Anda di halaman 1dari 61

Tengkorak Iblis 1

TENGKORAK IBLIS

Karya : Kho Pek Ho

Djilid : 1

Terdaftar : 001 / BB / Ie K / S / 72
Djakarta 1-2-72

Tengkorak Iblis 2
TENGKORAK IBLIS
Karya : Kho Pek Houw

DJILID I

PEGUNUNGAN Heng san mempunjai alam pemandangan


menarik sekali, penuh oleh hutan-hutan ketiil dan besar, dan
djuga terdapat banjak sekali Ie mbah-lembah dengan lamping
gunung jang tjuram. Djuga dipegunuugan ini terdapat djuga
binatang-binatang buas seperti matjan kumbang, singa atau
ular-ular berbisa. jang terkenal dari gunung Heng-san ini
adalah Ie mbah Ho-souw-tok (Lembah Majat Hidup), Ie rnbah
mana djarang sekali didatangi orang, karena setiap kali ada
orang jang mendatangi Ie rnbah Ho-souw-kok itu, pasti orang
tersebut akan lenjap seperti tertelan lautan, tidak akan kembali
lagi. Ie mhah Ho-souw-kok lebar dan besar sekali, dengan
dibagian Utaranja terdapat tebing jang tinggi sekali, djuga
dibagian Baratnja terdapat tebing jang berbentuk segi lima dan
tingginja hampir empat puluh tombak lebih, sehingga
mengerikan benar.
Dengan adanja tebing jang tinggi tersebut, dengan
sendirinja keadaan dilembah itu seperti terlindung dari
pandangan mata setiap orang jang ada diatas tebing tersebut,
karena keempat pendjurunja seperti tertutup. Dengan
sendirinja Ie mbah ini seperti djuga merupakan Ie mbah jang
diasingkan, tidak pernah diinjak kaki manusia. Lagipula
keadaan didalam Ie mbah Ho souw-kok itu sangat kabur dan
penuh rahasia. Tidak ada seorang pendudukpun disekitar

Tengkorak Iblis 3
perkampungan kaki gunung Hengsan itu yang bisa
menceritakan bagaimana keadaan didalam Ie mbah Ho souw-
kok itu.
Djuga djarang sekali orang jang jang mau Pelesiran atau
pesiar digunung Heng san tersebut, karena semua orang sering
mendengar soal kehebatan dan keganasan binatang-binatang
buas dipegunungan tersebut, membuat orang-orang djadi ngeri
untuk pesiar dipegnnungan tersebut.
Dengan sendirinja keadaan dipegunungan Heng-san itu
kian sepi dan menimbulkan suasana jang menjeramkan sekali
Lebih-lebih didalam hutan belukarnja dipinggang gunung
itu, suasana disitu sangat menjeramkan sekali tiada taranja,
dengan binatang-binatang liar jang semakin penuh mendjadi
penglmni dihutan belukar tenebut. Kalau dimalam hari para
penduduk dikaki pegunungan tersebut sering mendengar suara
raungan atau pekikkan binatang-binatang buas dihutan belukar
pegunungan tersebut. jang sangat mengerikan benar, kadang-
kadang terdengarnja seperti suara djeritan atau tangisan setan-
setan penasaran.
Semakin lama pegunungan Heng-san semakin ditakuti
orang untuk mendatanginja kebagian pinggang atau puntjak
gunung ini. Tjerita-tjerita tachajul mengenai setan-setan
digunung tersebut djuga semakin tersiar luas.
Pagi itu, dikala matahari tengah memantjarkan sinarnja
jang agak terik, karena saat itu adalah perrengahan musirn
panas, tam pak disebuah djalan ketjil dipinggang pegunungan
tersebut sebuah kereta beroda satu jang sedang didorong oleh
seorang anak lelaki ketjil berusia sekitar sembilan tahun.

Tengkorak Iblis 4
Kerera beroda satu itu sebetulnja tidak bisa disebut kereta,
karena hanja merupakan sebuah kotak kaju jang tidak begitu
besar, berukuran kurang lebih lima kaki, dengan dibagian
mukanja terdapat sebuah roda kaju pula jang berbentuk bulat,
pada belakang kereta itu terdapat dua batang kaju sebagai
pendorong, jang ditjekal oleh botjah itu dan mendorong kereta
ketjil tersebut perlahan-lahan.
Didalam kotak kaju itu duduk seorang nenek tua berusia
sekitar enam puluh tahun, dia memakai badju jang berwarna
hitam, dengan rambutnja jang sudah berobah putih seluruhnja
itu diikat oleh sehelai se1endang ketjil, berwarna abu-abu.
Perempuan tua ini duduk dengan sepasang matanja terpedjam
rapat-rapat, setiap kali kereta kecil yang lebih tepat dikatakan
gerobak itu bergojang-gojang akibat terbentur batu-batu kerikil
dijalanan gunung ini, maka tubuh si nenek tua ini juga jadi ikut
bergojang-gojang.
Tarupaknja sikap perempuan tua ini tenang sekali, dia
membiarkan si botjah ketjil dibelakangnja mendorong kereta
itu terus.
Dari kening anak Ie laki ketjil itu tampak butir-butir
keringat jang mernbasahinja tjukup banjak, rupanja dia letih
sekali, apa lagi kereta jang sedang didorongnja itu bukan
ringan, dan djalanan ketjil digunung tersebut djuga dipenuhi
oleh batu-batu kerikil, sehingsa agak sulit untuk mendorongnja
Ie bin tjepat. Kereta ketjil itu djuga memperdeagarkan suara
'krrrekk-kreeoottt, krrreeekk, krreeooctt' setiap kali roda
berputar terbentur dengaa batu ketjil. Napas botjah tjilik itu
djuga terengah ketjapaian.
"Kudengar napasam telah memburu keras sekali, San djie
….." kata nenek tua itu taapa mernbuka matanja jang masih

Tengkorak Iblis 5
tertutup rapat itu, rupanja dia mendengar djelas sekali napas
botjah dibelakangnja jang memburu keras begitu. "Kalau
memang kau sudah terlalu letih, lebih bagus kita beristirahat
sadja dulu, kau boleh mentjari tempar jang teduh dan baik
untuk dipakai beristirahat."
"Benar Popo…..” menjahuti botjah ketjil itu, jang
dipanggil oleh si nenek dengan sebutan San djie (anak San) itu,
"Matabari terlalu terik sekali, sehingga sengat mengganggu
perdjalanan kita ….."
Nenek tua itu tertawa defigan suars jang saber, sepasenB
matanja dibuka perlahan.
Dia djuga telah menarik napas dalam-dalam dengan
perasaan Ie ga.
"Ach …., matahari ini sedjuk sekali, biasanja matahari
pagi menjegarkan dan menjehatkan tubuh! kata perempuan tua
itu kemudian. "Tetapi kau mengapa malah mengatakan
sebaliknja, mengganggu perdjalanan kita?”
Botjah itu meringis sambil mempergunakan punggung
tangan kirinja untuk menjusut ke ringat jang hampir mengalir
kematanja.
"Popo (nenek) tidak tahu, matahari itu bersinar terlalu terik
dan menjebabkan banjak keringat jang keluar dikening dan
ditubuhku! Tjoba sadja nenek bajangkan….. bukankah
keringat itu mengganggu sekali? Dan keringat-keringatku itu
timbul disebabkan teriknja matahari ini ….., maka dengan
sendirinja bisa sadja kukatakan bahwa disebabkan matahari itu
menjebabkan perdjalanan kita terganggu sedikit!'' rapih sekali
kata-kata si bojah waktu dia menjelaskan itu. rupanja ddia

Tengkorak Iblis 6
benar-benar letih sekali dan ingin tjepat-tjepat mentjari tempat
jang teduh dan njaman untuk beristirahat.
"Semangatmu terlalu rendah dan tidak mernpunjai
ketabahan untuk menghadapi kesukaran hidup!!" kata si
perempuan tua didalam kotak kaju kereta itu. ''Bagaimana kau
bisa mendjadi orang hebat didalam rimba persilatan kalau kau
hanja memiliki semangat seperti itu?''
"Memang aku tidak mempuniai minat untuk hidup
berkelana didalam rimba persilatan ..... maka dari itu, memang
San djie djuga tidak mernpunjai niat untuk mempeladjari ilmu
silat .....! Tjuma sadja hari ini San djie terlalu telah, sehingga
tidak bisa menderong kereta ini lebih tjepat dari saat-saat
sebelumnja, tetapi setelah mengasoh sebentar, aku akan dapat
mendorong kereta ini lebih tjepat lagi." kata botjah itu sambil
tertawa meringis,
"Hmm --botjah nakal kau!'' kata si nenek cua itu sambil
terseujum, ''Bilang sa dja terus terang, kau meraang seorang
botjah jang malas…..!!"
Si botjah, San djie, tidak menjahuti perkataan si-nenek,
hanja menambah tenaganja pada kedua lengannja dan
mendorong kereta ketjil itu lebih tjepat lagi, agar bisa mentjari
tempat jang teduh untuk beristirahat. Bunji roda tunggal dari
kereta itu bergema dipegunungan tersebut dengan irama seperti
lagu jang agak menjeramkan, 'kreeett ….. kreeeottttt .....
krrreeekkk….. seperti lagu jang tjukup menjeramkan, karena
disekitar daerah pegunungan tersebut sepi sekali, dengan
sendirinja suara itu menggema keras sekali.
Setelah mendorong kerera ketjil jang berisi neoek tua
berbadju hitam itu sesaat lamanja lagi, achirnja mereka bisa
bertemu dengan sebuah tempat jang tjukup sedjuk.

Tengkorak Iblis 7
San-djie, si-botjah tjilik itu telah mendorong kereta ini
kebawah sebatang pehon. Setelah kereta ketjil itu disenderkan
pada barang pohon tersebut, tjepat-tjepat botjah tjilik ini,
mempergunakan ujung badjunja untuk menjusut keringat
dimukanja.
''Panas sekali hawa udara disini, Popo!" mengumam
sibotjah dengan suara jang perlahan dan mernandang sekeliling
tempat tersebut.
"Sekarang musim panas, dengan sendirinja bawa udara
disini sangat panas sekali!” kata si-nenek tua itu, "Hmmm –
kau tidak boleh menjerah dengan alam, biar bagaimana kau
harus bisa mendorong kereta ketjil ini tiba ditempat tudjuan
kita…..”
"Masih djauhkah. tempat tudjuan kita itu, Pooo?" tanja
San-djie sarnbil mengawasi sinenek tua, bola mata botjah ini
djeli dan bulat bagus sekali, memantjarkan sinar jaug bening.
"Kita akan pergi kepuntjak gunung ini…." menjahuti
nenek tua itu sambil tertawa dengan suara jang sabar lagi.
"Kau bisa melihat sendiri, masih djauhan djarak perdjalanan
kepuntjak gunung ini dari tempat kita jang sekarang ini?"
Si-botjah mengangkat kepalanja mengawasi keatas,
kepada puntjak: gunung jang mendjulang tiaggi itu, dia
kernudian menghela napas pendek, mukanja djadi murung
sekali.
"Perdjalanan jang akan kita tempuh tentunja lebih sulit dan
sukar lagi, Popo!" kata San-djie kemudian dengan suara jang
hampir tidak terdengar dan menghapus keriagannja lagi.
"Entah aku mempunjai kesanggupan atau tidak untuk
membawa Popo kepuntjak gunung ini…..!''

Tengkorak Iblis 8
Si-nenek tertawa ketjil lagi,
''Lillatlah….. belum apa1 kau sudah berputus asa begitu,
tidak mernpunjai kepertjaiaan diri sendiri!" kata sinenek sam
bil tetap tertawa, suaranja djuga sabar sekali. "Kita kalau ingin
melakukan suatu urusan, harus mempunjai keberanian dan
ketabahan, kita harus merniliki kejakinan bahwa kita akan
dapat melakukan pekerdjaan jang ingin kita lakukan itu…..
dengan begitu nistjaja kita akan berhasil! Tetapi kalau memang
belum apa-apa kita sudah berputus asa dan tidak memiliki
kepertjajaan dari kita, bagaimana kira bisa memperoleh
kemadjuan? Hai! Hai…..! San-djie….. kau memang masih
harus banjak-banjak neladjar untuk memperkuat djiwamu
menerima segala penderitaan dan perrjobaan jang ada…..!"
dan setelah berkata begitu si nenek menghela napas pandjang
dua kali:
Si botjah ketjil telah tertawa menjeringai matanja
dipentang lebar-lebar.
"Memang Popo ka1au bitjara enak sadja…..” kata
Sibotjah, ''Memang setiap orang harus mempunjai kepertjajaan
diri, harus mempunjai kejakinan, harus mempunjai keberanian,
harus mempunjai ketabahan, tetapi kalau memang pekerdjaan
jang akan kita lakukan itu adalah suatu pekerdjaan jang luar
biasa sulitnia, tentunja kitapun harus mempertimbangkan
apakah pekerdjaan jang akan kita kerdjakan itu seimbang
dengan kekuatan jang ada pada diri kita?!'
“Ach, sndahlah….. kau memang ketjil-ketjil sudah pandai
bitjara, San djie!!" kata sinenek tertawa. "Jang terpenting kau
harus membawa aku kepuntjak Heng-san ini, dan urusan akan
selesai"

Tengkorak Iblis 9
"Djangan takut Popo….. San-djie memang akan
mengusahakan agar kita bisa mentjapai puntjak Heng-san
itu…..!!'' kata si-botjah sambil tertawa dan menjusut
keringatnja lagi. "Dan Popo pertjajalah kepadaku, biarpun
harus mati, tetap aku akan melaksa1rnkan perintah Popo…..!"
"Bagus! Kata-katamu kali ini tjukup bersemangat!" kata
nenek tua itu. "Aku bang .. fa dan girang meadengarnja.''
Botjah tjilik itu, San-djie, telah menggerutu perlahan,
Suaranja tidak terdengar djelas, entah apa sadja jang
dikatakannja itu.
Si nenek djuga mendengar gerutuan dari si-botjah,
perempuan tua ini djadi tertawa ketjil lagi.
"Apa jang kau gerutukan itu, San-djie?” tegur perempuan
tua ini. ''Apakah kau tidak senang didalam hati menerima
tugasmu ini?!''
Sibotjah djadi kaget sendirinja mendengar teguran nenek
tua itu,
"Bukan itu Popo….." sahurnja tjepat, “Aku tjuma tidak
mengerti apa maksud Popo sebenarnja memaksa ingin pergi
kepuntjak Heng-san ini? Sebetulnja ada urusan penting apakah
jang ingin Popo selesaikan dipuntjak Heng-san itu.
"Urusan ini sangat penting sekali, djuga sangat
menentukan benar apakah didalam rimba persilatsn ini akan
bergolak atau tidak….. maka dari itu, mau tidak mau aku harus
menemui seseorang di Puntjak Heng-san ini, guna
membirjarakan dengan orang itu urusan jang sangat penting.”
mendje1askan si nenek.
“Apakah urusan ini mempunjai sangkut pautnja dengan
Popo?” tanja si botjah ketjil itu lagi.

Tengkorak Iblis 10
Nenek tua tersebut menggelengkan kepalanja.
''Tidak! Sebetulnja aku sendiri sudah segan untuk
melakukan perdjalanan jang demikian djauh, namun karena
ada seorang sahabat lama jang telah meminta tolong kepadaku,
mau tidak mau aku harus memenuhi djuga permintaannja itu.”
“Siapakah sahabat Popo itu?” tanja San-djie lebih tertarik.
"Belum dapat kudjelaskan seluruhnja kepadamu, San-
djie!!" kata si-nenek jang tiba-tiba tertawa sambil mengawasi
si botjah ketjil tersebut. "Kalau kau sudah mengambil
keputusan bersedia mendjadi muridku, aku baru akan
mendjelaskan jang seterang-terangnja.”
Si-botjahterdiam mendensar perkataan nenek tua ini, dia
meuundukkan kepalanja.
''Apakah kau masih tetap tidak mau mendjadi muridku,
San-djie?" tanja si-nenek sambil tetap tertawa waktu dia
melihat San-djie hanja menundukkan kepalanja sadja.
Tiba-tiba, San djie telah mengangkat kepalanja, dia
menggelengkannja perlahan-lahan kepalanja, bola matanja
begitu bening waktu dia menatap si nenek tua itu.
''Tidak Popo….. San-djie pernah mengatakan, bahwa aku
tidak mempunjai minat untuk mempeladjari ilrnu silat!” kata
San-djie kemudian, ilmu silat hanja akan membikin orang
sering berkelabi, saling bunuh membunuh, dan djuga menjeret
orang-orang jang mengerti ilmu silat utuk melakukan
pekerdjaan jang bukan-bukan…..! Tidak Popo….. San-djie
tidak mempunjai keinginan untuk mempeladjari ilmu silat!!”'
"Tetapi kau pernah mengatakan bahwa kau ingin mendjadi
seorang gagah, membela keadilan dan kebenaran, membela
jang Ie mah dari tindasan jang djahat! Tetapi sekarang

Tengkorak Iblis 11
mengapa kau mengatakan bahwa hatimu tidak tertarik untuk
mempeladjari ilmu silat?” tanja perempuan tua itu lagi.
"Benar Popo….. memang San-djie bermaksnd mendjadi
orang gagah jang bisa membela si Ie mah dari tindasan
sidjahat, tetapi San-djie tidak mau mempeladjari ilmu silat…..
tjukup dengan tenaga jang Saa-djie miliki ini untuk
menghadapi orang-orang djahat itu!”
Mendengar perkataan si botjah, nenek tua tersebut djadi
tertawa gelak-gelak.
"Lutju sekali kau ini, San-djie! kata sinenek tua itu. "Kalau
kau tidak memiliki kepandaian silat, bagaimana kau bisa
memiliki kepandaian jang lumajan?! Tanpa memiliki
kepandaian seddikitpun, tentunja kau tidak mungkin bisa
memenuhi tjita-tjitamu itu….. Pertjajalah padaku San-djie,
orang-orang djahat didalam rimba persilatan umumnja
mempunjai kepandaian jang tinggi-tinggi. Kalau kau sendiri
tidak mengerti ilmu silat, tentu dengan mudah kau dapat
dibunuhnja!”
Asn-djie tertawa ketjil, dia kemudian telah menjahuti :
'Sudahlah Popo….. kita tidak perlu nmembitjarakan persoalan
ilmu silat dulu….. jang penting sekarang, biarkanlah San-djie
berpikir dulu, apakah San-djie mau atau tidak memperladjari
ilmu silat…..! Kalau memang nanti San-djie bermaksud untuk
mempelajari ilmu silat, tentu aku akan mengatakannja pada
Popo…..!”
“Tetapi disaat kau sudah mempunjai ke inginan untuk
mempeladjari ilmu silat, maka segala-galanja sudah terlambat
….. mungkin djuga aku sudah ditimbum tanab, mati.” Dan
setelah berkata begitu si-nenek telah tertawa gelak-gelak.

Tengkorak Iblis 12
Botjah jang selalu dipanggil dengan sebutan San-djie itu
djuga telah tertawa,
"Bisa sadja Popo….. kulihat Popo masih segar bugar, dan
tentunia Popo akan pandjang umur, djauh kemati…..! Lihat
sadja, tubuh Popo djuga masih sehat benar, merniliki
kepandaian jang luar biasa!"
"Hahahaha….. bisa sadja kau menghibur hatiku, San-djie!
Terima kasih! Terima kasih! Mudah-mudahan memang Thian
mengidjinkan aku hidup lebih lama didalam dunia ini, agar aku
bisa melakukan pekerdjaan baik guna menolongi sesama umat
didunia…..! Hahahaha …..!" dan si nenek telah tertawa lagi.
Si botjah tidak mengatakan apa-apa lagi, dia telah
mentjekal kedua batang pendorong kereta itu, dia bermaksud
akan mendorong kereta jang berisi si-nenek tua berbadju hitam
tersebut guna melandjutkan perdjalanan mereka.
"Apakah perasaan telahmu telah lenjap?” tanja si-nenek
tua itu waktu dia melihat si botjah bermaksud akan
melandjutkan perdjalanan mereka lagi.
"Sudah lenjap, Popo..... sekarang San-djie sudah segar
lagi!” kata si-botjah Sambil tersenjum dan telah mendorong
kereta itu pertahan-lahan didjalan ketjil pegunungan Heng-san
ini, sehingga didalam kesunjian di pinggang gunung suara roda
tunggal kereta ketjil itu terdengar "kreeekkkkk, kreeeoottt,
kreeeekkkk," berulang kali seperti lagu binatang-binatang buas
dirimba belukar dipegunungan tersebut.
Nenek tua berbadju hitam itu djuga telah memedjamkan
matanja rapat-rapat, dia rupanja telah tertidur pula, sikapnja
sangat tenang sekali, mernbiarkan kereta ketjil jang
didudukinja itu berdjalan terus, bergojang-gojang dan

Tengkorak Iblis 13
terkadang tubuh sinenek djuga djadi tergontjang kalau kereta
ketjilitu bergojang karena melalui djalan ketjil di pegunungan
itu jang terdapat banjak sekali lobang-lobang besar ketjil dan
batu-batu kerikil jang sering membikin sibotjah lebih berat lagi
mendorong keretanja itu.
Matahari sudah naik semakin tinggi, sinarnja djuga
semakin terik.
Botjah itu merasakan kepalanja seperti di bakar oleh api,
dan tubuhnja telaah basah oleh keringat jang mengalir keluar.
Namun botjah itu rupanja seorang anak Ie laki jang ulet
dan kuat sekali, karena biarpun dia sudah telah bukan main,
namun tetap sadja si boijah mengerahkan seluruh tenaga jang
ada padanja untuk mendorong terus kareta itu.
Si nenek tua berbadju hitam jang duduk dikereta kaju jang
berukuran ketjil tersebut sebetulnja mengeiahui botjah itu
sangat telah sekali, sebab napas si botjahjang selalu
dipanggilnja dengan sebutan San-djie itu, telah memburu tjepat
dan njanng seka1 namun nenek tua ini berdiam diri sadja,
memedjamkan terus matanja. Dia mau melihat sampai dimana
kekuatan jang dimiliki oleh sibotjah, dan sampai dimana
keuletan jang dimiliki San-djie. Itulah sebabnja si. Nenek
berdiam diri sadja purapura tidak mengetahui si botjah telah
terlalu telah sekali.
Tetapi anak Ie laki itu djuga rupanja seorang botjah jang
keras hati, dia telah mendorong terus kereta itu, biarpun dia
merasakan tenaganja sudah banjak berkurang dan sangat telah
sekali.
Djalan ketjil dipinggang gunung itu semakin lama djadi
semakin kettjil dan sempit, djuga menandjak naik, membuat

Tengkorak Iblis 14
San-djie semakin pajahsadja mendorong kerera itu, karena
dengan sendirinja dia harus mengerahkan seluruh tenaganja
agar kereta jang memuat si-nenek tua berbadju hitam itu sapat
menandjak terus.
Keringat jang memenuhi kening, muka dan tubuh San-djie
sudah sebesar-besar katjang kedele, namun si botjah jang keras
hati ini djuga rupanja tidak mau menjerah dengan keadaan,
sebab dia telah mendorong terus mengerahkan tenaga jang
masih ada padauia,
Si-botjah tidak mau kalau sampai si nenek mentjela
dirinja lagi, jang dikatakannja tidak mempunjai semangat dan
kemauan jang keras. Si botjah mau mernperlihatkan kepada
nenek tua ini bahwa dia adalaa seorang botjah jang mempunjai
keuletan dan kejakinan jang penuh untuk melakukan suatu
pekerdjaan ..... kereta itu masih terus madju perlahan-lahan,
biarpun terdorong sedikit demi sedikit menandjak di djalanan
kejil itu, bunji roda tunggalnja djuga sernakin keras sadja,
karena, tekanan kereta itu semakm berat, terdengaruja seperu
kaju jang bergesekkan tak hentmja.
Siapakah sebenarnja nenek tua berdbadju hitam dan botjah
ketjil jang di pauggil dengan sebutan San-djie itu?
Anak Ie laki ketjil itu sebetulnja bernama Tjing San. dia
she (marga ) The. Nenek tua berbadju hitam itu menemui si-
botjah dikaki gunung Heng san sedang duduk termenung
dibawah sebatang pohon dengan muka jang murung dan
mengandung kedukaan jang sangat. Waktu si-nenek
menanjakan meagapa si-botjah tidak pulaug kerumahnja dikala
hari itu sudah mendjelang sore, si botjah tidak memberikan
pendjelasan jang tegas, daa. hanja mengatakan sudah tidak
mempunjai rumah, tidak mempunjai sanak famili; tidak

Tengkorak Iblis 15
mempunjai keluarga lagi, dan tidak mempunjai ibu dan ajah
atau kakak-adiknja, karena dia adalah seorang anak jatim piatu
Djuga waktu nenek tua berbadju hiram itu menanjakan
kepadanja mengapa dia begitu murung, si botjah tidak mau
mendjelaskannja, dia tjuma mengatakan babwa setiap orang
hidup didunia ini memaag disetiap saat bisa sadja menghadapi
kedjadian jang meajedibkao, menggirangkan hati, dan dju ga
mendonglsolkan sekali, Maka dari itu, menurut si-botjah, tidak
perlu diherankan kalau si nenek melihat dia sedang murung
berduka begitu,
Tentu sadja si-nenek djadi tertarik dan heran sekali melihat
perangai si-botjah jang demikian aneh! Tjoba kalau sadja jang
mengeluarkan pendapatnja itu orang dewasa, tentu si nenek
akan mendjadi marah dan muagkin djuga akan mernbunuhnja,
sebab dikalailgan Bulim (rimba persilatan), si-nenek terkenal
sebagai seorang pendekar wanita jang sangat kosen sekali jang
wataknja sangat aseran, tidak boleh tersinggung hatinja, dan
dia bisa main bunuh dengan mudah.
Tetapi terhadap diri si botjah The Tjin San ini, entah
kenapa sinenek merasa senang dan kasihan, dia melihat pada
diri si-botjah terdapat suatu keanehan jang mungkin tidak
terdapat pada diri botjah-botjah lain sebaja botjah ini. Lagi
pula mata si-nenek tua jang begitu tadjam sekali telah dapat
melihat banwa si botjah djuga memihki tulang jang baik dan
bakat jang luar biasa bagusnja kalau memang botjah mi
mempeladjari ilmu silat.
Itulab sebabnja si-nenek djadi mengadjak si-botjah agar
ikut bersama-sama dia sadja.
The Tjing San, botjah tjilik itu, sebetulnja mau
menotaknja, tetapi ketika dia melihat si-nenek memaksa dia

Tengkorak Iblis 16
terus menerus dan djuga melihat bahwa nenek tua ini tjukup
baik hati, achirnja Si botjah mau djuga ikut deugan nenek tua
ini,
Maka dari itu, kedua orang ini, tua dan muda, telah
melakukan perdjalanan sama.
Ketika malam harinja mereka sampai di sebuah
perkampungan di kaki gunung Heng-san itu, si-nenek tua telah
mentJari tukang kaju, memesannja kereta ketjil jang aneH itu.
Dan besok paginja dengan mempergunakan kereta keTjil
tersebut si nenek tua telah mengadjak Tjing San untuk
mendaki gunung Heng san,
Mungkin djuga disebabkan si botjah she The itu memang
tidak mempunjai tudjuan jang tetap dan dia djuga memang
seorang anak jatim jang tidak mengetahui harus pergi, kemaaa,
dengan sendirinja dia mau sadja diadjak kemana oleh nenek
tua itu,
Si-nenek selama dalam perdjalanan menaiki gunung Heng-
san itu mentjoba beberapa kali untuk memantjing si boijah, dia
ingin mengeahui riwajat Tjing San. Namun si botjah she The
itu selalu mernberikan djawaban-djawaban jang tidak djelas
dan seperti keberatan mentjeritakan prihal dirinja jang seperti
diselubungi oleh rahasia jang mengherankan benar, Beberapa
kali si nenek tua gagal untuk mengorek keterangan dari mutut
si-botjah she The itu, membuat nenek tua ini tambah tertarik
sekali terhadap diri Tjing San.
Botjah ini dilihat muggkio baru berusia sembilan tahun,
narnun sudah dapat menjimpan rahasianja begitu rapat sekali,
sehingga si-nenek hanja mengetahui nama dan umur si-botjah
sadja, selebihnja dari itu, si nenek djadi gelap dan tidak
mengetahui sama sekali. Perihal siapa ajahnja, bagaimana

Tengkorak Iblis 17
keluarganja, berasal dari kota mana, dan mengapa bisa berada
seorang diri dikaki gunung Heng san itu, tidak bisa diketabui
oleh si-nenek tua tersebut. Si-botjah menjelimuti latar belakang
dirinja begitu rapat, sehingga tidak bisa terpantjing oleh si
nenek tua tersebut.
Djuga si nenek sendiri tidak pernah mentjeritakan siapa
dirinja, siapa namanja. dan berasal dari mana, segalanja
dirahisiakan, sehingga si botjah tidak mengetahui keadaan diri
si-nenek tua ini sedikitpun. Begituhh kedua orang ini djadi
melakukan perdjalan an bersama-sama, seperti seorang nenek
dengan seorang tjutjunja, tetapi sebenarnja mereka baru sadja
berkenalan dan belum saling mengetahui diri dan penghidunan
masing-masing. Memang kedjadian ini agak lutju diuga, tetapi
medjadi kenjataan bahwa Tjinh San dan si nenek tua tersebut
bisa bergaul begitu intim biarpun mereka Saling tidak
mengenal siapa sebenarnja mereka sesungguhnja.
Malah nenek tua itu pernah mengatakannja kepada Tjing
San : "Hmmm ..... diantara kita tidak saling mengetahui siapa
sebenarnja diri kita masing-masing aku hanja mengetahui
namarnu dan kau tjuma mengetahui bahwa aku harus dipanggil
Popo (nenek) sadja, selebihnja dari itu, kita masing-masing
tidak saling mengetahuinja latar penghidupan masing-masing!
Bagus! Inilah jang disebut persahabaran jang menarik sekali
…..! Kita tidak saling mengenal dan tidak saling mengerahui
riwajat hidup kira masing-masing, namun kita bisa bergaul
tanpa banjak ritjuh, Inilah jang menggembirakan hatiku situa
bangka jang sudah mau mampus! Seumur hidupku baru
pertama kali ini aku bertemu dengan kedjadian seperti ini,
maka kalau urupama aku barus mati, akupun bisa mati dengan
puas dan mata jang terpedjamkan!''

Tengkorak Iblis 18
Tjing San waktu mendengar perkataan nenek tua itu, djadi
tertawa,
"Memang lebih bagus begitu Popo!'' kata si botjah she The
itu. “Kita tidak perlu saling mengetahui siapa diri kita masing-
masing….. kita bersahabat tanpa mengenal siapa kawan kita
ini .....! Ini menundjukkan bahwa kita hersahabat dari hati jang
tulus!
"Benar!" mernbenarkan si-nenek waktu dia mendengar
perkataan si-botjah she The itu. "Mernang tjara ini jang paling
bagus…..! Aku perlu djuga mendjelaskan sedikit kepadamu,
bahwa aku sebetulnja adalah salah seorang tokoh jong disegani
dan dihormati didalam rimba persilatan, banjak orang-orang
jang bersedia berlutut diudjung kakiku, asal aku mau
menerima mereka mendjadi muridku! Tetapi aku paling, bentji
kepada pendjilat jang ingin mengumpak-umpak diriku,
berusaha mengambil hatiku, hanja unruk: memperoleh sesuatu,
jaitu ilmu silatku! Terapi hati mereka tentunja busuk dan aku
jakin bahwa mereka bukanlah manusia baik-baik .....! Tetapi
sekarang, kau tidak mengetahui siapa diriku, tetapi kau telah
demikian baik hati mau mendorongi kereta ketjil ini, sehmgga
aku tidak terlalu letih menaiki gunung Heng san ini, tanpa
banjak rewel kau telah mau bersahabat dengan diriku,
maka.hal itu memperlihatkan bahwa kau memang setulusnja
bersahabat denganku tanpa mengharapkan imbalan sesuatu
dariku! Ha ha ha ..... aku puas San-djie bisa memperoleh
seorang sahabat tjilik seperti kau! Aku puas!!"
Mendengar perkataan nenek tua itu, Tjing San djadi
mementangkan matanja lebar-lebar.
''Popo..... djadi kau adalah orang dari kalangan Bulim
(rimba persilaran)?" tanja sibotjah kernudian dengan suara jang

Tengkorak Iblis 19
tidak begitu lampias. Mukanja djuga memperlihatkan
ketegangan.
"Kenapa?'' tanja nenek tua itu dengan heran waktu melihat
sikap si-botjah, "Ada apanja jang aneh kalau memang aku
benar-benar dari Bulim (kalangan timba persilatan)?”
"Hmm.....” tiba-tiba muka sibotjahdjadi tawar." Aku telah
menjaksikan sendiri dan djuga sering mendengar tjerita orang-
orang tua bahwa orang jang berketjimpung didalam rimba
persilatan, bukanlah manusia baik-baik ….. dia bisa sadja
melakukan segala perbuatan jang sewenang-wenang..... ! Terus
terang sadja kukatakan kepada Popo, aku kurang begitu senang
bergaul dengan orang-orang jang berketjimpung didalam
kalangan Bu lim .....!''
Tetapi nenek tua itu tidak mendjadi marah mendengar
perkataan si-botjah she The itu.
"Bagus! Bagus!” berseru si-nenek malah deugan suara
jang girang, "'Kulihat kau adalah seorang botjah jang polos dan
djudjur! Kau tanpa takut-takut dan sembunji-sembunji telah
berani mengeluarkan perkataan jang terus terang itu…..! Ha ha
ha ha! Aku mernudji keberanianmu itu! BaikJah, kalau
mernang kau tidak menjukai orang-orang Bulim (rimba
persilatan), maka untuk selandjutnja lebih bagus kita tidak
saling membitjarakan persoalan dan urusan dirimba
persilatan.....! Kita membitjarakan persoalan lain sadja..... agar
hubugan kita sebagai dua orang bersahabat tidak mendjadi
retak!!"
Tjing San djadi agak ragu-ragu, dia berdiarn diri sadja,
terapi achrrnja dia mengangguk djuga.

Tengkorak Iblis 20
Begitulah, mereka telah melakukan perdjalanan bersarna-
sama dan si-nenek tua jang penuh diselubungi rahasia itu telah
mengadiak Tjing San untuk menaiki puntjak gunung Heng-san
tersebut. Menurut si nenek dia mernpunjai urusan jang penting.
Tjing San tanpa rewel telah menuruti sadja keinginan si nenek,
–––GS–––

MENDJELANG tengah hari, matahari bersinar bertarnbah


terik, dan kala itu Tjing San dan si-nenek telah mentjapai
dipinggir sebuah djurang jang tjukup dalam, jang memutuskan
perdjalanan mereka, karena djalan ketjil itu terputus
menjebabkan mereka tidak bisa meneruskan perdjalanan
mereka lagi.
Tjing San meminta kepada si-nenek tua itu agar mereka
beristirahat sebentar ditepi djurang tersebut.
Si-nenek tua itu mengidjinkannla, mereka telah berteduh
dibawah sebuah batu gunung jang mendjorok keluar didekat
tepi djurang itu, sehiugga mereka untuk sementara waktu bisa
menghindarkan diri dari teriknja mata hari.
Tjing Sao mengawasi sekitar djurang itu dia melihat
djurang tersebut sangat tinggi sekali, dasar djurang itu tidak
bisa terlihat djelas, karena terlalu dalam.
Djuga disekitar djurang tersebut terdapat banjak sekali
semak-belukar jang rimbun, penuh oleh batu-batu gunung jang
besar dan ketjil tidak menentu ukurannja,
''Djurang ini terlalu lebar, Popo....!” kata Tjing San setelah
dia duduk kembali di dekat kereta beroda tunggal itu, sambil
menoleh mengawasi si-nenek, "Bagairnana kita bisa

Tengkorak Iblis 21
melewatina? Tidak ada djalan jang bisa menghubungkan
dengan seberaug sana!!"
"Djangan tjepat-tjepat berputus asa, San-djie!" kata nenek
tua itu sambil tersenjum tenang, "Segala persoalan jang ada
didunia ini tidak ada jang tidak bisa diselesaikan! Kalau
memang kita mempunjai kejakinan, pasti segala matjam
persoalan bisa diatasi!"
Tjieng San tersenjum pahit, si-botjah menggeleng kan
kepalanja,
"Popo djangan menjangka bahwa aku si orang anak ketjil
jang paling tjepat berputus asa ..... sebenarnja tadi aku telah
melihat dan memeriksa sekeliling tepi djurang itu untuk
melhat-lihat, apakah ada bagian jang bisa dipakai untuk kita
menjeberang kesana….. tetapi djurang ini memang terlalu
lebar djuga terlalu dalam, kalau sampai satu kali kita
tergelintjir, djangan harap kita bisa hidup terus..... saking
dalamnja dasar djurang itu tidak terlilhat djelas .....!'' kata Tjing
San, dia djadi tidak senang djuga mendengar si-nenek
mengatakan babwa dia seorang jang paling tjepat berputus-asa.
Tetapi si-nenek tua jang aneh itu telah tertawa dengan
suara jang tjukup najaring.
"Benar! Memang kulihat kau seorang botjah jang tjerdik
sekali, San-djie!!" kata si-nenek tjepat, "Kau mernpunjai
ketjerdasan jang luar bisa, selama beberapa hari ini sadja aku
telah melihat betapa kau selalu melakukan sesuatu dengan
mempergunakan otak terlehih dahulu, tidak tjeroboh dan djuga
sangat hati-hati! Buktinja sadja, kau sudah bisa membawa aku
sampai ditenrpat ini, tiga perermpat bagian gunung ini telah
kita naiki.....! Mana ada seorang botjah sebaja usiamu jang bisa
mempuniai kekuatan dan ketabahan jang seperti kau miliki itu!

Tengkorak Iblis 22
Ha ha ha ha….. tjuma sadja aku ingin mengatakan kepadamu
setjara berterus terang, kalau sadja kau memiliki kekuatan dan
tidak terlalu tjepat berputus asa, pasti kau kelak akan mendjadi
seorang jang luar biasa didalam rimba persilatan!”
Tiing San mendengar perkataan si-nenek, djadi tersenjum
pahit lagi, dia tidak mengatakan apa-apa, hanja menundukkan
kepalanja sadja.
Ketika si-nenek tua itu melihat Tjing San berdiarn diri
sadja, telah tertawa lagi.
"San-djie ..... bagaimana pikiranrnu, apakah kau mau
mendjadi muridku?” tanja si-nenek tua itu lagi.
"Terlalu tjepat kalau Poro menanjakan pertanjaan itu
kepadaku!" kata Tjirg San sambil tertawa, "Bukankah Popo
seridiri pernah mendjandjikan kepadaku, bahwa kita lebih baik
tidak membirjarakan dulu persoalan rimba persilatan?!"
"Benar! Tetapi kulihat kau memiliki bakat jang hebat dan
ketjerdasan jang luar biasa sekali, maka aku ingin sekali
mengambil kau mendjadi muridku!!' kata si-nenek tua itu
sambil tertawa, tjuma sadja bola matanja jang mengawasi
Tjing San telah mernantjarkan sorot jang tadjam sekali, seperti
memantjarkan sinar jang menjilaukan mata memandangnja.
Tjing San sendiri djadi terkedjut melihat sinar mata nenek
itu, dia menundukkan kepalanja tidak berani membalas tatapan
mata dari nenek itu,
"Saat ini sebaiknja Popo tidak usah terlalu tjepat merasa
senang terhadap diriku, mungkin djuga nanti setelah Popo
mengetahui latar belakang penghidunan dan riwajatku, Popo
akan mernbentji dan mengutuk diriku!” kata Tjing San sarnbil
menundukkan kepalanja dalam-dalam, mukanja murung sekali.

Tengkorak Iblis 23
"Heh! Mengapa kau berkata begritu?" kata si neoek
berbadju hitarn itu jang djadi terkedjut sekali. “Sebetulnja
kedjadian hebat jang bagaimana jang telah kau alami?”
Tiing San meughela napas lagi, dia mengangkat kepalanja
memandang si-nenek itu dengan sorot mata ragu-ragu, tetapi
kemudian ia menghela napas sambil menggelengkan kepalanja
perlahan-lahan.
''Sudahlah Popo ..... untuk saat-saat sekarang ini aku belum
dapat mentjeritakau kedjadian jang telah menimpa diri
keluargaku..... kedjadian itu terlalu hebat sehingga aku tidak
sembarangan mentjeritakan kepada siapa sadja ..... !" kata
Tjing San achirnja dengan suara jang tidak begitu lampias.
Si-nenek berobah mukanja, bola matanja djadi memain
tidak hentinja.
''Heh ..... djadi kau mau mengartikan babwa aku ini
manusia jang tidak bisa dipertjaja?" tanja si-nenek tidak
senang, rupanja dia tersinggung waktu mendengar perkataan
Tjing San.
Tentu sadja Tjing San djadi gugup, si botjah she The ini
telah menggelengkan kepalanja berulang kali.
"Djangan Popo salah mengerti!” kata si botjah tjepat.
''Tidak ada sedikitpun dihatiku tersimpan perasaan itu! Tjuma
sadja harap Popo mau memaafkan diriku, karena memang aku
sedang menghadapi kesulitan jang belum bisa diceritakan
kepada Popo! Nanti kalau sudah sampai saatnja, akupun akan
mentjeritakan sedjelas-djelasnja!”
Nenek tua itu tidak segera menjahuti, dia berdiam diri
sambil memandang Tjing San, tetapi achirnja dia telah
menganggukkan kepalanja.

Tengkorak Iblis 24
"Baiklah!" k ata sinenek tua itu. "Aku bisa mengerti babwa
kau tentunja memang sungguhsungguh sedang menghadapi
urusan jang tidak bisa ditjeritakar, kepada sernbarangan orang
.....! T'idak apa-apa sin-djie, aku mau mengerti dan memaharni
kesuhtan jang sedang kau hadapi itu! Sudahlah! Kita tidak
usah membitjaraknja pula urusan itu ..... aku hanja
menabarapkan sadja nanti kau bisa mentjeritakan segala-
galanja kepadaku dengan djelas ..... ! Djanganlah kau seperti
mernbikin dirirnu diselubungi rahasia jang benar-benar
membingungkan hatiku!"

mernang benar'' aku se-lang menghadapi ke


sulitan jang belurn bisa untuk ctitieritakan keoada Popo!
Nan ti k alau sudah samp ii saatnja, akupun akan mentjeritakan
sedjetas djelasnia .....!'"
Nenek tua itu tidak segera meniabeti. dia berdi rrn dn i
sarnbil memandang Tjing San,
t etapi achimja dia telah menganggukkan ke
pa lanja.
'Bersabar sadja Popo..... urusan jang kualami itu bukan
urusan ketjil! Pertjajalah kalau memang Popo mendengar
rjerita riwajatku, Popo akan terkedjut! lebih bagus sekarang ini
Popo hanja mengenal diriku sebagai seorang botjah tjilik jang
bernarna The Tjing San dan aku hanja mengenal Popo tanpa
mengetahui penghidupan masa lalu Popo…..! dengan begitu,
bukankah kita bisa mendjadi dua orang bersahabat jang baik
dan menjenangkan sekali?”

Tengkorak Iblis 25
“Bagus, aku kagum sekali terhadap djiwa dan watakmu
jang ternjata begitu agung da tjerdas sekali, biar pun usiamu
masih terlampau ketjil! Benar-benar harnpir tidak bisa diterima
didalam akal sehat, seoraug botjah jang berusia sebesar kau,
tetapi telah mermliki alam pikiran jang seperti dimiliki orang-
orang dewasa! Hai! Hai! Kalau sadja aku bisa mengambil kau
sebagai muridku, tentu tikus-tikus njingnjing itu tidak akan
dapat menghina diriku lagi!'' dan setelah berkata begitu, si
nenek dengan sikap jang geregetan, telah merentas sebuah batu
gunung jang tjukup besar. Tampaknja dia meremas batu
gunuug itu denoan tenaga jang tidak hegitu besar, namun
kesudahannja benar-benar mernbikin sepasang mata Tjing San
djadi terpentang lebih lebar, karena si botjah she The itu telah
menjaksikan pemandangan jang benar-benar membikin ba tinja
djadi tergootjang hebat dan mernsa ka gum sekali.
Batu jang berada didalam genggaman tangan nenek tua itu
ternjata telah kena diremas hantjur mendjadi bubuk jang halus
sekali, jang meluruk ketanah waktu si-nenek membuka telapak
tangannja itu.
Itulah suatu kekuatan telapak tangan jang luar biasa sekali,
karena biarpun si-nenek sudah tua, ternjata nenek berhadju
hitarn ini masih bisa merernas hantjur batu gunung jang keras
itu mendje di bubuk halus!
Tetapi nenek tua itu rupanja sudah tersadar dari apa jang
dilakukannja, karena dia tjepat-tjepat Ie rtawa sarnbil me
mebersihkan telapak targannjai dari bubuk batu jang telah
diremasnja itu,
"San-djie ..... itu hanja suatu permainan buruk jang udak
ada harganja!!'' kata si-nenek, "Nah ..... bagaimana San-djie,

Tengkorak Iblis 26
apakah kau sudah memperoleh akal untuk melewati djuang
itu?”
Tjing San menelan air liurnja sesaat, ke mudian sambil
menghela napas lalu dia meujahuti.
'Popo..... kepandaianmu tentunja luar biasa dan hebat
sekali, karena dengan hanja merernas mempergunakan te lapak
tanganmu itu, kau telah dapat menghantjur leburkan batu
gunung jang begitu keras! Maka dari itu, kukira, kau si orang
tua lebih berpengalamnan, tentunjaa kau lebih mengetahui
dengan tjara bagairnana kita baru bisa melewati djurang jang
menghalangi diri kita ini…..! Maka dari itu, aku nanja ingin
mendengar petundiuk-petundjuk dari Pono sadja, karena aku
belurn melihat ada djalan jang bisa dipakai oleh kita melewati
djurang jang demkian lebar!"
Nenek tua berbadju hitam itu telah tertawa ketika
mendengar perkataan si-botjah she The itu,
"Pintar! Kau tjerdik sekali! Dengan kata-katamu itu, kau
seperti djuga mau memodjokkan diriku, agar tanggung djawab
itu beralih dipegaug oehku! Ha ha ha ha ….. tetapi baiklah!
Memang akupun telah melihat, kau tidak mungkin bisa
membawa dirlku menjeberangi djurang itu!! "
Dan serelah berkata begitu, dengan gerakan tubuh jang
gesit luar biasa, tahu-tahu tampak tubuh nenek tua itu telah
mentjelat keatas dari kotak kereta ketjil beroda tunggal itu.
berpoksay dengan gerakan jang indah sekali, tahu-tahu dia
telah berdiri dipinggir Tjing san.
"Aku akan melemparkan dirimu keseberang sana, begitu
djuga kereta ketiil ini, akan kulontarkan keseberang sana! Kau
tetapkan dan tenangkan hatimu, tidak perlu takut San djie .....

Tengkorak Iblis 27
aku djamin kau tidak akan mengalami ketjelakaan apa-apa!!"
kata si nenek.
Tjioe Sao tjuma menganggukkan kepalanja sambil
tersenjum, dia memang mau mempertjajai kehebatan ilmu si-
nenek, karena tadi sadja dia telah melihat betapa batu gunung
jaag begitu keras telah ditjekalnja sarn pai hantjur mendjadi
bubuk seperti tepung. itu sadja sudah mernperlihatkan bahwa
tena
"Kemarikan tanganmu!!" kata nenek tu berbadju hitarn itu
telah berdiri dipinggi djurang tersebut .
Tjing San mengangsurkan tangan kanannja dau ditjekal
oleh nenek tua ini,
"Kau harus tenangkan hati dan kosongkan pikiran, sekali
sadja kau gugup, tentu kita akan tjelaka!" kata si-nenek
memperingat sekali lagi kepada Tjing San.
Si-botjah she The itu telah mengijakan, Dia merasakan
berapa tangannja ditjekal keras oleh djari-djari tangan si nenek
tua tersebut,
"Pedjamkan matarnu rapat-rapat .....!" perintah si-nenek
lagi.
Tjing San tjuma menuruti sadja perintah si nenek, dia
memedjarnkan matanja rapat-rapat, sedangkan hatinja djadi
berdebar djuga, karena dia menduga-duga entah apa jang akan
dilakukan oleh nenek ini untuk melewati djurang jang begitu
lebar.
Belum lagi Tjing San sempat berpikir lebih djauh, tiba-tiba
dia mendengar si-nenek mengeluarkan suara teriakan jang
njaring, berbareng Tjing San merasakan tubuhnja terangkat
dan terapung diteugah udara.

Tengkorak Iblis 28
Tentu sadja hal ini mengedjutkan benar hati Tjing San, dia
sampai mengeluarkan suara teriakan tertahan, daa ketika dia
membuka matanja, hatinja djadi mentjelos ngeri, karena dia
merasakan dirinja melajang ditengah udara, dan jang benar-
benar membikin dia djadi terkedjut adalah tubuhnja sedang
melajang-lajang diatas djurang itu.
'"Hei ..... oooh Popo ..... apa jang kau lakukan ini?" teriak
Tjing San gugup ketika merasakan tubunnja meluntjur tepat
ketika dia berada ditengah-tengah mulur djurang itu, Biar
bagaimana memang Ie mparan nenek tua itu tidak bisa
menjebabkan tubuh Tjing San sampai diseberang djurang itu,
"Tenangkan hatimu!!" berseru si nenek dengan suara jang
njaring, mernbarengi dengan mana, tangannja telah menjarnbar
kereta kajunja, dan tubuhnja mentjelat tjepat sekali, ketengah-
tengah djurang itu pula, Tubuhnja seperri djuga seekor
radjawali jang besar, telah menjusul Tjing San, mernbarengi
mana dia mengulurkan tangannja mendjambret badju sibotjah
jang tengah meluntju r turun itu, membarengi mana mulut
sienek tua tersebut djuga telah mengeluarkan suara bentakan
jang njaring, tangan kirinja jang mentjekal kereta kajunja telah
bergerak, sehingga kaju itu terlambung djuga terlepas dari
tangannja, sehingga waktu turun si nenek jang telah berhasil
mendjambrer badju Tjing San jang tengah meluntjur turun itu,
telah bisa menotolkan kakmja pada kereta kajunja itu,
Dengan memindjam tenaga totolan kakinja itu, tubuhnja
telah mentjelat lagi dengan tjepat, waktu tubuhnja akan
mentjelat, tangannja telah mendjambret kereta kaju itu, tampak
tangan kanan si-nenek menenteng tubuh Tjin San. sedangkaan
tangan kirinja menenteng kereta kajunja iitu.

Tengkorak Iblis 29
TELAH TERBIT

MAKAM MUDJIDJAT
Karja : KHO PEK ROUW

SEBUAH kisah jang hebat dan seru sekali,


mungkin untuk pertama kali ini Anda akan menernui
kisah jang menarik seperti MAKAM MUDJIDJAT mi,
karena didalam tjerita ini akan ditemui kedjadian-
kedjadian dan pertempuran-pertempuran jang dasjat dan
akan mendeba rkan hati,
Nama pengarang dan penerbit buku ini akan
mendjadi djaminan bagi Anda, ka rena penerbit 'MASA'
hanja menerbitkan tjerita-tjerita bermutu,
MAKAM MUDJIDJAT akan mem berikan kepuasan
pad a Anda dari awal sani pai achir. Tjarilab di toko-
toko buku jaug ter dekat dengan Anda.

Tengkorak Iblis 30
Tjing San merasa ngeri sekali, dia merasakan tubuhnja
meluntjur cepat sekali, angin berseliweran ditepi telinganja,
Tetapi nenek tua itu rupanja henar-benar lihay sekali.
karena dikala tubuhnja telah meluncur lagi kebawah, dikala
tennaga djedjakan kakinja sudah menemui titik jang terachir,
tjepa luar biasa dia telah mengulurkan kereta kaju itu, kakinja
relah menotok kereta kaju tersebut pula, jang mernbuat
tububnja djadi menjjelat tjepat pula ..... dan dia relah berhasil
mentjapai tepi djurang diseberang sana!
Luar biasa sekali tjara jang dipergunakan oleh nenek tua
ini. Dia terlalu berani sekali, karena kalau gerakannja itu gagal,
bukankah mereka djadi bisa terdjerumus masuk kedalam
djurang itiu, akan terbanting hantjur di dasar djurang tersebut?
Tjing San serdiri sampai menggidik, waktu tjekalan tangan
si-nenek telah dilepaskan, dan si-bojah melihat dirinja telah
berada di tepi djurang jang diseberang itu. hatinju baru agak
tenang, dia mengbernbuskan napasaja dalam-dalam
'"Berbabaja! Benar-benar berbahaja!'' berseru Tjing San
dengan suara jang agak gemetar, karena hatinja masih berdebar
keras.
Tetapi si nenek tua itu tjuma tersenjum dengan sikapnja
jang tenang, perlahan-lahan' dia menurunkan kereta beroda
tunggalnja itu.
"Kalau nanti kau sudah mendjadi muridku, tentu kau bisa
melakukan lebih hebat lagi." kata si-nenek kemudian dengan
suara diseliugi terrawanja.
Tjmg San menjusut keringat jang mengalir keluar dari
keningnja, Dia menggelengkan kepalanja.

Tengkorak Iblis 31
"Aku ..... aku tidak berani menempuh bahaja seperti jang
kau lakukan, Popo!!" kataTjing San kemudian. "Hu.....! hu…..!
Memang lebih bagus kita tidak mengerti ilmu silat, sehingga
kita tidak perlu menempuh bahaja seperti tadi .....!!''
Mendengar perkataan Tjing San, nenek tua berbadju hitam
itu telah tertawa gelak-gelak.
"Botjah pengetjut! Djiwarnu penakut sekali!" kata si nenek
sambil melorupat masuk dan duduk dikereta beroda tunggal itu
duduk disitu dengan sikap jang tenang se kali. "Hajo dorong
lagi sadja dulu .....!'
Tjing San masih memandang ngeri kepada djurang jang
terpentang dihadapannja, dia menggidik sebentar, karena tadi
dia harnpir sadja njaris terjerurnus kedalam mulut djurang itu
kalau si-nenek gagal mendjambret tubuhnja.
Tetapi setelah dapat menenangkan gontjangan hatinja, di
tjekalnja kedua gagang kereta beroda tunggal itu,
mendorongnja lagi, kereta mulai meluntjur lagi, dengan
mngeluarkan suara : "Kreeeeeekkk, krrrreeeettt, krrreeeetttt .....
tak hentinja.
Tetapi belum lagi berdialan djauh, tiba-tiba telah terdengar
suara tertawa seseorang, suara tertawa tjukup njaring,
"Suatu pertundjukan jang tjukup bebat! Suatu
pertundjukkan jang tjukup bagus! Ha ha ha ha .....!" suara itu
menggema di sekitar terupat itu,
Muka si nenek tua djadi berobah, sepasang alisnja
berkerut,
"Berhenti dulu, San-djie ..... kata si nenek sarnbil
mengulapkan tangannja memerintahkan Tjing San agar tidak
meneruskan dorongannja pada kereta itu.

Tengkorak Iblis 32
Kem udian sambil mengawasi sekirar tempat itu, si nenek
tua telah tertawa dingin,
"Mengapa tidak mau memperiiharkan diri?” kata si-nenek
dengan suara jang tawar. "Hmmm ..... apakah sebagai tuan
rumah kau mau main kutjing-kutjingan begitu?"
"Aku bukan tuan rumah jang kau maksudkan!" terdengar
orang itu telah menjahuti. “Aku sama kedudukannja dengan
kau nenek pejot ..... aku adalah tamu djua!"
"lhhh….. siapa kau sebenarnja! Tjoba perlihatkan dirimu!''
berseru si-nenek tua tersebut dengan suara bertambah dingin
Tjing Sao hanja mengawasi sekitar tempat itu dengan hati
jang heran, karena orang jang berkata-kata itu tidak terlihat
disekitar tempat tersebut.
Terapi Tjing San tak perlu terlalu lama keheranan 'begitu,
sebab dari balik sebuah batu gunung jang besar, telah
melompat ke luar sesosok tubuh, gerakannja ringan dan gesit
sekali, sehingga waktu kedua kakinja mengindjak tanah, tidak
terdengar sedikit pun.
Narnnn waktn Tjing San dan si-nenek tua itu dapat melihat
orang tersebur, mereka djadi kaget luar biasa.
Lebih-lebih Tjing San, botjah ini saking kagetnja sampai
mengeluarkan seruan tertahan,
Karena orang jang baru muntjul memperlihatkan diri itu
ternjata seorang jang mernpunjai bentuk tubuh dan kepala jang
aneh sekali. Tubuh orang itu tinggi besar, tetapi tangan kiirinja
tidak ada, dia hanja bertaugan tunggal, jaitu tangan kanannja
sadjs jang memegangi huntjwe (pipa rokok) jang pandjang,
sikapnja tenang sekali, mukanja bengis, dan bentuk kepalanja
aneh sekali, terlalu ketjil menjerupai batok kepala seorang baji,

Tengkorak Iblis 33
sehingga menjolok sekali perbedaannja dengan bentuk
tubuhnja.
Benar-benar keadaan orang ini sangat aneh sekali, Tjing
San sarupai mengawasi bengong dengan sepasang mata jang
terpentang lebar.
Sedangkan si-nenek tua telah mengeluar ka n suara tertawa
dingin jang pandiang se kali.
"Rupanja bu Thay-shen Siauw touw (Kepala ketjil
bertubuh besar) Liang Ie Tjing!" kata si nenek dengan suara
jang tawar.
Orang jang bentuk tubuh dan kepalanja aneh itu, telah
mengeluarkan suara gelak-gelak, menjeramkan sekali suara Ie
laki aneh ini,
''Benar! Sedikitpun tidak salah! Aku memang orang she
Liang!" menjahut Ie laki bermuka bengis itu dengan suara
tidak kalah dinginnja. "Dan kau si-nenek tua jang sudah man
mampus Sun Ie Ling, mau apa njasar keterupat ini pula?!”
Si-nenek tua, jang rupanja bernama Sun Ie Ling, telah
tertawa gelak-gelak
"Lutju! Lutju! Benar-benar lutju sekali! l" berseru neoek
Sun Ie Ling itu, "Kau menanjakan kepadaku mengapa njasar
keterupat ini, lalu kau sendiri mengapa bisa njasar kemari
djuga?''
Lelaki berlengan tunggal itu, menggerak gerak kan
huntjwe ditangaa kanannja, dia telah mengeluarkan suara
tertawa tawar.

Tengkorak Iblis 34
''Aku mau memiliki kitab It Kim Keng (Kitab Emas
Tunggal)!" menjahuti lelaki jang beatuk tubuh dan kepalanja
jang aaeh, she Liang itu.”
“Hmm, aku Liang Ie Tjing mana pernah mau pergi
meniaggalkan tempatku kalau memang tidak ingin melakukan
urusan jang besar?!"
''Bagus! Rupanja maksud kedatangaamu bersamaan
deagan maksudku!! Memaag aku pun bermaksud untuk
mengambil It Kim Keng itu .....! Ha ha ha ha ..... nanti tentu
ramai sekali, karena aku jakin bukan kita berdua sadja jang
telah datang ketempat ini!"
"Benar! Memang sudah datang ernpat orang lainnja .....
mereka tetah mendahului kita!" menjahuti Liang Ie Tjing
dengan suara jang njaring. "Tentunja kau tidak mengetahui
keempat orang itu, bukan?"
"Siapa mereka?” tanja si-nenek djadi ingin mengetahuinja.
"Hmmm ..... keempat orang itu adalab keempat orang luar
biasa, kalau kau mendengar aku menjebutkan nama mereka,
tentu kau akan terkedjut sekali .....!!" kata Liang Ie Tjing
sambil tcrsenjum mengedjek, "Mereka adalah Sie-koay Lang-
souw (Empat siigala Aneh )..... !"
"Hah? Mereka djuga datang kemari?” tanja si nenek
seperti terkedjut, mukanja djuga berobah hebat.
"Kau kaget bukan?” tania Liang Ie Tjing sambil tertawa
mengedjek. "Kesempatan kita untuk mernperoleh kitab It Kim
Keng itu sangat tipis sekali dengan adanja keempat iblis itu
.....! Tetapi, hmmrn, aku sudah mempunjai tjaraku sendiri
untuk memperoleh kitab itu!''

Tengkorak Iblis 35
'Bagus!" berseru si-nenek Sun Ie Ling dengan suara jang
tawar, "Akupun mempunjai tjaraku sendiri, nanti kita bisa
bertemu lagi dipuntjak Heng-san! Selamat tinggal!" dan
setelah berkata begitu, si-nenek she Sun itu telah menoleh
kepada Tjing San, dia menggerakkan tangannja memberi
isjarat kepada si botjah, katanja : "Hajo dorong terus, San djie!
Tjing San mengijakan, sekarang si-botjah sudah
mengetahui bahwa si-nenek tua ini bernama Sun Ie Ling, dan
dia adalah seorang tokoh dirimba persilatan jang tjukup kosen
dan disegani, karena terlihat orang aneh jang bernama Liang Ie
Tjing itu tidak berani terlalu lantjang menghadapi nenek tua
tersebut.
"Tunggu dulu!" tiba-tiba Liang Ie Tjing telah membentak
begitu dengan suara jang njaring waktu melihat Tjing San
sudah mau mendorong kereta kajunja tersebut,
"Apa lagi jang ingin kau katakan?" tegur si-neuek dengan
suara jang dingin.
"Hrnmm ..... aku mau menanjakan ke padarnu perihal
botjah ini!" kata Liang Ie Tji ng dengan suara mengedjek.
"Itu bukan urusanrnu!!" menjahuti si-nenek berbadju
hitam terebut dengan suara mendongkol. "Hajo San djie, tjepat
kita landiutkan perdjalanan kita..... kalau sampai terlambat
nanti Popomu akan ketinggalan dan tidak bisa memperoleh
kitab pusaka itu!! '
"Tahan.....! berseru Liang Ie Tjing dengan suara jang lebih
njaring dan tubuhnja telah mentjelat menghadang didepan
kereta kaju beroda satu. "Kau dielaskan dulu siapa botjah ini
..... mengapa kau telah mengadjak-adjak dia kemari?”
Muka nenek tua Sun Ie Ling djadi berobah bengis,

Tengkorak Iblis 36
"Hei orang she Liang..... apakah kau memang sengadja
ingin mentjari urusan de ngan diriku?” bentak si nenek dengan
suara jang bengis. "Aku Sun Je Ling belurn pernah menampik
tantangan dari siapapun! Kalau memang kau mau tjoba-tjoba
dan merasakan hebatnja telapakan tanganku, hmmm, aku mau
meoemani kau untuk main-main beberapa djurus!!"
Orang berlengan tunggal dan bentuk kepala jang ketjil
aneh itu, telah tertawa gelak gelak.
"Hmmm ..... aku bertanja setjara baik-baik, tetapi kau si-
nenek djelek sudah ingin berkeras kepadaku, malah kau
mengatakan bahwa aku ingin mentjari urusan denganmu!
Baik! Baik! Aku djuga bersedia untuk menemani mu main-
main beberapa djurus.” kata orang berlengan tunggal itu
dengan suara jang bengis,
Muka si-nenek djadi berobah-robah hebat tetapi achirnja
dia telah menghela napas.
"Baiklah ..... kalau memang kau ingin mengetahui perihal
diri San djie (anak San) ini, akupun tidak keberatan untuk
memberi, tahukannja kepadamu!" kata si-nenek achirnja
mengalah. "San djie adalah sahabat karibku!"
"Sahabatmu?” tanja Liang Ie Tjing dengan suara
mengandung keheranan jang sangat.
Si-nenek telah mengangguk, mututnja mengeluarkan suara
tertawa dingin.
''Kau heran mendengarnja?” tegur sinenek tawar.
''Djadi si-botjah ini bukan murridmu?!" tanja Liang Ie
Tjing sambil mengawasi Tjing San dengan tarapan mata jang
tadjam.

Tengkorak Iblis 37
''Benar, San djie hanja bersahabat sadja dengauku!!"
menjahuti si-nenek tua,
"Bagus!" tiha-tiba Liang Ie Tjmg telah berseru girang
begitu. Kalau memang botjah ini tidak terikat hubungan apa-
apa dengan dirimu, itu lebih bagus lagi! Aku telah melihatnja
bahwa botjah ini memiliki bakat jang luar biasa bagusnja,
djuga dia mempunjai tulang-tulang jang baik, hmmm .....
kebetulan sekali, aku memang sedang mentjari murid, maka
biarlah botjah im sadja kuambil untuk meudjadi muridku .....!!"
Sun Ie Ling jang mendengar perkataan lelaki berlengan
tunggal dengan bentuk kepala jang ketjil dan aneh itu, telah
tertawa gelak-gelak.
"Enak sadja kau bitjara!!'' kata si nenek dengan suara jang
tawar. ''Apakah kau kira mudah begitu sadja mau mengambil
San-djie mendjadi muridmu? Hm-hmrn, tjoba kau tanjakan
sadja kepadanja ..... aku sendiri entah sudah berapa kali
menawarkan kepadanja, agar dia mendjadi muridku, teiapi dia
selalu menolaknja, karena San-djie hanja ingin bersahabat
sadja! Hmmm, kau kira hanja matamu sadja jang bisa melihat
barang bagus?”
Mendenaar perkataan si-nenek tua itu, Lian Ie Tjing djadi
melengak, tetapi itu hanja sedjenak, sebab tak lama kemudiau
dia tela tertawa gelak-gelak,
“Tentu sadja botjaih itu mana mau mendjadi muridrnu!"
kata Liang Ie Tjing dengan suara mengejek. "Hmm..... kau
adalah nenek pejot jang sudah tidak ada kemampuan
kernarnpuan apa-apa, mana mau dia mendjad murid seorang
nenek jang sudah tua renta dan rejot begitu?”

Tengkorak Iblis 38
Mu ka si nenek djadi berobah hebat sekali mendengar
edjekan dari orang she Liang tersebut. Tubuhnja djuga
menggigil saking gusarnja.
''Bangsat' Bedebah kau!" bentak si-nenek dengan murka,
dan tubuhnja djuga telah mentjelat turun dari kereta beroda
tunggal itu, berdiri regak ditanah dengan mata jang
memantjarkan sinarnja jang tadjam luar biasa. ''Mulutmu
keterlaluan dan koror sekali Mari! Mari kau madju! Kita tjoba-
tjoba lihat, siapa jang lebih unggul! Aku djadi mau mengetahui
dan membuktikan, apakah aku masih bisa menundukkan
bangsat she Liang seperti dirimu…..!! ternjata nenek tua she
Sun itu murka bukan main, tubuhnja masih menggigil
gemetaran menahan hawa amarah jang bergolak didalam
dadanja. Napasnja djuga agak memburu.
Tjing San jang melihat keadaan si-nenek, dia djadi kaget ,
karena dia takut perernpuan tua ini disebabkan perasaan
marahnja jang melampaui batas, djadi pingsan, Maka tjepat-
tjepat Tjing San menghampiri
"Popo..... mau apa kau melajani orang gila bertangan satu
itu?!" kata Tjing San sarnbl! menarik tangan nenek tua
tersebut, "Hmm ..... lihat sadja, kepala orang itu begitu ketjil,
tentu otaknja djuga sempit sekali, maka dia telah berani
mengeluarkan kata-kata jaag bukan-bukan..... sudahlah
Popo..... mari kita landjutkan perdjalanan kita!!"
Mendengar perkataao Tjing San, hati si neoek tua Sun Ie
Ling djadi girang hatinja terhibur dan perasaan marahnja djadi
berkuraag, malah nenek tua she Sun ini telah tertawa gelak-
gelak.
"Ha ha ha ha..... kau lihat sadja sendiri!" kata Sun Ie Ling
dengan suara jang njaring.

Tengkorak Iblis 39
"Bukankah San djie telah mengatakan apa jang dilihatnja?!
Kau mempunjai kepala ketjil seperti buah apel, sehingga
otakmu tentu sempit bukan main, tidak bisa berpikir setjara
baik, main seruduk sadja seperti kerbau tolol….. ha ha ha…..!”
dan si nenek she Sun ini telah tertawa dengan hati jang sangat
girang luar niasa. Rupanja kata-kata Thing San telah
menghibur hatinja.
Dan kali ini adalah si-lelaki berlengan tunggal Liang Ie
Tjing jang murka bukan main, tubuhnja gemetaran dan
membanting-banting kakinja sakng gusarnja. Matanja djuga
telah mendelik besar sekali menaawasi Tjin San dan
mengeluarkan suara dengusan seperti suara kerbau.
"Kau ..... kau botjah busuk, apa kau bilang ?" tanja Liang
Ie Tjmg dengan suar jang bengis sekali,
Tjing San tertawa lebar melihat orang bergusar begitu
hebat,
“Aku tjuma mengatakan bahwa kau seperti kerbau dungu
jang tidak punja otak." menjahuti Tjing San dengan berani,
''Tidak keruan djuntrungannja, kau mau mentjri-tjari urusan
dengan Popo ku! Hmrnrn ..... sudahlah, lebih bagus kau
menggelihnding enjah djangan menghalang-halangi
perdjalanan kami '!'
Liang Ie Tiing djadi melengak sedjenak mendengar
perkaraan Tjing San jang begitu berani, tetapi ketika dia
tersadar, orang she Liang ini djadi murka bukan main, dirasa
kan dadanjaa seperti mau meledak.
"Botjah busuk?!"' teriaknja sambil malompat berdjingkrak,
suaranja djuga menggguntur keras sekali, “Kau….. kau berani

Tengkorak Iblis 40
menghina diriku, heh? Apakah kau tidak tahu bahwa kau
sedang berhadapan dengan siapa?”
Mendengar gertakan Liang Te Tjing jang begiru bengis,
Tjing San djadi tertawa lebar, gertakannja itu kepada djago-
djago dirimba persilatan, mungkin djago itu akan menggigil
ketakutan, sebab Liang Te Tjing merupakan seorang iblis jang
sangat ditakuti sekali, selain dia mempunjai kepandaian jang
tinggi, djuga mempunjai kebengisan jang melebihi "giam-lo-
ong' (radja acherat) ..... karena semua orang akan menggigil
kalau mendengar disebutnja nama Liang Ie Tjing .....!
Tetapi kali ini Liang Ie Tjing dia telah salah perhitungan,
karena Tjing San mana kenal iblis ini, dan si-botjah djuga
mana takut menghadapi dia? Malah Tjing San merasa lutju
sekali melihat bentuk tububnja dan kepala siorang she Liang
jang tidak keruan bentuknja itu.
"Aku sudah tahu siapa sebenarnja diri mu itu!” kata Tjing
San tertawa. "'Tidak usah kau sebutkan lagi!!"
Mata Liang Ie Tiing djadi terpentang lebar-lebar mendelik
kearah Tjing San, bola matanja itu seperti djuga mau melompat
keluar. Dia murka bukan main.
''Bagus! Kalau kau sudah mengetahui siapa adanja diriku,
tentu kau akan tahu diri, tidak berlaku begitu kurang adjar.... !”
kata Liang Ie Tjing sambil mernandang bengis kepada Tjing
San. Sinar matania begitu buas, seperti djuga ingin menelan
Tjing Sa bulat-bulat
"Hmmm ..... aku tadi sudah mengatakan bahwa aku
memang sudah mengetahui siapa adanja kau!!" kata Tjing San
sambari tertawa, sedikitpun dia tidak djeri. "Kau adalah

Tengkorak Iblis 41
Manusia Bertubuh Gadjah Bengkak dan Berkepala Ketjil
Seperti Djeruk Busuk"
"Hah? Bangsat .....!" teriak Liang Ie Tjing dengan suara
jang meledak keras sekali, membarengi dengan bentakannja itu
dengan penuh kemurkaan tubuhuja telah mentjelat menerdjang
akan menghadjar batok kepala Tjmg San, jika sampai kena
dihadjarnja, tentu akan remuk hantjur berantakan dan botjah
ini akan mampus .....-!
–––GS–––
NENEK TUA Sun Ie Ling jang meliha hal ini djadi kaget
bukan main, dia sampai mengeluarkan seruan kaget berbareng
gusar kareaa sedikitpun nenek tua she Sun itu tidak akan
menurunkan tangan begitu telengas kepada Tjing San, seorang
botjah berusia sernbilan tahun tersebut.
Tetapi untuk menolongi djiwa Tjing San, djelas tidak akan
keburu, karena gerakan Liang Ie Tjing benar-benar berada
diluar dugaannja..... dengan sendirinja si-nenek tua tjuma bisa
mengeluarkan suara djritan kaget sadja menjaksikan djiwa si-
botjah terantjam babaja jang bisa membinasakan diri Tjing
San.
Tetapi serangan Liang Ie Tjing telah meluntjur dengan
tjepat dan kuat sekali, sehingga si-nenek benar-benar djadi
mendjerit ngeri dan menutupi sepasang matanja, dia tidak
sangguup untuk menjaksikan kematian jang diterirna oleh
Tjmg San. Tjuma sadja didalam hati si-nenek tua ini, seketika
itu djuga telah terpikir, kalau sampai Liang Ie Tjing
mentjelakai diri Tjing San, biar bagaimana dia akan mengadu
djiwa untuk menuntut ganti djiwa dari orang she Liang itu.

Tengkorak Iblis 42
Liang Ie Tjing jang tengah murka bukan main sudah tidak
memikirkan lagi bahwa jang sedang diserangnja dengan
serangan maut tersebut adalah seorang botjah tjilik jang baru
berusia diantara semblian tahun, dia malah girang waktu
melihat serangannja hampir mengenai diri si botjah.
Tetapi Tjing San tetap tenang sadja, tidak terlibat perasaan
takut pada dirinja. Tjuma sadja, si-botjah tampaknja agak
gugup.
"Oh ..... kau djangan menjerang diriku! Kau akan mati!
Kau akan mati .....!!” teriak Tjing San dengan suara jang gugup
sekali, "Djangan menjerang diriku!! ..
Tetapi Liang Ie Tjing mana mau meladen teriakan Tjing
San. Malah orang she Lian ini djadi girang sekali, karena dia
menduga tentunja si botjah begitu ketakutan hebat melihat
dirinja akan terserang mampus ditangannja.
"Hmmm ..... sekarang kau baru benar mengetahui siapa
diriku, biarpun nenek tau jang sudah mau mampus itu ada
didekatmu toch dia tidak bisa memberikan pertolongan apa-
apa kepadamu .....!'' pikir Liang I Tjing dengan girang. Tenaga
serangannja kian diperbesar lagi, karena dia mau menghadjar
sekali hantjur batok kepala botjah di hadapannja ini.
"Ohh..... kau mentjari ..... tjelaka untuk dirrmu sendiri
.....!! teriak Tjin San agak gugup, dan mengangkat kedua
tangannja dengau serabutan, membentur tangan Liang Ie Tjing
jang tengah meluntjur akan menghadjar batok kepalanja itu.
Terdengar suara mengerikan sekali, menjajatkan hati bagi
siapa jang meudengarnja.
Tubuh si-nenek tua Sun Ie Ling djadi tergetar hebat, dia
mengeluh didalam hatinja

Tengkorak Iblis 43
waktu mendengar suara djeritan jang menjajatkan hati itu,
karena dia berani memastikan Tjing San tentu telah
menggelerak dengan batok kepala hintjur lebur dan keadaannja
mengerikan sekali.
Keadaan sunji sekali tidak terdengar suatu apa-apa pula
setelah suara djeritan menjajatkan itu. Nenek tua Sun Ie Ling
mernbuka kelopak matanja perlahan-lahan penuh ke-murkaan.
Disaat itu da suIah mengambil keputusan bahwa dia harus
mengadu djiwa dengan iblis Liang Ie Tjing. Sinar mata sinenek
luar biasa tadjamnja, mengandung kemarahan jang sangat.
Tetapi begitu dia melihat segala apa jang didepannja,
sinenek djadi mengeluarkan seruan heran, dia mementang
matanja lebar-lebar, seperti tidak mau mempertjajainja apa
jang telah dihhatnja,
Tampak Tjing San berdiri dengan tenang dengan muka
jang putjat pias dan kepala tertunduk mengawasi Liang Ie
Tjing jang menggeletak menggelepar",
"Kau jang mentjari penjakit sendiri….. sudah kukatakan
..... kau djangan menjerangku, tetapi kau bandel dan keras
kepala.....” terdengar Tjing San telah menggumam begitu
dengan suara agak tergetar. "'Ach ..... kau tidak bisa
mempersalahkan diriku, aku tidak bermaksud sedikitpun untuk
mentjelakakan dirimu ..... tetapi kau mernaksa aku barus
membinasakan dirimu.....! Hai .....! Hai …..!!" dan berulang
kali Tjing San telah menghela napas dengan muka jang
berduka.
Benar-benar kedjadian seperti ini tidak pernah diduga oleh
Sun Ie Ling, si nenek tua. Liang Ie Tjing setidak-tidaknya
merupakan iblis yang paling hebat diantara rimba persilatan,

Tengkorak Iblis 44
tetapi mengapa bisa jadi tidak berdaya dengan sibotjah tjilik
jang diketahuinja benar tidak mempunjai ilmu silat sedikitpun?
niau mernpe;tjajai apa jang telah dihharnia
itu.
Pdda saat itu Tjing Sao telah menghela r.apas dan berkata
lagi : "Ach ~..... k au roemjari penia kit sendiri ..... aku sebet u
I~
nja suddh tid rk mau mernbunuh orang laui
diduga oleh Sun Ie Ling, nenek tua. Liane
tetapi kau terlalu mernaksa aku rurun
Ie Tjing se-tidak+nja merupakan iblis jang
paling hebat didalam rimba t-iersifatao, teta
Terapi nenek tua she Sun itu tidak bisa berpikir terlalu
lama karena tampak Liang Ie Tjing setelah menggelepar-
gelepar sesaat lamanja, achirnja dengan muka meringis
menahan rasa sakit jang hebat dan djuga telah berobah hidjau
kehitam-hitaman, berkata dengan suara jang terbatabata,"Kau
….. kau siluman ..... kau mempergunakan ilmu silurnan .....
ooohhh, kau mernpergunakan..... ilrnu siluman…..
aaacccggghhh!'" setelah mengeluarkan suara cekikan tertahan
seperti orang tertjekik lehernja, sepasang mata Liang Ie Tjing
telah terbalik, hanja tampak putihnja, kulit mukanja
mengedjang meringis seperti djuga dia menemui kematiannja
dengan tjara jang menderita kesakitan hebat.
Sun Ie Ling djadi mementang matanja memandang
mernatung, bengong dengan tubuh jang mengedjang, karena
dia seperti tidak mau mempertjajai apa jang telah dilihatnja itu.

Tengkorak Iblis 45
Pada saat itu, Tjing San telah menghela napas dan berkata
lagi : “Ach….. kau mentjari penjakit sendiri, aku sebetulnya
sudah tidak mau membunuh orang lagi….. tetapi kau terlalu
memaksa aku turun tangan….. sehingga terjadi korban
demikian lagi….. kau ….. ach, kau benar-benar manusia
tolol…..!” dan berulang kali Tjing San telah menghela nafas
lagi.
Muka Sun Ie Ling telah berobah putjat pias. Dan setelah
ter sadar dari bengongnja itu, si nenek berobah mukanja djadi
tidak enak dilihat.
"Hmmm botjah ..... pandai sekali kau menjembunjikan
diri! Rupanja kau memiliki kepandaian jang hebat sekali!'' kata
Sun Ie Ling dengan suara jang dingin sekali. “Pantas sadja kau
tidak mau uutuk mendjadi muridku .....!''
Tjing San jang kala itu tengah memandang terpaku kearah
majat Liong Ce Tjing, djadi terkedjut dan tersadar kembali
alam pikiran sadarnja.
“Popo..... kau diangan salah paham!" kata si-botjah tjepat
sambil membalikkan tubuhnja memandang kearah si-nenek tua
itu dengan muka jang putiat. '' Aku benar-benar tidJk
memiliki kepiodaian ap:ipun djug1 .....! Penjaialah, aku
tid.ik memiliki kepandaian apapun!!"
Lalu mengapa kau bisa membunuh Liang Ie Tjeng?
Apakah kau kira mataku buta?” tanja si nenek dengau suara
jang dingin. "Apa maksudmu menjembunjikan diri begitu dari
pandangan mataku?"
Tjing San djadi menelan air liurnja beberapa kali,
tampaknja dia djadi gugup bukan main.

Tengkorak Iblis 46
"Popo ..... kau dengar dulu keteranganku….. sebenarnja
tidak ada maksudku sedikitpun untuk membunuh orang ini,
tetapi..... tetapi dia jang mentjari mati untuk dirinja sendiri, aku
telah berusaha mentjegannja agar dia djangan menjerang diriku
..... tetapi ..... tetapi dia telah berkepala batu, mernbandel dan
tidak mau mendengar nasehatku ..... sehingga menjebabkan dia
djadi terbinasa! Ach, dia jang telah mentjari mannja sendiri
dan memaksa aku agar membunuhnja ..... djadi Popo tidak bisa
merapersalahkan diriku .....! Dia….. dengan terbunuhnja orang
ini, berarti djuga telah bertarnbah pula satu djiwa lagi untuk
korbanku ..... l"
"Djadi kau telah banjak sekali membunuh orang'!'' tanja si
nenek tua Sun Ie Ling dengan suara jang dingin.
"Benar Pcpo ..... semuanja, orang-orang itu, benar-benar
tidak tahu diri mentjari mampus sendiri, memaksa aku
mernbunuh mereka….." rnenjahuti Tjing San dengan muka
jang putjat sekali, tampaknja dia gugup bukan main.
“Sudah berapa djiwa jang melajang ditanganruu?' desak
Sun Ie Ling lagi,
"Sudah..... sudah delapan puluh tiga djiwa, dan ditambah
oleh orang ini, maka djumlahnja mendjadi delepan puluh
empat djiwa... !" mendjelaskan Tjing San.
“Djadi kau telah banjak sekali membunuh orang?” tanja si
nenek tua Sun Ie Ling dengan suara jang dingin.
“Benar Popo….. semuanja, orang-orang itu benar-benar
tidak tahu diri, mentjari mampus sendiri, memaksa aku
membunuh mereka…..” menjahuti Tjing San dengan muka
jang putjat sekali, tampaknja dia gugup bukan main.

Tengkorak Iblis 47
“Sudah berapa djiwa jang melajang ditanganmu?” desak
Sun Ie Ling lagi.
“Sudah….. sudah delapanpuluh tiga djiwa, dan ditambah
oleh orang ini, maka djumlahnja mendjadi delapan puluh
empat djiwa…..! mendjelaskan si botjah.
“Hah?” benar-benar si nenek tua Sun Ie Ling djadi
terkedjut sekali, sehingga ia seperti mendengar petir jang
menggelegar ditepi telinganja. Matanja terpentang lebar-lebar
mengawasi si botjah jang ada dihadapannja ini, dia seperti
tidak mempertjajai perkataan si botjah jang baru berusia
sembilan tahun ini.
Sungguh tidak masuk didalam akal sehat kalau sampai ada
seorang botjah jang berusia sernbilan tahun bisa mernbunuh
delapan puluh empat orang ..... korbannja itu telah
dibinasakannja, seperti menurut apa jang dikatakannja.
"'Apakah ..... apakah kau tidak mendustai aku?" tegur si-
nenek deagan suara jang tidak lampias.
Tjing san mengangguk dengan muka jang putjat sekali.
"Sungguh Popo ..... aku-benar-benar tidak bermaksud
membunuh mereka, tetapi orang-orang itu terlalu mendesak
diriku, sehingga mau tidak mau mereka djadi terbunuh dan
mendjadi korbanku.....! Obth..... benar-benar kedjadian
demikian sangat menjiksa diriku!"
Tjing San telah menundukkan kepalanja dengan berduka
sekali lalu dengan suara jang tidak begitu keras, seperti
tertahan-tahan ditenggorokannja, sibotjah telah melandjutkan
perkataannja: “Bukankah aku pernah mengatakan kepada
Popo, kalau sadja aku mentjeritakan riwajat diriku, tentu Popo
akan berbalik tidak senang kepada diriku dan akan

Tengkorak Iblis 48
mebentjiku…..! memang sepasang tanganku ini dilumuri oleh
darah dan dosa….. telah delapan puluh empat djiwa jang
melajang oleh sepasang tanganku ini….. Ohh, tetapi bukan aku
jang bermaksud membunuh mereka, tetapi korban-korbanku
itu jang telah memaksa aku membunuh mereka!”
Si nenek tua Sun Ie Ling masih berdiri menjublek
mengawasi si botjah. Dia djadi tidak mau dipengaruhi oleh
pandangan matanja, karena disaat itu dia djuga djadi tjuriga
bahwa si botjah ini sebetulnja bukan berusia sembilan tahun,
dia hanja bertubuh tjebol dan kuntet sadja.
"Apakah usiarnu memang benar-benar baru berusia
sembilan tahun?” tegur si-nenek Sun Ie Ling setelah dapat
menguasai gontjangan hatinja,
"Benar Popo,"
"Kau tidak berdusta?..
"Untuk apa aku mendustai Popo ..... seperti apa jang telah
kausaksikan oleh Popo, aku sebetulnya tidak bermaksud
membunuh orang ini, namun dia telah memaksa aku
mempergunakan kedua tanganku ini ......! Ohhh. sebetulnja
dengan kedjadian-kedjadian seperti ini, djiwaku sangat tersiksa
sekali, Popo!”
Mata Sun Ie Ling djadi terpentang lebar-lebar mengawasi
Tjing San.
“Benar-benar suatu kedjadlan jang tidak bisa diterima akal
manusia ..... benar-benar tidak masuk akal!! Biar bagaimana
aku tidak bisa menerima keteranganmu ini, sebab biar kau
telah mempelajari ilmu silat sedjak berada di dalam kandungan
perut ibumu, tidak nantinja didalam usia sernbilan tahun kau
bisa memiliki kepandaian jang begitu tinggi, sehingga bisa

Tengkorak Iblis 49
mernbunuh iblis Liang Ie Tiing jang memiliki kepandaian
tinggi itu! Sedangkan aku sendiri belum tentu dapat
mernbunuh orang she Liang itu! Benar-benar tidak masuk
didalam akal! Suatu keadjaiban jang tidak bisa diterima oleh
akal sehat…..!"
Tjing San jang mendengar perkataan si nenek, telah
menghela napas lagi sambil mengangkat babunja.
''Terserah kepada Popo mau mempertjajai atau tidak segala
keteranganku itu ..... tetapi terus terang sadja aku katakan
kepada Popo ..... aku tidak bermaksud sekalipun untuk
membohongi dirimu si-orang tua! Aku memang benar-benar
tidak mempunjai maksud djahat, aku tidak bermaksud
membunuh korban korbanku itu ..... tetapi mereka selalu jang
memaksa aku agar mendjadi pembunuh jang menelan korban
semakin banjak sadja djumlahnja…..!” dan Tjing San menarik
napas pandjang lagi. Tampaknja dia sangat berduka benar dan
mukanja djadi murung sekali.
"Benar-benar suatu kedjadian jang baru pertama kali
kulihat seumur hidupku....! Ohh… benar-benar aku tetap tidak
bisa mempertjai penglihatanku!!'' mengumam si neuek dengan
bingung sekali dan meugawasi Tjmg San dengan sorot mata
mengandung ketjurigaan jang sangat, tadjam dan ragu-ragu
sekali sinar mata dari si-nenek tua she Sun tersebut,
Kernudian setelah berdiarn diri sesaat lamanja, si nenek
tua Sun Ie Ling telah mengangkat kepalanja, dia berkata
dengan suara jang njaring sekali: "llmu hebat apa jang telah
kau pergunakan untuk membunuh korban-korbanmu itu,
botjah?” tanjanja lagi
Tjing San mengangkat bahunja dengan bingung sekali,

Tengkorak Iblis 50
"Aku ..... aku mana tahu, Popo?!" menjahuti si-botjah
dengan kebingungan, "Aku sendiri tidak mengetahui, mengapa
setiap kali tanganku dapat menjentuh lengan korbanku itu,
maka mereka terus mati dengan tjara jang begitu mengerikan
sekali.....
Sun Ie Ling telah melihat pada muka si botjah, dia melihat
bahwa tidak ada tanda-tanda si-botjah sedang berdusta,
mukanja memper1ihatkan kedjudjuran jang sangat. Hal ini
menambah keheranan si nenek she Sun itu, sehingga matanja
tetap terpentang lebar-lebar mengawasi majat Liang Ie Tjing,
kemudian menoleh mengawasi Tjing San, lalu menoleh lagi
mengawasi majat orang she Liang itu, kemudian mengawasi si
botjah she The tersebut.
''Benarkah kau tidak meugetahui ilmu apa jang kau
pergunakan?” tanja nenek tua itu dengan suara ragu-ragu
djuga. Kedjadian jang tengah di hadapinja ini benar-benar
merupakan suatu kedjadian jang adjaib sekali. Benar-benar
tidak bisa terperjahkan oleh alam pikirannja.
"Terus terang kukatakan kepadamu Popo, aku tidak pernah
mempeladjari ilmu silat!!'' menjahuti Tjing San.
“Lalu kalau kau tidak mengerti ilmu silat, mengapa kau
bisa memilki ilmu jang hebat itu?" tegur sinenek she Sun
tersebut dengan suara jang njaring, karena dia menduga si
botjah ingin mendustai dirinja.
Tjing San benar-benar djadi gugup sekali, dia menghela
napas berulang kali dengan muka jang putjat.
"Benar Popo ..... aku tidak pernah mempeladjari ilmu silat!
Ilmu apa jang Popo maksudkan aku sendiri tidak tidak
mengerti! Dan orang-orang ini bisa mati ditanganku memang

Tengkorak Iblis 51
benar-benar membikin hatiku djadi heran dan bingung sekali!
Waktu korbanku jang pertama. kedua, ketiga, keempat sampai
jang kesepuluh, aku masih diliputi ketakutan waktu mereka
terbunuh ditanganku, tetapi setela lewat dua pulub lebih
korban-korban jang berdjatuhan ditanganku! "achrnja aku djadi
biasa sendirinia, tjuma sadja, aku sering tersiksa oleh perasaan
diriku sendiri ..... karena aku telah mendjadi pembunuh! Aku
hanja serin memperingatkan mereka kalau ingin menjerang
diriku, sebab begitu mereka menjerang diriku, berarti mereka
akan menerima kematia jang mengerikan sekali."
Mendengar pendjelasan Tjing San, nenek tua she Sun itu
mengawa si dengan mata jang terpentang lebar dan tidak mau
mempertiajainia. Benar-benar nenek tua she Sun ini
bingung sekali, diliputi oleh teka-teki jang aneh, diri botjah
dihadapann ia itu, benar-benar diselubungi rahasia jang
membingungkan hbenar.
Djuga, si-nenek she Sun itu djadi bingung sekali, mengapa
didalam dunia ini bisa ada kedjadian jang begitu
mengherankan dan aneh sekali! Djelas dan tegas sekali si-
botjah telah membunuh Liang Ie Tjing, dan si-nnek tua telah
menjaksikan dengan mata kepalanja sendiri, djuga menurut
kererang Tjing San, malah si-botjah she The itu, telah
membunuh delapan puluh tiga korban jang lainnja! Tetapi jang
mengherankan katanja si botjah tidak mengerti ilmu silat dan
dia djuga tidak mengetahui mengapa dirinja bisa membunuh
korbannja begitu mudah dan aneh! Inilah suatu kedjadian jang
benar-benar adjaib sekali …...! Sun Ie Ling sendiri merasakan,
dinnja biarpun sudah mempunjai latihan lima puluh tahun tidak
nantinja dia bisa membunuh ibli Liang Ie Tjing jang terkenal
akan kekosenannja itu, hanja didalam satu gebrakan sadja!

Tengkorak Iblis 52
Tetapi si botjah, dengan hanja mengibaskan kedua
tangannja itu, telah bisa mernbunuh Liang Ie Tjing dengan
tjara kernatian jang mengerikan sekali, benar-benar membuat
Sun Ie Ling djadi tidak habis mengerti.
Apa lagi dia telah melihat tetapi dari majat Liang Ie Tjing,
dari telinga, hidung, mulut, mata dan pori-pori kulitnja
mengalir keluar darah hitam jang kental dan menebarkan bau
busuk jang tidak enak bagi pentjiuman.
Hal ini mernbuat Sun Ie Ling djadi tambah terkedjut lalgi.
"Kalau dilihat kematian jang diterima oleh orang she
Liong ini, dia seperti keratjunan ....." berpikir Sun Ie Ling
dengan ragu-ragu, mukanja djuga agak putjat. “Majat orang
she Liang ini telah mendjadi hitam gelap, dari pori kulitnja,
mata, hidung, mulut, telinga telah mengalirkan darah hitam
jang busuk…..! hal ini menandakan bahwa orang itu
keratjunan! Iihh, apakah kedua atangan sibotjah mengandung
ratjun jang hebat sekali? Tetapi kalau kedua tangan si-botjah
rnenganduug ratjun belaka, sebelum Liang Ie Tjing keratjunan,
rentu tenaga serangannja jang dilantjarkan begiru hebat
menjerang batok kepala si botjah, akan mentjelakai diri San dje
djuga ..... karena kalau menurut pengakuan San-njie dia tidak
mengerti Ilmu silat apapun, maka dengan sendirinja San dile
tentu akan tjelaka disebabkan kuatnja terdjangan dari tenaga
iweekang jang ada pada telapak tangan Liang Ie Tjing jang
terpenral .....? Megapa San-djie tidak mengalami tjidera
apapun djuga? Mengapa? Ohhh ..... benar-benar ini aneh
sekali, kulihat diri San-djie terdapat suatu rahasia jang benar-
benar mengerikan sekali! Apakah ..... oooh, benar-benar dia
merupakan manusia hantu jang menakutkan sekali .....! Kalau
memang keterangan jang diberikan oleh si-botjah adalah jang
sebenarnja. tentu dia sangat berbahaja sekali, karena orang

Tengkorak Iblis 53
tidak boleh melantjarkan serangan kepada dirinja, sebab begitu
dirinja diserang, pasti penjerangnja akan menernui kernatian
dengan tjara jang mengerikan dan mendirikan bulu tengkuk .....
akan mati dengan tjara seperri keratjunan, sama seperti apa
jang telah dialami oleh orang she Liang itu …..” dan karena
berpikir begitu, Sun Ie Ling djadi mengawasi Tjng San dengan
sorot mata mengandung keheranan jang luar biasa sekali.
Tiing San waktu melihat si-nenek Sun Ie Ling berdiri
bengong begitu dia djadui tidak enak hati, karena setidak-
tidaknja sibotjah djadi kikuk diawsi oleh si nenek tua Sun Ie
Ling dengan sorot mata jang begitu tadjam berkilauan.
“Popo, apakah kau tidak mau mempertjajai
keteranganku?” tanja Tjing San akhirnja dengan suara jang
tidak begitu keras. “Aku telah bitjara sedjudjurnja, terserah
kepadamu, mau mempertjajai nja sjukur, tidak mau pertjaja, ja
aku tidak bisa bilang apa-apa! Tuma sadja aku mau
mendjelaskan kepada popo, bukankah perkataan jang telah
kudampaikan kepada Popo bahwa kalau sadja Popo
mengetahui latar belakang hidupku, maka Popo akan
membentji diriku?”
Sun Ie Ling djadi menelan air ludahnja dan berdiri
bimbang. Tetapi akhirnja si nenek tua itu telah menghela
napas.
“San djie, bisakah kau sekarang mendjelaskan diapa ajah-
ibumu?” tanja sinenek tua Sun Ie Ling lagi, dia bertanja begitu
sambil mengawasinja dengan sorot mata jang tadjam sekali.
Maka Tjing San seketika itu juga djadi berobah guram
sekali, tampaknja sibotjah djadi berduka bukan main.

Tengkorak Iblis 54
“Popo, untuk urusan ini aku belum bisa mentjeritakannja!”
kata si botjah achirnja. “Kalau memang sudah sampai
waktunja, kau akan mengetahui dengan sendirinja!”
Sun Ie Ling djadi tambah heran dan bingung melihat sikap
si botjah.
“Apakah antara dirimu dengan ajahmu telah terdjadi satu
urusan?” tanja si nenek.
Tjing San menggelengkan kepalanja perlahan.
“Sudahlah Popo, kita tidak usah membitjarakan urusan itu!
hatiku sendiri menjesal sampai orang she Liang ini harus
mendjadi korbanku pula! Tetapi sudahlah segalanja sudah
terdjadi, aku hanja akan berusaha, untuk selandjutnja aku akan
lebih baik mendjaga diri, aku akan memperingatkan lebih
keras setiap orang jang ingin menjerang diriku, agar djangan
sampai djatuh korban berikutnja…..!”
Setelah berkata begitu, Tjing San menghela napas lagi.
“Marilah kita landjutkan perdjalanan kita, Popo!”
Sun Ie Ling masih berdiri ragu-ragu, tetapi achirnja
sinenek tua itu telah menoleh sekali lagi melihat majat Liang Ie
Tjing, si nenek kemudian melompat duduk pula dikereta kaju
berosa satu itu, sedangkan Tjing San telah mulai
mendorongnja lagi sehingga roda kereta itu berbunji
"kreeekkk, krejooot..... kreekkk ..... kreeekkk' tjukup
njaring, suara itu menggema disekitar tempat tersebut. Majat
Liang Ie Tjing masih menggeletak ditepi djurang itu!
–––GS–––

Tengkorak Iblis 55
HARI sudah mendekati sore, suara burung-burung jang
pulang ke kandangnja sudah terdengar berisik sekali, disertai
oleh binatang buas yang mendjadi penghuni hutan
dipegunungan Heng-san itu, jang meraung atau memekik
mendjelang kegelapan dimalam hari, menambah keseraman
suasana di pegunungan Heng-san tersebut.
Tjing San jang mendorong kereta kaju beroda hanja satu
jang diduduki oleh si-nenek tua Sun Ie Ling itu telah sampai
dirnuka sebuah hutan jaug tjukup lebat.
"Satu hari lagi kira melakukan perdjalanan tentu kita sudah
sampai dipuntjak gunung ini!” kata si-nenek berbadju hitam
Sun Ie Ling, waktu mereka sampai dimuka hutan itu,
"Sekarang lebih bagus kita mengasoh sadja disini untuk
mernelihara tenaga, karena besok perdjalanan kita akan lebih
sulit lagi!"
Tiing Sin mengiakan, dia djuga memang sudah telah
sekali.
Setelah menjalakan api unggun, Si botjah merebahkan
tubuhnia dirurnput, didalam waktu jang sansat singkat sekali
telah terdengar suara menggerosnja,
Tetapi si-nenek tua Sun Ie Ling tidak bisa tertidur. Dia
melihat Tjing San telah tidur njenjak. Dia menjadari, si botjah
bisa tertidur begitu tjepat disebabkan rasa letihnja jang bukan
main, sebab telah melakukan perdjalanan sepandjang hari
mendorong gerobak ketjil beroda tunggal itu.
Diawasinja si-botjah jang menggeletak meringkuk diatas
rumput dekat api ungun.
Berulang kali Sun Ie Ling menghela napas perlahan,
matanja terkadang memantjarkan sinar jang tadjarn sekali.

Tengkorak Iblis 56
Nenek tua she Sun ini melihat bahwa pada diri si-botjah
terdapat suatu keluar-biasaaan jaug tidak bisa dipetjahkannja.
Sebagai seorang nenek tua jang mempunjai kepandaian
tinggi, dan djuga telah berpengalaman sekali mengembara
didalam rimba persilatau, maka pandangan mata dari si-nenek
sangat tadjam sekali, dia biaa mengenali barang-barang baik
atau bukan. Setidak-tidaknja dia djuga melihat bahwa botjah
ini memang benar-benar tidak mengerti ilmu silat! Seperti
waktu menjeberangi djurang jang lebar itu, waktu dia
melemparkan tubuh Tjing San sebetulnja si nenek memang
sengadja melakukannja dengan tjara begitu untuk mentjobanja
apakah si-botjah mengerti ilmu silat atau tidak. Kalau mernang
botjah ini mempunjai kepandaian jang berarti, maka didalam
menghadapi bahaja bagi dirinja, disaat dia terapung diatas
mulut djurang itu, tentu dia akan mengeluarkan ilmu silatnja
itu untuk berusaha memperingankan tubuhnja,
Narnun njatanja apa jang telab dilihat oleh si-nenek tua she
Sun itu memperlihatkan bahwa Tjing San memang benar-benar
tidak mengerti ilmu silat. Malah waktu dia melemparkan tubuh
Tjing Sao, dia merasakan betapa tubuh si botjah berat sekali,
tidak bisa membantu sedikitpun agar mendjadi enteng, supaja
mudah untuk dibawa menjeberang dengan djambretannja itu.
Tetapi kalau memang si-botjah tidak mengerti ilmu sitat,
mengapa dia dapat membunuh Liang Ie Tjmg, seorang iblis
jang mempuniai kepandaian jang begitu tinggi, hanja didalam
satu gebrakan sadja?! Dan malah menurut pengakuan si
botjah, Liang Ie Tjing adalah korbannja jang kedelapan puluh
empat.....!
Sun Ie Ling sendiri jang telah mengembara didalam dunia
persilatan puluhan tahun, membunuh korbannja belum dalam

Tengkorak Iblis 57
djumlah jang begitu banjak. Maka dari itu, dengan seridirinja
si-nenek tua Sun Ie Ling benar-benar djadi heran sekali
melihat si-botjah aneh ini,
Lama djuga Sun Ie Ling mengawasi Tjing San jang tengah
tertidur pulas itu. Sampai achirnja si djago wanita tua she Sun
ini telah di sadarkao dari lamunannja, karena pendengarannja
jang tadjam sekeili telah dapat menangkap suara sesuatu jang
mentjurigakan.
Tjepat luar biasa tubuh si nenek telah mentjelat kearab
semak belukar, karena dia mendengar suara itu berasal dari
situ.
Namun waktu dia sampai disemak belukar itu, sekelebatan
dia masih sempat melihat terpisah kurang lebih belasan
tombak, tampak sesosok bajangan jang ketjil langsing telah
melarikan diri dengan tjepat, didalam waktu sekedjap sadja
telah lenjap diantara pepohonan jang banjak berturnbuhan
disitu.
Sun Ie Ling berdiri ditempatnja untuk waktu jang tjukup
lama, achirnja dia menghela napas dan kernbali duduk didekat
kereta ketjilnja itu.
"Siapakah orang itu? Mau apa dia mengintai kami?”
berpikir Sun Ie Ling dengan heran. "Kalau dilihat tjara orang
itu melarikan diri, Ginkang (ilmu entengi tubuh) orang itu
tidak berada di sebelah bawah diriku! siapakah orang itu
sebenarnja?” dan si-nenek tua she Sun ini telah mengerutkan
sepasang alisnja untuk mengingat-ingat, siapkah orang jang
memiliki porongan tubuh seperti sosok tubuh tadi, tetapi si-
nenek tidak berhasil mengingatnja karena oran jang dikenalnja
tidak ada jang potongan tubuhnja seperti sosok bajangan hitam
tadi.

Tengkorak Iblis 58
Lama si-nenek tua she Sun ini djadi termenung seorang
diri. Dia djadi mengawa si botjah Tjing San lagi tanpa
bergerak, hingga si-nenek seperti patung sadja, Hanja kadang-
kadang terdengar suara dia menghela napas.
Suasana malam disekitar hutan digunung Heng-san
tersebut gelap sekali, djuga terlalu sunji, sehingga suara daun-
daun dari pepohonan jang diperrnainkan oleh hembusan angin
pegunungan, telah menimbulkan suara jang tjukup
menjeramkan dan mengerikan sekali suasana disekitar tempat
itu djadi demiki menjeramkan sekali.. sehingga tempat itu
lebih menjeramkan dari ditempat-tempat sekitar kuburan,
karena hawa jang mengandung maut jang mengintjar disetiap
saat seperti mengurung tempat itu.
Sun Ie Ling sendiri jang telah berpengalaman luas, dan
djuga mempunjai kepandaian jang hebat sekali, mempunjai
ketabahan serta jang selalu menghadapi keramaian tidakpernah
gentar, tetapi kali ini dia mendjadi tergontjang djuga hatinja.
Dengan kedua tanaan disilangkan memeluk kedua lututnja,
nenek tua ini duduk terpekur disitu. Dia djadi membajangkan
bahwa besok mereka akan sampai dipuntjak Heng-san itu,
tentunja kedjadian hebat sedang menanti mereka djuga. Karena
si-nenek tua Sun Ie Ling memang sudah mengambil
keputusan, biar bagaimana nanti dia harus berusaha
memperoleh kitab It Kim Keng, kitab itu adalab kitab pusaka
jang merupakan sebuah kitab jang selalu diperebutkan oleh
djago-djago didalam rimba persilatan, karena didalam kitab itu
dimuat peladjaran ilmu silat It Kim Kun-hoat jang hebat tanpa
tanding serta It Kim Kiam Hoat (Ilmu pedang Emas Tunggal)
jang merupakan ilmu pedang jang terhebat didalam sungai-
telaga atau rimba persilatan.

Tengkorak Iblis 59
Itulah sebabnja mengapa kitab It Kirn Keng telah
mendjadi perebutan antara djago! didalam kalangan Bulim
(rimba persilatan) atau kalangan Kang ouw (sungai telaga).
Setiap djago didalam rimba persilatan ingin memiliki kitab itu,
karena siapa sadja jang bisa memiliki kitab tersebut, tentu dia
akan mendjadi seorang djago jang paling hebat dan tidak
terkalahkan. Entah sudah herapa banjak korban djiwa jang
berguguran dan berdjatuhan disebabkan oleh kitab It Kim
Keng. Disebabkan orang-orang di rirnba persilatan berusaha
memperebutkan dan mempertahankan kitab itu, maka, mereka
djadi saling bunuh .....! Entah sudah berapa banjak darah jang
membandjiri bumi ......
––––––––

(Bersambung ke Djilid 2)

Tengkorak Iblis 60
Tengkorak Iblis 61

Anda mungkin juga menyukai