com/
Oleh : Wang Yu
Jilid 01
-- 1 --
"In-ji, malam ini cuaca jelek. Kita tak usah latihan ilmu silat."
Dalam rumah itu yang diterangi dengan dua batang lilin, cukup
terang, tampak duduk menghadapi meja seorang anak kira-
kira umur 12 tahun tengah menulis. Tidak jauh dari padanya,
diatas sebuah kursi malas, ada rebah seorang laki-laki dari
usia pertengahan. Kepalanya diikat setangan dan pada kedua
belah pilingannya ada ditempel koyo.
Orang sakit itu yang dipanggil Liok Sinshe, tabib Liok, tiba-tiba
bangun dari rebahannya, jalan menghampiri si anak kecil,
duduk di bangku di depannya.
Hening sejenak........
gelap gulita.
"Liok sinshe, lekas keluar. Apa kau takut ? Hmmm... malam ini
kau harus bayar jiwanya Ngo-te. Kau sembunyi........"
itu.
"Aku sudah ada disini, buat apa kau begini bawel ?" kata Liok
sinshe jenaka.
"Sam-to, kekas beresi saja !" teriak Toa-ok Cui Peng (si Jahat
no. 1).
"Jangan kasih calon bangkai itu banyak omong !" sambung Ji-
ok Cui Kin (si jahat ke-2).
"Hm !" Toa-ok Cui Peng mendengus. "Kau takut ? Aku bisa
kasih kelonggaran padamu. Nah, kau berlutut sekarang,
mengangguk sepuluh kali dihadapan kami kemudian
membunuh diri sendiri. Dengan demikian, kau dapat
selamatkan kematianmu dengan tubuh utuh.........:
Ketiga orang suci ini, ada jago-jago kelas satu dalam rimba
persilatan. Cuma sayang sekali, mereka melakukan
perbuatan-perbuatan yang nyeleweng dari tujuan agama
hingga menimbulkan kemarahan diantara jago-jago pembela
keadilan. Diantaranya mereka bentrok dengan Liok Sinshe
dimana telah terjadi pertarungan hebat. Kesudahannya
mereka dapat dipecundangai. Sejak mana mereka menaruh
dendaman hati, mereka meningkatkan kepandaiannya untuk
mencari balas pada lawannya.
Lekas juga Toa-ok Cui Peng hunus goloknya dan mulai buka
penyerangan.
"Kurang ajar, kau berani main gila ? Rasakan pedangku ini ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh, nanti dahulu !" kata Liok Sinshe, sambil berkelit dari
tikaman pedang Siong Leng Tojin, "Aku masih belum bicara
habis."
"Manusia hina, tak usah kau banyak pernik !" teriak Siong
Leng Tojin penuh kemurkaan. Serangannya pun dilakukan
saling susul tidak memberikan ketika kepada lawannya yang
melayani ia dengan tangan kosong.
Sementara itu........
Su-ok Cui Tie dari pada ia turut lari, malah jadi lemas kakinya
dan jatuh duduk. Matanya meram, mulutnya kemak-kemik
seperti yang memohon Malaikat Elmaut tidak mencabut
jiwanya.
"Kepala gundul bau, apa kau bisa naik ke la..... Ayo !"
"Ah, Kim Popo, kau bikin aku kaget setengah mati. Hahaha !"
tertawa si kepala gundul sambil putar tubuhnya, menghadapi
orang yang jail tadi.
"Tidak apa, ini barangkali sudah takdir." sahut Kim Popo acuh
tak acuh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Popo, sakit hati ini laksana dalamnya lautan, kalau Popo tidak
tolong balaskan, bagaimana kami......."
"Anak tolol !" potong Kim Popo. "Apa yang dibalas ? Musuhmu
sudah mampus masuk ke jurang, sekarang barangkali
tubuhnya tengah dikerubuti oleh ular-ular penghuni disitu.
Hihihi !"
Siong Leng Tojin pun turut kaget, tidak terkecuali Toa-ok Cui
Peng dan Jin Leng Tojin yang sedang merintih-rintih.
"Kalau tidak percaya, kau tanya saja si kepala gundul !" jawab
Kim Popo, sikapnya bangga sambil menunjuk kepada si
Hweshio Jari Besi.
"Ah, dia lihai. Tidak mungkin dia binasa cuma tergelincir saja
ke dalam jurang." pikir si bocah yang percaya akan
kepandaian Liok SInshe.
"Hehehe !" Kim Popo ketawa. "Dia boleh lihai tapi racun jarum
mautku, dalam tempo satu jam akan antar dia menghadap
Giam-lo-ong !" Giam-lo-ong dimaksudkan adalah raja akherat.
Toa-ok Cui Peng amat berduka, Siong Leng Tojin kertak gigi,
menampak pemandangan yang mengharukan itu. Sebaliknya,
Kim Popo acuh tak acuh sikapnya. Rupanya ia mendongkol
pada Siong Leng Tojin yang tak mau perhatikan pesannya
sehingga terjadi mala petaka itu.
"Hei, kemana dia ?" berkata Siong Leng Tojin tiba-tiba, agak
kaget romannya.
Siong Leng Tojin merasa heran, lalu menanya, "Popo, kau lagi
cari apa ?"
Ini, kejadian pada lima tahun yang lampau. Pada hari itu lepas
lohor, cuaca agak mendung. Liok Sinshe jalan terburu-buru,
habis mencari akar-akaran obat di sekitar Siauw-san, kuatir
nanti keburu turun hujan.
"Aku tidak perduli punya siapa, barang itu harus aku punyai !"
teriak si nenek.
"Hm ! mau lari ? Lebih sukar lolos dari Kim Popo dari pada
naik ke langit !" si nenek berseru, tangannya merogoh
sakunya, kemudian dari tangan tangan itu melesat senjata
rahasianya, lima jarum beracun menyambar berbareng.
-- 2 --
"Siapa kau ?" tanya lagi Kim Popo, sikapnya galak, tangannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Binatang !" teriak Kim Popo kalap. "Terimalah hadiah ini dari
Popo !" Mulutnya berkata, tongkat besinya bekerja.
"Kau kenal dengan Kwee Cu Gie ?" kakek itu tidak menjawab
pertanyaan Liok Sinshe, ia balik menanya malah.
dikatakannya.
Dua orang jaga itu, yang satu tinggi kurus, temannya gemuk
pendek berewokan.
"Kurang ajar !" maki Kim Popo dalam hatinya. "Kalian kalau
tidak dikasih hajaran, memang tidak kenal kelihaian aku si
nenek."
Lalu dengan ilmu entengi tubuh, ia kelit sana sini dari bacokan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hehe ! Masih ada juga yang minta dikemplang !" jengek Kim
Popo.
Kiranya kuil itu adalah rumah berhala tua, rupanya sudah tidak
diurus lagi karena disana sini tampak banyak rusak dan bocor.
Sejauh yang dapat ia lihat, di sebelah dalam ada duduk dua
orang menghadapi meja, satu bermuka berewokan, tengah
mengusap-usap brewoknya yang tebal, satunya lagi bermuka
bengis, berhidung panjang. Di samping dan belakang mereka
ada berdiri beberapa orang dengan senjata di tangan masing-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nenek tua, kau kenali aku siapa ?" ia malah balik menanya.
"Di lihat romanmu, kau ini bukan orang baik-baik". jengek Kim
Popo ketus.
"Nenek tua !" bentak Ji-ok Cui Kin gusar. "Kau datang menhina
kami, apa maksudmu ? Apa kau kira mudah keluar dari kuil ini
setelah kau mengacau ?"
"He he, boleh juga tenagamu," kata Kim Popo ketika melihat
pedang lawannya masih tetap tercekal ditangannya.
"Sambutlah ini !" si nenek melanjutkan kata-katanya seraya
gerakkan tongkatnya menyodok ke arah punya 'gudang
makanan' (perut), menuju jalan darah "Liong-kek-hiat'.
"Tahan !" kata Toa-ok Cui Peng sambil berkelit dari serangan
dan lompat mundur empat tindak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Binatang, kau mau omong apa lagi ?" bentak Kim Popo kasar.
"Kau mau bertaruh apa ?" tanya Kim Popo, suaranya tidak
sekasar tadi. Rupanya ia measa si berewokan ini, meskipun
kelihatannya bengis kasar, tiap pertanyaannya diucapkan
dengan sopan santun.
"Begini saja," sahut Cui Peng, "kita bertaruh dalam dua babak.
Kalau aku menang, kau harus meninggalkan kuil ini tanpa
syarat."
depanmu dan angkat kau orang tua menjadi ibu angkat kami.
Akur !" sahut Cui Peng ketawa.
"Oh, itu ada di belakang kuil ini. Mari turut aku ke sana !" sahut
Cui Peng.
"Boleh saja, kau boleh mulai. Tapi tunggu dahulu." kata Kim
Popo seraya berjalan menghampiri dua batu besar bakal
sasaran itu. Ia memeriksa sambil pegang-pegang. Benar-
benar batu itu kelihatannya alot. Lalu ia jalan menghampiri dua
batang besi yang merupakan toya besar. Juga disini ia
pegang-pegang barang itu dan memeriksa dengan teliti.
Mulutnya kemak kemik seperti ada yang dikatakan tapi tidak
kedengaran oleh siapa pun juga disitu.
"Jangan sungkan, kau boleh mulai !" kata Kim Popo yang
melihat Toa-ok unjuk laga seperti yang pasti akan dapat
memukul belah batu itu.
Kecuali Kim Popo yang sikapnya acuh tak acuh, semua orang
yang ada menyaksikan disitu dan tegang hatinya, masing-
masing kuatir kepala pemimpinnya gagal dalam
pertaruhannya. Setelah mengerahkan tenaganya, tampak
Toa-ok Cui Peng mengangkat tangannya yang kanan, dibeber
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, kau terlalu merendah, orang tua." sahut Cui Peng ketawa.
"Orang tua, kau hebat sekali ! Kali ini kau menang. Marilah kita
mulai dengan babak yang kedua." si berewok menantang
seraya menghampiri dua lonjoran besi berat yang menyandar
di tembok.
nenek.
orang ini."
"Bangun !" kata Kim Popo. "Kenapa kalian masih tetap berlutut
?'
"Aku belum bicara habis, kau sudah main potong saja !" kata
Kim Popo, suaranya kaku. "Aku paling tidak suka orang
potong bicaraku !"
-- 3 --
Kiranya si nenek itu hutang budi pada Tiat-gu Liong Seng yang
memberikan pertolongan di waktu ia sakit dalam sebuah hotel
di Tongkwan. Si Kerbau Besi bukan saja menolong dalam hal
keuangan dan pengobatan, malah dengan ramah tamah
mengundang ia tinggal dalam rumahnya yang besar untuk
beristirahat sampai ia sehat dan segar benar, baharu
dilepaskan ia merantau lagi.
Liong Tek Kim tidak berani banyak tanya pula. Maka ia lalu
siapkan orang-orangnya untuk berangkat lebih jauh, ke tempat
barang-barang kiriman itu dialamatkan. Ia dan kawannya
masih belum bisa jalan atau naik kuda karena kakinya masih
lumpuh. Maka terpaksa ikut naik dalam kereta piauw yang
mereka kawal.
Mari kita lihat Lo In, si bocah yang dicari oleh Siong Leng Tojin
dan kawan-kawannya yang dianggap ada bibit bencana kalau
tidak dibinasakan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika Siong Leng Tojin ingat Lo In, si bocah itu waktu sedang
mengintip jendela. Cepat-cepat ia jauhkan diri waktu ia dengar
dirinya akan dicari di sebelah luar, menyelingkar dibaliknya
sebuah pohon besar.
"Anak, apa kau sudah makan ?" tanyanya Liok Sinshe diwaktu
itu.
Lo In menggelengkan kepala.
Lo In mengangguk.
"Ayah dan ibumu ada dimana ?" tanya Liok Sinshe memancing
si bocah bicara.
"Namaku In, orang bila aku she Lo" jawabnya, mulutnya penuh
nasi.
Sok aksi anak itu, tapi lucu laga lagunya dasar anak-anak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangannya.
Bandel dan keras kepala anak itu. Ia lebih suka menahan rasa
sakit dari pada menangis keluarkan air mata. Matanya
menyala seperti berapi, tapi meluanpnya napsu membunuh ini
hanya sejenak sebab segera tampak ia kalem lagi. Pelan-
pelan ia merogoh sakunya dan dikeluarkan kotak yang
barusan ia gali.
"Nenek jahat, tuh kau boleh gegares !" kata Lo In kasar sambil
melemparkan kotak yang dipegangnya.
"Kau kira hanya kita berdua disini ?" potong Lo In, air mukanya
bersenyum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagaimana aku bisa naik ke atas nanti ?" tanyanya pada diri
sendiri, melihat tepi jurang ada demikian tinggi kelihatan dari
sebelah bawah.
Entah terbuat dari apa, kotak itu kelihatannya sangat kuat tapi
bobotnya enteng sekali. Ia periksa dengan seksama, karena
kotak itu tak dapat dibuka, ia lantas dapatkan ada sebuah
lubang kecil. Pikirnya, disinilah ada lubang kuncinya. Harus ia
dapatkan anak kuncinya. Kalau tidak, cara bagaimana ia bisa
membukanya. Di samping kegirangan, ia mendongkol dan
penasaran. Ia coba membukanya dengan paksa tapi
bagaimana juga kotak tak dapat dibuka.
"Haha, nenek jelek, kau mau lari !" Kim Popo dengar suaranya
si thauto.
"Tidak ! Saat ini aku terima kalah. Tapi lihat, tiga tahun lagi
akan kucari kau untuk menetapkan siapa unggul !" sahut Kim
Popo tengik laganya.
"Binatang, kau mau siksa aku dengan cara begini !" teriak Kim
Popo, matanya terbelalak keheranan melihat dengan begitu
saja meninggalkan dirinya.
(Bersambung)
Jilid 02
Lo In kerutkan keningnya.
"Tiauw-heng, mulai saat kita ketemu, aku sudah tahu kau akan
menjadi teman sebagai gantinya Liok Sinshe. Maka
selanjutnya, harap kau selalu jangan meninggalkan aku, ya !"
berkata Lo In sambil mengelus-elus sayapnya si rajawali.
Memang dua kera besar itu adalah yang paling pandai dalam
hal meloncat dari satu ke lain cabang pohon. Kawan-
kawannya mengagumi kepandaiannya itu. Merekalah yang
paling menaruh dendam pada Lo In, yang dianggap saingan
alot.
Hatinya kawanan kera liar itu rupanya jadi berani, sebab suara
'hor, hor !' dari dua pimpinannya paling akhir dibarengi dengan
menyerbunya mereka.
utan itu sudah terbirit-birit lari, lompat dari satu ke lain cabang
pohon. Rupanya yang perempuan kurang hati-hati memilih
cabang pohon, maka ketika ia loncat ke cabang yang lapuk, ia
kaget. Cepat lompat lagi ke lain cabang cuma saja saking
gugupnya ia terpeleset dan menjerit ketika terpelanting.
Melihat keadaan anak orang utan itu berat juga, tak dapat
disembuhkan dengan seketika, maka ia lalu angkat tubuhnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kesayangan.
Malah yang lucu, sejak itu, Lo In boleh dikata tak usah susah-
susah mencari buah-buahan lagi untuk makannya. Karena
setiap pagi, ia dapatkan banyak buah-buahan berserakan di
bawah pohon diatas mana ia tidur. Rupanya ini ada kiriman
dari kawanan keras yang merasa berterima kasih, anak
rajanya sudah ditolongi.
Buah itu Lo In dapatkan dua biji. Entah dari mana sang kera
dapatkan ini, dua-duanya ia sikat habis setelah ia rasakan
bagaimana harum dan enaknya buah itu, dimasukkan ke mulut
lewat tenggorokannya.
-- 5 --
Tidak jauh dari situ ada terdapat satu lapangan, cukup besar
untuk berlatih silat. Di sekitarnya banyak tumbuh pohon, tinggi
dan rendah, tidak rata. Dan ini semua bagi Lo In merupakan
lapangan untuk melatih ginkangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak apa." kata Lo In. "Lain kali kau boleh bawakan lagi
buah-buah lain yang sama baiknya. Nah, kau boleh kumpul
lagi dengan teman-temanmu !" Lo In sambil tepuk-tepuk
pundaknya si kera.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ternyata orang tua itu ada punya lwekang hebat juga. Sebab
samberan si rajawali terus dapat ditolak mundur. Tampak si
rajawali napsu benar hendak membinasakan musuhnya. Angin
pukulan si orang tua, seolah-olah tidak dihiraukan. Ia terus
menyambar musuhnya sambil perdengarkan pekikan yang
gusar sekali.
Kiranya dia itu seorang tua dari usia kira-kira 50 tahun. Selain
tanda-tanda yag Lo In dapat lihat terlebih dahulu, ia saksikan
lagi, orang tuaitu mulutnya dan giginya omping. Entah tinggal
berapa giginya, yang terang di sebelah depannya, atas bawah
sudah sungsang sumbel.
apa hek apa heng kek ! Asal aku mau bunuh, tidak ada orang
yang berani rintangi !" si orang tua nyerocos, kasar betul.
Suaranya nyaring macam gembreng pecah.
"Aku mau bunuh orang utan dan burung busukmu. Kau mau
apa ?" bentaknya.
"Ah, kau anak bau, tau apa !" sahut Toan Bilo-mo Siauw Cu
Leng seraya mengebaskan lengan bajunya. Dari mana
mengembus angin keras, menyerang Lo In.
"Tidak apa, lain kali kita ketemu, kita akan kasih hajaran
padanya." menghibur Lo In pada burung garudanya. Si
rajawali kali ini, mendengar Lo In mengucapkan kata-katanya
telah memanggutkan kepalanya.
Leng ?
"Apa mungkin monyet ini bisa ilmu silat ?" ia menanya dirinya
sendiri, sambil matanya mengawasi Toa-hek.
"Oh, anak." sahutnya. "Aku terluka berat oleh itu anjing keparat
!"
Tiba-tiba terdengar suara 'buk !' disusul oleh jeritan 'aiyoo !'
dari Lo In berbareng badan si bocah lantas rebah terkulai.
Ang Hoa dan Kim Popo, jadi sudah dua-dua nenek yang
muncul dalam cerita. Sekarang, mari kita melihat perjalanan
Kim Popo dan asal usul dua nenek itu.
"Hahaha ! Dia ada disini !" tiba-tiba Kim Popo dibikin kaget
oleh suara laki-laki dari belakangnya. Cepat ia bergulingan
untuk menyelamatkan diri dari serangan gelap kemudian
dengan gerakan 'Ikan gabus meletik', di lain saat ia sudah
tancap kakinya berdiri sambil pegangn kencang tongkatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik Kim, kau dari mana ?" tanya orang laki-laki itu.
"Kau sendiri, datang dari mana dan mau kemana ?" balik
tanya Kim Popo sambil melirikkan matanya.
Orang akan merasa geli dan lucu, melihat adegan yang 'luar
biasa' itu.
Pada suatu hari, Kim Nio duduk berduaan dengan The Sam
beromong-omong dalam sebuah taman bunga yang terdapat
dipekaranagn rumah Kong Tek Liang yang lebar luas. Mereka
begitu asyiknya ngobrol sampai tak disadari dua tangan
mereka saling pegang.
"Kenapa tak mungkin, koko ?" sahut Kim Nio dengan mukanya
bersemu merah sebab seketika itu ia merasakan pegangan
tangannya The Sam makin erat dan duduknya menggeser
lebih dekat lagi.
"Aku kuatir kau tidak menjadi milikku, adik Kim." kata The
Sam, suaranyaagak gemetar.
"Kenapa kau memikir begitu, koko ?" tanya Kim Nio seraya
tarik tangannya yang dipegang erat-erat oleh The Sam.
"Kenapa, koko ?" tanya Kim Nio terkejut, melihat gerak gerik
The Sam.
-- 6 --
"Adik Kim, boleh aku bicara terus terang ?" tanya The Sam
setelah menyusut air matanya.
tenang."
"Dari mana kau tahu ini ?" Kim Nio memotong, seraya bangkit
dari duduknya, berjingkrak saking kaget.
"Kenapa ayah tidak cerita tentang ini padaku ? Aku heran !"
kata Kim Nio.
"Adik Kim, boleh aku menciummu lagi ?" bisik The Sam lagi.
"Apa kau tidak tahu adik Kim sudha menjadi milikku ? Apa kau
belaga pilon dengan perkataan suhu ?"
"Bangsat she The, kau terlalu kurang ajar !" teriaknya. "Berani
kau merebut bakal istriku ? Nih, rasain !"
mau bicara apa lagi ? Terima sajalah kematianmu ini hari !"
"Maaf suheng kalau aku kurang ajar !" kata The Sam seraya
kali ini, ia tidak mau mengalah terus terusan.
berlumuran darah.
"Suheng.... ah...."
Dengan Kim Nio, Goat Go kenal baik sebab teman dalam satu
sekolahan.
"Aku mau kau ganti kerugian apa yang sudah kau rusakkan
dan uang obat untuk si pelayan yang kau siram mukanya
dengan sayur !" sahut si anak muda.
"Apanya yang hendak kau beri selamat ?" tanya Goat Go.
"Tidak apa, tidak apa, itu tak usah." kata si pemilik rumah
makan sambil goyang-goyang tangannya. "Itu perkara kecil,
buat apa mesti diganti."
makan.
"Hei, kau berubah jadi orang bisu ?" menegur si nona, ketawa
manis sambil ujung sumpitnya dipakai mencolek hidung si
anak muda.
"Cici, kali ini aku yang bayar. Tadi kau sudah rogoh kantong
untuk mengganti kerugian. Apa salahnya kalau sekarang aku
yang membayar makanan, bukan ?"
"Terima kasih. Aku sangat kesusu. Lain kali saja kita bertemu
pula." jawabnya.
"Bagus, selamat jalan adik Gie." sahut Goat Go. Sedikit pun
kelihatannya ia tidak merasa berat dengan perpisahan itu.
(Bersambung)
Jilid 03
Anak muda itu tercengang sebentaran. Belum sempat ia
menanya, Goat Go sudah tarik tangannya si anak muda. "Mari
kita duduk-duduk kongkouw !" katanya.
"Adik Gie, " kata Goat Go, setelah mereka pada duduk.
"Sekarang aku tahu asal usulmu. Kau bukankah anaknya bibi
San dari Hoay-siang."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sabar adik Gie." kaat Goat Go. "Segera ayah akan keluar, dia
sekarang masih repot dengan pekerjaannya.
Kiranya ibu Kwee Cu Gie itu ada saudara piauw dari Teng Siu,
ayahnya Goat Go bernama Thio Leng San yang menikah
dengan Bian-ciang Kwee Eng Siang, salah satu jago
terkemuka dalam kalangan kang-ouw.
Pernah Eng Siang satu kali menasehati Teng Siu untuk jangan
bergaul dengan kawanan penjahat dan kepandaiannya
membuat racun sebaiknya disalurkan untuk kebaikan
menolong orang saki. Tapi nasehat Eng Siang tidak digubris,
malah selanjutnya perbuatannya makin mencolok di mata Eng
Siang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Anak kurang ajar !" bentkanya. "Kau berani tampar aku ?"
berbareng ia menerjang Cu Gie yang tengah mencelat bangun
dari rebahnya.
Di lain pihak, Kim Nio tidak kenal apa artinya 'bisa'. Ia diajari
oleh Goat Go sampai pandai tapi kemudian rusak mukanya
karean hembusan obat yang dimasak sehingga ia belakangan
berubah menjadi Kim Popo. Setelah mukanya jadi jelek tidak
karuan, Siauw Cu Leng yang cakap telah meninggalkannya,
ikut Goat Go. Belakangan nona Goat Go juga mukanya rusak
akibat racun. Buat bikin Siauw cu Leng tidak meninggalkan
dirinya, Goat Go sudah gasak mukanya si cakap dengan 'bisa;
sehingga lebih jelek dari mukanya Goat Go. Si 'Arjuna' tidak
laku lagi di kalangan perempuan baik-baik. Oleh karenanya ia
sangat setia pada Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go, puteri
kesayangan dari Hoa-im Tok-jin Teng Siu.
Kisah cinta 'segitiga' antara Kim Popo alias Kim Nio, Siauw Cu
Leng si Arjuna dan Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go, ramai
dan menarik untuk ditutukan dan ini kita akan ceritakan di
sebelah belakang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Sam sudah lama tidak ketemu muka dengan Kim Popo
sejak ia kabut dari rumah perguruan baru sekarang ia
berjumpa pula. Ia kenali Kim Popo sebagai bekas ia punya
Kim Nio adalah dari suaranya dan potongan tubuhnya yang
selama ini tak dapat dilupakan olehnya. Ia tahu, memang Kim
Popo bukannya Kim Nio dahulu yang cantik menarik.
Sekarang mukanya sudah rusak. Ini ia dapat tahu dari
kenalan-kenalannya yang dahulu tinggalnya tidak berjauhan
dari rumah si Tongkat Sakti Kong Tek Liang. Ia merasa
kasihan atas nasib bekas kekasihnya. Ia mencari-cari, sampai
hari itu dengan secara kebetulan ia ketemukan bekas
'darlingnya' sedang minum air selokan.
"Mari kita ngobrol di bawah pohon itu." kata The Sam seraya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, kau berurusan dengan dia ?" tanya The Sam, romannya
seperti yang terkejut.
"Ah, adik Kim." sahut The Sam. "Dia sangat lihai. Orang tidak
tahu siapa namanya, tapi orang kenal julukannya Kim Wan
Thauto (Thauto beranting-anting emas). Dia bukan saja lihai
ilmu silatnya tapi senjata rahasianya di kedua telinganya.
Kalau sudah dilepas, tiada seorang pun korbannya yang dapat
lolos dari sasarannya."
yang berat bisa bikin korbannya terus tidak bangun lagi alias
jiwanya melayang untuk menghadap Giam-lo-ong (Raj
Akhirat).
muridnya. Kau tidak tahu, koko. Buku itu memuat tiga macam
ilmu totokan. Kecuali pelajaran menotok jalan darah
menggunakan satu sampai dua jari dari dekat, dalam bukunya
ada disebut menotok dari jauh dengan menyentil batu kecil
dan kebasan tangan baju. Malah, yang penting, totokan The
Leng Tong dapat dikendalikan berat entengnya dengan jitu
sekali." demikian Kim Popo menutur.
"Aha, aku juga orang she The, siapa tahu ada jodoh
mendapatkan buku itu." kata The Sam kegirangan sambil
tepuk-tepuk pahanya.
"Bagaimana kau bisa bilang begitu ?" tanya Kim Popo heran.
"Aku she The dan Leng Tong juga she The. Kita sama-sama
she The. Tidak mustahil kalau barangnya The Leng Tong
diwariskan padaku, bukan ?" sahut The Sam.
"Ah, itu urusan belakangan. Mari kita susul nanti dia keburu
sudah jalan jauh, sukar kita mencarinya." sahut The Sam.
Kita tinggalkan dahulu Kim Popo dan The Sam yang menyusul
Kim wan Thauto. Kita balik kepada Lo In, bagaimana si bocah
itu, apakah dia binasa akibat gebukan Ang Hoa Lobo yang
dilakukan dengan sepenuh tenaga ?
"Sama anak kecil kau kalah, bagaimana kau hadapi anak gede
?" kata Ang Hoa Lobo seraya mentertawakan Siauw Cu Leng.
"Anak bandel. Masa dia berani omong besar ?" kata si nenek,
mulai marah dia.
berjingkrak.
"Tidak, tidak bisa kita menemui dia begitu saja. Dia luar biasa
kepandaiannya, apalagi dia mempunyai rajawali dan tentara
keranya yang melindungi."
sudah masuk perangkap yang diatur oleh Ang Hoa Lobo dan
Siauw Cu Leng.
"Betul, betul punya dia ?' tanya Siau Cu Leng yang sedari tadi
mengawasi Ang Hoa Lobo memeriksa pedang pendek itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hehehe !" Ang Hoa Lobo ketawa. "Aku bikin anaknya begini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau bapakanya tahu tentu dia bakal mencari aku. Dia tentu
datang berlutut dihadapanku untuk minta obat pemusnahnya,
jangan sampai anaknya yang cakap ini mempunyai dua muka.
Ang Hoa Lobo alias Teng Goat Go sampai saat itu masih
merasa penasaran pada Kwee Cu Gie yang sudah menampar
pipinya dua kali sehingga beberapa giginya pada rontok dan
sekarang ia sudah ompong !
"Kau masih belum mau bawa dia pergi, mau tunggu apa ?" si
nenek membentak.
"Iblis, kau bawa masuk apa kesini ?" bentak seorang anak
perempuan kecil yang ada dalam kamar itu ketika melihat
pintu kamar dibukan dan tubuh Lo In diletakkan di lantai
separuh dilemparkan.
Dara cilik itu yang ternyata bernama Eng Lian kenali suaranya
Ang Hoa Lobo yang berkata-kata tadi. Tampak ia menggertak
giginya, tangannya yang kecil mungil mengepal keras,
rupanya ia sangat marah. Sekarang ia mengerti, yang
membuat wajah anak itu hitam adalah si Nenek Kembang
Merah.
"Hehe ! Bagus, baru tiga hari aku hukum kau tidak makan.
Kalau kau masih tetap membandel, hemm ! Aku kasih tempo
tiga hari lagi untuk kau pikir-pikir. Kalau sampai temponya kau
masih tetap membandel, jangan salahkan si nenek bila
berbuat kejam Pikirkanlah !" demikian si nenek mengancam.
Eng Lian tidak mau ladeni Ang Hoa Lobo sampai nenek itu
meninggalkan kamar itu, tidak terdapat jawaban dari sebelah
dalam.
Si dara cilik sudah tiga hari dihukum tidak makan oleh Ang
Hoa Lobo, pantasan kakinya lemas. Dalam bingung, apa yang
akan ia buat menghadapi Lo In yang masih pingsan, sedang
perutnya sudah sangat lapar, tiba-tiba Eng Lian dibikin terkejut
dengan diceploskannya benda-benda bundar melalui sela-sela
jeruji jendela.
lemas.
kalau dua kera itu mengirim buah-buahan bukan untuk dia tapi
untuk majikannya, Lo In, yang Eng Lian tidak tahu anak itu
siapa namanya dan datang dari mana.
"Hi hi hi.... anak tolol. Kenapa menggigit jari sendiri ?" Eng
Lian ketawa, melihat Lo In kesakitan menggigit jarinya
barusan.
"Aku Eng Lian, kau sendiri siapa ?" balik menanya si dara cilik,
lucu lagaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hei, hei, kenapa kau tidak sebutkan namamu ?" kata Eng
Lian seraya menggoyang-goyang lengan Lo In yang tatkala itu
sudah mau meramkan matanya lagi.
"Apa sih yang dilihat ?" kata Eng Lian ketika mereka beradu
pandangan sambil mencibirkan bibirnya yang mungil.
"Enci Lian, aku ini berada dimana ?" tanya Lo In, tidak
melayani orang mencibirkan bibirnya.
"Dia, si nenek itu memang jahat. Dia ada disini, dibantu oleh si
kakak jelek Siauw Cu Leng yang julukannya Toan Bi-lomo."
menerangkan Eng Lian.
-- 8 --
'Jit-goat-ko.'.
"Adik In," kata Eng Lian, setelah mendengar habis cerita Lo In.
"Kau ada satu bocah luar biasa. Bukan mustahil kau nanti jadi
terkenal dan orang menyebut kau 'sinlong', bocah sakti.
Hihihi......"
"Hei, Eng Lian, kau dengar tidak ?" bentak suara Ang Hoa
Lobo.
"Ya, tunggu saja. Sampai pada waktunya, aku beri putusan !"
kata Eng Lian.
"Mengapa kamu harus takut dengan anak sambal itu ?" Ang
Hoa Lobo berkata pada Siauw Cu Leng. "Tenaga dalamnya
sudah musnah, berani dia main gila pada kita ?"
Yang penting, pikir Ang Hoa Lobo adalah Eng Lian yang harus
didesak supaya memberitahukan rahasia pelajaran yang ia
perlukan.
"Apa enci tidak tanya pada mereka, kemana ayahmu pergi ?"
tanya Lo In disaat Eng Lian hentikan sebentar penuturannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kejadian itu pada suatu sore, di waktu dia ajak aku melihat
ular kesayanganku. Tiba-tiba Tok-gan Siancu beringas melihat
si nenek, kepalanya bangun dari melingkarnya kemudian
menyambar tangan si nenek yang sedang pegang jeruji
kerangkeng dari bambu, menggigit tanganya itu hingga dia
semalaman panas dingin tidak bisa tidur. Kalau dia tidak
ketolongan oleh obatku, dia pasti melayang jiwanya. Tapi dia
bukan terima kasih padaku, malah keesokan harinya, aku lihat
aku punya Tok-gan Siancu sudah menjadi bangkai dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Cici, lebih baik kita mampusi saja si setan kecil itu !" usul
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, itu kan hanya si kunyuk kecil, cici." kata Siauw Cu Leng
mentertawakan Ang Hoa Lobo yang mengira didatangi musuh
berat.
"TIdak perduli, lekas kejar dan bunuh dia !" perintah Ang Hoa
Lobo bengis.
Ang Hoa Lobo gunakan tipu 'Hek liong lam cu' atau 'Naga
hitam mencari mutiara' untuk memusnahkan tipu Toa-hek
'Ayam emas menggerakkan satu sayapnya'. Ketika toyanya
ditekan ke bawah, ia tidak lantas tarik pulang, sebaliknya ia
kerahkan tenaga dalamnya disalurkan ke toya yang membuat
toya jadi sangat berat. Dalam heran, melihat toya tak dapat
ditekan, Toa-hek terkejut waktu sekonyong-konyong si nenek
ditarik pulang, kemudian dengan kecepatan kilat disodorkan
ke arah dadanya. Untung ia dapat memutar tubuhnya untuk
berkelit. Kalau tidak, celaka dia kepanggang toyanya si nenek.
monyetnya.
tentang tiga gorila ini, Eng Lian tidak dapat lepas dari
perasaan takutnya karena sikapnya ketiga gorila itu benar-
benar menyeramkan.
Eng Lian jadi tabah. Dasar anah jenaka dan berani, seketika
itu juga berubah sikapnya. Ia balas mengusap-usap tangan Ji-
hek seraya menjabat tangan Siauw-hel dan Toa-hek hingga
ketiga kera itu berjingkrak kegirangan.
"Ini dia obat manjur yang tidak ada duanya." sahut Eng Lian
seraya angsurkan gelas yang ada ditangannya tadi.
"Kau makan dahulu, nanti baru aku ceritakan," sahut Eng Lian.
cemas.
"Adik In, itu yang kau makan adalah lwetam dari Tok-gan
Siancu, ular kesayanganku yang aku ambil setelah mati."
menerangkan Eng Lian sambil duduk pula di tempat duduknya
tadi.
"Kau tidak tahu khasiatnya." kata Eng Lian lagi. "Menurut kata
ayahku,
Tok-gan Siancu mempunyai lwetam yang tak ternilai. Cuma
saja nyali itu tak dapat dimiliki begitu saja, misalnya dengan
sengaja kita bunuh mati Tok-gan Siancu, lantas diambil
nyalinya. Ini tidak akan ada khasiatnya.
"Adik In, kau dengar dulu aku cerita. Jangan kau potong." kata
Eng Lian.
"Habis, sekarang kau kasih nyali itu aku makan, ayahmu tidak
kebagian, bagaimana kau nanti dapat
mempertanggungjawabkan pada ayahmu ?" kata Lo In.
"Adik In, kau tidak tahu, aku ketakutan kau mati !" sahut si
gadis cilik.
"Tanda apa, enci Lian ?" Lo In kata heran sebab sejak dahulu
ia tidak punya tanda apa-apa diwajahnya yang cakap.
"Itu tanda hitam diwajamu, adik In." sahut Eng Lian. "Kukira
tadinya dengan makan nyali ular kesayanganku itu, sekaligus
akan mengunjuk khasiatnya, menghilangkan tanda hitam pada
wajahmu. Tapi kenyataannya....... masih saja ada."
"Ah, kau jangan marah, adik In." memotong Eng Lian. "Kita
belum tahu betul dia jahat, membunuh orang misalnya, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tak perlu kita balas membalas. Asal kita ketemu dia, dengan
rela dia memberi obat pemusnahnya, kita bikin habis saja
urusan. Dengan begitu tidak saling balsa membalas lagi.
-- 9 --
Sampai disini kita tinggalkan Lo In dan Eng Lian. Mari kita lihat
perjalanan Kim-wan Thauto. Setelah ia meninggalkan Kim
Popo begitu saja dibawah terik panasnya matahari, selagi ia
jalan tiba-tiba ia mendengar ada derap kaki kuda mendatangi
dari belakangnya.
Kim wan Thauto lantas tidak dengar lagi apa yang mereka
bicarakan kemudian karena kudanya dipecut lari makin
kencang.
Kim Wan Thauto terkejut sebab mereka itu tiada lain adalah
tiga orang penunggang kuda yang ditemukannya di jalanan
tadi.
"Dia toh takut pada ayah, kenapa mesti dipikirkan ?" kata si
gadis lagi.
"Itulah pada suatu hari," sahut si gadi. "Ketika enci Ciok datang
padaku membujuk aku supaya aku terima lamaran saudara
misannya, si Kongcu ceriwis itu, dia ada menyebut bahwa
kekayaan paman Tan jauh lebih kaya dari pada kita. Hatiku
jadi panas dan meyemprot dia dengan kata, 'Tentu saja
paman Tan lebih kaya lantaran pelihara maling dalam
rumahnya !' Kata-kata ini rupanya disampaikan pada paman
Tan sehingga ia menjadi marah, menegur ayah supaya minta
maaf di depan umum. Aku yang salah, aku yang tanggung
jawab, kenapa ayah dibawa-bawa ?"
Kim Wan Thauto yang berhati baja, melihat adegan itu tak
dapat mempertahankan kesedihannya. Ia diam-diam merasa
terharu akan nasibnya Bwee Hiang. Kapan ia ingat lagi, ia jadi
heran kenapa si gadis menangis begitu sedang tadi ia lihat
tegas si gadis begitu gagah mengucapkan kata-katanya untuk
tanggung sendiri semua urusan yang mengancam keluarga
Liu. Apa benar si gadis mempunyai kepandaian tinggi untuk
menghadapi Tiga Algojo dari Sucoan ?
saja urusan ini. Kalau tidak, baik nanti kita lihat gelagat
bagaimana, kalau perlu kita gunakan kekerasan untuk
menaklukinya."
"Kita harus pakai jalan lunak dahulu, kalau bisa kita jangan
sampai bertempur dengan dia." Mo-jiauw perkuatkan usulnya.
"Kau maksudkan apa jalan pendek itu ?" tanya Mo-jiauw Teng
Cong.
"Aku tidak melihat ayahmu turut datang, dimana dia, anak Sin
?" tanya Liu Wangwee pada Tan Kongcu ketika mereka sudah
sama-sama ambil tempat duduk.
Jadi persahabatan keluarga Tan dan Liu itu sudah sejak lama.
Apa mau sekarang terbit bentrokan yang sesungguhnya amat
disayagnkan. Sebenarnya Tan Wangwee sendiri segan
bentrokan dengan Liu Wangwee karena urusan tersebut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hmm ! Justru ini kita tidak mau terima !" kata Liung Sin
mendengus.
"Habis, kau mau apa ?" tanya Liu Wangwee, jadi habis sabar
rupanya melihat sikap yang tengik dari si anak muda ceriwis
menurut Bwee Hiang.
"Saudara ini siapa ?" tanya hartawan Liu yang pura-pura tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tahu.
"Jiko, untuk apa banyak omong. Lekas, bikin beres saja !" kata
Sin-mo Lie Kui sambil matanya melotot pada Liu Wangwee.
"Sucoan Sam-sat lain, tapi dengan kau, aku tidak tinggal lari !"
sahut tuan rumah.
Teng Cong dan Lie Kui tidak berani datang mengeroyok Liu
Wangwee karena mereka tahu akan adatnya sang toako.
Kalau ia belum kalah belum mau dibantui saudara-
saudaranya. Maka juga mereka tinggal menonton saja.
(Bersambung)
Jilid 04
Kepandaian si nona ketinggalan jauh dibandingkan dengan
Sin-mo Lie Kui. Maka ia kena digocok sana sini hingga Tan
Kongcu yang menonton di pinggiran menjadi tertawa terbahak-
bahak meliha si nona sudah mandi keringat meskipun ia
sendiri waktu itu menderita rasa sakit bukan main pada luka
dipundaknya karena barusan kena disontek pedangnya si
nona yang tajam.
"Kau mau bicara apa, nona manis ?" tanya Lie Kui, haha hehe
tertawa.
istimewa dari Giam-ong Puy Teng yang dinamai 'Mo Lie jiauw
chiu' atau "Cengkeraman Kuntilanak'. Berbareng ia berkata,
"Terima nasib, sahabat !"
"Kentut !" memotong Sin-mo Lie Kui yang menjadi panas atas
kata-kata si kerudung merah, sikapnya sudah hendak
menyerang.
"Apa perlu aku yang harus turun tangan ?" si kerudung merah
menegur, waktu melihat si kongcu ceriwis ragu-ragu.
Mari kita lihat Lo In dan Eng Lian yang sudah lama kita
tinggalkan.
Dua anak itu kelihatan cocok satu dengan lain. Tiap hari
mereka bermain-main disekitar rumahnya. Eng Lian melihat
pakaian Lo In sudah compang camping, merasa tidak tega.
Maka ia gunakan temponya untuk membuat pakaian Lo In dari
pakaian ayahnya yang ia kecilkan hingga pas untuk dipakai si
bocah.
"Anak besar yang bikin, mana tidak jadi gagah dipakainya ?"
sahut Lo In.
Pada suatu hari setelah lakukan inspeksi, dua anak itu pada
duduk diserambi belakang rumah, dimana biasanya mereka
suka duduk omong-omong.
"Adik In, bagaimana sih. Mana ada ular bisa berterima kasih
segala !" kata Eng Lian.
"Hihihi, adik In." Eng Lian ketawai Lo In. "Kau bisa meniup
seruling, tapi mana bisa kau memerintah ular ? Hihihi...."
-- 11 --
Kecuali yang barusan kasih nasihat pada orang she Cin, yang
lain-lainnya memang pada memandang rendah pada Lo In.
Mereka mulai jeri tapi tak dapat mereka abaikan perintah dari
kepala perkumpulannya. Maka itu mereka maju pula
berbareng untuk menangkap Lo In.
"Hei, Kek Kim. Kau tertawakan apa ?" tanya Cin Lian Hin.
"Aku tertawakan kau, Cin heng. Kau bilang, kau mau ganda
dia sembari tiduran, nah sekarang apa buktinya ? Malah kita
bertujuh diganda olehnya seperti memeram mata saja. Aaha !"
kembali Kek Kim tertawa seenaknya.
Ketika dua tiga hari dicari disekitar lembah enci Eng Lian tidak
diketemukan, pada hari yang keempat, Lo In mencari sampai
cuaca remang-remang gelap.
"Menurut Cin Lian Hin, calon Tongcu dari cabang Ceng Gie
Pang disini dengan membawa enam pilihannya sudah
menemukan bocah yang diinginkan oleh Pangcu." demikian Lo
In mendengar si pendek berkata pada temannya.
"Mana aku tahu." sahut si pendek. "Cuma aku dengar, dia itu
anaknya Kwee Cu Gie. Siapa Kwee Cu Gie dan kenapa
anaknya mau ditangkap, aku tidak tahu."
"Hei, dari mana datangnya ini bocah bermuka hitam ?" pikir
mereka.
"Anak sambel, apa kau tidak tahu masuk ke sini dilarang ?"
bentak si pendek.
Diantara yang hadir dalam rapat itu terdapat calon Tocu Cin
Lian Hin bersama kawannya yang menangkap Lo In. Ketika
melihat si bocah bermuka hitam dibawa masuk, mereka amat
terkejut. Ada juga yang kucak-kucak matanya, tidak percaya
bahwa Lo In begitu mudah dapat ditangkap oleh dua tukang
rondanya.
"Belum pasti." sahut Cin Lian Hin. "Tak semudah itu dia dapat
ditangkap."
"Anak kecil, apakah maksud kau untuk masuk kemari ?" tanya
Hu-pangcu, suaranya tidak bengis.
"Aku tidak ada tempo, aku hendak mencari enci Lian." sahut
Lo In.
Lo In tatkala itu berdiri tidak jauh dari meja yang hancur tadi.
Kalau serangan Gouw Li Lit itu mengenakan sasarannya, pasti
si anak kecil remuk tulang-tulangnya. Baikna saja ia sudah
menghilang dan sodorkan meja sebagai wakilnya.
"Aku tidak mau berkelahi, kau paksa juga. Nah, baiklah aku
sambuti !" Lo In sambuti seenaknya saja, tanpa pasang kuda-
kuda segala.
Diantara para jagoan yang hadir dalam rapat itu adalah Gouw
Li Lit yang paling menonjol kepandaiannya. Sekarang si orang
she Gouw sudah dikalahkan dengan begitu mudah, siapa lagi
yang berani maju ?
Tamu itu memang tiada lain adalah Pangcu dari Ceng Gee
Pang.
Pangcu dari Ceng Gee Pang itu ada saudara cintong dari Ang
Ban Ie, namanay Ang Ban Teng. Ia lihai menggunakan senjata
rahasia bentuk panah yang direndam dalam obat, bukannya
racun tapi istimewa kerjanya. Panah itu asal menancap pada
tubuh korbannya, kalau menemui darah lantas menjadi lumer
dan sang korban akan menggigil kedinginan. Kaki tangan tak
dapat digerakkan seperti membeku untuk sepuluh menit
lamanya. Entahlah, Ang Bang Teng menggunakan bahan obat
apa untuk senjata panahnya yang istimewa itu, tapi yang
terang namanya terkenal dengan Soa-cian Ang atau Ang si
Panah Salju.
Pada sepuluh hari yagn lalu kita ada kedatangan Ang Hoa
Lobo dengan Toan-bi Lomo Siauw Cu Leng." jawab Ang Ban
Ie.
"Betul," melanjutkan Ang Ban Ie. "Aku sudah kirim tujuh orang
kuat kesana dikepalai oleh Cin Lian Hian. Inilah Tocu kita
untuk cabang disini." Ang Ben Ie menunjuk Cin Lian Hin
memperkenalkan kepada Pangcunya.
"Aku tidak tahu apa bapaknya si anak kecil itu masih hidup
atau sudah mati. Sebab menurut Siong Leng Totiang, Kwee
Cu Gie yang menyaru jadi Liok Sinshe ada dua tahun yang
lampau sudah mati masuk jurang dibokong oleh Kim Popo."
menerangkan Soat-cian Ang.
"Kemarin dulu, aku ada kedatangan sobatku. dia itu ada Liu In
Ciang, yang kini terkenal dengan nama Liu Wangwee di desa
Kunhiang." menutur Soat-jian Ang. "Dalam omong-omong dia
menceritakan pengalamannya pada satu setengah tahun yang
lalu dia didatangi Sucoan Sam-sat........"
"Memang kau jahat." sahut Eng Lian berani. "Kau sudah pukul
adik In sampai luka berat, kemudian kau hukum aku tidak
makan beberapa hari. Apa itu tidak jahat ?"
"Aku toh belum gebuk mati si bocah, belum hukum mati kamu,
masih belum terhitung jahat, bukan ?" bantah si Nenek
Kembang Merah seraya haha hihi ketawa.
--12--
"Kalau kau sudah dapat menjinaki ular, nanti kau akan lebih
jahat lagi." sahut si dara cilik.
"Tidak, tidak. Aku berjanji akan menjadi orang baik, kalau kau
sudah ajarkan menjinaki ular." si nenek cepat menyahut.
"Nona Lian, aku hanya minta kau ajari aku. Setelah mana aku
tak akan mengganggu lagi kau." Ang Hoa Lobo berjanji.
"Hahaha ! Dara cilik, kau mau lari kemana ?" bentaknya kasar.
"Kakek jahat, kau jangan merintangi aku !" semprot Eng Lian.
darah Eng Lian tapi darahnya sang kelinci liar yang nasibnya
lagi sial ketemu Siauw Cu Leng.
Di sana Eng Lian dibujuk lagi oleh Ang Hoa Lobo, dijanjikan ia
akan dibebaskan dan diantarkan kepada Lo In kalau ia sudah
turunkan ajaran menakluki kawanan ular. SI dara cilik dapat
dibujuk, tanpa banyak pikir ia lantas berikan pelajaran pada
Ang Hoa Lobo. Hatinya sudah kepingin buru-buru ketemu Lo
In lagi. Ia kuatirkan putus asa mencari dirinya yang diculik oleh
si Nenek Kembang Merah. Kalau ia sudah menurukan
pelajaran menakluki ular kepada Ang Hoa Lobo, pikirnya, ia
akan mendapat kebebasannya dan segera dapat pulang ke
rumahnya bertemu pula dengan adiknya.
Ang Hoa Lobo tertawa ramah. Katanya, "Oh, besok ada hari
baik. Tanggal 7 bulan 7, aku akan antarkan kau kembali ke
rumahmu dan ketemu lagi dengan Lo In."
Eng Lian yang tidak biasa minum arak, ia hanya disuguhi teh
saja. Teh yang wangi dan menyegarkan badannya. Maka ia
beberapa kali meneguk isi cangkir yang saban kali disilahkan
minum oleh Ang Hoa Lobo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ini baru tidur saja. Sebentar kalau dia sudah siuman, kau
boleh lihat bagaimana pengaruh obatku yang kuberikan
padanya. He he he......" si nenek berkata sangat bangga
tampaknya.
"Bagaimana ?" Ang Hoa Lobo tanya Siauw Cu Leng yang saat
itu jadi bengong melihat kelakuan Eng Lian.
"Kalau sepasang ular itu begitu jahat, paling baik kita rampas
saja dari padanya, kita bunuh mati. Jadi tidak membahayakan
kita." usul Siauw Cu Leng.
"Eng Lian selain punya senjata ampuh itu, juga punya senjata
lainnya yang tidak kurang ampuhnya." menerangkan Ang Hoa
Lobo.
"Ah, cici....... aku takut ! Kalau orang yang digigit Egn Lian itu
dapat diperintah Eng Lian. Bagaimana kalau Eng Lian perintah
orang menghajar kita ?"
"Tua bangka tolol !" jengek si nenek ketawa. "Mana bisa Eng
Lian suruh hajar kita sebab Eng Lian ada di bawah pengaruh
kita."
"Sekarang Eng Lian sudah tidak ingat lagi akan dirinya. Perlu
dia mendapat pelayan-pelayan untuk melayaninya. Sebab
mana aku yang menjadi suhunya melayani dia mandi, makan,
temani kongkow segala. Dia harus mempunyai banyak
pelayan." Ang Hoa Lobo utarakan pikirannya.
"Habis, dari mana kita cari pelayan begitu banyak ?" tanya
Siauw Cu Leng, garuk-garuk kepala.
"Culik. Kenapa kau tidak bisa culik anak gadis orang ?" bentak
si nenek.
Ang Hoa Lobo namakan prajuritnya ini Ang Hoa Kun atau
Pasukan Kembang Merah, simbol (tanda) yang si nenek paling
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suka.
Kapan Ang Hoa Lobo ingat akan keadaan itu, maka ia suruh
Eng Lian yang bicara pada Siauw Cu Leng dan sekarang si
kakek ceriwis kelihatan pucat mukanya, ia maju ke depan dan
jatuhkan diri berlutut di depan Eng Lian sambil manggut-
manggut dia berkata, "Hamba terima salah, mohon Siancu
punya belas kasihan."
"Anak Lian, kau suruh orangmu untuk kasih mangkok obat ini
pada yayamu supaya diminum isinya." Ang Hoa Lobo kata
pada Eng Lian seraya menyodorkan mangkok obat pada si
dara cilik yang lantas menyambuti kemudian diserahkan pada
salah satu dayangnya untuk melakukan perintahnya Ang Hoa
Lobo.
Sementara itu Eng Lian sudah suruh Cui Sian bangun dari
berlututnya dan disuruh tukar pakaiannya yang sobek. Cui
Sian menurut lalu meninggalkan ruangan itu.
(Bersambung)
Jilid 05
Hek-houw Ma Liong terkejut. Pikirnya, orang suruhannya
sudah begini lihai. Sudah terang si nenek tidak ngebohong
kalau Kim Coa Siancu sendiri ada jauh lebih lihai dari
padanya. Meskipun sangat jeri, ia tidak ingin kehilangan anak
gadisnya. Begitu melihat Ang Hoa Lobo sudah menyentuh
pula tubuh anak gadisnya, hendak diangkat. Lantas ia kalap.
Ia terjang si nenek dengan pukulan maut, tapi Ang Hoa Lobo
hanya geraki badannya sedikit, lantas tangan kanannya
diulurkan untuk menangkis. 'Krak' segera terdengar satu
suara, berbareng si Macan Hitam lompat mundur sambil
pegangi tangan kirinya yang telah patah tulangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Oh, jadi kau ada nyonya Ma ?" tanya Ang Hoa Lobo pula.
unggul !"
Pertempuran antara Lian Eng Kam dan Ang Hoa Lobo benar-
benar ramai. Pedangnya Lian Eng berkelebatan mencari
sasaran penting pada tubuh si nenek. Sebaliknya, Ang Hoa
Lobo dengan toya besinya yang berat, berputaran dan toyanya
menyambar-nyambar keluarkan suara menderu-deru. Diam-
diam Lian Eng berpikir, orang suruhannya begini lihai,
bagaimana dengan Kim Coa Siancu sendiri kalau menyatroni
rumahnya ?
Benar saja, tipu silat si nenek membawa efek buruk bagi Lian
Eng. Sebab seketika ia mendengar suara tertawa yang seram
melengking, pemusatan pikirannya jadi terganggu. Hatinya
tergetar oleh suara tawa Ang Hoa Lobo, serangannya jadi
kacau. Kelemahan ini tidak disia-siakan oleh si nenek, toyanya
yang berputar tadi berganti arah, nyelonong ke 'hoa-kay-hiat',
jalan darah di bagian pundak kiri Lian Eng, kontan si wanita
cantik terkulai roboh. Ia rasakan totokan ujung toya si nenek
melumpuhkan lengan kirinya. Tangan kanannya masih
mencekal pedang tapi tak dapat digerakkan karena
kelumpuhan itu dari lengan kiri menjalar ke lengan kanan.
Tidak heran kalau pedangnyajatuh dengan sendirinya dan ia
mendeprok di tanah tak berdaya.
"Hah !" ia terkejut karena kotak berharga itu sudah tidak ada
ditempatnya.
"Sebentar kalau tuan sudah lihat, tentu tahu surat itu dari
siapa." sahutnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Koko,
Setelah aku sudah pandai meyakinkannya dan dapat
malang melintang dengan ilmu menotokku yang hebat,
barulah aku akan menemui kau lagi. Waktu itu, sebab aku
sudah dapat membujuk kau dengan menurunkan sedikit
kepandaian menotokku kepadamu. Kau tentu akan kegirangan
dengan ilmu totok yang didapatkan dari Tiam-hiat Pit-koat.
Hihihi...."
"Kurang ajar ! Dia mau main gila denganku. Hmm !" diam-diam
Kim Popo berkata dalam hati kecilnya. Kemudian dia menyulut
hio obat pulas yang asapnya ia tiup masuk ke dalam kamar
The Sam. Sebentar saja tampak The Sam mengantuk dan
menguap beberapa kali, akan kemudian saking tidak tahan ia
sudah banting dirinya di pembaringan dan tidur nyenyak, tidak
menghiraukan kotak berharganya disikat Kim Popo.
"Cuma saja aku menyesal tak dapat melihat wajah Injin." sahut
Liu Wangwee.
Sejak itu ayah dan anak itu berlatih keras dalam ilmu pukulan
maupun pedang untuk berjaga-jaga kalau-kalau dari pihaknya
Tan Kong Ceng mencari gara-gara pula.
Ang Ban Teng dan Liu Wangwee ada sahabat dari banyak
tahun, maka pertemuan mereka sangat menggembirakan. Liu
Wangwee tidak minta bantuan sang sahabat untuk
menghadapi tiga algojo dari Sucoan, ia hanya minta bantuan
supaya mendengar-dengar dimana adanya si kerudung
merah. Ang Ban teng menjanjikan akan membantunya.
"Aku bukan mau sikat uang sewaan kamar cuma aku mau
minta tempo besok." kata si anak kecil.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku she Lo, nama In." sahut si anak kecil, yang memang Lo
In adanya. "Aku ribut dengan pelayan itu lantaran......."
Lo In turut tertawa.
Lo In anggukkan kepalanya.
"Kau mau ajak aku kemana, Lope ?' tanya Lo In seperti yang
linglung.
"Ya, benar ada enci. Di sana kau akan ketemu enci." sahut Liu
Wangwee.
-- 14 --
"Anak Hiang, kau bawa masuk adikmu itu." kata Liu Wangwee
dari sebelah dalam, yang sudah masuk lebih dahulu setelah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, aku tidak mau. Tidak ada enci Lian, buat apa aku masuk."
kata si bocah seraya mundur dan mau ngeloyor dari depan
pintu masuk.
"hei, kau mau kemana ? Mari masuk, di dalam nanti enci kasih
makanan enak." membujuk Bwee Hiang seraya cekal
tangannya Lo In ditarik masuk ke dalam.
"Aku anak kecil, mana bisa menang sama orang tua." sahut Lo
In ketawa.
"Kau bohong, ya. Kalau kau mau, mungkin dua orang dogol itu
bukan tandinganmu." berkata lag si gadis yang hendak
memancing Lo In.
"Adik kecil, kau jangan pergi dulu. Kalau aku pergi, aku nanti
marah !" kata Bwee Hiang sambil bangkit dari duduknya dan
masuk ke dalam menemui ayahnya.
ayah kata kalau kau paksa pergi artinya kau tidak memandang
mata pada orang tua."
"Bagus, bagus !" kata sang anak sambil bertepuk tangan. "Eh,
Ling Ling, coba kau ambilkan sepasang pedang yang biasa
aku dan ayah pakai berlatih !" kata Bwee Hiang suruh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pelayannya.
"Anak In tidak bisa main pedang. Coba kau ajari anak Hiang.
Aku ada urusan. Biarlah kalian berdua teruskan berlatih."
berkata Liu Wangwee sambil terus bertindak meninggalkan Lo
In dan Bwee Hiang.
Bwee Hiang mainkan tipu-tipu silat 'Bwee hoa kiam hoat' atau
'Ilmu pedang kembang bwee'. ialah 'Bwee swat tiauw goat'
atau 'Kembang bwee mekar menghadapi rembulan'. Pedang si
nona menusuk ke depan, ke kanan dan ke kiri dengan cepat
sekali. Kemudian disusul dengan tipu 'Bwee hiang boan wan'
atau 'Harumnya bunga bwee memenuhi taman', salah satu
jurus dari 'Bwee hoa kiam hoat' yang paling disukai oleh Bwee
Hiang. Mungkin karena namanya 'bwee hiang' ada termasuk di
dalamnya. Tampak Bwee Hiang bersemangat memainkan tipu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Anak kecil, kau jangan suka gede bohong." kata Bwee Hiang
sehabisnya ngikik ketawa. "Sekarang sudah ketahuan rahasia
dirimu, kau mau bilang apa ?"
"Tidak perduli kau anak Kwee Cu Gie atau bukan, kami harus
tangkap sebab kau sudah membuat malu namanya Ceng Gee
Pang !" kata lagi orang tadi.
"Maju semua !" bentak orang tadi yang berkata pada Lo In,
menganjurkan kawan-kawannya mengepung rapat.
"Enci Hiang, kau mau apakan orang-orang jahat ini ?" tanya Lo
In.
Semua orang jadi ketawa, begitu juga Bwee Hiang, Ling Ling
an Lan Lan. Lega hatinya masing-masing, setelah tahu
duduknya perkara.
"Baik, baik." sahut Ang Ban Teng cepat. "Aku selanjutnya akan
panggil kau, anak In. Tapi kalau aku boleh tahu, siapa itu Liok
Sinshe yang kau sebutkan ?"
"Anak In, kau mau kemana ?" tanya Soat-cian Ang, nampak Lo
In bangkit dari duduknya dan mau ngeloyor keluar.
"Biarkan dia pergi pada Bwee Hiang. Anak itu selama disini
kelihatan akur betul dengan puteriku. Aku percaya Bwee
Hiang dapat menahan dia." kata Liu Wangwee pada Soat-cian
Ang dan para hadirin lainnya.
"Aaa... " tiba-tiba Ang Ban Teng terkejut girang. "Kau benar Lie
Hiocu. Aku sampai lupa akan kedatangan Kian-san Ji-lo. Ya,
ya, betul toako."ia meneruskan kata-katanya pada Liu
Wangwee. "Dalam dua hari ini Ceng Gee Pang akan
kedatangan Kian-san Ji-lo, aku nanti coba untuk minta
bantuannya. Asal mereka bersedia membantu, rasanya kita
tak usah kuatirkan akan kedatangannya tiga orang jahat itu
kemari."
"Bukankah toako juga kenal dengan Kian-san Ji-lo Cia Kie dan
Cia Liang ? Dua orang tua dari Kian-san itu kepandaiannya
susah diukur."
Kian-san Ji-lo atau dua orang tua dari gunung Kian-san, she
Cia bernama Kie dan Liang, pendek saja. Sepak terjangnya
disamping membuat kagum orang, juga membikin orang
membenci mereka. Itulah karena perbuatannya yang murah
hati dan kejam buas hingga orang tak dapat memastikan
mereka masuk golongan baik atau jahat.
Cia Kie dan Cia Leng terima baik undangan itu. Maka diam-
diam Ang Hui Kin sudah mengabarkan pada Ang Ban Teng
bakal kedatangannya dua orang tua itu ke Gakwan.
Benar jgua, dua jago tua yang sepak terjangnya tak menentu
itu datang di Gakwan, selewatnya dua hari dari kejadian-
kejadian yang diceritakan diatas.
"Memang aku dengar." Cia Liang kali ini yang bicara. "Pada
waktu belakangan ini ada muncul satu pendekar dengan
kerudung merah. Katanya ia selalu membuat kebaikan dalam
sepak terjangnya sehingga orang sangat memujanya. Kami
belum tahu siapa adanya dia dan ingin sekali kalau ketemu,
kami juga akan coba-coba kepandaiannya yang hebat seperti
dikatakan orang."
-- 15 --
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, masa ada kejadian begitu ?" tanya Cia Liang, tidak
percaya dia.
Selain mereka bertiga, juga Ang Ban Teng ajak lima Hiocunya.
Pikirnya, jikalau perlu mereka bisa dikerahkan tenaganya.
Gee Pang yang membawa serta Kian-san Ji-lo dan lima anak
buahnya juga oleh Liu Wangwee dibawa ke taman tersebut.
Tidak lama pelayan itu datang kembali tapi tidak dengan Lo In.
Ia berkata pada Liu Wangwee, "Loya, anak itu tidak ada
ditempatnya."
"Toako, ada urusan apa yang membuat kau kaget ?" tanya
Ang Ban Teng.
Sucoan Sam-sat"
Cia Kie dan Cia Liang bangkit dengan serentak. Yang disebut
duluan berkata, "Kian-san Ji-lo belum pernah terbirit-birit lari
oleh karena gertakan. Malah makin digertak mereka makin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nekad. Hahaha..."
"Kau sambuti lagi ini !" teriak Lie Kui, berbareng tangannya
saling susul hingga beberapa batang piauw menyambar
dahsyat ke arahnya Cia Kie.
Dalam putus asa dan hilang harapan, Bwee Hiang cuma bisa
jongkok dan menubruk ayahnya, dipeluki sambil menangis.
"Oh, ayah, anakmu yang celaka ini, yang membuat gara-gara
ini semua. Oh, ayah, ayah....." ia menangis makin keras ketika
sang ayah digoyang-goyang tubuhnya tinggal diam saja.
Lie Kui tertawa, kapan melihat anak kecil itu wajahnya hitam.
Ia berkata, "Anak kecil, pantas benar kalau kau jadi anak aku
Lie-toaya (tuan besar Lie)."
"Hei, anak kecil. Lekas kau enyah dari sini !" kata Giam-ong
Puy Teng nyaring.
"Di sini bukan urusan anak kecil, semua urusan orang tua !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Anak bau, kau bikin ribut saja !" bentak Lie Kui seraya
tangannya yang segede apa tahu, digaploki ke kepala Lo In.
Badannya si berewokan mendadak terputar sendiri karena
saking kerasnya ia memukul, ia telah menggaplok angin sebab
Lo In sudah lenyap dari hadapannya.
"Adik kecil, kau datang terlambat. Kemana saja kau pergi ?"
tanya Bwee Hiang sambil deliki matanya, ia memarahi si adik
kecil.
"Enci Hiang, kenapa kau menangisi lope begini sedih ?" kata
Lo In setelah si bocah memeriksa Liu Wangwee.
"Anak In, terima kasih. Kau anak baik. Semoga selamanya kau
mendapat perlindungan dari Thian...." Liu Wangwee berkata,
seraya ia bangkit dari duduknya dibantu oleh Bwee Hiang
yang sangat kegirangan.
(Bersambung)
Jilid 06
Si bocah menurut. Yang luka parah ternyata Cia Liang dari
Kian-san Ji-lo, tulang sambungan pundak sebelah kiri remuk
dicengkeram Giam-ong Puy Teng. Cian Kie sang engko tidak
seberapa berat kena tendangan Lie Kui sedang Pangcu dan
lima anak buahnya dari Ceng Gee Pang hanya luka-luka
ringan. Mungkin karena takut, mereka tidak berani maju lagi
dan pura-pura merintih kesakitan ketika mereka dirobohkan.
"Aku juga tidak tahu kemana anak nakal itu sudah pergi. Coba
aku nanti tanya padanya." kata Bwee Hiang seraya bertindak
menghampiri si bocah yang sedang repot.
sendiri.
Pikirnya, tidak bisa salah. Orang itu tentu masuk ke dalam kuil
di situ.
"Tidak, aku mau mencari orang. Apa suhu dapat lihat ada
orang kurus kecil masuk ke sini barusan ?" Lo In balik
menanya.
"Kau suruh aku keluar, mudah saja. Asal kau sudah keluarkan
orang yang sembunyi dalam kuilmu disini !"
"Baru murid keempat, biar kau murid nomor wahid juga aku
tidak takut. Asal kau masih membandel tidak mau keluarkan
orang yang kucari !" sahut Lo In.
Satu Hweshio yang usianya lebih tua dari Tong Seng tampak
maju mendekat Lo In. Dengan bengis ia membentak, "Anak
kecil, kau mau merampok di sini ?"
"Mari kita cari anak hitam itu !" katanya seraya ajak anak
muridnya untuk memeriksa seluruh kuil.
Hong Seng heran. Ceng Bian Hweshio malah lebih heran dan
terkejut karena sebagai orang Kangouw kawakan ia tidak bisa
membuka totokan orang.
"Ada, oh, ada. Aku tidak ganggu sedikit pun barang Siaoya."
sahut Ong Cit.
Kian-san Ji-lo sudah dikisiki oleh Ang Ban Teng, kalau bicara
dengan Lo In jangan menggunakan perkataan 'Siaohiap'
sebab si bocah paling suka dipanggil 'anak In'. Ia menyatakan
penyesalannya pada Lo In yang memberikan hukuman terlalu
enteng pada Sucoan Sam-sat yang kesohor kebuasannya.
"Ha ha ha !" Cia Kie tertawa. "Anak In, kau masih kecil. Belum
banyak mendengar dalam kalangan Kangouw orang ributi
kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh mereka. Kau tahu
anak In, mereka membunuh orang tanpa berkedip matanya.
Entah sudah berapa banyak jiwa yang dikirimkan pada Giam-
lo-ong oleh mereka. Tapi yang terang, kalangan Pekto
maupun Hekto pada mengutuk atas perbuatannya.
mereka akan...."
kang Kiat ada salah satu Tocu dari markas cabang Ceng Gee
Pang di sebelah barat desa Kunhiang (tempatnya Liu
Wangwee). Belum berapa lama dibangun, masih dibawah
penilikan Hoan Hiocu dari pusat di Gakwan. Disana selainnya
Kang Tocu, masih ada tiga Tocu lagi yang menjadi pemimpin
cabang itu, dibantu oleh beberapa anak buahnya yang
semuanya ada pandai silat.
Leng Tongcu yang berdiri tidak jauh dari Kang Kiat panas
hatinya mendengar kata-kata si berewokan, lalu maju dan
berkata, "Apa yang dibereskan ?" -- tangannya berbareng
melayang hendak menggaplok kepala tamu yang tidak
diundang itu.
"Kau ikut paman Ang ke sana, adik kecil." berkata Bwee Hiang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Habis, kalau anak pergi, siapa yang temani ayah ?" tanya si
gadis. Ia khawatir ayahnya ditinggal sendirian.
"Biarlah sekali lagi kita ketemu mereka, aku tak akan kasih
ampun !" jawab si bocah seraya angguk-anggukkan
kepalanya.
-- 17 --
Ketika Kang Kiat berada jauh dari Bwee Hiang dan Lo In, Kang
Tocu berkata pada Ang Pangcu, "Pangcu, kalau tadi kita tidak
berkutat dulu membujuk si bocah muka hitam, kita pasti
datang disini dalam waktunya. Kita masih bisa menjumpai dua
orang jahat itu dan kita dapat menolong saudara-saudara kita,
tidak sampai mengambil korban begini banyak !"
san Ji-lo sudah roboh tidak berdaya. Kalau tidak ada dia,
sekarang, kau tentu tidak bisa berhadapan dengan
Pangcumu........."
"Aku harap saja di rumah tidak terjadi apa-apa, anak Hiang !"
berkata Ang Pangcu ketika ia mengantar muda mudi itu keluar
dari kantor cabangnya.
"Adik kecil, mungkin ada kejadian hebat di sini !" kata Bwee
Hiang. Hatinya sangat tegang, sedang Lo In terus mengintil di
belakangnya si gadis.
sama-sama menolongnya."
Kabarnya Kim Coa Siancu ada sangat lihai, pergi dan datang
tak kelihatan bayangannya, menakjubkan dan membuat jago-
jago rimba persilatan (Bulim) menjadi khawatir akan sepak
terjangnya partai baru itu. Apakah partai itu berhaluan baik
atau jahat. Tapi yang terang, belakangan ini banyak terjadi
penculikan anak-anak tanggung usianya, menimbulkan
kegemparan karena diketahui penculikan-penculikan itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Eng Lian yang sudah berubah dirinya menjadi Kim Coa Siancu
memang juga berkepandaian lihai. Ia bukan saja dapat didikan
serius dari Ang Hoa Lobo tapi juga disayang oleh Sucouwnya
ialah Lamhay Mo Lie atau 'Si Iblis wanita dari lautan kidul
(selatan)' yang kepandaiannya susah diukur.
"Mari, mari masuk. Kau bawa banyak teman ?" kata si wanita
lagi seraya membuka pintu pekarangan, menyilahkan tamu-
tamunya masuk.
"Bagaimana, apa toako ada di rumah ?" tanya Louw Bin Cie
sambil terus berjalan mengikuti si Thio Jiso, nyonya rumah
rupanya.
Sebentar lagi tampak muncul lagi wanita lain. Lian Eng yang
melihat merasa bingung sebab wanita itu romannya hampir
sama dengan yang tadi, hanya sedikit tuaan. Tapi kalau dilihat
sepintas lalu, orang bisa keliru dan menyangka wanita yang
baru muncul itu yang tadi juga.
"Thio Toaso, bagaimana kau baik-baik saja ?" kata Louw Bin
Cie sambil angkat tangannya menyoja si nyonya dan diturut
oleh yang lain.
Lian Eng bingung Louw Bin Jie memanggil Jiso dan Toaso
(enso kedua dan kesatu). Apa tuan rumah punya dua isteri ?
Tanya hati kecilnya.
Dan benar saja dua wanita itu adalah isterinya tuan rumah.
Mereka itu Sian Kin dan Sian Lian, orang she Kho, keduanya
adalah isteri dari Kim to Thio Tiat, si Golok Emas yang pada
10 tahun berselang terkenal namanya sebagai guru silat di
kota Hokciu (Hokkian). Sian Kin dan Sian Lin adalah sepasang
dara kembar dari puteri hartawan Kho di kota Hokciu yang
bersama-sama mencintai Thio Tiat gara-gara belajar silat. Thio
Tiat tidak memilih-milih lagi, ia sikat sekaligus kedua-duanya
menjadi istrinya. Matanya Thio Tiat benar-benar lihai sebab
dua isterinya memang benar isteri-isteri yang pantas
mendapat cinta sang suami.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Thio Tiat dengan Louw Bin Cie adalah teman baik dari kecil.
Malah ketika si guru silat bercinta-cintaan dengan sepasang
dara kembar, ia tahu juga. Malah sering menggodai mereka.
Pada waktu itu ia sering mendapat pesanan Sian Kin dan Sian
Lin, bukannya suatu hadiah tapi pesanan cubit karena si dara
jengkel digodai. Thio Tiat hanya ketawa terbahak-bahak dapat
melihat Louw Bin Cie teraduh-aduh terima cubitan Sian Lin
yang lebih galak dari encinya.
"Kenapa begitu ?" tanya Kam Eng Kim, tidak puas dia.
"Kalian tidak berani kasih tahu, kami juga tak berani lama-lama
tinggal disini. Nah, marilah kita pergi !" ia bangkit dari
duduknya mengajak kawan-kawannya berlalu dari rumah itu,
malam-malam itu juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau, kau, anak apa ! Tidak punya isi perut. Orang sudah
ketakutan masih mau ngotot lagi. Mereka boleh takut pada si
sundal Kim Coa Sian....." berbareng api lilin yang sengaja
dipasang dua batang telah menjadi padam.
Sementara itu, Lian Eng juga sudah menjadi tenang. Tidak lagi
ia berontak untuk memeluk ayahnya yang sudah jadi mayat. Ia
ingin mendengar penjelasan Sian Kin, yang lalu berkata lagi,
"Nona Eng, kalau adikku barusan mencegah kau menubruk
ayahmu adalah demi keselamatanmu. Kam Lo-enghiong
setelah mendapat totokan maut dari Siancu, badannya
menjadi beracun. Kalau kena diraba, orang yang merabanya
akan ikut ia ke alam baka. Inilah yang dapat kuterangkan.
Harap kau tidak menjadi kecil hati. Sekarang paling baik kita
urus jenasah ayahmu baik-baik. Mau ditanam disini boleh saja,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Louw Bin Cie juga masih tidak percaya, masa sampai begitu
ampuh totokan si Dewi Ular Emas. Dapatkan ia menyimpan
bisa di dalam tubuhnya sang korban ?
membunuh ayahnya.
Louw Bin Cie pikir, itulah jalan paling baik. Maka Lian Eng pun
tidak bisa membantah dan mereka sekarang telah putar
haluan untuk balik kembali saja.
Tidak jauh dari meja makan mereka, tampak ada 4 orang, juga
sedang makan dengan bernapsu. Mereka ketawa geli dalam
hati melihat satu diantaranya yang bermuka merah dan gendut
pendek, makannya sangat gembul. Beberapa kali telah
tambah nasi dalam mangkoknya tapi masih belum juga
kelihatan merasa kenyang.
-- 18 --
dengan tiba-tiba itu. Tapi bagi Louw Bin Cie dengan kawan-
kawannya, tertawa wanita itu mereka kenal baik. Itulah Kim
Coa Siancu, berkata dalam hati masing-masing. Tidak berani
mereka mengucapkan dengan terang-terangan karena takut
mati konyol seperti Siang-tauw-niauw Kam Eng Kim dan si
gemuk yang barusan mereka saksikan menemui ajalnya.
melegot-legot jalan.
"Hm, siapa anak dara ditengah-tengah hutan ini ?" Lian Eng
menanya pada dirinya sendiri seraya teruskan jalannya
mendekati si anak dara yang tengah asyik memetik bunga.
Lengkoan Giok-lie menggunakan ilmu entengi tubuh maka
juga si gadis jelita tadi tidak mengetahui kalau dirinya ada
yang dekati.
menanya.
"Hihihi..... bibi ini lucu. Aku jadi anakmu, aku sudah keliru. Aku
bernama Cui Sian bukannya Sian Bwee !" si gadis
menyangkal seraya terus memetik bunganya, tidak
memperdulikan Lian ENg yang haus akan cintanya sang puteri
yang hilang !
"Engko Liong, coba kau lihat siapa dia." kata Lian Eng ketika
mengetahui suaminya ada didepannya. "Eh, nona. Coba kau
lihat siapa ini." Lian Eng kata pada si gadis yang sedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Louw susiok (paman), coba kau lihat, siapa gadis itu." kata
Lian Eng.
"Kau mau apa ? Aku tidak ada urusan dengan kau. Kenapa
kau tetap juga mengaku aku sebagai anakmu ? Hihihi, ada-
ada saja."
Tiada ada lain jalan dari pada demikian, maka Lian Eng juga
jadi mufakat dan seketika itu juga, Ma Liong sudah gunakan
jarinya menotok jalan darah si gadis yang membuat ia tidak
berontak-rontak dan gampang diangkutnya. Tiba-tiba mereka
mendengar suara, "hihihi!". Suara ketawa wanita yang sangat
dikenal oleh mereka.
tubuhnya.
Ketika melihat yang datang itu lantas saja Cui Sian berkata,
"Siancu, mereka hendak membawa aku. Katanya aku adalah
anak mereka. Tolong Siancu supaya dapat mengusir mereka
yang mengganggu kesenangan kita !"
Kim Coa Siancu tertawa manis. "Dari mana kau tahu CUi Sian
adalah puteri kalian ? Bagaimana kalian dapat mengenalinya
?" tanya Kim Coa Siancu.
melihat kejadian itu. Kim Coa Siancu telah berkata, "Nah, lihat
buktinya !"
"Adik Eng, ingat mari kita pulang !" kata Ma Liong seraya
kembali ia lakukan percobaannya untuk menjambret tangan
Lengkoan Giok-lie.
"Susiok !" teriak Ma Liong. "Kau jangan diam saja, lekas bantu
aku !"
Kim Coa Siancu dan Cui Sian hanya menonton saja, tidak
begitu menaruh perhatian kelihatannya. Rupanya mereka
hanya menunggu bagaimana kesudahannya pertempuran
sengit itu.
Tidak enak Louw Bin Cie pikir, saat itu ia memeluki istri orang,
maka ia teriaki Ma Liong, "Lekas, lekas kau gantikan aku !"
"Adik Eng, kau toh ada istriku. Bagaimana kau maki aku
jahanam ?" kata Ma Liong sambil pererat pelukannya, kuatir
sang isteri terlepas lagi.
"Siapa kau ?" bentak Ma Liong tiba-tiba hingga Louw Bin Cie
sangat kaget.
Louw Bin Cie jadi serba salah. Ia mau marah salah, tidak
marah memang ia tahu sudah dipermainkan oleh Kim Coa
Siancu. Perlahan dari jeri hatinya menjadi nekad. Pikirnya, ia
tempo hari meninggalkan kampung halaman dengan empat
orang, masa sekarang ia harus pulang dengan sendirian.
dengan Kim Coa Siancu yang tatkala itu sudah hendak berlalu
meninggalkan tempat itu, diiringi oleh Cui Sian, Ma Liong
dengan istrinya, "Kau adalah satu Dewi yang sangat dipuja.
Tidak seharusnya kau berlaku kejam...."
"Orang she Louw," Kim Coa Siancu ketawa manis. "Kalau aku
tidak pandang kau orang baik yang belum pernah berbuat
kejahatan, siang-siang aku sudah ambil jiwamu." kata si Dewi
Ular Emas.
Kim Coa Siancu yang sedari tadi menonton saja laga lagunya
Louw Bin Cie yang sudah nekad, tiba-tiba ia tertawa. Suaranya
kali ini melengking menusuk telinga hingga Louw Bin Cie kalau
tidak merasa malu, saat itu ia sudah kepingin angkat
tangannya untuk menutupi kupingnya yang sakit seperti
ditusuk-tusuk.
"Boleh juga, ya !" berkata Kim COa Siancu seraya berkelit dari
serangan susulan Louw Bin Cie yang hebat sebab si orang
she Louw sudah menggunakan tipu yang sukar dielakan yang
dinamai 'Beng goat Kiam eng' atau 'Bayangan pedang
diterang bulan'. Ujung pedang seperti menusuk dada tapi
sebenarnya yang diarah adalah 'jalanan nasi' (tenggorokan).
Cepat laksana kilat gerakan ini dilakukan, maklumlah Louw
Bin Cie adalah jago pedang maka julukannya juga 'Sian-jin
Siang-kiam', si Sepasang Pedang Dewa.
"Mari, kita jangan terlalu lama main-main !" berkata Kim Coa
Siancu berbareng terdengar suara 'pletak !'. Itu adalah suara
patahnya pedang Louw Bin Cie hingga si jago pedang hanya
memegangi pedang buntung di tangannya sambil berdiri
menjublek, tidak tahu apa yang ia harus berbuat saking
kagetnya.
Kembali Louw Bin Cie melihat lagi akan sepak terjangnya Kim
Coa Siancu.
Louw Bin Cie makin jeri hatinya. Tak ada tempo ia untuk
memeriksa tubuh si muka putih yang sudah jadi mayat, ia
lantas teruskan perjalanannya. Ingin cepat-cepat ia sampai di
rumah untuk mendongeng kepada kawan-kawan halnya si
Dewi Ular Emas yang hebat dan menggemparkan sepak
terjangnya.
makan itu. Maka tidak heran kalau sabah hari rumah makan itu
penuh dengan tamu-tamu, kalau tidak dari luar dudun, tentu
yang datang makan dari dalam dusun itu sendiri.
"Ah, itu hanyalah nama kosong saja." sahut Lie Tiong Kiat
merendah. "Aku sendiri tidak punya kepandaian apa-apa tapi
teman-teman Kangouw main sembarangan memberi julukan
'si Gunting Emas', sungguh berkelebihan."
(Bersambung)
Jilid 07
Letak meja mereka makan di satu pojokan, agak jauh dari
meja tamu lain. Maka dengan leluasa mereka dapat
membicarakan soal-soal yang rahasia, asal tidak keras-keras
bicaranya. Demikian, kesempatan itu tidak disia-siakan oleh
Louw Bin Cie untuk menanyakan halnya si Gunting Emas
datang ke Lembah Ular.
Lie Tiong Kiat kaget Louw Bin Cie timbulkan soal Kim Coa
Siancu.
"Juga dibunuh Kim Coa Siancu ?' tanya Lie Tiong Kiat.
Pada saat itu, Tan Eng Sian (si jangkung teman si gemuk)
barusan saja pulang dari rumah kawannya yang tinggal di luar
kota Hokcu dimana ia menginap dua malam untuk memberi
pertolongan kepada anak temannya yang dapat sakit.
terbelalak.
Si kakek bongkok itu Eng Sian belum jelas benar asal usulnya.
Ia menemukan si bongkok di halaman kuil 'Malaikat Bumi',
ketika ia mengantar Loan Giok, isterinya sembahyang
membayar kaul penyakitnya supaya sembuh. Si bongkok
dengan roman yang mengharukan soja-soja minta pekerjaan
pada Eng Sian suami isteri untuk pekerjaan apa saja ia mau
terima asal dapat makan katanya.
Loan Giok ketika ikut Tan Eng Sian sudah janda, ditinggal mati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Memang benar Loan Giok ada seorang istri yang baik, tidak
genit dan mencintai suaminya hingga selama itu Eng Sian
merasa puas dengan pelayanan Loan Giok.
Pada sore itu dimana Tan Eng Sian sedang keluar, Coan Sim
dapat kesempatan ngobrol dengan Loan Giok. Nyonya untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mau tidak mau, Lok Giok yang biasanya tidak genit, menjadi
berubah mendadak sontak mendengar rayuan Coan Sim yang
dahsyat itu.
"Oh, kau kenapa jadi begini ?" tanya si nyonya Tan seraya
menggoyang-goyang tubuh si pemuda yang diam saja.
Nyonya Tan tidak tahu kalau Coan Sim kena ditotok.
"Bagus, kau bawalah !" sahut nyonya Tan, hatinya agak lega
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hehehe, kau mau tahu siapa aku ? Aku adalah Kut-nia Hui-
ma Sie Toan Leng !" di kakek memperkenalkan namanya
sehingga tergetar hatinya Eng Sian.
Tan Eng Siang kaget karena Kut-nia Hui-ma atau 'Si Kuda
Terbang dari Bukit Tulang' Sie Toan Leng adalah begal
tunggal yang malang melintang di sekitar pegunungan
Kiansan. Wataknya angin-anginan hingga orang bisa serba
salah menghadapinya, kalau bukan kawan karibnya yang
biasa galang gulung dengannya.
"Kau yang bunuh dua manusia hina itu dalam kamar ?"
"Aku tidak perduli dengan dua manusia hina itu, tapi kalung
kumala itu. Hm ! Apabila kau tidak kembalikan, jangan harap
kau bisa keluar dari rumahku !"
ceritanya.
"Kau mau apa lagi ? Barangmu toh sudah tidak ada padaku,
apa kau tidak percaya ?" berkata si Kuda Terbang seraya
ketawa.
"Aku hanya mau tahu apa kau kenal gadis yang datang kesini
itu ?"
"Mana aku tahu, sebab kenal wajahnya juga baru pada saat
itu."
Dengan begitu, maka Tan Eng Sian tidak perlu lagi berurusan
dengna yang berwajib.
Keputusan Tan Eng Sian pergi dengan diantar oleh tiga orang
kawannya.
Lembah ular belum dapat dicari, Tan Eng Sian sudah harus
menyerahkan jiwanya dalam perjalanan sebagaimana yang
sudah diceritakan di atas.
"Adik kecil, apa kau tega meninggalkan encimu begitu saja ?"
ia menanya.
"Adik kecil, kau tahu aku tidak berdaya terhadap mereka." kata
Bwee Hiang seraya susut air matanya dan terisak-isak. "Aku
harus belajar kepandaian lagi, baru aku akan mencari mereka.
Dengan kedua tanganku akan kubereskan jiwa mereka !"
"Bukan begitu, aku masih kecil masa harus jadi guru ?"
"Tak usah main guru-guruan, kalau kau mau ajari encimu !"
"Nah, rasakan hadian dari mulut bocormu !" kata Bwee Hiang.
Ketawa si gadis karena serangan mendadaknya berhasil
menemui sasarannya.
-- 20 --
nari diisi dengan tenaga dalam yang kuat, membuat senjata itu
menyambar-nyambar laksana kilat cepatnya mengarah
tempat-tempat yang berbahaya di tubuh lawan. Kenyataan ini
Bwee Hiang rasakan ketika berlatih dengan Lo In. Si 'guru cilik'
minta supaya si gadis menyerang dengan sungguh-sungguh
seperti menghadapi musuh yang sungguhan, ia lalu mainkan
jurus 'Bwee hiang boan wan' yang hebat luar biasa hingga
ketika latihan dihentikan, tampak si gadis air mukanya
menyungging senyum puas.
"Adik Hiang, kau perhatikan juga soal rumah dan pabrikku, itu
bagus." berkata Bwee Hiang. "Semua itu mudah saja aku atur.
Nanti aku angkat pamanku Liue Keng Sin menjadi kuasa
penuh untuk mengurusnya.
"Bagus !" Lo In kegirangan. "Mari kita berangkat !" kata Lon In,
nampak Bwee Hiang sudah berdandan rapi, ketawa nyengir ke
arah si gadis.
"Apa yang kau ketawai, anak kecil ?" tegur Bwee Hiang.
"Bukan itu." sahut Bwee Hiang. "Aku lihat kau tidak membekal
senjata. Bagaimana nanti kalu kita ketemu orang jahat ?"
Lo In geleng kepala.
"Oo, kau mau bela kawanmu itu ? Hmm !" kata Bwee Hiang.
"Terang aku musti bela kawanku, aku mau lihat kau bisa pergi
dari sini atau tidak !"
"Jangan bangga dulu enci Hiang. Mereka itu adalah jago kelas
tiga, paling banyak kelas dua. Belum dapat diukur kepandaian
enci. Eh, enci Hiang !"
Lo In menganggukkan kepalanya.
"Hei, kakek tua kalau begitu kau adalah kakek pengecut !"
jengek Bwee Hiang.
"Hihihi... !" Bwee Hiang tertawa. "Kau tentu tidak punya isi apa-
apa makanya kau membokong. Kalau benar-benar satu laki-
laki, kau harus berani lawan aku dengan berhadapan muka !"
"Suhu, apa tidak baik kita kumpulkan para paman untuk bikin
perhitungan dengan wanita liar itu ?" usul pemuda yang
menjadi kepala rombongan pemuda bergajul yang sudah
dikasih 'rasa' oleh Bwee Hiang.
"Kabar itu tidak salah." sahut Kie Giok Tong. "Dari siapa
Samte dapat kabar itu ?" balik menanya si kakek she Kie.
"Aku kira mereka belum pergi jauh dari kampung kita." sahut
Kie Giok Tong.
"Mereka, toako kata ? Apa gadis itu ada temannya ?" Tan Him
menanya.
"Cuma satu bocah, apa artinya. Mari kita susul !" mengajak
Song Cie Liang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus, kerja kau baik sekali A Kong." memuji Kie Giok Tong.
Mereka terus menerus pasang mata pada dua tamu dari luar
dusun Suyangtin itu.
"Adik kecil, awas !" teriak Bwee Hiang melihat senjata rahasia
anting-anting Kim Wan Thauto sudah mendekati sasarannya.
Si gadis sampai memeramkan matanya karena ngeri adik
kecilnya akan roboh dihajar anting-antingnya si Thauto yang
gede.
"Bocah hitam, kau jangan bangga dulu !" sahut Kim Wan
Thauto seraya merogoh sakunya, kemudian ia mengayunkan
tangannya. Lima anting-anting emas menyambar berbareng
laksana kilat cepatnya, mengarah sasaran atas, tengah,
bawah dan di kanan kiri. Disinilah adanya keistimewaan Kim
Wan Thauto melepas senjata rahasianya sebab lawan yang
diserang dari lima jurusan sangatlah sukar untuk meluputkan
dirinya sehingga tanpa ada salah satu dari lima senjata
rahasia itu yang mengenakan sasarannya.
-- 21 --
Melihat mereka tarik urat, yang satu ingin diterima jadi murid
dan yang lain menolak, dengan tiada ada keputusan sama
sekali, Bwee Hiang lalu campur tangan. Dengan air muka
berseri-seri ia datang menghampiri, kepada Kim Wan Thauto
si gadis memberi hormat serta berkata, "Kalau kalian tidak
keberatan, bagaimana kalau aku majukan diri sebagai orang
perantara untuk memutuskan urusan kalian ?"
Atas pilihan Bwee Hiang, tiga saudara itu mondok di hotel Hok
An, suatu rumah penginapan yang sangat bersih dalam dusun
Suyangtin.
Entah apa maksudnya kata-kata itu tapi bagi Kim Wan Thauto
sudah lantas menduga bahwa orang jelek itu bukan orang
baik-baik, tentu anak muda itu kena diculik olehnya. Ia terus
mengintip. Ia melihat si jelek membuka totokan si anak muda
yang sebentar kemudian telah dapat membuka matanya.
"Aku tidak kenal kau siapa, asal kau kembalikan aku ke rumah
orang tuaku, urusan dapat habis sampai disini saja. Tapi,
kalau sebaliknya ? Hmm!" kata si anak muda, seperti
mengancam si orang jelek.
"Hmm ! Apa hmm ! Apa kau kira aku takut kepada ayahmu
Kong Tek Cong ?" si orang jelek kata dengan suara kasar.
Dalam kerepotan itu, segera menyusul dua tiga panah api lagi.
Tapi karena ia sudah bersedia, semuanya dapat dikebas jatuh
dengan tangan bajunya.
"Tan siokhu (paman), dia..... dia..... " Liang Hin tak dapat
meneruskan kata-katanya karena dengan sebat Siauw Cu
Leng sudah menotoknya roboh mendeprok di lantai.
Tan Nie Ciang tahu lawannya lihai tapi masa dikerubuti tiga
lawan ia dapat pertahankan diri, apalagi berkelahi sambil
memanggul tubuh orang ?
berpengalaman.
Nio Him dan Kim Giok hanya menonton saja. Mereka percaya
Tan Nie Ciang dapat mengalahkan Siauw Cu Leng karena ia
berkelahi sambil memanggul tubuh Liang Hin. Tapi
kenyataannya beban di atas pundaknya tidak menjadi
rintangan bagi Siauw Cu Leng bergerak leluasa melayani Tan
Nie Ciang.
"Dengan hak apa kau suruh aku turunkan milikku ?" tanya
Toan Bi Lomo.
"Taysu, jangan kau ngaco belo disini. Aku tidak percaya kalau
Kong Tek Cong mempunyai sahabat sepertimu !"
Nio Him dan dua saudaranya yang juga sudah datang kesitu
sangat mengagumkan ilmu pukulan dari kedua lawan yang
bertarung itu. Baik Siauw Cu Leng maupun pihak Kim Wan
Thauto, sama-sama tangkas dan gesit menyerang lawan.
Lwekang dari kedua pihak pun berimbang hingga sukar
mengatakan siapa diantaranya yang akan bakal jadi
pecundang.
(Bersambung)
Jilid 08
Toan Bi Lomo keluarkan suara di hidung.
Ia benci pada lawan yang mulutnya bawel ini. "Kau kira aku
tidak bisa merobohkan kau, Thauto kesasap !" bentaknya
gusar.
"Baiklah, kali ini kau menang- Sampai lain kali kita jumpa
pula !" jawab Siauw Cu Leng seraya putar tubuhnya berlalu.
"Tunggu !" seru Kim Wan Thauto ketika baru saja si Iblis
Alis Buntung melangkah berapa tindak hendak berlalu hingga
ia hentikan melangkahnya dan putar kembali tubuhnya, ia
menanya, "Apa kau masih penasaran terhadap orang yang
sudah mengaku kalah ? Kau jangan terlalu menghina, ada
satu waktu kita akan berjumpa pula !"
"Habis, kau mau apa ?" tanya Siauw Cu Leng gusar. "Kong
Kongcu sudah aku tinggalkan, kau mau apalagi gerembengi
aku mau berlalu ?"
Anak muda itu telah dibebaskan oleh Tan Nie Ciang ketika
si Iblis Alis Buntung telah dirobohkan oleh Kim Wan Thauto.
Begitu melihat Siauw Cu Leng sudah pergi, maka pemuda itu
sudah menghampiri Kim Wan Thauto yang tengah mengagumi
pedang sahabatnya.
"Anak Hin, apa kau sudah lupa pada pamanmu ?" tanya
Kim Wan Thauto ketauia.
Kim Wan Thauto dengan Kong Tek Cong ada sahabat baik,
malah telah angkat saudara.
Tidak heran Kong Liang Hin tidak kenalai Kim Wan Thauto
sebab waktu si Thauto belum menjadi pendeta, ia masih
menjadi pendekar dengan nama Auw-yang Siang Gie.
Nio Him, Tan Nie Ciang dan Lie Kim Giok juga sudah
datang dan mengunjuk hormat kepada si Thauto. Mereka
menyatakan tidak mengenali kalau Kim Wan Thauto adalah
Auui-yang Siang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Enci Hiang, inilah adik kecilmu. Apa kau tidak kenali ?"
terdengar suara berbisik di telinganya si nona. Kapan ia putar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa bilang itu ada urusan enci sendiri, aku juga harus
turut campur !"
'perduli amat, asal dia kurang ajar biarpun lebih tua 10 kali
lipat, aku tidak taku !" 'Nah, pergilah urusan dengannya." kata
Lo In.
"Kau, eh, kau.... toako ?" berkata Bwee Hiang ketika kenali
0rang itu.
"Tapi toako, kenapa kau berbuat yang tidak benar ?" tanya
si gadis heran.
"Hari ini sudah tanggal 13. Lagi 3 hari sudah tanggal 16 dan
pada hari itulah Siete akan kehilangan puteri tunggalnya,
maka siapa yang tidak jadi murung ?" menerangkan Kie Giok
Tong yang tidak ada ujung pangkalnya hingga Kim Wan
Thauto dan dua saudaranya menjadi bengong. Sukar
menangkapnya apa yang dimaksudkan oleh si orang she Kie.
— 23 —
"Toako, mari kita keluar !" mengajak Song Cie Liang yang
lebih berani hatinya.
Pada hari itu juga Siamsay Jie-lo telah pamitan kepada Kie
Giok Tong dkk untuk mereka menyatroni Pek-kut-nia-
"Hm ! flku minta jiwamu, Setan Ketawa \" bentak Lim Teng-
Sedih hatinya dua jagoan kolot itu- Tapi apa mau dikata.
Mereka sudah bertekad bulat untuk membalas kematian sang
murid. Tapi gagal dan akhirnya mereka harus menerima
penghinaan yang belum pernah mereka alami.
"Koko, apa kita harus terima nasib begini saja ?" tanya Lim
Keng, sang adik. Lim Teng menghela napas panjang.
"Ya, pembalasan- Apa kok mau bikin habis saja sakit hati
kita dan dua murid kita yang
"Adik Keng, soal mati hidup kita dalam kamar tahanan ini
masih suatu pertanyaan. Bagaimana kau memikirkan
pembalasan ?" kata sang kakak dengan lesu.
Lim Teng dan Lim Keng saling awasi satu dengan lain
sejenak, baru Lim jeng menyahut, "Asal Mo-ong suka kasih
kebebasan pada kami» mau disuruh apa juga kami akan
menurut
— 24 —
gantikan Leng Siong dan adik kecil yang antar aku ke sana.
Kita berdua akan basmi kawanan jahat itu...
"Nah, ini baru betul." kata Kim Wan Thauto. "flnak In tidak
bisa bekerja betul tanpa anak Hiang yang mendorongnya.
Hahaha.... bagus, bagus____"
"Taysu, kau mau atur bagaimana ?" tanya Kie Giok Tong
kepingin tahu-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku mau atur begini." jawab Kim Wan Thauto. "flnak Hiang
gantikan kedudukannya nona Leng Siong, sedang anak In
yang mengantarnya. Sampai di pek-kut-nia ketemu si Hantu
Ketawa, terserah pada pertimbangan dua anak itu. Aku rasa
dengan anak in dan Hiang kesana urusan Thoat Beng Mo
Siauui akan selesai sudah. Ia akan tinggal namanya saja. Aku
Percaya anak in dapat mengatasi kepandaiannya yang
dikatakan hebat."
tanggung sendiri......"
"Sungguh hebat adik kecil kita !" memuji Buiee Hiang dikala
kegembiraannya telah balik kembali.
"Adik kecil, kau mau suruh encimu dimakan ular ?" kata
Leng Siong sesenggukan menangis. "Biarlah, sebelum kau
dimakan ular akan kucakar dulu mukamu yang hitam legam
untuk melampiaskan penasaranku. Uh, uh, uh... "Leng Siong
menangis.
"Budak liar, apa Bouui toaya tidak mampu tangkap kau ?"
Gouw Cin berkata seraya menyerang pada si n0na.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik kecil, kau tidak apa-apa ?" tanya Leng Siong cemas.
Orang itu tidak berkutik karena kena ditotok oleh batu kecil
tadi. Namun di tangannya
"Mari kita liihat enci Hiang !" kata Lo In seraya meraih Leng
Siong dan dengan sekali enjot saja tubuhnya melayang
bersama Leng Siong melewati batas lingkaran ular yang
sedang berkumpul- Dengan Leng Siong masih dalam
p0nd0ngannya, L0 in telah membantu Buiee Hiang
menendang mental dua orang baru yagn mau mengeroyok si
nona. Dua orang itu tubuhnya mental jatuh Persis diantara
kumpulan ular. Dengan enak saja mereka telah dilahap oleh
kawanan ular yang sedang lapar rupanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Toako, para paman, enci Hiang dan Leng Siong, mari kita
makan antaran mereka !" berkata Lo In seraya ia sendiri
menjumput sebuah dan dimakannya. Ternyata bebuahan
antaran kawanan kera itu sangat lezat rasanay, semua orang
pada memuji terutama Bwee Hiang dan
"Itu ada banyak ular dari mana datangnya, anak in ?" tanya
Kim Wan Thauto. "Adik kecil yang memanggil dengan
serulingnya." menyela Buiee Hiang ketawa.
"Siapa ? Taysu tadi kata Tui Hun Lolo ?" tanya Kie Giok
Tong kaget.
Tui Hun Lolo ada satu wanita yang belum berapa tua
usianya, dibawah 50 tahun namun suka berpakaian nenek-
nenek dan senang dipanggil nenek (lolo). Sebenarnya ia
masih memiliki kecantikan yang dapat menggiurkan lelaki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang rakus. Nama aslinya Siang Niang Niang tapi lebih dikenal
dengan nama Tui Hun Lolo atau si 'Nenek pengejar roh'.
Senjata rahasianya 'Siauw'sim'hwe'cian' atau 'Panah api
membakar hati' ada sangat lihai, apabila mengenakan
sasarannya sang korban tidak ketolongan jiwanya.
"Anak In, kemana dia anak In ?" tiba-tiba Kim Wan Thauto
ingat pada si bocah.
"Hei, anak hitam. Kau mau apa datang kemari ?" tegurnya.
"Masa kau tidak kenali sama adik In-mu ?" balas menanya
Lo In.
"Siapa itu adik in, aku tidak kenal ! Kenapa kau panggil aku
enci Eng Lian» apa kau tidak keliru lihat orang ? Hm, anak
hitam... lekas kau menyingkir kesana sebelum Siancu marah
lantaran kau mau campur-campur urusannya."
(Bersambung)
Jilid 09
Baru saja ia akan meneruskan kata-katanya, tiba-tiba ia
ingat sesuatu. Tetapi belum selesai ingatannya, tiba-tiba ia
melihat ada dua sinar keemas-emasan melesat dari lengan
bajunya si cantik. Untung ia sempat mengebas dengan tangan
bajunya. Sinar emas itu jatuh di tanah dan ia lihat ternyata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bocah hitam gila, kau tertawakan apa ?" bentak Kim Coa
siancu.
"TUnggu "
Lo In merandek,
Gesit luar biasa jago cilik kita, setelah mendak lalu enjot
tubuhnya melesat ke depan si Dewi ular emas. Baru saja ia
hendak memaki Kim Coa siancu, si Dewi ular emas
membentak sambil kebutkan setangan mungilnya,
"siapa yang memaki aku tadi ?" tanya Kim Coa siancu, tidak
senang dia.
"Kau kenali juga aku, gadis cilik" kata si nenek tua yang
tiada lain adalah Tui Hun Lolo. Kemudian ia menghadap ke
arah Lo In yang sedang tengkurap, ia menggapai sambil
berkata,
"Buat apa orang jahat ditolong, lebih lekas mati tentu ada
lebih baik, untuk di alam baka dia mempertanggungkan dosa-
dosanya.- Dia sangat
"Kenapa aku tidak berani ?" sahut Kim Coa siancu, lantang
suaranya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan main marah Tui Hun kena diejek oleh gadis semuda
Kim Coa siancu.
"Kembali dia memanggil aku enci Lian, apa memang aku ini
ada enci Liannya ? siapa sebenarnya aku ini ?" Kim Coa
siancu menanya pada dirinya sendiri
"satu lawan satu masih belum tentu, mau dilawan dua lagi-
Hihihi—-" berrbareng ia berkelit dari serangan Tui Hun Lolo
yang sudah tak dapat mengendalikan panas hatinya, sambil
berkelit, Kim Coa siancu lari ke belakang Lo In.
"Adik kecil, hayo maju Apa kau tunggu encimu marah ?"
kata si Dewi ular emas.
" N enek tua, mari aku yang layani. Enciku baru turun, kalau
aku sudah dikalahkan "
Tui Hun Lolo yang sedang gemas pada Kim Coa siancu, ia
hentikan ubernya pada si Dewi Ular emas. Ia menatap si
bocah wajah hitam.
Lo In menyeringai,
"ya, kali ini kau menang, bocah hitam " sahutnya kemudian,
tekanan suaranya tidak enak didengar.
"Aku menyerah kalah, buat apa bertempur lagi " bentak Tui
Hun Lolo.
tidak bernyawa lagi dan tubuhnya sudah mulai lumer jadi air
akibat gigitan sepasang ular emasnya Kim Coa siancu-
"Nanti aku cari dia-" sahut Lo In. segera ia hendak pergi lagi
tapi Kim Wan Thauto menahan si bocah untuk menanyakan
tentang kepergiannya barusan.
"ya, Kim Coa siancu- Apa toako kenal dengan dia ?" tanya
Lo In.
"Anak In, bagaimana kau bisa lolos dari tangan Kim Coa
siancu ?" tanya Kim Wan Thauto ketika melihat si bocah mulai
lesu ingat sama enci Liannya.
"Minum dulu, minum dulu " menyela Kie Giok Tong kepada
si bocah yang sedang gembira menutur pertemuannya dengan
si Dewi ular emas.
tubuh si Hantu Ketawa lumer jadi air. Dan juga, ada datangnya
Tui Hun Lolo........"
"Hee, Tui Hun Lolo juga ada waktu itu, anak In ?" menyela
Kim Wan Thauto-
"Tamu diatas genteng, lekas turun Mari kita bicara " berkata
Lo in.
...
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik kecil, adik kecil. Mana cnci Bwee Hiang " tiba-tiba Lo
In dengar orang memanggilnya dari jurusan kali kecil di bawah
jembatan yang menghubungi ke paseban bidadaro-
"Heheh, kau ada disini ?" kata Lo In, ketawa agak tidak
wajar.
malam, aku lantas masuk kamar. Tapi hatiku tidak enak saja
memikirkan kalian, maka aku datang kesini untuk menghibur
hati yang penuh kuatir......."
"Enci Leng Siong, apakah kau adalah Kim Coa siancu dari
Ang Hoa Pay ?"
"Adik kecil, kau bilang apa ?" tanya Leng siong setelah
tenangkan hatinya.
"Kau bukan enci Leng siong, juga bukan Kim Coa siancu,
tapi.........kau adalah enci Lianku. Hahaha.... "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik kecil, kau keliru menerka orang, jangan begini kasar "
kata Leng siong serta meronta-ronta dari pelukan Lo In.
Meronta-ronta percuma.
Ia berkata,
"Enci Eng Lian, ah, kau menyaru jadi Kim Coa siancu " tiba-
tiba Lo In berseru, menyusul. Dengan kecepatan kilat
tangannya menyambar tangan si cantik yang lunak, halus.
"Dimana ?"
"Kau masih belum mau lepasi tangan encimu ?" Kim Coa
siancu menegur seraya deliki matanya yang jeli.
"Kau takut orang lari, bukan ?" tanya Kim Coa sincu,
ketawa manis. Lo In tidak menjawab, hanya angguk-
anggukkan kepalanya.
"Kalau aku tidak salah dengar dari adik kecil tadi, kau ini
adalah adik Leng siong, bukan ?" sahut Kim Coa siancu, tidak
menjawab apa yang ditanyakan Leng siong.
"ya, betul. Kau sendiri siapa, enci ?" mengulangi Leng siong
bertanya.
"Adik kecil, kita bukan enci Eng Lianmu. sekarang kau mau
apa ?" tanya Kim Coa siancu seraya memandang si bocah
dengan ketawa.
"Enci Leng siong boleh bilang dia bukan enci Eng Lianku,
tapi kau, mana bisa mungkin ?"
"Dekat alismu yang kiri ada tai lalat. Ini tak dapat
membohongi aku. Hahaha...."
"Dari mana kau tahu aku mempunyai tanda dekat alisku ?"
"Baik, sekarang aku mau tanya. Apa kau masih ingat ketika
kau memberikan nyali TOk gan siancu, ular kesayangan
kepadaku untuk mengobati aku yang terluka parah ? Coba kau
ingat-ingat lagi " kata Lo In dengan sabar.
"Aku tidak ingat. Tapi kenapa kau terluka parah ?" tanya si
Dewi ular Emas.
"Hei, kau bilang Ang Hoa Lobo ?" memotong Kim Coa
siancu, kaget dia-
"ya, Ang Hoa Lobo, si nenek jahat itu " sahut Lo In.
" Kalau mau bela si nenek jahat Ang Hoa Lobo, boleh
keluarkan kepandaianmu ajarannya di depan aku orang she
Lo " kata Lo In tatkala ia sudah berada di depan si Dewi ular
Emas yang wajahnya sekarang berubah menyeramkan.
"Em Aku adalah siancu dari Ang Hoa Pay, bukan enci
Lianmu "
" Celaka " seru Kim Coa siancu, nampak si bocah ganti
taktik,
"Anak hitam kurang ajar amat hah " teriak Kim Coa siancu,
parasnya semu merah karena dicolek pipinya oleh si nakal.
"Menyebalkan anak hitam ini " kata Kim Coa siancu dalam
hatinya-
"ai, enci Lian, kau kenapa ? uh... uh... uh...." Leng siong
menangis seraya peluki tubuhnya Kim Coa siancu yang
mulutnya berbusa dan matanya mendelik menakutkan. Tapi
Leng siong tidak takut, malah tangannya yang halus dipakai
mengusap-usap mukanya Kim Coa siancu, mulutnya kemak
kemik berdoa memohon supaya matanya siancu jangan
mendelik saja. Benar saja permohonannya terkabul sebab
dengan perlahan-lahan si Dewi ular emas telah memeramkan
matanya. Mulutnya yang sudah dibersihkan dari busanya oleh
Leng siong, tampak menyungging senyuman seakan-akan
sedang mengimpi dalam enak tidur.
"Ai, ada apa dengan anak Hiang ?" berkata Kim Wan
Thauto seraya datang dekat pada bangku diatas mana ada
rebah sesosok tubuh wanita.
" Habis siapa ?" tanya Kim Wan Thauto seraya datang lebih
dekat untuk mengenali, Ia memandang pada wajah Kim coa
siancu, ia tidak kenal. Wajahnya sangat cantik, lebih cantik
dari Bwee Hiang. Cuma pakaiannya agak janggal. serba tipis,
takpantas dipakai oleh wanita-wanita sopan.
"Hai, mukanya mirip benar dengan Leng siong " kata Kim
Wan Thauto-
"Bagaimana dia bisa jadi begini ?" tanya Kim Wan Thauto
heran. Lo In dan Leng siong bergilir bercerita secara ringkas.
Lo In seperti tersadar,
"Berhenti "
"Ah, kau ini ada-ada saja, dua macam bagaimana sih ?"
"Dua macam Ada wanita jelek- ada wanita.... ehm, yang ini
sih-— "
Lain kelucuan adalah cara 'sip sam siao mo' dalam cara
saling memanggil, tidak ada perkataan 'te' (adik), hanya yang
dipakai 'ko' (kakak), umpanya si toako (kakak yang tua)
memanggil pada saudaranya yang ke-3, mestinya samte (adik
ketiga), ia memanggil samko (kakak ketiga).
"Sebagai gantinya 'Sip sam siao mo', kau pakai 'Sip sam
siao kay', hihihi......"
Kiranya si nona ganti nama 'Sip sam siao mo' menjadi 'Sip
sam siao kay' atau artinya '13 pengemis cilik' sehingga
membuat Citko iadi sangat marah.
"Jangan kasih lolos wanita liar itu Hayo terus tangkap dia,
hidup atau mati " Citko teriaki kawan-kawannya dengan sengit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hihi, mau main senjata gelap ?" kata si nona dengan suara
tawar.
"Hm sebegini saja nyalinya orang sip sam siao mo ?" Bwee
Hiang mendengus ketika melihatjiko roboh pingsan sebelum
ditanya olehnya.
"Hehe, dari 'Sip sam siao mo' lagi ? " si gadis menjengak-
"Jangan kasih lolos budak liar ini, Kiuko " kata samko.
"Tentu saja. Lolos berarti kita tak dapat muka dari toako"
sahutnya.
"Akur saja. Tentu kita dapat muka dan dapat hadiah dari
toako"
Itu adalah kata-kata rahasia dari 'Sip sam siao mo' yang
berarti
"Aku sudah tua, paling-paling juga aku dibunuh- Takut apa "
"Ngaco Kalau kau mati dibunuh, kau kira aku bakal enak-
enakan tinggal hidup ?"
"Wah, aku jadi membikin repot bibi saja." kata Bwee Hiang
ketika nyonya rumah meletakkan barang hidangan di atas
meja.
"Apa ibumu tidak boleh menanya ?" balik tanya sang ibu-
"twako, mari kita keluar lagi " ajak Teng Co pada saudara
mudanya.
"Ah, aku takut dikenali." kata Teng Co, jeri ia untuk masuk
ke dalam.
"Tidak. coba mari ikut aku " mengajak Teng Kian, yang
ternyata ada jauh lebih tabah dari sang kakak- Karena begitu
ia habis mengucapkan kata-katanya lantas membuka tirai dan
berjalan masuk-
"Nah, aku bilang juga apa ?" kata Teng Kian ketika mereka
sudah berada berduaan dalam kamarnya.
"Terima kasih, paman. Nah, bibi, saya permisi dulu " kata
Bwee Hiang seraya bangkit dari duduknya dan bertindak
keluar dari rumah diantar oleh nyonya rumah dan tuan rumah.
sang istri lalu cerita apa yang ia dengar dari dua anaknya,
bahwa si nona semalam sudah menghajar kawanan 'Sip sam
siao mo' kocar kacir.
(Bersambung)
Jilid 10
Nyonya rumah rupanya anggap kata-kata suaminya
beralasan, maka perlahan-lahan nangisnya berhenti. Lalu
berkata,
"Aku sangat lelah- Maafkan aku, aku ingin masuk tidur lebih
dahulu "
"ya, apa mau dikata, kita sudah janjikan. Masa kita tarik
pulang janji kita ?" sahut siko kemudian.
"Nanti dulu Pweko " kata siko ketika melihat si nona sudah
dikasih duduk dan mulai hendak ditelikung kedua tangannya,
sambil berkata siko mendekati si nona, memandang paras
orang dari dekat. Bau harum telah menusuk hidungnya hingga
napsu birahi dari anak muda yang sedang galaknya tak
tertahankan, mukanya nyelonong dengan tiba-tiba hendak
mencium bibir yang merah semringah itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
'cuh ' tiba-tiba ludah kental melesat dari mulut Bwee Hiang
mengarah mata kirinya si bangor hingga siko berteriak
mengaduh dan tangannya menekap matanya yang kesakitan.
Belum sempat mulutnya dibuka untuk memaki, kembali suara
'cuh' terdengar lagi dan mata kanannya kini yang kesakitan
dan siko menjadi buta oleh karenanya.
Kiranya yang berlutut itu tiada lain adalah tuan dan nyonya
rumah-
" Lekas buka " perintah Bwee Hiang pada nyonya rumah
yang biasanya tukang buka pintu, setelah mendengar
perintah, baru ia bangkit dari berlututnya dan lari menghampiri
pintu yang hampir terbuka karena gedoran makin hebat-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mau tahu nama toako dari 'sip sam siao mo' tidak sukar-
Asal kau bersedia untuk menjadi isterinya yang tercinta "
"Apa yang kau lakukan ? Lekas angkat dia " kata Ngoko
yang tidak memberi kesempatan Lakko Lakko cepat
memondong si nona. Di lain saat mereka bertiga sudah berada
di atas pula. Ketika Lakko mau meletakkan si nona di atas
rumput, tiba-tiba toako berkata,
"Mari kita pulang " kata toako yang segera di dahului oleh
kakinya bergerak sambil memondong si gadis.
"Hei, toako kenapa ?" seru satu dlantara empat orang itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pikirnya,
" Jalan"
"Hei, toako, kau bawa apa itu ?" Ia berkata sambil matanya
melirik pada Bwee Hiang dengan ceriwis sekali. Bwee Hiang
meludah, muak ia melihat orang berkelakuan tengik itu. Toako
tidak menyahut, ia hanya angkat tangan kanannya di taruh di
dada. Itu adalah kode bahwa dirinya ada dalam bahaya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau orang jahat, dikasih hidup juga percuma " kata si nona
pada toako, tahu-tahu sebelum ia melihat bagaimana si nona
bergerak, kepalanya telah menggelinding pula dilantai hingga
dalam halaman itu banjir darah-
"Apa kau tidak takut pada orang she Kan yang sudah
memiliki aku lebih dulu ? Hm Aku tidak percaya kau berani
bergebrak dengannya untuk rebutkan diriku yang hina Hihi....."
"Kau kata mau ikut aku dengan setia, tidak tahunya diam-
diam simpan lelaki dalam kamar. Kalau aku tidak membunuh
kalian, tentu orang akan menyangka aku adalah seorang
pengecut" berbareng ia menghunus goloknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
siauw Cui berontak dari pelukan orang she Tan dan lompat
ke arah si orang she Kan, katanya.
" orang she Kan, apa memangnya aku takut pada mu?"
sambil menyerang dengan goloknya yang sudah dihunusnya
hingga mereka jadi bertempur dalam kamar yang tidak
seberapa lebar. Dua-dua berkelahi dalam kegusaran, tentu
saja serangan-serangan yang dilancarkan oleh masing-masing
adalah serangan-serangan yang mematikan.
Itu karena si nona ada maksud lain. Ia mau tahu gerak gerik
Kan Hok Hui lebih jauh yang menurut gumamannya tadi ingin
menjadi kepala disitu.
Kan Hok Hui sangat licin dan cerdik. Melihat si nona ada
membekal pedang di pinggangnya, lantas tahu bahwa wanita
itu bukan sembarangan wanita. Kedatangannya pun tentu
mempunyai maksud tertentu, Ia tidak mau sembarangan
membenturnya, ia percaya dengan kecerdikannya ia dapat
menguasai si nona. siapa tahu si gadis memang sudah
menjadi jodohnya untuk menjadi istrinya.
"Nona ini adalah tamu kita, apa yang dia katakan barusan
memang benar, sekarang siapa dlantara saudara-saudara
yang ada minat untuk main-main dengan aku ? Ada baiknya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kan Hok Hui bangkit dari kursinya, turun dari mimbar dan
jalan menghampiri un Hoa.
Tidak banyak cakap lagi antara Kan Hok Hui dan un Hoa.
Mereka sudah lantas saling serang. Ternyata kepandaiannya
un Hoa kalah jauh, maka hanya dalam dua jurus saja ia sudah
kena ditendang nyungsep ke kolong bangku.
"Mari, siapa lagi yang maju " tantang Kan Hok Hui-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setelah tidak ada orang yang berani maju lagi, maka sambil
unjuk senyuman bangga, Kan Hok Hui berkata,
"Plok " Kan Hok Hui rasakan pipi kirinya ditampar hingga
perkataannya putus setengah jalan, yang tadinya ia hendak
mengatakan jadi isitriku lebih baik.......
"Heheh, pintar juga kau berkelit, ya " kata Kan Hok Hui,
segera ia melancarkan serangan susulan. Lagi-lagi ia mesti
menyerang tempat kosong sebab si nona sudah berkelit
sambil memutar ke samping kirinya.
"Kalian mau tunggu apa lagi ? Lekas tangkap gadis liar itu "
"Budak hina, kalau malam ini aku tidak bisa tangkap kau,
benar-benar aku bukan orang she Kan, murid kesayangan si
Hantu Ketawa dari Pek-kut-nia " berkata Kan Hok Hui dengan
sombongnya.
Kini Bwee Hiang tahu kalau orang she Kan ini adalah murid
kepala dari si Hantu Ketawa. Barangkali lebih baik ia tidak
menyebutkan dirinya siapa, sebab dengan menyebutkan
dirinya adalah murid dari si Hantu Ketawa, bukan membuat si
nona jeri malah menjadi benci terhadapnya. Pikir si nona,
kalau dia ini murid si Hantu Ketawa, sudah tentu sangat jahat
seperti juga dengan gurunya yang kesohor.
"Hidup,"
"Kalau sudah tahu, buat apa tanya ?" sahut si gadis ketus.
" Aku pantas marah sebab aku benci padamu. Kau sesama
jenis denganku tapi perbuatanmu sangat cabul " si gadis ong
menuduh Bwee Hiang hingga si nona jadi kebingungan. Tapi
segera Bwee Hiang dapat menyelami pikiran si gadis ong itu,
rupanya ia menyangka bahwa dirinya adalah komplotan dari si
Hantu Ketawa.
"Aku ong Kui Hoa, dan enci siapa ?" si nona balik menanya.
"Bagus, adik Hoa. Aku sendiri Bwee Hiang she Liu." sahut
Bwee Hiang.
"Tapi enci, kenapa kau ada disini ? Ini tempat kotor " tegur
Kui Hoa.
"Justru ini tempat kotor aku mau bikin bersih, adik Hoa."
kata Bwee Hiang lalu perlahan-lahan dengan singkat ia
menerangkan maksud kedatangannya kesitu.
Malam itu Leng siong dan ibunya menjaga Kim Coa siancu
dengan penuh perhatian. Istimewa nyonya Teng, yang saban-
saban melongok ke dalam kelambu dan memandang
parasnya Kim Coa siancu yang cantik dengan tidak merasa
bosan.
"Ibu, dia lagi tidur, jangan diganggu " kata Leng siong ketika
melihat sang ibu beberapa kali telah melongok ke dalam
kelambu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia adalah enci Eng Lian yang tengah dicari setengah mati
oleh adik kecil." kata Leng Siong pada ayah dan ibunya.
"Adik In, kau tidak mau turut perintah encimu ? Awas, kalau
encimu sudah marah— Hihihi......"
"Cuma herannya, kenapa dia bisa jadi Kim Coa siancu ?"
"Dia pergi kemana ?" nyeletuk Leng siong, hingga Kim Wan
Thauto heran si gadis nyeletuk tanpa banyak pikir lagi.
setelah Kim Wan Thauto dan Teng Hauw pada keluar untuk
omong-omong lagi di ruangan pertengahan, Leng siong lalu
menanya pada ibunya,
"Hei, aku ada dimana ini ?" tiba-tiba Leng Siong dan ibunya
dibikin kaget oleh kata-kata yang keluar dari dalam kelambu.
Disusul oleh turunnya Kim Coa siancu dari pembaringan
dengan tiba-tiba.
"Kau siapa ?" tanya si Dewi ular emas, ketika melihat Leng
siong mendorong-dorong ia untuk naik kembali ke atas
pembaringan.
" Enci, jangan turun dulu, harus tiduran, enci terlalu lelah "
"Leng siong, adikku ? Aku tidak kenal " kata si Dewi ular
Emas seraya duduk di tepi pembaringan dan mengawasi
parasnya Leng siong dengan tajam.
"Bibi ini siapa ?" ia menanya tapi nyonya Teng tidak lantas
menyahut, hanya tersenyum ke arahnya.
"Eh, itu si bocah hitam, bukan adik In ?" kata pula siancu,
setelah sejenak ia termenung-menung lagi.
"oh, ya, aku ingat sekarang." tiba-tiba siancu alias Eng Lian
berkata.
"Ah, si nakal itu. Kemana saja dia sudah pergi ? Tidak ingat
kepada encinya "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
si pelayan tersenyum,
"Ah, kau main-main. Nona tamu itu yang undang, bukan ?"
tanya Lo In lagi-
"Bibi Teng, mana enci Eng Lian dan Leng slong ?" ua lantas
saja menanya pada nyonya rumah.
"Anak In, pagi ini ada kejadian yang tak dapat dilupakan
seumur hidupmu. Maka kami orang ingin turut
menyaksikannya -"
"Hianti, nah tuh dia, coba kau bedakan mana adalah enci
Lianmu ?" berkata nyonya Teng ketika melihat Lo In bengong
terlongo-longo di tempat duduknya.
"Anak In, kau jangan suruh bibi Teng yang unjuk Mana dia
tahu tahu yang mana Eng Lian atau Leng siong. Bukankah tadi
dia minta pertolonganmu untuk membedakannya ?"
"Lo In, si bocah hitam " terdengar dua dara itu menyahut
berbareng.
Lo In kaget. Pikirnya,
"Liok sinshe-"
"Belum diketemukan."
"Apa yang kau ketawakan, adik kecil ?" tanya dara yang di
sebelah kiri
"Adik In, adik In, kau jangan gila-gilaan begini " si dara
meronta-ronta.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
" Lihai, lihai " kata Kie Giok Tong sambil tunjukkan
jempolnya.
Eng Lian dan Leng siong sementara itu sudah turut duduk
menghadapi meja perjamuan seraya ketawa riang.
si nona ada satu dara yang luwes dan tidak pemalu, tidak
keberatan ia menceritakan hal dirinya di depan hadirin yang
baru dikenalnya-
"Adik In, kau tidak mau temani encimu makan ?" tegur Eng
Lian ketika melihat Lo In diam saja menonton mereka makan
dengan gembira-
"Hahah, enci Lian kau lagi bikin apa-apaan itu ?" tanya Lo
In.
dan song cie Liang yang sedang dirubung oleh Kim Wan
Thauto, Kie Giok Tong dan lain-lainnya. Keadaan Tan Him dan
song cie Liang tidak berkutik, seperti kena ditotok-
"Anak In, ini bagaimana ?" Kim Wan Thauto menanya pada
si bocah ketika melihat Lo In sudah ada di dekatnya-
" orang jahat sudah datang mengacau " kata Kie Giok Tong
ketakutan.
"Anak In, kenapa kau diam saja ? Lekas tolong paman Tan
dan song " kata Kim Wan Thauto yang putus asa tak dapat
membebaskan totokan orang.
"ya, siaohiap, tolonglah " Kie Giok Tong kata dengan wajah
memohon.
"Anak In, siapa orang pandai itu ?" tanya Kim Wan Thauto-
Kie Giok Tong sangat heran, akan tetapi Kim Wan Thauto
sebaliknya telah mengerutkan keningnya, Ia berkata,
" Habis, habis bagaimana ini ?" kata Kie Giok Tong
kebingungan, pikirnya, Lo In sendiri tak dapat membebaskan
totokan pada dua saudaranya, siapa lagi yang dapat diharap ?
Apa ada yang lebih tinggi kepandaiannya dari si bocah ?
Kie Giok Tong melirik pada Kim Wan Thauto yang lantas
anggukkan kepalanya sedikit.
"Toako, kita adalah orang sendiri tidak usah malu. Enci Lian
dapat menangkis serangang toako tentu saja mudah lantaran
toako tidak dengan sungguh-sungguh ikutkan Iwekang toako
yang dahsyat. Coba kalau toako menyerang dengan betul-
betul, mana dapat enci Lian memusnahkan serangan toako ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belum habis Kie Giok Tong berkata, Tan Him dan song cie
Lian sudah mendapat kebebasannya. Tampak Eng Lian hanya
mengetuk jidatnya masing-masing, mie yang menempel
dijidatpada copot melompat dan dua saudara dari suyangtin
Ngo-houw kontan bebas dari totokan. Rupanya mie yang
nempel tadi merupakan kunci dari totokan Eng Lian karena
ketika si nona ketuk jidatnya orang dan mie copot dari
melekatnya, lantas saja Tan Him dan song cie Liang dapat
kembali kemerdekaannya.
Tan Him dan song cie Hiang kagum akan kata-kata si nona
yang mengandung banyak arti. Mereka pun lantas menghapus
rasa dendamnya pada Eng Lian. sambil omong-omong dan
ketawa-ketawa gembira, orang-orang sudah pada duduk pula
mengitari meja perjamuan dimana mereka meneruskan makan
minumnya dengan gembira.
Eng Lian dan Leng siong yang sudah makan kenyang, tidak
turut makan-makan lagi, hanya mereka menonton saja orang
yang sedang makan.
"Anak Lian dan siong, kenapa kalian tidak makan ?" tanya
nyonya Teng ketika melihat dua dara itu hanya asyik
kongkouw saja.
(Bersambung)
Jilid 11
Lo In tidak menjawab, ia hanya duduk dengan termenung-
menung, Ia pun bingung, kemana ia harus mencari enci
Hiangnya.
"Kalau dalam dua tiga hari ini belum juga enci Hiang
pulang, kita bersama-sama mencarinya. Bagaimana toako
pikir?"
"Taysu, kau benar. Tapi, aku nanti coba turut campur dalam
urusan ini dan akan membujuknya langsung atau melalui Eng
Lian dan Leng siong. Aku percaya Lo Hiantit akan ingat pada
nona Hiang yang belum pulang sampai sekarang."
"Taysu," katanya.
"Mau apa kau datang kesini ?" tanya Kim Wan Thauto-
"Aku toh bukan suamimu, kenapa kau mencari aku ?" goda
Kim Wan Thauto-
" gelinya ?" Kim Popo membentak lagi. Rupanya Kim Wan
Thauto sudah gemas sekali pada Kim Wan Thauto sebab
suaranya main bentak saja.
"Aku mencari kau untuk menagih hutang, kau tahu ?" kata
si nenek gemas.
"Bagus " seru Kim Wan Thauto seraya kelit sana sini hingga
tongkat si nenek saban-saban tidak mengenakan sasarannya.
"Memang aku orang gila ditonton kalian ?" teriak Kim Popo,
seraya putar tongkatnya hingga bersuara gemuruh dan
anginnya menyambar-nyambar bukan main kerasnya.
Penonton pada ketakutan dan lari tumpang siur, mengira si
nenek itu adalah nenek sinting, tidak boleh didekati.
"Sudah tentu aku yang unggul " sahut Kim Wan Thauto-Kim
Popo deliki matanya,
Kim Popo buka serangan dengan 'Kim tiau tian ci' (garuda
emas pentang sayapnya), tampak dua tangannya dipentang,
mendadak kecepatan kilat telah menyergap Kim Wan Thauto
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hehe, ini baru bajunya " katawa Kim Popo seraya unjukkan
robekan bajupada lawannya- Lain kali dadamu kubikin remuk
dan isinya berantakan" Kim Wan Thauto hanya tersenyum
saja-
"Kau masih belum menang, lihat ini apa ?" kata Kim Wan
Thauto sambil membuka telapakan tangannya, diunjukkan
pada Kim Popo-
"Nenek je—. eh, nenek bagus." kata lagi Kim Wan Thauto-
Tapi Kim Popo bukan si nenek pada dua tahun yang lalu.
Kim Popo egoskan serangan berbahaya itu sambil memutar
tubuh ke kiri Dalam terkejutnya melihat si nenek demikian
gesit memusnahkan serangannya, tahu-tahu Kim Wan Thauto
rasakan 'gudang makanan' (perut) digedor sepatunya si
nenek- Persis ujung sepatu Kim Popo menotok 'tiong-kek hiat',
jalan darah diperut hingga siThauto tak berkuasa lagi akan
tubuhnya yang roboh mendeprok di tanah- Indah sekali
gerakan Kim Popo yang dinamai 'Ko hong liu sui' atau 'Air
mengalir burung hong lewat'-
orang banyak yang berlalu lalang tapi tidak ada yang berani
menanyakan apa-apa kepada Kim Popo yang duduk dengan
keren sambil memegangi tongkat besinya. Kim Wan Th auto
sudah mulai merasakan tenggorokannya kering, haus sekali
rasanya.-
"Bocah hitam, kau mau apa datang ke sini " bentak Kim
Popo-
Kim Popo terkejut bukan main melihat anak kecil itu, hanya
dengan sekali kebas dengan lengan bajunya, si Thauto sudah
terbebas dari totokan. Itu adalah kepandaian yang jarang
terlihat. Dari terkejut si nenek menjadi gusar. sambil melotot
matanya mengawasi Lo In, ia berkata,
"Kau katakan aku sinting, apa Popo tidak sinting " sahut Lo
In masih ketawa.
Lo In ketawa, terpingkal-pingkal.
"Bocah hitam, apa kau kata ?" tanya Kim Popo seraya
meraba dadanya.
"Hei, itu adalah kotakku yang hilang di hotel " kata Kim Wan
Thauto ketika melihat Lo In sambil ketawa-ketawa mainkan
kotak mungil itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"sudah terang keok. masih banyak lagak lagi " menyela Kim
Wan Tiiauto. Mata Kim Popo mendelik pada Kim Wan Thauto-
"Anak In, kau kata Kim Popo yang membokong Liok sinshe
hingga jatuh kejurang. Kenapa tadi kau tidak menuntut balas
akan jarumnya yang jahat itu ?"
"Dia bukan diusir oleh anak In." menyela Kim Wan Thauto
ketawa.
"Wah, habis siapa yang bisa usir dia ?" tanya Eng Lian.
"Ai, aku kurang hormat pada siao suhu (guru cilik)-" kata
Eng Lian seraya bangkit dari duduknya dan menjura pada Lo
In.
"Sayang? Sayang apa ?" semprot Eng Lian tapi manis air
mukanya.
"Adik In, oh, sakit ? sakit ?" Eng Lian cepat mengusap-usap
pipi Lo In yang bekas dicubit, wajahnya seperti ketakutan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, adik In, kau sudah angot " kata Eng Lian seraya tarik
pulang tangannya, disusul oleh mulutnya yang dimonyongkan
ke arahnya Lo In. geli hatinya Leng siong nampak lagak
lagunya Lo In dan Eng Lian.
"Adik kecil, kau mau bilang apa ? Asal apa sih ?" tanya
Leng siong kepingin tahu-
"Hajar, jangan kasih hati Cubit yang keras, biar dia teraduh-
aduh " kata Eng Lian pada Leng siong yang mengawasi si
bocah dengan penasaran.
"Adik kecil, kau menyindir aku barusan ?" tanya Leng siong
penasaran.
"Biar, aku nangis juga tidak kenapa, sebab aku anak kecil.
Hehehe" sahut si nakal.
"Cuma daging adik kecil kenapa kayak kapas ?" sahut Leng
siong.
" Celaka " tiba-tiba saja Eng Lian hentikan ketawa ngikiknya
berbareng ia sudah lompat turun dari paseban disusul oleh Lo
In hingga Leng siong tinggal sendirian.
"Ah, kenapa kau begitu ketakutan, enci Lian ?" kata Lo In.
"Wah, celaka " kali ini LoIn yang kaget, dengan sekonyong-
konyong tubuhnya berbareng melompat keluar rumah- Dalam
sekejapan saja ia sudah ada diatas paseban.
"Adik In, kau kenapa ?" tanya Eng Lian melihat Lo In lesu.
"siapa yang tidak ada, adik In?" tanya Eng Lian pula-
" kalau pulang tentu dia lewat sini dan mencari kita."
"Ah, adik In, mana bisa jadi- Leng siong toh bukannya aku
?"
"Aku kasih tahu bibi, adik siong dibawa sucouw lantas dia
jatuh pingsan, antahlah, apa memang bibi ada punya penyakit
ayan ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kita sudah tahu siapa ujang culik enci Leng siong. Aku
harus menyusul ke Coa-kok untuk mengambil kembali enci
Leng siong dari tangannya Lam-hay Mo-lie-"
"Tidak- tidak, aku mau ikut " kata Eng Lian, seperti anak
kecil lagaknya.
" Entah dia pergi kemana, hanya dia ada menitipkan surat
ini untuk Hiantit." sahut Teng Hauw seraya keluarkan sebuah
sampul dari kantongnya dan diberikan pada Lo In. Ketika Lo In
sobek sampul dan baca surat Kim Wan Thauto, hanya pendek
saja bunyinya :
" Aku panggil kau berkumpul ada satu hal yang ingin
kusampaikan padamu- soal apa, kau tahu ?"
"Tentu, kalau yang ini lolos, yang itu, kalau yang itu gagal,
ada yang ini."
"Hihi, enci soen bisa saja- Mari kita pulang, kita kan sudah
selesai-"
"Baru aku mau ajaki kau pulang- Biar kita tinggal enci Gin
sendirian merendam dirinya lama-lama. Biar daki-dakimu pada
rontok- Hihihi—-"
"Tidak salah, tentu si soen dan si sin tadi yang main gila
menggodai orang terlalu kelewatan. Masa pakaian orang
dibawa pergi diam-diam. Baik, kalau kuketemu mereka, akan
kumaki habis-habisan"
ser......."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Koko, kau bikin aku rasanya "ngap " kata Gin Hoa setelah
terlepas dari pelukan orang sambil tundukkan kepala.
"Adik Gin, kalau tidak dengan cara begini, selalu kau mau
lari saja dari aku." sahut orang itu dengan suara halus dan
ramah-
Dari gerak gerik dan lirikan Gin Hoa yang tajam, Tay Lie
mengerti bahwa perhatiannya pada si nona mendapat
sambutan, Ia sudah berusaha mendekati, tapi selalu si nona
menjauhkan diri Malah kalau pergi cuci di kali tanpa ada yang
temani, Gin Hoa tidak mau pergi. Tay Lie tahu bahwa si nona
bukan tidak mau melayani, ia hanya takut pada kakeknya yang
bengis dan mengekang dirinya.
sejak itulah Tay Lie dan Gin Hoa makin rapat hubungannya
di luar tahunya sang kakek yang bengis, sering mereka bikin
pertemuan rahasia di tempat-tempat yang sunyi.
Hari lewat hari, Giok siong (si kakek) lihat badannya sang
cucu berubah- sering tiduran siang, biasanya tidak pernah
dilakukan Gin Hoa, malah terkadang tampaknya si nona
sangat lesu, tidak bersemangat untuk mengerjakan apa-apa.
Gin Hoa tidak enak hatinya melihat gerak g erik sang kakek
yang aneh.
"Kau lihat ini apa ?" berkata Giok siong seraya acungkan
goloknya.
"Bangsat, kau berani main gila pada orang she Tan ? Lekas
unjukan cecongormu "
"Urusan adik Gin, aku yang tanggung jawab. Aku tidak akan
sia-siakannya."
"Adat kakek ada luar biasa. Maka terpaksa aku ambil jalan
seperti yang sekarang kakek sudah tahu untuk aku dapatkan
dirinya adik Gin,"
"Apa yang bagus ?" tanya Tay Lie yang jengkel bicaranya
hanya dijawab dengan 'bagus, bagus' saja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hei, kau mau bawa kemana cucuku ?" Giok siong tiba-tiba
menanya.
"Hei, itu tempat tidurku, tak boleh ditaruh disitu, kotor " kata
Giok siong.
Gin Hoa kaget- Ia dorong Tay Lie dan masuk lagi ke dalam
selimut- Kini ia sadar bahwa dirinya hanya berpakaian
separuh-
"Aku Tan.........."
orang itu tidak memandang pada Tay Lie yang ada disitu,
hanya langsung berkata kepada Giok siong,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Patung, kau diam saja " bentak Gouw Toa, si setan Arak-
Bukan Tay Lie saja yang heran, juga Gouw Toa jadi
melengak sejenak nampak si kakek tidak bergemetaran
mendengar bentakannya yang nyaring
Ia masih mau lihat, apa yang Gin Hoa bisa bikin untuk
menghadapi Gouw Toa Juga ia masih samar-samar untuk
mengetahui duduknya urusan. Maka ia tidak mau turun tangan
dulu. Hanya yang sudah terang baginya adalah Giok siong,
memang dia ada seorang kakek sinting. Bagaimana
lantarannya Giok siong mengekang kemerdekaan cucunya,
inilah yang ia kepingin tahu.
"siapa bilang bukan si Gin yang dulu ? Waktu itu aku baru
berumur lima belas, sudah tentu sekarang lain rupanya. Lain
dulu lain sekarang, Gouw Toa y a Hihihi......" Gin Hoa ketawa
tapi tidak membuat guncang hatinya si setan ciila Perempuan,
malah ia seram rupanya, matanya kedap kedip seperti orang
tolol.
"Ajak dong, kan kau mencari aku ?" Gin Hoa dengan berani
mendekati si setan Arak dan hendak mencekal tangan orang
dengan tangannya yang kotor.
"Aku Gouw Tay Lie- Kalau masih penasaran, boleh lain kali
cari aku" sahutnya.
"Kali ini aku menang, lain kalijuga aku pasti tetap menang."
Tay Lie menyindir.
"Lebih buruk lagi tidak berarti bagiku." sahut Tay Lie tegas.
"Betul ?"
"Koko, kau suka sama wajah seburuk ini ?" bisik si gadis
mesra.
"Adik Gin, aku sudah duga kau adalah satu bidadari." Tay
Lie balas berbisik,
"AKu bataranya.........."
"Ah, koko, kau bisa saja. Mana ada batara segala "
Mungkin hanya bayi yang ada dalam perut Gin Hoa yang
menonton ayah dan ibunya bermain asmara. oh, tidak Masih
ada si kakek sinting yang menyaksikan adegan itu.
"Bagus, bagus......."
"yaya, kau suka aku diambil istri oleh koko ?" tanya Gin
Hoa.
Hulah malam yang gelap petang ketika Gin Hoa dan Leng
siong tidak ada di rumah-
"Hei, kau jangan pukul kongco " kata Leng sian tiba-tiba.
"Kau anak siapa ? Tidak takut ini ?" kata Gouw Toa sambil
sodorkan ujung golok yang masih berlepotan darah pada
mukanya Leng sian.
"Hei, kau masuk ke kamar tadi cari apa ?" tanya Leng sian,
ketawa nyengir.
"Eh, anak. kasih tau kemana ibumu, nanti aku kasih mainan
bagus-"
"Hei, kau mau apakan lagi kongco ?" tanya Leng sian
melihat Gouw Toa menghampiri Giok Siong yang menggeletak
pingsan.
"Hihi, boleh juga aku nonton orang dipotong " kata si nona
cilik hingga Gouw Toa jadi berdiri melongo- Ia mengira tadinya
Leng sian bakalan nangis ketakutan kongconya mau dipotong,
tidak tahunya malah ketawa ngikik dan mau nonton kepala
orang dipotong. Pikirnya, lebih baik ia culik Leng sian untuk
dijadikan anaknya-
Giok Siong lalu pergi lapor pada Gin Hoa yang segera
pulang dengan diantar oleh Teng Hauw. Tidak menghiraukan
Tay Lie yang berlepotan darah, Gin Hoa sudah menubruk
suaminya dan menangis gegerungan.
"Jadi, aku ini Leng sian, ibu ?" kata Eng Lian dengan mata
berkaca-kaca setelah nyonya Teng menutur habis ceritanya
yang panjang.
"siapa lagi kalau bukan anakku Leng sian yang hilang ?"
sahut nyonya Teng ketawa sedih.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik In, kau harus memberi hormat pada ibu. Eh, kenapa
kau menangis ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Anak Lian, sudah ada kau sekarang, buat apa adik lagi
buat menemani Leng siong ?"
"Hihi, ibu tidak kenal Tiauw-heng, adik In " kata Eng Lian
(Bersambung)
Jilid 12
Nyonya Teng sudah mau buka mulut lagi menanya, Lo In
sudah mendahului menerangkan siapa yang Eng Lian
maksudkan dengan Tiauw-heng,jie-hek dan Siao-hek. Ialah si
rajawali emas dan gorila-gorila yang menyeramkan apabila
orang baru melihatnya.
"Tidak, tidak- Aku mesti ikut kau, adik In " memotong Eng
Lian seraya tangannya repot menekap mulutnya Lo In yang
tengah menghibur ibu dan ayahnya.
"Lo Hiantit, kau terlalu. Kalau kami tahu kau hari ini bakal
meninggalkan suyangtin, tadi malam kami tentu mengadakan
satu meja perjamuan untuk memberi selamat jalan kepada
kalian. Kami hanya mengantarkan barang-barang yang tidak
berharga ini, harap Lo Hiantit dan nona Lian suka terima baik,"
demikian Kie Giok Tong berkata seraya ia angsurkan barang
yang dibawanya, diturut oleh yang lain-lainnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Buku apa sih ?" tanya Eng Lian sambil duduk mendekati si
bocah- Hilang marahnya seketika dan tersenyum-senyum
manis lagi seperti biasa. Diam-diam Lo In geli hatinya melihat
sang enci yang aneh adatnya tapi ia lucu bahwa dirinya juga
ada aneh bin ajaib wataknya.
" Kau sudah tidak memerlukan pula yang beginian, tapi aku
sebaliknya. Aku harus mempelajarinya karena ini adalah
warisan dari ayahku."
"Adik In, kau gila ? Masa encimu begitu kejam kalau tahu
kau adalah adikku ?"
"Nah, tuh, mulai angot lagi dengan watakmu- Lebih apa sih
?"
"Adik In, encimu akan bantu kau mencari enci Hiang mu."
kata Eng Lian wajar. Lo In jadi kegirangan mendengar
perkataan Eng Lian.
"Enci Lian, coba kau kemari " serunya kepada si nona yang
sedang asyik membaca "Hui-to Pit-kip"-
" E h, adik In, ini apa ?" seru si gadis ketika ia meneliti
sampai pada gagangnya.
" orang bilang Kwee Cu Gie adalah ayahku, tapi entahlah "
"Hei, kau lagi ngelamun apa ?" Eng Lian menegur, seraya
menowel lengan orang.
"Adik In, ini adalah pedang mustika, kasih aku pakai saja,
boleh ?" Eng Lian tanya.
Ia menegur Lo In,
"Bukan aku punya, tapi justru aku mau dapati itu dari
kalian."
"Kalau aku tidak mau kasih ?" ngeledek Eng Lian, gembira
ia kelihatannya kalau sudah menghadapi pertempuran.
"Dimana kita dapat cari pandai besi yang baik, adik In ?"
tanya si nona.
"Ah, adik In........." hanya ini yang keluar dari mulut Eng Lian
yang mungil lalu ia ajak Lo In untuk melanjutkan
perjalanannya.
"Buat apa aku membikin luka orang. Aku hanya mau main-
main saja."
"Kau diam saja nonton. Biar aku yang bereskan tiga kurcaci
ini. Akan kubikin satu persatu jatuh duduk dan berlutut
padaku"
Melihat dua anak itu tinggal diam saja, si mulut mengok jadi
gusar. Bentaknya lagi lebih nyaring,
Tiga orang yang naik kuda itu tiga saudara she Lie, bukan
seayah seibu- yang tua Lie Kiang (si mulut mengok), kedua Lie
Sun (si muka lonjong) dan ketiga Lie Bin (sijeng got kambing).
Dalam desa Tiokschung mereka dikenal dengan nama
Tiokschung-sam-lie (Tiga Saudara Lie dari Tiokschung) dan
menjadi jagoan yang tak terkalahkan dalam kampungnya.
Maka juga mereka ada sangat sombong dan pandang
sesamanya sangat rendah-Melihat Eng Lian ketawa ngikik, Lie
Kian atau si mulut mengok menjadai heran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lie Kiang dan Lie Bin tak dapat menahan hatinya yang
mendelu. Tanpa banyak cakap, mereka menerjang Eng Lian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi Eng Lian tidak takut- Memang maunya dia, dua jago
dari Tiok-chung itu mengeluarkan kepandaiannya yang asli-
saking gemas dan sengitnya, serangan-serangannya mereka
telah menimbulkan angin keras yang membikin orang-
orangnya yang menonton disekitarnya pada mundur jauh-jauh
takut kesambar angin pukulan.
"Awas, aku nanti bikin kalian satu demi satu jatuh berlutut di
depan nona kecilmu. Hihihi........" Eng Lian ngeledek
Tiokchung-sam-lie sehingga tiga jago itu menjadi sangat
gusar.
Tampak Eng Lian dikurung rapat oleh tiga saudara Lie, tipu-
tipu serangan yang berbahaya dilancarkan dengan sengit ke
arah Eng Lian. Timbullah seketika keganasan mereka untuk
melenyapkan si dara cilik dari muka bumi ini.
Lie sun dan Lie Bin terkejut bukan main. Lekas mereka
putar tubuh untuk menghadapi si nona pula. Tapi sudah
terlambat karena ia rasakan seketika bahunya kesemutan
kemudian lemas tak bertenaga dan tubuhnya menyusul
terkulai roboh-
"Mari, maju semua " tantang Eng Lian ketika melihat begitu
banyak begundalnya Tiokschung-sam-lie hanya pada berdiri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Enci Lian, aku mau apakan ini tiga ekor kambing ?" tanya
Lo In melihat mereka hanya berlimaan saja setelah begundal-
begundalnya Tiokschung-sam-lie pada kabur.
"Ah, adik In, kau bisa saja. Masa totokan biasa dikatakan
ilmu ?" kata Eng Lian..
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nah, rasakan ya, anak nakal. Kalau encimu sudah sengit "
berkata Eng Lian cekikikan ketawa melihat Lo In meringis-
ringis ketawa melihat Lo In meringis-ringis pelangi pipinya
yang barusan ia cubit.
"Adik In, mari kita belajar menaik kuda saja dari pada kau
balas mencubit encimu "
Lo In kegirangan.
"Adik In, kau sudah bisa belum naik kuda ?" tanya Eng
Lian.
"Adik In, kita jangan larikan dulu kuda kita. Kita jajal dulu
perlahan, nanti kalau sudah gapah dan tetap kita
mengendalikannya, barulah perlahan-lahan kita suruh dia lari.
Bukankah itu lebih bagus ?"
"Adik In, kenapa kau tinggalkan encimu ?" berkata Eng Lian
sendirian sambil menyusut air matanya yang berlinang-linang
pada pipinya yang botoh-
Ia mengundang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Enci Hiang, mari makan apa yang ada. Harap kau jangan
mencelanya. Besok-besok tentu akan aku jamu enci dengan
meja yang penuh hidangan lezat. Kau tidak menolak, bukan ?"
"Itu sama saja." sahut Kui Hoa yang juga lantas turun
tangan untuk menyikat makanan diatas meja.
"Dalam urusan apa, enci Hiang ?" tanya Kui Hoa kepingin
tahu.
"Aku mau tanya kau, siapa pemuda cakap itu yang saban-
saban menanyakan urusannya Thoat Beng Mo siauw ? Aku
lihat sikapmu seperti yang ketakutan terhadapnya."
Ia berkata, "Adik Kui, aku kira tadinya kau ada sahabat baru
yang bisa pegang janji, tidak tahunya aku kecele Biarlah aku
sekarang mohon diri saja "
"Cuma kata ibu, tidak baik kalau kita mengikat jodoh karena
masih ada hubungan darah. Tidak baik untuk keturunan."
"oh, apa kau sudah kasih tahu tentang urusan kita ?" tanya
Keng siang kaget.
" Aku percaya. Masa ibu membohong iku ? setiap ibu yang
mengasihi anaknya tentu ingin melihat anaknya beruntung
dalam hidup berkeluarga."
"Kau mau paksa aku bila aku tidak setujui ?" katanya tidak
senang.
"sudah tahu, untuk apa kau menanya ?" Keng siang mulai
unjuk kekasarannya.
Ingin hal itu ia katakan pada Keng siang tapi tidak ada
jalan, sebab sebagai wanita, mana boleh lebih dahulu
memberi tahukan hal demikian kepada seorang lelaki yang
tengah mengharapkan dirinya.
"Adik Kui Hoa, tidak semudah ini kau berlalu Hehehe" kata
Keng siang dengan roman beringas seperti kerangsekan
setan. Kui Hoa menjadi marah melihat engko cincongnya
berlaku kurang ajar
"Loji, kongcu kita bawa barang baru. Besok pagi tentu kita
akan mendapat hadiah dua botol arak. Hahaha.......Biar kita
doakan lebih banyak bawa barang baru hingga kita dapat
minum arak mabuk-mabukan "
"cuh Cuh " terdengar dua kali Bwee Hiang meludahi Keng
siang tepat mengenai kedua matanya, disaat Keng siang
menundukkan kepalanya hencak mencium si nona.
"Dari mana kau bisa tahu ?" Bwee Hiang menanya dengan
heran.
" Habis, siapa yang bunuh engko Keng siang " tanyanya.
" Kalau kau dapat berkumpul dua tiga hari saja dengannya,
kau akan merasa umurmu bertambah dua tiga tahun,
antahlah, kapan aku dapat bersua lagi dengannya."
"Enci," katanya.
" Kalau kau sudah dapat menemui adik kecilmu, tolong kau
bawa kesini supaya aku dapat belajar kenal, boleh tidak ?"
"Enci, untuk apa pakaian pria ?Juga, disini mana ada yang
jual?"
"Hei, kau mau juaL kudamu tidak ?" In Hiang mulai jengkeL.
"Tunggu "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
In Hiang kata,
"Awas " seru In Hiang lalu disusul dengan suara "sret sret1
beberapa kali. Tampak senjata lawan saling susul berjatuhan
di tanah dibarengi dengan suara jeritan kesakitan. Dalam
beberapa detik saja, pedang pusaka In Hiang sudah
mengambil lima korban sekaligus, si Hweshio kepala gede,
kutung lengannya sebatas sikut, dua Hweshio lainnya
mendapat tusukan di masing-masing bahunya, Leng Hian
copot tangan kanannya sebatas pergelangan dan paling
menderita adalah siBeruang Hitam, kecuali lengan kanannya
terpapas kutung sebatas pundak, dadanya juga memancarkan
darah segar bekas ujung pedang bertamu ke situ. Hek-him
Toan ceng sudah tak ketolongan jiwanya karena setelah
terkulai roboh, ia sudah lantas menarik napasnya yang
penghabisan.
(Bersambung)
Jilid 13
"Ah, Samko. Apa itu berkelebihan ? Coba kau terangkan
salah satu pelajarannya yang maha sakti. Tentu kau sudah
dapat keterangan dari toako."
"Oh, oh, Samko, kau lihat Lakte sudah tidak ada napasnya "
"Lebih baik aku pulang mencari enci Lianku dari pada pergi
ke gua yang seram itu."
Umur dari ular raksasa yang menjaga gua sudah lebih dari
200 tahun, jangan lagi ia mendesis memuntahkan hawanya,
sedang tubuhnya saja menyiarkan bau tidak enak dan
beracun. Maka tidak mudah orang mendekati mulut gua. Hawa
racun ular ada demikian jahat hingga dalam lingkaran dua
tombak orang masih terkena juga.
"Nona, datang mau minum arak atau mau cari ribut "
"Usir ? Kau berani usir nonamu ?" bentak Eng Lian dengan
tidak bangkit dari duduknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau tidak tahu aku siapa, dan aku juga tak tahu kau siapa-
Kita tidak ada urusan apa-apa, maka menyingkirlah kau
supaya aku dapat meneruskan perjalananku"
"Enak saja kau bicara Aku tidak perlu tahu kau siapa, tapi
kau harus tahu aku siapa, sahabat Aku mau tanya kau, dari
mana kau dapatkan kuda yang kau tunggangi itu ? Kau tentu
orang jahat- Makanya kau banyak lagak didepan nonamu "
"Adik kecil, kau mau bikin kokomu mati muda ?" In Hiang
ngeledeki
"Hei, kau punya kuda ini bagaimana ?" seru Eng Lian.
"oo, kalian juga ingin tahu ilmu sakti dari It-sin-keng ? Mari,
mari semua maju " tantangnya seraya haha hihi ketawa.
" Kitab sakti itu ditulis oleh Lo-cianpwe kami kira pada -100
tahun yang lalu.Jadi terang itu adalah milinya siauw-lim-sie.
Kedatangan kami kesini sudah terlambat dengan didahului
oleh siaosicu. Hal mana membuat kami menyesal sekali, It-
sin-keng itu ditulis oleh Lo-cianpwe Kong In sianjin. Terang
kitab itu termasuk kitab pusaka dari siauw-lim-si. Maka Lolap
mohon kesediaan siaosicu supaya kitab itu dikembalikan
kepada siau-lim-si."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tiap apa saja yang masuk dalam jebakan dan kena jaring,
baik macan maupun manusia baru dapat dilepaskan setelah
ada ijin dari majikan kami. Maka sekarang, diam-diam saja
dahulu dalam jala sampai kami sudah melaporkan kepada
majikan."
"Hei, kalian lekas bawa anak ini ke ruangan biasa " Lie sun
memerintah orang-orangnya.
"sekarang gadis liar itu tidak ada, kalau tidak lebih suka kita
menghajar dia dari pada bocah hitam ini." Lie Kiang
menyatakan penyesalannya.
" Kau pukul sampai mati, aku juga tidak takut " Lo In
menantang. Kembali bunyinya cambuk mengalun dalam
ruangan penyiksa manusia itu.
"Aku lihat bocah yang kepala batu ini sudah tidak sadarkan
diri sebaiknya kita keluarkan saja dari dalam jala dan kita
hukum dengan jepitan besi panas. Aku mau tahu apa dia mau
mengaku tidak dimana ada si bocah liar"
" Lekas, lekas bawa jepitan panas kemari " memerintah Lie
sun kepada dua orangnya yang sedang nongkrong di dekat
hanglou yang marong apinya dan besi jepitannya juga sudah
membara. Mendengar teriakannya Lie sun, mereka lantas
bawa jepitan besi panas seorang satu karena ada sepasang
semuanya.
"Mari kasih aku satu." berkata Lie Kiang ketika besi jepitan
disodorkan kepada Lie sun, yang lantas diserahkan satu lagi
kepada toakonya.
"Celaka "
(Bersambung)
Jilid 14
Tong Hong Kin belum lama mengepalai Ngo-tok-kauw.
Ialah pada dua tahun yang lalu selagi Ngo-tok-kauw
kehilangan Kauwcunya yang bernama Ngo-tok Sianjin (Dewa
Lima Bisa), dengan tiba-tiba muncul Tong Hong Kin
mempertunjukkan Say-cu-leng. setelah diuji bahwa Say-cu-
leng itu bukannya palsu, maka seketika itu Tong Hong Kin
diangkat menjadi Kauwcu dari Ngo-tok-kauw.
"Itu lencana hendak kau miliki, bukan ?" Kek sui menyindir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi, mana Kek sui dan Tee seng mau percaya atas
perkataannya. Tee seng yang dari tadi diam saja telah
berkata,
" Kalian tidak mau percaya akan bicaraku, maka biarlah ini
akan menjadi saksinya " Coa Keng sambil acungkan
pedangnya.
"Mau adu jiwa itu urusanmu. Tapi yang terang jiwamu sukar
lolos dari pedangku Hm Dengan cuma kepandaian sebagini
mau menghinaku, Coa Keng ? Kau harus belajar dulu 10
tahun lagi. Mungkin pada waktu itu ilmu pedangmu hanya baru
sebanding saja dengan ilmu pedangku "
"Kek sui, sebaiknya kita jadi sahabat saja." kata Coa Keng.
"Kau satu laki-laki sejati ? Ini dia laki-laki sejati " bentak Coa
Keng. Pedangnya juga lantas berkelebat dan kepalanya Kek
sui kontan jatuh menggelinding di tanah. Darah segar
meluncur keluar dari lehernya Kek sui seakan-akan air
mancur. Lo In yang menyaksikan kekejamannya Coa Keng,
diam-diam menghela napas.
si cantik tersenyum,
"Adik kecil, orang jahat itu sudah tidak ada di tempatnya "
Lo In anggukkan kepala.
" Ci-de tahu sudah. Diam-diam anak kecil ini sudah ada
simpanannya."
"Kau panggil aku Ci-de dan aku panggil kau adik kecil.
Tandanya kita sudah mengikat saudara. Maka terhadap
suamiku juga kau harus memanggil cihu, baru betul "
"Artinya kita sudah jadi saudara, kau harus antar enci dan
cihumu pulang "
"Itu sudah ditakdirkan oleh Thian, adik kecil " sian Tin
bersenyum manis seraya matanya melirik tajam, lagi-lagi
senyum dan lirikan tajam sian Tin mengingatkan ia kepada
Bwee Hiang yang kini entah dimana enci Hiangnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
" Kalau orang jangkung akan lebih pantas." sian Tin juga
ketawa.
"Yang jangkung sudah ada, untuk apa enci cari lagi ?" kata
Lo In .
"Adik In, kau nakal betul. Berani godai ci-demu ya " kata si
cantik ketawa. sementara itu Koan Beng sudah menggapai
isterinya untuk masuk ke dalam joli. Mereka sama-sama naik
joli, dikawan oleh Lo In dari kejauhan.
"Toako, apa kau lihat adik In ada dimana ?" terdengar sian
Tin menanya dari dalam joli kepada Koan Beng yang saat itu
matanya sedang celingukan mencari Lo In .
"Habis apa mau dikata kalau orang tidak mau antar kita ?
Kita barusan saja berkenalan dengannya dan belum tahu
hatinya, bagaimana kita bisa menaruh kepercayaan atas
dirinya ? Kau terlalu percaya pada bocah wajah hitam itu, adik
Tin."
Koan Beng sangat gusar. Tapi apa ia bisa bikin? Coa Keng
terlalu tangguh untuknya, kalau ia menyerang pun sia-sia saja
dan kembali ia akan tertotok roboh. Meskipun begitu, ia tidak
rela ketika melihat Coa Keng mendekati joli untuk
mengganggu isterinya.
Koan Beng hanya belajar silat untuk jaga diri dan sedikit
kepandaian menyerang. Mana bisa ia melayani Coa Keng
yang tinggi kepandaiannya.
"Bocah bau, kau tu..... " bentak Coa Keng yang terhenti
ketika mau mengatakan "turun " Ketika melihat tahu-tahu si
bocah sudah ada dihadapannya. sepuluh orang kawan-
kawannya Coa Keng telah mengurung Lo In .
"Apa Coa Keng benar sudah binasa ?" tanya satu yang
lainnya.
"Kau ini aneh. siapa yang bawa encimu pulang ?" kata sian
Tin, matanya melirik kepada dua orang tukang gotong joli yang
masih tinggal rebah tertotok.
"Enci Hiang yang enci Hiang, habis siapa lagi ?" sahutnya
Jenaka.
" Ci-de, apa kau pikir pantas aku jadi Coa Keng ?" tanya Lo
In .
" Ci-de, aku tidak tahu apa sih artinya pacar, bukannya
teman main-main ?"
" Kesatu enci Lian, kedua enci Hiang dan ketiga enci siong.
Tapi dengan enci Siong aku belum lama kenal. Meskipun
begitu dia sangat baik kepadaku." si bocah membuka rahasia
kepada ci-denya.
"Adik In." kata sian Tin ketawa manis selagi mereka duduk
mengobrol.
"Itu urusan kecil. Cuma buat apa ? Ci-de toh tidak kemana-
mana." sahut Lo In .
"Baiklah." kata Lo In .
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi, apa ?" tanya sian Tin heran sambil menatap wajah si
bocah.
"Adik In, kenapa kau diam saja ? Lekas kau cium bibir
encimu. Kau akan rasakan sedapnya orang bermain cinta.
Adik In, ohe......." sian Tin mengeluh dengan bibir menantang
sedang tangannya memegang tangan Lo In dan ditaruh pada
buah dadanya yang sedang naik turun mengikuti debaran hati
yang bergelora sekonyong-konyong. Lo In makin bingung
nampak kelakuan enci angkatnya.
"Adik In, kaujanga tolol. Lekas cium bibir encimu." kata sian
Tin lagi dengan napas agak memburu, seraya tangannya
menekan tangan Lo In yang meraba buah dadanya.
"Adik In, kau kenapa ? Kau marah pada encimu ? Apa aku
kurang cantik untuk bermain cinta dengan kau ? oh, adik In,
encimu mencintaimu.........."
"Adik In, kau tidak mau menyambut cinta encimu ?" sian Tin
berkata pula dengan tidak pakai malu-malu lagi dan blak-
blakan terhadap Lo In .
"Bukan itu saja. Kau adalah nyonya rumah dan aku adalah
tamunya. Kalau nyonya rumah main gila dengan tamu, lantas
ditaruh dimana muka suamimu kalau sampai kejadian busuk
itu diketahui umum ?"
"Aku lihat pada malam itu kau mengucurkan air mata ketika
hendak dinodai oleh Coa Keng. Aku sangat memuji
kesetiaanmu pada suami. Kau tidak kepincuk oleh paras Coa
Keng yang jauh lebih cakap dari cihu Koan Beng. Makanya
aku mau turun tangan melindungi dirimu dari kehinaan, adalah
lantaran aku sangat menghargai dirimu yang sangat setia."
"ohi kau baik sekali adik In....." kata sian Tin sambil
menyeka air matanya. Lo In tidak menjawab hanya unjuk
ketawa nyengirnya yang khas. sian tin juga mulai kelihatan
senyumannya yang manis memikat. Diam-diam ia sangat
menghargai adik kecilnya itu.
"Adik In, apa kau tidak suka menyambut rasa terima kasih
aku?" tiba-tiba Koan Beng berkata, ketika melihat Lo In
mundur hendak dipeluk olehnya.
"Adik Tin dan In. Apa yang terjadi dalam kamar ini, aku
sudah tahu semuanya dan dengar." kata Koan Beng, setelah
hentikan ketawa nya.
"Adik Tin, kau sedang pikirkan apa ?" tanya Koan Beng
tatkala melihat isterinya tunduk saja seperti kemalu-maluan.
"Toako, mana bisa kita hidup bahagia sedang apa yang aku
lakukan barusan kau sudah saksikan dan mendengarkannya."
kata sian Tin dengan penuh penyesalan.
"Adik Tin, kau jangan kata begitu. sudah sejak tadi aku
mengampuni dosamu. semua ini ada jasanya adik In kita. Kau
seharusnya mengucapkan terima kasih kepada adik In. Aku
berjanji untuk selanjutnya aku tidak akan membuat kau
kesepian. Aku sangat mencintaimu, adik Tin Bangunlah "
(Bersambung)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 15
Demikianlah, setelah kejadian yang disebutkan di atas,
walau sudah dicapai suatu keakuran bahwa kejadian itu
dianggap seperti tidak terjadi, bagi Lo In rasanya sudah
menjadi janggal untuk berdiam lama-lama dalam rumahnya
Koan Beng.
Lo In "
"suko, kau sendiri dari maan dan mau kemana ?" Kim Popo
balik menanya ketika siauw cu Leng sudah berada
dihadapannya.
"suko, aku lihat kau jelek amat sekarang." kata Kim Popo.
Pada waktu itu Kim Nio (Kim Popo) baru saja dua tahun
melewatkan hidup bahagianya dengan siauw Cu Leng yang
sebelum menikah adalah suhangnya. Tiba-tiba saja muncul
Goat Go (Ang Hoa Lobo) yang kecantikannya tidak di sebelah
bawah dari Kim Nio.
"Ah, adik Kim sudah mabuk. Bawa dia ke kamar." kata Goat
Go dengan suara perlahan. Rupanya ia juga tengah
merasakan pengaruhnya arak.
"Adik Goat, apa kau tak rindukan saat seperti ini ?" balik
menanya siauw Cu Leng.
"Hehe Dua manusia cabul " kata Kim Nio dengan suara
menghina.
"Coba kau tanya padanya, apa dia masih mau sama kau
atau mau ikut aku ?"
Ternyata Kim Nio kalah galak oleh Goat Go. Ia tidak mau
layani saingannya, sebaliknya ia kembali menanya pada Cu
Leng,
"Bagaimana kau bisa bilang begitu ?" tanya Kim Nio heran.
"Untuk apa kau lihat, kita toh sudah tidak ada sangkutannya
lagi."
"suheng, paa kau kira aku tidak bisa memberi hajaran pada
bekas suami yang nyeleweng ? Mari, rasakan kerasnya
tongkatku ini. sebentar, baharulah kau tahu rasa, siapa si Kim
Nio sekarang."
"Cis, tidak tahu malu Mau lihat buku orang, main seenaknya
saja. Kalau kau mau memaksa, lihat, kau kalahkan dahulu
tongkatku ini "
" Lihat dia lari terbirit-birit... Hahaha " siauw Cu Leng dengar
ditertawakan oleh bekas jantung hatinya dahulu.
"Budak liar, kau berani main gila terhadap tuan besarmu ?"
bentak siauw Cu Leng. Kiranya si iblis Alis Buntung tahu juga
bahwa daun itu dilepas oleh Lo In .
Tapi dasar siauw Cu Leng hanya tahu marah dan tidak tahu
bakal pecundang, tidak memikir demikian jauh, makanya ia
main bentak saja pada jago cilik kita. Demikian temberang ia
membentak Lo In hingga jago cilik kita tertawa terbahak-
bahak.
"Apa kau tidak dengar barusan aku minta padamu ?" sahut
siauw Cu Leng.
"Kau bawa-bawa dua pedang itu sampai dua bilah ?" tanya
yang ketawa tadi, sebaliknya dari menjawab pertanyaan Lo In .
"Tidak bisa. Aku harus menemui ketus sendiri Aku ada satu
urusan penting yang akan disampaikan padanya." sahut Lo In
.
"Anak hitam, kalau kau tidak mau bicara, aku akan banting
kau mampus sekarang juga "
"Kalian tak ijinkan aku masuk. Kalau aku mau masuk, kalian
bisa apa terhadap aku ? Nah, jagalah kalau bisa bila aku
memasuki perkumpulan kalian tanpa ijin "
"Hehehe" Lo In ketawa.
yang pergi ke gua ular. Entah kabar apa itu. Kabar baik atau
kabar jelek.
"Tapi kalau kau tidak percaya aku, untuk apa aku mengasih
lihat bukti "
"Adik kecil, harap kau tidak bawa adatmu yang nakal. Mari
turun, kita bicara secara baik dan bersahabat."
"Hal itu nanti aku selidiki dan aku akan memberi hukuman
pada orangku yang kurang ajar terhadapmu. sekarang coba
tolong kau laporkan apa kabar dari samteku Lim Kek Ciang."
siong Leng Tojin dan Jin Leng Tojin berdiri seperti terpaku,
tidak bergerak seakan-akan yang kena tertotok jalan
darahnya. Tapi yang sebenarnya mereka terpaku berdiri
karena menyaksikan dengan rasa kagum akan kepandaiannya
si bocah. Matanya terbelalak memandang kepada orang-
orangnya yang dirobohkan saling susul dengan tidak dapat
bangun kembali. sungguh hebat Mereka memuji dalam
hatinya.
"Hehehe." Lo In mendengus.
"Adik In, kau lepas mereka, aku ada kabar baik untuk
disampaikan padamu." sahut Kim Wan Thauto dengan muka
bersenyum.
"Adik In, mari kita mampir dalam rumah makan agar kita
dapat leluasa bicara." Kim Wan Thauto mengajak si bocah.
"sim Liang dan sim Leng, kalian jangan terlalu menghina "
sahut Teng Hui gagah.
"Bagus, ini satu pikiran baik." sahut Sim Leng dan ia pun
lantas bekerja menelikung Teng Hui jadi satu dengan
sebatang p^hon. setelah itu ia lalu mengumpulkan rumput
alang-alang dan ditumpuknya disekitar Teng Hui kemudian
membakarnya. Asap rumput telah bergulung-gulung menutupi
pemandangan Teng Hui, sementara itu hawa panas juga
makin lama dirasakan makin menakutkan. Kedua matanya
mulai perih dan Teng Hui tak dapat menggunakan tangannya
untuk mengucek-ngucek. Bukan main ia rasakan engap dan
pernapasannya seperti macet, sementara api yang berkobar-
kobar mulai menyambar pakaiannya.
"Biarkan saja, kalau dia belum mau takluki tak usah kita
membunuhnya. Dengan api membakar dirinya sudah cukup
akan membikin jiwanya melayang dengan sangat menderita.
Hahaha "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau ketawakan apa, bocah hitam ?" tegur sim Liang yang
berangasan adatnya.
sim Leng sudah sangat gusar. sedang sim Liang yang coba
bersabar tak dapat mengendalikan kesabarannya mendengar
perkataan Lo In yang berlebihan.
"Bagus, kau adalah anak yang begini " puji sim Liang
seraya acungkan jempolnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Anak bau " bentak sim Leng yang jadi sangat gusar
mendengar perkataan Lo In yang sombong.
"Baiklah." sahut Lo In .
"sim Lopek, kau mau bikin aku jadi lekas tua karena
perbuatanmu ini ? Lekas bangun "
(Bersambung)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 16
Sim Liang senang hatinya mendengar Lo In menukar
sikapnya demikian ramah. Si bocah sekarang memanggil
padanya Lopek (paman). Meskipun hatinya jeri, ia ingin coba-
coba juga kepandaiannya Lo In. Ia tahu bahwa si bocah tidak
akan mencelakakan dirinya. Maka itu, ia lantas menyahut,
"Awas adik kecil, Lohu mulai " kata Sim Liang berbareng
badannya berputar, tahu-tahu sudah ada disamping Lo In
dengan tangan kanannya ia menggempur lambung si bocah.
Kauwcu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau kata aku dicelakai orang, dari mana kau dapat tahu ini
?"
Teng Hui juga baru ingat akan dua kakek she sim itu karena
selama itu perhatiannya selalu ditumplek untuk menolong
pada Kauwcunya saja. Malah ia baru ingat akan teman-
temannya yang dalam keadaan tertotok ketika sudah melihat
Kauwcunya tertolong.
Menurut cerita Teng Hui, dua kakek she sim itu datang dari
Hek-liong-tong (gua naga hitam). Penghuni dalam gua itu
semuanya ada tiga orang, dua ialah dua saudara she sim,
sedang yang satunya lagi adalah seorang wanita she siang
yang bernama Niang Niang. Tiga orang itu yang merupakan
dua kakek dan satu nenek. terkenal dengan sebutan Hek-
liong-tong sam-lo aatu Tiga orang tua dari gua naga hitam-
Mereka bertiga satu perguruan, yang paling lihai adalah yang
perempuan yang bernama siang Niang Niang dengan julukan
Tui Hun Lolo (si Nenek Pengejar roh). Ia adalah sumoay dari
dua kakek tersebut dan sangat disayang oleh mereka.
Menurut kabar diantara dua kakek dan si nenek itu telah terjadi
kisah asmara pada waktu mudanya.
baik kepada mereka, tidak tahunya dua kakek itu masuk Ngo-
tok-kauw dengan maksud kurang baik. Mereka bermaksud
merampas kedudukan Kauwcu dan mau mengepalai Ngo-tok-
kauw dengan sepak terjangnya yang menghebohkan dunia
persilatan.
"Nona kecil, kau masih melamun apa ?" dirinya ada yang
menegur. cepat ia berpaling, kiranya tidak jauh disampingnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Taysu, kau dari mana ?" tanya Eng Lian ketika si Hweshio
tampak mendekatinya.
"Kuilku tidak jauh dari sini. Aku barusan saja habis mencari
daun-daun obat kebetulan lewat disini dan melihat kau sedang
melamun asyik sekali. Maka aku menegurmu. Harap kau tidak
menjadi kecil hati karena gangguanku."
"Ah, apa bisa begitu mudah ?" Eng Lian menegasi kepingin
tahu.
"Jalan boleh, kalau mau naik kuda tentu lebih baik lagi."
sahut Tiat Ci Hweshio.
"mari, mari kita naik kuda. Tapi, eh, apa Taysu naik kuda ?"
tanya Eng Lian.
"sudahlah, buat apa banyak tanya " sahut Eng Lian seraya
ketawa cekikikan.
"Taysu, kau kaget tentu, ya ? Apa masih jauh kuilmu itu ?"
Patung itu besar sekali, lebih besar dari manusia biasa. Eng
Lian yang melihat roman bengis dari patung itu bukannya
takut, malah ketawa cekikikan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"oo, itu perkara kecil. senang sekali kalau nona kecil nanti
datang pula kesini dengan temanmu, aku akan sediakan
kamar lebih besar untuk kalian berdua menginap." Eng Lian
bersenyum manis mendengar perkataan Tiat Ci Hweshio.
"Nona kecil, malam ini Taysu akan bikin kau jadi orang-
hahaha...." si kepala gundul kegirangan seraya tangannya
kembali menyolek pipi Eng Lian.
"Kalian jangan kasih lolos bangsat kecil ini " kata Tiat ci
Hweshio sambil berkelit dari bacokan pedang In Hiang,
kemudian enjot kakinya lompat keluar kamar untuk mabur.
"Kau mau lari, hm Lihat aku akan ambil kepalamu " teriak In
Hiang seraya enjot tubuhnya menyusul. Tapi diluar kamar ia
dirintangi oleh enam orang muridnya Tiat Ci Hweshio sehingga
Tiat ci dapat keburu melenyapkan diri.
"Kau makan ini, adik kecil." kata In Hiang seraya dua biji pil
itu ia hendak masukkan ke dalam mulutnya Eng Lian.
"Anak haram. Kau membuat kacau dalam kuil suci ini, apa
maksudmu ? Hm Kalau kepalamu tidak ditinggalkan sekarang,
badanmu akan kami hancurkan seperti bakpo "
"Adik kecil, kau masih belum dapat bergerak. Mari aku uruti
jalan darahmu "
"Pemuda bangor " kata Eng Lian. "Aku tak dapat membalas
sakit hatiku. Nanti ada satu orang yang akan membalaskan.
Kau lihat saja, kalau dia sudah datang "
"oo, begitu jagoan dia ? Aku mau lihat Kalau dia berani
membela kau, adik kecil, kau nanti coreng mukanya dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
arang biar dia hitam legam mukanya " kata In Hiang, wajahnya
berubah seperti gemas.
"Aku adalah aku, orang yang dihina oleh pemuda bangor "
sahut Eng Lian menggoda.
"Eh, kenapa ?" tiba -tiba Eng Lian berkata heran sambil
lepaskan tangannya yang meremas dada In Hiang. Ada apa ?
Eng Lian rasakan tangannya meremas benda lunak seperti
yang ada pada dirinya sendiri
"Enci Hiang, kau benar hebat. Malam ini kalau aku tidak
ketemukan si kepala gundul cabul itu, benar-benar aku
penasaran. Mari kita carinya "
"Jangan kuatir, enci Hiang." kata Eng Lian. "Aku akan bikin
dia terbuka lagi "
"Marilah, aku juga sudah bosan tinggal dalam kuil kotor ini."
sahut Eng Lian.
"Hweshio celaka " bentak si dara kecil. "Kau mau lari dari
nonamu, ke langit sekalipun aku akan tetap mengejarmu "
"Bagus " kata In Hiang. "Apa kau kira aku tak ada jalan
untuk bikin kau mengaku ?"
"Tidak mau ? Aku nanti totok urat ketawa mu lagi " In Hiang
mengancam dengan pedangnya.
"Sute, mereka sudah roboh oleh obat bius kita. Mari kita
pondong seorang satu. Aku mengalah, kau boleh pilih yang
mana kau setuju, sute Hahaha "
Keadaan sudah larut malam pada saat itu. sepi sunyi dalam
ruangan, hanya dua manusia terkutuk saja waktu itu saling
ketawa nyengir kegirangan masing-masing akan menerkam
korbannya yang sudah tidak berdaya.
"Enci Hiang." kata si nona kecil. "Biar enci nonton saja. Aku
yang membereskan kawanan tak berguna ini. Pedangmu
sudah banyak makan korban, biar suruh dia mengaso "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Buat menghajar kalian, kepala gundul yang tidak tahu diri "
jawab Eng Lian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau mau lari ?" bentak Eng Lian, menyusul hui-to kayunya
meluncur dan dua orang itu roboh kena tertotok jalan darahnya
pada bagian pundak.
"Biarkan saja, mereka toh tidak bisa lari." sahut Eng Lian.
"Ah, enci Hiang, masa begitu hebat ?" tanya si dara cilik,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat adegan itu, Eng Lian ingat dirinya yang kena dibius
oleh Tiat Ci Hweshio.
(Bersambung)
Jilid 17
Lo In perhatikan orang yang bicara. Diam-diam ia kepingin
tahu siapa yang diarah oleh dua pemuda cakap itu. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Andai kata, ini masih andai kata, kalau kita dapat cekuk
batang lehernya, kau mau apakan dia ?"
"Lebih baik kita lompati saja tubuhnya, tak sudah kita cari
urusan." Kawannya tak menyahuti. Mereka terus jalankan
kudanya dengan berendeng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Toako, orang itu tak punya guna. Kalau dia ada punya
kepandaian, tentu sudah bangun barusan dan mencegat
jalanan kita. Hahaha...... eh, eh...." tiba-tiba ketawanya
berhenti dan terkejut sekali nampak kedua kaki depan
kudanya menekuk dan berlutut.
"Ah, masa ? Coba mari kita tanya " sahut kawannya seraya
ia jalan menghampiri orang yang lagi tidur tadi, diikuti oleh
kawannya.
"Toako" kata Eng Lian. "Dia hanya satu bocah saja, pantas
barusan aku tendang sampai terbang melayang-layang.
Hahaha..... "
"Hei, kau mau apakah lagi dia ?" tanya In Hiang ketika
melihat Eng Lian menghampiri lagi orang yang tadi
ditendangnya.
"Hei, kau gila.... " teriak Eng Lian ketika rasakan badannya
enteng dan peksay (jungkir balik) ke belakang, ketika kakinya
menyentuh badannya orang tadi.
" orang hitam biasanya suka jail. Tadijuga tentu dia yang
jaili kita. Mari, kita lanjutkan perjalanan jangan ladeni orang
hitam " jawab In Hiang.
"Kau kata kami berbuat kurang ajar, apa buktinya ?" tanya
Eng Lian.
"Yaya tidak mau mandi, nanti kedua enci yaya tidak mau
dekati yaya."
"Ini cewek. anak kurang ajar " Eng Lian dengan cemberut
menghajar kepala Lo In dengan hebat hingga Lo In agak kaget
juga menghindarinya.
" Hiante, kau lekas tampar mukanya untuk tolong toakomu "
seru In Hiang pada Eng Lian yang sebentaran ia berhenti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Enci Lian, kau lagi ngelamun apa ? Apa tanda mata dari
adikmu tak hilang ?" tegur Lo In ketawa ketika Eng Lian masih
enak-enakan saja menyandarkan kepala di dadanya.
ia lalu menanya, "Adik In, apa kau pikir ada yang tidak betul
perbuatan yang aku telah lakukan?"
"Adik In, apa kau tidak malu sama enci Hiang yang
menonton perbuatanmu?" kata Eng Lian setelah dapat
bernapas lega seraya mendorong tubuhnya Lo In hingga
perlahan-lahan si bocah nakal telah melepaskan pelukannya.
"Enci Hiang, sekarang kita sudah tahu adik kita ini sudah
berubah liar adatnya. sebaiknya kita harus hati-hati, jangan
kena dipermainkan lagi....." kata Eng Lian sambil monyongkan
mulutnya yang mungil ke arah si hitam nakal. Bwee Hiang
ketawa ngikik mendengar perkataan dan melihat lagaknya Eng
Lian.
"Adik In." kata Kim Wan Thauto. "Tugas kita berat juga. Di
Coa-kok selain ada Lamhay Mo Lie dan Ang Hoa Lobo,
kabarnya ada banyak sekali jago-jago yang membantunya.
Mereka membantu bukan dengan suka rela tapi dipaksa oleh
obat 'Cian-cit-su-su-hun' (obat bubuk mematikan ingatan 1000
hari), kita harus waspada."
"Tentu adik Leng siong yang jadi Kim Coa siancu." kata
Bwee Hiang.
"Leng siong adalah adikku yang menjadi Kim Coa siancu "
nyeletuk Eng Lian.
"cuma untuk apa kita bentrok. lebih baik kami masuk untuk
kita menghadap Lamhay Mo Lie."
"Adik In, apa aku boleh turun tangan membantu ?" tanya
Kim Wan Thauto.
"Leng siong, adikku yang sekarang jadi Kim Coa siancu "
nyeletuk Eng Lian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebera juga Bwee Hiang dan Eng Lian dikeroyok oleh kira-
kira lima belas orang barisan perempuan yang dikepalakan
oleh Lengkoan Giok Lie Kam Lian Eng.
Kiranya dua orang anak buah dari barisan kelima telah mati
seketika kena disambar sinar tadi. Eng Lian memandang pada
mereka, tiba-tiba ia berseru :"Bu-im-in-coa "
"Adik siong " berseru Eng Lian dan Bwee Hiang hamcir
berbareng.
"Hihihi, anak hitam " kata Leng Siong alias Kim Coa Siancu.
"Adik In, kau tangkap dia. Adik siong sudah tidak ingat akan
dirinya siapa. Maka lekas tangkap dia " Eng Lian berteriak-
teriak sambil berjingkrakan.
"Adik In, ingat yang tempo hari aku telah menggigit kau
hingga ingatanku kembali normal ? Nah, sekarang juga kau
harus kasihkan dagingmu digigit adik siong supaya pikirannya
yang sehat pulih kembali."
"Ah, aku tidak mau. sakit tempo hari juga enci gigit, dua hari
rasanya masih belum hilang sakitnya." sahut Lo In ketawa
menggoda.
"Adik In, kenapa kau jadi pengecut begini." Eng Lian kata
lagi cemberut.
Eng Lian nyekikik ketawa. "Adik In, kenapa kau pelit amat
sih ? Kenapa sih derma dagingmu sedikit untuk menolong adik
siong " Eng Lian deliki matanya pada si bocah.
"Kurang ajar sih tidak berani, cuma lihat saja nanti." sahut
Lo In ngeledek.
" Nenek tua, kau masih mengenal aku tidak? Kau masih
hutang satu gebukan padaku. Hahaha...." berkata Lo In.
"Enci Lian, kau jangan takut. Ada aku disini " menghibur Lo
In tatkala melihat si dara cilik ketakutan setengah mati,
mukanya pucat pasi seperti tidak ada darahnya.
"itulah sucouw...."
"Aku anak kecil bisa apa, hanya datang kemari untuk minta
enci Leng siong kembali. setelah itu kami akan pulang lagi."
"Aku Lo In. Aku sendiri tidak tahu aku anak siapa sebab
belum pernah aku ketemu ayah dan ibuku. sebaiknya
kaujangan menyebut-nyebut soal ayah ibuku, sebab itu hanya
membikin aku jadi sedih dan tidak bisa bertempur dengan
baik. sudah, marilah kita mulai lagi " Ia menantang. Tergetar
hati Lamhay Mo Lie mendengar perkataan Lo In.
"Berani kau kurang ajar pada orang tua ? Hm Kau kira aku
takut lantaran lwekang mu dapat mengalahkan lwekang ku ?
Masih belum tentu Lihat serangan ini "
"Biarlah aku lawan dengan tangan kosong saja. Mari maju "
tantangnya.
"Bocah hitam, lihat ibumu nanti akan kasih hajaran " bentak
si cantik gemas.
"Tidak bisa, bocah ini harus dibunuh " tiba-tiba pikiran jelek
muncul dalam hatinya. Napsu membunuh itu didorong oleh
wataknya yang selalu mau unggul.
Eng Lian, Bwee Hiang dan Kim Wan Thauto dapat dengar
suara tadL Mereka seperti mengenali suara itu, tapi dimana
mereka mendengarnya dan siapa orangnya. Mereka ragu-ragu
tapi wajahnya mereka sekarang berubah tenang seperti timbul
harapan pasti bahwa adik In-nya akan tertolong dengan
datangnya si orang asing.
kepada Kwee Cu Gie dan Lamhay Mo Lie. Hari itu adalah hari
gembira yang tak terlupakan untuk mereka.
"oo, ini. Adik Ing boleh tanya pada enci Goat." sahut Cu
Gie.
"Anak In. Kau sudah menotok roboh jago-jago dari Ang Hoa
Pay. sekarang kau harus bebaskan totokan mereka lagi
dan...."
(Bersambung)
Jilid 18
Lo In ingat pada waktu ia melejit bangun dari pingsannya, ia
lihat ibunya duduk mendeprok di tanah dan menatap ke
arahnya dengan tajam. Waktu itu ia tidak tahu kalau ibunya
sedang mengenali dirinya sebagai anaknya. Ia menyesal saat
itu telah berlaku kurang ajar, menantang ibunya untuk
bertempur pula.
"Enci Hiang, sudah tentu dia yang jail. Mari kita keroyok
bertiga, masa dia bisa menang ? Kalau perlu kita nanti kasih
tahu pada adik In. Biar dia dihajar mampus " Demikian Eng
Lian berkata pada enci Hiangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik Lian, untuk apa kau bikin ribut ? Apa tidak malu di
depan banyak orang mencari stroy ? Biarkan saja, sebentar
kalau adik In datang, kita adukan. Biar dia tahu rasa
mempermainkan kita " menghibur Bwee Hiang.
Eng Lian dan Leng siong makin lama makin panas, nampak
si pemuda cakap seperti ngeledek mereka. sebaliknya Bwee
Hiang tenang-tenang saja memperhatikan gerak gerik pemuda
cakap itu. Lagaknya makin tengik dan ceriwis.
"setan kecil " maki Eng Lian seraya berontak. "Kau berani
permainkan enci....."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"oh, kau...." hanya ini yang meluncur dari bibirnya Eng Lian,
ketika tangan Lo In yang menekap mulutnya ditarik pulang.
"Adik In, kau tentu sakit ketika aku gigit, ya ?" tanya Leng
siong ketawa manis.
Leng siong melirik pada Bwee Hiang yang diam saja sebab
Bwee Hiang mendengar ketika Leng siong mengatakan orang
sudah gede kalau menangis jelek (Eng Lian), tampak Eng Lian
sedang menekap mulutnya menahan ketawa hingga Leng
siong merasa kikuk dibuatnya.
Coba tidak ada Bwee Hiang disitu, tentu Leng siong sudah
mencubit si bocah nakal.
bernama Thio Kin, Thio Kian dan Thio siang, tiga saudara she
Tio.
" Celaka " Pikir Kwee cu Gie ketika melihat gelagat kurang
baik. Perlawanannya makin lemah dikeroyok oleh tiga lawan
berat.
"Namaku Lan Ing she sie." sahut anak kecil itu bersenyum.
Kwee Cu Gie terkejut melihat senyuman si dara cilik demikian
manis meresap.
"oh, engko Gie. Namamu bagus ya ?" kata Lan Ing jenaka.
" Umurku sekarang, kata ibu sudah dua belas tahun hitung
shio."
"Kau mau kemana ? Tidak. aku mau ikut " kata Lan Ing,
seraya bangkit berdiri ketika melihat Kwee Cu Gie berdiri dan
mau ngeloyor pergi.
"Anak kecil tidak boleh lihat orang tua mandi. Makanya kau
tunggu saja sebentar disini."
padamu bahwa nona kecil itu tidak jatuh dalam tangan kami.
Percayalah pada omongan Gouw In. Kalau kau tidak mau
percaya juga, itu terserah "
Kwee Cu Gie kenali Lan Ing, melihat sujen pada pipi kanan
yang bergerak-gerak ketika si cantik bersenyum manis.
Hampir saja ia menubruk dan merangkul Lan Ing seketika,
saking girangnya. Kalau saja ia tidak ingat bahwa Lan Ing
sekarang bukannya Lan Ing yang berusia dua belas tahun
dulu. Ia hanya menatap wajah Lan Ing yang sangat cantik itu.
"Engko Gie, kenapa kau menangis ?" tanya Lan Ing, ketika
melihat matanya Kwee Cu Gie berkaca-kaca.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kenapa engko Gie tangisi aku, aku toh tidak mati ?" sahut
si cantik lucu.
Cuma kalau Lan Ing sudah kalah, apa si nona cantik tidak
jadi uring-uringan ? Maklumlah orang perempuan suka
menang sendiri Untuk dapatkan si cantik, terpaksa Kwee Cu
Gie ikutkan kemauannya Lan Ing.
"Engko Gle, mari kita pisahkan mereka " mengajak Lan Ing.
"Adik Ing, kau kejar manusia itu " kata Kwee Cu Gie pada
isterinya, yang lantas enjot tubuhnya melesat menyusul pria
yang lari tadi membawa si cantik, sedang Kwee Cu Gie
menghampiri pria yang tengah mengelus-elus kepala anaknya.
Lan Ing senang pada Ceng Hoa yang tidak genit seperti
diduga semula.
" Kalau begitu." kata Lan Ing sambil melirik pada Kwee Cu
Gie.
Kwee cu Gie dan Lan Ing bukan main girangnya anak yang
pertama dilahirkan itu lelaki.
oey Hoan ciang dan Ceng Hoa sayang pada anak itu
seperti pada anaknya sendiri hingga suami isteri pendekar kita
merasa sangat berterima kasih.
Kwee Cu gie dan Lan Ing memberi nama satu huruf 'sin'
(mujizat) pada anaknya . jadi bernama Kwee sin. Pemberian
nama itu berdasarkan perjodohan Kwee Cu Gie dan Lan Ing
yang boleh dikatakan 'mujizat', berpisahan lima tahun,
perbedaan umur jauh dan melalui pertarungan untuk
merangkap jodoh.
oey Hoan ciang pada hari itu tidak ada di rumah, sedang
keluar menemui sahabatnya.
Lan Ing tidak kata apa-apa. sedang pada Ceng Hoa, Kwee
Cu Gie juga tinggalkan pesan supaya tolong menjagai
isterinya dan seberapa bisa menghiburnya, jangan terlalu
berduka, dikuatir kesehatannya nanti terganggu.
Perasan kuatir seketika itu timbul, bahwa ibu dan anak itu
akan bertempur mati-matian. Ia kenal tabiatnya Lo In tidak
kejam, ia tidak begitu kuatirkan. sebaliknya, Lan Ing isterinya
sangat telengas dan suka mau unggul saja. Kalau Lo In nanti
menimbulkan kemarahannya, pasti anak itu akan tewas
jiwanya di tangan ibunya sendiri oleh sebab itu, Kwee Cu Gie
lantas menyusul ke Coa Kok. Ia tidak menemukan kesulitan
karena semua benteng penjagaan sudah kena dirobohkan
oleh Lo In serta barisan ular jahat sebelumnya telah dilewati
dengan ilmu entengi tubuhnya yang lihai. Cepat luar biasa,
Kwee Cu Gie menotok bebas korban- korban totokan Lo In.
"Dan ibu, itu Ang Hoa Lobo kenapa jadi murid ibu ?" tanya
lagi Lo In. Lamhay Mo Lie kembali bersenyum, tetapi setelah
itu ia lalu menutur singkat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lan Ing adalah muridnya Ceng Lian suthay dari kuil Ceng-
lian-am di Lamhay, yang telah membawa Lan Ing ketika
ditinggalkan oleh Kwee Cu Gie di bawah pohon.
Lan Ing adalah satu anak yang cerdik dan berbakat untuk
menerima pelajaran ilmu silat. Maka ia sudah membawa si
dara cilik di luar tahunya Kwee Cu Gie. Ia bukan sengaja
menculik, tetapi ia segan berurusan dengan Kwee Cu Gie
yang tidak rela Lan Ing dibawa olehnya, sebab Kwee Cu Gie
kelihatannya sangat tertarik oleh si dara cilik.
"Dulu kau begitu hebat melayani aku hingga aku puas. Tapi
sekarang, sekarang apa ? Baru maju yang kedua kali sudah
bilang lemas segala, mengapa begitu ?"
"Cici, kau terlalu menuruti napsu saja. Mana aku tahan ?"
"Cu Leng, aku bilang terus terang. Kalau kau tak bisa
memberi kepuasan, jangan sesalkan enci Goat- mu akan
mengambil jalan lain "
"Aku disini " sahut Lan Ing, seraya muncul dari balik pohon.
"Budak liar, kau datang dari mana ?" Ang Hoa Lobo
menanya, sebelum Lan Ing menyahuti perkataannya terlebih
dahulu.
"Aku bakalan mati, untuk apa kau menanya aku datang dari
mana ?" jengek Lan Ing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa kau kira aku tak bisa bikin kau bicara ?" bentak si
Nenek Kembang Merah, menyusul tangannya berkelebat
mencengkeram dada Lan Ing.
"Apa yang kau ketawakan, budak liar ?" bentak Ang Hoa
Lobo bengis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus, bagus. Ini usul baik dan aku setuju." berkata Lan
Ing.
"Mari kita mulai " menantang Ang Hoa Lobo, kali ini ia
goyangkan tongkatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
" Kenapa, kau takut ?" jengek Ang Hoa Lobo bengis.
"Ya, ya, kau betul " Ang Hoa Lobo ketawa sekarang. Ang
Hoa Lobo berkata sambil melemparkan tongkatnya.
Banyak soal urusan Lo in, Bwee Hiang dan Eng Lian yang
ceng Hoa ingin bicarakan dengan Lamhay Mo Lie. Akan tetapi
ia tidak punya kesempatan dalam pesat yang meriah itu. Yang
lucu Tong hong Kauwcu dari Ngo-tok-kauw tidak mengenali Lo
In, si engko kecil yang pernah menolongi dirinya tempo karena
Lo In sekarang sudah berubah rupa.
= = = TA M A T = = =
KITAB MUJIZAT
Apakah Bwee Hiang berhasil menuntut balas pada sucoan
sam-sat ?
Apakah si tiga dara, Bwee Hiang, Eng Lian dan Leng siong
sekaligus oleh si bocah sakti ?