi betah berkumpul dengan Bwee Hiang.

-- 20 --

Eng Lian untuk sementara seperti terlupa saja dalam alam


pikirannya Lo In karena Bwee Hiang dapat diajak bermain
seperti juga si bocah bermain-main dengan si dara cilik yang
sekarang sudah berubah nama menjadi Kim Coa Siancu yang
menyeramkan sepak terjangnya.

Bwee Hiang adalah gadis berbakat, cerdas otaknya untuk


memahami sesuatu pelajaran terutama dalam hal ilmu silat,
yang ia rindukan mendapat kepandaian tinggi untuk dengan
tangannya sendiri ia dapat menuntut balas kepada musuh-
musuhnya.

Di bawah didikan si 'guru cilik', dalam tempo pendek


kepandaiannya Bwee Hiang meningkat berlipat kali,
lwekangnya hebat hingga jurus 'Bwee hiang boan wan' atau
'Harumnya bunga bwee memenuhi taman' yang si nona paling
suka mainkan menjadi sangat lihai. Pedangnya yang menari-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nari diisi dengan tenaga dalam yang kuat, membuat senjata itu
menyambar-nyambar laksana kilat cepatnya mengarah
tempat-tempat yang berbahaya di tubuh lawan. Kenyataan ini
Bwee Hiang rasakan ketika berlatih dengan Lo In. Si 'guru cilik'
minta supaya si gadis menyerang dengan sungguh-sungguh
seperti menghadapi musuh yang sungguhan, ia lalu mainkan
jurus 'Bwee hiang boan wan' yang hebat luar biasa hingga
ketika latihan dihentikan, tampak si gadis air mukanya
menyungging senyum puas.

Bwee Hiang tadinya seorang gadis yang keras hati, agak


angkuh. Maklumlah puterinya seorang hartawan. Tidak mudah
untuk mengundang ketawanya yang mahal. Tapi, malah ia
kenal si bocah berwajah hitam, malah belakangan
pergaulannya makin rapat dengan guru angkatnya Lo In
sebagai 'guru ciliknya', dalam tempo satu setengah tahun si
gadis menjadi berubah segala-galanya. Kepandaian silatnya
meningkat berlipat ganda, wataknya juga jadi ketularan watak
Lo In yang selalu bergembira ria.

Setelah Lo In merasa Bwee Hiang sudah dapat dilepas dalam


suatu pertarungan kelas wahid, untuk mencari pengalaman, si
bocah usulkan untuk Bwee Hiang ikut berkelana dengannya
dalam dunia Kangouw. Ia sendiri tidak tahu bagaimana
sebenarnya yang dinamai dunia Kangouw, tapi tujuan
pertamanya adalah hendak mencari tahu halnya Eng Lian,
entah dimana enci Liannya itu sekarang.

Ketika mendengar usulnya Lo In, cepat Bwee Hiang


menyahut, "Memang aku sedang pikirkan untuk keluar cari
pengalaman, kebetulan kau membuka jalan. Mari, kapan kita
berangkat, adik kecil ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana dengan rumah yang begini besar dan pabrik-


pabrik kalau enci tinggalkan ?" balik menanya Lo In yang
menaruh perhatian juga rupanya selama ia diam satu tahun
lebih dengan Bwee Hiang.

"Adik Hiang, kau perhatikan juga soal rumah dan pabrikku, itu
bagus." berkata Bwee Hiang. "Semua itu mudah saja aku atur.
Nanti aku angkat pamanku Liue Keng Sin menjadi kuasa
penuh untuk mengurusnya.

"Kalau begitu." sahut Lo In ketawa, "Kapan saja enci sudah


bereskan urusan, sehingga boleh kita berangkat."

Bwee Hiang setuju. Pada malamnya si nona mengajak Liu


Keng Sin berunding, ternyata ia tidak keberatan diserahi
pertanggungan jawab yang besar sebab memang sejak Liu
Wangwee mati, ia meamng sudah diserahi kuasa atas semua
kekayaan hartawan Liu.

Setelah membereskan urusannya, Bwee Hiang pada hari


berikutnya telah mengajak Lo In berangkat untuk berkelana.

"Bagus !" Lo In kegirangan. "Mari kita berangkat !" kata Lon In,
nampak Bwee Hiang sudah berdandan rapi, ketawa nyengir ke
arah si gadis.

"Apa yang kau ketawai, anak kecil ?" tegur Bwee Hiang.

"Kau kelihatan lebih... eh, eh, jangan...." Lo In terputus


omongannya karena dengan serentak tangannya si noan
kelihatan berkelebat hendak menjewer kupingnya tatkala ia
mengatakan 'lebih'...
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang seolah-olah sudah tahu kemana arahnya kata-


kata nakal si bocah.

"Tahu takut kok !" Bwee Hiang kata, ketawa manis.

"Sejak tempo hari telingaku dipuntir." kata Lo In, "Sampai


sekarang rasanya masih meresap dalam jantung. He he he...."

Kata-kata si bocah dengan sewajarnya, tidak mengandung


apa-apa tapi Bwee Hiang tanpa merasa wajahnya berubah
semu merah sehingga ia mau cekikikan tidak jadi.

Si gadis artikan kata-kata Lo In seperti yang hendak


membilang,"Jiwamu adalah tanda kasih yang kusimpan dalam
hari sampai sekarang." Cuma si bocah memakai kata-kata
yang tidak langsung hingga arti sebenarnya tersembunyi di
dalamnya.

Lo In sekarang sudah gede, umurnya sudah 16 tahun, tidak


bisa disamakan dengan 2 tahun berselang dalam usia 14
tahun kata-katanya ngawur, demikian pikirnya Bwee Hiang.
Apakah si bocah dalam perjalanan nanti kurang ajar
terhadapnya ? Ia jadi ragu-ragu untuk berangkat.

"Enci Hiang." berkata Lo In. "Dalam perjalanan kita ini, kalau


kita menemui hotel, kita pesan 2 kamar. Kalau kebetulan kita
nginap di hutan, aku nanti tidur di pohon dan kau dibawahnya.
Bukankah ini menyenangkan perjalanan kita ?"

Bwee Hiang tercengang, "Baik, baik, bagus..." sahut Bwee


Hiang ngawur.

Ia agak gugup dalam menghilangkan kecurigaannya tadi.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kiranya ia curiga tanpa beralasan. Si bocah ada demikian


sopan, dengan dalih apa ia menuduh si bocah akan berbuat
sesuatu yang kurang ajar terhadapnya.

Kata-kata Lo In itu membuat kesangsian Bwee Hiang tersapu


pergi tanpa bekas.

Dengan gembira ia mengajak si bocah mulai meninggalkan


rumahnya.

Ketika sampai di pintu pekarangan, tiba-tiba Bwee Hiang


merandek dan memandang si bocah dengan senyumannya
yang manis.

"Masih ada yang ketinggalan ?" tanya Lo In.

"Bukan itu." sahut Bwee Hiang. "Aku lihat kau tidak membekal
senjata. Bagaimana nanti kalu kita ketemu orang jahat ?"

Lo In tertawa terbahak-bahak. Katanya, "Enci Hiang, kau


masih sangsikan aku si bocah dengan tangan kosong dapat
menundukkan lawan ?"

"Bukan tidak percaya." sahut Bwee Hiang.

"Paling baik kalau kau membawa senjata. Aku pikir pedang


adalah benda yang paling mudah untuk dibawa-bawa.
Bagaimana kalau kau bawa pedang ayahku ?'

Lo In geleng kepala.

Bwee Hiang tahu Lo In kepala batu juga, maka ia tidak


memaksa dan ia berkata, "Kalau begitu, mari kita berangkat !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang berkata seraya gerakkan kakinya diikuti oleh Lo In


yang segera sudah berada disisinya untuk diajak omong-
omong.

Seperti burung yang terlepas dari kurungan, tampak Bwee


Hiang amat gembira melakukan perjalanan berkelana.

Perjalanan mereka sangat menarik perhatian umum yang


berlalu lalang lantaran wajah mereka yang sangat menyolok
perbedaannya. Bwee Hiang yang cantik lemah gemulai
sedang Lo In wajahnya hitam legam kelihatannya lucu.

Kalau banyak yang lalu lalang sering tersenyum memandang


ke arah mereka, hanya yang memperhatikannya Bwee Hiang
sedang Lo In acuh tak acuh dengan perasaan heran mereka.

Biasanya kalau apa-apa yang ganjil suka mendapat


gangguan, begitulah terjadi dengan perjalanan muda mudi itu
yang belum lama meninggalkan kampungnya.

Ketika 2 lie lagi sampai di dusun Suyang-tin, Lo In dan Bwee


Hiang telah kesamprokan dengan rombongan pemuda
berandal. Kira-kira ada lima belas orang, mereka smeua pada
membekal senjata tajam. Ada yang membawa pedang, golok
dan sebagainya. Rupanya mereka barusan habis latihan ilmu
silat.

Ketika mereka melewati Lo In dan Bwee Hiang, satu diantara


dari mereka yang kepalanya gundul nyeletuk, "Sayang, gadis
begitu cantik dikawal oleh satu bocah hitam. Coba yang
temani aku, tentu akan lebih pantas ! Hahaha...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ciang Hong, kau jangan suka usilan !" mencegah temannya


yang jalan di belakang, rupanya adalah pemimpin rombongan.

Pemuda yang dipanggil Ciang Hong menoleh ke belakang,


bukan ke arah si pemimpin ia memandang tetapi ke arah
Bwee Hiang yang kebetulan mengawasinya. Matanya
mengedipi Bwee Hiang hingga si gadis menjadi mendongkol.

Memang sejak mendengar kata-kata Ciang Hong tadi si gadis


sudah gusar, sekarang ia melihat sikap pemuda tersebut yang
makin kurang ajar, bukan main marahnya.

Si gadis meludah, tanda muak melihat lagaknya Ciang Hong.

Melihat itu, Ciang Hong tidak senang. Ia keluar dari


rombongannya yang sedang jalan, menghampiri Bwee Hiang
yang seketika itu juga sudah sampai di depannya sebab
memang sama-sama mau ke dusun Suyangtin.

"Kau meludah untuk apa, hah !" bentak Ciang Hong,


tangannya berbareng nyelonong mau menyolek wajah Bwee
Hiang yang cantik.

Bwee Hiang tidak banyak cakap. Begitu tangan si ceriwis


sampai, kepalanya mengelak sedikit berbareng tangan Ciang
Hong ditangkap. Cukup dengan satu sentakan si ceriwis
nyelonong nyungsep dalam gerombolan rumput alang-alang di
tepi jalan.

Kawan-kawannya Ciang Hoang hentikan jalannya melihat


Ciang Hong sekali gebrak dipecundangi si gadis. Sebentar lagi
mereka lihat Ciang Hong sudah keluar lagi dari gerombolan
alang-alang. Dengan gusar ia membentak, "Kau berani
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menghina Tong-sinoya ? aduh ! aduh !... " omongnya ditutup


dengan kata-kata mengaduh.

Kiranya Tong Ciang Hong kena dua tamparan dari Bwee


Hiang hingga beberapa giginya rontok dan mulutnya
berlumuran darah. Ketika ia semprotkan, tiga buah giginya ikut
lompat keluar dibarengi dengan darah.

"Kau berani kurang ajar pada nonamu ? Hmm ! Itulah


bagiannya...." kata Bwee Hiang dengan gusar. "Adik kecil,
mari kita jalan !" Ia mengajak Lo In yang tinggal menonton saja
bagaimana sang enci menghajar orang yang iseng mulutnya.

"Perlahan jalan !" tiba-tiba Bwee Hiang mendengar orang


berkata di belakangnya.

Ketika ia menoleh kiranya adalah teman Ciang Hong yang


berdiri di depannya sambil ketawa haha hihi macam monyet
kena terasi.

"Oo, kau mau bela kawanmu itu ? Hmm !" kata Bwee Hiang.

"Terang aku musti bela kawanku, aku mau lihat kau bisa pergi
dari sini atau tidak !"

Si gadis sangat mendongkol, matanya melirik pada Lo In tapi


si bocah diam saja. Ia hanya kedipkan matanya seperti
menganjurkan 'lawan'.

Lo In memang sengaja tidak mau turun tangan, mau melihat


bagaimana kemajuan si gadis selama dididik olehnya.

Sang kawan mengerti akan maksud si bocah wajah hitam.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Nah, marilah kita berkelahi !" si gadis kemudian menantang.

Pemuda itu tidak sungkan-sungkan lagi. Ia keluarkan tipu


silatnya 'Burung elang menyambar kelici'. Dua tangannya
dipentang bagaikan kilat menyambar ia menubruk Bwee Hiang
tapi si gadis sudah lenyap dari pandangannya. Tahu-tahu ia
rasakan pinggulnya ditendang dari belakang hingga ia jatuh
ngeyungsep, mukanya memakan tanah jalanan yang banyak
batu kerikilnya.

Kawan lainnya datang memburu, juga dengan sekali tarikan


tangan, lawan Bwee Hiang sudah mengaduh-aduh kesakitan,
berkutatan dalam gerombolan rumput alang-alang kemana
barusan tubuhnya si gundul nyungsep.

Melihat si nona ada demikian tangkas, kawan-kawannya yang


lain datang mengeroyok.

"Jangan, enci Hiang." berkata Lo In ketika ia melihat si gadis


hendak menghunus pedangnya hingga ia masukkan lagi. Ia
mengerti sang kawan menyuruh ia lawan banyak orang itu
dengan tangan kosong.

Bwee Hiang gunakan ajaran Lo In menggunakan 'Bu eng sin


kang' (Tenaga sakti tanpa bayangan), bagi Bwee Hiang sudah
kelebihan untuk melayani 15 pemuda yang mengeroyok
dirinya, meskipun diantara mereka ada yang menggunakan
senjata, membokong dirinya. Tubuhnya si nona berputaran
hingga kawanan pengeroyok tak dapat menyentuh meskipun
ujung bajunya saja.

Saban-saban bila mereka kira si nona tak bisa lolos dari


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jambretan atau pukulan, dengan mendadak si nona seperti


menghilang, tahu-tahu sudah ada di belakangnya. Tidak
heran, kalau mereka berkelahi sambil berteriak-teriak
mengutuk Bwee Hiang hingga si nona merasa tidak enak
mendengar caci maki mereka.

Lo In kuatir enci Hiangnya melakukan pembunuhan, melihat si


gadis beringasan, maka ia berseru, "Cukup, enci Hiang !"

Lantas, beberapa kali si nona berkelebat. Maka 15 pemuda


berandalan itu semuanya rebah kena ditusuk oleh Bwee
Hiang.

Sambil berseri-seri si nona menghampiri si bocah wajah hitam


sambil menarik tangannya, ia berkata, "Adik kecil, mari kita
jalan. Aku kuatir disini aku bisa membunuh orang !"

Lo In memahami hati si gadis yang amat mendongkol kepada


mereka yang mengeroyoknya karena sudah mengeluarkan
kata-kata yang tidak enak didengar oleh si gadis. Maka begitu
tangannya ditarik diajak jalan, Lo In sudah lantas saja
mengikuti tanpa banyak rewel. Dalam perjalanan Bwee Hiang
berkata, "Adik kecil, ajaranmu hebat benar ! Hihihi, sekali
gebrakan sudah menjatuhkan 15 orang !"

"Jangan bangga dulu enci Hiang. Mereka itu adalah jago kelas
tiga, paling banyak kelas dua. Belum dapat diukur kepandaian
enci. Eh, enci Hiang !"

Tiba-tiba si bocah mendorong Bwee Hiang ke samping hingga


si gadis terhuyung-huyung.

Kurang ajar, pikir Bwee Hiang. Kenapa si bocah main-main


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

begini, mendorong orang sampai terhuyung-huyung. Ketika ia


menoleh, Lo In sedang berhadapan dengan satu kakek yang
jenggot dan rambutnya sudah pada putih semua. Ia
mendengar Lo In berkata, "Kakek tua, tidak seharusnya kau
membokong orang. Kalau kau mempunyai kepandaian, boleh
tantang enciku terang-terangan !"

Bwee Hiang kaget mendengar kata-kata Lo In. Kalau begitu,


barusan Lo In bukan main-main mendorong dirinya sampai
terhuyung-huyung. Ia berbuat demikian untuk menyelamatkan
dirinya dari bokongan jahat. kakek tua itu membokong dengan
senjata apa ? tanya Bwee Hiang dalam hatinya. Matanya
mengawasi ke batang pohon sebab tadi mereka sedang jalan
enak-enak menuju ke arah pohon. Ia lihat disitu tertancap
sebatang panah kecil sampai hampir amblas semua. Rupanya
senjata itu dilepas dengan kekuatan besar sampai menancap
demikian rupa.

Bwee Hiang bergidik. Di samping itu ia merasa bersyukur atas


pertolongan adik kecilnya. Sekarang ia memandang ke arah si
pembokong. Tiba-tiba ia menjadi gusar lalu menghampiri Lo In
yang sedang bertengkar dengan si kakek.

"Adik kecil, dia membokong aku barusan ?" tanyanya lantas.

Lo In menganggukkan kepalanya.

"Hehehe, kakek tua. Kau mau berkelahi denganku ?" tanya


Bwee Hiang.

Si kakek tua hanya mengawasi si nona dengan roman bengis.

"Kalau mau berkelahi, sebutkan dahulu apa lantarannya." si


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gadis kata dengan tawar.

"Itu sudah dikatakan." menyela Lo In.

"Enci sudah bikin sungsang sumbel anak muridnya maka dia


jadi mendendam hati padamu dan dia mencoba
membokongmu !"

"Hei, kakek tua kalau begitu kau adalah kakek pengecut !"
jengek Bwee Hiang.

"Kau punya kepandaian apa hendak melawan aku ?" tanya si


kakek.

"Hihihi... !" Bwee Hiang tertawa. "Kau tentu tidak punya isi apa-
apa makanya kau membokong. Kalau benar-benar satu laki-
laki, kau harus berani lawan aku dengan berhadapan muka !"

Panas hatinya si kakek dikatakan tidak punya isi apa-apa,


maka ia tepuk-tepuk dadanya sambil berkata, "Aku Kie Giok
Tong, jago kenamaan dalam dusun Suyangtin, siapa dalam
dusun ini yang tidak kenal namaku yang kesohor sebagai guru
silat !"

"Hihihi." tertawa Bwee Hiang, ia menggodai, "Jago kampungan


hanya terkenal di dalam kampung saja dan kesukaannya
membokong orang lantaran tidak sanggup menghadapinya
sendiri. Cis, tidak tahu malu !"

Meluap amarahnya Kie Giok Tong. Tanpa banyak cakap lagi,


seketika ia sudah menyerang Bwee Hiang hingga mereka jadi
bertempur. Baru bertempur lima jurus, Kie Giok Tong sudah
empas empis kepayahan. Lo In jadi ketawa geli, kasihan ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melihat si kakek hanya dipermainkan oleh Bwee Hiang, ia


lantas berkata, "Enci Hiang cukup !", berbareng Kie Giok Tong
sudah ditotok roboh oleh si nona.

Rupanya kata 'cukup' yang meluncur dari bibirnya Lo In


seakan-akan kode untuk Bwee Hiang mengakhiri pertempuran
dengan satu kemenangan.

"Adik kecil," kata Bwee Hiang ketika ia datang dekat pada Lo


In. "Brengsek kampung ini kakek sudah hampir mampus
masih mau gerembengi ilmu silatku !"

"Hus ! Jangan omong kasar begitu." Lo In kata sambil ketawa


geli.

"Mari kita jalan !" Bwee Hiang mengajak adik kecilnya.

Kie Giok Tong hanya bisa mengawasi berlalunya dua muda


mudi itu tanpa dapat bergerak dari mendeprok dari tanah.

Kakek she Kie itu memang jagoan dalam dusun Suyangtin. Di


waktu mudanya ia bekerja pada salah satu Piauw kiok
(perusahaan pengawalan barang) ke kota Gukwan, namanya
lumayan juga terkenal sebagai Piauwsu (pengawal antaran
barang). Sudah lima belas tahun ia tinggal di Suyangtin, pada
sepuluh tahun belakangan ia membuka perguruan silat dan
menerima banyak murid.

Pernah datang dua tiga orang yang pandai silat ke dusun


Suyangtin dan bergebrak dengannya, tidak satu yang dapat
menjatuhkan dirinya. Oleh karenanya Kie Giok Tong menjadi
bangga dengan kepandaiannya itu. Ia mengira bahwa
kepandaian silatnya sudah sangat tinggi, ia tidak mengira
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bahwa kepandaian orang-orang yang mencobanya hanya jago


kampungan saja.

Kini ia dipermainkan oleh hanya satu gadis yang pantas


menjadi jujurnya, malah umurnya kurang lebih dua puluh
tahun, pedih rasa hatinya, ia tidak puas dijatuhkan si gadis, ia
tidak puas dijatuhkan si gadis meskipun kekalahannya itu
adalah wajar.

Ia coba empos tenaga dalamnya untuk membebaskan totokan,


girang ia ketika dapat kenyataan tiba-tia ia sudah bisa gerakan
pula kaki tangannya seperti biasa.

Ia merasa bahwa lwekangnya sangat sempurna dengan


mudah ia dapat membebaskan diri dari totokan tapi ia tidak
tahu, kalau totokan Bwee Hiang hanya totokan main-main saja
ajaran Lo In yang dinamai 'Poan ban tiam hiat' atau 'Totokan
setengah iseng' yang si bocah dapatkan dari buku 'Tiam-hiat
Pit-koat'.

Barusan saja ia bangkit dari mendeproknya, Kie Giok Tong


sudah dikerubungi anak muridnya yang juga sudah bebas dari
totokan Bwee Hiang.

"Gadis itu sangat lihai." berkata Kie Giok Tong setelah ia


menghela napas.

"Suhu, apa tidak baik kita kumpulkan para paman untuk bikin
perhitungan dengan wanita liar itu ?" usul pemuda yang
menjadi kepala rombongan pemuda bergajul yang sudah
dikasih 'rasa' oleh Bwee Hiang.

Kie Giok Tong anggukkan kepalanya, "Tapi, dimana para


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pamanmu sekarang ?" ia menanya.

Sebelum Kie Giok Tong mendapat jawaban tiba-tiba ia melihat


ada 4 orang yang berlari-larian ke arahnya. Si kakek
mengawasi, ia berkata kepada pemuda yang mengajukan usu
yang ternyata adalah murid kepalanya beranam Cia Kim Seng.
"Kim Seng, kebetulan. Nah, tuh lihat para pamanmu sudah
datang."

Sebentar kemudian 4 orang tadi sudah sampai. Mereka adalah


saudara-saudara angkat dari Kie Giok Tong dan mereka
menamakan dirinya 'Suyangtin Ngo-houw' atau 'Lima harimau
dari Suyangting'. Seram juga kedengarannya, memang juga
menyeramkan bagi penduduk Suyangtin, mereka sangat
menghormati Lima Harimau itu. Suyangtin Ngo-houw tidak
jahta, mereka sebagai pelindung dari dusun, hanya tabiatnya
agak sombong. Maklumlah jago-jago silat kampungan, kalau
merasa dirinya jagoan sudah lantas perlihatkan
keangkuhannya di hadapan penduduk yang lemah.

"Toako, aku mendapat kabar kau dengan keponakan murid


mendapat kesusahan dari seorang wanita liar, apa benar ?"
tanya salah seorang saudara angkat Kie Giok Tong yang
bernama Tan Him yang termasuk nomor tiga dari Lima
Harimau.

"Kabar itu tidak salah." sahut Kie Giok Tong. "Dari siapa
Samte dapat kabar itu ?" balik menanya si kakek she Kie.

"Dari si A Kong yang lari dengan napas tersengal-sengal


mengabarkan padaku." sahut Tan Him. "Aku terkejut
mendengar ada orang yang coba-coba tarik kumis harimau,
segera aku beritaku pada jiko, sute dan ngote. Maka kami
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berempat lanas menyusul kemari. Dimana sekarang adanya


wanita liar itu ?"

"Samte." kata Kie Giok Tong seraya geleng-geleng kepala.


"Aku belum pernah menemukan tandingan sejak aku
berkelana di dunia Kangouw maupun tinggal dalam kampung
kita disini. Kalian semua toh tahu, bukan ? Tapi kali ini aku
ketemu gadis liar itu, cuma dalam lima jurus saja aku
dijatuhkan. Benar-benar aku merasa sangat penasaran !"

Terkejut hati empat saudaranya. Mreka mendengar si jago tua


dirobohkan dalam tempo lima jurus, itu hebat sekali ! Kie Giok
Tong, meskipun usianya sudah lanjut sangat alot kalau
bertempur, napasnya panjang dan sangat tangkas. Mereka
sering saksikan manakala mereka sedang berlatih sialt.

"Gadis itu sangat lincah, serangan-seranganku yang


mematikan dielakkan dengan berkelit ke sana sini. Coba
kalian pikir, apakah ini tidak menjengkelkan ? Dalam sengit,
aku keluarkan serangan dengan tipu 'Kim Liong seng thian'
(Naga emas naik ke langit) yang seperti kalian tahu, jurus ini
sangatlah ampuh untuk menjatuhkan lawan, tapi.... tiba-tiba
kurasakan kesemutan ketika dia menowel pundak kananku.
Kiranya towelan itu bukan sembarang towel sebab dari
kesemutan aku jadi lemas dan jatuh terduduk di tanah. Dia
telah menotok lo-ji-hiat, halan darah di pundak kanan. Syukur
lwekangku tinggi hingga aku dapat membebaskan totokan
kejinya itu..." Demikian si kakek menutur, tampak ia sangat
bangga ketika mengatakan lwekangnya sangat tinggi dapat
membebaskan totokan Bwee Hiang.

Dasar jago kampungan, seperti katak (kodok) di dalam


tempurung yang tidak bisa menilai kepandaian orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seberapa tingginya, hanya menyangka lwekannya yang hebat.


Ia tidak insyaf bahwa Bwee Hiang sudah bermurah hati
kepadanya, hanya menotok secara main-main saja.

"Memang, kalau bukan toako memiliki tenaga dalam yang


tinggi, tidak mudah membebaskan diri dari totokan jahat !"
memuji Song Cie Liang, jiko dari Lima Harimau hingga si
kakek she Kie senang mendengarnya.

Tinggal Cia Kim Seng saling berpandangan dengan kawan-


kawannya. Mereka heran si kakek mengatakan dengan
menggunakan lwekangnya dapat membebaskan totokan
orang sedang apa yang mereka alami, totokan itu bebas
dengan sendirinya, tidak lama setelah mereka dirobohkan oleh
Bwee Hiang. Tapi karena mereka percaya akan
kepandaiannya sang Suhu (guru) maka mereka juga tidak mau
mengatakan apa-apa.

"Sekarang, kemana perginya wanita liar itu ?" tanya Teng


Hauw, si nomor empat dari Lima Harimau.

"Aku kira mereka belum pergi jauh dari kampung kita." sahut
Kie Giok Tong.

"Mereka, toako kata ? Apa gadis itu ada temannya ?" Tan Him
menanya.

"Ya, satu bocah berwajah hitam bagai pantat kuali." sahut si


kakek.

"Cuma satu bocah, apa artinya. Mari kita susul !" mengajak
Song Cie Liang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Rombongan pemuda bergajulan itu sekarang ditambah


dengan Suhu dan empat pamannya pergi menyusul. Mereka
besar hatinya sebab dengan tambahan tenaga yang sanat
berarti itu mereka harap dapat membalas hinaan yang mereka
derita.

Baru saja mereka hendak berangkat, tiba-tiba melihat seorang


anak tanggung berlari-lari ke arah mereka. Cepat juga lari
anak itu.

"Itulah si A Kong yang datang !" kata Tan Him

Yang lain-lainnya juga sudah segera kenali si A Kong, anak


tanggung yang biasa dipakai sebagai mata-mata oleh
Suyangtin Ngo-houw. Anak itu cerdik dan gesit, maka ia
sangat disayang oleh Lima Harimau dari Suyangtin.

"A Kong, kau datang tergopoh-gopoh. Ada kabar penting apa


hendak disampaikan pada kami ?" tanya Kie Giok Tong
setelah anak itu sudah berada di depan mereka.

Dengan masih sengal-sengal napasnya, A Kong menyahut,


"Toa-loya sekarang ada di rumah makan An Hok sedang
makan minum bersama si bocah muka hitam !"

"Bagus, kerja kau baik sekali A Kong." memuji Kie Giok Tong.

Senang kelihatannya anak itu mendapat pujian toako dari


Lima Harimau.

Kie Giok Tong lantas berunding dengan empat saudaranya.

"Kalau kita ramai-ramai masuk ke dalam rumah makan, kita


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebagai pengacau." Kie Giok Tong menyatakan pada saudara-


saudaranya. "Bagaimana kalau kita memencar ?"

"Maksud toako bagaimana ?" tanya Song Cie Liang, si Jiko.

"Kita saja berlima yang masuk, sedang Kim Seng dan


saudara-saudaranya boleh menunggu di sebelah luar. Kalau
sampai terjadi keributan dengan lawan, kita pancing lawan
keluar. Di situ kita keroyok ramai-ramai, bukankah ini bagus ?"

"Bagus, bagus, kita turut pikiran toako." memuji Tan Him.

Sesampainya di sana, Ngo-houw lihat si gadis sedang ketawa-


ketawa gembira dengan si bocah muka hitam. Diam-diam
mereka nyelusup masuk dan ambil meja sedikit jauh dari meja
dimana Lo In dan Bwee Hiang tengah menikmati barang
hidangannya.

Mereka terus menerus pasang mata pada dua tamu dari luar
dusun Suyangtin itu.

Diam-diam empat saudaranya Kie Giok Tong memandang


enteng pada Bwee Hiang yang kelihatannya tidak ada apa-
apanya yang harus ditakuti. Romannya yang cantik
menyinarkan welas asih malah. Bagaimana seorang dara
yang lemah gemulai itu dapat memiliki kepandaian yang hebat
sehingga toakonya dalam lima jurus sudah digulingkan ?

"Enci Hiang, kau lihat kelihaian aku." tiba-tiba Ngo-houw


mendengar Lo In berkata pada Bwee Hiang. Mereka lihat,
berbareng dengan kata-katanya, si bocah muka hitam
tangannya memegang poci arak. Mulut poci ditegakki ke atas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mau apa dia ?" tanya Ng-houw dalam hatinya masing-masing.

Belum sempat mereka menduga apa-apa, sekonyong-


konyong mereka lihat meluncur keluar arak dari dalam poci,
naik ke atas kira dua kaki tingginya. Arak itu diatas dapat
bertahan dua menit lamanya sehingga arak itu tidak jatuh
diatas meja. Setelah itu, arak itu nyerosot masuk lagi ke mulut
poci, tidak ada setetes pun yang berlumuran jatuh di atas
meja.

Itu suatu pertunjukkan yang tidak mudah sebab hanya dengan


lwekang yang sudah sempurna saja, dapat dilakukan. Lo In
unjuk kepandaian ini bukan hendak membanggakan
kepandaiannya, hanya hendak membikin ngeri Suyangtin Ng-
houw tanpa kekerasan. Diam-diam Lo In sudah tahu
kedatangannya Kie Giok Tong bersama empat temannya,
maka ia kisiki Bwee Hiang untuk belaga pilon akan kehadiran
mereka dan Lo In menjatakan ia hendak tundukkan mereka
dengan kepandaiannya yang istimewa.

Dasar dogol, lima jago kampungan itu benar kagum melihat


caranya Lo In bermain arak tapi mereka mengira bahwa si
bocah wajah hitam itu hanya pandai main bersulap saja, lain
tidak ! Sebentar Lo In kasih pertunjukan kedua. Ia pegang
mangkok kosong, lalu diangkat ke atas. Pantat mangkok ia
sanggah dengan sumpit, tahu-tahu mangkok sudah terputar,
sebentar naik sebentar turun tapi tak lolos dari sebatang
sumpit yang ada di tangannya Lo In.

Ini juga suatu pertunjukan lwekang yang dahsyat. Sebaliknya


juga, ini dianggap oleh kawanan dogol itu si bocah hanya main
sulap saja. Sedang mereka hendak ketawa berkakakan, tiba-
tiba matanya pada terbelalak kaget ke arahnya Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Saat itulah yang membuat mereka kagum bukan main.

Lo In setelah bikin mangkok berputar turun naik disanggah


oleh sebatang sumpitnya, tiba-tiba tangan kirinya menyambuti
mangkok yang turun berbareng sumpit di tangan kanannya
melesat ke atas. Terdengar suara 'ngik !' disusul dengan
jatuhnya suatu benda dari atas. Kiranya yang jatuh itu adalah
seekor tikus yang jatuh dari bubungan rumah, tubuhnya sudah
terbidik oleh sumpitnya Lo In yang barusan meluncur ke atas,
sumpit itu telah jatuh dibawah berbareng dengan badannya si
tikus yang bernasib malang. Kejadian ini bukan permainan
sulap tapi satu kepandaian yang luar biasa hingga Lima
Harimau termangu-mangu duduk di tempatnya. Mereka tidak
bisa mengatakan si bocah main sulap lagi karena dengan
mata kepala mereka sendiri mereka menyaksikan kepandaian
yang luar biasa, yang baru pernah mereka melihat dalam
seumurnya mereka.

Terdengar suara tempik sorak dari para tamu yang melihat


kejadian itu.

"Toako," kata Tan Him, perlahan suaranya. "Selembar


rambutnya saja pun, kita tak dapat mengganggunya."

Kie Giok Tong angguk-anggukan kepalanya, yang lainnya


tinggal membisu.

Meskipun adatnya angkuh, tinggi hati, si kakek orang she Kie


orangnya suka bersahabat. Ia menghormati kepandaian orang
yang ia kagumi, maka juga selama ia jadi Piauwsu banyak
orang-orang gagah yang menjadi sahabat baiknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kini ia melihat kepandaian si bocah yang luar biasa, ingin ia


mengikat persahabatan. Karena timbulnya pikirani tu, maka
Kie Giok Tong bangkit dari duduknya, jalan menghampiri meja
Lo In dimana ia menjura kepada muda mudi itu, sambil
berkata, "Siao-hiap dan Li-hiap, terima hormatku, si kakek
yang punya mata tapi tidak melihat !"

Bwee Hiang masih cekikikan ketawa dan mengagumi


kepandaian adik kecilnya, tiba-tiba Kie Giok Tong
menghampiri. Ia mengira si kakek akan cari urusan lagi. Ia
berhenti ketawa dan siap sedia tapi tidak tahunya si kakek
menjura memberi hormat hingga ia dan Lo In jadi tergopoh-
gopoh membalas hormatnya si orang tua.

Lo In tidak banyak omong, maka Bwee Hiang yang mewakili


bicara, "Lo-enghiong (jago tua), jangan begini merendah.
Karena kami berdua yang muda menjadi tidak enak oleh
kehormatan Lo-enghiong yang berlebihan. Mari, mari duduk
makan sama-sama kami !"

Kie Giok Tong tidak merendah lagi, ia lantas turut duduk di


meja Lo In dan Bwee Hiang. Sebelum membuka suara, ia
menoleh kepada empat saudaranya, tangannya menggapai.
Sebentar lagi mereka sudah datang menghampiri. Dengan
sendirinya mereka pada mengambil kursi dan duduk mengitari
meja makan Lo In.

Bwee Hiang girang melihat taktik Lo In berhasil baik, dapat


dengan halus menundukkan Lima Harimau dari Suyangting.
Bwee Hiang teriaki pelayan, minta tambah hidangan untuk
lima orang yang baru datang. Mereka mula-mula menampik,
tapi Bwee Hiang dengan ramah berkata, "Ini adalah
pertemuan kita yang menggirangkan. Tidak baik kalau kalian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo-enghiong menampik undangan kami yang muda."

Melihat si nona demikian ramah dan kata-katanya diucapkan


dengan tulus hati, maka Kie Giok Tong dan kawan-kawan
menjadi malu hati, lantas pada menghaturkan terima kasih
atas undangan manis budi dari si gadis yang semula
dipandang musuh alias si gadis liar.

Mereka segera berkenalan satu dengan lain. Bwee Hiang tidak


bicara sewajarnya tentang siapa dirinya, ia hanya mengaku
dengan Lo In adalah kakak beradik dan dalam perjalan
merantau yag kebetulan melewati di dusun itu. Kie Giok Tong
minta maaf untuk kelakuan sendiri dan anak muridnya yang
kurang ajar.

"Ah, itu hanya kejadian biasa." kata si nona merendah. "Kalau


tidak didahului dengan perkelahian, mana bisa kita jadi
bersahabat seperti sekarang ini ?"

Lima Harimau itu makin menghormat kepada si nona yang


bisa bicara merendah dan menunjukan pribadinya yang luhur.

Lo In selama itu hanya tertawa nyengir saja, tidak turut bicara.

Kie Giok Tong yang merasa kagum pada si bocah, telah


membuka mulutnya menanya : "Aku, si kakek merasa kagum
atas kepandaian Siaohiap, sekarang Siaohiap sudah umur
berapa ?"

"Tahun ini aku masuh..... eh, tunggu !" berbareng tubuh Lo In


melesat ke arah pintu, menyusul seorang Thauto yang sedang
jalan keluar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Thauto itu selain membawa buntelan kecil, juga ada


menyelipkan sebilah pedang pendek di bebokongnya.

Bwee Hiang kaget melihat kelakuan si adik kecil, cepat ia


menyusul keluar diikuti oleh Lima Harimau dibelakangnya.

Bwee Hiang lihat jauh disana, disuatu lapangan tampak Lo In


sedang berhadapan dengan si Thauto. Ia menyusul ke sana,
juga Lima Harimau tidak mau ketinggalan mereka dibelakang
si nona. Mereka kepingin tahu, ada urusan apa dengan begitu
tergopoh-gopoh si bocah hitam menyusul si Thauto.

Di sana mereka menyaksikan Lo In sedang bertengkar dengan


si pendeta rambut panjang.

Terdengar Lo In berkata, "Aku tidak perduli kau dapat dari


siapa, tapi itu adalah pedangku. Kau harus mengembalikan
pada pemiliknya !"

Si Thauto yang tiada lain adalah Kim Wan Thauto tertawa


bergelak-gelak mendengar ucapan Lo In, setelah itu ia
berkata, "Anak kecil, jangan kau cari urusan dengan aku.
Pedang orang lain diakui pedang sendiri, belajar dari mana
kau hendak memiliki barang orang ? Kau ngimpi barangkali ?"

"Pedang pendek itu kepunyaan orang yang kuhormati, mana


aku tidak bisa mengenalinya !"

"Dengan bukti apa kau mengatakan pedang itu adalah milikmu


?"

Lo In jadi kebingungan sebab ia memang tidak perhatikan


betul tanda-tanda yang ada pada pedang pendek Liok Sin-she
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sampai hilang digondol Siauw Cu Leng.

Melihat Lo In termangu-mangu, Kim Wan Thauto berkata,


"Tanpa bisa mengunjuk bukti, mana aku mau mengembalikan
padamu, anak kecil !"

"Tidak, aku mesti dapat kembali." sahutnya tegas.

"Dengan apa kau bisa dapat kembali barangmu ?"

"Dengan kepandaianku !"

Kim Wan Thauto gelak-gelak ketawa. "Anak kecil, dengan


kepandaianmu tersebut tadi dalam rumah makan, hendak kau
merampas pedangku ? Hm ! Jangan harap !'

"Betul kau tidak mau mengembalikannya dengan baik ?"

Diam-diam Kim Wan Thauto waspada menghadapi bocah


hitam ini karena Lo In bukan bocah sembarangan. Bila melihat
lwekang (tenaga dalam) yang dipertunjuki tadi di dalam rumah
makan.

Tadinya ia mau mengeloyor diam-diam, tidak tahunya Lo In


matanya lihai lantas mengenali kalau Kim Wan Thauto di
bebokongnya membawa pedang Liok Sinshe. Lama memang
Lo In memikirkan pedang itu. Ia percaya pedang pendek itu
diambil Siauw Cu Leng ketika ia sedang pingsan di bokong
oleh Ang Hoa Lobo.

Di samping mencari Eng Lian, juga ia saban-saban pasang


mata pada siapa yang dijumpainya, kalau-kalau ia mendapat
lihat ada orang yang membawa pedangnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan cara kebetulan matanya yang lihai dapat melihat


barang itu ada di punggungnya Kim Wan Thauto yang tengah
berjalan keluar dari rumah makan. Seketika itu ia enjot
tubuhnya melesat, menyusul si Thauto.

Maksud Lo In tidak mau mencari urusan, asal pedang sudah


dikembalikan, urusan sudah selesai. Ia tidak kira bahwa yang
diajak urusan adalah Kim Wan Thauto, bukannya jago
sembarangan yang dapat digertak dengan permainannya tadi.

Melihat si bocah bertindak maju, Kim Wan Thauto sudah siap


sedia.

"Thauto kesasar, kau lihat tuan kecilmu ambil pedang !"


berbareng ia menyerang pendeta rambut panjang. Kim Wan
Thauto memang sudah siap, ia mendorong dengan tangannya,
menggunakan lwekang 5 bagian. Tampak Lo In terpental
jumpalitan. Tapi hanya sekejap saja, si bocah sudah ada lagi
di hadapannya hingga ia mau ketawa terbahak-bahak tidak
jadi.

Sekali lagi Lo In menerjang, kali ini Kim Wan Thauto mengibas


dengan bajunya, menggunakan lwekan tujuh bagian.

Tampak si bocah berputar tubuhnya kemudian berjumpalitan


hingga Kim Wan Thauto tidak tahan untuk tidak tertawa
terbaha-bahak. Kepalanya sampai mendongak ke atas saking
enaknya ketawa.

Sekonyong-konyong ia rasakan ada angin berkesiur disisinya.


Ketika ia sadar kena diakali si bocah, tapi sudah terlambat
sebab Lo In sambil ketawa nyengir tampak sedang acungkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedang pendek yang barusan masih menyelip di


bebokongnya.

"Terima kasih atas kebaikan hatimu untuk mengembalikan


pedangku." kata si bocah dengna gayanya yang lucu.

Kim Wan Thauto cepat meraba punggungnya, memang


pedang sudah tidak ada ditempatnya. Bukan main gusarnya,
pikirnya, masa anak kecil ini begitu hebat kepandaiannya ?
Sebagai jago kawakan, ia tidak rela dipermainkan anak kecil.
Maka seketika itu ia membentak, "Bocah hitam, kalau kau
tidak kembalikan pedang itu, jangan sesalkan Hudyamu
(Budhamu) berlaku kasar terhadap anak kecil !"

"Untuk dapat pulang, mudah saja. Asal kau unjuk kepandaian


!" sahut Lo In, lalu putar tubuhnya dan lari kepada Bwee
Hiang.

Kim Wan Thauto marah bukan main, lantas kepalanya


digelengkan. Sekaligus dua anting-antingnya melesat dari
kedua telinganya, saling susul menyambar ke arah jalan darah
Lo In di pundak dan tengkuk.

"Adik kecil, awas !" teriak Bwee Hiang melihat senjata rahasia
anting-anting Kim Wan Thauto sudah mendekati sasarannya.
Si gadis sampai memeramkan matanya karena ngeri adik
kecilnya akan roboh dihajar anting-antingnya si Thauto yang
gede.

Di saat ia memeramkan matanya, berbareng ia dengar suara


'tring ! tring !' dua kali. Ketika ia membuka matanya lagi, ia lihat
adik kecilnya tengah tersenyum-senyum ke arah Kim Wan
Thauto yang berdiri terpaku di tempatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In sangat lihai, tidak semudah yang dikira Kim Wan Thauto


si bocah akan kena dibokong meskipun senjata rahasia
anting-anting emas Kim Wan Thauto belum pernah luput
mengarah sasarannya.

Ketika Bwee Hiang berteriak, Lo In sudah membalik tubuhnya.


Dengan pedang Liok Sinshe, ia hajar dua anting-anting Kim
Wan Thauto hingga keduanya jatuh ditanah, setelah
mengeluarkan suara 'tring ! tring!' dua kali.

Kalau Bwee Hiang merasa bersyukur adik kecilnya selamat,


adalah Kim Wan Thauto di lain pihak merah padam mukanya,
saking gusar rupanya.

"Masih ada lagi ?" Lo In ngeledek Kim Wan Thauto.

"Bocah hitam, kau jangan bangga dulu !" sahut Kim Wan
Thauto seraya merogoh sakunya, kemudian ia mengayunkan
tangannya. Lima anting-anting emas menyambar berbareng
laksana kilat cepatnya, mengarah sasaran atas, tengah,
bawah dan di kanan kiri. Disinilah adanya keistimewaan Kim
Wan Thauto melepas senjata rahasianya sebab lawan yang
diserang dari lima jurusan sangatlah sukar untuk meluputkan
dirinya sehingga tanpa ada salah satu dari lima senjata
rahasia itu yang mengenakan sasarannya.

Lo In mengerti serangan lawan sangat berbahaya, ia


keluarkan ilmu saktinya 'Bu im sin kang', badannya berputar
bagaikan asap bergulung naik ke atas hingga Kim Wan Thauto
terkejut menyaksikan keanehan itu. Tidak lama, ia melihat Lo
In sudah berdiri ketawa ke arahnya. Ia berkata, "Taysu, terima
kasih atas pemberian anting-anting emasmu !" Lo In berkata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seraya dari tangan bajunya ia keluarkan lima anting-anting


emas Kim Wan Thauto yang barusan dilontarkan kepada si
bocah.

Kim Wan Thauto berdiri melongo....

Sebagai orang Kangouw kawakan, Kim Wan Thauto tahu akan


itu peribahasa, "Ksatria harus tahu pada saat maju dan pada
waktu mundur", pepatah tersebut adalah suatu nasehat yang
baik. Mengingat ini, Kim Wan Thauto jadi menghela napas.

-- 21 --

Tidak sampai menunggu Lo In membuka mulut lagi, ia sudah


menghampiri si bocah di depannya. Ia angkat tangannya
bersoja, katanya, "Siao-hiap, kau menang ! Kau adalah orang
pertama yang membuka mataku bahwa orang pandai masih
ada yang lebih pandai. Aku mengira tadinya tidak sukar aku
menemukan tandingan, tidak tahunya, menghadapi kau Siao-
hiap aku tidak berkutik. Hahaha... !"

Berbareng dengan menutup kata-katanya, Kim Wan Thauto


telah jatuhkan diri berlutut sehingga Lo In repot dan
menyingkir ke samping, serta katanya, "Taysu, kau jangan
bikin diriku lekas tua dengan caramu begini."

Kemudian ia tepuk-tepuk pundak orang perlahan tapi diam-


diam ia gunakan lwekangnya untuk bikin si Thauto bangun
dari berlututnya. Kim Wan Thauto tahu Lo In tengah
mengerahkan tenaganya, ia juga kerahkan tenaga dalamnya
untuk bertahan. Tapi akhirnya ia mesti mengakui keunggulan
Lo In dalam tenaga dalam. Maka ia pun tidak berani mencoba-
coba terus. Segera ia bangkir dari berlututnya dan berkata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Siaohiap, aku ingin mengucapkan sesuatu padamu. Aku


harap kau akan menerima baik !"

"Dalam urusan apa itu, Taysu ?" tanya si bocah.

"Caramu yang luar biasa memusnahkan serangan dari tujuh


anting-anting emasku, membuat aku sangat kagum ! Aku
sudah lepas kata, barang siapa yang bisa meluputkan diri dari
serangan senjata rahasiaku ialah yang berupa tujuh anting-
anting emas, orang itu akan aku angkat menjadi guruku. Aku
sangka bahwa guru itu pastilah orang yang lebih tua dariku,
tidak tahunya malahan sebaliknya adalah seorang anak kecil.
Siaohiap, kau jangan menolak kalau sekarang aku harus
memenuhi sumpahku...."

Berbareng Kim Wan Thauto kembali hendak tekuk lututnya,


tapi Lo In keburu mencegah. Ia berkata, "Taysu, kau adalah
jago kelas wahid dalam Kangouw, sukar menemukan
tandingan. Untuk perkara kecil saja masa harus berlaku begini
merendah terhadap aku si bocah. Kalau Taysu punya senjata
rahasia yang lihat dapat aku punahkan, ituhanya dengan cara
kebetulan saja, lantaran Taysu tidak sungguh-sungguh
melepasnya dan menaruh kasihan kepada aku masih anak
kecil."

"Tidak, tidak. Memang aku menyerah kalah padamu." sahut


Kim Wan Thauto.

Si pendeta yang memelihara rambut panjang adalah satu


pendeta yang jujur dan belum pernah menarik kembali apa
yang ia sudah katakana, maka ia merasa tidak enak kalau ia
tarik kembali kata-kata yang ia sudah keluarkan dari bibirnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Maka, ia sudah mendesak supaya Lo In suka terima ia


menjadi muridnya, ia berjanji akan setia kepada si bocah.
Sebaliknya, Lo In terus menolak.

Melihat mereka tarik urat, yang satu ingin diterima jadi murid
dan yang lain menolak, dengan tiada ada keputusan sama
sekali, Bwee Hiang lalu campur tangan. Dengan air muka
berseri-seri ia datang menghampiri, kepada Kim Wan Thauto
si gadis memberi hormat serta berkata, "Kalau kalian tidak
keberatan, bagaimana kalau aku majukan diri sebagai orang
perantara untuk memutuskan urusan kalian ?"

"Bagus, bagus !" kata Kim Wan Thauto mendahului Lo In yang


hendak membuka mulutnya berbicara hingga si bocah muka
hitam urung berkata dan anggukkan kepalanya saja seperti
tanda bahwa ia pun mufakat dengan turun tangannya Bwee
Hiang.

Lo In percaya kecerdikan sang enci. Dengan keputusannya


Bwee Hiang pasti akan disetujui oleh mereka kedua pihak.

"Dari pembicaraan Taysu," Bwee Hiang mulai. "Aku memuji


Taysu adalah seorang yang jujur, tidak ingin memungkiri janji.
Tapi mendengar alasan adik In juga benar, masa ia harus
punya murid Taysu, lebih pantas bila adik In menjadi muridnya
Taysu. Ini baru pantas....."

"Tapi Liehiap...." memotong Kim Wan Thauto, terputus, karena


si nona goyang-goyang tangannya.

"Aku belum habis bicara, harap Taysu jangan memotong


dulu." kata Bwee Hiang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jadi dua-duanya ada punya alasan kuat." berkata si nona


meneruskan. "Sekarang begini saja. Taysu mengagumi adik
In, sedagn adik In juga sangat menghargai Taysu. Bagaimana
kalau angkat saudara saja.....?"

"Bagus, bagus !" Lo In tiba-tiba memotong bicaranya si gadis.


Saking kegirangan, setuju dengan enci Hiangnya, Lo In
sampai bertepuk tangan.

Sebaliknya Kim Wan Thauto kerutkan keningnya. Agaknya


mereka kurang menyetujui putusan Bwee Hiang sebab
menyeleweng kepada sumpahnya. Si gadis yang cerdik sudah
lantas dapat menyelami pikiran si Thauto yagn kurang setuju.
Maka ia lantas berkata pula, "Seorang murid setia, selalu akan
bikin gurunya senang. Maka, apa salahnya kalau Taysu
menerima keputusan yang disenangi adik In agar adik In
hatinya merasa senang. Apa ini bukan sama saja Taysu
sebagai seorang murid telah membuat senang pada gurunya ?
Aku kira dengan keputusan kalian angkat saudara, tidak
menyimpang dari maksud Taysu yang sebenarnya."

Mendengar si gadis demikian fasih ucapan katanya dan teguh


alasannya, Kim Wan Thauto angguk-anggukkan kepalanya
dan kemudia ia tertawa ke arah Bwee Hiang hingga si gadis
kegirangan melihat usahanya akan berhasil.

"Liehiap, kau sungguh pandai membuka pikiran orang yang


bodoh." memuji Kim Wan Thauto. "Aku senang, kalau kau juga
termasuk dalam upacara angkat saudara. Harap kau jangan
menolak !"

Bwe Hiang kaget. Ia tidak mengira si Thauto akan bawa-bawa


juga dirinya. Tapi ia tidak keberatan untuk angkat saudara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan Kim Wan Thauto yang ia lihat pendeta itu benar


mukanya bengis tapi orangnya jujur dan termasuk salah satu
ksatria di kalangan jago-jago silat budiman. Malah dengan
mempunyai saudara angkat macam Kim Wan Thauto,
untuknya ada satu keuntungan, tenaganya dapat dipakai
membantu dalam usahanya menuntut balas kepada Sucoan
Sam-sat.

Memikir demikian, maka wajah Bwee Hiang berseri-seri. Ia


berkata, "Terima kasih Taysu. Sungguh tidak kukira kau
sangat menghargakan aku yang rendah."

Kim Wan Thauto kegirangan bahwa si nona tidak menolak.


Demikian selanjutnya tiga orang itu telah angkat saudara
dalam upacara sederhana disaksikan oleh Lima Harimau dan
anak-anak muridnya mereka yang jumlahnya bukan sedikit.

Kim Wan Thauto dipanggil 'Toako' oleh Bwee Hiang dan Lo In


sedang pada dua anak tersebut, atas permintaan mereka, Kim
Wan Thauto memanggil anak Hiang dan anak In, yang
sederhana saja. Si Thauto rambut panjang senang juga dapat
memanggil 'anak' pada si gadis dan si bocah, karena mereka
itu memang pantas menjadi anaknya Kim Wan Thauto.

Lima macan dari Suyangtin sangat menghormati tiga orang


tamu itu, terutama kepada Lo In yang mereka anggap adalah
'Bocah Sakti' yang tidak ada duanya. Kepandaiannya sukar
diukur. Mereka merasakan penglihatannya seolah-olah kabut
ketika menyaksikan tubuh Lo In tiba-tiba berputar-putar dan
seperti asap bergulung-gulung, tahu-tahu setelah si bocah
tersenyum ke arah Kim Wan Thauto dari lengan bajunya
mengeluarkan lima senjata rahasia anting-anting emas dari si
pendeta yang dilontarkan dengan tenaga lwekang yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dahsyatnya bukan main.

Mereka berlomba mengundang Lo In dan dua saudaranya


untuk menginap di rumahnya. Tapi Bwee Hiang tidak mau
membuat berabe mereka maka dengan manis budi undangan
itu ditolak hingga tidak punya alasan lagi mereka untuk
mendesak terus. Meskipun demikian, mereka mengundang
untuk mampir bertemu ke rumah masing-masing selama Lo In
dan dua saudaranya ada di Suyangtin. Hal ini tidak ditampik
oleh Bwee Hiang dan dua saudaranya, demi untuk
menyenangkan pada hati mereka.

Atas pilihan Bwee Hiang, tiga saudara itu mondok di hotel Hok
An, suatu rumah penginapan yang sangat bersih dalam dusun
Suyangtin.

Dalam omong-omong, sebelumnya masuk tidur, Kim Wan


Thauto berkata pada Bwee Hiang, "Anak Hiang, aku masih
belum bisa lupakan wajahmu pada tiga tahun yang lalu."

Bwee Hiang heran. Ia lantas menanya, "Bagaimana toako bisa


kenali wajahku ? Apa memang toako sudah kenal sebelum kita
angkat saudara ? Aku sendiri lupa. Harap toako tidak kecil hati
kalau adikmu pelupa."

"Anak Hiang, aku kenal tanpa berkenalan tapi kukenali


wajahmu di atas loteng pertama dari rumahmu.''

Bwee Hiang terkejut. Sepasang matanya yang jernih halus


memandang pada Kim Wan Thauto tidak berkedip. Kata-kata
si toako betul-betul mengagetkan hatinya karena katanya
mengenali wajahnya adalah dari jendela kamar di atas loteng
pertama.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Toako, kau jangan bikin aku bertanya-tanya. Lekas ceritakan


apa yang sudah terjadi pada saat itu." berkata Bwee Hiang
kemudian.

Melihat adik angkatnya tidak sabaran seperti cacing kena abu,


maka Kim Wan Thauto lantas bercerita bagaimana ia telah
melakukan penyelidikan dalam rumah Liu Wangwee untuk
mendapat keterangan tentang kedatangannya Sucoan Sam-
sat. Ia mendengar tentang percakapan Bwee Hiang dengan
ayahnya dalam kamar kemudian ia bertekad akan membantu
Liu Wangwee akan tetapi kenyataannya bahwa bantuannya
tidak diperlukan dengan turun tangannya si kerudung merah.
Dituturkan dengan jelas pada Bwee Hiang, hingga si nona
yang tidak memotong pembicaraan orang, mendengarkan
semua itu tanpa terasa telah mengucurkan air mata.

"Anak Hiang." kata Kim Wan Thauto, kaget ia melihat adik


angkatnya menangis. "Kau kenapa menangis ? Apa
penuturanku melukai hatimu karena aku tidak turun tangan
membantu keluargamu ? Kepandaian si kerudung merah
sudah lebih dari cukup. Untuk apa aku membikin berabe dia
dengan memunculkan diri pada saat itu ?"

Bwee Hiang geleng-geleng kepala, seraya menyusut air


matanya yang berlinang-linang.

"Toako, bukan begitu duduknya." berkata si nona, masih


sesenggukan.

Lo In pun jadi kaget, enci Hiangnya tiba-tiba menangis.

"Enci Hiang, kau kenapa ? Barusan toako cerita, tiba-tiba saja


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kau menangis." Lo In menanya sang enci yang sedang sedih


saja.

Bwee Hiang tidak menjawab Lo In, hanya berkata pula kepada


Kim Wan Thauto.

"Toako, bukan begitu duduknya. Sebetulnya aku sangat


berterima kasih atas perhatianmu hendak menolong
keluargaku. Yang aku sedihkan adalah cerita toako itu
membuat aku terkenang pada ayahku almarhum."

"Hah ? Ayahmu sudah meninggal dunia ? Sakit apa ?" tanya


Kim Wan Thauto otomatis.

"Toako, kau tidak tahu." sahut Bwee Hiang, tersenyum sedih.


"Ayahku bukannya mati karena sakit tapi dibunuh oleh Sucoan
Sam-sat. Ah, toako....."

Bwee Hiang putus bicaranya karena ia tidak tahan dengan


kesedihannya, ia menangis lagi. Agak keras sekarang hingga
Kim Wan Thauto dan Lo In kebingungan kalau-kalau tangisan
itu dapat mengganggu penghuni kamar lainnya sehingga bisa
membikin orang-orang pada keluar untuk menanyakan ada
urusan apa sampai menangis begitu sedih.

Kim Wan Thauto dan Lo In bergiliran menghibur Bwee Hiang.

Si gadis cepat terhibur rupanya sebab kemudian ia hentikan


tangisnya lalu menceritakan pada Kim Wan Thauto tentang
keganasannya Sucoan Sam-sat yang membunuh seisi
rumahnya termasuk Kian-san Ji-lo, setelah pada sebelumnya
mereka kena dihajar oleh Lo In. Mereka telah mengganas juga
dalam markas cabang Ceng Gee Pang sehingga banyak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

meminta korban jiwa.

Kim Wan Thauto sangat gusar mendengar laporan Bwee


Hiang.

"Aku dapat kabar tentang kebuasannya Sucoan Sam-sat, akan


tetapi tidak mengira sampai begitu kejam dan menganggap
jiwa manusia seperti jiwa kecoak !" kata Kim Wan Thauto,
seraya giginya kedengaran berkeretak, menahan amarahnya.

"Toako," kata Bwee Hiang. "Kita sudah angkat saudara. Maka


dalam halnya Sucoan Sam-sat, aku mengharap sekali bantuan
toako dalam usahaku menuntut balas."

"Anak Hiang, meskipun kita belum angkat saudara, aku juga


akan membantu kau sebisa-bisanya untuk membasmi orang-
orang jahat itu !" jawab Kim Wan Thauto tegas.

Diam-diam Bwee Hiang merasa sangat berterima kasih atas


janji Kim Wan Thauto.

"Sayang anak In pada waktu itu tidak membinasakan saja


kawanan jahat itu." Kim Wan Thauto menyatakan sangat
menyesalkan.

"Adik In masih terlalu kecil, belum sampai berpikiran ke situ.


Apalagi memang dia berhati lemah untuk bertindak kejam !"
kata Bwee Hiang sambil melirik pada Lo In yang tidak campur
dalam percakapan mereka berdua.

Lo In hanya nyengir ketawa melihat Bwee Hiang melirik


kepadanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ya, memang anak In masih kecil." sahut Kim Wan Thauto


ketawa. "Sebagai jago kecil berkelana dalam dunia Kangouw,
nanti dia akan bertambah pengalaman dan mempunyai
pandangan terhadap orang-orang yang jahat dan licik. Maka
itu anak In, kau harus waspada menjaga diri."

"Terima kasih atas nasihat toako." kata Lo In, tertawa nyengir.

"Tapi, anak In." Kim Wan Thauto berkata lagi, matanya


memandang wajah Lo In yang hitam legam. "Aku lihat
wajahmu tidak semestinya hitam, cara bagaimana kau
memoles wajahmu jadi hitam begini ?"

"Panjang untuk diceritakan, toako." sahut Lo In. "Tapi


sekarang aku minta toako dulu bercerita bagaimana toako
dapatkan pedang pendekku itu ?"

"Sebenarnya aku mau minta adikku dulu bercerita, tapi tidak


apalah. Biar toakomu mengisahkan satu kejadian yang lucu."

Selanjutnya Kim Wan Thauto mengisahkan dari mana ia


dapatkan pedang pendek.

Pada suatu hari menjelang sore, hujan turun dengan lebat.


Kim Wan Thauto dalam perjalanan mengunjungi salah satu
sahabatnya, kebingungan tidak menemui rumah untuk
meneduh, untuk menyingkir dari serangan hujan lebat.
Dengan menggunakan ilmu jalan cepat, sekira dua lie maju ke
depan, tiba-tiba ia menemukan satu kuil rusak.

Ke dalam kuil itu ia masuk. Lumayan juga dapat menyingkir


dari serangan hujan lebat meski pun di sana sini tampak kuil
itu pada bocor gentengnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Rupanya kuil itu sudah lama ditinggalkan penghuninya tapi


masih ada towie (taplak meja) rombeng yang panjang sampai
menutupi kolong meja, diatasnya terdapat sebuah tepekong
yang lagi duduk bersila. Pikirnya kalau ia masuk ke kolong
meja itu, baik juga. Sebab tidak kedinginan dari hembusan
angin yang masuk ke dalam rumah berhala itu yang hampir
tidak berpintu. Setelah berpikir ia lalu masuk ke kolong meja
tadi.

Benar saja di kolong itu ia merasa agak hangat juga.

Belum lama ia rebahan, tiba-tiba ia mendengar seperti ada


orang yang masuk ke dalam kuil itu. Ia lalu mengintip melalui
lubang dari towie yang rombeng.

Ia lihat yang datang itu adalah seorang laki-laki berperawakan


tinggi kurus, mukanya tidak enak dilihat saking jeleknya. Di
bebokongnya ia menggendong sebuah bungkusan besar.
Entah apa isinya buntelan besar itu.

Ketika si orang jelek tadi sudah berada di dalam, ia lalu


gubraki di atas lantai buntelan yang digendongnya lalu ia
gibrik-gibriki bajunya yang basah kuyup kehujanan.

"Kurang ajar, tadi terang benderang, eh, mendadak turun


hujan besar. Dasar anak sialan !" orang itu berkata-kata
sendirian sambil perlahan-lahan membuka buntelan besar
tadi. Kiranya isinya adalah sesosok tubuh yang tidak berkutik.
Waktu Kim Wan Thauto menegasi kiranya ia adalah satu anak
muda yang cakap, putih, mirip seorang perempuan.

Ia rupanya telah ditotok pingsan sebab pipinya yang halus


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

diusap-usap ke sana kemari oleh si wajah jelek, anak muda itu


tinggal diam saja.

"Sungguh sayang kau dijelmakan sebagai seorang lelaki.


Kalau kau perempuan yang sekarang jatuh di tanganku ?
Hmm !" demikian si jelek berkata-kata sendirian.

Entah apa maksudnya kata-kata itu tapi bagi Kim Wan Thauto
sudah lantas menduga bahwa orang jelek itu bukan orang
baik-baik, tentu anak muda itu kena diculik olehnya. Ia terus
mengintip. Ia melihat si jelek membuka totokan si anak muda
yang sebentar kemudian telah dapat membuka matanya.

Melihat wajah si jelek, anak muda itu kerutkan alisnya.

"Aku tidak kenal kau siapa, asal kau kembalikan aku ke rumah
orang tuaku, urusan dapat habis sampai disini saja. Tapi,
kalau sebaliknya ? Hmm!" kata si anak muda, seperti
mengancam si orang jelek.

"Hmm ! Apa hmm ! Apa kau kira aku takut kepada ayahmu
Kong Tek Cong ?" si orang jelek kata dengan suara kasar.

Kim Wan Thauto terkejut mendengar disebutnya Kong Tek


Cong ialah sahabatnya yang ia hendak kunjungi. Kalau begitu,
pikirnya, anak muda ini tentu putera sahabatnya yang
dipanggil Liang Hin.

"Ayahku adalah Chungcu (ketua kampung) dari Pek-in-chung,


mempunyai banyak sahabat-sahabat dalam kalangan
Kangouw." kata si anak muda. "Kalau kau tidak takuti ayahku,
kau juga harus memikirkan kepada sahabat-sahabatnya yang
tentu tidak akan tinggal dima atas perbuatanmu menculik aku."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kong Tek Cong memang Chungcu dari Pek-in-chung


(Kampung awan putih di Kang-say).

Namanya sangat terkenal dalam kalangan Kangouw. Bukan


karena ilmu silatnya dihargakan tapi juga sebagai seorang
kaya raya, wataknya sangat ramah dan tangannya mudah
untuk menolong sesamanya yang dapat kesusahan. Bukan
sedikit jago Kangouw yang mendapat pertolongannya apabila
dalam perjalanan mendapat kesukaran uang misalnya. Tidak
heran kalau Kong Tek Cong mendapat banyak sahabat.

Ketika mendengar Liang Hin menyebut-nyebut kawan-


kawannya Kong Teng Cong, si wajah jelek bukannya takut
malah tertawa terbahak-bahak, katanya, "Siapa tidak kenal
padaku Toan Bi Lomo yang malang melintang tanpa menemui
tandingan. Biarpun ayahmu mengumpulkan semua kawan-
kawannya, aku juga tidak takut. Apalagi mereka berani datang
ke Coa-kok, aku tanggung semuanya akan dibasmi habis !"

Liang Hin tersenyum sinis mendengar kata-kata si muka jelek


yang tiada lain adalah Siauw Cu Leng dengan gelarnya Toan
Bi Lomo (si Iblis Alis Buntung). Dalam usahanya menculik
anak-anak muda tanggung, ternyata ia berani juga menculik
anaknya Kong Tek Cong yang sangat terkenal namanya.

"Kau benar-benar tidak mau membebaskan Siaoyamu ?"


menegaskan Liang Hin.

"Kau jangan mimpi, anak muda ! Hahaha .. !" berbareng ia


mendak disusul dengan suara 'siuutt' yang memancarkan sinar
seperti kembang api lewat kira-kira dua dim diatas rambut
kepalanya hingga ia menjadi sangat kaget.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kiranya itu senjata rahasia dari Pek-in-chung yang dinamai


'Pek in hwee cian' atau 'Panah api awan putih', senjata rahasia
yang khusus dibuat oleh Kong Tek Cong untuk digunakan oleh
orang-orangnya untuk melindungi Pek-in-chung.

Panah api itu apabila dilepas dari busurnya akan


mengeluarkan suara menyiut keras lantas dalam perjalanan
menuju sasarannya tiba-tiba memancarkan sinar seperti
kembang api yang biasa dipasang oleh anak-anak. Orang-
orang Kangouw yang melihat sinar yang tiba-tiba memencar
dari panah api itu lantas mengenali, itu adalah senjata rahasia
dari Pek-in-chung yang sangat terkenal. Kalau mengenai
sasarannya, panah api itu akan membakar pakaian si korban
dan menghanguskan bagian tubuh yang ditujunya.

Siauw Cu Leng cukup lihai. Begitu ia mendengar suara


menyiut lantas ia kenali akan senjata rahasia dari Pek-in-
chung, sayang ia tak dapat lolos dari mencarnya api.
Rambutnya sebagian sudah kena kebakar hingga ia repot
untuk mematikan dengan lengan bajunya.

Dalam kerepotan itu, segera menyusul dua tiga panah api lagi.
Tapi karena ia sudah bersedia, semuanya dapat dikebas jatuh
dengan tangan bajunya.

"Bangsat kurang ajar !" ia berteriak. Tapi sebelum ia membuka


mulut besar, segera di depannya sudah ada tiga orang tinggi
besar dengan golok di tangan.

"Kau berani memaki 'bangsat kurang ajar' ? Sungguh


menyebalkan ! Perbuatanmu yang sangat kurang ajar, bangsat
penculik !" memaki salah satu diantaranya yang menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pemimpin dari tiga orang itu rupanya.

"Tan siokhu (paman), dia..... dia..... " Liang Hin tak dapat
meneruskan kata-katanya karena dengan sebat Siauw Cu
Leng sudah menotoknya roboh mendeprok di lantai.

Kim Wan Thauto yang terus menonton, ia kenali tiga orang


yang datang itu adalah tiga saudara angkat dari Kong Tek
Cong yang bernama Nio Him, Tan Nie Ciang dan Lie Kim
Giok. Mereka empat saudara terkenal dengan julukan 'Pek-in
Su-kiat' atau 'Empat jago dari kampung Awan Putih'. Sepak
terjangnya mendapat pujian rakyat karena mereka menolong
yang lemah, merintangi yang kuat.

Banyak perbuatan yang sewenang-wenang dapat dibereskan


oleh mereka dengan adil.

Yang tadi memaki Siauw Cu Leng adalah Tan Nie Ciang.

Mendapat balasan makian, Siauw Cu Leng marah. Ia berkata,


"Baru kalian tiga orang, biarpun Pek-in Su-kiat turun sekaligus,
aku Toan Bi Lomo tidak takut !"

Berbareng dengan kata-katanya Siauw Cu Leng sudah


sambar tubuhnya Liang Hin untuk lantas dibawa melompat
kabur. Tapi Kim Giok yang menjaga di pintu sudah lantas
menghadang. "Mau lari ?" jengeknya. "Turunkan Kong Kongcu
lalu berlutut minta ampun, baru kami nanti memberikan
pertimbangan !"

"Kentut busuk !" teriak Siauw Cu Leng gusar. "Lihat kakekmu


nanti akan bikin kalian kocar kacir, tidak ada jalan untuk
umpatkan diri !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan pundak kiri memanggul tubuh Liang Hin, tangan


kanannya sempat mencabut pedang pendek. Ia berkata pula,
"Hayo, maju semua !"

Tan Nie Ciang tahu lawannya lihai tapi masa dikerubuti tiga
lawan ia dapat pertahankan diri, apalagi berkelahi sambil
memanggul tubuh orang ?

Memikir kesitu, maka Tan Nie Ciang maju paling dulu. Ia


membentak, "Orang jahat, jangan tembereng. Lihat aku orang
she Tan akan ambil kepalamu !"

Berbareng Tan Nie Ciang bulang baling goloknya yang tajam,


tiba-tiba ia menyerang membabat pinggang lawan. Ini suatu
gerakan yang dinamai 'Ki houw pok yo' atau 'macan kelaparan
menerkam kambing', tidak gampang dikelit oleh pihak lawan
untuk gerakan yang cepat dan ganas itu sehingga telah
membuat nama Tan Nie Ciang naik. Sayang ketemu Siauw Cu
Leng yang gesit. Toan Bi Lomo tidak mau menangkis dengan
pedangnya yang pendek dan bobotnya sangat enteng, kuatir
pedangnya tidak tahan kebentur pedang lawan yang berat.
Maka begitu datang golok mengarah pinggang, cepat ia
berkelit dengan lompat setindak ke belakang hingga sabetan
golok lewat depan perutnya hanya dua dim saja. Berbareng ia
bertindak maju, sebelum musuh mengambil posisinya,
pedangnya diputar terus ditikamkan ke arah tenggorokan. Ini
suatu tipu 'Tong cu ci louw' atau 'Bocah menunjukkan jalanan',
suatu serangan yang tiba-tiba dilakukan. Mula-mula pedang
diputar untuk membingungkan lawan kemudian menikam
dengan tiba-tiba ke arah tenggorokan.

Untung Tan Nie Ciang juga bukan jago kemarin, ia sudah


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berpengalaman.

Dengan tipu 'Kim ke pa tauw' atau 'Ayam Emas goyang


kepala', kepalanya dimiringkan ke kiri kemudian dengan badan
separuh jongkok, goloknya menikam 'gudang makanan' (perut)
Siauw Cu Leng. Dengan tangkas Toan Bi Lomo menjejakkan
kakinya lompat ke atas, menghindari serangan. Tan Nie Ciang
merangsek, ia tidak mau kasih lawannya untuk perbaiki
posisinya tapi Siauw Cu Leng bukan Toan Bi Lomo kalau tidak
berdaya dengan rangsekan Tan Nie Ciang. Ia turun dari atas
dengan pedang pendeknya diputar untuk mematahkan
serangan susulan Tan Nie Ciang.

Dua senjata beradu keras hingga menimbulkan bunga-bunga


api, tampak golok Tan Nie Ciang kuntung sepuluh dim dari
ujungnya hingga Tan Nie Ciang sangat terkejut.

Nio Him dan Kim Giok hanya menonton saja. Mereka percaya
Tan Nie Ciang dapat mengalahkan Siauw Cu Leng karena ia
berkelahi sambil memanggul tubuh Liang Hin. Tapi
kenyataannya beban di atas pundaknya tidak menjadi
rintangan bagi Siauw Cu Leng bergerak leluasa melayani Tan
Nie Ciang.

Melihat keunggulan Siauw Cu Leng barulah dua saudara itu


bergerak. Tapi sebelum mengeroyok, tiba-tiba mereka
mendengar beradunya senjata dan goloknya Tan Nie Ciang
tertabas kuntung hingga mereka sangat kaget.

Toan Bi Lomo kaget. Ia tidak mengira pedang pendek yang


bobotnya enteng itu dapat menabas kutung goloknya Tan Nie
Ciang yang kasar dan berat. Sudah beberapa kali ia
menyingkirkan dari beradunya senjata. Kalau barusan mesti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

beradu juga, itu ia lakukan dengan terpaksa sebab waktu turun


dari lompatnya ia papaki golok Tan Nie Ciang.

Kini ia tahu pedang pendeknya sangat ampuh, maka hatinya


jadi besar.

Ia tidak ragu-ragu lagi untuk mengadu senjata. Hasilnya juga


kelihatan dengan gemilang sebab Nio Him dan Kim Giok, satu
demi satu goloknya pun dibikin kutung oleh pedang
pendeknya hingga mereka tidak berdaya, mereka hanya
melihat Siauw Cu Leng melesat keluar kuil.

Mereka tidak berkutik untuk mencegah Toan Bi Lomo. Karena


dengan senjata mereka sudah dikalahkan, bagaimana dengan
tangan kosong mereka dapat merintangi Siauw Cu Leng ?

Dengan girang si Iblis Alis Buntung sudah kabur.

Hujan pun sudah berhenti, dengan tindakan cepat ia


meninggalkan kuil. Hatinya kegirangan mempunyai pedang
pusaka yang ampuh.

"Perlahan jalan, sahabat !" tiba-tiba ia mendengar suara orang


berkata dibelakangnya hingga ia menjadi kaget. Cepat ia putar
tubuhnya berbalik. Cepat ia putar tubuhnya berbalik. Ia lihat
orang yang menegur itu, barusan keluar dari balik pohon
begitu ia melewatinya.

Ia ternyata adalah Thauto..... Memang tiada lain orang itu


adalah Kim Wan Thauto.

Kenapa Kim Wan Thauto dengan mendadak saja ada dibalik


pohon ? Bukankah ia tadi mengintip dibalik towie yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

rombeng ? Kiranya, waktu melihat tiga orangnya Pek-in-chung


dirobohkan, Kim Wan Thauto tidak lantas muncul diantara
mereka tapi sudah menyingkir dan keluar dari pintu samping.
Ia cegat Siauw Cu Leng diduga akan mengambil jalan itu.

Kim Wan Thauto merasa tidak leluasa kalau sampai terjadi


perkelahian dengan seru dalam kuil itu, kurang lebar. Maka ia
berusaha untuk cegat Siauw Cu Leng dijalanan, dimana
terdapat lapangan rumput yang luas untuk bertempur
menggunakan kepandaian kelas wahid. Itulah sebabnya maka
tiba-tiba Kim Wan Thauto sudah ada dibalik pohon.

Waktu melihat dihadapannya ada seorang pendeta yang


berambut panjang dan kedua telinganya memakai anting-
anting emas, lantas Siauw Cu Leng kenali bahwa
dihadapannya itu tentu adalah Kim Wan Thauto yang terkenal
dengan senjata rahasia anting-anting emasnya yang sukar
dihindarkan.

"Hehehe !" tertawa Siauw Cu Leng. "Juga Taysu hendak ikut


campur dalam urusanku ? Seorang yang saleh tidak
seharusnya mencampuri urusan orang lain, maka ada lebih
baik kalau Taysu mundur saja, maka diantara kita selanjutnya
tidak apa-apa."

"Bagus." sahut Kim Wan Thauto. "Aku juga mengharap


diantara kita tidak ada apa-apa, asal kau suka turunkan Kong
Kongcu yang ada dipundakmu itu !"

"Dengan hak apa kau suruh aku turunkan milikku ?" tanya
Toan Bi Lomo.

"Sudah tentu aku ada berhak, hak sebagai pamannya Lian


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hin. Kong Tek Cong adalah sahabat baikku !"

"Taysu, jangan kau ngaco belo disini. Aku tidak percaya kalau
Kong Tek Cong mempunyai sahabat sepertimu !"

Siauw Cu Leng sudah mulai kasar dalam ucapan katanya tapi


Kim Wan Thauto masih bersabar. Ia berkata lagi, "Bukan aku
saja menjadi sahabat Kong Tek Cong, Chungcu dari Pek-in-
chung, juga Hweeshio dan Tojin banyak yang bersahabat
degnannya karena Kong Chungcu adalah seorang yang baik
dan berbudi luhur."

"Persetan dengan berbudi luhur. Pendeknya, kau minggir.


Kalau tidak ? Hmm !"

"Hmm ! Aku baru minggir kalau kau turunkan Kong Kongcu


dari pundakmu !"

Siauw Cu Leng hanya mendengar saja tentang kegagahannya


Kim Wan Thauto tapi dia sendiri belum pernah ketemu atau
membenturnya, maka ia sangsi bahwa omongan orang belum
tentu benar karena ia belum mencobanya. Seraya tertawa
tawar ia berkata, "Aku tahu kau adalah Kim Wan Thauto, tapi
sikapmu sekarang ini membikin aku hilang sabar. Orang lain
boleh takut padamu, tapi aku Toan Bi Lomo tidak nanti jeri
menghadapi kau. Asal berani kau rintangi perbuatanku, tahu
sendiri !"

"Hahaha !" terdengar Kim Wan Thauto tertawa terbahak-


bahak.

"Kau tertawakan apa, Thauto linglung !" bentak Siauw Cu


Leng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mari kita menetapkan, kau atau aku yang linglung !"


menantang Kim Wan Tahuto.

Toan Bi Lomo berpikir.

Menghadapi tiga orang dari Pek-in-chung adalah lawanan


enteng meskipun ia melayani dengan memanggul Lian Hin
dipundaknya tapi menghadapi Kim Wan Thauto yang
namanya sudah termasyur, bagaimana ia bisa samakan
dengan melawan orang-orang dari Pek-in-chung ? Maka ia
lantas turunkan Liang Hin dari pundaknya. Setelah itu, ia
menghadapi Kim Wan Thauto yang sudah siap sedia, ia
berkata, "Apa kau kira kau Siauw Cu Leng takut padamu ?"

"Siapa bilang kau takut padaku ? Aku hanya hendak main-


main dengan kau untuk menetapkan siapa yang linglung
seperti kau kata tadi !" sahut Kim Wan Thauto dengan senyum
mengejek hingga si Iblis Alis Buntung menjadi marah.

"Thauto kesasar, kau lihat aku bikin kau sungsang sumbel


hanya 10 jurus saja hingga untuk lari pun kau tidak ada jalan !"
kata Siauw Cu Leng temberang.

"Bagus, marilah kita mulai !" tantang Kim Wan Thauto.

Segera juga kelihatan mereka sudah mulai bergebrak seru.

Berkelahi dengan tangan kosong meminta lebih banyak


tenaga lwekang untuk merobohkan lawan dengan pukulan-
pukulan berat, banyak tipu-tipu silat yang membahayakan
lawan diperlihatkan oleh kedua pihak hingga pertempuran
menjadi ramai. Sambaran tangan yang mengandung tenaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam, dahsyat sekali hingga tanah basah berterbangan.


Suara menderu-deru terdengar disebabkan oleh angin
pukulan, malah tanah banyak yang ambrol berlubang kena
sasaran angin pukulan mereka.

Nio Him dan dua saudaranya yang juga sudah datang kesitu
sangat mengagumkan ilmu pukulan dari kedua lawan yang
bertarung itu. Baik Siauw Cu Leng maupun pihak Kim Wan
Thauto, sama-sama tangkas dan gesit menyerang lawan.
Lwekang dari kedua pihak pun berimbang hingga sukar
mengatakan siapa diantaranya yang akan bakal jadi
pecundang.

Diam-diam Siauw Cu Leng mengakui ketangguhan lawan,


sebaliknya Kim Wan Thauto juga tidak mengira kalau si Iblis
Alis Buntung ini mempunyai kepandaian yang hebat. Pikirnya,
ia harus hati-hati melayaninya sebab salah tindak sedikit saja
ia bakal dikalahkan oleh Toan Bi Lomo, dimana ia harus taruh
muka untuk namanya yang sudah kesohor dikalangan
Kangouw.

Barusan hujan berhenti, maka lapangan rumput agak licin.


Kedua pihak merasa kuatir akan kuda-kudanya gempur karena
tanah licin. Oleh sebab itu masing-masing berlaku sangat hati-
hati untuk menjaga diri jangan sampai dijatuhkan lawan.

Serangan-serangan Siauw Cu Leng sangat hebat. Ia seakan-


akan tidak mengasih kesempatan untuk musuhnya bergerak
leluasa melayani pukulan-pukulannya yang ampuh.

Kim Wan Thauto berpikir selama ia bertempur, musuh sangat


tangkas, permainan silatnya juga bagus, kelihatan tidak ada
lowongan yang lemah. Pikirnya, ia harus menggunakan akal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untuk menjatuhkan musuh.

Kalau tadi Kim Wan Thauto membungkam saja, sekarang ia


mengoceh, katanya, "Toan Bi Lomo, apa janjimu barusan ?
Hmm ! Dengan kepandaianmu begini saja masih mau banyak
laga ? Sekarang sudah berapa jurus ? Aku masih belum
sungsang sumbel !"

Selagi enaknya ia mencecar musuhnya, tiba-tiba ia dengar


Kim Wan Thauto mengolok-olok, hatinya tidak enak. Ia tidak
menyahuti ocehan lawan.

"Dalam tempo sepuluh jurus, untuk lari pun aku tidak


mempunyai maksud." jengek Kim Wan Thauto pula seraya
berkelit dari serangan lawan. "Tapi buktinya sudah tiga puluh
jurus kau masih belum apa-apanya. Kesombonganmu ini kau
boleh bawa dalam impianmu saja, Toan Bi Lomo ! Hahaha,
tidak kena bukan ?" Kim Wan Thauto menggoda sambil
berkelit.

(Bersambung)

Jilid 08
Toan Bi Lomo keluarkan suara di hidung.

Ia benci pada lawan yang mulutnya bawel ini. "Kau kira aku
tidak bisa merobohkan kau, Thauto kesasap !" bentaknya
gusar.

"Kalau bisa, nah» robohkanlah ! Kenapa mesti menunggu-


nunggu lama ?"

"Kau lihat sebentar, aku bikin kau terpelanting mampus "


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jangan pakai sebentar, sekarang saja |" goda Kim Wan


Thauto ketawa.

Panas hatinya Siauw Cu Leng, ia pephebat serangannya


hingga Kim Wan Thauto keteter, ia main mundur saja.

Dalam napsunya karena olok-olok dari Kim Wan Thauto,


Toan Bi Lomo telah gunakan jurus Yap-tee-chong-tho (Di
bawah daun sembunyikan buah tho), tangan kirinya menyolok
mata sebagai pancingan» sepangan sebenarnya adalah
dengan tangan kanan menotok Hoa-kap-hiat

(jalan darah dibagian dada), dua serangan saling susul


yang membuat lawan kelabakan.

Namun Kim Wan Thauto sudah kawakan dalam


pertempuran, tidak mudah ia dibikin terjungkal oleh jurus Yap-
tee-chong-tho. Tampak ia kerahkan ilmu kebalnya Tiat-pouw-
san di bagian dada sedang serangan ke arah mata ia kelit
dengan bagus sekali.

"Aduhh !" terdengar Toan Bi Lomo mengaduh ketika jarinya


menyentuh dada Kim Wan Thauto yang seperti papan besi
kerasnya. Cepat ia menarik pulang tangannya tapi agak
terlambat, jarinya Kim Wan Thauto berbareng menyentil keras
pada nadinya hingga badan Siauw Cu Leng gemetaran sambil
lompat mundur.

Kim Wan Thauto telah menggunakan gerak tipu Tiat-ie-


koan-jit atau 'Baju besi menutup matahari', suatu gerakan yang
berhasil memunahkan tipu Yap-tee-cong-tho dari Siauw Cu
Leng. Sekarang si Iblis Alis Buntung tidak berani menyerang
lagi, ia berdiri menjublek seraya kerahkan lweekangnya untuk
mengusir rasa kesemutan di nadinya yang barusan kena
disentil oleh Kim Wan Thauto.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana, apa masih mau diteruskan ?" Kim Wan Thauto


mengejek.

"Baiklah, kali ini kau menang- Sampai lain kali kita jumpa
pula !" jawab Siauw Cu Leng seraya putar tubuhnya berlalu.

"Tunggu !" seru Kim Wan Thauto ketika baru saja si Iblis
Alis Buntung melangkah berapa tindak hendak berlalu hingga
ia hentikan melangkahnya dan putar kembali tubuhnya, ia
menanya, "Apa kau masih penasaran terhadap orang yang
sudah mengaku kalah ? Kau jangan terlalu menghina, ada
satu waktu kita akan berjumpa pula !"

"Bukan itu maksudku." sahut Kim Wan Thauto.

"Habis, kau mau apa ?" tanya Siauw Cu Leng gusar. "Kong
Kongcu sudah aku tinggalkan, kau mau apalagi gerembengi
aku mau berlalu ?"

"Tinggalkan pedang yagn tergantung dipinggangmu l'"


sahut Kim Wan Thauto tertawa.

"Pedang ini tidak ada sangkutannya dengan kau, kenapa


kau mau merampas milik orang ? Betul-betul kau tidak tahu
malu !"

Kim Wan Thauto tertawa gelak-gelak. "siapa bilang tidak


ada sangkutannya ? Pedang itu ada milik sahabatku,
bagaimana kau kata tidak ada sangkutannya 7" kata Kim Wan
Thauto.

Terkejut hatinya si Iblis Alis Buntung. Pedang itu ada


miliknya Kwee Cu Gie, kalau si Thauto kenali ada milik
sahabatnya, terang si Thauto ada hubungan erat dengan
Kwee Cu Gie. Namun si Iblis Alis Buntung orangnya bandel
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan licik, maka ia juga tertawa terbahak-bahak menyaingi


tertawanya Kim Wan Thauto.

"Kenapa kau tertawa ?" tanya Kim wan Thauto heran-

"Aku tertawakan kau, sembarangan saja mengakui pedang


orang." sahut Siauw Cu Leng. "Kalau pedang ini pedang
sahabatmu, apa buktinya ?"

"Toan Bi Lomo, kau jangan banyak tanya, kau lihat saja


pada gagang pedang ada goresan nama pemiliknya."

"Siapa pemiliknya, coba kau sebutkan !"

"Hahah, kau masih mau banyak tanya lagi- Pada goresan


itu ada disebut namanya Kwee Cu Gie bukan ?"

Kaget Toan Bi Lomo, memang pada gagang pedang itu


tertatah namanya Kwee Cu Gie.

Ternyata Kim Wan Thauto lihai mengenali pedang kawan.


Ia dapat mengenali pedang itu ketika Toan Bi Lomo
menangkis golok Tan Nie Ciang yang kontan terpapas kutung,
kemudian dengan beruntun golok Nio Him dan Kim Giok juga
telah dibikin buntung oleh pedang pendek yang tajam itu.

Dalam dunia KangoUw pada masa itu hanya pedang


pendek Kwee Cu Gie Tayhiap yang dapat

memapas golok kutung. Suatu keanehan sebenarnya


sebab pedang pendek itu selainnya pendek juga bobotnya
sangat enteng tapi bisa membikin kutung golok yang bobotnya
sangat berat.

Siauw cu Leng tak dapat memungkiri apa yang dikatakan


oleh Kim Wan Thauto.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cuma saja, seperti dikatakan, ia sangat licik. Setelah tidak


ada jalan untuk memungkiri kata-kata Kim Wan Thauto, ia lalu
mencari jalan untuk meloloskan diri kabur dari situ dengan
Pedang masih miliknya.

Maka diwaktu melihat Kim Wan Thauto sedang gelak-gelak


ketauia, mentertawkan dirinya yang tidak bisa memberi
jawaban, segera ia tidak sia-siakan ketika itu. ia enjot
tubuhnya kabur. Namun belum lama lari atau terdengar
dibelakangnya ada suara benda bergemerincing menyusul
kemudian ia rasakan iga kanan dan pundak kirinya
kesemutan, menyusul tubuhnya terkulai jatuh ditanah.

Kiranya Kim Wan Thauto ketika melihat lawannya kabur,


segera ia gelengkan kepalanya. Dua senjata rahasia anting-
antingnya melesat saling susul menyambar pada jalan darah
Tay-it-hiat dan Seng-hong-hiat hingga si Iblis Alis Buntung
harus mengakui kelihaiannya si Thauto beranting emas- Ia
sangat gusar harus menerima kekalahannya yang kedua kali
dari lawannya.

"Toan Bi Lomo, aku tidak mengira kalau ada demikian licik


!" menyindir Kim Wan Thauto ketika ia meloloskan pedang dari
pinggangnya Siauw Cu Leng.

Si Iblis Alis Buntung hanya mendengus gusar.

Setelah pedang berada ditangannya, Kim Wan Thauto telah


memungut kembali anting-antingnya yang jatuh tidak jauh dari
siauw Cu Leng dan dikenakannya pula ditelinganya.

"Aku tidak punya permusuhan apa-apa dengan kau, maka


kau boleh pergi !" kata Kim Wan Thauto seraya kakinya
menyepak pada pinggul Siauw Cu Leng yang seketika itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bebas dari totokan anting-anting dan ia ngeloyor pergi setelah


melemparkan muka asem pada Kim Wan Thauto.

Kim Wan Thauto memeriksa pedang pendek itu. Ternyata


memang ada tertulis pada gagang pedang 'Kwee Cu Gie Toan
Kiam' (pedang pendek dari Kwee Cu Gie), pedang
sahabatnya. Diam-diam Kim Wan Thauto merasa heran
kenapa pedang si pendekar Besar bisa jatuh ditangannya
Siauw Cu Leng.

Sedangnya ia mengagumi pedang pendek itu, tiba-tiba ia


dengar opang berkata, "Paman, aku sangat berterima kasih
sekali atas pertolonganmu----11

Ketika Kim Wan Thauto berpaling, kiranya yang berkata itu


ada Kong Liang Hin, puteranya Kong Tek Cong sahabatnya.

Anak muda itu telah dibebaskan oleh Tan Nie Ciang ketika
si Iblis Alis Buntung telah dirobohkan oleh Kim Wan Thauto.
Begitu melihat Siauw Cu Leng sudah pergi, maka pemuda itu
sudah menghampiri Kim Wan Thauto yang tengah mengagumi
pedang sahabatnya.

"Anak Hin, apa kau sudah lupa pada pamanmu ?" tanya
Kim Wan Thauto ketauia.

Kong Liang Hin heran, ia lantas menatap wajah orang.

"Ah, kau... kau., paman Auw-yang..." Kong Liang Hin kenali


seraya menubruk pada si Thayto dan matanya berkaca-kaca
menangis dalam dekapannya si Thauto.

"Anak Hin, bagaimana dengan ayahmu ?*" tanya Kim Wan


Thauto.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ayah baik-baik saja tapi selalu ia mengharap paman


pulang ke kampung halaman." sahut Kong Liang Hin sepaya
menyeka air matanya.

Kong Liang Hin menangis karena ia rindu kepada Kim Wan


Thauto yang sudah lama berpisah dan baru waktu itu mereka
ketemu kembali.

Kim Wan Thauto dengan Kong Tek Cong ada sahabat baik,
malah telah angkat saudara.

Ia bertempat tinggal di Pek-in-chung juga dan sering


berkunjung ke rumahnya Kong Tek Cong dimana Liang Hin
yang masih kecil suka diberi petunjuk-petunjuk hal ilmu silat
dan Liang Hin Pandang Kim Wan Thauto seperti orang tuanya
sendiri.

Mereka bergaul akrab jikalau Kim Wan Thauto sedang ada


dikampungnya.

Ia paling suka merantau. Kalau sudah meninggalkan


kampung halamannya 2-3 tahun baru kembali- Ketika ia
meninggalkan kampungnya belakangan ini, ternyata sampai 5
tahun tidak kelihatan ia pulang hingga menimbulkan keragu-
raguan dalam hatinya Tong Tek Cong kalau Kim Wan Thauto
itu telah meninggal dunia dalam perantauan.

Tidak heran Kong Liang Hin tidak kenalai Kim Wan Thauto
sebab waktu si Thauto belum menjadi pendeta, ia masih
menjadi pendekar dengan nama Auw-yang Siang Gie.

Dalam perantauan ia telah ketemu dengan seorang Thauto


jagoan ialah Tek Kim Thauto, dengan siapa Auw-yang Siang
Gie telah bertempur untuk menjajal masing-masing punya ilmu
silat siapa lebih tinggi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Itulah sebagai kesudahan pertandingan hal ilmu silat, dalam


mana Auw-yang Siang Gie selalu mau lebih unggul saja.
Dalam pertempuran itu yang memakan waktu sampai 20n

jurus, Auw-yang Siang Gie telah dikalahkan Tek Kim


Thauto- Sejak mana Auw-yang Siang Gie mengaku kalah
pada Tek Kim Thauto.

Tek Kim Thauto ada seorang baik, ia suka memberi


petunjuk-petunjuk kepada Auw-yang Siang Gie hingga yang
tersebut belakangan menjadi sangat berterima kasih sekali.
Belakangan, atas maunya sendiri Auw-yang Siang Gie yang
tidak berkeluarga telah masuk menjadi Thauto. Untuk
membuat tali perhubungan lebih erat pula, Auw-yang Siang
Gie telah angkat saudara dengan Tek Kim Thauto.

Setelah angkat saudara, Tek Kim Thauto telah menurunkan


banyak ilmu silat yang Auw-yang Siang Gie belum tahu. Maka
kepandaiannya Auw-yang Siang Gie menjadi hebat, ia
menggunakan nama Kim Wan Thauto atau pendeta beranting-
anting emas dalam dunia Kangouw. Oleh karena ilmu silatnya
tinggi, maka sebentar saja namanya Kim Wan Thauto telah
naik tinggi dan namanya Auui-yang Siang Gie telah lenyap-

"Paman Auw-yang, kenapa kau sekarang menjadi pendeta


?" tanya Kong Liang Hin.

"Panjang untuk diceritakan, anak Hin. Nanti, kalau aku


sudah ketemu dengan ayahmu, akan kuceritakan perjalanan
paman." sahut Kim Wan Thauto.

Nio Him, Tan Nie Ciang dan Lie Kim Giok juga sudah
datang dan mengunjuk hormat kepada si Thauto. Mereka
menyatakan tidak mengenali kalau Kim Wan Thauto adalah
Auui-yang Siang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Gie dan menanyakan sejak kapan menjadi Thauto. Kim


Wan Thauto berjanji akan menceritakan riwayatnya manakala
sudah jumpa dengan Kong Chungcu dari Pek-in-chung.

Demikian, mereka telah pulang ramai-ramai ke Pek-in-


chung, dimana Kim Wan Tnauto telah disambut dengan
gembira sekali oleh Tong Tek Cong dan keluarga.

Begitulah ada penuturannya Kim Wan Thauto kepada Lo In


dan Bwee Hiang-

"Sekarang aku sudah menutur, maka tinggal giliranmu adik


In menuturkan riwayat perjalananmu sampai muka yang cakap
menjadi hitam legam begitu. Hahaha...." Kim Wan Thauto
berkelakar hingga Bwee Hiang juga turut ketawa.

Lo In lalu menuturkan riwayatnya ialah dari anak jembel


menjadi anak yang mempunyai kepandaian silat yang tinggi
berkat didikannya Liok Sinshe. Ia ceritakan bagaimana Liok
Sinshe sayang padanya seperti juga anak sendiri. Kalau Liok
Sinshe sedang mencari daun obat-obatan tidak pernah ia
ditinggal sendirian. Selalu ia diajak pergi sana sini dengan ilmu
meringankan tubuh. Ia sangat mengagumi kepandaiannya
Liok Sinshe yang telah loncat dari satu ke lain tebing yang
curam dengan menggendol dirinya.

Lo In tuturkan cara bagaimana Liok Sinshe jatuh ke dalam


jurang karena dibokong oleh jarum mautnya Kim Popo,
bagaimana ia mencari-cari Liok Sinshe dalam lembah sampai
menjadi sahabat dengan si burung rajawali, kemudian
kawanan kera juga telah menjadi

teman-temannya. Ia kena dibokong oleh Ang Hoa Lobo dan


dipoles hitam wajahnya, lwekangnya hampir musnah kalau
tidak mendapat pertolongan dari wetam Tokgan Siancu, ular
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kesayangannya Eng Lian. pedang pendek kepunyaan Liok


Sinshe ia bawa, mungkin dimiliki Siauw Cu Leng sebab ia
tidak melihat lagi pedang itu. Dengan Eng Lian ia bergaul
akrab, begitu juga dengan kawanan monyet dan gorila sampai
ia dapat berbicara bahasa monyet dan pandai meniup seruling
memanggil dan menakluki ular.

panjang lebar Lo In cerita pada Kim Wan Thauto sampai


pada kejadian ia menempur Sucoan Sam-sat dan memberi
didikan ilmu silat kepada Bwee Hiang.

Setelah Lo In menutur, terdengar Kim Wan Thauto


menghela napas.

"Liok Sinshe itu pasti ada ayahmu, Kwee Cu Gie Tayhiap,


anak In." berkata Kim Wan Thauto. "Aku belum pernah
menyaksikan kepandaian lompat dari satu ke lain tebing begitu
mahir seperti Liok Sinshe, kecuali kepandaian yang dimiliki
oleh Kwee Cu Gie. Ia ada satu Tayhiap yang sangat dihormati
kawan tapi ditakuti oleh lawan. Karena sepak terjangnya yang
melindungi si lemah menumpas si kuat jahat, maka ia banyak
musuhnya dalam kalangan jahat. Mungkin ia pakai nama Liok
Sinshe sebagai nama samaran. Ia mengumpatkan dirinya dari
musuhnya yang ingin menuntut balas."

"Kalau Liok Sinshe ada Kwee Cu Gie, ayahku, kenapa dia


tidak mengaku bahwa dia ada ayahku ? Sudah sekian tahun
kami berkumpul." tanya Lo In ragu-ragu-

"Mesti ada sesuatu hal yang membuat dia Perlu untuk


sementara tidak menjelaskan dirinya siapa, anak in. Kau
jangan cemas dan menyesalkan, nanti kapan kau satu waktu
ketemu dengannya lagi kau boleh menanyakan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Liok Sinshe sudah mati, mana dapat kau ketemu pula


dengannya ?" "Ia berkepandaian tinggi, aku tidak percaya dia
mati begitu saja."

"Ya, aku juga meragukan akan kematiannya Liok Sinshe."


sahut Lo In. "Ia sangat tinggi kepandaiannya. Untuk jatuh ke
dalam jurang saja tidak mungkin dia sampai binasa, hanya
yang aku khawatirkan adalah jarum beracunnya si nenek."

"Jarum beracun Kim Popo juga tidak bisa berbuat banyak


terhadapnya. Kau percaya, anak In, ia tidak mati dan satu
waktu akan jumpa pula dengan kau !"

Lo In kegirangan meskipun hatinya agak ragu-ragu.

Ia menundukkan kepalanya, ketika ia angkat pula tampak


air mata menggenang diteiakupan matanya, ia menangis.

"Adik kecil, kenapa kau menangis ?" tanya Bwee Hiang


kaget.

"Tidak apa-apa." sahut Lo in ketawa terpaksa.

"Anak In, kau memikirkan apa sampai menangis ?" tanya


Kim Wan Thauto.

"Aku ingat kepada Liok Sinshe." sahutnya. "Omong-omong


tentang dirinya, aku jadi ingat kebaikannya terhadap diriku----"

"Adik kecil, kenapa kau sampai begitu berduka ? Orang


baik selalu mendapat perlindungannya Thian, maka ada satu
temPo kau akan ketemu lagi dengan Liok Sinshe." menghibur
Buiee Hiang dengan suara empuk menyayang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In ketauia nyengir. Dasar wataknya si bocah yang aneh,


maka ketika Kim Wan Thauto bantu menghiburnya, kedukaan
Lo in lantas lenyap tanpa bekas.

"Malam sudah larut, sebaiknya anak Hiang masuk tidur."


tiba-tiba Kim Wan Thauto menyatakan pikirannya.

"Aku masih belum ngantuk." sahut si nona ketawa-

"Ah, matamu sudah ngantuk. pergi sana tidur. Biar adik


kecilmu aku yang jagai, tidak nanti dia hilang-..." Kim Wan
Thauto berkelakar.

Bwee Hiang jebikan bibirnya hingga Kim Wan Thauto


ketawa terbahak-bahak.

Memang si nona sudah ngantuk, melihat adik kecilnya


menangis ia jadi tidak tega meninggalkannya. Sekarang ia
didesak untuk masuk tidur, ia lantas bangkit dari duduknya dan
ngeloyor ke kamarnya.

Buiee Hiang ambil kamar sendiri, sedang Lo In tidur sama-


sama dengan Kim Wan Thauto.

Setelah si nona pergi, Kim Wan Thauto berkata paa Lo In,


"Anak In, kau bawa-bawa anak orang kaya merantau, apa
tidak takut mendapat kesulitan di jalanan 7"

"Toako maksudkan enci Hiang ?" L0 In balik menanya.

"Ya, ia ada satu Siocia, kepandaiannya biasa saja aku


lihat."

"Toako, kau jangan pandang rendah pada enci Hiang."


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ah, dia bisa apa ? Tempo hari dia dipemainkan oleh si


setan hitam dapi Sucoan Sarrrsat, hampir-hampir dia dapat
malu kalau tidak keburu si kerudung merah turun tangan."

"Oh, itu kejadian dulu-" sahut Lo In. "Lain dulu lain


sekarang, enci Hiang dulu dan

sekacang kepandaiannya beda seperti langit dan bumi.


Toako tidak tahu- ' "Apa iya ?" Kim Wan Thauto menanya
heran.

"Kalau toako tidak percaya, boleh saksikan kalau enci


Hiang nanti bergebrak !" Kim Wan Thauto masih meragukan
akan keterangan Lo In tapi ia tidak kata apa-apa.

Setelah omong-omong pula urusan yang tidak mengenai


jalannya cerita, Kim Wan Thauto ajak adik kecilnya masuk
tidur.

Kita melihat pada Bwee Hiang, apakah si nona tidur pulas ?

Kiranya Bwee Hiang masih belum pulas, pikirannya


melayang-layang, ia jengkel kepada adik kecilnya yang masih
belum dapat menilai kepandaiannya sampai dimana karena
beberapa orang yang ia pecundangi si adik kecil ada orang-
orang dari kelas 3 dan paling atas kelas 2. Kapan ia ketemu
dengan lawan kelas 1 ? Ia tanya hati kecilnya. Girang hatinya
mana kala ia dapat merobohkan jago kelas 1 di depan adik
kecilnya, tentu ia bakal mendapat pujian.

Sementara itu matanya sudah mulai mengajak tidur.

Barusan saja ia mau pulas, tiba-tiba ia mendengar sesuatu


yang mencurigakan. Dengan pura-pura pulas, ia perhatikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekitarnya kamar. Ia kaget nampak ada seorang tinggi besar


sudah berada dalam kamarnya tengah duduk di kursi.

"Apa maunya dia tanya Bwee Hiang dalam hatinya.

Ia urungkan niatnya mau menegur orang itu ketika ia


nampak orang tinggi besar bangkit dari kursinya dan jalan
menghampiri pembaringannya. Ia telah menyingkap kelambu
dan mengawasi kepada Bwee Hiang yang tidur agak miring ke
depan.

Si nona lihat orang itu ada memakai topeng hingga ia tidak


mengenali macam apa parasnya si orang jahat yang masuk ke
dalam kamarnya itu.

Hatinya Bwee hiang berdebaran nampak orang itu telah


mengulurkan tangannya hendak menjamah lengannya yang
halus putih. Tapi entah kenapa ketika hampir menyentuh
lengan yang lunak itu, tiba-tiba tangannya ditarik pulang. Bwee
Hiang masih diam saja, mau lihat lagaknya orang itu lebih
jauh.

Sebentar lagi kelambu telah disingkap begitu rupa sehingga


seluruh badannya orang itu berada dalam kelambu. Baru saat
itu Bwee Hiang agak jeri, orang akan berbuat kurang ajar atas
dirinya.

Tiba-tiba saja orang itu telah menyergap si nona yang


sedang tidur. Tapi alangkah kagetnya ia melihat yang disergap
telah menghilang dan tahu-tahu sudah ada dibawah tempat
tidur. Bwee Hiang sangat gesit. Begitu oran merangkul dirinya,
ia sudah menggelinding menggunakan ilmu 'Kimlun-hoan-sin'
atau 'Roda emas menggelinding' jaran Lo In untuk
menyelamatkan diri dari terkaman musuh yang dilakukan
sekonyong-konyong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Manusia jahat, kau berani ganggu nonamu sedang tidur ?"


bentak Bwee Hiang. Kakinya berbareng menjejak betis orang
itu hingga keluarkan rintihan tertahan saking menahan sakit.
Orang itu lantas berbalik dan menguber Bwee Hiang yang
sementara itu dengan gerakan 'Hui-niauw-cut-lim' atau 'Burung
terbang keluar hutan', enteng sekali badannya sudah melesat
keluar dari jendela.

Gesit orang tinggi besar itu. Melihat korbannya kabur sudah


lantas menyusul keluar dari jendela, dimana Bwee Hiang telah
menanti padanya. Ternyata Bwee Hiang tidak lari, ia segan
berkelahi dalam kamar yang sempit makanya ia keluar dan
menantang berkelahi di luar.

"Heheh, binatang. Kau berani gila pada nonamu ?" bentak


Bwee Hiang ketika mereka sudah berhadapan.

"Nona, aku datang hendak menemani kau tidur, kenapa kau


jadi marah-marah ?" orang itu menyahut dengan suara Parau.

"Fui !" Bwee Hiang meludah. "Berani kurang ajar terhadap


nonamu, kau harus tanggung akibatnya ! Nah, jagalah
serangan nonamu !" berbareng Buiee Hiang menyerang
dengan pukulan yang hebat sekali hingga orang itu lompat
mundur untuk mengelakkan serangan dahsyat si nona.

Kedua orang itu jadi bertempur seru.

Bwee Hiang baru mendapat lawan alot. Ia senang


menghadapinya. Sayang waktu itu tidak ada Lo In. Pikirnya,
kalau ada pasti akan menambah kegembiraannya berkelahi
dengan musuh tangguh itu.

Orang itu telah mengeluarkan satu jurus yang aneh,


membingungkan lawan. Ia seperti hendak mencengkeram
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dada namun kapan lengannya dekat sampai sasaran telah


berubah, tangannya dipentang merangkul berbareng menotok
hiat~to (jalan darah) di lengan lawan untuk melumpuhkan
perlawanan musuh. Inilah ada gerakan yang dinamai Hek-
houw-lok-siaUui (Harimau hitam ketawa), satu gerak tipu yang
berbahaya sekali bagi musuhnya kalau kena diterkam olehnya
sebab sang musuh akan lumpuh seketika karena lengannya
kena ditotok.

Untuk serangan yang hebat itu, Bwee Hiang gunakan jurus


'Pa-ong-gie-kah' atau "Couw Pa Ong meloloskan jubahnya'
untuk menyelamatkan diri.

Pertempuran berjalan terus dengan ramai sekali.

Tiba-tiba orang itu memutar tangan kanannya disusul oleh


tangan kirinya yang seperti kilat cepatnya telah nyelonong
hendak mengorek sepasang lentera si nona. Buiee Hiang
kaget sepasang matanya hendak dicopoti. Segera ia gunakan
'Kim-kee-yau-tauw' atau 'Ayam emas menggoyangkan
kepalanya'. Tampak kepalanya bergoyang dan sodokan
tangan lawan ke arah matanya dapat dikelit dengan indahnya-

Sayang saat itu hanya mereka berdua saja rupanya yang


bertarung. Kalau ada penontonnya pasti akan bersorak-sorak
melihat kedua lauian itu sama tangguhnya.

Orang itu heran saban-saban serangannya tidak mendapat


sasarannya.

Ia lihat si nona sangat gesit, tidak mudah dipecundangi


cepat-cepat.

Opang itu penasara, ia merangsek dengan nekad. Lantaran


sangat bernapsunya ia mengalahkan lauian, maka telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menimbulkan kekalahannya, ia menggunakan gerak tipu 'Hay-


tee-lo-got' atau 'Di dasar laut meraup rembulan', tangan
kanannya seperti menyerang dada, tahu-tahu tangan kirinya
yang menyerang rusuk- Buiee Hiang kaget tapi ia tidak gugup.
Ia gunakan tipu 'Nelayan melintangi perahu' untuk
menyelamatkan dirinya. Namun ia tidak begitu saja. Ia balas
menyerang dengan kecepatan kilat. Dua jarinya dari tangan
kiri yang halus lunak namun seperti dua batang besi telah
nyelonong ke ketiak

orang itu, sebelum yang tersebut belakangan perbaiki


posisinya. Tidak ampun lagi orang itu merasakan kesemutan
di ketiaknya, hingga ia berdiri bagaikan patung karena ;seng-
hoat-hiat'nya telah kena ditotok jitu sekali.

"Hahahaha, binatang. Kau sekarang mau apa ?" jengek


Bwee Hiang ketika melihat musuhnya mudah tidak berkutik-
"Sekarang baru rasakan lihainya nonamu, ya."

Buiee Hiang menghampiri. Baru saja ia melangkah belum


jauh atau ia dibikin kaget oleh menyambarnya sebuah benda
yang menempel di pipinya, kiranya itu hanya selembar daun
kecil. Meskipun demikian cukup bikin nona kita jadi marah, ia
mendongak ke atas Pohon dan membentak, "Manusia kurang
ajar, kalau kau berani, turun ! Terimalah hukuman dari nonamu
!"

Baru saja si nona menutup perkataannya atau sesosok


bayangan melayang turun dari atas pohon. Bwee Hiang gugup
melihat orang demikian gesit sebab tahu~tahu ia sudah kena
dirangkul. Ia meronta-ronta sambil memaki-maki.

"Enci Hiang, inilah adik kecilmu. Apa kau tidak kenali ?"
terdengar suara berbisik di telinganya si nona. Kapan ia putar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tubuh berbalik, memang yang merangkul ia adalah si bocah.


"Adik kecil, kau bikin encimu penasaran l' kata si nona seraya
tangannya mencubit keras hingga Lo In berteriak kesakitan.

"Anak nakal, itulah bagiannya... hihihi..." tertawa Buiee


Hiang.

Si nona lanjutkan niatnya menghampiri musuhnya yang


sudah tidak berdaya.

"Tahan !" kata Lo In hingga Buiee Hiang hentikan jalannya.

"Kau mau apa campur-campurA urusanku, adik kecil ?"


tanya Bwee Hiang.

"Siapa bilang itu ada urusan enci sendiri, aku juga harus
turut campur !"

"Kau mau bikin encimu dongkol karena jengkel ?"

'Bukan begitu, urusan enci ada urusanku juga."

"Tapi aku tidak mau diganggu. Orang itu sangat kurang


ajar, aku harus kasih hajaran. Sekalipun aku tidak sampai
membunuhnya-"

"Jangan, jangan sampai begitu marahnya."

"Kenapa tidak boleh marah ?"

"Itulah ada orang kita sendiri____"

Bwee Hiang tidak percaya. "Orang kita siapa ? Kalau orang


kita, kenapa dia begitu kurang ajar pada encimu. Dia
mengganggu ketika encimu barusan mau pulas, maka tidak
boleh tidak dia harus dikasih hajaran ! "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In ketawa gelak-gelak hingga Bwee Hiang menjadi


heran. 'Enci Hiang, kau tidak percaya ia ada orang kita sendiri
?" tanya Lo In. 'Aku tidak percaya, biarkan aku menghukum
padanya |" 'Kau akan menyesal sebab dia ada lebih tua dari
kita !"

'perduli amat, asal dia kurang ajar biarpun lebih tua 10 kali
lipat, aku tidak taku !" 'Nah, pergilah urusan dengannya." kata
Lo In.

Bwee Hiang menghampiri orang itu, kemudian dengan


sekali renggut saja topengnya orang itu telah lenyap dari
wajahnya.

"Kau, eh, kau.... toako ?" berkata Bwee Hiang ketika kenali
0rang itu.

Orang itu hanya bersenyum, tidak menyahut lantaran sudah


ditotok lumpuh. Cepat Bui^e Hiang membebaskan orang itu
dari totokan.

"Anak Hiang, maafkan padaku yang tidak mengenal


aturan____" kata orang itu.

"Tapi toako, kenapa kau berbuat yang tidak benar ?" tanya
si gadis heran.

"Itulah anak Hiang, aku didorong oleh perasaan tidak


percaya, kau sekarang sudah hebat kepandaiannya menurut
anak In, maka aku sudah mencoba-coba menyaksikan dengan
mata kepala sendiri. Aku sengaja mengolok-olok supaya kau
marah dan mengeluarkan kepandaianmu yang hebat. Aku
sekarang percaya bahwa anak Hiang kepandaiannya jauh
diatas dari dahulu ketika ketemu si bontot dari Sucoan Sam-
sat."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Nah, aku bilang apa, bukannya orang sendiri ?" nyeletuk


Lo In ketawa.

Bwee Hiang paham akan maksud dari Kim Wan Thauto,


orang tinggi besar bertopeng yang tadi bertempur dengannya
mati-matina, maka ia pun jadi tertawa cekikikan-

Kiranya itulah Kim Wan Thauto yang menggoda Bwee


Hiang.

Bwee Hiang dikatakan jempol kepandaiannya, telah


meragukan hatinya Kim Wan Thauto. Maka

ketika ia melihat Lo In sudah pulas, ia diam-diam telah


copoti anting-antingnya dan menyaru sebagai opang biasa,
tidak lupa ia mengenakan topeng supaya tidak dikenali oleh
Bwee Hiang. Ia kira Lo In tidak tahu tapi si bocah diam-diam
telah mengikuti gerak geriknya.

Kalau ia ada mengucapkan kata-kata yang agak janggal,


itulah maksud Kim Wan Thauto supaya si nona meluap
amarahnya dan mengeluarkan kepandaiannya yang tinggi.

Ia kira tadinya dapat menjatuhkan Bwee Hiang dengan


mudah, tapi kenyataannya ia berusaha dengan sia-sia malah
akhirnya ia yang kena dijatuhkan oleh si nona-

Sungguh memalukan bila mengingat kepandaiannya


sendiri. Namun, ia tidak jadi penasaran terhadap Bwee Hiang
yang menjadi adiknya sekarang.

Demikian, 3 saudara itu sambil ketawa-ketawa telah balik


pula ke kamarnya masing-masing-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pada keesokan harinya Kim Wan Thauto dan 2 adiknya


telah diundang makan-makan oleh Suyangtin Ngo-houw-
Perjamuan itu diadakan bergiliran oleh Lima Harimau dari
Suyangtin. Hari itu giliran pertama dirumahnya Kie Giok tong,
yang berjalan dengan sangat menggembirakan.

Keesokan harinya dirumahnya Song Cie Liang, Jiko dari


Ngo Houw- Kemudian di rumahnya Tan

Him, Samko dari Ngo Houw dan ketika pada gilirannya


Teng Hauw, Sie-ko dari Ngo Houw ada terjadi urusan.

Itulah Kim Wan Thauto yang timbulkan urusan.

Si Thauto beranting-anting emas melihat romannya Teng


Hauw ada murung saja sejak pada perjamuan pertama di
rumahnya Kie Giok Tong, membikin hatinya kurang senang. Ia
menganggap barangkali Teng Hauw tidak senang kepada
mereka, tiga suadara mendapat perlakuan yang begitu
hormat. Maka dalam perjamuan di rumahnya, melihat tuan
rumah tetap murung, ia telah menyatakan tidak senangnya.

"Kami berkumpul makan-makan, bukannya kami minta-


minta. Tapi atas undangan kalian. Maka aku tidak mengerti
melihat sikapnya Teng-heng yang selalu murung seolah-olah
yang tidak senang menjamu kepada kami orang...."

"Oh, bukan, bukan begitu...." Teng Hauw mencegat


perkataan Kim Wan Thauto.

Ia tidak bisa meneruskan kata-katanya karena ia kurang


bisa bicara, maka Kie Giok Tong yang telah menalangi ia
bicara. Katanya, "Taysu, bukannya lantaran itu. Teng-siete
kelihatan tidak gembira lantaran ia punya kesukarannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sendiri yang tak dapat diutarakan kepada orang lain. Harap


Taysu jangan salah mengerti."

"Kesukaran bukannya tidak bisa diatasi, asal orang mau


berdamai. Kalian menghormati kami orang, tandanya ada
taruh kepercayaan. Kenapa kesukarannya Teng-heng tidak
suka diberitahukan kepada kami orang ? Siapa tahu kami
dapat menolong dan meringankan kesukarannya Teng-heng."

Ngo Houw bungkam mendengar perkataan Kim Wan


Thauto yang beralasan-Mereka saling lihati dengan tiada satu
yang berani buka suara.

Teng Hauui gelisah kelihatannya. Ia ingin mengutarakan


apa-apa namun ia tidak pandai merangkai perkataan, ia hanya
mengawasi saja saban-saban kepada Kie Giok T°ng.

Melihat demikian, Kim Wan Thauto bangkit dari duduknya,


ia berkata, "Kalau kalian tidak suka menaruh kepercayaan
kepada kami orang, biarlah kami mohon diri saja. Anak in dan
Hiang, mari kita berangkat !"

Lima Harimau terkejut. Mereka tampak gugup menahan


kepergiannya Kim Wan Thauto.

"Taysu, harap sabar dulu." kata Kie Giok Tong. "Duduk


dulu, kami tidak ingin membuat tamu-tamunya yang terhormat
menjadi penasaran."

Kim Wan Thauto dan dua saudaranya pada duduk pula.

"Toako." kata Teng Hauw pada Kie Giok T0ng. "Kau


ceritakan saja kepada Taysu tentang kesukaranku sUpaya dia
jangan salah mengerti."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kie Giok Tong anggukkan kepalanya.

"Taysu, sebenarnya urusan ini ada rahasia. Tidak boleh


diketahui oleh orang dari luar dusun sebab akibatnya ada
sangat hebat bagi orang yang mengetahui." berkata Kie Giok
Tong yang masih ragu-ragu untuk menuturkan kesukaran
Teng Hauw.

"Aku dan dua saudaraku tidak takut akan akibatnya. Maka


Kie-heng boleh ceritakan saja, rahasia apa yang tak boleh
diketahui oleh orang dari luar dusun."

"Hari ini sudah tanggal 13. Lagi 3 hari sudah tanggal 16 dan
pada hari itulah Siete akan kehilangan puteri tunggalnya,
maka siapa yang tidak jadi murung ?" menerangkan Kie Giok
Tong yang tidak ada ujung pangkalnya hingga Kim Wan
Thauto dan dua saudaranya menjadi bengong. Sukar
menangkapnya apa yang dimaksudkan oleh si orang she Kie.

Bwee Hiang meraba-raba, setelah ketawa ia berkata,


"Tanggal 16 ada hari baik. Hari itulah puteri paman Teng
menemukan hari baiknya ketemu jodoh. Maka, urusan
perkawinan adalah lumrah. Kenapa harus dibuat duka oleh
paman Teng ?"

"Oh, bukan, bukan itu...." kata Teng Hauw lalu ia minta


supaya Kie Giok Tong cerita yang terang kepada para
tamunya.

"Bukan begitu duduknya urusan, nona Hiang." kata Kie


Giok Tong. "Kalau bukan perkawinan, habis apa ?" tanya
Bwee Hiang kepingin tahu.

"Bukan perkawinan yang lazim tapi ini persembahan


kepada Thoat Beng Mo Siauw yang setiap bulan tanggal 16
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

harus dikirimi sajian seorang gadis jelita____" kata Kie Giok


Tong.

Kim Wan Thauto yang tidak paham dengan ceritanya Kie


Giok Tong minta si orang she Kie menutur dengan rapi supaya
urusan dapat dipertimbangkan. Kie Giok Tong meskipun
dipengaruhi oleh perasaan takut telah menuturkan juga suatu
kisah yang menarik yang telah terjadi dalam dusun Suyangtin-

— 23 —

Kira-kira enam bulan berselang, dalam dusun Suyangtin


yang aman telah terjadi kegemparan dengan munculnya satu
iblis jahat yang menamakan dirinya Thoat Beng Mo Siauw (si
Hantu Ketawa pencabut Jiwa). Munculnya iblis itu telah
menggelisahkan penduduk kampung, malah yang berwajib
juga tidak dapat mengatasi gangguan itu. Sebenarnya yang
berwajib banyak menggantungkan pekerjaannya kepada
Suyangtin Ngo Houw (Lima Harimau) yang besar

pengaruhnya. Maka dalam hal urusan si Hantu Ketauia juga


mereka telah menyerahkan bagaimana baiknya diatur oleh
Lima Harimau-

Yang sangat ganas perbuatannya si Hantu Ketauia, ia telah


membikin air minum dari sumur maupun sungai telah beracun
dan penduduk yang meminumnya telah mati konyol. Binatang-
binatang piaraan pada mati keracunan apabila si Hantu
Ketawa sedang marah.

Berhubung dengan mana Suyangtin Ngo Houw telah


berunding untuk mengadakan kompromi dengan Thoat Beng
Mo Siauui. Si Hantu Ketauia tidak munculkan diri, hanya
mengirim wakilnya untuk mengadakan perdamaian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam perdamaian itu telah diterima baik suatu keputusan,


ialah setiap tanggal 16 penduduk Suyangting harus
menyerahkan seorang gadis jelita kepada Thoat Beng Mo
Siauw.

Penduduk banyak yang tidak rela dengan keputusan itu


sebab mereka sayang anak gadisnya dikorbankan kepada si
Hantu Ketawa. Mereka banyak yang pada pindah ke lain
dusun. Namun, hari ini pindah, besokannya mereka sudah
balik pula menjadi mayat, terdapat di masing-masing
pekarangan rumahnya yang ditinggalkan.

Lantaran mana, maka penduduk menjadi jeri untuk


meninggalkan Suyangtin dan terima nasib anak gadisnya akan
dijadikan sajiannya si Hantu Ketawa.

Untuk tidak membikin penduduk jadi iri-irian, maka


Suyangtin Ngo Houw juga mau berkorban, ialah pada setiap
pemilihan gadis yang akan dijadikan korban ada termasuk
juga satu gadisnya diantara Lima Harimau. Kalau diundi
misalnya jatuh pada nasibnya dari puteri Lima Harimau, maka
apa boleh buat disajikannya dengan rela.

Pemilihan gadis-gadis itu biasanya dilakukan tanggal 10


setiap bulan.

Gadis-gadis tidak turut dalam undian, hanya orang tuanya


saja yang maju supaya gadis-gadis itu tidak langsung menjadi
kaget karena nasibnya yang malang-

Thoat Beng Mo Siayui itu seperti yang tahu gadis mana


bulan ini akan dijadikan mangsa-Sebab kalau diganti dengan
lain gadis, orang tua gadis yang bersangkutan bakal mati
konyol dalam rumahnya- Oleh karena itu, maka tidak berani
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

satu juga yang coba-coba menukarkan gadisnya dengan lain


gadis manakala sudah sampai temponya disajikan.

Pernah ada kejadian ke dusun Suyangting ada dua


pendekar yang menamakan dirinya 'Siamsay Jie Liong' atau
'Dua Naga dari Siamsay'. Mereka ada sepasang pendekar
kenamaan dalam kalangan Kangouw yang kebetulan lewat.
Mereka tidak puas dengan perbuatannya si Hantu Ketawa.
Maka mereka sudah tawarkan diri untuk membunuh iblis
kejam itu. Mereka telah berdamai denga Suyangting Ngo
Houw.

"Kami penduduk Suyangtin sangat berterima kasih kedua


enghiong suka buang tempo guna

menumpas kejahatan dari si Hantu Ketawa." menyatakan


Kie Giok Tong ketika menjamu kedua orang gagah itu. "Cuma
saja sebelum enghiong berdua pergi ke sana hapus
dipertimbangkan dulu bahayanya. Thoat Beng Mo Siauw ada
sangat tinggi kepandaiannya dan banyak anak buahnya. Kalau
kita salah tangan bukannya berhasil dalam usaha, sebaliknya
akan mengalami nasib yang tidak diinginkan."

"Legakan hatimu, paman." menghibur Seng Liong, yang tua


dari Dua Naga. "Kami berdua sudah biasa menumpas
kejahatan demikian. Maka dalam halnya Thoat Beng Mo
Siauw juga rasanya tidak akan gagal usaha kami."

"Manusia jahat begitu, kalau lama-lama dikasih hidup lebih-


lebih menyusahkan kepada rakyat. Maka selekasnya kami
akan bekerja." menimpali Keng Liong, saudara mudanya.

Kie Giok Tong manggut-manggut tapi dalam hatinya


meragukan itikad baik dari Dua Naga dari Siamsay itu.
Meragukan bukan apa-apa takut mereka mati konyol. Sebab
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebelum mereka sudah pernah ada tiga orang gagah yang


datang kesitu dan menawarkan tenaganya untuk membasmi
Thoat Beng Mo Siauw. penghabisannya bukan si Hantu
Ketawa yang mati, malah mereka bertiga kedapatan mayatnya
di pinggir dusun Suyangtin.

Meskipun dengan samar-samar Kie Giok Tong coba


menahan, ternyata Siamsay Jie Liong tak dapat dirubah
niatnya. Terpaksa Kie Giok Tong dan sudara-saudaranya
merestui kePergiannya. Kie Giok Tong berkata, "Atas nama
penduduk dari Suyangtin, kami berlima

mendoakan kepada Jiwie-enghiong supaya berhasil dalam


menumpas si Hantu Ketawa dan balik kembali ke Suyangtin
dengan selamat. Harap Jiwie berhati-hati l'"

jiwie-enghiong (kedua orang gagah).

Berangkatlah hari itu kedua orang gagah itu ke Pek-kut-nia


(Bukit Tualng putih), sarangnya Thoat Beng Mo Siauw. Lima
Harimau telah mendoakan dengan sujud supaya pekerjaan
mulianya Siamsay Jie Liong itu berhasil memuaskan.

BeSokan harinya tidak ada kabar apa-apa dari mereka.


Pada lusanya orang melaporkan kepada Suyangtin Ngo Houw
telah kedapatan mayatnya dua orang gagah itu di pinggiran
dusun. Keadaannya sungguh mengerikan sebab kedua
kepalanya hampir terpisah dari masing-masing lehernya. Itulah
menunjukkan kekejamannya dari Thoat Beng Mo Siauw.

Suyangtin Ngo Houw hanya bisa menghela napas.

Mereka telah menyuruh beberapa orang kampung untuk


mengurus mayatnya dua orang gagah itu guna ditanam baik-
baik serta disembahyangi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pada malamnya, Lima Harimau itu telah membikin


pertemuan untuk membicarakan urusan Thoat Beng Mo
Siauw.

Pertemuan itu diadakan di rumahnya Tan Him, orang ketiga


dari Lima Harimau, dalam ruangan dari sebuah bangunan
yang spesial dibangun untuk mengadakan rapat.

Bangunan itu pernahnya di sebelah belakang rumah besar


dari Tan Him, diperaboti lengkap dengan kursi meja dan
pigura-pigura indah sebagai pajangan. Sebagai penerangan
telah dipasang lilin-lilin besar dan kecil. Lima Harimau dari
Suyangting itu semuanya orang-orang hartawan yang
menetap disitu dari lain tempat-

Hidupnya mereka boleh dikatakan mewah dan senang.

Malam itu angin meniup tidak menentu, kadang-kadang


besar dan kadang-kadang sepoi-sepoi saja.

Manakala sang bayu sedang meniup kencang keadaan


menjadi berisik dikarenakan cabang-cabang pohon beradu
satu dengan lain dan daun-daunnya pada berguguran rontok.

"Toako." tiba-tiba Song Cie Liang, orang kedua dari Ngo


Houw berkata. "Kita sudah mendapat gelaran Lima Harimau,
sudah lama kita menjagoi dan dihormati oleh penduduk.
Sekarang dengan adanya Thoat Beng Mo Siauw, benar-benar
pengaruh kita seperti tertindih dan lenyap. Kepercayaan
penduduk kepada kita seakan-akan telah buyar....."

"Memang sungguh menyebalkan perbuatannya Thoat Beng


Mo Siauw itu." sahut Kie Giok Tong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan suara gusar- "Habis, apa kita bisa bikin karena


memang kita tak punya kemampuan mengatasi pengaruhnya
si Hantu Ketawa."

"Apa kita tidak bisa mencari seorang jago yang benar-benar


dapat mengalahkan si Hantu Ketauia ?" Tan Him menyatakan
pikirannya. "Aku rela keluar uang untuk membiayai jago-jago
yang benar-benar dapat menumpas si Hantu Ketawa."

"Thoat Beng Mo Siauw sangat tinggi kepandaiannya, sukar


diukur. Maka sulit sekali kita mencari orang-orang yang dapat
menandingi kepandaiannya. Menurut kabar, kecuali dia sendiri
berkepandaian tinggi masih ada anak buahnya yang hebat
kepandaiannya, entahlah siapa mereka itu." menyatakan Cia
sin Eng si nomor lima dari Lima Harimau.

Tampak mereka tidak dapat mengambil keputusan, maka


keadaan menjadi sepi dan masing-masing putar otak untuk
mencari daya upaya bagaimana baiknya untuk mengatasi
pengaruh Thoat Beng Mo Siauw yang membuat gurem
pengaruhnya Suyangtin Ngo Houw.

Sementara itu terdengar di sebelah luar angin meniup


kencang dan mengeluarkan suara menderu-deru. Entah
bagaimana tiba-tiba saja, semua lilin penerangan telah
menjadi padam hingga Lima Harimau itu menjadi ketakutan.

"Hahaha..... hahaha---- !" terdengar suara parau ketawa di


sebelah luar.

Itulah suara ketawa yang belum pernah mereka dengar,


menyeramkan sekali mengiang di telinga masing-masing.
Mareka menduga akan datangnya si Hantu Ketawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tak usah mereka menduga-duga. Memang juga yang


datang itu ada si Hantu Ketawa yang lantas berkata setelah
tertawa terbahak-bahak, keras nyaring, "Suyangtin Ngo Houw,
aku Thoat Beng Mo Siauw sudah ada di depan pintu. Kenapa
kalian tidak lekas mengunjuk hormat ? Lekas keluar
menemukan majikanmu !"

Namanya saja Lima Harimau, namun mereka gemetaran


badannya tatkala itu dipanggil oleh si Hantu Ketawa. Sungguh
lucu sekali.

Sebelum keluar mereka mengintip dulu, ingin mengetahui


bagaimana romannya Thoat Beng Mo Siauw yang
menyeramkan itu.

Wujudnya si Hantu ketawa memang benar-benar seperti


Hantu. Rambutnya riap-riap seperti Thauto (pendeta piara
rambut panjang), wajahnya bengis dengan hidung bengkok
dan gigi bercaling, sedang matanya melesak ke dalam, namun
telah mengeluarkan cahaya yang berpengaruh. Itulah
menandakan bahwa lwekangnya si Hantu Ketawa sangat
tinggi. Dengan wajah demikian dan diiringi oleh suara
ketawanya yang parau menyeramkan, betul-betul telah
membuat Lima Harimau itu nyalinya berubah menjadi Lima
Tikus.

Masing-masing badannya menggigil seperti yang


kedinginan.

Thoat Beng Mo Siauw tampak berdiri sambil memondong


seorang wanita kecil langsing, entah wanita siapa itu.
Keadaannya tidak berkutik dalam pelukan si Hantu Ketawa-
Rupanya ia telah kena ditotok.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Suyangtin Ngo HoUw> apa kalian tidak Punya nyali untuk


ketemu Thoat Ben Mo Siauw ?" tepdenar si Hantu Ketawa
berkata pula dengan suara yang nyaring sekali.

"Toako, mari kita keluar !" mengajak Song Cie Liang yang
lebih berani hatinya.

Kie Giok Tong dan lain-lainnya menurut.

"Hahaha.____. hahaha----!" tertawa Thoat Beng Mo Siauw


ketika melihat Suyangting Ngo

Houw pada keluar dari rumah. "Bagus, kalian menurut


perintah Mo-ong."

Si Hantu Ketawa bahasakan dirinya Mo-ong (Raja Iblis).

"Malam ini Mo-ong datang ada perintah apa untuk kami


orang ?" Kie Giok Tong berkata, memberanikan diri.

"Hahaha....... hahaha-" ketawa si Hantu Ketawa. "Mo-ong


datang untuk

memperkenalkan diri dan kasih peringatan kepada kalian


supaya lain kali harus

hati-hati. Jangan ceritakan urusan hybunan Suyangtin


dengan Mo-ong kepada orang luar. Kalau kalian tidak
Perhatikan perintah Mo-ong ini, awas ! Jangan sesalkan kalau
Mo-ong marah dan bikin ludes seisi dusun Suyangting !"

"Menurut perintah» menurut perintah Mo-ong.... I" jawab


Kie Giok Tong seraya manggut-manggut diikuti oleh saudara-
saudaranya yang lain.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagus, bagus !" kata si Hantu Ketawa. "Untuk kelakuan


kalian yang sudah telah berhubungan dengan Siam-say Jie
Liong sebenarnya Mo-ong harus mengasih hukuman kepada
kalian, tapi tidak apa. Mo-ong hanya ambil ini saja dari
rumahnya Tan Him. Hei, Tan Him, kau lihat ini siapa ?"

Tan Him terkejut dipanggil Thoat Beng Mo Siauw. Ia cepat


melihat kepada wanita yang diunjukkan si Hantu Ketawa-
Kaget bukan main Tan Him. Ia kenali wanita itu ada budaknya
yang baru berumur 15 tahun- Ia bernama Hiang Tin, pelayan
dari puterinya. Ia sangat disayang karena anak itu menurut
sekali- Malah ada ingatan Tan Him dan isterinya, angkat ia
menjadi anak angkatnya.

Sayang, sebelum matannya Tan Him dan nyonya terkabul,


anak itu sekarang sudah menjadi korbannya si Hantu Ketawa-
Sedih hatinya tan Him hingga keluar air mata.

Ia memberanikan hati maju ke depan dan berlutut di depan


si Hantu Ketawa, katanya,

"Mo-ong, harap Mo-ong punya murah hati supaya


membebaskan budakku itu..."

"Hahaha........ hahaha.....!" Thoat Beng Mo Siauw ketawa.


"Sekali wanita jatuh ke tangan

Mo-ong, tidak akan terlepas pula !"

Tan Him sangat sayang kepada Hiang Tin, mendengar


jawaban si Hantu Ketawa ia menjadi nekad- Dengan jurus
Kie~eng-pok-toUw atau 'Elang lapar menyambar kelinci', Tan
Him coba rampas Hiang Tin dari pond0ngan Thoat Beng Mo
Siauw.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tentu saja percobaan Tan Him gagal sebab dengan satu


kebasan tangan baju saja Tan Him terpukul mundur-

Melihat Tan Him berlaku nekad, saudara-saudaranya yang


lain pun ikut-ikutan nekad. Mereka dengan serempak
menerjang pada si Hantu Ketawa.

"Hahaha____ hahaha----!" Thoat Beng Mo Siauw ketawa


gelak-gelak melihat Lima Harimau

bergerak menerjang kepadanya. Kemudian badannya


berkelebat, entah bagaimana ia geraki tangannya tahu-tahu
semua harimau telah jatuh duduk dengan pundaknya
dirasakan kesemutan. Rupanya kena ditotok oleh si Hantu
Ketawa.

Hebat kepanaiannya si Hantu Ketawa. Dalam segebrakan


saja sudah menjatuhkan Suyangtin Ngo Houw yang
kepandaiannya lumayan juga.

"Untuk kelakuan kalian yang kurang ajar sebenarnya Mo-


ong hendak menghukum mati. Tapi biarlah kali ini Mo-ong
kasih ampun. Kalau lain kali berani lagi kurang ajar di depan
Mo-ong, jangan harap kalian dapat hidup lama !"

Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya tidak bisa kata


apa-apa. Memang mereka tak dapat berkata apa-apa karena
kena ditotok. Mereka hanya mengawasi berlalunya si Hantu
Ketawa dengan membawa Hiang Tin.

Lama juga mereka harus menanti totokan si Hantu Ketawa


bebas dengan sendirinya. Mereka jengkel bukan main kena
dijatuhkan demikian mudah oleh si Hantu Ketawa. Untung
mereka tidak tersiksa lama karena tiba-tiba ada datang dua
bintang Penolong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mereka itu ada dua kakek yang wajah dan potongan


badannya sama, rupanya mereka saudara kembar. Mereka
telah membebaskan totokan Thoat Beng Mo Siauw hingga Kie
Giok Tong dan kawan-kawan menjadi sangat berterima kasih
kepada dua kakek itu.

Mereka perkenalkan diri sebagai Siam-say Ji~lo (Dua orang


tua dari Siam-say), gurunya Siam-say Jie Liong yang telah
tewas ditangannya Thoat Beng Mo Siauw.

Girang hatinya Suyangtin Ngo Houw dapat bertemu dengan


gurunya Siam-say Jie Liong.

Sepasang kakek kembar itu diundang masuk ke dalam


bangunan tempat berapat dimana Kie Giok Tong dan kawan-
kawan menjadi kaget karena melihat sekarang penerangan
lilin telah menjadi terang kembali. Entah siapa yang telah
memasangnya kembali. Kie Giok Tong dan kawan-kawan
tidak sempat memperhatikan itu karena kegirangan atas
kedatangannya Siam-say Jie-lo. Mereka mengharap kalau-
kalau sepasang kakek itu dapat mengatasi kepandaiannya
Thoat Beng Mo Siauw. Sangat hormat memperlakukan dirinya
sepasang kakek itu.

Siamsay Jie-lo memperkenalkan namanya Lim Teng dan


Lim Keng, dua saudara kembar.

"Kedatangan Jiwie Lim-heng sungguh tidak kebetulan,


kalau siangan sedikit pasti akan ketemu dengan si Hantu
Ketawa yang telah membunuh mati Siamsay Jie Liong."
berkata Kie Giok Tong seraya menghela napas.

Dua kakek ini menyatakan menyesalnya. "Kami datang


kemari menyusul dua murid kami-" berkata Lim Teng. Mereka
ada jago-jago muda yagn kepandaiannya lumayan juga. Cuma
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kalau dihadapi kepada si Hantu Ketawa sudah tentu bukan


tandingannya. Maka itu, ketika kami mendengar mereka
hendak menyatroni sarangnya si Hantu Ketawa, lekas-lekas
kami menyusul ke sini. Tapi siapa tahu kedatangan kami
sudah terlambat dan dua muridku itu telah mati di tangannya si
Hantu Ketawa yang kejam !"

"Baik juga kalau Jiwie hendak menyambangi kuburannya


Siamsay Jie Liong." kata Kie Giok Tong. "Akan kami antarkan
Jiwie ke sana."

"Terima kasih Kie-heng. Besok akan kami berziarah ke


sana." sahut Lim Teng.

Sebetulnya Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya takut


membicarakan halnya Thoat Beng Mo Siauw yang telah
mengancam kepada mereka. Namun mereka sangat
penasaran sekali, maka mereka tidak sungkan-sungkan
membicarakan halnya si Hantu Ketawa kepada Siamsay Jielo
dan menunjukkan sarangnya di Pek-kut-nia.

Mereka ceritakan kekejaman si Hantu Ketawa dan


untuknya setiap tanggal 16, penduduk harus menyediakan
satu gadis cantik- Sampai waktu itu sudah ada 4 gadis cantik
yang telah disajikan kepada Thoat Beng Mo Siauw, tidak
terhitung Hiang Tin, budaknya Tan Him yang cantik dan baru
saja umurnya 15 tahun.

Siamsay Jie-lo geleng-geleng kepala mendengar


kekejaman si Hantu Ketawa.

"Manusia jahat itu memang pantas dibasmi. Sayang


muridku yang paling benci sama kejahatan demikian tidak bisa
menahan napsunya. Coba kalau dapat menunggu beberapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hari disini, kita bisa bersama-sama pergi ke sana


membasminya." kata Lim Teng.

"Bagaimana kalau kita sama-sama kesana ?" tanya Lim


Keng kepada Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya, yang
mana dijawab dengan gelengan kepala oleh mereka.

"Bukannya kami tidak mau bersama-sama Jiwie kesana,


lantaran kami telah terima ancaman keras dari si Hantu
Ketawa. Kalau kami muncul terang-terangan dengan Jiwie,
amarahnya si Hantu Ketawa jadi meluao. Kalau kita dapat
mengatasi kepandaiannya yang hebat itu, tidak apa. Tapi
kalau umpamanya pihak kita gagal, habislah serumah tangga
kami. Maka itu, harap Jiwie tidak menjadi kecil hati." demikian
Kie Giok Tong mewakili saudara-saudaranya menjawab
ajakannya Lim Keng.

"Tidak apa, tidak apa." menyelak Lim Teng. "Kami berdua


juga sudah cukup ke sana untuk menuntut balas murid-murid
kami yang telah dibinasakan."

Pasang omong telah dilakukan lebih jauh dengan kurang


gembira.

Besokannya dua kakek itu ziarah ke makamnya Siamsay


Jie Liong. Mereka senang melihat kuburan dua muridnya
diatur baik, untuk mana mereka menghaturkan terima kasih
kepada Kie Giok Tong dengan saudara-saudaranya.

"Kie-heng dan saudara-saudara sekalian demikian


memperhatikan kepada kuburan dari dua murid kami.
Sungguh kami harus membilang banyak-banyak terima kasih-"
kata Lim Teng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Itulah ada kehalusan dari kami, menghormat kepada


mereka yang telah berkorban untuk keamanannya
Suyangtin..." jawab Kie Giok Tong merendah-

Pada hari itu juga Siamsay Jie-lo telah pamitan kepada Kie
Giok Tong dkk untuk mereka menyatroni Pek-kut-nia-

Kie Giok Tong dkk telah memberi nasehat supaya mereka


berhati-hati karena disana bukan saja si Hantu Ketauia yang
kepandaiannya sangat tinggi» tapi masih ada lagi anak
buahnya yang berkepandaian tinggi-tinggi.

Lim Teng dan saudaranya mengucapkan terima kasih atas


semua nasehat itu.

Perjaianan ke Pek-kut-nia tidak semudah yang diduga


sebab dua kakek she Lim itu harus menempuh perjalanan
yang bulak biluk dan hanya dengan pertolongan dari tukang
cari kayu baru dapat mendekati Pek-kut-nia•

Sebagai jago Kangouui kapakan, Siamsay Jie-lo ada


sangat hati-hati dalam menempuh perjalanannya. Maka tidak
sampai mereka masuk dalam jebakan musuh. Meskipun
demikian, mereka harus melewati beberapa rintangan yagn
diatur oleh si Hantu Ketauia sebelumnya mereka dapat
bertemu dengan Thoat Beng Mo Siauw.

Dengan mengandalkan kepandaiannya yang tinggi,


Siamsay Jie-lo dapat menyisihkan rintangan-rintangan yagn
kuat dan akhirnya bisa juga ketemu dengan Thoat Beng Mo
Siauw.

"Hahaha.--. hahaha..... !" si Hantu «etawa gelak-gelak


ketawa ketika berhadapan dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dua kakek she Lim itu. 'Tamu-tamu datang harus disambut !


Mari kita menyambutnya ! '

Si Hantu Ketauia telah mengajak dua jago yang menjadi


kaki tangannya untuk menghadapi Siamsay Jie-lo.

"Jiuii datang menghadap Mo-ong ada urusan apa ?" tanya


si Hantu Ketawa. Sepasang kakek kembar itu tidak menyahut»
hanya hidungnya mendengus.

"Hahaha..... hahaha \" ketauia Thoat Beng Mo Siauui. "Di


depan Mo-ong mau banyak lagak ? Betul-betul Jiwi tidak tahu
bakalan mampus I"

"Belum tentu kami yang mampus, mungkin kau sudah dekat


ajalnya !" jauiab Lim Keng mendahului saudaranya menjawab
kata-kata si Hantu Ketauia yang menghina itu.

"Kalian mau apa menghadap M0-ong ? Kenapa kalian bikin


susah kepada orang-orangku dan diantaranya ada yang mati
karena perbuatan kalian ?"

"Hehehe, ada yang mati sudah wajar karena mereka tidak


tahu diri menghalang-halangi perjalanan kami. Sekarang, kami
hendak minta ganti jiwa atas kematian dari kedua murid kami
yang mati ditangan kau \" berkata Lim Teng lantang.

"Hahaha.____ hahaha ! Ganti jiwa ? Ganti jiwa untuk siapa


?" tanya si Hantu Ketawa.

"Ganti jiwa untuk dUa murid kami yang kau sudah


binasakan !" sahut Lim Teng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahaha... hahaha... ! Ganti jiwa buat apa ? Kalian sudah


membunuh-bunuhi beberapa orang kami. flpa tidak cukup
untuk dipakai ganti jiwa ?"

"Hm ! flku minta jiwamu, Setan Ketawa \" bentak Lim Teng-

"Hahaha____ hahaha. | Mana orang, lekas tangkap dua


bangsat ini !" srunya kepada

orang-orangnya. Dengan segera yang dipanggil sudah


datang serentak.

Ternyata mereka terdiri dari orang-orang yang berbadan


kuat dan bengis-bengis wajahnya. Mereka rupanya khusus
digunakan diwaktu menggertak orang.

Sepasang kakek itu tidak keder kelihatannya, karena


mereka ketawa dengan tenang-tenang saja melihat dirinya
dikurung. Hanay tangannya masing-masing siap mencabut
pedang-

"Kalian sudah berada dalam lubang macan, berani banyak


lagak ?" bentak Thoat Beng Mo Siauw yang kemudian gelak-
gelak ketawa-

Rupanya gelaran Thoat Beng Mo Siauw tepat benar


untuknya sebab setiap perkataannya kalau

tidak didahului dengan ketauia gelak-gelaknya, adalah


buntutnya disusul oleh ketauianya yang menyeramkan.

"Setan Ketauia !11 bentak Lim Teng. "Setelah kami datang


kemari, tidak akan meninggalkan tempatmu sebelum
membawa kepalamu !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Uladuh» hebat benar nyalinya orang ini. Siapa kalian ?"


tanyanya, disusul oleh ketawa seramnya.

"Kau kenali sebelum mampus ! Kami berdua ada orang she


Lim dan mendapat gelaran Siamsay Jie-lo dari dunia sungai
telaga (Kang-Ouw). Hari ini Siamsay Jie-lo datang kemari
hendak mengambil kepalanya si Setan Ketawa."

"Hahaha---- hahaha... ! Mana orang, lekas tangkap mereka


!" serunya, disusul oleh

menyerbunya kira-kira 10 orang ke arah Siamsay Jie-lo.

Sepasang kakek itu sudah siap sedia. Maka ketika melihat


gelagat tidak baik, sudah lantas pada mencabut pedang
masing-masing. Pertempuran segera terjadi dengan seru
sekali, dua iauian sepuluh. Ternyata Siam-say Jie-lo bukan
nama kosong. Mereka telah kasih lihat ilmu pedangnya yang
hebat sekali, menusuk ke kiri dan kanan tanpa ampun lagi
membikin orang-orang yang mengerubuti menjerit kena
dilanggar pedang.

Melihat 10 orang mengeroyok masih belum dapat


menangkap Siamsay Jie-lo, Thoat Beng Mo Siauui
perintahkan 2 orang kuat di kiri dan kanannya untuk turun
tangan membantu.

Dengan turunnya dua orang kuat itu, telah membikin repot


pada sepasang kakek itu.

Thoat Beng Mo Siauw tampak duduk diatas mimbar dengan


ketawa berkakakan melihat sepasang kakek dari Siamsay itu
dikeroyok anak buahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sungguh hebat perlawanan dari Siamsay Jie-lo. Cuma saja


mereka dikeroyok oleh orang-orang pilihan dari si Hantu
Ketawa. Maka Pelan-pelan kelihatan mereka keteter dan main
mundur saja bertempurnya.

Dilihat jalannya pertandingan demikian, Thoat Beng Mo


Siauw sudah meramalkan lnO persen kemenangan ada
dipihaknya, meskipun sepasang kakek itu sangat tangkas
bertempurnya. Makin gencar ketawanya si Hantu Ketawa
melihata anak buahnya mendesak lawannya. Namun dilain
saat si Hantu dibuat terbelalak matanya ketika melihat
sepasang kakek itu merubah cara bersilatnya dan balas
menyerang kepada lawannya dengan nekad sekali. flda
beberapa orang yang roboh kena ditusuk pedangnya si kakek
dan merintih kesakitan.

Sepasang kakek itu tambah semangat melihat banyak


lawannya yang dirobohkan.

Tapi mereka kaget sekali ketika mendengar Thoat Beng Mo


Siauw bersiul nyaring dan 10

orang pula telah muncul menggantikan mreka yang sudah


kepayahan mengeroyok Siamsay Jie-lo. Tentu saja Siamsay
Jie_lo jadi kewalahan-

Diam-diam mereka mengeluh harus melayani tenaga baru.


Namun mereka ada tokoh-tokoh kelas satu, tidak gampang-
gampang mundur. Mereka telah pertunjukkan kepandaiannya
hebat sekali sehingga orang-0rang baru terpukul mundu dan
ada beberapa orang yang roboh karena disambar pedangnya
sepasang kakek jagoan itu.

"Hahaha.... hahaha... ! Semua mundur !." seru Thoat Beng


Mo Siauw nyaring.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seruan itu berpengaruh benar sebab dengan serentak


mereka pada lompat mundur dari kalangan Pertempuran.

Kenapa si Hantu Ketawa meneriaki orang-orangnya


mundur ? Itulah karena ia melihat tidak ada gunanya orang-
orangnya itu, mereka tidak bisa merobohkan sepasang kakek
dari Siamsay. Ia hendak maju sendiri melayani dua kakek
jagoan itu.

Seruan si Hantu Ketauia untuk orang-orangnya mundur


membikin sepasang kakek itu heran. Meskipun ada beberapa
orang yang dirobohkan, tetap mereka sebenarnya ada diatas
angin dan lambat laun dapat membikin mereka (kedua kakek)
ambruk sendiri perlawanannya karena kelelahan bertempur.

"Hahaha...... hahaha.... !" ketauia Thoat Beng Mo Siauui


setelah orang-orangnya pada

mundur. "Kalian bukankah menghendaki kepalaku ? Mari


kita main-main beberapa jurus. Kalau kalian menang dengan
rela aku hadiahkan kepalaku. Sebaliknya, kalau kalian kalah
sudah tentu aku juga menghendaki kepala kalian. Ini toh
pantas bukan ?"

Lim Teng marah betul. Ia menyahut, "Hal itu untuk apa


dikatakan pula ? Kalau tidak kami yang mati, kau yang
mampus ! Mari kita menentukan siapa kuat \"

"Hahaha____ hahaha ! Mana golok 7" kata si Hantu


Ketauia.

Sebentar saja orangnya telah menyerahkan golok besar


yang biasa dipakai oleh si Hantu Ketawa. Dilihat dari besarnya
golok, pasti bobotnya ada sangat berat dan dalam tangannya
Thoat Beng Mo Siauw, senjata itu dicekal seperti mencekal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

golok-golokan dari kayu saja entengnya. Sungguh hebat


tenaganya si Hantu Ketauia. Mau tidak mau telah membuat
kedua kakek itu mengeluh juga dalam hatinya.

Setelah mengebaskan goloknya beberapa kali sehingga


mengeluarkan suara mengaung, Thoat Beng Mo Siauw
berkata, "Sahabat-sahabat, marilah kita mulai !"

Siamsay Jie-lo sangat benci pada si Hantu Ketawa. Tidak


heran kalau dengan tidak banyak cakap mereka telah
menyerang dengan berbareng kepada lawannya.

Mereka bertempur dengan ramai sekali disaksikan oleh


banyak penonton, ialah anak buahnya si Hantu Ketawa.
Masing-masing bersorak membatu semangat untuk
cukongnya.

Thoat Beng Mo Siauw telah mainkan goloknya dengan


tenang sekali, hal mana menunjukkan bahwa si Hantu Ketawa
bukannya orang kuat sembarangan.

Kalau tadi dikeroyok oleh belasan orang, Siamsay Jie-lo


masih dapat bernapas dan balas menyerang merobohkan
lawannya, kali ini menempur si Hantu Ketauia seorang
beratnya bukan main. Pedang mereka tak dapat dipakai
membentur goloknya si Hantu Ketauia yang sangat berat
bobotnya. Maka saban-saban mereka mengelakan beradunya
senjata. Hal mana sebenarnya ada satu kerugian untuk
mereka.

Dengan begitu, bebaslah golok si Hantu Ketawa


menyerang sana sini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Benar-benar si Hantu Ketawa sangat lihai. Beberapa


serangan maut dari Siamsay Jie-lo semuanya dapat
dipunahkan dengan seenaknya saja.

Meskipun berkali-kali mereka dapat elakkan pedangnya


jangan sampai beradu dengan goloknya si Hantu Ketawa,
akhirnya toh bentrok juga dan pedang Lim Teng terlepas dari
cekaiannya, ia rasakan ngilu sekali tangannya. Di lain pihak
Lim Keng yang hendak menolongi saudaranya juga
pedangnya dibikin terbang oleh si Hantu Ketawa sampai
badannya Lim Keng gemetaran menahan rasa ngilu di seluruh
badannya.

Mereka berdiri bengong mengawasi kepada Th0at Beng Mo


Siauw yang berdiri dengan ketawanya yang menyeramkan.

Tampik sorak riuh rendah kedengaran nebat sekali memuji


kemenangan Thoat Beng Mo Siauw, sementara Siamsay Jie-
lo hanya berdiri dengan tundukkan kepala.

Orang-orangnya si Hantu Ketauia tanpa mendapat perintah


lagi sudah menubruk Pada Siamsay Jie-lo dan masing-masing
kedua tangannya ditelikung dengan tali yang kuat.

Mereka dengan galak menggampar dan menendangi


sepasang kakek pecundang itu.

Mendapat Perlakuan yang sangat menghina itu, Siamsay


Jie-lo tidak bisa membalas. Mereka terima nasib dirinya
diperhina oleh orang-orangnya Thoat Beng Mo Siauw.

"Kalian memasuki mereka ke dalam tahanan \" memerintah


si Hantu Ketauia, sebagaimana biasa kata-katanya itu telah
disusul oleh ketawanya yang menyeramkan-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mereka dijebloskan ke dalam tahanan yang sangat buruk


keadaannya. Kalau lama-lama mereka ditahan disitu, mungkin
akan mati konyol tidak tahan dengan baunya yang
memuakkan. Apa yang menyiarkan bau busuk itu ? Entahlah.
Tapi yang terang bagi Siamsay Jie-lo kamar tahanan itu akan
mengundang penyakit dan mereka akan mati konyol.

Sedih hatinya dua jagoan kolot itu- Tapi apa mau dikata.
Mereka sudah bertekad bulat untuk membalas kematian sang
murid. Tapi gagal dan akhirnya mereka harus menerima
penghinaan yang belum pernah mereka alami.

Pada waktu sore mereka menerima ransum makanan yang


jelek sekali, lebih jelek dari makanan binatang babi. Tentu saja
mereka tak dapat makan. Rasanya, meskipun mereka dikasih
makanan enak juga tak dapat mereka makan karena keadaan
dalam kamar tahanan yang buruk dan bau itu. Bagaimana
orang dapat makan dengan bebas kalau disampingnya ada
bau busuk yang menusuk hidung ?

"Koko, apa kita harus terima nasib begini saja ?" tanya Lim
Keng, sang adik. Lim Teng menghela napas panjang.

"Saban hari kita terima makanan tapi kita tidak makan.


Terang lama-lama kita akan mati kelaparan." berkata pula Lim
Keng. "Sebisanya kita pertahankan hidup kita untuk belakang
kali melakukan pembalasan kepada si Hantu Ketawa-"

"Pembalasan..." menggumam Lim Teng-

"Ya, pembalasan- Apa kok mau bikin habis saja sakit hati
kita dan dua murid kita yang

telah mendahului kita


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik Keng, soal mati hidup kita dalam kamar tahanan ini
masih suatu pertanyaan. Bagaimana kau memikirkan
pembalasan ?" kata sang kakak dengan lesu.

Lim Teng kelihatannya sudah putus harapan, sebaliknya


dengan adiknya masih ingin hidup dan melakukan
pembalasan untuk sakit hati yang mereka telah alamkan.

Lim Keng membujuk keras untuk bikin saudara tuanya tidak


putus harapan dan semangatnya terbangun. Ia berhasil sebab
pada hari-hari berikutnya Lim Teng mau juga menelan
beberapa suap makanan jelek yang disajikan untuk mereka.
Itu hanya sekedar untuk menahan jangan mereka mati
kelaparan.

Satu minggu mereka disekap dalam tahanan itu sampai


badannya kurus, namun semangatnya hidup. Mereka yakin
akhirnya mereka akan dapat keluar dari kamar tahanan yang
busuk itu untuk kemudian melakukan pembalasan kepada si
Hantu Ketauia.

Sebenarnya itu ada pengharapan kosong. Tidak mungkin


mereka dibebaskan dari kamar tahanan yang buruk itu
kemudian melakukan pembalasan. Yang lebih mungkin adalah
mereka lambat laun habis tenaganya dan mati konyol- Tapi,
sang nasib maunya lain. Pengharapan mereka seakan-akan
telah dikaburkan.

Demikian pada suatu hari mereka telah dikeluarkan dari


kamar tahanan yang buruk itu dibawa menghadap pada Thoat
Beng Mo Siauw.

Tampak si Hantu Ketawa duduk diapit oleh dua jagoan


yang menjadi kaki tangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keren sekali kalau melihat Thoat Beng Mo Siauw duduk


dikursi kebesarannya, apalagi saban-saban terdengar suara
ketawanya yang menyeramkan bulu badan-

Di depan si Hantu Ketawa, Siamsay Jie-lo disuruh berlutut.


Namun mereka membantah hingga kepaksa lututnya digedor
sama pentungan yang membuat akhirny mereka berlutut juga
diluar keinginannya.

"Hahaha____. hahaha.... ! Siamsay Jie-lo, sudah satu


minggu kalian mendekam dalam kamar

tahanan. Bagaimana kalian rasakan ? Enak tidur, senang


bergerak ?"

Siamsay Jie-lo tidak menyahut, hanya menundukkan


kepalanya saja.

"Hahaha..... hahaha..... ! Siamsay Jie-lo, Mo-ong mau kasih


jalan hidup asal kalian suka

menjadi pembantu Mo-on, bagaimana ?"

Lim Teng dan Lim Keng saling awasi satu dengan lain
sejenak, baru Lim jeng menyahut, "Asal Mo-ong suka kasih
kebebasan pada kami» mau disuruh apa juga kami akan
menurut

perintah Mo-ong !"

"Hahaha-... hahaha.-...! Bagus, bagus, mulai sekarang


kalian dibebaskan dan menjadi pembantu Mo-ong. Asal kalian
dapat menunjukkan jasa dalam Pekerjaan kalian pasti Mo-ong
tidak akan melupakan !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Atas perintah Thoat Beng Mo Siauw, orangnya telah


membebaskan Siamsay Jie-lo dari ikatan tangannya.
Kemudian lututnya yang dibikin lemas barusan oleh pentungan
telah diobati dan mulai hari itu Siamsay Jie-lo telah menjadi
orangnya Thoat Beng Mo Siauw, sehari-hari galang gulung
dengan kawanan penjahat.

Siamsay Jie-lo mau menjadi budaknya si Hantu Ketauia


bukannya ingin hidup senang. Mereka mau merendah lantaran
ingin membebaskan diri dari pengaruh si raja iblis. Pikirnya,
kalau mereka menolak tawaran si Hantu Ketawa, terang
mereka akan dijebloskan pula dalam tahanan yang buruk itu,
sampai kapan mereka dapat merdeka ? Sebaliknya kalau
terima tawaran, keuntungan bagi mereka menemukan banyak
kans untuk dapat melarikan diri dan mewujudkan cita-citanya
menuntut balas pada Thoat Beng Mo Siauw yang gagah
perkasa itu.

Siamsay jie-lo selalu diintip gerak geriknya oleh mata-mata


dari si Hantu Ketawa, namun mereka bisa bawa diri sehingga
lama-lama kecurigaan atas dirinya menjadi lunak.

Hampir saban minggu orangnya telah membawakan


perempuan cantik untuk Thoat Beng Mo siauw

bersenang-senang. Wanita-wanita yang menjadi korbannya


itu hanya seminggu ditangannya si raja iblis kemudian
dioperkan kepada orang-orangnya yang disayang. Terutama
kaki tangannya yang diandalkan, sering mendapat hadiah
lebih dahulu dari yang lainnya-

Malah Siamsay Jie-lo juga pernah ditawari wanita bekas


kaki tangannya si raja iblis, akan tetapi dengan halus mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

men0lak dengan alasan mereka sudah tua, tidak suka plesiran


dengan orang perempuan.

penghidupan dalam kekuasaan Thoat Beng Mo Siauw


sebenarnya memuakkan dalam ukuran hidupnya dua kakek
dari Siamsay itu. Namun mereka tak dapat berbuat apa-apa
sebab masih belum ada kesempatan untuk angkat kaki dari
situ.

Wanita-wanita yang menjadi korbannya Thoat Beng Mo


Siauw ada juga yang bunuh diri setelah dinodai tapi
kebanyakan mereka pada temahai hidup dan rela menjadi
bola bundar dioper ke sana sini sehingga tabiatnya berubah
menjadi genit dan merupakan wanita 'p' yagn sangat
memuakkan.

Pada suatu hari, menggunakan kesempatan Thoat Beng


Mo Siauw sedang keluar dengan beberapa jagoannya,
Siamsay Jie-lo telah angkat kaki dari situ. Namun
Perbuatannya telah diketahui oleh mata-mata si Hantu Ketawa
hingga terjadi pengepungan ramai.

Siamsay Jjie-lo telah mengamuk dan membunuh banyak


orangnya Thoat Beng Mo Siauw, namun

mereka tidak bisa lolos dari kepungan sehingga mereka jadi


nekad dan mengamuk mati-matian. Dengan badan berlumuran
darah, mereka telah dikejar oleh orang-orangnya si Hantu
Ketauia. Untuk menolong diri, dua kakek itu gunakan
ginkangnya. Benar lawannya dapat ditinggalkan, namun
keadaan mereka sangat payah. Di perjalanan Lim Keng tealh
ambruk kecapean- Kepaksa Lim Teng menolongi adiknya duu
sebelum meneruskan kaburnya. Hatinya sangat gelisah,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

khawatir musuh keburu sampai dan mereka bakal mendapat


penghinaan yang bukan-bukan nanti.

"Koko, adikmu sudah tidak berguna lagi. Kau lekas lari


selamatkan diri. Di belakang kali

kau dapat menuntut balas dan adikmu di tempat baka juga


akan merasa senang.----"

demikian Lim Keng telah berkata kepada kakaknya.

"Tidak, kau harus hidup dan sama-sama nanti datang


kembali menuntut balas ! ' menghibur kakaknya dengan
berlinang-linang air mata.

Lim Keng bersenyum, "Sejak muda kita berkumpul sama-


sama, berkelana sama-sama dan dalam menghadapi suka
duka kita selalu bersama, tapi kali ini, aku harap kau tidak
bersama aku. Relakan kepergianku, pulang menemui murid
kita yang telah mendahului kita....."

Lim Teng menangis seperti anak kecil mendengar


perkataan adiknya.

Makin gelisah hatinya karena sebentar lagi, musuh akan


sudah sampai disitu.

Benar saja, begitu Lim Keng menarik napasnya yang


penghabisan, tampak banyak musuh mendatangi. Kepaksa
Lim Teng meninggalkan mayatnya sang adik, ia kabur seperti
kesetanan sehingga orang-orangnya Thoat Beng Mo Siauw
tak dapat menangkapnya. Mereka hanya boleh merasa puas
dengan mayatnya Lim Keng yang mereka bawa pulang ke
markas untuk dipakai bukti nanti Thoat Beng Mo Siauw
kembali dari kepergiannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lim Teng dengan susah payah sampai juga di Suyangtin.


Orang yang melihat padanya telah melaporkan kepada lima
harimau yang segera pada datang menyambut Lim Teng yang
pakaiannya penuh darah, badannya banyak mendapat luka-
luka. Keadaannya payah benar. Maka ketika berjumpa dengan
Lima Harimau telah roboh terkulai saking lelahnya dan seluruh
badannya lemas terlalu banyak mengeluarkan darah. Kie Giok
Tong perintah orang-orangnya untuk menggotong Lim Teng ke
rumahnya, dimana Lom Teng ditolong sebagaimana mestinya.

Keadaannya jago tua itu sangat gawat, namun ia masih


daPat menceritakan pengalamannya kepada Kie Giok Tong
dkk dengan sangat jelas-

Pada keesokan harinya Lim Teng telah menutup mata.


Kasihan, ia dapat meloloskan diri dengan meninggalkan
mayatnya sang adik, maksudnya belakang kali ia akan
membawa banyak teman untuk membalas sakit hati kepada
Thoat Beng Mo Siauw. Tapi kenyataannya tak dapat ia
berbuat apa-apa yang dicita-citakan karena badannya tidak
mengijinkan dan telah

melepaskan napasnya yang penghabisan di rumahnya Kie


Giok Tong.

Lima Harimau sangat berduka atas kematiannya Siamsay


Jie-lo seperti juga kematiannya Siarrrsay Jie Liong (Dua naga
dari Siamsay).

— 24 —

Sejak itu tidak ada kejadian pula ada orang-orang gagah


yang datang dengan niat menumpas kejahatannya Thoat Beng
Mo Siauw. Suyangtin dapat mengalami keadaan aman dan
tentram, sebegitu lama penduduk memenuhkan peraturan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang ditetapkan oleh Thoat Beng Mo Siauw ialah saban


tanggal 16 dikirim seorang gadis yang cantik jelita untuk si
Raja Iblis.

Pada bulan itu adalah bulan keenam, dimana pilihan gadis-


gadis telah jatuh kepada puterinya Teng Houw dari Suyangtin
Ng0-H0uw. Puterinya Teng Houw ada putri tunggal bernama
Leng Siong, umurnya baru 17 tahun, wajahnya cantik sekali-
Oleh karena menghadapi kehilangan puterinya pada tanggal
16 yang akan datang, maka mukanya Teng Houw selalu
bermuram durja, sangat duka akan kehilangan puteri
tunggalnya-

Malah Leng Siong sendiri sekarang tengah menangis saja,


tidak mau dijadikan sajian Thoat Beng Mo Siauw.

Demikian ada penuturan Kie Giok Tong kepada Kim Wan


Thauto, Lo In dan Bwee Hiang, baru

tahu sekarang duduknya perkara. Maka Kim Wan Thauto


telah minta maaf untuk sikapnya barusan yang kasar.

"Kelakuan Taysu mana bisa disalahkan. Memang sebagai


sahabat baik Taysu pun ingin tahu duduknya urusan supaya
dapat membantu memecahkannya, bukan ?" berkata Kie Giok
Tong dengan muka berseri-seri, puas dapat menceritakan
halnya Thoat Beng Mo SiaUui kepada Kim Wan Thauto dan
dua saudaranya hingga Kim Wan Thauto tidak menaruh curiga
pula kepada Suyangtin Ngo Houw-

Penuturan itu sangat menarik sekali hatinya Bwee Hiang-


Pikirnya, "Thoat Beng Mo Siauw sangat jahat, banyak
meminta korban uiantia baik-baik- Kalau tidak buru-buru
dibasmi pasti akan menyusahkan pada kaum perempuan.
Sebaiknya aku berdamai dengan adik kecil, biar aku yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gantikan Leng Siong dan adik kecil yang antar aku ke sana.
Kita berdua akan basmi kawanan jahat itu...

Matanya Bwee Hiang mengawasi kepada adik kecilnya,


disambut oleh L o In dengan menyeringai ketawa. Bwee Hiang
sudah hendak membuka mulut menyatakan pikirannya, namun
sudah didahului oleh Kim Wan Thauto yang berkata,
"Kesulitan yang dihadapi oleh Teng-heng bukannya tidak bisa
diatasi, cuma entahlah orangnya yang kita bisa andalkan suka
atau tidak campur urusan ini."

Kie Giok Tong terkejut. Ia menanya, "Orangnya siapa yang


Taysu maksudkan ?"

Kim Wan Thauto tidak menjawab hanya ia ketauia ke


arahnya Lo in.

Sekarang Kie Giok Tong mengerti akan kata-kata Kim Wan


Thauto tadi. Orang yang diandalkan itu adalah si Bocah Sakti.

"Kalau anak In suka menolong Teng-heng, urusan akan


beres sudah." kata si Thauto. "Biarlah adik kecil dengan aku
kesana..." menyela Bwee Hiang.

"Nah, ini baru betul." kata Kim Wan Thauto. "flnak In tidak
bisa bekerja betul tanpa anak Hiang yang mendorongnya.
Hahaha.... bagus, bagus____"

Bwee Hiang dan Lo In saling pandang dengan pikiran


masing-masing.

"Taysu, kau mau atur bagaimana ?" tanya Kie Giok Tong
kepingin tahu-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku mau atur begini." jawab Kim Wan Thauto. "flnak Hiang
gantikan kedudukannya nona Leng Siong, sedang anak In
yang mengantarnya. Sampai di pek-kut-nia ketemu si Hantu
Ketawa, terserah pada pertimbangan dua anak itu. Aku rasa
dengan anak in dan Hiang kesana urusan Thoat Beng Mo
Siauui akan selesai sudah. Ia akan tinggal namanya saja. Aku
Percaya anak in dapat mengatasi kepandaiannya yang
dikatakan hebat."

Kie Giok Tong saling lihati diantara saudara-saudaranya.

Teng HaUui ragu-ragu untuk menerima tawaran itu. Ia


masih meragukan kepandaiannya Lo In yang masih anak-anak
dan Bwee Hiang satu gadis cantik yang tidak ada apa-apanya
yang ditakuti, ia khawatir dua anak itu akan menjadi korbannya
si Hantu Ketawa yang kejam. Kalau sampai kejadian demikian,
bagaimana ia dapat mempertanggungjawabkan kepada orang
tuannya dua anak itu ?

Sementara Teng Hauui dalam ragu-ragu, tiba-tiba Bwee


Hiang berkata, "Paman Teng, apa kau tidak keberatan ajak
aku menemui adik Leng Siong ?"

"Tentu, tentu, masa aku keberatan. Mari ikut aku nona


Hiang." kata Teng Hauw.

Bwee Hiang kedipkan mata kepada Lo In, seakan-akan


kode suruh si bocah menunggu padanya. Lo In hanya ketawa
nyengir melihat enci Hiangnya ikut Teng Hauw masuk ke
dalam, tapi lekas juga ia kaget sebab dengan perginya sang
enci ia jadi kesepian. Ia paling ogah kumpul-kumpul dengan
orang-orang tua.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang sementara itu sudah masuk dan menemui


nyonya Teng yang sedan berada di kamarnya sang puteri.
Leng Siong sendiri tenah menangis sambil memeluki bantal.

Teng Hauw memperkenalkan Bwee Hiang kepada istrinya


dan sebaliknya, kedua wanita itu saling merendah. Teng Hauw
keluar lagi menemui tamu-tamu yang lainnya.

"Anak Siong, kau jangan menangis saja. Lihat nih enci


Hiang datang menjenguk kau. Lekas bangun, malu ihh
menangis saja ada tamu !" kata sang ibu kepada puterinya.

Leng Siong kaget. Ia lempar bantal yang dipeluki menangis


tadi, lalu bangun dari pembaringannya menemui Bwee Hiang.

Nona Bwee Hiang lihat Leng Siong sangat cantik hanya


sayang kedua matanya pada bengul, rupanya saking
kebanyakan menagnis- Segera dua wanita itu berjabatan
tangan memperkenalkan diri, Bwee Hiang berkelakar, " Adik
Leng Siong, kau sangat cantik. Cuma kedua matamu itu pada
bengkak, jelek ihh !"

"Enci Hiang, kau bisa saja, orang jelek dikatakan cantik."

"Kalau gadis cantik macam adik Siong dikatakan jelek,


gadis yang bagaimana yang boleh dikatakan cantik 7"

"Gadis itu toh sudah ada disini....." sahut Leng Siong


ketawa mesem.

"Siapa 7" tanya Bwee Hiang kepingin tahu.

"Enci Hiang sendiri..-" sahut Leng Siong ketauia cekikikan,


lupa barusan ia menangis terus-terusan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Buiee Hiang tertegun sebentar. Pikirnya, anak ini pandai


benar membaliki duduknya urusan dan suka berkelakar-
Sungguh sayang kalau dijadikan mangsanya si Hantu Ketauia.

"Bagus, kau pandai memutar duduknya urusan." kata Buiee


Hiang ketauia-

Leng Siong ajak Buiee Hiang duduk bersama diatas kursi


panjang.

Ibunya Leng Siong masih duduk di tempatnya tadi- Ia


merasa suka kepada Bwee Hiang yang begitu bertemu
dengan anaknya sudah lantas seperti teman akrab saja.

"Adik Siong." kata Bwee Hiang. "Sebenarnya aku ingin


bertemu dengan kau, mau lihat keadaan kita berimbang atau
tidak. Sebab aku akan menggantikan kau menjadi korbannya
si Hantu Ketawa....."

"Enci Hiang !•" potong Leng Siong kaget.

"Apa kau bilang ? Kau mau menggantikan aku menjadi


mangsanya si Hantu Ketawa ? Oh, jangan, jangan- Aku tidak
mau orang berkorban untuk kepentinganku. Biarlah aku yang

tanggung sendiri......"

Legn Siong berkata sambil menangis sesenggukan.

Nyonya Teng sangat kasihan kepada anaknya yang telah


putus asa-

"Anak Siong, encimu bukan betul-betul menjadi korbannya


si Hantu Ketawa. Ia hanya menggantikan kau untuk ke sana
membasmi si orang jahat itu......" menghibur Nyonya Teng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng Siong terkejut. Rambutnya yang riap-riaP ia angkat


dan menatap wajahnya Bwee Hiang. "Enci." katanya. "Enci
mau kesana membasmi si Hantu Ketauia 7 Ah, tidak mungkin.
Kau secantik ini pergi ke sana sendirian, sama saja kau
mengantarkan jiwa."

"Hihihi...-" Bwee Hiang tertawa ngikik.

"Kenapa kau tertawa, enci Hiang ?" tanya Leng Siong


heran. "Aku mentertawakan kau, adik Siong." sahut Bwee
Hiang. "Kau tertawakan aku, kenapa ?" tanya si gadis.

"Aku kesana bukannya sendirian, ada adikku yang


kepandaiannya begini !" kata Bwee Hiang

sambil acungkan jempolnya.

"Adikmu 7 Apa kepandaiannya lebih atas dari si Hantu


Ketawa ?"

"Sudah tentu, adikku kepandaiannya susah diukur,


pendeknya kalau ia yang turun tangan, jangan hanya satu
Hantu Ketawa, biarpun ada sepuluh Hantu Ketauia pasti ia
akan tangkap semuanya. Hihihi

"Enci Hiang, kau jangan berkelakar untuk urusan kosong !"


kata Nona Teng. "Kenapa aku berkelakar dalam urusan
kosong, apa memangnya aku dapat keuntungan 7"

Leng Siong membenarkan jawaban Bwee Hiang. Ia merasa


barusan telah kesalahan omong dan khawatir menyinggung
hatinya sang teman baharu. Maka lantas berkata, "Enci Hiang,
kau jangan marah. Barusan akan kesalahan omong. Adikmu
itu tentu cakap romannya sebab kau sendiri begini cantik...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang terpingkal-pingkal ketawa mendengar adik


kecilnya dikatakan cakap-"Enci, kenpa kau tertawa begitu
enaknya 7"

"Tidak apa-apa- Aku ketawa geli barusan kau mengatakan


adikku cakap."

Memangnya adikmu itu berwajah jelek ?"

Ah, tidak- Cukup menarik kalau kau nanti melihatnya."

Enci Hiang, apa dia ada disini ?"

Ada. Kau mau berkenalan dengannya ?"

Tentu. Sebab dia mau menolong diriku dari cengkeraman si


Hantu Ketawa." "Baiklah, nanti aku panggil dia masuk."

Bwee Hiang permisi pada nyonya Teng keluar sebentar


memanggil adik kecilnya.

Ketika Bwee Hiang sudah berlalu, buru-buru nyonya Teng


berkata, "Anak Si0ng, mereka segera akan datang. Mana
boleh pertemuan dilakukan di dalam kamar ini. Maka itu, lekas
dandan sedikit dan menyambutnya mereka di ruangan
tengah."

Sang ibu berkata sambil bangkit dari duduknya dan keluar.

Leng Siong pikir kata-kata ibunya tadi memang benar,


maka dengan terburu-buru ia

bersolek dan tukaran pakaian akan kemudian keluar


menanti di ruangan tengah bersama ibunya. Benar saja tidak
lama Bwee Hiang dan Lo in masuk diantar oleh pelayan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng Siong kaget melihat Lo In wajahnya hitam lega. Lebih


kaget lagi ketika ia diperkenalkan oleh Bwee Hiang, tiba-tiba
saja Lo in menubruk padanya sambil berkata, "Enci Eng Lian,
kau ada disini ? Hm, diam-diam kau mengumpat disini ya,
membuat adikmu mencari setengah mati. Hahaha.-.-"

Lo In memeluk Leng Siong dengan keras hingga si nona


meronta-ronta minta tolong pada ibunya dan Buiee Hiang.

Ibunya Leng Siong menjadi kesima melihat adegan itu,


sedang Bwee Hiang juga sangat heran dengan tiba-tiba saja
adik kecilnya merangkul Leng Siong dan mengatakan si nona
ada enci Eng Liannya.

Setelah hilang tertegunnya, Buiee Hiang cepat menarik


tangannya Lo In dan berkata, "Adik kecil, kau jangan membikin
maiu orang. Itu bukan enci Lianmu, dia ada puterinya paman
Teng. Hayo lepaskan pelukanmu !"

Lo in dengan perlahan-lahan melepaskan pelukannya, "Apa


benar kau bukan enci Lianku ?" kata Lo In seraya menatap
wajah Leng Siong yang kemerah-merahan jengah dipeluki
oleh laki-laki yang barusan saja dikenal.

"Aku bukannya enci l_ianmu..." sahut Leng Siong seraya


merapihkan pakaiannya yang kusut dan ambil tempat duduk
tidak jauh dari Bwee Hiang. Napasnya masih terengah-engah,
barusan mengerahkan tenaganya habis-habisan untuk
meloloskan diri dari pelukan Lo In, si bocah wajah hitam yang
kesalahan menerka orang.

Lo In masih ragu-ragu atas keterangan Leng Siong, maka ia


mengamat-amati lagi wajah si nona yang cantik jelita hingga si
nona menjadi kemalu-maluan diawasi terus-terusan oleh Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang di lain pihak merasa tidak enak hatinya atas


kelakuan Lo In tadi.

"Adik kecil." tegurnya. "Lain kali jangan suka sembrono.


Kau lihat dulu yang tegas, gadis yang dihadapi ada enci
Lianmu apa bukan. Jangan main rangkul saja..."

Bwee Hiang menegur sambil tertawa terkekeh-kekeh,


hatinya tiba-tiba jadi geli mengingat kesembronoan Lo in tadi
sehingga Leng Siong menjadi ketakutan setengah mati.

"Aku masih penasaran, enci Hiang- Coba kau tolong


periksa, apa diatas alisnya yang sebelah kiri ada tanda tai lalat
tidak ?" memohon Lo In pada Bwee Hiang.

Bwee Hiang menurut. Ia minta periksa alisnya Leng Siong


yang sebelah kiri tapi tidak ada kedapatan tai lalat yang
dimaksudkan Lo In-

"Adik kecil, benar-benar ia bukan enci Lianmu. Tanda tai


lalat dialisnya tidak ada."

Lo In manggutkan kepalanya. Dengan sopan ia bersoja


meminta maaf kepada Leng Siong, juga kepada ibunya yang
masih diam saja kesima.

Nyonya Teng lihat Lo In, meskipun sifatnya agak liar namun


kelihatannya ia ada anak yang polos dan jujup, maka
kelakuannya tadi terhadap Leng Siong bukannya tidak ada
sebabnya-Maka ia lalu minta keterangan sedikit pada Lo In
tentang Eng Lian.

Lo In menutupkan tentang pengawakan dan wajahnya Eng


Lian persis sama dengan Leng Siong, hanya itu tanda tai lalat
saja tidak ada pada Leng Siong. Ia sangat merindukan enci
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liannya yang sudah lama berpisahan, makanya tadi tanpa


sengaja ia telah merangkul Leng Siong yang disangkanya ada
enci Liannya.

Nyonya Teng angguk-anggukkan kepalanya. Diam-diam


hatinya bergoncang mendengar penutupan Lo In. Ia ingat
sesuatu yang ia tidak bisa jelaskan di depan anak-anak muda
itu.

Setelah ia omong-omong sebentar, lantas meninggalkan 3


anak muda itu duduk kongkouw dengan asyiknya. Lo In sudah
melupakan kejadian barusan, sedang Leng Siong juga dapat
memahami kesalahan Lo In yang tidak disengaja. Ia malah
sekarang suka kepada si bocah nakal yang bisa berkelakar
dan mengitik urat ketauia.

Di lain pihak, Kim wan Thauto sudah merancangkan


maksudnya ialah Bwee Hiang duduk dalam tandu, di gotong
oleh dua orang diantaranya Lo in satu ikut menggotong- Bwee
Hiang akan diantar ke Pek-kut~nia dipersembahkan kepada
Thoat Beng Mo Siauw.

Lima Harimau semuanya sudah mufakat, hanya tinggal


tunggu waktunya saja tanal 16.

Pada keesokan harinya Bwee Hiang dan Lo In dibawa ke


Giok Lie Teng (Peseban Bidadari) oleh Leng Siong, dimana
mereka bercakap-cakap dengan gembira. Kemudian Leng
Siong ajak dua kawannya untuk melihat-lihat kebonnya yang
luas.

Dalam perjalanan Bwee Hiang menggodai Leng Siong,


katanya : "Adik Siong, tepat nama beseban ini dengan
orangnya yang suka datang menangin disitu-"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Enci maksudkan bagaimana ?" tanya Leng Siong.

"Nama beseban bidadari, tepat benar sebab kau sendiri


seperti bidadari, adik Siong !" jawab Bwee Hiang ketawa
ngikik.

"Enci Hiang, kau bisa saja-..." kata Leng Siong, tangannya


diulur mencubit.

"Aduh ! Kenapa aku mencubit aku, adik Siong. Kalau mau


mencubit, cubitlah tuh adik kecil !" kata Bwee Hiang seraya
monyongkan mulutnya ke arah Lo In.

Lo In ketawa menyeringai, "Mana enci Leng Siong berani


mencubit aku, dia takut dirangkul !" L o In berkelakar.

Leng Siong kemerah-merahan wajahnya, matanya menatap


Lo In dengan gergetan.

Terkejut hatinya Lo in melihat Leng Siong dalam sikap


gergetan itu, sebab Persis ia melihat Eng Lian kalau ia sedang
godai dan si nona penasaran menatap padanya dengan sorot
mata dan sikap seperti Leng Siong sekarang.

Segera juga mereka beradu Pandangan di luar tahunya


Bwee Hiang, keduanya terkejut dan pada melengoskan
pandangannya. Leng Siong menundukkan kepala sedang Lo
In pikirannya melayang-layang kepada enci Liannya.

Bwee Hiang yang memecahkan kesunyian, ia berkata,


"Mari kita duduk-duduk di bawah pohon itu yang teduh !"

Lo In mengiyakan, ia hanya mengikuti saja kemananya


kedua gadis jelita itu- Di lain saat mereka telah duduk-duduk
mengangin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Selama kongkouw, matanya Lo in ketarik oleh banyak kera


yang pada lelompatan dari satu ke lain cabang. Pikirannya
melayang-layang ke lembah Tong-hong-gay dimana ia
berkawan

dengan kawanan kera dan si rajawali kapal terbangnya.

Lo In meninggalkan dua gadis yang sedang asyik


kongkouw itu dan menghampiri kawanan kera. Ia disambut
dengan har har dan wajah yang menakuti dari kawanan
monyet. Mereka seperti tidak senang didekati Lo In. Namun
setelah Lo in bicara dalam bahasanya, kawanan monyet itu
menjadi jinak dan berkumpul merubung si Bocah Sakti.

Lo In minta kawanan monyet itu tolong mencarikan buah-


buahan yang lezat untuk ia dan kawan-kawannya makan.
Kawanan monyet itu kegirangan dan berjanji akan mencarikan
buah-buahan yang dimaksudkan, setelah mana kawanan kera
itu telah bubaran lari serabutan ke beberapa jurusan dengan
masing-masing keluarkan suara cetcowetan yang ramai sekali.

Ketika Lo In putar tubuhnya hendak kembali, dibelakangnya


sudah ada Bwee Hiang dan Leng Siong sedang berdiri
mentertawakan kepadanya.

'Adik kecil, sungguh lucu sekali kau bicara barusan dengan


kawanan kera. Apakah mereka mengerti dengan bicaramu itu
7 Hihihi---- " tertawa Bwee Hiang.

Leng Siong ikut ketawa dan Lo In hanya ketawa nyengir.

"Kau katakan apa kepada mereka sehingga mereka pada


bubaran tumpang siur ?" tanya Bwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hiang kepada Lo In ketika melihat adik kecilnya hanya


ketauia nyengir saja.

"Aku suruh mereka mencarikan bebuahan yang lezat untuk


kita makan." sahut Lo In.

"Bagus." kata Bwee Hiang. "Encimu mau lihat, aPa benar


mereka nanti membawakan bebuahan yang dimaksud.
Rasanya kawanan kera itu hanya main-main saja dengan kau,
adik Kecil."

"Kau lihat saja nanti, enci Hiang." sahut Lo In.

Mereka kembali ke bawah pohon tadi, dimana mereka


meneruskan ngobrolnya-

"Adik Leng Siong, adik kecil ini katanya pandai meniup


seruling mengundang ular. Apa kau tidak ingin mendengarnya
7"

Leng Siong melirik pada Lo In dengan senyumnya yang


memikat-"APa benar, adik kecil ?" tanya Leng Siong.

"Bohong, enci Hiang hanya seenaknya saja berkata." sahut


Lo In-

"Adik kecil, kau jangan bohongi lagi enci Leng Siong."


bantah Bwee Hiang.

Lo In tidak menyahut, ia hanya ketawa nyengir.

"Adik kecil, sebagai tandanya persahabatan, apa salahnya


kau perdengarkan suara serulingmu untuk aku dengar."
berkata Leng Siong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hayo, jangan malas- Kalau nona rumah suruh, jangan


bandel !" menyela Bwee Hiang.

Lo In kewalahan didesak kedua gadis jelita itu. Maka ia


mencabut serulingnya dan ia mulai meniupnya dengan lagu-
lagu gembira. Kedua gadis itu pikirannya melayang-layang
mengikuti irama lagu gembira, tampak wajahnya berseri-seri.
Kapan irama lagu membiluk pada lagu yang tegang,
berubahlah wajah kedua gadis itu menjadi tegang dan serius
sekali. Yang paling hebat, kapan irama lagu seruling Lo In
sampai pada lagu yang sedih, dirasakan oleh kedua gadis itu
seperti hatinya disayat dan sangat sedih, maka berlinang-
linanglah air mata mereka.

Ingin mereka menyetop Lo In meniup serulingnya, namun


merek tidak berdaya karena terbawa oleh ayunan lagu sedih
mencengkeram hatinya. Sampai terisak-isak kedengaran
mereka menangis mendengar irama lagu sedih dari seruling si
bocah nakal.

Tiba-tiba suara seruling dihentikan, lenyaplah lagu sedih


itu- Tampak kedua gadis itu telah menyeka masing-masing
matanya yang penuh dengan air kesedihan.

"Sungguh hebat adik kecil kita !" memuji Buiee Hiang dikala
kegembiraannya telah balik kembali.

Leng Siong sementara itu telah mengawasi kepada Lo in


yang tidak menjawab pujiannya Bwee Hiang, malah
menundukkan kepalanya seperti yang menangis.

"Adik kecil, kau kenapa ?" tanya Leng Siong, melihat Lo In


diam saja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In pelan-pelan angkat kepalanya dan memandang Leng


Siong.

"Aku terkenang kepada enci Lian, entahlah sekarang dia


ada dimana." sahut si bocah seraya menyeka air matanya
yang berkaca-kaca-

Leng Siong tundukkan kepalanya tatkala matanya Lo In


mengawasi saja pada wajahnya yang mirip Eng Lian.

"Kau ada begitu Perhatikan enci Lianmu. Pasti ada satu


waktu Tuhan akan pertemukan kau

dengannya- Tak usah kau sedihkan- Enci Lianmu pasti


dalam selamat____" menghibur Leng

Siong yang merasa sangat kasihan kepada Lo in.

"Biasanya adik kecil tidak cengeng kalau ingat akan enci


Liannya. Entahlah sejak dia melihat wajah adik Leng Siong,
sebentar-sebentar keingatan saja dengan enci Liannya."

nyeletuk Bwee Hiang sambil ketawa.

Leng Siong semu-semu merah wajah mendengar


perkataan Bwee Hiang.

Bwee Hiang perhatikan perubahan Leng Siong yang rada


kikuk, maka ia alihkan pembicaraan, katanya, "Adik kecil, lagu
serulingmu hanya membuat orang sedih saja. Tidak ada
hasilnya apa-apa."

"Siapa bilang tidak ada hasilnya ?" sahut Lo In.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau kata, dengan lagu serulingmu akan dapat


mengundang kawanan ular. ' kata Bwee Hiang-Kalau itu apa
?" sahut Lo In sambil menunjuk ke depan.

Bwee Hiang dan Leng Siong memandang ke arah yang


diunjuk oleh Lo In. Tiba-tiba saja matanya kedua gadis itu
terbelalak ketakutan. Memang benar, tidak jauh dari mereka
ada berkumpul banyak ular kecil besar. Ada yang angkat
kepalanya dan menjulurkan lidanya, ada yang lugat legot
seperti yang berjoget, entah dari mana datangnya ular yang
jumlanya hitung ratusan-

Bukan saja kawanan ular itu hanya berkumpul di sebelah


depan, tapi tampak disekitarnya juga hingga Lo in dan dua
gadis itu terkurung di tengah-tengah.

"Habis, bagaimana ini ?" keluh Leng Siong yang ketakutan.

"Nah, biarkan enci Leng Siong dikawani kawanan ular. Aku


dan enci Hiang bisa keluar dari kepungan mereka !" Lo In
menakut-nakuti si gadis yang sedang ketakutan.

Bwee Hiagn ketauia ngikik.

"Enci Hiang, kau jangan ketawa saja." tegur Leng Hiong


rada keras suaranya, rupanya ia jengkel. "Carilah daya supaya
aku dapat keluar dari sini."

"Kau jangan takut, adik Leng Siong-" menghibur Bwee


Hiang- "Disini ada jago cilik kita, apanya yang ditakuti 7"

"Aku tidak berdaya menghadapi bagitu banyak ular.


Bagaimana enci Hiang kata demikian ?" kata Lo In seperti
yang putus asa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng Siong yang tidak tahu sampai dimana kepandaiannya


Lo in telah menangis.

"Adik kecil, kau mau suruh encimu dimakan ular ?" kata
Leng Siong sesenggukan menangis. "Biarlah, sebelum kau
dimakan ular akan kucakar dulu mukamu yang hitam legam
untuk melampiaskan penasaranku. Uh, uh, uh... "Leng Siong
menangis.

Leng Siong mendekati Lo In dengan maksud mencakar


mukanya si bocah. "Adik kecil, kau jangan godai enci Lianmu
!" tegur Bwee Hiang ketawa.

Bwee Hiang sengaja menyebut namanya Eng Lian agar si


bocah muka hitam hentikan menggodai Leng Siong yang
benar-benar ketakutan melihat ular yang jumlahnya ratusan
itu.

Benar saja Lo In terkejut. Ia ingat seketika itu pada enci


Liannya, dipandangnya wajah Leng Siong yang cantik sedang
menangis.

Seraya Pegangi tangan Leng Siong yang hendak mencakar


mukanya, L0 in berkata, "Enci Leng Siong, kau jangan takut.
flku ada disini, keselamatanmu aku jamin...."

Lo In mencekal tangan yang halus lunak itu seraya matanya


mengawasi Leng Siong hingga si nona kembali pelongoskan
mukanya dan menunduk kemalu-maluan. Pikirnya, "Anak
hitam ini sudah tergila-gila sama enci Liannya. Makanya selalu
mengawasi saja wajahku yang mirip enci Liannya. Lama-lama
apa dia tidak menyulitkan diriku ?"

Tengah ia berpikir demikian, tiba-tiba dibikin kaget oleh


suara ketawa gelak-gelak dari luar lingkaran ular. Entah dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mana datangnya sudah ada kira-kira dua belas orang yang


berdiri sambil tertawa ke arah mereka.

"Enci Hiang, itulah lawanmu. Lekas sambut ke sana !" Lo In


menganjurkan Bwee Hiang yang berdiri tertegun melihat ada
banyak orang laki-laki muncul dengan tiba-tiba.

Buiee Hiang paling gembira kalau disuruh bertempur. Maka


dengan tidak mengatakan apa-apa, ia enjot tubuhnya
mencelat melewati lingkaran ular dan tahu-tahu ia sudah ada
di depan dua belas laki-laki tadi. Dengan gagah ia menegur,
"Kalian siapa datang mengganggu kesenangan nonamu ?
Lekas kasih tahu, supaya nonamu jangan kesalahan tangan
membunuh orang yang tidak bernama !"

Seorang diantara dua belas orang itu rupanya menjadi


pemimpinnya telah maju ke depan dan berkata, "Nona manis,
aku Hek-liong Gouw Cin mendapat perintah untuk menangkap
kalian. Maka kau jangan bikin Perlawanan. Menyerah saja,
karena dengan membikin perlawanan kau bisa dapat susah
dikeroyok kami ramai-ramai."

Bwee Hiang tertawa cekikikan.

"Kalian bangsa gentong nasi mau bikin susah pada nonamu


? Hm ! Kalian jangan ngimpi ! Mari, aku mau lihat kau orang
macam aPa berani mengacau disini !"

Bwee Hiang seorang gadis cantik dan lemah gemulai, tidak


disangka-sangka oleh Hek-liong Gouw Cin, si Naga Hitam,
berani menentang kepada mereka. Dalam gusarnya ia
membentak,

"Budak liar, apa Bouui toaya tidak mampu tangkap kau ?"
Gouw Cin berkata seraya menyerang pada si n0na.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kepandaian Bwee Hiang sekarang sudah hebat. Ia bukan


Bwee Hiang di jaman SuCoan Sanrsat menyerbu ke rumahnya
Liu Ulangwee. Ia sekarang mendapat pelajaran tinggi dari guru
kecilnya (Lo In)• Maka tidak heran kalau hanya dengan gepaki
saja sedikit badannya serangan si Naga Hitam menemukan
sasaran kosong.

Si orang she Gouw heran. Kembali ia menyerang, sia-sia


saja. Malah entah bagaimana si nona bergerak tahu-tahu ia
sudah kena ditampar dua kali sehingga terputar. Bwee Hiang
ketawa ngikik melihat musuhnya terputar ditampar olehnya.

Sementara itu kawan-kawannya GoUw Cin tidak tinggal


diam. Dengan serentak mereka menyerbu dan mengurung
Buiee Hiang ditengah-tengah. Si nona tidak gentar, apalagi ia
tahu dibelakangnya ada guru ciliknya. Semangatnya menyala
dikeroyok banyak orang-

Ia gunakan ginkangnya untuk berkelit dari serangan-


serangan orang jahat itu.

Di lain pihak, Leng Siong sangat mengagumi


kepandaiannya Buiee Hiang yang bisa melesat tubuhnya
melebati lingkaran ular dan kini si nona sudah bertempur.
Ketika pandangannya beralih kepada Lo In, si nona terkejut
melihat ada dua orang yang mendekati Lo In

hendak membokong. Ia menjerit, "Adik In, awas !"

Saking ngeri Leng Siong pejamkan matanya. Ia menduga


adik kecil itu remuk kepalanya digempur oleh dua orang jahat
yang berbadan tinggi besar.

Leng Siong mencelos hatinya mendengar suara jeritan.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pelan-pelan ia membuka matanya, kiranya yang menjerit


tadi bukannya Lo In, hanya kedua lawannya yang telah hancur
kepalanya dibenturkan satu dengan lain oleh jago cilik kita.
Sebelum Leng Siong menjerit kasih tahu ada bahaya, Lo In
sudah tahu bahwa ada dua orang hendakmembokong dirinya.
Maka dengan menggunakan kegesitannya ia berhasil
mencekuk dua orang itu lalu diadukan kepalanya hingga
hancur berantakan.

"Adik kecil, kau tidak apa-apa ?" tanya Leng Siong cemas.

Lo In hanya ketawa nyengir, berbareng ia jumput sebuah


batu kecil. Begitu batu itu melesat ke atas, terdengar jeritan
orang dari atas pohon, menyusul badannya telah jatuh persis
di depan Leng Siong hingga si nona menjadi sangat kaget.

"Adik kecil !" serunya ketakutan.

Orang itu tidak berkutik karena kena ditotok oleh batu kecil
tadi. Namun di tangannya

ada memegang senjata rahasia yang dekat meledak.

Leng Siong barusan saja memanggil adik kecil, Lo in


dengan gesit telah menyambar si nona ditarik dalam
pelukannya. Leng Siong kaget dan meponta-ronta dapi
pelukan Lo In, ia mengira si anak kecil mau main gila
terhadapnya. "Adik kecil, kau jangan begini terhadapku. Aku
bukannya Eng Lian..." keluhnya-

Berbareng terdengar suara 'Dar \' keras sekali hingga tanah


dimana Leng Siong duduk tadi menjadi berlubang. Si nona
leietkan lidahnya nampak kejadian itu, ia menatap wajahnya
Lo In yang ketawa kepadanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik kecil, oh, kau sudah menyelamatkan encimu...." kata


Leng Siong seraya sesapkan kepalanya di dada Lo In yang
kecil.

Sekarang si nona baru tahu maksud baik dari Lo In. Maka


ia sangat berterima kasih dan tidak meronta lagi, malah ia
sesapkan kepalanya di dada si jago cilik dengan roman yang
manja.

"Enci Leng Siong, kau cantik seperti enci Lian..." bisik Lo In


ditelinga si gadis, sedang tangannya mengusap-usap
rambutnya kepalanya si nona yang hitam jengat.

"Apa iya, adik kecil... ?" sahut Leng Siong perlahan,


kepalanya mendongak menatap Lo In

yang mengagumi kecantikannya- Untuk pertama kalinya


tergetar hatinya Leng Siong beradu pandangannya dengan si
bocah muka hitam.

Leng Siong senang dalam dekapannya L0 In, ia ingin itu


berjalan iama-iamaan namun keadaan ada sangat gawat.
Buiee Hiang perlu mendapat bantuan meskipun sudah ada
beberapa kawan yang dirobohkan dengan totokan.

"Mari kita liihat enci Hiang !" kata Lo In seraya meraih Leng
Siong dan dengan sekali enjot saja tubuhnya melayang
bersama Leng Siong melewati batas lingkaran ular yang
sedang berkumpul- Dengan Leng Siong masih dalam
p0nd0ngannya, L0 in telah membantu Buiee Hiang
menendang mental dua orang baru yagn mau mengeroyok si
nona. Dua orang itu tubuhnya mental jatuh Persis diantara
kumpulan ular. Dengan enak saja mereka telah dilahap oleh
kawanan ular yang sedang lapar rupanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Enci Hiang, cukup ! seru Lo In-

Itulah ada seruan merupakan kode untuk Bwee Hiang


mengakhiri perkelahiannya.

Sementara Leng Siong barusan saja diturunkan oleh Lo In,


Bwee Hiang telah selesaikan Pertempurannya. Semua
musuhnya dirobohkan dengan totokan.

Hebat kepandaiannya si nona hingga Leng Siong melongo


dibuatnya.

Lo In telah menotok bebas Hek-liong Gouw Cin dan


menanya, ia dengan kawan-kawannya itu suruhan siapa telah
datang kesitu.

Belum si Naga Hitam menjawab, tampak Kim Ulan Thauto


dan Suyangtin Ngo Houui jalan mendatangi hingga
pemeriksaan Lo In serahkan pada si Thauto.

Si Naga Hitam membandel tidak mau mengaku siapa yang


suruh dirinya hingga Kim Wan Thauto kewalahan.
Pemeriksaan ketunda berhubung dengan datangnya
segerombolan kera yang pada membaca bebuahan. Kim Wan
Thauto dan Suyangtin Ngo Houui heran begitu banyak kera
dari mana datang. Lo In kasih mengerti pada mereka bahwa
kawanan kera itu hendak mempersembahkan barang
bawaannya yang diminta olehnya.

Kim Wan Thauto terbahak-bahak ketawa mendengar


perkataan Lo In.

Lo In membilang terima kasih pada kawanan kera dan


minta mereka bubar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ramai mereka cetcowetan lari serabutan mendapat


perintah dari Lo In.

"Toako, para paman, enci Hiang dan Leng Siong, mari kita
makan antaran mereka !" berkata Lo In seraya ia sendiri
menjumput sebuah dan dimakannya. Ternyata bebuahan
antaran kawanan kera itu sangat lezat rasanay, semua orang
pada memuji terutama Bwee Hiang dan

Leng Siong yang bergantian mengangkat jempolnya


memuji kepada Lo In yang bisa memerintah kawanan kera.

"Itu ada banyak ular dari mana datangnya, anak in ?" tanya
Kim Wan Thauto. "Adik kecil yang memanggil dengan
serulingnya." menyela Buiee Hiang ketawa.

"Sebaiknya mereka disuruh pulang lagi saja, anak in !" kata


Kim Wan Thaut0 yang melihat Leng Siong dan Suyangtin Ngo
Houw kelihatannya ketakutan-

Lo In menurut perintah. Ia keluarkan serulingnya dan


meniupnya sebuah lagu yang empuk kedengarannya tapi
berwibawa seakan-akan perintah- Selagi orang mengagumi
tiupan seruling si bocah, kawanan ular itu perlahan-lahan telah
menggelesar pada pergi dari situ.

Kim Wan Thauto dan Suyangtin Ngo Houw sangat


mengagumi kepandaiannya si bocah-Pemeriksaan dilanjutkan
kepada Hek-liong Goyw cin.

|_egn Siong minta permisi untuk pulang lebih dahulu karena


kepalanya pusing katanya barusan menyaksikan kejadian-
kejadian yang mengagetkan dan baru pernah ia alami.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Wan Thauto dan lain-lain tidak keberatan si nona


berlalu. Malah Buiee Hiang berkata, "Sebaiknya memang kau
kembali lebih dahulu. Pemeriksaan disniakan makan waktu.
Ha^aP kau jangan keterusan kaget, nanti bisa bikin kau sakit."

Leng Siong bersenyum- Setelah melemparkan lirikan yang


berarti kepada Lo In, si nona telah meninggalkan mereka
pulang ke rumahnya.

Gouw Cin baharu mau mengaku setelah tidak tahan disiksa


oleh totokan yang menimbulkan seluruh badannya dirasakan
sakit seperti digigiti oleh ribuan semut.

"fliyoo... !" tiba-tiba Gouw Cin menjerit. Tubuhnya kontan


terkulai roboh sebelumnya ia memberi pengakuan siaPa yang
telah meberi pengakuan siapa yang telah menyuruh ia dan
kawan-kawan datang mengacau ke situ.

Kim Wan Thauto Periksa keadaan Gouw Cin, ternyata


Gouw Cin telah mati dihajar oleh senjata rahasia yang
membuat hangus dan bolong pada bagian bawah dari
teteknya yang sebelah kiri. Senjata rahasia apa itu demikian
lihainya ?

Tiba-tiba Kim Wan Thauto kaget dan menggumam, "Apa


senjatanya Tui Hun Lolo ?" Meskipun menggumamnya tidak
keras tapi terdengar oleh Kie Giok Tong dan kawan-kawan.

"Siapa ? Taysu tadi kata Tui Hun Lolo ?" tanya Kie Giok
Tong kaget.

Tui Hun Lolo ada satu wanita yang belum berapa tua
usianya, dibawah 50 tahun namun suka berpakaian nenek-
nenek dan senang dipanggil nenek (lolo). Sebenarnya ia
masih memiliki kecantikan yang dapat menggiurkan lelaki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang rakus. Nama aslinya Siang Niang Niang tapi lebih dikenal
dengan nama Tui Hun Lolo atau si 'Nenek pengejar roh'.
Senjata rahasianya 'Siauw'sim'hwe'cian' atau 'Panah api
membakar hati' ada sangat lihai, apabila mengenakan
sasarannya sang korban tidak ketolongan jiwanya.

"Anak In, kemana dia anak In ?" tiba-tiba Kim Wan Thauto
ingat pada si bocah.

Ternyata Lo In sudah tidak ada diantara mereka, begitu


juga dengan Bwee Hiang.

Mereka menduga Lo In dan Bwee Hiang sama-sama


mengejar si penjahat yang melepas senjata rahasia tadi dan
merengut jiwanya Hek-liong Gouw Cin.

Khawatir di rumah ada timbul malapetaka, maka Kim Wan


Thauto ajak kawan-kawannya melihat. Tapi ternyata di rumah
tidak ada kejadian apa-apa. Nyonya Teng ditanyakan halnya
Lo In dan Bwee Hiang barangkali ada lihat, telah geleng
kepalanya dan ia hanya lihat anaknya pulang dan masuk
kamarnya karena kepalanya pusing.

Kapan Kim Wan Thauto ajak teman-temannya melihat pula


orang-orang jahat yang telah roboh

ditotok, untuk kekagetannya mereka tidak dapatkan mereka


ada ditempatnya tadi. Mereka semuanya sudah ditolong oleh
kawannya sebab sudah pada kabur tidak meninggalkan
bekas.

Kita melihat Lo In. Si jago kecil telah mengejar penjahat


diikuti oleh Bwee Hiang. Namun Bwee Hiang yang ginkangnya
kalah, jauh ketinggalan oleh adik kecilnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tiba-tiba merandek kehilangan jejak penjahat yang


dikejarnya, ia menyesal tapi masih penasaran kalau ilmu
meringankan tubuhnya kalah oleh si penjahat. Oleh sebab
mana ia berputar-putar disitu mencarinya. Tiba-tiba ia
mendengar suara senjata beradu, seperti ada orang yang
sedagn bertempur- Ia lantas melakukan penyelidikan, kiranya
yang bertempur itu ada seorang laki-laki tinggi besar dengan
wajah menyeramkan melawan seorang wanita lemah gemulai
berpakaian tipis. Kaget Lo In kapan ia tegasi wanita itu
wajahnya persis Leng Siong. Apakah Leng Siong yang sedang
bertempur ? tanya hati kecilnya.

"Hantu Ketawa, kau hari in ketemu Kim coa Siancu. Berarti


lelakonmu yang jahat sudah tamat dan kau tak dapat ketawa
lagi. Hihihi----"

Terkejut hatinya Lo In sebab suara empuk itu ada suaranya


Eng Lian atau Leng Siong. Namun dari lagaknya yang nakal
berandalan Lo In menduga akan Eng Lian yang sedang
berhadapan dengan si Hanu Ketawa yang ia baru lihat
romannya.

"Siancu, kau sudah sampai di Pek-kut-nia. Untuk apa kita


bertarung, lebih baik kau ikut aku untuk bersenang-
senang......" kata si Hantu Ketawa, tertawa gelak-gelak.

"Kurang ajar, kau berani omong kotor di depan nonamu ?"


bentak si wanita yang ternyata ada Kim Coa Siancu, si Dewi
Ular Emas yang ditakuti dikalangan Kangouw.

Si Hantu Ketawa haha hehe dan perhatiannya dibikin kabur


oleh pakaian si Dewi Ular yang serba tipis menggiurkan.
Lantaran mana ia jadi alpa dan kena dipencundangi, Ia kena
ditotok jalan darahnya hingga tidak bisa berkutik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Coa Siancu tertawa cekikikan melihat lawannya


dikalahkan.

"Enci Eng Lian, akhirnya aku kutemukan juga kau di


sini......" tiba-tiba Kim coa Siancu

kaget dalam ketawa cekikikannya mendengar orang


berkata kepadanya. Ketika ia berpaling ternyata orang yang
berkata-kata tadi ada seorang bocah bermuka hitam-

Kim Coa Siancu geli melihat wajah Lo in yang hitam seperti


pantat kuali.

"Hei, anak hitam. Kau mau apa datang kemari ?" tegurnya.

"Masa kau tidak kenali sama adik In-mu ?" balas menanya
Lo In.

"Siapa itu adik in, aku tidak kenal ! Kenapa kau panggil aku
enci Eng Lian» apa kau tidak keliru lihat orang ? Hm, anak
hitam... lekas kau menyingkir kesana sebelum Siancu marah
lantaran kau mau campur-campur urusannya."

Lo in bukannya takut malah mengulurkan tangannya


hendak mencekal tangan yang halus macam kapas itu- Kim
Coa Siancu berkelit dan membentak, "Bocah hitam, kau mau
mampus berani kurang ajar kepada Siancu ?"

"Siancu tinggal Siancu. Tapi di depanku kau adalah enci


Lian-ku." jawab Lo In.

Kim c°a Siancu heran. "Adik kecil." katanya. "Aku bukan


enci Lian_mu, aku adalah Kim Coa Siancu dari Ang H0a pay di
Coa-kok !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Coa Siancu harap si bocah ketakutan mendengar


disebut nama Ang Hoa Pay dan C0a-kok (lembah ular) yang
seram itu, tapi untuk keheranannya si bocah malah haha hihi
mendekati kepadanya dan berkata :

"Enci Lian, kau jangan bikin adikmu penasaran. Lama aku


mencarinya, sekarang sudah ketemu kau memungkiri
namamu Eng Lian."

"Adik kecil, memang aku bukannya Eng Lian \"


menegaskan Kim Coa Siancu.

Lo In jengkel maka tiba-tiba saja ia merangkul hingga Kim


Coa Siancu menjadi kelabakan. Siancu menggunakan
kepandaiannya yang tinggi meloloskan diri dari rangkulan si
bocah. Dalam gusar Siancu menyerang Lo In dengan hebat.
Tapi Lo in tidak membalas, ia hanya gunakan ginkangnya
yang ampuh untuk bikin Siancu lelah.

Watakanya yang nakal timbul, Kim Coa Siancu ditouiel


telinganya dan dicolek pipinya oleh Lo In hingga Siancu
menjerit-jerit mapan.

"Enci Lian." kata Lo In. "Selama kau belum mau mengaku


ada enci Lian-ku, akan kubikin kau marah tidak bisa dan
menangis juga tidak bisa...."

(Bersambung)

Jilid 09
Baru saja ia akan meneruskan kata-katanya, tiba-tiba ia
ingat sesuatu. Tetapi belum selesai ingatannya, tiba-tiba ia
melihat ada dua sinar keemas-emasan melesat dari lengan
bajunya si cantik. Untung ia sempat mengebas dengan tangan
bajunya. Sinar emas itu jatuh di tanah dan ia lihat ternyata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

adalah dua ekor ular kecil yang warnanya kekuning-kuningan.


Itulah Kim Coa (ular Emas), senjata ampuh dari Kim Coa
Siancu.

Melihat senjata ampuhnya dapat dipunahkan, Kim Coa


siancu tidak punya pilihan dari pada lari menyingkir dari si
Bocah Sakti.

Ginkangnya hebat, akan tetapi ia kecele sebab tiba-tiba ia


rasakan- ada angin dingin lewat disampingnya, tahu-tahu Lo In
sudah menghadang di depannya.

"Kau mau main gila barusan ?" tegur Lo In dengan marah.

Barusan ketika ia teringat sesuatu sehingga bicaranya


terputus karena ia ingat bahwa kata-katanya Kim Coa Siancu
rada janggal. Tidak pernah Eng Lian memanggilnya 'adik
kecil', tetapi biasanya 'adik In'. Pikirnya mungkin wanita di
depannya ini bukan enci Liannya. Ia waspada, maka ketika
sepasang ular emasnya Kim Coa Siancu melesat dari lengan
baju Siancu, Lo In sudah siap dan mengebaskan tangan
bajunya hingga tidak sampai digigit oleh ular jahat itu.

Seperti diketahui, ular emasnya Kim Coa Siancu (Eng Lian)


sangat berbisa apabila memagut ular. Dalam tempo setengah
jam tubuh si korban akan lumer dan menjadi air, lenyap tanpa
bekas, syukur juga jago cilik kita dapat menyelamatkan
dirinya, berkat kelihaiannya menghadapi sesuatu bahaya.

"Bocah hitam Kau terlalu menghinaku " menjerit Kim Coa


siancu, saking gemas ia pada Lo In yang merintangi
kemerdekaannya.

"siapa yang menghinamu ?" tanya Lo In heran.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tadi kau menowel telingaku, kemudian mencolek pipiku,


bukankah itu suatu hinaan? Hm Bocah, kau sekarang menang
" si Dewi ular emas berkata sengit.

"Hahaha " Lo In tertawa terbahak-bahak.

"Bocah hitam gila, kau tertawakan apa ?" bentak Kim Coa
siancu.

"Perbuatan saja seperti yang kau katakan adalah wajar


diantara aku dan enci Lianku. Karena enci Eng Lian adalah
teman mainku. Tapi kalau kau bukan enci Lianku, baiklah aku
minta maaf sekarang "

si bocah menjura lalu memutar tubuh untuk meninggalkan


tempat itu. Tapi belum berapa tindak ia pergi, tiba-tiba ia
mendengar bentakan Kim Coa siancu:

"TUnggu "

Lo In merandek,

"Kau mau apa la.....gi....?" terputus kata-kata Lo In karena


berbareng tubuhnya berbalik, ia mendak untuk mengelakkan
sinar berkeredep dari tangannya Kim Coa siancu yang menuju
ke arah jidatnya, Itulah Bu im in coa (Cap ular tanpa suara),
senjata rahasia yang paling ditakuti dikalangan Bulim.

Gesit luar biasa jago cilik kita, setelah mendak lalu enjot
tubuhnya melesat ke depan si Dewi ular emas. Baru saja ia
hendak memaki Kim Coa siancu, si Dewi ular emas
membentak sambil kebutkan setangan mungilnya,

"Anak kecil, tidurlah "


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In berbareng merasa kepalanya pusing, matanya


berkunang-kunang setelah menghirup bau harum dari
setangan Kim Coa siancu yang barusan dikebaskan.

Di lain saat tampak Lo In telah roboh terlentang di tanah,


tidak ingat lagi akan keadaan disekitarnya-

"Hihihi—" tertawa Kim Coa siancu.

"Akhirnya kau dapat roboh juga, bocah hitam " ia berkata-


kata sendirian. Lalu ia keluarkan satu kotak kecil dari lengan
bajunya, berjongkok dan kotak itu ia taruh di tanah- sebentar
kemudian tampak dua sinar emas melompat masuk dalam
kotak kecil itu.

Kiranya yang lompat masuk tadi adalah sepasang ular


emas Kim Coa siancu yang tadi kena dikebas jatuh di tanah
oleh Lo In.

Kotak kecil itu adalah tempatnya Kim-coa (ular emas).


Apabila ditaruh ditanah, tutupnya dibuka, dari dalam kotak
akan mengeluarkan bau harum yang menarik selera ular emas
itu untuk masuk ke dalamnya. Maka, bila Kim Coa siancu
kehilangan ular emasnya, ia taruh saja kotaknya ditanah,
lantas sepasang ular itu akan masuk kembali ke kotak itu. Bau
harum dari dalam kotak itu seakan-akan besi berani yang
dapat menyedot ular sebagai besinya.

setelah ular kesayangannya sudah masuk lagi ke dalam


kotak- la simpan pula dibalik lengan bajunya. Lalu ia bangkit
dari jongkoknya dan akan meninggalkan tempat itu, tetapi tiba-
tiba ia ingat dengan si Hantu Ketawa yang telah tidak berkutik
lagi.

" Hantu Ketawa." kata Kim coa siancu, cekikikan ketawa.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sekarang kau sudah tidak bisa ketawa, bukan?


Kedosaanmu sudah melewati batas. Maka daripada kau nanti
mengganas lagi, lebih baik aku kirim kau ke akherat saja "

setelah berkata demikian, si Dewi ular emas angkat


lengannya dan tiba-tiba melesat dua sinar emas menyambar
tubuhnnya si Hantu Ketawa yang tentu tak dapat menangkis
karena dalam keadaan tidak berdaya, sepasang ular itu telah
menggigitnya hingga tubuh si Hantu Ketawa tampak
bergemetaran. Kim Coa siancu lalu mendekat kotak kecilnya
pada Kim-coa dan hanya sekejap saja ular emas itu sudah
menyambar masuk lagi dalam rumahnya (kotak). Kemudian
kota itu disimpan pula dalam lengan bajunya.

"Wanita kejam " tiba-tiba Kim Coa siancu mendengar


bentakan seseorang tidak jauh

Ketika ia menoleh, kiranya ia sudah dikurung oleh


musuhnya yang tidak kurang dari 20 orang. Entah siapa
diantaranya yang membentaknya tadi-

Mereka itu perawakannya tidak sama, ada yang kurus,


gemuk, pendek dan lain-lain hingga lucu kelihatannya- Tapi
rata-rata mukanya bengis-bengis, semuanya mengenakan
pakaian serba hitam.

"siapa yang memaki aku tadi ?" tanya Kim Coa siancu, tidak
senang dia.

"Wanita jahat, kau sudah mencelakakan pemimpin kami "


teriak satu diantaranya, yang bukan lain adalah yang memaki
Kim Coa siancu tadi- Perawakannya tinggi besar.

"oo, kau-—" berbareng lengan baju si Dewi ular emas


mengebas ke arah orang tadi, yang ketika itu baru akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bertindak ke depan. Tidak ampun lagi, ia sudah terdorong


mundur oleh anginnya lengan baju. Malah ia merasa sesak
dadanya dan jatuh terduduk dengan mata mendelik-

"Siapa lagi, h ayo maju " tantangan Kim Coa siancu.

Melihat pemimpinnya dalam segebrakan saja sudah


dirobohkan, maka yang lain-lainnya yang mengurung si Dewi
ular emas kelihatannya jeri juga.

Tapi mereka berpikir bahwa wanita di depannya ini


hanyalah wanita lemah gemulai dan sendirian lagi. Mana
mungkin dia dapat melawan mereka yang jumlahnya begitu
banyak-Lantaran berpikir demikian, maka mereka ramai-ramai
menyerbu ke arah Kim Coa siancu tapi sambil tertawa hihihihi
si Dewi ular emas telah permainkan mereka. Tampak
tubuhnya yang menggiurkan berputaran dikepung oleh banyak
orang.

Melihat tubuh yang ceking langsing dan menggiurkan


dibalik pakaiannya yang sangat tipis, orang banyak itu yang
sebagian besar adalah penjahat-penjahat yang doyan
pelesiran sudah tentu mengeroyok tidak sungguh-sungguh-
Mereka lebih mementingkan melihat gerakan tubuh yang
menggiurkan itu sebagai tontonannya daripada buru-buru
menangkapnya-

"Kawanan gentong nasi " tiba-tiba terdengar teriakan


seseorang diantara rombongan-rombongan yang baru datang.

"Kalian bukan bekerja tapi menonton sampai kapan


perempuan maling ini dapat dibekuk ? Hayo, kita maju "

Kiranya pendatang baru itu semuanya bergegaman senjata


tajam yang dikepalai oleh seorang yang bermuka hijau, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

barusan membentak kawan-kawannya sebagai gentong nasi.


Terdengar ia menyerukan kepada mereka yang mengepung
dengan tangan kosong,

"mundur semua ambil senjata Kepung wanita liar ini jangan


kasih lo......"

Kata-katanya si muka hijau terputus sebab dia tiba-tiba


terkulai roboh- yang disusul juga oleh beberapa orang yang
juga roboh terkulai dengan tidak sempat mengeluarkan
teriakan lagi. Teman-temannya ketakutan, lantas pada
mundur. Mereka tampak lebih penting menolong kawan
daripada datang mengeroyok si nona yang ganas
mengayunkan senjata rahasia tanpa suara.

sementara itu yang lain, yang masih bengong bertambah


kaget melihat kawan-kawan yang memberikan pertolongan
pada yang mati pada bergelimpangan roboh saling susul,
Itulah bukti keganasannya senjata rahasia Bu im in coa1, ialah
Cap ular Tanpa suara yang dapat merembet korban lebih
banyak- Dan bahkan semua manusia bila memegang tubuh
korbannya.

Kim Coa siancu yang sedang tertawa cekikikan melihat


banyak korban berjatuhan akibat senjata rahasianya, tiba-tiba
dibikin kaget oleh benda yang memercikan api yang
melewatinya kira-kira lima cun (dim) dari dadanya yang putih
halus.

"Hehehe" suara ketawa dari seorang perempuan terdengar


menyusul. Belum Kim Coan siancu hilang kagetnya,
dihadapannya sudah berdiri seorang nenek tua. Terkejut si
Dewi ular emas.

"Tui Hun Lolo..." ia menggumam.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau kenali juga aku, gadis cilik" kata si nenek tua yang
tiada lain adalah Tui Hun Lolo. Kemudian ia menghadap ke
arah Lo In yang sedang tengkurap, ia menggapai sambil
berkata,

"Anak hitam, kau kemari "

Entah bagaimana Lo In bergerak, sekali mencelat dari


tengkurapnya tahu-tahu sudah ada di depan Kim Coa siancu
dan Tui Hun Lolo.

"Heheh, kau punya kepandaian juga, h e " tertawa Tui Hun


Lolo.

si Dewi ular Emas sangat kaget, Ia mengawasi si bocah


hitam dengan mata mendelong penuh tanda tanya, Ia tidak
mengira si bocah dapat tahan dengan kebasan setangan
ajaibnya, yang biasanya paling sedikit orang harus pingsan
setengah jam kalau kena dikebas oleh setangan ajaibnya. Kini
si bocah muka hitam dalam tempo sebentaran saja sudah bisa
bangun lagi, betul-betul menakjubkan kepandaiannya.

Kim Coa siancu belum habis mengerti dengan ilmu apa si


bocah dapat memusnahkan pengaruh setangan ajaibnya, tiba-
tiba ia mendengar Tui Hun Lolo berkata lagi kepada Lo In,

"Kau tadi yang merintangi jarum mautku ?"

Lo In ketawa nyengir, Ia tidak menjawab, hanya anggukkan


kepalanya.

"Dengan senjata rahasia apa kau dapat memusnahkan


serangan jarumku ?"

"Hanya dengan batu kerikil saja."


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bohong, mana bisa kau memusnahkan senjata jarumku


yang lihai dengan hanya memakai sebuah batu kecil saja "

Kembali si bocah ketawa haha hihi,

"Itu terserah pada nenek " sahutnya.

Kalau Tui Hun Lolo merasa sangat gemas pada bocah di


depannya ini, sebaliknya Kim Coa siancu sangat bersyukur
kepada Lo In. Bahwa tadi, percikan bunga api lima cun di
depan dadanya itu adalah jarum mautnya si nenek yang kena
dibentur batu kecil Lo In. Dengan mana berarti si bocah muka
hitam telah menyelamatkan dirinya (Kim Coa siancu). Kini Kim
Coa siancu memandang Lo In dengan perasaan penuh terima
kasih.

"siancu " bentak Tui Hun Lolo.

"Keluarkan obat pemunahmu untuk menolong si Hantu


Ketawa. Lekas, lambat sedikit jiwanya bakal melayang "

Kim Coa siancu bersenyum sinis. Katanya,

"Buat apa orang jahat ditolong, lebih lekas mati tentu ada
lebih baik, untuk di alam baka dia mempertanggungkan dosa-
dosanya.- Dia sangat

jahat, siapa pun tidak mau menolong si Hantu Ketawa...."

"Kau berani membangkang perintah si nenek ?" memotong


Tui Hun Lolo.

"Kenapa aku tidak berani ?" sahut Kim Coa siancu, lantang
suaranya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kematian sudah di depan mata, masih berani main gila


sama Tui Hun Lolo ?"

"Belum tentu, nenek tua Mungkin kau yang menghadapi


kematian"

Bukan main marah Tui Hun kena diejek oleh gadis semuda
Kim Coa siancu.

Lawan-lawan tuanya tidak berani seperti si Dewi ular emas,


menantang dengan tidak berkedip mata sedikitpun. Kalau
tidak ada isinya, pikir Tui Hun Lolo, tentu si Dewi Ular Emas
tidak bakal begitu berani menantang, Ia harus waspada
menghadapinya.

Apalagi ia melihat mayat bergelimpangan, korban dari


keganasan si Dewi ular Esmas, gadis cilik itu bukan lawan
empuk juga disampingnya kelihatan ada si bocah berwajah
hitam yang kepandaiannya entah berapa tingginya.

Tapi bagi hantu wanita yang pernah malang melintang tidak


takut langit dan bumi, mana mau ia mengalah kepada dua
bocah yang bau pupur dikepalanya aja masih belum hilang

"Siancu, kau membantah keinginanku. Marilah kita


menetapkan siapa yang unggul" tantangnya seraya lompat ke
tempat yang lebar.

senjata pentunganny a yang berupa tongkat sudah ia


siapkan. Akan tetapi ketika melihat Kim Coa siancu tidak
membawa apa-apa, sambil melemparkan pentungannya ke
samping, ia berkata,

"Baik, marilah kita main-main dengan tangan kosong " si


Dewi ular Emas ketawa ngikik. Katanya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

" Nenek tua, kau mau berkelahi ?"

Tuii Hun Lolo melengak ditanya demikian.

"Meskpun sudah nenek-nenek, belum tentu kau yang muda


dapat menjatuhkannya " ucapnya jumawa.

Tidak biasanya Tui Hun Lolo bicara dengan tenang dan


agak ramah, tetapi karena ia masih tetap kuatir akan
kepandaian lawan. Dia begitu muda, paling-paling masih
berumur 17-tahun, bagaimana dia bisa jadi siancu kalau tidak
punya kepandaian yang diandalkan? Apalagi ia mendengar
orang cerita, munculnya Kim Coa siancu telah
mengguncangkan rimba persilatan, maka ia tidak berani
sembarangan bertindak terhadap lawan yang muda belia ini.

" Kalau begitu, baiklah, aku majukan adikku dulu." sahut


Kim Coa siancu ketawa.

si nenek melengak. sedang Lo In juga bingung si Dewi ular


Emas berkata demikian. Apa maksudnya Kim Coa siancu itu ?
Belum sempat Lo In menanya, ia sudah mendengar Kim Coa
siancu berkata kepadanya,

"Adik kecil, kau talangi encimu main-main dengan ini nenek


yang tersohor tukang mengejar roh, kau berani ?"

Kim Coa siancu berkata sambil bersenyum ke arahnya.


hingga Lo In kaget sebab senyuman memikat dari si Dewi ular
emas adalah persis senyuman enci Liannya.

Tanpa disadari si bocah nyeletuk,

"Untuk enci Lian, menghadapi siapa juga aku berani"

si Dewi ular emas melengak heran.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kembali dia memanggil aku enci Lian, apa memang aku ini
ada enci Liannya ? siapa sebenarnya aku ini ?" Kim Coa
siancu menanya pada dirinya sendiri

Pikirnya, biarlah ia menyaru seperti eng Lian sehingga si


bocah mau diadukan dengan si nenek jahat, Ia percaya -100
persen Lo In pasti akan menang.

"Adik kecil, hayo lawan. Kau mesti menang. Kalau kalah


nanti enci Lianmu marah-Hajar dia biar terkuing-kuing "
berkata Kim Coa siancu, cekikikan ia ketawa. Tui Hun Lolo
melotot matanya, hatinya panas bagaikan dibakar.

"Jangan menghina, gadis liar" bentaknya marah-

"Meskipun kalian berdua mengerubuti, aku si nenek tua


tidak akan takut"

"Aduh sombongnya " si Dewi ular emas menggodai-

"satu lawan satu masih belum tentu, mau dilawan dua lagi-
Hihihi—-" berrbareng ia berkelit dari serangan Tui Hun Lolo
yang sudah tak dapat mengendalikan panas hatinya, sambil
berkelit, Kim Coa siancu lari ke belakang Lo In.

"Adik kecil, hayo maju Apa kau tunggu encimu marah ?"
kata si Dewi ular emas.

Lo In jadi kebingungan. Persis benar, ketawa, senyuman


dan suaranya seperti Eng Lian. Akan tetapi kenapa kalau Eng
Lian memanggil ia 'adik kecil' ? Belum pernah ia, ia selalu
dengar dipanggil "adik In" oleh enci Liannya dengan mesra.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi melihat Kim Coa siancu benar-benar tidak mau


berkelahi, sepertijuga menganggap enteng dirinya, Lo In jadi
kewalahan, Ia berkata,

" N enek tua, mari aku yang layani. Enciku baru turun, kalau
aku sudah dikalahkan "

Tui Hun Lolo yang sedang gemas pada Kim Coa siancu, ia
hentikan ubernya pada si Dewi Ular emas. Ia menatap si
bocah wajah hitam.

"oo, kau jadi tukang pukulnya ? Baik, marilah maju, sini"


menantang Tui Hun Lolo.

Lo In tidak gentar dengan tantangan si nenek, ia maju


mendekati Tui Hun Lolo.

"Bagus, bagus. Ini baru betul-betul adikku yang manis "


kata Kim Coa siancu seraya bertepuk tangan macam anak
kecil.

Kembali Lo In merasa heran dengan kelakuannya si Dewi


ular emas sebab kata-kata yang keluar dari bibirnya Kim Coa
siancu persis seperti perkataan enci Eng Liannya yang ia
sangat ingin menjumpainya. Tapi, Kim Coa siancu ini apakah
encinya atau bukan, urusan belakangan, sekarang ia harus
melayani si nenek yang ia duga kepandaiannya tidak rendah,
sebab julukannya saja si 'Nenek pengejar roh'-
Kedengarannya sudah seram

"silahkan menyerang " Lo In mengundang pada Tui Hun


Lolo.

"Awas " seru Tui Hun Lolo, tubuhnya berkelebat dan


menyerang dengan tipu pukulan 'ok miao pok cie' (Kucing
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

galak menubruk tikus) - serangan dilakukan dengan


sekonyong-konyong sebelum lawan mengambil posisi, si
nenek pikir dengan menggunakan jurus "ok miao pok cie' si
anak kecil tentu tida ada jalan untuk lari. Ia kira Lo In adalah
tikus jinak dan ia sendiri adalah kucing galaknya. Tidak
tahunya, si bocah wajah hitam belum kena disergap, siang-
siang sudah lenyap dari hadapannya.

Entah bagaimana si bocah bergerak tapi yang terang, mata


Tui Hun Lolo yang sangat lihai mendadak seperti lamur
menghadapi Lo In. Cepat ia putar tubuh, segera ia melihat Lo
In dengan tersenyum-senyum ke arahnya.

Panas hati Tui Hun Lolo, kembali ia menerjang tetapi


kembali ia kehilangan Lo In. Pikirnya, bocah ini tidak boleh di
kasih hati. Maka ia keluarkan Tui-hun-ciang-hoat1 (Ilmu
pukulan mengejar roh) ciptaannya sendiri yang meliputi 50
jurus yang hebat-hebat.

Tui-hun-ciang-hoat1 ini memang lihai, spesial diciptakan


oleh Tui Hun Lolo untuk berkelahi jarak jauh dengan
menggunakan sambaran-sambaran anginpukulan yang
disertai Iwekang.

Dengan menggunakan 'Tui-hun-ciang-hoat', maka


serangan-serangan si nenek juga berubah sangat dahsyat.
Angin pukulannya membuat debu-debu dan pasir
beterbangan. Malah ada pohon-pohon yang tumbuh di
dekatnya pada tumbang, tidak tahan dengan anginpukulan Tui
Hun Lolo yang sedang unjuk kesaktiannya.

Belum pernah Tui Hun Lolo gagal dengan Ilmu Pukulan


Mengejar Roh ciptaannya sendiri itu. Akan tetapi menghadapi
si bocah wajah hitam, ia kewalahan sendiri. Tui Hun Lolo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hanya menggempur tapi yang digempur saban-saban lolos


dari gempurannya yang maha dahsyat. Tak dapat
dibayangkan kalau Lo In kena digempur oleh tenaga sakti Tui
Hun Lolo, entah kemana tubuhnya akan terbang melayang.

Lo In tidak mau kurang ajar terhadap orang tua yang


sepantasnya menjadi neneknya, Ia tidak mau membalas
serangan si nenek, Ia hanya lawan dengan kegesitan
tubuhnya, bagaikan kilat cepatnya.

"Anak kurang ajar Kau berani permainkan nenekmu Hmm "


menggerang Tai Hun Lolo, berbareng ia perhebat serangan-
serangannya.

Kim Coa siancu yang menonton dari jauh karena kalau


dekat-dekat takut kesambar angin pukulan Tui Hun Lolo,
tampak melelerkan lidahnya, Ia merasa kuatir kalau-kalaus si
bocah nanti salah tindak sehingga menjadi mangsa dari
tenaga sakti si nenek.

Tapi, melihat kelincahan Lo In yang dengan tenang


mempermainkan si nenek, ia jadi tersenyum manis. Puas
hatinya karena kalau ia yang melayani si nenek, mungkin
siang-siang sudah dibikin terbang tubuhnya entah kemana
perginya. Melihat Tui Hun Lolo sudah mulai gelisah karena
saban pukulannya tidak mengenakan sasarannya, Lo In mulai
keluarkan jurus jurus dari Bu eng sin kang yang membikin si
nenek kebingungan.

Mula-mula Lo In gunakan jurus Thian lie pian in (Bidadari


menari di dalam awan), lincah dan gesit gerakannya, yang
membikin Tui Hun Lolo gelabakan. Ia nampak seperti ada
enam Lo In. yang mana diantaranya Lo In, ia sendiri tidak
tahu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

oleh karenanya, maka gempurannya jadi serabutan saja,


bukan main dahsyatnya. Tapi hasilnya ? Nfhil Lo In lalu
merubah jurusnya dengan 'Hui hong soan tah', ialah 'Angin
puyuh mengitari pagoda', gerakan ini justru lebih
mencemaskan si nenek yang sudah keriputan. Ia melihat
seperti ada enam Lo In yang mengitari dirinya, berputaran
perlahan, makin lama makin cepat sehingga mata si nenek
berkunang-kunang dan tanpa disadarinya tubuhnya juga ikut-
ikut berputar, makin lama makin cepat laksana gasing terlepas
dari talinya.

Kim Coa siancu sampai termangu-mangu menyaksikan


adegan yang hebat itu.

Bocah hitam ini sangat hebat kepandaiannya- Pikirnya,


alangkah baiknya kalau dia bisa ditarik menjadi kawan dalam
Ang Hoa Pay- Kepandaiannya yang menakjubkan, apakah ada
dipunyai oleh sucouwnya Lam Hay Mo Lie ? Ia bertanya-tanya
dalam hati sendiri-sementara Kim Coa siancu tengah
melamun, adalah pertempuran sudah berhenti-

Lo In tampak ketawa menyeringai kepada Tui Hun Lolo


yang pada saat itu tengah mendeprok di tanah, tengkurep
seperti anak kecil disusul dengan muntah-muntah-

"Hei, si nenek itu menangis " Kim Coa siancu keheran-


heranan dalam hatinya-

setelah merasakan pusingnya hilangan, Tui Hun Lolo tidak


lantas bangkit dari deprokannya.- Hanya ia berkata,

"Bocah hitam, kau durhaka mempermainkan satu nenek


tua, diajak berputaran sampai pusing dan muntah-muntah."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"sebenarnya aku tidak mau bikin Popo seperti ini." kata Lo


In.

"Tapi kenapa kau bikin aku seperti ini ?"

Lo In menyeringai,

"Lantaran Popo (nenek) tadi menyerang begitu ganas. Aku


tidak punya lain pilihan selain bikin Popo jatuh duduk dan
muntah-muntah sebagai gantinya serangan balasanku
Hahaha "

Dasar anak kecil tidak punya pikiran, bukannya menolong si


nenek yang tengkurep mendeprok di tanah, ini malah ketawa
terbahak-bahak. Lucunya Lo In malah ngajakin berkelahi lagi,
katanya,

"Popo, bagaimana, masih mau diteruskan ?"

Tui Hun Lolo deliki matanya.

"ya, kali ini kau menang, bocah hitam " sahutnya kemudian,
tekanan suaranya tidak enak didengar.

"Jadi, bagaimana ?" tanya Lo In, tidak mengerti ia akan


kata-kata Tui Hun Lolo.

"Aku menyerah kalah, buat apa bertempur lagi " bentak Tui
Hun Lolo.

Lo In ketawa nyengir, baru sekarang ia mengerti kata-kata


si nenek tadi-

sementara itu, si nenek sudah bangkit dari deprokannya


danjalan menghampiri si Hantu Ketawa yang ternyata sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak bernyawa lagi dan tubuhnya sudah mulai lumer jadi air
akibat gigitan sepasang ular emasnya Kim Coa siancu-

si nenek menghela napas menyaksikan kematian konyol


dari si Hantu Ketawa.

"Kim Coa siancu...." ia menggumam. Berbareng ia ingat


sesuatu, lantas ia celingukan tapi Kim Coa siancu yang dicari
oleh matanya sudah tidak ada di tempat itu, entah sejak kapan
perginya.

Melihat si nenek celingukan, Lo In juga mengikuti seraya


berseru,

"Enci Lian, enci Lian, kau dimana ?"

Kiranya Kim Coa siancu sudah lama pergi karena tidak


terdengar ia menyahut, maupun bayangannya si Dewi ular
emas yang cantik jelita. Lo In mencari sana sini tapi Kim Coa
siancu tetap tak diketemukan.

si bocah menjaid lesu. Kepalanya mendongak ke angkasa,


tampak olehnya bulan sisir sudah mulai terbungkus oleh sang
awan yang agak gelap.

Menggunakan ginkangnya yang tiada taranya, Lo In dilain


saat sudah ada pula di kampung su yang ting, dimana ia
disambut oleh Kim Wan Thauto dan Kie Giok tong serta
sekalian saudara-saudaranya. Lo In tidak melihat Bwee Hiang,
ia lalu menanya pada Kim Wan Thauto,

"Toako, enci Hiang tidak ada- Dimana dia ?"

"Hah " Kim Wan Thauto kaget-

"Bukankah bersama-sama anak In tadi ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Celaka " seru Lo In.

"Tentu dia kesasarjalan "

"Sekarang bagaimana ?" Kim Wan Thauto kebingungan.

"Nanti aku cari dia-" sahut Lo In. segera ia hendak pergi lagi
tapi Kim Wan Thauto menahan si bocah untuk menanyakan
tentang kepergiannya barusan.

"sayang toako tidak nonton." kata Lo In ketawa nyengir.

"Aku ketemu Kim Coa siancu. Entah, siapa itu Kim...."

"Nanti dulu-" memotong Kim Wan Thauto kaget-

"Kim Co siancu kau bilang ?"

"ya, Kim Coa siancu- Apa toako kenal dengan dia ?" tanya
Lo In.

"Aku tidak kenal tapi aku pernah dengar, orangnya cantik


sekali ya ?" sahut Kim Wan Thauto-

Lo In ketawa, kepalanya manggut.

"Kau berkelahi dengannya ?" tanya Kim Wan Thauto-

Lo In anggukkan kepala- Ia berkata,

"Kim Coa siancu romannya persis enci Lianku. Entahlah,


sebab dia tidak mengaku dirinya adalah teman mainku."

Kim Wan Thauto mesem. Pikirnya, anak ini kepandaiannya


susah diukur. Tapi sifat kekanak-kanakannya belum hilang, Itu
wajar sebab Lo In baru masih hitungan -10 tahun usianya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

maka omongan-omongannya tentu lebih banyak kekanak-


kanakan.

"Anak In, bagaimana kau bisa lolos dari tangan Kim Coa
siancu ?" tanya Kim Wan Thauto ketika melihat si bocah mulai
lesu ingat sama enci Liannya.

Lo In semangat ditanya demikian, Ia lalu menutur panjang


lebar pertarungannya dengan si Dewi ular emas. orang-orang
yang mendengar merasa ngeri ketika mendengar si Dewi ular
Emas mau ambil jiwa Lo In dengan ular emasnya dan senjata
rahasianya Bu im in coa, yang menggetarkan rimba persilatan.

"Minum dulu, minum dulu " menyela Kie Giok Tong kepada
si bocah yang sedang gembira menutur pertemuannya dengan
si Dewi ular emas.

"Eh, siauhiap belum makan." menyambung Kie Giok Tong,


lantas ia minta tuan rumah menyuruh orangnya menyediakan
makanan untuk Lo In.

setelah mengisi kenyang perutnya, Lo In meneruskan


ceritanya,

"siancu sudah tidak bisa menang melawanku tetapi bila ia


menggunakan senjata ajaibnya untuk merobohakn aku, benar
dia berhasil merobohkan aku. Tapi hanya sebentaran saja aku
mabuk karena setangannya karena pada saat aku roboh, aku
sadar bahwa siancu sudah berlaku licik. Maka aku kerahkan
Iwekangku untuk mengusir pergi hawa ngantuk- Aku pura-pura
tidur tengkurup, tapi mataku waspada- Aku ingin tahu apa
yang Kim Coa siancu berbuat lebih jauh- Dia menghampiri si
Hantu Ketawa yang rebah tak berdaya kena totokannya,
setelah ngomel, siancu keluarkan sepasang ular emasnya dan
disuruh menggigit tubuhnya si Hantu Ketawa. Kesudahannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tubuh si Hantu Ketawa lumer jadi air. Dan juga, ada datangnya
Tui Hun Lolo........"

"Hee, Tui Hun Lolo juga ada waktu itu, anak In ?" menyela
Kim Wan Thauto-

" ya, justru siancu sedang lengah, si nenek membokongnya


dengan jarum api membakar api. untung aku lihat. Dengan
sebuah batu kerikik aku menyentil jarumnya, luput mengarah
sasaran. Tiga-tiga jarumnya aku bikin jatuh hingga si nenek
marah-marah- Dia menantang siancu mula-mula tapi siancu
tidak mau ladeni dan majukan aku hingga akhirnya si nenek
berkelahi dengan aku- Hahaha "

setelah ketawa, Lo In lanjutkan ceritanya bagaimana ia


menjatuhkan si nenek dengan menggunakan kepandaiannya
Bu im sin kang1, semua yang mendengar pada kagum,
termasuk Kim Wan Thauto yang biarpun sudah kawakan
dalam dunia Kangouw-

"sst Ada orang datang " tiba-tiba Lo In berkata perlahan tapi


tegas berkumandang di telinga mereka yang sedang ramai
bicara, memuji-muji si bocah wajah hitam yang telah
menjatuhkan Kim Coa siancu dan bikin Tui Hun Lolo semaput.

Kaget mereka mendengar perkataan Lo In. segera suasana


menjadi sunyi, hati mereka berdebaran kecuali Lo In yang
nyalinya besar.

"Tamu diatas genteng, lekas turun Mari kita bicara " berkata
Lo in.

...
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hihihi-..." kedengaran suara tertawa seorang wanita di atas


genteng.

"Kim Coa siancu...." kata Kim Wan Thauto perlahan, ia


punjeri kelihatannya.

Entah bagaimana Lo In menggunakan kepandaiannya


sebab tubuhnya yang sedang enak duduk di kursi tahu-tahu
sudah mencelat ke atas, genteng pada pecah ditumbuk kepala
dan badannya lolos keluar.

Di atas genteng rumah ia celingukan. Matanya yang lihai


dapat melihat berkelebatnya bayangan ke arah selatan, Ia
mengerahkan ilmu entengi tubuhnya untuk menguber.

sebentar saja, ia sudah kehilangan bayangan tadi. Dan


waktu ia sudah sampai di dekat paseban bidadari, Lo In
sangat heran sebab ia lihat betul bayangan itu lari kejurusan
Giok Lie Teng. Tetapi kenapa tidak kedapatan disitu ? Lo In
berdiri termangu-mangu.

"Adik kecil, adik kecil. Mana cnci Bwee Hiang " tiba-tiba Lo
In dengar orang memanggilnya dari jurusan kali kecil di bawah
jembatan yang menghubungi ke paseban bidadaro-

Lo In lekas menoleh- Kiranya Leng siong yang sedang jalan


mendatangi ke arahnya"

"Heheh, kau ada disini ?" kata Lo In, ketawa agak tidak
wajar.

"ya, tadi siang kepalaku pusing maka aku tiduran sebentar.


Ketika aku mendusin aku tanya ibu, apa kau dan enci Hiang
ada cari aku. Kata ibu, kau dengan enci Hiang sedang pergi
mengubar orang jahat. Aku kaget dan kuatir. setelah makan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

malam, aku lantas masuk kamar. Tapi hatiku tidak enak saja
memikirkan kalian, maka aku datang kesini untuk menghibur
hati yang penuh kuatir......."

"Terima kasih, terima kasih-" memotong Lo In, suaranya


agak mengejek-

"Kau kenapa adik kecil ? Kenapa kau datang sendiri,


kemana enci Hiang ?" tanya nona Teng.

Lo In tidak menyahut, tapi ia mengawasi roman muka Leng


siong dengan tajam hingga Leng siong melengos kemaluan.

sambil menunduk, Leng siong berkata lagi,

"Adik kecil, mana enci Hiang ?¦

"Enci Bwee Hiang ? Mari kita bicara " berbareng ia sambar


pinggang si nona, dibawa mencelat terbang ke atas Giok Lie
Teng.

Kaget setengah mati Leng siong, dengan tiba-tiba saja


siadik kecil menyambar pinggangnya dan diajak terbang ke
Giok Lie Teng.

"Adik kecil, kenapa kau main-main begini ?" tanya Leng


siong, waktu diturunkan dalam paseban mukanya semu merah
karena jengah dipeluki si bocah muka hitam.

Leng siong tidak anggap si bocah kurang ajar, sebaliknya,


kelakuan Lo In itu dianggap satu demonstrasi untuk
memperlihatkan kepandaiannya- Lo In adalah penolongnya
dari cengkeraman si Hantu Ketawa- Kalau ia dipeluk dan
dibawa terbang seperti tadi, ia anggap perbuatannya Lo In itu
tidak janggal, malah menyenangkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam senangnya, tiba-tiba ia dibikin kaget oleh pertanyaan


Lo In.

"Enci Leng Siong, apakah kau adalah Kim Coa siancu dari
Ang Hoa Pay ?"

"Adik kecil, kau bilang apa ?" tanya Leng siong setelah
tenangkan hatinya.

"Kau adalah Kim Coa siancu dari Ang Hoa Pay."

"Hei, siapa itu Kim Coa siancu ?"

"Kau jangan berpura-pura, enci Leng siong "

"Adik kecil, kau omong apa jangan sembarang tuduh. Aku


tidak kenal siapa itu Kim Coa siancu. Dengar juga baru-baru
baru sekarang ini...."

"Kau mau mengaku atau tidak ? Aku belum pernah marah,


tapi kalau kau permainkan aku, kau tahu sendiri "

"siapa mau permainkan kau? Adik kecil, jangan sembarang


tuduh "

"Brak" tiba-tiba suara meja pecah berantakan kena tepukan


Lo In yang sedang gusar.

Leng siong menjadi ketakutan.

"Kau, kau...." ia berkata gugup.

"Hehe, tidak mau mengaku ?" berbareng Lo In menyergap.


Tubuh orang dipeluk dan digoncang-goncang sambil katanya,

"Kau bukan enci Leng siong, juga bukan Kim Coa siancu,
tapi.........kau adalah enci Lianku. Hahaha.... "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng siong yang didekati Lo In biasanya merasa aman. Kini


melihat kelakuan si bocah seperti kerasukan setan, menjadi
ketakutan dan mau menangis.

"Enci Lian, kau tidak mau mengaku. Tahu sendiri akan


kucubit kau sebagai hukuman dari adik In-mu..."

"Adik kecil, kau keliru menerka orang, jangan begini kasar "
kata Leng siong serta meronta-ronta dari pelukan Lo In.
Meronta-ronta percuma.

Pelukan Lo In yang kerasukan setan rupanya, mana bisa


terlepas demikian mudah- Malah si bocah telah buktikan
ancamannya.

Ia berkata,

"Enci Lian, karena adikmu sudah habis sabar, jangan


marah ya—." terus saja ia mencubit pipi Leng siong hingga
Leng siong berteriak kesakitan.

Dari takut, Leng siong menjadi marah diperlakukan kasar


demikian oleh Lo In.

"hei, bocah gila Kau mau apakan diriku ? Meskipun kau


mampus juga, aku tidak akan mengaku sebab aku bukan enci
Lianmu "

Lo In tertegun. Apa betul gadis di depannya ini Leng siong


adanya ? Apakah bukan Kim Coa siancu yang berkepandaian
tinggi ? Ia jadi sangsi. Kalau Kim Coa siancu sudah tentu akan
melawan terhadap kelakuannya kurang sopan itu. sehingga ia
sangat kebingungan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam kebingungan dan agak malu dengan kelakuannya


barusan, tiba-tiba ia mendengar orang berkata di bawah
peseban,

"Hihihi, bocah hitam tidak punya malu,peluki gadis orang


ditengah malam...."

Putus kata-katanya dan orang itu sudah lantas mau lompat


pergi tapi terlambat-seperti kilat menyambar, tahu-tahu Lo In
sudah ada dihadapannya- "Hehehe, Kim Coa siancu- selamat
datang " berkata Lo In, ketawa menyeringai-orang itu memang
benar Kim Coa siancu.

Tadinya, rupanya Kim Coa siancu mau menggodai Lo In.


Tapi ia tidak tahu Lo In kepandaiannya luar biasa, Ia bukan
Bocah sakti kalau dapat diingusi si Dewi ular Emas demikian
mudah- oleh karenanya, kata-kata Lo In seperti tidak masuk ke
telinganya karena saat itu ia kesima nampak kepandaian si
bocah yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Dalam kesima
ia jadi tersenyum manis ke arah Lo In yang menghadang di
depannya.

"Enci Eng Lian, ah, kau menyaru jadi Kim Coa siancu " tiba-
tiba Lo In berseru, menyusul. Dengan kecepatan kilat
tangannya menyambar tangan si cantik yang lunak, halus.

Kim Coa siancu tidak berkelit, ia kasih tangannya dipegang


erat oleh si bocah wajah hitam, malah ia jadi cekikikan ketawa.
Lo In tergetar hatinya, itu persis suara ketawa Eng Lian

"Enci Lian, sudah kupegang sekarang. Kau tidak bisa lolos


lagi " kata Lo In dengan gembira sekali.

Kim Coa siancu memandang Lo In seraya tersenyum.


Tampak ia merasa kasihan pada si bocah wajah hitam yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mencari enci Eng Liannya seperti orang gila. Pikirnya, kalau


dirinya ada si gadis yang dicarinya, senang sekali ia punya
kawan si bocah yang kepandaiannya sukar diukur. Malah ada
baiknya sekali, kalau Lo In dijadikan pembantunya untuk
mengepalai Ang Hoa Pay.

"Adik kecil, mari kita bicara." tiba-tiba Kim Coa siancu


berkata.

"Bagus, nah bicaralah enci Lian." sahut Lo In, senang


hatinya.

"Tidak disini, adik kecil."

"Dimana ?"

"Nah, disana " sahut si Dewi ular emas, seraya menunjuk


kepeseban.

"Baiklah, mari kita ke sana." kata Lo In.

"Kau masih belum mau lepasi tangan encimu ?" Kim Coa
siancu menegur seraya deliki matanya yang jeli.

"Aku takut, aku takut...." kata Lo In seraya dengan perlahan


melepaskan tangan si nona yang ia pegang erat-erat seperti
ketakutan orang kabur saja.

"Kau takut orang lari, bukan ?" tanya Kim Coa sincu,
ketawa manis. Lo In tidak menjawab, hanya angguk-
anggukkan kepalanya.

"Kau jangan kuatir adik kecil, siancu belum pernah menipu


orang. Kalau tok aku dapat lari, bisa apa ? Di tanganmu, siapa
yang bisa melarikan diri ?" si Dewi ular emas memuji si bocah
hingga Lo In menjadi sangat bangga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan menggunakan ilmu entengi tubuh, dalam sekejap


saja Kim Coa siancu dan Lo In sudah ada dalam peseban,
dimana tampak Leng siong sedang menangis tersedu-sedu.

Ketika Lo In dan Kim Coa siancu melayang ke atas


peseban, mereka menginjakkan kakinya diatas lantai dengan
tidak menerbitkan suara sehingga Leng siong yang sedang
tunduk menangis tidak tahu kalau dua orang itu sudah berada
di dekatnya.

Melihat nona Teng menangis dengan sedihnya, Lo In jadi


sangat menyesal atas kelakuannya yang kasar tadi pada enci
Leng siong. Mukanya kalau tidak hitam, pasti akan kentara
sekali berubah merah saking jengah. Ketika diam-diam ia
beradu pandang dengan Kim Coa siancu yang akhirnya
tersenyum ke arahnya sambil matanya melirik pada Leng
siong seakan-akan menyesalkan menangisnya gadis itu gara-
gara perbuatannya tadi- sebelum si bocah minta maaf pada
Leng siong, Kim Coa siancu sudah mendahului berkata
dibelakang Leng siong,

"Adik, kau jangan menangis. Adik kecil salah paham maka


sudah perlakukan kau dengan kasar tadi "

Leng siong terkejut mendengar dengan tiba-tiba saja ada


orang berkata dibelakangnya.

Dengan masih terisak-isak ia menoleh. Lebih-lebih terkejut


dia karena ia melihat gadis didepannya itu seperti juga dirinya
sedang berkata. Wanita itu mirip betul dengan roman
mukanya, malah perawakannya juga hampir sama, kecil,
langsing menggiurkan. Dalam pakaian yang serba tipis, wajah
dan rambut kepala yang terawat baik, malah kelihatan Kim
Coa siancu ada lebih cantik dari dirinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Enci, kau siapa ?" tanya Leng siong, setelah hilang


kagetnya.

Kim Coa siancu tersenyum.

"Kalau aku tidak salah dengar dari adik kecil tadi, kau ini
adalah adik Leng siong, bukan ?" sahut Kim Coa siancu, tidak
menjawab apa yang ditanyakan Leng siong.

"ya, betul. Kau sendiri siapa, enci ?" mengulangi Leng siong
bertanya.

sementara itu, Leng siong sudah bangkit berdiri


berhadapan dengan si Dewi ular emas yang juga merasa
terheran-heran gadis di depannya ini ada duplikat dari dirinya.
Pikirnya, apa bisa jadi dalam dunia ini ada hal demikian yang
kebetulan sekali ? untuk sejenak ia belum bisa menjawab
pertanyaannya Leng siong. Dua orang itu jadi pada berdiri
bagaikan patung saiing berhadapan.

Lo In yang nampak adegan itu jadi kegirangan, Ia bertepuk


tangan, katanya :

"sama, sama, siapa pun tak dapat membedakan enci Leng


siong dan mana Lian eh, enci Lian, enciku yang kucari-cari
baru ketemu sekarang...."

Hampir berbareng, dua gadis jelita itu melirikkan matanya


yang tajam halus ke arah Lo In. Keduanya berbareng
tersenyum melihat lagak si bocah yang lucu.

"Celaka " seru Lo In.

"Aku berhadapan dengan dua enciku yang manis...."


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ngaco " bentak Kim Coa siancu, tetapi mukanya


tersenyum manis.

sementara Leng siong telah menekap mulutnya dan ketawa


ngikik melihat Lo In dengan lucunya telah melelerkan lidahnya
ketika mendengar bentakan Kim Coa siancu. Akhirnya tiga-
tiganya pada ketawa dengan gembira.

Leng siong yang tadi merasa sangat sedih diperlakukan


dengan kasar oleh Lo In, sekarang dapat ketawa enak- Ia
sendiri tidak tahu kemana perginya kesedihannya itu.

"Enci." kata Leng siong, setelah mereka berhenti ketawa.

"AKu berhadapan dengan kau seperti juga aku lagi


berkaca."

"sama, pikiranmu sama denganku- Kenapa kita berdua bisa


mirip sekali satu sama lain ? Betul-betul sangat mengherankan
" jawab Kim Coa siancu bersenyum-

"Mari, mari kita duduk omong-omong." mengundang Leng


siong gembira.

Kim Coa siancu dan Lo In mengikuti Leng siong ambil


tempat duduk-Ketika mereka sudah pada duduk, Leng siong
berkata,

"sayang mejanya tidak ada, barusan kena digempur adik


kecil-" matanya melirik pada Lo In.

Lo In jadijengah- Tapi hatinya sebentaran sebab ia lantas


berkata pada si gadis,

"jangan gusar enci Leng siong, aku pun merasa menyesal


sudah unjuk kelakuan yang tidak genah itu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sudahlah-" menyela Kim Coa siancu-

"Kita bercakap-cakap toh tidak memerlukan meja sebab


tidak ada hidangan yang untuk disikat masuk ke dalam perut."

Nona Teng geli dalam hatinya mendengar kata-kata Kim


Coa siancu yang lucu.

"Enci, kau masih belum menjawab pertanyaanku-" kata


Leng siong.

"Apa itu ?" tanya Kim Coa siancu.

"Kau ini siapa sebenarnya ?"

"oo, aku Kim Coa siancu."

"Kim Coa siancu ?" Leng siong menegasi dengan mata


terbelalak-

"Jadi kau, kau yang dimaksud oleh adik kecil ?"

"Betul, adik siong." sahut Kim Coa siancu.

"Kita berdua dicurigai oleh adik kecil itu (sambil menunjuk


Lo In) bahwa kita adalah enci Eng Liannya. Hihi, memang lucu
dia, main menerka sembarangan saja "

"Memang, dia sembarangan terka saja, membikin orang


penasaran. Malah barusan dia mencubit pipiku sampai matang
biru, aku jadi menangis. Ah, malu juga aku barusan menangis,
orang sudah gede menangis, jelek bukan ?" kata Leng siong
sambil matanya melirik pada Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik kecil, kita bukan enci Eng Lianmu. sekarang kau mau
apa ?" tanya Kim Coa siancu seraya memandang si bocah
dengan ketawa.

Lo In ketawa nyengir, Ia menjawab,

"Enci Leng siong boleh bilang dia bukan enci Eng Lianku,
tapi kau, mana bisa mungkin ?"

"Aku ?" tanya Kim Coa siancu kaget.

"Apa tandanya kau menerka aku ?"

"Itu kan mudah saja." sahut Lo In.

"Dekat alismu yang kiri ada tai lalat. Ini tak dapat
membohongi aku. Hahaha...."

Tanpa disadari tangannya Kim Coa siancu diangkat untuk


mengusut tanda yang dikatakan Lo In. Ia memang tahu,
memang ada tanda dekat alisnya tapi bagaimana si bocah
tahu, kalau ia baru kenal belum lama saja ?

oleh karena dalam paseban itu hanya diterangi oleh sinar


rembulan yang remang-remang, maka Leng siong tidak dapat
melihat tanda pada alisnya Kim Coa siancu. Hanya hatinya
berdebaran, pikirnya, gadis di depannya ini tentu Eng Lian
adanya, tapi kenapa masih mungkir saja ?

setelah sekian lama dalam kesunyian, tiba-tiba Kim Coa


Siancu berkata,

"Dari mana kau tahu aku mempunyai tanda dekat alisku ?"

"Lhooo.....ini kan pertanyaan aneh ? Mana aku tidak dapat


tahu, kalau kau memang ada teman mainku di lemah Tong-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hong-gay." sahut Lo In ketawa nyengir. Disebutnya Tong-


hong-gay, sekilas seperti Kim Coa siancu ingat tapi lantas
terlupa lagi. Begitulah ada mujizatnya obat "Ciat-jit-su-su-hun"
(obat bubuk mematikan ingatan seribu hari) dari Ang Hoa
Lobo, warisan dari Lam Hay Mo Lie. Tampak Kim Coa siancu
duduk termenung-menung.

Leng siong melihat si Dewi ular seperti merenungkan tempo


yang lalu, ia sudah mau buka suara, hanya Lo In telah
mendahului berkata,

"Enci Lian, kau tentu belum lupa ketika kita bersama-sama


naik di atas punggung rajawali, pesiar diatas lembah,
bagaimana kita main-main dengan kawanan kera kita, aku
meniup seruling menaklukan kawanan ular, ketika kau
ngambek memukul remuk buah semangka karena jengkel aku
malas antar kau

menangkap ikan. coba kau ingatkan semua itu "

Kim Coa siancu termenung-menung saja, seperti yang coba


mengumpulkan ingatannya yang sudah lalu tapi luput untuk
dapat mengingatkan lagi. sambil tersenyum, ia berkata pada
Lo In,

"Adik kecil, barangkali kau keliru kenali orang, sebab apa


yang kau katakan tadi, sama sekali aku tidak ingat."

"Baik, sekarang aku mau tanya. Apa kau masih ingat ketika
kau memberikan nyali TOk gan siancu, ular kesayangan
kepadaku untuk mengobati aku yang terluka parah ? Coba kau
ingat-ingat lagi " kata Lo In dengan sabar.

Kembali Kim Coa siancu kerjakan pikirannya yang sehat,


juga sia-sia saja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak ingat. Tapi kenapa kau terluka parah ?" tanya si
Dewi ular Emas.

"Lantaran aku terlalu jujur, mau menolong si nenek, tidak


tahunya si nenek sangat jahat. Dia membokong aku ketika aku
mau periksa lukanya."

"siapa si nenek jahat itu ?"

"Pada rambut kepalanya biasa ia cantumkan kembang


merah- Maka ia dipanggil Ang Hoa Lobo- Dia sangat jahat-
Malah sebelum aku kenal dengan kau, enci Lian, dia sudah
menghukum kau kelaparan beberapa hari....."

"Hei, kau bilang Ang Hoa Lobo ?" memotong Kim Coa
siancu, kaget dia-

"ya, Ang Hoa Lobo, si nenek jahat itu " sahut Lo In.

Kim Coa siancu cemberut mukanya, hingga Lo In menjadi


heran.

setelah deliki matanya pada si bocah, si Dewi ular emas


berkata,

"Anak hitam, kau jangan sembarangan menyebut-nyebut


nama guruku, sekali lagi kau menyebut nama guruku. aku adu
jiwa denganmu "

Lo In jadi kebingungan mendengar kata-katanya si Dewi


ular emas. Kenapa enci Eng Liannya menjadi murid si nenek
jahat ? Bukankah Eng Lian pun juga membenci Ang Hoa Lobo
? begitu setia Eng Lian pada Ang Hoa Lobo sehingga ia
dilarang menyebutkan nama Ang Hoa Lobo- Pikirnya, pasti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dibalik kehilangan ingatannya enci Liannya ini ada sesuatu


yang tidak beres.

Ia tahu kalau ia mengatakan 'Ang Hoa Lobo' si Dewi ular


emas akan menyerang ia karena tidak suka nama gurunya
disebut-sebut. Tapi Lo In tidak takut. Malah ia ingin tahu
bagaimana kesudahannya kalau ia mengatakan nama Ang
Hoa Lobo lagi di depan Kim Coa siancu yang terus tidak mau
kenal kepadanya.

"Enci Eng Lian." kata Lo In.

"Biasanya aku suka mengalah kepadamu. Tapi sekarang


melihat kelakuanmu yang aneh, maaf saja kalau adikmu tidak
dengar ancamanmu tadi- Aku maksudkan Ang Hoa Lobo itu
adalah satu nenek jahat. Ang Hoa Lo....."

Putus kata-kata Lo In karena tiba-tiba saja Kim Coa siancu


menyerangnya dengan beringas.

Ia kelihatan marah betul pada Lo In. sambil menyerang ia


membentak.

"Anak hitam, kau berani menyebut nama guruku lagi


Rasakan ini"

Ganas betul serangan si Dewi ular emas tapi dengan kalem


dapat dilayani oleh Lo In. Dalam paseban itu, mereka jadi
bertempur seru.

Leng siong jadi ketakutan, Ia tadinya mengira dengan


munculnya Kim Coa siancu urusan akan menjadi beres dan Lo
In dapat menemukan enci Liannya. Tidak disangka urusan
malah menjadi ruwet. Mereka telah bertempur mati-matian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Untuk melerai mereka, tentu saja mustahil bagi Leng siong.


Maka ia menjerit-jerit saja, katanya,

"Enci, jangan berkelahi- Adik kecil, kau harus mengalah-


Eh, enci, jangan pukul dia"

Ramai teriakan mulut Leng siong. serabutan ia mengatakan


sambil menjerit, melihat saban-saban Kim Coa siancu
menyerang Lo In dengan tenaga penuh hingga tiang paseban
tergetar kena angin pukulannya.

Tiba-tiba Kim Coa siancu melesat dari paseban, melayang


turun ke bawah-

"Anak hitam Mari, mari sini" ia menantang Lo In,

"Dalam paseban tidak leluasa kita bertempur Mari disini


lebih lega "

Lo In juga sudah melayang turun dari paseban.

" Kalau mau bela si nenek jahat Ang Hoa Lobo, boleh
keluarkan kepandaianmu ajarannya di depan aku orang she
Lo " kata Lo In tatkala ia sudah berada di depan si Dewi ular
Emas yang wajahnya sekarang berubah menyeramkan.

Kecantikan si Dewi ular emas menjadi lenyap seketika,


rambutnya riap-riapan menakutkan, giginya terdengar
berkeretekan, saking gemas pada Lo In yang kembali
menyebut nama gurunya, malah memaki-maki-

Hebat serangan-serangan Kim Coa siancu- Rupanya ia


hendak membuktikan, memang ia akan adu jiwa dengan Lo In
bila si bocah menyebut nama gurunya sekali lagi. serangan
hebat hanya dilakukan dari sepihak saja, ialah oleh Kim Coa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

siancu. sedang Lo In hanya mengegos dan berkelit, tidak


membalas menyerang. Meskipun demikian. tampaknya
mereka benar-benar seperti sedang adu jiwa.

Leng siong menonton di atas tribun (paseban). Ia tidak bisa


berdaya apa-apa untuk melerai dua orang yang sedang
berkelahi- selain menjerit-jerit sampai suaranya serak, Ia pun
menangis sambil banting-banting kaki- Ia menyesal tidak
punya kepandaian silat yang lebih tinggi dari mereka. Kalau
tidak, sudah sedari tadi ia turun tangan memisahkan dua
orang yang sedang bergebrak itu.

Meskipun ia hanya mengegos dan berkelit, diam-diam Lo In


waspada juga kalau-kalau si Dewi ular emas nanti nekad dan
mengeluarkan senjata rahasianya, sengaja Lo In tidak mau
permainkan Kim Coa siancu, tidak seperti biasanya ia lenyap
darl pandangan lawan dan tahu-tahu ada di belakang orang, Ia
melayani si Dewi ular emas dengan sungguh-sungguh, ia
punya tujuan tertentu ialah ingin membikin lawan lemas
dengan sendirinya karena sudah mengerahkan tenaganya
melewati batas untuk mengumbar nafsu amarahnya yang
meluap-luap.

Tiba-tiba Kim Coa siancu hentikan serangannya, sambil


menyingkap rambutnya yang meriap ke mukanya, ia berkata,

"Kenapa kau tidak balas menyerang ?" Lo In ketawa


nyengir,

"Aku toh bukan berkelahi dengan musuh-" sahut Lo In.

"Jadi, kaupandang apa aku ini?" tanya Kim Coa siancu.

"Kau adalah enci Lianku. Habis aku pandang apa lagi?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Em Aku adalah siancu dari Ang Hoa Pay, bukan enci
Lianmu "

"orang boleh mengatakan kau adalah siancu dari Ang Hoa


Pay tapi di pandanganku, kau adalah enci Lianku "

Kim Coa siancu kewalahan, saban-saban Lo In menyebut


dirinya Eng Lian, bukan siancu yang tersohor namanya dari
Ang Hoa Pay. Betul-betul anak hitam ini sudah gila barang
kali, pikir Kim Coa siancu, sembari matanya melotot
mengawasi si bocah.

Lo In tidak gubris sikap si Dewi ular Emas. Ia percaya,


akhirnya ia bikin ingatan sang enci kembali pada asalnya, Ia
menduga enci Eng Liannya ini sudah dikasih obat yang ia tak
tahu sehingga ingatannya berubah menjadi lupa dengan
kejadian yang sudah-sudah-Dugaannya si bocah tepat benar,
hanya ia tidak tahu obat apa namanya yang begitu mujizat
untuk menguasai Eng Lian yang biasanya sangat benci pada
Ang Hoa Lobo-

"Berani sekarang kau menyebut nama guruku lagi ?" tanya


Kim Coa siancu, suaranya agak ramah, mukanya juga sudah
mulai tersenyum-

"Kenapa tidak berani ?" sahut Lo In, heran juga ia


mendengar pertanyaan si gadis-

"Coba kau katakan, kalau kau ber...."

Putus kata-katanya Kim Coa siancu lantaran dibikin lagi


meluap amarahnya ketika Lo In memotong, katanya,

"Ang Hoa Lobo, Ang Hoa Lobo, nenek jahat "


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Anak hitam kurang ajar Kau berani? "

berbareng serangan dahsyat telah diulangi lagi. Angin


sambaran tangannya Kim Coa Siancu sampai berbunyi siut-
siut saking hebatnya ia menggunakan Iwekangnya untuk
menggempur si bocah hitam yang bandel tiada taranya-Pot-
pot kembang, bangunan tembok perhiasan yang ada disapu
oleh angin pukulan Kim Coa siancu.

Lo In diam-diam berpikir, gadis di depannya ini betul-betul


sudah jadi gila. Tapi ia yakin benar si gadis jelita adalah enci
Eng Liannya. Bagaimana pun, ia harus menolong sang enci
yang diperalat oleh Ang Hoa Lobo, si nenek jahat. Tapi
bagaimana akalnya ? Sembari menangkis dan berkelit dari
serangan si Dewi ular Emas, diam-diam Lo In mencari cara
untuk menolong Eng Lian dari kehilangan ingatannya.

Tiba-tiba ia ingat sesuatu. Romannya berubah kegirangan.


Entah apa yang diingat si bocah yang mendadak membuat
Romannya berubah kegirangan.

Sementara itu Kim Coa Siancu sudah lelah dengan


sendirinya karena semua serangan hebat yang meminta
banyak tenaga sia-sia saja, tidak ada hasilnya. Lo In masih
terus melayani dengan penuh kesabaran.

yang membikin si Dewi ular Emas tidak mengerti, kenapa


serangan yang begitu dahsyat tidak dibalas oleh Lo In. Ia ingin
menyerang dengan Bu im in coa ialah senjata rahasia Cap ular
Tanpa suara, tapi si bocah tidak berdosa besar. Bagaimana ia
bisa berlaku kejam membunuh orang yang tidak berdosa
besar ?

Pikirnya ia mesti ganti taktik berkelahinya, kalau tidak la


akan lemas sendiri, menggempur lawan dengan tenaga penuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tapi tidak berhasil. Baru ia memikir akan ganti taktik, ia


mendengar si bocah berkata,

"Enci Lian, apa kau masih belum mau menyerah pada


adikmu ?"

"Siapa enci Lianmu ?" bentak Kim Coa Siancu. Sekaligus ia


menyerang dengan tenaga penuh lagi sampai pohon di
depannya bergoyang-goyang, akan tetapi si bocah mendadak
sudah lenyap dari hadapannya.

" Celaka " seru Kim Coa siancu, nampak si bocah ganti
taktik,

Hatinya berdebaran, kuatir dirinya akan dipermainkan Lo In


seperti yang dialami oleh Tui Hun Lolo. Baru ia memikir ke
situ, tiba-tiba ia merasa kupingnya ditowel dari belakang, Ia
berbalik cepat tapi Lo In lebih cepat lagi memutar ke
belakangnya, sekarang, pipinya kena dicolek-

Colek bukan sembarang colek seperti lagunya Titik


sandora.

"Anak hitam kurang ajar amat hah " teriak Kim Coa siancu,
parasnya semu merah karena dicolek pipinya oleh si nakal.

"Enci Lian, kalau kau belum mau menyerah kalah, jangan


sesalkan adikmu berlaku keterlaluan." kata Lo In sembari
ketawa haha hihi di belakang si gadis.

Panas hatinya Kim Coa siancu, sambil memutar tubuh ia


membentak,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Nih, rasakan" laksana kilat menyambar Bu im in coa lepas


dari tangannya si Dewi ular Emas, senjata rahasia yang
sangat ganas.

Kalau sudah keluar senjata rahasia Cap ular itu adalah


tanda bahwa pemiliknya sudah sangat marah- Tadi, Kim Coa
siancu sebenarnya tidak mau gunakan senjata dahsyatnya itu,
akan tetapi ketika merasa dirinya dipermainkan Lo In dengan
sangat kurang ajar dengan menowel kuping dan mencolek
pipinya, ia jadi merubah niatannya. Tanpa banyak pikir lagi ia
sudah gunakan senjata rahasianya itu.

Hanya mengkredep remang-remang melesatnya Bu im in


coa, orang yang tiada sangka itu adalah senjata rahasia yang
sangat berbahaya. Cuma saja Kim Coa siancu ketemu Lo In,
Hek-bin-sin-tong atau si Bocah sakti Muka Hitam yang
kepandaiannya susah diukur- Maka berapa banyak juga
senjata ganasnya itu dilepas, tak akan dapat menemukan
sasarannya hingga Kim Coa siancu sangat cemas hatinya-

Makin ia ngawur melepas senjata rahasianya, makin sering


pipinya kena dicolek Lo In. saking jengkel Kim Coa siancu
kepingin menangis digodai Lo In. Habis daya dia- Akhirnya ia
berdiri menjublek kecapaian.

Lo Injuga sudah hentikan 'olok-olokannya'- sekarang ia


berada di depan si Dewi ular Emas sambil cengar cengir
ketawa-

"Menyebalkan anak hitam ini " kata Kim Coa siancu dalam
hatinya-

senyumannya yang manis memikat sudah lenyap entah


kemana tahu, sebaliknya mukanya cemberut memandang
pada Lo In. bernas betul dia, kepingin dia mencengkeram
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berantakan muka si bocah hitam. Tapi apa daya ? Tenaga


sudah habis, senjata rahasia yang sangat ampuh sudah
diobral habis, hanya tinggal sepasang ular kesayangannya.- Ia
tidak berani sembarangan melepaskan sepasang ular
emasnya, takut kena dibunuh oleh Lo In jika ia serangannya
luput dari sasarannya.

Dalam kebingungan, tiba-tiba ia rasakan dirinya dipeluk-


Itulah si bocah nakal Lo In yang memeluk erat dirinya.

"Bocah gila, kau berani menghina siancu " bentaknya,


seraya ia berontak hendak loloskan tubuhnya.

Ini sebenarnya adalah taktik Lo In, yang membuat ia


bersenyum kegirangan tadi-

Biasanya kalau Eng Lian dalam olok-olok kena dipeluk, si


nona suka mencubit keras-keras lengannya. Pada waktu
demikian ia tidak menggunakan Iwekang, dibiarkan cubitannya
si nona supaya cubitannya mempunyai bekas matang biru,
dengan maksud untuk menyenangkan hatinya Eng Lian.

Ia bukannya mau kurang ajar, tapi perbuatan itu sering


membikin lawannya seram kalau tidak mengetahui tabiatnya
yang polos jujur.

Begitulah Lo In mau pancing Kim Coa siancu supaya


mengaku bahwa dirinya adalah enci Eng Liannya yang dicari,
Ia mengharap cubitannya si nona, tapi...

"Aduuuh " sekonyong-konyong si bocah berteriak


mengaduh karena dengan tiba-tiba Kim Coa siancu menggigit
sekerasnya hingga gigitannya si nona tertanam pada daging
lengannya-Lo In dan mulut si nona belepotan darah sewaktu ia
melepaskan gigitannya. Tinggal si bocah kesakitan teraduh-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aduh seraya pegangi tangannya dan semetar itu pelukan pada


tubuhnya Kim Coa siancu juga dilepaskan.

Lo In tidak semudah itu dapat digigit dagingnya. Kalau si


bocah gunakan Bian-kang (tenaga lunak), maka Kim Coa
siancu bakal bukan menggigit daging tapi menggigit kapas
rasanya. Tetapi karena Lo In sedang tiada siaga sehingga
gigitan siancu itu yang tak disangka-sangka tak dapat
dihindari. Tidak heran kalau Lo In teraduh-aduh. salahnya
sendiri. Mau mancing cubotan akhirnya kena gigitan.

Kenapa Kim Coa siancu menggigit kaya anjing gila ?


Karena ketika ia meronta-ronta, buah dadanya kena ketekan.
otomatis timbul reaksi seperti tempo hari Toan Bi Lomo siauw
Cu Leng mau permainkan cuisian, tetapi belum berhasil sudah
kena digigit hingga hilang ingatannya dan lupa akan dirinya
siapa, seperti orang linglung.

Apakah Lo In juga akan jatuh dibawah pengaruhnya Kim


Coa siancu seperti Lengkoan Giok Lie dan Hek houw Ma
Liong tempo hari ? Entahlah, sebab sampai sebegitu jauh si
bocah sakti hanya mengusap-usap lengannya yang kesakitan
sambil matanya mengawasi si Dewi ular emas yang cekikikan
ketawa.

Nona Teng dari atas paseban yang sudah berhenti


menjerit-jerit merasa sangat lucu menyaksikan adegan yang
terjadi di bawah paseban. nampak Lo In digigit oleh Kim Coa
siancu teraduh-aduh dan si nona cekikikan ketawa, Leng siong
juga menekap mulutnya yang mungil untuk menahan ketawa
gelinya.

setelah cekikikan ketawa enak, Kim Coa siancu berkata


pada Lo In,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Anak Hitam, enak ya kena siancu gigit. Makanya, jadi


orang jangan kurang a...."

Tiba-tiba saja Kim Coa siancu terputus omongannya,


sedang tubuhnya terkulai roboh hingga Lo In kaget dan cepat
menyangganya hingga si nona tidak sampai jatuh ke tanah.
Kembali siancu dalam pelukan Lo In, si nakal.

Kali ini Lo In tidak nakal, malah kaget ia sebab Kim Coa


siancu matanya mendelik terbalik seperti yang kesurupan,

"Enci Lian, enci Lian, kau kenapa ?" tanya Lo In sambil


goyang-goyang tangannya Kim Coa siancu. Tidak tahu ia apa
yang harus diperbuatnya untuk menolong siancu.

"Enci Leng siong kemari " teriak Lo In ketika melihat Kim


Coa siancu keadaannya menguatirkan dalam pelukannya.

Leng Siong mendengar panggilan Lo In lantas mau turun


dari paseban tapi tidak jadi sebab melihat Lo In sudah
melayang bagaikan burung membawa Kim Coa siancu dan
menclok di paseban.

Lo In rebahkan Kim Coa siancu di atas bangku panjang.

"Enci Leng siong, lekas tolong dia " kata Lo In gugup,


seraya tangannya mengoyang-goyang pipinya Kim Coa siancu
yang sedang tidak sadarkan diri

Leng siong sudah datang dekat,

"Enci Lian, enci Lian...." si nona memanggil, ketularan


panggila Lo In kepada Kim Coa siancu. si Dewi ular Emas
tidak ingat orang, Ia rebah dalam pingsan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang membuat Lo In dan Leng siong menjadi sangat kaget,


nampak mulutnya si Dewi ular Emas mengeluarkan busa,
sedang matanya mendelik ketakutan.

"ai, enci Lian, kau kenapa ? uh... uh... uh...." Leng siong
menangis seraya peluki tubuhnya Kim Coa siancu yang
mulutnya berbusa dan matanya mendelik menakutkan. Tapi
Leng siong tidak takut, malah tangannya yang halus dipakai
mengusap-usap mukanya Kim Coa siancu, mulutnya kemak
kemik berdoa memohon supaya matanya siancu jangan
mendelik saja. Benar saja permohonannya terkabul sebab
dengan perlahan-lahan si Dewi ular emas telah memeramkan
matanya. Mulutnya yang sudah dibersihkan dari busanya oleh
Leng siong, tampak menyungging senyuman seakan-akan
sedang mengimpi dalam enak tidur.

"Adik kecil, kenapa kau diam saja, bukan memanggil Taysu


datang kemari ?" tegur Leng siong ketika melihat Lo In berdiri
mematung di dekatnya.

seperti yang baru sadar, Lo In mengiakan lalu angkat kaki


hendak berlalu tapi tak jadi sebab Kim Wan Thauto dengan
diiringi Lima Harimau sudah kelihatan mendatangi. Dari jauh
Lo In sudah berteriak.

"Toako, toako, lekas kemari "

Kim Wan Thauto terkejut mendengar panggilan Lo In, maka


dengan dua tiga lompatan saja ia sudah meninggalkan
suyangtin Ngo Houw kemudian dengan satu enjotan enteng,
tubuhnya sudah berada di paseban.

"Anak In, ada apa ?" tanyanya.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi Lo In tidak menjawab hanya lari menghampiri Kim Coa


siancu yang rebah diatas bangku panjang dimana kelihatann
Leng siong dengan menangis.

"Ai, ada apa dengan anak Hiang ?" berkata Kim Wan
Thauto seraya datang dekat pada bangku diatas mana ada
rebah sesosok tubuh wanita.

Kurang begitu terang keadaan disitu Maklum, sang


rembulan saban-saban digodai oleh melayangnya bayangan
gelap hingga saban-saban ia ketutupan. Kim Wan Thauto
berdebaran hatinya, ia lalu menanya,

"Anak In, kenapa dengan anak Hiang ?"

"Toako, dia bukan......bukan enci Hiang." sahut Lo In rada


gugup,

" Habis siapa ?" tanya Kim Wan Thauto seraya datang lebih
dekat untuk mengenali, Ia memandang pada wajah Kim coa
siancu, ia tidak kenal. Wajahnya sangat cantik, lebih cantik
dari Bwee Hiang. Cuma pakaiannya agak janggal. serba tipis,
takpantas dipakai oleh wanita-wanita sopan.

Kapan ia tegasi lagi wajah si Dewi ular emas, tiba-tiba Kim


Wan Thauto terkejut, juga Teng Hauw yang sudah ada disitu
menyaksikan hatinya berdebaran.

"Hai, mukanya mirip benar dengan Leng siong " kata Kim
Wan Thauto-

"Ya, seperti pinang dibelah dua." menimpali Teng Hauw


yang sedari tadi memang mau berkata akan tetapi telah
didahului oleh Kim Wan Thauto-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Siapa dia, anak In ?" tanya Kim Wan Thauto-

Dasar anak nakal, bukannya menjawab malah ia berbalik


menanya,

"Coba terka siapa dia, toako ?"

"Kim Coa siancu....." nyeletuk Leng siong dikala Kim Wan


Thauto mau mengatakan tidak kenal.

"Kim Coa siancu ?" Kim Wan Thauto mengulangi dengan


kaget,

"ya, betul katanya enci Leng siong." menetapkan Lo In.

"Bagaimana dia bisa jadi begini ?" tanya Kim Wan Thauto
heran. Lo In dan Leng siong bergilir bercerita secara ringkas.

"sebaiknya siancu dibawa ke dalam rumah untuk kita


periksa lebih jauh-" kata Kim Wan Thauto yang segera
dibenarkan oleh orang banyak.

"sekarang, cara bagaimana membawanya siancu ke sana


?" Leng siong tentu tidak kuat, maka Kim Wan Thauto melirik
pada Lo In, katanya,

"Anak In, kau yang bawa dia ke rumah-Hayo, lekas


kerjakan" ia pun lantas bertindak mendahului yang lainnya,
disusul oleh Leng siong dan Lo In yang memondong Kim Coa
siancu-

Di lain detik mereka sudah ada dalam rumah Teng Houw-


Kim Coa siancu direbahkan di atas sebuah dipan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Wan Thauto aad tahu juga dalam urusan pengobatan,


maka ia lalu memeriksa nadinya Kim Coa siancu yang masih
terus seperti orang pulas.

"Celaka, kenapa aku tolol benar " tiba-tiba Lo In berkata


seraya ketuk kepalanya sendiri ketika melihat Kim Wan Thauto
memeriksa nadinya si nona. "Kenapa kau bilang begitu, anak
In ?" tanya Kim Wan Thauto-

"Ah, tidak apa-apa-" sahutnya, sebenarnya ia mau


mengatakan kenapa ia lupa tadi tidak memeriksa nadinya Kim
Coa siancu. sedang ia tahu banyak dalam urusan pengobatan,
warisannya Liok sinshe- Ia mau menerangkan terus terang
apa maksudnya ia berkata

"celaka" tadi tapi ia malu. Maka ketika ditanya Kim Wan


Thauto, ia hanya kata tidak apa-apa.

Kim Wan Thauto menerukan pemeriksaannya.

"Ah, siancu tidak apa-apa. Cuma barusan terlalu banyak


mengeluarkan tenaga, badannya jadi sangat letih dan jatuh
pingsan. Anak In, kau keterlaluan menggodai orang sampai
siancu kepayahan. Kalau dia kenapa-kenapa siapa yang harus
bertanggung jawab ? Kau, bukan ? Dia toh enci Lianmu kau
bilang " berkata Kim Wan Thauto pada Lo In, ia menegur
halus.

Lo In diam saja- Ia merasa salah rupanya sebab biasanya


ia paling cepat menangkis kata-kata orang- Memang, ia sendiri
menyesal. Tahu begini akibatnya, terang ia tidak akan
lakukan. Kalau enci Eng Liannya sampai tidak bisa ketolongan
jiwanya, siapa yang akan menanggung sedih ? Bukankah
dirinya sendiri yang menderita ?
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam tergesa-gesanya, tiba-tiba ia mendengar Kim Wan


Thauto menanya,

"Anak In, bagaimana dengan anak Hiang ? sampai


sekarang dia belum kelihatan pulang "

Lo In seperti tersadar,

"ya, betul. Kemana perginya enci Hiang ? Biar aku pergi


cari-" kata si bocah, kakinya juga sudah lantas digeraki untuk
berlalu dari situ.

Kemana ia harus mencari si nona, ia tidak tahu. Ia hanya


menuruti saja kemana kakinya membawa dirinya.

sambil mengikuti kakinya membawa dirinya, pikiran Lo In


selalu melayang pada Kim Coa siancu. Pikirnya, apakah
sekarang dia sudah mendusin ? Apa tidak mendapat kesulitan
apa-apa dengan pingsannya yang mendadak? Ia jadi
kebingungan sendiri karena ia bertugas mencari Bwee Hiang
sedang hatinya kecantol oleh Kim Coa siancu di rumahnya
Teng Hauw.

Entah kemana perginya Bwee Hiang sebab dicari sampai


dekat pagi, belum dapat diketemukan jejaknya. Lo In balik ke
suyang tin.

Ketika berjumpa dengan Kim Wan Thauto yang sudah


bangun pagi-pagi, Lo In ditanya bagaimana hasilnya mencari
Bwee Hiang. Lo In hanya angkat pundak- Katanya,

" Aku sudah menggunakan ginkang ke sana sini mencari


tapi enci Hiang tidak ketemu."

Kim Wan Thauto menghela napas mendapat jawaban itu.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sekarang bagaimana tindakanmu, anak In ?" tanya Kim


Wan Thauto-

"Kita berunding saja bagaimana baiknya, toako Bagaimana


dengan keadaan siancu ? Apa dia sudah siuman dari
pingsannya ketika aku pergi?"

"Belum tapi tidak apa-apa keadaannya-"

"Apa toako yakin benar siancu tidak apa-apa ?"

Kim Wan Thauto tersenyum- Ia lihat Lo In agak gelisah, ia


menghibur,

"Kau jangan kuatir, anak In. Mungkin sekarang siancu


sudah mendusin."

"Dimana dia sekarang ?" tanya Lo In cepat.

"Dia tidur bersama-sama dengan Leng siong." sahut Kim


Wan Thauto-

Lo In anggukkan kepala- Romannya tidak demikian tegang


lagi- Tapi diam-diam ia mengharap akan kemunculannya Kim
Coa siancu pada saat itu di depannya-

Kita tinggalkan dahulu Lo In yang menantikan


kemunculannya Kim Coa siancu dan marilah kita melihat pada
Bwee Hiang. Kemana sebenarnya si nona sudah pergi ? Ia
menyusul Lo In dengan sia-sia saja, sebab ginkangnya kalah
jauh-Hatinya merasa cemas tatkala tak dapat menyusul adik
kecilnya.

"Kemana adik kecil sudah pergi ?" tanya dalam hatinya.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Untuk meneruskan larinya menyusul Lo In, hatinya kuatir


nanti ia akan kesasar jalan. Pikirnya, ada lebih baik kembali
saja ke suyangtin. Disana ia menantikan baliknya Lo In. Ia
tidak kuatir adik kecilnya dapat bahaya karena ia percaya 100
persen adik kecilnya ada sangat cerdik dan tinggi
kepandaiannya.

Ia putar tubuhnya hendak kembali, tapi kemana ia harus


ambil jalan ?

Ia jadi kebingungan kehilangan jalan kembali. Maklumlah ia


dibesarkan dalam rumah mewah sebagai anak gadis seorang
kaya raya. Kecuali berkunjung kepada sanak Iamili, belum
pernah ia bertindak jauh dari rumahnya. Kini ia berada di
pegunungan yang sunyi, jalan sendirian di waktu malam
demikian, rasa takut telah mencekau hatinya, oleh karenanya,
ia lari sebisa-bisanya saja, tak tahu kemana tujuannya tapi
dalam hati diam-diam ia berdoa supaya kakinya membawa
kejalan yang betul kembali ke suyangtin.

"sayang aku tidak membawa pedang." katanya dalam hati.

"Kalau tidak, dapatlah pedang itu dipakai kawan dalam


kesunyian malam ini."

Baru saja ia mengingatkan akan pedangnya yang


ketinggalan di suyangtin, tiba-tiba terdengar suara bentakan,

"Berhenti "

Berbareng berlompatan keluar tiga orang gerombolan yang


mukanya bertopeng. Bwee Hiang kaget mendengar bentakan
itu, ditambah lagi dirinya dihadang oleh lima orang, semua
wajahnya pada memakai topeng hitam. Tiga orang tadi yang
melompat keluar dari gerombolan pun sudah tiba di situ, jadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ada 5 orang yang mengurung si nona dalam ketakutan, Ia


tabahkan hatinya, menanya,

"Kalian ada urusan apa menghadang dalam perjalananku


?"

"Urusan sudah tentu ada, makanya tadi aku suruh kau


berhenti, hahaha " sahut orang yang membentak tadi-

Bwee Hiang tidak senang melihat orang berlaku kurang


ajar, sebelum ia menyemprot dengan kata-kata tajam, ia
didahului oleh salah satu gerombolan yang lain, katanya,

"Nona manis, kau dari mana dan mau kemana ? Malam-


malam keluyuran, kukira kau adalah setan wanita yang
gentayangan dipegunungan....."

"Tutup bacotmu " bentak Bwee Hiang memotong bicara


orang.

"Aduh, galak betul ya " menimbrung yang lainnya.

"Galak sih memang galak, cuma..."

"Cuma apa ? Coba katakan, cuma apa ?"

"Cuma seorang wanita, apa perlunya galak-galak, hahaha "

"Wanita... dan wanita itu ada dua macam."

"Ah, kau ini ada-ada saja, dua macam bagaimana sih ?"

"Dua macam Ada wanita jelek- ada wanita.... ehm, yang ini
sih-— "

Demikian, 5 orang itu saling sahutan berkata membuat si


nona tak punya kesempatan untuk menyemprotkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

amarahnya- tapi, ketika orang mengatakan ada "5 macam


wanita", kegusarannya sudah luber dari takaran. Tanpa pakai
kata-kata lagi, kepalannya langsung berbicara hingga seorang
diantaranya yang paling ceriwis dan paling depan berdirinya
sudah kena bogem mentah si nona dan kontan terpelanting
beberapa tindak hingga Bwee Hiang ketawa ngikik melihat
orang merangkak-rangkak dengan susahnya hendak bangun
lagi-

"Hei, kau berani pukul kami punya Lak-ko? Aduh...."

Kembali orang yang berteriak itu jadi makanan kepalan si


nona. Ia terpelanting seperti temannya barusan.

"Hehehe, kau jagoan betul nona," kata seorang yang lain,


yang maju ke depan.

Kepadanya Bwee Hiang juga mau kasih hajaran.


Kepalannya melayang seperti tadi, tapi ia kecele karena orang
itu sudah dapat bekelit dengan bagus, sambil katanya,

"Lakko dan Jiko kau bisa sesukamu, tapi terhadap aku


Citko dari 'sip sam siao mo', hehe "

Disekitar pegunungan Pek-kut-nia memang sudah lama


ada muncul kawanan pemuda yang kerjanya mengganggu
ketentraman penduduk- Mereka berkeluyuran di waktu malam
untuk mencari mangsanya, sedang di waktu siang mereka
dijadikan malam untuk tidur seharian. Kawanan pemuda itu
umur yang paling tua antara 21 tahun dan paling muda 25
tahun, semuanya ada 13 orang yang mereka namakan 'Sip
sam siao mo' atau " 13 Iblis cilik', semuanya ada
berkepandaian silat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lucunya cara mereka merunutkan kepandaian masing-


masing. Biasanya orang runutkan yang atasan ada lebih
pandai dari yang bawahan, akan tetapi "Siao sam siao mo' lain
dari yang lain. Mereka pakai sistem ganjil ialah nomor 1 paling
tinggi kepandaiannya, lalu ke-3, ke-5 dan seterusnya.Jadi
yang nomor 3,4 dan lain-lainnya yang nomor genap
kepandaiannya lebih rendahan dari nomor ganjil. Entahlah,
apa maknanya mereka atur demikian. Akan tetapi yang terang,
perbuatan-perbuatan mereka ada menyusahkan pada
penduduk di sekitarnya, sudah masuk pengaduan pada yang
berwajib tentang adanya gangguan itu dan oleh yang berwajib
sudah dikirim beberapa orang untuk mengatasinya, tapi
hasilnya nihil. Bukan saja yang berwajib kewalahan, malah
ada beberapa orangnya yang tidak pulang kembali dan
mayatnya kedapatan busuk di tengah jalan, oleh karenanya,
yang berwajib belakangan ini 'belagak pilon' saja terhadap
gangguan dari 'sip sam siao mo', meskipun banyak pengaduan
yang diterimanya dari banyak penduduk.

Lain kelucuan adalah cara 'sip sam siao mo' dalam cara
saling memanggil, tidak ada perkataan 'te' (adik), hanya yang
dipakai 'ko' (kakak), umpanya si toako (kakak yang tua)
memanggil pada saudaranya yang ke-3, mestinya samte (adik
ketiga), ia memanggil samko (kakak ketiga).

Nama-nama aslinya sudah mereka hapus hingga orang


yang kenal dengan mereka juga memanggil sama seperti
mereka sebut dalam persaudaraannya.

Bwee Hiang melihat serangannya gagal, ia jadi heran juga.


Tapi ia tidak takut, malah ia ketawa ngikik ketika mendengar si
Citko perkenalkan dirinya dari 'sip sam sio mo' dengan
bangga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"hei, kenapa kau tertawa ?" tanya Citko heran.

"Aku tertawakan kau barusan menyebut 'Sip sam siao mo'.


Kurang pantas nama ini bagi kalian, masa dipanggil iblis cilik.
Kalau iblis itu biasanya orang yang sudah tua atau kakek-
kakek."

"Hehehe, tahu juga si manis." kata Citko ketawa. Entah


bagaimana tampangnya saat itu sebab ia memakai topeng.

"Kalau pakai nama yang pantas, tak usah berabe pakai


topeng segala." berkata Bwee Hiang, sedikltpun ia tidak
unjukkan roman takut pada mereka. "Coba kau sebutkan
nama apa yang pantas untuk kami orang " kata Citko.

"oo, mudah saja. Cuma apa hadiahnya kalau aku kasih


nama yang bagus ?"

"Hadiahnya mudah saja, kami tidak akan perlakukan kasar


padamu."

"Maksudmu ?" Bwee Hiang menegas.

"Kalau kau kami tangkap, tak akan diperlakukan kasar


"sahut Citko.

Kawan-kawan citko semua pada bergembira mendengar


tanya jawab si gadis dan citko, terutama yang menarik
perhatian mereka adalah gayanya si gadis dan romannya yang
cantik.

"Bagus," kata Bwee Hiang.

"Sekarang aku namakan...."


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lekas kau sebutkan nona manis," Citko makin 'empuk'


suaranya. Rupanya mengira si gadis ada 'sir' (naksir)
kepadanya, ia maju satu tindak mendekati.

"Sebagai gantinya 'Sip sam siao mo', kau pakai 'Sip sam
siao kay', hihihi......"

"Kurang ajar" bentak Citko, marah betul dia.

Kiranya si nona ganti nama 'Sip sam siao mo' menjadi 'Sip
sam siao kay' atau artinya '13 pengemis cilik' sehingga
membuat Citko iadi sangat marah.

Bwee Hiang sih benar-benar keterlaluan, masa nama yang


ganteng '13 iblis cilik' diganti jadi '13 tukang ngemis', tidak
heran kalau omongannya menerbitkan kemurkaan bukan saja
pada Citko, tapi juga pada lain-lain saudaranya.

"Kau menghina, berani kau menghina 'sip sam sio ma' ?


Hm Rasakan ini" kata Citko berbareng ia ulur tangannya
menjotos ke muka si nona.

Bwee Hiang tidak menangkis, hanya ia berkelit ke kiri


Tangan tangannya berbareng menyambar kepalan citko Tapi
Citko tahu adanya bahaya, cepat tarik pulang kepalannya.
Kaki kirinya digeser maju dengan menggunakan tipu 'Siao
khauw tek ko' (Anak monyet petik buah), dengan kurang ajar
tangan kirinya diulur hendak mencomot buah dada si nona.
Tapi sebelum tangan sampai pada sasaran, dengan manis
Bwee Hiang mengelak, berbareng tangan kanannya yang
dibeber telah telah memotong dari samping.

"Aiyoo " teriak citko karena lengan tangannya yang nakal


yang hendak gerayangi tetek orang kena dibacok oleh tangan
Bwee Hiang yang keras.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Citko berteriak sambil lompat mundur kesakitan, Ia merasa


lengannya seperti terkutung disabat golok- bukan main
sakitnya. Matanya melotot mengawasi sigadis yang
tersenyum-senyum mengejek kepadanya.

Mengetahui musuh-musuhnya hendak berlaku kurang ajar


atas dirinya, maka Bwee Hiang rubah taktik berkelahinya.
Ketika ia diserbu oleh anak-anak muda berandalan itu, ia
hanya menggunakan kegesitannya hingga maksud mereka
untuk menangkap si nona saban-saban kecele.Jangankan
orangnya ketangkap, sedang ujung baju si nona saja, mereka
tidak bisa sentuh.

Sekarang mereka baru tahu kalau si nona kepandaiannya


jauh lebih tinggi dari mereka. Tak dapat mereka melakukan
pengepungan begitu saja, perlu meminta bantuan senjatanya.
Bwee Hiang melihat gerakan mereka yang pada mencabut
senjata.

Bagaimana ? Apa ia juga perlu pakai senjata atau lawan


terus dengan tangan kosong ? sayang Lo In tidak ada
disampingnya. Kalau si bocah wajah hitam itu ada
disampingnya, tentu dapat menilai lawan punya kepandaian
tinggi rendahnya.

Untuk membikin dirinya lebih aman, memang perlu ia


pegang senjata. Dimana ia bisa dapatkan itu? Matanya melirik
pada Citko yang masih berdiri bagaikan patung. Dengan satu
lompatan gesit, sebelum Citko bergerak, tahu-tahu pedangnya
sudah pindah di tangan si nona, bukan main gusarnya dia-

"Jangan kasih lolos wanita liar itu Hayo terus tangkap dia,
hidup atau mati " Citko teriaki kawan-kawannya dengan sengit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hihihi-.. mau tangkap nonamu? Tanya dulu pada kawan


saya " kata si nona.

Citko dan saudara-saudaranya kaget mendengar si nona


menyebutkan 'kawan saya', kalau begitu si nona ada
membawa kawan, citko membentak.

"Mana kawanmu ? Lekas suruh turun ke sini berkelahi"

"Ini kawanku" sahut si nona ketawa seraya acungkan


pedang yang dapat dirampas dari Citko.

Meluap amarahnya Citko dan kawan-kawannya.

"serbu serbu " mereka saling berteriak keras hingga


kesunyian sang malam untuk beberapa detik lenyap.

Kalau dengan tangan kosong Bwee Hiang tidak gentar,


apalagi sekarang ia menggunakan pedang. Terang hatinya
makin mantap.

setelah terdengar treng treng trong beberapa kali, lalu


disusul dengan jeritan mereka yang terluka, dalam tempo
sedikit saja si nona sudah merobohkan 6 orang diantara 8
orangnya 'Sip sam siao mo'. Restan 2 orang itu adalah Citko
dan jiko yang melihat gelagat tidak menguntungkan, sudah
lantas undurkan diri dari pengeroyokannya atas dirinya si
gadis jagoan.

Tampak Bwee Hiang berdiri tersenyum-senyum mengawasi


korban-korbannya yang rebah malang melintang. Kemudian ia
menghampiri Citko danjiko yang tak dapat melarikan diri
karena kakinya lemas.Jiko yang paling ketakutan dihampiri si
nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Pedangmu boleh juga. Mari kasihkan sarungnya sekali."


kata Bwee Hiang pada Citko dengan roman sungguh-
sungguh-

citko tidak menyahut, ia hanya mendengus dan buang


muka-

Tiba-tiba ia rasakan ada berkelebat bayangan di dekatnya-


Ketika ia mengawasi lagi ke arah si gadis, tampak Bwee Hiang
sedang berseri-seri sambil memasukkan pedang ke dalam
sarungnya. Citko cepat raba pinggangnya, ternyata sarung
pedang sudah tidak ada lagi di tempatnya, sudah ada di sana,
di tangannya si nona.

sambil menggantung pedang di pinggangnya, Bwee Hiang


berkata,

" Nona mu belum tahu sampai dimana kejahatan kalian,


maka untuk sementara kau ampunkan dulu. Kapan nanti aku
dengar kejahatan kalian yang bukan-bukan, tentu akan aku
datangi sarang kalian dan mengubrak-abriknya "

Bwee Hiang tutup perkataannya dengan memutar tubuh


hendak meninggalkan tempat itu. Belum berapa jauh ia
bertindak, tiba-tiba ia merasakan ada angin ke arahnya, cepat
ia mendak dan tangan bajunya mengebas ke belakang.

"Aiyoo " terdengar teriak Citko dan tubuhnya roboh untuk


tak bangun lagi.

"Hihi, mau main senjata gelap ?" kata si nona dengan suara
tawar.

Citko diam-diam sangat gemas pada Bwee Hiang. Tidak


rela ia dikalahkan si nona. Maka, tatkala Bwee Hiang bertindak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

belum jauh, ia sudah keluarkan senjata pelurunya sebesar


telur ayam. Ia memang pandai mainkan senjata rahasia
demikian, dapat melepaskan saling susul. Biasanya ia sangat
bangga dengan kepandaiannya itu. Tapi kali ini kena batunya.
Apa boleh buat ia ketemu Bwee Hiang murid jago cilik kita Lo
In. Tidak sembarangan dapat dibokong orang.

Demikian, ketika peluru datang dekat, di kebas balik oleh


tangan bajunya si nona sehingga tepat mengenakan
tenggorokannya Citko. Ini yang disebut senjata makan tuan,
sebab Citko roboh terus melayang jiwanya.

Jiko nampak saudaranya yang ke-7 roboh dihajar pelurunya


sendiri menjadi sangat sedih, berbareng ia juga takut terhadap
Bwee Hiang, Ketika ia hampiri si nona badannya menggigil,
malah saking takutnya ia roboh pingsan.

"Hm sebegini saja nyalinya orang sip sam siao mo ?" Bwee
Hiang mendengus ketika melihatjiko roboh pingsan sebelum
ditanya olehnya.

Ia kemudian mendekati yang lain-lainnya, yang pada rebah


terluka dan merintih-rintih- semua nyalinya pada ciut, malah
ada yang minta-minta ampun ketakutan di bunuh.

Bwee Hiang pikir, orang-orang itu semua hanya 'gentong


nasi' alias tidak berguna, maka ia lalu tinggal pergi.

Ia gunakan jalan cepat. Belum berapa lama ia ingat


sesuatu, lantas merandek dan kemudian putar tubuhnya balik
lagi ke tempat tadi. Ternyata disanan sudah tidak ada orang-
orangnya 'Sip sam siao mo'. Ia banting-banting kaki, menyesal
atas ketololannya. Kiranya ia balik lagi hendak menanyakan
jalan ke jurusan Suyangtin, harus ambil jalanan yang sebelah
mana. Dengan lesu ia bertindak pergi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di pinggir-pinggir jalanan banyak gerombolan rumput


alang-alang dan pohon-pohon lebat, sangatlah menyeramkan
di waktu malam. Maka iajalan dengan waspada.

Tiba-tiba kupingnya mendengar keresekan, seperti orang


jalan diantara gerombolan alang-alang, Ia jalan terus belagak
pilon.

"Nona manis, mau kemana ?" tiba-tiba orang bertanya.


Berbareng Bwee Hiang diserang dari dua jurusan kiri dan
kanan- oleh dua orang yang juga mengenakan topeng.

Mereka sangat gesit. Tapi Bwee Hiang lebih gesit lagi


sebab serangan mereka tanpa hasil. Si nona sudah enjot
tubuhnya melayang ke depan kira-kira dua tombak, di mana ia
tancap kaki seraya melolos pedangnya.

Dua orang tadi ternyata punya keberanian untuk


menghadapi si gadis. Ternyata mereka bukan termasuk
rombongan citko tadi yang sudah dikasih hajaran dan
terampun-ampun. Ketika mereka datang dekat, Bwee Hiang
membentak,

"Manusia hina, kalian mau bikin susah nenekmu "

"Hahaha " satu diantaranya tertawa terbahak-bahak,


suaranya macam gembreng pecah, tidak enak di dengar,

"samko dan Kiuko sudah sampai, alamat jelek untukmu "

samko dan Kiuko ialah si nomor 3 dan nomor 9 yang


terkenal paling tinggi kepandaian silatnya maupun ilmu entengi
tubuhnya diantara ke 13 iblis cilik itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kalau mereka berkata dengan temberang barusan,


memang wajar sebab banyak korbannya yang ketemu 3 orang
itu belum pernah dapat meloloskan dirinya-

"Hehe, dari 'Sip sam siao mo' lagi ? " si gadis menjengak-

"Tidak salah, nona manis-" sahut Kiuko, seraya cengar


cengir tertawa- Entah bagaimana roman mukanya pada saat
itu lantaran ketutupan topeng. "Kiuko, jangan banyak cakap.
Bekuk saja buat dihadapkan pada toako " kata samko.

"Enak saja kau buka mulut, memangnya nonamu anak


ayam mudah dibekuk ?" si nona berkata sambil mendengus.

"Hahaha " tertawa samko, suaranya lebih keras dari Kiuko


tadi

-"Boleh maju sekaligus dua-duanya " tantang Bwee Hiang.

"Wah, jagoan juga ya " mengejek samko

"Memang jagoan, kalau tidak, mana bisa Citko roboh


ditangannya " kata Kiuko.

"citko kalian sudah menunggu kalian dalam perjalanan.


Lekas maju, supaya bisa sama-sama menghadap Giam-lo-ong
Mari lekas "Bwee Hiang menggapai dengan pedangnya.

samko dan Kiuko marah ditantang si nona dengan jumawa.

si nomor 9 yang tidak sabaran, lantas menyerang dengan


sepasang golok pendeknya.

Trang Trang terdengar beradunya senjata. Bwee Hiang


dengan pedangnya menangkis ke kanan dan ke kiri dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

serangan goloknya Kiuko. Tangkisan disertai Iwekang hingga


Kiuko tergetar dan lompat mundur.

Ia merasakan sakit kedua belah tangannya, hampir-hampir


dua goloknya terlepas dari cekalannya.

"samko, maju " teriaknya seraya kembali menyerang.

Benar-benar samko tidak tinggal diam. Ia maju membantui


kawannya dengan senjata ruyung hingga Bwee Hiang
dikeroyok berdua.

Pertempuran berjalan seru. Dengan pedangnya si nona


kasih perlawanan tangkas dan lincah, tidak mengasih
kesempatan untuk dua lawannya menyerang dengan leluasa.

"Jangan kasih lolos budak liar ini, Kiuko " kata samko.

"Tentu saja. Lolos berarti kita tak dapat muka dari toako"
sahutnya.

"Budak ini wajahnya memang pantas buat jadi istri toako


kita "

"Ah, samko lihai juga matanya ya."

"Toako tentu kegirangan sebab gantinya yang mati, lebih


cantik,"

"Akur saja. Tentu kita dapat muka dan dapat hadiah dari
toako"

Bwee Hiang diam-diam menjadi gusar mendengar ucap


kata dua orang itu. Ia mengerti dirinya mau ditangkap
hidup,hidup untuk dijadikan istri ketuanya yang telah kematian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

istrinya. Ketika samko hendak membuka mulut lagi, Bwee


Hiang mendahului berkata,

"Akan kuselot mulut bocormu Lihat.... "

Berbareng Bwee Hiang gunakan jurus ilmu pedang


kesayangannya ialah 'Bwee hiang boan wan' atau "Harumnya
bunga bwee memenuhi taman". Dalam tempo pendek saja
dua lawannya telah terdesak mundur berulang-ulang.

"Angin keras, burung hong terbang " tiba-tiba samko


berkata pada kawannya.

Itu adalah kata-kata rahasia dari 'Sip sam siao mo' yang
berarti

"Lawan alot, lekas lari1". Kode yang umum diantara


kawanan pemuda bergajul itu. Maka ketika mendengar itu
Kiuko sudah lantas siap-siap menunggu kesempatan untuk
angkat kaki-

"Nona manis, kami tidak ada tempo untuk melayani kau"


berkata samko, berbareng ia melompat ke samping kanan dan
Kiuko ke samping kiri lantas mereka lari dengan berpencar.

"Hm Mau lari?" bentak Bwee Hiang. Tapi ia kebingungan


karena harus menguber lawan yang mana diantaranya,
mereka larinya terpencar-

justru Bwee Hiang dalam sangsi, dua lawan yang ilmu


entengi tubuhnya tidak rendah, sudah menghilang di telah
kegelapan.

setelah berdiri termangu-mangu sejenak, Bwee Hiang


lanjutkan perjalanannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lari belum berapa lama, tiba-tiba ia merandek mendengar


ada orang memanggil,

"Nona manis, nona manis, aku ada disini"

Kapan Bwee Hiang menoleh ke arah orang yang


memanggil, kiranya Kiuko yang sedang berdiri kira-kira sejarak
tiga-empat tombak jauhnya. Bwee Hiang tidak mau kasih hati,
ia cepat menguber tapi Kiuko sudah lari siang-siang dari
tempat berdirinya.

Entah berapa lama Bwee Hiang menguber masuk keluar


diantara pepohonan, Kiuko masih belum kecandakjuga.
Akhirnya ia hentikan larinya dan jalan perlahan-lahan dengan
pengharapan ada orang yang datang pula mengganggu tapi
ternyata tidak ada apa-apa lagi sampai cuaca mulai terang.

Entah dimana sekarang dirinya berada, pikirnya paling


perlu ia mencari rumah orang atau kedai makanan untuk
menanyakan jalan sembari mengisi perutnya yang sudah
berkeruyukan kepingin diisi-

"Ha, disana ada rumah-" ia berkata dalam hatinya tatkala


melihat dari kejauhan ada satu rumah, entah rumah siapa itu-

Bwee Hiang cepati jalannya, di lain detik ia sudah ada


disana. Kiranya disitu terdapat 3-4 rumah, satu sama lain
jaraknya agak berjauhan.

Di waktu pagi-pagi begitu, rupanya penghuni-penghuni


rumah malas bangun. Makanya belum ada orang satu pun
yang kelihatan di pekarangan rumah.

Bwee Hiang dengan perlahan menghampiri sebuah rumah


diantaranya. Ketika ia hendak mengetuk pintu, tiba-tiba ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendengar percakapan di sebelah dalam, Ia tidak jadi


mengetuk pintu, hanya pasang kuping untuk mendengar apa
yang dipercakapkan. Kiranya yang bercakap-cakap itu adalah
suami istri.

"Kita punya dua anak lelaki, bukannya menjadi kebanggaan


orang tua, malah belakangan ini kelakuannya menjengkelkan
saja." kata sang suami seraya menghela napas. Lalu
melanjutkan,

"sia-sia saja aku mendidik mereka dalam ilmu silat sebab


mereka gunakan pada jalan yang salah- Bukannya aku
mendoakan, tapi satu waktu mereka akan menemui bencana
atas perbuatannya itu-"

"Kau ini orang tua apa-" terdengar istrinya memotong.

"Bukannya mendoakan anak-anak hidup selamat senang,


ini malah sebaliknya, mendoakan anak-anak mendapat
bencana. Macam apa kau sebagai orang tua ?"

"Aku sudah katakan, bukannya aku ingin menyumpahnya,


hanya satu waktu mereka pasti akan menemukan bencana
karena perbuatannya yang tidak benar." bantah sang suami,
sang istri terdiam mendengar perkataan suaminya.

"Bukannya membantu orang tua berburu binatang sebagai


nafkahnya, malah masuk perkumpulan. Kalau perkumpulan
yang tujuannya benar, tidak apa. Ini malah masuk
perkumpulan yang tidak benar. Apa nama perkumpulan itu,
kau tahu ?" kembali terdengar lelaki bicara.

"Tentu saja aku tahu." sahut istrinya.

"Apa ?" menanya sang suami, suaranya mendengus.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"sudahlah, kita jangan bicarakan itu"

"Kenapa tidak membicarakan itu, bukankah ini menyangkut


nasib anak-anak kita ?"

"ya, habis kau mau apa ?"

"Aku mau kau turun tangan untuk menyelamatkan anak-


anak kita supaya mereka undurkan diri dari perkumpulan yang
dinamai sip sam siao......."

"Hussttt jangan sebut-sebut itu" memotong istrinya.

Bwee Hiang disebelah luar dapat mendengar dengan tegas


percakapan mereka. Mendengar pembicaraan itu, Bwee Hiang
paham kalau tuan dan nyonya rumah bukan orang jahat,
hanya anak-anaknya yang brengsek ikut-ikutan 'Sip sam siao
mo-'

si nona kembali urung mengetuk pintu, ketika mendengar


yang lelaki bicara pula,

"Aku sudah tua, tambahan sakitan saja. Kalau terus


menerus si Co dan si Kian tidak merubah perbuatannya dan
jadi orang benar, bisa-bisa aku mati lantarn kesal, kau tahu ?"
Istrinya tidak kedengaran memberikan sahutannya.

"Coba kau pikir," kata sang suami lagi.

"sampai begini begini hari kemarin sore belum juga pulang,


apa-apa anak-anak kita itu ? Ini gara-gara temannya si Kim
dan si Goan yang ajak-ajak mereka masuk jadi anggota dari
sip sam siao....."

"Hussttt " memotong istrinya.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

" orang kata jangan sebut-sebut itu, masih juga mau


diulangi. Apa kau tua bangka ini sudah bosan hidup ?"

"Aku sudah tua, paling-paling juga aku dibunuh- Takut apa "

"Ngaco Kalau kau mati dibunuh, kau kira aku bakal enak-
enakan tinggal hidup ?"

Diam-diam Bwee Hiang geli dalam hatinya- Pikirnya, setia


juga perempuan itu kepada suaminya. Di dorong oleh ingin
tahu, macam bagaimana suami istri itu, maka Bwee Hiang
sudah mengetuk pintu rumah.

"Nah, mereka baru pulang " kata sang suami.

"Biar kutegur mereka " sahut istrinya.

sebntar lagi, kapan pintu dibuka, nyonya rumah jadi


keheranan karena yang berdiri di depan pintu bukan anak-
anaknya, hanya seorang gadis jelita dengan menyoreng
pedang di pinggangnya.

"Nona, ada urusan apa ?" tanyanya setelah kagetnya


hilangan.

Bwee Hiang tersenyum manis, Ia menjawab,

"Aku kesasar semalaman. Kalau bibi tidak keberatan, ingin


aku menumpang tinggal sebentaran untuk menghilangkan
letih. Nanti akan kuganti ongkos sekedarnya untuk kebaikan
bibi."

"oh, kau kesasar ? Mari, mari masuk-" mengundang nyonya


rumah-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang bertindak masuk- Di dalam ia dapatkan


seorang lelaki dari usia pertengahan, romannya pucat dan
agak lesu. Rupanya dia ini tuan rumah, pikir si gadis-

orang laki-laki itu bangkit dari duduknya ketika melihat


Bwee Hiang bertindak masuk dengan membekal pedang, Ia
menyambut dengan hormat, sedang si gadis menjura
kepadanya sambil berkata,

"Mohon paman memaafkanku, pagi hari begini datang


mengganggu ketentramanmu. Aku semalaman kesasar jalan,
maka aku minta kepada bibi tadi menumpang tinggal
sebentara disini untuk menghilangkan lelah-"

"oo, boleh- Kenapa mesti bilang mengganggu ketentraman


segala." sahutnya ramah-

"Mari duduk disini-" mengundang nyonya rumah-

Bwee Hiang tidak pakai malu-malu, ia menghampiri bangku


dan duduk diatasnya-

Tuan dan nyonya rumah temani sigadis yang tengah betuli


ikat rambut kepalanya yang aduk-adukan. Mereka mengawasi
parasnya Bwee Hiang yang cantik,

setelah kesengsem dengan kecantikan si nona, nyonya


rumah melirik pada suaminya yang ketawa nyengir ke arahnya
ketika istrinya mengedip kepadanya dan acungkan jempolnya.
sang suami rupanya mengerti akan alam pikiran sang istri
yang menghendaki seorang anak gadis yang demikian
cantiknya.

"oh " tiba-tiba nyonya rumah berkata, seperti baru sadar.


Berbareng ia sudah bangkit dari duduknya, pergi ke belakang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tidak lama ia sudah muncul lagi dengan barang hidangan


sekedarnya.

"Wah, aku jadi membikin repot bibi saja." kata Bwee Hiang
ketika nyonya rumah meletakkan barang hidangan di atas
meja.

"Ah, tidak sama sekali." sahutnya.

"Kau semalaman kesasar di pegunungan, sudah tentu


sangat kelaparan bukan ?"

Bwee Hiang anggukkan kepala melihat nyonya rumah


tersenyum ke arahnya.

Air teh hangat segera dituan ke dalam cangkir masing-


masing oleh nyonya rumah, sambil berkata,

"Mari nona, silahkan minum dan coba kuenya yang ada."

Bwe Hiang girang hatinya menemui nyonya rumah


demikian ramah tamah-

"Mari paman, kita mulai." mengundang Bwee Hiang.


Dengan tidak malu-malu lagi ia angkat cangkir teh, dihirup
isinya sampai habis. Hawa hangat terasa dalam badannya
setelah minum air teh, lalu ia menjumput kue dan disikatnya
dengan bernapsu.

Dari tanya jawab yang berlangsung, Bwee Hiang dapat


tahu kalau tuan rumah itu she Phang, lengkapnya Phang Leng
cu. Tinggal dalam daerah pegunungan pek-kut-nia sudah-
tahun bersama istri dan dua anak lelakinya, pekerjaannya
berburu binatang yang hasilnya dijual untuk menutup ongkos
sehari-hari-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dua anak lelaki itu kembar." menerangkan Leng cu.

"Mereka biasa membantu aku berburu. Tapi belakangan ini


sangat malas dan malah ma....."

sang istri deliki mata ke arahnya, hingga ia tidak


meneruskan omongannya-Leng cu menundukkan kepala
seraya menghela napas-

Bwee Hiang lihai matanya, dapat melihat kode dari nyonya


rumah tadi yang melarang sang suami meneruskan bicaranya-
si gadis mengerti karena sudah mendengar percakapan
mereka, yang dimaksud Leng cu adalah 'masuk sip sam siao
mo'.

Si nona menghibur, katanya,

"Anak-anak belum dewasa, memang suka menjengkelkan


orang tua. Tapi paman, jangan lekas putus asa. Kalau mereka
sudah cukup dewasa dan bisa menggunakan pikirannya,
sudah tentu tabiatnya akan berubah."

"Kau bicara betul, nona. orang tua ini sebagai ayahnya,


tidak punya pikiran ke situ. Maunya uring-uringan saja dan
menyesalkan si Co dan si Kian tidak berbakti, tanpa memberi
nasehat kepada anak-anaknya." kata nyonya rumah-

"Nona rupanya pandai ilmu silat, maka pedangnya tidak


ketinggalan." kata Leng cu, menyimpangkan pembicaraan
barusan.

"Ah, aku hanya belajar silat kampungan saja." sahut si


gadis merendah-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku bawa-bawa pedang hanya sebagai teman saja,


menghilangkan kesepian dijalanan."

"Sebenarnya nona hendak kemana ?" tanya nyonya Leng


cu.

Bwee Hiang pikir, tidak perlu ia memutar sewajarnya, maka


ia menjawab,

"Aku keluar bersama teman, tapi dijalanan aku berpisahan


untuk suatu urusan. Mungkin temanku itu sudah balik ke
suyangtin. Aku hendak pulang ke sana tapi tak menemui
jalanan, malah kesasar dan sampai disini-"

Leng cu manggut-manggut. "Aku tinggal disini sudah lama,


tapi belum pernah pergi sana sini. Maka tidak tahu dimana
letaknya suyangtin." berkata ia kepada Bwee Hiang.

"Kalau kutahu, tentu aku bisa unjukkan dimana letaknya,


meskipun aku tidak mengantar sendiri nona ke sana."

Bwee Hiang tadinya hendak menanyakan dimana letaknya


suyangtin, tapi tidak jadi karena sekarang sudah mendengar
tuan rumah tidak tahu dimana letaknya dusun dari Lima
Harimau itu. Hatinya menjadi tidak tentram, kuatir tidak
berjumpa pula dengan Kim Wan Thauto dan adik kecilnya Lo
In.

Tengah ia termenung-menung memikirkan nasibnya, tiba-


tiba pintu digedor secara kasar dari sebelah luar. Tampak
nyonya rumah tergopoh-gopoh lari ke pintu dan membukanya.

Dua anak muda kelihatannya berjalan masuk- Mukanya


sama, perawakannya juga sama. hanya yang jalan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

belakangan ada sedikit tinggian. Tidak jelek wajah dua


pemuda itu, cuma sikapnya kasar terhadap orang tua.

Mereka anggap sang ibu yang membukai pintu sebagai


pelayannya saja. Malah mereka menyahut kasar sekali ketika
ditegur ibunya, kenapa mereka baru pulang sejak pergi
kemarin sore.

"Ibu untuk apa banyak tanya ?" bentak Teng Co-

"Apa ibumu tidak boleh menanya ?" balik tanya sang ibu-

"Pergi dan pulang kami berdua tak usah ditanya, pekerjaan


ibu hanyalah membukai pintu, selesai " kata Teng Kian, sang
adik,

"sstt Jangan omong keras-keras- Di dalam ada tamu-" kata


sang ibu.

"Tamu siapa ? Pakai terima tamu segala " menggerutu


Teng Co, seaya hendak berjalan masuk tetapi dicegah oleh
adiknya Teng Kian sambil berkata, "Kita intip saja siapa tamu
itu"

Mereka mengintip di balik tirai yang memisahkan dua


ruangan, depan dan tengah- Bwee Hiang di ruangan tengah
sedang bercakap-cakap dengan tuan rumah-

Kapan mereka lihat siapa yang berada di dalam, hampir


berbareng mereka mundur setindak dan saling pandang
hingga sang ibu menjadi heran.

"Kalian kenapa ?" tanya ibunya, tidak mengerti akan


kelakuan dua anaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"sstt " Teng co tempelkan jari di mulutnya, sekarang ia yang


memberi tanda pada sang ibu agar jangan omong keras-keras.

"Memangnya kenapa ?" tanya lagi sang ibu perlahan.

"Nona itu adalah nona yang semalam menghajar kami


orang dari sip sam siao mo-" jawab Teng co perlahan, hampir
berbisik,

"Aku kuatir dikenali dia, bisa runyam "

sang ibu terkejut, Ia bertanya,

"Apa kalian berdua juga turut mengeroyok ?" Teng Co dan


Teng Kian manggut berbareng.

" Celaka " seru sang ibu perlahan.

"Dengan berapa orang kalian mengeroyok?"

"Delapan orang, malah Citko binasa ditangannya " sahut


Teng Kian.

Nyonya rumah menggigil badannya, Ia ketakutan, dalam


hatinya mengira kedatangan si nona tentu mencari dua
anaknya. Mungkin akan dibinasakan

"Ai, kenapa kalian ikut-ikutan ?" menyesalkan si nyonya.

"Bagaimana tidak ikut-ikutan kalau perintah toako "jawab


Teng co-

Nyonya rumah tak sempat bicara karena matanya berkaca-


kaca. Ia sedih akan kelakuan anak-anaknya. Pikirnya, apakah
kedatangan Bwee Hiang seperti apa yang dimaksudkan oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

suaminya tadi, bahwa anak-anaknya bakal menemui bencana


?

"twako, mari kita keluar lagi " ajak Teng Co pada saudara
mudanya.

"Nanti dulu." sahut Teng Kian.

"semalam kita mengeroyok dia pakai topeng, kalau kita


ketemu dia sekarang, mana dapat dikenali ?"

"Ah, aku takut dikenali." kata Teng Co, jeri ia untuk masuk
ke dalam.

"Tidak. coba mari ikut aku " mengajak Teng Kian, yang
ternyata ada jauh lebih tabah dari sang kakak- Karena begitu
ia habis mengucapkan kata-katanya lantas membuka tirai dan
berjalan masuk-

Teng Co kepaksa mengikuti di belakangnya.

Di depan sang ayah, dua anak itu memberi hormat dan


menanyakan kesehatannya hingga Leng cu menjadi melengak
keheranan sebab tidak biasanya dua anak itu berlaku
demikian. Diam-diam ia jadi girang, dua anaknya itu bisa unjuk
kelakuan sopan di depannya sang tetamu, Ia berkata pada
dua anaknya,

"Heeiii, kalian memberi hormat pada cici ini yang kebetulan


mampir dalam rumah kita."

Teng Kian dan Teng Co menurut, yang mana dibalas oleh


si nona dengan semestinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang sudah termasuk gadis Kangouw, tidak kikuk-


kikuk lagi menghadapi dua pemuda itu, malah ia belaga pilon
atau seakan-akan ia baru ketemu dengan mereka.

Hanya sebentaran Teng Co dan Teng Kian pasang omong,


la lalu permisi meninggalkan tamunya dengan alasan ada
urusan yang harus dibereskan. Mereka menganggap si nona
sudah kena dikibuli, tidak mengenali mereka.

"Nah, aku bilang juga apa ?" kata Teng Kian ketika mereka
sudah berada berduaan dalam kamarnya.

"Tentu dia tidak mengenali kita, sebab kita mengenakan


topeng semalam."

"Coba kita ngeloyor keluar, tentu akan menerbitkan


kecurigaan."

"Kau benar, bisa memikir panjang, Pweko (kakak ke-8?)-"


kata Teng Co-

"siko (kakak ke-4) suka gampang mundur saja sih-


Selamanya kita tak dapat mengerjakan urusan besar dan
mendapat pujian dari toako" kata Pweko alias Teng Kian
dengan bangga barusan dipuji sang engko

"Kau bilang urusan besar, apa maksudmu dengan kata-kata


itu ?" tanya siko

"Haha, kalau kita dapat mempersembahkan dia untuk


toako, bukan itu suatu perbuatan yang besar yang kita sudah
lakukan?"

"Dia begitu lihai, mana bisa kita berdua dapat


menggempurnya ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"ah, kau benar-benar sangat tolol. Kalau kita terang-


terangan berkelahi dengannya, sama saja dua ketimun
ketemu duren. Tentu tidak bakal menang Tapi kita haru
menggunakan akal untuk menangkapnya, hahaha "

siko menjadi heran melihat tingkah laku adiknya, Ia lalu


menanya akal apa yang akan diandalkan untuk menangkap
Bwee Hiang.

"Mari aku kasih tahu." sahut si adik denagn bangga, siko


mendekati adiknya yang lalu berbisik di telinganya.

"Ah, kau benar-benar jempol " memuji siko seraya


acungkan jempolnya. setelah berunding, kakak beradik itu
lantas masuk tidur.

Hulah kerjanya anggota 'Sip sam siao mo', siang dipakai


malam, malam dipakai siang, jadi terbalik menggunakan
tempo seperti dengan orang-orang biasa.

Di lain ruangan, tampak Bwee Hiang enak-enak saja


ngobrol dengan Leng cu dan nyonya rumah- Kalau sang suami
kelihatan gembira kongkouw dalam hal ilmu silat dengan Bwee
Hiang, adalah sang istri kelihatan murung saja-

Leng cu mengira istrinya mendongkol pada dua anaknya,


maka ia tidak menanyakan sebab apa kemurungannya itu.
Akan tetapi Bwee Hiang diam-diam sudah tahu kekesalan
nyonya rumah yang merasa kuatir akan keselamatan dua
putranya, si gadis yang lihai pendengarannya sudah dapat
menangkap pembicaraan mereka dibalik tirai tadi-

Mula-mula ia lihat nyonya rumah sangat gembira melayani


ia bicara, itu sebelum anak-anaknya pulang. Akan tetapi
sesudah anak-anaknya ada di rumah, kelihatannya nyonya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

rumah berubah sikapnya seperti sedang berduka. Tapi, untuk


itu, si nona belaga pilon.

"Aku masih merasa letih." tiba-tiba Bwee Hiang berkata.

"Bagaimana kalau aku malam ini menginap semalam disini-


Apa kalian tidak keberatan ?"

Nyonya rumah diam, tapi Leng cu lantas menjawab,

"Tidak, tidak, malah kita senang sekali kalau nona tidak


mencela rumah kami yang buruk ini-"

Nyonya rumah melengak- ia melengak terkejut- Pikirnya, si


nona menginap dalam rumahnya, apakah hendak melakukan
pembunuhan atas mereka serumah diwaktu malam? oh,
sungguh ngeri sekali kalau sampai ada kejadian demikian.

Ia sebisa-bisanya tindak perasaan takutnya, tampak


mulutnya tersenyum ramah dipaksakan hingga Bwee Hiang
dlam-diam merasa geli dalam hatinya.

"Nah, aku sudah makan cukup hidangan kalian. Aku akan


pergi dulu dan sebentar sore aku balik untuk menginap disini-"
kataBwee Hiang tiba-tiba permisi berlalu.

"Kau hendak kemana, nona ?" tanya Leng cu.

"Aku hendak cari tahu dimana letaknya dusun suyangtin."


sahut si nona.

"Baiklah kalau begitu." kata Leng cu.

"Beberapa lie dari sini, kau akan ketemu beberapa rumah


yang juga penghuni-penghuninya adalah memburu binatang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seperti aku. Kau tanyakan saja disana, barangkali saja mereka


tahu."

"Terima kasih, paman. Nah, bibi, saya permisi dulu " kata
Bwee Hiang seraya bangkit dari duduknya dan bertindak
keluar dari rumah diantar oleh nyonya rumah dan tuan rumah.

setelah si nona pergi dan tidak kelihatan bayangannya lagi,


Leng cu menanya pada istrinya,

"Aku lihat kau hilang kegembiraan terhadap si nona.


Apakah kau tidak senang kepadanya ? Tidak biasanya kulihat
kau perlakukan tamu macam begini-"

"Aku bukannya tidak senang." jawab sang istri.

"Dia itu adalah algojo yang akan membasmi kita serumah,


kau tahu ?"

"Hah " Leng cu terkejut bukan main. "siapa bilang ? Dari


mana kau tahu ?"

sang istri lalu cerita apa yang ia dengar dari dua anaknya,
bahwa si nona semalam sudah menghajar kawanan 'Sip sam
siao mo' kocar kacir.

"Aku menduga kedatangannya si nona itu adalah alamat


bencana bagi kita sekeluarga." kata sang istri, tubuhnya
menggigil.

"Bagaimana baiknya sih, uh, uh, uh-..." ia menangis sedih


dan ketakutan.

Jangan ketakutan dulu." membujuk sang suami.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apa sudah jelas niatnya itu ? Memangnya dia sudah


mengenali bahwa anak-anak kita anggota kumpulan brengsek
itu ? Belum pasti duduknya soal sudah menangis ketakutan "

(Bersambung)

Jilid 10
Nyonya rumah rupanya anggap kata-kata suaminya
beralasan, maka perlahan-lahan nangisnya berhenti. Lalu
berkata,

"Biar pun begitu, kita harus sedia payung sebelum hujan.


Kita harus cari akal supaya kita lolos dari bencana "

"Dasar anak-anak kita yang membawa sial, maka kita jadi


menghadapi kesulitan ini."

"Sekarang sudah terjadi begini, kau masih mau sesalkan


anak-anak kita ?" Leng Cu membungkam.

"Memangnya kau sudah tidak punya otak untuk mencari


pikiran baik ?" kata nyonya rumah ketika melihat suaminya
membisu seribu bahasa.

"He hehe," ketawa Leng Cu.

"Sekarang begini saja. Sebentar sore si nona akan balik


untuk menginap di rumah kita. Nah, saat aku benah-benahku
dan apa yang perlu supaya datang sudah beres tempat tidur
untuknya. Kita nanti lihat, bagaimana sikapnya terhadap kita.
Kalau melihat gelagat baik, tidak apa. Tapi kalau sebaliknya,
tidak ada salahnya kalau kita berdua berlutut minta ampun
kepadanya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Nyonya rumah tidak berkata-kata lagi. Ia sudah lantas


ngeloyor tinggalkan suaminya untuk menyiapkan kamar bagi si
nona.

Bwee Hiang keluar hari itu telah mencari keterangan halnya


Sip sam siao mo. Dari keterangan yang dikumpul, ia dapat
kenyataan bahwa 'Sip sam siao mo' sangat sewenang-wenang
dalam sepak terjangnya. Bukan sedikit yang dibikin susah
olehnya. Malah ada beberapa penduduk yang punya gadis-
gadis cantik parasnya sudah diculik. Kabar halnya gadis-aadis
diculik yang membuat si nona amat gusar dan menimbulkan
keinginan untuk membasmi 'Sip sam siao mo', guna
membebaskan penduduk dari gangguannya.

Ketika cuaca mulai remang-remang gelap, tampak Bwee


Hiang pulang ke rumahnya Leng Cu, disambut Leng Cu suami
istri dengan ramah- Mereka tidak nampakkan perubahan apa-
apa wajahnya, malah nyonya Leng Cu yang Bwee Hiang lihat
paling belakangan ada murung, kini ia lihat dalam gembira.

senang Bwee Hiang ketika nampak ia sudah disediakan


tempat yang serba bersih untuk melewatkan sang malam
dalam rumahnya Leng Cu.

"Bagaimana, apa sudah dapat keterangan dimana letaknya


suyangtin ?" tanya Lengcu pada Bwee Hiang sambil ketawa.

"Menyesal, tidak seorang pun yang tahu letaknya." sahut si


nona.

sebentar lagi Bwee Hiang dijamu makan sekedarnya, tapi si


nona menolak- Katanya ia sudah kenyang makan diluaran.

Tuan dan nyonya rumah tidak memaksa, mereka lantas


makan berduaan saja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang heran melihat mereka makan berduaan saja,


kemana perginya dua anaknya ? Maka ia lalu menanya,

"Bibi, kemana anak-anakmu ? Kenapa tidak diajak makan


bersama ?"

"oo, mereka ada urusun diluaran. Mungkin besok pagi baru


kembali. Mereka sangat repot dengan pekerjaannya yang baru
rupanya." sahut nyonya rumah-

Bwee Hiang bersenyum- Ia tidak menanyakan lebih jauh,


hanya ia berkata.

"Aku sangat lelah- Maafkan aku, aku ingin masuk tidur lebih
dahulu "

Bwee Hiang berkata sambil kakinya melangkah ke sebuah


kamar yang hanya teraling oleh kain panjang yang merupakan
tirai.

sang malam pun sudah bertambah larut hingga kedengaran


suara ngeros Bwee Hiang yang kecapaian rupanya. Tuan dan
nyonya rumah pun sudah pada masuk setelah mereka
bercakap-cakap sebentaran.

Dalam kesunyian sang malam, tiba-tiba tirai yang


menghalangi ruangan Bwee Hiang tidur pelan-pelan telah
tersingkap. Di lain detik dua orang sudah berdiri dekat
pembaringan memandang pada si nona yang tidur telentang.

si nona tidur dengan tidak tukar pakaian, pedangnya juga


tetap tersoren di pinggangnya. Melihat itu, kedua orang itu
menjadi seram juga. sebaliknya, melihat si nona tidur pulas
dengan mulut menyungging senyuman dan wajahnya yang
cantik menarik, membuat jantungnya mereka berdebaran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"siko, sayang amat gadis begini cantik dikorbankan untuk


toako kita yang sangat kasar."

kedengaran seorang berbisik, tiada lain adalah suara


Pweko-siko tidak menyahut, ia hanya angguk-anggukan
kepalanya-

Matanya terus mengawasi parasnya Bwee Hiang.

"ya, apa mau dikata, kita sudah janjikan. Masa kita tarik
pulang janji kita ?" sahut siko kemudian.

"sekarang bagaimana kita bawa dia kesana ?" tanya pweko

"Kita ringkus saja. Dia toh sudah tidak berdaya kena


pengaruh asap hio pulas kita yang mujarab. Paling sedikit dia
akan kepulesan satu jam lamanya. Kita tentu sudah sampai
disana. Apalagi toako janjikan mau kirim kereta untuk
menyambut kita dalam perjalanan."

"Begitupun bagus." sahut Pweko

"Mari kita mulai kerja "

Pweko berkata sambil ulur tangannya memengang lengan


si nona yang halus untuk dikasih duduk dan ditelikung kedua
tangannya.

"Nanti dulu Pweko " kata siko ketika melihat si nona sudah
dikasih duduk dan mulai hendak ditelikung kedua tangannya,
sambil berkata siko mendekati si nona, memandang paras
orang dari dekat. Bau harum telah menusuk hidungnya hingga
napsu birahi dari anak muda yang sedang galaknya tak
tertahankan, mukanya nyelonong dengan tiba-tiba hendak
mencium bibir yang merah semringah itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

'cuh ' tiba-tiba ludah kental melesat dari mulut Bwee Hiang
mengarah mata kirinya si bangor hingga siko berteriak
mengaduh dan tangannya menekap matanya yang kesakitan.
Belum sempat mulutnya dibuka untuk memaki, kembali suara
'cuh' terdengar lagi dan mata kanannya kini yang kesakitan
dan siko menjadi buta oleh karenanya.

Kedua tangannya serabutan untuk mencari pegangan,


sebelum pegangan dapat dipegang, ia merasa dadanya sesak
kena dihantam sepatunya Bwee Hiang. Ia roboh terpelanting
dan tidak bangun lagi.

Kemana Pweko, kok diam saja ? Kiranya ia sudah terlebih


dulu roboh kena ditotok jalan darahnya bagian dada (Ubun-
hiat). Pweko roboh tak berdaya masih mending, tidak cacat,
sedang kakaknya (siko) roboh dengan kedua matanya buta
kena diludahi si nona yang disemprotkan dengan Iwekang-

Cepat si nona bangkit ketika melihat dua orang sudah


menjadi korban totokannya. Baru ia melangkah melewati tirai,
ia dihadang oleh dua orang yang tengah berlutut hingga ia
menjadi terkejut.

Kiranya yang berlutut itu tiada lain adalah tuan dan nyonya
rumah-

Bwee Hiang lihat nyonya rumah bercucuran air matanya,


sedangkan suaminya matanya berkaca-kaca ketika
memandang ke arahnya.

"Liehiap." kata Leng Cu dengan suara parau.

"Kami berdua suami istri menyerahkan diri untuk menerima


hukuman atas perbuatan dua anak kami yang durhaka "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hehehe, terima salah ?" kata Bwee Hiang.

"Kalian bersekongkol untuk menyusahkan nonamu, ya ?


Bagus, bagus perbuatan kalian."

Bwee Hiang sudah memperhitungkan akan kejadian malam


itu- Ia menggeros tidur hanya pura-pura saja, sementara ia
sudah menelan pil pemunah obat pulas pengasi Lo In hingga
asap hio pulasnya Pweko yang mujarab tidak mempan.

Lo In sengaja bekali si nona pil pemunah obat pulas itu


sebab ia kuatir Bwee Hiang pada suatu ketika psti akan
mengalami kesulitan dari orang jahat dalam perantauannya
karena dalam setiap rumah penginapan mereka tidur terpisah
hingga si bocah tak dapat melindunginya. Bwee Hiang
percaya penuh akan nasehat guru ciliknya. Maka setiap ia
masuk tidur, ia selalu menelan satu pil untuk menjaga segala
kemungkinan yang tidak diingini-Kejadian barusan itu adalah
satu pengalaman, yang membuktikan kebenaran nasehat Lo
In itu hingga si nona diam-diam bersyukur pada guru ciliknya
itu.

Lo In masih kecil, belum ada pengalaman dalam dunia


Kangouw. Tapi soal itu ia dapat keterangan dari Liok sinshe
yang spesial menasehatkan di dalam perantauan jangan
melupakan pil mujizat itu. Tempo hari, kebasan Kim Coa
siancu dengan setangannya tidak akan mempan bila si bocah
sudah menelan pil anti yang mutajab itu. Mendengar teguran
Bwee Hiang, Leng cu suami istri jadi gemetaran.

"Lantaran takut dengan ancaman Toako dari 'Sip sam siao


mo', akan membunuh mati sekeluarga kalau kami tidak
menurut perintahnya, maka kami menjadi takut sehingga
terpaksa kami membuat kesulitan pada nona. si Co dan si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kian menggunakan obat tidur atas perintahnya toako dengan


ancaman dibunuh mati kalau mereka tidak dapat menangkap
Liehiap- sekarang kejadian sudah begii, kami pun tidak perlu
kabur untuk menyelamatkan diri kami yang berdosa. Nah,
hunuslah pedang Liehiap dan tebaskan pada leher kami suami
istri yang tidak beruntung....."

Demikian Leng cu menerangkan di depan Bwee Hiang


sambil berlinang-linang air mata, sedang istirnya menangis
tersedu-sedu.

Leng cu berkata bahwa obat pules yang digunakan itu atas


titahnya toako, sebenarnya dusta sebab itu atas usaha
anaknya si Teng Kian.

Bwee Hiang merasa kasihan pada suami istri itu. Ia percaya


mereka memang tidak jahat, sebagaimana ia dapat dengar
dari percakapan mereka ketika ia mau masuk ke rumahnya
Leng cu.

"Liehiap, lekaslah habiskan jiwa kamiJ angan tunggu-


tunggu lagi." kata Leng cu ketika ia melihat si nona tinggal
menjublek.

Bwee Hiang sudah membuka mulut hendak berkata, tiba-


tiba terdengar pintu rumah digedor dengan kasar dari sebelah
luar. Tuan dan nyonya rumah tidak bergerak meskipun
gedoran pada pintu makin lama makin keras, hingga suaranya
rumah mau roboh-Mereka tahu bahwa yang datang itu adalah
kawanan 'sip sam siao mo'.

" Lekas buka " perintah Bwee Hiang pada nyonya rumah
yang biasanya tukang buka pintu, setelah mendengar
perintah, baru ia bangkit dari berlututnya dan lari menghampiri
pintu yang hampir terbuka karena gedoran makin hebat-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

segera lima orang sudah menerobos ke dalam- Mereka


pada mengenakan topeng dengan golok terhunus di tangan
masing-masing.

"Mana siko dan Pweko ? Kenapa mereka terlambat


mengantar orang ke sana ?" tanya satu diantaranya kepada
nyonya rumah-

"Mereka, mereka-— ada di....." nyonya rumah terputus-putus


bicaranya hingga orang yang menanya tadijadi marah-

"Mereka, mereka apa ?" bentaknya, kakinya pun berbareng


melayang menendang nyonya rumah hingga jatuh tersungkur
ke kolong meja-

"Hahaha, hahaha " tertawa orang kejam itu, setelah


menendang nyonya rumah hingga masuk ke kolong meja-
sebelum ia berhenti ketawa, tiba-tiba ia merasakan lehernya
dingin-Cepat ia menoleh- Tampak olehnya seorang dara jelita
sedang tersenyum ke arahnya dengan pedang ditempelkan
pada lehernya-

Kagetnya bukan main, hingga seorang kejam mendadak


merasa lemas-Kiranya penyebab rasa dingin tadi adalah
pedang yang menempel di lehernya-

Ia melirik pada kawan-kawannya, entah sejak kapan


kawan-kawannya sudah roboh di sana sini hingga ia seorang
yang masih ketinggalan untuk menghadapi kematian.

yang tadinya begitu gagah berani, main hantam dan main


tendang, sekarang orang itu berubah menjadi pengecut yang
ketakutan. Tak tahan lututnya lemas, maka ia terkulai
mendeprok- Tapi ujung pedang Bwee Hiang masih mengikuti
terus dilehernya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan satu sontekan ujung pedang, topeng orang itu


sobek dan wajahnya lantas kelihatan pucat ketakutan, Ia
ternyata seorang pemuda belum masuk 20 tahun, dengan
suara gemetar ia berkata,

" Ampun Liehiap, ampunkanjiwa semutku. Aku masih punya


dua adik dan dua orang tua yang harus kurawat. Kalau aku
dibunuh, siapa yang akan merawat mereka ? oh, ampun"

Tidak senang Bwee Hiang terhadap pemuda yang begitu


pengecut. Akan tetapi mendengar kata-katanya bahwa ia
mempunyai banyak tanggung jawab di rumah, maka mau tak
mau si nona merasa kasihan juga.

"Untuk mengampuni jiwamu tidak sudah asal kaujawab


dengan betul pertanyaanku." kata Bwee Hiang seraya ujung
pedangnya digores-goreskan pada leher orang.

"Katakan, Liehiap mau menanya apa ?" sahut orang itu


sangat ketakutan.

"Pertama kutanya, siapa nama pemimpinmu ?"

"Toako yang Liehiap maksudkan ?"

"ya, lekas sebutkan "

"Dia she Coa bernama Pang.... Aiyoo— "

Terputus bicara orang itu, tubuhnya terkulai dengan kepala


pecah dihantam senjata gelap yang berupa peluru besi yang
menyambar dari jendela mengarah tepat dijidatnya. membuat
ia roboh tidak bangun lagi.

Dengan gerakan 'yan cu coan lim' atau 'Burung walet


terbang masuk hutan'. Bwee Hiang enjot tubuhnya, melesat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

molos dari jendela. Meskipun demikian gesit, ia masih


terlambat sebab orang yang melepas senjata gelap itu sudah
lari kira-kira beberapa tombak di sana. si nona penasaran dan
lantas gerakan kakinya menguber. Dalam kegelapan malam,
tampak dua orang saling kejar.

Mengejar sudah beberapa lama, Bwee Hoang masih belum


dapat menyandak orang itu, yang masih lari di sebelah
depannya, Ia merasa bahwa ilmu entengi tubuhnya hanya
berimbang dengan orang yang dikejarnya, maka hati si nona
menjadi cemas.

selagi sangsi untuk mengejar terus, tiba-tiba ia rasakan


badannya melayang. Kiranya ia telah menginjak lubang
jebakan yang dalam, Bwee Hiang terjatuh ke dalamnya.

Tapi si nona lihai. Begitu kakinya menginjak dasar lubang,


sudah enjot tubuhnya membal lagi. Cuma sayang lubang itu
terlalu dalam hingga si nona terpaksa harus jatuh pula ke
dalam lubang, tak dapat ia mencapai pinggiran lubang untuk
menolong dirinya. Baru sekarang si nona menjadi kaget dan
kuatir. Dalam lubang keadaan sangat gelap dan baunya tidak
enak hingga Bwee Hiang hampir muntah-muntah, kalau tidak
keburu ambil setangan untuk menekap lubang hidungnya.

"Hahaha " terdengar orang tertawa di sebelah atas.


Kemudian disambung dengan kata-kata,

"Mau tahu nama toako dari 'sip sam siao mo' tidak sukar-
Asal kau bersedia untuk menjadi isterinya yang tercinta "

Bwee Hiang sangat mendongkol, tapi ia tak berdaya.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana, nona manis ? Apa kau jadi istriku atau mati


dipendam hidup, hidup dalam lubang ini ? Hayo, lekas pilih
Aku tidak banyak tempo disini "

Bwee Hiang sudah mau membuka mulutnya untuk mencaci


maki, tapi kata-katanya urung dikeluarkan karena ia ingat satu
akal. Ia hanya dia terus, pura-pura jatuh pingsan kejeblos
dalam lubang jebakan sehingga kemungkinan toako akan
mengirim orang ke dasar lubang untuk cari tahu dirinya-
Disitulah ia akan mendapat kesempatan untuk menolong
dirinya yang sudah tidak berdaya-

Toako sudah berteriak-teriak keras tetap tidak ada jawaban


dari dalam lubang- Pikir toako, si nona mesti mendapat
halangan apa-apa, kalau tidak jatuh pingsan. Benar tepat
perhitungan si nona sebab tidak lama lagi ia dapat lihat dua
orang dikerek turun dengan membawa obor. Mereka yang
dikirim ke dalam lubang itu adalah Ngoko dan Lakko (nomor 5
dan nomor 6), sebab Lakko tidak berani turun sendiri Ia minta
supaya Ngoko temaninya.

Ketika mereka mencapai dasar lubang, dari penerangan


obor mereka lihat si nona tengah terlentang pingsan.

"Betul dugaan Toako, anak ayam ini sedang tidur nyenyak


disini-" berkata Lakko-

"Huss, jangan banyak cakap- Lekas bekerja " sahut Ngoko

Lakko segera turun dari keranjang kerekan, menghampiri si


nona yang tidak berkutik, obor ia dekati pada wajah si nona
untuk memandang paras Bwee Hiang yang cantik jelita.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ah, nona begini manis, sayang betul jadi korbannya toako


kita yang kasar" ia menggumam perlahan tapi terdengar tegas
di telinganya Ngoko

"Apa yang kau lakukan ? Lekas angkat dia " kata Ngoko
yang tidak memberi kesempatan Lakko Lakko cepat
memondong si nona. Di lain saat mereka bertiga sudah berada
di atas pula. Ketika Lakko mau meletakkan si nona di atas
rumput, tiba-tiba toako berkata,

"Mari, kasih aku yang pondong "

Lakko serahkan tubuh si nona di tangan sang pemimpin.

"Mari kita pulang " kata toako yang segera di dahului oleh
kakinya bergerak sambil memondong si gadis.

Bau harum pakaiannya yang membungkus si nona


menusuk hidung toako hingga ia sambil memondong,
pikirannya melayang-layang jauh di awan.

Pikirnya bagaimana bahagianya ia kalau dapatkan si cantik


sebagai ganti isterinya yang sudah mati sebulan yang lalu.

Menurut siIatnya yang kejam, sebenarnya Bwee Hiang


seharusnya dibunuh lantaran sudah membunuh beberapa
orangnya- Akan tetapi kecantikan si nona telah membuyarkan
amarah toako.

Citko sudah binasa, dua orang (siko dan Pweko) tertotok,


empat orang dibunuh oleh Bwee Hiang dalam rumah Leng cu,
satu orang dibunuh peluru besinya toako hingga sang
pemimpin dari 13 Iblis Cilik (sip sam siao mo) kini hanya
ditemani oleh empat orang saudaranya. Tapi semuanya itu
tidak dipikirkan lagi oleh toako- Pokoknya ia sudah dapat si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cantik Bwee Hiang sebagai penghiburnya-Demikian, tidak


lama lagi mereka sudah sampai di markasnya. Kiranya yang
digunakan sebagai markas oleh 13 Iblis Cilik itu adalah satu
kuil tua yang disana sini sudah mengalami perbaikan.
Rupanya kuil itu sudah lama ditelantarkan, hanya ketika 13
iblis cilik bermarkas disitu sudah diperbaiki.

setelah berada di dalam kuil, dengan perlahan tubuh Bwee


Hiang direbahkan diatas sebuah dipan.

"sungguh cantik dia." kata toako dalam hati. Ia memandang


dengan tidak merasa bosan pada wajah Bwee Hiang yang
seolah-olah sedang tersenyum dalam tidurnya yang nyenyak-
Tak tahan ia dengan debaran hati, bergejolaknya sang nafsu
birahi yang muncul dengan tiba-tiba, maka cepat ia
meloloskan topengnya lalu mencondongkan, badannya
hendak mencium bibir yang menggiurkan itu.

Tiba-tiba ia merasakan iganya kesemutan dan seluruh


badannya menjadi lemas- Ia roboh terkulai dengan tidak bisa
mengucapkan apa-apa dari mulutnya-

Kiranya, selagi bibirnya hendak ditempelkan pada bibirnya


si gadis, hiat-to dibagian iganya sudah ditotok oleh Bwee
Hiang yang sejak diangkat dari lubang jebakan si gadis pura-
pura pingsan.

Empat kawannya yang melihat sang toako hendak


mencium si gadis, dalam hati masing-masing sangat ngilar.
Tapi alangkah kagetnya tatkala nampak toakonya dengan
sekonyong-konyong telah roboh terkulai sebelum menunaikan
keinginannya untuk mencium si gadis-

"Hei, toako kenapa ?" seru satu dlantara empat orang itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

si gadis berbareng bangkit dengan tiba-tiba- Terdengar


sret-sret beberapa kali-seflera juga kepala empat orang dari
13 Iblis Cilik menggelundung ke lantai- Itulah Bwee Hiang
yang menghunus pedangnya secara kilat ditebaskan kepada
empat batang leher orang

hingga kehilangan kepalanya.

si nona lalu menghampiri toako, katanya, "Dimana kau


simpan perempuan-perempuan culikanmu ?"

Toako tidak menyahut, ia diam saja.

"Kau tidak menjawab ?" tanya Bwee Hiang galak-

Toako hanya kedap kedip matanya, tidak mengeluarkan


suara.

Kapan Bwee Hiang mau menampar si pemimpin dari 13


Iblis Cilik tapi ia urung menampar orang tersebut karena ia
ingat sesuatu.

"Kenapa aku jadi tolol ?" ia tegur dirinya sendiri, seraya


kakinya menendang pada hiat-to yang membuka jalan darah
toako

Toako sampai bergulingan mendapat tendangan sepatu


sigadis yang berujung lancip. Kiranya si nona tegur dirinya
tadi, ternyata alpa membuka totokan pada tubuh toako sebab
bagaimana juga toako tak dapat bicara sebelum totokannya
dibebaskan terlebih dahulu. Kapan toako sudah berdiri bebas,
ia tertawa tawar pada si gadis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang lihat, toako bukan termasuk pemuda lagi


sebab umurnya ditaksir sudah melampaui 40 tahun, si nona
berkata,

"Kau tua bangka ini, mengepalakan anak-anak melakukan


penyelewengan. Betul-betul dosamu tidak bisa diampuni"

Toako nyalinya besar, Ia tidak takut melihat Bwee Hiang


barusan telah membunuh mati empat orangnya sekaligus,
malah ia ketawa ketika ditegur si gadis,

"simpananku tidak perlu orang lain mau tahu " katanya


tawar.

"Kematian sudah diambang pintu, masih mau berlagak ?"

"Belum tentu." mendengus toako

"Kematianmu tentu belum puas kalau tidak menyaksikan


kepandaianmu nonamu, maka aku kasih kesempatan untuk
kau membela diri- Lekas cabut pedangmu " "He he, lantaran
kecantikanmu aku terjebak dalam akalmu. Kalau tidak, hm "

"Kalau tidak, apa kau maksudkan ?" tanya Bwee Hiang.

"Kalau tidak, siang-siang sudah kumampusi kau " seru


toako dengan gusar.

"Hihihi, makanya jadi pemimpin jangan suka kepincut sama


paras cantik-" kata Bwee Hiang menggodai-

"Sekarang kau jatuh di tanganku. Terang ajalmu sudah


dekat"

"sret" terdengar pedang toako dihunus.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di bawah penerangan lampu, pedang itu bergemerlapan


tajam sampai Bwee Hiang terkejut dalam hatinya.

"Pedang bagus " katanya diam-diam.

Melihat si nona mengawasi pedangnya dengan kesima, ia


kira si nona takut padanya. Maka ia lantas berkata,

"Menyerahlah kalau kau takutjadi istriku toh tidak bakal


menjadi rendah derajatmu. Malah kau bakal di........."

Toako terputus kata-katanya karena si nona sudah


menyerang dengan sengit, sambil membentak.

"Kentut, jangan banyak lagak Lihat, kuambil jiwamu"

"Belum tentu, nona yang manis "

toako ngeledek si gadis sambil berkelit.

"Hehe, kau pintar juga selamatkan diri, ya "sigadis ketawa


tawar.

"Masih terlalu siang buang menghitung kemenanganmu,


nona manis "

"Kau berani ngeledek nonamu ? Nih, rasakan"

Mulutnya bicara, berbareng pedangnya berkelebat


menyerang.

"Trang " suara kedua senjata beradu, pedang si nona


ditangkis sekerasnya oleh toako-Berbareng dengan suara
"trang " pedangnya si nona terkutung kira-kira sepuluh
sentimeter hingga Bwee Hiang sangat kaget.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku sudah kata, lebih baik kau menyerah untuk jadi


nyonya ku- Tak usah kau capek-capek memainkan pedang
per...." berbareng toako berkelit karena si nona sudah
menerjang dengan gusar.

" Lihat, dengan pedang buntungku, akan kuselot mulut


bocormu " teriak si gadis-

Mereka jadi bertempur seru- Ternyata kepandaian toako


tidak lemah- Ia dapat melayani serangan si gadis- Ia tidak
berniat menjatuhkan Bwee Hiang dengan kekerasan. Tapi apa
mau, pedang buntungnya Bweee Hiang telah menabas kutung
rambut kepalanya, membuat ia jadi sangat gusar.

"Budak liar, kau berani main gila pada toako? Hm "


berbareng ia gerakan permainan pedangnya lebih cepat.

Toako mengira si gadis memainkan pedangnya begitu saja.


Ia tidak takut, malah pikirnya kalau barusan ia tidak lengah
tidak bakal rambutnya kena dipapas buntung oleh si gadis-
sekarang ia gerakkan pedangnya lebih cepat, pasti Bwee
Hiang akan kewalahan dan menyerah kalah-

Ia tidak tahu kalau si gadis menggempur ia hanya main-


main saja, mau lihat kepandaiannya sampai dimana. Ketika si
gadis sudah tahu bahwa menggempur toako hanya buang
tempo saja, bukan mendapat pandangan, maka ia pun
merubah taktik- sekarang, bukan pedang yang berkelebat
saja, akan tetapi dibarengi dengan tubuhnya yang sebentar-
sebentar lenyap dari pandangan toako hingga pemimpin dari
13 Iblis Cilik itu menjadi ngos-ngosan napasnya.

Pada saat tidak terduga-duga, tahu-tahu nadi tangan kanan


toako kena ditepuk dan kontan pedangnya jatuh berkelontrang
di lantai.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tepukan si gadis meskipun perlahan tapi sakinya bukan


main dirasakan oleh toako, sampai nyelusup kejantung. Ia
masih penasaran dan cepat bungkukkan badannya mau ambil
pedangnya. Tapi pedang siang-siang sudah diinjak oleh
kakinya Bwee Hiang.

"Kau tidak pantas memiliki pedang mustika " kata Bwee


Hiang, berbareng sepatunya yang menginjak pedang
'salaman' dengan jidat toako hingga ia terpelanting
bergulingan seraya teraduh-aduh.

sambil menjumput pedang toako, Bwee Hiang cekikikan


ketawa.

"Nah, aku ganti pedangmu " kata si gadis seraya


melemparkan pedangnya sendiri pada toako yang masih
teraduh-aduh karena jidatnya berleleran darah kena dicium
sepatu.

Ketika Bwee Hiang masukan pedang barunya dalam


sarung yang ada dipinggangnya, ternyata tidak pas,
kepanjangan sedikit. Matanya lantas melirik pada sarung
pedang yang ada dipinggangnya toako, kiranya sarung
pedang itu adalah sarung pedang yang bagus.

" Lekas serahkan sarungnya " ia membentak-

Toako tidak berani ayal karena sudah tahu kelihaiannya si


gadis sekarang.

Cepat ia loloskan sarung pedangnya dan dilemparnya pada


Bwee Hiang. Dengan satu tangkapan bagus, Bwee Hiang di
lain saat sudah masukkan pedang barunya ke dalam
sarungnya yang asli. girang hatinya Bwee Hiang ketika ia
sudah menyoren pedang barunya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pikirnya, dengan kawan yang sakti itu ia dapat malang


melintang dalam dunia Kangouw dengan atau tidak dengan
guru ciliknya yang sekarang entah ada dimana.

"Lekas unjukkan dimana tempat penyimpanan wanita-


wanita yang kau culik " bentak Bwee Hiang dengan bengis
hingga toako jadi ketakutan.

"Itu, itu—" ia berkata gugup hingga Bwee Hiang tidak


sabaran.

"Itu, itu apa ?" kakinya berbareng menendang hingga toako


bergulingan dan membentur meja abu tepekong yang sudah
amoh hingga berantakan.

Bwee Hiang ketawa cekikikan melihat abu tepekong


berhamburan diatas kepalanya toako dari 13 Iblis cilik. Bukan
main marahnya toako, tapi apa yang ia bisa bikin- Ia toh sudah
tidak bisa menang lawan si gadis-

Dalam merenungkan nasibnya pada saat itu, ia terkejut


ketika Bwee Hiang membentak sambil menghunus
pedangnya-

"Tidak lekas bicara, mau tunggu kapan ?" Toako sudah


kenal tajamnya pedang bekas miliknya itu, maka ia ketakutan.

"Semua wanita yang diculik tidak ada disini." menerangkan


toako.

"Lalu, kau umpatkan dimana ?" tanya Bwee Hiang.

"Mereka sudah dikirim ke Pekskut-nia, dipersembahkan


kepada Thoat Beng Mo Siauw." sahutnya.

"Betul bicaramu ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kenapa tidak betul, aku adalah orangnya Thoat Beng Mo


Siauw-"

Bwee Hiang berpikir- Adik kecilnya menyusul si Hantu


Ketawa ke Pekskut-nia- Ia juga menyusul tetapi kehilangan
jejaknya- Entahlah, apakah Lo In masih ada disana.

Tapi si nona masih kurang percaya atas keterangannya


toako. Maka ia lalu mendekati toako dan menotoknya. setelah
mana ia lantas menggeledah dalam kuil tua itu, ternyata tidak
ada wanita yang ditahan disitu. Ketika ia keluar lagi, lalu
menotok bebas si toako.

Kiranya ia tadi menotok toako, kuatir orang nanti kabur


selama ia melakukan penggeledahan, Ia lalu berkata pada
toako,

"Mari kita ke Pekskut-nia " Mendengar perkataan si nona,


diam-diam toako merasa girang.

Pikirnya,

"Kau ajak aku ke Pekskut-nia, sama juga kau mencari


mampus Di sana ada si Hantu Ketawa dan banyak kawannya,
kau mana dapat meloloskan diri Cuma sayang kau yang
berparas cantik harus jatuh ditangannya Thoat Beng Mo
Siauw......."

Di lain saat mereka sudah berlari-larian di tengah malam


buta menuju ke Pekskut-nia.

Tidak sampai mencapai puncaknya bukit, mereka berhenti


di depan sebuah rumah besar yang dibangun panjang dan
luas pekarangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang memperhatikan bangunan rumah itu. Kiranya


bekas kuil tua yang sudah dipermak jadi lebih besar.

"Apa ini tempatnya Thoat Beng mo siauw ?" tanya si nona


kepada toako yang tengah berdiri menjublek.

Toako anggukkan kepala tanpa menyahut. Rupanya ia


sedang keheranan kenapa markas besarnya demikian sepi-
Tidak seorang pun ada di luar, biasanya ada beberapa orang
yang menjaga di sekitarnya rumah.

Ketika ia sedang menduga-duga apa yang sudah terjadi di


situ, tiba-tiba ia kaget mendengar bentakan Bwee Hiang,

" Jalan"

Toako makin merasa heran ketika ia membuka pintu


pekarangan tidak terkunci, Ia jalan terus membawa Bwee
Hiang masuk ke dalam rumah-

si nona sudah siap dengan pedang di tangan, Ia


mengharap akan ketemu dengan adik kecilnya di situ, tapi ia
sangsi karena kelihatan rumah itu sunyi-sunyi saja seperti
yang sudah ditinggalkan oleh penghuninya.

ruangan depan keadaannya sepi. Ketika toako dan Bwee


Hiang masuk ke dalam ruangan tengah, tiba-tiba dihadang
oleh tiga orang yang berpakaian hitam, satu diantaranya telah
menegur toako, katanya,

"Hei, toako, kau bawa apa itu ?" Ia berkata sambil matanya
melirik pada Bwee Hiang dengan ceriwis sekali. Bwee Hiang
meludah, muak ia melihat orang berkelakuan tengik itu. Toako
tidak menyahut, ia hanya angkat tangan kanannya di taruh di
dada. Itu adalah kode bahwa dirinya ada dalam bahaya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orang yang menanya tadi menjadi kaget, lalu mengawasi si


nona yang membawa pedang tajam di tangannya. Lalu ia
melirik pada dua kawannya, kemudian dengan berbareng
mereka menyerang si nona.

"Bagus " seru Bwee Hiang. Berbareng terdengar tiga kali


suara "sret", tiga kepala orang-orang tadi telah menggelinding
di lantai. Darah menyembur keluar dari leher masing-masing
korban tapi Bwee Hiang sedikit pun tidak merasa ngeri,
sebaliknya dengan toako, badannya menjadi menggigil
ketakutan.

"Kau orang jahat, dikasih hidup juga percuma " kata si nona
pada toako, tahu-tahu sebelum ia melihat bagaimana si nona
bergerak, kepalanya telah menggelinding pula dilantai hingga
dalam halaman itu banjir darah-

Bwee Hiang ketawa tawar menyaksikan itu. Ia tidak merasa


ngeri dan tidak merasa menyesal atas perbuatannya yang
ganas, mengingat perbuatannya itu belum ada
sepersepuluhnya dari perbuatan su coan sam-sat yang
membasmi markas Ceng Giee Pang dan membunuh-bunuh
seisi rumah tangganya.

setelah membereskan empar orang di ruangan tengah, si


nona lantas hendak masuk ke lain ruangan lagi. Tapi
sebelumnya ia telah dihadang oleh dua orang yang romannya
bengis-bengis. Cuma saja roman yang bengis-bengis itu tidak
lama berhadapan dengan si nona. sebelum mereka bergerak,
dengan pedangnya Bwee Hiang sudah mendahului dan
kembali ruangan tengah itu tambah dua kepala manusia yang
menggelinding. Cepat Bwee Hiang lompat masuk ke lain
ruangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keadaannya sunyi-sunyi saja. Ketika ia jalan makin ke


dalam, tiba-tiba ia mendengar suara wanita cekikikan ketawa.
Ia heran, masa ada wanita yang ketawa ditangannya orang
jahat, bukannya menangis ketakutan.

Ketika Bwee Hiang mendekati kamar dari mana ada


terdengar ketawa tadi, ia mendengar si wanita berkata,

"Dasar lelaki tidak ada kenyangnya, aduh, kan sakit tuh


tetek orang di.....hihihi...."

Bwee Hiang yang masih 'hijau' tentu saja menjadi heran


mendengar kata-kata si wanita dari dalam kamar. Apa yang
mereka sedang lakukan ? tanyanya dalam hati.

si nona sudah angkat kaki hendak menendang pintu, tidak


jadi, ketika mendengar yang lelaki berkata,

"siauw Cui, kau adalah kembang diantara wanita yang


menjadi gula-gulanya si hantu tua. sekarang si hantu tua
sudah mati. Bagaimana pun kau akan menjadi milikku."

"Pintar juga kau memilih-" terdengar si wanita yang


dipanggil siauw Cui menjawab-

"Apa kau tidak takut pada orang she Kan yang sudah
memiliki aku lebih dulu ? Hm Aku tidak percaya kau berani
bergebrak dengannya untuk rebutkan diriku yang hina Hihi....."

"ah, kau nakal......."

"siauw Cuui, aku orang she Tan, bagaimana cun akan


memilikimu......"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sampai di situ Bwee Hiang dengar ada suara jalan yang


perlahan mendatangi, mereka, cepat ia menyingkir ke samping
dan mendekati jendela kamar.

Kembali si nona mendengar suara si wanita berkata,

"Kau mau ambil diriku yang hina, sungguh aku sangat


berterima kasih- Nanti setelah kita menjadi suami istri barulah
kita bisa merdeka- sekarang sudahlah, kau lekas keluar- Nanti
keburu datang orang she Kan, kau bisa berabe-"

"Nanti atau sekarang sama saja, malam ini kau harus


melayani aku......."

"Brakk " terdengar suara pintu ditendang terbuka.

Bwee Hiang hatinya menjadi makin kepingin menonton


adegan di sebelah dalam- Ia mengintip dari jendela- Ia lihat
wanita dan laki-laki yang bercakap-cakap tadi sedang
berpelukan dalam pakaian setengah telanjang. Matanya
tampak terbelalak memandang kepada orang yang barusan
masuk dengan menendang pintu.

Lelaki yang barusan masuk lebih besar, tapi tingginya kalah


dengan lelaki yang tengah memeluki si wanita yang dipanggil
siauw Cui.

"Hahaha. Bagus perbuatanmu siauw Cui." kata orang she


Kan yang barusan masuk-

"Kau kata mau ikut aku dengan setia, tidak tahunya diam-
diam simpan lelaki dalam kamar. Kalau aku tidak membunuh
kalian, tentu orang akan menyangka aku adalah seorang
pengecut" berbareng ia menghunus goloknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

siauw Cui berontak dari pelukan orang she Tan dan lompat
ke arah si orang she Kan, katanya.

"Jangan. jangan engko Hok Hu. Aku sumpah selanjutnya


akan setia pada....."

"Nah, inilah bukti kesetiaanmu" bentaknya sebelum wanita


itu habis kata-katanya, berbareng kepalanya terpisah dari
lehernya disabat golok tajam

si orang sheTan yang sudah merapikan pakaiannya,


nampak Siauw Cui ditabas batang lehernya menjadi merah
matanya saking gusar-

" orang she Kan, apa memangnya aku takut pada mu?"
sambil menyerang dengan goloknya yang sudah dihunusnya
hingga mereka jadi bertempur dalam kamar yang tidak
seberapa lebar. Dua-dua berkelahi dalam kegusaran, tentu
saja serangan-serangan yang dilancarkan oleh masing-masing
adalah serangan-serangan yang mematikan.

Untuk sementara kelihatan orang she Tan dapat


memberikan perlawanan bagus, tapi ia kalah pengalaman dan
perlahan-lahan terdesak sampai ke pojok-

"Nah, susullah roh si sundalmu ke neraka " bentak si orang


she Kan berbareng ujung goloknya sudah menikam pada dada
lawannya hingga amblas dan ujung golok baru berhenti
menusuk sesudah ditahan dengan tembok kamar.

Cepat orang she Kan menarik goloknya kembali, tapi bukan


untuk dibersihkan dari darah musuhnya hanya disabetkan
kepada batang leher lawan yang sudah tidak berdaya. Roh
orang she Tan benar-benar telah menyusul sang kekasih yang
sudah jalan dahulu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Puas kelihatannya orang she Kan, sudah membunuh dua


orang cabul tadi- Setelah menendang mayatnya siauw Cui, ia
keluar dari kamar, di depan pintu ia menggumam,

"Aku adalah Kan Hok Hui, cukup mempunyai kepandaian


silat. Kenapa tidak bisa menggantikan si tua yang sudah
mampus ? Hahaha, pantas, pantas..........."

Ia jalan terus ke ruangan belakang, sama sekali tidak tahu


kalau geark geriknya ada yang membayangi ialah Bwee Hiang
jago perempuan kita. Bwee Hiang kenapa tidak menebas saja
batang lehernya Kan Hok Hui ?

Itu karena si nona ada maksud lain. Ia mau tahu gerak gerik
Kan Hok Hui lebih jauh yang menurut gumamannya tadi ingin
menjadi kepala disitu.

Kan Hok Hui telah membunyikan lonceng tanda buat orang-


orang berkumpul dalam ruangan belakang yang luas lebar-
Rupanya disitu biasa dipakai rapat oleh mereka. sebentar lagi
tampak berkumpul kurang lebih 20 orang, mereka pada duduk
diatas bangku-bangku panjang. Banyak tempat yang lowong.
Rupanya kawan penjahat sudah banyak kurang orangnya
karena tempo hari dibasmi oleh Kim Coa siancu. Tampak
sebuah mimbar, diatas mana ada di taruh sebuah meja
dengan tiga buah kursi.

Tampak kursi yang tengah diduduki oleh Kan Hok Hui,


sedang kursi di kanan kirinya tidak ada yang duduki. Biasanya
kursi yang tengah diduduki oleh Thoat Beng Mo Siauw, yang
kanan oleh Kan Hok Hui dan yang kiri oleh Thio Jin Liong. Dua
orang ini adalah tangan kanan si Hantu Ketawa (Thoat Beng
mo siauw).
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarang si Hantu Ketawa danjin Liong sudah mati. Maka


Kan Hok Huilah yang mengepalai kawanan orang jahat itu.

setelah orang-orang pada berkumpul, terdengar Kan Hok


Hui berkata,

"Saudara-saudara sekalian, seperti kalian tahu, Thoat Beng


mo siauw dan jin Liong sudah mati dan kini tinggal aku sendiri
yang masih hidup- Aku mau menggantikan si orang tua
(dimaksudkan si Hantu Ketawa) menjadi kepala disini-
Bagaimana pendapat sekalian saudara-saudara ?" semua
orang bersorak menanda kan persetujuannya-

girang hatinya Kan Hok Hui. Ia berkata lagi,

"Kalian jangan ikut-ikutan saja- Kalau diantaranya ada yang


tidak setuju boleh angkat tangan. Aku tidak memaksanya.
Hayo, siapa yang tidak setuju ?"

Ada diantaranya yang sebenarnya tidak merasa setuju.


Akan tetapi tidak bisa berbuat apa-apa karena takut akan
kekejamannya Kan Hok Hui. Mereka jadi ikut-ikutan saja
setuju. Meskpun begitu, tampak dua orang yang
mengacungkan tangannya.

Kan Hok Hui diam-diam sangat tidak senang ada orang


yang menentangnya, Ia kata,

"Bagus. Coba terangkan oleh dua orang saudara yang


mengacungkan tangannya, kenapa kalian tidak setuju dengan
pengangkatan diriku menjadi pemimpin ?"

"oh, kami bukannya tidak setuju." salah sahut satu


diantaranya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kami sekarang lihat, hanya saudara Kan saja yang


memimpin, sedang yang sudah-sudah kita dipimpin oleh 3
orang."

"oo, begitu." sahut Kan Hok Hui, reda perasaan tidak


senangnya.

"Hal itu mudah dirundingkan belakangan, setelah aku


memegang tampuk pimpinan."

"Mufakat kalau begitu." kata dua orang hampir berbareng.

"Tidak mufakat " terdengar suara yang lain berbareng


orangnya muncul dari balik tirai yang memisahkan ruangan
yang disebelahnya.

semua mata ditujukan pada orang tadi. Kiranya dia adalah


seorang gadis cantik jelita hingga mereka jadi melongo heran
memandang si gadis yang tiada lain adalah Bwee Hiang.
Mereka menanya-nanya pada dirinya masing-masing, gadis
siapa yang muncul malam-malam dalam ruangan rapat itu.
Apakah dia manusia atau setan.

Tapi Kan Hok Hui lantas perdengarkan suara ketawanya. Ia


kemudian berkata,

"Kau bukan anggota kita, bagaimana mungkin kau dapat


mengemukakan suaramu ? sebenarnya siapakah kau ?
Malam-malam ada disini- Apa kau tidak takut dengan kami
orang ?"

"Hihi " ketawa Bwee Hiang.

" Kalau takut masa aku datang kemari ?"

"Jadi, kau mau apa ?" tegur Kan Hok Huu.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Biasanya, dalam pemilihan pemimpin, yang kuat dialah


yang dipilih sebagai pemimpin, sekarang belum ketentuan
kekuatanmu, lantas saja mengangkat diri sebagai pemimpin,
Itu tidak adil " Bwee Hiang menyatakan.

Perkataan Bwee Hiang bikin semua orang saling lirik satu


dengan lain.

Kata-kata si nona memang benar, akan tetapi siapa


orangnya yang dapat mengalahkan Kan Hok Hui yang sudah
jelas kepandaiannya di atas semua orangnya.

"Hahaha " Kan Hok Hui tertawa terbahak-bahak-

Meskipun ia merasa aneh atas kedatangannya si nona


yang tiba-tiba, ia tidak memikirkan untuk menangkapnya- Ia
tahu si nona parasnya cantik, maka ia ingin takluki Bwee
Hiang dengan kehalusan hingga hatinya si nona akan terpikat
sendiri olehnya-

Kan Hok Hui sangat licin dan cerdik. Melihat si nona ada
membekal pedang di pinggangnya, lantas tahu bahwa wanita
itu bukan sembarangan wanita. Kedatangannya pun tentu
mempunyai maksud tertentu, Ia tidak mau sembarangan
membenturnya, ia percaya dengan kecerdikannya ia dapat
menguasai si nona. siapa tahu si gadis memang sudah
menjadi jodohnya untuk menjadi istrinya.

Maka dalam gembiranya, ia tertawa, setelah tertawa ,ia


berkata,

"Nona ini adalah tamu kita, apa yang dia katakan barusan
memang benar, sekarang siapa dlantara saudara-saudara
yang ada minat untuk main-main dengan aku ? Ada baiknya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

juga untuk membuka matanya tamu kita yang ingin melihat


pengangkatan pemimpin dilakukan dengan adil"

"Nah, itu baru benar" kata Bwee Hiang, ketawa manis.

setelah sepi sejenak, seorang yang beralis tebal dan muka


lebar kelihatan bangun dari bangkunya dan maju ke depan, Ia
berkata,

"Maaf, aku un Hoa ingin coba-coba peruntungan. Harap


saudara Kan berlaku murah "

un Hoa berkata sambil angkat tangannya memberi hormat


pada Kan Hok Hui.

Kan Hok Hui bangkit dari kursinya, turun dari mimbar dan
jalan menghampiri un Hoa.

Jarak antara bangku-bangku dan mimbar, lebar juga.


Disitulah mereka bertemu untuk memperebutkan jabatan
pemimpin.

Bwee Hiang senang dapat mengadu domba kan kawanan


penjahat itu. sebaliknya Kan Hok Hui mendongkol. Tapi
karena ia sudah punya maksud untuk menakluki si nona
dengan halus, terpaksa ia harus tunjukan kepandaiannya.

Tidak banyak cakap lagi antara Kan Hok Hui dan un Hoa.
Mereka sudah lantas saling serang. Ternyata kepandaiannya
un Hoa kalah jauh, maka hanya dalam dua jurus saja ia sudah
kena ditendang nyungsep ke kolong bangku.

"Mari, siapa lagi yang maju " tantang Kan Hok Hui-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Beberapa orang yang panas hatinya sudah maju bergiliran.


Tapi semua bukan tandingan Kan Hok Hui, semua dijatuhkan
dengan mudahnya.

setelah tidak ada orang yang berani maju lagi, maka sambil
unjuk senyuman bangga, Kan Hok Hui berkata,

"setelah kalian tidak ada yang berani maju lagi, terang


jabatan pemimpin aku yang dapat, bukan ?"

"Nanti dulu, masih ada yang belum dijatuhkan" kata Bwee


Hiang, ketawa riang,

"siapa ?" tanya Hok Hui.

"Aku....."jawab Bwee Hiang.

"Kalau toh tidak masuk hitungan orang kami, bagaimana


mau merebut jabatan pemimpin? Kau pergi sana Dimana
rumah mu sebenarnya ?"

"orang mau merebut jabatan pemimpin, ini malah menanya


rumah orang segala, Itu kan tidak masuk dalam rumah. Hihihi-
.."

"Kau tidak pantas menjadi pemimpin, lebih pantas jadi


nyonya pemimpin"

Bwee Hiang deliki matanya ke arah Hok Hui, yang sedang


ketawa memandangnya.

Delikan mata Bwee Hiang yang tajam, bukan membikin


marah Kan Hok Hui, sebaliknya hatinya tergoncang dengan
serentak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Awas, akan kuselot mulut bocormu " mengancam Bwee


Hiang.

Kan Hok Hui tertawa gelak-gelak mendengar kata-kata si


nona yang lucu.

"Kau ketawa kan apa, hah " bentak Bwee Hiang.

"Aku ketawa kan kau nona manis, jadi isteri....."

"Plok " Kan Hok Hui rasakan pipi kirinya ditampar hingga
perkataannya putus setengah jalan, yang tadinya ia hendak
mengatakan jadi isitriku lebih baik.......

Tamparan si nona bukannya tidak dirasakan oleh Kan Hok


Hui, sebab seketika itu meluap amarahnya.

"Gadis liar, kau berani" bentaknya sambil menerjang si


nona di depannya, tapi Bwee Hiang dengan manis berkelit.

"Heheh, pintar juga kau berkelit, ya " kata Kan Hok Hui,
segera ia melancarkan serangan susulan. Lagi-lagi ia mesti
menyerang tempat kosong sebab si nona sudah berkelit
sambil memutar ke samping kirinya.

Kan Hok Hui kaget si nona demikian gesit. Baru saja ia


berbalik dan hendak melancarkan serangan ketiga kalinya,
tiba-tiba ia rasakan pipi kanannya ditampar. Belum tahu ada
berapa biji giginya yang rontok ketika ditampar pipi kirinya,
sekarang pipi kanannya lagi kena tamparan si nona. Entah
berapa biji lagi giginya yang rontok, tapi yang terang ketika ia
semprotkan dari mulutnya yang berboboran darah, ada lompat
keluar sampai lima buah giginya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terang marahnya Kan Ho Hui sudah sampai di rambut


kepala.

"Perempuan hina, kau berani main-main dengan tua


besarmu ? Hm " bentaknya.

Tapi sebelum ia bergerak menyerang si gadis, ia telah


didahului dengan satujotosan tepat ke dagunya hingga ia jatuh
terpelanting.

Melihat Kan Hok Hui merangkak-rangkak dengan susah


mau bangun, Bwee Hiang ketawa geli, tidak tahan ia kalau
tidak cekikikan.

Kawan-kawannya Kan Hok Hui tidak satu yang berani turun


tangan melihat pemimpinnya dihajar babak belur oleh si nona.

Ketika Kan Hok Hui dapat bangun lagi, ia hanya mengawasi


si nona denganpenuh kegusaran tapi mulutnya membungkam.

"Nah, apa kau mulai percaya dengan ancamanku ? Aku


sudah selot mulutmu yang bocor " kata Bwee Hiang seraya
ketawa terpingkal-pingkal.

Kan Hok Hui tidak menjawab perkataan si nona, sebaliknya


dengan mulut belepotan darah ia berkata pada kawan-
kawannya,

"Kalian mau tunggu apa lagi ? Lekas tangkap gadis liar itu "

Reaksi dari seruan ini ternyata mengecewakan, sebab


mereka seperi yang berlagak pilon, diam saja tak bangkit dari
duduknya.

"siapa yang dapat menangkap dia, akan kuangkat jadi


pemimpin" seru Kan Hok Hui lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seruan ini ternyata ada pengaruhnya sebab hampir


serentak semuanya pada bangun berdiri dan mengurung
Bwee Hiang yang masih enak-enak ketawa.

Kapan si nona melihat dirinya dikepung, bukannya takut


malah ketawa cekikikan, katanya,

"Kalian mau tangkap nonamu ? Bagus, silahkan tangkap "

"Kau ini budak hina dari mana, kesasar ke....."

Hulah un Hoa yang berkata. Mendingnan kalau ia tidak


buka mulut dan diam-diam mengeroyok si nona. Ini dia buka
mulut keluarkan perkataan kotor membuat Bwee Hiang sengit.
Maka ketika ia belum habis bicara, sudah dihajar mulutnya
oleh si nona.

seperti Kan Hok Hui, dari mulutnya yang belepotan darah ia


semprotkan beberapa buah giginya yang rontoh- Ia tidak
berani membuka mulut lagi tapi dengan gemas ia bantu
kawan-kawannya menerjang si gadis.

Bwee Hiang sekarang bukan Bwee Hiang jamannya si


kerudung merah, sebagai murid jago cilik kita (Lo In) si nona
tidak mengecewakan. Tambahan ia sudah berpengalaman
dalam pertempuran keroyokan. Maka dikepung dengan 30
orang, ia anggap sepi saja. Dengan lincahnya ia kelit sana sini
mengelakkan serangan. Kakinya cun tidak tinggal diam hingga
banyak yang rubuh kena ditendang jin-tiong-hiat dan jalan
darah di jidat kena dicium ujung sepatunya si nona yang
mungil. Kan Hok Hui di lain pihak berteria-teriak menganjurkan
supaya kepungan dipererat, jangan kasih si nona lolos.
sedang ia sendiri tinggal berdiri, tidak turut mengeroyok
karena dirasakan kepalanya mendenyut-denyut sakit, itulah
efek dari mulutnya yang berboran darah-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi melihat orang-orangnya makin kurang karena sudah


pada rebah dirobohkan Bwee Hiang, mau tidak mau ia
kepaksa turun tangan juga- Ia tidak bertangan kosong, tapi
dengan goloknya ia menyerang Bwee Hiang.

"Kau datang lagi ? Hehehe " Bwee Hiang menjengeki,


ketika ia kelit dari serangan golok Kan Hok Hui yang tajam.

"Budak hina, kalau malam ini aku tidak bisa tangkap kau,
benar-benar aku bukan orang she Kan, murid kesayangan si
Hantu Ketawa dari Pek-kut-nia " berkata Kan Hok Hui dengan
sombongnya.

Kini Bwee Hiang tahu kalau orang she Kan ini adalah murid
kepala dari si Hantu Ketawa. Barangkali lebih baik ia tidak
menyebutkan dirinya siapa, sebab dengan menyebutkan
dirinya adalah murid dari si Hantu Ketawa, bukan membuat si
nona jeri malah menjadi benci terhadapnya. Pikir si nona,
kalau dia ini murid si Hantu Ketawa, sudah tentu sangat jahat
seperti juga dengan gurunya yang kesohor.

sisa 10 orang yang masih belum roboh, hanya dari


kejauhan saja membantu Kan Hok Hui yang sedang kalap
menyerang Bwee Hiang.

Dalam babak yang menentukan Kan Hok Hui telah


menggunakan tipu 'Ngo seng boan goat' (Lima bintang
mengurung rembulan), goloknya diputar dan mengurung rapat,
beberapa kali menuju ke arah tubuh lawan yang berbahaya.
Bwee Hiang kaget sedikit, ia tidak mengira Kan Hok Hui punya
kepandaian boleh juga. Tapi serangan itu ia anggap ada
serangan enteng, meskipun dirinya seperti sudah terkurung
golok-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekonyong-konyong, la kelebatkan pedangnya yang tajam


pada depan mukanya Kan Hok Hui. Dalam gugup, Kan Hok
Hui menangkis.

"Trang " suara senjata keduanya beradu, kontan goloknya


Kan Hok Hui terpapas kuntung. Belum sempat orang she Kan
tenangkan hatinya yang kaget, tiba-tiba jari tangan kiri Bwee
Hiang menyelonong ke 'sam-li-hiat',jalan darah di lengan
kanan, seketika itu juga ia roboh terkulai dengan golok
buntungnya sekali, si nona telah menggunakan salah satu
jurus dari Bwee-hoa Kiam-hoat yang dinamai 'Bwee lie kian
goat' atau 'Dibalik bunga bwee mengintip rembulan', suatu
gerakan yang lihai sekali untuk memunahkan tipu 'Lima
bintang mengurung rembulan' yang digunakan oleh Kan Hok
Hui-

Melihat pemimpinnya tidak berdaya, mendeprok di lantai,


maka sisa yang 10 orang lagi yang berhati macam kertas,
semuanya berlutut minta ampun pada jago betina kita hingga
Bwee Hiang ngikik ketawa.

Di luar dugaan, kecuali Kan Hok Hui, Bwee Hiang telah


menotok bebas kawanan orang jahat yang mengeroyoknya
tadi semuranya pada berlutut di depannya Bwee Hiang.

Seperti yang masih kekanak-kanakan pikirannya, Bwee


Hiang tampak senang dirinya dipuja demikian oleh orang-
orang di depannya, Ia lantas bertindak naik ke atas mimbar
dimana ia duduk diatas kursi kebesaran (pemimpin).

Sambil ketok-ketok meja dengan pedangnya, Bwee Hiang


berkata,

"Sekalian dengar, Aku sekarang sudah jadi pemimpin


kalian lantaran sudah mengalahkan kalian semua. Kalian mau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

takluk apa tidak ? Siapa yang masih penasaran, boleh bangun


"

Semua orang manggut-manggut kepalanya, Hampir


berbareng semua orang berseru,

"Hidup,"

hidup Lie-tay-ong segala, aku bukannya kepala berandal.


Aku hanya pemimpin"

"Hidup, hidup ketua kita " terdengar pula suara berseru


ramai-ramai.

Kali ini Bwee Hiang tidak menegur, Ia kelihatan senang


dipanggil ketua. Lie-tay-ong itu ada panggilan kawanan
berandal kepada kepala berandal wanita, maka Bwee Hiang
tidak mau dipanggil Lie-tay-ong.

"sekarang aku tanya, siapa diantara kalian yang mau


mewakili bicara dengan aku. Perlu aku mengajukan beberapa
pertanyaan" berkata Bwee Hiang.

semuanya berdiam, tidak seorang yang berani bangkit dari


berlututnya.

"Hei, kenapa kalian takut ? Lekas maju satu orang untuk


aku tanyakan apa-apa."

Mendengar nada suaranya seperti yang gusar, mereka


yang berlutut pada ketakutan. Syukur ada satu diantaranya
yang bangkit dari berlutut, siapa ? Kiranya dia si un Hoa yang
coba peruntungan mengadu silat dengan Kan Hok Hui-

un Hoa maju ke depan mimbar, sambil menjura memberi


hormat, ia berkata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apa yang liehiap hendak tanyakan, tanyalah padaku. Apa


yang aku tahu, akan aku jawab sejelasnya. Harap Liehiap
jangan kuatir dibohongi."

Bwee Hiang diam-diam ketawa geli dalam hatinya. Belum


apa-apa un Hoa sudah mencegah orang jangan kuatir
dibohongi. Memangnya ia (un Hoa) tukang ngebohong ? Tapi
kalau dilihat tampangnya, un Hoa kelihatan ada jujur dan
besar nyalinya, Ia senang, maka Bwee Hiang menanya,

"Siapa itu tukang bohong (dusta) ?"

"Aku bukan bilang tukang bohong, tapi sebagai penegasan


bahwa aku tidak akan membohongi Liehiap dalam tanya jawab
yang kuberikan pada Liehiap."

"Bagus." kata Bwee Hiang.

"Sekarang yang pertama kutanya, apa kau pernah lihat ada


anak berwajah hitam, kira-kira berusia 16 tahun ada datang
kemari ?"

"Tidak pernah kulihat ada anak muka hitam kemari-"

Heran Bwee Hiang, si adik kecil tidak datang kesitu.


sebaliknya hatinya merasa lega. Cuma kemana perginya si
adik kecil itu.

"Lalu, matinya Thoat Beng Mo siauw lantaran apa ? Kalau


sakit, sakit apa dan kalau dibunuh siapa yang membunuhnya
pemimpin kalian itu ?"

"Pemimpin klta dibunuh oleh Kim Coa siancu."

"Hah siapa itu Kim Coa siancu ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak tahu, hanya menurut kata teman-teman


orangnya sangat cantik-"

"He, cantik mana dengan aku ?"

un Hoa membisu- Tapi dalam hatinya diam-diam merasa


geli atas pertanyaan si nona.

"Bagaimana, cantik mana dengan aku "

"Aku tidak tahu karena aku tidak melihat dengan mata


sendiri Kim Coa siancu itu. Jadi kau tidak bisa
membandingkannya dengan Liehiap."

"Bagaimana Kim Coa siancu dapat membunuh pemimpin


yang terkenal lihai ?"

"Dia kena digigit ular emasnya."

"stop soal Kim Coa siancu. sekarang kutanya, ada berapa


banyak wanita yang ada dikurung disini ?"

"Tidak tahu persis jumlahnya tapi lebih dari sepuluh orang."

"Bagus, semuanya baik-baik saja tinggal disini ?"

"Ia semuanya baik-baik saja. Semuanya menurut, cuma


ada satu gadis dari ong-ke-chung yang kemarin diculik sampai
sekarang menangis saja."

"Hah, kenapa demikian ? Lekas kau bawa dia kemari "

un Hoa mengiyakan. Ia putar tubuhnya dan pergi ambil si


gadis she ong. sebentar lagi gadis itu sudah dibawa
menghadap Bwee Hiang. Ternyata un Hoa mendapat
kesulitan untuk membawanya karena si gadis meronta-ronta
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan menggigit, tidak mau dibawa keluar kamarnya. Disamping


menggigit dan mencaci maki un Hoa, si gadis juga berjeritan
menangis.

Kapan sudah berhadapan dengan Bwee Hiang, si gadis


memandang jago betina kita dengan roman menghina, tidak
lagi menangis dia.

Bwee Hiang menjadi heran, ia menanya,

"Kau berasal dari ong-ke-chung ?"

"Kalau sudah tahu, buat apa tanya ?" sahut si gadis ketus.

"Hei, kenapa kau marah-marah ?" tanya Bwee Hiang.

" Aku pantas marah sebab aku benci padamu. Kau sesama
jenis denganku tapi perbuatanmu sangat cabul " si gadis ong
menuduh Bwee Hiang hingga si nona jadi kebingungan. Tapi
segera Bwee Hiang dapat menyelami pikiran si gadis ong itu,
rupanya ia menyangka bahwa dirinya adalah komplotan dari si
Hantu Ketawa.

"Hehe, adik ong, kau jangan sembarang sangka- Apa kau


kira aku ini anggota komplotannya si Hantu Ketawa ?"

si gadis terbelalak matanya, memandang tajam pada Bwee


Hiang, malah mengucek-ngucek matanya seperti ingin melihat
lebih tegas- Memang wanita yang dilihatnya itu cantik betul
tapi tidak ada sifat-sifat genit- Duduk disampingnya pun tidak
ada orang lelaki- Ia heran, lalu menanya,

"Kau siapa ?"

"Mari kau naik, akan kuperkenalkan siapa encimu " Bwee


Hiang menggapai.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika si gadis sudah naik di atas mimbar dan berhadapan


dengannya, Bwee Hiang menanya perlahan,

"Namamu siapa, adik ?"

"Aku ong Kui Hoa, dan enci siapa ?" si nona balik menanya.

"Bagus, adik Hoa. Aku sendiri Bwee Hiang she Liu." sahut
Bwee Hiang.

"Tapi enci, kenapa kau ada disini ? Ini tempat kotor " tegur
Kui Hoa.

"Justru ini tempat kotor aku mau bikin bersih, adik Hoa."
kata Bwee Hiang lalu perlahan-lahan dengan singkat ia
menerangkan maksud kedatangannya kesitu.

Tiba-tiba saja Kui Hoa jatuhkan diri, berlutut sambil berkata,

"Enci, kau ada injin (tuan penolong) yang kuharap-harap,


oh, sungguh tidak terduga-duga....." berbareng ia memeluk
kakinya Bwee Hiang hingga si nona

tersipu-sipu mengangkat bangun Kui Hoa serta katanya,

"Adik Hoa, kau jangan begini- Nanti bila semua urusan


beres, akan kuantar pulang kau kerumahmu."

Bukan main girangnya ong Kui Hoa, hampir ia memeluk


dan mencium pipi Bwee Hiang saking merasa sangat
berterima kasih. kalau tidak Bwee Hiang menggoyang
tangannya dan matanya mengedipi supaya si nona berlaku
tenang-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Hoa berdiri di sampingnya, ia tidak mau duduk


meskipun beberapa kali Bwee Hiang menyuruh ia duduk
disampingnya-

Bwee Hiang lihat paras Kui Hoa cukup cantik meskipun


tidak secantik dirinya- Hanya kedua matanya pada benggul,
rupanya si nona menagis terus-terusan.

"Hei, un Hoa " kata Bwee Hiang.

"Coba kau kumpulkan wanita-wanita lainnya semua."

un Hoa menurut. Agak lama juga baru keluar dengan


menggiring kira-kira 15 orang wanita. Mereka dikumpulkan
dibawah mimbar untuk diperiksa oleh Bwee Hiang. setelah
memandang agak lama juga, Bwee Hiang menanya pada Kui
Hoa,

"Adik Hoa, bagaimana pendapatmu tentang mereka ?"

"Ah, semuanya perempuan tidak benar-" sahut si gadis-

Memang tepat kata-katanya Kui Hoa, sebab semuanya


pada genit-genit- Alisnya yang disipat, bibirnya yang dimerahi
serta wajahnya yang dipoles medok dengan pupur sebagai
tanda bukti bahwa sekumpulan wanita itu adalah wanita tidak
benar- Hanya menjadi wadah lelaki dapat melampiaskan
napsu birahinya. Tegasnya merupakan wanita 'mainan' kaum
lelaki dalam tempat kotor itu.

Bwee Hiang anggukkan kepalanya mendengar jawaban Kui


Hoa.

Tapi mengingat bahwa wanita-wanita itu tadinya adalah


perempuan-perempuan benar, karena berbuah demikian itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gara-gara paksaan dari lelaki yang ganas. Bwee Hiang masih


dapat mempertimbangkan keputusannya.

Bwee Hiang lalu suruh un Hoa kumpulkan semua harta


yang ada dalam kuil itu, tapi ternyata tidak seberapa sebab
benda-benda yang mahal dan berharga katanya sudah
diangkut pergi oleh Tui Hun Lolo ke Hek-liong-tong. un Hoa
dan kawan-kawannya menyatakan tidak tahu dimana letaknya
gua Naga Hitam itu, ketika ditanya Bwee Hiang.

"Adikku." kata Bwee Hiang pada Kui Hoa-

"Kau tunggu sebentar disini- Aku akan bicara dengan


mereka-" Berbareng Bwee Hiang sudah turun dari mimbar, Ia
menghampiri Kan Hok Hui dan membebaskan ia dari totokan
sehingga ia dapat berdiri bebas.

"Semua bangun" seru Bwee Hiang. Dengan serentak


semua yang berlutut pada bangun berdiri

"Kalian tentu tahu kewajiban terhadap pemimpinnya, segala


titahnya harus dituruti, tidak boleh dibantah, bukan?"

demikian Bwee Hiang menanya pada mereka. semua orang


mengiyakan dengan berbareng.

"Nah, sekarang begini-" kata Bwee Hiang lagi.

"Aku sebagai pemimpin memerintah kepada kalian untuk


pulang ke masing-masing kampung halaman dan carilah
usaha dengan jalan halal. Masing-masing akan dapat bagian
bekal hidup sederhana. Tapi ingat Apabila aku dengar kalian
membuat sarang lagi dan mengumpulkan kawan-kawan untuk
melakukan kejahatan, akan kudatangi kalian. Disitu, selain
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sarang kalian, jiwa kalian pun akan aku musnahkan untuk


dikirim ke akhirat tanpa ampun"

semua orang yang mendengarnya pada bergidik, berdiri


bulu badannya. Bwee Hiang lalu menggapai Kan Hok Hui yang
lalu datang menghampiri

"sebenarnya," kata Bwee Hiang,

"siang-siang aku sudah mau tebas batang lehermu untuk


menyusul rohnya siauw Cui dan si orang she Tan menghadap
ciiam-lo-ong. Tapi biarlah kuampuni sekali ini"

Kan Hok Hui kaget mendengar rohnya mau dikirim


menyusul rohnya siauw Cui dan si orang she Tan. Apakah si
nona ada menyaksikan adegan ia membunuh dua orang cabul
itu ? Tanyanya dalam hati kecilnya.

Bagaimana pun ia merasa sangat berterima kasih kepada


Bwee Hiang yang mengasih kesempatan untuk ia hidup. Ia
menjura pada si nona, katanya,

"Liehiap, budimu yang besar tidak mengambil jiwaku, aku


tak akan melupakan. Kalau aku tak dapat membalas sekarang,
biarlah di lain penitisan aku dapat membalasnya. Aku berjanji
selanjutnya akan menuntut penghidupan yang halal "

"Bagus, bagus." kata si nona, girang ia mendengar kata-


katanya Kan Hok Hui.

"sekarang aku kuasakan padamu untuk mengatur


pembagian harta untuk bekal kau dan kawan-kawan dalam
hidup selanjutnya. Nah, mulailah kau bekerja "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan dibantu un Hoa, Kan Hok Hui sudah


menyelesaikan perintah Bwee Hiang. Harta yang ada di bagi
rata diantara mereka.

Bwee Hiang sementara itu sudah ada diatas mimbar lagi,


tengah duduk bersama-sama Kui Hoa yang sekarang tidak
menolak lagi untuk diajak duduk bersama-sama oleh Bwee
Hiang. Mereka omong-omong seperti kenalan lama saja
hingga Kui Hoa merasa sangat senang terhadap teman
barunya ini.

sebentar lagi Kan Hok Hui dan Un Hoa melaporkan bahwa


pekerjaan pembagian harta sudah selesai, si nona mau suruh
apa lagi ?

Tindakan selanjutnya dari Bwee Hiang adalah membakar


habis sarang penjahat itu, kemudian ia bubarkan mereka
setelah terlebih dahulu diancam akan diambil jiwanya kalau
lain kali mereka diketemukan masih melakukan kejahatan.

Kemudian Bwee Hiang antar Kui Hoa pulag ke ong-ke-


chung.

Kita kembali kepada Kim Coa siancu yang tidur bersama-


sama Leng siong.

Malam itu Leng siong dan ibunya menjaga Kim Coa siancu
dengan penuh perhatian. Istimewa nyonya Teng, yang saban-
saban melongok ke dalam kelambu dan memandang
parasnya Kim Coa siancu yang cantik dengan tidak merasa
bosan.

"Ibu, dia lagi tidur, jangan diganggu " kata Leng siong ketika
melihat sang ibu beberapa kali telah melongok ke dalam
kelambu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi peringatan Leng siong seolah-olah tidak diacuhkan


oleh nyonya Teng sebab di lain saat kembali ia menyingkap
kelambu dan memandang parasnya si Dewi ular emas dengan
termenung-menung.

Lama-lama Leng siong menjadi curiga, ia menanya,

"Ibu, kau kelihatannya tidak bisa diam. saban-saban


melongok ke dalam kelambu. Ada apa sih dengan siancu ?"

Nyonya Teng menghela napas dan parasnya agak kusut,


seperti ada urusan ruwet yang ia pikirkan. Leng siong menjadi
heran, ia menanya,

"Ibu, ada apa sih dengan siancu ? Kelihatannya ibu sangat


tertarik olehnya."

"Anak siaong, dia......." terputus bicaranya ketika terdengar


pintu kamar diketuk perlahan dari luar.

"Siapa ?" tanya Leng siong seraya menghampiri pintu.

"Ayah, anak siong." terdengar jawaban dari sebelah luar.

Leng siong cepat membuka pintu, tampak di depannya ada


ayahnya yang berdiri-

"Bagaimana keadaannya, sudah mendusin dia ?" tanya


sang ayah, mendahului sang puteri yang sudah membuka
mulutnya hendak bicara.

"Tengko yang datang ? Lekas masuk kemari " berkata


nyonya Teng dari sebelah dalam. Tengko artinya kakak Teng,
panggilan sehari-hari nyonya Teng kepada suaminya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Teng Hauw lantas masuk, menghampiri isterinya yang


berdiri di tepi pembaringan sambil menyingkapkan kelambu.

"Tengko, coba kau lihat " kata sang isteri-

Teng Hauw cepat mendekati isterinya dan ikut memandang


pada parasnya Kim Coa siancu yang seperti tengah tidur
nyenyak-

Paras cantik itu menyungging senyuman yang tak mudah


dilupakan oleh siapa yang melihatnya-

setelah suami isteri itu memandang agak lama, keduanya


lalu saling bertukar pandang dan tersenyum hingga Leng
siong yang menyaksikan gerak gerik kedua orang tuanya itu
merasa heran.

"Kalian lagi bikin apa ?" kata Leng siong, seraya


menyelipkan badannya diantara mereka dan turut memandang
ke arahnya Kim Coa siancu.

Kini pandang suami isteri itu dialihkan kepada parasnya


Leng siong.

"Tengko, tidak bisa salah lagi dianya....." kata nyonya Teng


perlahan kepada suaminya yang segera angguk-anggukkan
kepalanya mendengar kata-kata sang isteri.

Leng siong menjadi bingung, Ia menanya,

"Dianya siapa, ibu ?"

"Dia tidak salah lagi tentu encimu." jawab nyonya Teng


tersenyum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aah Aku ada punya enci ? Kenapa ibu tidak mengatakan


itu kepadaku ?"

"Ceritanya panjang, kejadian itu pa da........" nyonya Teng


terputus bicaranya mendengar siancu ngelindur, katanya,

"Adik In, adik In kau nakal betul "

Leng siong terkejut. "Aha Tidak bisa salah lagi siancu


adalah Eng Lian yang dicari-cari si bocah muka hitam" kata
Leng siong dalam hatinya.

"Dia adalah enci Eng Lian yang tengah dicari setengah mati
oleh adik kecil." kata Leng Siong pada ayah dan ibunya.

"segala sesuatu nanti akan terang, apabila siancu sudah


siuman." sahut nyonya Teng, lalu kembali memandang
parasnya siancu yang cantik jelita.

"Adik In, nanti encimu marah......" kembali siancu ngelindur,


parasnya tampak tersenyum-senyum akan tetapi matanya
terus meram saja.

"Nanti aku panggil Taysu." kata Teng Hauw seraya


ngeloyor keluar. Tidak lama lagi Kim Wan Thauto sudah
masuk ke dalam kamar.

Kali ini kelambu bukan disingkap lagi, malah dipentang


lebar supaya semua orang dapat melihat siancu dan
mendengar ngelindurnya. Kie Giok Tong dan tiga saudaranya
tidak turut masuk, mereka hanya mendengarkan di sebelah
luar.

Agak lama juga siancu ditunggu berkata-kata pula dalam


ngelindurnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika Kim Wan Thauto kegerahan berada di dalam kamar


lama-lama, baru saja ia hendak ngeloyor keluar sebentar, tiba-
tiba ia

mendengar siancu berkata,

"Adik In, kau tidak mau turut perintah encimu ? Awas, kalau
encimu sudah marah— Hihihi......"

Kim Wan Thauto geleng-geleng kepala. "Dia benar Eng


Lian, teman mainnya anak In." kata si Thauto-

"Cuma herannya, kenapa dia bisa jadi Kim Coa siancu ?"

"sebelum dapat keterangan, memang kita dalam gelap,


Taysu-" menjawab nyonya Teng ketawa.

"Nanti kalau siancu sudah siuman, baru kita dapat


pemecahannya."

"Hujin (nyonya) benar." kata Kim Wan Thauto.

"Tolong dijaga, coba bagaimana sikapnya kalau dia sudah


mendusin."

"Terang kami akan jaga betul, sebab si nona mungkin


bukan orang lain." nyeletuk nyonya Teng, membuka rahasia
dia-

"Bukan orang lain bagaimana ?" tanya Kim Wan Thauto


ingin tahu.

"Mungkin si nona adalah anak kita." menyahut Teng Hauw.

"Hahaha.....bagus, bagus." Kim Wan Thauto tertawa.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana riwayatnya, coba kasih cerita sedikit untuk


menambah pengetahuanku. "

"Ah, nanti saja kalau si nona sudah siuman." sahut nyonya


Teng.

Kim Wan Thauto mengangguk-angguk- Ia tidak memaksa,


sebaliknya menghela napas. Katanya,

"sekarang anak In sekarang tidak ada disini, coba ada,


bagaimana girangnya dia menemukan enci Liannya kembali."

"Dia pergi kemana ?" nyeletuk Leng siong, hingga Kim Wan
Thauto heran si gadis nyeletuk tanpa banyak pikir lagi.

Leng siong merasa keterlepasan omong, wajahnya semu


merah- Tapi ia tidak menyesal, memang ia sangat ingin tahu
kemana si bocah muka hitam itu perginya-

"Dia lagi menyusul atau boleUi dikatakan mencari Bwee


Hiang." kata Kim Wan Thauto, tersenyum ke arah si gadis-

Leng siong juga tersenyum, lalu menundukkan kepala.

setelah Kim Wan Thauto dan Teng Hauw pada keluar untuk
omong-omong lagi di ruangan pertengahan, Leng siong lalu
menanya pada ibunya,

"Ibu, kau tidak menceritakan padaku bahwa aku ada


mempunyai cici. Nah, sekarang kau harus cerita. Tidak mau
aku menunggu lama-lama."

"sabar, anak siong. Kapan encimu belum mendusin..." si


nyonya hentikan omongannya, nampak pembaringan
bergoyang- goyang dan kelambu yang barusan sudah ditutup
lagi seperti disingkapkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hei, aku ada dimana ini ?" tiba-tiba Leng Siong dan ibunya
dibikin kaget oleh kata-kata yang keluar dari dalam kelambu.
Disusul oleh turunnya Kim Coa siancu dari pembaringan
dengan tiba-tiba.

"Eh, enci, enci, kaujangan bangun dulu." kata Leng siong


seraya memburu dan mendorong Kim Coa siancu supaya tidur
kembali-

Tentu saja dorongan Leng siong tidak ada artinya bagi si


Dewi ular emas karena Leng siong merasa ia seperti
mendorong tiang besi yang tidak bergeming.

"Kau siapa ?" tanya si Dewi ular emas, ketika melihat Leng
siong mendorong-dorong ia untuk naik kembali ke atas
pembaringan.

"Aku adikmu, Leng siong." jawab si nona.

" Enci, jangan turun dulu, harus tiduran, enci terlalu lelah "

"Leng siong, adikku ? Aku tidak kenal " kata si Dewi ular
Emas seraya duduk di tepi pembaringan dan mengawasi
parasnya Leng siong dengan tajam.

Leng siong melihat siancu sudah duduk di tepi


pembaringan dan mengawasi saja kepadanya, dengan
tersenyum ia berkata,

"Enci Eng Lian, kau heran wajahku mirip dengan wajahmu,


bukan ?" siancu hanya duduk termangu-mangu, tidak
menjawab pertanyaan Leng siong.

Ia seperti sedang mengumpulkan ingatannya yang sudah-


sudah. Leng siong tidak mengganggu, ia hanya berdiri di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dekatnya siancu. Di lain pihak, perlahan-lahan nyonya Teng


datang menghampiri mereka. sebagai orang tua yang sudah
berpengalaman, nyonya Teng mengerti siancu membutuhkan
banyak waktu untuk dapat mengumpulkan ingatannya yang
sudah terlupakan, Ia dan Leng siong menunggu sampai siancu
sebentar dapat bicara.

Tidak lama atau siancu sudah berpaling kepada nyonya


Teng,

"Bibi ini siapa ?" ia menanya tapi nyonya Teng tidak lantas
menyahut, hanya tersenyum ke arahnya.

Kembali siancu termangu-mangu- Ia tidak menghiraukan


pertanyaan tadi tidak dijawab oleh nyonya Teng. sampai tiba-
tiba ia berkata,

"Ah, sekarang aku ingat. Adik ini yang ada dipaseban


menonton aku bertarung dengan si bocah muka hitam, bukan
?"

" ya." jawab Leng siong singkat.

"Eh, itu si bocah hitam, bukan adik In ?" kata pula siancu,
setelah sejenak ia termenung-menung lagi.

"Kenapa aku berkelahi dengan adik In ? Aduh, kasihan dia


kena kugigit sampai borboran darah...."

"Enci Eng Lian, bukan ?" Leng siong menanya perlahan.

"ya, aku Eng Lian." sahutnya, seraya matanya mengawasi


pada pakaiannya.

"Eh, kenapa pakaianku macam ini ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng siong dan ibunya saling melirik dan tersenyum.

"Dimana aku berada sekarang, adik ?" tanyanya pada Leng


siong.

"Enci berada dikamarku." sahut si nona rumah-

"Hei, kenapa aku bisa berada di dalam kamarmu ?"

"Coba enci ingat-ingat dengan perlahan, kenapa bisa


berada disini." Eng Lian tersenyum, Ia kembali kumpulkan
ingatannya.

"oh, ya, aku ingat sekarang." tiba-tiba siancu alias Eng Lian
berkata.

"Setelah aku menggigit lengannya adik In, lantas aku


merasakan kepalaku pusing dan tidak ingat lagi. Bukan
lantaran itu, aku dibawa kemari"

Leng siong anggukkan kepala seraya tersenyum, Ia tidak


mau banyak-banyak omong supaya ingatan siancu lebih cepat
kembali.

Ia mau kasih kesempatan Eng Lian bicara lebih banyak,


menandakan bahwa ingatannya sudah kembali betul-betul.

"Dimana adanya adik In ?" Eng Lian menanya.

"Dia ada disini-" sahut Leng siong.

"Coba kau tolong panggilkan dia kemari."

"oh, dia lagi keluar. Mungkin besok pagi baru balik,"

"Ah, si nakal itu. Kemana saja dia sudah pergi ? Tidak ingat
kepada encinya "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik kecil selalu ingat kepadamu enci, malah sekali tempo


aku lihat dia menangis memikirkan enci-"

"Apa iya ? Akan kucubit dia kalau ketemu "

Leng siong melengak. Pikirnya, enci Eng Uan ini benar-


benar masih kekanak-kanakan.

Pantas si bocah wajah hitam selalu merindukan dia sebab


teman mainnya ada demikian manja terhadapnya. sampai
begitu jauh nyonya Teng tidak campur bicara tapi setelah
melihat siancu atau Eng Lian mulai berkumpul ingatannya,
tentu ia nimbrun bicara hingga lama-lama dalam kamar itu
menjadi ramai dengan tertawa mereka. Eng Lian bisa
membanyol, sudah tentu saja ia mudah mengitik urat ketawa
Leng siong dan ibunya sehingga bukan sekali dua kali mereka
tertawa terpingkal-pingkal.

sementara itu malam pun sudah larut. Maka nyonya Teng


meninggalkan dua gadis jelita itu untuk balik ke kamarnya
sendiri.

Balik kepada jago cilik kita yang pagi-pagi pulang habis


mencariBwee Hiang dengan sia-sia. Ia menanti di ruang
depan atas kemunculannya Kim Coa siancu.

Ketika cuaca sudah makin terang, belum juga kelihatan


siancu atau enci Eng Lian muncul, Lo In menjadi gelisah- Ia
berkata pada Kim Wan Thauto,

"Toako, kenapa belum juga kelihatan enci Eng Lian keluar


?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Wan Thauto ketawa ke arahnya- sebelum ia


menjawab, tiba-tiba muncul satu pelayan wanita kecil
menyuruh Lo In masuk ke dalam-

"Nah, suruhan itu sudah datang, jangan kuatir, enci Eng


Lianmu tidak akan lari." goda Kim Wan Thauto kepada jago
cilik kita.

Lo In ketawa nyengir, seraya bangkit dari duduknya


mengikuti si pelayan masuk ke dalam, sebelum sampai di
dalam, Lo In menanya pada si pelayan,

"Hei, adik kecil, siapa yang undang aku masuk? Apa


nonamu, nona tamu atau nyonya besar ?"

si pelayan tersenyum,

"Tiga-tiganya." sahutnya ketawa geli-

"Ah, kau main-main. Nona tamu itu yang undang, bukan ?"
tanya Lo In lagi-

"Lihatlah nanti." sahut si pelayan singkat.

sementara itu mereka sudah sampai diruangan dalam,


dimana sudah menanti nyonya Teng Hauw- si bocah kecewa
karena tidak melihat Kim Coa siancu maupun Leng siong di
situ-

"Bibi Teng, mana enci Eng Lian dan Leng slong ?" ua lantas
saja menanya pada nyonya rumah.

"Sabar" sahut nyonya rumah-

"Mari, mari duduk, menunggu sebentar"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Malas-malasan Lo In ambil tempat duduk- Hatinya kecewa


lagi tatkala nampak Teng Hauw, Kim Wan Thauto, Kie Giok
Tong dan lain-lain saling susul muncul dalam ruangan itu.

Mereka disilahkan dengan hormat oleh nyonya rumah untuk


mengambil tempat duduk-

Kim Wan Thauto melihat Lo In tidak gembira nampak


kedatangan mereka ke dalam ruangan itu, lantas berkata,

"Anak In, pagi ini ada kejadian yang tak dapat dilupakan
seumur hidupmu. Maka kami orang ingin turut
menyaksikannya -"

Lo In tidak tahu apa yang dimaksudkan oleh sang Toako,


tapi ia terpaksa unjuk ketawa nyengirnya yang terkenal.

setelah semua ambil tempat duduk, nyonya Teng berkata


pada si bocah,

"Hiantit (keponakan), aku sudah tua. Mataku sudah lamur


untuk membedakan barang yang hampir serupa warnanya.
Maka aku undang kau datang untuk menolong
membedakannya dua barang yang sama bentuknya "

"Bibi Teng bisa saja-" kata si bocah-

"Dengan sejujurnya aku mengatakan, aku juga tak dapat


membedakan barang yang hampir sama bentuknya-"

"Hiantit masih muda, mata masih terang, aku tidak percaya


kalau tak dapat membedakan barang yang hampir serupa
warnanya." berkata lagi nyonya rumah, matanya melirik
kepada para tamu sambil tersenyum-senyum-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Wan Thauto mesem, Kie Giok Tong angguk-


anggukkan kepalanya, lainnya pada menahan ketawa gelinya,
semua itu tanpa disadari oleh Lo In, jago cilik kita.

"Mana barangnya, bibi Teng ?" kata Lo In tidak sabaran.

Pikirnya, orang mau ketemu enci Lian, ini malah menyuruh


orang membedakan barang sebala. Benar-benar bibi Teng ini
brengsek orangnya

"Nanti aku akan suruh orang mengambilnya." sahut nyonya


rumah seraya menyuruh satu pelayan perempuan masuk ke
dalam.

Katanya untuk mengambil barang, tidak tahunya yang


muncul.........dua bidadari kembar keluar dari balik tirai dengan
tersenyum-senyum riang.

"Hianti, nah tuh dia, coba kau bedakan mana adalah enci
Lianmu ?" berkata nyonya Teng ketika melihat Lo In bengong
terlongo-longo di tempat duduknya.

Dua nona yang baru muncul itu wajahnya seperti pinang di


belah dua, pakaiannya sama, gerak geriknya sama, semua
sama, dari mana bisa dibedakan yang mana Eng Lian dan
yang mana Leng siong ?

Bukan hanya Lo In tapi juga Teng Hauw, Kim Wan Thauto


dan yang lain-lainnya duduk terpesona di atas kursinya
masing-masing menampak sepasang anak kembar itu muncul.
Cantik menggiurkan sepasang dara kembar itu, siapa pun tak
dapat membantahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dara kembar itu tidak menghampiri meja perjamuan, hanya


berpose tidak jauh dari Lo In duduk, tersenyum-senyum ke
arahnya.

Lo In kucek-kucek matanya sambil menggeleng-geleng


kepala.

"Bibi Teng, mana enci Lian, enci Leng siong ?"tanyanya


pada nyonya Teng.

"Kenapa jadi menanya padaku ?" sahut nyonya rumah


ketawa.

"Bibi Teng, jangan main-main. Lekas unjukkan yang mana


adalah enci Eng Lian."

"Anak In, kau jangan suruh bibi Teng yang unjuk Mana dia
tahu tahu yang mana Eng Lian atau Leng siong. Bukankah tadi
dia minta pertolonganmu untuk membedakannya ?"

Lo In ketawa nyengir, Ia sudah kepingin peluk enci Eng


Liannya untuk melepaskan rindunya kepada teman mainnya
itu, akan tetapi siapa diantara dua dara itu adalah enci Liannya
yang tepat ? lantaran ceroboh, bisa-bisa ia memeluk Leng
siong, bukankah itu akan menggelikan orang ? Bingung luga
Lo In.

Ketika nyonya rumah mendesak supaya Lo In lekas


menyebutkan yang mana adalah enci Eng Liannya, ia berkata,

"Baiklah, aku nanti pilih- Paling-paling juga aku nanti


kesalahan menyebut enci Leng siong adalah enci Eng Lian,
tidak apa toh "

"oo, tidak bisa begitu" kata Kim Wan Thauto-


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Habis bagaimana ? Toako ini suka banyak urusan"

"Kalau anak In salah tebak, artinya anak In tidak sungguh-


sungguh mengenangkan enci Lianmu. Maka Eng Lian juga
akan kembali menjadi Kim Coa siancu."

Lo In menjublek mendengar kata-katanya Kim Wan Thauto-

"Celaka tiga belas, memang seharusnya aku mengenali


enciku- Kalau gagal, enci Lian akan marahi aku." demikian
pikir si bocah- Sembari berpikir ia mengawasi dengan tajam ke
arah dua dara di depannya- Tapi meskipun matanya lihai
dapat melihat jauh, ia tak dapat menemukan tanda tai lalat di
atas alis kirinya Eng Lian.

Rupanya tanda itu sudah ditutupi oleh nyonya Teng ketika


dua dara itu di make-up-

Tapi Lo In adalah bocah cerdik luar biasa. Pantang


menyerah, kalau hanya kehilangan tanda tai lalat pada alis
kirinya Eng Lian, ia sudah lantas mencari akal lagi.

"Aku sekarang hendak menanya pada kedua enci, siapa


aku ini ?"tanya Lo In.

"Lo In, si bocah hitam " terdengar dua dara itu menyahut
berbareng.

Lo In kaget. Pikirnya,

" Celaka, dua dara ini menyebut aku si bocah hitam,


semestinya enci Lian tak akan menyebut demikian."

Bingung dia karena suaranya dua dara kembar itu sama,


tak dapat dibedakan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia memandang ke arah sepasang dara itu, mereka


tersenyum sama, melirik sama, habis yang mana satu adanya
enci Lianku ? Tanya hati kecilnya.

"Dari mana aku asalnya ?" ia lalu menanya lagi.

"Dari lembah Tong-hong-gay." sahut sepasang dara


berbareng.

"siapa orang yang sayang padaku selama diatas Tong-


hong-gay ?"

"Liok sinshe-"

"Di mana sekarang adanya Liok sinshe ?"

sepasang dara itu saling pandang sejenak, tapi lantas


menyahut,

"Belum diketemukan."

Tadinya Lo In sudah kegirangan, pertanyaannya paling


belakang tak dapat dijawab oleh salah satu diantaranya, tapi
mengapa jawabannya jitu benar dua-duanya ? Lo In berpikir
sebentar- Pusing ia, buntu jalan.

"Sudahlah enci Lian, jangan godai adikmu."

"yang mana enci Lianmu ?"

"Tunggu, tunggu aku akan unjukan." kata Lo In seraya


bangkit dengan tergesa-gesa dari duduknya hingga lengannya
kebentur sana sini. Baru ia bertindak dua langkah
menghampiri si dara kembar tiba-tiba ia berjengit-

"Aduh, sakit lengan ku bekas digigit- Aduh, aduh "


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In berteriak mengaduh sambil pelangi lengan yang


bekas digigit Kim Coa siancu hingga Kim Wan Thauto dan
lain-lainnya jadi kaget- sebelum mereka memberikan
pertolongan, dua dara kembar sudah ada di dekat Lo In pada
memegangi lengan Lo In.

Dara yang dikiri yang memegangi lengan kirinya yang tidak


terluka berkata,

"Adik kecil, kau kenapa ?"

Dara yang memegangi lengan kanannya yang terluka


berkata,

"Adik In, kau kenapa ?"

Tiba-tiba saja Lo In tertawa terbahak-bahak hinga dua dara


kembar itu menjadi terperanjat.

"Apa yang kau ketawakan, adik kecil ?" tanya dara yang di
sebelah kiri

"Apa yang kau ketawakan, adik In ?" tanya dara yang


disebelah kanan.

Pertanyaan sepasang dara jelita itu, bukannya dijawab oleh


Lo In, ia malah tertawa makin keras dan terpingkal-pingkal,
semua orang heran kenapa Lo In tertawa demikian enaknya.

setelah Lo In berhenti ketawa, entah bagaimana si bocah


bergerak, tahu-tahu dara yang disebelah kanannya sudah
jatuh dalam pelukannya.

"Adik In, adik In, kau jangan gila-gilaan begini " si dara
meronta-ronta.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahaha, inilah enci Eng Lianku " berkata Lo In dengan


suara gembira.

Eng Lian yang sudah ketahuan siapa dirinya, kontan ia


mencubit Lo In.

"Anak nakal, kau belum mau lepaskan encimu ?"ia


membentak si bocah-

sambil tertawa berkakakan Lo In lepaskan pelukannya dan


kembali ke tempat duduknya-semua orang kebingungan,
apakah benar yang dipeluk Lo In tadi adalah nona Eng Lian.
Mereka hampir berbareng melirik pada nyonya Teng yang
tampak anggukan kepalanya sambil tersenyum.

" Lihai, lihai " kata Kie Giok Tong sambil tunjukkan
jempolnya.

Eng Lian dan Leng siong sementara itu sudah turut duduk
menghadapi meja perjamuan seraya ketawa riang.

"Bagaimana kau bisa membedakan enci Lianmu, anak In ?"


tanya Kim Wan Thauto, penasaran ia sebab sepasang dara itu
sukar dibedakan.

"sebenarnya dia sulit juga, beberapa pertanyaanku dijawab


betul semuanya, malah suaranya enci Eng Lian dan Leng
siong tidak ada bedanya. Barusan aku mengaduh hanya pura-
pura saja, mau lihat reaksi dari mereka terhadapku. Dua-dua
perhatiannya sama mesranya, cuma mereka lupa satu hal
yang membuka rahasia. Hahaha " Demikian Lo In
menerangkan, hingga Eng Lian dan Leng siong penasaran.

Hampir berbareng mereka menanya,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apakah yang membuka rahasia ?"

"Panggilan padaku. Hahaha " Enci Leng siong panggil 'adik


kecil', sedang enci Eng Lian 'adik In' yang sudah meresap
dalam telingaku-"

Leng siong ketawa ngikik.

Eng Lian deliki matanya yang bagus ke arah si nakal- Kalau


tidak banyak orang mungkin Kim Coa siancu yang sekarang
kembali pada Eng Lian akan mencubit Lo In-

Leng siong nampak Lo In dan Eng Lian beradu pandangan


mesra rada-rada tergetar hatinya- Tapi la yang wataknya
halus, kejadian itu hanya sejenak saja menggetarkan, lantas
sudah hilang tanpa bekas-

semua orang kagum akan kecerdikan si bocah hitam.


Perjamuan makan sementara itu sudah dimulai-

Kiranya perjamuan makan itu diadakan oleh tuan dan


nyonya rumah untuk kehormatan d memberi selamat kepada
Lo In dan Eng Lian, sudah berpisah dua tahun lamanya,
sekarang dapat berkumpul kembali-Lo In dan Eng Lian diam-
diam merasa girang atas kebaikannya keluarga Teng.

si bocah kelihatan makan banyak, rupanya hatinya sangat


gembira menemukan kembali teman mainnya yang sangat
dirindukannya, sering-sering mereka beradu pandang disusul
oleh senyuman masing-masing yang sudah dikenalnya.

"Nona Lian." tiba-tiba Kim Wan Thauto berkata,

"Hari ini adalah hari baik- sungguh aku dan saudara-


saudara yang lainnya turut merasa girang bahwa kau dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

anak In sudah dapat berkumpul kembali. Dalam kesempatan


yang sebaik ini, bagaimana kalau kau mendongeng halmu
sampai menjadi Kim Coa siancu."

Eng Lian ketawa manis mendengar permintaannya n Kim


Wan Thauto-

si nona ada satu dara yang luwes dan tidak pemalu, tidak
keberatan ia menceritakan hal dirinya di depan hadirin yang
baru dikenalnya-

Ia mulai ketika ia diculik dari lembah oleh Ang Hoa Lobo


dan siauw Cu Leng. si Nenek Kembang Merah dan si Iblis Alis
Buntung siauw Cu Leng memperlakukan dirinya baik-baik
saja, malah kelihatan mereka sangat sayang, Ia tidak
keberatan si Nenek Kembang Merah minta belajar cara
menakluki ular, ketika padanya dijanjikan akan dikembalikan
pula ke lembah dan bertemu dengan adik In-nya. Tidak
tahunya ia kena dikibuli, malah ia dicekoki obat 'Cian-jit-su-su-
hun' yang membikin ia lupa ingatan yang sudah-sudah- Ia lupa
kepada Lo In, Kim-tiauw kawanan kera teman mainnya, hanya
yang diingat bahwa ia adalah muridnya Ang Hoa Lobo kepada
siapa ia harus mentaati segala perintahnya.

Ang Hoa Lobo dan siauw Cu Leng besar ambekannya dan


hendak mendirikan Ang Hoa PI mereka sudah culik-culiki
banyak gadis dan pemuda untuk dijadikan prajuritnya.

Ia mendapat didikan langsung dari Ang Hoa Lobo hingga ia


pandai ilmu silat, malah ketika Lamhay Mo Lie yang menjadi
sucouw-nya datang ke Coa Kok- Hantu Wanita dari Lamhay itu
sangat sayang pada dirinya dan memberi banyak petunjuk-
petunjuk yang berharga soal ilmu silat dan Iwekang sehingga
kepandaiannya meningkat, baik dalam hal Iwekang maupun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengenakan ilmu silatnya sendiri, sucouw Lamhay Mo Lie ada


sangat lihai, belum menemukan tandingan menurut katanya
Ang Hoa Lobo.

Selama obat 'Cian-jit-su-su-hun' (obat bubuk memtikan


ingatan seribu hari) masih bekerja, tegasnya belum
dipunahkan (dikasih obat penawarnya) ada tiga pantangan
menyentuh tubuh si korban obat mujizat itu, yaitu tidak boleh
disentuh bagian jidat, tetek dan perutnya. Kalau orang
menyentuh salah satu bagian ini, orang yang menyentuhnya
digigit kontan oleh si korban dan yang kena digigit dalam
tempo pendek akan berubah pikirannya, tidak ingat lagi
kejadian-kejadian yang sudah lalu, hanya yang diingatnya taat
kepada perintah siancu.

"sungguh mengerikan" kata Kie Giok Tong.

"Tapi kenapa gigitanmu pada anak In tidak membikin anak


In berubah ingatannya ?" tanya Kim Wan Thauto yang merasa
heran atas keterangan Eng Lian.

"Aku juga heran." sahut si nona.

"Bukan saja adik In tidak apa-apa, malah aku bisa jatuh


pingsan dan ingatanku kembali seperti asal."

Lo In pun merasa heran. Menurut penuturan Eng Lian,


semestinya ia jatuh dibawah pengaruhnya Eng Lian (Kim Coa
siancu pada saat itu), tapi kenapa tidak apa-apa ?

Dalam ingatannya yang cerdik, Lo In ingat sesuatu, maka ia


lantas berkata,

"Enci Lian, mungkin nyali Toksgan sian-cu yang menolak


racun 'Cian-jit-su-su-hun' hingga aku tidak apa-apa."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik In, kau bicara ada alasannya." sahut si nona ketawa.

"Tapi...." "Tapi apa ?" tanya Lo In cepat-

"Tapi bagaimana ingatanku bisa kembali ?" sahut Eng Lian.

"Itu mudah saja ditebak-" kta Lo In.

"Bagaimana pendapatmu, adik In ?" tanya si nona.

"Ketika enci menggigit daging lenganku sampai nyoplok


dan borboran darah, sedikit banyak enci ada menelan juga
darah dari daging gigitan. Darah inilah yang merupakan obat
penawar untuk melenyapkan pengaruhnya 'Cian-jit-su-su-hun'.
coba masuk diakal tidak ?"

"Benar, benar, adik In." kata Eng Lian seraya menepak


meja hingga mangkok piring sayur yang diatas meja pada
berdansa. Malah ada mangkok sayur yang tumpah dan
muncrat mengenakan baju Tan Kim dan song cie Liang. —

Mereka cepat bangkit dari duduknya dan menggiberik-


berikan bajunya sedang matanya melotot kepada Eng Lian.

"Menyebalkan kelakuan gadis liar ini." piketnya dalam hati,


akan tetapi mereka tidak berani mengatakan terang-terangan,
masih memandang kepada Lo In dan Kim Wan Thauto-

"Maaf, maaf, barusan aku kelupaan." kata Eng Lian atas


kelakuannya yang tidak disengaja tadi. Ia tidak gubris
pelototan matanya Tan Him dan song cie Liang.

Lo In ketawa nyengir. Tapi diam-diam ia merasa sedikit


tidak enak enci Liannya mengumbar keberandalannya di
depan banyak orang tua. Meskipun begitu, ia tidak berani
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menegur enci Liannya, yang bisa menghilangkan kegembiraan


mereka yang telah berkumpul kembali, Ia berkata,

"Para paman, harap memaafkan atas kelakuan enciku yang


tidak disengaja."

"oh, urusan kecil, urusan kecil." kata Kie Giok Tong,


mendahului tuan rumah bicara.

"Masa buat urusan begitu kecil kami orang menaruh hati ?


Hahaha "

Kie Giok Tong pandai bergaul danjuga bisa melihat gelagat,


Ia sembunyikan kedongkolannya di balik wajahnya yang
ramah tamah-

Bwee Hiang ia sudah kenal kegagahannya, tapi si Dewi ular


Emas ini ada gadis liar. Entahlah berapa tinggik
kepandaiannya. Demikian Kie Giok Tong diam-diam terpikir
dalam hatinya.

Kim Wan Thauto pun tampak kurang senang melihat


kelakuan Eng Lian yang kasar.

Teng Hauw dan nyonya hanya geleng-geleng kepala,


sebaliknya Leng siong sudah ketawa cekikikan melihat Tan
Kim dan song Cie Liang kepanasan kena kesiram sayur.
setelah makanan yang tumpah diganti, perjamuan dilanjutkan
dengan kurang gembira.

Eng Lian tidak perdulikan orang punya pandangan terhadap


dirinya, ia makan seenaknya saja ditemani oleh Leng siong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik In, kau tidak mau temani encimu makan ?" tegur Eng
Lian ketika melihat Lo In diam saja menonton mereka makan
dengan gembira-

Lo In ketawa nyengir, Ia juga lantas hantam makanan tanpa


sungkan-sungkan untuk membikin Eng Lian senang hatinya.
Tapi diam-diam Lo In sedang kerjakan otaknya mencari akal
supaya Kim Wan Thauto dan Lima Harimau pun menghargai
Eng Lian seperti juga mereka menghormati Bwee Hiang.

Belum sempat Lo In memecahkan persoalan, tiba-tiba ia


dibikin terperanjat oleh kejadian yang tidak terduga-duga sama
sekali.

Lo In melihat Eng Lian menyumpit mie dari mang kok besar,


ditaruh dalam mangkok makannya, Ia tidak lantas makan mie
dalam mang koknya itu, sebaliknya ia bakal main dikutik sana
dikutik sini. Lo In heran, apa maknanya enci Eng Lian main
dengan mie itu.

Ketika ia hendak membuka mulut menanya, sekonyong-


konyong ia lihat ada dua potong mie sekira panjang dua cun
(dim) masing-masing dipisahkan oleh sumpitnya Eng Lian.

"Hahah, enci Lian kau lagi bikin apa-apaan itu ?" tanya Lo
In.

Berbareng dengan pertanyaan Lo In, dua potong mie tadi


dikutik, sumpit mencelat dari mang koknya, seketika itu
terdengar teriakan mengaduh dari Tan Him dan song cie
Liang, tubuhnya berbareng terkulai dari duduknya dan roboh
dilantai.

Kaget bukan main Lo In nampak kejadian itu, Eng Lian


telah unjuk kenakalannya. Cepat ia memburu pada Tan Him
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan song cie Liang yang sedang dirubung oleh Kim Wan
Thauto, Kie Giok Tong dan lain-lainnya. Keadaan Tan Him dan
song cie Liang tidak berkutik, seperti kena ditotok-

Kim Wan Thauto heran, bagaimana dua orang itu roboh


dengan tiba-tiba saja. Pasti mereka sudah diserang dengan
senjata gelap-

Tapi siapa penyerangnya ? Di situ ada Lo In, jago cilik yang


lihai, siapa berani main gila dengan sesukanya ?

Tiada seorang yang tahu kecuali Lo In bahwa perbuatan itu


adalah perbuatan Eng Lian yang main-main, malah Leng siong
yang duduk di dekatnya Eng Lian pun, tidak engah kalau Kim
Coa siancu sudah unjuk kepandaiannya yang istimewa.

Keadaan menjadi tegang. Hanya Lo In yang diam-diam


ketawa melirik pada Eng Lian, siapa telah menyambut dengan
senyuman puas. Malah Eng Lian telah mencekikik dengan
tiba-tiba hingga Leng siong di sebelahnya menjadi heran.

Kim Wan Thauto coba membebaskan Tan Kim dan song


cie Liang dari totokan tapi sia-sia saja. Malah korban itu
meringis-ringis kesakitan ketika jalan darah membebaskan
diurut-urut oleh Kim Wan Thauto- si Thauto menjadi gelisah-

"Anak In, ini bagaimana ?" Kim Wan Thauto menanya pada
si bocah ketika melihat Lo In sudah ada di dekatnya-

" orang jahat sudah datang mengacau " kata Kie Giok Tong
ketakutan.

semua orang sudah merubung-rubung song cie Liang dan


Tan Him, kecuali Eng Lian dan Leng siong tinggal enak-
enakan meneruskan makannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Nyonya Teng pucat pasi wajahnya mendengar Kie Giok


Tong mengatakan ada orang jahat datang mengacau.

" Hiantit, bagaimana ini ?" ia menanya pada Lo In.

semua perhatian ditumplek pada Lo In sebab mereka tahu


hanya si boacah wajah hitam yang sakti itu yang dapat
menyelamatkan mereka.

"Anak In, kenapa kau diam saja ? Lekas tolong paman Tan
dan song " kata Kim Wan Thauto yang putus asa tak dapat
membebaskan totokan orang.

"ya, siaohiap, tolonglah " Kie Giok Tong kata dengan wajah
memohon.

"orang jahat sih tidak ada." kata Lo In.

"Mungkin kedua paman ini menerbitkan perasaan tidak


senang pada orang pandai hingga mereka dikasih rasa."

Kim Wan Thauto dan Kie cHiok Tong heran mendengar


kata-kata Lo In.

"Anak In, siapa orang pandai itu ?" tanya Kim Wan Thauto-

"Coba aku periksa apanya yang kena ditotok-" sahut Lo In


seraya jongkok memeriksa, Ia tidak menjawab langsung atas
pertanyaan sang toako.

Lo In pura-pura memeriksa bagian mana yang ditotok


'orang pandai', ketika ia memeriksa wajah Tan Him, persis
pada jidatnya ada menempel sepotong mie yang panjang dua
cun tengah melingkar seperti ular, melekat bagaikan masuk ke
dalam kulit. Lalu diperiksanya pula keadaan song cie Liang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kiranya ia senasib dengan Tan Him pada jidatnya menempel


mie yang melingkar macam ular.

Kie Giok Tong sangat heran, akan tetapi Kim Wan Thauto
sebaliknya telah mengerutkan keningnya, Ia berkata,

"Anak In, lekas bebaskan mereka dari totokan"

"Toako, jangan marah, aku tidak bisa membebaskannya."


sahut Lo In.

" Habis, habis bagaimana ini ?" kata Kie Giok Tong
kebingungan, pikirnya, Lo In sendiri tak dapat membebaskan
totokan pada dua saudaranya, siapa lagi yang dapat diharap ?
Apa ada yang lebih tinggi kepandaiannya dari si bocah ?

"Jangan cemas." menghibur Lo In.

"Ada orangnya yang dapat membebaskan.

"siapa, siapa ?" Kie Giok Tong memotong dengan


bernapsu.

"Tapi dengan satu syarat." Lo In masih pelit untuk


menunjukkan orang itu.

"Syarat apa Lo In Hiantit maksudkan ?" tanya Kie Giok


Tong.

"Kalau kedua paman sudah dibebaskan, aku harap urusan


tidak ditarik panjang. Bikin habis sampai disini- Titik" Lo In
majukan syaratnya.

Kie Giok Tong heran mendengar perkataan Lo In.

"Kenapa pakai ada syarat begitu segala ?" ia menanya.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Itu untuk kebaikan kedua pihak-" sahut Lo In tenang-


tenang saja-

Kie Giok Tong melirik pada Kim Wan Thauto yang lantas
anggukkan kepalanya sedikit.

"Baiklah-" kata Kie Giok Tong kemudian.

" orang pandai itu boleh dipanggil"

"orang itu ada disini-" sahut Lo In seraya melirik pada meja


perjamuan, dimana Eng Lian dan Leng siong sedang asyik
makan-makan seakan-akan mereka tidak menghiraukan
kepada kejadian yang mengejutkan itu.

Melihat gerakan Lo In, baru Kim Wan Thauto sadar siapa


yang main-main di depannya. sebagai jago kawakan, tidak
senang ia orang main-main diluar tahunya- sebab itu satu
penghinaan. Maka menuruti hatinya yang panas, seketika itu
ia bangkit dari jongkoknya, kepalanya la lalu digelengkan, tiba-
tiba sepasang anting-anting emasnya melesat saling susul ke
arah Eng Lian yang sedang ulur tangan untuk menyumpit
daging ayam.

"Toako, kau berbuat apa ?" kata Lo In kaget ketika melihat


sepasang anting-anting emas, senjata ampuhnya Kim Wan
Thauto melesat ke arahnya Eng Lian.

Lo In tidak keburu mencegah, sebab perbuatan Kim Wan


Thauto itu ada diluar perhitungannya.

" Celaka, enci Lian " dalam hatinya mengeluh.

Tapi kekagetan Lo In hanya sejenak sebab di lain detik


kelihatan ia kegirangan dan bertepuk tangan, sebaliknya Kim
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Wan Thauto berdiri termangu-mangu memandang ke arah Eng


Lian yang berkata kepada Leng siong,

"Adik siong, aku mau sumpit daging ayam, kenapa jadi


kesalahan menyumpit ini ?" seraya unjukkan sepasang anting-
anting emas Kim Wan Thauto yang terjepit pada sepasang
sumpit makannya si nona.

Leng siong terheran-heran sebab ia tidak tahu apa yang


sudah terjadi.

Kim Wan Thauto berdiri menjublek lantaran menyaksikan


kepandaian Eng Lian diluar dugaannya sama sekali. Boleh
dikatakan ia menyerang Eng Lian separuh membokong karena
si nona pada saat itu tengah menyumpit daging ayam. Eng
Lian tarik pulang sumpitnya ketika mengetahui ada senjata
rahasia menyerang dirinya. Dengan hanya acungkan
sumpitnya, sepasang anting-anting emasnya Kim Wan Thauto
pada nempel terjepit, bagaikan anting-anting besi karatan
yang nempel pada besi berani.

sungguh menakjubkan kepandaiannya Kim Coa siancu dan


toh ia tidak menegur kepada yang melepaskan senjata
gelapnya, malah ia memperlihatkan hasilnya kepada Leng
siong dengan mengatakan bahwa ia kesalahan mau
menyumpit daging ayam kena mencomot anting-anting orang.
Bukan main malunya Kim Wan Thauto tapi Lo In sudah datang
menghibur, katanya,

"Toako, kita adalah orang sendiri tidak usah malu. Enci Lian
dapat menangkis serangang toako tentu saja mudah lantaran
toako tidak dengan sungguh-sungguh ikutkan Iwekang toako
yang dahsyat. Coba kalau toako menyerang dengan betul-
betul, mana dapat enci Lian memusnahkan serangan toako ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Wan Thauto tertawa terbahak-bahak-

"Aku menyerah, aku menyerah-" katanya kemudian seraya


jalan menghampiri Eng Lian.

"Enci Lian, itu Taysu datang. Mungkin dia hendak menagih


anting-antingnya." berkata Leng siong seraya tangannyaa
menowel Eng Lian.

"Biarkan dia datang." sahut Eng Lian.

"Kalau dia tidak minta maaf, siapa mau pulangi anting-


anting emasnya. Boleh juga kita bagi seorang satu sebagai
tanda peringatan, bukan ? Hihihi—."

"Nona Lian," Kim Wan Thauto menyetop ketawanya Eng


Lian.

"Aku si Thauto tidak tahu diri dan mohon maaf atas


kelakuanku barusan. Kepandaian nona Lian yang
menakjubkan, aku si Thauto mengaku kalah- Tolong nona
kembalikan anting-anting rongsokanku untuk menghias
telingaku yang kedinginan ditinggalkan penghuninya-"

"Hihi— hihi—" Eng Lian ketawa cekikikan, malah terpingkal-


pingkal ia ketawa mendengar kata-katanya Kim Wan Thauto
yang lucu, malah Leng siong juga ikut-ikutan ketawa-

Kim Wan Thauto ada satu pendeta kesatria, tidak merasa


malu ia mengaku kalah di hadapan lawan, seperti tempo hari
dipecundangi Lo In. Ia tidak gusar melihat Eng Lian ketawa
terpingkal-pingkal sebab memang ada menjadi maksudnya
untuk bikin si nona nakal ketawa enak dengan kata-katanya
yang lucu tadi-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setelah berhenti ketawa, Eng Lian berkata,

"Taysu, ini aku kembalikan. Lain kali jangan main-main


begitu. Kalau dengan tidak cara kebetulan aku dapat
menyambuti senjata anting-anting Taysu yang ampuh,
barusan aku bisa celaka, syukur Taysu hanya main-main saja
menyerangnya." Eng Lian berkata sambil menyerahkan
kembali anting-anting si Thauto, sedang air mukanya sedikit
pun tidak mengunjuk rasa tidak senang, malah tersenyum
manis ke arahnya Kim Wan Thauto-

Si pendeta rambut panjang menerima kembali barangnya


dengan menghaturkan terima kasih tapi diam-diam ia merasa
gegetun akan kata-katanya Eng Lian yang menutupi
ketidakbecusannya (Kim Wan Thauto). Ia tidak menyangka
bahwa dibalik tingkah laku yang berandalan, Eng Lian ada
gadis cilik yang simpatik. Dalam ucap katanya seakan-akan
menghibur orang punya rasa cemas dan malu. Wataknya
sama dengan Lo In. ternyata si bocah begitu akur dengan enci
Liannya. Demikian Kim Wan Thauto berkata-kata dalam hati
kecilnya selama berhadapan dengan Eng Lian.

Lo In di lain pihak sangat senang hatinya karena enci


Liannya tidak mengecewakan baik dalam kepandaiannya yang
istimewa maupun dalam ucap katanya kepada orang yang
dipecundangi olehnya.

"Enci Lian, kaujangan enak-enakan duduk. Ada kerjaan


yang meminta bantuanmu " kata Lo In tiba-tiba.

"Adik In, kau kejam menegur encimu selagi makan." sahut


Eng Lian mesem. Lo In ketawa nyengir.

"Bukannya kejam. Enci Lian, hayo tolongi orang "


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau sendiri dapat menolongnya, kenapa mesti minta


bantuanku ?" Lo In kerutkan keningnya.

"Baiklah, siapa yang kuharus tolong ?" kata Eng Uan


ketawa melihat adik In- ny a seperti mendongkol.

"Enci Lian berlagak pilon lagi-" kata Lo In nyengir seraya


menunjuk Tan Him dan song Cie Liang yang masih rebah di
lantai dirubung oleh saudara-saudaranya

Eng Lian bangkit dari duduknya lalujalan menghampiri dua


korban totokannya. Ia berkata ada Kie Giok Tong,

"Lopek, bicara terus terang, kalau aku masih jadi siancu,


kedua paman ini jangan harap sekarang masih bisa
bernapas."

"Nona Lian, kenapa kau begitu marah kepada mereka ?"


tanya Kie Giok Tong.

"Lantaran aku tidak sengaja menggebrak meja." sahut si


nona.

"sayur menyiram bajunya mereka. Rupanya mereka tidak


senang terus-terusan, matanya selalu melotot kalau berpaling
ke arahku, siapa tidak jadi dongkol ? Aku toh sudah memohon
maaf, bukan ? Dengan sedikit kepandaian, aku bikin mereka
tahu rasa "

Kie Giok Tong sekarang baru tahu duduknya urusan, si


nona tidak terlalu disalahkan dalam tindakannya, karena
saking gemasnya ia dipelototi terus menerus, Ia sesalkan
perbuatan dua saudaranya.,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Nona Lian, biarlah aku lebih dulu minta maaf atas


kekasaran saudara-saudaraku. Kapan mereka sudah bebas
dari totokan akan kusuruh mereka minta maaf pada nona.
sekarang, tolonglah nona bebaskan mereka dari totokan."

Belum habis Kie Giok Tong berkata, Tan Him dan song cie
Lian sudah mendapat kebebasannya. Tampak Eng Lian hanya
mengetuk jidatnya masing-masing, mie yang menempel
dijidatpada copot melompat dan dua saudara dari suyangtin
Ngo-houw kontan bebas dari totokan. Rupanya mie yang
nempel tadi merupakan kunci dari totokan Eng Lian karena
ketika si nona ketuk jidatnya orang dan mie copot dari
melekatnya, lantas saja Tan Him dan song cie Liang dapat
kembali kemerdekaannya.

Lo In bukannya tidak bisa membebaskan totokan Eng Lian


meskipun dengan lain caranya. Ia sengaja mengaku tidak bisa
karena ia ingin orang minta pertolongannya Eng Lian, supaya
Eng Lian mendapat nama dan dihormati seperti Bwee Hiang.

sebelumnya ia telah majukan syarat, maksudnya supaya


Lima Harimau dari suyangtin tidak mendendam kepada enci
Liannya. Ia tidak mengira kalau Kim Wan Thautojuga mau
coba-coba kepandaiannya Eng Lian. Syukur enci Liannya
menyimpan kepandaian hebat hingga kembali menggirangkan
hatinya si bocah melihat Kim Wan Thauto dapat ditakluki oleh
Eng Lian.

Melihat dua saudaranya sudah merdeka kembali, Kie Giok


Tong dengan cepat menyuruh mereka minta maaf kepada Eng
Lian. Tan Him dan song cie Liang tidak sampai disuruh untuk
kedua kalinya, mereka sudah lantas melakukan apa yang
diingin oleh toakonya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

" Kedua saudara masih belum kenal dengan watakku yang


setengah liar." kata Eng Lian merendah-

"Tidak heran kalau dengan secara tak disadari sudah


Jengkel kepadaku. Tapi satu dua kali paman-paman sudah
tahu watak aku Eng Lian, pasti akan memaafkan dan
menyayangku."

Tan Him dan song cie Hiang kagum akan kata-kata si nona
yang mengandung banyak arti. Mereka pun lantas menghapus
rasa dendamnya pada Eng Lian. sambil omong-omong dan
ketawa-ketawa gembira, orang-orang sudah pada duduk pula
mengitari meja perjamuan dimana mereka meneruskan makan
minumnya dengan gembira.

Eng Lian dan Leng siong yang sudah makan kenyang, tidak
turut makan-makan lagi, hanya mereka menonton saja orang
yang sedang makan.

"Anak Lian dan siong, kenapa kalian tidak makan ?" tanya
nyonya Teng ketika melihat dua dara itu hanya asyik
kongkouw saja.

"Aku sudah kenyang, ibu." sahut Leng siong. Kemudian ia


kutik tangannya Eng Lian dan berkata,

"Mari kita ke Giok Lie Teng. Di sana kita bisa omong-omong


dengan leluasa, tidak campur dengan orang tua-tua."

"Adik siong ini pikirannya sehat. Mari" sahut Eng Lian. Ia


pun sudah lantas bangkir dari duduknya, permisi pada para
hadirin untuk mengundurkan diri-

Kim Wan Thauto dengan Lima Harimau termasuk nyonya


Teng tidak keberatan mereka meninggalkan perjamuan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kecuali Lo In yang matanya tak kedip-kedip mengikuti


berlalunya Eng Lian dan Leng siong.

Lo In masih sempat melihat Eng Lian melemparkan


senyuman ke arahnya, ketika lenyap dibalik pintu. si bocah
hatinya tidak tenang, Ia kepingin menyusul dua dara itu tapi
perasaan malu menahan dirinya. Apalagi perjamuan itu
diadakan spesial untuk kehormatan ia dan Eng Lian, maka
kalau ia juga meninggalkannya tidak baik sikapnya terhadap
tuan rumah dan lain-lainnya. Terpaksa si bocah menjublek di
kursinya.

sebenarnya ia paling tidak senang kalau kongkouw dengan


para orang tua, tapi pada waktu itu ia kepaksa melayaninya.

"Anak In, sekarang kau sudah berkumpul pula dengan enci


Eng Lian-mu, tapi bagaimana dengan enci Bwee Hiang-mu ?"
tiba-tiba Kim Wan Thauto menimbulkan soal Bwee Hiang.

Lo In terkejut mendengar disebutnya Bwee Hiang. Ia seperti


yang baru tersadar dari tidurnya, seperti diketahui, wataknya
Lo In ada aneh- Dalam sesuatu hal ia anggap remeh, tidak
suka memikirkan dengan serius kecuali terhadap Liok sinshe,
orang yang ia sangat puja-puja. Meskipun demikian, dengan
ditimbulkannya soal Bwee Hiang, mau tidak mau ia harus
memikirkannya juga.

"Toako, bagaimana pendapatmu soal enci Hiang ?"ia malah


balik menanya pada Kim Wan Thauto-

"sampai sekarang belumjuga dia kembali, kemana saja dia


perginya ?"

"Bwee Hiang pergi dari rumahnya, gara-gara kau yang ajak-


" kata Kim Wan Thauto, seperti menyesalkan pada si bocah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sekarang dia menghilang, kau tinggal enak-enakan saja


lantaran sudah ada enci Lian. Mana dapat begitu, anak In "

(Bersambung)

Jilid 11
Lo In tidak menjawab, ia hanya duduk dengan termenung-
menung, Ia pun bingung, kemana ia harus mencari enci
Hiangnya.

"Begini saja." kata Lo In kemudian.

"Kalau dalam dua tiga hari ini belum juga enci Hiang
pulang, kita bersama-sama mencarinya. Bagaimana toako
pikir?"

Kim Wan Thauto diam saja, tidak meniawab.

Mendengar kata-katanya si bocah, Kim Wan Thauto


menduga Lo In malas mencarinya lantaran berat untuk
meninggalkan Eng Lian.

"Lo Hiantit." kata nyonya Teng campur bicara.

"Perkataan Taysu adalah perkataan seorang tua yang


menyayangi pada anak-anaknya, harus Hiantit perhatikan.
Tidak ada jeleknya diwaktu senggang selama Hiantit ada disini
pergi mencari nona Hiang. Aku pun sangat kuatir, kalau-kalau
nona Hiang mendapat halangan."

Juga Kie Giok Tong menimbrung menasehati Lo In


sehingga si bocah tak dapat alasan untuk dalam, dua tiga hari
ia menanti di Suyangtin tinggal enak-enakan saja dengan Eng
Lian. Pikirnya, ia akan berdamai dengan enci Liannya,
bagaimana baiknya soal Bwee Hiang yang hilang itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara itu, perjamuan pun sudah selesai.

Lo In permisi pada nyonya Teng untuk pergi menemui enci


Liannya.

Nyonya Teng tersenyum, katanya,

"Pergilah, jangan sungkan-sungkan disini- Anggap saja


seperti rumah sendiri"

sambil ngeloyor masuk ke dalam, hatinya Lo In merasa


senang atas kebaikannya nyonya rumah- sementara Kim Wan
Thauto tinggal duduk bertigaan dengan ruan (Teng Hauw) dan
nyonya rumah sebab Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya
sudah pada pulang ke masing-masing rumahnya dengan
urusannya sendiri-sendiri

"Anak In sebenarnya adalah satu anak baik, kepandaiannya


susah diukur, cuma wataknya aneh. Kalau ada yang baru suka
melupakan yang lama, inilah cacatnya. Aku kuatir dengan
berkumpulnya kembali ia dengan Eng Lian, ia akan melupakan
Bwee Hiang."

Kim Wan Thauto menyatakan kuatirnya kepada tuan dan


nyonya rumah-

Teng Hauw tidak bisa bicara, isterinya yang mewakili,


katanya,

"Taysu, kau benar. Tapi, aku nanti coba turut campur dalam
urusan ini dan akan membujuknya langsung atau melalui Eng
Lian dan Leng siong. Aku percaya Lo Hiantit akan ingat pada
nona Hiang yang belum pulang sampai sekarang."

"Bagus." kata Kim Wan Thauto-


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Inilah yang aku harap. Kalau Hujin mau turun tangan,


rasanya urusan dapat berjalan lancar. Aku mengharap sekali
bantuan Hujin- Di samping anak In, aku juga tidak tinggal
diam- Akan kucari Bwee Hiang sampai ketemu- Kasihan anak
itu sudah piatu, meskipun ada mempunyai kekayaan yang
berlimpah-limpah yang untuknya ada lebih baik tinggal di
rumah daripada merantau dalam dunia Kangouw yang banyak
berbahanya."

Teng Hauw dan isterinya kaget mendengar Kim Wan


Thauto mengatakan kekayaan Bwee Hiang berlimpah-limpah.
Nyonya Teng lalu menanya,

"Nona Hiang itu anaknya siapa, Taysu ?"

"Dia adalah anaknya Liu In Ciang, seorang hartawan


terkenal di Kunhiang-" sahut Kim Wan Thauto- Kemudian ia
cerita dengan ringkas halnya Liu Wangwee dan puterinya
Bwee Hiang- Tentang permusuhan dengan sucoan sam-sat
sehingga Liu Wangwee serumah tangga dibasmi oleh tiga
algojo dari sucoan.

"Perginya nona Hiang dari rumah tentu akan mencari


musuh-musuhnya." kata nyonya Teng yang sangat tertarik
dengan riwayat Liu Wangwee dan hatinya merasa kasihan
kepada Bwee Hiang yang sudah piatu.

"Aku kira demikian maksudnya-" jawab Kim Wan Thauto-

"Anak itu mengandalkan Lo In untuk menuntut balas- Aku


kuatir ia gagal dengan niatannya, bila melihat anak In adatnya
angin- anginan."

Nyonya Teng tersenyum.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Taysu," katanya.

"Kita jangan bicara demikian dahulu, siapa tahu Lo In sudah


menyanggupi. Kalau tidak, tentu nona Hiang juga tidak berani
keluar rumah mencari musuh-musuhnya yang ganas itu-
Juga......."

"Juga apa, Hujin ?" potong Kim Wan Thauto.

"Juga, sekarang ada tambahan tenaga dari Eng Lian."


sahut nyonya Teng- "Empat orang termasuk Taysu, rasanya
bukan main kuatnya untuk menghadapi Sucoan sam-sat yang
kesohor buas itu. Malah disini aku sekeluarga pun akan
mendoakan akan berhasilnya kalian menumpas kejahatan "

Kim Wan Thauto ketawa mendengar perkataan nyonya


rumah-

Dengan alasan hendak jalan-jalan mencari keterangan


halnya Bwee Hiang disekitar suyangtin, Kim Wan Thauto
mengundurkan diri dari Teng Hauw suami isteri-

Kim Wan Thauto kesal hatinya, memikirkan Bwee Hiang. Ia


kuatirsi gadis mendapat halangan yang sukar diatasi karena
Bwee Hiang sebagai gadis hartawan baru saja menginjakkan
kakinya dalam dunia Kangouw yang banyak bahayanya.

si Thauto pikir, meskipun Bwee Hiang ada berkepandaian


tinggi, ia hanya satu wanita tanpa pengawal. Romannya yang
cantik, lebih banyak mengundang bahaya daripada
keselamatan. Bagaimana ia dapat membela dirinya ? orang
licik dan jahat terlalu banyak dalam kalangan Kangouw, inilah
yang sangat menguatirkan hatinya si Thauto-Diam-diam Kim
Wan Thauto berdoa supaya Tuhan melindungi si gadis-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia jalan tanpa disadari kemana kakinya membawa dirinya,


tahu-tahu ia sudah duduk bercokol dalam sebuah warung
arak- sebagai pendeta, ia tidak pantang minum arak- Maka ia
minta pelayan supaya menyediakan arak baik untuknya-

Ia pasang kuping kalau-kalau ia mendapat kabar tentang


dirinya Bwee Hiang. Tapi luput, ia tidak mendengar apa-apa
yang dikira dapat mencari jejaknya si gadis-

setelah minum satu dua cawan, karena tadi di dalam


perjamuan ia sudah minum banyak arak, ia lalu keluar lagi dari
warung itu dengan maksud hendakputar kayun.

"Hehehe, ada disini ?" tiba-tiba ia dengar orang berkata


sambil menepuk bahunya. Kim Wan Thauto berpaling, kiranya
di depannya ada berdiri kenalan lama.

"sudah lupa ?" tanya orang itu, sambil tertawa ngekeh-

"Masa lupa, nenek yang kujemur dua jam di panasnya


matahari-" sahutnya-

"Benar tajam ingatanmu-" kata si nenek, yang tiada lain


adalah Kim Popo yang sudah lama kita tinggalkan dalam
cerita ini.

"Mau apa kau datang kesini ?" tanya Kim Wan Thauto-

"Aku mencari kau sudah lama-" sahut Kim Popo-

"Aku toh bukan suamimu, kenapa kau mencari aku ?" goda
Kim Wan Thauto-

" Kurang ajar" bentak Kim Popo merengut hingga


tampangnya tambah jelek-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau kira mukamu kebagusan diuber-uber aku si nenek ?


Hm Taruh kata aku masih muda, untuk dijadikan isterimu nanti
dahulu."

Kim Wan Thauto tertawa terbahak-bahak-

"Thauto edan, kau tertawakan apa ?" bentak Kim Popo


melotot matanya-

"Hatiku geli mendengar kata-katamu barusan." sahut Kim


Wan Thauto-

" gelinya ?" Kim Popo membentak lagi. Rupanya Kim Wan
Thauto sudah gemas sekali pada Kim Wan Thauto sebab
suaranya main bentak saja.

.Justeru dibentak-bentak malah Kim Wan Thauto makin


suka menggodainya.

"gelinya ? Tampangmu sekarang jelek, apalagi masih


mudanya tentu brengsek " Kim Wan Thauto menggodai si
nenek lagi.

Meluap amarahnya Kim Popo- Memang ia paling tidak


sabaran menghadapi sesuatu soal, apalagi menghadapi Kim
Wan Thauto yang jail.

"Aku mencari kau untuk menagih hutang, kau tahu ?" kata
si nenek gemas.

" Aku tidak punya uang, bagaimana kau mau menagih


hutangku?"

"Kau bukan hutang duit, Thauto brengsek"

"Habis, aku hutang apa padamu, nenek jahat ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Wut Wut " terdengar sambaran angin tongkat Kim Popo


yang menyambar pada tubuhnya Kim Wan Thauto, saking
gemas digodai, Ia suruh tongkatnya yang bicara.

"Bagus " seru Kim Wan Thauto seraya kelit sana sini hingga
tongkat si nenek saban-saban tidak mengenakan sasarannya.

"Thauto kurang ajar Kalau tidak dikasih rasa, memang


mulutmu terus-terusan bocor-Rasakan kemplangan tongkat
nenekmu " berkata Kim Popo seraya menyerang bertubi-tubi.

Kim Wan Thauto kaget juga melayani Kim Popo karena


kepandaiannya beda dengan dua tahun yang lalu. Tadi ia
begitu memandang rendah pada si nenek, sekarang setelah
dicecar dengan tongkat si nenek, la tidak berani lengah lagi.

Bingung juga si Thauto karena ia harus melayani Kim Popo


dengan tangan kosong.

"Nenek bagus " tiba-tiba ia membentak-

"Kalau berani kau berkelahi, jangan pakai tongkat Mari kita


berkelahi dengan tangan kosong "

"Hehe, takut ya ? Baik, nenekmu penuhi keinginanmu "


sahut Kim Popo seraya melemparkan tongkatnya ke samping.
sementara itu, sudah banyak orang yang menonton mengitari
mereka.

"Nanti dulu " kata Kim Popo seraya lompat ke samping,


memungut lagi tongkatnya dan ia lantas usir-usir penonton
yang mulai banyak jumlahnya.

Kim Wan Thauto sudah lantas siap sedia mendengar Kim


Popo berkata 'nanti dulu' mengira si nenek akan mengirim
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pukulan maut Tidak tahunya Kim Popo mengambil tongkatnya


untuk melabrak para penonton, tidak mau ia bertempur
ditonton orang banyak-

"Memang aku orang gila ditonton kalian ?" teriak Kim Popo,
seraya putar tongkatnya hingga bersuara gemuruh dan
anginnya menyambar-nyambar bukan main kerasnya.
Penonton pada ketakutan dan lari tumpang siur, mengira si
nenek itu adalah nenek sinting, tidak boleh didekati.

Kim Wan Thauto terkejut melihat si nenek memutar


tongkatnya mengeluarkan suara gemuruh, Ia tidak sangka Kim
Popo sekarang jauh bedanya dengan Kim Popo pada dua
tahun yang lalu. Pikirnya, Kim Popo rupanya berlatih keras
selama dua tahun itu untuk pertemuan dengannya yang kedua
kali.

setelah mengusir bubar penonton, Kim Popo lemparkan


pula tongkatnya dan menghampiri Kim Wan Thauto- Ia
berkata,

"Mari kita menguji, siapa unggul ?"

"Sudah tentu aku yang unggul " sahut Kim Wan Thauto-Kim
Popo deliki matanya,

"Hehe, mau menang ?" katanya mengejek.

Kim Wan Thauto ketawa- Tapi diam-diam hatinya rada jeri


juga menghadapi nenek ini yang kepandaiannya berubah jauh
dari tempo hari-

Kim Popo buka serangan dengan 'Kim tiau tian ci' (garuda
emas pentang sayapnya), tampak dua tangannya dipentang,
mendadak kecepatan kilat telah menyergap Kim Wan Thauto
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang coba berkelit dengan memutar tubuh, tapi tak urung


terdengar suara 'bret' itulah baju Kim Wan Thauto di bagian
dekat dadanya kena dicengkeram robek oleh si nenek.

"Hehe, ini baru bajunya " katawa Kim Popo seraya unjukkan
robekan bajupada lawannya- Lain kali dadamu kubikin remuk
dan isinya berantakan" Kim Wan Thauto hanya tersenyum
saja-

"Masih berani ? Lekas tekuk lutus dan jemur dirimu d ipa


nasnya matahari dua jam seperti aku tempo hari, barulah aku
ampunkan jiwamu" berkata lagi Kim Popo dengan congkaknya
hingga lawan tertawa terbahak-bahak-

"Masih sempat ketawa sedang kekalahan sudah nyata ?"


bentak Kim Popo-

"Kau masih belum menang, lihat ini apa ?" kata Kim Wan
Thauto sambil membuka telapakan tangannya, diunjukkan
pada Kim Popo-

si nenek terbelalak matanya. Cepat ia meraba kondenya,


memang sudah tidak ada bunga yang diselipkan disitu, sudah
pindah di telapak tangan Kim Wan Thauto.

"Kurang ajar, kau berani main-main pada Kim Popo?"

"Kurang ajar, kau berani main-mainpada Kim Wan Thauto?"

si nenek gemas betul pada lawan yang mulutnya paling


bisa menggodai orang. Dalam gusarnya, kembali ia
menyerang lawannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Wan Thauto melayani dengan waspada, ia tidak berani


memandang rendah pada lawannya seperti tempo hari. oleh
karenanya pertempuran menjadi seru sekali.

Kim Popo mainkan ilmu pukulan 'Thian lok sin kun'


(Kepalan sakti jatuh dari langit) warisan dari ayahnya si
Tongkat sakti Kong Tek Liang.

sejak dipecundangi Kim Wan Thauto, Kim Popo telah


memperdalam kepandaiannya dengan membaca buku
pelajaran ilmu Tongkat sakti dan Kepalan sakti, yang dulu ia
abaikan karena terlalu dimanja oleh ayahnya.

Kekalahan tempo hari dari Kim Wan Thauto seolah-olah


merupakan cambuk untuk ia belajar tekun ilmu saktinya, ialah
ilmu turunan untuk memperdalam kepandaiannya-

Memang otaknya si nenek tua tidak tumpul. Maka dalam


ketekunan memperdalam ilmunya Kim Popo telah berhasil
seperti kenyataannya sekarang dihadapkan pada musuh lama
(Kim Wan Thauto), membuat lawan-lawannya rada-rada keder
menghadapinya.

Ilmu pukulan Thian loksin kun banyak perubahannya yang


membingungkan. Kim Wan Thauto repot juga mengelakan
serangan-serangan Kim Popo-

Untuk kekurangannya, Kim Wan Thauto coba gunakan akal


cerdiknya ialah membuat musuh panas hatinya sehingga
mengacaukan pikirannya.

"Nenek bagus." ia menggoda,

"sebaiknya kita berhenti saja berkelahi-"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku bukannya takut, nenek bagus." sahut Kim Wan Thauto


tenang-tenang saja.

"Kalau tidak takut, kenapa minta berhenti berkelahi ?"

"sebab, aku tahu kau toh tidak bisa menang "

Kim Popo makin bertubi-tubi menyerangnya hingga Kim


Wan Thauto gelagapan.

"Nenek je—. eh, nenek bagus." kata lagi Kim Wan Thauto-

"Meskipun kau keluarkan isi perutmu semua, tak mungkin


dapat menjatuhkan aku si Thauto-"

Kim Popo masih tetap dengan serangan-serangannya, juga


tidak kelihatan panas hatinya mendengar kata-katanya Kim
Wan Thauto yang hendak memancing kemarahan orang.

"Hehe, tidak tahu malu" tiba-tiba Kim Popo menyemprot si


Thauto-

"Kenapa aku malu ? Memangnya aku kenapa ?"

"Akal bulusmu tidak laku- Biarpun kau mengoceh sampai


mulutmu robek, tak nanti Kim Popo kejebak dengan tipu
muslihatmu. Hm "

Kim Wan Thauto terkejut. Kiranya akalnya sudah kena


diraba siang-siang oleh si nenek- Pantasan serangan-
serangan Kim Popo tidak ada perubahan, terus mantap.

Makin lama Kim Popo bertempur makin gagah hingga Kim


Wan Thauto agak gelisah juga sebab akalnya sudah dapat
diketahui oleh lawan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kalau sampai ia kena dirubuhkan si nenek, benar-benar


runyam. Terang si nenk akan menghinanya dengan suruh
menjemur dipanasnya matahari barang dua jam, seperti dulu
ia pernah berbuat atas dirinya si nenek.

yang membuat ia lebih bingung, tangannya si nenek bisa


memanjang dan mengkeret.

Kalau tangan kanan diulur, tangan kirinya mengkeret. Itu


yang menyulitkan Kim Wan Thauto untuk berkelit dari
serangan Kim Popo-Entah ilmu apa yang dimainkan Kim
Popo-

Kim Wan Thauto bingung. Tapi lama-lama ia kenali juga


itulah yang dinamakan 'Thong pie-kong' ilmu mengkerat dan
memanjangkan tangan.

Kim Wan Thauto menanya pada dirinya sendiri, dari mana


si nenek belajar yang begituan, Ia tidak tahu bahwa Kim Popo
selama galang gulung dengan The sam, ex darlingnya, ia
sudah menjiplok juga ilmu 'Thong pie-kong' bekas kekasihnya
itu. Ia sudah pelajarkan ilmu itu hingga mahir- Mungkin The
sam sendirinya sekarang kalah pandai menggunakan ilmu
'Thong-pie-kong' itu. Melihat lawannya keteter, Kim Popo
ketawa terkekeh-kekeh.

"Thauto bagus-" ia balik menggoda Kim Wan Thauto yang


sudah kepayahan.

"sebentar, sebentar kalau sudah kujemur kau dipanasnya


matahari, baru boleh obral kentut busukmu Hehehe......"

Kim Wan Th auto mendongkol. Biasanya ia paling Jenaka


menggodai orang. Belum pernah ia kerutkan alisnya apabila ia
menghadapi musuh yang bagaimana pun tangguhnya. Tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kali ini betul-betul ia kewalahan. Tambahan modalnya


memancing kemarahan lawan sudah tidak laku, Kim Popo
barusan sudah menelanjangi akal bulusnya.

Tapi ia masih terhibur juga, karena ia masih mengandal


pada 'Tiat-pou-san', ilmu kebalnya baju besi. Pikirnya, si nenek
tidak bisa berbuat banyak atas diriya- Melihat dirinya terus-
terusan kedesak, Kim Wan Th auto nekad juga. Tangan
kanannya tiba-tiba diputar, tahu-tahu tangan kirinya dengan
kecepatan kilat nyelonong ke muka, dua jarinya telunjuk dan
tengah bagaikan kaitan besi hendak copoti lentera (biji mata)
orang, itulah gerakan 'siang liong coan tah' (Dua naga
menembusi menara) yang sangat diandalkan oleh Kim Wan
Th auto, jarang lawannya dapat mengelit serangannya yang
dilakukan laksana kilat itu.

Tapi Kim Popo bukan si nenek pada dua tahun yang lalu.
Kim Popo egoskan serangan berbahaya itu sambil memutar
tubuh ke kiri Dalam terkejutnya melihat si nenek demikian
gesit memusnahkan serangannya, tahu-tahu Kim Wan Thauto
rasakan 'gudang makanan' (perut) digedor sepatunya si
nenek- Persis ujung sepatu Kim Popo menotok 'tiong-kek hiat',
jalan darah diperut hingga siThauto tak berkuasa lagi akan
tubuhnya yang roboh mendeprok di tanah- Indah sekali
gerakan Kim Popo yang dinamai 'Ko hong liu sui' atau 'Air
mengalir burung hong lewat'-

"Hehe, Thauto bagus " kata Kim Popo melihat lawannya


sudah tidak berdaya.

"Rasakan panasnya matahari dua jam dan boleh keluarkan


kentut busukmu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Wan Thauto hanya kedap kedip matanya, tak dapat ia


mengeluarkan suara.

Dalam hatinya ia mendongkol, tapi hanya sejenak saja.


sebagai kesatria, ia harus menerima kekalahannya dengan
rela. Ia dulu pernah menjemur Kim Popo dipanasnya matahari.
Kalau si nenek sekarang berbuat demikian atas dirinya, itu
jamak saja. Mereka jadi tidak punya hutang satu dengan yang
lain. orang banyak yang menonton dari kejauhan perlahan-
lahan pada bubaran, karena pertempuran sudah habis. Hanya
mereka heran, si paderi rambut panjang tinggal mendeprok di
tanah, tidak bangun berdiri menghadapi si nenek yang sedang
memaki-maki rupanya. Mereka tidak tahu kalau Kim Wan
Thauto sudah kena ditotok oleh Kim Popo-

"Di sini banyak yang berlalu lalang, mungkin ada orang


yang hendak mendong membebaskan kau. Maka aku akan
menunggui kau selama dua jam, baru akan kutinggalkan kau
dan dengan begitu hutangmu sudah terbayar lunas. Kita satu
sama lain tidak punya sangkutan apa-apa lagi. Nah, selamat
menjemur badan " berkata Kim Popo seraya terpingkal-pingkal
ketawa meninggalkan Kim Wan Thauto di bawah matahari
siang yang sedang panasnya.

Kim Wan Thauto hanya senyum-senyum saja ketika si


nenek meninggalkan dirinya.

"Benar tidak enak-" kata Kim Wan Thauto dalam hatinya-

"Belum lama dijemur sudah begini panasnya. Entahlah


kalau sebentar sudah dua jam lewat- Apa aku masih bisa
tahan untuk tidak pingsan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sementara itu, Kim Popo sudah ada di warung arak di sana,


meneduh sambil mengawasi ke arah Kim Wan Thauto yang
sudah berlepotan keringat kepanasan.

orang banyak yang berlalu lalang tapi tidak ada yang berani
menanyakan apa-apa kepada Kim Popo yang duduk dengan
keren sambil memegangi tongkat besinya. Kim Wan Th auto
sudah mulai merasakan tenggorokannya kering, haus sekali
rasanya.-

Diam-diam ia membayangkan bagaimana Kim Popo tempo


hari ia hukum dua jam dipanasnya matahari, kepanasan dan
kehausan, seperti yang sekarang ia alami, sangat menyesal ia
akan perbuatannya yang kelewatan dulu, terlalu menuruti
emosi hatinya.

Pada waktu itu ia anggap dirinya jagoan, belum


menemukan tandingan, dapat berlaku sedikit sewenang-
wenang menghukum si nenek- Tidak tahunya belakangan ini
banyak kejadian yang membuka matanya, Ia melihat
kepandaian si kerudung merah yang membikin sucoan sam-
sat jatuh bangun, suatu kepandaian yang tak dapat dimiliki
olehnya. Kemudian ia ketemu Lo In, dijatuhkan mutlah oleh si
bocah sehingga tujuh senjata rahasia anting-anting emasnya
tidak berdaya dihadapkan pada anak kecil itu, lalu ia mencoba
kepandaiannya Bwee Hiang, gagal. Hampir-hampir ia
dijatuhkan dengan konyol, sekarang pertandingan ulang
dengan Kim Popo, kembali ia keok.

Mengingat itu semua, kalau mula-mula ia bangga dengan


kepandaiannya kini rasanya kepandaiannya terlalu rendah-
Terlalu berlebih-lebihan orang Kangouw menjunjung dirinya
sebagai jagoan diantara jago kelas wahid-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebenarnya ia sudah tidak tahan, ketika lewat satu jam ia


dijemur. Tapi ia keraskan hatinya, tidak mau ia kalah oleh Kim
Popo yang tahan dua jam. Ia pejamkan matanya menerima
nasibnya yang malang.

"Thauto bagus, bagaimana kau rasakan ? Hehe, enak ya ?"


sekonyong-konyong ia mendengar pula suaranya Kim Popo.

Kim Wan Thauto tidak mau ladeni si nenek, la diam


memeramkan matanya.

"Sebenarnya, enak banget sekarang aku kemplang


kepalanya berantakan, tapi kita tak bermusuhan bukan?"
terdengar pula suaranya Kim Popo-

"Masih ada setengah jam kau harus lunasi hutangmu,


setelah itu akan kutinggalkan kau"

Matahari menyorot keras, untuk omong-omong beberapa


patah kata saja Kim Popo tidak tahan akan panasnya,
sebenarnya ia merasa kasihan pada Kim Wan Thauto, tapi
karena adanya yang sableng hanya sekilas saja perasaan
kasihan itu timbul dalam hatinya. Tetapi ia mau balas Kim Wan
Thauto dengan dua jam seperti yang dlalami oleh dirinya
tempo hari-

Kapan ia sudah kepanasan dan memutar tubuh untuk


meneduh pula di warung arak tadi, ia terkejut di depannya ada
menghadang bocah berwajah hitam, ketawa ke arahnya.
sambil bertolak pinggang.

Entah berapa lama si bocah berada disitu, tentu sudah


mendengarkan percakapannya dengan Kim Wan Thauto- Kim
Popo terkejut karena ia mempunya kepandaian mendengar
yang tajam tapi tidak sadar akan kehadirannay si bocah-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bocah hitam, kau mau apa datang ke sini " bentak Kim
Popo-

Justru disebutnya 'bocah hitam', matanya Kim Wan Thauto


yang meram saja dengan mendadak dibuka lebar, Ia melihat
Lo In yang datang. Hatinya kegirangan bukan main sebab
pikirnya ia tidak harus menunggu setengah jam lagi dijemur.

Lo In tidak menjawab si nenek, hanya lengan bajunya


mengebas ke arah Kim Wan Thauto-Kontan sipaderi rambut
panjang sudah terbebas dari totokan si nenek-

Kim Popo terkejut bukan main melihat anak kecil itu, hanya
dengan sekali kebas dengan lengan bajunya, si Thauto sudah
terbebas dari totokan. Itu adalah kepandaian yang jarang
terlihat. Dari terkejut si nenek menjadi gusar. sambil melotot
matanya mengawasi Lo In, ia berkata,

"Anak—. kau berani turut campur dalam urusanku ?"

"Hahaha " Lo In tertawa terbahak-bahak hingga Kim Popo


heran.

"Anak sinting, kau tertawakan apa ?" bentaknya keras.

"Kau katakan aku sinting, apa Popo tidak sinting " sahut Lo
In masih ketawa.

"Aku sinting kenapa ?"

"Menjemur orang di panasnya matahari. Bukan itu


perbuatan orang sinting "

"Itu urusanku dengan si Thauto brengsek, tidak ada


sangkutan dengan kau"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"siapa bilang tidak ada sangkutan denganku ?"

Kim Popo melengak mendengar perkataan Lo In. pikirnya,


apa bisa jadi anak hitam ini ada urusan dengannya ? Tapi ia
tidak mau menanya lebih jauh, hanya tongkatnya yang bicara,
Ia kemplang Lo In tidak menggunakan Iwekang, takut si bocah
mati dibawah tongkatnya, Ia tidak menyangka, kemplangan
tongkatnya mengemplang angin, karena si bocah sudah
berkelit dengan tangkasnya.

"Popo, tongkatmu terlalu berbahaya.Jangan main-main,


nanti nimpa kepalaku " Lo In menggodai si nenek yang sedang
keheranan kemplangannya tidak mengenakan sasaranya.

"Nenek bagus." menimbrung Kim Wan Thauto-

"Sekarang ketemu adikku, asal kau bisa menyentuh ujung


bajunya saja, dengan rela aku hadiahkan kepalaku padamu "

Heran Kim Popo mendengar anak kecil disebut adiknya-


Sejak kapan paderi berambut panjang itu punya adik hitam
kayak pantat kuali ?

"Heheh, adikmu dia ?" tertawa Kim Popo-

"Terlalau kelebihan, kalau kau mengatakan aku tak dapat


menyentuh ujung bajunya saja. Bukan saja ujung bajunya, tapi
akan kukemplang mampus dia " berbareng tongkatnya
menyabet disertai Iwekang hingga bersuara. Menyusul suara
'bat bet bat bet' beberapa kali. Itulah suara tongkat Kim Popo
yang menyabet berulang-ulang, sayang sabat kali sabetan
yang dahsyat itu saban kali juga menyabet tempat kosong.

Kim Popo heran saban-saban kehilangan sasarannya, Ia


membentak,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bocah hitam, siapa kau ? Lekas kasih tahu sebelum Popo


kirim jiwamu menghadap Giam-lo-ong " Kata-kata Kim Popo
bukan membikin takut lawan, malah Lo In tertawa terbahak-
bahak-

"Masih terlalu pagi aku menghadap Giam-lo-ong, aku masih


anak-anak- Mau juga Popo yang sudah usia lanjut menghadap
raja akherat- Hahaha "

Kim Popo melengak- Memang juga lebih pantas ia yang


menghadap Giam-lo-ong di banding si bocah yang masih
anak-anak- Ia tahu anak kecil itu mengejek dirinya, justru
lantaran itu ia menjadi marah- Tongkatnya diputar. Kali ini
bukan hanya menyabet, tapi mengemplang dan menusuk,
tongkatnya bergerak lihai sekali.

Dalam gusarnya ia menyerang bertubi-tubi. Tiba-tiba ia


rasakan ada angin dingin berkesiur seperti menghembus di
pinggangnya, ia lompat mundur, Ia periksa pinggangnya tidak
apa-apa, bajunya juga tidak kurang suatu apa. Lalau ia
memandang Lo In yang ketawa ke arahnya.

"Bocah hitam, kau main gila ?" bentaknya, kembali


tongkatnya bekerja.

Kim Popo sekarang insyaf ia menghadapi lawan alot,


meskipun lawannya hanya satu bocah hitam saja. Maka ia
keluarkan ilmu tongkatnya yang dinamai 'Thian-lok-sin-koay1'
(flmu Tongkat sakti jatuh dari langit).

Tampak Lo In bergerak cepat untuk menghindarkan


serangan Kim Popo yang hebat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Makin lama Kim Popo mainkan tongkatnya makin cepat dan


mengurung Lo In yang melayani ia dengan kegesitannya saja,
tidak mau si bocah balas menyerang.

Kim Popo gelak-gelak ketawa melihat Lo In seperti yang


kesurupan. Sampai ia lengah, ketika tiba-tiba Lo In meraba
dadanya yang kemudian lompat mundur.

"Hehehe, takut ya ?" ejek Kim Popo, masih ketawa ia.

"Terima kasih, barusan aku usut di pinggang takut kotak


yang baru aku usut dari dadamu jatuh. Hahaha......"

Lo In ketawa, terpingkal-pingkal.

"Bocah hitam, apa kau kata ?" tanya Kim Popo seraya
meraba dadanya.

Bukan main kagetnya Kim Popo, sebab barang yang sangat


dijaga-jaga sudah terbang dari dadanya. Lalu matanya
memandang pada Lo In yang saat itu sedang main-mainkan
sebuah kotak kecil, Hulah kotak kecil yang berisi Tiam-hiat Pit-
koat, buku pelajaran menotok darah karangan The Leng Tong,
jago Thiam-hiat (menotok jalan darah) pada 80 tahun
berselang.

Buku yang tak ternilai harganya. Dengan susah payah ia


berusaha mendapatkannya dari tangan Lo In, jatuh pada Kim
Wan Thauto, jatuh pada The sam, jatuh padanya (Kim Popo),
lalu sekarang kembali jatuh di tangan Lo In.

"Hei, itu adalah kotakku yang hilang di hotel " kata Kim Wan
Thauto ketika melihat Lo In sambil ketawa-ketawa mainkan
kotak mungil itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kentut busuk " bentak Kim Popo-

"Kau yang merebut dari aku, mau mengatakan punyamu ?


sungguh tidak tahu malu "

Kim Wan Thauto ketawa nyengir, Ia berasa salah sebab


memang juga kotak itu ketika ia memiliki adalah dari tangan si
nenek-

sementara itu Kim Popo sudah memandang dengan tajam


pada Lo In.

"oo, kalau begitu kau ada si bocah dari Tong-hong-gay ?"


berkata Kim Popo-

"Bagus, bagus, kalau Popo masih kenali aku yang rendah-"


sahut Lo In.

selama melayani Kim Popo, Lo In ingat akan buku 'Tiam-


hiat Pit-koat'. Maka dengan kepandaiannya yang sakti ia
mengusut orang punya pinggang. Ketika disini tidak
kedapatan, maka Lo In sudah cari di dada orang. Benar saja,
kotak mungil itu ada di situ dan ia sudah comot tanpa Kim
Popo merasa sedikit pun. Itulah menandakan kepandaiannya
Lo In ada luar biasa.

Mengetahui siapa si bocah hitam, Kimpopo membayangkan


pada kejadian yang sudah lalu. Dulu ia bisa puntir tangan si
bocah dan paksa ia keluarkan kotak 'Tiam-hiat Pit-koat'-
sekarang, kepandaiannya malah sudah tambah, tidak bisa
menangkap si bocah, Itu menandakan bahwa ia bukan
tandingan Lo In.

Meskipun wataknya angin-anginan, Kim Popo tahu juga


gelagat. Cuma sayangnya ia punya cacat, bandel, sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terang ia melihat gelagat tidak menguntungkan kalau masih


mau melawan Lo In, tapi tidak rela buku pentingnya dirampas
si bocah dan ia mau coba-coba lagi sekali bertarung, Inilah
sifat bandelnya, yang sering membikin ia kejeblos seperti
tempo hari ia melawan Liok sinshe.

"Bocah-" tiba-tiba Kim Popo berkata, setelah termenung


sebentaran.

"Asal kau mau menyerahkan kembali barang itu padaku,


urusan akan Popo bikin habis sampai disini saja. sebaliknya,
kau tahu sendiri, Kim Popo tak akan gentar menghadapi siapa
juga. Apalai kau cuma satu anak kecil yang bau tetek emakmu
sja belum hilang "

"sudah terang keok. masih banyak lagak lagi " menyela Kim
Wan Tiiauto. Mata Kim Popo mendelik pada Kim Wan Thauto-

"Nah, bocah, nenekmu akan layani kau dengan sungguh-


sungguh. Lekas cabut pedangmu. " menantang Kim Popo
dengan tidak merasa malu-malu atas jengekan Kim Wan
Thauto tadi-

"Pedang Liok sinshe, mana aku berani sembarang gunakan


" sahut Lo In.

Kim Popo terkejut bukan main disebutnya nama 'Liok


sinshe', tiba-tiba saja badannya menggigil seperti yang panas
dingin.

"Bocah, apa Liok.....Liok........" kata Kim Popo gugup,


suaranya gemetar.

"ya, Liok sinshe, Liok sin.... she " Lo In dengan sengaja


menandaskan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tanpa mengucapkan kata-kata lagi, Kim Popo putar


tubuhnya dan enjot kakinya melayang jauh, dari mana ia lari
terbirit-birit ketakutan. Kim Wan Thauto ketawa terbahak-
bahak melihat lagaknya Kim Popo-sebaliknya Lo In telah
menundukkan kepala sambil memainkan kotak mungilnya-

setelah habis tertawa enaknya, Kim Wan Thauto


menghampiri Lo In yang masih berdiri sambil menundukkan
kepala.

"Anak In," katanya seraya pegang dagu orang dan


didongaki mukanya,

"Hei, kenapa kau menangis ?" Kim Wan Thauto melihat


matanya Lo In berkaca-kaca.

"Hatiku terkenang kepada Liok sinshe-" sahutnya seraya


menyusut air matanya dengan tangan bajunya, Ia
menyambung,

"Entahlah, Liok sinshe sekarang ada dimana. Dia adalah


orang baik, yang menyayangi aku seperti anaknya........"

"Anak In." kata Kim Wan Thauto menghibur.

"Kalau Liok sinshe masih hidup, satu waktu kau akan


menjumpainya. Kenapa mesti disedihkan ? Bukankah kau kata
bahwa kau tidak percaya Liok sinshe mati karena dia
mempunyai kepandaian sangat tinggi ? Nah, buat apa kau
bersedih. Berdoalah supaya satu waktu Tuhan akan ajak kau
menjumpai Liok sinshe dengan sehat walafiat. Hahaha."

Kesedihan Lo In pun lantas lenyap tanpa bekas mendengar


kata-kata Kim Wan Thauto yang ditutup terbahak-bahak
gembira, Hulah wataknya si bocah yang aneh- Berduka karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sedih seketika, bergembira karena ketawa seketika, Hulah


rupanya ada "motto" Lo In dalam hidupnya.

sementara itu suyangtin Ngo Houw juga sudah ada disitu


dan beberapa orang yang menonton tadi kelihatan masih
penasaran ingin melihat wajahnya si bocah dari dekat. Mereka
sangat kagum akan kepandaian Lo In yang dengan tangan
kosong menggempur si nenek yang bertongkat besi sangat
berat.

"Tidak ada apa-apa yang harus ditonton, hayo kalian pada


pergi " mengusir Kie Giok Tong hingga orang-orang yang
sangat menghargai pada suyangtin Ngo Houw pada bubaran
tanpa diusir sampai dua kali.

Bagaimana Lo In dapat tahu kalau Kim Wan Tiiauto dapat


kesulitan dari Kim Popo ? Itulah gara-gara si bocah A Kong,
anak tanggung yang menjadi orang kepercayaan suyangtin
Ngo Houw- Dengan cara kebetulan mendapat tahu kesulitan
yang dialami Kim Wan Thauto setelah si Thauto dijemur satu
jam lebih lama.

Buru-buru A Kong kasih tahu pada Kie Giok Tong yang


sudah lantas pergi ke rumahnya Teng Hauw untuk
mengabarkan kejadian itu pada Lo In yang waktu itu sedang
Eng Lian dan Leng siong.

Mendapat tahu toakonya dalam kesulitan, tidak buang


tempo lagi Lo In sudah lantas menyusul, Ia tidak mengira
bahwa si nenek yang mempersulit itu adalah Kim Popo,
kenalan lamanya. Dengan diam-diam menggunakan ilmu
entengi tubuhnya ia sudah dekati Kim Popo yang sedang
menggodai Kim Wan Thauto-.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam perjalanan pulang Kim Wan Thauto menanya pada


Lo In,

"Anak In, kau kata Kim Popo yang membokong Liok sinshe
hingga jatuh kejurang. Kenapa tadi kau tidak menuntut balas
akan jarumnya yang jahat itu ?"

Lo In ketawa nyengir jawabnya,

"Aku sangsi Liok sinshe mati. Maka aku sangsi mengambil


jiwa Popo, apalagi aku lihat Popo bukannya orang jahat "

"Bagus, bagus." kata Kim Wan Thauto seraya menepuk-


nepuk pundak Lo In.

"Mungkin tidak ada anak keduanya yang mempunyai jiwa


luhur sepertimu. Kaupantas nanti akan menjadi satu Tayhiap
(pendekar besar) seperti Kwee Cu Gie ayahmu."

"Toako, apa Kwee Cu Gie itu ayahku ?" tanya Lo In heran.

"Aku yakin benar kau adalah anaknya Kwee Cu Gie-"

"Lalu, dimana ibuku ? Dimana ayahku sekarang ?" Kim


Wan Thauto bungkam diberondong pertanyaan Lo In.

sementara itu, mereka sudah sampai di rumahnya Teng


Hauw, dimana mereka disambut oleh Eng Lian dan Leng
siong, malah nyonya Teng juga ada serta.

"Adik In, bagaimana ? Kau sudah usir si nenek yang


mengganggu Taysu?" tanya Eng Lian, ramai mulutnya,
sedang Leng siong hanya tersenyum-senyum saja ke arah si
bocah wajah hitam yang tengah ketawa-tawa nyengir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dia bukan diusir oleh anak In." menyela Kim Wan Thauto
ketawa.

"Wah, habis siapa yang bisa usir dia ?" tanya Eng Lian.

"Dia lari terbirit-birit mendengar namanya Liok sinshe


disebut anak In"

"Masa sampai begitu ketakutan ?"

"Dia yang membokong Liok sinshe dengan 'touw-kut tok


ciam', mungkin dia kira Liok sinshe ada berserta kita, makanya
dia lari ketakutan."

Eng Lian ketawa terpingkal-pingkal.

"Ah, dia takut sama bayangannya sendiri" katanya setelah


enak ia ketawa.

sementara Kim Wan Thauto bercakap-cakap di ruang tamu,


Eng Lian dan Leng siong diikuti Lo In sudah kembali ke Giok
Lie Teng, dimana mereka teruskan kongkouwnya yang
tertunda karena urusan Kim Wan Thauto dijemur Kim Popo.
Kiranya yang mereka percakapkan adalah urusan
menghilangnya Bwee Hiang.

"Enci Lian." kata Leng siong.

"Enci Hiang orangnya sangat riang, macam enci juga. siapa


yang kenal dia, dalam tempo singkat seperti sudah kenal
lama."

"sayangnya dia tidak ada disini, kalau tidak- kita bisa


bercakap-cakap dengannya." sahut Eng Lian tersenyum.
Kemudian ia menyambung berkata pada Lo In,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik In, bagaimana kau dapat berkenalan dengan enci


Hiang ?"

Lo In lalu menuturkan riwayat Ia tengah mencari-cari Eng


Lian dengan cara kebetulan ketemu dengan Liu Wangwee
dalam rumah penginapan yang lalu membawanya ke
rumahnya. Di sana ia berkenalan dengan Bwee Hiang.
Panjang lebar ia menutur, bagaimana ia kasih hajaran pada
Sucoan sam-sat, tentang pembunuhan oleh Sucoan sam-sat
di markas cabang Ceng Gee Pang, dibunuhnya seisi rumah
Liu Wangwee- Hanya tentang ia membuka selimut yang
menutupi mayatnya Ling Ling, ia tidak sebut-sebut. Rupanya
ia ngeri enci Liannya akan melotot padanya.

"Untung enci Hiang ikut aku ke markas cabang ceng Gee


Pang. Kalau tidak, ia pun tidak akan luput mendapat bahaya."
LoIn menutup penuturannya.

"Lalu seterusnya bagaimana adik In dengan Bwee Hiang ?"


tanya Eng Lian ketawa.

setelah nyengir sebentar, Lo In berkata,

"Aku tidak bisa meninggalkan dia karena dia minta aku


mengajari ilmu silat sebab katanya untuk bekal menuntut balas
pada sucoan sam-sat. Dia mau supaya dengan tangannya
sendiri membunuh orang-orang jahat yang membasmi
serumah tangganya "

"Ringkasnya, adik kecil ini menjadi guru cilik dari enci


Hiang," menyela Leng siong sambil tersenyum melirik ke
arahnya Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ai, aku kurang hormat pada siao suhu (guru cilik)-" kata
Eng Lian seraya bangkit dari duduknya dan menjura pada Lo
In.

"Jangan seeji (sungkan) Liehiap-" Lo In menyambuti


hormatnya Eng Lian.

Lucu gerak geriknya muda mudi itu sehinga Leng siong


terpingkal-pingkal ketawa.

"Enci dan adik kecil." kata Leng siong setelah ia berhenti


ketawa.

"Benar-benar aku akan kehilangan kalau kalian sudah pergi


meninggalkan rumahku. Aku ingin kalian tinggal tetap saja
disini, bagaimana ?"

"Adik siong boleh kalau suka ke tempat bocah hitam."


membanyol Eng Lian,

"Hitam juga bukan sembaran hitam, nona." sahut Lo In


ketawa.

"sudah buktinya hitam, disikat juga toh tinggal hitam "

"Bagaimana kalau dibedaki? kan jadi putih."

Geerr Leng siong ketawa sampai terbahak-bahak diikuti


oleh Eng Lian.

"Dia ini memang paling bisa, rasakan ya " Eng Lian


berbareng mencubit lengan Lo In hingga si bocah teraduh-
aduh.

"Ah, sayang......." berkata Lo In seraya mengusap-usap


lengannya yang dicubit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sayang? Sayang apa ?" semprot Eng Lian tapi manis air
mukanya.

"Kalau dicubit begini sudah biasa." sahut Lo In.

"Jangan digigit, kaya tikut menggigit kucing......"

Kembali Leng siong tertawa terpingkal-pingkal sampai


memegangi perutnya. Kata-kata Lo In mengingatkan kembali
ketika Kim Coa siancu menggigit lengannya si bocah sampai
berboran darah-

sementara Leng siong tertawa enak, dua tangan Eng Lian


berbareng menyergap lengan Lo In dan dicubitnya kuat-kuat
sambil berkata,

"Kalau tidak dikasih hajaran begini, memang anak nakal ini


main sindir-sindir saja."

Tiba-tiba Eng Lian menjerit, lengan Lo In yang dicubitnya


sekuat-kuatnya dirasakan jari-jarinya yang kepanasan.

"Kau mainkan encimu, hah " bentak Eng Lian cemberut,


berbareng tangannya diulur mencubit pipi Lo In hingga si
bocah teraduh-aduh kesakitan.

sebenarnya Lo In juga bisa salurkan tenaga saktinya


(siauw-thian-sin-kang) untuk membikin pipinya panas
membara macam tadi, tapi tidak berani melihat Eng Lian
cemberut. Maka ia antapkan enci Liannya mencubit pipinya
hingga matang biru-setelah begitu, baru si nona puas- Tapi toh
ia kelab akan.

"Adik In, oh, sakit ? sakit ?" Eng Lian cepat mengusap-usap
pipi Lo In yang bekas dicubit, wajahnya seperti ketakutan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dasar anak nakal, bukannya menghibur sang enci yang


ketakutan malah dia membanyol, katanya,

"Tidak apa, hilang sakitnya kalau sudah ada ini" seraya


pegang tangan Eng Lian yang putih halus ditekankan pada
bibirnya.

"Ah, adik In, kau sudah angot " kata Eng Lian seraya tarik
pulang tangannya, disusul oleh mulutnya yang dimonyongkan
ke arahnya Lo In. geli hatinya Leng siong nampak lagak
lagunya Lo In dan Eng Lian.

"Makanya jadi adik jangan suka nakal." berkata Leng siong.

"Kalau enci sudah marah dan mencubit, nah, baru tahu


rasa "

"Dicubit sih tidak apa, asal ? Ah, sudahlah......." sahut Lo In


ketawa.

Leng siong penasaran perkataan Lo In setengah-setengah.

"Adik kecil, kau mau bilang apa ? Asal apa sih ?" tanya
Leng siong kepingin tahu-

"Asal jangan nangis.......orang sudah gede nangis jelek kan


?" sahut Lo In ketawa.

Kontan bersemu merah seluruh muka nona Leng siong.


wajahnya yang berseri-seri memikat, berubah cemberut, si
nona merasa tersinggung karena dialah yang dicubit Lo In
menangis dan mengaku kalau orang sudah gede, menangis itu
jelek-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Lian ketawa terpingkal-pingkal melihat Leng siong


cemberuti Lo In yang mengolok-oloknya tadi- Tapi Lo In
berlagak pilon dicemberuti enci Leng siong ny a.

"Hajar, jangan kasih hati Cubit yang keras, biar dia teraduh-
aduh " kata Eng Lian pada Leng siong yang mengawasi si
bocah dengan penasaran.

"Adik kecil, kau menyindir aku barusan ?" tanya Leng siong
penasaran.

"cubitanku mungkin lebih keras dari enci Lian dan dapat


bikin kau semaput semalaman"

"Biar, aku nangis juga tidak kenapa, sebab aku anak kecil.
Hehehe" sahut si nakal.

Dari tadi memang Leng siong kepingin menggasak


lengannya si bocah nakal, ketika mendengar dirinya disindir-
Tapi ia malu pada Eng Lian. Tapi setelah mendapat anjuran
Eng Lian, ia jadi berani. Maka ia mengancam akan mencubit
lebih keras.

Dalam emasnya, benar-benar ia mencubit Lo In sekeras-


kerasnya. Pikirnya, biar si bocah hitam terkuing-kuing
kesakitan. Mula-mulai ia rasakan benar daging yang dicubit
hingga ia kegirangan dan berkata,

"Adik kecil, enak ya ?" Tiba-tiba ia terkejut, daging lengan


Lo In mendadak berubah lunak seperti juga mencubit kapas.
Cepat si nona tarik pulang tangannya, ketika mau dipegang si
nakal.

"Bagaimana, sudah puas ?" tanya Eng Lian ketika melihat


Leng Siong menarik pulang tangannya, mengira orang sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melampiaskan penasarannya. Leng siong dengan muka


merah mengangguk.

"Jangan malu-malu, kita orang sendiri" menghibur Eng Lian


melihat Leng siong seperti merasa sangat malu sehabis
mencubit Lo In.

"oh, tidak, tidak, cuma........." sahut Leng siong.

"Cuma apa ?" tanya Eng Lian ketawa.

"Cuma daging adik kecil kenapa kayak kapas ?" sahut Leng
siong.

sementara Lo In ketawa nyengir, sebaliknya Eng Lian


ketawa ngikik, mentertawakan Leng siong yang duduk
keheran-heranan. sementara itu...........

" Celaka " tiba-tiba saja Eng Lian hentikan ketawa ngikiknya
berbareng ia sudah lompat turun dari paseban disusul oleh Lo
In hingga Leng siong tinggal sendirian.

Ketika Lo In dapat menyandak Eng Lian di dalam rumah, si


bocah hitam lihat enci Liannya pucat pasi wajahnya, Ia heran,
lalu menanya,

"Enci Lian, kau kenapa ?" Eng Lian tidak menyahut,


romannya seperti ketakutan.

"Mari duduk " kata Lo In seraya tuntun tangan si nona


diajak duduk pada sebuah bangku panjang.

"Tenangi dulu pikiranmu, enci." menghibur Lo In sementara


dalam hatinya tidak habis mengerti, mengapa dengan tiba-tiba
saja sang enci menyebut "celaka " lalu lompat turun dari
paseban.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik In, kau tidak lihat barusan ada sinar keemas-emasan


berkeredep di udara ?" kata Eng Lian setelah hilang kagetnya.

"Aku tidak begitu perhatikan." sahut Lo In.

"Memangnya kenapa ?"

"Itu adalah 'Lamhay-sian' (Benang emas dari Lautan Kidul),


alamat kedatangannya sucouw." kata Eng Lian.

" Aku tidak pulang, rupanya sucouw telah mencari aku."

"Ah, kenapa kau begitu ketakutan, enci Lian ?" kata Lo In.

"Sudah tentu aku ketakutan. Aku tentu akan disuruh pulang


olehnya. Habis bagaimana ? Aku tentu akan berpisah lagi
dengan kau "

"Wah, celaka " kali ini LoIn yang kaget, dengan sekonyong-
konyong tubuhnya berbareng melompat keluar rumah- Dalam
sekejapan saja ia sudah ada diatas paseban.

Eng Lian tidak berani tongolkan dirinya. Maka ketika Lo In


lompat pergi ia tidak turut pergi, hanya dalam hatinya
bertanya-tanya adik In-nya ada urusan apa sampai Ia menanti
pulangnya Lo In. Tidak lama Lo In sudah kembali dengan
paras lesu-

"Adik In, kau kenapa ?" tanya Eng Lian melihat Lo In lesu.

"Dia sudah tidak ada-" sahutnya dengan tidak bernafsu-

"siapa yang tidak ada, adik In?" tanya Eng Lian pula-

"Enci Leng siong........."

"Hah Adik siong tidak ada ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"ya, dia sudah tidak ada di paseban."

"Mungkin dia sudah pulang."

" kalau pulang tentu dia lewat sini dan mencari kita."

"Habis, kemana dia sudah pergi ?"

"Terang sudah dibawa sucouwmu."

"Ah, adik In, mana bisa jadi- Leng siong toh bukannya aku
?"

"Memang betul bukan enci, tapi wajahnya yang sama, siapa


bisa bedakan ?"

Baru sekarang Eng Lian mengerti kenapa Lo In barusan


tergopoh-gopoh pergi ke paseban. Kiranya si bocah
menguatirkan Leng siong disambar sucouwnya. Eng Lian
menjadi tidak enak hatinya menghadapi soal Leng siong.

"Habis, sekarang bagaimana baiknya, adik In ?" Ia


menanya dengan gelisah-

"Lain kali," kata Lo In.

"Menghadapi kesulitan jangan kesusu......"

"Habis, aku takut terhadap sucouw. Kenapa kau ikut-ikutan


lari ?"

"Aku menyusul enci lantaran kuatir enci menghadapi


sesuatu yang tak dapat diatasi oleh enci."

Eng Lian melirikan matanya yang tajam, Ia tersenyum


senang atas perhatian sang adik. Tapi ia heran adik In-nya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak menyambut senyuman sebagaimana biasanya, wajahnya


Lo In agak tegang.

"Jadi bagaimana sekarang ?"tanya Eng Lian.

"Kalau aku tahu sucouwmu yang datang, barusan aku tidak


tinggal pergi." kata Lo In.

"Tidak sampai enci Leng siong hilang "

"Kau berani lawan sucouw? Dia sukar dilawan, mana kau


bisa menang ?"

"Menang atau kalah, itu urusan belakang, setidak-tidaknya


aku sudah membela enci Leng siong sehingga tidak akan
disalahkan oleh paman dan bibi Teng." Eng Lian tundukkan
kepalanya. Ia menyesal atas perbuatannya tadi, sehingga
menyebabkan hilangnya anak orang.

sementara Lo In dan Eng Lian belum dapat pemecahan


dalam soal Leng siong, tiba-tiba muncul nyonya Teng dan
menanya,

"Kemana anak siong ? Kenapa tidak bersama-sama kalian"

Lo In kebingungan untuk memberi Jawabannya, tapi Eng


Lian sebaliknya- Ia berkata,

"Adik siong dibawa sucouwku ke Coa-kok "

"Ah, anak Lian, jangan main-main." nyonya Teng


tersenyum lirih-

"Buat apa aku main-main. Memang adik siong dibawa


sucouw." menegaskan Eng Lian yang sedikit pun ia tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memikirkan akan kekagetannya seorang ibu manakala


mendapat tahu kalau anaknya dalam bahaya.

Nyonya Teng hanya senyum-senyum saja mengira


perkataan Eng Lian sebab mengira si nona yang pintar
membanyol tengah menggodai dirinya. Tapi setelah Eng Lian
menuturkan duduknya urusan, sekonyong-konyong saja
nyonya Teng jatuh terkulai dan rubuh dilantai kalau tidak Lo In
dengan cepat sudah datang menyangga.

"Wah, dia pingsan" berkata Eng Lian, sedikit juga ia tidak


unjukkan rasa kaget atas kejadian itu.

"Bawa, hayo bawa ke dalam " ia suruh Lo In memondong


nyonya Teng dibawa masuk ke dalam.

Lo In lantas memondong si nyonya yang sudah tidak ingat


orang.

oleh Lo In, seorang pelayan disuruah mengabarkan pada


Teng Hauw dan Kim Wan Thauto-Tidak lama lagi masuk Teng
Hauw, sedang Kim Wan Thauto tidak turut datang.

Bingung Teng Hauw melihat istrinya jatuh pingsan, Ia lalu


menanya pada Lo In,

"Lo Hiantit, kenapa bibimu ? Eh, mana Leng siong ?"

Belum Lo In menjawab, Eng Lian sudah nyeletuk


mendahului,

"Aku kasih tahu bibi, adik siong dibawa sucouw lantas dia
jatuh pingsan, antahlah, apa memang bibi ada punya penyakit
ayan ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendengar Leng siong dibawa sucouwnya Kim Coa siancu,


kagetnya Teng Hauw bukan kepalang dan ia jatuh duduk
dikursi. Termenung-menung ia dan kedua matanya berkaca-
kaca hingga Lo In merasa kasihan, sebaliknya Eng Lian
tinggal tenang-tenang saja. Betul-betul watak Eng Lian lebih
aneh dari si bocah wajah hitam.

"Hiantit, bagaimana ini.............?" berkata Teng Hauw


dengan suara lirih.

"Paman Teng." sahut Lo In.

"Kita sudah tahu siapa ujang culik enci Leng siong. Aku
harus menyusul ke Coa-kok untuk mengambil kembali enci
Leng siong dari tangannya Lam-hay Mo-lie-"

"Hei, kau jangan ke sana " Eng Lian mencegah-

"Kalau ke sana, bisa masuk tak bisa keluar, kau tahu


Apalagi sekarang ada sucouw yang sangat lihai "

Lo In ketawa hambar. "Enci Liang." katanya "Kita harus


tanggung jawab atas hilangnya enci Leng siong. Kalau kau
tidak maupergi, biar aku sendiri yang kesana "

"Tidak- tidak, aku mau ikut " kata Eng Lian, seperti anak
kecil lagaknya.

sementara itu nyonya Teng sudah siuman dan menangis


tersedu-sedu sambil sesambatan memanggil-manggil Leng
siong, puterinya yang hilang.

Lo In melihat itu menjadi tidak enak hatinya.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sebentar lagi Kie Giok Tong yang mendapat kabar Teng


Hauw dalam kesulitan, sudah datang bersama-sama
saudaranya yang lain.

Mendapat kabar dari Lo In tentang hilangnya Leng Siong,


Kie Giok Tong dan lain-lainnya juga menjadi kaget. Toako dari
Lima Harimau itu sebisa-bisanya menghibur hati nyonya Teng
yang menangis saja.

"Hilangnya anak Siong," kata Kie Giok Tong. Justru sedang


bersama-sama Lo Hiantit. Maka untuk mendapatkan dia
kembali pun sebaiknya Lo Hiantit yang berusaha. Kami
mengharap sekali bantuan Lo Hiantit. Kami percaya dengan
kepandaian Lo Hiantit yang tidak ada taranya, rasanya tidak
susah untuk merampas pulang Leng Siong "

Kie Giok Tong dalam kata-katanya ada menyesalkan Lo In.


Tapi ia atur perkataannya demikian rupa, supaya tidak
menyinggung perasaannya Lo In. Tapi biar bagaimana juga,
Lo In yang cerdik sudah dapat menangkap bahwa dirinya
disesalkan.

"Kie Lopek bicara dari hal yang wajar." kata Lo In.

"Baik, aku nanti berusaha sebisanya mendapatkan kembali


enci Leng Siong meskipun apa pun yang akan terjadi atas
diriku yang tidak berguna "

"Lo Hiantit, kau jangan salah paham." berkata Kie Giok


Tong yang pandai melihat gelagat.

"Apa yang aku barusan bilang, bukannya menyesalkan kau.


Hanya kami dari suyangtin Ngo-houw mau minta bantuanmu.
Habis, kalau tidak minta bantuan Hiantit yang berkepandaian
tinggi, sama siapa kita dapat minta bantuan lagi ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tidak mau debat, ia hanya anggukkan kepalanya.


Kapan ia melihat ke sekitarnya, ia tidak nampak Kim Wan
Thauto- Lalu ia menanya pada tuan rumah,

"Paman Teng, kemana perginya toako ?"

" Entah dia pergi kemana, hanya dia ada menitipkan surat
ini untuk Hiantit." sahut Teng Hauw seraya keluarkan sebuah
sampul dari kantongnya dan diberikan pada Lo In. Ketika Lo In
sobek sampul dan baca surat Kim Wan Thauto, hanya pendek
saja bunyinya :

"Anak In, toako tidak berguna. Mengikuti anak In hanya


membuat berabe saja. sampai disini saja, kita berpisahan.
Toako akan berusaha mencari anak Hiang, semoga toako
berhasil. Harap anak In bisa jaga diri dalam perjalanan. Kim
Wan Thauto"

Benar-benar pusing kepalanya Lo In. urusan yang satu


belum beres, muncul lagi yang lain. Lo In menduga perginya
Kim Wan Thauto lantaran tidak begitu cocok dengan tabiatnya
Eng Lian, tidak seperti terhadap Bwee Hiang. Memang
tabiatnya dua gadis ini sangat jauh bedanya seperti langit dan
bumi. Kalau Eng Lian berandalan dan tidak begitu
memandang pada orang yang lebih tuaan, sebaliknya dengan
Bwee Hiang yang halus tutur katanya dan bisa menyesuaikan
diri hingga orang menaruh simpati bergaul dengannya.

Mungkin disebabkan usianya Bwee Hiang ada lebih tua dan


lebih 'matang'. Tapi bagaimana pun, Bwee Hiang memang
seorang gadis yang terdidik (terpelajar) dan arahnya bergaul
ada sangat simpatik, hingga orang suka kepadanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sampai pada waktu malam, baru nyonya Teng kelihatan


reda sedihnya- Ia panggil Lo In dan Eng Lian berkumpul, juga
Teng Hauw ada hadir-

"Anak Lian." kata nyonya Teng-

" Aku panggil kau berkumpul ada satu hal yang ingin
kusampaikan padamu- soal apa, kau tahu ?"

"Mana aku tahu, bibi belum omong." sahut Eng Lian


ketawa.

Nyonya Teng tersenyum lirih-

"Sebenarnya yang aku ingin ceritakan padamu, anak siong


turut serta mendengarkan ada terlebih baik. Tapi dia tidak ada,
tidak apalah kuceritakan padamu-"

"Urusan apa itu, bibi Teng ?" tanya Eng Lian.

"Urusan hubungan kita bersama." sahut nyonya Teng


tersenyum.

Eng Lian mendesak supaya nyonya Teng lekas bercerita.


Lantas nyonya Teng mengisahkan satu kejadian yang cukup
menarik untuk dituturkan disini-Itu kejadian kira-kira delapan
belas tahun yang lalu.

Di suatu dusun yang bernama Cenghiang, kira-kira 200 lie


di sebelah barat dari suyangtin, masa itu ada hidup seorang
gadis bersama kakeknya, si kakek bernama Tan Giok siong
dan si gadis namanya Lie Gin Hoa.

Hidupnya Gin Hoa sangat tertekan oleh kakeknya yang


bengis. Tidak diperbolehkan ia berpakaian rapih dan merawat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dirinya hingga kecantikannya mengumpat dibalik wajahnya


yang kotor dan pakaian yang kumal.

Biasanya seorang kakek sangat memanjakan cucunya dan


kepingin cucunya lekas-lekas lalu, tapi Giok siong sebaliknya,
ia menekan kemerdekaan cucunya seakan-akan sang cucu
tidak boleh kawin dan sampai mati terus merawat dirinya.

Entahlah, dalam dunia yang lebar ini ada macam kakek


yang begituan.

Untunglah Gin Hoa bukannya gadis yang suka dimanja, ia


dapat menyesuaikan dirinya terhadap kakeknya yang bengis.
Cuma saja, parasnya yang kotor dan pakaiannya yang kumal
membuat Gin Hoa sampai usia lewat 20 tahun belum ada yang
naksir.

Pada suatu hari, ketika ia habis mencuci pakaian di kali


yang letaknya agak jauh juga dari rumahnya, ia turun mandi di
kali dengan hanya bagian bawahnya saja yang tertutup
sedang bagian atas tubuhnya telanjang. Tampak tubuhnya
yang halus putih mempesonakanpada yang melihatnya, Ia ada
bersama dua orang temannya mencuci di kali itu. Terdengar
satu diantara temannya itu berkata kepadanya,

"Enci Gin, tubuhmu begini halus putih macam sutera,


kenapa wajahmu kotor amat ?"

"ya, enci Gin. Bersihkan sekali, aku ingin lihat kecantikan


aslimu " menimpali temennya yang lain.

Gin Hoa hanya tersenyum sambil mandi terus.

"Kakekmu terlalu kejam, menekan enci- sampai begini"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Rupanya kakek enci Gin tidak senang melihat wanita


cantik "

"Dengan romanmu yang sembarangan, mana dapat


pasaran?"

"Aku sendiri yang jelek, sudah 3 tahun laku."

"Hihi, bisa saja enci Soen jangan gitu dong "

" Emang, kalau enci Gin unjukkan kecantikan aslinya, 3


tahun yang lalu sudah tentu disambar orang. Tidak seperti
sekarang, sudah masuk 23 tahun masih belum punya pacar
satu juga."

"Emangnya kalau berpacaran mesti punya dua tiga pacar?"

"Tentu, kalau yang ini lolos, yang itu, kalau yang itu gagal,
ada yang ini."

"Hihi, enci soen bisa saja- Mari kita pulang, kita kan sudah
selesai-"

"Baru aku mau ajaki kau pulang- Biar kita tinggal enci Gin
sendirian merendam dirinya lama-lama. Biar daki-dakimu pada
rontok- Hihihi—-"

Demikian 3 orang itu mengocok Gin Hoa yang sedang


merendam diri dalam kali yang jernih.

"Hei, kalian tega amat meninggalkan aku sendirian" teriak


Gin Hoa, ketika melihat dua kawannya sehabis mengocok
dirinya (Gin Hoa) pada meninggalkan pgrgi-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi teriakannya tidak dihiraukan, malah mereka ngikik


ketawa sambiljalan terus meninggalkan Gin Hoa yang masih
mandi-

"Biar mereka pergi, aku boleh merendam badan lama-


lamaan." kata Gin Hoa ketawa. Tiba-tiba ia mendengar suara
seruling menggema di bawa sang bayu.

"Lebih enak lagi aku merendam diri diiringi seruling." kata si


gadis sambil gosoki tubuhnya yang putih halus, cuma
herannya mukanya sendiri ia tak ambil pusing. Malah ketika
tangannya kesalahan waktu mau menggosok pipinya, dia
menggumam,

"Hei, di sini kakek tidak mau " Lucu lagaknya si gadis.

Ia dengar suara seruling makin lama makin dekat, akan


kemudian......lenyap tak terdengar pula.

Kesal mendengar lenyapnya suara seruling Gin Hoa


menggerutu,

"Siapa sih yang meniup seruling ? Lagi enak-enak nonamu


mendengarkan, lantas dihentikan"

Gin Hoa berkata seraya naik ke darat. Tapi.........alangkah


kagetnya nampak pakaiannya tidak ada di tempatnya tadi-

"Celaka " pikirnya. "Aku dalam keadaan telanjang begini,


dari mana aku dapat penutup tubuhku? Kurang ajar, siapa sih
yang begitu jail? Akan kugasak dia kalau aku ketemukan
orang jail itu "

Tubuh yang berdiri dalam pakaian..........ehm Tentu saja


bikin pria yang lihat bisa jatuh lemas mendadak- Tapi Gin Hoa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak memikir ke situ, pikirnya ditempat itu jarang atau belum


pernah ia lihat kaum pria yang lalu lalang.

Dalam kebingungan mencari penutup badan, ia ingat akan


cuciannya tadi- Maka ia buka bakul cuciannya dan mengambil
pakaiannya yang basah dan dipakainya seketika itu sedang
mulutnya menggerutu,

"Tidak salah, tentu si soen dan si sin tadi yang main gila
menggodai orang terlalu kelewatan. Masa pakaian orang
dibawa pergi diam-diam. Baik, kalau kuketemu mereka, akan
kumaki habis-habisan"

Dengan mengenakan pakaian yang barusan dicuci,


entenganjuga bobot bakul yang dikempit dipinggangnya, Ia
pulang dengan perasaan mendongkol pada dua temannya
yang ia anggap menggodainya keterlaluan.

Belum berapa tindak ia berjalan, ia nampak di sebelah


depan ada sepotong kain yang terpancang dipokoknya pohon.

Kapan ia dekati, alangkah terkejutnya, sebab itu adalah


baju dan celananya yang hilang. Cepat ia menjambret, kiranya
pakaian itu terpancang pada sebatang seruling yang nancap
pada pokoknya pohon.

Ia coba cabut seruling itu tapi sampai berkutatan, ia tak


dapat mencabutnya hingga ia uring-uringan. Katanya,

"orang yang punya seruling, kenapa kau jail amat sama


nonamu ? Awas Kalau sampai jumpa dengan nonamu, akan
kuhajar batang hidungmu yang kaya

ser......."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia terperanjat ketika sekonyong-konyong menempel ke


mulutnya yang sedang nyerocos hingga terputus kata-katanya,
Ia coba mengelak, percuma, malah hidung tadi makin
melengket di mulutnya dan tubuhnya dipeluk prang erat-erat
hingga rasanya 'ngap'.

Ketika ia sadar, siapa orang yang berlaku kurang ajar itu,


bukannya Gin Hoa marah malah dari menronta keras ia jadi
jinak dan kasihkan bibirnya dicium lama-lama.

"Koko, kau bikin aku rasanya "ngap " kata Gin Hoa setelah
terlepas dari pelukan orang sambil tundukkan kepala.

"Adik Gin, kalau tidak dengan cara begini, selalu kau mau
lari saja dari aku." sahut orang itu dengan suara halus dan
ramah-

Di balik wajahnya yang kotor, matanya melirik tajam pada


orang itu yang juga telah tergetar hatinya. Dengan tiba-tiba ia
lantas ulur tangannya hendak memeluk lagi.

"Jangan, koko" kata si gadis seraya mundur satu tindak-

"Adik Gin, lama aku mimpikan kau. sayang selalu kau


menjauhkan diri saja dari aku. Barusan aku sudah saksikan
keindahan tubuhmu, membikin aku hampir jatuh dari pohon,
sudah lama kutahu kau umpatkan kecantikanmu di balik
wajahmu yang kotor. Tapi untuk menyaksikan tubuhmu yang
menggiurkan tadi, belum pernah aku mengimpi.........."

"Koko," memotong si gadis, seraya tundukkan kepala. Malu


rupanya ia tubuhnya yang indah ditonton orang di depannya.

"Kau bikin aku penasaran atas kelakuanmu."


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"AKu Gouw Tay Lie, tak bakal bikin kau penasaran.


sekarang juga aku akan pergi pada kakekmu untuk melamar
dirimu. Dikasih atau tidak- aku akan memaksanya "

Gouw Tay Lie adalah pemuda umur tiga puluhan, wajahnya


cakap dan tampan. Entah dari mana datangnya dia sebab
dalam dusun cenghian itu ia tinggal belum berapa lama. Ia
sering-sering perhatikan Gin Hoa kalau pergi cuci di kali
bersama-sama temannya.

Teman-teman Gin Hoa sering ketemu si pemuda dalam


perjalanan mencuci ke kali, mengira bahwa Gouw Tay Lie
naksir pada dirinya, sudah unjuk kegenitannya kepada si muka
tampan. Tapi Gouw Tay Lie tidak meladeni mereka, hanya
matanya berpusat kepada Gin Hoa.

Dari gerak gerik dan lirikan Gin Hoa yang tajam, Tay Lie
mengerti bahwa perhatiannya pada si nona mendapat
sambutan, Ia sudah berusaha mendekati, tapi selalu si nona
menjauhkan diri Malah kalau pergi cuci di kali tanpa ada yang
temani, Gin Hoa tidak mau pergi. Tay Lie tahu bahwa si nona
bukan tidak mau melayani, ia hanya takut pada kakeknya yang
bengis dan mengekang dirinya.

setelah berkali-kali untuk mendekati si gadis berwajah kotor


tidak berhasil, akhirnya ia ambil jalan nekad seperti yang
dilukiskan diatas.

Mendengar kata-kata si pemuda yang hendak melamar


dirinya dan akan memaksanya kalau si kakek tetap bertahan,
Gin Hoa jadi kaget, Ia berkata. "Jangan, jangan. Kakek adanya
luar biasa. Kalau dia marah, aku yang jadi korban nanti."

Tay Lie mau percaya akan keterangan si nona.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pemuda itu sudah mencari keterangan halnya si kakek-


memang adanya luar biasa. Ada beberapa tetangganya
diminta perantaranya untuk melamarkan Gin Hoa, tidak ada
yang berani. Malah menasehatkan Tay Lie untuk jangan dekati
si nona, lebih baik cari yang lain saja.

Malah pernah ada kejadian, si nona dipukuli si kakek


karena ada orang yang meminang si gadis untuk dijadikan
istrinya yang sah. orang yang melamar itu kedudukannya
dalam dusun itu boleh juga. sengaja ia mencari wanita yang
romannya tidak berapa cantik, asal boleh
dipakai'Pendaringan', dimaksudkan yang setia dan sabar
untuk merawat dua anaknya yang masih kecil, belum lama
ditinggal mati oleh ibunya. Lantaran ini, maka segan orang
berurusan dengan si kakek dalam hal cucunya itu.

gara-gara si kakek yang adatnya aneh, bisa-bisa Gin Hoa


jadi perawan tua.

Tadinya Tay Lie sudah nekad dan mau datangi si kakek


untuk minta dirinya Gin Hoa. Mendengar kata-kata Gin Hoa
yang separuh meratap, ia menjadi kasihan pada si nona dan
urungkan niatnya- Tapi, ia mencintai Gin Hoa- Cara
bagaimana ia dapatkan si gadis ? Inila h yang membuat
kepalanya pusing.

sejak dari mulutnya kena ditempel hidung Tay Lie, si nona


jadi berpikiran.

orang demikian tampan, mau sama dirinya yang berwajah


kotor menjijikkan, sungguh ia tidak habis mengerti, Ia tidak
sadar kalau Tay Lie sudah tahu bahwa dibalik wajah yang
kotor itu ada mengumpat kecantikan yang bercahaya-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sejak itulah Tay Lie dan Gin Hoa makin rapat hubungannya
di luar tahunya sang kakek yang bengis, sering mereka bikin
pertemuan rahasia di tempat-tempat yang sunyi.

Hari lewat hari, Giok siong (si kakek) lihat badannya sang
cucu berubah- sering tiduran siang, biasanya tidak pernah
dilakukan Gin Hoa, malah terkadang tampaknya si nona
sangat lesu, tidak bersemangat untuk mengerjakan apa-apa.

Giok siong menjadi heran. Dari heran ia menjadi curiga


ketika nampak perutnya sang cucu seperti melembung.

Pada suatu malam tampak romannya Giok siong sangat


tegang, kadang-kadang beringas. Entah kenapa si kakek
mendadak berubah demikian menakutkan, sebentar lagi ia
masuk ke dapur, dimana ia ambil golok, piranti membelah
kayu.

Ketika melihat golok itu puntul, lalu ia dekati batu asahan,


dimana ia mengasah golok itu sampai tajam benar. Kalau
orang yang melihat tingkah lakunya si kakek malam-malam
mengasah golok, tentu orang akan menanya : Apa-apaan dia
mengasah golok malam-malam ? Memangnya tidak ada waktu
siang untuk membuat golok tajam ?

sebentar lagi, setelah melihat golok sudah tajam, Giok


siang tampak pentil-pentil bagian tajamnya, Ia ketawa, tidak
sampai terbahak-bahak, seakan-akan takut ada orang dengar.
Dengan golok itu ia masuk lagi ke dalam, Ia duduk pada
sebuah dipan, piranti tidurnya.

"Gin Hoa, Gin Hoa Kemari sebentar" tiba-tiba si kakek


teriaki cucunya yang belum lama masuk kamarnya untuk tidur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Gin Hoa yang memang belum pulas, kaget mendengar


panggilan sang kakek-

Cepat ia turun dari pembaringan, keluar menghampir


kakeknya yang tengah duduk ditepi pembaringannya.

"yaya (kakek), ada perintah apa kau memanggil aku ?"


tanyanya.

"Gin Hoa, bukan tidak ada alasannya aku memanggil kau."

"yaya mau suruh apa ? Katakanlah, aku lantas akan


mengerjakannya."

"Hehehe, cucuku yang manis." si kakek ketawa asem.

Gin Hoa tidak enak hatinya melihat gerak g erik sang kakek
yang aneh.

"Aku mau tanya kau, harus kau mengaku terus terang."


berkata Giok siong.

"Aku memangnya kenapa, yaya?" tanya si gadis ketakutan.

"Kau sudah berhubungan dengan siapa ? Lekas mengaku "

"Tidak, aku selalu merawati yaya, tidak berhubungan


dengan siapa juga."

"Bagus " kata Giok siong seraya bangkit mendekati


cucunya yang tengah gemetaran.

"Weekk " tiba-tiba terdengar suara robeknya kain. Kiranya


pakaian bagian perutnya Gin Hoa kena dijambret oleh si
kakek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahahaha, tidak ada hubungan ? ini apa ?" si kakek kata


sambil menunjuk pada perutnya Gin Hoa yang sudah mulai
mengembung.

Tersipu-sipu Gin Hoa coba menutupi perutnya yang


telanjang, sambil menangis, ia putar tubuhnya lari ke kamar
dengan maksud mau tukaran. Tapi satu tendangan dari Giok
siong bikin Gin Hoa jatuh meloso- Kembali terdengar suara
"wekk wekk1 beberapa kali. pakaian Gin Hoa yang sudah
robek bertambah robek lagi di sana sini hingga si nona
separuh telanjang.

"Hehe, bagus ya berani kelabui yayamu " kata Giok, siong


seraya mengambil golok dari dekat bantal tidurnya.

"Kau lihat ini apa ?" berkata Giok siong seraya acungkan
goloknya.

Gin Hoa tengah merang kak-rangka k bangun sambil


menangis, Ia singkap rambutnya yang terurai ke mukanya
untuk melihat barang apa yang si kakek suruh lihat, Ia menjerit
nampak Giok siong memegang golok tajam.

"yaya, kau mau apakan aku ? uh.....uh.....uh......." ia


menangis keras.

"Aku mau belah, keluarkan anak haram dari perutmu "


sahut Giok siong bengis. Mendengar perkataan si kakek-
sekali menjerit lantas Gin Hoa pingsan-,

"Bagus-" kata Giok siong ketika melihat cucunya pingsan.

"Aku tak usah menelikung tanganmu lagi untuk


mengeluarkan anak haram dari perutmu " Ia berkata sambil
mendekati Gin Hoa yang menggeletak separuh telungkup,. si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kakek kelihatan cucunya jadi rebah terlentang hingga tergetar


juga hatinya si tua tampak tubuhnya Gin Hoa separuh terttup.
Perutnya yang melembung dibungkus oleh kulit yang putih
halus, membikin Giok siong jongkok termangu-mangu.

"Kurang ajar." tiba-tiba ia menggerutu.

"Siapa manusianya yang berani ganggu cucuku ? Betul-


betul dia berani main-main dengan kumis "

Nyata si kakek sudah ambil keputusan tetap untuk


mengeluarkan bayi dari dalam perutnya Gin Hoa, melihat ia
sudah menyobek lagi pakaian si nona sehingga sekarang
tampak jelas perutnya Gin Hoa yang sedang mengandung.

Kasihan Gin Hoa akan menjadi korban kekejaman


kakeknya sendiri Isi perutnya akan dikeluarkan dengan paksa-
Gin Hoa matanya masih terus tertutup ketika golok dapur yang
sudah diasah tajam mulai menyentuh pusarnya. Rupanya si
kakek hendak mulai membelah perut cucunya dari situ.

"Trang " huara golok terbentur benda keras, berbareng


goloknya Giok siong juga sudah terlempar diluar kemaunnya si
kakek-

Kiranya benda yang membentur golok si kakek adalah


sebuah batu yang sebesar jempol tangan, yang jatuh persis
diatas perutnya Gin Hoa- Bukan main kagetnya Giok siong.
cepat ia bangun berdiri dan membentak.

"Bangsat, kau berani main gila pada orang she Tan ? Lekas
unjukan cecongormu "

"Aku ada disini-" terdengar orang menyahut dari belakang.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cepat cilik, siong memutar tubuh. Kiranya dia seorang


muda dari usia tiga puluhan yang menyahut bentakan tadi-
Wajahnya tampan, tinggi kurus, tengah berseri-seri ke arahnya
sambil menjura hormat.

si kakek bukannya senang melihat pemuda sopan dan


berwajah tampan, sebaliknya ia sangat gusar. Bentaknya,

"Anak sialan, tentu kau yang bikin cucuku jadi melembung


perutnya. Hm, bagus, bagus "

Meskipun ia sangat gusar dan memaki si pemuda yang


tiada lain adalah Gouw Tay Lie adanya, tidak berani ia
sembarang bergerak melihat si pemuda dengan sebuah batu
sudah bikin golok terlempar dari cekalannya.

"Mohon maaf pada kakek-" kata Tay Lie.

"Urusan adik Gin, aku yang tanggung jawab. Aku tidak akan
sia-siakannya."

"Hm, bagus-bagus." kata si kakek sambil angguk-


anggukkan kepalanya.

"Adat kakek ada luar biasa. Maka terpaksa aku ambil jalan
seperti yang sekarang kakek sudah tahu untuk aku dapatkan
dirinya adik Gin,"

"Hm Bagus, bagus...."

"selanjutnya, adik Gin akan menjadi istriku"

"Hm Bagus, bagus........"

"Apa yang bagus ?" tanya Tay Lie yang jengkel bicaranya
hanya dijawab dengan 'bagus, bagus' saja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Memang bagus, kau sudah bikin melembung perut cucuku


tanpa permisi dulu dari aku. Apa perbuatanmu itu aku harus
bilang jelek ?"

Tay Lie melengak mendengar jawaban si kakek seperti


sinting.

Ia melirik pada Gin Hoa yang tengah telentang tidak ingat


orang dengan badan hampir kehilangan tutupnya sama sekali.
Hatinya sangat kasihan, cepat ia jongkok, kemudian
memondong si nona.

"Hei, kau mau bawa kemana cucuku ?" Giok siong tiba-tiba
menanya.

"Aku mau rebahkan dia diatas pembaringan dan


menolongnya." sahut Tay Lie seraya terus bertindak
menghampiri dipan si kakek-

"Hei, itu tempat tidurku, tak boleh ditaruh disitu, kotor " kata
Giok siong.

Tay Lie tidak meladeni si kakek- sambil mendengus ia


bawa si nona ke dalam kamarnya, dimana ia rebahkan dan.
menutupi badan Gin Hoa yang telanjang.

Ia segera mulai mengurut-urut urat-urat dari jalan darah


yang ia tahu untuk membikin Gin Hoa tersadar. Lama juga ia
berusaha menyadarkan si gadis.

"Hei, kau lama-lama dalam kamar lagi apa-apaan ?"


kedengaran suara si kakek dari sebelah luar.

Tay Lie melengak- jadi melengak keheranan ia jadi geli


ketawa sendiri menyaksikan tindak tanduk si kakek- Pikirnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orang sedang repot menolong gin Hoa, bukannya bantu


menolongi, ini malah menanya yang bukan-bukan. Benar-
benar orang tua itu sudah sinting atau linglung.

Tay Lie tidak meladeni si kakek- terus ia berusaha


menolong Gin Hoa.

"sudah tanpa permisi bikin perut cucuku kembung,


sekarang lama-lamaan di dalam kamar cucuku. Betul-betul
kau bikin si kakek jadi penasaran" kedengaran Giok siong
kembali mengucapkan kata-kata yang melantur, sebentar lagi
tampak Gin Hoa siuman.

"Koko, kau juga datang ?" tanya si gadis lemah-

"Adik Gin, aku datang unuk melindungi kau." sahut si


pemuda, ketawa.

"Memangnya aku kenapa ?" tanya si gadis, seperti


mengigau.

"Adik Gin, anak kita mau dikeluarkan dari perutmu oleh


kakekmu."

"Koko" menjerit Gin Hoa sambil bangun dan menubruk Tay


Lie yang duduk di tepi pembaringan.

"AKu takut.....aku takut......" katanya dalam pelukan si


pemuda. Gin Hoa lupa akan pakaian yang sudah koyak-koyak-

"Adik Gin, tenang, tenang " menghibur Tay Lie seraya


membelai-belai rambutnya si gadis yang hitam jengat bagus.

"Hei, lagi apa-apaan ?" si kakek berkata sambil tongolkan


kepalanya dari balik muilie (terai pintu) sebab kamarnya Gin
Hoa tidak berpintu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Gin Hoa kaget- Ia dorong Tay Lie dan masuk lagi ke dalam
selimut- Kini ia sadar bahwa dirinya hanya berpakaian
separuh-

"Koko, itu kakek datang mau membelah perutku.........."


meratap Gin Hoa dari dalam selimut, Ia sudah menutup
seluruh badannya dengan selimut saking ketakutan-

Tay Lie tidak menjawab, sebaliknya ia bangkit dan berjalan


keluar dimana Giok siong sudah duduk menantinya di ruang
tengah, seraya tangannya memegang golok yang tadi mau
dipakai membelah perut cucunya. Tay Lie tidak gentar si kakek
memegang golok-

Ia jalan menghampiri dan duduk di depannya- Ia berkata,

"Urusan sudah jadi begini, kau sekarang mau apa ?"

" urusan tidak jadi begini kalau tidak gara-garamu tanpa


permisi melembungkan perut cucuku." sahut Giok siong
dengan mata bersinar rasa penasaran.

Tay Lie anggap orang tua ini benar-benar sinting. Masa


saban-saban menyebut kehamilan cucunya tanpa permisi.
Kalau tidak sinting, orang ini tentu kakek cabul. Dalam
jengkelnya Tay Lie berkata kasar, katanya,

"ya sudah, aku tanpa permisi melembungkan perut cucumu.


Kau mau apa ?"

"Heheh, kau mau ngaku juga kesalahanmu, ya " Giok siong


ketawa aneh-

"Aku Gouw Tay Lie, berani berbuat tentu berani tanggung


jawab "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tanggung jawab apa " mendengus si kakek- matanya


melotot.

"Aku tanggung jawab buat kehidupannya adik Gin. Aku


tidak nanti sia-siakan dan akan menjadikan istri yang
tersayang "

"Hahaha " giok siong tertawa terbahak-bahak-

"Kau lihat ini ?"

Tay Lie lihat cilik, siong acungkan goloknya-

sebelum ia bicara, cilik, siong sudah mendahulu,

"Aku Tan.........."

".........Giok siong " terdengar orang menyambung dari


sebelah luar. Lalu disusul dengan tertawa yang terbahak-
bahak, si kakek dengan mendadak saja agak bergidik
badannya-

Tay Lie heran, dengan mendadak sontak setelah


mendengar tertawanya orang diluar rumah si kakek bergidik
sampai badannya gemetaran. Entah siapa orang yang datang
itu. "Brak " tiba-tiba pintu ditendang terbuka.

Tampak berjalan masuk seorang pria bermuka persegi dan


gemuk badannya. Dari muka dan perawakannya, Tay Lie
heran, tidak ada yang harus ditakuti- Kenapa si kakek
bolehnya bergidik sampai gemetaran badannya ?

orang itu tidak memandang pada Tay Lie yang ada disitu,
hanya langsung berkata kepada Giok siong,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

" Kakek sinting, tidak nyana kau mengumpat disini Tujuh


tahun sudah aku mencari-cari kau. Mana cucu perempuanmu?
Lekas keluarkan"

si kakek tidak menyahut, hanya matanya saja memandang


pada orang gemuk itu dengan roman agak pucat, seakan-akan
melihat setan.

"Aku ciu-kui Gouw TOa (si setan Arak) belum pernah


mengampuni anak buahnya yang berkhianat Tapi untukmu,
aku bisa kasih kelonggaran, asal cucu perempuanmu lekas
kasih keluar. Dimana dia, lekas Hahaha, sekarang kau tak
punya alasan untuk mengatakan cucumu masih di bawah
umur"

Gin Hoa dikamar mendengar suara Gouw Toa juga


ketakutan, ia tutup rapat-rapat semua badannya dengan
selimut, takut orang itu nanti masuk ke dalam kamarnya dan
melihat dirinya. Diam-diam ia jengkel, kemana sih perginya
Tay Lie, tidak kedengaran suaranya.

Ia barusan saja tukaran pakaiannya yang koyak-koyak dan


mau memanggil Tay Lie masuk untuk menasehati supaya si
anak muda jangan kasar-kasar bercakap dengan yayanya, tapi
niatannya urung karena ia mendengar suara yang ia kenali
betul.

"Patung, kau diam saja " bentak Gouw Toa, si setan Arak-

Untung Giok siong sudah menguasai keadaan maka ketika


dibentak demikian, bukan makin menggigil ketakutan malah
tiba-tiba ia ketawa dan tampangnya berubah tidak ketakutan
lagi seakan-akan dalam benaknya sudah mendapat
pemecahan untuk menghadapi Gouw Toa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukan Tay Lie saja yang heran, juga Gouw Toa jadi
melengak sejenak nampak si kakek tidak bergemetaran
mendengar bentakannya yang nyaring

"orang she Gouw, kau sudah terlambat datang." sahut Giok


siong ketawa.

"Apanya yang terlambat datang ?" tanya Gouw Toa heran.

"Cucuku sudah melembung. Hahaha...."

"Apanya yang melembung "

"Sudah tentu perutnya, hahaha "

Gouw Toa memang pandang Giok siong ada satu kakek


yang sinting, ucap katanya suka melantur ketika si kakek
masih menjadi anak buahnya. Tapi mendengar kata-kata
melembung perut cucu perempuannya si kakek- mau tak mau
ia menjadi terkejut dan memandang ke arahnya si kakek
dengan muka bengis.

"Jadi, cucu perempuanmu sudah punya suami?" ia


menanya, cemas hatinya.

"Punya suami sih belum, cuma dia sudah melembung."


sahut si kakek haha hihi.

"siapa yang bikin dia melembung ?" bertanya Gouw Toa


sangat gusar.

Giok siong tidak menjawab, hanya matanya saja melirik


pada Tay Lie yang enak-enakan mendengari orang bertanya
jawab. "Brak Prang Preng Prong....."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Itulah suara meja terbalik diatas mana ada ditaruh piring


mang kok, tempat teh dan lain-lain hingga ramai
kedengarannya.

Meja itu terbalik ditendang sekerasnya oleh Gouw Toa,


yang seketika itu meluap amarahnya kepada Tay Lie- si setan
Arak penasaran, bakal miliknya didahului oleh si pemuda yang
tak dikenal dan juga tidak dipandang mata olehnya, cilik, siong
kembali gemetaran nampak si setan Arak mulai umbar
amarahnya.

Tapi Tay Lie tinggal tenang-tenang saja dan memandang


pada Gouw Toa dengan tersenyum sinis. Tampaknya ia tidak
gentar kepada si setan Arak-si kakek tidak menjawab, hanya
matanya kedap kedip pada Tay Lie.

" Lekas katakan" kembali si setan Arak membentak-

Giok siong dengan muka ketakutan, melihat ke kamar Gin


Hoa yang tidak berpintu

"Hahaha " si setan Arak tertawa keras, tubuhnya berbareng


melompat ke pintu kamar

dan ia akan menerobos masuk kalau tidak tertahan oleh


suara halus dari dalam kamar. "Jangan.. Jangan masuk- Aku
lagi tukar pakaian, segera aku keluar"

"Hehehe, nona manis, kau masih kenali juga pada Gouw


Toaya ?" kata Gouw Toa ketawa.

"Aku tahu Gouw Toaya yang datang, tunggu sebentar"


sahut Gin Hoa, empuk suaranya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

si setan Arak yang merangkap juga jabatan setan


Perempuan, tampak berseri-seri kegirangan, menunggu
keluarnya si elok dari kamarnya.

Tay Lie sudah muak melihat lagaknya Gouw Toa. Tadi


ketika si setan Arak mau menerobos ke kamarnya sang
kekasih, ia sudah mau menghadang tapi urung ketika
mendengar suara Gin Hoa yang dapat menyetop kelakuan si
setan Arak yang kasar.

Ia masih mau lihat, apa yang Gin Hoa bisa bikin untuk
menghadapi Gouw Toa Juga ia masih samar-samar untuk
mengetahui duduknya urusan. Maka ia tidak mau turun tangan
dulu. Hanya yang sudah terang baginya adalah Giok siong,
memang dia ada seorang kakek sinting. Bagaimana
lantarannya Giok siong mengekang kemerdekaan cucunya,
inilah yang ia kepingin tahu.

Tidak lama Gin Hoa telah keluar dari kamar.

Ia tertawa kepada Gouw Toa, sebaliknya Gouw Toa


terbelalak matanya memandang kepada si nona.

"Apa kau si Gin dari tujuh tahun yang lalu ?"

"siapa bilang bukan si Gin yang dulu ? Waktu itu aku baru
berumur lima belas, sudah tentu sekarang lain rupanya. Lain
dulu lain sekarang, Gouw Toa y a Hihihi......" Gin Hoa ketawa
tapi tidak membuat guncang hatinya si setan ciila Perempuan,
malah ia seram rupanya, matanya kedap kedip seperti orang
tolol.

Tadinya Gouw Toa mengira dari dalam kamar akan keluar


satu gadis yang cantik jelita dengan senyuman yang memikat
dan lagak lagunya yang Jenaka, tidak tahunya di depannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarang berdiri satu wanita yang mukanya buruk bagaikan


restan penyakit cacar. Matanya belekan (tai mata di sana sini),
pakaiannya kumel seperti yang sudah tahunan lantaran tidak
dicuci-cuci, mulutnya juga seperti mengok ke kiri seketika
berbayang di depan Gouw Toa roman cantik jelita Gin Hoa
pada usianya yang mulai mangkat dewasa. Luwes dan
cekatan, omongannya serba Jenaka penghibur lara. Tapi
sekarang kenapa jadi begini ? Dalam usia dewasa Gin Hoa
semestinya lebih cantik dan mempesonakan. Ini malah lebih
buruk dari wanita yang disebut jelek-

Tak dapat Gouw Toa memecahkan persoalan itu sebab


buktinya memang si nona berwajah buruk menyeramkan.

"Kalau benar si Gin, kenapa wajahmu berubah seburuk ini


?" si setan Arak menanya perlahan, seperti cemas hatinya.

"Kalau dulu wajahku cantik dan sekarang buruk, itu


perubahan yang wajar." sahut Gin Hoa, melirik pada Gouw
Toa seraya tersenyum, Gouw Toa main muak melihat lirikan
dan senyuman Gin Hoa-

Kenapa ? Gouw Toa lihat lirikan Gin Hoa bukan memikat


tapi seperti berjatuhan tai matanya, senyumannya
menyeramkan sebab mulutnya yang mengok seperti lebih
mengok lagi. Tapi betul seperti katanya cilik, siong, cucunya
sudah melembung perutnya.

Mungkin si nona sudah mengandung tujuh delapan bulan.


Dalam keadaan mengandung, tubuhnya Gin Hoa berubah
makin menggiurkan sebenarnya. Tapi si setan Arak tidak
melihat itu, hanya yang dibuat pikiran wajah si nona yang
buruk.

Dari merasa cemas dan heran, ia menjadi marah,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau bilang perubahan yang wajar, apa artinya itu ? Lekas


katakan"

setelah tersenyum yang memuakkan Gouw Toa, si nona


menjawab,

"Aku diserang penyakit cacar, makanya wajahku jadi


berubah begini- Kapan Gouw Toaya pulang Jangan lupa ajak
aku, ya"

"Ajak kau pulang ?" kata si setan Arak dengan sinis.

"ya, sejak aku pulang ke rumahmu ?"

"siapa yang mau bawa orang macam kau ?"

"Dari jauh kau cari aku, kenapa sekarang berubah


pikiranmu "

"siapa yang cari kau, budak buruk "

"Lho, kenapa kau jadi memaki si Gin ?"

"Memaki maish bagus, sebagai ganti tendangan Gouw


Toaya "

"Ajak dong, kan kau mencari aku ?" Gin Hoa dengan berani
mendekati si setan Arak dan hendak mencekal tangan orang
dengan tangannya yang kotor.

"Kurang ajar Kau berani..........?" kakinya pun melayang


hendak menendang Gin Hoa.

Tendangan itu berat ratusan kati, tambahan mengarah


perut. Kalau saja mengenai sasarannya terang perutnya Gin
Hoa akan berantakan dan bayi didalamnya mati seketika. Hal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mana membuat Gin Hoa sangat kaget, sebab perbuatan si


setan Arak ada diluar perhitungan, Ia sudah pejamkan
matanya untuk terima binasa. "Bluk " terdengar suara tubuh
yang jatuh.

Gin Hoa terkejut, cepat dia membuka matanya.

Kiranya suara "bluk1 tadi adalah suara tubuhnya Gouw Toa


yang berat, jatuh meloso di lantai dan sedang merangkak
bangun. Di dekatnya kelihatan Tay Lie berdiri sambil senyum-
senyum. Apakah yang sudah terjadi ? Gin Hoa tak usah putar
otak untuk mencari tahu, karena lantas terdengar bentakan
Gouw Toa kepada Gouw Tay Lie,

"Binatang Hm Bagus, bagus, bagus......."

"Apa yang bagus ?" tanya Gouw Tay Lie keheranan.

"Bagus perbuatanmu bikin bunting anak orang tanpa


dinikah " sahut Gouw Toa.

"Itu ada urusan pribadiku, ada sangkut apa dengan kau?"

"sangkutan apa ? Hm Kau tidak tahu Gin Hoa kepunyaanku


?"

"Kalau kepunyaanmu, kenpa kau tidak mau bawa kau,


malah ini menendang kayak kuda kelaparan" menyela Gin
Hoa dengan berani.

Gouw Toa melengak- Ia tidak menduga Gin Hoa berani


mengejek demikian.

"Kau kira wajahmu kebagusan untuk dibawa oleh Gouw


Toaya ?" bentaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hihi, orang sinting." kata gin Hoa.

"Kakekku kau katakan sinting, tidak tahunya kau lebih


sinting lagi........."

"Kau berani.......?" mengancam Gouw Toa, tangannya


diulur hendak memukul.

"Nah, pukullah " menantang Gin Hoa dengan lucu sebab ia


berkata sambil sodorkan perutnya yang barusan mau
ditendang si setan Arak-

Bukan main gusarnya Gouw toa,

"Budak hina, kau menantang " katanya nyaring, kepalanya


juga sudah lantas melayang hendak menghantam dadanya si
nona.

sayang, sebelum tinju sampai pada sasarannya, ditengah


jalan sudah dipegang oleh Gouw Tay Lie- Entah bagaimana
Tay Lie, bergerak- Rupanya ia pandai kuntauw, tahu-tahu
tubuhnya si setan Arak disengkilit dan untuk kedua kalinya
terdengar suara -'bluk', tampak Gouw Toa meloso-loso lagi di
lantai.

Dengan susah payah baru ia bisa bangun berdiri

"Anak muda, siapa namamu ?" tanyanya.

"Aku Gouw Tay Lie- Kalau masih penasaran, boleh lain kali
cari aku" sahutnya.

"Bagus, kali ini kau menang. Lain kali giliranku yang


menang." kata Gouw Toa. Ia berkata sambil kebas-kebas
pakaiannya yang berdebu, barusan jatuh sampai dua kali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kali ini aku menang, lain kalijuga aku pasti tetap menang."
Tay Lie menyindir.

"Baiklah, kita sama-sama she Gouw. Lain kali kita tetapkan


si Gouw yang mana yang unggul." kata Gouw Toa seraya jalan
ngeloyor ke pintu, akan kemudian ia menghilang dalam
kegelapan sang malam.

Tay Lie tidak perdulikan Gouw Toa yang ngeloyor pergi,


sebaliknya ia menghampiri Gin Hoa yang sedang ketawa,
mulutnya mengok dan wajahnya buruk- Ia berkata,

"Adik Gin, kau pandai benar membuat wajahmu seburuk ini


" sambil menowel pipi orang hingga si nona ngikik tertawa.

"Koko, bagaimana kalau wajahku lebih buruk dari ini, tentu


kau muak ?" tanya Gin Hoa.

"Lebih buruk lagi tidak berarti bagiku." sahut Tay Lie tegas.

"Cintaku padamu sebesar gunung. Mang dapat digoyang


oleh wajahmu yang buruk."

"Betul ?"

"Kenapa tidak betul ?"

"TUnggu sebentar, ya ?" kata Gin Hoa seraya terus


ngeloyor ke belakang.

Lama juga si nona dibelakang. Membuat Tay Lie tidak


sabaran. Ia lalu menyusul, baru saja ia mendekati pintu
belakang, ia kesomplokan dengan seorang gadis yang luar
biasa cantiknya hingga ia berdiri bengong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kalau Tay Lie tidak mengenali pakaiannya si gadis cantik


jelita itu kumel menjijikan, pemuda itu tentu tidak mengenali
kalau gadis yang berdiri di depannya sambil tersenyum
memikat adalah Gin Hoa, sang kekasih.

"Adik Gin, kau....." Tay Lie berkata perlahan sambil


menyergap si gadis dan segera si cantik jatuh dalam
pelukannya.

"Koko, kau suka sama wajah seburuk ini ?" bisik si gadis
mesra.

"Adik Gin, aku sudah duga kau adalah satu bidadari." Tay
Lie balas berbisik,

"Kalau aku bidadari, habis kau apa ?"

"AKu bataranya.........."

"Ah, koko, kau bisa saja. Mana ada batara segala "

"Adik Gin, kalau ada bidadari mesti ada bataranya. Kapan


ada wanita mesti ada pria, bukan begitu ?"

"Koko........." Gin Hoa seraya dongaki mukanya,


memandang paras Tay Lie yang tampan.

"Pintar sekali kau ini..........." Gin Hoa melanjutkan sambil


jari telunjuknya yang mungil ditempelkan pada bibirnya Tay
Lie-

"Adik Gin.........." suara Tay Lie agak gemetaran.

"Ko......ko..........." Gin Hoa suaranya hanya sampai disitu


sebab dua pasang bibir sudah melekat tak terpisahkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hangat dan aman si nona rasakan dalam pelukan sang


kekasih.

Mungkin hanya bayi yang ada dalam perut Gin Hoa yang
menonton ayah dan ibunya bermain asmara. oh, tidak Masih
ada si kakek sinting yang menyaksikan adegan itu.

Kiranya si kakek tidak sesinting seperti anggapan orang.


Karena seketika melihat dua anak muda itu ada demikian
besar cintanya satu sama lain, pikirannya yang gila-gilaan
telah berubah- Ia tertawa terkekeh-kekeh sambil berkata,

"Bagus, bagus......."

Terkejut sepasang muda mudi yang tengah menikmati


kebahagiaannya. Dua pasang bibir terpisahkan dan masing-
masing dengan sendirinya melepaskan pelukannya. Dua
pasang mata memandang ke arah si kakek yang terkekeh-
kekeh ketawa.

"Bagus, apa maksudmu bilang bagus, kakek ?" tanya Tay


Lie agak kasar.

"Bagus, kalian berdua setimpal betul buat jadi suami isteri.


Ha ha ha ha........"

Gin Hoa dan Tay Lie melengak- Mereka heran si kakek


mengatakan demikian.

"yaya, kau suka aku diambil istri oleh koko ?" tanya Gin
Hoa.

"suka, suka, hahaha "si kakek ketawa kegirangan.

Tay Lie dan Gin Hoa saling bertukar pandang seraya


tersenyum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Apa yang dikatakan Giok Siong memang keluar dari hati


yang tulus sebab selanjutnya si kakek tidak mengungkat-
ungkat lagi soal perut melembung1 dari cucunya.

Di samping senang bahwa cucunya mendapat jodoh yang


setimpal, juga cilik, siong ada menghargai kepandaiannya Tay
Lie yang dengan mudah dapat menyengkilit jatuh dua kali si
setan Arak dan ngeloyor dengan ketakutan.

Tay Lie selanjutnya tinggal bersama-sama dalam satu


rumah.

Dalam omong-omong, Tay Lie ada menanyakan halnya si


kakek kepada Gin Hoa- Kiranya si kakek itu adatnya memang
ada sedikit sinting, bicaranya rada linglung. Tapi tidak sejahat
sebagaimana orang duga. Tentang dirinya dikekang dalam
soal bersolek dan berpakaian rapih, atas keinginannya si
kakek karena ia takut cucunya diambil Gouw Toa, seorang
jagoan dari sebuah dusun yang jaraknya kira-kira Go lie dari
tempat tinggalnya yang sekarang.

Gouw Toa banyak anak buahnya, termasuk kakeknya yang


pada waktu itu tidak selinglung seperti sekarang, Giok siong
ada punya kepandaian membuat panah tangan, maka ia
dipekerjakan sebagai anak buahnya oleh Gouw Toa. Waktu
itu, Gin Hoa usianya baru lima belas tahun, nakal dan Jenaka,
sering berkunjung ke tempat kakeknya bekerja. Disitulah
Gouw Toa melihat Gin Hoa yang sedang meningkat dewasa
cantik parasnya, Jenaka orangnya, lalu meminang pada Giok
siong.

Gouw Toa menduga Giok siong dengan senang akan


menerima lamarannya, cucunya dijadikan bininya yang
keempat. Kenyataannya ia hanya dikasih janji bahwa soal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lamarannya baru akan dipertimbangkan kalau Gin Hoa sudah


berumur dua puluh tahun, sekarang masih terlalu kecil.

Gouw Toa sangat berpengaruh, Ia mengancam si kakek-


katanya kalau mesti tunggu sampai Gin Hoa umur dua puluh
tahun, ia keburu mampus, Ia mendesak si kakek supaya
dalam usia 17 - l8 tahun, Gin Hoa sudah diserahkan
kepadanya.

Lantaran takut si kakek muIakat akan menyerahkan Gin


Hoa kalau sudah berumur l8 tahun. Tapi diam-diam Giok siong
sudah berdamai dengan cucunya untuk melarikan diri dari
kekuasaannya gouw Toa yang jahat, Ia tidak mau cucunya
dikorbankan kepada seorang bandot seperti gouw Toa yang
tidak kenyang punya tiga istri.

Maka itu, Gin Hoa dengan kakeknya pindah dengan diam-


diam ke kampung yang sekarang mereka tinggal, Giok siong
suruh cucunya umpatkan kecantikannya dibalik wajahnya
yang kotor dan pakaian kumel, takut dikenali oleh Gouw Toa,
sedang si kakek sendiri tidak suka bertetangga atau
bercampur dengan teman-teman sekampungnya, Giok siong
terkenal galak dan kejam pada cucunya, malah ada yang
melamar ditolak dan dimaki-maki, bukannya ia tidak mau lepas
cucunya kawin, ia sebenarnya sayang pada cucunya dan mau
cucunya dapatkan jodohnya yang setimpal.

Gin Hoa juga salah sangka bahwa kakeknya benar-benar


tidak kasih dirinya menikah, maka ketika Tay Lie mau majukan
lamarannnya sudah dicegah oleh si nona. Ia tidak tahu kalau
benar-benar Tay Lie datang melamar, belum tentu ditolak si
kakek yang sedang mengharapjodohnya sang cucu yang
setimpal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mungkin si kakek akan memukuli Gin Hoa ketika ia


mengembalikan wajah buruknya ke wajah aslinya, kalau tidak
ada Tay Lie yang cakap ganteng disampingnya.

Giok siong diam-diam merasa beruntung dengan


perjodohan cucunya. Meskipun mereka "menikah" tanpa ijin
dahulu darinya. Ia percaya Tay Lie dapat melindungi isterinya,
melihat kepandaian Tay Lie yang ia saksikan.

Demikian, Tay Lie dan Gin Hoa mencicipkan


kebahagiaannya bersama-sama Giok siong yang tidak begitu
sinting lagi setelah melihat keberuntungan cucunya.

Kegirangan memuncak tatkala Gin Hoa telah melahirkan


anak kembar perempuan.

Anak kembar itu mungil-mungil, hingga bukan saja Tay Lie


dan Gin Hoa sebagai ayah ibunya yang menyayang mereka,
juga si kakek Giok siong bukan main sayangnya.

Tay Lie ada mempunyai teman Teng Hauw, anak orang


hartawan, dengan siapa ia bergaul rapat. Bukan jarang Teng
Hauw suka datang ke rumah Tay Lie hingga dengan Gin Hoa,
tamunya tidak kikuk-kikuk lagi bergaul.

Kalau datang ke rumah Tay Lie, mesti Teng Hauw


membawakan oleh-oleh untuk dua anak kembarnya yang Gin
Hoa namakan Leng siong dan Leng sian.

Dasar ibunya lincah Jenaka, maka anak-anaknya juga


menuruni. Kecil-kecil dalam usia hampir dua tahun, mereka
sudah bisa mengirik urat ketawa ayah ibunya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Apa lagi Leng sian, selain mulutny bawel, ia ada lebih


Jenaka dari adiknya Leng siong. Teng Hauw kelihatan sangat
sayang pada dua anak kembar itu.

Pada suatu hari kedukaan telah menimpa pada keluarga


Teng Hauw. Istrinya telah meninggal dunia lantaran sakit, Ia
meninggalkan dua anak laki-laki umur lima dan enam tahun.
Dengan istrinya Teng Hauw, Gin Hoa kenal baik hampir
seperti saudara, gara-gara perkenalan yang akrab antara Teng
Hauw dan Tay Lie-

Maka berhubung dengan kematian nyonya Teng, Gin Hoa


pergi bantu di rumahnya Teng Hauw dengan membawa Leng
siong sedang Leng sian ditinggalkan di rumah karena
kelihatan Leng sian lebih rapat pada kongconya.

Hulah malam yang gelap petang ketika Gin Hoa dan Leng
siong tidak ada di rumah-

Pada waktu itu Leng Sian sudah tidur bersama kongconya,


sedang Tay Lie masih duduk membaca buku dipertengahan
rumah- Tiba-tiba ia dibikin kaget mendengar pintu digedor dari
sebelah luar, disusul dengan suara menantang,

"Hei, gouw Tay Lie lekas keluar sini untuk menentukan si


orang she Gouw yang mana yang unggul"

Lantas saja Tay Lie menduga akan kedatangannya gouw


Toa yang hendak menuntut balas, Ia tadinya mengira urusan
sudah habis saja sebab sudah hampir dua tahun tidak ada
kabarnya ceritanya tentang gouw Toa. Mendadak sekarang si
setan Arak datang, sedikitnya ia tentu tidak bersendirian,
makanya berani datang menantang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebenarnya ia tidak mau sembarangan keluar kalau tidak


Gouw Toa berteriak lagi menantang yang bukan-bukan,
katanya,

"Gouw Tay Lie, kalau tidak berani keluar, potong saja


kepalamu untuk jadi wanita Keluar kau bakal mati, tinggal di
dalamjuga kau bakal mampus sama saja "

Di dorong oleh kegusarannya yang meluap seketika, Tay


Lie sudah sambar sebatang golok dan membuka pintu keluar.
Benar saja dugaan Tay Lie- si setan Arak datang tidak
sendirian, ia ada membawa kira-kira sepuluh kawannya-

Bagaimana gagahnya juga Gouw Tay Lie, dikepung oleh


banyak orang, ia tidak bisa berbuat banyak- Malah setelah ia
keletihan melakukan perlawanan, ia sudah kena dibacok
Gouw Toa pundaknya sehingga membikin Tay Lie roboh tak
ampun lagi. segera ia dihujani bacokan, setelah ia
mengeluarkan teriakan yang menyayatkan hati, lalu nyawanya
melayang.

Giok siong di dalam bersama buyutnya, Leng sian sudah


mendusin dan mendengarkan pertarungan di sebelah luar
rumah- badannya si kakek menggigil ketika mendengar
teriakan cucu mantunya yang menyayatkan hati-

"Dia mati dibunuh " menggumam si kakek-

Belum sempat ia memikir lain, tampak di depan


pembaringannya sudah berdiri Gouw Toa dengan golok
terhunus hingga si kakek mukanya pucat ketakutan.

"Sebenarnya aku mau tebas kutung batang lehernya, tapi


biarlah aku kasih ampun" berkata Gouw Toa. Berbareng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

punggung goloknya menghajar pundaknya si kakek hingga ia


jatuh pingsan seketika.

"Hei, kau jangan pukul kongco " kata Leng sian tiba-tiba.

"siapa kau ?" bentak Gouw Toa.

"Aku anak kecil " sahut Leng sian.

"Anak siapa kau ?"

"Baru kenal, buat apa tanya ?"

"Kau anak siapa ? Tidak takut ini ?" kata Gouw Toa sambil
sodorkan ujung golok yang masih berlepotan darah pada
mukanya Leng sian.

"Hei, golokmu ada darahnya. Kau habis potong ayam ?"


tanya si kecil lucu.

Gouw Toa sebaliknya dari marah, ia ketawa terbahak-


bahak nampak Leng siang begitu lucu dan tidak gentar sedikit
pun dengan golok mengkilatnya, Ia tinggalkan Leng sian dan
masuk ke kamar Gin Hoa tanpa permisi.

Dari mata-matanya, ia dapat kabar bahwa Gin Hoa tidak


buruk rupanya seperti yang ia lihat, malah sangat cantik dan
hidup bahagia dengan Gouw Tay Lie.

Kabar itulah yang membuat Gouw Toa naik darah- Ia


merasa dirinya sudah kena ditipu Gin Hoa. Entahlah, si gadis
waktu itu sudah melabur mukanya dengan bahan apa
sehingga kelihatan wajahnya begitu buruk- banyak tai
matanya, mulutnya mengok dan ada terotolan di wajahnya
seperti restan penyakit cacar-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kedatangannya sekarang, ia sudah membayangkan akan


dapat memeluk Gin Hoa yang cantik menggiurkan, biar si nona
sudah bekas orang juga. Tapi, ketika ia masuk dalam kamar,
tidak ada si cantik yang dibayangkan, Ia aduk-aduk orang
punya tempat tidur, malah memeriksa ke kolong pembaringan,
mengira si nona mengumpat, luput ia dapatkan Gin Hoa sebab
memang juga si nona tidak ada di rumah lagi, ke tempat
kematian di rumahnya Teng Hauw.

Dengan marah-marah Gouw Toa balik lagi ke tempatnya


Giok Siong pingsan.

"Hei, kau masuk ke kamar tadi cari apa ?" tanya Leng sian,
ketawa nyengir.

Gouw Toa melengak ditanya si gadis cilik demikian.

"Kemana ibumu ?" tanya gouw Toa dengan sabar-

"Mana aku tahu. Aku sedang main-main sama kongcoku-"

"Eh, anak. kasih tau kemana ibumu, nanti aku kasih mainan
bagus-"

"Mana aku tahu, aku sedang main-main sama kongcoku-"

"Betul, aku nanti kasih mainan yang begini untukmu." gouw


Toa membujuk seraya acungkan jempolnya

"Manan aku tahu, aku sedang main-main sama kongco-"

Jengkel Gouw Toa melihat Leng sian saban dibujuk


jawabannya serupa saja.

Ia ganti taktik, ia membentak,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau tidak mau kasih tahu ? Awas "

"Hihi, paling banyak aku pukul aku tidur seperti kongco-"


Kewalahan Gouw Toa, ia hampiri lagi Giok Siong.

"Hei, kau mau apakan lagi kongco ?" tanya Leng sian
melihat Gouw Toa menghampiri Giok Siong yang menggeletak
pingsan.

Mendengar perkataan si nona cilik, timbul dalam pikirannya


Gouw Toa suatu akal untuk bikin Leng sian membuka
mulutnya mengasih tahu kemana pergi ibunya.

"Anak kecil, aku lihat kongcomu akan kupotong kepalanya "

Gouw Toa berkata sambil beraksi dengan goloknya mau


menyembelih batang lehernya Giok siong.

"Hihi, boleh juga aku nonton orang dipotong " kata si nona
cilik hingga Gouw Toa jadi berdiri melongo- Ia mengira tadinya
Leng sian bakalan nangis ketakutan kongconya mau dipotong,
tidak tahunya malah ketawa ngikik dan mau nonton kepala
orang dipotong. Pikirnya, lebih baik ia culik Leng sian untuk
dijadikan anaknya-

Begitu berpikir, begitu ia bekerja sebab Leng sian dilain


detik sudah dipondong pergi meskipun ia menjerit-jerit tidak
mau meninggalkan kongconya-sampai diluar, Gouw Toa ajak
kawan-kawannya berlalu.

setelah yakin kawanan penjahat sudah berlalu, Giok Siong


yang pura-pura pingsan sudah bangun berdiri- Ia menangis
sedih buyutnya dibawa penjahat- Lalu ia keluar untuk melihat
keadaan cucu mantunya. Kaget bukan main ia melihat Tay Lie
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

rebah dengan badan hancur dicincang golok kawanan


penjahat.

Giok Siong lalu pergi lapor pada Gin Hoa yang segera
pulang dengan diantar oleh Teng Hauw. Tidak menghiraukan
Tay Lie yang berlepotan darah, Gin Hoa sudah menubruk
suaminya dan menangis gegerungan.

Dengan susah payah Teng Hauw dapat meredakan


kesedihannya Gin Hoa. Teng Hauw lalu suruh urus mayatnya
Tay Lie untuk dikebumikan.

Ketika sembahyang di depan kuburan Tay Lie, Teng Hauw


berkata,

"Toako, legakan hatimu. Toaso dan anak-anak akan


kurawat serta melindunginya................"

Benar-benar saja Teng Hauw telah merawat dan


melindungi Gin Hoa. setelah dapat kecocokan kedua fihak.
mereka mengikat menjadi suami istri, Inilah kejadian yang
kebetulan. Teng Hauw kehilangan isteri yang dapat mendidik
dua anaknya yang masih kecil, Gin Hoa kehilangan suami dan
memerlukan perlindungan. Kedua fihak sama menutup
kebutuhannya. Maka setelah berdamai dan mendapat
kecocokan, mereka mengikat jodoh setelah tiga tahun
berselang Gin Hoa lepas putih atas kematian suaminya yang
tercinta..............

"Jadi, aku ini Leng sian, ibu ?" kata Eng Lian dengan mata
berkaca-kaca setelah nyonya Teng menutur habis ceritanya
yang panjang.

"siapa lagi kalau bukan anakku Leng sian yang hilang ?"
sahut nyonya Teng ketawa sedih.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"oh, ibu......." tiba-tiba saja Eng Lian alias Leng sian


menubruk nyonya Teng dan menjatuhkan diri dalam
pelukannya sang ibu. Kedua-duanya jadi menangis sedih-

"Anakku." bisik nyonya Teng alias Gin Hoa dengan suara


sedih- "Ibumu siang malam mengharap akan bertemunya kita
kembali- syukur Tuhan sudah melindungi dan kita bisa
berkumpul pula, ibu dan anak yang sudah tujuh belas tahun
berpisah- oh. Tuhan, terima kasih atas kemurahanMu..........."
nyonya Teng menangis sedih.

Eng Lian tidak menyahut, ia masih terisak-isak menangis.

Teng Hauw berseri-seri kegirangan, stelah ia juga menepas


air mata melihat pertemuan yang mengharukan diantara ibu
dan anak itu. Lo In dilain pihak duduk membisu 1001 bahasa.

Meskipun demikian, pikirannya melayang-layang. Dalam


hatinya berkata,

"Apa Liok sinshe itu Kwee Cu Git adanya ? Kim Wan


Tahuto kata, Kwee Cu Git adalah ayahku. Tapi kenapa Liok
sinshe diam-diam saja tidak mengaku aku sebagai anaknya ?
Dimana Liok sinshe dan Kwee Cu Git sekarang ? Lalu, dimana
ibuku ? Apakah dia sudah mati ? Eng Lian sudah menemukan
kembali ibunya- oh, bagaimana girang kalau aku juga dapat
menemukan ibu yang melahirkan aku ke dunia ini............

Diam-diam Lo In juga jadi berkaca-kaca matanya, sedih


rupanya ia ingat akan nasibnya yang belum ketentuan ayah
ibunya. Ketika ia sedang menyusut air mata dengan tangan
bajunya, Lo In mendengar Eng Lian berkata,

"Adik In, kau harus memberi hormat pada ibu. Eh, kenapa
kau menangis ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Lian cepat melepaskan pelukan ibunya dan


menghampiri Lo In.

"Adik In, kau kenapa ?" Eng Lian ulangi pertanyaannya


seraya mengusap-usap bahu Lo In.

"Aku menangis karena terkenang akan ibuku pula melihat


kau menemui ibumu. Entah dimana ibuku sekarang." sahut Lo
In, kembali si bocah berlinang-linang air mata.

"Kenapa kau sampai begini sedih ?" kata Eng Lian


menghibur,

"sekarang aku ketemu ibu, lain kali giliranmu ketemu ibumu.


Kan sama juga ?"

Meskipun hiburan Eng Lian ada ceplos-ceplos sekenanya,


tapi dianggap oleh Lo In benar juga perkataannya sang enci.

Ia ketawa nyengir pada Eng Lian lalu bangun dari duduknya


menghampiri nyonya Teng untuk memberi hormat. Nyonya
Teng senang nampak si bocah mendengar kata-kata anaknya,
tapi diam-diam ia merasa gegetun akan wataknya Lo In yang
barusan demikian sedihnya, sebentaran saja sudah berubah
gembira seperti tak ada kejadian apa-apa.

Juga kelakuan Eng Lian membuat ia bingung. Barusan si


gadis menangis sedih, berpelukan dengannya, sekarang
menuntun tangan Lo In untuk diajak duduk lagi berdampingan
sambil ketawa-ketawa, tidak nampak bayangan kesedihannya
barusan. Nyonya Teng jadi saling pandang dengan suaminya.

"Anak sian, seharusnya kau mengucapkan terima kasih


kepada Teng siokhu yang telah melindungi dan merawat ibu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

serta adikmu dengan tak kurang suatu apa-" berkata nyonya


Teng sambil tersenyum.

Eng Lian melirik pada Teng Hauw yang duduk tersenyum.

"Ibu, nama Eng Lian sudah melekat padaku. Maka


sebaiknya ibu panggil Eng Sian saja dari pada Leng sian yang
asing untukku." jawab sang anak seraya bangun dari
duduknya menghampiri Teng Hauw.

Nyonya Teng ketawa anaknya menolak mengganti


namanya dengan yang lama.

sementara itu Eng Lian sudah menjura pada Teng Hauw


seraya berkata,

"Paman Teng, aku Eng Lian mengucapkan banyak terima


kasih, paman sudah ajak ibu dan adik tinggal sama-sama dan
semoga adik siong punya adik lagi..........."

"Hust " nyonya Teng memotong sang anak yang melantur


bicaranya, sambil ketawa nyonya Teng melanjutkan,

"Ibumu sudah jadi nenek-nenek, apa-apaan omong


melantur begitu ?"

Eng Lian melengak heran dikatakan bicaranya jadi


melantur, Ia panas dan lalu menanya,

"Ibu, apa salah omonganku barusan ? Bukan lebih baik


kalau ada adik lagi untuk temani adik siong ?"

Teng Hauw ngakak ketawa mendengar perkataan Eng Lian


yang polos. sebaliknya nyonya Teng deliki matanya pada sang
suami dengan paras semu-semu merah-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi nyonya Teng dapat menyelami watak sang anak yang


Jenaka berandalan ini, ia berkata,

"Anak Lian, sudah ada kau sekarang, buat apa adik lagi
buat menemani Leng siong ?"

"Mana bisa aku tinggal disini, aku mau pulang....." sahut


Eng Lian.

"Pulang kemana ?" tanya sang ibu, memotong bicaranya


Eng Lian.

"Pulang ke lembah Tong-hong-gay dengan adik In untuk


sama-sama lagi naik Tiauw-heng dan main-main dengan Jie-
hek dan siao-hek- Hihihi........." Eng Lian ketawa ngikik seraya
melirik manis ke arah Lo In yang tengah ketawa nyengir
mendengar enci Liannya berkata mau pergi ke lembah Tong-
hong-gay.

"Siapa itu Tiauw-heng Jie-hek dan siao-hek ?" tanya


nyonya Teng, yang menjadi keheranan anaknya yang baru
ditemui kembali itu tidak mau tinggal sama-sama dengannya.

"Hihi, ibu tidak kenal Tiauw-heng, adik In " kata Eng Lian

(Bersambung)

Jilid 12
Nyonya Teng sudah mau buka mulut lagi menanya, Lo In
sudah mendahului menerangkan siapa yang Eng Lian
maksudkan dengan Tiauw-heng,jie-hek dan Siao-hek. Ialah si
rajawali emas dan gorila-gorila yang menyeramkan apabila
orang baru melihatnya.

"Selainnya itu," menjelaskan Lo In dalam ceritana,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kami juga ada punya banyak teman kawanan kera kecil


besar yang selalu menyediakan makanan berupa buah-
buahan untuk kami makan setiap hari. Di sana kami hidup
senang dan merdeka."

Nyonya Teng dan suaminya terbelalak matanya dan


berdebaran hatinya mendengarkan penuturan Lo In. Dalam
hatinya nyonya Teng berkata,

"Pantasan anak Sian wataknya agak liar, kalau begitu


campurannya dengan segala buronan-buronan hutan." Pedih
hatinya mengingat akan ditinggalkan pula oleh Eng Lian.

Tampak la murung. Sebentar lagi ia seperti kaget, katanya,

"Anak Sian, eh, Lian, bagaimana dengan adikmu siong


yang dibawa oleh Sucouwmu ?"

"Sucouw ? Idiiih, aku takut sama sucouw." sahutnya sambil


melirik pada Lo In. si bocah tidak enak hatinya ketika semua
mata pada memandang padanya.

"Bibi dan paman harap legakan hati. Meskipun


kepandaianku rendah, tapi untuk merebut pulang enci Leng
Siong, aku sanggup lakukan. Kalau enci Lian takut, biar aku
sendiri yang pergi ke Coa Kok dan........"

"Tidak, tidak- Aku mesti ikut kau, adik In " memotong Eng
Lian seraya tangannya repot menekap mulutnya Lo In yang
tengah menghibur ibu dan ayahnya.

Nyonya Teng dan suaminya merasa lucu melihat tingkah


laku anaknya yang satu dari si kembar dua hingga mereka jadi
ketawa geli.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Meskipun sangat duka dengan lenyapnya Leng siong, hati


mereka terhibur akan janji Lo In, si bocah sakti yang akan
merampas pulang anaknya yang tercinta Juga mereka tidak
kuatir Leng siong mendapat halangan apa-apa ditangannya
Lam hay Mo Lie seperti yang mereka dengar dari Eng Lian
bahwa Hantu Wanita dari Lautan Kidul itu sangat sayang pada
Eng Lian. Kepada Leng siong juga pasti Lamhay Mo Lie akan
menyayangnya, ditangannya malah bukan mustahil Leng
siong akan mendapat kepandaian silat yang tinggi seperti Eng
Lian.

Dalam omong-omong lebih jauh, tiba-tiba nyonya Teng


merandek dalam kata-katanya,

"Tunggu " katanya seraya bangkit dari duduknya dan


masuk ke dalam.

sebentar ia sudah keluar lagi dengan roman berseri-seri. Ia


mendekati Lo In dan berkata,

"Lo Hiantit, aku tidak punya apa-apa sebagai tanda kenang-


kenangan. Kau terimalah ini warisan dari ayahnya Eng Lian."
Nyonya Teng berkata sambil angsurkan sejilid kitab mungil.

Lo In bermaksud menolak, tapi melihat barang yang


diangsurkan itu merupakan sejilid buku dan nyonya rumah
mengatakan adalah warisan dari ayah Eng Lian, ia jadi
kepingin tahu juga. Ia menyambuti seraya menghaturkan
terima kasih-Terus saja ia masukkan ke dalam sakunya tanpa
dilihat lagi apa judulnya buku.

Dengan mendapat restunya Teng Hauw suami isteri, Lo In


dan Eng Lian pada hari berikutnya memohon selamat berpisah
untuk menolong Leng siong. Belum jauh mereka jalan tiba-tiba
ada yang memanggil dari belakang. Lo In berpaling. Kiranya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang memanggil ada Kie Giok Tong dan tiga saudaranya.,


masing-masing pada membawa bungkusan. Lo In dan Eng
Lian merandek untuk menantikan.

"Mereka apa-apaan menahan perjalanan kita ?" nyeletuk


Eng Lian kurang senang.

"Husstt " kata Lo In.

"orang demikian hormat, masa kita tidak ladeni ?"

"Sengaja kita ngumpat-ngumpat pergi, siapa sih yang kasih


tahu mereka "

"sudah tentu ayahmu yang kasih tahu mereka."

"Kapan aku sudah pesan jangan bikin berabe mereka.


Kalau kita sudah pergi boleh saja ayah dan ibu mengabarkan
pada mereka."

"Tentu dengan diam-diam ayahmu mengabarkan karena


tidak enak untuknya kalau tidak mengabarkan sama sekali hal
kepergian kita."

Eng Lian hanya mendengus mendengar penjelasan Lo In.


sementara itu Kie Giok Tong dan tiga saudaranya sudah
sampai.

"Lo Hiantit, kau terlalu. Kalau kami tahu kau hari ini bakal
meninggalkan suyangtin, tadi malam kami tentu mengadakan
satu meja perjamuan untuk memberi selamat jalan kepada
kalian. Kami hanya mengantarkan barang-barang yang tidak
berharga ini, harap Lo Hiantit dan nona Lian suka terima baik,"
demikian Kie Giok Tong berkata seraya ia angsurkan barang
yang dibawanya, diturut oleh yang lain-lainnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Terima kasih, terima kasih." kata Lo In.

"Menyesal tak dapat aku terima, lantaran berabe dibawa di


perjalanan."

Melihat bungkusan-bungkusan diterimakan oleh suyangtin


si-houw (empat macan) tidak memberabekan kalau diterima,
maka Eng Lian menyela,

"Adik In." katanya.

"orang demikian baik kepada kita, kenapa menolak tanda


kecintaannya ? Mari aku yang mewakili terima " seraya
menerima bungkusan-bungkusan yang disodorkan oleh Empat
Macan.

"Bagus, memang benar apa katanya nona Lian." kata Kie


Giok Tong, setelah ia menyerahkan bungkusannya, kecil tapi
agak berat.

Lo In tidak bisa berkata apa-apa kalau encinya sudah


bertindak. Karena kalau ia tetap menolak bakal dapat delikan
tidak enak dari Eng Lian. Lalu ia punjadi menghaturkan terima
kasih kepada mereka yang menaruh simpati itu.

setelah omong-omong sebentar, dalam mana Kie Giok


Tong mengulangi pengharapannya agar si bocah sukses
dalam usaha mengambil pulang Leng siong. Mereka lalu
berpisahan.

"Enci Lian, kan kita jadi berabe bawa-bawa bungkusan


begini banyak ?" kata Lo In dalam perjalanan selanjutnya.

"Berabe apa sih?"sahutsi nona ketawa.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mari kita cari tempat penginapan untuk memeriksa barang-


barang apa saja yang mereka bekali untuk kita."

Lo In tidak menyahut, hanya ia ketawa nyengir.

"Tapi ini apa, bungkusan kecil-kecil juga berat2 benar." kata


Eng Lian seraya angkat tinggi-tinggi bungkusan kecil yang
dihadiahkan oleh Kie Giok Tong.

"Coba kita lihat apa isinya." sahut Lo In seraya menyambuti


bungkusan tadi yang disodorkan Eng Lian kepadanya.

Ketika Lo In periksa isinya, ia menjadi kaget.

"Enci Lian, mari sini" katanya pada sang kawan yang


sedang repot, lagi memeriksa dan menaksir-naksir barang-
barang apa yang ada dalam bungkusan lain-lainnya.

Eng Lian menghampiri Lo In. Ia juga kaget melihat isi


bungkusan yang dibuka Lo In. Kiranya bungkusan yang berat
itu terisi lempengan uang emas dan perak. entah berapa
banyak timbangannya.

Meskipun hati mereka kurang enak mendapat hadiah


demikian, mereka kegirangan juga sebab merupakan bekal
yang sangat dibutuhkan dalam perjalanan mereka yang
berkantong kosong. Apalagi Lo In tidak punya uang sama
sekali sebab dalam perjalanan dengan Bwee Hiang, selalu si
nona yang mengeluarkan biaya untuk makan, sewa
penginapan dan lain-lainnya.

Beberapa orang yang berlalu lalang tidak dihiraukan oleh


mereka, karena perhatian mereka dipusatkan pada isinya
bungkusan kecil yang berat itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setelah beberapa bungkusan lainnya dibagi dalam buntelan


masing-masing, mereka lalu meneruskan perjalanan.
Bungkusan uang disimpan pada Lo In. Bobotnya ada berat
juga. Tidak enak kalau bungkusan itu harus dibawa oleh Eng
Lian sebagai perempuan.

Mereka berjalan dengan gembira. Keakraban mereka pada


3 tahun yang lalu tidak menjadi hilang disebabkan usia mereka
yang bertambah-

Kegembiraan mereka meluap ketika melalul jalanan-jalanan


pegunungan yang pemandangannya mirip seperti di lembah
Tong-hong-gay.

"Adik In, selama kau berpisahan denganku, apa kau tidak


merindukan pulang ke lembah kita di Tong-hong-gay ?" tiba-
tiba Eng Lian menanya, ketika mereka meneduh dibawahnya
sebuah pohon yang daunnya rindang.

"Aku merindukan." sahut Lo In.

"Cuma saja, ah, sudahlah........"

"Nah, tuh- Belum apa-apanya lagaknya sudah angot lagi."

Lo In heran dikatakan angot. Ia menanya.

" Angot apanya, enci Lian ?"

"Angot, kalau ngomong suka dipotong-potong. Kau kata


'sudahlah', apa maksudmu ?"

"oo, tentang itu. Aku maksudkan, kalau tidak dengan enci


Lian bersama-sama mana aku bisa betah tinggal di lembah
kita "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Lian tekap mulutnya yang mungil dan ketawa ngikik-

"Jadi, kalau tidak encimu, kau takut tinggal sendirian ?"


katanya.

"Bukannya takut, cuma saja..........."

"Cuma saja apa ?" memotong si nona ingin tahu.

"Kalau aku sendirian jadi kesepian, pikiranku jadi linglung


dan bisa-bisa jadi gila "

"gilanya kenapa ?"

"Gila karena memikirkan enci Lianku yang bawel........"

Tiba-tiba saja dua jari Eng Lian, telunjuk dan jempol


mencubit lengan Lo In.

"Anak nakal, masih belum kapok ? Ah, tidak, jangan......."

si nona ngawur kata-katanya sambil cepat menarik pulang


tangannya yang mencubit.

Kiranya Eng Lian mendadak kaget, setelah jari jarinya


mencubit. Cepat ia tarik tangannya takut Lo In menyalurkan
"siauw-thian-sin-kang" atau "Tenaga sakti membakar langit"
yang panasnya seperti besi dibakar.

Lo In mengerti maksud Eng Lian menarik pulang


cubitannya. Maka ia tertawa terbahak-bahak, sebaliknya Eng
Lian tampak merengut.

si bocah melihat encinya jengkel lantas mencari akal. Ia


kata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Enci Lian, mari kita lihat buku warisan ayahmu, pengasih


bibi Teng."

sambil berkata Lo In merogo sakunya dan kasih keluar


buku pemberian nyonya Teng.

"Buku apa sih ?" tanya Eng Lian sambil duduk mendekati si
bocah- Hilang marahnya seketika dan tersenyum-senyum
manis lagi seperti biasa. Diam-diam Lo In geli hatinya melihat
sang enci yang aneh adatnya tapi ia lucu bahwa dirinya juga
ada aneh bin ajaib wataknya.

Muda mudi itu duduk berdempetan memeriksa judul buku.


Kiranya kita itu isinya adalah pelajaran caranya menggunakan
7- pisau terbang yang dinamai "Hui-to Pit-kip"-

Lo In balik-balik lembaran buku dan membaca isinya.


Dalam tempo singkat saja si bocah sudah dapat menangkan
inti sari dari "Hui-to Pit-kip" yang mencakup pelajaran melatih
Iwekang (tenaga dalam), sebab pisau terbang itu kurang
faedahnya kalau tidak disertakan dengan kekuatan tenaga
dalam.

Jago cilik kita sudah sempurna Iwekangnya dan tinggi,


kepandaian silatnya- Tidak memerlukan segala senjata
rahasia, apalagi senjata pisau terbang segala-

Kepandaian Liok sinshe yang luar biasa sudah diwariskan


semua kepada si bocah-Belakangan ternyata tidak terbatas
pada kepandaian Liok sinshe saja sebab diam-diam Lo In
sudah menggodok lebih sempurna dan menciptakan tipu-tipu
serangan yang lebih mudah dan lebih lihai dari apa yang ia
dapat pelajari dari ajaran Liok sinshe.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tampak ia kerutkan keningnya, setelah membaca isinya


buku.

"Mari kasih aku yang meyakinkan." kata Eng Lian seraya


merebut buku yang tengah dipegangi Lo In.

" Kau sudah tidak memerlukan pula yang beginian, tapi aku
sebaliknya. Aku harus mempelajarinya karena ini adalah
warisan dari ayahku."

Lo In ketawa serta angguk-anggukan kepalanya.

"Tapi enci Lan." kata Lo In.

"Bukankah kau juga tidak memerlukan senjata rahasia


pisau terbang ? senjata rahasiamu Bu-im-in-coa1 sudah lebih
dari cukup kau gunakan."

"Itu kan punyanya Kim Coa siancu. Aku sudah tidak


menjadi Siancu lagi, mana dapat aku menggunakannya. Bisa-
bisa aku mendapat hukuman sucouw."

"Dan itu, Kim-coa, bagaimana ?"

"Ah, tidak sembarangan aku menggunakan ular emasku."

"Kenapa tempo hari kau sembarangan gunakan menyerang


adikmu ?"

"Adik In, kau gila ? Masa encimu begitu kejam kalau tahu
kau adalah adikku ?"

"ya, tapi boleh dikata kau sudah berlaku sembarangan."

" Kapan ? Waktu itu aku masih menjadi siancu."


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In termenung, pikirnya, benar juga perkataan sang enci.


Ia berkata,

"Baiklah, kau pelajari senjata rahasia pisau terbang itu. Apa


yang kau kurang terang boleh tanyakan aku. Nanti adikmu
akan memberi penjelasan."

senang hatinya Eng Lian.

"Adik In, kenapa kau demikian memperhatikan aku ?"

"sebab kau sangat baik sekali padaku, enci Lian."

"Bagaimana dengan enci Bwee Hiangmu?"

Kaget Lo In mendengar disebut namanya Bwee Hiang


seperti saat itu barusan saja ia ingat, sedang Bwee Hiang
sudah lama menghilang dan perlu dicari-

"Enci Lian dan enci Hiang sama baiknya padaku." sahut Lo


In kemudian.

"sama artinya tidak ada perbedaan sedikit juga ?" tanya


Eng Lian ketawa-

Lo In juga ketawa nyengir jawabnya,

"Tentu saja ada- Perasaanku lebih dekat dengan enci Lian


dan juga enci Lian ada lebih..........ah, sudahlah-"

"Nah, tuh, mulai angot lagi dengan watakmu- Lebih apa sih
?"

"Enci Lian lebih cantik dari enci Hiang......." Lo In


menyatakan polos.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Meskipun begitu, si bocah sudah siap sedia untuk


menyambut tangannya Eng Lian yang diduga bakal
menyambar lengan atau pipinya untuk dicubit.

Tapi Lo In kecele, Eng Lian tidak melakukan penyerangan,


sebaliknya ia ketawa ngikik dan kasih lirikan manis
mempesonakan ke arah si bocah, siapa, meskipun belum tahu
apa-apa sedikit banyak terkesiap juga nampak tingkah laku
sang enci. Ia pun lantas ketawa dan keduanya jadi pada
ketawa gembira.

"Adik In, encimu akan bantu kau mencari enci Hiang mu."
kata Eng Lian wajar. Lo In jadi kegirangan mendengar
perkataan Eng Lian.

Mendengar perkataan Lo In bahwa si bocah lebih dekat


padanya dan ia lebih cantik dari Bwee Hiang, hati Eng Lian
merasa senang dan tidak khawatir si bocah berwajah hitam
akan dimiliki Bwee Hiang. Ia sendiri heran kenapa hatinya
tidak menginginkan Lo In dimiliki orang lain. entah kenapa, ia
juga tidak tahu.

Demikian, dua muda mudi itu dibawah pohon sambil


mengadem telah meyakinkan "Hui-to Pit-kip"" Ada beberapa
bagian yang kurang jelas, Eng Lian lantas menanyakan pada
si bocah yang dengan gembira telah memberi penjelasan.

setelah lama juga mereka belajar, Lo In kelihatan bangkit


dari duduknya dan ngeloyor mendekati pohon yang tidak jauh
dari mereka, Ia memotong dua cabang pohon itu dengan
pedangnya (pedang Liok sinshe)- Ia heran nampak tajamnya
pedang seperti baru nempel cabang pohon tertabas kutung, Ia
coba ke dahannya, eh, putus juga dengan mudahnya. Lalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bongkot pohon ia tabas perlahan,juga terpapas dengan


mudahnya.

"Enci Lian, coba kau kemari " serunya kepada si nona yang
sedang asyik membaca "Hui-to Pit-kip"-

"Ada apa sih adik In ?" sahutnya seraya bangkit dari


dudukna, akan tetapi matanya masih terus membaca buku
yang dipegangnya.

Ketika Eng Lian sudah datang dekat, Lo In berkata,

"Enci Lian, coba lihat " sambil berbareng ia menabas


perlahan pada bongkot pohon yang sebesar mang kok. pohon
mana segera tumbang seketika.

Eng Lian terbelalak matanya-

"Adik In, kenapa tajam amat pedangmu ?" tanyanya, seraya


mendekati Lon dan minta lihat pedang luar biasa itu.

Lo In sudah lantas menyerahkan. Eng Lian meneliti muka


dan belakang pedang, tidak ada yang istimewa. Pikirnya
pedang begini jelek, kenapa begitu tajam.

" E h, adik In, ini apa ?" seru si gadis ketika ia meneliti
sampai pada gagangnya.

"Kwee Cu Gle Toan-kiam, bukan ?" sahut Lo In yang sudah


menduga lebih dahulu.

"Betul, betul. Apa kau sudah tahu ?" tanya si nona-

"Tadinya aku tak tahu, tapi toako (dimaksudkan Kim Wan


Thauto) yang kasih tahu padaku. Tapi aku heran, kenapa dia
berada di tangan Liok sinshe."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mungkin Liok sinshe adalah Kwee Cu Gie- siapa sih Kwee


Cu Gie ?"

" orang bilang Kwee Cu Gie adalah ayahku, tapi entahlah "

"Bagus, bagus. Kalau begitu kau masih punya ayah. Mari


kita cari sekalian."

Lo In diam. termenung. tiba-tiba melayang pada waktu ia


berkumpul dengan Liok sinshe, orang baik yang
memperhatikan dirinya. Liok sinshe itu apakah ayahnya yang
bernama Kwee Cu Gie ? Tapi, kenapa dia tidak mengaku anak
pada dirinya ? Ia ingat ketika Liok sinshe mau menuturkan
suatu kisah, tiba-tiba lilin ditiup padam oleh Liok sinshe,
kemudian mereka diberondong senjata piauw beracun.
Pertempuran hebat dibawahnya hujan lebat, dimana Liok
sinshe dikeroyok banyak orang, berbayang saat itu di depan
matanya.

"Hei, kau lagi ngelamun apa ?" Eng Lian menegur, seraya
menowel lengan orang.

Lo In seperti baru sadar, cepat pungut dua cabang pohon


yang ia barusan tebang. Kemudian bersama Eng Lian
menghampiri ke bawah pohon pula.

"Adik In, ini adalah pedang mustika, kasih aku pakai saja,
boleh ?" Eng Lian tanya.

"Tentu saja boleh- Malah maksudku untuk menghadiahkan


itu pada enci."

"Hihi, pedang orang mau dihadiahkan pada encimu." si


gadis ketawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Pedang orang, bukan orang lain. Boleh kan barang punya


ayah sendiri dikasih enci untuk tanda mata. Hahaha........."

Lo In berkata sejujurnya, tidak bermaksud apa-apa dalam


perkataannya, sebaliknya Eng Lian yang sudah "matang",
kata-kata Lo In dianggap serius, maka parasnya lantas saja
berubah semu merah dan menundukkan kepala.

Si nakal tidak tahu apa yang sedang dipikirkan sang enci, ia


berkata,

"Enci Lian, mari aku pinjam dahulu pedangnya untuk


membikin pisau-pisauan guna kau latihan."

si nona angsurkan pedangnya yang diminta si nakal tanpa


kata apa-apa. Ia kemudian duduk pula seraya membuka-buka
lembaran kitab "Hui-to Pit-kip", seakan-akan yang betul-betul
tengah meyakinkan isinya buku, padahal pikirannya melayang-
layang ngelamun akan kebahagiaannya yang bakal datang.

Tapi dasar gadis nakal berandalan, apa yang dipikirkan


barusan, hanya sebentaran saja mengganggu otaknya sebab
dilain saat ia sudah melupakan itu semua.

Ia menegur Lo In,

"Adik In, mana pisaunya ? Lama amat membuat tujuh bilah


pisau saja- Kau bikin apa lagi ?"

"Enci, kau main gampang saja, kan sudah bikinnya." sahut


Lo In.

"Jangan bagus-bagus, asal berbentuk sedikit pisau saja


sudah cukup "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Baharu si gadis berkata "cukup", Lo In sudah ada di


depannya, sambil kasih lihat tujuh bilah pisau buatannya, si
bocah berkata,

"Nih, lihat buatan adikmu, bagus tidak ?" Eng Lian


menyambuti,

"Kenapa bagus amat ?" katanya, setelah memeriksa.

"Ini kepanjangan." sahut Lo In.

"Pisau yang aslinya nanti kita suruh orang bikin, paling-


paling juga panjangnya empat cun (dim)-Eng Lian kegirangan
melihat adik In-nya bisa kerja cepat.

si nona sudah memiliki Iwekang, tidak perlu lagi ia


menghapal dari kitab "Hui-to Pit-kip", cukup ia meyakinkan
cara menyambitkan pisau.

otaknya terang, maka dalam tempo pendek ia sudah dapat


mengingat petunjuk-petunjuk di dalam kita. Maka ia lantas ajak
Lo In untuk melatih diri si bocah yang sangat cerdik, dapat
memimpin Eng Lian berlatih dengan pisau terbangnya-

sedang mereka kelelap dalam kegembiraan melatih Hui-to,


tiba-tiba mereka berhenti berlatih ketika nampak ada kira-kira
sepuluh orang datang menghampiri dengan masing-masing
ada membawa senjata tajam ditangannya-Lo In heran melihat
kedatangan mereka, begitu banyak dengan membawa senjata

-"Mereka mau apa-apaan datang kemari ?" tanya Eng Lian


pada Lo In. Lo In geleng kepala dan menunggu mereka datang
dekat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seorang dengan muka berewokan bengis berkata pada Lo


In,

"Anak kecil, barusan kau ada bawa-bawa buntelan kecil


berisi mas dan perak- Mana dia ?"

"Dari mana kau tahu ?" tanya Lo In heran.

"Barusan orangku melihat kau ada membuka bungkusan


kecil"

"Habis, kau mau apa kalau aku betul membawanya ?"

"Aku minta kau serahkan bungkusan itu kepaaku Hek-in


Touw Liong (si Mega Hitam). Kalau kau tidak menurut, kau
lihat ini apa ?" sambil acungkan goloknya.

"Hihihi " tiba-tiba saja Eng Lian ketawa terpingkal-pingkal.

"Apa yang kau tertawakan, budak kecil ?" tanya Hek-in


Touw Liong heran.

"Barang itu memangnya kau punya, makanya minta


diserahkan?" sahut Eng Lian.

"Bukan aku punya, tapi justru aku mau dapati itu dari
kalian."

"Enak saja kau ngomong. Bisa tidak dapatinya ?"

"Kenapa tidak bisa ? Kalau secara halus kalian tidak mau


menyerahkan, melakukannya dengan kekerasan. Kalian anak-
anak, bau pupuk di kepala aja masih belum hilang. Mau
melawan dengan apa ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Matamu buta, tidak mengenali nonamu siapa ?" bentak


Eng Lian.

"Aku tahu sebab kaujuga akan kami ringkus untuk


dipersembahkan kepada pemimpin kami."

"siapa pemimpin kamu namanya dan dimana tinggalnya ?"

"Tidak perlu banyak tanya, lekas serahkan barang yang


diminta "

"Kalau aku tidak mau kasih ?" ngeledek Eng Lian, gembira
ia kelihatannya kalau sudah menghadapi pertempuran.

Lo In tinggal berdiri saja menonton encinya bertengkar.

"Maju semua " berseru si berewokan kepada teman-


temannya.

Mereka itu ada orang-orang jahat yang mengacau


keamanan sekitar tempat itu. Tadi ketika Eng Lian dan Lo In
memeriksa bungkusan pemberian Kie Giok TOng, rupanya
ada salah satu orangnya yang melihat dan mengabarkan pada
kepalanya- Maka juga Lo In dan Eng Lian yang sedang enak-
enakan melatih Hui-to telah disatroni. Apa mau mereka
kebentur tembok, bukannya kebentur pagar bambu yang
amoh. Lo In sama sekali tidak bergerak melihat sepuluh orang
datang menyerbu.

Ia menonton enci Liannya dikepung. Kaget dan dan heran


juga ia melihat sang enci gunakan pisau kayunya yang
barusan dilatih, satu demi satu kena disambit roboh oleh pisau
kayunya. Malah serangannya jitu benar sebab yang dituju
persis jalan darah pada tubuh orang sehingga mereka pada
roboh tanpa dapat bangun lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hek-in touw Liong merasa cukup tujuh orangnya untuk


menangkap Eng Lian, maka ia dengan dua kawannya
menghampiri Lo In. Maksudnya hendak menangkapnya.
Dengan beringas mereka menyerang, tapi dengan meringis
mereka mundur kesakitan. Mukanya seperti dihantam
segumpal pasir dengan hanya dikebas tangan bajunya Lo In.

Dengan ketakutan mereka memutar tubuh hendak lari, tapi


dengan satu kebasan lengan baju si bocah sakti membuat
mereka roboh berbareng. Kakinya lemas, tak dapat diperintah
untuk lari. Kepaksa mereka mendeprok dengan ketakutan.

semuanya telah dibikin rebah tak berdaya. Tujuh orang oleh


Eng Lian dengan totokan pisau kayunya, tiga orang dengan
totokan angin lengan bajunya Lo In. si nona dan si bocah
ketawa terkekekh nampak semua itu.

Kemudian mereka melanjutkan latihannya tanpa


menghiraukan pada orang-orang yang rebah tertotok itu.
Ketika mereka sudah merasa cukup berlatih, Lo In berkata
pada Eng Lian,

"Hui-to Pit-kip rupanya berjodoh dengan enci Lian. Maka


juga dengan sedikit waktu saja kau telah dapat yakinkan
hampir mahir betul. Baik kita membuat Hui-to yang bagus
pada satu pandai besi yang ahli- Kita nanti pilih salah satu
yang baik bikinannya, kepada siapa kita boleh suruh bikini"

"Dimana kita dapat cari pandai besi yang baik, adik In ?"
tanya si nona.

"Kita toh dalam perjalanan, sepanjang jalan kita boleh


tanya-tanya pada penduduk-siapa tahu kita kebetulan
menemui pandai besi yang ahli, bukan ?" Eng Lian kegirangan
mendengar perkataan Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mari kita jalan." kata lagi si bocah seraya memungut


pedang yang menggeletak ditanah kemudian menyerahkan
pada Eng Lian sambil katanya,

"Kau lebih memerlukan. Maka peganglah pedang ayahku


ini sebagai tanda mata." Lo In berkata sambil ketawa nyengir
seorang bocah-

"Terima kasih-" kata Eng Lian seraya menyambuti lalu


gantung pedang "tanda mata" itu dipinggangnya yang ceking
langsing, Ia tidak ketawa kegirangan, hanya lantas mendahului
Lo In, jalan seperti malu.

sejenak Lo In merasa aneh dengan kelakuan sang enci


diluar kebiasaannya. Hanya sejenak perasaan aneh itu timbul,
lantas ia sudah menyusul dan berseru,

"Enci Lian, jangan cepat-cepat jalan. Memangnya mau


menyusul siapa ?"

Lucu lagaknya si bocah. Ia tidak tahu akan perasaan si


gadis cilik yang hatinya mulai dikacaukan oleh panah dewi
asmara.

Eng Lian juga hanya sepintas lalu timbul perasaan kikuknya


karena segera ia kembali kepada sikapnya yang riang
gembira-

"Adik In." katanya sambil menantikan adik In-nya yang


menyusul di belakang.

"Kau jalan lambat amat sih- Mana ada waktu encimu


menungguimu- Aku sebal melihat itu sepuluh manusia tidak
tahu diri"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In ketawa nyengir setelah berada di samping Eng Lian.

"Anak penakut " kata Eng Lian berguyon seraya mencubit


perlahan pipi si hitam.

"Baru ditinggalkan sebegitu saja sudah ketakutan. Hihi......."

"Memang aku ketakutan." sahut Lo In kontan.

"Ketakutan pada teman-temannya itu sepuluh orang yang


tidak punya guna ?"

"oo, bukan itu. Manusia begituan, biar didatangkan


segerobak lagi juga tidak aku tinggal lari."

"Habis, kau ketakutan sama siapa ?"

"Aku ketakutan kehilangan enci Lian." Lo In kata, mukanya


yang hitam ketawa.

"Ah, adik In........." hanya ini yang keluar dari mulut Eng Lian
yang mungil lalu ia ajak Lo In untuk melanjutkan
perjalanannya.

Dalam sedikit waktu saja, sikapnya Eng Lian sudah wajar


lagi. Ia banyak ketawa ngikik lantaran si bocah ngobroinya
membikin urat-urat ketawa tergerak-

"Ah, ada kerjaan lagi " kata Lo In tiba-tiba-

"Kerjaan apa, adik In ?" Eng Lian menanya heran.

"Mereka menyusul kita." sahut Lo In.

"Mari kita gunakan jalan cepat saja supaya mereka tak


dapat menyusul kita."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jangan." kata Eng Lian.

"Kita harus kasih hajaran dulu, baru kita tinggal mereka


pergi."

"Tapi, aku harap kau jangan bikin luka mereka "

"Buat apa aku membikin luka orang. Aku hanya mau main-
main saja."

"Baiklah, mari kita tunggu." kata Lo In seraya tarik


tangannya Eng Lian buat diajak duduk dipinggiran jalanan
dimana ada terdapat batu besar. Mereka duduk menunggu.

Lama juga belum kelihatan mereka datang. Eng Lian


ketawa ngikik dengan tiba-tiba.

"Adik In, kau hanya ingin duduk berdekatan dengan encimu


saja sebab apa kau katakan tidak ada orang-orangnya " kata
Eng Lian.

"Aku barusan bilang mereka masih jauh- Tapi sekarang


sudah dekat. Bukankah itu banyak suara kaki orang
mendatangi ? Malah ada yang naik kuda segala
kedengarannya"

si bocah kata seraya diam pasang kuping. Eng Lian juga


pasang telinganya.

Belum sempat Eng Lian berkata kepada Lo In, segera


dihadapan mereka sudah ada tiga orang penunggang kuda
yang ketawa terbahak-bahak nyarinG sekali. Setelah berhenti
ketawa, satu diantaranya yang mulutnya agak mengok ke
kanan telah berkata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku kira tadinya dua orang dengan badan tinggi besar


menyeramkan dan masing-masing bertangan empat. Tidak
tahunya hanya dua bocah ingusan saja. Hahaha— haup oho,
oho........."

kata-katanya terhenti karena selagi ketawa ada menyambar


suatu benda ke mulutnya hingga ia gelagapan dan batuk-
batuk- Ia rasakan seperti ada yang nyangkut
ditenggorokannya.

"Kau kenapa, toako ?" tanya temannya heran,

si mulut mengok tidak menjawab, sebaliknya ia berkutat


untuk mengeluarkan benda yang nyangkut dalam
tenggorokannya. Air matanya bercucuran keluar tidak nangis,
mulutnya owa owe bertahak tak hentinya.

setelah lama ia disiksa oleh benda yang nyangkut dalam


tenggorokannya, akhirnya dapat juga benda itu dikeluarkan.
Kiranya benda itu hanya selembar rumput alang-alang yang
panjangnya kira-kira tiga cun berujung tajam.

sementara itu, orang-orang yang berjalan kaki mengikuti


tiga penunggang kuda itu sudah ada disitu, pada berdiri siap
dengan senjatanya masing-masing. Mereka pun heran
nampak pemimpinnya owa owe seperti wanita ngidam
(mengandung bayi) sampai bercucuran air mata dan payah
benar kelihatannya, malah hampir-hampir ia jatuh dari
kudanya.

sambil melemparkan rumput alang-alang yang menyulitkan


tenggorokannya tadi, si mulut mengok mendelik matanya ke
arah Eng Lian yang saat itu tengah ketawa terpingkal-pingkal
sembari memegangi perutnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Budak liar " bentaknya.

"Kau yang main gila barusan pada tuan besarmu Hm "

seiring dengan kata-katanya, cambuk kudanya diangkat


untuk menghajar si gadis nakal.

"Pluk " terdengar suara barang jatuh yang semestinya


berbunyi "Tar Tar " tandanya cambuk kuda bekerja. Tapi ini
suara "Pluk "yang kedengaran. Kiranya suara pluk adalah
suara pecut si mulut mengok yang jatuh sebelum dia dapat
digerakkan menghajar Eng Lian, tetapi telah didahului oleh
Eng Lian yang mengirim pisau terbang kayunya mengarah
jalan darah dibahunya.

Kembali si mulut mengok dirugikan, sebelum ini ia dirugikan


oleh Lo In yang mengirim rumput alang-alang ke mulutnya
sehingga bersemayam ditenggorokannya karena si bocah
merasa sebal dengan lagaknya yang tengik si mulut mengok
tertegun di atas kudanya.

"Toako, dua bocah ini rupanya bukan sembarangan bocah-


Mari kita bereskan saja " berkata temannya yang bermuka
lonjong.

" ya, jangan kita buang tempo-" menimpali temannya yang


satu yang berjenggot kambing.

si mulut mengok sudah lantas turun dari kudanya diikuti


oleh dua temannya la la u menghampiri Eng Lian yang ada
disampingnya Lo In.

"Adik In." bisik si dara cilik,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau diam saja nonton. Biar aku yang bereskan tiga kurcaci
ini. Akan kubikin satu persatu jatuh duduk dan berlutut
padaku"

Lo In diam saja, hanya manggut sambil ketawa nyengir.

"Hei, kalian ini anak siapa ?" tiba-tiba si mulut mengok


membentak nyaring. Eng Lian dan Lo In diam saja, tidak
menjawab bentakan yang nyaring itu.

"Kalian tidak dengar pertanyaan Lie Toaya ?" bentaknya


lagi lebih nyaring. Lie Toaya artinya tuan besar Lie.

Melihat dua anak itu tinggal diam saja, si mulut mengok jadi
gusar. Bentaknya lagi lebih nyaring,

"Aku Lie Kiang tidak pernah membunuh anak kecil. Maka


itu lekas kalian panggil orang tua kalian datang terima binasa
di ujung golok Toaya "

Tadi Lo In dan Eng Lian mau tinggal diam saja menonton


lagaknya si mulut mengok dan mau lihat apa yang ia bisa
bikin- Tapi mendengar kata-kata si Lie Toaya yang mengitik
urat ketawa, tiba-tiba saja Eng Lian ketawa ngikik-

Tiga orang yang naik kuda itu tiga saudara she Lie, bukan
seayah seibu- yang tua Lie Kiang (si mulut mengok), kedua Lie
Sun (si muka lonjong) dan ketiga Lie Bin (sijeng got kambing).
Dalam desa Tiokschung mereka dikenal dengan nama
Tiokschung-sam-lie (Tiga Saudara Lie dari Tiokschung) dan
menjadi jagoan yang tak terkalahkan dalam kampungnya.
Maka juga mereka ada sangat sombong dan pandang
sesamanya sangat rendah-Melihat Eng Lian ketawa ngikik, Lie
Kian atau si mulut mengok menjadai heran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau ketawakan apa ?" bentaknya bengis.

"Aku ketawakan lagak tengikmu " sahut Eng Lian kontan.

"Dengan anaknya masih belum tentu menang, mau


menantang orang tuanya. Apa-apaan ?"

"Toako" nyeletuk Lie sun.

"sudah jangan banyak cakap- Timpa saja sekali dengan


gagang golok, biar dia tahu rasa "

"Ah, yang beginian sih, ginikan saja.......aduh " Lie Bin


berjengit sambil lompat mundur dan meraba jenggot
kambingnya yang telah kehilangan beberapa lembar hingga
matanya mendelik ke arah Eng Lian yang nakal.

Kiranya si jenggot kambing ada sedikit nakal juga terhadap


cewek (wanita). Melihat si dara cilik demikian cantik dan
Jenaka, mendadak timbul napsunya ingin memeluk Eng Lian.
Maka ketika ia kata "ginikan saja............1 berbareng ia hendak
memeluk si dara cilik- Tidak tahunya bukan Eng Lian kena
dipeluk dan meronta-ronta ketakutan, sebaliknya si dara cilik
lenyap dari depannya sambil mencuri beberapa lembar
jenggot kambingnya-

sementara Lie Bin mendelik matanya, Eng Lian di


depannya ketawa ngikik- sambil angkat tangannya yang
menggenggam beberapa lembar jenggot Lie Bin, ia berkata,

"Awas Kalau kau berani kurang ajar lagi, akan kucabut


semua jenggotmu yang macam jenggot kambing itu"

Lie Kiang dan Lie Bin tak dapat menahan hatinya yang
mendelu. Tanpa banyak cakap, mereka menerjang Eng Lian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mereka hendak menangkap si nona untuk dikasih berapa


cambukan pantatnya sebagai hajaran.

Lie sun tidak turut. Karena pikirnya ia harus mengawasi si


bocah hitam. Kalau-Kalau Lo In nanti membantu kawannya, ia
lantas dapat merintanginya. Pikirannya sih memang baik,
hanya ia tidak tahu si bocah wajah hitam itu ada Hek-bin-sin-
tong atau siBocah sakti muka hitam. Kalau ia tahu siapa
dirinya Lo In, tentu ia sudah lari tunggang langgang dengan
tidak menengok ke belakang lagi-

Lo Inpun tidak ada maksud membantu kawannya karena ia


sudah dipesan Eng Lian bahwa ia hanya disurun nonton enci
Liannya berkelahi-

Lie Kiang dan Lie Bin yang semula hanya bermaksud


menangkap si dara cilik untuk dihajar dengan cambuk-
menjadi sengit dan menyerang dengan pukulan-pukulan yang
ganas, melihat Eng Lian telah mempermainkan dirinya-

Tapi Eng Lian tidak takut- Memang maunya dia, dua jago
dari Tiok-chung itu mengeluarkan kepandaiannya yang asli-
saking gemas dan sengitnya, serangan-serangannya mereka
telah menimbulkan angin keras yang membikin orang-
orangnya yang menonton disekitarnya pada mundur jauh-jauh
takut kesambar angin pukulan.

Melihat dua saudaranya tidak bisa berbuat apa-apa


terhadap si gadis cilik, diam-diam hatinya Lie sun menjadi
cemas, Ia tinggalkannya Lo In dan bantu mengepung Eng
Lian.

"Bagus, kalian sudah datang komplit " seru Eng Lian


Jenaka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Awas, aku nanti bikin kalian satu demi satu jatuh berlutut di
depan nona kecilmu. Hihihi........" Eng Lian ngeledek
Tiokchung-sam-lie sehingga tiga jago itu menjadi sangat
gusar.

Benar bukan omong kosong kepandaian tiga benggolan


Tiokchung itu. serangan-serangan mereka dilakukan dengan
teratur dan hebat sekali hingga diam-diam Lo In kuatirkan
encinya salah tangan dan celaka di tangan mereka. Dengan
turunnya Lie Sun jalan perkelahian tambah seru lagi.

Tampak Eng Lian dikurung rapat oleh tiga saudara Lie, tipu-
tipu serangan yang berbahaya dilancarkan dengan sengit ke
arah Eng Lian. Timbullah seketika keganasan mereka untuk
melenyapkan si dara cilik dari muka bumi ini.

sampai dimana tingginya kepandaian Eng Lian dapat dinilai


dari caranya ia melayani tiga orang lawannya yang bukan
rendah kepandaiannya, sampai angin pukulan mereka
menghembus dan menakutkan para begundalnya yang
menonton disekitarnya. sampai begitu jauh si nona tidak balas
meyerang, hanya berkelit saja.

"Awas " tiba-tiba Eng Lian berseru. Berbareng


bayangannya berkelebat dan jenggotnya Lie Bin kena
dijambret sehingga seketika Lie Bin berhenti mengeroyok dan
berdiri tertegun sambil meraba jenggotnya yagn sudah mulai
gundul. Meluap amarah Lie Bin dan ia menerjang lagi Eng
Lian dengan sengitnya-

"Awas " kembali si nona berseru- "Plak Plak " menyusul


suara tamparan dua kali-

Tampak tubuhnya Lie Kian terhuyung-huyung kemudian


jatuh duduk- Ia rasakan dunia berputar, kepalanya pusing
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tujuh keliling, dari mulutnya keluar kecap segar. Lucu


kelihatannya Lie Kiang, mulutnya yang agak mengok seperti
betul-betul mengok akibat kerasnya tamparan si dara nakal-

Untuk merobohkan Lie Kiang sampai semaput demikian,


Eng Lian telah menggunakan jurus ketiga dari "Lam-hay-
ciang-hoat" (Ilmu pukulan dari laut kidul) yang dinamakan
"Lam-hay-liu-sui" atau "Air mengalir dari Laut Kidul"- Lihainya
jurus ketiga dari "Lam-hay-ciang-hoat" itu dapat menimbulkan
perasaan aneh bagi korbannya- Tamparan Eng Lian bukan
sembarang tamparan sebab taparan biasa paling-paling juga
membikin kecap serta ada dua sampai tiga buah giginya yang
rontok atau copot. Tetapi akibat tamparan dari "Lam-hay-liu-
sui"nya, Lie Kiang mulutnya melelehkan darah tapi giginya
tidak apa-apa, kuat dan segar, Ia terkulai jatuh untuk tidak
bangun lagi. Badannya terasa lemas tak bertenaga seperti
kena ditotok jalan darahnya, Inilah keistimewaan dari jurus
"Lam-hay-liu-sui" (Air mengalir dari Laut Kidul), ajaran sucouw-
nya Eng Lian ialah Lamhay Mo Lie, pada waktu si nona masih
dalam tangan Ang Hoa Pay menjadi Kim Coa siancu (Dewi
ular emas).

Demikianlah, melihat saudara tuanya yang hanya ditampar


saja sudah roboh dengan tidak bangun lagi, Lie sun dan Lie
Bin menjadi cemas hatinya. Tapi mereka tidak mengurangi
serangan-serangannya yang berbahaya, malah makin gencar
saking gemasnya pada si dara cilik yang lincah yang tak dapat
ditawan.

Penonton dibikin kagum oleh gerakan si nona yang


istimewa. Waktu Eng Lian dengan enteng badannya mencelat
ke atas sampai lima meter tingginya, ketika mengelakkan
serangan kombinasi dua lawannya yang hendak menggunting
pinggangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di tengah udara si dara cilik bikin gerakan yang


mengagumkan, setelah terputar badannya, ia turun ke bawah
dengan gerakan kaki seperti menendang saling susul hingga
Lie sun dan Lie Bin ragu-ragu untuk menyergap si nona begitu
Eng Lian menancapkan kakinya di tanah lagi.

Tapi mereka sudah sangat gemas pada si dara cilik.


Buktinya, begitu Eng Lian menyentuhkan kakinya di tanah tiga
meter jaraknya dari mereka, dengan berbareng mereka lompat
menyergap. Tapi si nona seperti ada dipasang per pada
kakinya, lantas membal lagi dan jumpalitan ke belakang
mereka.

Lie sun dan Lie Bin terkejut bukan main. Lekas mereka
putar tubuh untuk menghadapi si nona pula. Tapi sudah
terlambat karena ia rasakan seketika bahunya kesemutan
kemudian lemas tak bertenaga dan tubuhnya menyusul
terkulai roboh-

Dengan sekaligus dapat merobohkan dua musuh tangguh,


itu bukan pekerjaan mudah-Tidak heran kalau Lo In yang
berkepandaian sangat tinggi telah bersorak dengan tiba-tiba
dan berkata,

"Enci Lian, benar-benar kau hebat Kionghi " sambil angkat


tangannya dengan lucu menyoja pada Eng Lian.

si nona deliki matanya yang halus sambil tersenyum pada


si wajah hitam.

Eng Lian barusan telah menggunakan gerakan kombinasi


"Lian-hoan-tui-kong" (Tendangan berantai di angkasa) dan
"Hay-tee-tancu1 (Mencari mutiara di bawah laut), juga
termasuk tipu serangan yang si nona yakinkan dari "Lam-hay-
ciang-hoat1. gerakan "Tendangan berantai di angkasa1
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

adalah ketika Eng Lian melambung tubuhnya ke udara dan


kakinya bergerak saling susul seperti menendang, Ini
sebenarnya untuk menghadapi musuh yang sama-sama
terapung di udara, tapi kalau Eng Lian sudah berbuat
demiikian, itu hanya ia mendemonstrasikan kepandaiannya
saja.

Yang kedua "Mencari mutiara di bawah laut adalah gerakan


yang tidak diduga-duga karena begitu kakinya menginjak
tanah, si nona sudah mumbul lagi dan jungkir balik ke
belakang lawan, yang dari mana otomatis kedua lengannya
bekerja untuk menotok jalan darah lawan pada bagian
belakang pundaknya sebelum kedua lawannya membalikkan
tubuhnya. Tiga musuhnya sekarang sudah mendeprok di
tanah dengan tak dapat bangun lagi.

Benar-benar si nona telah buktikan perkataannya kepada


adik In-nya, bahwa ia akan jatuhkan satu persatu lawannya
dan berlutut padanya.

Begitu lama Eng Lian bertempur, tidak menunjukkan bahwa


ia lelah- Itu membuktikan bahwa tenaga dalam si nona
sempurna-

girang bukan main hatinya Lo In menyaksikan kelihaian


enci Liannya yang tadinya ia sangsi, kuatir si nona salah
tangan dan dibikin celaka musuh-musuhnya. Syukur ia tidak
keburu napsu ceburkan diri datang membantu Eng Lian. Kalau
sampai kejadian begitu, paling sedikit ia akan diomeli encinya
kalau tidak dicubit keras pipinya lantaran tidak mendengar
perkataan sang enci yang kosen.

"Mari, maju semua " tantang Eng Lian ketika melihat begitu
banyak begundalnya Tiokschung-sam-lie hanya pada berdiri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bengong mengawasi tiga cukongnya mendeprok di tanah tak


dapat bergerak-

Mereka tidak bergerak di tangan si nona, malah saling lihati


satu sama lain.

Ketika Eng Lian menggertak seperti hendak menghampiri


mereka seperti yang hendak berdamai satu dengan lain,
mereka segera pada lari serabutan ketakutan.

"Enci Lian, aku mau apakan ini tiga ekor kambing ?" tanya
Lo In melihat mereka hanya berlimaan saja setelah begundal-
begundalnya Tiokschung-sam-lie pada kabur.

"Seperti yang sudah, kita tinggalkan saja." sahut Eng Lian


yang tengah membereskan rambut dan pakaiannya,
tampaknya ia tidak menghiraukan pada tiga pecundangnya.

"Ah, jangan enci Lian " kata Lo In.

"Kenapa jangan ?" tanya si dara cilik heran, sementara itu


ia sudah rapih-

"Mereka terkena ilmumu beratjuga. Kasihan mereka kalau


dibiarkan."

Lo In tidak menyebut "totokan" tapi "ilmu" untuk membikin


Eng Lian senang.

Cerdik juga si bocah, menerka jalan pikirannya sang kawan


sebab sehabis ia berkata demikian, tampak si nona ketawa
manis, senang hatinya rupanya.

"Ah, adik In, kau bisa saja. Masa totokan biasa dikatakan
ilmu ?" kata Eng Lian..
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Siapa bilang bukannya ilmu ? Malah kalau ditambah


"sakti"juga ada tepat sekali sebab kepandaiannya enci sangat
hebat"

Eng Lian tertawa ngikik mendengar si bocah berkokoh


dengan pendiriannya.

"Totokan biasa dikatakan ilmu sakti. Kau sih ada-ada saja,


adik In"

"orang menggampar lawannya, biar bagaimana keras


paling-paling hanya si korban kesakitan dan giginya pada
nyoplok. Tapi enci gamparannya ada lain coraknya, tamparan
enci adalah tamparan sakti sebab lawan lantas roboh terkulai
dengan tidak dapat bangun lagi. Malah dari mulutnya tidak
menyemburkan gigi yang copot selain darah meleleh
dibibirnya."

"Hihihi—" Eng Lian ketawa ngikik,

"Habis apalagi kesaktian encimu ?"

"Ketika kaki enci menyentuh tanah dan mumbul lagi,


berjumpalitan ke belakang lawan berbareng menotok tanpa
memberi kesempatan pada lawan, apakah itu bukannya ilmu
sakti ? Ha h a, coba adikmu periksa, apa kaki enci dipasangi
per?"

Lo In berkata, serentak berbuat dan mau pegang kaki Eng


Lian hingga si nona jadi gugup dan tarik wajahnya tersenyum
manis.

"orang mau periksa ada per tidaknya, kok dikatakan sinting


" Lo In bergurau Jenaka-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mari adikmu periksa, boleh apa tidak"

"Tidak- tidak......" kata si dara cilik sambil angkat naik turun


kakinya, berkelit dari tangan Lo In yang paksa mau
memegangnya.

"Aduuuh " Lo In menjerit dan lompat mundur sambil


pegangi pipinya.

"Nah, rasakan ya, anak nakal. Kalau encimu sudah sengit "
berkata Eng Lian cekikikan ketawa melihat Lo In meringis-
ringis ketawa melihat Lo In meringis-ringis pelangi pipinya
yang barusan ia cubit.

"Enci Lian, awas akan kubalas " seru Lo In, badannya


lantas bergerak menubruk si dara cilik. Tapi Eng Lian sudah
keburu lompat ke dekatnya kuda Lie Kiang. Ia berkata,

"Adik In, mari kita belajar menaik kuda saja dari pada kau
balas mencubit encimu "

Lo In kegirangan.

"Benar, benar." katanya lucu. segera ia juga lantas


memegang tali kendali kuda Lie Bin. Dengan satu lompatan
saja tanpa menginjak pelana, ia sudah bercokol di atas kuda.

sementara itu si gadis juga sudah meniru caranya Lo In


menaiki kuda. Mereka berseri-seri diatas kudanya masing-
masing.

"Adik In, kau sudah bisa belum naik kuda ?" tanya Eng
Lian.

"Kapan kita baru belajar-" sahut Lo In


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mari kita coba-coba."

"Adik In, kita jangan larikan dulu kuda kita. Kita jajal dulu
perlahan, nanti kalau sudah gapah dan tetap kita
mengendalikannya, barulah perlahan-lahan kita suruh dia lari.
Bukankah itu lebih bagus ?"

"Bagus, bagus." sahut Lo In yang tadinya hendak main


larikan saja, sedang ia belum pernah naik kuda.

Eng Lian senang usulnya diterima baik oleh si adik nakal.

Mereka jalankan masing-masing kudanya dengan perlahan


jalan berendeng sambil saban-saban saling lirik ketawa-
ketawa. Kebetulan kuda yang diambil itu, dua-duanya jinak.
Coba kalau salah satu dari dua bocah itu mengambil kudanya
Lie sun, pasti akan gagal belajar menunggang kuda karena
kudanya Lie sun belum lama dibeli dan masih liar. Bisa-bisa
Lo In atau Eng Lian yang menaikinya jatuh terbanting.

Dasar dua-dua anak nakal dan berani, belum lama mereka


jalankan kudanya perlahan, tiba-tiba Lo In sudah mencambuk
perlahan supaya sang kuda jalan lebih kencang. Tidak
tahunya kuda itu telah mengangkat kakinya sambil meringkik.
Tapi Lo In tidak takut, malah ia ketawa terbahak-bahak
kesenangan di atas kuda. Mendadak kudanya menaruh pula
dua kaki depannya ditanah dan membawa Lo In kabur entah
kemana.

Eng Lian kaget nampak kawannya dibawa kabur. Tanpa


disadari ia juga memecut kudanya hinga berjingkrak dan
menyusul adik In-nya. Mereka kelihatan saling kejar dijalanan
pegunungan yang luas lebar. Eng Lian lihat Lo In dengan
kudanya sedang mendaki sebuah bukit, Ia cambuk dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cambuk lagi kudanya supaya dapat mengudak si bocah yang


sudah jauh meninggalkannya.

sungguh ajaib kepandaian dua bocah itu- Tadinya belajar


dan takut-takut menaiki kudanya. sekarang tampak demikian
gapahnya mereka menunggang kuda seperti yang sudah
biasa. Rupanya kesatu didorong oleh nyalinya yang besar,
kedua dipaksa oleh kudanya. Maka dengan mendadak saja
mereka menjadi kampiun naik kuda.

Ketika Eng Lian mendaki bukit yang barusan ia lihat


darijauh Lo In mendakinya, ia kehilangan jejak Lo In di balik
bukit.

Eng Lian kebingungan, Ia tahan kudanya dan pasang mata


ke sekelilingnya tapi tidak kelihatan Lo In dengan kudanya.

Makin tidak enak hatinya Eng Lian ketika ia berusaha


mencarinya Lo In tidak juga ia ketemuku n adik nakalnya itu.
Dalam putus asanya ia jadi mewek (nangis).

"Adik In, kenapa kau tinggalkan encimu ?" berkata Eng Lian
sendirian sambil menyusut air matanya yang berlinang-linang
pada pipinya yang botoh-

Eng Lian menantikan disitu Kalau-Kalau Lo In nanti kembali


lagi. Akan tetapi ditunggu sampai matahari tenggelam ke barat
tidak kelihatan mata hidungnya si bocah wajah hitam.

sampai disini kita kembali kepada Bwee Hiang yang sudah


lama kita tinggalkan.

Bwee Hiang sudah antar ong Kui Hoa sampai di rumahnya


dengan selamat hingga kedua orang tuanya Kui Hoa sangat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berterima kasih kepada jago betina kita atas pertolongannya


kepada puterinya.

Pulangnya Kui Hoa sangat menggemparkan ong-ke-cnung,


sebuah kampung yang tidak begitu banyak penduduknya.
Banyak sanak Iamili dan sahabat-sahabat keluarga ong pada
datang untuk memberi selamat kepada keluarga ong yang
puterinya sudah kembali dengan selamat.

Diantara yang datang ada on Lian dengan puterana


bernama Keng Siang, satu pemuda yang Idt^nrns cakap umur
32 tahun.

Kui Hoa diminta oleh para hadirin untuk menuturkan


riwayatnya diculiktau lebih tegas dirampas dengan paksa oleh
orang-orang Thoat Beng mo Siauw atau si Hantu Ketawa yang
menyeramkan penduduk ong-ke-chung.

Si nona tidak menutur banyak hal dirinya sebab keburu


mendapat pertolongan dari Bwee Hiang. Ia kata,

"Kalau tidak ada enci ini", sambil menunjuk paria Bwee


Hiang,

"entahlah bagaimana dengan nasibku ?"

Dalam paria itu, si nona telah menceritakan halnya Bwee


Hiang telah menaklukan kawanan penjahat hingga yang
mendengarkan terkagum-kagum keparia si nona she Liu yang
gagah perkasa. Mereka telah memberikan pujiannya tapi
Bwee Hiang merendahkan diri.

katanya, "Kepandaianku tidak tinggi, kalau mereka sudah


dapat aku tumpas adalah dengan cara kebetulan saja. coba
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Thoat Beng siauw Mo masih hidup, mungkin pekerjaanku tidak


semudah itu..........."

"Hah Thoat Beng Mo siauw sudah mati ?"

tiba-tiba ong Keng siang si pemuda cakap, menanya


dengan mata terbelalak-

" Aku sendiri tidak menyaksikan kematiannya." sahut Bwee


Hiang.

"Aku hanya dapat kabar dari anak buahnya bahwa si Hantu


Ketawa telah binasa di tangannya Kim Coa siancu dengan
gigitan ular emasnya yang amat lihai."

ong Keng siang seperti yang belum hilang kagetnya,


tampak ia seperti terpaku duduk dikursinya hingga diam-diam
Bwee Hiang menhadi heran dalam hatinya.

"Kenapa pemuda ini ada demikian memperhatikan pada si


Hantu Ketawa ? Apakah dia ada hubungannya ? Ah, tidak bisa
jadi- Pemuda begini cakap untuk apa ia bikin hubungan
dengan seorang jahat dan buas ? Demikian rupa-rupa
pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Meskipun demikian,
tampak Bwee Hiang tenang-tenang saja, belaga pilon
terhadap kelakuannya Keng siang yang aneh-

orang banyak kegirangan mendengar kabar kematiannya si


Hantu Ketawa, hanya Keng siang yang kelihatannya tidak
mengunjuk reaksi apa-apa.

Bwee Hiang matanya lihai. Sejak hatinya merasa aneh


akan gerak gerik si pemuda cakap, ia jadi merasa curiga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

" Kalau Thoat Beng Mo siauw sudah mati, terang bekas


markasnya itu sekarag telah menjadi kosong, bukan ?"

Keng siang menanya sambil ketawa dipaksakan.

"oo, markasnya sudah habis dimakan api." nyeletuk Kui


Hoa.

"siapa yang emmbakarnya ?" Keng siang menanya


kepingin tahu.

"Enci Bwee Hiang yang suruh anak buahnya si Hantu


Ketawa membakarnya-" sahut Kui Hoa seraya melirik pada
Bwee Hiang-

"Lalu, kemana anak buahnya sekarang ?" Keng siang


menegas-

"sudah dibubarkan oleh enci Bwee Hiang-" jawab Kui Hoa

Keng siang manggut-manggut akan selanjutnya ia


membisu- Tidak lama kemudian ia sudah ngeloyor pergi
dengan diam-diam dan tidak ada yang memperhatikan selain
ayahnya yang diminta permisi untuk pulang lebih dahulu-

Kepergiannya dengan diam-diam ia pikir tidak ada orang


yang tahu- Ia lupa kalau Bwee Hiang yang matanya awas tak
dapat diselomoti-

Kui Hoa tidak enak kalau ia terus menerus dirubung-rubung


oleh orang banyak, terutama ia melihat tamunya seperti
merasa sebal melayani mereka, maka Kui Hoa sudah lantas
mohon diri untuk masuk ke dalam.

Kui Hoa bawa Bwee Hiang ke dalam kamarnya sendiri,


dimana ia tukaran pakaian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik Hoa, kamarmu begini indah- sudah tentu kau


menangis waktu dijebloskan dalam tahanan." berkat Bwee
Hiang menggoda.

"Enci Hiang, entah dengan apa aku dapat membalasnya


atas pertolonganmu." sahut si nona ong, tengah merapikan
pakaiannya di muka cermin,

"soalnya asal kau sudah selamat, untuk apa bicara tentang


membalas budi ?"

"Tapi enci, biar bagaimana aku tak dapat melupakan


pertolonganmu-"

"Baiklah." Bwee Hiang tertawa.

"sekarang aku mau menanya pada adik Hoa. Tapi aku


harap kau dapat menjawab dengan terus terang "

"Enci, kau tanyalah- Aku nanti akan menjawab dengan


sejujurnya."

Dalam pada itu, tampak Kui Hoa sudah selesai berdandan


dan duduk berhadapan dengan Bwee Hiang. Baharu saja ia
duduk- ia harus bangun lagi ketika mendengar pintu kamarnya
ada yang ketuk- Ia membukai, tampak satu pelayannya masuk
dengan membawakan penampan yang berisi hidangan untuk
siocia dan tamunya.

setelah mengatur hidangan di atas meja, pelayan tadi


lantas berlalu lagi setelah permisi pada siocianya. Pintu kamar
ditutup lagi. Kui Hoa lantas duduk menghadapi tamunya.

Ia mengundang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Enci Hiang, mari makan apa yang ada. Harap kau jangan
mencelanya. Besok-besok tentu akan aku jamu enci dengan
meja yang penuh hidangan lezat. Kau tidak menolak, bukan ?"

"Untuk apa kau menjamu aku sampai demikian ?" tanya


Bwee Hiang ketawa.

" Untuk kehormatan ha Liu Lie-hiap (pendekar wanita) yang


sudah menolong aku."

"Hihi, ada-ada saja nona Kui Hoa yang manis ini.

"Eh, adik Kui. Wajahmu sekarang benar-benar sudah


berubah, tidak seperti waktu di markasnya Thoat Beng Mo
siauw."

"Berubahnya bagaimana ?" tanya Kui Hoa kepingin tahu.

"Kau berubah sangat cantik- tidak heran Thoat Beng Mo


siauw tergila-gila- Hihi....."

Wajahnya Kui Hoa tampak semu merah

"Enci Hiang, kau memuji terlalu berlebihan."

katanya agak kikuk- Bwee Hiang lantas tahu bahwa nona


ong seorang gadis pendiam.

"Mari kita makan." Bwee Hiang mengundang untuk


menghilangkan rasa kikuk Kui Hoa. Ia pun sudah mendahului
menyumpir makanan.

"Aku sudah biasa tidak malu-malu. Ketambahan aku sudah


lapar- Maka barusan aku yang mengundang makan,
semestinya kau, adik Hoa."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Itu sama saja." sahut Kui Hoa yang juga lantas turun
tangan untuk menyikat makanan diatas meja.

Kedua gadis itu bercakap-cakap dengan gembira, sampai


pada pokoknya soal yang ditanyakan Bwee Hiang tadi- Kui
Hoa menanya lagi,

"Enci, kau mau tanya apa padaku?"

"oo, ya- Hampir aku lupa." sahut Bwee Hiang sambil


menaruh sumpitnya.

"Dalam urusan apa, enci Hiang ?" tanya Kui Hoa kepingin
tahu.

"Aku mau tanya kau, siapa pemuda cakap itu yang saban-
saban menanyakan urusannya Thoat Beng Mo siauw ? Aku
lihat sikapmu seperti yang ketakutan terhadapnya."

Kui Hoa wajahnya pucat mendengar pertanyaan Bwee


Hiang yang diluar dugaannya.

sejenak ia tidak menyahut sampai Bwee Hiang berkata lagi,

"Adik Hoa, kalau kau merasa keberatan untuk


menerangkan padaku, tidak apa. Biarlah kutarik pulang
pertanyaanku tadi dan anggaplah bahwa aku seperti tidak
menanyakan apa-apa padamu."

"oo, tidak, tidak-" kata Kui Hoa lantas.

"Dia bernama Keng siang dan menjadi saudara cintong


denganku, sebab ayahnya adalah adik ayahku."

"Begitu ?" sahut Bwee Hiang.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tapi kenapa kau seperti yang ketakutan melihat dia ?"

"soalnya, soalnya...........eh, aku tak dapat menceritakan


kepadamu enci." kata Kui Hoa terputus-putus bicaranya
seperti menyembunyikan sesuatu rahasia.

Nampak Kui Hoa demikian gugup, makin curiga Bwee


Hiang ada apa-apa yang Kui Hoa sukar menuturkannya
kepada orang luar. Ia kepingin tahu, tapi tidak baik kalau ia
mendesak si nona. Apa daya ? Tapi dasar murid jago cilik kita
(Lo In) cerdik otaknya. Hanya sebentaran saja Bwee Hiang
termenung, lantas ia kelihatan tersenyum seperti sudah dapat
jalan keluar.

Ia berkata, "Adik Kui, aku kira tadinya kau ada sahabat baru
yang bisa pegang janji, tidak tahunya aku kecele Biarlah aku
sekarang mohon diri saja "

Bwee Hiang berkata sambil bangkit dari duduknya, sudah


tentu membikin Kui Hoa jadi kelab akan. Cepat-cepat ia juga
bangun dan memegangi tangan Bwee Hiang, disuruh duduk
lagi. Katanya,

"Enci Hiang, jangan marah Aku akan bicara terus terang


tentang dirinya engko Keng siang. Duduk, duduklah enci
Jangan bikin aku ketakutan, kau pergi meninggalkan aku
begitu saja."

"Bagus, itu baharu sahabat baikku." sahutBwee Hiang


ketawa sambil duduk lagi.

Itu hanyalah taktik Bwee Hiang untuk membikin nona ong


membuka rahasianya tentang dirinya Keng siang yang nona
Liu curiga pemuda cakap itu ada hubungannya dengan Thoat
Beng Mo siauw. Pikirnya, kalau benar Keng siang ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

begundalnya si Hantu Ketawa, sekalian saja ia bekerja untuk


membereskannya.

Kui Hoa menutur pada Bwee Hiang dengan tidak pakai


tedeng aling-aling.

Kiranya ong Keng siang dalam kampungnya ada terkenal


tidak baik kelakuannya. sayang dibalik wajahnya yang cakap,
ia ada menyembunyikan kekejaman dan suka main
perempuan.

sudah berulang kali ia tukar bini sampai paling belakang


adik cincongnya sendiri, ialah Kui Hoa tanpa mengingat
hubungan keluarga ia mau ganggu.

Keng siang berwajah cakap ganceng, mulutnya manis dan


pintar merayu.

Kui Hoa yang usianya baru memasuki 18 tahun tidak kenal


akan kepalsuannya seseorang pria yang wajahnya cakap tapi
hatinya tidak baik- Dalam buaian kata-katanya yang merayu
Kui Hoa dapat di"nina bobo"kan.

ong seng, ayahnya Kui Hoa sangat sayang pada puterinya


itu lancaran belum lama ia sudah kehilangan encinya Kui Hoa
yang mati karena sakit- Ia tidak merintangi anak gadisnya
yang ia anggap masih kecil bergaul dengan Keng siang
keponakannya. Apalagi saban Keng siang berkunjung
alasannya adalah hendak memberi pelajaran surat kepada
adik cincongnya hingga kedua orang tuanya Kui Hoa merasa
senang atas kesudian Keng siang memberi pelajaran surat
kepada puterinya.

Pada suatu sore, dalam memberikan pelajaran di kamar


tulis, Keng siang berkata pada Kui Hoa,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik Hoa, kau sangat cancik, Ibarat kembang sedang


mekarnya dan aku ingin menjadi kumbangnya. Apa kau suka
kokomu menjadi kumbang mendekati kau ?"

Kui Hoa tengah menulis, ia diam saja. Tapi lama-lama ia


mengerti akan maksud omongan sang engko cincong maka ia
ketawa manis dengan pipi semu merah-

"Adikku, lama aku impikan wajahmu yang cancik-" Keng


siang berkata lagi-

"Ingin aku memilikinya- Apakah kau bersedia untuk.jadi


isteriku ?"

si nona menatap wajah Keng siang yang cakap sementara


hatinya berdebaran mendengar engko cincongnya secara
blak-blakan membuka rahasia hatinya-

"Aku sendiri tidak keberatan, asal ayah dan ibu setuju."


sahut si gadis sambil tundukkan kepala malu-malu.

"Cuma kata ibu, tidak baik kalau kita mengikat jodoh karena
masih ada hubungan darah. Tidak baik untuk keturunan."

"oh, apa kau sudah kasih tahu tentang urusan kita ?" tanya
Keng siang kaget.

"Kasih tahu terang-terangan sih tidak, hanya aku samar-


samar tanya ibu apakah kakak dan adik cintong menikah
dibolehkan atau tidak. Lantas kata ibu, itu tidak boleh sebab
masih ada hubungan keluarga dan bisa mencelakakan pada
turunan,"

"Adik Hoa, apakah kau percaya omongan ibumu itu ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

" Aku percaya. Masa ibu membohong iku ? setiap ibu yang
mengasihi anaknya tentu ingin melihat anaknya beruntung
dalam hidup berkeluarga."

Keng siang diam. Lama ia tidak berkata-kata seperti yang


memikirkan apa-apa dalam otaknya yang jahat. Kemudian ia
berkata,

"Bagaimana juga kau akan menjadi isteriku. Kau jangan


percaya sama omongan ibumu yang melantur."

"Hei, kau berani menuduh ibu omong sembarangan " kata


Kui Hoa tidak senang.

"Kenapa tidak berani ? sudah terang kita boleh menikah


berdasarka suka sama suka, kenapa ibumu mengatakan
perkataan yang janggal itu? seakan -akan menghalangi jodoh
kita. Pendeknya kau setuju atau tidak, toh kau akan jadi
milikku"

Kui Hoa tidak senang mendengar perkataan Keng siang


demikian kasar.

"Kau mau paksa aku bila aku tidak setujui ?" katanya tidak
senang.

"sudah tahu, untuk apa kau menanya ?" Keng siang mulai
unjuk kekasarannya.

sampai sebegitu jauh Kui Hoa pandang engko cintongnya


ada seorang yang tamah dan berwajah cakap, senang ia
saban-saban mendapat kunjungan engkonya itu. Ia pandang
Keng siang sebagai engko sendiri yang sangat baik hati,
memberi pelajaran surat kepadanya. Tapi lambat laun si gadis
merasakan kelakuannya Keng siang agak janggal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terhadapnya, seperti yang mempunyai maksud tertentu atas


dirinya, bukan dengan sewajarnya ia mengajari surat
kepadanya. Hal itu pun baginya menjadi jelas ketika Keng
siang mulai mengeluarkan kata-kata yang merayu, hingga
hatinya menjadi guncang masuk perangkap asmara.

Mengingat ia dengan Keng siang bukanlah orang lain,


maka dengan samar-samar ia menanyakan pada ibunya kalau
kakak dan adik sama-sama she, tegasnya saudara cintong,
apakah boleh menikah- sang ibu paham akan maksud
puterinya yang mulai kena panah dan tahu bahwa orang yang
dimaksudkan si gadis adalah Keng siang. Tapi sebagai ibu
yang bijaksana ia tidak mau membuka rahasia anaknya.
Hanya ia mengatakan dengan jujur bahwa perjodohan itu tidak
dibenarkan oleh siapa juga karena akibatnya akan merusak
keturunan.

Kui Hoa sangat menyesal kenapa ia dilahirkan menjadi adik


cintongnya Keng siang. Kalau tidak- ia setuju sekali pada
pemuda yang berwajah tampan itu.

Ingin hal itu ia katakan pada Keng siang tapi tidak ada
jalan, sebab sebagai wanita, mana boleh lebih dahulu
memberi tahukan hal demikian kepada seorang lelaki yang
tengah mengharapkan dirinya.

Dengan cara kebetulan pada sore itu, dalam omong-omong


dapat ia memberitahukan pada Keng siang. Tidak tahunya
Keng siang bukannya merundingkan mencari jalan keluar,
sebaliknya malah menghina ibunya dan mengancam dengan
kekerasan akan memiliki dirinya.

Meskipun hatinya setuju pada Keng Siang, tapi tatkala


melihat Keng Siang berlaku kasar demikian, Kui Hoa menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak senang. Dalam kesalnya Kui Hoa bangkit dari duduknya


dan berkata,

"Sudahlah, urusan kita sampai disini saja "

Tapi sebelum Kui Hoa sempat melangkahkan kakinya, tiba-


tiba ia rasakan tangannya dipegang Keng siang.

"Adik Kui Hoa, tidak semudah ini kau berlalu Hehehe" kata
Keng siang dengan roman beringas seperti kerangsekan
setan. Kui Hoa menjadi marah melihat engko cincongnya
berlaku kurang ajar

"Binatang, kau berani berlaku kasar begini ?" ia


mendamprat sambil tarik tangannya dari cekalan Keng siang.
Bukannya tangan terlepas, malah Keng siang datang lebih
dekat padanya dan sebelum ia sempat mencaci maki lagi, si
pemuda ganas sudah memeluk dirinya, Ia coba beroncak dan
sudah membuka mulutnya untuk berteriak minta tolong, apa
mau mulutnya kena didekap tangan Keng siang.

Kui Hoa meronca-ronca untuk meloloskan diri tetapi


percuma saja. Malah hidungnya yang kena ketutupan tangan
Keng siang membuat ia tak dapat bernapas dan perlahan-
lahan ia jadi lemas, lalu ia merasakan badannya terangkat
dipondong oleh Keng siang.

Ia menjadi kaget menghadapi maksud jahat sang engko


cincong, tapi ia tidak berdaya untuk, melawan. Hanya ia tahu
bahwa dirinya telah direbahkan diatas dipan dan sang engko
yang sudah kerangsekan setan telah menciumi pipi dan mulut
dengan seenaknya saja tanpa ia dapat melawan untuk
mempertahankan dirinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pada saat itulah, ketika Keng siang hendak memperkosa


Kui Hoa, tiba-tiba pintu kamar tulis terbuka dan dua orang
tidak dikenal lompat masuk.

satu antaranya telah membentak.

"Manusia bergajul, kau mau berbuat apa ?"

seiring dengan bentakannya , orang itu menyerang Keng


siang. Dengan berani Keng siang melawan tapi lantaran
dikeroyok dua orang akhirnya ia kalah dan lari keluar kamar
dengan tidak berpaling lagi ke belakang.

Mereka tertawa gelak-gelak melihat Keng siang lari


tunggang langgang. yang membentak tadi seorang tinggi
kurus dengan matanya yang sebelah kiri seperti meram.
Rupanya matanya sudah rusak satu. Dengan laku kasar ia
pondong Kui Hoa yang sudah tidak berdaya lantaran lemas
seluruh badannya. Tapi si nona masih sempat menanya,

"Kalian mau bawa aku kemana ?"

"Hahaha, mau tanya lagi nona manis." katanya ceriwis.

"sayang aku menjalankan tugas. Kalau tidak, kita tentu


boleh bersenang-senang.........."

"hush.. jangan ngaco belo " kata temannya.

"Kalau ada yang dengar dan dilaporkan pada orang tua,


kau bisa susah "

orang terrsebut menjadi ketakutan. Tanpa banyak cakap ia


pondong terus si nona keluar kamar. Kui Hoa seperti
mendapat tenaga baru. Ia meronta-ronta dan memaki,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau mau bawa kemana nonamu ? Binatang, lekas


lepaskan nonamu"

"Baik, aku nanti lepaskan kau kalau sudah sampai di Pek-


kut-nia " sahut orang itu.

"Pek-... kut.....nia....." Kui Hoa mengulangi dengan terputus-


putus dan berbareng seketika itu ia telah jatuh pingsan.
Rupanya hatinya diserang oleh perasaan takut yang hebat
karena ia tahu bahwa dirinya akan menjadi korban si Hantu
Ketawa di Pek-kut-nia. Ia sering dengarkan ayah dan ibunya
mengatakan bahwa disana ada tinggal satu hantu tua jahat
yang suka mengganggu anak perawan orang.

"Nah, itulah keteranganku, enci Hiang." kata Kui Hoa.

"Kau lihat aku ketakutan ketika berpandangan dengan


engko Keng siang lantaran adanya perasaan bahwa aku
belum bebas. Engko Keng siang pasti akan membuat susah
lagi pada diriku setelah ia tahu bahwa Thoat Beng Mo siauw
sudah mati. sudah tidak ada yang ia takuti dan tentu ia punya
suka untuk melampiaskan kelakuannya yang buruk "

"Adik, kau jangan takut " menghibur Bwee Hiang.

"Ada aku disini, takut apa ?"

"Tapi enci, kau toh tidak tinggal selamanya bersamaku."

"Aku akan tinggal selama kau belum aman, adikku"

"Terima kasih enci yang baik," kata Kui Hoa.

"Aku senang sekali kalau kau bisa selamanya disamping


enci Hiang."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Masa selamanya mau bersamaku saja. Kalau kau nanti


punya suami, bagaimana ?" menggoda Bwee Hiang sambil
ketawa hingga Kui Hoa merah seluruh wajahnya.

"Enci, aku tidak akan menikah kalau kau selamanya ada


disamping ku." kata Kui Hoa sambil menundukkan kepala.

" Kalau aku yang menikah, bagaimana ?" Bwee Hiang


menggoda lagi. Rupanya Bwee Hiang sekarang sudah
ketularan guru ciliknya yang nakal suka menggodai orang. Kui
Hoa tidak menyahut, matanya yang bagus deliki sang enci
yang nakal. Akhirnya keduanya jadi pada tertawa.

senang Kui Hoa mendapat teman seperti Bwee Hiang yang


Jenaka sepak terjangnya, disamping sebagai jago betina yang
belum menemukan tandingan.

Dua hari sudah Bwee Hiang tinggal di rumahnya Kui Hoa,


ia tidak nampak kejadian apa-apa- Pada malam yang ketiga,
ketika dua gadis itu sedang omong-omong dengan asyiknya,
tiba-tiba Bwee Hiang merasa seperti ada apa-apa yang tidak
beres melihat Kui Hoa saban-saban menguap ngantuk. Malah
sembari bicara, Kui Hoa matanya tampak meram.

Bwee Hiang juga merasa sangat ngantuk- Cepat ia rogoh


sakunya mengeluarkan pil pengasih Lo In dan ditelan dengan
air teh sebagai alat pengantarnya.

setelah mana ia menguap beberapa kali. Lalu pondong Kui


Hoa yang sudah dari setadian tidur tanpa terasa diatas meja,
direbahkan dipembaringan. Ia juga lantas naik tidur dan
menutup kelambu, selama dirumah Kui Hoa, Bwee Hiang
memang tidur bersama-sama dengan nona rumah yang ramah
tamah itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lewat sekian lama, tampak ada bayangan masuk melalui


jendela kamar yang memang terpentang. Dengan berjingkat-
jingkat, kuatir suara tindakannya kedengaran, orang itu telah
menghampiri pembaringan dan menyingkap kelambu. Hatinya
berdebar-debar keras nampak dua nona cantik sedang tidur
lupa daratan dalam pakaian tidurnya yang serba tipis.

"Hehe " orang itu tertawa perlahan.

"Kiranya seorang Liehiap juga tak dapat lolos dari hio


pulasnya yang manjur. Dasar peruntungan yang mujur, yang
mana antaranya yang harus aku pilih ? Ah, biar aku ambil dulu
si pendekar wanita yang lihai. Asal dia sudah jadi "mainanku",
apa dia bisa bikin ? Paling-paling juga dia marah-marah-
Untuk membunuh aku sudah tidak mungkin karena nasi sudah
jadi bubur. Kepaksa dia nanti turut aku Haha Adik Kui Hoa aku
titipi saja dulu, lagi tiga malam baru aku ambil sebab waktu itu
tentu aku sudah bosa sama si Liehiap "

Kebetulan Bwee Hiang yang diincar tidurnya di sebelah


pinggir, hingga dengan mudah saja sudah dipondong pergi
oleh orang itu setelah mengucapkan perkataan,

"Nona manis, mari kita berangkat "

Gesit bayangan itu, meskipun membawa beban ia dapat lari


cepat, sebentar saja ia sudah berada di luar ong-ke-chung.
Tidak lama ia sampai pada sebuah bangunan rumah tua di
pegunungan yang jauh bila hendak kemana-mana. Tampak
ada dua orang yang menyambutnya dengan sangat hormat.
Rupanya mereka adalah centeng rumah itu karena itu
keduanya membawa golok di pinggang.

Ketika orang itu sudah masuk ke dalam, terdengar orang


dibelakangnya berkata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Loji, kongcu kita bawa barang baru. Besok pagi tentu kita
akan mendapat hadiah dua botol arak. Hahaha.......Biar kita
doakan lebih banyak bawa barang baru hingga kita dapat
minum arak mabuk-mabukan "

"Loa-toa, kau jangan kegirangan dulu. Kalau arak sudah


ditangan, barulah kita boleh girang." sahut temannya si Lo-ji-

Dalam pada itu, orang yang membawa Bwee Hiang tadi


yang bukan lain Keng siang adanya sudah ada di dalam,
tengah menyalakan dua batang lilin besar. Keadaan dalam
ruangan itu menjadi terang ketika Keng siang telah tambah
lagi dengan dua lilin yang lebih kecilan.

Itu berada di ruangan tengah yang merupakanjuga ruangan


kamar sebab disitu tampak ada dua buah pembaringan yang
dihias indah sekali dan serba harum di dalamnya.

Kapan orang tidur dalam salah satu pembaringan itu, pasti


akan merasa segar dan pikiran melayang-layang disebabkan
bau harum sedap menusuk hidung dan perlengkapan
pembaringan yang serba bersih dan indah-

Keng siang bawa Bwee Hiang ke pembaringan yang


letaknya sebelah dalam, yang lebih indah dari yang satunya, di
atas mana si nona direbahkan dengan tidak berkutik, sambil
merebahkan Bwee Hiang, Keng siang berkata,

" Nona pendekar, terimalah nasibmu sebagai nyonya Keng


siang. Tunggu aku ambil lilin untuk menerangi wajahmu yang
sangat cantik," Ia berkata sambil berlalu mengambil lilin dan
ditaruh diatas meja tidak jauh dari pembaringan yang harum
semerbak itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keng siang kegirangan bukan main bahwa sebentar lagi ia


akan "naik surga" dengan si cantik Bwee Hiang yang
keadaannya sudah tidak berkutik di atas pembaringan.

Biasanya kalau hendak menerkam korbannya, Keng siang


meloloskan pakaian luarnya. Kali ini rupanya ada kecualian
karena tak tertahankan dengan getaran hatinya melihat
wajahnya Bwee Hiang yang cantik seperti tersenyum ke
arahnya. Bibirnya merah menyala menantang lawan
tampaknya.

"Nona cantik, biarlah aku kasih persekot du.........."

"cuh Cuh " terdengar dua kali Bwee Hiang meludahi Keng
siang tepat mengenai kedua matanya, disaat Keng siang
menundukkan kepalanya hencak mencium si nona.

Itulah ludah kental yang lama disiapkan oleh Bwee Hiang.


Ia meludahi kedua matanya si cakap Keng siang dengan
Iwekang, tidak heran kalau Keng siang menjerit teraduh-aduh
sambil menekap kedua matanya, ia lompat mundur.

Ketika ia coba buka matanya, ternyata penglihatannya


menjadi gelap, tak ada benda yang ia dapat lihat, kedua
matanya sudah menjadi buta.

Keng Siang menjadi ketakutan. Dari ketakutan ia menjadi


nekad- Dengan tenaga penuh ia sudah menyergap ke atas
pembaringan sambil menghajar kedua tangannya hebat sekali.
Pikirnya dengan serangan mendadak itu, si nona yang
meludahinya akan melayang jiwanya seketika itu juga. Ia salah
hitung sebab musuh yang ditemuinya adalah Bwee Hiang si
jago betina yang belum menemukan tandingan yang dapat ia
bikin celaka, mana dapat bung.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hanya suara pembaringan yang terdengar dihajar oleh


Keng siang sebab Bwee Hiang sudah sedari tadi ada
dibelakangnya.

"Manusia hina " bentak si nona.

"Percuma kau dikasih hidup, hanya menyusahkan orang


saja " berbareng kakinya Bwee Hiang bekerja dan Keng siang
roboh dengan jidat membentur tepi ranjang besi. Kontan
jidatnya tambah daging hingga tangannya repot mengusapi
jidatnya yang benjol-

"Manusia hina " terdengar Bwee Hiang kembali membentak


ketika Keng siang sudah berdiri pula dengan tangan meraba-
raba mencari pegangan.

"Banyak korban tentu kau lakukan dan inilah hukuman dari


seorang wanita "

"Duk— Bluk " menyusul terdengar suara itulah bebokong


Keng siang yang dihajar dan tubuhnya roboh di lantai
mengeluarkan suara "bluk"

"Liehiap, ampuni selembar jiwaku, oh....." Keng siang


meratap kesakitan.

"Plak Plak " suara dua kali gamparan Bwee Hiang


mengenakan dua belah pipinya Keng siang, cukup membuat
beberapa giginya si muka tampan rontok dengan berboran
darah dari mulurnya. Keadaannya sangat kasihan, tapi Bwee
Hiang hatinya tidak merasa kasihan lagi. Ketika si nona
hendak angkat Keng siang bangun dan hendak dihajar lagi,
tiba-tiba ia rasakan ada angin dingin dari belakangnya. Cepat
ia berputar dan berbalik berada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dibela kang Keng siang.

"cras " menyusul suara. Kiranya tubuh Keng siang terbabat


kutung oleh golok tajam yang disabetkan oleh centengnya
sendiri.

Tatkala si nona merasa ada angin dingin di belakangnya, ia


tahu akan datangnya senjata tajam. Maka cepat tubuhnya
berputar ke belakang Keng siang, tubuh Keng siang didorong
untuk mengganti kedudukannya tadi- Maka tidak ampun lagi
tubuh Keng siang yang terbabat kutung yang semestinya
tubuh Bwee Hiang. Kejadian cepat dan hanya beberapa detik
saja terjadinya hingga si centeng jadi melongo sendiri.

sebelum ia sadarakan kagetnya, tiba-tiba badannya terasa


enteng melayang. Kiranya Bwee Hiang sudah menendang
dengan kaki dari bawah ke atas, mengarah pantat si centeng
sehingga tubuhnya melayang dan "buk" saja tubuhnya jatuh
dilantai.

Ketika ia hendak bangun lagi, ia tidak merasakan apa-apa


lagi sebab kepalanya sudah menggelinding disabet oleh
goloknya sendiri melalui tangan Bwee Hiang.

seorang kawannya datang, ialah Lo-toa dan membentak


Bwee Hiang,

" Wanita liar, dari mana kau datang kemari ?"

Bwee Hiang dalam pada itu sudah siap dengan goloknya,


Ia menjawab,

"Hehe, masih belum terlambat kau menyusul roh saudara


dan cukongmu menghadap ciiam-lo-ong "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo-toa nama aslinya adalah sie Giam, bekas guru silat di


ong-ke-chung.

sengaja Keng siang undang ia untuk menjadi centeng di


rumah "simpanannya" dengan upah yang cukup untuk
mengongkosi rumah tanganya- Maka kepandaian silatnya
boleh juga dibanding dengan si Lo-ji yang sudah melayang
jiwanya-

Waktu ia melihat Kongcu dan kawannya sudah binasa,


kemurkaannya telah meluap seketika- sekarang ditambah
dengan kata-kata Bwee Hiang yang suruh ia menyusul arwah
majikan dan kawannya, terang kemurkaannya menjadi dobel.

"Perempuan liar, lihat ini" tanpa memikirkan lagi


kepandaian musuh, ia menyerang dengan kalap- gerakannya
baikjuga, ia menggunakan jurus "Elang lapar menyambar
kelinci" yang sangat ia banggakan, belum pernah gagal
menyerang musuh.

serangannya pasti tidak gagal kalau ia menyerang jago


jago kampungan. Tapi Bwee Hiang adalah murid Lo In, si
bocah sakti- Maka belum sempat ia menggunakan tipu
serangan yang lainnya, tiba-tiba ia rasakan dadanya ditembusi
golok si nona yang dengan tanpa sadar cara bagaimana si
nona barusan bergerak-

Ia jadi ketakutan setengah mati waktu golok Bwee Hiang


menembusi dadanya- sudah terlambat baginya untuk minta
ampun, sebab waktu golok dicabut dari dadanya, lantas saja
darah segar membanjir keluar dari lukanya dan seketika itu
juga ia terkulai badannya untuk tidak bangun selama-lamanya.

Itulah Liu Bwee Hiang, puterinya Liu Wangwee dari


Kunhiang yang tidak menyesal sudah melakukan pembunuhan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu mengingat perbuatannya tidak seberapa kalau dibanding


dengan sucoan sam-sat yang telah membasmi habis seluruh
isi rumah tangganya.

Dengan seenaknya saja ia melenggang keluar dari rumah


tua itu, setelah ia melemparkan golok di tangannya. Di luar
rumah, dengan ginkang (ilmu entengi tubuh) yang tinggi dalam
tempo pendek saja ia sudah sampai di rumah ong seng.
Dengan melalui jendela, si nona masuk ke dalam kamarnya
Kui Hoa dimana ia lihat nona masih tidur nyenyak-

setelah menukarkan pakaiannya yang kecipratan darah


tadi, Bwee Hiang lantas naik ke pembaringan dan tidur pulas
seperti kejadian yang barusan ia hadapi tidak artinya bagi si
nona jagoan.

Pada keesokannya sesudah kematian Keng siang tidak ada


kejadian apa-apa, tapi pada hari kedua keadaan dalam ong-
ke-chung menjadi gempar dengan diketemukannya mayat-
mayat dalam bangunan tua dipegunungan yang sunyi.

sudah tentu ong Liang dan istrinya menjadi sangat sedih


ketika mendengar diantara mayat-mayat itu terdapat mayatnya
sang anak- ong seng, ayahnya Kui Hoa datang ke rumah ong
Liang untuk menyaksikan mayatnya sang keponakan.

sungguh mengerikan Tubuhnya Keng siang terpotong dua.


Entah siapa yang telah demikian kejam membunuh ong
Kongcu. orang kira pembunuhnya tentu orang dari luar daerah
ong-ke-chung karena di dalam kampung itu tak ada jagoan
yang melebihi Keng siang. Pengusutan pada pembunuhan
dilakukan. Malah ong Liang sebagai hartawan di ong-ke-chung
telah menyediakan hadiah besar kepada siapa yang dapat
menangkap pembunuh anaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ong Kui Hoa juga dapat dengar tentang kematian sang


engko cintong. Disamping ia merasa aman dengan lenyapnya
ong Keng siang tetapi hatinya sedih juga bila mengenangkan
saat-saat yang bahagia ketika ia duduk berduaan dengan si
pemuda cakap. Demikian nikmat ia rasakan dalam buaian
kata-kata merayu ong Keng siang.

Ia suka menarik napas kalau mengenangkan tempo yang


lampau. Setelah itu ia masuk ke kamar menemui Bwee Hiang
sebab Bwee Hiang tidak ingin menampakkan dirinya kepada
yang lain kecuali Kui Hoa, nona rumah telah berkata seperti
memancing Bwee Hiang,

"Enci Hiang, kau tahu siapa pembunuh dari engko Keng


siang ?"

"Mana aku tahu." sahut Bwee Hiang.

"Aku kira tentu orang luar yang membunuh engko Keng


siang."

"Mungkin juga, tapi kenapa ? Apa kau berduka dengan


kematiannya Keng Siang "

"Bukan begitu, hanya aku kepingin tahu saja siapa


pembunuhnya."

" Kalau demikian, nah, kau tebak-tebak saja." kata Bwee


Hiang ketawa.

Kui Hoa melihat Bwee Hiang ketawa, ia jadi curiga. Lalu


menanya sambil ketawa,

"Enci, kalau aku tidak salah tebak- pembunuhnya tentu ada


disini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang ketawa ngikik hingga Kui Hoa bertambah


curiga-

"Enci Hiang, kau mengaku saja. Kau tentu yang


membunuh, ya ?"

"Dari mana kau bisa tahu ? Jangan sembarangan menuduh


orang "

"Ah, aku sudah tahu. Pembunuhnya ada di depanku


sekarang." Kui Hoa berkata lagi sambil tersenyum pada Bwee
Hiang.

"Dari mana kau bisa tahu ?" Bwee Hiang menanya dengan
heran.

"Aku toh tidak kemana-mana, tiap detik ada bersamamu,


bukan ?"

"Enci Hiang, bajumu yang membuka rahasia." Kui Hoa


ketawa.

"Membuka rahasia bagaimana, adik Hoa ?" Bwee Hiang


kepingin tahu.

"Nenek ciang, si tukang cuci, ada lapor padaku bahwa


bajumu ada banyak noda darah ketika ia mencucinya." Kui
Hoa menerangkan.

Bwee Hiang melengak- Lantas ia ingat pada malam itu,


setelah ia berada pula dalam kamar Kui Hoa, ia membuka
bajunya yang banyak noda darah-

si nona lalu tersenyum kepada Kui Hoa. Ia berkata,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik Hoa, kau cerdik juga. Tapi aku bukan pembunuhnya


Keng siang, engko cintongmu "

Kui Hoa melengak heran.

" Habis, siapa yang bunuh engko Keng siang " tanyanya.

"yang membunuh Keng siang, orangnya sendiri" sahut


Bwee Hiang yang lalu menuturkan kejadian malam itu, hampir-
hampir saja mereka jadi korban obat pulasnya Keng siang
kalau tidak keburu ia (Bwee Hiang) sadar bahwa ada orang
yang ingin membius mereka.

Diceritakan dengan jelas kepada Kui Hoa, bagaimana ia


membiarkan dirinya dibawa ke tempat "penyimpanan" Keng
siang, bagaimana ia menghajar Keng siang berkesudahan
dengan kematiannya dan tiga orang yang melayang jiwanya.
Mendengar itu, diam-diam Kui Hoa berdiri bulu pundaknya.

"Enci, sebenarnya kau siapa ?" kata Kui Hoa setelah


sejenak ia termenung.

Bwee Hiang tidak keberatan untuk menerangkan siapa


dirinya. Maka si nona secara ringkas telah menuturkan
perjalanannya, hingga Kui Hoa terkagum-kagum
mendengarnya.

"Enci, tidak salahnya bila aku menyebut kau seorang


Liehiap-" berkata Kui Hoa setelah Bwee Hiang habis bercerita.

"Cuma sayang aku tidak berjodoh ketemu dengan adik


kecilmu yang lihai itu. oh, aku sangat bangga sekali kalau
dapat berkenalan dengan jago cilik seperti adik kecilmu itu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik Hoa, adik kecilku sangat Jenaka." Bwee Hiang kata


dengan ketawa.

" Kalau kau dapat berkumpul dua tiga hari saja dengannya,
kau akan merasa umurmu bertambah dua tiga tahun,
antahlah, kapan aku dapat bersua lagi dengannya."

si nona menghela napas Kui Hoa mengerti akan kedukaan


sang enci yang kehilangan jejak adik kecilnya.

Tapi nona ong diam-diam merasa heran atas perkataan


Bwee Hiang bahwa kalau ia berkumpul dua tiga hari dengan
Lo In, umurnya dapat bertambah dua tiga tahun, Ia lalu
menanya,

"Enci, apa yang kau maksudkan dengan tambah umur dua


tiga tahun ?"

"Adik kecilku mukanya hitam legam macam pantat kuali tapi


pribadinya sangat polos Tiap kali ia melucu, tiap kali orang
yang mendengarnya akan tergerak urat ketawanya. selama
kita berkumpul, belum pernah satu hari pun tidak ketawa
terpingkal-pingkal oleh kejenakaannya. Disamping
kepandaiannya bikin tergerak urat ketawa orang, ilmu silatnya
tinggi luar biasa, susah diukur."

Kui Hoa sangat tertarik dengan penuturan Bwee Hiang,

"Enci," katanya.

" Kalau kau sudah dapat menemui adik kecilmu, tolong kau
bawa kesini supaya aku dapat belajar kenal, boleh tidak ?"

"Boleh saja, asal urat ketawa mu nanti jangan putus." sahut


Bwee Hiang ketawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Hoa tersenyum manis mendengar itu Ia berkata,

"Enci, kau juga rupanya ketularan penyakit adik kecilmu


yang lucu itu. setiap kali kau berkata, membikin aku kepingin
ketawa."

Bwee Hiang ketawa ngikik,

"Eh, adik Hoa." katanya tiba-tiba.

"Apa kau bisa tolongi aku?"

"Tolongi apa ? Katakanlah, kalau bisa tentu akan kutolongi


kau " sahut Kui Hoa.

"T0long belikan pakaian pria. sudah tentu bukan kau yang


pergi tapi kau suruh orangmu untuk membelinya." kata Bwee
Hiang.

Kui Hoa melengak- Ia kira Bwee Hiang mau minta tolong


apa, tidak tahunya minta dibelikan pakaian pria. Ia heran, buat
apa si nona beli yang begituan, lalu ia menanya.

"Enci, untuk apa pakaian pria ?Juga, disini mana ada yang
jual?"

" Untuk aku pakai dalam perjalanan mencari adik kecilku-


Dengan pakaian perempuan, aku rasa kurang leluasa
menghadapi mata2 alap- Tapi bagaimana ya ? Kau kata tadi
disini tidak ada yang jual "

"Jangan kuatir, aku akan bikinkan untukmu, enci"

Tiba-tiba saja Bwee Hiang memeluk Kui Hoa hingga nona


ong jadi gelagapan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik Hoa, sungguh kau baik sekali pada encimu. Tolong


bikinkan yang bagus, ya " kata Bwee Hiang sambil tidak lupa
ia kecup pipinya Kui Hoa yang botoh-Kui Hoa berdebar juga
hatinya ketika pipinya dikecup (dicium) Bwee Hiang.

Memang pandai Kui Hoa membuat pakaian. Tidak makan


tempo banyak sebab pada malam berikutnya Bwee Hiang
sudah dapat memakai pakaian pria tersebut di depan cermin
dalam kamarnya Kui Hoa.

sungguh cakap parasnya Bwee Hiang dalam pakaiannya


yang baru. sambil berpose di depan Kui Hoa, sang enci
berkata,

"Adik Hoa, apa hatimu tidak bergolak melihat pemuda


seperti ini ?"

Kui Hoa terpesona. Memang hatinya berdebaran nampak


Bwee Hiang demikian cakapnya dalam pakaiannya yang
baharu.

"Sungguh pria yang sangat cakap " ia berkata dalam hati


kecilnya, parasnya tampak bersenyum-senyum tanpa
menjawab pertanyaan Bwee Hiang.

seminggu sudah lamanya Bwee Hiang berkumpul dengan


Kui Hoa. Pada suatu pagi, Bwee Hiang mohon diri dari si nona
dan ayah bunda nona Kui Hoa untuk meneruskan perjalanan
mencari adik kecilnya. Mereka coba menahan tapi nona Liu
menolak dengan halus-

Keluarga ong membekali ia uang banyak sekali untuk ia


pakai di perjalanan. Tapi Bwee Hiang hanya ambil separuhnya
saja. Bwee Hiang terpaksa menerima sumbangan orang
karena ia membutuhkan sebab buntalan dan pakaiannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ketinggalan disuyangtin (rumahnya Leng siong) dimana di


dalamnya ia bekal banyak uang dari rumahnya.

Benar saja, dengan pakaian pria, si nona lebih leluasa


dalam perjalanannya- Tidak banyak 'mata liar' yang
memandangnya, sebaliknya "mata halus" (wanita) banyak
yang terpesona oleh parasnya yang cakap-

Bwee Hiang pikir kurang baik kalau ia sudah menyaru


lelaki, namanya tidak dirubah-Maka ia lalu pikirkan satu nama
yang mengingatkan ia pada adik kecilnya- Tidak ragu-ragu lagi
lantas ia menggunakan nama In Hiang, Liu In Hiang.

sementara Bwee Hiang menyaru jadi Laki-Laki, untuk


memudahkannya kita pakai namanya yang baru iaLah In
Hiang, Liu In Hiang.

seteLah keLuar dari ong-ke-chung, In Hiang bingung juga


kemana ia harus tujui untuk mencari adik kecilnya. Dengan
sendirian menyatroni sarangnya sucoan sam-sat, itu tidak
mungkin- Tanpa bantuan adik kecilnya (Lo In) yang hebat
kepandaiannya, meskipun ia punya dua kepaLa dan empat
tangan, In Hiang akan pikir-pikir dulu menghadapi kebuasan si
Tiga ALgojo dari Sucoan.

Ia jaLan semau kakinya saja tanpa tujuan.

Tanpa disadari ia sudah memasuki Kunhoa, sebuah kota


kecil. Tampak keadaan disitu amat ramai, kebetulan sedang
haripasar rupanya-

In Hiang melihat ke kiri dan ke kanan, mengharap dengan


cara kebetulan dapat ketemu dengan adik kecilnya- Ia lihat
tidak jauh darinya ada banyak orang berkumpul sedang
menaksir-naksir harga kuda yang diperjualbelikan di situ.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In Hiang memang suka tunggang kuda dan sering pesiar


dengan ayahnya dipegunungan. Tapi sejak ia kenal Lo In,
kegemarannya pada kuda menjadi hilang, sekarang ia ketemu
pasar kuda, hatinya menjadi tertarik- Pikirnya, kalau ia dapat
membeli seekor kuda untuk kawan perjalanan, barangkali ada
lebih baik,

Iseng-iseng ia datang menghampiri pasar kuda untuk


memilih kuda yang baik. Pilih punya pilih akhirnya tidak ada
yang ia setujui hingga In Hiang menjadi kecewa, Ia lantas mau
meninggalkan pasar kuda itu. Tapi belum berapa langkah ia
bertindak, mendengar ada suara kuda meringkik. Cepat In
Hiang menoleh- Ia lihat kuda yang baru dituntun datang
dengan warna merah mengkilap, kepalanya saban-saban
diangkat dan perdengarkan suaranya yang nyaring.

"Ah, inilah kuda bagus." kata In Hiang dalam hatinya, Ia


tidak jadi berlalu dari situ, sebaliknya ia menghampiri orang
yang menuntun kuda merah tadi-

"saudara." katanya hormat-

"Apakah kau mau jual kudamu itu ?"

yang menuntun kuda tidak lantas menyahut, hanya


mengawasi pada pemuda1 kita yang cakap dengan mata tidak
berkedip-

In Hiang rada-rada kikuk diawasi si tukang kuda demikian


rupa-

"Apa saudara baru Lihat manusia seperti aku ?" tegur In


Hiang kurang senang.

"Tidak, tidak"" sahut si tukang kuda gugup.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku Lihat kau sangat cakap, maka barusan aku jadi


kesemsem. sukaLah kau memaafkannya, adik kecil."

Tukang kuda itu usianya kira-kira sudah setengah abad-


Tapi sikapnya gagah dan tindakannya mantap seperti yang
pandai silat, In Hiang tahu ini tapi ia tidak ambil perduli. Ia
kesitu hanya mau membeLi kuda, bukannya untuk mencari
onar.

"Bagaimana ? Apa kau maujuaL kudamu itu ?" tanya In


Hiang pula.

KembaLi si tukang kuda tidak menyahut. KaLi ini ia tidak


mengawasi wajah orang, hanya pedang In Hiang yang
tergantung dipinggangnya ia awasi dengan kagum.

"Hei, kau mau juaL kudamu tidak ?" In Hiang mulai jengkeL.

"Aku tidak maujuaL kudaku, hanya aku mau tukar." sahut si


tukang kuda.

"Tukar dengan apa ?" tanya In Hiang kepingin tahu.

"TUkar dengan pedangmu itu." sahut si tukang kuda sambil


menunjuk pinggang In Hiang.

"Ah, mana boLeh- Tukar dengan uang toh sama saja."

"Tidak- aku mau tukar dengan pedangmu-"

In Hiang tidak mau Layani si tukang kuda yang kukuh mau


minta kudanya ditukar dengan pedang. Maka ia Lantas mau
ngeloyor pergi- BeLum berapa Langkah ia bertindak, tiba-tiba
ia dengar orang membentak dari beLakangnya.

"Tunggu "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In Hiang merandek dan putar tubuhnya. Kiranya yang


membentak tadi adaLah si tukang kuda yang ngotot mau tukar
kudanya dengan pedang.

In Hiang kata,

"Kuda ada kudamu, pedang ada pedangku, sudah tidak ada


urusan Lagi kalau aku tidak mau tukar "

Dalam pada itu si tukang kuda sudah datang menghampiri,

"Bagus, pedang ada pedangmu dan kuda ada kudaku.


Kalau aku mau tukar, kau bisa apa adik kecil. Hahaha "

Kiranya si tukang kuda ada "cabang atas" {jagoan) juga


dalam kota Kunhoa itu. Makanya begitu temberang dan mau
berbuat sewenang-wenang. Pasar kuda yang tadi ramai lantas
berubah sepi ketika melihat si tukang kuda bertengka dengan
anak muda.

"Mungkin kau orang baru datang, maka aku perkenalkan


padamu. Aku adalah Hek-him Toan Ceng, murid kelima Tiat-ci
Hweshio dari Thian-ong-bio. Hahaha Kau boleh tanya orang,
siapa Hek-him Toan Ceng, adik kecil"

Dengan memperkenalkan namanya Hek-him Toan ceng (si


Beruang Hitam) dan gurunya Tiat-ci Hweshio, si Pendeta jari
Besi, orang itu mengira In Hiang bakal gemetaran badannya
seketika. Tidak tahunya In Hiang malah ketawa meniru
terbahak-bahaknya si Beruang Hitam tadi hingga Hek-him
Toan ceng jadi mendelik matanya karena gusar ketawanya
di"ciplok" oleh In Hiang, si anak muda yang cakap ganteng.

"Binatang, kau mau main gila dengan Hgo Toaya (Tuan


besar kelima) ?" bentaknya nyaring.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku kurang paham." ngeledek In Hiang

."Kau sebenarnya mau apa ?"

"Lepas pedangmu Baru kau boleh berlalu dari sini"

"Lepas kudamu Baru kau boleh pergi dari sini"

Dari suaranya yang tegas ngeledek lawan, terang jago


betina kita mulai naik pitam menghadapi Hek-him Toan ceng
yang mencari gara-gara.

"Anak kurang ajar, berani kau ngeledek Ngo Toaya ?"

"Tua bangka kurang ajar, berani kau mengganggu Siauya


?"

Digodai begitu, si Beruang Hitam menjadi sangat gusar.


Dalam katanya, jangan lagi ia digodai begitu, orang
memandang mukanya lamaan dikit, ia pelototi lantas lari sipat
kuping ketakutan. Tidak pernah sebelumnya ia hadapi pemuda
yang demikian berani. Dalam gusarnya ia hunus goloknya
yang berat dan berkata,

"Anak muda, aku sayangkan mukamu yang cakap


mendapat tanda dari golokku Tapi, apa boleh buat "

"sret " In Hiang mencabut pedangnya lalu menjawab,

" orang tua, aku sayangkan daun kupingmu bakal hilang


sebelah gara-gara pedangku Tapi, apa boleh buat "

Betul-betul menjengkelkan kata-kata sambutan In Hiang


hingga si Beruang Hitam hilang sabar dan lantas saja
menyerang dengan jurus 'Hek-him-pay-yang' atau 'Beruang
hitam menyembah matahari'- Golok mula-mula diputar, terus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menusuk dada, tapi setengah jalan tusukan berubah arah


mengarah perut, sungguh hebat serangan kombinasi dari si
Beruang Hitam. Pantasan namanya ditakuti oleh kawan dan
lawan dalam kotanya.

In Hiang kaget juga nampak serangan si Beruang Hitam


yang berubah arah cepat sekali. Baiknya ia sudah dapat
gemblengan guru ciliknya yang sakti. Pedangnya yang
dilintangkan tadi untuk menangkis serangan tusukan golik ke
dada, sudah lantas berubah arah juga menekan golok lawan
yang nyelonong ke perutnya.

Dua senjata jadi melekat satu sama lain. Hek-him TOan


ceng coba tarik pulang goloknya yang ditindih pedangnya In
Hiang, tapi gagal, Golok seperti melengket dan tekanan
pedang dirasakan sangat berat, Ia kerahkan lwekangnya,juga
sia-sia saja ia menarik pulang goloknya hingga ia
mengeluarkan peluh dingin.

Ia tak menduga bahwa lawan yang muda belia itu


mempunyai tenaga dalam yang hebat. Matanya mendelik ke
arah In Hiang yang sedang mentertawakannya yang tidak
becus membebaskan goloknya yang ditindih pedangnya.

Tiba-tiba saja In Hiang menggentak pedangnya terlepas


menyusul dengan kecepatan kilat pedang menabas dari
bawah ke atas, sembari memegangi telinganya yang kiri yang
sudah hilang daunnya.

Itulah In Hiang menggunakanjurusnya yang indah sekali


yang dinamakan 'Liu-sui-pian-lou' atau "Air mengalir berubah
arah" hingga si Beruang Hitam dirugikan, daun telinganya
disuruh istirahat di tanah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam murka si Beruang Hitam lupa bahwa lawannya itu


bukan tandingannya, Ia menerjang seperti yang kerangsokan
setan, Golok besarnya membabat pinggang In Hiang tetapi
telah dielaknya dengan lompat mundur dua langkah- Hek-him
Toan ceng merangsek, goloknya sekarang menebas dari atas
ke bawah pada bahu lawan, In Hiang tahu bahayanya
serangan itu. Cepat ia tangkis golok dengan keras dari bawah
ke atas. Trang ", suara senjata beradu, seketika tampak Toan
ceng berdiri melongo sambil pegangi goloknya yang sudah
kutung bagian tengahnya.

sungguh tajam pedang In Hiang yang ia dapatkan dari si


Toako "sip-sam-siau-mo".

Dengan golok utuh Toan ceng tidak bisa apa-apa, maka


sekarang goloknya sudah buntung, apa ia bisa bikin terhadap
In Hiang yang jauh lebih tinggi kepandaiannya. Maka, Hek-him
Toan ceng sudah melemparkan golok buntungnya lalu jalan
ngeloyor meninggalkan In Hiang.

"Hei, kudamu ini, apa kau kelupaan ?" teriak In Hiang.

si Beruang Hitam menoleh- Ia berkata,

"Kau sudah menang, ambillah "

setelah berkata, si Beruang Hitam lantas putar tubuhnya


lagi dan berlalu dengan cepat hingga In Hiang melongo
dibuatnya karena ia tak menduga kemenangannya barusan
diberi hadiah kuda jempolan yang lengkap dengan pelananya.

sambil masukkan pedang pada sarungnya pula, In Hiang


menghampiri kuda hadiah Hek-him Toan Ceng. Ia mengusap-
usap dan tepuk-tepuk lehernya kuda itu dengan sikap sayang.
Kuda itu bebenger, kepalanya diangguk-anggukkan dan kaki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

depan yang kanan digaruk-garuk ke tanah seolah-olah


menyuruh si nona lekas naik di punggungnya untuk berlalu
dari tempat berbahaya itu. sayang In Hiang tak mengerti akan
"kode" si kuda cerdik itu. Ia terus mengusap-usap dengan
penuh rasa sayang.

In Hiang memandang sekitarnya, ternyata sudah sepi-


Hampir tidak ada kelihatan satu orang juga. Pikirnya, apakah
disitu biasanya begitu kalau ada orang bertempur ? Pada
ketakutan lari atau masing-masing menutup pintu rumahnya ?

Ia ketawa geli- Baru saja ia menyemplak kudanya, tiba-tiba


dari jauh terdengar bentakan nyaring,

"Anak muda, jangan pergi dulu- Tunggu, tunggu "

sebentar saja orang yang berteriak-teriak tadi sudah ada


dihadapannya-

Kiranya ia ada Hek-him Toan ceng yang diantar oleh empat


kawannya, satu orang biasa dan tiga hweshio masih muda-
muda. Mereka adalah saudara seperguruan dengan Hek-him
Toan Ceng.

Ketika si Beruang Hitam berlalu daripada suhunya Tiat-ci


Hweshio bahwa ia sudah dikalahkan musuh dan minta sang
guru membalaskan sakit hatinya agar pamornya dalam kota
Kunhoa tidak jatuh.

Letaknya Thian-ong-biojauh diluar kota, bagaimana ia bisa


mencapai ke sana sementara musuhnya belum meninggalkan
kota. Ini adalah urusan yang memusingkan kepalanya.
Mendadak ia jadi kegirangan ketika bertemu dengan si-
suhengnya (kakak ke-4) yang bernama Leng Hian yang
mengatakan bahwa Toa-suheng,ji-suheng dan sam-suheng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

(kakak ke-i, ke-3 dan ke-2) ada dalam kota sedang


menjalankan tugas memungut derma.

Cepat-cepat Toan ceng ajak Leng Hian untuk menemui tiga


saudara tuanya yang waktu itu sedang beristirahat dalam kuil
cabang Thian-ong-bio. Kepada 3 saudara tuanya, Toa Ceng
melapor tentang pertempurannya dengan seorang muda yan
dikalahkan. Tentu saja dalam laporan itu ia kasih bumbu yang
bukan-bukan supaya tiga saudara tuanya menjadi panas
hatinya, sedang kelakuannya hendak memeras In Hiang, ia
tidak sebut-sebut.

Begitu berhadapan dengan In Hiang, siBeruang Hitam


berkata pada Hweshio muda yang kepalanya gede, umurnya
kira-kira 50 tahun.

"Toa-suheng, dia ini yang merampas kuda kita. Aku sudah


cukup mempertahankan jangan sampai kena dirampas, nyata
tidak berhasil lantaran bocah ini menggunakan pedang pusaka
"

si Hweshio kepala gede lantas saja marah, ia membentak.

"Binatang, kau berani merampas orang punya kuda


mentang-mentang kau ada punya pedang pusaka ?"

In Hiang jadi melongo mendengar omongannya Toan Ceng,


kemudian disusul oleh makian si Hweshio kepala gede yang
tidak mengetahui ujung pangkalnya.

"Hai, Beruang Hitam " kata In Hiang nyaring, suara


wanitanya lenyap karena ia sudah melatih suara pria dalam
penyaruannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kenapa kau jadi ngaco belo ? Bukankah kau sudah


hadiahkan kudamu lantaran kau kalah berkelahi ? Kenapa
sekarang kau menuduh aku merampasnya ? Kau kira no....oh
tuan mudamu boleh kau permainkan"

In Hiang keseleo lidahnya, barusan hampir ia mengatakan


"nonamu", baru sampai di "no..." untung ia ingat, lantas dia
ganti dengan "tuan mudamu".

"Ah, anak kecil, kau jangan banyak lagak- Lekas


kembalikan kudaku dan terima hukumanku rangket 10 kali,
baru kau dapat ampun meninggalkan tempat ini" kata Hek-him
Toan Ceng, pulih lagi kesombongannya yang sudah.

In Hiang menjadi gusar, sebelum ia balas memaki, tiba-tiba


saja dua Hweshio dan Leng Hiang sudah menyergap di diatas
kuda. In Hiang tidak kasihkan dirinya disergap. Dengan
meminjam injakan pelana, ia enjot tubuhnya terbang dan
meluncur turun kira jarak 4 meter dari mereka-

"srett " ia mencabut pedangnya dan siap untuk bertempur.

"oo, kau mau main pedang ? Hehe " ketawa Toa-


suhengnya Toan ciang.

"sam-suheng, coba kasih pinjam golokmu. Aku mau jajal


dia sampai dimana dapat menggunakan pedang pusakanya."

Berbareng Hek sam suheng sudah menyodorkan goloknya.

girang hatinya Toan Ceng, Toa-suhengnya akan bergebrak


sebab ia yakin 100 persen Toa-suhengnya akan menang
diatas angin, pikirnya, mungkin hanya 5 jurus saja si pemuda
bakal sudah terjungkal. Pedang tajamnya akan ia miliki,
apabila si pemuda dirobohkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kepala gundul, hanya buang tempo saja siaoya mu


melayani kau seorang, sebaiknya maju semua Dan kau, hei.
Beruang Hitam, mau sekalian" tantang In Hiang.

si Hweshio kepala gede bukan main panas hatinya


diremehkan oleh pemuda yang tidak ada apa-apanya untuk
ditakuti-

"Jangan sombong, terima dulu golok Taysu " bentaknya


dan konta menerjang In Hiang hingga mereka jadi bertempur.

Dalam pada itu, Hek-him Toan cenng anjurkan pada


saudara-saudaranya untuk mencari Genggaman untuk
mengeroyok In Hiang apabila Toa-suhengnya keteter.

sebentar saja mereka sudah siap, dua Hweshio pada


pegang pikulan, Toan ceng golok sedang Leng Hian sebatang
besi yang merupakan toya panjang.

Persiapan mereka memang diperlukan sebab sebentar lagi


kelihatan benar-benar Toa-suheng mereka telah keteter,
hanya dibikin pembelaan saja dengan goloknya, tidak
kelihatan membalas menyerang. Mereka kuatir akan Toa-
suhengnya dilukai si pemuda, maka dengan serentak mereka
sudah turun tangan mengeroyok In Hiang.

"Bagus, semua sudah turun" seru In Hiang, suaranya


seperti kegirangan.

Kepandaiannya murid-murid Tiat-ci Hweshio memang


bukannya rendah, apalagi mereka berlima bergabung
mengeroyok lawannya, terang telah membuat lawannya repot
bukan main.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam kerepotannya In Hiang menjadi naik pitam. Tadinya


bermaksud hanya untuk main-main saja melayani mereka dan
mengasih hajaran satu demi satu. Tapi setelah ia merasakan
tekanan berat juga dan mereka kelihatan menyerang dengan
telengas seolah-olah menginginkan jiwanya, pikirannya jadi
berubah dan hendak balas menyerang dengan kejam

"Awas " seru In Hiang lalu disusul dengan suara "sret sret1
beberapa kali. Tampak senjata lawan saling susul berjatuhan
di tanah dibarengi dengan suara jeritan kesakitan. Dalam
beberapa detik saja, pedang pusaka In Hiang sudah
mengambil lima korban sekaligus, si Hweshio kepala gede,
kutung lengannya sebatas sikut, dua Hweshio lainnya
mendapat tusukan di masing-masing bahunya, Leng Hian
copot tangan kanannya sebatas pergelangan dan paling
menderita adalah siBeruang Hitam, kecuali lengan kanannya
terpapas kutung sebatas pundak, dadanya juga memancarkan
darah segar bekas ujung pedang bertamu ke situ. Hek-him
Toan ceng sudah tak ketolongan jiwanya karena setelah
terkulai roboh, ia sudah lantas menarik napasnya yang
penghabisan.

ciut nyalinya 4 saudaranya Toan ceng. seketika itu juga


mereka sudah pada lari meninggalkan si Beruang Hitam yang
sudah menjadi bangkai.

Demikian adalah jalannya nasib Dasar si Beruang Hitam


mesti mati di ujung pedangnya In Hiang yang sebenarnya bila
ia tidak kembali lagi, tentu jiwanya tidak melayang.

setelah membikin bersih pedangnya, In Hiang masukkan


kembali pedang ke dalam sarungnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keadaan tempat itu jadi bertambah sepi dari sebelumnya si


Beruang Hitam menemukan ajalnya, tidak seorang manusia
tampak menongolkan kepalanya.

In Hiang menghampiri kudanya, lalu menyemplaknya.


Dengan beberapa tepukan pada lehernya si merah sudah
lantas angkat kakinya untuk bawa In Hiang ke arah selatan.

sekarang kita kembali pada Lo In, kemana sebenarnya ia


dibawa kabur kudanya hingga membuat enci Liannya mewek
kehilangan jejaknya.

Dasar anak besar nyalinya dan nakal berandalan, Lo In


dibawa kabur kudanya demikian rupa bukannya takut malah
berkikikan ketawa di atas kudanya, Ia biarkan kudanya
membawa dirinya. Pikirnya, sampai dimana sih kekuatan
tenaga kuda. Biarka ia lari sampai napasnya habis sendirinya,
setempe ia berpaling ke belakang dan melihat enci Liannya
sedang menyusul dengan cepatnya, cambuk lantas dikerjakan
supaya sang kuda bawa dirinya lebih kencang meninggalkan
encinya. Diam-diam hatinya geli, ketika nampak ke belakang
tidak kelihatan bayangan Eng Lian menyusul.

Pikirnya, sang enci tentu gelabakan mencari jejaknya yang


hilang. Tapi, biarlah sebentar ia akan kembali untuk menerima
hukuman "cubitan" sang enci karena perbuatannya yang
sudah membuat encinya kebingungan.

Lo In berpikir demikian, tapi ia lupa sudah berapa jauh la


dibawa sang kuda- Dan kudanya, apakah masih bisa
membawa ia kembali, yang napasnya sekarang sudah
kempas kempis kecapaian lantaran kehabisan tenaga-
Tampak kuda Lo In tiba-tiba menekuk lututnya dan mendeprok
tak dapat jalan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dasar anak kecil, tidak memikirkan akan keadaan sang


kuda yang setengah mampus. Ketika ia lompat turun dari
pelana malah ia menanya,

"Hei, kenapa kau berhenti? gara- gara kau, sebentar enciku


akan datang menyusul nanti"

Dalam pada itu, Lo In merasa lapar. Rupanya tadi diatas


kuda banyak terkocok perutnya, Ia lalu meninggalkan
kudanya, mencari buah-buahan di sekitar situ untuk mengisi
perutnya, senang ia rupanya berkeliaran di tempat itu yang
mengingatkan ia kepada lembah TOng-hong-gay yang sudah
lama ia tinggalkan. Di tempat itu ia dapat bergaul dengan
kawanan monyet.

Lantaran ia mengerti dan bisa berbicara bahasa kera, maka


dalam tempo pendek saja ia sudah dikerubungi oleh banyak
kawanan kera- Lo In minta dipetikkan buah-buahan yang lezat.
Dalam tempo pendek- banyak kera berdatangan dengan
masing-masing membawa persembahannya berupa buah-
buah yang lezat.

selama menggayang (menguyah) bebuahan, Lo In


terkenang akan Eng Lian. pikirnya, kalau disampingnya saat
itu ada Eng Lian bagaimana senang hatinya mereka
dikerubungi oleh kawanan kera seperti di lembah Tong-hong-
gay. Tiba-tiba kawanan monyet itu bubar sambil cetcowetan.

Lo In mengerti ada orang yang datang tapi ia tidak bergerak


dari duduknya seperti tidak tahu apa-apa. sementara kawanan
monyet ramai cetcowetan, seolah-olah yang menganjurkan
supaya Lo In lekas meninggalkan tempat itu, ada kedatangan
orang asing ke situ
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi Lo In dalam bahasa kera menjawab bahwa ia tidak


takut dan suruh kawan-kawannya berlaku tenang-tenang saja
karena itu kawanan kera itu tidak ramai lagi cetcowetan.

sebentar lagi, benar saja ada tiga orang datang


denganjalans sempoyongan seperti orang mabuk arak- Lo In
lihat dari kejauhan usia mereka rata-rata sudah lewat
setengah abad, masing-masing membawa senjata pedang
dan badannya kokoh kuat. Rupanya mereka itu jago jago silat
kelas wahid- Yang mengherankan Lo In, kenapa mereka jalan
sempoyongan seperti kehilangan tenaga.

Kira-kira jarak tiga tombak dari Lo In duduk, mereka tidak


lihat adanya si bocah disitu sebab kealangan pohon, mereka
telah jatuh duduk mendeprok di tanah, satu diantaranya malah
lantas merebahkan diri

"Sungguh berbahaya, sungguh berbahaya sekali."

tiba-tiba Lo In dengar satu diantaranya dari tiga orang itu


berkata. Lalu melanjutkan,

"Toako sudah pesan kita hati-hati, agar kita sebelum


mendekati gua menelan dulu pil penahan serangan racun
ternyata tidak ada faedahnya. Tetap kita dirugikan. Hawa
racun sangat jahat, siapa yang bisa masuk ke dalam gua
angker itu."

"ya, kalau dilihat begitu jahat hawa racunnya sampai


banyak para jago Bu-lim bergelimpangan menemukan ajalnya,
siapa orangnya yang bisa dapatkan It-sin-keng yagn sangat
diidam-idamkan oleh setiap orang."

demikian Lo In mendengar percakapan mereka. Terdengar


beberapa kali elahan napas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lebih jauh Lo In dapat dengar tanya jawab dua orang itu


berikut:

"samko, apa sih isinya It-sin-keng sampai jago jago berani


berkorban untuk mendapatkannya ? Keterlaluan, aku ngeri
melihatnya orang-orang pada gelimpangan mati di depan gua
ular yang menghembuskan hawa racun itu-"

"Menurut kata toako, It-sin-keng adalah kitab sakti yang


memuat lima pelajaran meyakinkan Iwekang, ilmu pedang,
pukulan tangan kosong, ginkang (imu entengi tubuh) dan cara-
cara memusnahkan serangan lawan yang bagaimana tinggi
pun ilmunya."

"Tapi samko, kita sudah meyakinkan Iwekang, ilmu pedang


dan lain-lain mencakup semua isinya It-sin-keng. Apa gunanya
kita mesti pertaruhkan jiwa untuk mendapatkan kitab sakti itu
?"

"Ha ha, Ngote, kau terlalu meremehkan kitab mujizat itu.


Isinya sudah tentu lain dari pada yang lain. Kalau orang
memiliki kitab itu dan dia dapat meyakinkan isinya sampai
mahir, orang itu akan menjadi sakti dan malang melintang di
kalangan Kangouw tanpa tandingan. Makanya, tidak ada jago-
jago persilatan yang tidak menghendakinya "

(Bersambung)

Jilid 13
"Ah, Samko. Apa itu berkelebihan ? Coba kau terangkan
salah satu pelajarannya yang maha sakti. Tentu kau sudah
dapat keterangan dari toako."

"Makanya aku berani pertaruhkan jiwa karena ketarik oleh


perkataan toako. Katanya Iwekang dari kitab mujizat dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyedot Iwekang lawan, ginkangnya sudah jangan ditanya


mujizatnya lagi, dapat membuat kabur penglihatan musuh dan
menghilang tanpa bayangan. Ilmu pukulan tangan kosong
hebatnya bukan main, ilmu pedangnya hanya mencakup lima
jurus saja, tapi cukup untuk menghadapi lawan yang
bagaimana tangguh ilmu pedangnya- Lawan tak dapat lewat
dari lima jurus sudah terjungkal. Entah bagaimana dengan
pelajaran cara-cara memusnahkan serangan lawan yang
mahasakti yang terdapat dalam It-sin-keng. Kata toako,
kemujizatannya sudah jangan ditanya lagi" Lalu terdengar
elahan napas saling bergantian.

"Sayang kita tidak punya jodoh untuk mendapatkannya.


Kalau tidak, dengan memiliki kitab mujizat itu Cit-seng-pay
(partai 7 bintang) bakal menjagoi diantara partai-partai lain
termasuk Siauw-lim-pay dan Bu-tong-pay yang sangat
kesohor itu."

Lalu terdengar yang diajak bicara menghela napas panjang.

"Ngote, bagaimana keadaan Lakte ? Apa dia sudah bisa


jalan lagi ?"

"Oh, oh, Samko, kau lihat Lakte sudah tidak ada napasnya "

Lalu terdengar suara menangis. Rupanya dua orang itu


sedang menangisi saudaranya yang telah putus jiwanya,
korban hawa racun yang jahat.

Lo In dalam pada itu diam saja duduk mendengarkan tanya


jawab mereka. Dalam hatinya sangat ketarik dengan
pengalaman mereka, Ia sudah mempunyai kepandaian sangat
tinggi. Pikirnya, tidak perlu ia dengan It-sin-keng segala.
Hanya ia ingin lihat isinya, bagaimana macam sampai
menggemparkan dan banyak jago-jago ingin mendapatkannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tanpa menghiraukan jiwanya lagi. untuk mendapatkan kitab


itu, apakah ia juga harus mati ? Dalam hati kecilnya menanya.

"samko, It-sin-keng itu asalnya dari mana ?" tiba-tiba Lo In


mendengar pula orang bicara.

"Menurut toako, kitab sakti itu ditulis oleh seorang hweshio


angkatan tua dari siauw-lim-sipada 100 tahun yang lalu. Dia
telah mengasingkan diri dalam gua yang berbahaya itu
dengan ditemani oleh seekor ular besar yang dapat menelan
manusia-"

"Mungkinkah hweshio itu masih hidup sekarang ?"

"Rasanya tidak mungkin. Karena tatkala itu dia


mengasingkan diri umurnya sudah mencapai 70 tahun. Tapi
mungkin ularnya belum mati dan menjagai kerangka si
hweshio dengan kitab mujizatnya. Rasanya tidak ada orang
yang mampu datang dekat pada gua pertapaannya si hweshio,
apalagi mau mendekatinya. Kau saksikan sendiri, di dalam
jarak dua tombak, orang masih dicabut nyawanya oleh hawa
racun yang dihembuskan dari mulut gua. sekarang, marilah
kita tanam mayatnya Lakte-"

"Mari, tapi— aduh Kepalaku pusing, samko......"

Lo In lihat orang yang berteriak aduh tadi telah merebahkan


diri dekat mayat temannya, sedang yang satunya jadi
kebingungan dan menggoyang-goyang lengannya orang yang
barusan merebahkan diri, sambil berkata,

"Ngote, Ngote, kau kenapa ? Ai, kau juga turut Lakte


meninggalkan aku sendirian. Ah, bagaimana ini.........?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tidak tega hanya duduk menonton saja orang sedang


dalam kesusahan. Maka seketika itu ia bangkit dari duduknya
dan menghampiri mereka.

Orang itu sedang repot gegerungan menangisi saudaranya


yang mati hingga tidak tahu kalau Lo In sudah berdiri di
depannya hingga ia sangat kaget ketika Lo In berkata,

"Lopek, maaf aku anak kecil mengganggu kau dalam


kesusahan. Dapatkah barangkali aku menolongnya"

Orang itu tidak menyahut, sebaliknya memandang Lo In


dari atas sampai ke bawah dan sebaliknya, Ia lihat yang
datang hanya satu bocah berwajah hitam, apa artinya
pertolongannya ? Cuma saja, barusan Lo In omong perlahan
tapi terdengar mengiang tegas dalam telinganya, orang itu
terkejut juga dalam hatinya.

Biar bagaimana, melihat si bocah tidak ada apa-apanya


yang aneh, orang itu tidak percaya si bocah ada mempunyai
Iwekang yang tinggi, Ia menanya,

"Anak kecil, dengan siapa kau ada disini ? sebaiknya kau


lekas-lekas pergi dari sini sebab disini tempat yang berbahaya,
Sayang kalau kau nanti mati konyol "

"Lopek, kematian itu sudah takdir- Dimana juga kalau mau


mati, orang tak dapat menghindarkan kematiannya. Buat apa
ditakuti ?" jawab Lo In ketawa nyengir.

"Hahaha " orang itu tertawa gelak-gelak tapi mendadak ia


hentikan ketawanya dan matanya menatap Lo In dengan tajam
lalu berkata,

"Kau, kau.......Hek bin-sin-tong "


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Orang itu menganggap Lo In sangat lucu telah


mengucapkan kata-kata sebagai kakek yang memberi petuah-
Dalam ketawanya tergelak-gelaknya, tiba-tiba ia ingat akan
cerita toakonya bahwa dalam dunia Kangouw ada muncul satu
anak yang kepandaiannya susah diukur, maka seketika itu
juga ia hentikan ketawanya dan menatap tajam pada Lo In.

"Itu hanyalah julukan kosong saja, Lopek-" kata Lo In ketika


melihat orang itu memandangnya dengan mata tak berkedip-

"Aku anak kecil bisa apa ?"

"Tapi siaohiap, apa kau datang juga buat urusan klta


mujizat ?" tanya orang itu kepingin tahu, seraya matanya terus
mengawasi Lo In.

"sama sekali aku tidak bermaksud ke situ. Aku sampai


disini dibawa kabur oleh kudaku, soal It-sin-keng baru aku
dengar ketika Lopek sedang bercakap-cakap dengan teman
Lopek-

"Oo, kau jadi mendengarkan apa yang kita percakapkan ?"


tanya orang itu.

"Aku hanya mendengar dengan cara kebetulan, bukan


sengaja mencuri dengar-"

"Kau mendengar dengan cara kebetulan atau mencuri


dengar, tidak menjadi soal bagiku. Hanya aku nasehatkan kau
jangan pergi ke sana. Aku ikut menyayangkan kepandaianmu
yang tinggi akan menemukan kematian yang sia-sia."

"Terima kasihi Lopek" sahut Lo In.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lebih baik aku pulang mencari enci Lianku dari pada pergi
ke gua yang seram itu."

"Siapa itu enci Lian yang kau sebut barusan ?"

"Dia ada teman mainku. Mungkin sekarang dia sedang


gelabakan mencari aku yang barusan aku tinggalkan jauh di
belakang kudaku."

Mendengar jawaban Lo In yang kekanak-kanakan, diam-


diam orang itu geli dalam hatinya-

Ia yang tadinya memanggil siaohiap (pendekar cilik),


sekarang dirubah menjadi "adik kecil", panggilan mana
memang sangat disuka oleh si bocah daripada siaohiap

"Adik kecil, mungkin aku juga tidak bisa pulang lagi ke


rumah- Maka aku ingin menuturkan sesuatu dan minta
pertolonganmu- Apa kau kau suka dengar?"

"Tentu, tentu aku senang mendengar Lopek cerita-" kata Lo


In kontan.

Orang itu ketawa mesem. Lalu ia mulai bercerita.

Orang itu bernama Lim Kek Ciang. Dengan enam


kawannya ia membangun partai yang dinamakan cit-seng-pay
(partai 7 bintang) di kota Gukwan, dibawahnya kaki gunung
Hengsan.Berkat usahanya yang sungguh-sungguh dari
saudara itu, maka Cit-seng-pay telah berkembang baik dan
mendapat banyak anggota.

selama memajukan perkumpulannya, tujuh saudara itu


tidak henti-hentinya berusaha untuk mendapatkan kepandaian
lebih tinggi supaya dengan kepandaian yang tinggi mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dapat memimpin partainya sebanding dengan partai-partai


besar seperti siauw Lim dan Bu Tong.

Mendadak dalam waktu belakangan ini ada tersiar kabar


tentang adanya It-sin-keng. Barang siapa yang mendapatkan
akan menjadi jago tak terkalahkan. Mereka lalu berunding
untuk mendapatkanya- Mereka tahu akan bahayanya orang
yang pergi ke sana (gua ular), sudah banyak yang mati, akan
tetapi mereka ambil keputusan untuk mencoba-coba pergijuga
dengan melihat gelagat.

Maka oleh toako dari Cit-seng-pay telah diutus tiga


saudaranya yang berkepandaian tinggi dan cerdik, ialah Lim
Kek Ciang, Tan Liong Ho dan cia Kiang. Dalam partai, mereka
menjabat pemimpin ketiga, kelima dan keenam.

Ketika mereka sampai di sin-coa-tong (gua ular sakti),


nampak sudah banyak mayat yang terkapar di depan gua.
Mereka yang sudah menjadi mayat itu termasuk dalam
lingkaran satu tombak jauhnya dari mulut gua, sedang yang
dalam lingkaran dua tombak masih ada kedapatan yang masih
belum putus jiwanya. Melihat mereka sangat kasihan sekali,
dan megap-megap seperti hendak putus jiwanya.

Diantara mereka yang dalam keadaan menyedihkan itu,


Kek Ciang dapat lihat ada yang ia kenali, ialah salah satu tocu
dari Ceng-gee-pang.

Kek ciang dan dua saudaranya menghampiri. Apa mau,


belum mereka sempat mengulurkan tangannya menarik sang
kenalan dari daerah kematian, mereka sudah dihantam oleh
hawa racun hingga sempoyongan mundur buat kemudian
jatuh duduk-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

syukur mereka sudah menelan pil penahan racun terlebih


dahulu hingga mereka tidak sampai menjadi korban seperti
Tocu dari Ceng-gee-pang tadi-

Mereka jadi ketakutan dan Kek Ciang ajak dua saudaranya


untuk pulang kembali saja. Ia tak sanggup mengemban tugas
yang dibebankan toakonya. Dengan susah payah mereka
dapat bangun dari duduknya. Mereka jalan sambil
berpegangan satu dengan lain lantaran kakinya lemas.

sebenarnya mereka ingin mengaso lama-lamaan tidak jauh


dari tempat berbahaya, akan tetapi mereka takut masih akan
kena hawa racunjuga. Maka dengan paksakan diri mereka
meneruskan perjalanannya.

Demikianlah, sampailah mereka di tempat yang Lo In


sedang duduk menikmati buah persembahan dari kawanan
kera.

setelah habis menutu, Kek ciang berkata pada Lo In,

"Adik kecil, aku merasakan diriku juga bakal menyusul


arwahnya dua saudaraku, maka aku minta tolong kalau aku
mati, kau tolong kuburkan satu lubang dengan dua
saudaraku."

" Ah, jangan kata begitu, Lopek-" menghibur Lo In ketika


tampak orang kelihatan cemas dan ketakutan.

" Lopek masih kuat-kuat saja. Marilah kita kubur dua


saudara Lopke yang telah meninggal dunia."

"Adik kecil, tolong kau nanti ketemuka toako dan laporkan


kejadian disini. Toako akan percaya dengan keteranganmu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

manakala dia sudah melihat pedangku ini. Nah, tolong kau


simpankan pedang....ku. Ah, kepala......ku.... be........"

Terputus-putus kata-katanya Kek Ciang, sementara itu


badannya juga sudah terkulai roboh dan ketika Lo In periksa
ternyata Kek Ciang sudah tidak ada nyawanya lagi. Lo In
merasa terharu juga akan kematian tiga jago dari Cit-seng-pay
itu.

Untuk memenuhi permintaannya Kek Ciang, benar Lo In


sudah mengubur Kek Ciang bertiga dalam satu lobang yang ia
gali dibantu oleh kawanan kera.

setelah mana ia gantang pedang Kek Ciang di pinggangnya


untuk kemudian ia serahkan kepada toako dari Cit-seng-pay
beserta laporannya-

Lo In setelah beres mengadakan upacara penguburan,


tidak lantas meninggalkan tempat itu, hanya ia melamun
duduk di bawah pohon tadi mengganyang bebuahan.

Pikirannya melayang-layang. Dimana adanya Liok Sinshe,


Kwee Cu Gie dan ibunya, ia tidak tahu. yang ia tahu bahwa
dirinya sebatang kara. Ia belum mencicipkan kesayangannya
seorang ayah, seorang ibu yang lahirkan ia ke dunia, yang
pertama-tama ia rasakan hangat adalah kecintaannya Liok
sinshe- Tapi dimanakah Liok sinshe sekarang berada ?
Kemudian Eng Lian, teman mainnya yang ia ketemukan dalam
lembah, ada sangat memperhatikan dirinya, lalu Bwee Hiang
yang ia ketemukan di Kun hiang baik sekali terhadap dirinya-
sekarang, dimanakah kedua kedua enci yang baik hati itu ?

Ia merasa bahwa dirinya adalah anak "buang-buangan".


Kalau ia mati, paling-paling juga enci Lian dan enci Hiangnya
yang akan menangisi dirinya. Maka itu timbullah keinginannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untuk spekulasi dengan dirinya, mencoba memasuki sin-coa-


tong yang sudah banyak meminta korban jiwa-

sebagai anak kecil yang belum pernah mengalami bahaya,


si bocah wajah hitam malah kegirangan setelah timbul
pikirannya akan pergi ke sin-coa-tong. Ia lalu kumpulkan
kawanan kera dan menanyakan dimana letaknya sin-coa-tong.
Tampak kawanan monyet itu ramai cecowetan seperti
ketakutan lagaknya. Memang juga mereka ketakutan dan
membujuk Lo In supaya jangan ke sana.

Dengan sabar Lo In balik membujuk kawanan kera itu


supaya jangan takut, Ia mempunyai daya untuk mengatasi
bahaya, untuk membikin kawanan monyet itu lebih percaya
lagi, Lo In tidak segan-segan mempertunjukkan dua tiga
macam kepandaiannya yang menakjubkan seperti berdiri
diatas ranting pohon, tubuhnya mencolot ke atas macam roket
setelah lebih dahulu berputar, lalu lengan bajunya mengebas
ke batang pohon hingga pohon itu tumbang. Melihat
kepandaian itu, semua kera memberi sambutan yang gemuruh
saking merasa kagum dan mereka percaya akan
kepandaiannya si bocah cilik.

Dengan girang, kawanan monyet itu mengantar Lo In ke


sin-coa-tong di lembah "Sian-jin-gay" (Jurang Dewa).

Kiranya untuk sampai ke sana, Lo In harus menempuh


jalanan yang bulak biluk dan beberapa kali menemukan
jalanan sempit yang hanya dapat dilalui oleh satu orang saja.
Makin dekat pada gua ular keadaannya makin menyeramkan
dan Lo In sampai di sin-coa-tong hari sudah mulai sore-
Kawanan kera hanya berani mengantar sampai jarak empat
lima tombak dari gua ular dan setelah memberi beberapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

petunjuk pada Lo In, mereka lantas pada bubaran seperti


ketakutan.

Perlahan-lahan Lo In mendekati sin-coa-tong. Keadaan


memang seram, disekitar gua hingga dua tombak, banyak
pepoNonan dan ada pohon yang mereyot demikian rupa
hingga menutupi mulut gua. sepintas lalu saja, orang tidak
akan tahu kalau disitu ada mulut gua yang angker dan banyak
meminta korban.

Dari jarak tiga tombak, Lo In sudah melihat adanya banyak


mayat yang terkapar. Malah bukan sedikit yang sudah menjadi
rangka. Lo In jadi menghela napas melihat pemandangan
yang mengerikan itu. semestinya menurut teori, Lo In sudah
harus urungkan niatnya melihat pemandangan yang
menyeramkan itu. Akan tetapi bagi Lo In pemandangan itu
malah makin membesarkan nyalinya untuk memasuki gua
sakti itu.

Dalam hatinya ia berkata, "Liok sinshe, enci Lian dan enci


Hiang, selamat tinggal. Aku akan memasuki gua ular sebagai
tempat kuburanku Jangan kalian menangisi aku sebab dalam
gua aku tidak sendirian, ditemani Lo-cianpwee yang maha
sakti dan ular besar lawannya TOk gan siancu. Hehehe......"

Benar-benar Lo In telah ketawa tatkala hatinya


mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang yang
sayang kepada dirinya.

Tampak ia berdiri tepekur seperti memohon doa restu dari


yang Maha Kuasa-sementara itu, cuaca juga sudah mulai
remang-remang gelap-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tidak takut ia bersendirian di tempat yang demikian sepi


dan menyeramkan. Perlahan-lahan ia jatuhkan diri untuk
bersila. Matanya mengawasi jauh ke mulut gua.

Tiba-tiba ia ingat sesuatu yang membuat ia seperti kaget.

"Aku mau coba........" demikian ia menggumam sedang


tangannya lantas meraba ke pinggangnya dimana ada
diselipkan sebatang serulingnya, sebentar lagi terdengar suara
seruling mengalun di lembah sunyi itu.

Keadaan sudah menjadi gelap, hanya ada bintang-bintang


saja yang menerangi jagat. Tapi gua terkadang ketutup oleh
mega hitam yang berlalu lalang, jagat berubah menjadi gelap-
Bunyinya serangga dan burung hantu di waktu malam gelap
demikian menambah keseraman dan membuat bulu kuduk
pada mengkirik.

Tapi walaupun malam bertambah larut, Lo In makin senang


meniup serulingnya-

Itu karena sembari meniup seruling, ia mendapat banyak


ilham untuk menciptakan ilmu pukulan yang baru-baru.
sembari meniup serulingnya, ketika sang malam sudah larut,
perlahan-lahan ia berdiri dan lalu berjalan maju ke arah gua
ular.

Ia jalan seperti orang yang ngelindur (mengigau) turun dari


ranjangnya dan berjalan keluar rumah tidak menyadari dirinya
ada dimana.

suara seruling mengalun makin merdu dan mengharukan.


Tiba-tiba dari dalam gua, ada nongol kepala ular yang
besarnya luar biasa. Matanya sebesar kepalan petinju,
menyorot terang seperti lampu bateri yang menyilaukan mata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membuat Lo In heran tapi tidak kaget. Hatinya tenang dan


berani, terbukti dari jalannya tidak ia hentikan.

Entah bagaimana ular yang luar biasa besarnya itu turun


dari guanya yang dua tombak tingginya dari bawah, sebab
tahu-tahu Lo In lihat ia sudah ada di hadapannya sambil
kepalanya diangkat tinggi-tinggi, lidahnya yang seperti centong
nasi dilelet-lelerkan.

Bukannya takut, malah senang Lo In dengan usahanya


yang berhasil. Makin merdu ia meniup serulingnya, makin
berjingkrakan kelihatan si ular di depannya dan seperti sedang
joget. Padahal, melihat besarnya ular seperti gulungan kasur,
sekali caplok saja si bocah wajah hitam akan ditelan masuk
menjadi penghuni perutnya sang ular. Perlahan-lahan Lo In
maju melewati sang ular dengan masih terus meniup
serulingnya.

Makin mendekati ia kepada gua ular, dibuntuti oleh ular


raksasa itu yang jalan melegot-legot menyeramkan, sampai
dibawah gua, tiba-tiba saja, tanpa mengenjot tubuhnya lagi
tubuh Lo In sudah mencelat ke atas dan hinggap di tepi mulut
gua. Melihat si peniup seruling memasuki guanya, ular
raksasa itu menjadi gugup.

Tampak badannya melegot pergi datang beberapa kali,


tahu-tahu tubuhnya sudah ngapung dan sampai di tepi mulut
gua, sementara Lo In sudah menghilang masuk ke dalamnya,
suara seruling sekarang menggema di dalam sin-coa-tong.

Apakah si ular raksasa akan menelan Lo In yang memasuki


guanya tanpa permisi ?

Tadinya Lo In menduga dalam gua keadaan gelap gulita.


Tapi kenyataannya tidak demikian. Di sebelah dalam ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

penerangan yang cukup- Ketika Lo In memeriksa, ternyata


penerangan itu berasal dari pancaran tiga buah batu mustika
yang digantung disitu.

si ular raksasa juga sudah sampai di dalam, Ia mendekati


Lo In tapi tidak menyerang dan menelan si bocah- sebaliknya
badannya menggelesar bulak balik dikakinya Lo In. Kemudian
ia melingkarkan badannya di depan Lo In setelah lebih dahulu
mengangkat kepalanya seperti memberi hormat.

"Coa-heng (Saudara ular)" tiba-tiba si bocah berkata.

"Terima kasih kau tidak marah aku berkunjung dalam


istanamu tanpa permisi dulu. Aku harap selanjutnya kau akan
menjadi temanku dalam gua ini........."

sekonyong-konyong ular raksasa itu mengangkat


kepalanya dan mendesis keras, hingga rasanya tergetar
dalam gua itu. Lo In ada sedikit kaget, mengira ular raksasa itu
marahi Tapi melihat ia lantas melingkarkan pula kepalanya,
maka Lo In berpikir bahwa perbuatan ular tadi yang
menggetarkan gua itu sebagai tanda pernyataan senangnya
atas kata-katanya tadi.

girang hatinya Lo In. Lantas saja ia memeriksa keadaan


gua disebelah dalam, dimana ia dapatkan kerongkang
(kerangka manusia) dalam sikap duduk bersila. Masih
kedapatan kain yang menempel. Rupanya bekas jubahnya,
tapi sudah sangat amohi Ketika Lo In pegang sudah seperti
debu rasanya.

Di depan kerangka ada tertulis perkataan:

"YANG MASUK KESINI ADALAH MURIDKU- DIA HARUS


MENGUBUR JENAZAHKU "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Setelah membaca tulisan itu, Lo In lantas saja berlutut di


depan kerangka itu dan berkata,

"Suhu, tecu sudah lancang masuk- Harap suhu suka


mengampuni dosa tecu. Mohon diberi petunjuk selanjutnya. "

Bangkit dari berlututnya Lo In lantas memeriksa lebih jauh


tapi tidak kedapatan kitab yang dinamai "It-sin-keng",
meskipun ia sudah mencari kemana dalam gua itu.

Pikirnya, "Tidak apalah kitab itu tak diketemukan. Baiklah


aku mengubur jenasah suhu saja. setelah itu aku baru
meninggalkan pula gua ini" Kemudian ia menggali lubang
dengan medang Lim Kek Ciang.

setelah mana, ia lantas berlutut lagi dan manggut tiga kali,


katanya

"Suhu, tecu akan mengubur jenasah suhu. Harap suhu


memberi petunjuk kepada tecu."

Bangkit dari berlututnya, lantas ia menghampiri kerangka


gurunya dan mengangkatnya untuk dikebumikan. Dengan
penuh hikmat Lo In mengubur kerangka suhunya. Entah siapa
namanya, si bocah tidak mau ambil pusing.

setelah beres dikebumikan, depan kuburan suhunya Lo In


kembali berlutut,

"Suhu, tecu sudah menunaikan tugas, sekarang tecu


mohon diri untuk berlalu......."

Pada saat itulah tiba-tiba Lo In merasakan ada berkesiur


angin yang menumbuk dadanya hingga ia terdorong dan
membentur dinding gua dibelakangnya. Bukan main kagetnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

si bocah- Pikirnya, jago yang mana juga yang Iwekangnya


hebat, tak bakalan dapat mendorongnya sampai membentur
dinding. Apalagi saat itu ia dalam keadaan berlutut. Cuma
herannya, angin yang menumbuk dadanya itu ia rasakan tidak
ada efeknya, pernapasannya berjalan sebagaimana biasanya-
Cuma pantatnya saja sedikit nyeri kebentur gua.

Ia jadi geli sendirinya ketika melihat kesana sini tidak ada


orang asing dalam gua itu. Ketika ia hendak bangkit, tiba-tiba
pandangannya kebentur pada sebuah lubang pada bagian
samping kanan, dimana pantatnya membentur dinding.

Cepat Lo In memeriksa isinya lubang, dari mana ia jumput


keluar sebuah benda yang terlapis dengan kertas kayu yang
kuat dan rapi. Ketika Lo In membuka lapisan kertas, ternyata
benda itulah yang ia sedang cari, ialah "It-sin-keng".

Hatinya melonjak kegirangan. Lantas ia percaya bahwa


angin yang menumbuk dadanya tadi sehingga ia terdorong
mental adalah angin pukulan dari arwah suhunya yang
menunjukkan adanya dimana kitab mujizatnya disimpan.

sambil memasukkan kitab ke dalam sakunya, si bocah


sudah mendekati lagi kuburan suhunya dimana ia kembali
berlutut untuk menghaturkan terima kasih- Terasa olehnya
saat itu datang lagi angin tadi, tapi tidak apa-apa kali ini.
Hanya sejenak ia merasakan dirinya seperti kedinginan dan
menggigil.

setelah tidak ada tugas apa-apa pula yang harus dilakukan,


Lo In keluarkan kita sakti dari sakunya. Di bawah terangnya
batu mustika, ia balik-balik lembarannya. Pada lembaran muka
ada terdapat tulisan, "Hanya boleh diyakinkan dalam gua.
setelah hapal, simpan lagi ditempatnya. KONG, IN SIAN JIN".
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Baru setelah membaca tulisan tersebut, Lo In tahu kalau


gurunya bernama Kong In sian-jin. Ia sebenarnya tidak berniat
meyakinkan kitab sakti itu, kalau ia tidak ingat barusan ia
dibikin terpental oleh angin pukulan arwahnya Kon In sian-jin.
Dengan penuh perhatia ia baca isinya makin lama ia makin
ketarik sehingga ia lupa daratan dan baru sadar ketika sang
batara surya telah memancarkan cahayanya ke muka mulut
gua.

Tatkala mana ia repot mencari makanan karena perutnya


sudah minta diisi, tapi ia heran sebab tidak jauh darinya, ia
nampak segundukan buah-buahan, Ia lalu menjumputnya dan
dimakan. Lezat dan manis bukan main. entah bebuahan apa
itu sebab di lembah Tong-hong-gay ia belum pernah
memakannya.

Dari mana datangnya bebuahan yang lezat itu ? Lo In


menduga tentu sang ular raksasa yang telah menyediakan
untuknya. Memikir demikian, ia menghampiri si ular raksasa
dan berkata,

"Coa-heng, terima kasih atas pertolonganmu "

sang ular hanya bergerak sedikit dari melingkarnya, lantas


diam lagi.

Lantaran merasa kepandaiannya sudah sangat tinggi, Lo In


memandang rendah pada kitab-kitab pelajaran silat yang
mana juga. Akan tetapi pada It-sin-keng ternya ia sangat
mengagumkannya. Dalam mana banyak pelajaran dan
petunjuk-petunjuk yang ia belum tahu. Begitu ketarik ia oleh
isinya kitab sehingga ia lupa tidur dan lupa makan.

Tiap hari dan malam ia asyik dengan kitab mujizatnya itu


sehingga ia lupa kepada enci Lian dan enci Hiangnya yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pada waktu itu tengah mencari jejaknya dengan penuh rasa


kuatir bahwa si bocah telah menemukan kecelakaan. Apalagi
Eng Lian yang sejak Lo In menghilang di balik bukit, ia tidak
melihat lagi bayangan si bocah, hatinya tidak tentram dan
sering-sering diserang oleh perasaan takut.

Kadang-kadang Eng Lian diwaktu sendirian suka menangis,


ingat kepada adik In-nya-

sungguh besar perhatiannya si dara cilik pada adik In-nya


yang pada saat itu melupakan enci Eng Liannya dan tenang-
tenang saja dalam gua meyakinkan kitab mujizat.

Kenapa Lo In begitu mudah dapat melewati hawa racun


yang jahat dan banyak meminta korban ? Memang akan
menimbulkan pikiran mustahil kalau tidak dijelaskan.

Umur dari ular raksasa yang menjaga gua sudah lebih dari
200 tahun, jangan lagi ia mendesis memuntahkan hawanya,
sedang tubuhnya saja menyiarkan bau tidak enak dan
beracun. Maka tidak mudah orang mendekati mulut gua. Hawa
racun ular ada demikian jahat hingga dalam lingkaran dua
tombak orang masih terkena juga.

Lo In selain sudah berjodoh menjadi muridnya Kong In


sianjin, juga hawa racun ular tidak bisa menyulitkan dirinya
oleh karena ia sudah makan nyalinya Tok gan siancu, ular
kesayangan Eng Lian dan merupakan ratunya ular.

Ular-ular yang mendekati Lo In akan membaui hawa ular


dari tubuhnya si bocah sakti, maka tidak berani
mengganggunya. Darah Lo In dapat membikin mati atau
menjadi obat. ular yang kesalahan menggigit Lo In akan mati
dalam beberapa detik saja dan menjadi obat seperti terbukti
ketika Kim Coa siancu menggigit dan menelan darahnya Lo In
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sehingga ingatannya menjadi pulih kembali, bahwa dirinya


bukannya Kim Coa siancu yang sangat ditakuti dalam dunia
rimba persilatan,

si ular raksasa sebenarnya sudah gusar pada Lo In yang


memasuki guanya. Tapi ketika ia mendekati dan membaui
hawa tubuh Lo In, ia harus pikir-pikir dulu untuk menyusahkan
si bocah berwajah hitam Maka itu, ia hanya mengelesar bulak-
balik di kakinya Lo In seakan-akan ingin menegaskan apa
benar si bocah mengeluarkan hawa ratu ular.

Kita kembali kepada Eng Lian.

Ia termenung duduk di balik bukit, dimana Lo In telah


melenyapkan diri Ia menanti, menanti tapi Lo In tidak kelihatan
bayangannya.

sementara itu hari pun sudah mulai sore. Ia masih


penasaran dan lantas naiki kudanya pula untuk mencari adik
In-nya.

sementara itu cuaca sudah mulai gelap, si gadis cilik


kebingungan. Dalam daerah pegunungan yang luas itu,
dimana akan dia dapat menemukan rumah orang untuk
menumpang nginap ?

Terpaksa sang malam ia lewatkan dengan tidur di atas


pohon. Besoknya ia kembali melanjutkan mencari jejak adik
In-nya.

setelah lama berputar-putar, akhirnya ia dapatkan juga


tanda-tanda kemana Lo In larikan kudanya. Dengan mengikuti
tanda-tanda itu akhirnya ia sampai ke suatu tempat yang
banyak keranya dan disanalah Eng Lian terkejut dan
mendadak tubuhnya lemas, hampir jatuh dari kudanya ketika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

matanya tertumbuk dengan kudanya Lo In yang sudah jadi


bangkai. Kiranya kuda Lo In sudah kehabisan napas, ia roboh
dengan tidak bisa bangun lagi.

Lo In yang tatkala itu hatinya tertarik dengan It-sin-keng


dalam gua ular, sudah tidak memperhatikan pula akan
keadaan kudanya yang membawa ia kesitu.

Eng Lian lalu turun dari kudanya dan menghampiri bangkai


kuda Lo In. diatas pelananya masih kedapatan utuh buntalan
Lo In. Eng Lian periksa, tidak ada yang terganggu. Tapi
kemana perginya si bocah ?

Gadis cilik kita lantas melakukan pemeriksaan ke


sekitarnya. Tidak kelihatan si bocah wajah hitam kecuali
banyak kera yang pada mengikutinya.

Diam-diam Eng Lian merasa sayang bahwa ia tidak belajar


bahasa kera pada Lo In. Kalau tidak, ia dapat menanyakan
kepada kawanan kera itu kemana perginya si bocah-

Eng Lian dapatkan bekas-bekas Lo In mengganyang


bebuahan, satu tanda bahwa si bocah disitu pernah
beristirahat lama juga.

sampai beberapa hari Eng Lian berkeliaran di pegunungan


itu. Hatinya masih penasaran saja belum dapat menemui
jejaknya si bocah-

Pada suatu pagi-pagi ketika ia bangun tidur, ia tidak


dapatkan kudanya yang diikat agak jauh dari pohon dimana ia
tidur.

Kemana perginya si kuda merah yang ia sikat dari Lie Kiang


?
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hanya sejenak saja ia memikirkan kudanya, lantas tidak


dipikirkannya lagi. Kuda itu kuda orang. Kalau kena dicuri
maling adalah wajar, tidak gunanya ia menyesal. Hanya
hatinya merasa mendelu, orang demikian berani datang
mencuri kudanya. Pikirnya, satu waktu manakala ia
ketemukan malingnya, ia akan kasih hajaran biar si maling
tahu rasa.

sudah beberapa hari ia berkeliaran di pegunungan, hanya


bebuahan saja yang ia makan. Maka ia telah merindukan
makanan biasa. Maka pada hari itu ia sudah mencari dusun
yang berdekatan, tapi sia-sia saja. Kepaksa ia mesti jalan jauh
juga untuk menemukan sebuah dusun dimana ia
mendapatkan warung makanan.

Ketika ia memasuki sebuah warung araki ia disambut oleh


seorang pelayan dan menanyakan si nona mau minum arak
macam apa.

"Aku tidak suka minum arak- Lekas kau sediakan makanan


enak saja untuk nonamu " sahut Eng Lian dengan acuh tak
acuh kepada si pelayan.

"Maaf nona, disini hanya menjual arak, tidak menjual


makanan." kata si pelayan.

"Nonamu lapar. Lekas, kau jangan main-main" ujar Eng


Lian.

"Telah kukatakan barusan bahwa disini tidak menyediakan


makanan selain araki apa nona tidak dengar "

"Nonamu kata sudah lapar. Apa kau tidak dengar ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

si pelayan jadi melongo mendengar perkataan Eng Lian.


pikirnya apakah nona didepannya ini ada seorang nona yang
rada sinting, Ia sebenarnya sudah mau marah pada Eng Lian
tapi melihat si nona membawa pedang ia merasa jeri juga.

Dengan muka ketawa-ketawa, si pelayan berkata pula,

"Nona, aku bukan main-main. Memang dalam warung ini


tidak menyediakan makanan kecuali arak, Kalau nona mau
makan, lebih baik nona mencari tempat lain saj. Itu, tidak jauh
dari sini ada yang jualan makanan. Nona boleh pergi ke sana."

Memang beralasan perkataan si pelayan sebab dalam


warungnya tidak menjual makana dan Eng Lian boleh pergi ke
tempat lain. Akan tetapi Eng Lian tidak mau mengerti, ia mau
juga si pelayan menyediakan makanan untuknya, sehingga
mereka jadi bertengkar. Dalam pada itu si pemilik warung arak
sudah datang ke situ, menanyakan ada urusan apa
pelayannya bertengkar dengan seorang tamu. si pelayan kasih
tahu si nona tak dapat dikasih mengerti bahwa dalam warung
mereka tidak sedia makanan, hanya menjual arak saja.
Mendengar keterangan orangnya, si pemilik warung juga tidak
senang dan berkata pada Eng Lian,

"Nona, datang mau minum arak atau mau cari ribut "

"Minum arak aku tidak suka " sahut Eng Lian.

"Ribut aku suka kalau kau tidak mau menyediakan


makanan untukku "

" Usir dia pergi " si pemilik warung menyuruh pelayannya.

"Usir ? Kau berani usir nonamu ?" bentak Eng Lian dengan
tidak bangkit dari duduknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam pada itu, si pelayan tidak berani menerjang


sendirian, Ia kedipi dua orang kawannya yang pada waktu itu
sedang berdiri menyaksikan pertengkaran.

Tiga orang lantas menyergap Eng Lian. Tapi baru saja


mereka mementang tangannya, tiba-tiba hampir berbareng
mereka berteriak "Aduh " dan mundur kembali sambil
memegang jidatnya yang kesemutan, kontan mereka terkulai
roboh-

Kiranya Eng Lian sudah bersiap-siap meskipun ia dalam


keadaan duduk- Dengan tiga buah kacang yang ia sentilkan
saling susul, tepat benar mengenai jin-tiong-hiat dari tiga
pelayan yang hendak menyerbunya.

si pemilik warung bukan main kagetnya, segera ia sudah


putar tubuhnya hendak lari, tapi sudah terlambat, sebuah
kacang sudah menyentuh "lo ju hiat", jalan darah dibawah
pundak kanannya. Maka seketika itujuga ia roboh terkulai.

Itulah kelihaian Eng Lian. Dengan hanya empat buah


kacang saja ia sekaligus sudah merobohkan empat orang
yang hendak membuat susah padanya.

"Hihihi—"" demikian Eng Lian ketawa cekikikan.

"Asal kalian mau menyediakan makanan untuk nonamu


makan, akan kubebaskan kalian dari totokan. Kalau tidaki
biarlah kutinggal pergi dan tiada orang yang dapat tolong
kalian."

orang-orang tak dapat membuka mulutnya bicara, hanya


matanya saja kedap kedip dengan roman yang memohon
diampuni. Tiba-tiba Eng Lian berdiri, lalu menghampiri si
pemilik warung yang jadi sangat ketakutan, Ia mengira si nona
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

akan membunuhnya, tapi hatinya lega ketika Eng Lian hanya


menendang tubuhnya saja sambil berkata,

"Bangun" seketika itu juga si pemilik, warung dapat bebas


bergerak hingga ia jadi kegirangan.

Ia berlutut depan Eng Lian seraya berkata,

"Lie-enghiong (jago wanita), mohon kemurahan hatimu


supaya tiga orang pelayanku juga dibebaskan supaya aku
dapat menyuruh mereka menyiapkan makanan untuk Lie-
enghiong."

"Nah, itu baru betul." ujar Eng Lian ketawa manis.

"Kalau dari tadi kalian tidak banyak lagak dan lantas


menyediakan apa yang kuminta, tidak sampai kejadian seperti
ini." berbareng Eng Lian juga lantas kerjakan kakinya untuk
membebaskan tiga orang pelayan yang kena totokan tadi-
Mereka lantas berlutut menghaturkan terima kasih kepada si
nona dan kemudian mereka menyiapkan makanan. Tidak
lama Eng Lian sudah duduk dahar dengan gembira sendirian.

setelah makan kenyang, tiba-tiba ia ingat kepada Lo In.


Dalam hatinya ia berpikir, kalau adik In-nya ada serta pada
saat ia makan, sungguh menyenangkan sekali-

Tidak lama, tampak Eng Lian sudah keluar dari warung


arak.

Tamu-tamu yang menyaksikan Eng Lian bertengkar tadi


dan merobohkan tiga pelayan dan pemilik warung dengan
cara yang aneh pada meninggalkan warung itu ketakutan kena
terembet dan dirinya bisa susah- Karena itu ketika Eng Lian
keluar dari warung arak itu hanya disaksikan oleh pemilik
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

warung dan pelayan-pelayannya- Mereka kegirangan bukan


lantaran Eng Lian sudah pergi tapi mereka kegirangan karena
sudah dapat bayaran lebih dari cukup untuk apa yang Eng
Lian makan. Eng Lian tidak mau makan tanpa bayar, malah
kepada para pelayan yang melayaninya dengan sangat
hormat, ia kasih persen secara royal yang seumur hidupnya
mereka belum pernah menemukan tamu yang demikian
terbuka tangannya.

setelah berada di udara bebas, tampak Eng Lian


kebingungan kemana ia harus tujukan kakinya. Bersama Lo In
maksudnya hendak mencari pandai besi untuk membuat 7-
buah huitonya kemudian mencari Bwee Hiang dalam
perjalanannya ke Coa-kok-

sekarang ia sendirian, hatinya kebingungan kemana ia


harus pergi, untuk mencari pandai besi, pikirnya tidak perlu.
Dengan pisau kayu buatannya Lo In sudah merasa puas.
Untuak apa ia menggunakan pisau terbuat dari logam. Bisa-
bisa ia membunuh orang tanpa diingini oleh huitonya itu. Kalau
ia menggunakan pisau kayu, paling-paiing ia hanya menotok
jalan darah orang dan tidak mencelakakan sampai binasa.

Tapi Bwee Hiang, kemana harus dicarinya ? Ia belum kenal


bagaimana rupanya Bwee Hiang. Ini tidak menjadi soal karena
setelah berkenalan tentu ia tahu akan si nona Liu, tapi untuk
pergi ke Coa-kok sendirian guna menolong adiknya Leng
siong ada satu pekerjaan yang tidak berani ia lakukan. Disana
ada sucouw-nya yang paling ia malui. Menghadapi Ang Hoa
Lobo saja ia masih sangsi dapat menjatuhkannya, apalagi
sucouwnya yang sangat istimewa kepandaiannya dan
kepandaiannya sendiri menjadi lihai pun disebabkan kebaikan
hati sang sucouw.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tengah ia berjalan dengan pikiran ngelamun di daerah


pegunungan, tiba-tiba ada lewat penunggang kuda yang
melarikan kudanya cepat sekali melewati dirinya.

"Pandai betul ia menunggang kuda " memuji Eng Lian


setelah ia tertegun sejenak sambil mengawasi si penunggang
kuda.

Ketika ia hendak meneruskan perjalanannya, tiba-tiba ia


merandeki

"Hei, itulah kudaku yang barusan lewat " tiba-tiba saja ia


berkata sendirian.

Cepat ia putar tubuhnya dan menyusul si penunggang


kuda. Ia gunakan ginkangnya untuk menyandaki penunggang
kuda. Ia berhasil dapat mendahului karena ia memotong jalan,
Ia menghadang di depan si penunggang kuda dan berkata,

"sahabat, kau begitu terburu-buru. Kau mau pergi kemana


?"

sambil berkata Eng Lian memandang pada si penunggang


kuda- Kiranya dia seorang anak muda yang sangat cakap
dengan di pinggangnya menyoren pedang.

Eng Lian kagum akan si penunggang kuda yang demikian


cakap hingga ia berdiri tertegun, sebaliknya si penunggang
kuda juga mengagumi kecantikannya Eng Lian sambil duduk
diatas kudanya dengan tidak bergerak.

Dua pasang mata ketemu pandang. Tiba-tiba Eng Lian


pelengoskan mukanya memandang ke arah lain dengan hati
berdebaran. Tak tahu ia kenapa hatinya jadi demikian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika ia kembali memandang si pemuda yang bercokol


diatas kudanya, Eng Lian lihat pemuda cakap itu ketawa manis
kepadanya hingga Eng Lian merah selebar mukanya.

"Adik kecil." tiba-tiba Eng Lian dengar suara si pemuda


berkata.

"Kau mencegat perjalananku ada urusan apa ?"

Eng Lian angkat kepalanya yang sedang nunduki lalu


menyahut,

"Kalau tidak ada urusan untuk apa aku mencegat kau


dalam perjalananmu yang terburu-buru ?"

si pemuda yang tiada lain adalah In Hiang menjadi heran


nona didepannya ini

mengatakan ada urusan dengannya sedang ia baharu saja


melihat Eng Lian

In Hiang perhatikan bahwa nona cantik di depannya tentu


bukan sembarang nona karena ia ada membawa senjata
pedang. &ntah sampai berapa tinggi kepandaiannya. Kalau
dilihat ia hanyalah satu nona kecil langsing dan usianya
paling-paling juga 17 tahun. Rasanya kepandaiannya juga
belum berapa tinggi, Ia hanya heran kenapa nona secantik ini
berkeliaran di pegunungan sepi- Apakah dia tidak takut
mendapat gangguan dari orang jahat?

Tiba-tiba In Hiang tergetar hatinya waktu ia benar-benar


menegasi Eng Lian romannya persis seperti Leng siong,
teman barunya di suyangtin. sehingga ia memandang
parasnya Eng Lian dengan mata tidak berkesip-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Apakah Leng siong yang ada di depannya ini ? Kalau Leng


siong, tidak bisa jadi-sebab nona Teng tidak berkepandaian
silat dan apa perlunya berkeliaran di situ, tempat yang sangat
berbahaya.

Eng Lian sebaliknya menjadi kurang senang diawasi si


pemuda demikian serius. Pikirnya, wajahnya dapat diawasi
sepuasnya hanya oleh satu orang saja aialah adik In-nya.
orang lain ia tidak perkenankan mengawasi wajahnya lama-
lama. sekarang pemuda dihadapannya ini mengawasi ia
demikian rupa, apa maunya ? Kalau anak muda ini bukannya
anak jahat, sedikitnya ia tentu satu pemuda bangor tukang
bikin susah wanita.

Memikir demikian, dengan suara tawar ia berkata,

"Memangnya kau baru lihat seorang wanita. Matamu yang


seperti mata bangsat itu mengimpleng terus pada orang ?"

In Hiang tidak marah dikatakan matanya kayak mata


bangsat, Ia malah tersenyum dan menjawab,

"Maaf. Bukan sengaja aku memandang parasmu lama-lama


lantaran aku ingat seperti pernah ketemu dengan wajah
seperti wajahmu, cuma aku lupa dimana."

Eng Lian menganggap perkataan In Hiang hanya alasan


dari seorang pemuda bangor saja, maka ia sudah berkata lagi,

"Aku tidak perduli kau pernah kenal dengan seorang yang


wajahnya mirip dengan aku- Tapi buktinya kau adalah satu
pemuda bangor Kalau kau orang baik-baik tentu tidak begitu
mata bangsatmu "

"Adik kecil, kau galak amat " kata In Hiang ketawa-


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau tidak tahu aku siapa, dan aku juga tak tahu kau siapa-
Kita tidak ada urusan apa-apa, maka menyingkirlah kau
supaya aku dapat meneruskan perjalananku"

"Enak saja kau bicara Aku tidak perlu tahu kau siapa, tapi
kau harus tahu aku siapa, sahabat Aku mau tanya kau, dari
mana kau dapatkan kuda yang kau tunggangi itu ? Kau tentu
orang jahat- Makanya kau banyak lagak didepan nonamu "

si dara cilik seenaknya saja menuduh orang sebagai orang


jahat, kalau orang itu tidak senang hatinya- Demikian dengan
In Hiang, ia anggap sebagai orang jahat karena matanya
memandang dirinya tanpa berkesip. In Hiang melengak
mendengar berkataan Eng Lian.

"Memangnya kau siapa, adik kecil ?" In Hiang menanya


dengan heran.

"Aku adalah pemilik kuda yang kau tunggangi itu. Lekas


kau turun dan kasih pulang padaku. Baharulah urusan selesai
dengan mudah. Kalau tidak hm Jangan harap kau lewati
nonamu "

"Hahaha " In Hiang tertawa terbahak-bahak-

"AKu kira siapa, kiranya kau adalah pemilik kudaku Jangan


marah ya adik kecil, kokomu sekarang permisi berlalu"

Berbareng In Hiang sudah tepuk leher kudanya yang


segera angkat kaki depannya meringkik menyeramkan
seakan-akan hendak menubruk Eng Lian. In Hiang pikir,
dengan ringkikan kudanya, Eng Lian bakal ketakutan dan
menyingkir dari depannya untuk ia lewati tapi perhitungannya
ternyata salah- Bukan saja si dara cilik tidak menjadi takut,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

malah sekali jambret saja tali kendali sang kuda, ia membuat


kuda itu menekuk kedua lututnya karena berbareng Eng Lian
menotoknya-In Hiang kaget dan lompat turun dari kudanya.

sementara si kuda berlutut tanpa dapat bangun, In Hiang


dan Eng Lian sudah berhadap-hadapan, In Hiang merasa
dihina oleh dara cilik itu meskipun ia tahu bahwa nona kecil di
depannya mempunyai kepandaian tinggi seperti ang barusan
ia lihat bagaimana Eng Lian telah membuat kudanya tidak
berdaya.

"Adik kecil." In Hiang menyindir.

"Dengan kepandaianmu barusan, belum dapat membuat


kokomu lari ngacir. Aku mau tanya padaku, kalau kuda ini
adalah kudamu, mengapa kau sebagai pemilik tidak becus
menjaganya sehingga dapat kena dicuri orang lain?"

Eng Lian merasa jengah juga atas sindiran In Hiang.


Memang benar, ia mengaku kuda yang ada pada In Hiang
adalah kudanya. Tapi sebagai pemilik kuda, ia tidak becus
menjaganya. Tapi dasar si dara cilik dara badung (bandel), ia
tidak mau mengalah. Katanya,

"Kalau kau sedang keenakan tidur, apakah kaujuga bisa


menjaga kuda yang ada dikandang, dicuri orang ? Hm Bisa
saja kau mengatakan orang tidak becus sedang sendirinya
belum tentu"

In Hiang ketawa mendengar debat si dara cilik,

"Sekarang kau mau apa adik kecil ?" tanya In Hiang


kewalahan.

"Aku mau kudaku kembali." sahut Eng Lian tegas.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau aku tidak mau kasih ?" In Hiang ngeledeki

"Itu mesti ada sesuatu yang memutuskannya "

"Siapa yang memutuskan, adik kecil ? sedang disini tidak


ada orang ketiga ?"

" Inila h yang memutuskan" sahut Eng Lian seraya tepuk-


tepuk pedangnya.

"Ah, jangan, jangan" In Hiang kata.

"Tidak baik kita menggunakan senjata tajam sebab salah-


salah ada yang terluka sedang kita toh tidak bermusuhan."

"Habis, siapa yang memutuskan kalau tidak pakai pedang


?" tanya Eng Lian.

"Kalau ini yang bicara, bagaimana ?" sahut In Hiang seraya


kasih unjuk kepalannya.

"Boleh juga." kata eng Lian ketawa ngikik,

"Mari, disini kita bertempur" In Hiang mengundang sambil


lompat ke tempat yang lebar dimana ia lantas pasang kuda-
kuda.

Eng Lian di lain detik sudah ada di depannya.

"Nah, kau mulailah menyerang " ujarnya.

"Kau dulu yang menyerang, adik kecil"

"Kau lebih tua, maka seharusnya aku yang muda


mengalah-"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tapi kau katanya pemilik kuda, seharusnya kau yang


mulai-"

"Baiklah-" sahut Eng Lian yang sebal dengan tawar


menawar.

Pikirnya, ia tidak mau melayani pemuda cakap ini lama-


lama. Dua tiga gebrakan saja paling lama ia sudah harus bikin
lawan terjungkal balik. Maka serangan pertama ia gunakan
gerakan yang dinamai "Hui-hong-lam-hay" atau "Angin puyuh
yang datang dari selatan", suatu tipu pukulan yang cepat dan
sukar diduga arahnya. Tangan kanan meremas pundak kiri
lawan sedang tangan kirinya berbareng menggempur ke arah
bawah dada. serangan yang tersebut belakangan ini yang
berbahaya, sebab kalau mengenai sasarannya, darah didada
bisa bergolak dan menutup jalan pernapasan, jantung akan
dirasakan panas seperti dibakar, salah satu pukulan yang lihai
dari "Lam-hay-ciang-hoat".

Tapi In Hiang bukan lawan biasa, Ia adalah muridnya sijago


cilik Lo In. Ia tahu bahayanya serangan si dara cilik. Lekas
pundaknya mengelaki kaki kanannya sedikit menggeser lalu
tangannya membacok dari samping, Ini adalah gerakan "Kim-
so-heng-kong" atau "Rantai emas melintangi sungai", ajaran si
bocah sakti Lo In.

Eng Lian kaget nampak tangannya mau dibacok dari


samping, Ini berbahaya sebab tangannya bisa patah- Cepat ia
tarik pulang, lalu merangsek lagi. Dengan jurus Thian-lie-tek
hoa (Bidadari memetik kembang), tangan kirinya nyelonong
seperti hendak mencolok mata, berbareng tangannya yang
kanan dipakai menggempur iga. In Hiang terkejut. Lagi-lagi si
dara cilik serangannya sangat berbahaya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik kecil, kau mau bikin kokomu mati muda ?" In Hiang
ngeledeki

geli hati Eng Lian mendengar sang lawan berkelakar. Tapi


la kaget sebab tiba-tiba In Hiang setelah berputar tubuhnya
mengelit serangan telah menyerang dengan Lian-tay-pay-hud
(Di atas panggung teratai menyembah Budha), separuh
berjongkok diatas kaki kiri, tangannya menyodok perut disusul
kaki kanannya menyabet untuk mencegat lawan yang berkelit.
Suatu gerakan yang dilakukan dengan tiba-tiba memang
sangat berbahaya

sekali sebab dalam gugup lawan mungkin dapat lolos dari


sodokan tangan ke perut tapi tidak dapat lolos dari sambaran
kaki yang disabetkan dengan tubuh berputar.

"Hihi.....mana bisa nonamu dikibuli pemuda bangor" kata


Eng Lian, berbareng ia enjot tubuhnya mumbul ke atas, dari
mana ia bikin gerakan membelok terus ia turun dengan
selamat di samping kiri In Hiang kira tiga meter jaraknya, In
Hiang melongo dibuatnya hingga Eng Lian ketawa cekikikan.

In Hiang melongo saking herannya bahwa si dara cilik


dapat lolos dari serangannya yang sudah diperhitungkan
matang ia bakal menang.

"Pemuda bangor" Eng Lian kata ketika melihat In Hiang


berdiri melongo saja.

"Masih ada punya kepandaian lagi untuk dipertunjukkan di


depan encimu ?"

Eng Lian benar-benar lucu wataknya, Ia dipanggil In Hiang


"adik kecil" memang pantas sebab In Hiang jauh lebih tua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

daripadanya, sebaliknya ia malah jengkel dipanggil demikian,


maka ia barusan membahasakan dirinya "encimu"

In Hiang sudah mulai dapat menyelami watak si dara cilik,


tapi ia mau menggodai terus. Maka ketika mendengar
perkataan Eng Lian, ia menyahut,

"Kausalah alamat kalau memanggil aku pemuda bangor"

"Habis apa kalau bukan pemuda bangor ? Masa orang


punya perut mau disodok ? Baiknya encimu ada punya sedikit
kepandaian. Kalau tidaki celaka isi perutnya berantakan.
Hihihi.......pemuda bangor, dasar pemuda bangor"

In Hiang tidak mau kalah, ia kata,

"Aku bukan pemuda bangor. Aku adalah pamanmu yang


hendak menjewer kuping keponakannya yang nakal.
Hahaha......"

Eng Lian cemberut.

"Lihat, keponakan yang nakal akan menjewer kuping


Pamannya " berkata Eng Lian berbareng menyerang dengan
gesit sekali-

In Hiang tahu bahwa nona kecil di depannya sangat lihai.


Maka ia tidak berani memandang rendah lagi. Ia sekarang
melayani dengan hati-hati jangan sampai jatuh
wibawanya.Jatuh wibawa saja tidak apa, tapi nama guru
ciliknya (Lo In) ikut jatuh-Dengan begitu maka pertandingan
"dua wanita" itu menjadi sangat seru.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

saking serunya mereka berhantam, sehingga debu-debu


dan batu-batu kecil pada beterbangan, angin pukulan sampai
berbunyi bersiut-siut dari kedua pihak-

Demikian hebat dan seru mereka bertempur, tapi masing-


masing dapat menyelami alam pikiran masing-masing untuk
tidak ingin membikin lawan celaka. Masing-masing sangat
menghargai kepandaian pihak lawan yang tak mudah didapat
kalau tidak ada didikan dari seorang pandai yang dengan
sungguh-sungguh mendidiknya.

Dari jurus ke jurus mereka ngotot, sampai tidak dirasakan


bahwa mereka sudah melewati 200 jurus tapi belum ada yang
kalah dan menang.

Eng Lian yang tidak sabaran merasa jengkel lawannya


belum juga dapat dibikin terjungkal. Maka ia telah memancing
lawannya untuk berkelahi di udara kosong, setelah ia berkelit
dari serangan In Hiang, ia enjot tubuhnya ngapung ke
angkasa, disana kakinya menendang saling susul kepada
musuhnya yang juga sudah mencelat menyusul ke angkasa.
Suatu adegan yang takjub dapat dilihat dalam rimba
persilatan, dua lawan berkelahi di angkasa untuk beberapa
detik lamanya.

Eng Lian telah menggunakan ilmu "Lian-hoan-tui-kong"


(Tendangan berantai diangkasa) untuk menghajar lawannya
yang tidak mau mengalah- sedang In Hiang telah
menggunakan gerakan "yan-cu-tui-in" atau "Burung walet
mengejar mega", suatu gerakan yang belum pernah ia lakukan
karena tidak menemui musuh yang setanding dengannya,
sekarang ada kesempatan melawan musuh yagn paling
tangguh dalam selama ingatannya. Maka ilmu yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menakjubkan ia baru keluarkan hingga membikin Eng Lian jadi


geleng-geleng kepala.

Ketika kakinya menyentuh tanah lagi, Eng Lian gunakan


tipu "Hay-tee-tam-cu" (Mencari mutiara di bawah laut),
tubuhnya membal lagi jumpalitan ke belakang lawan untuk
menotok pundak lawan dari belakang di saat lawan berbalik
seperti yang ia kerjakan terhadap Lie sun dan LieBin tempo
hari.

Sayang lawan sudah tidak ada ditempatnya karena In


Hiang dengan gerakan "Pek wan-hoan-sin" (Lutung putih
jungkir balik), la sudah menjauhkan diri dari Eng Lian yang
berdiri tertegun kehilangan lawannya yang tangguh. Ketika ia
memandang ke depan, ia lihat In Hiang tengah tertawa ke
arahnya.

"Masih mau lawan encimu ?" si gadis cilik berkelakar.

"Sudahlah, pamanmu mengaku kalah." sahut In Hiang


ketawa, lalu putar tubuhnya berlalu.

"Hei, kau punya kuda ini bagaimana ?" seru Eng Lian.

"Ambil saja, kau bilang milikmu" sahut In Hiang berpaling


sejenak akan kemudian ia meneruskan jalannya tanpa naik
kuda.

Berlalunya In Hiang dan membiarkan kudanya dimiliki Eng


Lian bukan berarti bahawa ia dikalahkan oleh si dara cilik, Ia
sengaja berbuat demikian karena menyayangi kepandaian
Eng Lian yang sangat tinggi. Kalau In Hiang terus mau
menggodai si dara cilik, ia kuatir bisa-bisa Eng Lian betul-betul
marah dan mata gelap. Kalau tidak dirinya sendiri celaka,
tentu sidara cilik jagoan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia sebenarnya mau mengikat persahabatan dengan Eng


Lian, cuma sayang ia dalam penyamaran sebagai pria. Kalau
ia bicara mau ikat persahabatan sedang ia dalam pakaian pria,
tentu saia akan dituduh la akan berbuat tidak baik terhadap si
nona. Sedang dari kata-kata si nona, kelihatannya Eng Lian
sudah jengkel dan mengatakan dirinya adalah pemuda
bangor. Ia sebenarnya dapat mengaku pada Eng Lian bahwa
dirinya adalah wanita, sejenis dengan si dara cilik tapi In Hiang
tidak mau membuka rahasi dirinya.

sampai disini kita kembai kepada Lo In yang bertapa di gua


ular sakti.

Entah berapa lama ia di dalam sin-coa-tong, tahu-tahu


sudah berjalan tiga bulan, Isinya It-sin-keng telah diyakinkan
dengan sempurna oleh Lo In hingga sekarang jago cilik kita
kepandaiannya berlipat hebatnya, rasanya sukar menemukan
tanding a n pada masa itu- Pada suatu pagi ketika cuaca mulai
terang tanah, Lo In berkemas-kemas untuk meninggalkan gua-
Ia telah simpan lagi It-sin-keng dalam tempatnya di dinding
gua yang berlubang- setelah ia simpan rapi, ia mendorong
perlahan pada dinding di samping kiri lubang- Dengan
otomatis lubang itu lantas menutup, Lo In tahu rahasia
membuka dan menutup lubang dari kitab mujizat itu.

Kemudian Lo In mendekati kuburan dari Kong In sianjin,


dimana ia berlutut dan mulutnya kemak kemik mohon diri
hendak berlalu dari gua dan mohon sang guru melindungi
dalam perjalanan hidupnya dan berjanji tidak akan
menurunkan kepandaiannya yang ia yakinkan dari It-sin-keng
kepada sembarang orang kecuali kepada orang yang berbakat
dan dinilai ada jodoh untuk menerima warisan sakti itu-
sebagai penutup, ia berkata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"dalam perjalanan tecu ini, mohon suhu menunjukkan jalan


supaya tecu dapat menemui ibu dan ayah tecu, mana kala
mereka memang masih hidup- Untuk mana tecu sangat
berterima kasih sekali kepada suhu-"

setelah beberapa kali anggukkan kepala tanda memberi


hormat yang penghabisan, Lo In lantas bangkit dari
berlututnya lalu menghampiri si ular raksasa yang sedang tidur
melingkar, Ia berkata,

"Coa-heng, aku mohon diri untuk berpisah denganmu.


Terima kasih atas kebaikanmu yang sudah banyak
menolongku dalam persediaan ransum sehari-hari dan
menemani aku dalam kesepian dalam gua ini. Harap kau baik-
baik saja menjaga suhu disini. suatu waktu bila aku ada
kesempatan, tentu aku akan datang kemari untuk bersujud di
depan kuburan suhu dan menanyakan keselamatan kau."

Ular raksasa itu seperti mengerti akan maksud Lo In yang


berkata-kata padanya, Ia telah bergerak dari melingkarnya.
Kepalanya diangkat tinggi-tinggi dengan lidahnya dimain-
mainkan di mulutnya yang besar, lalu bikin gerakan seperti
manggutkan kepala mengucapkan selamat jalan kepada si
bocah wajah hitam, setelah itu ia melingkarkan pula badannya,
sementara itu Lo In pun sudah berjalan keluar dam sampai di
tepi mulutnya gua. Mata dan pendengarannya selama ia
menyekap diri meyakinkan It-sin-keng tiga bulan lamanya
dalam gua, jadi bertambah tajam.

Cuma hanya memandang ke depan, sebelum ia keluar gua,


ia sudah lantas tahu bahwa jauh di sekitar gua sudah banyak
orang yang menunggu. Entahlah mereka menunggu siapa.
Tapi Lo In duga bahwa mereka menunggu kemunculannya
dari dalam gua.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Untuk datang dekat, orang banyak yang menantikan itu


tidak berani sebab gua ular itu menjadi tersohor sebagai gua
maut. Banyak jago jago dari rimba persilatan telah menemui
ajalnya di sekitar sin-coa-tong yang beracun.

Jangan lagi Lo In sekarang sudah bertambah hebat


kepandaiannya, meskipun sebelum ia dapat kepandaian dari
kitab mujizat, ia tidak takut kepada mereka yang sedang
menantikan kemunculannya. Maka itu ia berlagak pilon dan
jalan dengan perlahan-lahan, setelah ia melayang turun dari
mulut gua.

orang banyak tercengang keheranan si bocah selamat


keluar dari gua. orang lain, jangan pun masuk keluar gua, baru
mendekati dalam jarak dua tombak saja sudah kena hawa
racun ular dan mati konyol.

Mereka mengawasi si bocah dengan mata tidak berkedip


pada saat Lo In berjalan perlahan ke arah mereka sedang
berkumpul. Kiranya yang berkumpul itu bukan hanya jago jago
dari kalangan biasa saja, tapi Hweshio dan Toojin juga tidak
terkecuali.

Mereka kasak kusuk dan dengan perlahan ada yang


mengatakan "Hek-bin-sin-tong" atau "si Bocah sakti muka
hitam". Pikir mereka, Lo In hanya mempunyai kesaktian yang
dapat memusnahkan hawa racun dan memasuki gua maut itu
saja.

Melihat Lo In mendatangi dengan tindakan biasa, romannya


juga tidak luar biasa kecuali wajahnya hitam legam macam
pantat kuali, mereka jadi besar hatinya untuk mencegat Lo In
karena mereka menganggap bahwa Lo In tentu sudah
mengantongi It-sin-keng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tidak menyapa orang-orang yang berkumpul disitu. Ia


jalan terus tanpa melihat ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba ada
lima orang yang menghadang di depannya, semuanya jago-
jago silat kelas wahid dan mempunyai Iwekang yang tinggi
melihat dari roman dan matanya yang tajam-tajam berwibawa,
umurnya pun diatas 40 an.

Mereka itu Tong-teng Ngo-eng atau "Lima Rajawali dari


telaga Tong-teng", bajak laut yang sangat tersohor pada masa
itu. Mereka lima saudara she Go bernama Tat, Ciat, Kiap, Liat
dan Hiat. Kepandaian mereka sangat tinggi, tidak ada yang
berani merintangi dalam sepak terjangnya sebagai kepala
bajak- Di samping kepandaiannya yang tinggi, mereka suka
bergaul, maka ada mempunyai banyak teman di kalangan
orang baik danjahat- oleh karenanya, pengaruhnya menjadi
bertambah saja dalam pekerjaan membajak-Berkali-kali
pemerintah mengirim pasukan tentara untuk membasmi
kawanan bajak itu, ternyata tidak berhasil. Bukan saja mereka
tidak dapat ditumpas, malahan pasukan pemerintah dibikin
kucar kacir. sejak itu kawanan bajak itu makin mengganas saja
dalam wilayah operasinya. Mereka mendengar kabar dari
sahabat-sahabatnya bahwa banyak jago jago Bu-lim datang
ke sin-coa-tong untuk coba memiliki It-sin-keng. Mereka juga
tak mau ketinggalan turut dengan teman-temannya yang pergi
ke sana.

sebetulnya tidak mudah orang mendapatkan It-sin-keng,


meskipun umpamanya tidak ada hawa racun yang keluar dari
gua. sebab untuk dapatkan kitab mujizat itu orang harus
berkelahi mati-matian diantara teman sendiri Dengan begitu
pasti akan terjadi pertumpahan darah dan memakan banyak
korban lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terdorong oleh kabar-kabar angin, bahwa orang yang


memiliki kitab mujizat itu bisa berubah menjadi sakti
kepandaiannya, maka jago-jago dari Bu-lim (rimba persilatan)
tidak menghiraukan jiwanya lagi. Berbondong-bondong pada
datang ke sin-coa-tong tapi tidak ada satu diantaranya yang
dapat melewati jarak setombak saja dari mulut gua. Malah
dalam lingkaran dua tombak jauhnya orang sudah kesamber
hawa racun dan mati konyol.

Lo In yang sudah dapat memasuki gua maut itu, lantaran


rejekinya besar. Di samping kepandaiannya yang sangat
tinggi, Iwetan dari Tok-gan siancu yang dapat menolak hawa
racun, juga tiupan serulingnya yang memikat memegang rol
penting dalam usahanya memasuki gua maut. Coba kalau si
ular raksasa tak terpikat oleh ayunan lagu serulingnya hingga
tergopoh-gopoh sang ular keluar dari guanya, tidak demikian
mudah si bocah wajah hitam memasuki gua maut itu. Tentu
harus dilakukan pertempuran dahulu dengan si ular raksasa
sebelum Lo In berhasil masuk dalam gua.

Lo In masih belaga pilon ketika dicegat oleh Tong-teng


Ngo-eng. Ia menanya,

"Kenapa para paman mencegat aku, anak kecil yang


sedang lewat ?"

"Anak kecil ? Hm " mendengus Go Kiap, yang paling tidak


sabaran kalau menghadapi sesuatu urusan.

"Kau dapat memasuki gua maut, lantas kau dapat keluar


pula dengan selamat, Itu berarti bahwa It-sin-keng sudah ada
dalam kantongmu. Maka, kalau kau tahu gelagat, lekas
serahkan kitab itu pada kami orang dan kau boleh berlalu
dengan bebas dari sini, mengerti ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak tahu apa itu It-sin-keng ?" sahut Lo In dengan


ro"^an seperti takut.

G0 Kiap mendelu hatinya mendengar jawaban Lo In. Ia


lantas hendak membentak tapi urung ketika Go Ciat, jikonya,
mengedipi matanya sambil berkata,

"Nanti aku yang bicara dengan adik kecil."

Ia lalu mendekati Lo In, katanya,

"Adik kecil, tak sembarang orang dapat memasuki gua


maut untuk mendapat It-sin-keng. Dalam lingkaran dua
tombak dari gua saja orang tak sanggup mendekati karena
hawa racun dari gua itu merupakan tembok untuk orang dapat
memasuki gua maut. Maka jikalau kau tidak mempunyai
kepandaian yang berarti, mana dapat kau pergi ke sana ?
Pengakuanmu bahwa kau tak tahu It-sin-keng itu hanya dalih
diada-adakan saja. Maka untuk jangan kita satu sama lain
bermusuhan, baiknya kau serahkan saja kitab mujizat itu pada
kami orang Tong-teng Ngo-eng "

"Nama kalian begitu mentereng." sahut Lo In.

"Kalau kalian berkepandaian tinggi boleh coba memasuki


gua untuk mendapatkan It-sin-keng. Kenapa kalian mesti
menggerembengi aku si anak kecil yang tidak tahu apa-apa ?"

"Betul kau tidak membawa keluar It-sin-keng ?" tanya Go


Tat, si toako dari Tong-teng Ngo-eng.

"Kenapa aku mesti membohongi kalian ?"

"Mari aku geledah badanmu " menyela Go Hiat, si bontot.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Memangnya aku maling mau digeledah ?" kata Lo In


kurang senang.

"Maling atau bukan, tetap kami akan menggeledah kau


untuk membenarkan pengakuanmu bahwa kau tidak
membawa keluar It-sin-keng " kata Go Hiat pula.

sebenarnya kalau Lo In kasih dirinya digeledah urusan


sudah lantas selesai sampai disitu saja dan ia boleh
meninggalkan tempat itu. Apa mau si bocah penasaran
mendengar orang berkukuh mau menggeledah dirinya, Ia
anggap perbuatan itu sangat menghina dirinya sedang untuk
menghadapi lima saudara Go itu ia anggap remeh.

"Belum pernah aku menemui orang-orang seperti kalian


tidak tahu malu, menghina seorang anak kecil." kata Lo In.

"Apa kalian kira mampu menggeledah diriku ?"

Tong-teng Ngo-eng melenggak mendengar jawaban Lo In


yang jumawa.

Go Kiap, si shako yang dari tadi diam saja lantas berkata,

"Anak hitam ini mau tahu kelihaiannya Tong-teng Ngo-eng.


Maka Ngote, kau kasih lihat kelihaian kita "

Go Hiat tertawa terbahak-bahak mendengar anjuran


shakonya. setelah tertawa. tiba-tiba saja ia menyergap Lo In
dengan kecepatan kilat. Pikirnya, sekali sergap si bocah akan
berada dalam kekuasaannya. Tapi ia lupa bocah yang
didepannya itu bukan bocah sembarang bocah yang disergap
menghilang, tahu-tahu sudah ada dibelakangnya dan
menyentil kuping kirinya dari belakang, sakit bukan main
sentilan Lo In sampai dirasakan panas ke ulu hati. Ia kaget tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lantas putar badannya untuk menyerang Lo In. si bocah tidak


berkelit hanya ia acungkan jari telunjuk tangan kanannya,
tahu-tahu Go Hiat sudah tertotok jalan darah pada telapak
tangannya dan jatuh terkulai.

Melihat saudara mudahnya demikian mudah dirobohkan,


maka Go Tat sudah lantas serukan saudara-saudaranya untuk
maju berbareng, orang banyak hanya melihat sekelebatan Lo
In bergerak dengan dua tangan dan sepasang kaki terpentang,
tahu-tahu empat lawannya pada roboh saling susul kena
tertotok jalan darahnya.

"Hahaha Berani main-main pada tuan kecil ?"

Lo In tertawa gelak-gelak sambil menolak pinggang beraksi,


memandang pada lawan-lawannya yang sudah tidak berkutik
duduk di tanah.

semua jago-jago pada kaget nampak kepandaian Lo In


yang luar biasa. Mereka semua menduga bahwa kepandaian
itu tentu si bocah dapatkan dari It-sin-keng. Mereka mengiri
dan dalam hati masing-masing seperti satu pikiran ingin
menangkap Lo In dan merampat It-sin-keng dari tangannya.
Tampak kira-kira sepuluh orang yang bersatu pikiran telah
mengurung Lo In.

si bocah wajah hitam ketawa. Ia berkata,

"oo, kalian juga ingin tahu ilmu sakti dari It-sin-keng ? Mari,
mari semua maju " tantangnya seraya haha hihi ketawa.

sepuluh jago kawakan yang sudah ada nama diketawakan


dan ditantang oleW satu bocah yang bau tetek ibunya juga
belum hilang, terang amarahnya mereka meluap. Tanpa
banyak cakap pula, mereka menerjang dengan tenaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

maksimum. Tiba-tiba saja Lo In mengebas dengan tangan


bajunya sambil berputar badannya. Tahu-tahu id orang yang
menerjang dengan kalap tertolak mundur tiga tindak, mukanya
meringis-ringis seperti tak tahan merasakan kesakitan
dadanya kena disentuh angin lengan baju si bocah-

Mereka berdiri tertegun semuanya, tidak ada yang berani


maju lagi. Diam-diam mereka mengerahkan tenaga dalamnya
untuk menjalankan pernapasannya yang barusan dirasakan
seperti macet kena angin kebutan tangan baju Lo In.

sekarang tujuh imam maju berbareng sambil menghunus


pedangnya. Mereka itu adalah imam-imam campuran Bu-tong-
pay, Kun-lun-pay, Ceng-shia-pay dan entah dari pay mana
lagi, seperti sudah sepaket mereka maju bertujuh-

Tek Hie Totiang dari Bu-tong-pay yang mengepalakan


kawanan imam itu maju ke depan dan berkata pada Lo In,

"Adik kecil, kepandaianmu sungguh harus dikagumi.


Melihat kepandaianmu yang luar biasa itu, meskipun kami
merasa malu, terpaksa kami maju ramai-ramai untuk belajar
kenal dengan ilmu pedang dari It-sin-keng. Harap kau jangan
sungkan untuk merobohkan kami sebab itu merupakan satu
pelajaran yang baik sekali "

"oo, Totiang sekalian mau main pedang ?" Lo In tanya


dengan gembira.

Tek Hie Totiang dan kawan-kawannya menjadi heran


nampak Lo In tenang-tenang saja, malah kelihatan gembira
diajak adu pedang- Diam-diam mereka merasa keder, apakah
mereka juga akan mengalami nasib serupa dengan teman-
temannya yang sudah dipecundangi-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam sangsi mereka melihat Lo In sudah mencabut


pedangnya.

Jago cilik kita baru kali ini bertempur dengan pedang


lantaran ditantang oleh tujuh lawannya. Biasanya Lo In paling
takut menggunakan pedang untuk bertempur, takut salah
tangan dapat membinasakan orang. Tapi setelah ia
mempelajari ilmu pedang dari It-sin-keng, ketakutan akan
membinasakan orang itu dapat ia atasi karena dalam It-sin-
keng, ia dapat pelajaran yang istimewa ialah cara
mematahkan serangan lawan dan caranya menyerang tanpa
mencelakakan lawan sampai binasa.

Justru ia ingin praktekkan ajaran ilmu pedang dalam It-sin-


keng itu. Apa mau ia sekarang ditantang oleh Tek Hie Totian
untuk adu pedang, tidak heran kalau ia berseri-seri disamping
wajahnya yang sangat terang.

"Mari kita mulai" tantang Lo In dengan ketawa nyengirnya


yang khas.

Kawanan imam itu adalah jago-jago yang tinggi ilmu


pedangnya dan sudah banyak pengalaman dalam bertempur,
sebetulnya mereka merasa malu maju dengan tujuh orang
mengeroyok satu anak kecil seperti Lo In. Akan tetapi karena
mereka jeri kalau maju hanya dua tiga orang saja, maka
perasaan malu tadi mereka tekan lenyap dari hatinya. Tampak
mereka tidak seeji (sungkan) lagi untuk menyerang Lo In
dengan berbareng.

Masing-masing telah menggunakan tipu serangan masing-


masing partainya, secara diperhitungkan. Maka keluarlah tipu-
tipu menyerang seperti "Giok-lie-tou-so" (Bidadari menenun),
"Ki-hwe-siauw-hian" (Angkat obor membakar langit), "ouw-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

liong-pa-bwee" (Naga hitam menggoyangi buntut), "Yu-liong-


tam-jiau" (Naga memain ulur kukunya) dan lain-lain ilmu
serangan yang dahsyat untuk merobohkan Lo In.

Malah ada diantara imam-imam itu yang telengas dan mau


merobohkan si bocah dengan mengambil jiwanya. Tapi
herannya Lo In tidak menggunakan segala tipu pukulan untuk
dipakai menangkis dan menyerang, Ia hanya mainkan
pedangnya hanya seenaknya saja hingga membikin lawan-
lawannya menjadi bingung dan gelabakan untuk mengelakkan
serangan Lo In yang dengan sekonyong-koyong tibanya.

Pertarungan berjalan lama juga. Ini bukan berarti si bocah


sakti keteter, tapi ia main-main saja dengan ilmu pedangnya
yang sakti. Terlalu cepat mengalahkan jago-jago pedang yang
jumlahnya sampai tujuh orang sangat keterlaluan. Dimana
mereka akan menaruh mukanya kalau dalam dua tiga
gebrakan saja mesti terjungkal ditangannya satu bocah yang
tidak terkenal. Rupanya mereka belum dengar tentang
munculnya satu bocah sakti yang mendapat julukan "Hek-bin-
sin-tong". Kalau tidak mereka akan pikir-pikir dulu untuk
menggempurnya. Apalagi melihat si bocah sakti barusan saja
keluar dari pertapaannya, Itu berarti bahwa kepandaiannya
sudah berlipat ganda-

Adalah pada saat itu, sewaktu mereka dengan gembira


mengurung Lo In ditengah-tengahi tiba-tiba tubuhnya Lo In
berputar, pedangnya menyambar laksana kilat, disusul oleh
suara berkelontrangan dari jatuhnya senjata pedang. Di lain
detik Lo In tampak sudah memasukkan pula pedang dalam
sarungnya dan wajahnya berseri-seri dengan tenangnya.

Tujuh orang imam tampak berdiri bagaikan patung dalam


formasi mengurung. Pedangnya masing-masing sudah dilucuti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In dengan totokan pada "yang-kok-hiat", jalan darah pada


pergelangan tangan, satu gebrakan yang menakjubkan dari
jago cilik kita, membikin banyak orang yang belum turun
tangan pada melongo heran.

Pada saat Lo In hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba


ia mendengar suara ramah berkata,

" Harap siaosicu tunggu sebentar"

Ketika Lo In menoleh, kiranya yang berkata tadi adalah


seorang paderi (Hweshio) berwajah welas asih- Itu
menandakan bahwa paderi itu adalah seorang paderi saleh-
Lo In tidak berani kurang ajar menghadapi paderi saleh itu.
Maka ia cepat-cepat datang mendekati dan berkata,

"Taysu, ada urusan apa menahan kepergianku "

"Siaosicu, lolap Hu Hong dari siauw-lim-sie, ingin memohon


kerelaanmu." sahut paderi dengan ketawa ramah hingga Lo In
senang melihatnya.

"Dalam urusan apa itu, Taysu ?" tanya si bocah-

"Tentu urusannya mengenai It-sin-keng." jawabnya.

" Kitab sakti itu ditulis oleh Lo-cianpwe kami kira pada -100
tahun yang lalu.Jadi terang itu adalah milinya siauw-lim-sie.
Kedatangan kami kesini sudah terlambat dengan didahului
oleh siaosicu. Hal mana membuat kami menyesal sekali, It-
sin-keng itu ditulis oleh Lo-cianpwe Kong In sianjin. Terang
kitab itu termasuk kitab pusaka dari siauw-lim-si. Maka Lolap
mohon kesediaan siaosicu supaya kitab itu dikembalikan
kepada siau-lim-si."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam hati Lo In pikir paderi tua ini pandai juga bicara


halus. Kalau kawanan paderi dari siau-lim-si ada kepandaian,
sudah siang-siang mereka memasuki gua maut untuk
mengambil It-sin-keng sebagai kitab pusaka dari partai siau-
lim. Kenapa mesti menunggu sampai sekarang dimana
banyak jago-jago sudah banyak yang tewas ? Itu tentu suatu
kenyataan memang kawanan paderi dari siau- lim-si tidak
punya kesanggupan. Dari beberapa Hweshio yang
menggeletak sudah menjadi mayat, mungkin mereka itu
adalah Hweshio-hweshio dari Siau-lim-si.

Dari perkataan sipaderi tua, memang beralasan bahwa It-


sin-keng adalah miliknya siau-lim-pay- oleh karena
pengarangnya adalah Kong In sianjin dari siau-lim-si- Tapi
bagaimana ia dapat mengembalikan kepada Hui Hong Taysu,
sedang kitab itu tidak ada padanya ? Itu mustahil. Dalam It-sin-
keng sudah disebut, hanya orang yang berjodoh saja dapat
meyakinkan kitab mujizat itu. Dan ia justru yang mempunyai
jodoh, makanya jalan memasuki gua ular tidak dihalang-
halangi.

setelah memikir sejenaki maka Lo In berkata-

"Taysu, bukannya aku tidak mau mengembalikannya sebab


kitab itu tidak ada padaku- Kalau kalian dari siau-lim-si punya
kepandaian, boleh coba-coba memasuki gua ular dan
mengambilnya sendiri di sana "

Hui Kong Taysu, adik seperguruan dari Hui Hong Taysu


yang berdiri di dekatnya sang kakaki mendengar perkataan Lo
In, matanya mendelik pada si bocah- Kelakuan itu tidak
dihiraukan oleh Lo In-

sesudahnya mendengus, Hui Kong Taysu berkata,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagus, kami orang pergi ke sana mau mencari apa, mau


mencari angin ? Sedang kitab sudah ada di tangan sicu-
sebaiknya sicu jangan banyak putar lidah, lekas serahkan It-
sin-keng kepada kami "

"Hehe, tidak mau percaya, itu terserah " jawab Lo In yang


segera gerakan kakinya untuk berlalu dari mereka.

Hui Kong nampak Lo In lagaknya seperti tidak memandang


mata pada mereka dari siau-lim-si, partai yang paling menonjol
dalam Bu-lim, hatinya menjadi panas.

"Berhenti " bentaknya.

"Kau masih membandel? Hahaha Jangan kau kira kami dari


siauw-lim-si tidakkuat mencekuk batang lehermu anak kecil "

Dibentak berhenti barusan, Lo In merandek- Ketika ia


berpaling melihat Hui Kong Taysu unjuk roman bengis dan
mengucapkan kata-kata yang tidak enak didengar, bukannya
In menjadi takut malah timbul wataknya yang nakal dan suka
menggodai orang.

"Taysu, mungkin jago-jago silat yang ilmunya tinggi akan


gemetar mendengar perkataanmu barusan. Akan tetapi aku
anak kecil mana dapat digertak sebab aku tidak kenal apa itu
siau-lim-si dan apa "si" lagi. Hahaha........"

Menuruti hawa amarahnya yang meluap, Hui Kong sudah


mau menyerang Lo In tapi keburu Hui Hong mencegah, serta
katanya,

"sute, kau jangan kurang ajar kepada siaosicu. Apa tidak


lihat itu contoh kawan-kawan kita sudah tidak bisa bergerak
karena kelihaiannya siaosicu ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hui Hong tunjukkan perkataannya kepada Lo In.

"Mohon kau tidak membuat kami gelisah karena kitab


mujizat yang ada padamu, maka dengan hormat lolap Hui
Hong mohon siaosicu suka menyerahkannya."

Lo In pikir, kepala gundul ini benar-benar tidak bisa dikasih


mengerti. Buat apa ia melayani bicara, hanya buang tempo
saja. sedang hatinya sudah kepingin mencari enci Liannya
yang sudah lama tidak dijumpai, Ia berkata,

"Aku sudah kata, kitab tidak ada padaku. Kalau tidak


percaya, ya sudahlah "

seiring dengan kata-katanya, Lo In telah ngeloyor


meninggalkan dua Hweshio yang menjadi melengak
dibuatnya. Hu Kong tidak sabaran, belum berapa langkah Lo
Injalan ia sudah lompat menyusul, Ia memukul dengan angin
pukulan telapak tangannya dari belakang.

Pikirnya dengan angin pukulan yang berat itu, kalau si


bocah tidak terpental pingsan, sedikitnya ia akan
sempoyongan dan Lo In insyaf akan kelihaiannya jago dari
siauw-lim-si. Ia terlalu meremehkan kepandaiannya Lo In,
meskipun dengan mata kepalanya sendiri ia menyaksikan
bagaimana si bocah sudah bikin terjungkal balik lawannya.
Lima Rajawali dari telaga Tong-teng masih belum dapat
berdiri, tujuh imam masih tinggal mematung dalam formasi
mengurung. Tidak cukup rupanya contoh itu bagi Hui Kong
Taysu dan menganggap dirinya lebih unggul dari mereka.
Dengan Iwekangnya yang sangat tinggi, dalam anggapannya
ia sudah menyerang atau membokong Lo In. pikirnya, kalau ia
dapat merobohkan si bocah sakti, bukan saja It-sin-keng dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ia rampas dari si bocah, tapijuga namanya akan menjadi


termashur.

Lo In belaga pilon kalau dirinya telah diserang, Ia jalan


terus dengan tenang-tenang saja. Tapi diam-diam ia
mengerahkan tenaga saktinya. Begitu angin pukulan Hui Kong
sampai, seperti ada tenaga gaib dalam dirinya Lo In telah
menolak balik angin pukulan tadi dan menghantam keras ke
dadanya Hui Kong, yang seketika itu juga merasa sesak
dadanya disusul oleh tubuhnya yang roboh terkulai dan
muntahkan darah segar.

Melihat sutenya roboh dengan tiba-tiba setelah menyerang


Lo In, cepat Hui Hong Taysu memburu dan menguruti jalan
darah sang sute supaya lancar lagi.

"Sute, kau kenapa roboh dengan tiba-tiba ?" sang suheng


menanya.

Hui Kong tak dapat menjawab suhengnya, kedua


tangannya hanya memegangi dadanya dengan mata
terbelalak- Hui Hong lantas menduga bahwa robohnya sang
sute kena Bu-eng-sin-kang (tenaga sakti tanpa bayangan) dari
Lo In. Maka Hui Hong jadi tidak senang. Meskipun ia satu
paderi yang ramah dan saleh, ia merasa tersinggung juga
kewibawaannya atas perbuatan Lo In. Maka seketika itu ia
angkat kepalanya memandang pada Lo In yang barusan ia
lihat jalan belum jauh dengan maksud memanggilnya balik
akan disuruh mempertanggungjawabkan atas lukanya sang
sute, tapi ia terkejut sebab si bocah sudah menghilang entah
kemana.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setelah Hui Keng dapat dibebaskan dari rasa sesak


dadanya dan tidak memuntahkan pula darah segar, ia
menerangkan pada suhengnya,

"suheng, barusan aku roboh bukan karena serangan si


bocah- Hanya aku terpukul oleh angin pukulan sendiri yang
menerjang balik dan menghantam dadaku. Entah
menggunakan ilmu setan apa si bocah liar itu telah
merobohkan aku dengan segebrakan."

Hui Hong Taysu kepandaiannya sangat tinggi tapi ia tidak


bisa menebak kalau sutenya rebah lantaran pukulan berbalik
kalau tidak Hui Kong yang cerita. Hui Hong Taysu menghela
napas setelah mendengar penuturan sutenya.

Kemudian ia menghampiri tujuh imam yang berdiri


bagaikan patung dan membebaskan totokan, menyusul
gilirannya TOng-teng Ngo-eng juga dibebaskan oleh Hui Hong
Taysu. Mereka pada menghaturkan terima kasih kepada si
paderi dari siauw-lim-si.

sambil geleng-geleng kepala Tek Hie Totiang dari Bu-tong-


pay berkata,

"Tadinya aku tidak percaya dalam dunia Kangouw ada


muncul satu bocah sakti muka hitam. Kini aku baharu percaya
kalau julukannya "hek-bin-sin-tong" memang tepat sekali-
sebelumnya ia dapatkan It-sin-keng kepandaiannya sudah
sangat tinggi. Makanya sekarang ia sudah dapatkan It-sin-
keng, kepandaiannya entah berapa lipat ganda tambahnya.
Betul-betul bocah itu luar biasa, usianya paling-paling juga 17
tahun tapi sudah mempunyai kepandaian setinggi itu. sungguh
tiada manusia yang mengendalikan dirinya kalau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perbuatannya nanti ugal-ugalan, semoga dia akan memilih


jalan yang baik,"

Hui Hong manggut-manggut mendengar perkataan Tek Hie


Totiang.

Go Tat, toako dari Tong-teng Ngo-eng turut menyatakan


pendapatnya,

"sepanjang yang aku alami, bagaimana tinggi Iwekang dan


kepandaian silat seorang jago, masih dapat kita layani. Tapi si
bocah tadi sungguh luar biasa. Dapat merobohkan kami lima
saudara dengan sekaligus, sekarang dia masih bocah,
entahlah kalau usianya sudah meningkat. Terang
kepandaiannya diatas Kwee Cu Git tayhiap, yang orang
sangat sohorkan kepandaiannya yang sangat tinggi."

Demikianlah jago-jago dari dunia Kangouw itu pada


membincangkan dirinaya Lo In. semuanya pada memuji
kepandaian si bocah sakti. Cuma Hui Kong yang masih
mendelu dipecundangi Lo In tidak turut mengatakan apa-apa.

sementara itu Lo In sudah berada di tempat dimana banyak


kawanan kera yang tempo hari telah mengantarkan ia ke sin-
coa-tong. Kawanan kera itu kegirangan ketika melihat Lo In
datang lagi.

Dalam tempo pendek saja, Lo In dirubung oleh kawanan


kera yang menanyakan halnya ia sudah memasuki gua maut.
Tapi Lo In belum mau melayani mereka dan terus saja melihat
kudanya yang tempo hari ia tinggalkan. Tentu saja ia hanya
dapatkan kerangkanya, Ia baru sekarang tahu kalau kudanya
telah mati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tidak memikirkan kudanya mati, lantaran apa- Tapi ia


lantas memeriksa pada bagian pelananya dan ia dapatkan
bahwa buntalannya sudah tidak ada disitu.

Ia jongkok dengan termenung-menung setelah mengetahui


bahwa buntelannya sudah lenyap. Lo In lalu menanyakan
pada kawanan kera, apakah sejak ia pergi dari situ, apakah
ada orang yang datang. Beberapa kera yang pernah ketemu
dengan Eng Lian telah menceritakan pada Lo In tentang
kedatangan seorang gadis jelita naik kuda dan telah mencari
Lo In, kemudian telah membawa pergi buntelan yang ada
pada pelana kuda. Lo in lantas menduga bahwa yang datang
itu tentu enci Liannya.

seudah tiga bulan ia bertapa di gua maut, sekarang kemana


ia mencari enci Liannya yang baik hati itu? Dimana sekarang
enci Bwee Hiang yang sejak berpisahan dengannya tidak
kedengaran kabar ceritanya ?

Mengingat bahwa enci Hiangnya membutuhkan


bantuannya untuk menuntut balas pada sucoan sam-sat,
hatinya merasa tidak enak- Ia tahu bahwa enci Hiangnya keras
hati, maka ia kuatir kalau Bwee Hiang tanpa dirinya sudah
menyatroni sucoan sam-sat, kemana ia hanya akan
mengantarkan jiwannya saja, sebaliknya Gari menuntut balas.

Bwee Hiang sebagai muridnya, Lo In tahu kepandaiannya


sampai dimana- Dengan sendirian si nona menghadapi Tiga
Algojo dari sucoan, terang bukan tandingannya dan Bwee
Hiang akan pecundang kalau tidak sampai di hina oleh Lie Kui
si muka hitam yang ceriwis kelakuannya- Ia mengharap dalam
perjalanannya mencari Eng Lian, di perjalanan ia akan ketemu
dengan enci Hiangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tidak lama Lo In beristirahat di tempatnya kawanan kera


itu, sudah lantas melanjutkan perjalanannya. Tujuannya
adalah kota Gukwan, menemui ketua dari Cit-seng-pay untuk
menyerahkan pedang Lim Kek Ciang sekalian mengabarkan
tentang kematian tiga saudara dari cit-seng-pay.

Ia masih ingat akan pesan Lim Kek Ciang ketika hendak


menutup mata. Maka sekalipun Lo In ingin buru-buru mencari
Eng Lian dan Bwee Hiang, ia juga tidak mau telantarkan
tugasnya menyampaikan kabar kepada ketua Cit-seng-pay.

selagi Lo In enak-enakan lari di jalanan pegunungan, tiba-


tiba ia rasakan badannya melayang jatuh dan dirinya teringkas
oleh jaring yang kuat. Kiranya Lo In sudah menginjak jebakan
berupa lubang yang didalamnya ada dipasangi jaring yang
kuat.

Jebakan itu sebenarnya diperuntukkan menjebak macan


liar. sekarang bukan macan, tapi Lo In yang terjebak hingga si
bocah menjadi sangat kaget-

Jala yang menjaring Lo In terbuat dari bahan yang sangat


kuat, tak dapat diputuskan dengan tenaga manusia, sekalipun
Lo In ada mempunyai tenaga sakti-

Lantaran mana, Lo In terima nasib menanti sampai ada


orang yang mengangkat diirinya naik dari lubang jebakan itu.

Kesal juga Lo In menanti sebab orang baru mengangkat


dirinya naik setelah hari menjadi sore- Mereka yang
mengangkat Lo In menjadi kaget nampak yang dikeluarkan
dari jebakan itu bukannya binatang macan, hanya manusia
cilik muka hitam-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mereka pada gelak-gelak ketawa- Mentertawakan Lo In


yang sudah terbungkus rapat dalamjala perangkap- satu
diantaranya orang-orang itu lantas berkata pada Lo In,

"Hai bocah hitam, kenapa kau berada dalam perangkap,


bukannya macan ? Hahaha Boleh juga kau jadi macan hitam "

Teman-temannya yang lain pada tertawa mendengar sang


teman berkelakar.

"Hei, paman-paman. Aku tidak bersalah- Kenapa kalian


menjebak aku ?" tanya Lo In.

"Bocah hitam, kau bukannya tidak bersalah sama sekali."

"Memangnya aku bersalah apa ?"

"Kau bersalah sudah menginjak perangkap."

"Mana aku tahu ada dipasang perangkap."

"Memangnya kau buta huruf? Kapan 10 tindak sampai pada


lubang ada dipasangi tanda supaya orang berhati-hati jangan
lewat diatasnya perangkap macan."

Lo In melengak- Memang juga ia kurang hati-hati sampai ia


tidak melihat kepada papan pemberi tanda bahwa disitu ada
dipasang jebakan. Tidak melihatnya bukan lantaran si bocah
tidak bisa surat, hanya pikirannya sedang melayang-layang
sembari gerakkan kakinya.

Pada saat itu ia memikirkan tentang enci Liannya, enci


Hiangnya dan tugasnya untuk menyampaikan kabar kepada
ketua dari Cit-seng-pay.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ya, aku terima salah- Tolong kalian melepaskan aku dari


jaring ini." kata Lo In.

"Enak saja kau ngomong." sahut orang yang berkelakar


tadi-

"Memangnya kalian tidak mau lepaskan aku anak kecil ?"


tanya Lo In.

"Tiap apa saja yang masuk dalam jebakan dan kena jaring,
baik macan maupun manusia baru dapat dilepaskan setelah
ada ijin dari majikan kami. Maka sekarang, diam-diam saja
dahulu dalam jala sampai kami sudah melaporkan kepada
majikan."

"Siapa majikan kalian ?" tanya Lo In kepingin tahu.

"Buat apa banyak tanya ? sudah diam saja- Tunggu kami


kasih kabar ke sana."

Lantas orang itu yang rupanya adalah pemimpinnya telah


menyuruh salah satu orangnya untuk mengabarkan kepada
majikannya tentang terjebaknya Lo In.

Tidak lama orang yang suruhan itu kembali, Ia berkata,

"Jiya suruh kita jangan sembarangan lepas anak hitam ini.


Kita disuruh bawa dia kesana "

Lo In mendengar perkataan orang suruhan tadi- Ia kaget


lalu menanya,

"Siapakah Jiya kalian ? Mungkin aku mengenalnya."


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau perlu apa banyak omong ? Tunggu disana kau dapat


mengenali sendiri apakah juga kita itu ada kenalan kau atau
bukan."

Lo In tidak mau banyak omong lagi. Ia kasihkan dirinya


diaotong oleh mereka-

Tidak lama, Lo In sudah dibawa ke sebuah kampung yang


lantas ia kenali itu adalah Tiok chung, tempatnya Tiok-chung-
sam-lie-

"Apakah aku akan dihadapkan pada Tiokichung-sam-lie ?"


tanyanya dalam hati-

Lo In ingat pada pertempuran antara Eng Lian dan


Tiokichung-sam-lie yang enci Liannya telah pecundangi
semua- Kalau mereka sekarang melihat dirinya, terang tiga
saudara Lie itu akan menimpakan amarahnya kepada dirinya
(Lo In).

Tempo hari ketika ditinggalkan oleh mereka, Tiokichung-


sam-lie dalam keadaan tertotok dan totokan itu mungkin telah
terbuka sendirinya setelah makan waktu lama juga.

Apa yang Lo Inpikir memang benar, Ia telah dihadapkan


kepada Liesun, yang dipanggil jiya (majikan kedua) oleh
orang-orang bawahannya.

"Hehehe " terdengar si muka lonjong mendengus.

"Kiranya mudah saja kami akan membalas sakit hati tempo


hari. Kemana itu si budak liar ? Kemana perginya ? Kenapa
tidak bersamamu ? Hehehe, mungkin berselisih dijalan,
makanya budak liar itu kabur "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lie sun maksudkan budak liar itu adalah Eng Lian.

"orang she Lie, tak usah banyak cakap. Kau hendak


membalas sakit hati, kau boleh timpakan padaku seorang. Tak
usah kau capekan mulut mengatakan budak liar segala
kepada enci Lianku. Nah, aku sudah bersedia untuk menerima
hukumanmu "

Lie sun heranjuga nyali si bocah ada demikian besar,


berani pikul sendiri hukuman pembalasan sakit hatinya tempo
hari dihinakan Eng Lian.

"Hei, kalian lekas bawa anak ini ke ruangan biasa " Lie sun
memerintah orang-orangnya.

Mereka lantas menjalankan perintah jiyanya.

sebentar lagi tampak Lo In di dalam jala telah digantung


dalam sebuah ruangan yang agak gelap penerangannya. Mata
Lo In yang lihai lantas dapat melihat keadaan dalam ruangan
itu yang cukup lebar, dimana banyak disimpan senjata tajam
dan alat-alat penyiksaan. ruangan itu dibuat khusus rupanya
untuk menyiksa orang yang menentang kepada sepak
terjangnya Tiokchung-sam-lie.

Melihat itu diam-diam Lo In menduga bahwa Tiokchung-


sam-lie itu tentu sangat jahat dan melakukan berbuatan
sewenang-wenang, orang-orang demikian kalau tidak dikasih
hajaran sehingga bertobat, selamanya akan menyusahkan
sesamanya saja.

sebentar lagi sudah masuk Lie Kiang dan LieBin. Tiga


saudara Lie lantas berunding bagaimana akan diambil untuk
menyiksa Lo In guna melampiaskan sakit hati mereka yang
sudah dihinakan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"sekarang gadis liar itu tidak ada, kalau tidak lebih suka kita
menghajar dia dari pada bocah hitam ini." Lie Kiang
menyatakan penyesalannya.

"Apa salahnya kalau kita suruh si bocah hitam bicara ada


dimana si budak liar sekarang dan kita dengan menggunakan
akal menangkapnya." sahut Lie Bin yang masih penasaran
jenggot kambingnya kena digerembengi beberapa lembar oleh
Eng Lian.

"Bagus, pikiran baik itu" menyatakan Lie sun.

segera juga dengan pecut ditangan, Lie sun menghampiri


Lo In dan berkata,

"Bocah hitam, lekas katakan kawanmu ada dimana ?"

"sudah kukatakan, tak usah banyak cakap. Kalau mau


membalas sakit hati boleh ditimpakan pada aku seorang, buat
apa pakai tanya-tanya tentang enciku?"

"Tar Tar" suara cambuk menenamu di badannya Lo In.

"Anak haram, kalau tidak dihajar memang kau tidak akan


bicara ?" kata Lie sun dengan gusar.

" Kau pukul sampai mati, aku juga tidak takut " Lo In
menantang. Kembali bunyinya cambuk mengalun dalam
ruangan penyiksa manusia itu.

Akan tetapi Lo In tidak jadi menangis karena cambukan, ia


malah pejamkan matanya, [a memejamkan matanya bukan
kesakitan dicambuk sebab cambuk yang memain dibadannya
ia tidak merasakan sakit sama sekali. Hanya ia sedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mencari akal, cara bagaimana ia dapat membebaskan diri dari


jala yang kuat itu.

Tadinya ia mau berkeras kepala, ia tak akan teraduh-aduh


meskipun dicambuki bagaimana juga. Tapi setelah ia
memejamkan matanya sesaat mencari akal, lantas merubah
kepala batunya. Kapan sang cambuk kembali memain di
badannya, tiba-tiba ia mengaduh seperti yang kesakitan, tapi
ia tidak mau bicara sepatah kata juga.

yang mencambuk Lo In bukan hanya Lie sun saja sebab


mereka bergantian menyiksa Lo In. Lie sun sudah capek
mencambuki lantas diganti oleh Lie Kiang lalu Lie Bin
mendapat giliran. Benar-benar hebat hukuman itu Kalau bukan
Lo In tentu sudah sang korban sudah pingsan beberapa kali.

Tampak Lo In tidak berkutik dalam jalanya, ketika Lie Kiang


habis menunaikan gilirannya mencambuk- Ia berkata pada
dua saudaranya,

"Aku lihat bocah yang kepala batu ini sudah tidak sadarkan
diri sebaiknya kita keluarkan saja dari dalam jala dan kita
hukum dengan jepitan besi panas. Aku mau tahu apa dia mau
mengaku tidak dimana ada si bocah liar"

Lie Bin dan Lie sun bergiliran memeriksa. Benar saja


keadaan si bocah sudah tidak berkutik- Tampaknya sudah
pingsan, tidak tahan dihajar terus menerus dengan cambuk
yang saban-saban diganti dengan cambuk baru.

"ya, aku pikir juga begitu" menyatakan Lie sun, setelah


mendapat kepastian si bocah udah tidak bertenaga lagi.

setelah berkata, Lie sun lantas menyuruh orang-orangnya


untuk membuka jalan dan mengeluarkan Lo In untuk disiksa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan jepitan besi panas karena dengan cambukan si bocah


wajah hitam kelihatannya masih belum mau membuka
mulutnya. Hangtouw (tempat perapian) lantas disiapkan, besi
jepitan lantas dibakar. Tampak Lo In terkapar di lantai dengan
tidak berkutik,

"sebaiknya sebelum kita bergiliran menjepit dia dengan


besipanas, kita bikin dia mendusin dahulu. Bagaimana ?"
tanya Lie Kiang kepada dua saudaranya.

"ya, dengan begitu dia bisa lihat marongnya besi jepitan


dan bukan mustahil saking ketakutan dia akan buka mulutnya-
" Lie Bin menyetujuinya.

" Kalau begitu, untuk menjaga kemungkinan dia


menggunakan kesempatan untuk lari, sebaiknya kita ringkus
dahulu dia ditiang." sahut Lie sun yang diam-diam memikirkan
akal supaya Lo In jangan sampai dapat menggunakan
kepandaiannya untuk melarikan diri Dua saudaranya setuju
dengan pikiran Lie sun.

seketika itu Lo In dikasih bangun. Badannya diikat dengan


tambang yang kuat, jadi satu dengan tiang besi. setelah rapi
lalu Lie sun menyuruh orangnya mengambil seember air untuk
disiramkan ke mukanya si bocah supaya ia mendusin dari
pingsannya.

sebentar lagi Lo In tubuhnya basah kuyup dan kelihatan


bergerak karena hawa dingin dari siraman seember air tadi. Ia
sudah sadar kelihatannya, maka Lie sun berkata kepadanya,

"Bocahi lekas kau kasih tahu dimana kawanmu. Kalau kau


masih membandel, kau lihat itu apa (Lie sun sambil menunjuk
pada hanglou yang marong [membara di atas mana ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dipanggang jepitan besi), Itulah yang akan membikin kau


mengaku. Hahaha "

"Aku tidak kira kalian begini jahat." sahut Lo In, ketawa


tawar.

"Sayang, enciku tempo hari kasih hajaran enteng pada


kalian. Kalau aku tahu kalian begini kejam, tentu kalian tak
dapat ampun dari kami orang"

"Bocahi kau masih sempat bicara yang tidak ada gunanya ?


Lekas katakan dimana si bocah liar. Mungkin kami akan
memberi kelonggaran untuk tidak menghukum beratpadamu "

"Hahaha " tiba-tiba Lo In tertawa.

"Aku si bocah tidak takut pada kalian. Nanti juga datang


giliranku untuk membikin kalian tahu rasa "

" Lekas, lekas bawa jepitan panas kemari " memerintah Lie
sun kepada dua orangnya yang sedang nongkrong di dekat
hanglou yang marong apinya dan besi jepitannya juga sudah
membara. Mendengar teriakannya Lie sun, mereka lantas
bawa jepitan besi panas seorang satu karena ada sepasang
semuanya.

"Mari kasih aku satu." berkata Lie Kiang ketika besi jepitan
disodorkan kepada Lie sun, yang lantas diserahkan satu lagi
kepada toakonya.

Dengan masing-masing memegang jepitan besi panas, dua


saudara ini mendekati Lo In.

sambil acungkan benda yang membara itu di depan


mukanya Lo In, Lie sun berkata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku kasih kesempatan paling akhir, lekas kau bicara "


mengancam Lie sun dengan muka kejam. Lo In tidak
menjawab, hanya mendengus dan tidak menghiraukan
mereka-

"Jite, jangan banyak omong lagi- Lekas jepit saja


sembarang, biar dia rasakan panasnya besi membara "
menganjurkan Lie Kiang.

Berbareng Lie Kiang sudah mendahului menjepit tangan Lo


In yang sebelah kiri, disusul oleh Lie sun yang menjepit tangan
Lo In yang sebelah kanan.

"Rasakan enaknya jepitan api membara, anak h i......eh,


eh........" kata Lie sun terputus-putus semantara matanya
terbelalak ketakutan.

Di lain pihak tampak Lie Kiang juga serupa keadaannya


dengan Lie sun.

Lie Bin yang melihatnya menjadi heran, sambil memegang


lengan Lie Kiang ia menanya,

"Memangnya kau kenapa, toako ? Ehi eh......."

Lie Bin juga dengan serentak tangannya melekat di lengan


toakonya, sukar ia menarik pulang meskipun ia keluarkan
tenaganya. Tidak bisa terlepas, terus menempel.

yang membikin mereka keluarkan

"eh, eh.....1 disebabkan hawa panas dari jepitan besi yang


menjepit tangan Lo In telah berbalik menyerang dirinya.
Bukannya Lo In yang kepanasan, sebaliknya adalah itu tiga
orang kejam yang kepanasan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kiranya Lo In sudah mengerahkan siau-thian-sin-kang


(Tenaga sakti membakar langit), disalurkan melalui gagang
jepitan, menyerang pada yang memegang jepitan besi yang
membara itu sudah tentu saja tiga manusia jahat itu jadi
berkaok-kaok kepanasan. Mau menarik pulang jepitannya
tidak bisa sebab jepitan itu seperti melekat jadi satu dengan
tangan Lo In. Butiran-butiran keringat yang sebesar kacang
kedele tampak keluar saling susul pada tubuhnya tiga saudara
she Lie itu.

sebaliknya Lo In tinggal tenang-tenang saja, malah


wajahnya yang hitam tampak ketawa.

Baru sekarang mereka tahu lihainya si bocah, hampir


berbareng mereka meratap minta-minta ampun. Akan tetapi Lo
In belaga pilon saja. Ia belum puas mengasi hukuman pada
tiga orang kejam itu. Tidak heran kalau mereka sudah
mendekati pingsan karena tidak tahan dengan hawa panas
yang dirasakan membakar tubuhnya.

orang-orangnya Tiokchung-sam-lie yang melihat kejadian


itu tidak tega mendengar teriakan minta ampun dari ketiga
majikannya. Maka empat lima orang lantas turun tangan untuk
menarik tiga majikannya terpisah dari Lo In. sayang usahanya
mereka bukannya berhasil, malah mereka juga jadi ikut-ikutan
kepanasan seperti dibakar, sedang tangan merka tak dapat
terlepas dari pegangan pada tubuh majikannya, saking
ketakutan mereka jadi menangis minta-minta ampun pada
jago cilik kita.

Lo In merasa kasihan pada mereka yang baharu turun


tangan sebab Lo In belum tahu kejahatan mereka sampai
dimana. Maka tadinya ia mau biarkan Lie Kiang dan dua
saudaranya lama-lamaan menderita kepanasan, terpaksa ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kendorkan tenaga saktinya dan hawa panas juga sudah mulai


reda, tapi jepitan besi panas masih terus menjepit tangan Lo
In. sebegitu lama jepitan itu melekat, mereka tidak terhindar
dari hawa panas yang disalurkan Lo In ke tubuh mereka.

Tiba-tiba Lo In gerakkan badannya, tampak semua ikatan


pada tubuhnya menjadi putus. sedang jepitan besi juga pada
mental, berbareng mereka yang menajdi korban kepanasan
telah jatuh pingsan semuanya.

Lo In lalu meninggalkan ruangan itu. Tapi belum berapa


tindak ia berlalu, lantas merandek dan balik kembali. Rupanya
ia kurang puas memberi hajaran kepada Lie Kiang dan
saudara-saudaranya, Ia mencabut pedangnya lalu menebas
kutung tangan masing-masing yang sebelah kanan sebatas
pergelangan tangan, sebetulnya mereka sudah dekat siuman
dari pingsannya. Ketika nampak pergelangannya dikuntungi si
bocah, mereka telah jatuh pingsan lagi.

Ketika mereka siuman, ternyata Lo In sudah tidak ada


disitu. Mereka ketakutan kalau-kalau si bocah masih ada dan
mereka akan mendapat hukuman yang lebih berat. Akan tetapi
setelah diselidiki, memang Lo In sudah meninggalkan tempat
itu. Hanya pada dinding tembok ada terdapat tulisan yang
ditulis dengan darah, berbunyi :

" Lain kali aku datang kembali, manakala kalian tidak


merubah perbuatan kalian yang jahat dan berlaku sosial
terhadap sesama yang dapat kesusahan HEK BIN SIN TONG"

Aksi juga jago cilik kita telah meninggalkan nama


julukannya. Tapi ada baiknya memang sebab setelah melihat
nama itu, Tiokchung-sam-lie gemetaran badannya seperti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melihat momok- setelah sekian lama, barulah si mulut mengok


(Lie Kiang) kembali ketabahannya dan berkata,

"saudara-saudara, untung Hek-bin-sin-tong tidak


mengambil kepala kita. Maka selanjutnya kita harus merubah
perjalanan hidup kita supaya tidak menerbitkan kemarahannya
dan kita mati konyol "

Dua saudaranya mengiayakan. Mereka tampaknya rela


pergelangan tangannya ditabas kutung oleh jago cilik kita.
Wajar, sebagai peringatan untuk perbuatannya yang bakal
datang, sejak itu, perlahan-lahan mereka bubarkan orang-
orangnya yang digunakan dalam kejahatan dan mulai mereka
melakukan perbuatan sosial (amal).

sementara itu Lo In yang melanjutkan perjalanannya


bingung juga karena ia tidak mengantongi duit untuk bekalnya,
uang dan pakaian ada dalam buntelan yang ia tinggalkan
dipelana kuda. Entah sekarang ada dimana butelannya itu.
Tapi ia percaya bahwa buntelannya itu sudah ada ditangannya
Eng Lian.

Ia melirik pada pakaiannya yang kumal sebab selama tiga


bulan ia mengeram dalam gua ular, pakaiannya itu-itu juga
(tidak tukar), sebenarnya Lo In sudah biasa dengan pakaian
kumal dan koyak-koyak, tapi belakangan kenal Bwee Hiang,
pakaian yang dipakainya bagus-bagus dan mewah-
Maklumlah Bwee Hiang adalah gadis hartawan dan serba
resik. Tidak mau ia berkawan dengan orang yang tidak
menyenangkan seleranya, apalagi Lo In kecil-kecil juga ada
gurunya disamping kawan baiknya.

Lo In sebenaranya sangat mudah untuk mendapatkan harta


apabila punya pikiran kurang baik- Misalnya ia dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gerayangi orang-orang kaya dan memindahkan sedikit


hartanya untuk ia bekal dalam perjalanan. Tapi justru ia tidak
mau melakukan perbuatan demikian, Ia mendapat didikan Liok
sinshe untuk menjadi anak baik dan dilarang membuat susah
kepada sesamanya, apabila keadaan tidak sangat memaksa.

Dalam perjalanan hidupnya, rupanya Liok sinshe banyak


membunuh orang hingga banyak orang memusuhi dirinya dan
ingin menuntut balas, oleh karenanya, hidupnya menjadi tidak
tentram. Makanya ia sudah mengasingkan diri diTong-hong-
gay. sudah tentu mereka yang menjadi korban pedangnya Liok
sinshe adalah orang-orang jahat yang pantas menemukan
ajalnya. Tapi kawan dan sanak kerabatnya, mereka tidak mau
mengerti dan anggap perbuatannya Liok sinshe adalah
perbuatan yang harus dibalas. Demikian, telah kejadian dalam
permulaan cerita ini. Meskipun sudah mengumpat di Tong-
hong-gay, tidak urung ia diketahui juga jejaknya oleh musuh-
musuhnya dan mereka menyatroni ke sana untuk menuntut
balas. Lantaran pengalamannya itu, maka dalam mendidik Lo
In, selalu Liok sinshe menasehatkan Lo In jangan membunuh
orang jikalau tidak sangat terpaksa.

Nasehat Liok sinshe dipatuhi benar oleh si bocah. Makanya


juga sebegitu jauh, ia belum pernah membunuh orang
meskipun tempo hari ia menghadapi sucoan sam-sat yang
disohorkan sangat buas. Coba Lo In waktu itu berbuat kejam,
membunuh habis Tiga Algojo dari su Coan pasti tidak akan
terjadi banjir darah di markas cabang Ceng-gee-pang dan
pembunuhan seisi rumah Liu Wangwee.

Mungkin Lo In tidak menemukan banyak kerepotan dalam


sejarah hidupnya kalau ia tidak terlibat dalam urusan It-sin-
keng Justru karena soal kitab mujizat itu, Lo In tentu akan
menemukan banyak kepusingan. Berbagai partai dalam Bu-lim
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

(rimba persilatan), terutama siau-lim-pay mengincar dirinya


yang dianggap memiliki It-sin-keng, kitab maha sakti
peninggalannya Kong Insianjin dari siau-lim-si-Mari kita ikuti
perjalana si bocah wajah hitam.

Pada suatu malam, selagi ia melepaskan lelahnya diatas


pohon dengan duduk bersemedhi, tiba-tiba ia dengar ada
orang datang dan nampak ada berkelebatnya sesosok
bayangan menghilang di balik sebuah kuburan, gerak geriknya
bayangan itu menarik perhatiannya si bocah- Maka begitu
lekas orang itu muncul lagi dan berlalu, Lo In lantas turun dari
pohon dan menghampiri kuburan tadi- Kiranya itu adalah
sebuah kuburan tua.

Matanya Lo In yang sudah terlatih, dapat melihat dengan


terang biarpun dalam cuaca gelap pada malam hari. Ia
memeriksa keadaan kuburan itu, tidak ada apa-apanya yang
mengherankan. Tapi kenapa bayangan tadi berjongkok agak
lama juga dibelakangnya kuburan ? Lo In menanya dalam
hatinya sendiri, Ia curiga, lalu berjongkok dan matanya
dipasang tajam-tajam memeriksa. Lekas juga ia dapatkan
selembar batu marmer yang ketutupan rapi dengan
rerumputan yang tumbuh banyak disekitarnya. Batu marmer
itu yang ukurannya satu kaki persegi, sepintas lalu tak dapat
dilihat, apalagi pada waktu malam demikian.

Iseng- iseng Lo In mencabutnya. Kiranya itu ada penutup


sebuah lubang, dari mana ada menyorot sinar terang keluar.
Si bocah heran lalu masukkan tangannya ke dalam lubang.

Ketika tangannya dikeluarkan lagi, ia sudah menggenggam


barang-barang permata. Diantaranya terdapat satu kalung
leher, sepasang anting-anting dan tusuk konde berbentuk
kupu-kupu. semuanya terbikin dari batu giok (kumala) dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengeluarkan sinar berkeredep terang. Apalagi itu tusuk


konde yang berbentuk kupu-kupu yang ditatah batu-batu
mustika, yang paling terang diantaranya. Rupanya tadi dari
dalam lubang ialah yang mengeluarkan sinar terang, untuk
kedua kalinya Lo In masukkan tangannya. Kali ini yang
dikeluarkan barang-barang permata biasa saja dan beberapa
keping uang emas dan perakan. Lo In masih terus memeriksa,
Ia masukkan lebih dalam tangannya untuk ketiga kalinya.
Tidak ada apa-apa lagi kecuali satu bungkusan kecil enteng.

Ia melihat bungkusan itu tidak ada apa-apanya yang


menarik dan ia lantas mau ceploskan lagi ke dalam lubang tapi
ia urung berbuat demikian ketika ia mendengar seperti ada
orang datang. Bungkusan kecil itu bersama perhiasan dan
uang yang barusan ia keluarkan telah ia masukkan dalam
kantongnya, kemudian ia berlalu dan naik lagi ke atas pohon
sementara lubang masih terpentang, tidak keburu Lo In
menutupnya lagi.

Lo In dari atas pohon melihat orang yang datang itu ada


tiga orang, satu diantaranya ada bayangan yang tadi Lo In
lihat, Ia kenali sebab ia masih mengenakan kerudung hitam
kepalanya. Dua kawannya yang lain, usianya dikira baharu
empat puluhan, perawakannya kokoh kuat dan masing-masing
membawa senjata pedang.

Ketika melihat lubang sudah terbuka, si kerudung hitam


menjadi terkejut rupanya sebab ia lantas keluarkan teriakan

"Celaka "

"Apa yang celaka jite ?" tanya kawannya yang bermuka


tirus.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si orang berkerudung tidak menyahut, hanya ia cepat


jongkok dan memeriksa lubang dan ternyata isinya sudah
terbang, Ia jatuh duduk dan mengeluarkan keringat dingin.
Dua kawannya menjadi heran, si muka tirus menanya lagi,

"Jite, kau kenapa ?"

"Toako, barang-barang yang kusimpan dalam lubang ini


semuanya sudah amblas disikat orang. &ntah siapa orangnya
yang demikian berani juga tidak mungkin orang dapat
menguntit jejakku, yang aku lakukan dengan sangat hati-hati-"

Si muka tirus yang dipanggil toako tiba-tiba tertawa dingin.

"Jite, kau hendak bermain sandiwara di depan saudara


tuamu ?" kata si toako.

" Toako, kita bertiga bersaudara sudah bersumpah akan


sehidup semati. Buat apa aku mencurangi kalian ?" jawab si
kerudung hitam.

"Untuk barang-barang lainnya aku tidak perduli, tapi itu


"say-cu-leng" kau harus serahkan padaku Dengan tanpa "say-
cu-leng, cara bagaimana aku dapat menduduki kursi Kaucu ?"

say-cu-leng itu adalah lencana berbentuk singa-singaan


kecil, terbuat dari batu giok murni, mungil tampaknya sebagai
gandulan dari kalung leher. Barang mana biasanya ada dibalik
baju dari Kaucu (ketua agama) Ngo-tok-kau (agama lima bisa)
yang bernama Tonghong Kin, seorang yang berkepandaian
silat paling tinggi dalam perkumpulannya.

Untuk mengetahui cara bagaimana Say-cu-leng jatuh


ditangannya si kerudung hitam, baik kita tinggalkan sebentar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In yang sedang menonton tiga saudara yang sedang


bertengkar dan melihat kisahnya say-cu-leng seperti berikut.

say-cu-leng ada lambang dari Ngo-tokikau. Bukan saja


bentuknya mungil dan bisa bercahaya pada waktu malam
gelap, juga ada mempunyai khasiat yang anehi dapat
menyembuhkan orang yang keracunan dengan cuma
meminum air yang direndam lencana tersebut.

Dengan sendirinya, peraturan dalam Ngo-tok-kau juga


menjadi aneh- Ialah siapa yang memiliki lencana itu dianggap
adalah Kaucu mereka walaupun lencana itu telah hilang
lantaran Kaucu yang asli dan bahkan Kaucu itu dianggap
sebagai anggota biasa saja atau bukan Kuucu mereka Lagi.

(Bersambung)

Jilid 14
Tong Hong Kin belum lama mengepalai Ngo-tok-kauw.
Ialah pada dua tahun yang lalu selagi Ngo-tok-kauw
kehilangan Kauwcunya yang bernama Ngo-tok Sianjin (Dewa
Lima Bisa), dengan tiba-tiba muncul Tong Hong Kin
mempertunjukkan Say-cu-leng. setelah diuji bahwa Say-cu-
leng itu bukannya palsu, maka seketika itu Tong Hong Kin
diangkat menjadi Kauwcu dari Ngo-tok-kauw.

Jadi barang siapa yang memegang Say-cu-leng, dialah


yang menjadi Kauwcu, tidak perduli dia ada berilmu silat tinggi
atau rendah. Sudah tentu para anggotanya lebih suka kalau
kauwcunya mempunyai kepandaian yang tinggi.

Tegasnya mereka menghormati Say-cu-leng, yang terpaksa


menghormat pada kewibawaannya yang menjadi Kauwcu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Demikian diantara banyak pemimpin Ngo-tok-kauw, sudah


tentu banyak yang ingin memiliki lencana yang istimewa itu.
Cuma saja mereka masih mempunyai kepercayaan bahwa
merampas lencana di badannya Kauwcu akan merupakan
dosa tak berampun. Sepanjang hidupnya akan merasa tidak
menemukan ketentraman, seolah-olah dibayangi oleh
setannya si Kauwcu yang dianiayanya.

Tiga orang dibawahan Kauwcu Tong Hong Kin yang


bernama Ang Kek Sui, Coa Keng dan Giam Tee Seng
termasuk diantaranya yang mengarah pada lencana istimewa
itu.

Mereka tidak termasuk pada kepercayaan tersebut dan


diam-diam telah bersepakat untuk mencelakakan Tong Hong
Kin.

Tiga orang itu telah mengangkat saudara, bersumpah


sehidup semati apabila mereka berhasil memiliki say-cu-leng
dan menguasai Ngo-tok-kauw.

Dalam perundingan, Kek sui menyatakan pikirannya


kepada dua saudaranya, "Kita sudah jadi saudara. segala apa
kita tanggung bersama. Kali ini Jite akan dibawa pergi oleh
Kauwcu untuk membuka cabang di kota Teng kwan, jangan
lupa sama rencana kita. Dalam perjalanan, begitu Jite dapat
kesempatan, habiskan saja jiwanya Kauwcu dan rampas say-
cu-lengnya. Dengan lencana itu, kita akan menguasai Ngo-
tok-kauw dan dengan begitu kita dapat sesuka hati bergerak.
Tidak seperti sekarang, kita rasanya terkekang. Ini tidak boleh,
itu tidak boleh. Kauwcu apa seperti Tong Hong Kin itu ? Masih
mendingan Kauwcu kita Ngo-tok sianjin duluan yang hilang,
kita masih dapat bergerak bebas."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"sudah tentu aku akan perhatikan rencana kita." sahut Coa


Keng.

" Harap toako dan samte jangan kuatir. Tapi sebaiknya


dengan diam-diam toako dan samte juga menguntit perjalanan
kami. supaya kalau aku gagal dan menghadapi bahaya, kalian
berdua dapat menolong kesulitanku Jadi ini namanya kita
bekerja sama." Kek sui dan Tee seng berkakakan ketawa
mendengar perkataan saudaranya itu.

"Hal itu Jite jangan kuatir. Tentu kami berdua akan


mengikuti dari jauh. Legakan hati Jite dan kerjakan rencana
kita supaya berhasil " berkata Kek sui yang membesarkan
hatinya Coa Keng yang kelihatannya agak jeri juga kalau
bekerja sendirian.

Dalam perjalanan ke kota Teng kwan itulah Tong Hong Kin


telah dikerjai oleh orang kepercayaannya yang berupa Coa
Keng.

Dalam satu warung arak di pegunungan Tong Hong Kin


kena diloloh sampai mabuk oleh Coa Keng, kemudian dalam
keadaan mabuk dibawa pergi oleh Coa Keng.

"Teman saudara dalam keadaan mabuk, tidak baik kalau


dibawa pergi sekarang." kata pemilik warung ketika melihat
Coa Keng sudah panggul Tong Hong Kin di pundaknya.

"Kami ada urusan yang penting, maka harus segera


meneruskan perjalanan." sahut Coa Keng dengan paras
seperti cemas tidak sampai pada waktunya ke tempat
tujuannya. Pemilik warung menghela napas ketika melihat Coa
Keng tidak dapat dicegah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebenarnya pemilik warung itu baik juga hatinya. Ia


mencegah berlalunya tamu dengan membawa temannya
dalam keadaan mabuk sebab pada waktu itu cuaca sudah
remang-remang gelap dan sebentar lagi sang malam sudah
tiba.

Di tengah jalan, Coa Keng telah letakkan tubuhnya Tong


Hong Kin. Untuk membikin sang Kauwcu tidak berdaya, ia
menotok jalan darahnya. setelah itu ia lantas terindili harta
benda yang ada pada pakaiannya Tong Hong Kin, sudah tentu
termasuk say-cu-leng yang lantas ia bungkus dengan
setangan.

Coa Keng kegirangan sebab selain lencana yang sangat


diinginkan, juga ia dapatkan beberapa barang perhiasan yang
berupa anting-anting, kalung leher dan tusuk konde kemala
yang bercahaya terang di waktu malam gelap.

Entah dari mana Tong Hong Kin mendapatkan barang-


barang perhiasan itu. Ia tidak tahu kalau barang-barang itu
belum lama Tong Hong Kin terima dari kawan-kawan akrabnya
sebagai tanda mata persahabatan dengan Ngo-tok-kauw yang
pada masa itu sangat terkenal namanya.

Coa Keng tidak tega untuk membunuh Kauwcunya dengan


menggunakan senjata tajam mengingat kebaikannya sang
Kauwcu kepadanya sepanjang mereka bergaul dalam
perkumpulan. Maka ia lalu lemparkan Tong Hong Kin ke dalam
jurang. Pikirnya, biarlah ia mati terbanting di bawah jurang.
Berbareng dengan itu, timbul pikiranya untuk memiliki sendiri
barang-barang yang sudah ada dalam tangannya, maka ia lalu
mencari tempat yang aman untuk mengumpulkan barang-
barang rampasannya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan cara kebetulan ia menemukan kuburan tua yang


dibelakangnya ada lubangnya. Entah lubang bekas apa itu.
setelah ia mencabut selembar batu marmer dari kuburan lain
yang dipasang sebagai bongpay, ia masukkan barang-barang
berharga itu ke dalam lubang dan ditutup rapi dengan batu
marmer atau bongpay orang. Ia tidak tahu kalau kerjaannya
ada yang memperhatikan ialah jago cilik kita.

Belum lama Coa Keng berlalu, ditengah jalan ia


berpapasan dengan Kek sui dan Tee seng. sang toako melihat
ia sendirian, lantas menegur,

"Jite, mau pergi kemana lagi ? Bukankah kau sudah


selesaikan urusan ? Mana itu lencana sakti dari Ngo-tok-kauw
?"

Coa Keng agak gugup. Ia tidak mengira bahwa ia akan


berpapasan dengan dua saudaranya itu demikian cepat.
Dalam perhitungannya, baru pada keesokan harinya mereka
akan bertemu satu dengan lain. Tatkala itu ia tidak mempunyai
daya untuk mungkir, maka ia lantas menjawab,

" Lencana dan barang-barang yang ada pada tubuhnya


Kauwcu aku simpan untuk sementara di tempat yang rapi
jangan takut "

"Takut ?" menggumam Kek sui.

" Kenapa kau mengatakan demikian Jite ?"

"oo, itu, itu........" gugup Coa Keng menjawab hingga Kek


sui menjadi curiga.

"Itu lencana hendak kau miliki, bukan ?" Kek sui menyindir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"ohi bukan. Itu barang aku simpan, tiada seorang yang


dapat menemukannya."

"Jadi, hanya kau seorang saja yang mengetahuinya."

"Ya, betul. Aku sudah simpan pada suatu tempat rahasia."

" Kalau begitu, sekarang kau antar kami berdua kesana


untuk melihatnya."

Coa Keng tidak mempunyai alasan untuk menolak. Maka ia


lantas ajak kedua kawannya untuk pergi melihat barang yang
belum lama dirampasnya.

Demikianlah, ketika Coa Keng nampak lubang tempat


menyimpan barang rampasannya itu terpentang, bukan main
kagetnya sampai jatuh duduk.

Nampak saudara tuanya mendesak say-cu-leng, Coa Keng


coba merogoh lubang ke bagian paling dalam sebab ia
pisahkan benda berharga itu dari barang lainnya. Ternyata sia-
sia saja ia merogoh sebab say-cu-leng sudah terbang.

"Toako, minta maaf atas keteledoranku. say-cu-leng sudah


tidak ada ditempatnya lagi." berkata Coa Keng separuh
meratap kepada Kek sui.

Kek sui ketawa sinis.

"Tempat penyimpanan yang rapi sekali sampai dengan


mudahnya orang mengetahuinya." menyindir Kek sui.

Coa Keng tidak menjawab atas sindiran sang toako, sebab


memang ia bersalah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi, mana Kek sui dan Tee seng mau percaya atas
perkataannya. Tee seng yang dari tadi diam saja telah
berkata,

"Jiko, jangan banyak alasan. Paling baik lekas keluarkan


say-cu-leng dari saku bajumu. Kalau tidaki hm "

si kerudung hitam (Coa Keng) melengak mendengar


perkataan Tee seng.

"Samte, aku bukannya omong main-main. Memang barang


itu sudah disikat orang, mana ada dalam kantongku? Kalau
tidak percaya, kau boleh geledah badanku."

"Hehe." ketawa Tee seng.

"sudah angkat saudara masih mau mengibuli. Kau orang


apa ? Dasar orang she Coa ada berhati ular, makanya begini
macamnya "

Tee seng berkata sambil mendekati Coa Keng. Ia mulai


menggeledah badannya, tidak kedapatan apa-apa. Dalam
penasarannya ia samber kerudung coa Keng hinga sekarang
tampak wajahnya. Umur Coa Keng ditaksir belum 40 tahun,
gerakannya gesit tangkas, wajahnya cakap. Kelebihan inilah
yang membikin Tong Hong Kin percaya dan sayang pada coa
Keng. si Kauwcu ternyata salah hitung karena dibalik
wajahnya yang cakap. ada tersembunyi hatinya yang kejam
danjahat. sebagaimana sudah terjadi, sudah ia sumpah
sehidup semati menjadi saudara, masih timbul ingatan
mengkhianati saudara-saudaranya ingin memiliki say-cu-leng.

setelah menggeledah kerudung orang tidak ada hasilnya,


Tee seng dalam marahnya sudah menampar Coa Keng
sehingga terhuyung-huyung dan mataya berkunang-kunang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gelap. Coa Keng tidak menduga akan tamparan Tee seng,


maka juga demikian mudah ia kena ditampar. Coba ia sudah
siap sedia, bagaimana pandainya juga Tee seng bergeraki
tidak semudah itu menggampar coa Keng yang cerdik dan
licin.

"Bagus " seru Kek sui dan lantas tertawa terbahak-bahak


melihat Coa Keng terhuyung-huyung kena ditampar adiknya
yang nomor tiga.

Ketika Coa Keng sudah berdiri tegak lagi, ia mendengar


Kek sui berkata,

"Coa Keng, sekarang kita tidak ada hubungan saudara lagi.


Lekas kau keluarkan say- cu-leng sebelum aku turun tangan
kejam "

Mendengar perkataan sang toako, Coa Keng tahu bahwa


persaudaraannya telah diputuskan. Meskipun ia membela diri
bagaimana pun juga, tak bakalan ia dapat membuat dua
saudaranya itu mempercayai akan omongannya bahwa say-
cu-leng itu sebenarnya sudah hilang.

Memikir demikian, untuk membela diri, ia sudah hunus


pedangnya.

" Kalian tidak mau percaya akan bicaraku, maka biarlah ini
akan menjadi saksinya " Coa Keng sambil acungkan
pedangnya.

"Haha Pengkhianat " bentak Kek sui gusar melihat Coa


Keng menghunus pedangnya dan menantang,

"Kau kira dengan pedangmu, kau bisa lolos dari tangan


kami ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sementara itu Tee seng yang juga sudah sangat gusar


nampak Coa Keng mau melawan, sudah meloloskan
pedangnya dan menyerang Coa Keng.

si bekas Jiko menangkis serangan Tee seng kemudian


balas menyerang dengan tusukan ke pundak tapi dapat dikelit
oleh Tee seng. Ia merangseki pedangnya menabas dari kiri ke
kanan, coa Keng berkelit dengan lompat mundur satu tindak.
Lalu merapat lagi, mereka bertempur seru.

Beberapa jurus sudah dilewatkan, ternyata Tee seng tidak


bisa menang dari Coa Keng yang ilmu pedangnya kelihatan
lebih pandai. Kek sui tidak tinggal diam, ia lantas mencabut
pedangnya juga dan mengeroyok Coa Keng.

Lo In enak-enakan saja nonton diatas pohon sambil


memikirkan barang yang diperebutkan oleh mereka itu.
Katanya lencana singa-singaan, yang bagaimana rupanya ia
tidak lihat. Pikirnya, boleh jadi diumpatkan oleh Coa Keng.

Dengan turunnya Kek Sui kelihatan pertempuran jadi


berimbang karena Tee Seng dapat bernapas lega ada
pembantu disampingnya. Kalau tidaki barusan ia sudah dibikin
terjungkal oleh Coa Keng yang ilmu pedangnya lebih gesit.

Dalam penilaian Lo In , sekalipun Kek sui turun tangan tidak


ada gunanya karena ilmu pedangnya kalah oleh Coa Keng.
Penilaian si bocah yang lihai memang benar. sebab tidak lama
kemudian terdengar jeritan Tee seng yang lompat mundur
sambil memegangi bahunya yang kanan bercucuran darah
kena ketusuk pedangnya Coa Keng.

Melihat adiknya dilukai, Kek sui meluap amarahnya. Ia


membentak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagus, bangsat pengkhianat Kau berani lukai adikku ?


Akan aku adu jiwa denganmu "

"Haha " Coa Keng mengejek.

"Mau adu jiwa itu urusanmu. Tapi yang terang jiwamu sukar
lolos dari pedangku Hm Dengan cuma kepandaian sebagini
mau menghinaku, Coa Keng ? Kau harus belajar dulu 10
tahun lagi. Mungkin pada waktu itu ilmu pedangmu hanya baru
sebanding saja dengan ilmu pedangku "

Diejek demikian Kek sui makin bernapsu. Ia keluarkan


semua kepandaiannya. Akan tetapi percuma saja, terus ia
berada di bawah angin. Dengan jurus 'Yap-te-tou-ko' atau
'Dibalik daun mencuri buah' pedang Coa Keng meluncur
secepat kilat ke arah ketiak lengan kanan Kek sui yang coba
mengelak tapi terlambat karena ujung pedang mengenai juga
pundaknya hingga mengucurkan darah.

Kek sui ternyata tidak menjadi jeri dengan luka di pundak


kanannya itu. Ia pindahkan pedangnya ke tangan kiri. Ternyata
ia bisa mainkan pedang dengan tangan kiri seperti juga ia
mainkan dengan tangan kanan.

sementara itu Tee seng sudah menyerbu lagi membantu


toakonya.

Tadinya Coa Keng melukai mereka dengan tusukan-


tusukan enteng mengharap mereka menyerah kalah dan
menghabiskan persengketaan untuk selanjutnya mereka
takluk dan dibawah pengaruhnya. Tapi perhitungannya
meleset sebab dua orang itu setelah terluka telah berkelahi
seperti banteng ngamuk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Coa Keng kedesak untuk sementara. Perlahan-lahan ia


ambil oper lagi serangan. Ketika mereka kewalahan dengan
pertahanan coa Keng yang teguh bagaikan tembok.

sekarang berbalik Kek sui dan Tee seng yang kelabakan


dicecer oleh pedangnya Coa Keng yang berkelebatan seperti
halilintar. Malah kali ini coa Keng berlaku kejam. Begitu dapat
kesempatan ia tidak sia-siakan untuk merobohkan musuhnya.
segera juga terdengar jeritan saling susul terdengar. Kek sui
mula-mula yang menjerit karena terpapas lengan kirinya,
kemudian Tee seng lehernya kesabet pedang dan putus.

"Hahaha " Coa Keng tertawa terbahak-bahak sambil


memandang dua korbannya. Tee seng sudah tidak bernyawa,
sedang Kek sui merintih- rintih. Meskipun demikian Kek sui
tidak tunduk kepada Coa Keng. Buktinya ia membentak,

"Bangsat pengkhianat Kau membunuh adikku, lekas kau


habiskan juga jiwaku Kalau tidaki ada satu waktu aku akan
mencari kau untuk membalas penghinaan ini "

"Kek sui, sebaiknya kita jadi sahabat saja." kata Coa Keng.

"Memang benar aku tidak memiliki say- cu-leng itu. Barang


itu sudah disikat orang. Aku tidak tahu siapa yang
menyikatnya. Mari kita bersama-sama menari kembali. siapa
tahu kalau memang barang itu berjodoh dengan kita, tidak
sukar untuk kita menemukannya kembali "

Kek Sui masih tidak percaya dengan omongannya Coa


Keng. Maka ia berkata,

"Manis benar omonganmu. Biar kau 100 kali bersumpah,


aku juga tidak mau percaya padamu si pengkhianat jahat
jangan kau membujuk aku, aku adalah seorang laki-laki sejati "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau satu laki-laki sejati ? Ini dia laki-laki sejati " bentak Coa
Keng. Pedangnya juga lantas berkelebat dan kepalanya Kek
sui kontan jatuh menggelinding di tanah. Darah segar
meluncur keluar dari lehernya Kek sui seakan-akan air
mancur. Lo In yang menyaksikan kekejamannya Coa Keng,
diam-diam menghela napas.

Ia pikir tidak perlu memunculkan dirinya. semuanya orang-


orang jahat, kalau mereka saling bunuh, itu kejadian wajar.

setelah menyeka pedangnya yang berlumuran darah, Coa


Keng lalu jongkok dikuburan dan coba merogoh pula pada
lubang tempat menyimpan barangnya. Akan tetapi ia lesu
sebab memang barang-barang itu telah lenyap.

sambil menggerutu, mencaci maki orang yang mengambil


barang tersebut, ia berlalu dari tempat itu. Lo In diam-diam geli
dalam hatinya. selanjutnya ia bisa tidur pulas diatas pohon
karena hatinya sekarang sudah lega, ada punya bekal dalam
perjalanannya.

Dengan mempunyai uang dalam kantong, Lo In berani


unjukkan diri di tempat umum dan memasuki rumah-rumah
makan dimana memesan makanan yang enak-enak. Ia beli
beberapa stel pakaian dan pakaiannya yang lama tidak ia
buang, untuk peringatan ia simpan dalam buntelannya dengan
pakaian yang baru.

Dengan dirobohkannya orang-orang dari berbagai partai


termasuk Lima Rajawali dari Telaga Tong-teng (Tong-teng
Ngo-eng), namanya Hek-bin-sin-tong makin populer saja.

Untuk menghindarkan hal-hal yang memusingkan, Lo In


ambil jalan pegunungan untuk pergi ke kota Gukwan,
tempatnya Cit-seng-pay guna melaporkan halnya Lam Kek
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ciang dengan dua sahabatnya yang telah menemukan ajalnya


karena hawa racun dari gua maut.

Meskipun demikian, tidak urung jago cilik kita dalam


perjalanannya menemukan hal-hal untuk menambahkan
pengalamannya .

Pada suatu malam, selagi ia bicarakan sewa kamar dalam


hotel Kim An, tiba-tiba masuk dua orang wanita dan pria.
Mereka itu adalah suami isteri yang kemalaman dalam
perjalanan menyambangi famili yang mengadakan pesta
nikah. Mereka pun menyewa sebuah kamar dan mendapat
kamar diatas loteng kira-kira terpisah empat kamar dari kamar
yang Lo In sewa. setelah suami istri itu memesan pada pemilik
hotel supaya disediakan makanan dan dibawa ke kamarnya,
mereka lalu naik loteng untuk mencari kamar yang disewanya.

Lo In lihat yang pria kira-kira umurnya 35 tahun. Badannya


kekar kuat, wajahnya lumayan juga tidak termasuk jelek.
sebaliknya yang wanita, usianya dikira 25 tahun. Parasnya
lesu karena letih dalam perjalanan, tampak menambah
kecantikannya.

sebelum masuk tidur Lo In duduk tepekur diatas kursi. Ia


memikirkan enci Liannya, dimana dia sekarang ? Enci Bwee
Hiang juga dimana dia sekarang ? Dan enci Leng siong dalam
tangannya Lamhay Mo Lie, apakah dia dalam keadaan
selamat ?

Tugas untuk mencari enci Bwee Hiangnya belum ia


lakukan, sudah kehilangan enci Leng siong. Lalu sekarang ia
terpisah dengan enci Liannya yang baru saja ia dapat
berkumpul pula setelah lewat dua tahun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dimana sekarang enci Lian yang Jenaka dan berandalan


itu ?

Baru saja ia selesai menutup ngelamunnya, hendak naik ke


permbaringan tiba-tiba ia mendengar suara minta tolong. Ia
pasang kupingnya. suara itu keluar seperti dari kamar suami
istri yang membicarakan sewa kamar berbarengan dengan
dia.

suara minta tolong itu hanya kedengaran satu kali saja


lantas tidak kedengaran lagi. suara itu adalah suara
perempuan. Mungkinkah wanita yang tadi ia ketemukan itu
mendapat kesulitan ? Apa ia bertengkar dengan suaminya ?
Kalau bertengkar saja, kenapa ia harus berteriak minta tolong
? Apakah pria itu bukan suaminya ?

Tidak sempat Lo In untuk memecahkan soal itu. Maka ia


lantas molos dari jendela untuk pergi ke sana, Kalau- Kalau ia
dapat memberikan pertolongan kepada si wanita yang
berbadan lemah lembut itu.

Dengan mudah Lo In sudah sampai pada jendela kamar,


ternyata jendela sudah terpentang. Ia mengintip. astaga........
satu pemandangan yang tidak pernah ia lihat

sebelumnya. seorang pria diatas ranjang tengah menciumi


wanita cantik yang sudah setengah telanjang keadaannya.

Wanita cantik itu tidak berdaya kelihatannya. Hanya dari


kedua matanya bercucuran air mata. Rupanya ia kena ditotok.
Pria yang menciumi itu, Lo In tegasi bukannya pria yang sama-
sama masuk ke dalam kamar. siapakah dia ? Kemana pria
yang menjadi suaminya wanita cantik itu ?
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Lo In kaget nampak lelaki itu berpaling ke arah


jendela dimana Lo In mengintip.Jago cilik kita kaget bukannya
ketakutan dipergoki. Ia kaget lantaran ia kenali pria yang
menciumi si wanita cantik tiada lain adalah Coa Keng.

"Nona cantik," Lo In dengar Coa Keng berkata perlahan.

"Suamimu aku sudah simpan di kolong ranjang. Kau tak


usah malu-malu kerjaan kita ditonton olehnya. Mari, nona
manis kita bersenang-senang.........."

Coa Keng tutup perkataannya dengan tangannya


berbareng bekerja untuk membuka pakaian selebihnya yang
menutup tubuh wanita itu hingga wanita itu makin deras
mengucurkan air matanya dan sangat ketakutan kelihatannya.

Rupanya wanita itu tadi hanya dapat menjerit minta tolong


satu kali karena keburu ditotok oleh Coa Keng. Kini ia dalam
keadaan tidak berdaya, dirinya akan segera dinodai oleh
orang jahat. Tentu saja ia ketakutan dan dalam keadaan tidak
berdaya ia hanya mengeluarkan air mata lebih deras saja
(menangis).

"Ehm " tiba-tiba terdengar suara berdehem dari jurusan


jendela hingga Coa Keng sangat kaget dan sebera
melepaskan si cantik lalu menghampiri jendela. Dengan
gerakan 'Yan-cu-cut-lim' (Burung walet keluar dari rimba), Coa
Keng lompat menoblos jendela hendak menguber orang yang
jail tadi.

si wanita cantik juga dengar suara mendehem tadi. Dalam


hatinya dia merasa sangat bersyujur ada bintang penolong
datang dan berdoa supaya si penjahat tidak datang lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi alangkah kagetnya ketika melihat barusan saja si


penjahat lompat keluar dari jendela, sekarang sudah lompat
masuk lagi dengan sangat gesit.

Hatinya berdebar-debar. Pikirnya, akhirnya ia akan dinodai


juga oleh orang jahat tadi. Matanya menatap terus pada orang
yang barusan lompat masuk. oh, bukannya si penjahat itu
yang datang tetapi adalah anak berwajah hitam yang belum
lama ia lihat di

kantornya si pemilik hotel. Ia jadi kemalu-maluan lantaran ia


dalam keadaan tidak genah dilihat oleh orang sopan.

"cici, lekas pakai pakaianmu " tiba-tiba wanita cantik itu


dengar si anak wajah hitam berkata berbareng ada angin dari
kebasan baju si bocah menyambar pada tubuhnya hingga ia
terkejut, kontan seketika itu bebas dari totokan.

Bukan main girangnya si cantik, Cepat-cepat ia


mengenakan bajunya lagi. setelah mana ia tergopoh-gopoh
hendak turun dari pembaringan, maksudnya hendak
menghaturkan terima kasih pada Lo In . Tapi ia tidakjadi turun
sebab berbareng pada waktu itu ada lompat masuk dari
jendela sipenjahat yang ia sangat takuti.

Lo In melihat sangat kasihan.

"Cici, jangan takut Ada aku disini " Lo In menghibur hingga


si nyonya ragu-ragu. Ia ragu-ragu karena Lo In adalah satu
anak kecil. Mana bisa melindungi dirinya ? Untuk membela diri
sendiri saja masih belum tentu ia lolos dari kemurkaannya
sipenjahat yang telengas. Tapi hatinya menjadi besar ketika
mengingat barusan dengan hanya kebaskan lengan bajunya,
Lo In sudah dapat membuka totokan si penjahat atas dirinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahaha Kiranya siapa ? Tidak tahunya bocah wajah hitam


yang jail " kata Coa Keng dengan ketawa menghina pada Lo In
.

"Bukannya jail," sahut Lo In .

"Aku mencegah perbuatanmu yang tidak bagus terhadap


isteri orang "

"Bagus, bagus sejak kapan kau makan nyalinya macan


makanya berani ganggu kesenanganku? Hm Bocah bau, ini
rasakan persen dari tuan besarmu "

Coa Keng berbareng menghajar Lo In dengan kepalannya


yang gede.

Lo In hanya sedikit elakkan badannya, kepalan yang


segede apa lewat menghajar sasaran kosong hingga Coa
Keng sangat terkejut.

Barusan si wanita cantik sudah pejamkan matanya melihat


Lo In bakal dihajar kepalan sipenjahat yang sebesar kepala
bayi. Tapi di saat ia tidak mendengar jeritan Lo In , ia buka
matanya. Tampak si bocah sedang ketawa ke arahnya
sipenjahat.

"cia Keng, pengkhianat " bentak jagoan cilik kita.

Coa Keng terkejut mendengar perkataan Lo In . Matanya


terbelalak mengawasi pada si bocah wajah hitam. Tiba-tiba ia
berkata,

"Kau, kaulah orangnya yang......"

Tak dapat Coa Keng meneruskan kata-katanya yang


semestinya mengatakan 'kau orangnya yang mencuri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

barangku ' dari sebab amarahnya telah meluap-luap


menemukan orangnya yang telah mengambil barang
simpanannya dalam kuburan tua.

"Kau sudah mencelakakan dirinya Kauwcu, lalu merampas


barangnya. Kemudian membunuh mati dua saudara yang
telah kau ikat janji untuk sehidup semati. Apakah itu orang
baik ? Hatimu sangat buruk sekarang kau tambah dosamu
dengan niatan mengganggu istri orang. Besar sekali dosamu.
Kalau kau tidak lekas membunuh diri di depan tuan kecilmu,
mau tunggu kapan lagi ?"

Mendengar kata-kata Lo In , amarahnya Coa Keng sudah


tidak dapat dikendalikan pula.

"Binatang Kau berani buka mulut besar di depan coa Toaya


?" bentaknya, berbareng ia sudah menyerang dengan tenaga
maksimum.

"Blang " terdengar dinding kamar jebol oleh angin pukulan


coa Keng. Tapi Lo In tidak kelihatan. Dia ada dimana ? Melek-
melek ia lihat barusan Lo In di depannya dan ia mengarahkan
pukulan istimewanya kepadanya. Tapi kenyataannya si bocah
tidak apa-apa.

Ada dimana dia ? selagi ia kebingungan mencari, tiba-tiba


dari belakangnya terdengar orang berkata,

"Coa Keng, pengkhianat Tidak mau bunuh diri sekarang,


mau tunggu kapan lagi ? Apa tuan kecilmu yang harus turun
tangan ?"

Makin panas hatinya Coa Keng kena digodai Lo In .


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia putar tubuhnya. sekali lagi ia mengirim serangan ganas,


kembali dinding kamar yang jebol. Tentu saja penghuni dari
kamar-kamar yang jebol dindingnya pada berteriak ketakutan
dan lari keluar dari kamar. sebentar saja malam yang sunyi
telah dipecahkan oleh suara teriakan ketakutan. Keadaan
menjadi panik ketika penghuni-penghuni kamar pada keluar
ketakutan.

sementara itu, dalam kamar si wanita cantik, Lo In masih


menghadapi Coa Keng yang sedang kalap. Nampak serangan
dengan tangan kosong tidak bisa berbuat apa-apa atas dirinya
Lo In . Maka Coa Keng mencabut pedangnya.

Lo In lompat keluar jendela. Coa Keng kira Lo In ketakutan


ia mencabut pedang. Dengan tidak banyak pikir lagi ia lompat
menyusul.

Kiranya Lo In bukannya takut. Ia tidak ingin membikin si


wanita cantik jatuh pingsan lantaran ketakutan melihat Coa
Keng menghunus pedangnya. Maka Lo In sudah lompat keluar
dari jendela. Di sana ia sudah menanti Coa Keng, yang
sebentar lagi sudah ada didepannya dengan pedang
berkilauan.

"Pedang bagus " memuji Lo In ketika melihat pedang


mengeluarkan sinar berkeredep pada malam gelap demikian.

"Bangsat cilik " bentak Coa Keng. "Lekas serahkan barang-


barang yagn kau ambil Baru aku mau ampunku n selembar
jiwamu yang hina."

Lo In bukannya takut malah ia tertawa terbahak-bahak


mendengar perkataan coa Keng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bangsat cilik, kau tertawakan apa ?" bentaknya dengan


sudah siap sama senjatanya.

"Aku ketawakun kau, bajingan tengik " sahut Lo In kontan.

"Kau maki aku bangsat cilik, kau sendiri bangsat besar


yang tidak punya guna "

sementara itu, sudah banyak orang yang menonton dari ke


jauhan. Melihat Lo In masih anak-anaki mereka ragu-ragu
bahwa si bocah bisa menang dari coa Keng yang tinggi besar.

sebenarnya dengan mudah Lo In dapat bikin Coa Keng


tekuk lutut, tapi dasar anak nakal. Ia mau menggodai orang
she Coa itu sampai meledak perutnya saking gusarnya.

"Bangsat cilik " teriak Coa Keng dalam kalapnya.

"Lekas cabut pedangmu untuk bertahan satu dua jurus dari


seranganku, jangan sampai kau mati penasaran "

"Untuk melayani orang macam kau, mana ada harganya


aku mencabut pedangku "

"Kau manusia sombong. Lihat pedangku " bentaknya


seraya menyerang dengan jurus 'Am-in-koan-cit' atau 'Awan
gelap menutup matahari', pedangnya digetarkan bersuara
mengaung, ujung pedang tiba-tiba menusuk ke tenggorokan.

"Coa Keng pengkhianat Hampir-hampir jalan nasiku tembus


" goda Lo In seraya berkelit dari tusukan pedang coa Keng
yang berbahaya.

Coa Keng makin gemas diledek si bocah. Ia merangseki


pedang diputar sebentar, tahu-tahu menyabet dari kiri ke
kanan ke arah leher.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dilihat caranya Coa Keng bersilat dengan pedang, orang


she Coa itu bukannya rendah kepandaiannya. sayang,
kepandaian silat dan wajahnya yang cakap digunakan ke jalan
yang salah sehingga menemukan nasib sial.

serangan coa Keng paling belakang adalah serangan


mematikan lawan. Pedang diputar sebentar, tahu-tahu
menyabet leher. Itu adalah tipu ilmu pedang yang dinamai
'Giam-ong-ki-hwa' atau 'Raja Akherat mengangkat obor'.

Lo In tidak berkelit. Tahu-tahu dua jari tangan kanannya


menjepit ujung pedang.

Coa Keng tahu bahayanya. Ia cepat tarik pulang


pedangnya, tapi sudah terlambat. Ujung pedang melekatpada
dua jari Lo In . coa Keng kerahkan tenaga dalamnya untuk
membebaskan pedangnya dari jepitan dua jari Lo In . Tapi
bukannya terlepas, malah ia jadi ketakutan wajahnya. Kenapa
? Coa Keng rasakan lwekangnya tidak berguna dikerahkan.
sebab makin dikerahkan makin terasa mengalirnya hawa
panas ke seluruh tubuhnya.

sebentar lagi tampak ia sudah mandi keringat. Ia kertak gigi


untuk menahan hawa panas dalam tubuhnya, tidak mau ia
roboh ditangan si bocah yang ia masih pandang enteng. Ia
tidak tahu si bocah telah menggunakan ilmu apa sehingga
bisa menyalurkan hawa panas ke dalam tubuhnya melalui
ujung pedang yang dijepitnya.

Kiranya Lo In telah menggunakan 'siau-thian-sin-kang' (Ilmu


sakti membakar langit) untuk mengajar adat pada Coa Keng.
Melihat orang masih bandel, tidak mau menyerah sekalipun
sudah mandi keringat, Lo In kasih naik sedikit tekanan hawa
panasnya hingga orang she Coa kelabakan kepanasan dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kali ini ia kepaksa berkaok-kaok minta ampun pada jago cilik


kita.

Dengan sekali sentaki pedangnya Coa Keng sudah pindah


tangan.

sementara itu, si orang she Coa sudah terkulai roboh


dengan hawa panas dalam tubuhnya yang masih belum reda,
meskipun pedang sudah tidak berada lagi dalam tangannya.
Coa Keng diam-diam putar otaknya untuk kabur dari depannya
Lo In .

setelah merasa hawa panas sudah mulai reda, ia coba


bangun tapi gagal. Kakinya tidak kuat berdiri karena lemas,
apalagi untuk disuruh lari. oleh karenanya, niatan untuk kabur
dari depan Lo In menjadi lenyap dengan sendirinya. Ia
sekarang hanya terima nasib apa yang si bocah akan berbuat
atas dirinya.

"Orang she Coa, aku belum pernah membunuh orang." kata


Lo In , ketika melihiat Coa Keng hendak berdiri sudah jatuh
duduk lagi.

"Paling-paling juga aku kasih peringatan dengan kedua


kupingmu kau potong sendiri Cuma saja dalam hal ini kau
sendiri tidak dapat memberi keputusan, masih ada orang yang
sebentar akan mengasih keputusan atas kelakuanmu yang
tidak sopan "

setelah berkata, dengan sekali enjot tubuh Lo In meluncur


seperti burung yang tengah melayang, tahu-tahu dia sudah
lenyap di balik jendela kamarnya si cantik yang menonton
sipenjahat digocok oleh si anak kecil muka hitam. Ia sangat
memuji kepandaian Lo In
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yagn sangat tinggi.

Kaget ia ketika dengan tiba-tiba Lo In sudah berada di


depannya.

"Adik kecil." kata si wanita cantik.

"Kau adalah penolong ku, kalau tidak ada kau bagaimana


jadinya dengan aku ? Hutang budi ini entah dengan apa aku
dapat membalasnya."

si wanita cantik berkata sambil matanya melirik pada Lo In ,


kemudian menundukkan kepalanya dengan wajah yang
kemerah-merahan. Rupanya ia ingat akan keadaan dirinya
yang hampir telanjang tadi disaksikan si bocah wajah hitam.

Meskipun masih belum tentu tahu apa-apa, Lo In dapat juga


menyelami pikiran si cantik, maka ia menghibur. Katanya,

"cici, aku datang menolong hanya secara kebetulan saja.


Tidak ada hutang budi segala. Nah, dimana suami enci
sekarang ?"

"Dia... dia, masih ada di kolong ranjang." sahut si cantik


gugup, seperti baru ingat akan keadaan suaminya yang
disimpan Coa Keng di kolong ranjang.

Cepat Lo In menghampiri kolong ranjang, lalu ia menarik


keluar suami si cantik dalam keadaan tertotok. Ia lantas
membebaskan dari totokan hingga si suami sial itu dapat
menggerakkan pula badannya.

"Mana itu bangsat, mana itu bangsat ?" suami si cantik


berteriak-teriak kalap.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hei, kau jangan ribut dulu. Lekas haturkan terima kasih


pada adik kecil sebab tanpa adanya dia, kita akan menjadi
korbannya sijahat " kata si cantik.

orang itu baru sadar, berkat pertolongan si bocah sehingga


mereka jadi selamat dari bahaya yang tak terelakkan. Buru-
buru ia menjura pada Lo In mengucapkan terima kasih, sambil
manggut-manggut beberapa kali.

Dari pembicaraan lebih jauh, ternyata pria itu bernama The


Koan Beng dan yang wanita memang adalah isterinya. Mereka
dalam perjalanan untuk menghadiri pesta nikah dari anak
perempuan pamannya Koan Beng .

Kira-kira 10 lie jaraknya dari rumah penginapan itu, suami


istri itu memang sudah diikuti oleh Coa Keng. si orang she Coa
rupanya adalah setan pipi licin juga, di samping hatinya yang
serakah akan mengangkat nama dalam perkumpulannya.
Dengan cara kebetulan ia beradu pandang dengan si cantik,
maka hatinya bergejolak tiba-tiba dan napsu jahatnya hendak
memperkosa timbul seketika.

Ia coba memancing si cantik dengan wajahnya yang cakap,


akan tetapi si cantik rupanya sangat setia kepada suaminya
yang parasnya kalah jauh dengan coa Keng. Ia tidak layani si
orang she Coa ajak ia main mata.

Ketika mengetahui bahwa suami isteri itu memasuki hotel


dan menginap di sana, maka pada malamnya Coa Keng
gunakan kepandaian menyatroni kamar suami isteri itu. The
Koan Beng hanya pandai silat pasaran saja. Maka
menghadapi kedatangannya Coa Keng ia tidak bisa apa-apa.
Akhirnya ia kena ditotok dan disimpan di kolong ranjang.
Waktu itu si cantik telah mengeluarkan jeritan minta tolong,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang dapat ditangkap oleh Lo In . Hanya sekali ia dapat


menjerit karena keburu ditotok juga oleh Coa Keng, kemudian
dalam keadaan tidak berdaya si nona hendak diperkosa.

Untung nasibnya si cantik baik juga, keburu jago cilik kita


turun tangan.

"siao-enghiong (jago cilik)." kata Koan Beng, dengan


perasaan penuh rasa terima kasih.

"Bila kau datang terlambat sedikit saja, celakalah isteriku


menjadi mainannya si orang jahat. Budi yang besar ini dengan
cara bagaimana kami suami isteri dapat membalasnya ?
Tolong siao-enghlong kasih tahu nama siao-enghiong supaya
kami suami isteri dapat mencatat di kepala dan setiap waktu
untuk mendoakan keselamatan siao- enghiong . "

"Ah, toako ini ada-ada saja. Pakai panggil siao-enghiong


segala." kata Lo In jenaka.

" Cukup dengan 'adik kecil' saja memanggilnya seperti cici


memanggil aku barusan. Aku malah lebih senang daripada
dipanggil jago cilik segala "

The Koan Beng ketawa. Kagum akan sikap sahabat dari


jago cilik kita.

"Toako, bagaimana keputusanmu dengan sipenjahat?" Lo


In menanya.

"ohi dia masih ada ?" Koan Beng balik menanya.

"Dia masih ada diluar menunggu keputusan toako" sahut Lo


In .
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ah, dasar manusia itu mesti mati ditanganku. Bolehnya


adik kecil tinggalkan jiwanya untuk aku habiskan Hahaha "
Koan Beng ketawa seperti orang gila.

setelah itu, ia lantas lari keluar melalui pintu kamar sebab ia


tidak bisa lompat dari jendela. Maksudnya untuk melihat Coa
Keng dan ia akan habiskan jiwanya dengan tangan sendiri
untuk melampiaskan sakit hatinya. Lo In dan si cantik
mengikuti dari belakang.

"Adik kecil, adik kecil." memanggil si cantik pada Lo In .

Lo In berpaling sambil mera ndek jalannya, menantikan si


nyonya datang dekat.

"Adik kecil." kata si cantik pula waktu ia sudah jalan


berendeng.

"Kau hanya sendirian saja ? Aku senang kalau kau suka


menginap di rumahku untuk beberapa hari saja. Ingin aku
membalas sedikit budimu."

"Ah, nyonya gede, untuk apa bicara budi." sahut Lo In


jenaka.

si nyonya melengak disebuti nyonya 'gede'. Tapi hanya


sebentaran saja, ia lantas dapat tahu kalau si bocah suka
berkelakar dan wataknya Jenaka.

Ia sudah lantas bisa imbangi, katanya.

"Adik kecil, apa kau tidak keberatan kasih tahu namamu


pada enci gedemu?" si nyonya tertawa manis menggiurkan.

"Aha, cocok benar nama enci gede." sahut Lo In ketawa


nyengir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Barusan aku kesalahan memanggil nyonya gede,


selanjutnya aku panggil Ci-de (Enci gede) saja."

si cantik senang melihat reaksi Lo In . Ia lalu kata lagi,

"Adik kecil, siapa sih namanya ?"

" Ci-de dulu kasih tahu." sahut Lo In tahan harga.

si cantik tersenyum,

"Adik kecil dulu." kata si cantik, juga tahan harga rupanya.

"Kalau begitu, baik kita sama-sama tidak tahu namanya


saja."

"ohi tidaki tidaki Namaku sian Tin, she Lie "

"Namaku hanya satu huruf In, aku she Lo."

"Bagus namamu, tapi adik kecil kenapa wajahmu hitam


benar ?"

"Hahaha Panjang untuk diceritakan. Kalau ada tempo aku


nanti beritahukanpada Ci-de."

sementara mereka sedang asyik beromong-omong, tiba-


tiba Koan Beng yang sudah jalan duluan kembali dengan
tergesa-gesa dan mukanya pucat. Ia berkata,

"Adik kecil, orang jahat itu sudah tidak ada di tempatnya "

"Masih bisa dia lari?" tanya Lo In heran.

"Bukan dia lari. Dia ditolong oleh dua orang kawannya.


Menurut keterangan orang yang melihat ketika dia dibawa
pergi." Koan Beng kasih keterangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In anggukkan kepala.

"Biarlah dia kabur untuk sementara. Lain kali kalau jatuh


ditanganku lagi, tanpa ampun aku musnahkan ilmu silatnya "
kata Lo In .

Koan Beng dan isterinya saling pandang dengan perasaan


ketakutan.

"Adik kecil." kata sian Tin, si cantik,

"Untuk kau tidak apa-apa kaburnya sijahat Coa Keng. Akan


tetapi bagaimana dengan kami suami isteri ? Ah, aku takut "

"Isteriku kata benar, adik kecil." sang suami menimpali.

"Aku tidak punya guna. Kalau dalam perjalanan dicegat


oleh Coa Keng dengan kawan-kawannya, kemana lagi nasib
kami kalau tidak menjadi korban kebuasannya sijahat "

"Biar saja Ci-de yang menghadapi." Lo In berkelakar.

Koan Beng bingung atas perkataan Lo In . pikirnya kenapa


si bocah pakai menyebut-nyebut 'Ci-de' segala, siapa itu Ci-de
? Ia tidak tahu kalau Lo In sudah berkenalan dengan isterinya
dan memanggil Ci-de.

si cantik mendengar perkataan Lo In , ia tahu si bocah


menggodai dirinya. Matanya melirik tajam sambil tarik muka
agak merengut, seolah-olah menyesalkan Lo In .

Justru si cantik melirik sambil merengut, hatinya Lo In


berdebaran. saat itu ia teringat akan lirikan Bwee Hiang yang
disusul dengan air muka ditarik merengut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Enci Hiang, oh......." tiba-tiba saja perkataan itu meluncur


dari mulutnya tanpa terasa hingag sian Tin terkejut.

si nona yang cerdik lantas menduga bahwa aksinya tadi


mengingatkan si bocah kepada temannya, entah siapa nama
lengkapnya sebab yang keluar hanya enci Hiang.

"Nah, adik kecil, Ci-de sudah tahu." sian Tin menggodai Lo


In .

"Tahu apa, Ci-de ?" tanya Lo In .

" Ci-de tahu sudah. Diam-diam anak kecil ini sudah ada
simpanannya."

Lo In melengak. Tapi ia lantas ketawa terbahak-bahak.

Koan Beng yang mula-mula bingung akan kata-kata 'Ci-de'


sekarang baru tahu kalau Lo In memanggil isterinya dengan
sebutan demikian.

Keadaan yang dihadapi oleh mereka suami isteri demikian


gawat, bagaimana isterinya enak-enakan bersenda gurau
dengan si bocah muka hitam ? Ia tidak mengerti apa tujuannya
sang isteri. Ia lantas unjuk muka tidak senang. sian Tin lihat
perubahan ini, lantas mengedip pada suaminya hingga Koan
Beng merubah lagi air mukanya sebagaimana biasa. Ia
bersabar untuk menunggu apa yang sang isteri rencanakan
menghadapi urusan yang sangat genting ialah bahaya dari
pihaknya Coa Keng.

"Adik kecil," terdengar sian Tin berkata pula setelah si


bocah berhenti tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau panggil aku Ci-de dan aku panggil kau adik kecil.
Tandanya kita sudah mengikat saudara. Maka terhadap
suamiku juga kau harus memanggil cihu, baru betul "

Lo In melengak heran. Lebihan lagi Koan Beng, ia


memandang isterinya dengan penuh pertanyaan, akan tetapi
sang isteri tenang-tenang saja. sambil tersenyum ia kata lagi,

"Adik In, kita sudah jadi saudara. susah senang ditanggung


bersama. Maka Ci-de tidak percaya kalau adik kecil tinggal
peluk tangan membiarkan enci dan cihunya pulan menempuh
bahaya diperjalanan."

Lo In makin bingung mengikuti perkataannya si cantik,


sebaliknya Koan Beng sekarang sudah dapat meraba-raba
akan tujuannya sang isteri, maka ia lantas tersenyum-senyum.

"Adik kecil, kau masih belum paham akan perkataan ci-


demu ?" tegur sian Tin, ketika melihat Lo In kebingungan.

"Enci maksudkan apa dengan perkataan itu ?" tanya Lo In .

"Artinya kita sudah jadi saudara, kau harus antar enci dan
cihumu pulang "

"Kenapa aku jadi punya enci dan cihu disini?" Lo In ketawa


nyengir.

"Itu sudah ditakdirkan oleh Thian, adik kecil " sian Tin
bersenyum manis seraya matanya melirik tajam, lagi-lagi
senyum dan lirikan tajam sian Tin mengingatkan ia kepada
Bwee Hiang yang kini entah dimana enci Hiangnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In mengerti sekarang bahwa si cantik minta diantar


pulang, hanya dalam perkataan si cantik berbelit-belit dan
mengikat ia sebagai saudaranya si cantik.

sudah terlanjur menolong orang, pikirnya, tidak apa ia


antarkan mereka pulang ke kampungnya. Dengan kaburnya
Coa Keng memang berbahaya perjalanan suami isteri itu
kalau tidak ada yang melindungi.

juga Lo In tidak keberatan ketika kemudian sian Tin


mendesak untuk angkat saudara. Pikirnya, ia adalah anak
piatu. Benar orang bilang bahwa dirinya belum tentu ada satu
anak piatu. Malah ayahnya adalah seorang tayhiap (pendekar
besar). siapa yang tidak kenal nama Kwee Cu Gie ? Tapi, apa
benar Kwee Cu Gie itu adalah ayahnya ?

Kalau Kwee Cu Gie ayahnya, kenapa tidak mencari dia


yang terlunta-lunta menjadi anak jembel tempo hari ketika
pertama kali ketemu Liok sinshe ? siapa dia Liok sInshe ? sian
Tin kegirangan ketika si bocah tidak menolak untuk angkat
saudara dengannya. Dengan begitu, maka Lo In selanjutnya
memanggil Koan Beng cihu.

sebelum sian Tin menikah dengan Koan Beng, memang ia


ada satu gadis yang periang (gembira), suka berkelakar,
sangat disayang oleh kedua orang tuanya. setelah ia
bersuami, wataknya yang riang gembira seolah-olah tertekan
karena Koan Beng tidak suka berkelakar. Kini ia menemukan
Lo In , bocah yang sangat Jenaka, girang hatinya sian Tin.
Apalagi si bocah dengan senang telah menerima menjadi
saudara angkatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sian Tin ajak adik angkatnya dan suaminya berunding,


apakah perjalanan mengunjungi pesta nikah baik diteruskan
atau dibatalkan saja, karena menghadapi bahaya.

Untuk Lo In tidak menjadi soal, mau diterukan perjalanan


oke saja. Ia bersedia untuk mengantarnya, tidak diteruskan
dan kembali pulang ke kampung halaman ya boleh saja, tidak
keberatan ia mengantarkan mereka.

Dengan adanya urusan Koan Beng suami isteri, maka


perjalanan ke kota Gukwan untuk menghadap toako dari cit-
seng-pay menjadi tertunda. Ia tidak keberatan, sebab itu tidak
begitu penting. Hanya yang ia pikirkan, enci Eng Lian
danBwee Hiang, dimana mereka harus dicarinya. Leng siong
ia tidak begitu pikirkan, sebab ditangannya Lam hay Mo Lie si
nona tidak dalam bahaya. Malah mungin ia menjadi Kim Coa
siancu sebagai ganti enci Eng Liannya.

Koan Beng mengambil keputusan, lebih baik perjalanan


tidak diteruskan dan pulang kembali saja ke kampungnya di
Hoa- hiang. Demikian, telah ditetapkan pada besok harinya
mereka berangkat pulang. Koan Beng dan sian Tin naik joli,
sedang Lo In mengikuti dari ke jauhan dengan jalan kaki
sebagai pelindung istimewa.

Jago cilik kita sekarang membawa dua belah pedang, yang


satu adalah miliknya Lim Kek Ciang yang harus ia kembalikan
kepada Cit-seng-pay, sedang satunya lagi ia dapat rampas
dari Coa Keng. Pedang yang tersebut belakangan Lo In lupa
meminta sarungnya dari si orang she Coa, maka terpaksa ia
gunakan sarung darurat yang ia dapat dari salah satu
penduduk kampung itu. Ia sebenarnya tidak memerlukan
pedang kalau saja ia tidak melihat keistimewaannya pedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

coa Keng. Ia sayang pedang ini karena tajamnya dan dapat


memancarkan cahaya di waktu malam hari.

satu ia gantung di pinggangnya, satunya lagi pedang (coa


Keng punya) ia soreng di punggungnya. Dengan dilengkapi
dua belah pedang, tampak si bocah hitam makin aksi.

Melihat adik angkatnya demikian aksi, sian Tin berkelakar,


katanya,

"Adik In, dengan membawa dua belah pedang itu


tampaknya kau makin kate, bukannya jangkung "

"Tentu saja aku kate sebab aku masih anak-anak." jawab


Lo In ketawa.

" Kalau orang jangkung akan lebih pantas." sian Tin juga
ketawa.

"Yang jangkung sudah ada, untuk apa enci cari lagi ?" kata
Lo In .

"Kau maksudkan ?" sian Tin balik menanya dengan heran.

"Tuh, dia sijangkung " sahut Lo In seraya jarinya menunjuk


pada KoangBeng yang waktu itu sedang bicara dengan tukang
joli.

sian Tin melengak. Parasnya semu-semu merah, ia pelototi


si bocah nakal dengan roman gemas. Reaksi demikian bagi Lo
In sudah biasa, ialah dari Eng Lian danBwee Hiang kalau
kedua encinya itu kalah digodai.

Cuma saja reaksi sian Tin tidak ada efeknya mencubit


lengan atau pipinya. Maklumlah sian Tin masih baru
berkenalan dengannya atau memang sian Tin malu sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

punya suami. Reaksi sian Tin hanya melotot matanya dan


unjuk roman yang gergetan atas godaan Lo In ,

tapi wajah yang berubah itu hanya sejenak saja,


selanjutnya sian Tin biasa lagi, malah senyumnya yang manis
memikat kembali memain pada paras mukanya yang cantik
menarik.

"Adik In, kau nakal betul. Berani godai ci-demu ya " kata si
cantik ketawa. sementara itu Koan Beng sudah menggapai
isterinya untuk masuk ke dalam joli. Mereka sama-sama naik
joli, dikawan oleh Lo In dari kejauhan.

Untuk sampai ke Hoa hiang, perjalanan yang ditempuh jauh


juga, harus makan waktu sehari semalam kalau naik joli. Lain
kalau orang naik kuda umpamanya atau jalan dengan
menggunakan ginkang (ilmu entengi tubuh), dalam tempo
pendek jarak itu dapat ditempuhnya. Belum sampai setengah
perjalanan, dua tukang joli sudah kecapean dan minta
mengaso dulu. Terpaksa Koan Beng dan sian Tin menuruti
keinginan mereka.

Joli dihentikan di bawah sebuah pohon yang rindang. Kong


Beng turun dari joli untuk melemaskan pinggangnya yang
pegal barusan duduk lama.

"Toako, apa kau lihat adik In ada dimana ?" terdengar sian
Tin menanya dari dalam joli kepada Koan Beng yang saat itu
matanya sedang celingukan mencari Lo In .

"Aku sedang melihat-lihat." sahut sang suami.

"Entahlah adik In ada dimana sebab aku tidak melihat


bayangannya jangan- jangan anak itu diam-diam sudah
tinggalkan kita."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Habis bagaimana dengan kita ?" mengeluh sian Tin.

"Habis apa mau dikata kalau orang tidak mau antar kita ?
Kita barusan saja berkenalan dengannya dan belum tahu
hatinya, bagaimana kita bisa menaruh kepercayaan atas
dirinya ? Kau terlalu percaya pada bocah wajah hitam itu, adik
Tin."

"Toako, kau jangan kata begitu." sian Tin bantah pikirannya


sang suami.

"Adik In meskipun masih kecil, kepandaiannya sangat


tinggi. orangnya polos dan jenaka, maka aku percaya penuh
pada adik In. Kau jangan sebut-sebut bocah hitam segala, aku
tidak suka dengar perkataan yang menghina adik in.........."

"Nah, itu siapa yang datang ?" memotong Koan Beng


hingga si cantik terhenti bicaranya, lalu menanya pada sang
suami,

"Siapa yang datang ? Apa adik In ?" sian Tin tidak


mendengar Koan Beng menjawab pertanyaannya.

Lama ditunggu, belum juga terdengar jawaban Koan Beng.


sian Tin lalu menyingkap tirai yang menutupi pintu joli. Ia lihat
Koan Beng sedang berdiri dengan tubuh gemetaran. sian Tin
heran, kapan ia berpaling kejurusan yang dipandang Koan
Beng, hatinya terkesiap. Ia lihat ada sepuluh orang yang
berperawakan tinggi besar dikepalakan oleh Coa Keng sedang
jalan mendatangi.

si cantik menggigil ketakutan. Kedua tangannya dirangkap,


seperti memohon perlindungan dari Yang Maha Kuasa. Diam-
diam hatinya sangat jengkel karena Lo In tidak kelihatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

batang hidungnya sedang mereka suami isteri menghadapi


bahaya.

"Hahaha " terdengar suara Coa Keng berkakakan ketawa.

"Dasar kita berjodoh, kenapa kita bisa bersua lagi disini ?


Enak-enakan kau diam di kolong ranjang, buat apa kau keluar
cari kematian yang konyol ?"

Koan Beng sangat gusar. Tapi apa ia bisa bikin? Coa Keng
terlalu tangguh untuknya, kalau ia menyerang pun sia-sia saja
dan kembali ia akan tertotok roboh. Meskipun begitu, ia tidak
rela ketika melihat Coa Keng mendekati joli untuk
mengganggu isterinya.

"Orang she Coa, kau jangan terlalu menghina " bentaknya,


berbareng ia menyerang.

Koan Beng hanya belajar silat untuk jaga diri dan sedikit
kepandaian menyerang. Mana bisa ia melayani Coa Keng
yang tinggi kepandaiannya.

sambil berkelit dari serangan, berbareng kakinya Coa Keng


bekerja dan Koan Beng di lain detik sudah jatuh meloso di atas
tanah.

Dua tukang joli yang menyaksikan itu jadi ketakutan.


Mereka coba mau melarikan diri, sudah terlambat karena
seorang kawannya Coa Keng sudah mencegat mereka dan
dirobohkan dengan totokan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Nona cantik, mari keluarkah ketemui kokomu yang


merindukanmu " kata Coa Keng seraya menyingkap tirai joli.
Tangannya diulur untuk menyolok pipinya Sian Tin.

Sian Tin berkelit dengan pelengoskan mukanya, tapi tangan


coa Keng yang nakal tak dapat dikelit untuk kedua kalinya.
Malah kali ini bukan pipinya yang dicoleki tapi buah dadanya
yang diremas dengan napsu oleh Coa Keng.

Sian Tin menierit dan meronta-ronta ketika Coa Keng


masuk ke dalam joli dan memeluk dirinya menciumi. Sungguh
kurang ajar si orang she Coa ini. Tapi apa Sian Tin bisa bikin
terhadap Coa keng yang berkepandaian tinggi ?

Sian Tin sudah kewalahan ketika tangannya Coa Keng


yang nakal menggerayangi tubuhnya dan hendak membuka
pakaiannya. Pada saat itulah terdengar suara ketawa yang
membikin Coa Keng lompat keluar dari daLam j oli.

Dengan serentak ia mencabut pedangnya. Kepalanya


mendongak ke atas pohon. Di sana tampak si bocah muka
hitam tengah uncang-uncang kaki sambil ketawa berkakakan.

"Bocah bau " bentak Coa Keng.

"Kembali kau usilan dalam urusan tuan besarmu ? Hm


jangan harap kau dapat lolos dari tangan aku orang she Coa "

"Coa Keng pengkhianat " sahut si bocah menggodai.

"Tuan kecilmu sudah berlaku murah mengasih jalan hidup,


Bukannya bertobat, ini malah kembali mau melakukan
kejahatan "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bocah bau, kau tu..... " bentak Coa Keng yang terhenti
ketika mau mengatakan "turun " Ketika melihat tahu-tahu si
bocah sudah ada dihadapannya. sepuluh orang kawan-
kawannya Coa Keng telah mengurung Lo In .

"saudara-saudara." kata Coa Keng kepada kawan-


kawannya.

" Inilah si bocah muka hitam yang menghina Ngo-tok-kauw,


perkumpulan kita yang sangat kita junjung tinggi "

Kiranya sepuluh orang itu adalah orang-orang Ngo-tok-


kauw. Mereka dalam perjalanannya menyusul Kauwcunya,
ditengah jalan dengan cara kebetulan telah menolong Coa
Keng yang kena dilumpuhkan oleh 'Ilmu sakti Membakar
Langit' dari Lo In .

Pantasan ketika Koan Beng keluar dari hotel tidak


menemukan coa Keng lantara ia ditolong oleh kawan-
kawannya yang kepandaiannya tidak lebih rendah dari si
orang she Coa.

semuanya jago pilihan dari Ngo-tok-kauw. Lantaran


pandainya Coa Keng mainkan lidahnya, jago dari Ngo-tok-
kauw itu merasa tersinggung dan marah pada Lo In .

Coa Keng sudah dapat menyulut kemarahan kawan-


kawannya dengan mengatakan bahwa Lo In telah
menantangnya untuk memanggil kawan-kawannya
mengeroyok si bocah. Coa Keng kata bahwa bocah hitam itu
tinggi kepandaiannya. Maka ia dijatuhkan dan mengalami
hinaan dan orang-orang Ngo-tok-kauw ditantang Lo In .

Demikian mendengar coa Keng mengatakan bahwa si


bocah di depan mereka itu yang menghina Ngo-tok-kauw,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mereka jadi mendelik matanya. semuanya sangat gusar. Yang


membuat emreka heran, kecuali si bocah bawa dua pedang,
tidak ada apa-apanya yang ditakuti. Tapi kenapa Coa Keng
bisa jatuh ditangannya si bocah ? sebaliknya Lo In jadi heran
ia difitnah menghina Ngo-tok-kauw.

"Hei, orang she Coa " kata Lo In .

"Aku hanya berurusan dengan kau satu pengkhianat. Tidak


ada sangkut pautnya dengan Ngo-tok-kauw. Kenapa kau
bawa-bawa soal Ngo-tok-kauw segala ? Kapan aku menghina
Ngo-tok-kauw ?"

orang-orang Ngo-tok-kauw heran mendengar perkataan Lo


In . Tapi Coa Keng tidak mau teman-temannya keburu sadar
bahwa ia menghasut dengan tidak beralasan. Maka ia sudah
lantas berkata,

"Bocah hitam, kau jangan banyak putar lidah Kalau


memangnya tidak berani, kenapa menantang Ngo-tok-kauw ?
Hahaha, sekarang setelah ada orang-orangnya Ngo-tok-kauw
disini kau pungir tantanganmu pada Ngo-tok-kauw. Bagus,
dasar bocah pengecut "

Lo In sebenarnya tidak mau cari-cari permusuhan dengan


orang-orangnya Ngo-tok-kauw. Tapi melihat Coa Keng
demikian licik memutar duduknya perkara, ia jadi tidak senang.
Maka timbullah wataknya yang berandalan dan tidak mau
kalah terhadap siapa juga.

"Jadi." tiba-tiba Lo In berkata,

"Kau sudah kumpulkan orang-orang Ngo-tok-kauw untuk


mengeroyok aku anak kecil ? Bagus, tidak tahu malu Tua-tua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bangka bangkotan mengeroyok anak kecil. sebentar saja


dunia Kangouw akan gempar dengan gelak tawanya."

Coa Keng melengak mendengar sindiran Lo In , sementara


yang lainnya pada berpandangan satu dengan lain.

"saudara-saudara, tidak perduli dia satu bocah ingusan.


Asal berani menghina perkumpulan kita, itu berarti dia sudah
kepingin mampus siang-siang. Maka, marilah semuan maju "

orang-orang Ngo-tok-kauw memang paling fanatik, sangat


menjunjung pada perkumpulannya. siapa yang berani
menghina, tidak pandang bulu, apa dia lelaki perempuan atau
anak-anak, main bunuh saja, perkara belakangan.

Tidak heran apabila mendengar anjurannya Coa Keng,


mereka lantas mengurung rapat untuk membekuk si bocah.

Koan Beng yang sudah bangun lagi dari jatuh melosonya


ditendang coa Keng, tampak berdiri dengan badan gemetaran,
ketika melihat Lo In dikurung rapat. sian Tin dibalik tirai
menyaksikan denan hati berdebaran, saban-saban ia
pejamkan matanya, merasa ngeri kalau sebentar si bocah
kena dibekuk dan disiksa.

Mereka yang belum merasakan kelihaiannya Lo In tidak


takut maju di depan. sebaliknya Coa Keng berubah jadi
pengecut. Ia hanya berkaok-kaok supaya teman-temannya
menyerbu sedang ia sendiri tidak bergerak. Benar licik si
orang she Coa itu.

"Hei, Coa Keng." katanya Lo In seraya turunkan pedang


yang ada di pinggangnya. Lalu mencabutnya hingga
berkilauan cahayanya kena sorotnya matahari. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melemparkan sarung pedang kepada Coa Keng seraya


melanjutkan kata-katanya,

"Lekas serahkan sarung aslinya sebagai tukaran dari


sarung daruratku "

Coa Keng menjadi heran melihat Lo In tenang-tenang saja.


Dalam keadaan demikian genting untuk dirinya, si bocah
masih sempat mau menukar sarung pedangnya.

sementara kawan-kawannya, melihat Lo In mencabut


pedang dikiranya si bocah mau menempur mereka dengan
menggunakan senjata tajam Maka mereka juga sudah pada
mencabut senjatanya, pedang, golok dan lain-lainnya. siap
untuk digunakan kalau si bocah nanti mau menyerang dengan
senjata tajam.

"Bocah bau " jawab Coa Keng.

"Tidak tahu malu Pedang orang mau dimiliki. Masih ada


muka untuk menukar sarungnya lagi. Apa kau kira kebagusan
perbuatanmu itu?"

"Hehehe " Lo In ketawa.

"Dengan halus kau tidak mau kasihi nanti lihat aku


pindahkan sarung dipinggangmu itu tanpa kau merasa "

Lo In tutup perkataannya dengan suatu gerakan gesit luar


biasa hingga orang jadi melongo sebab tahu-tahu sarung
pedang Coa Keng sudah ada di tangan si bocah sementara
Coa Keng sendiri repot membetulkan tali celananya yang
terputus disontek pedang. Lucu kelihatannya kelakuannya Coa
Keng waktu itu hingga sian Tin yang ketakutan menjadi ketawa
cekikikan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendengar si cantik mentertawakan dirinya, bukan main


malunya Coa Keng. Dari malu ia menjadi nekad. Cuma
bagaimana ia dapat menyerang Lo In sedang celananya
sudah putus talinya ? Ia berkaok-kaok kepada kawan-
kawannya yang tertegun nampak kegesitan si bocah yang luar
biasa itu.

sebetulnya mereka jeri melihat kelihaian si bocah wajah


hitam. Tapi memikir bahwa mereka berjumlah lebih banyaki
tidak mungkin si bocah bisa membikin mereka susah. Maka
mereka dengan serentak telah menyerang Lo In .

Koan Beng jatuh duduk melihat Lo In diserang berbareng


dengan senjata-senjata tajam yang berkilauan sedang sian Tin
dengan wajah ketakutan menonton jalannya pertempuran.
Dua tangannya dirangkap di depan dada, ia berdoa akan
keselamatan adik angkatnya yang

dikeroyok begitu banyak orang.

Lo In sebenarnya dalam segebrakan saja, ia dapat


merobohkan mereka dengan satu jurus dari It-sin-keng. Tapi ia
tidak mau membikin orang hilang muka sebab ia tahu yang
mengeroyok dirinya itu adalah orang-orang pilihan Ngo-tok-
kauw.

selagi ia enak-enak permainkan lawannya yang saban-


saban terkesiap kehilangan Lo In , tiba-tiba si bocah
mendengar teriakan sian Tin,

"Adik In, tolong......... "

Lo In lihat Ci-denya sedang ditarik keluar oleh Coa Keng.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

segera terdengar suara prang prang saling susul, suaranya


senjata tajam yang berjatuhan berbareng sepuluh orang yang
mengeroyok Lo In sudah pada terkulai roboh.

"Aduh " menyusul suara jeritan Coa Keng, tubuhnya


melayang sampai tiga meter di angkasa bebas kemudian 'bluk
' saja jatuh terbanting dengan tidak bisa bangun lagi.

Coa Keng sangat licik. Melihat Lo In diatas angin, untuk


memecah perhatian si bocah ia lantas hampiri joli yang
didalamnya ada si cantik. Ia tarik keluar sian Tin dengan
maksud akan dipakai sebagai barang tanggungan supaya Lo
In menyerah. Tapi ia tidak perhitungkan kesaktiannya si bocah
luar biasa itu. sebelum ia dapat menarik keluar si cantik, tahu-
tahu ia rasakan pantatnya ditendang dari bawah ke atas
hingga tubuhnya terapung tiga meter tingginya.

Benar-benar kejadian itu diluar dugaannya. Ia jatuh dengan


tidak bisa bangun lagi. Benar-benar ia tidak bisa bangun lagi,
jiwanya telah melayang seketika. Dari mulut, kucing dan
hidung mengeluarkan darah segar. Lo In yang menyaksikan
jadi bengong. Ia tidak bermaksud membinasakan Coa Keng.
Hanya saking gemasnya ia menendang dengan tenda nan
Kim-ke-kiak (Kaki ayam emas) dari It-sin-keng. Lo In tidak
mengira bahwa tendangan Kim-ke-kiak demikian dahsyatnya.
Cukup satu kali tendang, orang binasa dengan mengeluarkan
darah segar daripanca indranya.

Lo In tidak sadar bahwa tendangan 'Kaki ayam emas'


mengandung lwekang murni yang tidak sembarangan dimiliki
oleh jago-jago kelas wahid.

Koan Beng menghampiri Lo In yang sedang bengong


mengawasi korbannya. Ia barusan menyaksikan Lo In
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menendang terbang tubuhnya Coa Keng, tapi tidak mengira


bahwa si orang jahat bakal menemui ajalnya yang konyol itu.
Melihat dari panca indera Coa Kong mengeluarkan darah dan
tidak bernapas lagi, Koan Beng diam-diam geleng kepala dan
menghela napas. Hampir ia tidak percaya akan kedahsyatan
tendangan Lo In , kalau ia tidak menyaksikan dengan mata
kepalanya sendiri

"Adikku, benar-benar kau sangat hebat " memuji Koan


Beng sambil memegang pundaknya sang bocah yang masih
dalam bingung tampak akibat dari tendangan 'Kaki ayam
emas'. sementara itu sian Tin juga sudah keluar dari joli dan
menghampiri mereka.

Ia menekap mukanya sebentaran lantaran merasa ngeri


melihat kematiannya Coa Keng dengan mata melotot
mengeluarkan darah.

Koan Beng pimpin isterinya naik joli lagi.

"sudahlahi mari kita teruskan perjalanan." katanya


menghibur sang isteri. sementara kepada Lo In , ia berkata,

"Adik In, bagaimana dengan sepuluh orang itu yang pada


rebah malang melintang ? Aku kuatir mereka akan mencahari
balas pada keluargaku."

Lo In tidak menyahut, sebaliknya ia menghampiri orang-


orang Ngo-tok-kauw.

"Para paman." kata Lo In .

"Aku tidak bermusuhan dengan Ngo-tok-kauw. Kalau kalian


sampai bergebrak dengan aku, itu karena hasutannya Coa
Keng. Aku kasih tahu pada kalian, Coa Keng itu sangat jahat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukan saja ia sudah mencelakakan Kauwcu kalian, tapi juga


dia sudah membunuh dua saudara angkatnya yang bernama
Ang Kek sui dan Giam Tee seng, juga kelakuannya tidak
bagus, suka mengganggu wanita baik-baik. Bentrokan dengan
aku juga justru lantaran kelakuannya yang tidak bagus itu, dia
hendak ganggu enciku dan aku sudah kasih hajaran padanya.
Aku kira dia bisa bertobat, tidak tahunya masih membandel
dan mau juga membikin susah enciku. Kematiannya adalah
hasil dari perbuatannya yang jahat "

sepuluh orang Ngo-tok-kauw itu dalam keadaan tertotoki


tidak dapat bicara. Hanya matanya saja kedap kedip dan
mulutnya seperti ingin bicara.

Lo In dapat memahami keinginan orang. Maka dengan


beberapa kali kebutan dengan lengan bajunya, ia sudah bikin
sepuluh orang itu bebas dari totokan.

satu diantaranya yang menjadi kepala, telah menghampiri


Lo In dan berkata,

"Siaohiap. kami sangat berterima kasih atas kebaikanmu


tidak membunuh kami. selanjutnya kami tidak akan mencari
permusuhan dengan siaohiap."

"Apa Coa Keng benar sudah binasa ?" tanya satu yang
lainnya.

"Kalian boleh periksa sendiri keadaannya." sahut Lo In .

Mereka memang barusan lihat Lo In menendang Coa Keng


sampai terbang, tapi tidak tahu kalau tendangan Lo In bisa
membinasakan orang. Maka, dalam keadaan ragu-ragu
mereka menghampiri tubuhnya Coa Keng yang tidak berkutik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika mereka nampak keadaannya Coa Keng yang


mengerikan, diam-diam mereka mengkirik bulu badannya.

Semua mata disorotkan kepada Lo In seolah-olah tidak


percaya jago cilik kita mempunyai tenaga dalam yang
demikian dahsyatnya.

"siaohiap." kata orang yang mula-mula bicara dengan Lo In


.

"Aku Teng Hui, meskipun tidak punya kepandaian apa-apa


tetapi mendapat kemurahan Kauwcu mengangkat aku menjadi
Tiang lo (pengetua). Dengan cara kebetulan kita bisa
berkenalan disini. Aku mohon siaohiap suka memberitahukan
nama siaohiap yang terhormat."

"Tidak halangannya untuk mengikat persahabatan." sahut


Lo In ketawa.

"Aku she Lo nama In, satu bocah yang kerdil "

sementara Lo In bicara, Teng Hui mengawasi saja kepada


paras si bocah yang hitam legam seperti pantat kuali.

"Ahi siaohiap." kata Teng Hui tiba-tiba ketawa.

"Kau tentu bukan lain adalah 'Hek bin-sin-tong' Lo In yang


menggemparkan dunia Kangouw pada dewasa ini."

Mendengar disebutnya 'Hek-bin-sin-tong' atau si Bocah


sakti muka hitam, kawan-kawannya Teng Hui membuka
matanya lebar-lebar malah ada yang melelet-leletkan lidahnya.

Dalam hatinya mereka pikir, pantesan coa Keng dengan


hanya sekali tendang saja sudah melayang jiwanya. Kiranya
Hek-bin-sin-tong yang melakukannya. semua orang lantas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pada menggutkan kepala pada Lo In sebagai tanda memberi


hormat.

"Ah, gelaran itu berkelebihan sebab kenyataannya aku tidak


punya kepandaian apa-apa." kata Lo In merendah sambil
ketawa nyengir.

Teng Hui dan kawan-kawannya senang melihat sikapnya


Lo In yang tidak sombong, meskipun mempunyai kepandaian
yang sukar diukur.

Teng Hui lalu minta keterangan cara bagaimana Lo In bisa


tahu kalau Coa Keng sudah menganiaya Kauwcu dan
membunuh Kek Sui dan Tee Seng. Atas mana Lo In tidak
keberatan untuk memberitahukan apa yang ia tahu. Ialah
tentang pertempuran dikuburan tua, gara-gara berebut Say-
cu-leng.

"Apa siaohiap juga tahu dimana Kauwcu sudah dianiaya ?"


tanya Teng Hui.

"Paman Teng, aku paling sebal kalau orang memanggil


siaohiap segala. Selanjutnya kau panggil aku, adik kecil saja
sudah cukup " kata Lo In .

Teng Hui dan kawan-kawannya melengaki Tapi diam-diam


memuji, anak ini tidak sombong. Panggilan Siaohiap
(pendekar cilik) ada lebih pantas, tapi Lo In lebih suka
dipanggil adik kecil, sungguh diluar dugaan mereka.

Dengan tersenyum, Teng Hui menyahut,

"Ya, ya, adik kecil. Coba kau terangkan cara bagaimana


Kauwcu kami dianiaya oleh Coa Keng ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri cara


bagaimana Kauwu kalian telah dianiaya oleh Coa Keng. Yang
aku tahu semua milik dalam bajunya Kauwcu kalian telah
diambil oleh Coa Keng, menurut penuturannya Coa Keng
sendiri kepada dua saudaranya yang telah ia bunuh, ialah Kek
Sui dan Tee Seng."

Teng Hui angguk-anggukkan kepalanya. Ia menyesal Lo In


tidak tahu hal Kauwcu mereka. Jadi untuk ia dan kawan-
kawannya ada sukar untuk mencari jejak Kauwcunya
sekarang ada dimana.

"Paman-paman sekalian." Lo In berkata, ketika mereka


mohon diri berpisahan.

"Dalam kejadian hari ini adalah aku Lo In yang bertanggung


jawab. Maka aku harap kalian jangan membuat susah kepada
enciku dan keluarganya. Dimisalkan untuk menuntut, carilah
aku si bocah. Dengan senang hati aku nanti melayaninya."

"ohi tidaki tidaki" sahut Teng Hui cepat.

"Bukankah barusan aku sudah katakan, kami tidak akan


mencari permusuhan dengan siao.. eh, adik kecil. sudah tentu
kami tidak berani mengganggu enci adik kecil. Hahaha........"

Lo In senang atas jawaban Teng Hui. Ia kata lagi,

"Ini baru laki-laki. Aku senang dapat mengikat


persahabatan dengan kalian paman yang berjiwa laki-laki "

"Adik kecil, nanti pada lain kesempatan, pamanmu akan


mengadakan suatu meja perjamuan sebagai tanda
persahabatan. sekarang sampai disinilah kita berpisahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dahulu kaerna kami harus cepat-cepat menjalankan tugas


mencari Kauwcu." kata Teng Hui ketawa.

"Bagus, sampai lain kali bersua." sahut Lo In seraya


tangannya diangkat menggapai mengucap selamat jalan pada
Teng Hui dan kawan-kawannya yang telah berlalu.

Ketika Lo In baru saja putar tubuhnya, tiba-tiba ia berbalik


lagi karena Teng Hui datang lagi dan berkata,

"Adik kecil, aku mohon pertolonganmu. Kalau dalam


perjalanan kau menemui Kauwcu kami yang bernama Tong
Hong Kin, tolong memberikan perlindungan manakala ia
memerlukan bantuan."

"Baiki baiki jangan kuatir." menyanggupi Lo In .

setelah mengucapkan terima kasihi Teng Hui menyusul


kawan-kawannya yang sudah jalan terlebih dahulu. sementara
Lo In telah balik menghampiri Koan Beng dan isterinya yang
tengah menantikan Lo In sedang bercakap-cakap dengan
kawanan dari Ngo-tok-kauw.

"Bagaimana adik In, sudah beres ?" tanya sian Tin.

"sudahi boleh jalan." sahut Lo In .

"Kau ini aneh. siapa yang bawa encimu pulang ?" kata sian
Tin, matanya melirik kepada dua orang tukang gotong joli yang
masih tinggal rebah tertotok.

Lo In ketawa. Dengan satu kebasan lengan baju, dua orang


tukang gotong itu sudah lantas bisa bangun bergerak. Heran
hati mereka, tapi tidak ada tempo untuk memikirkan sebab
sian Tin sudah meneriaki pada mereka untuk segera
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menjalankan tugasnya. Di lain detik, tampak sian Tin sudah


duduk pula bersama suaminya di daLam joli meneruskan
perjalanan pulang .

Mereka sampai di Hoahiang dengan selamat.

Koan Beng suami isteri sangat hormat kepada Lo In karena


meraka merasa hutang budi besar sekali pada si bocah sebab
kalau tidak ada Lo In , terang mereka sudah tidak bisa pulang
kembali ke kampungnya.

Lo In senang kepada enci angkatnya yang Jenaka.


Mengingatkan ia kepada Eng Lian dan Bwee Hiang sekalipun
sian Tin tidak begitu agresif seperti kedua encinya terhadap
dirinya yang nakal menantang dicubit.

Koan Beng repot dengan pekerjaannya, tidak sering-sering


ia menemani Lo In . Itulah yang paling baik sebab Lo In
memang tidak begitu betah duduk ngobrol dengan Koan Beng
yang sikapnya seperti orang tua. Pendiam, jauh bedanya
wataknya dengan sian Tin istertinya yang selalu riang gembira
menghadapi tamu kecilnya.

Dalam omong-omong ketika mereka duduk berduaan, sian


Tin timbulkan urusan Lo In keterlepasan omong 'enci Hiang '
ketika melihat lirikan mata dan paras sian Tin yang ditarik
merenggut. sian Tin menanya,

"Adik kecil, siapa itu enci Hiang ?"

"Enci Hiang yang enci Hiang, habis siapa lagi ?" sahutnya
Jenaka.

"Adik In, kau jangan bohongi encimu. sekarang kau sudah


umur berapa sih ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau tidak salah hitung, sudah masuk tujuh belas tahun."

"siapa teman-temanmu yang paling baik dengan kau ?"

"Temanku banyaki ada tiga, semuanya baik padaku."

"Perempuan atau laki-laki ?"

"semuanya perempuan." jawab Lo In seperti bangga


sikapnya.

"Aduh, banyak amat ? Kecil-kecil sampai tiga pacarnya."


menggoda sian Tin ketawa.

Lo In melengak. Tapi ia sudah dapat meraba apa yang


dikatakan sian Tin pacar, sambil ketawa ia berkata,

"Bersama Ci-de akujudi punya empat pacar. Hahaha. ......"

"Hussstt Encimu disini tidak termasuki apa kau mau jadi


Coa Keng ?" kata sian Tin, tapi diam-diam ia senang bahwa
dirinya ada termasuk dalam hitungan pacar si bocah wajah
hitam yang sangat tinggi kepandaiannya.

sian Tin tidak tahu, entah kenapa hatinya sangat tertarik


pada bocah hitam ini sejak Lo In dapat menolongi dirinya.
Kalau ketarik dengan wajahnya, tak mungkin. wajahnya Lo In
hitam legam, Ia kapan suaminya Koan Beng. Ketarik oleh
kegantengannya, tak mungkin sebab Lo In masih anak-anak.
Atau lantaran Lo In sangat Jenaka ? Atau apa sian Tin malu
hati lantaran tubuh mulusnya laksana bayi telah disaksikan
oleh Lo In pada malam menyeramkan itu, dimana ia hampir
diperkosa Coa Keng ? Entahlah, si cantik masih belum dapat
memastikan lantaran apa ia ketarikpada si bocah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In melengak ketika mendengar sian Tin kata 'apa kau


mau jadi Coa Keng ?'

" Ci-de, apa kau pikir pantas aku jadi Coa Keng ?" tanya Lo
In .

"Pantas kalau parasmu secakap dia dan kalau kelakuanmu


semacam dia Hm " si cantik mendengus, wajahnya kemerah-
merahan ingat akan pengalamannya.

"Ahi aku tak mau jadi Coa Keng." kata Lo In Jenaka.

sian Tin ketawa ngikik.

" Kalau tidak mau menjadi Coa Keng, kenapa Ci-demu


yang sudah punya suami dimasukkan dalam hitungan
pacarmu ? katanya.

" Ci-de, aku tidak tahu apa sih artinya pacar, bukannya
teman main-main ?"

"Pacar ya pacar, masa anak sudah mulai dewasa tidak tahu


artinya pacar ?" Lo In tundukkan kepala, seperti lagi berpikir.

Melihat Lo In seperti yang benar-benar belum tahu artinya


pacar maka sian Tin berkata,

"Pacar itu artinya teman baik denagn siapa kita ada


harapan hidup bersama-sama sampai di hari tua. Kau
mengerti ?"

Lo In masih bingung. Ia menatap si cantik tajam hingga sian


Tin tergetar hatinya. sambil tunduk ia berkata lagi,

"Adik In, tegasnya apa yang aku artikan pacar adalah


teman karibmu yang bakal kaujadikan isteri. Paham ?" sambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ketawa ngikik hingga Lo In yang sekarang baharu terang


artinya pacar menjadi tertawa terbahak-bahak.

"Aku masih anak-anaki mana aku memikirkan yang


begituan ? Enci Bwee Hiang umurnya lebih tua lima tahun
dariku, enci Eng Lian dan Leng siong masing-masing lebih tua
satu tahun. Aku anggap mereka itu enci-enci temanku saja,
bukan apa-apa." berkata Lo In

dengan wajar dan polos.

sekarang sian Tin baharu tahu nama-nama temannya Lo In


, malah usianya juga.

"Coba adik In sebutkan, siapa-siapa yang kau rasa dekat


denganmu diantaran tiga gadis itu." berkata sian Tin seraya
bersenyum manis.

" Kesatu enci Lian, kedua enci Hiang dan ketiga enci siong.
Tapi dengan enci Siong aku belum lama kenal. Meskipun
begitu dia sangat baik kepadaku." si bocah membuka rahasia
kepada ci-denya.

"semua cantik-cantik wajahnya bukan ?"

"Ya, begitulah boleh dikatakan."

"Yang sama dengan ci-de cantiknya, siapa diantaranya ?"

"Enci Bwee Hiang, dia sangat cantik."

"Hihihi... " sian Tin ketawa ngikik.

"Adik In, kau bisa saja menyamakan orang."


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Habis Ci-de yang menanya, apa aku tinggal membisu ?"


sahut Lo In ketawa.

"Baiklahi sekarang Ci-de dengan enci Hiang sama


cantiknya.

"Bagaimana kalau dibandingkan dengan enci Lianmu ?"

Lo In tidak lantas menyahut. Rupanya ia bingung dengan


serentetan pertanyaan sian Tin soal kecantikan. Apakah sian
Tin mau dianggap paling cantik ? Pikirnya, mana bisa begitu.
Enci Liannya lebih cantik dan menarik hati tingkah lakunya,
mana sian Tin bisa disamakan dengan Eng Lian ? jangan
sama Eng Lian, sama Leng siong saja sudah kalah. Tapi untuk
membikin supaya hatinya sian Tin tidak kecewa, maka sambil
ketawa Lo In berkata,

"Hanya sedikit bedanya, enci Lian seketik lebih cantik."

"Kalau dengan Leng Siong ?" Sian Tin mendesak dengan


penasaran.

"Kalau dengan enci Leng Siong, kecantikan Ci-de setengah


ketik dibawahnya." Lo In menjawab sambil ketawa haha hihi.

Celaka Pikri sian Tin dalam hatinya. Si bocah bilang seketik


dan setengah ketik hanya berkata tidak sejujurnya. Kalau yang
benar, pasti Eng Lian dan Leng Siong jauh lebih cantik dari
dirinya. Sebegitu jauh ia anggap dirinya paling cantik, tidak
tahunya kalah jauh dengan tiga kawan karibnya si bocah.
Mungkin Bwee Hiang juga, Lo In tidak omong benar dan Bwee
Hiang tentu lebih cantik dari pada dirinya. Memikir demikian,
tampak Sian Tin menjadi lesu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik In, kau tidak omong dengan sejujurnya, membikin


encimu kecewa. Mereka tentu adalah lebih cantik dariku.
Kenapa aku mengatakan sama, seketik dan setengah ketik
segala ? Adik In, tidak baik kau membohongi encimu."

Lo In tidak enak hatinya. Memang benar ia membohongi


enci gedenya, tapi ya apa mau dikata. Ia hanya dapat
mengatakan demikian untuk membuat Sian Tin tidak kecewa,
tapi akhirnya si nyonya muda yang cantik itu kecewa juga.

" Ci-de." kata Lo In mengalihkan pembicaraan.

"Sebaiknya kita jangan bicarakan urusan paras cantik tidak


cantik. Mari aku bicarakan tentang kelakuan mereka yang
sangatjenaka dan mengesankan serta pengalaman-
pengalaman kita bersama. Pasti ini lebih menarik perhatian
untuk Ci-de dengar."

"Nahi coba kau mendongeng." sahut Sian Tin yang setuju


rupanya pembicaraan dialihkan kepada hal-hal yang gembira.

Lo In lalu mendongeng perjalanannya dengan Bwee Hiang


dan Eng Lian, tentu saja pada saat-saat yang gembira Lo In
ceritakan dan tuturkan juga sedikit tentang ia dan Eng Lian
tinggal di Tong-hong-gay, saban hari plesiran naik si rajawali
emas. Begitu meresap ceritanya Lo In hingga sian Tin duduk
termangu- mangu.

Mendadak dalam hatinya timbul keinginan menjadi gadis


lagi dan ikut merantau dengan si bocah wajah hitam yang
sangat dicintai oleh teman-teman wanitanya. Terdengar ia
beberapa kali menghela napas.

Ia membayangkan gembiranya perjalanan Lo In dengan


Bwee Hiang, bagaimana akrabnya pergaulan si bocah wajah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hitam dengan enci Eng Liannya dan bagaimana besar


perhatian Leng siong terhadap Lo In . Dan kesimpulannya
tentu tiga gadis itu mencintai Lo In tanpa disadari oleh si bocah
yang masih belum tahu apa-apa.

Ia membayangkan bagaimana ia menikah dengan Koan


Beng, pemuda yang usianya jauh lebih tua dengannya. Lelaki
pendiam dan sehari-hari hanya sibuk dengan pekerjaannya,
tidak ada saat-saat yang gembira sian Tin rasakan dalam
hidupnya sebagai suami isteri sudah empat tahun lamanya.
Mengingat ini, diam-diam sian Tin iri kepada tiga gadis
temannya Lo In yang telah dapat mengikat hatinya si bocah
luar biasa itu.

Mendadak timbul dalam hatinya suatu keinginan yang


bukan-bukan. Ia ingin menguasai Lo In dan bikin selanjutnya si
bocah jatuh dibawah pengaruh kecantikannya. Pikirnya, "Dia
masih hijau- dalam soal asmara. Biarlah aku ajari dia
bagaimana sedapnya orang bermain cinta. sekarang dia
masih ketolol-tololan. Lama-lama tentu pintar, setelah aku
kasih les dalam tempo singkat. Aku mau lihat, siapa diantara
kita berempat yang dapatkan Hek-bin-sin-tong Lo In ? Tentu
saja sian Tin, sedang Bwee Hiang, Eng Lian dan Leng siong
boleh gigitjari. Hi hi hi......."

Ini adalah lamunan yang gila-gilaan dari sian Tin. Apakah


benar-benar dia dapat menundukkan si bocah wajah hitam
dengan gaya dan parasnya yang memang cantik? Entahlah.

sian Tin sebenarnya adalah seorang isteri yang setia pada


suaminya. Buktinya ia tidak kepincuk dengan paras coa Keng
yang jauh lebih cakap dari Koan Beng. Tapi mendadak ia jatuh
hati pada Lo In , seorang anak yang masih pentil. sungguh
tidak habis dimengerti. Mungkin si cantik ketarik oleh cara-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

caranya Lo In yang kocak Jenaka, oleh kepandaiannya yang


maha tinggi, atau oleh perasaan ingin membalas budi atas
pertolongannya si bocah kepada dirinya. Tapi yang terang,
napsu tidak mau mengalah telah berkecamuk dalam dadanya,
ia ingin mengalahkan tiga dara saingannya sekaligus.

Dengan seringnya Koan Beng tidak ada di rumah lantaran


sibuk dengan pekerjaannya, tidak heran kalau sian Tin yang
mengandung maksud tertentu telah melayani Lo In sangat
istimewa. Malah dalam waktu-waktu ada kesempatan sian Tin
mulai membuat guncang hatinya si anak muda masih hijau-
untuk bermain cinta.

"Adik In." kata sian Tin ketawa manis selagi mereka duduk
mengobrol.

" Encimu ingin sekali belajar sedikit ilmu silat untuk


menjaga diri sukalah adik In mengajarinya."

"Itu urusan kecil. Cuma buat apa ? Ci-de toh tidak kemana-
mana." sahut Lo In .

"Apa salahnya kalau bisa sedikit-sedikit untuk menjaga diri,


jangan sampai dihina orang seperti Coa Keng malam itu." kata
si cantik, sepasang matanya yang halus menatap Lo In sambil
tersenyum menggiurkan.

Maksud si cantik mengingatkan pada malam itu agar Lo In


ingat pada keadaan dirinya (sian Tin) yang tidak berpakaian.
Kulitnya yang halus putih dengan sepasang buah dada
terbuka setidak-tidaknya telah disaksikan oleh si bocah.

Agak genit kelakuan sian Tin, tapi Lo In tidak perhatikan itu.


Kelakuan demikian sudah biasa Lo In hadapi dari Eng Lian
yang berandalan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata Lo In tidak memikir pada keadaan malam itu.


setelah ia ketawa nyengir, ia berkata dengan wajar,

"ci-de mau belajar silat tidak aku keberatan. cuma saja


perjalanan jadi ketunda. Aku harus mencari enci Hiang dan
Lian, yang sekarang mereka entah ketahan dimana."

sian Tin tidak senang Lo In berkata demikian. Dari mana


ternyata bahwa si bocah memperhatikan betul kepada Bwee
Hiang dan Eng Lian. Tapi sian Tin tidak unjuk perasaan tidak
senangnya, sebaliknya ia bersenyum manis dan berkata,

"Adik In, begitu besar perhatianmu pada Bwee Hiang dan


Eng Lian sampai melupakan pada enci barumu yang
memohon pertolongan. Kau tinggal beberapa hari disini.
setelah encimu dapat belajar inti sarinya ilmu silat yang kau
ajarkan padaku, kau boleh meninggalkan encimu dengan
perasaan lega, bukan ?"

Lo In pikir tidak jahatnya ia tinggal beberapa hari dalam


rumah sian Tin, setelah ia ajarkan sedikit garis-garis besarnya
pelajaran ilmu silat, ia akan lantas berlalu dari situ untuk
mencari enci Lian dan Hiangnya.

Pada malamnya sian Tin bicara dengan Koan Beng bahwa


ia mau belajar ilmu silat pada Lo In , untuk mana Koan Beng
tidak merasa keberatan. Malah senang hatinya sang isteri ada
minat demikian. Ia tidak mengira kalau tujuannya sang isteri
lain dari apa yang ia kira. Ia tidak ambil peduli saban hari sian
Tin berkumpul dengan Lo In . Malah ia senang sian Tin dapat
teman bercakap-cakap karena ia sendiri hampir tidak ada
tempo menemani isterinya kongkouw-kongkouw disebabkan
kesibukannya sehari-hari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pada suatu pagi ketika Lo In sedang menunggu sian Tin


muncul di ruangan latihan, hatinya tiba-tiba berdebar nampak
sian Tin dalam pakaian istimewa. Ia mengenakan celana
sutera yang tipis, bajunya demikian ketat hingga sepasang
buah dadanya seperti tercetak menonjol. Menggairahkan
sekali sian Tin dalam pakaiannya yang istimewa itu karena
anggota tubuhnya yang putih tercetak membayang.

sanggulnya yang rapih tercantum sepasang bunga mawar


menambahkan wajahnya lebih cantik lagi dan mengesankan
pada Lo In yang baru kali ini nampak Ci-denya ada demikian
istimewa di pemandangannya.

"Adik In, bagaimana pendapatmu tentang pakaian encimu


ini ? Bukankah lebih tepat untuk digunakan dalam latihan ?
Aku jadi bisa bergerak dengan leluasa." berkata sian Tin
sambil jalan mendekati Lo In yang sedang bengong menatap
dirinya si cantik,

sian Tin belaga pilon nampak si bocah seperti yang


kesengsem menatap dirinya dalam pakaian istimewanya.

"Hei, adik In. coba kau katakan, bagaimana pendapatmu ?"


ia menegur Lo In seraya mencubit perlahan lengan Lo In . si
bocah kaget dicubit.

" Ci-de, kenapa kau mencubit ?" tanyanya.

"Bwee Hiang, Eng Lian dan Leng siong boleh mencubitmu.


Apa encimu tidak boleh ?" sahut sian Tin dengan aksi genit.

Lo In jadi melongo mendengar jawaban sian Tin.

"Baiklah." kata Lo In .
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau nanti aku balas mencubit, Ci-de jangan marah "

"Cubitlah, nah, cubitlah sekarang. jangan pakai nanti-nanti."


sahut sian Tin seraya menyodorkan lengannya yang putih
halus dibungkus oleh kain sutera tipis, parasnya bersenyum-
senyum dan matanya melirik tajam. Lo In bingung nampak
kelakuannya sian Tin yang hebat.

Memang Lo In sudah bingung nampak kelakuan si cantik


belakangan ini. Dalam mengobrol kata-katanya sering
melantur hingga Lo In yang masih hijau- sial cinta menjadi
terbuka pikirannya. Lebihan di waktu latihan, kalau Lo In ragu-
ragu untuk memegang tangan si cantik untuk memberi
petunjukan caranya bersilat, sian Tin malah agresif seakan-
akan ia girang kalau sering-sering dapat bersentuhan badan
dengan si bocah.

Bukannya jarang Lo In kepaksa memeluk sian Tin ketika si


cantik belagak kepeleset jatuh. Kejadian yang sangat nakal.
Eng Lian dalam pandangan Lo In sudah nakal dan berandalan
tapi tidak seliar enci gede ini, entahlah apa maksudnya.

Demikianlah, ketika k melihat Lo In diam saja disuruh cubit


lengannya, sambil ketawa manis, si cantik berkata lagi,

"Adik In, kalau tidak berani mencubit encimu, marilah kita


berlatih."

"Tapi Ci-de......." sahut Lo In , tampak ia ragu-ragu.

"Tapi, apa ?" tanya sian Tin heran sambil menatap wajah si
bocah.

"Tapi Ci-de pakaiannya begitu, aku takut."


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Pakaian begini paling cocok untuk latihan. Kenapa kau jadi


takut ?"

"Ahi aku takut. sebaiknya Ci-de tukar pakaian biasa saja."

"Bilang saja terus terang, kau tidak suka mengajari silat


pada encimu " kata sian Tin dengan merengut tapi lekas ia
bersenyum lagi.

"Aku bukan tidak mau mengajari, aku takut........" sahut Lo


In gugup, nampak ci-denya seperti kurang senang.

"Takutnya kenapa sih ?" sian Tin kepingin tahu.

"Aku takut kesalahan pegang lengan enci yang halus itu."


jawabnya polos.

sian Tin ketawa ngikik genit. Ia berkata,

"Ala, sering-sering kau peluk encimu tidak apa-apa, kenapa


sekarang banyak cingcong ? Mari, lekas kita latihan "

sian Tin tidak memberi kesempatan Lo In menjawab.


Tangannya yang halus sudah pegang tangan Lo In , ditarik ke
tengah ruangan untuk berlatih. Lo In tidak dapat menolaki
meskipun hatinya sangat ragu-ragu.

Dimulailah latihan sebagaimana biasa. Tapi kali ini Lo In


sering-sering hatinya dibikin berdebar nampak sian Tin
bergaya dalam pakaian istimewanya. Matanya si bocah
rasanya kabur nampak keindahan tubuh sian Tin seperti yang
tidak ada tutupnya, saking tipisnya kain yang dipakai si cantik
dalam latihanpagi itu segera berbayang tubuh si cantik malam
itu di dalam hotel, yang Lo In saksikan dengan tidak
menimbulkan reaksi apa-apa dalam hatinya yang masih murni.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Waktu itu tubuh sian Tin benar-benar tidak ada penutupnya


karena pakaiannya dibukai oleh Coa Keng. saat itu hatinya Lo
In tenang-tenang saja. Tapi sekarang, kenapa hatinya jadi
berdebaran nampak tubuh yang indah itu dibalik pakaian
tipisnya ? Kenapa ? Lo In menanya pada dirinya sendiri
Apakah ia sekarang sudah memasuki usia dewasa ? si bocah
tidak mengerti. Tapi yang terang, belakangan ini setelah ia
mendapat kuliah soal cinta dari sian Tin, pikirannya yang
tertutup menjadi terbuka. Mungkin itulah yang membuat si
bocah menjadi berdebaran hatinya.

Lo In yang sedang menyaksikan sian Tin berlatih sambil


sambil termenung, tiba-tiba ia kaget nampak si cantik
sekonyong-konyong badannya terkulai hendak roboh. Cepat si
bocah datang menyangganya sehingga sian Tin tidak sampai
roboh di lantai.

"ci-de, kau kenapa ?" tanya Lo In gugup, sian Tin tidak


menjawab, hanya matanya menatap Lo In , lesu kelihatannya.

" Ci-de, kau kenapa ?" mengulangi Lo In .

sian Tin tidak menjawab, sebaliknya ia terkulai seperti


kakinya lemas.

Dengan begitu, Lo In menjadi repot menahannya. Terpaksa


Lo In memeluk erat-erat sian Tin jangan sampai roboh di
lantai. Tangannya yang gugup beberapa kali melanggar buah
dadanya si cantik tanpa disadari oleh Lo In .

" Ci-de, kau kenapa ? Apa sakit ?" Lo In mengulangi lagi


pertanyaannya.

si nona menatap wajah Lo In .


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tolong kau bawa encimu diduduki di atas dipan sana.


Kakiku rasanya lemas betul." kata si cantik dengan suara
lemah.

Tanpa ragu-ragu Lo In memondong sian Tin lalu diduduki di


atas dipan dan Lo In masih terus memelukinya tubuh si cantik
lantaran sian TIn kelihatannya sangat lemah dan mau terkulai
saja badannya.

" Ci-de, bagaimana kalau kau rebahan saja ?" tanya Lo In .

"jangan, biarkan aku duduk begini." sahutnya, sementara


itu ia jatuhkan kepalanya di atas dadanya si bocah, seperti
merasakan pusing.

"Ci-de, sebaiknya aku panggil pelayan datang untuk antar


kau ke kamar beristirahat." kata si bocah yang menjadi
kebingungan nampak sian Tin yang barusan demikian sehat
dan gesit sekarang berubah menjadi lesu dan tidak berdaya
dalam pelukannya.

"jangan, jangan " mencegah sian Tin seraya tangannya


memegang tangan Lo In .

"Aku tidak suka ada orang datang mengganggu kita. Adik


In, peluklah encimu lebih erat........"

Lo In heran mendengar perkataan si cantik, sebelum hilang


herannya tiba-tiba ia lihat sian Tin angkat kepalanya dan
menatap padanya dengan bersenyum manis,

"Adik In, kepalaku yang pusing akan hilang sendirinya kalau


encimu dalam pelukanmu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tercengang. Ia tidak sempat mananya, nampak


matanya sian Tin yang mendadak liar membuat hatinya
bimbang hingaa ia diam saja.

"Adik In, kenapa kau diam saja ? Lekas kau cium bibir
encimu. Kau akan rasakan sedapnya orang bermain cinta.
Adik In, ohe......." sian Tin mengeluh dengan bibir menantang
sedang tangannya memegang tangan Lo In dan ditaruh pada
buah dadanya yang sedang naik turun mengikuti debaran hati
yang bergelora sekonyong-konyong. Lo In makin bingung
nampak kelakuan enci angkatnya.

"Adik In, kaujanga tolol. Lekas cium bibir encimu." kata sian
Tin lagi dengan napas agak memburu, seraya tangannya
menekan tangan Lo In yang meraba buah dadanya.

"Ini adalah ketikanya yang baik kau merasakan sedapnya


bermain cinta."

Ketika Lo In masih tinggal diam saja, rupanya ia sedang


terkesima, si cantik kasih lihat senyumnya yang memikat serta
katanya perlahan,

"Adik In, jangan tolol. Encimu senang kalau kau berbuat


seperti Coa Keng telah perlakukan encimu........."

Berbareng sian Tin angkat kemalanya yang berdongak


lebih tinggi hendak mencium si hitam yang dalam keadaan
bengong. Pada saat itulah tiba-tiba Lo In menggigil badannya
seperti kedinginan.

Ia bukannya menyambut kecupan bibir sian Tin yang merah


sumringahi sebaliknya malah melengoskan mukanya dan
melepaskan pelukannya dari si cantik, sian Tin sudah tentu
saja menjadi kaget.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik In, kau kenapa ? Kau marah pada encimu ? Apa aku
kurang cantik untuk bermain cinta dengan kau ? oh, adik In,
encimu mencintaimu.........."

Lo In sebenarnya sudah sangat gusar, seketika itu ia sudah


kepingin menampar saja pipi perempuan tidak tahu malu itu.
Tapi wataknya yang sabar tidak mau melukai perasaan orang,
maka ia hanya ketawa tawar saja dan jauhkan diri dari sian
Tin.

"Adik In, kau tidak mau menyambut cinta encimu ?" sian Tin
berkata pula dengan tidak pakai malu-malu lagi dan blak-
blakan terhadap Lo In .

" Ci-de." sahut Lo In serius.

"Aku masih kecil. Belum waktunya aku bermain cinta


seperti katamu........."

"TIdaki tidaki kau sudah cukup dewasa " memotong sian


Tin kalap.

"Tenang, ci-de." kata lagi Lo In .

"Bukan itu saja. Kau adalah nyonya rumah dan aku adalah
tamunya. Kalau nyonya rumah main gila dengan tamu, lantas
ditaruh dimana muka suamimu kalau sampai kejadian busuk
itu diketahui umum ?"

"Tidak, tidak. Aku benci pada Koan Beng yang seperti


patung " seru Sian Tin perlahan.

"Aku inginkan kau, bocah nakal Jenaka dan berkepandaian


silat tinggi."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"soal suamimu seperti patung, itu soal lain." kata Lo In


kalem.

"satu kali orang sudah bersuami isteri, harus rela untuk


menempuh hidup sampai di hari tua, baru betul. Tidak boleh
kita punya hati nyeleweng. Aku lihat cihu Koan Beng adalah
seorang baiki kau mau pilih yang bagaimana lagi? Dia sangat
memperhatikanmu. Kalau dia tidak dapat setiapp saat
mendampingimu, bukannya dia tidak mau dan tidak cinta, itu
disebabkan oleh kesibukan dengan perusahaannya. Dalam
hal ini masih dapat diusahakan agar dia membagi temponya
untuk mendampingi kau yang kesepian."

Lo In hentikan kata-katanya sejenaki melihar reaksinya


bagaimana. Ia lihat sian Tin menundukkan kepala seperti
berpikir.

"Aku lihat pada malam itu kau mengucurkan air mata ketika
hendak dinodai oleh Coa Keng. Aku sangat memuji
kesetiaanmu pada suami. Kau tidak kepincuk oleh paras Coa
Keng yang jauh lebih cakap dari cihu Koan Beng. Makanya
aku mau turun tangan melindungi dirimu dari kehinaan, adalah
lantaran aku sangat menghargai dirimu yang sangat setia."

Perlahan Lo In lihat air mata mulai menetes turun dari sela-


sela matanya sian Tin.

"Sebenarnya aku tidak perlu angkat saudara dengan kau,


kalau hatiku tidak menghormati kau sebagai isteri yang setia.
sudah cukup dengan tiga teman karibku yang memandang aku
sebagai saudaranya. Dengan mengikat tali persaudaraan
dengan kau, aku pikir tidak ada jahatnya, malah satu waktu
dalam keadaan senggang aku akan pujikan dirimu sebagai
tauladan dihadapan enci Hiang, Lian dan Leng siong sebagai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

satu isteri yang setia kepada suaminya. Aku percaya mereka


tentu akan turut memuji dan menghargai dirimu "

"Adik In, aku merasa bersalah.........." tiba-tiba kata sian Tin


seraya angkat mukanya dengan air mata yang berkaca-kaca.

"sukakah kau memaafkan atas perbuatanku yang hina tadi


?"

"Aku selamanya memaafkan orang yang mengaku


bersalah. semoga Ci-de dengan cihu dapat hidup akur dan
bahagia sampai dihari tua." Lo In mendoakan.

"sekarang bagaimana dengan perbuatan barusan?" tanya


sian Tin.

"Anggaplah hal itu tidak pernah terjadi. Kita boleh


melupakannya." sahut Lo In .

"ohi kau baik sekali adik In....." kata sian Tin sambil
menyeka air matanya. Lo In tidak menjawab hanya unjuk
ketawa nyengirnya yang khas. sian tin juga mulai kelihatan
senyumannya yang manis memikat. Diam-diam ia sangat
menghargai adik kecilnya itu.

Tadinya ia sudah menghitung matang bahwa dengan


pakaian istimewanya bakal membikin terjungkal imannya si
bocah. Pada waktu sian Tin menantang di cium oleh Lo In ,
sian Tin sudah gunakan kepandaiannya memikat. Matanya
menatap basah seperti memohon kasihan, dadanya yang
berombak dan keluhannya menekan rangsangan napsu birahi
dalam pelukan si bocah, semestinya Lo In tak dapat
mengendalikan imannya yang teguhi mesti ia gugur dan
mencium bibirnya sian Tin yang merah semringah
denganpenuh gairah. Tapi heran, si bocah sungguh imannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sangat teguhi meski sebelumnya Lo In sudah dikasih kuliah


soal nikmatnya orang main cinta. Lo In seolah-olah tidak
ketarik oleh yang demikian, itu menandakan bahwa pribadinya
sangat kuat.

Coba anak lain, meskipun usianya dibawah Lo In , rasanya


tidak kuat menghadapai godaan yang demikian
menggairahkan dari sian Tin yang cantik.

seperti yang sudah tidak apa-apa lagi yang hendak


dibicarakan, tampak Lo In dan sian Tin membisu. Lo In berdiri
sedikit jauh dari sian Tin, sedang si cantik masih duduk di atas
dipan, dimana barusan telah terjadi sandiwara satu babak.

Pada saat itulah tiba-tiba pintu terbuka dan seorang ber


jalan masuki Kiranya yang masuk itu bukannya lain adalah
Koan Beng.

Tentu saja sian Tin an Lo In menjadi terkejut bukan main,


mereka mengawasi pada Koan Beng dengan sorot mata
menanya.

Lo In kaget ketika Koan Beng mementangkan kedua


tangannya dan hendak merangkul dirinya.

Ia mundur dua langkahi siap menjaga kemungkinan kalau


Koan Beng menyerang. sian Tin juga sudah pucat parasnya
dan ketakutan.

"Adik In, apa kau tidak suka menyambut rasa terima kasih
aku?" tiba-tiba Koan Beng berkata, ketika melihat Lo In
mundur hendak dipeluk olehnya.

Parasnya Koan Beng tampak berseri-seri, bukannya gusar


seperti yang diduga semula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"cihu, urusan apa yang membuat kau merasa terima kasih


?" tanya Lo In heran.

Koan Beng datang mendekati, lalu memeluk Lo In . Kali ini


si bocah tidak bergerak ketika dipeluk Koan Beng. Kiranya itu
ada satu pelukan hangat dari tuan rumahi Koan Beng berbisik
di telinga Lo In ,

"Adik In, sungguh aku sangat berterima kasih kepadamu


sudah menyadarkan pikiran isteriku yang salah tindak. Aku
sangat mencintai dia. semoga dengan nasehatmua yang
sangat berharga itu membuat kita selanjutnya hidup bahagia."

Lo In terkejut. Kiranya Koan Beng sudah mendengarkan


semua pembicaraan ia dengan sian Tin dalam ruangan latihan
itu Tapi, apalah Koan Beng juga menyaksikan adegan ia
dengan sian Tin berpelukan ? sungguh tidak enak
pemandangan itu dimatanya Koan Beng kalau benar ia
melihatnya. selebar mukanya Lo In dirasakan panas, saking
jengah.

sebelumnya Lo In dapat mengatakan apa-apa atas


bisikannya Koan Beng, ia dengan Koan Beng memanggil
isterinya,

"Adik Tin, mari sini "

sian Tin dengan paras pucat bangkit dari duduknya dan


menghampiri mereka.

si cantik tak tahu apa yang dibisiki suaminya di telinga Lo In


, tapi dilihat dari sikapnya Koan Beng tidak apa-apa terhadap
si bocah, maka hatinya jadi tabah. Dengan roman manja ia
menanya tatkala sudah berada di depan Koan Beng,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Toako, kau panggil aku ada urusan apa yang hendak


dibicaarkan?"

"Ha ha ha " tiba-tiba saja Koan Beng ketawa. Ketawa mana


membuat Lo In dan sian Tin jadi saling pandang.

"Adik Tin dan In. Apa yang terjadi dalam kamar ini, aku
sudah tahu semuanya dan dengar." kata Koan Beng, setelah
hentikan ketawa nya.

"Memang apa yang kau katakan aku sebagai patung, tidak


salahnya, adik Tin. Tanpa kejadian pada pagi ini, aku tak
menyadari akan kesalahanku. Aku mohon maaf padamu
bahwa sekian lama aku sudah telantarkan pengharapanmu.
Berhubung dengan repitnya urusan, maka aku tak bisa saban-
saban mendampingimu yang kesepian........."

"Toako, ah........." sian Tin kata dengan gugup mendengar


kata-kata suaminya.

"Tunggu dulu, jangan kau potong pembicaraanku." kata lagi


Koan Beng.

" Kata- kata adik In memang benar. Aku bukan tak


mencintaimu, adik Tin. Aku sangat repot, tidak bisa saban-
saban mendampingimu. Tapi mulai hari ini, aku akan membagi
tempoku untuk membuat kau tidak kesepian seperti yang adik
In katakan."

Lo In membisu. Kini Lo In dapat kepastian bahwa Koan


Beng sudah lama mengintip itu. Tapi kenapa ia tidak tahu ?
Bukankah kepandaiannya sudah sangat tinggi dan dapat
mendengar tindakan orang yang darijarak sangat jauh ?
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia ingat bahwa waktu itu ia sedang terkesima menghadapi


kelakuan sian Tin yang hebat menggairahkan hingga
perhatiannya tak terpencar. Boleh jadi lantara itu, makanya ia
tidak mendengar bahwa diluar kamar latihan itu ada orang
yang sedang mengintai. sian Tin tampak tundukkan kepalanya
mendengar perkataannya Koan Beng.

"Adik Tin, kau sedang pikirkan apa ?" tanya Koan Beng
tatkala melihat isterinya tunduk saja seperti kemalu-maluan.

"Toako" sahut sian Tin sambil angkat wajahnya yang


berkaca-kaca dengan air mata.

"Kau sudah melihat dengan mata kepala sendiri, aku ini


seorang isteri yang hina dina, telah mencurangi suaminya
yang baik hati. Maka ijinkanlah sejak hari ini aku keluar dari
rumahmu untuk menebus dosaku dengan mencukur rambutku
menjadi paderi. Di sana aku siang malam akan berdoa,
memohon keselamatan dan kebahagiaanmu..........."

"Hehe, mana boleh." sahut Koan Beng.

" Kau tetap akan menjadi isteriku yang tercinta."

Air matanya sian Tin mengucur deras sekali. Terharu ia


mendengar perkataan sang suami yang sangat besar cintanya
terhadap dirinya.

"Toako, mana bisa kita hidup bahagia sedang apa yang aku
lakukan barusan kau sudah saksikan dan mendengarkannya."
kata sian Tin dengan penuh penyesalan.

"Adik Tin, anggaplah itu seperti tidak terjadi. Kita boleh


melupakannya seperti kata-katanya adik Intadi. Apakah kau
sudah lupa ?" menghibur Koan Beng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Toako, aku sungguh baik sekali......." kata sian Tin,


menyusul ia lantas jatuhkan dirinya berlutut sambil memeluk
kakinya Koan Beng.

"Toako, ampunkan dosaku yang sangat besar. selanjutnya


aku berjanji akan setia padamu meskipun kau akan
perlakukan diriku sebagai budakmu yang hina............"

Koan Beng jadi gelabakan melihat isterinya berlutut dan


memeluk kakinya sambil meratap. cepat ia angkat bangun dan
menghibur,

"Adik Tin, kau jangan kata begitu. sudah sejak tadi aku
mengampuni dosamu. semua ini ada jasanya adik In kita. Kau
seharusnya mengucapkan terima kasih kepada adik In. Aku
berjanji untuk selanjutnya aku tidak akan membuat kau
kesepian. Aku sangat mencintaimu, adik Tin Bangunlah "

Dengan perlahan-lahan sian Tin bangkit dari berlututnya.


setelah ia berdiri lalu menghadapi Lo In , ia menjura sambil
berkata,

"Adik In, kau sudah membikin aku insyaf. Kau telah


membuat suamiku sadar akan kelalaiannya memperlakukan
isterinya. Budi yang besar ini sungguh bikin encimu berat
menanggungnya. Aku doakan saja, semoga kau selamanya
dalam selamat dan hidup akur dengan tiga dara yang menjadi
teman akrabmu "

Lo In membalas hormatnya sian Tin. Tapi diam-diam ia


heran sian Tin mendoakan ia supaya hidup akur dengan tiga
dara kawannya. Apakah sian Tin maksudkanBwee Hiang, Eng
Lian dan Leng siong bakal jadi isterinya nanti ? Memikir ke sini
hatinya tertawa geli.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"ci-de, aku tidak membuat jasa apa-apa. Kalau toh apa


yang sudah lakukan telah membuat kalian suami isteri bisa
hidup akur dan beruntung, itu dengan cara kebetulan saja dan
memang menjadi pengharapanku kalian dapat hidup bahagia."
Lo In berkata dengan merendah hingga menarik rasa suka dari
Koan Beng dan sian Tin. Bagaimana Koan Beng bisa
mengintip sandiwara dalam ruangan latihan itu?

sebenarnya pagi itu ia sudah keluar dari rumah untuk


mengurus pekerjaannya. Apa mau ia ada ketinggalan surat-
surat yang perlu ia bawa, maka ia sudah balik lagi. Kebetulan
dalam rumah ia kesomplokan dengan pelayannya sian Tin.
Kepadanya ia menanyakan apa isterinya sudah pergi berlatih
silat dengan Lo In .

sang pelayan anggukkan kepala sambil sedikit mesem.


Koan Beng curiga lalu menanya kenapa pelayan itu ketawa
mesem. si pelayan menjawab,

"Ketawa mesemku bukan apa-apa. Cuma nyonya pagi ini


masuk ruangan latihan dengan pakaian yang istimewa."

" Istimewanya kenapa ?" tanya Koan Beng kepingin tahu.

si pelayan lalu kasih tahu majikannya bagaimana sian Tin


mengenakan pakaian yang serba tipis dan serba ketat
sehingga hatinya Koan Beng tidak enak. Apa-apaan sang
isteri mengenakan pakaian yang segila itu? Tanya dalam
hatinya sendiri. Karena merasa curiga, maka ia tidak jadi
keluar lagi, sebaliknya ia dengan jalan mengendap-endap
telah mendekati ruangan latihan dan mengintip dari jendela
apa yang terjadi dalam ruangan itu.

Hatinya berdebar-debar gusar nampak pakaiannya sang


isteri yang serba ketat dan tipis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Benar-benar dalam pakaian itu sang isteri sangat


menggairahkan penglihatannya. Ia tidak mengerti apa maksud
sian Tin telah menggunakan pakaian demikian. Ia terus
mengikuti perkembangan lebih jauh apa yang akan terjadi.

Ketika Lo In tari urat minta sian Tin menukar bajunya, diam-


diam Koan Beng puji kejujurannya Lo In , sebaliknya ia jadi
benci pada sian Tin ketika ia memaksa Lo In berlatih dengan
pakaian yang menggairahkan itu.

Tiba-tiba sedang asyiknya memandang tubuh sang isteri


dibalik pakaiannya yang ketat dan serba tipis itu, ia kaget
melihat isterinya terkulai dan hendak jatuh. Ia lihat Lo In
memburu dan menolongnya. saat itu sebetulnya ia sudah mau
masuk melihat keadaan isterinya, kalau tidak mendengar sian
Tin berkata pada Lo In supaya dirinya dibawa dan diduduki di
atas dipan. Ia mau menunggu perkembangan lebih jauh sebab
sian Tin kelihatan tidak apa-apa. Kemudian ia menyaksikan
adegan-adegan yang membikin darahnya naik ke rambutnya.
Dalam hati ia memaki kegenitan sian Tin minta dicium Lo In
dan menaruh tangan Lo In di atas buah dadanya yang
menonjol menggairahkan.

Ia benci pada si bocah yang diam saja seakan-akan tahan


harga untuk mencium isterinya yang sudah menantang
dengan penuh napsu. Ia menduga Lo In akan lantas
memenuhkan tantangan sang isteri, melihat isterinya demikian
menggiurkan. Apalagi ketika ia mendengar sian Tin berkata
bahwa ia tidak keberatan kalau Lo In perlakukan dirinya (sian
Tin) seperti yang diperbuat oleh Coa Keng.

sudah tak tahan Koan Beng menyaksikan adegan yang gila


itu, ia sudah lantas meninggalkan jendela dan menghampiri
pintu, akan tetapi ia hentikan maksudnya ketika ia melihat Lo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In lepaskan pelukannya dan terjadilah 'tarik urat' diantara sian


Tin dan Lo

In, dalam mana hati Koan Beng merasa lega bahwa Lo In


bukannya oang yang pantas dihina sebagaimana dugaannya
semula.

Dari kata-kata sian Tin dah Lo In yang masuk ke telinganya


Koan Beng, ia dapat menyaringnya secara terang. Ia terharu
melihat isterinya tampak bercucuran air mata menangis dan
mengaku salah terhadap perbuatannya. Kata-kata ksatria dari
Lo In yang menasehatkan sian Tin sehingga si cantik tersadar
dari perbuatannya yang keliaru, membuat Koan Beng tidak
habisnya memuji. Ia sangat berterima kasih kepada Lo In ,
sebaliknya ia merasa kasihan kepada isterinya yang menjadi
korban kesepian dan perbuatannya itu dilakukan oleh karena
ingin mendapat kebahagiaan dalam hidupnya. semua itu
salahnya ia (Koan Beng) yang tidak memperhatikan isterinya
yang selalu kesepian. Dalam hal mana ia dapat memaafkan
akan kelakuan sang isteri yang tidak genah barusan apalagi
sekarang isterinya sudah mengaku salah dan insyaf akan
perbuatannya yang tidak benar.

Maka, dengan tidak ragu-ragu lagi ia sudah mendorong


pintu ruangan latihan kemudian ia menghampiri Lo In dan
memeluknya untuk menyatakan rasa syukurnya dan terima
kasih atas sikap jantan dari si bocah dan perkataannya yang
tajam sehingga membuat pikiran sang isteri yang gelap
menjadi terang.

(Bersambung)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jilid 15
Demikianlah, setelah kejadian yang disebutkan di atas,
walau sudah dicapai suatu keakuran bahwa kejadian itu
dianggap seperti tidak terjadi, bagi Lo In rasanya sudah
menjadi janggal untuk berdiam lama-lama dalam rumahnya
Koan Beng.

Benar tuan dan nyonya rumah perlakukan dirinya


sebagaimana biasanya, malah lebih menghormat lagi
kelihatannya, akan tetapi Lo In sudah menjadi tidak betah. Ia
takut nanti Sian Tin berubah pikiran dan membikin ia sulit
menghadapinya.

Pada suatu pagi-pagi, ketika Sian Tin datang di tempat


latihan, ternyata tidak ada Lo In yang biasanya menantikan ia
disitu. Ia menjadi heran sebab hal itu baru sekali itu saja
terjadi. cepat ia pergi ke kamarnya Lo In sebab si bocah
mendapat kamar spesial untuknya. Ia memanggil-manggil tapi
Lo In tidak kelihatan muncul dari kamarnya. Ia lalu dekati pintu
dan mendorongnya, ternyata tidak dikunci.

Sian Tin masuk sembari memanggil-manggil si bocah tapi


Lo In tidak ada dalam kamar.

"Kemana perginya dia ?" tanya Sian Tin dalam hatinya.

Tidak susah ia mencari Lo In sebab diatas menja ia dapati


suratnya Lo In untuk ia suami isteri. Bunyinya surat :

"ci-de dan ci-hu.

Terima kasih atas pelayanan selama aku menumpang


disini. Aku masih ada urusan penting yang harus dibereskan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Maka dengan tergesa-gesa kau berlalu tanpa pamitan


dahulu. Harap tidak menjadikan Ci-de dan cih u kecil hati.

Untuk Ci-de melanjutkan latihan, aku sudah sediakan


tulisan petunjuk-petunjuk yang harus diyakinkan. Harap jangan
bosan berlatih. Kalau ada ketikanya aku bersama teman-
teman akan menyambangi kalian. semoga Ci-de dan cihu
selanjutnya hidup akur dan bahagia.

Lo In "

setelah membaca isinya surat, sian Tin jatuhkan diri di atas


kursi dan menghela napas beberapa kali. Ia menggumam,
katanya,

"Bocah itu sangat teguh imannya. Tak dapat digugurkan


oleh kecantikan dan rayuan manis malah dengan tubuh yang
menggairahkan. sayang......... Entah kapan aku dapat bersua
kembali."

sementara sian Tin berkata-kata sendirian, Lo In ternyata


sudah berapa jauh puluhan lie dari rumahnya Koan Beng. Ia
bermaksud mengunjungi Cit-seng-pay akan menyampaikan
pesannya Lim Kek Ciang kepada ketua dari Partai Tujuh
Bintang itu.

selagi Lo In enak-enak jalan, tiba-tiba ada yang menegur,

"Hei, bocah Kau bawa-bawa dua bilah pedang. Apa tidak


kebanyakan ? Lekas kasih aku satu "

Lo In menoleh. Kiranya yang menegur itu seorang pria yang


bermuka jelek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku kira siapa, tidak tahunya pecundang dari burung


rajawaliku. Hahaha...."Lo In ketawa ngakak pada orang itu
yang ternyata adalah Toan Bie Lomo siauw Cu Leng.

si iblis Alis Buntung menatap wajahnya Lo In . ia tidak


mengira bocah yang ditegur itu adalah Lo In yang ia benci
tujuh turunan tapi juga yang ia paling takuti seperti melihat
momok.

Bagaimana siauw Cu Leng bisa ada disitu ?

Baik kita mundur sebentar untuk menceritakan perjalanan


Toan Bie Lomo.

Toan Bie Lomo siauw Cu Leng dalam perjalanan pulang


habis menjalankan tugas mengantarkan undangan pada Tui
Hun Lolo dari gua Naga Hitam (Hek Liong tong) berhubung
dengan Hari Ulang Tahunnya Ang Hoa Pay (Partainya Ang
Hoa Lobo) yang ketiga.

Dengan tidak terduga-duga dalam perjalanan pulang itu ia


berjumpa dengan bekas isterinya ialah Kong Kim Nio alias Kim
Popo si nenek bandel kenalan itu.

Waktu itu siauw Cu Leng sedang makan dalam sebuah


rumah makan. Tiba-tiba ia lihat ada seorang nenek masuk dan
ia kenali nenek itu adalah bekas isterinya yang sekarang
menamakan dirinya Kim Popo.

Cepat-cepat siauw Cu Leng menundukkan kepala supaya


jangan dikenali oleh Kim Popo.

Ketika Kim Popo habis makan, keluar dari rumah makan


telah dikuntit oleh siauw Cu Leng dari kejauhan. Ketika Kim
Popo sudah berada di luar dusun, siauw Cu Leng cepatkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tindakannya guna menyusul Kim Popo yang tidak sadar bahwa


dirinya dikuntit orang dari belakangnya.

Waktu itu sudah datang dekat, si iblis Alis Buntung teriak,


Kim Popo, katanya,

"sumoay, sumoay, kau dari mana dan mau kemana ?"

Kim Popo kaget ada orang teriak, ia sumoay (panggilan


adik seperguruan wanita). Lalu ia menoleh ke belakang.
Kiranya yang teriak, itu bukannya lain dari bekas suaminya
yang bernama siauw Cu Leng.

sejenak ia ingat akan masa lampau, tatkala mana ia "


dikerjai" lebih dahulu sebelumnya menikah oleh sang suko
(siauw Cu Leng), bagaimana manis dan bahagianya ia
rasakan pada saat itu, hatinya tiba-tiba berdebaran.

"suko, kau sendiri dari maan dan mau kemana ?" Kim Popo
balik menanya ketika siauw cu Leng sudah berada
dihadapannya.

"sumoay, jawabanmu sama saja dengan pertanyaanku.


Apa tidak ada kata-kata lain?" ujar siauw Cu Leng dengan
ketawa. sudah tentu sekarang ketawanya menyeramkan, tidak
seperti tempo dahulu waktu wajahnya sangat cakap.
ketawanya bisa bikin Kim Popo lupa makan dan lupa tidur.

"suko, aku lihat kau jelek amat sekarang." kata Kim Popo.

"sumoay juga kulihat jelek amat." sahut siauw Cu Leng.

Kim Popo gedrukan tongkatnya di tanah, sambil tarik muka


asam ia kata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"semua gara-garamu suko Kalau kau tidak berkenalan


dengan si sundel itu, mukaku masih utuh dan mukamu juga
tidak kurang suatu apa. Kita tentu sekarang tidak terlunta-lunta
dalam kalangan Kangouw yang sangat memusingkan kepala."

"sumoay, mari kita duduk kongkouw sambil melepas lelah."


siauw Cu Leng mengundang sambil jalan ke bawah sebuah
pohon, diikuti oleh Kim Popo.

setelah mereka duduki Kim Popo lalu berkata,

"suko, kau mengikuti si sundel, ada urusan apa kau bisa


disini ?"

"sumoay, kau rupanya masih marah saja pada enci Goat


Go (Ang Hoa Lobo). sekarang kita sudah sama-sama usia
lanjut, apa tidak bisa dilenyapkan ?"

berkata siauw Cu Leng yang coba meredakan


kekesalannya Kim Popo pada Ang Hoa Lobo yang karena
gara-gara Ang Hoa Lobo ia rusak mukanya dan kehilangan
siauw Cu Leng, suaminya yang sangat ia cintai.

"Aku masih penasaran pada sundel itu satu waktu kalau


aku jumpa, pasti aku akan hantam kepalanya dengan
tongkatku ini " kata Kim Popo sambil acungkan tongkatnya
yang berat 60 kati di depan bekas suaminya.

"Sudahlah, kita sudah jadi begini. Dia juga mukanya rusak,


kita sama-sama rusak, untuk apa urusan dahulu diungkit lagi
?" siauw Cu Leng meredakan kejengkelan Kim Popo.

si nenek masih terus jengkel pada Ang Hoa Lobo. Apalagi


sekarang ketemu dengan bekas suaminya. Kenangan lama
telah berbayang pula di depan mukanya. ibarat pelita yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sudah padam tetapi telah disulut lagi dengan bersuanya ia


dengan siauw Cu Leng. Marahnya pada Ang Hoa Lobo telah
timbul lagi. Kenapa Kim Popo demikian marah pada Ang Hoa
Lobo ? Itu kejadian yang tak dapat dilupakan oleh Kim Popo
seumur hidupnya.

Pada waktu itu Kim Nio (Kim Popo) baru saja dua tahun
melewatkan hidup bahagianya dengan siauw Cu Leng yang
sebelum menikah adalah suhangnya. Tiba-tiba saja muncul
Goat Go (Ang Hoa Lobo) yang kecantikannya tidak di sebelah
bawah dari Kim Nio.

Goat Go yang tidak jauh dari rumahnya Kim Nio, sering-


sering datang ke rumah Kim Nio dengan alasan
perkenalannya dengan Kim Nio supaya lebih rapat.

Kim Nio tidak keberatan dengan kedatangannya Goat Go


sering-sering ke rumahnya. Apalagi Kim Nio pikir bahwa Goat
Go adalah puterinya Hoa-im Tok-jin (Jago racun dari Hoa-im),
yang namanya menggetarkan dalam dunia kejahatan sebab
banyak senjata-senjata rahasia dari kaum penjahat sering
menggunakan racun yang dibuat oleh Hoa-im Tok-jin.

Tapi Kim Nio tidak tahu maksud sebenarnya Goat Go


adalah hendak merampas suaminya (siauw Cu Leng) yang
cakap ganteng.

Kim Nio pandang Goat Go seperti encinya sendiri Maka


bersama siauw Cu Leng, mereka sering berkumpul bertigaan,
mengobrol ke barat ke timur, sudah tentu dalam hal ilmu silat
tidak dilupakan. Kim Nio tertarik oleh ceritnya Goat Go bahwa
ia sudah mewarisi kepandaian sang ayah dalam hal membuat
racun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Nona Kim minta sang enci mengajari ia membuat racun.


Katanya untuk jaga-jaga kalau suatu ketika ia membutuhkan.
Goat Go tidak berkeberatan. ia ajari Kim Nio bagaimana
memasaknya dan apa bahan-bahannya. Kim Nio girang
setelah ia pandai membuatnya.

Dua nona itu makin akrab perhubungannya. Kim Nio tidak


mencurigai Goat Go yang diam-diam telah bermain mata
dengan suaminya.

Goat Go mendekati Kim Nio memang mempunyai maksud


tertentu, sedang siauw Cu Leng juga pemuda bergajul. Maka
sering-sering mereka berpadu pandangan, lantas dalam hati
masing-masing sama-sama tahu dan tinggal menunggu
saatnya saja mereka dapat bertemu berduaan, artinya tanpa
ada Kim Nio disamping mereka.

Tatkala itu ayahnya Kim Nio, si Tongkat sakti Keng Tok


Liang telah setahun berselang meninggal dunia hingga dalam
rumah yang besar warisan orang tuanya Kim Nio hanya tinggal
berduaan saja dengan suaminya (siauw Cu Leng) bersama
tukang kebun suami isteri dan anaknya bernama sinsin umur
16 tahun yang menjadi pelayannya Kim Nio, di samping bantu-
bantu ibunya mengurus rumah tangga.

Pada suatu malam, Kim Nio, Goat Go dan siauw Cu Leng


mengadakan sedikit makan-makan, katanya untuk memberi
selamat pada Kim Nio yang sudah lulus dengan pelajaran
membuat racun. Tentu saja dalam perjamuan itu, hidangan
arak tidak dilupakan. Mereka tampak sangat gembira
menghadapi hidangan lezat.

saban-saban satu dengan lain pada menuangi arak dalam


cawan dan diminum kering isinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Diantaranya siauw Cu Leng adalah yang paling kuat minum


araknya.

"Adik Kim, ini adalah pemberian selamat dari suhengmu."


kata siauw Cu Leng seraya ulurkan tangannya yang
memegang cawan terisi penuh arak kepada isterinya.

Kim Nio ketawa senang.

"Terima kasih." katanya seraya menyambuti dan lantas


meminumnya sampai kering kemudian ia ketawa cekikikan.

Di lain saat Goat Go yang menyodorkan secawan arak,


sambil berkata,

"Adik Kim, ini pemberian selamat dari encimu. Harap kau


jangan menolak."

Kim Nio ragu-ragu untuk menerimanya sebab ia kelihatan


sudah separuh sinting. Tapi tidak enak untuk menolaknya.
Maka ia terima sambil menghaturkan terima kasih. Tampak
penglihatannya Kim Nio sudah mulai kabur lantaran banyak
minum arak.

siauw Cu Leng ketawa melihat keadaan isterinya, lalu


matanya menatap pada wajahnya Goat Go yang seketika itu
sudah merah karena pengaruhnya arak. Tapi ia tidak mabuk
seperti Kim Nio. Nampak siauw Cu Leng menatap wajahnya,
Goat Go bersenyum lesu dan matanya redup redup seperti
ngantuk. Dalam keadaan demikian Goat Go tampak parasnya
makin cantik dan menggairahkan, tidak heran kalau hatinya
siauw cu Leng seperti tersedot oleh besi berani.

"Minum lagi ya adik Goat." kaat siauw Cu Leng sambil


angkat botol mau menuangi arak dalam cawan Goat Go.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Terima kasih, sudah cukup, jangan.... " sahut Goat Go


seraya dengan roman lesu tangannya menjauhkan cawannya
yang hendak diisi oleh siauw Cu Leng.

sementara itu, tampak Kim Nio sudah ngelengut dan


kepalanya jatuh diatas meja, tidur, kebanyakan minum arak.

"Ah, adik Kim sudah mabuk. Bawa dia ke kamar." kata Goat
Go dengan suara perlahan. Rupanya ia juga tengah
merasakan pengaruhnya arak.

siauw Cu Leng bangkit dari duduknya. Ia bukan


menghampiri Kim Nio dan pondong sang isteri yang mabuk
untuk direbahkan di atas ranjang dalam kamarnya, sebaliknya,
ia mendekati Goat Go yang matanya redup-redup seperti mau
tidur.

si nona kaget tatkala merasakan dirinya dirangkul siauw Cu


Leng dan menciumi bertubi-tubi hingga si nona kewalahan
kelihatannya.

Itu memang saat yang sangat diharapkan oleh Goat Go.


Tapi untuk tahan harga jangan sampai ketara sekali menjual
begitu murah, Goat Go beraksi berontak dan bangun berdiri
Dengan mata mendelik, ia berkata,

"Kurang ajar. Kau berani permainkan nonamu? Hm Bagus,


bagus ya kelakuanmu. Akan kuberitahukan pada adik,......."

Hanya sampai di adik saja kata-kata si jelita sebab Siauw


Cu Leng setelah kaget sejenak nampak Goat Go marah,
lantas menerkam tubuh Goat Go yang menggairahkan dan
kembali si nona jatuh dalam pelukan siauw Cu Leng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam rangkulan si cakap ganteng, terang Goat Go tidak


berdaya dan biarkan bibirnya dan pipinya menjadi mangsa
kecupan siauw Cu Leng seperti ayam matuki gabah.

"sudahlah Leng-kok, nanti adik Kim bangun......" kata si


nona kewalahan.

"Adik Goat, kesempatan baik malam ini........." bisik si


bergajul, setelah kenyang mengganyang bibir dan pipi orang,
malah matanya Goat Go yang tadi redup, redup seperti mau
tidur tidak dilewatkan oleh siauw Cu Leng dikecup beberapa
kali.

"Leng-koko, kau mau apakan diriku ?" tanya si nona pada


saat mereka bertatapan mata.

"Adik Goat, apa kau tak rindukan saat seperti ini ?" balik
menanya siauw Cu Leng.

"Leng-koko, kau nakal " kata si nona bersenyum manis,


seraya mencubit perlahan pipinya siauw Cu Leng sehinga ia
membalasnya dengan memberikan kecupan lama yang
membikin Goat Go rasakan macet napasnya.

"Ehi eh, kau mau bawa kemana..........?" tanya Goat Go


ketika merasakan kakinya enteng dipondong siauw Cu Leng
mau dibawa masuk ke kamar.

"jangan Leng-kok, jangan......... jangan........" si nona pura-


pura berontak sedang dalam hatinya girang bukan main.

Dengan napsu yang tak dapat dikekang siauw Cu Leng


memondong Goat Go untuk dijadikan mangsanya sebagai
pelampiasan rindunya yang sekian lama hanya menjadi impian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

saja. ia sudah membayangkan bagaimana puasnya nanti


dilayani oleh nona cantik seperti Goat Go.

Impiannya akan menjadi kenyataan dalam beberapa detik


lagi.

Pada saat itulah, ketika lima langkah lagi siauw Cu Leng


memonding Goat Go masuk ke dalam kamar, tiba-tiba
terdengar suara ketawa mengekeh yang membikin siauw Cu
Leng dan Goat Go kaget bukan main dan semangatnya seperti
terbang seketika.

Itu adalah suara Kim Nio yang barusan jatuhkan kepalanya


diatas meja, tidur dalam mabuk keras, tidak ingat akan
keadaan dirinya.

"Hehe Dua manusia cabul " kata Kim Nio dengan suara
menghina.

"Sudah lama memang aku curiga kalian bermain gila.


Benar-benar sekarang telah menjadi kenyataan."

sementara itu Goat Go sudah diturunkan dari pondongan


siauw Cu Leng yang jadi ketakutan melihat isterinya tidak
mabuk dan tadi hanya pura-pura saja.

"Perempuan cabul " melanjutkan Kim Nio dengan panas.

"Hm Berlagak baik dan berlagak sopan terhadapku. Tidak


tahunya diam-diam kau mau merampas suami orang ?"

Merah selebar mukanya Goat Go dicaci maki Kim Nio.

Ia memang bersalah. Tapi ia adalah seorang gadis yang


tinggi hati, sangat dimanja oleh orang tuanya. Ia boleh
menghian orang tapi sebaliknya, ia tidak mau terima bila
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dihina orang. Ia selalu mau menang sendiri Kalau terhadap


Kim Nio ia belum ribut mulut selama pergaulannya, lantaran ia
mempunyai maksud. Kalau tidak, mana ia bisa akur dengan
Kim Nio yang adanya angin-anginan.

sekarang ia dimaki, ia tidak mau terima salah. Maka ia


menjawab dengan lantang,

"Kau jangan terlalu menghina Kim Nio. Memang juga kau


mau rampas suamimu, kau mau apa ? Hm Macam kau bisa
apa terhadap aku, Teng Goat Go "

Kim Nio tidak mengira kalau Goat Go melawan. ia kira


tadinya Goat Goa akan seperti macan betina yang kehilangan
jantannya, telah menantang padanya. Tidak heran kalau Kim
Nio mengerodok hatinya dan lantas memaki lagi sambil berdiri
tolak pinggang,

"Perempuan cabul Kau berani menantang ?"

"Tentu saja berani. siapa takuti kau ?" sahut Goat


Gojumawa.

Kim Nio menggerang, "suheng, kau harus


mempertanggungjawabkan perbuatanmu yang tidak benar.
Kau mau bilang apa sekarang ?"

Kim Nio tidak menjawab pada Goat Go, sebaliknya ia


menyemprot pada suaminya sendiri

siauw Cu Leng tidak menjawab, ia hanya tundukkan kepala


seperti terima salah.

"Dia sudah berani menyentuh badanku, artinya dia suka


padaku." menyela Goat Go.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Coba kau tanya padanya, apa dia masih mau sama kau
atau mau ikut aku ?"

Kim Nio melengak mendengar perkataan Goat Go yang


tidak tahu malu.

"Perempuan cabul Aku bicara dengan suamiku, kenapa kau


turut campur ?"

"Aku harus turut campur, sebab Cu Leng sudah berani


meraba badanku. Artinya dia sudah tidak suka lagi padamu
Ciss orang sudah tidak suka, masih mau ngotot " Kembali Kim
Nio dibikin melengak heran atas perkataan Goat Go.

Ternyata Kim Nio kalah galak oleh Goat Go. Ia tidak mau
layani saingannya, sebaliknya ia kembali menanya pada Cu
Leng,

"suheng, apa benar kau mau ikut dia ?"

siauw Cu Leng angkat kepalanya, memandang pada Kim


Nio lalu memandang pada Goat Go seperti sedang memilih.
Tapi sampai lama, tidak ia keluarkan barang sepatah kata pun.
ia tinggal membisu seribu bahasa.

"Leng-koko, memangnya kau takut pada isterimu yang


sudah bosan?" tegur Goat Go.

"Perempuan cabul " bentak Kim Popo.

"Kelakuanmu dan perkataanmu hanya bikin kotor saja


dalam rumahku. Gadis macam kau mana laku buatjadi
isterinya orang baik-baik."

"Hm Kaujuga tidak laku untuk menjadi isterinya orang baik-


baik." sahut Goat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana kau bisa bilang begitu ?" tanya Kim Nio heran.

"Buktinya suamimu apa orang baik-baik ? Kalau orang baik-


baik juga tak menggerayangi perempuan lain seperti yang kau
lihat sendiri Hm Apa kau pikir kau ada harganya ?"

Kim Nio kedesak. Ia kalah bawel dari Goat Go yang kata-


katanya nyerocos seperti petasan disulut.Juga apa yang ia
pikir lantas ia keluarkan, tak pakai malu-malu, apa
perkataannya sopan atau tidak sopan. itulah adatnya Goat Go
yang blak-blakan.

"sumoay, semua ini ada salahku." tiba-tiba siauw Cu Leng


berkata.

"Harap kaujangan turuti napsu hatimu yang sedang marah.


Aku terima salah. selanjutnya aku akan setia padamu.
sudahlah, kejadian malam ini kau bikin habis saja."

Kim Nio senang hatinya mendengar perkataan siauw Cu


Leng, suami yang sangat ia cintai. Kini sang suami mengaku
salah dan berjanji selanjutnya akan setia padanya, berarti
siauw Cu Leng sayang padanya, tidak akan mengikuti Goat
Go. saking terharu ia jatuhkan dirinya di kursi dan menangis
sesenggukan.

siauw Cu Leng mendekatinya dan menghibur dengan rupa-


rupa perkataan, sehingga pelan-pelan Kim Nio berhentijuga
menangisnya.

"suheng, apa aku boleh percaya pada perkataanmu ?"


tanya Kim Nio sambil tundukkan kepala kepada siauw Cu
Leng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau boleh percaya pada janjiku, selanjutnya aku tak akan


membikin kau bersedih lagi lantaran perbuatanku yang tidak
benar. Baik sumoay bikin habis saja pertengkaran dengan enci
Goat." menghibur siauw Cu Leng.

Hatinya Kim Nio senang dan ia terima usulnya sang suami


untuk akur lagi dengan Goat Go. seketika itu ia angkat
kepalanya dan memandang pada Goat go, tapi ternyata
saingannya itu sudah tidak ada di tempatnya, entah sejak
kapan ia sudah berlalu meninggalkan mereka.

Kim Nio menghela napas. Sejak itu, benar saja siauw Cu


Leng lebih memperhatikan isterinya, sehingga Kim Nio merasa
terhibur dan yakin bahwa ia tidak akan kehilangan siauw Cu
Leng, suaminya yang berparas cakap dan ganteng.

Di waktu menghadapi Goat Go yang sangat menantang,


sebenarnya Kim Nio sudah sangat gusar dan ingin menampar
saja saingannya itu untuk mengasih hajaran. Tapi ia tidak
berani lantaran ia tahu bahwa Goat Go kepandaian silatnya
lebih tinggi dari dirinya.

Kalau sampai ia bergebrak, sudah tentu ia akan kalah dan


suaminya paling-paling juga memisahkan. Namun sementara
itu ia sudah babak belur dihajar perempuan cabul itu.

Demikian, merasa dirinya tak ada pegangan kalau belakang


kali ketemu Teng Goat Go dan harus bergebrak juga, maka ia
sudah membuat racun dengan ramuan atas pilihannya sendiri.
Apa mau dikata, ketika ia memasaknya, racun itu telah
menghembus ke mukanya dan mukanya yang cantik telah
berubah menjadi jelek sekali.

Sejak itulah siauw cu Leng yang memang bukan suami


baik-baik, sudah berubah pikirannya. Ia tidak ingin terus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tongkrongi isterinya yang jelek, ia mau mendapat wanita yang


cantik untuk melayaninya.

Pada suatu hari ia keluar rumah dan tidak kembali lagi.


Belakangan Kim Nio mendapat kabar bahwa siauw Cu Leng
sudah menjadi teman hidupnya Goat Go tanpa kawin lagi.

Ia mengutuk dua manusia itu dan mennyumpahi agar dua


manusia itu mukanya juga berubah menjadi jelek seperti
wajahnya sekarang. Rupanya sumpahan Kim Nio telah
menjadi kenyataan. Goa Go juga kena kehembus asap obat
yang dimasak dan berubah wajahnya yang cantik menjadi
jelek. Untuk membikin supaya siauw Cu Leng terus setia
kepadanya, Goat Go sudah merusah juga wajahnya siauw Cu
Leng yang cakap seperti arjuna. Tadinya siauw Cu Leng
menolak keras wajahnya mau dirusak, Tapi Goat Go menotok
dengan tiba-tiba sehingga ia tidak berdaya dan terima nasib
dirusak wajahnya.

siauw Cu Leng kepandaiannya dibawah dari Goat Go.


Maka selanjutnya ia sebagai suami diluar kawin yang sangat
takuti isterinya yang galak dan tidak berani main gila.

Belakangan Goat Go merubah namanya menjadi Ang Hoa


Lobo, Kim Nio menjadi Kim Popo dan siauw Cu Leng menjadi
Toan Bie Lomo.

Sejak berpisahan, Toa Bie Lomo siauw Cu Leng belum


pernah ketemu lagi dengan Kim Popo alias Kim Nio. sampai
pada hari itu ia melihat Kim Popo masuk dalam rumah makan
dan ia menguntitnya sampai di luar dusun dan memanggilnya
untuk diajak kongkouw dibawah sebuah pohon. Tatkala mana
Kim Popo uring-uringan dan timbul kegusarannya kepada Ang
Hoa Lobo yang telah merampas suaminya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setelah omong-omong menanyakan kisah perjalanan satu


sama lain sejak berpisahan, tiba-tiba siauw Cu Leng berkata,

"sumoay, aku dengar kau mempunyai buku Tiam-hiat. Kau


tentu sekarang sudah tinggi kepandaiannya."

"Pandai sih belum, tapi kalau untuk mengemplang si sundel


rasanya boleh juga "

"Lagi-lagi kau ungkat-ungkat perkara yang sudah jadi basi.


Kenapa sih kalau dilupakan ?"

"Aku sebenarnya memang sudah melupakannya. cuma


sekarang ketemu suheng, hatiku menjadi panas lagi
terhadapnya."

"sudahlahi semua sudah terjadi. Urusan lama diungkat-


ungkat tidak akan kembali menjadi baru. eh, sumoay, apa aku
bisa lihat buku yang kau dapatkan itu ?"

"Untuk apa kau lihat, kita toh sudah tidak ada sangkutannya
lagi."

"Lihat saja apa tidak boleh ? Kenapa pakai dibawa


sangkutan-sangkutan segala ?"

"Hehehi waktu dulu aku hormati kau sebagai suami dan


sebagai suheng. Tapi sekarang kita sudah tidak ada sangkut
apa-apa lagi." siauw Cu Leng ketawa mendengar perkataan
Kim Popo.

"Apa kau tidak ingat sama perhubungan mesra kita tempo


hari yang begitu mesra ? Aku tidak percaya kau begitu pelit,
tidak mau kasih pinjam lihat buku yang kumaksud itu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Justru lantaran mengenangkan perhubungan kita tempo


hari, aku jadi sengit dan ingin mengasih hajaran padamu
sebagai suami yang menelantarkan isterinya."

"Kau mau menghajar aku Hahaha Tidak demikian


gampang, sumoay "

siauw Cu Leng pikir kepandaiannya sekarang sudah jauh


bedanya dengan dulu. Mana Kim Popo bisa menghajarnya.
Makanya ia mentertawakan bekas isterinya.

Ternyata Kim Popo bukan berkelakar saja mengatakan


hajaran sebab lantas dibuktikan dengan bangkitnya ia dari
duduknya kemudian dengan angkat tongkatnya tinggi-tinggi, ia
bulang- balingkan di depan siauw Cu Leng sambil berkata,

"suheng, paa kau kira aku tidak bisa memberi hajaran pada
bekas suami yang nyeleweng ? Mari, rasakan kerasnya
tongkatku ini. sebentar, baharulah kau tahu rasa, siapa si Kim
Nio sekarang."

sambil bangun dari duduknya, siauw cu Leng berkakakan


ketawa. Ia berkata,

"sumoay, sebaiknya kita jangan bertempur. Mari, kasih lihat


bukumu itu "

"Cis, tidak tahu malu Mau lihat buku orang, main seenaknya
saja. Kalau kau mau memaksa, lihat, kau kalahkan dahulu
tongkatku ini "

Kim Popo acungkan tongkatnya tinggi-tinggi.

siauw Cu Leng sangat memandang rendah kepandaiannya


Kim Popo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pikirnya, dulu kepandaiannya Kim Nio (Kim Popo) dua


tingkat dibawahnya. Taruh kata sekarang sudah maju
kepandaiannya, paling-paling juga tingginya sama dengan
kepandaiannya (siauw Cu Leng) pada jaman dahulu. Mana
bisa ia menangkan dirinya sekarang yang kepandaiannya
sudah jauh lebih tinggi dari dahulu ?

Maka sambil berkakakan ketawa, ia berkata,

"sumoay, kalau kau memaksa suhengmu bertempur,


baiklah. Tapi dengan perjanjian, kalau kau kalah kau harus
serahkan buku ilmu Tiam-hiat itu padaku. Akur ?"

"Hehe, siauw cu Leng (tidak panggil suheng lagi), kau mana


ada rejeki untuk dapatkan bukuku itu. sebab tongkatku ini akan
bikin kau lari terbirit-birit "

Kembali siauw cu Leng ketawa terbahak-bahak hingga


menyebalkan Kim Popo yang melihatnya. Kalau dulu siauw cu
Leng terbahak-bahak demikian, Kim Popo akan terpesona dan
mendengarnya seperti musik mengalun, tapi sekarang dimana
wajahnya sudah bertukar rupa sangat jelek menyeramkan,
tentu saja ketawanya siauw Cu Leng seperti tertawanya iblis
yang kesiangan.

"Cu Leng, kau majulah " tantang Kim Popo.

"sret " terdengar siauw cu Leng menghunus pedangnya.

"Marilah " sahut siauw cu Leng berbareng ia bertindak


mendekati Kim Popo.

selama bertindak, ia menyesal telah mencabut pedangnya.


sebab dilawan dengan tangan kosong saja, Kim Popo belum
tentu menang. Tapi penyesalan itu hanya sebentar, kapan ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memikir lagi bahwa dengan menggunakan gedang berarti ia


tidak membuang tempo untuk melayani bekas isterinya ini.

Tanpa banyak kata-kata lagi, serangan dimulai dari pihak


Kim Popo.

Mereka bergebrak seru. Mulai dengan sungkan-sungkan


dari pihaknya siauw cu Leng, tapi setelah melihat Kim Popo
tidak boleh dipandang remeh, si iblis Alis Buntung telah
melayani dengan sungguh-sungguhi malah tidak jarang ia
menjadi kaget kapan tongkatnya Kim Popo dengan
mengeluarkan angin menderu menyabet kepalanya.

Dari memandang rendah, sikap siauw Cu Leng jadi


waspada, kemudian merasa jeri dan akhirnya ketakutan
nampak serangan Kim Popo benar-benar luar biasa dan
berbahaya sekali. Ia hendak membuka mulut mengaku kalah,
hatinya tidak mengijinkan lantaran malu. Maka ia paksakan diri
bertahan.Justru lantaran membandel itu, ia menderita
kekalahan total dari bekas isterinya.

Pada jurus yang ke-50, ketika siauw Cu Leng sudah mandi


keringat, ia menggunakan tipu 'Ngo-seng-boan-goat' (Lima
bintang mengurung rembulan), pedangnya diputar sebentar
lalu menusuk ke arah dada Kim Popo. serangan itu ganas
juga, sebab kalau mengenai sasaran tentu dadanya Kim Popo
akan tersate pedang. siauw cu Leng pada saat itu sudah tidak
memikirkan ganasnya serangan yang ia lakukan, malah ia
harap Kim Popo tidak dapat berkelit dari serangannya dan si
nenek mampus ketusuk pedang. Ternyata Kim Popo bukan
makanan empuk, Melihat bahayanya serangan, tanpa ragu-
ragu ia menangkis dengan tongkatnya dari bawah ke atas.
Benturan dua senjata tak dapat dielakkan lagi hingga
terdengar suara keras dan pedangnya siauw Cu Leng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berbareng meluncur ke angkasa raya sedang orangnya berdiri


gemetaran dengan mata terbelalak.

"Hehehe Cu Leng, sekarang kau saksikan kelihaian bekas


sumoaymu " Kim Popo mentertawakan siauw Cu Leng yang
tengah berdiri dengan badan gemetaran.

siauw cu Leng adalah iblis licik. Ia tahu bahwa


kekalahannya berarti ia akan mendapat hinaan Kim Popo,
maka ia menggunakan ketika Kim Popo sedang terkekeh-
kekeh ketawa, cepat-cepat ia angkat kaki tanpa menghiraukan
pedangnya lagi.

" Lihat dia lari terbirit-birit... Hahaha " siauw Cu Leng dengar
ditertawakan oleh bekas jantung hatinya dahulu.

siauw Cu Leng tidak mau berpaling ke belakang. ia


kencangkan larinya supaya jangan sampai kesusul oleh Kim
Popo. Tapi ia tak usah lari cepat-cepat sebenarnya karena Kim
Popo tidak bermaksud mengejarnya, hanya ia ketawa
terpingkal-pingkal menonton siauw Cu Leng lari terbirit-birit.

setelah merasa bahwa ia lari cukup jauh dan aman, si iblis


Alis Buntung hentikan larinya lalu mencahari tempat untuk
melepaskan lelahnya dibawah sebuah pohon. Di sana ia
memikirkan pertarungan barusan. sungguh tidak dinyana ia
bisa dikalahkan demikian mudah oleh bekas isterinya yang
mula-mula ia pandang enteng. sekarang ia pulang dengan
tanpa pedang, apakah nanti tidak ditegur oleh Ang Hoa Lobo.

Kalau ia bicara terus terang pada Ang Hoa Lobo bahwa ia


dikalahkan mutlak oleh Kim Popo, terang ia akan dicaci maki
tidak punya guna oleh si Nenek Kembang Merah. serba susah
ia saat itu. Kemana ia harus mencari pedang sebagai
gantinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tengah ia berpikir-pikir, tiba-tiba ia lihat ada satu bocah


mendatangi dengan membawa dua bilah pedang, satu
digantung dipinggangnya dan yang lainnya pada
bebokongnya. Hatinya kegirangan sebab ia bakal dapat
gantinya gedang yang ia tinggalkan pada Kim Popo. Ia cepat
menyelingkar di balik pohon, setelah Lo In lewat baharulah ia
meneriaki si bocah minta supaya dibagi pedang.

Ia mengira tadinya hanya bocah biasa saja. Tidak menduga


bahwa ia bakal ketemu bocah yang paling ia benci danjuga
paling ia takuti.

Maka setelah mendengar Lo In berkata bahwa ia adalah


pecundang di burung rajawali, matanya lantas menatap pada
Lo In dengan tidak berkedip.

Ia melihat Lo In seperti melihat momok, maka saat itu


sebenarnya ia mau lari tapi tidak jadi kapan ia ingat bahwa
kepandaiannya sudah banyak lebih tinggi dari dahulu. Paling-
paling juga ia sebanding denagn Lo In . Apalagi kalau ia
menang, ia akan girang. Bukan saja dua bilah pedang yang
dibawa Lo In akanpindah ke tangannya, juga ia dapat
membalas sakit hati pada si bocah yang sudah pecundangi ia
tempo hari di lembah

Tong- hong- gay .

setelah hatinya tenang, siauw cu Leng lantas berkata,

"Bocah liar, aku kira kau sudah mampus sungguh kebetulan


kita bersua disini. Memang sudah waktunya kau pulang
menemui Liok sinshemu. Hahaha..... haup oho, oho...."

Tiba-tiba saja tertawanya terputus karena mulutnya


kemasukan benda yang ia tidak tahu. Tapi yang terang ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sudah menelan benda yang nyangkut di tenggorokannya. Ia


batuk-batuk sambil kotak-kotek mengeluarkan benda yang
nyangkut pada jalanan makanan. Lama ia dalam keadaan
demikian, sampai bercucuran air mata baharulah benda itu
dapat dikeluarkan dari mulutnya. Kiranya itu hanya selembar
daun kecil saja yang menyela dalam tenggorokannya .

"Budak liar, kau berani main gila terhadap tuan besarmu ?"
bentak siauw Cu Leng. Kiranya si iblis Alis Buntung tahu juga
bahwa daun itu dilepas oleh Lo In .

sebenarnya siauw Cu Leng sudah harus tahu diri


mengetahui Lo In kepandaiannya demikian tinggi. Tidak
mudah orang meleparkan daun yang demikian entengnya
masuk persis dalam tenggorokan kalau bukan oleh orang yang
lwekangnya sangat tinggi.

Tapi dasar siauw Cu Leng hanya tahu marah dan tidak tahu
bakal pecundang, tidak memikir demikian jauh, makanya ia
main bentak saja pada jago cilik kita. Demikian temberang ia
membentak Lo In hingga jago cilik kita tertawa terbahak-
bahak.

"Anak gila, apa yang kau tertawakan ?" bentaknya lagi


dengan gusar.

"Aku tertawakan kau, muka jelek. Kalau marah makin jelek


mukamu "

"Memangnya mukamu cakap ? Berkaca dulu sebelum


mengatai orang "

"Kau benar juga. sekarang dimana temanmu si Nenek


Kembang Merah itu ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mau apa kau tanyakan dia ?"

"Aku mau minta obat pemusnah untuk wajahku yang dia


bikin hitam Dia nenek jahat dan amsih hutang satu gebukan
padaku "

"Enak saja kau ngomong Apa memangnya kau mempunyai


kepandaian untuk melawan Ang Hoa Lobo dan Ang Hoa Pay
?"

"Aku tidak perduli apakah dia tidak kasih obat pemusnah


Jangan sesalkan aku si bocah akan bikin badannya jadi dua
potong "

siauw Cu Leng sekarang yang berkakakan ketawa


mendengar Lo In demikian temberang.

"Kau boleh ketawa, nanti kau buktikan si bocah akan


menghajar nenek-nenek yang menghina kepada satu bocah
yang belum lepas tetek. " berkata lagi Lo In .

"sudah, sudah. Kau jangan banyak lagak." kata siauw Cu


Leng.

"Paling baik kau bagi aku satu pedang. Urusan sudah


lantas selesai sampai disini."

"oo, kau mau pedangku ?" tanya Lo In seperti heran.

"Apa kau tidak dengar barusan aku minta padamu ?" sahut
siauw Cu Leng.

"Bagus Kalau kau punya kepandaian, ambillah Aku juga


relah mengasihnya kalau kau bisa dapati pedang ditanganku "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bocah hitam, kau jangan sombong Lihat, aku nanti ambil


dari tanganmu tanpa menggunakan senjata apa-apa."

"Nah, cobalah kalau bisa."

" Lihat " seru siauw Cu Leng berbareng badannya


berkelebat hendak merampas padang dipunggungnya si
bocah.

Mana bisa ia mengibuli Lo In . sebelum serangan sampai,


Lo In tampak sudah berada di belakangnya tanpa diketahui
bagaimana si bocah telah bergerak.

" Celaka." pikir siauw Cu Leng. Lagi-lagi ia menemukan


musuh alot.

Cepat ia putar tubuhnya. Pukulannya menyusul dengan


hebat sekali sampai kedengaran suara menderu keras. Nyata
siauw Cu Leng sekarang kepandaiannya sudah maju banyak.
Tapi untuk Lo In tentu saja tidak berarti apa-apa. Kalau mau,
sekali gebrak saja siauw Cu Leng dapat dirobohkan. Tapi ia
tidak mau. Ia bermaksud mau menggodai si iblis Alis Buntung
ini.

Berkali-kali siauw Cu Leng memutar tubuh dan


menggempur Lo In dengan pukulan dahsyat, tetap Lo In masih
berada dibelakangnya saja seperti bayangan.

Pikir si iblis Alis Buntung, apakah ia akan roboh pula oleh si


bocah seperti tempo hari di lembah Tong-hong-gay ? Rasanya
tidak mungkin, kalau mengingat kepandaiannya sudah jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan dahulu. Ia tidak tahu kalau
dengan kepandaiannya Lo In yang dahulu saja siauw Cu Leng
belum tentu dapat menjatuhkan si bocah, apalagi sekarang Lo
In sudah mendapat ilmu sakti dari It-sin-keng. Dari kenyataan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

si iblis Alis Buntung benar-benar mengharapkan yang tidak-


tidak.

saking jengkel, belumjuga ia dapat menggempur Lo In ,


maka ia berkaokikaoki katanya,

"Budak liar, kalau berani kau jangan menghilang macam


setan. Lekas kau sambut serangan tuan besarmu secara laki-
laki "

Kaokannya tidak dinyana ada pengaruhnya karena tahu-


tahu Lo In sudah ada di hadapannya sehingga ia kaget.

"lblis Alis Buntung, apa kau kira siaoyamu takut


menghadapi kau ? Nah, seranglah sesuka hatimu Asal kau
bisa menyentuh ujung bajuku saja, rejekimu benar-beanr
besar dan aku akan tunduk kepada kepandaianmu "

Meluap amarahnya siauw Cu Leng.

"setan cilik, lihat Toayamu bikin kaujatuh tidak bisa bangun


lagi " bentaknya, disusul oleh serangan dahsyat.

Benar saja Lo In tidak menghilang lagi dari depannya si iblis


Alis Buntung, meskipun demikian siauw Cu Leng tetap tidak
bisa apa-apa. semua serangannya kandas di tempat kosong.
ia lihat Lo In bergerak dengan lincah sekali mengelit semua
serangannya yang dilakukan dengan bertubi-tubi.

siauw Cu Leng adalah seorang licik, Tahu Lo In terlalu kuat,


bukan tandingannya tapi masih mau mencelakakan si bocah
juga. Ia berkata,

"Anak setan, kalau kau satu laki-laki, pentangkan dadamu


untuk menyambut seranganku Jangan berkelit sedikit juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kalau kau tahan dengan pukulanku, baru aku merasa takluk


padamu "

"oo, itu tidak susah." sahut Lo In sambil berdiri tegak di


depan siauw Cu Leng.

"Boleh kau menyerang aku sesuka hatimu. Kalau aku


berkelit, tandanya aku kalah dan kau boleh injak aku sampai
mampus Ha ha ha, siauw Cu Leng, kau kira aku takut
menyambuti pUkulanmU yang sangat kau banggakan ?"

siauw Cu Leng hampir tidak percaya bahwa si bocah mau


saja terima permintaannya, padahal itu sangat
membahayakan jiwanya. Pikirnya, dasar bocah sudah dekat
mampus, bolehnya begitu mudah meluluskan permintaannya
yang bukan-bukan.

Ia melihat Lo In sudah pentang dan membusungkan


dadanya, untuk menerima pukulannya.

sambil berseri-seri kegirangan, siauw cu Leng kerahkan


seantero tenaga dalamnya untuk melepaskan pukulan maut
pada si bocah. Hanya sejenak saja ia merasa kasihan, tapi
lantas ia sudah beringas lagi ingat kebenciannya pada Lo In
yang sangat dalam.

"Awas pukulan " seru siauw Cu Leng, berbareng


pukulannya yang dahsyat meluncur mengarah dada Lo In .

segera terdengar suara gemuruh dari beradunya pukulan


siauw Cu Leng kearah dada Lo In . suara gemuruh itu
bertanda dari hebatnya serangan lwekang yang dikerahkan
oleh siauw Cu Leng dalam serangan mautnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu terdengar suara gemuruh, lantas kelihatan mencelat


satu tubuh sampai tiga tombak jauhnya. Ternyata tubuh yang
mencelat itu bukan tubuhnya Lo In tapi tubuhnya siauw Cu
Leng yang melayang seperti layang yang terlepas dari talinya.

Lo In sendiri tampak tidak apa-apa. Ia berdiri sambil


tertawa-tawa memandang pada siauw Cu Leng yang terkapar
dengan tidak berkutik.

Lebih baik barangkali siauw Cu Leng tidak mengerahkan


lwekangnya habis-habisan. Dengan lwekang sederhana yang
ia keluarkan mungkin tidak demikian membahayakan dirinya.
Tapi ia telah mengerahkan lwekangnya berkelebihan, maka
tenaga membalik dari pukulannya yang mengenakan Lo In
makin hebat akibatnya.

Kapan Lo In datang mendekati, ia terkejut karena siauw Cu


Leng sudah tidak bernyawa lagi. Dari panca inderanya keluar
darah segar. Matanya melotot seperti penasaran. Lo In tidak
menduga bahwa tenaga membalik dari pukulan siauw Cu
Leng demikian hebat akibatnya.

Ia sebenarnya tidak ada niatan untuk membinasakan si iblis


Alis Buntung. Maka tenaga yang dikerahkan untuk memukul
balik tenaga siauw Cu Leng juga ia tidak kerahkan denga
sepenuhnya. Ia hanya menggunakan lima bagian saja. Benar-
benar ia tidak menduga kalau akibatnya bisa demikian hebat
dan meminta korban jiwa.

Dengan siauw Cu Leng, menjadi sudah ada dua orang yang


tewas di tangan Lo In selama dalam perantauannya. Yang
pertama ialah Coa Keng mampus dengan tendangan 'Kaki
ayam emas'. Kematian merka itu semuanya diluar
keinginannya si jago cilik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kematian siauw Cu Leng bikin Lo In menyesal juga karena


ia tidak berkesempatan menanyakan halnya Leng siong yang
ada di Coak-kok sekarang.

Lo In adalah bocah berhati lapang. Takpernah ia


mendendam sakit hati kepada siapa juga. Maka mayatnya
siauw Cu Leng ia kebumikan dengan rapi.

setelah selesai mengubur, depan kuburan ia berkemak-


kemik, memohon maaf bahwa perbuatannya tadi tidak
disengaja. setelah itu si bocah lantas meneruskan
perjalanannya ke kota Gukwan untuk menemui ketua dari Cit-
seng-pay.

Lo In girang dalam perjalanan selanjutnya ia tidak


menemukan kepusingan apa-apa lagi. sampai di kota yang
dituju, ia lantas tanya-tanya pada orang dimana letaknya pusa
perkumpulan Tujuh Bintang. Dengan mudah Lo In dapat
menemukannya karena perkumpulan tatkala itu sedang
mendapat kemajuan.

Ternyata gedung Cit-seng-pay dibangun dengan sangat


mewah. Tidak sembarang orang boleh masuk. Harus lapor
dulu pada dua penjaga dipintu. semuanya berperawakan tinggi
besar dan gagah. Di pinggangnya membawa golok.

Seram kalau orang berurusan dengan Cit-seng-pay,


lantaran penjaga pintunya galak suka main bentak pada yang
datng mau menemuk salah satu orang dari Cit-seng-pay.
Apalagi kalau orang yang hendak menemui ketua atau
wakilnya, mereka sangat teliti menanyakan maksud orang.
Demikian kejadian dengan Lo In . Dua orang jaga itu melihat
Lo In adalah satu bocah dengan wajah hitam legam kayak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pantat kuali. Tiba-tiba telah ketawa berkakakan, bukannya


melayani orang hendak ketemu dengan ketua.

"Para paman, kalian ketawa kenapa ?" tanya Lo In heran.

"Kau bawa-bawa dua pedang itu sampai dua bilah ?" tanya
yang ketawa tadi, sebaliknya dari menjawab pertanyaan Lo In .

"Justru karena pedang yang kubawa ini aku ingin menemui


ketua kalian." jawab Lo In ketawa nyengir, melihat orang
masih ketwa sikapnya lucu.

Lo In perhatikan yang ketawa tadi hidungnya mancung


berlebihan, sementara temannya mulutnya besar dan bibirnya
tebal.

"Kau mau ketemu ketua bawa-bawa pedang, mana boleh


Ada urusan apa, kau katakan saja padaku. Aku nanti
sampaikan pada ketua. sebab aturan disini, kalau tidak begitu
penting, tidak mudah orang ketemu dengna ketua kami."
menerangkan si mulut besar yang ternyat lebih baik dari si
hidung mancung.

"Tidak bisa. Aku harus menemui ketus sendiri Aku ada satu
urusan penting yang akan disampaikan padanya." sahut Lo In
.

"Harap paman suka beri ijin aku masuk ketemu dengan


ketua kalian."

"Anak hitam, kau banyak rewel Lekas serahkan dua bilah


pedang itu pada kami.

"Kau bawa-bawa pedang masuk memangnya mau


membunuh ketua "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In jadi bingung dibentak demikian. ia bermaksud baik


hendak menyampaikan kabar tentang Lim Kek Ciang dengan
saudara-saudaranya yang mati karena hawa racun ular,
makanya maksud baiknya disambut dengan cara yang kasar
sekali. Maka timbullah wataknya yang jail nakal, ia berkata,

"Aku bermaksud menyampaikan kabar tentang tiga


pemimpin kalian yang pergi ke gua ular. Kalau kalian tidak
ijinkan aku menemui ketua kalian, tak apa, aku juga tak usah
menyampaikan kabar. Nah, selamat tinggal " Lo In sambil
putar tubuhnya hendak berlalu.

Dua pengawal itu kaget mendengar perkataan Lo In . cepat


si hidung mancung memanggil,

"Hei, anak hitam, kembali Kasih tahu padaku ada urusan


apa, nanti aku lapor pada ketua. Kau tunggu saja disini."

Lo In hanya mendengus, tak menjawab perkataan si hidung


mancung.

Tentu saja si hidung mancung menjadi marah dijawab


dengan dengusan Lo In . ia lompat menyusul dan mencekuk
Lo In . Dengan enteng ia angkat Lo In ke atas seperti hendak
membantingnya. Ia mengancam,

"Anak hitam, kalau kau tidak mau bicara, aku akan banting
kau mampus sekarang juga "

"Bantinglah " Lo In menantang.

"Aku toh tidak mau berurusan dengan sebala orang rendah


seperti kamu orang "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

si hidung mancung memang berangasan adatnya dan sok


jagoan lagi. Maka mendengar Lo In menantang, benar-benar
ia sudah membanting Lo In dengan tenaga penuh.

"Mampus kau " serunya dengan gemas.

Tapi Lo In yang dibanting bukannya hancur badannya, tapi


ia tetap berdiri sambil ketawa nyengir. Matanya si hidung
mancung terbelalak heran. ia sudah mengerahkan tenaga
sepenuhnya membanting si bocah, tapi si anak hitam ternyata
tidak apa-apa, malah berdiri dengan ketawa nyengir.

si mulut besar, temannya, juga merasa heran. sebab


barusan ia sudah pejamkan matanya menyaksikan
ketelengasan kawannya. Tak tahunya Lo In tak apa-apa
dibanting temannya yang ia tahu benar tenaganya sangat kuat
dan pernah satu kali ia membanting orang sampai pingsan dan
patah tiga biji tulang iganya.

Ia lalu menghampiri Lo In . Dengan sabar ia berkata,

"Adik kecil, barusan kau bilang mau melaporkan halnya tiga


orang pemimpin kami. Harap kau melapar pada kami saja
untuk disampaikan kepada ketua. Kau diam-diam tunggu di
luar, apa katanya ketua, nanti kami bertahukan padamu.
Bagaimana, akur ?"

si mulut besar rupanya rada jeri juga pada Lo In nampak


kejadian barusan, maka tak biasanya ia berkata demikian
halus dan merendah.

"Aku dengan baik minta permisi dari kalian, tapi kalian


menghalang-halangi. Apa pantas perbuatan itu terhadap orang
yang hendak berbuat baik ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Anak hitam, kau mau berbuat baik apa ? Hm Dengan


bawa-bawa pedang minta ketemu ketua. Kalau bukan
bermaksud jahat, mau apa ?" si hidung mancung menyela
dengan penasaran.

"Kalian tak ijinkan aku masuk. Kalau aku mau masuk, kalian
bisa apa terhadap aku ? Nah, jagalah kalau bisa bila aku
memasuki perkumpulan kalian tanpa ijin "

Lo In berkata sambil enjot tubuhnya melayang mendekati


pintu, kemudian menghilang masuk ke dalam tanpa dua
penjaga itu dapat mencegahnya.

Bukan main gelisahnya mereka. Lantas menyusul masuk


dan membunyikan kentungan tanda ada bahaya. Tentu saja
semua anggota Cit-seng-pay yang ada dalam gedung itu
semuanya jadi kaget dan masing-masing pada membawa
senjata memburu keluar.

Mereka kesomplokan dengan satu bocah wajah hitam yang


membawa-bawa dua bilah pedang menerobos masuk. Lantas
saja mereka mengepung. Lo In memang paling senang
menghadapi lawan yang jumlahnya banyak, sambil haha hihi
ketawa ia mempermainkan orang banyak yang hendak
menangkap dirinya. Perlahan-lahan ia maju terus ke dalam
hingga dapat melewati ruangan kedua. Untuk sampai di ruang
ketiga, repotjuga ia karena orang-orang yang mengepung
jumlahnya tambah banyak. Meskipun demikian, ruangan
ketiga sudah dapat ditembusi. Kiranya ruangan ketiga itu
adalah ruangan tempat rapat. si bocah tak bermaksud
mencelakai orang, makanya juga ia tidak menghunus
pedangnya. sebaliknya, banyak anggota Cit-seng-pay yang
sudah pada mencabut senjatanya, mengeroyok Lo In . Tapi si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bocah tidak takut. Ia gunakan ginkang yang dipelajari dari It-


sin-keng.

Dengan kegesitan entengi tubuh itu, membuat orang-orang


cit-seng-pay saban-saban melengak keheran- heranan karena
melek-melek Lo In kelihatan di depan matanya, tapi waktu
ditubruk atau dibacoki bocah itu sudah menghilang dan tahu-
tahu sudah dikepung di tempat lain,

Melihat lihainya si bocah, ada beberapa anggota Cit-seng-


pay telah melaporkan kejadian itu pada ketuanya. segera
ketua dengan diiringi oleh wakil-wakilnya sudah datang ke
tempat itu. Mereka melihat bocah berwajah hitam dengan
membawa dua bilah pedang sedang ketawa haha hihi
mempermainkan orang-orangnya.

"Tahan " seru sang ketua, suaranya keras berkumandang


dalam ruangan itu hingga orang-orang cit-seng-pay pada
hentikan kepungannya, akan tetapi mereka masih terus
mengawasi Lo In yang saat itu sedang ketawa- ketawa berdiri
di atas sebuah meja.

Ketua Cit-seng-pay datang menghampiri Lo In . ia berkata,


"Adik kecil, ada urusan apa kau datang ke tempat kami ? Apa
sengaja kau mau mengacau dalam perkumpulan kami ?"

Lo In memandang pada ketua Cit-seng-pay. Ia heran sebab


ketua Cit-seng-pay ini bukannya orang biasa tetapi seorang
Tojin (imam). Di sebelahnya juga ada satu imam, rupanya ia
adalah wakil ketuanya.

Makin Lo In perhatikan makin ia kenali kedua imam itu ada


kenalan lama ialah siong Leng dan Jin Leng Tojin, dua
pecundangnya Liok sinshe di Tong-hong-gay tempo hari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi Lo In pura-pura tidak mengenali, sedang kedua imam


itujuga tidak mengenali Lo In yang wajahnya hitam legam
kayak pantat kuali.

"Tidak ada tempo aku mengacau perkumpulan kalian."


sahut Lo In .

"Aku datang hendak menyampaikan kabar tentang paman


Lim Kek Ciang dan dua saudaranya yang pergi ke gua ular."

Kaget siong Leng Tojin mendengar jawaban Lo In .

" Kalau kau hendak menyampaikan kabar penting, kenapa


tidak masuk dengan jalan sopan, sebaliknya dengan memaksa
masuk cara begini ?" menyela Jin Leng Tojin.

"Hehehe" Lo In ketawa.

"Meskipun aku masih anak-anaki aku tahu aturan. Tapi


orang-orang kalian yang tidak tahu aturan mencegah aku
masuk menghadap ketua kalian."

Jin Leng Tojin tidak senang mendengar jawaban Lo In . ia


berkata lagi,

"Apa kau tahu dengan perbuatanmu ini seakan-akan


menghina perkumpulan kami ? Hm Kau anak siapa, sebegitu
besar nyalimu. Kabar apa yang kau mau sampaikan, lekas kau
ceritakan "

Siong Leng Tojin sebenarnya juga mau memberikan


teguran seperti apa yang saudara mudanya katakan tadi.
cuma saja ia sedang memikirkan hal si bocah yang mau
menyampaikan kabar Lim Kek ciang dan dua saudara lainnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang pergi ke gua ular. Entah kabar apa itu. Kabar baik atau
kabar jelek.

Mendengan Jin Leng Tojin sudah mendahului ia menegur si


bocah, hatinya sangat setuju. Diam-diam ia kurang senang,
bahwa si bocah masih berdiri terus di atas meja, yang
semestinya turun menghadap padanya sambil berlutut atau
setidak-tidaknya menjura memberi hormat kepada ketua cit-
seng-pay yang sangat disegani.

Lo In mendongkol mendengar perkataan Jin Leng Tojin


yang jumawa, apalagi ia kenali imam itu adalah salah satu
pengeroyok Liok Sinshe.Hatinya kepingin menggodai sekalian
mengasih hajaran pada si imam sombong.

"Apa begini caranya menyambut tamu yang hendak


melaporkan kabar penting ?" Lo ln jawab perkataan Jin Leng
Tojin.

"Kalau kalian tidak menghormati aku sebagai tamu penting,


aku juga tidak perlu menyampaikan kabar yang paman Lim
Kek ciang minta aku sampaikan kepada kalian?"

"Bagaimana kau bisa buktikan bahwa kau utusannya Samte


?" menyela Siong Leng Tojin.

"Untuk apa kau pakai tanyakan bukti segala ? Memangnya


aku membawa kabar bohong ?"

"Seharusnya kau memberi bukti. Tanpa bukti dari mana aku


bisa percaya kau adalah utusannya samte kami ?"

"Mau bukti tidak susah." sahut Lo In .


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tapi kalau kau tidak percaya aku, untuk apa aku mengasih
lihat bukti "

"Aku tahu kau memang mau mengacau, bocah. Turun "


bentak Jin Leng To.in mendahului siong Leng Tojin yang
hendak bicara lagi kepada Lo In . Rupanya Jin Leng Tojin
adanya berangasan dan tidak sabaran melihat lagak Lo In .

Dibentak turun, Lo In bukannya menurut, sebaliknya ia


tertawa berkakakan.

"Mau suruh siaoyamu turun boleh saja, asal kau bisa


turunkan " kata Lo In ketawa nyengir.

Jin Leng Tojin panas hatinya. ia lantas mau suruh anak


buahnya menyergap tetapi keburu siong Leng Tojin berkata,

"Adik kecil, harap kau tidak bawa adatmu yang nakal. Mari
turun, kita bicara secara baik dan bersahabat."

Jin Leng Tojin heran mendengar perkataan sang ketua. Ia


menatap wajahnya yang telah mengedipi padanya. Lantas ia
tahu maksudnya sang pemimpin.

sebaliknya Lo In berpikir, imam ini tidak sombong seperti


adiknya tadi. Tidak halangan kalau ia turun dari atas meja. Ia
mau lihat apa yang siong Leng Tojin bisa bikin terhadapnya.
Maka setelah memikir demikian, ia lantas lompat turun dengan
melewati beberapa kepala orang.

Mereka yang dilewati kepalanya pada mendelik matanya


pada si bocah, seakan-akan mereka tidak rela kepalanya
dilalui si bocah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tidak menghiraukan mereka. Ia berjalan leng gang-


leng gang saja mengikuti siong Leng Tojin yang jalan
menghampiri kursi di atas mimbar. Di sana sang ketua duduk
dengan diapit oleh Jin Leng Tojin dan saudara-saudara
pemimpin lainnya.

Lo In dipersilahkan duduk. si bocah juga tidak main


sungkan-sungkan lagi. Ia duduk dengan tenang menghadapi
orang-orang Cit-seng-pay yang wajahnya pada menunjukkan
permusuhan. Lo In tidak acuhkan mereka. Ia anggap mereka
tidak bisa berbuat apa-apa kepadanya. Dengan
mengandalkan kepandaiannya yang maha tinggi, ia bisa
masuk dan keluar dalam gedung cit-seng-pay itu sesuka
hatinya.

"Adik kecil," siong Leng Tojin mulai buka mulut, ketika


mereka sudah berkumpul di atas mimbar.

"sebenarnya kau membawa kabar apa tentang samte,


Ngote dan Lakte kami ? Coba kau tuturkan. sebelumnya aku
mohon maaf atas kelakuan orang-orang kami barusan
terhadap adik keci." siong Leng Tojin berkata sambil unjuk
senyuman.

Lo In paling jinak dengan sikap yang ramah tamah dan


halus. sebaliknya ia jadi nakal dan liar kalau menghadapi
orang yang sombong dan bertingkah. Maka, menghadapi
siong Leng Tojin yang ramah, ia jadi lemas hatinya. Tidak tega
ia untuk berbuat yang keterlaluan menuruti napsu hatinya.

"Juga aku harap Totiang memaafkan atas kelakuanku


barusan. Apa yang aku lakukan lantaran menuruti napsu
hatiku yang tidak senang melihat orang-orang Totiang yang
jumawa dan mau sewenang-wenang terhadap orang yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lemah. Aku anak kecil mau dibanting segala di depan pintu


masuki apa- apaan perbuatan begitu?"

"Hahaha " tertawa Leng siong Tojin.

"Kalau baru 'mau' saja tidak apa, jangan sampai benar-


benar dibanting. Itu celaka "

:Barusan aku kesalahan berkata. sebenarnya dia sudah


membanting aku. Cuma saja bantingannya rupanya kurang
bisa maka aku tidak sampai hancur." Lo In menjelaskan sambil
ketawa nyengir kepada siong Leng Tojin yang ketawa
terbahak-bahak. Ketawanya siong Leng Tojin berhenti ketika
mendengar perkataan Lo In .

Pikirnya, kedua penjaganya masing-masing mempunyai


kepandaian silat tinggi, apalagi si hidung mancung itu
tenaganya seperti raksasa, bagaimana Lo In dibanting tidak
kenapa-napa ? sungguh ini sangat mengherankan hatinya
siong Leng Tojin.

Bocah berwajah hitam ini kalau tidak punya kepandaian


yang berarti, tidak bakalan berani mengacau dalam Cit-seng-
pay. Kapan melihat Lo In dikepung oleh banyak orang, tidak
seorang pun yang dapat menowel bajunya saja. Itu
membuktikan kepandaiannya Lo In sangat tinggi, sekalipun ia
masih bocah.

Mengingat kesitu, siong Leng Tojin ada hati-hati dalam


bicaranya Jangan sampai menyinggung hatinya si bocah
sehingga menerbitkan onar dan memalukan cit-seng-pay.

"Adik kecil." kata siong Leng Tojin.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hal itu nanti aku selidiki dan aku akan memberi hukuman
pada orangku yang kurang ajar terhadapmu. sekarang coba
tolong kau laporkan apa kabar dari samteku Lim Kek Ciang."

Lo In lalu menuturkan tentang kematiannya Lim Kek Ciang


saling susul dengan saudara-saudaranya lantaran terkena
hawa beracun dari gua ular. Lim Kek Ciang pesan supaya ia
menyampaikan kabar itu kepada ketuanya, jangan
mengharap- harap mereka pulang.

siong Leng Tojin dan lain-lain mendengar sangat berduka


hatinya mendapat tahu bahwa Lim Kek Ciang telah menemui
ajalnya dalam menunaikan tugas perkumpulannya. setelah
hening beberapa lama, merenungkan arwahnya Lim Kek
Ciang dan dua saudaranya, siong Leng Tojin berkata pada Lo
In ,

"Adik kecil, terima kasih atas laporanmu ini. sebelum samte


meninggal, tentu ada peninggalan barang untuk disampaikan
padaku sebagai kenang-kenangan. Apa adik kecil ada terima
?"

siong Leng sebenarnya mau minta bukti dari Lo In tentang


kabar yang disampaikan kepadanya. Tapi kalau ia terang-
terangan mau bukti, pasti Lo In akan kambuh lagi watak
nakalnya, menganggap orang tidak percaya pada dirinya.
Maka, sebagai orang yang cerdik, si imam telah mengambil
jalan memutar menanyakan pada Lo In apakah Lim Kek Ciang
ada meninggalkan barang untuknya sebagai kenang-
kenangan. sungguh pandai si imam, yang biasanya sangat
sombong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In tidak merasa kesinggung. Maka ketika mendengar


perkataan siong Leng Tojin demikian meresap ke dalam hati,
lantas ia loloskan pedang yang tergantung di pinggangnya.

sambil menyerahkan itu pada siong Leng Tojin, ia berkata,

"Totiang, paman Kek Ciang hanya meninggalkan barang ini


untuk disampaikan kepada Totiang sebagai kenang-
kenangan."

siong Leng Tojin menyambuti tanpa bilang apa-apa yang


seharusnya mengucapkan terima kasih pada si bocah. Ia
tampak termenung-menung, entah apa yang direnungkan.

Lo In juga jadi heran kenapa si imam tidak mengucapkan


terima kasih kepadanya. ia sudah menyerahkan pedangnya
Lim Kek Ciang tapi tidak ada reaksi apa-apa kecuali si iamam
duduk termenung-menung.

"Totiang, apa aku kesalahan menyerahkan pedang itu


bukan miliknya paman Kek Ciang ?" tanya Lo In dengan ragu-
ragu.

siong Leng Tojin tidak menjawab, sebaliknya Pekihauw-


kiam Jin Leng Tojin dengan gusar sambil gebrak meja ia
membentaki

"Bocah bernyali besar siapa bilang pedang itu bukan milik


samte ? Tapi kematiannya sudah tentu bukannya lantaran
hawa racun, tapi dibunuh olehmu "

Lo In jadi melengak mendengar tuduhan Jin Leng Tojin


yang bukan-bukan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia sudah berbuat baik hati, jauh-jauh ia perlukan datang ke


Gukwan, maksudnya menyampaikan pesan Lim Kek Ciang,
tidak tahunya disini ia bukan mendapat terima kasih malah
merampas pedangnya.

"Adik kecil." siong Leng Tojin masih bersabar. Diam-diam ia


setuju dengan perkataan Jin Leng Tojin yang menuduh si
bocah jadi pembunuh samtenya.

"Kau memangnya ada permusuhan apa dengan samte


kami ? Terus teranglah bicara agar aku dapat memberi
kelonggaran kalau kau mengaku dengan sejujurnya." Kata-
kata ketua Cit-seng-pay sungguh diluar dugaan sama sekali si
bocah.

Dalam mendongkolnya ia bangkit berdiri, katanya,

"sungguh bagus kalian orang-orang Cit-seng-pay.


Kebaikanku kalian balas dengan fitnahan ? Hm Tidak kunyana
kalian menghina aku si anak kecil. Aku menyesal sudah
masuk masuk dalam gedung perkumpulan brengsek ini "

"Apa, brengsek " bentak Jin Leng Tojin berbareng


kepalannya menyambar pada kepala Lo In tapi dengan manis
sudah kena dikelit oleh jago cilik kita.

Melihat serangannya gagal Jin Leng TOjin yang hanya


menggunakan tangan kiri, karena tangan kanannya cacat oleh
Liok sinshe sudah menjadi beringas dan menyerang lagi
dengan dahsyat. Angin pukulannya menderu, meskipun
dengan tangan kiri juga.

Kecuali Siong Leng Tojin yang tenang-tenang saja duduki


yang lain-lainnya pada bangkit berdiri membantu mengeroyok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In . Meskipun semua jago-jago Cit-seng-pay turun,


dianggap enteng saja oleh si bocah.

"Kau mau menggunakan jumlah banyak untuk mengeroyok


aku anak kecil ? Bagus Apa katanya orang dalam dunia
Kangouw nanti atas perbuatan kalian yang tidak tahu dituduh
sudah membunuh Lim Kek Ciang dan malu Mereka akan
katakan kalian bangsa tidak punya guna mendirikan
perkumpulan, beraninya hanya terhadap anak kecil saja.
Hahaha " si bocah bukannya takut, malah ia ketawa terbahak-
bahak.

sebaliknya siong Leng Tojinn menjadi tidak enak


mendengar perkataan Lo In yang terang-terang menyindirnya.
Lagian hatinya rada-rada bimbang juga nampak Lo In
dikeroyok banyak orang selalu bisa elakkan serangan, malah
kelihatan si bocah tidak membalas.

"Tahan " tiba-tiba ia serukan kawan-kawannya yang


mengeroyok hingga mereka pada lompat mundur mentaati
perintah sang ketua.

siong Leng Tojin berbareng bangkit berdiri dan


menghampiri Lo In ,

"Apa maksud perkataanmu barusan ? Kau menantang satu


lawan satu, bukan ?"

"Hehehe " tertawa Lo In .

"satu lawan satu kau toh tidak punya orang untuk


dihadapkan padaku. Maka lebih baik kau turunkan semua
orang Cit-seng-pay, lebih senang aku dapat bermain petak "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sungguh jumawa kata-kata si bocah dalam telinganya siong


Leng Tojin.

Imam jagoan itu paling pantang kalau mendengar orang


berkata lebih jumawa dari dirinya. sekarang ia mendengar
kata-kata Lo In yang jumawa, sampai dikatakan Cit-seng-pay
tidak punya orang untuk dihadapkan dengan si bocah, terang
siong Leng Tojin naik pitam. sambil ketawa dingin ia berkata,

"Adik kecil, kau jangan sombong. Mari kita coba dengan


tangan kosong "

"Kau yang mau maju sendiri ?" tanya Lo In seperti


keheranan.

"Jangan, jangan, kau bukan tandinganku. Merk Cit-seng-


pay jatuh lantaran ketuanya tidak becus menjatuhkan satu
anak kecil "

Itu hinaan yang keterlaluan. Tidak heran kalau siong Leng


Tojin lantas menyerang dengan pukulan telengasnya. Lo In
berkelit sambil lompat dari atas mimbar ke tempat yang
kosong dan lebar.

"mari, mari disini kita main-main, siong Leng Tojin "


menantang si bocah sambil tolak pinggang menanti.

Terkejut si imam mendengar namanya disebut Lo In . Tapi


sejenak, sebab ia pikir tentu si bocah dapat tahu namanya dari
Lim Kek Ciang yang dikatakan mati oleh si bocah. orang-orang
Cit-seng-pay kegirangan melihat ketuanya turun tangan.

Mereka sambut dengan tepukan tangan yang riuh sekali


tatkala siong Leng Tojin lompat turun dari mimbar dengan
gerakan yang manis sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hidup ketua Cit-seng-pay " demikian terdengar beberapa


kali seruan mereka.

Mereka sedang kebingungan, tadi tidak dapat membekuk si


bocah. sekarang ada ketuanya mau turun tangan sendiri,
sudah tentu saja mereka kegirangan. Mereka tahu lihainya
sang ketua, sudah menghitung pasti bahwa si bocah hanya
beberapa detik saja sudah akan dibekuk oleh sang ketua.

Mereka pada mundur ke belakang, kasih tempat lebih


leluasa untuk mereka bertempur.

"Adik kecil, mulailah dengan seranganmu " mengundang


Siong Leng Tojin setelah mereka berhadap-hadapan. siong
Leng Tojin sangat memandang enteng pada Lo In .

"Aku jauh lebih muda, aku silahkan yang lebih tua


menyerang lebih dahulu " sahut Lo In dengan suara ngeledek.

Tampak Lo In tidak memasang kuda-kuda segala, tidak


seperti siong Leng Tojin menghadapi seorang bocah saja
seperti ketakutan dan telah memasang kuda-kudanya kuat-
kuat.

Diledek Lo In , siong Leng Tojin tidak banyak omong, ia


lantas menyerang dengan tipu pukulan 'Ki-eng-puk-coa' (Elang
lapar menyambar ular). Kedua tangannya dipentang, dengan
kecepatan kilat ia menyergap Lo In , tapi Lo In sudah
menghilang dari depannya. Cepat ia memutar tubuh dan
menyerang dengan angin pukulan pada Lo In yang ia duga
ada dibelakangnya. "Brak Brak " suara hancurnya meja kursi
yang kena angin pukulan sang ketua, tapi si bocah yang
diarah tidak kelihatan bayangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Demikian kejadian itu telah terulang. Hanya kursi meja yang


hancur lebur oleh angin pukulan siong Leng Tojin yang
dahsyat, sedang Lo In yang diarah masih terus ngeledek bagai
bayangan disekitarnya.

Dari merasa tinggi hati, bangga dengan kepandaiannya


yang tinggi, perlahan-lahan siong Leng Tojin insyaf bahwa ia
bukan tandingan si bocah. Kalau Lo In mau, siang-siang ia
sudah dipecundangi dengan hanya sekali tepukan saja pada
jalan darahnya.

Caranya Lo In permainkan dirinya mengingatkan ia kepada


seseorang yang dulu pernah menggocek ia demikian rupa.
Kapan ia ingat akan dirinya Liok sinshe, tanpa dirasa lagi
sekujur badannya telah mandi keringat.

"Kau, kau......?" tiba-tiba siong Leng Tojin berkata terputus-


putus.

"Asal masih ingat saja." menggoda Lo In dari samping.

Mendengar suara Lo In , si Imam tidak sia-siakan


kesempatan itu Ia berbalik cepat dan melancarkan pukulan
maut pada si bocah. Cuma sayang Lo In lebih cepat lagi untuk
mengelakkan serangan dan kembali ada dibelakangnya.
Tampak si imam sombong kewalahan.

Melihat ketuanya dipermainkan si bocah, tentu saja orang-


orang Cit-seng-pay menjadi sangat gusar. Dengan mendapat
komando dari Pekihouw-kiam Jin Leng Tojin, mereka
menyerbu mengeroyok Lo In yang sedang enak-enak
mempermainkan si imam.

"Bagus, kalian turun tangan semua " seru Lo In .


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berbareng tubuhnya berkelebatan diantara mereka. Ia


gunakan salah satu jurus dari It-sin-keng yang dinamai 'Ce-yu-
san-hoa' atau "menyebar bunga ke kiri dan kanan' suatu
gerakan ilmu entengi tubuh yang tidak ada taranya. Dimana
tubuhnya Lo In berkelebat, disitu mesti roboh tiga- empat
orang, tidak perduli mereka sedang tangan kosong atau
mencekal senjata, rata-rata dirobohkan dengan totokan pada
jalan darah.

Dalam tempo sebentaran saja, kecuali siong Leng dan Jin


Leng Tojin, semuanya sudah roboh kena ditotok oleh Bocah
sakti kita.

siong Leng Tojin dan Jin Leng Tojin berdiri seperti terpaku,
tidak bergerak seakan-akan yang kena tertotok jalan
darahnya. Tapi yang sebenarnya mereka terpaku berdiri
karena menyaksikan dengan rasa kagum akan kepandaiannya
si bocah. Matanya terbelalak memandang kepada orang-
orangnya yang dirobohkan saling susul dengan tidak dapat
bangun kembali. sungguh hebat Mereka memuji dalam
hatinya.

Belum pernah dalam benaknya siong Leng Tojin memuji


siapa juga selama hidupnya sebab merasa bahwa dirinya
adalah yang paling tinggi kepandaiannya. Tapi sekarang tanpa
disadari ia telah memuji Lo In benar-benar ada satu bocah
yang luar biasa.

Dalam pada itu, keadaan yang tadi ramai dengan suara


bentakan-bentakan dari orang-orang cit-seng-pay, sekarang
berubah menjadi sepi sunyi.

"Hek-bin sin-tong.........." tiba-tiba terdengar suara orang


berkata seperti memecahkan kesunyian pada waktu itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

siong Leng dan Jin Leng Tojin terkesiap hatinya mendengar


disebutnya 'Hek-bin sin-tong' atau si Bocah sakti Muka Hitam-
Matanya lantas menatap pada Lo In dengan tidak berkedip.
Kemudian, dengan tiba-tiba mereka rasakan badannya
menggigil ketakutan dan mukanya sangat pucat. "Hek-bin sin-
tong......" mereka menggumam hampir berbareng,

lalu matanya menoleh sana sini mencahari orang yang


berkata tadi.

Kiranya orang itu adalah satu paderi yang memelihara


rambut panjang. ia tiada lain adalah Kim Wan Thauto, yang
pada saat itu tengah menghampiri Lo In yang menyambutnya
dengan roman berseri-seri.

"Toako, kau kemana saja meninggalkan adikmu ?" berkata


Lo In sambil menubruk dan merangkul si Thauto. Keduanya
tampak sangat kegirangan telah bersua kembali.

sementara itu, siong Leng dan Jin Leng nampak Lo In dan


si Thauto saling rangkul lantas dapat menebak bahwa mereka
ada hubungan rapat satu dengan lain.

Siong Leng Tojin tidak kenal Kim Wan Thauto, tapi ia


pernah dengar dalam kalangan Kangouw ada bergelandangan
satu pendeta memelihara rambut yang sangat lihai, senjata
rahasianya berupa sepasang anting-anting. Apakah ini dianya
si Thauto yang dimaksudkan ? Tanya dalam hati kecilnya.
Kapan ia memperhatikan lebih jauhi ia yakin bahwa memang
benar Thauto yang dimaksudkan itu si Thauto yang dilihatnya
sekarang ada pakai anting-anting pada kedua belah
telinganya.

Makin ketakutan siong Leng dan Jin Leng mengenali si


Thauto ada kawannya Lo In .
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Melawan Lo In sendiri orang-orang cit-seng-pay tidak


mampu, apalagi ditambah si Thauto yang lihai. Memikir ke
situ, dengan diam-diam kedua imam itu, menggunakan
kesempatan Lo In sedang asyik bicara dengan Kim Wan
Thauto mereka telah angkat kaki untuk kabur menjauhkan diri

siapa sangka si bocah ada demikian lihai, sebab baru saja


mereka bertindak beberapa langkahi tahu-tahu Lo In sudah
menghadang di depannya menegur,

"Mau lari ? Hm Urusan Liok sinshe kalian harus tanggung


jawab "

siong Leng dan Jin Leng Tojin gemetaran mendengar


disebutnya nama Liok sinshe. sungguh lucu sikapnya dua
imam sombong pada saat itu. Mereka berdiri dengan badan
menggigil seperti diserang penyakit malaria dengan
mendadak.

"siaohiap." tiba-tiba siong Leng Tojin memberanikan hati


berkata,

"Urusan Liok sinshe, aku tidak bertanggung jawab sebab


aku hanya ikut-ikutan saja diajak oleh siauw-san Nao-ok
Harap siaohiap suka memberi kelonggaran pada kami
berdua......."

"Hehehe." Lo In mendengus.

"Gara-gara kalian, aku dengan Liok sinshe telah bercerai


berai. Mana bisa kau terluput dari tanggung jawab atas
kematiannya Liok sinshe ?"

"Aku tidak membunuh Liok sinshe. Itu adalah tanggung


jawabnya Kim Popo." sahut si Imam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jin Leng Tojin merasa heran suhengnya bisa berubah


demikian pengecut. Biasanya sang suheng paling angkuh dan
tidak memandang mata kepada siapa juga. Kenapa sekarang
bisa jadi demikian sikapnya ? Apakah sang suheng punya
maksud tertentu, sekarang minta dibebaskan dan kemudian
menuntut balas untuk hinaan yang sekarang dideritanya dari si
bocah wajah hitam ?

Jin Leng Tojin berangasan sifatnya, tapi ia berani untuk


menghadapi tanggung jawab. Maka melihat suhengnya
demikian lemah, ia jadi kurang senang. Katanya,

"suheng, kita sudah menjadi orang tawanannya. Untuk apa


minta kelonggaran segala ? Itu tandanya kita minta ampun.
Meskipun kita berlutut minta ampun, sudah terang tak akan
dapat ampun dari dia. Maka jangan merendahkan diri Hei,
bocah" Jin Leng teruskan berkata pada Lo In .

"Kami sudah tidak berdaya di tanganmu. Mau bunuh boleh


bunuh, untuk apa mesti banyak omong ?"

"Hahaha " Lo In tertawa.

"Kau lebih jantan dari kakak seperguruanmu. Ini aku suka


dan aku akan memberi kelonggaran padamu "

Jin Leng heran mendengar perkataan Lo In . sungguh


diluar dugaannya bahwa Lo In akan berkata demikian.
semestinya ia marah dan menghukum ia lebih berat dari
suhengnya sebab ia berani pentang mulut besar. Tidak
tahunya keputusan Lo In begitu menggoncangkan hatinya.

sementara siong Leng Tojin tidak berkata apa-apa, ia


hanya tundukkan kepala.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia menyesal telah unjuk sikap pengecut barusan. Kalau


dapat bersikap kepala batu seperti saudaranya, tentu ia pun
akan mendapat pengampunan dari si bocah. Tapi, sudah
terlanjur ia mengunjuk sikap pengecut, mau tarik pulang dan
merubah sikapnya sudah tidak perlu, malah akan membuat Lo
In lebih tidak memandang mata dan menghukum dirinya lebih
berat.

Memang benar dugaannya Jin Leng Tojin. sang suheng


mengandung maksud tertentu ialah pura-pura merendah dan
mohon pengampunan. Kalau sampai ia dapat kebebasan,
belakang hari, ia akan mencari Lo In pula untuk membikin
pembalasan.

Kim Wan Thauto sementara itu sudah ada diantara mereka


dan mendengar pembicaraan Lo In dengan kedua imam itu.

Tiba-tiba ia berkata, "Adik In, biarlah kasih kelonggaran


kepada dua imam itu tapi dengan syarat. ialah mereka harus
bersumpah untuk tidak mendendam permusuhan dengan kau
dan hidup selanjutnya harus dijalan yang betul. Kalau mereka
berbuat jahat lagi dan bersikap bermusuhan dengan kau, pada
waktu itu masih belum terlambat kau mengambil kepalanya."

"Toako ?" Lo In menatap wajah si Thauto dengan heran.

"Urusan ini ada sangat serius, bagaimana Toako dapat


memutuskan dengan cara demikian mudah ?"

"Adik In, kau lepas mereka, aku ada kabar baik untuk
disampaikan padamu." sahut Kim Wan Thauto dengan muka
bersenyum.

Lo In tampak ragu-ragu. Meskipun demikian, ia tidak


membantah perintah toakonya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kabar baik apa yang akan disampaikan oleh toakonya itu ?


Sungguh ia kepingin dengar. Ia menduga bahwa Kim Wan
Thauto sudah menemui Bwee Hiang. ini memang satu kabar
baik, Mungkin sang toako sudah ketemu Eng Lian ? ingin ia
mengetahuinya.

"Baiklah." kata Lo In . "Dengan memandang pada mukanya


toakoku, maka aku dapat mengampuni kalian berdua.
Toakoku barusan kata dengan syarat kau orang harus
bersumpah tidak akan mendendam permusuhan pada ku dan
hidup selanjutnya dijalan yang betul. Tidak usah bagiku
banyak syarat, asal kalian hidup dalam jalan yang betul,
selanjutnya aku juga sudah merasa senang. Dalam hal kalian
selanjutnya masih mendendam permusuhan itu

terserah. Aku juga tidak takut untuk menghadapinya. Nah,


selamat tinggal " Lo In menutup kata-katanya sambil
menggandeng Kim Wan Thauto berjalan keluar dari ruangan
itu Belum berapa tindak mereka berlalu, terdengar siong Leng
Tojin berseru kepadanya,

"siaohiap. tunggu sebentar "

Lo In dan Kim Wan Thauto merandeki Ketika siong Leng


Tojin sudah datang dekat, ia berkata,

"Mohon siaohiap suka capekan hati sedikit untuk menolong


orang-orangku, untuk mana aku imam tidak berguna akan
sangat berterima kasih sekali."

siong Leng Tojin dan Jin Leng Tojin sebenarnya dapat


membebaskan totokan, tapi hanya untuk dua tiga orang saja.
Kalau mereka mesti bekerja menolong begitu banyak orang,
mana dapat mereka lakukan ? Mereka dua orang bekerja,
sampai kapan dapat menolong orang-orangnya yang tertotok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu. Kalau umpamanya totokan Lo In seperti biasa yang


gampang mereka buka, kalau nanti totokannya tidak mudah
orang lain membukanya, apa itu bukan membikin orang jadi
kapiran ? Maka, dengan tebalkan muka siong Leng Tojin,
minta Lo In tolong membebaskannya.

"Totokan biasa. Totiang juga tentu gampang


membebaskannya." sahut Lo In merendah.

"Tapi biarlah aku tolong " seraya si bocah datang


menghampiri orang-orang cit-seng-pay yang rebah malang
melintang tak dapat menggerakkan badannya.

Tampak Lo In , bocah sakti kita mengebas-ngebaska


lengan bajunya ke arah orang-orang yang menggeletak
malang melintang itu Suatu angin halus berkesiur dingin
menyentuh tiap-tiapjalan darah pembuka totokan. Dalam
tempo sebentaran saja semua orang itu sudah pada bergerak
dan bangkit berdiri, bebas dari totokan.

siong Leng dan Jin Leng Tojin sangat kagum akan


kepandaiannya si bocah, suatu kepandaian yang tak dapat
dimiliki oleh jago silat yang mana juga, cuma hanya
mengebas-ngebaskan lengan bajunya telah dapat membuka
totokan orang demikian banyaknya.

saking kagum, tanpa merasa lagi siong Leng Tojin berseru,

"semua orang kasih hormat, mengucap terima kasih atas


pertolongan siaohiap"

seruan mana ditaati dengan serentak hingga dalam


ruangan itu berkumandang orang mengucapkan terima kasih
seraya badanya ada yang membungkuki ada yang hanya
manggut-manggut saja, ada yang bersoja beberapa kali ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

arah Lo In . Lo In terharu dan ia membalas hormat dari orang-


orang cit-seng-pay.

siong Leng dan Jin Leng Tojin cepat mendekati si bocah


dan mengundang supaya Lo In dan Kim Wan Thauto suka
tinggal beberapa lama lagi dalam perkumpulan itu. Mereka
ingin mengucapkan terima kasih dan menghaturkan selamat
jalan dengan mengadakan sedikit perjamuan sederhana. Lo In
dengan halus menolak tapi Kim Wan Thauto telah menerima
baik dan membujuk adik In-nya supaya buang tempo sedikit
untuk mengikat persahabatan dengan kedua Totiang dari Cit-
seng-pay itu.

Akhirnya Lo In terpaksa menurut hingga kedua pemimpin


dari Cit-seng-pay itu merasa sangat gembira. Lekasjuga Jin
Leng Tojin telah memerintahkan pada orang-orangnya untuk
menyiapkan satu meja perjamuan di taman bunga.

siong Leng Tojin memimpin Lo In dan Kim wan Thauto


berjalan ke taman bunga, dimana mereka duduk beristirahat
sambil menanti disiapkannya barang hidangan.

siong Leng To jin dan Jin Leng Tojin berkenalan dengan


Kim wan Thauto. Masing-masing pada mengucapkan pujian
dan merendahkan diri hingga suasana menjadi sangat
gembira.

Dari lawan telah berubah menjadi kawan dalam tempo


singkat itu, jarang terjadi. Hal ini Kim Wan Thauto nyatakan
pada siong Leng Tojin.

sambil bersenyum ramah, ketua dari Cit-seng-pay


menjawab,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

" Itulah jodoh, tanpa bertempur, mana kita dapat berkumpul.


Ha ha ha...."

Melihat gerak gerik siong Leng Tojin demikian baik dan


ramah, Lo In sangsi bahwa imam itu jahat. Ia menatap ke
wajahnya Kim Wan Thauto seperti minta keterangan, akan
tetapi Kim Wan Thauto bersenyum-senyum saja.

Melihat toakonya demikian tenang, Lo In tidak takut ia


dipersulit oleh si imam. Maka ia pun telah unjuk roman
gembira.

Halnya Liok sinshe dalam pertemuan itu tidak disinggung-


singgung, sebaliknya siong Leng Tojin telah menanyakan lebih
jauh soal kematiannya Lim Kek Ciang dan kawan-kawannya
dan halnya gua maut. Lo In tidak keberatan mengulang
ceritanya dan menceritakan sedikit halnya gua maut yang
menyeramkan, banyak telah meminta korban jiwa sampai jauh
jaraknya dua tombak dari mulut gua. Tapi halnya bahwa ia
yang berhasil masuk ke dalam gua maut itu, tidak
diberitahukan kepada si imam, begitu pun tentang
pertempuran ia dengan orang-orang dari sia uw-lim-sie, Bu-
tong-pay, Tong-teng Nao-eng dan lain-lainnya, sedikitpun Lo
In tidak singgung-singgung dalam penuturannya.

Meskipun begitu, tampak siong Leng dan Jin Leng Tojin


sangat puas dengan ceritanya Lo In . Diam-diam bulu
kuduknya mereka beridiri seram mendengar banyak mayat di
depan gua maut sebagai korban dari hawa beracun.

Ketika barang hidangan sudah diatur di meja, tiba-tiba


Siong Leng Tojin menanya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Siaohiap. kenapa kau sendiri tidak coba-coba memasuki


gua maut itu ? Rasanya dengan kepandaian siaohiap yang
demikian tinggi dengan mudahnya gua itu dapat ditembusi."

Lo In melengak dan agak gugup menjawabnya sebab ia


tidak mengira si imam akan menanyakan hal dirinya tidak
coba-coba masuk ke dalam gua.

"Aku anak-anaki kurang pengalaman. Kalau aku coba-coba


masuk sama juga aku mengantarka jiwa, sedang niatku belum
kesampaian mencari ayah dan ibuku yang aku sangat
rindukan."

demikian Lo In memberi alasan yang dapat diterima siong


Leng Tojin dan yang lain-lainnya ialah Jin Leng Tojin, dua
saudaranya (yang ke-4 dan ke-7) serta beberapa orang kuat
dari Cit-seng-pay.

Perjamuan makan telah berjalan sangat menggembirakan.

Ketika Lo In dan Kim Wan Thauto memohon diri, siong


Leng Tojin memesan,

"siaohiap dan Taysu jikalau kebetulan lewat di gubuk kami,


tolong mampir sebentar untuk kita ngobrol mempererat tali
persahabatan kita. sukalah kalian berjanji."

"ooo, tentu, tentu." jawab Kim Wan Thauto yang


mendahului Lo In .

"Kami bersaudara tidak akan melupakan pada To-heng


bersaudara dan saudara-saudara disini. Apabila kita kebetulan
lewat tentu kita mampir, meskipun tidak lewat juga tentu
sewaktu-waktu ada tempo yang senggang kita akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkunjung kepada kalian disini. Akur ?" semua orang ketawa


mendengar kata-katanya Kim Wan Thauto yang Jenaka.

setelah mereka berpisah, sembari jalan Lo In


menggandeng lengan Kim Wan Thauto. Tampak si bocah
wajah hitam mukanya berseri-seri kegirangan telah berjumpa
pula dengan toakonya. Ia menanya,

"Toako, selama ini kau dimana saja ? Kau bikin adikmu


kebingungan mencarimu. Apa toako sudah berhasil menemui
enci Hiang ?" Ditanya halnya Bwee Hiang, Kim Wan Thauto
kerutkan alisnya.

"Adik Hiang, entah dimana adanya dia sebab aku sudah


mencarinya masih juga belum berhasil menemuinya." sahut
Kim Wan Thauto.

"Eh, dimana Eng Lian ? Aku tidak melihat ada bersamamu


?" balik menanya Kim Wan Thauto.

Lo In berduka hatinya ditanya halnya Eng Lian.

"Aku justru sedang mencari dia, toako Kami berpisah ketika


kami sedang belajar naik kuda dipegunungan."

Kim Wan Thauto melengak heran. "Kau belum lama dapat


berkumpul dengan enci Lianmu, sekarang sudah kembali
berpisahan, sungguh tidak enak sekali. Bagaimana sih
kejadiannya ? Masa karena naik kuda saja sampai berpisahan
?"

"Aku juga tidak mengira kami akan berpisahan. Toako tahu


sendiri watakku yang ugal-ugalan dan suka menggodai kawan.
Tatkala itu aku mau menggodai enci Lian dan telah
meninggalkan jauh-jauh. Aku kegirangan enci Lian tidak dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyusul aku, tapi belakangan aku menyesal karena


perbuatanku menjadi berpisahan dengan dia. Tapi, eh, toako,
bukan begitu saja halnya. Masih ada sebab lain."

"Sebab lainnya bagaimana ?" tanya Kim Wan Thauto


kepingin tahu.

Lo In tidak menjawab tapi ia hanya celingukan sebentar


seperti kuatir didengar orang apa yang ia akan bicarakan
kepada toakonya. Kim Wan Thauto mengerti maksud si bocah.

"Adik In, mari kita mampir dalam rumah makan agar kita
dapat leluasa bicara." Kim Wan Thauto mengajak si bocah.

Dalam usia meningkat 17 tahun, Lo In tampak lebih


jangkung dan langsing, masih dapat meninggi lagi
perawakannya apabila usianya nanti memasuki 18 tahun.
Kalau saja wajahnya tidak hitam legam gara-gara obatnya Ang
Hoa Lobo, pasti wajahnya akan sangat cakap sekali. Namun
meskipun hitam kayak pantat kuali, Lo In populer diantara
wanita teman-temannya seperti Bwee Hiang, Eng Lian dan
Leng siong. Malah hampir-hampir si bocah sakti kejeblos
dalam perangkap si cantik sian Tin dengan gayanya yang
menggairahkan. syukur si bocah tebal imannya, yang
semestinya ia kejeblos dalam perangkap asmara yang
dipasang sian Tin, ia telah membikin si cantik insyaf dan hidup
akur dengan suaminya The Koan Beng.

setelah berada dalam sebuah rumah makan, dimana Kim


Wan Thauto sengaja pilih tempat yang jauh dari pada tamu-
tamu lainnya, ia minta Lo In menuturkan kisahnya sejak
berpisah dengannya. Lo In lantas saja mendongeng, cara
bagaimana ia berpisahan dengan Eng Lian dan masuk dalam
gua maut untuk mempelajari It-sin-keng dan menjadi muridnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kong In sianjin dari gua maut tersebut. Bagaimana ia dicegat


oleh berbagai-bagai jago dalam rimba persilatan ketika keluar
dari gua, bertempur dengan orang-orang dari Ngo-tok-kauw
dan menendang mati Coa Keng dan bikin melayang jiwanya
siauw Cu Leng tanpa disengaja, kemudian mengunjugi cit-
seng-pay untuk melaporkan kematiannya Lim Ke k Ciang
kepada ketua Cit-seng-pay, yang ia tidak duga kalau ketuanya
bukan lain daripada siong Leng Tojin musuhnya Liok sinshe.

Lo In menutur dengan rapi sekali dan jenaka gayanya


sehingga Kim Wan Thauto tidak memotong pembicaraannya.
Hanya yang Lo In tidak ceritakan adalah kisah roman sian Tin
yang hendak menjebloskan dirinya ke dalam jurang asmara. Ia
malu untuk menceritakan kepada toakonya. Pikirnya, pasti ia
akan ditertawakan sang kakak.

setelah Lo In menutur, tampak Kim Wan Thauto manggut-


manggut kemudian menghela napas.

Lo In heran toakonya menghela napas. Ia menanya,

"Toako, apa ada apa-apa yang tidak baik dalam


perjalananku?"

"semua baik." sahut Kim Wan Thauto.

"Dua orang yang mati ditanganmu juga, ialah Coa Keng


dan Toan Bie Lomo siauw Cu Leng bukan dengan sengaja kau
membunuhnya. Taruh kata kau sengaja, juga tidak ada orang
yang akan menyalahkan kau karena dosa mereka sudah luber
dari takaran Pantas mereka menemukan ajalnya sebab
dengan lama-lama hidup di dunia juga orang-orang macam
mereka itu hanya menambahkan banyak dosa saja,
sebaliknya dari berbuat kebaikan untuk sesamanya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

" Habis, toako barusan menghela napas beberapa kali, apa


yang kaupikirkan?"

"Aku memikirkan kau, adik In. Gara-gara It-sin-keng


selanjutnya kau akan menemukan banyak kepusingan karena
jago-jago dari berbagai partai terutama siauw-lim -sie, mana
mau mengerti bahwa dalam dirimu tidak tersimpan buku
mujizat itu."

Lo In ketawa nyengir. ia tidak takut menghadapi


pertempuran dengan siapa juga, hanya kata-kata Kim Wan
Thauto ia bakal menemukan kepusingan gara-gara It-sin-keng
membuat ia ragu-ragu karena ia ingin ketentraman dalam
hidupnya. Namun apa mau dikata kalau karena gara-gara It-
sin-keng ia harus menemui kepusingan. ia menghibur
toakonya,

"Toako, kau jangan pikirkan diriku. Kalau memang aku


mesti mati muda karena gara-gara It-sin-keng apa boleh buat,
kita manusia toh tidak bisa menolak maunya takdir. Hanya
sayangnya aku belum dapat menemui ayah dan ibuku yang
menurut toako masih ada dalam dunia ini."

Kim Wan Thauto terkejut mendengar perkataan Lo In paling


belakang.

Tampak ia menatap wajahnya Lo In sejenak, kemudian


dengan bersenyum ia kata,

"Adik In, kau jangan berduka. Aku percaya bahwa tidak


lama lagi akan kau akan menemukan kejadian yang
menggembirakan."

"Apa aku bakal ketemu dengan ayah dan ibuku ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

" Kemungkinan besar demikian. Hanya entahlah kapan."

"Toako, kaujangan bikin aku kegirangan tanpa alasan."

"Lihatlah nanti. Aku tak dapat memastikan kapan tapi aku


yakin kau segera akan berjumpa dengan orang-orang yang
paling dekat padamu."

"Dari mana toako dapat keyakinan itu ? Ah, toako, kau


hanya berkelakar saja."

Kim Wan Thauto bersenyum. Ia simpangkan pembicaraan


ke lain urusan hingga Lo In tidak menanya lebih jauh hal orang
tuanya yang bakal dijumpai tidak lama lagi.

Itu memang sifatnya si bocah. Asal pembicaraan sudah


berganti arah, lantas ia melupakan apa yang ia bicarakan
barusan.

Kim Wan Thauto menanya, "Adik In, kau sekarang hendak


kemana ?"

"Aku hendak mencari enci Lian dan enci Hiang." sahut Lo In


.

"setelah itu baru aku akan pergi ke Coa- kok untuk


mengambil pulang enci Leng siong."

"Kalau begitu, tak usah kita jalan sama-sama. Kita


berpencar saja untuk masing-masing mencarinya. Bagaimana
adik In pikir?"

"Bagus, jalan itu memang paling bagus. Hanya dimana kita


nanti dapat bertemu lagi ? Dimisalkan toako sudah menemui
enci Hiang dan aku menemui enci Eng Lian, lantas dimana kita
bisa berjumpa untuk berkumpul ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana kalau kita tetapkan di suyangtin di rumahnya


Teng Hauw atau rumahnya Leng siong sebagai tempat
berkumpul kita ?"

"Bagus, aku setuju." sahut Lo In .

"Tapi berapa lama temponya ?"

"satu bulan. Kita menemukan orang yang dicari atau belum,


dalam tempo satu bulan kita ketemu disana. Kalau dapat
menemui Bwee Hiang dan Eng Lian sekaligus memang itu
yang diharap. sebaliknya kalau dalam tempo itu masing-
masing belum menemukannya, harus kita berkumpul disana
untuk berdamai bagaimana baiknya." Lo In setuju dengan
pikirannya sang toako

"Adik In." kata Kim Wan Thauto ketika mereka mau


berpisahan.

"Kepandaianmu sekarang makin hebat saja, susah diukur,


tidak sembarang orang dapat menyulitkan kau. Namun, kau
jangan terlalu mengandalkan kepandaianmu yang tinggi. Kau
harus juga menggunakan otak untuk berpikir menjaga diri.
Pribahasa mengatakan, 'Musuh yang kelihatan kita bisa jaga
tapi yang sembunyi mana kita dapat menjaganya'. Dalam
dunia kangouw bukan sedikit orang licik dan kejam. Maka aku
pesan supaya kau dapat menjaga diri, jangan sampai kena
dibokong orang. Perjalananmu kesananya, seperti aku sudah
katakan, akan menemukan banyak rintangan karena gara-
gara It-sin-keng. orang tidak percaya kau tidak menyimpan
kitab mujizat itu. Maka untuk membuat mereka jadi percaya
kau harus mencari daya bagaimana baiknya."

"Terima kasih atas nasehatmu, toako." sahut Lo In ketawa


nyengir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"sepak terjangku selanjutnya aku akan mentaati pesan


toako."

Kim Wan Thauto tertawa terbahak-bahak. Lalu kedua


saudara itu saling rangkul sebagai tanda selamat berpisahan.
Mari kita ikuti perjalanan Lo In .

Setelah berpisah dengan Kim Wan Thauto, si bocah wajah


hitam juga bingung kemana ia harus ayunkan kakinya untuk
mencari dua encinya. Ia harap akan menemui Eng Lian dulu,
ia percaya si nona tentu masih berada tidak jauh dari tempat
pegunungan mereka berpisahan. Ia tahu wataknya Eng Lian
yang tidak gampang-gampang putus asa untuk mencari
dirinya. Dari sebab itu, maka Lo In balik lagi dengan maksud
mencari si nona disekitar pegunungan tersebut.

Sedang enaknya ia mengayun kaki, tiba-tiba ia dengar ada


suara bentrokan senjata, seperti ada orang yang bertempur.
Dari bunyinya bentrokan itu, Lo In duga bukan sedikit orang
yang tengah bertempur itu Ketika ia selidiki ternyata
pertempuran itu telah terjadi pada sebuah lapangan di bawah
sebuah bukit.

Ia melihat ada dua kakek yang tengah dikeroyok oleh 10


orang yang usianya di bawah 50 tahun. semuanya tegap dan
kokoh perawakannya.

Lo In datang lebih dekat. Ternyata yang mengeroyok itu


dikepalai oleh seorang yang pakai ikat kepala warna kuning,
sedang teman-temannya mengenakan ikat kepala hitam.

Lo In kenali orang yang pakai ikat kepala warna kuning itu


ada Teng Hui, salah satu Tianglo dari Ngo-tok-kauw. Ia heran
kenapa Teng Hui dan kawan-kawannya mengeroyok dua
kakek yang sudah lanjut usianya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Meskipun dikeroyok banyak orang, dua kakek itu sangat


kosen. sedikitpun tidak terdesak kelihatannya. Berkelahinya
mereka sangat mantap. malah terdengar angin pukulannya
yang menderu- deru hingga debu dan batu kerikil pada
beterbangan kena disapu angin pukulannya. Malah ada
beberapa pohon yang tumbang, tidak tahan menerima angin
pukulan dua kakek kosen itu.

siapa sepasang kakek itu ? Demikian gagah mereka itu


sehingga 10 orang pengeroyoknya tampak tidak berani dekat-
dekat. Lincah sekali gerakan mereka untuk melayani 10 orang
dari Ngo-tok-kauw yang kepandaiannya tidak rendah.

Tiba-tiba Lo In dengar Teng Hui berkata,

" Kalian berdua belum lama mendapat kemurahan hati


Kauwcu diangkat menjadi Tianglo (sesepuh). Apa masih
belum puas sekarang kalian mau menganiaya Kauwcu yang
sedang terluka berat dan memeras say-cu-leng, tanda
kekuasaannya seorang Kauwcu ? Kalau kalian tidak lekas
menyerah untuk menerima hukuman, jangan sesalkan kami
orang akan menyulitkan yang sudah lanjut usia "

"Ha ha " satu diantara dua kakek itu ketawa.

"Aku dua orang she sim, masuk Ngo-tok-kauw memang


bermaksud merampas kedudukan Kauwcu. Kalau kalian tidak
lekas undurkan diri dan biarkan kami berurusan dengan
Tonghong Kim Kauwcu. Jangan sesalkan kami dua orang tua
akan berlaku kejam kepada kalian Lekas kalian mundur Masih
ada tempat dalam Ngo-tok-kauw apabila kami nanti sudah
duduk menjadi pemimpin disana " Teng Hui bukan main
marahnya mendengar perkataan kakek she sim itu.

"Dua kakek bangkotan " bentak Teng Hui.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalian jangan bermimpi untuk merampas kedudukan


Kauwcu selagi kalian menghadapi kematian konyol diambang
pintu Kalau tidak lekas kalian menyerah, hm Tahu sendiri,
hukuman apa yang kalian akan dapatkan "

"Kalian bukan tandingan kami si orang she sim. Maka aku


mau kasih jalan hidup kau tidak mau. Biarlah kami akan
berlaku tidak sungkan-sungkan lagi pada kalian " kata pula si
kakek she sim yang barusan membuka mulut.

"saudara-saudara, maju semua dan tangkap dua kakek


tidak tahu diri ini " teriak Teng Hui kepada kawan-kawannya
yang sejenak telah menghentikan serangan-serangannya
waktu si kakek dan Teng Hui tarik urat. orang-orang Ngo-tok-
kauw memang sangat telengas. Kalau mengeroyok lawan tak
ada ampun. Kalau tidak sampai dekat mati lawannya dihajar,
mereka belum puas.

Tampak mereka bergerak dengan serentak menyerang


sepasang kakek itu dengan telengas. Lo In mula-mula merasa
kasihan pada sepasang kakek itu. Tapi sekarang setelah
mendengar perkataan Teng Hui, ia urungkan maksudnya
hendak melerai pertempuran itu. Diam-diam ia menonton
bagaimana kesudahannya nanti.

Ia dengar tadi Teng Hui sebut-sebut Kauwcu Tonghong Kin.


Dimana adanya dia sekarang ? Matanya yang tajam
memandang ke sekitar tempat pertempuran. Ia lihat dibawah
sebuah pohon rebah sesosok tubuh. Ia menduga tentu
tubuhnya Tonghong Kauwcu. Lo In heran orang itu tidak
berkutik, mungkin sudah kena ditotok.

Kembali matanya memandang pada pertempuran. Ternyata


pertempuran berjalan dengan sangat seru, dua lawan sepuluh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Meskipun demikian, kelihatannya sepasang kakek itu tidak


menunjukkan roman jeri, malah sambi ketawa-ketawa mereka
melayani serangan-serangan sepuluh orang Ngo-tok-kauw itu
dengan seenaknya saja.

Dari gerak geriknya dua kakek itu, Lo In menduga bahwa


kekalahan akan diderita oleh 10 orang yang mengeroyoknya.
Kepandaian sepasang kakek itu lebih tinggi dari mereka.

Dugaan Lo In tidak meleset sebab dilain detik tampak satu


demi satu dapat dirobohkan oleh dua kakek itu. Paling
belakang dua kakek itu berhadapan dengan Teng Hui yang
berdiri dengan mata terbelalak melihat kawan-kawannya yang
pada roboh saling susul.

"Kau masih belum mau menyerah ?" bentak si kakek yang


lebih tua.

"sim Liang dan sim Leng, kalian jangan terlalu menghina "
sahut Teng Hui gagah.

"Aku orang she Teng pantang menyerah kalau belum


tubuhku hancur jadi debu "

"Kau pandai juga membuka mulut besar ya " bentak sim


Liang seraya melancarkan serangan dahsyat hingga Teng Hui
terpelanting beberapa langkah jauhnya.

Teng Hui roboh dengan memegangi dadanya. Ia rasakan


dadanya seperti bergolak dan mau meledak kena pukulan sim
Liang barusan.

"Hehehe " sim Liang ketawa.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baru rasakan lihainya si orang she sim. Namun, masih


terbuka kesempatan untuk kau rubah pikiranmu dan sekarang
berpihak pada kami " Teng Hui tak menjawab, ia hanya
mendengus.

"Toako, mampusi saja sudah " kata sim Leng, adiknya si


kakek yang bernama sim Liang.

"Jangan. Dia setia pada Kauwcunya. Kalau kita bisa


dapatkan dia sebagai bawahan kita, ada sangat baik kalau kita
nanti berhasil merampas kedudukan Kauwcu " berkata
saudaranya.

" Kalian mau membikin aku takluk ? Hm Tunggu kalau


matahari sudah silam ke timur, barulah si orang she Teng
dapat ditakluki oleh kalian "

Mendengar demikian sombongnya perkatan Teng Hui, sim


Leng yang sudah hilang sabarnya telah menghunus
pedangnya dan menghampiri Teng Hui yang sudah tidak
berdaya.

"Kau mau membunuh aku ? Bagus, dengan begitu aku tak


usah menderita hinaan dari kalian orang-orang yang jahat dan
tak tahu terima kasih " berkata Teng Hui.

Mendengar perkataan Teng Hui, Sim Liang sadar bahwa


perbuatan membunuh Teng Hui tak ada faedahnya. Yang
penting menakluki si orang she yang bernyali besar itu, oleh
sebab itu ketika pedang sim Leng mau ditebaskan pada
batang leher orang, sim Liang berteriak,

"Tahan jangan binasakan dia sebab kematiannya terlalu


enak tanpa menderita hukuman lagi. Sekarang sute ikat saja
kencang-kencang pada satu pohon. setelah itu disekitarnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gunduki dengan rumput alang-alang yang kering dan


membakarnya. Aku mau lihat dia akan takluk atau tidak
kepada kita "

"Bagus, ini satu pikiran baik." sahut Sim Leng dan ia pun
lantas bekerja menelikung Teng Hui jadi satu dengan
sebatang p^hon. setelah itu ia lalu mengumpulkan rumput
alang-alang dan ditumpuknya disekitar Teng Hui kemudian
membakarnya. Asap rumput telah bergulung-gulung menutupi
pemandangan Teng Hui, sementara itu hawa panas juga
makin lama dirasakan makin menakutkan. Kedua matanya
mulai perih dan Teng Hui tak dapat menggunakan tangannya
untuk mengucek-ngucek. Bukan main ia rasakan engap dan
pernapasannya seperti macet, sementara api yang berkobar-
kobar mulai menyambar pakaiannya.

Teng Hui berkaok-kaok ketakutan, tapi ia benar-benar


bandel. Tak terdengar ia mengeluh minta ampun. sebaliknya
ia memaki habis-habisan pada kedua saudara shesim itu.

"Toako" kata sim Leng.

"Mampusi saja orang she Teng itu. Mulutnya sangat


keterlaluan. Aku tak dapat mendengar ia memaki dengan
perkataan-perkataan kotor "

"Jangan " sim Liang menahan adiknya yang bernapsu


hendak membunuh Teng Hui.

"Biarkan saja, kalau dia belum mau takluki tak usah kita
membunuhnya. Dengan api membakar dirinya sudah cukup
akan membikin jiwanya melayang dengan sangat menderita.
Hahaha "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hahaha " tiba-tiba terdengar seperti suara membalik dari


tertawanya sim Liang.

Mereka jadi sangat kaget. Lebih kaget pula ketika nampak


api yang berkobar-kobar besar yang mulai membakar
pakaiannya Tengh Hui dengan mendadak sudah menjadi
padam sendirinya.

Teng Hui dalam pada itu sudah separuh pingsan. Ia terkejut


tatkala melihat api yang berkobar-kobar dan mulai membakar
bajunya telah padam dengan mendadak. Ia buka kedua
matanya yang perih. Bukan main girangnya Teng Hui tatkala
melihat tidak-jauh darinya berdiri Lo In tengah tertawa ke
arahnya.

"Hek-bin sin-tong........." ia berkata dengan suara parau


tapijelas kegirangan.

Ia tahu bahwa api yang berkobar-kobar tadi telah padam


mendadak adalah gara-gara kebasan lengan baju si bocah
sakti yang menolong dirinya.

sementara Teng Hui dalam kegirangan yang meluap- lupa,


sebaliknya dua kakek she sim itu dengan mata melotot
mengawasi pada jago cilik kita. Mereka tidak mendengar
perkataan 'Hek-bin sin-tong' yang meluncur dari mulutnya
Teng Hui tadi.

sim Leng mendahului kakaknya membentak, "Bocah hitam,


sejak kapan kau makan nyalinya harimau. Berani-berani usilan
dalam urusan kami Hek-liong-tong sam-lo ?"

Lo In ketawa nyengir, ia menyahut,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"saban hari aku makan nyalinya harimau. Malah nyalinya


singa juga aku makan setiap tiga hari sekali. Hahaha......"

Dua kakek itu mendelu hatinya mendengar Lo In


mempermainkan dirinya.

Mereka itu belum pernah menemukan orang yang kurang


ajar terhadap dirinya, apalagi kata-kata si bocah yang
berlebihan, hampir meledak perut mereka saking menahan
gusarnya. Tapi mereka masih dapat menahan hawa
amarahnya oleh sebab mereka tahu si bocah tentu bukan
sembarang bocah melihat dengan satu kebasan lengan baju
saja, api yang berkobar-kobar tadi dapat dibikin padam.

"Anak kecil." sim Liang seberapa bisa bersabar.

"Kita tidak pernah berurusan satu dengan lain. Kenapa kau


usilan dalam urusan kami sekarang ? Apa sangkutannya
denganmu ?"

"Siapa bilang tidak ada sangkutannya ?" sahut Lo In .

"Tonghong Kauwcu adalah pamanku. Kalau paman dalam


kesusahan, bagaimana sapat sang keponakan tinggal diam
saja ?"

Dua kakek itu tercengang heran. Belum pernah ia


mendengar Kauwcunya ada mengatakan mempunyai
keponakan bocah hitam ini, apakah si bocah hanya main-main
saja ?

"Anak kecil." kata pula sim Liang.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ini adalah urusan orang tua dengan orang tua. sebaiknya


kau anak keciljangan turut campur sebab kepalan tidak ada
matanya, salah-salah bisa nyasar dan celakalah dirimu "

Dengan berkata demikian sim Liang pikir nyalinya si bocah


ciut tapi ternyata dugaannya keliru sebab si bocah dari pada
takut malah ketawa berkakakan.

"Kau ketawakan apa, bocah hitam ?" tegur sim Liang yang
berangasan adatnya.

"Aku tertawakan perkataan si kakek barusan." sahut Lo In


kontan.

"Aku si bocah sudah biasa berkenalan dengan kepalan,


bagaimana dikatakan aku bisa celaka oleh karenanya ? Ini kan
perkataan yang sangat menggelikan hati ?"

sim Leng sudah sangat gusar. sedang sim Liang yang coba
bersabar tak dapat mengendalikan kesabarannya mendengar
perkataan Lo In yang berlebihan.

Maka ketika sim Leng menatapnya, ia mengedipkan


matanya tanda setuju dilakukan penyerangan pada Lo In . Lo
In belagak pilon mereka bermain mata.

sim Leng menggunakan jurus 'ki-eng-pok-tou' (burung


elang lapar menyambar kelinci). serangannya mencengkeram
dada, maksudnya dengan sekali cengkeram si bocah akan
tidak berdaya. Di lain pihak sim Liang membarengi serangan
saudara mudanya dengan gerakan 'Beng-hou-cut-tong'
(Macan liar keluar dari gua). serangannya mengarah pada iga
Lo In
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebab ia menyerang dari samping. pikirnya, dengan sekali


remas, tulang iga si bocah akan patah beberapa biji dan ia
tidak dapat bergerak pula.

Maksud dan tujuan serangan mereka memang sudah


diperhitungkan dan cukup ganas kalau mangsanya tak dapat
meluputkan diri Mereka tidak mengira bahwa mereka
berhadapan dengan si bocah sakti yang sekali tubuhnya
berputar sudah menghilang dari depannya. Entah bagaimana
Lo In bergerak, mereka rasakan matanya seperti kabur. Tahu-
tahu belakang mereka ditepuk perlahan hingga bukan main
kagetnya dan dengan cepat memutar tubuhnya dan
melancarkan serangan hebat.

Tepukan Lo In dari belakang hanya tepukan biasa, tidak


menggunakan lwekang. Kalau menggunakan tenaga dalam,
terang kedua kakek itu sudah berantakan tulang-tulangnya
dan mati seketika itu juga. Lo In hanya kasih peringatan agar
si kakek menyerah. Namun peringatan Lo In bukannya
diterima baik, malah dengan sangat penasaran mereka
melancarkan serangan-serangan dahsyat. Mereka mengira
dengan serangan-serangan hebatnya itu dengan disertai
lwekang yang tinggi akan membuat si bocah mati konyol. Tapi
herannya semua serangannya hanya menemukan sasaran
kosong belaka.

Dari sangat gusar dan bernapsu membunuhi perlahan-


lahan kedua kakek itu menjadi jeri. Badannya sudah
bermandikan peluh lantaran telah menggunakan tenaga yang
berlebihan tanpa menemui sasarannya seakan-akan mereka
berlatih tiada ada faedahnya mengerahnya tenaga dalamnya
yang maha dahsyat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mereka kewalahan menghadapi kegesitan Lo In . Dalam


kewalahan dan bingung, sim Liang tiba-tiba serukan adiknya
supaya berhenti bergerak.

Mereka berdiri terpaku di tempatnya, lalu Sim Liang


berkata,

"Anak kecil, kau bisanya hanya menggunakan kegesitan


badan. Tidak berani membentur tangan kami untuk berkelahi
secara laki-laki. Coba kau berania menyambut pukulan kami,
pasti akan hancurlah badanmu tanpa ampun lagi "

Lo In sengaja melayai dua kakek itu dengan kegesitannya


tanpa ia balas menyerang dan membuat susah mereka. Lo In
ingin menakluki mereka dengan tidak usah menimbulkan
bentrokan tangan. Tidak tahunya kedua kakek itu tidak tahu
diri, malah menantang ia untuk mengadu tangan buat
menetapkan siapa unggul.

"Baiklah "sahut Lo In yang seketika itu menampilkan dirinya


di depan kedua kakek itu yang sedang mencari-cari dirinya
ada dimana.

Girang hatinya mereka bahwa pancingannya sudah


memakan. pikirnya dengan mengadu kekuatan terang mereka
akan unggul dimana- mana. Mereka percaya akan lwekangnya
yang sangat sempurna .Jago Kangouw yang kawakan,
semuanya jatuh kalau mengadu lwekang dengannya. Apalagi
satu bocah yang bau pupuknya saja masih belum hilang,
mana dapat menahan tenaga dalam mereka yang dahsyat.

"Bagus, kau adalah anak yang begini " puji sim Liang
seraya acungkan jempolnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tak usah memuji muluk-muluk. sekarang kita mengadu


tangan caranya bagaimana ? Apa satu demi satu maju atau
kalian maju sekaligus melawan aku si bocah ?" tanya Lo In .

Kembali dua kakek itu mesti mengalami ejekan Lo In .


Dalam hati masing-masing gemas dan berjanji akan
melampiaskan kegemasannya dengan membunuh si anak
kecil.

"Anak bau " bentak sim Leng yang jadi sangat gusar
mendengar perkataan Lo In yang sombong.

"Asal kau dapat menyambuti tiga kali seranganku tanpa kau


menghilang mengandalkan kegesitanmu, aku sim Leng akan
berlutut didepanmu mengaku takluk "

"Bagus " sahut Lo In seraya ketawa haha hihi.

"Dan kau, bagaimana ?" ia menanya pada sim Liang yang


tercengang mendengar perkataan adiknya itu kalau ia berhasil
merobohkan si anak kecil, kalau tidak dalam tiga serangannya
itu, bagaimana nanti adiknya berlutut menyatakan takluk
didepannya satu anak kecil yang pantas menjadi cucunya ?

Tempat ia gelagapanjuga ditanya oleh Lo In . Akhirnya ia


menyahut,

"Aku tidak berjanji demikian, kalau kau tahan dengan tiga


kali seranganku."

"Baiklah." sahut Lo In .

"Mari kita mulai "


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sim Leng tampak sudah berhadapan dengan Lo In yang


tenang-tenang saja tidak memasang kuda-kuda segala yang
umumnya biasa digunakan dalam menghadapi pertempuran.

"Kau sudah siap ?" tanya sim Leng, suaranya sangat


gemas.

"Kau boleh mulai, kakek manis " Lo In menggodai hingga si


kakek melotot matanya.

sim Leng mengerahkan lwekangnya yang maha dahsyat,


dengan teleng as ia menyerang ke arah dada lawan. Lo In
geser kaki kirinya berkelit, berbareng tangan kanannys
menepuk perlahan lengan sim Leng yang nyelonong
kehilangan sasaran, meskipun tepukan perlahan, cukup
membuat sim Leng kehilangan imbangan dan badannya
terjerumus ke depan hingga hidungnya mencium sampai
besot.

Cepat sim Leng bangun lagi.

"Anak kau, kau mengingkari janji " bentaknya.

"Aku mengingkari janji bagaimana ?" tanya Lo In heran.

"Kau janji tidak akan menghilang dari depanku, kenapa kau


barusan berkelit ?" tegur sim Leng dengan tidak tahu malu.

"Aku berkelit, bukannya menghilang Apa kau mau aku diam


saja diserang olehmu ?"

"Aku sudah tahu, kenapa kau mengingkari janji ?"

Lo In benar-benar heran atas jawaban si kakek. Mereka


sudah janji Lo In tidak boleh menghilang bukannya tidak boleh
berkelit. Tapi kelitan Lo In barusan dimasukkan dalam istilah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menghilang, terang si kakek sangat licik dan mau menang


sendiri.

Tapi Lo In tidak takut. Ia tertawa berkakakan, kemudian


berkata,

"Baiklah, kalau kau mau aku diam saja diserang olehmu,


cuma kau menyerang jangan kencang2, nanti isi dadaku bisa
ambrul oleh seranganmu yang dahsyat "

Lo In hanya berkelakar, akan tetapi dianggap serius oleh


sim Leng. Ia anggap Lo In ketakuan dengan serangannya
yang hebat. oleh sebab itu dengan tenaga maksimum ia
hantam dada Lo In dengan kepalan tangannya yang
mengandung lwekang tinggi.

"Dukk " terdengar suara beradunya kepalan mengenai


dada, berbareng tubuhnya sim Leng terpental dan poksay
(jungkir balik) ke belakang kemudian jatuh duduk sambil
memegangi kepalannya yang kesakitan. Dadanya dirasakan
sakit sekali, darahnya seperti bergolak. Peluhnya yang
berbutir-butir seperti kacang kedelai membasahi bajunya,
matanya terbelalak mengawasi dada jago cilik kita yang
tinggal tenang-tenang saja berdiri sambil bersenyum ke
arahnya.

sim Leng lihat senyumannya Lo In itu seperti menagih janji.


Ia menyesal barusan menuruti napsu hatinya, telah berjanji
akan berlutut mengaku takluk pada si bocah manakala dalam
tiga gerakan saja, ia tidak dapat menjatuhkan Lo In . Kini ia
sudah dijatuhkan, tak dapat ia memungkiri janjinya kalau tidak
mau mendapat salah dari si bocah. Maka setelah merasakan
bergolaknya darh dalam dadanya mereda, dengan perlahan-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lahan ia merangkak menghampiri Lo In , didepannya ia


berlutut dan manggut-manggut.

Lo In jadi repot melihat si kakek berlutut dan manggut-


manggut di depannya.

"Jangan, jangan kau berbuat begini." kata Lo In seraya


lompat ke samping menghindari kehormatan yang sangat
tinggi itu

"sim Lopek, kau mau bikin aku jadi lekas tua karena
perbuatanmu ini ? Lekas bangun "

sim Leng tidak cepat- cepat bangun hingga dengan


menggunakan kepandaiannya yang tinggi Lo In telah angkat
sim Leng bangun walaupun masih dalam keadaan berlutut.

"sungguh hebat........" berkata sim Liang yang menyaksikan


adegan itu, memuji kepada Lo In sedang hatinya diam-diamjeri
untuk sebentar gilirannya mengadu tenaga dengan si bocah
yang ia sangsikan kepandaiannya sukar diukur.

"Toako, aku menyesal telah membuat pamor kita suram


karena ketidakbecusan adikmu " berkata sim Leng ketika ia
menghampiri kakaknya.

"Kekalahanmu adalah wajar, apanya yang harus disesalkan


?" sahut sang kakak.

"Bagaimana ? sekarang sim Lopek yang tua juga hendak


maju ?" tanya Lo In ketawa.

(Bersambung)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jilid 16
Sim Liang senang hatinya mendengar Lo In menukar
sikapnya demikian ramah. Si bocah sekarang memanggil
padanya Lopek (paman). Meskipun hatinya jeri, ia ingin coba-
coba juga kepandaiannya Lo In. Ia tahu bahwa si bocah tidak
akan mencelakakan dirinya. Maka itu, ia lantas menyahut,

"Adik kecil, kepandaianmu hebat. Tapi Lohu kepingin juga


menjajalnya.Harap adik kecil jangan sampai mencelakakan
Lohu." Lo In ketawa melihat Sim Liang menyeringai
kepadanya. Anak kecil dan kakek dilain detik sudah
berhadapan.

"Lopek boleh mulai." mengundang Lo In.

"Adik kecil, aku tidak ingin berlaku licik seperti yang


barusan diperbuat oleh adikku. Kau tak usah diam saja
sebagai patung untuk menerima serangan, tapi kau boleh
menangkis sesukanya asal jangan menghilang saja. Kalau
dalam gebrakan pertama Lohu jatuh, dalam gebrakan kedua
Lohu masih mau menjajal dengan lain cara. Kalau dalam dua
gebrakan itu Lohu masih tidak bisa berbuat apa-apa pada adik
kecil, dengan suka rela Lohu akan menjura mengaku kalah
pada adik kecil."

"Baiklah, kau ada lebih jujur Lopek " sahut Lo In seraya


melirik pada Sim Leng sehingga ia menjadi malu dilirik si
bocah atas kelakuannya yang curang barusan.

"Awas adik kecil, Lohu mulai " kata Sim Liang berbareng
badannya berputar, tahu-tahu sudah ada disamping Lo In
dengan tangan kanannya ia menggempur lambung si bocah.

Lo In yang tenang-tenang saja melihat badannya si kakek


berputar, sudah lantas gerakkan tangan kirinya untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menekan tangan kanan si kakek yang menggempur


lambungnya. Jari tangan kanannya berbareng dipakai
menyentil jalan darah di pergelangan tangan kiri si kakek yang
dua jarinya hendak menyodok ke arah mata.

Bukan main terkejutnya sim Liang yang dengan sekaligus


serangan kombinasinya dapat dipatahkan oleh si bocah. Ia
rasakan pergelangan tangannya kesemutan dan seperti patah
kena disentil oleh Lo In, hawa panas menyelusup ke ulu
hatinya sedang tangan kanannya yang ditekan berat ribuan
kati oleh tangan Lo In membuat si kakek tidak berdaya. Ia
coba melepaskan diri dari tekanan Lo In dengan enjot
tubuhnya lompat men jauhi si bocah.

sim Liang juga tidak melupakan kelicikannya untuk


menang. setelah mereka merenggang, sim Liang melihat
kesempatan Lo In sedang lengah memandang ke tempatnya
Tonghong Kauwcu, ia kerahkan tenaganya dan menghajar
pundak orang dengan setaker tenaga. Ia kira tulang
pundaknya Lo In berantakan tidak tahan serangan ampuhnya,
tapi matanya jadi terbelalak dan ketakutan tatkala merasakan
tangannya tak dapat ditarik pulang dari pundaknya Lo In yang
barusan ia hajar.

Lo In belagak pilon ketika sim Liang berkutat hendak


menarik pulang tangannya yang melekat pada pundaknya.
sebaliknya sim Liang menjadi ketakutan dan mukanya pucat
ketika merasakan tenaga dalamnya telah molos disedot oleh
Lo In. Makin keras ia mengerahkan lwekangnya, makin keras
nerobos keluar tenaga dalamnya mengalir masuk dalam
dirinya si bocah yang tinggal tenang-tenang saja berdiri
dengan mata memandang ke arahnya Tonghong

Kauwcu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"siaohiap." meratap sim Liang dengan air mata bercucuran.

"Lohu mengaku salah telah membokong siaohiap. Mohon


siaohiap punya belas kasihan membebaskan Lohu. siaohiap.
Lohu minta kemurahan hatimu......."

sim Leng nampak kakaknya meratap dengan bercucuran


air mata, tahu bahwa kakaknya tengah menderita kerugian
sebagai akibat tangannya yang menempel pada bahunya Lo
In.

Ia ingin sekali menerjunkan diri membantu kakaknya, akan


tetapi tidak berani. Ia sudah berlutut mengaku takluk.
bagaimana ia berani menyerang pula pada Lo In ? Maka
dengan hati yang sangat cemas, ia menyaksikan sang kakak
menderita.

Lo In seorang yang paling lembek hatinya kalau


menghadapi kelunakan, sebaliknya paling nakal dan
berandalan kapan menghadapi kelakuan kasar. Maka
sekarang ia melihat sim Liang meratap dengan bercucuran air
mata, hatinya menjadi lemas.

Ia hentikan tenaga menyedotnya, dengan sendirinya tangan


sim Liang yang menempel tadi telah terlepas dari lekatannya
dan sim Liang sempoyongan jatuh duduk. separuh dari
lwekangnya yang ia pupuk puluhan tahun sudah masuk dalam
tubuhnya Lo In.

Masih untung si bocah tidak berbuat kejam. Kalau ia sedot


habis lwekang sim Liang, si kakek akan menjadi orang biasa
lagi dan harus mulai dari mula untuk meyakinkan lwekangnya.
Ia sudah lanjut umurnya, untuk memupuk tenaga dalam yang
dahsyat sampai meminta tempo puluhan tahun, terang ia
sudah keburu mati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika sim Liang merasa bahwa badannya sudah mulai


kuat bergerak. maka ia sudah lantas bangkit berdiri
menghampiri Lo In. Di depannya ia penuhkan janjinya,
menjura dan manggut-manggut tanda takluk pada si bocah
sakti.

Lo In hanya tertawa tawar.

"sudahlah, jangan pakai banyak peradatan." katanya


seraya meninggalkan si kakek yang masih menjura dan
manggut-manggut kepalanya. Lo In mendongkol juga pada si
kakek. karena diluar dugaan si kakek sama liciknya dengan
adiknya. Barusan, kalau ia tidak punya kepandaian sangat
tinggi, bukan saja ia roboh ditangannya si kakek. malah tulang
pundaknya bakal remuk dan ia bisa-bisa menjadi cacat
sebagai akibat serangan bokongan sim Liang yang maha
dahsyat

Lo In menghampiri Tonghong Kauwcu yang sedang diurut-


urutjalan darahnya untuk membebaskan totokan si kakek.
Ternyata Tonghong Kauwcu kena ditotok oleh sim Liang
sedang Teng Hui beruntung dapat membebaskan dirinya dari
ikatan tali tambang yang mengikat ia jadi satu dengan pohon
karena menjilatnya api pada tambang sebelum dikebas padam
oleh jago cilik kita. Teng Hui tidak sempat menyaksikan
jalannya pertandingan antara si bocah dan dua kakek jahat itu,
sebaliknya ia memburu pada Kauwcunya yang tidak berkutik
ditotok oleh sim Liang. Ia coba membebaskan sang Kauwcu
dengan jalan mengurut-urut akan tetapi sudah sekian lama ia
tidak berhasil sehingga Teng Hui jadi sangat gelisah. Ketika ia
memutar badannya hendak melihat Lo In, jago cilik kita sudah
berdiri didekatnya. Entah sejak kapan Lo In sudah ada disitu
menonton Teng Hui sedang menolongi Kauwcunya tanpa
hasil.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukan main girangnya Teng Hui, ia lantas berkata,

"Siaohiap... eh, adik kecil. Bagaimana ini ? Tolong adik


kecil membebaskan Kauwcu."

Lo In ketawa. Ia lalu mendekati sang Kauwcu yang sedang


duduk. la jongkok. tangannya berbareng diulur menepuk bahu
Tonghong Kauwcu perlahan sambil berkata,

" Kauwcu, selamat bertemu " Eh, sungguh ajaib. sebab


seketika itu juga Tonghong Kauwcu bisa membuka mulutnya
bicara dan dengan sendirinya totokan sim Liang bebas.
Kauwcu sekarang dapat bergerak sebagaimana biasa, hanya
ia tak dapat menggerakkan tangan kirinya, salah satu
tulangnya patah rupanya.

Tonghong Kauwcu menatap pada Lo In lalu bertanya pada


Teng Hui,

"Teng Tiang lo, siapa engko kecil ini ? Hebat sekali


kepandaiannya ?"

"Jangan heran, Kauwcu." sahut Teng Hui ketawa. "Dia


adalah Hek-bin Sin-tong..."

Tonghong Kauwcu unjuk paras kaget, kemudian tenang


lagi, lalu berkata,

"sungguh menyesal pertemuan kita pada kejadian begini.


Coba kalau di markas, pasti aku akan menyediakan satu
perjamuan untuk tamu kecil yang tersohor ini. Engko kecil,
terima kasih atas pertolonganmu. Kalau tidak ada kau, pasti
orang-orang Ngo-tok-kauw yang setia akan menjadi bulan-
bulan hinaan dari dua kakek jahat itu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ah, urusan kecil." sahut Lo In merendah.

"Asal Kauwcu telah selamat, aku juga sudah merasa


senang. Bagaimana keadaan Kauwcu sekarang ? Aku dengar
Kauwcu dicelakai orang, sungguh beruntung Kauwcu tidak
sampai binasa ditangannya."

"Engko kecil." memotong Tonghong Kauwcu dengan mata


terbelalak heran.

"Kau kata aku dicelakai orang, dari mana kau dapat tahu ini
?"

"Aku sudah tahu, malah orang yang mencelakai Kauwcu


sekarang sudah tidak ada pula diantara kita orang. Hahaha...."
Lo In tertawa berkakakan.

sebenarnya ada pantangan bagi Ngo-tok-kauw, orang


berkakakan ketawa didepannya Kauwcu hingga Teng Hui
pucat wajahnya. Dikuatirkan Kauwcu akan marah dan
bertengkar dengan si bocah wajah hitam yang telah menolong
mereka.

Ternyata Tonghong Kauwcu juga bisa membawa diri,


nampak Lo In ketawa berkakakan, ia juga terbahak-bahak.
lalu menanya,

"syukur si jahat itu sekarang sudah mampus. siapa yang


sudah mengirim rohnya dia ke akherat, engko kecil ?"

"Kauwcu boleh tanya saja pada Teng Tianglo." sahut Lo In.

Teng Hui melengak. Ia lalu menanya, "Adik kecil,


bagaimana aku bisa menerangkan pada Kauwcu, sedang aku
tidak tahu orang yang mencelakakan Kauwcu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Paman Teng, kau masih belum berapa tua. Kenapa


sampai lupa kepada Coa Keng ?" mengingatkan Lo In kepada
Teng Hui.

Baru sekarang Teng Hui ingat bahwa si bocah pernah cerita


sepintas lalu bahwa orang yang mencelakai Kauwcu adalah
Coa Keng.

Lalu Teng Hui menceritakan bagaimana ia dengan kawan-


kawannya dihasut untuk menghadapi Lo In yang dikatakan
telah menghina nama Ngo-tok-kauw.

Demikian pandainya Coa Keng menjual omongannya


hingga mereka menjadi panas dan akhirnya telah mengeroyok
Lo In. Namun si jago cilik terlalu kuat dan mereka telah
dirobohkan dengan mudah. Lalu Coa Keng hendak
mengganggu isteri orang telah dipersen tendangan oleh Lo In
hingga menemui ajalnya. satu persatu diceritakan tegas oleh
Teng Hui kepada ketuanya, Tonghong Kauwcu yang
termangu-mangu mendengarnya. Terdengar ia menghela
napas tatkala Teng Hui sudah habis menutur.

" Engko kecil, terima kasih atas pertolonganmu sudah


mengirim rohnya si jahat menghadap Giam-lo-ong. Namun
bagaimana ya....?" Tonghong Kauwcu terputus bicaranya.
Teng Hui kaget mendengar ketuanya tidak melanjutkan
bicaranya.

Ia ingin menanyakan apa-apa kepada sang ketua, akan


tetapi tidak berani. Maka ia hanya menatap saja pada
wajahnya Tonghoang Kim yang saat itu kelihatan agak
gelisah. Lo In juga tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh
sang Kauwcu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Tonghong Kauwcu memandang wajahnya Lo In


dan berkata, " Engko kecil, apakah mayatnya Coa Keng telah
dikuburkan ?"

"Aku sendiri tidak mengubur mayatnya. Waktu kami


berangkat meninggalkannya, aku lihat mayatnya masih
terkapar." menerangkan Lo In.

Teng Hui juga menyatakan bahwa mereka tidak menaruh


perhatian atas mayatnya bekas kawan itu karena mereka
gemas akan kelakuannya Coa Keng yang licik dan jahat.

" Celaka " tiba-tiba sang Kauwcu berkata.

"Bagaimana ini, pasti ada orang lain yang mengambilnya.


Teng Tiang lo, bagaimana baiknya ini ?"

Tonghong Kin kelihatan sangat gelisah setelah mendengar


mayatnya Coa Keng tidak dikebumikan.

"Kauwcu maksudkan apa ?" tanya Teng Hui memberanikan


hati menanya.

"say-cu-leng, say-cu-leng tentu diambil orang lain. Barang


itu ada pada badannya Coa Keng. Kalau dia tidak dikubur,
pasti ada orang yang menggeledah badannya dan dapatkan
barang itu. Celaka. Pasti perkumpulan kita akan mengalami
bencana kalau say-cu-leng jatuh kepada orang yang jahat "

Teng Hui kebingungan. Ia merasa menyesal bahwa ia tidak


menggeledah mayatnya Coa Keng. Kalau tidak. tentu ia sudah
dapatkan barang yang paling dipuja itu dalam
perkumpulannya. sekarang untuk mencari mayatnya Coa
Keng ke sana sudah tidak mungkin. Tentu orang sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendahului mengambil say-cu-leng dari badannya. Dua orang


Ngo-tok-kauw itu sangat gelisah kelihatannya.

Lo In seketika ingat akan barang-barang yang ia dapatkan


dalam lubang dari kuburan tua. Lalu ia berkata,

"Aku ada barang-barang ini yang kuketemukan dalam


kuburan tua ialah dalam sebuah tempat Coa Keng menyimpan
harta. Apakah Kauwcu bida ketemukan say-cu-leng
diantaranya, kau tidak tahu."

Lo In sambil berkata telah merogoh keluar semua permata


yang ia dapat keluarkan dari lubang di kuburan tua. Ia
perlihatkan kepada Tonghong Kauwcu. Tampak sang ketua
kegirangan karnea ia melihat ada tusuk konde, kalung dan
anting-anting yang ia kenali adalah miliknya, pengasih dari
teman-temannya dalam hari ulang tahun Ngo-tok-kauw. Tapi
kemudian ia kerutkan alisnya ketika ia tidak dapatkan Say-cu-
leng diantara begitu banyak perhiasan.

Terdengar ia menghela napas.

"Barang itu tidak ada disini." kata Tonghong Kauwcu seraya


menyerahkan kembali pada Lo In seakan-akan tidak
membutuhkan barang-barang perhiasan yang tidak ternilai
harganya itu.

" Kauwcu, inilah semua milikmu. Kenapa kau dorong lagi


padaku ?"

"Engko kecil, kau ambil semua. Aku tidak memerlukan yang


begituan." sahut Tonghong Kauwcu seraya kembali terdengar
ia menghela napas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In kebingungan, barang-barang itu diberikan kepadanya.


Ketika ia mau membuka mulut pula ia melihat Teng Hui
mengedipi matanya sambil berkata,

"Adik kecil, hadiah Kauwcu merupakan barang yang sudah


hilang, tak dapat kita kembalikan. Kalau kita mengembalikan
berarti kita memandang rendah kepada Kauwcu dan dapat
membuat tidak senang hatinya."

Lo Injadi melengak mendengar perkataannya Teng Hui.

Ia tidak menduga kalau aturan dalam Ngo-tok-kauw


demikian kerasnya. Barang yang sudah dihadiahkan oleh
Kauwcu dianggap sudah hilang, kalau dikembalikan akan
melukai hati sang Kauwcu. Maka apa boleh buat Lo In
masukkan pula ke dalam kantongnya. Tetapi ketika ia
keluarkan tangannya, ia merasa meraba.....

Ia kaget, cepat ia rogoh keluar dan diangsurkan kepada


sang Kauwcu sambil berkata,

"Kauwcu, masih ada bungkusan ini. Entah didalamnya ada


isi apa, sebab aku sendiri belum pernah membukanya. Coba
Kauwcu buka. siapa tahu ada barang yang lagi dicari oleh
Kauwcu."

Dengan ogah-ogahan Tonghong Kauwcu menyambuti


bungkusan kecil itu.

Waktu ia membukanya, selapis demi selapis kain yang


membungkusnya, hatinya tiba-tiba berdebaran dan menaruh
harapan besar. Benar saja, ketika lapisan penghabisan
dibukanya, ia dapatkan satu singa-singaan kecil, berbentuk
gandulan kalung leher. Kecil bentuknya tapi cahayanya
mengkeredep terang oleh sorotnya matahari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Engko kecil, inilah barangnya " seru Tonghong Kauwcu


kegirangan. Ia bangkit berdiri dan merangkul Lo In dengan
penuh kegirangan.

"Aduh " dengan tiba-tiba Kauwcu mengaduh. Ia merasakan


sakit pada bagian sikut dari tangan kirinya.

" Kauwcu, mari aku periksa tanganmu." kata Lo In ketika


mendengar orang mengaduh.

Tonghong Kauwcu lantas angsurkan tangannya yang sakit


untuk diperiksa Lo In. Si bocah lihat tidak parah lukanya sang
Kauwcu, maka ia berkata,

" Kauwcu, asal kau berani tahan sedikit, aku tanggung


sekarang juga tanganmu akan sembuh."

"Begitu sakti kepandaianmU engko kecil ?" kata Tonghong


Kauwcu heran.

"Aku bukannya sakti, hanya dari pengalaman aku dapat


mengobati lukamu dengan mudah."

Tonghong Kauwcu belum mau percaya, tapi ia toh


mengangsurkan lengannya dan berkata,

" Engko kecil, berbuatlah kebaikan untuk Kauwcu dari Ngo-


tok-kauw. Aku tidak akan mengeluh kesakitan sepanjang kau
mengobati lukaku "

Lo In tidak main seeji-seeji lagi. Ia sudah lantas


menyambut, lengannya Kauwcu.

Perlahan-lahan ia geserkan tulang yang menyilang pada


tempatnya hingga bukan main sakitnya. Tapi Tonghong
Kauwcu telah buktikan perkataannya, ia tidak mengeluh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kesakitan sekalipun tubuhnya mandi keringat lantaran


menahan rasa sakit itu.

"Kau makan obatku, besok pada waktu seperti sekarang,


tanganmu dapat digeraki lagi sebagaimana biasa. Cuma saja,
paling baik tanganmu itu dikasih mengasoh sedikitnya tujuh
hari supaya duduknya tulang yang nyengsol itu melekat
kembali. setelah itu, Kauwcu dapat gerakkan kembali sesuka
hatimu. Tanggung lenganmu itu kokoh kuat seperti sebelum
terluka."

Lo In kata sambil membuka tutupnya peles kecil dan


keluarkan dua butir pil bikinannya dari resep Liok sinshe, lalu
menyerahkan kepada Tonghong Kauwcu yang seketika itu
juga lantas dimasukkan ke mulutnya untuk ditelan dengan
ludah sebagai pengantarnya sebab disitu tidak kedapatan air.

Tonghong Kauwcu sangat percaya kepada bocah cilik ini,


yang kepandaiannya luar biasa. Pada waktu itu Teng Hui baru
ingat akan kawan-kawannya yang kena ditotok. Maka ia lalu
minta pertolongannya Lo In untuk membebaskannya.

Lo In tidak keberatan meluluskan permintaan tolong Teng


Hui. sebentar saja dengan kebasan lengan bajunya, Lo In
sudah dapat membebaskan sembilan orang Ngo-tok-kauw
yang pada rebah malang melintang.

Kembali adegan itu telah membikin Tonghong Kauwcu


makin kagum atas kesaktiannya si bocah. Di lain detik tiba-tiba
ia menghela napas hingga Teng Hui dan Lo In menjadi kaget.
Lo In menanya,

" Kauwcu, barusan kau ketawa- ketawa gembira. Kenapa


sekarang kau menghela napas ? Apakah ada sesuatu hal
yang kau sukar atasi ? Aku bersedia menolongnya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Terima kasih, engko kecil." sahut Tonghong Kauwcu.

"Aku maksudkan dua kakek itu, sayang merat. Kalau tidak


mereka harus menerima hukuman menurut undang-undang
dari perkumpulan kami."

Teng Hui juga baru ingat akan dua kakek she sim itu karena
selama itu perhatiannya selalu ditumplek untuk menolong
pada Kauwcunya saja. Malah ia baru ingat akan teman-
temannya yang dalam keadaan tertotok ketika sudah melihat
Kauwcunya tertolong.

sementara orang-orang yang tertotok itu pada datang


mengunjuk hormat pada Kauwcunya, Lo In sedang ngomong-
ngomong dengan Teng Hui.

Menurut cerita Teng Hui, dua kakek she sim itu datang dari
Hek-liong-tong (gua naga hitam). Penghuni dalam gua itu
semuanya ada tiga orang, dua ialah dua saudara she sim,
sedang yang satunya lagi adalah seorang wanita she siang
yang bernama Niang Niang. Tiga orang itu yang merupakan
dua kakek dan satu nenek. terkenal dengan sebutan Hek-
liong-tong sam-lo aatu Tiga orang tua dari gua naga hitam-
Mereka bertiga satu perguruan, yang paling lihai adalah yang
perempuan yang bernama siang Niang Niang dengan julukan
Tui Hun Lolo (si Nenek Pengejar roh). Ia adalah sumoay dari
dua kakek tersebut dan sangat disayang oleh mereka.
Menurut kabar diantara dua kakek dan si nenek itu telah terjadi
kisah asmara pada waktu mudanya.

sim Liang dan sim Leng masuk Ngo-tok-kauw kira-kira dua


minggu sejak Tonghong Kauwcu diangkat menjadi Kauwcu.
Berkat kepandaiannya, maka kedua kakek itu telah dikasih
jabatan penting dalam Ngo-tok-kauw. Tonghong Kin begitu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

baik kepada mereka, tidak tahunya dua kakek itu masuk Ngo-
tok-kauw dengan maksud kurang baik. Mereka bermaksud
merampas kedudukan Kauwcu dan mau mengepalai Ngo-tok-
kauw dengan sepak terjangnya yang menghebohkan dunia
persilatan.

setelah Teng Hui bercerita, lalu Tonghong Kauwcu


menceritakan kisahnya.

Waktu ia dilemparkan ke dalam jurang oleh Coa Keng, ia


menduga bahwa jiwanya tidak dapat ditolong lagi. Ia sudah
pejamkan mata. Meskipun demikian, tangannya masih coba
dipentang, kalau- kalau ada pohon yang dapat menahan
tubuhnya yang meluncur dari atas ke bawah sungguh
beruntung baginya sebab ada beberapa dahan pohon yang
me-rem meluncurnya tubuhnya hingga dari satu dahan ke lain
dahan ia jatuh dan selamatlah ia mendarat pada tebing
gunung yang tingginya kira-kira tiga empat tombak dari bawah.

Ia hanya luka pada sikutnya itu, tulangnya keseleo, lainnya


kecuali baret-baret pada muka dan badannya yang kesangkut
cabang pohon, lainnya tidak ada apa-apanya pada tubuhnya.

Tonghong Kim sangat lelah ketika ia sudah mendarat.


Boleh dibilang ia separuh pingsan pada saat itu. sang angin
yang meniup dengan kencang, telah menyadarkan ia dan baru
tahu bahwa dirinya tidakjadi mati.

Demikian, selama beberapa hari ia hanya mengisi perutnya


dengan buah- buahan yang terdapat disekitar itu Pada suatu
hari ia mendengar banyak langkah orang mendatanginya.

Ketika ia memperhatikan, kiranya yang datang itu adalah


anak buah dari Ngo-tok-kauw dipimpin oleh Teng Tiang lo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukan main girangnya sang Kauwcu. Ia lantas meneriaki


mereka dan segera juga mereka sudah datang dekat.

Teng Hui yang datang lebih dulu, saling rangkul dengan


Kauwcunya. saking girangnya Teng Tiang lo berbuat
demikian. sebab semestinya ia harus berlutut di depan
Kauwcu dan menanyakan keselamatannya. setelah ia sadar
akan perbuatannya yang tidak benar, Teng Hui buru-buru
melepaskan rangkulannya dan hendak berlutut di depan
Kauwcunya. Akan tetapi Tonghong Kin telah mencegah,
dengan ramah ia berkata,

"Teng Tiang lo, kita berada di luar dari garis Ngo-tok-kauw.


Tidak perlu kau menjalankan peradatan seperti ini. Mari kita
bicara sebagai teman saja."

Teng Hui terharu mendengar perkataan sang Kauwcu yang


sangat baik hatinya.

Ia lantas menanyakan halnya sang Kauwcu, lalu ia


menyuruh kawan-kawannya untuk memberi hormat kepada
ketuanya. Mereka telah mentaati perintah Teng Tiang lo.
senang Tonghong Kin dapat berjumpa pula dengan orang-
orangnya.

Ia menyatakan pada Teng Hui bahwa ia tidak ingin kembali


ke markas, jabatan Kauwcu itu lebih baik diambil oleh Teng
Hui saja. Akan tetapi Teng Hui telah menolak keras dan
membujuk supaya sang Kauwcu suka kembali dan memimpin
Ngo-tok-kauw.

"Aku kembali tidak ada gunanya." kata Tonghong Kin. "


Karena aku toh tidak mempunyai lagi barang yang digunakan
sebagai lambang kekuasaannya Kauwcu. say-cu-leng sudah
tidak berada ditanganku. cara bagaimana aku dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengendalikan orang-orang Ngo-tok-kauw ?" Teng Hui


terpekur mendengar kata-katanya sang Kauwcu. Pada waktu
itulah terdengar suara mengakak dari seorang tua.

Mereka kaget. Hanya sejenak saja sebab yang datang itu


adalah dua kakek yang menjadi orang Ngo-tok-kauw, ialah sim
Liang dan sim Leng.

Tonghong Kin tidak menyangka kedatangannya dua kakek


itu adalah hendak merampas say-cu-leng, bukannya hendak
menolong dirinya.

Tentu saja Tonghong Kin menjadi marah. Mereka jadi


bertengkar, disusul dengan perkelahian. Tonghong Kin dalam
terluka lengannya yang kiri, ia hanya menggunakan tangan
kanannya saja untuk melayani dua kakek orang she sim itu.
Terang perlahan-lahan si orang she Tonghong menjadi
kewalahan.

Melihat Kauwcunya dalam bahaya, Teng Hui beri komando


orang-orangnya untuk menyerbu menangkap dua kakek jahat
itu tapi sudah terlambat karena Tonghong Kin sudah kena
ditotok sim Liang dan roboh ditanah.

Dalam kegusarannya itu Teng Hui telah menyerang dua


kakek itu dengan tanpa banyak omong, sekalipun beberapa
kali sim Liang membujuk supaya orang she Teng itu hentikan
pengeroyokannya dan selanjutnya mereka bekerja sama
mengepalai Ngo-tok-kauw.

Tapi Teng Hui yang mencintai Kauwcunya, mana mau


diajak berserikat oleh dua kakek yang ia saksikan sampai
dimana kejahatannya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Maka pertempuran ramai tak dapat dihindarkan sampai


kemudian datanglah Lo In kesitu menonton pertempuran yang
ramai.

Lo In melihat Teng Hui dalam bahaya, maka tidak tempo


lagi ia enjot tubuhnya melesat mendekati Teng Hui. Dengan
kebasan lengan bajunya ia dapat memadamkan api yang
berkobar-kobar hendak membakar dirinya Teng Hui yang
sudah setengah pingsan. selanjutnya, seperti yang telah kita
tuturkan disebelah atas.

Tonghong Kin dan Teng Hui mengundang Lo In untuk


mengunjungi markas Ngo-tok-kauw, akan tetapi ia menolak
dengan halus.

"Kita sudah beruntung dapat mengikat persahabatan.


semoga pada lain kesempatan kita dapat bertemu kembali.
Tapi pada waktu sekarang aku benar-benar tak dapat
mengikuti Kauwcu dan paman Teng pulang ke markas sebab
aku mempunyai urusan yang meminta segera diselesaikan."

" Engko kecil, tadinya aku mengira kau akan mengantar


pulang aku ke markas. Di sana aku akan sediakan satu
perjamuan makan untuk menghormat engkau, engko kecil dan
sebagai tanda terima kasih dari kami orang-orang Ngo-tok-
kauw atas pertolonganmu. sungguh menyesal sekali
urusanmu tak bisa ditunda. Maka dengan ini kami mendoakan
saja perjalananmu selamat dan tidak kurang suatua apapun
sehingga urusan yang penting dapat diselesaikan."

"Terima kasih Kauwcu. Nah, disini kita berpisahan. Kauwcu,


paman Teng dan sekalian saudara-saudara," berkata Lo In
memohon diri kepada sekalian orang-orang Ngo-tok-kauw.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan sekali enjot tubuhnya sudah meluncur beberapa


tombak jauhnya, kapan kakinya menutul tanah, lekas juga
tubuhnya mumbul lagi dan dengan demikian dilain detik Lo In
sudah tidak kelihatan bayangannya sekalipun.

"Sungguh hebat anak itu, entah siapa ayahnya dia...."


Tonghong Kauwcu menghela napas tatkala Lo In sudah pergi
jauh.

"Memang, sayang sekali kita tidak bisa berkumpul lama-


lamaan dengannya. Kalau tidak, pasti kita dapat tahu siapa
ayah ibunya Hek-bin sin-tong yang termasyur itu....."
menyahuti Teng Hui yang merasa menyesal tak dapat
berkumpul lebih lama dengan Lo In.

sementara mereka bercakap-cakap dan bersiap-siap untuk


pulang ke markas Ngo-tok-kauw, jago cilik kita sudah berada
puluhan lie dari mereka. sampai disini, mari kita lihat Eng Lian
yang sudah lama kita tinggalkan.

si dara cilik setelah mendapat kembali kudanya dari In


Hiang, hatinya girang. Pikirnya dengan kuda itu ia dapat
menjelajah pula pegunungan untuk mencari adik In-nya yang
hilang tanpa bekas.

Hari-hari ia menjelajah pegunungan, tapi belum juga ia


dapatkan jejak adik In-nya. Hatinya si dara mulai jengkel dan
kesepian.

Ketika cuaca menjelang sore, Eng Lian duduk di bawah


sebuah pohon yang rindang untuk melepaskan lelahnya. Ia
duduk melamun, memikirkan adik In-nya.

"sampai sekarang belum juga adik In diketemukan. Dimana


bocah itu sekarang adanya ?" ia berkata-kata sendirian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tangannya tiba-tiba meraba gadang pedangnya. Hatinya


tergetar tatkala tangannya menyentuh pedang Lo In. Ia lalu
mencabutnya, kemudian dipandanginya.

Huruf-huruf kecil atas gagang pedang 'Kwee Cu Gie Toan


Kiam' dipandangnya dengan tidak berkedip. Dalam hatinya
melamun berkata,

"Adik In menghadiahkan pedang ini sebagai tanda mata,


sungguh lucu dia. Pedang orang dipakai tanda mata. Tapi
pedang ini katanya adalah pedang ayahnya. Apakah benar
Kwee Cu Gie adalah ayahnya ? Aku tidak perduli apa Kwee
Cu Gie ayah adik In atau bukan, yang terang adik In sudah
menghadiahkan pedang ini sebagai tanda mata untukku. Adik
In sudah mengikat aku bakal kawan hidupnya dengan
menghadiahkan pedang ini. Apakah ini disadari olehnya ?"

sampai disini Eng Lian melamun. Tampak selebar mukanya


kemerah-merahan dan panas.

"Ah, hanya aku sendiri saja yang memikirkan ini." ia


ngelamun lebih jauh.

"Adik In sendiri tidak memikirkan apa-apa dengan kata-


katanya yang mengandung arti itu. Ia kelihatannya tidak
memikirkan bahwa dengan menghadiahkan pedang itu
sebagai tanda mata berarti ia mengikat janji untuk sehidup
semati denganku. Buktinya tidak ada reaksi apa-apa dari
pihaknya bahwa pergaulan kita selanjutnya akan mengalami
perubahan. Ah, dasar dia masih anak-anak. Pikirannya belum
sampai ke situ. Biarkan saja sampai dia sadar sendiri bahwa
enci Liannya mengharapkan kesadarannya......."

"Nona kecil, kau masih melamun apa ?" dirinya ada yang
menegur. cepat ia berpaling, kiranya tidak jauh disampingnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berdiri seorang Hweshio berkuping satu yang sebelah kanan,


tengah bersenyum berseri-seri ke arahnya.

Eng Lian sebenarnya tidak demikian mudah didekati orang.


Biasanya dari ke jauhan kupingnya yang tajam sudah dapat
mengetahui ada tidaknya orang mendatangi. Tapi kenapa saat
itu mendadak kupingnya jadi puntul ? Itu tidak heran sebab
Eng Lian pada saat itu sedang kelelap dalam lamunannya
yang muluk.

"Taysu, kau dari mana ?" tanya Eng Lian ketika si Hweshio
tampak mendekatinya.

"Kuilku tidak jauh dari sini. Aku barusan saja habis mencari
daun-daun obat kebetulan lewat disini dan melihat kau sedang
melamun asyik sekali. Maka aku menegurmu. Harap kau tidak
menjadi kecil hati karena gangguanku."

"Ah, tidak apa. Kalau Taysu tidak menegur, mungkin aku


akan melamun sampai malam disini belum habis-habisnya.
Hihihi...."

Hweshio itu ketawa pada Eng Lian yang ketawa ngikik.


"Nona kecil, sebenarnya kau sedang melamun apa ?" tanya si
Hweshio ramah.

"Aku sedang melamun tentang temanku yang hilang


jejaknya." sahut Eng Lian, alisnya yang kecil meng kerut.

"Entahlah, dimana temanku itu sekarang adanya."

"oo, kau kehilangan teman. Mudah dicari, kalau mau


menanyakan keterangan."

"Menanyakan keterangan kepada siapa, Taysu ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Menanyakan keterangan kepada Tepekong yang dipuja


dalam kuilku."

"Ah, apa bisa begitu mudah ?" Eng Lian menegasi kepingin
tahu.

"Kita manusia biasa, nona kecil." kata si Hweshio yang


tidak lain adalah Tian ci Hweshio atau si Hweshio Jari Besi
yang kita kenal dalam permulaan cerita ini.

"sedang tepekong adalah orang halus. Kita dengan orang


halus mana dapat disamakan. orang halus lebih tahu dari kita
manusia."

"Caranya bagaimana aku dapat menanyakan keterangan


pada Tepekong itu ?"

"Nona ikut aku ke kuil. Di sana kau boleh mencabut ciamsi.


Dari ciamsi ini kau bakal ketahui temanmu itu kini ada dalam
selamat atau tidak dan kapan kau nanti akan bisa jumpa pula
dengannya."

"Bagus, bagus. Mari kita pergi ke kuil Taysu." sahut Eng


Lian cepat seraya pegang tangan si Hweshio diajak berlalu
dari situ.

Tiat ci Hweshio ketawa geli tampak si dara cilik demikian


lucu gerak geriknya.

"Lantas bagaimana dengan kudamu itu ?" tanya si


Hweshio.

"oh, ya. Hampir aku lupa." katanya. Berbareng ia lepaslan


cekalannya pada tangan si pendeta dan menghampiri
kudanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan menuntun kuda, ia menghampiri pula si Hweshio


dan berkata, "Taysu, apa kuil Taysu itu masih jauh dari sini ?
Kalau masih jauh, apa tidak lebih baik kita naik kuda saja
bersama-sama ?"

"Jalan boleh, kalau mau naik kuda tentu lebih baik lagi."
sahut Tiat Ci Hweshio.

"mari, mari kita naik kuda. Tapi, eh, apa Taysu naik kuda ?"
tanya Eng Lian.

"Dulu, sebelumnya aku jadi Hweshio, pernah aku belajar


sedikit. Rasanya kalau sekarang menunggang kuda, masih
dapat aku lakukan." jawab Tiat Ci Hweshio.

"Bagus, Taysu naik dulu. Aku nanti naik dibelakangmu."


kata Eng Lian.

Tiat Ci Hwes hio tidak pakai tawar menawar. Ia lantas naik


kudanya Eng Lian yang disusul oleh si gadis yang duduk
dibelakangnya. Mereka lanjutkan perjalanan dengan
menunggang kuda.

Eng Lian yang memegang les kuda dari belakang si


Hweshio, rada janggal juga.

saban-saban si dara cilik terpaksa jatuh merangkul


tubuhnya si Hweshio untuk mengendalikan kudanya yang
larinya agak mogok juga. Rupanya keberatan ditunggangi oleh
dua orang.

sering-sering kena dirangkul tanpa sengaja oleh eng Lian


dan harumnya air wangi yang dipakai si dara cilik, membuat
Tiat Ci Hweshio berdebar-debar hatinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Lian tidak perhatikan kalau rangkulannya yang tak


disengaja itu membuat si Hweshio berdebaran hatinya. Malah
ia ketawa cekikikan saban kali ia kena rangkul si paderi
tampak Tiat ci Hweshio seperti kaget dan takut jatuh dari
kuda.

"Taysu, kau takut jatuh dari kuda ?" tanyanya pada si


paderi.

"Memangnya aku takut jatuh. Kau jangan larikan kudamu


kencang-kencang, nona kecil." menyahut si Hweshio belagak
ketakutan.

Eng Lian ketawa cekikikan dan mengira benar-benar si


Hweshio ketakutan.

Untuk bikin si paderi hatinya tetap, maka rangkulan sidara


agak kencang. Dengan begitu si Hweshio lebih berdebaran
lagi hatinya dipeluk dara cilik yang cantik jelita itu

Ia jadi melamun, kalau bisa dapatkan ini dara manis, oh,


bagaimana beruntungnya ia menjadi manusia dalam dunia
yang lebar ini.

"Nona kecil, temanmu itu perempuan atau laki-laki?" ia


menanya Eng Lian.

"Ah, Taysu jangan banyak tanya. Perempuan atau laki-laki


temanku itu tidak ada sangkutannya dengan Taysu." jawab si
dara sambil bersenyum manis hingga Tiat Ci Hweshio rasakan
jantungnya seperti dipelintir oleh senyuman memikat itu.

"Nona kecil, aku orang sudah mencucikan diri Tidak


halangannya kalau aku menanyakan halnya temanmu itu,
bukan ?" berkata pula Tiat Ci Hweshio.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"sudahlah, buat apa banyak tanya " sahut Eng Lian seraya
ketawa cekikikan.

"Tapi nona kecil, oh, aduh.. jangan kencang-kencang...."


Tiat Ci Hweshio beraksi seperti hendak terpelanting dari kuda
hingga Eng Lian kaget dan cepat memeluknya supaya si
pendeta jangan sampai jatuh.

Bukan main senangnya si pendeta, tubuhnya dirangkul


erat-erat oleh si dara cilik tanpa disadari oleh Eng Lian bahwa
sipendeta hanya menjual aksi saja. Malah Eng Lian menanya
ketika si Hweshio sudah duduk tegak lagi diatas kuda,

"Taysu, kau kaget tentu, ya ? Apa masih jauh kuilmu itu ?"

"sudah dekat." sahut Tiat Ci Hweshio. "Kau boleh kencangi


sedikit kudamu asal jangan bikin aku jatuh terpelanting...."
sipendeta berkelakar hingga Eng Lian ketawa cekikikan
nampak wajahnya si Hweshio yang lucu.

Benar saja seperti katanya sipendeta, kuilnya tidak lama


lagi sudah kelihatan dari jauh.

"Nah, itu kuilku." kata Tiat ci Hweshio sambil menunjuk ke


depan.

Eng Lian kejuti les kudanya supaya jalan lebih kencang.


Kembali si Hweshioa menjual aksi hingga terpaksa Eng Lian
merangkulnya pula untuk mencegah si pendeta jatuh dari
kudanya. Bergelora napsunya sipendeta, dirangkul sedemikian
hangatnya oleh si dara jelita. Hampir-hampir saja ia tak dapat
mengendalikan dirinya dan balas merangkul Eng Lian untuk
melampiaskan napsunya yang bergelora ketika itu, kalau ia
tidak mengingat bahwa perbuatan demikian sangat gegabah
dan membahayakan dirinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan demikian, terpaksa si pendeta menahan napsu


hatinya yang jahat. Ketika sampai depan kuil, Eng Lian lihat
merk kuil "Thian-ong-bio".

Mereka turun dari kuda dan masuk kuil disambut oleh


murid-muridnya Tiat Ci Hweshio dengan sangat hormat.

Thian-ong-bio sangat angker kelihatannya.

Eng Lian yang baru pertama kali memasuki sebuah kuil,


tidak heran hatinya merasa senang melihat ini dna itu yang
menarik perhatiannya. Wataknya yang kekanak-kanakan
dengan seketika telah timbul. Ia menanyakan ini dan itu
kepada Tiat Ci Hweshio yang melayani dengan sabar dan
memberikan keterangan-keterangan yang jelas hingga si dara
cilik sangat senang dan memandang si pendeta adalah
seorang pendeta suci yang pengetahuannya dalam. Ia dibawa
masuk ke beberapa ruangan yang luas dalam kuil itu untuk
melihat-lihat pemandangan disana. sementara itu cuaca sudah
mulai gelap.

"Taysu, dimana aku harus mencabut ciamsi untuk minta


keterangannya hal temanku ?" tanya Eng Lian tiba-tiba, ketika
ia memasuki ruangan tengah.

"Mari, mari aku unjuki." sahut Tiat Ci cepat.

Eng Lian dibawa menghadap ke hadapan Tepekong Thian-


ong yang bermuka bengis.

Patung itu besar sekali, lebih besar dari manusia biasa. Eng
Lian yang melihat roman bengis dari patung itu bukannya
takut, malah ketawa cekikikan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau ketawa kenapa, nona kecil ?" tanya Tiat Ci Hweshio


heran.

"Aku ketawakan wajahnya patung itu." sahut Eng Lian


seraya tangannya menunjuk pada patung besar itu.

"Romannya bengis seperti romannya Taysu. Hihihi....." Tiat


Ci Hweshio mendongkol mendengar perkataan si dara cilik.

Tapi ia tidak mau, burung yang sudah masuk perangkap


terbang lagi. Maka dengan halus ia berkata,

"Nona kecil, kau bisa saja menyamakan wajahku dengan


wajahya Thian-ong. semoga kata-katamu tadi akan menjadi
kenyataan, kalau aku mati akan menjadi Tepekong Thian-ong.
Hahaha...."

Keadaan dalam ruangan itu sepi. Hweshio-hweshio lain


yang biasanya jalan hilir mudik tidak tampak pada saat itu.
Rupanya mereka sudah dapat pesan dari Tiat ci Hweshio
supaya tidak mengganggu kegembiraannya dalam melayani si
dara cilik. oleh karenanya mereka dalam ruangan itu hanya
berduaan saja.

Eng Lian telah mencabut ciamsi. Menurut keterangan si


Hweshio Jari besi, katanya bunyi ciamsi mengatakan bahwa
teman Eng Lian baik-baik saja keadaannya dan tidak lama lagi
si dara cilik bakal berjumpa lagi satu sama lain. Keterangan
mana membikin Eng Lian sangat kegirangan.

Dalam girangnya, Eng Lian keluarkan dari sakunya perak


hancuran. secara royal diberikan kepada Tiat Ci Hweshio
katanya sebagai bantuan membeli hio. Tiat Ci Hweshio tidak
menolak. malah ia mengucapkan terima kasih atas pemberian
si dara cilik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika Eng Lian mohon diri, si Hweshio Jari Besi kata,


"Nona kecil, hari sudah malam. sebaiknya kau menginap disini
saja. Besok pagi kau barulah meneruskan perjalananmu,
masih ada tempo. Dalam gelap malam seperti sekarang ini,
aku kuatir kau mendapat kesulitan di perjalanan."

Eng Lian kerutkan alisnya yang kecil bagus hingga


menambah kecantikannya dipandangan si Hweshio berkuping
satu. seperti pembaca tahu, tempo hari kupingnya yang satu
copot kena disentak oleh ujung pedangnya Liok sinshe.

"Aku sudah sedia kamar untuk kau menginap, nona kecil.


Harap kau tidak menolak kebaikan dari satu pendeta sebab itu
akan merupakan berkah selamat akan perjalananmu
selanjutnya. Di dalam malam yang gelap sangat sukar untuk
meneruskan perjalanan."

Eng Lian tidak menjawab. Ia seperti berpikir, "Baiklah." tiba-


tiba ia berkata.

"Tapi aku ingin cuci badan. Apa Taysu dapat menolong


mengirimkan air hangat ke kamarku ?"

"Tentu, tentu sekali nona kecil." kata Tiat Ci Hweshio


kegirangan.

segera ia menepuk tangan dua kali, lantas saja muncul


seorang Hweshio muda. Kepada mereka ia suruh
menyediakan air hangat dan dibawa ke kamar Eng Lian untuk
si nona mencuci badannya.

senang Eng Lian melihat Tiat Ci Hweshio demikian ramah


dan hormat sekali kepadanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia berkata, "Taysu kau sangat baik sekali. Kalau belakang


kali aku sudah bertemu kembali dengan temanku, tentu aku
tidak lupa membawanya kemari untuk menghaturkan terima
kasih kepada Taysu."

"oo, itu perkara kecil. senang sekali kalau nona kecil nanti
datang pula kesini dengan temanmu, aku akan sediakan
kamar lebih besar untuk kalian berdua menginap." Eng Lian
bersenyum manis mendengar perkataan Tiat Ci Hweshio.

Memang dalam hatinya Eng Lian berjanji manakala nanti ia


sudah ketemu Lo In akan mengajak si bocah untuk datang
pula ke kuil Thian-ong-bio supaya Lo In dapat menghaturkan
terima kasih kepada kepala kuil yang baik hati itu dalam
anggapannya si dara.

Tiat Ci mengantarkan Eng Lian ke ruangan belakang,


dimana ada kamar kosong untuk si dara melewatkan sang
malam, setelah itu Tiat Ci Hweshio lalu meninggalkan Eng
Lian.

Belum lama Eng Lian berada dalam kamarnya, pintu


diketuk dari luar. Ketika ia membuka, kiranya Hweshio muda
tadi membawakan air hangat untuknya.

Ketika Hweshio muda itu hendak meninggalkan kamar, Eng


Lian berkata, "Siaosuhu, banyak terima kasih atas
pertolonganmu."

Hweshio muda itu tidak menyahut, hanya anggukkan


kepala bersenyum dan lekas pergi meninggalkan Eng Lian.
Girang Eng Lian mendapat perlakuan demikian baik dari Tiat
Ci Hweshio. Begitu pintu kamar ia rapatkan pula, lantas ia
buka pakaian untuk membersihkan badannya. Ia merasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

segar sekali setelah badannya ia seka seluruhnya dengan


handuk yang dicelup dalam air hangat.

Selesai itu ia bersolek, girang ia karena disitu ia dapatkan


cermin untuk ia pandang wajahnya yang cantik. Ia ketawa
sendirian kapan ia ingat bahwa Lo In akan terpesona melihat
ia dalam keadaan bersolek demikian cantiknya.

Tengah ia mengagumi kecantikannya dalam pakaian tidur,


tiba-tiba ia dengar pintu diketuk. Cepat ia membukanya tanpa
pakai tanya-tanya lagi. Kiranya yang mengetuk itu ada
hweshio muda tadi yang datang hendak mengambil tempat air
hangat tadi, sekalian mengundang si nona untuk makan sama-
sama dengan Tiat Ci Hweshio di ruangan makan.

"Siosuhu, tolong kau sampaikan pada Taysu terima kasihku


atas undangannya. Katakan, aku tak dapat menemani Taysu
makan karena mataku sudah ngantuk " Hweshio muda itu
anggukkan kepalanya dan berjalan pergi.

"Baik betul Taysu itu........." menggumam Eng Lian seraya


merapatkan pintu kamarnya.

sebenarnya ia sudah lapar. Ingin ia mengisi perutnya


tatkala menerima undangan Tiat Ci Hweshio. Namun
mengingat bahwa dalam kuil itu makanannya tentu tidak lebih
dari makanan 'cia-cay' (makanan sayuran), maka ia tidak
selera untuk makan bersama-sama dengan Tiat Ci Hweshio
yang baik budi itu. Pikirnya, lebih baik ia makan makanan
keringnya saja dalam buntelannya untuk menahan lapar.

Justru ia lagi repot hendak membuka buntelan yang terisi


makanan kering, ia mendengar pula suara pintu kamar
diketuk. Ia urungkan membuka buntelannya lalujalan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menghampiri pintu dan membukanya. Kembali ia berhadapan


dengan si Hweshio muda tadi.

Kali ini Hweshio itu membawa nampan. Diatasnya terdapat


sebotol arak. sepoci air teh dan makanan daging ayam dan
daging babi yang lezat sekali tampaknya. Masih panas,
asapnya menyiarkan bau wangi menusuk hidungnya Eng Lian.

"suhu suruh aku membawakan ini untuk nona dahar. Harap


nona tidak menolak kebaikan suhu. suhu mengerti nona tentu
kurang leluasa makan sama-sama dengan suhu. Maka ia
suruh aku membawakan makanan ini. Harap nona tidak
menampik." berkata si hweshio muda, seraya menerobos
masuk ke dalam kamar dan nampan yang penuh makanan itu
diletakkan diatas meja.

Eng Lian jadi tercengang nampak kebaikan orang itu. Ia


tidak bisa menampik, apa lagi ia sudah baui makanan yang
menarik seleranya.

"Siaosuhu, suhumu sangat baik. Sungguh aku sangat


berterima kasih. Tolong sampaikan terima kasihku kepada
suhumu " Eng Lian berkata dengan girang.

si Hweshio muda hanya tersenyum dan anggukkan kepala


seperti tadi, lantas ia berjalan keluar meninggalkan si dara
cilik. Ia telah menutup rapat pula pintu hingga Eng Lian tak
usah menutupnya lagi.

si dara cilik dengan kegirangan telah hadapi hidangan yang


lezat itu.

sama sekali dalam benaknya tidak ada pertanyaan, kenapa


dalam kuil itu ada masakan daging yang demikian lezat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tampaknya. Bukankah dalam kuil seperti itu pendeta-


pendetanya pantang makan hidangan berdarah ?

Dara cilik kita benaknya hanya dipenuhi oleh rasa terima


kasih saja kepada Tiat Ci Hweshio.

setelah menghadapi hidangan yang demikian menarik


seleranya, Eng Lian tidak banyak pikir lagi, ia main hantam
makan sekenyangnya. sebagai pengantarnya, beberapa
cawan teh hangat telah diteguk kering isinya. Ia tidak ganggu
botol arak sebab ia tidak suka minum arak. sebentaran ia
sudah merasakan perutnya kenyang.

"Hihihi.." ia ketawa sendirian. "Sayang adik In tidak


bersama disini, kalau tidak, kita sikat makanan ini bersama-
sama. Hihi..."

Ia duduk menantikan si hweshio muda datang pula untuk


membenahi dan bawa pergi sisa makanan yang barusan ia
makan. Tapi lama ditunggu tidak didengar si hweshio muda
mengetuk pintu. Ia saban-saban unjuk senyuman girang,
perutnya kini sudah tidak minta diisi pula. Pada saat itulah,
tiba-tiba ia rasakan matanya berat seperti ngantuk dan ia
beberapa kali menguap. seluruh badangnya lemas tak
bertenaga, kakinya terasa lumpuh, tak kuat untuk dipakai
berdiri dari duduknya di kursi.

Eng Lian heran kenapa badannya dengan mendadak


sontak tidak berguna demikian.

Menyusul hatinya berdebaran keras hingga dadanya


bergerak naik turun. Tarikan napasnya memburu, seakan-
akan menekan rangsangan napsu birahi. Matanya menyala
penuh keinginan, bibirnya yang kecil mungil bergerak-gerak
seperti menantang musuh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Lian coba berdiri, pantatnya berat seperti melekat pada


kursi. Ia jadi kebingungan apa yang ia harus diperbuatnya,
tampak dirinya tak berdaya. Dadanya dirasakan panas, napsu
birahinya bergolak tak dapat dikendalikan.

Kasihan Eng Lian telah menjadi korban obat bius dan


perangsang birahi yang dicampurkan dalam air teh dan kuah
sayuran yang dimakannya. Itu salahnya sendiri terlalu rakus
dan percaya atas kebaikannya si Taysu dari kuil Thian-ong-
bio.

Dalam keadaan tidak berdaya, Eng Lian hanya dapat


gerakkan dadanya naik turun seperti hendak menyalurkan
rangsangan napsu birahinya yang bergolak dalam dadanya.

Matanya menyala dan celingukan seakan-akan mencari


musuh- Tapi cemas hatinya karean dalam kamar itu sepi
sunyi, tidak terdengar seorang pun yang menarik napas.

Tiba-tiba ia mendengar suara pintu diketuk. mulutnya Eng


Lian bergerak cepat,

"Masuk " katanya, suaranya agak parau dikuasai oleh


napsu setan.

"Nona kecil, selamat malam " terdengar Tiat Ci Hweshio


berkata setelah ia masuk dan merapatkan pula pintu kamar.

Eng Lian tidak menjawab hanya bersenyum dan matanya


menyala mengawasi Tiat Ci Taysu yang mendekatinya.

Tiat Ci Taysu bersenyum girang. Melihat sikap Eng Lian


demikian, ia sudah tahu bahwa obatnya telah bekerja dengan
berhasil.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia duduk didekatnya Eng Lian. Tangannya tiba-tiba diulur


untuk mencolek pipinya si dara cilik. Eng Lian diam saja sebab
tangannya berat untuk diangkat menangkis tangan si kepala
gundul yang nakal. selain itu, ia tidak berkuasa atas pengaruh
obat si kepala gundul yang maha hebat. Malah ketika pipinya
dicolek. Eng Lian kepingin tubuhnya dipeluk oleh si Hweshio.
Keinginan bersatu tubuh yang tidak pernah ia pikirkan dan
impikan sebelumnya, pada saat itu telah mengaduk dalam
hatinya yang suci murni. Adik In-nya sudah tidak ada dalam
benaknya, hanya si kepala gundul yang didekatnya yang ia
harapkan akan memberi kepuasan kepada napsunya yang
meluap-luap. Demikian hebat pengaruh obat bius
danperangsang si Hweshio Jari Besi.

"Nona kecil, malam ini Taysu akan bikin kau jadi orang-
hahaha...." si kepala gundul kegirangan seraya tangannya
kembali menyolek pipi Eng Lian.

"Taysu....." Eng Lian kata dengan suara lemah seperti


memohon. Matanya menatap pada Tiat Ci Hweshio dengan
penuh keinginan.

si Hweshio balas menatap wajah Eng Lian yang cantik,


malah dalam pakaian tidurnya Eng Lian tampak lebih
mempesonakan pandangan si Hweshio Jari Besi.

Napsunya Eng Lian melonjak ketika merasa dirinya


dirangkul dan diciumi si kepala gundul dan diam saja ketika ia
dipondong, direbahkan diatas pembaringan.

"Taysu, kau mau apakan aku...?" kata Eng LIan lemah


ketika ia rasakan pakaiannya dibukai oleh Tiat Ci Hweshio
yang sudah kerasukan iblis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dikala Tiat Ci Hweshio hendak meloloskan pakaiannya


sendiri, pada saat itulah terdengar suara Brakk^ keras. Pintu
ditendang terbuka, sesosok tubuh lompat masuk dan
menyerang langsung pada si kepala gundul yang tengah repot
membetulkan kembali pakaiannya yang barusan hendak
diloloskan.

Dasar Hweshio kawakan dalam Kangouw, Tiat ci Hweshio


tidak gugup mengelakkan diri dari bacokan pedang tadi. Ia
lantas lompat dari pembaringan dan menyembat palang pintu
untuk dipakai melawan orang yang menyerang dengan
pedang tadi. Kiranya yang masuk tadi adalah seorang muda
yang sangat cakap wajahnya.

Dalam keadaan lemas lesu tak berdaya, Eng Lian menatap


wajahnya si anak muda. Ia kenali orang muda itu adalah si
pemuda yang tempo hari bertempur dengannya yang
mengaku 'paman' dalam kelakarnya.

Eng Lian tidak senang pada pemuda yang datang


mengacau itu hingga urusannya jadi urung. Ia mengawasi
dengan sorot mata membenci. Sayang ia tidak bisa bergerak,
kalau tidak, ia ingin membantu Tiat ci Hweshio yang kepepet
diserang si anak muda.

"Kepala gundul cabul " bentak In Hiang, 'pemuda' kita yang


gagah. Jangan harap jiwamu lolos dari pedangku." In Hiang
berkata sambil mendesak keras hingga si kepala gundul cabul
menjadi kepepet dan mandi keringat ketakutan.

Untung tatkala itu datang lima muridnya masuk ke dalam


membantunya, mengeroyok In Hiang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalian jangan kasih lolos bangsat kecil ini " kata Tiat ci
Hweshio sambil berkelit dari bacokan pedang In Hiang,
kemudian enjot kakinya lompat keluar kamar untuk mabur.

"Kau mau lari, hm Lihat aku akan ambil kepalamu " teriak In
Hiang seraya enjot tubuhnya menyusul. Tapi diluar kamar ia
dirintangi oleh enam orang muridnya Tiat Ci Hweshio sehingga
Tiat ci dapat keburu melenyapkan diri.

Kegusaran In Hiang sekarang ditumplek pada murid-murid


Tiat Ci Hweshio.

"Bagus " serunya. "Tidak apa si Hweshio cabul bernpas


untuk sementara, biarlah aku habiskan dulu kalian disini "

Berbareng terdengar suara 'sret sret' beberapa kali, saling


susul ber jatuhan kepala orang dari lehernya hingga dua tiga
orang murid Tiat Ci Hweshio melihat pemuda itu menjadi
sangat kosen sehingga jadi pecah nyalinya dan lari ngiprit
melenyapkan diri

Melihat sudah tak ada musuh lagi, In Hiang putar tubuhnya


dan masuk kembali ke dalam kamar dimana ia melihat Eng
Lian masih dalam keadaan tak berdaya. Matanya menyala
menatap In Hiang dengan penuh kebencian.

"Adik kecil." kata In Hiang seraya menarik selimut dan


menutupi tubuh Eng Lian yang sudah seperti anak bayi.

"Untung aku keburu datang. Kalau tidak, kau akan menjadi


korban Hweshio cabul itu."

In Hiang berkata sambil merogoh sakunya dan


mengeluarkan dua biji pil.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau makan ini, adik kecil." kata In Hiang seraya dua biji pil
itu ia hendak masukkan ke dalam mulutnya Eng Lian.

si dara cilik melotot matanya seperti sangat gusar dan


melengoskan mukanya ketika dua biji pil itu hendak dijejalkan
ke mulutnya.

"Memang kau rela dijadikan barang mainan si kepala


gundul ?" bentak In Hiang seraya tangan kirinya menampar
pipi Eng Lian hingga mulutnya jadi terbuka. Kesempatan itu
tak disia-siakan oleh In Hiang untuk ceploskan dua biji pil
ditangannya dan tentu saja masuk dalam tenggorokan Eng
Lian tanpa pakai pengantar air lagi.

"Pemuda bagor, kau mau bikin encimu mati kejengkelan ?"


kata Eng Lian, masih ingat ia berkelakar terhadap In Hiang.

"Lekas kau berpakaian kalau tenagamu sudah pulih " kata


In Hiang.

"Untuk menggempur kau sekarang juga tenagaku masih


sanggup," sahut Eng Lian seraya bersenyum manis pada In
Hiang. Matanya menyala, bibirnya bergerak-gerak menantang.

In Hiang melengak mendapat jawaban Eng Lian. Ia


menatap wajahnya Eng Lian dan memperhatikan selimut yang
menutupi dadanya si dara cilik yang bergerak-gerak. Ia
mengerti bahwa bekerjanya obat jahat si kepala gundul masih
belum punah. Ternyata Eng Lian pindahkan napsu birahinya
kepada In Hiang yang berada didekatnya.

Apalagi In Hiang wajahnya sangat cakap. maka 'keinginan'


Eng Lian makin bergolak tak terkendalikan. Kalau saja ia tidak
rasakan badannya lemas tak berkutik, tentu seketika itu ia
sudah menubruk In Hiang diajak bergulat diatas pembaringan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In Hiang yang sudah dewasa paham akanjawaban Eng


Lian yang melantur bahwa tenaga masih sanggup menempur
ia (In Hiang) pada saat itu, bukannya menempur berkelahi
dalam artian yang benar tapi dalam artian yang setiap orang
dewasa mengetahuinya.

In Hiang diam-diam menghela napas mengingat jahatnya


obat si kepala gundul. Ia merasa bersyukur kepada Lo In, guru
ciliknya yang telah membekali ia obat pemusnah obat bius
sehingga ia tidak mendapatkan kesulitan dalam
perjalanannya.

Dimana sekarang adik kecilnya itu ? Tiba-tiba saja In Hiang


matanya berkaca-kaca sewaktu memandang Eng Lian yang
dalam keadaan tak berdaya.

"Hei, kenapa kau menangis ?" Eng Lian menanya.


Pikirannya rupanya sudah mulai tuli.

"Aku menangis ingat kepada seseorang yang terlalu baik


padaku." sahut In Hiang.

"siapa orang itu? Apa kau dapat memberitahukan pada


ku?" kata Eng Lian.

"Untuk sementara, biarlah aku rahasiakan." sahut In Hiang.

seiring dengan kata-katanya, In Hiang melesat badannya


keluar kamar. Kiranya disana sudah menanti 10 orang
hweshio yang bersenjata lengkap.

satu diantaranya yang mukanya bengis berkata,


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Anak haram. Kau membuat kacau dalam kuil suci ini, apa
maksudmu ? Hm Kalau kepalamu tidak ditinggalkan sekarang,
badanmu akan kami hancurkan seperti bakpo "

In Hiang ketawa dingin. "Kau mau hancurkan badanku,


tanya dulu pada kawanku " sahutnya. Tenang-tenang saja dia
berkata.

Terkejut hweshio yang berwajah bengis itu, ia menanya,


"Kau panggil kawanmu, akan kami hancur leburkan sekalian."

"Inilah kawanku yang setia " sahut In Hiang seraya


mengacungkan pedangnya.

Bukan main marahnya hweshio tadi.

"Maju semua, habiskan jiwanya " ia serukan kawan-


kawannya sementara ia sendiri sudah menerjang dengan
golok besarnya.

In Hiang tidak takut. Ia sudah biasa dikeroyok orang


banyak. Dalam pertempuran itu ia tidak mau mengulur waktu,
karena ia memikirkan dirinya Eng Lian. Maka secepat kilat ia
keluarkan jurus ilmu pedangnya 'Bwee hiang boan wan', atau
'Harumnya bunga memenuhkan taman' yang sudah diperbaiki
oleh Lo In danjadi sangat lihai bukan main.

Kembali terdengar suara 'sret sret' berulang kali, dari


sepuluh orang hweshio itu hanya tertinggal seorang yang
keburu ngiprit lari ketakutan melihat sembilan kawannya sudah
tertabas kutung lehernya.

Di depan kamar itu telah terjadi banjir darah sampai masuk


ke dalam kamar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In Hiang tidak perduli, ia hanya lompat masuk pula ke


dalam kamar dan mendekati Eng Lian yang masih belum
dapat berkutik.

Pikirannya Eng Lian sudah mulai pulih, ternyata obatnya Lo


In sangat manjur.

Ketika melihat In Hiang mendekati pembaringan, Eng Lian


merasa sangat kikuk dan selebar mukanya merah. Ia tahu
bahwa ia dalam keadaan tidak genah dilihat pemuda sopan.

"Kau jangan masuk ke sini." kata Eng Lian. "Keluarlah


kesana "

In Hiang girang hatinya karena perkataan Eng Lian


menandakan bahwa pikiran sehatnya sudah kembali. Ia lupa
bahwa dirinya tengah menyamar sebagai pemuda, ia
bukannya menyingkir disuruh Eng lian malah ia mendekati dan
berkata,

"Adik kecil, kau masih belum dapat bergerak. Mari aku uruti
jalan darahmu "

Terkejut Eng Lian mendengar perkataan In Hiang. Makin


kaget ia ketika ia rasakan tangannya In Hiang meraba pada
pundaknya dan menguruti.

"Hei, jangan, jangan. Ah, dasar pemuda bangor encimu


nanti marah besar, kau berbuat kurang ajar seperti ini " Eng
Lian ketakutan tangannya In Hiang akan menjelajahi tubuhnya
yang hanya tertutup selimut.

Meskipun pikirannya sudah tenang, badannya si dara cilik


masih belum kuat bergerak. Ketika benar-benar saja Eng Lian
rasakan tubuhnya dipale oleh si pemuda cakap. ia jadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menggigil dan pejamkan mata. Ia sangat cemat, hatinya


menyesal bahwa dirinya akan menjadi mangsanya sipemuda
cakap. sebaliknya bila kepada Lo In tentu ia akan
menyerahkan diri dengan suka rela.

Air matanya tampak merembes keluar dari sela-sela


matanya yang terpejam.

"Hei, kenapa kau menangis ?" sekarang In Hiang yang balik


menanya.

"Aku menangis ingat kepada seorang yang terlalu baik


kepadaku." sahut Eng Lian meniru kata-katanya In Hiang tadi
ketika ia menanyakan kenapa In Hiang menangis.

"siapa orang itu ? Apa kau dapat memberitahukan padaku


?" tanya In Hiang.

" Untuk sementara, biarlah aku rahasiakan." Eng Lian


kembali meniru jawaban In Hiang.

"Adik kecil, kau mau mengolok-olok aku ?" kata In Hiang


seraya tangannya meremas buah dadanya Eng Lian hingga si
gadis cilik gemetar badannya. Matanya mencilak penuh
kebencian.

"Pemuda bangor, kau sangat menghinaku. Awas Ada satu


waktu akan kubalas meremas jantungmu sehingga hancur
berantakan " kata Eng Lian sengit.

"Aku tidak takut Paling-paling juga kau membalas begini "


kata In Hiang, kembali ia meremas-remas buah dadanya si
dara cilik hingga Eng Lian mengeluh dan air matanya
bercucuran. Ia sedih kenapa dirinya sampai dapat penghinaan
yang bukan-bukan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yang membikin ia heran, pemuda cakap itu tidak berbuat


lebih daripada meremas buah dadanya. Tangannya tidak
menggerayang ke lain arah, yang sebenarnya ia dapat berbuat
sesukanya sebab ia (Eng Lian) dalam keadaan tidak berdaya.

"Pemuda bangor " kata Eng Lian. "Aku tak dapat membalas
sakit hatiku. Nanti ada satu orang yang akan membalaskan.
Kau lihat saja, kalau dia sudah datang "

In Hiang menatap Eng Lian yang bercucuran air mata.


Dengan serangannya In Hiang menyeka air mata yang
berlinang-linang itu.

"Adik kecil, kau sungguh cantik." kata In Hiang. "siapa


sebenarnya kau ?"

Eng Lian cemberut, tapi diam-diam ia merasa berterima


kasih si pemuda cakap menyeka air mata yang berkaca-kaca
karena tangannya sendiri tak dapat digerakkan untuk berbuat
demikian. Ia mengawasi wajahnya In Hiang yang cakap sekali.

Dalam hatinya berpikir, "Sayang hatiku sudah dimiliki adik


In. Kalau tidak. pemuda begini cakap. pantas sekali menjadi
pasanganku "

"Kau kata barusan, ada orang yang akan membalaskan


sakit hatimu. siapa dia ?" tanya In Hiang ketawa manis hingga
kecakapannya tambah mempesonakan.

"Kepandaianmu masih belum ada apa-apanya kalau


dibandingkan dengan dia." sahut Eng Lian.

"oo, begitu jagoan dia ? Aku mau lihat Kalau dia berani
membela kau, adik kecil, kau nanti coreng mukanya dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

arang biar dia hitam legam mukanya " kata In Hiang, wajahnya
berubah seperti gemas.

Eng Lian tiba-tiba cekikik ketawa hingga In Hiang heran.

"Kau ketawakan apa ? Apa aku tidak mampu mencoreng


mukanya jadi hitam ?"

Kembali Eng Lian ketawa ngikik, kali ini malah terpingkal-


pingkal.

In Hiang dari heran menjadi curiga, kembali ia menegur,


"Kau ketawakan apa ?"

"Aku ketawakan kau, pemuda bangor Kau mau mencoreng


hitam muka kawanku, mana bisa mukanya dihitami sedang
wajahnya sudah hitam legam kayak pantat kuali. Hihihi...." Eng
Lian kembali ketawa dengan enaknya.

In Hiang sebaliknya berdebaran hatinya. seketika ia ingat


kepada Lo In, yang wajahnya hitam seperti pantat kuali,

"Adik kecil, kau sebenarnya siapa ?" desak In Hiang.

"Aku adalah aku, orang yang dihina oleh pemuda bangor "
sahut Eng Lian menggoda.

"Aku tahu sekarang, tak usah kau sebutkan namamu, aku


sudah tahu " kata In Hiang.

"Bagaimana kau tahu namaku ?" tanya Eng Lian heran.

"Kau tentu si Eng Lian, yang membikin si bocah wajah


hitam mencarinya setengah mampus. Hahaha... kau
sangkallah tebakanku ini " In Hiang ketawa berkakakan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Matanya Eng Lian terbelalak. Ia sangat heran kenapa


pemuda bangor ini dapat menebak siapa dirinya dengan jitu,
malah menyebut halnya Lo In juga demikian jelas.

Melihat Eng Lian terheran-heran, In Hiang bersenyum


manis,

"Adik kecil," katanya. "Untuk apa kaupikirkan si bocah


hitam. Apa hatimu memang sudah kepincuk olehnya ?^

Eng Lian tidak menjawab, hanya ia menatap In Hiang.


Kemudian tundukkan kepala, seperti merasa jengah hatinya
dapat diraba oleh In Hiang.

"Aku tahu, kau memikirkan ia bukannya memikirkan begitu


saja. Tentu kau mencintai si bocah hitam itu, betul atau tidak
?" In Hiang menanya kepingin tahu.

"Untuk apa kau berkata demikian ?" Eng Lian cemberut


mukanya.

"Untukku sendiri" sahut In Hiang tenang-tenang saja sambil


mesem.

"Apa maksudmu dengan perkataan 'untukku' ?"

"Untuk kebahagiaan aku sendiri sebab kalau kau tidak


mencintai si bocah hitam tentu kau akan mencintai aku yang
jauh lebih cakap daripadanya. Hahaha "

"Pemuda bangor Kau jangan menghina kawanku, ya "

"Aku tidak menghina, asal kau mau mengaku kau cinta


padanya, aku juga tidak akan gerembengi kau lagi, adik kecil
yang manis "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In Hiang kata berbareng tangannya mencolek pipi Eng Lian


yang sedang cemberut marah. Masih baik kalau Eng Lian
diam saja dicolek pipinya, justru ia melengos, In Hiang makin
sengaja tangannya meraba seluruh mukanya Eng Lian.

Eng Lian menjadi sengit.

Ia membentak. "Pemuda bangor, kau terlalu menghina.


Tunggu sebentar, kalau badanku sudah bebas, akan kuadu
jiwa denganmu "

"Kau mengakulah bahwa kau mencintai si bocah hitam,


akan kubebaskan kau dari godaanku lebih jauh. Nah,
katakanlah Jadi tak usah aku mengharap-harap dirimu lagi
untuk menjadi istriku."

"Baik." kata Eng Lian nekad.

"Aku memang mencintai adik In, kau mau apa ?"

"Hahaha.... Adik kecil, benar-benar kau jujur. sekarang...?"

Tiba-tiba saja In Hiang merangkul Eng Lian yang dalam


keadaan tidak berkutik, Kaget bukan main si dara cilik sebab
In Hiang dengan bertubi-tubi telah mencium mulut dan pipinya
sehingga ia gemetaran saking menahan amarahnya. Eng Lian
menangis mendapat perlakuan demikian kasar dari si pemuda
cakap.

"Pemuda bangor." katanya dengan sesenggukan.

"Benar-benar kau buktikan kebangoranmu. Asal aku Eng


Lian masih bernapas, hinaan yang kau lakukan ini atas diriku,
tidak akan aku lupakan. Lihat saja, apa si Eng Lian orang yang
mudah dihina "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Adik kecil, kau adalah adikku......" kembali bibir si dara cilik


dikecup,

sekonyong-konyong Eng Lian rasakan ada tenaga mengalir


dalam tubuhnya, ia coba gerakkan tangannya. Bukan main ia
kegirangan. Tanpa menanti tenaganya pulih semua, Eng Lian
sudah meremas dadanya In Hiang yang tengah memeluki
dirinya.

"Eh, kenapa ?" tiba -tiba Eng Lian berkata heran sambil
lepaskan tangannya yang meremas dada In Hiang. Ada apa ?
Eng Lian rasakan tangannya meremas benda lunak seperti
yang ada pada dirinya sendiri

Tiba-tiba pikirannya yang cerdik lantas menebak siapa


pemuda bangor yang sedang permainkan dirinya dan yang
sudah lantas melepaskan pelukannya dan lompat mundur
ketika dadanya diremas oleh Eng Lian tadi.

Eng Lian lantas mau turun dan menerjang In Hiang kalau


saja ia tidak ingat bahwa dirinya dalam keadaan tidak
berpakaian. Ia hanya bisa ketawa cekikikan sambil
memandang pada In Hiang yang berdiri terpaku kaget tidak
jauh dari ranjangnya.

"Adik kecil, apa yang kau tertawakan ?" tegur In Hiang


ketika sudah hilang kagetnya.

"Enci yang baik, kau jangan bikin adikmu mati penasaran."


sahut Eng Lian kontan.

In Hiang mengerti bahwa penyamarannya sudah ketahuan


oleh Eng Lian karena ia kurang cermat hingga tangannya Eng
LIan dapat meremas buah dadanya barusan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In Hiang sekarang ketawa. Tapi ia masih sempat belaga


pilon, katanya,

"Adik kecil, kau kata apa barusan ? Enci, apa memangnya


aku wanita ?"

"Hihi... aku tidak sangka kalau pemuda bangor adalah enci


Bwee Hiang yang sedang dicari setengah mampus oleh si
bocah wajah hitam."

In Hiang melengak. Pikirnya, ini budak benar-benar lihai.


Kata-katanya selalu ia dapat baliki dengan kontan. Ia tidak
perlu merahasiakan dirinya lebih jauh, sebab Eng Lian tentu
tidak mau mengerti.

In Hiang lalu mendekati Eng Lian yang sementara itu sudah


mulai pulih kekuatannya dan dapat bergerak bangun. Belum
sempat ia bicara sudah didahului oleh Eng Lian,

"Pemuda bangor, apa kau bermaksud membikin repot lagi


adikmu ? Hihihi..."

In Hiang kewalahan dengan kenakalannya Eng Lian.


pikirnya, pantas adik kecilnya sangat memikiri enci Liannya
yang sangat Jenaka ini.

"Adik Lian, sekarang bukan tempatnya kita berkelakar."


kata In Hiang serius.

"Lekas kau berpakaian Hweshio yang hendak merusak


kehormatanmu masih belum sempat aku membunuhnya, dia
sudah keburu lari "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendengar disebutnya Hweshio cabul yang hendak


menodai dirinya, terbangun kegusarannya yang sampai
sebegitu ia 'adem-adem' saja karena digoda oleh In Hiang.

" Cepat kau ambilkan bajuku dalam buntelanku diatas


kursi."

Bwee Hiang buka buntelan si nona dan menjumput pakaian


Eng Lian lalu dilemparkan pada si dara cilik, Cepat Eng Lian
berpakaian, dilain detik ia sudah lompat turun dari
pembaringan. Ia menyambar pedangnya.

"Enci Hiang mari kita basmi kawanan hweshio busuk dalam


kuil kotor ini "

Eng Lian berkata seraya menarik tangannya Bwee Hiang.

si dara cilik nampak depan kamar sudah malang melintang


mayat hweshio dengan kepala putus, ia ketawa senang.
Katanya kepada Bwee Hiang,

"Enci Hiang, kau benar hebat. Malam ini kalau aku tidak
ketemukan si kepala gundul cabul itu, benar-benar aku
penasaran. Mari kita carinya "

Bwee Hiang geli melihat gerak geriknya Eng Lian.

Kepandaian si dara cilik sangat tinggi, cuma sayang kurang


cermat. Kalau saja ia dapat menggunakan pikirannya yang
jernih, pasti ia tidak sampai terjatuh ditangannya Tiat Ci
Hweshio.

"Adik Lian tenang dulu,Jangan terburu napsu." berkata In


Hiang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kita harus bertindak dengan memakai perhitungan. Kalau


tidak. nanti kita jatuh dalam perangkap musuh. Lebih celaka
lagi kalau kita jatuh kedua kalinya ditangan si hweshio cabul "

"Enci Hiang, memang aku hanya menuruti napsu hati saja


sehingga melupakan bahaya di depan mata. sekarang ada
enci disampingku, aku tidak takut bakal kena terperangkap.
Hatiku sudah sangat panas dan ingin menebas lehernya si
hweshio jahat itu."

In Hiang mesem mendengar perkataan Eng Lian.

Mereka lalu mengaduk dalam kuil yang luas itu, mencari


berbagai tempat persembunyian dari kawanan hweshio.

Ternyata kawanan kepala gundul itu tidak ada satu pun


yang kelihatan. Eng Lian merasa lesu, ia tak dapat
melampiaskan penasarannya.

Ia jalan mendekati sebuah patung yang ditaruh dekat


dinding. Itulah patung Budha dalam sikap bersila. Kepalanya
gundul, bajunya terbuka hingga kelihatan tegas perutnya yang
gendut. Wajahnya seperti berseri-seri ketika Eng Lian
memandangnya. seketika Eng Lian menjadi gemas melihat
patung seperti berseri-seri ke arahnya. Ia ingat akan Tiat ci
Hweshio yang berseri-seri ramah tapi hatinya sangat busuk.
Hampir-hampir ia menjadi korban napsu binatangnya.

Mengingat akan dirinya Tiat Ci Hweshio, dalam gemasnya


ia sudah ayun pedangnya memukul kepala patung tersebut.
Berbareng Eng Lian menjadi kaget sebab tiba-tiba terdengar
suara berkerekekan. Kiranya dinding dibelakang patung tadi
telah terbuka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Lian terbelalak matanya. Hanya sebentaran ia merasa


heran, lantas ia lari ke lain ruangan mencari In Hiang, ternyata
sedang asyik pasang mata untuk mengusut sesuatu yang
mencurigakan.

"Adik Lian, apa yang kau dapatkan ?" tanya In Hiang.

"Husstt " Eng Lian bersuara pelan, seraya tempelkan jari di


mulutnya. Lalu ia mendekati In Hiang dan berbisik ditelinganya
nona Liu.

"Oo, ada kejadian begitu ?" kata In Hiang perlahan. Lalu


ajak Eng Lian melihat dinding yang terbuka tadi, namun
mereka jadi kecewa karena dinding yang dikatakan Eng Lian
terbuka tadi telah menutup lagi dan tidak ada bekas-bekasnya.

"Jangan kuatir, enci Hiang." kata Eng Lian. "Aku akan bikin
dia terbuka lagi "

Berbareng Eng Lian telah mengetuk pula kepala patung


tadi. Tapi diketuk beberapa kali ternyata tidak mau terbuka
hingga Eng Lian menjadi sengit. Ketika ia mau menyabet
dengan pedangnya, In Hiang sudah keburu mencegah.

Ia berkata, "Adik Lian, jangan bikin rusak patung yang


sebagus ini. Di sini sudah tidak ada apa-apa lagi. Mari kita
keluar saja " In Hiang berkata sambil matanya mengedipi Eng
Lian.

"Marilah, aku juga sudah bosan tinggal dalam kuil kotor ini."
sahut Eng Lian.

jalan belum berapa langkah, tiba-tiba In Hiang enjot


tubuhnya lalu disusul oleh teriakannya sesosok tubuh yang
jatuh dari sana.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata jago betina kita pendengarannya lebih lihai dari


Eng Lian. Ketika ia melihat Eng Lian sedang memukuli patung,
tiba-tiba ia merasa seperti ada orang diatas atap rumah. Ia
belaga pilon dan mengajak Eng Lian berlalu. Kapan ia sampai
dibawah atap. dimana ada mengumpet orang yang
dicurigakan, In Hiang sudah enjot tubuhnya dengan tiba-tiba.
Gerakan ini diluar dugaan orang yang sedang mengumpat
disitu, sebab ternya ia sangat gugup sekali ketika In Hiang
menginjakkan kakinya diatas atap dan menerjang dengan
pedangnya. Dalam gugupnya, orang itu jatuh ke bawah.

Ia coba melarikan diri tapi Eng Lian sudah menghadang,

"Hweshio celaka " bentak si dara kecil. "Kau mau lari dari
nonamu, ke langit sekalipun aku akan tetap mengejarmu "

Eng Lian mengancam dengan pedangnya hingga orang itu


ternyata adalah adalah hweshio setengah umur telah
menggigil ketakutan.

"Adik Lian, jangan bunuh dia " seru In Hiang berbareng ia


sudah lompat turun dari atas atap rumah dan menghadapi si
hweshio yang barusan jatuh.

" Kepala gundul, lekas kau katakan dimana


bersembunyinya Tiat Ci Hweshio " kata In Hiang.

Hweshio itu tak menyahut, hanya hidungnya mendengus.

"Bagus " kata In Hiang. "Apa kau kira aku tak ada jalan
untuk bikin kau mengaku ?"

Berbareng In Hiang gunakan ujung gedangnya menotok


urat ketawa si hweshio. seketika itu juga ia jadi ketawa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkakakan tanpa henti-hentinya hingga mengeluarkan air


mata.

Tidak lama In Hiang menotok pula dengan ujung


pedangnya untuk menghentikan hweshio itu ketawa terus-
terusan. Tampak si kepala gundul jatuh duduk. sangat lelah
kelihatannya.

"Lekas bicara " bentak In Hiang. "Dimana adanya Tiat Ci


Hweshio " Hweshio itu diam saja didesak In Hiang.

"Baiklah, kau rasakan lagi hukumanku " kata In Hiang


seraya gerakan pedangnya seperti hendak menotok urat
ketawa si hweshio hingga ia jadi ketakutan.

"Mohon Liehiap tak meng gerakan pedang lebih jauh. Aku


akan bicara. suhu kini ada dalam kamar rahasia. sedang
berunding dengan susiok." si hweshio mengaku.

"Siapa itu susiokmu ?" tanya In Hiang kepingin tahu.

"Dia adalah Hong Lui susiok yang diundang datang oleh


Suhu untuk mengatasi keributan dalam kuil ini. Dia juga
tinggal dalam Thian-ing-bio disebelah selatan dari sini, kira-
kira lima puluh lie jauhnya. Hong Lui susiok juga mempunyai
banyak anak murid."

In Hiang melirik Eng Lian seperti mau mengatakan bahwa


mereka menghadapi musuh berat, jangan sembarangan
memandang enteng. Tapi Eng Lian yang wataknya angin-
anginan tak memikirkan panjang. Ia membentak si hwshio :
"Apa paman gurumu itu perbuatannya lebih baik dari suhumu
?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak tahu." sahut si hweshio singkat, tak mau ia


membeber perbuatan susioknya.

"Kau mau bicara apa tidak?" mengancam Eng Lian dengan


pedangnya.

Dara cilik kita lebih bengis memperlakukan si hweshio, tidak


heran kalau si kepala gundul menggigil ketakutan ketika
mendengar Eng Lian berkata,

"Aku mau kutungi kepalamu kalau kau tidak mau bicara


terus terang "

si hweshio kepaksa membeber perbuatannya Hong Lui


Hweshio yang ternyata perbuatannya lebih jahat dari Tiat Ci
Hweshio hingga membuat dua gadis itu menjadi sangat gemas
dan bertekad tidak mengampuni kedua kepala gundul itu.

"Kau antar kami ke kamar rahasia yang kau maksudkan "


kata In Hiang keren.

"Aku tidak berani." sahut si hweshio ketakutan.

"Tidak mau ? Aku nanti totok urat ketawa mu lagi " In Hiang
mengancam dengan pedangnya.

"Hahaha.... sute, dasar rejekimu besar. Kiranya si anak


muda yang kosen itu adalah sejenis dengan si nona kecil
Jangan kasih lolos untuk kaupuaskan kesenanganmu pada
malam ini. Hahaha....."

Demikian suara yang berkumandang dalam kamar itu yang


membikin In Hiang dan Eng Lian terkejut. Eng Lian kertak gigi
mendengar suara itu sebab suara itu adalah suara Tiat Ci
Hweshio yang sangat ia benci. sedang In Hiang kertak gigi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gemas karena mendengar perkataan cabul dari si Hweshio


Jari Besi.

Dua gadis itu pasang mata ke sekelilingnya. Tapi tidak


kelihatan ada orang disitu.

In Hiang dekati Eng Lian dan berbisik ditelinganya seraya


menyelipkan apa-apa dalam tangannya si dara cilik. Tampak
Eng Lian bersenyum lalu benda yang diselipkan oleh In Hiang
tadi dimasukkan dalam mulutnya terus ditelan.

In Hiang sendiri sudah lebih dahulu menelan barang yang


diberikan pada Eng Lian.

setelah itu In Hiang hadapi lagi si hweshio tawanannya dan


berkata, "Kepala gundul, lekas kau bawa kami menemukan
suhu dan susiokmu "

si hweshio tidak menyahut, rupanya ia mau berkepala batu


sekarang setelah mendengar suara suhunya tadi.

Eng Lian yang tidak sabaran lantas gerakkan pedangnya.


sekali sabet saja kepala si hweshio yang bandel itu sudah
terlepas dari lehernya. Darah segar menyembur dari leher si
kepala gundul yang bernasib malang. Berbareng dengan itu,
In Hiang dan Eng Lian mengendus bau harum dari asapnya
hio.

Makin lama bau harum itu makin menusuk hidung. In Hiang


dan Eng Lian saling susul tubuhnya terkulai roboh dengan
tidak ingat orang.

"Hahaha... " kembali terdengar suaranya Tiat Ci Hweshio


setelah beberapa lama kelihatan In Hiang dan Eng Lian rebah
dengan tidak berkutik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sute, mereka sudah roboh oleh obat bius kita. Mari kita
pondong seorang satu. Aku mengalah, kau boleh pilih yang
mana kau setuju, sute Hahaha "

"Ah, suheng. Kenapa kau begitu merendah ? Bukankah kau


sudah setuju yang kecil ? Buat apa pakai rubah pikiran ? Biar
yang gede kasih aku malam ini " terdengar jawaban Hong Lui
Hweshio seraya tertawa seram.

sebentar lagi tampak dinding kamar berkerekekan terbuka.


segera juga lompat dua hweshio tinggi besar masuk ruangan
dimana Eng Lian dna In Hiang rebah tidak berkutik. Kemudian
menyusul sepuluh orang murid dua hweshio jahat itu masuk.
tapi mereka disuruh mundur lagi ketika dua hweshio itu dapat
kenyataan bahwa dua gadis bakal korbannya itu benar-benar
sudah tertidur pulas.

"Kalian mundur, jangan ikut-ikut urusan orang tua " kata


Tiat Ci Hweshio hingga kesepuluh muridnya itu semua mundur
dan menantikan di balik

dinding sebab dinding yang terbuka itu sudah tertutup


kembali.

Dengan napsu yang bergelora Tiat Ci Hweshio


menghampiri masing-masing korbannya.

Keadaan sudah larut malam pada saat itu. sepi sunyi dalam
ruangan, hanya dua manusia terkutuk saja waktu itu saling
ketawa nyengir kegirangan masing-masing akan menerkam
korbannya yang sudah tidak berdaya.

Dengan perasaan sayang, Tiat Ci Hweshio pegang-pegang


lengannya Eng Lian. sambil angkat lengan si gadis untuk
diusap-usap.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ia berkata, "Nona kecil. Dasar kita sudah jodoh. Bagaimana


juga su...... ah, apa itu ?"

Tiat Ci Hweshio lompat berdiri sambil mengebaskan lengan


bajunya ke mukanya dari mana jatuh di lantai sepasang
benda kecil yang kekuning-kuningan. Tampak benda itu bisa
bergerak-gerak, melelot-lelot dengan gesit sekali.

Itu adalah Kim-coa (ular emas) kesayangan Eng Lian, telah


melesat dari lengan bajunya si gadis dan menyambar ke
mukanya Tiat Ci Hweshio.

si kepala gundul ketawa ketika melihat ada yang usilan


hingga ia mengebaskan lengan bajunya dengan gugup dan
terlihat tidak lebih hanya dua ekor ular kecil saja.

Ia melangkah hendak menginjak mati dua ekor ular itu,


ternyata tidak berhasil. Ular itu bukan saja dapat bergerak di
lantai tapi bisa melejit terbang ketika melihat sepatunya si
hweshio mengancam dirinya.

Pada saat itulah si kepala gundul tiba-tiba rasakan


kepalanya pusing, ruangan kamarnya ia lihat seperti berputar,
badannya kontan lemas seketika dan terkulai jatuh setelah ia
berseru : "sute, awas Kim-coa "

Seruan Tiat Ci Hweshio itu sudah terlambat sebab dua ekor


ular itu seperti dapat mengenali orang jahat, setelah melejit
dari injakan sepatu Tiat Ci Hweshio yang sedang asyik
membukai baju In Hiagn yang sudah separuh terpentang.
Hong Lui Hweshio kaget mendengar teriakan sang suheng.
Tapi sudah terlambat, tangannya yang nakal sudah digigit ular
emas kesayangannya Eng Lian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukan main gusarnya Hong Lui Hweshio, tapi ia hanya


dapat berdiri sebentar dengan maksud mau membunuh
sepasang ular emas itu yang ngeledek didepannya, kemudian
sudah terkulai roboh empas- empis seperti kehabisan tenaga.

Eng Lian yang siuman lebih dahulu dari pengaruhnya obat


pulas. Ia kaget bukan main nampak di dekatnya menggeletak
Tiat Ci Hweshio dengan napas empas- empis tinggal
menunggu waktu berangkat menghadap Giam-lo-ong.

Cepat ia bangun berdiri Ia lantas tahu siapa yang telah


membikin hweshio jahat itu tidak berkutik. Ia melihat tidak jauh
sepasang ular emasnya sedang legat-legot bermain. Melihat
majikannya sudah siuman, sepasang ular dengan jinak sudah
menghampiri Eng Lian yang seketika itu sudah keluarkan
kotak kecil (tempat ular) dari lengan bajunya. Ia sodorkan ke
dekat sepasang ular itu. segera mereka sudah melompat
masuk kedalam kotaknya.

sambil menyimpan kembali dalam lengan bajunya,


terdengar Eng Lian menghela napas lega. Ia bersyukur
kepada sepasang ular emasnya itu sebab kalau tidak. pasti ia
telah menjadi korbannya Tiat Ci Hweshio, si hweshio cabul.

Tiba-tiba ia kaget, ingat kepada enci Bwee Hiangnya.


Matanya memandang kepada In Hiang yang sedang rebah
terlentang dengan baju separuh terbukan dan kelihatan buah
dadanya yang montok putih mulus hingga timbul ingatannya
yang nakal untuk menggoda encinya yang masih dalam
keadaan pulas.

Ia mendekati In Hiang, justru si gadis sudah mulai siuman


dan menggerakkan badannya. Kuatir In Hiang keburu siuman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

betul hingga tidak sempat ia menggodai, maka Eng Lian


jatuhkan dirinya dan merangkul orang yang baru tersadar.

Dalam kaget, In Hiang rasakan dadanya diraba orang dan


meremas buah dadanya hingga ia gelagapan dan berontak-
rontak. Berbareng ia dengar orang berkata, "Enci Hiang,
terimalah pembalasan dari adikmu Eng Lian.... Hihihi...."
menyusul In Hiang rasakan kembali buah dadanya diremas-
remas hingga hatinya jadi berdebaran kaget.

Kapan ia buka matanya, kiranya Eng Lian yang nakal


sedang merangkul dirinya dan tangannya menggerayang jail.

"Adik Lian, kau bikin encimu kaget penasaran karena


kenakalanmu " seru In Hiang yang telah pulih tenaganya dan
sekali meronta ia sudah bangun berdiri, lepas dari
rangkulannya si dara cilik yang jail. Keduanya jadi ketawa
cekikikan.

sambil membereskan bajunya yang dibuka dengan paksa


oleh Hong Lui Hweshio, In Hiang berkata, "Adik Lian, kau
sudah membalas. Berarti sudah impas hutang diantara kita.
Lain kali kau tidak boleh berlaku nakal lagi."

Eng Lian ketawa manis. Ia menjawab Jenaka, "Enci Hiang,


hutangmu padaku sudah lunas. Entahlah dengan si bocah
hitam nanti akan menagih padamu. Hihi..."

In Hiang melengak. selebar mukanya jadi memerah. "Adik


Lian, kau masih belum puas dan masih menggodai encimu ?"
kata In Hiang menyusul tangannya diulur hendak mencubit si
dara cilik yang nakal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mana bisa pemuda bangor kurang ajar pada si Eng Lian."


kata si dara cilik seraya berkelit dari tangan In Hiang yang
hendak mencubit pipinya.

In Hiang melongo. Ia tidak mengira Eng Lian demikian


nakal dan Jenaka, hampir mengalahkan Lo In kenakalannya.
Hatinya senang mendapat teman dara cilik yang Jenaka ini
dan mereka bersama-sama akan mencari jejaknya Lo In.

"Adik Lian, bukan waktunya kita berguyon. Mari kita


selesaikan tugas kita membasmi hweshio- hweshio dalam kuil
kotor ini " berkata In Hiang seraya menghampiri Hong Lui
Hweshio yang sudah tidak bernapas dan mulai membusuk
dagingnya.

"Adik Lian, hweshio ini yang hendak berlaku kurang ajar


padaku tentu " kata In Hiang seraya mencabut pedangnya dan
hendak ditabaskan ke lehernya Hong Lui Hweshio.

Eng Lian lompat mencegah. "Enci Hiang, untuk apa kau


mengotori pedangmu. Lihat saja sebentar lagi juga badannya
akan hancur lumer menjadi air."

In Hiang heran mendengar perkataan Eng Lian, lalu


menanya,

"Adik Lian, apa kau hanya berkelakar saja berkata demikian


? Bagaimana kau tahu badannya akan lumer menjadi air ? Ah,
adik Lian, jangan kau berlebihan menggodai encimu."

"Enci Hiang, dia sudah digigit oleh Kim-coa kesayanganku."


sahut Eng Lian bangga. In Hiang tercengang. Matanya
menatap pada kawannya dengan penuh pertanyaan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Enci Hiang, Kim-coa ku sangat lihai. Kalau sudah


menggigit orang, dalam tempo setengah jam saja sang korban
akan lumer badannya menjadi air. Untung kita ditolong oleh
mereka. Kalau tidak. hm Apa kita masih bisa melindungi
kehormatan kita seperti sekarang ? obat pemusnah yang enci
dan aku telan ternyata tidak ada gunanya, sebab buktinya kita
kena dibius juga dan tidak sadarkan diri"

"oh.. sungguh aku harus berterima kasih pada Kim-coamu,


adik Lian. Dimana sekarang ular emasmu itu ? Aku ingin
melihatnya " berkata In Hiang dengan hati lega.

"Mereka sudah ada dalam rumahnya lagi, disimpan dalam


lengan baju ini." sahut Eng Lian seraya menepuk-nepuk
perlahan lengan bajunya.

"Bagaimana Kim-coamu bisa keluar dari tempatnya ?"


tanya In Hiang heran.

"Mungkin Tiat Ci Hweshio mengangkat lenganku dan tidak


sengaja menekan perkakas rahasia kotak ular hingga mereka
lompat melejit dan menyerang si hweshio cabul "

"oh, begitu hebat Kim-coamu itu, adik Lian. Kau kata


'mereka', memangnya ada berapa banyak ular emasmu itu ?"

"Hanya sepasang, tapi lihainya luar biasa. Aku sayang


sekali kepada mereka."

In Hiang manggut-manggut. Kemudian berkata, " obat


pemusnah yang kita telan sebenarnya sangat ampuh. obat itu
bikinan adik Lo In. selama aku merantau, belum pernah
menemukan kesulitan berkat lindungan obat itu. Tapi kalau
sampai sekarang tidak mengunjuk keampuhannya, mungkin
karena obat bius yang digunakan oleh kawanan hweshio jahat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu istimewa atau mereka menggunakan berlebihan. Buktinya


kita rasakan asap yang kita cium menusuk hidung demikian
tajam dan menimbulkan rasa sesak di dada."

Eng Lian tidak menjawab, ia hanya mengangguk- anggukan


kepala. Dalam hati ia setuju dengan pendapat In Hiang sebab
ia juga percaya penuh akan keampuhan obat bikinan adik In-
nya.

Benar saja, tidak lama In Hiang nampak badannya Hong


Hui Hweshio sudah mulai berair, begitu juga dengan Tiat Ci
Hweshio. "Adik Lian, mari kita bekerja " mengajak In Hiang.

"Mari." sahut Eng Lian yang juga sudah menghunus


pedangnya seperti In Hiang.

Dua dara itu baru saja mau bertindak, tiba-tiba terdengar


suara berkerekekan dan dinding kamar kembali telah terbuka.
Dari mana telah melompat belasan kepala gundul dengan
membekal senjata dan mereka telah mengurung dua gadis
kita.

Eng Lian ketawa cekikikan dirinya dikurung, bukannya


gemetar ketakutan.

Dara cilik kita memang paling gemar dikerubuti musuh


daripada bertempur satu lawan satu, tidak menggembirakan.
sebaliknya In Hiang yang tegang menghadapi banyak musuh
kuat, tiba-tiba mendengar Eng Lian cekikikan ketawa, menjadi
heran dan melirik pada kawannya seperti menanya.

"Enci Hiang." kata si nona kecil. "Biar enci nonton saja. Aku
yang membereskan kawanan tak berguna ini. Pedangmu
sudah banyak makan korban, biar suruh dia mengaso "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Budak temberang " bentak seorang hweshio yang


hidungnya seperti hidung burung kakaktua. "Kau berani buka
mulut besar di depan Cap-sha Thiw-tauw- hweshio ? sungguh
rejekimu besar kalau kau dapat lolos dari kepungan Cap-sha
Thie-tauw- hweshio "

In Hiang terkejut mendengar hal tersebut. Matanya


memandang, benar saja semuanya terdiri dari tiga belas orang
kepala gundul. Cap-sha Thie-tauw- hweshio berarti Tiga belas
hweshio kepala besi. Barisan pendeta yang kepandaiannya
tertinggi diantara murid-muridnya Tiat Ci Hweshio dan jarang
maju menghadapi musuh kalau musuh tidak sangat tangguh.
Tiga belas hweshio kepala besi adalah pasukan Thian-ong-bio
yang sangat kejam dan ganas.

Melihat rombongan kepala gundul itu semua ada gagah


dan kuat, In Hiang kuatir kalau hanya Eng Lian saja yang maju
sendirian. Tapi ia tidak mau mengecewakan adik Liannya yang
sudah memberi kesanggupan akan melayani kawanan
hweshio itu. Maka ia diam saja dan hanya bersenyum ke arah
Eng Lian ketika si dara cilik mengeluarkan Hui-to (pisau
terbang) dari kayu buatannya jago cilik kita.

"Hahaha " terdengar si hidung kakaktua bekakakan nampak


Eng Lian mengeluarkan senjata rahasianya yang berupa pisau
kayu. "Kepala gundul, kau ketawakan apa ?" tanya Eng Lian
heran.

"Aku ketawakan kau, nona kecil." ngeledek si hidung


belang. "Masa pisau kayu lapuk kau bawa-bawa. sebenarnya
buat apa ?"

"Buat menghajar kalian, kepala gundul yang tidak tahu diri "
jawab Eng Lian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

si hidung kakaktua kembali berkakakan ketawa. "Hui-to


orang menggunakan logam murni. Ini pakai kayu lapuk mau
main-main dengan cap-sha Thie-tauw- hweshio Kau benar-
benar terlalu menghina pada pasukan maut dari Thian-ong-bio
"

Eng Lian ketawa nyekikik mendengar perkataan si hidung


kakaktua.

"Memangnya juga nonamu memandang enteng pada


kalian. Kalau kalian dipandang sebagai lawan-lawan berat,
sudah tentu nonamu akan menggunakan pedang " kata Eng
Lian.

Merasa dihina, maka si hidung kakaktua yang menjadi


kepala dari barisan maut Thian-ong-bio itu lantas kasih kode
kepada kawan-kawannya untuk turun tangan.

Mereka dengan serentak menyerbu. Ruangan disitu cukup


lebar untuk pertempuran ramai, maka Eng Lian jadi gembira
melayani mereka. sejak tadi pedang Eng Lian telah
dimasukkan pula ke dalam sarungnya, hui-tonya juga sudah
dikantongi hingga si dara nakal melayani mereka dengan
tangan kosong.

Untuk jangan menjatuhkan nama Cap-sha Thie-tauw-


hweshio, kawanan hweshio itu juga tidak menggunakan
senjatanya untuk mengeroyok si nona. Mereka yakin dengan
tangan kosong. sudah lebih dari cukup membekuk batang
lehernya Eng Lian, termasuk In Hiang juga, kalau seandainya
si nona turun tangan.

Nyata perhitungan mereka meleset, nona kecil yang


dihadapinya bukan nona sembarangan yang gampang dihina.
Dengan kelincahannya mengelak serangan, membuat tiga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

belas hweshio itu kabur pemandangannya, akan tetapi mereka


tetap menggempurnya, mengandalkanjumlahnya yang
banyak.

Melihat Eng Lian demikian gesitu luar biasa, diam-diam In


Hiang memuji sambil menyungging senyuman manis.
Disamping serangan-serangannya yang hebat sekali, ternyata
kawanan hweshio itu mengandalkan juga kepalanya yang
dianggap keras bagai besi. Beberapa kali Eng Lian diseruduk
perutnya oleh kepala kawanan hweshio itu.

Pada suatu saat In Hiang terbelalak matanya, nampak Eng


LIan dalam posisi terjepit telah diseruduk oleh dua hweshio.
Tapi si nona kecil sangat gesit, begitu dua buah kepala hampir
membentur perut, ia sudah mencelat ke atas dan perutnya
terluput dari kehancuran dibentur dua hweshio yang nyeruduk
tadi, yang kehilangan sasarannya hingga dinding kamar jadi
ambrol berlubang dengan memperdengarkan suara keras.
Dua hweshio itu roboh ketiban puing dinding yang ambrol.

Kawan-kawannya menjadi beringas nampak dua kawannya


roboh. Mereka merangsek. satu kena ditendang nyungsep ke
kolong meja, satunya lagi berteriak mengaduh dadanya kena
dihajar kepalan kecil dari si dara cilik.

Musuh berkurang dua lagi. Eng Lian ketawa ha-ha hi-hi,


berputaran dikeroyok oleh kawanan kepala gundul yang
sangat beringas kelihatannya.

"Awas " tiba-tiba Eng Lian berseru. Kembali dua musuh


roboh kena ditotok jalan darah pada bagian iganya (thian-ki-
hiat). Total sudah enam musuh jatuh hingga kurangan
kerepotannya si dara cilik melayani musuh-musuhnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mereka mulai keder melihat kekosenan si nona. Dua orang


diantaranya hendak angkat kaki, tapi sudah terlambat.

"Kau mau lari ?" bentak Eng Lian, menyusul hui-to kayunya
meluncur dan dua orang itu roboh kena tertotok jalan darahnya
pada bagian pundak.

Tinggal lima orang lain tak ungkulan menghadapi si nona


yang kosen. Mereka coba mendesak Eng Lian tapi
sebenarnya mencari kesempatan untuk lari. Waktu mereka
saling susul hendak meninggalkan ruangan itu, berbareng
saling susul datangnya lima pisau kayu yang menotok jitu
pada jalan darah masing-masing hingga mereka semua dapat
dirobohkan.

Eng Lian ketawa cekikikan sambil merapikan rambutnya


yang agak kusut karena bertempur barusan, kemudian
memungut pisau kayu terbangnya kembali.

"Adik Lian, hebat benar kepandaianmu " In Hiang memuji


sambil mencekal tangan si gadis yang barusan saja selesai
memungut kembali hui-tonya.

"Enci Hiang, mari kita masuk ke dalam pintu dinding yang


masih terbuka itu." mengajak si dara cilik sambil menarik
tangannya In Hiang.

"Nanti dulu." kata In Hiang.

"sekarang kita apakah dua hweshio-hweshio ini ?"

"Biarkan saja, mereka toh tidak bisa lari." sahut Eng Lian.

"Mana bisa. Kita mesti bunuh habis mereka " berkata In


Hiang serius.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dibunuh ?" Eng Lian heran. Ia ingat akan pesan Lo In


supaya jangan melukai orang.

"Ya, habiskan jiwanya semua " sahut In Hiang dengan


sungguh-sungguh.

Eng Lian belum menyahut, In Hiang sudah mulai bekerja.


Pedangnya beberapa kali berkelebat, tiga belas kepala gundul
itu sudah terpisah dari. badannya.

Eng Lian berdiri melongo melihat In Hiang demikian bengis


membasmi kawanan hweshio-hweshio. Badannya tergetar dan
hatinya berdebaran karena tidak biasa ia menyaksikan
pembunuhan besar-besaran demikian.

"Enci Hiang....." ia mengeluh perlahan sambil menatap


wajahnya In Hiang yang sama sekali tidak mengunjuk tanda-
tanda menyesal telah melakukan pembunuhan itu. In Hiang
heran melihat Eng Lian menjadi ngeri karena perbuatannya.

"Adik Lian, apa kau baru pertama kali melihat pembunuhan


seperti ini?" tanya In Hiang.

"Enci Hiang, benar-benar kau bikin adikmu gemetaran."


sahutnya sambil mengangguk.

In Hiang tertawa terkekeh-kekeh.

"Adik Lian." katanya. "Ini masih belum apa-apa. Asal kau


melihat pembunuhan besar-besaran tempo hari oleh sucoan
sam-sat di markas cabang ceng Gee Pang dan dalam
rumahku, mungkin kau akan jatuh pingsan."

"Ah, enci Hiang, masa begitu hebat ?" tanya si dara cilik,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In Hiang lalu menutur dengan ringkas pembunuhan besar-


besaran yang dilakukan oleh sucoan sam-sat hingga bulu
tengkuk Eng Lian pada berdiri

"Aku benci pada orang-orang jahat. Maka selamanya aku


tidak mau mengampuni mereka." kata In Hiang sehabis
menutur pada Eng Lian.

Eng Lian anggukkan kepalanya sambil memikirkan nasihat


Lo In untuk jangan membunuh orang kalau tidak kelewat perlu.

"Adik Lian, kemana semangat betinamu ? Apakah kau rela


dihina oleh si hweshio cabul ? Tidakkah kau memikirkan untuk
menumpas habis-habisan kawanan hweshio yang menjadi
anak buahnya untuk melampiaskan sakit hatimu ? Ah, adik
Lian. Kita jadi wanita harus bisa menghargai diri Untuk apa
kita kasih hweshio-hweshio jahat itu hidup lebih lama "
Mendengar kata-katanya sang enci, Eng Lian terbangun
semangatnya.

"Aku setuju." katanya. "Mari kita basmi kawanan hweshio


cabul itu "

In Hiang bersenyum nampak Eng Lian bersemangat


dengan tiba-tiba. Mereka kemudian memasuki pintu dinding
yang masih terbuka.

setelah melewati beberapa lorong dan tikungan, mereka


telah sampai pada sebuah kamar dimana terdengar beberapa
perempuan sedang omong-omong.

In Hiang menendang pintu kamar hingga terbuka. Kiranya


disitu masih ada dua hweshio yang sedang memeluk dan
menciumi dua orang wanita.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Melihat adegan itu, Eng Lian ingat dirinya yang kena dibius
oleh Tiat Ci Hweshio.

Dibawah pengaruhnya obat perangsang, ia kasihkan dirinya


dipeluk dan diciumi si hweshio cabul. Pipinya dengan
mendadak saja menjadi merah saking jengah, dari merasa
jengah hatinya jadi sanat gusar. Maka seketika itu juga ia
menyerang dengan pedangnya kepada dua kepala gundul
yang sedang permainkan wanita itu Dengan hanya terdengar
dua kali suara 'sret sret' kepala dua hweshio itu sudah
menggelinding di lantai, hingga dalam kamar itu menjadi banjir
darah.

Ada lima orang perempuan yang berada dalam kamar itu.


Nampak Eng Lian membunuh dua hweshio tadi dengan hanya
dua kali tabas saja, mereka jadi ketakutan dan pada jatuhkan
diri berlutut minta ampuni jiwanya.

Melihat kelakuan mereka demikian genit dikala In Hiang


dan Eng Lian memasuki kamar itu, In Hiang tidak senang
kepada mereka. Tapi mengingat bahwa mereka telah berbuat
demikian saking ketakutan dibunuh oleh kawanan hweshio,
maka In Hiang masih dapat mempertimbangkan dan
mengampuni mereka.

Kiranya bukan disitu saja terdapat orang perempuan.


Karena di beberapa kamar lainnya pun masih diketemukan.
Ketika semuanya dikumpulkan terdapat dua belas orang
wanita yang sudah rusak moralnya menjadi permainan
kawanan hweshio cabul dalam kuil itu.

In Hiang kemudian mengusir mereka pergi, untuk pulang ke


masing-masing rumahnya setelah membekali uang yang
terdapat dalam kuil itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata tidak ada hweshio lainnya, setelah In Hiang dan


Eng Lian menjelajahi semua ruangan dalam kuil tersebut.

"sekarang bagaimana ?" tanay Eng Lian pada kawannya.

"Sebaiknya kita bakar saja kuil ini." sahut In Hiang. "Aku


rasa tidak membahayakan kalau kita bakar karena jauh dari
umum. Duduknya bangunan boleh dikata mencil sendirian.
Kalau kita tinggalkan begitu saja, aku kuatir akan dibuat
sarang lagi oleh orang-orang jahat."

Eng Lian setuju. Maka setelah membenahi barang-barang


perhiasan yang berharga dan uang sebagai kekayaan dari kuil
itu, dua gadis itu lalu membakar bangunan dengan memakai
bahan-bahan yang gampang menyala. Dalam sedikit tempo
saja, bangunan yang besar itu telah menjadi makanan si jago
merah. Dekat pagi, barulah berkobarnya api mulai reda.

orang-orang disekitar tempat itu menjadi kaget Thian-ong-


bio kebakaran. Mereka coba ada datang menolong sementara
itu In Hiang dan Eng Lian sudah meninggalkan kuil yang
sedang berkobar-kobar dimakan sijago merah.

Kita kembali kepada sijago cilik yang berusaha mencari dua


encinya, Eng Lian dan Bwee Hiang. Beberapa hari sudah
berlalu ia melakukan penyelidikan dalam daerah pegunungan
dimana si bocah dan si dara berpisahan. Lo In masih belum
juga dapat menemui enci Liannya. Hatinya menjadi lesu.
Dengan tidak adanya Eng Lian atau Bwee Hiang
disampingnya, Lo In merasa seperti kehilangan pegangan.

Ia wataknya sangat gembira, sering melucu untuk


kemudian ketawa bersama dengan orang yang diajaknya
melucu. Sekarang Eng Lian dan Bwee Hiang tidak ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

disampingnya. Dengan siapa ia hari-hari dapat melampiaskan


tawa dan kegembiraannya.

Pada suatu lohor ketika Lo In sedang jalan dijalanan yang


tidak begitu lebar dan pada kedua tepinya dipagari oleh
rumput alang-alang yang tumbuh tinggi, si bocah wajah hitam
tiba-tiba mendengar suara kaki kuda mendatangi.

Matanya Lo In yang tajam dari ke jauhan sudah dapat


melihat yang mendatangi itu adalah dua pemuda. Lama ia
tidak suka bergurau, maka seketika timbul seleranya untuk
menggodai dua pemuda yang datang itu Cepat ia umpatkan
diri dalam gerombolan alang-alang.

Dua penunggang kuda itu, ketika mendekati tempat


mengumpatnya telah jalankan kudanya dengan perlahan
sambil bercakap-cakap diseling dengan ketawa ny a yang
tergelak-gelak hingga diam-diam Lo In mengiri melihat orang
dapat bergembira demikian rupa.

"seandainya dia ketemu kita, mana dia dapat mengenali ?"


Lo In dengar, satu diantaranya yang tuaan dari sepasang
pemuda itu berkata.

"Dia matanya lihai, jangan kasih kesempatan padanya. Kita


keroyok saja. Masa kita berdua tidak bisa menang ? Asal kita
bertempur dengan cermat, bagaimana juga dia lihai akan
terjungkal ditangan kita " demikian kawannya menyatakan
pikirannya.

(Bersambung)

Jilid 17
Lo In perhatikan orang yang bicara. Diam-diam ia kepingin
tahu siapa yang diarah oleh dua pemuda cakap itu. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menggunakan kepandaiannya terabas terobos dalam


gerombolan alang-alang mengikuti dua pemuda itu untuk
mendengarkan lebih jauh apa yang dipercakapkan oleh
mereka. Ia mendengar pula yang tuaan berkata,

"Andai kata, ini masih andai kata, kalau kita dapat cekuk
batang lehernya, kau mau apakan dia ?"

"Oo, nanti aku yang kompes dia suruh dia mengaku


kemana saja dia sudah pergi."

"Kau mengompesnya dengan apa ?"

"Dengan ini "sahut kawannya seraya perlihatkan tangannya


yang dibeber.

"Tapi kau jangan keras-keras menamparnya, nanti dia


marah....."

Kawannya yang barusan membeber tangannya, yang


mudaan tampak menekap mulutnya menahan ketawa .Justru
ia hendak membuka mulut berkata, tiba-tiba kudanya
berjingkrak seperti kesakitan hingga penunggangnya kaget
dan cepat-cepat menahan lesnya jangan sampai sang kuda
mabur secara liar.

Pemuda yang tuaan melihat kawannya repot dengan


kudanya, hingga tidak sempat membuka mulutnya bicara telah
menertawakan nya dengan enaknya.

Pada saat itulah, kudanya sendirijadi binal. Berjingkrakan,


mengangkat kaki depannya sambil perdengarkan suara
ringkikan keras. Ia jadi gugup dan cepat-cepat pertahankan
lesnya, jangan sampai kudanya merat tanpa dapat
dikendalikan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setelah kduang masing-masing sudah jinak kembali, kedua


pemuda itu saling pandang.

Tiba-tiba yang mudaan telah keluarkan suara bentakan


nyaring,

"Manusia usilan, dari mana telah mengganggu kesenangan


tuan mudamu ? Lekas unjukkan diri "

Mengetahui bahwa kudanya bukan sewajarnya berjingkrak


dengan tiba-tiba, kedua pemuda itu curiga bahwa orang sudah
berlaku jail. Maka setelah saling melihat sejenak, yang
mudaan tadi telah mengeluarkan bentakannya dengan
sombong.

Memang itu adalah kerjaannya Lo In yang memotes rumput


alang-alang ditaruh diatas telapak tangannya kemudian ia
meniup dengan menggunakan lwekannya hingga rumput kecil
itu melesat dan menyambar pantat kuda sehingga
berjingkrakan lantaran kesakitan.

Ditunggu lama, tak kelihatan ada orang muncul, maka si


pemuda tadi sudah ulangi pula bentakannya. "Manusia hina,
kalau kau demikian pengecut, kenapa mau main-main dengan
tuan mudamu ? Hm Asal tahu saja. Kalau nanti kudapatkan
kau diantara gerombolan alang-alang, akan kuhajar kau
setengah mampus "

Berbareng dengan perkataannya, anak muda itu turun dari


kudanya.

Ia menghunus pedangnya. Dengan pedang itu ia


membabat gerombolan alang-alang yang dilihat agak
bergoyang dan menyangka orang jail itu sedang mengumpat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

disitu. Tapi lama ia membabat sana sini, kenyataannya tak ada


orang yang dimaksudkan.

"sudahlah,jangan buang tempo. Mari kita lanjutkan


perjalanan " berkata temannya yang tenang-tenang saja
bercokol diatas kudanya.

Mendengar perkataan kawannya, anak muda itu hentikan


usahanya lalu menghampiri kudanya lantas naik ke atasnya
dan jalankan pula kudanya dengan berendeng.

Belum berapa lama mereka larikan kudanya, tiba-tiba


melihat ada sesosok tubuh yang tidur melintang ditengah jalan
hingga sukar dilalui oleh kuda mereka kecuali tubuhnya orang
yang tidur melintang itu dilompati.

orang itu tidur miring dengan muka kejurusan yang dituju


oleh dua pemuda itu, maka tak kelihatan mukanya.

"Toako, kembali ada orang usilan. Mungkin orang tadi yang


mencari gara-gara kepada kita. Biarlah aku suruh kudaku
menginjak tubuhnya biar berantakan isi perutnya " terdengar
pemuda yang mudaan berkata kepada kawannya.

"Jangan, kasihan." sahut kawannya. "Kita belum tahu dia


orang jahat atau baik. sebaiknya kita jangan sekejam yang kau
hendak lakukan itu."

"Habis, bagaimana pikiran Toako ?"

"Lebih baik kita lompati saja tubuhnya, tak sudah kita cari
urusan." Kawannya tak menyahuti. Mereka terus jalankan
kudanya dengan berendeng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika sampai di dekat orang tadi yang enak-enak saja tidur


miring, mereka kedut lesnya supaya kuda melompati tubuh
orang itu. Kuda mereka berbareng melompati tubuh yang lagi
tidur itu dengan gesit sekali.

Kedua pemuda itu ketawa berkakakan, sambil jalankan


kudanya perlahan.

"Toako, orang itu tak punya guna. Kalau dia ada punya
kepandaian, tentu sudah bangun barusan dan mencegat
jalanan kita. Hahaha...... eh, eh...." tiba-tiba ketawanya
berhenti dan terkejut sekali nampak kedua kaki depan
kudanya menekuk dan berlutut.

"Hei, kau kenapa Hiante ? Eh, oh, kenapa lagi...?" berkata


sang toako gugup sebab kudanya sendirijuga ambruk. kedua
kaki belakangnya lemas tak dapat berdiri Penunggangnya
segera lompat turun dan memeriksa kudanya yang tak dapat
bangun lagi.

sang hiante dilain pihak pun sedang memeriksa kudanya,


sementara mulutnya memaki-maki. Entah siapa yang ia maki.
Yang kedengaran dia menantang supaya si manusia usilan
unjukan diri, tampak ia gergetan sekali. Ia tidak menyangka
bahwa orang yang tidur tadi yang telah membikin kudanya
lumpuh kakinya. sebaliknya sang toako sambil berdiri telah
mengawasi orang yang tidur tadi, yang ternyata sudah
berubah tidurnya dan sekarang miring membelakangi mereka
hingga tidak kelihatan tampangnya bagaimana.

"Hiante, aku kira dia yang main gila." si toako menyatakan


kecurigaannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ah, masa ? Coba mari kita tanya " sahut kawannya seraya
ia jalan menghampiri orang yang lagi tidur tadi, diikuti oleh
kawannya.

"Hei, manusia malas " bentaknya, ketika sudah datang


dekat.

"Kau yang barusan main gila ? Hm Bagus ya, perbuatanmu


"

orang itu seperti tidak mendengar bentakan orang. Ia diam


saja, malah badannya melingkar seperti kedinginan.

" Hiante, kau harus hati-hati." ia menasehati sang toako


ketika melihat hiantenya datang lebih dekat dan mengangkat
kakinya hendak menendang pantatnya orang yang sedang
tidur.

"Aku tidak perduli " sahutnya. Kakinya juga sudah lantas


bekerja hingga orang itu tubuhnya terpental ngapung dan jatuh
kira-kira jaraknya lima meter dari tempat barusan tidur.

Anak muda itu cekikikan ketawa hingga tak dapat


mempertahankan penyamarannya. Ketika sudah ketawa ngikik
baru ia sadar, bahwa dirinya dalam penyamaran.

Dua pemuda itu memang In Hiang dan Eng Lian yang


menyamar. Dengan usulnya In Hiang, si dara cilik setuju untuk
menyamar menjadi lelaki dalam usaha mencari Lo In, Mereka
bermaksud akan menggodai Lo In, manakala mereka nanti
bertemu muka.

Eng Lian belajar juga pada In Hiang untuk membuat


suaranya seperti laki-laki. Mereka gunakan panggilan toako
dan hiante (kakak dan adik).
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In Hiang yang melihat orang itu ditendang sampai ngapung


dan jatuh beberapa meter jauhnya, juga tak tahan untuk tidak
ketawa. Ia masih bisa kendalikan dirinya, ketawanya tidak
cekikikan seperti Eng Lian.

"Toako" kata Eng Lian. "Dia hanya satu bocah saja, pantas
barusan aku tendang sampai terbang melayang-layang.
Hahaha..... "

Eng Lian perdengarkan suara ketawa laki-laki.

"Hei, kau mau apakah lagi dia ?" tanya In Hiang ketika
melihat Eng Lian menghampiri lagi orang yang tadi
ditendangnya.

"Tidak, aku hanya iseng-iseng saja." sahutnya, sementara


itu kakinya kembali bekerja.

"Hei, kau gila.... " teriak Eng Lian ketika rasakan badannya
enteng dan peksay (jungkir balik) ke belakang, ketika kakinya
menyentuh badannya orang tadi.

Entah bagaimana orang itu bergerak sebab tahu-tahu Eng


Lian rasakan kakinya enteng dan ia peksay ke belakang
sampai beberapa meter jauhnya. Persis jaraknya lima meter,
seperti tadi Eng Lian menendang melayang orang yang lagi
tidur itu.

Eng Lian cepat bangun lagi dan matanya mengawaskan


dengan gusar kepada orang itu yang masih tenang-tenang
saja tidur.

Ia menghampiri lagi, akan tetapi tidak berani datang dekat


dan menendang seperti tadi sebab sudah merasakan akibat
runyam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sementara itu In Hiang sudah datang kesitu. Ia melarang


Eng Lian umbar napsunya, kemudian berkata kepada orang
yang sedang tidur :

"Kau orang gagah dari mana berani mempermainkan kami


bersaudara ? Kalau kau benar satu ksatria, lekas bangun dan
hadapi kami berdua .Jangan seperti pengecut pura-pura
tiduran "

orang itu mendehem sekali lalu menggeliatkan badannya.


Kali ini berbalik menghadapi Eng Lian dan in Hiang hingga dua
gadis itu menjadi sangat kaget melihat wajahnya orang itu
yang hitam legam kayak pantat kuali.

Hanya sejenak mereka kaget sebab dilain detik mereka


main mata untuk menggodai orang yang lagi tiduran itu, yang
bukan lain adalah jago cilik kita yang jail.

"Toako" kata Eng Liang. "Wajahnya dia hitam, lebih hitam


dari pantat kuali di rumahku. Hahaha.... Mau banyak lagak
lagi, berani permainkan orang yang sedang jalan."

" orang hitam biasanya suka jail. Tadijuga tentu dia yang
jaili kita. Mari, kita lanjutkan perjalanan jangan ladeni orang
hitam " jawab In Hiang.

Dua gadis itu meninggalkan Lo In tapi ketika melihat dua


kudanya mendeprok tidak bisa jalan, mereka mendongkol dan
balik menghampiri Lo In lagi.

"saudara-saudara." tiba-tiba Lo In yang belagak tidur tadi


berkata, sebelumnya Eng Lian memaki kudanya dijaili oleh si
bocah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bukankah barusan kalian kata orang hitam tak boleh


didekati, kenapa kalian kembali ?"

"Huh " Eng Lian mendengus seraya monyongkan mulutnya,


kelakuan mana kembali membikin ia membuka rahasia dirinya
dalam penyamaran.

"Memangnya aku datang untuk mendekati kau? Lekas kau


sembuhkan kembali kuda kami "

"Aku tidak berbuat apa-apa. Untuk apa aku menyembuhkan


kuda kalian ?"

"Bocah hitam " menyela In Hiang.

"Kau berani permainkan kuda kami, benar-benar nyalimu


sangat besar. Lekas kau sembuhkan. Kami tidak akan tarik
panjang urusan "

"Enak saja kalian berkata." sahut Lo In jenaka.

"Kalian berbuat kurang aja terhadap yaya. Apa dengan


begitu boleh saja ? Hahaha..."

In Hiang dan Eng Lian tercengang Lo In membahasakan


dirinya yaya (kakek atau engkong) dan mereka dikatakan
berbuat kurang ajar.

"Kau kata kami berbuat kurang ajar, apa buktinya ?" tanya
Eng Lian.

"Buktinya kuda kalian melompati tubuh yaya yang sedang


enak tidur " sahut Lo In.

"Huh " mendengus Eng Lian.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau bocah hitam, kalau tidak dikasih hajaran, tentu tidak


akan kenal kelihaian tuan mudamu "

"Hiante, kau hajar saja " menganjurkan In Hiang ketawa.

Mendengar anjuran kakaknya, Eng Lian tidak banyak


membuang tempo. Ia gerakkan tangannya menghajar Lo In
tapi dengan mudah dapat dikelit. Kembali Eng Lian menyerang
dengan pukulan hebat, Lo In hanya sedikit mengelak. kembali
Eng Lian memukul angin.

Eng Lian keluarkan semua kepandaiannya yang ia dapat


pelaj ari dari Ang Hoa Lobo dan Lamhay Mo Lie tapi semua itu
hanya dilawan ketawa haha hihi oleh Lo In. sebentar-sebentar
tubuhnya lenyap dari pandangan Eng LIan.

si dara cilik menjadi jengkel, hampir dia mewek. kalau tidak


In Hiang cepat turun tangan dan mengeroyok Lo In dengan
pukulan-pukulan berbahaya.

" Waduh, kalian boleh juga kepandaiannya." memuji Lo In


ketika ia meluputkan diri dari pukulan in Hiang yang
menyilang.

"Bocah hitam, kalau tidak menyerah, tahu sendiri Kepalamu


bakal remuk dimakan pukulan kami " seru Eng Lian gembira
karena ia merasa dikeroyok dua orang kelihatannya Lo In
seperti keripuhan.

"Ya, bocah hitam. sebaiknya kau menyerah saja Jangan


sampai tuan mudamujadi gusar dan tidak ada jalan untuk
mengampuni kau lagi." In Hiang menimpali kawannya.

"Masih terlalu pagi untuk membikin roboh yaya kalian." Lo


In berkata takabur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Yaya, yaya, ini yaya " bentak Eng Lian, tangannya


menyambar ke lambung Lo in sementara tangan lainnya
hendak mencolok mata orang.

sambil berkelit dengan bagusnya, Lo In mengodai : "Anak


bagus, kau mau bikin yayamu buta muda ? Hm, kalau tidak
dirotan pantatnya anak bagus ini belum tahu lihainya yaya.
Dua-dua anak bagus ini memang nakal, lihat yaya nanti kasih
hajaran "

In Hiang dan Eng Lian tidak tahan dengan mengitiknya urat


tawa mendengar si bocah melucu. Hampir-hampir saja
ketahuan penyamarannya dengan ketawa ngikik kalau tidak
keburu mereka sadar bahwa dirinya dalam penyamaran.
Mereka perhebat serangannya hingga Lo In menjadi keripuhan
juga.

"Sudah, sudah, jangan godai yaya. Lekas kalian pergi "


berkata Lo In setelah ia lompat mundur menghindarai
serangan yang menggunting dari In Hiang dan Eng Lian.
Kedua gadis itu melongo meliha serangannya yang sudah
dihitung matang, lolos.

"Bocah hitam, kaujangan banyak cakap " seru Eng Lian.

"Akan kami tangkap kau dan suruh mandi supaya wajahnya


tidak hitam "

"Yaya tidak mau mandi, nanti kedua enci yaya tidak mau
dekati yaya."

"Masa sudah kakek-kakek punya enci? Hahaha.... " tertawa


in Hiang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mau membahasakan diri yaya, lantas maupunya enci lagi


siapa yang sudijadi encinya si bocah yang belum pernah kenal
air " Eng Lian menimpali.

"Kalian belum kenal sama enci yaya, kalau sudah lihat


wajahnya ? Hm Tanggung kalian tidak bisa tidur dan tidak bisa
makan."

"sampai begitu bagus encimu ? siapa sih ?" tanya In Hiang


kepingin tahu.

"Aha, anak muda. Kau jangan mau main asmara. Baiknya


kalian ngomong sama yaya, kalau sama yang lain kan jadi
malu."

"Huh Anak masih belum hilang bau pupuknya mau


mengaku jadi kakek "jengek Eng Lian sambil menahan ketawa
melihat lagaknya Lo In yang sangat Jenaka.

"Bocah, kau jangan main yaya-yayaan. Lekas kasih tahu


siapa encimu " in Hiang mendesak seraya tangannya tidak
berhenti menyerang.

"Kalian anak-anak muda ini belum tahu kedua enci yang


sayang pada Yaya. Kalau kedua enci Yaya lihat kalian
mengeroyok Yaya, pasti kalian akan dirotani oleh mereka."

Tak tahan Eng Lian menekan rasa kepingin ketawanya,


maka seraya menyerang ia ketawa cekikikan hingga
penyamarannya menajadi phoatang.

"Hai, engko ini punya dua suara ?" Lo In berkata.

"Tadi suaranya laki-laki, kenapa sekarang ketawanya ngikik


seperti cewek tukang nangis......?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ini cewek. anak kurang ajar " Eng Lian dengan cemberut
menghajar kepala Lo In dengan hebat hingga Lo In agak kaget
juga menghindarinya.

"Hei, kenapa kau jadi marah-marah ?" Lo In menggodai.

"Enci ini, eh, engko ini tidak apa-apa." Lo In berkata pada In


Hiang.

"Hei, engko kecil, kaujuga boleh marah seperti ini engko


tukang cemberut " Lo In ngeledek Eng Lian hingga si nona
makin gemas saja pada adik In-nya yang nakal.

sampai sebegitu jauh, ia belum mau membuka


penyamarannya. Masih terus Eng Lian mencecari Lo In
dengan rupa-rupa tipu pukulan yang berbahaya, akan tetapi Lo
In dengan seenaknya saja meluputkan diri hingga si nona jadi
kewalahan.

In Hiang yang kepandaiannya memang ajaran Lo In, sudah


tentu tiap serangannya sudah dapat diduga oleh sang guru
cilik. Ia merasa Lo In sudah tahu keadaan mereka, tapi In
Hiang masih mau ngotot.

"Anak sambel, kau masih belum mau menyerah ?" bentak


In Hiang, kakinya menendang dengan tiba-tiba. Tangan Lo In
lebih cepat, menyambuti tendangannya hingga kakinya In
Hiang kena dipegang dan ia berdiri hanya dengan satu kaki.

Mukanya In Hiang merah jengah, ia coba menarik kakinya


tapi tak terlepas dari pegangan Lo In. Lucu kelihatannya
adegan itu.

" Hiante, kau lekas tampar mukanya untuk tolong toakomu "
seru In Hiang pada Eng Lian yang sebentaran ia berhenti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyerang melihat In Hiang berkutatan melepaskan kakinya


yang terpegang Lo In.

Eng Lian menurut. Ia dekat Lo In dan menampar pipinya. Lo


In tidak berkelit, ia pasang pipinya yang hitam.

"Plak " suara keras terdengar. Tamparannya itu benar kasih


bunyi plak mengenai sasarannya. Tapi ia kaget bukan main
ketika ia hendak tarik pulang tangannya telah melekat pada
pipinya Lo In.

Bingung Eng Lian sampai banting-banting kaki karena


tangannya tak dapat ditarik pulang.

Tangan kirinya dikasih kerja hendak menggempur bahu Lo


In. si bocah wajah hitam majukan dirinya sedikit hingga
gempuran si nona bukannya menggempur tapi merangkul si
bocah hinga ia berada dalam pelukan tangan kiri Lo In.
Tangan kanannya tetap memegangi kaki In Hiang yang sudah
jadi madi keringat ketakutan.

"Anak putih mesti ketemu anak hitam " terdengar Lo In


berkata berbareng Eng Lian rasakan pipinya dicium Lo In.
Bukan main kagetnya Eng Lian hingga ia rasakan panas
selebar mukanya. Tak dapat ia berontak sebab badannya
seperti menempel dengan badan Lo In, maka ia diamkan saja
perbuatan Lo In. Bagi Eng Lian saat demikian bukannya
kejadian yang tidak enak. sebab saat demikianlah yang ia
nanti-nantikan dalam impiannya. Malah ia mengharap lama-
lamaan dalam kecupan si bocah nakal.

In Hiang yang menonton adegan itu berdebaran hatinya. Ia


sangat gelisah, dalam hati berubah liar kelakuannya. Aiiii,
bagaimana ini ? sebentar apa aku tidak mendapat gilirannya ?
Aiii, kenapa adik kecil jadi berubah begitu ? ah, aku ta...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In Hiang sebenarnya mau membilang 'ta..... kut.' Tapi takut-


nya belum keluar, tiba-tiba ia rasakan kakinya disentak
perlahan, menyusul badannya seperti enteng melayang dan
tahu-tahu dia sudah berada dalampelukan di tangan kanan Lo
In.

"Adik ke..." katanya terputus, wajahnya dirasakan panas


dan hatinya berdebaran yang tidak pernah ada sebelumnya
ketika ia merasakan pipinya menjadi satu dengan bibirnya Lo
In. si nona meronta hanya membikin Lo In lebih keras
menekan pipinya yang gemetar. Dan.... In Hiang alias Bwee
Hiang juga tidak meronta dengan sungguh-sungguh sebab
apa yang diperbuat oleh Lo In adalah satu kejadian yang
sering ia impikan.

"Adik kecil, kau masih belum mau lepaskan encimu?" bisik


Bwee Hiang ketika Lo In sudah puas menciumnya.
(selanjutnya kita kembali kepada namanya yang lama, tidak
lagi In Hiang).

Lo In bersenyum dan menatap wajah Bwee Hiang dengan


penuh rasa kasih sayang. Perlahan-lahan Lo In melepaskan
Bwee Hiang, tampak si nona seperti merasa berat menjauh diri
dari badan Lo In.

sementara itu, di tangan kiri, Eng Lian masih terus


melayang-layang pikirannya sambil menyandarkan kepalanya
pada dadanya Lo In yang kekar. oh, bagaimana sedap
rasanya barusan ia dikecup Lo In. Masih hangat rasanya
dalam ingatannya kecupan jago cilik kita, pemuda impiannya.
Ia tidak mengiri atau cemberut ketika nampak Bwee Hiang
juga tiba-tiba telah berada dalam pelukan Lo In. ia tidak
sempat memikir itu, ia hanya merenungkan nasib dirinya yang
bakal datang menjadi kawan hidup Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang diam-diam merasa heran, Lo In dalam


beberapa bulan saja berubah kelakuannya. Dalam bersenda
gura atau berlatih silat, Bwee Hiang memang sering
menemukan kelakuan ganjil Lo In yang suka memegang dan
memeluk dirinya. Tadi ketika ia selidiki apa yang anak itu
perbuat adalah kelakuan yang wajar, bukannya disebabkan
oleh dorongan perasaan kedewasaan.

Bwee Hiang memang merasa hutan budi besar pada Lo In.


Maka kalau toh apa yang diperbuat Lo In atas dirinya itu
dilakukan oleh karena dorongan asmara, ia juga tidak
menyesal. Malah ia berjanji akan menyambutnya. Ia merasa
dirinya lebih tua lima- enam tahun dari Lo In. Namun Bwee
Hiang tidak menghiraukan perbedaan usia itu. Dan tekadnya
sudah menjadi teguh bahwa hanya si bocah wajah hitam yang
akan memiliki dirinya. ia tidak ingin dirinya dimiliki oleh lain
orang. sering Bwee Hiang mengimpikan kebahagiaan yang
akan ditempuh oleh mereka.

sekarang Bwee Hiang menjadi heran, nampak perubahan


adik kecilnya yang mendadak. sekaligus Eng Lian dan ia
berada dalam pelukan si bocah, itu menandakan bahwa Lo In
memilih mereka berdua akan menjadi kawan hidupnya. Ia
merasa puas dengan keputusan Lo In yang tidak memilih
kasih. Tadinya ia menduga Lo In akan memilih Eng Lian dan
melupakan dirinya karena perbedaan usia. sungguh, tidak
pernah ia mengharap sebelumnya bahwa Lo In akan
perlakukan dirinya seperti Eng Lian teman akrabnya.

Perasaan terima kasih Bwee Hiang dapat dilihat dari sorot


matanya ketika membalas tatapan Lo in dikala si bocah
dengan perlahan-lahan telah melepaskan pelukannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Enci Lian, kau lagi ngelamun apa ? Apa tanda mata dari
adikmu tak hilang ?" tegur Lo In ketawa ketika Eng Lian masih
enak-enakan saja menyandarkan kepala di dadanya.

Eng Lian seperti baru tersadar, ia melompat sambil meraba


pinggangnya dimana ada tergantung pedang Kwee Cu Gie
Toan kiam, tanda mata dari Lo In.

Ia bersenyum rada kikuk. Menuruti adanya ia ingin


mencubit si hitam. Kalau saja tidak melihat Bwee Hiang ada
hadir disitu tengah bersenyum-senyum ke arahnya.

"Adik In, bagaimana kau bisa menduga bahwa kami ada


Bwee Hiang dan Eng Lian ?" tanya Eng Lian ketawa manis.

"Dari pembicaraan kalian berdua, aku sudah menduga


bahwa yang dimaksudkan dalam pembicaraan adalah si
bocah muka hitam. Kecurigaanku bahwa enci dan enci Hiang
yang telah menyaru menjadi lelaki ketika mendengar suara
enci Lian nyekiki, lalu kita bertempur dan aku kenali jurus-jurus
yang dimainkan oleh enci Hiang adalah ajaranku dan tipu-tipu
yang enci Lian mainkan adalah tipu gerakan dari Lamhay Mo
Lie. Hahaha.... Mau godai si bocah wajah hitam, sebaliknya
kena digodai dan si bocah wajah hitam menikmati rentenya
(bunganya) oh..." Lo In pejamkan matanya seperti
mengenangkan kejadian barusan.

Eng Lian dan Bwee Hiang saling pandang sambil


bersenyum kikuk dan paras mukanya kemerah-merahan
jengah .

Kenapa Lo In cepat matang dalam urusan asmara ?

Itu disebabkan 'ajaran' sian Tin. selama Lo In tinggal dalam


rumahnya si cantik, Lo In telah dikasih kuliah soal cinta.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Maksudnya adalah untuk membuat Lo In masuk perangkap.


Tapi kesudahannya Lo In benar matang dalam soal asmara
namun ia tidak sampai masuk dalam jebakan yang dipasang
oleh si cantik sian Tin.

Apa yang diperbuat Lo In terhadap Eng Lian dan Bwee


Hiang, bukan kejadian yang direncanakan semua oleh Lo In.
itu hanya kejadian yang kebetulan. Ketika Eng Lian jatuh
dalam pelukannya, ia mencium baunya harum dari seorang
wanita dan nampak wajahnya Eng Lian yang cantik
menantang meski dalam penyamaran sebagai pria. Tak dapat
ia menguasai geloranya sang hati yang memang mencintai
pada enci Lian-nya ini. seketika juga ia mencium pipinya si
cantik dengan penuh kesayangan.

Di lain pihak ia melihat Bwee Hiang. Enci gede ini meskipun


usianya beberapa tahun lebih tua dari dirinya, kecantikannya
tak jauh dari enci Liannya dan sangat baik pribadinya dan
menyayanginya. Pikirnya, kenapa ia tak mau ambil juga Bwee
Hiang sebagai kawan hidupnya ? Maka begitu ia dapat pikiran,
lantas ia gunakan kepandaiannya menggentak kakinya Bwee
Hiang, yang kontan telah jatuh dalam pelukannya. Bagaiaman
bahagianya Lo In tatkala ia memeluk 2 bidadari di kiri-
kanannya, dua gadis yang mencintai dan menyayangi dirinya
dengan hati yang murni.

Demikianlah kisah cinta dari bocah sakti kita, telah meledak


pada waktu yang tidak diduga-duga sama sekali.

Tiga insan yang barusan menikmati kebahagiaan itu, dilain


detik tampak sedang duduk mengaso dibawah sebuah pohon
besar dan rindang. Adem mereka disitu beristirahat, saling
menuturkan kisah mereka selama berpisahan. Lo In minta
Bwee Hiang terlebih dahulu menuturkan perjalanannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang selama berpisah dengan Lo In memang paling


banyak menemukan pengalaman. Ia menuturkan dengan
napsu kepada adik kecilnya dan Eng Lian, diseling oleh
gerakan-gerakannya yang saban-saban membuat Lo In dan
Eng Lian ketawa ngakak.

setelah si gadis habis menutur, tampak Eng Lian masih


ketawa- ketawa, sebaliknya Lo In telah menghela napas
beberapa kali.

Bwee Hiang menjadi heran.

ia lalu menanya, "Adik In, apa kau pikir ada yang tidak betul
perbuatan yang aku telah lakukan?"

Lo In ketawa dan menatap wajah Bwee Hiang yang cantik


jelita tengah memandang ke arahnya dengan sorot mata
menanya. ditatap demikian mesra oleh adik kecilnya, yang
sekarang ia rubah panggilannya menjadi 'adik In' setelah
dikecup pipinya oleh si bocah nakal, tampak Bwee Hiang likat
dan menundukkan kepalanya.

"Enci Hiang, yang kau lakukan semua betul." sahut Lo In.


"Hanya itu saja........"

Bwee Hiang senang perbuatannya 'dibetulkan' oleh sang


adik kecil, tapi ia melengak pujian Lo In itu ada buntutnya.
Maka ia angkat kepalanya menatap Lo In, seperti hendak
menanya, bibirnya bergerak-gerak tapi tidak mengeluarkan
suara.

Lo In bersenyum, kemudian berkata : "Enci Hiang, hanya


enci terlalu banyak membunuh orang. sebaiknya selanjutnya
enci batasi napsu membunuh itu...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang tergetar hatinya mendengar kata-kata Lo In. ia


telah melakukan pembunuhan menuruti napsu hatinya sebagai
reaksi atas pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh
sucoan sam-sat, harus membunuh setiap ketemu orang jahat.
Meskipun Lo In tidak terang-terangan mencela perbuatannya,
tapi ia mengerti bahwa Lo In tidak membenarkan
perbuatannya yang kejam. Ia tidak mengira si bocah nakal itu
mempunyai pribadi yang demikian luhur, maka seketika
hatinya Bwee Hiang menjadi bimbang.

Ia menundukkan kepala, seakan-akan terima salah atas


teguran halus Lo In.

si bocah wajah hitam tidak mau encinya berduka, maka ia


lalu menghibur : "Enci Hiang, aku tidak menyalahkan semua
perbuatanmu itu sebab kau lakukan dengan terpaksa. Hanya
selanjutnya aku harap kau suka membatasi napsu
membunuhmu itu, jangan kau salah paham atas perkataan
adikmu."

Bwee Hiang diam saja, seraya menundukkan kepala.

Lo In mendekati enci Hiangnya. Perlahan-lahan ia ulur


tangannya memegang dagu si nona dan diangkat hingga
wajah si nona mendongak. tampak matanya berkaca-kaca
menangis hingga Lo In menjadi tak enak hatinya.

"Enci Hiang, adikmu telah membuat kau sedih." kata Lo In


gugup, berbareng ia merangkul si nona dan menciumi pipinya
hingga air mata Bwee Hiang yang mengalir telah membasahi
pipinya Lo In yang hitam.

Bwee Hiang diam saja pipinya yang putih mulus dan


bibirnya yang kecil menantang dikacau oleh mulutnya Lo In
yang nakal, malah kesedihannya seketika telah menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lenyap tanpa bekas. Tiba-tiba ia ingat bahwa disitu ada Eng


Lian, maka dengan perlahan ia mendorong tubuhnya Lo In
sambil berkata,

"Adik In, kau sudah angot ?" Lo In lepaskan rangkulannya


sambil ketawa nyengir,

"Enci Hiang, adikmu sekarang senang melihat kau ketawa


lagi..... aduh " si bocah tiba-tiba mengaduh karena tangan
Bwee Hiang secepat kilat telah mencubit lengannya sampai
matang biru. sementara itu Bwee Hiang telah ketawa ngikik.

Eng Lian yang menyaksikan adegan berciuman antara


Bwee Hiang dan adik in-nya, sedikitpun tak merasa ngiri atau
cemburu. Malah la ketawa ngikik ketika melihat Bwee Hiang
mencubit Lo In hingga teraduh-aduh.

"Makanya jadi adik jangan suka membikin enci jengkel.


Enak ya, kalau sudah dicu... eh, adik In kau edan-edanan...."
lenyap kata-kata Eng Lian karena pada detik itu tubuhnya tak
berkutik dalam pelukan Lo In dan menikmati kebahagiaan
yang dialami Bwee Hiang barusan, hingga napasnya
dirasakan macet, hidungnya yang halus bangir ditekan oleh
kecupan mesra dari adik in-nya yang nakal.

"Adik In, apa kau tidak malu sama enci Hiang yang
menonton perbuatanmu?" kata Eng Lian setelah dapat
bernapas lega seraya mendorong tubuhnya Lo In hingga
perlahan-lahan si bocah nakal telah melepaskan pelukannya.

"orang sendiri, untuk apa merasa malu ?" sahut Lo In


seraya matanya mengerling pada Bwee Hiang yang saat itu
berdiri bengong menyaksikan kenakalan adik kecilnya. Bwee
Hiang hanya bersenyum mendengar perkataan Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Enci Hiang, sekarang kita sudah tahu adik kita ini sudah
berubah liar adatnya. sebaiknya kita harus hati-hati, jangan
kena dipermainkan lagi....." kata Eng Lian sambil monyongkan
mulutnya yang mungil ke arah si hitam nakal. Bwee Hiang
ketawa ngikik mendengar perkataan dan melihat lagaknya Eng
Lian.

Kenapa Lo In jadi liar, apa benar liar dan berubah adatnya


menjadi bocah hidung belang ?Baik diterangkan sedikit
supaya pembaca jangan punya anggapan bahwa Lo In
sekarang adalah bocah bergajul.

Lo In adalah satu bocah yang wataknya angin-anginan. ia


disatu saat bisa menangis berbareng ketawa, bisa berduka
berbareng girang. ia sebenarnya belum tahu apa-apa. Tapi
setelah mendapat kuliah asmara dari sian Tin, mendadak ia
jadi matang pikirannya. ia membayangkan sikap dan gerak
gerik enci Lian dan Hiangnya terhadap dirinya. Ia dapat
keyakinan dua gadis itu tentu mencintai dirinya. Untuk
meneguhkan keyakinannya, ia ingin mencoba dengan
kelakuannya yang melanggar garis kesopanan, coba
bagaimana reaksi dari dua gadis yang ia memang setuju untuk
dijadikan kawan hidupnya.

Ia tidak menyangka bahwa ia telah menemukan dua gadis


sekaligus, yang tadinya ia ingin mencobanya satu demi satu.
Lo In merasa girang menemui dua gadis itu dengan
berbareng, pikirnya ia mau mencoba sekalian apakah diantara
mereka ada timbul perasaan mengiri dan cemburu disebabkan
ingin memonopoli dirinya (Lo In).

Lo In sangat cerdik, ia dapat menyelami perasaan seorang


wanita. Maka setelah ia mengecup Eng Lian, tidak lupa ia
mencium Bwee Hiang. Begitu sebaliknya, hinga gadis itu tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menjadi iri-irian. Lo In senang bahwa dua gadis cantik itu


kelihatan bisa akur untuk dijadikan dua kawan hidupnya nanti.

Demikian ketika mendengar kata-kata Eng Lian yang lucu,


bahwa dua gadis itu harus waspada terhadap dirinya (Lo In)
yang sekarang berubah liar. Lo In hanya ketawa nyengir
sambil matanya melirik pada Bwee Hiang yang menyambut ia
dengan jebikan bibirnya bersenyum.

oh, alangkah bahagianya Lo In mengecap suasana pada


saat itu.

Meskipun demikian, ia tidak melupakan pada tugasnya


untuk menolong Leng siong yang kini berada di Coa-kok
(Lembah Ular). Maka ia lalu berunding dengan Bwee Hiang
dan Eng Lian. Pertolongan pada Leng siong harus lekas
dilakukan, maka bertiga telah melakukan perjalanan ke
suyangtin.

Pada waktu itu kira-kira sudah setengahh bulan lamanya


sejak Lo In dan Kim wan Thauto berjanji, maka masih ada
setengah bulan lagi tempo untuk pertemuan mereka.

Tapi dengan tidak disangka-sangka, tiga hari setelah Lo In


dan dua kawannya berada di suyangtin, Kim Wan Thauto pun
sudah datang kesitu.

Bukan main girangnya mereka bertemu satu dengan lain.


Segera pada malamnya telah diadakan pesta perjamuan,
untuk memberi selamat kepada Lo In dan kawan-kawannya
yang hendak pergi ke Coa-kok. Dalam perjamuan itu, Kie Giok
Tong dan saudaranya telah dibikin gembira dan kagum
mendengar Lo In, Bwee Hiang dan Eng Lian masing-masing
menuturkan sedikit perjalanannya ketika mereka berpisahan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Besoknya mereka berangkat langsung menuju ke Coa-kok.


Dalam perjalanan mereka sangat gembira.

Dengan adanya Bwee Hiang, Kim wan Thauto tidak merasa


kikuk lagi menghadapi Eng Lian yang agak liar lagaknya,
malah ia banyak ketawa dan timbullah kelakuannya yang
Jenaka dan suka bergurau hingga keempat orang itu menjadi
sangat girang.

Di perjalanan mereka tidak menemukan halangan apa-apa


hingga dapat langsung menuju ke pulau ular, yang dikatakan
sangat seram oleh rimba persilatan karena setiap jago dari
dunia kangouw yang datang kesitu selalu lenyap tanpa ada
beritanya.

"Adik In." kata Kim Wan Thauto. "Tugas kita berat juga. Di
Coa-kok selain ada Lamhay Mo Lie dan Ang Hoa Lobo,
kabarnya ada banyak sekali jago-jago yang membantunya.
Mereka membantu bukan dengan suka rela tapi dipaksa oleh
obat 'Cian-cit-su-su-hun' (obat bubuk mematikan ingatan 1000
hari), kita harus waspada."

"Mungkin masih ada yang dinamai Kim Coa siancu."


nyeletuk Eng Lian ketawa.

"Tentu adik Leng siong yang jadi Kim Coa siancu." kata
Bwee Hiang.

"siapa lagi kalau bukannya adik siong." sahut Eng Lian.

Lo In hanya ketawa nyengir saja mereka


memperbincangkan soal kekuatan coa-kok. Tidak berapa
lama, mereka sudah memasuki daerah Coa- kok yang
berbahaya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebenarnya sangat sukar orang menemukan coa-kok.


sebab sesampainya di daerah pulau ular itu sudah tidak ada
orang yang berani mengatakan coa-kok letaknya disebelah
mana. semua orang takut sebab siapa yang berani bilang
dimana letaknya Coa-kok. pasti orang itu bakal tidak bernyawa
dengan tiba-tiba.

Tapi Lo In dan kawan-kawannya dengan mudah dapat


menyatroni coa-kok berkat Eng Lian yang menjadi penunjuk
jalan. Tidak heran sebab Eng Lian pernah menjabat Kim Coa
siancu dari Coa-kok. Demikian, ketika mereka memasuki Coa-
kok telah dihadang oleh barisan ular yang ratusan jumlahnya
hingga Bwee Hiang kaget dan ketakutan sedang Kim Wan
Thauto mundur beberapa tindak dengan mata terbelalak.
sebaliknya Lo In dan Eng Lian tenang-tenang saja sebab
mereka adalah ahli-ahli penjinak ular.

"Enci Hiang, kaujangan takut." kata Eng Lian ketawa.

"Adik Lian, aku bukannya takut. Aku merasa geli melihat


demikian banyaknya ular." sahut Bwee Hiang yang
menabahkan hatinya sebisa-bisanya.

"Enci Hiang, nanti kalau ada kesempatan, aku akan ajari


kau menakluki ular. Pasti selanjutnya bukan saja kau tidak
takut terhadap ular, malah kau merasa senang. Hihihi...."

"Adik nakal, kaujangan ketawakan encimu " kata Bwee


Hiang sambil mencubit perlahan lengannya si dara cilik,

sementara itu Lo In sudah mencabut serulingnya. Di lain


saat telah mengalun suara seruling di lembah ular yang sunyi
itu. Perlahan-lahan tampak ratusan ular itu bergerak mundur
ke samping, seakan-akan memberi jalan untuk Lo In dan
kawan-kawan lewat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mereka berbaris dipinggiran, seraya kepalanya semua


diangkat dan lidahnya saban-saban dijulurkan keluar,
menakutkan sekali. Ragu-ragu Bwee Hiang mengikuti Lo In
yang mulaijalan melewati barisan ular, tapi Eng Lian dengan
nakal sudah menjambret lengannya sambil berkata :

" Kenapa enci kita menjadi ketakutan begini ? Adik In,


bagaimana kalau aku dorong enci Hiang ke gerombolan ular ?
Kau nangis tidak ?"

"Anak nakal, masih sempat berkelakar?" tegur Bwee Hiang


melotot, tangannya kembali mencubit lengan Eng Lian hingga
si dara cilik ketawa ngikik.

Lo In tidak melayani kelakarnya Eng Lian sebab pikirannya


sedang dipusatkanpada lagu serulingnya yang sedang
mengatur kawanan ular itu berbaris dan tidak mengganggu
perjalanan mereka.

selanjutnya Bwee Hiang berlaku gagah, tidak mau unjuk


kelemahan dia.

Kim Wan Thauto percaya penuh akan kepandaian adik In-


nya. Maka ia juga dengan tabah telah melalui barisan ular
yang menakutkan itu.

Kalau si bocah sakti dan Eng Lian saja yang masuk ke


lembah ular itu, maka tentu dengan mudah mereka dapat
masuk keluar diantara ratusan ular itu, tapi karena membawa
Kim Wan Thauto dan Bwee Hiang, maka Lo In terpaksa
menggunakan serulingnya untuk menakluki kawanan ular itu.

Jalan belum berapa lama setelah melewati barisan ular,


mereka dicegah oleh beberapa jago silat yang bertubuh kekar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan bengis. Mereka menegur Lo In dan kawan-kawan yang


lancang memasuki lembah yang angker itu.

"Toako, enci Hiang, enci Lian." tiba-tiba kata Lo In.

"Kita tidak bermusuhan dengan orang-orang Coa-kok.


Harap kalian jaga jangan sampai menumpahkan darah "

Lo In sangat kuatirkanBwee Hiang sebentar ngamuk


meminta banyak korban. Maka dengan peringatannya itu, ia
harap sang enci yang galak itu dapat mengendalikan dirinya.

"Adik In, kau jangan kuatir." Bwee Hiang menjawab kontan.


sebab ia tahu bahwa perkataannya Lo In itu ditujukan
kepadanya. Lo In senang mendengar janjinya sang enci.

"Para paman." kata Lo In ketika mendengar teguran


mereka.

"Kami datang kesini bukan hendak mengacau atau


bermaksud jelek hanya mau minta pulang enci Leng siong
yang telah dibawa Lamhay Mo Lie kesini."

Matanya jago-jago pilihan itu mendelik mendengar Lo In


menyebut 'Lamhay Mo Lie' sebab itu adalah pantangan untuk
orang menyebutkannya.

"Leng siong adalah adikku yang menjadi Kim Coa siancu "
nyeletuk Eng Lian.

Makin beringas orang-orang itu mendengar perkataan Eng


Lian, demikian berani menyebut Kim Coa siancu yang menjadi
pantangan keras orang menyebutnya. siapa menyebut Kim
Coa siancu mesti mati Maka satu diantaranya telah berkata :
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku Hek-houw Ma Liong memimpin barisan kesatu, tidak


mengijinkan kalian masuk lebih jauh. Disinilah tempat kuburan
kalian "

"Semuanya ada berapa barisan ?" Bwee Hiang mendahului


Lo In menanya.

"Untuk apa kau menanyakan, di tempat ini sudah menjadi


kuburan kalian " sahutnya.

Menuruti hatinya, Bwee Hiang sudah kepingin kasih hajaran


saja pada orang yang sombong itu, tapi ia tidak ma lancang
mendahului Lo In.

"Menjadi kuburan kami orang sih belum tentu." sahut Lo In


ketawa nyengir.

"cuma untuk apa kita bentrok. lebih baik kami masuk untuk
kita menghadap Lamhay Mo Lie."

"Kau berani menyebut namanya sucouw ?" Hek-houw Ma


Liong membentak. berbareng tangannya menyerang Lo In
dengan hebat sekali.

Entah berapa barisan pula yang harus dilalui, maka Lo In


tidak mau membuang tempo.

Begitu tangan Hek-houw Ma Liong sampai ke dadanya, ia


mengetuk sedikit. Tangan kanannya menyusul menepuk
pundak si Macan Hitam, seketika itu juga tubuhnya Hek-houw
Ma Liong ambruk dengan mata melotot penasaran.

segera kawan-kawannya menerjang. Tapi Lo In tidak kasih


hati. semuanya sudah kena ditotok rubuh. Kiranya barisan
kesatu itu tidak kurang dari 15 orang semuanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kim Wan Thauto terbelalak matanya nampak Lo In


demikian tangkas dalam sedikit waktu saja sudah merobohkan
jago-jago kelas wahid demikian banyaknya. Lo In ajak kawan-
kawannya meneruskan perjalanan.

"Adik In, kenapa tadi kita tidak menanyakan berapa barisan


lagi kita bakal lewatkan kepada salah satu korban totokanmu
?" kata Bwee Hiang.

"Biarlah, disebelah depan nanti kita tanya." sahut Lo In.

"Berani masuk. tandanya kalian bakal mampus " tiba-tiba


Lo In dan kawan-kawannya mendengar bentakan orang,
berbareng muncul di depan mereka kira-kira 15 orang kuat
lagi.

"Adik In, apa aku boleh turun tangan membantu ?" tanya
Kim Wan Thauto.

"Tak usah." sahut Lo In. "Biar adikmu yang bekerja. Toako,


enci Hiang dan enci Lian diam-diam menonton saja."

Bwee Hiang lihat orang-orang yang mencegat mereka


kelihatannya lebih menakutkan romannya. Ia kuatir adik
kecilnya nanti salah tangan dan dirobohkan, maka ia sudah
hendak membuka mulut, tapi Lo In yang tahu maksudnya telah
menggoyangkan tangannya.

"Kami tidak hendak mencari sucouw, hanya datang kemari


untuk minta kembali enci Leng siong." Lo In kata kepada
orang-orang yang mencegat mereka.

"Leng siong, adikku yang sekarang jadi Kim Coa siancu "
nyeletuk Eng Lian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orang-orang itu pada mendelik matanya mendengar


disebutnya Kim Coa siancu. segera juga menyerang pada Lo
In yang berdiri paling depan. Tapi jago cilik kita dengan
gesitnya telah menghilang, kemudian tahu-tahu saling susul
terdengar keluhan dan semuanya telah ambruk ditotok oleh Lo
In.

Bwee Hiang mendekati salah satu korban dan menanyakan


masih ada berapa barisan lagi di depan. orang itu tidak mau
meladeni si nona hingga Lo In mendongkol dan ia menotok
jalan darahnya yang membuat orang itu merasa akan sekujur
badannya digigiti ribuan semut gatal. Lantaran itu orang itu
terampun- ampun dan menerangkan bahwa masih ada tiga
barisan sebelumnya mereka sampai di markas besar Ang Hoa
Pay.

Lo In ajak kawan-kawannya maju lebih jauh. Dua barisan


berikutnya juga dengan mudah dapat dilewati oleh mereka
berkat kepandaiannya Lo In yang istimewa. sekarang mereka
tinggal menghadapi barisan kelima.

Tiba-tiba mereka mendengar suara ngikik ketawa, itulah


suaranya orang perempuan.

sebentar lagi muncul satu barisan perempuan dengan


dipimpin satu wanita cantik, siapa ternyata adalah Lengkoan
Giok Lie Kam Liang Eng.

Lo In jadi serba susah harus melayani perempuan. Maka ia


melirik pada Bwee Hiang dan Eng Lian. si enci Hiang
menjebikan bibirnya, si enci Lian monyongkan mulutnya,
semua ditujukan ke arahnya seperti juga mau mengatakan :
"Huh sekarang baru mau minta bantuanku, ya " Lucu lagaknya
mereka hingga Kim Wan Thauto ketawa ngakak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Akan tetapi dua gadis itu tahu pentingnya urusan, maka


mereka lantas menghadapi Lengkoan Giok Lie dan
menyatakan maksud kedatangannya. Lengkoan Giok Lie
unjuk roman gusar mendengar Eng Lian menyebutkan
namanya Kim Coa siancu.

sebera juga Bwee Hiang dan Eng Lian dikeroyok oleh kira-
kira lima belas orang barisan perempuan yang dikepalakan
oleh Lengkoan Giok Lie Kam Lian Eng.

Dua jago betina kita tidak mengalami kesulitan karena


dengan kepandaiannya yang tidak sembarangan orang dapat
menandinginya. Dalam tempo pendek semuanya dapat
dirobohkan dengan totokan mereka yang lihai.

Lo In ketawa terkekeh-kekeh melihat dua gadisnya tidak


mengalami kesulitan.

Tiba-tiba ia lihat ada sinar berkeredep saling susul


menyambar pada Eng Lian dan Bwee Hiang. Cepat Lo In
kebaskan lengan bajunya hingga sinar tadi menyamping
arahnya dan sebera terdengar teriakan saling susul.

Kiranya dua orang anak buah dari barisan kelima telah mati
seketika kena disambar sinar tadi. Eng Lian memandang pada
mereka, tiba-tiba ia berseru :"Bu-im-in-coa "

'Bu-im-in-coa' atau 'Cap ular tanpa suara' adalah senjata


ampuh dari Kim Coa siancu. Lo In kaget dan kuatir dua
gadisnya mendapat kesulitan karena senjata berbahaya tadi.
Maka ia lekas teriaki Bwee Hiang dan Eng Lian supaya
mereka berkumpul jadi satu guna memudahkan ia melindungi
mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Lian dan Bwee Hiang lompat saling susul menghampiri


Lo In.

Berbareng terdengar suara ngikik ketawa, disusul oleh


munculnya seorang gadis jelita dengan pakaian tipis
menggiurkan, kepalanya memakai kopiah dengan burung-
burungan indah yang kalau mengangguk burung-burung itu
bergerak seperti mematuk-matuk.

Kecantikannya gadis jelita itu mengingatkan kepada Eng


Lian sebab gadis itu bukan lain adalah Leng siong adanya
yang sekarang mejadi Kim Coa siancu.

"Adik siong " berseru Eng Lian dan Bwee Hiang hamcir
berbareng.

Kim Coa siancu tidak melayani seruan mereka, sebaliknya


ia mendengus :

"siapa berani mematahkan serangan siancu barusan ?"


tegurnya dengan suara empuk berwibawa. Kim Wan Th auto
tengah bengong mengawasi pada Leng siong alias Kim Coa
siancu. Lo In maju ke depan.

"Enci Leng siong, aku yang barusan berbuat " katanya.

"Hihihi, anak hitam " kata Leng Siong alias Kim Coa Siancu.

"Kau berani usilan dengan senjata siancu, berarti jiwamu


sudah dekat mati. Hihih.. anak hitam."

Berbareng, entah bagaimana Kim Coa siancu bergerak,


tahu-tahu sinar berkeredep tadi telah menyerang Lo In. Tapi, si
bocah sakti mana dapat dihajar Bu-im-in-coa biar bagaimana
lihainya juga. senjata ampuh dari Kim Coa siancu itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyambar laksana kilat cepatnya, tapi kegesitan Lo In lebih


hebat lagi. seperti asap Lo In menghilang dari depan Kim coa
siancu, tahu-tahu ia sudah ada dibelakangnya.

"Adik In, kau tangkap dia. Adik siong sudah tidak ingat akan
dirinya siapa. Maka lekas tangkap dia " Eng Lian berteriak-
teriak sambil berjingkrakan.

Lo In ragu-ragu untuk menangkapnya, maka ia menyahut : "


Lekas kalian bantu menangkapnya "

Bwee Hiang dan Eng Lian mengerti keragu-raguan Lo in,


maka dengan saling susul mereka melompat datang dan
sekarang Kim Coa siancu dikepung oleh tiga orang.

"Bagus, kenapa Thauto itu tidak sekalian turun tangan ?"


jengek Kim Coa siancu tatkala melihat dirinya sudah dikurung.

Kim Wan Thauto yang sedang berdiri bengong menjadi


kaget mendengar perkataan siancu. sambil ketawa ia maju
dan berkata :

"Nona Leng siong, aku mau bawa-bawa juga aku si Thauto


tua untuk main-main? Hahaha.... mari kita main petak "

"Bagus, semua sudah turun " Kim Coa siancu mendengus,


tampaknya ia memandang enteng kepada empat lawannya
yang siap menangkap dirinya.

Eng Lian membisiki Bwee Hiang dan Kim Wan Thauto


supaya waspada jangan sampai kena digigit Kim Coa siancu.
Kalau kena digigit pasti akan berbalik pikirannya dan menjadi
orangnya Kim Coa siancu. Mereka mengiyakan. Ketika Eng
Lian mendekati Lo In hendak membisiki apa yang ia barusan
katakan kepada dua kawannya, mendadak ia merandek dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ingat dirinya tempo hari telah tersadar dari ingatannya karena


menggigit daging si bocah hitam. Ia lalu berkata,

"Adik In, ingat yang tempo hari aku telah menggigit kau
hingga ingatanku kembali normal ? Nah, sekarang juga kau
harus kasihkan dagingmu digigit adik siong supaya pikirannya
yang sehat pulih kembali."

"Ah, aku tidak mau. sakit tempo hari juga enci gigit, dua hari
rasanya masih belum hilang sakitnya." sahut Lo In ketawa
menggoda.

"Adik In, kenapa kau jadi pengecut begini." Eng Lian kata
lagi cemberut.

"Habis, kalau digigit nati dagingku sempowak. siapa bisa


ganti ?" menggoda Lo In.

Eng Lian nyekikik ketawa. "Adik In, kenapa kau pelit amat
sih ? Kenapa sih derma dagingmu sedikit untuk menolong adik
siong " Eng Lian deliki matanya pada si bocah.

"Baiklah." sahut si bocah nakal. "Eh, bagaimana caranya


supaya dia menggigit ?"

"Kau pegang teteknya, tanggung dia menggigit." kata Eng


Lian bersenyum. Lo In melengak.

"Mana boleh begitu, dia bukannya enci Lianku." sahut Lo In.

Eng Lian merah mukanya. "Anak tolol. Dalam keadaan


genting begini masih mau bergurau ? Lekas kerjakan apa yang
encimu kata " kata Eng Lian bengis.

Lo In ketawa nyengir, sementara Kim Coa siancu sudah


ketawa melengking menusuk telinga. Untunglah Lo In dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kawan-kawannya mempunyai lwekang yang cukup untuk


menahan serangan lwekang yang disalurkan pada ketawanya
yang melengking.

"Siancu, kau boleh ketawa sampai malam hari, aku si


bocah hitam tidak takut " menggoda Lo In dengan lucu sekali
hingga Bwee Hiang dan Eng Lian ketawa ngikik.

sebaliknya Kim Coa siancu mendelik ke arahnya Lo In.

"Anak hitam, kau berani kurang ajar di depan siancu "


bentaknya nyaring.

"Kurang ajar sih tidak berani, cuma lihat saja nanti." sahut
Lo In ngeledek.

"Lihat serangan " bentak Kim Coa siancu, berbareng


badannya berputar sebentar lalu berkelebat, menyerang ke
empatjurusan. Kim Wan Thauto yang jadi korban, ia kena
ditotok oleh Kim Coa siancu, sedang Lo In, Bwee Hiang dan
Eng Lian sudah dapat meluputkan diri dari serangan Kim Coa
siancu yang seperti kilat.

"Hihihhi..... masih dapat meloloskan diri ?" Kim coa Siancu


ketawa kepada Lo In dan dua kawannya yang berdiri sambil
bersenyum ke arah si Dewi Ular Emas,

"Hehehe " Lo In ngeledek.

"Siancu kurang keras menyerangnya, makanya kami bisa


lolos. Apa ada lagi serangan Siancu ?"

"Bocah hitam " bentak Kim coa Siancu.

"Kau berani buka mulut besar ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Seiring dengan perkataannya, Kim coa Siancu menyerang


Lo In dengan sangat gemas.

Kembali Lo In bikin Kim coa Siancu kebingungan karena ia


menghilang dari depannya.

"Siancu, aku ada disini " menggoda Lo In ketika Kim coa


Siancu Celingukan.

"Adik In, kau masih sempat menggodai ? Lekas tangkap dia


" kata Eng Lian seraya banting- banting kakijengkel karena
adik In-.nya main-main saja.

"Tangkap ?" jengek Kim coa Siancu.

"Sudah bagus bocah hitam ini masih dapat menyelamatkan


diri dari serangan Siancu. Nah, lihat ini..... eh, eh.... bocah kau
berani... ku..rang...ajar...."

Kim coa Siancu kata-katanya gugup ketika tiba-tiba ia


rasakan angin dingin berkesiur disampingnya dan tahu-tahu ia
sudah kena dirangkul oleh Lo In sambil ketawa haha-hihi.

Rupanya Lo In tidak mau membuat enci Liannya jengkel


lebih lama, maka ketika ia ditegur lantas menggunakan
kepandaiannya yang sakti membuat Kim coa Siancu tak
berdaya dalam pelukannya.

Kim Coa siancu berontak- rontak keras dari rangkulannya


Lo In.

"Adik In, pegang, lekas pegang, ah, kau kenapa ragu-ragu


?" berteriak Eng Lian ketika si bocah kelihatan ragu-ragu
hendak meraba teteknya Kim Coa siancu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang bingung mendengar Eng Lian berteriak


'pegang', apanya yang dipegang ? tanyanya dalam hati
kecilnya. sementara itu, matanya terus mengawasi Lo In yang
sedang menahan Kim Coa siancu yang berontak- rontak dari
rangkulannya.

"siancu, maaf." kata Lo In, menyusul Kim Coa siancu


rasakan buah dadanya diremas si bocah hingga ia gelabakan
kaget dan kontan ia menggigit Lo In hingga kembali lengannya
Lo In mesti jadi korban gigitan Kim coa siancu.

Lo In rasakan sakit bekas gigitan siancu sebab giginya


tembus dan mulutnya siancu berlepotan darah.

"Nah, bocah hitam, rasakan gigitan sian...." Kim coa siancu


ketawa bangga sudah menggigit Lo In justru ia membuka
suara, darah Lo In yang kena ketelan telah membikin
kepalanya pusing dan ia lantas terkulai hendak roboh, kalau
tidak keburu Lo In menyangga.

"Enci Hiang, Lian, lekas kemari " teriak Lo In ketika melihat


Kim Coa siancu sudah pingsan dalam rangkulannya.

sebentar lagi Eng Lian dan Bwee Hiang sudah membantu


Lo In. Mereka angkut siancu ke pinggiran dan direbahkan. Kim
wan Thauto sementara itu sudah ditolong Lo In.

Mereka sedang merubung- rubung Leng siong alias Kim


Coa siancu, tiba-tiba dibikin kaget oleh suara ketawa seram.
Kapan mereka berpaling, kiranya yang ketawa itu adalah
seorang tua, tangannya memegang tongkat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lo In kenali orang tua itu adalah si Nenek Kembang Merah


atau Ang Hoa Lobo, lekas ia bangun melompat dan berdiri di
depannya si nenek.

" Nenek tua, kau masih mengenal aku tidak? Kau masih
hutang satu gebukan padaku. Hahaha...." berkata Lo In.

"Hehehe " Ang Hoa Lobo umpatkan rasa kagetnya ketemu


dengan Lo In.

"Masa aku tidak kenali kau si budak sinting ? Hm sekarang


ketemu dengan nenekmu, kau tidak bisa lari lagi. sudah kasep
untuk kau menyelamatkan diri "

Lo In menjadi heran mendengar perkataan Ang Hoa Lobo.


Pikirnya, apa mungkin nenek didepannya ini bisa
mengalahkan dirinya yang belum menemukan tandingan ?

Lo In ketawa berkakakan. "Nenek tua, aku tidak akan


menuntut balas. Asal kau mau keluarkan obat pemusnah
untuk wajahku yang kau bikin hitam, aku dapat mengampuni
dirimu. Lekas keluarkan jangan tunggu aku, si bocah marah "

Ang Hoa Lobo ketawa terkekeh-kekeh, "Kau mau obat


pemu.... oh "

Terputus kata-katanya karena dengan tiba-tiba Lo In sudah


bergerak seperti kilat dan menotok 'loaji-hiat' (jalan darah di
bahu kanan) si nenek hingga si nenek ambruk tanpa dapat
menggunakan tongkatnya yang berat lagi.

Totokan Lo In hanya melumpuhkan, tidak sampai mengenai


urat bisunya hingga Ang Hoa Lobo masih dapat membuka
mulutnya memaki Lo In seenaknya saja. Tiba-tiba pada saat
itu melesat sinar emas ke angkasa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lamhay Kiam-sian " seru Eng Lian ketakutan. Hampir ia


menubruk Lo In untuk minta perlindungan. Dalam seingat
hidupnya hanya sinar kekuningan seperti benang melintang di
angkasa sebentaran ialah Lamhay Kiam-sian (benang emas
dari Lamhay) yang menjadi pertanda dari sucouw-nya, yang
membuat Eng Lian ketakutan.

"Enci Lian, kau jangan takut. Ada aku disini " menghibur Lo
In tatkala melihat si dara cilik ketakutan setengah mati,
mukanya pucat pasi seperti tidak ada darahnya.

"Bagus perbuatanmu, bocah hitam " terdengar bentakan


tiba-tiba, tapi suaranya halus.

Lo In terkejut. Ia kaget bukannya takut, kaget lantaran


heran pendengarannya yang tajam tidak taranya sampai tidak
tahu kedatangannya orang yang tiba-tiba berdiri tidak jauh dari
padanya. orang itu ternyata satu wanita cantik, usianya paling-
paling juga baru 26 tahun. wajahnya welas asih, tapi alisnya
yang lentik menjungkat menandakan ia keras hati. Kedua
telinganya memakai anting-anting emas agak besar, tapi justru
ini menambahkan kecantikannya. sanggulnya yang disusun
rapi ada tertancap sekuntum bunga mawar merah, pada
pipinya yang kanan ada terdapat sujen yang membikin kapan
ia bersenyum menawan hati siapa yang melihatnya.

sungguh cantik Pikir Lon dalam hati kecilnya. Ia barusan


kaget dalam kedatangan wanita cantik dengan tiada
sepengatahuannya, sekarang ia lebih kaget lagi ketika
mendengar Eng Lian berseru tertahan :

"itulah sucouw...."

Dengan badan bergemetaran Eng Lian menghampiri dan


berlutut di depan wanita cantik itu yang bukan lain memang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ada Lamhay Mo Lie yang namanya menggetarkan rimba


persilatan pada masa itu.

"sucouw....." hanya satu perkataan sucouw saja Eng Lian


dapat keluarkan dengan suara gemetar, kemudian ia memeluk
kakinya Lamhay Mo Lie disusul oleh suara tangisnya yang
sesenggukan.

Bwee Hiang tampak berdiri seperti terpaku dengan hati


berdebaran, sedang Kim Wan Thauto menundukkan
kepalanya dengan tarikan napas perlahan. sementara Lo In
berdiri, terbengong-bengong menyaksikan kejadian itu.

Ia mengira tadinya Lamhay Mo Lie romannya jelek


menakuti, suaranya parau menyeramkan, matanya melotot
menakutkan dan lidahnya keluar. Tapi kenyataannya Hantu
Wanita dari Laut Kidul itu demikian cantik dan welas asih
wajahnya, suaranya pun halus seperti satu siocia. Apa aku
harus bertempur dengannya ? Ia menanya pada dirinya sendiri
Bagaimana juga, ia tidak rela kalau enci Liannya dihukum oleh
Lamhay Mo Lie.

"Bocah hitam " bentak Lamhay Mo Lie halus.

"Kau datang mengacau disini, berarti kau telah menghinaku


"

"Aku anak kecil, mana berani kurang ajar pada sucouw."


sahut Lo In yang meniru Eng Lian memanggil sucouw kepada
Lamhay Mo Lie hingga Hantu Wanita itu mesem.

"Kau berani menerjang Coa- kok. tandanya kepandaianmu


susah diukur. Lima penjagaan kuat, kau sudah bisa tembusi.
Berarti kau menantang kepada tuan rumahnya "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku anak kecil bisa apa, hanya datang kemari untuk minta
enci Leng siong kembali. setelah itu kami akan pulang lagi."

"Hm Bagus ya jawabanmu Mari maju, aku mau lihat sampai


dimana kepandaianmu yang sudah berani mengacau Coa- kok
"

"Mana berani aku anak kecil melawan sucouw." jawab Lo In


seraya menundukkan kepala. Entah bagaimana ia tidak berani
memandang parasnya Lamhay Mo Lie yang cantik menarik.
Perasaan segan beradu pandangan dengan wanita cantik dari
Lamhay itu membuat Lo In hanya bisa menunduk saja.

"Sucouw... .. oh, jangan.... " seru Eng Lian tatkala melihat


Lamhay Mo Lie tiba-tiba menyerang Lo In yang sedang
menundukkan kepala.

Angin pukulan Lamhay Mo Lie bukan kepalang dahsyatnya.


sebab Lo In sampai terpental empat meter dan terhuyung-
huyung kehilangan imbangan. Lo In jadi mendongkol nampak
kekejaman Lamhay Mo Lie.

Ia perbaiki posisinya, sekarang ia berani memandang si


cantik. setelah tertawa berkakakan,

ia berkata : "Aku masih hargakan kau sebagai sucouw-nya


enci Lian, makanya aku merendah. Tapi kau tidak tahu diri.
Berani kau bentur Hek-bin sin-tong Hahaha... Lamhay Mo
Lie...."

Lo In macet perkataannya karena angin keras dari telapak


tangan Lamhay Mo Lie telah menyerang dirinya hingga ia
terpelanting jungkir balik ke belakang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lamhay Mo Lie terbelalak matanya melihat Lo In masih


bisa berdiri tegak, tidak apa-apa menerima serangannya yang
dilakukan dengan dahsyat sekali.

"Lamhay Mo Lie, cukup aku yang muda mengalah dua kali


atas pukulanmu " kata Lo In berbareng tubuhnya berkelebat
menyambar pinggangnya si cantik yang langsing ceking.

Lo In sudah menduga dengan sambaran kilat demikian,


Lamhay Mo Lie bakal gugup dan tidak berdaya. Ia
merencanakan untuk membuat malu Lamhay Mo Lie.

Tapi si bocah sakti kali ini salah perhitungan sebab Lamhay


Mo Lie bukannya dapat dicekuk olehnya, malah ia telah
menangkap angin sebab Lamhay Mo Lie dengan sedikit
gerakan sambil menjejakkan kakinya sudah dapat menjauhkan
diri dari si bocah. Lo In jadi berdiri terkesima sebab baru
pertama kali ini ia menemukan tandingan alot.

"Hihihi.. bocah hitam, boleh juga kepandaianmu " Lamhay


Mo Lie ngeledek Lo In.

Jago cilik kita tidak melayani perkataan tersebut, sebaliknya


kembali ia menyerang dengan ilmu entengi tubuhnya yang
sangat ia andalkan.

Lo In tidak mau menyerang dengan pukulannya yang


ampuh sebab masih menyayangkan si cantik nanti tidak tahan
menerimanya. Ia hanya mau melayani Lamhay Mo Lie dengan
ginkangnya yang sangat hebat. Ia mau tundukkan lawan
dengan kepandaian ilmu enteng i tubuh dan totokan. Lantaran
itu, maka pertarungan si cantik dari Lamhay danjago cilik kita
menjadi ramai.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lamhay Mo Liejuga melayani si bocah dengan ginkangnya,


tapi sekali-kali diseling dengan angin pukulan telapak
tangannya yang menderu- deru menandakan tingginya lwekan
Lamhay Mo Lie. Tapi Lo In tidak takut, ia merangsek terus, ia
tidak memberi kesempatan untuk lawannya melancarkan
serangannya yang berbahaya.

Demikain seru mereka bertempur, hingga kelihatannya


menjadi satu. orang tidak bisa bedakan mana Lo In dan yang
mana Lmahay Mo Lie.

Kim Wan Thauto geleng-geleng kepala, Bwee Hiang


membisu seribu bahasa, sedang Eng Lian mengikuti
pertandingan itu dengan bercucuran air mata.

Eng Lian sangat mencintai adik in-nya, disamping itu ia juga


menyayangi Lamhay Mo Lie yang menjadi sucouwnya. Ketika
ia masih tinggal di Coa- kok sebagai Kim Coa siancu, sang
sucouw sangat baik terhadap dirinya. Ia dididik sampai
mempunyai kepandaian tinggi, selain itu ia merasakan
cintanya Lamhay Mo Lie sepertijuga terhadap anaknya sendiri

Lo In diam-diam merasa heran, si cantik demikian kosen.


Belum pernah ia menemui tandingan seperti Lamhay Mo Lie
yang ia hadapi sekarang. Kegesitan yang tidak ada taranya
dari Lo In seakan-akan punah dengan begitu saja oleh
ginkangnya Lamhay Mo Lie.

Begitu seru mereka berkelebetan bertempur, hingga


membuat kabur pemandangan yang menonton. Tiba-tiba mata
Bwee Hiang, Eng Lian dan Kim Wan Thauto terbelalak.
Kenapa ? Karena pertarungan yang demikian seru sekonyong-
konyong saja terhenti. Tampak lengan si cantik yang putih
mulus melekat dengan tangan Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

si bocah sakti yang merasa kewalahan melayani dengan


ginkangnya yang luar biasa, ingin mencoba-coba mengadu
lwekang. Itulah pada saat Lamhay Mo Lie melancarkan
pukulannya yang mematikan, Lo In dengan berani menangkis
dan bikin lengan si cantik nempelpada lengannya.

"Aha, sudah kalah mengadu ginkang, sekarang berubah


mau mengadu lwekang." Lamhay Mo Lie mengejek. tapi
parasnya bersenyum-senyum manis.

"Mana berani aku anak kecil melawan sucouw." jawab Lo In


ketawa nyengir.

Lamhay Mo Lie merasa lucu melihat lawan yang Jenaka ini.


Entah anak siapa dia, demikian hebat kepandaiannya. selama
ia ingat, ia hanya bertempur seru dengan seorang pria yang
kemudian menjadi kawan hidupnya. Entahlah pria itu sekarang
ada dimana.

Anak hitam ini kepandaiannya lebih tinggi dari pria yang ia


pernah bertempur dulu. Hanya caranya menggunakan
ginkangnya hampir tidak ada bedanya dengan lawannya
dahulu.

Dalam pada itutida sempat untuk memikirkannya karena si


bocah sudah mulai mengerahkan lwekangnya. Lo In tidak
ingin bikin celaka sucouwnya Eng Lian sebab kalau kejadian
demikian, bagaimana ia dapat mempertanggungjawabkan di
hadapan Eng Lian yang kelihatannya mencintai sucouwnya.
Lantaran itu ia hanya mengerahkan lwekang nya tujuh bagian
saja. Ternyata tidak meleset dugaannya si bocah wajah hitam
sebab tenaga dalamnya yang dikerahkan hanya tujuh bagian
sudah lebih dari cukup untuk membuat Lamhay Mo Lie keluar
keringat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lamhay Mo Lie yang memandang enteng pada si anak


hitam, sekarang mulai berubah pandangannya ketika
merasakan tekanan tenaga dalamnya si bocah sangat hebat.
sampai ia rasakan gemetar badannya menahan tekanan
tenaga dalam (lwekang) Lo In.

sebagai jago wanita yang belum penah menemukan


tandingan, Lamhay Mo Lie tidak rela menyerah pada si bocah.
Maka juga, ia telah empos tenaganya untuk melawan tekanan
Lo In, namun apa mau dikata, lwekang nya kalah oleh si bocah
hitam.

Kuatir dirinya bisa-bisa menjadi pecundang si bocah, maka


dengan menggunakan tenaga maksimum ia menjejakkan
kakinya dan lompat mundur hingga ia terbebas dari lengan Lo
In yang menempel dengan lengannya seperti sudah menjadi
satu saja.

Lo In terbelalak matanya. Kenapa ? Memang ia sangat


heran sebab Lamhay Mo Lie dapat membebaskan dirinya dari
tekanan lwekang nya yang maha sakti. Tidak sembarang
orang dapat melakukannya, maka juga Lo In jadi terbelalak
heran.

Kalau jago-jago kelas wahid lainnya, ditempel demikian


oleh Lo In, jangan lagi menggunakan tujuh bagian tenaganya,
cuma dengan lima bagian saja Lo In kerahkan lwekangnya,
pasti sang lawan akan jatuh lemas tanpa ampun.

Lamhay Mo Lie menyeka keringat dengan baju lengannya.


Hatinya ragu-ragu untuk bertempur dengan si bocah. Tadi
saja, kalau si bocah memang mau berlaku kejam, ia sudah
kehabisan tenaga kalau Lo In menambahkan tenaganya
menjadi delapan bagian. Mungkin saja dirinya jatuh lemas, tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

juga bisa mendapat luka parah di dalam, kalau tidak sampai


binasa.

Melihat Lo In berdiri bengong memandangnya, tiba-tiba


timbul ingatan bahwa dia mempunyai satu benda yang dapat
mengalahkan si bocah. seketika timbul harapannya, hatinya
menjadi besar lagi. Ia ketawa manis pada si bocah dan
berkata :

"Anak hitam, siapa sebenarnya kau ? siapa ayah ibumu ?"

Melengak Lo In ditanya 'siapa ayah ibunya ?'. Ia


memandang tajam pada Lamhay Mo Lie sebelum ia
menyahut. si cantik dari Lamhay senyum-senyum saja balas
menatap Lo In yang memandang ke arahnya. Tiba-tiba
Lamhay Mo Lie hatinya berdebaran, melihat di balik wajah
yang hitam itu menyorot sinar mata yang bercahaya, sinar
mata yang pernah menembusi jantungnya. sementara itu Lo In
sudah menyahut :

"Aku Lo In. Aku sendiri tidak tahu aku anak siapa sebab
belum pernah aku ketemu ayah dan ibuku. sebaiknya
kaujangan menyebut-nyebut soal ayah ibuku, sebab itu hanya
membikin aku jadi sedih dan tidak bisa bertempur dengan
baik. sudah, marilah kita mulai lagi " Ia menantang. Tergetar
hati Lamhay Mo Lie mendengar perkataan Lo In.

"Anak..... " Lamhay Mo Lie berkata dengan suara halus.

"Jadi, kau sudah yatim piatu ? oh, kasihan kau sudah


kehilangan ibu dan ayah...."

" Lamhay Mo Lie " bentak Lo In kasar.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau jangan menggunakan tipu untuk melemahkan


semangatku Hahaha... dengan lagi-lagi menyebut soal ayah
ibuku, kau mau bikin aku jadi pecundang ? Tidak mungkin,
tidak mungkin aku kena tipumu....."

Lo In tutup perkataannya dengan tertawa terbahak-bahak.

Lamhay Mo Lie tercengang. ia omong dengan wajar, tapi


dianggap oleh Lo In ia mau cari keuntungan di waktu si bocah
sedang sedih. Dari kasihan, hatinya si cantik menjadi panas.
Pikirnya, anak bau ini kalau tidak dikasih hajaran, memang
belum tahu tentang tingginya langit.

"Anak kurang ajar " Lamhay Mo Lie balas membentak.

"Berani kau kurang ajar pada orang tua ? Hm Kau kira aku
takut lantaran lwekang mu dapat mengalahkan lwekang ku ?
Masih belum tentu Lihat serangan ini "

"Tunggu dahulu " kata Lo In seraya lompat berkelit ke


samping dari serangan si cantik.

"Apa yang harus ditunggu, bocah boceng " bentak Lamhay


Mo Lie gemas.

Boceng artinya tidak punya terima kasih. Barusan Lamhay


Mo Lie sudah unjuk rasa simpatinya dan mengajak Lo In
bercakap halus lantaran mendengar si bocah sudah yatim
piatu. Namun Lo In menyambut lain. si bocah mengira Lamhay
Mo Lie mau menggunakan kesempatan ia sedang bersedih,
mengalahkan dirinya. Ini sebabnya dikatakan 'boceng' oleh si
cantik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tadi kita berkelahi dengan tangan kosong. sekarang kau


menggunakan kebutan sebagai senjata mengalahkan aku si
bocah. Apa itu pantas ?" kata Lo In ketawa nyengir.

"Anak kurang ajar, berani kau ngeledek orang tua ? Lekas


cabut pedangmu, akujuga tidak takut " Lamhay Mo Lie makin
panas hatinya.

"Aku anak kecil mana bisa main pedang." sahut Lo In


mengodai si cantik.

"Biarlah aku lawan dengan tangan kosong saja. Mari maju "
tantangnya.

sementara Lamhay Mo Lie makin gemas pada si bocah.


Adalah Bwee Hiang mulai bersenyum, dimana wajahnya tadi
sangat tegang, Kim Wan Thauto tidak lagi pucat mukanya
sedagn Eng Lian sudah mulai berhenti menangis.

Rupanya mereka nampak ada sinar terang atau sinar


pengharapan bahwa adik In-nya bakal menang melawan
Lamhay Mo Lie yang sangat kosen itu. Mereka percaya Lo In
tidak akan berlaku kejam terhadap Lamhay Mo Lie dan tidak
akan membuat malu si cantik dari Lamhay itu manakala kartu-
kemenangan sudah dipegang olenya.

"Adik In, hati-hati...."seruBwee Hiang dan Kim Wan Thauto


hampir berbareng.

"Adik In, kau jangan membuat sucouw dapat kesulitan...."


Eng Lian berseru.

"Hihihi....." tertawa Lamhay Mo Lie, suaranya empuk


memikat, tapi romannya kelihatan sangat keren Justru
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

romannya berubah keren, kecantikannya mempesonakan


yang lihat.

"Apa kalian kira bocah hitam ini sudah tentu dapat


menjatuhkan aku Hantu Wanita dari Lamhay ? Jangan kalian
mimpi dahulu. Hihihi...."

Lamhay Mo Lie berkata sambil matanya menatap pada Kim


Wan Thauto dan lain-lainnya.

Berdiri rasa bulu tengkuknya mereka tatkala mata mereka


kebentrok dengan sorot mata yang berwibawa dari Lamhay
Mo Lle.

" Untuk menjatuhkan wanita cantik dari Lamhay tidak usah


mengimpi dahulu." menyela Lo In. si bocah sudah mulai
dengan watak nakalnya menggodai orang. Lamhay Mo Lie
mendelik pada si bocah, yang tengah ketawa nyengirnya yang
khas.

"Bocah hitam, lihat ibumu nanti akan kasih hajaran " bentak
si cantik gemas.

"Masih perawan kok mau jadi ibu si bocah hitam "


menggodai Lo In.

Lamhay Mo Lie kembali mendeliki Lo In. Tapi diam-diam


hatinya merasa geli akan perkataan si bocah yang mengirik
urat ketawa.

"Bocah, kau berani kurang ajar pada ibumu " bentaknya


sambil menahan ketawa.

"Ya, ibu ya ibu sudah Jangan keras-keras menghajarnya "


ujar Lo In sambil pasang kuda-kuda, sangat lucu gayanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Gerr " meledak suara ketawa Bwee Hiang dan kawan-


kawan, tak tahan nampak adik In-nya beraksi yang bukan-
bukan, seakan-akan memandang enteng sekali lawannya.
Mendengar suara ketawa yang ramai, wajahnya Lamhay Mo
Liejadi berubah serius.

Ia kerutkan alisnya yang lentik bagus, hatinya merasa telah


dihinakan oleh si bocah di depannya ini. pikirnya, kalau tidak ia
bikin si bocah terjungkal, benar-benar namanya akan roboh di
Coa- kok oleh seorang bocah yang belum lepas tetek ibunya.

Tanpa banyak cakap lagi, ia sudah menyerang Lo in


dengan jurus 'Hui-hong-sauw-tah' atau "Angin berputar
menyapu menara' Ini adalah salah satu gerakan dari Lamhay-
ciang-hoat yang sangat ampuh. Mula-mula tangan berkelebat
laksana kilat cepatnya, tahu-tahu mencengkeram pinggang,
dengan menggunakan lwekang yang tinggi, lawan dibuat
berputar tubuhnya macam gasing yang terlepas dari talinya.

Jurus yang digunakan Lamhay Mo Lie ini Lo In tahu


akibatnya yang hebat, ketika tempo hari ia melihat Thoat Beng
Mo siauw dipermainkan Eng Lian yang masih menjadi Kim
Coa siancu. Bagaimana Thoat Beng Mo siauw telah berputar
badannya seperti gasing dan roboh terkulai tidak bangun lagi
lantaran matanya berkunang-kunang pusing.

Untuk meluputkan diri, Lo In geser kakinya setindak ke


belakang, menyusul badannya berputar cepat dan tahu-tahu
balas menyerang lawan dengan jurus yang sama hingga
Lamhay Mo Lie menjadi kaget. Untung ia tidak gugup. Kalau
tidak. saking cepatnya Lo In menyerang pinggangnya yang
ceking, pasti kecengkeram dan badannya bisa berputar seperti
gasing Jadi ini namanya senjata makan tuan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bocah, kau berani kurang ajar pada ibumu ?" bentak


Lamhay Mo Lie setelah meluputkan diri dari serangan Lo In.
Menyusul ia melancarkan serangan dengan tipu yang dinamai
'Gin-liong-pa-bwe' atau 'Naga perak menyabet ekornya'.
Badannya membalik, menyusul telapak tangannya
menghembuskan angin kencang memukul Lo In. serangan ini
meminta tenaga dalam delapan bagian untuk menjatuhkan
lawan.

Lamhay Mo Lie sudah kegirangan, nampak Lo In dalam


posisi yang tidak bisa menyingkir dari angin pukulannya yang
maha dahsyat. Namun ia kaget, tatkala ia melihat tiba-tiba Lo
In membalik tubuh dan melancarkan serangan yang seperti
dilakukan tadi. Hanya bedanya Lo In cuma menggunakan lima
bagian tenaga dalamnya, akan tetapi tekanan angin
pukulannya tidak dibawah tenaga lwekang Lamhay Mo Lie
yang menggunakan delapan bagian tenaganya. Repot juga si
cantik dari Lamhay diserang oleh ilmu pukulannya sendiri,
sampai ia mandi keringat.

"Tidak bisa, bocah ini harus dibunuh " tiba-tiba pikiran jelek
muncul dalam hatinya. Napsu membunuh itu didorong oleh
wataknya yang selalu mau unggul.

sampai sebegitu jauh ia belum pernah menemui tandingan.


Apa mau sekarang ia ketemu Lo In, seorang bocah yang tidak
terkenal dalam anggapannya. Ia tidak tahu namanya Hek-bin
sin-tong sudah termasyur kemana-mana. Lantaran ia selalu
berdiam diri di Coa-kok, Lamhay Mo Lie tidak dengar kalau
dalam rimba persilatan pada saat itu sudah muncul bocah
sakti muka hitam yang kepandaiannya menggemparkan. Apa
lagi setelah Lo In keluar dari gua maut, namanya makin
melambung saja. Rimba persilatan makin gempar oleh sepak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terjangnya si bocah sakti karena sudah merobohkan banyak


orang kuat dari rimba persilatan dengan mudahnya.

Lamhay Mo Lie timbul pikiran ingin membunuh si bocah


disebabkan ia tidak rela dirinya kena dirobohkan dan akan
menjadi buah bibir rimba persilatan. Tanpa membunuh Lo In,
pikirnya, tak dapat ia mempertahankan namanya yang harum.
Lo In terlalu kuat untuk dilawan dengan berterang.

Demikian, ketika Lo In melancarkan serangan perlahan,


tiba-tiba saja tubuhnya si cantik melayang terbang kena
tersapu angin pukulan Lo In. Bukan main kagetnya si bocah
ketika mendengar teriakannya Lamhay Mo Lie :

"oh, mati aku Bocah, kau kejam......"

sekali lompat saja Lo In sudah ada disampingnya si cantik


yang terkapar di tanah. Lo In cepat jongkok dan membanguni
Lamhay Mo Lie. Maksudnya hendak dikasih duduk dan akan
diuruti jalan darahnya supaya si cantik sadar lagi dari
pingsannya.

Justru ia sedang berkutat, tiba-tiba Lamhay Mo Lie


mengebaskan setangannya yang menghembuskan bau harum
menusuk hidung Lo in yang tidak berjaga-jaga. seketika itu Lo
In terkejut, menahan napasnya sudah tidak keburu sebab ia
sudah menyedot masuk hawa wangi tadi tanpa disadari.
seketika itujuga ia terkulai dan roboh disampingnya Lamhay
Mo Lie yang seketika itu sudah lantas bangun nampak
musuhnya sudah roboh.

"Hahaha " Lamhay Mo Lie tertawa tidak enak.

"Kau rasakan lihainya ibumu " jengek si cantik gemas.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau kira kau dapat mengalahkan Lamhay Mo Lie ? Hm


Jangan mengimpi. Bocah, kau jangan sesalkan ibumu berlaku
kejam....."

Berbareng kebutannya, senjata yang sudah banyak makan


korban jiwa tampak diangkat tinggi dan tinggal dihantamkan
saja pada kepala Lo In, seketika itu juga jiwanya si bocah
muka hitam tak dapat tertolong lagi.

Eng Lian sudah pejamkan matanya dengan air mata


berlinang-linga nampak adik in-nya terancam kematian. Untuk
pergi ke sana menghalangi niatnya sang Sucouw sudah tidak
mungkin, karena jaraknya terlalu jauh dan kakinya pun sangat
lemas. Badannya menggigil seperti yang meriang, entah
bagaimana pikirannya si gadis pada saat itu.

kim Wan Thauto tidak bergerak dari berdirinya, matanya


hanya memandang ke arah Lamhay Mo Lie dan Lo In. Untuk
menolong adik in-nya tak mungkin karena kepandaiannya
kalah jauh dengan si Hantu wanita dari Lamhay. Entah
bagaimana pikirannya saat itu sebab air matanya bercucuran
di sepanjang pipinya.

Bwee Hiang sudah terbang semangatnya nampak adik in-


nya terancam kematian. ia ingin lompat dan menolong adik
kecilnya, akan tetapi kakinya seperti lumpuh, tak dapat
digeraki. Cemas bukan main hatinya, saking putus asa, ia juga
jadi menangis. Keadaan sunyi senyap. seperti lembah pun
saat itu turut bersedih. Pada saat itulah tiba-tiba.......

"Adik Ing, kau tega melenyapkan darah daging sendiri...?"


terdengar suara melengking menyusup ke dalam telinga tegas
sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pada saat itulah justru kebutan Lamhay Mo Lie tengah


menurun untuk menghajar batok kepalanya Lo In yang tidak
berkutik.

suara tadi benar-benar besar pengaruhnya sebab kebutan


si Hantu wanita dari Lamhay yang tengah menurun mengarah
batok kepala Lo In, tiba-tiba saja terlepas dari tangannya dan
Lamhay Mo Lie jatuh duduk seperti hilang ingatannya.

"Dia...... dia......... dia....." si Hantu wanita dari Lamhay


menggumam.

Apa yang dimaksudkan dengan perkataan 'dia', tidak


seorang pun yang tahu.

Eng Lian, Bwee Hiang dan Kim Wan Thauto dapat dengar
suara tadL Mereka seperti mengenali suara itu, tapi dimana
mereka mendengarnya dan siapa orangnya. Mereka ragu-ragu
tapi wajahnya mereka sekarang berubah tenang seperti timbul
harapan pasti bahwa adik In-nya akan tertolong dengan
datangnya si orang asing.

Meskipun demikian, mereka kebingungan mendengar


Lamhay Mo Lie menggumam 'dia.... dia....' yang tidak
ketahuan ujung pangkalnya.

sementara itu Lo In sudah melejit bangun. obat bius dari


setangan harumnya Lamhay Mo Lie hanya sebentaran saja
mempengaruhi ingatannya. Kini ia sudah melejit bangun,
sambil bertolak pinggang ia tertawa di depan Lamhay Mo Lie.

"Mana bisa setangan harummu bikin tuan kecilmu tidur


lama. Hahaha....." Lo In menggodai Lamhay Mo Lie yang saat
itu masih duduk dengan pikiran melauang, sedang matanya
menatap wajah Lo In dengan tajam sekali. Mulutnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyungging senyuman girang, entah apa yang dipikirkan si


Hantu wanita dari Lamhay itu.

"Lamhay Mo Lie, mari, mari kita bertempur lagi barang


1000jurus. Aku.........."

"Anak In, kau jangan kurang ajar pada ibumu sendiri......"


terdengar suara dibelakangnya hingga suaranya terputus,
sedang orangnya lompat berbalik seperti kena terpagut ular
berbisa.

Lo In sekarang berhadapan dengan seorang yang


berkerudung merah.

Ia memandang heran dan hampir tidak percaya dengan


pendengarannya tadi.

"Anak In, kau tidak lantas berlutut di depan ibumu mau


tunggu kapan lagi ?" kata si kerudung merah dengan suara
yang berwibawa.

Lo In kenali betul suara itu, suara dari orang yang ia pikiri


siang dan malam.

Hatinya bimbang, seketika Lo In menggigil. Perlahan ia


menghampiri Lamhay Mo Lie. Di depannya ia bukan berlutut,
namun.... ia menubruk dan merangkul sambil berseru :
"ibu....."

Lamhay Mo Lie memeluk Lo In dengan mata berkaca-kaca.

"Engko Gie, kau jangan bikin aku kecewa...." Lamhay Mo


Lie berkata pada si kerudung merah dengan suara halus tapi
agak parau.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

si kerudung merah mengerti apa yang dimaksudkan oleh


Lamhay Mo Lie. Terdengar ia ketawa berkakakan hingga
memecahkan kesunyian lembah itu.

" Itulah si kerudung merah......." Bwee Hiang membatin.

" Itulah Kwee Cu Gie Tayhiap...." Kim Wan Thauto


menggumam.

"oh, dia Tan sianseng...... " berseru Eng Lian.

Air muka tiga orang itu tampak berseri-seri, sambil mata


memandang ke arah Lo In yang berada dalam pelukan
Lamhay Mo Lie.

Setelah ketawa puas, si kerudung merah berkata pada


Lamhay Mo Lie.

"Adik Ing, kau periksa belakang telinganya yang kiri Tanda


yang akan meyakinkan kau "

Perlahan-lahan Lamhay Mo Lie meraba belakang


kupingnya Lo In yang kiri, ia dapatkan daging lebih menyendil
seperti kacang kedele. Tiba-tiba hatinya Lamhay Mo Lie
tergetar dan kali ini ia tidak sangsi lagi, ia memeluk Lo In yang
masih menyesapkan kepalanya dipangkuannya. ibu dan anak
saling peluk dengan rasa rindu.

"Anak. kau tentu banyak menderita." berkata Lamhay Mo


Lie seraya mengelus-elus kepala Lo In dengan penuh
kesayangan.

sementara itu si kerudung merah sudah meloloskan


kerudungnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kwee Cu Gie " berseru Kim Wan Thauto dengan gembira.


"Tan sianseng " berseru Eng Lian, ia berjingkrak kegirangan.

Bwee Hiang di lain pihak hanya bersenyum-senyum saja


sebab ia hanya kenal si kerudung merah, tidak kenal siapa itu
Kwee Cu Gie dan siapa itu Tan sia ns eng.

sementara Lo In perlahan-lahan melepaskan pelukan


ibunya dan berbalik memandang pada si kerudung merah
yang sekarang sudah membuka kerudungnya.

"Liok sinshe..... " seru Lo In sambil menubruk si kerudung


merah yang bukan lain adalah Liok sinshe alias Kwee Cu Gie
dan Tan sianseng.

Lo In kelihatannya sangat manja di depan Kwee Cu Gie


(Liok sinshe). sambil mengelus-elus kepalanya si bocah, Kwee
Cu Gie berkata :

"Anak In, kau banyak menderita tentu setelah berpisahan


dengan aku, bukan ?"

"Terima kasih sinshe, berkat didikan sinshe, anak tidak


mendapat kesulitan apa-apa." sahut Lo In dengan kegirangan
yang meluap-luap.

"Anak. itu adalah ayahmu. Kenapa kau panggil Liok sinshe


?" tegur Lamhay Mo Lie dengan suara empuk sayang hingga
si bocah heran dan menatap wajahnya Liok sinshe yang
tenang-tenang saja ketawa ke arahnya.

"Apa benar Llok sinshe adalah ayahku ?" tanyanya ragu-


ragu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bukan Liok sinshe. Dia adalah Kwee Cu Gie tayhiap.


ayahmu, anak...." ujar Lamhay Mo Lie dengan berlinang-linang
air mata kegirangan.

Lo In memandang ibunya lalu memandang Liok sinshe,


kemudian menjatuhkan diri dan merangkul kakinya Kwee Cu
Gie sambil berkata : "Ayah.... maafkan anakmu tidak
mengenali ayahnya sendiri...."

Kwee Cu Gie alias Liok sinshe membanguni anaknya lalu


memeluknya dengan air mata berkaca-kaca :

"Anak In, sungguh beruntung kita bertiga dapat berkumpul.


Tuhan Maha Adil. Masih memberi kesempatan untuk kita,
ayah dan anak berkumpul lagi. oh, anak In, aku sangat
merindukan kau meskipun hanya beberapa tahun saja kita
berpisah."

Lo In tidak menjawab. Ingin ia bicara banyak. akan tetapi


tak dapat ia keluarkan lantaran ditekan oleh perasaan
girangnya yang meluap-luap bertemu dengan kedua orang
tuanya yang ia harapkan siang dan malam.

"Taysu dan itu anak-anak (kepada Bwee Hiang dan Eng


Lian)", berkata Lamhay Mo Lie sambil ketawa.

"semua datang kemari. Turut bergirang bersama kami


orang, ibu, ayah dan anak dapat berkumpul kembali."

Tanpa diundang untuk kedua kalinya, dengan didahului


oleh Kim Wan Thauto, mereka menghampiri Lo In dengan
kedua orang tuanya yang dalam kegirangan.

Kim Wan Thauto bersalaman dengan Kwee Cu Gie,


sementara Bwee Hiang dan Eng Lian mengunjuk hormat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepada Kwee Cu Gie dan Lamhay Mo Lie. Hari itu adalah hari
gembira yang tak terlupakan untuk mereka.

Lembah juga tampak turut bergembira. Disana-sini ramai


terdengar kicauan burung-burung dan cetcowetannya
kawanan monyet yang berlompatan dari satu cabang ke lain
cabang pohon.

"Engko Gie." tiba-tiba berkata Lamhay Mo Lie.

" Kenapa anak kita wajahnya hitam begini ? Tidak seperti,


tidak seperti...."

Lamhay Mo Lie ragu-ragu mengeluarkan kata-kata


sambungannya, sedang matanya yang halus melirik kepada
Kwee Cu Gie yang bersenyum ke arahnya. "Adik Ing, kau
maksudkan tidak seperti ayahnya ?" Kwee Cu Gie
menegaskan. Lamhay Mo Lie tampak memerah mukanya,
rupanya ia rada-rada jengah.

Ia tidak menjawab perkataan Kwee Cu Gie hanya bibirnya


yang bagus seperti menjebir ke arah Kwee Cu Gie hingga Eng
Lian dan Bwee Hiang yang melihatnya tak dapat menahan urat
ketawa nya seperti dikitik. Mereka mengikik sambil menekap
mulut dengan tangannya dan coba menjauhkan diri dari
mereka.

Lamhay Mo Lie lihat mereka, tapi ia tidak marah. Malah


berkata :

" Nona- nona, jangan pergi jauh-jauh. Nanti adik kecilmu


kesepian "

Bwee Hiang dan Eng Lian melengak mendengar perkataan


Lamhay Mo Lie. Mereka tidak mengira bahwa si Hantu Wanita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dari Lamhay juga suka berkelakar. Kembali mereka balik


dengan wajah kemerah-merahan.

Lamhay Mo Lie yang sudah kawakan dalam soal


perubahan wajah demikian, lantas saja tahu bahwa dua nona
ini tentu ada apa-apanya dengan anaknya yang baru
diketemukan itu.

Tapi ia berlagak pilon. Ia menanya pada Eng Lian,

"Anak Lian, kenapa kau menghilang jadi Kim Coa siancu ?


Apakah jabatan itu kurang baik ?"

"sucouw..." hanya ini jawaban si dara cilik, sedang matanya


melirik pada Lo In yang ketawa nyengir padanya.

"oh, lantaran kau sehingga ia lebih berat pada anaknya


daripada ibunya, bukan?" menggoda Lamhay Mo Lie
bersenyum manis. Eng Lian tidak menjawab, hanya ia
menundukkan kepalanya.

"Engko Gie." kata Lamhay Mo Lie melihat Eng Lian kemalu-


maluan.

"Kau belumjawab kenapa anakku hitam."

"oo, ini. Adik Ing boleh tanya pada enci Goat." sahut Cu
Gie.

Lamhay Mo Lie heran. Tapi ia lantas ingat bahwa Ang Hoa


Lobo alias Teng Goat Go masih dalam keadaan tertotok.

"Anak. kau buka totokannya " perintahnya pada Lo In.


Dengan lantas Lo In penuhkan perintah sang ibu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Terima kasih, suhu." kata Ang Hoa Lobo sambil menjura


pada Lamhay Mo Lie. Ia bukan membilang terima kasih pada
Lo In yang membuka totokannya.

"Hai, Goat Go. Kau apakan anakku sampai hitam mukanya


?" tanya Lamhay Mo Lie pada Ang Hoa Lobo hingga si nenek
kembang merah menjadi kaget.

"Adik Ing." menyela Kwee Cu Gie.

"Enci Goat hanya main-main saja. Dia lantas dapat


memulihkan wajahnya anak kita asal dia mau keluarkan obat
pemusnahnya."

ANg Hoa Lobo mendelik pada Kwee Cu Gie, tapi si orang


she Kwee berlagak pilon.

"Coba kau pulihkan kembali wajah anakku " berkata


Lamhay Mo Lie.

"Tapi ibu." menyela Lo In. "Aku kuatir kalau wajahku pulih


menambahkan kepusingan. Hatiku nanti tidak bisa tentram."

"Kenapa ?" tanya sang ibu kepingin tahu.

"Dua saja sudah cukup, Kalau ditambah lagi, aku minta


ampun." sahut Lo In. Makin heran Lamhay Mo Lie mendengar
perkataan anaknya yang melantur.

"Anak In maksudkan apa dengan perkataanmu itu?" tanya


lagi sang ibu.

"Kalau wajah anak kembali seperti asal, tentu lebih cakap


dari ayah, pasti lebih laris lagi. Makanya anak kata dua sudah
cukup " menerangkan Lo in sambil melirik pada Eng Lian yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

monyongkan mulutnya dan Bwee Hiang yang menjebikan


bibirnya.

Dari tingkah laku ketiga anak muda itu, Lamhay Mo Lie


sudah lantas dapat menangkap maksudnya sang anak.
Matanya melirik pada Kwee Cu Gie, sebaliknya terbahak-
bahak. sungguh gembira sekali mereka. sebaliknya Eng Lian
dan Bwee Hiang merasakan panas selebar mukanya. Lo In
tinggal nyengir.

Ang Hoa Lobo deliki matanya pada Kwee Cu Gie dengan


penuh rasa cemburu kepada Lamhay Mo Lie, yang menjadi
Suhunya. Kim Wan Thauto netral. Ia hanya ikut-ikutan ketawa,
tambah iseng.

"Anak In, belum tentu ayahmu kalah cakap dengan kau.


Buktinya ibumu tidak lari jauh-jauh dari ayahmu Hahahaa...
aduh " Kwee Cu Gie terhenti ketawanya karena tangannya
Lamhay Mo Lie dengan tiba-tiba saja mencubit keras
lengannya.

"orang sudah tua, masih berkelakar yang begituan ?" kata


Lamhay Mo Lie, sehabis mencubit dan Kwee Cu Gie
mengaduh sambil pegangi bagian bekas dicubit tadi.

Meskipun menegur begitu, senyumannya Lamhay Mi Lle


yang memikat membuat Kwee Cu Gie puas, sebaliknya Ang
Hoa Lobo hatinya panas membara menyaksikan suami istri itu
bersenda gurau dengan mesra.

Lo In ketawa nyengir nampak kedua orang tuanya


bergurau. sebaliknya Bwee Hiang dan Eng Lian tercengang.
Diam-diam dalam hatinya berkata, pantasan si bocah hitam
saban-saban menjadi korban cubitan. Tak tahunya menurun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dari ayahnya. Mungkin dulunya Kwee Cu Giejuga sering


dicubit oleh Lamhay Mo Lie yang cantik itu.

Kwee Cu Gie walaupun sudah melewati usia empat


puluhan, tampangnya masih cakap. sedang Lamhay Mo Lie
wajahnya ada demikian bercahaya dan cantik, Usianya paling-
paling juga beda dua-tiga tahun dengan Bwee Hiang. Kenapa
dalam umur sedemikian sudah mempunyai anak Lo In yang
umurnya sekarang sudah tujuh belas tahun ? ini tak dapat
dimengerti oleh kedua gadis itu.

Maka mereka ingin sekali mengetahui berapa sebenarnya


umur Lamhay Mi Lle yang cantik itu. Mereka menanti
kesempatan akan mendengar penuturannya si Hantu wanita
dari Lamhay yang tentu akan ditanya oleh Lo In yang ragu-
ragu bahwa ibunya begitu muda dan hampir pantaran dengan
enci Hiangnya.

Tengah bergembira begitu, tiba-tiba Lamhay Mo Lie ingat


sesuatu. Alisnya mengkerut. Lalu berkata pada Lo In :

"Anak In. Kau sudah menotok roboh jago-jago dari Ang Hoa
Pay. sekarang kau harus bebaskan totokan mereka lagi
dan...."

"Tak usah, anak In." memotong Kwee Cu Gie atas


omongan istrinya.

"semua sudah kubebaskan. Mereka sekarang sudah ada di


posnya masing-masing. Hanya pada barisan kelima disini, tak
berani aku turun tangan membebaskannya."

Kwee Cu Gie berkata sambil melirik pada isterinya. Lamhay


Mo Lie mengerti maksudnya sang suami yang tak mau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bersentuhan dengan badannya wanita, maka ia sudah suruh


Eng Lian danBwee Hiang membebaskan barisan wanita itu.

Bwee Hiang dan Eng Lian mengiyakan, lantas mereka


hendak pergi, tapi Lo In berkata :

"Tahan, biar aku yang membebaskan mereka "

"Anak In, mana bisa kau lakukan terhadap orang


perempuan." kata Lamhay Mo Lie ketawa.

"Sucouw, adik In punya cara lain untuk membebaskan


totokan orang." kata Eng Lian.

"Oo, begitu ? Nah, cobalah anak." kata Lamhay Mo Lie


kepingin tahu.

Kwee Cu Gie heran. pikirnya dengan cara bagaimana Lo In


akan membebaskan orang-orang perempuan itu dari totokan
tanpa menyentuh badannya.

Kwee Cu Gie dan Lamhay Mo Lie melongo, nampak


anaknya dengan hanya mengebaskan lengan bajunya telah
membebaskan orang-orang yang tertotok itu sekaligus.

"Anak, kepandaianmu benar-benar susah diukur " memuji


Lamhay Mo LIe ketika Lo In sudah berkumpul dengan ayah
ibunya. Tampak Lamhay Mo Lie sangat bangga.

sebaliknya Kwee Cu Gie geleng-geleng kepala, kagum


karena waktu berpisahan dengan si bocah, Kwee Cu Gie
belum pernah mengajarkan cara membebaskan totokan
dengan lengan baju, sekalipun dengan sepintas lalu ia pernah
baca juga ilmu mujizat itu dalam Tiam-hiat Pit-koat, pengasih
orang she Keang. ia sendiri tak sempat mempelajarinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng siong sementara itu sudah ditolong dan dibawa


masuk ke dalam markas untuk direbahkan diatas
pembaringan. Lamhay Mo Lie heran Kim Coa siancu bisa
pingsan setelah menggigit lengannya Lo In. Eng Lian lalu
menerangkan sedikit riwayatnya dulu ketika menjadi Kim Coa
siancu, telah pulih ingatannya lantaran menelan darah Lo In
yang digigitnya. Hal mana membikin Lamhay Mo Lie sangat
kagum akan sang anak. yang mempunyai keistimewaan dalam
dirinya.

Benar saja, tidak lama Leng siong direbahkan di


pembaringan, ia sudah siuman dan culih kembali ingatannya.
Bagaimana girang Bwee Hiang dan Eng Lian nampak Leng
siong sudah pulih ingatannya dan mengenali mereka. Tiga
jago betina itu saling rangkul, menyatakan kegirangannya
yang meluap-luap. Lo In sementara itu hampir tidak mau
berkisar dari ayah dan ibunya.

Dua orang yang sangat dirindukan, kini sudah ia


ketemukan. Betapa pun ia masih ragu-ragu bahwa Liok sinshe
(Kwee Cu Gie) dan Lamhay Mo Lie itu ada ayah dan ibunya, ia
tetap mengakuinya sebab mereka telah mengakuinya adalah
anak mereka.

Hanya diam-diam ia bermaksud minta penjelasan dari


kedua orang tuanya itu, lantaran apa maka nya mereka jadi
berpisahan dan ia (Lo In) jatauh dalam rombongan jembel.

saking rindunya ia kepada kedua orang tuanya hingga ia


melupakan dua gadisnya yang saat itu tengah kegirangan
dengan puliny a kembali ingatan Leng siong.

Kim Wan Thauto dijamu sebagai tamu terhormat oleh Kwee


Cu Gie dan isterinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Memang Kim Wan Thauto adalah kenalan lama dari Kwee


Cu Gie hingga mereka bisa kongkoue dengan asyik sekali
menanyakan kisah perjalanan mereka sejak berpisahan.

Kim Wan Thauto ini percaya sama ramalan. Maka waktu


berpisahan dengan Lo in iseng-iseng dia meramalkan
nasibnya si bocah, apakah ada harapan bakal ketemu pula
dengan kedua orang tuanya. Dari tukang khoamia, Kim Wan
Thauto mendapat keterangan yang menggirangkan bahwa Lo
In tidak lama lagi juga bakal ketemu dengan dua orag yang
hubungannya paling dekat dengan si bocah. Kim Wan Thauto
menduga dua orang itu tentu adalah ayah dan ibunya Lo In.
Maka ketika ia ketemu Lo In di markasnya Cit-seng-pay, ia
kata pada Lo In ia mempunyai kabar baik untuk si bocah.
Kiranya hal ramalan itu yang disampaikan pada Lo In. Akan
tetapi Kim Wan Thauto tidak menyebutkan bahwa itu ia dengar
dari si tukang khoamia. Namun tukang khoamia itu benar-
benar pandai, sebab sekarang telah menjadi kenyataan. Hal
inijuga telah diberitahukan kepada Kwee Cu Gie dan Lamhay
Mo Lie yang berkakakan ketawa saking girangnya.

Dalam omong-omong diantara empat orang ialah Kwee Cu


Gie, isteri dan anaknya (Lo In) dengan Kim Wan Thauto, yang
tersebut belakangan menyatakan kekuatirannya akan
perjalanan Lo In selanjutnya.

Ia berkata : "Anak In adalah satu jago cilik yang sukar


menemukan tandingan. sudah besar pun ia akan
menggantikan ayahnya menjadi tayhiap (pendekar besar).
Namun dalam hidup selanjutnya, aku kuatir ia bakal
menemukan banyak kepusingan."

Lamhay Mo Lie ketawa. "Auwyang toako" ujarnya pada Kim


Wan Thauto.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

" Kepusingan bagitu sudah jamaknya. Ayahnya sudah


banyak menemukan kepusingan yang begitu. Asal anak In
dapat petunjuk dari ayahnya, pasti ia dapat mengatasinya."

Lamhay Mo Lie berkata demikian sambil melirik pada


suaminya dengan jebikan bibirnya yang merah semringah.
Kwee Cu Gie menyambut lirikan isterinya dengan senyuman
yang dulu telah merebut hatinya Lamhay Mo Lie hingga si
nyonya cantik segera hatinya tertumbuk dengan senyum yang
lama dikenalnya itu.

Lamhay Mo Lie mengira bahwa Lo In akan menemukan


kepusingan soal asmara maka ia telah berkata demikian
kepada si Thauto.

Kim Wan Thauto ketawa mendengar perkataan Lamhay Mo


Lie. Ia berkata :

"Toaso, kau salah mengira dengan perkataanku tadi.


Bukannya soal asmara yang aku maksudkan."

"Habis, toako mau maksudkan apa ?" tanya Lamhay Mo Lie


kepingin tahu.

"Itulah gara-gara It-sin-keng." sahut Kim Wan Thauto.

"Apa Kwee-heng belum tahu anak In sekarang telah


menjadi muridnya Kong In sianjin dari siauw-lim-si ?" tanya
Kim Wan Thauto. Kwee Cu Gie geleng-geleng kepala seraya
mengawasi anaknya. lo In hanya ketawa nyengir kepada ayah
dan ibunya.

"Belum lama ini, anak In telah memasuki gua maut tempat


istirahatnya Kong In sianjin. Di sana ia ada jodoh menjadi
muridnya dan meyakinkan It-sin-keng hingga kepandaiannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

meningkat berlipat ganda dari apa yang ia dapat dari Kwee-


heng. Ketika ia keluar gua, orang-orang kuat dari berbagai
aliran telah mencegatnya dan meminta It-sin-keng dari anak
In. Mereka tidak percaya kalau anak In keluar dari gua maut itu
hanya lenggang-lenggang begitu saja. oleh karenanya anak In
telah bertempur dengan orang-orang dari siauw-lim-si, Bu-
tong-pay, Tong-ten Nao-eng dan lain-lain lagi. Kesudahannya
mereka tidak dapat berbuat apa-apa terhadap anak In dan
anak In bisa lolos dari kepungan mereka. oleh karena inilah,
aku maksudkan anak In selanjutnya akan menemukan banyak
kepusingan."

Kwee Cu Gie dan isterinya terkejut mendengar cerita Kim


Wan Thauto.

"Itu berbahaya." kata Kwee Cu Gie.

"Anak In, coba kau ceritakan pengalamanmu memasuki


gua maut dan setelah keluar menghadapi orang-orang kuat
darl berbagai aliran."

Lo In menurut, lalu ia menuturkan mulai ia berpisahan


dengan Eng Lian menemukan tiga orang cit-seng-pay yang
mati terkena hawa racun. Dengan diantar oleh kawanan kera
ia dapat menemukan letaknya gua maut itu dimana sudah
banyak jago-jago silat dari berbagai aliran telah menemui
ajalnya karena hawa beracun dari gua maut. Lalu dengan
menggunakan kepandaiannya meniup seruling ia menaklukan
ular raksasa yang menjadi penjaga dari gua maut. Bagaimana
ia sudah menjadi murid dan mengubur jenasah (kerangka) dari
Kong In sianjin dan bagaimana caranya ia menemukan kitab
mujizat yang ada dalam lubang dari dinding gua. setelah kira-
kira tiga bulan meyakinkan It-sin-keng, ia telah kembalikan
kitab itu ke tempatnya semula lalu ia keluar dari gua, ternyata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ia sudah ditunggu oleh banyak orang diluar gua. Pertempuran


kemudian telah terjadi dan ia sudah bisa selamatkan diri
berkat kepandaiannya.

selama Lo In menutur, sebagai seorang ibu yang


menyayangi anaknya, Lamhay Mo Lie berdebaran hatinya.
Diam-diam ia memuji syukur kepada Yang Berkuasa, anaknya
telah dilindungi dan selamat hingga anak dan ibu sekarang
telah dapat berkumpul.

"Anak In, sungguh berbahaya perjalananmu." berkata


Lamhay Mo Lie seraya menarik tangan anaknya yang barusan
bercerita sambil berdiri dan bergaya lucu.

Lo In merasakan hangat dalam rangkulan ibunya yang


belum lama berselang ia telah berkelahi mati-matian dan
nyaris kepalanya dibikin hancur oleh senjata kebutannya si
Hantu wanita dari Lamhay (Laut Kidul).

"Anakku." berkata Lamhay Mo Lie dengan sayang.


"Pantasan kepandaianmu hebat dan hampir ibumu terjungkal
di tanganmu...."

"Ibu." memotong Lo In cepat. "Anakmu harus mati lantaran


berlaku kurang ajar terhadap ibunya sendiri. Mohon ibu suka
memaafkan anakmu...."

Lo In tampak manja sekali dalam pelukan si wanita cantik


yang menjadi ibunya.

"Anakku." ujar Lamhay Mo Lie seraya mengelus-elus


kepalanya Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"sudah sejak ayahmu mengatakan kau adalah anak


kandungku yang hilang, aku telah memaafkanmu. oh, sungguh
mengerikan kapan ibu ingat pada saat yang berbahaya itu."

Lo In tercengang. "Ibu, apa yang kau katakan pada saat


yang berbahaya itu?^

"Pada saat itu ibu sudah angkat kebutan dan siap


menghajar kepalamu. Pada waktu kebutan menurun pada saat
itulah ayahmu dengan menggunakan lwekang mengirim suara
dari jauh bahwa kau adalah darah dagingku hingga aku lemas
dan jatuh duduk......."

(Bersambung)

Jilid 18
Lo In ingat pada waktu ia melejit bangun dari pingsannya, ia
lihat ibunya duduk mendeprok di tanah dan menatap ke
arahnya dengan tajam. Waktu itu ia tidak tahu kalau ibunya
sedang mengenali dirinya sebagai anaknya. Ia menyesal saat
itu telah berlaku kurang ajar, menantang ibunya untuk
bertempur pula.

"Ibu, untung ayah keburu datang. Kalau telat sedikit saja


kepala anak remuk menjadi makanan kebutan ibu." kaat Lo In
Jenaka.

"Kepala anak remuk tidak apa, cuma ibu tentu akan


menyesal seumur hidup. Hahaha.... " si nakal berkelakar.

"Anak nakal " Lamhay Mo Lie dekap lebih erat tubuhnya Lo


In.

"Ibumu mana bisa hidup kalau mengetahui anaknya mati


karena tangan ibu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ibu dan anak itu tampak demikian asyiknya bercakap-cakap


hingga Kwee cu Gie dan Kim Wan Thauto yang melihatnya
sangat gembira dan memuji syukur kepada Yang Maha Kuasa
atas pertemuan kembali ibu dan anak itu setelah berselang
enam belas tahun lamanya.

Ketika soal kepusingan yang Lo In akan hadapi kemudian


diperbincangkan, telah diambil keputusan untuk memulihkan
wajah Lo In ke wajah aslinya.

Ang Hoa Lobo segera dipanggil untuk memberikan obat


pemunahnya, tapi si nenek tidak muncul. Menurut orang yang
memanggil, si nenek entah pergi ke mana pada setengah jam
berselang telah meninggalkan markas Ang Hoa Pay.

"Biarkan dia pergi." kata Lamhay Mo Lie. " Nenek itu


adatnya angin-anginan, apalagi setelah suaminya siauw cu
Leng telah lenyap tanpa diketahui jejaknya, ia kelihatan saban
hari uring-uringan saja. Dia pasti akan kembali lagi."

Apa sebabnya Ang Hoa Lobo pergi dengan tidak


memberitahu kepada Lamhay Mo Lie yang menjadi suhunya ?
Hanya Kwee Cu Gie yang dapat mengetahui sebab-sebabnya.
Kwee cu Gie menduga Ang Hoa Lobo bakal tidak kembali lagi
lantaran ada dia disitu. seperti pembaca masih ingat, Ang Hoa
Lobo juga merindukan Kwee cu Gie. Makanya dia memoles
hitam wajahnya Lo In, maksudnya dengan tidak langsung dia
mengundang Kwee Cu Gie datang untuk meminta obat
pemusnahnya. Kalau sampai demikian, maksud Ang Hoa
Lobo ia mau suruh Kwee cu Gie tekuk lutut baharu ia mau
kasih obat pemusnahnya. Ia hendak membikin malu pendekar
besar kita untuk membalas sakit hati 'cintanya' tidak dibalas
oleh si orang she Kwee. Bukan saja tidak dibalas, malah ada
beberapa giginya yang ompong karena ditampar oleh Kwee cu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Gie ketika dia menggunakan obat pulas hendak menguasai


Kwee Cu Gie pada jaman si Nenek Kembang Merah masih
bernama Teng Goat Go.

Perginya Ang Hoa Lobo tidak menjadi soal bagi Lamhay


Molie sebab ia sendiri dapat menggunakan obat pemusnah
mengembalikan wajah anaknya yang hitam ke wajah aslinya.

Ketika wajah si bocah kembali ke wajah aslinya, yang


pertama-tama terpesona adalah Lamhay Mo Lie, ibunya jago
cilik kita.

"Anak. kau benar-benar cakap. seperti.......... seperti.......... "


kata Lamhay Mo Lie terputus-putus.

"seperti ayahnya........." menjelaskan Kwee Cu Gie


bersenyum ke arah isterinya.

Lamhay Mo Lie deliki matanya yang halus pada Kwee Cu


Gie yang mengedipkan matanya sambil tersenyum hingga
Lamhay Mo Lie memerah wajahnya yang putih halus bagai
sutera ketika ia melirik pada Kim Wan Thauto yang tengah
berseri-seri.

Memang maksudnya Lamhay Mo Lie mau mengataakan


'seperti ayahnya', hanya ia ragu-ragu mengeluarkannya
karena disitu ada hadir Kim Wan Thauto.

Kim Wan Thauto sendiri merasa kagum akan kecakapan


paras Lo In.

Kwee Cu Gie dilain pihak tenang-tenang saja. Pikirnya, ia


sendiri cakap. isterinya cantik, kalau turunannya hitam legam
kayak pantat kuali itu tak mungkin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan pulihnya kembali wajah aslinya, berarti Lo In


mengurangi kepusingan. Namun berbareng dengan itu,
julukannya yang telah membubung tinggi ialah Hek-bin sin-
tong atau ^'si bocah sakti muka hitam' dengan sendirinya telah
turut lenyap.

Pada malamnya telah diadakan pesta kegirangan ayah, ibu


dan anak sudah dapat berkumpul kembali. Hadir dalam
perjamuan yang meriah itu orang-orang kuat dari Ang Hoa Pay
yang telah dimatikan ingatannya oleh pengaruh obat
mematikan ingatan seribu hari.

Mereka hanya lupa akan dirinya siapa dan perkara-perkara


yang sudah lampau. Akan tetapi kepandaiannya tetap dimiliki
sebagai orang kuat dari rimba persilatan kelas wahid.

Kim Wan Thauto kenali diantaranya ada Hek-houw Ma


Liong, guru silat terkenal dari kota Lengkoan. Di Coa-kok, ia
pemimpin benteng pertama. Lalu Sian-jin siang- kim LouwBin
cie, si sepasang Pedang Dewa, pemimpin dari benteng kedua.
Pemimpin dari benteng ketiga, Kut-nia Nui-ma sie Toan Leng,
si Kuda Terbang, begal tunggal disekitar Kiansang (gunung)
dan Lie Tiong kiat, pemimpin benteng keempat yang bergelar
Kengciu Kim-kauw-cian atau si Gunting Emas. Tersohor ilmu
meringani tubuhnya yang dinamai 'Kim-cian-coan-in (panah
emas menembusi mega). Kam Lian Eng atau Lengkoan Giok
Lie, si bidadari dari kota Lengkoan memimpin benteng kelima
(barisan perempuan). si cantik Kam Lian Eng adalah isteri dari
Hek-houw Ma Liong, si Harimau Hitam, pemimpin dari benteng
pertama.

selain orang-orang tersebut, diantara orang-orang kuat dari


Coa-kok ada juga dari kalangan agama seperti Hweeshio dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tojin (Imam) dari berbagai partai seperti siauw-lim, Bu-tong,


Kun-lun dan lain-lainnya.

Mereka memasuki Coa-kok dengan maksud menumpas


Ang Hoa Pay yang mulai berkembang, namun maksud mereka
bukan saja gagal malah menjadi korban 'cian-jit-su-su-hun'
hingga mereka menjadi orang-orangnya Coa-kok tanpa
disadari oleh mereka.

Diantara demikian banyak orang, tidak kelihatan


bayangannya Ang Hoa Lobo. juga ada hadir tiga jelita kita
dalam perjamuan itu.

Mereka heran tidak nampak Lo In, sebaliknya hanya


seorang pemuda cakap yang duduk di sebelah kiri dari
Lamhay Mo Lie.

Matanya tiga jelita itu saban-saban celingukan mencari si


bocah nakal wajah hitam, saban kali kena kebentrok dengan
pemuda cakap disamping si cantik dari Lamhay yang senyum-
senyum ke arahnya.

"Enci Hiang, anak muda itu ceriwis benar mengajak kita


tertawa. Memangnya kita orang apa ? Meskipun dia cakap. tak
nanti menembusi hati kita " kata Eng Lian perlahan pada Bwee
Hiang, mengutarakan perasaan dongkolnya.

"Aku lihat juga demikian, enci Hiang." menimpali Leng siong


dengan gemas. Karena saban kali ia melirik ke arah Lamhay
Mo Lie mesti matanya kebentrok dengan ketawanya si
pemuda cakap yang dikatakan oleh encinya.

Bwee Hiang yang usianya lebih tua dan pikirannya juga


lebih matang, tak menjawab pernyataan dongkolnya kedua
jelita itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia sendiri merasakan kejanggalan sikap si pemuda yang


seolah-olah mau mempermainkan mereka. Akan tetapi ia
belum mengambil keputusan untuk menuduh pemuda cakap
itu kelakuannya sangat ceriwis dan gila cewek.

"Biar, kalau dia berani lagi ketawa ke arahku, akan aku


kasih rasa kelihaianku " berkata Eng Lian ketika melihat enci
Hiangnya tinggal adem-adem saja.

Benar-benar saja, ketika Eng Lian mencuri lihat, anak muda


itu tengah ketawa kepadanya. Ia jumput sebuah kacang dan
disentilkan ke arah si pemuda. Kacang melayang dengan
kecepatan kilat karena disentilkan mengandung tenaga
lwekang.

Pemuda itu tampak gelagapan ketika melihat kacang


menyerang ke arahnya. Namun sekali membuka mulut tampak
kacang yang disentilkan Eng Lian tadi telah digigit oleh si
pemuda cakap. Eng Lian melengak tapi hanya sebentaran
saja sebab dalam penasarannya kembali dia menyerang
dengan kacangnya.

Ia menduga pasti si anak muda cakap tak berkutik diserang


kacangnya karena saat itu si pemuda cakap tengah menggigit
kacang.

Namun ketika kacang sampai hendak membentur mulut,


kacang Eng Lian ditahan oleh kacang yang digigit tadi yang
melesat dengan tiba-tiba dari giginya. Dua buah kacang
beradu diatas meja si pemuda dan dua-duanya jatuh dalam
keadaan utuh (tidak pecah).

Eng Lian makin gemas melihat dua kali serangannya gagal.


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bwee Hiang dan Leng siong memperhatikan si dara nakal,


hatinya tak kuat menahan ketawa dan mereka cekikikan
sambil menekap mulutnya dengan tangan.

"Idiiiih, apa ini?"Bwee Hiang tiba-tiba berkata sambil


tangannya mengusut pada bibirnya seperti digerayangi lalat. Ia
lihat ternyata bukan lalat tapi sebuah kwaci nempel pada
bibirnya yang atas.

"Ah, kenapa ada lalat?" Leng siong berseru sambil


menepak pipinya.

Ia merasa lalat itu kena ditepak. perlahan-lahan tangannya


ditarik dari pipinya dengan sekalian lalatnya, namun........
bukanlah lalat. Hanya sebuah kwaci yang nempel keras pada
pipinya yang botoh.

Tampak selebar mukanya merah karena merasa dirinya


dipermainkan orang. Matanya memandang ke arah si pemuda
cakap yang kelihatan tenang-tenang saja. Ia curiga si pemuda
cakap yang main gila tadi.

Eng Lian melihat Bwee Hiang dan adiknya dipermainkan


telah ketawa ngikik. Tapi ngikiknya tidak terus karena
mulutnya seperti kemasukan apa-apa. Ia cepat lepaskan dan
ternyata sebuah kwaci yang masuk mulutnya tanpa
sepengetahuannya.

Matanya tiba-tiba melotot ke arah si pemuda yang nyengir


ke arahnya.

"Enci Hiang, sudah tentu dia yang jail. Mari kita keroyok
bertiga, masa dia bisa menang ? Kalau perlu kita nanti kasih
tahu pada adik In. Biar dia dihajar mampus " Demikian Eng
Lian berkata pada enci Hiangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng siong mufakat sedang Bwee Hiang yang juga


mendongkol lantas setuju atas usulnya sang adik nakal.

Mereka lantas mulai bekerja, masing-masing menjumput


sebuah kacang. saling susul kacang menyambar pada si
pemuda cakap.

Kesudahannya bikin Eng Lian banting- b anting kaki, Leng


siong terbelalak dan Bwee Hiang ketawa- ketawa urung.

Kenapa ? Tiga buah kacang yang disentilkan dengan


tenaga lwekang, menyambar saling susul ke arah si pemuda
cakap. Entah bagaimana, di tengah jalan kacang Eng Lian
yang disentilkan paling dulu tiba-tiba merandek kemudian
dibentur oleh kacang Bwee Hiang dan Leng siong yang
menyusul belakangan. Dengan demikian, tiga kacang itu
saling bentur sendiri sebelum mengenakan sasarannya.

Eng Lian saking gemasnya sampai bangkit berdiri, matanya


melotot ke arah si pemuda cakap yang tenang-tenang saja
mentertawakan tiga jelita yang gelisah itu.

si dara nakal yang keliwat gemas dipermainkan orang,


sudah hendak pergi menyatroni si pemuda cakap kalau tidak
Bwee Hiang keburu memegangi tanganya mencegah.

"Adik Lian, untuk apa kau bikin ribut ? Apa tidak malu di
depan banyak orang mencari stroy ? Biarkan saja, sebentar
kalau adik In datang, kita adukan. Biar dia tahu rasa
mempermainkan kita " menghibur Bwee Hiang.

Amarahnya Eng Lian menurun mendengar perkataan sang


enci. Meskipun demikian, matanya masih melototi si anak
muda cakap yang belagak pilon dipelototi si dara nakal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng Lian dan Leng siong makin lama makin panas, nampak
si pemuda cakap seperti ngeledek mereka. sebaliknya Bwee
Hiang tenang-tenang saja memperhatikan gerak gerik pemuda
cakap itu. Lagaknya makin tengik dan ceriwis.

Bwee Hiang paling kalem diantara tiga dara itu, kurang


senang hatinya melihat si pemuda cakap makin lama makin
berani sikapnya.

Perang kacang dan kwaci tadi, lantaran dilakukan dengan


cara kilat, tak diketahui oleh para hadirin lainnya. Kecuali oleh
Kwee Cu Gie dan Lamhay Mo Lie yang lihai matanya. Mereka
diam-diam mentertawakan kenakalan anaknya. Geli hatinya
Lamhay Mo Lie melihat sikap tiga dara itu tak mengenali si
bocah yang sekarang sudah berubah mukanya, dari bocah
berajah hitam legam berubah menjadi pemuda yang cakap
ganteng. Tak heran, karena dipulihkannya wajah Lo In tak
disaksikan oleh tiga dara yang kini sedang mendongkol
hatinya digodai Lo In.

Lamhay Mo Lie tiba-tiba berbisik di telinga Lo In. Tampak


Lo In manggut-manggut dan ketawa. Kiranya sang ibu
membisiki anaknya belagak jalan keluar, lihat bagaimana
reaksi dari tiga dara itu. selanjutnya sang ibu serahkan pada
anaknya bagaimana caranya ia mempermainkan ketiga
kawannya itu.

Lo In tak lantas bangkit setelah ibunya membisiki


kupingnya. Ia masih duduk dan saban kali matanya
memandang ke arah tiga jelita yang semuanya pada
cemberut. si bocah geli hatinya nampak ketiga encinya marah-
marah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Makin jadi ia menggodai ketiga encinya itu hingga Eng Lian


sudah tak tahan menahan d elu hatinya. Maka tidak heran,
ketika melihat Lo In bangkit berdiri berjalan keluar ruangan, dia
yang paling dahulu menguber dari belakangnya.

Bwee Hiang kuatir Eng Lian bertengkar dengan si pemuda


cakap dan kesudahannya jadi berkelahi, maka ia ajak Leng
siong untuk mengikuti si dara cilik

Benar saja, ketika mereka keluar ruangan, tampak Eng Lian


medang memaki si pemuda cakap habis-habisan, namun
sipemuda hanya lawan ketawa geli saja.

Tiba-tiba Bwee Hiang dan Leng siong kaget, ketika dengan


cara kurang ajar sipemuda cakap telah mengulur tangannya
dan mencolek pipinya Eng Lian yang tak keburu berkelit.

Ternyata selama mereka bertengkar, sipemuda tak bicara.


Hanay ketawa saja dan ngeledek Eng Lian hingga si dara cilik
habis sabarnya. Ketika ia hendak menyerang, sudah didahului
oleh sipemuda cakap mencolek pipinya.

Eng Lian merasa panas selebar pipinya d icolek oleh


pemuda buka n pemuda pujaannya.

oleh sebab itu, tanpa memikiria berada di tempat pesta,


sudah lantas menerjang dengan gemasnya. sipemuda cakap
hanya kelihatan berkelebat badannya, tahu-tahu Eng Lian
sudah kena dirangkul. Bukan main Eng Lian kagetnya.
Pikirnya, bagaimana nanti Lo In mengatainya kalau melihat
dirinya dalam pelukan pemuda ceriwis ini.

"setan kecil " maki Eng Lian seraya berontak. "Kau berani
permainkan enci....."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Putus kata-katanya karena berbareng tangan sipemuda


cakap sudah menekap mulutnya dan mencium pipinya.

"Enci Lian, kau tidak kenali adik In-mu....." bisiknya mesra.

"oh, kau...." hanya ini yang meluncur dari bibirnya Eng Lian,
ketika tangan Lo In yang menekap mulutnya ditarik pulang.

Ketika Eng Lian melihat ke sekitarnya, ia lihat ada Bwee


Hiang dan Leng siong yang bersenyum ke arahnya. Perlahan-
lahan ia mendorong tubuhnya Lo In yang memeluk dirinya. Ia
lari menghampiri Bwee Hiang dan Leng siong, sambil katanya
: "Enci Hiang, kau kenali pemuda ceriwis, musuh kita itu?"

"sejak aku melihat kau jinak dalam pelukannya, aku sudah


tahu siapa pemuda cakap itu, adik Lian." sahut Bwee Hiang
ketawa ngikik,

Eng Lian memerah jengah wajahnya mendengar jawaban


Bwee Hiang.

sementara kepada Lo In yang datang menghampiri, Bwee


Hiang kata : "Adik nakal, sejak kapan kau merubah muka
sehingga ketiga encimu tidak kenalimu ?"

Lo In menutur bahwa bukan Ang Hoa Lobo yang


memulihkan wajah aslinya, sebab si nenek itu entah kemana
perginya tapi ibunya sendiri ialah Lamhay Mo Lie kebetulan
menyimpan obat pemusnahnya. Tiga jelita itu hampir
berbareng mengucapkan selamat kepada Lo In.

Masing-masing hatinya dara itu memuji parasnya Lo In


yang cakap tampan. Lebih-lebih Bwee Hiang dan Eng Lian
kegirangan bakal mempunyai suami yang demikian cakapnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng siong ingat sesuatu, lalu menjura pada Lo In sambil


berkata : "Adik In, encimu mengucapkan terima kasih kau
sudah menolong sehingga ingatanku normal lagi."

"Enci Leng siong, kau jangan berterima kasih padaku tapi


pada enci Eng Lian yang sudah menyuruh kasih dagingku
dibikin sempowak oleh gigitanmu." sahut Lo In.

Eng Lian ketawa. sedang Leng siong merasa kikuk


kelihatannya sebab gara-gara gigitannya, kata enci Liannya,
Lo In sampai meringis-ringis kesakitan.

"Adik In, kau tentu sakit ketika aku gigit, ya ?" tanya Leng
siong ketawa manis.

"sakit sih memang sakit, tapi tidak menangis. Karena orang


sudah gede menangis jelek kelihatannya, bukan ?" Lo In
dengan jenaka menyahut.

Leng siong mendelik matanya pada si bocah nakal sebab


jawaban Lo In itu mengingatkan Leng siong pada kata-katanya
sendiri tempo hari di Glok Lie Teng.

Leng siong melirik pada Bwee Hiang yang diam saja sebab
Bwee Hiang mendengar ketika Leng siong mengatakan orang
sudah gede kalau menangis jelek (Eng Lian), tampak Eng Lian
sedang menekap mulutnya menahan ketawa hingga Leng
siong merasa kikuk dibuatnya.

Coba tidak ada Bwee Hiang disitu, tentu Leng siong sudah
mencubit si bocah nakal.

Empat anak muda itu ngobrol dengan gembira, sebelum


mereka memasuki lagi ruangan pesta. Atas anjuran ketiga
dara, Lo In berjanji akan menanyakan halnya ayah dan ibunya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sampai kehilangan anaknya dan Liok sinshe yang tidak mati


kena jarum beracunnya Kim Popo yang sangat jahat.

Demikian utnuk meyakinkan Lo In bahwa ia benar-benar


adalah anaknya yang hilang, Kwee Cu Gie telah menuturkan
kisahnya.

satu kisah yang hendak dituturkan Liok sinshe (Kwee cu


Gie) kepada Lo In di Tong-hong-gay. Urung dituturkan karena
waktu itu Liok sinshe kedatangan musuh-musuhnya yang
mengeroyok dirinya (Baca permulaan cerita ini. Red.)

Kisah dimulai ketika Kwee cu Gie meninggalkan Teng Goat


Go (Ang Hoa Lobo) yang hendak memonopoli Kwee cu Gie
dengan meloloh si anak muda dengan arak yang dicampuri
obat bius. Ia tidak jadi menemui ayahnya Goat Go yang
menjadi pamannya,

saudara piau dari ibunya untuk menanyakan keadaannya


dan menyampaikan salam hangat dari ibunya lantaran gara-
gara Goat Go yang genit.

Kwee cu Gie meneruskan perjalanannya. Ketika ia berada


diluar kota Hoa-lim, sedang enaknya dia berjalan, tiba-tiba ia
merandek dan memasang kupingnya. Kiranya tidak jauh dari
ia berdiri terdengar seperti ada bentrokan senjata, ada orang-
orang sedang bertempur seru rupanya. Ia lalu cepatkan
jalannya. Pada Suatu tempat yang merupakan lembah ia lihat
ada beberapa orang sedang bertempur, sudah ada beberapa
orang yang telah roboh dan merangkak-rangkak hendak
bangun berdiri.

"Bangsat, kau berani membunuh ayah dan ibuku " tiba-tiba


Kwee Cu Gie mendengar suara anak kecil memaki pada
seorang brewokan yang barusan saja telah menewaskan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lawannya. Menyusul anak itu keluar dari joli, ternyata ia adalah


satu anak perempuan yang kira-kira umurnya dua belas tahun.

Anak itu telah menubruk ibunya yang sudah mandi darah


dan menangis gererungan.

Kwee Cu Gie merasa kasihan, ia datang menghampiri lebih


dekat.Justru pada saat itu si brewokan lagi mengangkat
goloknya hendak ditabaskan pada lehernya si anak kecil.
Dengan sekali lompat, Kwee Cu Giu sudah sempat menangkis
golok yang nyaris memisahkan kepalanya si anak kecil tadi.

Tangkisan itu keras sebab kenyataannya golok dari si


brewokan telah terbang tinggi dan orangnya berdiri mematung
saking terkejutnya.

"Kau berani usilan ?" bentak si brewokan, ketika melihat


yang menangkis goloknya tadi adalah seorang pemuda.
"Hahaha Benar-benar kau sudah bosan hidup berani
membentur urusannya Hek-nia sam-long "

Mendengar disebutnya Hek-nia sam-long (Tiga serigala dari


bukit hitam), hati Kwee Cu Gie terkejut juga. Karena ia
mendengar sepak terjangnya tiga serigala itu sangat kejam
dan kepandaiannya sangat tinggi.

Tetapi sebagai pemuda yang suka melindungi si lemah,


Kwee cu Gie tidak gentar menghadapinya tiga serigala itu,
apalagi hendak menolongi anak kecil.

Kwee cu Gie tidak melayani perkataan tersebut, sebaliknya,


ia menyambar anak kecil tadi untuk dibawa lari. Apa mau,
sebelum ia pergi jauh, tiba-tiba ada tiga orang yang
mencegatnya. Mereka adalah Hek-nia sam-long yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bernama Thio Kin, Thio Kian dan Thio siang, tiga saudara she
Tio.

"sahabat, kau mau lari kemana ?" menyindir Thio Kin.

"Aku bukannya lari, aku mau bawa keponakanku pulang."


sahut Kwee Cu Gie.

"Hahaha, anak orang diaku keponakan. Lebih benar kau


dipanggil culik anak kecil " berkata Thio Kian dengan suara
mengejek.

Kwee Cu Gie tidak senang. "Kau jangan terlalu menghinaku


" sahutnya.

"Apa ? Kata-kataku itu menghina, sedang kau benar-benar


menculik anak orang ?" kata lagi Thio Kian, sama sekali tidak
memandang mata pada Kwee Cu Gie. Kwee Cu Gie marah, ia
melolos pedangnya.

"Bagus " mendengus Thio siang, si bontot yang juga sudah


mencabut pedangnya. Mereka jadi bertempur. Thio Kian dan
Thio Kin hanya menonton saja adiknya bertempur. Permainan
pedang Kwee Cu Gie sangat cepat, hingga Thio siang
kewalahan. Melihat saudaranya kepepet, Thio Kian lantas
turun tangan.

Dengan membawa beban anak kecil itu, Kwee Cu Gie


masih diatas angin menggempur dua musuhnya hingga Thio
Kin terpaksa turun tangan membantu dua saudaranya.

Ternyata Thio Kinjauh lebih pandai dari dua saudaranya.


Tidak heran kalau Kwee Cu Gie keteter dikeroyok tiga orang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Adik kecil yang menjadi beban itu berteriak-teriak minta


diturunkan. Katanya ia mau lihat ayah dan ibunya. Kwee Cu
Gie jadi goncang hatinya mendengar teriakan itu.

"Adik kecil, kau jangan berteriak-teriak, nanti aku


dikalahkan dan kau celaka jatuh ditangan mereka yang sangat
kejam " kata Kwee Cu Gie, sedang pedangnya tidak berhenti
dimainkan dengan cepat melawan tiga musuh.

Anak itu rupanya mengerti juga akan maksud orang, maka


tidak berteriak-teriak lagi.

Kwee Cu Gie memberi perlawanan kurang leluasa karena


satu tangannya memangku si anak kecil tadi, ia hanya
gunakan tangan kanan melawan tiga orang yang
berkepandaian bukannya rendah.

" Celaka " Pikir Kwee cu Gie ketika melihat gelagat kurang
baik. Perlawanannya makin lemah dikeroyok oleh tiga lawan
berat.

segera juga akibatnya runyam, pundaknya keserempet


pedangnya Thio Kian hingga berlumuran darah.

"Hei, tanganmu berdarah " kata si bocah ketakutan.

Kwee Cu Gie sedang repot, tak sempat ia melayani si


bocah bicara.

Melihat gelagat tidak menguntungkan, Kwee cu Gie pikir


lebih baik ia mengalah dulu. Lain kali ia boleh datang lagi
membuat perhitungan.

Begitu ambil keputusan, ia lantas kelebatkan pedangnya,


menyusul diputar seperti titiran. Tiba-tiba diluar dugaan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

musuh-musuhnya, Kwee Cu Gie enjot tubuhnya melayang


jauh ke belakang. Begitu kakinya menotol tanah, ia sudah
melambung tinggi lagi. Begitu beberapa kali ia lakukan hingga
tiga saudara Thio kewalahan untuk menyandaknya.

"Ilmu meringankan tubuhnya sangat tinggi. Biarlah dia


kabur. Lain kali ketemu lagi, kita jangan kasih ampun " berkata
Thio Kin kepada dua saudaranya.

Mereka memutar tubuh untuk kembali berkumpul dengan


kawan-kawannya. Dalampada itu, Kwee Cu Gie sudah berada
jauh dari mereka.

Kwee Cu Gie berhenti dibawahnya sebuah pohon. Ia


menurunkan si dara cilik dan menanya : "Namamu siapa, adik
kecil ?"

"Namaku Lan Ing she sie." sahut anak kecil itu bersenyum.
Kwee Cu Gie terkejut melihat senyuman si dara cilik demikian
manis meresap.

"Dan kau siapa ?" menyambung si dara cilik ketika melihat


Kwee Cu Gie menatap wajahnya dengan tidak berkedip.

"Aku Kwee Cu Gie." sahut si orang she Kwee.

"oh, engko Gie. Namamu bagus ya ?" kata Lan Ing jenaka.

"Kau jangan panggil engko, harus panggil paman." kata


Kwee Cu Gie.

"Kau masih muda begini, tidak pantas aku panggil paman."

"Usiamu sekarang sudah berapa ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

" Umurku sekarang, kata ibu sudah dua belas tahun hitung
shio."

"Aku sekarang sudah dua puluh dua tahun hitung shio.


sepuluh tahun lebih tua dari kau. Pantas saja kalau kau
panggil paman padaku."

"Aku tidak mau, lebih enak panggil engko Gie." sahut si


gadis cilik manja.

Kwee Cu Gie tercengang. Gayanya sangat lucu, luwes dan


cekatan.

Pikirnya, gadis cilik ini pasti akan sangat cerdik. Beruntung


sekali kalau ia mendapat adik seperti Lan Ing ini. Tanpa
merasa ia menanya :

"Adik kecil, kau suka menjadi adikku ?"

Lang Ing menatap wajahnya Kwee Cu Gie dengan


bersenyum-senyum. "Aku anak jelek. mana mau kau jadi
kakakku." ujarnya kemudian.

"Kau anak bagus. Aku mau jadi kakakmu." kata Kwee Cu


Gie.

Kembali si gadis cilik menatap wajah Kwee Cu Gie, yang


balas menatap pada si dara cilik.

"sinar mata yang bagus......" si dara cilik menggumam


perlahan.

"Apanya yang bagus?" tanya Kwee Cu Gie ketawa ramah.

"oh, tidak. tidak." sahut si gadis, agak gugup ia


menyahutinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kwee Cu Gie ketawa gelak-gelak. justru ketawa ia rasakan


pundaknya sakit bekas tadi keserempet pedang. Kontan ia
meringis-ringis sambil pegangi pundaknya yang luka.

"Engko Gie, kau sakit? oo, kasihan. Mari kaupijati....." kata


si dara cilik seraya tangannya yang kecil meraba pundaknya
Kwee Cu Gie dan memijatinya.

Ia kira dengan dipijati begitu, lukanya Kwee Cu Gie bisa


sembuh.

Nampak kelakuannya si gadis licik, Kwee Cu Gie merasa


lucu dan geli ketawa.

"Hei, engko Gie. Barusan kau meringis-ringis kesakitan,


kenapa sekarang ketawa ?" tanya Lan Ing heran, matanya
yang bagus mencilak lucu.

"Aku ketawakan kau, adik kecil." sahut Kwee Cu Gie.

"Memangnya aku kenapa ?" Lan Ing menanya kepingin


tahu.

"Adikku, kau sungguh baik sekali. Lantaran pijatanmu,


lukaku kurangan sakitnya."

"Aku senang kau berkata begitu. sebentar, kalau lukamu


sudah sembuh, kau bawa aku untuk melihat ayah dan ibuku,
ya "

Kwee Cu Gie tidak menyahut, sebaliknya ia menatap wajah


Lan Ing yang cantik mungil. si bocah juga balas menatap
dengan tersenyum. Entah bagaimana, Kwee Cu Gie rasakan
hatinya berdebaran beradu pandangan dengan si dara cilik, Ia
merasa kasihan pada anak kecil itu, tapi cara bagaimana ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membawanya ke sana untuk melihat mayat-mayat dari orang


tuanya ? Di sana tentu masih ada Hek-nia sam-long dengan
kawan-kawannya. Ia tidak takut untuk menggempur orang
jahat itu. Namun, kalau ia harus berkelahi dengan membawa-
bawa beban sidara cilik, tidak mungkin ia peroleh
kemenangan.

"Adik kecil, akan kubawa kau menemukan ayah dan ibumu


sebentar." Kwee Cu Gie menghibur.

"sekarang kau tunggu dahulu disini, jangan kemana-mana."

"Kau mau kemana ? Tidak. aku mau ikut " kata Lan Ing,
seraya bangkit berdiri ketika melihat Kwee Cu Gie berdiri dan
mau ngeloyor pergi.

Kwee Cu Gie sebenarnya ingin mencari kali kecil untuk ia


bersihkan darah pada pundaknya. Ia tidak ingin si dara cilik
melihat itu.

Maka ia mau tinggalkan Lan Ing sebentaran disitu. Ia tidak


kira kalau si nona cilik tidak mau ia tinggalkan.

"Aku mau mandi sebentar." Kwee Cu Gie membohong.

"Anak kecil tidak boleh lihat orang tua mandi. Makanya kau
tunggu saja sebentar disini."

Meskipun masih kecil, Lan Ing cerdik. Ia mengerti maksud


Kwee Cu Gie. Maka ia berdiri saja, tidak jadi mengikuti Kwee
Cu Gie.

"Engko Gie, kau jangan lama-lama pergi. Aku takut


sendirian disini." kata Lan Ing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sebentar aku kembali, kau jangan kemana-mana adik


kecil." sahut Kwee Cu Gie, seraya terus jalan mencari kali kecil
untuk membersihkan lukanya.

Lama juga ia mencari-cari, akhirnya ia menemukan juga


kali yang dicarinya.

Tidak lama ia membersihkan darah yang berlepotan,


segera ia kembali ke tempat Lan Ing ditinggal. Tapi, alangkah
kagetnya ia sebab si dara cilik sudah tidak ada dibawah pohon
dimana ia ditinggalkan.

Kemana Lan Ing ? Apa sudah diculik oleh orang-orangnya


Hek-nia sam-long ?

Kwee Cu Gie kebingungan. Ia menjadi nekad. Biar


bagaimana juga, Lan In akan ia rebut pulang dari tangannya
Hek-nia sam-long. Demikian ia mengambil keputusan.

Dengan menggunakan lari cepat, tidak lama, Kwee Cu Gie


sudah berada di tempat pertempuran tadi. Ia melihat mayat
bergelimpangan. Diantaranya ada wanita cantik dengan mata
melotot, terlentang sudah tidak bernyawa. Tidak jauh
daripadanya ada seorang setengah umur memelihara jenggot
panjang rebah dengan leher hampir putus. Kwee Cu Gie
menduga, mereka tentu adalah suami isteri dan ayah ibu dari
Lan Ing.

Mayat lainnya ia lihat dua tukang gotong joli dan beberapa


pengawalnya suami isteri yang bernasib malang itu dan ada
dua-tiga orang Hek-nia sam-long yang menggeletak tidak
bernyawa. Kwee Cu Gie geleng-geleng kepala. Hatinya sangat
terharu melihat mayat ayah dan ibunya Lan Ing dalam
keadaan tidak terurus. oleh sebab itu, maka ia gunakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedangnya menggali tanah, maksudnya mau mengubur


mereka itu.

Belum sampai Kwee Cu Gie beres buat lubang, tiba-tiba ia


mendengar suara ketawa dibelakangnya dan berkata seram :
"Masih berani datang, tandanya menghantarkan jiwa "

Cepat Kwee Cu Gie lompat keluar dari lubang yang belum


rampung digali.

Kiranya yang berkata-kata tadi adalah si berewokan yang


goloknya kena ditangkis terbang olehnya. Pikir Kwee Cu Gie,
kebetulan ada orang ini untuk ia mengompes keterangan
halnya si dara cilik yang lenyap itu.

"Aku memang berani datang, tapi untuk menghantarkan


jiwa tidak betul." kata Kwee Cu Gie dengan suara Jenaka.

"Haha, berani omong besar ya di depan Toaya Tadi kau


dengan cara kebetulan dapat menangkis golokku. sekarang
mari bertempur dengan Toaya sampai tiga ratus jurus untuk
menetapkan siapa unggul. Mari, mari datang dekat "

"Siapa sebenarnya namamu, sahabat ?" kata Kwee Cu ie,


tak melayani tantangan orang.

"Haha, kau belum tahu nama Toayamu ? Aku adalah Thian


lui-ciang Gouw In, tangan kanan dari Hek-nia sam-long. Aku
sebutkan namaku supaya kau jangan mati penasaran."

"Aku sebenarnya tak bermaksud berkelahi, aku hanya mau


menanya pada Gouw-heng, apakah noan cilik yang kubawa
tadi telah ditangkap pula oleh Hek-nia sam-long ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ada sangkut paut apa nona kecil itu denganmu?" balik


menanya Gouw- In.

"Tentu saja ada sangkut pautnya, dia adalah keponakanku "

"Kau pamannya ? Hahaha, kau boleh cari keponakanmu itu


di akherat "

Terkejut Kwee Cu Gie mendengar perkataan Thian- lui-


ciang Gouw In, si Pukulan Geledek. Apa benar anak manis
yang lincah luwes itu telah dibunuh oleh Hek-nia Sam-long ?
Hampir tak percaya akan pendengarannya tadi, maka Kwee
Cu Gie menanya :

"sahabat, kau jangan main-main. Apa betul nona kecil itu


dibunuh ? Kalau dibunuh, siapa pembunuh kejam itu ? Tolong
Gouw-heng kasih tahu."

si Pukulan Geledek tercengang mendengar kata-kata Kwee


Cu Gie, yang semestinya marah dan menyerangnya
mendengar keponakannya sudah dibunuh mati.

"Anak muda." sahutnya kemudian. "Kau jangan recoki


perkara anak kecil itu. sekarang kau lawan aku tiga ratus jurus,
kalau aku kalah baru kita bicara tentang anak bau itu."

"Apa bicara Gouw-heng dapat dipegang ?" kata Kwee Cu


Gie, yang ada harapan bahwa anak kecil mungil itu jiwanya tak
dihabiskan manakala mendengar perkataan si Pukulan
Geledek tadi.

"Thian- lui-ciang belum pernah tak pegang janji " sahut si


Pukulan Geledek. seraya tepuk-tepuk dadanya.

"Bagus " kata Kwee Cu Gie. "Mari kita mulai "


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Gouw In lantas saja mulai menyerang dengan golok


besarnya.

Pantasan Gouw In mendapat julukan si Pukulan Geledek.


karena tenaganya besar. Golok yang dimainkannya
menghembuskan angin yang menderu- deru, menandakan
bahwa tenaganya sangat hebat. Tapi, Kwee Cu Gie melayani
ia dengan tenang-tenang saja.

Jurus demi jurus telah dilewati, setelah jurus kelima belas,


tampak Thian- lui-ciang Gouw In sudah mulai kendur
serangannya. Ia sudah mulai capek. terlalu banyak mengobral
tenaganya untuk menjatuhkan lawannya.

Pada jurus ketujuh belas dengan enak saja, pedang Kwee


Cu Gie menyontek pergelangan tangan Gouw In yang
mencekal golok hingga senjata berat itu, jatuh ditanah.

sambil pegangi pergelangan tangannya yang berlumuran


darah, si Pukulan Geledek berdiri bengong mengawasi Kwee
Cu Gie yang bersenyum-senyum ke arahnya.

Thian- lui-ciang Gouw In merasa berterima kasih kepada


lawannya sebab kalau Kwee Cu Gie berlaku telengas, siang-
siang ia sudah dirobohkan dengan mandi darah.

" Gouw-heng, aku harap kau buktikan perkataanmu." kata


Kwee Cu Gie ketawa.

"Ini buktikan " terdengar orang berkata di belakang Kwee


Cu Gie, bacokan golok menyusul dengan dahsyat sekali. Lain
golok menyapu lambungnya.

Untung Kwee Cu Gie lihai. Golok yang membacok


pundaknya, ia kelit dengan mengelakkan diri. Berbareng ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

enjot kakinya melambung ke atas hingga sabetan golok ke


lambungnya dapat dihindarkan. Begitu ia turun menginjak
tanah, penyerang pertama sudah tidak kasih kesempatan
padanya. Goloknya berkelebat mengarah dada, tapi Kwee Cu
Gie tidak gugup. Pedangnya dipakai menangkis dari bawah ke
atas hingga dua senjata beradu mengeluarkan suara keras
sekali. Tangannya orang yang memegang golok tergetar.
Kwee Cu Gie tidak sia-siakan kesempatan ini. Pedangnya
nampak menusuk dan 'cres ' menusuk perut. Darah keluar
sebagai air mancur ketika pedangnya Kwee Cu Gie ditarik
pulang untuk menangkis serangan golok kawannya si korban
yang membabat pinggangnya.

orang itu menarik pulang goloknya. Kwee Cu Gie


merangsek dengan jurus Tok-coa-sim-hiat atau 'Ular berbisa
mencari lubang'.

Pedangnya Kwee Cu Gie bersarang di dada lawannya


hingga arwahnya orang itu juga menyusul arwah kawannya
yang barusan pergi.

Gouw In berdiri bengong saja. Ia tidak membantu dua


kawannya yang mengeroyok Kwee Cu Gie. Kenapa ? Karena
meskipun ia seorang kasar, Gouw In tidak mau melanggar
janjinya kepada Kwee Cu Gie.

sambil membersihkan pedangnya yang meminta dua


korban, Kwee Cu Gie ketawa pada Gouw In dan berkata : "
Gouw-heng, sekarang kau boleh cerita tentang anak kecil itu."

"Anak muda." sahut isi Pukulan Geledek.

"Meskipun aku kasar, aku belum pernah merusak


perjanjian. Kau lihat, barusan kalau aku tidak pegang janji,
tentu aku ikut mengeroyok kau. Terus terang kukatakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

padamu bahwa nona kecil itu tidak jatuh dalam tangan kami.
Percayalah pada omongan Gouw In. Kalau kau tidak mau
percaya juga, itu terserah "

Kwee Cu Gie berdiri bengong. Ia percaya pada keterangan


si Pukulan Geledek. Pikirannya jadi bingung, kemana dia
harus mencari si nona cilik itu siapa yang sudah membawanya
pergi. Kwee Cu Gie menjadi lesu oleh karenanya.

Ketika ia menanyakan halnya suami isteri yang dibunuh itu,


Kwee Cu Gie hanya dapat keterangan bahwa mereka adalah
hartawan dari sie-ke-chung. soal lainnya Gouw In tidak mau
cerita sebab itu adalah urusan Hek-nia sam-long katanya. Ia
orang bawahan hanya menurut perintah atasan saja.

Kwee Cu Gie mengucapkan terima kasih atas keterangan


Gouw In. Kemudian mereka berpisahan. Gouw In berlalu dari
situ, sementara Kwee Cu Gie meneruskan menggali kuburan
untuk mengubur mayat hartawan suami-isteri.

setelah selesai, ia berdiri sejenak di depan kuburan dan


mulutnya kemak-kemik, entah apa yang ia katakan. Rupanya
ia berjanji bahwa bagaimana juga ia akan mencari sampai
dapat Lan Ing yang entah dibawa oleh siapa.

sejak itulah Kwee Cu Gie mencahari Lan Ing. sayang dara


cilik itu terus menghilang tak meninggalkan jejak. Meskipun
demikian, ia percaya satu waktu ia akan berjumpa pula
dengan gadis cilik lindah dan menarik hatinya itu. Karena
setiap saat belum pernah menghilang senyumannya yang
manis menari-nari dalam kelopak matanya. Tempat itu berada
di luar kota Hoa-im.....

Dalam perantauannya, sekali ia ingat akan tempat yang


berkesan baginya itu. Pasti Kwee Cu Gie menyediakan tempo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

untuk menengoki tempat tersebut. Di s a nan untuk beberapa


hari lamanya ia membuang tempo pergi sana sini, seakan-
akan ingin menjumpai pula si dara cilik yang sangat menarik
hatinya itu.

sang tempo berjalan cepat. Lima tahun kemudian tempat itu


masih tak terlupakan oleh Kwee Cu Gie yang namanya
sekarang telah menjulang tinggi dalam rimba persilatan.

Kwee Cu Gie Tayhiap menjadi buah bibir diantara orang-


orang kuat yang baik dan jahat, malah diantara orang-orang
miskin, nama itu sangat populer karena perbuatan-perbuatan
Kwee Cu Gie yang banyak menolong orang-orang susah.

Pada suatu hari ketika Kwee Cu Gie untuk kesekian kalinya


mengunjungi tempat yang mengesankan di luar kota Hoa-Im
itu.

setelah ia berjalan sana sini dengan harapan kosong dapat


menemui pula Lan Ing, si mungil, ia duduk mengaso di atas
sebuah batu yang terdapat tidak jauh dari sebuah pohon
besar. Ia memandang jauh, jauh ke depan dengan pikiran
melayang-layang.

Terbayang si mungil pada kelopak matanya, sujennya pada


pipi kanannya yang kalau ketawa memikat siapa yang
melihatnya, membuat Kwee Cu Gie terkenang. sekalipun
pertemuan ia dengan si dara cilik dahulu itu hanya sebentaran
saja.

Entah bagaimana, ia sendiri juga tidak tahu kenapa hatinya


terpikat oleh si dara cilik yang mungil itu, sampai berkali-kali ia
datang ke tempat itu seakan-akan ia tidak percaya bahwa ia
tidak akan menemui pula Lan Ing, si mungil.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lima tahun sudah lewat, entah si dara cilik sekarang


bagaimana keadaannya. Pasti ia akan merupakan 'sweet
seventeen', yang kecantikannya tiada taranya.

Kwee Cu Gie heran atau tidak habis mengerti. Dalam


perantauannya ia menemukan banyak gadis-gadis yang
cantik-cantik, tetapi tidak membikin hatinya tergerak. sejak ia
menemui Lan Ing, seakan-akan hatinya membeku gara-gara si
dara mungil, yang sepantasnya menjadi adiknya.

Matanya berkaca-kaca, entah apa yang membikin hatinya


menjadi sedih dan menangis.

Pada saat itulah tiba-tiba Kwee Cu Gie dibikin kaget


mendengar suara ketawa ngikik di balik pohon. sekali enjot
tubuhnya mencelat ke arah pohon. Di lain detik ia sudah
berhadapan dengan dara kecil langsing yang cantik luar biasa
bersenyum-senyum kearahnya.

"Kau, oh, kau........ " Kwee Cu Gie terbelalak matanya.

"Ya, aku Lan Ing........." sahut suara empuk mengaduk


kalbu.

Kwee Cu Gie kenali Lan Ing, melihat sujen pada pipi kanan
yang bergerak-gerak ketika si cantik bersenyum manis.
Hampir saja ia menubruk dan merangkul Lan Ing seketika,
saking girangnya. Kalau saja ia tidak ingat bahwa Lan Ing
sekarang bukannya Lan Ing yang berusia dua belas tahun
dulu. Ia hanya menatap wajah Lan Ing yang sangat cantik itu.

"Engko Gie, kenapa kau menangis ?" tanya Lan Ing, ketika
melihat matanya Kwee Cu Gie berkaca-kaca.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku menangisi kau, adik Ing." Kwee Cu Gie mengaku blak-


blakan.

"Kenapa engko Gie tangisi aku, aku toh tidak mati ?" sahut
si cantik lucu.

"Adik Ing, kau bikin pamanmu putus harapan mencarimu."


ujar Kwee Cu Gie halus.

"Engko Gie, asal kau berani bahasakan diri paman lagi,


akan kucubit kau " mengancam si jelita seraya unjukkan jari
jempol dan telunjuknya yang putih halus.

Kwee Cu Gie melengak. tapi sejenak kemudian dengan


bersenyum ia berkata : "Adik Ing, kau jangan main-main
dengan pa...... aduh "

"Memangnya aku tidak berani buktikan ancamanku ?


Hihihi........" si dara cilik ketawa geli seraya tarik pulang
tangannya yang barusan mencubit lengannya Kwee Cu Gie
sampai teraduh-aduh.

"Sekali lagi kau membahasakan diri paman, lihat saja nanti


" Lan Ing menambahkan, sehabisnya ia ketawa ngikik, Kwee
Cu Gie jadi berdiri bagai terpaku, menyaksikan keberanian
Lan Ing dan gayanya yang lucujenaka. sebaliknya si dara cilik
ketawa ngikik lagi melihat Kwee Cu Gie sikapnya pada saat itu
seperti orang yang tolol.

Pada saat itulah tumbuhnya cinta murni dari Kwee Cu Gie


terhadap Lan Ing. Ia sekarang sadar bahwa kenangan dan
perasaan rindunya pada Lan Ing lantaran cinta dalam artian
mengambil Lan Ing sebagai kawan hidupnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sejak itulah Kwee Cu Gie dan Lan Ing perhubungannya


makin akrab. Pada suatu hari Kwee Cu Gie blak-blakan
menyatakan cintanya pada Lan Ing dan minta Lan Ing suka
menjadi isterinya. Tapi Lan Ing mengajukan syarat yang Kwee
Cu Gie menemukan kesulitan. Syarat itu ialah Kwee Cu Gie
harus keluarkan semua kepandaiannya untuk menjatuhkan
Lan Ing. Kalau si dara jelita dapat dikalahkan, baharu Lan Ing
dengan rela di jadikan isterinya Kwee Cu Gie.

Kwee Cu Gie adalah satu Tayhiap (pendekar besar). Untuk


mengalahkan Lan Eng tidak akan menemukan kesukaran,
pikirnya.

Cuma kalau Lan Ing sudah kalah, apa si nona cantik tidak
jadi uring-uringan ? Maklumlah orang perempuan suka
menang sendiri Untuk dapatkan si cantik, terpaksa Kwee Cu
Gie ikutkan kemauannya Lan Ing.

Mereka telah pilih suatu tempat yang baik untuk


pertandingan. Dibawah terangnya sang rembulan, mereka
pada suatu malam telah bertempur hebat. Kwee Cu Gie yang
mengira dengan mudah saja mengalahkan Lan Ing, ternyata
meleset perhitungannya.

Perlawanan Lan Ing sangat gigih, malah hampir-hampir


Kwee Cu Gie jadi pecundang kalau ia tidak sangat lihai
meluputkan diri dari serangan Lan Ing yang berbahaya.

sampai tiga ratus jurus yang ditetapkan, mereka tidak ada


yang kalah dan menang. Mereka bertanding seri. Hal mana
membuat Kwee Cu Gie sangat heran. Dari mana Lan Ing
mempunyai kepandaian demikian ampuhnya. Ketika Kwee Cu
Gie menanyakan hal ini, Lan Ing hanya menjawab dengan
senyuman saja. Ia tidak mau menerangkan siapa gurunya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Untuk menyenangkan hatinya si cantik, Kwee Cu Gie tidak


mendesak dalam hal itu.

Sebenarnya, dengan pertandingan seri itu berarti cita-cita


Kwee Cu Gie untuk memperisterikan Lan Ing menjadi buyar.
Namun, oleh karena si jelita kasihan kepada si pemuda yang
sungguh-sungguh hendak mengambil dirinya sebagai kawan
hidup, akhirnya si jelita rela juga di jadikan isterinya Kwee Cu
Gle. Suami isteri itu hidup akur dan beruntung.

Pada suatau hari ketika suami isteri pendekar itu lewat


diluar dusun Kunhiang, mereka menemukan dua pria yang
sedang bertempur seru. Tidak jauh dari mereka ada satu
wanita cantik yang sedang memegangi anak perempuan kira-
kira berusia empat- lima tahun. Tampak romannya sangat
gelisah menyaksikan dua pria itu yang berkelahi mati-matian.

"Engko Gle, mari kita pisahkan mereka " mengajak Lan Ing.

"Tunggu dulu " kata Kwee Cu Gle, menyusul ia


perdengarkan tertawanya yang melengking nyaring
mengandung lwekang hingga dua orang yang sedang
bertempur tadi lompat memisahkan diri seperti ketakutan.

Itulah suara ketawanya Kwee Cu Gie yang sangat terkenal


dikalangan Kang-ouw. orang jahat yang mendengar suara
ketawa itu akan lari terbirit-birit, sedang orang baik-baik akan
berdiri terpaku seperti mentaati perintah.

Tampak dua bayangan melesat saling susul, begitu suara


ketawa berhenti.

Mereka itu adalah Lan Ing dan Kwee Cu Gie. Terlambat


ketika mereka sampai di tempat perkelahian. Karena salah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

satu pria yang berkelahi tadi, dengan kecepatan kilat sudah


menyambar tubuhnya si wanita cantik dibawa kabur.

Anaknya menangis memanggil : "Ibu....... ibu......... "

Pria yang ada disitu menghampiri si bocah sambil


mengelus-elus kepalanya. Ia berkata : "Anak Hiang, biarkan
ibu durjana itu dibawa gendaknya. Ayah nanti cari ibu lain
yang lebih menyayangi anak Hiang............"

"Adik Ing, kau kejar manusia itu " kata Kwee Cu Gie pada
isterinya, yang lantas enjot tubuhnya melesat menyusul pria
yang lari tadi membawa si cantik, sedang Kwee Cu Gie
menghampiri pria yang tengah mengelus-elus kepala anaknya.

Ketika Kwee Cu Gie belajar kenal, ternyata pria itu bernama


Liu In Ciang, penduduk dari dusun Kunhiang. Perempuan yang
dibawa lari itu adalah isterinya dan pria yang menculik
isterinya itu bernama oey Hoan Ciang.

"Liu Heng, kau jangan khawatir. Isterimu akan kembali


dengan pria jahat itu" Kwee Cu Gie menghibur.

"Isteriku pasti dapat menyusul mereka dan membawa


pulang."

"Terima kasih Kwee-heng. Tapi rasanya aku tidak begitu


perlu lagi dengan perempuan begituan yang rela dibawa lari
oleh lelaki laini" sahut Liu In ciang tawar.

Liu In ciang sebenarnya sangat gusar pada saat itu.


Menuruti hatinya, ia kepingin mencaci maki sang isteri dan oey
Hoan ciang, pria yang membawanya lari. Namun, seberapa
bisa ia tekan kegusarannya itu dihadapan Kwee Cu Gie yang
sangat dihormati orang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lama ditunggu tidak kelihatan bayangannya Lan Ing. Kwee


Cu Gie menjadi heran. ia lalu menyusul setelah permisi pada
Liu In Ciang.

Di sana ia lihat Hoan ciang sudah ditotok roboh oleh


isterinya. sedang si wanita cantik, isterinya Liu In ciang tampak
sedang berlutut di depan Lan Ing.

Kwee Cu Gie heran. cepat ia menghampiri isterinya, justru


wanita itu sedang berkata pada Lan ing : "Nona, kaujangan
bunuh dia. Tunggu aku kasih keterangan, baharu nona dapat
mempertimbangkan duduknya perkara."

"Adik In, kasih kesempatan dia bicara." menyela Kwee Cu


Gie.

Wanita itu menerangkan di depan suami isteri pendekar kita


bahwa oey Hoan ciang adalah pemuda pujaannya dan mereka
berjanji akan menjadi suami isteri. Apa mau, pada enam tahun
berselang oey Hoan Ciang pergi merantau tidak terdengar
kabar beritanya hingga putuslah harapan wanita itu, yang
bernama Lie Ceng Hoa bahwa kekasihnya akan kembali
dengan selamat. Maka ketika keluarga Liu datang meminang,
ceng Hoa tidak punya alasan untuk menolak dan lamaran
diterima oleh orang tuanya Ceng Hoa.

Ian ciang dan ceng Hoa menikah kira-kira hampir dua


tahun, lahirlah seorang anak perempuan yang dinamai Bwee
Hiang. Mereka sangat beruntung dengan lahirnya sang puteri.

Apa mau, tiba-tiba oey Hoan ciang muncul kembali dari


perantauannya dan telah menagih janji pada Ceng Hoa untuk
sehidup semati. Ceng Hoa jadi serba salah. Ia memang
mencintai Hoan ciang, tapi sekarang ia sudah punya suami.
Bagaimana ia harus mengambil keputusan ? Ceng Hoa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

didesak Hoan ciang, ragu-ragu ia untuk meninggalkan Liu In


ciang, suaminya. sampailah pada hari itu, ketika Ceng in Hoa
dan suami serta anaknya pulang, habis menghadiri pernikahan
salah satu familinya, telah terjadi perampasan terang-terangan
oleh oey Hoan ciang atas dirinya Ceng Hoa.

"Sekarang bagaimana kau ambil keputusan ?" tanya Lan


Ing, ketika Ceng Hoa habis menutur dan ia menangis
sesenggukan.

"Kejadian sudah jadi begini. Aku akan mengikut Hoan


ciang." sahut Ceng Hoa.

Lan Ing melirik pada Kwee Cu Gie seperti yang minta


advisnya sang suami.

" Kau pikir bagaimana ?" Kwee Cu Gie tak dapat


mengambil keputusan.

"Enci Ceng pulang lagi pada suaminya tentu tak bakal


hidup tentram untuk selanjutnya karena ia pasti akan
mendapat rupa-rupa hinaan. Malah belum tentu suaminya
akan menerima ia kembali, setelah adanya Kejadian begini.
Aku pikir, biarkan saja dia ikut orang she oey. sebab orang she
oey sangat mencintai enci Ceng, sehingga berani menempuh
bahaya untuk merampas kekasihnya. Aku rasa dia tak akan
membuat terlantar dirinya enci Eng. Coba, apa betul
putusanku ini, engko Gie?" demikian pendapat si jelita, yang
ternyata lebih cerdik dari suaminya dalam soal mengambil
keputusan.

Kwee cu Gie ketawa. "Adik Ing." katanya. "Aku setuju


dengan keputusanmu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

oey Hoan Ciang segera dibebaskan dari totokan lalu


menghampiri Ceng Hoa yang masih berlutut dan sama-sama
Ceng Hoa berlutut didepannya Kwee Cu Gie suami isteri untuk
mengucapkan terima kasihnya atas kemurahan hati mereka.

Kwee cu Gie merasa tidak enak, cepat ia suruh mereka


bangun .

Lan Ing senang pada Ceng Hoa yang tidak genit seperti
diduga semula.

"sekarang kalian hendak tinggal dimana ?" tanya Lan Ing.

"Masih belum ada ketetapan." sahut Hoan Ciang yang


mendahului Ceng Hoa. "sebab kalau aku kembali ke
Kunhiang, aku kuatir akan mendapat gangguan dari Liu In
Ciang yang pasti masih panas hatinya."

" Kalau begitu." kata Lan Ing sambil melirik pada Kwee Cu
Gie.

" Untuk sementara sampai kalian dapat tempat yang tetap.


mari ikut kami saja, tinggal sama-sama."

"Terima kasih, nona. Kau sungguh baik sekali." sahut Ceng


Hoa lantas.

Kwee cu Gie ketawa pada isterinya sebab ia tahu maksud


Lan Ing yang pada saat itu sedang mengandung tujuh bulan.
sudah dekat temponya ia melahirkan dan memerlukan
bantuan orang. Ia setuju sang isteri memilih Ceng Hoa
sebagai teman dan yang nanti akan menolong Lan Ing diwaktu
sampai temponya sang isteri melahirkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kwee Cu Gie tidak kembali pada Liu In Ciang, sebaliknya,


ia ajak isterinya pulang bersama-sama dengan Ceng Hoa dan
oey Hoan Ciang.

Betul tajam penglihatannya Lan Ing. Ceng Hoa adalah


merupakan teman dan pembantu yang memuaskan diwaktu ia
bersaling.

Kwee cu Gie dan Lan Ing bukan main girangnya anak yang
pertama dilahirkan itu lelaki.

oey Hoan ciang dan Ceng Hoa sayang pada anak itu
seperti pada anaknya sendiri hingga suami isteri pendekar kita
merasa sangat berterima kasih.

Makin erat saja perhubungan mereka, sampai kemudian


mereka telah angkat saudara.

Kwee Cu gie dan Lan Ing memberi nama satu huruf 'sin'
(mujizat) pada anaknya . jadi bernama Kwee sin. Pemberian
nama itu berdasarkan perjodohan Kwee Cu Gie dan Lan Ing
yang boleh dikatakan 'mujizat', berpisahan lima tahun,
perbedaan umur jauh dan melalui pertarungan untuk
merangkap jodoh.

Ketika Kwee sin sudah berumur satu tahun lebih, tiba-tiba


pada satu hari oey Hoan Ciang membawa pulang satu anak
perempuan kira-kira berusia dua tahun. Entah anak siapa,
menurut oey Hoan ciang ia dapat merebut dari seorang ok-pa
(jagoan) melalui pertarungan hebat. Ia merebut anak itu
didorong oleh perasaan kasihan karena anak itu menangis
saja dan dibentak-bentak oleh jagoan tersebut, yang
belakangan diketahui bernama Houw Toa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika Hoan ciang menanya anak siapa itu menangis saja,


Gouw Toa menjadi marah hingga mereka jadi bertengkar
disusul oleh perkelahian seru. oey Hoan ciang dikeroyok oleh
Gouw Toa dan kawan-kawan.

Untung ia dapat merobohkan Gouw Toa dan kawan-


kawannya, kemudian merampas anak itu

"Kalian belum punya anak, baik sekali kalau merawat anak


itu sebagai anak kalian." berkata Lan Ing kepada oey Hoan
ciang dan isterinya.

Ceng Hoa sangat senang pada anak itu yang ternyata


sangat Jenaka dan berani. setelah beberapa saat saja mereka
berkumpul.

Dengan persetujuan Kwee Cu Gie dan isteri, Ceng Hoa


kasih nama anak itu Eng Lian. Dalam usia dua tahun, Eng Lian
sudah mulai melucu hingga menarik simpati Lan Ing.

Pada suatu hari untuk menghadiri pesta pernikahan dan


seorang sahabatnya, Kwee Cu Gie dan Lan Ing telah
membawa Eng Lian ikut serta, sedang ceng Hoa diwajibkan
menjaga Kwee sin.

oey Hoan ciang pada hari itu tidak ada di rumah, sedang
keluar menemui sahabatnya.

Ketika Kwee Cu Gie dan Lan Ing pulang, alangkah


terkejutnya mereka sebab Ceng Hoa kedapatan tangannya
ditelikung sedang mulutnya disumpal kain-kainan atau kain
popek dari Kwee sin hingga ia tidak bisa buka suara berteriak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sementara Kwee Cu Gie melihat Kwee sin, sang isteri telah


membukai ikatan ceng Hoa dan dikeluarkan kain-kainan yang
menyelot mulutnya Ceng Hoa.

Kwee cu Gie disana sudah berteriak "celaka" sebelum


Ceng Hoa dapat menuturkan apa-apa ketika ditanya Lan Ing.
Kaget si cantik mendengar teriakan suaminya. Cepat ia masuk
ke kamar, dimana ia dapatkan Kwee Cu Gie berdiri menjublak,
sedang Kwee sin sudah tidak kelihatan diatas tempat tidurnya.
Lan Ing menubruk tempat tidur kosong sambil menangis
gegerungan.

Menurut Ceng Hoa yang menculik Lo In adalah dua orang


yang tubuhnya pendek dan satu jangkung. wajah mereka tidak
kelihatan karena mereka mengenakan kedok.

Ceng Hoa tidak pandai silat, maka ia tidak dapat


memberikan perlawanan. Ketika ia hendak berteriak sudah
keburu ditekap mulutnya kemudian disumpal kain-kainan dan
tangan serta kakinya diikat kencang.

Kwee Cu Gie lantas keluar mencari keterangan dan minta


bantuan kawan-kawan, tapi luput diketemukan kawanan
penculik itu Ia pulang waktu sore dengan muka lesu.

Lan Ing terus-terusan menangis, meskipun Kwee Cu Gie


dan Ceng Hoa bergiliran menghiburnya .

oey Hoan ciang juga kaget ketika pulang menemukan


Kejadian yang tidak diinginkan itu. Ia pun turut menghibur si
cantik, akan tetapi si cantik tetap menangisi anaknya yang
hilang. oey Hoan ciang juga tidak tinggal diam, ia juga keluar
dan mencari keterangan di sana sini, tapi hasilnya nihil.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sejak hilangnya Kwee sin rumah tangga Kwee Cu Gie


nampak tidak bahagia. Tiap hari kelihatan Lan Ing bersusah
hati.

Kwee Cu Gie menjadi bingung. Ia lalu ambil keputusan


untuk mencari ke lain tempat.

Ketika mau berangkat, ia pesan isterinya supaya menjaga


diri Jangan menangis saja. Ia akan mencari anaknya di lain
tempat dan minta teman-teman tolong mencarikannya.

Lan Ing tidak kata apa-apa. sedang pada Ceng Hoa, Kwee
Cu Gie juga tinggalkan pesan supaya tolong menjagai
isterinya dan seberapa bisa menghiburnya, jangan terlalu
berduka, dikuatir kesehatannya nanti terganggu.

Tapi, ketika semua sudah diatur beres, ternyata Kwee Cu


Gie menghadapi kebingungan lagi. Karena ketika ia pulang
ternyata isterinya sudah pergi. Ia hanya dapat secarik kertas
yang tertulis : "DAPATKAN KEMBALI ANAK KITA. BARU AKU
MAU BERKUMPUL LAGI".

Nyaris gila Kwee Cu Gie ditinggal pergi oleh Lan Ing si


mungil.

Sejak itulah pikiran Kwee Cu Gie seperti orang iinglung. ia


telah meninggalkan rumahnya dengan tidak diketahui oleh oey
Hoan Ciang dan isterinya.

Kwee Cu Gie telah merobah namanya menjadi Liok sinshe


untuk menyerep-nyerepi anaknya.

Ia menjalankan pekerjaan tukan khoamia (tukang ramal


nasib) dan mengobati orang sakit (sinseh). Hatinya kosong
sejak kehilangan anak dan isterinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kwee Cu Gie mengumpatkan namanya menjadi Liok


sinshe, ini sebenarnya hanya bermaksud menghindarkan
banyak musuhnya yang mengarah dirinya. Dalam keadaan
iinglung, ia tidak ungkulan melayani musuh-musuhnya yang
berkepandaian tidak rendah.

Ia tahu adat isterinya sangat keras. Meskipun ia


menemukan isterinya dan diajak berkumpul kembali tak akan
berhasil. Ia toh masih terus mencari. Pikirnya, kalau nanti
sudah ketemu, bagaimana baiknya saja ia mengambil sikap
supaya hati Lan Ing menjadi lemah dan bersedia berkumpul
lagi untuk mencari anaknya bersama-sama.

Akan tetapi bertahun-tahun dicari, jangan lagi anak sedagn


isterinya tidak kelihatan batang hidungnya. Makin kesepian
Kwee Cu Gie sehingga ia menjadi putus asa. Nyaris ia
membunuh diri kalau tidak tiba-tiba kupingnya seperti ada
yang membisiki :

"Percuma kau jadi Tayhiap. untuk mencari anak dan isteri


saja tidak becus "

Entah siapa yang membisiki kupingnya, mungkin salah satu


Loocianpwee yang menaruh perhatian atas dirinya.
semangatnya timbul lagi.

Pada suatu hari, ketika ia iseng-iseng memasuki kuil


Thiang-oug-sie untuk mencabut ciamsi, waktu ia keluar lagi
dengan tiba-tiba perhatiannya tertarik pada seorang bocah
kurus kering yang lincah dan gesit sedang bermain petak
bersama teman-temannya.

Makin diperhatikan, ia makin tertarik pada si bocah dari


kalangan jembel itu. Anak itu ternyata Lo In adanya yang
belakang Kwee Cu Gie yakin betul bahwa anak ini ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

puteranya yang hilang. Karena selain tanda daging menjendil


dibelakang telinganya, yang merupakan tanda khas dari

puteranya yang hilang dan anak itu makin meningkat


usianya makin nyata wajahnya menyerupai dirinya (Kwee Cu
Gie). oleh sebab itu, bukan main girangnya Kwee Cu Gie.

Karena dengan diketemukannya Kwee sin, maka isterinya


akan dengan mudah dipanggil pulang, manakala diketahui Lan
Ing ada dimana.

Kwee Cu Gie belum mau mengaku bahwa ia adalah


ayahnya pada Lo In karena ia belum menemuijalan untuk
meyakinkan Lo In bahwa dirinya adalah ayahnya. Lain
daripada itu, juga Kwee Cu Gie tidak mau pelajaran Lo In
terganggu oleh pertemuan mereka sehingga Lo In nanti tidak
begitu tekun dalam belajarnya lantaran menganggap dirinya
adalah ayahnya sendiri, sebagaimana kebiasaan anak-anak
yang suka manja kepada ayahnya.

Kwee Cu Gie terus menurunkan semua kepandaiannya


dalam ilmu silat dan surat sehingga kepandaian Lo in sudah
berimbang dengan dirinya dan hanya memerlukan
penggemblengan lwekang saja dan setelah itu si bocah akan
menjadi seorang bocah yang luar biasa kepandaian silatnya.

Pada malam itu, Kwee Cu Gie sudah tak tahan menutup


rahasianya. Maka ia hendak menceritakan satu kisah kepada
Lo In. Akan tetapi justru saat itu ia telah disatroni oleh
siauwsan Ngo-ok yang diperkuat oleh siong Leng dan jin Leng
Tojin serta Tiat Ci Hweeshio (si Pendeta Jari Besi) .

Dan pada akhirnya Liok sinshe (Kwee Cu Gie) kena


dibokong oleh KimPopo dan jatuh di jurang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kwee Cu Gie adalah orang yang sangat lihai. Tidak mudah


ia mati jatuh kejurang. Waktu ia terpelanting, dengan
kepandaiannya menggunakan ilmu meringankan tubuh, ia
mendarat pada satu dahan pohon dengan selamat. Ia tahu
bahwa ia terkena racun jarumnya si nenek. Cepat ia menelan
lima biji obat pilnya sekaligus, hingga menjalarnya racun
tertahan.

Kemudian ia mencari tempat untuk bersemedhi, dimana ia


mengerahkan lwekangnya dan berhasil mengeluarkan racun
serta jarum Kim Popo melalui jari jempolnya yang ia kupas
sedikit sebagai jalannya darah.

Tenaganya sudah hampir habis diperas untuk


mengeluarkan racun dan jarum jahat, maka Liok sinshe (Kwee
cu Gie) tidak berani lagi naik ke atas jurang untuk
menggempur musuh-musuhnya lagi. sedang Lo In, ia percaya
tentu sudah menyelamatkan diri.

Ia tahu bahwa Lo In adalah satu bocah cerdik. Ia percaya


dalam perantauan bocah itu tidak bakal menemui kesulitan.
Maka, setelah ia merasakan badannya mulai mempunyai
tenaga lagi, Liok sinshe memutari lembah dan mencari buah-
buahan untuk mengisi perutnya yang lapar.

Dengan tidak diduga-duga dalam lembah itu ketemu oey


Hoan ciang dan nyonya, yang menetap disitu. Bukan main
menggirangkan pertemuan mereka dan melihat Eng Lian
sudah besar dan ia perkenalkan namanya "Tan sianseng".

Ia beristirahat dirumahnya oey Hoan cian dan sangat


dihormati oleh tuan dan nyonya rumah seperti yang Eng Lian
pernah tuturkan pada Lo In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pada suatu hari oey Hoan ciang pulang dari bepergian, ia


sampaikan kabar pada Kwee Cu Gie bahwa ia melihat satu
wanita cantik yang romannya persis seperti Lan Ing dalam
sebuah rumah penginapan. ia tidak berani menegur, karena
adatnya Lan Ing yang istimewa, salah-salah ia bisa kena
semprot.

Kwee Cu Gie tahu bahwa Lan Ing sangat sayang pada


Ceng Hoa, maka ia ajak Ceng Hoa pergi untuk menemui
isterinya karena ia sendiri tentu tidak ungkulan membujuknya.

Itulah Kejadian yang Eng Lian tuturkan pada Lo In, katanya


Tan sianseng menghilang, ibunya juga turut menghilang.

Ternyata kedatangan Kwee Cu Gie dan ceng Hoa ke rumah


penginapan sudah terlambat. Lan Ing sudah pergi entah
kemana.

Kwee Cu Gie coba mencari disekitar rumah penginapan


tersebut, Lan Ing tetap tidak dapat dijumpai. Dengan begitu
Kwee Cu Gie menjadi lesu, ia ajak Ceng Hoa pulang kembali.

Di tengah perjalanan, Kwee Cu Gie ketemu oey Hoan ciang


yang sedang menolong orang yang terluka parah. Kiranya
yang terluka itu adalah Ngo-tok sian-jin dari Ngo-tok-kauw.

Kauwcu dari Ngo-tok-kauw itu dikeroyok oleh musuh-


musuhnya. Untung ia lihai dan dapat memukul mundur lawan-
lawannya.

Cuma saja ia sendiri mendapat luka di dalam yang sangat


parah, hingga jalan belum berapa tindak ia sudah ambruk.
Untunglah musuh-musuhnya tidak datang kembali, kalau tidak,
celakalah Ngo-tok sian-jin menemukan ajalnya yang terhina.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ngo-tok sian-jin merasa berterima kasih kepada oey Hoan


ciang yang coba menolong dirinya dengan sungguh-sungguh
tapi tidak bisa tertolong karena lukanya sangat parah.

Di waktu mau menarik napasnya yang penghabisan, Ngo-


tok sian-jin serahkan say-cu-leng pada oey Hoan ciang. Ia
minta dengan sangat supaya orang she oey itu suka
menggantikan ia sebagai Kauwcu dari Ngo-tok-kauw. Ia kuatir
tanpa ada pimpinan dari seorang baik, Ngo-tok-kauw tentu
bisa berantakan karena orang-orangnya Agama Panca Bisa
itu terlalu fanatik.

oey Hoan Ciang hobinya menyelidiki racun ular. Maka


banyak ular berbisa ia dapat takluki. Kint ia diminta untuk
mengepalai Agama Panca Bisa (Ngo-tok-kauw), hatinya
tertarik untuk mengetahui empat macam racun lainnya kecuali
ular. Maka permohonannya Ngo-tok sian-jin ia terima dengan
baik.

Dengan dihantar oleh Kwee Cu Gie, oey Hoan ciang dan


isterinya langsung pergi ke markas Ngo-tok-kauw. Dengan
mudah, setelah menunjukkan lambang Kauwcu yang berupa
say-cu-leng, oey Hoan ciang diterima menjadi Kauwcu.

Kwee Cu Gie tinggal lama juga dalam markas Ngo-tok-


kauw untuk melindungi oey Hoan Ciang Kalau- Kalau ada
pengikutnya Ngo-tok-kauw yang tidak senang pada Kauwcu
yang baru dan berontak. Akan tetapi sebegitu jauh, ia lihat
orang-orang Ngo-tok-kauwpada menghormati ketuanya. oleh
sebab itu pada suatu hari, ia mohon berpisah dengan oey
Hoan ciang suami isteri. Katanya ia mau menyerep-nyerepi
isterinya (Lan Ing). ia juga memesan pada oey Hoan ciang
supaya tolong juga menyerep-nyerepi hanya Lan Ing, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mana disanggupi oleh Kauwcu baru dari agama Panca Bisa


itu.

Berbareng dengan itu, oey Hoan ciang telah mengirim


orang untuk mengambil Eng Lian tapi ternyata si dara cilik
sudah tidak ada lagi dirumahnya, sudah kosong.

oey Hoan ciang dan ceng Hoa menyesal dan berduka


dengan lenyapnya Eng Lian yang mereka pandang seperti
anaknya sendiri.

Atas permintaan Ngo-tok sian-jin, oey Hoan ciang telah


merubah namanya menjadi TOnghong Kin. Maka nama inilah
yang terkenal diantara orang-orangnya Ngo-tok-kauw.

Dalam pada itu rimba persilatan telah digemparkan oleh


munculnya Lamhay Mo Lie yang telah membinasakan Hek-nia
sam-long dan mengubrak-abrik sarangnya.Bukan itu saja,
beberapa perkumpulan jahat juga sudah disikat oleh Lamhay
Mo Lie.

Kwee Cu Gie tertarik hatinya sebab bukan saja sepak


terjangnya membasmi kejahatan, malah menurut cerita orang,
Lamhay Mo Lie orangnya sangat cantik. Ia jadi terkenang akan
isterinya yang sangat cantik.

Ia ragu-ragu kalau Lamhay Mo Lie itu Lan Ing adanya.


Tidak mungkin Lan Ing yang cantik lemah gemulai itu
menggunakan nama seram seperti Lamhay Mo Lie (Wanita
Hantu dari Laut Kidul). Meskipun demikian, ia terus melakukan
penyelidikan.

Ketika ia jalan sampai di dusun Kunhiang, ia mendapat


kabar tentang bentrokan Liu Wangwee dan Tan wangwee,
dimana Tan Wangwee telah mengundang sucoan sam-sat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia ingat bahwa Liu Wangwee adalah suaminya Ceng Hoa.


Ia lantas mempunyai ingatan untuk menolongnya diwaktu
perlu, karena ia tahu benar bahwa Sucoan Sam-sat itu
berkepandaian tinggi, anak murid dari Thie-tauw-eng ie Jie Lo
dari daerah sucoan.

sejak berpisah dengan Tonghong Kin (oey Hoan ciang),


Kwee Cu Gie telah mengenakan kerudung merah waktu
membasmi kejahatan. Maka dalam tempo pendek sepak
terjangnya telah menggemparkan dan orang sangat memuji
kepada kepandaian si kerudung merah.

Kwee Cu Gie bukannya takut dengan pembalasan. ia


hanya kuatir menambah banyak musuh kalau ia muncul
dengan wajah aslinya. Dirinya sudah sangat terkenal dan
sedang dicari-cari oleh banyak musuh-musuhnya, seperti
Kejadian di Tong-hong-gay tempo hari disatroni oleh siauwsan
Nao-ok hingga ia terpaksa bertempur untuk membela diri.

Demikian, ia telah mengikuti perkembangan bentrokan


antara Liu danTan Wangwee.

Di dalam saat yang genting, ialah diwaktu Bwee Hiang


hendak menabaskan pedang pada lehernya sendiri, Kwee Cu
Gie muncul dan menakluki tiga orang jahat dari sucoan.

Ketika berpisahan dengan Liu Wangwee, Kwee Cu Gie


meneruskan perjalanan mencari Lo In dan Lamhay Mo Lie. Ia
mendengar tentang munculnya satu bocah muka hitam yang
berkepandaian luar biasa hingga menduga bocah itu tentu Lo
In adanya. Tapi, kapan ia ingat bahwa Lo In tidak berwajah
hitam, hatinya menjadi ragu-ragu. jadi terhadap Lamhay Mo
Lie dan Hek-bin sin-tong, Kwee Cu Gie ragu-ragu untuk
menetapkan bahwa kedua orang itu adalah isteri dan anaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setelah banyak waktu dibuang untuk menyelidik dua orang


tadi, Kwee Cu Gie akhirnya mendapat laporan dari Tonghong
Kauwcu yang mendebarkan hatinya ialah Lamhay Mo Lie yang
diduga isterinya itu ada di Coa-kok sedang Hek-bin sin-tong
sedang menuju ke sana. Entah bagaimana saat itu Kwee Cu
Gie sangat gelisah, tidak pernah sebelumnya pada saat itu ia
rasa pasti bahwa Lamhay Mo Lie dan Hek-bin sin-tong adalah
isteri dan anaknya, dua makhluk yang ia sangat rindukan
untuk menemukannya.

Perasan kuatir seketika itu timbul, bahwa ibu dan anak itu
akan bertempur mati-matian. Ia kenal tabiatnya Lo In tidak
kejam, ia tidak begitu kuatirkan. sebaliknya, Lan Ing isterinya
sangat telengas dan suka mau unggul saja. Kalau Lo In nanti
menimbulkan kemarahannya, pasti anak itu akan tewas
jiwanya di tangan ibunya sendiri oleh sebab itu, Kwee Cu Gie
lantas menyusul ke Coa Kok. Ia tidak menemukan kesulitan
karena semua benteng penjagaan sudah kena dirobohkan
oleh Lo In serta barisan ular jahat sebelumnya telah dilewati
dengan ilmu entengi tubuhnya yang lihai. Cepat luar biasa,
Kwee Cu Gie menotok bebas korban- korban totokan Lo In.

Di waktu baru saja ia menembusi benteng kelima, ia lihat


senjata kebutan Lamhay Mo Lie sedang menurun hendak
menghajar kepalanya Lo In. ia kenali Lan Ing, isterinya. Cepat
ia berseru menggunakan lweekangnya untuk mencegah
Lamhay Mo Lie membunuh anaknya sendiri

Demikian penuturan Kwee Cu Gia yang membikin Lo In


sekarang yakin benar bahwa dirinya adalah anaknya Kwee Cu
Gie dan Lamhay Mo Lie.

Meskipun demikian ia masih penasaran kenapa ibunda


masih begitu muda belia, maka ia lalu menanya :
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"ibu, anak menanyakan keheranan saja, tapi harap ibu


jangan marah."

Lamhay Mo Lie bersenyum, lalu menyahut : "Kau tanyalah


nak. ibu tak akan marah."

"ibu begini muda dan sangat cantik. Paling-paling juga


umurnya tidak berjauhan dengan enci Hiang. Bagaimana anak
yang sudah berumur belasan bisa menjadi anak ibu ?" Lo In
blak-blakan menyatakan isi hatinya. Lamhay Mo Lie
melenggak mendengar perkataan anaknya.

Kwee Cu Gie bersenyum-senyum sambil angguk-


anggukkan kepala, sedang para hadirin menahan ketawanya.
semua mata disorotkan kepada Lamhay Mo Lie. Ingin mereka
ketahui apa jawaban si cantik dari Lamhay itu.

Lamhay Mo Lie tahu bahwa semua mata ditujukan


kepadanya, menantikan jawabannya.

Dengan bersenyum ia menjawab pertanyaan anaknya :


"Anak. memang mengherankan kalau kau tidak tahu
sebabnya. Usia ibu sekarang sudah tiga puluh enam tahun.
Kalau wajah ibu masih tetap seperti gadis berusia dua puluhan
tidaklah heran karena itu adalah pengaruh obat dari guru ibu di
Lamhay. Nanti, kapan kita ada kesempatan akan ibu ajak
kaujalan-jalan ke Lamhay untuk menemui sucouw, yang tentu
akan merasa tertarik sekali pada dirimu."

"Dan ibu, itu Ang Hoa Lobo kenapa jadi murid ibu ?" tanya
lagi Lo In. Lamhay Mo Lie kembali bersenyum, tetapi setelah
itu ia lalu menutur singkat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lan Ing adalah muridnya Ceng Lian suthay dari kuil Ceng-
lian-am di Lamhay, yang telah membawa Lan Ing ketika
ditinggalkan oleh Kwee Cu Gie di bawah pohon.

Lan Ing adalah satu anak yang cerdik dan berbakat untuk
menerima pelajaran ilmu silat. Maka ia sudah membawa si
dara cilik di luar tahunya Kwee Cu Gie. Ia bukan sengaja
menculik, tetapi ia segan berurusan dengan Kwee Cu Gie
yang tidak rela Lan Ing dibawa olehnya, sebab Kwee Cu Gie
kelihatannya sangat tertarik oleh si dara cilik.

Lima tahun Lan Ing dalam gemblengan Ceng Lian suthay


dan kemudian atas izinnya sang guru, Lan Ing diperbolehkan
pulang untuk menuntut balas pada Hek-nia Sam-long. Apa
mau Lan Ing terlibat dalam urusan asmara dengan Kwee Cu
Gie hingga niatnya menuntut balas jadi tertunda dan
membentuk keluarga bersama-sama Kwee Cu Gie.

Dalamputus asa untuk mendapatkan kembali anaknya, Lan


Ing sudah pulang ke tempat gurunya di Ceng-lian-am. ceng
Lian suthay pandai juga meramal. Maka ia hiburi muridnya
bahwa ia akan berjumpa pula dengan anaknya setelah sang
anak memasuki usia tujuh belas tahun. Meskipun tempo itu
sangat lama, ialah sampai enam belas tahun, ia menunggu,
Lan Ing toh merasa terhibur juga dan selama menantikan
sampainya tempo itu, Lan Ing belajar lebih giat dibawah
didikannya Ceng Lian suthay hingga bukan saja ilmu silatnya,
juga lweekangnya meningkat banyak. Pada suatu hari Lan Ing
mendapat izin dari gurunya untuk mencari anaknya.

Lan Ing kegirangan dan segera saja ia pamintan pada


gurunya dan melakukan perjalanan. Pertama-tama yang ia
satroni Hek-nia sam-long, yang menjadi musuh besarnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lan Ing tidak menemukan kesulitan menghadapi Tiga


serigala dari bukit hitam- itu. semuanya ia bunuh mati dan
meng ubrak- abrik sarangnya. Di sana ia meninggalkan
namanya Lamhay Mo Lie. Lantaran itu nama Lamhay Mo Lie
menjadi buah bibir karena dengan sekaligus dapat
membinasakan 'tiga orang kuat' dari kalangan Hek-to (jahat)
yaitu Hek-nia sam-long.

Dalam perjalanan sehabis membasmi musuh-musuhnya,


Lan Ing berpapasan dengan Ang Hoa Lobo yang sedang
bertengkar dengan siauw Cu Leng di lereng gunung.

Diam-diam Lan Ing mencuri dengar apa yang


dipertengkarkan si nenek.

"Kau belakangan ini tak punya guna melayani aku. Mana


aku tak marah-marah saja ?" terdengar Ang Hoa Lobo ketus.

"cici, kau terlalu kuat hingga aku jadi kewalahan." sahut


siauw Cu Leng.

"Dulu kau begitu hebat melayani aku hingga aku puas. Tapi
sekarang, sekarang apa ? Baru maju yang kedua kali sudah
bilang lemas segala, mengapa begitu ?"

"Cici, kau terlalu menuruti napsu saja. Mana aku tahan ?"

"Cu Leng, aku bilang terus terang. Kalau kau tak bisa
memberi kepuasan, jangan sesalkan enci Goat- mu akan
mengambil jalan lain "

"Jalan lain bagaimana kau maksudkan ?"


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hm Belagak pilon ? Aku ambil lelaki lain yang dapat


memberi kesenangan " siauw Cu Leng tak menyahut,
kepalanya menunduk seperti berpikir.

sementara itu Lan Ing bingung apa yang dipertengkarkan


oleh mereka itu, tapi tak lama sebab ia lantas cekikikan
ketawa.

Rupanya ia sudah dapat memecahkan rahasia


pembicaraan antara Ang Hoa Lobo dan siauw Cu Leng.

"Siapa disitu?" bentak Ang Hoa Lobo yang menjadi gusar


percakapannya didengar orang.

"Aku disini " sahut Lan Ing, seraya muncul dari balik pohon.

siauw Cu Leng mencilak matanya nampak tiba-tiba muncul


seorang bidadari di depannya.

Melihat itu, Ang Hoa Lobopelototi matanya hingga si iblis


Alis Buntung tak berani memandang wajahnya Lan Ing yang
cantik jelita.

"Bagus " mendengus Ang Hoa Lobo. "Kau berani mencuri


dengar percakapan kami, berarti jiwamu bakal mati "

Ang Hoa Lobo berkata sambil mendekati Lan Ing.

"Budak liar, kau datang dari mana ?" Ang Hoa Lobo
menanya, sebelum Lan Ing menyahuti perkataannya terlebih
dahulu.

"Aku bakalan mati, untuk apa kau menanya aku datang dari
mana ?" jengek Lan Ing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apa kau kira aku tak bisa bikin kau bicara ?" bentak si
Nenek Kembang Merah, menyusul tangannya berkelebat
mencengkeram dada Lan Ing.

"Nenek jahat, kau mau berkelahi dengan nonamu ?" Lan


Ing balas membentak seraya mengelak dari cengkeraman Ang
Hoa Lobo.

Melihat serangannya gagal, si nenek ketawa nyaring.


"Bagus, kau mempunyai sedikit kepandaian, ya ?" katanya
dengan nada mengejek.

"Berkelahi tidak halangan, asal dengan syarat lebih


dahulu." sahut Lan Ing.

"Aku mau membunuh kau seperti gampangnya


membalikkan tangan, kenapa pakai syarat sebala ? Hehehe....
lucu ini budak liar "

"Membunuh aku tidak semudah yang kaupikir, makanya


aku mau dengan syarat "

"Syarat apa yang kau mau majukan, budak liar ?"

"Kalau aku bertempur kalah, kau boleh punya suka atas


diriku. Mau tangkap boleh tangkap. mau bunuh boleh bunuh,
tanpa aku melawan. sebaliknya, kalau kau kalah bagaimana ?"
Ang Hoa Lobo melengak mendengar perkataan Lan Ing.

"Kalau aku kalah, kau boleh berlalu tanpa aku ganggu."


akhirnya ia menyahut. Tiba-tiba saja Lan Ing ketawa ngikik,
hingga Ang Hoa Lobo heran.

"Apa yang kau ketawakan, budak liar ?" bentak Ang Hoa
Lobo bengis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku ketawakan perkataanmu tadi." sahut Lan Ing. "sudah


tentu kau kalah aku boleh angkat kaki dengan tidak takut apa-
apa, tapi bagaimana dengan kau?"

otaknya Ang Hoa Lobo bekerja. "Baiklah, kalau aku kalah


aku akan menjura minta maaf padamu, kau akur ?"

"Tidak akur." sahut Lan Ing ketawa, seperti ngeledek.

"Tidak akurnya bagaimana ?" tanya Ang Hoa Lobo kepingin


tahu.

"Tidak akurnya, aku tidak mau kau menjura. Namun aku


mau kau berlutut dan mengangkat aku sebagai pemenang
menjadi gurumu "

"Mana ada aturan nenek menyembah gadis yang barusan


lepas tetek."

"Aturansudah tentu ada. Yang kalah harus menurut pada


yang menang, mana ada aturan yang menang harus menurut
pada yang kalah ?"

Kembali Ang Hoa Lobo putar otak.

"Kalau begitu, begini saja." sahut Ang Hoa Lobo. "Aku


menang kau harus jadi muridku, kalau aku kalah aku rela
menjadi muridmu dan menyebut suhu seraya berlutut "

"Bagus, bagus. Ini usul baik dan aku setuju." berkata Lan
Ing.

"Mari kita mulai " menantang Ang Hoa Lobo, kali ini ia
goyangkan tongkatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kita bertempur dengan tangan kosong saja." kata Lan Ing


ketawa.

" Kenapa, kau takut ?" jengek Ang Hoa Lobo bengis.

"Bukannya takut." sahut Lan Ing tenang-tenang saja.

"senjata tidak ada matanya, kalau salah tangan bisa


mencelakai orang. Apa kau senang kalau muridmu cacad ?"

"Ya, ya, kau betul " Ang Hoa Lobo ketawa sekarang. Ang
Hoa Lobo berkata sambil melemparkan tongkatnya.

"Popo boleh mulai sekarang " berkata Lan Ing bersenyum


manis hingga siauw Cu Leng yang melihatnya menjadi
berdebaran hatinya.

Ang Hoa Lobo yang hendak menyingkatkan waktu sudah


tidak main tawar menawar lagi, lantas mulai menyerang lagi.
Tangan kanannya mengarah mata, sedang tangan kirinya
menyambar iga mengarah 'thian-ki-hiat'. Ini adalah serangan
yang dinamai 'Dibalik daun mencuri buah toh'. Satu serangan
yang cepat untuk mengalahkan lawan.

Ang Hoa Lobo sudah memperhitungkan serangannya akan


berhasil. Namun, tirtak tahunya kecepatan tangan si nenek tak
dapat menguasai kecepatan bergerak badannya Lan Ing.

Si nenek terkesip juga nampak Lan Ing demikian gesit. Tapi


karena ia sudah kawakan menghadapi pertempuran, maka ia
tidak jerih. Ia merangsek lagi, segera menyusul beberapa
serangannya yang berbahaya.

Entah bagaimana Lan Ing bergerak sebab kenyataannya


semua serangan dapat dikelit oleh Lan Ing yang gesit luar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

biasa. Ang Hoa Lobo mulai keder. Sebelum ia menenangkan


pikirannya, tahu-tahu ia rasakan di bawah ketiaknya
kesemutan. Itulah 'thian-coan-hiat' jalan darah dibawah ketiak)
kena ditotok oleh Lan Ing yang gesit.

Seketika itu juga si Nenek Kembang Merah berdiri bagaikan


patung, tidak bisa bergerak, hanya matanya saja kedap kedip
menyorotkan kebencian.

Siauw Cu Leng melihat isterinya dirobohkan, tidak tinggal


diam. Ia lantas maju menyerang Lan Ing sambil membentak :
"Budak kurang ajar, kau berani permainkan orang tua ?
Rasakan nih kepalanku "

sambaran kepalan siauw Cu Leng sia-sia saja sebab Lan


Ing keburu berkelit.

"Lelaki tidak punya guna " menyindir si cantik ketawa.

"Kau berani usilan dalam urusan nonamu ? Lihat nonamu


akan kasih hajaran "

siauw Cu Leng melengak sebentar kena disindir Lan Ing.


selanjutnya ia menyerang lagi dengan pukulannya yang
mengeluarkan angin menderu. Herannya, makin siauw Cu
Leng perhebat serangannya, makin tidak kelihatan bayangan
Lan m. sampai kemudian tahu-tahu ia rasakan lututnya lemas
ditendang Lan Ing. ia jatuh berlutut di depan si cantik, Matanya
mencilak bengis penuh kegusaran.

Tapi Lan Ing berlagak pilon, ia menghampiri Ang Hoa Lobo.

"Popo, bagaimana dengan janji kita ?" tanya si cantik,


seraya menotok bebas urat bisunya Ang Hoa Lobo hingga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarang ia bisa bicara, sekalipun badannya masih belum


bebas dari totokan.

Ang Hoa Lobopikir ia tidak bisa menang lawan si nona,


maka ia mengaku kalah dan rela menjadi muridnya Lan Ing.

Ketika totokannya dibebaskan, Ang Hoa Lobo memenuhi


janjinya berlutut di depan Lan Ing dan berseru : "suhu "

Lan Ing senang hatinya dan suruh si nenek membebaskan


siauw Cu Leng dari totokan. siauw Cu Leng kini tidak berani
banyak lagak karena melihat 'cicinya' sudah takluk dan
menjadi muridnya Lan Ing.

Ang Hoa Lobo menanyai siapa adanya si cantik, Lan Ing


menyahut : "Kau barangkali sudah dengar namanya Lamhay
Mo Lie, itulah aku adanya."

si Nenek Kembang Merah dan siauw Cu Leng kaget


mendengar namanya Lamhay Mo Lie tapi juga tidak luput dari
merasa heran, kenapa namanya begitu seram sedang
orangnya begitu cantik mempersonakan ? sejak itu mereka
takluk betul kepada Lan Ing alias Lamhay Mo Lie, terutama
ketika Lan Ing belakangan mengasih banyak petunjuk dalam
hal ilmu silat dan obat-obatan membuat Ang Hoa Lobo lebih
tunduk pula.

sebaliknya si nenek tidak tahu kalau Lamhay Mo Lie adalah


isterinya Kwee Cu Gie, orang yang menjadi pujaan dari dahulu
sampai sekarang.

Demikianlah penuturan Lamhay Mo Lie. Tapi Lo In masih


penasaran, ia menanya : "lbu, kenapa ibu menggunakan nama
Lamhay Mo Lie ? Bukankah nama Lamhay Mo Lie
menyeramkan ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lamhay Mo Lie ketawa ngikik. "Anakku, aku menggunakan


nama itu untuk menghindarkan diri dari uberan ayahmu " kata
si cantik, sambil bibirnya yang halus menjebirpada Kwee Cu
Gie yang segera tertawa terbahak-bahak.

"Sudah anak. kau jangan bikin pusing ibumu " berkata


Kwee Cu Gie ketika melihat Lo In sudah gerakkan mulutnya
seperti hendak menanya pula pada ibunya.

Lo In ketawa nyengir mendengar perkataan ayahnya.

sementara itu perjamuan sudah dimulai. Eng Lian dan


Bwee Hiang pikirannya tidak tentram, setelah mendengar
penuturan Kwee Cu Gie.

Eng Lian sekarang lebih jelas lagi tentang keadaan dirinya


bahwa oey Hoan ciang dan Ceng Hoa yang mengaku ayah
dan ibunya bukan orang tuanya yang asli, yang asli Gin Hoa
ibunya yang menjadi ibunya Leng siong. Pantasan ia dan Leng
siong wajahnya seperti pinang dibelah dua lantaran mereka
adalah anak kembar. Meskipun demikian ia kepingin ketemu
dengan ayah dan ibu angkatnya itu, tapi belum berani untuk
menanyakan kepada Kwee Cu Gie mereka itu sekarang ada
dimana.

Bwee Hiang ada lebih tidak tenteram pula hatinya sebab


menurut penuturan Kwee Cu Gie ibu kandungnya sekarang
masih ada, ialah Ceng Hoa yang menjadi isterinya oey Hoan
ciang. sekarang dimana mereka ? Bwee Hiang juga tidak
berani memajukan pertanyaan kepada Kwee Cu Gie yang
sekarang terang menjadi ayahnya Lo In.

Tengah perjamuan berjalan tiba-tiba ada pelayan datang


mengabarkan pada Lamhay Mo Lie tentang kedatangannya
Ngo-tok-kauw Kauwcu bersama isteri. Bukan main girangnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lamhay Mo Lie sebab menurut perhitungan suaminya (Kwee


Cu Gie), Ngo-tok-kauw Kauwcu itu adalah oey Hoan Ciang
dan isterinya adalah Ceng Hoa, teman akrabnya.

Dengan segera Lamhay Mo Lie menyuruh orangnya untuk


antar masuk tamu dari Ngo-tok-kauw. Tidak lama, mereka
kelihatan muncul dikawal oleh lima orang kuat dari Agama
Panca Bisa. Begitu masuk ruangan, Ceng Hoa sudah
disambut oleh Lamhay Mo Lie dengan rangkulan mesra dan
keduanya berkaca-kaca matanya lantaran menangis
kegirangan. setelah mereka lepaskan rangkulannya, Ceng
Hoa lihat ada dua gadis di dekatnya. Ia kenali Eng Lian yang
sudah besar, tapi ia tidak kenali Bwee Hiang yang menatapnya
dengan tidak berkedip.

"Kau siapa, nona ?" tanya Ceng Hoa halus suaranya.

"Dia adalah anakmu Bwee Hiang, adik Hoa " menyelak


Kwee Cu Gie ketawa berkakakan.

Ceng Hoa tergetar hatinya. Ia hanya sempat berkata :


"oh....." karena Bwee Hiang sudah merangkul dan berseru :
"ibu......"

ibu dan anak menangis sambil berpelukan.

Lamhay Mo Lie meredakan mereka dan akhirnya dapat


diajak duduk diantara banyak tamu yang hadir. Kiranya
kedatangan Tonghong Kin (oey Hoan Ciang) dengan isteri ke
Coa-kok memang datang dengan maksud khusus untuk
memberi selamat kepada Lamhay Mo Lie dan Kwee Cu Gie
yang sudah menemukan anaknya kembali.

Lo In diperkenalkan kepada Ceng Hoa dan suaminya.


Mereka sangat kagum melihat Lo In yang berparas cakap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menandingi ayahnya. Ceng Hoa terkenang pada waktu Lo In


diculik masih bayi, sekarang ketemu-ketemu anak itu sudah
menjadi jejaka ganteng.

Banyak soal urusan Lo in, Bwee Hiang dan Eng Lian yang
ceng Hoa ingin bicarakan dengan Lamhay Mo Lie. Akan tetapi
ia tidak punya kesempatan dalam pesat yang meriah itu. Yang
lucu Tong hong Kauwcu dari Ngo-tok-kauw tidak mengenali Lo
In, si engko kecil yang pernah menolongi dirinya tempo karena
Lo In sekarang sudah berubah rupa.

Lo In sendiri belagakpilon, seakan-akan baru saja kenal


dengan Tonghong Kauwcu.

Pesta berjalan terus dengan penuh kegembiraan sampai


banyak orang yang mabuk...........

= = = TA M A T = = =

KITAB MUJIZAT
Apakah Bwee Hiang berhasil menuntut balas pada sucoan
sam-sat ?

Apakah si tiga dara, Bwee Hiang, Eng Lian dan Leng siong
sekaligus oleh si bocah sakti ?

Kemana perginya Ang Hoa Lobo ?

semua pertanyaan ini ada dapat pecahkan dalam KITAB


MUJIZAT, sambungan BOCAH SAKTI. Lebih seru, tegang,
jenaka dan.............?

Anda mungkin juga menyukai