Anda di halaman 1dari 766

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

Thay Kek Kie Hiap Toan Karya : Liang Ie Shen Saduran : OKT Sumber : TopMdi website Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http:// http://dewikz.byethost22.com/

Seri 1
Pada tiga puluh tahun yang lalu, dengan sebuah kereta keledai, penulis berangkat ke luar daerah perbatasan. Ialah pada bulan kesembilan dari musim ketiga, tanah datar ada belukar, hingga bumi nampaknya nempel dengan langit. Sesudah melalui beberapa puluh lie, sang maghrib telah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendatangi. Di sekitar kita tidak ada rumah orang. Selagi kita mulai sibuk, tiba-tiba kita dengar tindakan kaki kuda di sebelah belakang. Dua penunggang kuda lagi mendatangi. Tapi, setelah mendekati kita, suara tindakan jadi kendor. Nyata orang tidak lewati kita. Diam-diam kita kuatirkan orang jahat. Dari dua penunggang kuda itu, yang kita lihat selagi kita menoleh ke belakang, yang satu berumur empat puluh tahun lebih, yang lainnya, tiga puluh lebih, dua-dua romannya keren, samar-samar kelihatan pedangnya masing-masing. Selagi kita berkuatir, tiba-tiba mereka liwati kita, kudanya dikaburkan, selagi liwat, mereka menoleh. Nampaknya mereka heran tapi mereka kabur terus. Belasan lie lagi kita sudah pergi, kita tetap tidak melihat rumah orang. Sekarang sang maghrib sudah datang, kita jadi bingung, lebih-lebih setelah melihat dua orang tadi. Di mana kita mesti bermalam? Lihat! tiba-tiba kusir berseru, seraya tangannya menunjuk ke depan. Sebuah bukit kecil berada di depan kita, di tengah itu, nampak satu kuil tua. Di situ banyak pepohonannya. Kita segera menuju ke sana, dan berhenti di antara pepohonan. Kita mendaki sedikit akan hampirkan kuil itu. Kita mengetok pintu sekian lama, baharu kita dengar jawaban seorang tua: Pintu tidak dikunci, masuk saja! Pekarangan dalam dan pendopo ada sunyi. Beberapa ekor lawa-lawa beterbangan sambil cecowetan. Di tengah pendopo, duduk bersila seorang niekouw, ialah pendeta perempuan yang usianya sudah lanjut. Dia duduk diam bagaikan patung. Selagi menantikan, kita lihat sebuah pohon besar, besarnya kira-kira sepelukan. Yang aneh ialah, di batang pohon itu ada dua buah tapak tangan yang dalam, tapak seperti dikorek.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekian lama kita menunggu, niekouw itu tetap diam saja, maka dengan hati-hati, kita nanjak di tangga, selagi kita hampirkan bagian belakang orang alim itu, sekonyongkonyong dia menoleh dan kata sambil tertawa: Tuan-tuan tentulah sudah letih. Sedetik saja kita lihat, sepasang mata yang tajam dan bersinar, sebuah muka yang sudah keriputan, akan tetapi, kita percaya di masa mudanya, niekouw itu mesti cantik luar biasa. Pinnie masih belum selesai, kata pula niekouw itu, silakan Tuan-tuan menantikan sebentar di kamar samping sana. Kita masuk ke kamar yang ditunjukkan, kamar itu tak berperabot kecuali sebuah meja dengan beberapa patungnya. Di situ ada sebuah tokpan yang luar biasa dengan setangkai bunganya, yang harum. Di pojok tembok, ada sekumpulan rumput, entah pepohonan apa. Heran aku pikir, di tempat suci seperti ini, ada sebuah kuil dengan pendetanya perempuan. Sembari menantikan si pendeta, aku keluarkan sejilid kitab Wei Mo Tjhing, untuk dibaca guna menenteramkan hati. Sungguh kau rajin, Tuan! tiba-tiba aku dengar suaranya si pendeta selagi aku membaca belum lama. Apakah kau merasa aneh bahwa di tempat sesunyi ini ada sebuah kuil serta pendetanya? Mari kita pergi ke ruangan sana. Pinnie telah sediakan thee pahit untuk melenyapkan dahaga. Sembari minum, nanti pinnie tuturkan satu dan lain mengenai keadaanku. Kita terima baik undangan itu, sambil keringkan dua cawan thee. Segera juga niekouw tua ini bicara tentang agama Budha serta agama Lhama, yang ada suatu cabang dari Budhisme, hanya Lhamaisme ada kecampuran kebiasaan-kebiasaan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

setempat yang zaman modern anggap tahayul. Umpama satu pendeta dari Tionggoan, sukar tancap kaki di Tibet apabila dia tidak turut segala kepercayaan kaum Lhama. Atau kalau dia tidak mengerti ilmu telan golok muntahkan api, dia mesti punya suatu kepandaian lain yang istimewa, umpama obatobatan. Dan guruku adalah suatu niekouw, murid dari angkatan ketiga dari satu pendeta yang merantau ke Mongolia dan Tibet pada seratus tahun yang lampau. Guru besar itu dapatkan kedudukannya di sini karena ia bisa letaki burung di telapakan tangannya tanpa burung itu mampu terbang pergi. Maka akhirnya, guru besar itu bisa dirikan tiga buah biara, antaranya ini yang sekarang pinnie tempati. Selagi pendeta ini berkata demikian, hujan, yang sudah mulai turun sekian lama, menghembuskan angin ke dalam, menyingkap selembar kain penutup patung-patung di atas meja hingga kelihatanlah di situ sebuah patung lelaki yang romannya cakap dan gagah. Pendeta itu terkejut, matanya bersinar, tapi lekas juga menjadi tenang pula. Jangan heran Tuan, itulah gambarnya tunanganku, katanya kemudian. Kenapa satu niekouw mempunyai tunangan? Pendeta itu berikan keterangannya tanpa diminta lagi. Tunanganku telah terbinasa pada tiga puluh tahun yang lalu, binasa teraniaya di tangannya satu musuh, demikian penjelasannya. Dia ada satu murid dari Golongan Silat Thay Kek Pay, sejak muda ia telah merantau, tapi kemudian ia binasa di tangannya satu manusia rendah. Oh, tak sanggup aku menutur terlebih jauh. Cukup kalau pinnie terangkan, untuk tunanganku itu, sudah tiga puluh enam tahun lamanya, pinnie lakoni ini macam penghidupan sunyi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Angin di luar meniup makin keras, hujanpun tambah besar, suaranya terdengar nyata di pohon besar di luar kuil. Sekonyong-konyong tampangnya si pendeta berubah, agaknya terkejut. Ia lantas ambil beberapa biji tasbih, ia timpukkan itu keluar, ke udara. Mulanya ia menimpuk satu biji, lantas nyusul yang kedua. Ini yang belakangan kebentrok sama yang pertama, yang lagi jatuh turun. Keduanya lantas perdengarkan satu suara nyaring. Enam biji dia timpukkan, tiga kali terdengar suara beradu itu. Cuaca gelap, tapi semua tasbih bisa beradu satu dengan lain, itu menunjukkan ilmu kepandaiannya niekouw ini. Tasbih pinnie ini, dahulu di kalangan Kang-ouw, ada juga namanya yang kecil, kemudian si niekouw bersenyum. Ini dia yang dinamai piauw Bouw-nie-tjoe. Orang yang datang malam ini, sahabat atau lawan, mestinya kenal baik piauw pinnie ini! Sebelum ucapan itu berhenti, dari atas pohon besar berkelebat dua bayangan orang seraya terdengar suaranya juga: Soehoe, jangan lepas piauw! Inilah kita anak-anak yang datang! Bagaikan burung melayang, dua orang segera sampai di depannya niekouw tua itu. Aku tahu maksud kedatangan kau orang! kata si niekouw. Aku mesti turut kau orang untuk tugasku yang lagi belum selesai! Dua orang itu adalah dua penunggang kuda, yang tadi diketemukan di tengah jalan. Setelah dua orang itu memberi hormat dan duduk, niekouw itu melanjutkan kata-katanya: Kebenaran sekali Tuan datang ini malam! Besok pinnie sudah mesti ikut mereka ini, entah buat hidup terus atau terbinasa. Baiklah malam ini pinnie gunakan untuk memberi penuturan, agar anak-anak inipun sekalian mendapat tahu. Umpama kita terbinasa, Tuan, kau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nanti boleh siarkan tentang aku ini, perihal hebatnya balasmembalas di kalangan Rimba Persilatan Dan niekouw tua itu tuturkan riwayatnya, yang merupakan ceritera kita ini. Demikian Liang Yusheng, si penulis, akhirkan permulaannya. I Distrik In-koan di perbatasan kedua Propinsi Shoatang dan Hoopak, dulu pernah jadi aliran dari Sungai Hong Hoo ke laut, ketika kemudian aliran itu digeser, air toh masih menggenang di situ, luasnya beberapa ratus lie, di situ orang masih mondar-mandir untuk pengangkutan di muka air, sedang di bagian-bagian yang dalam, permukaan air penuh dengan gelagah, ganggang dan rumput air lainnya. Inilah dia Muara Kho Kee Po yang kesohor. Di sini Touw Kian Tek berpusat di zaman Kerajaan Soei, namanya sama kesohornya seperti Wa Kong Tjee dari Tjin Siok Po dan Thia Kauw Kim beramai. Di tepi Muara Kho Kee Po ini, ada satu dusun kecil, Kim Kee Tjoen namanya Dusun Ayam Emas. Di belakang dusun ini ada sebuah bukit kecil tetapi indah. Sedangkan di atas bukit itu, di tanah yang datar, pada pagi itu dalam musim Tjoen yang permai, dua pemuda dan satu pemudi, asyik berlatih silat dengan gembira. Mereka ada Yo Tjin Kong, Tjoh Ham Eng serta Lioe Bong Tiap; yang pertama dan kedua ada murid yang kedua dan ketiga dari Lioe-kauwsoe Lioe Kiam Gim, guru silat kenamaan dari cabang Thay Kek Pay, dan yang ketiga ada gadisnya guru silat itu, satu nona cantik dan gesit. Ham Eng dan Bong Tiap asyik adu kepandaian dan Tjin Kong sedang menonton sambil bersandar di cabang pohon, tampangnya berseri-seri. Cara berlatihnya kedua saudara seperguruan itu ada luar biasa. Ham Eng berlari-lari terputar-putar, tangannya mencekal tambang yang diikati dua belas butir bola pualam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang kecil mungil, kalau tambangnya digentak atau dikedut, tambangnya lantas jadi lempang dan kaku bagaikan toya, dua belas bola kecilnya lantas bergerak-gerak, bersinar menyilaukan mata. Setelah lari dua putaran, dengan larinya makin keras, Ham Eng lantas berseru: Soemoay, kau juju dan seranglah! Lioe Bong Tiap mengejar, tangannya mencekal beberapa biji piauw besi namanya piauw besi, sebenarnya itu ada uang tang-tjhie zaman Kaisar Ham Hong. Ini ada gantinya Kim-tjhie-piauw, yang tajam di kedua muka, yang Lookauwsoe Lioe Kiam Gim dapatkan dari Thay-kek Teng di Shoatang. Thay-kek Teng ada satu ahli silat she Teng dari cabang Thay Kek Pay juga. Atas seruan soehengnya, sebelah tangannya Bong Tiap lantas bergerak, disusul sama menyambarnya sebiji piauw besi, tetapi si nona sendiri berseru: Yang ketiga! Gerakan tangannya adalah yang dinamai Hong hong tian tjie atau Burung hong pentang sayap. Segera terdengar satu suara keras, atas mana, Ham Eng berhenti berlari, akan lihat bola pualamnya. Ia dapatkan benar sekali, bolanya yang ketiga yang telah kena dihajar sampai ikatan kawat halusnya putus dan bolanya jatuh. Bagus! ia berseru dengan pujiannya sambil tertawa, sesudah mana, ia lari lagi. Bong Tiap mengejar pula tanpa bilang suatu apa, ia berlarilari dengan gunai ilmu entengi tubuh yang dinamai Pat pouw kan sian atau Delapan tindak mengejar tonggeret, lalu sembari lari ia menimpuk tiga kali, sekali ini sambil berseru: Yang kesatu! Keempat! Kedelapan! Sembari menyambit, ia berlompatan dengan tipu silat Koay bong hoan sin atau Ular naga jumpalitan. Lalu beruntun terdengar dua suara beradu, dua bola jatuh ke tanah. Tapi piauw yang ketiga dijepit antara dua jerijinya Ham Eng, siapa berbuat demikian sambil tertawa besar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mukanya Bong Tiap menjadi merah. Dia telah menimpuk membikin tiga piauw bersinar sebagai tiga buah bintang. Ham Eng ketahui liehaynya sambitan itu, tapi dia pun hendak perlihatkan kepandaiannya, dia sengaja sambar yang ketiga dan tangkap itu. Untuk ini, ia berkelit dahulu, selagi piauw mendekati tenggorokannya, ia angkat tangan kirinya, jari telunjuk dan tengahnya lantas menjepit! Melihat demikian, Yo Tjin Kong serukan supaya mereka berhenti berlatih, kemudian ia berikan pertimbangannya dengan berkata: Soemoay punya permainan piauw sudah sempurna, hanya yang ketiga barusan, ditimpuknya secara terlalu terburu nafsu. Kau, Sam-soetee, masih banyak kelemahannya, gerakan Tiat-poan-kiomu masih lambat. Adalah lebih baik kau berkelit dengan Yan Tjeng Sip-pat-hoan. Dalam pertempuran, orang mesti berhati tenang tapi juga gesit. Meski adanya pertimbangan dari sang soeheng itu, Bong Tiap tidak puas. Dari tiga piauw, cuma dua yang mengenai, aku tetap kalah! katanya. Sam-soeheng, mari kita berlatih pula, dengan tangan kosong! Ia kepal tangannya, dan menghampirinya. Tjoh Ham Eng angkat pundak. Kau sudah menang, Soemoay, kenapa kau masih belum puas? katanya. Kau tidak lelah tetapi aku yang sudah letih. Biar besok saja aku layani pula padamu. Tidak, Soeheng! mendesak si nona. Usianya dua pemuda dan pemudi ini tidak berjauhan, Bong Tiap baharu enam belas, Ham Eng baharu delapan belas. Bong Tiap ada anak tunggal, atau anak macan, biar dia dididik keras, dia tetap sangat disayang ayahnya, hingga ada kalanya, keinginannya mesti diluluskan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Murid kepala dari Lioe Kauwsoe sudah lulus dan sudah merantau sejak sepuluh tahun yang lalu, umurnya sudah tiga puluh lebih, dan murid kedua, Yo Tjin Kong, sudah mendekati usia tiga puluh tahun. Bertiga mereka ini biasa berlatih bersama-sama. Bong Tiap belum insyaf perbedaan antara lakilaki dan perempuan, ia tak merasakan apa-apa, ia suka turuti adatnya, sedang Ham Eng di lain pihak, kadang-kadang suka godai soemoay ini. Demikian barusan, ia sengaja tangkap piauwnya Bong Tiap. Bong Tiap tak perduli orang mengalah, ia lantas saja menyerang dengan pukulan Tjit seng tjiang atau Telapakan Tujuh Bintang. Ham Eng sudah bersiap, baharu ia hendak menangkis, atau Yo Tjin Kong telah berseru: Jangan gaduh, he! Lihat, siapa itu datang? Tangannya pun menunjuk. Bong Tiap tarik pulang kepalannya, ia menoleh seperti juga Ham Eng, ke arah yang ditunjuk. Sebuah perahu kecil dan enteng lagi mendatangi di tengah muara, memecah gelagah, lajunya sangat pesat. Perahu itu tidak pakai layar dan angin ada angin melawan. Terang itu bukan perahu nelayan. Di atas perahu itu ada seorang lelaki dengan tubuh yang besar. Begitu lekas kendaraan itu mendekati pinggiran, penumpang itu enjot tubuhnya, lalu membarengi majunya perahu seperti berlompat, tubuhnya sendiri sudah meloncat ke darat, dengan tidak perdulikan lagi perahunya, dia berlari-lari terus ke arah rumah. Apakah Lioe Kiam Gim, Lioe Loo-soehoe ada di rumah? dia tanya sembari menghampirkan tiga saudara seperguruan itu. Kau siapa? Ada urusan apa kau cari Lioe Loo-soehoe? Ham Eng balik menanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu kepriki pakaiannya. Jangan kau orang tanya aku siapa, ia menjawab. Asal aku sudah ketemu sama Lioe Loo-soehoe, dia pasti akan kenali aku. Aku cari Lioe Loo-soehoe untuk satu urusan sangat penting, yang mengenai nama baiknya perguruan kita. Hal ini, taruh kata aku beri tahu pada kau orang, tidak nanti kau orang bisa segera mengerti! Tiga orang itu melengak atas jawaban itu, tetapi Yo Tjin Kong, yang sudah punya sedikit pengalaman Kang-ouw, nampak kegesitan tubuh dan sikap orang itu, percaya orang tidak bermaksud jahat. Loo-soehoe ada di rumah, ia segera berkata. Tuan hendak menemui Loo-soehoe, silakan ikut siauwtee. Soeheng ini pun minta soemoaynya lekas pulang, akan memberi kabar. Orang itu manggut, ia lantas ikut Tjin Kong, yang sengaja mengajaknya ambil jalanan yang sukar, akan mendaki tempat yang penuh batu. Awas, jalanan licin, katanya sesampainya di jalanan yang batu-batunya berlumut. Ia hendak uji orang itu, ia sengaja bikin tubuhnya seperti terpeleset, supaya ia bisa betot ujung baju orang, untuk mana, ia gunakan kedua tangannya. Ia harap, umpama kalau ia tak mampu bikin orang terpeleset, sedikitnya tubuh dia itu akan seloyongan atau miring. Di luar dugaannya, orang itu tetap berjalan dengan tubuh tetap, melainkan mulutnya mengucap: Ya, jalanan licin, hati-hati! Berbareng dengan itu, dari sebelah atas seorang lompat turun, tubuhnya melayang dengan pesat, turunnya di sampingnya Yo Tjin Kong, tangan kanannya dipakai menarik si murid, tangan kirinya dengan jeriji terlonjor, dengan tipu Soen soei twie tjouw atau Menolak perahu mengikuti aliran air, menotok pada tetamu yang tidak dikenal, yang pakai baju abu-abu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu terperanjat dengan serangan yang tiba-tiba itu, belum sempat lihat orang punya muka, ia sudah enjot tubuhnya, akan loncat ke samping, dari sini baharulah ia mengawasi, tapi sebelum ia bisa melihat tegas, orang yang baharu sampai itu sudah mendahuluinya, ia berseru: Oh, kau, Kim Hoa? Sekejab saja, orang itu sudah maju untuk paykoei. Soepeh, maafkan siauwtit, katanya sembari memberi hormat sambil berlutut. Siauwtit belum sempat menemui Soepeh tetapi Soepeh sudah mendahului menemui padaku. Orang itu adalah Lioe Kiam Gim, si guru silat, yang telah datang dengan lekas karena kecerdikan dan kegesitannya Bong Tiap, yang sudah pulang dengan cepat, akan dului soehengnya memberi laporan, hingga ayahnya ini menyangka, orang asing itu barangkali ada seorang Kang-ouw, yang datang untuk mencari gara-gara, hingga dia anggap baiklah ia mendahului menemui di luar rumahnya. Siapa tahu, tetamu itu adalah soetit, atau murid keponakan. Kim Hoa hendak bicara sama itu soepeh, tapi si soepeh pegat ia. Sabar, mari kita bicara di rumah saja, demikian kata Lioe Loo-kauwsoe. Maka mereka bertiga, menuju ke rumah, tetapi, sesampai di sini, Kiam Gim ajak orang pergi ke latar di mana ada banyak pohon yang lioe, di bawah mana ada meja dan bangkubangku dari batu, piranti duduk berangin. Kim Hoa lantas duduk di sebelah bawah, tapi tidak menunggu sampai soepeh itu menegurnya, ia mendahului keluarkan sepucuk surat, untuk dihaturkannya. Kiam Gim baca surat itu, sesudah mana, air mukanya berubah dengan segera.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Surat itu datangnya dari Teng Kiam Beng, anaknya Thaykek Teng. Kiam Beng ada soeteenya atau adik seperguruan, menurut runtunan murid-murid, tetapi di lain pihak, soetee ini adalah ahli waris dari Thay Kek Pay, sebab dialah yang diangkat jadi tjiang-boen-djin, orang yang mewariskan dan meneruskan pegang pimpinan dari kaum atau golongannya. Bunyinya surat ada demikian penting, hingga guru silat ini jadi terkejut. Untuk ketahui duduknya perkara, baik kita mundur sedikit dari cerita ini. Ayah dari Lioe Kiam Gim ada suatu sanak jauh dari Shoatang Thay-kek Teng, akan tetapi, di sebelah itu, mereka tinggal bertetangga, mereka cocok satu sama lain, maka pergaulan mereka jadi rapat. Maka juga, ketika Kiam Gim berumur tujuh atau delapan tahun, ayahnya minta Thay-kek Teng suka ajarkan silat pada anak ini. Kiam Gim ada bertubuh kurus dan lemah luar biasa, karena itu Thay-kek Teng tidak lantas didik dia seperti murid-murid lain, hanya dia diperintahkan yakinkan Thay-kek-koen, guna lebih dahulu kuati tubuh. Tapi dia rupanya berjodoh sama ilmu silat, di sebelah rajin berlatih apa yang diajarkan, diam-diam ia perhatikan pelajarannya lain-lain murid. Hanya, belajar baharu satu tahun, oleh ayahnya, ia diajak pindah ke distrik tetangga, sebab ayah itu, yang tak berhasil hidup sebagai petani kecil, sedang pajak ada berat, pindah untuk bekerja membantui satu kenalannya, yang hendak tolong padanya. Empat tahun lewat dengan cepat. Pada suatu hari selagi Teng Loo-kauwsoe dan beberapa muridnya asyik pasang omong di depan rumahnya, jauh beberapa puluh tindak dari mereka, dua ekor kerbau tengah berkelahi, lantas yang satu, yang kalah, lari kabur, dan yang menang mengejarnya. Sedang begitu, di jalan besar, satu anak tanggung lagi berlari-lari mendatangi, ia agaknya tak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perhatikan kedua ekor kerbau yang sedang main udak-udakan itu. Melihat demikian, Thay-kek Teng terperanjat, sampai ia menjerit, karena cepat sekali, itu bocah hampir ketabrak. Guru silat ini lantas loncat lari, untuk menolongi. Tapi, belum ia sampai kepada mereka, tiba-tiba ia dengar satu suara keras, kedua kerbau terpental masing-masing, dan dengan matanya yang liehay, ia telah saksikan sebabnya itu. Dengan Ya ma hoen tjong, atau Kuda liar memecah suri, suatu ilmu pukulan dari Thay-kek-koen, bocah itu tolak kerbau yang di depan dengan tangan kirinya dan kerbau yang di belakang dengan tangan kanannya, hingga dua binatang itu tak saling kejar pula, yang di depan terpental minggir, yang di belakang terdorong mundur. Gerakan kedua tangan itu, ada dengan pinjam tenaga lawan. Ah! berseru Thay-kek Teng, apabila ia sudah awasi bocah itu, seraya menghampiri. Kenapa kau ada di sini? Bagaimana caranya kau jadi peroleh tenaga besar dalam kepandaianmu ini? Itu bocah adalah Lioe Kiam Gim, yang sendirinya dengan rajin dan sungguh-sungguh meyakini terus pelajaran yang ia dapati dari gurunya, sampai ia insyaf sendiri, bahwa ia bisa berlatih dengan sempurna sambil insyaf sudah, akan kepentingannya. Hanya apa lacur, beberapa hari yang sudah, ayahnya telah menutup mata, karena mana, menurut pesan ayahnya, ia pulang untuk cari Thay-kek Teng. Apa mau, kebetulan sekali dua ekor kerbau adu tenaga, hingga ia telah perlihatkan tenaganya. Thay-kek Teng kagum sekali, tapi selagi ia hendak tanyakan keterangannya bocah itu, mendadak ada orang berlompat ke depan mereka dan orang itu satu bocah lebih kecil dari Lioe Kiam Gim datang menyerang anak piatu ini. Kapan ia telah lihat bocah kecil ini, ia tidak mencegah, ia malah berdiri sambil usut-usut kumisnya dan bersenyum.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lioe Kiam Gim tidak sempat berbuat apa-apa, terpaksa ia layani penyerang itu. Dengan In liong sam hian, atau Naga mega muncul tiga kali, anak kecil itu desak Lioe Kiam Gim, dada siapa ia serang. Ia ini tunggu sampai orang punya kepalan kiri hampir mengenainya, lantas ia pukul orang punya lengan. Ia gunai tipu silat Lam tjiak bwee atau Mencekal ekor burung gereja. Tapi dengan gesit, si penyerang tarik pulang tangannya, akan mulai dengan desakan lain. Kiam Gim melayani sekian lama, ia merasakan hebatnya desakan musuh, tapi ia melayani terus, sampai tiga puluh gebrak, di waktu mana, Teng Loo-kauwsoe lantas berseru: Cukup! Cukup! Sudah, Beng-djie, sudah cukup! Anak itu, yang dipanggil Beng-djie atau anak Beng, perhentikan serangannya dengan lantas, tapi setelah itu, ia sambar tangannya Kiam Gim, untuk ditarik sambil ia berseruseru dengan kegirangan: Aku dapat kawan! Aku dapat kawan! Bagus, Anak, bagus! Thay-kek Teng puji bocah she Lioe itu. Kau bisa layani anakku, bagus! Kau ada punya harapan besar! Kiam Gim lebih tua dua tahun dari Teng Kiam Beng, Kiam Beng dapat didikan langsung, tetapi toh ia bisa tandingi anaknya itu, ini membuktikan ia mempunyai bahan baik dan keuletan, maka guru silat itu jadi sangat girang. Sejak itu Thay-kek Teng terima Kiam Gim sebagai murid yang sah, malah Kiam Beng diperintah panggil soeheng padanya, sebab usianya yang lebih tua. Ia mengasih pelajaran yang sungguh-sungguh, malah ia turunkan tiga macam kepandaiannya yang liehay, ialah Thay-kek-koen, ilmu pedang Thay-kek-kiam dan ilmu melemparkan senjata rahasia Kimtjhie-piauw. Kiam Gim pun sangat bersyukur pada gurunya ini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang ia pandang sebagai ayah sendiri, maklum ia ada anak yatim-piatu. Sepuluh tahun lebih Thay-kek Teng didik murid dan anaknya itu, ketika datang saatnya ia hendak menutup mata, ia pesan mereka dengan kata: Kita Kaum Thay Kek Pay, sejak kita diwarisi ilmu silat oleh guru besar kita Thio Sam Hong, ditugaskan untuk menolong yang lemah, maka itu, sadari bangsa Boan-tjioe merampas Tionggoan dan memerintah kita bangsa Han dengan sangat menindas, aku larang kau orang bekerja untuk bangsa Boan-tjioe, sedang di kalangan Kangouw, selagi merantau, aku ingin kau orang tindas yang galak dan bengis. Di lain pihak terhadap sesama kaum Boe-lim, Rimba Persilatan, jangan kau orang bertengkar, jangan bersikap keras, inilah akan menyebabkan hatiku tidak tentaram. Kau, Kiam Gim, kau harus bisa pimpin soeteemu! Itu waktu dua-dua Kiam Gim dan Kiam Beng sudah berumur dua puluh tahun lebih, tidak heran kalau mereka jadi tidak betah berdiam di rumah saja, maka kemudian, mereka pergi merantau, akan cari pengalaman. Di akhir pergerakan Thay Peng Thian Kok yang gagal, di sana-sini masih ada perserikatan-perserikatan rahasia Melawan Tjeng-tiauw untuk membangunkan Kerajaan Beng, masih ada guru-guru silat yang mendidik murid-muridnya tidak perduli Kaisar Kee Keng melarang keras kepada rakyat membuka rumah-rumah perguruan silat, sebabnya ialah raja ini kuatir rakyat Han nanti berontak pula. Tapi kemudian, pemerintah Tjeng ubah haluan dengan coba membaiki guruguru silat, ia anjurkan orang-orang bangsawan dan pembesarpembesar negeri bergaul dan bersahabat sama ahli-ahli silat. Inilah politik pemerintah Tjeng hingga akhirnya muncul pergerakan Pahkoentauw atau Boxer. Karena adanya sikap pemerintah itu, Kiam Gim dan Kiam Beng dapat keleluasaan dalam perantauannya, mereka jadi dapat banyak kenalan dan penghargaan, terutama di

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Shoatang dan Hoopak, di Hoopak, pusatnya adalah Kota Pooteng. Di sini kedudukan mereka berimbang sama kedudukannya Tjiong Hay Peng dari Heng Ie Pay, Kiang Ek Hian dari Bwee Hoa Koen dan Koan Ie Tjeng dari Ban Seng Boen. Sikap pemerintah itu sebaliknya menyebabkan perpecahan diantara ahli-ahli silat, yang terbagi dua: mereka yang tetap mencinta negeri (Kerajaan Beng), dan mereka yang suka atau kena dilagui oleh politik mengambil hati itu. Sebab pihak yang pertama jadi benci atau tak menyukai pihak kedua, yang dianggap sebagai golongan pengkhianat. Kiam Gim dan Kiam Beng taat kepada pesan guru mereka, mereka tak sudi dilagui oleh pemerintah Tjeng, akan tetapi di sebelah itu, di antara mereka, segera timbul perubahan. Kalau Kiam Gim adalah tetap ramah-tamah, Kiam Beng menjadi kepala besar, sebab ia anggap, dia adalah ahli waris dari Thay Kek Pay, dan ia puas benar dengan kepandaiannya, ia tak sudi mengalah terhadap siapa juga, hingga ia telah bentrok dengan Tjiong Hay Peng dari Heng Ie Koen. Dalam hal ini, sia-sia saja Lioe Kiam Gim memberi nasihat pada itu soetee. Mengenai bentrokan dari Kiam Beng dan Tjiong Hay Peng, halnya dimulai oleh kejadian yang berikut: Pada suatu tengah malam, seperti biasa Teng Kiam Beng melatih diri. Waktu itu, bulan dan bintang sedang guram. Tiba-tiba ia dengar sambaran angin lewat, disusul sama berkelebatnya satu bayangan di atas genteng tetangganya. Ia heran di waktu demikian ada kelayapan satu ya-heng-djin ialah orang yang biasa keluar malam. Ia segera menyangka bayangan itu ada satu penjahat atau tukang ganggu orangorang perempuan. Ia pun jadi tidak senang, sebab di sebelah kecurigaannya, ia anggap orang tidak pandang mata padanya. Maka terus ia loncat naik ke atas genteng, untuk menyusul, guna cari tahu bayangan itu siapa adanya atau apa maksudnya. Ia lantas dapat mencandak. Hanya anehnya, bayangan itu seperti punya mata di belakang. Ia tidak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menoleh ke belakang, tetapi ia seperti ketahui ada orang kuntit padanya, lantas ia lari dengan keras sekali, hingga kali ini, percuma Kiam Beng mengejar, tak perduli bagaimana dia pandai berlari cepat, dia tak mampu mencandak lagi, dia tetap ketinggalan beberapa tumbak jauhnya. Dengan tidak merasa, mereka sampai di luar Kota Pooteng. Di sini, bayangan itu lari masuk ke dalam pekarangan lebar dari suatu gedung besar, yang banyak pepohonannya. Segera bayangan itu menepuk tangan, satu kali. Sambil bersembunyi di belakang sebatang pohon, Kiam Beng pasang mata. Ia lihat munculnya bayangan yang kedua, siapa lantas saling berbisik dengan bayangan yang pertama. Habis itu, mereka hampirkan tembok pekarangan, loncat naik ke atas sebuah ranggon kecil. Terang mereka hendak cari tahu keadaan, pikir Kiam Beng, yang lalu maju sedikit, untuk bisa datang lebih dekat kepada mereka itu. Ia terus memasang mata dan kuping. Ia sembunyi di atas pohon dekat ranggon itu. Anak ayam itu berada di lauwteng ketiga, kata bayangan yang satu. Baharu saja aku tiupkan asap Ngo-kouw Hoanhoen-hio, sekarang dia tentu sudah pingsan. Kiam Beng dengar kata-kata itu, menjadi gusar dengan tiba-tiba. Ia memang paling benci penjahat perugul orang perempuan. Ngo-kouw Hoan-hoen-hio adalah hio, yang asapnya bisa menyebabkan orang tak sadar akan dirinya. Tidak tempo lagi, ia keluar dari tempat sembunyinya dan loncat ke ranggon itu. Dua bayangan itu terkejut dan loncat turun, tetapi jago Thay Kek Pay itu terus susul mereka dengan turun loncat ke bawah, hingga ia bisa datang dekat kepada mereka itu. Dua-dua bayangan itu memakai topeng hitam, hingga kelihatan saja sepasang mata mereka masing-masing, yang mencorong.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Eh, makhluk apa berani campur urusan tuan-tuan besarmu? mereka itu menegur. Ah, kawanan manusia rendah, sampai Teng Kiam Beng kau orang tidak kenali! berseru jago Thay Kek Pay ini. Lihat tanganku! Dua bayangan itu tidak takut, sebaliknya, yang satu mencabut pedang, yang lain mengeluarkan sepasang Poankoan-pit, yang panjangnya kira-kira tiga kaki, dengan apa mereka mendahului menerjang. Dengan tangan kosong, Kiam Beng lawan dua bayangan itu. Ia tidak takut sekalipun ia tidak bersenjata. Ia lantas berdaya, akan rampas gegaman orang itu. Dua bayangan itu ada liehay, inilah ternyata dari gerakgerakan mereka. Kiam Beng lihat orang bermula mainkan Tatmo Kiam-hoat dari Siong Yang Pay, ujung pedang sabansaban menikam ke arah tempat-tempat kematian. Dan Poankoan-pit, itu senjata yang mirip dengan pit atau potlot, ujungnya senantiasa mencari satu di antaranya tiga puluh enam jalan darah yang berbahaya. Ia gunai Khong tjhioe djip pek djim, ilmu dengan tangan kosong melawan senjata tajam, suatu ilmu dari Thay-kek-tjiang, tetapi ia tidak peroleh hasil, tak pernah ia mampu sambar senjata musuh, malah apa yang ia rasai aneh, terang-terang ia bakal tertikam atau tertotok, tiba-tiba dua bayangan itu tarik pulang senjata mereka, akan ditukar dengan gerakan lain. Hal ini terjadi beberapa kali, hingga ia anggap, orang rupanya jerih terhadapnya. Ia tidak tahu, coba ia berkelahi dengan satu lawan satu, ia bisa menang, tetapi ia dikepung dua musuh tangguh, kalau hendak dibikin celaka, ia sudah akan rubuh siang-siang. Ia tidak pernah menyangka bahwa orang ada kandung suatu maksud. Pertempuran sementara itu sudah mengagetkan orangorang di dalam gedung, segera datang serombongan orang yang bersenjata, yang pun bawa obor dan lentera, berikut

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

teriakan mereka berulang-ulang: Tangkap penjahat! Tangkap penjahat! Hanya sesudah datang dekat, mereka tidak berani menyerang, mereka mengurung dari jauh-jauh saja, kecuali dua orang yang dandan sebagai kepala tjinteng, yang satu memegang tumbak, yang lain sepasang golok. Mereka ini tidak punya guna, baharu mereka hampirkan kedua bayangan, dua-duanya kena disapu kakinya hingga mereka rubuh terpental! Teng Kiam Beng tidak harap bantuannya sekalian tjinteng itu, dengan sepasang tangan kosong, ia terus layani musuhmusuhnya, hingga mereka telah bergebrak lebih dari lima puluh jurus. Segera datang satu serangan Poan-koan-pit kepada pundak kanan Kiam Beng, sepasang senjata itu bergerak dengan berbareng. Guru silat ini mendak, kakinya menggeser, sebelah tangannya balas menotok, tapi, belum sampai ia peroleh maksud, pedang menyambar dari belakangnya, hingga ia mesti kelit ke kiri, tubuhnya diputar, dengan begitu ia bisa balas menyerang si pemegang pedang itu, ia mengarah muka. Penyerang itu buang mukanya ke belakang, tubuhnya turut, tapi begitu lekas pindahkan kaki kanan ke kanan, pedangnya menyabet kakinya orang itu. Ia menyerang sambil mendekam. Dengan tabah Kiam Beng loncat untuk berkelit. Berbareng dengan itu, si pemegang pedang berseru: Misah! Ini adalah ucapan rahasia, yang berarti menyingkir. Ia pun terus loncat mundur, akan lari, ke pepohonan yang lebat, perbuatannya diturut oleh kawannya. Sikapnya dua bayangan itu ada mengherankan, karena dalam pertempuran, mereka menang di atas angin. Apa yang mengancam mereka ialah rombongannya tuan rumah tetapi mereka ini tidak mengurung untuk menyerang. Kiam Beng tidak pikirkan itu, ia hanya maju, untuk mengejar. Ia baharu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bergerak atau mendadak beberapa cahaya berkeredepan dari tempat lebat, menyambar kepadanya. Ia tahu adanya senjata rahasia, ia berkelit dengan lompat jumpalitan Yan Tjeng Sippat-hoan atau Yan Tjeng jumpalitan delapan belas kali, disusul sama Koen tee tong, atau Bergulingan di tanah begitu lekas tubuhnya mengenai bumi. Ia bergerak sangat gesit, tidak urung paha kanannya toh ketusuk sebatang senjata rahasia, yang membikin ia kaget, karena ia rasai kakinya jadi kaku dan gatal. Di lain pihak, di detik itu juga, kedua bayangan, yang bertopeng, lenyap di tempat lebat itu. Kejar! Kejar! berulang-ulang berseru kawanan tjinteng, yang aksinya baik, tapi untuk nyerbu ke tempat lebat, mereka tidak berani. Seorang berumur kurang-lebih lima puluh tahun, yang dandan sebagai satu sasterawan, lantas hampirkan Kiam Beng kepada siapa ia memberi hormat sambil menjura dengan dalam seraya terus mengatakan: Tuan, terima kasih untuk bantuan kau ini, yang aku tak nanti lupakan. Kiam Beng lekas-lekas membangunkan orang tua itu. Mari, Tuan, mari mampir! kemudian kata si tuan rumah, yang terus saja pimpin jago Thay Kek Pay itu, untuk diajak masuk ke dalam, di mana orang melayaninya dengan hormat dan telaten, ada yang suguhi thee, ada yang sediakan hoentjwee. Teng Kiam Beng tidak gemar bergaul sama orang-orang sebangsa hartawan ini, setelah hirup thee, ia berniat pamitan, apa mau, baharu saja ia bangun untuk berdiri, tiba-tiba ia rasai kakinya lemas, tanpa ia ingin, ia rubuh sendiri. Untuk bisa bangun, orang mesti pepayang padanya. Sekarang baharu ia insyaf, tadi ia sudah terkena senjata rahasia, terus ia raba pahanya, dari mana ia cabut senjata rahasia itu, yang masih menancap, tatkala ia periksa senjata itu, ia berseru: Oh, Tok-tjie-lee! Karena itu ada senjata rahasia yang dipakaikan racun.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Senjata apa itu? Adakah itu berbahaya? tanya tuan rumah yang agaknya kaget. Ini ada senjata rahasia yang dipakaikan racun, sahut Teng Kiam Beng sambil kerutkan alis, air mukanya pucat, suaranya separuh merintih. Di kalangan Kang-ouw, ini ada satu senjata jahat, racunnya ada racun dari Tanah Biauw, atau Sin-kiang, racunnya segera bekerja begitu mengenai darah! Luka ini tak dapat disembuhkan kecuali dengan obat kepunyaan si penyerang gelap sendiri. Rasanya aku tak dapat lagi keluar dari rumah ini. Tuan rumah periksa senjata rahasia itu dan juga lukanya. Tin-djie, pergi lekas ke lauwteng belakang pada Djie-ienio! ia berkata. Kau minta obat Pek-giok Seng-kie Poat-tokkoh, kita nanti coba itu! Kemudian pada Kiam Beng, ia tambahkan: Di masa muda, aku pernah pangku suatu pangkat kecil di Pakkhia, di sana aku kenal satu thaykam tua siapa presen aku setengah botol kecil obat itu. Itu ada obat di dalam istana, katanya untuk sembuhkan segala racun atau gigitan binatang berbisa, juga buat obati luka-luka senjata rahasia. Di istana orang sediakan obat ini guna berjaga-jaga, kuatir ada penyerangan gelap. Sebegitu jauh aku belum pernah pakai obat ini, sekarang marilah kita coba. Tidak ada jalan, Kiam Beng terpaksa pakai obat itu, hanya aneh, begitu lekas lukanya dipakaikan kohyo itu, ia merasakan hawa adem, sampai ke hatinya, lalu kakinya itu, ia bisa gerakgerakkan juga. Sekarang silakan Tuan tinggal sama aku di sini, kemudian tuan rumah berkata pula. Selama racun belum punah semua, Tuan mesti beristirahat di sini, buat beberapa hari, kalau tidak, luka akan kumat lagi dan itulah berbahaya. Kiam Beng tahu liehaynya racun itu, terpaksa ia terima baik undangan itu, untuk mana ia menghaturkan terima kasih. Karena ia tinggal menumpang, lantas ia dapat tahu, bahwa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tuan rumahnya ada Soh Sian Ie, hartawan di Poo-teng, yang punya beberapa ribu bauw sawah. Selama beberapa hari, Kiam Beng dirawat dengan sempurna, tuan rumah senantiasa temani ia, untuk pasang omong, dari ilmu surat sampai segala urusan di Kota Raja. Ia memang mengerti sedikit tentang syair, sedang sawah ia punyai sejumlah bauw. Ia pun lihat orang itu manis budi. Malah beberapa kali ada orang-orang melarat datang untuk mohon derma, beras, peti mati, dan lainnya, dan semua orang itu disambut sendiri oleh Sian Ie, yang luluskan semua permintaan. Maka ia percaya, hartawan ini juga budiman. Di hari keempat, setelah sembuh betul, Teng Kiam Beng pamitan, Soh Sian Ie serta orang-orangnya antar dia sampai tiga lie, selagi ia mengucapkan terima kasih,, Sian Ie sendiri berulang-ulang panggil dia enghiong besar, tuan penolong yang baik hati, dan Ini budi besar tidak nanti aku lupakan! katanya. Dia tanya alamatnya, dia tanya, jago itu suka atau tidak bersahabat sama dia. Tentu saja Kiam Beng menjawab bahwa ia suka bersahabat, karena ia sudah terima budi. Hanya, selagi ia berjalan pulang dengan bersyukur, di rumahnya Soh Sian Ie, hartawan itu sendiri lagi duduk berkumpul dalam kamar rahasianya bersama dua orang yang itu malam jadi bayangan dan memakai topeng, yang berpura-pura menjadi penjahat tukang perugul orang perempuan. Karena Soh Sian Ie sedang main sandiwara! Dua orang bertopeng itu ada tauw-teng wie-soe, pahlawan kelas satu, dari istana Kerajaan Tjeng. Yang bersenjatakan pedang, Boan Eng Tjin, dan yang pegang Poankoan-pit ada Ouw It Gok. Mereka sengaja dipinjam oleh Tjongtok Tee Kie dan Tit-lee, buat jalankan peranan, akan pedayakan Teng Kiam Beng, supaya ahli silat Thay Kek Pay ini bisa ditempel agar nanti tenaganya bisa dipakai oleh negeri guna hadapi musuh-musuh gelap bangsa Han.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Kiam Beng rubuh dalam tipu-daya kita! kata Bong Eng Tjin sambil bertepuk tangan dan tertawa gembira. Dia jadi ahli Thay Kek Koen bukan namanya, dia benar-benar liehay, jikalau bukan kita berdua, dia tak dapat dilayani. Teng Kiam Beng memang bukan orang sembarangan, tetapi ia tak ada di atasan kita, It Gok turut bicara. Coba aku merdeka, akan turuti hatiku, tidak nanti aku tak ada di atasan Kiam Beng, It Gok perkenankan ia berlaku jumawa. Kalau tidak Tee Tjongtok memesan wanti-wanti, aku pasti bikin dia mampus! Kalau dia mampus runtuhlah daya-upaya kita! Soh Sian Ie tertawa. Laginya, buat apa menyingkirkan hanya dia seorang? Bukankah kita hendak pakai tenaganya untuk buyarkan persatuan dari kaum pencinta negeri kalangan Kangouw di Shoatang dan Hoopak ini? Aku kagumi kau orang berdua, terutama kau, Saudara Ouw, karena senjata rahasiamu tepat mengenai anggotanya yang tak membahayakan jiwanya. Sedang kau, Saudara Bong, sempurna sekali gunai ilmu pedang Heng Ie Pay dan Boe-kek kiam-hoat yang kau dapat curi pelajari, hingga dengan begitu, kau pasti akan bikin Kiam Beng bingung mengenai boegeemu! Dan aku kagumi kau, Loosianseng! Bong Eng Tjin tertawa pula. Pandai sekali kau dengan angkatanmu, enghiong besar dan tuan penolong, hingga dia tidak curiga suatu apa terhadap kau, hingga kau sekarang bisa jadi sahabatnya! Tiga orang itu tertawa dengan gembira sekali. Selagi tiga orang beriang-gembira, Kiam Beng sampai di rumahnya dengan tidak lama kemudian, datang orang-orang menyambanginya, karena selama tiga hari ia lenyap dengan tiba-tiba, orang jadi heran, sibuk dan berkuatir juga, di antara sahabat-sahabat itu ada Tjiong Hay Peng, Kiang Ek Hian dan Koan Ie Tjeng, semua mereka ini menanyakan, apa yang sudah terjadi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku telah hadapi orang-orang jahat tidak dikenal, Kiam Beng kata, dan ia tuturkan pengalamannya. Dua orang itu ada liehay sekali, coba bukan aku, tidak saja aku akan cuma terkena senjata rahasia, jiwakupun bisa melayang di tangan mereka, di pedang atau Poan-koan-pit! Mendengar keterangan itu, semua tetamu menjadi heran. Rata-rata mereka itu nyatakan bahwa mereka belum pernah dengar perihal dua tjay-hoa-tjat itu penjahat tukang perkosa orang perempuan. Mereka juga menduga dengan sia-sia belaka. Teng Kiam Beng turut berpikir, ketika mendadak ia tanya Tjiong Hay Peng: Di antara murid-murid Heng Ie Pay mu ada atau tidak seorang yang jangkung-kurus, yang pandai mainkan ilmu pedang Boe-kek Kiam-hoat? Tjiong Hay Peng, Ketua dari Heng Ie Pay, terperanjat. Apa? Murid dari Heng Ie Pay? ia tegaskan dengan mata melotot. Belum pernah ada orang Heng Ie Pay yang jadi tjayhoa-tjat! Dijawab secara demikian, Kiam Beng tertawa dingin. Ada atau tidaknya muridmu yang jadi tjay-hoa-tjat, aku tidak tahu! katanya. Tapi itu orang bertopeng, yang bersenjatakan pedang dan pakai topeng di waktu melawan aku, terang-terang telah gunai Boe-kek Kiam-hoat! ia berdiam sebentar, lalu ia teruskan: Bukan melainkan orang itu yang memegang Poan-koan-pit juga gerak-gerakan tubuh seperti pelajaran golonganmu! Dalam sengitnya, Kiam Beng sudah utarakan juga sangkaan belaka. Tjiong Hay Peng jadi sangat gusar, sehingga ia keprak meja. Teng Kiam Beng, terang kau sengaja memfitnah aku! ia berseru. Kiam Beng pun gusar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku melihat dengan mata sendiri, bagaimana itu bisa jadi keliru? ia membalik. Hm, kalau tidak tangan kosongku ini yang liehay, siang-siang aku telah mesti tewas di tangan mereka! Melihat kedua pihak telah jadi sangat panas, yang lainnya maju sama tengah, untuk menyabarkan mereka. Tjiong Hay Peng tidak puas. Aku akan segera membikin penyelidikan! kata Ketua Heng Ie Pay ini dalam murkanya. Aku nanti segera kirim kabar pada semua muridku, pada sahabat-sahabat juga, jikalau ada muridku yang berbuat jahat, atau memperkosa orang perempuan, aku nanti kutungi tubuh mereka jadi delapan potong dan tikamkan mereka tiga lobang! Kalau tidak, kau mesti haturkan maaf pada Heng Ie Pay dengan adakan perjamuan! Setelah kata begitu, jago Heng Ie Pay ini lantas ngeloyor pergi. Demikianlah sebab-sebab permulaan dari perselisihan antara Kiam Beng dengan Tjiong Hay Peng, orang-orang lain tak dapat menghindarkannya. Selama itu, persahabatan antara Kiam Beng dan Soh Sian Ie menjadi tambah kekal setiap hari, karena hampir setiap hari Sian Ie kirim orangnya untuk menyampaikan bingkisan apa saja atau dia diundang untuk dijamu. Lioe Kiam Gim lihat sikapnya itu saudara angkat, ia pernah berikan peringatan atau nasihat, ia minta saudara ini waspada, agar dia tak sampai terjebak. Ia kata: Keluarga Soh ada hartawan dari Poo-teng, orang sebangsa dia yang budiman sukar dipatinya, sebaliknya kita orang Kang-ouw, kita biasa tolong si lemah yang tidak berdaya, cara bagaimana kita boleh bersahabat sama dianya? Saudara, aku harap karena sikapmu ini, jangan kau terbitkan kerenggangan di antara kita kaum Kang-ouw!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kau terlalu kukuh, Saudaraku! Kiam Beng sahuti saudaranya itu. Keluarga Soh betul-betul dermawan! Mustahil di antara mereka itu benar-benar tidak ada yang hatinya sucimurni? Selang beberapa hari, Soh Sian Ie bikin pesta shedjit, atau ulang tahun yang ke-51, pesta dirayakan di dalam taman bunga, selagi pesta berjalan, hartawan inipun membagi amal, pada orang-orang tua yang melarat: yang berumur lima puluh lebih mendapat dua tjhie perak, siapa berumur enam puluh lebih, didermakan lima tjhie, dan siapa berumur di atas tujuh puluh, memperoleh satu tail perak. Kiam Beng saksikan amal orang itu, maka sepulangnya dari pesta, ia kata kepada Kiam Gim: Kau lihat, kalau dia ada markis, bagaimana dia bisa begitu dermawan terhadap orangorang tua miskin itu, yang malah ia sangat hormati? Kiam Gim tidak mau bantah saudara muda itu, tapi selang tiga hari, dia hampirkan soetee itu seraya bawa satu bocah umur enam atau tujuh tahun, dengan sikap beda dari biasanya, ia kata: Soetee, sejak kecil kau hidup dalam keluarga yang berada, kau tidak kenal kesengsaraannya orang miskin! Kau lihat ini bocah, kau tahu dia siapa? Dia ini adalah bocah yatim-piatu dari kuli taninya Soh Sian Ie! Ayahnya garap tiga bauw sawahnya Soh Sian Ie, syukur buat ia, kalau dia sanggup membayar cukai saja. Lagi tahun yang sudah, karena musim paceklik, ayahnya terpaksa pinjam sepuluh tail perak dari Soh Sian Ie, bunganya begitu berat, belum satu tahun, jumlah itu naik jadi lima puluh tail. Mati daya, ayah itu telah gantung diri hingga binasa. Sudah begitu, rumahnya yang bobrok pun disita Soh Sian Ie, karena rumah itu adalah milik pertanggungan. Dia ini sudah tidak punya ibu, maka itu, sebab tidak punya tempat bernaung lagi, aku bawa ia pulang. Ini adalah kejadian yang aku kebetulan dapat tahu, entah berapa banyaknya yang di luar tahu kita!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Gim berhenti sebentar, lalu ia tambahkan: Apakah Soetee ketahui, bagaimana Keluarga Soh itu dirikan rumah tangganya yang mewah? Dia sudah berkongkol sama pembesar-pembesar negeri, dia telah selundupkan candu, setelah punya banyak uang, ia beli pangkat, ia memangku jabatan, hingga kembali ia bisa kumpulkan banyak uang, buat dipakai beli sawah dan kebun, hingga kekayaannya jadi bertambah-tambah. Ia bisa dapatkan nama dermawan karena kecerdikannya, karena ia keluarkan sedikit uang, seperti buat betuli jembatan atau jalan besar, atau ia mengamal pada orang-orang tua melarat! Apa artinya akan dermakan sedikit uang kalau di lain pihak, dengan sedikit uang, ia coba mengamal untuk kelabui orang banyak? Memang Soh Sian Ie tidak menagih sendiri uang atau hasil uang yang dipinjamkannya dan uang sewaan tanahnya, diapun tidak aniaya kuli-kuli taninya, ia boleh bersikap sebagai orang budiman, tetapi orang-orangnya atau gundal, mereka ini bersikap sangat telengas dan kejam! Bukti atau keterangan yang dimajukan soeheng ini ada kuat, walaupun demikian, Kiam Beng anggap saudaranya telah terlalu bersikap keras, hingga Kiam Gim jadi kewalahan, ia pulang dengan ajak itu bocah yatim-piatu, yang ia jadikan muridnya dan rawat dengan baik, hingga di belakang hari, bocah ini jadi muridnya yang terpandai. Lewat setengah bulan sejak Tjiong Hay Peng pulang dengan ngambek, guru-guru silat dan piauwsoe dari Kota Pooteng kesohor telah terima undangan dari jago Heng Ie Pay itu, untuk hadirkan suatu pesta perjamuan. Kiam Beng pun terima undangan. Ia menyangka buahnya tuduhan terhadap orang she Tjiong itu, meskipun demikian, ia kirim balasannya, dan di harian pesta, ia datang bersama beberapa sahabatnya. Setelah pertemuan dimulai, Tjiong Hay Peng angkat bicara. Aku tidak punyai kepandaian suatu apa tetapi aku toh ditugaskan untuk memimpin kaumku Heng Ie Pay, demikian

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

katanya. Dengan sebenarnya, aku tidak sanggup pegang pimpinan, maka syukur Heng Ie Pay mempunyai aturan-aturan yang dipegang keras, yang pun ditaati oleh kaum kita. Begitu sejak pegang pimpinan, kaum kita belum pernah lakukan apaapa yang mendatangkan malu bagi Heng Ie Pay, sedang terhadap kaum Kang-ouw, kita semua bisa hidup damai. Maka sayang sekali, pada setengah bulan yang baru lewat, karena kejar tjay-hoa-tjat, Toako Teng Kiam Beng, sudah kena dilukai dan dihinakan orang dan dalam hal itu, ia menuduh kita Kaum Heng Ie Pay. Seperti aku sudah janji, aku sudah lantas bertindak, akan cari tahu tuduhan itu. Tentang kedua tjayhoa-tjat, aku tidak dengar suatu apa, tetapi dari berbagai pihak kaumku, aku telah terima laporan, tidak ada orangku yang main gila. Di Kota Poo-teng sendiri, Teng Toako mestinya percaya aku, tapi sebaliknya ia sangsikan kejujuranku. Di sebelah itu, mestinya percaya tidak nanti ada muridku, atau cucu muridku, yang punya kepandaian akan pecundangi ahli waris dari Thay Kek Pay, meskipun dengan cara curang! Oleh karena itu sekarang aku adakan pertemuan ini untuk bersihkan diri, guna minta Teng Toako menghaturkan maaf kepada pihakku! Teng Kiam Beng tercengang atas ucapan tajam dari Tjiong Hay Peng. Memang, itu adalah hebat. Kalau ia tetap sangka Hay Peng, itu membuktikan Heng Ie Pay, itulah terlebih celaka pula, karena ia kena dirubuhkan oleh angkatan muda Heng Ie Pay. Meskipun demikian, ia toh tidak gampang-gampang hendak menyerah kalah. Kau menyangkal, kau punya bukti-buktinya, ia kata kemudian. Tapi aku, aku telah saksikan sendiri bagaimana orang telah bersilat dengan caranya Heng Ie Pay dan Boe-kek Kiam-hoat. Pendeknya, kecuali dua orang bertopeng itu dapat ditangkap, untuk dihadapkan ke muka kita beramai, aku tak sudi menghaturkan maaf!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar demikian, dengan tidak buka lagi baju luarnya yang gerombongan, Tjiong Hay Peng hampirkan Teng Kiam Beng, sembari angkat kedua kepalannya, untuk memberi hormat, ia kata: Kalau tetap Teng Toako tidak niat haturkan maaf, baiklah kita turut saja aturan umum, aku mohon pengajaran dua-tiga gebrak dari kau! Itu ada tantangan untuk pieboe, adu kepandaian. Kalau Tjiong Toako berniat berikan pengajaran padaku, mustahil aku berani tak terima! kata Kiam Beng sembari tertawa jumawa. Tapi, belum ia tutup mulutnya, tangannya Tjiong Hay Peng sudah bergerak, menyerangnya. Semua tetamu lain jadi terperanjat, mereka tidak sangka, pertempuran sudah lantas dimulai secara demikian getas, hingga mereka tak sempat lagi malang di tengah. Tjiong Hay Peng mulai dengan Tok pek Hoa San atau Dengan sebelah tangan membelah Gunung Tay San. Adalah kepalan kanannya, yang mengarah batok kepalanya Teng Kiam Beng. Kiam Beng elakkan kepalanya sambil lompat ke samping kiri, tapi dari sini, sambil putar sedikit tubuhnya, ia mendesak dengan tangan kanan melintang sebagai ancaman dan tangannya kiri menyerang pundak lawan. Hay Peng turuti geser tubuh. Dengan Lek tok tjian kim, atau Tenaga melawan seribu kati, ia singkirkan tangan kanan lawan, lalu dengan membarengi, ia sodok iga kanannya Kiam Beng dengan kepalan kirinya. Dengan Tjiam liong tjhioe, atau Tangan menabas naga, Kiam Beng babat lengan orang yang menyerangnya. Ini adalah tangkisan yang berupa serangan yang berbahaya sekali. Dalam saat yang hebat itu, selagi kedua tangan hampir kebentrok satu dengan lain, tiba-tiba seorang lompat kepada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka, nyelak sama tengah, kedua tangannya dipakai menangkis dua-dua serangan. Tangkisan ini ada berbahaya tetapi pun hebat, kapan tangannya kedua lawan bentrok dengan dua tangannya ini orang ketiga, mereka pada mundur sendirinya. Tjiong Hay Peng menjadi gusar setelah ia kenali orang yang nyelak sama tengah itu ialah Lioe Kiam Gim, soeheng dari Teng Kiam Beng, karena ia lantas sangka, soeheng ini niat bantui soeteenya, akan tetapi, sebelum ia sempat bertindak apa-apa, Kiam Gim sudah mendahului menjura terhadap dia, dengan suara nyaring, orang she Lioe ini kata: Kita Kaum Thay Kek Pay belum lakukan pembukaan secara resmi di Kota Poo-teng ini, kita belum punya murid yang menjadi ahli waris kaum kita, maka itu sekarang aku, sebagai soeheng dari Teng Kiam Beng, aku wakilkan golonganku akan menghaturkan maaf pada Tjiong Hay Peng dari Heng Ie Pay! Pernyataan Lioe Kiam Gim itu bikin suasana jadi reda dengan sekejab. Tjiong Hay Peng lantas membalas hormat sambil ucapkan kata-kata merendah. Kenapa Ketua dari Heng Ie Pay berbuat demikian? Itulah pertama karena Kiam Gim punya sikap laki-laki, sedang tadinya, dia memang hargai orang she Lioe itu, dan kedua, itu ada cara pemecahan yang ia memang inginkan, karena dengan begitu, mukanya Kaum Heng Ie Pay menjadi terang pula. Sebagai soeheng, Kiam Gim berhak bertindak secara demikian. Tepat, Lioe Lauwtee, Kiang Ek Hian dari Bwee Hoa Pang berseru. Bagus sekali tindakan kau ini! Sebenarnya, urusan ini kecil sekali dan tidak ada harganya untuk diperbesar. Kiam Beng bilang, dua binatang itu pergunakan Boe-kek Kiam-hoat, aku percaya kebenarannya itu. Memang, di antara orangorang Kang-ouw, suka ada mereka yang curi beberapa jurus ilmu silat orang dan dua binatang itu, entah dari mana

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mencaploknya! Saudara Kiam Beng belum pernah yakinkan Heng Ie Pay, bisa sekali dia kena dikelabui, hingga ia keluarkan tuduhannya. Dan Tjiong Lauwtee, bisa dimengerti yang dia jadi tidak senang karena tuduhan itu mengenai kehormatan dia punya golongan. Di mana perdamaian telah didapat, baik hal ini tidak dibuat ganjelan, hanya mari, bersama-sama kita lanjutkan usaha kita akan cari tahu siapa adanya dua binatang itu! Saudara-saudara, hayo kita minum! Dan Kiang Ek Hian padukan cawannya Kiam Beng dan Hay Peng. Jago she Kiang ini menduga benar dengan kata-katanya itu, karena betul, dua orang bertopeng itu gunakan beberapa jurus tipu-silat curiannya. Biarpun perdamaian telah didapat, tampangnya Teng Kiam Beng masih pucat, saking tidak puas. Ia ada ahli waris dari Thay Kek Pay, sekarang soehengnya wakilkan ia menghaturkan maaf, inilah yang ia sangat tidak setujui. Ia pun masih mendongkol karena Tjiong Hay Peng berlaku galak demikian terhadapnya di depan sekian banyak tetamu. Ia anggap bahwa ia sudah kena dibikin rubuh. Hanya, karena orang banyak anggap pemecahan itu ada tepat, terpaksa ia tutup mulut. Sejak itu, perhubungan di antara Kiam Beng dan Hay Peng jadi renggang sendirinya, malah persahabatannya dengan yang lain-lain juga jadi semakin tawar, tetapi di sebelah itu, pergaulannya dengan Soh Sian Ie jadi bertambah rapat, setiap dua atau tiga hari, mesti ada orangnya Keluarga Soh yang datang kepada Kiam Beng, atau Sian Ie sendiri yang datang berkunjung, untuk pasang omong. Soh Sian Ie cerdik sekali, kalau dia dengar Kiam Beng utarakan mendongkolnya pada Hay Peng, ia jawab dengan ringkas: Mengenai kau orang kaum Rimba Persilatan, aku tidak berani omong suatu apa. Akan tetapi, pada suatu hari, selagi mereka bicara dengan asyik, sekonyong-konyong Soh Sian Ie tanya: Lauwhia,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

namanya ilmu silat Thay Kek Pay ada sangat kesohor, kenapa di Poo-teng sini, Lauwhia tidak mau resmikan adanya golonganmu? Kiam Beng manggut-manggut waktu ia menjawab: Sebenarnya aku telah pikirkan itu hanya sekarang belum sampai waktunya. Aku masih mesti merantau, akan cari pengalaman. Aku membutuhkan dasar yang kuat betul sebelumnya aku angkat diri. Begini juga ada pikiran soehengku, yang ingin kita tidak bertindak secara sembrono. Soh Sian Ie tertawa berkakakan atas keterangan itu. Tetapi peribahasa mengatakan: Macan tutul mati meninggalkan kulit, manusia mati meninggalkan nama! katanya. Lauwhia ada turunan sah dari Thay Kek Pay, sudah seharusnya Lauwhia angkat diri, guna wakilkan leluhur, supaya Thay Kek Pay ada ahli warisnya, supaya sekalian leluhurmu itu pun bisa dimuliakan namanya. Harus diakui, bahwa soehengmu ada kesohor jujur dan namanya terjunjung, tetapi biar bagaimana, ia tetap ada orang luar, ia tak dapat menjadi anak berbakti atau cucu bijaksana. Teng Kiam Beng ketarik hatinya mendengar kata-kata yang beralasan itu. Kalau Thay Kek Pay mesti punyai tjiang-boendjin, ahli waris yang menjadi ketua golongan, orang yang sah untuk itu adalah dia sendiri. Kiam Gim ada soeheng tetapi ia dari lain she, kecuali bila sudah tidak ada turunan dari Keluarga Teng. Demikian, dengan tidak pikir panjang lagi, ia lantas turut sarannya Soh Sian Ie. Untuk ini, Sian Ie membantu banyak sekali, dengan tenaga, dengan uang, dan dengan pengaruh pembesar negeri, malah dengan angkat juga orang she Teng ini menjadi penasihat ilmu silat, atau Kok-soet Kouw-boen, dari Istana Tjongtok dari Tit-lee. Kiam Beng coba tampik keangkatan itu, tetapi ia semakin hargakan Sian Ie sebagai sahabat yang jujur dan setia. Mengenai tindakannya Kiam Beng yang angkat diri jadi tjiang-boen-djin dari Thay Kek Pay, golongan ahli silat lainnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak ada yang taruh perhatian besar, sedikit sekali kaum Rimba Persilatan yang kunjungi dia, buat memberi selamat atau mengutarakan pujian, malah Lioe Kiam Gim sendiri, nampanya tidak ada perhatiannya, saudara ini tidak bilang suatu apa. Hanya pada suatu malam malaman besoknya soetee ini hendak resmikan pendiriannya Lioe Kiam Gim datang dengan tiba-tiba. Saudara ini ada gendol satu pauwhok kecil, di pinggangnya tergantung pedangnya, dengan air muka sungguh-sungguh yang tercampur kemasygulan, dia berkata: Soetee, aku kasih selamat pada kau karena kau hendak angkat namanya kaum kita. Mengenai tindakanmu aku tidak bisa bilang suatu apa. Seperti Soetee ketahui sendiri, aku dipiara dan dididik Soehoe sampai aku berusia dewasa, budinya Soehoe tak dapat aku lupakan. Hanya, mengenai kau ini, aku hendak sampaikan anggapan umum terhadapmu. Kau dianggap sudah nanjak ke cabang yang tinggi karena kau andali pengaruh pembesar negeri, karena kau berniat menjagoi sendiri. Aku tidak percaya omongan orang itu, aku percaya kau bukan bangsa penjilat dan jumawa, tetapi aku toh ingin sekali, janganlah kau kasih dirimu diangkat-angkat hingga kau jadi tersesat, lupa pada diri sendiri! Aku pun hendak beritahukan padamu, mendirikan kaum sendiri bukan pekerjaan gampang. Buat terima murid, akan angkat diri jadi soehoe, kau mesti ber-hati-hati, kau mesti jaga jangan sampai kau dipermainkan oleh murid yang buruk, sebab bisa jadi ada bangsa kurcaci, yang nanti datang buat berguru pada kau, lalu di belakang hari, dia cemarkan nama perguruan. Aku kuatirkan ini, dari itu, aku minta kau waspada. Soetee, bukankah dulu kau pernah tanya aku, aku sudi atau tidak menjadi tjiang-boen-djin akan gantikan kedudukan Soehoe? Pasti sekali aku tidak berani terima itu, kesatu aku belajar belakangan dari kau, kedua sudah seharusnya sebagai anak, kaulah yang mewariskannya. Di sebelah itu kau ketahui sendiri, aku jadi soeheng pun disebabkan usiaku lebih tua dua tahun daripadamu. Soetee, mengenai kita, paham di antara kaum Kang-ouw mesti ada kekeliruannya, apabila aku tetap

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berdiam di sini, itu bisa jadi lebih hebat pula, maka itu, sekarang juga aku hendak pulang ke Shoatang. Gelombang di kalangan Kang-ouw, aku telah rasai cukup, dari itu aku pikir baiklah aku pulang ke kampungku, akan beristirahat. Soetee, sampai di sini saja, aku berangkat! Baharu Kiam Beng hendak mencegah, atau soeheng itu sudah meloncat untuk pergi dengan cepat. Tapi ia coba menyusul. Justeru itu, kelihatan Kiam Gim balik pula seraya terus kata: Barusan aku lupa kasih tahu sepatah kata pada kau, yaitu untuk selanjutnya kau jangan cari persetorian pula! Habis itu, soeheng ini kabur pula, tanpa sang soetee dapat candak ia. Hingga soetee ini kembali masygul. Sejak angkat diri menjadi tjiang-boen-djin dari Thay Kek Pay, setelah berselang dua puluh tahun, di sebelah namanya jadi tambah kesohor, Teng Kiam Beng juga bisa bawa diri, jarang ia mencoba-coba kepandaian orang lain. Akan tetapi, di samping itu, pergaulannya sama Soh Sian Ie terus bertambah rapat, malah kemudian, ia bergaul juga sama pembesarpembesar negeri. Di sebelahnya Kiam Beng, Lioe Kiam Gim pulang ke Shoatang dan terus menikah. Kiam Beng sendiri sudah menikah, dengan nona yang dipilih oleh ayahnya. Isterinya Kiam Gim ada Lauw In Giok, gadisnya Lauw Tian Peng dari Kaum Ban Seng Boen. Ia tinggal bersama isterinya, di rumah mertuanya, di dalam Dusun Kim Kee Tjoen di Kho Kee Po, yang berada di perbatasan Hoopak. Dua puluh satu tahun telah lewat sejak Kiam Gim beristirahat, selama itu, ia telah punyakan tiga murid, sedang muridnya yang kepala adalah Law Boe Wie, itu bocah yatim-piatu anak petaninya Soh Sian Ie di Poo-teng. Nama Boe Wie ini, Kiam Gim yang sengaja berikan, artinya: jangan takut. Dia toh anak yang dipungut dari dunia kesengsaraan. Boe Wie sudah merantau sejak delapan tahun yang lalu. Di dalam tiga tahun yang pertama, masih ada kabar-ceritanya, tapi selanjutnya, setelah terkabar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bahwa ia menuju ke Liauw-tong, ia seperti lenyap, sia-sia saja gurunya coba cari tahu tentang dia. Muridnya Kiam Gim yang kedua ada Yo Tjin Kong, dia diperkenalkan oleh pihak Lauw, pihak mertuanya. Diapun pernah merantau tetapi lebih banyak berdiam di rumah. Murid ketiga adalah si anak muda yang kita kenal dalam pasal pertama, yaitu Tjoh Ham Eng, yang lagi berlatih silat sama Lioe Bong Tiap, puteri satu-satunya dari Lioe Kauwsoe. Ham Eng adalah anak nomor tiga dari Toa-kauwsoe Tjoh Lian Tjhong, yang ada sahabat kekal dari Kiam Gim, siapa percayakan anaknya kepada ahli silat Thay Kek Pay itu. Ia adalah satu anak yang baik dan disayang oleh gurunya. Demikian, Kiam Gim tidak hidup kesepian bersama dua murid dan satu puterinya itu. Begitulah, dua puluh satu tahun telah lewat tanpa terasa, sampai hari itu mendadak Lioe Kiam Gim kedatangan Kim Hoa, murid kepala dari Teng Kiam Beng. Kim Hoa ini murid yang datang belajar sesudah ia sendiri mengerti silat, maka itu, ia terlebih tua daripada murid-muridnya Kiam Gim. Dan ia datang membawa kabar yang penting dan hebat, yang menyebabkan soepehnya kaget. Eh, Kim Hoa, kenapa perkara jadi hebat begini? tanya Kiam Gim kemudian. Dari mana munculnya barang upeti itu? Kenapa perampasan terjadi di Djiat-hoo? Kenapa gurumu boleh menyangka kepada Tjiong Hay Peng dari Heng Ie Pay? Hayo kau cerita biar jelas, dalam suratnya ini, gurumu suruh aku tanyakan keteranganmu saja. Lioe Bong Tiap sangat ketarik hatinya, hingga ia campur bicara. Tapi, Ayah, coba kasih tahu lebih dahulu, apa soesiok bilang dalam suratnya? tanya ia. Kiam Gim suka jawab anaknya itu:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menurut soesiokmu, katanya, seraya letakkan suratnya Kiam Beng, pada sebulan berselang, soesiokmu mengantarkan barang upeti ke Djiat-hoo, untuk disampaikan kepada Istana Lie Kiong di Sin-tek, tetapi belum sampai di Sintek, baharu sampai di luar Kota Hee-poan-shia, gangguan sudah datang. Kota Hee-poan terpisah kira-kira dua ratus lie dari Sin-tek, dan tempat kejadian itu ada kira tiga puluh lie dari Kota Hee-poan itu. Perampasnya adalah seorang tua dengan lidah Liauw-tong, yang datang bersama sejumlah muridnya. Soesiok coba susul mereka sampai di tempat yang dinamakan Sha-tjap-lak Kee-tjoe, di sana orang tua itu dan rombongannya bisa melenyapkan diri secara tiba-tiba. Tidak lama sekembalinya soesiokmu ke Poo-teng, dia lantas terima surat pengumuman kaum Kang-ouw, yang ingin usir dia dari Poo-teng! Yang hebat adalah bendera Thay-kek-kie dari Golongan Teng Pay, atau Thay Kek Piauw, sudah kena dirampas oleh perampas itu! Entah orang dari golongan mana, yang sudah datang menerbitkan gara-gara itu! Apa yang terjadi di Hee-poan, siauwtit tidak lihat sendiri, Kim Hoa menambahi soepehnya itu. Ketika itu, siauwtit tidak turut. Soehoe ajak djie-soetee dan sam-soetee serta dua boesoe, guru silat, untuk temani dia. Mengenai barang upeti itu, ceritanya panjang. Bukankah Soepeh masih ingat itu orang yang bernama Soh Sian Ie, yang sering kunjungi Soehoe? Dia sekarang sudah berumur tujuh puluh lebih, dan selalu keram diri dalam rumahnya, akan icipi keberuntungannya orang hidup mewah, hingga ia jarang datang pula kepada Soehoe. Anaknya Soh Sian Ie yang ketiga, namanya Tjie Tiauw, yang kerja dalam kantor Tjongtok. Dia ini pada suatu hari datang pada Soehoe, buat minta Soehoe pergi lindungi barang upeti kepunyaannya Tjongtok, buat di bawa ke Istana Raja di Sintek. Ini tahun, seperti biasanya Raja pergi ke Sin-tek untuk menyingkir dari musim panas di Kota Raja, untuk sekalian berburu di musim rontok. Di Sin-tek, Raja Boan ada punya satu daerah hutan yang besar, piranti raja berburu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemburuan inipun ada satu ketika untuk raja-raja Boan berlatih menunggang kuda dan memanah. Sebenarnya Tjongtok serahkan tugas kepada Soh Tjie Tiauw, untuk antar upeti itu, tetapi Tjie Tiauw, dengan pakai nama ayahnya, sudah minta pertolongan Soehoe. Selagi Kim Hoa baharu bicara sampai di situ, tiba-tiba Lioe Kauwsoe angkat kepalanya dengan mata mendelik, dengan bengis, ia berseru: Sahabat baik, turunlah! Menyusul seruan itu, dari atas sebatang pohon, meloncat turun seorang, yang tubuhnya melayang. Dan menyusul turunnya orang itu, Kim Hoa di kiri sudah lantas lompat menyerang dengan tiga buah Kim-tjhie-piauw, tapi yang dipakai ada Lauw Hay say kim tjhie atau Lauw Hay menyebar uang emas, tiga batang piauwnya menyambar ketiga jurusan, atas, tengah dan bawah. Orang itu bertubuh sangat gesit, dengan gerakan Yan tjoe tjoan in atau Walet tembusi mega, ia loncat tinggi dua tumbak, dengan begitu, ia meloloskan diri dari dua piauw, sedang piauw yang ketiga, ia jejak dengan kakinya, hingga piauw itu jatuh ke tanah! Nyata, dia pakai sepatu besi! Kim Hoa, yang menyerang, datang terlebih lambat daripada ketiga piauw, dengan Tjin pouw tjit seng atau Tindakan tujuh bintang, tangan kanannya membabat kedua kaki orang itu. Cepat luar biasa, sambil membungkuk, orang itu tangkis serangan berbahaya ini, kemudian, sebelum Kim Hoa sempat ubah jalan persilatannya, ia mendahului lompat jumpalitan tinggi, akan turun di belakangnya orang itu maka itu, Kim Hoa segera putar tubuhnya, lalu dengan Tek seng hoan tauw, atau Mengambil bintang untuk menukar bintang, ia menyerang dengan berbareng, tangan kanan ke arah embunembunan, tangan kiri ke arah dua mata.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gesit luar biasa orang itu kelit tubuhnya, tapi sekarang sambil berseru: Tahan! Tahan! Aku ada murid Heng Ie Pay yang ingin bertemu sama Lioe Tjianpwee! Kim Hoa tidak sempat menunda penyerangannya, ia merangsek dengan gencar, atas mana orang itu bela diri dengan gerak-gerakan ilmu silat Heng Ie Pay yang dia sebutkan. Berhenti! Lioe Kiam Gim berseru! Kim Hoa hentikan penyerangannya dengan lantas, atas mana orang itu lantas saja menjura di hadapan guru silat itu seraya mengucapkan bahwa ia, orang yang terlebih muda tingkatannya, menghormati orang yang terlebih tua derajatnya itu. Lioe Kiam Gim menghampiri sambil empos semangatnya dengan Thay kek seng liang gie atau Thay-kek menciptakan im dan yang, ia ulur kedua tangannya mencekal kedua bahunya orang itu yang ia angkat seraya berkata: Silakan bangun! Silakan bangun! Enteng tampaknya, tubuh orang itupun telah terangkat naik. Lantas orang itu perkenalkan diri sebagai Ong Tjay Wat, keponakan murid dari Tjiong Hay Peng dari Heng Ie Pay, kemudian dengan cara merendah tapi pun mengandung kejumawaan, ia kata: Soesiokku dengar Lioe Lootjianpwee hendak campur tahu urusan ini, dari itu sengaja dia utus aku untuk menyampaikan kata-kata bahwa, kalau Lootjianpwee hendak mengulurkan tangan, seharusnya kita orang undurkan diri, hanya mengingat yang soeteenya Lootjianpwee sudah mengekor pada pembesar negeri, hingga dia melupai kehormatan kaum Kang-ouw, Soesiok percaya, Lootjianpwee pastinya tidak akan suka turut kecipratan air butek. Tapi, andaikata Lootjianpwee hendak mengulur tangan juga, maka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

apabila di belakang hari ada terjadi suatu apa, harap Lootjianpwee tidak sesalkan kita! Lioe Kiam Gim tidak jadi gusar karena ucapan itu, di lain pihak dia tanya Ong Tjay Wat tentang keadaan Tjiong Hay Peng selama belakangan ini, perihal lain-lain jago Heng Ie Pay itu, tentang kebahagiaannya Tjay Wat sendiri, hingga Tjay Wat jadi bingung sendiri karenanya. Dalam terdesaknya, Tjay Wat sampai cuma bisa kata: Lootjianpwee, aku mengharap sepatah kata balasan dari kau. Jangan kesusu, jangan kesusu! Kau datang dari tempat jauh, biar bagaimana aku mesti minta kau beristirahat di sini untuk satu malam, besok aku temani kau mengunjungi soesiokmu. Maafkan aku, Lootjianpwee, tapi aku masih punya lain urusan penting untuk mana aku mesti segera berlalu dari sini, Ong Tjay Wat tetap menolak. Kalau begitu, kata Lioe Kauwsoe dengan sungguhsungguh, tolong kau sampaikan pada Tjiong Soehoe, pasti sekali aku si orang she Lioe nanti bertindak dengan ikuti tata tertib kita, kaum Kang-ouw! Lantas jago tua ini antar tetamunya keluar, kemudian sekembalinya ke dalam, ia tanya muridnya: Kau or-ang lihat, apakah benar-benar dia dari Heng Ie Pay? ,Dia ada dari Heng Ie Pay, sahut Tjin Kong, sedang Kim Hoa bilang: Aku dengar dia serukan berhenti, tapi aku sengaja masih serang dia, dengan begitu, bukan maksudku akan tempur terus adanya. Menurut aturan, memang aku mesti lantas berhenti menyerang. Karena ia sebut diri dari pihak Heng Ie Pay, aku jadi hendak mencoba terlebih jauh. Dari gerak-gerakannya itu, dia benar dari Heng Ie Pay. Selagi Soemoay dan Kim Soeheng menyerang, aku sengaja tidak turut ambil bagian, Yo Tjin Kong tambahkan,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan begitu, aku hendak saksikan gerak-gerakannya. Gerakan tubuhnya enteng, kelitannya, tangkisannya, semua ada dari Heng Ie Pay. Kenapa Soehoe menanyakan ini? Apakah Soehoe dapat lihat apa-apa yang luar biasa? Lioe Kiam Gim urut-urut kumis-jenggotnya, ia bersenyum. Memang tidak gampang untuk melihat dasar ilmu silat orang, ia menyahut.-Siapa peroleh ilmu curian sekedarnya, dia memang bisa gunai itu untuk bertempur, hanya cara menggunakannya tak leluasa seperti ilmu silat kaumnya sendiri. Untuk melihat itu, kita mesti guna. tempo ketika ia sedang terdesak, itu waktu akan terbukti ketangkasannya. Tadi dia didesak oleh Kim Hoa, sehabis dia elakkan piauw dari Tiap-dj ie. Dia elakkan diri bukan dengan tipu Heng Ie Pay, hanya dengan tipu berkelitnya Gak Kee Koen, dari KaumKeluarga Gak. Piauw dari Tiap-djie tak dapat dicela, cuma masih kurang latihan dan pengalaman, siapa sempurna ilmu kegesitannya Keng kong tee tjiong soet, ia bisa egos tubuhnya dengan gampang. Aku pun sangsikan dia selama aku angkat dia bangun. Kim Hoa berempat berdiam. Mengenai soal ini, tentu saja mereka punya pengetahuan atau pengalaman masih sangat kurang. Besok aku turut kau pergi ke Poo-teng, kemudian Lioe Loo-kauwsoe kata kepada keponakan muridnya, setelah ia berdamai sama anak dan murid-muridnya. Aku lihat, soal ini sulit sekali. Umpama kaum Kang-ouw musuhkan gurumu karena gurumu mengekor pada pembesar negeri, aku nanti coba datang sama tengah, untuk mengakurkannya. Samasama kaum Rimba Persilatan, tak boleh kita orang saling bentrok. Sudah lama aku undurkan diri tetapi aku percaya, Tjiong Hay Peng beramai nanti masih sudimemandang kepadaku. Lioe Kiam Gim buktikan kata-katanya ini pada besok paginya. Ia berangkat bersama Kim Hoa sesudah pesan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

murid-muridnya akan baik-baik berdiam di rumah. Lioe Toanio, Lauw In Giok antar suaminya sampai di luar rumah. Kiam Gim pergi dengan hati tetap, sebab ia percaya, isterinyaakan sanggupjaga rumah, sedang Yo Tjin Kong sudah wariskan kepandaiannya tujuh atau delapan bagian. Dan Ham Eng dan Bong Tiap, sekalipun belum sempurna, mereka rasanya sudah bisa bantu In Giok dan Tjin Kong. Tak pemah ia sangka bahwa ombak bakal bergelombang hebat! II Sejak berangkatnya Lioe Kiam Gim, Lioe Toanio mesti wakilkan suaminya mengurus seantero rumah tangga. Di bagian luar, Yo Tjin Kong bantu soebonya. Si nona kecil, Bong Tiap, setiap hari berlatih atau bermain-main saja sama Ham Eng, sam-soehengnya, tapi sekarang mereka jadi terlebih binal, hingga leluasa sekali mereka pergi ke hutan mengacau sarang burung atau ke muara akan main perahu. Toanio dan Tjin Kong mengantapkan saja, Cuma kadang-kadang mereka merasa sedikit kuatir. Setelah ia sekarang berusia delapan belas tahun. Ham Eng suka merasa kehilangan apabila untuk sedikit waktu dia tidak lihat atau berkumpul sama Bong Tiap, sementara si nona tetap merasa merdeka, tidak pernah dia merasa likat, malah ada waktunya dia tepuk si suheng apabila si suheng bengong sambil berkata, Eh, eh, kenapa sih kau nampaknya tolol?. Sesudah ditegur secara demikian, baharu Ham Eng sadar dengan gelagapan. Demikianlah hari itu, Bong Tiap dan Ham Eng main perahu di Kho Kee Po. Mereka singkirkan gelagah dan ganggang, mereka gayuh perahu sampai ke tengah muara di mana ada beberapa pulau, dari sana mereka dengar datangnya nyanyian kaum nelayan, rupanya nona-nona tukang ikan bemyanyi saling sahut-sahutan. Di udara ada burung-burung laut yang berterbangan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ham Eng bengong mendengar nyanyian dan matanya mengawasi ke udara. Soemoay, soemoay, tiba-tiba dia bertanya, di sini ada begini permai, maukah kau kalau kita berdua selamanya bermain-main seperti sekarang ini?. Bong Tiap tertawa cekikikan mendengar pertanyaan itu. Selamanya bermain-main seperti sekarang ini? ia ulangi. Kau sering bilang aku ada satu bocah cilik, tapi lihat sekarang, apa kau sekarang bukan terlebih cilik daripadaku? Tunggu sebentar, apabila perutmu sudah ngericik karena lapar, apa kau tidak nanti lekas-lekas lari pulang akanmintamakan! Bagaimana kita bisa selamanya main-main disini? Soemoay itu tidak mengert., maka Ham Eng lebih-lebih melengaknya! Bong Tiap tertawa, sambil tertawa ia gayuh perahunya yang laju pesat, sesudah maju sampai beberapa puluh tumbak, sekonyong-konyong ia dengar suara ribut di sebelah depan, hingga ia angkat kepalanya akan mengawasi. Di sebelah depan sana ada beberapa perahu nelayan dengan nelayan-nelayannya lagi menjaring, sedangnya begitu, sebuah perahu kecil, dengan digayuh keras, nyerbu antaraperahu-perahu nelayan itu, air jadi berombak keras dan muncrat ke atas. Itu ada suatu gangguan untuk tukangtukang tangkap ikan itu, karena sekalipun ikan yang sudah masuk ke dalam jaring tentu pada lari keluar pula. Maka itu, nelayan-nelayan itu jadi kaget dan gusar, hingga mereka mendamprat dan menegur pada orang-orang di atas perahu kecil itu. Nampak demikian, Bong Tiap dan Ham Eng turut menjadi gusar. Soeko, mari kita ajar adat pada mereka itu! kata sang soemoay. Mereka tak dapat diantap main gila di Kho Kee Po ini! Kenapa mereka ganggu itu kawanan nelayan? Soeko, pergi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kau lawan dia, aku nanti bersiap dengan Kim-tjhie-piauw! Lihat, mereka lagi mendatangi kemari, mari kitapegat! Selagi Ham Eng belum sahuti si nona, perahu di depan sudah datang dekat dan terus melesat melewati perahu mereka, air muncrat tinggi, hjngga mengenai dua anak muda ini. Dalam murkahnya, Bong Tiap sudah lantas gunaigala gaetannya, akan sam-bar cartel kendaraan air orang, hingga perahu jadi tiba-tiba berhenti dengan tiba-tiba, sedang Ham Eng segera putar kemudinya untuk bikin kedua perahu jadi berhadapan. Di dalam perahu itu ada empat orang. Yang berdiri di muka ada seorang berumur tiga puluh lebih. Yang bercokol di buntut perahu ada si jurumudi, seorang muda usia dua puluh lebih. Dua yang lain, lagi rebah dengan anteng di dalam perahu, roman mereka tidak kelihatan tegas, mereka seperti juga tak tahu bahwa telah terjadi suatuapa. Adalah orang. di kepala perahu, yang menjadi gusar. Eh, bocah-bocah cilik, apakah kau orang hendak cari mampus? dia membentak. Kalau kau orang hendak pelesiran, pergilah pulang dan pelesiran dengan soeniomu tapi jangan di sini kau orang cari malu untuk orang tuamu. Oh, orang-orang tidak tahu aturan! Ham Eng segera membaliki. Nanti tuan kecilmu ajar adat pada kau orang! Lekas angkat kaki dari Kho Kee Po ini, atau apabila tidak, kepalannya tuan kecilmu ini nanti tidak kenal orang! Baik, aku justeru mau kenal kepalannya si tuan kecil! jawab or-ang itu, yang segera loncat ke perahunya dua anak muda itu, hingga perahu ini jadi goncang dan limbung. Tapi Bong Tiap segera pentang kedua kakinya, ia menancap kuda-kuda hingga perahu jadi diam, tak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bergeming. Itu ada kuda-kuda Kim Han tan tjiang atau Kaki kecil injak pelatok dan gerakan Lek to tjian kin atau Tenaga menekan seribu kati. Sengaja Lioe Kiam Gim ajarkan kedua ilmu ini karena ia kuatir gadisnya, sebagai orang perempuan, nanti kurang tenaga. Dan hari ini, kepandaian itu telah diuji. Orang itu sampai untuk segera menerjang, gerakannya sangat gesit, ia hendak jambak Ham Eng untuk diangkatdan dilemparkan ke muka air! Kelihatannya ia tak pandang sama sekali bocah itu. Kecerobohan orang itu adalah apa yang Ham Eng inginkan. Dia muda, tapi Ham Eng ada satu puteranya satu ahli silat dan telah terpimpin baik oleh Lioe Kiam Gim ia sudah belajar enam atau tujuh tahun, maka tak dapat ia dipandang sebagai bocah yang kebanyakan. Melihat serangan itu, dengan gesit ia mendak, sebelah kakinya dimajukan, hingga ia jadi nyelundup di bawah tangan musuh, Sementara tangannya sendiri dipakai menangkap, menanggapi lengan kanannya itu, lalu dengan tidak kalah sebatnya, ia gunai tipu Soen tjhioe tjian oh atau Mengulur tangan menuntun kambing, untuk membetot dan melepas! Ini adalah suatu gerakan yang tidak disangka-sangka, maka itu orang menjadi kaget, sia-sia saja ia coba berontak, tahutahu tubuhnya telah terangkat dari perahu dan terlempar, tercebur ke dalam air! Byaar! demikian suara di muka air. Ha-ha-ha-ha! Ham Eng tertawa. Kau hendak kenal tuan kecilmu, sekarang kau telah belajar kenal!. Tapi sebelum pemuda ini tutup mulutnya, atau seorang lain sudah loncat pula ke perahunya. Ini orang tidak sembrono seperti yang pertama, ia terus berdiri mengawasi pemuda itu, kemudian baharulah ia berkata: Sahabat kecil, kau liehay juga! Adakah ini pelajaran yang kau dapat dari soeniomu? Perkataan -

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

soeniomu atau gurumu telah dikeluarkan dengan lagu suara menghina. Aku juga ingin belajar kenal denganmu! Habis kata begitu, orang itu buka kedua tangannya seraya pasang bhe-sie. Ham Eng tidak kenal sikap orang itu, tapi baharu saja secara getas ia rubuhkan satu musuh, ia jadi berani sekali, tanpa berkata apa-apa, ia maju menyerang dengan tangan terbuka-dengan Tjin-pou Tjit-sen-tjiang atau Majukan tujuh bintang. Lawan itu berlaku tenang, tetapi sebat. Begitu lekas tangannya si pemuda sampai, ia geser sedikit sebelah kakinya ke samping depan, jangannya dipakai menabas lengan Ham Eng. Syukur Ham Eng pun awas dan cerdik, ia lekas-lekas singkirkan bahaya dengan Tjhioe hoei pie pee atau Tangan mementil piepee. Sampai- di situ, keduanya lantas saling menyerang, dasar Ham Eng masih bungasan, ia kalah ulet dan cerdik, ia lantas nampak keteter. Sejak tadi Bong Tiap mengawasi saja, tangannya telah jadi gatal, sekarang melihat soehengnya terdesak, tidak tempo lagi ia buktikan janjinya untuk membantu. Ia keluarkan tiga batang Kim-tjhie-piauw, dengan cepat sekali ia menyerang ke arah tiga jurusan: Satu ke tenggorokan, dua ke kiri dan kanan! Serangan itu di luar sangkaan musuh, apapula si nona menyerang dengan sebelah tangan, dengan sebat ia berkelit ke kanan, dengan begitu tenggorokannya luput dari bahaya, demikian pun anggotanya sebelah kanan, akan tetapi lengan kirinya segera menjadi korban, malah segera juga ia rasai tangannya itu jadi gemetaran dan kaku. Ia kaget dan gerakannya turut jadi kendor karenanya, tidak heran apabila ia kena didesak Ham Eng dan kakinya si pemuda bikin ia terpental, nyebur ke air, hingga terdengarlah suara menyebur yang keras dibarengi dengan muncratnya air muara!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ah, perempuan tidak tahu malu! demikian terdengar cacian dari perahu lawan. Sudah tidak mampu melawan, kau main senjata gelap! Kau punya senjata rahasia, apakah aku tidak? Nah, kau sambutlah! ltuiah suara si pengemudi anak muda, ia mendamprat seraya tangannya diayun, hingga terlihatlah beberapa benda berkeredepan menyambar ke arah Tjoh Ham Eng. Nyata ia sudah gunai Thie-lian-tjie atau biji terataf emas. Ham Eng kaget bukan rriain, ia sebenarnya belum sempat tarik pulang kakinya, ketika serangan datang, di luar kehendaknya sendiri, iamenjerit: Celaka aku! Dalam keadaan berbahaya bagi Ham Eng itu, sekonyongkonyong ada sambaran suara nyaring dan Thie-lian-tjie lantas meluruk jatuh ke muka air, karena Bong Tiap kembali perlihatkan kepandaiannya menggunai Kim-tjhie-piauw, ini kali ia gunai tipu sambitan Lauw Hay say kim tjhie atau Lauw Hay menyebar uang emas. Maka Thie-lian-tjie tidak mengenai sasarannya dan runtuh di tengah jalan. Ham Eng jadi lega hatinya, ia bersyukur. Di pihak lawan sekarang orang anteng, di dalam perahu, lantas munculkan diri. Tahan! Tahan! ia berseru berulang-ulang. Untuk layani dua bocah kenapa mesti pakai senjata rahasia? Si pengemudi muda lantas berdiarn, dan Bong Tiap juga segera awasi or-ang yang baharu perlihatkan diri ini, ialah seorang tua umur kurang lebih lima puluh tahun, kumis dan jenggotnya panjang, matanya tajam, romannya keren. Anak-anak, tidak ada celaannya benar-benar permainanmu itu! kata orang tua itu sambil tertawa seraya urut-urut kumisjenggotnya. Hanya melainkan dengan kepandaianmu itu, buat jadi orang-orang Kang-ouw tukang campur urusan lain orang, itulah tidak gampang! Mari kau or-ang maju berdua,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan kau Nona, kau boleh keluarkan Kim-tjhie-piauw! Dari pihakku, aku tak nanti izinkan orang gunai sebelah saja dari senjata gelapnya! Ham Eng setujui itu tantangan. Soehoe dan soehengnyajuga, memang sering omong perihal bertempur satu sama satu, itulah aturan atau keharusan di kalangan Kang-ouw, bahwa siapa mau kerubutan, harus malu sendiri. Soemoay, kau mundur! ia teriaki Bong Tiap. Biar aku yang belajar kenal sama ini enghiong tua! Bong Tiap menjebi. Bukankah mereka itu kalah satu datang satu? mengejeknya. Memang juga siapa kesudi an gunai senjata rahasia? Mereka mendahului tek pakai aturan tapi sekarang mereka berani menegur kita- cis! _ Sekalipun demikian, nona manis ini mundur si orang tua tertawa berkakakan. Di antara suara tertawa orang tua itu lompat melesat ke perahunya Ham Eng, akan hampirkan ini anak muda. Ham Eng tidak puas dengan itu sikap jumawa, yang sangat memandang enteng kepadanya. Ia pun segera ingat keterangan gurunya berhubung sama pertempurannya Kim Hoa, sang soeheng, dengan Ong Tjay Wat. Bahwa paling tepat menyerang musuh selagi berlompat dan belum sempat taruh kaki. Maka sekarang, justeru orang lompat, ia pun lompat maju, tangan kanannya membabat kedua kaki si orang tua. Di luar dugaan bocah ini, lawan tua itu terlebih liehay daripada Ong Tjay Wat, dia tidak berkelit untuk babatan itu, hanya kakinya yang kanan didahului dipakai menendang mukanya Ham Eng! Ham Eng terperanjat, ia berkelit, dengan begitu serangannya jadi batal sendirinya, hingga tubuh si orang tua bisa turun terus ke perahu, kaki kirinya segera menginjak papan perahu, hingga kaki kanannya dapat menyusul turua, akan tetapi, gesit luar biasa kaki kirinya melayang naik

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

umpema kilat, atas mana tak ampun lagi Ham Eng terdupak terpelanting ke muka air! Karena itu adalah tipu Wan yoh hoan twie atau tendangan Kaki burung wan-yoh saling susul. Bong Tiap kaget berbareng gusar, hingga ia lupakan aturan Kang-ouw, maka kembali ia menyerang dengan senjata rahasianya. Tapi si orang tua itu gesit bagaikan angin, tubuhnya berkelit berkelebatan, hingga semua piauw jatuh ke air, sesudah mana ia berdiri diam sambil tertawa berkakakan dan akhirnya kata: Ah! Tidak ada yang kena!. Selagi orang tua ini tertawa terbahak-bahak, karena ia sangat puas bisa ejek Bong Tiap, kelihatan satu . perahu sedang mendatangi pesat sekali ke arah mereka, hingga perahu itu sampai dengan luar biasa cepat. Di kepala perahu itu ada berdiri seorang laki-laki umur kira-kira tiga puluh tahun, kepalanya mirip dengan kepala macan tutul, mukanya berewokan lebat, kedua tangannya berpeluk tangan, kedua matanya terbuka lebar dan sorot matanya tajam bercahaya, sikapnya keren. Si orang tua berhenti tertawa dengan tiba-tiba, ia mengawasi orang yang baharu datang itu. Ia, seperti tiga kawannya, yang sudah berkumpul pula di atas perahu mereka, agaknya heran atau tidak mengerti. Mereka tidak kenal orang ini. Mereka tahu, dalam Keluarga Lioe, tidak ada murid atau orang semacam ini. Mereka menduga-duga, orang itu ada penumpang perahu biasa sajaatau dm hendak campur urusan orang lain. Maka semua lantas mengawasi. Ham Eng sudah lantas naik ke perahunya. Tapi, seperti soemoaynya, diapun diam. mengawasi saja perahu yang lagi mendatangi itu. Setelah perahu datang cukup dekat, si orang tua, yang mengawasi dengan tajam, dengan mendadak kasih dengar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suaranya yang keras dan nyaring umpama guruh: He, siapa sih? Mau apa kau datang kemari? Orang itu berdiri sedakap di atas perahunya, romannya tenang, malah dingin. Ada urusan apa maka kau orang bertempur di muka air? dia tanya. Aku telah lihat kau orang dari jauh-jauh! Eh, orang sudah jenggotan? Eh, kenapa kau layani segala bocah cilik? Apakah mereka berlaku kurang ajar terhadap kau, Lauwko? Nanti aku bikin kau orang akur! Apakah kau tidak takut ditertawai orang Kang-ouw kalau kau layani segala bocah? Sejak tadi ia menegur, orang tua itu telah lihat tubuhnya dari kepala sampai di kaki, dari itu, ia segera lihat caranya dia berdiri, hingga ia jadi terkejut. Sikap itu mirip dan tidak mirip dengan sikapnya Kaum Thay Kek Pay tetapi sudah terang aneh seorang umur kurang-lebih tiga puluh tahun, bisa bersikap demikian. Paling tinggi umumyabaharutiga puluh tahun tapi dia seperti keluaran latihan dua atau tiga puluh tahun. pilar orang tua ini. Murid siapakah diaini? Bong Tiap juga awasi orang itu, ia heran dan mengingatingat. la rasa pernah lihat orang ini tapi lupa, entah di mana. Orang asing itu tertawa dingin melihat si orang tua diam saja. Sahabat baik, bagaimana? dia menegur, sembari tertawa tawar. Coba omong terus terang, kau sudi sudahi urusan ini atau tidak? Apakah kau tetap hendak perhinakan dua bocah ini? Mukanya si orang tua jadi keren, baharu sekarang ia tertawa menyindir. Mendengar lagu suaramu, Lauwko, kau seperti hendak campur tahu urusan kita ini! katanya. Baik aku jelaskan padamu, kita ada punya urusan kita sendiri, urusan itu tidak mengenai Lauwko seorang luar, dari itu tak sudi aku bikin pakaianmu kecipratan air kotor dari muara ini!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baik Lauwko kembali dengan perahu, supaya selanjutnya kita menjadi sahabat. Belum pernah di kalangan Kang-ouw aku ketemu orang nganggur seperti Lauwko ini, aku kuatir, rase kau tak dapat cekuk, kau akan ketempelan baunya yang tidak sedap! Orang asing itu gusar. Orang di kolong langit mesti campur tahu orang di kolong langit! jawabnya. Aku melainkan tahu toelai perbuatan tidak pantas, aku larang sikuat perhinakan si lemah, yang banyak menindas yang sedikit, si tua Bangka ganggu si muda! Sahabat, bagaimana pikiranmu? Matanya si orang tua jadi mendelik. Oh, aku tidak sangka, Lauwko, kau hendak urus urusan di dunia! ia berseru. Nah, terserah kepada kau, kita bersedia akan turut segala perintahmu! Ucapan ini ditutup sama gerakan tubuh seperti kilat, tahutahu si or-ang tua dari perahunya Bong Tiap sudah mencelat tinggi, hendak berlompat ke perahu orang asing itu, sedang si orang asing dari perahunya sendiri melesat ke perahunya si nona, malah dia ini mendahului sampai! Maka segeralah terdengar satu suara nyaring di perahunya Bong Tiap, papan perahu siapa, bagian atasnya, lantas terbelah, karena keinjak oleh tubuh yang besar dan berat dari si orang tua, tubuh siapa sudah kebentrok keras dengan tubuh si or-ang asing! Orang tua itu segera gulingkan tubuhnya di atas perahu, kapan ia telah enjot bangun, segera ia enjot bangun, untuk lompat ke perahunya sendiri. Ia rupanya insyaf, perahunya si nona terlalu sempit untuk suatu pertempuran. Si orang asing turun ke perahunya Bong Tiap dengan tidak rubuh, kapan ia lihat si orang tua pindah kendaraan air, tak terlambat lagi, ia loncat menyusul, hingga sekarang ia berada bersama dalam perahu si tua itu! Malah dengan lantas, keduanya sudah mulai saling menyerang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Segera juga ternyata, orang tua itu bergerak-gerak dalam ilmu silat Pak Pay, Golongan Utara, tangannya mainkan ilmu Pek-kwa-tjiang, sedang si orang asing, yang berkepala mirip macan tutul (pa-tjoe-tauw), campur-aduk permainannya, yaitu ilmu Thay Kek Pay teraduk dengan Sha-tjap-lak kim-na-hoat dari Golongan Eng Djiauw Boen si Kuku Garuda dari Kwangwa dan Ban Seng Boen punya ilmu golok Ngo-houw toanpek-tjiang ialahLimaharimau merampas roh. Dan pada itu juga tercampurlagi dengan Tiam-hiat-hoat atau ilmu menotok jalannya darah. Hingga orang tua itu jadi heran, cara bagaimana seorang berumur kurang lebih tiga puluh tahun sudah punyakan semua kepandaianmu. Maka tidak perduli, Maka tidak perduli, bagaimana dia liehay danberpengalaman, selang lima puluh gebrak kira-kira, orang tua itu lantas saja kewalahan, dari pihak si penyerang, ia sekarang jadi pihak sipembeladiri. Pek-kwa-tjiang dari Golongan Utara adalah ilmu piranti mendesak, sekarang dia berbalik kena didesak, dari itu terpaksa ia mesti melakukan penjagaan saja. Sekalipun demikian, ia tetap terdesak, karena lawan itu agaknya tidak sudi mengasih kelonggaran padanya. Dia ini gerakkan dua-dua tangan kiri dan kanannya secara hebat. Mula dengan tangan kirinya dipakai membacok tangan kanannya itu orang asing, orang asing itu mengancam dengan kaki kanannya disusul dengan sambaran tangan kanan. Tujuannya ialah perutnya siorang tua, dia ini gerakkan tangan kanannya untuk punahkan tangan musuh, dilain pihak perutnya dibikin kempes dengan disedot kedalam, sekalipun demikian perut ini masih mendapat tekanan keras. Pa tjoe-tauw atau si kepalan macan tutul telah mendesak lebih jauh dengan tangan kirinyakearah muka lawan. Orang tua itu gerakkan kedua tangannya ke atas, untuk menggencet tangan kiri musuh itu, tetapi tangan kiri ini ditarik turun dengan cepat, disusul sama sambaran tangan kanannya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ke arah pipi, dalam gerakan Tiam-tjoe-twie atau Tusukan pahat. Sekali ini orang tua itu tak sempat menangkis pula, dia kalah gesit, maka pipinya itu kena terhajar, dari itu ketika disusul dengan satu dorongan pada tubuhnya, tubuhnya jadi limbung, sebagai layangan putus, tubuh itu terpental, kecebur ke muka air! Hingga air menerbitkan suara berisik dan muncrat tinggi dan lebar! Selagi Ham Eng dan Bong Tiap kagum menyaksikan pertempuran dahsyat itu, sekonyong-konyong mereka dibikin terkejut dengan limbungnya perahu mereka yang tersundul naik sebab diluar dugaan setelah siorang tua tercemplung kedalam air, ia selulup dan menyundul perahu mereka. Di saat kedua anak muda itu hampir terjerunuk ke muka air karena mereka tidak bisa pertahankan diri lebih lama, tiba-tiba si orang asing lompat pada mereka, klu dengan masingmasing sebelah tangannya, ia angkat mereka melompat. ke perahunya sendiri, untuk ditempatkan di dalam perahunya, kemudian sambil serukan: Lekas kau orang pergi pulang! Ia sendiri segera terjun ke air, hingga, di antara muncratnya air, tubuhnya lantas terlenyap ke dalam air, akan di lain saat, ia muncul di dekat si orang tua, yang telah perlihatkan diri di dekat perahunya kediia anak muda itu. Sambil perdengarkan bentakan, orang tua itu bikin gerakan hingga air menyambar si orang asing. Ternyata ia bikin perlawanan di dalam air, ia mencoba menyerang terlebih dahulu. AJkan tetapi orang asing itu lolos dari serangan, karena ia melesat tiga .tumbak jauhnya, ke arah perahunya si orang tua, di mana ia selulup, atas mana, sesaat saja terdengarlah suara berisik. Karena perahunya si orang tua telah disundul naik, terbalik dan karam, hingga tiga orang di dalam perahu itu, tak ampun lagi, tercebur ke dalam air, hingga dua antaranya mesti mandi pula! Orang asing itu membik1 pembalasan untuk si pemuda dan si pemudi, hanya, kalau kendara* aimya dua

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

anak muda ini tidak samPa karam, adalah kepunyaan si orang sudah terbalik. Kepandaian berenangdan selulup si orang asing itu begitu liehay hingga musuhnya tidak dapat dekati padanya. Itu waktu sejumlah perahu nelayan telah mendatangi mereka lagi bertarung di muka air, dia orang itu ada mendongkol karena tadi mereka sudah diganggu oleh empat orang yang tidak dikenal orang itu, malah beberapa nelayan muda lantas saja menimpuk dengan tempuling mereka, untuk bantu si orang asing yang jadi pembela mereka. Maka empat orang tidak dikenal itu jadi repot, mereka mesti kelit sana dan kelit sini. Si orang tua jadi sibuk, ia mengerti bahwa mereka terancam bahaya. Untuk layani si orang asing saja ada sukar, sudah di situ ada kedua anak muda, Kim-tjhie-piauw siapa harus dimalui, juga sekarang ada nelayan-nelayan itu dengan tempulingnya. Angin keras! Berhenti!si orang tua segera berseru, dalam bahasa rahasianya orang Karig-ouw, kaum Sungai-telaga. Itu berarti bahwa bahaya lagi mengancam mereka. Ia pun segera mendahului, akan selulup, akan menghilang pergi, hingga tiga kawannya lantas susul padanya. Si orang asing muncul di muka air. Pulang! Lekas pulang! katanya pada Ham Eng dan Bong Tiap, yang masih saja mengawasi mereka sesudah mana, ia silam. Cepat sekali, kedua anak muda ini lihat orang telah saling kejar jauh sekali jaraknyadari mereka, sedang di depan mereka, air lantas jadi tenang pula. Ham Eng merasakan dirinya seperti lagi mimpi, ia tampak pakaiannya basah dan tubuhnya merasa dingin, tapi lekas ia pegang kemudi, akan gayuh perahunya pergi. Mari kita lekas pulang! katanya pada Bong Tiap.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Had sudah fnulai sore. Bong Tiap manggut la pun kuatir ibunya meng-harap-harap. Selagi mendekati pinggiran, dua anak muda ini segera dengar suara panggilan: Bong Tiap! Bong Tiap! Ham Eng! Ham Eng! Dan suara itu seperti suara mendesak. Ya! Ham Eng menyahuti. Ia kenali suara dari djisoehengnya. Ah, Ham Eng, soeheng yang kedua itu kemudian kata. Kau kenapa? Kenapa kau nyebur ke air? Hebat, Soeheng, sahut Ham Eng, yang terus tuturkan kejadian barusan. Kalau begitu, mari lekas pulang! kata djie-soeheng itu. Perihal ini perlu segera diberitahukan pada Soebo! Tiba-tiba: Bong Tiap! Bong Tiap! Ham Eng! Ham Eng! Itulah suara sang soebo atau Lioe Toanio, maka segera Bong Tiap menyahuti: Ibu! Ibu, orang telah permainkan kita!. Lioe Toanio tidak lantas jawab puterinya, ia hanya awasi Ham Eng. Ah, kau bertempur di air? nyonya guru itu kata. Tentu kau telah dibikin kecebur! Lihat,celanamu pecah! Apakau kau tidak terluka? Benar, Soebo, Ham Eng menyahut, seraya terus tuturkan kejadian tadi. Cukup, Anak! Lioe Toanio berkata. Sekarang marilah pulang! Kau mesti lekas salin pakaian, atau kalau kau terluka, lekas kau pakai obat gosok! Tjin Kong, pergi kau layani saudaramu ini. Kau, Anak, man ikut aku! Sampai di situ, berempat mereka pulang. Adalah di rumah, sebelumnya siap dengan barang daharan, Lioe Toanio suruh anak dan muridnya ulangi penuturan mereka yang jelas. Yang terutama menarik adalah halny a si orang asing dengan kepala

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seperti kepalamacan tutul. Bong Tiap dengan bernafsu puji orang asing itu, yang ia katakan kepandaiannya ia belum pernah lihat, hingga ia lupa bahwa ayahnya justeru seorang guru silat yangliehay! Dan yang aneh, Ibu, kata si nona akhirnya, gerakgerakannya mirip dengan apa yang Ayah dan Ibu ajarkan kepadaku Thay Kek Pay kecampur Ban Seng Boen. Lioe Toanio berdiam, ia berpikir, sambil ngoceh sendirinya: Oh, or-ang berkepala mirip macan tutul, berewokan, umurnya kurang lebih tiga puluh tahun!. Ia agaknya bersangsi, ia seperti ingat suatu apa. Dan ia bicara dengan lidah apa? tanyanya kemudian. Hoo-pak atau Shoatang? Apakah Ibu kenal orang itu? Bong Tiap balik tanya. Dia bukan berlidah Shoatang atau Hoo-pak, entahlah lagu suara mana, rasa-rasanya dia bicara dengan lagu suaranya si saudagar djinsom dari Kwan-gwa yang duluan datang beli djinsom dari Ayah. Nyonya itu berdiam pula. Aku hendak duga seseorang, tetapi lagu suaranya, boegeenya, bikin aku sangsi, katanya. Tapi mereka yang ganggu kau orang, aku tahu asal-usulnya mereka. Siapa mereka, Ibu? Bong Tiap tanya. Apakah mereka ada Ong Tjay Wat dan persaudaraan Lo? Tjin Kong turut tanya sebelum guru perempuannya sahuti si nona. Kalau bukan mereka, siapa lagi? sahut sang soebo sambil manggut. Kau tidak tahu, Anak, selagi kau bertempur di muara, aku juga dapat kunjungan tetamu yang tidak diundang..

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bong Tiap dan Ham Eng terkejut, si nona lantas minta keterangan, tanyanya kemudian. Hoo-pak atau Shoatang? Apakah Ibu kenal orang itu? Bong Tiap balik tanya. Dia bukan berlidah Shoatang atau Hoo-pak, entahlah lagu suara mana, rasa-rasanya dia bicara dengan lagu suaranya si saudagar djinsom dari Kwan-gwa yang duluan datang beli djinsom dari Ayah. Nyonya itu berdiam pula. Aku hendak duga seseorang, tetapi lagu suaranya, boegeenya, bikin aku sangsi, katanya. Tapi mereka yang ganggu kau orang, aku tahu asal-usulnya mereka. Siapa mereka, Ibu? Bong Tiap tanya. Apakah mereka ada Ong Tjay Wat dan persaudaraan Lo? Tjin Kong turut tanya sebelum guru perempuannya sahuti si nona. Kalau bukan mereka, siapa lagi? sahut sang soebo sambil manggut. Kau tidak tahu, Anak, selagi kau bertempur di muara, aku juga dapat kunjungan tetamu yang tidak diundang. Bong Tiap dan Ham Eng terkejut, si nona lantas minta keterangan. Tetamu tidak diundang itu bukannya suatu ahli silat, dia malah satu bocah ialah Ong Siauw Sam, anak tunggal dari OngToa-ma, tetangganya LioeToanio, yang bekerja di sebuah warung arak kecil di Kim-kee-tin. Biasanya bocah ini pulang setiap tengah bulan dengan menenteng sedikit oleh-oleh untuk ibunya, karena ia berbakti. Biasanyajarang ia mampir pada Lioe Toanio, tapi kali ini ia berkunjung. Lioe Toanio ada manis budi, ia girang menerima bocah itu, ia tanya ini dan itu dengan gembira, tapi Siauw Sam, setelah menjawab beberapa pertanyaan dengan ringkas lantas bilang: Toanio, ada satu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tetamu yang minta aku sekalian sampaikan sepucuk surat untuk kau. Dan lantas, ia serahkan surat itu. Toanio kaget menerima surat itu, dan kaget setelah membacanya. Tetamu macam apakah orang itu? ia tanya Siauw Sam. Kemarin kita kedatangan tetamu-tetamu dari satu rombongan, Siauw Sam kasih keterangan. Mereka ada yang tua ada yang muda, sembari minum arak mereka tanya aku kenal atau tidak pada Lioe Loo-kauwsoe, setelah aku kata kenal, seorang tua di antaranya lantas minta kertas, pit dan bak, terus menulis surat dan ia minta aku yang sampaikan, kalau tidak ada Loo-soehoe sendiri, boleh pada Toanio. Demikian Lioe Toanio, yang terus bacakan surat yang ia maksudkan itu. Itulah surat yang ringkas-terang dan kasar. Begini bunyinya: Kauwsoe Lioe Kiam Gim, suami-isteri! Soeteemu, Teng Kiam Beng, telah menentang kita kaum Kang-ouw, ia tempel pembesar negeri, hingga kita jadi tidak puas, maka itu di Djiat-hoo, kita ajar sedikit adat padanya. Kabamya Kauwsoe niat campur tahu urusan ini, dari itu kita telah dikirim untuk datangi kau orang. Tak usah kita orang banyak bicara, biarlah kepandaian kita yang nanti memberi putusan. Besok sore jam Hay-sie, kita menantikan di dalam rimba pohon lioe di depan rumahmu! Jangan kau orang ajakajak Sam-boen djin-ma, atau ancaman bencana akan jadi terlebih hebat. Kau orang pasti mengerti aturan kita kaum Kang-ouw. Juga Loo-kee Soe Houw tak dapat lupai budi pengajaran pada dua puluh tahun yang lampau, mereka pun datang untuk sekalian membalas budi ini! Nah, sampai besok malam, Hormat,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lo Toa Houw Ong Tjay Wat, dkk Mefeka ada kawanan tidak tahu mampus!kataLioeToanio kemudian dengan sengit Kiam Gim tidak ada di rumah tapi aku bersedia akan sambut mereka, aku akan bikin mereka tidak kecewa! Habis itu, Lioe Toanio lantas tuturkan permusuhannya sama Loo-kee Soe Houw, Empat Harimau Keluarga Lo, karena mana iapun jadi kenal Lioe Kiam Gim dan akhirnya jadi menikah. Itu adalah kejadian pada dua puluh tahun yang lampau. Ketika itu Lioe Toanio atau Nona Lauw In Giok, baharu berumur dua puluh dua tahun. Dia ada gadis tunggal yang disayangi dari Kauwsoe Lauw Tian Peng, Ketua dari Golongan Ahli Silat Ban Seng Boen. Dia telah dapat warisan ilmu silat keluarganya dan sering ikut ayahnya merantau. Begitu pada suatu hari, ia turut pergi ke Hauw-gie di Shaosay, akan sambangi suatu sahabat. Selagi lewat di Djie-tjoe, mereka saksikan sekawanan berandal lagi begal serombongan saudagar, mereka tolongi kawanan saudagar itu. Apa mau, rombongan berandal itu ada liehay, terutama lima antaranya. Mereka kena terkurung hingga sukar mereka loloskan diri, hanya dengan belakang madapi belakang, mereka bisa terns bikin perlawanan. Selagi mereka mandi keringat, datanglah bala-bantuan yang tidak disangkasangka. Satu penunggang kuda kabur mendatangi. Dia berusia kirakira tiga puluh tahun, dia menggendol satu pauwhok kecil serta pedang di pinggangnya. Ia tahu apa artinya pertempuran itu, ia kagum melihat In Giok punya permainan golok Ban Seng Boen, sedang dengan Koan Ie Tjeng, Ketua dari Ban Seng Boen di Poo-teng, Hoo-pak, ia kenal balik. Maka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak tempo lagi ia loncat turun turun dan kudanya, hunus pedangnya ceburkan diri dalam pertempuran itu. Ia ambil pihaknya itu ayah dan anak. Lekas sekali jalannya pertempuran jadi berubah. Dengan orang asing ini menyerang dari luar perhatian berandal jadi terpecah, dan Lauw Tian Peng serta puterinya telah lantas dapat semangat baru, tenaga mereka tambah dengan seKejab. Mulai dari kaburnya kawanan liauwlo, juga lima pemimpin mereka segera turut angkat kaki. Untuk ini mereka berikan satu tanda rahasia, ialah suitan mulut. Nona Lauw ikuti ayahnya sejak umur enam belas, belum pernah ia tampak kekalahan, sekarang ia kena didesak, tidak heran ia ada sangat mendongkol dan gusar, maka satu kali terlepas dari kurungan, ia umbar nafsu amarahnya, Ia kejar lima musuhnya, ia candak satu, yang lari paling belakang, kapan ia telah loncat menyambar sama goloknya, musuh itu bingung dan menjerit, sebelah lengannya putus dan jatuh ke tanah! Lauw Tian Peng lihat puterinya kejar musuh, iahendakmencegah, apa mau ia sudah terlambat, musuh sudah kena dibacok, malah selagi tubuh or-ang sempoyongan hendak rubuh, In Giok pun telah membarengi dengan tendangannya pada dada orang itu, sedang sepatunya berujung besi! Tian Peng sambar anaknya untuk ditarik mundur, sehingga musuh dapat kesempatan akan panggul pergi Kawannya yang terluka, sedang salah satu musuh, sambil lari dengan mata melotot, berseru: Nona, kau kejam sekali! Selama masih hidup, Loo-kee Ngo Houw akan ingat baik-baik budi kebaikan ini!. Ah, Bocah!Tian Pengsesalkan anaknya dia bukannya gusar pada musuh. Kenapa kau kejar musuh dan kutungi juga sebelah tangannya? Kau tahu hebatnya kaum Kang-ouw dan bahwa musuh tak dapat ditanam bibit permusuhannya!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memang, seumumya, Lauw Tian Peng, belum pernah sudi lukai orang secara hebat, maka itu ia tidak sangka, gadisnya justeru berbuat demikian. Tapi, karena hal sudah terjadi, jago ini tak sesalkan puterinya lebih lama, hanya segera ia hampirkan penolongnya, untuk haturkan terima kasihnya yang hangat. Nyata penolong itu murid kepala dari Thay Kek Teng ialah Lioe Kiam Gim, hingga tidaklah heran kalau ilmu goloknya liehay sekali. Karena perkenalan ini, Kiam Gim pun jadi tahu, bahwa Lauw Tian Peng ada terhitung angkatan terlebih tua, dan pernah pamannya, sebab dia adalah paman jauh dari Koan Ie Tjeng. Dan Ketua Ban Seng Boen ini juga kenal Thay Kek Teng, gurunya. Tatkala itu Lioe Kiam Gim baharu habis berpisahan dengan soeteenya Teng Kiam Beng, ia merantau untuk pesiar, siapa tahu, ia ketemu sama Lauw Tian Peng, ia telah bantui jago ini dan justeru Nona Lauw In Giok masih merdeka, Tian Peng lantas jodohkan puterinya pada pemuda ini, hingga selanjutnya, berdua mereka menjadi suami-isteri. Kemudian Kiam Gim dan In Giok dapat tahu, bahwa Lo-kee Ngo Houw, atau Lima Harimau dari Keluarga Lo, adalah persaudaraan berandal yang mengacau di Soe-tjoan Barat dan sekitarnya, belakangan mereka pindah ke Utara, pernah mereka satrukantentara negeri, mengganggu kaum saudagar pelancongan dan memeras rakyat, hingga mereka diterima menakluk oleh negeri, hanya entah kenapa, tahu-tahu mereka bersarang di gunung di Djie-tjoe ini menjadi berandal pula. Kemudian lagi, Kiam Gim dan isterinya tinggal menetap di Kho Kee Po. Ini adalah atas kehendak Lauw Tian Peng, supaya ayah ini atau mertua ini, kalau perlu, bisa lindungi keselamatan mereka dari gangguan musuh. Itu waktu Tian Peng telah dapat tahu, Lo-kee Ngo Houw sudah berubah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjadi Lo-kee Soe Houw, karena Harimau Ketiga, Lo Sam Houw, korbannya In Giok, sudah binasa, jiwanya tak tertolong dari luka hilang sebelah lengannya dan dadanya tertendang sepatu besi. Katanya Empat Harimau itu kabur ke Djiat-hoo di mana mereka umpetkan diri, tetapi Tian Peng tak ketahui, bahwa mereka sebenarnya bemaung dalam Keraton Sin-tekkiong menjadi pahlawannya Kaisar Boan. Dua puluh satu tahun lamanya Lioe Kiam Gim tinggal di Kho Kee persaudaraan Lo juga berlatih terus, hingga sekarang Toa Houw jadi liehay begini. Baharu sekarang nyonya mi berpikir untuk tidak ngotot melayani terus, ia insyaf bahayanya akan bertempur lebih lama pula, di satu pihak jadi kuatirkan Bong Tiap dan rumahnya. di lain pihak, ia takut semua musuh nanti turun tangan Bagaimana la bisa melawan kalau mereka meluruk semua? Sekonyong-konyong Lioe Toanio dengar tindakan kaki yang berlari-lari, ke arah rumahnya. Rupanya musuh tukar siasal setelah dapat kenyataan, nyonya ini sudah bisa dibikin terpatek di situ ia menjadi gusar! Jadi nyata dugaannya, musuh mengarah dua tujuan kepada ia sendiri, kepada rumahnya Itulah berbahaya! Di sebelah kekuatirannya, bukan kepalang gusarnya Lioe Toanio, hingga dengan hebat ia menyerang. Ia pun segera mcnegur Oh. orang-orang tak punya muka, kau orang bikin rusak kaum Kang-ouw! Kau orang boleh satrukan aku, kenapa kau orang juga arah rumahku? Ha-ha-ha! Lo Toa Houw menyambutnya dengan berkakakan. Dugaanmu tepat! Inilah maksudku, uiilah tindakanku! Aku justeru hendak menghina anak daramu! Apa kau mau? Hutang darah dua puluh tahun rnesu dilunaskan berikut bunga! Toanio bisa tertawa nyaring, tetapi hatinya, melainkan dia yang tahu sendiri. Kalau ayam biang sangat sayangi anaknya, apa pula manusia, satu ibu?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baik, aku akan adu jiwakul demikian teriakannya. Ia segera menyerang seperti kalap dengan goloknya, yang senantiasa kecampuran ilmu-ilmu tikaman Thay-kek-kiam. Ia keluarkan serangannya Pwee lak Tjap sie afau delapan kali delapan jadi cnam puluh empat bacokan dan tikaman, guna singkirkan kedua musuhnya. Lo Toa Houw tidak takut, ia mainkan tumbaknya dcngan sempuma akan menghalau sesuatu serangan, selama itu, saban-saban ia tertawa terbahak-bahak, sedang di sebelahnya, Ong Tjay Wat mendesak tidak kurang serunya. Orang Heng Ie Pay ini jadi| dapat angin karena berkawan dengan toako dari Keluarga Lo. Tumbaknya Lo Toa Houw jadi liehay sekali, saban-saban senjata itu mencoba akan keprak terlepas goloknya si nyonya atau ujungnya mencari jalan darah, untuk menotok. Apabila berhasil, dua-dua macam serangan akan bikin nyonya itu tidak berdaya. Bagus! Nyonya Lioe Kiam Gim berseru kapan ia saksikan cara menyerang orang itu. Ia tidak takut, ia mendesak terus. Dengan Peh tjoe tjoet tong atau Ular putih keluar dan guha, ia mencoba babat jeriji tanganorang yang mencekal pedang. Ayo! berseru Lo Toa Houw, yang terpaksa musti mundur seraya tarik pulang tumbaknya, tapi tidak urung ia kalah gesit, jeriji mania dari tangan kanannya telah kena terbabat Ikuturtg, hingga ia merasakan saktt dan kaget sampai ia bikin terlepas tumbaknya itu. Toanio lihat orang mundur, ia barengi berlompat tinggi akan lewati kepalanya Tjay Wat, untuk tarik pulang. Pegat dial Pegat dia! Toa Houw berseru dengan kaget kapan ia tampak musuh hendak kabur dengan tangan berketel-ketel darah, ia berjongkok akan jumput tumbaknya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ong Tjay Wat tidak sangka orang bisa loncati dia, dia jadi sangat mendongko!. Ia anggap sial-dangkalan diloncati orang perempuan ia percaya benar akan tahayul. Maka ia lantas berlompat akan susul nyonya itu. Dalam boegee, ia kalah daripada Lo Toa Houw, tetapi dalam keng-kong-soet, ilmu entengi tubuh, ia menang jauh. Kegesitannya sudah ternyata selama ia kelit tiga batang Kim-tjhie-piauw dari Lioe Bong Tiap. Ada sulit untuk Lioe Toanio menyingkir pulang. Benar iaberhasil loncati Ong Tjay Wat, akan tetapi, baharu kakinya injak tanah, dua musuh pegat ia dengan babatan golok mereka masing-masing, hingga ia rnesu* layani mereka ini. Ia baharu lewat tiga jurus, Tjay Wat sudah sampai di belakangnya, akan terjang pula padanya. Maka di lain saat, ia sudah terkurung pula. Dua pemegat dari Lioe Toanio ada berumur masing-masing dua puluh dan tiga puluh tahun. Mereka mi adalah yang pernah tempur Ham Eng dan Bong Tiap di tengah muara Boegee mereka tidak rendah, tapi menghadapi istermya Lioe Kiam Gim, mereka mesti main mundur apabila mereka tidak mau jadi korban golok, Hanya, si nyonya lagi lagi kena dirongrong oleh Ong Tjay Wat yang licik. Dua-dua Toa Houw dan Ngo Houw sudah bebat luka-luka mereka, mereka ini merangsek pula. Sekarang Toa Houw majui tangan kirinya di muka. Oleh karena mereka sudah terluka, sekalipun berkelahi, mereka tidak garang lagi seperti semuia. Maka itu, dikepung berempat, Toanio tidak terdesak sebagai tadi. Hanya untuk loloskan diri, inilah sulit. Cuma dengan pelahan-lahan, dapat ia mendekati bahagian luar dari rimba itu. Dua orang yang memegat sedikit ketinggalan di belakang, yang mudaan lantas keluarkan Thie-lian-tjte, untuk bokong si nyonya, tapi ia tidak sepandai Bong Tiap dengan piauwnya, duri besinya itu tidak mendatangkan hasil.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekarang Lo Toa Houw pun kena ditinggal si nyonya, hingga tinggal Ong Tjay Wat yang larinya pesat, yang bisa menyusul, malah ujung pedangnya sudah ancam bebokongnya musuh. Ia bisa berbuat begini karena larinya yang pesat, hingga ia dapat candak musuhnya. Lioe Toanio dengar angin menyambar di belakangnya. Ia menduga pada serangan musuh. Dengan tiha-tiba ia loncat nyamping kakinya menahan. lalu sambil putar sedikit tubuh, ia menikam balik, ke arah tenggorokan. Ini ada suatu gerakan yang liehay. yang meminta kegesitan. Oag Tjay Wat lihat serang an musuh, ia hendak menangkis, hanya sayang. daiam hal mainkan senjata ia kalah eesit, ia tidak segesit ilmunya entengi tubuh atau lari pesat. Ia terkesiap hatinya. Rata! Maju! Maju! demikian tiba-tiba Lo Toa Houw berseru-seru seraya tumbaknya dipakai menangkis goloknya si nyonya. Ia telah memburu dan mencandak lawan. Lauw In Giok tidak tabu musuh hendak berbuat apa, karena itu, untuk sedetik, ia berlaku aval, dengan begitu, Tjay Wat jadi terluput dari bahaya. seiagi dia ini keluarkan keringat dingin saking kaget, Toa Houw telah berdiri di dampingnya. Cepat sekali, Lioe Toanio sudah lari sampai di iuar rimba. Ia masih menduga-duga apa maksudnyajeritan musuh barusan. Selekasnyaberada di luar, dari mana ia bisa memandang ke rumahnya, ia kaget bukan main. Di sana asap menggulung naik, api telah berkobar, meskipun belum besar. Ia insyaf apa artinya itu, maka itu, matanya menjadi merah. Ingin ia bisa terbang, akan segera sampai di rumahnya, akan basmi musuh, guna lampiaskan kesengitannya. Tahan! Kau hendak lari kemana? sekonyong-konyong suara membentak di depannya Lioe Toanio, seiagi ia berlari pulang. Suara itu ada suara dalam, dari seorang yang Toa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Houw, dari belakang, teriaki: Djieko, awas! Pegat itu perempuan busuk! Toanio gusar, tan pa buka suara lagi. ia maju membabat tangan musuh. Ia gunai Hong hong tian tjie atau Burung hong pentang sayap. Musuh di depan itu, yang membentak, tidak gentar dengan itu babatan, hanya ketika golok mendatangi, tiba-tiba ia gcscr tubuhnya seraya tangannya bergcrak, tahu-tahu pedangnya dari atas membacok ke bawah, untuk menabas kutung lengannya si nyonya gagah. Lioe Toanio tidak sangka musuh ada demikian liehay, ia lekas tarik pulang goloknya, tidak urung kedua senjata telah beradu keras, sampai si nyonya limbung! Baiknya ia cerdik, segera ia terusi, akan lompat jauh, sampai setumbak lebih. Adalah di sini, scmbari putar tubuh dan goloknya di depan dada, ia lantas mengawasi musuh itu. Eh, Djieko, kenapa tidak segera turun tangan? menegur Lo Toa Houw, yang sudah lantas sampai di dekat orang yang mencoba rintangi Lioe Toanio itu. Itu waktu Lauw In Giok sudah bisa lihat tegas orang ini. yang bersenjatakan sebatang pedang panjang la tadinya menyangka pada Lo Djie Houw, sebab orang toh dibahasakan djieko, tidak tahunya, orang ini ada seorang tua yang tubuhnya jangkung dan kurus sedang sepasang matanya ada bersorot tajam, dengan mata itu ia diawasi. Ia lantas mengerti, ia bukan lagi hadapi orang sebangsa Persaudaraan Lo itu. Orang tua itu hunjuk sikap jumawa, waktu Lo Toa Houw dekati dia, dia suruh jago she Lo itu mundur, begitupun semua kawannya dia ini. Melawan mi perempuan busuk, kenapa mesa pakai banyak orang? demikian suaranya, yang katak. Mundur! Mundur Mukanya Lo Toa Houw menjadi merah, satu tanda ia ada mendongkol, tetapi scpcrti orang di bawah pengaruh, ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terpaksa mundur, bersama orang-orangnya, ia berdin diam saja, mengawasi ke depan. Orang tua ini adalah orang yang sarankan akan pancing keluar pada Lioe Toanio sambil berbarengdi lain pihak satroni orang punya rumah. Kalau Lo Toa Houw ada jadi pahlawan keraton peristirahatan kaisar di Sin-tek, Sin-tek Lie-kiohg, dia adalah pahlawan istimewa dari Keraton Kerajaan Tjeng. Sekarang tak dapat Lioe Toanio menahan sabar, sebagai jago betina dari Ban Seng Boen, ia merasa terhina oleh sikap musuh tidak dikenal itu. dari itu, tanpa ayal lagi, malah dengan tidak mengucap suatu apa, ia segera maju menyerang dengan golok Toan-boen-toonya. Musuh itu benar-benar liehay. Dengan tenang, tetapi dengan sungguh-sungguh, ia menangkis serangan. Pedangnya, dengan berat tetapi sebat, mengelakkan sesuatu bacokan atau babatan. Dengan caranya ini, ia bikin golok lawannya jadi tidak berdaya. Lioe Toanio menjadi sibuk kapan ia dapat kenyataan musuh tak dapat didesak. jangan kata dikalahkan. terutama karena dia sudah mulai lelah. Justcru itu, musuh pun menukar siasat. Berbareng dengan satu seruan. orang tua itu mulai dengan rangsekannya, pedangnya mainkan ilmu Tat Mo Kiam-hoat dari Siong Yang Pay. Serangannya itu adalah yang dibilang hebat bagaikan turunnya hujan besar. Dan sesuatu tusukan senantiasa mengarah bahagian anggota-anggota yang berbahaya! Sebenamya, kepandaian antara dua musuh ini tidak beda seberapa, hanya yang hebat bagi Lauw In Giok adalah dia sudah letih; sesudah gagal dengan desakannya, ia sekarang dibikin repot dengan rangsekan musuh. Sudah terang, musuh ini menggunai siasat yang bermula ia kasih dirinya didesak dan baharu sekarang ia lakukan serangan membalas

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam ancaman lawan itu, Lioe Toanio berlaku nekat. Selagi terdesak, dengan tiba-tiba ia gunai serangan Koay niauw hoa in atau Burung ajaib membalik mega. Ia putar goloknya dan membabat. Sang lawan lagi mainkan tipu tikaman Loo souw hie kirn atau Orang tua mcncntcng kirn kctika si Nyonya Lioe menyerang secara dcmikian mendadak dan hebat, ia tetap tenang, dengan sabar ia mundur, pcdangnya yang panjang dipakai merapati golok musuh, scsudah mana, dengan tipu. silat Soen soei twie tjouw atau Menolak pcrahu dengan ikuti aliran air, pcdangnya itu ia serodoti maju, untuk ujungnya yang tajam menikam tenggorokan lawan! Lioe Toanio insyaf pada bahaya, hatinya terkesiap, cepat sekali, ia mencelat mundur dua tindak, bcrbareng dengan mana, tangannya yang mencekal golok, terayun, hingga segeraiah nienyusui mclesatnya golok itu. Sebab ia telab berlaku nekat, ia menyambit musuh dengan golok! Musuh tua itu kelihatan terkejut, matanya bersinar, akan tetapi dia pun bisa lompat mundur dengan tidak kurang gesitnya, hingga akhirnya, golok cuma lewat di atas pundaknya, hingga ia luput dari bahaya. Tapi ia mendongkol karena serangan yang hebat itu, ia segera balas menyerang dengen beberapa biji senjata rahasianya Tok-tjie-leeyang beracun. Ketika tadi ia habis menyerang, Lauw In Giok telah tcrusi loncat pu la, dari itu, ia jadi telah pisahkan diri enam-tujuh tumbak dari musuh itu, maka sekarang, melihat datangnya serangan gelap, ia dapat ketika untuk egos tubuh, ke kiri dan kanan, akan elakkan sesuatu senjata rahasia itu; walaupun ia sudah lelah, ia masih dapat hindarkan diri dari bahaya maut. Lo Toa Houw sementara itu jadi berada dekat dengan nyonya ini, sadari tadi ia memang nonton saja, maka sekarang, melihat ada ketikanya, dengan sekonyong-konyong ia loncat pada nyonya itu sambil teruskan menyerang dengan tumbaknya, hanya sekarang ia pakai tipu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pukulan toya Houw-bwee-koen atau Ekor Harimau. Tipu pukulan ini, kecuali menikam, pun bisa mengetok jalan dengan t iam-h iat, totokan jalan darah. Bukan kepalang kagetnya Lioe Toanio, ia tak dapat berkelit lagi, maka untuk tolong diri, ia pertahankan ambekannya, ia menahan napas. Ia tidak kena tertikam tetapi ia telah terbentur, dengan sendirinya, ia lantas merasai tubuhnya jadi sedikit gemetaran dan beku. Puas sekali hatinya Lo Toa Houw dengan hasilnya itu, dari itu ia segera maju pula, untuk ulangi serangannya selagi si nyonya sudah tidak berdaya j itu. Satu kali saja ia dapat menikam, akan habislah lelakon hidupnya jago perempuan itu. . Dalam saat berbahaya bagi Lauw In Giok itu, tiba-tiba satu bayangan loncat melesat dari samping. Rupanya bayangan itu datang dari tegalan, tetapi tanpa ketahuan. Bayangan itu melesat bagaikan burung, enteng dan cepat sekali, tahu-tahu ia sudah sampai pada si orang she Lo, selagi ia lewati si nyonya, tangannya menyambar kepala orang. Lo Toa Houw tertegun, ia gelagapan, tanpa merasa lagi, ia rubuh terguling! Oh, Anak, kiranya kau! demikian teriakannya Lioe Toanio, yang heran berbareng girang ketika ia telah lihat rupanya bayangan itu, yang menjadi tuan penolongnya. Ia menjadi berdiri tercengang, hingga ia lupa bahwa ia seharusnya lekas pulang, untuk tengok rumahnya. Tidaklah aneh jikalau Nyonya Lioe Kiam Gim menjadi bagaikan dipagut ular itu. Orang yang tolong dia adalah orang yang dia tidak pernah sangka-sangka. sebab ia ini adalah or-ang yang sudah meninggalkan rumahnya hampir sepuluh tahun lamanya, yang kabarnya sudah pergi ke Liau w-tong dan kemudian tidak ada kabar ceritanya lagi ialah murid kepala dari Lioe Kiam Gim murid yang diterima di Poo-teng pada lebih daripada dua puluh tahun yang lalu. Yaitu Law Boe Wie!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan terbitkan satu suara nyaring, Law Boe Wie hunus pedang panjangnya, yang bersinar laksana perak, lalu dengan pedangnya itu, ia menuding pada musuhnya. Soenio, beberapa ekor anak kelinci ini serahkanlah kepada muridmu! Silakan Soenio pulang lebih dahulu! katanya pada isteri gurunya yang berbareng pun menjadi gurunya. Kemudian ia sontek tumbaknya Lo Toa Houw dengan kakinya, hingga tumbak itu mencelat pada sang soenio, siapa sambut itu dengan gapah. Hingga sekarang nyonya ini jadi dapatkan ganti dari golokknya, yang tadi ia pakai menyambit musuhnya, si orang tua yang iiehay. Baharu sekarang Lioe Toanio dapat pulang ketabahannya, sedang tubuhnya pun sudah tidak sesemutan lagi. Muridku, kau hati-hati! ia segera pesan. Jangan kuatir, Soenio, sahut sang murid sambil tertawa. Nyonya guru itu lantas putar tubuhnya, untuk pergi. Sementara itu, kedatangannya or-ang Ssing ini telah membuat musuh jadi tercengang, tetapi selagi sang murid dan soenionya bicara, Lo Ngo Houw sudah berlompat kepada kandanya Toa Houw, apabila ia sudah tengok kanda itu, ia kaget hingga ia keluarkan jeritan. Toa Houw rebah sebagai mayat, batok kepalanya pecah remuk, darahnya melulahan! Sakit rasa hatinya Ngo Houw, tapi ia segera geraki goloknya, ia niat rintangi Lioe Toanio, akan tetapi Law Boe Wie mendahului menangkis goloknya, hingga mau atau tidak, ia mesti layani ini bayangan yang tangguh. Di antara saudara-saudaranya, Ngo Houw ada yang terlemah, sudah begitu, ia pun sedang terluka, dari itu, sebelum si orang tua sempat datang padanya, baharu dua gebrak, pedangnya Boe Wie sudah sampok tcrpcntal goloknya dan kakinya bayangan ini sudah menyapu patah berisnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hingga ia rubuh sambil keluarkan jeritan hebat dan mcngenkan, sekctika juga, ia pingsan! Lioe Toanio masih sempat saksikan itu pertempuran yang hebat tetapi sekejaban saja, bukan main kagum dan girangnya akan muridnya itu, maka dengan bawa tumbaknya, ia tcrus berlalu dengan had lcga sekal i. Hanya ia mesti pulang dengan bcrlari-lari lekas, karena ia lihat, asap sudah mulai mengepul tebal dan api lagi mulai bcrkobar. Sampai di situ, majulah si orang tua, malah dengan satu tikamannya. Law Boe Wie tangkis itu serangan, dengan keras sekali, hingga kedua senjata beradu dengan hebat, hingga menerbitkan suara nyaring sekali, lelatu api sampai muncrat meletik. Berhubung dengan itu, si orang tua mundur duatindak, ia rasai telapakan tangannyasakit. Di lain pihak, lawan yang baharu itu berdiri tegak dihadapannya. Tapi ia tidak jadi jerih, ia malah lantas menuding. Mendengar suaramu, berkata ia, kau adalah muridnya Lioe Kiam Gim. Sekalipun soeniomu bukan tandinganku, maka perlu apa kau banyak tingkah di sini? Baik kau angkat kaki siang-siang! Kita datang untuk menuntut balas, kau tidak punya urusan di sini! Pergi ambil jalanmu yang lurus, kita tidak akan ganggu kau! Boe Wie tidak gubris kata-katanya orang itu, ia mengawasi dengan tajam. Eh, kau kiranya pandai menimpuk dengan Tok-tjie-lee! katanya, dengan mcngejek. Kau bisa mainkan Tat Mo Kiamhoat! Malah kau pun pandai menggunai beberapa jurus ilmu pedang Heng Ie Pay asal curian! Hm! Kau sangka aku .tidak kenal kau? Jangan harap aku nanti angkat kaki siang-siang! Malah kau, apabila kau hendak berlalu, aku tidak akan izinkan! Melihat romannya atau usia, dan duduknya hal, pula melihat gerak-gerakan tangan orang itu, muridnya Lioe Kauwsoe ini segera menduga pada orang yang dulu gurunya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cari tetapi tak dapat diketemukan. Maka itu, cara bagaimana ia hendak gampang-gampang kasih lolos orang ini? Orang tua itu tidak hendak banyafc omong pula, ia lompat maju dengan serangannya. Ia pun telah menduga-duga, siapa orang ini, karena Lo Soe Houw pemah omong tentang seorang dengan roman sebagai dia ini, yang merintangi pihak mereka selama pertempuran di muka muara. Ia insyaf bahwa orang ini pandai silat dan berenang, buktinya ia saksikan barusan saja nasibnya Toa Houw dan Ngo Houw. Ia heran, bagaimana Lioe Kiam Gim mcmpunyai murid liehay begini. Ia belum pernah menempur Kiam Gim sendiri, hanya pernah layani Teng Kiam Beng, soetee dari Kiam Gim, dan sekarang, ia dapati bayangan ini tak di bawahnyaTeng Kiam Beng itu. Tapi Boe Kek Kiam-hoatnya belum pernah ketemu tandingannya, ia hendak coba ilmu pedangnya itu akan layani si kepala bagaikan kepala macan tutul ini. Pertarungan sudah lantas ambil tempat. Orang tua itu mengerti musuh ada liehay dan tenaganya bcsar, ia segera hunjuk kepesatan tubuhnya dan kegesitan main pedangnya. Ia lompat ke kiri dan ke kanan, ia menikam atau menyabet, gerakannya bagaikan kilat berkelebat Sama sekali ia tidak kasih ketika akan pedangnya kebentrok pedang musuh itu. Pertempuran telah berjalan sekian lama, tidak perduli si orang tua hunjuk kdiehayannya, ia sama sekali tak dapat desak Law Boe Wie, siapa telah perlihatkan kepandaian seperti mengikuti kebisaan orang. Boe Wie gunai beberapa macam ilmu pukulan yang luarbiasa, yang berbedaan sadari lain, tetapi dasarnya tetap ada Thay-kek-koen (yang pun disebut Bian-koen lemas tetapi ulet dan keras). Berselang lagi sekian lama. walaupun ia belum terdesak, si orang tua sudah mulai bernapas sengal-sengal, keringatnya sudah mulai mengalir, jtdatnya basah paling dulu. Ia mengerti bahwa ia terancam bahaya. maka itu, lekas ia ben tanda kepada Ong Tjay Wat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

supaya kawan itu membantunya. Sekarang ia tidak lagi jumawa, dan ia pun lepaskan janjinya tadi bahwa orang mesti bertempur satu sama satu, tidak boleh main keroyok. Ong Tjay Wat telah rasai desakan goloknya Lioe Toanio, nyalinya telah menjadi ciut, sampai itu waktu, ia masih belum cukup beristirahat, sekarang ia saksikan liehaynya orang tidak dikenal itu, ia jerih bukan main, tetapi si orang tua sudah berikan tanda, dengan terpaksa ia maju juga, hanya ia berkelahi dengan lebih banyak membela diri. Ia sudah pikir, begitu lekas orang tua itu keok. ia akan mendahului angkat langkah panjang! Demikianlah pikirannya Ong Tjay Wat Apalagi kedua kawannya, malah mereka ini sengaja berpurapura tidak lihat tandanya si orang tua, mereka berdiri diam saja di kejauhan. Mereka pun pikir, asal si orang tua kalah. mereka akan kabur. Melainkan yang satu menyiapkan beberapa potong senjata rahasia Thie-Kan-tjie, untuk dipakai membarengi menyerang andai kata orang tua itu peroleh kemenangan! Law Boe Wie tidak gentar melihat Ong Tjay Wat datang mengepungnya, sebaliknya, ia geraki pedangnya dengan terlebih sebat dan keras. Di sebelah itu, tangannya yang kirijeriji tengah dan jeriji manisnya, senantiasa turut main juea. akan cari jalan darah untuk ditotok. Dua jarinya ini malah terlebih liehay daripada pedangnya yang tajam itu. Sebentar saja Boe Wie telah mengcrti bahwa Tjay Wat jerih dan licik, oleh karena itu, ia lebih banyak pusatkan pcrhatiannya kepada si or-ang tua. Kembali iewat beberapa jurus, sampai di sini, si orang tua mesti ambil putusan bukan untuk rubuhkan musuh atau nekat. hanya guna ulur kedua kaki panjangnya. Ia insyaf, berkclahi lebih jauh tidak menguntungkan, babkan bakal mencelakai dirinya. Ia anggap, angkat kaki paling selamat. Law Boe Wie lihat orang hendak tinggalkan, ia tidak mau mengerti, selagi orang putar tubuh untuk menyingkir, ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

barengi menyerang, kakinya berlompat, pedangnya menikam. Itu adalah gerakan Liong tjoa tjie tjauw atau Naga dan ular lari berbareng. Ujung pedang sudah lantas menghampirkan batok kepala musuh. Si orang tua lihat ancaman bahaya itu, dengan sangat terpaksa putar tubuh, ia menangkis, maka tak dapat dicegah pula yang kedua senjata jadi bcradu, hingga terdcngar suara yang nyaring. Begitu lekas kedua senjata kebentur satu dengan lain, Law Boe Wie segera putar ugel-ugclan tangannya sambil menarik ke samping, menyusul mana pedang panjang dari lawan jadi terlepas dari cekalan dan terpental. Tapi ia tidak berhenti sampai di situ. Ia pun merangsek, dua jari tangan kirinya disodorkan bagaikan kilat berkelebat. Si orang tua terkejut karena pedangnya terlepas dan terlempar, selagi ia belum sadar apa yang bakal tcrjadi terlebih jauh, dua jari musuh sudah mengenai samping iganya, tak sampai ia menjcrit, tubuhnya lantas sempoyongan. Boe Wie masih belum mau berhenti, ia maju pula, akan susul tubuh musuh itu, yang ia segera jambak dengan tangan kirinya scsudah mana, ia angkat tubuh orang itu! Orang tua jangkung kurus itu tetap tidak bcrsuara, iapun tidak berdaya, karena ia sudah kena ditotok jalan darahnyaHoen-hian-hiat, hingga ia jadi minp dengan satu mayat, apabila ia tak segera ditolong, dalam tempo enam jam baharu ia bisa sadar sendiri. Di pihak orang tua ini, dua kawannya yang memasang mata, sudah lantas ambil langkah seribu, begitu lekas mereka lihat jagonya itu memutar tubuh, sedang Ong Tjay Wat, yang semangatnya seperti terbang karena menyaksikan cabang atasnya itu mati kutunya, pun angkat kaki tanpa ayal-ayalan lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Law Boe Wie lihat orang lad, ia tidak hendak mengejar, karena ia tahu, dengan itu jalan ia bakal sia-siakan tempo. Ia percaya, Tjay Wat itu bisa lari keras, sukar untuk ia dapat mcncandak dalam sedetik. Maka ia rogoh sakunya dan keluarkan dua potong pisau belati kecil tidak ada lima dim panjangnya yang ia lekas pakai menimpuk, kemudian samar-samar ia dengar jeritannya musuh itu, siapa rupanya terluka tidak hebat, sebab dia masih bisa lari terus ke dalam tempat lebat. Sampai di sini, medan pertempuran itu jadi sunyi-senyap, langit pun guram, sedang angin adalah angin dingin yang halus sambarannya. Law Boe Wie bersenyum puas, akan tetapi ia tidak dapat berdiam lama di situ. Ia lihat cahaya api di arah rumah gurunya, itu ada tanda bahaya untuknya. Ia pun mendugaduga, soebonya sudah berhasil atau belum dalam menolong rumahnya itu. Maka ia perlu membantu terlebih jauh. Tapi ia masih cekali si orang tua. Bisakah ia berlari-lari dengan bawabawa musuh itu? Ia bersangsi sesaat, lantas ia turunkan tubuhnya musuh itu, dikasih berdiri, lalu tangan kanannya merogoh ke dalam sakunya si orang tua. Ia ambil entah barang apa, yang ia sesapkan ke dalam sakunya sendiri. Sesudah ini segera ia lari ke arah rumah gurunya. Benarlah dugaannya, sang soebo, bersama soemoaynya, masih belum lolos dari mara bahaya. Sementara itu, siapakah si orang yang liehay itu? Dia adalah pemegang peranan pada kejadian dua puluh tahun yang lampau, ketika Teng Kiam Beng kena dipancing datang ke gedung Soh Sian Ie. Si pemancing menyamar sebagai dua tjay-hoa-tjat, penjahat cabul, yang memakai topeng, hingga orang she Teng itu kena terjebak, hingga karenanya, Kiam Beng jadi bentrok sama Tjiong Hay Peng, sampai ia pun berpisah dari soehengnya. Seperti sudah dijelaskan di sebelah atas, dia ada pahlawan dari Raja Boan. Dia adalah Bong Eng

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tjin, sedang kawannya yang bersenjatakan Poan-koan-pit, ada Ouw It Gok. Kebisaannya beberapa jurus ilmu pedang Heng Ie Pay ada hasil curiam, dia sendiri sebenarnya ada murid yang murtad dari Thio Tjeng Kie, tjiang-boen-djin atau ahli waris turunan ketiga dari Siong Yang Pay. Barang-barang upeti yang dilindungi Teng Kiam Beng bukannya dibegal oleh kawanan Bong Eng Tjin, melainkan pcrbuatannya orang tain, tetapi kawanan ini punya rencana lain. Tugas mereka adalah mencegah Lioe Kiam Gim datang ke Utara, untuk bantu saudaranya, agar jago she Lioe ini tidak mcrusak maksud mereka memecah-belah kaum Rimba Persilatan. Demikian mereka Sudan datang mengacau, atau mengganggu, Keluarga Lioe, dcngan caranya yang licik tapi hebat: Jikalau di dalam rimba yanghoe sudah terjadi suatu pertarungan yang dahsyat, di rumah Keluarga Lioe sendiri sudah lerjadi pertempuran yang tidak kurang hebatnya, dan kalau pertarungan di dalam rimba selcsai dengan cepat, adalah di rumah itu masih bcrlaku sampai sekian lama lagi. Bong Eng Tjin sudah atur rencana penycrangannya secara begini: la pecah rombongannya menjadi dua. Lebih dahulu daripada itu, ia kirim surat undangan akan menantang berkelahi satu dengan satu, secara or-ang-orang terhormat. Rombongan yang pertama adalah yang melakukan pertandmgan di rimba yanglioe, yang kedua adalah yang satroni rumahnya Lioe Kiam Gim. Kecuali Lioe Toanio, ia pandang tak mata juga murid-muridnya, dari itu ia sendiri pimpin Qng Tjay Wat. Lo Toa Houw dan Lo Ngo Houw serta dua kawan lagi, dan Lo Djie Houw serta Lo Soe Houw pimpin beberapa kawan pula. Tapi rencananya ini justeru menolong Yo Tjin Kong. Malam itu, seperti diketahui, yang berdiam di rumah Lioe Kiam Gim ada sang puteri sendiri, Bong Tiap, bersama sang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

keponakan, Lauw Hie Hong,dan kedua murid, YoTjin Kong danTjoh Ham Eng. Ketikaitu,mereka mempunyai masingmasing pikirannya sendiri. Hie Hong diminta bantuannya oleh bibinya, ia tahu, ia mesti tanggung jawab atas keselamatan keluarga bibinya itu. Bagaimana bila ia gagal? YoTjin Kong sibuk sendirinya, iapun berkuatir. Toa-soeheng mereka tidak ada, maka itu, iapun bertanggung jawab. Biar Hie Hong ada sanak dekat, ia sendiri ada wakil murid kepala, ia tidak dapat bebaskan diri. Hie Hong pun bukannya murid Kaum Thay Kek. Bong Tiap sebaliknya ada bergembira, ia bersemangat, ia hanya merasa tegang sendiri kapan ia ingat, bahwa ini ada pertempurannya yang pertama kali. Ham Eng juga bersemangat, hanya di sebelah itu, ia pikiri sang soemoay, ia kuatir soemoay ini nanti terluka atau kena diculik. Cuma satu perasaan ada pada empat anak muda ini, ialah mereka mesti siap akan nantikan serangan badai dan hujan lebat, karena mana, mereka lalu berdamai akan atur penjagaan, di atas genteng dan di dalam rumah. Untuk menjaga genteng, Tjin Kong dan Hie Hong saling berebut, tapi akhirnya, si orang she Yo yang naik ke atas, karena ia kemukakan alasan: Urusan Kaum Thay Kek mesti muridmurid Thay Kek Pay sendiri yang menanggung jawabnya, dari itu, Saudara Lauw, kau baik menjaga di dalam rumah saja. Hie Hong akhirnya mengalah, tetapi ia tidak puas, dalam hatinya, ia kata: Oh, kau bicara tentang kaum! Apakah kau sangka aku Kaum Ban Seng Boen tidak sanggup menempuh badai dan gelombang? Seberangkatnya Lioe Toanio, empat anak muda itu lantas mulai dengan penjagaan mereka. Mereka pasang mata dan kuping, sedikit saja suara berkelisik menyebabkan mereka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bersiap. Mereka mesti menanti lama juga, akhir-akhirnya musuh telah datang! Mereka itu muncul hampir bareng temponya dengan dikepungnya Lioe Toanio di dalam rimba. Yang muncul paling pertama ada Lo Soe Houw, Harimau Keempat dari Persaudaraan Lo. Ia datang dari bclakang, terus saja ia loncat naik ke atas genteng, ketika Yo Tjin Kong ketahui datangnya, ia sudah beradadi belakangnya pemuda ini. Musuh datang! Tjin Kong segera beri tanda, dengan suitan dan teriakannya, setelah mana, ia tidak sempat buka mulutnya lebih jauh. Soe Houw sudah lantas menerjang dengan sepasang tempulingnya, Ngo-bie Hoen-tjoei-tjie. Menurut rencana, Tjin Kong mesti lekas turun, akan bersatu dengan . soemoaynya sekalian, tetapi sekarang, ia tidak bisa jalankan rencana itu. Di luar sangkaan, lagi beberapa orang, turut loncat naik; sedang Soe Houw merintanginya, dari itu, ia mesti lawan musuh itu, terutama Soe Houw sendiri, yang mendahului serang ia. Senjata Soe Houw, yang sesuatunya bercagak figa, mirip dengan sha-tjee, semua ujungnya sangat tajam. Biasanya senjata Ini dipakai di dalam air, tetapi si Harimau Keempat bisa pakai itu di dalam air dan di darat. Sulit untuk Tjin Kong lawan musuh she Lo itu, tidak perduli ia sudah wariskan enam sampai tujuh bagian kepandaian gurunya, karena di sebelah kurang pengalaman pertempuran, ia juga tidak kenai gegaman musuh itu. Dari itu, setelah beberapa gebrakan, ia melainkan bisa gunai kepandaiannya mainkan pedang untuk lebih banyak bela diri. Sedangkan Tjin Kong sibuk, satu bayangan lain mencelat naik, tapi bayangan ini segera perdengarkan suaranya: Saudara Yo, jangan takut! Siauwtee nanti bantu kau! Itulah Lauw Hie Hong dengan goloknya Toan-boen-too.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sembari berkelahi, Tjin Kong kerutkan alis. Tak puas ia atas datangnya sahabat ini. Ia duga Hie Hong datang tentu disebabkan orang she Lauw ini sangka ia jerih karena tadi ia berteriak dengan pertandaannya. Tapi datangnya sahabat ini, ia duga, Hie Hong datang tentu disebabkan itu dugaan, ia hanya ingin menunjukkan ilmu silatnya Kaum Ban Seng Boen. la tidak senang tadi Tjin Kong menyebut-nyebut golongan, sedang ia sendiri anggap, Thay Kek Pay dan Ban Seng Boen ada seperti segolongan saja Atas datangnya bala bantuan itu, Tjin Kongtidak bilangsuatuapa, Hie Hong sendiri, sebaliknya tidak dapat membantuorangshe Yo itu, karenaia segeradiserbu oleh duakawannya Soe Houw, kawan siapa ada lima, sedang yang tiga lagi, terus loncat turun ke bawah genteng. Dari tiga musuh yang loncat turun ini, yang satu ada muridnya Bong Eng Tjin, yang dua ada murid-muridnya Lo Toa Houw, kepandaian mereka tidak lemah. Ketika mereka sampai di bawah, mereka lantas diserang oleh Lioe Bong Tiap dan Tjoh Ham Eng, yang sudah siap sedia di saat mendengar pertandaan dari Yo Tjin Kong. Tandingan dari Bong Tiap ada seorang dengan tubuh besar dan tinggi melebihi si nona. Sesudah bebcrapa jurus, nona ini jadi gembira. Nyata ia tak kena didesak musuh yang dari tubuhnya bukan tandingannya. Maka itu, ia lantas saja pikir untuk lekas rubuhkan musuhnya itu. la segera mendesak. Ilmu silat pedang dari Thay Kek Pay berpokok dengan ketenangan, atau lebih tegas: Musuh diam, kita diam; musuh bergerak, kita mendahuluinya. Kalau orang hendak mendahului bergerak, ia sudah mesti pandai betul. Tidak demikian dengan Nona Lioe ini. la belum mengatasi kesempurnaan, sekarang ia bergerak terlebih dahulu, maka ia dengan sendirmya hunjuk kelemahan terhadap musuh. Dengan Kie hoh liauw thian, atau Mengangkat api untuk menyuluhi langit, Bong Tiap hendak tikam tenggorokan orang. Justeru itu waktu, sang lawan lagi siapkan Teng yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tjiam, atau Jarum pedoman. Dari Tat Mo ICiam-hoat dari Siong Yang Pay, maka ia telah bersiap untuk menyambut tikaman. Ketika ujung pedang mendatangi, ia mundur satu tindak, kaki kirinya dikesampingkan, berbareng dengan itu, tangan kanannya ialah pedangnya -menyambar ke kuping kanan orang itu. Tidak ada ketika atau jalan lagi, untuk Bong Tiap menangk i s, terpaksa ia mundur dengan gugup. Selagi ia mundur, kaki kiri musuh sudah icrangkat, ujung kakinya segera mengenai dengkulnya, atas mana, tidak ampun lagi, nona itu kena terdupak terpental sampai lima-enam tindak dan rubuh dengan terbanting keras, sambil menerbitkan suara juga. Lawan itu tidak berhenti sampai di situ saja, menampak musuh rubuh, ia lompat maju, untuk susuli penyerangannya terlebih jauh, tetapi belum sampai ia menyerang, beberapa Kim-tjhie-piauw, dengan berkeredepan, telah menyambarnya. Sebab Nona Lioe itu, walaupun dia sudah jatuh, masih dapat kesempatan menimpuk dengan senjata rahasianya itu, yang ia siapkan dengan cepat. Sambil keluarkan seruan kaget, musuh itu loncat mundur pula. Serangan piauw dari jarak dekat, kepandaiannya Bong Tiap sudah boleh juga, akan tetapi musuh ini bukan orang sembarangan. Dengan Tjay hong sie ek, atau Burung hong mementang sayap, ia menangkis ke kiri dan kanan, ia sampok jatuh dua batang piauw, hanya apa celaka, senjata rahasia itu datang di tiga jurusan, selagi ia berlompat, piauw yang ketigajusteru mengenai pahanya, hingga ia perdengarkan seruannya babna kaget dan sakit, karena ia terluka, tetapi karena ia ada tangguh, ia mclainkan sempoyongan saja, tidak sampai ia rubuh. Selama itu, Tjoh Ham Eng sibuk bukan main,selagi ia mesti lay an i dua musuh, ia kuatirkan soemoaynya, ketika melihat Bong Tiap rubuh, ia kaget sampai berseru, berbareng dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mana, ia berlompat mundur, niatnya untuk tolongi adik seperguruannya. Tapi kedua lawannya mencegahnya, keduanya menghalangi, menyerang dengan berbareng: yang satu dengan ruyung lemasnya, Djoan-pian, yang lain dengan toya besinya, mereka datang dari kiri dan kanan. Ham Eng mesti bela diri, ia menangkis dengan cepat tetapi, hampirhampir pedangnya kena dilibat dan disampok terlepas oleh ruyung musuh. Dalam saat berbahaya itu dari Bong Tiap dan Ham Eng, dari atas genteng ada berlompat turun beberapa bayangan, yang saling menyusul, semuanya memburuh ke dalam rumah. Yang pertama ada Hie Hong, yang kedua, Tjin Kong, dan yang ketiga, Lo Soe Houw. Di belakangnya hari mau ini ada konco-konconya. Di atas genteng barusan, kedua musuh yang rintangi Hie Hong bukannya orang-orang liehay, mereka ada sebawahan Soe Houw, dari itu,| orang she Lauw itu bisa desak mereka, sesudah mana, Hie Hong loncat pada Tjin Kong, untuk serang musuhnya dia ini. Atas ini, Soe Houw lompat mundur, hingga karenanya Tjin Kong jadi terlepas dari kepungan. Saudara Lauw, turun, turun! Tjin Kong lalu serukan kawannya. Paling perlu adalah melindungi soemoay! Kenapa kau tinggalkan dia? Ah, kau tidak kenal budi! pikir Hie Hong, yang tidak puas akan sikap orang itu. Akan tetapi Tjin Kong omong dari hal yang benar. Dua kawannya di bawah adalah orang-or-ang dengan usia terlalu muda, sedang Bong Tiap ada adik misannya piauw-moay kalau adik itu bercelaka, bagaimana nanti iabertemu sama bibinya? Maka itu, dengan tidak bilang suatu apa, ia pergi loncat turun. Begitu lekas sudah datang defeat. Hie Hong gunai goloknya akan serang musuh yang bersenjatakan Djoan-pian. Musuh itu benar-benar liehay. ketika golok Toan-boen-too menyambar,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ia tidak kelit, hanya ia rintangi itu dengan ruyungnya yang lemas, ia melibat. la bersenjatakan panjang, musuh pendek, ia menangdi atas angin. Dengan sebat, ia menarik, ia hendak bikin goloknya Hie Hong terbetot tcrlepas, orangnya nibuh. Lauw Hie Hong ada keluaran Ban Seng Bocn, ia punyakan pelajaran Iwee-kang dan gwakang dengan berbareng. terutama gwakang, hingga tenaganya besar sekali, maka itu, kuda-kudanya tangguh. Ia telah lihat sikapnya musuh, ia lalu gunai akal. Demikian, ia sengaja antap goloknya kena dilibat, selagi ia berdiri tcgar. ia tunggu musuh betot ia, ketika ia tampak tangan dan kaki musuh bcrgerak, ia lalu mcndahului membctot dengan keras. Musuh tidak sangka gerakan macam ini dari lawannya, kuda-kudanya digempur, ia kena tertarik hingga ia sempoyongan dan ngusruk ke depan lawan, dari itu Hie Hong bisa gunai ketikanya akan hajar pundak orang dengan belakang golok. Aduh!* musuh itu menjerit, ruyungnya teriepas, tubuhnya rubuh, ia pingsan. Adalah di waktu itu, Tjin Kong dan See Houw serta dua kawannya dia ini, loncat turun, akan menyusul. Maka bersama-sama Tjin Kong, Hie Hong persatukandiri dengan Ham Eng dan Bong Tiap. Mereka mundur ke tembok, untuk pertahankan diri di situ. Ini ada rencana mereka apabila mereka terdesak. Lawannya Bong Tiap, yang terluka piauw, telah maju pula, akan tetapi Tjin Kong desak ia, selagi ia repot kclabakan, Ham Eng dupak ia rubuh sampai bergelindingan beberapa tindak. Tjin Kong ada berempat, senjata mereka ada tiga pedang panjang dan sebuah golok. Di sebelah itu, asal ada ketika Bong Tiap pun gunai senjata rahasianya. Penyerang ada berjumlah lebih besar, akan tetapi mereka tidak sanggup berbuat banyak, terutama sebab rumahnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sempit, hingga mereka tak dapat bcrgerak dengan leluasa. Akan tetapi mereka ini bukannya bangsa tolol, dari itu, mereka lantas mencari akal. Begitulah satu musuh lari, ke belakang, di sana mereka nyalakan api, untuk membakar rumah, hingga di lain saat, api mulai berkobar, asap lantas mengebul. Dengan ini jalan, mereka pun hendak paksa penghuni rumah noblos keluar, supaya mereka bisa kepung dia orang itu. Ini daya keji telah memberi hasil. Tatkala asap menghembus ke dalam, orang mulai batukbatuk, air mata meleleh keluar, sukar untuk membuka mata dengan merdeka. Oh, kawanan terkutuk! Yo Tjin Kong mendamprat saking mendongkolnya. Janji adalah satu pertempuran secara lakilaki, kenapa sekarang kau orang berkawan dan turunkan ini tangan jahat? Manusia-manusia tak punya muka! Lo Soe Houw sambut dampratan itu dengan tertawaaya bergelak-geiak. Bocah, api belum berkobar besar, kenapa kau sudah panas terlebih dahulu? ia mcmbaliki. Kau sabar saja, tunggu lagi sebentar, nanti ada yang layani kau satu sama satu! Kita tidak kuatir kau nanti bisa kabur! Itulah tak akan terjadi! demikian dengan sekonyongkonyong terdengar suara jawaban suaranya seorang perempuan tetapi cukup angker. Di sini masih ada aku! Aku tidak akan membiarkan kau orang kecele, sahabat-sahabat baik! Lo Soe Houw kaget, apapula kapan ia lihat berkelebatnya satu bayangan, hingga dengan lekas-lekas ia berkelit, kemudian ia putar tubuhnya, untuk awasi bayangan itu, roman siapa menyebabkan ia bergidik! Dia? Kenapa dia bisa ada di sini? Bukankah dia sedang dirongrong di dalam rimba yanglioe? Mustahil, di bawah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepungan, dia masih bisa loloskan diri? Kenapa tidak ada yang kejardiaini? Demikian kata-kata dalam hati Harimau Keempat itu, yang kenali Lioe Toanio si bayangan dengan seruannya yang angker. Sedang yang menambah kagetnya adalah gegaman di tangan Nyonya Lioe itu -bukannya Toan-boen-too hanya sebatang tumbak, malah pun tumbaknya Lo Toa Houw, kandanya! Tapi ia menjadi sangat gusar. Perempuan busuk! ia segera mencaci.Kenapa kau bisa pulang dengan masih hidup? Mana toakoku? Lauw In Giok tidak jadi gusar karena cacian itu, sebaHknya, ia tertawa. Kau punya toako? ia kata. Toakomu ada di sana! Dia telah bingkiskan aku tumbak ini disertai satu batok kepala manusia! Soe Houw kaget berbareng sangsi. akan tetapi keadaan sudah sampai di puncaknya kehebatan, maka itu, ia kertak gigi, ia lantas menyerang dengan tcmpulingnya. Ia ada sangat sengit. Kau bisa kabur pulang ke rumahmu tetapi kau tak nanti dapat lolos dari rumahmu ini! ia berseru membarengi tikamannya. Lo Soe Houw kehendaki jiwa or-ang, tetapi di luar dugaanya, Nyonya Lioe ini bisa gunai tumbaknya bagaikan ular naga keluar dari laut, atau ular raksasa melilit cabang pohon, hingga ia jadi sangat terkejut Sungguh dia liehay sekali! katanya dalam hati. Karena ini, segera ia perdengarkan suitannya, atas mana Lo Djie Houw loncat turun dari atas genteng, buat serbu si nyonya rumah. Dia ini menggunai golok yang berat Lioe Toanio sebal melayani semua musuh itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Anak-anak, maju! ia berteriak dengan tiba-tiba, ia sendiri mendahuiui mendesak. Ham Eng dan Bong Tiap sambut itu anjuran, mereka merangsek, di samping mereka, Tjin Kong dan Hie Hong turut membukajalan. Ketika rombongan ini sampai di thia depan, yang lebih lega, mereka kembali kena dikurung musuh, yang telah candak mereka. Soe Houw dan Djie Houw kerubuti Lioe Toanio, orangorang merangsek Tjin Kong berempat, sckarang ini keadaan mereka hampir berimbang. Pcgangannya Lioe Toanio ada golok Kaum Ban Seng Boen, tetapi ia pun bisa gunai segala macam alat lainnya, sedang pengalamannya, pendcngarannya, ada luas, dari itu, ia bisa gunai tumbaknya Lo Toa Houw, malah ia keluarkan ilmu tumbak Kim-tjhio Djie-sie-sie yang punyakan dua puluh empat tipu serangan. Ia menangkis, ia pun bias balas menyerang, hanya ia tidak bias gunai itu seperti Toa Houw, yang dengan itu berbareng bisa menotok jalan darah. Di sebelah itu, ia sudah letih, bekas layani Bong Eng Tjin beramai, bekas ia berlari-lari jauh. Benar ia tidak mampu rubuhkan dua lawannya ini, tetapi kedua lawannyapun kewalahan untuk bikin ia tidak berdaya. Selama pertempuran itu, api berkobar bertambah besar. sudah mulai berkobar ke sebelah dalam, hingga rumahnya Lioe Kiam Gim sudah seperti terkurung saja oleh si ayam jago merah, bcberapa kali terdengar suara nyaring dari bambu yang terbakar meledak, hingga suaranya saru dengan suara beradunya berbagai senjata tajam. Apabila pertarungan berjalan terus lagi sekian lama, bisabisa mereka jadi korbannya api, sebab pihak penghuni tak dapat nerobos keluar, pihak lawan coba terus mempertahankan, mencegah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam saat yang sangat berbahaya itu, sekonyong-konyong ada datang satu orang baru, yang muncul di antara asap menebul, tangan kirinya mengangkat satu tubuh manusia, tangan kanannya mencekal sebatang pedang panjang, malah pedang ini segera dipakai menerjang Lo Soe Houw. Harimau Keempat elakkan diri dengan lompat mundur, matanya dipentang guna lihat si penyerang, sesudah mana, ia menjadi kaget bukan kepalang. Oleh sebab pcnyerang itu adalah bekas musuh tangguhnya di muka muara, yang kepalanya mirip dengan kepala macan tutul, sedang tubuh di tangan kirinya ia kenali ada pemimpinnya si jago tua kurus dan jangkung Bong Eng Tjin! Maka seteiah keluarkan satu teriakan, ia putar tubuhnya, ia loncat keluar, untuk sipat kuping. Bukankah ia ada pecundangnya si kepala macan tutul itu dan ia telah dikejar di air jauhnya belasan lie dan melulu karena kelicinannya, ia bisa loloskan diri? Sekarang mana ia berani lawan pula musuh itu? Lo Djie Houw adalah lain, apapula ia tampak, orang ada gunai hanya sebelah tangan. Ia maju menyerang, ia harap bisa tolong pemimpinnya itu. Siapa tahu, baharu satu kali saja ia ditangkis, ia sudah terkejut, tangannya terpental dan sesemutan. Selagi ia kaget, orang telah teruskan serang ia, dengan tusukan Lie Kong sia tjio atau Lie Kong memanah batu, mengarah tenggorokannya. Ia tidak bisa menangkis, maka itu, sambil berseru, ia loncat mundur. Tapi ia mundur ke dekat Lioe Toanio, yang lagi merangsek, nyonya ini segera tusuk ia dengan Pek tjoa touw sin atau Ular putih muntahkan bisa. Rubuh kau! berseru si nyonya. Benar-benar Harimau Kedua ini rubuh, karena tanpa berdaya, dadanya sudah jadi tameng tumbaknya Lo Toa Houw, tumbaknya sang kanda, maka dengan mandi darah, ia rubuh dengan tidak bisa berkutik lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sampai di situ, pertempuran jadi berubah lain. Semua musuh jadi kaget dan keder, dengan ketakutan, mereka berlomba singkirkan diri, tapi dalam kekalutan itu Hie Hong dan Tjin Kong berhasilmerubuhkan lagi seorang satu. Coba tidak Lioe Toanio mencegah, musuh hendak dikejar terus. Oleh karena api telah menghebat, semua orang kumpul di pekarangan depan, yang merupakan sebuah tegalan. Di waktu sang fajar mendekati, mereka awasi saja apt lagi makan habis seluruh rumah. Di sini Yo Tjin Kong baharu lihat tegas tuan penolongnya, hingga ia tercengang. Kiranya kau, Soeheng! ia berseru. Bong Tiap sebaliknya berseru: Ibu, inilah hoohan yang kemarin ini bantu kita di muara!. Tapi sang ibu tarik tangan puterinya itu. Kau tidak kenali Toa-soehengmu ini? ibu itu kata. Di waktu masih kecil, ia suka empo-empo kau! Nona itu melengak. Tidak heran kalau ia tidak ingat soeheng ini, sebab di waktu Law Boe Wie meninggalkan Keluarga Lioe, ia baharu berumur lima atau enam tahun. Sedang Ham Eng, dia datang selang beberapa tahun sesudah berlalunya soeheng ini. Boe Wie sudah lantas hunjuk hormatnya pada soebonya, dan Tjin Kong semua sebaliknya mengasih hormat pada soeheng ini. Lioe Toanio akhirnya tertawa besar. Dengan dapati murid semacam kau, biarpun rumahku hangus ludas, aku puas! katanya. Anak,kali ini kita bergantung kepada kau! Boe Wie hendak jawab guru perempuannya itu, ketika mendadakan ia lihat sang soebo rubuh sendirinya, hingga ia kaget bukan main, begitupun Bong Tiap dan yang lain-lain.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata Nyonya Lioe Kiam Gim sudah jadi korbannya pertarungan ini. Ia telah berkelahi melewati batas, sudah begitu, ia pemah ditotok oleh Toa Houw, hingga ia peroleh lukadi dalarn, benar lukanya tidak hebat, tapi tadi ia berlari-lari jauh, sesampainya di rumah, ia pun dikepung Djie Houw dan Soe Houw, melulu dengan kuatkan hati, ia masih sanggup pertahankan diri. Di sebelah itu, ia ada gusar dan sangat mendongkol, sedang akhirnya, ia gi rang luar biasa, lantaran ia tcrtawa besar, seluruh anggotanya bergerak, begitupun asabatnya, maka dengan sekonyong-konyong ia mata gelap dan rubuh. Bong Tiap tubruk ibunya, ia memanggi 1-manggil, tempo ia dapati ibu itu diam saja dan kedua matanya rapat, ia mcnangis menggerung-gerung. Boe Wie bercmpat merubungi soebo itu, semua sangat berkuatir, tapi kemudian, kapan sang toa-soeheng sudah awasi air mukanya Nyonya Lioe, ia kata: Jangan kuatir! Soenio tidak kenapa-apa, ia melainkan terlalu lelah. Kalau sudah dapat beristirahat, Soenio akan dapat pulang kesehatannya. Tapi toa-soeheng ini masih belum tahu, soebo itu telah dapat luka di dalam badan. Laludiambil putusan akan tolong Lioe Toanio dengan bawa ia ke rumahnya Louw Hie Hong di kampung tetangga, seperjalanan perahu kira-kira setengah jam, Tjin Kong akan ditinggalkan untuk ia urus rumah yang terbakar itu. Selama itu sudah banyak penduduk kampung yang keluar, mcreka bantu padamkan api. Mereka tahu ada pcrtempuran, saking takut, mereka umpetkan diri, sesudah dengar suaranya Tjin Kong, yang kasih mereka bangun, semua lantas bangun dan keluar. Lioe Toanio lantas dipondong, dibawa ke perahu. Ia masih belum sadar, maka Boe Wie suruh Bong Tiap coba uruti dia,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

walaupun dcmikian, ia tetap diam saja, cumakarena ia masih bcrnapas dan nadinya jalan baik, hati mereka tidak terlalu berkuatir lagi. Nyonya itu lantas diantap, untuk dapat mengaso. Perahu adakecil, di situ bcrkumpul Hie Hong, Bong Tiap dan Ham Eng, tubuh Lioe Toanio pun direbahkan, sudah begitu, Boe Wie ada bawa-bawa korbannya si tua, yang jangkung kurus. Soeheng, buat apa bawa-bawa dia, bukankah berabe? tanya Bong Tiap. Bukankah lebih baik dupak saja dia ke dalam sungai? Boe Wie awasi itu soemoay. Itulah tidak dapat dilakukan, ia jawab.Dia ini ada punya kepentingan besar dengan Loo-soehoe. Justeru karena dia, aku telah datang kemari. Semua orang heran, semua awasi soeheng ini. Boe Wie bisa mengerti keheranan sekalian saudara seperguruan itu, memang ia datang secara sangat tiba-tiba, begitupun halnya ia bantu Ham Eng dan Bong Tiap dalam pertempuran di muara. Halnya Bong Eng Tjin ini pun pasti ada sangat menarik perhatiannya sekalian saudara angkat itu. Ia harus menerangkannya semua itu. Akan tetapi, lebih penting adalah tentang Boe Wie sendiri, yang pergi seperti menghilang, maka sebelum menutur terlebihjauh, baik kita ikuti dia dahulu. Sudah diketahui, Law Boe Wie ada anaknya seorang tani di luar Kota Poo-teng, yang ditolong Lioe Kiam Gim semasa ia berumur enam-tujuh tahun, bagaimana ia sudah dipelihara dan dididik dalam ilmusilat. Ia terlatih sempurna sesudah Lioe Loo-kauwsoe undurkan diri dan tinggal menyendiri di Kim-keetjoen di Kho Kee Po.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika ia masuk umur dua puluh tahun, ia sudah belajar tiga atau empat belas tahun lamanya, hingga delapan atau sembilan bagian kepandaian gurunya, ia sudah wariskan, sedang dari Lauw In Giok, sang soebo, ia peroleh kepandaian dari Ban Seng Boen. Dalam usia semuda itu, ia sudah punya kepandaian dari dua cabang ilmu silat yang kesohor, maka orang gagah sebagai ia jarang ada. Walaupun ia sudah undurkan diri, semangatnya Lioe Kiam Gim belum padam, melulu disebabkan sikap dari soeteenya Teng Kiam Beng, ia jadi sungkan muncul pula, maka ia bersyukur, yang ia dapatkan murid sebagai Boe Wie, siapabisadiperintah merantau untuk wakilkan ia, untuk si murid sendiri cari pengaiaman dan persahabatan. Demikian ketika mu-rid ini sudah berumur dua puluh lima tahun, ia pilih suatu han baik, untuk murid itu meninggalkan rumah perguruan. Itu hari ra pesan murid ini supanya menjunjung cita-cita Thay-kek Teng, buat perhatikan pesanannya, terutama supaya sang murid jangan sekali-sekali bekerja pada bangsa Boan. Hanya kalau ada ketikanya, tidak ada halangannya untuk kau pergi ke Poo-teng dan sambangi soesiokmu Teng Kiam Beng, demikian pesannya terakhir. Begitulah Boe Wie merantau. Seiama sepuluh tahun, iaturut pesan gurunya, tapi pun ada kalanya, ia jalan sendiri. Yang terang adalah ia benci bangsa Boan atau pemerintahnya, karena mana, ia pun tak sudi sambangi soesioknya Teng Kiam Beng. Salah satu sebab dari ini adalah kebentjiannya kepada Soh Sian le, si hartawan Boan yang kejam, justeru dari, orang Boan ini ada sahabat kekal dari sang soesiok. Merantau belum lama, Boe Wie telah tertarik oleh salah satu sahabatnya, hingga ia masuk menjadi anggota dari Pie Sioe Hwee perkumpulan rahasia Pisau Belati. yang utamakan pembunuhan kepada pembesar-pembesar rakus dan jahat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di zaman pergerakan mulai Thay PengThian Kok, Pie Sioe Hwee turut ambil bagian sebagai anak cabang, setelah gerakan Thay Peng itu gagal, Pie Sioe Hwee turut umpetkan diri, anggotanya semuajadi orang gelap, selanjutnya mereka bekerja secara diam-diam. Sebagai anggota Pie Sioe Hwee, beberapa kali pernah Boe Wie lakukan penyerangan gelap pada pernbesar-pembcsar kejam yang dimusuhi, hanya saban-saban ia nampak kegagalan; satu kali ia dapat binasakan satu tiehoe, tapi berbareng dengan itu, ia meninggalkan korban dua kawannya, sedang di lain harinya, menyusul lain-lain korban lagi, sebab di hari kedua itu, pembcsar negeri melakukan pembersihan, seratus lebih rakyat tak bersalah-dosa, kena ditawan. Kemudian di han ketiga, datang tiehoe yang baru, dia ini ternyata ada lebih kejam pula, karena orang-orang baharu tersangkasaja, dia telah jatuhkan hukuman mati. Korbankorban rakyat itu membuat Boe Wie menangis di dalam hati. Sesudah ini, Boe Wie juga lantas dicari oleh pembesar negeri. Di antara kaki-tangan pembesar negeri ada or-angorang yang pandai, yang kesudian jadi pengkhianat bangsa Han, dari itu, ia jadi nampak kesulitan. Sekarang ia tidak lagi merantau, ia hanya mengungsi, ia jadi pelarian. la mesti pergi ke sana dan sini. Oleh karena Derduka, tubuhnya jadi kurus. Paling belakang, ia menyingkir jauh ke Djiat-hoo di BaratSelatan. Pada suatu malam, ia menumpang di rumah satu penduduk di kakinya Bukit Yan San. Tuan rumah ada satu anggota Pie Sioe Hwee yang tidak pernah muncul, karena tugasnya adalah menyembunyikan kawan-kawan dalam pengungsian. Berada seorang diri, dengan kupingnya dengar suara berbagai binatang alas di atas gunung, dengan sang angin menghembus-hembus, Boe Wie pikirkan penghidupan tak ketentuan itu, hingga ia tidak tahu, bagaimana nanti hari depannya. Ia pun pikirkan tujuannya Pie Sioe Hwee. Apa tidak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ada Iain jalan dari pad a selalu mesti lakukan pembunuhan gelap? Tidakkah pembunuhan gelap bukan suatu daya sempurna? Maka iajadi bersangsi. Tiba-tiba ia mendengar ketokan pada jendela. Bercekat hatinya pelarian ini, hingga segera ia pikir, untuk meloncat keluar. Tapi justeru itu, ia dengar suara rendah tapi angker, suaranya seorang tua: Bunga merah dan daun hijau adalah satu keluarga. Mendengar ini, Boe Wie tercengang. Tapi ia segera tanya: Kapankah, berbuahnya? Kapankah mekarnya? Suara yang dalam itu menjawab: Berbuah pada Pee-gwee Tjap-gouw, mekar pada Tjhia-gwee Tjap-gouw* Bunga merah dan daun hijau saling bercahaya seperti orang bersemangat dan orang berhati mulia adalah sekeluarga. Mendengar itu, Boe Wie bertepuk tangan satu kali, ia tertawa satu kali juga, atas mana, terlihatkan seorang tua, dengan kumis ubanan, mencelat masuk ke dalam rumah. Sebab kata-kata mereka adalah kata-kata rahasia dari Pie Sioe Hwee. Dengan tajam Boe Wie awasi or-ang tua itu, yang bajunya wama biru ada gerombongan, sedang itu waktu, di pcrmulaan musim dingin, bulan sepuluh, angin Utara ada dingin sekali. Dari kumisnya yang putih, ia menduga pada usia atas enam puluh tahun. Ia pikir, bagaimana orang ini punyakan tubuh kuat. Maka ia percaya, dia ini mesti ada mcmpunyai kepandaian tinggi, hanya ia tidak ingat Pie Sioe Hwee mempunyai anggota . tertua seperti orang ini. Orang tua itu juga mengawasi Boe Wie akanakhirnya ia bersenyum. Apakah kau dari Golongan Hok? ia tanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Benar, sahut Boe Wie, yang terus turunkan kedua tangannya, sebagai tanda hormat. Bagaimana Tjianpwee ketahui itu? Orang tua itu tertawa. llKau tidak kenal aku, aku sebaliknya kenal kau! ia jawab. Kau toh ketahui, bukan, di antara tiga pendirinya Pie Sioe Hwee ada satu yang dipanggil In Tiong Kie? Hatinya Boe Wie jadi bercekat. Jadinya Tjianpwee adalah Loo-tjianpwee In Tiong Kie? ia tegaskan. Memangdalam kalangan Pie Sioe Hwee ada pemecahan golongan atau tingkatan untuk anggota-anggotanya, terbagi delapan, dengan kata-kata Kim auw hok kouw, Han tjok tiong kong, artinya: Tanah daerah kembali kuat, kebangsaan Han bercahaya pula. Dan In Tiong Kie -yang berarti Keanehan dalam Awan masuk dalam Golongan Kim. Dan dahulu pemah bunuh satu pwee-lek, pangeran bangsa Boan, dalam satu malam, melawan empat pahlawan istana, ia sudah binasakan tiga antaranya, karena hendak ditangkap, ia buron cntah kemana, hingga orang sangka ia sudah meninggal dunia, siapa tahu, malam ini ia muncul di Djiat-hoo lagi. Tidak berayal lagi, Boe Wie hunjuk hormat pula, setelah mana ia tanyakan maksud kedatangan tjianpwee ini orang yang terlebih tinggi tingkatannya hingga ia ketahui, orang benar datang untuk ia sendiri. Ketika dahulu aku pun mesti menyingkirkan diri seperti kau sekarang ini, aku ketemu satu sahabat asal Kwan-gwa, In Tiong Kie terangkan. Sahabat ini telah ajak aku menyingkir lebih jauhke Liauw-tong. Sahabatku itu juga ada seorang luar biasa. Ia tidak setujui tujuannya Pie Sioe Hwee, yang main lakukan pembunuhan gelap. Sesudah satu hari dan satu malam kita berunding, akhimya aku dapat dibikin insyafdan, aku lepaskan cita-citaku, karena mana, aku terns tidak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kembali pada Pie Sioe Hwee. Sahabatku itu tidak berhati dingin, dia hanya lagi tunggu ketika, akan bergerak pula. Paling belakang ini, aku dengar Pie Sioe Hwee ada punya satu anggota angkatan muda, yang ada gagah dan berani, yang katanya ada ahli waris dari Thay Kek Pay, siapa berulangulang sudah terjang bahaya. Aku sayangi pemuda itu, aku kuatir dia menjadi korban, justru aku pikir untuk cari dia, datang kabar bahwa ia lagi diuber-uber pembesar negeri, maka itu, aku lantas berangkat untuk cari dia. Mendengar ini, Boe Wie awasi dengan tajam pada orang tua itu, matanya bercahaya. Apakah Loo-tjianpwee suka ulangi padaku kat-katanya itu orang luar biasa yang menjadi sahabat Loo-tjianpwee? tanyaia. Tanpa pembunuhan gelap habis kita ada mempunyai daya apa lagi? In Tiong Kie tertawa berkakakan. Aku sudah duga, pasti kau bakal menanya begini, Lauwtee! berkata ia Boe Wie pasang kupingnya, matanya terns mengawasi. Ketika aku bertemu orang luar biasa itu, itu adalah di Gunung Siauw Hin An Nia, si orang tua lantas bercerita. Aku sudah ditunjuki suatu pemandangan yang luar biasa sekali, yang sangat menarik hati. Itu adalah pertempurannya semut yang kecil dengan serigala yang besar. Boe Wie heran hingga ia pentang matanya dan memotong: Bagaimana semut bisa berkelahi melawan serigala? ia tanya. Tapi itulah benar terjadi, jawab In Tiong Kie sambil tertawa. Aku pun tak percaya itu apabila aku tak menyaksikannya sendiri. Kejadian pun ada sangat kebetulan. Beberapa ekor serigala mendekam beristirahat di bawah sebuah pohon, rupanya mereka terpisah dari kawan dan sedang lelah, di situ memang ada banyak semut hitam. Sekcjab saja, beberapa ekor serigala itu telah dikerumuni rombongan semut itu, mereka mengamuk hebat, tetapi semut datang semakin banyak, sampai tubuh mereka seperti tidak kelihatan, apa yang tertampak ada gumpalan hitam .saja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serigala-serigala itu bergulingan, tetapi ini tidak menolong. Lewat sekian waktu, tubuh mereka berdiam, akan kemudian, tinggallah mereka punya tulang-tulang yang putih. Boe Wie. ulur lidahya. Begitu liehay semut itu. kalau tidak, kita pun bisa jadi korbannya kawanan semut itu. Aku tercengang dan kagum atas apa yang aku saksikan itu. Setelah itu, sahabaku itu bilang padaku: Semut ada satu binatang kecil sekali, dengan dipencet dua jari, dia akan sudah terbmasa remuk-hancur, akan tetapi, apabila dia dapat kawan dan berombongan besar, mereka jadi sangat liehay. Inilah buktinya! Kalau rombongan semut ada demikian liehay, apapula manusia? Orang tua ini berhenti sebentar, ia pandang pemuda di depannya. Sampai di situ, Lauwtee, kemudian ia menyambung lagi. Sahabatku si orang luar biasa itu hunjuk, manusia, apabila ia cuma terdiri dari beberapa orang, tidak perduli mereka gagah dan pandai bagaimana, sukar untuk mereka robohkan satu kerajaan yang sudah dalam dan kuat dasarnya. Pembunuhan gelap? Cuma satu pembcsar yang binasa, lalu datang lagi; beberapa pembesar, demikian seterusnya, .tidak terhitung jumlahnya. Kau sendiri umpamanya, berapa pembesar kau pernah binasakan? Sahabatku itu lalu menunjuk pada hikayat, pada pergerakannya Lie Giam di akhir Kerajaan Beng, pada pergerakan Kaum Thay Peng kita. Benar pemerintah tak dapat digempur tetapi toh sudah tergoncang juga. Tidak demikian kalau kita bekerja dengan seorang atau dua orang dengan rombongan yang sangat kecil. Boe Wie memandang dengan berdiam, terang otaknya sedang bekerja. Jadinya Loo-tjianpwee inginkan aku juga meninggalkan Pie Sioe Hwee? akhimya ia kata In Tiong Kie urut-urut kumisnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang putih. Ya, Lauwtee, demikianlah ada maksudku ia jawab. Agaknya ia merasa pasti bahwa setelah dengar perkataannya itu, si anak muda akan dengar nasihatnya itu. Akan tetapi, di luar dugaannya, Law Boe Wie berpikir Iain. Setelah hidup terkatung-katung, pemuda ini jadi waspada, ia bercuriga terhadap siapa juga. Bukankah In Tiong Kie walaupun dia ada salah satu pendin Pie Sioe Hwee sudah lama keluar dari perkumpulan itu? Dan siapa tahu, apa gawenya sekarang ini bekas jago tua? Kalau In Tiong Kie insyaf tujuan Pie Sioe Hwee keliru, kenapadiadiam saja, kenapa dia tidak kemukakan itu kepada perkumpulannya? Dan kenapa In Tiong Kie justeru bemaung di Djiat-hoo, tanah airnya bangsa Boan? Maka, apa tidak bisa jadi, sekarang In Tiong Kie sudah berserikat sama bangsa Boan itu? Apakah bukan ia sedang hendak diperdayakan? Dugaan Boe Wie terhadap In Tiong Kie adalah meleset. Benar jago tua itu sedang undurkan diri tetapi dia memang ada berpemandangan lebih luas daripada orang-orang Pie Sioe Hwee. Dia memang bermaksud baik dengan nasihatnya ini terhadap ini anak muda. Adalah si anak muda sendiri, yang pikirannya lain. Sesudah mengawasi dengan dingin, Boe Wie kata: Terima kasih banyak, Loo-tjianpwee, ke Kwan-gwa tak nanti aku pergi! In Tiong Kie tercengang, sikapnya jadi tawar. Lalu, iapun menghela napas dengan tiba-tiba. Jikalau begini putusanmu, Lauwtee, baiklah, aku hendak pergi saja! berkata iakemudian. Umpama kata di lain waktu kau sudah sadar, kau boleh cari aku di Oey-See-Wie di Samseng, Ielan. Andaikata di sana kau tak dapat cari aku, kau bilang saja bahwa kau hendak cari Pek-djiauw Sin Eng Tokkoh Loo-enghiong, pasti kau akan menemui dia itu. Asa] kau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketemu loo-enghiong itu, kau bilang bahwa kau hendak can aku, itu sudah cukup! Nah, Lauwtee, kau pikirlah pula baikbaik. aku hendak pergi sekarangi Pengutaraan selamat tinggal itu ditutup dengan satu loncatan tenang tetapi gesit sekali, hingga selanj utn ya cuma suara angin yang terdengar pula, begitu pun suaranya binatang-binatang alas di atas gunung. Boe Wie berdiri bagaikan patung, matanya mengawasi keluar, kemudian ia pergi ke pekarangan depan, akan awasi sang salju sampai sekian lama. Besok paginya, ini anak muda rubuh karena serangan demam yang hebat, rupanya tadi malam ia kemasukan angin jahat dan jadi jatuh sakit. Syukur buat dia, tuan rumahnya yang bemama The Sam, serta isterinya, ada baik hati dan suka rawat ia dengan sungguh-sungguh, maka selang dua hari, panasnya lenyap separuhnya, hanya karena itu, tubuhnyajadi lemah. Selama dua hari itu Law Boe Wie senantiasa pikirkan katakatanya In Tiong Kie si orang tua itu, ia pun kuatirkan munculnya orang-orang polisi. Benar ia tidak takut yang ia nanti kena dibekuk, tetapi ia kuatir tuan rumahnya nanti terembet-rembet. Maka ia telah ambil putusan, asal sudah segar lagi sedikit, ia hendak angkat kaki. Di lain malamnya, Boe Wie rasai panasnya jadi lebih banyak kurang, dari itu ia mulai pikir akan berangkat besok saja. Apa mau, malam itu ada membawa lelakon. Habis makan obat, ia rebahkan din, ia ingin tidur agar dapat beristirahat, siapa tahu, karena senantiasa ingat besok ia hendak merantau pula, ia sukar pulas. Sampai tengah malam, sesudah lelah, baharulah ia Iayap-layap. Matanya meram melek, tidak demikian dengan kupingnya yang jeli.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba ia dengar suara berkeresek, suara itu pelahan akan tetapi segera ia dapat kenali, itu bukan suaranya daun rontok, hanya tindakan kaki satu ya-heng-djin, ialah orang biasa berjalan di waktu malam, kepandaian siapa belum sempurna betul, baharu jadi tujuh atau delapan bagian. Di saat murid Thay Kek Pay ini hendak berbangkit, sekonyong-konyong ada menyambar angin dari jendela, dari mana pun berkelebatsatu cahaya putih bagaikan rantai perak, menuju pada pembaringannya, pada tubuhnya sendiri. Ia kaget tetapi ia tabah, ia tidak lupai kcpandaiannya, maka ia ulur tangannya, akan tanggapi benda putih itu ketika si benda lewati sedikit padanya. Nyata itu ada sebuah piauw. Begitu lekas senjata rahasia itu sudah tergenggam dalam tangan kanannya, dengan gerakan Lee hie ta teng atau Ikan trambra meletik, ia berloncat turun dari pembaringannya, tangannya dibarengi diayun ke arah jendela. Sahabat, ini aku kembalikan bingkisanmu! katanya. Di luar segera terdengar suara nyaring, tanda bahwa timpukan itu tidak mengenai sasarannya dan jatuh ke tanah, hanya setelah itu, di luar jendela lantas berpeta dua bayangan orang serta terdengar suara tertawanya nyaring, disusul sama ucapan: Ha, benar-benar dia ada di sini! Menyusul kata-kata itu, dua bayangan tersebut lompat masuk ke dalam! Law Boe Wie segera menduga pada orang polisi, bahna kaget, ia sampai keluarkan keringat dingin. Ia segera teringat pada tuan rumahnya, yang ia kuatir nanti dapat susah karena urusannya sendiri. Tapi bahaya sudah datang, ia tidak boleh berayal, ia tidak bisa banyak pikir lagi maka ita, segera ia hunus pedangnya yang selamanya belum pernah terpisah jauh dari tubuhnya. Dengan si-apkan senjatanya, ia awasi dengan tajam pada dua bayangan itu. Dua orang itu berpotongan sedang, roman mukanya rada minp satu dengan lain, boleh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jadi mereka engko dan adik. Mereka masing-masing bersenjatakan Thie-tjio dan scbatang golok Tan-too, ialah dua macam gegaman yang biasa dipakai oleh orang-orang polisi. Sahabat, kau telah kepergok, demikian salah seorang berkata. Dia berusia pertengahan.Baik kau berlaku gagah sebagai orang Kang-ouw sejati, kau turut aku pergi ke kantor pembesar ncgeri, supaya kau tidak membikin sukar pula pada kita duasaudara. Boe Wie memandang dengan mata melotot. Tahu pastilah ia sekarang bahwa ia lagi berhadapan sama orang-orang polisi. Maka ia jadi mendongkol: Ngaco! ia membentak. Kau orang bangsa elang dan anjingnya pembesar negeri mau bicara tentang kehormatan orang Kang-ouw? Hm! Di sini toaya ada, jikalau kau ada mempunyai kepandaian, kau orang boleh bawa pergi! Sembari mengucap demikian, Boe Wie maju dengan matanya mengawasi dengan tajam. Dua orang itu benar berani, mereka tertawa pula. Jikalau demikian, sahabat baik, berkata mereka, harap kau tidak mengatakan aku dua Saudara Giam ada berlaku kasar kepadamu! Mendengar disebutnya Persaudaraan Giam, Boe Wie berdiri diam. Oh, kiranya kau orang ada Giam-kee Heng-te, Persaudaraan Giam! is tegaskan. Kau orang jadinya ada orang-orang polisi Pakkhia yang kcnamaan! Maafkan aku yang sudah tidak kenali kau or-ang! Dari tempat ribuan lie kau orang telah susul aku, benar-benar kau or-ang telah bercapelelah. Sahabat-sahabat baik, cara bagaimana aku bcrani membuat kau orang kcccle? Sahabat-sahabat, aku bersedia akan iringi kau orang, supaya kau orang peroleh kcnaikan pangkat dan kebahagiaan, hanya ia bersenyum ewah, ia angkat tangannya, yang mcncekal pedang, hanya sayang sekali, senjataku ini menampik!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dua saudara Giam itu juga tertawa tawar. Dua saudara ini, Tjin San dan Tjin Hay, memang terkenai, tetapi Boe Wie tidak takuti mereka, apapula ia memang paling benci hamba-hamba wet. Ia tidak jerih sekalipun ia sedang sakit. Sahabat baik, kau manis sekali! kata Tjin San. Kau mempunyai senjata, kitajuga! Baiklah, Sahabatku, lain tahun pada hari ini harian sembahyang kau satu tahun! Habis berkata begitu, dua saudara Giam itu geraki senjata mereka, akan tetapi Boe Wie mcndahului dengan Peh tjoa touw sim atau Ular putih mcnghcmbuskan bisa untuk tikam dadanya orang yang mcnjadi kanda. Dengan Heng kee kirn Hang atau Melintang di atas penglari emas, Giam Tjin San tangkis tusukan itu, tetapi setclah senjata mereka beradu, keduanya mundur beberapa tindak. Aku tidak sangka, penyakitan seperti dia, punya tenaga begitu besar,Tjin San berpikir. Sedang Boe Wie pun tidak nyana, hamba wet dari Pakkhia ini ada dcmi k ian tangguh. Habis mundur, Giam Tjin San maju pula, maka itu, keduanya sudah lantas bcrtcmpur. Giam Tjin Hay maju akan bantui engkonya. Thie-tjio dari Tjin San ada liehay, tidak kurang 1 iehaynya tan-too dari Tjin Hay, sebab dia ini mainkan itu dengan tangannya yang kiri. Sang adik ini adalah seorang kidal. Dan mclayani seorang kidal memang rada sulit. Boe Wie sedang sakit, tetapi kepandaiannya ilmu Thay Kek Pay mcnolong dia. Ilmu silat ini berpokok tenang, maka itu dengan ketenangan, kesabaran, ia bisa layani musuh. Coba ia tidak sedang sakit, dengan gampang ia bisa kalahkan dua orang polisi itu. Syukur tadi ia telah keluarkan keringat, dengan begitu, ia jadi dapat tenaga- Tapi, dasar lemah, ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kurang keuletan, tubuh kosong membuat asabatnya lemah juga, ia lantas merasakan pusing. Sesudah kira-kira lima puluh gebrak, Boe Wie merasai ia semakin lemah, karena ini, ia memikir untuk gunai tipu, kalau tidak, ia bisa celaka di tangan dua hamba negeri itu. Di waktu ia menangkis ke kanan, ia sengaja berlaku ayal, dengan begitu dadanya jadi terbuka. Giam Tjin San lihat lowongan itu, ia tidak bersangsi, akan dengan Koay bong hoan sin atau Ular naga jumpalitan, dengan Thie-tjionya menyerang dada musuh itu. Boe Wie tidak menangkis, ia mclainkan tarik tubuhnya ke belakang sedikit, tapi di sebelah itu, gesit luar biasa, ia putar balik tangan kanannya, pedangnya, dari luar ke dalam. Ini adalah Hoei ma kiam, atau Loh-bee pedang. Lalu dengan Giok lie touw tjiam, atau Bidadari melempar jarum, ia teruskan menikam ulu hatinya. Tjin San kaget, ia pun tidak sempat gunai pula senjatanya, terpaksa ia egos kaki kanannya, akan buang diri ke kanan dengan mundur sedikit, hingga tubuhnya jadi sempoyongan, sekalipun demikian, ia masih kurang sebat, ujung pedang telah mengenai lengannya, hingga darahnya lantas bercucuran; dengan kesakitan, ia jatuhkan diri, akan menyingkir sambil bergulingan ke arah pintu. Boe Wie niat susul musuh itu, akan tetapi, seumpama cengcorang hendak menawan tonggeret, burung gereja ada di belakangnya, demikian Tjin Hay si kidal,dia ini menyambar 4engan goloknya, untuk tolongi saudaranya. Dia membacok bebokong dengan tipu Lian-hoan Tjin-pou-samtoo atau Tiga bacokan saling susul. Murid Thay Kek Pay itu dengar sambaran angin di belakang, ia tidak sempat putar tubuhnya lagi, maka untuk singkirkan bahaya, kembali ia gunai Hoei-ma-kiam dengan apa ia tangkis golok lawan. Karena ini, sekarang ia mesti

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

layani satu sama satu pada si orang she Giam yang kedua. Tapi iatetap lelah, kepalanya pusing, kakinya limbung. Tjin San lolos dari ancaman kepungan, dengan hati lega, ia lompat bangun. Ia Iupai lukanyadi lengan, ia balik maju, akan bantu adiknya mengepung musuh. Bukan main sibuknya Law Boe Wie. Untuk satu Giam Tjin Hay, ia sudah kewalahan, bagaimana kalau Giam Tjin San kerubuti ia? Selagi Tjin San mendatangi dekat, dengan tiba-tiba ia menjerit dan rubuh terguling, hampir berbareng dengan mana, Tjin Hay juga menjerit, dia ini segera loncat keluarkalangan. The Sam dan isterinya sudah tidur ketika pertcmpuran dimulai, suara berisik menyebabkan mereka tersadar, maka mereka kaget sekali dan berkuatir, kapan mereka mengintip dan lihat kawan mereka, si penumpang, lagi dikepung musuhmusuh. Mereka tidak punya kepandaian berarti, nyali mereka suami-isteri ada kecil, dari itu mereka tidak lantas maju, untuk membaniui. Di matanya dua saudara Giam, mereka jugadisangka ada pcnduduk biasa saja, mereka tidak dicurigai. Siapa tahu, mereka ini cerdik, mereka tunggu waktu, di saat Boe Wie tcrancam, selagi musuh-musuhnya membelakangi mereka, keduanya muncul dengan berbareng, dengan pisau belati mereka menimpuk. Tjin San kena tertikam bebokongnya, itulah sebabnya kenapa ia rubuh sendirinya. la jadi korbannya nyonya The Sam. Pisaunya The Sam scndiri mengenai lengannya Tjin Hay, lcngan kanan, yang tens mcngucurkan darah. Kanda itu tidak binasa karenanya, malah ia jadi sangat gusar, maka dengan kuati hati, ia lompat bangun, ia terjang suami-isteri pembokong itu. Percuma saja tuan dan nyonya rumah mencoba bikin perl a wan an. sambil keluarkan jeritan mengerikan, mereka rubuh saiing ganti di bawah hajaran sepasang Thie-tjio dari si orang polisi dari Pakkhia. Boe Wie kuatir tuan rumahnya turut bercelaka karena ia, siapa tahu, sekarang mereka itu berkorban sekali. Ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyesal, karena lelahnya, sebab kepala pusing, ia tidak dapat menolong suami-isteri itu. Tapi ia pun sengit, hingga seperti kalap, ia terjang Tjin Hay siapa sedang kesakitan, sampai goloknya tak dapat digunai sebagai bermula, hingga dalam repotnya, dia kena dibabat pedang beberapa kali, hingga dia rubuh dengan mandi darah. Cepat Boe Wie lompat pada The Sam dan isteri; untuk perihnya hati, iadapati mereka sudah mandi darah, tubuh mereka rebah di samping tubuhnya Tjin San. Rupanya dia ini, sehabis lampiaskan sakit hatinya pada suami-isteri itu, rubuh pula saking lelah dan sakit. Sahabat baik, kau menang. kata Tjin San dengan lemah, matanya separuh tertutup. Ia lihat musuhnya dan mengenalinya. Tapi kau jangan berpuas hati, karena sarangmu di Kang-lam sudah digulung! Percaya, kau juga tidak terus bakal lolos. Habis kata begitu, Tjin San tarik napasnya yang penghabisan, mukanya kasih lihat senyuman iblis. Boe Wie hampirkan The Sam akan raba tubuhnya. Aku sudah tidak berdaya lagi, kata tuan rumah dengan suara pelahan sekali. Pergilah kau, lekasan! Aku belum kasih tahu kau tentang kabar yang aku dapat kemarin. Memang sarang kita di Shoatang sudah kena diubrak-abrik! Pergilah kau, lebih baik ke Liauw-tong!. Ia berkelejat kaki tangannya, ia pun susul Tjin San kelain dunia. Rohnya Nyonya The Sam sendiri sudah pergi terlebih dahulu. Melihat mayat-mayat itu, air mata Boe Wie meleleh keluar. Ia sudah bebas, tapi ia telah celakai tuan rumah suami-isteri. Dengan begini menjadi lebih nyata, ia benar tak dapat berdiam lebih lama pula di Kwan-lwee! Maka ia jadi ingat In Tiong Kie serta kata-katanya orang tua itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Biar aku pergi ke Shoatang akan lihat apa aku bisa bikin di sana begitu ia ambil putusan. Maka setelah siap, malammalam juga ia angkat kaki. IV Sesampainya di Liauw-tong, Boe Wie telah lewati tempo beberapa bulan untuk pergi sana dan pergi smi, baharu ia sampai di Oey-see-wie, di mana ia berhasil-menemui Tok-koh It Hang, jago tua yang bergelar Pek-djiauw Sin Eng, si Garuda Malaikat Seratus Cakar. Di sini tak usahlah dituturkan perihal perantauannya beberapa bulan itu. Hanya, selama berada di Liauw-tong, berubahlah pandangannya terhadap bangsa Boan seumumnya. Nyata bangsa itu berbeda sikap daripada pemerintahnya. Mereka hidup bertani, raj in dan ramahtamah, sama seperti bangsa Han sendiri. Yang busuk atau jahat, adalah golongan pembesar negeri atau tuan tanah, dan golongan ini pun dibenci mereka. Sekarang tak lagi ia merasa heran, kenapa In Tiong Kie menyingkir ke daerah perbatasan ini dan betah berdiam di sini. Mulanya bertemu sama Tok-koh It Hang, Boe Wie tidak sebut-sebut In Tiong Kie, iapun tidak pakai cara kunjungannya orang Kang-ouw, sebaliknya ia berpura-pura sebagai satu pengungsi. Sebab sudah biasanya bagi ia untuk waspada. Selama itu, ia belum tahu, jago tua itu ada orang macam apa. Tok-koh It Hang bukan melainkan pandai silat, pengalamannya pun luas, matanya tajam, satu kali saja ia lihat tampangnya si pelarian ini, ia percaya orang bukannya orang sembarangan. Ia terutama lihat tegas sinar mata yang tajam dari orang ini. Maka ia pun curiga dan sangka orang hendak can tahu hal-ihwalnya. Karena ini, tidak ayal lagi, ia ajak Boe Wie main-main untuk beberapa jurus saja. Tadinya Boe Wie menampik, ia merendah, tetapi iasebenarnyaingin ketahui kepandaiannya jago tua itu, maka akhirnya, ia terima tantangan. Adalah setelah keduanya bergebrak, Boe Wie mengerti, lawan tua ini ada jauh lebih

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

liehay daripada ia, terpaksa siang-siang ia keluarkan kepandaiannya ilmu Thay Kek Pay untuk bisa melayani terlebih jauh. Setelah berselang sedikit waktu. Boe Wie insyaf benarbenar bahwa ia bukan tandingannya jago tua itu. Jangan kata tubuhnya, bajunya saja ia tidak mampu langgar. Di sebelah itu, ia sendiri merasai tangannya sesemutan, entah dengan cara bagaimana ia diserangnya. Dengan sendirinya, ia keluarkan keringat dingin. Di saat muridnya Lioe Kiam Gim hendak loncat keluar kalangan, mcndadakan si orang tua berseru: Kau sebenamya keluaran Thay Kek Pay mana? Lekas bilang supaya tidak terbit salah mengerti! Sampai di situ, Boe Wie tunduk benar-bcnar. maka ia terus perkcnalkan dirinya, mendengar mana, si orang tua tertawa berkakakan. Jadinya kau ada mund kepala dan Lioe Kiam Gim? Pantas kau begird liehay! bcrkata ia. Sudah beberapa puluh jurus aku lawan kau, baharulah di dua jums yang terakhir aku bisa atasi padamu. Dalam halnya kau ini, bukannya ilmu silat Thay Kek yang kurang sempurna, itu adalah latihan kau sendiri yang masih kurang. Keduanya sekarang bicara secara asyik sekali, sampai Boe Wie tanya, Pek-djiauw Sin Eng ada punya perhubungan apa dengan In Tiong Kie. Ditanya begini, Tok-koh It Hang heran, ia mengawasi dengan tajam. Apakah kau ada dari pihak Pek Sioe H wee?- akhimya ia tegaskan. Boe Wie cuma bersangsi-sebentaran, ia lantas manggut. Benar, ia jawab. Teetjoe ada dari Golongan Hok. Bagaimana Lootjianpwee bisa menduga begitu jitu?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jago tua itu tertawa. In Tiong Kie pernah beritaliukan aku, bahwa kau ada satu angkatan mudayang gagah dari Pie Sioe Hwee, ia jawab. Karena tcrkabar kau lagi diarah oleh pemerintah Boan, pada beberapa bulan yang lalu, In Tiong Kie sudah pergi ke Kwangwa untuk can kau. Kau sebut dia itu, mestinya kau telah bertemu dengannya. Sekarang kau telah sampai di sana, baik untuk sementara kau jangan pulang dulu. Boe Wie berpikir ia berpikir dengan keras, lalu ia berbangkit, akan terus menjura pada tuan rumahnya. Taruh kata tee-tjoe berniat pulang, itu tak dapat dilakukan lagi, kata ia Sekarang tee-tjoe insyaf, tee-tjoe tidak pikir pula untuk lakukan pembuhuhan-pembunuhan gclap. Malah teetjoe ingin tetap tinggal di sini. Tee-tjoe mohon Lootjianpwee tcnma aku sebagai murid, untuk aku menambah pengetahuan. Boe Wie hendak berlutut, tapi Tok-koh It Hang segera mencegahnya dengan cepat cekal lengannya, untuk dikasih bangun. Tidak, Lauwtee, tak berani aku terima kau sebagai muridku, berkata ia. Aku tidak punya kepandaian untuk diturunkan kepada kau. Aku belum kenal pribadi dengan Lioe Loo kauwsoe, tetapi dia adalah orang yang aku kagumi, dari itu, tak dapat aku terima murid kepalanya, sebagai muridku. Aku tidak bisa. Walaupun orang menolak, Boe Wie masih mendesak. Ia kata ia bukan hendak meninggalkan Lioe Kiam Gim sebagai guru, tetapi ia tak ingin kembali ke Kwan-lwee, ia ingin tetap tinggal di Kwan-gwa ini, dari itu, pantas kalau ia yakinkan ilmu silat terlebih jauh, sedang buat cari guru yang pandai, itulah sukar sekali. Ia juga hunjuk, dahulu gurunya pernah pesan untuk ia menambah pelajaran dari Iain-lain cabang kaum

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

persilatan, jadi tidak ada halangannya untuk ia berguru pada lain ahli silat. Oi dalam kalangan persilatan, memang ada aturan umum, bi la dengan pcrsctujuannya sang guru, sang mu-rid boleh bclajar lebih jauh pada Iain-lain guru. Lioe Kiam Gim taat pada itu aturan, maka itu, ia berikan kemerdekaan dan izinnya pada mu-rid kepalanya ini. Tok-koh It Hang bukannya tak sudi dapat murid sebagai Law Boe Wie, adalah itu aturan umum, yang ia tidak berani langgar, tapi sekarang ia dengar keterangannya pemuda ini yang ia percaya-hatinya jadi girang. Hanya karena Boe Wie benar-benar lichay, ia tidak pandang dia sebagai murid yang biasa, ia pandang sebagai separuh kawan saja. Kau tidak ingin kembali kepada Pie Sioe Hwee, itulah tepat, Lauwtee, kemudian ia kata. Pembunuhanpembunuhan gelap bukannya daya untuk mewujudkan usaha besar. Hanya, apabila kau jadi tawar karenanya, itu pun keliru. Tanpa menumpahkan darah, cara bagaimana bangsa Ouw itu bisa digulingkan dan diusir? Tanpa tindakan itu, bagaimana bisa ditumpas itu segolongan orang-orang berpengaruh yangjahat dan kejam? Darah mesti dikucurkan secara berharga, bukan seperti caranya Pie Sioe Hwee. Boe Wie ketarik dengan perundingannya ini guru baru, hatinya jadi terbuka. Aku ada lagi satu contohnya, Tok-koh It Hang berkata lebih jauh. Berbatasan dengan daerah Liauw-tong ini ada sebuah negeri yang dinamakan Rusia, rajanya dipanggil czar. Raja itu ada kejam, banyak rakyatnya yang dibuang ke batas Liauw-tong, ialah Siberia, dari itu, ada di antara rakyat itu yang nyelundup ke Liauw-tong. Menurut pelarian ini, Russia juga punyakan semacam perkumpulan mirip Pie Sioe Hwee, yang bertujuan menggulingkan rajanya. Kau harus mengerti, perkumpulan rahasia itu ada terlebih besar dari perkumpulan kita. Kita hanya binasakan satu-dua pembesar negeri, tapi dia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bisa binasakan rajanya Itu telah terjadi belum seberapa lama ini. Tapi, satu raja telah binasa, Iain raja muncul sebagai gantinya, perkumpulan itu tetap tak dapat capai maksudnya. Maka kemudian orang Rusia namakan pembunuh gelap yang berani itu sebagai pendekar lacur yang tak berharga satu sen! Mendengar ini, Boe Wie menyengir. Demikian selanjutnya, Boe Wie tinggal menumpang sama Tok-Koh It Hans, yang terima dirinya sebagai separuh guru, hingga ia sendiri jadi sebagai separuh murid, tapi toh ia telah terima pelajaran sepenuhnya. Tok-koh It Hang bergelar Pek-Djiauw Sin Eng, bisa dimengerti kepandaiannya yang tinggi. Ilmu silatnya berdasarkan Golongan Eng Djiauw Boen Cakar Garuda, di sebelah itu, ia ciptakan sendiri ilmu pukulan kim-na-tjhioe-hoat yang terdiri dan delapan kali delapan -enam puluh empat jums. Ia utamakan kegesitan tubuh, seperti garuda melayang menyambar. Tapi kim-na-hoat ini scbaliknya da ri pad a Thaykek-koen. Kalau Thay-kek-koen ada dengan lemas melawan yang keras, kim-na-hoat adalah sambil menyerang, membela diri. kim-na-hoat gabungkan luar dan dalam jadi satu. Ia dapati julukannya justeru karena kegesitannya itu bagaikan garuda Tok-koh ada she atau nama keluarga asal orang asing (Ouw) tetapi itu dari barat-selatan telah masuk ke Tionggoan sejak AhalaTong, hingga di zaman itu sudah diakui sebagai nama keluarga orang Han. Umpama ma-tua dari Tong Thay-tjong Lie Sie pin, ia ada orang she Tok-koh. Tok-koh It Hang ada asal Kwan-Iwee, karena singkirkan diri, ia jadi tinggal menetap di Liauw-tong. Ia pun tadinya beranggapan sebagai Boe Wie, ia duga sukar untuk ia tinggal sekian lama di tempat baru ini, anggajjjlflfiya jadi berubah. Sebab urnumnyaroRyat Boan ada sama seperti di Tionggoan,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rupanya ini disebabkan, penduduk Liauw-tong adalah bangsanya sendiri dan dari itu, tidak perlu ditilik keras. Beberapa tahun Law Boe Wie tinggal bersama Tok-koh It Hang, tidak pernah ia abaikan ilmu silatnya, tidak heran, kalau ia peroleh kemajuan. Di samping itu, ia terus suka berunding s%na gurunya itu, terutama mengenai pemerintah Boan serta sepak-terjang kebangsaan dari rakyat Tiongkok asli, umpama Lie Tjoe Sen dan Ang Sioe Tjoan dari Thay Peng Thian Koife Itu waktu, sehabis kegagalan Kaum Thay Peng, kedudukan pemerintah Boan makin kuat, karena bangsa asing mcmbantu padanya. Cita-citanya Tok-koh It Hang adalah mengumpul kawan, tidak fcekerja sama-sama pemerintah, flfnenunggu waktu, buat justeru bikin terguling pemerintah itu. Boe Wie memang sudah punya dasar baik, dalam tempo empat-lima tahun saja, ia telah bisa wariskan Tok-koh It Hang punya enam puluh empat juros kim-na-tjhioe-hoat, serta tujuh puluh dua jalan ilmu pedang Hoei Eng Tjiong-soan Kiam atau Burung garuda terbang berputaran. Malah dari In Tiong kie, yang dating kepadanya setelah setengah tahun ia sampai di Liauw-tong, ia dapat pelajaran kepandaian mengenai senjata rahasia dengan mendengar suara anginnya saja. Dua-dua Tok-koh It Hang dan In Tiong Kie kagumi dan hormati Lioe Kiam Gim, tetapi mercka tidak sukai Teng Kiam Beng, soeteenya orang itu, apapula sekembalinya dari Kwan-I wee Tionggoan In Tiong Kie telah bawa cerita bahwa ahli waris Thay Kek Pay itu yang kesohor Thay-kek-kiamnya, Thay-kek-koen dan Kim-tjhie-piauw sudah jadi angkuh terhadap kaum Kang-ouw dan telah bergaul rapat dengan pihak pembesar negeri, hingga dengan sendirinya dia itu jauhkan diri dari Rimba Persilatan. Pun ada banyak orang Kang-ouw yang tidak puas terhadap orang she Teng jtu. Pastilah akan ada satu hari, dengan sepasang telapakan tanganku yang hanya berdaging ini, aku nanti coba-coba

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

semua tiga macam kepandaiannya itu! kata Tok-koh It Hang sambil tertawa apabila ia dengar keterangan sahabatnya. Law Boe Wie dengar perkataannya jago tua ini, hatinya bercekat, akan tetapi ia diam saja. Ia memang tidak puas terhadap sepak-terjangnya soesioknya itu, sudah begitur, ia juga tidak ketahui jelas keadaan orang. Lima tahun sudah lewat sejak Boe Wie ikuti Tok-koh It Hang, perubahan telah banyak terjadi. Sarangnya Pie Sioe Hwee telah digulung sejak lama, maka itu pengawasan pembesar negera terhadap perkumputan rahasia itu telah jadi kurangan, apa pula Boe Wie yang tadinya dikepung-kepung, seperti lenyap dari muka bumi. Karena ini, dengan tidak sangsi-sangsi, Boe Wie bersedia akan kembal i ke Kwan-Iwee, ketika gurunya tugaskan dia merantau akan cari kawan-kawan sekerja. Hanya, bcgitu lekas ia mcmasuki Kwan-lwee, ia dengar satu perkara penting sebab mana ia terpaksa tunda dulu tugasnya. Perkara apakah yang penting itu? Itu adalah halnya itu perampasan barang upeti yang dilindungi Teng Kiam Beng, yang kena dibegal di tempat tiga puluh lie di Hee-poan-shiadi Djiat-hoo, bahwa yang lakukan itu ada scorang tua dengan lidah Liauw-tong. Kejadian itu ada menggemparkan, karena Teng Kiam Beng, ahli waris Thay Kek Pay, kena dibikin malu. Caranya adalah, si or-ang tua asal Liauw-tong bertangan kosong tetapi Kiam Beng sudah gunai pedangnya, kepalannya, dan piauwnya juga dengan sia-sia. Kemudian menyusul kabar bahwa Lioe Kiam Gim, soeheng dan Teng Kiam Beng, yang telah hidup menyendiri di Kho Kee Po, sudah berangkat ke Utara, untuk mana. Lioe Kiam Gim telah minta bantuannya orang-orang tua yang kenamaan. Kejadian itu telah jadi buah pembicaraan urnum, terutama karena orang menduga-duga, siapa si orang . tua Liauw-tong itu, apa Lioe Kiam Gim bakal adu kepandaian sama or-ang tua

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu, dan bagaimana nanti kesudahannya, siapa menang, siapa kalah? Oleh karena si begai tua disebut asal Li auw-tong. Law Boe Wie segera juga sangka separuh gurunya Tok-koh It Hang. Jago tua ini pemah kata ia hendak coba-coba Teng Kiam Beng deagan tangan kosong saja. Kalau ini dugaan benar, itulah hebat, scbab dua-dua Kiam Gim dan It Hang adalah gurunya sendiri. Kalau dua harimau berkelahi. sal ah satu mesti celaka. Dan kedua guru itu sama-sama liehay! Orang lain boleh menonton, tetapi aku tidak! pikir Boe Wie. Aku mesti damaikan mereka! Lantaran ini, seteiah bersangsi lama, Boe Wie ambil putusan akan pergi ke Djiat-hoo. akan can dua-dua gurunya itu, akan tetapi, justcru beg-itu, mendadakan ia tcrima satu kabar Iain, hingga ia mesti batalkan dahulu keberangkatannya ke Djiat-hoo dan mesti segera pergi ke Kho Kee Po! Selama bikin perjalanan ini. Law Boe Wie tidak pakai namanya Tok-koh It Hang. Sebabnya ialah: kesatu, Tok-koh It Hang sudah asing dengan keadaan di Tionggoan, dan kedua, di sebelah itu, namanya Boe Wie ada tersohor dan dia sudah punya banyak kenalan atau sahabat, karena, dia adalah tokoh terkenal dari Pie Sioe Hwee. Boe Wie terima kabar penting itu selagi ia berada di pusat Hay Yang Pang di Pou-tay, Shoatang, sebagai tetamu dari wakdl kepala kaum itu, sebab pemimpinnya lagi berpergian. Untuk berpisah dari satu sahabat itu, guna cegah rahasia bocor, ia tidak berani sebut terang-terang hendak pergi ke Djiat-hoo. Hoe-totjoe atau wakil Ketua dari Hay Yang Pang bernama Ie Tjee Ban, ia sudah berumur lima puluh tahun lebih tapi dengan Boe Wie, ia berbahasa.-.. cngko dan adik, pcrhubungan yang rapat ini bukan sebab pcrkcnalan saja hanya mereka pcrnah saling bantu, dan wakil ketua itu sangat hargai Boe Wie yang kosen dan djiatsim, scbagaimana Boe Wie meenghargai kejujuran orang. Sebenarnya Boe Wie belum

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tahu jelas asal-usulnya Ie Tjee Ban kecuali ia dengar, dia ini ada keluarga golongan RimbaHijau. Law Boe Wie mesti berangkat dengan tiba-tiba, tapi Ie Tjee Ban tak izinkan dia pergi sebelum mereka dahar dan minum arak dulu, maka kesudahannya, berdua mereka duduk berjamu. Mereka masing-masing tenggak beberapa cawan, mereka dahar dan mengobrol dengan asyik, sampai satu kali, tuan rumah timbulkan satu soal. Lauwtee, demikian kata tuan rumah itu, kau muda dan gagah, dimana-mana orang hormati kau, tetapi aku, si tuabangka, orang pandang tak berguna. Ada orang ajak aku bckerja untuk dianya, orang bujuki aku bahwa hari depanku penuh pengharapan. Terang orang tak lihat aku karena aku jadi wakil dari suatu kawanan kecil. Aku hilang muka! Urusan apakah itu, Lauwko? tanya Boe Wie dengan heran. Kenapa Lauwko mesti hi lang muka? Kita toh merdeka, kita tidak mcngandal i pangreh-praja? Kau benar, Lauwtee, tetapi or-ang telah bujuki aku, katanya sayang aku jadi wakil saja. Sebaliknya, mereka ingin aku bckerja untuknya, katanya, hari depanku penuh pengharapan. Teranglah dengan itu orang pandang enteng padaku! Boe Wie tidak mengcrti, ia minta keterangan. Itulah ketuaku yang lama, yang ajak aku! kata Ie Tjee Ban kemudian. Sebaliknya aneh! Ketua itu telah menghilang dua puluh tahun lebih, atau sekarang ia muncul sebagai pahlawan dari Istana Raja Boan. Dia ajak aku bekerja ke Inkoan, katanya sebab aku ketahui baik Propinsi Shoatang ini. Hatinya Boe Wie bercekat. In-koan ada distrik di mana ada tinggal gurunya: Lioe Kiam Gim. Kho Kee Po masuk dalam wilayah distrik itu. Ia tidak ketahui jelas hati Ie Tjee Ban, dari itu, ia pun tidak tahu hal ketua lama dari sahabat ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Untuk apa minta bantuan Lauwko diminta? ia tanya. Siapa tahu? jawab Ie Tjee Ban. Dia tidak mau menerangkarmya, dia cuma kata urusan penting. Aku percaya, itu ada hal untuk bikin or-ang celaka. Meski demikian, Ketua Muda Hay Yang Pang ini berikan keterangannya lebih jauh. Kau pasti tidak tahu, karena itu mengenai hal dua puluh tahun yang lalu, ketika kau masih kecil, kata ia. Itu waktu di daerah Seetjoan Barat, Lo-kee Ngo Houw, atau Lima Saudara Harimau She Lo, ada sangat kesohor. Dan aku ada salah satu kacungnya. Mereka berkepandaian ti nggi tapi aku tidak tahu hal-ihwal mereka, mereka mirip dengan orang Rimba Hijau. Di Seetjoan Barat, mereka tidak bisa tancap kaki, mereka buron ke Utara, tapi di sini, mereka bisa bekerja sama pembesar negeri, kedua pihak tidak saling ganggu, bila mereka peroieh hasil, mereka bagi hasil itu kepada pangreh-praja setempat. Mereka biasa membegal dan memeras penduduk. Belakangan aku dengar di Djie-tjoe, Shoasay, mereka kena dilabrak satu nona, malah Lo Sam Houw, hilang jiwanya. Kejadian mi membuat rombongan mereka buyar, maka kemudian, aku masuk dalam Hay Yang Pang. Karena hilang satu saudaranya, Lo-kee Ngo Houw berubah jadi Lo-kee Soe-houw -Empat Harimau She Lo. Mereka menghilang, sampai tahu tahu, sekarang mereka jadi pahlawan Raja Boan. Sebenarnya aku jemu bercampur pula sama mereka, apa mau, mereka telah datang can aku, mereka hen dak gunakan aku scbagai pcrkakas. Coba tidak bukan pada kau, Lauwtee, sungguh aku tak sudi merijeiaskan ini. Tapi keterangan itu pun sudah cukup untuk Boe Wie. la malah ketahui lebih banyak tentang permusuhan antara Keluarga Lo dan Keiuaiga Lioe Kiam Gim dan In Giok bersama Lauw Tian Peng adalah hajar Lima Harimau Keluarga Lo itu. Kebinasaan Sam Houw di tangan In Giok menyebabkan orang katakan si nona ada nona gagah yaag ajaib! Pun, waktu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hendak mulai pergi merantau, Kiam Gim pesan muridnya ini sekalian dengar-dengar perihal pcrsaudaraan Lo itu, maka kebetuIan sekali, sekarang ia dengar kabar penting itu. Ini tahun ada tahun luar biasa untuk aku! kata Ie Tjee Ban, sesudah ia tenggak beberapa cawan pula. Sudah aku ketemui ketua lamaku,. juga ketuaku sendiri telah dapat maiu dari seorang tua yang tidak dikenal, sesudah mana orang datarg untuk bersahabat sama dia. uPantas kemarin ini Toa-totjoe pergi dan terus tidak kembali, Boe Wie kata. Ya, itulah sebabnya, Ie Tjee Ban bilang. uIa mau pergi ke pusat kita di Lek-shia, akan can tahu tentang or-ang tua itu. Lauwtee tentu belum tahu duduknya hai, nanti aku tuturkan. Toa-totjoe telah terima laporan ada beberapa orang asing, yang rornannya mencurigai, lagu-suaranya beda satu dari lain, dandanannyajuga berlainan. Mereka tidak bawa barang berharga tetapi sembunyikan senjata. Mereka tidak memasuki Kota Pou-tay untuk mondok, hanya pergi ambil tempat di kuil rusak beberapa lie di luar kota. Atas itu, Toa-totjoe larang orang banyak omong, ia sendiri ajak dua kawan, untuk pergi bikin penyel jdjkan secara diam-diam ke kuil itu. Kebetulan dari Lek-shia ada datang dua saudara kita, yang ilmu silatnya boleh diandali. Siapa tahu, sesampainya di kuil, mereka kena dipermainkan. Mereka bcrtiga memang tak dapat dibandingkan dengan kau, Lauwtee, tetapi mereka boleh diandalkan, tapi mereka toh kecele. Malam itu tidak ada cahaya rembulan. Mereka sampai kira-kira jam tiga lewat. Dari atas genteng di mana mereka mendekam, mereka dengar suara menggeros keras. Dengan gelantungi tubuh di payon, Toa-totjoe mengintip ke dalam. Kuil ada gelap, ia tidak lihat suatu apa. Tiba-tiba ia rasakan sebelah kakinya, yang dicanteldi payon, ada yang tank, maka segera-ia putar tubuhnya, akan naik pula ke genteng. Antara berkesiurnya angin dengar suara anjing dari kejauhan. Tidak jauh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

daripadanya, dua kawannya lagi memandang ke sekelilingnya. IaJantas tanya dua kawan itu, mereka Jiflm apa dan kenapa mereka tarik kakinya. Ditanya begitu, kedua kawan itu mengawasi, mereka kelihatannya heran dan duka. Mereka tidak tarik kakinya Toa-totjoe, malah mereka sendiri mcrasa scperti ada kebut dengan pelahan. Bertiga, rnerekajadi melengak. Justeru itu, dari samping, mereka dengar satu suara dalam dari seorang tua: Aku di sini, kau orang nyata tak dapat lihat padaku! Buat apa kau orang keheranan tak keruan? Mereka terperanjat, mereka menoleh dengan segera. Mereka lihat seorang tua berdiri di dekat mereka! Orang tua ini lantas tertawa, ia kata pula: Bukanlah gampang bahwa Tuan yang terhormat datang dari tempat yang jauh, silakan kita turun ke pekarangan kosong di bawah sana untuk mainmain! Kenapa eh -kenapa kau orang bersangsi? Apa kau orang takut? Apa kau orang jerih melihat banyak kawanku? Tidak, asal aku suruh seorang saja bantui aku, aku berlaku tak pantas pada kau orang, sahabat-sahabatku! Bercerita sampai di situ, Ie Tjee Ban berhenti sebentar, ia hirup pula araknya. Atas tantangan itu, Toa-totjoe jadi gusar dan terpaksa menerimanya, kemudian ia melanjutkan. Mereka turun ke tanah dan lantas bertempur. Belum ada sepuiuh jurus, Toatotjoe sudah dibikm sibuk dan mandi keringat oleh pedangnya orang itu yang sambar sana dan sambar sini, ke bagian anggota-anggota yang berbahaya, tapi toh tidak pemah ujung pedang mengenai sasarannya. Di sebelah itu, sambil bertempur, orang tua itu saban-saban ngoceh, menganjurkan kedua kawan Toa-totjoe maju akan bantu Toa-totjoe mengepung padanya. Tentu saja kedua kawan itu jadi gusar, hingga mereka tak takut nanti ditertawai or-ang, mereka maju, akan mengerubuti. Mereka bertiga, tapi akhirnya, mereka sendiri yang kena dibikin repot, sampai sukar untuk mereka meloloskan diri. Sementara itu, rombongannya si orang tua muncul semua, mereka berdiri menonton, mereka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pada tertawa, tidak ada satu yang bantui orang tua itu. Untuk setengah jam, Toa-totjoe bertiga di buat pcrmai nan, selagi mereka sangat malu, jengkel dan mendongkol, tiba-tiba si orang tua menghentikan pertandingan dan mengajak ikat persahabatan. Dia mengaku dari Heng Ie Pay, bahwa dia kebetulan lewat di Pou-tay, sama sekali mereka tidak bcrniat kurang baik. Orang tua itu tanya kedudukannya Toa-totjoe di dalam Hay Yang Pang, habis itu dia nyatakan, sama-sama orang Kang-ouw, ia harap kedua pihak suka saling bantu. Secara begini, Toa-torjoe terlolos dari bahaya, ia menghaturkan maaf, kemudian ia ajak dua kawannya pulang. Ketika ditanya she dan namanya, orang tua itu menampik, ia hanya bilang, bila ada ketikanya, ia akan.datang mengunjungi. Orang tua itu ngaku dari Heng Ie Pay, ia benar perlihatkan bebcrapa jurus pukulan kaum itu, tetapi dua sahabatnya Toatotjoe bilang, permainannya tidak terlalu lancar, sebab kalau didcsak, dia itu keluarkan ilmu silat Siong Yang Pay. Entah apa sebabnya itu? Mendengar itu, Boe Wie agaknya terperanjat Oh! ia berseru dengan tiba-tiba. Bukankah orang tua itu jangkung-kurus dan pedangnya ada Tjit-seng-kiam yang panjang? ia tanya. Ie Tjee Ban letakkan cangkir araknya, ia terkejut Benar! Eh, bagaimana Lauwtee kenal dia? dia pun tanya. Selama beberapa tahun merantau, aku pernah dengar orang omong tentang orang tua itu, sahut Boe Wie. Dia itu katanya teiah peroleh kesempumaannya ilmu pedang Tat-mokiam dari Siong Yang Pay serta telah berhasil mcncuri pclajari beberapa jurus ilmu pedang Boe-kek-kiam dari Heng Ie Pay, kalau iasedang bertempur, selamanya ia gunai dulu ilmu pedang curiannya itu. Orang yang Lauwko sebutkan itu mirip dengan orang tua tersebut, dari itu aku menanyakannya. Aku cuma pernah dengar namanya belum pemah aku ketemu padanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Otaknya Ie Tjee Ban sudah terpcngaruh arak, ia tidak menanyakan lebih jauh, maka itu, sctclah bicara pula scbcntaran, untuk kasih sclamat jalan pada Boe Wie, mereka masuk tidur. Tapi malam itu Boe Wie tidak bisa tidur pulas, ia melek mata tcrus sampai terang tanah. Selama itu, ia sudah susun rapi keterangannya Ie Tjee Ban. Lo-kce Soe Houw hendak bckcrj a di In-koan, tidak salah lagi, mereka itu tcntu hendak menuntut balas terhadap Keluarga Lioe. Si orang tua gagah itu muncuk berbarcngan, dia pun hendak ajak orang bekerja, mestinya dia ada punya hubungan sama Lo-kee Soe Houw. Ia pun percaya, orang tua itu mesti ada si orang tua yang dulu di rumahnya Soh Sian Ie sudah pancing soesioknya Teng Kiam Beng, karena mana, Teng Kiam Beng jadi bercidera dengan Tjiong Hay Peng, ahli waris atau Ketua dari Heng Ie Pay. Distrik Pou-tay ini memang ada jalan terusan ke In-koan. Soehoe telah pergi ke Utara, dengan begitu, Soenio mesti berada sendirian di rumah, pilar ia terlebih jauh. Soenio ada wariskan kepandaian golok Ngo-houw Toan-boen-too dari Ban Seng Boen, akan tetapi ia berscndirian saja, mana ia sanggup layani banyak musuh jahat? Sampai itu waktu, Boe Wie tidak pikir bahwa Yo Tjin Kong masih berguru dan Bong Tiap sudah tambah usianya, di scbelah siapa pun tambah Ham Eng. Maka itu ia jadi tambah joiatir, hingga ia rebah gulak-gulik saja, ia tak dapat tidur, hingga iamenyesal tidak bisa segera sampai di Kho Kee Po. Demikiari sebabnya, ia membatalkan dulu perj alanannya ke Djiat-hoo, Law Boe Wie sudah segera menuju ke In-koan di mana ia sampai di Muara Kho Kee Po, di saat ia dapat tolong Bong Tiap dan Ham Eng dari gangguannya musuh-musuhnya Keluarga Lioe, sampai itu malam ia telah tolongi juga soenionya, dengan ia berhasil menawan Bong Eng Tjin si orang tua yang licin. Sayang, karena liciknya musuh,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rumahnya Lioe Kauwsoe telah habis dimakan api dan Lioe Toanio, saking lelah, mendongkol dan karena 1ukanya di dalam, akhimya turut rubuh juga. Biar bagaimana aku toh datang sedikit teriambat, kata Boe Wie di akhir penuturannya sambil mcnghcla napas. Aku tidak sempat kisiki Soemoay untuk bersiap hingga Soenio mesti bercapek-lelah. Aku percaya, setelah beristirahat Soenio akan dapatkan kesegarannya pula, dari itu, tak usah Soemoay kuatir, ia menghibur. Bong Tiap sudah mengerti keadaan, maka itu sambil memberi hormat, ia haturkan terima kasih mewakilkan ayah dan ibunya. Beruntung kau datang, Soeheng, katanya. Bila tak ada kau, entah bagaimana jadinya dengan kita semua. Boe Wie sibuk karena soemoay itu paykoei terhadapnya, sedang untuk mencegah, dengan cekal tangannya si nona, ia likat la tak dapat empo dan pondong si soemoay seperti duludulu. Soemoay, Soemoay katanya Ini ada urusan kecil, kita ada di antara orang sendiri, jangan kau pakai adatperadatan. Lantas Boe Wie ingat pengalamannyadi waktu masih kecil, ketika ia berkumpul sama guru dan soenio serta soemoay dan soeteenya. sama-sama berlatih silat, sampai belasan tahun ia merantau. Tahun dan bu Ian mengejar-ngejar manusia, sekarang aku telah tambah usia! katanya pula. Ia menghela napas. Tapi ia toh baharu berumur tiga puluh tahun. dan sedang gagahnya. Rupanya ia terpengaruh pengalamannya dan sekarang Hiat soemoay itu sudah jadi gadis remaja! Soeheng, kau keliru Tjin Kong kata. Kau belum tua, hanya kepandaiamu yang bertambah! Romanmu menghunjukkan kemudaanmu, begitupun caranya kau gunai pedangmu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

barusan! Dan soetee ini tertawa. Boe Wie turut tertawa. Sementara itu orang telah sampai di rumahnya Hie Hong, di mana Lioe Toanio dipernahkan. Lioe Toanio masih tetap belum sadar, maka Boe Wie minta Bong Tiap unut pula padanya, sedang Tjin Kong cekok ia dengan obat yang dicampun arak. Tiga atau empat jam kemudian, tiba-tiba Lioe Toanio ingat akan dirinya. Tiap-djie, Tiap-djie! ialah kata-katanya yang pertama keluar dan mulutnya. Ketika ia geraki tubuhnya, nyata ia tidak bisa bangun. Maka ia cuma bisa pentang kedua matanya, akan awasi semua orang di sekitamya. Matanya bercahaya, rupanya, ia segera ingat pertempuran tadi. Bagaimana, Ibu? Bong Tiap tanya. Lioe Toanio coba geraki tubuhnya, ia merasakan lemas, hingga ia jadi kaget sendirinya, sampai ia keluarkan keringat dingin, hatinya mencelos. Ia pentang pula matanya. Kau orang semua mundur dulu, kecuaii Tiap-djie, aku hendak bicara sama ia, katanya. suaranya dalam. Coba buka bajuku, kata Lioe Toanio pada gadisnya, sesudah mcreka berada berdua saja. Bong Tiap menurut, tapi lantas saja ia terkejut ketika ia lihat sebuah titik hitam di bawah tete kin dari ibunya. hu ada tanda darah man pada jajandarah Djie-khie-hiat. Itu ada bagian anggota yang kena serangannya tumbak dari LoToa Houw. Lioe Toanio lamas kasih jalan napasnya akan kumpul semangamya, akan tetapi ia tak berhasil menyingkirkan tanda matang biru itu. Ia insyaf artinya itu, karcna ia ada satu ahli silat, dari itu, mukanya lantas jadi pucat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ludeslah sekarang kepandaian silatku, kata ia sambil bersenyum pada anak daranya. Umpama kata aku bisa diobati scmbuh, aku tetap bercacat, aku tak lagi bisa bersilat. Totokan dari Lo Toa Houw ada iiehay sekali, dia telah gempur rusak khiekangku. Kalau aku ditolong pada waktu baharu saja terluka, dengan diunit saja, akibatnya tidak sehebat ini. Aku telah bcrkelahi melewati batas, cara bagaimana tubuhku tidak jadi lemah? Ah, Anak, sayang kepandaianku dari beberapa puluh tahun. Bong Tiap berduka bukan main, tetapi meski demikian, ia terhibur juga, karena jiwa ibunya masih tertolong. Anak, pergi kau ambil golokku Ngo-houw Toan-boen-too, kemudian sang ibu surah anaknya. Bong Tiap kaget. Ibu, buat apakah itu? tanya ia. Lioe Toanio tertawa meringis. Anak toloH katanya. Mustahil aku hendak berlaku nekat! Aku tidak tega meninggalkan kau! Pergi ambil golokku hu, aku hendak lihat satu kali lagi. Kau kembaii bersama mereka semua. Bong Tiap menurut, ia lekas undurkan diri, ketika ia batik bersama Ngo-houw Toan-boen-too, Boe Wie bertiga ikuti dia, tetapi ketiga murid ini semua hunjuk roman duka, karena mereka sudah dapat tahu, jago betina itu tidak lagi menjadi jago betina. Mereka semua berdiam mengawasi soebo mereka. Sinar matanya Lioe Toanio bersinar ketika iasuruh gadisnya bawa golok kepadanya. Itu adalah senjata yang untuk banyak tahun tidak pemah berpisah darinya. Dan Bong Tiap agak bergemetaran ketika ia serahkan golok itu pada ibunya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lioe Toanio berniat bangun, tetapi ia tak dapat geraki tubuhnya, maka itu, ia cuma ulur tangan kanannya. Ia minta gadisnya bantu ia. Ia raba goloknya, ia sentil itu, hingga sang senjata terbitkan suara nyaring. Bagus, bagusl katanya, tetapi napasnya mengorong. Golok itu tajam dan mcngkilap. Lioe Toanio gapekan Hie Hong, supaya keponakan itu datang dekat padanya. Golokku ini telah temani aku berberapa puluh tahun lamanya, berkata ia, dipadu dengan KiamGim, dia adalah kawanku yang terlebih tua jangan kau orang tidak pandang mata pada golokku ini, ada sejumlah orang gagah dari kalangan Kang-ouw yang telah tunduk di bawahnya. Umpama Lo Djie Houw, lengannya adalah aku yang bikin locot! Adalah engkongnya Tiap-djie yang berikan golok itu kepadaku, ia bikinnya ketika aku berumur satu tahun lantas setiap tahundilebur dan dilebur lagi, saban-saban ditambah beratnya, setelah aku masufcumur sepuhih tahun, baharu aku diizinkan menggunakannya. Golok ini bukannya mustika, tapi tajamnya bukan main, apabila dipakai melukai orang, darahnya tidak menjadi karatan. Dan sekarang aku tak dapat pakai lebih jauh golok ini. Lioe Toanio berhen ti bicara untuk bernapas. Sebenamya aku niat wariskan golok ini pada Tiap-djie, ia menyambungi kemudian, tetapi Tiap-djie sudah punyakan pedang tajam buatan ayahnya sendiri, sedang Boe Wie sudah punyakan senjatanya juga, sedang Kaum Thay-kek biasa wariskan pedang saja, maka golokku ini, sekarang aku serahkan pada Hie Hong saja. Dia ada turunan Ban Seng Boen. dan Ngo-houw Toan-boen-too adalah goloknya Kaum Ban Seng Boen sendiri. Golok ini aku tidak dapat bawa ke lobang kubur, dengan aku berikan pada Hie Hong, aku bisa balas budinya, tadi malam dia sudah bantui kita Hie Hong, man!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hie Hong girang berbarcog berduka, dengan menjura, ia samburi golok dari bibinya itu. Tidak nanti aku sia-siakan pengharapan kau. Loodjinkee katanya dengan janjinya. Aku akan simpan baik-baik golok ini Bagus, Anak,kata Lioe Toann?. yang napasnya memburu. Coba kau sentil sekali lagi, kasih aku dengar! -Nah, sudah, kau simpanlah! Semua orang menjadi sangat terharu. Dasar Soenio mcnyayangi keponakan sendiri pikir Yo Tjin Kong, murid kcdua dari Lioe Kiam Gim. la mcrasa tidak enak scndirinya Tadi malam, ia juga tclah adu jiwanya tapi sekarang soenio ini tidak sebut-sebut dia. Ia rada jelus, ia harapkan golok itu, hingga untuk sesaat, ia lupa Toan-boentoo ada goloknya Kaum Ban Seng Boen, yang tak dapat diberikan pada orang dari lain kaum. Benar Lioe Toanio ada guru perempuannya tapi ia sendiri ada muridnya Lioe Kiam Gim dari Thay Kek Pay, seharusnya ia bersenjatakan pedang. Setelah bcrdiam sekian lama. Lioe Toanio menghela napas pula. Beginilah penghidupan, katanya. Sejak hari ini, untuk selama-lamanya aku akan pisahkan diri dari Rimba Persilatan. Sekarang kau orang insyaf bagaimana liehaynya geiombang dan badai dalam kalangan Sungai-Telaga. maka selanjutnya. kau orang harus lebih waspada dan berhati-hati. Sayang sekali aku tidak tahu dengan kepergiannya ini, entah bagaimana dengan Kiam Gim. Tak bisa aku tak pikirkan dia. Air matanya nyonya ini meleleh keluar, ia batuk-batuk dua kali, setelah diam sesaat ia berkata pula: Bicara halnya Kiam Gim pergi ke Utara ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

aku jadi ingat halnya soesiok kau dahutu telah jadi korban dua musuhnya yang memakai topeng. Boe Wie bilang, satu dari dua musuh itu adalah si orang tua yang semalam bersenjatakan pedang panjang, maka setelah dia kena ditangkap, pergi kau orang dengar pengakuannya! Pergilah kau orang, kecuali Tiap-djie, yang mesti temani aku. Nyonya itu rapati matanya, tapi mulutnya tertawa meringis. Lioe Toanio Lauw In Giok ceburkan diri dalam dunia Kangouw sejak umur enam belas tahun, sampai umur dua puluh dua, baharu ia menikah sama Lioe Kiam Gim, setelah mana, ia tinggal menyendiri di Kho Kee Po. Selama enam tahun, dengan goloknya Ngo-houw Toan-boen-too, ia telah ketemui banyak orang gagah. Kalau ia undurkan diri karena pernikahannya, tidak demikian dengan suaminya. Kiam Gim mundur bcrduka karena sikap soeteenya. Tapi sekarang si nyonya mesti mundur betul-betul, karena lukanya yang hebat itu, maka itu, ia ada masygul dan menyesal bukan main. Boe Wie berempat undurkan diri dengan masing-masing sangat bersusah had, mereka pergi tengok orang tawanan mereka. Sejak tadi malam kena ditotok jalan darahnya Oen-hianhiat, untuk lima jam, Bong Eng Tjin mesti rebah bagaikan mayat saja. Kalau dia diantap terus enam jam, dia bakal sadar sendirinya, tapi kalau dia ditolongi, dia bisa mendusindi segala saat. Sekarang, lima jam telah berlalu, maka itu, dengan sendirinya, ia sadar dengan layap-layap. ia tahu ia berada dalam tangan musuh tetapi ia ada berkepala batu, atas pertanyaannya Boe Wie, ia tidak mau omong terus terang, percuma orang bujuk dia. Akhir-akhirnya Boe Wie bersenyum ewah. Apakah kau tetap menyangka aku tidak tahu halihwalmu? kata muridnya jago tua dari Thay Kek Pay

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kemudian. Kau adalah murid murtad dari Siong Yang Pay! Kau ada anjingnya bangsa Boan! Kau adalah manusia cabul dari kaum Kang-ouw! Dahulu soesiokku mengasih ampun kepada kau, sekarang aku tidak! Dicaci secara demikian, Bong Eng Tjin menjadi gusar. Ya, aku ada orang Siong Yang Pay! Habis kau mau apa? ia berseru. Ha, bocah, matamu picak! Cara bagaimana kau berani bilang aku ada manusia cabul dari kaum Kang-ouw? Dengan kepandaianmu, kau kalahkan aku, aku tidak akan bilang suatu apa, tetapi janganlah kaungaco-belo! Kau bilang dahulu soesiokmu kasih ampun padaku? Hm! Jangan membabi-buta! Pergilah kau tanya dia, siapa yang ketika itu dikasih ampun! Lantas Eng Tjin tutup pula mulutnya, ditanya bagaimanapun juga, ia bungkam. Akan tetapi dengan begitupun sudah cukup untuk Law Boe Wie mendapat kepastian, benarlah mi orang yang telah permamkan soesioknya, maka diam-dtam ia kedipi mata pada tiga kawannya, untuk mereka undurkan diri, kemudian ia tutup pjntu. Lalu, dengan sekonyong-konyong, ia dekati orang tua itu. Kau ada satu laki-laki maka coba kau bilang, kau punya perhubungan apa dengan Keluarga Soh dari Poo-teng? ia tanya. Apa itu Keluarga Soh dari Poo-teng? Aku tidak tahu! sahut Bong Eng Tjin sambil ia mendelik. Ha, kau tidak kenal Keluarga Soh dari Poo-teng? BoeWie tertawa. Aku lihat rupanya kau tetap tidak kenal walaupun jiwamu secara kecewa akan dipakai menebus dosanya! Apakah kau ketahui, kenapa Ouw Toakomu tidak datang? Apa benar kau tidak tahu, bahwa kaulah yang disuruh jual jiwamu? Mendengar demikian, Bong Eng Tjin melengak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Eh, apa kau bilang? ia tanya. Apa yang aku bilang adalah apa yang aku bilang! jawab Boe Wie dengan tertawa sindirnya. Di kalangan Kang-ouw, siapa berkorban untuk sahabatnya, pengorbanan itu ada harganya, akan tetapi lain dengan kau-kau bakal terbinasadengan tidak keruan juntrungannya! Kau barangkali tidak menyayangi jiwamu. tidak demikian dengan aku aku sebaliknyaberkasihan Sambil berkata demikian, diam-diam Boe Wie lirik air muka orang. Tampangnya Bong Eng Tjin mcnjadi sebentar merah dan scbcntar pucat, terang ia terperanjat dan hcran. Mcnampak demikian, sambil terus tertawa menyindir, Boe Wie tambahkan: Baik aku omong terus terang kepadamu! Kau mestrnya ketahui baik bahwa soesiokku serta Keluarga Soh, ayah dan anak, ada bersahabat kekai seperti saudara angkat. Dan kau mestinya ketahui baik, orang she Soh itu ada mcmpunyai perhubungan macam apa dcngan pembesar negeri! Orang she Soh itu dan pembesar negeri, yang berkongkol saw dcngan lain, sengaja kirimkan kcmari untuk kau ju-al jiwamu! Bersama itu sejumlah sisa kantong nasi ialah orang-orang tidak berguna kau dikirim kemari guna bokong Keluarga Lioe, berbareng dengan itu, soesiokku telah dibentahukan agar ia sampaikan warta kemari untuk kita siap sedia! Ini dia yang dinamakan meminjam goiok untuk mcmbunuh orang. Apakah benar kau tidak mengerti tipu daya teji itu? Inilah kelicmannya Ouw Toakomu! Apa betul-betul kau tidak mengerti? Kau toh ditugaskan juga meniliki lain orang? Boe Wie sudah karang satu cerita, tetapi ceritanya ini beralasan. Itulah sebab tadi malam, dari tubuhnya Bong Eng Tjin, ia-tdah dapatkan sepucuk surat rahasia Itu adalah suratnya Soh Tjie Tjiauw dan Ouw It Gok dengan mana Bong Eng Tjin diperintah bokong Keluarga Lioe berbareng memasang mata kepada satu pahlawan Iain yang mendapat suatu tugas. Boe

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wie berpengalaman luas, ia tahu, di an tar a pah 1 a wan-pah I a wan Boan ada kccurigaan atau kcjclusan, bahwa mereka itu saling intip satu dengan lain. Itu ada suatu tipu daya dari si Raja Boan, untuk dia bisa kcndalikan semua pahlawannya. Dan ini adalah suatu rahasia dari Eng Tjin. Mukanya Bong Eng Tjin jadi guram, ia percaya betul obrolannya Boe Wie. Saudara yang baik, terima kasih untuk keterangan kau ini! katanya akhirnya. Baiklah, kau dengar aku! Kau bilang Keluarga Soh dan soesiokmu ada seperti saudara angkat! Oh, Sahabat, itu dugaan yang meleset sangat jauh! Keluarga itu sengaja tempel soesiokmu supaya dengan begitu, soesiokmu jadi renggang perhubungannya sama kaum Kang-otfw. Soesiokmu niat ajak gurumu, hal itu tidak disetujui sama Keluarga Soh, akan tetapi belakangan, keluarga itu tukar sikap, maka ia lantas menyetujuinya. Keluarga itu tidak takut, asal gurumu hendak lakukan suatu apa, yang tidak baik untuk mereka, dengan lantas gurumu tak akan lolos dari gcnggaman tangan mereka! Kelihatannya, kau dan soesiokmu, telah digunai juga oleh Keluarga Soh, apabila itu benar, aku juga hendak nasihati kepada kau or-ang untuk waspada! Dari berjongkok, Boe Wie berlompat bangun setelah mendengar keterangan orang itu. Ia bersenyum ewah. Terima kasih untuk keteranganmu! Terima kasih untuk nasihatmu! katanya, yang kembali dekati jago tua itu, akan dengan tiba-tiba totok tubuh orang dengan jeriji tangannya, atas mana, Bong Eng Tjin segera bergulingan mampet jalan napasnya. Akan tetapi, walaupun demikian, mukanya masih hunjuk senyuman iblis. Boe Wie telah berikan orang totokan Djie-khie-hiat yang liehay, yang mcminta korban jiwa, sesudah mana, ia panggil saudara-saudaranya, akan urus mayat musuh itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Segera Boe Wie beritahukan saudara-saudaranya tentang bahaya yang mengancam guru mereka, di sebelah itu, ia berkuatir buat sepak-teigangnya Tok-koh It Hang, guru setengah itu ia kuatir mereka nanti bergebrak. Kekuatiran lain adalah sang guru nanti kena dijebak oleh Keluarga Soh yang licin dan licik. Perlu aku lekas susul Soehoe, ia menyatakan kemudian. Aku suka ikut, Soeheng, kata Bong Tiap, yang kuatirkan ayahnya. Ia juga ingin bantu soeheng itu, agar si soeheng tidak bersendirian. Perihal ibunya, ia sudah dapat kepastian ibu ini telah menjadi cacat, ia jadi tak usah kuatirkan apa-apa lagi. Berbareng dengan itu, dengan perjalanan ini ia jadi bakal dapat pengalaman. Melihat si nona hendak ikut pergi, Ham Eng juga nyatakan suka turut. Bong Tiap deliki saudara seperguruan itu. Buat apa kau turut? kata dia Baiklah kau diam di rumah untuk temani Ibu! Bukankah Ibu sangat sayangi kau? Kenapa kau tidak hendak kawani Ibu? Ham Eng berdiam tetapi terang ia tidak senang diam di rumah. Boe Wie pandang dua anak muda itu dengan bergantian, segera ia berkata: Baik juga kalau Ham Eng turut! Tentang Socnio, kau jangan kuatir, aku bisa atur! Ia lantas berpaling pada Hie Hong dan kata: Saudara Lauw, aku serahkan Soenio kepada kau! Bukankah kau pernah bilang bahwa kau hendak pergi ke Shoasay pada pamanmu? Kau boleh sekalian ajak Soenio ke sana. Memang pernab Hie Hong menyatakan demikian, karena ia lihat rumah bibinya sudah musnah dan ia kuatir pihak Lo nanti datang untuk menuntut balas, dengan pergi pada Lauw In Eng, adik kandungdari Lioe Toanio, yang sekarangjadi ahfi waris Ban Seng Boen, kekuatirannya bisa diperkurang, karena In Eng ada kenamaan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hie Hong setujui pikirannya Boe Wie. . Baik, Saudara Law, ia nyatakan. Dengan andali golok Ngo-houw Toan-boen-too yang Bibi hadiahkan padaku dan dengan periindungan saudara-saudara sekaumdi sepanjang jalan, aku percaya aku bisa mcngantar dengan tidak kurang suatu apa sampai di Shoasay. Aku suka kawani Saudara Lauw pergi antara Soebo! bcrkata Yo Tjin Kong, yang sadari tadi diam saja. Tapi scbenamya la kuarir Hie Hong tidak sanggup melindungi soenionya itu dan ia ingin sekalian perlihatkan kcpandaian Kaum Thay Kek Pay. Pcngutaraannya Tjin Kong membuat Bong Tiap bertiga jadi girang, hati mcreka menjadi iega. Dcmikian diputuskan, Hie Hong dan Tjin Kong mengiringi Lioe Toanio beristirahat di Shoasay, sedang Law Boe Wie bersama Bong Tiap dan Ham Eng bcrangkai ke Utara. Dua-dua pihak tidak pcrnah menyangka bahwa hampir-hampir ia orang berpisahan untuk tidak bertemu pula. V Ketika hari itu Lioe Kiam Gim bersama keponakan muridnya, Kim Hoa, berangkat ke Utara, mereka tokukan perjalanan cepat sekali. Selang belasan hari, dengan tidak tampak suatu halangan, mereka telah sampai di Poo-teng. Sesudah lewat dua puluh tahun lebih, kelihatan Kota Poo-teng jadi berubah: adajalan-jalan yang lebih ramai, adajalan-jalan yang jadi lebih sunyi. Ada sahabatsahabatnya guru silat ini, yang sudah tidak berada Iagi di kota itu. Scgala apa telah berubah, kecuali sewenang-wenangnya bangsa Ouw kata Lioe Kiam Gim sambi 1 menghela napas, seraya urut-urut kumisnya. Dan ketika ia berhadapan sama

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Beng, ia sampai tidak lantas dapat mcngucapkan katakata hanya air matanya menetes jatuh. Soetee, apa kau ada baik? dcmikian pcrkatannya yang ringkas sekali ketika kemudian ia bisa juga buka mulutnya. Ia ada sangat terharu. Teng Kiam Beng ada bcroman sangat kucel, tidak tampak sifat jumawanya, mirip dengan seorang habis sakit, atau seperti ayam jago pecundang. Terang dia likat menemui saudara seperguruannya ini. Kau kcnapa, Soetee? kemudian Kiam Gim tanya pula. Apakah kau tidak terluka? Ditanya demikian, sepasang matanya Kiam Beng bcrsinar dengan tiba-tiba. Soeheng, katanya, walaupun orang telah rusaki nama Thay Kek Pay, akan tetapi dengan kepandaian yang aku punyakan, tidaklah gampang-gampang untuk orang cclakai aku, hanya sayang, bendera Thay Kek Kie, orang telah cabut! Kiam Beng masih bclum insyaf bahwa orang tidak niat lukai dia, bahwa iahendakdigoda saja, diganggu. Lioe Kiam Gim menghela napas. Soetee, katanya, bukan aku hendak membangkitbangkit, tetapi coba dulu dengar perkataanku, tidak nanti sampai terjadi seperti ini. Dengan bersahabat dengan Keluarga Soh, bukankah kau jadi seperti cari pusing sendiri? Benar kau melindungi upeti akan tetapi aku percaya, orang melainkan tidak puas dan karenanya orang hendak coba-coba padamu! la tidak mau menyesali terlebih jauh, karena mereka sudah sama-sama berusia lima puluh tahun lebih. Maka ia tambahkan: Soetee, aku menyesal dahulu kita berpisahan, karena diantara kita terbit perbedaan faham.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekarang aku datang untuk mencari jalan perdamaian, guna lenyapkan ketegangan. Kiam Beng jengah, akan tetapi ia kata: Soeheng benar, akan tetapi di sebelah itu, aku telah terima budinya pihak Soh. Coba dulu sewaktu terluka senjata rahasia beracun tidak ada dia yang tolong obati aku, pasti sekarang lukaku itu tidak dapat dikcmbalikan. Menjadi manusia, orang mesti bisa bedakan kebaikan dari kejahatan, karena orang telah tolong aku, mana bisa aku tidak balas bantu padanya? Selama dua puluh tahun, pihak Soh tidak pernah berbuat tak selayaknya terhadap aku, hanya siapa tahu, sekarang telah terjadi ini gangguan kepadaku! Menampak orang tidak mau akui semua kekeliruannya, Kiam Gim tidak mau mendesak lebih jauh, ia hanya minta adik seperguruanttu tuturkan duduknya kejadian. Kiam Beng tidak mau menuturkan dengan jelas, ia bilang saja bahwa ia sudah dibegal di tempat tiga puluh lie di luar Kota Hee-poan-shia di Djiat-hoo, bahwa begalnya ada seorang rua yang bicara dengan lidah Liauw-tong, kepandaian siapa tidak tercela tetapi tidak diketahui dari golongan mana. Kiam Gim terima keterangan itu sambil bersenyum. la tahu baik perangainya soetee ini, yang angkuh, yang suka bicara banyak dalam hal kepuasan tetapi tak mau banyak omong dalam hal kegagalan. tetapi karena urusan ini ia anggap penting,ia toh masih menanyakan melit tentang kepandaiannya si orang tua, bagaimana gerak-gerakannya. Apabilasang soetee telah jelaskan. pihak lawan hanya menggunai tangan kosong, akhimya soeheng mi berkata: Itu adalah ilmu silat bahagian dalam dan luar yang telah tergabung menjadi satu, adalah tenaga Siauw-thian-seng atau Bintang Kecil yang dipergunakan untuk singkirkan segala seranganrnu. Kepandaian itu mirip dengan Sha-tjap-lak-tjhioe Kim-na-hoat dari Golongan Eng Djiauw Boen Bicara tentang Kaum Eng Djiauw Boen, di Hoolam ada Tang Kie Eng dan d,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoo pa kada Hek Eng Ho- Di Liauw-tong, tidak pernah aku dengar ada or-ang yang paham kim-na-hoat. Aku kenal Tang Kie Eng dan Hek Eng Ho, aku pemah berunding dengan mereka, aku tahu benar, kepandaian mereka berimbang sama kepandaian kita, tapi sekarang ada orang yang melebihkan Soetee, dia mesti ada orang luar biasa dari Eng Djiauw Boen. Dia ada satu lawan yang tangguh, Soetee, tetapi walaupun demikian, tidak usah kita jadi gentar. Kiam Gim percaya, apabila ia berhadapan sama lawannya Kiam Beng, umpamanya ia tidak bisa peroieh kemenangan, i a toh tidak nanti sampai kena dikaiahkan. Tapi, mendengar pcngutaraannya itu, ia lihat muka saudaranya jadi pucat, ia mengerti, saudara itu malu, maka ia iekas ubah pcmbicaraannya. Eh, Soetee, bagaimana dengan Tee-hoe? Berapakah anakanakmu? ia tanya. Ditanya begitu, air mukanya Kiam Beng pulih dengan cepat. Isteriku telah meninggal dunia sejak beberapa tahun yang lata, ia menyahut. Kita orang terpisah terlalu jauh, hingga aku tidak dapat kesempatan untuk mengabarkan kau, Soeheng. Tiba-tiba, air mukanya kerabali berubah, agaknya ia sangat berduka Anakku melainkan satu, ia sekarang telah pergi mencari jaiannya sendiri. Soeheng, ketika kita orang berpisah, anak itu sudah bisa memanggil peh-hoe kepadamu. Selama dua puluh tahun, aku cuma dapati ia seorang, tetapi sekarang, entah dia ada di mana, Kiam Gim heran. Setelah satu anak menjadi dewasa, kita yang menjadi ayah-bunda tidak ketahui lagi cita-citanya, ia menyahut. Di waktu kecilnya, Hiauw ada dengar kata, akan tetapi tambah tinggi usianya, tambah berubah perangainya. Pada suatu hari ia meninggalkan rumah-tangga, ia pergi jauh, tanpa pamitan lagi, ia melainkan meninggalkan sepucuk surat dalam mana ia nyatakan, ia tidak sudi berdiam nganggur di Poo-teng, bahwa ia ingin pergi mencari pengetahuan dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengalaman. Ia kata ia tak sanggup menungkuli hari-hari yang tawar. Sebenarnya, dalam usia muda, siapa yang tidak ingin terbang merdeka bagaikan burung garuda? Bukankah kita bcrdua, dahulupun ada sangat bersemangat, ingin merantau dan ciptakan nama dalam dunia Sungai-Telaga? Hanya kita orang dapat keluar sesudah dapat perkenan dari guru kita! Tidak demikian dengan Hiauw, tanpa mengucap sepatah kata, ia angkat kakinya! Dia pergi dalam usia dua puluh satu tahun, aku pun sudah tunangkan dia, kepergiannya itu membikin aku berduka. Suaranya Kiam Beng makin lama jadi makin perl ah an, nyata ia terharu scndirinya. Kiam Gim bisa mengarti kesukarannya soetee ini sebagai satu ayah, maka itu, ia tidak mau omong terlebih banyak tentang anaknya, ia melainkan menghiburi. Putera dari Teng Kiam Beng ada bernama Teng Hiauw, dia ada lebih tua sepuluh tahun daripada Lioe Bong Tiap, karena ia sudah masuk umur dua puluh enam tahun, Kiam Beng menikah lebih dahulu daripada soehengnya. Teng Hiauw ada berpendapat lain daripada ayahnya. Selagi ia masih kecil, karena ayahnya terpisah dari kaum persilatan lainnya, ia jadi kckurangan kawan, hingga ia jadi kcsepian. Tapi ia tetap kenal beberapa anak muda, dari siapa ia telah dengar tentang persahabatan ayahnya dengan Soh Sian Ie, ia jadi tidak senang terhadap sikap ayahnya itu. Di lain pihak, ia tidak puas dengan putusan ayahnya, yang sudah tunangkan ia dengan gadisnya satu hartawan sedang ia sebenarnya menaruh hati pada cucu percmpuan dari Kiang Ek Hian dari kalangan Bwee Hoa Koen. Mengenai cita-citanya ini, yang terintang, ia jadi makin tidak puas. Maka akhirnya, karena tak dapat bersabar lebih jauh, ia berlalu tanpa perkenan lagi. Ia tidak membutuhkan pesan atau surat perantaraan dari ayahnya lagi, ia hendak merantau dengan andali diri sendiri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Demikianlah, mengetahui kesukaran hati sang soetee, Kiam Gim kemudian bicarakan soal kedatangannya ini ke Utara. Soetee, tanyanya, sama sekali ada berapa orang kawannya begal itu? Sesudah berhasil dengan perampasannya, karena mereka ada bawa banyak barang, mereka pasti tidak terlalu leluasa dengan kepergiannya, maka itu, apa Soetee tidak dapat cari tahu tentang mereka? Ditanya begitu, Kiam Beng kerutkan sepasang alisnya. Aku menyangka padaTjiong Hay Peng dari Heng Ie Pay! iamenjawab. Aku duga, mereka adalah orang-orang jahat yang dianjur-anjurkan oleh Tjiong Hay Peng! Bukankah Soeheng ketahui, Hay Peng tidak senang terhadap aku? Itu hari, dia sendiri tidak muncul. Si orang tua beriidah Liauw-tong itu cuma berkawan kira-kira sepuluh orang, akan tetapi mereka semua bukannya orang-orang sembarangan, sebagaimana dua guru silat dan dua muridku, yang turut aku, semua kena mereka bikin tidak berdaya. Jangan bicarakan pula tentang pegawai-pegawai negeri yang turut mengiringi. Rupanya Kiam Beng anggap ia sudah angkat terlalu tinggi pada musuhnya, maka bicara sampai di situ, lekas-lekas ia menambahkan, suaranya keras: Walaupun demikian, aku tidak takut pada mereka! Aku telah kuntit mereka itu! Hanya, apa yang aneh, sesudah mengikuti sampai jauhnya seratus lie lebih dari Kota Hee-poan-shia, dengan tiba-tiba mereka lenyap di tempat yang dipanggil Sha-tjap-Iak Kee-tjoe. Kau barangkali tidak ketahui, Soeheng, rumahnya Tjiong Hay Peng justeru bcrada di Sha-tjap-lak Kee-tjoe itu! Kiam Gim perdcngarkan suara Oh! tetapi ia terus tutup mulut. Kiam Beng tidak puas melihat sikapnya soeheng mi. Kau lihat, Soeheng, ia tanya,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

apa yang mcncurigai dalam hal ini? Jadinya kau telah sangka Tjiong Hay Peng, soeheng itu jawab. Sctelah itu, kau pcrnah atau tidak pergi padanya, untuk menanyakan? Kenapa tidak, Soeheng? sang soetee jawab. Aku telah kunjungi padanya, tetapi ia tidak sudi menemui aku, ia kata, seumur hidupnya, ia tidak suka berteman sama pegawai negeri! Sepasang alisnya Kiam Gim bergerak apabila ia telah dengar keterangan itu. Habis, ada atau tidak kau pcrnah ben tahukan pembesar negeri tcntang sangkaan kau itu? ia tanya. Air mukanya Kiam Beng berubah pula untuk kesekian kalinya. Ah, Soeheng, mengapa kau pun lihat begini macam padaku? tanyanya. Biarpun aku bodoh. aku bukannya satu siauwdjin! Umpama kata benar pembegalan itu telah dilakukan oleh Tjiong Hay Peng, aku punya pedang dan piauw untuk memaksa minta pulang barang-barang upeti itu! Atau sedikitnya aku undang sahabat-sahabat dari Rimba Persilatan guna memutuskan siapa yang bersalah, siapa yang benar. Di dalam halnya kita kaum Rimba Persilatan, bukankah kita punya tata kehormatan sendiri? Maka itu, tidak I ah perlu digunainya pengaruh pembesar negeri! Kau keiiru, Soetee, Kiam Gim kata dengan cepat. Sama sekali aku tidak pandang rendah padamu. Aku cuma tanya padamu. Aku justeru kuatirkan pembesar negeri campur tahu urusan ini karena yang tersangkut adalah barang-barang upeti. Kau benar, Soetee, dalam urusan kita kaum Rimba Persilatan, pembesar negeri tidak perlu campur tahu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hatinya Lioe Loo-kauwsoe menjadi lega sekali, scdang tadinya ia kuatir, karena kesesatan di satu waktu, soetee itu nanti seret tangannya pangreh praja. Sekarang temyata, soetee itu masih punyakan kehormatannya, dia cuma dipengaruhi oleh keangkuhannya. Lantas soeheng ini berpikir, ia angkat tangannya kejidatnya. Soetee, katanya kemudian, kau telah curigai Tjiong Hay Peng, terutama karena kejadian ada di tempat yang termasuk kalangan pengaruhnya, karena itu sangkaan kita benar atau tidak dia harus dikunjungi. Siapa tahu, di sana kita justeru akan peroleh keterangan. Sekarang begini saja. Besok mari kita pergi ke Djiat-hoo, dengan andali mukaku, aku percaya dia tidak akan tidak terima padaku. Kiam Gim urut-urut kumisnya, ia menambahkan dengan cepat: Soetee, demikian katanya, kau antar upeti, kau bakal lewat di kalangan pengaruhnya Tjiong Hay Peng, seharusnya, sebelumnya itu, kau mesti kirim salah satu muridmu pergi membawa karcis nama padanya. Dengan jalan ini, kita sudah tidak berlaku tidak hormat. Kau sebaliknya kunjungi dia sesudahnya kejadian, bisa mengerti yang dia merasa kurang puas. Soetee tentu lebih mengerti daripada aku, siapa merantau, dia paling dulu mesti utamakan tata kehormatan, siapa melulu andali boegee, itulah keliru. Kiam Beng jengah, tetapi ia toh menyahut: Meskipun demikian, katanya, pada mulanya aku tidak berniat berlaku demikian. Begitulah dipastikan, besok soeheng dan soetee itu bakal pergi ke Djiat-hoo. Pada itu malam, ada datang orangnya Keluarga Soh, yang menanyakan, perlu atau tidak pihak Soh kirim orang untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pergi bersama. Entah bagaimana caranya, Keluarga Soh itu sudah lantas saja ketahui niat keberangkatannya orang itu. Di sebelah itu, wakil itu pun undang Lioe Kiam Gim untuk satu perjamuan. Kiam Gim dengan lantas wakilkan soeteenya tampik itu tawaran bantuan dan undangan juga. Tapi ia bicara dengan manis serta jelaskan, dalam urusan di kalangannya Kang-ouw, kepergiannya banyak orang adalah tidak perlu. Ia mengucap terima kasih atas undangan itu. Bantuan pihak Soh ditolak, tetapi dua guru silat, yang dulu tunrt Kiam Beng dan mendapat luka juga, mendesak mohon diajak. Sebelumnya menerima baik, Kiam Gim cari tahu dulu tentang mereka itu, yang kemudian ternyata ada Lie Kee Tjoen mnridnya Tjiang Han Tek dari Kaum Ngo Heng Koen dan Hoo Been Yauw muridnya Tjian Djie Sianseng dari Kaum Ouw Tiap Tjiang, dua-dua ada dari pihak golongan kenamaan. Juga murid kedua dan murid ketiga dari Kiam Beng, diajak bersama, sedang Kim Hoa, si murid kepala, ditinggai untuk jaga rumah. Demikian di hari kedua, rombongannya Kiam Gim ini berangkat, Hawa udara di Djiat-hoo beda dengan iklim di Kanglam. Orang keluar dari Selat Hie Hong Kauw, jalan di sepanjang Sungai Loan Hoo, melewati Lo-sie-boen, dari situ menuju ke Hee-poan-shia. Ketika itu ada di bulan ketigadari musim Tjoen. Di waktu demikian di Kanglam, pohon dan bunga sedang segarnya, burung-burung gembira beterbangan, akan tetapi di Kwan-gwa ini, angin dingin sedang membadai, hujan dari salju sedang turunnya, atau kadang-kadang angin keras diseling dengan terbang berhamburannya batu halus atau pasir. Meski juga hawa udara ada demikian buruk, rombongannya Kiam Gim lakukan perjalanan dengan tetap bersemangat. Sesudah melalui perjalanan sepuluh hari iebih, rombongannya Kiam Beng sampai di Hee-poan-shia pada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

waktu Icwat tengah hari. Coba udara ada terang, dengan iarikan kuda mereka, di maghrib itu, mereka bakal sampai di Sha-tjap-lak Kee-tjoe, ditempat kediamannya Tjiong Hay Peng, akan tetapi mereka tidak berbuat demikian. Dan mereka juga tidak singgah di dalam kota. Mereka hanya jalan terus. dengan perlahan-lahan,sampai di luar kota, di tempat pembegaJan. Di sini baharulah mereka berhenti, untuk Lioe Kiam Gim perhatikan letaknya tempat itu. Itu adalah suatu tanah pegunungan, cabang dari Gunang Yan San, yang banyak pengkolannya, sedang di sampingnya ada aliran Sungai Loan Hoo. Tempat itu merupakan satu selat mirip dengan piring. Di sini, hawa udara agak hangat, salju telah pada lumer. Di kedua tepi ada rimba dengan pepohonan dan rumput, yang daun-daunnya, atau cabangnya, memain dengan sampokan angin, daun dan pasimya pada rontok dan jatuh ke tanah. Di atas kudanya, Kiam Gim memandang ke empat penjuru, sedang Kiam Beng, mengawasi jauh ke depan, air mukanya menjadi merah dan padam bergantian, suatu tanda ia malu dan mendongkol dengan berbareng, karcna teringatlah ia pada saat pembegalan. Sesudah lewat sckian lama, tiba-tiba Kiam Gim tahan kudanya dan sambil menoleh pada adiknya seperguruan, ia berkata: Soetee, kecurigaan kau beralasan! Kiam Beng pun tahan kudanya dengan tiba-tiba, ia mengawasi sambii hunjuk roman heran. Kau lihat apakah, Soeheng? ia tanya. Kiam Gim lantas gerak-geraki tangannya, akan rnenunjuknunjuk. Lihatlah tempat ini, sabut dia. Di Timur, tempat ini menyambung dengan Kota Koan-shia, di Barat dengan Sintek, di Sclatan dengan Liong-hin, dan Utara dengan Pengtjoan. Sin-tek dan Koan-shia adalah kota-kota yang ramai dari Djiat-hoo, maka itu, kawanan begal tak nanti da tang dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

arah dua kota itu dan juga tidak akan menyingkir ke arah sana. Kawanan itu Jberlldah Liauw Tong semua, sedang kau orang sendiri datang dari Selatan, dari itu, mereka juga tidak mestinya muncul dari Liong-hin. Jadinya, jalan satu-satunya untuk mereka adalah jalan Utara, yaitu Peng-tjoan. Dan Shatjap-lak Kee-tjoe justeru bcrada di antara Peng-tjoan dan Heepoan-shia. Bukankah kawanan begal benar datang dari sana? Kiam Beng nampaknya gusar. Kalau begitu, Soeheng, katanya, apakah tidak boleh jadi, perbuatan itu ada perbuatannya Tjiong Hay Peng? Jadinya sangkaanku tidak meleset? Kiam Gim berdiam, dia berpikir. Biar bagaimana, aku masih belum mau percaya Tjiong Hay Peng bisa berbuat demikian, ia menjawab kemudian. Hanya, paling sedikitnya, dia mcsti ketahui baik tentang kawanan begal itu. Orang-orang yang tempur kau bukannya orangorang Kang-ouw dari tingkat sembarangan. Kalau benar mereka datang dari arah Sha-tjap-lak Kee-tjoe, tidak ada alasan yang dia tidak mendapat tahu. Mari, Soetee, malam ini juga kita orang mesti sampai di Sha-tjap-lak Kee-tjoe! Di saat rombongan ini hendak cambuk kuda mereka, untuk di larikan, tiba-tiba mereka dengar suara kelenengan yang datangnya dan dalam rimba, suara mana disusul dengan berketoprakannya kaki kuda. Lie Kee Tjoen bersama Teng Kiam Beng dan muridmuridnya menjadi terperanjat, mereka lantas bcrsiap, untuk loncat turun dari kuda, guna hunus senjata mereka masingmasing. Kiam Gim sebaliknya berlaku tabah, ia mencegah. Jangan sembarangan, jangan geraki senjata! katanya, yang goyangi tangan. Hampir berbareng dengan perkataan Lioe Loo-kauwsoe ini, gombolan rumput di muka rimba kelihatan tersingkap, dari situ muncul beberapa orang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Beng semua mengawasi dengan tajam, mereka siap sedia. Lioe Kiam Gim berlaku tcnang, ia turun dari kudanya, ia lepaskan lesnya, lalu ia bertindak maju, untuk papaki orangorang itu, sedang yang jalan di muka ada seorang yang tubuhnya kekar. Ia ini maju untuk angkat rapat kedua tangannya, buat memberi hormat, seraya terus menegur: Apakah di sini ada Lioe Loo-kauwsoe, Lioe Kiam Gim Sianseng? Suaranya ada terang. Cuma bersangsi sedetik saja, lalu Lioe Kiam Gim membalas hormat. Aku adalah Lioe Kiam Gim yang rendah, ia menyahut. Aku numpang tanya, Saudara-saudara ada urusan apa denganku? Mendengar jawaban itu, rombongan itu lantas loncat turun dari kuda mereka. Kiam Gim mundur satu tindak. sikapnya tetap tenang. Orang itu, dan kawan-kawannya, lantas memberi hormat pula, sambil menjura, menyatakan bahwa mereka hunjuk hormat mereka Mereka sebut dirinya boan-pwee, ialah orang-or-ang yang lebih muda tingkatannya. Kembali Lioe Loo-kauwsoe membalas hormat, dengan tergesa-gesa, seraya menyatakan bahwa ia tidak berani terima kehormatan itu. Selagi ia hendak tanya, siapa adanya mereka dan guru mereka, orang tadi dengan cara sangat menghormat sudah maju akan serahkan sebuah peti kecil yang memuat karcis nama. Guru-kita, Tjiong Hay Peng, mendengar kabar bahwa Lioe Loo-kauwsoe sudah datang, telah utus kita hendak menyambut sambil haturkan hormatnya, demikian pemimpin rombongan itu. Lioe Kiam Gim tidak segera sambuti peti ita, hanya dengan cara yang menghormat sekali. ia Tanya mereka tentang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kewarasannya Tjiong Hay Peng. Dengan mi ia hunjuk bahwa ia mengerti adat-istiadat, sopan-santun. Kemudian baharulah ia sambuti peti itu. Tapi, di saat tangannya diangsurkan untuk menyambuti, dengan tiba-tiba Teng Kiam Beng serukan muridnya yang kedua. yang berbarengpun ia kedipi mata: Kenapa kau tidak lekas wakilkan Soepeh untuk sambut peti itu? Atas itu, belum sempat Kiam Gim menoleh, turut mencegah, sang mu-id. ialah Loei Hong, sudah mencelat ke depaanya, untuk hadapi rombongan utusan, sambil hunjuk separuh-kehormatan, ia ulur kedua tangannya seraya berkata: Aku Loei Hong, murid Thay Kek Pay, dengan ini mewakilkan Soepeh kita menyambuti kehormatan! Utusan itu pandang Loei Hong, tetapi ia serahkan peti kecil itu. Lioe Kiam Gim juga awasi murid soeteenya, ia nampaknya kurang puas. Dalam kalangan Kang-ouw, orang ada sangat hargai adatistiadat. Tjiong Hay Peng kirim karcis nama, utusannya itu pasti ada orangnya dari tingkatan lebih rendah, tetapi meskipun demikian, si utusan toh ada wakilnya Tjiong Hay Peng, dengan Lioe Kiam Gim ada asal satu derajat, sama tingkatannya, sudah seharusnya kalau yang sambut peti kecil itu adalah muridnya Kiam Gim atau orang yang lebih muda tingkatannya. Kalau Kiam Gim yang sambuti sendiri, itu adalah tanda penghormatan luar biasa. Kalau yang sambut ada orang lebih muda, itulah yang dibilang, guru terhadap guru, murid terhadap murid. Kiam Beng tidak inginkan kehormatan luar biasa itu, maka ia suruh muridnya yang menyambuti. Karena ini ada cara menghormat yang pantas, biarpun utusannya Tjiong Hay Peng merasa tidak puas, ia toh tidak bisa bilang suatu apa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Gim ada seorang yang halus budi bahasanya, ia hendak hunjuk keluhuran mertabatnya, itulah sebabnya kenapa ia tidak puas dengan perbuatan soeteenya, akan tetapi karena soeteenya tidak salah, terutama di muka umum itu, ia tidak mau menegurnya. Ia melainkan tidak puas, di saat dan tempat seperti itu, soetee ini masih saja kukuhi adatperadatan. Iapun tidak bisa cegah Loei Hong, karena kalau ia cegah, ia jadi hunjuk bahwa ia tidak menghargakan soeteenya. Demikian ia mendeluh di dalam hatinya, karena ia mesti hunjuk air muka berseri-seri. Begitulah dengan cara hormat, ia sambuti peti dari Loei Hong, sedang pada sekalian tetamunya tetap dengan cara hormat ia haturkan terima kasih. Sekarang juga kita akan datang mengunjungi! ia tambahkan. Rombongan itu lantas sajajalan di depan, Kiam Gim beramai mengikuti. Di waktu maghrib, mereka sudah I lantas lihat Sha-tjap-lak Kee-tjoe. Selagi berjalan, dengan tiba-tiba Teng Kiam Beng ucapkan beberapa patah perkataan pada Hoo Boen Yauw, guru silatnya dari Kaum Ouw Tiap Tjiang, atas mana orang she Hoo ! itu larikan kudanya keluar kalangan, hingga Lioe Kiam Gim dan orang-orangnya Tjiong Hay Peng pada tahan kuda mereka dan menoleh, Boen Yauw itu hunjuk hormatnya seraya kata: Aku mesti urus suatu apa di kota dusun, silakan Tuan-tuan jalan terus, sebentar aku akan hunjuk hormat belakangan kepada Tjiong Loo-kauwsoe! Lalu, dengan tidak tunggu jawaban lagi, ia larikan kudanya untuk pisahkan diri. Orang berjalan pula, berselang setengah jam, sampailah mereka di. muka rumahnya Tjiong Hay Peng, .Ketua dari Heng Ie Pay. Rumah itu terletak di muka rimba, di depannya ada bukit yang digali dan dipapas, untuk dibikin jadi lapangan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

piranti berlatih silat. Belakang rumah hampir nempel sama rimba. Umpama orang jahat yang tinggal di situ, setiap saat dia bisa lari sembunyi ke dalam rimba. Tidak menunggu sampai di depan rumah sekali, Kiam Gim sudah ajak rombongannya turun dari kuda mereka dan minta supaya kedatangannya itu diwartakan terlebih dahulu, kemudian selagi menantikan, ia tarik tangan bajunya Teng Kiam Beng, untuk dengan roman sungguh-sungguh memesan: Soetee, sebentar di dalam, aku mohon dengan sangat agar kita terlebih dahulu hunjuk kehormatan kita, kita harus bersikap merendah, jangan sekali menuruti nafsu amarah, apabila sampai terbit pula gara-gara tidak diingin, sungguh, aku tidak dapat mengurus terlebih jauh!. Kiam Beng tidak. mengucap sepatah kata, terang ia ada merasa sangat tidak puas berbareng malu. Sementara itu Kiam Gim heran, kenapa Tjiong Hay Peng bisa demikian cepat dapat ketahui kedatangannya, sedang Kiam Beng tidak senang, karena dalam hatinya, ia kata: Ketika aku datang, kau tidak perdulikan aku, tapi sekarang Soeheng datang, kau menyambut dan membaiki secara begini rupa. Ini pun ada salah satu sebab kenapa dia suruh Loei Hong wakilkan Kiam Gim sambuti karcis nama. Selagi itu soeheng dan soetee berpikir masing-masing, pintu rumahnya Tjiong Hay Peng sudah dipentang dan tuan rumah kelihatan muncul dengan tindakannya agak tenang. la pakai baju bulu, nampaknya sabarsekali. Tuan rumah dan tetamunya segera juga bcrdiri berhadapan dan saling member! hormat, kemudian pihak tetamu diundang masuk ke niangan tetania, di mana. sambil berdiri rapi, kelihatan-bcberapa orang, yang tidak salah lagi mcsti muridmurid Heng Ie Pay. Baharu saja orang bcrduduk, satu muridnya Hay Peng muncul dengan satu nenampan batu pualam yang besar. atas

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mana ada sepuiuh cawan yang berukirkan sansoei yang berwama merah. Walaupun muridnya yang membawa nampan untuk menyuguhkan, bukannya si murid yang melakukannya, tetapi Tjiong Hay Peng yang sambuti cawan teh, dan dia sendiri yang mcnyuguhkannya secara biasa, tetapi ketika cawan untuk Kiam Beng dihaturkan, maka terjadilah suatu hai yang hebat. Selagi Tjiong Hay Peng dengan cawan di tangan datang mendekati, Teng Kiam Beng bangkit untuk menyambuti. Mereka berdua tcrpisah satu dari lain jauhnya dua-tiga kaki, dan selagi si tetamu menyambuti sambil merendah, dengan sekonyong-konyong, cawan itu melesat ke tinggi, terus saja pecah sendirinya, dan airnya lantas menyiram arah Teng Kiam Beng punya muka, berbareng dengan mana, menyambar juga pecahannya. Kiam Beng terperanjat bukan main, akan tetapi walaupun ia tidak sepandai soehengnya, ia masih sempat gunai tangan kanannya, untuk menangkis sambil menyampok keras air dan pecahan cawan itu, hingga ia terluput dari serangan gelap itu. Hanya lacur ada Loei Hong, si murid kedua, yang berada di samping, benar ia masih sempat berkelit dari pecahan cawan, tapi air toh mengenai mukanya yang jadi basah! Berbareng dengan kejadian itu, Tjiong Hay Peng hunjuk rupa kaget, sembari lempar ke samping itu nenampan kumala, ia berseru: Ah, ini cawan teh tidak kuat! Aku pun sudah tua, aku kesalahan membuatnya pecah, hingga aku kena bikin kaget tetamuku. Tuan, harap maaf, maafkanaku! Selagi nenampan terlempar, satu muridnya Tjiong Hay Peng bergerak, untuk menyanggapinya, akan tetapi, Lioe Kiam Gim berlaku lebih sebat dari murid itu, dengan berlompat, ia maju akan tanggapi nenampan itu, hingga malah pun sisa delapan cawannya yang lain, tidak turut jatuh, airnya tidak tumpah!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Untuk ini, Lioe Loo-kauwsoe gunai hanya dua jeriji tangannya. Semua cangkir yang indah, kalau sampai rusak, sungguh sayang! katanya. Kemudian, ia wakilkan Tjiong Hay Peng akan haturkan semua teh itu kepada sekalian hadirin. Teng Kiam Beng tidak hunjuk kemurkaan. Ia tahu Tjiong Hay Peng sedang pertontonkan kepandaiannya. la pun telah lihat lirikan soehengnya. Tapi, berbareng dengan itu, ia mesti kagumi lawan punya kepandaian yang liehay. Di lain pihak, Tjiong Hay Peng juga insyaf, jago Thay Kek Pay itu benar-benar tidak boleh dipandang enteng, apapula kepandaian luhur dari Lioe Kiam Gim. Dengan sikapnya yang merendah, Hay Peng mcnghaturkan maaf, akan tetapi diam-diam, ia masih ingin mencoba satu kali lagi. Di antara sinar bulan, yang memain antara cahaya api, Tjiong Hay Peng lantas adakan pertemuan untuk sekalian tetamunya itu. Kiam Beng bersangsi, ia ragu-ragu tuan rumah itu menjamu dengan sungguh-sungguh atau itu adalah semacam pesta Hong Boen. Hay Peng sudah lantas kasih pertunjukan pula. Tadi ia suguhkan teh kepada tetamu-tetamunya, sekarang ia hendak menyuguhkan arak. Tadi ia gunai cangkir yang indah, tetapi sekarang ia pakai tempat arak yang besar dan kasar, ialah guci arak terbuat dari besi yang beratnya dua atau tiga puluh kati. Dan, melewati Lioe Kiam Gim, ia lantas saja menyuguhi pada Teng Kiam Beng. Sebagai alasan, ia bilang, di mana ia sendiri ada Ketua dari Heng Ie Pay, sudah sepantasnya ia hormati dulu Ketua dari Thay Kek Pay. Tapi sebenamya, dengan ini cara, ia hendak menyingkir dari Lioe Loo-kauwsoe. Kiam Beng sudah menduga orang tidak bermaksud baik, ia senantiasa waspada. Ketika tuan rumah dekati ia, ia lantas berbangkit, untuk sambuti arak, tidak tahunya, belum ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berdiri betul, Tjiong Hay Peng sudah dorongkan gucinya dengan arah or-ang punya dada. Guci itu. bersama araknya ada kira-kira lima puluh kati beratnya. Segera ia angkat kedua tangannya, tubuhnya berdiri tegar, kemudian dengan sebelah tangan mencekal mulut guci, ia kata:Jangan seedjie, aku bisa ambil sendiri! Oleh karena ini, guci arak jadi kena ditahan di tengahtengah di antara kedua orang itu, yang dengan diam-diam telah gunai mereka punya tenaga dalam atau khie-kang. Serangan gelap dari Hay Peng ini, apabila tidak sampai membinasakan. akan bikin orang tcrluka hebat di bagian dalam badan dan menjadi tapadakpa. Kiam Beng bisa duga itu, ia sengaja tidak mau terima suguhan, ia hanya tahan mulutnya guci itu. Maka kejadiannya, Hay Peng tidak. bisa menolak, iapun .tidak mau melepaskannya. Karena ini, duadua lantas keluarkan keringat dingin pada jidatnya masingmasing. Pertentangan itu ada hebat Karena kedua pihak sama tangguhnya, lama-lama keduanya akan terluka masing-masing sendirinya, kecuali ada pihak ketiga, yang datang sama tengah. Sudan, kau orang berdua janganlah terlalu seedjie! berkata Lioe Kiam Gim sambii tertawa, seraya ia hampirkan dua orang itu. Soetee, jikalau kau tidak ingin terima suguhannya Tjiong Toako, man kasih aku yang mewakilkannya! Sambii bcrkata begitu, Kiam Gim gunai sepasang sumpirnya, akan jepit tutup guci, dcngan gunai sumpitnya itu, ia buka tutup tersebut, kemudian dengan sebat sekali, ia teruskan jepit lehernya guci itu, hingga guci jadi terlepas dari cekalannya Tjiong Hay Peng, tergantung di antara dua sumpit itu. Kemudian lagi, dengan tangan kiri, ia pakai cawan akan sendok isi guci, akan hirup araknya!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah masing-masing lepaskan tangannya, dua-dua Teng Kiam Beng dan Tjiong Hay Peng mundur sendirinya, dengan limbung, tubuh mereka jatuh duduk di kursinya masingmasing. Kedua-duanya tidak bisa keiuarkan kata-kata! Adalah kemudian, Tjiong Hay Peng berloncat bangun, jempolnya dipertunjuki. Lioe Toako, sungguh kau liehay! ia memuji. Aku harus didenda tiga cawan! Dengan scbenarnya, Tjiong Toako, aku hams kasih selamat pada kau! kata Lioe Kiam Gim sambii tertawa. Ia terus bersikap sewajarnya saja. Dengan agak likat, Tjiong Hay Peng terima tiga cawan. Sampai di situ, mereka lantas mulai pasang omong. Dengan sikapnya yang merendah, Lioe Kiam Gim utarakan maksud kedatangarinya, sebaliknya daripada menyangka Hay Peng, ia mohon tuan mmah suka bantu ia. Ia tanya kalaukalau Ketua Heng Ie Pay itu ketahui siapa orangnya yang sudah uji Teng Kiam Beng. Sesudah keduanya berpisah dua puluh tahun lebih, Tjiong Hay Peng tidak lagi manis budi seperti dulu-dulu, tidak perduli pihak tetamu berlaku demikian ramah-tamah, ia berpura-pura tidak ketahui hal pembegalan itu, ia malah hunjuk roman terperanjat, ia berlaga menghela napas, akan akhirnya, seraya tepuk tangannya, ia berseru: Oh, benar-benar ada terjadi demikian? Ah, kenapa aku tidak dapat tahu? Sikap ini membuat Kiam Gim jadi mclcngak, memang ia tidak pandai bicara. Ah, apakah benar-benar Tjiong Toako tidak ketahui kejadian itu? demikian ia cuma bisa tegaskan. Tjiong Hay Peng tertawa seperti sewajarnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan, melainkan aku tidak pernah memikirnya! demikian jawabannya. Siapa sangka Ketua dari Thay Kek Pay, yang mewariskan tiga rupa kepandaian liehay dari Thay-kek Teng, Teng Kiam Beng yang namanya menggetarkan dunia Kangouw, ialah Teng Toako, telah kena dipermainkan oleh satu tua bangka! Malah tua bangka itu cuma gunai tangan kosong yang berdaging melulu! Kiam Beng jadi sangat gusar, sampai ia tak dapat kendalikan pula dinnya. Ia gedruki cangkir araknya seraya kata dengan nyaring: Ya, aku Teng Kiam Bcng belajar silat tidak sempurna, sampai orang telah kena pecundangi! Habis, kau mau apa? Tapi kau sendiri, Tjiong Toako, kau Ketua dari Heng Ie Pay, yang pandai ilmu pedang Boe-kek-kiam, dalam Rimba Persilatan kenapa toh ada orang Kang-ouw, yang lewat di sini, orang itu sudah tidak lakukan kunjungan kehormatan kepadamu, malah dia berani lakukan kejahatan di dalam daerah pengaruhmu ini? Kenapa dia bisa mondarmandir dengan merdeka? Kenapa orang tidak pandang mata sama sekali kepada Tjiong Toako? Tjiong Hay Peng tidak gusar, sebaliknya, ia tertawa tawar. Begitu, Teng Toako, kau pikir? ia tanya. Tapi aku tidak merasa hilang muka! Dengan kepandaianku yang tidak berarti, aku hanya dapat nama kosong belaka. Dengan kegagahan, aku tidak bisa menindih orang, dengan kebijaksanaan, aku tidak mampu bikin orang tunduk, maka adalah selayaknya saja apabila orang tak lihat mata padaku! Hanya kalau sampai Teng Toako sendiri orang tidak pandang, hingga orang berani tangkap kutu di kepala harimau, ah, inilah, sungguh, aku tidak bisa bilang suatu apa! Kembali Teng Kiam Beng kena tersindir. Sebelum suasana menjadi lebih hebat, Kiam Gim sudah lantas berbangkit, menghadapi tuan mmah, ia menjura, hingga Hay Peng dengan tersipu-sipu mesti balas hormatnya itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tjiong Toako, berkata Lioe Loo-kauwsoe, dengan suaranya yang sabar, kita ada orang-orang yang sudah berusia hampir enam puluh tahun, kita ada saudara-saudara dari bebcrapa puluh tahun, maka itu, ada berapakah orang yang hidup scumur kita ini? Dari itu umpama kita tidak ingat sesama orang Rimba Persilatan, kita toh harus ingat persahabatan kita dari bebcrapa puluh tahun itu. Toako, kalau ada ganjalan sesuatu, sehamsnya itu dikasih lewat, tidak seharusnya kita orang bersikap sebagai sesama orang-orang asing. Toako, aku percaya kau, aku percaya, kau tidak ketahui suatu apa mengenai itu pembegalan. Akan tetapi, di samping itu, aku hendak mohon kau bantu sedikit kepadaku. Kau ada penduduk sini, kau berkenalan luas, aku minta kau suka capaikan hati akan turut dengar-dengar, siapakah yang telah lakukan perbuatan itu. Tidak perduli orang itu ada tertua dari golongan mana, akan tetapi kita hanya hendak tanya, perbuatan apa yang kelini dari kita, untuk setelah itu, kita orang menghaturkan maaf agar perkara dapat dibikin habis. Jikalau tetap kita tidak ketahui kekeliruan kita, umpama kita tnesti binasa, sungguh kita tak tahu suatu apa, kita bakal binasa secara kecewa . Tjiong Hay Peng kena dibikin tergerak hatinya oleh perkatannya orang she Lioe ini, sikap siapa ada merendah tetapi pun sungguh-sungguh, malah ada bersifatkeras. la insyaf. jikalau ia tidak ubah haluan, urusan bisa jadi kacau. Ia pun mengerti, tidak dapat ia terus bcrpura-pura tidak ketahui tentang pembcgalan itu, yang di kalangan Kang-ouw sudah jadi buah pembicaraan. Benar dcngan Teng Kiam Beng iamengganjal hati, tetapi dengan Lioe Kiam Gim ia ada bersahabat kekal, hingga sedikitnya ia hams memandang ,mata pada sahabat ini. Satu hal masih ia sangsikan, yaitu sesudah berpisah dua puluh tahun lebih, ia tidak tahu, Kiam Gim ada bersatu haluan dengan Kiam Beng atau mereka dua saudara seperguruan masih tetap berlainan paham. Tentang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Beng, ia tahu benar, dia ini masih tetap berada di pihak pembesar negeri. Dengan sebenarnya aku tidak tahu siapa itu orang yang telah iawan Teng Toako, akhirnya ia menjawab. Satu hal aku bisa terangkan, di Liauw-tong ada beberapa orang kenamaan yang ingm bertemu sama Lioe Toako dan bertjita-tjita main-main dengan Teng Toako. Karena or-ang bicara dengan lidah Liauw-tong, baiklah Toako tanyakan beberapa tetua dari Liauw-tong itu, pastilah Toako akan peroleh keterangan. Kiam Gim heran kenapa ada or-ang Liauw-tong, yang hendak bikin pertemuan dengan ia, walaupun demikian, ia tidak jerih. Tidak berani aku menerimanya, apabila ada beberapa tetua itu menghendaki menemui aku, kata ia dengan merendah, akan tetapi, karena mereka ada bercita-cita demikian, umpama kata mereka tidak sampai datang padaku, sudah pasti sekali aku sendiri akan kunjungi mereka. Tjiong Toako, tolong kau tetapkan suatu hari untuk aku berk unj ung kepada mereka. Habis berkata begitu, Lioe Kiam Gim berbangkit, untuk segara pamitan. Tunggu dulu, Toako! mencegah Tjiong Hay Peng, romannya sibuk. Sudah dua puluh tahun kita orang tidak bertemu, dan kau pun datang dari tempat yang jauh sekali, cara bagaimana Toako hendak kembali secara tergesa-gesa begini? Apakah Toako ccla gubukku buruk hingga tidak surup untuk menyambut Toako? Biar bagaimana, aku mohon Toako suka berdiam padaku untuk beberapa hari. Dua kali Kiam Beng merasa terhina, karena itu, ia tak dapat singkirkan kemendongkolannya, makajuga, sebelumsaudaranyajawab tuan rumah, ia mendahului pamitan. Ia kata: Terima kasih untuk kebaikan kau, Tjiong Toako. Di

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sha-tjap-lak Kee-tjoe ini aku ada beberapa sahabat, karena kita memangnya sudah bersiap, menyesal aku tidak bisa berdiam di sini, atau kalau tidak, aku jadi mcnsia-siakan sahabatku itu. Sampai lain hari saja, kalau itu beberapa tetua dari Liauw-tong sudah sampai, aku nanti datang pula bersama-sama soehengku ini! Setelah kata begitu, Kiam Beng pakai mantelnya, terus ia bertindak keluar, rombongannya turut sikapnya itu. Jikalau demikian, aku tak dapat menahan lagi kepada kau orang, kata Tjiong Hay Peng yang berbangkit, untuk antar sekalian tetamunya itu, tetapi ketika mereka sampai di pintu, kembali ia uji kepandaian orang, ialah selagi menjura, untuk memberi selamat jalan, ia gunai tenaga tangannya, yang anginnya menyambar dengan keras. Kiam Beng balas menjura seraya iapun gunai kepandaian dari Thay Kek, untuk tangkis itu serangan gelap, hingga Hay Peng tak dapat berbuat apa-apa; hanya terang, kepandaian mereka berdua ada berimbang. Seberlalunya dari rumah Keluarga Tjiong itu, Kiam Gim semua menuju ke pasar, ke rumah penginapan, yang tadi Kiam Beng suruh Boe-soe Hoo, Boen Yauw dari Ouw Tiap Tjiang pergi urus siang-siang. Selama di tengah jalan, Kiam Beng masih saja mendongkol, hingga ia menggerutu dan caci Tjiong Hay Peng. Kiam Gim sebaliknya, berdiam saja, ia berlaku tenang sekali. Hanya, ketika mereka mendekati pasar, atau dusun, tiba-tiba ia berbalik dan kata pada saudaranya itu: Soetee, pergilah duluan ke rumah penginapan, aku ada punya suatu urusan! Kiam Beng tanya, soeheng itu ada mempunyai urusan apa, ia nyatakan suka ikut. Untuk ini aku tidak bisa berjalan bersama-sama kau, Kiam Gim bilang. Kau jangan kuatir, urusan ini akan ada baiknya untuk kau!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah kata begitu, Kiam Gim loncat turun dari kudanya, terus saja ia berlari-lari, hingga ia lenyap dari pemandangan saudaranya sekalian, lenyap dalam sang malam. Nyata Kiam Gim hendak kembali ke Sha-tjap-lak Kee-tjoe, akan menemui sendiri pada Tjiong Hay Peng. Ia insyaf, urusan tidak ada sedemikian sederhanaseperti tapikir pada mulanya. Ia percaya, di situ mesti ada salah faham, terutama mengenai soeteenya. la dapat kenyataan, Kiam Beng tetap masih suka bercampur sama pembesar negeri dan tabiatnya tetap keras, adatnya tinggi dan suka diangkat-angkat, hingga karenanya, tindakannya sembrono Di sebelah itu, soetee ini belum sampai berkhianat terhadap kaum Kang-ouw, dan tidak kandung niatan menghamba pada Kcrajaan Tjeng. Oleh karena itu, ia anggap perlu ia ketemui sendiri pada Tjiong Hay Peng, untuk peroleh pengertian satu dengan lain, akan lenyapkan salah paham. Dcmikian, dengan gunai ilmu lari yang keras. dengan yaheng-soet, ilmu lari di waktu malam, ia kembali ke rumahnya Ketua dari Heng le Pay. Ia sampai dengan cepat. Selagi ia mendekati jalanan gunung, yang tinggi di kiri dan di kanan, yang bergunduk-gundukan dan banyak pepohonannya, tiba-tiba ia tampak berkelebatnya dua bayangan di sebelah kanan, disusul sama suara tertawa dingin. Ia segera berhentikan Itindakannya, ia mengawasi. Dalam gelap-gulita, ia tidak lihat suatu apa. Hanya kemudian, ia kembali dengar beberapa kali tertawa dingin, tertawa menghina. Besar nyalinya. dan dengan tidak perdulikan pantangan kaum Kang-ouw, bertemu rimba tak boleh lancang memasukinya, Kiam Gim tekuk kedua lututnya, untuk melompat kedepan, akan mencelat masuk ke tempat pepohonan itu. Ia bersikap Liong heng tjoan tjiang, bagaikan naga saja, tangan kanan di depan, tangan kiri di dada.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sembari berlompat, iapun berseru: Sahabat siapa main-main di sini? Dengan main sembunyi-sembunyi, apakah artinya itu? Benar selagi tubuhnyajago Thay Kek Pay ini mencelat, dari kiri dan kanan, dengan sekonyong-konyong, ada menyambar masing-masing sebatangioya, yang anginnya sampai menerbitkan suara menderu-deru. Ia tidak kaget, hatinya tidak terkesiap. Dengan loncat terus, ia lolos dari kemplangan itu, tapi begitu lewat, ia tahan tubuhnya, ia berputar diri. Sebaliknya kedua penyerang, yang menyerang secara sangat hebat, menjerunuk tubuhnya ke depan, toya mereka masingmasing mengenai tempat kosong. Justeru itu, sebat luar biasa, Kiam Gim menyapu kepada dua orang itu, hingga dengan saling susul, mereka itu rubuh dengan tubuh terpelanting, hingga mata mereka jadi berkunang-kunang, kepala mereka pusing, hingga untuk sedetik, mereka tak mampu bcrbangkit. Sampai di situ, Kiam Gim mengawasi dengan tak maju lebih jauh. Ada permusuhan apa di antara aku si orang she Lioe dengan Tuan-tuan berdua hingga Tuan-tuan, di waktu malam gelap begini, sudah memegat dan membokong kepadaku? tanya ia dengan sabar. Aku ingin sekali belajar kenal dengan Tuan-tuan. Belum dua orang itu menyahuti, atau dari dalam pepohonan terdengar suara tertawa bergelak-gelak yang disusul dengan kata-kata: Jangan gusar, Lioe Loo-enghiong! Duabocah ini hendak menemui orang yang tertua, apabila mereka tidak ambil sikapnya, cara bagaimana mereka dapat terima pengajaran dari kau? Mereka pun tidak sampai mengganggu walaupun selembar rambut Loo-enghiong!. Itu adalah suara dengan lidah Liauw-tong, yang Kiam Gim kenali dengan baik, maka itu, segera ia memandang ke arah pepohonan dari mana suara datang. Ia tidak usah menantikan lama akan tampak munculnya dua orang tua dengan rambut dan kumis-jenggot ubanan. Cahaya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lemah dari rembulan dan banyak bintang membuat jago tua ini bisa melihat jauh terlebih tegas. Demikian ia lihat nyata, orang tua yang satu berbaju biru dan gerombongan, yang kedua romannya keren, tinggi tubuhnya enam kaki, mukanya bersemu merah, pakaiannya serupa, kumis-jenggotnya panjang, matanya tajam. Lekas sekali, jago Thay Kek Pay ini tekapi kedua tangannya. Djiewie Soehoe, bukankah kau orang ada orang-orang yang pada bulan yang lalu telah memberikan ajaran kepada soeteeku? Djiewie, terimalah hormatnya Lioe Kiam Gim! Dan jago ini hunjuk hormatnya. Di sini tidak ada bicara tentang soeheng dan soetee! sahut si orang tua yang mukanya bersemu merah. Kita melainkan mohon terima pengajaran dari Lioe Looenghiong buat dua atau tiga gebrak saja! Dalam hatinya, Kiam Gim ada mendongkol sekali. Kenapa orang ada begini kasar? Kenapa, tanpa sebab dan alasan, orang berniat menghajar kalang-kabutan pada satu kuali bubur? Akan tetapi, ia atasi dirinya sendiri. Kebisaanku si orang she Lioe ada tidak berarti, bagaikan sinar kunang-kunang saja, mana aku berani terima pengajaran dari satu ahli? kata ia. Aku si orang she Lioe belum pernah bertemu dengan Djiewie, dari itu, entah kapan dan di mana pernah aku berlaku tidak selayaknya kepada Djiewie? Orang tua muka merah itu tertawa berkakakan. Lioe Loo-enghiong terlalu merendahkandiri! berkataia. Kita memohon pengajaran dengan sungguh-sungguh, untuk berlatih, samasekalikitatidakkandungmaksud jahat! Suddh lama kita dengar hal boegee dari Thay Kek Teng serta tiga rupa kepandaiannya yang| menggetarkan Rimba Persilatan, di luar dugaan kita, nama Ketua dari kaummu itu ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

namakosong belaka, makaitu, tidak dapat tidak, kita harus mohon pengajaran dari kau sendiri, Lioe Loo-enghiong! Mencoba-coba kepandaian di kalangan Kang-ouw atau Rimba Persilatan ada hal umum, hanya cara dua orang ini adalah terlalu mendadakan dan mereka juga tidak pakai aturan yang biasa, mereka bcrlaku kasar, dari itu, justeru di sini ada mengenai nama baik guru atau rumah perguruannya, Kiam Gim bersedia untuk mengiringi. la insyaf bahwa ia lagi hadapi orang pandai tetapi ia tidak jerih. Jikalau Djiewie memaksa hendak mcmbcri pengajaran kepadaku, baiklah, aku si orang she Lioe bersedia untuk menemani, kata ia dengan nyaring. Salah satu yang mana akan maju terlcbih dahulu atau Djiewie akan maju dua-dua dengan berbareng? Si orang tua muka merah melirik dengan tajam. ia tertawa terbahak-bahak. Nyata Lioe Loo-enghiong terlalu memandang orang enteng sekali! ia kata. Rita dua saudara walaupun bodoh tetapi baharu dua-tiga gcbrak masih bisa juga melayani. Dua orang itu adalah Pek-djiauw Sin Eng Tok-koh It Hang serta In Tiong Kie, Ketua dari PieSioe Hwee, Kumpulan Pisau Belati. Jadi dugaannya Law Boe Wie adalah tidak keliru, adalah Tok-koh It Hang yang dengan tangan kosong telah uji Teng Kiam Beng, untuk punahkan tiga rupa ilmu kepandaiannya. Akan tetapi kedatangan mereka ke Djiat-hoo ini bukan melulu untuk coba Teng Kiam Beng, mereka sekalian niat ikat tali persahabatan dengan kaum Rimba Persilatan di Kwan-Iwee (Tionggoan). Sudah sejak lama mereka kagumi Lioe Kiam Gim, hanya mereka belum tahu, orang she Lioe ini ada bertabiat sama atau tidak dengan Teng Kiam Beng, dari itu, merekaingin mencoba-coba juga, terutama Tok-koh It Hang yang selama beberapa puluh tafiun belum pemah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketemu tandingan, sekarang ia ingin uji Kiam Gim untuk sekalian bersahabat dengannya, asal Kiam Gim beda daripada Kiam Beng. Dengan scnjata mereka memegat di tengah jalan itu. Tok-koh It Hang ingin mencoba terlebih dahulu, akan tetapi In Tiong Kie pegat ia. Toako, tinggallah kau di belakang, kata ketua Pie Sioe Hwee ini. Biar siauwtee maju lebih dahulu, apabila akan gagal, baharulah kau sambungi aku. Setelah mengucap demikian, tanpa tunggu jawaban lagi, si Keanehan-dalam-Awan segera mendahului lompatmaju ke depannyaKiam Gim, dengan tekap kedua tangannya, ia memberi hormat. Lioe Loo-enghiong, kita cuma ingin berlatih, maka itu, apabila terjadi siapa kalah dan siapa mcnang, biar kita sambut itu dengan tertawa, jangan kita orang buat pikiran! ia kata. Lioe Kiam Gim balas hormat itu. Djiewie ada baik sekali hendak memberikan pengajaran kepadaku, terang Djiewie ada sahabat-sahabat baik, sahut ia dengan merendah, oleh karena kita bukan bertempur untuk mati atau hidup, memang menang atau kalah bukanlah soal. Bukankah bunga merah dan daun hijau asal ubi teratai putih dan tiga agama pokoknya satu? Kita ada or-ang-orang Rimba Persilatan, cara bagaimana kita orang tidak bersahabat? Nah, Sahabat baik, silakan kau mulai lebih dahulu! In Tiong Kie tidak bilang suatu I apa, setelah berdiam sesaat, tiba-tiba dari pinggangnya, iatarik keluar suatu penda yang melibat pinggangnya itu, dan di antara sambaran angin, benda itu memperlihatkan diri sebagai cambuk Kauw-kin Hong-liong-pian. Itu adalah rotan keluaran Timur-utara yang ulet, yang dilibat dengan urat-urat ular, hingga bisa digunai

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebagai cambuk dan ruyung berbareng untuk melibat golok atau pedang lawan. Baharu sekarang ia kata, sambil tertawa haha-hihi: Sudah lama aku dengar liehaynya Thay Kek Tjapsha-kiam, sekarang dengan tidak tahu tenaga sendiri, aku ingin Lioe Loo-enghiong ajarkan aku barang satu atau dua jurus! In Tiong Kie tidak liehay bersilat tangan kosong, barusan pun ia saksikan sendiri, dalam satu gebrak saja, Lioe Kiam Gim telah rubuhkan dua muridnya Tok-koh It Hang, dari itu untuk tidak mendapat malu, ia ingin adu senjata; biamya ia tahu, ilmu pedangnya lawan ada kesohor akan tetapi ia andali betul senjatanya sendiri yang istimewa, yang ia telah yakinkan beberapa puluh tahun lamanya. Ia percaya, umpama kata ia tak peroleh kemenangan, tidak nanti sampai ia kena dikalahkan. Kiam Gim tidak terperanjat melihat orang kehiarkan ruyung atau cambuk istimewa itu, setelah dengar ia ditantang untuk gunai pedang; lantas saja ia bersenyum. Terus ia bilang: Sudah beberapa puluh tahun aku tidak berlatih lagi dengan golok atau pedang, aku jadi sangat asing dengan semua senjata itu, dari itu biarlah dengan sepasang tanganku yang berdaging ini, aku main-main dengan kau, Loo-soehoe. Hanya lebih dahulu aku ingin minta, sukalah kau mengalah sedikit, oleh karena tulang-tulangku taktahan dengan pemukul. Silakan, silakan! Eh, kenapa kau tidak lantas mulai? In Tiong Kie berdiam, dengan hati yang panas. Segera ia simpan cambuknya. Lioe Loo-enghiong, kenapa kau begini tidak pandang mata pada or-ang? tanya ia dengan suara keras. Kiam Gim tidak lantas menjawab, ia hanya bersenyum pula. Mana, mana aku berani tak memandang mata kepada kau, Loo-soehoe? kata ia, dengan sangat merendah. Harap Loosoehoe ketahui baik-baik bahwa sesuatu or-ang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mempunyai senjata kesukaannya sendiri! Loosoehoe mempunyai cambukmu, aku punya sepasang tanganku ini, soeteeku, Tjiang-boen-djin dari Thay Kek Boen dari Keluarga Teng, telah dirubuhkan Tuan-tuan dengan tangan kosong, dari itu sekarang aku mengharap pengajaran dengan tangan kosong jugaJ Diam-diam hatinya In Tiong Kie tergetar. Secara begini, terang Lioe Kiam Gim tidak dapat dipersalahkan, karcna dia hendak mcmul ihkan muka soeteenya yang orang rubuhkan dengan tangan kosong. Dengan itu cara orang jatuhkan pamomya Thay Kek Pay, dengan itu cara j uga, nama Thay Kek Pay hendak diangkat kembali. Itulah sudah seharusnya. Jadinya bukan orang tak pandang mata kepadanya. Hanya ia merasa mcnyesal, karcna Kiam Beng rubuh di tangannya Tok-koh It Hang dan sekarang Kiam Gim hendak menuntut balas dari ia. Ini dia yang dibilang anjing kuning dapat makanan, anjing putih yang dapat bencana. Karcna ia pun ada satu j ago tua, In Tiong Kie tidak suka mundur, hanya sekarang ia ambil ketetapan akan pakai terus cambuknya, sebab ia pun sangsi, dengan tangan kosong, orang she Lioe ini sanggup layani ia. Maka kembali iakeluarkan cambuknya itu. Jikalau demikian, Lioe Loo-enghiong, maafkanlah aku! berkata ia Lioe Kiam Gim tidak menjawab, ia hanya mengawasi Iawan, dengan sikap yang .anteng sekali. Tapi satu ahli niscaya ketahui dengan baik, ia sebenarnya sedang bersedia, perhatiannya sedang dipcrsatukan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sampai di situ, In Tiong Kie tidak berayal lagi. Dengan Sin Hong djip hay, atau Naga malaikat masuk ke laut, ia mulai dengan penyerangannya, dari atas. Kiam Gim berlaku gesit, tidak tunggu sampai cambuk menghampirkan ia, ia sudah angkat kedua pundaknyadan kaki kanannya menggeser ke kanan. Melainkan hampir saja, cambuk mengenai sasarannya. Menampak gagalnya serangan itu, In Tiong Kie pun kirim susulan saling beruntun, Lian hoan sam pian -runtunan tiga kali, serta Keng hong sauw lioe atau Angin besar menyapu daun yanglioe. Cambuk bergerak dengan sebat, sampai menerbitkan suara angin, bayangannya turut bergerak menyambar. Kiam Gim lihat ancaman bahaya, ia tidak hendak lawan dengan keras, dengan geraki pinggangnya, dalam gerakan Yan tjoe tjoan in, atau Waletserbu mega, ia mencelat tinggi sampai dua tumbak, akan turun di belakang lawan, begitu lekas sudah mcndekati tanah, tangan kanannya disodorkan kepada bebokong orang, dalam gerakan membacok! In Tiong Kie itu, kecuali ilmu cambuknya ini yang liehay, pandai jugamengenali berbagai alat-senjata dengan mendengari saja sambaran anginnya, sebagaimana Law Boe Wie telah peroleh pelajaran darinya. Maka sekarang, ia segera ketahui lawan lagi serang ia. Malah ia pun bisa duga, lawan ada di arah mana. Begitulah, sembari memutar tubuh, berbareng berkelit, ia pun menyabet dengan Kiauw-kin Hongliong-pian! Berbahaya kedudukannya Lioe Kiam Gim, ini melulu disebabkan kegesitan lawan. Tapi, ia juga tak mau kalah gesitnya, ia hendak hunjuk kcpandaiannya. Ia tidak mcnangkis, ia berkelit, bukan dengan lompat mundur, hanya dengan membungkuk tubuh, begitu rupa, hingga cambuk lewat sedikit di atasannya! Sesudah ini, dengan sebelah kaki

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

maju, sambil angkat tubuhnya, ia barengi menyerang, bagaikan angin taufan atau gelombang hebat. Atas ini, baharulah In Tiong Kie loncat mundur. Secara demikian,- mereka lanjuti pcrtcmpuran. Mereka ada seumpama dua tukang main catur yang liehay, atau setengah kati adalah delapan tail. Dua-dua gesit, cepat gerakannya. Setelah mundur dan maju bergantian, In Tiong Kie perlihatkan serangannya Kioe kioe pat-sip-it atau Scmbilan kali sembilan menjadi delapan puluh satu, cambuknya itu menyabet, menyapu, melibat, menindih saling susul, tidak henti-hentinya. Lain dari itu, ia jaga diri dengan baik, ia tidak mau izinkan lawan desak ia. Maka itu, ia menjaga diri berbareng lebih banyak menyerang. Beberapa puluh jurus telah lewat dengan cepat. Walaupun ia didesak, Lioe Kiam Gim tidak kasih dirinya dibikin repot, tubuhnya, bagaikan bayangan, mengikuti sesuatu gerakan cambuk istimewa itu. Di sebelah itu, ia juga tidak dapat ketika untuk rapatkan tandingan itu. Maka di akhimya, dua-dua merasa heran sendirinya, mereka saling mengeluh, In Tiong Kie menjadi jengah, cambuknya, yang ia sudah fahamkan beberapa puluh tahun, sekarang kena dibikin tidak berdaya oleh sepasang tangan darah dan daging melulu, malah ia kadang-kadang kena didesak. Kiam Gim pun tidak mengerti, kenapa ilmu silat tangan kosongnya ilmu silat Thay Kek Pay yang kenamaan tidak sanggup rampas cambuk lawan itu dan sudah ia tidak mampu merangsang, ia pun beberapa kali musti menyingkir dari serangan-serangan sangat berbahaya, tetapi sekarang ia mengerti kenapa Kiam Beng, soeteenya, rubuh di tangan musuh, tidak tahunya, musuh ada demikian liehay. Lawan ini sajasudah jauh lebih liehay daripada soeteenya, maka ia percaya, orang tua yang lain itu jangan-jangan akan melebihkan ia liehaynya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kapan sudah lewat tiga puluh gebrak, Kiam Gim ubah caranya bertempur. la sekarang gunai tangan kanan saja, akan layani cambuk musuh, dengan tangan kirinya, yang dibikin keras bagaikan tumbak cagak. ia cari jalan darahnya In Tiong Kie. Sepasang tangannya yang tak bersenjata itu ia bikin jadi seperti senjata tajam saja tangan kanan mirip dengan pedang Ngo-heng-kiam, tangan kiri mirip dengan tusukan Tiam-hiat-kwat. Adalah setelah itu, pihak lawan baharulah kena didesak. Lioe Kiam Gim telah pikir, jikalau ia tidak lekas rebut kemenangan, apabila ia main ayal-ayalan, ia akan terancam bahaya, karena di luar kalangan, lawan yang satunya selalu pasang mata ke arah dia, dia itu senantiasa perhatikan ilmu silatnya. Itulah ada tidak baik untuk pihaknya. Tiba-tiba, selagi In Tiong Kie menyabet ke atas, di tiga jurusan, Kiam Gim bcrkclit akan singkirkan diri dari serangan, tubuhnya membungkuk, berbareng dengan mana, ia maju, lalu sebelah kakinya, dikasih mclayang. Kaki kanannya yang menyambar, kaki klrinya pasang kuda-kuda. Serangan ini ada serangan berbahaya. untuk pihak penyerang, karena gerakannya yang mendesak dipaksakan. In Tiong Kie lihat itu, hatinya girang. Ia pikir: Hm, tua bangka ini tidak lagi berpokok pada ketegaran dari Thay Kek Boen, mustahil sekali ini ia tidak rubuh?. Maka ketua Pie Sioe Hwee mi lantas geser tubuhnya ke kiri, buat kasih lewat kaki kanan lawan itu, sehingga karenanya, keduanya jadi saling melewati. hingga mereka seperti bebokong menghadap bebokong. Lalu, menggunai ketika ini, tanpa bcrpaling pula, melulu andalkan kepandaiannya mengenali angin, ia putar tangannya, ia menyabet ke belakang, dari atas ke bavvah. Sembari menyabet hatinya gembira bukan main, ia percaya, ia akan berhasil, karena mereka terpisah dekat sekali, ia sangka lawan tak akan keburu menghalau diri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dugaannya In Tiong Kie ada dugaan belaka, ia keliru, karena dengan majukan serangan sembrono itu, Kiam Gim justru menggunai tipu daya. Jago Thay Kek Pay ini justeru harap-harap sabetan lawannya itu, selagi cambuk menyambar, ia segera berkelit ke kiri, tangan kanannya dengan tipu Siauw-thian-tjhee, atau Bintang cilik, diterusi dipakai menekan cambuk, lalu gesit luar biasa, ia mendesak rapat, tangan kirinya menyusul bagaikan tumbak cagak, akan totok jalan darah orang Leng-tay-hiat, betulan hati. In Tiong Kie kaget bukan main, sampai ia keluarkan jeritan, menyusul mana, ia enjot tubuhnya, akan loncat mundur, akan tetapi, walaupun ia gesit, Kiam Gim ada terlebih sebat pula, jeriji tangannya jago Thay Kek Pay ini sudah lantas mengenai sasarannya. Hanya, dasar ia ada satu jago tua, kendatipun tangannya lawan mengenakan sasaran, ia tidak sampai nampak bencana. Sebab dalam saat genting itu, ia telah menyedot dada dan perutnya, hingga kesudahannya, jari tangan Kiam Gim mengenai baju saja, tidak sampai ke kulit atau daging. Setelah itu, In Tiong Kie loncat mundur terlebih jauh, cambuknya tidak terlepas, mukanya tidak merah, napasnya tidak mengorong, tubuhnya pun tetap! Lioe Kiam Gim menyesal bukan main, karena di saat ia hendak bergirang, iajadi kecele. Iatahu, kalau pertempuran dilanjuti, entah sampai kapan akhirnya itu. Tapi, selagi ia mengawasi dengan tajam, tiba-tiba In Tiong Kie simpan cambuknya, dengan kedua tangan dirangkap, ketua Pie Sioe Hwee itu memberi hormat seraya berkata: Lioe Looenghiong, kau benar liehay, aku menyerah kalah! Jago Thay Khek Pay itu melengak sekejap, lalu lekas-lekas ia memberi hormat. Kau mengalah, Lauwhia, kau mengalah, kata ia. Lauwhia ada liehay sekali, aku kagumi kau! Sekali ini Kiam Gim bukan merendah, ia bicara dari hatinya yang tulus. In Tiong Kie ada satu laki-laki, walaupun ia tidak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rubuh, bisalah dianggap dia sudah keteter dan ia berani akui itu. Sementara itu, Tok-koh It Hang bertindak menghampirkan, ia tertawa. Ia maju sampai di depannya Kiam Gim sekali, terus ia berkata dengan pujiannya: Lioe Loo-enghiong ada liehay sekali, tidak kecewa kau mewariskan ilmu silat Thay Kek Pay, akan tetapi barusan Loo-enghiong belum keluarkan seturuh kepandaianmu, maka itu aku, yang tidak tahu diri, ingin sekali terima pelajaran dan kau! Sembari berkata demikian, jago Liauw-tong ini angsurkan kedua belah tangannya yang tidak memegang senjata apa jua. Jadi artinya, ia hendak benempur: tangan kosong lawan tangan kosong! Seumurnya Tok-koh It Hang, kepandaian Pwee pwee laktjap-sre Kim-na Tjhioe-hoat, atau ilmu Delapan-kali-delapan menjadi enam puluh empat gerakan, dari Eng Djiauw Boen, belum pernah ketemu tandingan, barusan ia saksikan kepandaiannya Lioe Kiam Gim, ia percaya orang tak ada terlebih liehay daripada ia, dari itu, iajadi ingin coba-coba. Ia percaya, ia bakal sanggup rebut kemenangan. Ini juga sebabnya kenapa ia bilang, Kiam Gim belum keluarkan seluruh kepandaiannya. Kiam Gim menjadi terkejut berbareng mendongkol. Ia merasakan bahwa orang berlaku hormat sambil memandang enteng kepadanya secara samar-samar. Jikalau Loo-soehoe sudi memberikan pengajaran kepadaku, sudah tentu sekali aku si orang she Lioe girang menemaninya, ia menjawab. Hanya kita kauro Kang-ouw, sudah seharusnya, satu patah kata-kata kita adalah satu patah kata-kata. Maka, Sahabat, mengenai kejadian di Djiat-hoo itu,sudikah kau menanggung jawab? Aku si orang she Lioe tidak ingin, setelah aku layani kau sampai setengah malaman. tapi alhasil aku tidak memperdia untuk layani apa!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Gim gunai kata-kata yang tajam, akan tetapi Tok-koh It Hang ada hiehay sekali, mendengar itu, ia tertawa berkakakan. Ia rangkap pula kcdua tangannya, untuk membcri hormat Bagaimana kau sebut-sebut perkaranya soeteemu? ia .tanya. Soeteemu itu sahabat-sahabatnya adalah golongan pembcsar negeri dan mulia, bangsa raja-raja muda atau kaum saudagar besar, maka aku si or-ang gunung, cara bagaimana aku mempunyai jodoh untuk bertemu dengan dia! Dan umpama kata aku ton sampai bertemu dengannya, cara bagaimana aku berani main gila terhadapnya? Lioe Looenghiong, harap kau tidak sebut-sebut soeteemu yang bagaikan must ika itu. Malam ini ada malam yang indah, apa kau tidak kuatir menyia-nyiakan malam yang indah ini hingga lenyap kegembiraan kita? Loo-enghiong, man, mari, mari kita orang main-main, akan menghibur lara! Mendengar itu, Kiam Gim segera mengerti bahwa pada soal adiknya seperguruan itu benar-benaradasalah paham. Bukankahterang-terangjago Liauw-tong ini menyindir.tentang persahabatannya Kiam Beng dengan segala pembesar negeri atau orang besar? Tentang adikku seperguruan itu, sukar untuk dijelaskan, ia kata, dengan nyaring. Untuk itu, kita membutuhkan pembicaraan yang lama. Tapi, apabila Loo-enghiong kehendaki, aku nanti ajak saudaraku itu datang untuk menghaturkan maaf kepadamu. Hanya sekarang bisalah aku terangkan, soeteeku bukanlah itu orang sebagaimana yang Loo-enghiong scbutkan. Kedatanganku sekarang ini bukan untuk mencari pulang barang upcti, aku hanya hendak cari sahabat, untuk bicara dari hati ke hati, akan buka masingmasing hati kita! Selagi orang bicara, Tok-koh It Hang mengawasi dengan tajam, antara sinar rembulan, ia tampak orang beroman sungguh-sungguh, hingga hatinya jadi tergerak, hingga ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pikir, jago Thay Kek Pay ini benar-benar hams dijadikan sahabat. Ia berpikir cepat, lantas ia berikan tanda rahasia pada In Tiong Kie kepada siapa ia kata: Kalau kau ada punya urusan, pergilah lebih dahulu, biara kutemani Lioe Looenghiong main-main di sini, sccara begitu, Loo-enghiong pun jadi tak usah berhati tak tentaram, karena lihat jumlah kita yang banyak. In Tiong Kie menurut, ia berlalu dengan segera. Lioe Kiam Gim saksikan itu semua, ia lihat sikap bemafsu dari jago Liauw-tong ini, mata siapa pun bersinar, ia jadi agak mendongkol, maka, dengan tertawa dingin, ia bilang: Sahabat, jikalau pasti kau ingin memberikan pengajaran kepadaku, baik, aku tak berdaya, aku bersedia |untuk layani kau. Baharu Lioe Kauwsoe tutup mulutnya, atau Tok-koh It Hang sudah bergerak. Mula-mula ia maju dengan kedua tangannya dipentang, dalam gerakan Tjhong eng peng tjie atau Garuda mementang sayap, setelah itu ia mendak, agaknya ia hendak sambar kedua lengan orang, untuk disergap. Kiam Gim hunjuk kegesitannya, ialah dengan geser tubuhnya ke kiri, berbareng dengan itu, dengan Thay Kek Pay punya Shia kwa tan pian atau Menggantung ruyung sebatang, ia bacok nadi orang, gerakanrtya tak kurang sebatnya. Tok-koh It Hang tidak mundur walaupun serangan sehebat itu, ia pun tidak menangkis, hanya mengubah tangan terbuka menjadi kepalan, ia teruskan gunai Heng sin pa touw atau Melintangkan tubuh untuk menghajar harimau, akan serang iga orang! Gagal dayanya Kiam Gim akan serang nadi orang, ia sebaliknya kena didesak, terpaksa ia geser pula kaki kiri ke kiri, untuk terus berlompat enam atau tujuh kaki jauhnya,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

setelah kakinya itu injak tanah, ia barengi untuk memutar tubuh. Ia percaya pihak lawan susul ia, ia terus menyerang dengan Tjit-seng-tjiang atau Tangan tujuh bintang, mengarah iga kanan. Jago Liauw-tong itu tarik pulang tangannya, juga tubuhnya, untuk selamatkan diri. Tapi Kiam Gim tidak berhenti sampai di situ, dengan majukan tubuh kesebelah kiri, ia gunai tangan kirinya dalam tipu Ngo-heng-kiam, menotok dahi kiri orang, sedang tangan kanannya, dengan Kim liong hie soei atau Naga cmas memain air, ia coba babat dengkul kanannya lawan. Ini ada serangan hebat, ke atas dan ke bawah dengan berbareng. Nampaknya Tok-koh It Hang sibuk, hampir ia kena terserang, atau berbareng dengan itu, ia berseru: Sebat benar! dan tubuhnya mencelat nyamping, hanya, setelah lolos dari serangan, sesudah injak tanah, terus ia enjot tubuhnya, akan lompat maju lagi, untuk balas menerjang, gerakannya mirip dengan sambaran garuda. Kiam Gim memutar tubuh, untuk saksikan orang punya gerakan sangat cepat maju bagaikan kera lompat di cabang, mundur seperti naga atau ular melesat kabur, lompat laksanaburung menerjang langit, loncatturun umpama harimau menerkam. Lawan ini maju menyerang, mundur membela diri, tubuhnya berputar seperti angin puyuh, berkelebatnya bagaikan kilat. Dalam sekejap, musuh bergerak di delapan penjuru! Mau atau tidak, Lioe Kiam Gim diam-diam keluarkan keringat dingin! Tok-koh It Hang digelarkan Pek Djiauw Sin-eng atau Garuda Malaikat Seraius Cakar, maka itu, gerak-geriknya mirip dengan burung garuda. Di sebelah itu, ia mempunyai enam puluh gerakan menawan, yaitu kim-na-hoat, dari itu, cara menyerangnya benar-benar luar biasa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adalah keinginan dari Lioe Kiam Gim akan bertempur dengan cepat, akan segera akhirkan pieboe itu, siapa tahu. pihak lawan ada gagah sekali, hingga ia jadi heran berbareng kaget. Belum pernah ia ketemu orang semacam ini cii kalangan Sungai-Telaga. Tapi ia ada seorang berpengalaman, matanya tajam, segera ia insyaf dengan menyerang hebat, ia tak bakai peroleh hasil. Ia juga ingat pembilangan, Menyingkir dari musuh tangguh, menyerang kelemahan musuhnya dan kim-na-hoat lawannya ini sebaliknya dari Thay Kek Koen. Kalau Thay Kek Koen berpokok dengan kelemasan mclawan kekerasan, adalah kim-na-hoat, menyerang sambil berbareng membeladiri. Kelihatan nyata, lawan ini tidak takuti serangan. Maka itu ia pikir, ia mesti gunai latihannya dari puluhan tahun, dengan keuletan, akan layani jago Liauwtong ini. Segera juga Lioe Kiam Gim bikin perubahan. Ia berdiri tegar bagaikan gunung, ia membela diri, ia tidak sembarang bergerak. Dalamhal ini, ia tidak gubris lawan hunjuk kegesitan, dengan berputaran seperti burung berterbangan, bengis bagaikan harimau galak, gesit seperti sang kera. Ia tidak mau menerkam, dan kalau lawan pancing ia, ia tidak mengejar. Ia pegang pokok apabila lawan tidak bergerak, berdiam, dan satu kali lawan bergerak, mendahului. Rahasianya Thay Kek Koen memang adalah bergerak dengan ikuti salatan lawan. Demikian, dari mana saja Tok-koh It Hang menyerang, ia melayani dengan tenang. Begitulah pertempuran berjalan, antara orang-orang gagah yang langka, yang satu menyerang, yang lain menjaga, keduanya telah sampaikan batas kesempumaan kepandaiannya masing-masing. Jago dari Eng Djiauw Boen telah gunai juga keistimewaan ilmunya, Hoei-eng Keng-soan Kiam-hoat, ialah ilmu pedang Garuda terbang berputaran, yang ia ubah menjadi tangan kosong, ia selipkan ini di sebelahnya enam puluh empat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pukulannya kim-na-hoat, akan tetapi Lioe Kiam Gim tetap berdiri bagaikan gunung batu antara serbuannya arigin santar dan gelombang dahsyat, tubuhnya tenang, dan ilmu pukulannya Thay-kek-tjiang dipakai punahkan sesuatu serangan. Ia ikuti salatan, ia pinjam tenaga akan pecahkan tenaga lawan sendiri. Tok-koh It Hang ada liehay dan berpengalaman, tapi beberapa kali, ia toh berlaku sangat bemafsu karena ketenangan musuh, hingga beberapa kali hampir-hampir ia kenaterserang disebabkan kelancangannya sendiri. pleh karena ini, baharu sekarang -dengan diam-diam ia bergidik, baharu sekarang ia insyaf, Lioe Kiam Gim ada beda sangat jauh dari soeteenya, teng Kiam Beng. Dan sejak itu, walaupun ia tetap mendesak, tidak lagi ia berani turuti hawa nafsunya. Karena cara bertempur itu, bukan lagi puluhan, hanya dua ratus jurus lebih telah dikasih lewat tetapi kedua-duanya masih belum memperoleh hasil. Sesudah kewalahan, akhir-akhirnya, Tok-koh It Hang loncat mundur, akan gunai ketika untuk meraba ke pinggangnya di mana ia buka suatu benda yang mclibat, apabila ia telah tank itu, nyata ia sudah keluarkan sebatang djoan-kiam, atau pedang lemas, yang bersinar bcrkcrcdcpan sebagai emas, karena gegaman itu terbuat dengan campuran emas putih keluaran Hek-liong-kang. Pedang ini, disimpan bisa dilibat bagaikan ikat pinggang, digunai lalu menjadi pedang, dengan tajamnya luar biasa. Jikalau terus kita bertanding secara begini, sampai terang tanah juga sukar didapati kepastiannya menang atau kalah, kata ia, setelah ia siap dengan pedangnya yang istimewa itu. Bertempur secara begini tidak menarik hati, tidak ada artinya, maka itu baiklah kita gunakan pedang untuk aku terima pelajaran ilmu Thay Kek Tjap-sha-kiammu berikuti hoei-piauw yang berbayang berkelebatan, di antara sinar pedangmu!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tegasnya, dengan Hoei-eng Keng-soan-kiam, jago tua dari Liauw-tong ini hendak uji ilmu pedang orang dan senjata rahasia yang kesohor, sebab ilmu silat tangan kosongnya ia sudah jajal sempurna. Lioe Kiam Gim tidak berayal untuk sambut tantangan itu, tetapi karena ia tahu pihak lawan ada sangat tangguh, ia tetap waspada, ia tidak mau berlaku serampangan. sesudah hunus pedangnya sendiri dan pasang kuda-kudanya dengan tenang seperti biasa, ia mengundang: Silakan! Atas undangan itu, tubuhnya Tok-koh It Hang segera bergerak, akan tetapi bukannya ia terus menerjang, ia hanya berputar ke belakangnya or-ang itu dari mana baharulah ia kinm satu tikaman. Menuruti gerakan lawan, Kiam Gim memutar tubuh, begitu tikaman datang, ia berkelit, tapi sambil berkelit. ia pun terus putar tubuhnya, hingga sekarang adalah ia yang beradadi arah belakang jago Liauw-tong itu, untuk ia balik menerjang. Berbareng dengan berkelebatnya satu sinar, ujung pedang menusuk pundaknya si jago tua, pada bagian jalan darah Hong-hoe-hiat. Tipu totokan yang dipakai pun ada Giok lie tjoan tjiam atau Bidadari menusuk jarum Tok-koh It Hang sendiri, sesudah serangannya mengenai tcmpat kosong, sudah lantas bergerak dalam tindakan Liong heng hoei pou, atau Tindakan naga terbang, akan pindahkan tubuh ke kanan lawan, dari sini pedangnya, yang telah ditarik pulang, diicruskan dipakai menyambar muka lawan dengan tipu serangan Hoan sin hian kiam, ialah Mempcrsembahkan pedang sambil memutar tubuh. Kiam Gim batal dengan serangannya, yang tidak mengenai sasaran, maka itu, melihat gerakan lawan yang berbahaya itu, ia menjejak tanah, untuk loncat mclcsat jauhnya dua-tiga tumbak hingga ia lolos dari ancaman bahaya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menampak gerakan lawan itu, bagaikan gerakannya bayangan, Tok-koh It Hang lompat mengejar, berbareng dengan itu, ia teruskan menyerang tiga kali saling susul, dengan tipu-tipunya Wan khauw tjin koh atau Orang hutan menyucuhkan buah, Sian djin tjie louw, atau Dewa menujuki jalan, dan Beng kee tok siok atau Ayam galak mematok gaba. Itulah ada scrangan seperti hujan deras antara angin hebat! Lioe Kiam Gim sudah tahu liehaynya musuh, tidak pern ah ia abaikan diri, maka itu, tidak perduli hujan serangan ada bagaimana hebat, ia menangkis dengan tenang, ia berkelit dengan sebat, sama sekali ia tidak berikan ketika untuk lawan desak ia. Hanya kemudian, sclang seratus jurus lebih, ia pun insyaf, jikalau terus-terusan mereka bertempur saja, tanpa ada keputusannya, entah mereka akan bertempur sampai di waktu apa. Maka dia akhirnya, sesudah berpikir, ia buka satu lowongan, terus ia mencelat keluar kalangan, tak perduli pedang lawan mengancam bebokongnya, bagaikan burung, tubuhnya lompat melesat. Sahabat, jangan pergi! berseru Tok-koh It Hang, yang tampak orang keluar dari kalangan. Sambutlah ini! Dan tubuhnya melesat menyusul, ujung pedangnya terus menusuk! Lioe Kiam Gim loncat dengan satu maksud, sambil lompat, ia pasang kuping. Ia dengar sambaran angin, ia menduga pada susulan musuh serta tusukan pedang, tidak menunggu sampai ujung pedang mengenai sasaran, dengan sekonyongkonyong ia putar tubuhnya dalam gerakan Koay bong hoan sin atau Ular siiuman jumpalitan, pedangnya sendiri dipakai menangkis dalam tipu silat Kim peng tian tjie atau Garuda emas membuka sayap. Ia telah gunai tenaga yang besar, akan bentur pedang lawan itu, sedang tangan kirinya, dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tenaga Siauw thian tjhee atau Bintang kecil, dipakai menotok dadanya lawan itu. Dalam keadaan seperti itu, Tok-koh It Hang tidak dapat ketika akan elakkan diri pula, maka terpaksa, ia antap kedua senjata saling beradu, hingga menerbitkan suara yang nyaring keras, sedang di lain pihak, guna luputkan serangan tangan kiri lawan itu, ia juga gunai Siauw thian tjhee, hingga juga tangan mereka turut beradu satu dengan lain. Dua-dua bentrokan itu ada hebat, dengan tak dapat ditahan lagi, masing-masing mereka tak dapat menahan tubuh mereka, yang rubuh terpelanting, hanya begitu jatuh, keduanya segera lompat bangun pula, akan berdiri dengan tegar, hanya selagi rubuh, dalam hatinya, masing-masing merasa malu sendirinya. Sahabat, sambutlah pula ini! berseru Tok-koh It Hang, yang tidak mau sia-siakan ketika lagi. Ia pun ada mendongkol. Dalam cuaca gelap itu, tiga buah Thie-lian-tjie, atau teratai besi, menyambar ke arah tiga jurusan anggota, ialah jalan darah Kie-boen-hiat, Hong-hoe-hiat dan Kiauw-im-hiat. Kiam Gim lihat sambarannyatiga buah senjata rahasia itu, yang menyusul seruannya lawan, sambil memutar tubuh untuk berkelit, pedangnya dipakai menyampok. Dua buah Thie-lian-tjie lewat di tempat kosong, yang ketiga kena disampok jatuh ke tanah. Sambil elakkan diri secara demikian, jago Thay Kek Pay ini juga tidak diam saja, sebat luar biasa, tangan kirinya merogoh sakunya, akan keluarkan Kiam-eng Hoei-piauwnya, sekali raup saja, ia telah keluarkan duabelas batang, lalu antara berkelebatnya cahaya pedang, ia baias menyerang lawan itu, hingga umpama bintang berjalan, semua piauw itu menyambar saling susul! VI

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bagus! berseru Tok-koh It Hang, yang lihat lawannya baias menyerang ia dengan senjata rahasianya itu yang kesohor, berbareng dengan mana, dengan It hoo tjhiong thian, atau Seekor burung hoo menerjang langit, ia lompat tinggi sampai setumbak lebih, hingga piauw, yang mengarah ke tengah dan ke bawah, lolos semuanya, hingga tinggal empat buah lagi, yang menyerang ke atas. Kiam Gim sudah duga, lawannya akan bisa menyingkir dari piauw dua arah tengah dan bawah, belum tentu dengan arah atas, tetapi Tok-koh It Hang benar-benar liehay, karena sebat luar biasa, ia tanggapi empat buah ke arah atas itu, selagi ia turun ke bawah sebelum kakinya injak tanah ia sudah baias menyerang sambil tertawa dan serukan: Aku kembalikan piauwmu ini, yang aku tidak biasa pakai! Jago Thay Kek Pay itu terperanjat, akan tetapi ia sanggup kelit dari serangan empat piauw itu. Tok-koh It Hang menginjak tanah untuk segera simpan djoan-kiamnya, segera ia rangkap kedua tangannya. untuk memberi hormat, sambil bersenyum, ia berkata: Tiga-tiga kcpandaian dari Loo-enghiong, aku telah pcrsaksikan, sungguh hehay, luar biasa! Lioe Loo-enghiong, sampai kita bertemu pofa! Lioe Kiam Gim buru-buru simpan pedangnya. Sahabat, tunggu dahulu! ia berseru. Ia tahu orang berniat angkat kaki, Akan tetapi tubuhnya jago Liauw-tong itu sudah mencelat ke dalam Irimba, cuma suaranya masih terdcngar, katanya: Tak dapat kita bicara dengan sepatah kata saja, di bclakang hari, kau akan mendapat tahu! Sckarang silakan cari kawanmu dahuluP Lioe Loo-kauwsoe jadi bcrdiri tercengang. Ia sama sekali tak ketahui sikapnya jago Liauw-tong itu, yang lagi mcrantau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk cari kawan, guna sekalian cari tahu perihal tujuannya dan perhubungannya dengan Teng Kiam Beng. sang soetee, yang di mata kaum Kang-ouw katanya telah bersahabat, atau berkenalan. dengan golongan pembesar negeri. Tok-koh It Hang telah ketahui hal Kiam Gim, tapi ia ingin membuktikan sendiri, terutama sejak undurkan diri ke Kho Kee Po, K-iam Gim sudah diamkan diri hingga orang tak dengar apa-apa perihal sepak-terjangnya. Pertempuran barusan memang telah diatur, untuk mana, Tok-koh It Hang bekerja sama-sama dengan Tjiong Hay Peng, dan temyata, daya-upaya itu bcrhasil membuat Lioe Kiam Gim muncul. Kiam Gim benar-benar tidak mengetti maksud orang. Tapi ia bisa berpikir, maka itu, bcrdiam belum lama, scgera ia buka ti ndakannya, akan menuju terus ke rumahnya Tjiong Hay Peng. Ketika sebentar kemudian ia tiba, ia sudah lantas loncat naik ke atas rumah, dengan llmu mengentengi tubuh, ia kitarkan rumah itu. Malam itu, seluruh rumah Hay Peng ada gelap-gulita, kecuali dari kamar samping sebelah timur, ada molos sedikit cahaya api, ketika Kiam Gim menghampirkan ke situ, untuk melihatnya, ia tampak dalam lamar ada dinyalakan sebatang lilin besar dan satu orang asyik duduk di samping lilin itu. Dan orang itu bukan lain daripada tuan rumah sendiri. Kenapa sampai begini waktu dia masih belum juga tidur? Kiam Gim menduga-duga. Tapi inilah kcbctulan, aku hendak bicara sama ia, ia justcru berada sendirian. Meskipun ia berpikir demikian, Kiam Gim tidak lantas turun, akan ketemui sahabat itu, dan iapun tidak memanggil, atau berikan tanda perihal kedatangannya. Dengan hati-hati, ia cantelkan kakinya di payon, kemudian dengan menyedot napas terlebih dahulu, dengan tiba-tiba ia meniup ke arah lilin, hingga lilin itu padam seketika, hingga kamar jadi gclappetang. Ia percaya, Hay Peng akan kaget karenanya. Akan tetapi,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di luar sangkaannya, Hay Peng justeru tertawa berkakakan, seraya terus berkata: Saudara Lioe, oh, kau baharu sampai? Dalam herannya, Kiam Gim pikir, orang rupanya asyik tunggui ia, maka itu, ia tidak mengerti, kenapa tuan rumah itu jadi demikian liehay, mengetahui kedatangannya. Ia tidak tahu bahwa In Tiong Kie, yang tadi tinggalkan mereka, sudah mendahului datang pada orang she Tjiong ini untuk berikan kisikan. Sebentar saja, api lilin di dalam kamar, nyala pula. Kiam Gim tidak sia-siakan tempo akan loncat turun. Hay Peng muncul untuk sambut tetamunya ini. Saudara Lioe, aku memang sudah duga kau bakal segera kembali! berkata jago Heng Ie Pay itu sambil bersenyum. Kiam Gim membalas hormat. Bagaimana kau ketahui aku bakal datang pula? ia tanya. Tjiong Hay Peng bersenyum. Marilah duduk, mengundang ia, yang simpangi pertanyaan orang. Kiam Gim terima itu undangan, maka berdua mereka ambil kursi. Dengan sebenarnya, soetee kau ada dicurigai oleh kaum Rimba Persilatan, kata Hay Peng kemudian. Melulu karena masih ada yang dipandang, orang jadi belum ambil tindakan. Tapi, Lioe Loo-enghiong, di mana soeteemu itu ada jadi gundal pembesar negeri, apa kau hendak bela dia dan ingin dapat pulang barang upeti yang dirampas itu? Keduamatanya orang she Lioe itu bersinar. Tapi ia masih cukup sabar. Saudara Tjiong, berkata ia, sudah dua puluh tahun lebih kita| orang tidak bertemu/tetapi kau hams ketahui, hatiku

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak pemah berubah! Apakah kau percaya aku kesudian jadi kaki-tangan pemerintah Boan, jadi gundal? Jangan kata aku sendiri, walaupun soeteeku, dia juga tak nanti, dia hanya gelap pikiran, dia seperti orang tolol! Lantas Kiam Gimjelaskan sifamya Kiam Beng, yang baik sama pembesar negeri karena adanya urusan dengan Keluarga Soh. Saudara Tjiong, ia tegaskan, umpama benar soeteeku itu menghamba pada pemerintah Boan, untuk hidup mewah saja, tidak nanti aku lakoni pcrjalanan ribuan lie ini ke Djiat-hoo! Aku datang bukan untuk saudaraku itu, tetapi untuk kaum Kang-ouw sendiri, apabila kita orang sendiri bentrok, apakah itu tidak memalukan kaum kita? Hay Peng angkat kepalanya, ia pandang tetamunya. Saudara Lioe, di sini bukan soal bentrokan melulu katanya. Tapi Lioe Kiam Gim memegat: Aku mengerti kesembronoannya soeteeku, hingga ia terbitkan kecurigaannya kaum Rimba Persilatan, tetapi orang dengan kelakuan mirip soeteeku ini. sekarang ini bukan dia saja scorang dm! Jikalau kita lancang curigai semua, apa ito bukannya berarti memperlemah tenaga sendiri? Hay Peng bcrbangkit. Saudara Lioe, kau bicara soal memperlemah tenaga sendiri! ia bilang, sikapnya mendesak. Bukankah kalau tenaga dipersatukan, itu besar faedahnya? Saudara Lioe, apa kau rnasih memikir untuk mcmulihkan dandanan kita| yang lama, untuk membangkitkan kita bangsa Han? Didesak sccara dcmikian, Kiam Gim bersangsi. la ingat sebabnya kenapa sudah dua puluh tahun lebih ia asingkan diri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kalau kita cuma andali tenaga kita kaum Kang-ouw saja, apa kita bisa pcrbuat? ia tanya. Sudah dua ratus tahun bersclang, sejak bangsa Ouw masuk kemari, pokok dasamya telah jadi kuat sekali, scdang selama beberapa puluh tahun ini, bangsa asingpun tunjang padanya! Bisakah kita gempur dia? *Tapi kita bisa bcrdaya, saudara Lioe, Hay Peng bilang. Ada orang yang sedang dayakan itu__ la terus tuturkan hal sepak-terjangnya Tok-koh It Hang, si jago tua, yang hendak persatukan kaum Kang-ouw, ia hanya tidak sebutkan namanya. Kiam Gim nampaknya ketarik, Saudara Tjiong, siapa dia itu?| tanyanya dengan bemafeu. Apakah aku bisa bertemu dengan dia? Lioe Loo-enghiong, berkata ia, kau sebenamya sudah bcrtemu sama dia, malah sudah bcrtempurjuga! Kau orang sudah bertempur selama setengah ma lam an, apakah kau masih beium ketahui siapa adanya dia itu? Kiam Gim Iantas bisa mengerti. Dia ada Tok-koh It Hang, Hay Peng beritahu, seraya beber hal-fliwalnya orang itu. Apakah dia masih ada di sini? Apakah aku bisa pasang omong dengan dia? Kiam Gim tanya kemudian. Kembali Hay Peng tertawa, ia urut-urut kumisnya. Siapa tidak bertempur, dia orang tidak berkenalan! kata ia, sembari tertawa terus. Cuma Tok-koh It Hang yang sanggup lawan kau, Saudara Lioe, melainkan kau yang mampu layani kim-na-hoatnya! Inilah yang dibilang, orang hutan menyayangi orang hutan, pantas Saudara bemiat segera menemui dia! Sayang dia tidak ada di sini sekarang, dia bemiat pulang ke Liauw-tong.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Gim tercengang, ia merasa kecewa. Tempatku ini, Sha-tjap-lak Kee-tjoe, benar-benar sunyi, Tjiong Hay Peng kasih kcterangan lebih jauh, akan tetapi tempat ini tidak sentosa, saking jaraknya yang terlalu dekat dengan Sin-tek, di mana ada Istana Kaisar Boan. Pasti akan menyolok mata apabila kita kumpul ramai-ramai di sini. Maka itu Tok-koh It Hang hendak pulang dahulu ke Liauw-tong, di Sam-she Oey-see-wie di Ie-lan, | untuk melakukan persiapan. Di sana orang bisa berkumpul dengan merdeka. Di sini Tok-koh It Hang minta aku yang bantu ia mengundang Orang-orang kaum kita, tapi untuk ini, kita berdua harus bekerja sama-sama. Soal ini membikin Kiam Gim berpikir. Ia tidak lantas terima baik, iapun tidak menolak. Ia bukannya jerih, ia hanya kuatir namanya nanti sudah tidak mempunyai pengaruh pula disebabkan pengasingan diri selama dua puluh tahun lebih. Aku juga hendak minta Saudara Lioe pergi menemui Ketuadari Bwee Hoa Koen, kemudian Tjiong Hay Peng tambahkan. Untuk apa itu? Kiam Gim, tanya. Saudara Lioe tinggal di Shoatang, mustahil Saudara tak ketahui tentang perkembangannya Bwee Hoa Koen selama tahun-tahun yang bclakangan ini? Hay Peng balik tanya. Bwee Hoa Koen, yang juga disebut GieHoo Koen, paling belakang sudah dirikan rombongan Gie Hoo Toan, yang bukan saja di Shoatang berpengaruh besar, juga di lima propinsi Utara. Sudah dua puluh tahun aku berdiam di tengah muara, aku tak tahu jelas lagi keadaan di luaran, Kiam Gim akui. Aku melainkan dengar apa-apa dari beberapa sahabat yang satu waktu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suka kunjungi aku, pemah antarany a ada yang omong tentang Gie Hoo Toan itu, katanya rombongan ito berpusat di delapan ratus enam puluh lebih desa di Jim-pcng di mana ada lebih daripada delapan ratus boe-koan. Orang pun bilang, setelah ketuanya Bwee Hoa Koen, yaitu Ki-ang Ek Hian, menutup mata, karena puteranya berkepandaian biasa saja, dia ini tak dapat bikin tunduk orang banyak, karena mana belakangan or-ang angkat Tjoe Hong Teng dari angkatan muda sebagai ahli waris kaum itu. Apa benar, dia ini adalah yang bangunkan Gie Hoo Toan? Tjiong Hay Peng be nark an itu pcrtanyaan. Walaupun dcmikian, bersama-sama Tok-koh It Hang, aku masih belum ambil putusan untuk gabungi diri atau tidak dengan dia itu, ia manambahkan. Lantas tuan rumah ini menutur hal Gie Hoo Toan, antaranya ada yang Kiam Gim sudah ketahui, banyak juga yang ia belum tahu. Gie Hoo Toan ada satu cabang kecil dari Pat Kwa Kauw dari Pek Lian Kauw, agama Teratai Putih. Di akhir zaman Goan Tiauw, pemimpin Pek Lian Kauw ada Lauw Hok Tong, tapi kepala agamanya ada Han Lim Djie, puteradari Han San Tong. Lim Djie disebut juga Siauw Beng Ong. Di dalam pasukan sukarela Pek Lian Kauw ini; Tjoe Goan Tjiang ada salah satu pemimpin, adalah Tjoe Goan Tjiang yang berhasil mengusir bangsa Goan (Mongolia) dan berdirikan Kerajaan Beng. Setelah jadi kaisar, Tjoe Goan Tjiang mcnindih Pek Lian Kauw. Di akhir Kerajaan Beng ini, Pek Lian Kauw pun disebut Pek Lian Hwee, Kumpulan Teratai Putih, pengaruhnya tersebar di Shoalang, Tit-lee, Shoasay, Hoolam, Siamsay, dan Soe-tjoan, kepala agamanya ialah Ong Som, kepala agamanya men utup mata, dia digantikan oleh putcranya, Ong Ho Hian dan Tjie Hong Djie; dengan pimpin dua juta serdadu, mereka lawan pemcrintah Beng, mereka tidak berhasil tetapi pengaruh mereka sudah meresap antara rakyat jelata. Adalah setelah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kerajaan Tjeng musnakan Kerajaan Beng, dan menggantikan memerintah Tionggoan, dan bangsa Han ditindas, bangsa ini bergerak pula, dan sclama tahun pert ama dari Kaisar Kee Keng, ketua Pek Lian Kauw, yaitu Lauw Tjie Hiap, serukan rakyat Rubuhkan Kerajaan Tjeng untuk bangunkan pula Kerajaan Beng dan karena pemerintah menindas, rakyat berontak. Bendera dan pakaiannya kaum ini ada serba putih. Selama tahun ke-17 dari Kaisar Kee Keng, Thian Lie Hwee ialah Pat Kwa Kauw, satu cabang dari Pek Lian Kauw, dengan bekerja sama-sama Lie Boen Seng dari Tjin Kwa Kauw dan Lim Tjeng dari Kim Kwa Kauw, sudah serang Istana Raja Boan di Pakkhia serta niat rampas Tit-lee, Shoatang dan Hoolam. Bertiga mereka berjanji, kalau mereka berhasil, mereka akan bagi anggota mereka satu bauw tanah untuk sctiap anggota. Mereka ini gagal tapi pembcrontakan mereka telah menggetarkan seluruh negeri. Kemudian, terus sampai zaman Kaisar Kong Sie, Kaum Pek Lian Kauw dan lainnya masih bekerja sccara rah as i a. Tjoe Hong Teng itu ada asal satu pemimpin kecil dari Pat Kwa Kauw, ia be 1 ajar silat pada Kiang Ek Hian, setelah Kiang Ek Hian menutup mata, ia menggantikan jadi ahli waris Bwee Hoa Koen, terus ia dirikan Gie Hoo Toan. Ia ada orang dari To-tjioe, Shoatang, ia mengakui ada turunan kaisar-kaisar Beng, seruannya ada Hoan Tjeng Hok Beng, yaitu Rubuhkan Tjeng Tiauw. Ia ajarkan orang Sin Koen, yaitu ilmu silat Malaikat, katanya, ada dewa atau malaikat yang bantu ia, hingga tubuhnya jadi tidak mempan senjata tajam, tak dapat ditembak. Ia tidak bisa abui orang cerdik tapi toh ada sebahagian orang yang percaya padanya. Mendengar sampai di situ, Kiam Gim tanya Hay Peng: Gie Hoo Toan dari Tjoe Hong Teng bercita-cita Hoan Tjeng Hok Beng, tapi kenapa pemerintah Tjeng tidak larang padanya, malah sebaliknya, kenapa dia diizinkan kumpulkan barisan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

serdadu rakyat yang dinamai Koen-bin? Kenapa di Jim-peng saja sampai ada delapan ratus lebih cabang kaum itu? Ditanya begitu, Hay Peng tepuk meja. Ini dia bagiannya yang rada sulit, katanya. Ini ada suatu siasat. Bukankah Saudara ketahui, bagaimana sewenangwenangnya bangsa asing sekarang? Untuk itu, dengan pelahan-lahan Gie Hoo Toan ubah seruannya dari Hoan Tjeng Hok Bengjadi HoeTjeng Biat Yang. Hoe Tjeng Biat Yang berarti menunjang Kerajaan Tjeng untuk memusnahkan bangsa asing. Inilah gcrakan yang menyebabkan delapan bangsa asing kepung Pakkhia, sehingga Kerajaan Tjeng bikin jatuh pamor Tiongkok. Setelah Perang Candu di tahun 1840, Tiongkok tutup diri, tapi bangsa asing gempur pintunya dengan tembakan meriam dari kapal perang. Segera datanglah paderi-paderi Kristen, untuk mengajarkan agama. agamanya sendiri ada lain, adalah segala penganutnya, yang main gila, mereka jadi pemeras rakyat jelata, pengganggu kehormatan kesucian orang perempuan, kalau terbit perkara mereka dilindungi, hingga umumnya rakyat jadi benci mereka. Maka itu, Tjoe Hong Teng dengan Gie Hoo Toannya, lantas jadi pembela rakyat yang bercelaka itu. pemerintah Boan lihat ancaman bahaya, lantas See Thayhouw, Ibusuri, dengan turuti sarannya Yok Hian, Soenboe dari Shoatang, ubah sikap, ialah dari dimusuhkan, Gie Hoo Toan dibaiki. Tjoe Hong Teng suka bekerja sama-sama, ia harap, setelah usir bangsa asing, ia nanti bisa bikin terjungkal bangsa Boan. Sikapnya Tjoe Hong Teng ini menyebabkan ragu-ragu di antara rakyat, sampai Tok-koh It Hang sendiri turut bersangsi. Maka Tok-koh It Hang, dengan perantaraannya Tjiong Hay Peng, ingin ketahui sikapnya Lioe Kiam Gim. Jago Thay Kek Pay ini, yang tinggal di Shoatang, ada kenal baik pemimpin tua dari Bwee Hoa Koen, ialah Kiang Ek Hian.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah dengar keterangan lebih jauh itu, Kiam Gim jadi berpikir. Ia memang tidak puas terhadap Kerajaan Tjeng, tapi sudah lama ia undurkan diri, hatinya sudah mulai tentaram. Sekarang, hatinya jadi goncang. Dt akhirnya, ia nyatakan suka ketemui Tjoe Hong Teng, untuk ketahui jelas sikapnya Ketua Gie Hoo Toan ini, untuk apabila bisa baliki tujuannya Tjoe Hong Teng menjadi pula Hoan Tjeng Hok Beng. Dua sahabat ini bicara dengan asyik, sampai tahu-tahu, sang fajar telah datang, sinar terang muncul dari arah Timur. Justeru itu, dari antara jalanan gunung, ada berlari-lari satu orang ke Sha-tjap-lak Kee-tjoe, untuk sesampainya, menggedor pintu rumahnya Tjiong Hay Peng. Dia temyata ada Lie KeeTjoen, muridnya Tjiang Han Tek dari Ngo Heng Koen, ialah boesoe atau guru silat dari rombongannya Teng Kiam Beng yang atas titahnya Kiam Beng, hendak cari Lioe Lookauwsoe. Karena sesudah jauh malam Kiam Gim belum kembali, Kiam Beng sangka saudara itu pergi pada Hay Peng, dan karena kuatir saudara itu alami hal tak disangka-sangka, Kee Tjoen dikirim untuk menyusul. Atas gedoran, pintu dibuka oleh beberapa muridnya Tjiong Hay Peng. Kee Tjoen tanya hal Kiam Gim, mu-rid ini menyangkal. Mereka mcmang tidak tahu, Hay Peng dengan beruntun telah kedatangan In Tiong Kie dan Lioe Kiam Gim, malah Kiam Gim asyik pasang omong dengan gurunya, scbaliknya mereka jadi gusar, mereka sangka Kee Tjoen ada gundalnya pembesar negcri dan datang untuk cari rahasia. Syukur, sebelum mereka bertempur. Hay Peng dan Kiam Gim muncul, hingga murid-murid itu jadi hcran dan melengak. Ada urusan apa? Kiam Gim tanya Kee Tjoen. Orang she Lie ini mclongo, di depannya Tjiong Hay Peng, ia tidak bisa bcrikan jawaban, sedang tampangnya tuan nunah pun sudah lantas berubah. Kiam Gim- tertawa, sambil uruti kumisnya, ia kata: Lauwtee, Tjiong Loo-tj lanpwec ini ada sahabatku dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beberapa puluh tahun, kau jangan kuatir apa-apa! Bukankah kau orang kuatir aku kena ditahan di sini maka kau datang untuk papak aku? Tjiong Hay Peng pun tertawa dan bcrkata: Jangan kuatir, Lauwtee! Lioe Soepehmu ini, dengan bcrdiam di rumahku, tidak nanti terhilang lenyap! Lie Kee Tjoen menjadi gugup, romannya kuatir. Maaf, Lootj ianpwee, tctapi tidak demikian maksud kita berkata ia, dengan tidak lancar. Hanya, hanya ia terus memandang Kiam Gim dan meneruskan: hanya Teng Soesiok minta Soepeh lekas kembali, sebab tadi malam kita telah kedatangan satu tetamu tidak diundang. Kiam Gim heran. Tetamu siapa itu? Dari mana datangnya? ia tanya. Teetjoe tidak kenal orang itu, sahut Lie Kee Tjoen. Dia bicara lama sekali dengan Teng Soesiok, kemudian baharulah Soesiok titahkan aku susul Soepeh di sini untuk disambut pulang. Kiam Gim hcran, karena itu, ia lantas pamitan dari Hay Peng, terus ia ikut Kee Tjoen. Di tengah jalan, ia ada bersemangat, meskipun satu malaman ia tidak tidur sama sekali. Ia bicara sama Kee Tjoen, ia tanya, siapa sebenarnya tetamu itu. Entahlah, tapi ia datang dari Sin-tek, Kee Tjoen jawab. Begitu bertemu sama Teng Soesiok, dia kata dia datang langsung dari Sin-tek dan dengan ter-buru-buru, dia tidak berhenti-henti di tengah jalan. Tetamu dari Sin-tek? kata Kiam Gim, yang ulangi itu berulang-ulang. Iamenduga-duga dengan sia-sia, ia rnasygul. Sin-tek ada daerahnya Istana Boan. Apakah orang itu datang dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suatu kabar penting, yang berbahaya? Atau dia ada orangnya pembesar negeri yang lagi lakukan penyelidikan? Dugaannya Kiam Gim ini benar dan tidak benar. Benar karena tetamu itu betul ada dari pihak pembesar negeri. Tidak benar karena dia datang bukan untuk cari tahu perihal ia dan orang yang belum ketahui, dari pihak yang bcrtcntangan, ia sekarang ada sahabatnya Tok-koh It Hang. Tetamu itu ada orangnya Keluarga Soh. Seberangkatnya Kiam Beng dan Kiam Gim, Soh Sian Ie dan anaknya pun segera berangkat ke Sin-tek dan ayah dan anak ini bisa sampai lebih dulu. Dengan lantas mereka ini berembukan sama wie-soe, atau pah law an dari istana Sin-tek dan pahlawan dari Istana Pakkhia, kemudian mereka lantas bikin penyelidikan. Dengan lekas mereka dapat tahu yang Kiam Beng bcramai sudah pergi ke Sha-tjap-lak Kee-tjoe, pada Keluarga Tjiong, justeru Keluarga Tjiong ini mereka curigai ada mempunyai sangkutan dengan perampasan upeti, sedang mereka juga tahu, Lioe Kiam Gim ada bersahabat rapat dengan Tjiong Hay Peng. Di sebelah itu, mereka juga telah dengar selentingan hal adanya beberapa or-ang yang tidak dikenal yang suka berkumpul di Hee-poan-shia. Bangsa Boan mcmang paling jenh kalau or-ang-orang kaum Rimba Persilatan mengadakan persatuan. Soh Sian Ie pun tidak ingin Kiam Gim berhasil dengan perjalanannya ini, ia ingin Kiam Beng terus terpisah dan kaummnya, untuk mengatur terus jaring. Dan tetamunya Kiam Beng itu ada salah satu pahlawannya Sian Ie, yang dengan Kiam Beng ada bersahabat kekal. Kapan Kiam Gim sampai di ru man penginapan, ia dapatkan Kiam Beng sudah dandan rapi, sudah siap untuk suatu perjalanan, di sampingnya soetee ini ada seorang dari usia pcrtcngahan yang matanya m i rip mat a tikus dan hidungnya bengkung bagaikan gactan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Eh, Soetee, kau hendak bikin apa? Kiam Gim segera tanya seraya ia tarik tangan orang. Kau hendak pergi ke mana? . Kiam Beng tidak segera menjawab, hanya sambil tarik orang di sampingnya, ia kata untuk memperkenalkan: Soeheng, ini ada Saudara Yap Teng Tjeng dari Pat Kwa Tjiang atau pahlawan dari Keluarga Soh, ia mengabarkan tentang upeti yang dibegal sudah ada kabamya, ia sekarang ajakkita segera berangkat ke Sin-tek! Teng Tjeng maju seraya hunjuk hormatnya. Tentang upeti itu, Loo-enghiong tak usah capaikan hati lagi, berkata ia. Kita orang sudah dapat keterangan, barang pun telah didapat pulang, maka sekarang lata tinggal menunggu kembalinya Tcng Loo-enghiong untuk membereskannya. Tentu saja ada dusta belaka yang barang upcti telah didapat pulang, itu ada alasan melulu guna pancing mcrcka kembaii, Kiam Bene boleh kena diakali, tidak Kiam Gim. Dia ini awasi pahlawan Keluarga Soh itu, ia tidak bilang suatu apa, hanya kemudian, menarik tangannya sang soetee. ia kata dengan sabar. Untuk kembaii ke Sin-tek, tak usah kita tergesa-gesa. Biarlah tctamu kita ini menunggu sebentar, aku ingin bicara dahulu sama kau.w la terus menoleh pada Lie Kee Tjoen seraya teruskan berkata: Tolong kau tcmani dahulu tctamu kita ini. Kemudian pada tctamunya, ia bilang: Maaf, Tuan, maafkan kita si orang desa! Dengan tidak perdulikan, bahvva orang pentang matanya lebar-lebar, Kiam Gim terus tarik Kiam Beng ke dalam. Sebenarnya ada apa, Soeheng? Kiam Beng tanya. Kenapa kita tak bicara di tengah jalan saja? Soetee inipun heran, soehengnya yang paling kenal tata sopan santun, tetapi sekarang bersikap sebaliknya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Gim pandang soetee itu dengan tajam, lantas ia uruturut kumisnya. Soetee, kau seharusnya bisa membeda-bedakan, kata ia, kau bisa bedakan satu orang gagah dari satu kurcaci. Apakah satu kurcaci mesti dipandang sebagai orang gagah dan kau hendak bertaku hormat kepadanya? Mukanya soetee itu menjadi merah. Aku lihat dia ada satu laki-laki berkata ia. Ia merasa tidak enak hati, karena ini adalah yang pertama kali soehengnya bicara demikian tandas kepadanya. Kiam Gim sendin merasa tidak enak ia telah bicara sedemikian rupa terhadap soetee itu, tetapi ia tidak mengerti, kenapa sang soetee begitu percaya orangnya Keluarga Soh itu. Tentang barang upeti, aku telah dapat keterangan, kata ia, yang mclanjuti, untuk simpangi pembicaraan, kemudian ia tuturkan hal pertemuannyasamaTok-koh It Hang dan Tjiong Hay Peng. Barang itu berada di tangannya orang Liauw-tong itu. Itulah bukan maksudnya Tok-koh It Hang akan kangkangi barang itu, tetapi sekarang tidak ada soal untuk mendapatinya kembaii, guna dipulangkan pada Raja Boan. Di scbelah itu, kita justeru diundang untuk satu pertemuan di le-lan. Walaupun ia menerangkan demikian, Kiam Gim masih tidak sebut cita-cita memberantas pemerintah Boan, tetapi ini justeru menyebabkan Kiam Beng keliru mengerti. Dengan sepasang alisnya berdiri, soetee ini kata: Soeheng, jikalau kau hendak pergi ke Liauwtong, pergilah kau sendiri! Aku hendak pergi ke Sin-tek. Terus terang aku sangsikan Tok-koh It Hang. Kenapa dia tidak memandang-mandang lagi, kenapa dia rampas juga benderaThay Kek Kie? Kenapa diapun sampai uji pada Soeheng? Lebih celaka ada si tua bangka Tjiong Hay Peng,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sama sekali dia tidak pandang pula Kaum Thay Kek Pay, kita datang dengan cara hormat, dia justeru uji aku berulangulang! Aku percaya, karena mereka jerih terhadap kita, mereka pakai akal memancing kita datang ke Liauw-tong!. Kiam Gim coba redakan soetee ini tetapi Kiam Beng panas hatinya, maka di akhimya, ia pikir, baik ia ikut soetee ini. Untuk pergi ke Liauw-tong, ia masih punya tempo. Ia pikir, di Sin-tek pun iabisa dengar-dengar kabar. Kalau begitu, Soetee, baiklah, aku nanti iringi kau, kata ia akhimya. Demikian, dengan diantara Yap TengTjeng, mereka berangkat ke Sin-tek. Selang dua hari sesampainya Kiam Beng di Sin-tek, Soh Sian Ie ayah dan anak undang mereka untuk satu pertemuan. Kiam Gim tidak niat iringi saudaranya, tetapi karena ia kuatir untuk saudara itu, akhimya ia turut bersama. Ia tetap curiga, meskipun Kiam Beng hunjuk Sian Ie sudah berusia tujuh puluh lebih dan sudah lama mengasihngi diri. Ia curiga, kenapa Sian Ie yang tua datang sendiri ke Sin-tek, toh cukup kalau dia diwakili puteranya saja, Soh Tjie Tiauw. Kau mesti waspada, Soetee, baik kau bawa pedangmu dan piauw, Kiam Gim pesan. Kiam Beng anggap soeheng itu terlalu curiga, tapi ia menurut, cuma pedangnya tidak dicantel di pinggang hanya disesapkan dalam baju. Pertemuan dilakukan di gedung musim panas dari Keluarga Soh, ruangan yang indah dibikin terang dengan api-api lilin merah. Dalam tembok pekarangan ada ditanami ban yak pohon pek yang besar dan tinggi. Di dalam ruangan pun ada dibakar dupa yang harum. Di sebelahnya tetabuhan, ada terdengar nyanyian-nyanyian yang merdu. Kiam Beng dilayani

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebagai tetamu yang dihormati. Kiam Gim tidak biasa dengan penghidupan mewah begini, bukannya ia bergembira, ia malah rada mendongkol. Ia tetap waspada. Di waktu Sian Ie dan Tjie Tiauw undang mereka minum arak, ia awasi dulu ayah dan anak itu, sesudah mereka hirup arak mereka, baharu ia turut minum, untuk dicicipi saja. Tidak demikian dengan Kiam Beng, yang tenggak arak dengan rakus. Soetee ini malah tertawakan dengan diam-diam pada soehengnya, yang dicelah terlalu curiga. Di dalam hatinya ia kata: Kalau arak ada racunnya, mustahil Sian Ie dan Tjie Tiauw minum itu? Kiam Beng tidak tahu, walaupun arak itu dicampuri racun, akan tctapi cara bikinnya ada istimewa, campuran obatnya ada bcrbcda, ialah siapa minum itu, dia akan jadi letih, tcnaganya berkurang. Untuk ini, or-ang-orang Boan itu tidak bcrkuatir. Sclagi bicara, Kiam Bcng tanya akan hal barang upeti dan Tjic Tiauw hunjuk, seorang polisi asal Pakkhia dapat serepi, si begal ada orang Liauw-tong dan barangnya diumpcti di suatu tempat lak jauh dari Sin-tek. Karena di tempat itu ada sarangnya kaum Kang-ouw, kita tidak berani sembarang turun tangan, kita scngaja tunggu Djiewie dahulu,Tjie Tiauw tambahkan. Jawaban ini tidak dapat dipcrcaya, oieh Kiam Gim dan oleh Kiam Bcng juga. Mustahil barang upeti disembunyikan di dekat Sin-tek? Meski begitu, Kiam Bcng tidak bilang suatu apa. Pcrjamuan dilanjuti, pelayan-pelayan tak hcnti-hcntinya putari tetamu-tctamu untuk melayani. Para hadirin. kebanyakan pahlawan, ada tidak dikcnal oleh Kiam Bcng. hal ini membuat Ketua Thay Kek Pay ini tak leluasa sendirinya, dari tak leluasa, ia jadi curiga. Habis tiga edaran, datang saatnya tambahan barang hidangan. Ketika itu, Soh Sian le berbangkit, katanya, ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hendak buka bajunya yang gerombongan. Justeru itu muncul pelayan yang membawa nenampan terisi barang santapan. Pelayan ini bcrtubuh besar, tindakannya tetap, kcdua matanya bersinar tajam. Terang ia ada seorang yang mengerti boegee. Dua pelayan di belakangnya Soh Sian le mcmbantui orang Boan itu buka bajunya, untuk ini, orang Boan itu undurkan diri dari meja. Berbarengan dengan itu Tjie Tiauw berbangkit, untuk bcritahukan para tetamu bahwa masakan yang baru disuguhi itu ada hidangan yang langkah, k arena itu adalah bah so ikan lee-hie dari sungai Loan Hoo. Si pelayan sudah lantas sampai di depannya Kiam Beng dan Kiam Gim, bclum nenampan diturunkan ke atas meja, atau itu sudah ditumpahkan ke arah kedua soeheng dan soetee ini, pada kcpala mercka. Isinya mangkok bukannya bahso ikan, hanya welirang yang bundar-bundar bagaikan peluru, yalan lioc-hong-tan, semacam senjata rahasia istimewa, sedang siapa gunai itu, dia mesti paham lwee-kang, kalau tidak, peluru itu tak akan meledak dan mcnyala, untuk membakar pakaian dan kulit dan daging. Dan berbareng dengan tumpahnya mangkok bahso, lioehong-tan lantas menyala, menyambar-nyambar apinya! Dua-dua Kiam Beng dan Kiam Gim kaget bukan kepalang, akan tetapi Kiam Gim sudah siap sedia, karcna ia terus waspada, maka itu, selagi lioe-hong-tan menyala, sambil berseru keras. ia gunai dua-dua tangannya akan terbaliki meja berbaru marmer. Syukur ia bertenaga besar kalau tidak, meja itu tidak akan terangkat, karena berat, kakinya dari kuningan. Karena itu, api jadi menyambar ke lain arah, hingga soeheng dan soetee ini tidak terluka. Menyusul itu, angin menyambar ke arah Kiam Gim. Itulah sambarannya senjata rahasia, dari arah belakang. Jago ini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

segera egoskan tubuhnya ke kanan, untuk berkelit, berbareng dengan itu, tangannya membetot tubuh soeteenya, kemudian dengan enjot kedua kakinya, ia terus lompat jumpalitan ke belakang, lalu, sebelum orang tahu apa-apa, j tangan kanannya menyambar ke tenggorokannya si penyerang gelap dan kaki kanannya mendupak keras, hingga musuh roboh seketika itu juga. Tidak tunggu sampai Iain-lain musuh menyerang pula atau maju, Kiam Gim dengan sebat hunus pedangnya Tjeng kong Kiam dan tangan kirinya meraup Kim-tjhie-piauwnya, sembari tolak tubuhnya Kiam Beng, ia serukan: Kenapakau tidak lekas hunus pedangmu! Kiam Beng melongok, ia heran dan tidak mengerti sekali atas kejadian itu, tetapi tegurannya sang soeheng membikin ia sadar, maka itu, ia berbalik jadi sangat gusar, sembari cabut pedangnya, ia berseru: Orang-orang tidak tahu malu! Aku nanti adu jiwa dengan kau orang! Di pihak tuan rumah, semua or-ang sudah lantas keluarkan senjatanya masing-masing, malah sekalian pelayan juga turut, oleh karena mereka adalah pelayan-pelayan palsu, mereka ada kawanan kurcaci dari Rimba Pcrsilatan. Kiam Gim, yang memandang ke semua pintu, dapatkan semua itu telah ditutup rapat, sedang kursi meja pada terbalik, letaknya kalang kabutan. Ia dapat kenyataan, di dalam mangan yang tidak terlalu lebar itu, berdua mereka sudah terkurung. Segera juga, penyerangan telah dimulai. Kiam Gim dihadapi oleh seseorang yang bergenggaman golok lancip, yang telah putar goloknya sejak ia berada di antara sebuah meja. Ia dibacok dari arah pundak terus ke tenggorokan. Kiam Gim mundur, di belakang ia ada sebuah kursi, hampir saja ia keserimpat, sedang dari sebelah kiri ada menyambar satu Thic-tjio dan dari kanan sebatang ruyung, kedua-duanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sampai dengan berbareng. Ia ada sangat gusar, tapi ia ingat, selagi terkurung ia tidak boleh turuti nafsu amarah, sebaliknya, ia hams berhati adem dan tenang, maka itu, ia kendalikan diri. Begitulah, dengan geraki pedangnya, ia tangkis semua tiga serangan itu dengan satu sampokan saja, hingga semua senjata musuh jadi terpental, sesudah itu, ia tempel tubuh dengan tubuhnya Kiam Beng, hingga ke depan, ke kiri dan kanan, mereka bisa melihat dan bergcrakdcngan leluasa. Pihak lawan juga tidak bisa bergerak dengan leluasa, discbabkan jumlah mereka yang terlalu banyak dan kursi-meja menjadi rintangan, hal ini jadi ada baiknya juga bagi sochcng dan soetee itu, yang mencoba mcndesak, untuk membuka jalan. Ruangan jadi berisik dengan beradunya alat-alat senjata. Selagi musuh tidak berdaya. aniaranya ada yang rubuh, ada yang senjatanya terpenta! dan terlepas, tiba-tiba Kiam Gim serukan soetecnya: Man turut aku! Serbu! Dan ia putar pedangnya, ia lompat ke depan. Kiam Gim insyaf, ia tidak bolch bertempur lama-lama di ruangan tak lebar dan tertutup itu, lama-lama itu berarti menanti kematian, maka itu, ia pcrlihatkan ia punya ilmu pcdang Thay Kek Tjap-sha-kiam. Dengan lekas, ia telah mendekati jendela sebelah rimur. Kiam Beng turut teladan* soehengnya itu, ia mengintii di sebelah belakang. Kawan-kawan di luar, awasl demikian orang berseru. Sang kambing hendak nerobos! iaga! Berbareng dengan itu, Kiam Gim telah dobrak jendela dengan kepalan kirinya menyusul mana, dengan loncatan Peh rjoa tjoet tong atau Ular putih keluar dari gua, dengan letaki pedang di depannya, ia loncat keluar jendela itu. Ia percaya benar, di luar ada musuh, atau musuh-musuh yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjaga ia, tetapi ia tidak boleh takut. ia putar pedangnya, guna bela diri. Dugaannya jago Thay Kek Pay ini tidak meleset, begitu tubuhnya muncul, ia disambut dengan bermacam-macam senjata rahasia, maka dengan di put amy a pedangnya, semua senjata itu mengenai pedangnya dan jatuh ke tanah. Selagi menangkis, tangan kirinya jago ini tidak diam saja, dengan itu, iapun menyambit dengan piauwnya, dengan gerakan Thian lie san hoa atau Bidadari menyebar bunga, atas mana, beruntun ada terdengar jeritan-jeritan dari kesakitan, terang ada musuh-musuh yang menjadi korban! Bagaikan harimau keluar dari guanya, demikian Kiam Gim keluar dari jendela dengan tubuhnya yang bcsar. Untuk leganya hati, apabila ia ambil ketika akan menoleh ke belakang, ia lihat Kiam Beng tetap ada di belakangnya. Sungguh berbahaya! ia mengeluh sendirinya. Masih soeheng dan soetee ini belum lolos dari bahaya. Benar sekarang mereka berada di tempat yang lega, akan tetapi, musuh masih tetap mengurung mereka. Kecuali musuh-musuh yang di luar, di dalam juga merubul keluar. Jumlah pahlawannya Soh Sian Ie ini ada tiga sampai lima puluh orang, di antaranya ada juga yang liehay. Sekarang mereka ini juga bisa bergerak dengan merdeka. Sembari bertempur, Kiam Gim dari jalan keluar. Di mana di belakang ia ada Kiam Beng yang menjaga, ia bisa pusatkan perhatiannya melulu ke depan, ke kiri dan kanan. Walaupun demikian, ada sulit untuk bisa segera membuka jalan. Selang sedikit lama, justeru ia bisa rubuhkan satu musuh di depannya, Kiam Gim terus lompat, akan gunai tempat yang lowong itu. Ia lompat tinggi dan jauh, hingga ia menghadapi sebuah pohon bcsar. Di sini, baharu saja kakinya injak tanah, atau tiba-tiba sebatang toya besi menyambar ia dari arah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tempat yang gelap. Di situ ada bersembunyi satu pahlawan, yang kepandaiannya tinggi dan tenaganya besar. Dia kirim kemplangan Soat hoa khay teng atau Bunga salju menutup batok kcpala. Dalam keadaan seperti itu, Kiam Gim tidak bingung, matanya jeli, kupingnya terang, mengetahui ada serangan, ia tidak mau menangkis, ia hanya berkelit, hingga toya menimpa tempat kosong. Apa celaka bagi si penyerang, karena ia hajar tempat kosong, tubuhnya menjerunuk ke depan, dari itu, sambil sambar toya orang, yang ia tajik dengan keras, jago Thay Kek Pay itu bikin lawannya ngusruk ke arah ia sekali. Sebat luar biasa, Kiam Gim totok orang punya jalan darah Moa-djoan-hiat, lalu selagi orang menjadi mati kutunya, ia sambar batang lehernya, ia cekal tubuhnya, terus ia angkat. Justeru itu, serangan datang dari depan dan belakang. Untuk menolong diri, ia putar tubuh musuh bagaikan senjata saja! Ia berhasil dengan cara menangkisnya ini, semua musuh mundur sendirinya Soetee, man ikut aku! Kiam Gim serukan adik seperguruannya. Ia girang sekali menampak musuh mundur semua. Tapi ia tidak dapat jawaban, hingga ia jadi heran. Ia berseru pula, sampai tiga kali, tetap sang soetee tidak sahuti ia. Dalam herannya, ia segera menoleh ke belakang,. Bukan main kagetnya! Ia tampak Kiam Beng lagi dikepung musuh, tubuhnya limbung, seperti hendak rubuh. Celaka! pikir ia. Tidak tempo lagi, melupakan bahaya, ia putar tubuhnya, ia putar pedangnya akan tolongi saudaranya itu, yang sedang terancam bahaya maut Teng Kiam Beng telah terlalu percaya Soh Sian Ie, ia teguk arak dengan tidak bataskan diri, benar arak itu bukannya arak racun, tetapi tenaga arak itu ada luar biasa. Tidak demikian dengan saudaranya, yang cuma mencicipi saja. Sudah minum banyak arak, iapun mesti keluarkan banyak tenaga, dari itu,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam tempo yang lekas, ia menjadi lemah, pengaruhnya arak bikin ia letih, tidak heran, ia jadi kewalahan mclayani banyak musuh. Puncaknya kehebatan adalah kctika tubuhnya tctap jadi sempoyongan limbung tidak kcraan! Dalam saat sangat bcrbahaya dari saudaran ya itu, Kiam Gim menyerbu hebat sekali. Dengan sebclah tangan masih cckal tubuh musuhnya, iagcraki pedangnya sccara luar biasa. Dengan sikap nekat ini, ia bikin musuh-mnsuhnya jcrih. hingga mereka pada mundur. la mcrangsek teras. Bcnar sclagi ia mendekati Kiam Beng, tiba-tiba angin menyambar dari sebclah bclakang! Di waktu bcrgulat mati-matian sccara demikian, hatinya Kiam Gim tidak pernah gentar, matanya jeli, kupingnya awas. Demikianlah ia putar tubuh seraya majukan tubuh musuhnya ke depan. untuk dipakai menangkis serangan geiap itu. A rich, tak ada senjata musuh yang datang menyerang! Seiagi Lioe Loo-kauwsoe heran dan mengawasi dengan mata dipentang lebar, tiba-tiba ia lihat benda berkelebatan bagaikan ular emas terbang serabutan, segera lelatu api menyambar, hingga tubuh musuh di tangannya lantas terbakar, malah lelatu pun nyasar menyambar kepadanya sendiri. Nyatalah itu ada senjata rahasia Hoe-hong tan-tjoe atau peluru welirang yang bisa menyala. Selama pertempuran kusut, musuh tidak bcrani gunai senjatanya itu, mereka kuatir nanti api membakar orang sendiri, akan tetapi sekarang, di tempat terbuka, mereka tak ayal akan gunai itu, tidak perduli di tangan law an mereka mempunyai satu kawan. Pelepas senjata itu kuatirkan Kiam Gim nanti mencapai maksudnya, dia tak perdulikan kawan sendiri, malah ia gunai cara penyerangan bcruntun-runtun! Rupanya dia berpendapat, biar kawan binasa, asal bersama musuh, binasa bcrsama-sama, asal kedua musuh tak dapat lolos! Atau dia pikir, kawan itu toh bakal terbinasa, tidak apa dia yang binasakannya!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Untuk menangkis senjata rahasia, tak perduli senjata api, berbagai macam senjata boleh digunai, mclainkan beda dengan lioe-hong tan-tjoe, karena peluru welirang tak dapat d i tangkis atau dijaga, makin ditangkis, lelatunya menyala makin hebat. Celakanya bagi Kiam Gim, ini ada scrangan di luar dugaannya. Hanya syukur bagi ia, hatinya tetap tak jadi keder. Untuk tolong diri, segera ia lemparkan tubuh musuh, yang sudah terbakar, ia sendiri segera jatuhkan diri ke tanah, akan terus bergulingan dengan tipunya Koen tee tong, atau Berguling di tanah. Sekejab saja, ia telah jauhkan diri tiga tumbak lebih. Semua api, yang menyambar pakaiannya, padam karena bergulingannya itu, hingga ia tidak terbakar terus. Habis itu, ia mencelat bangun, akan lanjuti serangan hebat karena tetap ia hendak tolongi soeteenya. Kiam Beng punya boegee ada lebih rendah setingkat daripada boegee soehengnya, tetapi dasar murid sejati dari Thay Kek Boen, ia sudah cukup liehay, melulu disebabkan pengaruh arak keras, iajadi lelah luar biasa cepaL Hatinya tetap besar, sayang tenaganya telah berkurang. Di sebelah itu, ia mesti hadapi musuh-musuh yang liehay, pahlawanpahlawan Istana Boan. Di antara pahlawan-pahlawan itu yang paling liehay adalah satu yang bersenjatakan Tjit-tjiat Lianhoan Hek-houw-pian, ruyung tujuh garis. Ruyung itu menyambar-nyambar dengan perdengarkan suara angin menderu-deru, senantiasa turun dari atas, hingga Kiam Beng repot melayaninya. Walaupun sudah lelah, kapan Kiam Beng lihat soehengnya lagi mendesak, semangatnya terbangun pula, permainan pedangnya tak jadi kalut, ia baharu menjadi kaget bukan terkira apabila ia tampak lelatu api muncrat serabutan, sedang musuh-musuh di kiri-kanan pada berseru-seru, hingga ia sangka soeheng itu terkena dibokong. Segeralah, gerakan pedangnya menjadi ayal sendirinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam keadaan seperti itu, sekonyong-konyong musuh bergenggaman ruyung liehay itu perdengarkan tertawa aneh, tubuhnya maju, ruyungnya menyambar, bagaikan sambarannya ular hidup. Kiam Beng lihat ancaman bahaya, ia masih bisa empos semangat dan tenaganya, iaenjot tubuh, akan lompat sampai beberapa kaki tingginya, ketika ujung ruyung sampai, iajejak itu dengan sebelah kakinya seraya sebelah kepalannya melayang. Sayang bagi ia, tenaganya telah sangat kurang, gerakannya lambat sekali, ketika musuh tank ujung ruyungnya, akan dipakai menusuk pula, tak tempo lagi, perutnya kena tersodok, hingga ia merasakan sakit bukan kepalang. Syukur baginya, ia masih bisa bikin kempes perutnya, hingga tidaklah ia sampai terbinasa seketika juga, hanya tubuhnya terpental dua-tiga tumbak, rubuh di tanah dengan tak dapat bergerak pula! Adalah di saat demikian, satu musuh yang mencekal golok lompat memburu, untuk turunkan senjata tajamnya itu pada lawan yang sudah tidak berdaya ini! Itu adalah saat dari mati atau hidup, tetapi justcru di saat itu, bintang penolong datang, seperti terbang dari luar langit. Di medan pertempuran itu ada pohon-pohon dengan cabang-cabang yang lebat dengan daun-daun, tiba-tiba dari sana tgrdengar beberapa kali suara luar biasa, seperti suaranya burung-burung malam, yang membikin orang terkejut, hingga sekalipun sekalian pahlawan dan or ang-orang Kang-ouw yang hatinya telengas itu, kaget juga, sampai mereka saling mcngawasi di antara konco sendiri. Sudah itu, lalu terdengar bentakan: Kelinci, jangan gunai senjata gelap! Dan bentakan itu keras laksana guntur!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dan segera, mcnyusul itu, dari cabang-cabang pohon ada berlompat turun, seperti burung-burung menyambar, bcbcrapa orang atau lebih benan empat orang, ialah Tok-koh It Hang, In Tiong Kie, Tjiong Hay Peng dan Law Boe Wie! Sekejab saja, orang-orangn ya Soh Sian le tercengang, tapi habis itu, mereka mulai pula dengan mereka pun ya penyerangan, kali ini terutama mereka gunai berbagai senjata rahasia, yang dipakai menyambut empat lawan baru itu. Tok-koh It Hang berempat tidak gubris datangnya berbagai senjata rahasia itu, lebih-lebih In Tiong Kie dengan ia punya Teng hong pan kee atau ilmu mengenali alat senjata dengan mendengar saja sambaran anginnya. Dalam ilmu ini, dalam dunia Kang-ouw, dia ada]ah orang pandai nomor satu. Maka juga, saban senjata menyambar, ia sebutkan itu satu persatu, hingga kawan-kawannya jadi dapat tahu. Empat orang ini bergerak dengan sangat gesit, teristimewa Tok-koh It Hang si Garuda Malaikat Seratus Cakar, karena dalam ilmu entengi tubuh, ia malah ada di atasan Lioe Kiam Gim. Ia bergerak seumpama garuda berputar, naga melesat, atau ular menyambar. Saban-saban ia loncat tinggi, di atasan musuh, sedang dengan ia punya kim-na-tjioe, tangan yang liehay, ia menyerang atau menangkis. Ia menuju langsung kepada Teng Kiam Beng, untuk hampirkan musuh yang hendak turunkan tangan jahat. Musuh inipun terguguh ketika tadi ia dengar suara aneh, yang disusul sama datangnya empat lawan baru itu, hingga untuk sesaat, ia batal membacok Ketua Thay KekPay itu. Sekejab saja, Tok-koh It Hang sudah sampai pada musuh, tangan kanannya segera diulur, sebelah kakinya dimajukan. Gerakan tangan itu ada gerakan Siauw thian tjee atau Bintang Cilik. Sama sekali ia tak berikan kesempatan pada musuh itu. Tidak ampun lagi, pahlawannya Soh Sian le kena dibikin terpental, sampai ia kena tubruk satu kawannya,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hingga keduanya jatuh bergulingan, sampai ia punya mata kekunangan, kepalanya pusing. Hampir berbareng dengan itu, pahlawan yang bersenjatakan ruyung Tjit-rjiat Lian-hoan Hek-houw-pian datang mendesak, iaini lihat Tok-koh It Hang, yang tidak bergenggaman, ia tidak pandang mata, sambil perdengarkan tertawa aneh, ia menyambar dengan ruyungnya. Gerakan tubuhnya ada Kouw sie poan kin, atau Pohon tua terbongkar akarnya. Ruyungnya menyambar ke bawah, menyapu dengan hebat, disusul sama seruannya: Tua bangka, kau antarkan jiwa? Tok-koh It Hang belum pernah ketemu tandingan, kecuali Lioe Kiam Gim, dari itu, ia tidak kenal takut, ia malah girang sekali nampak cara majunya musuh ini. Luarbiasa sekali, ia papaki musuh, tubuhnya seperti terputar, di antara seruan anehnya, sebelah tangannya menyambar! Tidaklah kecewajago Liauw-tongini dijuluki Pek-djiauw Sin Eng, karena tahu-tahu, tangannya sudah mengenai lengan kanan orang atas mana, musuh menjerit kesakitan, tubuhnya jadi lemas, tenaganya habis seketika! Maka, ketika Tok-koh It Hang kibaskan tangannya, tubuh orang itu terangkat naik, melesat melayang bagaikan senjata rahasia, ke arah kambratnya dia itu! Kelinci, lihat! Aku si tua bangka yang antari jiwa atau kau sendiri! demikian ia berseru sambil tertawa berkakakan. Berbareng dengan itu, In Tiong Kie telah menerjang ke dekat kawannya ini. Ia sudah gunai ruyung Kauw-kin Hongliong-piannya, sampai sambaran anginnya terasa di tempat dua tumbak jaraknya. Di situ ada tujuh penjahat, yang kesima karena keliehayannya Tok-koh It Hang, yang gunai tubuh manusia sebagai senjata rahasia; mereka ini kaget atas ini musuh baru, hingga segera mereka kena didesak mundur.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tok-koh It Hang gunai ketika itu, akan angkat tubuhnya Teng Kiam Beng, akan diletaki di bebokongnya. Ia berlaku hati-hati. Saudara Teng, apakah lukamu parah? ia tanya. Kau diam saja, Segera kita akan lolos dari kepungan! Kiam Beng telah terluka hebat, melulu disebabkan latihan darr ketangguhannya, ia tidak segera putus jiwa, ia pun sadar, dari itu, ruwet benar pikirannya akan kenali, penolongnya ini justeru ada orang yang paling ia benci, hingga ia tak tahu, ia mesti berterima kasih atau bergusar. Demikian ia melainkan bisa bilang, Oh, kau? lalu ia berdiam saja Tok-koh It Hang kerutkan sepasang alisnya. Ia mengerti jago Thay Kek Pay ini telah terluka parah sekali. Maka yang penting untuk ia sekarang adalah berlalu dari medan pertempuran itu. Ia lantas melihat ke sekitarnya. Semua kawannya, berikut Lioe Kiam Gim, sedang bergulat dengan orang-orangnya Soh Sian le. Kiam Gim mengamuk dengan pedangnya, In Tiong Kie dengan ruyungnya, dan Tjiong Hay Peng dengan gaetannya. Law Boe Wie juga mainkan pedangnya secara hebat. Pihak Soh tidak bisa berbuat banyak terhadap empat lawan itu, akan tetapi, karena mereka berjumlah besar sekali. mereka ini pun tidak bisa segera pecahkan kepungan atau noblos keluar. Kedatangannya rombongan dari Tok-koh It Hang ttu memang sengaja untuk bantu Kiam Gim dan Kiam Beng. Hay Peng telah dengar pembicaraannya Kiam Gim dengan orang yang diutus Kiam Bcng, bahwa mereka hendak pergi ke Sintek. Mendengar ini, Hay Peng sibuk, akan tetapi iatidak dapat cegah Kiam Gim pergi pada soeteenya itu, dari itu, seberlalunya orang she Lioe itu, ia segera dari Tok-koh It Hang. Ia beritahukan halnya kemana Kiam Gim hendak pergi, ia hunjuk perlunya or-ang she Lioe itu mendapat bantuan karena di Sin-tek, di Istana Raja Boan, ada mengeram banyak orang-orang lichay. Syukur itu waktu Tok-koh It Hang belum

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berangkat ke Liauw-tong dan In Tiong Kie masih bersamasama dengannya. Dan Tok-koh It Hang nyatakan suka pergi begitu lekas ia dengar keterangannya orang she Tjiong itu, walaupun sebenarnya, ia tidak sctuju yang Kiam Gim turuturutan Kiam Beng pergi ke Sin-tek. Mulanya Tjiong Hay Peng tanya, Tok-koh It Hang suka pergi atau tidak, lantas Tok-koh It Hang urut-urut kumisnya dan kata sambil tertawa besan Tentu saja aku suka pergi! Kenapa tidak? Kita harus gunai saat baik ini untuk can pengalaman! Aku pun ingin lihat orangorang gagah yang kesudian jadi kaki-tangannya bangsa Boan mempunyai berapa kepala dan lengan! Bukan melainkan aku. juga Saudara In Tiong Kie harus pergi akan lemaskan uraturatnya! Semua orang tertawa Demikian, mereka dapat persetujuan, untuk berangkat. Justeru itu, Law Boe Wie sampai di Sha-tjap-lak Kee-tjoe, mengunjungi Tjiong Hay Peng. Boe Wie menduga guru dan paman gurunya pergi pada Keluarga Tjiong ini, ia tidak menyangka gurunya yang kedua Tok-koh It Hang berada di situ, dari itu, datangnya ada kebetulan sekali. Iapun ada punya satu urusan lain dengan gurunya, Lioe Kiam Gim. Tokkoh It Hang girang melihat datangnya ini murid, akan tetapi ia heran menampak romannya yang kucel, seperti murid itu sedang berduka. Ia segera tanya, murid ini ada punya urusan apa, malah ia tanya berulang-ulang sewaktu orang ayal menyahutinya. Selagi ia menanya, ia tidak menyebut murfb pada muridnya ini, maka juga Tjiong Hay Peng menyelak seraya berkata: Kau niscaya belum ketahui, dia ini ada murid tersayang dari Lioe Kiam Gim? Atas ini, Tok-koh It Hang melainkan bersenyum. Aku telah ketemu sama gurumu, kita sekarang justeru hendak berangkat menyusul ia, untuk membantu, Tok-koh It

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hang beritahukan muridnya ini seraya ia tuturkan kenapa Kiam Gim pergi ke Sin-tek. Law Boe Wie kerutkan alis. Ia insyaf, gurunya pasti ada menghadapi ancaman bahaya. Inilah sukar bagi ia, karena ia segera ambi! putusannya itu! Biar bagaimana, ia perlu pergi susul gurunya dahulu. Begitulah mereka sudah berangkat ke Sin-tek, dan mereka datang di saatnya pertempuran hebat berlangsung, hingga mereka turut ceburkan diri, untuk membantu itu kedua soeheng dan soetee yang terancam bahaya. Kiam Gim semua tidak pikir untuk melabrak musuh. Kiam Beng telah terluka, perlu mereka lekas angkat kaki dari sarangnya Keluarga Soh itu. Bertempur lama-lama tidak ada faedahnya, kalau sampai nanti datang tentara negeri, itulah hebat. Bersama-sama In Tiong Kie, Kiam Gim membuka jalan, dalam keadaan sulit, mereka maju terus. Sambil menggendol Kiam Beng, Tok-koh It Hang pernahkan diri di tengah-tengah kawan. Di belakang Tjiong Hay Peng dan Law Boe Wie. Walaupun ia sedang lindungi Kiam Beng, Tok-koh It Hang tidak diam saja dengan pedang dan tangan kosongnya, sabansaban ia minta korban. Kiam Gim ngamuk hingga ia berhasil membuka satu jalan, akan nerobos ke pepohonan yang lebat, sampai ia mendekati tembok pekarangan. Di belakang ia, In Tiong Kie berlaku tidak kurang gagahnya, hingga mereka bisa diikuti rombongan mereka Sampai di sini, masing-masing mereka lantas perlihatkan keentengan tubuh mereka. Dengan beruntun mereka enjot tubuh akan loncat naik lebih jauh ke tembok, buat dari sini lompat turun keluar pekarangan. Orang-orangnya Keluarga Soh kena dibikin ketinggalan, cuma lima atau tujuh orang yang dapat mengikuti terus, tetapi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka bersikap seperti hendak menguntit saja, untuk cari tahu, kemana Kiam Gim semua hendak pergi. Kiam Gim mendongkol sekali melihat sikap orang itu, segera ia memberi tanda rahasia, atas mana, mereka semua lantas kendorkan tindakan mereka, untuk berikan ketika semua pahlawan musuh dapat mencandak, tetapi, tempo orang sudah datang cukup dekat, dengan mendadak ia putar tubuhnya dan menyerang secara hebat Pahlawan yang maju paling muka menjadi kaget, ia bersenjatakan tumbak gaetan, ia gunai gaetannya itu, akan menangkis serangan sekonyong-konyong itu. Kiam Gim mendekam, pedangnya dipakai menyampok ke atas, selagi gaetan musuh terpental, ia menyapu ke bawah. Bukan main gesitnya. Lantas pahlawan itu menjerit keras, tubuhnya rubuh, karena kedua kakinya sebatas dengkul kena dibabat kutung! Pahlawan yang kedua sudah lantas sampai, ia kaget, ia tak sempat tahan diri, sebelum ia sempat berdaya, kakinya Kiam Gim sudah serampang ia dengan Soan hong sauw touw twie atau Tendangan angin puyuh. sehingga ia kena tersapu, tubuhnya terpental beberapa tumbak, tubuh terbanting. Kawanan budak tak tahu malu! Kaim Gim segera perdengarkan suaranya yang keren. Melulu karena andali jumlah banyak, kau orang berani banyak tingkah! Hayo, siapa punya kepandaian, mari maju kemari! Aku Lioe Kiam Gim, pedangku, piauwk u, tidak nanti berlaku sungkan lagi terhadap kau orang! Dengan pedangnya Thay-kek-kiam di depan dada, Kiam Gim bcrdiri tcgak, mengawasi dengan bcngis pada musuhmusuhnya. Kawanan pahlawan itu kena dibikin ciut hatinya. tanpa biiang suatu apa, mereka putar tubuh, terus mcrcka menyingkir.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Gim tertawa dingin, ia masuki pedangnya ke dalam sarung. Ia memandang ke sekitarnya, mendongak ke langit, akan lihat jernihnya cahaya rembulan dan bintang-bintang. Sunyi senyap di empat penjuru. Mari kita berangkat! kata ia akhirnya, sambi) bersenyum. Rombongan ini lantas berjalan dengan cepat, keluar Kota Sintek, akan memasuki daerah Pegunungan Yan San di antara Sin-tek dan Peng-tjoan, tempo sang fajar sudah datang, mereka sudah berada di sebuah rimba di luar kota, jauhnya seratus lie lebih dari Kota Sin-tek. Di sini di dalam hutan lebat, di dalam gunung, mereka keluarkan napas lega. Dengan perlahan-lahan, Tok-koh It Hang turunkan tubuhnya Kiam Beng, In Tiong Kie dan Tjiong Hay Peng dengan sebat gelar sepotong baju biru dan sepotong mantel kulit kambing, atas mana tubuhnya Kiam Beng direbahkan, supaya dia ini tidak sampai demak dengan embun. Kiam Beng rebah dengan kedua mata separuh tertutup, mukanya sangat pucat, mulutnya tersungging senyuman, suaranya tidak tedas, ia seperti hendak mengucapkan katakata, tetapi tidak mampu keluarkan itu. Menampak demikian, semua or-ang menjadi terharu sekali. Beginilah nasibnya satu jago, yang polos, yang mau percaya seorang licin__ Selagi orang berdiam, Batara Surya muncul dari belakang gunung, memperlihatkan sinar kuning emas yang lemah, menembusi mega, menembusi juga pepohonan. Tanpa merasa, Boe Wie angkat kepalanya. Matahari telah keluar! kata ia. Untuk Kiam Beng- ia merasakan ini adalah sinar matahari yang terakhir ia dapat pandang. la telah buka matanya, dari situ lantas mengalir air matanya. Ia memandang kepada semua orang, lantas ia menangis sesenggukan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku kuatir inilah yang terakhir aku melihat matahari kata suaranya lemah. Soeheng!dan iaawasi Lioe Kiam Gim. Soeheng, menyesal aku tidak dengari kata-katamu!. Kiam Gim ada bagaikan baharu sadar dari mimpinya. Ia pandang soetee itu, air matanya mengembang. Ia membungkuk, akan lihat muka soetee itu terlebih dekat. Soetee berkata ia, dengan niat menghibur, kau jangan kuatir. Kita nanti obati kau sampai sembuh. Asal kita sudah keluar dari Gunung Yan San ini, jangan takut sakit hati ini tak akan terbalas! Hanya. Ia berhenti ber-kata-kata, ia menangis. Ia lihat lukanya Kiam Beng yang hebat. Baju luar dari soetee ini sudah robek, di perutnya ada tanda biru kecil tetapi itu menandakan bahvva tulang rahang telah patah, menjadi korbannya Tjit-tjiat Lianhoan Hek-houw-pian, itu ruyung yang liehay. Celakanya, di situ mereka tidak punyakan obat, kecuali dua butir obat Tiat-tah-wan, piranti jatuh dan terpukul, yang nampaknya tidak bisa berbuat banyak. Tok-koh It Hang ada punya obat piranti punahkan racun senjata rahasia, obat ini pun tidak mengenai. Masih Kiam Gim mencoba, dengan berikan pula soetee itu Tiat-tah-wan. Kiam Beng goyangi kepalanya dengan lemah. Toako, aku sudah tak berguna lagi kata ia sambil menangis. Aku harap, di belakang hari, sukalah kau tilik anakku si Hiauw. Umpama kata kau ketemu dia, tolong beritahukan bahwa ayahnya tidak lagi memaksa dia dalam urusan pernikahannya. Kau minta dia pulang, untuk satu kali saja sambangi kuburanku, selanjutnya aku akan mati meram.. Anak si Hiauw itu adalah Teng Hiauw, puteranya Kiam Beng. Anak ini menghilang pada lima tahun yang Ialu, karena

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bentrok sama ayahnya dalam urusan jodohnya. Kiam Gim manggut Itulah urusan kecil, aku bisa bereskan itu, kata ia. Aku nanti perlakukan si Hiauw seperti anak sendiri, sebagaimana dahulu mendiang ayahmu perlakukan kepadaku. Kiam Beng manggut, agaknya ia sangat bersyukur. Kemudian ia berpaling pada Tok-koh It Hang, ia awasi jadi Liauw-tong ini. Tiba-tiba berkelebatlah hal-ihwalnya, bagaimana ia sudah dipermainkan oleh Soh Sian Ie, sampai ia bentrok sama jago ini. Karena ia ditolong Sian Ie, ia jadi dimusuhkan kaum Rimba Persilatan. Ia malukalau ingat ia dikalahkan oleh Tok-koh It Hang yang ia layani dengan tangan kosong, ia berpikir untuk mencari balas, siapa tahu, sekarang ia ditolong jago Liauw-tong itu, malahan musuhnya, si pahlawan bergenggaman Tjit-tjiat Lian-hoan Hek-houw-pian, telah binasa di tangan jago ini. Ia menyesal. Tok-koh Loo-enghiong, aku telah berlaku keliru terhadap kau kata ia dengan suaranya lemah. Sekarang, selagi aku menghadapi kematian aku bisa bersahabat dengan kau, aku puas. Aku berterima kasih kepada kau, yangtelah balaskan sakit hatiku. Loo-enghiortg, aku akan menutup mata dengan mata meram. Ah!. ia bcrhcnti sebentar, untuk melanjuti, dengan terputus-putus: Sayang itu jahanam she Soh tidaklah dengan tangan sendiri aku bisa binasakan dia.r Tok-koh It Hang jadi sangat terharu, sampai -air matanya mengembang. Sebenarnya ia hargai Kiam Beng, ia hanya tidak sctujui sepak terjangnya yang sudah bcrsahabat sama Soh Sian Ie dan pembesar-pembesar negeri, hingga karcnanya. ia ganggu jago Thay Kek Pay ini dan tcmpur padanya. Tapi sekarang ia lihat, Kiam Beng ada satu laki-laki sejati, dia hanya ada korban dari kejujurannya, korban dari kelicinannya orang Boan she Soh itu, ia jadi menyesal. Mcmang jarang ada orang gagah sebagai jago she Teng ini, apapula dia adalah ahli waris dari Thay Kek Pay. Ia lantas membungkuk.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lauwtee, jangan kau pikirkan sakit hatimu kepada Keluarga Soh itu, ia kata. Di sini masih ada kita dan saudaramu!* Kiam Beng bersenyum meringis, lantas ia menoleh pada Tjiong Hay Peng. Dia ini pun ada musuhnya dan permusuhan di antara mcrcka masih belum dapat didamaikan. Dan ini musuh sekarang ada salah satu penolongnya. Ia tidak tahu, Tok-koh It Hang pun tclah datang menolong karena permintaannya orang she Tjiong ini. Ia mcnjadi likat scndirinya. Tjiong Toako, aku juga berlaku kcliru tcrhadap kau kata ia. Dua makhluk yang bertopeng itu pasti bukannya muridmurid Heng Ie Pay. Aku menyesal yang aku tidak mampu bekuk mcrcka, Toako, biarlah aku minta kau yang suka tolong aku cari merekaitu. Hay Peng terkejut. Sampai itu waktu, Kiam Beng masih sangsikan dia! Coba dalam keadaan biasa, pasti ia sudah jadi sangat gusar, akan tetapi sekarang, selagi orang hendak putus jiwa, selagi ia sendiri hendak turut menghibur, ia mesti kendalikan hatinya. Justeru itu, Law Boe Wie lompat pada paman gurunya, ia membungkuk, akan cekal tangannya. Socsiok, aku tclah ketahui dua manusia bertopeng itu! kata dia. Malah satu di antaranya aku tclah bikin mampus! Sakit hati Soesiok telahterbalas!. Kiam Beng dcngar itu, ia pentang kedua matanya. Apa kau bilang? tanya ia. Apakah itu benar? Pasti, Soesiok!jawab Boe Wie, yang terus saja tuturkan bagaimana di rumah gurunya di Kim Kee Tjoen, ia telah bekuk Bong Eng Tjin, yang kemudjan ia binasakan. Hanya sayang, yang satunya, yang bergenggaman Poan-koan-pit bisa llolos selagi aku lawan padanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar pcnuturan itu, Kiam Beng bersenyum puas. Kiam Gim, sebaliknya, jadi terkejut, ia menjadi heran sekali. Tentu saja ia beium tahu halnya malapetaka yang menimpa |keluarganya. Selagi menghadapi kecelakaannya sang soetee, iapun [tidak sempat menanyakan penjelasan pada muridnya itu. Mukanya Kiam Beng lantas jadi lebih pucat pula, ia meringis-ringis, suatu tanda ia sedang lawan rasa sakitnya. Kcmudian, ia jadi sabar lagi, rupanya ia tcrhibur. Malah ia bisa bersenyum. "H iantit," berkata ia, "urusan yang dua puluh tahun lamanya membenam aku, kau telah dapat bikin terang! Jadi kau telah bereskan itu binatang yang palsukan Heng Ie Pay. Hiantit, bagus sekali! Sekarang tinggai satu hal untuk tnana aku mohon jawaban kau... selagi sekarang aku belum hcmbuskan | napasku yang penghabisan.... Hiantit, maukah kau meluluskannya?" Kiam Beng awasi itu keponakan murid. Di antara cahaya matahari, keliatan nyata pucatnya mukanya, pucat yang luar biasa. Melihatroman orang itu,' hatinya Boe Wie memukul keras. "Apakah itu Soesiok?" tanya ia. perintahlah aku, asal yang aku sanggup, aku tentu bersedia akan melakukannya...." Walaupun ia mengucap demikian, hatinya Boe Wie toh goncang, ia ragu-ragu. Kiam Beng mengawasi, kemudian terdengarlah suaranya, yang tak lancar: . "Boe Wie, aku dengan kau sebenarnya rada asing," demikian katanya, "akan tetapi, meskipun demikian, kau tetap ada murid keponakan yang sah. Pelajaranmu ada lebih tinggi daripada semua muridku, malah kau pun sudah balaskan sakit hatiku. Aku tidak sanggup balas budimu itu, tapi sekarang,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

aku hendak berikan kau satu tanggungan yang berat sekali. Boe Wie, maksudku adalah aku ingin kau menjadi ahli waris dari Thay Kek Pay...." Boe Wie tcrpcranjat. Inilah ia tidak pcrnah sangka. Buat jadi ahli waris dari Thay Kek Pay, sedang ia hidup sebatang kara, masing Iuntang-lantung? Malah ia masih akan luntanglantung terus? Umumnya, ahli waris atau fjiang-bocn-djin mesti ada anaksendiri, atau murid kepala, atau juga salah satu murid, yang bijaksana, maka itu. permintaannya Kiam Beng ini ada luar biasa. Ia juga tidak Renal satu jua murid-murid atau muridnya soesiok itu, yang katanya ada banyak Mana bisa ia mendadakan jadi toa-soeheng? Maka ia goyang kepala. "Soesiok, ini rasanya tidak tepat." Kata ia. "Kenapa tidak?" tanya Kiam Beng, nampaknya ia rnasygul. "Aku sendiri, tidak seharusnya akujadi ahli waris. Itulah kejadian di masa aku muda, selagi semangatku bcrkobarkobar, aku memaksa memimpin kaumku. Ah, coba dulu aku tidak memikir demikian, sekarang tidak nanti aku kejeblos ke dalam tipu-dayanya Keluarga Soh.... Selamajtu, aku juga telah tidak pegang pimpinan sempurna. Coba Soeheng yang jadi tjiang-boen-djin, tidak nanti Thay Kek Pay timbulkan kesulitan dengan kaum Rimba Persilatan seperti sekarang ini: Seharusnya Soeheng adalah yang mesti jadi ahli waris, maka itu, karena kau ada murid kepalanya, siapa berani tantangi kau? Selagi ada eurumu di sini dan Tok-koh Loo-enghiong selaku saksi, sekarang aku serahkan kedudukanku kepada kau. Kcadaan kita mirip dengan aku undang ketua-ketua untuk saksikan penyerahan pimpinan. Jikalau kau tolak, kau akan bikin aku meninggalkan dunia dengan mata tak meram! Apakah kau inginkan itu?" Tok-koh it Hang tolak tubuhnya Boe Wie, maksudnya menganjurkan pemuda ini terima tawaran itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Boe Wie menoleh pada guru itu, ia mengawasi juga pada Kiam Gim. Lioe Kiam Gim menghela napas. "Boe Wie, ini lah tugas berat," kata ia, dengan perlahan. "Tetapi socsiokmu ada bermaksud baik, kau terimalah!" Boe Wie jadi serba salah, tapi ia segera berlutut di depannya itu paman guru, iacekal tangannya. "Oleh karena Soesiok menitahkan, baiklah, aku tcrima," katanya. Kiam Beng bersenyum. 'Thay Kek Pay dari keluargaku, Kaum Teng, ada ahli warisnya!" katanya, dengan puas. Lantas ia pandang Tjiong Hay Peng, akan kata: "Aku telah perlakukan keliru kepada kau, Tjiong Toako, aku harap kau suka maafkan aku, Tolong kau bantu pada Boe Wie...." Kiam Beng coba kumpulkan tenaganya, akan keluarkari kata-katanya itu, habis itu, kakinya berkelejat, lantas suaranya berhenti. Semua orang menjadi kaget, mereka menubruk, sedang Kiam Gim raba dadanya, tapi napasnya soetee itu sudah tidak ada, tak dapat ditahan lagi, air matanya keluar menetes bagaikan hujan.... Demikian nasibnya satu jago, nasib yangmalang.... Dalam kesunyian, cahaya matahari terus mencorong. Sampai sekian lama, semua orang berdiam, tubuhnya Kiam Beng rebah di tanah. Akhir-akhirnya Tok-koh It Hang angkat kepalanya, ia towel Kiam Gim. "Sudah, Saudara Lioe, jangan bersedih pula," ia kata. "Marilah kita kubur soeteemu...." Kiam Gim angkat kepalanya, ia menghela napas. Ia lantas hunus pedangnya, buat dipakai menggali tanah. Tok-koh It Hang, Tjiong Hay Peng dan Law Boe Wie juga lantas gunakan senjatanya masing-masing, akan membantu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gali lobang, sedang In Tiong Kie babat rumput di sekitar itu, untuk bikin tempat jadi bersih. Mereka tidak ambil banyak tempo, lalu tubuhnya Kiam Gim digotong, dimasuki, direbahkan, di dalam lobang, buat terus diuruki, scsudah itu Kiam Gim cari sepotong batu untuk dengan pedangnya ukir huruf-huruf yang berbunyi: "Kuburannya Teng Kiam Beng, ahli waris dari Thay Kek Boen". Setelah pasang bongpay itu, Kiam Gim mengawasi sambil tunduk, air matanya mengembang, mulutnya perdengarkan suara serak dan tidak nyata, kemudian ia menghela napas, ia duduk numprah di depan kuburan. Ia duduk sekian lama, tibatiba ia angkat kepalanya, memandang Boe Wie. "Tadi kau omong tentang pertempuran di waktu malam di dalam rimba pohon lioe," kata ia pada muridnya itu, "coba sekarang kau tuturkan itu lebih jelas. Bagaimana dengan Soebomu? Mustahil dia tidak adadirumah?" Pikirannya Kiam Gim mulai jadi terang, iajadi ingat katakatanya sang murid tadi. Ia percaya benar kepandaian isterinya, Lauw In Giok, aa tidak berkuatir. la tidak tahu, musuh datang dalam jumlah yang besar, dengan akalnya yang keji-busuk! Boe Wie turut permintaan gurunya itu, ia lantas berikan penuturannya yang jelas, akhirnya, dengan roman pucat, karena hatinya memukul, ia tambahkan: "Semua-semua adalah salah teetjoe, yang telah datang terlambat...." Hatinya Kiam Gim tergetar, tubuhnya bergemetar. Itu ada kejadian yang hebatsekali. Tidakkah isterinya telah jadi seorang tapadakpa? "Sungguh busuk musuh itu!" kata ia dengan sengit seraya ia berbangkit Tapi ia ada seorang dengan pengalaman, ia lantas kata pada muridnya: "Boe Wie, kejadian itu tidak ada sangkutannya dengan kau. Malah beruntung kau datang, kalau tidak, entah bagaimana hebat kejadian! Muridku yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

baik, aku sangat berterima kasih pada kau! - Habis, bagaimana dengan soemoaymu Bong Tiap?" ia tambahkan, dengan bernafsu. "Apakah dia turut Soeniomu ke Shoasay?" Kembali tampang mukanya Boe Wie berubah. "Bong Tiap dan Ham Eng turut teetjoe mencari Soehoe," sahut ia dengan terpaksa, "tetapi, tetapi...." Murid ini mandi keringat pada mukanya, tampangnya jadi terlebih pucat. Kalau tadi ia nampak gagah bagaikan naga atau harimau, sekarang ia jadi lesu dengan tiba-tiba. Kedua biji matanya pun lenyap sinamya. Kiam Gim mengawasi, hatinya memukul. Ia dapat firasat jelek. la baharu hendak tanya murid itu atau Boe Wie sudah jatuhkan diri, beriutut di depannya. "Soehoe, ampunkan muridmu." bcrkata dia. "Tidak seharusnya aku izinkan soemoay dan soetee ikut aku melakukan satu perjalanan jauh, menempuh bahaya di dunia Kang-ouw.... Semua-semua adalah kepandaianku yang tidak ada art inya, aku tidak sanggup lindungi socmoay. Soehoe, aku telah rubuh! Satu kali kita masuk ke dalam Kawasan Hoopak, di sana kita kena terjebak musuh, kita telah berpencaran !._** Wart a ini ada terlebih hebat dari halnya Lauw In Giok. Bong Tiap ada putcri satu-satunya. Kiam Gim rasakan hatinya tertusuk, mukanya mcnjadi pucat dcngan tiba-tiba, ia tendang sebuah batu besar di dcpannya, sampai batu pecah-pecah dan tcrpcntal! Kumisnya pun bangkit berdiri. "Permusuhan apa ada di antara aku dan musub-musuh itu hingga mereka jadi demikian jahat?" ia berseru. Tok-koh It Hang dan In Tiong Kie maju, akan pegang jago Thay Kek Pay ini. "Sabar, Lioe Loo-enghiong," berkata mereka. "Biarkan Boe Wie cerita lebih jelas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tjiong Hay Peng pun maju, akan kasih bangun pada Boe Wie. "Kau sabar," ia kata, pada jago she Lioe itu, "kau dengarkan muridmu cerita lebih jauh. Kau Iihat, kau bikin muridmu ini kaget. Bukankah biasa saja di kalangan Kang-ouw tcrbit angin dan gelombang? Puterimu bukan gadis biasa, mustahil dia tak dapat lolos dari mulut harimau? Ada baiknya jikalau anak-anak muda mendapat pengalaman. Bukankah kau dan aku juga pern ah ngalami angin hebat dan gelombang dahsyat? Bukankah kita pun masih bisa hidup sampai sekarang? Nan, Boe Wie, hayo kau bercerita, gurumu tidak nanti pcrsalahkankau!" Kiam Gim berdiam, agaknya ia jadi tenang pula. "Anak, aku tidak salahkan kau, kau ceritalah!" kata ia, seraya pegang tangan m uridnya. Boe Wie menangis. "Memangnya aku tak punya guna, hingga sudah terjadi peristiwa hebat ini," ia berkata. "Sekalipun Soehoe persalahkan aku, aku terima dengan baik. Soehoe niscaya tidak ketahui, berapa ada jumJahnya musuh. Aku telah pukul mundur yang satu, datang lagi rombongan lain." Beginilah ceritanya Boe Wie: Ham Eng dan Bong Tiap, bersama Boe Wie, lakukan perjalanannya ke Utara. Ia berlaku sangat hati-hati di sepanjang jalan. Kedua soetee dan soemoay itu adalah orangorang bam. Apa mau, Bong Tiap ada satu anak yang tak kenal takut, ia tidak jerihkan "angin besar dan gelombang hebat". Tidak beda banyak adalah Ham Eng. Mereka juga merupakan satu rombongan yang menarik hati. Bong Tiap ada muda dan cantik, Ham Eng ada muda dan cakap, di sebelah mereka, Boe Wie ada bertubuh besar dan romannya garang. Mereka menunggang kuda, yang sering-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sering mereka larikan keras. Mereka belum keluardari daerah Shoatang, lantas ada orang yang telah pasang mata terhadap mereka! Pada itu hari kcjadian, baharu saja mereka keluardari daerah Shoatang, mereka hendak menuju ke Kota Boc-ip, Hoo-pak. Apa mau, mereka diganggu hujan, hingga mereka mesti menunda perjalanan. Ketika perjalanan dilanjuti, mendekati maghrib, mereka masih belum sampai di kota yang dituju itu. Boe Wie jadi sibuk. "Man kita larikan keras kuda kita!" kata Boe Wie pada dua kawannya. Ia ingin buru tempo. Ia kaburkan kudanya. Ia memang ada satu penunggang kudajempolan. Lari belum lama, ia sudah bikin soemoay dan soeteenya ketinggalah jauh di belakang, maka kemudian terpaksa ia perlahankan kudanya, untuk nienunggui dua saudara seperguruan itu dapat susul padanya. Apa mau, tetap dua saudara itu tidak dapat candak padanya. Ketika kemudian ia nienoleh, ia dapatkan mereka bukan sedang kaburkan kuda mereka, hanya mereka sedang pasang omong dengan asyik. Di atas kudanya, Ham Eng tunjuk sana dan tunjuk sini, tangannya digerak-geraki, rupanya ia sedang berdaya membikin Bong Tiap gembira. Rupanya dua saudara itu pikir, itu hari mereka tetap bakal sampai di Boe-ip, terlambat sedikit, tidak apa.... Melihat keadaan itu, Boe Wie tidak tega untuk mendesak. Ia masih anggap sang soemoay sebagi bocah, hanya bocah yang sudah matang.... Di sepanjang jalan, ada saja yang Bong Tiap tanyakan soehengnya, perihal pengalamannya, tentang kejadian-kejadian dalam dunia Kang-ouw, atau tentang bedanya berbagai kaum persilatan. Setiap soemoay itu| gerecoki Boe Wie, Ham Eng agaknya kurang puas, karena ini, Boe Wie jadi tidak cnak sendirinya, maka itu, ia antap saja. Begitulah mereka jalan sampai sang maghrib datang. itu| waktu, dari kejauhan, mereka sudah lihat tembok kota.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Asal sudah sampai di luar kota, di mana ada rumah orang, hari mi bisa dianggap sudah dilewatkan," pikir Boe Wie. Siapa tahu, baharu Boe Wie berpikir demikian, atau dari depan, di mana ada bukit, lantas terdengar suara berisik, dari larinya beberapa ekor kuda, yang mana disusul sama sambarannya beberapa batang anak panah, yang mengaung di tengah udara. Dengan hati berpikir, karena berkuatir, Boe Wie hunus pedangnya la tahan kudanya. Segera juga datang satu pcnunggang, yang disusul olch tiga kawannya. Mereka ini bersikap demikian rupa, hingga Boe Wie dibikin terpisah dari Bong Trap dan Ham Eng. Boe Wie mengerti bahaya. La keprak kudanya, buatdikasih lompat, akan hampirkan soemoay dan soeteenya. Kudanya itu bisa lompat tinggi dan jauh. Apa mau, senjata rahasia datang menyerang. Dengan pedangnya, ia menangkis. Satu serangan dapai dihalau. ia bisa beia dirinya sendiri, apa celaka, kudanya tidak! Dengan satu jeritan, kuda itu ngusruk ke depan, kedua kakinya tertekuk, sampai Boe Wie turut ngusruk juga. akan tetapi ia bisa barengi lompat turun, hingga ia tidak sampai turut runtuh. Baharu Boe Wie injak tanah, atau serangan sudah datang kepadanya. Sambaran golok ada hebat sekali. Cepat ia herbal ik, sambil menangkis. "Trangi" kedua senjata beradu keras, sampai lelatu api muncrat. Bentrokan itu membikin Boe Sie ketahui, musuh ada bertenaga besar. Dalam remang-remang, ia awasi lawan itu, seorang dengan usia lima puluh lebih, mukanya merah, kumisnya semu merah tua, tangannya menceka! sepasang Poan-koan-pit yang panjangnyatiga kaki lebih. Qr-ang itu berdiri dengan gagah, dengan jumawa, sepasang senjatanya seperti

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pit itu, dia rangkapkan. Itulah sikap dedek "Beng houw hok kian" atau "Harimau nongkrong di peiatok". Dengan hati berpikir, Boe Wie juga siapkan pedang Gin-lankiamnya, ia gunai sikap "Kie boh liauw thian" atau "Angkat obor menyuluhi langit". Ia bersiaga untuk segera menyerang, karena ia tidak mau mencrjang terlcbi h dahulu. Kemudian ia perdengarkan suara mengejek: "Aku kira orang ternama si apa, tidak tahunya segala budak Boan - pahlawan terbesar Ouw It Gok! Maaf, maafkan aku, yang bcrlaku kurang hormat! Kcpandaian kau orang, aku sudah ketahui! Kau orang, kawanan budak, cuma pandai kepung orang dengan beramairamai! Sungguh kau orang membikin malu saja pada kaum Rimba Persilatan!" Law Boe Wie tidak kenal Ouw It Gok, tetapi ia kenali orang punya sepasang Poan-koan-pitnya itu, scdang dari sakunya Bong Eng Tjin, ia pemah dapatkan sepucuk suratnya It Gok, dari itu, iasengaja mendahului menyebut namanya. Untuk sesaat, nampaknya musuh ini kaget, tetapi lekas juga, ia tertawa bcrkakakan. "Benar aku Ouw It Gok, habis kau hendak apa?" kata ia secara menantang. "Dengan sepasang senjataku ini, aku nanti layani pedangmu yang panjang! Jikalau kau mempunyai kepandaian, hayo kau maju!" It Gok menantang seraya ia terus geraki kaki dan tangannya, bukannya ja siap untuk sambut serangan, tiba-tiba ia mendahului lompat menerjang. Dengan Poan-koan-pitnya, yang terbuat dari baja pilihan, ia coba ketok pedang orang. Ia mau bersikap keras. Boe Wie tidak pikir untuk adu senjata dengan senjata, ia tarik pedangnya ke bawah, dari situ ia memutar tangannya, sambil maju, ia menusuk ke arah muka musuh. "Bagus!" berseni Ouw It Gok, yang geser kaki kiri keluar, untuk kelit tubuh, tapi setelah itu, dengan "Koay bong hoan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sin", atau "Ular naga siluman jumpalitan", ia maju dari kanan ke kiri, dengan memutar tubuh, sepasang genggaman nya menyerang dengan tipu pukulan "In Hong sam hian", atau "Naga awan muncul tiga kali". Ouw It Gok ini ada kawannya Bong Eng Tjin, dialah yang turut memancing Teng Kiam Beng dengan pakai topengnya. Kepandaiannya memang ada di atas kepandaiannya kawannya itu. Ketika Bong Eng Tjin tertawan, Ong Tjay Wat yang bisa loloskan diri bersamasisa kawannya, lari pulang untuk bawa kabar celaka Mendapat tahu Bong Eng Tjin, soeteenya telah terbinasa,'0uw It Gok jadi sangat gusar, maka tidak tempo lagi, ia ajak kawan untuk menyusul, akan cari Law Boe Wie, guna menuntut balas. Sekarang ini, berkat latihan keras, Ouw It Gok ada jauh lebih liehay daripada waktu ia permainkan Teng Kiam Beng, maka itu, dengan hebat ia bisa desak Boe Wie. Ia nyata pandai ilmu menotok jalan darah, karena ujungnya Poankoan-pit dipakai mencari Sha-tjap-Iak-too To-hiat, ialah tiga puluh enam jalan darah! Law Boe Wie tertawa terbahak-bahak kapan ia sudah saksikan cara berkelahi musuh. Sama sekali ia tidak menjadi jerih. Ia lantas melayam dengan gunakan tipu-tipu dari Thay Kek Tjap-sha-kiam, yang ia campur dengan Tok-koh It Hang punya, "Hoei Eng Keng-soan-kiam". Ia maju dan mundur dengan gesit, ia tak hendak bentur senjata musuh, tapi ia pun balas menyerang. Dengan caranya ini, ia bikin It Gok kewalahan mencoba melukai padanya. Pertempuran ini ada seru, sebab mereka ada satu tandingan. Bicara kepandaian Boe Wie ada terlebih liehay, tapi bicara tenaga, ia kalah setingkat. Boe Wie pun pikirkan soetee dan soemoaynya yang orang telah kurung, yang telah dipisahkan darinya. Setelah tiga kawannya It Gok itu. kemudian datang pula Iain rombongan, kira-kira dua puluh jiwa, bersama yang tiga,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka ini kepung Bong Tiap dan Ham Eng. Mereka tidak punyakan kepandaian berarti, terhadap itu dua saudara, ia orang sukarberbuat banyak. Hanya, kendari begitu, Boe Wie tetapsibuk. Beberapa kali ia mencoba meninggalkan It Gok. saban-saban musuh licin ini rintangi ia. Beberapa waktu telah lewat, tiba-tiba Boe Wic menjadi bingung. Ketika ia gunakan kesempatan, akan lihat dua saudaranya, dua saudara itu sudah tidak ada di tempat pertempuran tadi, mcrcka irii pindah bcrsama sekalian musuh-musuhnya. Segera juga terdengar suara berisik dari mereka itu, tidak lagi tcrtampak orangnya. Bukan main gusarnya Boe Wie, lantas ia desak It Gok. Sekali ini ia gunakan pwce-pwee lak-tjap-sie-tjbioe dari Kengsoan-kiam, enam puluh empat jurus pcdang dari Tok-koh It Hang, sedans tangan kirinya, mengimbangi pedang, mencari jalan darahnya musuh itu, tangan kirinya ini ada terlebih liehay daripada Poan-koan-pit dari Ouw It Gok. Oleh karena terburu nafsu, Boe Wie sampai alpa menjaga dirinya rapat-rapat. Ia majukan kaki kiri, tubuhnya ikuf, tangan kanannya, dengan pedangnya, membabat lengan kanan dari musuh. Ouw It Gok girang sekali melihat ini macam serangan. Ia segera lompat ke samping kiri lawannya, dari situ ia mendak sedikit, akan menyapu. Boe Wie telah serang tempat kosong, ia iihat datangnya serangan, ia berlompat, sampai tingginya satu tumbak lebih. Lompatan ini bisa singkirkan tubuh dari senjata musuh. Tapi It Gok berlaku sebat, akan menyabet naik ke atasi Dalam keadaan seperti itu, Boe Wie jadi seperti bcrada di tengah udara. inilah salah satu gerakan "Tjeng kang toe tjiong soet" atau "lompatan entengi tubuh" dari Tok-koh It Hang, yang ambil itu dengan meneladan sikapnya garuda menyambar. Ilmu ini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Boe Wie bisa jalankan dengan baik, walaupun bclum sempurna bctul. Ia kelit dari Poan-koan-pit kiri, ia jejak Poankoan-pit kanan, berbareng dengan itu, tangannya yang kiri dengan "Yoe Hong tarn djiauw", atau "Naga mengulur kuku", menyambar ke lengan kiri. Tubuhnya rada mendatar. Ouw It Gok kaget bukan main. Syukur dia bukannya satu ahli silat biasa saja. Lekas-lekas ia jengkang tubuhnya, kaki kanannya mendahului ditekuk ke belakang, sembari terlentang, sebelah kakinya dipakai menendang ke atas, kepada tubuhnya musuh. Dengan cara ini, ia sudah selamatkan lengan kirinya. Tapi Boe Wie tidak sudah saja karena serangan "Yoe Hong tarn djiauw"nya tidak memberikan hasil, ia sudah lantas susu 1 itu dengan "Tcng san kan goat", atau "Mendaki bukit mengejar rembulan". Satu kali ini, tangan kirinya yang liehay telah bentur pundak orang, atas mana, It Gok rasakan anggota tubuhnya itu jadi san gat panas, hingga ia tcrpaksa gulingkan tubuh, dengan "Koan long ta koen", atau "Serigala berguling-guling", sampai jauhnya beberapa tumbak, kemudian dengan gesit ia melompat berdiri, akan terus lompat lebih jauh, untuk lari ke dalam lebatnya pohon gandum di tepian. Law Boe Wie tertawa dingin, ia tidak kejar musuh itu, ia ham/a lompat ke dalam rimba, guna cari kedua saudaranya seperguruan. Di antara suaranya yang berisik, beberapa penjahat sambut musuh ini dengan serangan berbagai senjata rahasia. Boe Wie gunakan pedangnya, tangannya, akan punahkan sesuatu serangan, atau ia bcrkclit, dengan begitu, tidak ada satu senjata rahasia yang mengeriai tubuhnya. Ketika ia berhasil nerobos ke dalam rimba, di situ cuma ada enam atau tujuh penjahat, Bong Tiap dan Ham Eng entah kemana. Lain-lainnya penjahat pun tidak ketahuan kemana perginya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selagi Boe Wie melihat keliliingan. tujuh penjahat itu maju mendesak. Mereka ini tidak lihat gelagat. Boe Wie sambut mereka dengan tangan kirinya yang diayun. Tangan kiri ini telah tanggapi beberapa piauw dan panah tangan, sekarang semua senjata itu dibayar pulang! Sambil menjerit, tiga penjahat kelihatan rubuh. Boe Wie menyerang sambil maju, akan sekarang gunakan pedangnya. Lekas sekali, ia rubuhkan dua musuh, atas mana, dua musuh yang lainnya lantas lari ke dalam tempat yang lebat dan gelap. Maka di lain saat, medan pertempuran itu jadi sunyi, kecuali suara desirannya sang angin. Sia-sia saja Boe Wie mencari ke sana-sini. Ia lintasi sebuah bukit, ia sampai di deparfnya sebuah selat, yang dalamnya kira-kira dua puluh| tumbak, yang penuh dengan batu dan bala dengan oyotrotan. Kelihatannya seperti bekas ada orang jatuh bergulingan di oyot rotan itu. Maka, melihat demikian, ia menjadi kaget. Tidak tempo lagi, ia terjun ke bawah, turun ke selat itu, untuk cari dua saudara seperguruannya. Selat ada gelap, sukar akan melihat apa-apa, maka Boe Wie ambil dua potong batu, ia benturkan itu satu dengan lain dengan keras sekali, sampai muncratlah Iclatu api. Ia segera nyalakan api itu pada rumput kering di dalam selat itu, ia membuat segumpal rumput, buat dijadikan obor, setelah padamkan api yang melulahan, iagunai obornya itu untuk menyuluhi. Tanda-tanda darah, yang bercerecetan, ada tertampak, akan tetapi tubuh, atau mayat orang, tidak. Hal ini bikin Boe Wie kaget dan berkuatir. Siapa itu yang terluka? Or-ang jahat? Bong Tiap atau Ham Eng? Kalau.benar dua saudara itu yang terluka, itulah hebat, jangan-jangan mereka sudah terbinasa....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tercengang Boe Wie memikirkan itu Tapi ia lantas mencari terus, di sekitar situ. Ia tidak pedulikan malam ada gelap, angin ada keras. Boleh dibilang seantero malam ia gelcdah daerah itu, tetap ia tidak mernperoleh hasil. Ia bingung bukan main. Ia pun tahu, ia tidak bisa berdiam terialu lama di situ. Akhimya, ia ambil putusan. Iaiah di itu malam juga, ia menuju ke Djiat-hoo, akan susul gurunya. Syukur ia ketemu Hay Peng bertiga dan bersama mereka itu, ia akhimya dapat cari guru dan soesioknya, malah bisa tolong mereka loioskan diri dari kepungan. Demikian ada ceritanya murid ini, yang bikin Kiam Gim bcrdiri diam, mukanya pucat sekali, suatu tanda ia lagi bcrpikir dengan keras. Kabar-kabar hebat toh datang beruntun-runtun. Sudan istcrinya jadi orang bercacat. sekarang puterinya lenyap! Sehabis centa, Boc Wie berdiam, mukanya pun pucat dan lesu sekali. In Tiong Kie dan dua kawannya lantas hiburkan Kiam Gim. "Aku percaya Bong Tiap dan Ham Eng loios dari bahaya," demikian antaranya In Tiong Kie. "Mereka toh bukannya orang-orang lemah dan bodoh. Tentu mereka loios di antara tegalan pegunungan itu hingga karenanya mereka jadi berpencar dengan soeheng mereka." Lama Kiam Gim berdiam. Akhir-akhimya iaangkat kepalanya Dengan perlahan-lahan, ia usap-usap pundaknya Boe Wie. "Inilah bukan kesalahan kau," kata ia, dengan sabar sekali, suaranya pun perlahan. "Kau tak usah terialu pikirkan mereka. Biarlah anak-anak itu mengandal pada mereka punya peruntungan. Umpama kata mereka bcruntung bisa loios, di belakang had kita akan dapat cari mereka...." Bcnar baharu Kiam Gim habis berkata begitu, Tok-koh It Hang terkejut dengan tiba-tiba, hingga air mukanya berubah, lekas-lckas ia mendekam di tanah, akan pasang kupingnya. Ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terus mcndengari, selagi kawan-kawannya merasa heran, semua awasi ia. Scbcntar saja, Pek-djiauw Sin Eng sudah lantas lompat bangun. "Kawanan anjing datang untuk gelcdah bukit!" kata ia, dengan suara dari kemendongkolan. Pada masa mudanya, Tok-koh It Hang ada satu hiap-too, penjahat budiman, ia pandai mendekam di tanah, akan pasang kuping, hingga, kalau ada barisan serdadu, ia bisa duga-duga jumlahnya. Dan sekarang ia merasa pasti, yang datang itu ada pasukan terdiri dari lima atau cnam ratus jivva. Hal ini ia beritahukan pada kawan-kawannya. "Mari kitalabrak mereka!" berseru Tjiong Hay Peng, yang ada gusar sekali. Tok-koh It Hang, In Tiong Kie dan Lioe Kiam Gim tidak setuju. Buat apa layani segala serdadu, menang tidak ada untungnya, kalah ada ruginya. Maka itu mereka ambil putusan buat menyingkir saja Tjiong Hay Peng lalu nyatakan ia suka ikut Tok-kph It Hang dan In Tiong Kie pergi ke Liauw-tong, tetapi Kiam Gim dan Boe Wie berdiam, mereka bersangsi. Kiam Gim ingin jtengok isterinya, ia ingin cari puterinya, di samping itu, ia sudah janji pada Tok-koh It Hang untuk sambangi Tjoe Hong Teng di Shoatang. Yang pertama ada urusan perseorangan, yang kedua, urusan negara. Tok-koh It Hang semua bisa mengerti kesangsiannya jago Thay Kek Pay ini, maka itu mereka lantas berunding. Kesudahannya diputuskan buat Kiam Gim bcrangkat dnlu ke Shoasay, akan tengok isterinya, sebab untuk cari Bong Tiap, temponya tak kctcntuan. Untuk cari Bong Tiap dan Ham Eng, Boe Wie adalah yang diberikan tugas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah ada keputusan Kiam Gim berikan perkataannya kepada Tok-koh It Hang bahwa dia tidak bakal langgar janji mengenai cita-citanya membela negara, bahwa buat itu, tidak ada bergantung urusan Bong Tiap dapat dicari atau tidak. "Dan kau, muridku," ia tambahkan pada Boe Wie, "tolong kau capaikan diri untuk kau pergi cari soemoay dan soeteemu. Urusan menjadi ahli waris Thay Kek Pay seperti keinginan soesiokmu itu kita boleh tunda dahulu." Boe Wie terima baik perkataannya iru guru, memang keselamatan soemoaynya adalah yang ia paling pikirkan. Ia sangat sayang soemoay itu, yang di masa kecilnya ia suka ajak memain. Pertempuran sore itu ada hebat bagi Lioe Bong Tiap. Musuh telah bikin ia terpisah dari toasoehengnya Law Boe Wie. Ia sebenarnya tidak punya pengalaman, tetapi pertempuran malam di rumahnya membikin hatinya tambah mantap, ia tidak jerih, malah ia masih bisa berpikir, kali ini ia mesti layani musuh secara hati-hati agar tidak sampai terjadi kealpaan pada dirinya. Penyerang-penyerangnya putcn dari Lioe Loo-kauwsoe terdiri dari sepuluh orang, di antaranya dua ada mundmuridnya Ouw It Gok, maka itu, mereka ini bukannya lawanlawan yang lemah. Syukur yang lainnya ada tidak berarti. Salah satu muridnya Ouw It Gok menggunai tumbak Siauwtjoe-rjhio, yang ujungnya lancip dan bengkok, hingga senjata ini bisa dipakai menikam berbareng menggaet Ini ada suatu senjata langka. Yang kedua menggunai sebatang golok besar dan berat hingga Bong Tiap tidak berani benturkan genggamannya dengan senjatanya kedua musuh itu. Selagi melayani musuh-musuhnya. Bong Tiap masih dapat ketika akan melirik kepada kedua saudara seperguruannya, dari itu ia dapat tahu sang toasoeheng lagi diserang hebat oleh satu musuh yang bersenjatakan Poan-koan-pit, hingga

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saudara ini tidak punya kesempatan lain kecuali melayani musuh itu dengan sungguh-sungguh, sedang sam-soehengnya Tjoh Ham Eng mesti berkutat dengan fain-Iain musuh. Ia mcnjadi sibuk sendirinya kapan ia dapat kenyataan, makin lama ia berkisar makin jauh dari kedua saudaranya itu masingmasing. "Aku mesri tobloskan mereka ini," pikir ia kcmudian. Baharu nona ini memikir demikian atau lawannya yang memegang golok membacok ia dengan hebat dengan "lay san ap teng" atau "Gunung Tay San menindih batok kepala", bacokannya turun terus ke arah pundak. Ia menjadi sengit, hingga ia kertak gigi. Ia cepat bcrkelit kc samping, gerakannya sangat sebat, selagi bacokan mengenai tempat kosong, ia barengi membabat lengan orang. Law an itu kaget. hingga dia keluarkan seruan, berbareng mana, dia 'tank pulang tangannya. Ketika ini digunakan oleh Bong Tiap, untuk berloncat tinggi, bagaikan cecapung menyambar air, ia berlompat melewati kepala musuh, untuk jauhkan diri, hingga di lain saat, ia telah lolos dari kepungan. Melainkan sang lawan, yang tidak Sudi sudah dengan begitu saja, dia lamas memburu, diikuti oleh kawan-kawannya. Sembari lari, Bong Tiap geser pedangnya ke tangan kiri, tangan kanannya merogoh sakunya, akan ambil beberapa potong Kim-tjhie-piauw, kemudian seraya putar tubuh dengan tiba-tiba, tangan kanannya itu diayun ke arah musuhmusuhnya. Menyusul ini, beberapa musuh perdengarkan jeritan, tubuh mereka rubuh saling susul. Bong Tiap girang dengan kesudahannya ini, tetapi justeru ia kegirangan, pihak lawan, yang tidak rubuh, balas menyerang dengan senjata rahasia juga, maka ia menjadi terperanjat, segera ia perlihatkan kegesitannya, akan loncat sana dan sini, untuk hindarkan diri dari bahaya. Ia berhasil

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengelakkan beberapa senjata musuh itu, tetapi apa mau, sebatang yan-bwee-piauw menyambar juga pinggiran teteknya yang kiri, nancap di dagingnya, hingga ia menggigit gigi untuk menahan sakit selagi ia cabut piauw itu, hingga darah hidup segera mengucur keluar. Ia tidak merasakan sakit yang hebat, dari itu, ia lanjuti tindakannya lari ke depan, untuk menyingkirdari musuhmusuh itu. Semua musuh mengejar terus, malah yang bersenjatakan tumbak gaetan Siauw-tjoe-tjhio sambil teriaki kawankawannya, katanya: "Anak ayam ini tak nanti lolos! Jangan bunuh dia! Dia mesti ditangkap hidup!" Melihat keletakan, Bong Tiap dipaksa lari ke arah dalam rimba. Ia gunai pula senjata rahasianya, atas mana, semua musuh kena dirintangi, walaupun. untuk sesaat. Hanya, dalam keadaan seperti itu, ia tidak lagi bisa gunai piauwnya dengan sempurna. Sudah begitu, apa celaka, sebentar lagi, semua piauw telah digunai, sedang musuh-musuh itu mulai datang dekat pula. Sebentar kemudian, Bong Tiap sampai di satu jalanan kecil yang berlamping gunung, di depannya ada sebuah selat. Ia tak bisa lari lebih jauh lagi, ia tak bisa manjat di kiri dan kanan. Tetapi ia bisa ambil putusan cepat. Dengan tiba-tiba, ia enjot tubuhnya, akan loncat turun ke dalam lembah. Ia baharu injak tanah, atau kakinya lemas, hingga ia terguling rubuh. "Celaka!" ia menjerit dalam hatinya. Ia hendak bcrbangkit, atau ia dengar musuh tertawa mengejek. Tidak tempo lagi, dengan gerakan "Lee hie ta teng", atau "Ikan lee-hie meletik", ia loncat ke depan, jauhnya satu tumbak. Baharu ia hendak berbangkit, atau di belakang ia, tumbak gaetan musuh telah datang menyambar. Dalam keadaan seperti itu, Nona Lioe menjadi nekat, ia segera papaki musuh dengan tipu tusukan "Hoan sin hian kiam" atau "Persembahkan pedang seraya memutar tubuh".

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan geser sedikit tubuhnya, ia berkelit, lalu pedang Tjengkong-kiam ditikamkan ke arah lawan itu. Musuh menjadi kaget. Selagi tikamannya mengenai tempat kosong, ia tidak sempat tarik pulang senjatanya, ia tak keburu egos lengannya, maka itu, bahunya yang kanan itu lantas saja kena tertusuk, terbaret panjang Sementara itu, tubuhnya sudah merangsek dekat sekali si nona, maka dalam gusarnya, ia kirim kepalan kinnya, akan tonjok ulu hati orang. Ini ada serangan tidak diduga-duga dari musuh yang telah terluka itu, Bong Tiap tidak bisa berkelit atau menangkis, dadanya kena dipukul keras sekali, hingga berbareng muntahkan darah hidup, ia rubuh dengan tak sadar akan dinnya. Musuh yang bersenjatakan Siauw-tjoe-tjhio itu tertawa mengejek, ia lempar tumbaknya, ia robek bajunya, buat dipakai membungkus luka di tangannya, selagi berbuat demikian, ia menoleh pada kawan-kawannya. "Hei, kenapa kau orang menjublak saja? Lekas bekuk ini anak ayam! Lekas bungkus lukanya! Sayang jikalau ia sampai terbinasa!" Dengan sebenamya, kawan-kawan itu berdiri bengong karena saksikan kawannya dan si nona sama-sama terluka, sedang si nona sendiri rebah tak berdaya. Menjadi sadar, mereka lantas saja tertawa. Tapi, belum sempat mereka maju, untuk turun tangan, tiba-tiba mereka dengar satu ! suara nyaring dan mengaung luar biasa, disusul bentakan seorang perempuan tua: "Siapakah kau orang yang berani ganggu satu nona? Jangan turun tangan!" Semua musuhnya Bong Tiap menjadi terkejut, malah musuh yang pegang tumbak gaet sudah loncat ke arah senjatanya, untuk jumput itu, kemudian mereka semua memandang ke arah dan mana suara datang. Di antara remang-remang karena gclapnya lembah, mereka tampak satu pcndcta perempuan, yang usianya sudah lanjut sekali, yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangannya mcncekal kebutan suci Hoed-rim, sedang menghampirkan mereka, serindak demi setindak. Musuh itu, yang sudah lama ikuti Ouw It Gok, ada mem pun ya i banyak pengaiaman, ia mempunyai pandangan yang luas. dari itu, ia bisa lihat bahwa si niekouw, pendeta perempuan, bukannya orang sembarangan, hingga ia tidak berani berlaku sembrono. "Soethay. dia mi adalah seorang perempuan Kang-ouw yang jahat!" demikian ia berkata. "Kau lihat, dia telah Jukai lenganku! Kita adalah or-ang-orang yang ditugaskan pembesar negeri untuk menawan diaini! Sebagai orang suci. harap Soethay tidak campur urusan kita!" Di iuar dugaan, keterangan itu bukannya membuat si niekouw tua undurkan diri, dia justru mendesak. "Ngaco!" katanya dengan bengis. "Di mana ada seorang nona begini muda dan manis menjadi penjahar? Dia punya luka melebihkan hebatnya lukamu! Sudah kau orang bikin dia pingsan, kau orang masih hendak turun tangan terlebihjauh! Jikalau kau orang bukannya bermaksud buruk, tentu kau orang adalah kawanan penjahat!" Selagi berkata demikian, niekouw itu be rt in dak mendekati. "Tidak, Itulah bukan!" kata muridnya Ouw It Gok. Dengan mulutnya, dia menyangkal, diam-diam tangannya yang kin" siapkan tiga batang yan-bwee-piauw, sedang tangannya yang kanan, geraki tumbaknya Siauw-tjoe-tjhio, menikam bagaikan ular menyambar, disusul sama sambarannya tiga batang piauw di tiga jurusan. Mereka terpisah dekat satu dengan lain, dan si niekouw tidak bersiap, maka si penjahat ini duga, pasti dia akan berhasil. Apa yang terjadi adalah di luar sangkaan. Niekouw tua itu tak dapat dipandang enteng, walaupun dia telah dibokong. Dia ada sangat jeli matanya, gesit gerak tubuhnya. Ketiga piauw

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melewati sasarannya, dan kebutan suci menyamppk tumbak gaetan, atas mana, tumbak itu terlepas dari cekalan, terlempar entah ke mana! Hebat adalah sampokan terlebih jauh dan ujung kebutan itu, mengenainya perlahan sekali, akan tetapi muridnya Ouw It Gok rubuh dengan segera, tubuhnya rebah tidak berkutik lagi. Rombongan muridnya Ouw It Gok ini terdiri dari lima orang, dengan yang satu rubuh, tinggallah empat orang. Mereka ini sementara itu sudah merangsek, tadinya untuk taati titah kawannya, yang sekarang untuk serang si niekouw tua. Hanya, belum sampai mereka datang dekat, sembari tertawa dingin, mereka lihat tangan kirinya si pendeta perempuan telah diayun ke atas, atas mana di dalam lembah segeralah terdengar suara nyaring dan mengaung seperti tadi. Menyusul itu, Iantas terdengar suara keren dari si niekouw, katanya: Kau orang cobakan rasanya piauw Bouw-nie-tjoe! Perkataannya orang suci ini ditutup berbareng dengan menyambarnya piauw terhadap sesuatu dari empat penjahat itu tanpa mereka ini sanggup bcrdaya, malah mereka seperti tak ketahui datangnya serangan, karena tak disangka, mereka pun lagi sangsikan suara mengaung. Lantas saja mereka rubuh. Kawanan tikus, kau orang rupanya tak ketahui aku! Tetapi apapun tentang piauw Bouw-nie-tjoe, kau orang tidak pernah dengar? kata si niekouw tua sambil tertawa, sesudah ia bikin orang tak berdaya. Kau orang sudah dengar suaranya piauwku tetapi kau orang masih berani hendak melawan aku, maka taklah cukup apabila kau orang tidak diajar adat! Tetapi Budha kita ada maha suci dan kasih, dari itu pinnie juga tidak inginkan jiwa kau orang! Sekarang pergilah! N iekouw tua itu hampirkan empat orang, ia berikan dupakan enteng pada tubuh sesuatu dari mereka, yang rebah diam saja, atas itu, lenyap perasaan sesemutan dan beku

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka, lantas mereka bisa geraki kaki-tangan, terus mereka bangun berdiri. Sembari menotok jalan darah or-ang, sambil tertawa, si niekouw tua kata pula: Pinnie tinggalkan jiwa kau orang, tetapi ilmu silat kau orang tak dapat dipertahankan karena dengan itu kau orang biasa berbuat jahat Baiklah kau orang ketahui, sejak sekarang ini, selanjutnya kau orang tidak bisa bersilat pula, kau orang tidak lagi bisa bekerja berat. maka kau orang haruslah jadi penduduk baik-baik, dengan demikian, luka dalam tubuhmu tidak bakal kumat, tapi satu kali kau orang bersilat atau bekerja dengan memakai tenaga, dalam tempo tiga hari, luka dalammu bakal kambuh, kau orang bakal muntah-muntah darah dan akhimya binasa! Pinnie telah kasih peringatan pada kau or-ang, jangan langgar itu, atau kau orang jangan nanti sesalkan padaku. Nan, pergilah kau orang! Kawanan itu mati kutunya, mereka cuma manggurmanggut, lantas saja mereka ngeloyor pergi. Di antara mereka, orang yang bersenjatakan Siauw-tjoe-tjhio, yang pernah ikuti Ouw It Gok terlebih lama, di bikin sadar oleh kata-kata si niekouw tua. Memang, pada sepuluh tahun yang lampau, ia pemah dengar tentang senjata rahasia piauw Bouw-nie-tjoe, dengarnya dari satu soepehnya, siapa di masa muda -pernah dengar lagi dari satu sahabatnya. Katanya ada satu nickouw yang tidak ketahuan asal-usulnya. boleh jadi datangnya dari In-lam, bahwa saban kali dia ini muncul, mesti ada orang jahat yang dapat bagian. Ada dibilang lebih jauh, di waktu bertempur, niekouw itu tidak pernah kelihatan ada gunakan genggaman, dia cuma mengebut dengan kebutannya, atau kalau dia gunai, melainkan senjata rahasia, yaitu piauw Bouw-nie-tjoe. Piauw itu ada untuk menyerang jalan darah, saban kali digunakan, lebih dahulu kedengaran suaranya mengaung, baharu senjatanya menyambar sasaran, suara itu seperti juga tanda untuk orang bersiaga terlebih dahulu. Di samping itu. di waktu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gunakan piauwnya itu, itu nickouw suka lepaskan dahulu satu piauw, ke arah atas, untuk disambar dengan sebatang yang lain, hingga kedua piauw bcntrok satu dengan lain, hingga bcrsuara nyaring sekali. Adalah biasanya, di waktu orang bertempur, apabila or-ang dengar suara piauw itu beradu, mereka mesti hentikan pertempuran, untuk si niekouw datang sama tengah, guna berikan pertimbangannya, apabila ada orang yang berkepala batu terhadap pertimbangannya itu, dia pasti bakal merasai akibatnya yang hebat. Kebutannya, atau Hoed-tim, juga luar biasa. Kcbutan itu lemas bagaikan segumpal bulu ekor kuda, akan tetapi, selagi digunakan, kekuatannya sanggup melawan pedang, sedang juga, orang tak ketahui, kepandaiannya menggunakan kcbutan itu entah ada kepandaian dari golongan atau cabang silat yang mana. Kcbutan itu pun bisa digunakan sebagai pedang Ngo-hengkiam atau ruyung Teng-tjoa-pian, terutama sebagai alat untuk menyerang jalan darah. Ilmu menotok jalannya darah, biasanya, ada dua rupa. Tahiat atau memukul jalan darah, biasa memakai senjata Poan-koan-pit atau batang Hoentjwee Tiat-yan-kan, dan tiam-hiat, ialah menotok jalan darah, biasa digunakan dengan tangan kosong. Umpama Ouw It Gok, dia pandai tahiat, sedang Lioe Kiam Gim, Tok-koh It Hang dan Law Boe Wie, menggunai tiam-hiat. Beda daripada itu dua, kepandaiannya niekouw ini adalah hoet-hiat atau menutup jalan darah, karena senjata yang digunakan ada Hoed-tim atau kcbutan. Ada tersiar cerita, pernah dengan seorang diri, dengan kebutannya, ia telah layani tiga puluh berandal yang liehay dan scmua berandal itu kena ia rubuhkan dan taklukkan. Itulah kejadian pada sepuluh tahun yang berselang dan si niekouw, selewatnya itu, tidak pernah orang dapat lihat pula padanya. Laginya, dulu ia sudah berusia lanjut, maka orang percaya, ia sebenarnya sudah menutup mata. Siapa sangka, sekarang ia muncul secara tiba-tiba. Maka orang yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bersenjatakan tumbak gaet Siauw-tjoe-tjhio itu, sebagai kesudahan dari dikalahkannya, jadi sangat ketakutan, hingga mereka ngeloyor dengan mulut bungkam. Niekouw itu antap orang angkat kaki, ia hanya dekati Bong Tiap, hingga ia lihat si nona rebah dengan kedua mata meram, jalan napasnya sangat perlahan, sedang darah masih mengalir keluar dan lukanya. Ia lantas raba dadanya, akan dapatkan jantungnya masih memukul, atas mana nampaknya ia berhati lega. Segera ia bekerja, ialah periksa luka dan obati itu dengan obat luka yang. ia bekal. Bong Tiap terus tak sadar akan dirinya. Di samping hajaran pada dadanya, ia pun telah keluarkan tcrlalu banyak darah, maka itu, meskipun sekarang darahnya itu dapat dicegah keluarnya lebih jauh, ia masih sangat lemah. Niekouw tua itu kerutkan alis, akan tetapi, ia toh bersenyum. Dicarinya sukar tapi toh didapatinya begini gampang kata ia seorang diri, dengan sangat perlahan. Untuk belasan tahun aku cari satu nona guna dia wariskan aku, kebetulan sekali, sekarang aku dapati dia ini. Dia tidak saja berbakat, tetapi juga sudah punya dasar dan dasar dari satu ahli, jikalau aku tidak ambil dia, kemana lagi aku hendak mencari? Tidak tempo lagi, pendeta ini membungkuk, akan angkat tubuh or-ang, buat dikasih naik atas bebokongnya, sesudah mana, ia bertindak meninggalkan tempat bekas pertempuran itu. Bong Tiap tidak sadar, dia hanya merasa seperti melayanglayang di tengah udara, ketika akhirnya ia merasakan dirinya lega dan ia buka matanya, itulah ada di hari keenam sejak ia dikeroyok. Ia pun dapatkan dirinya berada dalam sebuah ruangan suci, karena di situ ada patung Budha, api lilin memain memberikan bayangan, dan asap hio bergulunggulung mendatangkan bau harum. Di samping ia, satu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

niekouw tua sedang kebuti ia dengan perlahan-lahan. segera ia ingat bagai man a orang serang ia, ia rubuh, ia lupa segala apa. Apakah aku sedang mimpi? tanya ia pada dirinya sendiri. Dan ia gigit bibirnya, atas mana, ia menjerit sendirinya. Ia merasakan sakit! Jadi ia bukan lagi bermimpi. Nona, kau belumsembuhjangan sembarang geraki tubuh, kata .si niekouw dengan perlahan, suaranya sabar. Kau juga tak boleh bicara. Kau rebah lagi beberapa hari, nanti kita orang pasang omong. Bong Tiap menurut. la pun rasakan tubuhnya sangat lemahLewat lagi beberapa hari, Nona Lioe sudah bisa turun dari pembaringan, ia bisa jalan dengan perlahan-lahan, maka akhirnya si niekouw tua tuntun ia, untuk diajak keluar dari dalam trail, buat pergi ke pckarangan luar. Tatkala itu ada di permulaan musim panas, salju telah lumer, serangan angin tidak mendatangkan hawa dingin, scbaliknya, bawa udara ada bcrsih dan menycgarkan, hingga Bong Tiap merasa hatinya terbuka. Ia sangat ketarik sama pemandangan jndah di luar kuil itu. Tempat apakah ini? akhir-akhirnya ia tanya. Inilah Soei-wan yang berada jauhnya tiga ribu lie dari Boeip, sahut si pendeta percmpuan sambil bcrsenyum. fan ada daerah di luar perbatasan, ialah tepinya Sungai Tay Hek Hoo. Kau hbat itu gundukan tanah dengan rumpu tnya yang bijau? Itu ada kuburannya Ong Tjiauw Koen, si juwita kenamaan. Di sini biasa tumbuh rumput putih, melainkan itu kuburan bcrumput hijau, maka juga dinamai Tjhee-tiong, atau Kuburan Hijau.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bong Tiap tidak pemah merantau, ia bersekolah sedikir, ia hanya utamakan ilmu silat saja, dari itu, pemandangannya ada cupat, maka sekarang ia menjadi kagum dan ketarik hati. Keadaan di sini masih tidak an eh, kata si niekouw sembari bersenyum melibat kekagumannya itu. Aku punya soetjouw, di Mongolia dan Tibet sama sekali telah dirikan tiga buah kuil, ialah satu di Ie-soh-tjiauw-beng di Mongolia Luar, satu di Tjip-sip-Ioen di Tibet, dan yang ketiga ialah kuil ini. Lantas si niekouw ini tuturkan ten tang musim atau hawa udara di Mongolia dan Tibet, tentang gunung di Tibet, Gunung Himalaya, hingga si nona jadi semakin ketarik hati. Nona, apa kau hendak turuti aku menyaksikan itu? tanya ia kemudian. Tentu! Kcnapa tidak? sahut si nona. Aku tidak takut udara dingin! Selama di Kho Kce Po, sekalipun di musim dingin, bersama-sama soeheng aku biasa menggayuh perahu di dalam muara! Menyebut sang soeheng - dimaksudkan Ham Eng air mukanya si nona menjadi guram dengan tiba-tiba. Ia jadi ingat pada pertempurannya di Boe-ip, pada urusannya sendiri. Ia toh lagi ikuti toa-soehengnya akan pergi cari ayahnya di Utara. Hanya aku tidak bisa turut sekarang juga, ia lekas menambahi, suaranya perlahan. Sekarang aku hendak cari ayah di Djiat-hoo, dan hendak cari juga kedua soeheng. Niekouw itu usap-usap rambut orang. Nona, kau kasih tahu aku, kata ia, dengan sikap tetap lemah-lembu t, siapa itu ayah kau? Kau harus ketahui, sekarang ini kau belum bisa jalan, apa pula untuk pergi kc Djiat-hoo yang ada ribuan lie jauhnya. Kau belum tahu tentang bagaimana aku telah tolongi padamu. Kau telah terluka parah, kau sudah keluarkan terlalu banyak darah, maka kau perlu beristirahat di sini, sedikitnya lagi satu bulan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lebih baik kau tuturkan aku tentang hal-ihwalmu, barangkali aku bisa bantu pikirkan dayanya. Bong Tiap tidak berkeberatan akan tuturkan urusannya. Tentang ayahmu, aku pemah dengar, kata si pendeta setelah berdiam sekian lama. Sudah tiga atau empat puluh tahun aku tidak pemah pergi ke Kwan-lwee, keadaan di sana ada asing bagiku. Kalau ayah dan soeheng kau terancam bahaya, baiklah, aku nanti cari tahu tentang mereka, kau beristirahat di sini, aku nanti pergi, Hoei Sioe boleh layani kau. Hoei Sioe ada orang Mongolia, aku terima ia di sini untuk kerjakan ini dan itu, ia pemah pelajarkan juga ilmu silat kasarkasar. Di hari kedua, benar-benar niekouw tua itu telah berangkat menuju ke Djiat-hoo (Yehol). Hoei Sioe sudah tua dan kurus, dilihat dari romannya, ia ada terlebih tua dari si niekouw, akan tetapi menurut pembilangannya, niekouw itu lebih tua daripada ia sedikitnya tiga puluh tahun. Bong Tiap masih belum tahu halnya si niekouw tua, ia tanyakan itu pada Hoei Sioe, pada niekouw tua itu. Cuma urusan ayahnya bikin ia sangsi. Kau tclah banyak ikuti Soethay begitu banyak tahun, niscaya kau tidak lemah lagi, kata ia kcmudian pada Hoei Sioe. Apa kau sudi perlihatkan aku satu atau dua jurus? Mana aku beratri? sahut Hoei Sioe. Aku belum berarti! Bong Tiap tidak puas. Ia hunjuk alemannya. Kau bilang kau sayang aku, tapi untuk bersilat saja kau tidak mau kata ia. Memang Hoei Sioe pernah bilang, ia sayangi si nona. Sudah puiuhan tahun ia ikuti Sim Djie, ia scnantiasa bersendirian saja, sckarang ia dapati Bong Tiap scbagai kawan, ia gembira

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bukan main. Ia tak dapat tolak lebih jauh nona itu, ia sendiri pun lagi bersemangat. Man, kata ia, yang terus ajak si nona ke pekarangan di iuar ruangan pendopo, di mana ia hampirkan satu pohon sebesar pelukan. Itu ada pohon hoa yang kuat-kekar dan ulet terhadap serangan es dan salju. Nona, kata ia, seraya ia tunjuk pohon itu. aku tidak punya kepandaian lain kecuali sedikit tenaga. Kau lihat . Ia hampirkan pohon itu, untuk dipeluk, baharu ia keluarkan tenagapya, untuk dipakai menggoyang, atau daun-daun lantas rontok, meluruk turun. Cukup sebegini, kata ia kemudian. Kaiau aku bikin rusak, bila nanti Soethay pulang, dia bakal teguraku Ia pun bersenyum. Bong Tiap jadi kaget dan kagum. Bukan melainkan daun pohon, yang rontok jatuh, juga batangnya, telah memberikan bekas-bekas kedua telapakan tangan dan lengan, dalamnya kira-kira tiga dim. Itu adalah buah-hasilnya kepandaian mclatih tenagaKim-kong-tjhioe atau Tiat-see-tjiang. Kcmudian kcduanya bicara pula, sckali ini, Hoei Sioe kasih tahu kenapa dia tahu Sim Ojie bemiat ambil si nona scbagai muridnya. Pemah aku tanya Soethay, bcrapa usianya, dan kenapa ia nampaknya tidak jadi tua. Aku nyatakan, apa Soethay ada mempunyai ilmu panjang umur hingga tidak bisa meninggal dunia, demikian katanya. Atas pertanyaanku itu, Soethay tertawa, ia jawab: Mana aku mengerti ilmu tak jadi mati? Tubuhku sehat disebabkan aku berlatih silat. Toh ada orang tani biasa, yang makan usia sampai seratus tahun lebih! Aku baharu mendekati seratus tahun. Selama beberapa tahun ini, aku juga sudah merasai perbedaan. Orang mesti menutup mata, ilmunya Budha pun tak dapat tolong membebaskannya. Soethay menghela napas ketika ia menambahkan: Aku bakal

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jadi lilin yang akan habis sumbunya, hanya aku belum puas karena kepandaianku belum. ada orang yang bakal mewarisinya, aku belum dapat murid yang aku cari. Selagi mengucap demikian, Soethay nampaknya Iesu. Karena katakatanya Soethay itu, aku percaya dia tidak bakal loloskan kau, Nona. Maka itu, aku anggap kau beruntung sekali! Mendengar itu Bong Tiap jadi girang berbareng heran, ia gembira sekali. Bagaimana girang untuk jadi muridnya Sim Djie dan perolehkan kepandaian yang tinggi. Hanya di samping itu, ia bingung juga. Bagaimana bila ia dengar kabar hal ayahnya? Apa bisa ia berdiam di kuil itu tanpa pergi sambangi ayahnya? Bagaimana bila si niekouw tua itu paksa untuk ia berdiam di sini? Sementara itu, Sim Djie telah kembali setelah beberapa hari kemudian. Bcrsama ia, ia ada bawa kabar yang mengejutkan. Itu adalah peristiwa hebat di gedungnya Keluarga Soh, tentang pertempuran dcngan pahlawan-pahlawan Istana Tjeng, hingga karenanya, pemerintah Boan telah keluarkan titah penangkapan untuk Lioe Loo-kauwsoe dan kawankawannya, antaranya si orang Liauw-tong. Karena itu, entah ke mana menyingkirnya Kiam Gim. Karena itu, baiklah kau scndiri turut diamkan diri, kata Sim Djie pada si nona. Bong Tiap menurut. Karena ini, dengan sendirinya, ia telah jadi muridnya si niekouw tua itu. Selang satu bulan, sesudah iasembuh benar, ia mulai diberikan pelajaran silat. Sekarang ia dapat pelajaran dari Kaum Sian Tjong. Itulah ada warisannya Tat Mo Siansoc dari zaman Lam Pak Tiauw, Kerajaan Selatan dan Utara, semasa Kaisar Liang BoeTee. Menurut centa, ketika dengan mengarungi lautan, Tat Mo Siansoe datang ke Tiongkok di mana ia berunding dengan Kaisar Liang Boc Tee, karena tak cocok pendapat, ia lantas berangkat ke Kuil Siauw Lim Sie di atas Gunung Siong San, di Propinsi Hoolam di mana, untuk sepuiuh tahun, ia duduk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bcrscmedi menghadapi tembok, hingga ia berhasil membangun pelajaran agamanya, hingga ia dipandang sebagai ieiuhur pertama di Tiongkok tentang agamanya itu. Tat Mo Siansoe tidak cuma faham agama Budha, ia juga pandai silat dan karang dua buah Kitab Ie Kin dan See Soei. Sekarang Sim Djie turunkan kepandaiannya kepada Bong Tiap, malah ia wariskan juga piauw Bouw-nie-tjoe. Untuk ini, Nona Lioe bisa belajar dengan cepat, karena ia sudah punya dasar Kim-tjhie-piauw. Pun pelajaran pedang Tjepeh lian-peh Ngo Heng Kiam, Bong Tiap dapati secara lekas, karena ilmu pedang itu hampir bersamaan dengan Thay-kekkiam. Tanpa merasa, tiga tahun telah lewat, sejak Bong Tiap berguru pada Sim Djie Sin-nie, selama itu, siang ia belajarsilat, malam ia yakinkan surat, dengan begitu, ia jadi peroleh kepandaian berbareng. Sim Djie juga pemah ajak muridnya ini berlari-lari di tanah datar dan Mongolia dan lihat Yam Ouw, Telaga Garam dari Tibet, hingga pcmandangannyasi nonajadi luas. Tapi walaupun semua itu, di waktu malam, apabila pikirannya scdang melayang, nona ini seperti tcrbayang dengan roman ayahnya, romannya Ham Eng dan Boe Wie, kedua soehengnya itu. Tiga tahun bukannya tempo yang lama, akan tetapi, suasana telah berubah, seperti bcnda bertukar bintang berpindah. Dan hikayatnya Tiongkok sudah mcngikuti karcnanya. Kaum Gie Hoo Toan sudah turun tangan. tcntaranya delapan negara asing telah meluruk ke Pakkhia. Gcrakan Gie Hoo Toan dari Tjoc Hong Teng telah jadi dcmikian berpenganih hingga Soenboe Yok Hian dari Shoatang tak bisa tak akui sebagai gerakan rakyat jelata, melainkan di matanya rombongan paderi tukang sebar agama Kristcn, mereka dipandang sebagai pengacau, pembuat huru-hara. Demikian Duta Amerika sudah paksa pemerintah Boan tukar Yok Hian.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemerintah Boan jerih terhadap Gie Hoo Toan, tenaganya dia ini melulu hendak dipakai buat menghadapi pihak asing, dari itu, tidak sedikit jua pihak Boan merasakan sayang. Begitu permintaan Duta Amerika diterima baik, Yok Hian ditukar dengan Wan Sie Kay si tukang jagal besar-besaran. Wan Sie Kay ada dari golongan penjilat asing, iapun ada mempunyai pasukan prive yang kuat. Setelah sampai di Shoatang, ia lakukan penindasan kejam, hingga Kaum Gie Hoo Toan jadi tercebur dalam lautan darah. Kekejamannya Wan Sie Kay membangkitkan perlawanan hebat dari pihak Gie Hoo Toan. Dalam peperangan di Shoatang itu, Tjoe Hong Teng, telah dapat kebinasaan, tapi gcrakannya bcrtambah hebat, hingga ada cerita burung yang berbunyi: Sesudah dapat binasakan si telur kura-kura Wan Sie Kay, baharu kita orang dapat makan nasi! Selagi Gie Hoo Toan di Shoatang bergulat, kawannya di Titlee pun maju ke Thian-tjin. Tjongtok Joe Lok telah lakukan perlawanan keras tapi ia terdesak, Kota Tok-tjioe kena dirampas, malah Liong-tjia, ialah Kereta Naga dari Ibusuri See Thayhouw, telah kena dibakar musnah. Karena ini, seperti Yok Hian, Joe Lok terpaksa akui Gie Hoo Toan sebagai gerakan rakyat yang sah. Setelah Tjoe Hong Teng binasa, ia digantikan oleh Lie Lay Tiong, orang sebawahannya yang tadinya ada bekas sebawahan dari Tang Hok Siang, satu orang peperangan pemerintah Boan. Lie Lay Tiong memasuki Gie Hoo Toan sesudah dalam kalangan Gie Hoo Toan ini ada rombonganrombongan yang anti pemerintah Boan, yang menunjang pemerintah Boan itu, dan yang membelai juga. Tjoe Hong Teng sendiri masuk golongan yang bantu Tjeng Tiauw untuk membasmi bangsa asing (Hoe Tjeng Biat Yang). Tapi Lie Lay Tiong ini, kcmudian kena disiasati juga oleh Ibusuri See Thayhouw. Dasar ia ada bekas punggawa Boan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lioe Kiam Gim telah memasuki Gie Hoo Toan pada tiga tahun yang lalu, kcsatu karena ia sctujui gerakan itu, kedua dengan begitu ia bisa menyingkir dari tangannya pemerintah Boan, yang hendak bekuk ia. Ia masuk bersama-sama Law Boc Wie, tetapi Boe Wie tidak demikian sungguh-sungguh seperti ia, karena hatinya Boe Wie ada tawar sesudah ia dapat pengalaman yang tak memuaskan dalam kalangan Tjit Seng Hwee. Boe Wie susul gurunya sesudah ia putus asa mencari Lioe Bong Tiap. Dan Kiam Gim datang pada Tjoe Hong Teng setelah ia sambangi isterinyadi Shoasay. Hong Teng binasa belum lama sejak datangnya Boe Wie. Kemudian Boe Wie undurkan diri, sebagai alasan, ia kemukakan niatnya mencari Bong Tiap lebih jauh. Kiam Gim juga tidak lupai gadisnya, tapi karena urusan negara ada lebih besar, ia masih tetap dalam Gie Hoo Toan, malah Boe Wie ia pesan, murid ini berhasil atau tidak cari Bong Tiap, dia mesti lekas kembali. Dalam perjalanannya ini, Boe Wie tidak terlalu menank perhatian pemerintah Boan, sebab pemerintah itu lagi repot dengan gerakannya Gie Hoo Toan. Maka itu, dengan tunggang seekor kuda, Boe Wie dapat kemerdekaannya. Ia kembali ke dalam duniaperantauan. Sembari cari Bong Tiap, ia mampir di Poo-teng. Di smi ia hendak wujudkan pesannya soesioknya Teng Kiam Beng, untuk ia jadi ahli waris dari Thay Kek Pay. Dalam hal ini, seperti diketahui, ia terdesak oleh gurunya, oleh Tjiong Hay Peng dan Tok-koh It Hang, kalau tidak, pasti ia tetap mcnolak. Untuk ini, Lioe Kiam Gim dan Tok-koh It Hang tidak bisa turut meresmikannya, cuma Hay Peng seorang yang bantu merekoki, mcngurusnya. Siapa tahu, urusan pengangkatan ahli waris ini sudah terbitkan gelombang. Murid-muridnyaTeng Kiam Beng ada campur-aduk, di antara mereka itu, yang boleh diandalkan ada Kim Hoa dan Loei Hong berdua, tetapi Kim Hoa lemah dan tak bisa jadi kepala, dan Loei Hong bertabiat keras, ia tak bisa bikin saudara-saudaranya tunduk terhadapnya. Murid-murid itu tidak puas tempo Law Boe Wie muncul dengan tiba-tiba

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjadi pemimpin mereka, mereka kasak-kusuk. Boe Wie tidak dikenal, cara bagaimana dia mendadakan jadi kepala? Laginya, tidak ada bukti dan Kiam Beng, siapa mau lantas percaya habis? Laginya Kiam Bcng berseiisih dengan Hay Peng, siapa mau lantas percaya Ketua Heng Ie Pay mi? Dan ketiga, Boe Wie pun belajardari Tok-koh It Hang, maka pelajarannya bukan lagi pelajaran asli dari Thay Kek Pay. Kim Hoa dan Loei Hong suka terima Boe Wie, tetapi yang Iain-lain tidak, karcna mercka berdua tak dapat lawan desakan saudara-saudara mereka, mercka tidak bcrdaya. Tentu saja, Boe Wie jadi kebogehan dan tak enak hati, sedang Tjiong Hay Peng jadi mendongkol. Hanya, dia pun mati daya. Dia tidak bisa kasih bukti untuk pesan terakhir dari Kiam Beng perihal pengangkatan ahii waris iiu. Akhirnya, karcna ia tidak sudi paksakan dni, Boe Wie hiburkan.Hay Peng, ia bicara sedikit sama murid-muridnya Kiam Beng, lantas ia undurkan diri, ia angkat kaki. Sejak itu, tanpa kepaia, murid-muridnya Kiam Beng jadi kacau, sampai kemudian Teng Hiauw, putcranya Kiam Beng, pulang dan bereskan mereka. Sekarang Boe Wie bikin pcrjalanan melulu untuk Bong Tiap. Ia telah pergi ke empat penjuru, sampaipun ke Sin-tek dan Boe-ip. Sebegitu jauh, ia tidak peroieh hasil, sampai kemudian, secara kebetulan, ia dengar salah satu muridnya Ouw It Gok murid yang pernah rasai piauw Bouw-nie-tjoe dari Sim Djie Sin-nie cerita pada kawannya hal si nona, yang mereka kepung, kenaditolongi niekouw luar biasa itu. Orang ini, dalam takutnya, tidak bcrani sebut namanya Sim Djie. Maka untuk mencari tahu, Boe Wie mesti cari beberapa orang tctua, guna dimintai kctcrangannya. Begitulah ia dengar hal Sim Djie yang kesohor pada empat pu I uh tahun yang larnpau, yang kemudian undurkan diri, entah ke mana, hanya orang duga ia tinggal bcrsunyikan diri di tanah datar di pcrbatasan. Karcna ini, Boe Wie menuju ke tapal batas. Adalah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pada suatu hari, ia sampai di tepinya Sungai Tay Hek Hoo. Ketika itu sudah maghrib dan angin sedangnya men i up keras. Dalam cuaca rcmang-rcmang, Boe Wie berjalan antara pohon rumput yang tcbal dan tinggi. Ia jalan cepat, sampai di depan sebuah tanjakan bukit. Di scbclah depan ia, masihjauh, ia lihat cahaya kelak-kelik. Ia sedang jalan dertgan asyiknya, tiba-tiba ia rasai sampokan angin, lantas pundak kirinya seperti kena ditekan orang, ketika ia segera mcnolch, ia tampak bayangan berkelebat, terus lenyap dalam gombolan rumput, yang bergoyang-goyang. Lantas ia pun menyerang dengan piauw, tetapi bayangan itu sudah lenyap, suaranya pun tidak terdengar. Apakah dia itu manusia? Boe Wie pikir. Itu ada satu gerakan sangat cepat Ia telah belajar silat sejak umur tuj uh tahun, sama sekal i ia belajar buat kira-kira dua puluh enam tahun, malah gurunya sampai dua dan ia sudah dapatkan juga In Tiong Kie punya ilmu Poan seng teng kee atau Mendengar suara mengenal senjata, jikalau perbuatan barusan ada perbuatan manusia, sungguh aneh. Maka akhirnya, ia mau anggap matanya sedang kabur. Sedangnya pemuda ini berpikir keras, tiba-tiba ia rasai pundaknya ada yang tekan pula, sekali ini, pundak yang kanan, malah sekarang, dari samping kupingnya ia dengar ajakan: Mari! Ia ada seorang yang berpengalaman, dengan garapang ia bisa melesat ke kanan, untuk terus hunus pedangnya, apa mau, ketika ia bikin gerakan demikian, tangannya kena raba hanya sarung pedangnya-pedang Langin-kiam yang sudah kosong! Maka sekarang, ia terperanjat bukan main. Akan tetapi, sclagi demikian, di hadapannya segera terlihat satu niekouw tua yang berjubah hitam, di tangan siapa ada tercekal sebatang pedang panjang, yang berkilau-kilauan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

He, bocah, di sini tak dapat or-ang sembarangan menghunus pedang! berkata niekouw itu, sembari bersenyum dan kakinya bertindak. Di sini ada tempat kediaman Budha yang tidak boleh mendengar suara alat-senjata saling beradu! Bukan main herannya Boe Wie akan kenali pedangnya, dalam kaget dan heran, ia segera insyaf bahwa niekouw ini mestilah Sim Djie Sin-nie yang kesohor, yang ia sedang cari, sebab kalau tidak, di mana ada Jam pendeta perempuan yang begini liehay? Oleh karcna itu, ia segera maju menghampirkan. Loo-tjianpwee, maaf, berkata ia seraya memberi hormat dengan menjura dalam. Teetjoe ada Law Boe Wie. Teetjoe mohon tanya, apakah Nona Lioe Bong Tiap ada di sini? Niekouw itu berhenti bertindak, ia mengawasi dengan tajam. Pernah apamu Lioe Bong, Tiap itu? ia balik tanya, tapi sambil tertawa. Nona Lioe itu ada socmoaynya teetjoe, jawab Boe Wie dengan sikap sangat menghormat. Loo-tjianpwee telah tolongi nona itu, maka juga teetjoe telah datang kemari, pertama-tama untuk menghaturkan terima kasih, kedua untuk mohon bertemu dengannya. Kau benar-benar bersungguh hati, berkata Sim Djie sambil tertawa. Kau sampai mendapat ketahui yang aku telah bawa nona itu kemari! Memang aku pernah dengar Bong Tiap bilang, kau adalah toa-soehengnya, yang berkepandaian tinggi luar biasa, dari itu, begitu melihat kau, aku menduga padarauJ aku lantas mencoba-coba, temyataj kau betul-betul liehay. Habis berkata, Sim Djie angsurkan pedang pada Boe Wie. Simpan ini baik-baik kata ia. yang pun kembalikan bebcrapa barang Kim-tjhie-piauw pada Boe Wie

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Boe Wic bingung. Baharu sckarang ia ketahui, di luar Iangit ada langit, di luar orang ada orang. Ialah, orang liehay tidak ada batasnya. Sekarang, marilah, Sim Djie berkata pula, dcngan undangannya. Boe Wie manggut, ia lantas ikuti pendeta perempuan ini. Jalanan ada dari tepi sungai menuju ke tanah da tar rumput, lalu mcndaki bukit yang pcnuh batu bcrancka warna, hingga kclihatan cahay* kelak-kelik makin lama mak i n dekat, hingga kcmudian Boc Wie tampak, di tengah bukit mi ada sebuah kuil dari mana api terlihat, ialah dari tengiolcng yang digantung di depan rumah berhala itu. Adakah ini kuil Soethay? Boe Wie tanya. Ya, inilah tempat bernaung pinnie, sahut Sim Djie, yang bahasakan diri pinnie, si pendeta percmpuan yang miskin. Segera ia awasi pemuda itu, dan ia tanya, Mana kudamu? Orang she Lauw ini memakai sepatu piranti menunggang kuda. Boe Wie keiihatannya masygul, tetapi ia bersenyum. Pada bebcrapa hari yang lalu, teetjoe diserang angin dan hujan pasir, hingga kita tersesat, sahut ia. Untuk dua hari kita tak peroleh air, manusia masih dapat bertahan, binatang tidak, kudaku itu mati |kehausan. Sim Djie tertawa. Gurun pasir disini masih tidak terlalu menakuti, kata ia. Jikalau berada di Mongolia luar dan kau diserang badai, sebentar saja kau bisa ditumpuki pasir hingga mcnjadi gundukan. Kuda kau pasti ada kuda dari Kwan-lwee, yang tak biasa jalan di padang pasir dan tak tahan berdahaga, maka baharu dua hari tak makan dan minum, dia binasa. Tunggu sampai kau berangkat, aku nanti carikan kau dua ekor keledai jempolan! Diam-diam Boe Wie bergirang. Niekouw ini menyebut dua ekor keledai. Di dalam hatinya, ia kata: Dia rupanya telah ketahui maksud hatiku, dia tcntu akan antap Bong Tiap ikut aku.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu, mcrcka sudah sampai di depan kuil, Sim Djie hampirkan pintu dan ketok-ketok itu. Tiap-tiap, ada tetamu, kenapa kau tidak lekas menyambut? demikian katanya. Baharu ucapkan itu habis atau sebagai gantinya, di dalam terdengar tindakan kaki yang berlari-lari, disusul sama suara yang nyaring halus: Soehoe, siapa itu? Bagaimana ada tetamu datang kemari? Jangan Soehoe dustakan aku. Boe Wie kenali baik suara itu, tapi sekarang, ia agaknya merasa rada asing. Pun berpikir: Sudah sekian lama kita berpisah, adalah dia masih pikirkan soehengnya? Hatinya Boc Wie tegang sendirinya. Segera juga daun pintu dipentang dan di muka pintu muncul tubuhnya Lioe Bong Tiap dengan koennya panjang yang putih, hingga dia mirip dengan bidadari. Boe Wie mengawasi soemoay itu, yang romannya sehat sckali, sampai ia lupa mcncgur. Adalah Bong Tiap, yang sifatnya tetap seperti biasanya. Ia heran tampak Boe Wie, akan tetapi, ia berseru: Apa kau ada baik? Mana ayahku? Apakah Ayah datang bersama? Sim Djie tertawa menampak Ieganya si nona. Ah, Bong Tiap, kata ia. Soehengmu baharu sampai, bukan kau undang masuk untuk beristirahat, kau sudah hujani dia dengan banyak pertanyaan. Dengar begitu, Boe Wie sadar, ia tertawa. Soemoay, kau baik? ia balas tanya. Soehoe ada di Hoopak, tidak kurang suatu apa, jangan kau buat kuatir. Mari masuk, kata Sim Djie, yang ajak tetamunya pergi ke Ruangan Hoed-tong, kemudian ia masuk ke dalam, untuk titahkan Hoei Sioe lekas siap-siapkan air teh dan barang makanan, untuk juga carikan dua ekor keledai. Boe Wie gunai ketika itu akan tuturkan Bong Tiap tentang pertempuran di rumahnya Soh Sian Ie, bagaimana mereka labrak pahlawanpahlawan Boan, hingga Bong Tiap gembira bukan kepalang,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tetapi waktu mendengar tneninggalnya Teng Kiam Beng, nona ini sangat bcrduka. Di lain pihak, ia ketarik akan dengar hal Pergerakan Gie Hoo Toan, di dalam mana ada turut orangorang perempuan. Bahagian perempuan dari Gie Hoo Toan disebutAngTeng Tjiauw, atau Sinarnya Lampu Merah. Jadinya kita orang-orang perempuan tak kalah dengan orang laki-laki, kata nona ini dengan gembira sekaJi,sambil tertawa* Boe Wie bersenyum. Tetapi, Soeheng, kata si nona sesaat kemudian, nampaknya ia baharu ingat suatu apa. Kau telah bicara banyak, kenapa kau tidak scbut-scbutsam-sochcng. Bagaimana dengan dia? Bong Tiap maksudkan Ham Eng. Boe Wie tercengang sebentaran. Ya, kenapa aku lupa sebut dia? kata ia dalam hatinya. Ia insyaf akan kcalpaannya. Ia lantas tertawa dengan terpaksa. Cerita panjang, Soemoay, tak bisa aku lantas bicarakan tentang Tjoh-soetee, sahut ia. Soemoay jangan kuatir, ia tak kurang suatu apa-apa. Boe Wie lantas tuturkan halnya Ham Eng. Seperti sudah diketahui, di waktu dipegat, Boe Wie dirintangi oleh Ouw It Gok, dan dari tiga konconya yang liehay dari It Gok itu, dan kepung Bong Tiap, yang satunya layani Ham Eng. Di samping seorang itu, Ham Eng dikepung kira-kica sepuluh konco lainnya dari musuh, dari itu, ia jadi sangat repot, walaupun demikian^ untuk menyingkir dari musuh-musuhnya, ia masih leluasa. Demikian, sembari bertempur, ia main mundur, ia menuju ke dalam rimba, sampai beberapa musuh kctinggalan sedikitjauh di sebeiah bclakang. hingga akhimya dengan ngamuk sedikit ia bisa tinggal pergi semua lawannya itu. Hanya, dalam keadaan seperti itu, dan sudah maghrib juga.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ham Eng tak sempat pikir untuk tengoki soehengnya dan soemoay; dengan terpaksa, ia menyingkir terus sampai di tempat belasan lie jauhnya; ia menumpang mondok pada satu penduduk tani. Bcsoknya baharu ia kembali ke tempat pertempuran, tapi di situ ia tak dapati Boe Wie dan Bong Tiap. Karena tidak berdaya, terpaksa ia menuju ke Shoatang, pulang ke rumahnya. akan ikuti ayahnya, Tjoh Lian Tjhong, mclanjuti pelajaran silatnya. Adalah kemudian, ketika Tjoh Lian Tjhong dapat tahu Lioe Kiam Gim berada dalam kalangan Gie Hoo Toan, ayah ini antar puteranya pada itu guru silat, hingga Ham Eng ikuti pula sang guru dalam perjuangan. Bong Tiap tertawa setelah mendengar keterangan soehengnya. Anak itu beruntung sekali! kata ia. Dia pun tak sampai terluka! Tidak demikian dengan aku, bilamana tidak ada Soehoe, yang tolongi aku, hamper aku binasa! Sekarang ada gilirannya Bong Tiap, akan tuturkan pengalamannya, yang berbahaya. mendengar mana, Boe Wie ulur lidah karena gegetun. Sungguh berbahaya! soeheng ini kata. Soeheng, kata si nona kemudian, aku juga ingin turut kau pergi melihat-lihat Gie Hoo Toan, untuk sekaliantengok ayahku. Maukah Soeheng ajak aku? Tapi ia berdiam dengan tiba-tiba, agaknya ia ragu-ragu. Hanya, ia tambahkan kemudian, cntah bagaimana pikirannya Sochoc, ia akan izinkan aku pergi atau tidak. Kau tahu, Soehoe menyayangi aku sccara luar biasa. Tiap, Anak, kau hendak cari ayahmu, bagaimana aku bisa tak mengizinkan kau pergi? demikian suara tiba-tiba dari Sim Djie, yang nampak bertindak keluar. Dan ia berkata-kata sembari tertawa. Keledai untuk kau pun sudah disiapkan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mclainkan aku hendak pesan kau. Guru ini segera hunjuk sikapsungguh-sungguh, ia bertindak ke depan muridnya sekali, kepala siapa ia usap-usap. Kita berdua adalah berjodoh. Selama tiga tahun kau juga telah dapat mempelajarkannya bukan sedikit. Sekarang ini kau baharu dapati empat atau lima bagian dari kepandaianku, meski demikian, j ikalau kau merantau, tidak nanti sembarang orang bisa perhina pada kau, maka itu aku larang kau berlaku jumawa, teristimewa jangan lancang gunai piauw Bouw-nierjoe. Inilah pesan yang pertama. Apakah kau bisa ingat itu baik-baik? Bong Tiap manggut Sim Djie menghela napas. Tiap, Anak, aku hendak serahkan sesuatu kepada kau, karena aku tidak tahu, kita orang bakalbertcmu pula atau tidak ia tambahkan. Bong Tiap terkejut. Soehoe mengapa kau mengucap begini? kata ia. Soehoe ada begini schat-walafiat, kenapa Soehoe bilang kita orang akan bisa bertemu pula atau tidak? Sim Djie Sin-nie menghela napas pula. Siapa bisa bilang tentang hal-hal yang bakal terjadi? ia meneruskan. Tapi, kita baik jangan bicarakan itu, kita bicara urusan lain, aku mesti bicara dengan kau. Ia awaskan pula muridnya itu dengan tajam, lalu ia lanj utkan: Kau adalah muridku, tetapi kau bukannya murid yang sucikan diri, dari itu, tak dapat aku minta kau, seperti aku, akan itinggal menyendiri di gunung yang sunyi-scpi, berdiam di kuil tua. Siapa dapat memastikan segala apa yang belum terjadi? Aku hanya hendak terangkan, andaikata lain waktu kau datang pula kemari, kuil ini dan semua kitab yang berada di dalamnya, semua adalah kepunyaan kau, apabila kau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

inginkan itu, kau ialah maj ikan di sini, Soetjouwmu adalah Sian Tjong Pak Pay, Ketua dari Golongan Utara, kau telah ikuti aku beberapa tahun, kau niscaya ketahui itu, tetapi baiklah aku jelaskan sedikit tentang kedua Golongan Selatan dan Utara itu Lam Pay dan Pak Pay. Ngo Tjouw dari Sian Tjong, Hong Oen, adalah yang disebut Oey Bwee Taysoe, ketika ia buka pintunya menerima murid, ia telah punyakan seribu lima ratus pengikut. Di waktu memberikan pelajaran, pemah Ngo Tjouw inginkan sesuatu muridnya menuliskan sebuah kata-kata: murid kepala, ialah Sin Stoe, sudah menulis ujar yang berbunyi: Tubuh adalah pohon bodi, hati umpama kaca terang, setiap saat hams raj in dikebuti dan disusuti, agar tidak ketempelan debu. Semua murid anggap ini adalah ujar yang paling sempurna, akan tetapi satu murid pendeta, yang kerjanya menumbuk beras, yang bemama Hoei Leng, tidak setujui itu, ia telah minta orang tolong ia tuliskan lain ujar ialah: Bodi bukannya pohon, kaca terang bukannya kaca, sebenamya tidak ada benda, maka dari mana datangnya debu? Ngo Tjouw kagum akan ujar-ujar ini, ia lantas angkat Hoei Leng menjadi alili vvaris. Kedua ujar itu telah menyatakan adanya dua aliran, maka sejak itu, Sian Tjong merupakan dua aliran atau golongan, ialah Selatan (Hoei Leng) dan Utara (Sin Sioe). Aliran Selatan mengutamakan kesadaran lantas, tidak usah terialu berkukuh, toh akaninsyaf, dan Aliran Utara menginginkan kesadaran perlahan-lahan, artinya kemudian| setetes demi setetes, sehari demi sehari, untuk mencari kemajuan, guna mcndapat kesadaran. Di zaman belakangan, orang anggap Aliran Selatan lebih sempurna dari pada Aliran Utara, tapi hal yang scbcnarnya tidak demikian, karena masing-masing ad a puny a kcscmpurnaannya sendiri-sendiri. Aku scndiri anggap, Aliran Utara ada lebih memberi kenyataan daripada aliran Selatan, karena jarang ada or-ang yang baharu tcrlahir atau yang dengan tiba-tiba mcmpcrolch keinsyafan, kesadaran. Aliran Utara utamakan setiap hari rajin dikcbuti dan disusuti.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Umpama muka kau kotor, bukankah itu perlu dicuci setiap hari? Kau bukannya murid Budha, tapi aku harap kau bisa ingat baik-baik ujarnya Sin Sioe Tjouwsoe untuk setiap waktu rajin mcngebuti dan mcnyusu t, supaya tak membikin debu bergumpal. Terutama di saat pikiran sesat dan kusut, kau mesti dapat memikir untuk mengcbut dan meny usuti itu hingga bcrsih. Bong Tiap insyaf sempurnanya ujar-ujar sang guru, akan tetapi ia heran akan sifatnya pcsan itu. Itulah mirip pesan terakhir, pesan perpisahan. Tapi, ia tidak berani mengatakan apa-apa. Sekarang pergilah kau orang beristirahat, kata Sim Djie akhimya. Besok Hoei Sioe akan siapkan dua kelcdai, yang biasa melaiui gurun pasir. Bong Tiap dan Boe Wie menurut, mereka undurkan diri, akan tetapi dihari kedua, ialah besokannya, si Nona Lioe tak dapat bicara pula dengan Sim Djie, gurunya, karena waktu ia pergi kepada gurunya itu, untuk pamitan, ia dapati sang guru lagi duduk bercokol, diam saja, kedua matanya ditutup rapat, napasnya tidak bcrjalan. Nyata guru itu telah menutup mata. Mclainkan di sampi hgnya, sang guru mcninggalkan seheiai kcrtas dengan tulisan, yang bcrpcsan agar murid ini insyaf, bahwa hati adalah pusat, bahwa segala apa ada kosong bclaka, bahwa karma ada seumpama impian. Ia teJah lama ikuti guru itu; ia mengerti jugatentang agama Budha, dari itu, ia insyaf pentingnya pesan itu. Hanya, biar bagaimana, ia toh bcrduka. Lantas Bong Tiap urus mayatnya guru itu, untuk mana, Boe Wie dan Hoei Sioe bantui ia. Habis itu, tiba-tiba ia merasa, apa bukannya Sim Djie mengharap ia jadi murid sejati, untuk ia mcnjadi niekouw. Merasakan ini, hatinyajadi tidak tentaram, karena ia masih muda, ia adalah satu nona.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka akhirnya, ia hiburkan diri, sambil bersenyum, ia kata dalam hatinya: Nona tolol, kalau kau tidak sucikan diri, siapa nanti pakaikan kau jubah suci? Ia pun lantas ingat tanah datar, Muara Kho Kee Po, ia ingat ayah dan ibunyadan Ham Eng juga. Ingat Ham Eng, air mukanya berubah sendirinya. Sementara itu, dalam perjalanan ini, berdua dengan soehengnya, ia dapat perasaan, sochcng ini beda dari pada dulu-dulu. Boe Wie tidak lagi bcrgcmbira sewajarnya, walaupun ia tetap suka bicara dan tertawa, ia scpcrti dipaksakan. Soeheng ini seperti pcrbataskan diri selagi mcngawani sang socmoay, kadang-kadang bicaranya tidak lancar, seperti mesti dipikirkan dahuiu. Bcbcrapa kali ia dapati soeheng itu menoleh dan mengawasi ia, seperti hcndak bicara, tapi kapan ia dekati, hingga mereka jalan berendeng, waktu ditanya, soeheng itu bungkam, katanya dia menoleh karena kuatir soemoay itu ketinggalan, kuatir nanti tcrulang kejadian sehebat di Boe-ip. Lama Bong Tiap pikirkan sikapnya soeheng itu, yang bagaikan tcka-tcki, tetapi tidak lama, ia dapat mencrkanya. Hari itu mereka sampai di utara Kota Koci-soci, ibukota Propinsi Soei-wan; mereka numpang bcrmalam di rumahnya satu penduduk di kaki Gunung Tay Tjeng San. Puncak gunung itu setahun gelap bcrsalju, saljunya tak pernahjadi lumer. Malam itu Bong Tiap tak bisa tidur, pikirannya tidak tentaram, maka ia pergi kcluar rumah dan saksikan salju yang terang bergemilang. , ia sedang terpesona ketika ada bayangan tiba-tiba berkelebat di depannya; waktu ia hendak menegur, bayangan itu perdengarkan suara halus yang ia kenal baik: Soemoay, kau belum tidur? Itulah sang toa-soeheng, Law Boe Wie. Ia bcrcekat, hatinya goncang, tetapi lekas-lekas ia tetapkan itu. Eh, Soeheng juga belum tidur? ia balas tanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku tidak dapat tidur, melihat Soemoay bangun, aku turut bangun jawab soeheng itu sembari tertawa jugaDasar polos, Bong Tiap tak dapat kendalikan diri. Soeheng, kata ia, yang menanya. Selama beberapa hari ini, kau seperti ada pikirkan apa-apa, benarkah itu? Kau biasa malang-melintang, kau berhati terbuka, ada urusan apa yang membuat kau memikirkannya? Soeheng, kau biasa pandang aku sebagai adik sendiri. aku tidak punya saudara lainnya, aku pun pandang kau sebagai kanda kandungku, maka itu, apakah kau tak dapat utarakan apa yang kau pikirkan itu ke pad aku? Ditanya begitu, Boe Wie mengawasi Puncak Tay Tjeng San, yang berdiri tegar. Sampai sekian lama, baharu ia bicara. Ia tunjuk puncak gunung. Soemoay, lihat Gunung Tay Tjeng San ini. Aku mirip dengannya. Salju di puncak itu tak lumer setahun gelap, dan hatiku mirip dengan salju yang ber-es itu, selamanya tak pemah lumer. Bong Tiap bergidik sendirinya. Kenapa? tanya ia, yang alisnya mengkerat. Kenapa? Boe Wie ulangi. Aku sendin rak tahu. Kau menanya, aku menerangkan, demikian perasaanku. Kau punya ayah, kau punya ibu, kau juga ada orang-orang yang menyayanginya. Kau mirip dengan musim Tjocn yang penuh dengan kegembiraan Tidak demikian dengan aku, sekaiipun wajahnya ayah dan ibuku, aku tak ingat jelas lagi, dan biarpun ada Soehoe dan Soebo, yang berlaku sangat baik padaku, aku sebaliknya tak dapat berdiam tetap di rumahmu. Soemoay, gunung bersalju masih belum tepat melukiskan perasaan hatiku. Kau belum bersengsara, terlunta-lunta dan mcrantau sebasai aku. Pengaiamanku, penderitaanku, ada luasdan lama. Semasa aku berusia sebesar kau, aku sudah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

biasa hidup sendiri saja. Aku biasa mondar-mandir seorang diri, merantau ke tempat di mana tak ada manusia, di gununggunung di mana melulu ada pekiknya sang kera dan mengaungnya sang harimau, atau di tempat air mengalir. Aku bersendirian saja di waktu pagi, di waktu maghrib! Kau tahu aku biasa merantau, kau tak tahu, hatiku sebenarnya lemah, aku biasa bersendirian, toh aku jenuh akan bersendirian senantiasa. Sering-sering aku kuatirkan datangnya sang malam gelap-gulita, lebih suka aku duduk menjublek, menunggui sang malam sampai datangnya sang fajar. Aku lebih takuti dunia yang tak bersuara, yang tak beroman, hingga di waktu tengah malam yang sunyi, aku lebih suka dcngari suaranya sang raja hutan dan kera, atau mendengari berkericikannya air mengalir: Boe Wie bicara terus, sampai Bong Tiap potong ia. Soeheng, kau biasa merantau, mustahil kau tak mempunyai sahabat? demikian si nona, yang perhatiannya ketarik bukan main. Kau toh pernah tempatkan diri dalam Gie Hoo Toan. Apakah Gie Hoo Toan tak mirip dengan laut yang bergelombang? Sahabat? dan Boe Wie menyengir tertawa getir. Sahabat aku mempunyai! Aku pun punya akan guru yang menyayangi aku, seperti ayahmu itu, seperti Tok-koh It Hang yang sekarang berada di Kwan-gwa. Aku punyai sahabat-sahabat kekal, seperti itu anggotaanggota dari Pie Sioe Hwee dan Gie Hoo Toan. Toh aku masih merasakan kosong, aku kesepian, aku kekurangan satu sahabat, yang bisa turut merasai kegembiraan dan kedukaanku, yang selama sisanya saat-saat pertempuran, bisa menghiburi aku, yang dapat melegakan hatiku. Lebih banyak tempoku, ya,ng aku lewati tidak bersama sahabatsahabat, aku biasa berkawan dengan pedangku saja Belum pernah ada satu sahabatku, yang tunjuki aku suatu jalanan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Soemoay, kau ketahui cara binasanya ayah dan ibuku, maka itu aku sangat benci pemerintah Boan serta budakudaknya. Toh, walaupun aku sudah cari, aku masih belum dapati tenaga untuk gempur Kerajaan Boan yang telah berakar kuat. Aku pernah dengar dongeng tentang semut yang kecil sanggup binasakan scrigala yang besar, karcna itu, aku telah cari suatu himpunan yang berpengaruh, untuk kumpuli banyak kawan. Demikian, aku telah dapati Gie Hoo Toan. Mendapatkan Gie Hoo Toan, aku juga hilang harapan, Boe Wie lanjuti sesudah ia bcrhcnti scbcntar. Sekarang ini Gie Hoo Toan antaranya bercita-cita Hoe Tjeng, ialah menunjang Kerajaan Boan. Juga di dalamnya, aku lihat, yang bening dan keruh bercampur jadi satu, seperti naga dan ular bergumulan, hingga sukar aku melihat tegas. Soemoay, kau tanya apa yang mengganggu pikiranku. Aku tak dapat jelaskan itu, aku seperti juga lagi mimpi dan separuh mendusin. Mirip seperti nona yang belum masak, Bong Tiap tak mcngcrti soeheng ini, tapi iaterharu mendengar kata-kata orang, maka kctika dengan pelahan ia angkat kepalanya, matanya mengembang air. Soeheng, aku ada satu -bocah yang tidak mengerti apaapa, berkata ia. Tapi aku mengasihi rumah tanggaku, aku juga mcncintai dunia, dari itu, jikalau bisa, aku ingin berikan kebahagiaanku kepada siapa yang membutuhkannya. Aku tidak tahu, dalam hal apa aku bisa bantu kau. Satu hal aku bisa terangkan, aku bersedia untuk menjadi adikmu, rumah ku juga boleh menjadi rumah kau, di saat kau merasa kesepian, selagi kau bersendirian, aku ingin layani kau sebagai kandaku sendiri. Mengenai Gie Hoo Toan, aku ada asing terhadapnya, tetapi aku juga merasa tcrtarik. Mendengar cerita kau saja, aku sudah gembira Aku ingin menemui itu rombongan entjieenijie dan adik-adik dari Hong Teng Tjiauw, aku ingin berada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di antara mereka. Rupanya di antara mereka kau masih belum dapat cicipi kesenangan. Oh, Soemoay, kau barangkali benar, sahut Boe Wie dengan lesu. Kau masih sedang segarnya, aku sudah layu. Aku bersyukur untuk kebaikan hatimu. Sekarang sudah tak siang lagi, mari kita pergi beristirahat. Boe Wie merasakan sangat kecewa mendengar katakatanya Nona Lioe itu, orang ada baik hati tetapi orang toh cuma pandang ia sebagai kanda, dan ia tidak be rani mendesak Bong Tiap sendiri malam itu, tak dapat tidur dengan tenang, ia masih mondar-mandir, terus sampai sang fajar datang. IX Sadari masih kecil. Bong Tiap hidup diuruki kesayangannya ayah dan bundanya, selama tiga tahun yang belakangan ini, walaupun ia bidup menyendiri, ia toh dilindungi gurunya, Sim Djie Sin-nie. Sampai sebegitu jauh, belum pcmah ia hadapi soal-soal atau soal yang berat, baharu kali ini,| ia merasai itu. Samar-samar ia ingat, inilah apa yang ia dahuiu pernah dencar. bahwa kalau satu anak pcrcmpuan telah menjadi bcsar, masanya akan datang yang dia akan hadapi soal seperti yang ia hadapi sekarang. Ia asing tcrhadap cinta tetapi ia toh ketarik Inilah pasti bukannya! ia kata da lam hatinva. Bong Tiap iantas ingat Ham Eng. Baharu tiga tahun yang lalu, iamasih memain pcrahu sama-sama itu saudara seperguruan. Ketika itu, pernah Ham Eng tanya ia: Adikku, maukah kau bcrkumpul selamanya denganku sebagai ini? Ketika itu, ia tak insyaf akan pertanyaan itu, tctapi ia masih ingat baik-baik.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pun, selama ia ingat Ham Eng, ia gembira. Sekarang juga, sesudah mereka berpisahan tiga tahun lamanya, ia percaya, kalau nanti mereka bertemu pula, mereka tak akan asing satu dengan lain. Ia tidak tahu, apakah ini juga yang dinamai cinta. Terhadap toa-soehengnya, Bong Tiap selalu merasa menghormati dan mengagumi, ia memang memandangnya sebagai kanda sejati, dan sejak soeheng itu tolongi ia serumah tangga, ia bersyukur sekali, rasa syukur ini menjadi berlipat sctclah ia ketahui, untuk tiga tahun, soeheng itu tcrus mencari ia. Toh bila dibanding dengan Ham Eng, ia merasa masih lebih dekat dengan saudara she Tjoh ini. Hanya, terhadap kesepiannya sang toa-soeheng, ia merasa tertarik. Ia mau percaya, walaupun dia gagah perkasa, Boe Wie mirip dengan satu bocah yang membutuhkan kesayangan ibunya. Ingat ini, ia sampai lupa bahwa ia telah bcrusia scmbilan belas tabun dan sang toa-soeheng sudah tiga puluh lebih. Maka itu, sejak waktu itu, di antara soeheng dan soemoay ini terdapat perasaan lebih dekat tetapipun asing. Itulah ada akibatnya pertemuan malam di Tay Tjeng San itu. Dcmikian, dalam keadaan aneh itu, sctclah meli ntasi padang pasir, gunung dan lembah-lembah, dari tepinya Sungai Tay Hek Hoo, mereka sampai di Thong-tjioe di dalam Propinsi Tit-lee. Kenapa mereka tidak pulang ke Shoatang hanya menuju ke Tit-lee? Itulah disebabkan markas besar dari Gie Hoo Toan, dari Shoatang sudah dipindahkan ke Tit-lee, karena Shoatang telah masuk menjadi kalangan pengaruhnya Wan Sie Kay. Di Shoatang itu cuma ada scdikit or-ang Gie Hoo Toan yang masih bertahan menghadapi kepaia perang Boan itu. Boe Wie ajak si nona ke Tit-lee karena Lioe Kiam Gim dan Tjoh Ham Eng berada di sana. Apa mau, mereka ini sudah tubruk tempat kosong! Sebabnya ialah, untuk urusan perkumpulan, Kiam Gim telah berangkat ke Thian-tjin, dan Ham Eng ikuti gurunya itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Boleh jadi kepergiannya itu membutuhkan tempo satu bulan. Karena ini, Boe Wie jadi pergi menemui Lie Lay Tiong, Ketua Gie Hoo Toan yang bermarkas di Thong-tjioe itu. Ketika itu, Lie Lay Tiong atau lebih benar Gie Hoo Toan sedang repot, maka itu, ketua itu tak dapat bicara lama dengan Boe Wie. Di Tit-lee, kemajuan ada pesat sekali. Umpama dalam satu Distrik Tok-tjioe, anggota Gie Hoo Toan berjumiah kira-kira tiga puluh ribu jiwa. Maka juga di manamana di Tit-lee, orang selalu menemui orang-orang dengan pelangi kuning, ikat pinggang merah dan tumbak panjang di tangan. Joe Lok, Tjongtok dari Tit-lee, menjadi sibuk sekali, hingga terpaksa iasambuti rombongan Gie Hoo Toan memasuki Kota Thian-tjin dalam kedudukan sebagai orang-orang yang setingkat derajatnya. Pemimpin Gie Hoo Toan yang masuk ke Thian-tjin itu ada Thio Tek Seng dan Tjo Hok Thian. Lioe Kiam Gim pergi ke sana atas permintaannya Lie Lay Tiong, untuk meninjau keadaan. Begitulah, sesudah memberi keterangan, Lie Lay Tiong Iantas minta Law Boe Wie berdiam dulu di Thong-tjioe. Katanya, selang satu bulan, Lioe Kiam Gim bakal kembali. Di lain pihak, Lay Tiong minta Bong Tiap suka pimpin Barisan Hong Teng Tjiauw, yang masih kurang pemimpin yang berani dan boegeenya liehay. Kalau Boe Wie kurang tertarik oleh Gie Hoo Toan, Bong Tiap ada sebaliknya. Dia gembira melihat nona-nona Hong Teng Tjiauw tidak gemar berias, tidak ikat kaki. semuanya kelihatan gesit dan toapan, sedang kedua pemimpinnya, Tang Djie Kouw dan Lauw Sam Kouw, mirip dengan orang Iclaki saja, apapula Lauw Sam Kouw. Berdua mereka ini Bong Tiap dan Sam Kouw lantas saja bergaul rapat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selama berdiam di Thong-tjioe, Boe Wie dan Bong Tiap sering bertemu. Dalam Gie Hoo Toan, pertemuan antara kedua pihak lelaki dan pcrcmpuan dipandang umum. apapula mereka ada soeheng dan soemoay dan datangnya pun bareng, orang tidak herankan yang mereka bergaul rapat. Selang setengah bulan, Kiam Gim masih belum kembali. Lie Lay Tiong sudah kirim utusan kepada Kiam Gim, mengabarkan puterinya ada di Thong-tjioe, hanya entah kenapa, ayah itu menulis surat pun tidak. Menurut dugaan, utusan itu mestinya sudah sampai cukup lama di Thian-tjin. Selama itu juga, Boe Wie dapati suatu apa yang mendukakan ia. Benar Bong Tiap ada sangat baik terhadapnya, tapi selagi mereka pasang omong, tanpa disengaja, si nona suka sebut-sebut Ham Eng, dan saban kali pemuda she Tjoh itu disebut, Nona Lioe nampaknya sangat gembira Dia masih muda sekali, aku sudah tua, dan dia pun nampaknya sukai Ham Eng, aku hams mengalah, Boe Wie berpikir. Dia harus berbahagia, aku tidak selayaknya mencoba mengikat dia. Kenapa aku mesti melintang di antara mercka? Di pihaknya Bong Tiap, dia tidak inginkan sang toa-soeheng bcrduka, ia cuma bersikap manis budi tcrhadap soeheng itu, akan ictapi, apabila ia merasa sang toa-soeheng hendak utarakan rasa hatinya, ia menyesal sendirinya. Ia tidak ingin terlibat taufan. Lauw Sam Kouw tidur sckamar dengan Bong Tiap, selagi Iain-lain or-ang tidak lihat gerak-geriknya si nona dan Boc Wie, scbagai scorang bcrmata tajam, ia tampak itu, ia sudah lantas bisa menduga. Maka pada suatu malam, Sam Kouw tanya Bong Tiap, dia sukai sang toa-soeheng atau tidak. Separuh memain ia kata: Kau sudah dewasa, kau harus cari mcrtua. Aku lihat toa-soehengmu itu baik dan jujur, dia pun gagah, kau orang berdua ada sembabat sekali!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bong Tiap seperti dengar guntur di kupingnya, mukanya menjadi merah, tapi ia harus jawab ini, mau atau tidak, ia utarakan kesangsiannya. Ia nyatakan, kedua soehengnya agaknya mcncintai ia, tapi ia sukar memilih, sedang kalau ia menunda, Boc Wie bakal menjadi tcrlebih tua. Sulitnya, tidak ada satu soehengnya yang pernah mengutarakan isi hatinya. Inilah gampang! kata Sam Kouw sambil tertawa. Siapa kau cintai, dia kau nikah! Ini ada urusan kau sendiri, tak orang yang bisa paksa naiki kau kw dalam joli pengantin! Nona Lauw bicara secara sewajarnya, tapi Bong Tiap tetap bersangsi. Demikian sang tempo di lewatkan, sampai lagi setengah bulan, sampai pada suatu hari, Lie Lay Tiong beritahukan Boe Wie dan Bong Tiap, katanya: Besok Ham Eng akan kembali! Nyatalah, ketika utusannya Lay Tiong sampai di Thian-tjin, Kiam Gim kebetulan lagi pergi mencari kawan-kawan baharu, ketika ia pulang dan Ham Eng beritahukan kabar dari Thongtjioe, jago tua itu kucurkan air mata saking girang berbareng terharu. Oh, itu anak, bagaimana ia bersengsara!. ia mengeluh. Selama tiga tahun, setahu bagaimana dia menderita. Sekarang ia sudah selamat, hatiku lega. Ayah ini tidak tabu, puterinya sebenarnya tidak menderita banyak, kecuali bahaya yang mengancam kepadanya, bahwa puteri itu telah dapat kepandaian silat yang sempurna. Sebenarnya Kiam Gim ingin segera tengok anaknya itu, apa mau, urusan perkumpulan lagi memintatenaganya, dari itu, terpaksa ia kirim Ham Eng saja. Muridnya ini sekalian bisa bicarakan satu soal penting dengan Lie Lay Tiong. Sebaliknya, hatinya Boe Wie tidak tentaram mendengar Ham Eng bakal datang. Ia sayang itu soetee dengan siapa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah bebcrapa tahun ia tidak ketemu, tapi sayangnya itu beda dengan kesayangannya terhadap Bong Tiap. Tentu saja, tak dapat ia bersaing dengan ntu soetee atau memusuhkan dia itu. Saking kusutnya pikiran, itu tengah malam ia berbangkit, ia dandan, terus ia pergi ke kemahnya Bong Tiap. Malam itu, rembulan sudah mulai doyong, sinarnya teduh dan indah. Kcmah pun ada tenang sekali, melainkan serdaduserdadu ronda yang mondar-mandir. Ketika Bong Tiap diwartakan datangnya sang soeheng, ia segera keluar untuk menemui. Ia pun seperti belum tidur dan seperti lagi nantikan soeheng itu. Pertemuan dilakukan di bawah terangnya si Puteri Malam. Sampai sekian lama, keduanya tidak lantas bicara. Angin ada berkesiur halus. Kemudian Boe Wie angkat kepalanya, ia awasi si nona. Adikku, kata ia, ketika ia mulai buka mulutnya. Sejak pertemuan malam di Tay Tjeng San, Boe Wie tidak lagi memanggil soemoay, hanya adik saja. Adikku, aku hendak bicara sedikit sama kau. Aku menyesal mesti ganggu ketentaramanmu. Sekarang aku sudah berpikir, Sore hari aku biasa menyendiri, sekarang juga begitu Kau suka menjadi adikku, aku puas karenanya. Aku insyaf, aku telah berusia lanjut. Lanjut usiaku, lanjut juga hatiku. Kau sebaliknya masih muda, kau ada di saat pcrmulaan. dari itu aku tak dapat, aku tak mesti ikat padamu. Aku anggap, Tjoh Soetee adalah paling sembabat dengan kau, dia sedang mudanya. Maafkan aku, aku omong terus terang. Maka kau orang mesti jadi pasangan. Tentang aku, Adikku, kau jangan buat pikiran, aku telah tertakdir mesti terus merantau! Tidak! kata si nona, tetapi suaranya terputus, air matanya berlinang. Ketika ia hendak buka mulutnya, Boe Wie sudah lenyap, toa-soeheng itu telah berlompat pergi dengan pesat dan sedetik saja hilang dalam gelap-gulita.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Malam itu seterusnya, Bong Tiap berpikir, akan tetapi, ia toh bisa ambil ketetapan. Besokannya, di hari kedua, Tjoh Ham Eng sampai dari Thian-tjin, di memasuki markas hampir seperti berlompatan. Lie Lay Tiong beberapa pemimpin lainnya, berik Boe Wie dan Bong Tiap, suda menantikan ia. Ini penyambutan bukan karena ada orang penting dan Gie Hoo Toan, ia hanya ada utusannya Lioe Kiam Gim dan semua orang ingin dengar kabar dari Thian Ham Eng sebaliknya tidak terlalu perhatikan Lie Lay Tong, begitu masuk, ia pentang mata ke empat penjuru. akan cari Lioe Bong Tiap, hanya. apabila ia lihat nona itu, ia tercengang. Romannya si nona ada lesu, sepasang alisnya mengkerut, seperti orang berduka berbareng menyesal. Dan ketika ia dengan bersemangat memanggil Soemoay! sang soemoay sendiri menyahuti dengan tawar, hingga soebeng ini tak dapat berkata-kata terlebih jauh Kernudian Ham Eng memandang soehengnya. kembah ia menjadi heran. Sepasang mata yang tajam dari Boe Wie seperri tidak bersinar, orangnya sendiri nampaknya tidak bersemangat. Hingga ia jadi bingung, Dalam keadaan seperti itu. Ham Eng insyaf ia sudah berlaku keliru Seharusnya. setelah memberi hormat pada Lie Lay Tiong. ia mesti dului menegur soehengnya itu. tetapi sebaliknya, ia lebih perhatikan Bong Tiap. Dengan sendirinya, air mukanya menjadi merah. Urusan kita boleh dibicarakan belakangan. berkata Boe Wie sambil bersenyum apabila ia tampak kelakuan tak sewajaraya dari soetee itu. Baiklah kau lebih dahulu memberi laporan, karena semua saudara disini ingin sekali dengar kabar dan Thian-Boe Wie ada seorang yang berpengalaman, walaupun hatinya pepat, ia masih ingat untuk menyadarkan soeteenya. Dengan itu jalan. ia pun menolong sang soetee dari keadaannya yang sulit itu. Ham Eng lantas hampirkan Lie Lay Tiong, untuk memberi hormat pula, kemudian, dengan sungguh-sungguh, ia kata:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tjong Tauwbak, kcadaan ada gen ting luarbiasa. Semua saudara di sana lagi menantikan pendapatmu. Ternyata dengan semakin besarnya pengaruh Gie Hoo Toan, bentrokannya dengan bangsa asing, dengan kawanan pendeta penyebar agama asing, makin bertambah banyak. Memang Gie Hoo Toan ada bersikap anti asing, akan tetapi scbab-musababnya adalah dari pihak asing | sendiri, sepak terjang Gie Hoo Toan ada akibat saja. Semasa tahun ke-5 dari Kaisar Kuang Hsu, pihak Serikat telah minta pemerintah Boan tindas Gie Hoo Toan dan Toa Too Hwee, supaya semua pemimpinnya serta yang membantu, dihukum mati. Permintaan itu disertai ancaman, apabila pemerintah Boan menolak, pihak asing akan kirim tentara untuk lakukan itu sendiri. Muianya pemerintah luiuskan permintaan itu, Tjongtok Liap Soe Seng dari Tit-iee telah dipcrintahkan basmi Gie Hoo Toan Tjongtok ini bersikap bengis, dia bunuh saban or-ang, dia bakar setiap rumah, hingga rakyat gusar dan pada memasuki Gie Hoo Toan, hingga Pakkhia dan Thian-tjin jadi goncang, hingga lbusuri See Thayhouw kuatir tahtanya terguling, hingga ia tegur Liap Soe Seng seraya nyatakan: Tjongtok itu mesti tanggung jawab sendiri apabila rakyat berontak. Lain dari itu, ibusuri pun lantas pikir akan gunai Gie Hoo Toan, buat lawan pihak asing, untuk mana, ia kirim utusan ke Thian-tjin guna perkenankan Gie Hoo Toan memasuki Kota Raja : Pakkhia. Gie Hoo Toan jadi hadapkan soal: Memasuki Pakkhia atau jangan? Pemimpin-pemimpin di Thian-tjin, ialah Thio Tek Seng dan Tjo Hok Thian, mufakat datang ke Pakkhia. Lioe KiamGim tidak setuju, tetapi ia ada sebagai tetamu, ia tidak leluasa untuk bicara. Ia tidak percaya lbusuri mau bekerja sama-sama secara sungguh-sungguh, ia kuatir nanti kena diakali dan Gie

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoo Toan akan menghadapi bencana. Ia pikir untuk nyelusup dulu ke Pakkhia, akan bcrunding dengan orang-orang Gie Hoo Toan di Kota Raja. Saran ini disetujui Thio Tek Seng. Maka ia telah ambit ketetapan, di hari kedua dari berangkatnya Ham Eng ke Thong-tjioe, baharulah ia mau berangkat. Di sebelah itu, Kiam Gim tidak percaya jampi-jampi dari Gie Hoo Toan bisa memunahkan senapan dan meriam asing, ia kuatir Gie Hoo Toan nanti masuk ke Pakkhia untuk antarkan jiwa secara kecewa, maka ia suruh Ham Eng tanya pendapatnya Lie Lay Tiong. Buat beberapa saat. Lie Lay Tiong berdiam. Diam-diam, ia perhatikan sikapnya orang-orang, yang nampaknya sebagian setuju, sebagian tidak. Tapi di akhirnya, dengan bersemangat, dia berbangkit seraya. keprak meja dan berseru : Pergi ke Pakkhia! Kenapa tidak? Inilah jalan berhasilnya kita, Orang gagah bertindak tak boleh sebagai perempuan dusun atau anak-anak! Aku nanti pimpin sendiri angkatan perang kita memasuki Pakkhia! Mendengar itu, Law Boe Wie menjadi serba salah dan Bong Tiap menjadi tidak gembira. Dan di antara orang-orang Gie Hoo Toan, separuh gembira, separuhnya lagi berduka. Melainkan yang tak setuju tutup mulut mereka. Boe Wie masygul, oleh karena Lie Lay Tiong tidak hargai pikiran gurunya, malah gurunya itu tidak. disebut sama sekali, gurunya itu seperti tidak dilihat mata, seperti hendak disamai dengan orang perempuan dan anak kecil. Ia setujui gurunya, tapi ia pun terpaksa mesti bungkam. Ketidaksenangannya Bong Tiap ada lain lagi. Ia anggap Lie Lay Tiong memandang enteng orang perempuan, benar ia pun bungkam tetapi mulut sudah berkelemik! Pendapatnya Lie Lay Tiong adalah fein, Dia sebenamya ada bekas opsir sebawahan dari Tang Hok Slang, jendcral di Siamsay dari pemerintah Boan, dia tinggalkan pangkatnya dan memasuki Gie Hoo Toan, ia bisa nanjak terns hingga ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diangkat menjadi Tjong-tauwbak Ia anggap, memasuki Pakkhia berarti bertemu dengan Kaisar, bertemu jugadengan Ibusuri. dan itu adalah suatu kehormatan besar untuk ia, untuk leluhurnya. Dia asal opsir rendah, tapi di Pakkhia, dia bakal duduk berendeng dengan bcrbagai menteri dan jenderal, tidakkah itu memuaskan hatinya? Maka itu, ia setuju. Di Pakkhia, dia mau beraksi! Sebagai -orang cerdik, Lie Lay Tiong lihat Boe Wie dan Bong Tiap tidak gembira, ia lantas tunjuki kelicinannya Ia goyangi tangan pada itu tiga saudara seraya berkata: Soal memasuki Pakkhia atau tidak, kita tak usah bicarakan lagi! Kau orang sudah lama tidak ketemu satu dengan lain, aku tidak hendak haiangi kau orang, nah, pergilah keluar. Untuk kau orang pasang omong dengan merdeka! Pada Ham Eng sendiri. ia urusi sambil bersenyum: Kau juga sudah merdeka, jikalau kau suka, kau boleh pesiar di Thong-tjioe ini barang dua bari! Kau banyak capek! Demikian Lie Lay Tiong hunjuk aksi menyayang, dengan mana ia akhirkan pertcmuan itu. Dengan tak gembira, Ham Eng ikuti Boe Wie dan Bong Tiap keluar. melihat si nona acuh tak acuh, jalannya sambil tunduk saja. Maka terpaksa, ia bicara dengan Boe Wie. Boe Wie juga tetap tidak gembira, tapi satu hal membuat ia puas. Itu ada halnya Teng Hiauw, putcranya Teng Kiam Beng, soesioknya atau paman guru. Katanya, Teng Hiauw ini sudah mencmui gurunya, sudah dua kali kembali ke Poo-teng, untuk membangun Thay Kek Pay, hingga namanya jadi Icrsohor, dan dia pernah berbuat kebaikan untuk gurunya. Isterinya Teng Hiauw adalah cucu perempuan dari Kiang Ek Hian, Ketua dari Cabang Silat Bwce Hoa Koen, sedang Tjoe Hong Teng, pemimpin Gie Hoo Toan, ada murid kepala dari Ketua Bwee Hoa Koen itu. Setelah bicara sckian lama, Boe Wie lihat Bong Tiap, lalu dengan tiba-tiba, ia kata: Aku mempunyai satu urusan untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mana aku mesti berangkat lebih dulu, kau orang sudah lama tidak bertemu, pergilah kau or-ang bicara! Dan lantas ia pergi. Walaupun Boe Wie sudah tidak ada, dua-dua Ham Eng dari Bong Tiap masih likat satu dengan lain. Ham Eng menjadi heran dan masygul, kenapa socmoay ini menjadi demikian tawar, malah seperginya Boe Wie, mukanya berubah menjadi pucat. Ia ada tidak sabaran. Maka akhirnya, ia kata: Soemoay, aku heran! Dari kecil sampai besar, kita biasa memain, tapi belum pernah aku dapati kau begini adem, kau seperti tak perhatikan aku. Kau tahu, bagaimana aku pikirkan kau sclama tiga tahun! Sayang aku tidak liehay sebagai toasoeheng, yang seorang diri telah mcrantau mencari kau. Aku, siang aku mengenangi kau, malam aku mimpikan padamu. Socmoay, urusan apa membikin kau tidak senang? Kau boleh damprat dan pukul aku, tapi janganlah berlaku tawar begini. Dari kematian kita lolos, scsudah tiga tahun kita bertemu pula, maka, ada urusan apa yang membikin kau tak senangi aku? Bong Tiap angkat kepalanya, air matanya menggenang. Ham Eng, aku tidak gusar terhadap kau kata ia, dengan suara sedih. Aku tahu, memang tidak seharusnya aku bersikap begini, tetapi sekarang pikiranku lagi kusut Kau berikan ketika untuk aku beristirahat, nanti aku bicara denganmu. Sebentar tengah malam, kau pergi ke tangsiku, untuk kita bicara. Nona itu kelihatan lesu dan letih sekali. Ham Eng tidak berani memaksa. Kau lesu, Soemoay, baik kau beristirahat, kata ia. Sebentar malam aku nanti datang padamu Demikian dua saudara itu, setelah pertemuannya yang pertama kali ini scjak tiga tahun, lantas berpisahan pula.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bong Tiap pulang ke kemahnya untuk terus rebahkan diri, sampai sore, ia tidak tidur, ia tidak dahar. Sam Kouw tanya ia, apa ia sakit, iajawab tidak. Ia sebenamya sedang pikirkan toasoeheng dan soehengnya: Ham Eng berbayang di matanya nona ini sebagai satu orang nrada dan cakap, merekapun sudah bergaul rapat sekali, berat untuk tinggalkan dia itu, hatinya goncang keras. Di sebelah Ham Eng ada Law Boe Wie yang gagah tapi yang usianya lanjut seperti Boe Wie akui sendiri. Toa-soeheng ini sudah kenyang mcrantau dan mendcrita, dia memerlukan perhatian luar biasa. Kalau Ham Eng pasti akan tank perhatiannya sesuatu nona, belum tentu dengan Boe Wie. Maka Bong Tiap anggap, pertu ia perhatikan toa-soeheng itu, untuk mana, ia layak berkorban. Malam itu, seperti dijanji, Ham Eng datang. Rembulan ada indah dan tenang. Akan tetapi hatinya kedua anak muda itu tidak tentaram. Bong Tiap lantas saja bicara, dengan cepat, seperti ia kuatir orang potong pembicaraannya. la utarakan ketetapan yang tadi sore ia ambil. Ham Eng, tak usah kau tanya banyak-banyak padaku, aku pun tidak ingin banyak bicara. Aku tahu hatimu, tetapi aku tetap ada soemoaymu. Aku ingin terus baik dengan kau, supaya kau berbahagia, tetapi aku kuatir kau keliru mengartikan aku Di depan kau, ada satu orang yang telah mendahului padamu, yang utarakan isi hatinya kepadaku, mulanya aku tak nial terima ia, tapi sekarang aku telah pikir itu masak-masak. Siapa dia? Ham Eng benar-benar memotong. Dia ada toa-soeheng. sahut si nona sambil ia tunduk, untuk mcnyingkir dari sinar matanya sochcng itu, ia terus menghela napas. Oh, toa-soeheng! Ham Eng ulangi, agaknya ia heran. Terus ia bcrdiam. A pa ia mcsii bilang? Tak dapat is larang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

socmoay ini baik dcngan toasoeheng itu. Tapi ia tak dapat pertahankan kesedihannya. Tiba-tiba, ia putar tubuhnya dan pergi sambil berlari-lan, tak sepatah kata ia ucapkan. Besoknya, Bong Tiap terima suratnya Ham Eng. Sochcng mi bilang tidak bisa bcrdiam lebih lama di Thong-tjioe, bahwa dia tak harap menemui pula sang soemoay. itu hari juga ia kembali ke Thian-tjin. Soeheng ini pujikan kebahagiaannya sang soemoay dan toasoeheng itu! Haiinya Bong Tiap mcmukul keras. Memang sukar ia lupai soeheng itu, walapun ia sudah ambil ketetapan. Ia berdiri bengong. Ia mau nangis tapi tak bisa. Tiba-tiba tcringat dia akan suaranya Lauw Sam Kouw, di kupingnya: Kau sebenamya cintai yang mana satu? Bong Tiap insyaf benar, ia cintai Ham Eng, dan terhadap Boe Wie, ia mclainkan mcrasa kasihan. Dalam bingungnya ini, ia pun berkuatir. Ke mana perginya Ham Eng? Apakah soeheng itu tidak berpikiran pendek? Sekarang ia dapat pikiran lain. Soeheng ini masih muda dan membutuhkan perlindungan, tidak demikian sang toa-soeheng, yang bagaikan pohon tua, tidak jerih lagi hujan besar dan taufan. Ham Eng ada seumpama satu cabang muda yang lemas. Ada hebat untuk Bong Tiap akan layani keruwetan pikiran itu, dengan tiba-tiba, ia berhenti menangis, lantas ia rapikan pakaiannya. ia buntal bungkusannya, kemudian, setelah soren pedangnya dan simpan piauw Bouw-nie-tjoenya, ia keluar dari kemahnya, ia berangkat untuk susul Ham Eng ke Thian-tjin! Dia tidak memberi kabar pada siapa juga kccuali ia tmggalkan sccarik kcrtas untuk Lauw Sam Kouw dan Law Boe Wie. Malam itu, juga Boe Wie tidak tidur barang sekejap. Setelah berkutet keras, ia bisa ambil putusan. Ia suka mengalah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terhadap Ham Eng. Dengan mehgalah, ia mcrasa terhibur juga, karena ia jadi sudah bisa bikin berbahagia soetee dan soemoaynya. Tapi ia menjadi kaget dan bingung, kapan kemudian dengan beruntun ia terima dua pucuk surat, masing-masing dari Ham Eng dan Bong Tiap. Soetee itu kasih selamat padanya, yang jodohnya bisa terangkap dengan jodohnya Bong Tiap, kemudian, setelah nyatakan ia hendak merantau, akan teladan sang toa-soeheng, Ham Eng mohon maaf yang ia pergi tanpa pamitan- Sang soemoay, dengan beberapa huruf saja, melainkan memberitahukan hendak pergi ke Thian-tjin. He, kenapa Soetee salah mengerti sampai begini? ia nyatakan seorang diri. Kenapa Soemoay pun berangkat? Aku menyesal menyebabkan kcdukaan mereka Lantas Boe Wie berpikir lebih jauh dan akhirnya ambil putusannya, untuk menyusul mereka itu ke Thian-tjin. Maka besoknya pagi-pagi, ia ketemui Lie Lay Tiong dan beritahukan maksudnya, sebagai alasan, ia hunjuk perlu ia mencmui gurunya. Pada mulanya, Lie Lay Tiong berniat tahan ini orang gagah. tapi karena kemarin ada selisih anggapan soal pergi ke Pakkhia atau tidak, dan kelihatannya Boe Wie setujui Kiam Gim, ia man percaya, orang she Law ini tidak setujui ia, dari itu, dengan tawar ia jawab: Karcna kau tidak ingin bcrdiam di Thong-tjioe, aku tak dapat menahannya. Harap saja kemudian kita orang nanti bertemu puladi Pakkhia! Demikian Boe Wie pamitan dari Lie Lay Tiong dan berangkat ke Thian-Tjin. Ia bikin perjalanan dengan cepat. Di sepanjang jalan, ia lihat orang-orang Gie Hoo Toan dengan pelangi kuning dan ikat pinggang merah, hatinya tertank. Mendekati malam sampai di Thian-tjin, sesudah pintu kota ditutup. Ia lihat penjagaan ada keras. Ia tidak pergi kepintu ia hanya cari tembok kota bahagian yang sunyi disitu ia loncat naik, mau melewatinya. Ia tidak ingin berabe, siapa tahu..

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baharu ia sampai di atas tembok dan hendak loncat turun ke sebelah dalam, tiba-tiba ia dengar sambaran angin, datangnyadari arah belakang. Ia ada berani dan berpengalaman, bukannya ia maju terus, ia hanya mundur, akan loncat ke samping, terus ia mundur pula keluar tembok. Ia insyaf ia bersalah dan ia tak ingin. timbul bentrokan. Di luar dugaan, or-ang tidak mau mengasih ampun, or-ang telah susul ia seraya membentak: Siapa kau yang berani nyelundup masuk ke dalam kota? Dan teguran itu disusul sama satu serangan lagi, ke arah pundak. Boe Wie berkelit seraya ia terus bcrsiap dengan Gie hoe say bong atau Nelayan menjemur jala, melulu untuk luputkan diri dari ancaman bencana. Penyerang itu bukannya seorang biasa saja, ia bersenyum seraya tangan kirinya dipentang dalam gerakan Pek hoo Hang tjie atau Burung Hoo putih bukasayap, lalu dengan tangan kanan, ia menyerang ke arah perut. Boe Wie menyedot perut seraya sedikit membungkuk, kakinyaditarik ke belakang, buat egoskan tubuh sambil mundur, akam tetapi lawan tidak mengasih tetika,dia maju pula, sekali ini, tangan kanannya dan atas turun ke bawah dalam gerakan Slua kwa tan ian atau Sambil miring menggantung ruyung. Menampak serangan hcbat itu, Boe Wie tidak mau keras lawan kcras. Segcra ia keluarkan kegesitan, yang ia dapat pelajarkan dari Tok-koh It Hang, mencelat ttnggi dan jauh dua-tiga tumbak. ia menjadi heran, hingga ia batal untuk segera perkenalkan diri. Lawan itu sudah gunai Thay Kek Koen yang delapan atau sembilan bagian sempurna. la tidak sangka, di sini ia bertemu sama ahii Thay Kek Koen itulah kepandaian, yang mirip digunai gurunya. Sekalipun soesioknya, Teng Kiam Beng, tidak ada sedemikian liebaynya. Siapa ini orang dan dari siapa dia peroleh kepandaiannya?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Untuk mencoba melayani tanpa gunai Thay Kek Koen, Boe Wie lantas mainkan Pwee-pwee Lak-tjap-sie-tjhioe kim-nahoat, hingga sekarang ia bikia heran lawannya itu. Siapa lantas maju tetapi tanpa menyerang. Kau siapa? ia tanya. Lekas perkenalkan diri, supaya kita jangan salah mengeni! Boe Wie tidak mau iantas perkenalkan diri, sambil bersiap, ia bilang: Tidak tanya lagi hijau merah hitam putih, datangdatang kau serang aku, maka sekarang aku ingin saksikan kepandaianmu kenapa kau ada begini galak. Lawan itu bertambah heran. ia ditantang. walaupun ia mendongkol, ia menahan sabar. la pun mau menduga pada mata-mata musuh. Di Kota Thian-tjin yang besar itu, belum pernah aku lihat orang berwenang-wenang seperti kau ia berseru. Bagaimana aku bisa antap kau datang dan pergi menuruti sukamu send in? Apakah itu tidak akan menyebabkan orang pandang enteng pada saudara-saudara dari Gie Hoo Toan yang melindungi kota ini? Aku tidak berkepandaian tinggi, tapi aku tak dapat izinkan kau main gila!! Lalu. ia pun bersiap sedia. Boe Wie ingin mencoba, ia tidak sangsi lagi untuk maju, membuka kedua lengannya, ia merangsek. Benar-benar ia gunai Kim-na-hoat. Ancaman Boe Wie ada hebat. Lawan itu tidak kcnali orang punya gerakan, ia bersangsi untuk menduga Pek-kwa-tjiang atau Kim-na-tjhioe yang umum. Scbcnarnya itu ada kim-na-hoat dari Eng Djiauw Boen, kcpandaian istimewa dari Tok-koh It Hang. Tapi ia tidak jerih, ia tenang dengan Thay Kek Koen. Pokoknya Thay Kek Koen memang ketenangan menantikan gerakan. Kalau musuh tidak bergerak, sendiri diam, sekalinya musuh bergerak, sendiri mendahului.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Oleh karena ini tidak heran jikalau kedua tandingan ini Iantas saja bertarung dengan seru, tenang lawan tenang, gesit lawan gesit Cepat sekali, lima puluh jurus tclah dikasih lewat. Sampai di situ, perbedaan mulai tertampak. Boe Wie merangsek, ia tidak dapat basil, sebaliknya, bebcrapa kali, ia kena didesak, baiknya ia gesit menangkis dan berkelit, ia tidak sampai kena dirubuhkan. Kepandaian mereka berdua ada berimbang, Boe Wie menang pengalaman, kalau ia toh terdesak, itu disebabkan ia belum keluarkan Thay Kek Koen. Kalau Thay Kek Koen ia telah yakin buat dua puluh tahun, Kim-na-hoat baru lima tahun, scdang begitu, ia mesti layani Thay Kek Koen dari belasan tahun. Biasanya ia liehay karena ia gunai dua-dua kepandaiannya secara tercampur, Sekarang ia tidak gunai Thay Kek Koen. Syukur untuk ia, ia sudah dapati tujuh bagian dari kepandaiannya Tok-koh It Hang. Untuk cegah dirinya dirubuhkan, yang mana bisa mcndatangkan rasa malu dan kecewa, sampai di situ, Boe Wie ubah caranya bersilat. Lantas saja ia keluarkan Thay Kek Koen, bahagian Thay-kek-tjiang, bertangan kosong, dengan beruntun ia pergunakan Giok lie tjoan so atau Bidadari menenun, Djie hong soe pie atau Seperti menutup seperti merapat, Sam hoan to goat atau Tiga kali mclibat rembulan, dan Teng san kwa houw atau Menunggang harimau mendaki gunung. Begitu lekas desakan itu, lawan yang menjadi kaget, Boe Wie melompat keluar kalangan, terus ia menegur: Eh, kau juga keluaran Thay Kek Boen? Law Boe Wie hentikan penyerangannya, ia bersenyum. Ya, aku ada dari Thay Kek Boen! ia jawab. Kau sendiri siapa wariskan kau kepandaianmu? ia balas tanya. Atas jawaban itu, sang lawan bertindak maju, untuk mengawasi, kemudian ia sambar tangan orang, buat di tarik sambil dicekal keras.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Loo-soehoe Lioe Kiam Gim itu apamu? ia tegaskan. Boe Wie terkejut untuk sikap dan lagu suara orang. Lioe Loo-soehoe adalah guruku, ia jawab. Baharu saja dengar itu jawaban, lawan itu lantas kucurkan air mata. Oh, kau jadinya ada Soeheng Law Boe Wie! kata ia, yang agaknya terperanjat. Siauwtee justeru sedang cari kau! Gurumu gurumu. Ia tak dapat berkata terus, ia menangis sesenggukan, tersedu sedu. Boe Wie kaget, ia tarik lolos tangannya. Guruku kenapa? tanya ia. Bilang, bilanglah!. Orang itu mencoba berhenti menangis, ia susuti air matanya. Gurumu .. gurumu orang aniaya hingga binasa. saahut ia dengan susah. Itulah guntur di siang hari. Bagaikan orang kalap, Boe Wie jambak kedua pundak orang, ia mengawasi dengan mendelong. Apakah itu benar? ia tegaskan. Bagaimana kau ketahui? Orang itu berdiri tegak, ia pun mengawasi dengan mata tak bergeming Mayat gurumu itu adalah aku yang kubur dengan tanganku sendin, ia menyahui dengan pelahan, tetapi suaranya tetap. Gurumu adalah soepehku sejati. Teng Kiam Beng adalah ayahku! Semasa aku bcrada dengan Lioe Soepeh. Sering aku dengar ia sebut-sebut kau. Soeheng. Itupun sebabnya kenapa aku berniat pergi ke Thong-tjioe, untuk cari kau, siapa tahu di sini kita berpapasan, kita bentrok

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baharu saja Teng Hiauw tutup mulutnya. atau Boe Wie, muka siapa pucat dengan tiba-tiba. rubuh seketika, kedua tangannya terpentang ia pingsan! Inilah tidak aneh. Sejak umur tujuh tahun. Kiam Gim telah rawat dan didik ia, sampai umur dua puiuh tahun lebih. baharu ia keluar dan perguruan. maka itu. namanya mereka ada guru dan murid. Kenyataannya mereka mirip ayah dan anak. Budi yang demikian besar tidak pernah Boe Wie lupakan Sekarang, dengan sekonyong konyong, ia dengar itu kabar celaka, bagaimana hatinya tidak mencelos! Lioe Kiam Gim ada liehay sekali, ia berpengaiaman dan sabar, mengapa ia nampak bencananya itu? Iniiah sebab ia memasuki Pakkhia. Gie Hoo Toan telah terpecah dalam tiga aliran, yang pertama Hoan Tjeng (Melawan pemerintah Boan), yang kedua Hoe Tjeng (Menunjang pemerintah Boan), dan yang ketiga Poo Tjeng -Melindungi Kerajaan Boan. Kiam Gim masuk dalam Golongan Hoan Tjeng. Tjoe Hong Teng dan Thio Tek Seng ada dari rombongan kedua, Hoe Tjeng. Di dalam Kota Pakkhia, Kota Raja, yang paJing kuat ada rombongan Poo Tjeng. Rombongan ini terdiri dari mentenmenteri dan mereka yang tcrhitung gundal Boan, yang sengaja nyelundup masuk dalam Gie Hoo Toan, uniuk bckcrja dalam air keruh, di antaranya ada kawanan wie-soe atau pahiawan, bekas orang-orang Kang-ouw jahat, juga guru-guru silat orang Boan dan murid-murid paderi Lhama, semuanya terdiri dari orang-orang Han dan Boan. Di antaranya, ada lagi buaya darat dan cabang-cabang atas yang melulu inginkanpangkat dan uang Adalah golongan yang belakangan ini yang sepak terjangnya paling rajin. Ketua Gie Hoo Toan di Pakkhia ada Ouw Houw Tjoe, dia bukannya Kaum Poo Tjeng, akan tetapi dia ada sangat lemah, gampang dengar saran, sudah ia tak mampu urus kumpulan,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akan rapikan keadaan dalam, dia kena dilagui oleh rombongan Poo Tjeng. Belum lama Lioe Kiam Gim dari Thian-tjin datang ke Pakkhia, lantas ia rubuh sebagai korban. Sesampainya Lioe Loo-kauwsoe di Kota Raja, di mana ia berdiam dalam markas Gie Hoo Toan, di sebelahnya rnemperhatikan suasana, ia bikin perhubungan sama rombongan Hoan Tjeng. Di sini ia ada asing, sebaliknya orang Gie Hoo Toan ada campur-aduk, ia nampak kesulitan. Untuk cari kawan, mau atau tidak, ia mesti sebutkan ia asal rombongan mana. Ketua Ouw Houw Tjoe sambut dengan baik utusan dan Thian-tjin ini, yang diperlakukan sebagai tetamu terhormat, sering dia datang mengunjungi untuk pasang omong. Ia pun perkenalkan Kiam Gim dengan lain-lain pemimpin. Mengetahui yang Lioe Loo-kauwsoe ada ahli Thay Kek Koen, ada orang-orang yang mohon pengunjukan. Kiam Gim ada beda danpada Kiam Beng, ia jaga pesan baik gurunya. Ia suka bergaul, ia ingin dapati kepandaian lain orang, tetapi dalam hal kepandaiannya sendiri, ia biasa merendah. Hanya ini kali, ia bersikap lain. Ia ingin cari sahabat. Orang-orang yang minta pengunjukan itu ada orang-orang muda, ia suka layani mereka. Pada suatu hari, selagi Kiam Gim datang kepadanya, minta pengunjukan. Ia melayani seperti biasa, ia tidak menduga jelek, waktu orang minta ia main-main ia juga tidak menampik. Memang, untuk memberikan pengunjukan, orang mesti main-main, dan itu artinya, mereka harus bergebrak bergebrak sungguh-sungguh tetapi bukan benar-benar. Dua anak muda telah dikalahkan Kiam Gim, di antara mereka tidak terjadi apa-apa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian Lioe Kauwsoe mesti layani orang ketiga, yang perkenalkan diri sebagai muridnya guru silat Shong Keng Tong dari Ngo Heng Koen. Dengan merendah, pemuda ini berkata: Aku baharu belajar, tolong Loosoehoe menghunjuki pelahattlahan, supaya aku dapat mengerti dengan baik. Atas itu, dengan merendah, Kiam Gim kata: Gurumu ada sahabatku, dia ada Ketua dari Ngo Heng Koen, maka di sebawahan dia, tidak akan ada murid yang lemah. Jangan kau tertalu merendahkan diri. Meskipun begitu, permintaan itu diluluskan. Kapan main-main telah dimulai, Kiam Gim suruh anak muda itu keluarkan Ngo Heng Koen, ia akan pecahkan dengan Thay Kek Nampaknya gerak-gerik si anak muda ada kaku, kelihatan benar dia masih baharu, kaki tangannya sangat lambat, dari itu, ia pun diberikan pengunjukan dengan sama ayalnya. Dari jurus pertama, pengunjukan dibenkan terus-menerus sampai di jurus ke dua puluh dua, yang disebut Shia hoei sie atau Terbang miring. Dari samping kanan, pemuda itu membacok pundak kanan Kiam G i m, siapa tangkis itu dengan tangan kifi, tentu saja dengan pelahan juga. Shia hoei sie ini ada tipu-tipunya. Umpama musuh menyerang dari samping kanan, untuk cckal lengan kanan kita, kita putar tangan, untuk mclcpaskan diri, berbareng kita menyerang dengan tangan kiri dari bawah dad a. Umpama musuh tarik pulang tangannya dan balas menyerang ke kiri, kita kelit sambil menurunkan lengan kiri, ialu tangan kanan menyambar leher atau tenggorokan musuh. Kalau serangan ini mengenai. akibatnya hebat. Demikian, dengan gembira, Lioe Kiam Gim kasih keterangan pada anak muda itu, siapa manggut-manggut, tetapi waktu Lioe Kauwsoe bilang, Musuh bakal terdampar setumbak jauhnya! ia berseru: Apakah benar demikian? Tak bisa jadi!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadakan tangan kanannya, cepat luar biasa, dipakai menyerang dadanya ahli Thay Kek Koen itu! Menyusul itu, ia menjejak tanah dengan tipu Kim lie tjoan po atau Ikan leehie emas serbu gelombang, untuk mencelat mundur satu tumbak jauhnya, guna kabur keluar dari kalangan. Pemuda itu bukannya ahli waris Ngo Heng Koen, ia hanya utamakan Tiat-see-tjiang, atau Tangan pasir besi, yang ia telah yak in lebih dari sepuluh tahun, hingga tangannya kuat luar biasa, bisa menembusi perut kerbau. Di saat biasa, tidak nanti Lioe Kiam Gim kena diserang, tapi sekarang ia benarbenar tidak siap sedia, ia tidak curiga sama sekali, maka tangannya si pemuda mengenai ia dengan jitu. Selagi pemuda itu berlompat, Lioe Kiam Gim berseru, tubuhnya menyusul mencelat maju. Ia tidak rubuh karena bokongan itu, ia masih bisa mengejar. Ia gunai loncatan Kauw yan tjoan lim atau Walet tembusi rimba. Ia insyaf ia sudah terluka parah, tapi latihan dari puluhan tahun bikin ia punyakan sisa kctangguhan, dari itu, ia masih bisa mengejar. Ia ingin, batu pualam dan bata hangus musnah bersama, supaya mereka bisa binasa berbareng! Berbareng dengan itu, juga kawan-kawannya si anak muda turut berseru, menyusul mana, beruntun mereka menyerang dengan senjata rahasia kepada jago tua itu. Tapi Kiam Gim sudah tidak hiraukan apa juga, ia tak perdulikan tubuhnya kena senjata-senjata rahasia itu. Ia berhasil mencandak musuh, ia menyerang dengan tangan kanan kepada bebokong musuh itu. Ia gunai Tjit seng tjiang atau Tangan tujuh bintang. Pemuda itu tidak sudi terima binasa dengan mandah saja, setelah dapat kenyataan ia tersusul, ia pun balik tubuhnya, ia balas menyerang dengan Tiat-see-tjiang. Ia ingin, kalau kedua tangan beradu, ia bisa pukul patah tangan musuh. Tapi, ketika kedua tangan bentrok, tangannya Kiam Gim jadi lemas

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bagaikan kapas, serangannya tidak mendapat hasil, hingga ia kaget bukan kepalang. Selagi ia terperanjat dan berlambat, tangan kanan Kiam Gim sudah bergerak pula, mencekal nadinya, tiga buah jan mencengkeram keras, segera seluruh tubuhnya sesemutan dan jadi habis tenaga, jinak bagaikan kambing, tubuhnya kena ditarik. Lalu, dengan satu suara tertawa seram yang panjang, Kiam Gim ulur tangan kirinya, menimpa kepala orang, maka tak ampun lagi, pemuda itu pecah remuk batok kepalanya! Setelah bikin mampus musuh busuk itu, Kiam Gim memutar tubuh, akan sambut beberapa kawannya si anak muda, yang menyusul ia. Kakinya bergerak mcndahului kepalannya, atas mana, satu musuh menjerit mengerikan, tubuhnya rubuh mental, ketika kakinya remuk patah, darahnya muncrat, tubuhnya itu tak tergeming lagi! Tidak ada satu musuh, yang sanggup menduga Kiam Gim ada demikian tangguh, maka itu, berbareng kaget dan takut, mereka putar tubuh, untuk lari. Kiam Gim masih hendak menyusul, akan tetapi, tenaganya sudah lantas habis, runtuh pembelaan semangatnya, maka sebelum bisa mengejar, tubuhnya lantas rubuh. Pada itu waktu, Teng Hiauw sedang berada di tempatnya Ong Houw Tjoe, ia dikabarkan telah terjadi keributan di tempatnya Lioe Loo-kauwsoe, ia menjadi heran sekali. Ia tidak mengerti, kenapa dan siapa orangnya yang berani main gila. Tidak tempo lagi, ia lari untuk melihat, tetapi waktu ia sampai, napasnya Kiam Gim tinggal empas-empis, mukanya pucat bagaikan kertas. Ia ini lihat Ong Houw Tjoe dan Teng Hiauw, yang ia kenali, pada putera soeteenya itu, ia manggut seraya kata dengan lemah: Bagus kau datang!. Teng Hiauw lantas saja keluarkan air mata, saking terharu. Buru-buru, ia pimpin bangun soepeh itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ong Houw Tjoe heran hingga ia berdiri menjublek. Tapi ia segera insyaf, soepeh dan soetit itu tentu hendak bicara rahasia dan ia mesti menyingkir. Di sebelah itu. ia menduga pada akal-muslihat keji, makasebagai Ketua Gie Hoo Toan, ia mesti bertindak, agar tidak sampai ia berbuat kecewa terhadap tetamu jagoan dari Thian-tjin itu. Begitulah, ia lantas undurkan diri. Teng Hiauw lihat ketua itu mundur pula, ia mengerti, ia tidak mencegah, sebaliknya, ia hendak toiong Kiam Gim, buat sekalian periksa, bagaimana lukanya. Selagi ia membungkuk, ia lihat soepeh itu menghela napas, kemudian goyang-goyang kepala dan berkata: Teng Hiauw, tak usah kau sibuk lagi. Tak dapat lagi bagiku untuk berlalu dari Pakkhia ini. Satu jam jua aku tak bisa lewati lagi. Di luar dugaan, aku terbokong Tiatsee-tjiang dari itu jahanam, dan dua rupa senjata rahasia yang dipakaikan racun mengenai tubuhku, umpama ada rumput leng-tjie. jiwaku tidak akan tertoiong lagi. Aku binasa dengan meminta ganti jivva, dengan mendapat bunganya juga, sebab si jahanam aku telah hajar mampus. demikian juga satu konconya! Teng Hiauw percaya keterangan ini. karena ia lihat satu mayat menggeietak dan seorang lain rcbah tidak berkutik, tapi, walaupun soepeh itu lemah dan mukanya pucat, ia membutuhkan keterangan, untuk ketahui duduknya kejadian, buat ketahui siapa si pcnjahat. Lioe Kiam Gim mencoba melegakan napasnya, lalu ia terangkan duduknya ha]. mulai dari orang datang untuk minia pengajaran, sampai ia dibokong. Kemudian, ia tambahkan: Tidak apa aku terbinasa, hanya sayang, penjahat itu ada orang sendiri. Maka pergjlah kau beritahukan Ong Houw Tjoe, agar ia sadar, dan kemudian kau pergi kabarkan Lie Lay Tiong di Thong-tjioe, untuk ia waspada!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw heran dan kaget. Ia pun lihat, soepeh itu mulai keteskan keringat sebesar-besar kacang kedele. Soepeh, baiklah kau beristirahat, kata ia. Beristirahat? kata Kiam Gim, yang kuatkan hatinya. Sebentar aku akan beristirahat untuk selama-lamanya. Sekarang, aku hendak bicara. Teng Hiauw, ini bukannya perkara perseorangan, ini ada kepentingan umum. Kau tahu, ada orang yang tak sudi Gie Hoo Toan jalan benar! Mukanya jago tua itu berubah jelek sinamya, tapi ia terus kuati hati. Ia tambahkan: Tak usah kau can musuhku lagi, dia pun sudah aku binasakan dengan tanganku sendiri. Aku cuma mau minta kau pergi ke Thong-tjioe, akan mencari muridku yang kepala, Law Boe Wie, serta soemoay kau, Bong Tiap. Tuturkan mereka kejadian di sini, tentang suasana yang buruk ini, lantas suruh mereka nasihati Lie Lay Tiongjangan masuk ke Pakkhia, atau kalau toh dia memasukinya juga, paling dulu ia mesti bikin pembersihan di dalam kalangan sendiri! Bukan main berdukanya Teng Hiauw. Ia lihat soepeh itu mulai lelah. Soepeh, kau hendak pesan apa lagi? tanya ia. Lioe Kiam Gim menghela napas, dengan sangat pelahan. Oh, tidak ia jawab. Aku hanya pikiri Bong Tiap. Kau bilangi ia bahwa ayahnya mengharap-harap ia ada baik!. Habis mengucap demikian, kepalanya Lioe Loo-kauwsoe melenggak, maka secara demikian berpulanglah ke dunia lain satu ahli Thay Kek Koen yang kesohor. Teng Hiauw mau menangis tetapi air matanya tidak keluar! Bagaimana aneh! Pada tiga tahun yang lampau, soepeh ini telah mengubur mayat ayahnya, dan sekarang, ia menggantikan mengurus jenazahnya soepeh ini. Dengan sangat sepi, ia lakukan upacarapenguburan, Ong Houw Tjoe cuma kirim wakilnya, ia jadi merasa tidak tenang sendirinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya Ong Houw Tjoe hendak bertindak mencari konconya si pembunuh, ia hendak jalankan aturan perkumpulan, apa mau, ia ada terlalu lemah, karena di sekitarnya, ia dirubungi oleh rombongan Poo Tjeng, karena kebinasaanya Kiam Gim justeru ada hasil persekutuannya rombongan pembeia Kerajaan Boan itu. Rombongan Poo Tjeng, atau Poo Tjeng Pay, dikepalai oleh Gak Koen Hiong, yang gagah, dan di antara sebawahannya, ada banyak wie-soe, pahlawan-pahlawan Boan, yang asalnya ada penjahat-penjahat besar dari dunia Kang-ouw. Begitu ia dengar kebinasaannya Lioe Kiam Gim, Gak Koen Hiong datangi Ong Houw Tjoe dan tanya bagaimana Ketua Gie Hoo Toan ini hendak bertindak. Dalam ilmu silat, Gak Koen Hiong menangi Ong Houw Tjoe, walaupun dia ada Hoe-tauwbak dari Gie Hoo Toan, pengaruhnya menarfgi Tjhia-tauwbak she Ong itu, oleh karenanya, Ong Houw Tjoe rada jerih terhadapnya. Maka itu, waktu ditanya, Houw Tjoe jadi tergugu. Kau lihat bagaimana? ketua ini balik tanya. Lioe Looenghiong ada dari golongan terlebih tua dan kenamaan, sekarang ia terbinasa gelap, tak dapat kita tidak melakukan penyelidikan dalam perkaranya ini. Bagaimana ia terbinasa secara gelap? Gak Koen Hiong membaliki dengan mata terbelalak. Sudah terang, dia dapat nama besar yang kosong belaka. Dia pieboe, dia keliru kena dilukai! Aku percaya dia cuma teriuka sedikit, lalu ia turunkan tangan jahat, ia binasakan dua orang kita, karena mana, orang-orang kita bunuh padanya. Tua bangka itu ganti satu jiwanya dengan dua jiwa orang kita, apakah itu tidak cukup berharga? Apa kau hendak rusakt keakuran persaudaraan kita melulu untuk or-ang luar? Apakah kau tidak takut nanti membikin tawar hatinya saudara-saudara kita? Ong Houw Tjoe jerih, ia kedesak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saudara, kau lakukan apa yang kau pikir baik, aku turut saja, kata ia akhirnya. Saking jerih, ketua ini sampai tak berani datang sembahyangi sendiri pada arwah Lioe Loo-kauwsoe, hingga diam-diam orang-orang rombongan Poo Tjeng Pay tcrtawai ia. Teng Hiauw ada jeli matanya dan cerdik, ia datang ke Pakkhia belum lama, tapi ia bisa lihat suasana, lantas saja ia mengerti duduknya keruwetan di Kota Raja ini. Ia tahu diri, ia tidak mau banyak omong. Rombongan Poo Tjeng Pay juga tidak bcrani ganggu pemuda she Teng ini. Ia ada babah mantu dari Kiang Ek Hian, Ketua dari Bwee Hoa Koen, sedang Kiang Ek Hian ada gurunya Tjoe Hong Teng, pendiri dari Gie Hoo Toan. Sudah bcgitu, kedudukannya Teng Hiauwdalam Gie Hoo Toan ada scparuh anggota dan separuh tctamu yang dihormati, dia pun liehay, orang jadi malui padanya. Meskipun demikian, Teng Hiauw anggap Pakkhia ada panas untuknya, maka itu,sesudah sclcsai raengubur jenazah Lioe Kiam Gim, ia hendak segera berlalu, untuk pergi cari Law Boe Wie dan Lioe Bong Tiap, di Thong-tjioe, apa mau selagi ia pamitan dari Ong Houw Tjoe, dia ini hadapi satu urusan Denting dan ia diminta pergi ke Thian-tjin untuk urusan rahasia itu. Ia terima baik tugas ini, sebab kebetulan isterinya, Kiang Hong Keng, berada di Thiantjin, hingga ia boleh sekalian ketemui isterinya itu. Ia pun lihat, dengan pergi ke Thian-tjin dulu, ia cuma minta tempo lebih dua hari, ia pikir itu tidak jadi halangan apa-apa. Demikian Teng Hiauw berangkat ke Thian-tjin. Di sini ia tunaikan tugasnya, lalu malam-malam juga, ia berangkat ke Thong-tjioe, tetapi kebetulan sekali, selagi ia hendak keluar dari kota, ia berpapasan dengan Law Boe Wie, malah mereka bentrok dulu, hingga mereka ketahui boegee masing-masing. Kaget dan repot Teng Hiauw melihat soehengnya itu pingsan, Iekas-lekas ia angkat tubuhnya Boe Wie buat digendong, akan dibawa masuk ke dalam kota, kemudian,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sesudah soeheng itu sadar, baharu ia tuturkan duduknya perkara yang jelas. Boe Wie jadi sangat sedih, tetapi ia tertawa menyengir. Untuk cari Lioe Bong Tiap, tidak usah pergi ke Thongtjioe, kata ia kemudian. Dia, dia ada di sini sekarang!. Teng Hiauw heran. Hei, bagaimana dia ada di sini? ia tanya. Boe Wie kerutkan alis, ia tidak mau membcrikan keterangan, ia cuma bilang, nona itu hendak cari ayahnya dan soehengnya, Tjoh Ham Eng. Ham Eng? ulangi Teng Hiauw. Pemah aku lihat dia! Dia ada ganteng sekali, pasti dia bakal jadi babah mantunya Soepeh!. Boc Wie meringis, hatinya perih. Barangkali, kata ia dengan paksakan diri. Kita sekarang mesti cari mereka. Thian-tjin ada begini luas, di mana kita bisa cari mereka itu? Teng Hiauw lihat romannya Boe Wie, ia menyangka soeheng itu sangat berduka. Baik kau jangan berduka, Soeheng, ia menghibur Soepeh menutup mata dengan pikirkan kebaikannya Gie Hoo Toan, adalah Icewajiban kita untuk mewujudkan cita-citanya itu. Harap Soeheng tidak merusak kesehatanmu. Mengenai Bong Tiap, barangkali tidak sukar untuk cari dia. Selama Soepeh berdiam di Thian-tjin, ketua di sini, Thio Tek Seng, telah sediakan ia satu tempat istimewa, maka dengan datangnya ini, Tjoh Ham Eng tentu pergi ke sana, begitupun socmoay Bong Tiap. Tempat Soepeh itu tidak tcrpisah jauh dari sini, mari kita segera pergi ke sana. Yang pcrlu adalah Soeheng jangan berduka, kau perlu beristirahat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi mcndcngar discbutnya Bong Tiap, Boe Wie jadi bersemangat. Mari kita pergi cari dia, tak perlu aku beristirahat lagi! kata ia. Mau atau tidak, terpaksa Teng Hiauw iringi soeheng ini. Sementara itu, Bong Tiap benar sudah sampai di Thian-tjin. Ia bukan anak kecil, ia tahu bagaimana hams bertindak. Maka sesampainya di Thian-tjin, langsung ia menuju ke markas Gie Hoo Toan, akan minta keterangan perihal ayahnya dan soehengnya she Tjoh. Karena ia ada puterinya Lioe Lookauwsoe, ia disambut dengan baik. Ia diberitahukan bahwa ayahnya sudah berangkat ke Pakkhia dan Ham Eng baljaru saja kemarin sampai, bahwa Ham Eng telah pergi ke tempat ayahnya. la ada tidak sabaran.ia minta alamat tempat ayahnya itu,. untuk. ia segera pergi menyusul. Dalam hal ini ia sampai tolak dengan getas permintaannya ketua perempuan dari markas untuk ia beristirahat dulu, hingga ketua itu anggap ia tak kenal persahabatan, bahwa ia mirip dengan umumnya nona Kang-ouw, yang aneh tabiatnya. Terpaksa ketua ini kirim satu anggota untuk antar nona ini. Sorenya Bong Tiap sampai di Thian-tjin, malamnya Boe Wie menyusul dengan Teng Hiauw. Sampainya mereka bcrdua ada kacck, ini disebabkan Bong Tiap kurang pengalaman dan tidak kenal jalanan. Teng Hiauw tidak ketahui datangnya si nona, karena selagi ia mau berangkat ke Thong-tjioe, si nona sendiri lagi berada di markas Gie Hoo Toan. Bcgitu lekas Bong Tiap sampai di depan rumah piranti ayahnya, ia suruh pengantarnya kembali. Ia tidak ketok pintu lagi, ia rapikan pakaiannya, terus ia loncat naik ke genteng, karena maksudnya adalah buat bikin Ham Eng kaget Kelakuan ini membikin pengantarnya anggap dia benar-benar nakal. Waktu itu, sang rembulan sudah berada di tengah-tengah langit Bong Tiap bisa lihat nyata macamnya gedung itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mulanya ia berdiam di sebelah utara, maka ia dapati tiga ruangan lainnya, yang semua berjendela ada kain penutupnya yang indah. Kemudian ia pergi ke timur, ia dekati sebuah kamar kecil. Dari kaca jendela, ia sudah dapat lihat bayangannya saw anak muda. Ini anak sudah ikuti ayah bertahun-tahun, kenapa kupingnya seperti budek dan matanya seperti lamur? pikir ia. lnilah disebabkan Ham Eng tidak dengar gerakan kaki di atas genteng dan berkelebatnya bayangan orang. Tapi BongTiap tidak ingat, scsudah dapat pimpinan Sim Djie tigatahun, ia sudah lombai jauh soehcngnya itu, tubuhnyatelah jadi entcng luar biasa. Ia mendekam di atas genteng sambil pasang kuping. Ham Eng jalan mondar-mandir, berulang-ulang terdengar helaan napasnya. Tidak sabar Bong Tiap, akan menanrikan saja, maka dengan cantcl kaki di payon, ia jumpalitan, akan mcroyot turun. lalu ia sentil kaca jendela, scsudah mana, ia ayun pula tubuhnya, akan naik pula ke atas genteng. Ham Eng kaget, hingga ia membentak: Bangsat, turunlah kau! Bentakan ini disusul sama timpukan beberapa batang piauw ke arah jendela. Bong Tiap tertawa cekikikan, setelah itu, ia loncat melayang turun, untuk terus buka jendela. Di sini si bangsat! Ham Eng, kau masih belum siap? demikian katanya nona yang nakal ini, yang kembali tertawa geli. Ham Eng melengak. Ia heran, hingga ia mau sangka ia sedang mimpi. Itulah ada suara tertawa dari tiga tahun yang lampau, selama di Muara Kho Kee Po!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selagi orang tercengang, Bong Tiap sudah loncat masuk ke dalam, akan terus dekati pemuda itu, lalu berdiri di hadapannya Jauh-jauh aku datang tengok kau, kenapa kau tidak sambut aku? demikian si nona, yang bersikap aleman sekali. Ham Eng pentang lebar kedua matanya. Tidak salah lagi, itulah Bong Tiap di depannya. Oh, Socmoay, benar-benarkau? kata ia. Ia hendak maju, akan cekal tangan orang, tetapi urung, ia sangsi, ia kuatir nanti dikatai ceriwis. Ia terus mcngawasi pula. Eh, kenapa kau awasi saja padaku? Bong Tiap tertawa pula. Apakah kau tidak kenal aku? Kenapa kau bungkam? Ham Eng masih mengawasi, ia nampaknya terharu. Aku sangka bahwa aku tidak bakal ketemu kau pula, Soemoay, akhirnya ia jawab. Mana Toa-soeheng? Bukankah kau hendak berkumpul dengannya untuk selamanya? Bong Tiap dekati soeheng ini. Ia masih berbayang dengan petaan ro-man toa-soehengnya, akan tetapi di sini ia menghadapi satu pemudayang cakap ganteng. Siapa bilang aku hendak berkumpul dengan Toa-soeheng untuk selamanya? kata ia. Aku curna pikir itu. Kenapa kau marah dan kabur? Mendengar begitu, bukan kepalang girang Ham Eng, hingga ia mirip si pengemis yang mendapatkan potongan emas. Soemoay, kau jadinya pilih aku? ia kata, kalap dengan kegirangannya. Bong Tiap likat, ia tak dapat memberi jawaban, ia hanya manggut saja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekarang tak dapat Ham Eng pertahankan hatinya, ia ulur tangannya, akan tarik tangan orang. Thian berkasihan terhadapku, Soemoay, kau akhirnya jadi kepunyaanku! iamengeluh. Mai am itu, kamar itu, jadi indah luar biasa. Bagaikan bocah. Bong Tiap mendekam di rangkulan Ham Eng. Dan Ham Eng, bukan main besar hatinya. Lama mereka berdiam, akan cicipi kesunyian yang menyedapkan itu, ketika mendadakan si nona tolak tubuh kekasihnya seraya berseru: Bangun!. Tapi, belum suara itu padam, beberapa sinar sudah menyerang masuk dari antara jendela! Ham Eng kaget. Ia sebenarnya bisa pentang kedua tangannya, akan Hndungi si nona, akan tetapi Bong Tiap dului ia, dengan tarik. tubuhnya dengan tangan kiri, lalu dengan tangan kanan, nona itu sambar sprei dan pakai itu untuk sampok senjata rahasia itu, hingga penyerangan gagal. Segera, cepat luar biasa, nona itu lompat ke arah jendela, hingga ia bersomplokan sama satu orang yang bersenjatakan golok. Bong Tiap masih pegangi sprei, dengan itu, ia papaki musuh, hingga dia ini kena ditungkrup, wataupun musuh coba menikam,, tidak urung, tikamannya tidak membahayakan, malah dia terus merasakan sakit, ketika tangannya kena terlibat, hingga di lain saat, goloknya tcrlcpas jatuh. Si nona sambar golok itu, yang terus ia pakai layani beberapa musuh lain, yang sudah loncat masuk ke dalam kamar. Pertempuran telah terjadi, tapi Bong Tiap yang gagah. bisa mendesak, hingga beberapa penyerang itu tidak leluasa bergerak dalam kamar, terpaksa, dengan satu suitan, mereka mundur pula, lari melompati jendela.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bong Tiap heran melihat sekian lama, Ham Eng tidak membantui ia, ketika ia menoleh ke belakang, ia dapati pemuda itu rebah di pembaringan sambilmerintih. Ia kaget bukan main. Kau luka? tanya ia sambil lompat menghampirkan dan membungkuk. Tidak apa, Soemoay, sahut Ham Eng, suaranya pelahan. Aku terluka sedikit. Pergi kau bereskan beberapa jahanam itul Tapi Ham Eng telah terkena senjata rahasia Hong-bweepiauw, yang direndam dalam racun asal dari daerah Biauw. Piauw itu cuma tiga dim panjangnya, kalau mcngenai tidak menyebabkan rasa sakit yang sangat, hanya racunnya, yang berbahaya, apabila tidak ada obat pcnawamya, dalam satu jam, jiwa bisa mclayang karcnanya. Ini sebabnya kenapa Ham Eng tidak kuatirkan lukanya itu. Bong Tiap kertak gigi, ia hendak ambil pedangnya sendiri pedang Tjeng-kong-kiam untuk dipakai kejar musuh, tetapi kapan ia menoleh ke tembok, ia kaget bukan main, ia jadi sangat mendongkol. Pedang itu, bersama kantung piauw Bouw-nie-tjoe, berikut gegamannya Ham Eng juga, sudah lenyap, barusan telah disambar sal ah satu pcnjahat yang lari kabur. Dalam murkanya, nona ini tidak bcrayal lagi. la sambar penjahat yang iaringkus, ia lemparkan keluar jendela, habis itu, ia membarcngi loncat keluar dengan goiok diputar. Dengan lemparkan musuh, ia mau cegah musuh nanti bokong ia selagi ia loncat keluar. Dalam hai ini, ia berhasil mencegah musuh curangi dia. Tapi, setelah ia berada di luar jendela, musuhnya lantas merangsang, yang menjadi kepala ada seorang dengan ruyung Tjit-tjiat-pian, ruyungnya panjang, orangnya bertenaga besar, ruyung itu menyambar ke pinggang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bong Tiap kenali semua dclapan belas rupa senjata, ia tahu cara dipakainya itu dan liehaynya juga, maka itu, ia berlaku waspada. Ia tunggu sampai ujung ruyung sampai, ia mundur seraya menyedot perut, waktu ruyung lewat, ia majukan kaki kanan, ia merangsang, goloknya turut menyambar, dalam gerakan Pek tjoa tjoet tong atau Ular putih keluar dari lobang. Sudah bcgitu, tangan kirinya pun menyambar ke bahu kanan musuh. Gerakan ini ada sebat luar biasa, penjahat itu perdengarkan j en tan Aduh! Ia mau loncat mundur, untuk mcnyingkirkan diri dari bacokan juga, akan tetapi ia kalah sebat, bahunya kcburu dicckal. Hanya, selagi Bong Tiap hendak membetot, dua musuh sudah serang ia dari kiri dan kanan. Sebatang golok Koei-tauw-too menyambar lengan kanan, sedang sebuah gembolan turun ke arah batok kepala! Itu ada satu kepungan hebat. Bong* Tiap batal membetot musuh, sebaliknya, ia menarik nyamping, dari kiri ke kanan, untuk sambuti golok musuh, dengan tubuhnya si penjahat Penycrang itu kaget, lckas-lekas ia batalkan serangannya, dengan tangan kirinya, ia sekalian tarik kawannya itu. Budak liehay! ia berseru dalam gusarnya, sesudah mana, ia maju pula. Penjahat yang bersenjatakan gembolan kena diperdayakan si nona Gembolan itu memakai rantai, seperti bandring, maka bila rantainya melibat senjata musuh, senjata musuh itu bisa ditarik terlepas. Tapi Bong Tiap tidak takut, ia malah sengaja bikin goloknya hampir kelibat, berbareng dengan mana, ia terusi turunkan goloknya ke bawah, hingga gembolan musuh, yang lagi turun, jadi kena tertarik sendirinya. Ini ada gerakan pinjam tenaga lawan. Karena ini musuh kena terbetot, sampai kuda-kudanya gempur, tubuhnya maju ke depan, sukar ditahan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selagi bcgitu, dengan satu gerakan memutar, Bong Tiap dengan licin loloskan goloknya dari libatan rantai, lalu membarcngi, ia membabat kedua kaki orang. Ia mendek dan menycrang dengan tipu Kouw sie poan kin, atau: Pohon tua numprah dengan akarnya. Musuh itu liehay, meskipun ia tcrancam bahaya, ia masih bisa enjot tubuhnya, akan terus berlompat, menyingkir dari babatan. Ia lompat jauhnya sctumbak. Bong Tiap hendak kejar musuh ini, atau dua musuh lainnya, yang pegang Tjit-tjiat-pian dan Koei-tauw-too, sudah maju pula, berbareng menyerang ia. Hanya sekali ini, mereka berlaku hati-hati. Terpaksa, Nona Lioe layani pula kedua penjahat itu. Segera juga, penjahat yang bersenjatakan gembolan, bersama satu yang lain, yang mencekal Tjeng-kong-kiam, membantu kedua kawannya mengepung. Bong Tiap gusar melihat senjatanyadipakai musuh. Pedangitu ada buatannya ayahnya, dulu, ketika ia berumur satu tahun, lalu setiap tahun, ditambah beratnya, terus sampai ia berusia dua belas, di waktu mana, ia diizinkan pakai itu. Itu ada pedang tajam luar biasa, bisadipakai membabat besi sembarangan. Ia ingin rampas pulang pedang itu, maka ia segera desak ini musuh, beruntun ia membacok dengan tiputipu silat Sia sin bong goat atau Memandang rembulan sambil miring dan Hons hong thian tjie atau Burung Hong pentang sayap. Ia pun membentak: Penjahat tidak tahu malu, kau berani curi pedang nonamu! Penjahat itu, yang romannya bagaikan tikus, tidak gusar, sebaliknya, ia tertawa haha-hihi. Nona manis, kenapa marah? kata ia, dengan godaannya. Pedang toh harus dihaturkan pada orang gagah dan pupur di hadiahkan kepada si juwita! Kau persembahkan pedang padaku, nanti aku balas kirimkan pupur dan yan tjie harum

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepadamu! Bagaimana menarik untuk kita saling tukar tanda mata!. Sekalipun ia menggoda dan berlaku ceriwis, penjahat itu tidak alpakan pedangnya. Maka itu, kendati ia mendesak, dalam tempo yang pendek, Bong Tiap tidak mampu berbuat suatu apa, karena ia pun sedang dikepung, hingga ia mesh layani yang Iain-lain. Empat musuh itu ada mempunyai kepandaian tidak rcndah. kalau tadi mereka ketetcr, itu disebabkan mereka memandang enteng. Sekarang, di empat penjuru, mereka menycrang dengan rapi. Bong Tiap sekarang bukan iagi Bong Tiap tiga tahun yang lalu, ia bcnar tidak biasa menggunai golok, tapi ibunya, Lioe Toanio Lauw In Giok, ada ahli wans Ban Seng Boen, yang utamakan golok Ban-seng-too, dan itu, sedikimya ia paham gunai senjata ituja tahu tipu-tipunya, maka sekarang ia bersilat dengan campur ilmu golok dengan ilmu pedang Thay Kek Koen sen a Sim Djie Sin-nie punya ilmu kebutan Tiathoed-tim yang bisa dipakai sebagai pedang Ngo-heng-kiam. Begitulah, ia pun bikin empat musuhnya tidak bisa berbuat ban yak. Pertempuran berjalan seru, sampai lama juga, ialah lebih daripada lima puluh ju-ras. Bong Tiap bcrkelahi terns, sampai diam-diam ia mcngcl uh. Dengan tiba-tiba, ia rasai perutnya mulas, kedua kakinya pun sesemutan. Karena ini. diluar keinginannya, ia jadi keteter. Bong Tiap benci musuh yang pakai Tjeng-kong-kiam, tapi juga ia paling waspada terhadap musuh itu, bukan ia maiui boegee orang itu, ia hanya kuatir, senjata mereka jadi kebentrok, ia takut. goloknya nanti kena terpapas kutung. Coba mereka bertempur satu sama satu, ia tentu tidak pikir banyak. Di lain pihak, musuh pun merangsang hebat. Sembari bertempur, musuh-musuhj itu masih menggoda terus.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begini saja puterinya Lioe KiainJ Gim! demikian seorang menghina. Mernang sebegini saja! kata yang lain. Dia cuma bisa layani si kelinci. mana dia sanggup lawan kita?. Dengan si kelinci ia maksudkan Ham Eng. Mukanya Bong Tiap pucat, ia kertak gigi. Ia mendongkol bukan alang-kepalang. Dengan tiba-tiba, dengan Too say kim tjhie atau Menyebar uang emas, ia terjang penjahat yang ngoceh tak keruan itu. Dari atas ia menyerang ke bawah, lantas ia teruskan membabat kaki. Penjahat itu yang mainkan ruyung tujuh tekukan, dia lompat mundur, ruyungnya dipakai menyampok, sedangnya begitu, Bong Tiap dengar sambaran angin di bclakangnya, lckas-lekas ia putar tubuh, tapi menyusul itu, rantai bandring menyambar goloknya, melilit, ketika si penjahat membetot, goloknya terlepas, terpental! Insyaf bahwa ia lagi hadapi ancaman bencana, tidak ayal lagi, Nona Lioe keluarkan Ioncatan tinggi danjauh, sebagaimana yang Sim Djie pernah ajarkan ia. Ia loncat dua tumbak. gerakannya mirip dengan burung hoo menerjang langit. Ia lintasi kepala musuh, setelah kakinya injak tanah, ia loncat lebih jauh, hingga ia lantas berada di jalan besar. Tapi ia bukannya hendak lari, ia cuma mau jauhkan diri dari musuh, agar ia bisa dapat napas. Ia bersedia dengan tangan kosong melayani terus empat musuhnya. Mereka ini pun menyusul, sekarang mereka semakin berani, karena si nona bertangan kosong. Ketika itu sudah lewat tengah malam, jagat ada sunyi sekali. Memangnya di Thian-tjin ada jam malam, begitu cuacagelap, penjagaan Gie Hoo Toan diperkeras, siang-siang penduduk telah masuk tidur. Sementartfttu, gedungnya Kiam Gim berada di terhpat yang sunyi, hingga sekalipun serdadu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ronda, jarang yang lewat situ. Maka itu, mereka itu bertempur tanpa ada yang lihat atau ganggu. Selagi empat penjahat itu merangsang, untuk kepung pula si nona, tiba-tiba dua bayangan kclihatan lari mendatangi, ketika keduanya sampai, mereka segera menghalang di tengah. Dua bayangan itu masing-masing mencekal sebatang pedang panjang, yang mereka lintangi. Kapan Bong Tiap telah lihat nyata dua bayangan itu, ia kaget berbareng girang. Ah, Toa-soeheng, kau datang! ia berseru. Memang juga dua orang itu adalah Law Boe Wie dan Teng Hiauw, yang baharu saja sampai. Kalau Boe Wie ada keren karena bentuk kepalanya beroman macan tutu!, adalah yang berdiri di sampingnya, tubuhnya jangkung dan cakap dan gagah usianya kurang lebih tiga puluh tahun! Empat penjahat itu terkejut untuk sedetik saja, mereka tidak takut, tetapi di saat mereka hendak tegur ini dua orang baru, tahu-tahu Boe Wie berdua sudah maju akan serang mereka. Bong Tiap mendapat hati, ia serukan toa-soeheng itu: Kau orang layani itu tiga orang, biarkan aku sendiri lawan ini yang bersenjatakanTjeng-kong-kiam! Jangan kau orang bantunku! Dan ia terus loncat maju, akan serang itu pencuri pedang, yang ia benci bctul, karena mulutnya sangat kotor. Ia tidak keder walaupun ia tidak punya senjata. Boe Wie bersangsi melihat soemoay itu tidak bergegaman. Jangan kuatir, aku sanggup layani kelinci ini! kata si nona, yang mengerti kesangsiannya saudara seperguruan itu. Di situ terjadi pertempuran dalam tiga rombongan. Boe Wie serang or-ang yang pegang golok Kwie-tauw-too, ia lantas dikepung oleh musuh yang menggunai Tjit-tjiat-pian. Teng

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hiauw sendirian layani musuh yang pegang bandring gembolan. Penjahat dengan Tjeng-kong-kiam gentar juga melihat majunya Bong Tiap, tapi karena orang bertangan kosong, iasegera mendahuluimenikam dadanya Bong Tiap. Ia telah gunai tipu Tjoan tjiang tjin kiam atau Majukan pedang sambil lempangi tangan. Bagus! bcrscru Bong Tiap scraya ia berkelit ke samping, bukannya ke kiri, hanya ke kanan, dari sini, dengan tangan km ia hajar lengan kanan rang, dcngan tangan kanan, ia sambar pundak kiri musuh. Inilah yang dibilang **Hok ie hoan in, atau Menyusun hujan, membalfld awan La wan itu geser tubuhnya ke kanan, ke arah man a pun ia tarik pcdangnya, habis itu, cepat sekali, ia menyerang pula, mcnikam bebokongnya si nona Bong Tiap berkelit sambil mendek, kakinya melesat ke samping musuh, selagi pedang mcnusuk tempat kosong. ia bcrada hampirdi belakang musuh itu, maka sambaran angin segera mengarah batok kepala penjahat itu. Celaka! mcnjerit musuh itu dalam hatinya. la insyaf, serangan si nona lagi menuju kepalanya bagian belakang. Maka lekas-lekas babat ke belakang, kepada lengan kanan orang. Bong Tiap lihat orang repot, ia perdengarkan tertawa menyindir. Ia kasih lewat babatan pedang, lalu ia merangsang untuk itu, ia gunai kedua tangannya, yang disusun. Dimajukan bergantian dengan sebat sekali. Kecewa penjahat itu menggunai pedang, ia tak dapat gunakan itu secara berfaedah, ia repot dengan desakan. Tubuh si nona berkelebat di sana-sini, di depan. di kiri dan kanan, atau tiba-tiba, di belakang. Sebagai kupu-kupu ia mainkan bunga, laksana capung menyambar air, demikian

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gesitnyasi nona. Dengan ini jalan, ia menyebabkan mata musuh lamur, kepala pusing. Scsudah sckian lama tidak berdaya mcloloskan diri dari desakan, penjahat itu pikir, menyingkir ada paling selamat. Untuk ini, ia tidak mau pikirkan lagi tiga lawannya. Dengan Auw tjoe hoan sin, lompatan j umpali tan bagai burung menyambar, ia lepaskan diri dari desakan, lalu dengan Kim peng tian tjie atau Garuda emas pentang^sayap, ia membabat ke arah bawah si nona, setelah itu, selagi Bong Tiap lompat berkelit, ia juga terus Ioncat mundur, putar tubuh dan angkat langkah seribu. Kabumya penjahat adalah hal yang menggirangkan si nona. Ini ada apa yang ia harap. Ia memang mempunyai Tjengkang-soet, ilmu entcngi tubuh, yang sempurna. Justeru penjahat itu lari, ia enjot tubuhnya, untuk mengejar. Sekali Ioncat saja, ia sudah sampaikan kira-ki ra dua tumbak, hinggaia lantas bcrada di belakang musuh. Musuh itu hendak putar tubuhnya, guna menyambut dengan tikaman, sayang,sudah kasep, ia terlambat, baru tangannya digeraki, atau tangan itu sudah dicekal Bong Tiap, kaki siapa pun bekerja. Tidak tempo lagi, penjahat itu rubuh terguling, pedangnya terlepas. Bong Tiap tidak mau mengasib hati, justeru orang rubuh, ia lompat menyusul, sebelum penjahat itu dapat kctika, akan lompat bangun, kepalanya sudah kena ditendang, demikian hebat, sampai kepala itu pecah, polonya tercerai-berai, hingga jiwanya terus terbang melayang. Bukan baharu satu kali ini Bong Tiap bertempur, tetapi membunuh musuh secara begini, ini ada pengalamannya yang pertama. Ia berlaku ganas saking ia benci musuh. Akan tetapi, melihatmayat orang itu, hatinya segera.menjadi tidak tega, hingga ia tak sanggup mengawasi lebih lama. Dengan apa boleh buat, ia gunai kakinya, akan sontek pedangnya yang terletakdi darah mengumplang, untuk jumput itu. Ia sudah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hendak angkat kaki ketika ia ingat piauw Bouw-nie-tjoe, yang ia percaya ada di tubuh musuh, maka dengan apa boleh buat, ia kembali, ia dupak tubuh musuh sampai terbalik, dengan separuh meram, ia merogoh ke saku orang itu. Benar saja, ia dapatkan senjata rahasianya itu. Habis itu baharu ia susut bersih darah di pcdangnya dan masuki pedang itu ke dalam sarungnya. Untuk sedetik, ia berdiri diam, hatinya goncang, tubuhnya rasanya lemas. Tapi sedetik juga* ia ingat akan keadaannya. Segera ia menoleh pada dua kawannya. Ia dapatkan Teng Hiauw, sambil memeluk pedang, lagi berdiri mengawasi ia sambil bersenyum. Di lain pihak, Boe Wie masih layani dua musuhnya, hanya dia sudah menang di atas angin. Samasekali musuh ada berjumlah lima, Teng Hiauw layani yang bersenjatakangembolan. Satu musuh telah melayang jiwanya, karena dibekap Bong Tiap ketika ia lancang masuk ke dalam kamar dan kemudian dilemparkan keluar jendela dengan masih terbekap. Musuh yang pegang gembolan ini lebih liehay dari kawannya, yang sudah mart, tapi ia tidak berdaya melawan Teng Hiauw belum habis dua puluh jurus, pedangnya orang she Teng itu sudah mampir di dadanya, lalu digentak ke atas, hingga luka di dada sampai di pundak kanan, darahnya nyemprot tak mau berhenti, tubuhnya rubuh, jiwanya melayang. Baharu setelah musuh terbinasa, Teng Hiauw ingat, ia berbuat terburu nafsu. Seharusnya ia mengasih tinggal hidup, guna korek keterangan dari mulutnya dia itu. Setelah itu, ia menoleh pada Boe Wie dan Bong Tiap. Tadinya, seperti orang she Law itu, ia kuatirkan si nona, tapi, setelah lihat cara berkelahinya, hatinyajadi tetap. Nona itu gesit luar biasa, bertangan kosong, diamampu layani musuh dengan leluasa, maka itu, ia lantas berdiri menonton saja. la lantas saja jadi kagum dengan caranya orang bersilat. Itulah bukan gerakan Thay Kek Koen belaka. Ia tidak kenal ilmu silat si nona. Ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

percaya, si nona barangkali ada di atasan ianya. Ia tidak sangka, soemoay yang ia belum pernah lihai itu, yang cuma ia pernah dengar namanya, ada demikian liehay. Maka itu, akhirnya, ia bersenyum menyaksikan kcmenangan, yang dilakukan sccara mengagumi. Hatinya Bong Tiap lega mclihat pembantu yang belum dikcnal itu sudah perolch kcmenangan, dari itu, ia lantas perhatikan toa-soehengnya. Boe Wie bukannya kewalahan mclayani dua musuh, kalau scbegitu jauh ia bclum berhasil, itu disebabkan, sembari berkelahi, saban-saban iacari ketika akan menoleh pada sang adik scpcrguruan. Kemudian, walaupun ia lihat soemoay itu sudah menang di atas angin. ia masih belum tenteram betul, ia scnantiasa bcrdaya akan bcrscdia untuk bantu saudara itu apabila perlu. Maka itu, ia gunai Hoei Eng Keng-soan-kiam untuk layani kedua musuh, hingga dua-dua musuh tak dapat merangsang ia, sebaliknya, mereka yang saban-saban mesti mundur dari ancaman pedang. Sckarang. setelah lihat Bong Tiap menang, ia tidak mau berlaku sungkan lagi. Dcngan Liong boen sam kek long, dengan gayanya sang naga menentang gelombang, Boe We lantas merangsang. Dari pihak si pembela diri ia berubah menjadi si penyerang. Dan ia berlaku sangat gesit. Diserang secara demikian, kedua penjahat itu jadi kelabakan. Memangnya mereka sudah kewalahan. Dalam tempo yang pendek sekali, permainan gegaman mereka menjadi tidak teratur lagi. Penjahat yang menggunai golok Kwie-tauw-too menjadi sibuk, ia rupanya insyaf, lama-lama ia bisa celaka. Dengan sekonyong-konyong, ia kirim tikaman kepada musuh. Berbareng dengan itu, kawannya, yang pegang ruyung Tjittjiat-pian, juga maju menyerang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Digencet dari dua jurusan, Boe Wie tidak berkuatir. Gesit sekali, ia mendek, terus ia geser kakinya, akan menyingkir, ke sampingnya si penyerang yang pertama. Berbareng dengan itu, kedua senjata musuh telah bentrok satu dengan lain, karena mereka itu tak keburu lagi tank pulang serangannya masing-masing. Boe Wie gunai ketika senjata mereka beradu, ia melesat terlebih jauh ke samping musuh yang bcrsenjatakan golok, akan kirim bacokan pada batang leher orang. Ini adalah tipu silat Soen soei twie tjouw atau Menolak perahu dengan turuti aliran air. Tidak tempo lagi, dengan perdengarkan jeritan tertahan, penjahat itu rubuh binasa. Bukan terkira kagetnya penjahat yang memegang ruyung apabila ia saksikan kawannya hilang jiwa, dengan tiba-tiba ia menyerang kalang-kabutan, supaya ia bisa buka jalan untuk angkat kaki. Ia berhasil. Selagi Boe Wie mundur, ia lompat dan kabur. Tapi Boe Wie mundur beberapa tindak saja, selagi musuh lari, ia loncat, akan mengejar. Ia memang pandai lari keras. Ia ada laksana garuda menyambar kelinci. Cepat sekali, ia sudah datang dekat belakang musuh itu. Jahanam, lihat pedangku! ia memfcentak. Dan pedangnya menyambar. Penjahat itu kaget bukan main mendengar teriakan itu, ia menjadi gugup, tapi selagi ia terancam bahaya, mendadakan ada orang lain lompat kepada mereka dan dengan pedangnya, orang itu tangkis pedangnya Boe Wie, hingga kedua senjata beradu dengan nyaring, hingga penjahat itu jadi ketolongan jiwanya. Boe Wie heran apabila ia kenali penghalang itu ada Teng Hiauw. Jangan binasakan dial Perlu kcsaksiannya!Tcng Hiauw berseru apabila kawannya awasi ia, selagi Boe Wie hendak minta keterangan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Segcra Boe Wie mengcrti, dengan tidak kata apa-apa, ia loncat kepada musuh, siapa pun heran, hingga dia tercengang. Gerakan Boe Wie ada Liong heng hoei pou atau Tindakan terbang dari naga. Dan ia tidak lagi gunai pedangnya, hanya jeriji tangannya. Penjahat itu kaget, ia membabat dengan ruyungnya, tetapi ruyung itu ditangkis dengan pedangnya Boe Wie, sampai ruyung terpental, setelah mana | orang she Law ini mendesak terus,, lagi-lagi dia menyerang, dengan dua jan tangan, telunjuk dan jari tangan, dari tangan kiri. Sasarannya adalah musuh punya jalan darah Kie-boen-hiat atau pintu angin. Sekarang penjahat itu tidak berdaya lagi, ia kalah sebat, ia kena ditotok, berbareng sama jeritannya Aduh! ia rubuh dengan tak dapat berkutik lagi! Sampai di situ, habislah lima penjahat: satu tertawan hidup, empat terbinasa. Boe Wie kasih dengar tertawa puas, lantas ia masuki pedangnya ke dalam sarung, sesudah itu, dengan tangan kiri, iajumputtubuh musuh, untuk dikempit. Mari kita masuk ke rumah, untuk periksa dia ini! kata ia pada Teng Hiauw dan Bong Tiap. Si ndna, seperti Teng Hiauw, sudah lantas menghampirkan. Teng Hiauw dan Bong Tiap setuju, malah si nona segera mendahului lari di depan. Dengan tiba-tiba ia teringat pada Ham Eng, yang sudah terluka, yang ditinggal sendirian di dalam kamar. Ia pun tidak dandan rapi, karena tadi ia keluar dengan terburu-buru, dan pakaiannya ada kecipratan darah. Ruangan ada gelap petang ketika ketiga orang itu masuk ke dalam rumah, di mana segera terdengar rintihan. Bong Tiap berkuatir, ia lompat ke arah meja, untuk cari bahan api, guna nyalakan itu, untuk pasang lampu. Ham Eng kelihatan rebah dcngan kulit muka hitam geJap,. matanya separuh ditutup, napasnya empas-empis.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bong Tiap kaget, sampai ia lalai di situ ada orang lain. Ia dekati Ham Eng, akan usap-usap muka orang. Ham Eng! ia mcmanggil. Di sini aku, kau tahu tidak? Pemuda iiu telah jadi korban Hong-bwee-piauw yang bcracun. Mulanya ia cuma merasai sakit sedikit, tetapi sctelah racun bekerja, dcngan ccpat ia mcnjadi lelah, rasa sakitnya luar biasa. Da lam keadaan bcrbahaya itu. ia masih ingat Bong Tiap, ia ingin sekali tengok nona itu, walaupun untuk pcnghabisan kali. Begitulah, dcngan lapat-lapat, ia dcngar suaranya si nona. Ia lantas buka matanya, kcdua tangannya bergcrak, meraba baju orang. Socmoay. di lain pcnitisan saja kita orang bertemu pula kata ia dcngan lemah. Boe Wie kaget Scgcra ia mengerti, soetee itu sudah terkena piauw yang beracun. ia lihat air mukanya Ham Eng yang bcrsinar hitam gclap. Sesaat ini, ia lupai halnya sendiri dcngan .Bong Tiap, ia kasihani socmoay itu, ia kasihani sang soetee. ia maju ke depan, dekat sekali pada Ham Eng, untuk mempcrhatikan. Di samping pembaringan, ada menggeletak liga batang piauw, yang kecil sekali. Rupanya Ham Eng telah cabut itu di waktu ia mcrasakan sangat sakit Boe Wie jumput itu, untuk diperiksa. Ia pernah dengar keterangannya Tok-koh It Hang perihal bcrbagai macam senjata rahasia seperti itu, ia mengerti, piauw ini ada racunnya. Sclama mcrcka melawan empat musuh, tempo hampir satu jam telah dilewatkan, tidak heran soetee itu jadi berbahayakeadaannyaJLebih dahulu daripada itu, Bong Tiap sudah I ay an i musuh-musuhnya. Maka scantcronya, sang tempo pasti sudah lebih daripada satu jam. Rupanya, saking tangguhnya Ham Eng, ia masih bertahan sampai itu waktu. Celakanya, luka itu tak dapat discmbuhkan kecuaii oieh obat si pemilik piauw sendiri. Soetee, aku mcnycsal, kata Boe Wie yang dekati Ham Eng. la telah kuati hatinya, untuk tidak keluarkan air mata. Tidak,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

aku yang menyesal sahut Ham Eng, yang kcnali soeheng itu. Ia. Sudah Boe Wie memotong. Ia adalah kepunyaan kau. Aku datang untuk saksikan pernikahan kau orang berdua. Ham Eng coba melirik Bong Tiap, nona ini tunduk dengan muka mcrah, dia diam saja. Anak muda itu lantas tertawa mcringis. Aku mati dengan puas. kata ia, suaranya sangat lemah. Ia rupanya masih hendak bicara terus, tetapi matanya dimeramkan, tempo ia lonjorkan kakinya dengan kaget, napasnya berhenti berjalan, cuma tampangnya masih tersungging senyuman. Bong Tiap kaget, ia raba dada Ham Eng, ia tidak rasai jantung mcmukul, hatinya mencelos. Ia menangis tetapi air matanya tidak keluar. Tiba-tiba ia hunus pedangnya, yang ia hendak tabaskan pada batang lehernya sendiri. Boe Wie lihat .gcrakannya itu, ia terperanjat, tetapi ia insyaf, sebelum pedang menabas, ia ulur tangannya, akan totok bahu kanannya Bong Tiap. Dalam hal ini, Bong Tiap tidak perlu memikir untuk bcrkclit. Maka ia kena ditotok di jalan darahnya Kiok-tie-hiat, lantas tangannya sesemutan, pedangnya terlepas sendi rinya, jatuh sambil menerbitkan suara. Teng Hiauw lompat akan jumput pedang itu. Aku hendak mati, Toa-soeheng, kata si nona, yang lantas saja menangis. Kcnapa kau ccgah aku? Boc Wie belum sempat menyahut, atau Teng Hiauw dului ia. Soemoay, kata orang she Teng ini. Kita berdua sebenarnya belum pernah kctemu satu dengan lain, tetapi aku sudah dengar kau adalah satu wanita gagah, maka kenapa kau berpikiran begini cupat? Apakah kau tak perdulikan lagi sakit hati ayahmu? Apakah kau inginkan lain orang yang tolong balaskan itu? Bong Tiap melengak. Kata-katanya Teng Hiauw, bagi ia ada seumpama guntur di siang hari.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Apa? Apa kau bilang? ia menegur. Kau siapa? Teng Hiauw maju setindak, ia awasi nona itu. Orang telah aniaya ayahmu hingga binasa- di Pakkhia, ia kata Apakah sakit hati itu tidak hendak dibaIas?Aku adalah orang yang telah kubur dcngan tangan sendiri jenazah ayahmu. Aku adalah soetit sejati dari ayahmu!!. Belum sampai Teng Hiauw tutup mulutnya atau tubuhnya Bong Tiap rubuh dengan tiba-tiba, rubuh pingsan. Boe Wie lompat, akan tolong soemoay itu. Ia angkat tubuh nona itu, untuk direbahkan. Ah, Soetee. ia sesalkan Teng Hiauw, dia lagi berduka kenapa kau lantas beritahukan kebinasaannya Soehoe? Teng Hiauw bersenyum tawar. Justeru ini ada saatnya yang pal-ing baik, ia bilang. Secara begini, kita bisa bikin ia tenang, hingga ia tak usah hendak mencari mati. Soeheng jangan kuatir, dia tidak dalam bahaya. Dia sangat berduka, tapi sebentar dia akan sadar. Boe Wie bcrpikir. Ia anggap soetee ini benar juga. Tcng Hiauw ada seorang yang cerdik, dengan lihat sikapnya Bong Tiap dan Ham Eng berdua, dan kelakuannya Boe Wie, ia! scgcra bisa menduga kepada lelakon cinta segitiga, maka itu, untuk cegab si nona menjadi nekat, tidak ada Iain jalan daripada lantas beritahukan kematiannya Lioe Loo-kauwsoe, ayahnya si nona. Ia percaya, walaupun itu ada pukulan hebat kematiannya Ham Eng Bong Tiap ton akan lebih utamakan sakit hati ayahnya- Ia pun percaya, dcngan warta hebat itu, Bong Tiap tidak bakalan bercelaka. Dugaannya Teng Hiauw tidak meleset. Berselang beberapa menit, Bong Tiap mulai sadar, ia geraki kaki, tangannya, matanya dibuka, belum sempat Boe Wie mengawasi, sekonyong-konyong nona itu mencelat bangun.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mari pedangku! dia terus berseru. Aku tidak akan cari mati laei! Aku hcndak can musuhku. Aku hcndak tanya, ada permusuhan apa di antara kita maka ia sudah lukai ibuku dan sekarang binasakan ayahku! Teng Hiauw, yang masih pegangi pedangnya Bong Tiap, serahkan itu, tetapi ia hunjuk roman keren ketika ia berkata: Kau berniat menuntut balas, itu bcnar! Tapi kau mesti tenangkan din dahulu! Musuhmu bukan satu orang saja, dengan kau pergi seorang diri ke Pakkhia, sakit hatimu tak akan terbalas! Kita orang mesti berdamai. jangan kita Cuma turuti nafsu hati. Aku kasih tahu padamu, ayahku juga terbinasa di tangan musuh, ayahku adaiah soesiokmu Teng Kiam Beng, dengan siapa kau belum pernah bertemu. Bong Tiap berdiam. Baharu sekarang ia tahu ini orang baharu. Perkataannya Teng Hiauw benar, mau atau tidak, ia mesti dengar. Baiklah, kata ia akhirnya. Hatinya Boe Wie menjadi lega. Sampai di situ, mereka lalu berdamai, untuk periksa orang tawanan mereka. Musuh yang bersenjata Tjit-tjiat-pian itu, yang sudah tidak berdaya, ada bemyali besar dan bandcl, ia berlaga gagu, karena setiap pertanyaan, ia tidak mau jawab, percuma orang bujuki dan gertak ia. Bong Tiap jadi sengit, hingga ia hajar batang leher orang itu dengan pedangnya. Jikalau kau tetap tidak mau bicara, aku nanti bunuh padamu! ia mengancam. Baharu sekarang, penjahat itu menyahut, dengan tetap hunjuk kcbandclannya, dengan mata melotot. Aku sudah tidak mengharap hidup pula, aku mcmang hendak menghadap pada Giam Loo Ong, untuk cari si pcmuda muka putih itu untuk tempuri ia! Nah, kau bunuhlah aku! Sangatlah berharga bagiku akan binasa di tangannya si manis!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tidak terhingga gusarnya Bong Tiap, hingga ia ayun pedangnya. Jangan, mencegah Boe Wie, yang tank si nona ke samping. Sabar, aku mempunyai daya untuk bikin dia bicara, supaya ia binasa sccara puas, seperti ia kehendaki! Habis ber-kata-kata begitu, Boe Wie tepok jalan darah Hok-touw-hiatnya di iga kiri, untuk bikin terbuka jalan darah itu, hingga darah bisa mengalir, kemudian dengan tiga jeriji tarigan, ia totok dan tepok dengan bergantian batang lehemya orang itu di bagian yang lemas, menyusul mana, penjahat itu lantas teraduh-aduh, terkuing-kuing seumpama babi dipotong. Ia pun bergulingan di tanah. Mulanya dia masih mencaci kalang-kabutan, akan tetapi pelahan-Iahan, suaranya lenyap. Totokan Boe Wie ada totokan pal-ing liehay dari Kim-nahoat punya enam puluh empat tipu silat, untuk kompes orang jahat, itu ada jauh terlebih liehay dari berbagai pesawat kompesan. Kena ditotok dan ditepok, penjahat itu rasakan semua uratnya seperti terlepas satu demi satu, seluruh tubuhnya sebagai juga ditusuki berlaksa jarum, rasanya sakit dan gatal, hingga tak dapat ditahan, maka itu, ia tak berani memaki terlebih jauh, akan akhirnya, ia minta-minta ampun. Boe Wie tertawa dingin terhadap musuh yang bandel ini. Aku sangka kau berkulit tembaga dan bertulang besi, entah bagaimana tangguhnya, kiranya kekuatan kau begini saja? ia mengejek. Kau minta ampun, baik sekarang kau mesti jawab aku satu demi satu! Asal kau mendusta, aku masih punya lain cara yang liehay, untuk kau rasai! Mukanya penjahat itu jadi pucat dan biru bergantian, keringat sebesar kacang mengetes dari jidatnya. Sekarang iajadi jiijak, berulang-ulang mangguti kepala. Siapa perintah kau bokong puteri dan muridnya Lioe Looenghiong? demikian pertanyaan pertama dari Law Boe Wie.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Itulah Gak Koen Hiong Toako dari Pakkhia! Teng Hiauw melirik pada Boe Wie, segera ia tanya: Apakah benar? Ada siapa lagi di belakangnya Gak Koen Hiong? Apakah juga Gak Koen Hiong yang perintahkanmembinasakan Lioe Loo-enghiong? Siapa ada di belakangnya Gak Koe Hiong aku tidak tahu,mengakui penjahat itu. Aku cuma dengar ada sejumlah orang liehay, yang tidak hendak majukan diri, karena Gak Koen Hiong ada orang Gie Hoo Toan, mereka ini majukan Gak Toako. Or-ang bilang, Ibusuri Tjoe Hie Loo-Hoeja juga ada tulang punggungnya Gak Toako. Tentang kcmatiannya Lioe Loo-enghiong, itu ada pekerjaan orang sebawahannya Gak Toako. Boe Wie gusar bukan kepalang, hampir saja ia tak dapat kcndalikan diri. Kenapa Gak Koen Hiong ketahui puteri dan muridnya Lioe Loo-enghiong ada di sini? ia tanya pula. Apakah Tjo Hok Thian dan Thio Tek Seng ketahui kau orang telah dikirim kemari? Gak Koen Hiong tidak ketahui puterinya Lioe Loo-enghiong ada di sini, penjahat itu berkata lebih jauh. Dia cuma tahu, Lioe Loo-enghiong mempunyai satu murid muda, yang sering dampingi gurunya, dari itu, dia cuma kirim kita bertiga. Kedua oatauw bak Thio Tek Seng dan Tjo Hok Thian tidak ketahui tentang kita ini. Boe Wie masih tanyakan lainnya lagi, tetapi orang itu goyang kepala, ia tak dapat bcnkan lagi ketcrangan yang penring, maka akhimya orang she Law itu rabah iganya orang itu, atas mana si penjahat menjerit, terus ia binasa. Malam ada gclap dan sunyi, kamar ada tenang sekali, melainkan api lampu mcmain sendirian. Boe Wie lantas berdamai dengan Teng Hiauw, scdang Bong Tiap masuk ke dalam kamar, untuk salin pakaian..

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada dua soeheng itu, ia telah nyatakan: Pikiranku sedang kalut, apa yang Soeheng putuskan, aku akan turut saja. ia mesti lekas salin, karena pakaiannya berlepotan darah. Boe Wie ada lesu, ia menghela napas. Urusan ada sulit, Gie Hoo Toan ada sangkut-pautnya. Satu hal aku bisa terangkan, walaupun mesti adu jiwa, aku hendak menuntut balas untuk guruku. Dulupun Soepeh tidak mufakat Gie Hoo Toan memasuki Pakkhia, kata Teng Hiauw. Aku lihat, sekarang telah berubah sifat Kalau kita pcrgi ke Pakkhia, di sebelah dendaman Soepeh, kita juga harus bekerja untuk Gie Hoo Toan. Soeheng tahu, tiga-tiga Toatauwbak Lie Lay Tiong, Tjo Hok Thian dan Thio Tek Seng telah ambii putusan buat pergi ke Pakkhia. Gagai atau berhasil, itu ada urusan lain. Pendek, kita orang tidak mampu ubah putusan mereka. Kita melainkan bisa terangkan pada mereka, bagian dalam kita ada kacau. Atau dengan sampaikan pesan Soepeh, kita minta mereka bikin pembersihan di dalam. Kedua, aku pikir, bersama-sama Toatauwbak Lie Lay Tiong mesti ikut banyak orang dari rombongan H oan Tjeng Biat Yang, yang bercitacita merubuhkan pemcrintah sambil membasmi orang asing, di antara mereka, mesti tidak scdikit sahabatnya Soepeh, maka baik kita mohon bantuan mereka. Boe Wie tidak dapat pikir lain, akhimya ia nyatakan setuju. Kemudian keduanya pasang omong terus, sampai fajar. Nyata mereka cocok satu dengan lain. Dua kali aku pernah pulang ke Poo-teng, kata Teng Hiauw, ketika ia simpangkan pembicaraan. Thay Kek Boen mesti dibangunkan pula, orang berniat angkat aku jadi ketua, aku tidak tcrima. Kedudukan ketua ada bagian kaul ia tambahkan sambil tertawa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adik Hiauw, jangan kau merendahkan diri! Boe Wie bilang. Aku ada orang asing, tak nanti aku dapat kepercayaan mereka. Di sebelah itu, aku tidak kandung niatan sama sekali. Boe Wie dapat kenyataan, meskipun Teng Hiauw ada lebih muda daripada ia, ia ada cerdik, berpengalaman dan jujur. Nyata, Teng Hiauw pun cocok benar dengan Gie Hoo Toan, hingga dia hunjuk, tidak benar soeheng itu tidak terlalu perhatikan perkumpulan pencinta negara itu. Siapa mau berhasil, ia harus bersedia menerima kegagalan, begitu Teng Hiauw utarakan. Bisa jadi, dengan memasuki Pakkhia, Gie Hoo Toan bakal nampak kegagalan, tetapi itu ada pelajaran dan itu akan jadi dasar untuk kemenangan di belakang hari. Rakyat akan lihat tenaga kita. Kita mirip dengan bocah cilik, yang lagi belajar jalan, kita jatuh, kita bangun pula, akhimya toh kita bisa jalan! Boe Wie mesti mengakui benarnya soetee itu. Kapan sang pagi datang, bertiga mereka rawat mayatnya Ham Eng, untuk dikubur dengan baik, kemudian bertiga mereka berangkat, akan ikut angkatan perangnya Thio Tek Seng pergi ke Pakkhia. Pakkhia ada kota terkenal yang beriwayat. Di pertengahan Kerajaan Kim, ia disebut Tiongtouw, lalu di zaman Goan Tiauw, diubah jadi Tay-touw. Di zaman Beng, ketika Kaisar Eng Lok pindah dari Lamkhia, ia dapati namanya Pakkhia dengan resmi. Kerajaan Tjeng tetap pakai nama itu, sampai pada masa Pergerakan Gie Hoo Toan. Riwayat itu berumur kira-kira tujuh ratus empat puluh tahun. Boe Wie kagum ketika ia tampak Kota Pakkhia yang kelihatannya angker. Dua hari dari sampainya ia angkatan perangnya Lie Lay Tiong dan Thong-tjioe sudah mendahului maka itu, di mana-mana adakelihatan sin tan, atau panggung suci dengan asap dupanya bergulung-gulung. Tentaranya Thio Tek Seng ini disambut dengan gembira oleh kawan-kawannya yang sampai terlebih dahulu itu. Boe

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wie berempat ia ada bersama-sama Bong Tiap dan Teng Hiauw serta isterinya dia ini, Kiang Hong Keng dapat tempat di Tong-sian-pay-lauw, yang diperuntukkan oleh pihak Gie Hoo Toan. Mereka sampai belum ada satu jam, selagi mereka beristirahat, lantas mereka dikabarkan ada tiga tetamu yang sudah berusia tinggi. yang datang berkunjung. Belum sampai Boe Wie dapat terka, siapa ketiga tetamu itu, ia sudah lantas dengar teguran yang nyanng: Boe Wie, kau baharu sampai? Tidak disangka-sangka kita orang bisa bertemu pula di Kota Raja ini! Boe Wie kenalkan suara itu,hingga ia menjadi sangat girang! Itulah suaranya Pek-djiauw Sin Eng Tok-koh It Hang, gurunya, siapa datang bersama-sama In Tiong Kie, satu di antara tiga pendiri Pie Sioe Hwee, serta Tjiong Hay Peng dari Heng Ie Pay. Mereka ini datang dua hari duluan. Tidak usah dibilang lagi, pertemuan itu ada sangat menggirangkan hati. Tapi, kapan mereka bicarakan umsannya Lioe Kiam Gim, yang binasa di tangannya boe beng siauw tjoet, satu manusia rendah, mereka mengbela napas. Tok-koh It Hang sudah ketahui ha! kematiannya Lioe Kiam Gim, ia datang kc Pakkhia, kesatu untuk cari kawan sekerja, kcdua guna coba balaskan sakit hatinya sahabat itu. Dcngan banruannya In Tiong Kie dan beberapa tauwbak lain, ia segera perolch keterangan perihal keruwetannya Gie Hoo Toan. Boe Wie pcrkcnalkan Teng Hiauw dan isterinya, begitupun Lioe Bong Tiap kcpada tiga jago tua itu; mereka ini gembira sekali. Aku tidak sangka, dalam usia lanjut, pcndcta kenamaan itu masih menerirna murid, nyatakan Tok-koh It Hang: ajJabila ia ketahui, BongTiap ada muridnya Sim Djie. Pada empat puluh tahun yang lalu, pemah satu kali aku bertemu dengannya dan aku telah saksikan kebutannya Tiat-hoed-tim

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang liehay. Memandang Teng Hiauw, Tok-koh It Hang pun kagum. Menurut ia, pemuda ini beda sekali dari mendiang ayahnya yang beradat tinggi dan berkepala besar. Kemudian ia kagumi Kiang Hong Keng, puterinya Kiang Ek Hiah, sebagai isterinya Teng Hiauw, karena wanita ini ada cantik dan gagah romannya, mereka berdua sembabat sekali menjadi pasangan. Selama beberapa hari, Pakkhia benar kedatangan banyak orang gagah dari bcrbagai kalangan dan daerah, umpama Lauw In Eng, ahli waris dari Ban Seng Boen di Shoasay. Dia ini, sepeiti diketahui, ada adiknya Lioe Toanio Lauw In Giok. Yo Tjin Kong tidak turut datang, sebab ia tetap rawati socbonya. Yang lainnya lagi ada Thie-bian Sie-seng Siangkoan Kin dari Kangsouw, si Mahasiswa Muka Besi, Hong Tjin Hweeshio dari Siauw Lim Sie, ahli Tiam-hoat-hiat Lo Hoan Sian dari Soe-tjoan, Tayhiap Soen Siang Beng dari In-lam, Tjian Djie Sianseng, Ketua dari ilmu silat Ouw Tiap Tjiang (Tangan Kupu-kupu), serta Han Koei Liong,, guru silat kesohor dari Liang-Ouw (dua propinsi Ouwlam dan Ouwpak). Maka itu, Pakkhia jadi ramai sekali. Di situ Gie Hoo Toan sangat berpengaruh, sampai tentaranya Kie-boen Tee-tok, yang berkuasa atas ibukota, dan Gie Lim Koen, Barisan Raja, tidak berani bentrok dengan mereka, melainkan bcrdasarkan titah rahasia, mereka selamanya siap sedia alat-scnjata. Di sebclah itu, Gak Koen Hiong dari rombongan Poo Tjeng Biat Yang juga siap sedia saja. Mereka juga I kumpuli banyak orang pandai, kecuali pahlawan-pahlawan dari istana dan segala buronan pcnjahat besar, juga pendeta-pendeta Lhama dari perbatasan Mongolia dan Tibet, kcpala-kepala polisi, dan guru-guru silat kirimannya berbagai pembesar tinggi dari luar Pakkhia. Maka itu. walaupun dia ada Hoe-tauwbak, Tjongtauwbak Lie Lay Tiong tidak berani sembarangan bentrok padanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lie Lay Tiong gagah dan berpengaruh, tetapi ia kalah jauh dari Tjoe Hong Teng, pendiri dari Gie Hoo Toan, dia juga masih inginkan kerja sama dengan pemerintah Boan. Ia anggap ada satu kehormatan akan menghadap Ibusuri See Thayhouw dan duduk sejajar dengan berbagai menteri besar dan orang bangsawan agung. Di hadapan Ibusuri dia pernah mempertunjuki kepandaian Gie Hoo Toan sanggup menentang senapan dan meriam. Sebenarnya Ibusuri tidak puji-puji padanya tetapi ia sendiri suka kcasyi kan dirinya digunai. Maka itu, karena sikapnya itu, Lie Lay Tiong tidak ingin bentrok dengan Gak Koen Hiong, dia tidak berani Iakukan pembersihan dalam kalangannya sendiri, malah ia ubah cita-cita Hoan Tjeng Biat Yang dengan Hoe Tjeng Biat Yang, ialah aksi menentang menjadi mcnunjang. Dcmikianlah sia-sia orang hunjuki dia bahwa Lioe Kiam Gim binasa di tangannya Gak Koen Hiong, ia tolak segala saran pembersihan di dalam dengan alasan tak boleh tcrjadi bentrokan antara or-ang sendiri. Sementara itu, keadaan telah menjadi hebat. Pasukan Kozak yang kesohor dari tentara Rusia sudah bentrok sama barisan Gie Hoo Toan di Tok-lioe-tin, di luar Kota Thian-tjin, menyusul mana tentara Rusia, Perancis dan Jepang sudah mendarat dan bentrokjuga,di Iain pihak,tentara Amenka dan Inggeris, dua ribu serdadu,dengan bawa meriam-meriam besar, sudah maju ke Pakkhia. Tentara Gie Hoo Toan dengan merusaki jalan keretaapi, cobamenghalangimajunya tentara Serikat ini. Dengan hanya menggunakan golok dan tumbak, pihak Gie Hoo Toan nampak kerugian, tetapi pihak asing puji keberanian mereka Selagi tentara Serikat dari delapan negara bergerak terns, pihak Gie Hoo Toan di Pakkhia tetap belum bersatu-padu. Rombongannya Tok-koh It-hang ingin segera dilakukan pembersihan di dalam, guna singkirkan rombongannya Gak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keen Hiong, tetapi Lie Lay Tiong tetapi beranggapan, itulah bukan saatnva untuk bentrok di antara orang sendiri. Saking tidak sabar, pada suatu malam Tok-koh It Hang berkumpul bcrsama In Tiong Kie, Tjiong Hay Peng, Tjian Djie Sianseng dan Iain-lain ketua, di situ ia tanya Boe Wie dan Teng Hiauw, apa mereka ini berani datangi tangsinya Gak Koen Hiong. Kau orang cuma perlu menyampaikan surat, Tok-koh It Hang jelaskan. Terutama jangan kau orang bunuh dia! Dua pemuda menjadi heran. Walaupun ke dalam guha harimau dan kedung naga, siauwtit berani pergi! nyatakan mereka. Hanya kenapa dia tidak boleh diserang? Karena ituiah bukan caranya untuk membalas dendam. Tok-koh It Hang jawab. Tapi jago ma dari Liauw Tong ini berikan keterangannya. Gak Koen Hiong mesii ditantang. Tok-koh It Hang pcmah pikir untuk pergi sendiri, tetapi ia bataikan niat ini kapan ia ingat, ia termasuk orang luar. Yang berhak mcnantang adalah Law Boe Wic sebagai murid kepala dari Lioe Kiam Gim, dan Tcng Hiauw sebagai ahli waris Thay Kek Pay. Kalau Gak Koen Hiong dapat disingkirkan, di sebelah sakit hati dapat dibalas, itupun ada untuk keutuhannya Gie Hoo Toan. Apabila Gak Koen Hiong dibokong, itu ada tindakan memalukan, sebab orang Kangouw harus berlaku terus-terang. Lie Lay Tiong sendiri ada orang Kang-ouw dan ia tahu aturan atau adat-kebiasaan kaum Kang-ouw. Dan kalau orang banyak ketahui rahasianya Gak Koen Hiong, pasti dia kehiiangan simpatinya orang banyak. Boe Wie dan Teng Hiauw mengerti mereka berikan janji mereka Bong Tiap nyatakan suka ikut, tetapi Tok-koh It Hang mencegah. Jago tua ini anggap si nona kurang tepat dan berbahaya juga, kecuali bila sangat terpaksa. Cegahan ini bikin Nona Lioe tidak puas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kau orang pandang enteng padaku, lihat nanti! kata ia dalam hatinya. Boe Wie dan Teng Hiauw pergi dandan, mereka mengenakan ya-heng-ie, pakaian malam warna hitam yang ringkas, lalu mereka pamitan dan bcrangkat Mereka keluar dari rumah dengan loncati tembok. Tempat kediamannya Gak Koen Hiong ada bekas istananya satu pwee-lek, pangeran bangsa Boan, gedungnya besar, gentengnya genteng beling hingga sukar menaruh kaki di atasnya, saking licin. Di belakang rumah ada sebuah pohon lioe yang besar, tingginya tiga tumbak lebih dan doyong melewati tembok, maka itu, Boe Wie berdua loncat naik ke atas pohon itu. Ruangan dalam ada sunyi, mclainkan dari sebuah kamar tertampak cahaya api. Di situ tak kclihatan seorang jua. Boe Wie hendak lantas loncat turun, tetapi kawannya mencegah. Sabar! Teng Hiauw bilang, terus ia ini kcluarkan dua potong Kim-tjhie-piauw, ia lemparkan yang pertama, lalu scrang itu dengan yang kedua, hingga kedua piauw terbitkan suara nyaring, begitupun waktu dua-duanya jatuh ke tanah. Ilmunya Teng Hiauw ini disebut Tjeng hoe hoan sin, -Kodok hijau menyampaikan warta sama dengan kepandaian yang umum dari kaum Kang-ouw: Touw sek boen louwatau Melempar batu untuk menanyakan jalan. Nyatajitu dugaannya Teng Hiauw. Setelah nyaringnya suara kedua piauw beradu, di atas genteng licin lantas muncul dua orang dengan pakaiannya hijau dan golok di pinggang, entah di niana tadinya mereka bersembunyi. Melihat mereka itu, Boe Wie jengah, untuk kesembronoannya. Kedua orang itu heran, mereka dengar suara nyaring tetapi tidak lihat suatu apa, di situ tidak ada orang lain, mereka celingukan dengan sia-sia. Teng Hiauw dan Boe Wie terus diam saja, hanya si orang she Teng keluarkan lagi dua batang piauw, ia pakai itu untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

timpuk itu dua tjintcng. Jarak di antara mereka cuma kira-kira lima tumbak. Ia incar tcmpil ingan dan tenggorokan orang. Serangan ada mendadakan dan cepat sekali, dua tjinteng itu pun tidak menyangka, mereka kaget waktu kedua senjata rahasia menyambar, sebeium bisa kcl it, mereka sudah kena kesambar, tak sempat menjerit, keduanya rubuh dengan segcra, jatuh menggelinding. Tapi untuk cegah kedua tubuh jatuh di tanah, Teng Hiauw dan Boe Wie lompat, untuk menyambar, kemudian dengan masing-masing ikat pinggangnya, ia ikat tubuhnya mereka, untuk digantung di cabang pohon, hingga kedua tubuh itu jadi bergelantungan, mirip dengan setan-setan dari orang-orang yang mati gantung diri! Habis itu, keduanya lompat pula ke genteng hijau itu, untuk maju. Walaupun genteng licin, mereka tidak nampak rintangan. Mereka punya Tieng-kang-soet, ilmu entengi tubuh, memang sudah hampir seratus bahagian sempuma. Mereka melewati belasan lauwteng, sampai tiba-tiba4i sebelah depan mereka berkelebat dua bayangan hitam, sama sekali mereka itu tidak menerbitkan suara apa-apa. Mereka lantas pasang mata. Kedua bayangan itu, tjinteng atau pahlawan Istana Boan itu, rupanya tidak kenali orang ada kawan sendiri atau bukan, sambil siapkan pedangnya masing-masing, salah satu di antaranya menegur dengan kata-kata rahasia: Akur atau padi? Itu berarti, orang sendiri atau bukan. Akur! Perintah kemudi untuk jaga angin dan lihat padi! sahut Boe Wie, yang kenal baik segala macam bahasa rahasia di kalangan Kang-ouw. Dengan kemudi diartikan pemimpin. Untuk. mendapat kepastian, dua tjinteng itu bertindak maju, mendekati. Mereka ingin melihat tegas roman orang, buat menanyakan kcterangan terlebih jauh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diam-diam Boe Wie telah siap, begitu orang sudah datang dekat, nba-tiba ia mencclat ke antara mereka, kedua tangannya digeraki ke kiri dan kanan, menotok masing-masing pinggang dari orang itu. Dua orang itu tidak menyangka, cuaca pun gelap, mereka kena ditotok, hingga dalam sesaat juga, mereka jadi tidak berdaya, maka dengan duabuah pisau belati,Boe Wie terus tancap tubuh mereka di atas wuwungan. -Bagus! berseru Teng Hiauw dengan pujiannya melihat kesebatannya sang kawan. -Tadipun kedua piauwmu scmpurna sekali! Boe Wie balas rnemuji. Keduanya tettawa dengan pclahan, sesudah mana, mereka maju lebih jauh, hingga mereka sampai di pcndopo, di mana ada cahaya api. Di sim mereka mendekam, untuk pasang .kuping. Dari pendopo terdengar suara dari orang-orang yang bicara dcngan asyik. Katanya Lioe Kiam Gim murid kcpalanya, yang bernama Law Boe Wie sudah datang ke Pakkhia ini sejak bebcrapa hari, kabamya dia sungguh sangai lichay. tapi heran, sampai ini hari ndak terdengar suatu apa tentang gerakgeriknya, demikian pemyataan satu orang. Biar gurunya mcnjclma pula, lata orang tak usah jcrih, apapula itu anjing cilikJ kata satu suara lain. Adalah Tok-koh It Hang, itu tua bangka. yang lichay, yang kita mesti awaskan benar-benar! Hiantee, jangan kau angkat lain orang bcrbarcng menindih keangkeran sendiri!** terdengar suaranya seorang tua. Buat apa kita jerihkan itu tua bangka barang sisa? Kita toh ada puny a Lhama Besar Kat Pou Djie dan Pa-touw-louw Tat Sip begitupun Toa-totjoe Kheng To Hoan dari Kaum Hay Yang Pang serta yang Iain-Iain

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lag,? Kita tak usah perdulikan Tok-koh It Hang atau Law Boe Wie, asal mereka berani datang, kita nanti hajar mereka hingga mereka tak dapat tidak takut Namanya Boe Wie berarti tidak takut, maka itu, orang tua itu sengaja mengejek. Boe Wie marah mendengar kejumawaannya orang, tangannya lantas meraba keluar beberapa potong pisau belati panjangnya tiga dim. la pernah jadi anggota dari Pie Sioe Hwee, Kumpulan Pisau Belati, dari itu, ia sukagunai pisau belati scbagai gantinya piauw. Dia mempunyai dua bclas potong pisau belati, untuk mana ia ada icrkcnal. Kemudian dengan merayap bagaikan cccak, untuk mana ia keluarkan kepandaiannya Pek houwyoe tjiangatau Cccak memain di tcmbok, ia maju dengan pelahan-lahan, untuk bisa mclihat ke dalam ruangan. Di dalam ruangan itu ada bcrdudu k kira-kira sepuluh orang, tua dan muda, dan Gak Koen Hiong bercokol di tcngahtcngah. Di kiri dan kanan, ada dinyalakan dua batang HI in besar. Selagi Boe Wie mengawasi terus, tiba-tiba ia dengar salah seorang di dalam itu berteriak: Ada penjahat! Ia insyaf bahwa orang telah pergoki ia, akan tetapi, ia tidak takut, malah sebat sekali, tangan kanannya beruntun terayun, empat buah pisau belati segera melesat, masuk di antara jcndcla. Dua pisau menyambar lilin hingga apinya padam, sebatang menyambar Gak Koen Hiong, hingga rarnbutnya dia ini sapat segumpal, tidak perduli dia mencoba berkelit, dan pisau yang keempat, yang dilipatkan sepotong kertas, nancap di atas meja sambil menerbitkan suara. Menyusul serangan itu, dari dalam pun segera melesat beberapa rupa senjata rahasia, akan tetapi cepat luar biasa, Boe Wie dan Teng Hiauw sudah Ian naik ke, tengah genteng, hingga mereka luputdari ancaman bencana.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mengikuti berbagai senjata rahasia itu, beberapa orang loncat keluar dari jendela, untuk menyusul, dua di antaranya ada memegang masing-masing sebatang pedang panjang dan sepasang Koen-koan Pat-kwa-pay, hingga yang belakangan ini, dengan tamengnya itu, bisa punahkan pisau belati dan piauwnya Boe Wie dan Teng Hiauw. Orang yang bersenjatakan pedang itu ada Sat Kie Khan, seorang dari suku Hwee-hwee. Dengan putar pedangnya dalam gerakan Thian Liong Kiam-hoat ilmu pedang Naga Langit, ia menerjang ke arah Boe Wie. Ia telah sampai dengan cepat dan pedangnya terus saja bekerja. Boe Wie sudah siap, ia berkelit dengan gunai Tang hong hie lioeatau Angin timur permainkan cabang yanglioe, menyusul itu ia balas menikam dengan Sian djin tjie louw atau Dewa menunjuki jalanan. Di antara sinar pedangnya lawan, ia arah tenggorokan orang. Sat Kie Khan ada berani dan liehay, ia tidak berkelit, ia tidak mundur, hanya memutar tangan kanannya, dengan Sin hong tiauw sioe atau Naga melaikat menggoyang kepala, iamenangkis. hingga kedua pedang bentrok dengan keras, menerbitkan suara nyaring, sedang telapakan tangannya masing-masing, pada menggetar dan sesemutan saking kerasnya bentrokan itu. Tapi ini pun menyatakan kedua pihak mempunyai tenaga berimbang. Di lain pihak, Teng Hiauw yang melayani musuh yang bersenjatakan sepasang tameng, mendapat tandingan yang setimpal, dari itu, mereka juga bisa bertempur dengan scru. Lawan itu ada Low Hoay Liang, cucunya Keluarga Low dari Shoasay, yang kesohor untuk Tjap-djie-louw Koen Goan Patkwa-pay, ialah ilmu mcmainkan tameng kecil dalam duaj belas jalan. Dia tersesat sadari masih muda, ia telah menjadi begal, belakangan karena ajakan satu sahabat, ia masuk ke dalam Istana Boan dan menjadi satu wie-soe, pahlawan, kemudian dari pahlawan biasa, ia menjadi twie-thio, kapten, hingga ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jadi semakin malang-melintang. Ia bersedia mati-matian untuk Kerajaan Tjeng. Dengan sepasang Pat-kwa-paynya, Low Hoay Liang arah batok kepala orang. Tcng Hiauw insyaf tenaga yang bcsar dari orang itu, bahwa turonnya tamcng itu ada tujuh atau dclapan ratus kati beratnya, dari itu, ia tidak hcndak adu tenaga. Ia bertindak dengan Liong heng hoei pou atau Tindakan naga terbang, ia berlindungdi bawah tamcng, lantas ia putar tubuh, akan balas menikam. Pcdangnya bersinar, sasarannya adalah jalan darah Hong-boen-hiat di bebokong. Low Hoay Liang bukannya scorang lemab, melihai serangannya tidak membcrikan hasil, ia lantas mengerti keadaan, dari itu, ia putar tubuhnya, ia angkat pula kedua tamengnya, laiu dengan Shia pek Hoa San, atau Sambil miring menggempur Gunung Hoa San, ia bajar pedang orang. Secara begini ia hcndak punahkan tikaman musuh. Teng Hiauw tarik puiang pedangnya antok ditcruskan membabat kepada kedua kakinya or-ang, ia mendak sambil menggunai ilmu pukulan Tong long thian pek atau Cengcorang pentang tangan. Low Hoay Liang ada awas dan gesit, ia insyaf gerakan musuh sclanjutnya. maka itu, setelah menggempur dengan sia-sia, ia bergerak di dua jurusan dengan berbarcng. Dengan tameng kanan, ia menangkis, dengan tipu silatTjiang koen hee ma atau Jenderal turun dari kuda, dengan tameng kiri, dengan Heng sauw tjian koen, atau Menyapu ribuan serdadu, ia serang pinggang orang! Gusar sckali Teng Hiauw apabila ia lihat serangan hebat itu, ia tarik pcdangnya, ia loncat mundur, sesudah mana. ia ubah caranya bcrsi lat. Ia maju sambil putar pedangnya, hingga cahayanya berkilauan. Dengan Pek hoo thian tjie atau Burung hoo putih pentang sayap, ia tusuk iga lawan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serangan ada sangat cepat, Low Hoay Liang sampai tak sempat tarik puiang atau putar dua-dua tamengnya, untuk menangkis, maka itu, tidak ada jalan lain, terpaksa ia lompat mencelat, mundur jauhnya bebcrapa tindak. Ini saat yang baik, Teng Hiauw tidak hcndak sia-siakan, ia sudah pikir untuk mcndcsak terlebih jauh, atau dengan sekonyong-konyong ia dengar seruannya Law Boe Wie: Adik Hiauw, lekas mundur! Ternyata, waiaupun mereka berdua bertempur cepat sekali, tctapi Iain-Iain musuh telah keburu mendatangi, mclihat mereka itu. Boe Wie pikir untuk tidak melayani terlebih lama pula, karena nyata sekali, dua musuh ini saja sudah cukup tangguh. Ia anggap ada berbahaya untuk bcrlaku ayal-ayalan, dari itu, ia berikan tandanya itu, ia sendiri segera loncat mundur, akan tinggalkan musuhnya. Teng Hiauw mengerti, ia juga sudah lantas angkat kaki. Berdua mereka lari di atas genteng yang licin itu, dengan gunai ilmu lari Pat pou kan sian atau Dengan delapan tindak mengejar tonggeret. Mereka melesat dengan cepat; di belakang mereka, musuhmusuh mereka telah mengejar. Mereka sudah masuk jauh ke dalam sarangnya Gak Koen Hiong, meski juga mereka sudah bisa lewati belasan undakan, mereka tak lantas sampai di luar kalangan. Benar selagi mereka hampir keluar dari tempat kediamannya Gak Koen Hiong, tiba-tiba di bawah rumah terdengar seruan riuh, yang disusul sama loncat naiknya beberapa orang yang bertubuh besar, yang semua mencckal golok dan pedang, malah antaranya ada yang membentak: Bangsattikus,jangan lari! Dua orang bertubuh besar, dari rombongan tjinteng, yang giliran menjaga malam itu, lagi meronda sampai di pohon yanglioc ketika, selagi dongak ke atas mereka lihat dua bayangan terayun-ayun. Cahaya bintang dari rcmbu I an sisir ada guram, dari itu, mereka tidak bisa melihat nyata, maka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

satu di antaranya segera loncat naik ke pohon untuk melihat tegas, tapi begitu ia lihat kedua sejawatnya, ia kaget sampai ia rubuh sendirinya, dari mulutnya keluar jeritan hebat. Apakah itu? tanya kawannya, yang datang untuk menolong. Itulah dua kawan kita, yang tergantung, sahut ini tjinteng, yang masih mesti tetapkan hati. Mereka ada gagah, cara bagaimana mereka bisa tergantung di situ? Tentu ada orang jahat yang telah datang kemari. ia lantas saja tiup suitannya. Selagi mereka sibuk dan mcmikir-mikir mereka yang lainnya, sesudah mana, mereka kasih turun tubuhnya dua kawan yang bercelaka itu, yang lidahnya telah menjulur, napasnya berhenti jalan, hingga dia orang itu tak dapat ditolong pula. Selagi mereka sibuk dan memikir untuk pergi can si orang jahat, mereka lihat beberapa bayangan berlari-lari, seperti saling mengejar, karena mendugajelek, beberapa yang pandai ilmu entengi tubuh segera loncat naik ke atas genteng, untuk memegat. Secara demikian, Boe Wie dan Teng Hiauw jadi kena terhalang. Atas ini, berdua mereka jadi mendongkol. Jangan pegat kita, atau kau orang akan mampus! keduanya membentak seraya mereka lompat maju, untuk mendahului menerjang. Dua tjinteng, yang tak segagah Sat Kie Khan dan Low Hoay Liang maju menyerang, akan tetapi dengan cepat, mereka kena didesak, tetapi, karena mereka tidak dapat segera dirubuhkan, di sebeiah belakang, Sat Kie Khan dan Low Hoay Liang telah keburu datang menyusul, maka Boe Wie ada mendongkol terhadap perintangnya itu, ia lantas mendesak dengan hebat sekali, pedangnya menyambar bagaikan melesatnya anak panah, ia arah dadanya orang. Tjinteng itu terdesak, ia hendak berkelit ke samping, akan tetapi sedangnya ia tangkis pcdang. tahu-tahu tangan kirinya Boe Wie, yang menggunai tipu silat Kim pa tam djiauw, atau Macan tutul mengulur cengkraman, sudah mampir di iganya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dcmikian hebat, sampai tulang-tulang iganya pada patah; dia pun muniah darah, tubuhnya rubuh dengan segera, jiwanya turut melayang. Adalah di itu waktu, pedangnya Sat Kie Khan pun datang menyambar! Diancam bahaya itu, Boe Wie tidak sempat putar tubuh untuk menangkis atau berkelit ke samping, ia jatuhkan diri ke depan, untuk tengkurap, sesudah mana, ia teruskan bergulingan dengan tipu Koen tee long sampai jauhnya belasan tindak. Ia hadapi ancaman bencana dan inilah cara satu-satunya untuk tolong diri. Pedang musuh pun hampir saja babat kedua kakinya. Bukan kepalang mendongkolnya Sat Kie Khan karena musuh itu bisa loloskan diri, tapi keiika ia menoieh pada kawannya, Low Hoay Liang, ia terperanjat, sebab kawan bukannya dapat desak musuh seperti dia, kawan itu justeru telah rubuh di tangannya Teng Hiauw -kena tertendang hingga rubuh bergulingan jatuh ke bawah, ke tanah! Low Hoay Liang sangat andalkan sepasang tamengnya, apabiJa setelah ia berhasil mendesak musuh hingga musuh angkat kaki, dari itu, setelah dapat mencandak. ia segera serang Teng Hiauw. Ketika itu orang she Teng ini terpisah dari Boe Wie kira-kira setumbak lebih, ia dipegat oleh dua tjinteng Iain, yang kepandaiannya lebih rendah lagi daripada yang pegat Boe Wie, rupanya dia yang dicegat, karcna ia tidak beroman bengis sebagai orang she Low itu; scbaliknya ia ada cakapdan kelihatannya lemah sebagai anak sekolahan. Ten tu saja mcreka ini tidak sangka, boegeenya Teng Hiauw tidak ada di bawah boegeenya Boe Wie, hingga mereka telah menyangka kcliru. Malah dalam ilmu silat Thay Kek, Teng Hiauw ada terlebih pandai. Dua tjinteng itu masing-masing menggunai golokdan Thictjio, ketika keduanya maju memegat, Teng Hiauw bersikap tcnang, ia awasi gerakan senjata orang itu. Penyerang dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thie-tjio adalah yang maju di muka. Dengan sebat Teng Hiauw menangkis, ia memapas ruyung besinya orang itu yang bercagak di gagangnya. Musuh itupun gesit. Ia menyerang dengan tangan kiri, jika serangan itu ditangkis, ia barengi menyerang dengan tangan kanan. Tapi Teng Hiauw ada tangkas luar biasa, ia tarik pedangnya untuk diteruskan dipakai membabat lengan kanan orang itu. Musuh berlaku kurang gesit, tidak ampun lagi, lima jari tangannya kena terbabat, ia rasakan begitu sakit, sampai ke ulu hatinya, di antara jeritannya, senjatanya terlepas, tubuhnya turut rubuh sendirinya, menggelinding diatas genteng, jatuh ke bawah. Justeru musuh itu rubuh, kawannya pun maju, dia menyerang sambil membentak, goloknya dari atas turun ke bawah, Teng Hiauw tidak perdulikan bentakan orang itu, ia kelit ke samping, ia menangkis. Tapi musuh mengegoskan tubuhnya sambil terus iompat ke depan, hingga ia berada di sebelah belakang dari mana ia menusuk bebokong orang itu. Ia telah gunai tipu silat Ya tjee tam hay atau Hantu menjelajahi lautan. Melihat ancaman bahaya itu, Teng Hiauw Iompat akan jauhkan diri, ia gunai It hoo tjiong thian atau Seekor burung hoo menyerbu langit, ia loncattinggi setumbak lebih, dengan begitu golok musuh mengenai tempat kosong. Ketika ia putar tubuh, akan pandang musuh itu, ia tertawa terbahak-bahak. Adalah maksudnya orang she Teng ini, untuk maju menghampirkan musuh, tapi justeru itu, dari belakang ia, ia dengar bentakan: Bocah, dengan tak meninggalkan tanda mata, cara bagaimana kau hendak berlalu dari sini?Jagalah! Dan suara itu disusul sama sampainya orangnya, senjatanya siapa juga terus menyambar. Itulah Low Hoay Liang, yang baharu sampai.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw mengetahui ada serangan gelap, tanpa menoieh lagi, ia oncat ke depan, setelah lolos dari serangan, cepat ia memutar tubuh maka di lain saat, karena musuh merangsang ia, ia sudah mesti melayani musuh baru ini. ia tahu senjatanya musuh ada berat, ia melayani dengan hunjuk kegesitannya, kelemasan semua gerakannya, dengan berlompatan ke segala penjuru, ia bikin musuh seperti kabur matanya. Low Hoay Liangjadi mendongkol, terutama belum pernah ia berhasil menyampok pedang musuh, karena gusar, ia berkelahi dengan hebat sekali, ia keluarkan kepandaiannya, terutama ia arah kedua iganya orang itu, paling belakang ia gunai pukulan Tiatsiauw heng tjoe atau Dengan rantai besi melintangkan perahu. Ia percaya, sekali ini iabakal berhasil. Ia pun telah menggunakan tenaga sepenuhnya. Teng Hiauw lihat datangnya bahaya, tetapi justeru musuh berlaku bengis, ia hunjuk keberaniannya luar biasa. Untuk menyingkir dari gencatan itu, ia tidak loncat tinggi mengapungi diri, ia tidak loncat mundur, ia hanya buang tubuhnya ke belakang, melenggak, kedua kakinya tctap, cuma dengkulnya ditekuk. Ini adalah tipu silat Tiat poan kio atau Jembatan papan besi. Tubuhnya jadi telentangsebatas dengkul, kedua tameng lewat di atasannya; ia telah luputkan diri dari serangan, tapi berbareng dengan itu, selagi kaki kirinya ditangkap, kaki kananriya diangkat, dijejaki ke depan, hebat sekali. Jejakan ini jitu mengenai dengkulnya musuh, maka tidak tempo lagi, gugurlah kuda-kuda Low Hoay Liang; tubuhnya scgera terbalik ke belakang, mbuh bergulmg, tergelincir jatuh ke bawah genteng! Itulah kejadian pada saat Boe Wie bergulingan sesudah mana, ia loncat bangun, untuk balas mcnyerang, atas mana, Sat Kie Khan mcnangkis, hingga kedua pcdang saling bentur dcngan keras. Orang Hwee-hwee itu terperanjat apabila ia lihat kawannya rubuh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Boe Wie lihat lawan itu bengong, cepat sekali, ia maju pula, akan menyerang kembali. Ia gunai tipu tikaman Ular putih scmburkan bisanya. Sasarannya adalah pundaknya musuh. Sat Kie Khan tidak tanckis scrangan itu, ia berkelit ke samping. tapi justeru ia mengegoskan tubuh, Boe Wie membarangi loncat melewati ia, lawannya ini terus lari ke arah pohon yanglioe, dia loncat ke pohon itu untuk keluar seperti tadi ia dan Teng Hiauw datang. Teng Hiauw sendiri sudah mendahului, ia menyingkir dcngan lewati pohon itu juga, hingga di lain saat, mereka sudah berada di luar pekarangan. Sat Kie Khan tidak sempat tengok kawannya yang rubuh, bersama dua tjinteng lain, ia mcngubcr ke pohon yanglioe, sesampainya di situ, ia dapatkan kedua musuh sedang berdiri di tanah, melambai-lambaikan dia, yang ditantang untuk turun, buat mereka melangsungkan pertarungan mereka. Ia tidak takut, ia berniat loncat turun, untuk menghampiri mereka, akan tetapi, baharu ia berniat, tahu-tahu pisau belati dari Boe Wie dan Kim-tjhie-piauw dari Teng Hiauw, telah menyambar saling susul terhadapnya, hingga ia repot menangkis dan berkelit, untuk luputkan diri dari serangan kedua rupa scnjata rahasia itu. Sesudah itu senjata rahasia yang lolos mengenai cabang pohon, sampai ada cabang yang patah dan jatuh; Kedua tjinteng, karena kurang jeli mata dan gesit tubuh telah terkena piauw pada jidatnya, hingga mereka mandi darah. syukur serangan tidak hcbat, mereka pun tidak terluka parah. Kembali serangan pisau belati dan piauw datang menyambar, mclihat mana, Sat Kie Khan jadi berkuatir. Di atas pohon, ia tidak bisa bergerak leluasa seperti di atas genteng, dia menangkis, dia mengegosi tubuhnya, wah alangkah sibuknya ia! Dua kawannya sudah tidak berdaya. Selagi ia bersangsi untuk maju atau mundur, serangan berhenti, sebagai gantinya, ia dengar suara tertawa, yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

makin lama jadi makin jauh. Ternyata, Boe Wie dan Teng Hiauw telah angkat kaki, lenyap dalam kegelapan. Orang Hwee-hwee ini melengak. Ia tidak nyana, istana yang terjaga kuat itu seperti guha harimau dan kedung naga, sekarang musuh permainkan seperti tanah dataran saja. Gak Koen Hiong gusar sekali apabila ia telah melakukan pemeriksaan. Sama sekali ada lima korban jiwa dan empat korban luka, dan dari yang ke-4 itu, satu bercacat hebat. Semua korban ada korban-korban pisau belati dan Kim-tjhiepiauw, kecuali yang Boe Wie hajar dengan tipu pukulan Kimna-tjhioe. Low Hoay Liang tidak. sampai terbinasa, akan tetapi ia terus merintih saja, begitupun yang sapat lima jari tangannya. Yang bikin ia sangat malu dan sakit hati adalah rambutnya sendiri kena terbabat segumpal. Dan akhirnya, ada itu surat yang Boe Wie tinggalkan: Itu ada tantangan untuk pieboe, adu kepandaian, untuk orang she Law itu mcnuntut balas bagi gurunya. Maka itu, itu malam juga, Koen Hiong lantas bikin persiapan akan sambut tantangan Boe Wie. Boe Wie berdua Teng Hiauw pulang dengan selamat, apabila mereka sudah berikan laporan ten tang apa yang mereka barusan kerjakan, Tok-koh It Hang semua menjadi girang sekali. Lantas bcsoknya pagi, Tok-koh It Hang bersama-sama Siangkoan Kin, TJiong Hay Peng, Lauw In Eng, dan yang Iainlain, pergi menghadap Lie Lay Tiong, untuk beritahukan bahwa orang-orang yang celakai Lioe Kiam dm dan Tjoh Ham Eng ada konco-konconya Gak Koen Hiong. Dhmjuk penyelidikan telah dilakukan oleh Teng Hiauw, ahli waris Thay Kck Pay, dan murid dan puterinya Lioe Kiam Gim Bahwa hal itu telah menerbitkan kemurkaannya kaum Kang-ouw, hingga orang meminta keadilan. Mereka bertanya, ketua itu hcndak ambil tindakan apa. Sebenarnya Lie Lay Tiong hendak mencegah bentrokan itu, akan tetapi orang telah desak ia, malah Tok-koh It Hang kata:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Coba pikir! Lioe Loo-kauwsoe ada seorang kenamaan dalam kalangan Rimba Persilatan, dia terbinasa secara gelap, tapi sekarang telah dapat diketahui, dia terbinasa di tangannya orang sebawahanmu, dari itu, sudah kau tidak ambil tindakan menghukum orang yang bersalah itu, apa mustahil kau juga hendak cegah orang mcnuntut balas? Maka dia kehormatan Kang-ouw kebijaksanaannya? Lioe Loo-enghiong juga telah bantu banyak pada kau, jikalau kau antap dia tcraniaya, apakah Iain-lain, orang tak akan tawar hatinya terhadap kau? Teng Hiauw baharu saja mewariskan Thay Kek Pay, kata Tjiong Hay Peng yang berterus terang, apabila dia tidak membalas sakit hatinya soepehnya, mana dia ada punya muka untuk ketuai kaumnya itu? Laginya, diajuga ada cucu mantu dari Ketua Bwee Hoa Koen, maka bagaimanakau bisatinggal diamsaja? Lie Lay Tiong bersangsi. Sebenamya ia tidak niat melindungi Gak Koen Hiong, kalau ia hendak cegah bentrokan, itu disebabkan ia kuatir pada itu kctua muda yang berpengaruh, tetapi sekarang, ia kena didesak, ia tidak mampu kemukakan alasan yang kuat untuk menolak iebih jauh. Ia juga kuatir, apabila ia menolak, benarbenar nanti orang berhati tawar terhadap gerakannya . Sementara itu, dari pihaknya Gak Kocn Hiong, juga ada dcsakan minta keadilan. Gak Kocn Hiong tidak puas, dia setuju picboc. Malah dia mengharap Lie Lay Tiong nanti bantu pihaknya. Maka akhirnya, ketua ini mengalah, ia an tap mcrcka itu cari keputusan sendiri. Pembicaraan telah selesai sesudah dua-tiga hari orang mondar-mandir antara kedua belah pihak, dengan Lie Lay Tiong berada di tcngah. Sebab dua-dua pihak ada banyak kawannya, diputuskan untuk mcndirikan panggung loeitay, panggung piranti adu kepandaian, supaya orang bertempur satu Iawan satu dan tidak mengeroyok, dan pieboc baharu berhenti setelah ada salah satu pihak yang menyerah kaiah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kota Pakkhia telah jatuh di bawah pengaruh Gie Hoo Toan dengan Lie Lay Tiong yang mengizinkan mendirikan loeitay. sehingga tidak ada pembesar Boan yang bcrani mencegah. Hari telah dipilih, dan tempat pie-boe sudah ditetapkan, ialah tanah lapang yang luas dari Gie-lim-koen, tentara kerajaan, yang bisa muat dua sampai tiga puluh ribu orang. Dcmikian, setelah ada keputusan,. kedua pihak lantas bersiap-siap; terutama untuk cari kawan-kawan yang gagah dari segala penjuru negeri. Di harian yang telah ditetapkan, tanah lapang jadi penuh dengan banyak or-ang, dari pihak yang berkepentingan, terutama mereka yang hendak menonton saja; orang-orang pdmerintah Boan tidak terkecuali. Loeitay yang didirikan berukuran tinggi satu tumbak delapan kaki dan lebar tujuh tumbak dua kaki persegi, maka di situ pastilah orang akan leluasa bersilat dengan tangan kosong, maupun dengan senjata, pedang dan tumbak. Di situ pun orang bisa perlihatkan Tjeng-kang-soet atau ilmu entengi tubuh atau kegesitan gerakan. Di samping kanan dari loeitay ada didirikan satu panggung lain, yang kecil, untuk juru pemisah. Benar pertandingan tidak memperdulikan orang-orang yang terluka ataupun binasa, tetapi mesti ada kctetapan siapa mcnang dan siapa kalah. Sebagai juru pemisah, Lie Lay Tiong angkatdua orang ialah guru silat kesohor di Pakkhia, Yo Kong Tat, dan soetee dari Kiang Ek H ian, Ketua dari Bwee Hoa Koen, ialah To Poet Hoan. Kedua mereka ini ada kenamaan dan ada dikenal oleh kedua belah pihak,. sebaliknya mereka tidak memihak kepada salah satu dari dua rombongan yangsaling bertentangan itu. Mereka pun ada mewakilkan, satu bagi kalangan guru-guru silat, dan yang Iain untuk kaum Gie Hoo Toan sendiri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di samping kiri loeitay ada didirikan ranggon lonceng, gunanya ada sebagai tanda permulaan dan keberhentian atau penundaan, umpama ada satu pihak yang kalah dan jatuh, lain pihak tidak boleh menyusul untuk menyerang terus. Pada hari yang ditentukan, kebetulan cuaca ada bersih, angin halus dan hawa udara rnenyenangi. Pada jam pembukaan, To Poet Hoan muncul untuk angkat bicara, mcncrangkan bagaimana oleh Ketua Lie Lay Tiong, bersama Loo-kauwsoe Yo Kong Tat, ia sudah diangkat jadi juru pemisah. Ia jelaskan, tangan dan kaki tidak mcngenal kasihan, dari itu siapa terbinasa atau terluka, mesti tcrima itu dengan ikhlas. Ia pun hunjuk siapa adanya kedua pihak, yang hendak pieboe, ialah satu ada ahli waris Thay Kek Pay merangkap keponakan dari Loo-kauwsoe Lioe Kiam Gim serta muridnya almarhum Uoe Kiam Gim, dan pihak yang Iain ada Gak Koen Hiong. Ia nyatakan, sebenamya di antara orang sendiri, urusan bisadidamaikan, tapi sekarang dak, dari itu terpaksa diambil cara Kang-ouw itu, untuk habiskan Perselisihan dengan jalan adu kepandaian. Duduknya persengketaan ada diketahui baik oleh kedua pihak terapi barangkali tidak oleh semua hadirin, To Poet Hoan kata lebrh jauh, dari itu aku menjelaskannya Benar-benar ada sejumlatohadirin, yang tidak tahu sebabnya perselisihan itu, mereka ini lantas nyatakan ingin dengarpenjelasan. Menurut keterangannya Teng Hiauw dan Law Boe Wie, Lioe Loo-kauwsoe terbinasa di tangannya or-ang perintahan dari Gak Koen Hiong,demikian juru pemisah itu menjelaskan. Mereka ini yang ada murid ketiga dari Lioe Loo-kauwsoe, ialah Tjoh Ham Eng, pun katanya dibinasakan atas titahnya Gak Koen Hiong. Law Boe Wie pernah tawan salah-satu orang perintahan dari Gak Koen Hiong yang membinasakan Tjoh Ham Eng, dia ini telah berikan pengakuan tentang duduknya hal. Baharu To Poet Hoan berkata sampai di situ, di antara

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hadirin segera terdengar suara gemuruh yang berupa seruanseruan, hingga Gak Koen Hiong dan rombongannya menjadi bermuka pucat, malu dan mendongkol. To Poet Hoan lekas ulap-ulapkan tangannya, untuk meredakan suara berisik itu, sesudahnya, ia bicara puk Keteranganku barusan adalah keterangan menurut Law Boe Wie dan Teng Hiauw, kata ia Pihaknya Gak Koen Hiong ada mempunyai aiasannya sendiri. Pihak ini bilang, Lioe Lookauwsoe adu kepandaian, dia teledor, dia kena orang pukul hingga binasa. Dia sebaliknya telah binasakan dua musuhnya. Maka, dengan satu jiwa diganti dua jiwa, pihak Gak Koen Hiong anggap itu pantas. Tcntang penyerbuan tcrhadap Tjoh Ham Eng, mereka mcnyangkal. Mcrcka anggap keterangannya Law Boe Wie perihal scorang yang tcrtawan dan mengaku dosanya, tidak ada buktinya, mereka tolak itu. Mereka katakan Law Boe Wie sudah kurang hati-hati tidak mcninggalkan kesaksian yang hid up. Gak Koen Hiong juga tuduh Teng Hiauw dan Boe Wie ciptakan hal yang tidak-tidak, bahkan mereka menuduh pihaknya sudah dibokong di waktu malam. hingga lima saudaranya dan cm pal pah la wan telah terbinasa dan tcrluka. Mereka minta kcadilan buat lima orangnya yang terbinasa dan empat yang terluka itu. Demikian kedua pihak saling menuduh. Sebab urusan sukar didamaikan, sekarang diadakan pieboe di atas loeitay ini, untuk mencan keputusan. Jadi pieboe ini bukan karena kegalakan, hanya untuk mendapatkan kepuasan, saking terpaksa. Keterangannya To Poet Hoan ini juga dapat sambutan teriakan tapi kalah hebat dengan yang pertama. Poet Hoan tunggu sampai suara sirap, lalu ia terangkan aturan pieboe Pieboe tidak ada batasnya, hanya or-ang mesti bertanding satu iawan satu. tidak boleh main mengepung. Kcmudian, juru pemisah ini wartakan satu hal yang mengejutkan orang banyak. Ialah Gak Koen Hiong menantang pieboe terhadap Law Boe Wie, karena

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ia bersakit hati segumpal rambutnya kena terpapas, hingga ia tantang Boe Wie, bukannya Teng Hiauw. Sekarang loeitay dibuka! kata ia akhirnya, dengan suaranya yang keren. Pembukaan ini disusul dengan suara genta tiga kali. Sclagai Poet Hoan balik ke mcjanya, scluruh hadirin bungkam, hingga suasana jadi sunyi sekali. Tapi sebentar saja, lantas dari rombongannya Gak Koen Hiong loncat naik seorang bcrtubuh besar dan hitam pakaiannya, yang mclcsat laksana walct terbang, suatu bukti dari tjeng-kang-soct yang sempuma. Aku minta Teng Hiauw berikan pengajaran kepadaku! kata ia setelah ia berdiri tcgak di atas panggung. Dia adalah Sat Kic Khan, itu wie-soe atau pahlawan orang Hwee-hwee, yang tempur Boe Wie dengan sia-sia, maka sekarang ia tantang puteranya almarhum Teng Kiam Beng, karena ia bcrpendapat, pemuda ini ada terlebih lemah. Di atas loeitay, bila satu pihak menantang sambil menyebutkan nama, pihak yang ditantang boleh mcnolak atau majukan lain orang, akan tetapi Teng Hiauw tidak mau mengizinkan orang bertingkah menantang ia, dari itu tidak tunggu sampai To Poet Hoan tanya ia, ia bersedia atau tidak, ia sudah mendahului loncat naik ke atas panggung. Malah ia segera nyatakan dengan suara nyaring: Terserah kepada kau, hendak pieboe dengan tangan kosong, dengan pedang atau senjata rahasia, aku si orang she Teng tidak akan bikin kau kecewa! Sat Kie Khan ada jumawa, segera ia hunus pedangnya yang panjang, pedang mana terbuat dari besi pilihan keluaran tanah Tibet, seraya terus ia berkata: Adu kepalan tidak menarik hati, adu senjata rahasia adalah permainan tak berarti, marilah kita adu pedang saja!Tapi sebenamya ia jcrih terhadap piauwnya Teng Hiauw yang liehay dan ia hendak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

andali ilmu Thian Liong Kiam-hoat warisan dari gurunya, satu pendeta lhama yang tua dan berilmu. Teng Hiauw tertawa ding in, ia lantas hunus pedangnya Tan-hong-kiam. Sahabat, silakan maju! ia rrtengundang seraya ia pasang kuda-kudanya secara sembarangan. Itu memang ada cara permulaannya Thay-kek-kiam, ilmu pedang Thay Kek Pay. Sat Kie Khan kenali sikap pembukaan orang itu. Kau hendak gunai kepandaianmu Thay Kek Pay? Hm! pikir ia. Aku tahu, kau memang hendak menantikan kelelahan orang, tetapi kaujangan harap itu dari aku! Lalu, sambil berseru, Sambutlah! ia maju, ia terns tikam pundak kiri. la gunai tipu silat Liong lie tjoan tjim atau Puteri naga menusuk jarum. Ini ada tipu ancaman yang disusul dengan kesungguhan Teng Hiauw berdiri tegar bagaikan gunung, ia tunggu sampai ujung pedang hampir mengenai sasarannya, baharu dengan tiba-tiba lengan kanannya bergerak, sambil tubuhnya turut nyamping, ia babat lengan kanan or-ang itu dari kiri ke kanan. Ia gunai tipu silat Kim tiauw tian tjie atau Garuda emas pentang sayap. To Poet Hoan dan Yo Kong Tat diam-diam memuji gerakannya itu, suatu bagian yang liehay dari Thay-kek-kiam. Ini satu gerakan saja sudah menyebabkan anak rnuda ini menang diatasangin. Sat Kie Khan terperanjat untuk caranya musuh menge lakkan diri itu, karena berbareng iaterancam bahaya akan lengannya terbabat kutung. Syukur ia bermata jeli dan gesit tubuhnya. Ia bcrkelit mundur sambil miringkan tubuh, hinggahampir saja iga kjrinya yang menjadi korbannya ujung pedang musuh itu. Setelah itu, dengan sebat ia putar tubuh, akan balas menikam pula. Kali ini ia gunai Tjoen in tha tian atau Mega musim semi mendadakan terbuka. Cara memutar tubuhnya pun sebat luar biasa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw berdiri di tempatnya, ketika ujung pedang menyambar, ia sedot perutnya, tubuhnya dibikin melengkung, dengan begitu, iadapat loloskan din dari bahaya. Tapi di lain pihak, selagi tubuhnya ccnderung, tangannya, pedangnya, membarengi membabat dengan Giok lie touw so atau Bidadari menenun. Kapan musuh elakkan diri sambil mundur, ia menyusul menyabct pula dengan Kim kee toat siok atau Ayam emas mcrcbui gandum. Dua-dua kalinya ia membabat pinggang. Dengan tcrpaksa. Sat Kie Khan mundur berulang-ulang. Karena ini ia jadi gusar sckali. Maka itu, sambil mcnjcrit. iamerangsek. Sckali ini, ia keluarkan sungguh-sungguh ilmu pedangnya Thian-liong-kiam. Thian Liong Kiam-hoat, ilmu pedang dari Tibet, yang pendeta lhama biasa gunai untuk melindungi gunungnya, terdiri dari delapan belas jalan, dan setiap scmbiIan jaian terpecah-pecah pula hingga semuanya menjadi seratus en am puiuhdua jurus, dari itu tidaklah heran, bila gerakannya ada pelbagai macam, dan sebab serangan lebih banyak daripada pembelaan diri, terjangan ada gencar bagaikan hujan deras. Semua pcnonton lihat bagaimana Teng Hiauw dan pedangnya seperti terkurung dalam keredepan-pedangnya orang Hwee-hwee itu, hingga rombongan yang memihak kepadanya jadi kebat-kebit hatinya. Mclainkan adalah juru pemisah To Poet Hoan, yang menyaksikan terus dengan tenang, dengan kekaguman, karena iasudah lihat tegas, bagai man a anteng dan mantapnya Teng Hiauw. Ia anggap puaslah Kiang Ek Hian, soehengnya, yang telah mempunyai babah mantu demikian liehay. Dengan sebenamya, walaupun ia didesak, seperti dikurung, Teng Hiauw bikin perlawanan dengan tenang tetapi tak kalah gesitnya. Ia taat kepada ajaran Thay Kek Pay untuk lawan kekerasan dengan kelemasan dan keuletan. Maka itu, sampai

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

habis Sat Kie Khan gunai semua pukulannya, ia tetap tidak suka mcmbcrikan ketika. Di akhimya, wie-soe itu sendiri yang kewalahan dan jadi si buk, hingga di luar keinginannya, permainan pedangnya mulai menjadi tak tcratur lagi. Teng Hiauw bela diri sambil nantikan ketika yang baik, sekarang ia lihat ketikanya itu sudah sampai, ia tidak mau mensia-siakannya. Di saat Sat Kie Khan bertindak di garis Tiong kiong (tengah), ia maju sambil injak garis Hong boen (tengah musuh), hingga lantas saja mereka saling berhadapan, membarengi mana, pedangnya menikam. Sat Kie Khan kesima, ia menangkis secara kesusu, tapi pedang lawan telah tekan ujung pedangnya, ia gunai seantero tenaga, untuk meloloskan tekanan itu, apa mau Teng Hiauw telah putar pedangnya secara melilit, gerakannya membetot, maka lidak tempo lagi, cekalannya orang Hwee-hwee itu terlepas, pedangnya terlempar jatuh ke lantai panggung. Ia jadi sangat kaget, semangatnya seperti terbang pergi, tidak tempo lagi, dengan gerakan Sin liong tiauw sioe atau Naga suci menggoyang kepala, ia memutar tubuh untuk mengaku kalah, guna tolongi dirinya. Apa lacur untuk ia, ia kalah sebat, pedangnya Teng Hiauw sudah menyambar lengannya yang kanan, hingga sebelah tangannya terbabat kutung, hingga rubuhlah ia dengan mandi darah dan tak sadar akan dirinya. Gak Koen Hiong semua menjadi kaget, tetapi mereka licik, mereka lantas berteriak-teriak memprotes, mengatakan Teng Hiauw curang, or-ang sudah kalah dan sedang undurkan diri. masih saja diserang, hingga terluka. To Poet Hoan tidak gubris protes itu, ia bunyikan gentanya, satu tanda babak pertama sudah habis dengan kekalahannya pihak Gak Koen Hiong itu. Ia kemukakan alasan, sesudah orang loncat turun ke tanah, baharu dia tidak dapatdikejar, tetapi Sat Kie Khan masih sedang berlompat tinggi, hingga dia masih boleh disusul, sebab orang toh tidak tahu, dia masih

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hendak melawan terus dengan tangan kosong, kecuali dia berseru menyatakan menyerah. Pihaknya Gak Koen Hiong, walaupun mereka mendongkol, terpaksa mesti tutup mulat. Mereka lantas berdamai, memilih satu erang lain, untuk maju pula. Pilihan itu jatuh atas dirinya Kheng To Hoan. Toa-totjoe atau Ketua dari rombongan Hay Yang Pang. Dia ini sudah berumur lima puluh lebih, senjatanya ada Gin-hoa Ban-djie-toat, semacam gaetan piranti menggaet golok atau pedang musuh. Itu ada ilmu silat simpanan dari Keluarga Tong dari Shoasay. Ia me nan tang taytjoe pertama. Teng Hiauw sudah loncat turun dari panggung, ia bersenyum apabila ia lihat ada lagi lawan yang menantang ia. Ia bersedia untuk sambut tantangan itu, tetapi selagi ia hendak berlompat naik, Tok-koh It Hang tekan tubuhnya. Jangan naik pula, Hiantit, kata jago tua dari Liauw-tong itu. Kesatu, kau tidak boleh kasih dirimu dilawan terus beruntun-runtun, kedua kau mesti insyaf, kau adalah Tjiangboen-djin, ahli waris. Sambil mencegah demikian, Tok-koh It Hang menoleh kepada rombongannya, untuk pilih satu or-ang, tetapi belum sempat ia menyebut nama, tahu-tahu Lauw In Eng, ahli waris dari Ban Seng Boen, yang tidak sabaran, sudah mendahului loncat naik ke atas loeitay. Dia ini, sebagai adik dari Lioe Toanio Lauw In Giok, gusar atas kebinasaan tjiehoenya, iasengaja datang dari tempat jauh, untuk menuntut balas, maka itu, sebagai Tok-koh It Hang sendiri, dengan sendirinya ia berpihak pada Teng Hiauw dan Boe VVie. Kau hendak berkelahi sebagai roda mutar? In Eng tegur Kheng To Hoan sambil ia tertawa nyindir. Teng Hiauw tak jerih terhadap kau, dia hanya sungkan layani padamu! Marilah, sebagai tembaga ponyok lawan besi bonyok, kau layani aku si tua bangka main-main! Habis itu, jago Ban Seng Boen ini hunus goloknya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kheng To Hoan ada seorang Kang-ouw kenamaan, ia gusar sekaJi mclihat dirinya diperhina, tapi ia masih bisa kendalikan diri, hingga dcngan d ingin, ia kata: Siapa yang berguna atau liada, biarlah gegaman kita yang memutuskan, jangan kau mainkan lidahmul Dan ia perlihatkan sepasang senjatanya yang beroman tumbak bukannya tumbak, beroman kampak bukannya kampak, di gagang ada cagak pclindung tangan. Itulah dia Gin-hoa Ban-djie-toat, alat pembetot golok dan pedang! Begitu Iekas ia pertunjuki senjatanya, Kheng To Hoan lantas menyerang. Tangan kirinya dipakai melindungi dadanya, tangan kanannya diulur ke depan, membacok. In Eng segera mundur apabila ia tampak serangan itu, ia terkejut, karena ia mcngcrti musuh bukan musuh sembarangan. Tetapi ia mundur bukan untuk menyingkir, ia gunai tempo akan putar golok Toanboen-too, untuk kaki kiri maju ke kiri, goloknya menyabet ke lengan lawan bahagian nadi. Inilah gerakan Ang hee koan jit atau Sinar layung merah menawungi matahari. Kheng To Hoan tarik pulang tangan kanannya, tangan kirinya dipakai menangkis, hingga kedua senjata bentrok hingga menerbitkan suara nyaring, sampai lelatu api terbang muncrat. Ketika In Eng tarik pulang goloknya, bagian goloknya yang bentrok jadi sedikit kentop. Tapi segera ia mendesak, ia mainkan jurus- jurus dari Ngo-houw Toan-boen-too. Kheng To Hoan telah yakinkan senjatanya untuk beberapa puluh tahun, ia tidak jerih walaupun lawan desak ia secara hebat, malah di sebelahnya menangkis dan berdaya akan tarik golok musuh, ia juga balas menyerang tidak kurang seruhnya. Maka itu, berdua mereka telah jadi satu tandingan yang setimpal, pertandingan mereka luar biasa seruhnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Puluhan jurus telah dikasih lewat dcngan cepat, sesudah sampai jurus kelima puluh, dcsakannya Lauw In Eng menjadi kurang sendirinya, hingga sekarang ia jadi lebih banyak membela diri. Ia insyaf bahwa ia tak bakal dapat kalahkan musuh, dari itu ia mcmikir akal untuk memancing musuh, maka dengan sendirinya, ia nampak jadi lcbih lambat. . Kheng To Hoan mendesak terus, apapula sekarang ia I ihat musuh kalah ulet, nampaknya ia ingin sambar terlepas golok musuh. Sebentarkemudian, Ban-djiet-toat kanan sudah bentur golok lawannya, atas mana In Eng menggeser tubuh ke kiri, goloknya segera digeraki, dari bawah menyabet ke atas. Apabila sabetan ini memberi hasil, gegaman musuh mesti terlepas. To Hoan ada seorang yang banyak pengalamannya, walaupun ia lagi hadapi ancaman bencana, ia tidak jadi gugup. Begitulah ketika ia disabet, ia ketinggikan tangannya, ujung gaetannya disengaja berkelebat di mukanya lawan itu, di lain pihak, gesit seperti sambaran angin, tangan kirinya menyambar lengan kanan orang itu yang lagi menyabet. Keadaan jadi berputar balik dengan cepat sekali. In Eng mesti tolong dirinya, ia tidak dapat membacok terus dan sukar juga untuk tangkis serangan kiri dari lawan itu. Tidak ada jalan lain, iaenjot kedua kakinya, akan berlompat tinggi ke samping. Tapi, selagi ia berlompat menyingkir, gegaman musuh, dengan anginnya mendahului, sudah susul ia di belakangnya. Ia telah injak pinggiran panggung, desakan To Hoan membuat ia sukar untuk memutar tubuh. Tapi tak percuma dia menjadi ahli waris Ban Seng Boen atau adiknya Lioe Toanio, dalam saat terancam itu, ia masih sempat berpikir, selagi ia tidak bisa putar tubuh atau menangkis, dengan mendadakan ia terus tekuk kedua lututnya, untuk mendekam, sesudah mana dengan kepala dimajukan ke depan, tubuhnya terus dimiringkan, tangan kanannya dikasih turun rendah sekali, untuk jaga supaya ia tidak sampai ngusruk, tetapi begitu lekas

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

serangan sudah lewat di atas bebokong, gesit sekali ia angkat tubuhnya bangun, goloknya dipakai balas membacok orang punya pundak kiri, sedang tangan kirinya, yang kosong, dibarengi dipakai menggempur pundak kanan orang. Itu ada Ngo-houw Toan-boen-too punya salah satu tipu pukulan yang dinamai Sam yang kay thay atau Keberkahan pembukaan tahun. Kheng To Hoan mengharapi kemenangan terakhir, ia tidak sangka musuh masih bisa eiakkan rangsekannya yang berbahaya itu, sebaliknya, sekarang ialah yang terancam bahaya. Tapi ia masih keburu tarik pulang kedua tangannya, dengan senjatanya yang kiri ia coba tangkis golok Ban-sengtoo dengan senjata yang kanan ia gaet lengan kiri musuh. Hingga kembali In Eng yang menghadapi bahaya pula. In Eng coba tolongi dirinya, tetapi goloknya kena tergaet, untuk loloskan itu, ia segera pasang kuda-kudanya, ia membetot keluar sambil ia berseru: Turunlah kau! Ia harap, kalau toh mereka sama-sama rubuh ke bawah panggung, ia masih bisa lindungi nama baiknya. Juga Kheng To Hoan membelai kehormatannya, selagi ia kena terbetot, hingga ia berada di tepi panggung, ia keburu tancap kaki kirinya, dari itu sambil pasang kuda-kuda, ia balas menarik dengan keras, sampai kuda-kudanya In Eng tergempur, tubuhnya terpelanting, melayang jatuh ke bawah panggung. Ia telah gunai tenaga sangat besar, tubuhnya turut bergoyang-goyang, kakinya limbung, sampai ia tak dapat pertahankan diri, setelah sempoyongan, ia pun jatuh, hanya ia rubuh di atas panggung. Sekaiian penonton kagum bukan main, umumnya orang keluarkan keringat ding in melihat bahaya-bahaya yang saiing mcngancam kedua pihak. Di saat terakhir itu, kclihatan nyata kepandaiannya tandingan itu. Syukur buat In Eng, selagi jatuh, ia bisa j umpalitan. hingga ia jatuh dengan bcrdiri. tidak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dcmikian dengan To Hoan, yang rubuh terguling walaupun di atas panggung. Segera orang riuh membicarakan, siapa menang siapa kalah. Selagi mereka itu belum bisa kasih pulusan, genta sudah berbunyi dan Yo Kong Tat sebagai juru pemisah, sebagai wasit, telah memutuskan, Kheng To Hoan adalah yang menang. Putusan ini didasarkan, siapa yang jatuh kebawah panggung, dialah yang kalah, meskipun To Hoan rubuh, ia rubuh di atas panggung. In Eng tidak terguling, tapi ia terpelanting dari atas panggung. Siapa rubuh di atas panggung, kendati ia terluka, ia masih dianggap menang. Dcmikian Kctua dari Hay Yang Pang, yang telah berbangkit berdiri, dengan roman puas atau jumawa, segera menantang, siapa berani naik akan berikan pengajaran padanya. Aku tak jerih melakukan perlawanan bergiliran! demikian ia sombongi diri. Tadi To Hoan tantang TengHiauw, In Eng hinakan dia, sekarang ia dianggap menang, ia sengaja mengejek. Sebenarnya, ia pun berhak untuk menolak pertandingan lebih jauh, tapi karena hendak menghina, ia tidak gunai haknya itu. Akan tetapi, baharu ia tutup mulutnya, atau satu orang berkelebat naik di depannya, apabila ia sudah lihat nyata orang itu, mau tidak mau, ia terperanjat. Yang baharu naik ini ada satu nona yang tubuhnya langsing kecil. Nona ini ada Lioe Bong Tiap, dia lihat engkoenya kalah, dia jadi gusar, tidak bcrdamai lagi, ia loncat naik ke atas locitay. Maka itu, ia tidak saja bikin heran Kheng To Hoan, ia pun mengejutkan semua orang di bawah panggung, tak kecuali pihaknya sendiri. Lebih-lebih orang tahu, dia ada satu nona umur belasan, yang belum terkenal, dan Kheng To Hoan ada Ketua Hay Yang Pang yang kenamaan terutama di lima propinsi di Utara. Juga Teng Hiauw dan Boe Wie, mereka masih kuatirkan puterinya mendiang Lioe Kiam Gim sukar melayani jago tua itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kheng To Hoan terperanjat sebentaran, segera ia dapat pulang jcetabahannya karena ia mau percaya, satu bocah amur belasan tidak nanti punyakepandaian berarti, ia percaya si nona curna punyakan Tjeng-kang-soet yang sempurna, lain tidak. Ia percaya, dengan Ban-djie-toatnya, tidak nanti ia rubuh di tangannya nona itu. Ia melainkan tidak mau turun tangan terlebih dahulu, ia mengawasi dengan tawar, lalu ia bersenyum. Nona, naik di loeitay bukannya permainan! kata ia. Baik kau lekas turun, aku tak tega melukai kau. Di luar dugaan jago tua ini, si nona bersikap jumawa. Aku pun lebih baik tidak binasakan kau! katanya sambil tertawa, dengan memandang enteng. Paling banyak aku nanti keja kau bercacat tapadakpa! Maka janganlah kau takut. Dari pendengaran, Bong Tiap dapat tahu, Kheng To Hoan bukannya seorang terlalu jahat, dari itu ia anggap sudah cukup bila ia bikin orang bercacat. Kheng To Hoan telah berusia tua dan namanya sudah kesohor, mana ia bisa terima hinaan itu, dari itu, kata-katanya si nona membuat air mukanya merah padam, hingga lenyaplah rasa berkasihan terhadap nona itu. K eh Budak busuk, berapa tinggi kepandaianmu? ia membentak. Jikalau kau tidak tahu diri, maka bukannya kau pergi ke sorga yang ada jalanannya, kau justeru pergi ke neraka yang tidak ada pintunya! Nah, kau jangan katakan aku tidak sungkan-sungkan terhadap kau. Bong Tiap tidak kesudian mclayani orang bicara, segera ia cabut pedang Tjeng-kong-kiam, lantas ia maju menusuk, kepada dada orang!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adalah kata-katanya kaum ahli silat, Golok jalan di putih, pedang jangan di hitam. Ini berarti, siapa gunai pedang, dia lebih banyak maju ke kiri dan kanan, jarang sckali yang lantas menjurus di tengah-tengah, menikam dada. Di matanya kaum Rimba Persilatan, penyerangan itu menandakan perbuatan tidak melihat mata. Maka itu, diserang secara demikian, hawa amarahnya Kheng To Hoan jadi meluap, dengan sebat ia angkat sepasang senjatanya, dengan sengit ia menangkis, kemudian ia turunkan kedua Ban-djie-toat, untuk gencet kuping kiri dan kanan orang. Di luar dugaan, Bong Tiap tidak menyerang sungguhsungguh. ia melainkan menggertak, tatkala kepalanya dijepit, ia melesat ke samping kanan dari lawan, dari situ ia putar pedangnya, untuk babat lengan kanan orang. Kheng To Hoan terperanjat akan dapati penyerangan tidak mcmberi hasil dan sebaliknya lengannya terancam, terpaksa ia enjot tubuhnya, akan lompat menyingkir, akan tetapi gesit sekali, si nona pun berioncat, akan susul dia. Salahsatu pepatah da I am kalangan ilmu silat berbunyi demikian: Satu kali ahli keluarkan tangan, lantas kctahuan tangan itu bcrisi atau tidak, demikian dcngan Ketua dari Hay Yang Pang itu kapan telah ia saksikan kcpandaiannya si nona, yang usianya masih bcgitu muda, segera ia tak bcrani Iagi memandang enteng, dengan sungguh-sungguh iajaga dirinya, terus gunai kepandaiannya, mendesak. Bong Tiap layani desakan orang dengan rangsekannya, hingga sekarang pertandingan jadi bcrjalan tcrlcbih seru daripada tadi, di waktu To Hoan layani Lauw In Eng. Ini ada untuk pertama kali yang Bong Tiap menghadapi musuh tangguh, ia berlaku luar biasa hati-hati, sambil hunjuki kegesitan, ia pun perlihatkan tusukan-tusukan atau babatanbabatan yang berbahaya. Ia masih sangat muda tetapi ia telah gabungkan kepandaiannya dua kaum, ialah Sip-siam-kiam dari Thay Kek Pay dan Tat-mo-kiam dari Sim Djie Sin-nie. Yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

belakangan ini mempunyai seratus delapan jurus. Kalau ia lihat musuh gunai kekerasan, ia lawan dengan lembek, tetapi sembari mengancam, ia pun bisa terusi itu dengan kesungguhan, hingga ia bisa membuat orang bingung, sukar untuk menduga-duga. Sesudah bertempur kira-kira tiga puluh jurus, Kheng To Hoan lantas merasa sendiri bahwa ia seperti terkumng musuh muda iru, diam-diam ia rasakan tubuhnya menggigil. Baharu sekarang ia insyaf, si nona ada liehay sekali. Ia pandai rampas senjata orang, tetapi sekarang ia tidak berdaya, malah untuk membela diri ia mulai kewaiahan, hingga ia jadi sibuk dan berkuatir. Tidak dapat tidak, aku mesti gunai senjata rahasia, pikir ia kemudian. Thie-lian-rjienya, atau biji teratai besi, sudah tersohor di lima propinsi Utara, ia hendak gunai ini, sekalipun terhadap satu wanita, karena ia mesti jaga kehormatannya di saat terakhir ini-.. Segera juga, berbareng dengan putusannya itu, Kheng To Hoa gunai tipu silat Tjay hong soan oh atau Burung hong putari sarang. Ia mcnyerang hebat di tiga penjuru di bawah. Bong Tiap pun liehay, ia lihat serangan orang, ia lompat ke samping dengan pedangnya ditarik pulang dengan To tjoan kian koen atau Memutar bumi, lalu ia teruskan membabat lengan kanannya. Ini gerakan dari lawan adalah apa yang To Hoan harapkan. Ia berkelit sambil lompat ke saling, sambil berkelit, ia pindahkan senjatanya di kanan kepada tangan kiri, tangan kanannya itu segera dipakai meraba senjata rahasianya yang segera ia timpuki, hingga cahayanya berkeredepan. Nona Lioe tertawa apabila ia lihat datangnya senjata rahasia itu, dengan ia buang tubuh ke samping, Pedangnya diangkat ke atas, diputar, hingga beberapa Thie-han-tjie kena kesVmpok dan terpental balik. Menyusul itu, di atas panggung ada mengaung dua kali suara aneh, disusul dengan susulan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dua suara lamnya, menyusul mana Kheng To Hoan, Ketua dari Hay Yang Pang, jago dan Utara, perdengarkan teriakannya Aduh! berulang-ulang, tubuhnya, seperti layangan, melayang jatuh ke bawah panggung! Sebab ia telah terkena piauw Bouw-nie-tjoe! Pihaknya Gak Koen Hiong menjadi kaget dan heran, juga mereka yang masuk angkatan tertua. Yang belakangan ini kenal piauw dari Sim Djie Sin-nie, karena itu, mereka sangka itu niekouw malaikat terbang datang dari luar langit, sebab mereka tidak nyana Nona Lioe yang muda remaja pandai menggunai senjata rahasia itu, terutama lantaran mereka tidak lihat bergeraknya tangan si nona, yang ketika itu justeru berkelit dari senjata rahasia musuh. Bong Tiap taat kepada pesan gurunya, ia tidak berani gunai piauwnya apabila tidak sangat terpaksa, walaupun demikian, ia masih turut ajaran, ialah terlebih dahulu ia lempar piauw yang pertama, untuk dihajar piauw yang yang kedua, hingga terbitlah suaft pertandaan atau pemberian ingat. Coba To Hoan tidak mendahului curangi dia, dia tentu akan tetap melayani dengan Tjeng-kong-kiam. Gak Koen Hiong bcramai lompat kepada Kheng To Hoan, untuk tolong itu kawan, tubuh siapa rebah tak bergerak di tanah, hanya melihat datangnya kawan-kawan, dengan Iemah ia bcrkata: Aku telah dibikin tapadakpa oleh itu budak busuk!. Ketika tubuhnya diperiksa, kedua lututnya di bahagian jalan darah Hoan-tiauw-hiat, telah berlobang ditcmbusi piauw, hingga urat-uratnya pada putus, hingga ia jadi rubuh scketika dan tak dapat berjalan lagi! Bong Tiap masih bcrdiri di atas loeitay ketika ia dengar seruan orang banyak, yang kemudian disusul dengan cacian dan kutukan, yang dikeluarkan pihak lawan sesudah mereka itu saksikan lukanya ketua Hay Yang Pang, tanpa merasa, ia kaget sendirinya. Ia insyaf bahwa musuh telah terluka parah. Inilah untuk pertama kali ia hadapi pertandingan besar, biar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bagaimana, hati kecilnya kena gempuran. Ia tunduk, ia bemiat loncat turun dari atas panggung. Atau tiba-tiba: Tunggu, Nona! Aku ingin bclajar kenal dengan kau! Itu ada teguran, dari satu orang tua sebagaimana suaranya menyatakan itu. Nona ini batal lompat turun, ia menoleh pada orang yang baharu datang itu, yang dengan pesat loncat naik ke loeitay. Ia tampak seorang usia lima puluh lebih, yang terus menghadapi ia, sambii tertawa haha-hihi, yang pun terns tambahi kata-katanya: Wanita gagah, wanita yang masih muda, tetapi aku, sudah tua bangkotan, akan merasa berbahagia karena bertemu sama ahli warisnya Sim Djie, yang pandai mainkan piauw Bouw-nie-tjoe! Maka jikalau aku tak diberikan pengajaran, aku akan menyesal seumur hidupku!. Naiknya orang tua itu ke atas panggung telah disusui dengan teriakan dan tepukan tangan riuh dari bawah panggung, sedang In Tiong Kie dengan diam-diam terus kata pada Tok-koh It Hang yang berdiri didekatnya: Aku tidak mengerti cara bagaimana Gak Koen Hiong bisa tarik orang dari pihak Kcluarga Tong ini?. Memang orang tua itu ada Hoei-thian Sin Wan Tong Ban Tjoan si Orang Hutan Sakti. Parnannya, Tong Tong Tjay, adalah sahabatnya In Tiong Kie di waktu muda. Dan ilmu senjata rahasia dari Keluarga Tong ini terkenal sebagai yang tersohor di kolong langit. Baik dalam menyerang maupun dalam menanggapi, keluarga ini sangat termasyhur. In Tiong Kie kesohor dalam hal mendengar suara senjata, yang pelajarannya ia dapati dari gurunya. In Beng Koh, tetapi dalam hal senjata rahasia. ia kaiah kesohomya seperti Keluarga Tong itu. Kedua kepandaian mereka yang menyebabkan mereka jadi bersahabat kekal. Hanya Tong Ban Tjoan ini, In Tiong Kie tidak kenal baik, ia curna tahu julukannya yang kesohor.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada empat puluh tahun yang lalu, Tong Tong Tjay pernah satu kali bertemu dengan Sim Djie, selagi pendeta perempuan ini gunai piauw untuk memberi hajaran kepada serombongan berandal, melihat kepandaian itu, yang senantiasa didului dengan suara peringatan, Tong Tjay menghela napas, terutama memang sudah sejak lama ia dengar nama besar dari niekouw itu, malah pemah ia berniat mengadu kepandaian dengannya, tetapi sekarang, dia jadi kuncup sendirinya, sampai ia tidak berani agulkan lebih lama pula senjata rahasianya, sedang kepada keponakannya itu, seringsering ia puji Sim Djie. Tapi Tong Ban Tjoan belum pernah menyaksikan sendiri, ia tidak percaya, ia malah ingin can Sim Djie, buat coba uji kepandaiannya. Selama itu, sudah empat puluh tahuh, Tong Ban Tjoan belum pemah dapat ketika bertemu si niekouw. Itu waktu, Ban Tjoan baharu berumur belasan, tapi sekarang ia sudah berusia lima puluh lebih. Sama sekali Tong Ban Tjoan tidak punya persahabatan dengan Gak Koen Hiong, kalau ia toh datang di medan pertempuran itu, inilah sebab jadinya ia diundang oleh Ketua Muda Gie Hoo Toan itu dengan perantaraan satu sahabatnya, dan Gak Koen Hiong telah kirimkan ia bingkisan yang berarti. Ia tampik undangan itu, ia tolak bingkisan, akan tetapi ia toh datang bersama-sama pamannya, hingga ia jadi tetamu terhormat dari Gak Koen Hiong. Sebabnya ini adalah ia dengar halnya loeitay dan ia ingin menonton. Ia dengar suara pertandaan, ia lihat Kheng To Hoan rubuh, ia menjadi heran, ia tidak nyana si nona demikian liehay, justeru begitu, ia dengar pamannya bilang: Itulah ilmu piauw dari Sim Djie Sinnie! Sang paman pun nampaknya sangat heran. Apakah aku bisa naik untuk lawan dia? Ban Tjoan tanya pamannya, sebelum ia naik. i Tong Tjay berpikir, akhirnya ia menyahut: Sukar untuk dibilang. Kalau Sim Djie sendiri, tak dapat kita lawan dia, tetapi nona ini, walaupun ia bisa gunai Bouw-nie-tjoe,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

latihannya masih belum sempurna, ia agaknya berimbang dengan kau. Apabila aku sendiri yang naik, aku tidak akan berhasil. Tong Tong Tjay bukan jerih terhadap Bong Tiap, tetapi ia sudah tua, ia tahu diri, tidak demikian dengan sang keponakan, siapa, atas jawaban itu segera saja loncat naik ke atas Panggung dan hadapi Nona Lioe. In Tiong Kie dan Tok-koh It Hang ketahui kepandaiannya Keluarga Jong, mereka menjadi sibuk, tetapi sebelah mereka, pihaknya Gak Koen Hiong jadi sangat gembira. Mereka mengundang, mereka ditolak, siapa tahu, sekarang jago she Tong itu bersuka rela, maju sendiri, bagaimana mereka tidak bergirang? Bong Tiap hendak layani orang bicara, karena orang tua itu bersikap manis budi, hanya sebelum iasempat buka mulut, ke atas panggung sudah loncat naik seorang yang ketiga, yang bajunya baju biru gerombongan dan kumis jenggotnya panjang, sebab dia adalah salah satu dari tiga pendiri Pie Sioe Hwee ialah In Tiong Kie, siapa kuatirkan si nona dan dari itu mencoba untuk menolong. Sudah lama kita orang tidak tahu bertemu, apa Hiantit ada banyak baik? demikian In Tiong Kie tanya Tong Ban Tjoan seraya ia memberi hormat. Apakah pamanmu datang bersama? Ini nona sudah lelah, aku-nanti gantikan ia mainmain sama kau, Hiantit. Tong Ban Tjoen kenali jago ma itu, ia lekas membalas hormat tetapi atas tantangannya, ia menampik. . Kepandaian Loopeh mengetahui senjata rahasia dari sambaran anginnya saja, aku telah ketahui sejak lama, berkata ia, tidak demikian dengan piauw Bouw-nie-tjoenya si nona yang tidak dapat siauwtit lewatkan. Kita hendak mengadu senjata rahasia, bukannya adu senjata lainnya, dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu walaupun ia sudah bertempur sekian lama, pertandingan senjata rahasia pasti tidak akan meletihkan dia. In Tiong Kie hcndak jawab orang she Tong itu, tetapi Bong Tiap telah dului ia. In Loo-tjianpwee^ aku tidak ielah, demikian si nona. Ini Loo-enghiong hendak memberikan pengajaran padaku, suka sekali aku menerirnanya. Memang Bong Tiap ingin sekali bertempur lebih jauh. Dalam keadaan terpaksa itu, In Tiong Kie mesti menurut, maka itu, ia loncat turun pula. Kctika ia baharu naik, pihaknya Gak Koen Hiong menjadi tidak senang hati, semua mengutuk ia mengadu biru, hanya mereka tidak bcrani bilang suatu apa, karena ada haknya pihak Boe Wie untuk tukar orang, tetapi sckarang mercka lihat jago tua itu undurkan diri, mercka puas sekali. Mercka harap-harap Tong Ban Tjoan nanti rubuhkan nona itu. Dengan naiknya In Tiong Kie, Bong Tiap jadi kctahui, Tong Ban Tjoan ada kenalan atau sahabat pihaknya sendiri, dan itu, ia jadi tidak kandung niatan untuk- bikin orang celaka atau menanam bibit permusuhan. Segera juga pertandingan antara Bong Tiap dan Ban Tjoan sudah dimulai. Mereka tidak beradu tangan kosong atau alat senjata, hanya setelah satu tanda, keduanya pisahkan diri, dengan berbarcng mereka beraksi. ialah bcrtindak memutari panggung sesudah duaputaran, dengan tiba-tiba Tong Ban Tjoan berseru: Nona sambut piauw! Jago she Tong itu tidak mau berlaku curang, ia sengaja perdengarkan seruannya itu, sesudah itu baharulah ia keluarkan kepandaiannya, dengan Hoan im piauw atau Memutar lengan menyembunyikan piauw, iatimpuki senjata rahasianya, untuk perlihatkan kepandaiannya Kaum Kcluarga Tong.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Biar bagaimana, di atas panggung jaraknya kedua orang ada dekat sekali. Bong Tiap lihat bahaya mengancam, ia berkelit, hingga piauw lewati samping iganya. Senjata itu menyambar dengan cepat sekali. Sudah begitu, dengan geraki tubuhnya, sambil mereka terus berputaran, Tong Ban Tjoan kirim pula serangannya, yang kedua, yang ketiga, saling susul yang kedua menuju ke jalan darah Sin-teng-hiaf* di tubuh atasan, yang ketiga mengarah jalan darah Djoan-moa-hiat di bawah. Dengan pedangnya, Bong Tiap sampok piauw yang menyambar jalan darah di atas, lalu dengan It hoo tjiong thian atau Seekor burung hoo terjang Iangit, ia berlompat tinggi, untuk menyingkirkan diri dari sambaran ke bawah, secara demikian, ia bikin gagal kedua piauw lawan itu. Serangan Tong Ban Tjoan ini ada permulaan belaka, untuk ia cari tahu gerak-gerik si mona, tetapi ini pun sudah bikin Bong Tiap insyaf bahwa aeo tua itu tidak saja pandai menggunai piauw akan tetapi semua ggsarannya adalafa jalan darah, karena itu, ia jadi ber-hati-hati. &embali mereka berputaran, saling mendekati dan saling menjauhi, sampai dengan tiba-tiba, tangannya Bong Tiap terayun, tigabatang piauw melesat berbareng, dibarengi dengan suara mengaungnya. Tong Ban Tjoan dengar suara sambaran, ia tahu tiga batang piauw serang ia di tiga jurusan, atas, tengah dan bawah, dari itu, sambil berseru Bagus!, ia hunjuk kepandaiannya. Dengan kelitan Teng lie tjhong sin atau Di dalam kaki pelana scmbunyikan tubuh, ia kasih lewat piauw di atas. Dengan sebat luar biasa, hingga kedua piauw yang kedua, yang mana, ia tcruskan pakai menyambit piauw ketiga, hingga kedua piauw beradu dan dua-duanya jatuh ke bawah panggung. Dia tanggapi piauw dengan tangan kiri, tangan maina dibungkus dengan sarung tangan kuilit manjangan. Pertandingan itu membuat semua penonton kagum.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tong Ban Tjoan ada ahli senjata rahasia, senjata rahasianya bukan cuma satu macam. Tiga batang piauw yang tadi ia pakai menyerang adalah Pauw biasa saja, karena piauw itu d membawa hasil, ia lantas lenukar dengan yang lainnya, ia ubah juga cara menimpuknya. Begitulah tangan kirinya merogoh kantong piauw, akan keluarkan seputuh batang Kie-lee, yang tidak dipakaikan racun, yang terus bagikan dua ke tangan kanan. Senjata rahasianya ini memang ada dua macam, yang dipakaikan dan tidak dipakaikan bisah, ia sekarang pakai yang bebas racun, karena ini ada pertandingan adu kepandaian saja. Macamnya senjata juga beda dari yang umum, setiap tail, dan empat penjurunya dipakaikan cagak yang tajarn, hingga lain orang, jangan kata bisa gunakan itu, pegang saja pun sukar. Setelah kedua pihak saling berputaran, saling kejar dengan cepat, tiba-tiba tangan kanannya Tong Ban Tjoan bcrgcrak, lima buah senjata rahasia, sambil mengeluarkan sinar berkeredepan, melesat saling susul, kemudian itu disusul dengan lima buah lainnya dari tangan kiri, yang tak kalah cepatnya. Bong Tiap lihat datangnya serangan, ia segera ayun tangan kanannya, akan menimpuk dengan lima buah piauwnya, akan sambuti lima batang Kie-lee. Senjatanya ada tcrlcbih kecil lagi, tetapi di waktu Iima-lima senjata saling bentur. kelima Kie-lee jatuh beruntun.. Untuk ini. Bong Tiap gunai Thay Kek Koen, yang lawan tenaga dengan tenaga. Tangkisan ini membuat Ban Tjoan terperanjat. Segera menyusul lima buah Kie lee lain, cepat laksana bintang melesat. Bong Tiap tidak lagi bisa timpuki lima buah lainnya, ia tidak pandai gunai dua-dua tangannya kiri dan kanan seperti Sim Djie, gurunya, tciapi ia telah wariskan Tat Mo Kiam, gurunya ilmu pedang yang liehay, maka sekarang, ia perlihatkan ilmu pcdangnya itu. Ia putar Tjeng-kong-kiam, dengan cepat sekali,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

antara sinar berkilauan dan sambaran angin, lima batang Kielee jatuh beruntun, lenyap cahayanya, mclainkan suara bcnturan saja yang terdengar nyaring bemntun-runtun. Hatinya Tong Ban Tjoan jadi bergetar kapan ia sudah saksikan kepandaian itu, ia kuatir ia nami tidak sanggup I indungi namanya sebagai ahli senjata rahasia, karena mana, ia mcnjadi sibuk, maka ia lantas gunai panah ular api Tjoa-yamtjian dan pcluru Tjoe-bouw-tan, yang ia timpuki dengan berbareng kepada si nona Blasur itu tidak boleh terbentur, apabila ditangkis, apinya lantas meletus dan menyambar, sedang dalam peluru Tjoebouw-tan, di mana ada sembilan lobang, setiap lobangnya menyembunyikan sembilan batang peluru Thie-lian-tjie, karena dipasangi alat, Thie-lian-tjie itu bisa melesat keluar sendirinya, menyambar sasarannya. Maka itu, kedua senjata itu, yang dipakai berbareng, ada sangat liehay. Bong Tiap tahu, Tong Ban Tjoan sebagai ahli mesti punyakan rupa-rupa senjata rahasia, dari itu, sesudah pecahkan dua rupa senjata rahasia orang itu, ia berlaku semakin waspada Ia lihat pundak orang bergerak dan lalu menyambar suatu benda biru menyala. Cepat luar biasa ia berkelit. Tempo panah itu lewati ia dan jatuh ke panggnng sambil terus meletus menyambar api, ia terkejut, tetapi ia masih sempat mencelat jauh hingga ia luput dari bahaya terbakar. Tapi menyusul itu ada menyambar beberapa butir benda mirip bola besi yang pun mengeluarkan suara aneh, maka, menduga kepada senjata rahasia gaib, ia mcndahului berlompat dengan tipu It hoo tjiong thian atau Seekor burung hoo melesat ke langit. Ia sambut senjata rahasia itu, dari atas, ia menekan, maka peluru itu jatuh terlebih cepat ke atas panggung, pecan dan sembilan Thie-lian-tjie segera menyambar ke empat penjuru panggung. Karena semua penonton dilarang mendekati panggung jauhnya belasan tumbak, senjata itu tidak sampai meminta korban.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baharu Tjoe-bouw-tan lewat atau datang Tjoa-yam-tjian yang kedua. Setelah pengalaman yang pertama, Bong Tiap tidak lagi terperanjat seperti sebermula. Ia berkelit pula akan kasih lewat ular api yang liehay itu, ketika menyusul Tjoe-bouw-tan yang kedua^ kembali ia berlompat dan tekan itu hingga jatuh ke tanah. Segera menyusul peluru yang keriga, yang jatuh jauhnya dari Bong Tiap tidak ada satu tumbak, yang tidak mengenai sasarannya karena si nona keburu menyingkir, akan tetapi, jatuh di panggung, dia meledak sendirinya, sembilan Thielian-tjie terus terbang menyambar. Sekarang Bong Tiap sudah siap sedia, dari itu, ia sudah lantas menimpuk dengan piauwnya, dalam gerakan Thian lie san hoa atau Bidadari menyawer kembang, hingga piauwnya itu melesat berhamburan, menangkis sesuatu Thie-lian-tjie, biji teratai besL Demikian, dua ular api telah dilewatkan, tiga peluru besi sudah dipunahkan, karenanya, hatinya si nona menjadi lebih tetap, akan tetapi di sebelah itu, ia terus berpikir, senjata apa lagi yang sang lawan bakal pergunakan, hingga dalam waspada, ia pun kebat-kebit. Oleh karena ini, untuk membalas, ia segera ubah siasat dari membeladiri, iajadi menyerang. Kembali ia gunai piauw Bouw-nie-tjoenya. Tidak kecewa Tong Ban Tjoan digelarkan Hoei-thian Sin Wan si Or-ang Hutan Sakti. Dengan keentengan dan kegesitan tubuhnya, ia kelit sesuatu piauw, ia berlompat ke segala penjuru, bagaikan angin cepatnya, sedang tangannya bersilat dengan semacam gegaman istimewa buatan Keluarga Tong sendiri, ialah Leng-tie-kwat, alat piranti menyambut berbagai senjata rahasia, hingga piauwnya sinona tak dapat berbuat apa-apa. Maka juga, Bong Tiap ubah siasat. Sebelah tangannya Nona Lioe ditimpuki ke atas, dengan begitu sekepal piauw menyambar ke atas juga, kemudian,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nona itu lemparkan pula sekepal yang lain. Hingga, menampak demikian, Tong Ban Tjoan menjadi heran. Pertunjukan apa lawan itu sedang berikan? Kenapa piauw bukan dipakai menyerang hanya di lemparkan ke udara? Di atasan kepala mereka, dua gumpal piauw Bouw-nie-tjoe telah saling serang dengan menerbitkan suara berulang-ulang, piauwnya melesat ke segala penjuru, ada juga yang habis membentur yang satu, lalu kebentur yang lain, demikian seterusnya, hingga udara seperti penuh dengan piauw itu, kemudian, turun semua piauw menjurus ke arah Ban Tjoan. Di sebelah itu, Bong Tiap timpuki lagi lain gumpalan. Biarpun ia ada satu ahli, jago Kcluarga Tong ini menjadi heran dan kaget. Seumumya, belum peraah ia tampak serangan piauw semacam int. Semua senjata rahasia menyerang langsung, tidak demikian dengan piauw Bouw-nietjoe ini. Ia pun pandai mendengar suara, untuk kenali senjata rahasia, ia pandai melihat gerakan tangan, orang akan menduga jurusan ke mana lawan menyerang, akan tetapi, caranya Bong Tiap ini ada sangat asing baginya. Begitulah, kendatipun ia ada gesit, ia kelit sana dan kelit sini, tidak urung pundak kanan, dan pundak kirinya, tclah kena tcrhajar piauw, hingga ia terluka, kulitnya lccct, dagingnya mempan scdikit. Baharu sekarang ia insyaf lichaynya si nona. Untuk cegah bahaya terlebih jauh, scgcra ia berseru: Berhenti! Berhenti! Berhenti! Nona, kau benar-benar liehay, aku menyerah! Dan ia menyerah tidak tunggu sampai ia kena dihajar jatuh dari atas panggung. Lioc Bong Tiap lamas berhentikan penyerangannya, ia masuki pedangnya ke dalam sarung. Kau merendah saja, kata ia sambil bersenyum. Tong Ban Tjoan sudah lantas loncat-turun dari panggung, sesudab mana, Yo Kong Tat bunyikan genta scraya terus nyatakan, Nona Lioe Bong Tiap yang menang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di bawah panggung orang tcrbiikan suara gemuruh, dari tempik sorak. akan tetapi di pihaknya Gak Koen Hiong, orang berhati jerih, hingga juga beberapa di antaranya, yang merasa dirinya liehay, sungkan loncat naik ke atas panggung untuk layani si nona Beberapa waktu Bong Tiap berdiri mcnantikan. apabila kemudian ternyata tidak ada orang yang naik, ia loncat turun. Biar bagaimana, seteiah layani dua musuh, ia merasa lelah juga, sedang piauwnya, yang semua berjumlah empat puluh sembilan butir, sekarang tinggal hanyatiga! Ia scbcnarnya sudah mulai berkuatir, apabila ia mesti layani lain musuh, ia bisa menghadapi bahaya. Maka ia bersyukur yang ia bisa lekas-lekas undurkan diri. Gak Koen Hiong bernapas lega apabila ia tclah saksikan si nona loncat) turun. Jikalau si nona tetap berdiri dan dipihaknya tidak ada yang naik lagi, ia bakal kalah. Sekarang ia bisa pilih lain orangnya, untuk naik dan menantang. Jagonya ini adalah pahlawan istimewa dari Istana Boan, iaiah Twie-thio atau Kapten Tat Sip Pa-touw-louw, yang kesohor buat delapan belas jurus Tiat-pie-pee Tjiang-hoatnya, atauTangan Pie-pee Besi. Dia ini telah takluki semua pahlawan Boan lainnya dan sangat dihargai oleh Ibusuri Tjoe Hie See-; Thayhouw. Diapun ada orang di belakang layardari Gak Koen Hiong. Begitu lekas Tat Sip berada di atas panggung, lantas ia tantang In Tiongj Kie. Lalu bicaranya ada sangat tidak sedap didengarnya. Ia kata: Aku lihat, tadi Loo-tjianpwee ada sangat menantang, dari itu sekarang aku tidak ingin bikin kau kecewa, aku mohon pengajaran dua atau tiga jurus, atau kapan Loo-tjianpwee tidak mau adu tangan, Loo-tjianpwee boleh gunai senjata, aku sendiri tetap akan bertangan kosong. RombongannyaGak Koen Hiong murka karenatadi In Tiong Kie malang di tengah, mereka anggap itu ada gangguan,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengacauan, justeru mereka duga, jago tua ini tidak pandai bertempur dengan tangan kosong, mereka sengaja majukan tantangannya itu. Dengan sesungguhnya, tantangan pihak Gak Koen Hiong itu telah membuat sulit kepada In Tiong Kie. Ia ada kenamaan, ia pasti tak dapat lawan orang dengan bertangan kosong. Ia biasa mcnggunai cambuk, benar sedangnya ia bersangsi, tiba-tiba ia lihat scorang bcrtindak ke arah loeitay. Ia segera kenali Tjian Djie Sianseng dari Ouw Tiap Tjiang. Diam-diam ia malu sendirinya. Tok-koh It Hang berdiri di sampingnya jago tua Pie Sioe Hwee ini, ia tampak tampang orang itu berubah, ia mengerti, lantas iatertawa dengan perlahan. Lauwhia, segera kau bakal gembira, kata ia. Tua bangka itu pasti sekali akan bikin lawannya dapat dipermainkan sebagai binatang saja! &ji Pek-djiauw Sin Eng belum tutup mulutnya, atau Tjian Djie Sianseng, yang telah bertindakke arah panggung dengan lenggang lebar, sudah sikap bajunya yang panjang dan berlompat baik dengan tubuh limbung, seperti ia tak dapat pertahankan imbangan dirinya, dan sambil napas memburu, ia ngoceh scndirian: Dasar sudah tua, aku tak punya guna. Banyak hadirin berkuatir buat or-ang tua ini, tetapi ahli-ahli silat pada bersorak dengan pujiannya, karena gerakan orang. itu adalah yangdinamai Tang hong hie lioe atau Angin timur permainkan cabang yanglioe Itu adasuatu gerakan ahh silat, mirip dengan Tjoei Pat Sian atau Delapan Dewa Mabok. Tat Sip bukannya seorang tolol, ia terperanjat melihat gerakan Tang hong hie lioe itu, akan tetapi andali sangat Tjap-pwee-Iouw Pie-pee-tjhioenya, yang bisa tusuk tembus perut kerbau, yang jarang ada tandingannya, dari itu, ia terus maju mendekati.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Eh, apakah kau hendak gantikan In Tiong Kie menjadi bangkai setan? ia menghina. BegitulahF. tertawa Tjian Djie Sianseng, yang sabar luar biasa. Tulang-tulangku yang sudah tua sudah lama tidak pernah terima kemplangan, maka sekarang adalah ketikanya untuk dibikin pada longgar. apabila kau bisa hajar aku satu kali, aku akan sangat bersyukur kepadamu, melainkan aku khawatir, kau tidak bisa pukul kena padaku. Nah, sahabat baik, kau mulaiiah dengan tanganmu! Belum pernah Tat Sip Pa-touw-louw terima hinaan seperti itu, tidak heran apabila ia jadi sangat gusar, sambil berseru, ia lantas menyerang dengan dua-dua tangannya maju berbareng. Dengan Pek wan tan louw, atau Orang hutan putih mencari jalan, ia menghajar ke arah batok kepala. Aneh adalah sikapnya Tjian Djie Sianseng. Diserang secara hebat demikian, ia tidak menangkis, ia tidak membarengi untuk mendahului mcnghajar musuh, dia hanya scgera lompat jumpalitan, bcgitu tinggi, sampai ia levvati musuhnya dan turun di belakang musuh itu, gerakannya gesit seperti terbangnya walet Tat Sip seperti tidak lihat orang lompati ia, akan tetapi ia merasa pasti, maka itu, cepat ia memutar tubuh, berbareng dengan mana, dua tangannya yang keras dipakai mcnycrang saling susul, untuk cegah musuh bokong ia. Kcmbai i jago Ouw Tiap Tjiang, si Tangan Kupu-kupu, tidak menangkis, ia tidak berkei it, hanya, ia tari nyamping, untuk terus lari berputaran di atas panggung itu! Eh, tua bangka ampas, ke mana kau hendak lari?membentakTat Sip, yang lompat mengejar. Tjian Djie lari berputaran, ialoncatl ke kiri, ia melesat ke kanan, seperti orang main petak, ia mencelat ke belakang, kakinya seperti juga tidak injak panggung lagi, gerakannya mi rip dengan kupu-kupu menyambar-nyambar bunga atau kutu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terbang memain di air. Ini adalah ilmu silat jOuw Tiap Tjiang, yang dipelajarinya sejak masih kecil, dengan loncat-loncatan nyeplos antara ratusan pohon kayu atau pelatok, sampai tubuh tak membentur suatu pohon juga, maka kapan ia hadapi musuh dengan lari berputaran dan lelompatan, ia bisa bikin jadi kabur penglihatan matanya dan pusing kepalanya. Tat Sip kena dipermainkan, dia gusar dan mengejar terus, sia-sia saja dia berdaya akan mencandak, jangan kata dapat menyerang dengan Pie-pee-tjhioenya, buat langgar saja baju gerombongan orang, dia tidak mampu. Apa yang mendongkolkan, bila ia tidak dikejar, orang tua itu justeru menghampirinya, atau bila orang ayal-ayalan, ia lambatlambatan, ia mengejek, loncat ke kiri ke kanan, ke depan dan belakang. Dalam mendongkolnya, Tat Sip tidak insyaf bahwa ia lagi diganggu, karena ia terns mengejar. Belum terlalu lama, matanya lantas bcrkunang-kunang, kepalanya pusing, hingga sendirinya gerakan kakinya jadi pelahan. Justeru dalam keadaan demikian, tiba-tiba Tjian Djie Sianseng loncat ke depannya, agaknya hendak menyerang. Ia kaget, ia angkat sebelah tangannya, untuk menangkis. Ia telah gunai ilmunya Yauw liong tjoet tong atau Naga limbung keluar dari kedung. Tangkisan itu tidak memberi hasil, karena Tjian Djie Sianseng tidak terus menyerang, hanya orang tua ini mencelat ke samping, terus mencelat pura di belakang orang itu. Sebeium Tat Sip sempat putar tubuh, beruntun ia terima dua tamparan yang nyaring pada kupingnya kiri dan kanan, sampai ia menjadi ketulian, hingga ia jadi gusar tak terhingga. Tiba-tiba ia majukan kak i kanannya ke depan, kaki kirinya tertekuk, tubuhnya jadi terlentang ke belakang. Ini ada gerakan Go houw hoei tauw atau Harimau tidur memutar kepala. Sambil bergerak demikian, kedua tangannya turut menyambar ke belakang, ke arah lawan, yang berada di

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebelah belakangnya itu. Ini adatipu pukulan yang sangat liehay, yang Tat Sip gunai secara mati-matian, untuk bikin celaka musuh, buat, kalau perl u, sama-sama terluka. Tjian Djie Sianseng lihat scrangan nekat dan orang itu, scmbari mundur, ia kasih dengar tertawa mengejek, kemudian dengan mengapungkan tubuh, kedua kakinya terangkat untuk tendang kembali lawan, yang lagi angkat badannya untuk berbangkit pula. Itulah gerakan sangat scbat, kedua kaki sampai pada sasarannya, hingga memperdengarkan suara keras, menyusul mana bagaikan bola saja, tubuh besar bagaikan kerbau dari Tat Sip terpental jauh satu tumbak lebih, terus rubuh ke bawah panggung dengan menyungsang atau Sie kak tiauw thian atau Empat kaki menjulang langit! Berbareng dengan suara genta, tanda pertandingan babak itu telah berakhir untuk kemenangannya pihak Teng Hiauw dan Law Boe Wie, Tjian Dj.e Sianseng turun dari panggung dengan pelahan-lahan, lalu dengan lenggang kangkung, ja kembal. ke dalam rombongannya. Kembali orang-orang dart rombongan Gak Koen Hiong pada kertak gigi, saking gusar dan mendongkol, akan tetapi, kendatipun demikian, tidak lantas ada yang majukan diri, mereka semua ngeri melihat Tat Sip Pa-touw-louw yang liehay bisa dipecundangi secara demikian gampang. Pertandingan baham berlanjut lima babak, baru sudah mendekati tengah hari, selama itu, Gak Koen Hiong kalah empat, bukan main ia mendongkol dan bingung. Dengan re-man suram, ia memandang kepada rombongannya, akan pilih jago pula. Akan tetapi, belum sampai ia dapat memilih, dari pihaknya Tcng Hiauw, In Tiong Kie sudah loncat naik ke panggung, di mana, sambil memperdengarkan suara berisik, ia loloskan cambuk Kauw-kin Hong-liong-piannya dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pinggangnya, karena cambuknya itu bisa dilibat sepertiiangkin, apabila ia kibaskan itu, senjata lemasitu lantas sajajadtkaku dan lempang seperti tumbak atau ruyung, Sembari perlihatkan senjatanya itu jago itu segera kasih dengar suaranya: Aku si orang tua sudah lama tidak lagi gemar berebutan di kalangan Kang-ouw, aku lebih-lebih tidak mat menghlna orang dengan kepandaianku, akan tetapi, di samping itu, akupun tak suka sekali orang tantang aku sccara langsung. Barusan Tjian Djie Sianseng sudah talangkan aku, aku pcrcaya dia tak bikin sahabat-sahabatku menjadi kecele, tetapi sekarang aku, aku hendak bikin sahabat-sahabat tidak menjadi terlebih kecele pula, dari itu, dengan mengandali tulang-tulangku yang sudah tua, aku minta sahabat siapa saja naik kemari untuk berikan pengajaran padaku! Ia bicara sambil matanya terbuka lebar ke arah rombongan dak Koen Hiong, lalu ia tambahkan: Nah, sahabat mana yang hendak maju paling dahulu? Aku sama sekali tidak sudi menyebut nama langsung! Rombongan Gak Koen Hiong saling mengawasi. Mereka anggap lawan ada aneh. Tadi dia ditantang, dia tidak mau maju, sekarang, tanpa ditantang atau diminta, dia maju sendiri. Karena dia scgera keluarkan cambuknya, orang mengerti, dia hendak bertanding tak dengan tangan kosong. Di antara kaumnya Gak Koen Hiong ada bebcrapa pahlawan Boan yang ulung, mcreka ini tidak saja kcnal baik hal-ihwal jago tua ini, pun ada yang pernah bertempur dengannya, sebab sebagai salah satu pendiri Pie Sioe Hwee, pernah ada ketikanya or-ang-orang Pie Sioe Hwee hendak ditawan oleh pemerintah. Pernah pada satu malam, seorang diri In Tiong Kie lawan empat pahlawan dan dapat membinasakan tiga di antaraya. Maka itu, pahlawan-pahlawan Boan jerihj terhadapnya. Hong-liong-pian itu, selain bisa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

digunai sebagai toya atau cambuk, j uga bisa dipakai membetot gcgaman orang. Melihat orang pada saling memandang saja, satu lhama yang dipanggil TjongTat To menjadi gusar sekali. Gegamannya ada Teng-tjoa-pang, ruyung atau toya Ular rotan,| terbuat dari rotan keluaran istimewa Tibet, sebelum dijadikan senjata, direndam dulu di dalam minyak, sampai seratus kali rendam dan seratus kali dijemur, ujung toya dilibati kavvat, hingga jadi kuat betul, dan tidak bisa terbabat kutung oleh golok tajam. Toya ini seperti Hong-liong-pian, termasuk senjata yang lemas. Biar aku yang terima tan tangan int! kata ia pada Gak Koen Hiong. I a bersikap jumawa. Satu tua bangka, apanya yang mesti dibuat jerih! Ia lantas maju, ia loncat naik ke atas panggung, dengan teladan In Tiong Kie, terus ia keluarkan toyanya dari libatan pinggang, lantas ia bentak ke depan sampai jadi lempang betul, seraya ia menantang: Silakan maju! Diam-diam In Tiong Kie tertawa dalam hati melihat toya orang itu. Rupanya toya ini ada anaknya cambukku, panjangnya pun hampir sama, demikian ia pikir. Baiklah aku coba ketangguhannya. Lantas, dengan satu seruan merendah, ia mulai menyerang lebih dulu. Tjong Tat To percaya, Hong-liong-pian mirip dengan Tengtjoa-pangnya, melihat serangan musuh, ia bersenyum tawar, ia lantas menangkis dengan Kim kauw siauw tjoe atau Ular naga emas mclilit tiang. Ia bentur Hong-liong-pian, ia hendak lilit itu, untuk dibetot copot dari cekalan lawannya. In Tiong Kie belum kenal cara bersilat musuh, walaupun ia menyerang, ia toh bersiaga untuk tidak sampai gagal dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kecele, maka itu, menampak cara menangkisnya, ia lekas tarik pulang cambuknya, dengan gerakan Koay bong hoan sin, atau Ular naga jumpalitan, ia bergerak ke kiri, terus ia balas menyabet ke arah pundak kanan dari lawannya itu. Tjong Tat To bukannya seorang lemah, ia tarik pulang toyanya, berbareng dengan itu, ia mencelat tinggi, mclcwati musuh, untuk turun di sebelah bclakangnya, lalu dari ini, sambi memutar tubuh, ia menyerang pinggang. Ia menggunai tipu sabctan Heng kang tjay long atau Memotong sungai, memutus gelombang. Gerakannyaadasangat gesit. In Tiong Kie ada seorang yang berpengalaman, ia pun pandai mendengar suara gerakan pelbagai senjata, ia tidak gentar menampak musuh berloncat melewati ia, malah dengan tidak menoleh lagi ke belakang, ia putar lengannya, ia menyabet ke belakang, untuk menangkis, hingga ia minp dengan orang yang mempunyai mata di bebokong. Lhama itu terperanjat atas cara orang itu menangkis terutama karena pian datangnya dari atas, turun rhenimpa dan menekan toyanya. Lekas-lekas ia gunai tipu Go tee liong atau Naga tidur di tanah, untuk membebaskan diri ancaman bahaya, ialah sambil mendak, ia berkelit. Bcnar-benar bahaya mengancam dengan segera. In Tiong Kie sudah putar tubuhnya, serangannya lebih jauh lantas mcnyusul, malah saling susul, dalam rupa-rupa serangan Tjay hong soan soh (Burung hong memutari sarang), In liong tiauw sioe (Naga menggoyang kepala), dan Lian hoan poan tah atau Serangan bertubi-tubi. Tiga serangan itu mengarah kepala, pinggang dan kaki, saling susulnya sccara sebat sekali. Tjong Tat To sudah berjaga-jaga, ia pun liehay, maka itu, walaupun serangan bertubi-tubi, ia dapat elakkan semua itu dengan ketangkasannya. Ia beTkelit, ia menangkis, ia berlompat. Di sebelah itu, ia pun lantas balas menyerang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebagai kesudahan, keduanya bertempur dengan sera, kegagahan mereka ada berimbang sekali, sampai beberapa puluh jurus, masih belum ketahuan siapa menang dan siapa kalah, mereka tetap saling menyerang. Satu kali Tjong Tat To kena didesak, dari tengah, ia sampai di pinggir. Ia ketahui i ni. ia mcnjadi gusar sekali. Ia mcmang beradat keras. Dcngan tiba-tiba, ia berseru, dengan pukulan Ya tjee tan hay atau Memedi memeriksa lautan, ia scrang batok kcpala orang. Ia ada sangat bernafsu, sampai agaknya ia lupa dcngan penjagaan diri. Terang ia ingin, dengan satu gebrakan itu, ia akan peroleh kemenangan yang memutuskan. In Tiong Kie lihat ancaman itu, diam-diam ia bergirang menampak kekosongan orang itu. Dengan sebat sekali, ia berkelit, membarengi itu, sambi! mengendap, ia membabat ke arah kaki lawan. Ia gunai tipu serangan Ouw Hong liang tee atau Naga hi tarn mcrebut tanah. Tjong Tat To tetap hunjuki keliehayannya. Ancaman itu hebat, tetapi ia insyafi itu. Malah sekarang ia sengaja, ia hendak keras lawan keras. Begitu, sambi I lompat berjingkrak, ia menyabet ke bawah, ke arah pian lawan, untuk bentur itu, untuk dililit, hingga kedua scnjata, cambuk dan toya, scpcrti saling meiibat, sesudah itu, ia lantas membetot dengan kaget dan keras, ia gunai seantero tenaganya. Di pihak lain, In Tiong Kie juga menarik tak kurang kcrasnya. Dua-dua, Hong-liong-pian dan Tcng-tjoa-pang ada alat-alat senjata kuat dan ulet, tetapi ini kali, menemui j timpalan, kcduanya sampai pada ajalnya. Tarikan getas dan keras, j disebabkan libatan sangat keras, mcmbuat dua-duanya patah dengan sekonyong-konyong, di antara suara nyaring dari patahan itu, dua-dua. In Tiong Kie dan Tjong Tat To jadi terpelanting sendirinya, masing-masing jatuh ke bawah panggung! Syukur untuk mereka, mereka bisa jatuh berdiri,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan mereka mencekali buntungan senjatanya masingmasing, napas mereka sama-sama memburu. Suara gent a menyusul dengan lantas, dan To Poet Hoan umumkan putusannya: Scbab dua-duanya jatuh dari panggung, pertandingan itu ditctapkan seri, tidak ada yang kalah, tidak ada yang menang. Pihaknya Gak Koen Hiong bergembira. Walaupun mereka tidak menang, toh In Tiong Kie, satu lawan tangguh, dapat dibikin tidak bisa * bcrbuat suatu apa. Tapi, sclagi mereka kegirangan, dari pihaknya Teng Hiauw, mereka lihat satu orang loncat naik ke atas panggung, apabila mereka telah kenali orang ini, mereka kaget. Orang dari pihak Teng Hiauw itu naik ke loeitay sambil berloncat. Dia ada satu hweeshio yang mukanya lebar dan sepasang kupingnya gede. Yang membikin orang terkejut, dia adalah Hong Tjin Hweeshio, pendcta kenamaan dari Siauw Lim Sie dari Gunung Siong San. Pada masa itu, di antara kedua golongan kaum persilatan yang utama, Boe Tong Pay dan Siauw Lim Pay, pihak Siauw Lim sendiri terbagi atas empat cabang, ialah cabang Pouwthian di Hokkian, cabang Teng-hong di Hoolam (Siong San), cabang Lam-hay, dan cabang Ngo-bie. Cabang Hoolam, yang dikenal sebagai Siong San Siauw Lim Sie, disebut sebagai Boelim Tjong-hoay, pusatnya. Ilmu silat Siauw Lim Sie terdiri dari tujuh puluh dua rupa, sesuatu cabangnya ada istimewa, umumnya melebihi Iain-Iain kaum. Umpamanya ada Tiat-seetjiang (Pasir Besi), Hek-see-tjiang (Pasir Hitam), Ang-seetjiang (Pasir Merah), Kim-see-tjiang (Pasir Emas), Kim-patjiang (Macan Tutul Emas), Tiat-pie-pee (Piepee Besi), Tiatsauw-tjioe (Sesapu Besi), Poan-dj iak-tj iang (Tangan Kecerdasan), dan Tiang-koen (Tangan Panjang). Dari empat puluh lebih rupa senjata rahasia, lebih dari separuhnya ada kepunyaan pihak Siauw Lim. Sedang Hong Tjin ini ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hweeshio keluaran dari Madrasah Tat Mo Ih dari Siauw Lim Sie di Siong San. Madrasah ini dapat dimasuki cuma oleh hweeshio-hweeshio yang sudah sempurna pelajaransilatnya. Maka itu, pihaknya Gak Koen Hiong jadi sangat terpengaruh oleh nama Siauw Lim Sie. Dalam sibuknya, Gak Koen Hiong terpaksa ingin minta tulang punggungnya, Lhama Besar Kat Pouw Djie, untuk layani pendeta dari Siauw Lim Sie itu, akan tetapi belum sampai ia buka mufutnya, dari antara rombongannya sudah ada satu orang yang mendahului loncat naik ke atas panggung. Orang itu sama sekali tidak bicara lagi sama ia. Dia berumur empat puluh lebih-, tubuhnya kate dan dampak, mukanya penuh berewokan, romannya sangatjelek, tapi tubuhnya sangat gesit Tidak ada orangnya Gak Koen Hiong yang kenal orang ini, mereka semua menjadi heran. Sesampainya ia di atas panggung, segera ia kcluarkan gcgamannya. ialah sepasang ruyung Hoed-tjhioe-koay yang terbuat dari baja. Taysoe, sejak kita berpisah, apa kau ada banyak baik? demikian or-ang ini menanya Hong Tjin Hweeshio, sambil ia bersenyum sindir. Dianampaknyasangatjumawa dan menantang. Pendeta itu mengawasi, ia rasa kenal orang ini, apabila ia sudah mengingat-ingat, ia menjadi terkejut dengan sekonyong-konyong, hingga ia mengawasi lebih jauh dengan tercengang. Sekarang ini usianya Hong Tjin Hweeshio sudah mendekati enam puluh tahun. Dia sucikan diri bukan semenjak masih kecil, hanya baharu hampir tiga puluh tahun. Pada riga puluh tahun yang lalu, ia ada murid Siauw Lim Sie, yang biasa saja, dalam usia muda, ia sudah rampungkan pelajarannya, dari itu, ia terus merantau. Kemudian ia bekerja dalam satu piauwkiok. Ketika itu, dalam Rimba Pcrsilatan. orang justcm paling mcnangkan diri. Di dalam piauwkiok itu pun ada bekerja satu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

piauwsoc lain, keluaran Boc Tong Pay, namanya Hoe Touw Lam. Di situ dia in i ada dimalui. Tapi, dengan datangnya Hong Tjin, dia jadi merasa tidak senang. Sampai pada suatu hari, datanglah ketikanya untuk ia agulkan Kaum Boc long. Boc Tong Pay dan Siauw Lim Pay memang bcrdasarkan satu, kata Hoe Touw Lam. Pendiri dari Boe Tong Pay, ialah Thio Sam Hong Tjouwsoe, ada asal Siauw Lim Pay, yang pisahkan diri dan mendirikan cabang sendiri. Tapi Boe Tong Pay telah ambii bagian-bagian yang bagus dari Siauw Lim Pay dan buang bagian-bagian yang jclck, dia berdiri sendiri, scbagai ahh Iwcc-kcc, bagian dalam, dari itu, dipadu dengan Siauw Lim Pay, dia ada jauh tcrlcbih menang! Hong Tjin masih muda, ia pun baharu keluar dari perguruan, bias dimengerti jikalau ia jadi tidak senang. Apakah sih Iwee-kee dan gwa-kee? kata ia. Lwee-kee Boe Tong Pay ada muncu! dari Siauw Lim Pay. Pemecahan aliran itu ada untuk memperdayakan orang luar saja. Semua cabang silat, biarpun berlainan, ada masing-masing ilmunyayang luar biasa, dan semua membutuhkan latihan tenaga. Scsuatu cabang mesti mempunyai orang-orangnya yang liehay, jadi tak dapat dibilang, cabang ini mesti mcnangkan cabang yang lain. Atau Icbih tegas lagi, tak pasti lwee-kee akan kalahkan gwa-kee! Perselisihan paham ini lantas bcrubah mcnjadi pcrscngketaan, dari salmg bcrcbut omong, mcreka jadi sal ing sindir, karcna pcrdamaian tidak bisa didapatkan, mcreka putuskan itu dengan satu pertempuran. Hong Tjin tidak dapat kendalikan hawa amarahnya, dengan Kim-pa-tjhioe, ia lukai Hoe Touw Lam, sampai dia ini mendapat luka di dalam dan tak bisa yakir.kan ilmu silat Iebih jauh. Selang bebcrapa tahun, bahna kesal, dia jatuh sakit dan akhirnya menutup mata.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kejadian ini membuat Hong Tjin amat masygul, ia sangat menyesal, dan bclakangan lagi, iapun insyaf, pekcrjaan piauwsoc adalah berarti menjual jiwa untuk orang-orang yang uangnya banyak, pengubanan itu tidak berarti, maka akhirnya, ia pergi memasuki kuil, ia mcnjadi pendeta. Hoe Touw Lam telah meninggal dunia, tctapi ia ada mempunyai satu murid. Dia ini sangat mencintai gurunya, ia hendak menuntut balas. Satu kali, dia scrang Hong Tjin secara menggelap, tctapi dia bukan tandingan dari itu pendeta, dia kena dikalahkan. Hong Tjin sudah lukai guru orang, ia tidak tega eclakai penyerangnya ini, malah sebaliknya ia memohon maaf dari murid itu. Tapi dia ini bertabiat luar biasa, dia tidak matur maaf, dia tidak bilang suatu apa, dia ngeloyor pergi, terus sampai kira-kira tiga puluh tahun, tentang dia Hong Tjin tidak dengar suatu apa, sampai sekarang, tahu-tahu diamuncul di atas panggung adu kepandaian. Murid Hoe Touw Lam ini bemama Louw Kee Tjong. Segera setelah ia kenali Kee Tjong, Hong Tjin memberi hormat Lauwtee, apakah kau tetap tak bisa lupai urusan dari tiga puluh tahun itu? tanya ia. Dulu karenamelukai gunimu itu, aku menyesal bukan main. Kau tahu sendiri, gurumu bukan terbinasa di tanganku, dia menutup mata karcna sakit. Pada tiga puluh tahun yang lalu, aku telah mohon maaf dari kau, Lauwtee, dan sekarang ini, aku matur maaf kcmbali kepadamu. Jikalau kau inginkan aturan kaum Kang-ouw, aku nanti jamu kau, untuk haturkan maafku terlebih jauh. Lauwtee, bukankah urusan dapat dibikin habis? Kalau kau setuju, aku nanti atur ini schabisnya picboc ini. Aku datang kemari untuk kehormatan kaum Kang-ouw, untuk urusan besar, sedang urusan kita berdua ada urusan kecil, urusan perseorangan. Kau toh bukannya tidak ketahui scbabmusabab dari pieboe ini? Maka kenapa kau hendak mengacau,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan campur-baurkan urusan kita berdua? Apakah mungkin kau ada kambratnya Gak Koen Hiong? Louw Kee Tjong bukannya konco dari Gak Koen Hiong, selama beberapa puluh tahun, ia terus yakinkan ilmu silat dengan maksud tujuan satu saja: untuk mencari balas buat gurunya. Mengenai pieboe ini, ia tak tahu benar siapa betul dan siapa salah, ia juga tidak bermat membantu salah satu pihak. Ia lihat Hong Tjin Hweeshio, ia turut naik di atas panggung, guna bertempur, agar ia mewujudkan pembalasannya. Inilah ada terlebih baik lagi, karena mereka bertempur di muka orang banyak. Maka itu, tak sudi ia mendengari nasihat pendeta tua itu. Ia goyang-goyang Hoedtjhioe-kay, ia tertawa dingin. Enak sekali kau bicara! dcmikian ejekannya. Guruku terbinasa karena kau, aku telah bersabar tiga puluh tahun, apa itu masih belum cukup? Tidak dapat kau habiskan urusan secara begini gampang. Bagaimana caranya dahulu kau rubuhkan guruku, begitu juga caranya sekarang aku hendak rubuhkan kau! Kau hajar guruku dengan Kim-pa-tjiang, sekarang aku hendak beri kau rasa Hoed-tjhioe-kay! Dengan tongkat membayar tangan kosong, itulah bunga untuk tiga puluh tahun! Tapi mengenai urusan pieboe ini, siapa benar siapa salah/ aku tidak sudi campur. Umpama kata kau tak ingin aku mengacau, baik, sekarang kau segera umumkan kepada khalayak ramai bah wa kau men ye rah kaiah, kau tidak bcrani Iawan aku, kemudian kita orang can satu tempat sunyi di rnana kita berdua boleh adu kepandaian kita! Mendengar kata-kata orang itu, Hong Tjin merasakan dirinya dibikin jadi menunggang harimau. turun atau duduk terns, jadi serba salah. Coba mereka ada di lain rempat, dengan gam pang iasuka mengaku kalah saja. Sesudah puluhan tahun sucikan diri, pikirannya sudah bebas. Buat ia sendiri, kalah pun tidak bcrarti. Tapi di sini ada mengenai rombongannya Teng Hiauw, maka kecewa sekali bila ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengaku kalah tan pa bertempur lagi. Kekalahannya akan mcngakibatkan kekalahannya Teng Hiauw dan Boe Wie. Bagaimana ia dapat lakukan itu? Dan sebagai wakil dari Siauw Lim Pay, cara bagaimana tak keruan-keruan, ia mcsti menyerah kalah terhadap musuh pribadi? Apakah itu tidak akan mencemarkan golongannya? Kalau bertempur, ia tidak tega melukai Kee Tjong, tanpa dilukai, sulit muridnya Hoe* Touw Lam dirubuhkan jatuh dari atas loeitay. Dari romannya orang, ia tahu benar, orang she Louw ini sudah sempurna pelajaran silatnya. Selagi pendeta ini bersangsi, di bawah orang bertempik sorak riuh. Ttulah pcrbuaian rombongan Gak Koen Hiong. Mereka dengar Hong Tjin bicara, tapi tidak terdengar apa katanya, mereka tampak pendeta itu bersikap lesu, mereka sangka orang jerih, dari itu, mereka berseru-seru, antaranya ada yang teriaki: Di atas loeitay bukan tempatnya untuk bicara hal dulu-dulu! Pieboe bukannya urusan menghadapi bcsan! Eh, kenapa si keledai botak masih tidak mau turun tangan? Juga To Hoan dan Kong Tat tidak mengerti melihat orang masih berhadapan saja, yang satu sikapnya menantang, yang lain seperti jerih, hiingga mereka memikir untuk mcndcsak, supaya dia orang itu segera mulai bcrtanding. Justeru itu, Hong Tjin loloskan jubahnya, kemudian seraya pasang kuda-kudanya, ia kata pada penantang itu: Lauwtee, kau telah desak pintjeng hingga pintjeng tidak bcrdaya lagi. Silakan kau maju! Louw Kee Tjong melirik dengan tajam. Apakah kau hendak gunai sepasang tanganmu yang kosong buat layani tongkat Hoed-tjhioe-koay? ia tanya sambil berseru. Pendeta itu tertawa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sudah ban yak tahun aku sucikan diri, sudah tak biasa lagi bagiku buat menggunai golok atau pedang, ia mcnyahut dengan manis. Lauwtee, silakan kau maju, sesukamu, jangan sungkan-sungkan! Louw Kee Tjong jadi gusar. Ia anggap ia sudah dipermainkan. Keledai botak! ia mendamprat. Kau sudah bikin celaka guruku, sekarang kau perhina aku! Dan ia geraki sepasang tongkatnya, dalam gerakan Siang Hong djip hay atau Sepasang naga masuk ke dalam laut. Ia menyerang dengan berbareng, dari kiri dan kanan. Hong Tjin Hweeshio berserryum. Mengikiiti datangnya kedua tongkat, ia mondur tetapi begitu Ickas juga, kaki kirinya maju ke samping, nyela bumi, akan tekan lengan kanan orang seraya teruskan menggempurpundak kanan lawan itu. Inilah hebat! Tapi Kee Tjong lekas egosi tubuhnya seraya mengendap sedikit, hingga ia lolos dari bahaya, tangan lawan cuma berkelebat di depan mukanya. Hong Tjin menyerang melainkan sampai di situ, ia tidak mcndesak, ia tak tega akan turunkan tangan j ah at. Kee Tjong tidak mengerti bah wa orang merasa kasihan terhadap dirinya, selagi si pendeta hcntikan serangannya, tibatiba ia rubuhkan diri, ia bergulingan, lalu sambil bcrgulingan ia maju, akan menyerang orang bagian bawahnya, kedua tongkatnya bergerak secara hebat sekali. Kedua tongkat itu sama sekali tidak bentrok dengan lantai panggung. Hong Tjin terperanjat juga melihat lawan itu gunai Tee tong koen, ilmu silat Bergulingan di tanah. Segera ia mengapungkan tubuhnya, akan meloncat buat terus berloncatan, ke sana dan kemari, akan saban-saban menyingkir dari sambaran tongkat, yang datang seperti tidak putusnya karena tubuhnya Kee Tjong berguling ke arah mana

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ia menyingkir. Yang hebat, bukan melainkan tongkat, hanya juga kaki dan dengkulnya orang she Louw ini bisa turut menyerang juga, menendang atau mendupak secara hebat. Dengan berkelahi dengan tangan kosong, dengan menghadapi senjata, nampaknya Hong Tj in Hweeshio ada terdesak, ia pun kelihatan seperti bclum tahu caranya untuk pecahkan Tee-tong-koen, dari itu, ia terus main mundur, ia seperti bakal lekas sampaikan tepi panggung. Pihaknya Gak Koen Hiong sudah lamas memperdengarkan tepuk tangan riuh, mereka percaya, pendeta itu bakal segera kena dikalahkan. Walaupun ia sedang berkelahi dan agaknya terdesak, Hong Tjin dengan tempik sorak riuh itu, yang membuar air mukanya berubah dengan tiba-tiba, | hingga di lain saat, ia perdengarkan tertawa yang panjang, lalu tubuhnya bergerak cepat, karena kedua kakinya tidak lagi lompat-lompatan untuk berkelit saja, hanya sekarang, ia berkelit sambil mcmbalas menjejak. Ia sudah mulai gunai Wan-yho Tjin-pou Lian-hoantwie, ialah gerakan kaki maju saling bcrganti. Scbentar saja, keadaan lantas jadi berubah. Kalau tadi ada 1 ah si pendeta yang terdesak, kini adalah Kee Tjong yang main mundur. Kedua tangannya si pendeta juga sering-sering menyambar, akan tangkap tongkat orang. Pertempuran itu membikin sekalian penonton menjadi kagurn, hingga dari bertepuk tangan, mereka jadi berdiam, sampai mata mcrcka seperti kabur. Kedua lawan itu bcrgcrak ccpat sekali. Kcl i hatannya Hong Tj in Hweeshio mcnang di atas angin, tetapi satu kali, mendadakan sebatang tongkat menyambar naik, ke arah kcmpolannya, disusul dcngan suara menggcietak yang nyaring. Orang tcrkcj ut, semua menyangka, pcndcta itu sudah kcna dihajar, tetapi, segera orang melengak, karena suara

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menggcietak itu disusul dcngan suara tcrtawa yang panjang, tubuhnya Louw Kec Tjong terpentai tcrguling satu tumbak lebih, di mana ia mcncclat bangun akan bcrduduk, di lain pihak tongkatnya, tongkat dari tangan kanan, sudah bcrada di tangan Hong Tjin, siapa, dcngan satu kali tekuk saja, sudab bikin senjata itu, yang terbuat dari baja, menjadi patah dua! Dan kedua patahannya segera di lemparkan ke bawah panggung. Habis itu, Hong Tjin bcrtindak menghampin lawannya. Lauvvtee, aku telah terima pukulan sebatang tongkat dari kau, kau niscaya sudah puas, bukan? ia berkata sambiltertawa. Mukanya orang she Louw itu pias pucat, dengan tidak mengucapkan sepatah kata jua, ia berbangkit untuk bcrtindak turun dari panggung. Hong Tjin biarkan orang pergi, ia menoleh kepada kedua wasit, untuk menjura, kemudian ia pun berlalu dari panggung piranti pieboe itu. Kcsudahan ini tidak mendapat tcpukan tangan dari para hadirin semua orang heran menyaksikannya. Hong Tjin Hweeshio tak inginkan kckalahan, di lain pihak, ia be rat akan lukai Louw Kee Tjong, dari itu, selagi berkelahi, ia bcrpikir kcras, pikirkan jalan menamatkan pertempuran ini untuk kebaikannya kedua pihak. Koen tee tong dan Kee Tjong membuat ia sulit, desakan musuh membikin ia mesti mundur, maka akhimya tcrpaksa ia kasih lihat Wan-yho Tjinpou Lian-hoan-twie -Burung Wan-yho maju silih berganti, dengan itu, ia dapat pecahkan desakan orang sambil bergulingan. Selagi balik mendesak, ia pun masih pikirkan daya untuk bikin lawan itu tidak berdaya. Ia masih ban yak lindungi muka terang mcreka. Di akhimya, ia lihat serangan hebat dari Kee Tjong ke arah kcmpolannya, lantas ia dapat pikiran, berbareng mengasih dirinya kena dihajar, ia pun

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangkap dan rampas tongkat orang. Dengan memberi kempolannya dikemplang, ia tidak merasakan terlalu sakit, dari itu, dengan lantas ia bisa patahkan tongkat bajanya. Sekalipun To Poet Hoan dan Yo Kong Tat, kedua wasit, menjadi bingung, hingga mereka tidak dapat segera memberi putusan, adalah setelah keduanya berdamai, mereka umumkan bahwa pertandingan itu berkesudahan seri, sebab tidak ada salah satu yang jatuh ke bawah panggung, benar yang satu kena dihajar dengan tongkat, akan tetapi yang lain pun kena didupak terpentai hingga jatuh duduk! Dua-dua Hong Tjin Hweeshio dan Louw Kee Tjong terima baik putusan itu. Hong Tjin memang hendak menolong muka dan jaga muka terangnya Kee Tjong, dan Kee Tjong di lain pihak pernah menyatakan, dengan tongkat melawan tangan kosong, ia ingin dapati bunga untuk sakit hati gurunya selama tiga puluh tahun. Dengan demikian juga, dendaman mereka menjadi buyar. Gak Koen Hiong girang dengan kesudahan ini, karena dua pertandingan,dua-duanya berkesudahan seri. Sekarang ia hendak rebut kemenangan, dari itu ia lantas pilih satu jagonya, yang mengerti Tiam-hiat-hoat, ilmu menotok jalan darah, ialah Kouw Hoei In. Dia ini, dalam umur cnam puluh lebih, masih gagah. Dia pun ada soesiok, paman guru, dari Ouw It Gok. Ouw It Gok ini, yang satu jari tangannya pernah dibabat Law Boe Wie, tidak berani naik ke loeitay, dan ia telah minta pamannya itu sukamenampilkan diri. Begitu lekas ia sudah naik ke atas panggung, Kouw Hoei In segera memperlihatkan sepasang Poan-koan-pitnya, ruyung yang beroman seperti pit, alat menulis. Inilah alat istimewa untuk menotok jalan darah, panjangnya cuma satu kaki delapan dim. Kalau senjata umumnya ada satu dim panjang, satu dim tambah Iiehay, adalah Poan-koan-pit satu dim pendek, satu dim tambah berbahaya. Dan satu kali dia pcrton

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tonkan senjatanya ini, orang di bawah panggung semua mengerti bahwa ia adalah seorang Iiehay. Di pihaknya Teng Hiauw, Tok-koh It Hang mengerutkan alis. Ia tahu siapa adanya jagonya Gak Koen Hiong itu, Tiamhiat-hoat siapa adalah latihan dari beberapa puluh tahun. Ia insyaf betapa sukarnya untuk mclayani orang she Kouw itu. Daiam rombongannya ada Lo Hoan Sian, ahii Tiam-hiat-hoat Hoei In dengan Kim-na-tjhiocnya. Benar di saat pada Kouw Hoei In, ia kuatir, orang Soc-tjoan ini nanti kalah iatihan, apabila Hoan Sian sampai kalah, sayang namanya sebagai jago Soc-tjoan nanti runtuh. Pikir punya pikir, ia anggap baik I ah ia sendiri yang maju, untuk mclayani Tiam-hiat-hoat Hoei In dengan Kim-na-tjhioenya. Benar di saat ia hendak geraki kakinya, untuk berbangkit, tiba-tiba ia rasakan ada seorang menckan pundaknya dari belakang scraya berkata dengan pelahan: Buat sembelih ayam buat apa pakai golok piranti potong kcrbau? Biarlah siauwtee yang layani babak ini. Segera Tok-koh It Hang menoleh. lantas ia kenali Thie-bian Sie-seng Siangkoan Kin, si Mahasiswa Muka Besi dari Kangsouw, maka sedetik itu juga ia keluarkan napas lega, terus ia bcrduduk pula, sambi I is caci dirinya sendiri kenapa dia boieh lupai sahabatnya itu. Siangkoan Kin sudah benimur mcndckaii lima puluh tahun, tetapi ia bermuka putlh dan tidak bcrkumis jenggot, dengan jubah panjang dari sutera dan tangan mencekal kipas, dengan tindakannya yang lemah-lembut ia tcrtampak sangat sederhana, agung tetapi man is budi, tidak heran kalau iadapat julukan si anak sekolah. Ia jalan dengan peiahan, sesampainya di bawah panggung, ia dongak. Aya! ia berseru sendirinya. Kenapa panggung ini begini tinggi? Aku tak dapat lompat untuk menaikinya. Lalu, dengan sebelah tangan goyang-goyang kipasnya dan tangan yang lain menyingkap ujung bajunya, ia menginjak langga, naik setindak demi setindak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Panggung tinggi satu tumbak delapan kaki. untuk itu ada disediakan sebuah tangga dengan banyak tindakannya, sekarang Siangkoan Kin gunai tangga itu. Ia tidak naik sambil berlompat seperti yang lainnya, tidak heran kalau ia menerbitkan tertawanya banyak orang, hingga di bawah panggung jadi gempar. Tapi ia tidak perdulikan orang banyak, ia naik terus, sampai ia berada di atas, selagi ia berdiri di depannya Kouw Hoei In, ia rangkapi kipasnya, matanya mengawasi ahli Tiam-hiat-hoat itu, dari atas ke bawah, lalu tiba-tiba ia menuding dengan kipasnya itu, juga ia tcrtawa dan kata: Aku kira siapa, kiranya Kouw Hoei In dari Hoolam! Rerunning, aku bcruntung sekali bisal bcrtcmu dengan kau, aku memang sedang memikir untuk tenma ajaran ilmu menotok dari kau! Kedua orang ini belum kenal satu pada Iain, akan tetapi nama dan ro-man mcrcka, mcrcka pcrnah dengar dan ketahui, begitulah Kouw Hoei In apabila ia saksikan tampang dan cara dandan dari Siangkoan Kin, ia percaya betul, orang ini mestinya ada Thic-bian Sie-seng si Mahasiswa Muka Besi, maka itu, ia terperanjat, berbareng dengan mana, ia pun mcndongkol. Ia ada di tingkatan tcrlcbih tua, sudah tentu ia gusar, ia tak dapat sabarkan diri menerima ejekan orang itu. Hoei In pun datang membantu Gak Koen Hiong karena ia diperolok-olokkan olch Ouw It Gok, keponakan muridnya, sama sekali ia tidak punya pcrkcnalan dengan Ketua Muda dari Gie Hoo Toan itu, dari itu, ia juga pemah janji, ia suka membantu dalam satu pcrtandingan saja, kalah atau menang, tetap satu kali. Ia berjanji demikian untuk menjaga muka terang dari It Gok. Siapa tahu, ia yang belum pernah ketemu tandingan, sekarang mesti berhadapan dengan Siangkoan Kin, siapa pun justeru telah singgung keagungannya. Sebenarnya, ia tidak jerih terhadap si mahasiswa itu, walaupun namanya dia ini ada tersohor.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kau rupanya ada Thie-bian Sie-demikiania menegur, dengan suara keras. Di hadapan orang terlebih tua, cara bagaimana kau berani bersikap begini kurang ajar? Sekarang kau keluarkan senjatamu, biarpun aku sudah tua, aku tidak nanti berlaku sembrono! Siangkoan Kin tertawa dalam hatinya mendengar orang anggap dirinya ada dari golongan terlebih tua. Dalam hal usia, Hoei In memang lebih tua, tetapi cuma delapan atau sepuluh tahun, akan tetapi bicara tentang tingkatan, di antara guru mereka, sama sekali tidak ada hubungannya, hingga tak beralasan akan orang she Kouw itu mengagulkan diri. Tapi, ia tidak gubns ini. Karena ia ditantang, ia bersenyum, lantas ia hunjuki kipasnya. Seorang yang terlebih muda mesti berlaku hormat kepada orang yang terlebih tua, berkata ia, maka itu biarlah aku gunakan kipasku ini saja Untuk menerima ajaran dari kau. Sepasang alisnya Kouw Hoei In menjadi berdiri, ia gusar bukan main. He, kenapa kau memandang begini hina padaku? ia menegur dengan geramnya. Karena kau tidak niat pakai senjata, baiklah kita menggunakan tangan kosong saja! Siangkoan Kin tidak menjadi gusar, malah ia tetap bersenyum. Tapi menyusul itu, ia geraki kipasnya secara tibatiba. Kouw Tjianpwee, kau lihatlah biar terang, berkata ia. Ia masih sebut orang tjianpwee, orang yang lebih tua tingkatannya. Aku punya senjata adalah ini kipasku, tidak biasanya untuk aku menukar gegaman dalam saat kesusu. Kouw Hoei In mengawasi dengan tajam pada kipas orang itu, maka sekarang ia dapat kenyataan, dilihat dari Iuarnya, yang hitam warnanya, kipas itu mesti terbuat dari baja, sedang kedua tulang sampingnya, yang bersinar, mengkilap, rupanya ada lempengan pisau yang tajam. Segera ia insyaf,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

apabila si Mahasiswa ini pandai Tiam-hiat-hoat, benar-benar ia tidak bolch memandang enteng, karena kipas itu ada terlebih pendek daripada Poan-koan-pitrrya. Jikalau demikian, nah, kau sambutlah! akhirnya orang she Kouw ini berseru. Ia belum tutup rapat mulutnya, kedua tangannya sudah mendahului bergerak. Dengan Siang hong koan djie atau Sepasang angin meniup kuping, pit kirinya mengancam muka, dan pit kanannya menyerang jalan darah Hoa-khay-hiat dari Siangkoan Kin. Bagus! Siangkoan Kin juga berseru. Ia berkelit, hingga dua-dua serangan gagal. Tapi, dengan sangat gesit, iamaju, akan balas menyerang. Ia arah jalan darah In-tay-hiat. Kouw Hoei In turunkan pitnya secara berat, untuk punahkan serangan itu, akan tetapi Siangkoan Kin batalkan serangannya, ia menarik pulang, untuk turut menyambar jeriji tangan orang. Dengan terpaksa, juga tergesa-gesa, Hoei In tank pulang senjatanya, berbareng dengan itu, sekalian ia geraki tubuhnya, mengendap, hingga dengan satu gerakan susulan, kedua Poan-koan-pit bisa menotok pula, ke arah betisnya lawan, padajalan darah Hoan-tiauw-hiat dan Kwan-goanhiat. Ia punya gerakan mengendap itu ada Bwee hoa loh tee atau Kembang bwee jatuh ke tanah. Dengan mengisarkan kaki dengan Lauw tjie djiauw pou atau Peluk dengkui untuk memutar kaki, Siangkoan Kin berkelit, kipasnya digeraki, dipakai mcnangkis, mcncruskan mana, ia juga totok jalan darah orang Tjo kin tjeng hiat di pundak kiri. Kouw Hoei In sedang keluarkan dua-dua senjatanya, ia tidak dapat kcscmpatan untuk mcnangkis, terpaksa ia mcnyampingkan tubuhnya, akan menyingkir jauhnya beberapa kaki. Ia berhasil membebaskan diri dari bahaya, akan tetapi, ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rasai mukanya panas, saking jengah sendiri. ia pun terluput dari ancaman bahaya hebat. Siangkoan Kin tidak mau mengasih hati, ia lompat menyusul, ia geraki kipasnya, untuk lanjuti serangannya. Sckal i ini, kipasnya itu dipakai dalam gerakannya Pie-hiat-kwat, cangkol untuk menutup jalan darah, dan pedang Ngo-hengkiam, ujung kipas senantiasa mencari bagian. bagian anggota yang berbahaya. Menampak gerakan musuh itu Kouw Hoei In tidak berani abaikan diri, ia segera hunjuk kesebatannyaj akan halau sesuatu bahaya, buat balas mengancam juga, hingga di sinil kelihatanlah peryakinannya daril beberapa puluh tahun, tidak percuma ia menjadi satu ahli. Dua-dua Poan-koan-pit dan Thie-sie-tjoe, kipas besi, biasa mencari tiga puluh enam jalan darah, dari itu setiap totokan ada berbahaya sekali karena mana, kedua orang yang lag! bertempur, mesti berlaku waspada, gesit dan tangkas. Lekas sekali rasanya, pertandingan ini sudah mclalui lima puluh jurus, adalah setelah itu, Kouw Hoei In insyaf liehaynya lawan, karena berulang-ulang, semua penyerangannya dapat dipunahkan, hingga ia tidak lagi sanggup bergerak dengan lcluasa, seperti di jurus-jurus permulaan, sedang di lain pihak, rangsekan lawan itu ia rasakan tetap sama berbahayanya, hingga ia mesti berlaku luar biasa hati-hati. Sesudah lewat lagi beberapa gebrakan, sekonyong-konyong .pit kiri dari Hoei In menyambar jalan darah Hoen-soei-hiat dari Siangkoan Kin. Itu ada serangan Sian-tjoe song tjoe atau Dewi mengantar anak. Siangkoan Kin egosi tubuhnya sambi! melesat, lalu kakinya melesat lebih jauh, baharu tiga tindak, tahu-ahu ia sudah berada di belakang lawannya. Hoei In insyaf ancaman bahaya, dengan gesit ia memutar tubuh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thie-bian Sie Seng antap orang putar tubuh, setelah itu, ia majukan kipasnya sambil dibuka, kakinya pun turut maju, hanya gerakannya, mirip dengan gerakan orang sedang mainmain. Tapi kipasan itu ada hebat, anginnya menyambar keras ke mukanya- Kouw Hoei In, hingga matanya dia ini menjadi sukar melihat Justeru itu, sampailah kakinya si Mahasiswa Muka Besi, sedang kipasnya juga lantas dirangkap pula hingga menjadi kuncup lagi, terus dipakai rnenyerang, dari kiri kanan, dikibaskan. Kouw Hoei In terkejut, ia angkat tangan kanannya, untuk menangkis, tetapi ia terhalang oleh penglih&tannya, yang sesaat itu kurang awas, tahu-tahu lengan kanannya kena terbentur k;pas, mengenai tepat jalan darahnya Kwan-goanhiat, maka tidak tempo lagi, pitnya terlepas dari cekalannya dan jatuh ke lantai panggung dengan perdengarkan suara nyaring. Menyusul itu, Siangkoan Kin memperdengarkan suara tertawa berkakakan, tubuhnya melesat mundur, kipasnya pun dipakai mengipasi dirinya. Maaf, maaf, terima kasih untuk pengalahan kau, kata ia. Kau keliru tangan, Tjianpwee, harap kau jangan sesali aku. Mukanya Kouw Hoei In menjadi merah dan pucat, saking maiu. Nama baiknya dari puiuhan tahun, sekarang sekejab saja tclah kena dibikin turun. maka dengan cuma mengucapkan dua patah kata mcrcndah, ia loncat turun dari panggung. Ia sebenarnya hams bcrtcrima kasih kepada Siangkoan Kin, apabila lawan ini berlaku ganas, ia bukan akan cuma dapat malu saja, dia akan eclaka juga, sedangkan ia sudah berusia lanjut. Darahnya berhenti jalan, ia tidak terluka parah. dari itu, scndirinya ia mampu perbaiki jalan darah itu, maka itu, ia bisa segera loncat turun pula.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu lekas orang loncat turun. Siangkoan Kin juga berlalu dari atas panggung. Akan tetapi ia tidak loncat seperti lawannya itu, hanya di antara tempik sorak riuh rend ah, sambil sebelah tangan menggoy ang kipas dan scbclah yang lain menyingkap bajunya, ia hampirkan tangga, untuk bcrtindak turun dengan pclahan-lahan persis seperti di waktu naik tadi Ia seperti bukannya orang yang pieboe. Gak Koen Hiong lihat pihaknya kembali kalah, ia malu bukan main, ia bingung sekali. Memang, ia tidak tahu mesti berbuat apa, ia lihat tuiang punggungnya, Lhama Besar Kat Po Djie, berbangkit berdiri. Gak Lauwtee, jangan bersusah hati, menghibur pendeta itu. Nanti aku naik ke panggung, untuk rebut pulang muka terangmu. Lhama besar ini naik ke panggung bukannya seperti IainIain orang, bcrsama iaada ikut pengiringnya, satu kacung lhama. Dan kacung ini menggendol satu kulit yang besar, yang nampaknya melembung, melainkan tidak diketahui, apa adanya isi itu. Semua penonton merasa hcran. semua mengawasi dcngan penuh pcrhatian. Sciclah berada di atas panggung, lhama besar itu tidak segera keluarkan tantangannya, hanya terlcbih dahulu ia hadapi kedua wasit, kepada siapa ia menjura, kemudian ia tanya: Bukankah di atas loeitay ini orang merdcka untuk adu kcpandaian apa saja? To Poet Hoan mengawasi, ia dengar nyata pertanyaan orang itu. Benar, kau ada merdeka, ia bcrikan jawaban. Melainkan di scbelah itu, pihak yang menjadi lavvan juga mempunyai kemerdekaan, hingga ia berhak untuk mencrima atau menolak tantangan kau. Umpama kau hendak adu senjata rahasia, kau bolch menggunakan itu, tetapi mungkin ada lawan yang tidak mau gunai senjata rahasia juga dan akan punahkan senjata

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rahasia kau dengan tangan kosong. Pendek, dalam hal kepandaianmu, kita wasit tidak cam pur tahu. Tapi, kapan ia ingat adanya si lhama cilik, segera ia menambahkan: Tapi aturan pieboe adalah satu lawan satu, tak bisa dua lawan satu, dan itu coba terangkan, di antara kau orang berdua, siapa yang hendak pieboe terlebih dahulu? Kat Pou Djie tertawa besar. Tentu saja aku! kata ia dengan jawabannya. Dan terus ia kasih perintah pada kacungnya: Buka kantongitu! Berdua To Poet Hoan dan Yo Kong Tat mengawasi dengan mata terbuka lebar. Lhama cilik itu turut perintah, ia sudah lantas buka kantongnya, yang melembung itu, lantas dari situ ia tarik keluar, satu demi satu, golok Lioe-yap-too yang ujungnya lancip. Golok itu tajam di dua-dua muka, melainkan gagangnya yang orang bisa pegang. Habis itu, kedua lhama ini bavva golok-golok itu jalan memutarkan panggung, saban-saban mercka tancapkan di lantai panggung, diaturnya malangmelintang, hingga sebentar kemudian, loeitay itu mirip dengan rimba golok, semua ujung menunjang langit. Sama sekali ada tujuh puluh dua batang, cahaya matahari telah menerbitkan sinar berkilauan. Sesudah selesai menancap pelatok istimewa itu, si lhama cilik segera turun dari panggung, sebaliknya si lhama besar sudah lekas loncat ke atas pelatok golok itu, buat terus lari berputaran di atasnya, akan kemudian, dengan tiba-tiba, ia berdiri diam di atas sebatang golok, di tengah-tengah, sebelah kakinya diangkat ke tinggi, hingga ia injak hanya dengan scbelah kaki yang lain. Nah, tuan siapa sudi naik keman, untuk kita orang beradu tangan di atas rimba golok ini? demikian ia menantang,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sikapnya ada jumawa, terang ia sangat memandang enteng kepada pihak lawan. Baharu sekarang banyak orang yangmengulur lidahnya. Itulah yang dipanggil panggung loeitay Bwee hoa kian atau Pelatok Bunga Bwee. Melainkan alatnya, sekali ini ada dipakai golok-golok lioe-yap-too. Siapa tidak sempurna ilmunya mengentengi tubuh, Tjeng-kang-soet, jangan harap dia bisa naik di atas pelatok-pelatok tajam itu. Tok-koh It Hang awasi sikap jumawa orang itu, ia kerutkan alisnya. Ia tahu benar, pihaknya ada orang-orang yang mengerti Tjeng-kang-soet, tetapi untuk bersilat di atas pelatok golok, pasti tidak ada, karena di sebelah keentengan tubuh dan kepandaian silat, orang mesti juga sudah biasa berloncatan di atas pelatok. Sekalipun iasendiri, iamasih sangsteangsi, walaupun ia percaya, setelah peryakinannya puluhan tahun, tak nanti gampang-gampang ia kena dikalahkan. Saking terpaksa,ia hendak majukan juga dirinya. Akan tetapi, selagi ia hendak berbangkit, ada orang yang telah dului, orang itu ada seorang dusun yang usianya sudah lanjut, bajunya gerombongan, terus saja dia ini bertindak ke arah panggung. Pek-djiaow Sin Eng terkejut apabila ia lihat tindakan orang. Orang dusun itu tidak berlari-lari, toh langkahnya cepat, sebentar saja, dia sudah sampai di bawah panggung. Dan yang mengherankan, ia tidak kenal orang dusun ini. Jikalau jago Liauw-tong ini bingung, adalah Teng Hiauw segera hunjuk air muka terang, suatu tanda ia bergirang. Orang tua itu adalah soepehku, ia kasih tahu Boe Wie. Tok-koh It Hang dengar perkataan orang itu, selagi Boe Wie tidak bilang apa-apa. ia tarik tangannya putera dari mendiang Teng Kiam Beng itu. Apa, soepehmu? tanya ia bahna herannya. Engkongmu cuma wariskan kepandaiannya kepada dua orang, ialah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

soepehmu Lioe Kiam Gim dan ayahmu sendiri; sekarang dari mana datangnya satu soepehmu lagi? Teng Hiauw bersenyum. Inilah panjang untuk dijelaskan, Tjianpwee, ia menyahut. Ringkasnya dia benar ada soepehku. Aku toh telah pelajari ilmu silat Thay Kek Koen dari dua cabang Thay Kek Pay. Orang tua itu ada kandanya Thay Kek Tan dan Tan-kee-kauw di Hoolam, maka dia itu adalah soepehku. Pada waktu itu, Thay Kek Koen dari Tan Pay dan Teng Pay ada sama-sama tersohornya. Seperti pernah dituturkan, Tjiang-boen-djin dan Tan-Pay Thay Kek Koen ada Tan Eng Toan, turunan dan Tan Tjeng Peng. Tan Eng Toan ini ada anak yang ketiga, tetapi dialah yang diangkat menjadi ahli waris. Orang tua yang seperti orang dusun ini ada Tan Eng Sin, anak yang kcdua, ia ketarik benar sama ilmu silat, ia terus yakinkan itu, tetapi ia mengalah dari adiknya, ia juga sangat jarang mcrantau, tidak hcran apabiia Tok-koh It Hang tidak kenal padanya. Mai ah Tcng Hiauw sendiri tidak tahu kapannya soepeh itu telah datang dan campuri diri dalam rombongannya. Selagi Tok-koh It Hang dan Teng Hiauw bicara, Tan Eng Sin sudah naik ke atas panggung, tetapi ia bukannya Ion cat mclesat, hanya ia mengapungi diri, dan sesampainya di atas, bukannya ia injak panggung Iebih dahulu, hanya terus saja ia taruh kaki atas sebuah pclatok golok, kaki kanan mengenai golok, kaki kiri diangkat,! sebab ia perlihatkan sikap Kim kee tok lip atau Ayam emas berdiri dengan sebelah kaki. Ia pun berdiri menghadapi si lhama besar, kepada siapa terus saja sambil tertawa ia berkata: Tidaklah sal ah yang kau menyusun ini macam permainan, aku si orang desa belum pernah melihatnya, dari itu aku sengaja lari datang kemari untuk main-main di atasnya! Tapi golokmu ini d i tancapny a ku rang tcguh, kau mesti sedikit hati-hati, jangan nanti kau terpeleset sendiri!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kat Pou Djie heran melihat roman orang itu biasa, tetapi kepandaiannya tinggi, hingga ia menduga-duga, dalam rombongannya pihak lawan sebenarnya ada berapa banyak orang pandainya, sebab ini orang desa saja sudah begini liehay. Tapi sudah terlanjur, ia tidak dapat mundur, lantas ia ringkaskan jubahnya. Silakan maju! ia mcngundang. Semua mata di bawah, dari dua-dua pihak diarahkan kepada orang tua pedesaan ini. Dia berdiri dengan kedua kaki dikasih turun, kedua kakinya tidak bcr-kuda-kuda, scpuluh jarinya juga dilcmpangkan ke bawah, telapakan tangannya menghadap ke bawah juga. Ia kasih lihat sikap Thay Kek Pay, seperti biasanya orang berlatih di tanah datar. Dengan kedua mata dipcntang lebar, Kat Pou Djie mengawasi pihak lawannya. Eh, kau masih belum mau maju? Tan Eng Sin tanya sambil tertawa. Mau apa kau mengawasi saja? Lihat, sebentar bakal ada pertunjukan yang menarikhati! Sebenarnya lhama itu menantang, tapi orang tak gubris tantangannya, sebaliknya, sekarang ialah yang balik ditantang, karena itu, ia jadi mendongkol. Dengan tiba-tiba, sambil berseru, ia maju menyerang. Ia loncati dua buah pelatok, hingga ia datang dekat lawan itu. Gerakan kakinya dan tangannya sangat gesit. Atas serangan itu, Tan Eng Sin baharulah beraksi. Tangan kirinya diangkat, lima jarinya dinaiki, untuk menangkis, lantas tangan kanannya, dengan jari terbuka, ditaruh di dekat sikut. Ia menangkis dengan tipu silat Lam tjiat bwee atau Mencekal ekorburunggereja, iateruskan serang lengan orang itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Disambut secara demikian, Kat Pou Djie lekas-Iekas tarik pulang tangannya. Menampak musuhnya gagal, Tan Eng Sin bergerak dalam sikap Sia kwa tan pian atau Menggantung cambuk, sambil maju, ia susul itu dengan Tee tjhioe siang sie atau Tangan dimajukan. Ini adalah gerakan biasa dari Thay Kek Koen, tetapi ini pun sudah cukup bikin Kat Pou Djie mundur, karena pukulannya Tay lek tjian kin atau Tangan seribu kati telah dapat dipccahkan. Tempik sorak terdengar dari bawah panggung, orang kagumi caranya lhama itu dipukul mundur secara demikian sederhana. Dua-dua Law Boe Wie dan Teng Hiauw pun heran sekali. Mereka ada ahli-ahli Thay Kek Koen, tetapi mereka tidak sangka, dengan gerakan seperti berlatih biasa saja, sang soepeh, Tang Sin, sudah bikin Kat Pou Djie mundmsendirinya .Mereka belum tahu bahwa dulu Thay Kek Tan, Tan Tjeng Peng dengan Lan hiak bee sudah menjagoi di kalangan Kangouw. Selagi orang terheran-heran, tidak ada yang perhatikan Lie Lay Tiong kepada siapa ada datang satu orang, untuk memberi laporan, hingga air mukanya ketua ini jadi berubah pucat. Ketua ini berbangkit tapi segera ia duduk pul a, agaknya ia bingung. Pertandingan di atas loeitay sudah dilanjuti. Sekarang Kat Pou Djie tidak berani sembrono lagi, malah sebaliknya, ia telah keluarkan Lo-han-koen asal Ti-bet. Ia berlaku gesit, pukulannya keras semua, sampai sambaran angin terdengar nyata sekali. Tan Eng Sin terus melayani dengan tenang, tapi sebenarnya, ia pun telah keluarkan kepandaiannya, melainkan kelihatannya saja ia ada tenang. Setelah belasan jurus, Kat Pou Djie insyaf benar-benar liehaynya musuh ini. Ia sudah gunai kepandaiannya, ial masih tidak bisa desak musuh itu. Sampai di situ, tiba-tiba Tan Eng Sin buyarkan Thay Kek Koen. Ia uhff tangan kanannya,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

datang-datang ia menyerang dengan tipu pukulan Kho tarn ma. Yang dipakai menyerang adalah tangan kanannya. Kat Po Djie geser kaki kirinya ke samping kiri, tangan kanannya dipakai menangkis, lalu dengan tangan kiri, ia hajar tangan kanan orang itu. Ia juga berlaku dengan sebat sekali. Sambil memperdengarkan tertawa dingin, Tan Eng Sin tarik pulang angan kanannya itu, lalu dengan tiba-tiba ia mengendap, tangannya menyambar ke bawah. Lhama itu terkejut, dengan tersipu-sipu, ia geser pula kakinya, untuk berkelit Justeru itu, Tan Eng Sin merangsek, kembali ia menyerang dengan tangan kanan. Dalam keadaan terdesak itu, Kat Pou Djie ingin balas mendesak, ia hendak gunai Go houw pok sit atau Harimau kelaparan menubruk makanan, supaya ia tidak terdesak terus-terusan, la pikir untuk hajar pula tangan kanan musuh itu. Akan tetapi ia telah terlambat, benar sedang tangannya bergerak. Tan Eng Sin dului ia. Jago Thay Kek Koen itu bergerak dalam tipu To tjoan Ian hoan tjit seng pou (Tujuh bin tang berjalan saling susul), tangannya dipakai menyambar tangan lawan yang sedang dikeluarkan, terus dicekal dengan keras, menyusul itu, ia pinjam tenaga orang itu dengan Tjian-tong soe Hang tjian kin atau Tenaga empat tail dipakai menarik seribu kati, dengan begitu, sendirinya tenaganya jadi bertambah luar biasa, ketika ia kerahkan tenaganya sambil ia berseru, tubuh besar dan berat dari lhama itu segera terangkat naik, terus diputar di atasan pelatok-pelatok golok itu, akan akhirnya dilepas, dilemparkan ke bawah panggung. Sambil melemparkan tubuh lawan jtuv_ kembali Tan Eng Sin memperdengarkan tertawanya yang panjang. Sama sekali Kat Pou Djie tidak sempat berdaya, dari itu, ketika ia jatuh di tanah, tubuhnya terbanting hingga karenanya, ia pingsan dengan segera.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gak Koen Hiong dan kambratnya, semua menjadi kaget, ada yang mukanya terpucat-pucat banyak di antaranya yang lari ke arah pendeta lhama itu, untuk menolongi, kemudian di antaranya ada yang mengutuk karena mereka anggap, pihak lawan sudah berlaku ganas. Walaupun demikian, tidak ada seorang di antaranya, yang berani loncat naik ke atas panggung. Tan Eng Sin tidak pcrdulikan sikap orang, melihat tidak ada lawan yang baik, ia lantas jalan berputaran di atas semua pclatok golok itu, benar seperti lakunya Kat Pou Djie di waktu sebelum pertandingan dimulai, hanya sekarang, setiap habis ia menginjak, saban pelatok lantas patah dan rubuh, hingga tinggal gagangnya saja, yang masih nancap di lantai loeitay, kemudian dengan tendangan beruntun dari kedua kakinya, ia bikin semua golok itu terpental ke bawah panggung. Ini bajadan besi karatan takdapat dibiarkan berhamburan di atas panggung, cuma menyusahkan saja orang mengadu kepandaian, kata ia, yang terus loncat turun. Tapi sesampainya di bawah, bukannya ia hampirkan Teng Hiauw dan kawan-kawannya, ia terus ngeloyor perg.. Rupanya ia anggap, ia sudah datang dan bantu murid keponakannya, habis perkara, dia boleh pergi. Di pihaknya Teng Hiauw, orang pun sedang terheran-heran dengan kesudahan luar biasa dari pieboe itu, sampai orang lupakan jago she Tan itu. Sementara itu, Lie Lay Tiong sudah lantas menghampirkan To Poet Hoan, kepada siapa, ia lantas mengucapkan beberapa kata-kata dengan pelahan, mendengar ini, wajah wasit itu menjadi guram, lantas saja ia berdiri menghadapi kedua pihak dan berkata pada mereka itu: Menurut Tjong-tauwbak, pieboe ini sudah dilakukan cukup banyak, dari itu, baiklah pertandingan lebih jauh ditunda saja sampai besok. Tjongtauwbak biking, ia ada punya urusan penting, ia kuatir ia tak dapat berdiam lama-lama di sini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baharu wasit itu berhenti bicara, atau Gak Koen Hiong tibatiba loncat naik ke panggung dengan tiba-tiba, lalu dengan suara keras, ia berseru: Tidak ada halangannya untuk menunda, asal ini hari aku dapat pieboe lebih dahulu dengan Law Boe Wie! Tadi adalah sahabat-sahabat semua, yang datang membantui, dari tu sekarang haruslah aku sendiri yang turun tangan! Kemudian dengan suara sabar, ia melanjutkan pada Lie Lay T.ong: Sekarang baharu lohor jam S,n-sie, masih siang, kalau kita pieboe lagi satu babak, kita tidak akan sia-siakan tempo, Tjong-tauwbak, baiklah kau pergi sehabisnya kau menonton pertandingan yang terakhir ini! Gak Koen Hiong tidak puas dengan pieboe itu, dari sembilan pertandingan, kesudahannya ada satu menang, dua sen dan enam kalah bagi pihaknya, atau sama sekali, ia kalah lima, ia jadi sangat mendongkol, ia penasaran, maka itu, justeru ia kuatir pihaknya nanti kalah pula bila ia majukan Iain-Iain kawannya lagi, ia anggap baiklah ia maju sendiri. Ta tidak jerih terhadap Boe Wie, ia tidak kapok yang ia pcrnah disambar pisau belati hingga segumpal rambutnya terpapas kutung. Ia lihat Boe Wie baharu berumur tiga puluh lebih, ia tidak percaya boegeenya pemuda itu sudah sempurna betul. Ia mengharap sangat akan rebut kemenangan dari salah satu tay-tjoe dari rnusuh, nanti ia akan tunda pieboe terlebih jauh, lalu besok, dengan gunai alasan, ia boleh tutup saja. Secara demikian, tidaklah ia akan hilang muka di muka umum. Jikalau Gak Koen Hiong ingin sekali tempur Boe Wie, demikian juga adanya dengan orang she Law itu, yang berkeinginan sangat akan membalas dendam untuk gurunya. la ini justeru kuatirkan ada sesuatu hal, yang bisa menggagalkan pieboe itu. Maka itu, ia girang sekali melihat Koen Hiong naik lebih dulu dan langsung menantang ia. Tidak tunggu orang tutup mulutnya, ia pun loncat naik. Bagus, marilah kita bertempur dulu! demikian ia ten ma tantangan. Malah ia segera hunus pedangnya Lan-gin-kiam.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Oengan angkat tangan kiri ke jidat dan taruh pedang di depan dada, ia bersiap sedia, ia menantang: Gak Koen Hiong, kau masih belum mau geraki tanganmu? Apakah kau hendak membikin dulu pesan terakhir? Dihina secara demikian, Ketua Muda Gie Hoo Toan itu jadi sangat gusar, hingga ia mengupat-caci. Bagaimana besar kepandaianmu maka kau jadi begini jumawa? ia berseru. Karcna pedangnya telah dihunus dari siang-siang, Koen Hiong sudah lantas maju, akan tusuk pundak kirinya Boe Wie. Boe Wie berdiri tegak bagaikan gunung, ia tak terkejut karena serangan hebat itu, ia justeru tunggu sampai ujung pedang mendatangi, tiba-tiba ia tertawa berkakakan dan berseru: Bagus! Dan ia kibaskan pedangnya, untuk babat pundak kanan orang itu, tubuhnya sendiri mengegos ke samping- Ia sudah gunai tipu silat Kim tiauw thian tjie atau Garuda emas pentang sayap. Koen Hiong kaget, tapi lekas-lekas ia berkelit. Serangan membalas dari Boe Wie adadi luar dugaannya, karena itu adalah kelitan dibarengi serangan, hingga ia jadi gugup, syukur ia masih cukup sebat. Ia baharu lolos dari ancaman itu, atau lawannya sudah rangsang ia, hingga ia sepcrtinya lantas terkurung antara sinarnya Lan-gin-kiam. Gak Koen Hiong pern ah yak ink an Wan Kong kiam-hoat, ialah ilmu pedang dari Wan Kong, yang mengutamakan kegesitan. Ilmu ini jarang orang yang pandai mainkannya, malah Ketua Muda Gie Hoo Toan ini juga tidak bisa pahamkan itu sempuma. Ia tadinya harap, dengan apa yang ia bisa, ia akan sanggup takluki Law Boe Wie, siapa tahu, baharu mulai, ia segera mengerti, ia kalah sebat. Maka itu, ia mesti berbuat sekuat tenaganya untuk bisa layani lawan ini, akan lepaskan diri dari desakan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua pihak bertempur dengan seru sekali, dari itu, dengan lekas mereka sudah lewatkan tiga puluh jurus. Sampai di sini, Gak Koen Hiong merasakan betul bagaimana pedangnya seperti telah dibungkus pedang musuh, jangan kata untuk membalas, buat bela diri saja, ia sudah repot bukan main. Law Boe Wie ada ulet sekali, makin lama ia jadi makin tangkas. Ia telah gunai Kie-boen Sip-sam-kiam dari Thay Kek Pay, lalu itu diselipkan dengan tipu-tipu dari Hoei EngKeng Soan-kiam, yang ia dapat dari Pek Djiauw Sin Eng, gurunya yang kedua, hingga kegesitannya mirip dengan sambaransambaran burung garuda. Gak Koen Hiong insyaf benar-benar, ia kalah daripada lawan itu, maka ia merasa sukar, walaupun ia telah terdesak, ia masih bisa bela diri dengan Wan Kong Kiam-hiap. Iapun berkelahi dengan sangat sungguh-sungguh, ia nekat. Inilah sebabnya kenapa Boe Wie tak dapat segera re-but kemenangan. Di bawah panggung, semua penonton jadi sangat tegang. Semua orang mengerti, lagi sedikit saat, Koen Hiong pasti bakal cipratkan darahnya di atas panggung. Maka rombongannya orang she Gak itu jadi sangat berkuatir, dengan sendirinya, mereka pada berkisar, mendekati loeitay. Menurut aturan pieboe, semua penonton dilarang mendekati loeitay di sekitarnya sepuluh tumbak, akan tctapi, karena berkisarnya itu, orang-orang Gak Koen Hiong telah sampaikan batas terlarang itu. Di bawah orang bertegang hati, di atas panggung duajago lagi berkelahi mati-matian, justeru begitu, ribuan penonton dibikin kaget sendirinya apabila mereka dengan sekonyongkonyong mendengar suara nyaring seperti guntur, datangnya dari kejauhan, gemuruh itu beruntun beberapa kali. Semua orang menjadi heran, semua angkat kepalanya, dongak,melihatkeatas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Matahari masih mencorong, udara bersih dari mega, langit tidak mendung. api, dari mana datangnya guntur? Kembali orang dengar suara guruh itu, malah makin lama makin nyata. Belum lenyap keragu-raguan or-ang, mendadakan ada datang beberapa penunggang kuda, yang kaburkan binatang tunggangannya, hingga debu mengepul naik. Kapan sebentar kemudian penunggang-penunggang kuda itu sudah datang dekat, mereka mengitari rombongan penonton, mereka membuka jalan, sampai mereka bcrada di hadapannya Lie Lay Tiong. Satu penunggang kuda, yang menjadi kepala, loncat turun dari kudanya, ia dekati Ketua Gie Hoo Toan itu, untuk mengucapkan beberapa patah pcrkataan, atas mana mukanya ketua itu menjadi berubah, segera ia lompat bangun, ia hadapi kedua wasit kepada siapa ia goyang-goyang tangan. Di atas panggung sendiri. pcrtandingan sudah mendekati saat yang memutuskan, Gak Koen Hiong tengah menghadapi bahaya maut. Dengan Han kee pay hoed atau Ayam kedinginan memuja Budha, ia coba serang Boe Wie pada dadanya. Boe Wie sampok tikaman itu, ia terus tudingkan pedangnyake bawah, akan balas menikam ke kiri. Koen Hiong hendak menangkis, tapi berbareng dengan itu, tangan kirinya lawan menotok jidatnya, sedang Lan-gin-kiam menjurus terus ke lengan kanan, kearah nadi! Selagi Gak Koen Hiong bakal bikin loeitay bermandikan darahnya. Atau Law Boe Wie akan kutungkan tangannyasebatas nadi, mendadakan dari bawah panggung ada melesat beberapa sinar terang bagaikan bintang! Beberapa orang dari pihak lawan sudah meianggar aturan, untuk menolongi ketuanya, mereka gunai tangan kotor, membokong Boc Wic dengan berbagai senjata rahasia. Orang-orang yang lagi bertarungdi atas panggung tidak nam i kctahui atau duga sal ah satu pihak akan main curang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Boe Wie juga tidak pernah menyangka demikian. maka itu ia kaget bukan kepalang waktu ia dengar sambaran senjata rahasia. Ia tidak bersiaga, tapi ia telah wariskan kepandaiannya In Tiong Kie, ia dengar suara, ia tahu dari jurusan mana datangnya serangan. maka itu, berbareng membatalkan serangannya kepada Gak Koen Hiong, ia loncat ke samping, dengan begitu, ia bisa menyingkir dari tiga batang Hong-bwee-piauw dan sebatang panah tangan. Dan Gak Koen Hiong, selagi lawannya mencelat jauh, sudah gunai ketika akan loncat turun ke bawah panggung. Law Boe Wiegusar tak terhingga, hingga ia berniat kejar orang she Gak itu. Teng Hiauw di bawah panggung lihat nyata kejadian itu, tetapi ia tidak pemah sangka akan kekacauan itu, menampak Koen Hiong menyingkir, ia menimpuk dengan Kim-tjhie-piauw, tetapi jarak di antara mereka ada cukup jauh, piauwnya tidak mengenai sasarannya. Kekalutan masih terjadi, senjata-senjata rahasia masih menyambar serabutan, tapi sckarang genta segera dibunyikan berulang-ulang. Tjong-tauwbak Lie Lay Tiong melupai bahaya, ia mencelat ke atas loeitay! Berhenti! Berhenti! ia berteriak berulang-ulang, mukanya merah bahna gusar. Yo Kong Tat dan To Poet Hoan, dengan loloskan Djoanpian mereka, sudah loncat ke atas panggung, guna lindungi ketuanya itu dari senjata-senjata rahasia. Berhenti! Berhenti! Lie Lay Tiong berseru pula, berulangulang; Kau orang tahu, setan-setan asing bakal segera datang menyerang kemari! Mereka sudah berada tak lagi tiga puluh lie dari Pakkhia, mereka sudah bentrok dengan pasukan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

depan kita! Gemuruh barusan adalah suara meriamnya setansetan asing itu! Suaranya ketua mi ada nyaring sekali, dengan lekas ia membuat scrangan senjata rahasia jadi berhenti, setelah mana, kcadaan jadi sirap. Terang orang tercengang atas warta hebat itu. Ternyata empat puluh ribu serdadu asing (pasukan Austria dan Italia belum datang), dari Thian-tjin, dengan mengikuti kedua tepi aliran Oen Hoo, sudah menuju ke Pakkhia. Lie Lay Tiong telah tarik tentaranya dari markas besar di Thong-tjioe, karena itu, tentara Boan mundur sendirinya tanpa berperang lagi, di sepanjang jalan, mereka menggedor rakyat, rumah siapa mereka bakar, dengan perbuatannya mereka itu, mereka seperti wakilkan tentara Serikatmembersihkan jalanan. Thongtjioe terpisah empat puluh lie lebih dari Pakkhia, ketika tentara asing masUk ke situ, kota sudah kosong, dari itu, terus mereka menuju ke Pakkhia. Selagi- tentara asing itu sampai di Thong-tjioe, pieboe di atas loeitay baharu dimulai. Habis diumumkan jatuhnya Thong-tjioe, Lie Lay Tiong pun umumkan lain kabar mengejutkan, ialah bahwa Ibusuri See Thayhouw dan Kaisar Kong Sie sudah menyingkir dari Pakkhia, bahwa Gie-lim-koen, Barisan Raja, sudah buyar. Maka, di saatsehebat itu, pemerintah Boan tinggalkan Gie Hoo Toan, sedang tadinya, pemerintah itu minta bantuan untuk lawan desakan bangsa asing. Tapi yang paling hebat ada warta terbelakang, yaitu katanya: Ada tentara Boan yang berserikat sama tentara asing memusuhkan pihak Gie Hoo Toan. Celaka betul, kita sudah dijual Ibusuri Tjoe Hie! akhirnya Lie Lay Tong berteriak, dalam kemurkaannya. Saudarasaudara, lekas balik ketangsi, urusan loeitay ini boleh ditinggal di belakang! Baharu ketua ini tutup mulutnya. segera berkelebat satu bayangan, yang mencelat ke tiang bendera di tengah lapangan itu, bagaikan kera, dia panjat tiang itu, yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tingginya lebih daripada lima tumbak, sekejab saja ia sudah sampai di atas, terus ia berdiri di atas tiang. Tahan dulu! orang itu berteriak. Dia ternyata ada Teng Hiauw. Kita hendak basmi setan-setan asing, tapi kita juga mesti bikin pcmbersihan di dalam, supayajangan ada pengkhianat yang mengacau! Siapa pengkhianat itu? Dia adalah Gak Koen Hiong dan konco-konconya! Merekalah yang hendak lindungi bangsa Boan, tapi lihat, apa yang pemerintah Boan berbuat terhadap kita! Gak Koen Hiong dan rombongannya telah mundur dengan diam-diam, begitu lekas mereka dengar pengumumannya Lie Lay Tiong. Sebenarnya mereka pun tidak tahu, tentara asing datang demikian cepat, hingga pihak pemerintah Boan kabur tanpa perdutikan budak-budaknya. Sekarang mereka dengar Teng Hiauw buka rahasia mereka, lantas saja mereka siapkan senjata mereka, mereka lari keluardari lapangan. Gemuruh ada suaranya orang banyak itu, yang berjumlah puluhan ribu, malah ada antaranya yang segera lari mengejar, tapi Lie Lay Tiong perintah bunyikan genta, ia teriaki untuk orang jangan mengejar. Saudara-saudara, tenang! Tenang! Biarkan mereka itu kabur! Jangan kita perduiikan mereka! Lebih perlu kita tangkis musuh! Lekas kembali ke tangsi! Teng Hiauw dari atas tiang bcndera pun berseru: Kita mesti teat kepada Tjong-tauwbak! Sekarangkitesudah kenali rupanya kaum pengkhianat, mereka tek bakal lolos! Keadaan ada genting, man kita hajar dulu pengkhianat itu! Teng Hiauw sadar, maka ia bisa atasi diri, akan tak gubris musuh-musuhnya. Demikian pieboe buyar tak keruan, tentara Gie Hoo Toan lantas bersiap akan lawan tentara Serikat, tak perduli mereka melainkan menggunakan a!at scnjata sejak zaman purbakala: golok dan tumbak!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiongkok bcrgcram, buminya bergetar, rakyatnya yang scdcrhana bangun, cuma dcngan golok besar, tumbak panjang, dengan toya, dengan cangkul, mereka lawan penyerang-penyerang asing. Tapi mereka tidak sanggup lawan scnjata api dari tentara Serikat Tinggal semangat mereka saja yang masih hidup. Sampai kepala perang Serikat sendiri anggap, semangat bangsa Tionghoa tak dapat dipandang enteng. Gie Hoo Toan bubar, mereka gagal, tapi mereka tidak tertumpas, keluar dari Kota Pakkhia, mereka mundur ke kampung-kampung, tidak lagi mereka berkumpul dalam jumlah puluhan ribu, mereka persatukan dirt dalam rombongan-rombongan dari ratusan dan puluhan. Api mereka tak padam, api itu terpendam di antara rakyatjelata. Baharu setelah mundur dari Pakkhia, Lie Lay Tiong insyaf kebenarannya nasihat dari Lioe Kiam Gim, yang cegah ia memasuki Kota Raja Dengan jatuhnya Thian-tjin dan Pakkhia, segala apa terlihat nyata, tcrtampaklah rupa asli dari kaum pengkhianat, dari pemerintah Boan juga, yang selanjutnya bekerja sama-sama pihak asing, akan basmi ban-dit. Maka rakyat menjadi insyaf. Law Boe Wie jadi sangat masygul, bersama Teng Hiauw dan sejumlah kawan, ia akan hidup dalamj perantauan. Hanya, di mana dia sampai, masih ada orang-orang yang sambut ia dengan baik. Ia tetap berkumpul sama Teng Hiauw, saiidara ini anjurkan ia menikah, ia menjawab sambil mementil pedang dan bernyanyi. Bong Tiap? Dia tidak bersama soehengnya, pikirannya ruwet sckali. Dia bersedih untuk ayahnya, dia berdua buat Ham Eng. Ia tetap hargakan toa-soehengnya, tetapi ia tak bisa tinggal berkumpul sama soeheng itu. Boe Wie sendiri bungkam, ia tidak memberi nasihat pada soemoaynya ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Lioe telah pergi ke Shoasay, akan tengok ibunya, terus ia merawatinya sehingga ibunya menutup mata. Setelah selesai mengurusjenazah ibunya, ia merantau keluar Tionggoan, di tepi Sungai Tay Hek Hoo, ia tempati kuilnya Sim Djie Sin-nie, gurunya. Hioe Sioe sudah berusia lanjut, Bong Tiap datang baharu beberapa tahun, ia meninggal dunia. Maka, berada sendirian saja, Nona Lioe cukuri rambutnya, ia menjadi pendeta sebagai gurunya dulu. Tapi ia bukannya niekouw biasa, dia masih suka bepergian seorang diri, apabila ia hadapi kcjadian tidak pantas, ia lantas turun tangan. Ia hidup rukun dengan penduduk perbatasan, kepada mereka ia suka tuturkan riwayat Gie Hoo Toan. Penduduk yang bergembala itu scring-scring mcnyaksikan bagaimana niekouw ini, di tepinya Telaga Yam Ouw, di tanah datar, suka bersilat dengan pedang Tjeng-kong-kiam, pedangnya bersinaran dengan cahaya matahari, dia masih gagah seperti sediakala. Penutup Gak Koen Hiong, kepala dari Poo Tjeng Pay, pemimpin muda dari Gie Hoo Toan, yang menunjang Pemerintah Boan ialah juga pembunuh Lioe Kiam Gim dan Tjoh Ham Eng sesudahnya tentara serikat memasuki Pakkhia lantas tidak ada kabar-ceritanya. Hanya,ctentang konco-konconya ada cerita yang luar biasa. Mereka ini umumnya sibuk mengumpetkan diri, tapi banyak antaranya, yang ini hari masih segar-bugar, besoknya telah mati mendadakan, sesudah mereka mati, baru orang tahu, siapa sebenarnya adanya mereka. Dan orang menyangka, kematian mereka ada perbuatannya Boe Wie, Teng Hiauw dan Bong Tiap. Sebenarnya orang tidak pcrnah melihat Nona Lioe, tetapi kematian mereka itu disebabkan senjata rahasia, yang mengenai jalan darah, dari itu, orang sangka si nona.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu, ada kabar yang menarik hati mengenai Bong Tiap. Itu adalah kejadian selewatnya belasan tahun. Loo-kauwsoe Tjoh Lian Tjhong, ayahnya Ham Eng, telah pergi merantau, bcrsama-sama ia, ia ada ajak satu anak muda, yang ia bilang ada cucunya. Pemuda ini menyerupai Lioe Bong Tiap, dia pun gunai pedang Tjeng-hong-kiam, mesti ia tak gunai piauw Bouw-nie-tjoe, tetapi ia pandai Kim-tjhiepiauw. Sementara itu, sepuluh tahun lebih sejak masuknya tentara Serikat ke Pakkhia, Dinasti Aisin-Gioro telah rubuh, benar Tiongkok telah dipukang, akan tetapi, di Timur matahari toh menyingsing. pelahan-lahan hendak menembuskan mega hitam. Perubahan-perubahan terus terjadi, akan tetapi mengenai Bong Tiap, orang tidak dengar suatu apa Adalah selang tiga puluh satu tahun kemudian, di musim rontok, ketika penulis dari cerita ini bermalam dalam satu kuil di perbatasan, di sana ia berjumpa dengan satu niekouw tua, siapa kemudian ternyata Nona Lioe adanya, sedang kedua tetamu aneh, yang datang malam-malam sambil menunggang kuda, adalah putera-puteranya Teng Hiauw. Malam itu, sehabis niekouw tua menutur, hujan pun berhenti, lalu ia, bersama dua tetamunya itu, tak tunggu terang tanah, sudah berangkat pergi, akan urus tugas mereka yang katanya berbahaya. Siangnya, penulis pun melanjutkan perjalanannya. Kemudian, dalam perjalanan pulang, penulis mampir pula di kuil tua itu, tapi ia tak ketemukan si niekouw tua. Baharu belakangan, menurut katanya satu ahli silat, di Siamsay, satu hartawan yang tinggal menyendiri, yang sudah berumur enam puluh lebih, yang masih gagah, pada suatu malam ada yang membunuhnya dan kepalanya dibawa terbang. Dia ini kemudian ternyata ada Gak Koen Hiong! ---ooo0dw0ooo---

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thay Kek Kie Hiap Toan Karya : Liang Ie Shen Saduran : OKT Sumber : TopMdi website Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http:// http://dewikz.byethost22.com/

Serie 2
Di Kanglam, Selatan, hari-hari paling indah ada Musim Tjoen, Semi tetapi di Utara itu adalah Musim Tjioe, Rontok. Kapan musim ketiga ini datang, udara di Utara sebagai juga tinggi luar biasa dan hawanya istimewa menyegarkan. Maka di

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam masa musim itu, orang suka pergi ke tanah datar, untuk berlatih menunggang kuda atau berburu, tak perduli anak-anak orang bangsawan atau orang biasa, teristimewa mcrcka, yang gemar akan pergerakan badan. Dcmikian hari itu, di pcrmulaan Musim Tjioe, serombongan pemburu muncul di sebuah rimba di luar Kota Pooteng, Hoopak. Mereka membawa anjing, tombak cagak dan panah, gendewa dan busur. Mereka bukannya pemuda-pemuda bangsawan atau pemburu biasa, mereka adalah rombongannya pali la wan dan guru-guru silat dari dua keluarga, ialah yang satu dari Keluarga Soli Sian le, yang lain Keluarga Hoa Goan Thong, iparnya pihak Soh itu. Pihak Hoa bahanu dapat dua guru silat yang katanya liehay, dari itu pihak Soh undang mereka berburu, untuk menyaksikan kepandaiannya mereka itu. Berburu bukannya pekerjaan gampang dan tak mengandal melulu [pada ilmu silat, orang pun harus mengenal tabiat atau kebiasaan binatang liar yang lebih banyak bersembunyi di waktu siang dan baharulah muncul dan keliaran di waktu malam, setelah perutnya kosong. Dan orang pun mesti mempunyai anjing-anjing yang hidungnya tajam, untuk mencari sarang binatang alas itu. Rombongannya guru-guru silat to capai lelah sampai setengah harian, mereka masih belum memperoleh hasil, hingga mereka mulai tawar hati, Berkat penasaran, mereka terus mencari, sampai mereka datangi lembah-lcmbah dan gombolan-gombolan lebat. Beberapa ekor kelinci dan rase tidak menggembirakan mereka. Akhir-akhirnya, mereka dapati sebuah guha atau kedung, yang dalam. Anjing-anjing pemburu menghampiri mu lut guha, mereka menggonggong, berulang-ulang, lain tak lama, mereka miindur sambil goyang-goyang ekornya, rupanya mereka jerih.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menampak demikian, orang mulai bersemangat. Mereka percaya, guha itu mesti ada orangnya. Satu guru silat, dengan tombak cagak yang panjang, hampirkan guha itu, untuk menusuk ke dalamnya. Atau dengan tiba-tiba, segera tcrdengar suara mengaung yang hebat, gunung seperti tergetar, lembah berkumandang. menyusul mana, loncatlah keluar seekor raja hutan yang besar dan dahinya pitak. Guru silat itu tidak sempat berkelit, ia kena diterjang, ia rubuh, kukunya harimau itu merobek bajunya, mengenai kulit dagingnya, hingga sekejab saja. darahnya bercucuran. Semua orang kaget, belum mereka sempat menggunai anak panah, atau seorang lagi di antara mereka, kena ditubruk rubuh Pahlawan Keluarga Soh jadi gusar, sambil berseru, ia menimpuk dengan beberapa batang tombak cagak, beruntunruntun. Harimau itu gesit, dia berlompatan, untuk berkelit, tetapi sebatang tombak mengenai juga satu kaki dcpannya, bahna sakit, rupanya, dia putar tubuh untuk lari. Kejar! berseru si pahlawan. Rombongan pcmburu itu sudah lantas berlari-lari. Harimau itu masih bisa lari keras, dia lari mendaki, cepat sekali, hingga dia bikin semua pengejarnya jauh keringgalan di belakang. Masih mereka mengejar terus, sampai mereka dengar satu jeritan nyaring tetapi halus, lalu di depan harimau itu, muncul satu nona dengan pakaian serba merah. Harimau itu sedang beringas, melihat ada yang memegat jalan, dia terus lompat menubruk nona itu, di antara gerungan hebat, mulutnya dibuka lebar-lebar. Suara gerungan itu berkumandang di lembah, gunung seperti tergetar pula.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona itu tidak kaget, dia malah gusar, ketika raja hutan itu menerjang, ia loncat ke samping, laiu sambil berseru, ia mengirimkan satu tusukan. Karena orang berkelit, harimau itu tubruk tempat kosong, dia belum sempat putar tubuh, tikaman telah sampai, saking sakit, dia menggerang berulang-ulang, tubuhnya digeraki, diputar, rupanya dia hendak terkam si nona pula. Nona itu kaget juga, ia kalah tenaga, ia belum sempat tarik pulang pedangnya, ia mesti lompat mundur, karena itu, pedangnya terlepas, masih nancap ditubuhnya binatang liar itu, , hingga, seperti kalap, dengan mata seperti menyala, harimau itu menerjang pula, semua kukunya dipentang lebarlebar. Meskipun ia sudah tidak bersenjata, nona itu tapinya ada punya kegesitan tubuh, ketika tubrukan sampai, ia berkelit. Tiga kali ia ditubruk berulang-ulang, terus ia belum bisa sclamatkan diri. Selagi raja hutan itu gusar bukan main, tapi ketangkasannya pun makin berkurang, si nona lakukan serangan membalas, dengan tiga buah Thielian-tjie, buah teratai besi, yang ditimpuki beruntun, dengan keras sekali. Tiga-tiga senjata rahasia itu mengenai sasarannya dengan tepat: dua mengenai mata, satu nancap di jidat. Dalam kesakitan hebat, sambil menggerang bagaikan guntur, kembali harimau itu berlompat, menerkam si nona Semasa kedua matanya belum terluka, raja hutan itu tak dapat tubruk si nona, apapula sekarang, setelah kedua matanya itu picak, maka dengan gampang sekali, nona itu singkirkan dirinya dari terkaman. Kemudian,, dengan scngaja perdengarkan suara, ia bikin dirinya diserang bcrulang-ulang. Tentu sekali, harimau itu senantiasa menerkam tempat kosong. Paling akhir, si nona mundur ke batu gunung, yang tinggi dan besar, di situ ia bersuara,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

supaya harimau itu tubruk ia, sesudah mana, ia lompat naik ke atas batu itu. Di antara suara hebat, kepalanya harimau itu membentur batu, dengan memperdengarkan suara kesakitan yang mengerikan, tubuhnya rubuh, kepalanya pecah, darahnya berhamburan, maka sekejab saja, dia rebah dengan mandi darah, sebagai bangkai. Nona itu menyaksikan kebinasaan raja hutan itu, ia tertawa lalu ia loncat turun, akan injak kepalanya, tak sayang dia pada kasut sulamnya yang indah yang menjadi berlepotan darah. Ha, kutu besar, kau cuma bisa gertak orang! kata ia sambil tertawa, dengan kedua matanya bersinar hidup, kemudian ia cabut pedangnya, yang masih menancap di tubuhnya raja hutan itu, ia susuti itu, baharu ia kasih masuk ke dalam sarungnya. Sedangnya begitu, datanglah rombongan si pemburu, dengan or-ang yang menjadi kepala lantas saja menegur: Eh, Nona, jangan lari! Kcnapa kau binasakan harimau kita? Tinggalkan, jangan kau bawa pergi! Itulah pahlawan dari Keluarga Soh dan dua guru dari Keluarga Hoa. Mereka menyaksikan si nona berkelahi dengan harimau, mereka heran dan kagum, berbareng pun mereka mendongkol mengingat tak kemampuan diri sendiri. Maka itu, dengan jumawa, mereka hampirkan si nona, yang mereka pikir untuk pcrmainkan juga. Mereka tak takut, sebab anggap, jumiah mereka ada banyak. Jangan, jangan! salah satu guru silat mencegah, ketika iakenali nona itu. Tapi sudah kasep, pahlawan Keluarga Soh sudah maju. Si nona, yang masih bcrdin di atas kepala harimau, mengawasi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Apa, kutu besar ini ada binatang peliharaanmu? ia tegasi, dengan mata bersinar. Kau suruh aku jangan bawa pergi? Itulah bukan piaraan kita tetapi kita lebih dulu yang mclukakannya! sahut si pahlawan, Kau cuma tinggai punyakan saja! Oh, pendusta! si nona membentak. Kau orang tidak mampu bekuk seekor harimau, kau orang bcrani katakan aku? Ia hunus pedangnya. Jangan banyak omong, lekas pergi! Jangan kau hinakan nonamu! Didamprat, pahlawan itu tertawa Jangan galak, Nona. kata ia. Aku tidak mau pergi, habis kau mau apa? Apakah kau tabu, siapa kita ini? Aku ada pahlawan kepala dari Keluarga Son aku ada Kimtoo Hck Tjit-ya, Hek Toa-boesoe! Di dalam Kota Pooteng ini, siapa tidak kenal aku? Kau berani mcnentangi aku? Tapi aku tidak persalahkan kau. Aku memang kekurangan satu murid perempuan, ayo, kau berlutut dan manggut-manggut di depanku, untuk angkat aku menjadi guru. Kapan si nona dengar orang pcrkenalkan diri. ia gusar dengan tiba-tiba, tcrus saja ia balingkan pcdangnya di muka orang sambil berseru: Kau guru si I at Hek Toa-boesoe? Pedangku I a rang kau menghina! Mundur! Bcntakan itu disusul sama gcrakan tangan lebih jauh, menikam pundak kanan. Kakinya si nona pun turut maju. Hek Tjit tangkis tusukan itu dengan goloknya seraya ia berseru, ia hendak bikin terpental pcdangnya si nona, tetapi si nona putar tubuhnya, akan membaliki menapas lengan or-ang, hingga guru silat itu terkejut, lekas-lekas dia menangkis sambil serukan kawan-kawannya: Kenapa kau orang tidak lekas maju? Atas mana, semua kawan itu lantas maju.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hm! si nona menghina. Aku kira orang gagah bagaimana, tak tahunya tukang keroyok! Lalu ia menyerang hebat, dengan tipu-tipu pukulan dari Bweehoa-kiam, yang semuanya terdiri dari Tjittjit sie Hapkauw atau tujuh kali tujuh ada empat puluh sembiian jurus. Rombongan pahlawannya dua keluarga, bersama-sama dua guru silatnya yang baharu, telah merangsang, jumlah mcrcka yang besar, bikin si nona kewalahan juga, apa pula ia baharu saja melayani harimau. Pelahan-lahan, keringatnya si nona keluar membasahi jidatnya. la jadi sengit, tetapi ia bersangsi, untuk berlaku telengas. Ia ingat pesan ayahnya, untuk tak sembarangan melukai orang, sedang urusan ada urusan kecil. Dalam saat kesangsian dari si nona, tiba-tiba antara gombolan muncul satu anak muda, yang mukanya putih, romannya cakap, begitu lekas ia hunus pedangnya, ia lompat meriyatukan diri di medan pertempuran itu! Inilah Teng Hiauw, puteranya Teng Kiam Beng, ahli waris dari Thaykek-pay di Pooteng, atau cucunya Thaykek Teng, jago dari Thaykek-koen, yang kesohor buat tiga macam ilmu kepandaiannya: Tangan kosong Thaykek-tjiang, pedang Thaykek-kiam, dan senjata rahasia Kimtjhie-piauw. Kiam Beng belum bisa Iawan ayahnya, tetapi ia sudah sukar tandingannya, dan anaknya ini, Teng Hiauw, dalam umur sembiian belas tahun, sudah berkepandaian tak tercela, malah dalam halnya Kimtjhie-piauw, ia sudah mewariskan dclapan atau sembiian bagian, cepat sekali, ia mendesak kepandaian ayahnya. Sebagai anak muda, Teng Hiauw beda daripada yang kebanyakan, ialah ia tidak suka terlalu bergaul. Ayahnya suka mencrima banyak murid, tidak demikian dengan engkongnya, maka juga muridnya Thaykek Teng melainkan satu, ialah Lioe Kiam Gnu Kiam Beng mempunyai banyak mu-rid, yang mewariskan ja, belum ada, malah murid-muridnya itu, ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

serahkan pada beberapa muridnya yang paling maju. Dengan sekalian soeheng dan soeteenya, Teng Hiauw pun tidak bergaul rapat. Bisadibilang, ia belajar sendirian saja. Pada hari itu, Teng Hiauw keluar scorang diri, dengan membawa pcdangnya, dan menuntun scckor anjing pemburu. Ayahnya lalu pergi kc rumah perguruan luar, untuk menilik murid-muridnya. Hawa udara hari itu bagus sekali, ia ketarik untuk memburu. Ia pun pergi ke luar kota. Di saat ia sampai di luar rimba, ia dengar harimau mengaung, hingga burungburung dan beburonan lainnya kaget dan terbang, lalu kabur. Malah anjingnyapun sungkan maju. Dengan menghunus pedangnya, ia maju seorang diri. Ia berkeinginan akan coba melayani sang raja hutan. Ia mencari, ia dengar gerungan berulang-ulang, lalu sirap, diganti dengan suaranya senjatasenjata beradu. Ia hcran. Sambil menyimpan pedangnya ia maju tcrus, ke arah dari mana suara berisik datang. Ketika kemudian ia tiba, ia lihat satu pertempuran. Ia scmbuny ikan diri di dalam gombolan dari mana ia memasang mata, terutama ia awasi si nona yang ilmu pcdangnya sempurna. Si nona sendiri, yang kuncirnya dua ada mempunyai muka potongan telur yang cantik dan mans. Adalah ketika si nona nampaknya keteter, ia menjadi gusar. Memangnya ia sudah mendongkol menampak satu nona muda dikepung orang-orang Iclaki, yang berjumlah besar. Tatkala hu satu guru silat Keluarga Hoa, yang bcrgegaman tombak Ngobie-tjie, lagi desaksi nona dengan tusukan Tjheeliong pabwee atau Naga hijau menggoyang ekor. Ia menusuk dari kanan, pada muka orang. Si nona mundurkan kaki kiri, lalu kaki kanannya menggeser, seraya berkelit dan maju secara demikian, ia menikam hadi Iawan dengan tikaman Tokwa kimlcng atau Menggantung kelenengan cmas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Penyerang itu melihat tikaman liehay, ia loncat mundur, justru si nona hendak maju mengejar, dari kiri dan kanannya menyambar sepasang gaetan Hoetjhioe-kauw dan sebatang golok besar Kimpwee-too. Karena tidak sempat menggunakan lagi pedangnya, Liongboen-kiam, nona itu terpaksa elakkan diri dengan lompat melesat dengan gerakan Lengyan tjoanin atau Walet tembusi mega, melewati kepala musuh, hingga mereka ini, yang kena dilangkahi, jadi gusar dan sengit, pula. Golok Kimpwee-too menyambar selagi sinona baharu taruh kakinya. Nona itu pun mcnjadi sangat gusar, ia putar tubuhnya dan mcnangkis, scsudah mana, ia balik mendesak. Ia masih sangsi akan meminta korban jiwa. Adalah di saat itu, datanglah bantuan yang ridak diminta, yang tak disangka-sangka. Teng Hiauw tidak melulu gunai pedangnya, malali mendahului itu tiga batang piauw menyambar saling sosul, pada musuh yang bersenjatakan Ngobie-tjie, Kimpwee-too dan satu pula, yang mcncckal Tan-too, golok sebatang. Dua yang pcrtama adalah Hek Tjit yang mencekal Kimpwee-too -ada orang-orang Kangouw ulung, mereka dengar angin menyambar, mereka berkelit, tapi kawannya, yang memegang Tan-too, terserang tangannya bagian nadi, tidak ampun lagi, goloknya terlepas dan jatuh ke tanah. Kawanan jahanam, jangan hinai orang perempuan! Teng Hiauw mencaci seraya ia melompat maju. Dua-dua pihak, kawanan guru silat dan si nona, tercengang, tapi karena si anakmuda sudah maju, mereka tak sempat bengong saja. Pahlawan Keluarga Soh membentak: Kau siapa? Kenapa kau usilan? Apa kau hendak mengantari jiwamu? Tapi ia bukan dapat jawaban, hanya serangan. Kedua guru silat Keluarga Hoa, yang bersenjata tombak dan sepasang gaetan, maju untuk menangkis, mereka tak takut, malah mereka penasaran. Yang pegang gactan hcndak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gact pedangnya Teng Hiauw. Teng Hiauw gunai ilmu pedang Thaykek Kieboen Sipsam-kiam untuk mclayani musuh, ia berkelahi dcngan sungguh-sungguh, dengan lekas ia dapat mendesak musuh-musuhnya, hingga mereka menjadi repot. Si nona saksikan ilmu silatnya pemuda itu, ia heran, hingga ia mengawasi dcngan penuh perhatian. Selagi pcrtcmpuran berjalan, tiba-tiba pahlawannya Keluarga Soh berseru: Eh, eh, apakah kau bukannya Teng Kongtjoe? Dengan keras -Teng Hiauw menyampok kedua senjata musuh, lantas ia awasi pahlawan itu. Ya! Habis kau mau apa? Tapi, begitu lekas ia melihat mukanya, ia merasa bahwa ia pemah melihat or-ang itu. Dengan tiba-tiba, pahlawan itu tertawa. Benar-benar Teng Kongtjoe! ia kata. Iniiah yang dibiiang, air banjir . menyerbu gerejanya si Raja Laut! - Hayo berhenti, berhenti, semua or-ang sendiri! Scruan yang belakangan ini ada untuk kedua guru silat Keluarga Hoa, hingga mereka itu tercengang. Mereka memang heran, kenapa pemuda itu, yang romannya seperti sioetjay, liehay ilmu silatnya. Tapi sekarang mereka heran, kenapa musuh itu dikatakan orang sendiri. Teng Hiauw ingat dengan cepat. Pahlawan itu ada pahlawan utama dari Keluarga Soh, dia pemah datang ke rumahnya dan ayahnya pernah mcmperkenalkan dia dengannya. Dia itu ada Kimtoo Hek Tjit si Golok Emas. Karena ia tak gemar bergaul, ia lupai pahlawan itu. Ia hanya tidak mengetahui, kenapa Hek Tjit menghina si nona. Si nona jadi bcrtambah heran. Tiba-tiba lawan, tiba-tiba kawan, itulah aneh. Ia lantas mundur, dengan menyiapkan pedangnya, ia mengawasi dengan bersenyum tawar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw pun berdiam, ia bersangsi. Sudah lewat enam belas tahun sejak ayahnya bcrsahabat dengan Soh Sian Ie, persahabatan yang membuat ayah itu berpisah dari Lioe Kiam Gim. Maafkan kami, kami tidak tahu nona ini adalah sahabatmu, kata Hek Tjit sambil memberi hormat. Kepada si nona, ia pun tcrus berkata: Iniiah salah mengerti, Nona, harap kau tidak kecil hati. Sebenarhya sebab mengagumi kepandaian Nona, kami lancang maju untuk mencoba-coba. Siapa bilang dia ada sahabatku? ia berkata kemudian. Aku tak temahai harimau itu! Kau oranglah yang main gila, dari itu nonamu hendak mengajar adat! Sehabis berkata demikian, nona ini masuki pedangnya ke dalam sarung, lalu sambil tertawa dingin, ia putar tubuhnya, untuk pergi sambil berlari-lari. Ia gunai ilmu iari Tcngpeng touwsoei atau Menyeberang sambil injak kapu-kapu. Dia lenyap dengan ccpat antara gombolan. Teng Hiauw terperanjat. Sampai nanti! kata ia, yang lantas memasuki pedangnya ke dalam sarungnya, lalu ia lari, akan susul si nona. Ia rada mendongkol, karena or-ang berlalu tanpa menghaturkan terima kasih, dan agaknya si nona juga memandang rendah, rupanya si nona itu sangka ia ada kawannya rombongan pahlawan dan guru silat itu. Ia gunai Thaykek Hengkang. hingga sebentar kemudian, ia dapat mencandak. Nona itu seperti juga tak tahu or-ang mengejar ia, meskipun jarak di antara mereka berdua tinggal satu tumbak lebih, hanya sekarang, dengan tiba-tiba, lari nya dikencangkan. Nona, tunggu! Teng Hiauw meneriaki. Nona itu Iari tcrus, ia tak memperdulikannya. Nona, tunggu1 Aku hendak bicara!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Masih saja nona itu lari, tanpa menyahuti, tanpa menoleh. Nona, dengar aku! Teng Hiauw berteriak pula, dcngan mendongkol. Aku hcndak bicaral Jangan kctcrlaluan! Tiba-tiba nona itu berpaling. Habis kau mau apa? menjawab dia, dengan ketus. Siapa surah kau bantui aku? Apakah kau kira aku tidak mampu hajar kawanan anjing babi itu? Lekas kembali! Kita orang bukan sanak, bukan sahabat. jangan ganggu aku! Teng Hiauw bersangsi, akan tetapi ia mengejar terus, sebagaimana si nona tidak hcntikan tindakannya, dan sedangnya ia mengejar, sekonyong-konyong nona itu ayun sebelah . tangannya ke belakang, lalu tiga buah Thielian-tjie menyambar saling-susul. Ia sebenamya niat berkelit tetapi tiga buah senjata itu mengarah kiri-kanan dan atasan kepalanya, dari itu, ia antapkan saja. Ia mengerti, si nona mciainkan menggertak. Nona, jangan keterlaluan, berkata ia, tetap dalam kcsangsian. Aku bukannya niat bcrsahabat sama kau, tapi kau membutuhkan penjelasan! Kenapa kau berlaku begini kepadaku? Aku bantu kau karena aku tidak senang melihat orang hinakan si lemah. Kau dikepung mereka, begaimana aku bisa menonton saja? Itu toh bukan perbuatan orang Kangouw! Kenapa kau serang aku dengan ecnjata rahasia? Tapi aku tak hiraukan itu, aku bukan tukang hinakan si lemah! Aku lebih suka lawan si kuat! Mendadakan ia tertawa, sccara dingin, lalu ia tambahkan: Baik, baiklah, anggap saja aku keliru mata, aku tak kenali kau satu cnghiong pcrempuan! Aku tak berani berkenalan sama kau! Nah, persilakan, Nona, aku tak harap bertemu pula denganmu!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw benar-benar putar tubuhnya, untuk iari balik, akan pulang. Sejak itu, pemuda ini merasa tak enak hatinya. Ia ingin mengetahui, siapa si nona baju mcrah, ia tidak berdaya. Ia pikir untuk tanya ayahnya, ia tidak berani, ia kuatir ayahnya tegur padanya yang sudah berani lawan pahlawan Keluarga Soh, yang ada sahabat ayahnya itu. Sclang beberapa hari, datanglah Kim Hoa, murid kepala dari Teng Kiam Beng. Dia datang dari Hoolam Sejak tiga tahun yang lalu, dua sudah dapat perkenan buat pergi merantau, akan mencari pengalaman dan sahabat lni ada biasanya untuk mu-rid-murid tamatan supaya si murid. sekalian angkat dcrajat kaumnya. Siapa dalam tempo tiga tahun bisa dapat nama, dia ada hak untuk berdiri sendiri. Dan Kim Hoa, selama itu, peroleh juga nama. Baharu sekarang dia pulang. Teng Kiam Beng girang, Teng Hiauw girangjuga. Sebenamya, Kim Hoa berbakat kurang bagus, tetapi ia rajin luar biasa, dari umur empat bcl as, ia belajar sampai umur dua puluh lima, maka selama sebelas tahun, ia berhasil mendapati kepandaiannya itu. Ketika ia mulai masuk belajar, Kiam Beng belum membuka rumah perguruan secara umum, dan Teng Hiauw masih kecil. Cuma dengan Kim Hoa, Teng Hiauw suka bergaul rapat. Biasanya, gelombang Sungai Tiangkang yarig di bclakang mendorong gelombang yang di depart, dan orang dalam dunia,.yang muda menukar yang tua, kata Kiam Beng sambil menghela napas. Kau telah merantau, coba kau tuturkan pengalamanmu. Bagaimana orang anggap tentang kaum kita Thaykek-pay? Apa orang suka mengalah padamu? Kiam Beng beradat tinggi, walaupun soehengnya pernah memberi nasihat, ia sukar ubah itu. Dcmikian di depan muridnya ini, ia hunjuk kcangk uhannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mcnycbut kau, Soehoe, orang Kangouw ada hargai kau, sahut Kim Hoa. Tapi ia bicara bcrtcntangan sama liangsimnya. Ia kuatir dapat teguran kalau ia bicara secara jujur. Menyebut nama gurunya, ia agaknya dipandang acuh tak acuh, tapi kalau ia sebut Lioe Kiam Gim, siapa pun sambut ia dengan manis. Teetjoe merantau tiga tahun, tidak banyak pcngalamanku. Di antara empat Golongan Siauwlim-pay, ialah Pouwthian, Siong-san, Lamhay dan Ngobie, nampaknya ilmu silat mereka Sinkoen dan Tjappehdi Hantjioc makin tambah mahir, di Sclatan dan Utara, mereka kesohor. Di dunia Kangouw, sekarang ada dua orang yang bagaikan kata-kata naga sakti, kelihatan kcpalanya, tidak ckornya, dan satu di antaranya, rupanya ada dari Thaykek-pay kita. Begitu? Kiam Beng tertawa. Coba kau jelaskan, siapa dia itu7 Kim Hoa kenal baik sifat gurunya. Biar bagaimana, mana dapat mereka dibandingi dengan Soehoe, ia jawab. Tapi Kim Hoa, jangan kau menyamakan saja, engkau juga hams menjelaskannya, guru itu mendesak. Orang yang kesatu berumur mendekati empat puluh tahun, Kim Hoa lalu menutur. Dia biasadandan sebagai anak sckol ah, romannya mirip dengan sioetjay tolol, orang sebut dia Thicbian Sieseng si Mahasiswa Muka Besi, namanya Siangkoan Kin. Selama empat musim dari satu tahun, dia selalu bawa-bawa kipas, katanya kipas itu adalah gcgamannya, yang dipakainya sebagai totokan Tiamhiat-kwat, untuk menotok tiga puluh cnam jalan darah orang. Katanya dia telengas, banyak orang Kangouw busuk yang telah rubuh di tangannya. Apakah kau pernah bertemu dengannya- Kiam Beng potong. Belum, aku baharu dengar saja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Beng tertawa. Demikian umumnya! kata ia dengan pandangan enteng. Di kalangan Kangouw banyak sekaii tukang gertak, sampaipun Tjeethian Tayseng katanya ada soeteenya! Siapa sudi main percaya saja? Sebenamya. ahli Tiamhiat bisa dihitung dengan jari tangan! Di Barat-selatan, yang paling kesohor adalah Kaum Keluarga Hek di Propinsi Soetjoan, dan di Utara Kouw Hoei In dari Titlce. Pemah aku coba Kouw Hoei In, dipadu dcngan aku, dia#ada sama liehaynya. Kita tak mampu sating mcnotok. Aku bukan ahli Tiamhoat, tctapi Hoei In tidak mampu jatuhkan aku! Inilah pen yak i tnya Kiam Bcng, kalau bicara. dia suka bawa-bawa dinnya. Tapi sckali ini, dia lekas menambahkannya. la kata: Kouw Hoei In demikian rupa, apalagi Thiebian Sieseng Siangkoan Kin! Sekarang kau sebut itu seorang lagi yang kau bilang dari kaum Thaykek-pay sebenarnya dia orang macam apa? Dia itu terlebih aneh lagi, sahut Kim Hoa. Tak pemah sccara terang-terangan dia muncul di muka umum, tak suka dia berkunjung kepada sahabat-sahabat, selalu dia bckerja secara diam-diam. Dia liehay untuk ilmu pedangnya. Selama Soepeh mengasingi diri di Khockcc-po dan Soehoe menerima murid, selama belasan tahun, baharu ini pertamakali tectjoe dengar namanya. Katanya dia masih muda, baharu berumur dua puluh lebih, kecuali pedang, dia pandai gunai pisau belati, dia biasa menyeterui pembesar ncgcri. Jarang yang ketahui namanya tctapi gampang orang kcnali romannya,, karcna dia berkepala seperti kepala macan tutu! dan bcrmata seperti mata harimau, potongannya kasar. Pcmcrintah telah lukiskan gambamya, untuk bekuk dia. Sebegitu jauh, belum pemah dia kena ditangkap. Kalau begitu, dia tentu ada anggota Piesioe-hwee kata Kiam Beng sambi I kerutkan al is.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kau benar, Soehoe! kata Kim Hoa tiba-tiba. Aku ingat sekarang. Ada yang mengetahui dia ada angkatan muda dari Piesioe-hwee, yang di matanya pemeri nt ah Boan ada bagaikan paku saja. Wajahnya Kiam Beng berubah. Ingat, jangan kau campur pihaknya Piesioe-hwee! la pesan muridnya. Itulah perkumpulan pal-ing bcrbahaya! Bagaimana berbahayanya? mendadakan Teng Hiauw balas menanya. la ada taruh pcrhatian besar untuk kctcrangannya Kim Hoa tapi dia diam saja. Apa itu ada kumpulan tukang bunuh orang dan merampok? Lebih bcrbahaya lagi! terangkan sang ayah. Piesioehwee menyeterui pembesar negeri dan cara bekerjanya senantiasa bergelap! Coba pikir, apa kita boleh campur mcrcka? la menghela napas, lalu ia tambahkan: Aku pun tidak terlalu sukai pembesar ncgcri, dari yang berpangkat besar, sampai yang tcrendah, dalam sepuluh, sembilan ada tukang ganggu rakyat jelata. Ini aku ketahui baik. Kita ada ahli silat sejati, penduduk baik-baik, buat apa kita campur mereka itu? Inilah sikapku, yang menyebabkan kawan-kawan dari Rimba Persilatan tak sukai aku. Kita beberapa orang, mana kita sanggup urus negara? Maka aku buka rumah perguruan silat, untuk siarkan pelajaran Thaykek-pay. Mclainkan untuk ini, kadang-kadang aku berurusan sama pihak pembesar, tctapi inilah karena terpaksa. Orang tidak hendak mempedulikan aku, apa aku bisa bilang? Kiam Beng jadi lesu, tanda ia berduka. Kim Hoa lantas menghiburi guru itu. Teng Hiauw awasi ayahnya, ia tak mengcrti. Inilah kesukarannya. Sebab ayahnya tak dimengerti oleh sahabat dan umum, ia sendiri turut kekurangan sahabat. Sebenarnya ia girang melihat Iain-Iain pemuda berlatih silat sama-sama,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan gembira sckali ia ingin bergaul dengan mereka itu, apa daya, orang seperti mengasingkan ia, ia diterima secara tawar, sehingga hatinya tak tentaram sendirinya. Ia heran, kalau ayahnya tahu pembesar ncgcri busuk, kenapa ayah itu bersahabat sama Keluarga Soh. la tahu, dan ia telah lihat sendiri, bagaimana galaknya pahlawan-pahlawan dari Keluarga Soh itu. Ia tak setujui ayahnya, tapi ia tutup mulut, ia tidak bcrani mencntangi. Dalam kesangsian ia sampai pikir untuk pisahkan diri dari ayahnya itu. Soehoe, apa Soehoe bisa duga, murid siapa adanya pemuda yang disangka tergolong Kaum Thaykek-pay itu? Kim Hoa kemudian menanyakan gurunya. Soehoe toh tahu baik, siapa adanya ahli Thaykck sekarang ini. Kiam Beng kerutkan alis. Tentang Kaum Thaykek-pay, kata ia, kecuali Lioc Socpchmu di Khokee-po, ada lagi di Hoolam Dia itu bcrnama Tan Peng. Soepehmu mempunyai beberapa murid saja, berapa jumlahnya, aku tidak tahu pasti, tctapi ia tcrima murid jauh lebih sesudah aku, maka aku percaya pemuda itu bukan muridnya. Mustahil dalam tempo kira-kira sepuluh tahun, orang bisa mewariskan murid demikian liehay? Aku duga, dia ada murid alau turunan dari Thaykck Tan. Golongan Thaykck Tan itu ada hubungan sama maju-mundurnya Thaykek-pay selama beberapa puluh tahun ini. Bicara hal Thaykek-pay, segera Kiam Bcng nampaknya bersemangat. Pada kira-kira liga puluh tahun yang lampau, selama zaman Kaisar Tong Tie, Thaykek-pay ada kesohor sckali, demikian ia mclanjutkan. Dacrah Kota Raja seperti j uga daerah Thaykek-pay. Nama besar itu diciptakan karcna jasanya Vo Louw Sian, murid luar biasa dari Hoolam Thaykek Tan itu. Kim Hoa ketarik, ia pasang kuping. Teng Hiauw pun diam mendengari.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yo Louw Sian ada murid pen utup dari Thaykek Tan Tan Tjeng Peng, demikian Kiam Beng. Murid pemitup berarti mund tcrmuda urutannya. Bukan main sukarnya Yo Louw Sian dapat mcmperoleh kepandaiannya itu, bukan gampang seperti kau orang. Dia asal Kongpeng-hoe di Titlcc Dia lakukan perjalanan ribuan lie untuk sampai di Hoolam, untuk merantau. Satu kali, ia bertemu sama salah satu murid Tan Tjeng Peng, ia dapat dikalahkan. Yang bikin ia sangat malu, belakangan ia dengar, lawan itu justru ada murid paling buruk dari Tan Tjeng Peng. Karena ini, ia ingin berguru pada Tan Tjeng Peng. Tempo ia majukan permintaan, ia ditolak mentah-mentah. Memang Tan Tjeng Peng tidak sembarangan menerima murid. Beberapa tahun telah lewat sejak Louw Sian ditolak. Selagi Tan Tjeng Peng sudah lupa hal itu, ada satu pcngcmis gagu yang sctiap hari datang menyapui salju di depan rumahnya. Thaykek Tan berkasihan, dia terima si gagu membujang kepadanya. Pada suatu malam, selagi Thaykek Tan pimpin murid-muridnya, ada terdengar suara hclaan napas. Hampir orang itu discrang murid-muridnya Thaykek Tan, baiknya sang guru keburu menccgah. Dia itu ada si gagu, malah dia lalu di kenali sebagai Yo Louw Sian. Saking ingin bclajar pada Thaykek Tan, dia rela menjadi bujang dan berpura-pura gagu, dia ingin mencuri pelajaran Thaykek-koen. Tan Tjeng Peng jadi terharu untuk kesungguhan orang, ia lalu menerima Louw Sian sebagai murid Louw Sian sangat ccrdas dan rajin, dalam tempo tujuh tahun, ia dapat mewariskan kepandaian gurunya, hingga ia dikirim ke Kota Raja, untuk merantau, guna mengangkat nama. Yo Louw Sian-tidak sia-siakan harapan gurunya. Di Kota Raja, orang-orang bangsawan ada piara guru-guru silat, antaranya Pangeran Siauw Ong paling banyak gurunya. Louw Sian sengaja datangi pangeran itu, secara tcrang-terangan, ia majukan tantangan. Ia tidak mau tanam bibit permusuhan, maka di sckitar tempat pieboc, ia pasangi jaring, supaya siapa rubuh, dia jatuh ke dalam jaring

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan tidak terluka. Dia bcrmaksud baik, tetapi guru-guru silat pangeran itu tidak puas, diadikatakan jumawa, dia dipandang enteng. Dia memang bertubuh kate dan kecil. Akan tetapi, sctelah orang mulai bersilat, bcruntun bebcrapa orang guru kena dirubuhkan satu per satu, melainkan Tang Hay Kong dari Patkwa-pay dan satu tctamu tak dikenal dengan siapa Louw Sian bertanding sen, dengan begitu, ia jadi ditcrima di dalam istana pangeran itu sebagai guru silat. Kiam Beng berhenti sebentar, akan kcmudian mclanjuikan pula: Dua-dua Thaykek Tan dan Thaykek Teng ada sama kesohornya, kepandaian engkongmu tak kalah dengan kepandaiannya Yo Louw Sian, tetapi ia ada pendiam, ia suka mengalah, maka ia membiarkan Thaykek Tan namanya membubung. Kelihatannya Kiam Beng kagumi Louw Sian, tetapi Teng Hiauw tidak. Ayah, aku tidak setuju! nyatakan ia. Kau artikan apa? ayah itu tanya, sctelah ia tercengang. Ayah, Yo Louw Sian bukannya satu enghiong! kata sang anak. Dia berkepandaian tinggi tapi dia jadi guru silatnya satu Pangeran Boan! Kau bersemangat, anak! memuj i sang ayah, yang mengurut-urut kumisnya, apabila ia sudah mengetahui pikiran puteranya itu. Akan tetapi kau tidak tahu Hal tak ada sedemikian sederhana. Tanpa tantangan guru-guru silat Pangeran Siauw Ong, mana dia bisa angkat namanya? Itu justru jalan paling ringkas! Dia jadi guru silat, tetapi dia tidak jadi budak Boan. Dia ada punya maksud lain. Di dalam hatinya, Teng Hiauw berkata: Itu bukan jalan yang ringkas! Dengan mempunyai kepandaian berarti, untuk apa nama saja? Tapi ayahnya bicara ten tang maksud Iain, maka ia tanya Apakah itu, Ayah?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yo Louw Sian tidak pernah memikirkan akan menurunkan kepandaiannya pada orang-orang Boan, menerangkan ayahnya itu. Dia berdiam di dalam istana belum lama, dia minta cuti dan pulang ke kampungnya, sebagai gantinya, dia tinggalkan anaknya, Pan Houw. Anak ini lebih cerdik dari ayahnya. Dia tidak pantangan, dia tcrima saban murid, tetapi di waktu Wietjiauw -murid berlatih dengan guru dia bcrlaku telcngas. Dia menyerang sungguh-sungguh, dia bikin muridmuridnya, yaitu guru-guru silat lainnya dari Pangeran Siauw Ong, menjadi pecah kepala atau patah kaki tangan, menjadi bcrcacat! Dia kata, begitulah caranya belajar Thaykek-koen, siapa mau belajar, dia mesti bcrscdia untuk dihajar. Karens ini, orang pada mundur tcratur, dalam tempo sepuluh hari, sudah mundur separuhnya. Pangeran Siauw Ong ada punya tiga ribu pengikur. Selang lagi setengah bulan, sisa murid tinggal scratus lebih. Pan Houw juga tidak mengajarkan ilmunya yang sejati. Apa yang ia ajarkan bagus ditonton, dan bisa bikin tubuh sehat, tetapi kegunaannya sebagai ilmu silat, ia tidak turunkan, jadi pelajarannya itu tak dapat digunai. Dari tiga ribu mu-rid, cuma satu Goan Tjoan Yoe yang berhasil, tapi dia ini pun peroleh kepandaian sesudah dia tidak jadi guru silat lagi. Ada orang-orang Boan yang berpangkat, besar dan kecil, yang berguru pada Louw Sian, ayah dan anak, mereka ditcrima dengan baik, akan tetapi pclajaran yang dia orang ini dapatkan, semua tak dapat dipakai berkclahi. Maka akhirnya Tan Sioe Hong, ahli Thaykek dari Kongpeng, diam-diam menanyakan Yo Pan Houw, katanya: Thaykek-koen ada yang lemah dan keras, kenapa diPakkhia semuanya lemah? Mulanya Pan Houw tidak menjawab, ia ganda tertawa, bclakangan, ia bilangjuga: Di Pakkhia kcbanyakan orang bangsawan, mereka bclajar silat untuk suka-suka saja. Sifat tubuh orang Han dan orang Boan pun bcrlainan. Orang Boan bukan orang Han, kau tahu tidak? Atas itu, orang tidak tanya melit iagi. Dcmikian, walaupun Thaykek-koen maju, muridnya yang berarti tidak ada, hingga kemajuan itu ada kemajuan berarti kemunduran. Tidak dcmikian dcngan Siauwlim-pay.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baharu sekarang Teng Hiauw insyaf, tapi dia tetap tidak setuju Yo Louw Sian menjadi guru silat orang Boan. Ia pun dapat suatu perasaan. Mcngcnai Thaykek-pay, di samping Kaum Teng, ada juga Kaum Tan. Ia duga, pada tipu-tipunya, mesti ada perbedaannya. . Kenapa aku tidak mau gabung itu, untuk dapati keduaduanya? ia berpikir. Ia juga kagumi caranyaatau iebih benar, keuletannya Yo Louw Sian. Lclakonnya orang she Yo itu ada suatu anjuran untuk ia. Kim Hoa, aku hendak pergi ke rumah perguruan, kata Teng Kiam Beng sehabis bercerita, pergi kau temani si Hiauw, memang sudah lama kau orang tidak pemah bertemu. Baharu saja si Hiauw pelajarkan ilmu tangan kosong melawan scnjata, dia sedang gatalnya karena tidak ada yang layani berlatih, sedang aku tidak punya kesempatan, baik kau yang main-main dengannya. Kim Hoa manggut pada gurunya itu, yang terus pergi. Bcgitu lekas berada berduaan, dcngan tari k tangan sochcngny a, Teng Hiauw ajak socheng itu pergi ke lapangan piranti bcrlatih. Mereka jalan sambil bcrlari-lari dan Iclompatan. Dan bcgitu sampai, soetee ini sudah lantas buka bajunya dan pasang kuda-kuda dcngan sikap Tjhioehoe piepee atau Mementil piepee. Socheng, hayo kau masuki, tetapi kau mesti mengalah! adik seperguruan ini menantang, sambil tertawa. Kim Hoa loloskan pedangnya, untuk dihunus. Jangan sungkan, Soetee, kata ia sambil tertawa juga. Kau lebih liehay daripada aku. Kau waspada, jangan kau nanti hajar aku sampai aku tidak mainpu bangkit lagi. Setclah itu, soeheng itu maju menycrang, pedangnya dibalingkan ke kiri dan kanan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw mengubah sikapnya, ia berkelit, lalu dengan tiba-tiba, ia lompat merangsang, ia menyerang dengan dua tangan berbareng. Kim Hoa hendak tabas kedua tangannya si soetee, tetapi Tcng Hiauw sudah mcndahului tarik pulang tangannya itu, untuk selewatnya pedang, menyambar muka dengan tangan kanan, hingga soeheng ini mesti mundur, karena ia tidak sempat memutar pedangnya. Soetee sudah maju banyak, pikir ia. Karena ini, Kim Hoa mendesak, ia putarkan soetee itu, siapa sebaliknya hunjuk kegesi tan tubuhnya, akan keiit sesuatu tabasan atau tikaman, hingga mereka jadi bertanding dengan sera. Mereka baharu berhenti kctika Kim Hoa kirim tusukan yang liehay, untuk lolos dari mana, Tcng Hiauw berlompatjauh. Nah, apa aku bilang, Soeheng, aku bukannya tandingan kau! kata soetee itu sambil tertawa. Socheng itu bersenyum. Pclajaranmu sudah maju, Soetee! kata ia. Tapi tiba-tiba iacekal tangan orang, matanya mengawasi dan alisnya mengkerut. Man, Soetee, aku hendak tanya kau! ia tambahkan. Teng Hiauw bcrsangsi tapi iaikuti soeheng itu. Mereka duduk di bangku batu. Ada apa, Soeheng? Kita telah berpisah tiga tahun, Soetee, tapi seperti dahulu, kita haras omong dengan terus-tcrang, bukankah? sahut sang soeheng. Teng Hiauw heran, ia manggut Tak usah kau tanyakan itu, Soeheng

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kim Hoa geser tubuhnya lebih dekat. Soetee, aku lihat kau sedang memikirkan sesuatu nyatakan ia. Teng Hiauw bcrdiam, ia melengos dari sinar matanya soeheng itu. Tapi. selagi si soeheng masih awasi ia. ia tanya: Bagaimana Soeheng ketahui itu? Aku lihat itu dari caranya kau bertempur barusan. Di waktu mau menyerang, kau nampaknya bersemangat, tapi setelah serangan dikirim, kau lambat, kau seperti ragu-ragu. Itu ada tanda semangat tidak terpusat. Cara berkelahi itu membuat kau mundur. Thaykek-koen inginkan sebaliknya, ialah ketabahan hati. Kelihatannya kau bisa menangkan aku, kesudahannya. kau yang terdesak Kim Hoa sudah berpengalaman. matanya jadi tajam. Teng Hiauw berbangkit, matanya memandang ke lapangan latihan di luar mana ada bukit merah. Scbcnarnya tidak apa-apa. Soeheng,sahut ia kemudian. sambil ia tertawa. Pada beberapa han yang lalu, aku nampak suatu kejadian yang kurang menyenangkan hatiku. Selama mendengari, Kim Hoa nampaknya ada menaruh perhatian besar, ia heran, tapi setelah Teng Hiauw tutup ceritanya, lantas ia mengatakan: Keterangan kau membikin aku ingat suatu orang, bisa jadi nona itu dia adanya. Biar aku sclidiki dalam tempo beberapa hart, aku nanti kasih kctcrangan pada kau. Benar seperti janjinya, selang beberapa hari, Kim Hoa sudah dapat membenkan jawabannya. Dia kata: Benar dianya! Nona uu mirip dcngan hantu perempuan!. Siapa dia itu? Teng Hiauw mcncgasi. Kcccwa kau mcnjadi bcsar di Pooteng! sahut Kim Hoa, yang tidak segera hendak menyebutkan nama orang. Nona begitu kesohor, umpama kata kau beium pernah mclihatnya, sedikitnya kau mesti pernah dengar!.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jangan mengganggu aku, Soeheng! Teng Hiauw banting-banting kaki Siapa dia itu? Kim Hoa kuatir orang gusar. Apakah kau kenat Kiang Ek Hian, Ahli Waris dari Bwechoa-koen? ia mcnanyai. Dia ada cucu perempuan dari Kiang Ek Hian itu. Dia ada Angie Oehiap Kiang Hong Kcng si Baju Merah. Tcng Hiauw tidak tahu jelas perihal si nona atau keluarganya itu. Coba Soeheng tuturkan lebih jelas, ia memohon. Kim Hoa meluluskan, ia membcrikan penjelasannya. Untuk Shoatang dan Hoopak dua propinsi, pusat ilmu silat ada Kota Pooteng di Hoopak, dari itu banyak ahli waris, atau ketua kaum persilatan, berdiam di kota ini, di antaranya yang paling ternama adalah Tjiong Hay Peng dari Hengie-pay, Koan IeTjeng dari Banseng-boen dan Teng Kiam Beng dari Thaykek-pay. Seorang iagi adalah Kiang Ek Hian dari Bweehoa-koen. Ek Hian berusia paling tinggi, sudah enam puluh tahun lebih, dari itu, untuk Kiam Beng, dia terhitung tjianpwee, angkatan terlebih tua. Anaknya, Ek Hian telah menutup mata dcngan meninggalkan satu anak perempuan ialah Hong Keng, maka engkong dan cucu tinggal berduaan saja. Si nona mempelajari ilmu silat, iacerdik dan bakatnya baik, ia maju dengan pesat, hingga ia sangat disayang dan dibanggai engkongnya, yang bawa ia merantau, hingga kemudian lagi, nona itu dapat perkenan untuk keluar sendirian. Tcng Hiauw pernah dengar namanya Kiang Ek Hian, tapi ia tidak bcrgaul, ia tidak tahu hal cucu perempuannya. Lalu ia menanyai alamat orang. Ditanya begitu, Kim Hoa menarik napas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selayaknya Soehoe bergaul dengan orang-orang scbangsa Kiang Ek Hian itu, kata ia, sayang karena sikapnya Soehoe, perhubungan jadi sepcrti renggang, hingga kau tidak kctahui alamatnya! Apa ini namanya orang yang sama-sama tinggal di Pooteng? Teng Hiauw berdiam Rumahnya Kiang Ek Hian gampang untuk dikenah, Kim Hoa mencrangkan. Selewatnya pasar di Seetoa-kay, kau menuju ke selatan, di ujung itu ada sebuah rumah besar yang di luar pintunya ada sepasang singa batu, itulah dia. Apa kau perlu diantar? Soeheng pandang aku sebagai bocah cilik saja! kata Teng Hiauw sambil tertawa Aku toh besar di Pooteng! Apa kau hendak mengunjungi orang tua itu? Kim Hoa tanya pula. Apa kau kegilaan si nona baju merah? Teng Hiauw tidak menjawab, ia melainkan tertawa. Kim Hoa menduga benar. Dia memang niat can Kiang Ek Hian, dia ingin lihat pula si nona, dia cuma tidak mendelu pula terhadap nona itu. Di hari kedua, Teng Hiauw benar-benar mengunjungi Kiang Ek Hian. Ia lakukan itu secara diam-diam. Di karcis nama, ia bahasakan diri boanseng. Tapi dia ketemu batunya. Ketika dia sampai di depan rumah, dia ketemu dengan seorang dengan dandanan sebagai bujang, pada ia itu dia menyerahkan karcis namanya. Oh, Teng Kongtjoe! kata bujang itu. Dari lagu suaranya, bujang itu bukan mirip orang desa. Lekas bawa masuk! kata Teng Hiauw, yang tidak ingin bicara banyak Ya, ya, sahut si bujang berulang-ulang. Baik, Kongtjoe, harap tunggu sebentar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bujang itu kata sebentar, tetapi Teng Hiauw mesti berdiri menantikan sampai kakinya kesemutan, baharu dia itu keluar pula, untuk terus menyerahkan karcis nama. Maaf, Kongtjoe, kata ia semban tertawa. Menyesal, Looyatjoe lagi cuci kaki, dia tidak sempat untuk menemui kau. Bukan kepalang mendongkolnya Teng Hiauw. Apakah ini bukan aturan si tukang jaga pintu? tanya ia. Orang datang dengan maksud sungguh-sungguh untuk menemui. Beium sempat Teng Hiauw turup mulutnya, atau daun pintu telah digabmki, d isusu I sama suara yang si anak muda dengar: Koko Hok, Looyatjoe menyuruh kau masuk, jangan kau melayani segala orang pengangguran! Tcng Hiauw kenali, itulah suaranya si nona baju merah. Pemuda ini pulang dengan terus masih mendongkol, sampai itu maiam dia tak dapat tidur pulas, hingga dia dapat pikiran: Mereka tidak sudi kctcmui aku, mustahil aku tak bisa ketemui sendiri? Segera ia loncat bangun, ia mengenakan pakaian ringkasnya, setelah selesai, ia keluar dari rumahnya, akan menuju ke rumahnya Kiang Ek Hian. Malam ada sunyi. Rumahnya Keluarga Kiang gelap-petang, pintunya tertutup rapat. Rumah itu menghadapi jalan besar, dan belakangnya bcrbatas dengan sebuah kali. Teng Hiauw menghampiri tembok belakang ke atas mana ia scgcra loncat naik, untuk memandang ke sebeiah dalam. Keadaan di situ tenang scperti di bagian dcpan. Di saat ia hendak meloncat turun, tiba-tiba ia bcrsangsi. Hawa scjuk membuat otaknya anak muda ini jadi lebih tenang, hingga ia sadar. Ia datang melulu karena diliputi nafsu kemendongkolannya. Di waktu malam ia mcndatang rumah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang, apa itu bukan perbuatan lancang? Umpama ia bertemu sama tuan rumah, alasan apa ia punyai? Maka dari itu, ia celingukan. Ketika itu sudah jam tiga lewat, sang rembulan sudah turun rendah. Di antara siuran angin, pelahan terdengar suara sang gagak. Teng Hiauw keragu-raguan sekian lama, akhimya ia ambii putusan untuk turun juga. Ia terpengaruh oleh rasa penasarannya. Benar sekali ia hendak loncat turun, tiba-tiba datang sambaran angin dari arah belakang. Itulah sambaran golok, ia duga. Untuk egoskan diri, ia terus loncat turun. Menyusul mana, ia tampak berkelebat satu bayangan, yang loncat turun juga, tetapi sesampai di bawah, bayangan itu mencelat pula ke atas, ke gunung-gunungan di sebeiah depan, jauhnya setumbak atau lebih. la lantas lihat seorang berdiri menghampiri ia, tangannya melambai-lambai. Ah! ia keluarkan suara tertahan. la sebenamya niat tegur bayangan itu. Ia belum sempat buka mulutnya, atau bayangan itu berteriak: Ada penjahat Ia kaget, ia berseru: Aku bukannya penjahatl Aku ia berhenti dengan mendadakan. Sambaran angin datang pula dari belakang, rupanya dari sebuah peluru. la bcrkclit ke kiri, lalu ke kanan, karena serangan datang beruntun. Tatkala serangan berhenti dan ia bersiap, penyerangnya tetap tidak kelihatan, bayangan di atas gunung-gunungan pun turut amblas. Suasana kcmbali sangat sunyi. Aku Teng Hiauw! pemuda ini berseru, dalam kesangsian tetapi pun hati panas. Aku datang untuk bicara! Belum suara itu berhenti, atau dari samping, dari gombolan pohon seruni. ada sambutan suaranya seorang perempuan, yang disusul sama munculnya scparuh tubuh: Siapakah Teng Hiauw itu? Kita tidak mempunyai sahabat dengan nama dcmikian! Lalu, beberapa biji Thielian-tjic menyambar pula

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw gunai pedang Tanhong-kiamnya, untuk menangkis, tubuhnya terputar, kemudian ia berlompat ke arah si nona sambil berseru: Nona Kiang, tahan dulu: Aku hendak bicara! Nona itu terus muncul, hingga antara sinarnya si Puteri Malam, kelihatan nyata pakaiannya scrba merah. Dia ada Kiang Hong Keng si cantik. Tapi ia muncul untuk lari. Nona, tunggu! berseru Teng Hiauw, yang terus mengejar. Nona itu loncat naik ke atas gunung-gunungan, dari sana ia loncat lebih jauh ke para-para pohon anggur. Selagi Teng Hiauw menyusul, tiba-tiba ia dengar seruan keras dari seorang tua. Kembalilah! Menyusul itu, antara suara berisik, sebuah batu besar melayang datang. Ia segera lompat berkelit Bolch dibilang di itu saat juga, pada jendela lauwteng di taman itu terlihat cahaya terang, dari api yang baharu dinyalakan, disusul sama nyalanya beberapa tenglolcng yang digantung di cabang-cabang pohon, hingga taman itu menjadi terang, apinya memain, mendatangkan bayangan daun-daun atau cabang-cabang pohon. Lalu, dari tempat lebat dengan pepohonan, muncul beberapa orang. Teng Hiauw nampak si nona serba merah, si bujang yang tadi siang menyambuti karcis namanya dan seorang tua yang kumis-jenggotnya sudah ubanan tetapi sepasang matanya tajam mencorong. Bocah dari mana berani lancang memasuki rumahku? orang itu memperdengarkan suaranya yang keren. Nyalimu benar besar! Teng Hiauw mcndongkol, akan tetapi ia menahan sabar. Kiang Lootjianpwee, aku bukannya orang jahat seperti barusan aku sudah terangkan, kata ia. Harap kau tidak menuduh aku.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang tua itu maju setindak. Habis kau datang untuk apa? ia mencgaskan. Teng Hiauw bungkam. Ia memang belum punyakan alasan. Tapi ia tidak bisa berdiam lama. Aku datang untuk can Nona Kiang, guna memberi penjelasan. kata ia kemudian. Wajah orang tua itu berubah seketika. Can cucuku perempuan untuk memberi penjelasan? kata ia. Kau bilang apa ini? Cucuku tidak kenal kau! Penjelasan apa itu? Jangan-jangan kau kandung maksud jelek! Lekas omong terus terang, aku masih bisa memberi ampun padamu! Ia baharu mengatakan, atau matanya bersinar pula. Tangannya pun scgcra menuding. Lagu suaramu menyatakan kau datang dengan maksud baik, tetapi lihatlah macammu! ia tambahkan. Apa itu di tanganmu? Untuk memberi penjelasan apa perlu dengan pedang? Kenapa kau uber-uber cucuku? Kepandaian apa kau andali? Kau sebenamya kandung maksud apa? Bukan main mendongkolnya Teng Hiauw, akan tetapi ia toh sadar. Ia memang membawa-bawa pedang. Dengan tiba-tiba, mukanya menjadi merah. Ia malu karena baharu ia sudah kejar anak gadis orang. Buru-buru Teng Hiauw masuki pedangnya ke dalam sarung, lalu ia memberi hormat. Maaf, Lootjianpwee, ia kaia. Harap Lootjianpwee tidak curigai aku. Aku bukannya scorang penjahat. Yang tinggal di scbcrang sana, Ahli Waris Thaykek-pay Teng Kiam Beng adalah ayahku. Orang tua itu tidak menjawab, ia hanya tertawa dingin. Harap Lootjianpwee sukadengar keteranganku, menjelaskan Teng Hiauw lcbih jauh. Ia Iihat orang masih

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sangsikan padanya. Pada beberapa hari yang lalu, selagi aku pergi berburu, aku melihat cucumu tengah dikepung banyak orang, dengan suka sendiri, aku bantui ia pecahkan kurungan itu. Setahu kenapa, tiba-tiba si nona serang aku dengan Thielian-tjie. Barusan pun untuk menangkis scnjata rahasia maka aku telah hunus pcdangku. Yaya, jangan dengari dial Nona Kiang memotong, untuk cegah engkongnya sahuti si anak muda. Ia ada orang busuk! Dia adalah kawan rombongan orang itu, mereka memanggil dia dengan panggilan Teng Kongtjoe! Baharu Teng Hiauw bilang Bukan atau si orang tua sambil mengawasi dia dengan tajam, kata padanya: Kiranya kau ada Teng Kongtjoe, maaf, maaf! Umpama kata kau benar sudah tolongi dia, tetapi orang Kangouw biasanya tidak mengharapkan pembalasan budi, maka itu, kenapa kau datang cari dia di waktu malam buta-rata? Apakah itu untuk minta dia haturkan terima kasih pula kcpadamu? Laginya, melihat kcpandaianmu barusan, kepandaian itu masih belum cukup untuk menolongi cucuku! Dan ada lagi! Ayahmu ada sahabat baik si or-ang besar she Soh, orang-orang yang kepung cucuku justru ada guru-guru silat keluarga itu, maka kau, apa kau bukannya bersekongkol dengan mereka itu? Apa kau bukannya ecngaja mcnolong untuk pedayakan cucuku? Hayo bilang, bilang! Teng Hiauw malu berbareng likat sampai ia mengeluarkan keringat dingin. Ia pun mendongkol sekali. Memang ayahnya ada sahabatnya Soh Si an Ie, tapi ia tidak sudi akui bahwa ayahnya keliru. Ia mendongkol karena dituduh sekongkol sama rombongannya Hek Tjit Kau keliru, Lootjianpwee! ia lantas membantah, tcrpaksa ia bicara kcras Ayah adalah ayah, anak adalah anak, ayah ada punya sahabatnya, anak pun ada punya sahabatnya sendiri! Mustahil karena ayahku kenal Keluarga Soh, lantas orang-orangnya keluarga itu ada sahabat-sahabatku juga?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lootjianpwee pun bilang, aku tidak punya kesanggupan untuk tolongi cucumu. Memangaku tidak punya kepandaian, aku tak dapat dibandingkan dengan cucumu yang pandai ilmu silat pedang Bweehoa-kiam, tetapi toh dengan kepandaianku yang rendah ini, aku pernah pecahkan kurungan kepada cucumu pcrcmpuan, hingga dia lolos dari bahaya Lootjianpwee, aku telah dengar namamu yang besar, yang dihormati, tetapi pendengaran tidak sama dengan bukti penglihatan. Rengalamanku masih hijau, aku tak mengerti aturan kaum Kangouw, tetapi aku tahu, Lootjianpwee harus tunjang angkatan muda, bukannya karena mengandali ketuaan dan keagungannya, dia justru menghina si muda! Teng Hiauw seperti lupa dirinya, ia cabut pula pedangnya. Si orang tua belum bilang apa-apa, atau cucunya sudah hunus pedang. Orang she Teng, kau menyindir, kau menghina nonamu! ia mcmbcntak. Aku mau Iihat ilmu silat pedang Thaykekkiam! Jangan, Keng-djie!mencegah si orang tua, yang tank cucunya itu. Dengan tiba-tiba, sikapnya jadi sabar. Torus ia awasi si anak muda, ia tertawa Ia kata: Kau bemyali besar. Kau harus mengerti, meskipun ayahmu, apabila dia mencmui aku, dia mesti hormati aku sebagai scorang tjianpwcc! Karcna kau ada Ahli Waris Kaum Thaykek-pay, kau mesti mengerti aturan Kangouw, apabila lain kali kau berternu sama angkatan tenia, tak boleh kau berlaku kurang ajar begini. Kau tidak kenal aturan. Kenapa malam-malam kau lancang memasuki rumah orang? Untuk ini kau harus ditelikung, buat diserahkan kepada pembesar negeri, alas tuduhan jadi penjahat Kau juga bawa senjata serta senjata rahasia! Apa begini caranya untuk mengunjungi kaum tua? Seharusnya aku mcmberi ajaran padamu, tapi mengingat kau masih muda dan kurang pengaiaman, aku suka mcmbcri ampun. Kalau lain kali kau mengacau pula, jangan kau pcrsalahkan aku!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw pandang si nona, lalu ia menjura pada orang tua itu. Tjianpwee, terima kasih untuk nasihat kau ini, yang aku tak nanti lupai, kata ia. Aku mengerti sckarang, aku tidak berani menenma pula pengajaran kau Habis kata begitu, ia putar tubuhnya dan menuju ke pintu dengan tindakan lebar, tapi sctclah dekati tembok, ia enjot tubuhnya, naik ke atas tembok pekarangan. Di sebelah belakang, sambil tertawa, ia dengar suaranya si nona: Bocah itu pernah bcrkata dia tidak mengharap untuk berternu pula dengan aku, tapi malam ini, tidak kcruan-kcruan dia datang pula!. Setelah itu, ia dengar suaranya si or-ang tua: Eh, anak bengal, janganlah berlaku kurang ajar! Kenapa sebut-sebut bocah? Kau tidak punya sedikit juga kehormatan orang perempuan.* Teng Hiauw tidak ambil perduii. ia terus loncat keluar. Tapi ia tctap mendongkol Diam-diam ia tertawa dalam hatinya dan kata: Aku bersikap keras, lantas tua bangka itu jadi lemas, aku percaya dia tidak punya kepandaian berarti, namanya nama kosong belaka. Lantas ia bcrjalan pergi, sesampainya di pinggir kali, mendadakan di situ ada mcnyambar sebatang panah disusul sama bcrkclcbatnya satu bayangan, yang keluar dan alingan tumpukan batu. Bayangan itu berhcnti di dcpannya si anak muda scraya tangannya dipakai mcnghaiangiBangsat, kcmana kau hcndak pergi? Lekas tinggal barang curianmu! dcmikian dia membentak. Teng Hiauw mengawasi dengan heran. ia iihat seoring dengan usia tiga puluh lebih, romannya cakap, tubuhnya tidak tinggi besar dan tidak terlalu keren, mclainkan sorot matanya tajam. berpengaruh. Ia tidak takut, malah selagi mendongkol. Ia sekarang ingin melampiaskan itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kau adalah si bangsat! ia membalik. Tengah malam buta rata, kau sembunyi di pinggir kali! Kau bik in orang kaget! Orang itu tertawa cekikikan. Siapa membuat kaget? dia jawab. Siapa surah, tengah malam buta rata ini, kau kelayapan di sini? Kau menggendol pedang, kau mengenakan pakaian malam, pasti jalanmu tidak benar! Hayo kau akui terus tcrang, kau ada bangsat atau tukang perkosa orang perempuan? Apakah kau tidak bunuh orang? Kau bicara, barangkali aku masih dapat mengampuni kau! Teng Hiauw jadi sangat gusar. Kau mau minggir atau tidak? ia membentak. Eh, bangsat cilik, jangan bertingkah! orang itu menghina. Nampaknya kau hcndak bikin pcrlawanan! Bocah, hunus pedangmu, jikalau kau bisa menangi aku, baharu aku suka mengasih jalan? Kau hcndak mclayani aku? tanya Teng Hiauw. Baik, aku nanti temani kau! Cabutlah senjatamu! Orang itu tertawa sampai mendongak. Kau benar, aku memang hendak menjaja! ilmu pedangmu! Tapi aku bukan mau adu pedang dengan pedang, aku hendak mencoba pedangmu dengan kedua kepalanku saja! Sungguh jumawa! Teng Hiauw berseru saking murka. Kau hendak layani pedangku dengan tangan kosong? Kau tidak can tahu dulu, siapa aku ini? Mustahil kau belum pernah dengar liehaynya Thaykek-ldam? Orang itu menguap, ia ngulet dengan kedua tangannya, lalu ia tertawa haha-hihi. Jangan ngobrol saja! ia bilang. Siapa kesudian cari tahu tentang asal-usulnya ilmu silatmu? Thaykek-kiam ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thaykek-kiam, kau adalah kau! Kau sang bocah, apa kau ketahui tentang Thaykek-kiam? Jangan kau pandang hina sepasang kepalanku inil Nah, kau majulah, bangsat cilik! Teng Hiauw tak dapat bcrsabar lagiJikalau kau tidak diberi hajaran, kau tak tahu liehaynya! ia berseru. Ia lompat maju, ia menikam orang punya iga kiri. Ia gunai tipu serangan Kauwlie tjoantjiam atau Nona tangkas menusuk benang. Orang itu mengibaskan tangannya, ia menggeser ke samping kiri, menyerang pundak kiri. Teng Hiauw berkelit, scmbari kelit, pedangnya menikam tcnggorokan. Ia bcrlaku scbat bukan main. Lawan itu benar-benar gesit. Ia berkelit ke samping, lantas tahu-tahu Teng Hiauw merasakan sambaran angin dari arah belakangnya. Itulah tanda, musuh sudah bcrada di sebclah belakang. SambiI gescr kaki ke samping, Teng Hiauw putar tubuhnya ke belakang, pedangnya sckalian diayun, dipakai membabat ke belakang, untuk tabas Iengan orang. Orang itu tertawa, ia loncat mundur. Ke mana kau hendak lari? berscru Teng Hiauw, yang lompat mcnyambar, kepada kedua kaki or-ang. Itulah gerakan Benghouw hokkian atau Harimau galak mendekam. Gerakannya Teng Hiauw cepat sekali, akan tetapi itu orang masih lebih sebat. Dengan satu enjotan, ia angkat kedua kakinya, bcrbareng dengan itu, dengan tangan kiri di dada, ia menyabet dengan tangan kanan pada Iengan orang Itulah pukulan Yoeliong tamdjiauw atau Naga mengulur kuku. Sambil menyamping, Teng Hiauw geser tangannya, setelah loios dari bahaya, ia bergerak dari luar kc dalam. menikam iga lawan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu berseru, ia egos tubuhnya, sesudah mana, ia merangsang pula, saking gesitnya. kembali ia ancam si anak muda, yang ia arah kcpalanya. Kau terlalu menghina! berseru Teng Hiauw saking panas hatinya. Setelah kelit kcpalanya, ia menabas, dari bawah ke atas. Dari kelitan Liongheng hoeipou atau Naga terbang, ia gunai tikaman Hoansin hiankiam atau Mempersembahkan pedang. Ini penyerangan ada berbahaya, tetapi cuma-cuma saja terhadap lawan yang gesit itu, yang sukar di tikam atau ditabas, malah dialah saban-saban mengancam. Teng Hiauw jadi heran. Ayah bilang Thaykek Sipsam-kiam tidak ada bandingannya, kecuali Soepeh, pikir ia. Ayah pun bilang, aku telah dapati kepandaiannya tujuh atau delapan bagian, umpama aku merantau, aku tak usah kuatir kena orang permainkan. Pasti sekali aku percaya kata-kata Ayah itu. Tapi sckarang aku menjumpai lawan yang bertangan kosong ini. Teng Hiauw tidak tahu, ayahnya punyakan tabiat tak mau kalah, sedang lawannya ini adalah orang Kangouw dari kelas satu, tidak saja kepandaiannya liehay, pengaruhnya pun besar, hingga banyak sekali or-ang yang tu-nduk kepada titahntahnya. Menghadapi lawan scbagai ini, mana bisa ia tidak jatuh di bawah angin.. Di sebelah sana, sang lawan juga kagumi tandingan ini, yang muda tapi sangat gesit dan tangkas, beberapa kali serangannya yang bcrbahaya. dia itu dapat elakkan. Teng Hiauw jadi penasaran, segcra ia gunai sccara sungguh-sungguh tipu-tipu dari Thaykek Kicbocn Sipsamkiam, untuk desak lawanitu, sampai sinar pedangnya berkelebatan bagaikan kilat. Sekarang sang lawan tidak berani lagi memandang enteng, untuk melayani ia gunai Tjaytjhioehoat ilmu pukulan Memotong langit.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Biar bagaimana, Teng Hiauw kalah latihan. ia kalah ulet, scsudah coba mendesak hebat, dengan sia-sia, ia lantas kena terdcsak. Tidak lagi ia sanggup kirim tikaman-tikaman atau bacokan-bacokan yang membahayakan, ia kewalahan menangkis atau berkeli t. Maka lama-lama, ia jadi sibuk sendirinya. Datanglah satu saat baik, satu lowongan, seccpat bisa, Teng Hiauw mcnusuk dengan bengis ke ulu hati orang. Lawan itu sedot perutnya, ia membungkuk sedikit, selagi tangan si anak muda melonjor, ia mendorong sambil mcngetok, atas mana, Teng Hiauw mundur sempoyongan, liampir ia rubuh, lengan kanannya berbareng dirasai sangat sakit. Pedangnya, tanpa ia merasa, telah kena dirampas. Dan sedang ia bingung, tahu-tahu api lentera Khongbeng-teng mcnyorot kcpadanya, disusul sama seruan: Tjoe Soesiok, beri dia ampun.! Itulah suara nyaring tetapi halus, menyusul mana, satu tubuh langsing melesat, datang kepada mereka, sesudah datang dekat, dia tcrnyata berpakaian serba merah. Karcna dia ada Nona Kiang Hong Keng yang nakal. Ah, Siauw-soemoay! kata orang yang dipanggil Tjoe SoesiokPaman Guru Tjoe itu. Tapi ia tertawa. Kenapa kau masih belum tidur? Belum, Soesiok, karcna kita telah digerecoki setengah malaman oleh bocah ini, sampai aku letih sekali! sahut si nona. Mereka bicara begitu asyik sampai Teng Hiauw tidak diperdulikan lagi. Dia malu, mukanya bcrscmu merah, tangannya sakit Ia gunai itu kctika baik, dengan tak gubris lagi pedangnya, ia putar tubuhnya, untuk lari di sepanjanggih-gili kali. Iabemiat pulang. Ia lari baharu beberapa t indak, sekonyong-konyong ada angin berkesiur di bclakangnya, jidatnya kena ditekan. Ia tidak berani menoleh, ia hanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

loncat ke samping, baharu ia putar tubuhnya, akan tengok si pengejar. Tjoe Soesiok ada di depannya! Aku tak dapat lawan kau, habis kau mau apa? ia mencgur dengan sengit. Ia ada sangat mendongkol. Orang tolol! kata orang itu sambil tertawa berkakakan. Kau kalah, kau lari! Apakah kau tidak inginkan lagi pedangmu? Apakah kau hendak korbankan itu? Ia cekal pedang orang, ia pentil-pentil itu, hingga terdengar suara nyaring yang bcrsih. Ia kata pula: Pedangmu ini tak dapat dicela! Apa benar kau ikhlas akan korbankan? Tidak, aku tidak mau! jawab Teng Hiauw dalam scngitnya. Jangan kau terlalu jumawa karena kau menangi aku dan dapat ram pas pedangku itu! Lain waktu, pasti aku akan rampas pulang itu dan tangan kau1 Sekarang tidak, tetapi akan datang harinya! Mustahil untuk sclamanya aku tidak marapu rubuhkan kau? Orang itu tertawa tcrbahak-bahak. Apakah kau sangkaaku temahai pedangmu ini? kata dia. Tidak, kau legakan hatimu! Pedang yang scpuluh kali lebih bagus daripada ini, aku tidak sudi, apapula pedangmu ini! Nah, simpanlah ini, lain kali, jangan kau memberi lain orang rebut pula dari tanganmu!-.. Teng Hiauw mengawasi dengan hati bimbang, ia sangsi untuk menyambuti. Sebenarnya ia berat akan korbankan pedangnya Tanhong-kiam itu, tapi barusan menuruti suara hati ia sudah keluarkan kata-kata untuk merampas pulang Sekarang pedang itu dikembalikan Orang itu mengawasi sambil bersenyum, rupanya ia bisa duga kcragu-raguannya Teng Hiauw. Ah, orang tolol, apa artinya kena dikalahkan? kata ia. Ini cuma sedikit pelajaran Orang gagah kaum Kangouw siapa yang tak pernah didampar gelombang dahsyat? Baharu pedangmu dirampas, mustahil orang itu kau anggap sebagai musuh besar?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Habis bagaimana dengan negara kita, yang orang Boantjioe telah rampas9 Selagi bicara, sikap orang itu jadi demikian keren, sehingga Teng Hiauw kena dipengaruhi, tanpa merasa. Ia ulur tangannya, akan sambuti pedangnya. Kau ada satu enghiongapa kau suka beritahukan she dan namamu? kata ia. Orang itu tertawa sambil melenggak. Tak perlu kau tanya she dan namaku! ia menyahut Kau ada satu siauwya, mengetahui namaku, untuk kau tak ada faedahnya. la putar tubuhnya dan bcrtindak pergi. Kalau tadi ia mau angkat kaki. sekarang Teng Hiauw berdiri tcrcengang. Si nona pun bcrlalu, bersama-sama orang lelaki itu, sembari jalan mereka pasang omong sambil tertawa, sampai suara mereka, tindakan kaki mereka, tidak terdengar lagi, sampai tubuh mereka, bayangan mereka, pun tidak tertampak. Teng Hiauw mengawasi dengan bengong. sampai tiba-tiba, ia sadar tapi dengan pikiran kusut. Ia benci mereka, ia pun sukai mereka: Si nona ada polos, si orang lelaki satu laki-laki. Dua-dua mereka ada sangat menarik perhatiannya, ia seperti terbetot pengaruh luar biasa. Si nona panggil si Iclaki Tjoc Socsiok- Parnan Guru Tjoe. Si lelaki bahasakan si nona Siauw-soemoay adik seperguruan. Hubungan apa ada di antara mereka bcrdua? Lelaki itu ada mund atau cucu murid si or-ang tua she Kiang itu? Tak dapat Teng Hiauw pecahkan keganjilan itu. Mustahil satu paman panggil kcponakannya satu adik seperguruan? Mustahil satu adik seperguruan panggil soehengnya -kanda

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seperguruan paman? Dan kenapa, nampaknya perhubungan mereka bcrdua demikian rapat? Tanpa merasa, Teng Hiauw mengiri. Toh baharu saja dia didamprat si nona! Lama anak muda ini berpikir, akhirnya, ia tertawa. Dasar aku yang tolol ia tegur dirinya sendiri. Perduli apa mereka itu? Aku toh tak nanti kctemu pula mereka? la sampai di rumah di waktu ayam jago mulau berkeruyuk, ia mcrasa letih sekali. Ia gulak-gulik di atas pembaringannya. Sampai terang tanah, baharu ia bisa pulas. Ia bisa tidur dengan nyenyak. Entah jam berapa, ayahnya membangunkannya. Dan datang-datang, ayah itu menegun Eh, kenapa kau tidur begitu nyenyak? Tadi malam kau bikin apa? Lihat, tetamu semua sudah pada pergi! Mcmang Kiam Beng telah beberapa kali tengok anaknya itu, ia sampai raba jidatnya, yang rada hangat, ia tidak tega untuk membanguni, ketika tetamu-tetamu, yang bcrkunjung, pada berangkat pergi itu waktu sudah mendekati tengah hari ia longok pula anaknya .itu, yang ia kuatir jatuh sakit. Hatinya ayah ini lega apabila ia dapat i anaknya tidak kurang suatu apa. Ia hanya heran, kenapa anak ini tidur demikian nyenyak. Itu tak mesti tcrjadi buat orang yang yakinkan Thaykek-kocn, yang sebal iknya, mesti bangun pagi-pagi. Kalau sang ayah mengherani putcranya, si putera pun tercengang mendengar ada kedatangan tetamu, hingga tanpa merasa, ia memandang ke jendela. Ia masih dapat melihat tetamu-tetamunya tiga orang -yang sedang bertindak keluar. Ia lantas kenali mereka itu, ialah Keluarga Son, pahlawan pertama dari satu guru silat Keluarga Hoa, dan yang kctiga, sahabat ayahnya, ialah Soh Tjie Tiauw, putera ketiga dari Soh Si an le, pemuda mana sering datang ke rumahnya. Ia segera menduga, pahlawan dan guru silat itu datang untuk membikin perhitungan, atau mereka bicara jelek tentang ia di

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

depan ayahnya itu. Maka ia melengak. Tapi hatinya lega kapan ia berpaling pada itu ayah, wajah orang tua ini tidak saja tenang malah bersenyum berseri-seri. Ayah itu masih mengawasi ketika dengan tiba-tiba ia menghela napas dan bcrkata: Tahun dan bulan lewat bagaikan air mengalir, tanpa merasa aku telah datang ke Pooteng ini sudah dua puluh tahun lebih kau telah berumur sembilan belas tahun, sembilan belas tahun! Teng Hiauw awasi ayah itu, ia merasa aneh. Entah kenapa, ayah itu sebut-sebut umurnya. Ketika kemudian ia hendak majukan pertanyaan, ayahnya itu, yang awasi ia itu, bersenyum dengan tiba-tiba. Kau sudah berusia sembilan belas tahun, kau sudah mesti dijodohkan, aku. Teng Hiauw tcrperanjat, hingga ia potong ayahnya itu: Ayah, aku masih belum pikir untuk menikah! Dari gembira, Kiam Beng jadi kurang senang. Ia goyanggoyang tangan. Dengar dulu! ayah ini. Satu anak tak boleh scmbarang potong perkataan orang tua. Kau mengerti? Kau sudah berumur sembilan belas tahun, kau tidak kecil lagi, setelah bertunangan, kau lantas jadi orang dewasa! Apakah kau tidak mengerti ini? Kau lihat beberapa tetamu kita itu? Mereka datang untuk jodohmu. Pihak perempuan ada Keluarga Hoa. Aku sudah terima baik lamaran mereka; Kau sudah terima baik, Ayah? Teng Hiauw tcrkejut. Keluarga itu ada keluarga berpangkat, kita dari kaum ahli silat, adakah itu cocok? Urat-urat di jidatnya pemuda itu sampai terlihat nyata, tanda sibuk hatinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan dingin Kiam Beng pandang puteranya itu. Apa jeleknya nona dari keluarga berpangkat? kata ayah ini. Mereka sendiri tidak cela kita, habis kau hendak memilih yang bagaimana? Tetapi, Ayah, kata anak itu yang menahan sabar. Bukankah Ayah sendiri yang pernah bilang pesan Engkong adalah melarang kita menjadi orang berpangkatnya bangsa Boan? Kenapa kita justru berbesan dengan orang Boan sekali? Kiam Beng menjadi tidak senang. Eh, kenapa kau tidak dengar aku? ia menegur. Apa aku perintah kau pangku pangkat dan bekerja untuk bangsa Boan? Kenapa kau lancang bawa-bawa pesan Icluhur kita? Benar dulu Keluarga Hoa itu pangkupangkat tempi sudah sejak lama dia undurkan din Dia pun, seperti Keluarga Soh, ad a dermawan bukannya pcmbesar busuk! Kau tahu, Keluarga Hoa hendak jodohkan keponakannya dan cabang dekat, dan orang perantara ada Soh Kongtjoe. Nona itu cantik, mengerti surat dan adat-istiadat, dia pandai menjahit dan menyulam. menikah dengan nona itu, apa kau tidak merasa beruntung? Ayah itu mendelik, ia bersenyum tawar ketika ia menambahkan: Kau suka kelayapan sama perempuan hutan? Kau mcnycbut diri keluarga ahli sifat, habis apa kau hendak cari nona tukang dangsu? Benar begitu? Teng Hiauw tunduk, mukanya merah. Aku tidak menyebut demikian, ia menyahut. Kau tidak memikir demikian, itu bagus! kata sang ayah, yang ketok mejadengan pelahan. Mcskipun kita ada dan keluarga ahli silat, aku tidak menyetujui nona tukang dangsu. Kau tahu. satu isteri mesti bijaksana dan tahu aturan, tetapi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nona-nona Kangouw melainkan pandai naik di atas tambang, mcnunggang kuda, mainkan golok dan pcdang, tetapi megang jarum, ia rasai itu terlebih sulit daripada mainkan golok besar. Kau pikir, perempuan demikian dapat merawat suami? Kembali ayahnya ketok meja, dengan sama pelahannya. Umpama cucu perempuan dan si orang tua she Kiang ia kata pula. Mendengar itu, Teng Hiauw kaget sekali. Ia menduga ayahnya sudah tahu rahasianya. Tetapi ayah itu melanjuti: Kiang Hong Keng yang dipanggil Angie Liehiap setiap kali dia muncul di udara tcrbuka! Satu nona iimur tujuh atau dclapan belas tahun, kerjanya naik-turun kuda saja, dia berkeliaran, dia main gagah-gagahan adu kepandaian dan bercidera dengan orang, maka nona scmacam itu man a tahu kewajiban satu isteri? Teng Hiauw diam saja, sang ayah pun tidak mcmperdulikannya, ayah ini telah tetapkan perjodohannya hanya sejak itu, di samping meyakinkani ilmu silat, ia ingin putera ini belajar juga ilmu surat, kelakuannya harus sedikit diubah hingga jadi sedikit lemah-lembut, agar besannya tidak katakan dia kasar dan nanti menertawainya. Teng Hiauw ada sangat tidak setuju, ia tidak puas sekali. la jadi mcrasa seperti terbelenggu. Memang, pendiriannya dengan pendirian ayahnya itu sudah terpisah jauh jaraknya, urusan perjodohan itu menambah kerenggangan. Ia pun tak puas ayahnya mencela Hong Keng. Tapi berbareng dengan itu, ia ingat si nona dan Tjoe Soesioknya, hingga kembali bangkit rasa iri hatinya. Apakah si paman itu bukan tunangannya? ia mendugaduga. Pemuda ini terus tak dapat melupai Nona Kiang, walaupun ia telah merasakan pahit-getir. Ia belum pikir akan punya si nona, toh ia tak puas nona itu mempunyai orang di

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dampingnya. Ia pun tak perlu pikir si nona, karena ia sendiri sudah ikat tali perjodohan. Oalam keragu-raguannya, Teng Hiauw bicara sama Kim Hoa, ia utarakan tak setujunya, tetapi soeheng itu tidak bisa memberi pikiran baik untuknya. Selang bebcrapa hari, Teng Kiam Beng sudah antar panjar. Ia main terbuka, hingga kaum ahli silat di Kota Pooteng ketahui hal perangkapan jodoh itu atau ikatan besan, hingga urusan itu jadi bahan pembicaraan, sedang Teng Hiauw turut jadi buah kata-kata hingga dia jadi jengah sendirinya. Dua hari kemudian, di waktu malam, sclagi Teng Hiauw sukar pulas, oleh karena ruwetnya pikiran, tiba-tiba ia dengar suara berkeresek di atas genteng, lalu itu disusul sama terpentangnya daun jendela, sedang waktu itu tidak ada angin. Tidak tempo lagi, ia loncat turun dari pembaringannya, dengan sebelah tangan di depan dada, ia loncat kdluar dari kamarnya. Rembulan malam itu ada jdrnih, maka itu Teng Hiauw lihat dua bayangan sedang bcrlari-lari, malahja kenali, yang di sebelah belakang adalah seorang perempuan. Dua or-ang itu lari pesat, sebentar saja, mereka menghilang. Dengan pikiran tak keruan, Teng Hiauw kembali kd kamarnya, tapi sekarang, di atas mcjanya, ia nampak selembar kertas yang ditusukjarum. Ia membaca: Langit ada luas, di manakan di dunia ini tidak ada rumah ? Apa satu laki-laki mesti tunduk dan mengandalkan kepada lain orang? Ternganga Teng Hiauw apabila ia telah membaca, terus ia menjublek dengan pikirkan surat itu. Dalam ragu-ragunya itu, ia ingat suatu apa, ia sepcrii orang tersadar dari tidurnya. Segera ia ambil pedang Tanhong-kiamnya, ia kantongi uang belasan tail perak. Ia pun mcnulis surat untuk ayahnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Akhimya, sambi I bawa satu buntaIan, ia keluar dari rumahnya. Dunia ada luas, pemuda ini hendak merantau! Selagi udara ada terang, di jalanan dari Hoopak menuju ke Hoolam, ada berjatan satu anak muda cakap umur delapanatau sembilan belas tahun, pakaiannya indah tetapi binatang tunggangannya ada seekor keledai yang kurus dan jelek macamnya, hingga binatang tunggangan itu dan penunggangnya sangat tidak tepat. Pemuda itu adalah Teng Hiauw yang tengah melarikan din. Yang belum punya pengalaman. Ia anggap merantau mcski dandan pantas, tak boleh sederhana seperti di rumah, dari itu, ia bekal dua perangkat pakaian. Kctika ia memilih, ia justru kena jumput pakaian yang ayahnya siapkan untuk pernikahannya nanti! Baharu hari pertama, Teng Hiauw telah tcrbitkan buah tcrtawaan. Ia jalan di siang hari, ia mesti jalan dengan pelahan. Di tempat umum, dimana lalu-lintas ramai, ia tak dapat jalan scparuh lari seperti di waktu malam, ia tak dapat gunai ilmunya jalan keras Patpou kansian dan Lioktee hoeiteng. Ia pun telah tidak ambil jalanan kecil. Ia memang tidak tahu jalanan, ia melainkan tahu hendak menuju ke Propinsi Hoolam untuk mengunjungi Thaykek Tan di Tankeekauw, Hoaykeng. Ia mau cari ahli Thaykek-koen si she Tan itu, untuk belajar silat, supaya ia bisa gabung kedua macam ilmu silat asal satu golongan itu. Maka di sepanjang jalan, sabansaban ia tanya orang, di mana letak Kota Hoaykeng. Sebal Teng Hiauw akan jalan ayal-ayalan, ia cepatkan tindakannya. Tidak merasa, ia telah jalan cepat sekali. Ia membuat orang heran dan curigai padanya. Ketika ia kebetulan lewati seorang polisi, ia segeradisusul. Ia disangka ada satu penjahat pemburon, ia hendak ditangkap. Syukur ia masih di luar Kota Pooteng, ketika ia menerangkan, ia ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

puteranya Teng Kiam Beng, ia tidak jadi ditangkap. Si orang polisi sangka ia lagi yakinkan ilmu lari keras. Ia cuma diperingari untuk jangan berlatih di jalan besar! Itulah pengalamannya yang pertama. Yang kedua ia telah ditolak oleh tuan rumah penginapan ketika ia singgah untuk bemialam. Itu kejadian di malam pertama, tempo ia sampai di satu kota kecil. Ia dandan perlente, tapi ia jalan kaki, mukanya pun penuh debu, tuan rumah bercuriga ia ditampik dengan alasan semua kamar sudah penuh. Ia jadi sibuk. Akhirnya dengan ngodol dua tail, ia dapat sebuah pondokan kecil dan jorok, makanannya tak keruan! Di hari kedua, sesudah insyaf, Teng Hiauw memikir akan cari binatang tunggangan. Ia pergi ke pasar, ia tanya harga kuda. Ia dapat keterangan, kuda yang bagus ber harga tiga puluh tail lebih, dan yang jelek, sedikitnya belasan tail. Ia cuma bekal belasan tail, sudah dipakai beberapa tail, maka sisa uangnya tinggal sepuluh tail lebih sedikit. Akhirnya, ia beli seekor keledai, yang kecil dan kurus, yang macamnya tak keruan. Menunggang kcledai, Teng Hiauw merasa jemu. Baharu ia jalan sepintasan, keledai itu sudah ngorong kelelahan. Binatang itu bertindaknya Iambat sekali, hingga ia haus. Kelcdainya pun ingin minum. Maka ia mampir di tempat ramai yang pertama. Ia pilih rumah makan yang paling besar. Ia baharu muncul didepan pintu, atau jongos, dengan al is dikerutkan kata padanya: Menycsal, Tuan, di sini tidak ada minuman. Di depan, Pengen-tin, ada sebuah kota besar. Lagi tiga puluh lie, kau akan sampai di sana, dengan runggang keledai, dalam tempo setengah jam, kau akan sudah sampai. Kau buka rumah makan, kau tolak tetamu? berseru Teng Hiauw dengan mendongkol. Aturan apa ini? Apa kau kira aku tidak punya uang?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia mcrogoh sakunya, ia segera menyodorkan dua tail perak. Baharu sekarang jongos itu bersikap manis, karena ia lihat uangnya dan jerih juga. Ia mempcrsilakan tctamunya ke dekat jendela. Tuan ingin minum apa? bertanya ia dengan hormatnya. Sebenarnya Teng Hiauw masih mendongkol, ia ingin umbar hawa amarahnya, akan tetapi ia lihat banyak mata mengawasi ia, terpaksa ia tenangkan diri. Arak apa pun boleh asal jangan yang keras, ia jawab. Jongos itu tertawa, ia menyuguhkan arak Tiokyap-tjeng. Arak ini pasti cocok untuk Tuan, kata ia. Tiokyap-tjeng ada arak keluaran Henghoa-tjoen, Shoasay, baunya harum dan rasanya menyenangkan, siapa minum itu, tidak lantas pusing, hanya nanti, pelahan-Iahan. Dan Teng. Hiauw merasa senang dengan minuman ini. Ia minum sambil memandang lain-lain tetamu, hingga ia pun menarik perhatian empat tetamu yang duduk di meja timur. Satu tetamu yang berumur lima puluh lebih, yang dua berusia tiga sampai empat puluh tahun, yang keempat pemuda umur dua puluh lebih. Mereka bicara dengan lidah Selatan dan Utara, hingga menjadi nyata, mereka bukan berasal satu tempat. Pembicaraan mereka dicampur sama kata-kata rahasia sebekal pedang. Biar bagaimana, Teng Hiauw ada puteranya satu ahli silat, tidak banyak, sedikit ia mcngcrti j uga kata-kata rahasia kaum Kangouw, maka itu, ia tahu empat orang itu bicara tentang suatu perkumpulan rahasia, perihal Kaum Pcmbcron lak Rambut Panjang. Rupanya mereka itu hendak mencari orang. Ia duga-duga, mereka ada or-ang-orang baik atau jahat, jikalau mereka ada orang baik-baik, ingin ia bersahabat dengan mereka itu. Ia baharu memikir, atau orang sudah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendahului undang dia. Si orang tua bangkit bcrdiri dan sambil melambaikan tangan, ia mengundang. Sahabat, mari duduk bersama-sama kita. Tanpa sangsi, Teng Hiauw menghampiri. Ia segera dipersilakan duduk. Saudara, kau sebenarnya ada dari jalan mana? tanya orang tua itu. Ia maksudkan, pemuda ini ada orang gagah dan mana Aku sedang bikin perjalanan, sahu! Tcng Hiauw dengan tercengang. la bingung dengan pertanyaan orang itu. Dijawab secara bertentangan, or-ang tua itu mengawasi. Saudara. jangan curiga, kata ia Kita orang ada asal jalanan yang sama sumbernya. Aku tanya kau, kau menjaga membuka merayap atau diatas jalanan mcnggantung mereka? Kau membuka usaha secara resmi atau membuka gunung mendirikan almari? Teng Hiauw mendatangkan kecurigaan orang, maka juga dia ditanya apa dia telah merampok di suatu tempai tertentu, apa dia tidak pilih tempat, apa dia masuk anggota suatu rombongan, atau dia Cuma bekerja, atau dia jadi kepala sendiri. Semua pertanyaan itu tidak dimengerti oleh orang she Teng ini, ia tidak tahu bagaimana harus menjawab, maka itu, ia menjadi bingung. Si anak muda mengawasi, lalu ia tertawa. Ia pun tarik tangan orang. Saudara Muda, kau rupanya baharu menginjak dunia Kangouw! kata ia. Looyatjoe, kita salah mata, dia menyangka kau ada orang Kangouw yang ada asal-usulnya. Si orang usia pertengahan juga tertawa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kau pun keliru! ia kata pada sahabatnya yang muda itu. Saudara Muda ini, walaupun dia bukannya satu kaum Kangouw ulung, mesti ada satu ahli silat kenamaan. Lihat pedangnya. Itu, itu. Dan dia merandek sendirinya. Ia hendak puji pedang itu, tctapi pedang masih di dalam sarung, dia belum pemah lihat, bagaimana dia dapat memujinya? Syukur, Teng Hiauw telah sambungi ia: Bicara tentang ilmu silat pedang, aku mengcrti Thaykek-kiam secara kasar-kasar, dari itu, aku bukannya satu ahli silat kenamaan. Tjoewie Tjianpwee sendiri tentu ada ahliahli. Teng Hiauw jadi suka bicara, karena ia lihat orang ada manis budi, tidak galak sepcrti si orang she Kiang KiangEkHian. Eh, Saudara Muda, tanya si or-ang tua, kau sebenarnya ada dari golongan mana? Kembali pemuda ini melengak. Aku tidak masuk perkumpulan, sahut ia. Orang tua itu isikan cawannya, atas mana, Teng Hiauw buru-buru menyambuti, ia hendak membilang terima kasih tetapi si orang tua mendahului, katanya: Saudara, kendati kita orang baharu bertemu, kita sudah sepcrti sahabat-sahabat lama. Aku paling suka anak-anak muda yang gagah. Kita kaum Kangouw mesti omong terus terang. Saudara, kau mengcrti ilmu silat, biar kau bukan anggota perkumpulan, kau mesti punvakan kaum. Orang toh tak bisakeluardari meledak, bukan? Aku tidak tahu halnya perkumpulan, kata Teng Hiauw, yang berpura-pura pilon. Ia tidak curiga tetapi ia tak ingin perkenalkan asal-usulnya. Dengan sebut nama ayahnya, ia kuatir nanti tcrhina. Ia pun scdang buron, tak dapat ia buka rahasia sendiri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang tua itu keringkan cawannya sendiri. Ia lihat orang sepcrti tak gembira bicara. Kendati kita baharu pertama bertemu, kita ada sepcrti sahabat-sahabat lama, orang tua ini kata pula kemudian. Tentu saja, kau curiga, Saudara, kau tidak berani lantas omong terus terang. Umpama kau tidak memasuki sesuatu perkumpulan, kau tentu ketahui halnya badan-badan perkumpulan kaum Kangouw. Umpama Gichoo-toan, kau tahu atau tidak? Aku tidak tahu, sahut Teng Hiauw sambil goyang kepala. Toatoo-hwee? , Tidak tahu juga. Orang tua itu meletaki cangkirnya dengan digabruki. Bcnar-benar kau pandang kita sebagai orang luar! melanjutkan ia Di mana ada seorang Kangouw yang tidak jujur sepcrti kau? Giehoo-toan kau tidak tahu, Toatoo-hwee kau tidak kenal, nah, kau scbutkanlah Sendiri, sebenarnya perkumpulan Kangouw apa saja yang kau ketahui! Mustahil kau tak mengetahui satu jua? Teng Hiauw jadi berpikir. Aku mclainkan ketahui satu akhirnya ia jawab. Perkumpulan apa itu? tanya si orang tua. Aku cuma ketahui Piesioe-hwee sahut si anak muda, yang suaranya tak tegas. Air mukanya si orang tua berubah. Oh, Piesioe-hwee? kata ia. Siapa yang kau kenal dalam kumpulan itu? Pertanyaan ini membikin Teng Hiauw bungkam. Ia menyebut Piesioe-hwee karena ia ingat itu setelah si orang tua sebut Toatoo-hwee. Wajah si orang tua pun ada lain. Tentang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Piesioe-hwee ia tak tahu suatu apa, cuma dari Kim Hoa ia dengar, itu ada satu perkumpulan rahasia Aku tidak kenal orang-orang perkumpulan itu, ia berkata kemudian. Aku pun dengar itu dari satu sahabatku. Katanya dalam Piesioe-hwee ada satu pemuda dengan kepala sepcrti kepala macan tutul, mukanya berewokan, dia pandai ilmu pedang Thaykek-kiam. Orang tua itu lantas tertawa berkakakan. Benar-benar mataku yang tua tidak lamur! berkata ia dengan gembira. Kau memang bukan orang sembarangan, Saudara! Dan ia tunjuki jempolnya, ia suguhkan arak pula., Teng Hiauw bingung. Selagi ia tak tahu mesti berbuat apa, ia lihat si orang tua tertawa dingin, lalu secepat kilat, tangannya itu menyambar ke pundaknya hingga ia merasa seperti digaet besi, sampai tangannya sesemutan dan lemas. Dan belum ia tahu apa-apa. dua orang lain sudah keluarkan borgolan dengan apa kedua tangannya terus dirantai! Walaupun ia Jiehay, dalam keadaan seperti itu, selagi ia bingung, Teng Hiauw lidak sempat berdaya. Sama sckali ia tidak menyangkajelek. Ia ada scorang hijau untuk dun ia Kangouw, scdang gcrakannya si orang tua ada luar biasa tangkas. Tapi ia jadi tidak puas. ia mendongkol. Selagi Iainlain retamu kaget dan heran, ia berseru: Eh, kawanan manusia busuk, siauwya kau tidak bcrmusuh dengan kamu scmua, ken apa kau orang tangkap aku? Lihat, hari ada terang-bendcrang! Apakah kau orang tidak takuti undangundang negara? Si orang tua awasi pemuda itu 8tl ketawa dingin, kcmudian ia berpaJing pada Iain-Iain tetamu, yang scmuanya terperanjat dan tcrcengang, i dcngan sabar ia mcnyahuti si anak muda: Undang-undang negara? Looyamu ini adalah undang-undang negara. Lantas ia lambaikan tuan rumah di depan siapa ia beber surat kuasa atati surat titahnya, sambil tambahkan: Kita semua telah ditugaskan Sri Baginda Raja untuk bekuk kaum pemberontak, dan ini bocah adalah si

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pemberontak! Dia minum arak di waning kau ini, kau juga tak dapat lolos dari tanggung jawab, tetapi menampak romanmu, kau 11ada sangkut paut dengan dia ini, kita suka memberi ampun, kita tidak hendak bawa kau untuk diperiksa terlebih jauh, akan tetapi lain kali kau mesti nyalakan api sedikit lebih bcsar, supaya jika ada orang yang dicurigai, kau mcsti segera laporkan itu kepada pembesar negeri! Dengan nyalakan api sedikit lebih besar, diartikan awas mata. Menurut undang-undang Kerajaan Tjeng, siapa bcrontak, dia akan terembet sampai pada tiga tingkat sanak-berayanya, maka juga si tuan rumah, jongosnya, dan sckalian tetamu lainnya, jadi jerih sekali. Begitulah tuan rumah, dia tidak berani minta pembayaran uang arak dan makanan. Jongos, yang tadi sambut Teng Hiauw, ingin bermuka-muka. Memang! kata ia. Begitu melihat roman dia ini, aku sudah curiga, tadi aku larang dia masuk tetapi dia memaksa! Teng Hiauw jadi lebih-lebih gusar. Setan alas! ia mem ben tak. Kau orang adalah si orang-orang jahat! Cara bagaimana kau orang boleh tuduh aku? Terang kau orang hendak memeras! Memeras? ulangi si orang tua. Apakah kau perlu penjelasan? Piesioe-hwee ada perkumpulan rahasia pemberontak paling jahat dan berbahaya, sesuatu anggotanya yang kena ditawan, mesti dihukum mati, Sri Baginda Raja tak akan bcrikan ampun lagi! Oh, bocah, kau masih mengharap untuk hidup pula?. Si tua ini dengan getas tuduh pemuda itu ada anggota Piesioe-hwee. Mereka ini benar-benar ada orang-orang yang ditugaskan menawan kaum pemberontak, tetapi mereka bukan diwajibkan utama menumpas Piesioe-hwee, hanya Gichootoan. Piesioe-hwee cuma main lakukan penyerangan gelap,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak demikian dengan Giehoo-toan, yang angkat senjata. Giehoo-toan bercita-cita Hoetjeng Hokbeng - merubuhkan Kerajaan Tjeng untuk membangunkan pula Kerajaan Bcng, dan juga mcmbela rakyat jelata, korban sewenang-wenang pembesar-pembesar negeri. Adalah tadinya, terang-ferangan, Giehoo-toan masih diperlakukan mirip Piesioe-hwee. Itu sampai empat orang adalah orang-orang kepercayaan Kioeboen Teetok dari Pakkhia yang dipcrbantukan pada Socnboc Lie Peng Heng dari Shoatang, kepada Tjongtok Djoe Lok dari Titlee, dan kepada Soenboe Thio Lie Bwee dari Hoolam, untuk cari orang-orang Giehoo-toan. Teetok itu memang lepas banyak orangnya, maka mereka ini, yang bekerja sama dengan orang-orang setiap propinsi sendiri, merupakan seteru hebat bagi pergerakan kebangsaan itu. Tempat tugas dari empat orang itu adalah daerah Kota Anpeng. Si orang tua ada Tjiauw Tiong Yauw, keutamaan ilmu silatnya ada Thongpie-koen atau Menembusi Lengan serta sedikit Tiamhiat-hoat Tiga yang Iain ada kawan sekerjanya, yang pandai loncat tinggi. Mereka pun mengerti kata-kata rahasia kaum Kangouw. Setiap mencari tahu tempat musuh, atau lantas membekuk anggota-anggota Giehoo-toan yang berkeliaran. Tjiauw Tiong Yauw mengerti, Teng Hiauw ada scorang hijau, tetapi karena pemuda ini menyebut-nyebut Piesioehwee, perkumpulan yang sangat dirahasiakan, serta menghunjuk juga anggota Piesioe-hwee yang pandai Thaykekkiam, ia jadi curiga juga. Anggota Piesioe-hwee yang dimaksud, yang berkepala sebagai kepala macan tutu I, adalah Law Boe Wie, yang sedang dicari keras. Teng Hiauw ketahui lukisan roman orang tetapi tidak tahu namanya, sebab Kim Hoa, dari siapa ia perolch keterangan. tidak menyebutnya. Iadisangka ada punya hubungan sama Boe Wie, dari itu, ia lantas ditawan. Itulah sikap umum dari orang-orang polisi ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang berpokok: Lebih baik kcliru bunuh seratus rakyat jelata daripada melepas lolos satu penjahat. Demikian Teng Hiauw yang apes, sia-sia ia memprotes, orang tidak gubris padanya. Tiong Yauw berempat terus minum araknya. sampai kemudian, di jalan besar, debu tertampak mengebul, kuda menerbitkan suara berisik dengan suara dan tindakannya. Itulah scpasukan tentara penumpas pemberontak, yang datang ke arah tujuannya, dengan di sepanjang jalan melakukan penangkapan kepada rakyat jelata yang disangka. Opsir yang mengepalai pasukan itu girang bukan main apabila Tiong Yauw melaporkan dapat dibekuknya satu anggota Piesioe-hwee. Seiagi hamba negeri itu mclanj uti perjamuannya, ke dalam rumah makan itu ada benindak masuk satu tetamu. Entah bagaimana, dia masuk tanpa menarik perhatian siapa juga, kecuali sesudah dia berada di depannya Tiong Yauw dan si opsir beramai. Ketika itu, rumah makan seperti terkurung tentara, meski benar sekalian serdadu sedang beristirahat dan bcrpencaran. Orang ini berumur hampir empat puiuh tahun, alisnya kereng, matanya bersinar. Teng Hiauw pun tidak perhatikan orang ini, karena ia sedang repot dengan dampratannya, sebab ia sangat mendongkol atas periakuan orang-orang polisi rahasia itu. ia baharu berpaling, untuk melihat, kapan ia dengar ada serdadu yang menegur dengan keras: Kau siapa? Kenapa kau lancang masuk kemari? Kau tak tahu aturan? Aturan apa sin? balik menanya tetamu itu, sikapnya sabar luar biasa. dirumah makan, sesuatu orang dapat memasukinya! Looya bisa datang kemari, mustahil aku tidak? Itulah suara, yang Teng Hiauw kenali, hingga ia terkejut, apabila ia (liat romannya, ia heran bukan main! Dia segera

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kenali orang yang Angje Lichiap si Nona Baju Merah, panggil Tjoe Soesiok, yang pernah tempur ia sendiri! Ketika putera Teng Kiam Beng pandang orang baharu itu, dia pun justru menoleh, hingga empat mata jadi bentrok sinamya. Dia itu agaknya tcrpcranjat. Dia maju dua tindak, mendekati, scraya berseru: Ah, Piauwtee! Kau kenapa? Kenapa or-ang telah pakaikan kau ini macam barang pwrmainan? Orang itu menyebutkannya borgolan scbagai barang pcrmainan. Teng Hiauw pun tercengang, karena tahu-tahu ia dipanggil piauwtee, adik misan. Tapi, sebelum ia sempat menyahut, kawan-kawannya Tjiauw Tiong Yauw sudah hunus golok dan Thie-tjio mercka. Mercka maju menghalangi orang itu dekati lebih jauh si anak muda, hingga orang itu mundur sendirinya agaknya dia kaget dan tercengang. Dia tentu bukan orang benar, tangkap padanya! berseru si orang tua. Dan dua kawannya sambuti seruan itu: Jangan kau melawan! Teng Hiauw tahu orang itu liehay, ia percaya, pertempuran hebat bakal mengambil tempat. Akan tetapi, dugaannya meleset. Orang itu tidak melawan, dia malah angsurkan kedua tangannya. Dia cuma bilang: Aku tidak tahu suatu apa, harap Looya semua berlaku baik, untuk tidak bikin aku bersengsara. Dcmikian, dengan jinak, orang itu kena diborgol. Teng Hiauw mendongkol bukan main, sekarang terhadap si tetamu. Manusia ini cuma pandai berjumawa terhadap angkatan muda, pikir dia. Di muka hamba negeri, dia begini bernyali kecil! Cis, aku tadinya sangka dia ada satu enghiong!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah ditawan, si orang baharu lantas dipcriksa. Ia akui bahwa Teng Hiauw itu ada adik misannya, bah wa mereka berdua baharu saja masuk menjadi anggota Gichoo-toan. Anggota Giehoo-toan disebut koenbin artinya rakyat Pahkoentauw. Orang tua itu dan si opsir tentara tertawa berkakakan. Kau lihat, bocah! kata mereka pada anak muda kita. Scjak tadi kau berkepala batu, kiranya kau benar-benar orang Giehoo-toan! Dan kau pun ada orang Piesioe-hwee yang buron! Kemudian, ia terusi pada si Tjoe Soesiok: Kau ada seorang jujur, di depan Tiekoan nanti, kau pasti akan dapat keringanan. Bcrtambah-tambah gusamya Teng Hiauw, hingga dia mendamprat si Pamah Tjoe itu, yang dia katakan pengkhianat kawan. Toh dia tidak tahu, siapa namanya orang ini, dia cuma umbar hawa amarahnya, karena mana, dia tak dapat piljh kata-kata. Orang tua itu tak ambil perduli ia dicaci kalang-kabutan, ia tunggu sampai si anak muda sedikit redah amarahnya, lain dengan tawar ia kata: Piauwtee, kau sabar sedikit. Siapa suruh kita kena ditawan? Baik kita orang pasrah saja kepada nasib-.. Ia bersikap lesu, nampaknya ia harus dikasihani, iapun mcnghela napas berulang-ulang. Si opsir dan orang-orang polisi tertawa geli melihat kelakuannya itu, engko dan adik misan satu kepada lain, mereka anggap sikap mereka lucu. Lalu, tak lama kemudian, opsir ini dan empat orang polisi rahasia itu berangkat meninggalkan rumah makan, mereka giring dua orang tawanan itu, yang dicampur dalam rombongan tawanan lain. Meraka ada bawa beberapa ratus serdadu. Jumlah orang tawanan ada belasan. Tujuannya rombongan ini ada Anpeng-hoe, Kota Anpeng.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw tak dapat kendalikan diri, di sepanjang jalan, sampai suaranya jadi serak, sampai ia tak mampu mendamprat lebih jauh. Or-ang telah ringkus ia di atas kuda. Melainkan dengan sepasang mata tajam, ia awasi Tjoe Soesiok, si Paman Guru she Tjoe itu. Si opsir gembira sekali, ia puas telah dapat tawan orangorang Giehoo-toan dan Piesioe-hwee dengan berbareng. Sementara ltu, penduduk di sepanjang jalan pada ketakutan, mcreka singkirkan diri bagaikan ayam kabur dan anjing ngiprit. Barisan tentara ini jalan terus, ketika sang maghrib mendatangi, mereka terpisah dari Kota Anpeng tinggal lagi lima puluh lie. Waktu itu mereka berada ditanjakan Tjiasekkong. Supaya bisa sampai scbclum malam, mereka jalan dengan cepat, kuda mereka dicambuki berulang-ulang. Tanjakan Tjiasek-kong ada seperti bukit tersusun. tanahnya ada tanah merah. Di kedua tepi jalanan ada tumbuh pohon kaoliang yang tinggi sependirian manusia. Tatkala itu, angin meniup-niup, hingga pohon-pohon kaoliang jadi rebah bangun bagaikan gelombang. Selewatnya tanjakan ini, jalanan rata, dari situ, Kota Anpeng sudah bisa terlihat. Selagi barisan serdadu ini Icwati tikungan di kaki puncak, dari scbclah atas, antara pepohonan lebat, ada terdengar suara orang tertawa, yang disusul sama suara tindakan kaki yang nyata, kemudian kelihatan munculnya satu orang mcndckati umur empat puluh tahun. yang dandan sebagai satu anak sckolah. Mahasiswa ini bcrsikap anch. Bcberapa tumbak lagi akan sampai di depan serdadu-serdadu berkuda, yang jalan paling depan, mendadakan ia angkat kedua tangannya, ia rangkap itu, untuk memberi hormat, sedang dari mulutnya segera terdengar kata-kata| yang berirama nyanyian, katanya: Jalanan ini adalah aku yang buka, gunung ini adalah aku yang rawatj maka itu siapa berlalu-lintas di sini, dia harus membayar uang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sewa jalan! Habis itu, dengan kipasnya dia tunjuk pasukan tentara sambil berseru: Hayo, berhenti! Opsir pemimpin tentara itu menjadi heran, mau atau tidak, ia berhenti. Ia tahu, melainkan tentara yang menawan berandal, tidak ada begal yang sebaliknya minta uang sewa jalan dari tentara. Dan herannya pula, orang ini cuma bersendirian. Orang ini bertingkah-laku mirip or-ang edan daripada satu penjahat. Hci, orang otak miring, lekas minggir! kemudian ia berseru. Atau nanti aku bekuk padamu untuk dibawa ke kantor negeri! Dia anggap orang itu edan, dari itu, dia cuma menggertak. Anak sekolah itu tak perdulikan bentakan, ia berdiri diam. Opsir itu menjadi heran, dari menggertak saja, ia jadi ingin buktikan gertakannya itu, akan tetapi selagi ia hendak membuka mulut, untuk berikan titahnya, Tjiauw Tiong Yauw sudah dului ia. Tongtay, awas, jagalah orang-or-ang taw an an kita! berseru orang tua ini, si orang polisi. Dia bermata tajam, segera ia duga, si anak sekolah bukannya orang edan. Dia pun sudah lantas keprak kudanya maju ke depan. Baharu orang polisi ini berseru atau si Tjoe Soesiok, orang yang masuk ke restoran untuk scrahkan diri dibelenggu, telah berseru juga, suaranya bagaikan harimau menggcram, menyusul mana, dia telah gcraki kaki dan tangannya, hingga dalam sekcjab saja, rantai-rantai borgolan pada putus terkutung beberapa potong, hingga berbareng dengan kemerdekaan dirinya, dia mcncelat dari atas kudanya, bagaikan kilat saja, segera ia sampai di atas kudanya Teng Hiauw, tatkala ia gunai kedua tangannya, juga tambang yang mengikat si anak muda pada terputus semua, sesudah mana, lebih jauh ia bikin putus semua rantai belengguan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serdadu-serdadu pengiring sementara itu, walaupun mereka terkejut, sudah lantas bergerak, untuk menyerang, guna melakukan penangkapan. Tjoe Soesiok itu tak jcrih akan ancaman barisan serdadu itu, malah dia mendahului menerjang, hingga dengan gampang, dia dapat rampas dua batang golok. Dia bermaksud lemparkan sebatang golok kepada Teng Hiauw, untuk ini anak muda, turut tindakannya, akan tetapi kapan ia menoleh, dia tampak anak muda ini, yang sudah mcrdeka, baharu saja berhasil toyor rubuh si opsir, tombak siapa ia sambar dan rampas, hingga dengan senjata di tangan, ia bisa layani serangan. Pada waktu itu, si anak sekolah pun sudah turut beraksi, akan cegat sejumlah serdadu, yang hendak mclarikan diri, karcna hati mereka gentar sendirinya. Komandan barisan itu, yang bcrpangkat tongtay, menjadi sibuk sekali atas kejadian itu yang tidak disangka-sangka. Dia duduk di atas seekor kuda besar, senjatanya sebatang golok, dia lantas saja berseru, untuk kendalikan barisannya. Tjoe Soesiok lihat aksinya pemimpin tentara itu, ia hendak merintangi, untuk ini, ia berlompat tinggi dan jauh, guna menghampirkan. Ia telah gunai loncatan Ithoo tjiongthian atau Seekor burung hoo serbu langit. Selagi Tjoe Soesiok beraksi berbareng dengan si anak sekolah dan Teng Hiauw juga, kin dan kanan jalanan, di sawah kaoliang, mendadakan timbul pekik riuh-rendah, pohon-pohon kaoliang segera bergerak bagaikan gelombang. Di situ muncul dengan tiba-tiba serombongan besar orang, yang kepalanya semua dilibas pelangi kuning, yang tangannya pada bergegaman, mereka ini maju sambil berseru-seru. Mereka adalah koenbin atau pemberontak Giehoo-toan! Tjoe Soesiok telah sampai di depannya si tongtay, selagi dia ini terkejut, karena melihat barisan tcrsembuny! dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

musuh, tidak tempo lagi, dentgan Pektjoa touwsinatau Ular putih muntahkan bisa, ia menikam, gerakannya sangat cepat Tongtay itu terperanjat, dia kidut kudanya, untuk berlompat, dengan goloknya, dia menangkis Akan tetapi si Tjoe Soesiok ada sangat gesit, ia lompal ke samping, untuk berkelit, lain dcngan enjot tubuhnya, ia loncat tinggi ke belakang kuda sambil goloknya dipakai membabat dengan gerakan Ganlok pengsee atau Burung belibis turun di pasir datar. Tongtay itu belum sempat memutar tubuh atau berkelit, senjatanya juga tak sempat diputar, tahu-tahu batang lehernya sudah terbabat kutung. sambil muncratkan darah hidup, kepalanya terpental jatuh, menyusul mana, tubuhnya rubuh dari kudanya! Sekalian serdadu Boan yang melihai itu menjadi kaget, hati mereka menjadi ciut, tanpa ayal lagi, mereka berebut lari serabutan. Berbareng waktu itu, Tjiauw Tiong Yauw sudah tempur simahasiswa yang memegat jalan mereka. Dia ada bersama dua kawan, yang berusia pertengahan. Mereka ini ada boesoe, guru silat dari kantor tjongtok di Titlee. Mereka gusar sekali melihat serdadu mereka, yang terdiri dari beberapa ratus jiwa, sudah angkat kakj, maka itu, mereka segera maju, akan terjang Tjoe Soesiok. Senjata mereka masing-masing ada golok sebatang, Tan-too dan Thie-tjio. Tjoe Soesiok tertawa besar apabila ia lihat ia diterjang dari kedua pinggiran. Ia tampak datangnya Thie-tjio terlebih dahulu, sambil lompat ke samping, ia menyambuti, akan babat lengan. Penyerang itu lekas-lekas tank pulang tangannya, untuk luputkan bahaya. Setelah membabat dengan tidak bcrhasil, Tjoe Soesiok lanjuti ayun goloknya, untuk tangkis serangan golok dari lain musuhnya, yang sudah terus serang ia, maka segeralah ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

layani dua musuh itu. la bcrlaku gesit. Meski demikian, ia masih gunai tempo, akan diam-diam link kawan-kawannya. Teng Hiauw sedang me layani si anak muda yang menjadi kawannya Tjiauw Tiong Yauw. Kacau adalah pertempuran di antara barisan kocnbin dengan tcntara negeri, yang belakangan ini banyak yang kabur, tapi yang scbagian besar berkelahi dengan sengit, hingga Tjiasek-kong menjadi satu medan pertempuran. Teng Hiauw mengerti ilmu berkelahi tangan kosong lawan senjata tajam, akan tetapi dia tidak sepandai si Tjioe Soesiok. Dia pun malu, karena sebagai keluaran dan putcra ahli Thaykek-kocn, dia mcsti ditolongi orang tak dikenal itu. Tapi dia penasaran, dia tidak mau kalah, maka itu, dia sudah terjang si opsir dan rampas tombaknya ia itu seraya orangnya pun dibikin rubuh. Dengan tombak itu, ia lantas terjang tentara negeri. Ia lagi panas hati, ia ngamuk dengan hebat. Bcbcrapa serdadu lantas saja rubuh terpel anting. Sedangnyaia sengit, tiba-tiba sambaran angin datang dari belakangnya. Ia tahu, ada serangan datang, berbareng menoleh, ia menangkis ke bclakang. Kedua senjata bentrok dengan kcras, si penyerang Ioncat mundur, apabila ia sudah lihat nyata, iakenali si pembokong sebagai si anak muda kasar di rumah makan. Ia lantas balas menycrang, walaupun tak biasa ia menggunai tombak. Scsudah beberapa jurus dikasih lewat, hatinya Teng Hiauw menjadi tetap. Di dalam hatinya, ia kata: Kiranya begini saja pertempuran di kalangan Kangouw. Aku tadinya sangka semua orang mesti liehay seperti Tjoe Soesiok ini. Ia pun lantas lihat kckurangannya sendiri dan bagian-bagian yang liehay dari musuh itu, yang menggunai pedang, senjata pendek yang memerlukan kegesitan. Lekas sekali ia mengerti bagaimana harus melayani musuh ini. Dcmikianlah ia gunai ilmu tombak Thaykek-tjhio Djicsiesie, yang terdiri dari dua

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

puluh empat jurus. Ia bersikap tenang, hingga cepat sekali, ia berada di atas angin. Di pihak lain, Tjiauw Tiong Yauw yang garang telah kena dibikin bemapas senin-kamis oleh si anak sekolah. Senjatanya yang belakangan ni adalah kipas Siauwkim-sie itu, yang terbuat dari baja, yang kedua tepinya tajam sekali, hingga kipas itu dapat digunai sebagai piehiat-kwat, penotok jalan darah, dan pedang Ngoheng-kiam, terutama sebagai aiat mencari tiga puluh enam jalan darah. Tjiauw Tiong Yauw telah berfatih beberapa jntfuh tahun akan tetapi dia masih belum tahu ilmu silat kipas ini. toyanya Tjiebie-koen kesohor untuk dua Propinsi Titlee dan Shoatang, sedang ia pun pandai pukulan Tongpie-koen, kekuatan kcpalan. akan tetapi, sesudah berfempur tig apuluh jurus, ia kewatahan menghadapi si sioetjay itu. Ia jadi penasaran dan gusar berbareng kuatir, ia jadi sibuk sendirinya, maka itu di akhirnya, ia mendak, ia berseru, ia mengumpulkan tenaga kepalannya pada toyanya, untuk menyambar pinggang lawan dengan diterusi menyapu kaki! Anak sekolah itu tertawa panjang. Ha, segala kepandaian tikus dan rase diperlihatkan bagaikan sang kunyuk! kata ia secara mengejek. Sayang sakuku kosong-melompong, hingga aku tak punya uang untuk dipersenkan! Jikalau kau bcrlompat pula, aku nanti hajar padamu, jikalau tidak, aku akan menonton saja! Hayo, kau berlompat atau tidak? Lucu mahasiswa ini selagi bertempur, dia masih bergurau. Memang juga, ilmu Tongpie-koen dari Tjiauw Tiong Yauw bergerak-gerak scperti gcrakgeriknya monyet, terutama selagi ia loncat, ia mirip kunyuk. Tentu saja ia sangat mendongkol dipermainkan secara demikian, tetapi ia cuma jadi makin mendelu, karena semua serangannya tidak memberikan hasil.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Si sioetjay adajauh terlcbih gesit daripada dia, tubuhnya melesat-lesat luput dan toyoran atau paparan toya. Jangan kata orang purrya tubuh, bajunya saja tak pernah kelanggar. Kalau Tiong Yauw makin lama jadi makin kecil hatinya, sebaliknya, si sioetjay jadi makin mantap, kipasnya semakinjadi bcrbahaya. Karena jaga diri, supaya jalan darahnya tidak sampai kena ditotok, Tiong Yauw sampai keluarkan keringat dingin. Kekuatirannya memuncak apabila ia dapati kenyataan, barisannya kena dikurung pasukan liar dan musuh. Diakhirnya, sambil putar tubuh, ia gunai gerakan Lauwsie poankin atau Pohon tua terbongkar akarnya, untuk membabat ke bawah, lalu di saat musuh loncat, untuk luputkan diri, ia pun loncat mundur, guna angkat langkah kaki panjang. Si sioetjay liebay sekali, ia rupanya bisa duga maksud musuh, selagi musuh loncat, ia pun loncat lebih jauh, ke sebelah depan, hingga di lain saat, ia sudah mendahuiui berada di depan musuh itu, untuk memegat, kipasnya terus menotok kepada jalan darah Hoakay-hiat. Tjiauw Tiong Yauw terponggok. sampai ia tak sempat menangkis atau mengelakkan diri, tidak ampun lagi, ia mcnjcrit, jeritannya disusul sama rubuhnya tubuhnya, yang rubuh terlentang. Sesudah rubuhkan musuh, si sioetjay tidak hampirkan musuh itu, untuk melanjuti serangannya, sembari tertawa mengejek, ia hanya loncat ke belakang, akan serbu tentara musuh. Celaka adalah Tjiauw Tiong Yauw, dia rubuh dalam kekalutan, tidak ada satu serdadu jua, yang maju untuk menolongi dia, rnaka, di antara injakan banyak kaki serdadu dan serdadu koenbin, ia mesti kehilanganjiwanya. Si sioetjay sudah lantas dekati or-ang yang dipanggil Tjoe Soesiok itu, selagi dia ini menyerang hebat dengan goloknya, hingga goloknya merupakan bundaran perak. Dengan ini cara, Tjoe

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Soesiok bikin repot kedua orang yang kepung dia, yang duaduanya ada orang-orang polisi kesohor, hingga dalam tempo yang lekas, ia bikin dua musuh itu jadi jerih. Dengan satu tanda, mereka itu mcncoba tinggal kabur musuh yang Iichay ini. Tjoe Soesiok itu sebaliknya mendesak semakin keras. Musuh yang bersenjatakan Thie-tjio mau pakai senjata yang berat itu akan tekan goloknya Tjoe Soesiok, sesudah itu ia hendak loncat kabur, akan tetapi Tjoe Soesiok yang cerdik tidak mau kasih goloknya kena dibikin tak berdaya, selagi goloknya diketok keras, ia justru ke bawahkan itu, lalu ia putar, akan dipakai balas serang lengan orang dengan tipu pukulannya Poattjo simtjoa atau Keprak rumput untuk cari ular. Musuh yang bersenjatakan golok melihat kawannya terancam bahaya, dalam sibuknya, dia loncat, dia serang orang punya batok kepala. Hebat serangan ini, karena ia gunai pukulan Lekpie Hoa-san atau Dengan sekuat tenaga menggempur Gunung Hoa-san. Ia pun harap, dengan serangan separuh mcmbokong itu, ia bisa rubuhkan musuh. I tulah serangan sangat bcrbahaya. Akan tetapi, melayani dua musuh, Tjoe Soesiok telah berlaku waspada, terutama untuk scrangan-scrangan gelap. Melihat datangnya golok, dia loncat berkelit, dengan tipu Yantjoe tjoanin atau Burung walet tembusi awan. Bcgitu rupa ia berloncat, sebat sekali, tetapi tak kalah gesitnya ketika ia turun, sebelum orang sempat perbaiki diri, sembari turun, goloknya dipakai menyambar. Kesudahan dari ini ada sangat hebat, karena sebuah leher putus dan sebuah kepala terlempar jatuh dan darah menyemprot! Kagetnya musuh yang bersenjatakan Thie-tjio itu bukan main, hatinya scperti hancur, tidak berayal lagi, ia loncat, untuk angkat kaki. Tapi ia baharu menyingkir beberapa tindak, tatkala di depannya, ia lihat seorang mendatangi sambil berseru: Ke mana kau hendak kabur?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di sini aku! Dan orang itu belum sampai atau serupa benda mendahuiui ia, benda hitam, yang menerjang orang dengan gegaman Thie-tjio itu. Dia ini kaget, belum sempat dia menangkis, atau berkelit, benda itu sudah mengenai tubuhnya, yang telah kena tertotok, maka segera ia rubuh seperti Tjiauw Tiong Yauw yang buruk nasibnya. Sesudah rubuhkan musuh yang mau kabur ini, orang itu hampirkan si Tjoe Soesiok seraya bcrkata sambil tertawa: Untuk rubuhkan dua musuh tak punya guna ini, kenapa kau sia-siakan begitu banyak tempo? Tjoe Soesiok itu tertawa. Manusia jail, jangan adu mulut di sini! ia mcmbentak. Kau gunai senjatamu yang tepat dan aku senjata sambaran! Sehabis menjawab demikian, ia tank tangan orang. Mari aku ajak kau tengok satu pemuda Kangouw! kata ia. Pada waktu itu, pertempuran di antara Teng Hiauw dan si anak muda, yang mukanya hitam, sudah mulai perlihatkan tanda-tanda keputusan. Pedangnya si muka hitam liehay, tetapi dia kewalahan melayani tombak Teng Hiauw yang ujungnya menyambar-nyambar seperti tak hentinya, cepatnya luar biasa, sampai orang repot bukan kepalang, hingga dia seakan-akan kena dikurung. Pertempuran itu berjalan cepat. Sang Batara Surya sudah mulai doyong ke barat, terus selam di ujung gunung, hingga cuaca sore menjadi gelap. Tapi pertempuran mesti dilanjutkan, karcna tentara negen, daiam kekalahannya. masih terus melakukan perlawanan. Maka itu, lentera Khongbengteng lantas dinyalakan. Barisan kuda pemerintah tidak bisa berbuat banyak dalam pertempuran malam iru, karena di bokit, di tanjakan. pihak koenbin mengadakan dua pasukan lain, dalam dua rombongan tersembunyi, yang mcnggunai anak panah, hingga setiap kali

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pasukan negeri hendak mcnerobos, saban-saban mereka dipukul mundur hujan busur. Biasanya tentara negeri melakukan penangkapan dengan mengandali jumlah yang besar, akan tetapi sekarang mereka ketemu tandmgannya, dengan ccpat semangat mereka tergedor, apapula dari sana-sini Iantas terdengar teriakan anjuran: Menakluk! Lekas menakluk! Tjoe Soesiok teiah dapat rampas seekor kuda, ia naik ke atasnya, ia keprak kudanya itu Ian mondar-mandir seraya ia serukan berulang-ulang: Saudara-saudara tentara negeri,lekas letaki senjata! Buat apa adu jiwa untuk pemerintah asing? Bukankah kau orang semua ada rakyat jelata? Jangan jual jiwamu untuk pemerintah, jangan tolol! Lekas letaki senjata! Man bekeria sama-sama kita, untuk hidup bersama, sama rata sama rasa! Seruan itu teiah memberikan hasil baik, tidak antara lama, pertempuran benar-benar berhenti, waiaupun| dengan pelahan-lahan, hingga di lain saat, beberapa ratus serdadu Boan itu tidak beraksi lagi. Si anak muda muka hitam kaget ketika ia dengari teriakanteriakan menganjuri pihaknya meletaki senjata dan menyerah, ia berkuatir, dalam sibuknya, ia coba menyerang dengan hebat, dengan ilmu pedangnya Patsian-kiam atau Pedang dclapan dewa. Dengan ilmu itu, beberapa kali dia bcrlompatan, bergulingan, pedangnya saban-saban menikam dan mcmbabat. Teng Hiauw repot juga mclihat perubahan scrangan orang itu, dengan tcrpaksa, ia mclayani tak kurang gesitnya, sambil bcrkelit ke kiri dan ke kanan, tombaknya pun saban-saban melakukan serangan pembalasan, malah satu kali, ujung tombaknya menikam iga kanan orang. Si muka hitam kaget, ia berkelit dengan melejit ke kiri, di sini dengan gerakan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thaypeng tjiantjie atau Garuda pentang sayap dia balas membacok ke bebokong lawan nya. Teng Hiauw bisa duga serangan orang itu, ia Iantas gunai akal. Ia maju dengan lompatan Koaybong hoansuTatau Ular nagajumpalitan, ia sengaja bikin musuhnya menyerang ia dengan hdti besar, tapi lalu dengan mendadakan, ia mcncelat ke samping, tombaknya turun selagi pedang musuh lewati ia, tidak tempo lagi, ia kena hajar pedang itu dengan keras sekali, tak ampun lagi, cekalannya si hitam terlepas, pedangnya terlempar beberapa tumbak jauhnya! Kejadian itu membuat si muka hitam kaget, akan tetapi dia tidak lompat, untuk lari, sebaliknya, dia berdiri diam, sambil merangkap kedua tangannya, dia berseru: Aku menyerah! Terserah, kau boleh bikin apa kau suka! Teng Hiauw telah bekerja terus meskipun ia sudah pukul jatuh pedang musuh, ia geraki pula tombaknya, untuk menikam. Gerakan nya ini ada berbarengan dengan seruannya si pemuda muka hitam itu, tidak heran kalau ada sulit untuk ia menahan tikamannya. Di saat yang sangat genting itu, mendadakan ada orang berlompat dari belakang, seperti burung melayang, tangannya menyambar, tiga jarinya menotok nadi kanannya, atas mana sekejab saja, tombak di tangannya terlepas dari cekalan dan jatuh ke tanah. Kaget dan heran adalah perasaannya Teng Hiauw itu waktu, lengannya pun sesemutan, seperti mati, tetapi ia masih dapat loncat, untuk memutar tubuh, hingga ia dapat melihat, siapa orang yang membokong ia. Penyerang dari belakang itu, sambil tertawa, kata padanya: Adalah aturan kita, musuh yang sudah menyerah, tak dapat dibinasakan jiwanya! Dan ia kenali, orang itu adalah or-ang yang dipanggil si Nona Baju Merah panggil Tjoe Soesiok! lalah orang yang akui

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia sebagai piauwtee, adik misan! Ia tercengang, ia malu sendirinya, mukanya menjadi bersemu merah. Tjoe Soesiok, aku tak tahu aturan itu. kata ia, kemekmek, dan tanpa merasa, ia ikut-ikutan si nona memanggil Tjoe Soesiok, Paman Guru Tjoe. Tjoe Soesiok tertawa pula. Seharusnya kau panggil aku piauwhia! kata ia, sambil tertawa pula. Dan sekarang kau nistjaya tak dapat katakan aku menjual sahabat. Teng Hiauw tertawa meringis. Sebenamya aku tak tahu Soesiok ada orang macam apa. iaakui. Dan ini ada hal yang sebenar-benamya. Tjiasek-kong teiah menjadi sunyi dan tenang karena berhentinya pertempuran, kecuali bergeraknya orang dan kuda, dari tentara Giehoo-toan, sebab dari garis kedua dan ketiga, di mana orang teiah menyalahkan lentera Khongbengteng, semua serdadu koenboen mendatangi dan merubungi Tjoe Soesiok itu. Tjong-tauwbak, banswee! tiba-tiba semua serdadu itu berseru. ltulah bcrarti: Hiduplah Tjong-tauwbak! Seruan itu bergemuruh keras sekali. memecahkan kesunyian. Tiba-tiba dari dalam rombongan tentara itu loncatkcluarsatu orang siapa sambil berlari-lari menghampirkan Tjoe Socsiok itu. Apabila ia sodah datang dekat, ia lantas member, hormat dcngan tekuk lutut sebelah kakmya. Itu ada cara pemberian hormat paling hormat di dalam kalangan kaum Kangouw. Ia pun lantas berkata: Semua saudara berkeinginan sangat akan menemui Tjongtauwbak, maka itu begitu mendengar kabar Tjong-tauwbak bakal lewat di sini, tak dapat dicegah pula, mereka semua dating kemari! Tjoe Socsiok itu beri tanda dengan tangannya, akan orang itu berbangkit Apakah kau ada Tjongto dari Anpeng? ia tanya. Bagus tindakan kau ini. Sebetulnya, aku pun teringat saja kepada kewajiban kau orang di sini, sayang belum ada temponya untuk aku datang melongok. Kau or-ang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ada sangat mencintai aku, aku sangat bersyukur. Tapi sekarang sudah membawa tawanan tentara Boan ini perlu lekas dibawa pulang, untuk diurus, maka baiklah kau orang pulang dahulu ke pusat. Di daiam perjalanan di waktu malam, mintalah semua saudara berlaku hati-hati istimewa, supaya kita tak rnembikin kaget pada rakyatdi sepanjang jalan.M Tjongto dari Anpeng itu terima pesan itu, ia undurkan diri, akan berikan titahnya, maka lantas saja semua serdadu Giehoo-toan itu mundur untuk berdiri dengan rapi dan tenang. Teng Hiauw ternganga menyaksikan kejadian itu. Tjoe Soesiok itu adalah pendiri dari Giehoo-toan, karena dia adalah Tjoc Hong Teng, seorang dari Torjioe, Shoatang. Orang bilang dia ada turunan Kerajaan Beng, tetapi dia tidak menyebutkan itu, karena tanpa keturunannya itu, rakyat toh telah tunjang dia. Rakyat membutuhkan pemimpin, yang dapat membebaskan mereka, sesudah mereka merasakan sangat tertindih sebagai akibat dari Perang Candu. Dengan gempuran meriam, negara-negara Barat telah paksa Tiongkok pentang pintunya. Rakyat merasa sebagai ketindihan gunung besar, sampai mereka sukar bernapas. Maka munculnya Tjoe Hong Teng disambut dengan tangan terbuka. Tjoe Hong Teng ini ada murid tcrsayang dari Kiang Ek Hian, Ketua dari Bweehoa-koen. Inilah sebabnya kenapa Angie Liehiap Kiang Hong J Keng, si Nona Serba Merah, panggil dia soesiok. Hong Teng telah mewariskan semua kepandaian gurunya, sesudah itu, ia yakin terlebih jauh, sehingga dia memperoleh hasil luar biasa. Bcda dari kebanyakan or-ang, Tjoe Hong Teng tidak mau angkat nama di kalangan Rimba Persilatan, dia hendak bangunkan bangsa Han, untuk rubuhkan bangsa Boan, buat usirpengaruh bangsa asing. Ketika Tjoe Hong Teng bertemu dengan Teng Hiauw, ia dirikan Giehoo-toan baharu satu tahun. Ia datang ke Pooteng untuk menengoki gurunya, buat sckalian tanya gurunya itu suka atau tidak menunjang dia. Iapun ingin tarik Angie

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liehiap, karena di dalam Giehoo-toan ada pasukan perempuan, yang kemudian diberi nama Hongteng-tjiauw, Sinarnya Lentera Merah, pasukan mana membutuhkan pelatih yang pandai silat. Kiang Ek Hian ada gagah, tetapi setelah usianya lanjut, ia kekurangan semangat pendirian. Sebenamya ia menyayangi Tjoe Hong Teng, tetapi ia tak berani percaya murid ini sanggup bekerja besar. Di sebelah itu, ia pusatkan perhatiannya kepada cucu perempuannya, yang ia ingin sekali carikan satu pasangan yang setimpal. Karena ini, ia tak jadi punya keinginan akan hadapi badai dan gelombang dari dunia Kangouw. Begitu maka ia sudah tolak undangannya sang murid, hingga Tjoe Hong Teng jadi masygul. Ini pun berarti, Kiang Hong Keng mesti sclalu dampingi cngkongnya, hingga tak dapat dia ikut memasuki Giehoo-toan. Saking masygul, Tjoe Hong Teng jadi bcrkesan: Sungguh sulit akan rubuhkan pemerintah Boan, banyak orang jerih mendengar perkataan berontak, sampaipun gurunya sendiri tidak mau pusingkan diri. Karena ia tak dapat bantuan gurunya, Tjoe Hong Teng mau lantas pamitan pulang, tetapi Kiang Ek Hian minta murid itu suka berdiam untuk dua hari. Ia melul uskannya, karena ia pun dapat pikiran untuk melihat apa di Kota Pooteng itu, ada orang berarti dalam Rimba Persilatan, yang ia boleh harapkan bantuannya. Adalah kebetulan, di saat Tjoe Hong Teng berdiam di Pooteng, hari itu Kiang Hong Keng karena pukul harimau sudah kena dikurung serombongan pemburu, sampai dia dapat ditolong oleh Teng Hiauw. Nona ini tidak berterima kasih kepada anak muda itu oleh karena dia menyangka, gum-guru silat Keluarga Soh itu adalah kawan si anak muda, dia tidak tahu, Teng Hiauw melainkan ketahui guru-guru silat itu, hubungan lainnya tidak ada. Ketika Hong Keng puiang dan berccrita kepada cngkongnya, Hong Teng dengar itu, dia lantas merasa pasti, Teng Hiauw bukannya tergolong guru-guru silat itu, kalau tidak, si anak muda tidak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nanti berikan bantuannya. Maka itu, ketika Teng Hiauw satroni Keluarga Kiang, Hong Teng sengaja sembunyikan diri dan memegat di tengah jalan, untuk mempermainkan, buat patahkan kepala besar orang, untuk tarik perhatiannya dia itu. Kesudahan dari itu membuat Hong Teng girang. Ia dapat kenyataan, Teng Hiauw masih muda sekali tetapi berani dan gagah, ilmu silat pedangnya sudah bisa layani ilmunya yang dilatih dua atau tiga puluh tahun, Iapun lihat, anak muda ini, ada lain daripada ayahnya. Maka itu, justru Teng Hiauw masygul karena ayahnya hendak paksa ia menikah. Hong Teng ajak Hong Keng pergi satroni dia di rumahnya dan meninggalkan surat itu, guna tarik ini anak muda ke pibaknya. Setelah si anak muda buron, Tjoe Hong Teng lantas menguntit, akan lihat sepak-terjangnya. untuk sekaJian melindungi padanya. Hong Teng sebaliknya tak mau segera perkenalkan diri, karena ia sengaja hendak latih lebih jauh pemuda ini. Demikian, karenanya, telah terjadilah hal-hal lucu, disebabkan Teng Hiauw masih hijau daiam pengalaman. Tjoe Hong Teng mengeluh ketika . ia lihat si anak muda ditawan polisi. la tidak mat mem ben pertolongan dengan kekcrasan, ia lantas dapat akal, sesudah kirim pesan untuk tjongto di Anpeng kemana ia percaya barisan Boan ini bakal lewat Kebetulan, itu waktu pun ada satu sahabat karibnya, yang berada di pusat di Anpeng, ia sekaJian minta sahabat itu bantu ia. Sesudah itu, ia hampirkan Teng Hiauw, yang ia akui sebagai adik misan, hingga ia pun mandah dicekuk. Maka kemudian, terjadi pemegatan tadi atau pertempuran di Tjiasek-kong, hingga tentara negeri harus menyerah. Baharu setelah itu, Teng Hiauw ketahui, Tjoe Soesiok adalah pendiri dan Ketua Pusat dari Giehoo-toan. Ia lantas hendak menghaturkan terima kasih, untuk sekalian tanyakan hal-hal, yang masih gelap baginya, tetapi scbclum ia buka mulut,*Hong Teng goyangi tangan dan dului ia berkata: Tunggu, aku akan perkenalkan kau pada satu orang. Ia belum tutup mulutnya,- atau ia dengar orang telah tertawa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan dului ia: Tak usah kau perkenalkan lagi! Mustahil aku tidak kenal padanya? Teng Hiauw segera menoleh, hingga ia tampak seorang dengan thungsha sutera putih dan tangan mencekal kipas, satu mahasiswa, ialah orang yang memegat tentara negeri, yang meminta beelouw-tjhie atau uang sewa jalan. Ia tercengang, ia heran kenapa orang itu kenal ia. Ia toh baharu pernah merantau, baharu sekali ini ia lihat orang itu. Ia berniat menanyakan, akan tetapi orang itu sudah tertawa pula dan menanyakannya: Bukankah ayahmu ada Sianpwee Teng Kiarm Beng Ketua dari Thaykek-boen? Bukankah namamu sendiri, Sieheng, ada Hiauw sepatah kata, yang berarti terang tanah? Begitu Iekas lihat kau mainkan ilmu tombak Thaykek-tjhio, aku lantas ketahui siapa kau ada! Aku cuma dengar nama besar dari ayahmu, tetapi tentang ilmu silat kaummu, tentang murid-muridnya, aku tahu juga. Tjoe Hong Teng tertawa mendengar kata-kata orang itu, ia segera memotong: Oh, orang bermata pancalongok, katakata kau benar adanya! Tapi kau sendiri, dengan dandananmu yang tidak pernah ditukar, kau juga gampang sekali dikenali orang! Sembari mengucap demikian, Hong Teng awasi Teng Hiauw, akan lihat, pcmuda ini ketahui atau tidak si mahasiswa itu. Tapi Teng Hiauw tidak kenal orang ini, yang ia cuma duga ada seorang Kangouw yang ulung. Di saat ia hendak tanya Tjoe Hong Teng tcntang nama orang itu, tiba-tiba ia ingat Kim Hoa, yang pernah tuturkan dia tcntang orang-orang Kangouw. Separuh bcrseru, segera ia bertanya: Tjianpwee, apakah Tjianpwee bukannya Looenghiong Thiebian Sieseng Siangkoan Kin? Mendengar demikian, dari atas kudanya, Tjoe Hong Teng tertawa bcrkakakan. Nah, apa aku kata! Sekalipun ini anak, yang baharu pertama kali injak dunia Kangouw, begitu dia lihat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dandananmu, ia segera kenal kau! Aku lihat, baiklah kau salin pakaian, supaya kau tidak terlalu mencolok mata! Siangkoan Kin tidak gubris godaan kawan itu, ia tarik tangan si anak muda. Kau ketahui namaku, siapakah yang beritahukan itu kepadamu? ia tanya. Baik kau ketahui, tidak suka aku disebut-sebut tjianpwee atau looenghiong, karena untuk itu, belum sampai waktunya aku bertingkah-polah! Baharu setelah itu, ia menoleh pada Tjoe Hong Teng, akan kata: Dandananku ini adalah merek hidupku, aku tidak takut segala kawanan anjing kenali aku! Jikalau mereka mempunyai kepandaian, mereka boleh bekuk aku, aku tak takut! Kata-kata ini ditutup sama tertawa bergelak-gelak yang nyaring. Tjoe Hong Teng kerutkan alisnya. Ia tak setujui anggapan sahabamya itu. Tapi sang sahabat sedang bergirang, ia tidak mau ganggu kegembiraan orang itu. Thiebian Sieseng Siangkoan Kin ada seorang luar biasa dalam kalangan Kangouw, sampaipun asal-usulnya, sedikit sekali orang yang ketahui, lebih-lcbih mengenai sumber ilmu silatnya. Orang melainkan duga, dia ada sioetjay yang gagal dalam ujian, yang lantas tukar ilmu surat dengan ilmu silat Dengan sebenarnya, Siangkoan Kin ada putera dari satu keluarga anak sekolah di Boesek, Kangsouw. Propinsi ini, seperti Tjiatkang, memang ada tempatnya kaum sasterawan. Maka juga, sejak masih .kecil, dia sudah dimestikan mempelajarinya. Dalam umur baharu sepuluh tahun lebih, karena amat cerdasnya, Siangkoan Kin sudah pandai membaca kitab-kitab Soesie Ngokeng di luar kepala, hingga gurunya, dan orang tuanya, percaya dia bakal peroleh kemajuan, akan tetapi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dugaan itu meleset, sebab beberapa kali dia turat ujian, saban-saban dia gagal -tak pcmah dia berhasil. Ketika ayahbundanya menutup mata, dia baharu berumur dua puluh tahun, dia tetap tak peroleh gclaran atau pangkat. Keluarga Siangkoan Kin bukannya keluarga berharta, dia tidak punya uang atau pengaruh, maka itu, waiaupun ilmu suratnya Sempuma, dia seperti tidak ada di matanya kepaia badan ujian, siapa cuma lihat uang, bukannya kcpandaian. Di waktu hendak menutup mata, masih Siangkoan Kindipesan, dianjuri ayahnya, untuk bclajar tcrus dengan rajin dan ulet. untuk turut pula dalam ujian. Ayah ini tak put us harapan puteranya nanti menjulet pangkat, untuk angkat naik derajat keluarganya. Tapi, sehabisnya bcrkabung, ketika untuk satu kali lagi Siangkoan Kin lurut juga dalam ujian, sendirinya, semangatnya untuk peroleh gelaran atau pangkat sudah padam terlebih dahulu. Inilah sebabnya kembali dia rubuh, .dan yang keluar sebagai pemenang ada seorang bemama Hee Kie Tong. Beberapa kali Siangkoan Kin dikecewakan, dia bersusah hati, tetapi dia tidak penasaran sebagai mi kali. Dia heran dan penasaran, karena kaygoan baru ada si orang she Hee itu, yang ada calon sioetjay, yang biasanya kesohor paling tak punya guna. Di waktu biasa, karangannya, saking buruk, Siangkoan Kin sendiri tak sanggup mengubah atau memperbaikinya, sampai perriah dia mengejek: Karangan lain orang, apabila dilempar ke tanah, bisa bersuara nyaring bagaikan emas, tetapi karangan kau, suaranya mirip dengan tambur yang jatuh bergeiindingan dari atas gunung. Toh aneh, sekarang si pemenang adalah orang yang karangannya seperti tambur yang bergeluntungan itu! Yang lebih mengherankan, Hee Kie Tong ini ada keluarga lebih mi skin daripada Keluarga Siangkoan, hingga pasti dia tidak bisa sogok si kepaia ujian itu. Orangnya bodoh, uangnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak ada, tetapi dia lulus. Saking heran, Siangkoan Kin pergi pada sahabatnya itu, untuk minta keterangan. Hee Kie Tong tertawa ketika ia menjawab: Saudara Siangkoan Kin, kita sama-sama tidak punya uang, untuk menghormati kepaia ujian. Aku sendiri lulus, kau tidak, maka itulah ada bukti yang karanganku ada terlebih baik daripada karanganmu! Maka sekarang kata-kata kau ten tang tambur yang bergeiindingan dari atas gunung tinggi haruslah dihaturkan kcmbali kepadamu! Siangkoan Kin mendongkol bukan kepalang, ia tak dapat berbuat apa sclain ngeloyor pulang dengan perut panas. Ia tetap gelap dengan duduknya hal, sampai. Kepala examen itu diutus dan ditugaskan di Boesek atas putusan boetay. Ia girang sekali. Ketika ia mau berangkat ke Boesek, dia kunjungi berbagai pembesar, untuk pamitan, akan ambil selamat jalan. Ia pun kunjungi boetay, sebagai pembesar tertinggi. Ia berlaku sangat hormat pada pembesar ini, yang pesan ia harus , baik-baik lakukan kewajibannya di Kangsouw, tempat kaum terpelajar. Selagi beri pesannya itu, tiba-tiba boetay kerutkan alisnya, ia menyingkir ke samping. Kepaia examen ini kira boetay hendak tinggalkan pesan perseorangan, ia mendekati, ia pasang kupingnya, atas mana, boetay kata: Tidak lainnya lagi, heekhi-tong. Tadi malamnya boetay makan besar, pencernaannya kurang baik, mendadakan ia ingin buang angin busuk, maka ia minggir dari orang banyak, tetapi si kepaia examen kelira sangka, dia mendekati, dari itu, ia jawab tidak apa-apa. Katakata heekhie-tong itu ada kata-kata halus untuk angin busuk. Si kepaia examen keliru dengar, dia sangka boetay pesan untuk perhatikan orang nama Hee Kie Tong, ia ingat itu baik-baik. Demikian sudah terjadi, ketika ada calon sioetjay nama Hee Kie Tong, tanpa banyak rewel, ia kasih lulus si tolok ini sebagai kay goan, hingga kesudahannya, Siangkoan Kin jadi mendelu!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebagai keharusan, Hee Kie Tong kunjungi kepala examen, untuk hunjuk hormatnya, buat menghaturkan terima kasih. Setelah pemberian hormat, kepala examen itu tarik tangannya si kaygoan baru dan tanya dengan pelahan: Sieheng, kau ada punya hubungan apa dengan Boetay Taydjin? Ditanya begitu, Hee Kie Tong melengak, tak mampu ia menjawab. Masih si kepaia examen tak engah, ia puas karena ia sudah angkat orangnya boetay. Ketika kemudian ia pula ke ibukota propinsi, selagi menghadap boetay, untuk berikan laporan kesudahan ujian, ia tambahkan bahwa ia sudah lakukan pesan boetay itu mengenai Hee Kie Tong, yang ia kasih lulus jadi kaygoan. Boetay tercengang. Apa kau bilang? Siapa itu yang kau tolong? dia tanya. Kepaia examen ini kira boetay lupa, dia terangkan: Ketika dulu akan pamitan, Taydjin toh bilang padaku: Tidak lainnya lagi, heekhie-tong Mendengar demikian, dari melengak, boetay, tertawa besar. Ah, kau benar tolol! ia kata tanpa perdulikan di situ ada hadir lain-lain orang lagi. Itu waktu aku sebut heekkie-tong tetapi itu bukan namanya orang, itu ada kata halus untuk gantikan angin busuk dan dalam perut. Kepaia examen itu mukanya merah, ia temganga. Ia benarbenar tidak ingat kata-kata sopan itu untuk gantikan angin busuk. la pun menyesal, karena dengan begitu. Ia bikin lenyap uang sogokan, yang mestinya akan masuk ke dalam sakunya, sedikitnya di atas seribu tail perak. Ia ada begitu menyesal dan penasaran, tanpa pikir panjang, ia utarakan kemenyesalannya kepada beberapa rekannya. Tapi justru ini, rahasia bocor, dari sepuluh mulut kepada seratus mulut, dcmikian selanjutnya, sampai kabar pun tersiar sampai di Boesek, karena itu berarti kejadian sangat lucu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kapan akhimya cerita itu sampai di kupingnya Siangkoan Kin, dia ini tercengang, mulutnya ternganga, matanya terpentang iebar, ia diam sckian lama, akan kemudian, ia tcrtawa terbahak-bahak, lantas ia berseru: Hei! sioetjay angin busuk, kaygoan angin busuk, tjonggoan pun angin busuk! Jadi semua. ponggan, tamhoa, itokkoen, boetay, haksoe, semuanya angin busuk juga! Ya, semua-semua angin busuk, maka tak usahlah aku repoti angin busuk! Sadarlah sekarang Siangkoan Kin akan keburukan ujian ilmu surat, padam semangatnya, tak lagi ia sudi bikin examen, untuk kehidupannya, ia buka rumah perguruan, karena ia tak punya lain kepandaian. Tapi ia ada sioetjay yang gagal, tak ada orang hartawan yang suka masuki anak-anaknya belajar kepadanya, maka ia cuma dapati beberapa murid anaknya orang miskin. Pada suatu sore, sehabis lepas sekolah, ia minum arak seorang diri. Ia berada sendirian, ia menjadi kesepian. Arak itu pun ada antaranya dari satu muridnya. Saking iscng, tiba-tiba ia perdengarkan cabutan dari syairnya Ek-ong Tjio Tat Kay, itu pemimpin Thaypeng Thiankok yang bergelar pangeran: Penjahat besar juga ada lurunannya, yang Kitab Soesie tak menghargainya. Emas kuning bagaikan tanah tak berharga, nyali keras bagaikan besi. Dia belum habis ucapkan itu, atau tiba-tiba ada scruan: Sungguh bersemangat! Menyusul mana satu orang, bertindak masuk ke dalam rumahnya! Siangkoan Kin terkejut, ia menoleh dengan segera, hingga ia lihat, orang itu ada orang sesama kampungnya, si tukang besi yang usianya sudah lanjut. Dengan sendirinya, hatinya menjadi lega, pikirannya menjadi tetap pula. Ketika itu belum cukup dua puluh tahun sejak runtuhnya Kerajaan Thaypeng Thiankok, dengan diiam-diam syairnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tjio Tat Kay itu masih tetap tersiar di antara rakyat, tidak perduli itu ada termaksud dalam larangan pemerintah Boan. Siangkoan Kin nyanyikan itu tanpa merasa, tidak heran, suaranya si empeh membikin ia terkejut. Di lain pihak, sekarang ia heran i si empeh tukang besi itu. Empeh ini ada orang satu kampung dengan ia, akan tetapi, asalnya, dia ada orang perantauan dari lain tempat, yang datang ke kampungnya selang sepuluh tahun yang lampau. Dia ada ramah-tamah, dia pun pandai membuat segala rupa barang dari besi, juga gendewa dan peluru untuk anak-anak menjepret burung dan untuk petani petani kepung kelinci, semacam tempuling terbuat dari kayu Tjoh. Lama-kelamaan, orang kampung pandang dia sebagai orang kampung sendiri. Di mata Siangkoan Kin, dia ada satu tukang besi, maka adalah heran, sekarang tiba-tiba dia pun kagumi syairnya Tjio Tat Kay. Rupanya Empeh mengerti syair, kata ia, dengan sikap menghormat. Orang tua itu bersenyum. Aku ada seorang kasar, mana aku mengerti syair? ia baliki. Aku dengar suaramu menarik hati, begitulah aku datang! Ia lihat pelbagai kitab di atas meja, ia agaknya heran. Siangkoan Sinshe, apakah kau ajarkan anak-anak dengan kitab-kitab ini? tanya ia. Pertanyaannya pun tiba-tiba. Kenapa kau tidak ajarkan mereka syair yang barusan kau nyanyikan? Juga pertanyaan ini aneh, hingga bertambahlah keheranan sinshe ini. Pelajaran pelbagai kitab ini bisa dipakai sebagai alat mendapatkan pangkat, ia menyahut dengan sengaja. Syair

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang aku nyanyikan barusan, walaupun bagus, tidak ada kegunaannya. Pangkat? dan orang tua itu tertawa. Bukankah Sinshe telah baca ini pelbagai kitab? Kenapa Sinshe sendiri tak peroleh pangkat? Kembali Siangkoan Kin menjadi heran. Ia terdesak oleh pertanyaan si empeh ini, satu tukang besi. Sesaat ini, dia tak lagi mirip dengan satu or-ang pertukangan! Empeh, sebenarnya kau ada dari golongan apa? akhimya ia tanya. Empeh itu dongak, ia tertawa pula Aku orang apa? Buat apa kau mempcrdulikannya? Tapi aku tahu itu orang syair siapa barusan kau nyanyikan. Dia pemah lulus sebagai sioetjay, hingga ia berkedudukan lebih tinggi satu t ingkat daripadamu. Akan tetapi dia tak perdulikan gelarannya ilmu surat itu! Guru sekolah desa ini terperanjat. Teranglah sudah, si empeh maksudkan Ek-ong Tjio Tat Kay, pendekar kebangsaan yang gagah-pcrkasa dan pandai ilmu sastera. Semasa umurdua puluh. namanya Ek-ong sebagai sastcrawan telah kesohor di Selatan dan Utara Sungai Besar. Tidak tempo lagi, ia menjura dalam tcrhadap tetamunya yang tidak diundangitu. Lootjianpwee, maafkan aku karena mataku lamur ia memohon. Sudah belasan tahun, aku tak dapat kenali padamu. Rupanya Lootjianpwee mengerti baik sekaii syair Ek-ong ini. Mengerti baik? kata si orang tua, sambil tertawatiba-tiba. Sang waktu telah lewat lama, aku sudah tak ingat puia. Tapi aku pemah. lihat sendiri ketika dia menulis syairnya itu.. Alangkah heran Siangkoan Kin, hingga ia lari ke pintu, untuk tutup pinitu. Ia kembali dengan ccpat, ia angkat tangan bajunya, lantas ia tekuk lutut di depan orang tua ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teetjoe adalah korban ujian ilmu surat, berkata ia, yang mengaku terus terang, karena itu tak lagi teetjoe punya keinginan untuk mengharap pangkat. Tapi teetjoe adalah orang yang paling kagumi Ek-ong. Lootjianpwee, maukah Lootjianpwee beritahukan aku, Lootjianpwee sebenarnya ada Ek-ong empunya apa? Jikalau Lootjianpwee tidak memandang kebodohanku, teerjoe ingin sekaii Lootjianpwee memberikan sesuatu pengunjukan kepadaku. Orang tua itu tidak singkirkan diri, dia terima pemberian hormat itu, kemudian dengan ulur kedua tangannya, ia angkat bangun guru sekolah itu. Siangkoan Kin masih hendak menjura puia, tetapi tanpa ia merasa, tubuhnya kena diangkat secara enteng sekaii. He, Lauwtee, apa artinya ini? ia dengar si orang tua tegur ia. Lekas bangun, tak berani aku terima hormatmu, tak berani aku! Di mulutnya, orang tua ini mengucap demikian, di hatinya, ia puas, sebagaimana air mukanya kelihatan terang. Ia bersenyum berseri-seri, tanpa tunggu sampai Siangkoan Kin ulangi pertanyaannyaJ tidak ragu-ragu lagi, cmpch tukang besi ini beritahukan tentang dirinya yang sebenar-benarnya. Nyata dia ada sal ah satu pahlawan dari Ek-ong Tjio Tat Kay, yang senantiasa berdiri mcndampingi pahlawan pencinta ncgcri itu, hingga bukanlah heran apabila ia telah saksikan sendiri ketika Ek-ong menulis syairnya yang dibuat kenang-kenangan itu. Ek-ong Tjio Tat Kay ada panglima perang kenamaan dari Thaypeng Thiankok, ia pernah berperang di sana-sini melalui medan perang beberapa Iaksa lie jauhnya, hingga ia telah menggetarkan pemerintah Boan, tetapi ketika ia mcninggalkan Kimleng (Lamkhia) dengan pimpin tentara tunggalnya ke Soetjoan, se lama mana ia banyak mendcrita di sepanjang jalan, karena meluapnya Sungai Kimsee-kang, hingga ia tak sanggup sebcrangi Kali Taytou w-hoo, ia kena ditawan dan kemudian menemui ajalnya karenanya, dalam usia baharu tiga puluh tiga

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tahun. Scbagian besar dari tentaranya berkorban di medan perang, sebagian yang kecil, dapat meloloskan diri. Dan Poei Hok Han, ialah namanya si tukang besi itu waktu, juga berhasil meluputkan diri dari bahaya. Tidak lama kemudian, Thaypeng Thiankok runtuh Poei Hok Han merantau, hidup dalam penyamaran. Ketika ketegangan mulai reda, ia sampai di Boesek, akan hidup sebagai tukang besi di desa yang kecil. Dua puluh tahun lewat dengan cepat, Hok Han telah menjadi satu empeh-empeh, akan tetapi semangatnya masih belum kunjung padam, dalam kesunyiannya, ia masih kenangkenangi pergerakannya, karena tcrpaksa, ia kcndalikan diri, untuk mana, kadang-kadang ia suka menepas air mata sendiri. Dalam usia yang lanjut, Hok Han dapat pikiran untuk mendapati mu-rid, guna wariskan ilmu silatnya. Ini ada urusan yang sulit. Selama sepuluh tahun umpetkan diri, belum pemah ia dapati murid yang ia cari. Ia ingin dapati murid yang berbakat dan dapat dipercaya. Kebetulan sekaii, selagi lewat di depan rumah Siangkoan Kin, ia dengar nyanyian orang, tak bersangsi puia, ia masuk, akan kctcmui guru sekolah desa itu. Sejak itu, dengan diam-diam, Siangkoan Kin angkat si tukang besi menjadi gurunya. Ia sendiri, tetap menjadi guru sekolah. Tak ada orang tahu yang ia lagi belajari silat. Di mata penduduk lainnya, mereka ada satu sioetjay melarat dengan satu tukang besi miskin, yang menjadi sahabat kekal karena mereka senasib. Tidak ada satu penduduk juga yang mencurigai mereka. Siangkoan Kin berotak sangat terang, kalau orang lain membutuhkan tempo satu tahun, ia cuma tiga bulan, tidaklah heran, dalam tempo lima tahun, ia sudah dapatkan dasamya sempurna, pelajarannya telah maju jauh. Pada suatu malam terang bulan, seperti biasa, Poei Hok Han datang ke rumah muridnya, ia saksikan sang murid lagi melatih diri dalam ilmu pukulan Bittjong-koen, setelah murid itu selesai bersilat, ia menghela napas, ia kata: Kita drang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

telah berkumpul lima tahun lamanya, aku khawatir kita orang segera akan berpisah. Mendengar itu, Siangkoan Kin terkejut. Kenapa, Soehoe? tanya ia. Karena di kolong langit tidak ada pesta perjamuan yang tidak ada saat bubarnya, sahut sang guru. Kau pun, selama lima tahun, sudah mewariskan semua kepandaianku, bakatmu ada sangat bagus. pelajaranku sebaliknya sangat rendah. tak sanggup aku mend idik kau terlebih jauh. Kau tahu, aku ada seorang perantauan, aku ada seorang gelap. Terpaksa aku hidup menyendiri. Di sebelah itu, usiaku sudah lanjut, tak banyak tempo lagi untuk aku tewati. Semcntara itu, masih ada urusan yang aku belum selesaikan. Sekarang aku memikir untuk mencari satu orang, aku masih ingin tengok pula keadaan di luar. Siangkoan Kin mengerti perasaan cinta negeri dari gurunya, yang tetap tak mau padam, yang sukar untuk dilupai, maka ia percaya, masih ada cita-citanyaguru ini. Tiba-tiba ia pun dapat pikiran. Maka ia kata pada guru itu: Soehoe, muridrrra juga ingin merantau sebagai kau, harap Soehoe ajak aku, untuk aku peroleh pengalaman. Poei Hak Han pandang muridnya. Kau tak dapat, jawab ia. Kenapa, Soehoe? sang murid tegaskan. Aku ada orang yang dicari pemerintah Boan, walaupun banyak tahun sudah lewat, namun aku tetap tcrancarn bahaya. Tidak demikian dengan kau, anak tunggal, yang belum bcrumah tangga. Bagaimana aku bisa bawa kau untuk menghadapi bencana? Mendengar gurunya sebut hal rumah tangga, mukanya Siangkoan Kin merah bahna likat, tapi ia segera berbangkit, dengan hormai, dan dengan sungguh-sungguh ia kata pada gurunya itu: Soehoe, mustahil sampai sekarang Soehoe masih tetap tak mempercayai aku? Jikalau aku jerih akan kesukaran dan takut akan ancaman malapetaka, tidak nanti aku berani ikuti kau! Soehoe, aku bersumpah akan teladan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kau selama aku masih bernyawa, aku akan musuhkan pemerintah Boan! Tak mundur aku walaupun mesti binasa berlaksa kali! Cita-citaku masih belum tercapai, cara bagaimana bisa aku memikirkan rumah tangga? Harap Soehoe jangan bersangsi pula, mari kita pergi bersama! Menampak ketetapan hati orang itu, Poei Hok Han .tertawa. Jikalau demikian, tujuan kita sama! kata ia. Baik, aku nanti ajak kau! Kemudian ia tepuk-tepuk pundaknya, dengan roman sungguh-sungguh ia tambahkan: Barangkali dengan perjalanan ini aku bisa sekalian carikan satu guru yang pandai untuk kau! Kau sangat berbudi, Soehoe, mana aku tega akan tukar guru? sahut sang murid. Orang tua itu mengawasinya, alisnya dikerutkan. Kenapa kau pun jadi seperti or-ang biasa saja? tanya ia. Kau harus tahu, pelajaran tidak ada habisnya, pelajaran hams diyakinkan terus, hingga jadi scmpurna! Tak boleh or-ang kukuh i satu golongan saja, i tulah kebiasaan buruk dalam kalangan Rimba Persilatan. Ada lagi, yang kukuhi diri sendiri, tidak maul mengajarkan lain pihak, atau tidak mau pelajarkan kepandaian lain or-ang. Aku hendak carikan kau guru yang pandai, yang lebih liehay sepuluh kali lipat daripada aku. Aku hanya sangsi, orang itu sudi terima kau atau tidak. Siangkoan Kin melongo, ia pandang gurunya itu. Siapa orang itu, Soehoe, yang Soehoe demikian hargakan? iatanya. Poei Hok Han tidak lantas menjawab, ia tertawa. Kau ingat tidak, dalam salah satu syairnya Ek-ong Tjio Tat Kay ada disebutkan hal meloloskan pedang dari pinggang, untuk haturkan itu kepada lain orang?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siangkoan Kin heran sekali. Aku ingat itu, Soehoe. Kenapakah? ia tegaskan. Ia lantas membacakan syair itu di luar kepala: Mengangkat kepalanya, naga tua perdengarkan suara Mahasiswa berduka berkehendak mcmbasmi pengkhianat Sesudah sampai di jalan buntu, masih ingin bersahabat Persembahannya adalah ribuan tail emas berharga. Mendengar itu, si empeh buat main kumisnya, nampaknya ia terharu sekali, seperti ia ingat apa-apa yang telah lalu. Guru yang aku niat carikan untuk kau itu, kata ia kemudian, dengan pelahan, adalah itu orang yang di saat buntu kepada siapa Ek-ong loloskan pedangnya untiik dihaturkannya. Aku ada Ek-ong empunya pahlawan, dia adalah sahabatnya- Ek-ong ia berhenti sebentar, selagi sang murid awasi ia, ia lanjuti: Dia adalah t sahabatnya Ekong, akan tetapi cita-cita mcrcka berdua beda satu dari lain. Sejak Ek-ong meninggalkan Kimleng, akan melakukan perjalanan peperangan jauh selaksa lie, dia sendiri mcnuju ke lain arah, dia tidak ikuti lebih jauh pada Ek-ong. Siangkoan Kin heran. Ia ada orang yang paling kagumi Ekong, mendengar ada sahabatnya raja muda itu, yang beda faham, ia merasa tidak mufakat. Ia lantas tanya gurunya: Sudah terang dia bercita-cita tain dan Ek-ong, kenapa Ek-ong haturkan pedangnya kepadanya, kenapa Soehoe pun sangat hargai dia? Kau pandang urusan sangat sederhana! sang guru tertawa. Faham berlainan bukan berarti bahwa orang mesti bertentangan. Ek-ong benar ada satu orang luar biasa tetapi itu bukannya bcrarti sesuatu dari sepak-terjangnya benar semua. Sampai di sini, Hok Han tuturkan muridnya perihal sahabatnya Tjio Tat Kay itu dan hubungannya dengan si raja muda.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia adalah Soekong Tjiauw, dia pun ada seorang luar biasa. Dia sangat kagumi Ek-ong untuk Ek-ong empunya kepintaran ilmu surat dan ilmu silat, ilmu pcrang yang mahir. yang bisa dibandingkan dengan panglima-panglima perang pandai di zaman dahulu. Begitulah, dengan ikhlas hati, ia kasih dirinya dipekerjakan Ek-ong. Sejak Ek-ong dalam usia dua puluh tiga tahun dianugerahkan sebagai pangeran, ia mendampinginya saja dalam kemah sebagai penasihat Ek-ong pun sangat hargai dia dan sangat percaya padanya. Adalah kapan datang suatu saat yang maha penting, keduanya nyata berbeda paham. keduanya lantas saja berpisahan. Suaranya si empeh jadi pelahan, airmatanya berlinang. Itulah urusan yang membikin Thaypeng Thiankok dari makmur menjadi lemah, hingga suatu usaha demikian besar dan menggetarkan , dunia., lantas jadi hancur. Karcna bentrokan di dalam, buyarlah semua-semua.. Empeh ini menghela napas, suaranya sangat sedih. Apakah Soehoe maksudkan bentrokan antara Yo Sioe Tjeng dengan Wie Tjiang Hoei? Siangkoan Kin tegaskan. Benar, jawab sang guru, setelah menghela napas panjang. Pada masa Thaypeng Thiankok mengangkat berbagai raja muda (pangeran) adalah Tong-ong Yo Sioe Tjeng yang kedudukannya paling agung. Tong-ong ini terlalu agulkan jasanya, ia sampai menindih Iain-lain rekannya, sampaipun Thian-ong Ang Sioe Tjoan sendiri, ia tidak lihat mata. Di sebelah pangeran yang jumawa itu, ada Pak-ong Wie Tjiang Hoei yang kouwkatie, yang irikan kedudukan orang. Selagi Tong-ong agui-agulan demikian rhacam, hingga dia tak disenangi Thian-ong dan Iain-Iain pangeran, Pak-ong mengatur siasatnya yang buruk. Dibokong dalam suatu pesta, Tong-ong kena dibinasakan. Sesudah ini, Pak-ongjuga bunuh habis keluarganya serta

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebawahan yang berjumlah dua puluh ribu jiwa lebih. Ini ada perbuatan kcterlaluan. Walaupun bisa dianggap Tong-ong keliru, diamasih tak dapat dihukum mati, apa pula keluarga dan sebawahannya itu. Orang-orang sebawahan itu adalah anggota-anggota berharga dari Thaypeng Thiankok. Dengan pembasmiannya itu, Pak-ong seperti membantu besar sekali kepada musuh untuk memperlemah diri sendiri. Karena itu, Ek-ong sudah lantas buru-buru berangkat ke Kota Raja, untuk cegah pcmbunuhan itu.. Ketika Ek-ong baharu berumur dua puluh enam tahun tapi dia telah jadi seperti jiwanya Thaypeng Thiankok, dia ada pegang kekuasaan besar atas bala tcntara, namanya pun kesohor di dalam dan di luar negeri. Wie Tjiang Hoei khawatir kapan ia ketahui pangeran itu pulang; ia jadi dapat niatan akan bunuh juga rekan ini. Beruntung buat Ek-ong, ia dengar selentingan, malam-malam juga ia kabur, ia loloskan diri dari Kota Raja. Tapi Pak-ong tak mau bekerja setengah jalan, dia pun basmi keluarganya Ek-ong. Ek-ong berjasa, dia terima nasib celaka itu, dia jadi gusar dan mendongkol. Thian-ong khawatir Ek-ong gusar dan nanti berontak, dia sudah lantas hukum mati pada Pak-ong Wie Tjiang Hoei, tetapi di sebelah itu, ia pakai orang-orang yang tak disukai Ek-ong, hingga perhubungannya dengan Ek-ong menjadi renggang. Ek-ong ketahui ini, hatinya jadi tawar. Maka di akhirnya, Ek-ong ambil putusan, dengan bawa beberapa laksa serdadunya, ia mcninggalkan kota Kimleng, dia menuju ke barat, untuk cari suatu pangkalan baru, untuk berusaha sendiri, untuk bisa berdiri berendeng dengan Thaypeng Thiankok, guna saling bantu. Di harian Ek-ong berikan titah-titah unjuk, walaupun Thianong keberangkatannya ke barat, Soekong Tjiauw menangis sangat sedih, ia cegah tindakannya Ek-ong, ia menasihatinya berulang-ulang. Ia menyia-nyiakannya, tetapi Thaypeng Thiankok sendiri tak boleh kehilangan Ek-ong, bahwa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepergian pangeran ini berarti memecah tenaga sendiri, hingga gampanglah scsuatu dari mereka diserang rusak tentara Boan. Mulanya, Ek-ong tertarik juga oleh nasihat itu, akan tetapi di akhirnya, kepercayaan atas dirinya sendiri demikian besar, hingga ia tak menghiraukannya. Tidak gentar dia terhadap musuh Boan. Malah ia hunus pedangnya dan sambil berbangkit, ia kata: Di dalam tentara Boan, yang paling gagah adalah Saudara-saudaraTjan, tetapi mereka, mendengar namaku hatinya rontok, melihat bayanganku mereka lari simpang-siur! Kau lihat nanti, dari Tionggoan aku akan menyapu ke Barat dan Selatan, untuk meletaki dasar dan mendirikan usaha buat laksaan turunan guna Thian-ong! Sampai di situ, Soekong Tjiauw tidak berani bilang suatu apa pula, dia cuma berlinang air mata, laiu tanpa pamitan lagi, dia pergi. meninggalkan raja muda itu. Ek-ong berangkat ke barat, ia lakukan perjalanan laksaan lie bersama beberapa puluh laksa serdadunya, tetapi akhirnya, tepat kata-katanya Soekong Tjiauw, ia telah tidak bcrhasil. karena tenaganya telah terpecah. Ketika ia hendak memasuki Propinsi Soctjoan, tidak saja tentara di Kimleng terancam bahaya, ia sendiri jadi semakin lemah. Tujuh tahun ia sudah berperang, sembilan propinsi ia telah sampaikan ialah Kangsee, Tjiatkang, Hokkian, Ouwlam, Kwiesay, Kwietang, Koeitjioe, Ouwpak dan Soetjoan tenaganya jadi berkurang, otot-ototnya lemah, di saat ia berada di Kali Taytouw-hoo, di depan ia menghadapi tempat berbahaya, di belakang ada musuh mengejar padanya. Di saat yang sangat mengancam itu, sekonyong-konyong Soekong Tjiauw muncul pula di hadapan Ek-ong; untuk menasihati raja muda ini bubarkan tentaranya, untuk menyingkir sambil menyamar. Coba pikir, bagaimana Ek-ong bisa turut nasihat itu? kata Poei Hok Han sambil menghela napas pada muridnya. Itu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

malam dengan pedang di tangan, aku damping! Ek-ong, aku dengar pembicaraan mereka berdua. Dengan keras Ek-ong kata: Aku bertanggung jawab atas seluruh tentaraku, kewajibanku adalah berperang sampai binasa, tak dapat aku menyingkirkan diri! Aku telah keliru ambil jalan, aku telah bawa semua saudara ke tempat buntu, maka aku mesti cari kehidupan dalam kematian, untuk menerobos keluar! Mana bisa aku bubarkan tentaraku untuk biarkan mereka dikejar dan dibinasakan oleh bangsa Boan? Khongtjoe toh bilang hams sempumakan perikemanusiaan dan Bengtjoe mengatakan untuk pilih kebijaksanaan. Semangatnya satu orang, di tempat berbahaya itu mesti makin ternyata. maka dari itu, pasti sekali, tidak nanti aku lari. Untuk sekian lama, Soekong Tjiauw tak kata suatu apa, adalah kemudian, dengan paksakan diri, ia bilang: Aku telah keliru memberi nasihat. Karen a Ek-ong tak sudi menyingkir, maka aku ingin temani Ek-ong binasa bersama. Akan tetapi Ek-ong larang ia bertindak demikian. Ek-ongmenyatakan: *Kaudengan aku adalah lain. Aku ada kepala perang, tanggung jawabku ada jauh terlebih berat daripada tugasmu. Sudah pasti aku ingin binasa, kau sendiri tak dapat. Kau hams, dengan tubuhmu yang berharga, selesaikan tugasmu yang belum rampung. Habis berkata demikian, Ek-ong loloskan pedang sendiri, serahkan pada sahabatnya itu,-serta ia tulis syaimya yang barusan kau ulangi di luar kepala. Mendengar cerita sang guru sampai di situ, tak tertahan lagi, air mataSiangkoan Kin berlinang. Habis sekarang, di mana adanya Soekong Tjiauw itu? tanya ia, dengan suara sesenggukan. Ek-ong tak sanggup seberangi Kali Tayhouw-hoo, dia berperang hingga dia kena ditawan, Hok Han jawab

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

muridnya. Dengan gagah ia telah terima kebinasaannya. Sejak itu hingga kini sudah bcrsclang dua puluh tahun lebih, tidak pernah aku ketemu di mana adanya Soekong Tjiauw. Adalah baharu bcbcrapa hari yang lal u tiba-tiba aku terima surat satu sahabat yang menulis bahwa Soekong TjiauW tinggal sembunyi di Gunung Seegak H oa-san, bahwa dia mengharap untuk bisa bertemu dengan aku. Inilah keterangan yang sangat menggirangkan Siangkoan Kin. Begitulah di hari kedua, Poci Hok Han ajak Siangkoan Kin merantau, untuk sekalian cari Soekong Tjiauw. Dari Kangsouw Utara, mereka masuk ke Shoatang, terus ke Hoopak di mana mereka pesiar di Kota Raja, dari sana dengan ikuti Gunung Thayheng-san, mereka pergi ke Shoasay, sampai di Kota Tongkwan di tapal batas Siamsay-Shoasay. Dari situ mereka sudah lantas lihat Gunung Hoa-san yang tinggi agung. Ini adalah untuk pertama kali Siangkoan Kin bikin perjalanan, dia telah meninggalkan wilayah Kanglam di mana tiang-tiang layar bagaikan rimba dan layar-layarnya sendiri berbayang di permukaan air yang jernih indah, tapi sekarang ia memasuki daerah Utara dengan sawah-ladangnya ribuan lie dan tanah datarnya yang luas lebar, jalan di lamping-lamping gunung yang penuh bahaya. Tepian Thayheng-san ada berlugat-legot laksana cacing, ribuan lie panjangnya, lampingnya mirip dengan tembok kota. Ada kalanyadia memasuki lembah atau selat yang sempit dan gelap. Semua itu membuat hatinya si guru sekolah jadi terbuka, hingga insyaflah ia sekarang, merantau ribuan lie benar ada menang daripada membaca laksaan kitab. Buat dua puluh tahun lebih Poei Hok Han hidup tersembunyi, wajahnya sekarang sudah berubah, benar ia tidak tarik perhatian orang banyak, hingga merdeka ia mengajak muridnya merantau, akan akhimya sampai di Hoasan, gunung yang sejak zaman dahulu dipanggil Seegak, yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ada punya lima puncak dan tempat yang permai pemandangannya. Ia terus ajak sang murid memasuki rimba, menembusi pepohonan oyot, mendaki sampai di atas puncak tertengah, Lianhoa-hong. Di sini pun banyak pepohonan yang tinggi dan rumput yang lebat dan tinggi sependirian manusia, angin meniup keras, hawa udara dingin. Siangkoan Kin bertubuh ulet tapi ia toh merasai sejuknya hawa. Ia jalan dengan hati-hati tetapi ia lihat, gurunya jalan sewajarhya saja, tak perduli jalanan sukar dan berbahaya. Diam-diam ia insyaf bedanya kepandaian mereka berdua. Itulah puncak utama dari Lianhoa-hong! akhir-akhirnya Poei Hok Han kata seraya menunjuk ke depan, ke puncak tertinggi. Soekong Tjiauw dirikan gubuknya di situ} sungguh dia menderita. Siangkoan Kin angkat kepalanya, untuk dongak melihat, tapi tiba-tiba gurunya cekal ia seraya membisikinya: Mendekam, lekas! Dan ia lantas ditarik ke gombolan. untuk sembunyi. Sekejab saja, di tempat terpisahnya dua puluh tumbak lebih dari mereka, tiga orang melesat lewat, pakaiannya semua abu-abu, dan sekejab juga, mereka lenyap. Mereka itu telah gunai ilmu lari Tengpeng touwsoei atau Menyeberang sungai sambil injak kapu-kapu. Siangkoan Kin heran, tak terkecuali gurunya. la hendak tanya gurunya itu, atau Hok Han dului ia dengan berbisik: Kau ikuti aku, hati-hati! Mari kitasusul mereka, mereka itu menuju ke puncak pusat Lianhoa-hong ini. Masih belum ketahuan. mereka sahabat atau musuh Hok Han segera berloncat dengan pesat, untuk lari menyusul, agaknya pepohonan oyot dan duri tak menjadi rintangan bagi ia, maka kasihan Siangkoan Kin, yang tidak punya keentengan tubuh dan kegesitan sebagai gurunya itu. Dua* kali ia tersangkut

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

oyot, sampai bajunya robek, sampai tcrpaksa ia minta gurunya tunggui ia. Siapkan scnjatamu, tetap waspada Hok Han pesan muridnya. Mereka menyusul dengan tak tcrlihat tiga orang di dcpan itu, karena jarak jauh juga dari mereka kedua pihak. . Sebab rumput tebai dan tinggi, Hok Han juga tidak dapat I ihat mereka itu, maka dari itu, ia berlaku hati-hati sekaJi. Selagi si empch tukang besi ini memasang mata, tiba-tiba ia dengar suara pelahan tidak jauh di depannya. Ia lantas pasang teiinganya, untuk mendengari. Ia segera kenali satu suara, yang ia seperti kenal, akan tetapi kata-katanya ia tidak dengar nyata. Maka itu, ia bisiki Siangkoan Kim Mereka berada di samping kiri kita, terpisahnya mungkin tiga puluh tumbak kira-kira, mari ikut aku, kita ambil jalan kanan, akan mutar ke belakang mereka. Kita mesti ada di sebeTah belakang mereka, kita mesti jaga agar mereka tak dapat meiihat kita. Kebetulan angin meniup keras, suaranya berisik, Hok Han barengi loncat ke samping. Siangkoan Kin ikuti gurunya itu. Sebentar kemudian, mereka sudah sampai di belakang orang-orang yang dikuntit, Hok Han, yang berada di depan, telah kisiki muridnya, yang lagi-lagi hendak menanya dia. Guru ini berkata: Dia orang ada orang-or-ang Kangouw yang pandai, mereka datangi Lianhoa-hong yang penuh ancaman bahaya, mesti merekrii hendak berurusan dengan Soekongl Tjiauw. a Dari tempat mereka sembunyi, guru dan murid ini bisa lihat nyata] tiga orang itu, yang berkumpul sambil | jalan mondarmandir, sambil bicara juga dengan suara keras, angin bersiursiur. Kepala hantu ini sembunyi di pusat tertinggi dari Hoasan,wj demikian Hok Han dengar, maka itu ada sangat sukar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk cari dia. Baharu dalam tahun ini, kita dengar tentang dia, tetapi sudah beberapa kali kita cari dia di sini, tak juga dia dapat diketemukan. Ini hari kita dapat cari guha tempat mengcramnya, akan tetapi dia tidak ada di sarangnya! Apakah kita bukannya menyia-nyiakan waktu saja? Kepala hantu itu sangat licin, mengulangi yang lain pula. Nampaknya dia sudah ketahui ketika kita datang pada dua kali yang pertama. Aku kuatir dia sudah berlalu dari ini. Entah ke mana lagi dia sembunyikan diri. Aku percaya, dia belum menyingkir pula, kata orang yang ketiga. Dua kali kita datang, kita mencari di sekitarnya gunung ini, lata belum sampai di puncak tertengah ini. Kita pun datang malam dan berlalu sebelum terang tanah, cara bagaimana dia bisa mendapat tahu? Walaupun demikian, Sha-tee, tak dapat kita tidak berjagajaga, kata orang yang pertama. Siapa tahu jikalau ia telah atur bayhok atau ia telah minta datang bala bantuan untuknya? Mari kita mencari pula di sekitar ini. Awas, jangan sampai kita kenadiakali. Dua kawan itu mufakat, lantas mereka mencari pula, dengan berpencaran. Diam-diam, Hok Han kaget dan berkuatir. Terang sudah, Soekong Tjiauw lagi hadapi musuh-musuhnya. Ia juga kuatir, seorang diri, sahabatnya itu nanti tidak sanggup melayani musuh-musuhnya itu. Scmcntara itu, ia ingat semakin nyata lagu suara orang, yang ia rasa kenal. Ia pikirkan itu, ia berpikir keras. Tiba-tiba, ia terkejut sendirinya dan heran. Apakah mungkin dia pun telah jadi budaknya bangsa Boan? akhimya ia tanya dirinya sendiri. Satu di antara tiga orang itu mencari ke arah Hok Han dan muridnya sembunyi, makin lama dia datang makin dekat. Siangkoan Kin siapkan pedangnya di satu tangan dan senjata rahasia di tangan yang lain, meski demikian, tidak urung ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

keluarkan keringat dingin. Ini ada pengalamannya yang pertama. Poei Hok Han pun siap sedia, malah ia sudah pikir untuk menerjang lebih dahuhi. Orang itu maju terus, gerak-geriknya hati-hati. Bcnar di saat Hok Han hendak lompat menyerang atau ia dengar suara bentakan orang itu Siapa? Berhenti! Suara itu disusul sama lompat munculnya satu orang, yang dengan suara dalam dan seram. balik menanya: Kau siapa? Aku ada penduduk gunung sunyi ini! Adakah aku mengganggu pada kau? Aku lagi cari kelinci atau buah-buahan hutan, sebegitu jauh, aku beium memperolehnya, hingga aku berdahaga dan lapar, lalu aku hendak pulang untuk dahar momo setclah mana, aku hendak keluar pula. Kau suruh aku berhenti apakah kau mau? Itulah Soekong Tjiauw! Hok Han tidak jadi keluar, ia sembunyi terus, akan pandang sahabatnya itu dan si orang tidak dikenal. Selang dua puluh tahun lebih, roman orang she Soekong itu sudah berubah, nampaknya tindakannya kurang tegap lagi, matanya kurang bersinar, pakaiannya pun cobak-cabik, rambutnya dan kumisjenggotnya telah putih semua. Tidak lagi ia beroman gagah seperti dulu. Cuma karena lagu suaranya. dan gerak-geriknya, maka Hok Han dapat kenali sahabatnya ini. Orang asing itu, seorang tua dengan pakaiannya abu-abu, bicara pula. Soekong Tjiauw, di hadapan sahabat, jangan lagi kau berpura-pura pi Ion! Mustahil kau senang untuk bikin sahabatmu nampak kesulitan? Soekong Tjiauw berdin diam, sikapnya sangat sabar. Apakah Kongapakah Tjiauw? tanya ia. Sahabat, katakata kau tak dapat aku mengertikan! Aku ada seorang gunung. Gunung ini tinggi, rimbanya lebat, di sini ada serigalanya, harimaunya banyak, jurangnya dalam, jalanannya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sukar dan bcrbahaya. Untukku, yang biasa tinggaJ di guha. semua itu ada umum, tidak demikian dengan kau, Tuan yang terhormat. Ada urn sari apa kau datang kemari? Untuk apa kau berdiam lama-lama di sini? Di sini bukannya tempat pesiar yang indah. Buat apa kau panjat Hoa-san yang tinggi ini? Selagi Soekong Tjiauw bicara, tiba-tiba muncul seorang tua lain, yang warna pakaiannya serupa dengan yang pertama itu. Dia maju ke depan, lalu dengan suara dingin dia kata: Saudara Soekong Tjiauw, sudah lama kiia orang tidak pernah bertemu, apa kau ada banyak baik? Saudara, apakah kau masih ingat sahabat kekalmu ini dari Kimleng dari dua puluhtahun yang lampau?. Soekong Tjiauw awasi orang itu tetap akhirnya, ia goyanggoyang tangannya. Maafkan aku,jawab ia sambil tertawa dingin, aku ada seorang gunung, seorang hutan, mana aku ada punya sahabat mewah seperti kau? Oh, Thayya sekalian, harap kau or-ang tidak mengganggu aku!. Orang tua itu gusar karena dijawab demikian rupa, dia anggap dia dipermainkan, hingga tak bisa ia mengendalikan hawa amarahnya. Kedua biji matanya lantas saja melotot. Soekong Tjiauw! ia berseru. Aku masih ingat pcrsahabatan kita, aku ingin buka jalan hidup untuk kau, aku tidak mau berlaku kejam, kenapa kau bersikap begini macam terhadapku? Ingat, jangan kau cari susah send in! Jangan kau andali saja kegagahanmu, hingga kau jadi berani membangkang! Lihat tjoekongmu, Tjio Tat Kay! Bagaimana dia pandai dan liehay, tidak urung dia tertawan dan dapatkan kebinasaannya! Apa pengaruhnya Thaypeng Thiankok? Bukankah gerakan itu pun buyar bagaikan es? Kau sendiri, apa kau bias bikin? Soekong Tjiauw, aku sudah bicara, maka hayolah kau pikir. Jikalau kau suka secara baik bersama-sama

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kita pulang ke Kota Raja, aku tanggung pemerintah nanti perlakukan baik kepadamu, kau bakal dipakai dan dihargai, tetapi jikalau tidak, terpaksa kita nanti bekuk padamu! Kau dengar terang atau tidak? Kita ada sahabat-sahabat lama dari Kimleng, aku kenal kau Soekong Tjiauw, kau pun kenal aku Tang Siauw Tong, kita ada bangsa laki-laki, sekarang aku tunggu jawabanmu! Memang dia! pikir Poei Hok Han di tempat sembunyinya. Ia memang segera kenali orang tua itu. Tang Siauw Tong ada orang kepereayaan paling setia dari Pak-ong Wie Tjiang Hoei, sebilah goloknya Tan-too telah menjagoi di lima propinsi Utara, belum pernah dia temui tandingan, ketika terjadi bentrokan antara Wie Tjiang Hoei dan Yo Sioe Tjeng, dia telah membantu membinasakan Tongong, kemudian ketika Pak-ong dihukum mati, dia pergi kepada Ang Djin Kan, saudara Thian-ong Ang Sioe Tjoan. Supaya dia diterima, dia kasih keterangannya, bahwa dulu dia cuma turut titahnya Pak-ong Wie Tjiang Hoei, bahwa dia sebenarnya tetap setia kepada Thian-ong. Thian-ong Ang Sioe Tjoan bersatu pendirian dengan Ek-ong Tj io Tat Kay, dalam bentrokan Wie Tjiang Hoei dengan Yo Sioe Tjeng, yang bersalah adalah Wie Tjiang Hoei sendiri, jadi semua orang sebawahannya tak ada sangkut-pautnya. Karena ini, Thian-ong tidak tarik panjang halnya Tang Siauw Tong. Kemudian, ketika Kota Kimleng jatuh dan Thaypeng Thiankok hancur-lebur tidak ketahuan ke mana kabumya orang she Tang ini, Hok Han tidak pernah mendengarnya, sampai tahu-tahu dia muncul hari ini. Maka itu Hok Han percaya, dengan sikapnya itu, orang she Tang ini pasti telah jadi kaki-tangannya pemerintah Boan. Selagi Poei Hok Han berpikir demikian tcntang orang she Tang itu dengan penuh amarah, adalah ia dapatkan Soekong Tjiauw sendiri bersikap tenang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tang Siauw Tong? kata ia sambil tertawa, dengan dingin. Ya, tidak salah! Memang dulu aku ada punya satu sahabat dengan itu nama, tetapi dia sudah mafi lama. Di harian jatuhnya Kota Kimleng, semua orang peperangan Thaypeng Thiankok dengan gagah telah mengorbankan dirinya dan Tang Siauw Tong ada satu laki-laki sejati, mana dia bisa mencuri hidup, akan menjadi budaknya si budak, akan jadi gundalnya si gundal? Kau siapa? Kenapa kau bcrani pakai namanya sahabatku itu? Soekong Tjiauw tidak sudi kenal orang she Tang ini, ia berbuat demikian dengan disengaja. Ini cara ada lebih hebat daripada dampratan langsung. Tidak heran jikalau si orang she Tang jadi gusar bukan kepalang. He, pithoe, begini tajam lidahmu? ia membentak. Kau tidak tahu diri! Jangan kau sesalkan aku jikalau aku tidak ingat pula persahabatan kita! Terpaksa aku mesti undang kau turut pergi bersama-sama kita! Soekong Tjiauw tertawa pula secara dingin sekali. Aku sudah duga, binatang, kau memang bisa mencari pangkat dengan jual sahabatmu! kata 1a. Kau sekarang jadinya hendak ambil darah hidupkan untuk celup merah Icopiahmu? Tak demikian gampang, Sahabat! Kau gerakilah tanganmu! Tidak perduli kau sendirian, atau kau maju bersama semua kawanmu, aku Soekong Tjiauw bersedia untuk melayaninya! Ketika itu kawan yang ketiga dari t Tang Siauw Tongjuga sudah datang, bersama kawannya, dia dampingi Siauw Tong, mereka tidak senang mendengar ejekan-ejekan Soekong Tjiauw. Sahabat Soekong, jangan kau pandang terlalu hina kepada kita! kata satu di antara mereka. Tidak nanti kita rebut kemenangan dengan cara keroyokan! Di antara kita bertiga, kau boleh pilih salah satu! Kita hendak bikm kau puas dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mati tanpa penyesalan! Berdua mereka bcrdiri dengan sikap jumawa sekali. Dua kawan dari Tang Siauw Tong ini bukan orang-orang sembarangan. Yang satu ada TjianlieTwiehong See Beng Wan si Pengejar Angin, yang ada murid utama dari Keluarga Lou, segolong ilmu silat kesohor di Shoasay. Dia tidak saja telah mewariskan Keluarga Lou punya ilmu gembolan Samleng Touwkah-twie, yang terdiri dari delapan puluh satu jurus saling beruntun, ilmu entengi tubuhnya pun sangat terkenal. Dia bekerja kepada pemerintah Boan dengan pertolongan Jenderal Tjoh Tjong Tong. Ini jenderal she Tjoh, bersama-sama dengan pengkhianat besar Tjan Kok Hoan, adalah menteri-menteri yang kenamaan. See Beng Wan dibeli ketika Tjoh Tjong Tong bawa pasukannya ke Sinkiang. Or-ang yang kedua ada Peng Tjeng It, seorang dari suku Hweehwee, yang bekerja sebagai pahlawan pilihan dalam Keraton Boantjioe, kepandaiannya adalah ilmu toyasulgj bangsanya dan senjata rahasia. Bertiga mereka sangat percaya kegagahan mereka, mereka tidak berniat keroyok Soekong Tjiauw. Mereka percaya betul yang mereka akan berhasil. Bukankah kalau yang satu sedang bertempur, yang dua bisa memasang mata? Mereka sudah rencanakan, dalam keadaan terpaksa, baharu mereka akan gunai senjata rahasia atau turun tangan bersama. Soekong Tjiauw tidak sambut tantangan itu, sebaliknya dia yang tanya, siapa di antara mereka bertiga yang hendak maju paling dulu. Tidak tempo lagi, Tang Siauw Tong enjot tubuhnya, akan mencelat maju ke depannya musuh. Aku! ia berseru seraya terus ulur kepalan kanannya ke arah muka.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Soekong Tjiauw kasih dengar tertawa panjang, selagi tangan musuh menjurus, iageser kaki kirinya ke kiri dari sini ia angkat sebelah tangannya, akan gempur lengan orang itu. Bagus! berseru Siauw Tong, yang dengan sebat gunai tangan kirinya, akan halau gempuran musuh itu, sedang tangan kanannya segera ditarik pulang, buat dipakai mencengkram muka orang dengan pukulan Kimliong tamdjiauw atau Naga emas ulur kuku. Ini ada semacam serangan yang liehay, tcrutama saking cepatnya. Soekong Tjiauw berkelit, untuk luputkan diri, hingga serangan musuh mengenai tcmpat kosong, sesudah itu, tidak kurang gesitnya, ia menyerang dengan tangan kanan, untuk hajar kanan lawan. Sekali ini ia gunai tipu Totiam kiamteng atau Rubuhkan lampu emas. Tang Siauw Tong bcrada di dalam ancaman, akan tetapi ia mempunyai latihan dari beberapa puluh tahun, untuk tolong diri, ia lekas-lekas mengendap sambil putar tubuhnya dalam gerakan TjhongHong kianbwee atau Naga melilit ekor, menyusul mana, kakinya diulur, untuk meradak kuda-kuda lawan. Soekong Tjiauw tahu serangannya gagal dan ia berbalik terancam, untuk menyelamatkan diri, ia berloncat dengan Koaybong hoansin atau Ular naga jumpalitan. Tapi ia tidak berhenti dengan berkelit saja. Ia pun segera balas menyerang pula. Ia telah menyerang dengan berbareng, dengan tangan kanan dan kaki kiri. Ia bersedia akan adu tangan dan kakinya kepada musuh. Tang Siauw Tong meradak dengan radakan Poanliong djiauwpou atau Naga mendekam menggcser kaki. itu sebenamya bukan kepandaiannya yang istimewa Sekarang radakan itu gagal, ia balik diserang pula, tidak ada jalan lain, ia tolong diri sambil lompat ke belakang jauhnya beberapa tindak. Di sini baharulah ia perbaiki ia punya diri, sesudah itu, baharu ia hadapi pula musuh, akan mulai saling serang pula.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hok Han kagum melihat caranya dua orang itu bertanding sedemikian hebat, saling berganti mereka hadapi ancamanancaman bencana. Pertempuran berlangsung, sampai tiga puluh jurus lebih, sesudah mana, Soekong Tjiauw lantas mendesak, kecuali tubuhnya melesat ke kiri dan kanan, kedua tangannya menyambar-nyambar dengan kadang-kadang diikuti tendangan. Temyata ia telah gabungkan Sippat Lohan-tjhioe dari Siauwlim-pay serta dia sendiri ilmu totok Tiamhiattjhioenya, dengan ini cara, dia berhasil mendesak lawan itu. Tang Siauw Tong terpaksa main mundur saking hebatnya desakan, tetapi ia juga tidak mau menyerah kalah mentahmentah, maka kemudian, sambil berseru keras ia keluarkan ilmu silatnya Thianliong Sippat-tjhioe, yang terdiri dari delapan belas jurus, setiap jurusnya bisa terpecah pula jadi sembilan gerakan susulan, hingga semuanya jadi ada seratus enam puluh dua jurus. Maka itu, kembali mereka jadi berimbang. Jurus-jurus dikasih lewat dengan cepat, masing-masing dengan serangan-serangannya yang berbahaya. Menurut mata umum, kclihatan nyata Tang Siauw Tong dcsakannya kcras, ialah orang yang mcrasa mendongkol dan penasaran, akan tctapi di matanya ahli, ia justru yang mulai terdesak Sippat Lohan-tjhioc adalah ilmu pukuian istimcwa dari Siauwlim-pay, yang tidak sembarang murid dapat pclajarkan, yang tidak sembarang dipakai. di sebelah itu, Soekong Tjiauw pandai Tiamhiat-hoat, ilmu menotok jalan darah. Tang Siauw Tong scbaiiknya, walaupun ia liehay dcngan Thianl iong Sippat-tjiangnya. ia kurang pandai dalam ilmu totokan, karena itu, ia jadi mcndapat rintangan sendirinya. Rupanya Tang Siauw Tong merasakan sendiri bahwa ia mulai tcrdcsak. dari itu, ia lantas menyerang berulang-ulang, saling susul dcngan Samboan togoat Tiga libat mcngikat rem bu I an, Lengwan hianko Orang-hutan sakti

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mcnyuguhi buah, dan Paysan oentjiang Menolak gunung dengan telapakan tangan. Sockong Tjiauw tidak jadi keteter karcna desakan musuh ini, dengan tenang ia mclayani, menangkis atau berkelit. Paling belakang, ketika tangan musuh sampai, ia sedot pemteya hingga jadi kosong. Cuma beda setengah dim, jeriji tangan lawan akan mengenai sasarannya. Justru itu, luar biasa gesit, orang she Soekong ini gunai tangan kanannya, akan gempur pundak kanan orang, akan cari jalan darah Djiekhie-hiat. Siauw Tong tidak sangka, terdesak demikian rupa, musuh masih bisa menyelamatkan diri dan segera membalas menyerang, ia terperanjat, lekas-lekas ia buang tubuhnya ke belakang, dengan jejakan kaki, ia mencelat jumpalitan. loncat beberapa tindak jauhnya. Tapi ia masih kalah gesit, sambaran angin mcngcnai juga pundaknya, hingga ia merasakan kesemutan. Kurang ajar! ia berseru dalam hatinya, sebelah tangannya segera terayun. Segera ada beberapa cahaya berkeredepan yang menyambar kearah Soekong Tjiauw. Itulah senjata rahasia panah tangan! Soekong Tjiauw telah bcrlaku waspada, ia lihat gerakan pundak or-ang, lantas ia berkelit, ke kin dan kanan, cara dcmikian, bcbcrapa batang panah tangan itu tidak mcngcnai sasarannya. Bukan maksud Tang Siauw Tong akan bokong lawannya itu, kalau dia t oh menyerang dengan senjata rahasia, itu adalah untuk bela dirj. Dia khawatir nanti disusul, untuk digerebek, dari itu, dengan panah tangan itu, dia hendak mcnccgahnya. Secara begini pun dia jadi dapat kesempatan akan hunus golok Ganleng-too nya yang pernah menggetarkan lima propinsi Utara.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di waktu dihuntis, golok Tan-too ini bersinar berkilauan, lalu tak tunggu tempo lagi, Tang Siauw Tong lompat maju, akan mendahului serang musuh selagi dia ini repot berkelit dari scrangan panah tangan. Pemberontak, lekas hunus senjatamu! Siauw Tong menantang. Dia bukannya ingat persahabatan hingga dia tidak mau membokong, tetapi dia percaya benar dia punya ilmu golok. Sebab selainnya dari sikapnya ini, adalah tempo bcrtiga mcrcka bcrangkat dari Pakkhia, mereka dipesan sedapatdapatnya agar musuh mi dibujuk menakluk atau sedikitriya ditawan hidup-hidup. Adalah keinginan dari pemerintah Boan akan korek keterangan dari Soekong Tjiauw tentang di mana sembunyinya ahli waris Kerajaan Beng. Bukan main panas hatinya Soekong Tjiauw apabila ia saksikan sikapjumawa dari lawan she Tang ini. Teranglah Siauw Tong tidak cuma rela jadi budak Boan tapi dia pun tak hormati lagi persahabatan kaum Kangouw. Adalah satu kebiasaan, dalam keadaan seperti Siauw Tong, diasudah mesti mengaku kalah. Tapi, gusar atau tidak, ia sudah tidak punya kesempatan lagi. Sinar golok itu telah berkeredep berulang-ulang menyilaukan mata. Golok Siauw Tong ada golok terbuat dari baja pilihan, rambut putus bila difiupkan ke arah tajamnya. Itulah golok yang dipakai membelai Wie Tjiang Hoei, untuk binasakan Yo Sioe Tjeng. Soekong Tjiauw juga ada punya pedang pilihan, ialah pedang Lionggim-kiarn had iah, atau tanda mata dari Ek-ong Tjio Tat Kay, yang tak kalah tajamnya dengan golok Tang Siauw Tong. Pedang ini ia kebetulan tidak bawa, sebab biasanya, ia simpan gegaman itu. Kalau ia lihat Lionggimkiam, ia jadi bcrduka, karcna ia lantas teringat kepada Ek-ong. Lainnya sebab lagi adalah ia paling tidak gemar merebut kemenangan dengan gunai senjata, kecuali dalam keadaan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sangat terpaksa. Bcgitu, ia terus hadapi musuh ini dengan tangan kosong, ia cuma waspada, ia mundur. Kau masih tidak mau kcluarkan senjatamu? Tang Siauw Tong membentak. Kau hendak tunggu apa lagi? Apa kau mau terima binasa di ujunggolokku?** Ditantang secara dcmikian takabur, bukannya dia naik darah, Soekong Tjiauw scbaiiknya tertawa besar dan lama, kemudian dengan tiba-tiba ia melejit ke samping jauhnya beberapa tumbak di mana ia hampirkan sebuah pohon yang besarnya sepelukan, ia jambret scbatang cabang, untuk potes yang panjangnya satu tumbak lebih, yang besarnya sebesar lengan seorang tua, kemudian dengan putar itu, ia hadapi orang jumawa itu. Cabang pohon itu ia hendak gunai sebagai toya Houwbwee-koen Ekor Harimau -Iguna layani golok Gan leng- too. Tang Siauw Tong tertawa di dalam hatinya apabila ia tampak orang hendak lawan iadengan gunai hanya sebatang pohon. Tcrang dia mau can mampifs sendiri! pikir ia. Walaupun kau gunai toyabesi, aku tak takut, apalagi segala kayu! Dan ia segera loncat maju, untuk mulai dengan serangannya. Soekong Tjiauw putar toyanya, hingga mcncrbitkan suara angin menderu-deru, dengan itu ia hendak] sampok golok orang. Siauw Tong tidak kasih goloknya dihajar, ia mempunyai kegesitan luar biasa dalam hal bcrsilat dengan scnjata ini. Ia kasih lewat toya, lantas ia barcngi, akan mcmbabat, untuk membikin kutung. Tubuhnya bcrada di sampi ng. Scnjata toya ada panjang, tetapi menghadapi gcgaman pendek, digunainya rada sulit, karena kurang kegesitan. Soekong Tjiauw pandai Umu entengi tubuh, tidak urung, ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merasakan juga sedikit kesukaran. Adalah karena ia sudah bcrpcngalaman, ia masih bisa luputkan diri dari papasan golok lawan. Pertarungan bcrlangsung dengan Soekong Tjiauw berada di pihak terdesak, goloknya Tang Siauw Tong ada sangat gesit, sambarannya tidak putus-putusnya, maka juga, scsudah lewat beberapa jurus, tiba-tiba kedua senjata beradu dengan keras, lantas toya putus dengan getas, hingga tinggal scparuhnya masih dicckal. Siauw Tong tidak mau kalah, ia loncat terus, akan babat sekalian lengannya orang itu! Soekong Tjiauw menangkis dengan toya buntungnya, maka lagi sekali, kcdua senjata beradu keras, golok ada sangat tajam, toya kena dipapas! atas itu, dia berlompat mundur tiga tumbak. Apabila ia lihat toyanya, ujungnya itu pun telah jadi runcing. Poei Hok Han mcnonton dengan asyik sekali, hatinya tegang, ia tahu sahabatnya liehay tetapi ia tcrpcranjat mendapati sahabat itu kena didcsak dcmikian macam, hingga ia pikir, sudah datang saatnya untuk ia memberi bantuan. Tapi, bclum sampai ia sempat kcluar dari tempat sembunyinya, ia tampak sahabatnya sekarang berubah sikap. Scbal i knya dari pada jcrih, Soekong Tjiauw tertawa tcrbahak-bahak. Pcngkhianat, jangan kau merasa puas! dia menegur. Lihat tombakku! Dengan sebenarnya, karena ujungnya runcing, toya kayu itu merupakan jadi tombak, karena mana, Soekong Tjiauw mcndahului maju. Dia sekarang bersilat dengan ilmu tombak Kimtjhio Djiesiesie. Tang Siauw Tong tertawa dingin. Dengan toyamu tinggal sepotong, kau masih berani layani aku? tanya ia dengan sikap menantang, mcnghina. Lebih

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

baik kau turut saja aku pulang ke Kota Raja, dengan pandang kau sebagai sahabat kekal, tidak nanti aku bikin susah padamu. Soekong Tjiauw tidak gubris bujukan yang diberikuti ancaman itu, ia malah lantas mcnusuk perut orang bahagian Khieboen-hiat. Tang Siauw Tong membabat, dengan maksud menabas pula toya runcing itu, tetapi sebat sekali, Soekong Tjiauw bcrkelit ke kiri seraya barengi menikam lengan kanan orang. Mcnampak dcmikian, dengan tidak kurang scbatnya, Siauw Tong menangkis, malah dengan tepat, hingga lagi-lagi ia kena papas sedikit ujung toya orang itu. Soekong Tjiauw tetapi tidak menjadi jcrih meski juga bcrulang-ulang toyanya kena dibikin tambah pendek, scbal iknya, ia berkelahi terus dengan semakin gesit, di sebelah ancaman serangannya, sekarang lajaga agar senjata tidak lagi menjadi korban golok musuh. Dcmikian mcrcka bertarung terus, sampai Tang Siauw Tonglcewalahan juga, tetapi dia tidak mau mengerti, dia toh tidak takuti toya, goloknya ada tcrlalu tajam untuk itu, dia menyerang dengan scngit, hingga lagi-lagi, dia dapat babat ujung toya orang hingga cabang pohon itu jadi makin pendek, karena papasan berulang-ulang. Hok Han mengawasi dengan tercengang, hatinya tegang bukan main. Terangiah kawannya sudah terdesak sekali Kena! mcndadakan terdengar seruannya Tang Siauw Tong, menyusul mana, kembati toyanya Soekong Tjiauw kenadibabat, hingga sekarang senjata sembatan itu jadi pendek sekali. Poei Hok Han keluarkan keringat dingin. Kcmbali ia berniat iompat keluar, akan bantui kawart itu. Tapi lagi sekali ia urungkan niatnya! Di antara suara tertawa yang keras dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

panjang, ia tampak Soekong Tjiauw Iompat tinggi, di sebelah atasan kepala lawan, akan turun di belakangnya musuh ini, toyanya tak ada sepanjang ruyung, dan ketika Tang Siauw Tong putar tubuh, akan hadapi dia, dia kata: Terima kasih kepadamu yang telah persembahkan sepotong senjata ini kepadaku! Soekong Tjiauw telah gunai toya yang tcrlalu besar dan panjang, walaupun ia ada sangat gesit, senjata istimewa itu tak tepat untuknya, maka itu, selagi ia terdesak, dengan separuh disengaja, ia biarkan senjatanya saban-saban kena ditabas kutung dan dipapas sempiak, sampai akhirnya toya itu jadi sangat pendek, seperti ruyung saja, hingga cukup untuk ia pegang dengan sebeiah tangan. Sekarang sampailah saatnya untuk ia bikin perlawanan Icbih jauh. karena toya panjang itu sudah merupakan sebagai Poankoan-pit. Dia ada ahli menotok jalan darah, inilah senjata yang surup untuknya. Tang Siauw Tong tahu orang ada ahli totok tetapi ia tidak mau lantas percaya sang lawan bisa gunai punning toys itu, maka juga dengan tertawa dingin, ia kata: Sockong Tjiauw, akal apa kau scdang gunai? Apakah dengan punning itu kau hendak gertak aku? Soekong Tjiauw, apabila kau ingin lindungi jiwamu, lekaslah kau menyerah! Diancam secara demekian, Soekong Tjiauw ulapkan senjatanya dan tertawa besar. Kematian sedang menghampirkan kau, kau masih omong besar? ia balasi. Mari maju, untuk kita orang mencoba-coba pulaJ Dan dengan senjatanya itu, ia menggertak, ia pun melirik. Naik darahnya Tang Siauw Tong, yang menganggap dirinya dipcrmainkan, sedang waktu itu ia percaya betul ia sudali bcrada di at as angin. Baik aku habiskan sajajiwanya! demikian ia pikir saking murkahnya. Tidak apa apabila aku bunuh dia schingga aku

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tak akan dapat upah lebih besar daripada dia ditangkap hiduphidup! Tak dapat aku antapkan diriku dipcrhinakan dia! Segera ia maju, untuk menerjang. Sckarang ia sudah ambiI keputusan akan bikin mampus saja ini sahabat dari dua puluh tahun yang lampau. Selama bertempur, walaupun dia ada di pihak tcrdcsak, kelihatan Soekong Tjiauw tenang saja, tidak demikian dengan si penonton Poei Hok Han, yang hatinya berdebar-de-bar, saking khawatimya. Kcdua kawannya Tang Siauw Tong tetap menaruh perhatian besar, mcrcka pun heran menampak sikap luar biasa dari orang yang mcrcka kepung-kepung, tanpa mcrasa, mcrcka siap benar dengan masing-masing senjata mereka. Mereka mencurigainya! Hok Han mengerti bahwa sahabatnya sudah nekat, sahabat itu sudah bersedia untuk jual jiwanya, karena itu, separuh berbisik, ia pesan Siangkoan Kin: Mungkin sebentar aku muncul untuk adujiwaku dengan jahanam itu, kesudahannya bisa aku beruntung, bisa jadi juga tulang-tulang dan dagingku bakal dikubur di udara terbuka di gunung sunyi ini, akan tetapi tak perduli bagaimana kesudahannya, aku larang kau sembarang bergerak! Umpama kata orang kemplang aku hingga mati, kau tetap tidak boleh to long i aku! Kcpandaianmu masih sangat jauh dari kesempurnaan, dengan munculkan diri, itu berarti kau antari jiwa.. Begitu lekas kau angkat kaki dari gunung ini, barangkali selama nyawaku belum putus, aku bisa gerecoki mereka hingga kau dapat ketika untuk meluputkan diri. Siangkoan Kin, dengarkah kau kata-kataku ini? Tak dapat Siangkoan Kin setujui putusan gurunya itu, mulutnya akan utarakan tak mufakatnya itu, akan tetapi iatak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bisa buka mulutnya, sang guru sudah awasi ia dengan tajam sekali, hingga ia ragu-ragu. Juga Poei Hok Han tidak dapat mcngawasi terus muridnya itu, untuk peroleh jawaban, karena hatinya ada pada pertempuran. Demikian ia sudah lantas berpaling pula, kepadadua or-ang yang lagi adu jiwa. Ia ingin ketahui, sampai di mana adanya bahaya yang mengancam sahabatnya. Akan tetapi, setelah ia melihat, ia menjadi heran, hingga ia berdin tercengang, mulutnya ternganga, matanya terbuka lebar! Medan perang telah berubah seperti dalam sekejab, segera kelihatan perbedaannya antara tuan rumah dan tetamunya. Dengan Poankoan-pit puntung toyanya, Soekong Tjiauw telah jadi lain daripada Soekong Tjiauw yang bcrsenjatakan toy a yang panjang, besar dan berat. Dari didesak, ia sckarang yang menggantikan merangsang lawan. Dengan puntung toya itu, ia jadi sebat dan tangkas bukan main. Tang Siauw Tong terkejut apabila ia saksikan perubahannya silat dari lawan ini. Inilah ia tidak pemah sangka dari satu sahabatnya dari puluhan tahun yang telah siiam. Segera ia merasa bahwa ia lagi terancam bahaya, tidak perduli ia sanggup geraki goloknya dengan sempuma. ia pun bersangsi meskipun ia ingat kepada kedua sahabatnya, bantuan siapa ia boleh harap. Kulit mukanya ada terlalu tipis untuk segera minta bantuan sahabat-sahabat itu. ia pun masih sangat kemaruk sama jasa, ia masih sayang akan membagi jasa kepada kedua kawannya itu. Maka, dalam saat-saat sehabat itu, ia terus berkelahi scorang diri. Demikian lah ia berseru beberapa kali, ia geraki goloknya sccara sangat sebat dan berbahaya. Soekong Tjiauw tidak perdulikan liehaynya musuh, ia berkelahi dengan menunj ukkan kegesi tanny a, ia kurung ini dengan loncatannya ke empat penjuru, kiri dan kanan, depan dan belakang, tangannya pun menyambar-nyambar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bagaikan halilintar bcrkclcbatan, saban-saban ujung Poankoan-pit mencari jalan darah. Ia pun, saban-saban perdengarkan tertawanya, mengejek. Sckian lama lagi,Tang Siauw Tong layani musuh yang liehay ini, lantas ia punya keringat membasahkan jidatnya, matanya berkunang-kunang, kepalanya mulai pusing. la insyaf benar-benar akan bahaya yang mengancam padanya. Sckonyong-konyong ia mainkan tipu pukulan Pcngscc lokgan atau Ganlok pengscc, goloknya ditunuikan, lalu ia membabat pundak terus ke lengan. ke nadi! Soekong Tjiauw perdengarkan seruan panjang apabiia ia lihati serangan hebat itu, lekas-lekas ia turunkan pundak kanannya sambil Ikaki kirinya menggeser, untuk mundur sedikit, kcmudian setelah bacokan musuh lewat, ia maju pula, dengan serangannya dengan tipu silat Siankouw songtjoe atau Dewi mengantar anak. Pit istimcwanya mencari jalan darah Hoetjoei-hiat. Tang Siauw Tong segera bcrkclit, menyusul mana, goloknya dari bawah mcnyambar ke atas, akan scrang tangan musuh. Atas ini Soekong Tjiauw berkelit, tetapi kemudian, scpcrti tadi, ia tcrusi mcrangsang pula, tangan kanannya mencari jalan darah Hoakay-hiat. Sekarang tangan kirinya turut mengancam dengan cengkraman, untuk cekuk tangan lawan. Sambil perdengarkan jcritan Aya! orang she Tang itu lompat mundur. Ia bcrlaku sangat cepat, tetapi lebih cepat lagi gerakannya lawan, selagi ia loncat, lawan itu loncat juga, akan susul ia. Ia bclum tctap dengan kakinya, tangannya masih bclum siap, ujung Poankoan-pit sudah menyambar. Di saat dari kematian itu, mcndadakan satu tubuh lompat maju, menghadang di antara dua musuh ini, hingga mau atau tidak, Soekong Tjiauw mesti batalkan serangannya dan lompat ke samping, untuk hindarkan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dirt. Kelika ia sudah mengawasi, ia kcnali See Beng Wan, sahabatnya musuh itu. Ia jadi sangat mendongkol. | He, orang busuk dari Rimbai Pcrsilatan! ia membentak sambil ia tuding orang she See itu. Sungguh kau membikin malu pada kaum Kangouw! Apakah scbenarnya siasat kau orang? Kau orang hendakj berkelahi dengan bergiliran sebagai roda atau hendak main keroyok? Tapi See Beng Wan tidak menjadi malu karena teguran itu, sebaliknya, ia tertawa haha-hihi. SoekongTjiauw, kata ia dengan menebal, jikalau ini hari kau masih* bisa mengharap loloskan diri, itulah sulit itulah lebih sukar dari pada naik ke langit! Kau adalah pemberontakdi matanya Pemerintah Agung, maka siapakah yang kesudian bicara tcntang. kehormatan kaum Kangouw dengan kau? Setelah iamengucapkan demikian, See Beng Wan lantas menyerang, akan bcrsama-sama Tang Siauw Tong kepung musuh ini. Tang Siauw Tong sendiri tidak, pcrdulikan lagi kehormatan kaum Kangouw itu. Soekong Tjiauw sangat mendelu melihat orang ada demikian tak tahu malu, maka itu, sambil tertawa dingin, ia layani mereka bcrdua. Sama sekali ia tidak merasa jerih. Pertempuran kali ini pun ada membawa perubahan. Gembolannya See Beng Wan Samleng Touwkoet-twie adalah sebuah senjata yang langka, jarang sekali orang Kangouw yang bisa gunai itu, sedang gelarannya Tjianlie Twiehong atau si Pengejar Angin, atau lebih benar, mengejar angin scribu lie jauhnya, sudah mengunjuki keentcngan tubuhnya dan kegesitan, yang ada mclcbihkan Tang Siauw Tong. Kewalahanjuga Soekong Tjiauw melayani dua musuh yang tangguh itu. Sulitnya, puntung ruyung tak dapat diadu dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

golok atau dengan gembolan kedua musuh itu, ia melainkan bisa andali kegesitannya. Maka di akhirnya, ia menjadi nekat. Ia mesti berlaku cepat untuk mengakbiri pertempuran itu. Demikianlah, selagi ia berkelit dari serangannya See Beng Wan, setelah menyampingkan diri, ia terusi totok muka Tang Siauw Tong. Orang she Tang itu bcrkclit ke samping. Selagi musuh berkelit, Soekong Tjiauw tidak mendesak, hanya di lain pihak, ia loncat ke kiri, di mana ada Sec Beng Wan, yang habis terjang ia, lain ia totok jalan darahnya Thiantie-hiat musuh. See Beng Wan tidak berkelit atas datangnya serangan itu, sebaliknya, ia angkat tangan kanannya, untuk balas menyerang, dengan membarengi. Soekong Tjiauw tidak mau adu senjata, ia mundur sambil putar tubuh, scsudah mana ia loncat, hingga ia berada di beiakang dua musuh itu. Pemberontakjangan lari! Masih ada aku di sini! demikian satu teriakan tiba-tiba selagi baharu saja Soekong Tjiauw lolosdari kepungan. Seruan itu disusui sama berkeredepnya beberapa cahaya berkilau, yang datang menyambar. Tapi juga masih ada aku di sini! sekonyong-konyong datang lain seruan sebelum teriakan itu habis diucapkan. Soekong Tjiauw lihat serangan senjata gelap, ia segera berlompat berkelit, tetapi ternyata, semua senjata itu tak menjurus tepat, hingga ia jadi heran, apapula setelah ia tampak. dua tubuh muncul saiing susul. Itulah PekTjeng It dan Poei Hok Han. Pek Tjeng It telah pasang mata, ia siap dengan Djoanpiannya, ruyung lemas, yang ia bisa gunai sebagai toya. Ketika ia lihat Soekong Tjiauw mau loloskan diri, ia tidak mau mcmbiarkannya, maka itu, lantas ia gunai senjata rahasianya,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang ia biasa tak sembarang gunai yaitu jarum bcracun Wietok Tjitsat-teng. banyaknya tiga batang. Ia menimpuk bcruntun terus. Ia ada liehay dalam ilmu ini, tapi kesudahannya bikin ia heran dan penasaran. Sebab cengcorang menangkap tonggcret, tak tahunya di belakangnya, ada| burung gereja. Poei Hok Han juga siap sembarang waktu, kctika ia lihat muncul pula satu musuh, yang bokong Soekong Tjiauw, dengan terpaksa, ia pun keluar dari tcmpat sembunyinya, untuk gagalkan bokongan, ia scrang orang itu dengan tiga batang panah tangan. Pek Tjeng It dapat tahu ada serangan gclap untuk ia, ia bcrkclit, tetapi justru itu, ia pun lagi bokong Soekong Tjiauw, dari itu sendirinya, scrangannya jadi tidak tepat kepada sasarannya. Maka itu, Soekong Tjiauw jadi teriuput dari bahaya. Ia pun memangnya dapat kctika untuk berkelitjuga. Pek Tjeng It gusar sekali terhadap orang yang bokong ia, yang bikin ia gaga]. Binatang dari mana berani mengacau kita? ia membentak sambil ia terns menyerang dengan Djoan-piannya. Poei H ok Han tidak berdiam saja, ia tangkis serangan itu, ia bikin perlawanan. Soekong Tjiauw jugasudah asyik bertcmpur pula, karcna Tang Siauw Tong dan Sec Beng Wan sudah Iantas knnmg pula padanya, untuk dikepung lebih jauh. Ia tetap tidak takut, meski juga kedua musuhnya menyerang dengan seru, tapi sekarang pcrhatiannya tertarik oleh pertempuran di sebelahnya, karcna ia segera kenali, siapa itu yang lagi layani musuhnya yang ketiga. Bertempur belum lama, Poei Hok Han sudah lantas ketcter, tidak perduli ia telah mainkan sungguh-sungguh ilmu silatnya golok LiokhapJ, too. Musuh ini, sclainnya liehay, pun ada sedang gusar karena) pembokongannya terhadap Soekong

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tjiauw dirintangi hingga jadi gaga!. Bcbcrapa kali goloknya kena dililit hingga sampai hampir terlepas dari cckalan. Lagi bcbcrapa jurus, lantas iacuma sanggup menangkis, tidak lagi, bisa menyerang. Iasebenarnyagagah, kalau tidak, tidak nanti dia jadi pahlawannya Ek-ong Tjio Tat KayJ akan tetapi kawannya Tang Siauw Tong itu ada salah satu pahlawan pilihannya pemerintah Boan. Pek Tjeng It lihat bagaimana ia adaj di pihak unggul, ia segera perkeras desakan nya untuk rebut kemenangan. Hok Han tahu ia lagi menghadapi bencana, scdapat mungkin ia bcrikan perlawanan sungguh-sungguh, demikian satu kali, ia paksakan membacok Pek Tjeng It dengan tipu bacokan Pekgan sieleng atauj Burung belibis putih sisirkan bulu. Pek Tjeng It berkelit seraya putar tubuhnya, dengan begitu Djoan-piannya bisa diteruskan dipakai menyerang, karcna ia berkelit sambil mengendap, sekarang serangan] membalasnya ke bawah, bagaikan gcrakan uNaga malas bergulingan di tanah. Ruyungnya menyerempet di tanah sampai menerbitkan suara. inn ada suatu serangan dari ilmu toya Sat hwee hwee-koen yang dinamakan Ouwliong kauwtjoe atau Naga hitam melilit tiang. Untuk tolong diri, Hok Han mcloncat, akan tetapi oleh karena ituj Djoan-pian, yang diputar terus, kembali menyambar padanya. Dan justru ia berada di saat berbahaya itu, mati atau hidup, tiba-tiba ada sambaran senjata gelap yang mengenai Djoan-piannya, sehingga Pek Tjeng It jadi kaget dan lantas; menunda penyerangannya lebih jauh. Siapa berani membokong aku? membentaknya. Teguran itu disusul sama munculnya satu anak muda dari gombolan di samping mcreka ini, pemuda itu berlari-lari menghampiri mcreka dengan pedang di tangan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hok Han tercengang dan mukanya pucat apabila ia tampak pemuda itu, karena dia adalah Siangkoan Kin, mu rid nya yang tcrsayang itu. Ia tidak sangka murid ini abaikan pesannya dan justru muncul sekali. ltulah bcrbahaya untuk si murid, setagi ia sendiri, si guru, tidak bcrdaya. Tent u saja Siangkoan Kin tidak bisa berdiam saja, atau lari kabur, selagi ia lihat gurunya terancam bahaya maut, melupakan segala apa, ia menyerang dengan beberapa panah tangan, sehingga merepotkan Pek Tjeng It, untuk menghalau itu. Sesudah membokong, ia segera keluar dari tempatnya sembunyi, maka di lain pihak, ia sudah hadapi musuh liehay itu. Siangkoan Kin, mundur! Hok Han teriaki muridnya, seraya ia sendiri loncat maju untuk mcnghalangi. Ini bukan urusan kau, jangan kau campur tahu! Kemudian ia tambahkan pada Pek Tjeng it: Sahabat, kau layani aku saja! Mari kita bertempur sampai salah satu mati! Pek Tjeng It tertawa menghina bcrulang-uiang. Ini eng-hiong muda berani membokong dengan senjata rahasia, aku ingin coba-coba dengannya! jawabnya sangat jumawa. Kemudian sambil tertawa dingin ia kata pada si anak muda sendiri: Aku izinkan kau membokong! Aku sendiri tidak sudi menipumu! Kau ada punya senjata apa lagi? Hayo segera keluarkan itu! Dia menantang karena dia bisa duga, anak muda ini tentu masih hijau. I a buka mulut dengan tidak dipikir lagi, ia lupa, ia sendiri baharu saja membokong Soekong Tjiauw. Poei Hok Han ada sangat berkuatir, hingga melupai segala apa, ia loncat akan terjang lawan yang liehay ini, pertama ia menyerang dengan Tay-san apteng atau Gunung Tay-san mcnindih kcpala, kemudian ia membabat dengan Taypeng

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tiantjie atau Burung garuda pentang sayjtp. Ia bcrlaku matimatian! Pek Tjeng It melihat kenekatan orang, ia tertawa mengejek. Menggeraki Djoan~pian ke atas, ia tangkis serangan dari atas itu, kcmudian setelah ia ditabas, ia pun terusi menangkis ke samping. sesudah mana ia ambil ketika akan balas mcnycrang. Sesaat saja, ia telah bikin repot si empeh tukang besi. Siangkoan Kin ada scumpama anak kerbau yang tak takuti harimau, begitulah melifaat gurunya terancam bahaya. ia lompat mcnycrang, akan tikam iga kanan orang itu. Akan tetapi pcdangnya bcntrok dengan Djoan-pian, yang dipakai menangkis padanya, tahu-tahu tangannya sakit, sesemutan, pedangnya teriempar, mcnyusul mana, ia pun 1 imbung dan rubuh dengan tak dapat ditahan lagi. Itu adalah akibat gcrakan scbat, kcras dan libatan senjata Pek Tjeng It. Poei Hok Han kaget bukan kepalang, ia kuatir muridnya disusuli serangan lain, ia loncat, ia serang musuh itu dengan tipu-bacokan Benghouw pabwee atau Harimau galak menggoyang ekor. Ia arah mukanya musuh. Pek Tjeng It lihat serangan orang tua mi, sambil putar sedikit tubuhnya. ia menangkis, Djoan-piannya dibikin meiibat, sesudah mana, ia membctot dengan kaget dan keras. Goiok Liokhap-too terbentur dengan menerbitkan suara nyaring, lantas teriempar dari cekalan, teriempar jauh! Syukur untuk Poei Hok Han, waiaupun goloknya terlepas dan ia terkejut, kuda-kudanya teguh, ia tidak kena turut terbetot, dari hu, dengan tidak perdulikan goloknya lagi, ia loncat kepada muridnya, tubuh siapa ia angkat, terus ia ajak muridnya itu lari! Menyerah kau! Pek Tjeng It bcrscru sambil ia lompat, untuk mengejar. Tapi ia menguber baharu beberapa tindak, sekonyong-konyong ia dengar suara mengaung di atas

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pepohonan, suaranya tedas dan panjang. Mendengar ini, ia segera tahan t indakannya, ia terkejut Karena segeralah ia ingat, ia kenal i suara apa itu. Ia tidak usah tercengang lama atau di scbclah depan ia, dari gegombolan, ia lihat munculnya satu niekouw tua di tangan siapa ada tercekal sebatang kebutan Tiat-hoedtim. Ia kaget, sampai hatinya berdebaran. Itulah pendeta wanita nama siapa ia telah dengar lama, yang orang Kangouw sangat takuti ialah Sim Djie Sinnie. Mclainkan romannya niekouw ini, yang sabar, beda daripada apa yang orang buat ceritaan. Niekouw tua itu menghampirinya sambil berkata. Kamu sekalian bertarung di atas Gunung Seegak ini, apakah kamu tidak kuatir itu nanti merusak keindahan gunung ini? Baiklah kamu kedua pihak segera berhentikan pertempuranmu ini. Pinnie ada seorang beribadat, dari itu pinnie tidak mau memusingi di antara kamu siapa yang benar, siapa yang salah. Pada saat itu juga, Soekong Tjiauw sudah sangat terancam oleh kedua musuhnya, akan tetapi kapan kupingnya dengar suara mengaung itu, hatinya jadi girang dengan tiba-tiba. Dia kenal baik suara itu. Dia ada muridnya Hoei Beng Sintjeng, pendeta suci di perbatasan, dan Sim Djie itu adalah soetjienya. Bedanya adalah sang niekouw menjadi murid sepuluh tahun lebih dahulu daripadanya, dan kepandaiannya jauh melebihkan diajuga Sang guru kesohor gagah dan mu I ia, maka dari itu, orang sebut dia sintjeng, seperti Sim Djie dipanggil sinnie. Dengan kebutannya, Sim Djie pandai menotok jalan darah, sedang piauw Bouwnie-tjoenya, ada liehay sekali, suaranya mengaung. Hatinya Soekong Tjiauw menjadi besar, dengan tiba-tiba saja ia desak Tang Siauw Tong, yang ada lebih lemah daripada See Beng Wan, kapan musuh ini berkelit mundur, segera ia gunai ketika akan loncat keluar dari kepungan, untuk lari ke arah si pendeta wanita.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Itu waktu, Sim Djie sudah bicara terlebih jauh dengan Pek Tjeng It, yang masih tercengang, ia mendesak agar dia ini meletaki senjatanya dang angkat kaki dari gunung itu. Desakan ini membuat Pek Tjeng It jadi nekat, dari jerih, ia jadi berani. Ia merasa dirinya gagah, dengan niekouw itu ta belum pernah bertempur, ia cuma pernah dengar nama besarnya, sekarang ia mempunyai kawan-kawan kosen, ia anggap, apa perlunya ia takut. Adalah ketika ia hendak bikin pcrlawanan, ia tampak Soekong Tjiauw lari ke arah ia dengan dua kawannya Tang Siauw Tong dan See Beng Wan sedang mengejar. Soekong Tjiauw telah lantas datang dekat, ia lari dengan awasi soetjienya, dari itu ia dapat lihat or-ang gcraki kebutannya, yang mana ada satu tanda rahasia untuk ia tidak segera kenalkan soctjie itu, maka ia lantas bcrpura-pura tidak kenal entjiej seperguruan itu. Scbaliknya dari hampirkan terus sang soetjie, dia terusi lari kepada Poei Hok Han, puntung toyanya ia lemparkan di tengah jalan. Pada waktu itu, Hok Han sudah tidak berlari-lan lagi, hanya bersama muridnya, ia berdiri diam dengan napas scngalscngal. Ia ada sahabat karib dari Soekong Tjiauw tetapi ia tidak tahu, sahabat ini ada soetee dari Sim Djie Sinnie. Pek Tjeng It sudah lantas bcrkumpul dengan bersama dua kawannya. Pasti sekali mereka ada sangat mendongkol. Sudah tiga kali mereka satroni Gunung Hoa-san, sekarang maksud mereka bakal tercapai tetapi mendadakan ada or-ang yang rintangi mereka See Beng Wan, dengan gcmbolannya di depan dada, tertawa dingin. Niekouw tua, kau takabur sekali! kata ia, yang awasi pendeta wanita itu. Kau ada punya hak apa untuk campur tabu urusan kita yang lagi melakukan firman untuk membekuk pemberontak? Kemudian ia menoleh pada dua kawannya,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk tambahkan: Kitajangan perdu! ikan dia! Lckas bekuk si pemberontak! Sim Djie tidak tunggu sampai or-ang mulai bergerak, ia awasi mereka bcrtiga, ia angkat kebutannya Siapa juga kau orang hcndak tawan, kau orang ada mcrdcka untuk lakukan ini! kata ia sambil tertawa dingm juga. Akan tctapi untuk itu, lcbih dahulu kau orang mcsti lewati kebutanku mi! Ia maju. akan menghalangdi antara mereka dan Soekong Tjiauw dan kawan-kawannya. V Tang Siauw Tong bertiga jadi gusar sekali. Jadinya kau hendak campur tahu urusan kita ini? tegaskan See Beng Wan seraya ia ulapkan gembolannya. Kau boleh gertak lain orang, lain or-ang boleh jerih terhadapmu, kita tidak. Aku justru ingin coba-coba kau! Tjianlie Twiehong segera pasang kuda-kudanya, untuk menantikan serangan. Kau orang ada orang-orang gagah, pinnie girangdapat menemui kau or-ang! kata Sim Djie sambil tertawa tawar. Pinnie sudah bilang, tak dapat kau orang berkelahi di sini, siapa tidak puas. dia boleh maju. sekarang kau orang ingin bclajar kenal, baik. pinnie bcrscdia untuk menemaninya. Kau orang bcrtiga, tak sempat pinnie akan layani kau orang satu demi satu, dari itu, silakan kau orang maju berbareng saja, agar pinnie tidak berabe lagi! See Beng Wan melirik, karena kcjumavvaan orang itu. Oh, niekouw yang baik! kata ia, yang mendongkol bukan main. Scndirian saja kau hendak layani kita bcrtiga? Kau terlaiu menghina kita! Asal kau sanggup rubuhkan aku

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seorang, maka dua kawan, atau kita tiga saudara, pasti suka turut segala titahmu! Dua orang bertempur berhadapan ada sangat tidak menarik hati, pendcta wanita itu bilang. Jikalau satu saja kurang dari kau orang bcrtiga, pinnie tidak bersedia untuk melayaninya! Akur? Hayo majuij Jikalau tidak, pergilah kau orang kabur turun gunung! Pinnie sudah berusia lanjut, akan tctapi untuk layani baharu kau orang bcrtiga, masih belum ada artinya! Bagaimana? Jika tetap kau orang masih tidak hendak maju, jangan nanti scsalkan pinnie tidak sungkan-sungkan! See Beng Wan bcrtiga jadi meluap hawa amarahnya. Baik! Karena kau yang menghendaki, kita nanti mengiringinya! Silakan! Sim Djie tidak tunggu sampai orang tutup mulut atau kebutan sudah bergerak terhadap si orang she See, untuk mana, tubuhnya mencelat maju. See Beng Wan tahu musuh ada liehay, ia menggeser tubuh dengan gerakan Poanliong djiauwpou atau Naga melingkar memutar kaki, ia pindahkan kaki kiri ke kiri, lalu selagi tangan kanan menangkis, tangan kirinya menyerang. Sepasang gembolannya dikasih bekerja dengan berbareng. Ia menangkis berbareng menyerang. Sim Djie berlaku sangat gesit, begitu lekas serangannya tidak memberikan hasil, tidak tunggu sampai lengannya kena dihajar, ia tarik pulang itu, kakinya bergerak, hingga ia bisa dekati Pek Tjeng It, siapa terus ia serang. Ia mencari jalan darah Kwan-goan-hiat, sambil menyerang, ia tertawa dingin. Pek Tjeng It berkelit ke kanan, dari situ ia balas menyerang dengan Djoan-piannya. Ia arah kedua kakinya si pendeta wanita dengan serangan Gioktay bekyauw atau Angkin kumal a mcl ibat pinggang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sim Djie tank pulang kebutannya sambil ia berlompat tinggi, selagi Pek Tjeng It hendak bangun berdiri, untuk susuli serangannya, ia sudah turun ke depannya Tang Siauw Tong dalam gerakan Tjieyang liangpo atau Burung walet menyambar gelombang. Benar sebagai burung saja, dia serang lawannya ini. Di mana orang turun dari atas, Tang Siauw Tong menangkis dengan geraki goloknya Ganleng-too ke atas; tapi kebutannya Sim Djie terus saja melilit, tidak pcrdul i golok itu tajam bagaikan mcstika. Ia mengendap, ia mencoba menarik pulang goloknya itu. Nyata ia kalah gesit, si pendeta wanita sudah dului ia membctot, hingga iarasai sakit pada telapakan tangannya. Syukur untuk ia, Pek Tjeng It yang berdiri di dekatnya, sudah serang Sim Djie, hingga niekouw ini mcsti lolosi libatan kebutannya dan berkelit. Ia luput dari bahaya tctapi tubuhnya limbung, ia mundur beberapa tindak, baharu ia bisa berdiri tegak. Sim Djie tidak berhenti sampai di situ, lagi ia maju, akan serang tiga lawan itu, dengan bergantian, untuk tidak beri kesempatan untuk mereka kurung padanya. Selagi angin meniup-niup, kebutannya juga perdengarkan suara, karena kebutan ini digeraki sebagai pedang Ngoheng-kiam dan dimainkan dalam ilmu pedang Tat Mo-kiam yang terdiri dari seratus delapan jurus, yang kadang-kadang dicampur dengan totokan-totokan kepada jalan darah. Ia ada tenang sekali, tapi gerakan tubuhnya sangat gesit, gerak-gerakan tangannya sangat sebat. Coba ketiga musuh bukannya orang-orang liehay, pasti siang-siang mereka sudah tak berdaya. Poei Hok Han bersama-sama Siangkoan Kin menyaksikan dengan tercengang pertandingan itu. Tadi mereka sudah dibikin kagum dengan perlawanannya Soekong Tjiauw terhadap tiga musuh itu, sekarang mereka saksikan kepandaian yang jauh terlebih liehay. Pengalaman mereka ini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mirip dengan orang yang untuk pertama kali mendaki Gunung Seegak Hoa-san. Melihat Puncak Tjiauwyang-hong, orang anggap itu adalah puncak tertinggi dari Hoa-san, karena ujung puncak sudah menempel sama awan. Kapan orang sudah panjat puncak ini, orang lantas lihat Puncak Gioklie-hong lebih tinggi di depannya. Di depan Gi ok he-hong ini ada lagi Puncak Lianhoa-hong yang terlebih tinggi pula. Demikian juga ilmu silat, tidak ada ujung pangkalnya, siapa yang lebih yak in dan ulet, dia yang terlebih liehay. Tiga-tiga senjatanya rombongan dari Tang Siauw Tong pun ada menerbitkan sambaran angin yang keras. Ganleng-too berkeredepan bagaikan ular perak, Djoan-pian bergerak-gerak seperti naga mumbul di udara, dan gembolannya See Beng Wan berkilauan antara sinar matahari. Hebat adalah kapan datang saatnya Sim Djie kena dikurung, hingga ia seperti tak tertapak tubuhnya. Bagaimana Saudara Soekong? akhirnya Poei Hok Han tanya sahabat karibnya itu. MApa perlu kita maju untuk membantui? Aku kuatir niekouw tua itu tidak sanggup lawan lebih lama tiga orang jahat itu Soekong Tjiauw bersenyum sikapnya. seperti biasa, sangat tenang. Jangan sibuk, jangan khawatir kata ia. Apakah kau tidak Hhat, dia sekarang sudah jadi terlebih unggul? Hok Han mengawasi, tetapi, di ma tanya. pertempuran masih sama seperti tadi, Sim Djie masih terkurung, tubuh mereka berempat bergerak-gerak bagaikan bayangan saja. Apakah benar dia terlebih unggul? akhirnya ia tegaskan. Kenapa tidak? Soekong Tjiauw baliiki. Segera tiga orang itu tak dapat bertahan lagi. Lihat saja, lagi sebentar kau akan dapat menyaksikannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil mengucapkan demikian, Soekong Tjiauw pandang sahabatnya, kepala siapa masih berkeringatan, sikapnya tegang sekali. Apakah Saudara tidak ketahui siapa pendeta wanita ini? ia tanya. Ia ada Sim Djie Sinnie yang kenamaan dalam dunia Kangouw. Aku tahu dia ada Sim Djie Sinnie akan tetapi tiga lawannya semua liehay Hok Han bilang. Soekong Tjiauw tertawa. Kau belum pernah saksikan Sinnie bertempur, tidak jikalau kau jadi sibuk sendiri, ia kata. Mereka bertiga memang liehay, tapi apabila satu lawan satu, satu per satu dari mereka, aku sanggup pukul rubuh. Mereka bisa kepung aku tadi karena mereka bertiga. Sim Djie Sinnie ada jauh terlebih liehay daripada aku, pasti dia sanggup lawan mereka itu. Soekong Tjiauw baharu tutup mulutnya atau ia berseru: Lihat! Hok Han segera menoleh kepada orang-orang yang lagi bertempur, baharu sekejap, kalau tadi ia Hhat si niekouw terkurung, sekarang tcrtampak nyata tubuhnya dia itu. Beng Wan bertiga, terpecah ke tiga jurusan, telah mulai mundur, tetapi bukannya untuk angkat kaki; sesudah pisahkan diri, tak mengurung rapat lagi, mereka silih berganti bergerak ke kiri dan kanan, depan dan belakang. Dan Sim Djie, sesudah tidak dikurung rapat lagi anehnya! sudah lantas berdiri diam di tcngah-tengah mereka, sikapnya tenang sekali. Hok Han jadi heran, ia menjadi masygul. Inilah tidak ada artinya! kata Soekong Tjiauw, yang lihat sikap bcrkuatir dari orang itu. Mereka itu lihat sulit untuk mereka merangsang tcrus, sengaja mereka ambil sikap renggangkan diri. Lihatlah gerakan mereka dan jarak tcratur. Maksud mereka adalah untuk pancing Sim Djie Sinnie serang salah satu dari mereka, bila itu terjadi, dua yang lain jadi mcrdeka, hingga merdeka j uga mereka menyerang dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membokong atau pun dengan gunai senjata rahasia. Cara berkelahi ini biasanya membutuhkan latihan, terutama mesti digunai oleh orang-orang yang liehay* jikalau tidak, scrangan pembokongan pasti kurang sebat. Hok Han heran. Jikalau begitu, perlu kita berikan bantuan kita, ia utarakan pula. Dengan adanya bantuan kita, kita orang jadi satu lawan satu, secara demikian, Sim Djie Sinnie jadi merdeka untuk layani satu musuhnya. Lihat! kembali Soekong Tjiauw berseru, memotong sahabatnya. Sim Djie, yang sadari tadi diam saja, mengawasi aksi musuh, yang hendak memancing ia untukia terjang salah satu di antaranya, sekarang kelihatan telah lepaskan sikap diamnya itu, dengan sekonyong-konyong tubuhnya melesat maju, tangannya pun dikasih bergerak, dan belum sampai kakinya menginjak tanah, kebutannya sudah menyambar. Hok Han belum sempat melihat nyata, segera ia dengar suara keras, dari kebutan yang mengenai batu besar di samping mereka yang lagi bcrtanding. Sim Djie loncat jauh beberapa tumbak, ia hajar batu gunung sampai batu itu pecah dan muntahkan lelatu api. Dan belum Hok Han tahu apa-apa, ia dengar Pek Tjeng It berseru, menyusul mana belasan rupa barang berkeredepan melesat menerjang si niekouw tua. Ia lantas tahu, itulahj jarum Tjitsat-teng yang liehay, yang tadi tiga batang di antaranya telah dipakai menyerang Soekong Tjiauw. Ia kaget, segera tangannya meraba panah tangannya, akan tetapi, sebelum ia sempat meraba, kupingnya lantas dengar suara mengaung, menyusul mana. barang berkcredepan itu pada melunik jatuh sendirinya. Tapi ini belum semua, masih ada susulan jeritan-jeritan dari kesakitan, akan akhirnya, kelihatan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

satu tubuh lompat Ian ke samping, lenyap di antara gombolan. Ketika itu sudah mulai maghrib, sinar matahari ada sinar iayung. Begitu lekas pertempuran berhenti. Kecuali siuran angin, Gunung Hoa-san menjadi tenang-sunyi seperti biasa. Adalah Poci Hok Han dan Siangkoan Kin yang tercengang atas kesudahannya pertempuran yang dahsyat itu, yang diakhiri dengan sinar berkeredepan, suara mengaung, jeritan dan sunyi-senyap. Tapi mereka bertindak begitu lekas Soekong Tjiauw mengajaknya. Tang Siauw Tong rebah menggeletak di tanah, tubuhnya tidak bergerak, goloknya terletak di sampingnya. nancap di sebuah batu. Di samping dia, Pek Tjeng It juga rebah sebagai mayat, senjatanya terletak di pinggir tubuhnya. Sim Djie Sinnie sambil bersenyum, bertindak dengan pelahan, akan hampiri tiga orang itu. Dasar sudah tua, aku sudah tak punya guna lagi, kata ia. Kau telah bikin lolos See Beng Wari dan dengan keliru sudah binasakan Tang Siauw Tbng. Barusan pendeta wanita ini sudah gunai ilmu silatnya Thiankie moin atau Mementang sayap meraba mega, suatu ilmu kepandaian dari Khong Khong Djie. Ketika tubuhnya mencelat dan kebutannyaj menyambar, ia telah lihat goloknya Tang Siauw Tong dan tarik itu terlepas, berbareng mana, totokannya mengenai sasarannya. Ia arah jalan darahnya Siauw Tong Oenhian-hiat, untuk tawan hiduphidup gundal Boan ini, tapi kebutannya ditangkis Ganleng-too, sebab Siauw) Tong bukannya orang biasa saja, maka itu, totokan jadi nyasar mengenai Bengboen-hiat, tidak ampun lagi, Tang Siauw Tong binasa seketika. Pek Tjeng It adalah orang yang membokong dengan jarumnya yang berbisa, karena itu, Sim Djie Sinnie gunai

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

piauw Bouwnie-tjoe, coba ia tidak gunai Tjitsat-teng, ia bisa ketolongan jiwanya, biarpun untuk! sesaat lain. Ia membokong, niekouw itu punahkan jarumnya dengan piauw, kemudian, dengan enam buah piauw lain, yang diarahkan ke dua jurusan, ia diserang langsung, begitu j uga See Berig Wan. Ketiga tiga piauw menjurus ke atas, ke tengah dan ke bawah. Pek Tjeng It tercengang ketika ia dapatkan kenyataan semua jarumnya kena dipatahkan musuh, justru ia sedang bengong, piauw datang menyerang ia. Ia menangkis, ia sangat . terdesak, tapi dua piauw, yang halus sekali, ia masih bisa sampok, adalah yang ketiga, yang lolos, yang tembusi jalan darahnya Tjietong-hiat, hingga ia rubuh binasa. See Beng Wan ada seorang yang licin, ia mempunyai kegesitan istimewa, ia pun pandai dengar dan kenali suara senjata rahasia, maka ketika ia dengar piauw Bouwnie-tjoe mengaung, ia berlompat tinggi enam atau tujuh kaki, hingga segcra ia luput dari piauw ke atas, sedang dengan ujung sepatunya, ia dupak jatuh piauw yang kedua. Untuk tolong diri dari piauw yang ketiga, ia berkelit sambil berlompat, iakabur ke dalam gombolan rumput sambil bergulingan. Untung baginya, piauw cuma bikin bolong bajunya dan mengenai sedikit saja kulit dagingnya, hingga ia jadi terluka enteng. Maka tepatlah ia dengan gelarannya Tjianlie Twiehong si Pengejar Angin. Sesudah itu, ia menghilang dengan gunai ilmu lari Tengpeng touwsoei. Untuk zaman ini, sukar dicari lain orang-orang Kangouw dengan kepandaian yang dipunyakan mereka bertiga, kata pula Sim Djie pada soeteenya seraya ia menghela napas. Sayang sekali mereka jadi gundal-gundal pemerintah Boan hingga pinnie mesti langgar pantangan membunuh. Sungguh pinnie malu yang pinnie telah meloloskan satu musuh. Kenapa Soetjie tidak disusuli dengan piauw beruntun, untuk kejar dia? Soekong Tjiauw tanya. Aku ingat benar,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Soetjie bisa lepas piauw beruntun sampai tiga belas biji, untuk menyerang tiga belas jalan. Dengan susulan piauw beruntun orang yang bagaimana liehay juga ilmunya entengi tubuh, mana dia dapat luputkan diri? Sim Djie bersenyum. Pinnie telah keliru menaksir musuh, pinnie telah nampak kegagalan, ia akui. Pinnie percaya, seranganku tak pernah melesct, dari itu untuk layani orang-orang buruk, biasa pinnie gunai tiga batang piauw saja, tetapi barusan, tidak disangka, binatang itu ada gesit luar biasa, karena ia lolos, pinnie tidak ingin susul dia. Pendeta ini berlaku murah hati, ia tidak duga bahwa karenanya, di belakang hari, gelombang telah mengancam hebat. Mengetahui Soekong Tjiauw dan Sim Djie ada dari satu perguruan, Poei Hok Han kembali memberi hormat pada pendeta pcrempuan itu, yang jadi termasuk orang yang terlebih tinggi tingkatannya. Ia pun dapat tahu dari pembicaraan terlebih jauh, setiap lima tahun sekali, Sim Djie suka kunjungi soeteenya di Hoa-san, untuk bikin pertemuan, dan sekali ini, kedatangannya itu kebetulan sekali, hingga dia bisa bantui itu saudara muda. Habis itu Poei Hok Han tarik mu-rid ini memberi hormat pada Sim Dj ie Sinnie. Mclihat pemudaitu, sang niekouw kata: Anak ini ada punya bahan untuk belajar silat, dan sinar matanya, sikapnya, gerak kakinya, pasti dial sudah beiajar sedikimya tujuh atau delapan tahun. Sinnie terlalu memuji, kata Hok Han sambil tertawa. la ikuti aku baharu lima tahun. Benar-benar bagus! pendeta itu kagum. Kau harus didik ia baik-baik!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Justru karena untuk bocah ini, aku telah datang ke Hoasan ini untuk menemui SoekongToako, Hok Han kata. Kebisaanku ada rendah sekali, dan itu, ada bocah berbahan baik tetapi guru pandai tidak ada, aku kuatir menyia-nyiakan bakatnya, maka aku berniat minta Soekong Toako ambil dia jadi muridnya. Barusan aku telah bilang sama Toako tapi belum aku peroleh jawabannya. Daiam hal ini baiklah Sinnie tolong bicarakan pula. Sim Djie lantas berpaling kepada soetenya. Apakah kau tidak puas dengan bocah ini? ia tanya sambil tertawa. Soekong Tjiauw tertawa, ia memandang langit, yang sudah sore, angin sedang meniup-niup, burung-burung lagi berterbangan pulang. Ia lantas tunjuk guha. Dengan tidak disangka-sangka, rombongan binatang barusan telah ganggu tempo kita, kata ia. Kita orang sudah letih, mari masuk dulu ke sana, untuk beiastirahat: Sim Djie setuju, maka beramai, mereka memasuki guha. Sederhana sekali adalah guha batu itu, karena melainkan scbuali pembaringan kayu melintang di| pinggiran. Beberapa lembar kulit macan tutul ada tergantung di tembok. Soekong Tjiauw turunkan beberapa lembar, untuk digelardi tanah, sesudah nyalakan api, ia silakan semua tetamunya duduk. Kemudian lagi, ia kcluarkan rangsum kering, ia sediakan scbuah cupu-cupu air minum, untuk ia jamu tctamutctamunya itu. Aku tinggal di gunung, di dalam guha, dengan sendirinya aku telah jadi orang hutan, berkata Soekong Tjiauw kemudian. Poei Lauwhia, sudah dua puluh tahun kita orang tidak pernah saling bertemu, aku mengucap terima kasih untuk kebaikan kau yang dari tempat ribuan lie datang mengunjungi aku, aku sebaliknya cuma bisa dengan caraku ini menyambut kau. Poei Hok Han tercengang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ah, Toako, kenapa kau berlaku begini sungkan terhadapku? kata ia. Aku bukannya sungkan, aku hanya hendak perlihatkan kau keadaanku ini, kata Soekong Tjiauw dengan sungguhsungguh. Bukankah kau hendak serahkan muridmu padaku? Bukankah Sim Djie Soetjie pun puji bakatnya muridmu itu? Benar aku telah bcrusia lanjut, akan tetapi mataku masih belum lamur, aku pun bisa lihat Siangkoan Sieheng ini berbakat bagus sekali, dari itu, dengan dapatkan murid seperti dia, bagaimana aku bisa tak puas? Akan tetapi, di sebelah itu, melihat romannya, dia mestinya berasal satu anak orang senang, maka dari aku kuatir dia tidak nanti tahan sengsara. Poei Hok Han hendak kasikan keterangannya, perihal keuletannya murid itu, akan tetapi Siangkoan Kin sudah mendahului akan berlutut di dcpannya sahabat kekal itu, untuk paykoei berulang-ulang, sambil dengan gembira, dia berkata: Soehoe, jikalau melainkan ini kesangsian Soehoe, harap Soehoe jangan buat kuatir! Teetjoe memang tidak punya kemampuan apa-apa akan tetapi mcnahan sengsara adalah kebiasaanku. Hok Han segera tuturkan pada sahabatnya itu halnya Siangkoan Kin bukannya satu anak hartawan atau bangsawan, hanya dia ada satu sioetjay urung. Kemudian ia tambahkan: Anak ini paling kagumkan Ek-ong, ketika aku beritahukan dia bahwa kau adalah sahabatnya pangeran yang gagah perkasa itu, dia telah memaksa aku biar bagaimana juga supaya aku ajak dia mengunjungi kau. Mendengar disebutnya Ek-ong Tjio Tat Kay, air mukanya Soekong Tjiauw menjadi guram dengan tiba-tiba, air matanya lantas saja mengembeng, tetapi, dengan lantas ia awasi itu anak muda.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cita-citanya Ek-ong, untuk merampas pulang dan membangunkannya pula Kerajaan Beng barangkali adalah kau orang anak-anak muda yang dapat rnewujudkannya! kata ia. Memang teetjoe berangan-angan akan melanjuti citacitanya Ek-ong, nyatakan Siangkoan Kin, hanya halnya berhasil atau tidak, itulah terserah! Soekong Tjiauw lantas saja tertawa. Bagus! ia berseru. Dengan punyakan cita-cita ini, tidak kecewa kau menjadi muridku! Begitulah. secara resmi, Soekong Tjiauw terima Siangkoan Kin sebagai muridnya, hingga kecuali Siangkoan Kin sendiri, juga Poei Hok Han turut merasa gembira. Setelah itu, bertiga orang-orang gagah itu pasang omong. Sim Djie Sinnie dan Poei Hok Han bcrdiam beberapa hari di atas gunung, mereka bicara banyak, mereka nikmati keindahan gunung yang kenamaan itu. Bicara dari hal duludulu, Soekong Tjiauw masygul, ia sesalkan dirinya. Ia kata: Ketika dahulu Ek-ong meninggalkan Lamkhia bersama angkatan perangnya beberapa puluh laksa jiwa, menuju ke Seetjoan yang jauh, itu memang ada kekeliruannya, akan tetapi akuj aku pun keliru sudah turuti adatku sudah meninggalkan dia karena kita orang berbeda pendapat, coba aku tidak bertindak demikian dan aku tetap dampingi dia, barangkali aku masih bisa lakukan scsuatu apa untuknya. Siangkoan Kin terharu mendengar penyesalannya guru itu. Kcmudian, ialah berselang beberapa hari, baharulah Sim Djie dan Poei Hok Han pamitan, akan berpisahan dengan soetee dan sahabatnya itu. Tapi Hok Han sendhi, secara diamdiam, sudah cari orang-orang dari Thaypeng Thiankok, untuk bikin pertemuan dengan mereka itu. Siangkoan Kin berdiam dengan gembira di atasgunung, ia tak hiraukan penghidupan sengsara. Iabelajarsilat dengan sungguh-sungguh karcna ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertubuh lemah, ia utamakan kegcsiian tubuh dan Tiamhiathoat yaitu ilmu menotok jalan darah atau unu. Di sebelah itu, Soekong Tjiauw ada satu guru yang pandai, yang ketahui sifat-sifarnya muridnya. Begitu, mulai dengan teori di atas gam bar, murid ini diajar berlatih dengan orang-orangan dari kulit, sesudah sang murid bisa menotok sambil meram, lalu ia lebih jauh diajarkan senjata rahasia, juga alat senjata biasa, untuk menotok juga. Memang, Tiamhiai-hoatnya Soekong Tjiauw ada sama Iichaynya dengan Hoedhiat-hoatnya Sim Djie, sedang dalam hal Gwa-kang, dia telah sampaikan batas kesempurnaan, hingga untuk melatih muridnya, dia sendiri kasih dirinya dijadikan sasaran. Sebab ia tabu, andaikata ia kena dhotok, ia pun bisa tolongi dirinya sendiri. Laginya. ia tak gampang tcrtotok celaka, tubuhnya, apabila perlu, bisa dibikin lemas bagaikan kapas. Begitulah, di bawah pendidikan guru yang liefaay, Siangkoan Kin peroleh kemajuan dengan pesat, baharu berselang lima tahun, ia sudah jadi Hehay. Selama itu waktu, pernah satu kali Poei Hok Han, gurunya yang lama, datang mengunjungi ia. Guru ini girang bukan main akan ketahui muridnya terdidik sempurna. Pada suatu hari Soekong Tjiauw turun gunung dengan libatiba, ketika ia kembali, ia bawa bersama ia sebuah cupu-cupu besar yang memuat arak, terus saja ia ajak muridnya duduk minum, di tengah-tengah pelesiran itu, sekonyong-konyong ia keluarkan dua rupa barang, yang mana ia letaki di depan muridnya. Itu adalah sebatang pookiam, atau pedang, yang panjangnya kurang iebih tiga kaki, dan sebuah kipas yang dipanggil kipas Biauwkim Sietjoe. Coba hunus pedang itu, ia titahkan Siangkoan Kin. Murid ini menurut. Ketika pedang dicabut dari sarungnya, dia perlihatkan sinar bcrkilauan, sampai ruangan sepcrti bercahaya. Tubuh pedang itu bcrgurat-gurat merupakan naga, sedang sarung pedang terbuat dari bat u giok serta tertabur

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beberapa butir mutiara yang indah. Jadi dua-dua, pedang dan sarungnya, ada berharga sangat besar. Menampak itu, Siangkoan Kin tercengang, ia menjublek. Sang guru tertawa, tertawa meringis, tanda dari sedihnya hati. Inilah pedangnya Ek-ong sendiri yang dihadiahkan kepadaku, Soekong Tjiauw jelaskan muridnya. Pedang mustika ini, Lionggim-kiam, bisa dipakai membabat barangbarang logam. Ek-ong ada sangat sungkan, ketika ia haturkan ini padaku, ia menulis syair yang mengatakan hadiahnya berharga seribu tail perak. Tentu saja, harga yang sebenarnya entah berapa ribu tail. Siangkoan Kin masih diam mengawasi dengan mulut ternganga. Sekarang angkatlah kipas itu, hati-hati, sang guru menitah pula. Siangkoan Kin menurut, ia angkat kipas itu dengan pelahan. Itu ada suatu kipas yang berat, sebab terbuat dari baja tulen, warnanya hitam mengki lap, panjangnya kirasatu kaki, sedang kedua sampingnya, yang berkeredepan, dibikin tajam seperti pinggiran pisau. Ketika ia beber kipas logam itu, ia tampak beberapa baris tulisan yang huruf-hurufhya indah sekali dan bunyinya merupakan cita-citanya Ek-ong. Tanda tangannya ada tanda-tangan Tjio Tat Kay sendiri. Oh, Soehoe, jadi ini ada barang-barang peninggalan Ekong? ia tanya bahna heran dan kagum. Memang! sahut sang guru, suaranya, sikapnya, menunjuki dia ada sangat masygui dan terharu. Ketika dulu aku ada minta Ek-ong nil is tulisannya mi. Tatkala kcmudian Ek-ong meninggai dunia, aku sayang pakai pedangnya, aku pakai kipas ini sebagai gantinya senjata. Ini kipas terbuat dari baja tcrpilih. Sampai sebegitu jauh, aku

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak ada ketika untuk pakai itu. Ia berhenti, akan keringi cawan araknya, ia menceguk beberapa kali. Lalu, ia mclanjuti: Lima tahun kita orang berkumpul bcrsama, j odoh kita bukannya jodoh sembarangan, akan tetapi di dalam dunia ini, tidak ada pesta yang tidak ada akhimya, maka itu, haruslah kau mengerti, pclajaranku aku sudah turunkan kepadamu, kau masih muda, bukan tempatnya untuk kau tinggal terus di tanah pegunungan, hingga kau kubur dirimu seumur hidup. Kau kagumi Ek-ong, maka sudah scharusnya apabila kau pergi, akan mewujudkan cita-cita Kaum Thaypeng Thiankok. Ia berhenti pula, ia tunjuk kipas, lalu ia tambahkan: Kedua benda ini adalah miliknya Ek-ong, yangdihadiahkan kepadaku selaku tanda peringatan, sekarang aku haturkan dua-duanya kepadamu! Siangkoan Kin terharu. Cara bagaimana aku bisa terima itu, Soehoe? kata ia. Soekong Tjiauw goyang tangannya. Aku belum bicara habis, ia bilang. Semua dua rupa barang ini aku hadiahkan kepadamu, akan tetapi bukan duaduanya aku inginkan kau gunai. Kipas ini aku berikan kepadamu, untuk kau gunai sebagai senjata, tctapi pcdang Lionggim-kiam fni ada untuk dititipkan buat sementara waktu padamu. Kipas ini saja sudah lebih dari culcup, cara bagaimana teetjoe bcrani lancang gunai pedangnya Ek-ong? kata sang murid. Hanya di bclakang hari, kcpada siapa pcdang ini harus tcctjoc pasrahkan? Soekong Tjiauw tidak lantas jawab mundnya. Ada sebabnya kenapa aku tidak berikan pcdang ini kepada kau, kemudian 1a kasih keterangan. Pertama-tama kau bcrtenaga agak lemah, tidak surup untuk kau gunai ini, sedang untuk digunai sekalian menotok jalan darah, kipas ini ada paling tepat. Kedua, pedangnya Ek-ong ada berarti besar sekali, walaupun kau muda dan gagah, kau belum punyakan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

derajat untuk pakai itu. Aku pikir untuk titipkan ini pada kau, guna tunggu nanti sampai diketemukannya seorang gagah yang dapat wakilkan Ek-ong untuk mcwujudkan cita-citanya. Aku percaya kau punyakan mata cukup jeti akan can orang scmacam itu. Guru ini tenggak araknya, ia bersenyum. Muridku, kita ada bertabiat serupa, lata ada rada-eada menuruti adat! berkata dia. Kita bukanlah itu orang-orang yang bisa berusaha besar dan aku kuatir kau nanti jadi terlalu temberang, maka itu, aku harap, sukalah kau bisa kendalikan diril Siangkoan Kin girang berbareng kaget, terutama pesanan guru itu ada berat sekali. Ia mengerti, ini adalah pesta perpisahan dan gurunya itu. Ia tidak dapat menolak, ia terima putusan itu tanpa banyak omong. Maka besoknya, sesudah memberi hormat kepada gurunya itu, ia ambil seiamat berpisah, ia turun gunung, buat terus mulai dengan perantauannya, pergi ke mana saja hatinya memerintah, akan cari orang yang gurunya angan-angankan. Belum terlalu lama sejak ia ceburkan diri dalam dunia Kangouw, namanya lantas saja mulai terkenal, tetapi walaupun ia telah tukar pclajaran dan telah berhasil meyakinkan ilmu silat, cara dandannya tetap bagaikan sioetjay. Inilah suatu tanda kaum Kangouw berikan iajulukan Thiebian Sieseng, si Mahasiswa Muka Besi. Sclama beberapa tahun, banyak orang gagah yang Siangkoan Kin ketemui, tetapi belum ada satu yang ia anggap cocok untuk diwariskan pedang Ek-ong itu, adalah ketika ia sampai di Shoatang, ia ketarik sama orang yang kemudian berdirikan Perkumpulan Rahasia Giehoo-toan, yaitu Tjoe Hong Teng. Ketika itu Tjoe Hong Teng belum jadi Ketua Giehootoan tetapi namanya sudah kesohor dan di Shoatang, pengaruhnya ada besar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mulanya Siangkoan Kin anggap Tjoe Hong Teng kesohor melainkan namanya, ia tidak terlalu memandang mata. Di Shoatang, ia bawa adat bcrandalannya, sampai satu kali, ia bentrok dengan satu orang terkenal dari kalangan terlebih tua, sebabnya ada kcliru mengerti, perkara jadi demi kian memuncak, Tjoe Hong Teng lantas datang sama tengah, dengan pengaruhnya, ia bisa damaikan mercka bcrdua. Habis itu, Siangkoan Kin pasang omong sama jago Shoatang ini, mereka bicara satu malaman, lantas ia insyaf, Tjoe Hong Teng ada bercita-cita Iuhur, sedang ilmu silat mereka berdua ada berimbang. Karena ini, keduanya jadi cocok satu pada lain, Siangkoan Kin ada berscdia akan bantu Tjoe Hong Teng mewujudkan cita-citanya membangunkan pula Kerajaan Beng. Ia telah serahkan pedang Liong-gim-kiam kepada itu sahabat baru, Ketua dari Giehoo-toan. Ia sendiri melanjuti pengembaraannya, ia tak betah berdiam di rumah atau hidup bertani, sembari merantau, ia can kawan-kawan guna bantu Tjoe Hong Teng. Selagi pengalamannya bertambah, namanya pun jadi makin kesohor. Demikian, sampai terjadi pertempuran di Heksek-kong di tempat lima puluh lie di luar Kota Anpeng di mana Tjoe Hong Teng telah labrak sepasukan tentara negeri hingga tentara negeri itu dapat ditaklukkan. Siangkoan Kin ketarik sekali terhadap Teng Hiauw. Ia ingat hal lelakon hidupnya sendiri di waktu masih muda, malah sekarang, ia dapatkan, pemuda she Teng ini terlebih muda daripada ia dahulu, dan tanpa pengalaman juga. Begitulah ia tarik Teng Hiauw padanya, ia ajak jalan berendeng, ia tanya ini dan itu. Teng Hiauw bergembira berbareng heran dan hati kebatkebitjuga, karena ia berada dalam rombongan tentara rakyat, yang ada sangat asing bagi ia. Ia ada satu pemuda yang masih hijau sekali, pun ia belum mengerti hal pergerakan kebangsaan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Walaupun dalam gclap-gulita, tentara Giehoo-toan jalan dengan rapi dan tertib, kapan mereka melalui jalan gunung yang sukar dan sempit, mereka turun dari kuda mereka, yang mereka tuntun. Di tengah jalan, saban-saban ada terdengar tanda-tanda rahasia dan muncul bayangan dari kawan-kawan yang menyambut. Di matanya Teng Hiauw, semua itu adalah mengherankan. Orang telah lewati tanjakan dan rimba, di akhimya, orang jalan mudun, menghampirkan lembah yang penuh dengan pepohonan. Di dalam lembah ini, yang datar, ada terlihat sebuah dusun besar, yang bertembok bentengan. Karena inilah sarangnya Kaum Giehoo-toan itu, Pusat Cabang Anpeng. Waktu sudah jauh malam akan tctapi seluruh dusun, afau san-tjhung, masih belum tidur, api obor dipasang terangterang, di sana-sini ada orang-orang Giehoo-toan yang melakukan penjagaan. Semua orang sangat gembira melihat Tjoe Hong Teng, yang mereka sambut dcngan hangat sekali. Teng Hiauw heran melihat bagaimana orang hormati dan cintai Ketua Giehoo-toan itu. Begitu memasuki markas, yang paling dulu Tjoe Hong Teng lakukan ialah pesan pihaknya akan pernahkan tentara Boan yang menakluk itu, supaya mereka di per lakukan baik dan segera diberikan barang makanan, daging dan arak. Tindakan ini membikin girang hatinya semua serdadu itu. Selama di tengah jalan, mereka pun tidak ditelikung, tidak dikemplangi, tidak dibentak pergi-datang juga. Hanya kemudian mereka ragu-ragu, kaum mi pakai aturan tentara atau tidak. Kebiasaan dalam tentara Boan adalah, kalau tentara taklukan dihadiahkan pesta, itu artinya mereka bakal dihukum mati. Benar selagi orang bersangsi, Tjoe Hong Teng datang pada tentara taklukan itu. Hari ini kau orang bercapai lelah, kata pemimpin ini dengan manis budi, maka sebentar, sehabisnya dahar,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pergilah kau orang tidur. Besok, siapa yang suka turut kita, dia boleh ikut kitadengan tetap berdiam di sini, siapa yang tidak sudi, dia boleh pergi pulang. Baharu Tjoe Hong Teng berhenti bicara. atau semua serdadu itu berseru sambil berlutut memberi hormat, tidak tunggu lagi sampai besok, mereka nyatakan suka turut pemimpin ini. Karcna ini, Tjoe Hong Teng| kemudian perintah atur persiapan, ia ajak tentara taklukan itu pergi bersembahyang, di antara asap dupa yang bergulung-gulung, orang membakar hoe dan bcrmantcra. Teng Hiauw hcran akan saksikan pengalaman itu. Sehabisnya upacara, kira jam t iga lewat, dusun yang sunyi jadi riuh dengan tempik sorak, sctclah itu, kcmbali sunyi pula. Lalu Tjoe Hong Teng ajak Teng Hiauw ke dalam scbuah kamar bcrsih di mana bcrtiga bcrsama Siangkoan Kin, mereka duduk pasang omong. Seperti Thiebian Sieseng, ia ada gembira. Tapi tidak lama, ia diantar ke kamarnya, untuk ia tidur. Walaupun tadi siang ia dapatkan pengalaman luar biasa, yang bikin ia kaget dan keluarkan banyak tenaga, Teng Hiauw tak dapat tidur pulas. Ia gulak-gulik di atas pembaringannya. Kemudian di saat ia layap-layap, ia dengar suara orang bicara, di antaranya, samar-samar ia dengar: Umpama Teng Hiauw, itu anak.- Ia hcran, lantas ia pasang kuping. Ia kcnali suaranya Tjoe Hong Teng. Ia tidak mengerti, kenapa Ketua Giehoo-toan itu omongkan tentang dirinya. Setclah mendengari lebih jauh, nyata Tjoe Soesiok itu menutur hanya hal pertemuannya dengan ia sejak bermula, sama sekali ia tidak diceritakan. Lihat, Siangkoan Lauwhia, selang tidak lama terdengar pula suaranya Tjoe Hong Teng, sambil dia mcnghcla napas, walaupun guniku sendiri, meski juga aku yang minta, ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masih tak mau turut ambil bagian, ia nampaknya jerih, apalagi lain orang? G urumu tidak hendak turut serta, hal itu tidak dapat membuat kita tawar hati, terdengar suaranya Siangkoan Kin. Maafkan aku omong terus terang, meskipun gurumu ada kenamaan, dengan kurang dia satu orang, gerakan kita tidak bakal jadi terganggu. Lalu terdengar suara sungguh-sungguh dari Tjoe Hong Teng: Tidak, Lauwhia, dalam hal ini, Guruku tidak bersendirian. Masih ada banyak or-ang lain, asal dia dengar nama Giehoo-toan, hatinya mengkeret! Kenapa? Sebab mereka jerih terhadap bendera kita yang berbunyi Hoetjeng Hokbeng\ atau, Rubuhkan Kerajaan Tjeng untuk bangunkan pula Ahala Beng. Tiga ratus tahun lebih pemerintah Boan memerintah kita, akamya telah jadi kuat dan teguh, or-ang ngcri bila dengar, hukuman untuk pemberontak adalah hukuman mati sampai pada sanak-beraya tingkat kcscmbilan. Jadi lebih banyak orang suka bersabar, asal selamat. Selama beberapa tahun, Giehoo-toan kita sudah punyakan pengaruh tetapi kemajuannya masih belum berarti, dari itu aku kuatir, perlu kita orang menukar siasat. Bagaimana itu? Thiebian Sieseng tanya. Kita ubah, Hoetjeng Hokbeng menjadiHoetjeng Biatyangl sahut Tjoe Hong Teng dengan suara tetap. Hoetjeng Biatyang berarti Membantu Kerajaan Tjeng membasmi bangsa asing. Siangkoan Kin berjingkrak bangun Begitu? ia berseru dengan pcrtanyaannya. Apakah itu bukan berarti kita ubah tujuan kita? Teng Hiauw dengar suara orang agak menggetar, ia insyaf tegangnya hati si Mahasiswa. Sebaliknya. Tjoe Hong Teng berlaku tenang dan tertawa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sabar, sahabatku,kata ia. Aku tak ubah tujuan, melainkan siasat. Dengan perubahan ini, kita bisa besarkan pengaruh kita, sebab orang toh tak jerih lagi memasuki perkumpulan kita dan berbareng, redalah tindakannya pemerintah Boan memusuhkan kita. Dengan menunjang Kerajaan Tjeng bukan berarti kita sudi jadi budak atau gundalnya, tetapi kedudukan kita ada sama rata. Lihat saja diri kita sendiri! Kita toh tidak percaya segala dewa-dewa? Tapi kenapa kita adakan upacara sembahyang? Inilah tak lebih tak kurang, untuk menarik perhatian umum, agar mereka ada pegangannya Pemerintah Boan dan bangsa asing termasuk satu golongan, bukan? Kau hendak mcmbasmi bangsa asing, apa pemerintah Boan menyetujuinya? Tjoe Hong Teng tertawa. Aku tidak tahu!jawabnya. Diluar kelihatannya mereka akur, di dalam, ganjalan ada hebat. See Thayhouw tidak ingin orang asing campur urusannya. Siangkoan Kin menghela napas. Saudara Tjoe, aku percaya kau, ia bilang. Jikalau dcmikian kau pikir, aku menurut saja, cuma aku merasa bahwa tindakan demikian ada berbahaya. Kekuatirannya Thiebian Sieseng ada beralasan. Mulanya benar, Giehoo-toan peroleh kemajuan pesat, akan tetapi belakangan, sebab lemahnya Lie Lay Tiong dan ia sendiri memandang pemerintah Boan terialu ringan, usahanya gagal, pemerintah Boan justru gunakan pengaruh asing untuk menindas pcrgcrakannya itu. Salah satu sebab lam adalah masuknya orang-orang tak setia, yang mcrusak persatuan. Mendengar pembicaraan itu, Teng Hiauw tidak puas. Ia masih terlalu muda untuk kenai siasat. Ia tidak setujui perubahan siasat itu. Ia pun anggap lucu akan bersembahyang seperti orang-orang Giehoo-toan. Malta ia pun dapat anggapan, turut Giehoo-toan ada berbahaya. Begitulah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

besoknya, ketika Tjoe Hong Teng tanya ia: Saudara Muda, kau mufakat atau tidak turut serta Giehoo-toan?* Ia jawab: Aku belum pikir untuk berdiam di sini. Kcpandaianku masih terialu rendah. Aku mcrantau juga untuk cari Thaykek Tan, guha angkat dia jadi guruku. Ini ada jawaban yang Tjoe Hong Teng tak sangka-sangka. Ia kerutkan alis. Tapi ia masih mencoba, untuk membujuki. Teng Hiauw tctap sama putusannya, ia menampik, hingga ketua itu jadi putus asa dan mengantapkannya. Adalah kemudian, sesudah ia peroleh kepandaian, Teng Hiauw ceburkan diri dalam Giehoo-toan, tetapi dengan kedudukan sebagai separuh anggota dan separuh tetamu yang dihormati. . Setelah itu, Teng Hiauw utarakan niatnya untuk pamitan. VI Tjoe Hong Teng merasa bcrat akan tetapi ia tidak dapat menahan, ia tetap sayangi anak muda ini, dari itu, ia telah berikan pelbagai pengunjukan tentang keadaan kaum Kangouw, ia hadiahkan dua pcrangkat pakaian, uang sepuluh tail serta seekor kuda pilihan. Teng Hiauw terima kuda tetapi tampik pakaian dan uang. Kau dandan sebagai satu pemuda agung, kalau kaum Rimba Persilatan lihat kau, mereka bias kerutkan alis, kata Tjoe Hong Teng sambil tertawa. Tentang uang, umpama kau sungkan terima, baiklah, aku pinjamkan saja itu padamu. Didcsak demi kian, tcrpaksa Teng Hiauw terima semua pemberian itu, untuk mana ia haturkan terima kasihnya. Karena ia repot, Tjoe Hong Teng tidak antar jauh pemuda ini. Teng Hiauw pun minta ketua itu tidak bcrlaku sungkan padanya. Ia berangkat dengan kesangsian: di satu pihak ia hargai Ketua Giehoo-toan itu, di lain pihak ia bercuriga;

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

baginya masih belum jelas, Tjoe Hong Teng sebenamya orang macam apa Satu hal sudah pasti, ialah ia berterima kasih terhadap Tjoe Soesiok ini. Baharu Teng Hiauw jalan lima atau enam lie jauhnya, tibatiba ia dengar orang teriaki ia, untuk minta ia tunggu dulu, apabila ia bcrpaling, ia lihat Siangkoan Kin bcrlari-lari ke arah dia, larinya pesat sekali. Ia terkejut Baharu sekarang ia ingat, tadi ia lupa ambil sclamat tinggal dari si Mahasiswa. Maka ia pikir perlu ia menghaturkan maaf. Tapi Siangkoan Kin yang tertawa haha-hihi, telah dului ia Oh, Adikku, kemana kau hendak pcrgi? Sekejab saja kau seperti lenyap! demikian Thiebian Sieseng. Tjoe Toako juga alpa sekali, dia sampai lupa beritahukan kau satu hal paling penting!. Perkara apa itu? Teng Hiauw tanya. Ia tercengang karena orang bilang urusan paling penting. Bukankah kau hendak cari Thaykek Tan? Teng Hiauw kerutkan alis. Ia rada mendongkol berbarcng lucu. Inilah urusan yang dikatakan paling penting? Toh hal itu, pernah ia bcritahukan kepada si Mahasiswa. Tapi ia manggut. Bukankah kau ada put era Teng Kiam Beng dan cucunya Thaykek Teng? Siangkoan Kin tanya pula. Mau atau tidak, Teng Hiauw pentang lebar kedua matanya Siangkoan Tjianpwee! kata ia, kenapa kau tanyakan aku tentang leluhurku? Bukankah kau sudah ketahui tentang asalusul turunanku Thiebian Sieseng tertawa geii. Adikku kecil, bukannya aku sengaja menanyakan ini untuk menggoda kau, ia jawab. Aku hendak beritahukan kau bahwa pasti Thaykek Tan tidak bakal terima kau sebagai murid.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cara bagaimana Tjianpwee kctahui dcmikian pasti? tanya Teng Hiauw, yang menjadi heran. Sebab kau ada cucunya Thaykek Teng, terangkan Siangkoan Kin. Kau baharu pertama kali mcrantau. kau tidak kenal keadaan dalam dunia Kangouw di mana sesuatu kaum biasa menyingkir dari lain kaum. Kau berlaku sembrono, aku percaya kau pasti bakal ketemu batunya! Teng Hiauw melongo. Siangkoan Kin tertawa, melanjuti: Dalam dunia Rimba Persilatan. orang biasa umpetkan ilmu kepandaiannya, waJaupun guru silat terpandai, dia tak luput dari kebiasaan ini, yang menjadi sifat umum. Thaykek Tan, seperti Thaykek Teng, tidak sembarangan mewariskan kepandaiannya kepada orang luar, apapula kau ada dari pihak Thaykek Tan, mana Thaykek Tan bisa tcrima kau sebagai murid? Teng Hiauw ada seorang hijau, dia mana tahu segala aturan atau kebiasaan di dalam kaiangan Rimba Pcrsilatan itu, akan tetapi ciia-citanya kuat, ia tidak hiraukan kclcrangan itu, melainkan ia sangsi juga. Siangkoan Kin tapuk-tepuk pundak orang. Adik Kecil, aku kagum betul dengan niatmu mencari guru, kata ia Sebenarnya kau orang dari pihak Teng dan Tan ada sama-sama kesohornya, jikalau kau orang bisa ubah kebiasaan dan kedua pihak suka saling tukar kepandaian, untuk disatu-padukan, aiangkah baiknya itu. Sebenarnya aku pun bcrharap sangat yang cita-citamu akan terwujud. Hanya aku kuatir kalau-kalau pihak Thaykek Tan menyangka jelek pada kau, kalau kau nanti d isangka hendak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

curi kepandaianya, kesudahannya itu kau akan kecewa sekali.. Maka disini aku telah tulis sepucuk surat untuk kau bawa, apabila benar sampai terjadi kesulitan seperti aku duga, surat ini kau perlihatkan pada Thaykek Tan, untuk dia baca. Dengan surat ini aku tidak berani tanggung kau nanti diterima sebagai murid. tetapi aku percaya bahwa kau t idaklah nanti menampak kesukaran hebat. Teng Hiauw bersyukur berbareng tak puas, karena nyata Siangkoan Kin anggapdia sebagai bocah cilik, akan tetapi ia insyaf, kepandaiannya masih be I urn berarti, ia kurang pcngalaman, dari itu, ia sambuti surat itu, yang terus diangsurkan kepadanya. Ia menghaturkan icrima kasih sccara tawar. Ia masuki surat itu ke dalam sakunya secara sembarangan. Habis itu, ia memberi hormat, ia pamitan, untuk meneruskan perjalanannya. I Scsudah pengalamannya sebegitu jauh, setelah peroleh pelbagai pengunjukan dari Tjoe Hong Teng dan Siangkoan Kin, dalam perantauannya lebih jauh, tidak lagi Teng Hiauw terbitkan hal-hal iucu dan mcnyul i tkan dia, kecuali satu atau dua kali, yang tidak berarti. Sclagi memasuki wilayah Propinsi Hoolam dan mclcwati sebuah dusun, yang disebut Samrjee-ek, Teng Hiauw dengar orang omong tentang satu guru silat Kaum Tjionglam-pay bernama Kongsoen Giap, yang dikatakan liehay sekali. lajadi ketarik, ia lantas kunjungi guru silat itu, tapi ia dicurigai, dia disangka hendak mencoba-coba, guru silat itu mendahului ajak ia bertanding, hingga ia terdesak dan menerimanya dengan terpaksa. Baharu dua-tiga gebrak, nyata Kongsoen Giap bagus namanya saja, ia kena dihajar rubuh sampai tak bisa merayap bangun. Orang-orang lainnya dalam rumah perguruan itu jadi gusar mereka hendak keroyok si anak muda, atas mana, Teng Hiauw angkat kaki, ia takut untuk melayani. Pcngalaman ini menginsyafkan si anak muda

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

benarnya keterangan bahwa di kaiangan Kangouw orang tak boleh sembarangan menaruh kepercayaan besar. Entah bagaimana dengan Thaykek Tan pikir ia kemudian. A pa benar dia liehay, atau dia pun cuma namanya saj a kesohor? Tapi Ayah dan Siangkoan Kin bilang dia benarbenar liehay. Rupanya, yang benar adalah dia ada beda daripada guru-guru silat yang kebanyakan. Teng Hiauw jalan lebih jauh, sampai ia memasuki Hoolam dua atau tiga ratus lie. Ketika itu ada lewat tengah hari. Jalanan ada rusak, dekat gunung .dan air, banyak pepohonannnya. Menembusi pepohonan, sinar matahari ada merah kekuning-kuningan. Lebih jauh, jalanan semakin sukar, bersisi dengan tebing tinggi. Tiba-tiba terdengarlah suara bcrisik dari atas tebing, lantas satu batu besar jatuh, lewat di sampingnya anak muda ini, nyemplung ke dalam jurang yang berair hingga menerbitkan suara besar dan airnya muncrat. Ia telah berkelit, kalau tidak, ia bisa kelanggar. Menyusul itu ada batu koral dan pasir bcrhamburan Rupanya ada orang bertempur di atas, pikir ia. Tidak tempo lagi, ia cari jalan untuk manjat, tetapi ia umpctkan diri antara gombolan, hingga ia bisa melihat segala apa tanpa lain orang pergoki ia. Di atas tanjakan, yang tanahnya datar, ada lima orang scdang kepung satu pemuda umur dua puluh lebih. Pemuda ini, yang bersenjatakan pedang, yang gerakannya tangkas, gunai ilmu silat Thaykek-pay, melainkan bebcrapa tipu-tipunya ada beda, maka tanpa mcrasa, Teng Hiauw jadi heran, ia jadi sangat ketarik, ia terus pasang mata. Selang bebcrapa lama, anak muda itu, walaupun ia gagah, mulai mundur, undur ke arah tempat sembunyinya si orang she Teng. Biar bagaimana, dia kewalahan melayani banyak musuh, yang tidak kurang liehaynya, dari itu, ia kena

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terdesak. Di antara lima pengepung, satu yang bergegaman sepasang golok ada yang paling kosen, rupanya dia jadi kepala, scmbari menyerang, dia scmbari serukan kawankawannya. Si anak muda nampaknya gusar tetapi ia tetapi mundur. Sekonyong-konyong, anak muda itu kirim satu serangan hebat, tetapi lawannya berlaku licin, dia berkelit, dia menyerang ke kiri dan ke kanan. Kalau satu sama satu, kelihatannya dia sukar tandingi si anak muda Ia pun jerih akan bentur pedangnya orang. Si anak muda ilmu silatnyapun kelihatan belum terlatih sempurna. Setelah menonton sekian lama, hingga hatinya teriarik untuk bcrpihak kcpada si anak muda, yang ilmu si latnya ada dari satu golongan, diam-diam Teng Hiauw ambil putusan akan bcrikan bantuannya. Dengan diam-diam juga, ia siapkan Kimtjhie-piauwnya. Segera si anak muda hadapi saat yang berbahaya. Dia telah menyerang dengan satu tikaman, apa mau, lawannya coba libat pedangnya dengan Djoan-pian, sedang di lain pihak, sebuah golok menyambar langsung kepadanya, untuk membabat kutung lengan kanannya. Ia insyaf bahaya, ia bcrseru keras ketika ia gunai tenaga besar, akan tarik lolos pedangnya, sambil berbuat begiiu, iapun loncat ke samping. Tapi musuh yang mencekal golok rupanya sudah menduga. selagi orang loncat, iapun loncat menyusul, goloknya disabetkan ke arah bebokong bahagian pinggang! Dalam keadaan sangal bcrbahaya itu, si anak muda masih sempat memperbaiki diri, tangannya digeraki, untuk menangkis ke bclakang, akan tetapi, bclum ia sempat menangkis, atau mendadakan ia dengar jeritan Aduh! yang disusul sama goloknya si penycrang teriepas sendirinya, terlempar, karena waktu itu, golok itu scdang diayun, setclah itu, terdengar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pula dua jeritan kesakitan, dari dua musuh yang lain, yang lantas pegangi jidatnya. hingga karenanyaj pemimpin mereka itu lantas berseru: Angin keras! Itulah tanda ada bahaya, untuk angkat kaki Si anak muda tcrpcranjat, ia hcran, tetapi ia mengerti, terang ada orang yang bantu ia secara sembunyi. Karena iapun letih, mclihat lima musuhnya kabur, ia tidak kejar mereka itu. Sckcjab saja, tempat pertempuran itu jadi sunyi-scnyap, kecuali siurnya angin. Untuk cari orang yang tolongi dia, anak muda itu lantas mclihat ke sekitarnya. Ia tak usah membuang tempo akan tampak munculnya satu anak muda dari gombolan di sampingnya, akan dapati si anak muda bcrmuka putih dan cakap, usianya ada terlebih muda dari ia scndiri, rupanya belum dua puluh tahun. Hingga ia menjadi hcran dan sangsi, hingga dalam hatinya, ia tanya: Apa mungkin dia inilah yang bantu aku? Maka ia terus mengawasi. Menampak orang tercengang, Teng Hiauw menghampirkan sambil hunjuk air muka berseri-seri. Saudara, bagus sekali permainan pedangmu! mencgur ia dengan manis, dengan pujiannya. Kenapa Saudara bertempur sama mereka itu? Apa Saudara suka beri tahukan aku she dan namamu, dan siapa adanya guru Saudara? Masih anak muda itu mengawasi, kemudian ia haturkan terima kasihnya. Ia menyimpang untuk pertanyaan orang, ia hanya kata: Hengtay, pandai sekali kau gunakan piauwmu! Jikalau tidak kau bantui aku, barangkali masih sekian lama aku mesti layani kawan itu, walaupun mereka tak dapat membuat suatu apa, toh aku bakal pusing sekali. Aku nanti ingat baikbaik budimu ini. Kita belum kenal satu dengan lain, mengapa Hengtay begitu baik hati sudi membantui aku? ia balas tanya. Perihal namaku, guruku, dan perm us uh an kita,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

malu aku untuk memberitahukannya. Aku ada murid dari suatu guru ternama tetapi aku kena dipcrmainkan oleh kawanan kurcaci itu, inilah sangat memalukan, dari itu, baiklah aku tidak menjawabnya. Tidakl ah anch apabila pemuda ini bersangsi untuk bcrikan jawabannya. Teng Hiauw masih hijau mengenai pengalaman dalam pergaulan, iaada terlalu polos akan dengan tiba-tiba majukan pcrtanyaannya itu. Si anak muda, scbaliknya, ada jauh terlebih bcrpcngalaman daripadanya. Lagu suaranya pun seperti menunjuki ia ada orang yang terlebih tua ti ngkatannya, hingga orang bisa tak senang mendengamya. Maka mau atau tidak, iajadi dicurigai. Teng Hiauw tidak menyangka bahwa orang curigai ia. Pertanyaannya pun ada contoh yang tidak hargai kau. Dengan sebenarnya, aku malu akan sebut nama guraku, sedang tentang diriku, benar-benar tak ada kepentingannya akan Saudara mengetahui. Percaya, aku akan ingat betul bantuanmu mi. Kepandaianku tak berharga, tapi apabiladi belakang hari Saudara membutuhkannya, pasi aku akan suka bantu kau. Sebenarnya, kita orang baharu saja bertemu, aku jadi tak dapat bicara scjujurnya. Aku lagi punya urnsan, maafkan aku, tak dapat aku temani Saudara lama-lama. Lagi satu hal aku hendak tunjuk, siapa merantau, dia tak boleh andali kegagahannya dan karcna itu lantas mcmandang kurang berharga kcpada lain orang! Teng Hiauw jadi gusar. Siapa bicara tentang jasa! Siapa harap pembaiasan budi? ia kata dengan nyaring. Anak muda itu tertawa, ia putar tubuhnya, akan lari turun gunung, sambil berkata: Jangan gusar, Hengtay! Sampai ketcmu pula! Menampak demikian, Teng Hiauw jadi mendongkol dan cemas, hatinya jadi tawar. Ia tidak nyana, ia tolong orang, akhirnya jadi demikian.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka ia pun lanjuti perjalanannya. Lewat beberapa hari, ia sampai di Kota Hoaykeng, setelah cari hotel, ia lantas mulai cari keterangan jalanan untuk pergi ke Tankee-kauw. Apakah Tuan hendak kunjungi Thaykek Tan? tanya jongos yang ditanya, sambil dia mengawasi. Benar. Kenapa kau tahu aku hendak can Thaykek Tan? Sebab Tuan ada orang asing tapi Tuan tanyakan jalanan ke Tfcnkee-kauw, aku lantas bisa menduga. Ke sini memang sering datang orang-or-ang yang cari Thaykek Tan. Hanya saban-saban aku lihat, siapa kcmbali dari sana, dia tentu tidak gembira.,Teng Hiauw melengak. Kenapa begitu? tanya ia. Apakah Tuan tidak tahu? balik tanya jongos itu. Ilmu silat Thaykek-koen dari Keluarga Tan di Tankee-kauw itu tidak diturunkan kepada orang luar, kecuali pernah satu kali dicuripelajarkan oleh Yo Louw Si an, sampai dia ini berhasil. Teng Hiauw tahu hal itu, dari Siangkoan Kin, maka itu, ia tidak jadi terlalu heran. Ia percaya, mengandal kepada ketulusan dan kcsujutannya, mustahil Thaykek Tan tega tolak ia juga. Dari itu, ia tegaskan Ictaknya Tankee-kauw, yang terpisah cuma enam puiuh lie lebih dari Kota Hoaykeng. Lebih dahulu orang sampai di Dusun Samgic-tin, lagi kira lima lie, baharu Tankee-kauw. Ia haturkan tcrima kasih padajongos itu. Aku mesti siapkan barang antaran, kemudian ia pikir. Tapi memikir ini, ia kebentrok sama keuangannya. Ia tidak punya banyak uang bekalan, dan pcmberian Tjoe Hong Teng tidak cukup buat ongkos sampai di Hoaykeng. Dalam bingungnya, ia pikir baik beli saja beberapa dus manisan dan roti, di rumahnya Thaykek Tan tentu ada anak kecil. Besoknya, dengan tunggang kudanya Tjoe Hong Teng, Teng Hiauw menuju ke Tankee-kauw, cuma dalam satu jam, ia sampai di Sam-gie-tin, habis cari pondokan dan titipkan kudanya, dengan jalan kaki, ia terus bcrangkat lebih jauh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jongos agaknya hendak tanyakan keterangannya tetapi iasudah bertindak pergi dengan cepat. Ia anggap, pergi can guru tak layak sambil menunggang kuda. Tidak sukar akan cari rumahnya Thaykek Tan. Ketika Teng Hiauw bertindak ke rumah ahli silat Thaykek-koen itu, sejumlah anak-anak ikuti ia, semua mereka ketarik melihat ada bocah tuaan yang bawa manisan dan roti. Segera sesampainya di depan pintu, Teng Hiauw bicara sama satu bujang, untuk minta diwartakan kcdatangannya, untuk bertemu dengan tuan rumah. Ia tidak sebut shenya sendiri, ia sengaja pakai she Kiang, asal orang Hoopak. Ia sudah pikir untuk tidak menyebut nama ayahnya dan tak akan perlihatkan juga kepandaian silat Thaykek Teng, ia ingin teladan Yo Louw Sian. Ia pakai she Kiang sebab ia kebetulan ingat Kiang Hong Keng. Bujang itu awasi tetamunya ini, ia nampaknya heran. Ia duga orang datang untuk berguru, akan tetapi barang bawaannya adalah barang bawaan yang biasa dihaturkan kepada sanak sendiri. Ia pun mau duga, tctamu ini ada suatu sanak jauh, tetapi ketika Teng Hiauw sebutkan she dan asalkampungnya, cocoklah dugaannya yang pertama. Teng Hiauw pun bcri tahukan lebih jauh, dia memang berniat berguru. Akhirnya bujang ini tertawa dan goyang-goyang kepala. Kau keliru datang kemari! kata ia. Majikan kita tidak buka rumah perguruan, ia tidak tcrima murid. Baiklah kau lekas pulang, supaya kau tidak jadi pusing, agar kau tidak siasiakan uang bekalmu. Apabila kau keputusan ongkos dan jadi terkatung-katung di sini, Thaykek Tan tak dapat memusingkanmu. . Teng Hiauw tidak jadi kurang senang, scbal iknya, ia tertawa. Tolong kau bcri tahukan saja hal kedatanganku ini, ia minta dengan sangat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat orang demikian mendesak dan sikapnya pun sabar, bujang itu kcwalahan. Ia sambuti karcis nama orang. Baiklah, aku nanti menanyakan majikanku, kata ia akhirnya. Hanya, majikan suka menemui kau atau tidak, aku tidak campurtahu. Ia masuk ke dalam, ia tidak pergi pada majikannya, hanya setelah berdiam sesaat, ia keluarpula. Majikan bilang, barang antaran dan karcis nama, ia tidak berani terima, ia kata pada tetamunya. Majikan bilang ia tidak pilar untuk jadi guru orangT* Ah, kau tolonglah, Teng Hiauw mcmohon pula. Kau tolong mintakan agar majikanmu suka menemui aku. Ah, bujang itu menghela napas. Engko kecil, kau aneh sekali. Majikanku tidak mau menemui kau, apa perlunya kau mendesak meminta bantuanku? Aku datang dari tempat ribuan lie sebab aku kagumi majikanmu, katanya. Kau tolong sampaikan saja maksud keinginanku ini. Bujang itu terdiam,ia isi hoentjweenya, ia sulut itu, ia lalu menyedot berulang-ulang, kemudian, sambil tertawa, tetapi dengan dingin, ia kata: Datang dari tempat ribuan lie? Ah, sudah terlalu banyak aku lihat prang datang dari tempat jauh untuk berguru, sudah umum! Kau dating dari Hoopak, itulah tak bcrarti! Kau tahu, ada lain-Iain orang yang dating dari tempat terlcbih jauh lagi, semua mereka itu, majikanku tak suka menemuinya. Teng Hiauw putus asa. Kalau begitu, baiklah aku nanti pulang saja, ia biiang. Tapi barang antaranku ini, tolong kau terimakan, tidak perduii majikan kau suka terima atau tidak, bjtung-hitung sebagai tanda penghormatanku. Bujang itu kebulkan asap hoentjweenya, ia awasi bungkusannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Majikanku bakal bikin pesta shedjit besar, cara bagaimana kau hendak haturkan ia manisan? katanya. Tapi kalau kau hendak tinggal ini di sini, baiklah, nanti aku bagi-bagikan pada anak-anak saja. Ia sambuti manisan itu, ia lantas memanggi I: Djie Houw, Djie Houw! Djic Houw itu ada anaknya yang berkumpul antara bocahbocah tadi, yang ikuti Teng Hiauw. Bocah itu lantas datang menghampirinya sambil diturut sama kawan-kawannya, malah mereka lantas saja gaur itu manisan dan roti! Menampak demikian, Teng Hiauw mendongkol hingga ia tak dapat bcrkata-kata, ia putar tubuhnya, ia bcrlalu dcngan sangat cepat, akan pulang ke hotelnya di Samgie-tin. Jongos hotel lihat air muka orang, i a dapat menduga. Tuan, apakah kau ketemu batunya di Tankee-kauw? tanya ia sambil tertawa. Guru silat itu memang sulit untuk diangkat jadi guru. Buat pelajarkan Thaykek-koen, kenapa kau mesti can Thaykek Ian sendiri? Tadi aku hendak bicara sama kau, untuk memberi tahu sesuatu tetapi kau pergi dengan terburu-buru. Teng Hiauw heran. Apakah artinya perkataanmu ini? tanya ia. Jongos itu tertawa Thaykek Tan memang tidak terima murid, tidak demikian dengan adik misannya, Gouw Soeya, ia kasih kctcrangan. Baik kau pergi pada Gouw Soc-ya itu, untuk bclajar, dia mencrima murid. Thaykck-kocn dari Gouw Soeya, ada warisan Thaykek Tan. Kabamya siapa bertubuh lemah dan belajar sama Gouw Soeya, dalam tempo tidak setengah tahun, tubuhnya akan lantas jadi sehat dan mukanya bersinar merah dadu! Teng Hiauw heran. Thaykek Tan tidak mau terima murid, kenapa sekarang ada orang yang bcrikan pelajaran Thaykek-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

koen? Kenapa dia antap orang buka perguruan Thaykek-koen? Ia tidak tahu, dalam hal ini, ada scbabnya. Sebenarnya Thaykek Tan kcwalahan dan sebal sebab tak putus-putusnya datang orang untuk bcrguru padanya, orang jauh dan orang dekat juga, hingga kcmudian, ia gunai akal. Begitulah ia bcrikan pelajaran pada misannya Gouw Hong Hoe, tetapi pelajaran ada batasnya, ialah cuma untuk bikin sehat dan kuat tubuh, kalau pelajaran itu dipakai berkelahi, tidak seberapa artinya. Inilah pelajaran yang mirip dengan yang d id apatkan oleh Yo Lou w Sian, cuma bagus untuk ditonton. Ia kasih kemcrdekaan untuk saudara misan itu buka rumah perguruan, akan terima murid-murid. Walaupun kepandaiannya Gouw Hong Hoe tidak bcrarti, karena ia selalu berlatih, bam belasan orang biasa saja sukar untuk rubuhkan dia. Gouw Hong Hoe miskin, hidupnya sulit, setelab ia jadi guru silat, penghidupannya lantas berubah menjadi lumayan. Demikian, secara tidak langsung, Thaykek Tan sudah tolong sanaknya itu. Orang luar tidak tahu siasatnya Thaykek Tan. Siapa belajar pada Gouw Hong Hoe, dengan lekas mereka peroleh hasil. Siapa bertubuh lemah, setelah belajar setengah atau satu tahun, lantas tubuhnya jadi sehat dan kuat; sikapnya gagah, romanhya bercahaya. Inilah sebabnya, kenapa si jongos pujikan Hong Hoe pada Teng Hiauw. Malah, habis berkata begitu, ia pun mempertunjuki dua jurus Thaykek-koen, yang ia pemah dapatkan dari guru silat she Gouw itu. Ia tambahkan: Lihat, inilah yang aku dapatkan dari Gouw Soeya!** Hampir Teng Hiauw tertawa melihat permainan silat orang itu, yang banyak sekali cacatnya. Karena ini ia sangsi, apa kepandaiannya Thaykek Tan bukan melainkan obrolan saja. Tetapi ia tetap ingin ketemui Thaykek Tan, ia belum pikir akan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pergi pada Gouw Hong Hoe. Demikianlah di hari kedua, ia pergi pula ke Tankee-kauw. Ini kali ia tidak bawa bingkisan, cuma selembar kartu nama yang lebar. Ah, Kiang Toako, kau datang pagi-pagi sekali! menyambut bujang yang kemarin. Kenapa kau tidak bawa manisan? Ia berlaku manis, tapi tempo Teng Hiauw minta ia wartakan kedatangannya pada tuan rumah, dia ganda diam saja. Pergi kau wartakan kedatanganku! kata Teng Hiauw akhirnya, ia menjadi tidak senang. Juga bujang itu mcnjadi mendongkol. Kiang Toako, belum pemah aku dapat orang sebagai kau! katanya dcngan ketus. Apa begini caranya orang hcndak cari guru? Apa berguni bisa memaksa? Majikanku tidak sudi ketemui kau, habis pcrkara. siapa bisa tolong kau? Kcduanya lantas saja adu mulut, sampai rramcul seorang umurkurang-lebih tiga puluh tahun. Eh, Lauw Thio, kau ribut sama siapa?\dia lanya. Sama dia ini! bujang itu jawab seraya tuding Tcng Hiauw. Dia menyebalkan! Dia memaksa minta kcdatangannya dikabarkan pada Loo-ya-tjoe, yang dia kata hcndak angkat jadi guru! Kau nama apa? Kau orang mana? tiba-ttba Teng Hiauw ditanyanya. Aku yang muda ada Kiang Djit Giauw dari Pooteng, Hoopak, sahut Teng Hiauw, dengan sikap menghormat, ia sengaja ubah dan pecan namanya Hiauw mcnjadi dua huruf Djit Giauw. Kau ada orang she Kiang dari Pooteng, dengan Keluarga Kiang dari Bweehoa-koen kau ada punya sangkutan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

apa?orang itu tanya pula, matanya mengawasi dengan tajam. Ditanya begitu, Teng Hiauw melengak. Aku tidak kenal keluarga itu, kemudian ia jawab. Tolong kau ajak aku menemui Thaykek Tan. Orang itu kcrutkan keningnya, baharu ia bcrkata: Saudara Kiang, kau hendakbelajar silat, kenapa kau lepaskan yang dckat, untuk cari yang jauh? Kau ada orang Hoopak, di Pooteng ada banyak guru silat, umpama Kiang Ek Hian dari Bweehoa-koen dan Koan Ie Tjeng dari Banseng-boen, yang semua kesohor. Untuk Thaykek-kocn, di sanapun ada Teng Kiam Beng, ahli waris yang kenamaan, yang membuka rumah pcrguruan. Kenapa kau datang ke desa yang sepi ini, buat cari pelajaran kampungan? Teng Hiauw menyangka orang curigai ia, lekas-lekas iamenjawab. Aku yang rendah datang kemari karcna pangeni nama, katanya. Aku tahu Tan Soehoe ada punyai kepandaian yang berarti, yang unggul dalam kalangan Rimba Persilatan, bukannya scperti kebanyakan orang Kangouw yang punyakan cuma nama kosong. Teng Hiauw mengucap seperti tidak dipikir, tanpa ia merasa, ia membuat orang semakin curigai padanya. Sebab nama-nama yang or-ang itu sebutkan bukanlah nama nama sembarangan, sebab Kiang Ek Hian bertiga adalah ahli-ahli silat sejati. Apakah benar-benar Saudara Kiang hargai ilmu silat kita orang pegunungan? tanya orang itu. Aku kuatir tidak. Ia tertawa tawar. Teng Hiauw hcndak membantah tapi orang itu dului ia, dengan kata: Tak perduli bagaimana kau bersungguhsungguh, Saudara Kiang, lebih baik kau kembali saja. Pernah datang orang-orang dengan bingkisan istimewa, tetapi kebanyakan mereka ada orang-orang jumawa atau yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendendam permusuhan, yang ingfn belajar melulu guna mencari balas, syukur kita tidak terima murid, dengan begitu kita terluput dari kepusingan. Kau sendiri, Saudara Kiang, tentu bukannya orang seperti mereka itu, tetapi kita tidak dapat terima kau. Bukankah kita tidak kenal dan tidak kctahui satu pada lain? Umpama kcadaan kitadibalik, kau juga nistjaya tidak bisa terima kita. Mukanya Teng Hiauw mcnjadi mcrah. Selain ia telah ditampik, r u pan y a orang juga anggap ia ada or-ang Kangouw yang kebanyakan, atau orang jahat. Ia sampai tidak bisa kata apa-apa. Maka ia lantas putar tubuhnya, untuk bcrtindak pergi. Melihat sikapnya orang, orang itu bcrbalik hati. Ia lantas mcnyusul. Jangan kecil hati, Saudara Kiang, kata ia, suaranya sabar. Looyatjoe kita memang tidak terima murid, bukan terhadap kau saja ia ambil sikap begini. Untuk belajar silat, baik Saudara pergi pada Gouw Soeya, dia buka rumah perguruan, dia terima murid. Dia pun ada dari Golongan Thaykek-koen. Silakan Saudara pergi padanya. Teng Hiauw jalan terus, ia menjawab tetapi tanpa menoleh lagi. Terima kasih untuk kebaikan kau, demikian katanya. Ilmu silat kau orang Kaum Keluarga Tan adalah mustika, tak berani aku memintanya! Kata-kata ini tidak ada jawabannya, Teng Hiauw cuma dengar orang tertawa dua kali, lalu terdengar suara pintu digabruki, mendengar mana, ia jadi semakin mendongkol. Ketika ia kembali di hotel, otaknya bekerja keras. Mulanya ia ingin kubur saja niatnya berguru pada Thaykek Tan; kemudian ia ingat, kecewa ia Iakoni perjalanan jauh tetapi tanpa hasii. Ia pun malu, umpama ia pulang, untuk menemui Tjoe Hong Teng dan Siangkoan Kin kepada siapa ia telah utarakan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

niatnya yang keras akan berguru terlebih jauh. Ia terus berpikir, sampai sekonyong-konyong ia tepuk meja. Baiklah aku pergi dulu ke Gouw Soeya, demikian ia dapat pikiran. Biar aku berdiam di sana setcngah atau satu tahun, selama itu aku boleh berdaya akan menemui sendiri pada tua bangka Thaykek Tan itu. Gouw Soeya belajar pada Thaykek Tan, baik aku lihat, apa bedanya pelajarannya dengan pelajaranku. Karena ini, ia lantas teriaki jongos, akan tanya, bagaimana aturannya untuk berguru pada Gouw Soeya, terutama orang harus bayar berapa tail. Sang jongos puas mendengar tetamunya ingin can Gouw Soeya. Ah, Tuan, coba kau dengar aku, tak usah kau pusingi din, katanya. Untuk berguru pada Gouw Soeya, cukup kau haturkan karris nama. Iantas kau diterima sebagai murid, uang bclajamya adalah tiga bulaii satu kali bayar, sctiap kali bayar cuma scpuluh tail perak, hanya makanan, kau mengurus scndiri. Sesudah tiga bulan, andaikata kau hendak belajar tcrus, kau bolch bayar lagi, demikian seterusnya. Teng Hiauw mengucapkan terma kasih pada jongos itu, kemudian ia berpikir pula. Uang belajar sepuluh tail, sekarang uangnya tak cukup sejumlah itu, bagaimana? Selagi ia bcrpikir, ia dengar kudanya berbenger, sinar matanya tiba-tiba berkilauan. Apa di sini ada pasar kuda? ia tanya, Di tempat kecil sebagai ini, tidak ada pasar kuda, sahut sang jongos, hanya kalau kita mau jual kuda, pembclinya mesti ada. Apa Tuan hendak jual kuda? Kudamu bagus, asal dituntun ke pasar timur dan kau berdiri di sana, aku tanggung sebentar saja ada pembelinya. Tuan mau belajar silat pada Gouw Soeya, memang kau tak membutuhkan kuda, kudamu itu boleh dijual saja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jongos ini mengucapkan demikian separuh disebabkan kuatir tetamunya tak dapat membayar uang sewa kamardan makanan. Tidak tempo lagi, Teng Hiauw pergi ke pasar timur. Benar saja, Iantas ada orang yang tawar kudanya itu. Tapi ia tidak tahu harganya, ia bingung, akhirnya ia tunjuki dua jari, ia mau artikan dua puluh tail. Ia ingat, dulu ia beli kclcdainya yang kurus cuma dua belas tail, kuda ini bagus, ada harga sebegitu, dan uang dua puluh tail melebihkan ongkos belajar tiga bulan. Calon pembeli itu awasi kuda itu, ia mengusap-usapnya. Turut pantas, harga yang kau minta tidak mahal, kata dia kemudian, cuma di sini, tidak ada orang yang kuat bayar itu. Coba kau pergi ke Kayhong, buat harga lebih tinggi juga tentu ada pembelinya. Buat di sini, kau harus kurangi scdikit. Teng Hiauw sibuk juga. Habis, berapa kau berani? tanya ia. Kalau kurang dari dua puluh tail, itulah hebat. Tapi ia masih tidak sebutkan jumlah dua puluh tail ityia Orang itu agaknya malu had. , Kudamu memang kuda baik, tidak seharusnya aku minta harga kurangan, kata ia, hanya aku, hari ini uangku tidak cukup. Beginilah, kau kurangi sedikit. Kau minta dua ratus tail, aku bayar seratus ljma puluh. Apabila kau akur, sekarang juga kita jadikan. Teng Hiauw melengak, bukan main I girangnya. Ia maksudkan dua puluh tail, lain orang artikan dua ratus tail. Tapi ia cerdik, Iantas saja ia berikan putusannya. Ia tidak insyaf, kudanya itu adalah kuda pi lihan, yang harganya mahal. Setelah terimauang, ia pulang dengan kegirangan. Lebih dahulu ia bcrcskan uang hotel, ia pun persen jongos, lalu ia ajak jongos itu sebagai orang pcrantara untuk kunjungi Gouw Soe Gouw Soeya lihat orang ada bertubuh gesit, matanya bersinar, ia tanya, orang she Teng ini pernah belajar silat atau bclum. Teng Hiauw jawab ia belum pemah belajar. Guru itu sangsi, akan tetapi ia tidak pernah sangka bahwa anak muda

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu adalah ahli warisnya jago Thaykek-pay lainnya. Ia pun belum dapat membedakan gerak-gerik orang, karcna ia kurang pengalaman. Baharu beberapa hari Teng Hiauw ikuti Gouw Soeya belajar silat, segera kesangsiannya muncul. Ia dapati beberapa cacat dalam pelajaran gurunya, itu adalah pelbagai kelemahan atau lowongan. Ia menduga-duga, kalau bukan kepandaiannya Thaykek Tan nama belaka, tentu pemandangannya sendiri yang keliru. Kalau Teng Hiauw sangsikan gurunya, sang guru curigai ia. Ia mengaku belum pernah belajar silat, tapi saban gerakan tangan atau kaki, atau tubuh, ia lakukan itu sewajamya, ia lupa peranannya sendiri, apabila Gouw Soeya perbaiki, baharu ia insyaf, seperti ia baharu sadar dari mimpinya. Kejadian ini terulang beberapa kali. Daiam hat my a Gouw Soeya kata: Nampaknya Klang Djit Giauw bukan orang tolol, kenapa sering aku kasih mengerti, ia saban-saban bikin salah pula? Pada suatu hari Gouw Hong Hoe ada punya urusan dan mangkir membcri pelajaran, ia diwaki Ikan olch Lauw Hek Sam, salah satu muridnya yang sudah belajar tiga atau empat tahun, siapa bertubuh kekar, kaki-tangannya sudah gapah, orang biasa saja, ia sanggup lawan tiga sampai lima. Dia memang sering mewakiIkan gurunya. Karcna ia mirip dengan kodok dalam tempurung, dengan sendirinya ia ada jumawa. terhadap saudara-saudaranya seperguruan yang lebih muda, ia biasa bersikap keras. Demikian hari itu kembali Teng Hiauw lakukan kekeliruan, ia telah kcluarkan gerakan dari ilmu silatnya sendiri. Hek Sam tidak puas, ia anggap orang salah, sambil memberi pengunjukan, untuk membetutkan, ia pun bicara keras, ia membentak-bentak. Teng Hiauw insyaf pula kckeliruannya ia sabarkan diri, ia tidak meladeni. Ia antap kesalahannya dibetulkan. Gerakan sebenarnya sama, tapi gcrakannya Thaykek Tan memang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diubah sedikit, Gouw Soe-ya ikuti perubahan ini, demikianpun Hek Sam, tetapi sekarang Hek Sam lihat lain orang salah, ia tidak puas, dengan keras ia kata pula: Kenapa kau begini tolol? Aku sudah ajarkan, kembali kau bikin salah! Man, aku ajari padamu, supaya kau lihat! Scgebrak saja, kau akan rubuh! Laludengan Lamtjiak-bwee atau Mencekal ekor bunuig gereja, ia menycrang. Teng Hiauw khawatir dibikin rubuh, ia mendahului, akan sambar lengan orang itu dengan tangan kirinya dan tangan kanannya dipakai mcmbarengi mendorong dengan keras. Hak Sam mcnjcrit kesakitan, tubuhnya terpental mundur dan rubuh terbanting, hingga kepalanya pusing, matanya kekunangan, karena mana. dengan susah-payah baharulah ia bisa merayap bangun, akan duduk bersila, untuk beristirahat. Kejadian itu membuat lain-lain tertawa riuh. Memangnya mereka sebal tcrhadap ini soeheng she Lauw, yang jumawa Hanya kemudian, salah satu datang menghampirinya, untuk mcmimpin bangun. Soeheng, kau terluka atau tidak? dia ini tanya. Eh, Kiang Soetee, mengapa kau tidak mengalah terhadap Soeheng? Lihat, kau bikin Soeheng rubuh hebat sekali! Hek Sam tidak menyahuti, hanya ia paksakan berbangkit, mukanya merah-padam seperti tiekhoa, hati babi. lagusar. Kiang Djit Giauw, kau kurang ajar! ia berseru. Kenapa sedikitpun kau tklak menaruh hormat kepada orang yang terlebih tua? Aku lagi ajarkan kau, selagi aku tidak bersiap* kau bokong aku! Teng Hiauw ternganga sadari tadL Iapun tidak sangka, sccara demikian gampang wakil gurunya itu kena dibikin rubuh. Ia menduga, soeheng] ini mcmpunyai siasat lain. Ia jadi berpikir, apa demikian macam ilmu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepandaiannyaThaykek Tan? Jikalau benar, sungguh pcrcuma ia datang dari tempat jauhnya ribuan lie. Ia baharu sadar seteiah ia dibentak. Maka kembali ia insyaf akan kcsalahannya, ia kerutkan alisnya. SambiI menahan sabar, ia menghampirkan, untuk memimpin bangun soeheng itu. Soeheng, maafkan aku, ia mohon. Aku tidak sengaja bikin kau jatuh. Kau jatuh sendiri karena tanah licin. Melihat sikap orangnya itu, Hek Sam tak bergusar terlebih jauh. Sore itu juga, kejadian terscbut sampai di kupingnya Gouw Hong Hoe. Kapan guru ini sclidiki kcterangan terlebih jauh, ia terkejut. Ia lantas pcrcaya, orang she Kiang itu ada satu ahli silat bukannya seorang yang masih hijau dan lagi mencari pclajaran, bukankah orang datang untuk rubuhkan dia, untuk angkat nama? Ia pikiri ini, sampai ia jerih sendinnya. Akhirnya, ia perintah or-ang panggil Teng Hiauw. Kau liehay, Lauwtee, kau ada muridnya siapa? ia tanya, sikapnya manis budi. Maukah Lauwtee memberi kcterangan padaku? Aku tidak mengerti ilmu silat, Soehoe, Kiang Djit Giauw menyangkal. Tapi Lauw Hek Sam, yang pun curiga, terus awasi ia. Gouw Soeya tertawa besar. Dengan jawaban kau ini, Lauwtee, kau bukannya satu lakilaki! kata ia. Kita orang harus berlaku terus terang. Umpama kau pandai boegee dan kau sengaja can aku, aku tidak nanti sesalkan kau atau persalahkan padamu. Pada waktu pertama kau datang, melihat gerak-gerikmu, aku sudah menduga, sckarang kau telah buktikan dugaanku itu. Jikalau kau tetap menyangkal, kau sama juga pandang orang lain sebagai satu bocah tolol! Sebagai seorang jujur, Teng Hiauw kena didesak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebenarnya aku pernah pelajarkan Bweehoa-koen dalam tempo pendek sekali, akhirnya ia jawab. Karena aku belajar scmbarangan saja pada guru orang desa, aku jadi tidak berani omong terus terang. Wajahnya Gouw Soe-ya berubah, akan tetapi ia tahan sabar. Ia batuk-batuk, lalu ia tertawa. Sebenarnya, Lauwtee, aku tak berderajat untuk jadi guru, kata ia kemudian. Aku buka rumah perguruan ini karena Thaykek Tan pusing orang senantiasa can ia, untuk belajar silat, sedang ia tidak buka rumah perguruan, ia suruh aku yang wakilkan ia dan aku tak dapat tolak itu, maka dengan tebalkan muka, aku jadi guru di sini. Selama beberapa tahun, tak pernah aku hadapi halangan, karena orang, umpama kata dia tak memandang aku tetapi melihat pada Thaykek Tan. Teng Hiauw awasi guru silat itu, ia tidak mengerti. Ia belum dapat tangkap maksudnya Gouw Hong Hoe, yang peringati dia untuk jangan mengacau. Iapun anggap, muka merah dari guru itu disebabkan dia habis minum arak. Aku tidak mengerti kata-kata kau, Soehoe, kata ia sambi I tertawa. Ilmu silatnya Thaykek Tan tersohor di kolong langit, aku datang dari tempat jauh justru untuk belajar kenal dengannya. Teng Hiauw bicara sewajamya saja, tapi kata-kata itu tajam terdengamya di kupingnya Hong How. Ingin belajar kenal diartikan sebagai keinginan untuk mencoba-coba. Kembali ia jadi mendongkol. Tapi ia jerih. Kepandaiannya tidak scberapa. sedang Hek Sam rubuh dalam segebrakan saja. Ia jadi serba salah. Melayani, ia kuatir; tidak mclayani. ia malu, Teng Hiauw pun ada bocah belum umur dua puluh tahun, umpama ia menang, ia tak akan terpuji, kalau ia kalah, ia akan malu besar. Maka akhirnya, ia dapat pikiran.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lauwtee, kau bersemangat, demikian katanya. Baiklah, aku nanti upaya akan supaya kau dapat bertemu dengan Thaykek Tan. Pembicaraan berhenli sampai di situ, laludi malam kedua, sehabisnya murid-murid berlatih, Gouw Soe-ya t idak kasih Teng Hiauw undurkan diri. Lauwtee, kata ia sambil tertawa. Thaykek Tan telah dengar kau bcgini muda dan gagah, ia ingin belajar kenal dengan boegeemu, ia girang sekali, maka sore ini ia suruh aku ajak kau pergi kepadan ya. Apa perlu kau bikin persiapan dulu? Scbagai scorang masih hijau, Teng Hiauw girang mendengar kctcran cannya Hong Hoe. Ia lantas saiin pakaian dan ikut guru ini. Sama sekali ia tidak taruh curiga apa juga. Ia bcium punyai pengalaman kaum Kangouw. Thaykek Tan telah dengar keterangannya Hong Hoe, ia lantas curigai pemuda itu. la pun telah dengar cerita puteranya, Tan Poo Eng, halnya satu pemuda she Kiang mendesak si Thio, bujang mereka, untuk menemuinya. Puteranya itu adalah orang yang berumur kurang lebih tiga puluh tahun. Ia heran kenapa, untuk belajar silat, orang datang dari tempat begitu jauh. sedang di Pooteng ada banyak gum silat kenamaan. Ia kerutkan kening, tanda ia berpikir keras. Hong Hoe, kau ajak dia kemari, akhirnya ia kata pada murid atau sanaknya itu> Kau boleh ajak ini sore juga. Aku ingin lihat, dia ada orang Kangouw dari golongan mana. Thaykek Tan kuatir ada orang dengki, atau musuh yang hendak nyclusup ke dalam rumahnya, untuk lakukan kecurangan terhadap dirinya. LauwThio, bujang pcngawal pintu, heran melihat si anak muda datang pula bersama-sama Hong Hoe, sedang si anak muda awasi ia dengan roman puas. Belum pemah tadinya Hong Hoe ajak muridnya menghadap Thaykek Tan. Sekarang ia tak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dapat menahan lagi, malah setelah membuka pintu, ia kata pada anak muda itu: Tuan Kiang, maafkan aku untuk kelakuanku kemarin ini. Aku menyesal Djie Houw sudah makan manisan dan rotimu. Hong Hoe heran. Oh, kau pemah datang kemari? kata ia pada muridnya itu. Ya, mengaku Teng Hiauw, yang merasa tak enak sendirinya. Ia kasih tahu, sebab Thaykek Tan tampik menemui ia, ia jadi berguru pada itu guru she Gouw. Hong Hoe tidak bilang suatu apa, ia tcrus masuk ke dalam, ajak sang murid sampai di ruang belakang di tempat berlatih silat, di samping itu ada scbuah hoathia atau kamar yang kccilmungil. Selagi ia bertindak di muka pintu, dari dalam terdengar . suara keras dan nyaring. Teng Hiauw terkejut, hingga ia mengawasi. . Di dalam hoathia itu ada duduk dua orang, yang satu adalah si orang usia lebih-kurang umur tiga puluh, yang bikin ia berlalu dengan mendongkol, dan yang lainnya seorang tua kurus-kering dan mukanya kuning tua dengan bajunya gerombongan. Itulah Thaykek Tan, lekas kau kasih hormat, Hong Hoe lantas bisiki muridnya. Menampak romannya aki-aki desa itu, agaknya Teng Hiauw keccwa. Begitu saja rupanya ahli silat Thaykek-koen yang disohorkan or-ang? Tapi, sebagai orang yang tingkatnya lebih muda, ia maju untuk memberi hormatnya. Thaykek Tan tidak merendahkan diri, ia tunggu sampai orang menjura dua kali, bah am ia geser tubuhnya Apa dia ini si anak muda gagah? ia tanya. Jangan, jangan, aku tidak berani terima hormatmu! Sambil berkata demikian, ia ulur tangannya kepada lengannya, terus ia angkat pula, seperti lakunya orang yang hendak memimpin bangun.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gouw Hong Hoe tidak lihat suatu apa yang aneh, tetapi Teng Hiauw rasai lengannya sesemutan, tanpa merasa, tubuhnya sudah lantas terangkat naik, walaupun demikian, ia empos semangatnya, akan mempertahankan dirinya, maka, kendati tubuhnya terangkat, tubuh itu tidak bergeming, tetap kaku. Karena itu, melihat demikian, jago tua itu, yang mengawasi orang, diam-diam terkejutjuga. Benar-benar dia liehay, pikir Teng Hiauw. Toh ia dapati, orang tua itu ada kurus-kering dan wajahnya pucat, melainkan sepasang matanya. yang bcrsinar tajam. Baharu sekarang ia insyaf. Dari tempat yang jauh teetjoe datang kemari, baharu ini hari teetjoe dapat perkenan untuk bertemu, berkata ia. Kemudian ia memandang Gouw Hong Hoe, ia sangsi, ia tak tahu apa itu adalah saatnya untuk ia mohon Thaykek Tan terima ia sebagai muridnya. Thaykek Tan lepaskan tangannya, ia tertawa berkakakan. Mari! ia panggil Hong Hoe datang lebih dekat, lantas ia runjuk anak mudadi depannya itu. Sungguh berani kau untuk terima murid sebagai dia ini! Dia berumur belum dua puluh tahun akan tetapi dia sudah cukup liehay akan layam satu ahli silat Lweekee yang telah belajar dua puluh tahun lamanya. Jikalau dia bukannya telah belajar sejak masih anak-anak dan di bawah pimpinannya satu guru yang pandai serta dia dibantu oleh bakatnya yang baik, pastilah dia tidak akan berhasil begini rupa! Mendengar demikian, bukan melainkan Gouw Hong Hoe yang terperanjat, juga itu orang yang dampingi jago tua ini, ialah Tan Poo Eng, sang putera, hingga dia ini mengawasi Teng Hiauw dengan tercengang. Maaf, maaf, kaja ia pada pemuda itu, seraya ia terus lanjuti pada ayahnya. Kemarin ini dia telah datang kemari untuk mohon bertemu sama Ayah, buat minta Ayah terima ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jadi murid, karena itu, aku lelah tuojuki dia Gouw Soeya Kemudian, ia tambahkan pada anak muda itu: Tetapi, Hengtay, kau sudah begini liehay, kenapa kau tak perdulikan peijalanan ribuan lie dan paksa datang kemari untuk pelajarkan ilmu silat kampungan? Dan Saudara inj masih scbutkan bahwa dia tidak mengerti tentang ilmu silat, Hong Hoe pun tambahkan, dia cuma bilang bahwa dia telah yakinkan Bweehoa-koen secara scmbarangan saja. Thaykek Tan awasi anak muda itu dengan sepasang matanya yang tajam dan berpcngaruh, si anak muda sendiril bcrdiam dengan muka mcrah dan mulut mcnganga, iamalu, ia hendak bicara, tetapi tak dapat ia buka mulutnya, benar-benar ia tidak tahu mesti mengucapkan apa. Anak kecil, kau benar liehay, kau bernyali besar! tiba-tiba Thaykek Tan berseru, air mukanya berubah. Ia tertawa tawar. Bukankah kau datang cuman untuk belajar kenal dengan aku? Ilmu silat pegunungan dari aku tidak cukup berharga untuk kau, akan tetapi kau sudah datang, sukar untuk aku menolaknya, aku juga tidak bisa bikin kau pulang dengan perasaan kecele, maka Poo Eng, ayo kau layani ini anak muda, supaya kau bias melayani ilrhu kepandaiannya! Poo Eng terima baik titah ayahnya, ia sudah lantas buka baju panjangnya, terus ia pergi ke lapangan. Man, man! ia lantas tantangj Teng Hiauw, tangannya diulap-ulapkannya. Teng Hiauw jadi semakin bingung, keringamya keluar, ia telan ludah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teetjoe datang kemari untuk minta diterimamenjadi murid kata, ia dengan susah. Teetjoe tidak kandung lain maksud, man a teetjoe berani berlaku tidak hormat? Wajahnya Thaykek Tan tetap bengis, kembali ia tertawa dingin. Oh, kau datang untuk berguru? kata ia Tidak, tidak, aku tidak berani] mcncrimanya! Kau datang mcncari guru dengan kau sudah punya kepandaian, jikalau kau tidak perlihatkan kepandaianmu itu, cara bagaimana aku ketahui, aku bisa atau tidak terima kau sebagai murid, Pcrgilah kau ke sana, berapa ada kepandaianmu, kau keluarkan itu semua, jangan ada yang kau sembunyikan! Memang benar, siapa sudah mengerti silat dan hendak berguru lebih jauh, sebelumnya, ia mesti perlihatkan semua kebisaannya. Teng Kiam Beng sendiri berbuat demikian setiap kali ia terima murid baru. Dari itu, mendengar pcekataan orang itu Teng Hiauw girang, ia percaya Thaykek Tan sudah kandung niatan untuk terima ia. la lantas buka bajunya, ia pun bertindak menghampiri Poo Eng. Thaykek Tan awasi orang bertindak, ia lihat belakangnya orang, lain sambil tertawa dingin ia kata pada Gouw Hong Hoe: Tidak keliru dugaan kau, bocah ini datang untuk berpura-pura jadi murid, mesti dia ada kandung suatu maksud. Aku hendak saksikan, berapa tinggi kepandaiannya, aku tidak hendak berikan dia keleluasaan! Kctika itu Lauw Thio, si pengawal pintu, pun masuk dengan diam-diam, ia bcrdiri di pinggiran untuk nonton. Lekas kau panggil Poo Beng datang kemari! Kenapa kau diam saja? Sebentar masih ada tempo untuk menonton! tibatiba Thaykek Tan kasih pcrintah pada bujangnya itu. Lalu, ia tambahkan pada Hong Hoc: Baharu saja Poo Beng pulang, tadi dia pesiar scantcro hari, sekarang tent u dia baru habis dahar. Dia bilang, di tcngah jalan dia nampak rintangan, yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hampir bikin dia rubuh. Biar dia pun turut menyaksikan di sini. Poo Beng ini adalah keponakan Thaykek Tan. Nama benar dari Thaykek Tan ada Tan Eng Toan, dia ada anak yang ketiga. Engkonya yang pertama sudah lama meninggal dunia, engkonya yang kedua, Eng Sin namanya. Eng Sin Icbih-lebih tak suka terbitkan gara-gara, karena terus gemar yakinkan ilmu silat, tidak pernah ia keluar dari rumahnya, karena ini, ia mengalah pada adiknya dan antap adik ini jadi Tjiangboendjin, Ahli WarisThaykek-koen. Poo Beng adalah anak sang engko yang kedua itu, dia ada terlebih muda daripada Poo Eng, tetapi dia ada terlebih berbakat, maka itu, ia ada terlebih liehay daripada Poo Eng, sang engko sepupu. Sementara itu, dalam sesaat saja, di lapangan untuk bersilat, pcrtandingan sudah lantas dimulai. Teng Hiauw mengaku telah yakinkan Bweehoa-koen, ia masih hendak umpetkan din aslinya, maka itu, ia bersilat dalam ilmu silat yang ia sebutkan itu. Ia masih ingat permainannya Angie Liehiap. ketika si nona dikeroyok orangorangnya Soh Sian Ie. Karena itu ada cangkokan, baharu beberapa jurus saja, ia sudah kena didesak lawan. Gouw Hong Hoe tertawa melihat orang terdesak. Yang palsu dan yang tulen, segera terlihat! kata ia. Bocah ini tak berarti! Tetapi Thaykek Tan, sang guru, kerutkan alis. Tidak, kau keliru, kata ia Ada kepalsuan di dalam halnya dia ini. Jangan kau memandang enteng, kepandaiannya tidak cuma sebegini. Boleh dibilang baharu jago tua mengucap demikian, atau pertandingan telah berubah sifat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Poo Eng desak lawannya, setelah dapat ketika, ia menyerang dengan ilmu pukulan Ya ma hoentjong atau Kuda liar menggibriskan suri, tangan kirinya turun, tangan kanannya naik, akan serang lengan dan dada orang dengan berbareng. Teng Hiauw tak sempat mundur lagi dari desakan hebat itu, sambii berseru, ia luputkan diri dari bahaya dengan gerakannya Lauwtjie kiepo atau Memeluk dcngkul menahan tindakan, pinggangnya dibuang ke belakang, sedang kedua tangannya bcrgcrak dengan Tjhioehoei piepee atau Menabuh piepee dan Kiongpou yangljiang atau Tindakan pan ah, tangan kcluar. Ia menangkis sambii balas menyerang. Poo Eng terkejut. Lekas-lekas ia ubah gerakannya menjadi Gioklie tjoanso atau Bidadari mencnun, tangan kanannya menekan serangan musuh, tangan kirinya menotok jidat kiri lawannya itu. Gesn sekali, Teng Hiauw berkelit ke kanan, ia mundur setindak, akan segera maju pula, untuk baias menyerang, dengan Siakwa t an pian atau Menggantung ruyung. Serangannya ada ke arah nadi. Tapi juga Poo Eng bisa tolong diri dengan Tweepou kwahouw atau Mundur untuk menunggang harimau, sambii menggertak. Wajahnya Tan Poo Eng berubah, ia jadi heran sekali. Ia dapat kenyataan cara bersilat orang ada sama dengan cara bersilatnya sendiri. cuma baru-baru saja, serangan lawan ada beda jauh. Ia tidak bisa duga, lawan ini sebenarnya gunai ilmu siiat apa. Thaykek Tan sebaliknya manggut-manggut, ia sudah bisa lantas terka ilmu siiatnya orang, cuma sebelum dapat kepastian, ia tidak mau segera cegah pcrtempuran lebih jauh. Ia masih mcngawasi terus, untuk meneliti gerak-gerakannya bocah itu. Pcrtandingan bcrlangsung, terus sampai kira-kira lima puluh gcbrak, keduanya sama gesitnya, adalah sctciah itu, Poo Eng

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kena didesak, tetapi sebab ia bisa berlaku tenang, sabansaban ia mundur teratur, ia tidak dalam bahaya. Dalam saat yang seru itu, yang menarik untuk ditonton, sekonyong-konyong terdengar satu teriakan pujian: Bagus! Suara itu datangnya dari samping. Dengan cepat Poo Eng tunda gerakannya, ia berioncat keluar kalangan. Teng Hiauw juga berhenti bersilat, lantas ia berpaling, akan lihat, siapa yang perdengarkan pujian itu. Justru ia menoleh, ia lihat seorang berlompat datang, sambii menegur: Sejak kita berpisah, apakah kau ada baik? Itulah suara, yang ia rada-rada kenal. Maka ia mengawasi terus, hingga akhimya, ia jadi girang sekali. Ia segera kenali si anak muda, yang bcrtempur di tanjakan, yang ia telah tolong dengan sebatang piauwnya. Anak muda itu berdin di pinggiran, di bclakangnya, kecuali Thaykek Tan, ada bcrdiri seorang tua lain, yang ia belum pcrnah lihat Tapi ia girang, ia lantas dapat harapan. Apakah kau ada baik, Hengtay? ia balas tanya. Kiranya kau ada disini. la bersenyum. Ia percaya, cita-citanya bakal kesampaian. Ia duga, dengan ingat budi, anak muda itu nanti bantui ia bicara kepada Thaykek Tan. Akan tetapi, setelah tegurannya itu, anak muda tersebut lantas berdiri diam, sikapnya adem. Sebaliknya, Thaykek Tan kasih dengar suara tawar. Bocah, kau benar bernyali besar!n kata jago Thaykek itu, dengan bengis. Kau berani berlaku palsu, kau datang ke sini untuk main gila, jikaiah aku kasih kau pulang dengan tangan kosong, kau nistjaya akan pandang enteng padaTankee-kauw! Poo Beng Hiantit, ringkus dial

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemuda itu memang ada Tan Poo Beng, keponakan dari Thaykek Tan, dia datang bersama ayahnya. Tan Eng Sin, untuk menyaksikan pcrtandingan, begitu dia datang, dia segera kenali Teng Hiauw, maka dia beritahukan pamannya tentang siapa adanya tetamu anak muda itu. Mendengar ini, Thaykek Tan berpikir, ia goyang-goyang kepala. Ia lantas duga, anak muda itu mesti ada hubungannya sama Thaykek Teng, karena mana, ia ingin sekalian saksikan kepandaiannya terlebih jauh. Ia sendiri belum pernah ketemu Teng Kiam Beng, nama siapa ia telah dengar lama. Ia mendongkol karena ia menyangka, anak muda itu datang berguru melulu guna curt kepandaiannya. Maka itu, justru Poo Eng sedang terdesak, untuk cegah kekaiahannya anak itu, ia lantas suruh Poo Beng maju. Ia pun bisiki keponakan ini bagaimana caranya untuk Iayani si anak muda. Poo Beng turut titah pamannya, ia segera maju. Ini adalah kejadian di luar sangkaannya Teng Hiauw, iajadi kaget berbareng gusar. Anak muda, yang pemah ditolong itu, sekarang hendak balas budi dengan kejahatan. Ia juga lihat roman bengis dari Thaykek Tan. Tapi ia tak takut. Kau orang, orang-orang gagah dari Tankee-kauw, tua dan muda, kiranya begini saja sifat kau orang! kata ia dalam murkanya. Dan kau, kau hendak balas budi kebaikan dengan kejahatan! Bagaimana kau or-ang bisa menghina orang asing? Baiklah, aku anggap aku telah keliru mcngcnali orang! Sekarang baharu aku tahu tingkah-laku kau orang! , Ah, Bocah, kata Poo Beng secara menghina. Kau lagi pertunjuki sandiwara apa? Kemarin ini kau can tahu asalusulku, sekarang kau datang dengan berpura-pura tidak mengcrti boegee! Kau sebenarnya hendak perdayakan ilmu siiat kita! Bagaimana kau masih berani omong tentang budi? Teranglah rombongan penjahat kemarin ini ada koncokoncomu, kau mengatur tipu supaya kau bisa melepas budi, untuk perdayakan kita!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan kepalang mendelunyaTeng Hiauw atas tuduhan itu, tak dapat ia tahan sabar lagi, maka, meninggalkan Poo Eng, ia segera serang iga orang itu. Poo Eng berseru ketika ia sambut serangan itu, ia berkelit sambil terus menyerang, ia gunai Teeljhioe heesie atau Membawa tangan, diturunkan ke bawah. Ini ada tipu pukulan liehay yang kedua puluh sembiian dan ilmu silat Tan Thaykek-koen yang tak pernah diturunkan kepada orang luar. Dengan Yama hoen tjong, Teng Hiauw luputkan diri dari serangan berbahaya itu, tetapi membarengi itu, Poo Beng rangsang pula ia, kaki kirinya ditekuk, tangan kanannya dimajukan, dari kepalan tangan kanan itu diubah jadi telapakan, lalu lebih jauh, selagi tangan kanan ini dipakai membuka, tangan kirinya menggantikan menyambar. Teng Hiauw lihai bagaimana ia hendak digencet. Mulanya ia dapati gerakan orang itu mirip dengan gerakannya sendiri, tetapi di saat terakhir. gerakan kedua tangan lawan ini lantas berubah. Ia merasakan bagaimana orang hendak gencet padanya. Tapi ia ada cukup cerdik dan gesit untuk loloskan diri, sambl berkelit sambil putar tubuh, dengan tipunya Tohoan Hanhoan tjitscng-pou atau Tindakan tujuh bintang beruntun, ia sambar lengan kanan orang. Poo Beng segera tarik pulang lengannya itu, setelah itu, ia berniat mengubah permainannya, akan tetapi dengan ketangkasannya,Teng Hiauw rangsang ia, tangan kirinya diangkat, I tangan kanannya menyambar ke arah jalan darah Kieboen-hiat. Ini ada salah satu pukulan liehay dari Thaykek Teng. Tan Poo Beng terperanjat, ia tidak menyangka akan kegesitan orang itu, sambil membarengi menyedot kempes perutnya, ia mundur beberapa tindak, hingga ia pun bisa terluput dari ancaman malapetaka.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah ini, keduanya jadi berkelahi dengan hati-hati. Poo Beng tidak berani memandang enteng, Teng Hiauw tidak berani lancang menyerang. Pada waktu itu, sang rembulan telah muncul, cahayanya indah. Sang malam telah datang tanpa terasa lagi. Dalam pcrtempuran lebih jauh, Teng Hiauw menyerang berulang-ulang, gesit laksana naga, dan Poo Beng di lain pihak, lebih banyak menangkis, dengan sikapnya yang tenang bagaikan harimau mendekam. Gouw Hong Hoe berdiri dengan lidah diulur kcluar, matanya dibuka lcbar-lcbar, bahna kagum dan heran, wajahnya pun berubah. Baharu sekarang ia saksikan pertempuran dahsyat scperti itu, pantas ia dengan j gampang kena dirubuhkan pemuda itu. Benar-benar anak itu mempunyai suatu maksud, kemudian ia bisiki Thaykek Tan. Aku kuatir si Beng bukanlah tandingannya. Baiklah kau| sendiri yang turun tangan, agar si Beng tidak sampai mendapat malu. Thaykek Tan urut-urut kumisnya, ia bersenyum. Kau melihat keliru, Lauwtee! kata ia. Buat sembelih ayam, buat apa pakai golok untuk potong kerbau? Kau Iihat, pasti Poo Beng bisa rubuhkan dia. Pandangannya jago tua Thaykek-koen ini tidak salah, sesudah bertempur lagi sekian lama, perubahan atau perbedaan, sudah mulai tertampak. Tadinya Teng Hiauw garang, ia merangsang, habis itu nampaknya lemah, ia jatuh di bawah angin. Kcpandaiannya kedua anak muda ada berimbang, akan tetapi, Poo Beng dapati pesan dari pamannya, yang suruh ia bertempur dengan tcnang-tcnang saja, scdang di lain pihak,Teng Hiauw pun baharu layani Poo Eng, satu lawan bukannya enteng, hingga tadi ia sudah keluarkan banyak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tcnaganya. Gangguan lain bagi Teng Hiauw adalah tadi ia sudah dibikin gusar dengan fitnahan Poo Beng, hingga ia umbar nafsu-amarahnya. Setelah melewati babakan yang kelima puluh, Poo Beng mulai dengan rangsangannya, dari senantiasa membela diri, ia balas menyerang. la menyerang berulang-ulang, saling susul. Teng Hiauw terdesak, hingga ia terperanjat, berbareng mendongkol, tapi karena ini, ia pun waspada. Tiga kaH Poo Beng menyerang, lalu dengan tangan dan kaki, ia gunai tipu-silatnya Hoansin djiekhie-kak atau Sambil memutar tubuh, mengangkat kedua kaki. Dua-dua tangannya dipakai menyerang, kaki kirinya menendang. Sebelah tangannya menyambar ke arah kuping. Inilah serangan hebat untuk Teng Hiauw, yang sudah terdesak, akan tetapi dia ada muridnya satu ahli sejati, dalam saat hebat itu, dia masih cukup gesit untuk tolong diri sambil loncat tinggi, melewati kepala musuh, hingga dalam sekejab saja, dia telah mendekati tembok pekarangan. Poo Beng berseru saking penasaran, ia seperti putus asa untuk mengejar. Teng Hiauw insyaf ia sudah gagal, ia datang untuk berguru, kesudahannya, ia jadi dimusuhkan mereka, berhadapan sama orang-or-ang liehay, ia tidak punya harapan, ia pikir untuk angkat kaki saja. Maka itu, setelah mendekati tembok, ia loncat lebih jauh, guna naik ke atas tembok, akan kabur. Selagi ia loncat naik, ia dengar bentakan di kuping: Turun! menyusul mana, kedua kakinya dirasai sesemutan dan kaku, tidak tempo lagi, ia jatuh rubuh. Thaykek Tan tahu-tahu sudah ada di sampingnya pemuda ini, dengan satu tepukan tangan, ia bikin si anak muda mati kutunya. VI

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw rebah tanpa berdaya, ia jadi gusar sekali, maka dengan coba kumpul antero tenaganya, ia geraki tubuh, untuk berduduk, kcmudian dengan mata mcnyala, ia awasi pihak KeluargaTan. Bagus! ia berseru. Malam ini baharulah aku belajar kenal dengan kau orang Kaum Keluarga Tan, tua dan muda, yang semuanya gagah-perkasa! Hayo, majulah kau orang semua! Sungguh bagus perbuatan kau orang ini, hingga kalau ini kejadian nanti tersiar dalam kalangan Kangouw, kau orang bisa mendapat nama! Kau orang serumah-tangga telah bcrhasil merubuhkan satu anak muda asing, apakah itu bukannya menandakan liehaynya Keluarga Tan? Thaykek Tan kerutkan alis mendengar ejekan itu. Bocah, jangan mainlah lidahmu! ia membentak, hatinya mendongkol. Tidak pernah Keluarga Tan menghina orang! Tapi kau harus omong terus terang, karena kita tidak nanti izinkan orang main gila di sini! Apakah aku belum omong terang? Teng Hiauw menantang. Pertama-tama aku tidak mencuri, kedua aku tidak merampas, ketiga aku tidak curangi orang! Di bagian mana yang kurang terang? Ia berlaku sangat jumawa. Thaykek Tan jadi gusar. hingga alis dan kumisnya bangun berdiri. Begini kelakuanmu terhadap or-ang yang terlebih tua? ia membentak. Apakah gurumu belum pernah ajarkan kau adatistiadat? Jangan kata bafaaru kau, dalam dunia Rimba Pcrsilatan pada sckarang ini, siapa menemui aku, tidak ada yang tidak berbahasa tjianpwee kepadakul Kau bilang kau berterus terang, sekarang aku hendak tanya kau, kcnapa kau datang kemari dengan bcrdusta tidak mengerti boegee?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kcnapa kau pakai akal? Baiklah aku gantikan kau bicara! Kau adalah salah scorang dari pihak Thaykek Teng, kau datang kemari dengan niatan curi rahasianya ilmu silatku, supaya kcmudian, kau bisa menjagoi dalam dunia Kangouw! Tapi apakah kau tahu, cita-cita semacam itu ada pantangannya kaum Rimba Persilatan? Maka baik kau jangan bersandiwara lebih lama! Hayo, omong terus terang! Kau ada pemah apa dari Teng Kiam Beng? Teng Hiauw terkejut karena-dibukanya rahasia hati itu, tetapi ia tctap tidak takut, dengan tawar, ia jawab: Kau tak berhak untuk cari tahu siapa aku ada! Dengan kedudukan si besar, kau menindih si kecil, tidak, aku justru tidak sudi kasih keterangan pada kau! Sementara itu, Tan Eng Sin, sang engko, diam-diam kedipi mata pada adiknya. Adik ini lihat itu, tetapi ia tctap hunjuk roman gusar. Apa benar kau tidak mau bicara? ia bentak. Jikalau kau tetap membandel, aku nanti bikin kau tidak bisa bicara untuk selamanya! Lantas ia tunjuk dua jari tangannya, mengancam untuk menotok. Teng Hiauw meramkan kedua matanya, ia berseru: Walaupun kau bikin aku bercacat, tetapi aku tidak sudi bicara! Seumur hidupnya, tuan kecilmu paling tidak takuti ancaman! Thaykek Tan tarik pulang tangannya, diam-diam ia puji nyali orang yang besar. Poo Eng, coba kau geledah dia! tiba-tiba ia perintah puteranya. Lihat dia ada bawa senjata atau lainnya barang pada tubuhnya!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Poo Eng turuti perkataan ayahnya itu, selagi dia menggeledah, Teng Hiauw gusar bukan alang-kepalang, hingga ia kertak gigi dengan nyaring. Kau orang ada punya hak apa akan geledah aku? ia berteriak. Kau orang tuduh orang baik sebagai orang jahat, apakah ini kelakuannya kau orang yang telah kesohor namanya? Ia gusar tetapi ia mesti mandah digeledah, ia tak bertenaga untuk menentangi. Hak apa aku ada punya? Itulah hak disebabkan kau bangsat cilik! kata Poo Eng dengan sabar tetapi mam, sambil ia tertawa dingin. Ia pun segera dapati sepucuk surat dalam sakunya. Ha, sepucuk surat! katanya. Apakah ini bukannya bukti? Tunggu dulu, Thaykek Tan mencegah. Nanti aku lihat dulu surat ini. Jago tua itu baca alamatnya kemudian ia buka surat itu, untuk baca isinya, lalu sembari lirik Teng Hiauw, ia perlihatkan roman heran atau kaget. Akhirnya ia sodorkan surat itu pada kandanya seraya sambil ketawa berkata: Anak ini benarbenar bukan anak sembarangan! Sekonyong-konyong ia loncat pada pemuda tawanannya itu, ia tepukjalan darah Hoantiauw-hiat, menyusul mana, darahnya Teng Hiauw jalan pula seperti biasa, lenyap sesemutannya dan perasaan kaku, maka dia lantas bisa bangun berdiri. Sekarang apa kau orang hendak bikin? ia tanya. Tetap ia tak jerih. Untuk merantau dalam dunia Kangouw, anak, tak dapat kau turuti perangimu, kata ia dengan tenang. Kau tidak mengerti sedikit jua tentang pantangan-pantangan kaum Kangouw, karena kesembronoan kau, hampir kau celaka. Kau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ada punyakan surat ini, kenapa kau tidak segera hunjuki padaku? Siangkoan Kin itu kau punya apa? Kenapa dia suruh kau bawa surat ini untukku9 Memang itu ada surat perantaraan Siangkoan Kin untuk Thaykek Tan, karena surat disimpan di sakunya Teng Hiauw, sekarang itu dapat ditemukan. Di antara Siangkoan Kin dan Thaykek Tan tidak ada persahabatan rapat, adalah Soekong Tjiauw, gurunya Siangkoan Kin, ada satu tjianpwee, atau orang tua dari Rimba Pcrsilatan. yang Thaykek Tan paling kagumi. Usia di antara Thaykek Tan dan Siangkoan Kin pun beda, Thaykek Tan ada jauh terlebih tua, akan tetapi menurut tingkatan, keduanya ada sama derajatnya. Sementara itu dahulu beberapa puluh tahun yang lalu di waktu Thaykek Tan mulai keluar merantau, pemah Soekong Tjiauw membantu banyak padanya, maka itu, ia jadi ingat budi. Belakangan, dalam usianya yang Ian jut. Soekong Tjiauw ambil Siangkoan Kin sebagai murid, untuk muridnya ini. diam-diam pesan kata-kata terhadap beberapa ahli silat kenamaan sahabat-sahabat nya, untuk titipkan muridnya itu, karena ini, Thaykek Tan jadi dapat tahu, Siangkoan Kin ada ahli waris dari or-ang she Soekong itu. Kemudian Thaykek Tan dapat kesempatan bertemu muka sendiri dengan Siangkoan Kin, ia lantas dapat tahu, Thicbian Sieseng pandai ilmu menotok jalan darah, bahwa dia adalah satu jago asli, keduanya jadi bersahabat, mereka saling menghargai. Oieh sebab ini, biar bagaimana, Thaykek Tanjadi menaruh harga pada Siangkoan Kin. Di dalam suratnya itu, Siangkoan Kin tuturkan asal-usulnya Teng Hiauw, sebabnya ini anak muda buron dari rumahnya, bahwa cita-citanya bocah ini beda daripada cita-citanya Teng Kiam Beng, sang ayah, bahwa Teng Hiauw sangat bersemangat dalam hal menuntut ilmu terlebih jauh, maka Siangkoan Kin minta Thaykek Tan sudi berikan pimpinan kepada pemuda itu. Yang tarik perhatian adalah Siangkoan Kin

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pun hunjuk, Tan-pay dan Teng-pay ada sama-sama kesohor, adalah bagus bila kedua kaum itu dapat dipersatukan. Begitulah, maka sikapnya jago tua ini jadi sabar pula. Selagi orang membaea suratnya Siangkoan Kin, Teng Hiauw mcngawasi, dari itu ia tampak perubahan wajahnya. Ia pcrcaya, surat itu pasti ada bawa pengaruh terhadap jago tua ini, maka ia pun pikir, selagi ia berniat mencari kepandaian, tak pantas ia terus berkepala batu. Justru itu, Thaykek Tan tanya ia, bagaimana perhubungannya sama Siangkoan Kin, dengan sabar ia berikan keterangannya. Siangkoan Kin? demikian katanya. Dia diperkenalkan kepadaku oleh Tjoe Soesiok.- Sudah jadi kebiasaannya akan bahasakan Soesiok pada Tjoe Hong Teng -Dia ada sangat baik terhadap aku. Karena ia ada menduga kau orang di sini bias jadi akan bikin susah padaku, ia sengaja tulis suratnya itu ketika kita hendak berpisahan. Tapi aku berpendirian tak ingin. memperoleh hasil karena bantuan lain orang, aku anggap, satu murid harus memilih sendiri gurunya, seperti satu gum pun harus pilih muridnya? Ini ada urusannya guru dan murid, kenapa mcsti ada orang kctiga mcnyertai di tcngah-tengah? Dcmikianlah aku bcrada di sini sekarang. Sekarang kau sudah lihat aku, putusan terserah kepada kau: Jikalau aku ada punyakan harga untuk menjadi mu-rid, kau tcrimalah; jikalau tidak, kau boleh tolak! Jadi dalam hal ini, boleh tak usah ada Siangkoan Kin atau tidak. Thaykek Tan tertawa tcrbahak-bahak. Segera ia sukai ini anak muda, yang jujur dan polos, yang ucapkan apa saja yang dia pikir, sedang hatinya. pun besar, perangainya keras. Lalu ia kala: Sekarang pergilah kau turut Poo Beng beristirahat, tentang soal mcngangkat guru, besok kita nanti bicarakan. Memang, Teng Hiauw merasa sangat letih, karena ia telah layani Poo Bng dan Poo Beng dan paling belakang tertotok Thaykek Tan. Ia tidak berlaku sungkan lagi, ia lantas undurkan diri mengikuti kedua saudara tjintong itu. Ketika ia bcrtindak,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ia kata pada Gouw Hong Hoe: Maafkan aku, Gouw Soehoe. Rupanya tak dapat aku menjadi muridmu. Kau telah menjadi orang perantaraanku, terima kasih, terima kasih untuk kebaikanmu! Sebenarnya Hong Hoe merasa kurang enak hati, tapi ia bilang tidak apa. Iapun lantas berialu. Malam itu Thaykek Tan berunding sama engkonya, hal terima atau jangan Teng Hiauw sebagai murid, sebab itu berarti, mesti turunkan Tan-pay Thaykek-koen kepada lain kaum: la rada-rada kuattir dan karenanya, ia jadi bersangsi. Turut pemandanganku, anjurannya Siangkoan Kin beralasan, nyatakan Tan Eng Sin, sang engko. Selama beberapa tahun ini aku berdiam di rumah, terus aku yakini ilmu silat kita, aku dapat kcnyataan, masih banyak perubahan yang dapat di lakukan, untuk mcmpcrdalam, akan tetapi aku terhalang oleh bakatku, sulit aku dapatkan perubahan yang berfaedah. Tadi aku saksikan gerak-gcriknya Teng Hiauw, lantas aku merasa ada terbuka jalan untuk perubahanperubahan. Aku lihat, bila dipadu, Teng-pay ada terlebih gesit, Tan-pay terlebih tenang, maka apabila keduanya dirangkap jadi satu, alangkah sempumanya. Teng Hiauw muda dan polos, jikalau kita ajarkan dia sungguh-sungguh, apabila kita tanya jelas padanya rahasia-rahasia| Teng-pay, pasti dia tidak akan menyembunyikannya, kelemahannya sekarang adalah karena ia masih terlalu muda dan kurang latihan dan pengalaman. Thaykck Tan dapat setujui pandangan engko itu. Memang, dengan tcrima Teng Hiauw scbagai murid. kedua pihak peroleh satu keuntungan yang sama Bagaimana bagus untuk ia, akan punyakan mu-rid scbagai pemuda she Teng itu. Laginya, dengan tcrima Teng Hiauw, di belakang hari, tak usah ia likat akan menemui Siangkoan Kin. Demikian besoknya, Thaykek Tan panggil Teng Hiauw, untuk beritahukan pemuda itu bahwa dia di tcrima jadi murid.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tetapi dia sendiri mesti bcrlaku jujur. akan buka semua rah as i a Teng-pay, agar kedua kepandaian dapat tergabung menjadi satu. Bukan kepaiang girangnya Teng Hiauw, ia lamas berikan janjinya, kemudian ia paykoei kepada guru ini. Setelah upacara itu, Thaykek Tan tanya rnuridnya ini perihal perkenalannya dengan Tjoe Hong Teng, sang soesiok dan Siangkoan Kin. Teng Hiauw berikan jawabannya yang jelas, tetapi kemudian, ia tambahkan: Hanya saja kita orang berpisah, aku tidak tahu suatu apa lagi tentang mereka itu. Soehoe tanyakan Siangkoan Kin, ada urusan apakah? Menurut Poo Beng, dia sekarang telah lenyap, sahut Thaykek Tan, sambil tertawa Lenyap? Teng Hiauw terkejut. ia sangsi, guru ini omong benar-benar atau main-main. Bagaimana seorang dewasa bisa lenyap? kemudian ia kata Ah, tidak salah, ia tentu telah pergi merantau, ia sengaja atau malas berhubungan sama sahabat-sahabatnya Bukan, bukannya begitu, Thaykek Tan kata dengan sungguh-sungguh. Dengan aku, dia memang jarang berhubungan satu dengan lain. Dengan sebatang kipasnya, dia biasa merantau, sampai sebegitu jauh tidak ada orang yang usil dia, tetapi ini kali, dia benar-benar lenyap, sampaipun Tjoe Hong Teng scndiri, sibuk bukan main, Ini scbabnya kcnapa Poo Beng dipcrintah pulang, untuk panggil aku. Nah, Poo Beng, coba kau kasih keterangan pada soeteemu ini. Sebenarnya, Tan Poo Beng adalah salah satu anggota Gichoo-toan. Pernah Tjoe Hong Teng ajaki Tan Eng Sin dan Tan Eng Toan turut dalam gerakan kebangsaannya ini, seperti Kiang Ek Hian, sudah mcnampik. Poo Beng masih muda, ia tak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sepaham dengan ayah dan pamannya, iff nyatakan ingin ambil bagian, pcrmintaan ini diterima baikoleh dua saudara Thaykek itu sesudah mereka ini berdamai. Mengetahui socheng ini ada orang Gichoo-toan, Teng Hiauw ingat suatu apa. Pantas kemarin ini, selagi dikepung musuh, kau curigai aku, kata ia. Aku telah bantu kau, kau tapinya tidak perdulikan aku. Kau ada anggota Giehoo-toan, pantas kau berhati-hati. Itu pun sebabnya, sahut Poo Beng sambil tertawa. Pemerintah Boan arah kita, kaki-tangannya banyak, segala jalan digunai untuk celakakan kita, dari itu, harus kita ber-hatihati. Baharu sekarang Teng Hiauw tidak curiga lagi atas sikap aneh orang. Kau orang sudah menyimpang! Thaykek Tan memegat sambil tertawa Jangan kau orang cerita saja hayo kembali kepada soalnya Siangkoan Kin. Poo Beng bersenyum, ia lantas tuturkan Teng Hiauw tentang lenyapnya Thiebian Sieseng, si Mahasiswa Muka Besi. Duduknya hal ada sebagai berikut: Giehoo-toan berkedudukan di Propinsi Shoatang. Di sebelah Giehoo-toan, di sana ada satu perkumpulan rahasia lain, ialah Toatoo-hwee, atau Golok Besar. Toatoo-hwcc ini malah bcrdiri terlebih dahulu daripada Giehoo-toan. Tujuannya Toatoo-hwee pun mcmusuhkan pemerintah Boan. Mulanya, pasti sekali, Toatoo-hwee ada terlebih besar dan berpengaruh, melainkan sifatnya, ada terlebih terahasia. Sebagai perkumpulan terlebih muda, Giehoo-toan berdaya akan berseri kat dengan Toatoohwee, hanya ketika itu, Toatoo-hwee pandang enteng kepadanya. Kemudian, setelah Giehoo-toan menjadi besar,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Toatoo-hwee jadi mengiri. Bisalah dimengerti, siapa kandung rasa iri hati, hatinya gampang retak. Ketua dari Toatoo-hwee ada Ong Tjoe Beng, senjatanya adalah Tan-too, sebatang golok, dan ilmu kcpandaiannya adalah warisan Keluarga Ho dari Shoasay yang kesohor. Ia ada satu laki-laki. tetapi tabiatnya keras, ia terlalu percaya kepada diri scndiri. Karena ia musuhkan pemerintah Boan, dengan sendirinya ia pun musuhkan kumpulan agama asing, Toatoo-hwee dianggap sama dengan Giehoo-toan, maka itu, negara-negara asing minta pemerintah Boan tumpas kedua perkumpulan pcncinta negara itu. Di Shoatang, kedudukannya Toatoo-hwee ada di Kangpak, di utara sungai, pengaruhnya besar, tapi setelah kesusul sama Giehoo-toan, kcmajuannya tercegat Di dalam segala hal, scpak-terjangnya Ketua Toatoohwee ini kalah daripada sepak-terjangnya Tjoe Hong Teng, yang berpemandangan jauh, matanya jel. Karena ini, Ong Tjoe Beng jadi mendendam sendirinya, tidak perdu li Tjoe Hong Teng senantiasa selalu hunjuk sikap bersahabat. Adalah karena belum dapat ketikanya, Tjoe Hong Teng belum sempat mengadakan perhubungan langsung dengan Ong Tjoe Beng. Pada waktu Ong Tjoe Beng pergi ke Pooteng, Hoopak, akan sambangi Kiang Ek Hian, Tjongto Touw Kanlouw dari Giehootoan cabang Ipkoan, Shoatang, telah kena ditawan pihak Toatoo-hwee. Nama Kanlouw berarti si Tukang Sewakan Keledai, ini ada kerjaen asal dari Touw Kanlouw, saking kebiasaan, dia tcrus tetap pakai itu sebagai namanya sendiri. Distrik Ipkoan ada daerah pengaruh Toatoo-hwee, Touw Kanlouw tancap kaki di sana dengan tak terlebih dahulu berhubungan sama Toatoo-hwee, Ong Tjoe Beng jadi tidak scnang, pada suatu malam, dengan ajak beberapa kawan, Ong Tjoe Beng datangi markasnya Touw Kanlouw, akan culik tjongio Giehoo-toan itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seharusnya Ong Tjoe Beng pakai : aturan. akan lebih dahulu bicara dan tegur Touw Kanlouw apabila kecocokan tidak didapat baru ia turun tangan, tetapi Ong Tjoe Beng iakukan tindakan sembrono ini, ialah ia telah kena ojokannya satu orang lain siapa inginkan bentrokandi antara Toatoohwee dan Giehoo-toan. Pcnculikan Touw Kanlouw menyebabkan bingungnya Tay-fjongto Lie Lay Tiong, wakil ketua pusat di Shoatang. Oia sangsi apa baik segera serbu Toatoo-hwee atau cari orang pertengahan, untuk bicara dabuJu, guna can penyelesaian sccara damai. Dalam hai ini ia dapat bantuannya Hoeto Thio Tek Seng, yang usulkan meminta bantuannya Siangkoan Kin, supaya Thicbian Sieseng pergi cari Tjoe Hong Teng, buat panggil pulang ketua ini, agar si ketua yang ambil putusan. Dalam hai ini, Siangkoan Kin lebih setuju satroni duiu pusat Toatoo-hwee, akan tolongj Touw Kan-louw dengan j a Ian rarnpas pulang tjongto itu, kemudian baharu mereka berurusan dengan Toatoo-hwee, tetapi Thio Tek Seng tidak setujui ini, ia bcrhasil membujuki si Mahasiswa. Maka kcjadianlah Siangkoan Kin pergi cari Tjoe Hong Teng. Thio Tek Seng ken al aku, kata Tjoe Hong Teng, yang tcrima kabar sambi I kerutkan alis, karena ia mesti berpikir keras untuk ambil putusan. Memang perkara mesti dicegah. menjadi besar dan onar. Kemudian, tiba-tiba, ia keprak meja. Di sini ada satu keanehan! Ong Tjoe Beng memang besar kepala, tapi aku tidak mengerti, kenapa dia begini sembrono! Ah, mesti ada orang, yang sudah hasut padanya! Baiklah kita gunai ketika ini, untuk berhubungan sama Toatoo-hwee, untuk mengadakan persatuan. Walaupun ia berpendapat demikian, Tjoe Hong Teng tidak bisa segera tinggalkan Hoopak dan Hoolam di mana pergerakan Giehoo-toan sedang berkembang-biak, tenaganya ada sangat dibutuhkan, maka dalam hai ini, tak dapat tidak, Kau yang mesti bckerja. Sekarang kau lekas pulang, untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kcndalikan orang-orang kita, tentu dia lagi tunggui tindakan kita. Maka kita mesti bcrsikap supaya tidak sampai mereka pandang rendah kepada kita. Lagi setengah bulan, aku pasti akan kembalil Ah, demikian menyusahkan! berseru Siangkoan Kin sambi I tertawa Aku tak dapat kerjakan itu! Dia memang masih tetap tidak sabaran. Tjoe Hong Teng pun tertawa, tertawa besar. Tapi paling tepat- kalau Sioetjay menemui orang peperangan! kata dia. Kepandaian istimewa dari satu Sioetjay adalah bicara tentang keadilan dan kepantasan! Apa mungkin kau takut lawan kekerasan? LantasTjoe Hong Teng memberi penjelasan terlebih jauh, setelah mana baharulah Siangkoan Kin setuju, lantas ia pulang ke Shoatang. Ketua Giehoo-toan itu bukannya tidak tahu, Thiebian Sieseng ada bcrandalan, akan tetapi ia tahu juga, sahabat ini ada jauh terlebih cerdik daripada Lie Lay Tiong dan Thio Tek Seng, sedang dalam hai tingkatan atau dcrajat, dia ada jauh terlebih tinggi. Di dalam Giehoo-toan, Siangkoan Kin tidak menjabat kedudukan apa juga, akan tetapi kaum Kangouw ketahui dengan baik, dengan Giehoo-toan, dia mempunyai perhubungan yang rapat istimewa, dia sangat dihargai, jadi kalau dia dijadikan utusan, atau orang pertengahan, derajatnya ada setimpal, dia tepat sekali, melebihkan tempatnya Tjoe Hong Teng dengan siapa dia sama derajat. Tjoe Hong Teng juga percaya, dengan Siangkoan Kin yang pergi umpama kecocokan tidak terdapat, urusan pasti tidak akan jadi meluas. Akan tetapi segera terbukti, kepercayaan, atau dugaan itu, meleset jauh sekali. Sebab belum sepuluh hart sejak keberangkatannya Siangkoan Kin, segera datang laporan kilat yang berbunyi: Dengan seorang diri Siangkoan Kin telah kunjungi markasnya Toato-hwee, lantas dia tidak kembali, tidak ada kabar ceritanya, hingga orang tidak tahu dia masih hidup atau sudah mati. Kabar angin memberi takan, Thiebian Sieseng

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

telah dihajar sampai binasa Lain kabar lagi bilang, dia kena ditahan. Dari pihaknya Toatoo-hwee tidak ada kabar apa juga, kecuali sepucuk surat ringkas untuk Markas Giehoo-toan di Shoatang, bunyinya: tidak menginginkan Siangkoan Kin sebagai wakil pihak sana untuk mclakukan perundingan. Banyak pengalamannya Tjoe Hong Teng, akan tetapi, ia terkejut. Ia insyaf bahwa urusan ada hebat. Maka sekarang, sempat atau tidak, ia mesti pulang. Tapi ia sangsi untuk ia bcrtindak sendiri, dari itu, sembari perlambat pulangnya, ia sebar pelbagai undangan, kepada sahabatnya kaum Rimba Persilatan dari beberapa propinsi, untuk ajak mereka berembuk, terutama untuk ketahui jelas siapa sebenamya Ong Tjoe Beng itu. Tan Poo Beng datang menemui Tjoe Hong Teng di Anpeng begitu lekas ia berpisah dari Teng Hiauw di Tanjakan Kouw Siong Kong, tempat di mana ia dikepung serombongan musuh, tapi belum sempat ia bicara banyak, Tjoe Hong Teng segera perintah ia pulang ke Hoolam, buat minta bantuannya dua saudara ini. Dcmikian penuturannya Poo Beng, yang membuat Teng Hiauw heran dan terkejut. Soehoe, bagaimana? ini murid lantas tanya, Soehoe pergi atau tidak? Siangkoan Kin demikian liehay mustahil ia bisa tampak bencana? Dengan roman sibuk, dengan mata terbuka lebar, murid ini awasi gurunya. Kenapa begini sibuk? Thaykek Tan jawab sambil tertawa. Jikalau aku sesibuk kau, nistjaya sckarang ini kau sudah tak dapat lihat aku! Ketika Poo Beng pulang dengan beritanya itu, aku memang niat lantas pcrgi tetapi setelah pikir, dengan kepandaiannya itu, apabila benar Siangkoan Kin dapat bencana, percuma umpama kata aku segera susul dia. Maka itu, sebelumnya berangkat, aku telah undang dulu Boesoe Han Koei Liong, guru silat kenamaan dari Liangouw yang kebetulan datang ke Hoolam ini, untuk dia menjadi penambah bantuan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Boesoe sudah terima baik undanganku, dia telah janji lagi dua hari dia akan pergi ke Hoaykeng akan tunggui aku, untuk kita orang berangkat sama-sama. Apakah itu tidak terlalu lambat, Soehoe? Teng Hiauw tanya pula. Tidak, sahut sang guru sambil menggeleng kepala. Kau pikirlah biar tenang. Ada tiga kemungkinan, yang aku duga mengenai Siangkoan Kin. Pertama-tama ia sudah nampak kecelakaan, ia telah tak ada lagi dalam dunia. Apabila ini benar, walaupun kita mempunyai kesaktian akan hidupkan dia pula, ia akan tertolong lagi. Ini adalah kemungkinan paling hebat. Tapi dia liehay, mustahil dia nampak kecelakaan demikian macam? Yang kedua adalah ia sudah lolos dari ancaman bahaya, karena ada sebab-sebabnya, ia sengaja tidak mau segera muncul pula. Jikalau ini mungkin, tidaklah terlalu lambat bila kita datang ke belakangan untuk menolong dia. Kemungkinan yang ketiga adalah dia telah kena ditahan oleh Ong Tjoe Beng. Umpama betul dugaan ini, tidak nanti Ong Tjoe Beng berani celakai dia sebegitu jauh belum ada penyelesaian di antara Toatoo-hwee dan Giehoo-toan. Touw Kanlouw sendiri cuma ditahan, pasti demikian juga dengan Siangkoan Sinshe. Ong Tjoe Beng ada scorang Kangouw kenamaan, aku sangsi ia berlaku hina, hingga ia berani tentang kemurkaan umum. Ini lah sebabnya kenapa Tjoe Hong Teng bisa berlaku sabar dan siap sedia akan undang banyak orang pandai. Kelihatannya Teng Hiauw dapat dibikin sabar. Teetjoe berniat turut serta, apa Soehoe sudi mengajaknya? ia tanya. Thaykek Tan lirik rnuridnya itu. Kau tak dapat pergi! ia jawab. Kau pergi pun tidak ada faedahnya. Yang pergi sekarang adalah orang-orang kenamaan semua, dari golongan tetua, bukannya kita hendak ambil pengaruh dari jumlah yang banyak, kau harus tenangkan diri, kau berdiam di sini, ikuti soepehmu untuk berlatih.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw berdiam hatinya tidak enak. Selang beberapa hari benar-benar Thaykek Tan berangkat dengan ajak hanya Poo Beng, untuk sambangi Han Koei Liong, guna penuhkan undangannya Tjoe Hong Teng. Selama jago Thaykek-pay ini lakukan pcrjalanannya, baiklah kita tengok Siangkoan Kin, yang telah berangkat scorang diri akan kunjungi Ong Tjoe Beng, Ketua dari Toatoohwee. Lebih dahulu daripada itu, setelah berpisahan dari Lie Lay Tiong dan Thio Tek Seng, akan laporkan putusannya Ketua Giehoo-toan. Ia bekal karcis nama yang memuat namanya Tjoe Hong Teng berikut namanya sendiri. Ia pergi sendirian ke Shoatang Utara, ke Gunung Sengtjoe-san di mana Ong Tjoe Beng bermarkas. Seng Tjoe San ada sebuah gunung yang bagus keadaannya, penuh dengan rimba dan tanjakan, tetapi lembahnya bisa dipakai bercocok-tanam, untuk dirikan rumahrumah tinggal. Di sini Toatoo-hwee pusatkan diri, bentengannya kuat. Ke sarang Toatoo-hwee ini Siangkoan Kin pergi tanpa jerih sedikit juga, malah ketika ia sudah menghadapi muka curam Sengtjoe-gam, ia maju terus tanpa cari lagi orang Toatoo-hwee untuk minta dikabarkan hal kedatangannya itu. Ia ncrobos di tempat-tempat lebat dan sukar dengan Tengpeng touwsoei ilmunya cntcngi tubuh dan lari cepat sepcrti mclcsat bebcrapa kali ia lewari tempat-tempat penjagaan, ia lewat terus tanpa kasih dirinya terlihat para penjaga. Ia telah lintasi bclasan pos penjagaan itu, lantas ia sampai di muka ben teng, markas besar dari Ong Tjoe Beng. Pernah beberapa penjaga lihat bayangan berkelebat lantas lenyap, karena menyangka mata mereka lagi kabur, mereka tidak berani bunyikan suitan pertandaan. Dengan thungsanya yang panjang dan gerombongan, yang memain antara siurannya angin, sembari goyang-goyang kipasnya Biauwkim sietjoe, Siangkoan Kin bertindak lebar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghampirkan pintu markas, sama sekali ia tidak perdulikan belasan serdadu yang jalan mondar-mandir menjaga di situ. Adalah dua pengawal di muka pintu markas yang heran hingga mereka berseru: Eh! Kau siapa? Adaurusan apa pagi-pagi begini kau datang kemari? Tapi mereka mengawasi dengan mendelong. Sebenamya mereka merasai hawa pagi ada dingin, akan tetapi orang tak dikenal ini justru lagi kipasi diri..-. Siangkoan Kin berdiri diam, lalu ia tertawa. Aku adalah guru sekolah, ia jawab seraya ia tunjuk dirinya sendiri, suaranya pelahan dan sabar. Tjong-totjoemu telah undang aku untuk aku ajarkan sekolah pada anaknya Serdadu itu heran, ia sangsi. Eh. Loodjie, kata ia pada kawannya, kau sudah tinggal lebih lama di sini, apakah kau ketahui, ada anaknya Tjongtotjoe yang hendak disekolahkan? Kawan itu berpikir. Putera Tjong-totjoe ada dua, ia jawab kcmudian. Putera pertama, umurnya sudah dua puluh lebih, tidak ada di sini. Yang kedua baharu berumur dua atau tiga betas tahun, apa mungkin baharu sekarang dia mau bersekolah? Anak umur dua atau tiga bclas tahun baru disekolahkan, apa anehnya? kata Siangkoan Kin. Dia ada terlalu dogoi, kau tahu atau tidak? Thiebian Sieseng goyang kepalanya, juga kipasnya, ia bawa lagak benar-benar mirip dcngan satu guru sekolah. Loo Djie bercuriga, ia awasi or-ang, akan tiba-tiba tanya: Kalau kau benar diundang Tjong-totjoe, surat keterangan apa kau ada punya? Jikalau orang asing datang kemari, dia mesti diantar oleh tauwbak atau dia membawa lengtjhie, atau kalau dia ada orang undangannya Tjong-totjoe. Mana surat keteranganmu? Mari kasih aku lihat! Siangkoan Kin tertawa, ia mengipas pula berulang-ulang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kau inginkan bukti? ia balik tanya, sembari tertawa. Langit kuning, bumi kuning, bertemu sama orang Ouw.disapu bersih, Kedua serdadu itu melengak. Oh, kau kctahui pertandaan kita hari ini? mereka tegasi. Kau orang lihat, bukankah aku tidak perdayakan kau orang? Siangkoan Kin bilang tanpa perdulikan pcrtanyaan orang. Kemarin aku diundang oleh Tjong-totjoenya, dia beri tahukan aku tanda mulut hari ini. Karena aku ketahui pertandaan, sudah tentu aku tak mcmbutuhkan pengantar tauwbak atau surat keterangan lainnya. Kedua serdadu itu percaya keterangan ini, memang markas mereka sering kedatangan tetamu-tetamu orang kenamaan, mclainkan Siangkoan Kin ini, lebih aneh daripada yang kebanyakan, tetapi karena or-ang tahu tanda rahasia itu hari, mereka tidak berani berayal atau berlaku kurang hormat. Silakan! mcrcka mcngundang. Demikian Thiebian Sieseng diantar ke dalam. Sccara kcbetulan saja tadi, di tengah jalan, ia dengar tanda rahasia orang, sekarang ia gunai itu. Tapi ia tidak sangka, karena ia permainkan kedua serdadu itu, mereka ini apes, mereka masing-masing telah diganjar dua puluh rotan, sedang Ong Tjoe Beng pun mendongkol bukan main, sebab di luar sangkaannya, markasnya orang bisa memasukinya secara demikian leluasa, ia merasa sangat terhina. Siangkoan Kin tertawa di dalam hatinya selagi ia diantar masuk, karena secara gampang saja ia dapat perdayakan kedua serdadu itu. Buat sementara ia diminta menantikan di muka markas. Ia berdiri helum lama atau segera ia dengar suara riuh di dalam markas itu dari suara orang, dari tambur dan gembreng yang dipalu nyaring. Pintu besar dari markas pun segera dipentang lebar-lebar. Satu or-ang, yang tubuhnya besar, bertindak keluar dengan cepat, di depannya Siangkoan Kin ia memberi hormat secara militer, lalu ia kata dengan nyaring: Tjong-totjoe kita dengan hormat menanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siangkoan Sianseng, Tjoe Hong Teng sendiri datang atau tidak? Inilah ada perbuatan sengaja dari Ong Tjoe Beng. Ia terkejut ketika tadi ia dikabarkan datangnya si guru sekolah secara tiba-tiba itu, ia sampai berpikir sambil kerutkan alis, lalu dengan tiba-tiba ia gaplok serdadunya itu, yang lebih jauh ia perintah ringkus, untuk dihukum rangket dua puluh rotan, hukuman mana sudah lantas dijalankan. Itulah sebab dari suara tambur dan gembreng, dari suara berisik barusan. Thiebian Sieseng menghinaaku, dia menghina Toatoohwee! ketua ini berseru dalam gusamya. Tadinya ia mau segera keluar sendiri. akan terjang si guru sekolah itu, baiknya hampir berbareng dengan itu, ia dapat pikiran lain, maka ia jadi sabar pula, sctclah Berpikir, ia perintah pentang pintu markas dan k i rim wakilnya akan minta keterangan, Tjoe Hong Teng sendiri datang atau tidak. Siangkoan Kin tidak puas me lihat Ong Tjoe Beng tidak muncul sendiri, ia sebal atas cara agung-agungan or-ang itu, ia pun gusar atas pertanyaan orang itu. Ia mengerti, teranglah Ong Tjoe Beng sudah tidak melihat mata terhadapnya. Ia awasi wakil itu, lalu ia tertawa besar. Giehoo-toan kita bukanlah urusannya Tjoe Hong Teng seorang! berkata ia. Giehoo-toan adalah Giehoo-toan! Tolong kauberitahukan kepada Tjong-totjoe, aku telah wakiikan Tjoe Hong Teng, maka urusan bagaimana besar juga, aku berhak untuk mewakilkan sepenuhnya! Hm, kiranya Tjoe Hong Teng tidak mau muncul sendiri! berkata orang itu. Jadinya dia kirim kau sebagai wakilnya! Mari kasihkan aku karcis namamu, nantt aku tolong mengabarkannya kepada Tjong-totjoe. Tentang Tjong-totjoe sudi terima kau atau tidak, itulah urusan Tjong-totjoe sendiri! Belum pernah Siangkoan Kin terima hinaan semacam ini, coba tidak Tjoe Hong Teng telah pesan ia untuk bersabar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hampir ia tak sanggup kendalikan diri lagi. Untuk bisa ketemu sama Ong Tjoe Beng. ia berlaku sabar luar biasa. Tapi, ketika ia serahkan karcis namanya, ia kata dengan nyaring: Aku mau ketemu sama Ong Tjong-totjoe, bukan sama kau, Tuan mengenai ucapan kau ini, apabiia ini keluar dari hatimu sendiri, sebentar saja sehabisnya aku bertemu sama Ong Tjong-totjoe, kita nanti perhitungkan. tetapi jikalau itu ada pesan ketuamu, sekarang juga aku akan segera kembali! Sambil mengucap demikian, dengan kipasnya. Thiebian Sieseng tuding muka orang pada arah hidungnya. Orang itu mundur dua tindak, ia tahu siapa adanya si Mahastswa Muka Besi, sembari putar tubub, untuk bertindak ke dalam, ia kata: Aku nanti kabarkan kedatangan kau ini! Jikalau kau hendak umbar adatmu, scbentar saja di depan ketua kita, jikalau kau berani kau baharulah satu hoohan!* Orang ini masuk belum lama, lamas Siangkoan Kin lihat munculnya belasan orang yang berbans mengiring satu orang, siapa bukannya Ong Tjoe Beng, dia ini dandan scbagai satu tauubak. Silakan masuk dia mengundang sambil memberi hormat. Siangkoan Km menyahuti sambil bertindak. akan ikuti orang itu, barisan siapa lantas mengiringi ia dengan mengapit di kiri dan kanan, di mana pun ada terpajang pelbagai macam alat senjata. bukan ditaruh di atas para-para, hanya dicekal oleh dua barisan serdadu, antaranya ada barisan panah, semuanya sudah bersiap sedia. Meskipun ia lihat markas yang angker itu, Siangkoan Kin tidak jerih sedikit jua. Ia bertindak dengan tenang, kipasnya digoyang-goyang pergi-datang, ia menoleh ke kiri dan kanan, dengan roman agung-agungan. Sebentar saja mereka sampai di ruangan markas, yang besar dan luas, tctapi orang yang berduduk di situ menghadapi meja cuma sepuluh or-ang lebih, yang duduk di

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tengah ada seorang tua kate dan kurus, kumisnya pendek, sebelah tangannya mencekal sebatang liongtauw koay-thung, tongkat bcrukiran kepala naga, sikapnya jumawa sekali. Siangkoan Kin mengawasi, juga keempat penjuru, di situ ia tidak lihat Ong Tjoe Beng, lantas saja ia tanya dengan suara keras: Mana dia Ong Tjong-totjoe? Aku sengaja perlukan datang berkunjung kemari, untuk menemui dia, dari itu, perlu aku bertemu dengannya! Si orang tua kate dan kurus itu tertawa besar, dengan tongkatnya, ia menunjuk pada scbuah kursi kosong di sampingnya. Silakan, silakan duduk! ia mengundang. Nanti kita orang bicara! Ia mengundang, akan tetapi ia tidak bergerak dari kursinya, sikapnya tetap jumawa. Siangkoan Kin menahan sabar, ia masih saja mengipasngipas, tanpa menoleh lagi pada orang tua itu, ia duduk di kursi yang ditunjuk itu, kemudian baharulah ia putar tubuhnya, akan tanya dengan suara keras: Sebenarnya ke mana perginya ketuamu? Orang tua itu tertawa mengejek. Kau hendak menemui Tjong- totjoe? ia tegaskan. Dia ada di sini, tetapi dia tidak sempat untuk menemui kau! Urusan Toatoo-hwee bukannya urusan Ong Tjoe Beng satu orang, karena aku telah bisa duduk di sini mewakilkan dia, biar urusan sebesar langit, aku sanggup untuk mengurusnya! Sahabat, kau ada punya urusan apa, cobalah kau lekasan utarakan itu kepada kita. Ini adalah ucapan dengan lagu suaranya Siangkoan Kin tadi, ketika ia ditanya kenapa Tjoe Hong Teng tidak datang bersama. Nyatalah sekarang orang telah pakai itu, untuk ajoki

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia. Dan si orang tua bicara dengan tidak sungkan-sungkan lagi. Siangkoan Kin ada seorang yang berpengalaman, walaupun sikapnya orang itu ada menjemukan, ia tidak hunjuk kemurkaannya. Ia pernah hadapi orang dari segala macam tingkah-polah, ia tidak merasa aneh. Malah tanpa berpikir lagi, ia buka mulutnya. Maafkan aku, aku berlaku kurang hormat! ia menyindir Aku masih belum tahu kau ada pernah apa dengan Ong Tjong-totjoe? Aku wakilkan Tjoe Tjong-totjoe, tentang persahabatanku, derajatku, dengannya, kaum Rimba Persilatan telah mengetahuinya, tetapi kau, yang mewakilkan Ong Tjong-totjoe, persahabatan kau, derajatmu, tentulah tidak berbeda dengan aku dengan Tjoe Tjong-totjoe, akan tetapi aku malu sekali, pemandanganku, pendengaranku, ada menyedihkan, hingga aku tidak ketahui she dan namamu yang besar! Ucapan itu merendah akan tetapi suara diucapkannya ada menyindir, ada berupa penghinaan untuk si or-ang tua serta kedudukannya dalam Toatoo-hwee. Tentu saja orang tua itu insyaf atas ejekan orang, akan tetapi dia pun seperti tak gubris itu, malah sengaja dia tertawa berkakakan, tongkatnya diketruki ke jubin. Kau Tuan Thiebian Sieseng, namamu sungguh tepat, tak nama belaka! demikian katanya. Bukan cuma kau bermuka besi. Aku dengar. tangannya juga keras, sayang aku belum pernah saksikan itu. Bahwa mulut kau tajam, sekarang aku dapatkan buktinya. Terima kasih! -Sahabat, kau sebenarnya bicara sembarangan saja! Tiba-tiba ia tambahkan dengan nyaring, air mukanya pun berubah menjadi bengis. Sahabat, tentang perhubunganku dengan Ong Tjong-totjoe, orang luar tidak punya sangkutannya. kau juga tidak ada perlunya untuk mencari tahu, hanya tentang she dan namaku, aku boleh jelaskan kepada kau. bahwa itu tidak ada terlebih nyaring

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

daripada nama Thiebian Sieseng. Namaku itu tidak ada hubungannya dengan urusan pertemuan ini hari. Aku adalah satu boebeng siauwtjoet di bawahnya Ong Tjong-totjoe, tetapi ini hari, aku ada punya hak kekuasaan untuk mewakilkan Toatoo-hwee, untuk bicara sama kau. Berapa usiamu sekarang? Aku pcrcaya, aku ada terlebih tua beberapa tahun daripadamu. Dengan usiaku ini, aku pernah lihat beberapa beruang yang namanya kosong belaka! Kata-katanya orang tua itu makin lama jadi semakin tajam, maka keagungannya Siangkoan Kin kena terbentur. Maka sekarang Thiebian Sieseng ketemu lawannya! Usianya Siangkoan Kin belum lanjut, akan tetapi derajatnya ada tinggi, dan dengan boegeenya yang liehay. selama merantau belum pemah dia ketemu tandingan, dari itu, ia jadi semakin kepala besar, apabila dia bicara, kadang-kadang dia tidak mikir-mikir lagi, sekarang untuk pertama kalinya, dia bentrok sama mi orang tua yang ridak dikenal; dia jadi tetcengang, dia kalah bicara. Tapi dia tidak diam lama-lama. Dia buka matanya lebar-lebar. dia tertawa dingin. Aku yang rendah termasuk dalam kalangan Rimba Persilatan, sebenarnya aku tidak punyakan kepantasan, tidak ada halangannya untuk aku membawa-bawa golok! Tjoe Tjong-totjoeku scrta Ong Tjong-totjocmu tidak bersahabat kekal, akan tetapi mereka ada dari satu kalangan, sama-sama mencntang bangsa Boan, memusnahkan bangsa asing, jadi maksud tujuannya sama, dari itu tidak ada harganya kudanya bentrok untuk urusan kecil sebagai bulu ayam atau kulit bawang ini. Begitulah ini hari aku wakilkan Tjoe Tjong-totjoe datang kemari untuk mohon pelajaran dari Ong Tjong-totjoe, baiklah, tak usah kita jalan mutar atau adu mulut, kau boleh bicara langsung padaku!. Orang tua itu tidak tunggu sampai orang berhenti bicara, ia sudah memotong.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kalau begitu, kau sebutkanlah! demikian katanya. Cara boen, cara boe. aku selamanya siap untuk menemani! , Siangkoan Kin melirik, lantas ia beri kan jawabannya: Aku minta kau orang serahkan kita punya Totjoe Touw Kanlouw dari Djimpeng untuk aku ajak pulang. Aku datang bukan untuk unjuk kegagahan atau buat pieboe, maka jikalau kau, Lauwhia, ada keinginan akan memberi pengajaran kepadaku, kau bisa lakukan itu sesudah selesai urusan kita ini kau tunjuki saja tanggal-harinya, aku Siangkoan Kin siap sedia untuk melayani! Orang tua kate-kurus itu tertawa cekikikan. Enak sekali kau bicara! katanya. Kau toh tahu, orang Kangouw ada aturannya sendiri, orang Rimba Hijau ada caranya sendiri juga. Pihak kita Toatoo-hwee sudah lama tancap kaki di Dj impeng, lantas di sana Touw Totjoemu memaksa merampas daerah kita, ia membuka rumah perguruan, dari itu tidaklah heran jikalau ketua kita tangkap dan tahan padanya. Jangan kata baharu kau yang datang, umpama Tjoe HongTeng yang datang sendiri, tak gampanggampang kita nanti serahkan dia! Siangkoan Kin tertawa berkakakan. Apakah aturan dan caranya kaum Kangouw dan Rimba Hijau? ia mengejek. Pihak kita, belum pemah kita anggap Toatoo-hwee sebagai kaum Kangouw dan Rimba Hijau yang kebanyakan! Mengapa kau sebut-sebut kaum atau golongan? Kita hendak bangunkan bangsa Han, untuk tolong rakyat, kita bukannya tukang rampas, bukan tukang kangkangi tanah daerah, tetapi kau orang, janganlah kau orang terbitkan kerenggangan karena urusan sekecil itu, perbuatan itu bisa membikin puas pihak musuh! . Walaupun Siangkoan Kinrbicara dengan caranya sendiri$aiigjurriawa, akan tetapi dia pakai at uran, dari itu, pihak Toatoo-hwee itu berubah air mukanya masing-rnasing.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cuma si orang tua kate-kurus, yang matanya belalakan, ia tertawa cekikikan secara menghina, Siangkoan Kin, kau bersemangat, kau satu enghiong! begitu ejekannya Bagus sekali omongan kau! Karena kau bicara dari arah besar, baiklah, aku pun hendak omong terus terang, jikalau kau bersedia untuk nyatakan setuju, dengan segcra aku nanti merdekakan saudaramu! Aku suka dengar keterangan kau! jawab Siangkoan Kin dengan cepat. Syarat kita sedikit pun tidak sulit, ia kata kemudian. Kau mewakilkan Tjoe Hong Teng, sekarang aku silakan kau menjura kepadaku untuk menghaturkan maaf, sctclah itu, lantas kau sampaikan kepada Tjoe HongTeng agarGiehoc-toan selanjutnya ditaruh di bawah penilikannya Toatoo-hweef* Bukan mam gusarnya Siangkoan Kin akan dengar syarat itu. Segala apa mengenai dirinya pribadi, ia rnasih bisa sabar, tetapi ini ada kehormatannya Giehbo-toan. Kedua matanya mendelik. Bagaimana jikalau kita menolak? ia itanya; la tertawa menghina. .Menolakpun tidak apa-apa jawab si orangtua.? Kau ada sangat kesohor. Laiiwhia, dengan Tjoe Hong Teng kau punya persahabatan untuk hidup dan mati, tetapi aku yang rendah tak tahu diri, selagi aku merasa sangat beruntung dengan pertemuan kita ini, biar bagai mana aku mesti bisa belajar kenal dengan kepandaianmu! Siangkoan Kin segera berbangkit, kipasnya dipakai melambai-lambai. Mari, mari! ia menantang dengan bentakannya. Walaupun kau berada di kedung naga dan guha harimau, aku. Siangkoan Kin ingtn sekali mendapatkan kcputusan! Bilang kau orang hendak main keroyok-keroyokan atau satu sama satu?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Si orang tua menekan tongkatnya, untuk bangkit berdiri secara pelahan-lahan, sambil miringkan kepala, ia memandang, ia tertawa. Itu artinya pertandingan satu sama satu. Tapi Siangkoan Kin masih menegaskan: Ini artinya kita orang akan putuskan siapa jantan siapa bctina! Jikalau aku kalah, dengan kedua tanganku, aku nanti angsurkan Giehootoan kcpadamu. Umpama kau yang kalah, bagaimana? Jikalau aku kalah, dengan kedua tanganku, aku nanti serahkan Touw Kanlouw, sahut orang tua itu. Thiebian Sieseng tertawa, ia lantas bertindak ke medan. Perkataan kita telah menjadi penetapan, secara begini aku nanti terima peiajaran dari kau, ia bilang. Senjataku adalah ini kipasku. Kau sendiri, kau hendak pilih senjata atau tidak? Orang tua kate-kurus itu menghampirkan. Gegamanku juga ini tongkatku, ia menyahuti. Untuk mengajar anak-cucuku, aku gunai tongkat ini, demikian di waktu bertempur, aku gunai ini juga, tidak ada harganya untuk memilih lain senjata! Siangkoan Kin telah sampai di medan di mana dengan tibatiba ia putar tubuhnya. Sudah, jangan mainkan lidah! ia berseru. Silakan keluarkan kepandaian kau! Si orang tua berlompat maju, akan mendekati. Menghunjuk hormat adalah tak terlebih sopan daripada menerima perintah, kata ia sambil tertawa, sambil manggut. Thiebian Sieseng, kau awaslah untuk menyambut scrangan! Dengan Taypeng tiantjie atau Burung garuda pentang sayap, or-ang tua itu membabat pinggang dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tongkatnya, senjata itu sambil perdengarkan suara angin yang nyaring. Bagus! berseru si Mahasiswa Muka Bcsi seraya ia berloncat, hingga tongkat lewat di bawahan kakinya. Tubuhnya seperti ada di tengah udara, tetapi tangannya tidak diam saja, dengan kipasnya, dengan tipu Pekhong koandjit, atau Bianglala putih menggelung matahari, ia totok jalan darah Hoakay-hiat. Si orang tua egos kepalanya, berbareng dengan itu, ia teruskan tongkatnya, untuk menyodok orang punya perut di bagian jalan darah Tanthian-hiat. Dengan ini cara, ia pun berbareng menangkis kipas lawan., Siangkoan Kin lompat, sebelah kakinya menjejak ujung tongkat, dengan itu jalan ia menekan, hingga tubuhnya terus mencelat tinggi, loncat melewati si orang tua. Orang tua itu segera putar tubuhnya, tidak tunggu sampai sudah melihat nyata, ia terus menyerang ke arah belakang, tubuhnya dimajukan, untuk merangsang. Thiebian Sieseng telah perlihatkan keentengan tubuhnya, tapi karena gerakan ini, ia kena didesak. Bcgitulah ujung tongkat mengarah kakinya. Atas ini, ia taruh tubuhnya, tangan kirinya menangkis, kaki kanannya maju, menyusul mana, kipasnya mencari jalan darah Kintjeng-hiat di pundak lawan. Orang tua itu berkelit sambil berseru, tetapi dia bukannya mundur, hanya dari samping, ia balas menyerang sambil berseru pula: Kena! Gcrakannyaini ada gesit sekali, tujuannya adalah muka. Dia telah berseru, karena dia mengira, kecepatannya ada istimewa dan musuh tak bakal lolos. Thiebian Sieseng tidak kalah gesitnya, dalam keadaan sulit seperti itu, ia masih sempat mengegos tubuh, lalu dengan satu gerakan Ngoheng-kiam, ia pakai kipasnya untuk membabat lengan orang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dan pihak penyerang, si orang tua jadi pihak terserang, tapi ia tidak gentar dengan ancaman babatan kipas itu. Malah ia pun tidak mundur atau berkelit, dengan berani ia menusuk jalan darah orang Kieboen-hiat. Insyaf pada bahaya, Siangkoan Kin loncat mundur, hingga dengan demikian, si orang tua pun jadi lolos dari bahaya Mereka berdua adalah tandingan setimpal, dua-duanya mengerti ilmu menotok jalan darah. Cuma sebentar saja mereka renggangkan diri, lantas mereka merangsang pula, mendekati satu pada lain, akan lanjuti pertempuran mereka. Sekarang, walaupun mereka saling menyerang, keduanya sama-sama waspada terhadap pembelaan diri. Kipasnya si mahasiswa bergerak tanpa juntrungan, tempo-tempo scbagai alat penotok, di Iain saat bagaikan pedang saja, tapi semua arah adalah jalan darah. Di sebelah ia, demikian juga si orang tua kate-kurus dengan tongkatnya Semua hadirin di ruangan itu menjadi kagum, apa pula berselang sctengah jam, kedua pihak masih sama unggulnya. Mereka semua menonton dengan ternganga. Kedua pihak yang lagi berkelahi juga berkelahi sambil mengasah otak. Benar-benar dia wariskan kepandaiannya Soekong Tjiauw, pilar si orang tua Dia belum berumur empat puluh tahun, dia sudah begini liehay. . Drang tua ini liehay sekali, Siangkoan Kin pun berpikir. Di scbclah ilmu silatnya, dia pandai Tiamhiat-hoat. Siapakah dia? Dia sudah berusia lanjut. mengapa aku belum pemah dengar ten tang dia? Memang juga, Thiebian Sieseng tetap tidak mengetahui siapa musuh tua yang liehay ini, hingga ia mesti berkelahi dengan sungguh-sungguh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lagi tiga puluh jurus telah lewat tatkala Siangkoan Kin, dalam penasarannya, perdengarkan scruan panjang, yang disusul sama serangannya yang seru, hingga ia nampaknya jadi gesit luar biasa, kipasnya mencari dengan bengis jalan darah orang. gerakannya mirip dengan walet menyambar gelombang atau garuda menerkam kelinci. Si orang tua juga melayani dengan sungguh-sungguh, gerakannya jadi tidak kurang gesitnya, akan tetapi sekali ini, belum terlalu lama, pcrubahan mulai nampak. Yaitu si orang tua, dengan pelahan-lahan, mulai terdesak. agaknya ia repot berkelit atau menangkis, sebab lawannya berkelebatan di kiri dan kanannya. Orang-orang Toatoo-hwee juga lihat pcrubahan itu, mereka terkejut, diam-diam mereka segera siapkan senjatanya masing-masing, begitupun pelbagai senjata rahasia mereka, hingga sekarang mereka tinggal menanti ketika akan turun tangan, untuk bantu kawan itu. Beberapa jurus masih dilewatkanj apabila kemudian, dengan sckonyong-konyong Siangkoan Kin perdengarkan pula seruannya, yang nyaring: Awas! Menyusul seruan itu, si orang tua kate-kurus berkelit, tubuhnya sempoyongan beberapa tindak. Dan justru itu, pelbagai senjata rahasia lantas saja menyambar saling susul ke arah Siangkoan Kin! Seperti juga orang yang telah dapat menduga terlebih dahulu, tubuhnya Siangkoan Kin sudah mencelat begitu lekas ia bikin lawannya sempoyongan. la telah desak si orang tua, kipasnya mencari jalan darah orang. Si orang tua bisa loloskan diri dari bahaya cuma sambil berkelit dan menangkis, tetapi karena ini, kipas lawan mengenai lengan kanannya yang dipakai menangkis itu, karena mana, tubuhnya jadi tidak dapat imbangan pula.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thiebian Sieseng bukan mencelat ke belakang atau ke samping, hanya ke depan, begitu tinggi dan jauh, ia telah loncati kepalanya beberapa hadirin yang ada menjadi tauwbak atau pemimpin sebawahan dari rombongannya si orang tua kate-kurus itu, dengan begitu, ia jadi luput dari seranganserangan curang. Ia pun tidak berhcnti dengan sekali loncat melesat saja. Dengan bengis ia robek bajunya yang gerombongan, dengan tangan kirinya, ia mengibas terhadap dua serdadu pengawal pmtu, yang ia terus rubuhkan dengan totokannya. Kemudian, sesampainya di luar, ia loncat naik ke atas rumah. Masih ada senjata-senjata rahasia, yang menyambar kepadanya, karena orang menyusul mengejar keluar tetapi dengan robekan bajunya, ia saban-saban menyampok, membikin pelbagai senjata itu meluruh jatuh ke tanah. Benar di saat Thiebian Sieseng sampai di luar benteng, si orang tua sudah menyusul padanya. Muridnya Soekong Tjiauw tidak sudi layani musuh itu, ia lari terus. Ia sengaja ambil jalanan yang bukan jalanan, yang lebat dengan pepohonan dan sukar; dalam tempo yang pendek. ia telah lewatkan beberapa pos penjagaan dan tanjakan. Oleh karena kegesitannya, ia bikin pengejarnyapun, yang pun liehay sekali, kctinggalan di belakang ia kira-kira tujuh tumbak. Bangsat, hentikan tindakanmu! Thiebian Sieseng membentak apabila ia saksikan orang masih ngotot, mengejar ia. Kau sudah kalah, kau langgar janji kita! Bagaimana kau berani bokong aku? Jikalau kau tetap masih kejar aku, nanti terpaksa aku tak dapat berlaku sungkan-sungkan lagi! Si orang tua tidak jawab teguran itu, hanya ia perdengarkan seruan panjang dan keras sekali: Shako, pegat dia! AKan tetapi, walaupun seruan itu mengagetkan burungburung dan menggetarkan rimba, tidak ada penyahutannya,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak ada bayangan sekalipun yang muncul, akan pegat Siangkoan Kin. Kau gunai akal, untuk bikin or-ang curiga dan bingung, piker Thiebian Sieseng, yang terus gunai ketika selagi si orang tua hentikan tindakannya, ia loncat pula, melesat sampai jauh, apabila ia telah ulangi itu sampai tiga kali, ia lantas pisahkan diri jauh dari si orang tua, hingga di lam saat, ia bisa menghilangdari matanyasi pengejar. Siangkoan Kin telah memasuki daerah yang berbahaya dari tubir Seng Tjoe Gam, jalanan ada sangat tidak rata; di depan ia ada puncak yang tinggi menjulang langit,di samping ia ada jurang yang dalam. Pepohonan di situ juga sangat lebat Maka itu, kendatipun langit sudah mendekati tengah hari, sinar matahari tak sanggup menembusi cabang-cabang dan dedaunannya yang sarat. Melainkan di sana-sini saja, cahaya Batara Surya bisa juga menembus sedikit Tanpa perdulikan jalanan yang sukar itu, Siangkoan Kin maju terus, untuk cari jalan keluar. Selagi ia lewati sebuah pohon, mendadak ia dengar suara tertawa aneh. seperti suaranya burung alas, hingga ia terperanjat, dan berpaling, tetapi berbareng dengan itu, satu bayangan orang, yang warnanya abu-abu, sudah berlompat kedepannya, gesitnya bagaikan melesatnya sebuah bintang, tahu-tahu bayangan itu menyerang padanya. Ia masih sempat lihat orang, ada memakai topeng. Terkejut unluk itu macam serangan menggelap, Siangkoan Kin masih bisa gunai robekan bajunya untuk mcnangkis, di lain pihak, dengan kipasnya, ia barengi menyerang jalan darah Kiauwim-hiat. Dengan mcncrbitkan satu suara yang nyaring, robekan bajunya Thiebian Sieseng kena dibikin pecah besar, menyusul mana, jari tangannya penyerang gelap itu menyambar ke tubuh sasarannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam kagetnya, Siangkoan Kin lompat berkelit, tapi ia segera disusul dengan berkelebatnya bebcrapa benda berkeredepan bagaikan bintang, dari mana ia tak sempat menyingkir pula, bingga ia mcrasakan kaku dan sakit, tapi karena ia tetap sadar, ia pun ayun tangannya, di mana telah siap scnjata gelap yang tadinya hendak dipakai menyerang si orang tua. Penyerang gelap itu, yang bertopcng, terdengar tertawa aneh, tubuhnya lompat maju pula, akan tetapi gerakannya tidak lagi segesit tadi, malah begitu lekas kedua kakinya menginjak tanah, ia berkaok, ia menjerit Aduh! disusul sama rubuh tubuhnya! Dalam hal ilmu entengi tubuh, penyerang gelap yang bertopcng itu terang ada iebih atas satu tingkat daripada kepandaiannya Siangkoan Kin, maka itu justni ia muncul dari tempatnya Sembunyi secant di luar dugaan, tidak heran apabila ia berhasil dengan pembokongannya itu. Siangkoan Kin scbaliknya sangat tangkas, dalam ancaman bahaya itu, ia masih sempat menangkis dengan kipasnya. Begitulah, kedua pihak sama-sama kena tcrserang, tetapi sama-sama juga mereka terluput dari bahaya maut langsung. Penyerang gelap itu ada liehayj sckali, sudah tak berhasil dengan serangan dengan tangan, ia menyusul dengan scnjata rahasianya, dalam hal mana, ia peroleh hasil, tetapi di lain pihak, Thiebian Sieseng juga balas ia dengan scnjata rahasia. Maka mcrcka masing-masing mendapati sasaran mereka. Karena totokan kipas, kegesitannya si pembokong ada jadi berkurang, ini lah sebab utama kenapa ia tak Iolos dari senjata rahasia. Seumurnya, tidak biasanya Siangkoan Kin gunai scnjata rahasianya, kalau sekarang ia gunai itu, itu lah karena amat terpaksa. Laginya sangat kebetulan bagi ia, senjata rahasianya itu sebenarnya disediakan untuk si orang tua kate-kurus yang tingkah-lakunya menjemukan. Senjata rahasianya ada jarum

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bweehoa Touwkoct-tjiam, cuma lebih besar sedikit daripada jarum biasa, tetapi ada jauh Iebih kecil bila dipadu dengan lainnya macam senjata rahasia. Jarum ini diperuntukkan menyerang jalan darah. Beruntun tiga kali, Siangkoan Kin menyerang dengan jarumnya itu, yang satu lolos, yang dua mengenai sasarannya. Bukan main lega hatinya Siangkoan Kin apabila ia dengar lawannya menjerit dan rubuh, iabelum tahu siapa musuh itu, tapi karena orang curang, ia niat bikin habis jiwa orangBegitulah ia paksa kuatkan diri, untuk hampirkan musuh itu, tetapi justru itu, ia rasai matanya berkunang-kunang, kepalanya pusing, tenaganya habis dengan tiba-tiba, tubuhnya terguling. Menyusul itu, ia segera dengar pertanyaan keras dari si orang tua tadi: Shako, apa kau sudah berhasil? . Suara itu datangnya dari luar rimba, terang si orang tua lagi mendatangi. Thiebian Sieseng kaget, hatinya mencelos. Karena ia tetap sadar, dengan tiba-tiba, ia empos semangatnya, ia kumpul sisa tenaganya, tetapi sebab ia tidak mampu berbangkit, terpaksa ia gulingkan tubuhnya, hingga di lain saat, ia telah jatuh bergelindingan ke dalam jurang, apabila ia rasai tubuhnya terbanting, sakitnya bukan kepalang, lantas ia tak sadar akan dirinya. Berapa lama ia pingsan, Siangkoan Kin tidak ingat, ia tahu ia telah jaga, ketika hidungnya dapat cium bau harum yang halus, yang membikin perasaannya lega, apabila ia geraki tubuhnya, ia pun dapat kenyataan ia sedang rebah atas kasur yang empuk dan hawanya hangat. Ia berada di atas pembaringan, di dalam kelambu kembang serta di atas seprei bersulam. Ia jadi terperanjat, ia geraki kedua tangannya, akan singkap kelambu, akan memandang ke sekitamya. Segera ia tampak suatu kamar yang terperabot lengkap dan indah, ialah kamarnya seorang perempuan! Di atas meja di mana ada pedupaan ada juga bunga segar. Di tembok ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tergantung sebuah khim. Di samping tembok ada satu meja rias lengkap dengan kacanya. Jendela, yang mcmakai kaca, menerbitkan smar terang. Di kedua daun jendela ada sepasang Han yang indah tulisannya. bagus artinya. lnilah sepasang lian itu: Dengan hati tawar mengantari matahari dan rembulan, Dengan hati sepi memandang orang satu zaman. Diam-diam si mahasiswa kepalang memuji dalam hatinya, kepalanya dimanggut-mangguti. Mesti ini kamarnya satu siotjia pikir ia. Atau dia satu nyonya muda yang terpelajar Melihat semua itu, Siangkoan Kin sangsi apa ia bukannya sedang mimpi. Ia terus rebah, sambil melamun terus. Tiba-tiba kesunyiannya sang kamar terganggu oleh suara bunyinya gelang, lantas moeilie tersingkap, disitu, berbareng sama bau wangi. muncul satunyonya muda yang elok sekali, umurnya mendekati tiga puluh tahun, dia nampaknya seperti satu gadis remaja saja. Siangkoan Kin gigit satu jari langannya. ia merasakan sakit. Nyonya itu bertindak menghampirkan dengan perlahanlahan, air mukanya bercahaya dengan senyuman berseri-seri. Telah dua hari kau pingsan, maka janganlah kau bergerak, katanya dengan man is. suaranya merdu. Beristirahatlah lagi beberapa hari, setelah itu baharu kau boleh bangkiL Ia lantas hampirkan meja, akan isikan sebuah cangkir teh, yang mana ia sodorkan padasi mahasiswa. Kau minum ini teh In-boe dari Koen San. teh ini akan bantu menyegarkan padamu. Siangkoan Kin sambuti cawan itu, ia menghirup sampai dua kali, Ia sampai lupa mengucapkan terima kasih, karena segera

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ia tanya: Kau siapa, Nyonya? Apakah lian di jendela itu ada buah kalam kau sendiri..v Nyonya muda itu tertawa, hingga tertampaklah sepasang sujennya. Tak kecewa kau menjadi satu anak sekolah, Sianseng! berkata ia dengan jawabannya. Baharu kau tersadar, laotas kau omong perihal lian Ya, benar, itu adaiah tulisanku sendiri. Ada apakah yang aneh? Ditanya begitu, Siangkoan Kin jadi ternganga. Sejak suami menutup mata, demikianlah ada perasaan hatiku, sepi sunyi si nyonya tambahkan. Itu lian memang ada menyebut hal kesunyian hidup, hal lewatnya sang hari dan bulan. Siangkoan Kin terkejut Oh, kau pernah punyakan suami? ia tanya. Nyonya itu tertawa geli. Thiebian Sieseng insyaf ia sudah kesalahan omong, ia jadi jengah hingga mukanya menjadi merah. Ia berlega hati orang tidak gusar. VIII Dengan toapan, nyonya itu ambil tempat duduk di depan si mahasiswa. Apakah yang kau anggap aneh, Sianseng? ia tanya sambil bersenyum. Suamiku telah meninggai dunia sejak beberapa tahun yang lalu. Aku harap Sianseng tidak berpendapat bahwa aku tak tahu malu. Jangan kita sebutsebut orang alami purbakala, ambil saja yang terdekat Lihatlah Aug Soan Kiauw, Siauw Sam Nio dan lainnya, apa mereka pun bukannya pernah jadi janda, tetapi yang sanggup mclakukan sesuatu apa yang menggemparkan?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siangkoan Kin tcrtarik hatinya. Ia mulanya sangka si nyonya ada sebangsa Lie Tjeng Tjiauw dan Tjoe Siok Tjin, tidak tahunya dia adaiah sebangsa pendekar-pendekar wanita dari Thaypeng Thiankok. Karena ini, ia mengawasi sambil ternganga. Sianseng tentu kenal Lie Tjeng Tjiauw dari Zaman Song, nyonya itu melanjuti. Pandangannya Lie Tjeng Tjiauw terlalu tinggi, scdikit sasterawan di zamannya, yang ia hargakan. Akli tak dapat dibanding dengan Lie Tjeng Tjiauw, tetapi aku pun tawar melihat orang-orang Kangouw di zaman ini. Inilah sebabnya aku tulis syairku itu. Begitu sadar, kau tanya hal syairku itu, Sianseng, apakah itu disebabkan kau anggap aku terlalu tinggi? Thiebian Sieseng kecewa mendengar anggapannya nyonya ini, yang memandang enteng kaum Kangouw. Kalau begitu, kenapa kau tolongi aku? ia lalu tanya. Ditanya begitu, si nyonya tertawa tanpa merasa. Untuk tolong satu orang, apa perlu ditanya dahulu dia ada satu enghiong atau bukan? ia balik tanya. Ditanya dengan menolong kau, aku bukannya menolong secara sembrono. Iniiah sebab aku tahu kau bukannya seorang busuk! Jawaban ini ada menarik hati, kegembiraannya si mahasiswa timbul dengan tiba-tiba. Kita orang tidak kenal satu sama lain, cara bagaimana kau ketahui hal diriku? ia tanya. Ia mengira si nyonya ketahui ia ada Thiebian Sieseng dan karenanya ia ditolong. Nyonya itu kembali tertawa. Itulah sebab aku dapat lihat kipasmu dan pada kipasirm itu ada tulisannya Ek-ong, dia jawab. Jikalau kau seorang busuk, cara bagaimana kau bisa punyakan kipas semacam itu?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jawaban mi membuat Siangkoan Kin melengak puia. Nyonya itu minum teh satu teguk, lantas ia bersenyum. Kau telah terkena senjata rahasia yang beracun, ia kata pula. Kau telah jatuh ke dalam jurang. Syukur untukmu, cabang pohon telah menampa tubuhmu, hingga kau tidak sampai jatuh ke tanah dan remuk karenanya. Lebih beruntung lagi, aku kebetulan mengerti obat untuk punahkan racun, dari itu jiwamu jadi ketolongan. Hanya satu hal membuat aku heran. Kau bukannya seorang penjahat, mengapa kau berseteru dengan kita pihak Toatoo-hwee? Siangkoan Kin terperanjat, sampai hampir ia berjingkrak bangun. Kau sebenarnya siapa? ia tanya Orang toh sebutkan dirinya orang Toatoo-hwee. Aku? jawab si nyonya, dengan suara sungguh-sungguh, jawabannya pun dibcrikan dengan segera. Aku ada Tjongtauwbak dari tangsi wanita dari Toatoo-hweel Siangkoan Kin kaget tak terkira, karena baharu ia lolos dari mulut harimau, sekarang ia berada di kedung naga, scdang ia lagi sakitdan tak punya tenaga sama sekali. Akan tetapi ia dapat kendalikan diri. Ia mau pasrah kepada Thian. Lantas ia jadi tenang sendirinya. Jikalau begitu, kenapa kau tidak kirim aku pada Ong Tjoe Beng? ia tegaskan. Nyonya muda itu tertawa. Sebelum aku ketahui jelas tentang dirimu, cara bagaimanabisa aku lantas kirim kau pada Ong Tjoe Beng? ia bilang. Coba kau terangkan padaku, bukankah kau ada utusannya Giehoo-toan?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siangkoan Kin sudah pasrah kepada nasib, ia tidak mau mendusta, maka ia pun tuturkan tugasnya, yang dibenkan olch Tjoe Hong Teng. Hanya aku menyesal, aku kecewa tak dapat jalankan tugas itu, kata ia akhirnya. Keterangan Thicbian Sieseng ada bcrharga, karena nyonya itu jadi dapat tahu Tjoe Hong Teng ada orang dari golongan apa. Ia manggut. Dengan begitu nyatalah Tjoe Hong Teng ada scorang besar, ia nyatakan. Tentang dinku, aku sudah tuturkan semua, kemudian Siangkoan Kin balik tanya. Sekarang apa kau suka beritahukan aku sedikit perihal kau scndiri? Umpama nama kau aku masih belum tahu. Apakah kau pernah dengar namanya Touw Tjin Nio? itu nyonya tanya. Oh, kiranya kau ada Losat-lie Touw Tjin Nio? kata Siangkoan Kin, dengan sikap menghormat. Ia sampai bangun untuk berdiri. Ia tahu tujuh atau delapan tahun yang lalu, dalam kalangan Kangouw, ada pasangan Bok Thian Bin dan Touw Tjin Nio, kedua kesohor dan bersahabat rapat dengan Ong Tjoe Beng, belakangan Bok Thian Bin dibokong musuhnya, lukanya tak keburu diobati, ia menutup mata. Touw Tjin Nio sudah menuntut balas untuk suaminya, habis itu, ia menghilang dari dunia Kangouw. Ia tidak sangka, nyonya ini adalah nyonya gagah itu. Touw Tjin Nio manggut, lalu ia menambah penjelasah tentang dirinya. Bok Thian Bin tidak melainkan sahabatnya Ong Tjoe Beng, dia adalah saiidara angkatnya Ketua Toatoo-hwee itu. Setelah Bok Thian Bin menutup mata, Touw Tjin Nio lantas bantui Ong Tjoe Beng mendidik pasukan perang wanita Toatoo-hwee.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena ini, ia tidak lagi hidup merantau. Ong Tjoe Beng ada satu hoohan, tapi ia tctap tak bebas dari sifatnya kebanyakan pemimpin pcrkumpulan rahasia, pandangannya kurang jauh, hatinya kurang lapang. Ia tidak taruh kepercayaan besar kepada orang perempuan. Ketika mulanya ia bangunkan pasukan wanita, maksudnya adalah untuk bikin tetap dan tenang hatinya sckalian anggota, agar tak ada perbedaan antara hak lelaki dan perempuan. Tapi Touw Tjin Nio bisa buktikan dirinya berharga. Sejak ia yang pimpin, barisan wanita Toatoo-hwee jadi maju dan rapi. Markasnya adalah di puncak utara dari Seng Tjoe San. Kemudian Touw Tjin Nio lihat apa-apa yang tidak mencocoki dia dalam dirinya Ong Tjoe Beng, umpama mengenai siasatnya ketua itu terhadap Giehoo-toan. Itu hari Tjin Nio meronda ketika dengan kebetulan ia dapati Siangkoan Kin pingsan di cabang pohon di dalam lembah, ia pun lihat kipas dengan tulisan Ek-Ong Tjio Tat Kay, ia menduga siapa adanya ini mahasiswa, yang terluka parah, tidak sangsi-sangsi lagi, ia bawa orang ke markasnya, untuk ditolongi. Kapan Siangkoan Kintelah dengar itu penjelasan, lagi sekali ia haturkan tcrima kasihnya. Habis itu Touw Tjin Nio tanyakan jalannya pertempuran si mahasiswa dengan si orang tua kate-kurus, bagaimana ia dibokong oleh scorang tidak dikenal, yang memakai topeng. Kembali dial kata Tjin Nio sambil kerutkan alis. Mesti ada apa-apa..,. Apakah Nyonya kenal mereka itu? Siangkoan Kin tanya. Kenapa mereka demikian jumawa? Mereka ada punya kepandaian luar biasa. Ditanya begitu, nyonya muda itu berpikir keras. . Orang tua kate-kurus itu baharu tahun yang sudah datang kepada Toatoo-hwee, ia jawab kemudian. Tidak ada orang yang ketahui hal-ihwalnya, yang terang adalah dia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pandai bekerja, ilmu silatnya tinggi, pengalamannya luas, terhadap Tjong-totjoe, dia sangat memerlukan, hingga dengan lekas, segala kata-katanya senantiasa diturut. Dia telah perkenalkan beberapa orang lain, yang sekarang semuanya telah jadi toa-tauwbak. Siangkoan Kin berdiam berhubung dengan keterangan itu. Ong Tjoe Beng ada berkepala besar, dia biasa ambil putusan scndiri, kata pula Tjin Nio kemudian, sekarang telah datang itu beberapa orang, aku kuatir di belakang hari mereka bakal jadi biang bencana. Siangkoan Kin dengari saja, ia terus diam. Berdua mereka duduk berhadapan. sampai sekian lama. Apakah kamar ini kamarmu sendiri? tiba-tiba Thicbian Sieseng tanya, dengan rada likat, hingga kata-katanya pun kurang lancar. Sebenarnya cukup kau perintah dua orang untuk layani aku. Aku jadi bikin kau banyak susah. Nyonya manis itu tersenyum. Kenapa kau pun berpandangan sebagai orang biasa saja? tanya dia. Jantan dan wanita toh sama saja, bukan? Memang kamar ini ada kamarku sendiri, perabotannya lumayan saja. Kau terluka, kau perlu benstirahat, maka itu, aku mengalah kasih kamar ini padamu, dalam tangsiku, melainkan aku seorang yang mengerti obat dan perawatan orang yang terluka senjata beracun, maka itu, apabiia bukan aku, siapa lagi bisa rawati kau? Juga kau sckarang ada musuhnya Toatoo-hwee, aku telah tolong kau, dan itu, kecuaii beberapa orang kepercayaanku, siapa pun aku tak nanti izinkan dia ketahui tentang halmu ini. Apabiia rahasia sampai di kupingnya Ong Tjoe Beng, sungguh berbahaya untuk kau. Kau tinggal di sini dengan tenang, aku percaya, iagi setengah bulan, kau bakal sembuh. Jangan kau pikiri yang tidaktidak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Touw Tjin Nio tertawa pula, kemudian ia bcrbangkit, untuk singkap moeilie, akan bcrlalu dari kamamya itu di mana masih ketinggaian baunya yang harum semerbak. Kusut pikirannya Siangkoan Kin. Ia sudah merantau tetapi belum pernah ia ketemu satu nyonya muda yang demikian cantik dan ramah-tamah, yang toapan sekali. Sampai umur hampir empat puluh tahun, belum pernah ia memikir tentang orang perempuan, tapi bertemu sama Tjin Nio sckarang, pikirannya melayang-layang, tanpa merasa, ia ketarik pada si nyonya manis. Tapi segera ia damprat dirinya sendiri. Orang ada demikian sopan-santun, mengapa kau pikir yang bukan-bukan terhadap dirinya! Apakah dengan timbulnya pikiranmu ini, kau masih bisa namakan dirimu satu orang gagah? Apakah kau tidak bakal terbitkan tertawaan orang? Ingat ini, Thiebian Sieseng bisa tenangkan diri, maka dengan tenteram juga ia bisa berdiam terus di dalam kamar yang indah itu. Kadang-kadang Tjin Nio datang, untuk pasang omong, perihal ilmu sastera, tentang ilmu silat, hingga berdua mereka lantas saja menjadi sahabat-sahabat kekal, karena temyata, pendapat mereka ada cocok satu dengan lain, kegemaran mereka pun sama. Pelahan-lahan, bayangannya si nyonya senantiasa memain di depan matanya si mahasiswa, sukar baginya untuk halau itu. Tanpa merasa, setengah bulan telah lewat. Benar seperti dugaan Tjin Nio, si Mahasiswa Muka Besi sembuh dari lukanya. Walaupun demikian, si nyonya muda masih larang dia munculkan diri, apapula di waktu siang. Tapi dia telah coba tenaganya, dia rasakan kesehatannya sudah pulih seluruhnya, maka itu pada suatu hari dia nyatakan bahwa besok dia hendak berlalu secara diam-diam. Ya, kau boleh lakukan itu, Tjin Nio berikan perkenan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Malam itu, malam dari besoknya mereka bakal berpisahan, Siangkoan Kin sukar meramkan matanya, ia tak dapat pulas, pikirannya bckerja, ia senantiasa bimbang. Untuk tenangkan diri, ia coba nyanyikan satu syair. Baharu Thiebian Sieseng berhenti menyanyi atau dari luar jendela ia dengar suara tertawa pelahan disusul sama katakata: Sungguh berbahagia, di saat mcnghadapi ancaman malapetaka masih bisa bersyair. Suara itu ia kenal baik sekali. Maka ia jadi terperanjat berbareng girang, hingga ia mencelat bangun dari kursinya. Ah, kenapa kau bisa datang kemari? ia tanya seraya berseru. Pertanyaan itu belum habis diucapkan, atau daun jendela telah tertolak terpentang, dari luar segera loncat masuk beberapa orang. Yang jalan di depan ada scorang yang romannya gagah, ialah Tjoe Hong Teng, Ketua dari Giehootoan! Ketua ini masuk sambil tertawa. Di belakangnya, ada tiga orang, di antara siapa, dua orang yang Siangkoan Kin tidak kenal, akan tetapi ia bisa duga bahwa orang bukannya orang sembarangan. Orang pertama setelah Ketua Giehoo-toan ada scorang tua dengan kumis ubanan bagaikan perak, usianya sudah lanjut, akan tetapi kesehatannya scmpurna. Thiebian Sieseng kenali orang tua ini ialah Thaykek Tan, kepada siapa ia pernah dititipkan Soekong Tjiauw di saat pertama kali ia mulai merantau, hingga keduanya, walaupun ini adalah pertemuan yang pertama kali, toh seperti sudah bersahabat lama. Urang yang kedua, mukanya merah, alisnya gomplok, matanya besar, berumur hampir lima puluh dan yang ketiga, bajunya gerombongan, pun ada seorang tua. Dua-dua mereka ini ia tidak kenal, tapi setelah Tjoe Hong Teng memperkenalkannya, mereka temyata ada Boesoe Han Koei

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liong dari Liangouw dan Tjian Djie Sianseng, Ketua dari Golongan Ilmu Silat Ouwtiap-tjiang, Tangan Kupu-kupu. Yang belakangan ini lebih ternama lagi daripada guru silat dari Liangouw itu. Dua-dua jago itu, Siangkoan Kin pernah dengar namanya, tapi baharu hari ini ia dapat bertemu dengan mereka. Kalau Han Koei Liong bersenjatakan gaetan Ginhoa Bandjie-toat, adalah Tjian Djie Sianseng tidak punyakan senjata apa juga, sebab dia senantiasa andali tangan kosongnya! Nyatalah Thaykek Tan, setelah ia sambangi Han Koei Liong, sudah lantas menuju ke Anpeng, di mana mereka mengunjungi Tjoe Hong Teng, kebetulan sekali, Tjian Djie Sianseng pun baharu sampai, maka jumlah mereka jadi berempat Sebenarnya masih ada beberapa orang yang harus ditunggu, tetapi anggap jumlah mereka sudah cukup, Ketua Giehoo-toan lantas ajak tiga kawan itu berangkat. Laginya mereka pun hendak terlebih dahulu melakukan penyelidikan kenapa Thiebian Sieseng lenyap dan ke mana lenyapnya, setelah itu, baharulah mereka hendak ambil tindakan terhadap Toatoohwee, untuk mcncari penyeiesaian. Telah temyata, sejak hilangnya Siangkoan Kin, Toatoo-hwee bersikap semakin garang. Semasa htdupnya Bok Thian Bin, suaminya Touw Tjin Nio, Han Koei Liang bcrsahabat kekal dengannya, malah pcrnah satu kali, setelah Thian Bin menutup mata, ia sambangi janda itu. Karena ini, Han Koei Liong kctahui, Tjin Nio ada jadi tjongtauwbak, pemimpin umum, dari barisan wanita dan Toatoohwee. Hal aneh telah ditemui mereka berempat selagi mereka bikin penyelidikan di Sengtjoe-gam, sebab mana Han Koei Liong utarakan pikiran akan lihat dulu Tjin Nio, guna mohon keterangan. Koei Liong percaya, walaupun Tjin Nio ada di pihak Ong Tjoe Beng, tidak nanti nyonya itu jual mereka, apapula mereka pun mau datang dengan secara beraturan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Demikian sudah terjadi, kapan Han Koei Liong telah bertemu sama Touw Tjin Nio, nyonya itu sambut mereka dengan manis, setelah mana, Nyonya Bok juga sampaikan warta mengagetkan-menggirangkan kepada mereka, ialah tentang adanya Siangkoan Kin di dalam markasnya sedang berobat. Inilah warta yang mereka harap-harap. Setelah itu, Tjoe Hong Teng berempat menuju ke kamarnya Siangkoan Kin, lebih dahulu mereka memasang kuping, lantaran mana, mereka jadi dengar nyanyiannya si Mahasiswa, hingga mereka lantas menggoda. Selaginya memberikan keterangan, dengan menggoda, sambil tertawa. Ketua Giehoo-toan tambahkan: Aku-lihat, dengan beristirahat di sini, kau seperti lupa rumah tangga! Kalau tidak, mengapa sedikit warta juga kau tidak kasih molos keluar? Siangkoan Kin jengah, ia hendak membantah, tetapi belum sempat ia buka mulut, di luar kamar sudah terdengar suara tertawa geli disusul sama tersingkapnya moeilie, lalu Tjin Nio muncul bersama dua serdadu perempuan pengawalnya yang ia percaya. Nyonya ini pun kata: Kau orang mirip dengan bocah-bocah cilik saja! Lihat, begitu bertemu, kau orang-orang sudah kegirangan begini rupa!. Kemudian, setelah perintah pengiringnya menyuguhkan teh, ia tambahkan: Di waktu malam yang dingin, kalau tetamu datang, dia harus disuguhkan arak, akan tetapi sekarang, silakan kau orang minum teh pahit saja! Tjoe Hong Teng tak leluasa mendengar kata-katanya nyonya rumah itu yang toapan dan ramah-tamah. Tapi Siangkoan Kin ingat keterangan kawannya barusan, perihal pengalamannya yang katanya luar biasa tadi, ia lantas tanyakan itu pada Tjoe Hong Teng. Ketua Giehoo-toan itu tidak segera jawab sahabatnya ini, ia hanya tanya dahulu pada Touw Tjin Nio, kalau-kalau si nyonya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketahui siapa adanya scorang tua kate-kurus serta beberapa kawannya. Mereka itu, katanya, tadi sudah memancing dia orang. Siangkoan Kin tidak mengerti, ia pasang kuping saja. Touw Tjin Nio berikan jawaban pada Tjoe Hong Teng, sebelum ketua ini bilang apa-apa, Tjian Djie Sianseng telah berlompat bangun sambil keprak meja dan berseru: Nah, apa aku kata! Benar-benar mataku belum Iamur, betul-betul mereka ada itu dua binatang! Siapakah mereka? tanya Siangkoan Kin, yang hatinya sangat tergerak. Apakah kau kenal See Beng Wan? Tjian Djie Sianseng balik tanya. See Beng Wan? Lantas saja Thiebian Sieseng mclcngak. Segera ia ingat kcjadian itu ketika pertama kali ia ikut gurunya, Poei Hok Han, pergi ke Seegak Hoa-san, untuk cari Soekong Tjiauw, di sana ia saksikan Soekong Tjiauw asyik dikepung tiga pahlawan Boantjioe, bagaimana Sim Djie Sinnie muncul dan hajar tiga pahlawan itu, hingga dua antaranya terbinasa dan yang ketiga kabur. Dan orang yang ketiga ini, turut gurunya, adalah Tjianlie Twiehong See Beng Wan. Ketika itu, ia tidak lihat jelas orang itu, ia ingat samar-samar, maka menurut rasanya, si orang tua kate-Kurus tak mirip dengan si orang she See itu. Aku tahu See Beng Wan itu, ia kata pada Tjian Djie Sianseng. Si orang tua kate-kurus bukannya dia. Aku tahu, See Beng Wan ada terlebih kosen daripada si orang tua katekurus itu. Jikalau dia ada di dalam Toatoo-hwee, mengapa dia tidak muncul akan ketemui sendiri padaku? Tjian Djie Sianseng, ketua Ouwtiap-tjiang, urut-urut kumis jenggotnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memang si orang tua kate-kurus bukannya See Beng Wan, kata ketua ini. Aku percaya, See Beng Wan itu pcrnah bertempur dengan kau. Mcnurut dugaanku, orang yang bertopeng yang bokong kau, sembilan dalam sepuluh, dialah adanya! Kenapa dia pakai kedok? Past ilah dia kuatir kau nanti kenali padanya! Siangkoan Kin manggut. Lantas ia tanya Tjoe Hong Teng, apa ini adalah urusan yang ketua itu anggap aneh. Tjoe Hong Teng manggut la lantas minta Tjian Djie Sianseng yang tuturkan pengalaman mereka. Menurut keterangan Ketua Ouwtiap-tjiang, mereka datang berempat dan lantas memecah dirt dalam empat jurusan, jikalau perlu, mereka akan saling memben tanda. Tcrutama mereka jaga akan tidak berpisahan terlalu jauh satu dengan lain. Ketika Tjian Djie Sianseng baharu sampai di mulut Sengtjoe-gam, scgcra satu bayangan abu-abu muncul di depannya, bayangan itu gcsit luar| biasa; di dalam kaum Kangouw, langka orang dengan kcgcsitan sebagai itu. Tjian Djie Sianscng tidak mau perlihatkan diri, maka itu, ia tidak kasih dirinya berhadapan muka dengan dia itu, akan sabansaban jauhkan diri. Dalam hal ini, Tjian Djie Sianscng ada liehay sekali. Golongannya pun ada Ouwtiap-tjiang, Ahli Silat Kupu-kupu, tidak heran apabila ia gesit bagaikan binatang itu. Ketika ia yakin ilmu kegesitan mi, ia sengaja berlompatan di antara pohon-pohon bunga. Ia bergerak bagaikan cecapung memain di muka air, hingga sia-sia saja See Beng Wan hendak serang padanya, sampai bajunya saja, sukar untuk dilanggar. Berbareng dengan itu, Tjian Djie Sianseng seperti kenali ini bayangan abu-abu, karena pada tiga puluh tahun yang lalu, pernah ia ketemu sama Tjianlie Twiehong si Pengejar Angin. Ia melayani sambil terus perdengarkan tanda, untuk kawankawannya undurkan diri. Tapi di lain pihak See Beng Wan juga tahu diri, ia sudah lantas mundur sendirinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah Tjian Djie Sianseng mundur keluar mulut Tjoe Seng Gam, dimana ia lantas berkumpul sama tiga kawannya, nyata bahwa juga Thaykek Tan dirintangi oleh satu orang tua katekurus, siapa ia pukul mundur dengan ancaman tujuh batang Kimtihie-piauw. Orang tua itu dapat loloskan diri, sebab selain tahu diri, dia pun pandai mendengar dan membedakan angin senjata rahasia. Sesudah Thaykek Tan berikan penuturannya, Tjian Djie Sianseng lantas pastikan si orang bertopeng benar See Beng Wan adanya. Siangkoan Kin heran, ia tegaskan Tjian Djie Sianseng kenapa Ketua Ouwtiap-tjiang baharu pastikan si orang bcrpakaian abu-abu itu See Beng Wan adanya setelah dia mengetahui halnya si orang tua kate-kurus. Tjian Djie Sianseng tertawa, Saudara Siangkoan, maafkan aku omong terus terang, jawab ia. Meskipun boegee Saudara ada liehay, akan tetapi usiamu masih muda, dari itu mengenai hal-ihwalnya See Beng Wan dan kawan-kawannya itu, kau masih belum ketahui jelas. Di waktu mudanya, mereka itu adalah cabang-cabang atas, disaat pengaruhnya Thaypeng Thiankok mulai merosot, mereka sebaliknya terpengaruh oleh kepangkatan dan nama, bukannya mereka persatukan diri dengan Kaum Thay Peng, mereka justru pergi berhamba kepada pemerintah Boan, mereka musuhkan Thaypeng Thiankok. Demikianlah, ketika Thaypeng Thiankok runtuh, mereka telah diangkat jadi Tekteng Patouwlouw, boesoe atau pahlawan istimewa, yang tugasnya di dalam istana. Menurut cerita, jumlahnya Tekteng Patouwlouw itu ada delapan orang, tetapi sekarang ketmggalan lima lagi. di antara siapa ada See Beng Wan, pek Tjeng It serta Tang Siauw Tong.. Yang belakangan ini adalah pengkhianat bagi Thaypeng Thiankok. Mereka bertiga adalah yang orang-orang tua kaum Rimba persilatan namakan Taylwee Samhiong atau tiga penjahat besar dari Istana Boan. Semua mereka sudah lama

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pisahkan diri dari kaum Kangouw, dari itu usia mcrcka sudah ada di atas lima puluh tahun, hingga kaum muda sekarang hampir tidak ada yang tahu tentang mereka. Si orang tua kate-kurus bukannya satu Tekteng Patouwlouw, akan tetapi dia pun ada wiesoe istimewa Istana Boan, kedudukannya melainkan lebih rendah setingk at dari pada See Beng Wan. Dia adalah adik tjintong dari See Beng Wan, namanya See Sioe Gie, diapun ada murid Keluarga Low yang kesohor dari Shoasay, cuma kalau See Beng Wan telah mewariskan bor SamlengTjouwkah-tjoei, See Sioe Gie utamakan tongkat Liongkoay-thung. Sang adik ada lebih rendah sedikit daripada engkonya itu. Dua-dua Saudara See itu aku pernah ketemukan, adalah karenamalam agak guram, aku cuma sangsikan See Beng Wan. Saudara Tan telah ketemui si orang tua kate-kurus, aku percaya dia ada See Sioe Gie. Dengan See Sioe Gie ada di sini, tidak salah lagi, orang dengan pakaian abu-abu itu tentu See Beng Wan adanya. Gerakan tubuhnya yang pesat pun menunjukkan warisan dari Keluarga Low dari Shoasay. Siangkoan Kin cuma berpikir sebentar, lantas ia tertawa berkakakan. Tjian Djie Sianseng, aku kagum untuk penjelasan kau ini, kata ia. Akan tetapi, sebenamya, masih ada satu hal yang bagimu pun belum terang. Kau bilang bangsa Boan punya Tekteng Patouwlouw tinggai lima, di antaranya ada Pek Tjeng It dan Tang Siauw Tong, tapi menurut apa yang aku tahu, dua orang ini sudah mati sejak sebelas tahun yang lalu. Tjian Djie Sianseng heran. Cara bagaimana kau ketahui itu? ia tegaskan. - Siangkoan Kin menjawab dengan terangkan halnya tiga penjahat satroni Soekong Tjiauw di Hoa-san, tetapi mereka semuadihajar oleh Sim Djie Sinnie, hingga keduanya terbinasa dan See Beng Wan lolos.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar ini, semua orang bersyukur. Tapi ketua Ouwtiap-tjiang lantas merasa tak enak sendirinya, karena barusan saja ia sombongkan usianya yang tinggi dan pendengaran banyak. Touw Tjin Nio ada sangat eerdik, ia mengerti kelikatannya ketua itu, ia lantas campur bicara dengan simpangkan jurusan. Ia kata: Kalau begitu dengan datangnya kemari dimana ia pun tak sudi perlihatkan mukanya, See Beng Wan itu mesti ada kandung maksud tersembunyi aku kuatir ttu bukanlah suatu alamat balk bagi Toatoo-hwee. Tjoe Hong Teng berpikir, kemudian tiba-tiba ia pentang kedua matanya, yang memperlihatkan sinar tajam. Tiba-tiba juga, iakeprak meja! Tidak saiah lagi, kesulitan di antara Toatoo-hwee dan Giehoo-toan juga tentu ada buatannya rombongan mereka itu! ia berseru. Tjian Djie Sianscng menduga benar, demikian juga Ketua Giehoo-toan itu. Si orang tua bcrpakaian abu-abu dan si kate-kurus benarbenar ada See Beng Wan dan See Sioe Gie, dengan menerima tugas dari pemerintah Boan, mereka menyelundup masuk dalam Toatoo-hwee, untuk terbitkan kekusutan dalam perkumpulan rahasia ttu, kemudian mereka jadi cumi-cumi untuk adu dombakan Toatoo-hwee dengan Giehoo-toan.. Memangnya Ong Tjoe Beng tidak puas terhadap Giehoo-toan, dari itu, gampang ia kena dilagui. See Beng Wan liehay, licik, ia suruh si orang tua kate-kurus yang maju di muka, akan tempel Ong Tjoe Beng, lalu dengan pelahan-lahan. mereka menyelusupkan orang-orang mereka. Ia sendiri terus main di beiakang layar. Ketika hari itu Siangkoan Kin datang, See Beng Wan sudah lantas dapat tahu, ia kenali murid dari Sockong Tjiauw, dari itu ia sungkan menemui secara berterang, ia sembunyi di beiakang kedok, ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

majukan See Sioe Gie. Malah ia sengaja sembunyi di dalam rimbsu Dalam hal latihan, ia menangkan Siangkoan Kin, akan tetapi iatidak lihat mata akan muridnya Soekong Tjiauw, ia terlalu andalkan kegagahannya sendiri. Maka itu kesudahannya, walaupun ia berhasil mclukai Thicbian Sieseng, ia sendiri pun tidak luput dari senjata rahasia. Syukur untuk ia. ia ada satu ahli,, ketika iainsyaf terkena totokan jalan darah, segcra ia rebah sambil tahan jalan napasnya, sampai See Sioe Gie datang padanya, untuk uruti ia dengan ilmu Twiehiat kweekiong. Dengan begitu, ia jadi tertolong lebih ccpat daripada Siangkoan Kin. Dan untung buat Thicbian Sieseng, sebab See Sioe Gie repot tolongi kandanya, ia jadi tidak sampai dicari ubek-ubekan. Berhubung dengan kedatangannya rombongan dari Tjoe Hong Teng setelah bentrokan tidak berarti, See Beng Wan dan See Sioe Gie undurkan diri. Mereka insyaf bahwa ini rombongan musuh pasti liehay semua. Dasar mereka ada bangsa ccrdik dan licik, lantas saja timbul kecurigaan mereka. Puncak utara dari Sengtjoe-gam ada markasnya Touw Tjin Nio. Mereka tidak puas terhadap itu nyonya janda, kctua dari bansan wanita, sebab si nyonya tidak pemah kasih hati pada mereka. Sekarang pihak musuh: muncul dengan tiba-tiba, segera mereka curigai tjong-tauwbak perempuan itu. Mereka lantas bertukar pikiran, lantas mereka dapat suara pikiran busuk, karena mana, terus saja malam-malam juga -mereka cari Ong Tjoe Beng. Pada waktu itu, Tjoe Hong Teng beramai juga sudah lantas berembuk. Di mana sudah ada kepastian halnya dua Saudara she See itu, perlu mereka ambil tindakan.Telahdiambil putusan besok pagi, Tjoe Hong Teng akan bikin kunjungan resmi kepada Ong Tjoe Bcng, untuk bereskan persengketaan sambil berbareng bongkar rahasianya See Beng Wan. Mereka ingin ketahui, bagaimana nanti sikap atau putusannya Ong Tjoe Beng.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nyatalah pihak Giehoo-toan kalah sebat dalam hal tindakannya. Besoknya pagi, belum Tjoe Hong Teng pergi, untuk bikiri kunjungan, malah baharu saja ia mendusin dari tidumya, atau Ong Tjoe Beng sudah mendahului datang cari dia. Memang malam itu, atas undangannya Touw Tjin Nio, mereka bermalam di markasnya Nyonya Janda Bok itu. Dengan tiba-tiba terdengar suara berisik di luar markas, segera Touw Tjin Nio datang dengan tcrgesa-gesa, wajahnya nampak berkuatir, akan. tetapi, waktu Tjoe Hong Teng menemui ia dan tanya apa terjadi apa, ia paksakan diri untuk tertawa. Ong Tjoe Beng datang bersama belasan orangnya, untuk menemui aku, sahut nyonya janda itu. Dia sekarang berada di luar markas. Ini ada hal yang dulunya belum pemah terjadi Aku kuatir hal ini ada hubungannya dengan kau orang, oleh karena itu, aku minta kau orang siap sedia. Sekarang juga aku hendak pergi keluar akan temui mereka itu. Tjoe Hong Teng tak kaget atau gentar dengan warta itu. Aku justru hendak menemui dia, dia kata dengan tenang. Dia telah datang kemari, inilah kebetulan. Biar di sini aku ketemui dia. Kau akur? Jangan! Touw Tjin Nio mencegah seraya goyangi tangan. Masih belum ketahuan, dia datang untuk maksud apa, kau orang dari itu belum perlu lantas menemui dia. Umpama dia bukan cari kau orang, habis kau orang muncul di depannya, apa itu tidak janggal nampaknya? Tidakkah dengan dcmikian mereka bakal curigai aku? Tjoe Hong Teng tidak berpikir lama akan nyatakan setuju pada nyonya rumah itu. Memang kedudukannya Tjin Nio sulit. Benar Han Koei Liong ada sahabat kekal dari Almarhum Bok Thian Bin, akan tetapi Ong Tjoe Beng adalah Pemimpin Umum dari Toatoo-hwee, ada punya aturan sendiri. Tak dapat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tjin Nio jual kawan suamlnya, tapi juga tak boleh dia khianati perkumpulannya sendiri. Maka ia antap Tjin Nio keluar sendiri,. ia bersama Thaykek Tan berempat segera siap sedia di belakang pin-hong. Dengan titahnya Tjin Nio, pintu markas sudah lantas dipentang, ia sendiri muncul akan sambut Ong Tjoe Beng, siapa benar ada berjumlah belasan orang, kecuali See Beng Wan dan See SioeGie, sebagian besar ada konco-konconya dua orang she See itu. Ia merasakan alamat jelek, akan tctapi ia berlaku tenang. Ia mcnyambut dengan aturan, ia undang pemimpin itu duduk. Tjong-totjoe datang beramai-ramai, apa ada pengunjukan apa-apa untuk pihak kita Barisan Wanita? tanya Tjin Nio. Wajahnya Tjoe Beng berubah dengan tiba-tiba. Tee-hoe! kata ia sambil mengawasi, aku bersama Thian Bin Hiantee ada hidup bersama-sama, senang dan susah, kita punyakan persahabatan mati dan hidup, sedang icrhadap kau, aku rasa bclum pernah melakukan suatu apa yang tak seharusnya, aku anggap kau sebagai orang scndiri, maka itu, aku ingin tanya, dalam hal apa kau merasa tidak puas terhadap toapehmu ini? Kenapa kau tidak mau jelaskan segala apa padakur Kcdua matanyaTjin Nio menjadi merah. Tjong-totjoe, apakah artinya kata-katamu ini? ia tanya, romannya sungguh-sungguh. Ada apa yang tak seiayaknya dari aku? Tolong kau tunjuki! Aku masih muda dan cetek pandanganku Jikalau aku tidak harap pengunjukan dari kau yang menjadi toapeh, dari siapa lagi? Ong Tjoe Beng perdengarkan suara dihidung. Tjin Nio! berkata ia. Umpama kau tidak pandang persahabatan Thian Bin denganku, kau harus hargakan kepentingan Toatoo-hwee. Kau adalah Pemimpin Umum dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Barisan Wanita, tetapi kenapa kau terima datangnya musuh dari Toatoo-hwee, kau menjadi kawan dalam dari mereka? Nyonya janda Bok terkejut, tetapi ia tenangkan diri. Kau dengar dari siapa, Tjong-totjoe? ia tanya seraya memberi hormat. Siapa musuhnya Toatoo-hwee? Cara bagaimana aku berani membantu diam-diam kepada musuh? Anggap orang berpura-pura, Tjoe Beng jadi gusarsekali. Tjin Nio! ia berseru. Aku pandang persahabatan kita, aku tidak ingin gunai aturan perkumpuIan kita, tetapi kenapa kau tidak kenal salatan? Kenapa kau masih berpura-pura? Apakah kau hendak tunggu sampai aku beber rahasia? Lalu ia berseru pula: Bawa dia kemari Dengan lantas muncul orangnya ketua ini menggusur satu serdadu perempuan, satu tauwbak kecil yang kemarin ini menyambut Koei Liong beramai, yang menyampaikan warta kedatangan mereka pada pemimpinnya. See Beng Wan sudah lantas bekerja sebat sekali, pagi-pagi ia sudah can tahu, tauwbak mana yang giliran menjaga tadi malam, maka begitu lekas ia iringi Ong Tjoe Beng ke markas wanita, paling dulu ia titahkan bekuk tauwbak itu, akan dihadapkan pada ketua itu. Di depan ketua umum itu, si tauwbak kecil tidak berani mendusta. Sambil menangis, dengan terpaksa, tauwbak itu lantas berkata: Tadi malam ada empat orang yang datang menyambangi Totjoe kita. Aku tidak tahu kalau mereka itu ada musuhnya Tjong-torjoe.1 Tjoe Beng tidak perdulikan tauwbak kecil itu, ia hanya dengan bengis awasi Tjin Nio Tjin Nio, apa lagi kau hendak bilang? ia menegur, suaranya bengis. Tan pa tunggu jawaban nyonya janda itu, ia membentak pula, dengan titahnya: Mari! Bekuk dial

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suaranya Tjoe Beng bclum berhenti, atau dari luar terdengar soman: Tahan! Itulah suara yang keras dan berpengaruh, menyusul mana muncuI lah Tjoe HongTeng, yang datangnya sambil bcrloncat, di scbclah belakangnya, ia diikuti oleh ThaykekTan, Tjian Djie Sianseng dan Han Koei Liong. Dan orang yang kelima, yang Ketua Toatoo-hwee tidak pernah sangka-sangka, ada. Thiebian Sieseng Siangkoan Kin, si Mahasiswa Muka Besi! Selagi Tjoe Beng terperanjat, orang-orangnya segera siapkan alat senjatanya masing-masing, malah mereka hendak segera turun tangan dengan senjata-senjata rahasia mereka Mereka pun tercengang tetapi tak terkejut! Tahan! Tjoe Hong Teng berseru pula dengan suaranya yang berpengaruh. Apa yang Tjin Nio bilang benar adanya! Kita orang buk an I ah musuh-musuh dari Toatoo-hwee, malah kita sedikit jua tidak bemiat untuk musuhkan Ong Tjong-torjoe! Aku Tjoe Hong Teng, sengaja aku datang ini hari untuk mengunjungi Ong Tjong-totjoe. Tjin Nio melainkan menjadi orang perantaraan. Ong Tjoe Beng, di sini adalah kalangan pengaruhmu. Jikalau kau pakai aturan Kangouw, sebelumnya omong jelas kau hendak turun tangan, aku nanti pasrah, kau boleh bacok aku Tjoe Hong Teng dengan tiga bacokan dan tusuk dengan enam tikaman, pasti aku tak nanti kerutkan alis sekalipun!. Hong Teng bicara seraya maju ke depan, ia bicara dengan tetap. Ong Tjoe Beng tertegun, meskipiin ia sebenamya ada sangat mendongkol dan gusar. Biar bagaimana, ia ada orang Kangouw sejati, satu ketua perkumpulan besar. maka terhadap satu orang dengan siapa ia ada sama derajat, tidak dapat ia tak pakai aturan Kangouw juga. Dua tjong-totjoe lagi berhadapah, mana bisa ia bertindak sembrono? Maka ia kendalikan dirinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tjoe Tjong-totjoe, kau teiah datang sendtri, inilah bagus! kata ia, dengan suara nyaring. Tjong-totjoe, kau hendak omong apa? Aku bersedia untuk mendengarkan. Ia scngaja bicara dengan keren, tapi ia pun pakai aruran. Ia harap dengan bed tu ia bisa mempengaruhkan pihak saingan itu. Tjoe Hong Teng tidak segera jawab Ketua Toatoo-hwee itu, sebaliknya ia bertindak ke arah See Beng Wan dan See Sioe Gie, dua saudara licik itu. Ia awasi mereka dengan matanya dipentang lebar-lebar dan cahayanya tajam. la pun lantas saja tertawa terbahak-bahak. Ong Tjong-totjoe ada satu cnghiong, kenapa kau kasih dirimu dipermainkan segala manusia licik? kemudian ia kata pada Ong Tjoe Beng: Apa Ong Tjong-totjoe kctahui dua orang ini ada orang macam apa- hal-ihwal mereka, asal-usul dan derajat? Dengan mata terbuka lebar, Ong Tjoe Beng mengawasi dua Saudara See itu. Ia jadi sangat he ran. Kenapa orang ini, bukannya omong tcntang Toatoo-hwee dan Gichoo-toan, hanya mendahului bicara tentang dua kawannya itu? la duga, pada ini tentu ada suatu rahasia. Ia pikir hendak menegaskan tetamunya itu, atau mendadakan See Sioe Gie banting hancur satu cawan teh, kemudian sambil tertawa mengejek, ia kata dengan nyaring: Benar-benar Tjoe iong-totjoe ada satu enghiong, secara diam-diam kau bisa menyelusup masuk ke dalam kamamya teehoe or-ang di mana kau telah bermalam! Lalu sekarang kau mencoba akan merenggangkan kita! Akan tetapi Ong Tjongtotjoe bukannya Touw Tjin. Nio, yang bisa dengari obrolanmu, yang bisa kau gunai sebagai . perkakas! Itulah kata-kata jahat. Dengan itu Tjoe Hong Teng dituduh sudah berzinah dengan Touw Tjin Nio! Dengan itu Ong Tjoe Beng sendiri turut terpukul, sebab ia mestinya malu yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sanaknya perempuan berlaku serong. Betul-betul Ketua Toatoo-hwee merasa tersinggung. Memang bisamenjadi Tjin Nio main gila sama musuh dan kasih tempatnya dipakafsebagai markas gelap. Tetapi, biair bagaimana, ia masih sangsi. Selagi Ketua Toatoo-hwee ragu-ragu, ia segera dengar tertawa nyaring dan berpengaruh dari seorang tua yang terus berkata kepadanya: Ong Tjong-totjoe, masihkan kau kenali aku si orang tua? demikian suara itu. Padatigapuluh tahun yang lampau, aku pemah pergi ke Shoasay, di mana aku telah bcrtcmu sama gurumu yang mulia. Ketika itu Ong Tjong-totjoe sedang belajar silat. Bisa jadi Tjong-totjoe sudah tak ingat pula padaku. Hanya, apabila disebut namanya Tjian Djie yang rendah, aku percaya Tjong-totjoe masih mempunyai kesan. Seumurku, aku si orang tua belum pemah mendusta, dan kau pun seharusnya percaya aku rjdak nanti menuduh orang. Dengan kedua tetamu yang mulia dari Tjong-totjoe ini, aku ada punya sedikit urusan, yang belum sempat dibereskan. Sungguh adalah suatu kehormatan dari Ong Tjong-totjoe yang kau telah gunakan satu orang sebawahan yang sebetulnya ada satu Tekteng Patouwlouw dari Sri Baginda Raja yang sekarang! Mendengar perkataan itu, Ong Tjoe Beng berjingkrak. Ia memang tahu siapa adanya Tjian Djie Sianseng, satu tjianpwee dari kalangan Kangouw yang tersohor untuk kejujurannya. Ia tak dapat lantas percaya orang tua ini, tetapi mau atau tidak, urusan Tjin Nio mesti ditunda dahulu, ia mesti segera padu dia dengan si orang she See itu. Segala kejadian menyusul dengan cepat. Baharu Ketua Toatoo-hwee bcrjingkrak dan mengawasi See Sioe Gie, atau suara senjata beradu segera terdengar, sebab See Beng Wan sudah lantas keluarkan sepasang Samleng Touwkah-tjoei, dengan apa ia hajar Tjian Djie Sianseng. Akan tetapi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ThaykekTan yang berada di samping ahli Ouwtiap-tjiang sudah gunai pedangnya Tjengkong-kiam untuk tangkis serangan tiba-tiba itu. Demikian kedua senjata beradu dengan keras dan nyaring. Setelah mcnangkis, Thaykek Tan hendak balas menyerang, tetapi di saat ia baharu hendak bergerak, See Beng Wan sudah hunjuk kegesitannya dengan dului ia, kedua senjatanya menyerang pula berbareng, ke arah muka dan dada. Maka itu, terpaksa ahli Thaykek-koen itu batal maju, dengan tenang ia menangkis kedua serangan bareng itu, sambil geser tubuhnya ke samping. See Beng Wan hunjuk benar-benar kegesitannya, ia seperti tidak mau berikan kesempatan kepada musuh, lagi-lagi ia mendahului maju, mendesak dengan serangan susulannya, kalau tangan kirinya menyapu ke bawah, tangan kanannya ke arah pinggang. Thaykek Tan tetap berlaku tenang tetapi tidak kalah gesitnya, dengan sabar tetapi cepat, ia halau kedua serangan itu. Tenang atau tidak bergerak, adalah pokoknya ilmu silat Thaykek-koen tenang bagaikan satu nona remaja, gesit laksana seekor kelinci. Habis menangkis, ia melejit ke samping, terus ke belakang lawan! Celaka! pikir See Beng Wan apabila ia dapati serangannya gagal dan musuhnya menggeser ke belakangnya. Cepat sekali, ia putar tubuh dengan gerakan Souw Tjin pweekiam atau Souw Tjin menggendol pedang. Ia putar tubuh sambil menangkis dengan sepasang senjatanya yang aneh dan liehay. Kedua jago jadi bertempur dengan hebat, masing-masing perlihatkan kepandaian mereka; beberapa kali senjata mereka bentrok, sampai menerbitkan lelatu api. Menyusul pertempuran itu, yang hebat, ruangan itujadi kalut. See Sioe Gie serta konco-konconya sudah lantas turun tangan, akan bantui kawan mereka.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Han Koci Liang menjadi gusar, sambil berseni keras, ia ceburkan diri dalam pertempuran itu, ia kerjakan gaetan Ginhoa Bandjie-toatnya, scdang Siangkoan Kin telah mainkan kipasnya, untuk menotok setiap musuh. Ong Tjoe Beng dan Touw Tjin Nio tcrcengang karena bentrokan itu, sampai mercka tidak bisa scgcra bertindak. Tjoe Hong Teng sendiri tidak diam saja, seraya hunus pedang Lionggim-kiam dari Ek-Ong Tjio Tat Kay, ia tangkis dan babat kutung sebatang Tjittjial-pian yang menyambar padanya, sambil berbuat demikian, ia berlompat kesamping. Kaget Ong Tjoe Beng melihat gerakannya Ketua Giehootoan itu, ia menyangka orang hendak serang ia, ia pun sudah lantas hunus goloknya, golok Tan-too. Sekonyong-konyong terdengar seruannya Tjoe Hong Teng: Tahan! Katanya, Tapi ia beium sempat tutup mulutnya, atau dua orang serang ia nya, hingga terpaksa ia mesti menangkis, untuk membcla din. Dalam kekalutan itu, Tjian Djie sianseng bertempur sambil lari, ke kiri dan kanan, akan jauhkan diri dari beberapa orang yang mencoba rnembokong padanya. Kemudian, tiba-tiba ia berseru dengan tegurannya: Ong Tjong-totjoe! Kau ada Ketua Toatoo-hwee, kenapa kau tidak atasi orang-orangmu? Apa mungkin kau jerih untuk dipadu, kau beniiat lindungi segala budak-budak hina-dina ini? Ong Tjoe Beng terpengaruh oleh teguran itu, yang ada bagaikan ejekanj juga. Biar bagaimana, ia curiga, ia mengerti, mesti ada sebabnya kejadian ini. Maka tak dapat ia antap kekalutan. Orang-orang Toatoo-hwee, berhenti semua! lalu ia berteriak sambil ia lompat maju. Jangan bertempur dulu!t Sia-sia ini titah, tidak ada orang Toatoo-hwee yang taati itu. Kedua Saudara See, berikut semua kambratnya, bertempur terus.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di waktu begitu, terdengarlah tertawa dingin dari Tjian Djie Sianseng. Kau lihat bukan, Ong Tjong-totjoe? iabilang. Jikalau kau masih tidak percaya mereka adalah budak-budak hina, aku bisa kasih lihat juga buktinya! Ong Tjoe Beng jadi sangat gusar. See Sioe Gie! ia membentak, seraya dengan bengis ia hadapi orang she See itu. Jikalau kau tetap tidak hendak berhenti, aku nanti serang padamu! Ketua Toatoo-hwee ini hendak pengaruhkan Sioe Gie, yang ia pandang sebagai biang keladinya. Selagi Ong Tjoe Beng belum tutup mulutnya, matanya See Beng Wan berjelilatan, atas itu dua orang, yang berada di dampingnya Ong Tjoe Beng, dengan mendadak, serang Ketua Toatoo-hwee itu. Bukan kepalang kagetnya Ong Tjoe Beng. la segera berkelit. Tapi serangan ada hebat, ujung tombak telah mengenai ia. Syukur ia ada gesit, selain telah tembusi bajunya, ujung tombak cuma menyebabkan ia terlecet. Tapi senjata itu membuat ia merasai hawa dingin dan sakit, hingga ia menjadi sangat gusar. Kurang ajar! ia berseru, seraya tangkis tombak itu. Menyusul itu, satu toya turun dengan hebat Tjoe Beng bisa tangkis tombak, yang ada tombak bcrantai, karena itu, goloknya terlibat, sia-sia ia mencoba, akan loloskan senjatanya itu, di waktu mana, toya mengancam ia. Tidak ada daya lain, dia menjerit keras, dia apungi tubuh, loncat tinggi, melewati dua penyerangnya. Berbareng dengan itu, Tjoe Hong Teng serang orang yang bersenjatakan toya. Dia ini terperanjat, tak sempat dia kejar Ong Tjoe Beng, lekas-lckas dia berkelit, akan selamatkan diri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena ini, Tjoe Hong Teng segera terusi menyerang orang yang bergegaman tombak bcrantai, iagunai sabetan Sinliong tauwbwee atau Naga suci menggoyang ekor dari ilmu silat pedang Bweehoa-kiam. Musuh itu tak keburu menarik pulang tombaknya, senjatanya itu kena ditabas! Lionggim-kiam benar-benar Iiehay, tombak musuh kena terbabat kutung, karena mana, musuh lantas lompat menyingkir. Ong Tjoe Beng dapat tertolong, ia bisa tarik pulang goloknya, lalu sambil berdiri diam, ia hunjuk hormat pada Tjoe Hong Teng. Tapi kekalutan masih bcrl angsung, ia segera melihat ke sekitarnya, hingga ia dapatkan Touw Tjin Nio lagi dikepung dua or-ang. Oh, kawanan tikus, sungguh kau orang berani! Ketua Toatoo-hwee ini berseru dalam gusarnya. Bagaikan kalap, ia menyerbu, ia gunai ilmu goloknya Tangpay Too-hoat, iaiah ilmu golok Kaum She Tang dari Shoasay. Berbareng dengan itu, di samping terdengar jeritan hebat, apabila ia berpaling, ia dapati dua orangnya rubuh di tangan orang jahat! Ong Tjoe Beng datang menyergap Touw Tjin Nio bersama enam belas orang, kecuali dua Saudara See, dari sisanya cmpat belas orang, cuma tiga yang terhitung orang-orang kepcrcayaannya, yang sebelas adalah konconya dua Saudara See itu, malah enam antaranya ada wiesoc atau pahlawan kelas satu dan lima wiesoe kelas dua dari Istana Boan, yang semuanya liehay. KetuaToatoo-hwee ini terlalu percaya Sioe Gie dan Beng Wan, dia sampai kena dikelabui, dia tak kenali pahlawan-pahlawan Kerajaan Tjeng itu. Begitulah, bencana telah menimpa dia. Sebenamya dua Saudara See tidak pikir untuk gulingkan Ong Tjoe Beng secara lekas. hanya dengan akal-muslihatnya, mereka hendak gunai Ketua Toatoo-hwee ini sebagai alat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk satrukan Gichoo-toan; di luar dugaan mereka sekarang, selagi sergap Touw Tjin Nio, mereka bersomplokan sama pemimpin-pemimpin Gichoo-toan dan justru bertemu sama Tjian Djie Sianscng, yang bongkar rahasia; mereka sudah terlanjur, mereka terpaksa turun tangan. Tcntu saja mereka tak berani dipadu, maka mereka serbu sckalian pada Ong Tjoe Beng sendiri. Karcna 1 ihat jumlahnya bcsar, mereka percaya akan nanti peroleh hasil. Apa lacur, dua tauwbak dari Ong Tjoe Beng ada lemah, mereka ini sudah mendahului rubuh sebagai korban. Tapi setelah ini, matanya Ong Tjoe Beng jadi terbuka, sekarang ia insyaf kepalsuannya dua saudara itu dan ketahui baik-baik yang Tjoe Hong Teng adalah satu sahabat sejati, berbareng bersyukur kepada Ketua Giehoo-toan itu, ia benci sangat dua Saudara See. Begitulah ia berseru: Ya, anggap saja matanya Ong Tjoe Beng buta, sehingga dia kena kau orang kelabui! Ini hari aku nanti jual Jwaku kepada kau orang! Mari kita orang adu jiwa! Ia lantas tertawa panjang, lantas ia tambahkan pada Tjoe Hong Teng: Tjoe Lauwhia, syukur kawanan jahanam ini turun tangan hari ini, maka tidaklah sampai aku terjeblos benar-benar, hingga aku tidak pandang sahabat sebagai musuh besar! Kemudian ia serukan: Pundak rata, man kita basmi dulu kawanan pengkhianat ini! Pundak rata ada kata-kata rahasia kaum Kangouw yang berarti sahabat baik.. Sambil bertempur.Tjoe Hong Teng jawab seruan itu: Sudah, Ong Tjong-totjoe, jangan gusarPdemikianjawabannya. Tak nanti mereka ini dapat capai maksud jahat mereka! Ya, mari, kita basmi lebih dahulu pada mereka! Pertempuran berjalan dengan masing-masing telah dapatkan lawanan, Ong Tjoe Beng bertuj.uh telah bertempur dalam enam rombongan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thaykek Tan telah layani See Beng Wan, Han Koci Liong lawan See Sioe Gie. Siangkoan Kin, Ong Tjoe Beng dan Tjoe Hong Teng hadapi masing-masing dua pah lawan Boan kelas satu. Touw Tjin Nio sendirian, dengan sebatang goloknya, menghadapi dua pahlawan Boan kelas dua. Adalah Tjian Djie Sianseng sendiri, yang layani tiga pahlawan kelas dua bangsa Boan, dan ia mclayani bagaikan bocah-bocah main petak. Ia tidak tempur mereka secara sungguh-sungguh, ia hanya awasi mereka dan merintangi jikalau mereka hendak maju untuk bantu kawan-kawan mereka mengepung masingmasing lawannya. Dalam hal ini ia berhasil karena dengan gerak-gerakan ilmu silat Ouwtiap-tjiang, ia ada sangat gesit. Ia telah bikin tiga pahlawan itu jadi kewalahan! Oleh karena pertempuran tcrjadi dalam beberapa rombongan dan berjalan sera, tidak heran kalau pelbagai alat senjata sering bentrok satu dengan lain, hingga suaranya jadi berisik sekali. Kebetulan lapangan ada luas, mereka itu jadi bisa bergerak dengan merdeka. Dua wiesoe yang kepung Tjoe Hong Teng ada memegang senjata bcrat, mereka tahu Ketua Tjoe Hong Teng punyakan pedang mustika, maka itu, merekalah yang maju. Dengan memakai senjata berat, teranglah sudah yang mereka ada bertenaga besar. Senjata mereka ada sepotong toya besi dan sepasang ruyung besi juga. maka itu, mereka berani menyampok dan mengemplang secara sengit. Tjoe Hong Teng gunai kegesitannya akan layani kedua musuh ini, tak mau ia sembarangan bentroki senjatanya. Dua wiesoe tandingannya Siangkoan Km adalah orangorang yang pandai ilmu mengentengi tubuh, satu bersenjatakan golok Teetong-too, hingga dia bisa berkelahi sambil bergulingan di lantai dan goloknya menyambar tak henti-hentinya, Tubuhnya jadi seperti bola yang bergelindingan mondarmandir, dan yang satunya lagi bergegaman dua macam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

senjata, talah Djoan-pian di tangan kanan dan Liantjoc-tjhio di tangan kiri, sebab tadi tombak berantainya kena dibabat Tjoe Hong Teng, sekarang tombak itu tinggal sepotong. Duadua mereka ada punya kepandaian sempurna, dari itu, repot juga Siangkoan Kin menghadapi mereka bcrdua. Yang ia awasi benar adalah yang bersenjatakan golok itu. Dalam keadaannya yang sulit itu, Siangkoan Kin masih punyakan kesempatan akan pentang mata kc sekitarnya, akan lihat kawan-kawan ny a. la dapat kenyataan. meskipun Thaykek Tan liehay, ahii Thaykek-koen itu tidak gampang-gampang menang di atas angin. karena liehaynya sang lawan, walaupun demikian, ia tidak bcrkuatir. maka ia perhatikan betul-betul pada Touw Tjin Nio, boegee siapa ia masih belum tahu. Akan tetapi kemudian, di luar sangkaannya, justru adalah Tjin Nio yang mendahului membuka jalan, yang merebut angin. Dua lawannya Tjin Nio yang ada pahlawan-pahlawan kelas dua, asalnya ada murid-muridnya beramlal besar Touw Toa Hoe-tjoe dari Kwangwa, mereka sebenamya liehay, tapi dalam rombongannya dua Saudara Sec, merekalah yang terhitung terlemah. Pihak See anggap Tjin Nio adalah yang terlemah, maka dua pahlawan itu yang ditugaskan melawan pemimpin wanita itu. Apa lacur, dugaan ini nyata mclesct. Dua pahlawan itu bersenjata masing-masing sebatang gaetan Houwtauw-kauw dan arit Kecdjiauw-ham. dua-dua ada gegaman buat menaklukkan pedang, mereka percaya, tidak nanti Touw Tjin Nio sanggup bertahan lama terhadap mereka, dengan lantas keduanya mendesak dengan seru, bagaikan taufan dan hujan deras. Mereka tidak pcmah menyangka bahwa si nona adalah muridnya Boctong Tan-pay, Kauwsoe Tan Soe Lam dari Boetong-nay, dan telah berhasil meyakinkan golok Ngobie Liocyap-ioo. Dengan goloknya itu, Tjin Nio bisa halau sesuatu scrangan, sctclah mana, dia bcrbalik mcndcsak, dia bikin dua lawan repot sampai mereka hanya mampu menangkis saja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam keadaan yang mengancam itu, pahlawan dengan sepasang Keedjiauw-liam mengegos ke kiri, dua aritnya diputar, dibarengi dipakai membabat berbareng menggaet kepada golok lawan. Ini ada tipu babatan yang dinamai Kimpoan bianlie atau Mempersembahkan ikan tambra dalam nampan emas. Menampak serangan itu, Touw Tjin Nio tertawa tawar. Goloknya telah berada di sebclah bawah arit, untuk luputkan serangan, ia turunkan itu kebawah untuk terus ditarik kesamping, dari sini ia teruskan menyontek nadi lawan. Lawan itu terkejut, lekas-lekas ia tarik pulang, tubuhnya pun ditarik mundur. Ini gerakan membuat dia berayal. Kena! Tjin Nio berseru, selagi ia membarengi, menyusuli satu tikaman ke arah dada. Pahlawan itu terperanjat, ia mengendap untuk berkelit, tapi ia kalah sebat, ujung golok mengenai pundaknya, sampai sepotong dagingnya kena terpotong, daging itu dengan berlumuran darah jatuh ke lantai. Selagi Nona Touw lukai satu musuh, musuhnya yang lain bokong ia dari belakang. Ia kctahui serangan ini, sambil memutar tubuh, ia menangkis dengan tipu Souw Tjin pweckiam atau Souw Tjin menggendol pedang. Maka dengan satu suara nyaring, Houwtauw-kauw kena tertangkis. Sctelah itu, si nona tidak tarik pulang goloknya, ia malah teruskan menikam pundak lawan itu, Menampak pundak kawannya terluka, pahlawan itu telah gentar hatinya, sekarang ia sendiri terancam, ia kaget, ia tidak berani menangkis, dengan satu loncatan tcrbalik, ia mundur sampai lima tindak, tapi benar scdang ia hendak putar tubuh, ia dengar suara tertawa mengejek di sampi ng k upi ngnya. Sebab bagaikan bayangan, Tjin Nio pun berlompat pesat menyusul ia, goloknya seperti kilat pesatnya, menikam ke arah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tenggorokannya. Sebab ia kebetulan memutar tubuh, ia seperti sambuti tikaman, tanpa ampun lagi, tenggorokannya itu terpenggal, hingga dengan satu jeritan tertahan, ia rubuh binasa! Selama pertempuran berlangsung, tentara wanita dari Touw Tjin Nio tidak diam saja, mereka mengurung di luar ruangan dengan siap scdia dengan golok dan panah mereka. Pun Tjin NiO, sambil bertempur, telah teriaki tentaranya itu untuk tenang di tempat jagaannya masing-masing. karena sekarang ia sudah merdeka, ia bisa memandang ke sekitarnya, hingga ia tampak, di pihaknya, melainkan Ong Tjoe Beng yang lagi menghadapi ancaman bencana. Sebatang golok Tan-toonya Ong Tjoe Beng ada warisan dari Keluarga Tang dari Shoasay, ilmu golok itu terdiri dari empat puluh sembilan jalan, sebanding liehaynya dengan ilmu golok dari Tjin Nio,tapi sekarang Ong Tjoe Beng layani dua pahlawan kelas satu, yang liehay, ia tidak begitu beruntung sebagai ini pemimpin wanita, ia repot melayani kedua musuhnya itu. Pahlawan yang satu bcrnama Shiang Tat, senjatanya sebatang cambuk Ti at tan-pi an, yang bcrgcrak pesat, melilit bagaikan naga hitam. Pahlawan yang kedua, Him Long namanya, bergegaman sebatang tombak, yang sambaransambarannya mcngeluaskan suara angin, menunjuki beratnya senjatanya itu. Maka itu, dikepung dua senjata itu, Ong Tjoe Beng sibuk baharu tombak dikelit, atau cambuk menyambar, mereka saban-saban saling memberi .tanda, hingga mereka dapat membingungkan ketua Toatoo-hwee itu yang sekarang mereka tak pandang-pandang lagi. Mereka mcndcsak sccara hebat sekali. Terang sekali, kedua pahlawan itu kurung lawannya sambil mencoba membikin orang mendongkol dan panas hati. Ini cara ada membahayakan Ong Tjoe Beng. Karena mendongkol, tenaganya akan cepat berkurang sendirinya. Inilah sebabnya, kenapa ia lantas kena dirangsang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mau atau tidak, Ong Tjoe Beng jadi bcrkuatir juga. Ia ada kenamaan. apa sccara begini mengecewakan or-ang akan rubuhkan dia? Karena ini, ia hendak mencoba mcnolongi din, untuk mana, ia mesti berani menyerbu bahaya. Bcgitulah, ketika ia menangkis, tubuhnya membarengi maju ke samping. Ini ada gcrakan Pekho tiantjie atau Burung ho putih membuka sayap. Dari sini ia meneruskan membacok. Him Long tarik pulang tombaknya sambil ia berkelit mundur, karena ini, ia diserang pula, tapi sekarang, ia bisa menangkis, ketika kembali ia diserang, ia mundur pula. Tiga kali ia elakkan ancaman golok. Itu waktu, Him Long maju bersama cambuknya. Terpaksa Tjoe Beng tinggalkan lawan yang satu, akan tangkis serangan yang lain. Kedua senjata bentrok, lantas cambuk melilit. Tjoc Bcng terkejut. Bclum sempat ia tarik goloknya, segcra ia rasai golok itu tcrbctot; keiika ia pertahankan din, tclapakannya dirasakan sakit. Inilah berbahaya sekali, Ada sulit untuk ia melawan rasa sakit itu, dan mempertahankan goloknya. Di scbelah itu, tombaknya Shiang Tat pun mcnyambar. Dalam saat sangat bcrbahaya itu, satu teriakan nyaring terdcngar, satu bayangan putih bcrkelebat, menyusul bayangan itu, golok menyambar. Segera juga teryata, itulahTouwTjin Nio, yang datang sebagai penolong. Tepat datangnya golok Ngo bie Lioeyap-too, yang menangkis tombak hingga tombak terpental. Hun Long terperanjat, hatinya jadi panas, tanpa kata apaapa, ia tikam si nona. Dalam satu gerakan Ouwliong tjoettong atau Naga hitam keluar dari kedungnya, ujung tombak mencari tenggorokan. Tjin Nio berlaku sebat, ia menangkis pula, habis menangkis, ia merangsang, goloknya meluncur kepada muka lawan, karena ia gunai Tjiauwhoe boeniouw atau tusukan Tukang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cari kayu menanyakan jalanan, dengan gesit Him Long mundur, tombaknya dipakai menangkis sehingga golok terpental. Sebab ujung tombak lawan itu mengancam, Tjin Nio lompat mundur. Tap! si nona bukan mundur untuk perbaiki diri hanya untuk berlompat sekali lagi, ke arah Shiang Tat, siapa ia segera serang, untuk bantu pula pada Ong Tjoe Beng. Menghadapi lawan satu sama satu, Ong Tjoe Beng tidak lagi berkuatir sebagai tadi. Sebaliknya, ia dapat tenangkan diri, ia bisa kumpul pula semangatnya. Demikianlah, ia bisa balik mendesak. Sekarang satu sama satu, tak dapat lagi Shiang Tat bisa lihat goloknya orang. Sudah begitu, ia repot kapan Tjin Nio serang ia. Syukur untuk ia, Him Long sudah lantas menghampirkan. Maka segeralah, pertempuran jadi dua rombongan, Ong Tjoe Beng melayani Him Long, Touw Tjin Nio menghadapi Shiang Tat. Ong Tjoe Beng dan Him Long ada satu tandingan. Pahlawan ini gunai tipu-tipu tusukan Kimtjhio Djiesiesie atau Dua puluh empat jurus Golok Emas. Walaupun demikian, Ketua Toatoo-hwce dengan lekas bikin ia berada di atas angin. Maka satu kali, ketua ini bisa menyerang dengan Kimpeng tiantjie atau Garuda emas pentang sayap. Dari kanan, ia sambar pundak lawan. Him Long menangkis, sesudah mana, ia balas menikam dari kiri. Ia telah berlompat maju, ia jadi bisa arah bebokongnya Tjoe Beng. Tapi Tjoe Beng mendahului. Selagi orang bcrlompat maju, ia pun mengikuti berlompat juga, goloknya segera menabas. Karena ia sedang tanggung. Him Long tidak berdaya lagi, batang lehernya kena tertabas, demikian rupa, hingga kepalanya terpental, tubuhnya rubuh sambil muncratkan darah dari batang lehernya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bahna puas, Ong Tjoe Bcng perdengarkan seruan, sesudah mana, ia memandang ke sekitamya, hingga ia dapat saksikan, perkelahian lagi berjalan seru sekali. Thaykek Tan dan Han Koei Liong lagi tempur masingmasing satu Persaudaraan See, mcrcka mcrupakan pasanganpasangan tandingan yang setimpal, senjata mereka saling sam-bar dengan perlihatkan cahaya berkilauan. Tak bisa Ong Tjoe Beng menonton saja, ia mesti bantui pihaknya, akan tetapi di saat ia hendak turun tangan, ia dengar scruan tajam dari See Sioe Gie, seruan mana disusul dengan seruan nyaring dari See Beng Wan: Lepas biji hijau! Berhenti! Itu ada kata-kata rahasia kaum Kangouw, artinya: berhenti bertempur, kabur! Menyusul pula seruannya itu, See Beng Wan melesat meninggalkan lawannya, untuk lari keluar ruangan. Ong Tjoe Beng belum melihat tegas, atau tahu-tahu ia tampak, Thaykek Tan juga mencelat jauh, sebelah lengannya mengempit orang siapa telah keluarkan jeritan. Di pihak lain, kawanan Persaudaraan See itu pun mulat mencoba mengangkat kaki. Dalam kekaiutan itu, terdengartah tertawa nyaring dari Tjian Djie Sianscng, yang telah berhasil membabat kepalanya dua pahlawan Boan itu. Tjoe Beng maju, hingga ia dapat dekati Han Koei Liong. Jago tua ini agaknya likat akan tctapi dia bersemangat, dengan suara tidak tegas, ia kata pada Ketua Toatoo-hwee: Thaykek Tan telah cekuk See Sioe Gie.n Ong Tjong-totjoe heran. Terang-terang Thaykek Tan lagi tempur See Beng Wan, kenapa bolchnya dia menawan See Sioe Gie, tandingannya Han Koei Liong?. Herannya,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

walaupun ia mengawasi ke sekitamya, ia tidak lihat gerakannya jago Thaykek itu. See Beng Wan tahu ia lagi hadapi satu musuh yang kesohor tangguh, ia tidak jcrih. SamlengTouwkah-toeinya ada punya delapan puluh satu jurus yang liehay, ia sangat andali itu. Ia anggap ia telah wariskan kepandaiannya Keluarga Louw dari Shoasay, keluarga satu-satunya yang utamakan senjatanya itu ialah senjata semacam bor. Ia telah mendesak dengan serangannya, kedua tangannya kiri dan kanan bergerak dengan sangat sebat, tubuhnya pun gesit sekali, ia bagaikan terputar di sekitar lawannya. Sebenarnya orang she See mi adalah pantaran dari Soekong Tjiauw, gurunva Siangkoan Kin, malah ia pun ada tergolong lebih tua daripada Thaykek Tan, maka itu, latihannya dari beberapa puluh tahun ada hebat sekali. Apa mau, kebetulan sekali, ia berhadapan dengan Thaykek Tan, yang tidak gentar untuk nama orang yang besar. Thaykek Tan layani ia dengan tenang, tapi pun gesit dan waspada. Thaykek Tan tidak mau menyimpang dari pokok Thaykek-koen: tenang-tenteram, dengan ketenangan melayani serangan. Maka, tak peduli serangan ada hebat bagaimana, ia tenang, teguh bagaikan bukit Jikalau See Beng Wan tidak tergesa-gesa, pasti ia sanggup layani habis pada Thaykek Tan, tetapi karena ia ingin lekaslekas tamatkan pertempuran, ia jadi lakukan satu kekeliruan. Begitulah, setelah bertempur sckian lama tanpa hasil apa-apa, ia mendahului mandi keringat, napasnya mulai sengal-sengal, sesudah mana, serangannya mulai jadi kendor sendirinya. Sesudah melalui tiga puluh jurus, See Beng Wan jadi lelah betul, dari ihak penyerang yang galak, ia jadi cuma bisa menangkis saja. Thaykek Tan liat perubahan ini, ia tahu bahwa saatnya sudah sampai, Jantas saja ia dengan serangan pembalasannya, yang dahsyat. Maka sekarang adalah See Beng Wan yang berbalik seperti terkurung sinar pedang. biar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beberapa kali ia mencoba membalas, saban-saban serangannya dapat dipecahkan. Ia pun kuatir sekali senjatanya kena ditcmpcl dan dibikin terbang. Setelah hawa dingin rasanya menyeIusup ke sanubarinya, See Beng Wan insyaf bahaya yang mengancam dia, ia segcra memikir untuk angkat kaki. Angkat kaki adalah daya paling utama dari tiga puluh enam jalan untuk keselamatan diri. Begitulah dengan tangan kiri ia sampok pedang, dengan tangan kanan ia mcnoiok dada lawan. Thaykek Tan lihat kedua gerakan, bcrbarcng itu, ia tertawa tawar. Dengan putar tubuh, bingga pedangnya ikut terputar, ia Iuputkan diri dari serangan itu, lalu ia terusi gerakan tangannya, akan balas menyabet lengan kiri orang itu.. Dengan cepat See Beng Wan tarik pulang tangannya, dibawa ke dada. Sebagai gantinya, dengan tangan kanan, ia teruskan menyerang, untuk membalas. Tapi Thaykek Tan ambil sikap Iain, sambil berkelit dengan mengendap, ia babat kedua kaki or-ang. Inilah hebat, untuk tolongi diri, See Beng Wan mesti lompat tinggi, adalah karena ia berlompat, selanjutnya ia kena terkurung sinar pedang lawannya. Selagi See Beng Wan terkurung. See Sioe Gie juga sedang dibikin tidak berdaya oleh Han Koei Liong. Orang she See ini menyerang dengan Liongtauw koay-thung, tongkat berkepala naga-nagaan, tipu pukulannya ada Ouwliong poansie atau Naga hitam melilit pohon. Itu adalah serangan menyapu yang hebat sekali. Atas serangan itu, Han Koei Liong menyambut sambil berseru: Bagus! Dengan angkat Bandjie-toat kanan, ia menangkis dengan satu sampokan kcras sekali. Itu ada tipu silat Hengkang tjaylong atau Mcmotong sungai, memegat gelombang. Dengan icrbitkan satu suara keras, kedua senjata

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beradu dengan hebat, sebab dua-dua lawan lagi pakai tenaga penuh. Lelatu api berpercikan karenanya. Senjatanya See Sioe Gie terpental, tangannya sendiri dirasakan sakit bukan kepalang, sehingga karena itu, hatinya jadi ciut. Han Koei Liong sendiri tidak mcrasakan satu apa, suatu bukti bahwa ia tangguh sekali. Sebaliknya, ia tidak sia-siakan tempo, akan mendesak, buat menyerang pula. Ia bcrlompat maju, ia geraki dua-dua tangannya. Sioe Gie jerih, ia tidak berani menangkis, untuk mengegos pun sudah tidak keburu, maka ia lantas loncat ke samping, sebagai burung walet melayang, untuk tolong dirinya. Mengetahui serangannya gagal, Han Koei Liong mengulangi maju, buat mengejar, tapi justru itu, ia dengar See Sioe Gie menjerit, suaranya hebat, kapan ia angkat kepala, untuk memandang, ia dapati Thaykek Tan telah kempit satu orang, sedang sebelah tangannya dipakai melambaikannya. Apakah yang sebenarnya telah terjadi? Tatkala See Sioe Gie berlompat turun, ia justru tunrit di antara Thaykek Tan dan See Beng Wan, selagi Thaykek Tan serang lawannya. Kaget Sioe Gie, sebab ia lihat saudaranya terancam bahaya maut. Maka tidak buang ketika lagi, ia angkat tongkatnya, dipakai menangkis pedang musub, dengan begitu, ia jadi halau bahaya untuk saudaranya itu. Thaykek Tan gusar sekali karcna maksudnya merubuhkan See Beng Wan kena dirintangi See Sioe Gie, dari itu, Thaykek Tan tumpleki hawa amarahnya tcrhadap orang she See ini Lantas saja ia menyerang: tangan kanannya, dengan pedangnya; tangan kinnya, menyusul, dengan totokan. Sioe Gie menjadi repot. Dengan kesusu, ia angkat tongkatnya, untuk tangkis pedang. Kedua senjata bentrok keras. Tenaganya Thaykek Tan ada besar sekali, ia telah bikin

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terpental tongkat orang, hingga tubuhnya Sioe Gie jadi terbuka. Or-ang she See ini pun gelagapan. Justru itu, totokan sampai, totokan yang tak dapat dielakkan pula. Ia menjerit. Ia tertotok pada jalan darah Hoenboen-hiat, dalam sekejap, darahnya berhenti di jalan. bagaikan mayat saja, tubuhnya itu disambar Thaykek Tan, untuk dikempit! See Bcng Wan tergelar Tjianlic Twiehong. Pengcjar Angin, bisa dimcngcrti yang ilmu kepandaiannya niengcntcngi tubuh ada istimewa, maka sctclah Sioe Gie talangi ia mcnghaJau pedang, hingga iajadi luput dan kcbinasaan. lantas ia buka langkah lebar, uniuk melarikan din, ia menerobos di pintu, di mana serdadu-serdadu wanita dari Touw Tjin Nio tak sanggup mencegahnya. Atas kejadian itu, semua orangnya dua Saudara Sec itu tunit pula, dengan pada meninggalkan musuh dan menerobos lari. Mereka berhasil lolos kecuali dua pahlawan lagi, yang masing-masing terbinasa di tangannya Tjoe Hong Teng dan Siangkoan Kin. Thaykek Tan tidak mau mengerti, ia sudah pergi mengejar, perbuatan ini diturut oleh Tjoe Hong Teng dan yang Iain-lain. IX Rombongan See Beng Wan kabur di antara pepohonan, mereka mendaki bukit, di tempat-tempat yang sukar dan berbahaya, dari tempat yang tinggi, untuk cegah pengejar, mereka menyerang dengan pelbagai senjata rahasia; piauw, panah tangan, teratai besi, batu Hoeihong-sek dan Toktjielee beracun, hingga turunnya semua senjata itu bagaikan hujan derasnya. Thaykek Tan mendongkol bukan buatan, ia lemparkan See Sioe Gie ke gombolan, lantas ia gunai pedangnya akan tangkis sesuatu serangan, sambil berbuat mana, ia maju terus.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tjoe Hong Teng, yang memutar pedangnya, Lionggimkiam, membuat pedang itu bersinar berkeredepan, menghalau sesuatu senjata rahasia; yang menyambar ia. Yang lain-lain pun menangkis dengan masing-masing senjatanya, ada juga yang baisa pakai senjata rahasia juga. Ada budi tak dibalas adalah kurang hormat! berseru Thaykek Tan dalam mendongkolnya, selagi ia maju dengan cepat la geser pedangnya ke tangan kiri, untuk tetap dipakai mclindungi diri, tangan kanannya menjumput Kimtjhiepiauwnya, yang mana ia pakai balas menyerang, untuk balas kchormatan musuh. Aduh! dcmikian terdengar satu suara di atas bukit, disusul sama rubuhnya satu badan, yang nyemplung ke dalam jurang yang dalamnya dua atau tiga puluh tumbak! Masih jago Thaykek-koen ini belum mau sudah, ia susul lain-lain piauwnya, maka ia saksikan lagi dua musuh rubuh terguling ke dalam jurang. Baharulah setelah itu, orang-orangnya See Bcng Wan bcrhcnii menyerang dengan senjata rahasianya. Tjoe Hong Teng semua gunai ketika itu untuk berlompatlompatan, mendaki bukit, akan susul musuh-musuh mereka. Di atas bukit, See Beng Wan tinggal bertiga dengan dua pahlawan kelas satu. Mereka berhenti menyerang tetapi mereka tidak segera angkat kaki. Kapan mereka tampak musuh-musuh lagi mulai naik, mereka sambar batu besar, yang mereka pakai menimpuk ke bawah. Ini adalah sangat hebat. Batu-batu besar itu tidak dapat ditangkis. Or-ang pun tidak bisa lompat bcrkclit, atau lompat mundur, untuk lari turun. Syukur mereka bisa tempel tubuh pada lamping bukit, hingga mereka lolos dari bahaya maut. Walaupun dcmikian, batu-batu kecil dan tanah yang gempur

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan meletik, telah mengenai juga mereka, hingga mereka jadi repot. Adalah di saat semua musuh sedang umpetkan diri, See Beng Wan bcrtiga lantas angkat kaki. Di lain sebelah, untuk turun, mereka tidak bisa berlari, jikalau mereka turun mclapai. ituiah akan ambil terlalu banyak tempo, mereka bisa terkejar dan tercandak. Maka itu, mereka peluki kedua kaki dan tekuk tubuh hingga tubuh mereka jadi bundar, sesudah mana, mereka gulingkan diri, akan turun bergelindmgan. Satu pahlawan kena bentur sebuah batu besar, benturan yang keras membikin tubuhnya mental, karena mana, ia bergelindingan luar biasa keras, ia tcrbanting, sesampainya di bawah, ia telah hilang jiwanya, tubuhnya remukl See Beng Wan dan satu kawannya lagi selamat, dengan melawan sakit, mereka kabur terus. Sama sekali mereka tak gubris itu kawan yang naas, yang buang jiwa secara hebat Kapan rombongan Thaykek Tan sampai di atas bukit, semua musuh telah lenyap. Tadinya Thaykek Tan masih hendak me near i. tetapi Tjoe Hong Teng cegah dia. Mereka telah musnah tujuh atau delapan bagian, maka marilah kita kembali, kata Kctua Giehoo-toan. Kita mesti lekas untuk jaga kalau-kalau kambratnya orang she See itu nanti mcngacau di dalam Biarlah sekali ini mereka lolos. Thaykek Tan mengerti, ilmu entengi tubuh dari See Beng Wan berimbang dengan kepandaiannya sendiri, tentu sulit akan candak musuh, karena ini, ia turut pikiran Ketua Giehootoan itu. Ya, marilah kita pulang, kata ia. Maka semua orang lantas mencari jalan turun. Sembari jalan, Ong Tjoe Beng menghitung-hitung sendiri tentang jumlahnya korban di pihak See Beng Wan, yang semuanya terdiri dari sebelas pahlawan: Tjoe Hong Teng,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siangkoan Kin, Touw Tjin Nio dan ia scndiri masing-masing membinasakan satu orang, Thaykek Tan binasakan tiga musuh, Tjian Djie Sianseng rubuhkan dua musuh, satu musuh lagi binasa tcrbantmg. dari itu, selainnya See Sioe Gie yang tertawan, maka dcngan Sec Bcng Wan hanya tinggal satu musuh lagi. Jadinya, kawanan pengkhianat itu terbasmi sembilan bagian. Hanya, biar bagaimana. mereka sayangi yang Beng Wan toh lolos. Di ten can jalan, Thaykek Tan can See Sioe Gie, yang ia lemparkan ke dalam gombolan, buat angkat musuh ini untuk dibawa pulang, langsung ke markas Toatoo-hwee. Semua tauwbak heran melihat kctua mereka jalan bersama-sama pihak Giehoo-toan, tetapi lebih heran lagi kapan mereka iihat, begitu sudah berkumpul di dalam markas, Tjoe Hong Teng minta Ong Tjoe Beng segera bunyikan tambur, untuk panggii berkumpul semua tauwbak, sesudah mana, setelah dibikin pemilihan, penangkapan dilakukan terhadap tauwbak-tauwbak konconya dua Saudara See. Mereka ini terkejut Sebenamya mereka hendak bikin perlawanan, tetapi di bawah kepungan Thaykek Tan beramai, mereka tak berdaya. Sama sekali ada dua puluh lebih tauwbak kambratnya See Beng Wan dan See Sioe Gie, dcngan sebelas orang telah terbinasa atau kabur, tinggal sepuluh lebih. Dari antara mereka itu, beberapa di antaranya kabur dengan diam-diam begitu lekas mereka tampak Ketua Toatoo-hwee ada bersamasama rombongannya Giehoo-toan. Mereka curiga dan dapat firasat jelek. Maka itu, yang. tcrtawan sekarang cuma beberapa or-ang saja. Mereka ini masih heran kenapa mereka ditawan. Ong Tjoe Beng kumpulkan mereka, lalu di hadapan semua tauwbak lainnya, ia beber komplotannya dua Saudara See, yang baharu saja dibasmi, malah See Sioe Gie scndiri kena

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ditawan hidup-hidup. Tadinya mereka itu sangka See Sioe Gie bukan tertawan. hanya terluka. Buat menambah penjelasan, Tjian: Djie Sianscng turut bicara, akan beber rahasianya dua Saudara See itu, yang hendak gulingkan Toatoo-hwee dengan adu Toatoo-hwee dcngan Giehoo-toan, dengan menyelundupi pahlawanpahlawan Boan yang menyamar, hingga Ketua Toatoo-hwee kena dikelabui. See Sioe Gie, yang telah dibikin sadar, terpaksa mesti aku perbuatannya bersama-sama saudaranya, sehingga sekalian tauwbak yang ditangkap itu pun mesti tutup mulut. Nyata mereka telah jadi perkakasnya bangsa Boan, jadi pengkhianat bangsa. Tauwbak-tauwbak Toatoo-hwee, yang pernah diadudombakan terhadap Giehoo-toan, jadi gusar sekali terhadap rombongan Persaudaraan See ini, yang telah permainkan mereka. Di lain pihak, mereka sesalkan telah kena orang dustakan. Dalam keadaan tegang sebagai itu, mendadak Ong Tjoe Beng berbangkit. Ia dorong ke samping kursinya, lalu sarnbil bcrdiri di samping kursi itu, ia berkata dengan suara nyaring: Saudara-saudara, rombongan Kaum See ini tak bakal lolos, belakangan saja kita hukum mereka. Sekarang aku ada satu urusan penting, yang hendak aku utarakan. Saudara-saudara, untuk banyak tahun aku telah ditunjang oleh Saudarasaudara, diangkat menjadi Tjong-totjoe dari Toatoo-hwee, maka itu aku mcnycsal sekali ini kali aku kena dikelabui oleh sahabat-sahabat palsu hingga karenanya, satu sahabat baik aku telah pandang sebagai musuh, hingga aku lakukan satu kesalahan besar. Aku malu atas kekeliruanku ini, tak ada muka buat aku terus pegang pimpinan lagi. Saudara-saudara, jiwaku telah ditolong oleh Toako Tjoe Hong Teng, sekarang aku hendak mohon Tjoe Toako sekalian merangkap menjadi Ketua dari Toatoo-hwee juga.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Habis mengucap demikian, tanpa tunggu persetujuan lagi, Ong Tjoe Beng pimpin Tjoe Hong Teng untuk duduk di kursi kcbesarannya yang ia telah geser itu. Tjoe Hong Teng bersenyum, ia balas cekal tangan orang akan paksa duduki ketua itu di kursinya sendiri. Ong Tjong-totjoe, jangan kau mengalah padaku, ia kata. Toatoo-hwee ini kau sendiri yang telah bangunkan dengan susah-payah. maka bagaimana dapat aku mernimpinnya? Ini pun bukan urusan pcrscorangan, yang dapat dipindahpindahkan menuruti suka hati sendiri. Izinkan aku omong terus terang. Giehoo-toan bukan kepunyaan pribadi, seperti juga Toatoo-hwee bukan kepunyaan Saudara sendiri Kita semua adalah orang-orang penentang bangsa Boan, bangsa asing. Kita adalah orang-orang dalam satu garis, jadi tugas kita adalah bagaimana kita harus keluarkan tenaga. Saudara, sebagai Ketua dari Toatoo-hwee, kau dapat berbuat lebih banyak daripada aku, maka tidak sclayaknya kau serahkan kedudukanmu padaku! Buat kita adalah, mari kita bekerja sama! Kata-katanya Tjoe Hong Teng membuat kekaguman bagi sekalian tauwbak Toatoo-hwee. Mereka tahu, ketua mereka telah ditolong Ketua Giehoo-toan ini, adalah tetapi untuk serahkan Toatoo-hwee kepada seorang asing, mereka raguragu, sekarang mereka dengar penampikan orang dengan alasan yang sehat itu, hati mereka tergerak- Sekarang mereka awasi ketua mereka, akan dengari pengutaraannya ketua itu terlebih jauh. Ong Tjoe Beng jadi ragu-ragu. la telah keluarkan perkataannya, cara bagaimana ia bisa tank ftu kembali? Tibatiba Tjian Djie Sianseng muncul. Ong Tjong-toijoe, janganlah kau mengalah! kata orang tua ini. Toatoo-hwee tak dapat disamakan dengan Giehootoan, keduanya juga tak perlu berebut tempat, begitupun kau sendiri dan Saudara Tjoc. Kau orang ada orang-orang luar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

biasa, tak dapat kau orang bikin sebagai orang Rimba Persilatan yang kebanyakan. Benar seperti katanya Saudara Tjoe, kau mesti tetap pegang pimpinan. Yang benar adalah kedua pihak berserikat, bersama-sama maju, bersama-sama menderita, untuk mencapai cita-cita kita. Sebelum Tjoe Beng sempat mengutarakan pendapatnya, semua Tauwbaknya telah bersorak menyatakan setuju atas usul Tjian Djie Sianseng, maka itu, akhirnya, ia terpaksa batalkan niatnya mengalah pada Tjoe Hong Teng. Ia setuju pemikaran, untuk jadi bengtjoe, ketua perserikatan, ia usulkan Hong Teng. Mulanya Tjoe Hong Teng menolak. tapi Tjian Djie Sianseng desak ia, maka di akhirnya, ia terpaksa ia terima kedudukan itu. Dengan begitu, dengan Ong Tjoe Beng, ia lalu angkat saudara. Segera dibikin pesta besar, sampai tiga hari lamanya. Tentu saja karena ini, Touw Kan-louw yang ditawan Toatoo-hwee, lantas dimerdekakan dan ia ini pun turut dalam pesta itu. Selama tiga hari itu, Tjoc Hong Teng dan Ong Tjoe Teng telah atur rencana kerja sama supaya ada garis-garis untuk mereka bertindak. Sclang tiga hari, kegembiraan bcrubah jadi kescpian. Thaykek Tan dan rombongannya, jago-jago tua, pamitan untuk pulang. Siangkoan Kin juga turut pamitan. Ketika ia ambil selamat berpisah dari Ong Tjoe Beng dan Touw Tjin Nio ia kclihatan lesu. Tjoe Hong Teng lihat roman orang itu, ia mengerti, tetapi itu waktu ia diam saja. Tjoe Hong Teng perhatikan Teng Hiauw, ia minta Thaykek Tan didik baik-baik anak itu. Thaykek Tan menyanggupi, ketika ia ceritakan bagaimana caranya Teng Hiauw datang, untuk belajar silat, semua or-ang tertawa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thaykek Tan, Tjian Djie Sianseng dan Han Koei Liong, berangkat lebih dulu, kemudian mereka pun berpencaran. Tjoe Hong Teng antar Siangkoan Kin. Ia tahu sahabat ini menduga apa-apa. Tiba-tiba ia tanya: Coba bilang, kalau barisan wanita dari Toatoo-hwcc dipadu dcngan Hongtengtjiauw kita, mana yang terlebih tangguh? Siangkoan Kin berpikir sebentar. Kelihatannya Barisan Wanita Toatoo-hwee lebih tangguh, ia jawab. Apakah karena adanya Touw Tjin Nio? Hong Teng tegaskan. Karena adanya satu pimpinan wanita yang iiehay, itulah tak aneh, bukankah? Aku lihat, itulah sebabnya, menjawab Siangkoan Kin. Sebenamya ia rada likat. Hongteng-tjiauw kita kekurangan pemimpin yang gagah seperti Touw Tjin Nio, yang pun mempunyai tenaga penarik. Maka itu kita mesti dapati tambahan pemimpin-pemimpin wanital kata Tjoe Hong Teng sambi I tertawa. Sekarang aku ingat Kiang Hong Keng, cucu perempuan guruku, aku harap dia memasuki rombongan kita. Aku pun harap Touw Tjin Nio nanti suka bantu memimpin. Siangkoan Kin setujui pikiran kctua ini. Karena ini, Tjoe Hong Teng lantas ajak Siangkoan Kin kembali dulu ke Markas Gichoo-toan, untuk mengatur sesuatu, setelah mana sahabat ini diutus ke Pooteng untuk kunjungi Kiang Ek Hian dan cucunya, diharap, umpama Ek Hian menampik, cucunya itu nanti membantu. Tetapi, waktu Thicbian Siesengkembali, ia kembali dengan tangan kosong. Ia kata Keluarga Kiang telah berpindah dari Pooteng setengah bulan yang lalu, entah ke mana pindahnya, sebabnya pun

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak ada yang tahu, kecuali or-ang duga, mereka itu hendak menyingkir dari musuh. Inilah heran, kata Tjoe Hong Teng, yang terpaksa kirim kabar ke sana-sini, untuk minta sahabat dan kawan-kawan bantu selidiki alamatnyajago tua itu. Setelah perserikatan, sesudah Tjoe Hong Teng ubah tujuan Hoetjeng Hokbeng menjadi Hoetjeng Biaiyang - ialah dari melawan Tjeng-tiauw buat bangunkan Bengtiauw menjadi membantu Tjengtiauw, membasmi orang asing Gerakan Giehoo-toan dan Toatoo-hwee meluas dengan cepat, banyak pertambahan anggotanya. Karenanya, pemerintah Tjeng jadi terpaksa mengaku sah ini perkumpulan rahasia, yang cabang-cabangnya mcnjalar sampai di bebcrapa propinsi di Utara. Shoatang menjadi pusat utama, karena satu distrik Djimpcng saja punyakan koentjiang, rumah perkumpulan, sampai delapan ratus buah. Hong Teng girang sekali, kecuali kapan ia ingat gurunya, Kiang Ek Hian dan Hong Keng. Walaupun tidak ada Nona Kiang, Barisan Hongteng-tjiauw tetap peroleh kemajuan, sebab ia dapatkan pimpinannya Nona Lauw Sam Kouw, adik perempuan dari Lauw Eng Hok, itu pendekar yang mclabrak pasukan Perancis. Perhubungan Hongteng-tjiauw dengan Barisan Wanita dan Toatoo-hwee pun erat, terutama sebab ada Siangkoan Kin, yang suka jadi jembatan antara Giehootoan dan Toatoo-hwee; Tjoe Hong Teng pikirkan gurunya, ia tidak tahu, guru ini tidak merasa aman tinggal di Pooteng, walaupurv scbenarnya Kiang Ek Hian hendak hidup tenang di rumahnya, karena mma, ia sampai tampik ajakannya Hong Teng membantu Giehoo-toan, yang tujuannya ia setuju sangat. Ia pun sangat sayang Hong Kens, sang cucu. dan ingin dapati satu pemuda yang sctimpal uniuk cucu ini, agar mereka bisa tetap tinggal berkumpul bersama.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Belum lama dari berlalunya Tjoe Hong Teng dari Pootcng, Kiang Ek Hian dengar kegemparan lenyapnya Teng Hiauw, puteranya Teng Kiam Beng, dari rumahnya, katanya disebabkan anak itu menampik menikah dengan pilihan ayahnya- Ek Hian duga, Teng Hiauw tentu diajak Hong Teng. la tidak pikirkan ini, karena ia tak bersahabat sama Kiam beng, tujuan hidup siapa pun ia tak hareni. Maka ia tidak mau kunjungi Kiam Beng akan utarakan dugaannya itu. Tapi di sebelah itu, lenyapnya Teng Hiauw membuat jago tua ini sangat bingung Nyata Hong Keng ada sangat perhatikan pemuda she Teng itu. Disebut namanya Teng Hiauw, si nona gembira, tapi mengetahui hal si pemuda lenyap, samar-samar tampak kedukaannya. Ek Hian tidak pernah sangka, kepergiannya Teng Hiauw bukan gara-gara Hong Teng saja, hanya juga disebabkan cucu perempuannya ini. Hong Keng girang Teng Hiauw memasuki Giehoo-toan, ia berduka karena ia tak dapat tinggal bersama pemuda itu. Selagi Ek Hian berduka karena kelesuan cucunya itu, pada suatu hari Kiam Beng datang padanya menanyakan kalaukalau Ketua Bweehoa-koen ini ketahui suatu apa perihal Teng Hiauw, puteranya yang lenyap itu. Kiam Beng datang pada orang she Kiang mi karena ia dengar cerita yang ditambahtambahkan mengenai bentrokan antara Teng Hiauw dengan pahlawan-pahlawan Soh Sian Ie disebabkan si Nona Ki-ang hingga kemudian puteranya jadi bcrsahabat sama nona itu, bahwa karena nona ini, putera itu menampik menikah dengan pilihan orang tua. Kiang Ek Hian tidak puas. Memangnya ia tak setujui jago Thaykek-pay ini. Kau kehilangan anak, kenapa kau tanyakan aku? kata ia dengan ketus. Aku tidak punya tugas untuk mengurus anakmu itu! Kiam Beng jadi jengah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku dengar cucu perempuanmu kenal dengan anakku, aku datarig untuk menanyakan saja, maksud lainnya aku tak punya, ia tcrangkan. Tapi jawaban ini membuat mukanya tuan rumah menjadi merah, karena mendongkol. Ngaco-belo! ia berseru. Kau anggap cucu perempuanku itu orang macam apa? Apa mungkin dia sembunyikan anakmu itu? Teng Kiam Beng, jangan kau pandang rendah padaku karena usiaku lanjut, tapi tak dapat orang sembarang menghina aku! Sudan, jangan kau datang kemari untuk ngoceh tak keruan! Ia lantas bcrbangkit, tangannya mengibas: Silakan! Silakan cari sendiri putera mustikamu itu! Aku di sini tak berani menerima tetamu agung mulia! Itu adalah usiran untuk tetamu. Bukan kepalang mendongkolnya Teng Kiam Beng, akan tetapi karena ia datang cuma karena pendengaran, ia berlaku sabar. Aku datang untuk menanyakan saja, Lootjianpwee, kata ia. Lootjianpwee banyak pengalaman dan pendengaran, barangkali saja kau mendapat tahu hal anakku itu. Tidak ada maksud lain dari aku. Karena Lootjianpwee tidak mau mengcrti, baiklah, aku mohon perkenan untuk pergi I Ia lantas memberi hormat sambii menjura, ia putar tubuhnya dan berjalan keluar. Ia masih dengar tuan rumah tertawa dingin di bclakangnya. Lewat bebcrapa hari, masih Ek Hian mendongkol i Kiam Beng dengan kunjungannya itu. Tapi selang sepuluh hari, muncul lain urusan yang bikin fa berl ipat kali lebih sebal, yang membuat ia sangat uring-uringan. Ini kali ada kedatangannya pcmbcsar setempat, yang tanyakan dia, Tjoe Hong Teng itu pernah apa dan orang she Tjoe itu pernah bcrmalam di rumahnya atau tidak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ek Hian heran atas itu pertanyaan, diam-diam ia terkejut. Dulu pernah aku terima satu murid she Tjoe, ia jawab dengan tenang, tetapi dia bukan bernama Hong Teng, sudah sepuluh tahun lebih sejak dia keluar dari perguruan, tidak pernah ada kabar ceritanya dan aku pun belum pernah cari dia Guru silat ini tidak berdusta ketika ia sangkal nama Hong Teng. Memang dulu, muridnya itu pakai nama Tjtp Hian, dan nama Hong Teng dipakai sejak murid itu bangunkan Gcrakan Giehoo-toan. Ek Hian pun heran, sekalipun dalam kalangan Kangouw, sedikit orang yang ketahui Hong Teng ada muridnya, kenapa pcmbcsar negeri bisa tahu itu. H abis siapa itu orang dengan usia pertengahan yang pada dua bulan yang lain telah datang ke rumahmu ini dan tinggal untuk sekian lama? ia ditanya pula. Ek Hian percaya, orang cuma dengar berita saja; dari itu, ia tetap berlaku tenang. Dia itu ada sanak jauh dari aku, ia akui. Dia ada adik misan dari koponakan langsung dari bibi misan dari besannya anakku yang lelaki. Sudah dua puluh tahun aku tinggal di Pooteng. Sekalipun dulu, ketika aku buka rumah perguruan, belum pemah aku terbitkan urusan, apa pula sekarang sesudah aku asingi dirt, mustahil aku izinkan orang jahat berdiam di rumahku? Pembesar itu tidak bilang apa-apa, tetapi ia minta Ek Hian cari dua hartawan atau saudagar, yang suka bcrikan tanggungan untuk dirinya. Dengan roman likat, dia kata: Kau ada satn guru silat tetua, kau juga ada penduduk lama, yang kenamaan baik, tak bisa kita tidak memandang padarnu, tetapi kami lagi menjalankan titah. terpaksa kami berlindak begini. Harap kau suka memberi maaf pada kami. Pasti sekali Ek Hian tidak ketahui sebabnya kenapa orang tanyai Tjoe Hong Teng padanya. Inilah karcna tindakannya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kedua Tjongtok dari Titlce dan Hoolam bcrhubung dengan perampasan orang-orang tawanan antaranya Teng Hiauw di Heksek-kong, di mana sejumlah serdadu dari Anpeng kena ditawan Kaum Giehoo-toan. Sebab di Kota Anpeng ada perbatasan Titlee dan Hoolam, kepala pemenntah kedua propinsi itu jadi sibuk, titah dikeluarkan untuk cari Tjoe Hong Teng. Di Pooteng ada beberapa orang polisi yang usianya lanjut, ingat Kiang Ek Hian ada punya murid she Tjoe, dari itu, Ek Hian jadi dapat kunjungan dan pertanyaan. Syukur ia ada penduduk kenamaan, ia pun bersikap tenang, orang tidak curigai ia. Hanya yang sulit ia dimestikan cari dua penanggungjawab. Sebagai guru silat, sahabatnya adalah guru-guru silat juga, sekarang ia diminta cari hartawan atau saudagar, sukar untuk ia mendapatkannya. Ada beberapa, yang ia kenal, tapi mereka i tidak berani bertanggung jawab, sebab urusan katanya ada berhubung sama Gerakan Giehoo-toan. Di itu zaman, orang jerih terhadap undangundang bengis dari pemenntah Boan terhadap pengkhianat atau pemberontak. Dua hari sudah Kiang Ek Hian berputaran mencari penanggung, ia tidak berhasil, karena temponya tinggal lagi satu hari, sore itu ia sibuk bukan main. Terus sampai malam, ia tidak lantas dapat tidur. Maka ketika ada suara berkeresek di luar jendela, iasegera dapat dengar itu. Sahabat, siapa itu di luar? ia menegur seraya berbangkit, mukanya menghadapt jendeia. Marilah masuk dan bicara! Baiklah, sahut satu suara dalam, menyusul mana, jendela terpen tang dan satu orang lompat masuk. Tuan rumah tercengang apabila ia sudah lihat tctamunya itu, ialah Teng Kiam Beng. Tengah malam kau datang kemari, kau ada punya pengajaran apa untuk aku? ia tanya. Tolong kau jelaskan!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia duga orang jengkel terhadapnya dan sekarang hendak cari gara-gara, lantas saja ia bersiap untuk sesuatu penyerangan. Teng Kiam Beng tertawa, ia hampirkan kursi dan duduk dengan bebas. Orang tua, dengan sebenarnya aku tidak puas terhadap caramu melayani aku kemarin ini, kata tetamu tidak diundang ini, akan tetapi sekarang aku datang tan pa maksud jahat. Kau pernah usir aku, supaya aku tak datang pula ke rumahmu ini, maka kalau sekarang aku toh datang tanpa undangan dari kau, inilah sebab aku tidak sudi lihat orang scsama kaum mendapat celaka!. Ek Hian berlaku tenang, walaupun ia heran dan hatinya goncang. Dengan sabar ia ambil kursinya. Marilah kalau kau ada pembicaraan, kata ia. Selama dua hari ini aku memang lagi alami kesulitan, akan tetapi meskipun dcmikian, aku masih tidak niat mmta bantuan kau, Lauwhia. Kiam Beng kerutkan alisnya, tandanya ia masygul. Dengan scbenamyaaku memang tidak punya tenaga untuk bantu kau, kata jago Thaykek-pay mi, tetapi aku toh datang, dengan satu maksud lain, pemerintah Boan telah dapat tahu, Tjoe Hong Teng ada muridmu, dia bakal kirim orang liehay untuk tawan kau, maka, kau waspadalah. Aku ada seorang dari Rimba Persilatan, maka itu tak senang aku lihat seorang Rimba Persilatan, dibekuk oleh pemerintah Boan! Tentang perselisihan paham di antara kita, tinggu sajalah sampai nanti, sesudah kau lewati bencana mi, umpama kau hendak memberikan pelajaran padaku, aku bersedia untuk menerimanya. Matanya Ek Hian bersinar. Mau atau tidak, ia heran. Bagaimana kau ketahui iiu? tanya ia. Kiam Beng berbangkit, ia tertawa dingin.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kau percaya atau tidak, terserah padamu, ia kata. Tak usah kau tanya melit-melit padaku! Aku cuma ingin jangan kau pandang orang terlalu enteng. Aku telah bicara, sekarang tinggal kau pikir. Kau mesti bertindak lekas! Kiam Beng tompat keluar dari jendela, akan lenyapkan dirinya di tempat gelap. Ek Hian antar tetamunya sampai di pekarangan, di situ ia lamas berdiri bengong. Tak dapat ia sangsikan or-ang she Teng itu. Tanpa merasa. matanya mengembeng air. la, satu jago tua. Ia ingin asingi din. hidup sunyi dan tentaram, tetapi suasana tidak mengizinkan, ia terbawa juga arus. ia pun mcnycsal keliru anggap terhadap Kiam Beng, yang ia tadinya percaya sudah jadi budak pembesar negen, tidak tahunya, dia tetap masih seorang Kangouw yang, terhormat. Ia hanya masih tidak mengerti, kenapa Kiam Beng bersahabat kekal sama Keiuarga Soh, seorang Boan yang telah ternyata terang ada kejam. Ia tidak tahu, Sian le ada sangat licin dan Kiam Beng telah kenadikelabui. Tapi justru Kiam Beng bersahabat sama Sian le, ia jadi tahu jago she Kiang itu ada terancam bahaya. Duduknya hal ada begini. Itu hari Sian le jamu Kiam Beng, selagi bersantap, ia tanya ini jago silat tentang hubungan di antara Kiang Ek Hian dan Tjoe Hong, Teng Kiam Beng tahu tapi ia bcrpura-pura tidak tahu. Sebenarnya satu putera dari Sian le bekerja dalam Kantor Tjongtok dari Titlee, dia datang untuk minta bantuannya Kiam Bcng, yang dia tahu tidak akur dengan Kiang Ek Hian. Kiam Bcng menampik untuk mcmbcrikan bantuannya, atas mana, Sian ie dan anaknya tidak mendesak. Karena ini, perjamuan itu ditutup dengan lenyapnya kegembiraan, Kiam Beng pulang dengan pikiran ruwet tapi malam itu ia toh pergi pada Ek Hian, untuk berikan kisikan. Sian le sendiri tidak puas, tapi ia tidak berani desak Kiam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bcng, ia kuatir jago silat ini nanti gusar, hingga selanjutnya ia tidak bisa gunai lagi tenaganya. Lama Ek Hian masih berdiri diam di dalam pekarangan, akhirnya ia ambil putusan yang getas. Kctika itu sudah jauh malam, ia tak dapat bcrlambat lagi. Scgcra ia masuk ke dalam, akan kasih bangun pada Hong Keng. Lekas benahkan pauwhok, sekarang juga kita berangkati kata ia pada cucunya itu. Begini malam, Engkong? Tanya cucu. Ke mana kita pergi? iago tua itu menghela napas. Aku ingin kau hidup tentaram, sekarang aku ton mesti bikin kau jalanan jauh, jawab ia. Mari kita pergi. Ke mana? Aku masih belum tahu. Mari kita jalan saja. Ia tuturkan adanya ancaman bahaya. Kenapa tidak pada Tjoe Soesiok? kata Hong Keng. Di sana pun ada banyak orang dan ramai! Engkong itu manggut. Tapi ia segera goyang kepala Nanti saja di tengah jalan, kita bicara pula kata ia. Wajahnya muram sekali. Hong Keng tidak tanya melit lagi, ia lantas bcbcnah dan dandan, habis itu, ia ikut engkongnya keluar dari rumah. Mereka ambil jalan dari pintu bclakang, di situ ada sebuah kali, mereka jalan di sepanjang tepi. Itulah tcmpat di mana dulu Tjoe Hong Teng menggoda Teng Hiauw. Di bclakang hari masih ada ketika untuk kau kembali ke rumah kita ini. kata Ek Hian sembari jalan. Aku sendiri, tidak. Orang tua ini berati rumahnya itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hong Keng menoleh pada rumahnya, hingga ia teringat pada saat Hong Teng permainkan Teng Hiauw, hingga ia pun jadi bayangi romannya si anak muda yang gagah dan cakap itu. Karena ini, ia jalan sedikit ayal. Hong Keng, kau awasi apa? tanya sang engkong. Mustahil ada orang sembunyi di situ! Ek Hian curiga pada musuh. Ia belum dapat jawaban dari cucunya, lantas ia lihat dua bayangan berkelebat, keluar dari tempat gelap. la segera dengar tertawa cekikikan, yang disusul sama kata-kata: Kiang Loosianseng, sekarang sudah begini malam, ke mana kau hendak pergi bersama Nona Kiang ini? Ek Hian lantas lihat dua orang melintang di depannya, mereka mencekal golok dan pedang masing-masing. Ketika ia mengawasi, ia seperti kenali satu di antaranya. Ia hendak mcndckat i, ketika Hong Keng berseru: Kiranya kau, jahanam! Seruan si nona ini disusul sama gerakan menyerang. Kiang Ek Hian pun segera kenali orang itu, ialah Kimtoo Hek Tjit, pahlawan kesatu dari Keluarga Soh. Hong Keng, jangan ladeni dia, mari kita ambil jalan kita, ia cegah cucunya^ Seruan engkong ini terlambat, swrangannya sang cucu tak dapat dicegah lagi. Hong Keng memang benci sekali pahlawan itu, yang baru-baru mi sudah kcpung dia. Ia lompat I uar biasa pesat, segera ia tabas lengan kiri orang. Hek Tjit terkejut. Serangan si nona ini tidak ia sangka. Dalam gugup ia menangkis. Tapi Hong Keng tidak menyerang kepalang tanggung, ia menyusuli dengan lain scrangan, satu tikaman Pekhong koandjit atau Bianglala putih menggalang langit. Tidak tempo lagi, pahlawan Sian le rubuh dengan mandi darah, jiwanya melayang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kawannya Hek Tjit kaget, tidak berlambat lagi, ia memutar tubuh untuk lari. Tapi sambil lari ia kasih dengar suara panjang, seperti suatu pertanyaan Hong Keng sedang sengit, ia tidak berhenti sampai di situ. Awas! dia berseru, seraya tangannya diayun, atas mana tiga buah Thielian-tjie segera menyamber sambil perdengarkan suara mengaung, hingga dalam tempo sedetik saja, kawannya Hek Tjit itu sempoyongan, terus rubuh di atas pasir di tepi kali itu. Hek Tjit dan kawannya datang untuk pasang mata terhadap Kiang Ek Hian, guna jaga Tcng Kiam Beng, yang dikuatirkan nanti sekongkol sama Ek Hian. Biarbagaimana, Sian le curiga terhadap Kiam Beng. Hek Tjit datang bersama dua kawan lain, yang baharu datang dari Kota Raja, tapi dua kawan ini sengaja jalan misah, sebab sudah diatur agar Hek Tjit tak usah bcrtcmu muka sama Kiam Beng yang dikenal. Lacur bagi Hek Tjit, dia pergoki Ek Hian, hingga ia jadi korban pedangnya Nona Kiang yang benci dia. Ah, anak sembrono, Ek Hian sesalkan cucunya Buat apa layani mereka? Tidak keruan-keruan, kita jadi timbulkan perkara darah. Memang Engkong terlalu murah hati, kata sang cucu. Engkong bisa ampuni orang, tapi orang lain belum tentu. Suaranya si nona belum berhenti atau ia dengar suara panjang seperti suaranya Hck Tjit tadi, lalu di antara rcmbulan, kclihatan bayangan orang bcrlari-iari mcndatangi, sebcntar saja, bayangan iiu sudah sampai di dcpannya mi cngkong dan cucu. Nyata mcrcka ada dua pahlawan yang dikinm dari Kota Raja, untuk mcnawan jago tua she Kiang itu. Yang satu mencekal golok Hoathong-too dcngan scbuah kantong piauw di pinggang. maianya bersinar, yang satu pula. bermata besar dan beralis gomplok, tangannya mencekal ruyung Tjengtong-gan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sahabat, kau dalam perkara! tiba-tiba dpa orang itu berkata. Sahabat. tolong kau buka jalan untuk aku si orang tua lewat, kata Ek Hian dengan sabar. Aku bukannya tidak niat urns perkara ini tetapi apa mau, golok di tanganku tidak hendak iringi aku. Umpama kata kau hendak berkeras, lihat di sana kawanmu itu! la tunjuk mayatnya Hek Tjit. Dua orang itu jadi gusar. ^JPcmberontak! mcrcka bentak. Kau berani lawan pemerintah! Orang yang bersenjata goiok lantas tcrjang Ek Hian, dan kawannya serang Hong Keng. Dengan golok di tangan, Ketua Bweehoa-koen berdiri secara agung, kutnis-jenggotnya yang panjang memain di sampokan angin, begitu lekas serangan sampai, ia egos tubuh ke samping, goloknya dipakai menangkis. Juara nyaring adalah susulannya tangkisan itu, lelatu api pun bersimbahan. Si penyerang terkejut, goloknya terpental, telapakan tangannya sakit. Dengan terpaksa ia lompat mundur. Ek Hian tidak mau berlaku telengas, ia tidak menyerang lebih jauh. Keng-djie, mari lekas pergi! ia teriaki cucunya. Ketika ia berpaling pada Hong Keng, justru terdengar suara senjata beradu dengan nyaring. Nyatalah Hong Keng dapati tandingannya. Ada maksudnya ini cngkong, akan bantu sang cucu, tapi baharu ia maju, ia dengar seruan: Lihat piauw! Lahxj tiga

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

batang piauw dari pecundangnya menyambar di tiga jurusan, kiri, kanan. dan tengah. Sambil berseru juga, Ek Hian tangkis semua serangan itu, hingga tiga-tiga batang piauw terpental, dua diantaranya jatuh ke kali, hingga menerbitkan suara di air. Ia jadi gusar, maka menerusi gerakannya, ia lompat pada musuh tukang bokong itu, siapa jadi tercengang karena mclihat kegesitan dan liehaynya orang itu. Kau sambut golokku! seru jago Bweehoa-koen, selagi orang hendak jumput pula piauw di kantongnya. Dalam keadaan tanggung sepcrti itu, pahlawan Boan itu cekal goloknya dengan tangan kiri, untuk menangkis, ia tidak sempat geser golok ke tangan kanan, maka ia terpaksa menangkis dengan tangan kiri itu. Di pihak lain, turunnya golok dengan tipu bacokan Tay-san apteng. ada hebat sekali, maka ketika dua senjata beradu, golok pahlawan itu terkutung dua. Goloknya Ek Hian tidak dapat ditahan, golok itu terus turun ke arah pundak. Aduh! menjerit itu pahlawan, pundak siapa terbacok hebat sekali, dan sebelah tangannya terpisah dari tubuhnya, rubuh di tanah, jiwanya melayang dengan lantas. Sudah terlanjur, Ek Hian jadi berlaku bengis. Setelah itu, ia segera menoleh pada cucunya. Terus ia mengawasi. Karena Hong Keng lagi bcrtempur dengan seru dengan lawan yang bersenjata ruyung Tjengtong-gan itu. Biar bagaimana, ia malu untuk kepung musuh yang sendirian itu. Musuh mainkan sepasang genggamannya dengan baik, senjata itu berat, dan itu temyata tenaga orang itu ada besar, Hong Keng kalah tenaga tapi ia menang gesit, ia pun ccrdik untuk singkirkan pedangnya dari senjata musuh karena cara berkclahi ini, pertempuran mereka jadi meminta tempo.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keng-djie, buat apa layani ia lama-lama? akhirnya sang engkong berseru. Lawan dia dengan ilmu tangan kosong melawan golok, terjang bahaya sambil majukan pedangmu, apa itu tidak akan lekas bereskan dia? Ek Hian bisa melihat tegas, maka ia tahu kelemahannya orang itu. Hong Keng sadar kapan ia dengar kisikan engkongnyaitu, ia lantas ubah caranya bersitat. Dengan berani la menyerang, tangan kirrnya, yang kosong, dipakai menyerang berulangulang. Dengan gesit, ia kelit atau mendesak. Tangan kanannya, dengan pedang Liongboen-kiam, saban-saban mencan jalan. Dengan caranya ini, ia bikin lawan jadi repot dan terdesak. terutama karena orang bcrsenjatakan gegaman yang berat, maka dengan sengit, musuh itu gunai ketika, akan menyerang dengan berbareng dengan sepasang senjatanya. Tangan kanan menyabet ke arah pinggang, tangan kiri menyerang dari atas ke bawah, kepada batok kepala. Nona Kiang tertawa dingin. Dengan mencelat mundur, ia bebaskan din dari dua-dua ancaman, habis itu, dengan sebat ia maju pula, untuk merangsek, buat terus tabas lengan kiri dari musuh. Pahlawan Boan itu berseru bahna kaget, lekas-lekas ia putar keluar ruyung Tjengtong-gannya, untuk kelit, tapi selagi ia menolongi diri, tangan kiri si nona mengetok tangan kanannya, begitu telak, hingga senjatanya iantas jatuh dengan menerbitkan suara nyaring. la kaget dan kesakitan, segera ia loncat mundur, untuk singkirkan diri. Tapi Hong Keng tidak mau bekerja kepalang tanggung, sambil berlompat, ia menyusul, melewati kepala orang, hingga di lain saat, ia telah beradadi dcpan orang itu. Si pahlawan dengar angin nienyambar di belakangnya, ia duga si nona kejar ia, saking jerih, ia tidak menoleh, ia lari terus. Ia terkejut, ketika tahu-tahu si nona sudah berada di depannya dan pedangnya nona itu menikam ia.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lihat pedang! nona itu berseru. Tidak ada tempo untuk si pahlawan angkat kcpala, atau pcdang sudah menyamber tenggorokannya, dari itu, dengan satu jcritan tcrtahan, ia rubuh, j iwanya melayang. Hong Keng susut pedangnya, untuk terus dimasuki ke dalam kerangkanya Engkong, manis sekali tipumu ini, kata ia, yang merasa sangat puas. Kiang Ek Hian unit kumisnya, ia bersenyum. Ia pun puas. Tapi iamasih hendak kasih keterangan pada cucunya itu ketika mendadak ia menoleh, agaknya ia heran. Eh, siapa lagi itu yang liehay? kata ia, suaranya dingin. Hong Keng pun berpaling dengan segera Dari samping mereka, dari gombolan, keluar satu orang. Inilah menyenangi, tapi empat jiwa telah melayang! kata orang itu sambil tertawa. Ek Hian kenali Teng Kiam Beng, hatinya jadi lega. Tapi ia mengawasi lagi dengan siap sedia. Ada apa lagi, Teng Toako? ia melihat orang nampaknya masih sangsikan dia, Kiam Beng tertawa pula. Aku tidak datang untuk menjaili kau, Kiang Looenghiong, kata ia. Turunkan golokmu. Aku maiah hendak mohon pertolongan kau. Sekeluarnya dari rumah Ek Hianjj Kiam Beng mau pulang, tapi segera ia lihat beberapabayangan mendatangr, iajadi curiga, lantas ia umpetkan diri seraya pasang mata. Hatinya berkuatir melihat orang menuju kc rumah jago Bwee Hoan Koen, maka ia menguntit. Karena ia terus sembunyikan diri, tidak heran Ek Hian dan cucunya, yang asyik layani musuh,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak lihat padanya, sampai ia munculkan diri. Selama itu, ia telah saksikan kedua pertempuran itu. 1 Aku telah kuntit mereka ini, Kiam Beng cerita, sambil tertawa. Kepandaian mereka tidak berarti, mereka tidak tahu aku membayangi mereka. Terang mereka datang untuk antari jiwa saja. Kau orang pun bertangan besi! Melihat sikap orang dan mendengar omongan itu, lantas hi lang kecurigaan Ek Hian, ma I ah pandangannya terhadap Ketua Thaykek-pay itu pun turut berubah. Ia tidak sangka, Kiam Beng sebenarnya tetap masih seorang Kangouw asli, sedang orang umumnya pandang rendah padanya karena pergaulannya dengan Soh Sian Ie. Maka itu, ia lantas haturkan terima kasih. Kemudian ia tanya, dalam hal apa ia bisa berbuat jasa terhadap jago pooteng ini. Itulah urusannya anakku, sahut Kiam Beng dengan roman jengah. Usiaku sudah lanjut, anakku itu adalah anak satusatunya, tetapi dia telah minggat, aku jadi kesepian. Tak malu aku menerangkan kepada kau, Lootjianpwee, selama ini, aku sampai tak bcrnafsu makan. Dengan lancang aku telah kunjungi kau, aku membuat kau gusar, dalam hal itu, harap kau maafkan aku. Apa yang aku ingln minta adalah, dengan perjalanan Lootjianpwee, toiong kau dengar-dengar tentang anakku itu. Tidak nanti aku lupakan kebaikan kau ini umpama aku bisa dengar kabar anakku dari kau. Kiang Ek Hian terharu. Ia sangat sayangi cucunya, tidak heran kalau Kiam Beng tidak bisa lupakan putcranya. Tanpa merasa, matanya menjadi merah sendinnya. Ia lantas saja jabat tangannya jago Thaykek-pay itu. Saudara Teng, pasti aku akan dengar-dengar perihal puteramu itu! ia berikan janjinya. Aku sangat berterima kasih untuk pertolongan kau ini! Kiam Beng pun cekal keras tangan orang suatu tanda dari persahabatan. Tapi kedua-duanya ada kurang gembira, sebab

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang satu memikir anaknya, yang lain mesti tinggalkan rumahnya tanpa tujuan, dengan mesti iringi satu cucu perempuan. Setelah itu, kedua orang itu berpisahan. Hong Keng belum insyafi sikap engkongnya. Engkong, apa benar-benar kau hendak cari Teng Hiauw? ia tanya. Umpama kau dapat temukan Teng Hiauw, jangan kau kasih dia pulang ke rumahnya. Ayahnya itu bo-tjeng-iie, tak tepat perbuatannya! Kenapa dia hendak paksa putcranya menikah sama gadisnya satu hartawan? Tanpa ia sadar, Nona Kiang tak senang Teng Hiauw dipaksa menikah. Di lain pihak, ia ingin pemuda itu bisa terbang merdeka bagaikan burung, untuk memasuki Giehootoan. Sang engkong awasi cucunya dengan tajam. Anak yang baik, katanya dengan perlahan, tunggulah nanti, sesudah kau punyakan anak lelaki atau perempuan, baharu kau insyaf bagaimana sayangnya satu ayah atau ibu terhadap anaknya. Wajahnya si nona menjadi merah. Tapi engkong itu lantas tertawa. Anak yang baik, kau jangan kuatir! berkata ia. Tidak nanti aku bersikap sebagai ayahnya Teng Hiauw itu, yang paksa puteranya menikah dengan seorang perempuan yang tidak dikcnal! Jikalau kau pilih cucu-mantu. aku nanti pilih yang aku penuju dan kau pun setujui. Kembali mukanya si nona bersemu merah. Ah, Engkong! memprotes dia. Tidak keruan-keruan, kau godai aku. Engkong itu tertawa. Tapi aku omong dan hal yang benar, Anak, katanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sclama itu. mcrcka sudah bcrjalan, terus. hingga mereka berada di luar kota Pooteng. Hong Keng ulangi usulnya untuk can Tjoe Soesiok. Orang tua itu berpikir, ia menghela napas. Sebenarnya tak ingin aku cari Tjoe Hong Teng, kata dia, aku tak ingin yang kau, untuk seumurmu, nanii hidup dalam gelombang penghidupan yang berbahaya. Kau ada satu gadis baik-baik, tak tenang hatiku akan antap kau mencampuri gerakan mereka itu. Tapi kau mendesak, Anak, dan akupun telah janjikan Teng Kiam Beng akan cari si Hiauw, baiklah, man kita pergi. Aku kira anak itu terada dalam kalangan Gichoo-toan. Nah, man kita mcnuju ke Shoatang! Hatinya Hong Keng lega, gembira ia ikuh engkongnya itu. Sclama di perjalanan, hatinya Ki-ang Ek Hian tidak ten I cram, ia kuatir nanti ada orang polisi yang susul mereka, maka itu, kcmudian ia suruh Hong Keng menyamar jadi lelaki, hingga di lain saat, nona itu telah merupakan diri sebagai satu pemuda yang cakap. Meskipun begitu, mereka ton selalu ambil jalanan kecil dan sepi. ika kemudian mereka sampai di Shoatang, terjadilah sesuatu yang membikin Ek Hian ubah tujuannya. Pada suatu hari, sudah maghrib,. engkong dan cucu ini sampai di sebuah dusun kecil, terpaksa mereka ambil pondokan tanpa pilih-pilih lagi. Rumah penginapan pun kecil, kamarnya cuma beberapa buah. Kebetulan, kamar mereka berhadapan sama kamar yang penumpangnya ada satu anak muda yang cakap dan ganteng.dan di waktu mereka masuk ke dalam kamar itu, si anak muda mengawasi dengan tajam, hingga sinar matanya dia bentrok sama sinar matanya orang tua ini. Itu waktu, anak muda itu telah berkata seorang diri: Hari sudah gelap, sudah mestinya nyalakan api! Lantas ia tambah minyak pada lampunya, ia pasang itu secara terang sekali,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

scsudah mana, dia rebahkan diri di atas pembaringan, moeilie dia tidak kasih turun. Ek Hian ada seorang Kangouw yang berpengalaman. Adalah kebiasaannya satu orang yang lakukan perjalanan seorang diri, selagi singgah di hotel, dahar sore-sore dan terus beristirahat, supaya besok bisa bangun pagi-pagi untuk melanjuti perjalanan. Maka aneh ada sikapnya anak muda ini, yang nyalakan api besar-besar, bukan untuk membaca buku, tapi untuk rebah-rebahan dengan moeilie pun tidak digantung! Ia menduga orang ada kandung suatu maksud. Tanpa hunjuk gerak-gerik suatu apa, Ek Hian minta jongos adakan teh dan barang santapan. Ia pun tidak turunkan moeilicnya, ia sengaja nyalakan api terang-terang. Kemudian ia duduk dahar sama-sama cucunya. Kamar ini kurang hawa udara, biarkan moeilie digantung supaya angin masuk, begitu dia ngoceh seorang diri. Tapi dengan diam-diam, ia pasang mata terhadap si anak muda, hingga iadapati, orang pun scnantiasa incar pada mereka. Setelah kata-kata si orang tua, pemuda itu berbangkit dan menguap. Sudah wakfunya tidur, kata dia seorang diri, lantas ia bertindak ke pintu, akan turunkan moeilie. Di waktu berbuat demikian, ia pun incar Hong Keng. Ek Hian lihat sikap orang, ia jadi semakin curiga. Iamau percayasi anak muda berpura-pura saja, untuk singkirkan kecurigaan. Tapi, melihat tingkah-lakunya, ia percaya pemuda itu bukan orang baik-baik. Diam-diam ia perhatikan Hong Keng. Pada sikapnya cucu ini tidak nampak apa-apa yang luar biasa. Nona ini, mirip satu pemuda, sulit untuk kenalkan dirinyayangasli. gff Orang tua she Kiang ini ada berpengalaman, akan tetapi satu kali ini, dugaannya kcliru. Pemuda itu, walaupun demikian rupa lagu-lagunya, dia tidak menghunjuki keceriwisan. Dia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bukannya orang dari golongan rendah. Dia adalah Tan Poo Beng, keponakan Thaykek Tan. Dan dia sedang bertugas ke Hoolam, atas titahnya Tjoe Hong Teng. Memangnya dia ada teliti, sekarang dia lagi punya tugas penting, sudah tentu saja dia berlaku hati-hati luar biasa. Dia ketarik dengan tubuh tegak dari Ek Hian, yang usianya lanjut tapi masih gagah. Ketika engkong dan cucu itu lewat di muka kamarnya, ia lihat sebelah kupingnya Hong-Keng berlobang, ia jadi heran. Karena ini, ia man menyangka, orang tua itu ada suatu hamba negeri. Ia memang belum kenal jago Bweehoa-koen dari Pooteng itu. Demikian, kedua pihak saling curiga-mencurigai. Malamnya, kapan cucunya sudah pulas, dengan perlahanlahan Ek Hian berbangkit Ia berniat selidiki si anak muda. Tapi tiba-tiba ia dengar suara apa-apa dari kamar di depannya ia. Diam-diam, ia bersenyum. Dengan cepat ia singkapkan moeilie, ia buka pintu, akan mendahuiui keluar dari kamarnya, terus hampirkan ti imtjhee. untuk loncat naik ke atas genteng. untuk sembunyi di atas genteng di atasan kamarnya si anak muda. Menyusul itu, si anak muda celingukan di muka pintu kamar. kemudian dengan cepat ia keluar. Ia pun naik ke atas genteng, ke lain sebelah dari kamarnya Ek Hian. Di sini, tidak tempo lagi, ia cantel kaki di payon rumah, akan lepaskan diri tergantung dengan kakinya itu, akan melongok dan jendela. membclakangi Ek Hon, ia tidak tahu halnya si orang tua lagi awasi padanya. Ek Hian tertawa dalam hatinya melihat lagaknya si anak muda Lekas-lekas ia turun dari alas genteng, akan scgera memasulci kamarnya anak muda itu, yang pintunya tidak dikunci. Di terobok ada scbatang pcdang, dan saiu kantong piauw, di situ tidak ada pauwhok. Heran, pikir orang tua ini. Rupanya dia tidak bermaksud jahat. Dia toh tidak bawa pedang dan piauwnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lekas ia keluar pula, akan naik kembali ke genteng. Ia awasi pula si anak muda. Justru Poo Beng menoleh ke belakang, agaknya ia terkejut, terus dia celingukan ke sekitarnya. Ek Hian lckas-lekas tank kepalanya, laiu ia menimpukdengan sepotong batu ke dalam kamarnya si anak muda. Dia ini dengar suara itu, dia kaget, dengan lamas dia lompat tarun, akan menghampirkan kamarnya. Gunai ketika orang berlalu, Ek Hian pun lompat turun untuk masuk dalam kamarnya sendiri. Ia lihat Hong Keg masib tidur nyenyak, ia tidak baui asap pulas, hatinya lega. Bila Poo Beng bekal senjata dan melakukan tindakan sembrono, bisa ia binasa di tangannya jago tua ini. Sekarang jago tua ini berpura-pura dengan ber-pura mencari air ten. ia terbitkan suara sediktt keras hingga Poo Beng, yang dengar itu, jadi terperanjaL Pemuda ini heran sekali, tadi si orang tua tidak ada di dalam kamar, atau sekarang sudah terdengar suaranya. Karena ini, terus semalaman itu, ia tak dapat tidur pulas. Besoknya pagi, Ek Hian kasih bangun cucunya, kemudian dengan sengaja, ia kata dengan keras: Keng-djie. ini hari kita pergi memburu kelinci!* Heran Hong Keng. hingga ia tercengang. Engkong, bagaimana kau ada punya kegcmbiraan untuk berburu? , tanyanya. Engkong itu perlihatkan jarflj tangannya. Hus, jangan tanya-tanya, kau ikut saja aku! iajawab. Poo Beng dengar itu, ia mcndongkol. Ia tahu, orang tua itu anggapdia ada seekor kelinci. Dalam hatinya, ia kata: Kau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak cari aku, aku memang hendak cari kau! Lihat saja, siapa yang nanti diburu!. Ia lantas saja dandan dan bayar uang hotel, terus ia keluar. Ketika ia menoleh, ia dapat isi orang tua dengan kawannya pun sudah keluar dari ho-tel, kelihatannya mereka lkuti ia. Pagi itu, dengan angin halus, ada nyaman, menggembirakan untuk bikin perjalanan. Poo Beng jalan terus, sampai ia mulai menanjak di sebuah tanjakan. la sedang jalan terus tatkala ia rasai pundaknya ada yang bentur, hingga ia terjerunuk, hampir ia jatuh. Segera ia menoleh, lalu ia lihat si orang tua sedang berdiri sambil tcrtawa dan tangannya urut-urut kumis-jenggotnya. Kenapa kau ganggu aku? ia menegur, dengan gusar. Kau ada satu anak muda, kenapa jalanmu ayal sekali? Ek Hian baliki. Kau bikin aku tidak keburu tahan kakiku, hingga hampir aku kcscrimpat! Kenapa kau justru tegur aku? Justru kau yang hendak main gila sama aku! Kenapa tadi malam kau datang mengintai di kamarku?- Mukanya Poo Beng menjadi merah, bahna malu, hingga, karenanya, tak dapat ia kendalikan diri lagi. Dengan mendadak, ia menyerang, dengan tipunya Pahouw twiesan atau Harirnau dan macan tutul menolak gunung. Jago tua itu bcrscnyum, lalu ia sedot napasnya, akan bikin dadanya melembung dan perutnya kempes, berbareng dengan itu, tangan kanannya di lapis di bawahan lengan, yang menolak tubuhnya, tangan kirinya dilonjorkan akan menyambar kuping pemuda itu. Poo Beng terkejut, baharu segebrak, ia sudah kena dipunahkan. Lekas-lekas ia mundur, untuk ubah gerakannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menampak gerakan orang, Ek Hian segera mengetahui ia berhadapan dengan orang dari Kaum Thaykek-koen. Ia kagum atas ketenangan pemuda ini. Sekarang iatak pikir lagi untuk berlaku telengas, tempo Poo Beng mulai serang ia pula, ia melayani dengan sabar, hingga setelah banyak jurus, nampaknya mereka berdua bukan bertempuT hanya lagi berlatih. Poo Beng melawan terns meskipun ia merasa bahwa ia bukan tandingannya orang tua itu yang tidak dikenal. Hong Keng menyaksikan pertempuran itu dengan merasa heran. Ia tidak mengerti kenapa engkong itu mempunyai kesempatan untuk layani si anak muda. Sedangnya nona ini keheranan, mendadak Poo Beng lompat mundur, akan kcluar dari kalangan, tetapi setelah itu, segera ia berkata: Lootjianpwee. aku bukan tandingan kau, aku menyerah kalah. Akan tetapi aku mohon tanya, dalam hal apa aku berbuat salah terhadap kau? Memang, setelah melalui tiga puluh jurus, pemuda ini dapati ia tidak sanggup menangkan orang tua itu, sebaliknya si orang tua, selama beberapa ketika baik, sudah tidak teruskan penyerangannya terhadapnya hingga ia luput dari bahaya. Karena ini ia percaya orang tua ini bukannya kaki tangan pemerintah Boan, maka tanpa malu-malu lagi, ia mengaku kalah. Ek Hian tertawa, ia tidak menyerang lebih jauh. Anak muda. kau bisa mengalah, aku tak hendak desak kau, ia kata. Sekarang aku ingin kau jawab dua pertanyaanku. Yang pertama, kenapa tadi malam kau intai kamarku? Kedua, kau sebenamya ada murid Thaykek-pay siapa? Mukanya Poo Beng menjadi merah sampai ke kupingkupingnya. ia sangsi untuk berikan jawabannya yang sebenamya. Bukankah orang tua ini ada seorang yang asing baginya? Orang tua itu mendckati, matanya bersinar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hal apa yang mcnyulitkan kau bicara? ia tcgaskan. Masih Poo Beng berdiam, ia ada sangat bcrsangsi. Sedangnya orang bingung, Hong Keng mendekati. Aku lihat ilmu silatmu sama dcngan kepunyaannya satu sahabatku she Teng, ia kata. Apakah kau belajar silat dengan Teng Kiam Beng? Ek Hian awasi cucunya, untuk cegah dia turut bicara. Akan tetapi, mendengar itu, hatinya Poo Beng menjadi lega, hingga berkuranglah keraguraguannya. Apakah kau maksudkan Teng Hauw? anak muda ini tanya. Aku tidak beiajar silat pada ayabnya dia tetapi dia benar ada soeteeku. Mendengar ftu, Ek Hian heran. Kalau begitu, kau tentu ada keponakannya Thaykek Tan, ia tanya Kapannya Teng Hiauw telah ke Tankee-kauw?? Ek Hian menanya demikian karena ia tahu benar, Thaykekkoen adal kepunyaannya salah satu kaum, Teng atau Tan. Sebenamya aku membuat malu kepada kaumku, Poo Beng mengakui dengan likat. Thaykek Tan adalah pamanku. Teng Hiauw datang ke Tankee-kauw sudah kira-kira setengah tahun. Kiang Ek Hian tertawa berkakakan. Kau jangan malu, kau kalah terhadap aku, itu bukan hal yang mcnurunkan derajat, ia bilang. Jikalau bicara tentang tingkarand ayahmu itu, apabila ia dibanding dengan aku, ia masih lebih muda satu tingkat. Poo Beng terperanjat, saking heran. Ia hendak minta penjelasan, atau Hong Keng dului ia. Jadinya Teng Hiauw ada di rumahmu, bukannya pada Gichoo-toan? demikian si nona tanya. Pertanyaan ini membuat dua-duanya, EkHian dan Poo Beng terkejut Tidak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

keruan-keruan Giehoo-toan disebut-sebut. Coba di situ ada lain orang, yang punyakan kepentingan? Maka Ek Hian segera awasi cucunya itu, kemudian ia kata pada Poo Beng: Tan-heng, anak ini suka ngaco-belo, harap kau jangan buat tertawaan. Dia biasa anggap siapa saja ada orang-orang Giehoo-toan. Dasar bocah! Kembali engkong itu awasi cucunya dengan tajam, untuk cegah si cucu banyak omong lebih jauh. Tapi Poo Beng tidak perdulikan perkatannya si orang tua. Kiranya Lootjianpwee berdua kenal baikhal-ihwalnya Teng Hiauw, kata ia. Dia belum masuk da lam Giehoo-toan. Tapi aku kenal beberapa anggota Giehoo-toan itu, umpama kata Djiewie hendak pergi kepada mereka, aku bersedia untuk menjadi perantara. Ek Hian tahu bagaimana hams bersikap. Terima kasih untuk kebaikan kau, Engko Tan Kecil, kata ia, sikapnya keren. Aku tidak niat pergi kepada mereka, juga aku tidak membutuhkan perantaraan kau. Pemuda itu tidak puas. Ia pun seperti diguyur air dingin. Hong Keng pun tidak puas, maka ia telah menjebi. Ek Hian hendak berlaku hati-hati, dari itu, walaupun terhadap turunan Keluarga Tan, ia tidak hendak sembarang perkenalkan diri. Poo Beng pun mengerti suasana, tapi ia ingin sekali ketahui nama or-ang. Aku masih belum tanya nama besar dari Lootjianpwee, kata ia. Apa. Tapi Ek Hian potong ia: Kita bertemu secara kebetulan, tak usah aku menyebutkan nama. Engko Kecil, pergi kau lanjuti perjalananmu, kita sendiri masih hendak kembali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Poo Beng mengerti salatan, ia manggut, lantas ia putar tubuhnya. Tunggu dulu! tiba-tiba EkHian memanggil. Aku hendak minta bantuan kau dalam dua hal. Pertama-tama, tolong kau sampaikan kepada Teng Hiauw bahwa ayahnya ada sangat mengharap-harapkan dianya. Oh Poo Beng memutus. Dan yang kedua? Orang tua itu tertawa Kau lupa barusan aku tanyakan kau dua urusan, ia jelaskan. Aku tanya kau, kenapa kau intai kita dan kau ada murid siapa. Kau telah jawab pertanyaan yang satu, belum yang lain. Biar bagaimana, Poo Beng toh mcndelu. Ia anggap Orang tua ini terlalu agulkan ketuaannya. Kau mendcsak, Lootjianpwee. baiklah aku menjelaskannya. ia jawab. Sebenarnya aku heran terhadap ini Saudara - ia tunjuk Hong Keng. Kenapa pada kupingnya ada tanda bekas anting-anting? Karena ingin tahu, aku pergi intip kau orang. Sekarang Lootjianpwee boleh hukum aku, aku menyerah. Ek Hian tercengang, tapi segera ia tertawa. Engko kecil, kau terlalu bercuriga! kata dia. Cucuku ini bertubuh lemah, aku kuatir dia tak dapat menjadi besar, sebagai kias, sedari masih kecil dia didandani sebagai orang perempuan. Keng-djie. man, hayo kau belajar kenal dengan Saudara Tan ini. Mendengar perkataan orang itu. Poo Beng menoleh pada Hong Keng. Terima kasih untuk kebaikan kau, Lootjianpwce, aku tak hendak ganggu kau orang lebih lama, kata ia, yang terus saja memutar tubuh, untuk berlalu dengan cepat. Nyata ia masih mcndongkol. Sikapnya Ek Hian ada terlalu asing baginya. Ia agaknya sungkan tolongi orang, akan sampaikan warta keluarga pada Teng Hiauw. Ia tahu kenapa Teng Hiauw

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kabur dan rumahnya, ia tak setujui sikapnya Kiam Beng sudah jadi kaki-tangan pcmerintah Boan. Tentang si orang tua, ia tidak percaya dia ada kaki-tangan Boan, tapi ia condong kcpada terkaan bahwa orang tua ini ada benci Giehoo-toanTidak pernah ia mimpikan bahwa Ketua Giehoo-toan justro ada muridnya orang tua ini! Poo Beng malu atas pengalamannya ini, tcntang itu ia tidak pemah omongkan pada siapa juga, ia pun bungkam mengenai Teng Hiauw dicari ayahnya. Maka itu, ketika Tjoe Hong Teng cari gurunya, sampai beberapa tahun beruntun, ia masih belum pernah menemukannya. Sementara itu, Kiang Ek Hian ambil jalanan kembali. Hong Keng jadi heran sekali. Engkong itu mengawasi, agaknya jamasygul. Anak, aku tidak niat cari Tjoe Soesiokmu, ia menyahaj kcmudian. Aku tadinya sangka Teng Hiauw ada dalam Giehoo-toan sekarang terbukti, dugaanku itu keliru, dan itu, tak usah kita tergesa-gesa| pergi pada Giehoo-toan itu. Aku pun tidak niat cari Teng Hiauw. Dia berada sama Thaykek Tan, dalam tempo tidak beberapa tahun, dia bakal jadi seorang yang liehay. Pun, di Sana, dia tidak akan terancam bahaya. Aku telahl minta pertoloogannya keponakan dam Thaykek Tan, akan sampaikan warta itu kepada Teng Hiauw, dengan begitu, aku juga tidak menyia-nyiakan | pesannya Kiam Beng. Di samping itu, aku belum mengerti sikapnya Tjoe Soesiokmu. Kabarnya dia tclali ubSh tujuan dari menentangi pcmerintah Boan menjadi menunjangnya. Tidakkah kau lihat sendiri, sekarang sesuatu koentjiang dibuka secara umum? Itu tanda sahnya rumah perguruan silat itu. Hong Teng bernyali besar, sepak-terjangnya luar biasa, aku kuatir dia keliru bertindak, apabila itu sampai terjadi, aku pun bakal tak luput dari kesulitan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang tua ini hunjuk sepak-terjang bertentangan. Mulanya ia takut ikuti Tjoe Hong Teng berontak, ia kuatir cucunya kerembet-rembet dan eclaka, tapi sekarang ia tak setuju murid itu menghamba pada Kerajaan Tjeng.j Karena kejujurannya, iajadi tidak mau memikir jauh, ia tidak kenal politic Dengan sikapnya ini, ia pun terang belum mengenai habis sifat muridnya. Ek Hian tidak mengerti sikapnya Hong Teng, Hong Keng sebaliknya tak mendalam memikirkan itu. Nona ini melainkan gembira kalau bisa membasmi orang asing. Inilah sebab ja telah saksikan sendiri perbuatan-perbuatan jahat dan kcjam dari pengikut-pengikutnya agama asing, mereka itu gemar sckali mentndas rakyatjelata. Iajuga tak setujui cita-cita membantu Kerajaan Boan. Maka itu, ia tidak pikirkan lainnya, keeuali akan ikuti sang engkong, orang yang paling ia andali. Adalah engkong ini yang rawat dan didik ia. Anak, aku bikin kau lelah | mengikuti aku, sahut engkong itu. Kita jalan memularkan H oolam, kita nanti keluar dari Tongkwan untuk menujuke Siamsay. Ek Hian mempunyai sahabat karib, Koan Ie Tjcng, Ketua dari Banscng-boen, yang pernah datang ke Pootcng, pada dua puluh tahun yang lalu ia sudah kembali ke Siamsay, sejak itu, mereka tidak pernah sating dengar suatu apa, mereka pun tidak pemah surat-menyurat, sekarang ia ingat sahabatnya itu, dia ingin pergi menyambanginya. Hong Keng iringi sang engkong. Ek Hian sudah berpengalaman dalam hal bikin perjalanan, ketika itu ada di akhir musim Tjhioe atau permulaan Musim Tang, maka itu untuk cucunya, ia belikan sebuah tudung lebar, hingga dipakainya itu bisa sekalian mengalingi kupingnya si nona.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selanjutnya, Keng-djie, mesti kau hati-hati dengan gerakgerikmu, ia pesan Jikalau kau ketemu pula Poo Beng kedua, kau nanti banyak berabc i Hong Keng bersenyum untuk nasihat ho, yang ia terima dengan baik Dcmikian engkong dan cucu ini bikin perjalanannya yang jauh. melintasi gunung dan bukit, melaWan sampokannya angin musim dingin. Makin keutara, hawa udara jadi makin meresap ke tulang-tulang. Pasir pun mengganggu mata. Hong Keng asing dengan pengaruh alarm itu, tetapi ia masih dapat melayaninya. Mereka tcrus bertaku hati-hati; mereka toh telah jadi pemburon. Mereka sudah binasakan dua pahlawannya Soh Sian Ie dan juga dua pahlawan Boan, mengenai itu. pasti pembesar negeri di Pooteng sudah siarkan selebaran buat cari dan bekuk mereka. Syukur mereka tak pemah dicurigai orang. Engkong dan cucunya ini mesti mcrasai penderitaan, tatkala di akhimya mereka sampai di Siamsay, mereka kecele dan menyesal. Mereka tidak berhasil menemui Koan Ie Tjeng. Jago Banseng-boen itu sudah meninggal dunia, kedudukannya sebagai Ketua Banseng-boen telah diwariskan kepada Lauw In Eng, anak dari guru silat Lauw Tian Beng, yang terhitung tetua dalam kalangannya. Karena ini, Pusat Banseng-boen jadi dipindahkan keShoasay. Di Siamsay ini, Ek Hian tidak punya kenalan lain, dari itu ia lak dapat bcrdiam lama-lama di situ, tetapi dia juga tidak dapat kembali ke Selatan. Sejak memasuki Siamsay, samarsamar ia merasakan ada orang atau orang-orang yang seperti menguntit mereka. Ia tidak jerih akan tetapi ia tak inginkan itu. Maka saban-saban ladan cucunya coba menghilang dari si penguntit itu. Karena tak ingin berdiam di Siamsay dan juga tak sudi kembali ke Selatan, Ek Hian akhimya menuju ke Barat-utara.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dari Tongkwan, mereka ikuti Sungai Wie-soei terus sampai di Pookce, lalu melintasi Kota Taysan-kwan, memasuki Propinsi Kamsiok. Mereka tetap saban-saban ambil jalan kampung atau pegunungan, ialah tempat-tempat yang sepi. Kebetulan musim dingin, hawa udara ada jauh teriebih dingin, di sebelahnya sang angin, yang meniup pasir berhamburan, juga ada gangguan salju membeku, yang merintangi perjalanan. Penderitaan ini ada hebat bagi Hong Keng, maka.juga, baharu memasuki Propinsi Kamsiok beberapa ratus lie, sesampainya di Thiansoei, ia rubuh karena sakt. Thiansoei, atau Sungai Thian-soei, ada bahagian hulu dari Sungai Wie. Di arah timur-selatannya, ialah Gunung Bektjek-san, dahulu adalah Negara Goei Di Zaman Tong, itu ada daerah paling maju dari agama Budha, maka walaupun sudah selang beberapa ribu tahun, di sana masih ada peninggalanpeninggalan, atau sisanya, rumah-rumah berhala tua. Dan Ek Hian terpaksa mampir pada sebuah kuil tua yang tidak terawat dan sepi, di sini Hong Keng beristirahat, ia sendiri pergi nyalakan api, untuk masak air. Ia pun singkirkan salju di dekat-dekatnya. Setelah dapat minum air panas, kesegaran Hong Keng kembali, cuma kedua belah pipinya masih tetap merah, tanda hawa panas masih belum berlalu. Ek Hian sibuk juga. Kau rebah saja, ia kata pada cucunya itu. Ia gelar bekalannya dua potong permadani dan pakaikan baju kulit kambing pada sang cucu. Mulanya Hong Keng tidak mau beristirahat tapi sang engkong bujuki ia, malah kemudian, ia pulas sendirinya. Ek Hian pergi ke depan, akan jalan mondar-mandir di depan pintu kuil. Ia lihat tegalan di sekitamya, yang penuh salju, yang gemerlapan antara sinar rembulan. Karena sang malam telah datang dengan cepat, hawa udara jadi semakin dingin. Dari jauh, samar-samar, ia dengar suara terompet

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penjaga tembok kota. Ia teringat kepada rumahnya sendiri, tanpa merasa, ia jadi terharu. Terang aku lagi apes kata ia seorang diri. Di hari tuaku, kenapa aku tak dapat bcristirahat secara aman? Kenapa aku pun mesti bikin si Keng ikut menderita? Eh, Engkong masih belum tidur? tiba-tiba terdengar suara si nona. Apa Engkong menontoni salju? Dengan siapa Engkong bicara? Nona itu telah terjaga dan merayap bangunKenapa kau tidak tidur saja? gang engkong balik mencgur. Kau sedang sakit, mengerti? Jangan kau tak dengar kata, nanti engkongmu berkuatir- Pikiranku pepat, Engkong! Aku dengar Engkong bicara seorang diri. Setan cilik, kau dengar apa? kata engkong itu dengan tertawa menyengir. Sang cucu tidak perdul ikan teguran itu, iakata: Engkong, kau tidak lagi apes. Aku Iihat, memangnya dunia tak antap seorang hidup dengan tenang-tenteram. Siapa tidak campur urusan usilan, nanti urusan usiIan datang cari sendiri padanya. Dalam urusan kecil, lihat saja buktinya denganku. Aku tidak kenal Kaum Kcluarga Soh, aku tidak punya sangkut-paut suatu apa dengan mereka, kenapa mereka justru ganggu aku? Dan dalam urusan besar, lihat Tjoe Soesiok dan kawan-kawannya. Apa mungkin mereka bukannya or-ang baik-baik? Bukankah dengan tanpa scbab mereka dicari oleh orang-orang pemerintah? Engkong, selama ini aku telah dapat menyaksikan sendiri, rakyat jelata itu, di atas kepalanya ada pembesar negeri, disampingnya ada orang-orang asing, hingga mereka tertindih, hebatnya, mclcbihkan penderitaan kita mi! Coba pikir, di antara rakyat itu, siapa yang tak sudi hidup damai? Tapi, bisakah mereka hidup dengan tenang?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tercengang Ek. Hian mendengar kata-katanya cucu ini, tapi, segera ia tertawa. Nonaku yang baik, kau nyata mengerti suasana! berkata ia. Tak dapat aku menang melawan kau bicara! Tapi, mengenai pokok pembicaraanmu ini, aku jauh lebib mengerti dari pada kau, aku telah dapat mclihat teriebih banyak pula. Manusia hidup hams sabar, apa yang masih bisa dilakoni, harus dilakoni. Aku tak dapat bekerja sebagai Hong Tcng dan rombongannya itu, untuk mengadu jiwa, hingga setiap saaf mereka mesti hadapi kejadian-kejadian yang mengagetkan dan menakuti. Hong Keng kerutkan alts apabila ia dengar kata-katanya engkong ini. Ia hendak berkata-kata pula ketika mendadakan: Keng-djie, lekas masuk! Jangan lepaskan senjata rahasiamu! Ada or-ang sedang mendatangi!. demikian ada pemberian ingat dari engkongnya. X Selagi gumpalan-gumpalan mega memaindi atas udara dan bunga-bunga salju turun bcrhamburan antara tiupannya angin malam yang keras. dan kqauhan ada tcrdengar suara keiencngan kuda, yang lagi mcndatangi. Itulah usaha yang mcnyebabkan Ek Hian peringati cucu perempuannya, dia sendiri lanias berdiri menanukan seraya cekal goloknya. Scmakin lama suara kelenengan terdcngar scmakin dckat, sampai di akhirnya, di antara salju putih yang mcnggciari bumi, tertampak sampainya beberapa penunggang kuda, yang bcrhcnti tepat di depan jago nia kita, untuk sekalian pcnunggangnya lompat turun seraya berbareng melcpaskan les kudanya masing-masing. Tua dan muda, sama sekali Ek Hian iihat lima orang, yang bertubuh besar. Lalu orang yang menjadi kepaia, seorang dengan usia setengah tua, datang mendekati, untuk segera menegun

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiang Kauwsoe, jauh sekali ke Barat-utara ini, kau datang, sungguh bukan suatu perjalanan gampang! demikian suaranya itu. Bukankah ini ada gunung belukar yang miskin? MarUah kau ikut kita orang kembali sajal Siapakah kau orang? Kiang Ek ian tanya. Apakah maksud kau >rang maka kau orang menguntit aku sampai disini? tak ^ubris ajakan, orang Kj^menegur. Orang yang menjadi kepaia itft tertawa menyengir. Kiang Kauwsoe, mustahil kau tidak kenali kita? jawab dia. Di dalam dunia Kangouw, Samliong Djiehouwdari lima propmsi Utara toh ada punya nama, walaupun kecil, Kiang Kauwsoe, kita lima saudara datang menyambut sendiri kepada kau, tidakkah ini ada setimpal dengan, derajat kehormatanmu? Samliong Djiehouw Tiga Naga dan Dua Harimau Kiang Ek Hian tidak usah berpikir lama akan ingat lima orang ini, ialah dua Keluarga Lok dan Tong. Tiga Saudara Lok ada Saypak Samliong, dan dua Saudara Tong ada Saypak Djiehouw; dulu mereka ada jago-jago Rimba Hijau, belakangan katanya menerima tjiauwan, menghamba kepada pcmcrintah Boan, tidak dinyana secara tiba-tiba begini, sekarang mereka muncul di sini. Cumalah, sekalipun ia pernah dengar orang punya nama, Ek Hian tidak tahu jelas orang punya keadaan. Maka ia terus saja berpura-pura tidak tahu. Oh, kiranya Saudara-saudara Lok dan Tong. kata ia sambil manggut. Maaf, maafkan aku, aku numpang tanya di mana saudara-saudara berkedudukan? Nanti aku si orang tua pergi bcrkunjung. Tidakkah Rimba Hijau dan Rimba Persilatan, sebagai bunga merah dan daun hijau, ada dari satu keluarga? Saudara-saudara, ada pengajaran apakah dari kau orang kepadaku.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Toako tetua dari Keluarga Lok, Lok Hoei Liong, tertawa seraya ayun carnbuk-niyungnya. Aku tak tahu, tua bangka she Kiang, kau sedang bcnarbcnar atau jagi berpura-pura saja? berkata ia. Tetapi kita, memang sudah sejak lama, kita undurkan diri dari usaha kita. Di mana pcpatah ada mcmbi lang: Bclajar ilmu kcpandaian, dijual kepada raja, dcmikianlah kita, kendati kita bodoh, di dalam pasukan perang di Barat-utara, ada juga nama kita yang kecil. Atas titahnya Tjongtok dari Siamsay kita sengaja telah melewati tapal batas untuk undang kepadamu! Mendengar demikian, scpasang mata bundar dari Kiang Ek Hian terputar, lalu ia tertawa panjang. Maaf, maaf, kata dia pula, kiranya Samliong Djiehouw telah berubah menjadi, Sameng Djiekian gundal-gundalnya pembesar Boan! Jangan kau orang lihat saja usiaku yang lanjut tetapi aku tulang-tulangku masih terlebih keras daripada tulang-tulangmu! Kata-kata Engk ian dari Sameng Djickian bcrarti gundal pembesar ncgcri, tidak heranjikalau, mendengar itu, lima orang itu menjadi sangat gusar. Lok Hoei Liong lompat maju seraya geraki tangannya. Saudara-saudara, maju!** ia berseru. Tua bangka ini tidak sudi minum arak kehormatan, dia lebih suka tenggak arak dendam! Lantas sepasang cambuk-ruyungnya turun dengan Tay-san apteng atau Gunung Tay San menindih batok kepaia. Kiang Ek Hian pun gusar bukan kcpalang, maka bcrbarcng dengan berkelit, ia geraki goloknya Ganleng-too untuk balas menyerang. Sampai di situ, scmua lima Saudara Lok dan Tong itu turun mengepung!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jago tua itu tidak banyak berpikir walaupun ia dikepung bcrlima, ia mainkan tipu-tipu dari Bweehoa-too untuk melayani semua penyerangnya. Lima musuh ini ada kenamaan, bisa dimengerti jikalau kepandaian mereka pun berarti, di samping itu, mereka ada sangat cerdik, maka sambil mengeroyok, mereka gunai akal, ialah mengurung dengan rapat. Belum tcrlalu lama, mendadakan ada penjahat yang berteriak: Awas! Senjata rahasia! Segera menyusul menyambamya barang berkeredepan. Mereka lantas pencarkan diri keempat penjuru. Si orang tua lihat cahaya berkeredep itu, ia dengar jeritan or-ang ia terkejuL Itulah artinya, cucu perempuannya tubuh siapa sedang sakit, telah keluar untuk membantui ia! Maka itu bisa dimengerti jikalau ia jadi bcrkuatir. Maka tidak tempo lagi, ia lompat maju, untuk cegah cucu itu. Tetapi gerakannya terlambat, tak dapat ia segera tolongi sang cucu. Sebab juga musuh-musuhnya bertindak sangat cepat. Samliong dan Djiehouw tak inginkan sang cngkong dan cucu gabungi diri. Mereka mendahului untuk memecah. Demikian ketiga Naga, Lokkee Samliong, maju pula, untuk pcgat Kiang Ek Hian, dan kedua H arimau, Tongkee Djiehouw, lompat mcnerjang Angic Liehiap yang barusan bokong mereka dengan senjata rahasia, Tliielian-tjie. Dalam kcadaan seperri biasa, Hong Kcng sanggup layani kedua harimau, telapi sekarang dengan tubuh lemah dan kcpala bcrat, begitu serangan yang pertama gagal, ia sudah lanias jadi sibuk sendirinya. Matanya pun seperti tak melihat dengan jelas. Ketiga Naga mcncoba mcndesak si orang tua, mereka tak hiraukan go I ok Ganlcng-too mengancam secara hebat, masing-masing dengan ruyungnya Tjmjiat-pian, golok Poat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hong-too dan tongkat Tiatkoay-thung, mereka bcrpencaran dan merangsek bcrgantian. Sambil bertempur, Kiang Ek Hian saban-saban curt lihat cucunya, keadaaraiya si nona membikin ia kuatir dan gusar dengan berbarcng Iagusar untuk gangguan Lokkee Samliong, dan berkuatir buat terkepungnya sang cucu oleh Tongkee Djiehouw. Jahanam, aku nanti adu jiwaku! atu kali Kiang Ek Hian berseru raya ia terus menyerang hebat sekali kepada ketiga musuh. Tiga Saudara Lok, dengan semua berat, tidak jerih akan adu senjata dengan senjata, mereka melayani tetap, dengan waspada dan gesit. Mereka justru harap-harap musuh mereka gusar, supaya dia lekas lelah, karena walaupun tua, musuh mereka ini ada ulet sekali. Dalam keadaan sengit itu, tongkatnya Lok Kim Liong bentur golok Ganleng-too, selagi begitu, Ki-ang Ek Hian teruskan ayun goloknya ke arah muka lawan dengan gerakannya Tjayhong sieie ataui Burung hong buka sayap, hingga ujung golok memain di mukanya tiga Saudara Lok itu, hingga mereka ini repot bukan main, terpaksa mereka masing-masing berdaya untuk 1 indungi ini. Mendapat ketika baik ini, jago tua itu mclanjuti serangannya dengan Tjheeliong pabwee atau Naga hijau menggoyang ekor, dari atas, golok menyambar ke bawah. Lok Kim Liong, yang diancam, menjadi terkesiap, tak sempat ia menangkis, ia lantas loncat untuk berkelit. Dengan ini jalan ia bisa luputkan kedua kakinya dari babatan golok, akan tetapi di luar sangkaan, kakmya jago tua itu terangkat, lalu dengan satu dupakan, tubuhnya terpental, rubuh terbanting, hingga bergulingan di atas salju! Selagi Kiang Ek Hian berhasil, golok besar dari Lok Pek Liong menyambar hebat sekali, bagaikan Gunung Tay-san

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

turun menindih, mengarah batok kepala. Jikalau bacokan hebat itu mengenai sasarannya.Akan tetapi engkongnya Hong Keng lihat serangan datang, dengan sebat sekali, dia berkelit ke samping, kakinya dimajukan sedikit, kemudian sambil angkat tubuh, sebelah kakinya turut terangkat naik, melayang keras, hiflgg3 Pek Liong rubuh terpelanting sebagai saudaranya yang kedua, rebah di atas salju. Setelah rubuhnya dua lawan ini, baharu Kiang Ek Hian bisa bernapas lega, dengan tinggalkan Hoei Liong, ia lari kepada cucunya, yang ia niat tolongi. Lok Hoei Liong kaget melihat dua saudaranya kena dijatuhkan, tapi ia tak jerih, malah dengan gusar, ia menghalang di depan jago tua itu, guna cegah dia ini dekati si nona. Kau mau mampus? berteriak Kiang Ek Hian dalam murkanya, ketika ia tcrjang penghalang itu, hingga sekarang, mau atau tidak, Hoei Liong kena didesak mundur. Selagi sang engkong berhasil, tidak demikian dengan Hong Keng, si cucu perempuan. Nona ini telah jadi sedemikian lelah, hingga tubuhnya mulai limbung, ia mandi keringat. Ia repot bukan kepalang. Baharu bandring Lioeseng-twie dari Tong Toa Houw dikasih lewat, lalu menyambar toyanya Tong Djie Houw. Masih ia dapat perbaiki diri, malah ia bisa membalas sabetan penyerangnya yang kedua ini. Syukur buat Tong Djie Houw, ia keburu kelit, sedang senjata engkongnya sudah menyambar pula, untuk tolongi dia, hingga Hong Keng mesti lekas-lekas tarik pulang pedangnya, pedang Tjengkong-kiam. Apa lacur untuk nona ini. ia terlambat, pedangnya kena kebentur, keras sekali, maka selagi tenaganya telah jadi berkurang, senjata itu terlepas dari cekalan, terlempar jauh. Dalam kagetnya, si nona empos semangatnya, untuk loncat mundur, dengan pikiran

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyingkir dari serangan lawan. Ia benar-benar sudah lelah sekali, tubuhnya menjadi demikian cnteng dan hiiang pcrimbangannya, hingga dalam sekejab saja, ia rubuh, tak sadar akan dirinya. Ha, budak perempuan, kemana kau hendak lari?* tertawa Tong Toa Houw, yang perdengarkan ejekan nyaring. Ia terus lompat, bandringnya, yang merupakan gembolan, diayun berbarcng. Ia niat lukai si nona, untuk dibekuk, guna dijadikan tanggungan hidup Akan tetapi, selagi ia berlompat dan suaranya belum berhenti, ia dengar jeritan di arah belakangnya serta lihat berkelebatnya satu cahaya terang, hingga ia kaget, ia terus putar tubuh sambil menangkis. Tapi walaupun bagaimana sebat ia bergerak, ia masih, berayal, pundaknya telah kena terbacok, hingga darahnya muncrat! Menyusul itu satu bayangan putih loncat ke arah dia sambil pcrdcngarkan bentakan: Jahanam, makan pedangku! Pada Ha waktu, dcngan toyanya, Tong Djie Houw maju akan nntangi bayangan purih ini. Pada waktu itu juga, Kiang Ek Hian masih dirintangi oleh Lok Pek Liong, yang sudah lantas bcrbangkit, untuk maju lebih jauh, hingga jago tua ini bcrbiji mata merah karcna mcndongkol, dan sibuk. Tong Djie Houw maju mcnghalang cuma bikin si bayangan mcnycrang dcngan bcruntun-runtun, mcngarah tenggorokan, pundak, dada dan kedua Icngannya, hingga Harimau yang kcdua dan Say-pak itu mcnjad i repot, hingga iaditertawai lawannya, siapa, sambil tertawa, terus kcrjakan pcdangnya untuk meminta korban! Di aniara satu suara tabasan pcdang yang tedas, darah merah muncrat, membikin salin rupa pada salju yang putih, dua potong tubuh rubuh hampir berbareng, terpisahnya ebatas batang Ieher, sang kcpala sampai bergelindingan!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi bayangan putih ini tak berhenti sampai di situ, habis rubuhkan Djie Houw, dia lompat terus pada Toa Houw, untuk mcnycrang terlcbih jauh, gcrakannya sangat gcsiL Tong Toa Houw sedang kaget ketika ia lihat datangnya serangan, dcngan terpaksa ia menangkis, tetapi ia pun scgera didesak, lalu dalam kagct, ia dengar seruan: Kau pun serahkankepalamu! Mcnyusul berkelebatnya satu bayangan bagaikan kilat, kepala or-ang terpenta! jatuh, satu tubuh menyusul rubuh, hingga dengan demikian, Harimau Kesatu dari Saypak pergi susul roh adiknya ke laindunia. Sampai di sftu, lawan yang gagah itu, yang dalani sedctik mcrubuh kan dua musuh, beriompat ke arah Kiang Ek Hian, siapa telah lihat kedatangan orang, malah ia scgera kenali, siapa orang itu, hingga, dalam kegirangan bcsar dia berteriak: Oh, kau, Soetee! **Ya, Soeheng! menjawab orang itu, yang tak bcrhcnti sampai di situ. Man bcrcskan dahulu ini bcbcrapa anjing! Dan pedangnya sudah lantas menyambar Lok Pek Liong, Naga yang Kedua dari Keluarga Lok. Pek Liong masih mcrasakan sakit bekas tendangannya Kiang Ek Hian tadi, gerakannya tak terlalu leluasa, maka itu, berbareng kaget karena datangnya lawan baharu itu, hatinya pun telah ciut mcnampak dua kawannya rubuh saling susul, scgera ia menangkis, lalu ia beriompat, untuk menyingkir dari serangan. Akan tetapi si penycrang sepcrti sudah duga maksudnya, sctclah mcnghalau tangkisan golok Poathong-too, dia pun mcncclat akan menyusul, maka di lain saat Pek Liong perdengarkan jeritan, tubuhnya terguling, rohnya pergi kepada Raja Akhirat!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dua Harimau dari Keluarga Tong telah terbinasa, begitupun satu Naga dari Keluarga Lok, dengan begitu, di situ sekarang ketinggalan Lok Hoei Liong seorang, Naga Kesatu, siapajadi sangat sibuk dan kuatir, hingga lekas-lekas ia berlompatan mundur, akan tetapi Kiang Ek Hian tidak suka antapkan musuh yang tadi ganas luar biasa ini, lolos dia mendesak, dia menerjanghebat Hoei Liong bikin perlawanan seru, tetapi secara kalut, hingga senjata lawannya sepcrti berkelebatan di seputar tubuhnya. Dalam keadaan terdesak itu, mendadakan ia berjongkok, akan sambarkan kaki lawannya dengan tipu tendangan Kouwsie kianteng atau Pohon tua dililit rotan. Kiang Ek Hian berkelit dengan beriompat Scgera ia mengerti, musuh telah jadi nekat. la beriompat sambil perdengarkan seruan panjang, tubuhnya mencelat tinggi setumbak lebih, lalu dari atas, ia ayun goloknya kebawah! Lok Hoei Liong baharu berbangkit seraya geraki cambuknya ketika ia tampak golok lawan mendahului menyambar ia, ia menjadi sangat gugup, sebab sukar untuk ia berkelit atau menangkis, malah bclum sempat ia menjerit, golok telah mengenai hebat tubuhnya yang menjadi terbelah dcngan lantas! Kiang Ek Hian susut goloknya kepada ujung sepatunya, ketika ia menoleh pada penoiongnya, yang lagi awasi ia sambil bersenyum, ia bersenyum juga. Dasar sudah tua, kaki-tanganku hilang kegesitannya, aku kalah dengan kau, Soetee! kata ia sambil tertawa. Soetee itu hendak menyaKutieketika matany a melihat suatu apa. Soeheng, di sana masih ada satu .orang! ia berseru sambil menunjuk dengan pedangnya. Kiang Ek Hian segera menoleh dengan segera.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Oh, aku lupa! ia berseru. Aku tolol, babat rumput mesti berikut akarnya, dia tak boleh dikasih lolos!. Ia hendak lompat, untuk mengejar, atau soetee itu mencegah. Soeheng, kasih siauwtee saja yang wakilkan kau, kata saudara muda ini. Kau baik tolongi dia itu, Dia menunjuk pada Hong Kcng. yang masih rebah di atas salju. Ia masih bclum tahu, pemuda itu adalah satu orang perempuan, cucunya sang soeheng. ltulah Kim Liong, yang sedang mencoba lari untuk tolongi diri sesudah ia dapatkan habis semua kawannya, sedang ia scndiri sudah tidak berdaya, ia sendirian saja dan terluka. Kiang Ek Hian sangat kagum melihat gerakan gesit dari soeteenya, maka itu, dengan hati memuji-muji, ia hampirkan Hong Keng, siapa itu waktu sudah sadar dari pingsannya. cuma mukanya dingin sekali- Cucu itu sudah lantas duduk di atas salju. Bagaimana kau rasai, Keng? engkong ini tanya. Apa kau terluka? Tidak.tidak apa-apa, Yaya! Hong Keng mcnyahut sambii tertawa. Aku terpelesct hingga pingsan, scbcntar saja. Bagaimana dengan musuh-musuh kita? Apa mcrcka sudah ha bis semua? Ek Hian pimpin bangun cucunya itu, yang ia terus kerebongi dengan baju luarnya sendiri. Dasar kau! kaianya, menyesali. . Aku larang kau keluar, kau keluar juga. Coba tidak Socsiok-tjouwmu telah datang, kau tentu sudah habis Hong Keng hcran, ia pentang lebar kedua matanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Soesiok-tjouw? tanyanya. Soesiok-tjouw yang mana? Mana dia Soesiok-tjouw itu? Sang engkong tidak lantas roenyahuti, ia hanya pasang kuping, kemudian sambii tarik sebelah tangannya sang cucu. ia menunjuk ke depan seraya berkata: Lihat di sana, Socsioktjouwmu lagi mendatangil Hong Keng memandang ke arah yang ditunjuki. dari mana kelihatan satu bayangan hitam lari mendatangi, makadi lain saat tampaklah satu tubuh manusia yang kumis-jenggotnya panjang. Soeheng, syukur aku tak sia-siakan pengharapanmu, dengan Hoei-too akan berhasil membinasakan jahanam itu! demikian kata orang yang baharu sampai itu seraya ia bersenyum. Memang Lok Kim Liong tak sempat lari jauh atau ia telah kena dicandak, ia pun mencoba kabur dengan terpaksa, dengan melawan sakit di iganya, di mana dua buah tulangnya telah patah akibat t endangannya Kiang Ek Hian. Ek Hian girang bukan main, karena di sebelah semua lima musuh telah terbinasa, ia pun sekarang bertemu sama soeteenya dengan siapa ia sudah berpisah tiga puluh tahun lebih. Keng-djie, mari kasih hormat dahulu pada Socsioktjouwmu! kata ia seraya ia tarik tangan sang cucu, buat dekati adik seperguruannya itu. Tadinya Hong Keng mengawasi I saja dengan tercengang, baharu setelah kata-kata engkongnya, ia sadar, lekas-lekas ia memberi hormat sambii Iiamdjim seraya mengucap: Tcrima kasih untuk pertolongan Soesiok-tjouw, terimalah hormatku. Ek Hian lantas menambahkan pada soeteenya itu, katanya: Soetee tentu belum pemah ketemu dia ini, cucu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perempuanku satu-satunya. Setelah Tjeng Koen menutup mata, ketinggalanlah dia sendiri saja menemani aku. Maafkan dia, karena dia rubuh pingsan, tadi dia tidak lantas kasih hormat padamu. Orang tua itu mengawasi, lalu ia tertawa. Oh,kiranya dia dalam penyamaran, sampai aku tidak mengenaHnyaf? kata ia. Sudah, sudah, jangan pakai banyak adat-peradatan. Tapi ia tampak si nona masih diam saja, iatambahkan: Apa engkongmu belum pernah sebut-sebut aku kepadamu? Aku adalah sam-soetee engkongmu. Dia belum tutup mulutnya, atau Ek Hian telah dului padanya: Ya, inilah To Soesiok-tjouwmu. Orang tua itu tertawa pula, ia kata: Dengan engkongrnu ini, aku telah berpisah tiga puluh tahun lamanya, ketika itu, sekalipun ayahmu masih belum menikah. Maka jangan heran jikalau kau tidak kenal aku! Memang juga, orang tua itu adalah To Poet Hoan, adik scperguruan yang kct iga dari Ek Hian, yang semuanya puny akan lima saudara satu guru, dan sekarang tinggal mereka berdua. Poet Hoan ccrdik dan bcrbakat, ia dapat wariskan sempuma iimu Bweehoa-koen dan pedang Bweehoa-kiam, kebetulan ci ta-citanya mul ia, ia beda daripada Iain-lain saudaranya. Ketika empat puluh tahun yang lalu ia keluar dari perguruan, itu ada saat kemunduran hebat dari Pergerakan Thaypcng, tempo ia bemiat pergi ke Thiankhia (Lamkhia atau Nanking), ibukota Kaum Thay Peng, kota itu justru terjatuh dalam tangan pemerintah Boan, hingga iajadi sangat mcnycsal. Tapi menggantikan Kaum Thay Peng ini, yang sisanya berpencaran, ada muncul Kaum Giapkoen yang mulanya bergerak di Propinsi-propinsi Shoatang, Kangsouw dan Anhoei, dengan kepalanya ada Loa Boen Kong dan Tan Tek Tjay, bekas panglima dari Eng-ong Tan Giok Seng dan ThaypengThiankok.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mulai dari satu pasukan kecil, setelah satu perjalanan di empat Propinsi Anhoei, Hoolam, Ouwpak dan Siamsay, pasukannya jadi tcrdiri dari sepuluh laksa jiwa, malah di TahunTong Tie keempat, di Shoatang mereka telah gempur pecah satu angkatan perang Boan, hingga Boantjioe punya pangeran yang kenamaan, Tjin-ong Kek Lim Tjim, sampai kena dibinasakan. Itu waktu. To Poet Hoan berada di Shoatang, ia lantas persatukan diri dengan gerakan rakyat itu. Ek Hian sendiri, oleh gurunya, telah diangkat jadi Ahli Waris Bweehoa-koen. Tempo To Poet Hoan masuk dalam Giap Koen, tentara rakyat itu justru dipecah jadi dua Rombongan Timur dan Barat, Loa Boen Kong kepalai Rombongan Timur dengan kedudukan di Shoatang, Rombongan Barat dipimpin Thio Tjong le, dan Hoolam menyerang Siamsay. Di pihak Boan, Tentara Hoay dari Lie Hong Tjiang telah ditugaskan menghadapi Rombongan Timur. dan Tentara Siang dari Tjoh Tjong Tong dipcrintah menumpas Rombongan Barat Dalam saat genting itu, To Poet Hoan ikut Rombongan Barat memasuki Siamsay. Itu waktu ada Tahun Tong Tie kelima (1866). Sejak To Poet Hoan ikuti tentara Giap Koen pergi ke Siamsay, untuk tiga puluh tahun Kiang Ek Hian tidak pernah dengar pula perihai soeteenya itu, tadinya ia sangka soetee ini terbinasa di tangannya Tjoh Tjong Tong, lalu belakangan terkabar sang soetee menyingkirke Kamsiok Barat. adalah karena pendengaran ini, sekarang ia menuju ke Kamsiok untuk sekalian dengar-dengar perihal adik seperguruan itu. Selama tiga puluh tahun itu, sebenamya, banyak pengalamannya To Poet Hoan, secara nngkas, dapat itu dituturkan sebagai berikut: Di dalam Propinsi Tjenghay, Kamsjok, Siamsay dan Lenghee, ada hidup bercampur orang Han dan Hwee, selama tentara Giap Koen belum memasuki Barat-utara,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pemerintah Boan telah adu dombakan kedua golongan suku bangsa itu, hingga orang Hwee itu, terhadap pemerintah Boan tidak puas, terhadap orang Han, memusuhkan. Begitulah terjadi bentrokan antara kedua suku bangsa itu di See an dan Taylee dan sekitarnya, sampai ada puluhan orang Han yang rubuh sebagai korban. Tapi setelah tentara Giap Keen datangi Barat-utara, Suku Hwee diajak kerja sama hingga merupakan satu pasukan utara yang kuat, cuma sampai begitu jauh, keakuran belum merata, karena akibat racun saling curiga yang disebar oleh Tjoh Tjong Tong yang licin, yang sengaja pusatkan diri di Yauwtjioe, Siamsay. Selama To Poet Hoan bercampuran sama orang Hwee, ia mencintai Ma Hong Kouw, satu nona Hwee yang gagah, dalam hal ini, ia ditentangi banyak orang Hwee lainnya, hingga pernikahan mereka terus tertunda, sampai kemudian, dua-dua rombongan Hwee dan Giap Koen kena dilabrak pasukannyaTjoh Tjong Tong. Dengan kelicinannya, Tjoh Tjong Tong pun berhasil membujuk menakluk Kauwtjoe Ma Hoa Liong, Ketua dari KaumHwee Golongan Pek San Kauw, kemudian Ma Hoa Liong ditugaskan kumpuli rombongan-rombongan Hwee dari pelbagai tempat, untuk berpusat di Kimtjek-po di Siamsay Utara, setelah senjata mereka ini dirampas, mereka semua disrrang, dibunuh habis sampai tak ada seorang yang hidup. Inilah, kata Tjoh Tjong Tong, ada tindakannya yang paling memuaskan baginya. Karena kejadian itu, orang Hwee jadi scmakin benci orang Han. Maka itu, ketika To Poet Hoan cari Hong Kouw, ia ditolak oleh bangsanya si nona. Hong Kouw tak berdaya, tapi sebagai protes, ia tak suka menikah sama lain orang. To Poet Hoan berduka bukan main, terutama usahanya mengakuri kedua golongan bangsa, hampir ia putus asa dan nekat. Ia insyaf, gara-gara dara itu adalah bangsa Boan. Ia berdaya terus. Pernah satu kali, dengan sejumlah pasukan, ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bantu rombongan ayahnya Hong Kouw melawan pasukan Boan, tapi mereka kena dikalahkan hingga kabur ke pegunungan di Kamsiok Utara. Adalah setelah usahanya yang terakhir ini, orang Hwee tak anggap lagi dia sebagai musuh. Tapi sementara itu, Nona Ma Hong Kouw sudah terbinasa dalam peperangan, belasan tahun telah lewat. Ia niat dinikahkan dengan lain nona bangsa Hwee, ia menolak. Sesudah kekuatan bangsa Hwee lebur, Tjoh Tjong Tong tank pulang pasukan perangnya, karena ini, sisa-sisa rombongan Hwee jadi bisa taruh kaki mereka dengan aman. Begitulah To Poet Hoan bersama rombongan bangsanya Hong Kouw, tetap tinggal bersama hidup bersama. Tanpa mcrasa, lagi dua puluh tahun telah dikasih lewat, maka sama sekaii, tiga puluh tahun lamanya sudah To Poet Hoan tak pernah kembali ke Tionggoan, hingga pernah ia kenangi kampung halamannya sendiri, sahabat-sahabatnya, mengingat mana, ia cuma bisa menghela napas. Penghidupan di Barat-utara ada sulit, apa pula orang-orang Hwee ini, yang mesti hidup mencil. Untuk mendapati barangbarang kebutuhan rombongannya, satu atau dua kali setahun, To Poet Hoan pergi ke Kamsiok Timur, perjalanan ada jauh dan sulit, usianya sudah mulai lanjut. tetapi ia ada punya tubuh kekar, ia sangguplakoni itu. Karena ia ada or-ang Han, ada lcluasa untuk ia belanja di dalam kota di antara saudagarsaudagar Han. Kemudian datanglah saat yang kebetulan. Seperti biasanya, To Poet Hoan pergi kekota, untuk beli sesuatu, scsampainya ia di Thiansoei, di luar kota, ia bertemu sama Samliong Djichouw, yang lagi kaburkan kuda mereka. Melihat roman mereka, ia jadi curiga, ia menduga pada kaki-tangan Boan, yang lagi can sisa Kaum Giapkoen, maka diam-diam. Poet Hoan menguntit, terus sampai di Gunung Pektjek-san. Demikian itu malam, ia saksikan lima orang tak dikenal itu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepung Kiang Ek Hian dan Kiang Hong Keng, maka tak siasialah dayanya membayangi mereka itu. Poet Hoan ada bekal obat, ia berikan obat pada Hong Keng. Jangan kuati r, Soeheng, besok dia akan sembuh, Poet Hoan menghibur apabila ia luiat, schabis minum obat, si nona terus tidur pulas dengan nyenyak. Habis itu, soeheng dan soetee ini duduk pasang omong, mengenai segala apa sejak perpisahan mereka. Di akhirnya, Poet Hoan ajaki sang soeheng ikut ia pergi pada orang Hwee, untuk tinggal bersama-sama ia, sampai keadaan reda. Tempatku itu mencil dan sunyt, hidup di sana sengsara, tetapi sangat aman, bagaikanTaman Ton saja, Poet Hoan kasih tahu. Aku datang ke Kamsiok ini untuk cari kau. benar-benar maksudku kesampaian, sahut Ek Hian, oleh karena itu, jangan kau undang, walaupun tidak, pasti aku akan pergi ke sana. Rita bukan bangsa bangsawan, apa mesti jerihkan kesengsaraan? Baiklah, aku akan ikut kau! Poet Hoan girang sekali. Besoknya pagi, Hong Keng bangun dengan tubuhnya segar, sakitnya lenyap. -Kita akan turut Soesiok-tjouwmu, sang engkong kasih tahu. Nona itu berdiam saja, sampai sekian lama. Anak yang baik, tak untuk selamanya kita akan tinggal di sana, Ek Hian membujuk. Kemudian kita nanti pulang kcmbali. Kau tak usah bersusah hat Jago tua ini hibur cucunya; di dalam hatinya, ia pun sebenarnya berduka.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hong Keng bisa mengcrti engkongnya itu, ia berpura-pura tertawa. Aku tidak bersusah hati, Engkong, kata ia. Baiklah, man kita turut Soesiok-ijouw! Bukankah pergi Sana berarti menambah pengalarnaa? Ya, Soesiok-tjouw, apakah namanya tempat kediamanmu Kau tentu heran apabila kau mendengar namanya tempat itu, sahut To Poet Hoan sambil tertawa. Itu ada Yamtjoantjoe, sumber garam, akan tetapi airnya pahit. Kau tentunya tak tahu, semakin jauh ke Barat-utara, semakin sukar rnencari sumber air. Kalau di sana kedapatan sumur, tak perduli airnya manis atauj pahit, orang akan pandang itu sebagai sumber air penawar saja. Di dekat-dekat Yamtjoan-tjoe ini masih ada nama-nama tempat luar biasa lainnya seperti Malian-tjoe, Yam-soei dan Kongpo-tjoan. Yang paling anehj adalah Tiauwtiauw-soei, sebab namaj tiauwtiauw itu disamakan dcngan tik tik, ialah suara menetesnya air. Karena keluarnya airpun menetes, setetes demi setetes. Oh, begitu? tegasi Hong Keng dengan keheranan. Benar, Nona! Poet Hoan tertawa. Jangan kuatir tinggal di sana, sebab selama dua puluh tahun ini kita sudah punyakan sumur dan telah bercocok tanam juga. Bcbcrapa sumur kita telah gali, untuk kumpulkan salju di musim Dingin, untuk airnya nanti dipakai di musim Tjocn dan Panas. Kau hams kctahui, di mana ada manusia, di situ ada daya, dan semakin banyak jumlahnya manusia, semakin gampang kita berdaya! Nona Kiang tertawa. Jikalau begitu, tentunya Tjoe Soesiok pun bisa berdaya! kata ia. Orangnya makin hari makin bertambah! Poet Hoan heran. Kau sebut Tjoe Soesiok Tjoe Soesiok yang mana? ia tanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ek Hian tuturkan tentang Tjoe HongTeng dari Giehoo-toan. Poet Hoan kurang puas mendengar Giehoo-toan bertujuan Hoetjeng Biatyang - membantu bangsa Boan menumpas bangsa asing. Ia sudah saksikan sendiri bagaimana tentara Boantjioc menindas orang Han dan Hwee. Ia belum kenal siapa adanya Tjoe Hong Teng itu, yang lagi mainkan siasat, dari itu, ia kurang percaya walaupun ada penjelasannya Ek Hian. Ia mau percaya, soeheng ini lagi menangi muridnya. Hanya ia merasa aneh, kenapa pemerintah Boan lagi cari Tjoe Hong Teng, untuk ditawan dan disingkirkan. Karena ini, selanjutnya ia membungkam. Demikian tiga orang ini, sambil bicara, mulai dengan perjalanannya ke tapal batas, Cuma selang beberapa hari, mereka sudah sampai di Yamtjoan-tjoe. Orang-orang Hwee girang menampak kembalinya mereka, terutama akan dcngar orang tua itu ada sochengnya Poet Hoan dan si nona pun gagah. Sejumlah nona Hwee lantas saja bicara dcngan asyik dengan Hong Keng. Ek Hian girang melihat ramah-tamahnya orang-orang Hwee itu, karenanya, ia jadi betah berdiam bersama mereka. Pada mulanya, jumlah penduduk Hwee ini tidak ada tiga ratus jiwa, tapi selang dua puluh tahun, sekarang jumlah itu meningkat jadi lima ratus, dengan begitu, tempat mereka telah merupakan satu kampung. Tanpa merasa, empat tahun sudah sejak Ek Hian berdiam di Yamtjoan-tjoe, apa yang sekarang ia pikirkan adalah jodohnya Hong Keng, yang sudah berusra dua puluh dua tahun. Ia tak tahu, selama itu, Giehoo-toan sudah melar ke utara, malah di Kamsiok Timur, sudah ada gerakan itu. Hanya berbareng dengan itu, pemerintah Boan pun keras kcinginan ny a akan menumpas gerakan kebangsaan Han ini, melainkan dia belum berani lancang turun tangan, hingga untuk sementara Giehoo-toan masih dianggap sah dan hendak dipakai tenaganya guna-hadapi bangsa asing.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika Kaisar Kong Sie tahun ke-25 (1899) kebanyakan penduduk Shoatang telah memasuki Giehoo-toan, hingga pengaruh Giehoo-toan di sana jadi sangat besar, justru itu, timbullah bentrokan di antara mereka dengan penduduk yang mcnganut agama baru, yang sclalu dimanja-manja oleh pendeta-pendetanya, Di matanya rombongan pendeta itu, Giehoo-toan adalah pemberontak-pemberontak.dan mereka anjuri pengikut-pengikumya untuk berikan perlawanan. Tidak demikian saja, sekali an ambassador asing. dikepalai oleh Ambassador Amerika, sudah paksa pemerintah Boan tukar Soenboe dari Shoatang, Yok Hian, dengan Wan Sic Kay, penjagal terlebih besar. Wan Sie Kay im, pemimpin golongan penjilat asing, ada punya tentara privee yang berjumlah bcsar dan kuat. Begitu ia masuk ke Shoatang, lantas Giehoo-toan tcrbcnam dalam lautan darah. Scgera dia kcluarkan dclapan aiuran mclarang Gichoo-toan, antaranya siapa bclajar silat dan setujui Giehootoan, tak ampun lagi, akan dihukum man. Maka juga, ia ditentang oleh Giehoo-toan di Shoatang. Aksi memusuhi Giehoo-toan dari pemerintah Boan terus menjalar, sampai di beberapa propinsi di Barat, Propinsi Kamsiok tak terkecuali. Poet Hoan sering pergi belanja ke Kamsiok Timur. Ia dengar tentang aksi pemerintah Boan itu, iapun lihat bagaimana di sana-sini ada tempat-tempat pemujaan koentjiang Kaum Gichoo-toan, yang asap hionya mengepul bergulung-gulung, dan ia tampak juga orang-orang Giehootoan dengan dandanannya yang mcncolok, kepala dilibat pelangi kuning dan diiilit angkin merah, yang biasa mondarmandir di jalan besar. la dengar cerita hal bentrokan telah terjadi di Shoatang di antara pihak pemerintah Boan dan Giehoo-toan, tahu di Kamsiok bakal dilakukan penangkapan besar-besaran.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Penduduk Kamsiok Timur bingung karena segala warta itu tetapi orang-orang Giehoo-toan tetap tenang, tak sedikit pun mereka jerih. Pada suatu hari sekembalinya dari Yamtjoan-tjoe, To Poet Hoan membawa kabar itu kepada Kiang Ek Hian. Mereka bergembira, mereka merasa gelap. Ek Hian kagum untuk.. Tjoe Hong Teng, yang benar ada satu laki-laki sejati, jadi tak salah penglihatannya. Ia pikiri, ia akan I tcrluput atau tidak dari gerakan pembersihan pihak pemerintah itu. To Poet Hoan telah terbangun scmangatnya, ia ingin turun tangan, tetapi ia ingin kctahui lebih tegas ; sepak-terjangnya Giehootoan. Kapan penduduk Hwee dibcritahukan pcrihal aksi pemerintah Boan, sendirinya mereka merasa tidak tentcram, lantas mereka bcrsiap-siap, mereka minta To Poet Hoan sering-sering scrcpi kabar. Pada akhir tahun, seperti biasa, Poet Hoan berangkat ke Kamsiok Timur. Ek Hian tidak turut, ia berdiam di Yamtjoantjoe, bersama cucunya, ia membantu melakukan penjagaan. Pada suatu malam, selagi salju turun secara hebat, hingga segala apa tertampak bagaikan kumala berkilauan, Kiang Ek Hian keluar untuk mcronda. Ia lihat rembulan ada indah, bintang-bintang berkelap-kelip. Diam-diam ia kenangi, empat tahun sudah ia bcrdiam di daerah perbatasan ini. Jago tua ini meronda terus sampai dari jauh-jaub, ia dengar suatu suara. Segera ia sembunyi seraya memasang mata. Ia segera tampak satu bayangan mendatangi dengan cepat, memasuki kampung, loncat naik atas sebuah rumah. Tidak ayal lagi, ia muncul, untuk menyusul, akan mendekati. He, kau siapa? ia lantas menegur. Inilah kampung miskin, yang tak ada harganya untuk dikunjungi! Orang itu memutar tubuh kapan ia dipergoki, akan tetapi ia tak jerih, sebaliknya ia tertawa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ya, kampung miskin! katanya. Tapi ada luar biasa, di sini ada naga bersembunyi, ada harimau mendekam! Ek Hian awasi orang itu, yang berusia empat puluh Icbih, sikapnya gagah, dandanannya pakaian malam, di pinggiran tubuhnya ada terkempit kantong senjata rahasia. Malam-malam kau datangi kampung kita, apa maksudnya? ia tanya. Ia tidak bisa pastikan, orang bcrmaksud buruk atau baik. Dengan lagaknya yang angkuh, orang itu tidak menyahuti. Sebaliknya, ia tanya: Apa aku boleh ketahuishe dan namamu? Orang tua itu tertawa secara dingin. ia. Kita ada rakyat gunung, nama apa kita ada punya? jawab

Hanya umpama kata kau berniat melakukan apa di sini, kita masih punyakan orang yang nanti sambut padamu! Orang angkuh itu tertawa berkakakan. Apa benar demikian? ia menegaskan. Jikalau tuanmu jerih, tidak nanti dia datang kemari! Malam ini aku memang bernijat melihat-lihat kampungmu ini. Lantas dia mencelat sampai tiga-empat tumbak jauhnya, dengan tidak gubris pula si orang tua mi, ia berlari-lari kesebelah dalam kampung. Kiang Ek Hian gusar sekali atas pcrlakuan itu, selagi iahendak iompat, Untuk menyusul, mendadakan ada berkelebat cahaya merah di sebelah depan ia, yang memegat orang itu, hingga ia terperanjat. Karena ia kenali cucu perempuannya, yang kerebongi diri dengan mantel merah yang lebar dan tangannya mencekal pedang! Orang itu tidak maju terus, ia berdiri diam, mengasih ketika kepada dirinya untuk dikepung oleh itu cucu dan engkongnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ah, kiranya masih ada orang perempuan yang liehay! berkata ia seraya ia pandang si nona dengan tajam. Hong Keng ada bertabiat aseran, tidak sesabar engkongnya, atas itu sindiran, segera saja ia loncat maju dengan tikamannya kepada dada orang. Orang yang diserang bertubuh sangat gesit, sebenarnya ia ada menggendol golok di bebokongnya, ia sudah tidak hunus itu, hanya ia paksa pemerintah Boan tukar Soenboe dari Shoatang, Yok Hian, dengan Wan Sie Kay, penjagal terlebih besar. Wan Sie Kay ini, pemimpin golongan pcnjilat asing, ada punya tentara privee yang berjumlah bcsar dan kuat. Begitu ia masuk ke Shoatang, lamas Giehoo-toan tcrbcnam dalam lautan darah. Segcra dia keluarkan dclapan aturan meiarang Giehoo-toan, antaranya siapa bciajar silat dan sctujui Giehootoan, tak ampun lagi, akan dihukum mati. Maka juga, ia dittentang oleh Giehoo-toan di Shoatang. Aksi mcmusuhi Giehoo-toan dari pemerintah Boan terus menjalar, sampai di beberapa propinsi di Barat-utara, Propinsi Kamsiok tak terkecuali. To Poet Hoan sering pergi belanja ke Kamsiok Timur, ia dengar tentang aksi pemerintah Boan itu, ia pun lihat bagaimana di sana-sini ada tempat-tempat pemujaan koentjiang Kaum Giehoo-toan, yang asap hionya mengepui bergulung-gulung, dan ia tampak juga orang-orang Giehootoan dengan dandanannya yang mcncolok, iaiah kepala dilibat pelangi kuning dan pinggang diliiit angkin merah, yang biasa mondar-mandir di jalan besar. Ia dengar cerita hai bentrokan telah terjadi di Shoatang di antara pihak pemerintah Boan dan Giehoo-toan, bahwa di Kamsiok bakal diiakukan penangkapan besar-besaran.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Penduduk Kamsiok Timur bingung karena segala warta itu tetapi orang-orang Giehoo-toan tetap tenang, tak sedikit pun mereka jerih. Pada suatu hari sekembalinya dari Yamtjoan-tjoe, To Poet Hoan membawa kabar itu kepada Kiang Ek Hian. Mereka bergembira, mereka merasa lega Ek Hian kagum untuk Tjoe Hong Teng, yang benar ada satu laki-laki sejati, jadi tak salah penglihatannya. Ia pikiri, ia akan terluput atau tidak dari gerakan pembersihan pihak pemerintah itu. To Poet Hoan telah terbangun semangatnya, ia ingin turun tangan, tetapi ia ingin ketahui lebih tegas sepak-terjangnya Giehoo-toan. Kapan penduduk Hwee diberitahukan perihal aksi pemerintah Boan, sendiri nya mereka mcrasa tidak tenteram, Ian t as mereka bersiap-siap, mereka minta To Poet Hoan sering-sering serapi kabar. Pada akhir tahun, sepcrti biasa, Poet Hoan berangkat ke Kamsiok Timur. Ek Hian tidak turut, ia bcrdiam di Yamtjoantjoe, bersama cucunya, ia membantu melakukan penjagaan. Pada suatu malam, sclagi salju turun sccara hebat, hingga segala apa tertampak bagaikan kumaia berkilauan, Kiang Ek Hian kcluar untuk meronda. la lihat rembulan ada indah, bintang-bintang berkceak-kelik. Diam-diam ia kenangi, empat tahun sudah ia berdiam di daerah perbatasan ini. Jago tua ini meronda terus sampai dari jauh-jauh, ia dengar suatu suara. Segera ia sembunyi seraya memasang mata. Ia segera tampak satu bayangan mendatangi dengan cepat, memasuki kampung, loncat nark atas sebuah rumah. Tidak ayal lagi, ia muncul, untuk menyusul, akan mendekati. He, kau siapa? ia lantas menegur. Inilah kampung miskin, yang tak ada harganya untuk dikunjungi! Orang itu memutar tubuh kapan ia dipergoki, akan tetapi ia tak jcrih, sebaliknya ia tertawa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ya, kampung miskin! katanya. Tapi ada luar biasa, di sini ada naga bersembunyi, ada hari man mendekam! Ek Hian awasi orang itu, yang berusia empat puluh lebih, sikapnya gagah, dandanannya pakaian malam, di pinggiran tubuhnya ada terkempit kantong senjata rahasia. Malam-malam kau datangi kampung kita, apa maksudnya? ia tanya. Ia tidak bisa pastikan, orang bcrmaksud buruk atau baik. Dengan lagaknya yang angkuh, orang itu tidak menyahuti. Sebaliknya, ia tanya: Apa aku boleh ketahui she dan namamu? Orang tua itu tertawa secara dingin. Kita ada rakyat gunung, nama apa kita ada punya? jawab ia. Hanya umpama kata kau berniat melakukan apa di sini, kita masih punyakan orang yang nanti sambut padamu! Orang angkuh itu tertawa berkakakan. Apa benar demikian ia menegaskan. Jikalau-tuanmu jerih tidak nanti dia datang kemari! Malam mi aku memang berniat melihat-lihat kampungmu ini! Lantas dia mencelat sampai tiga-empat tumbak jauhnya, dengan tidak gubris pula si orang tua ini, iaberlari-lari ke sebelah dalam kampung. Kiang Ek Hian gusar sekali atas periakuan itu, selagi ia hendak lompat, untuk menyusul, mendadakan ada berkelebat cahaya merah di sebelah depan ia, yang memegat orang itu, hingga ia terperanjat. Karena ia kenali cucu perempuannya, yang kerebongi diri dengan mantel merah yang lebar dan tangan nya mencekal pedang! Orang itu tidak maju terus, ia bcrdiri diam, mengasih ketika kepada d i ri nya untuk d ikepung oleh itu cucu dan cngkongnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ah, kiranya masih ada orang perempuan yang liehay! berkata ia seraya ia pandang si nona dengan tajam. Hong Keng ada bertabiat aseran, tidak sesabar engkongnya, atas ini sindiran, segera saja ia loncat maju dengan tikamannya kepada dada or-ang. Orang yang diserang bertubuh sangat gesit, sebenarnya ia ada menggendol golokdi bebokongnya, ia sudah tidak hunus itu, hanya ia menggeser tubuh, untuk berkclit, sesudah mana, ia ulur sebelah tangannya sambil maju, menyusul mana, sebelah kakinya tabu-tahu terangkat naik dalam rupa satu sambaran hebat! Mukanya Hong Keng merah sendirinya saking jengah karena or-ang perdayakan ia, karena mi dengan scngu ia membabat, akan bikin sapat kaki orang! Orang ifu mencelat mundur sambil jumpalitan. !tu ada gerakan dari suatu ilmu enteng tubuh yang liehay sekali. Jangan kau orang bertingkah galak! bcrkata ia seraya ia putar tubuhnya. Lain hari tuan besarmu bakal datang puia kemari! Habis itu, ia putar tubuh puia, sekali ini untuk kabur keluar kampung. Hong Keng gusar, ia penasaran, ia hendak mengejar. Jangan mencegah Kiang Ek Hian Jago tua ini diam saja sadari tadi, untuk menyaksikan. Apa puia selama orang layani cucunya dengan tangan kosong, ia malu untuk turun tangan. Dcngan begitu pun ia jadi bisa saksikan jelas kepandaiannya orang itu. Ia pun tidak mau mengejar, kesatu ia belum kenal orang itu. kedua ia kuatir nanti kena dipancing.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jangan omong hal ini kepada siapa juga, tapesan cucunya. Turut pengiihatanku, orang barusan datang bukan dengan maksud baik. Dia juga ada bcrkepandaian tinggi, kepalanya ada besar. Aku harap saja dia bukan gundalnya pemerintah Boan. Kita mesti cegah orang kampung berkuatir tidak kcruan. , Ek Hian bersikap sangat tenang, akan tetapi, di dalam hatinya, ia bcrpikir keras. Jauh ia pergi, untuk mcnyi ngkir, toh masih ada orang yang) bayang-bayangi dia. Hong Keng turut itu engkong, ia tutup mulut. Sebaliknya, dengan diam-diam, cucu dan engkong ini terns bikin penjagaan. Tigamalam berturut-turut mereka sudah memasang mata, tidak ada tcrjadi suatu apa, orang tidak dikenal itu tidak datang puia. Pada malam keempat, sedangnya ia Iclah dan duduk bcrscmedhi, hampir saja ia kepulasan, tiba-tiba Kiang Ek Hian dengar satu suara perlahan di atas wuwungan rumahnya, mirip seperti jatuhnya daun rontok tcrtiup angin. Lantas saja ia ngocch sendirinya: Dasar sudah tua, hati pun jadi tak seperti di masa muda, mendengar burung terbang lewat, disangka orang saja, hingga buat satu malam aku tidak bisa tidur. Tapi, selagi mulutnya membilang demikian, tubuhnya bergerak turun dari pembaringan untuk menghampirkan jendela, dengan pen uh semangat, ia memasang kuping tcrlcbih jauh, matanya diarahkan keluar. Cuma sebentar jangkanya, segera tcrlihat satu bayangan hitam bergerak di sebelah luar jendela, benar seperti burung menyambar. Tak ampun lagi, Ek Hian geraki tubuhnya, sambil menolak daun jendela, ia loncat keluar, akan segera kejar bayangan itu. Tubuhnya enteng dan liehay, akan tetapi ada sulit akan tandingi jago Bweehoa-koen ini, yang sudah lantas dapat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mencandak setelah mcrcka saling kcjar sampai di luar kampung. Sahabat, berhenti dulu! Ek Hian menegur. Kau telah datang dari tempat jauh, mustahii sebelum menemui tuan rumah kau sudah pergi pula? Mari omong-omong! Orang asing itu rupanya telah menduga, maka begitu dengar teguran, dengan sekonyong-konyong, ia berhenti berlari dan putar tubuhnya, akan terus tertawa terbahakbahak. Benar-benar aku telah bcrhasil memancing! bcrkata ia, dengan lagu suara jumawa. 01 eh karena kau telah mengundang kita, baiklah kau undang juga sekali an saudaraku! Habis ini ia pcrdengarkan satu suara suitan panjang suara seperti pekiknya burung malam! Segera Kiang Ek Hian memasang mata ke sekitarnya. Dari arah depan, belasan tindak jauhnya, dari belakang tumpukan salju, lantas muncul tiga orang, yang scmuanya mengenakan pakaian malam serta scmua kepaia mereka dibungkus dengan kain hitam. Mereka jalan dengan berbaris menghampirkan orang tidak dikcnal akan menghadapi Ketua Bweehoa-koen ini. Satu diantaranya yang jangkungkurus, lantas tertawa berkakakan. Apakah ada baik, Kiang Looenghiong? tanya ia dengan sikapnya sembarangan. Kiranya kau telah menyingkir jauh ke tanah perbatasan ini! Pasti kau merasakan banyak kesukaran di sini! Setelah beberapatahun, malam ini kitaorang bertemu di sini, maka, tak ada omongan lain, mari kau ilcut kita or-ang! Ek Hian terus mengawasi. lamasih sangsikan orang ada sahabat atau lawan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siapa kau orang? akhimya ia tanya. Tolong beritahukan namamu semua. Orang yang datang pcrtama, yang memancing, tiba-tiba gerak-geraki tangannya ke arah pundaknya, atas mana, dengan terbitkan satu suara nyaring, ia hunus sebatang pedang yang tajam. Kau benar-benar ada Kiang Ek Hian, si iblis tua! ia berseru. Bagaimana dengan jiwanya Samhong dan Djiehouw? Baiklah kau putuskan sendiri saja!1 Kata-kata itu membuat Ek Hian gusar sekali. Kawanan tikus, jangan banyak tingkah! ia membentak. Jikalau aku si orang she Kiang tidak perlihatkan dirinya kepadamu sekalian, sia-sia saja nama Bweehoa-koen! Segera jago tua ini hunus golok Gan-Ieng-toonya, dengan itu ia berlompat maju, untuk menyerang dengan gerakannya Tokpek Hoa-san atau Membacok Gunung Hoa-san. Pundak rata, maju! demikian seruannya orang yang diserang, yang segera menangkis, atas mana, kawankawannya semua hunus senjata mereka masing-masing, untuk terus bergerak, akan kurung orang tua ini Ek Hian segera kena dikurung, akan tetapi ia coba gempur kepungan itu. dengan sebatang goloknya ia layani gaetan Houwtauw-kauw, musuhmusuhnya punya pedang Shongboen-kiam, golok Poathongtoo dan tongkat Tengtjoa-pang. Ia sangat mendongkol ketika telah habiskan tiga puluh jurus, ia masih belum peroleh hasil. Dengan ragam dan ulet, empat musuh itu kurung ia sccara rapat. Maka dalam murkanya, ia menyerang dengan terlebih seru. Empat musuh itu mengurung dengan mulut mereka tidak diam saja, suara senjata pun sering terdengar beradunya, maka itu, di lain saat, ke sana mendatangi sejumlah dua atau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tiga puluh penduduk kampung, di antara siapa Kiang Hong Keng maju dimuka. Ma Potjoe adalah yang pimpin orang-orangnya, mereka datang sambil membawa obor, hingga sang malam jadi terang-benderang. Di antara mereka ini ada yang menunggang kuda, dan itu, suara kuda dan manusia tercampur jadi satu. Menampak ada bala bantuan untuk pihak musuhnya, sedang merekal scndiri sampai sebegitu jauh masih belum mendapatkan hasil, lawan yangj mcnjadi kcpala segera beri tanda pada kambratnya. Ia gunai kata-katfi rahasia, untuk mundur dulu, buat cari kawan yang terlebih liehay, setelah itu, hampir berbareng, mereka lompat mundur, kemudian mereka gunai scnjata rahasia untuk tangkis dan mundurkan pengejaran. Kiang Ek Hian gunai goloknya, untuk singkirkan sesuatu scnjata rahasia, ia tidak mengejar, ia larang pihaknya mcngubcr, maka itu, lekas sekali, empat musuh lenyap di tempat gelap. Hong Keng dan Ma Potjoe sudah lantas datang mcnghampirkan. Kiang Loocngh iong, mengapa kau tidak memberikan tanda suatu apa? ketua kampung orang Hwee sesalkan. Kcnapa kau perbahayakan diri sendiri untuk layani mereka itu? Jikalau sampai terjadi sesuatu, bagaimana nanti kita menyesal? Tidak apa-apa! Ek Hian tertawa. Segala kurcaci, buat apa aku bikin kau kaget, Potjoe? Ma Potjoe kerutkan alis. Men unit cucu Loocngh iong, mereka sebenarnya pernah datang mengintip kita, berkata dia. Kita ada di kampung miskin, apa mereka hendak cari? Aku kuatir mereka ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kandung maksud Iain! Apa mereka bukannya gundal pemerintah Boan? Ma Potjoe menduga jitu sekali. Memang empat orang itu ada orang-orangnya pemerintah Boan, iaJah kaki-tangan yang liehay dari Tjongtok dari Siamkam, Siamsay dan Kamsiok, di antaranya ada pahlawan dari Istana Boan. Sebab sejak lenyapnya Sam-Liong Djie-Houw di Tektjek-san;, pembesarpembesar Boan ada kinm lain rombongan untuk mencari. Karen a menduga kctiga Naga dan kedua Harimau menuju ke Kamsiok, orang telah menuju ke tapal batas Barat-utara ini Maksud tujuan dari pemerintah Boan bukan melainkan bekuk orang-orang Gichoo-toan atau mereka yang mencntangi pemerintahnya, maksud mereka ada sekalian cari orang-orang gagah yang suka kasih dirinya digunai sebagai perkakas. Untuk ini, tugas diserahkan kepada Tektcng Patouwlouw Kek Touw Im, satu pahlawan kelas satu, serta Too La Lhama dari Seetjhong. Kepada mereka ini, Tjongtok dari Siamsay dan Kamsiok serahkan belasan pahlawannya untuk mem bantu. Mereka bekerja dengan memencarkan diri. Demikian yang menuju ke Kamsiok Utara terdiri dari lima orang dengan pemimpinnya ada Ong Tjay Wat Ong Tjay Wat ini, seperti diketahui, ada salah satu pahlawan dari Istana Boan. Ialah yang dahulu gagal di Lioetjhung ketika bersama-sama Lokee Ngohouw, Lima Harimau Keluarga Lo, ia kepung LioeToanio, karena ia kena dilabrak oleh Law Boe Wie serta nyonya Lioe itu. Melulu karena liehaynya ilrnu entengi tubuh ia lolos dan bahaya maut Sekembalinya ke Kota Raja, ia malu sendirinya, dari itu, ia lantas mmta tugas di luar. Maka di akhirnya, ia dikirim kepada Tjongtok dari Siamsay dan Kamsiok, karena mana, sekarang ia memimpin empat kawannya di antara siapa ada satu yang liehay, yang menjadi tangan kanannya Tjongtok itu. Dia ini ada Kan Tay Him, satu begal tunggal dari Hoopak, setelah menerima tjiauwan, dia dikirim ke dalam tentara di Barat-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

utara. Sclama di Hoopak, pernah beberapa kali ia bertemu sama Kiang Ek Hian, dari itu, ia diperbantukan pada Ong Tjay Wat untuk selidiki lenyapnya Samliong Djiehouw serta di mana beradanya Ek Hian. Oleh karena penyelidikan dilakukan secara seksama, walaupun Yamtjoan-tjoe ada satu tempat mencii dan tempat kcdiamannya orang Hwee, tempat itu pun tak luput dari perhatian. Begitulah yang datang pertama kali, dia ada Ong Tjay Wat Dia ini tidak sangka di tempat sekecii itu ada orang liehay, dengan berani ia layani Hong Keng dengan tangan kosong, setelah terdesak, baharu ia insyaf ancaman bahaya. Maka lantas ia angkat kaki. Ia percaya, selagi sinona ada dcmik ian iichay, orang yang lanjut usianya mcsti tcrlebih Iichay pula la pan jadi henui dan curiga, maka ia lantas pulang untuk beritahukan itu pada kawan-kawannya, hingga mereka lalu berunding. Kesudahannya mercka undang Too La Lhama, untuk membaniu. maka kejadiannya. Too La Lhama datang berempat. Tiga yang lain adalah Ong Tjay Wat scndiri, Kan Tay Him dan Tat Tck Tjiang. Sengaja mereka memakai topeng untuk kcpung Kiang Ek Hian, yang lebih dahulu dipancmg keluar kampung. Too La Lhama ada kesohor untuk Seetjhong. dia cuma ada di sebawahannya Lhama Besar Kat Pou Djie. akan tetapi sekarang, menghadapi Ketua Bweehoa-koen, dia repot, dia tidak mampu perlihatkan kegagahannya. Dia toh mengepung bcrsama-sama kawan-kawannya. yang semua liehay. Begitulah ketika datang bala bantuan untuk Ek Hian, mereka angkat kaki. Sdama itu, Kan Tay Him sudah lantas kenali. musuh mereka yang tua ada Kiang Ek Hian, hal ini ia beritahukan pada Too La Lhama. Dia tentuiah yang singkirkan Samiiong Djiehouw, maka baiklah kita minta bala bantuan, nyatakan lebih jauh itu bekas begal tunggal.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Too La Lhama malu sendirinya akan minta bantuan. Ia pun anggap, Yamtjoan-tjoe hanya satu kampong kecil. Tapi, setelah memikir, ia kirim juga Ong Tjay Wat pulang kr Siamsay, untuk undang Kek Touw Im, guna tangkap Kiang Ek Hian. Scmcntara itu, di Yamtjoan-tjoc Ma Potjoe dan Kiang Ek Hian ada I bikin penjagaan hati-hati. Mcrcka tidak bisa minta bantuan dari mana-mana, mereka bcrdaya-upaya scndiri. Daya penjagaan mereka juga tak lain tak bukan, cuma memasang tambahan kawat perintang di pagar bentengan serta am par duri-duri besi dan pecahan batu di sckitar kampung. Hatinya Kiang Ek Hian tidak tcntcram ketika ia dapat kenyataan, untuk banyak hari To Poet Hoan, yang pcrgi ke Kamsiok Timur, belum juga kcmbal i. scdang biasanya kawan itu sudah mcsti kembali. Dcmikian, lagi tujuh atau delapan hari telah dilewatkan, selagi Poet Hoan tetap belum kembali, Kek Touw Im telah mendahului datang! Pada suatu malam, lewat jam tiga, selagi Ma Potjoe dan Kiang Ek Hian berjaga-jaga, tiba-tiba datang laporan perihal tertampaknya musuh mendatang, dalam rupa satu pasukan berkuda. Ah! berseru Ma Potjoe, yang terus lemparkan cawannya. Mari siap Masih dua-tiga kali datang warta beruntun perihal mendatanginya musuh, kemudian sedang orang berkumpui di atas panggung benteng, kelihatanlah obor terang-terang, dari satu pasukan serdadu yang datang dengan cepat Segera sesampainya di muka kampung, atau benteng, barisan itu lantas mengatur diri. Di antara cahaya api, Kiang Ek Hian tampak kepala barisan itu, scorang bcrtubuh tinggi tujuh kaki lebih, alisnyagomplok, matanya gede, hidungnya seperti hidung barongsay, mulutnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bagaikan mulut harimau, tubuhnya ditutup dengan kasee atau jubah merah yang lebar, tangannya mencckal sebatang senjata ist imewa, yang berujung lancip dan banyak durinya. Scbab dia adalah Tekteng Patouwlouw Kek Touw Im, pahlawan istimewanya Istana Boan. Ma Potjoe segera berseru menanyakan maksud kedatangan or-ang. Kek Touw Im tertawa berkakakan, ia maju pula kapan ia menjawab: Kau tentu ada potjoe dari ini kampung kecil! Kaudengar! Kcnapa kau berani sembunyikan pemburon ncgara? Turut aturan, kampungmu ini mcsti dibikin musnah, tapi pintjeng ada murah hati, pintjeng suka mengasih ampun! Kita suka bcrikanjalan hidup pada kau orang asal kau serahkan pemburon negara itu! Siapa pemburon yang kau maksudkan itu? tanya Ma Potjoe, Itn dia! berseru Kek Touw Im dengan jawabannya, seraya ia tuding Kiang Ek Hian yang dampingi Ma Potjoe. Angin busuk! Ma Potjoe membentak, dengan kumisnya bergerak-gerak, alisnya bangun berdiri. Kawanan bangsat anjing penindas, bangsa Hwee walaupun kita hanya seorang dan seckor kuda, kita nanti lawan padamu! Lhama itu tertawa. Kau berani lawan tentara negen? Kau berani layani kita bertempur? iamenantang. Balk! Memangnyaaku datang kemari dengan niatan bertempur, untuk bikin kendor dan sehat otot-ototku! Lalu ia tambahkan berseru: Eh, Kiang Ek Hian, pemburon tak maumati, kenapa kau scmbunyi saja? Ek Hian gusar bukan kepaiang, ia hendak turun akan sambut tan tangan, tapi itu waktu, Ma Potjoe telah dului ia. Potjoe ini jujur dan laki-laki, ia anggap adalah keharusannya sebagai tuan rumah akan sambut tantangan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sembari maju, ia berseru: Urusan kampung ini ada menjadi tanggung jawabku! Mari kau tempur dulu atai! Aha, kau berani lawan aku? Kek Touw Immenantangsccarajumawa. Saykee punya Djitgoat-thong ini biasa dipakai kcmplang orang-orang Kangouw kenamaan, kau sendin belum punya derajat untuk menerimanya! Lalu ia menoleh ke pihaknya, akan segera tambahkan secaramenghina: Hayo, anak-anak! Siapa saja satu di antaramu boleh keluar akan layani kurcaci ini! Satu orang sambut seruan itu, dia adalah stewie atau pahlawan, dari Kantor SiamkamTjongtok, tangannya mencekal golok berkepala naga-nagaan, sebab dia adalah A Mo Liang, seorang Turfan, yang berkhianat kepada bangsa sendiri, yang kesudian mcnjadi gundal pemerintah Boan. Tanpa kata apaapa ia terus tikam Ma Potjoe, yang tak pandang mata. Ma Potjoc bcrsenjatakan toya Samtjiat-koen, dengan itu ia menangkis, ia sampok golok musuh dengan keras, sampai golok itu icrpcntal. Dalam kalangan bangsa Hwee, ilmu toya atau tongkat yang kesohor adalah Sathwehwee Koen-hoat. Sat ini ada seorang dari zaman Kaisar Kee Keng, namanya tidak diketahui, dia hidup berkelana, maka orang panggil dia Hweehwee saja. Sudah sejak empat puluh tahun yang lalu, Sat Hweehwee menutup mata, tapi wansan ilmu toyanya masih kcsohor di Barat-utara. Ilmu silat Samtjiat-kocn dan Ma Potjoc ada warisan Sat Hweehwee, mclainkan sayang Potjoe ini tak dapatkan sampai sempuma. Hanya kebetulan saja, bertemu sama To Poet Hoan, Poet Hoan bantu padanya dengan ajarkan dia gerakan dari golok Bweehoa-too. A Mo Liang tercengang akan hadapi musuh yang tangguh, ia jadi pcnasaran, ia jadi sengit, dari itu, ia ulangi serangannya secara hebat Ia mendesak keras. Kemudian, dengan Tanhong gengtjoen, atau Burung hong menyambut musim semi, dari bawah ia menyontek ke atas, keulu hati.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan lompat ke samping, Ma Potjoe kelit dari serangan berbahaya itu, habis itu, ia membalas dengan serbu kedua kaki orang, hingga A Mo Liang jadi kaget, lekas-lekas ia berlompat. Tapi ia penasaran, sambil lompat, ia membacok. Ma Potjoe lihat gerakan musuh, ia menangkis, keras sekali, hingga kedua senjata bcradu tak dapat dihalau lagi oleh A Mo Liang, sekejap saja, goloknya trrlrmpar dari cekalan, mental jauh. Biarlah kau rasai liehaynya kampung kecil ini! Ma Potjoe mengejek A Mo Liang lekas-lekas undurkan diri, tapi di sebelah dia, Kek Touw Im tertawa dingin. Jangan bertingkah! kata pendeta lhama ini. Kau toh baru menghadapi satu di antara cucu murid! Kemudian, sambil menoleh, ia berseru: Anakku Tat, kau keluar, kau bereskan ini binatang! Seruan itu disambut dengan mnnculnya seorang, senjata siapa ada luar biasa, senjata itu perdengarkan suara nyaring. Dia ini adalah Tat Tek Tjiang, salah satu dari empat pahlawan yang beberapa malam yang lalu kepung Kiang Ek Hian. Senjatanya ada sepasang gelang, yang dikeling dengan gelang lain, yang dipakaikan ujung tajam. Jadi senjata itu bisa dipakai berbareng untuk merampas genggaman lawan. Dalam umur lima puluh tahun lebth, belum pernah Ma Potjoe berkelana, dari itu, ia asing dengan senjata musuh ini, ketika musuh datang dekat, lantas ia menyerang ke arahdada. Tat Tek Tjiang tertawa menghina, ia angkat Djitgoat Sianghoan, untuk menangkis, tapi ia menangkis dengan keras sekali, ketika kedua senjata beradu, terdengarlah suara nyaring. Berbarcng, Ma Potjoe pun terkejut, karena kedua tangannya tergetar, toyanya terpental , baiknya tak terlepas. Tapi karena ini, ia jadi berlaku hati-hati.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kembali keduanya sating serang. Tat Tek Tjiang berlaku tenang, tidak dcmikian dengan Ma Potjoe, yang penasaran, yang hendak membalas. Ia menunggu dengan sabar, kapan kembali ia diserang dengan hebat, ia nyamping, dari sana, ia menyampok dengan gelangnya. Ini kali, pahlawan Boan itu berhasil. Samtjiat-koen kena diserang begitu rupa. hingga mcnjadi patah tiga! Dengan air muka pucat, Ma Potjoe lantas saja mundur. Kau hendak menyingkir kc mana? Serahkan jiwamu! berseru Tat Tek Tjiang sambil putar sepasang gelangnya dan tubuhnya lompat mencelat, untuk mengejar. Dalam saat mengancam untuk Ma Potjoe, dari atas benteng melayang turun satu tubuh merah, yang bersenjatakan pedang berkilauan, hingga, menampak mana, matanyaTat Tek Tjiang menjadi siJau, hingga ia berdiri diam mengawasi saja Jangan bertingkah, di smilah nonamuJ demikian bayangan merah itu, satu nona cantik. Pahlawan Boan itu heran, apapula akan saksikan kegesitan orang. Dia tidak kenal Angie Uehiap Kiang Hong Keng, yang belajar silat sejak umur empat belas tahun, yang dalam umur cnam belas bcrani merantau sendin, dan selama empat tahun ini, berkelana mengikuti engkongnya. Kecuali Iatihan, nona ini telah wariskan semua ilmu silat Bweehoa-koen. Walaupun demikian, Tat Tek Tjiang tidak takut la anggap, sampai di mana saja keuletannya satu nona. Demikian, keluarkan berbareng sepasang gelangnya, ia menyerang dengan tipunya Goeng tjinie atauGaruda lapar geraki sayap. Bagus! menyambut Hong Keng, yang segera mendahului, akan menikam dada, hingga lawannya jadi repot sekali, lekaslekas dia batal menyerang, diapakai gelangnya untuk menangkis, untuk sekalian menggalang pedang lawan itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hong Keng bukannya Ma Potjoe, ia tak kasihkan pedangnya ditempel, lekas-lekas ia menarik pulang, akan dipakai menyerang pula, sekali ini dengan gerakannya Kenghong hielioe atau Angin berputar permainkan cabang yangtioe. Lebih dahulu ia sampok gelang, lalu ia menusuk. Tek Tjiang mundur sambfl putar diri, sesudah itu, baharu ia maju pula. Baharu sckarang ia tak pandang enteng lagi kepada si nona manis itu. Nona Kiang perlihatkan kegesitan tubuhnya, scbatnya pedang sambar-mcnyambar, dcngan itu cara, ia mcncoba mendesak musuh,hingga ia bildn pcnglihatan mata lawan menjadi seperti kabur. Sia-sia saja Djitgoat Sianghoan dipakai untuk menyerang, buat bcla diri, dia kena terkurung cahaya pedang. Dengan satu gerakan Wie To hongtjie atau Malaikat Wie To persembahkan tongkat, Tat Tek Tjiang hendak rubuhkan si nona, atau sedikitnya pecahkan desakan, akan tetapi sebelumnya Hong Keng men dahu I ukan, dia ini incrangsck dan menikam dcngan Kimliong hiehay atau Naga emas memainkan lautan, satu tusukan tak dapat dihalau! Aduh! menjerit Tek Tjiang, yang tangan kirinya sapat jarinya kena terbabat pedang. Kek Touw Im, yang menonton sejak setadian, mclupai derajatsendiri apabila ia saksikan pihaknya kembali kena dipecundangi, dalam murkanya ia lompat maju seraya menyambar dengan Djitgoat-thongnya kepada Nona Kiang. Ia bersikap teiengas sekali, katerta genggaman istimewanya itu beratnya kira-kira enam puluh kati. Hong Keng tabu bahwa tak dapat ia melawan dengan tenaga, maka itu tatkala senjata sampai, ia berlompat berkelit dalam gerakannya Yantjoe tjoanin atau Burling walet tcmbusi mega. Ia Ioncat tinggi dua tumbak Iebih, melewati musuh yang beitubuhj besar, kemudian turun di bclakang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

musuh, ia putar tubuhnya sambil menikam pundak kanan orang. Lhama itu liehay, gesit juga gerakannya, segera ia mcmutar tubuhjj senjatanya digeraki ke bclakang, untuk dipakai menangkis, maka sckali ini, tak ampun lagi, pedangnya si nona kena tersampok sebelum ia sempat menariknya pulang. Kaget Hong Keng karcna tangannya sampai scsemutan, lckaslckas ia Ioncat mundur. Dalam sengitnya, Kek Touw Im] hendak rangsek si nona, akan tetapi di belakang ia, ia segera dengar bentakan: Keledai botak, tak punya muka, bagaimana kau menghina satu anak perempuan? Jikalau kau ada punyakan kepandaian, mari sambut golokku! Lhama ini menoleh dengan segera, hingga ia tampak Kiang Ek Hian lagi mendatangi. Jago tua ini ada sangat gusar karcna cucu pcrempuannya dipcrhina. Aku dengar kau ada Ahli Warisnya Bweehoa-koen, Tjoe Hong Tengjuga ada muridmu, saykee ingin sckali belajar kcnal dengan kau! menantang pendeta lhama mi. Di kolong langit ini, saykee punya Djitgoat-thong belum ada tandingannya, mari aku belajar kenat dengan golokmu! Habis mengucap demikian, Kek Touw Im segera mulai dengan penyerangannya, dengan gerakan Hengsauw tjiankoen atau Mel intang menyapu ribuan tcntara. Nama saja dari gerakan itu sudah menunjuki rabuhan ke arah bawah! Bcrbarcng dengan itu, Hong Keng kembali ke bentengnya. Kiang Ek Hian awasi bergeraknya genggaman musuh, yang ia tunggui, begitu lekas senjata itu hampir sampai, ia angkat tubuh sambil bcrjingkrak, kaki kanannya dipakai menjejak senjata itu, lalu dengan pinjam tenaga kaki, ia jumpalitan, akan Ioncat Icwati kepala lawan, selagi berbuat demikian, tanpa tunggu kedua kakinya injak pula bumi, goloknya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dibabatkan kepada kepala orang dengan tipunya Tok j pek Hoa-san. Kek Touw Im menyerang dengan hebat, ia terkejut kapan ia saksikan gerakan luar biasa dan sebat sekali dari lawan itu, tak perduli usianya yang sudah Ianjut, maka lekas-lckas ia mengendap, seraya memutar tubuh, ia menangkis ke atas. Ia tidak hendak buang diri tapi ia ingin lindungi batang lehernya. Gerakan kedua pihak ada berbareng, satu bentrokan tak dapat dicegah lagi, si pendeta bisa tolong batang lehernya, akan tetapi ujung senjatanya kena terpapas kutung oleh Ganleng-too yang tajam, hingga lenyaplah dua buah gantilannya. Setelah ini baharulah Kek Touw Im tidak berani pula memandang rendah kepada lawan itu, lahi jj melayani berkelahi dengan sungguh-sungguh, dengan gesit tetapi waspada. Benar-benar ia ada gagah sekali nampaknya ia tidak ada di sebawahaimya See Beng Wan. Ek Hian pun dianwham kagum melihat musuh yang liehay ini, tetapi ia tidak jerih sambil perdengarkan seruan, ia keluarkan ia punya kepandaian, untuk melayani la tidak mau kalah sebat atau gesit, baik di waktu menyerang maupun di saat berkelit. Sebentar saja, kedua pihak telah lewatkan tujuh sampai delapan puluh jurus, saking scbatnya pertempuran mereka. Terang sekali kelihatan tenaga yang besar dari si pendeta, tubuh yang enteng dari Ketua Bweehoa-koen, hingga mereka jadi merupakan satu tandingan yang setimpal. Kek Touw Im ada sangat penasaran, karena ia pun ada satu Tekteng Patouwlouw, bukannya ia lekas peroleh kcmenangan, secara seumumnya, ia ada sedikit terdesak, maka itu, diam-diam ia telah ambit putusan. Karena ini, ia terus main mundur. Kiang Ek Hian heran melihat sikap orang itu. Ia tahu ia menang di atas angin, lawan telah terdesak, tetapi orang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masih belum kalah, kenapa or-ang main mundur terus! Selagi ia menduga-duga seraya ia tak pemah lengah, mendadakan ia lihat orang loncat keluar kalangan, tangannya ditudingkan, dari mulutnya terdengar seruan: Anak-anak. Masnahkanlah kampung ini! demikian titahnya, titah yang telengas sckali! Metihat gerakan tangan dari pemimpinnya, pasukan dari seratus lebih serdadu Boan itu sudah perdengarkan sambutan mereka, disusul dengan gerakan mereka bagaikan arus banjir. Lekas sekali mereka lepaskan panah api, hingga sang malam jadi terang-benderang! Di dalam bentcng, orang kaget dan menjerit, belum sempat mereka berdaya. beberapa orang telah rubuh scbagai korbannya panah api. Syukur buat Hong Keng, bcrsama-sama Ma Potjoe, ia keburu berkelit, ia dapat menangkis serangan, setelah mana, tcrpaksa mereka mundur. Semua orang pun dipcrintah lekas mcnyingkir. Panah api ada iiehay, yang mana tidak mengenai sasaran manusia, lantas membakar kayu kcring dan lainnya, sehingga di Iain saat, api pun berkobar-kobar, sedang malam itu, kebetulan ada angin menyambar-nyambar. api menyambar ke arah rumah-rumah, tanpa ada daya pertolongan, karena di kampung or-ang Hwee itu kekurangan air. Kampung jadi sangat berisik dan kalut, terutama orangorang perempuan dan anak-anak. Semua orang kampung repot menolongi mereka itu. Pintu benteng telah dibuka, untuk orang mcnyingkir keluar, buat meloloskan diri. Too La Lhama berlaku bengis, ia pimpin barisannya untuk mengejar, buat menyerang kalang-kabutan, karena pihak Hwee tidak diam saja, mereka jadi bcrtempur secara kalut. Orang-orang Hwee itu ada terlatih baik, dulu pun mereka pemah dibasmi pasukannya Tjoh Tjong Tong, yang usir

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka dari Kamsiok Timur ke Kamsiok Uiara, maka itu sekarang, mereka mclawan sccara be rani Di bawah pimpinan To Poet Hoan, dari umur belasan sampai umur enam puluh tahun, mereka belajar silat, maka itu, sekarang mereka sanggupj satu lawan bcbcrapa orang. Melulu lantaran dibokong panah api, mereka tcrpaksa jadi kacau. Setelah di lawan sccara sungguh-sungguh, barisannya Too La Lhama tidak mampu berbuat banyak. Beruntung bagi Too La Lhama, bersama ia ada belasan kawannya yang liehay. Ma Potjoe dan Kiang Hong Keng lakukan perlawanan, tctapi dalam kekalutan sepcrti itu, pihak Hwee kalah angin. Too La Lhama tahu Nona Kiang Iiehay, bersama dua pahlawan dari Siam-Kam Tjongtok, ia kepung si nona, yang ia desak. Tombaknya Shong-boen-kek ada iiehay, maka itu, dibantu dua tenaga lain, ia bikin si nona terkurung dan mandi keringat Untuk melawan terus, Hong Keng sampai kertak gigi. Too La Lhama berlaku bengis, ia tahu orang sudah lelah, ia merangsek dengan hebat. Selagi Hong Keng menghadapi ancaman malapetakaitu, riba-tiba ke situ datang tiga penunggang kuda, yang datang dengan kaburkan kudanya masing-masing, sebentar saja, mereka sudah sampai di medan pertempuran. Pada waktu itu, dengan gerakan Hong Keng tikam tenggorokannya satu musuh yang bersenjatakan toya besi. Ia ingin rubuhkan salah satu pembantunya Too La Lhama, supaya ia dapat keringanan. Lawan ini bukannya orang lemah, dengan toyanya, ia tangkis pedang. Si nona meneruskan, selagi pedangnya kesampok, ia menikam dari kiri, kepada iga orang. Tapi, sedangnya ia hendak tusuki pedangnya, di belakang ia, tombaknya Too La mcnyambar, dan goloknya kawannya yang kedua, pun perdengarkan suara angin. Dalam saat yang mengancam itu, mendadakan Too La menjerit keras, tombaknya menyambar ke lain arah,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kawannya pun terkesiap hatinya, gagal bacokannya, cuma karenanya, Hong Keng sendiri pun batal menikam lawannya. Ia segera menoleh dengan tercengang. Kejadian iuar biasa ini disebabkan Penunggang kuda itu, yang baharu datang, sudah lantas loncat turun dari kuda mereka, untuk campurkan diri dalam pertempuran. Mereka adalah dua orang tua dan seorang muda, dan dan kedna orang tua, yang satu ada To Poet Hoan yang diharap-harap Dua yang lain juga bukan orang-or-ang sembarangan, sebab yang tua ada Lioe Kiam Gim, ahli Thaykek-koen, dan yang muda adalah Teng Hiauw yang gabungkan ilmu kepandaian kedua Thaykek Teng dan Thaykek Tan. Begitu lekas loncat turundari kuda-kuda mereka, Lioe Kiam Gim awasi pertempuran, lalu ia kata kepada kedua kawannya: Kasihlah aku iayani itu pendeta jahat! Kauor-ang berdua pergi bebaskan orang-or-ang Hwee itu! Teng Hiauw sementara itu segera kenali Kiang Hong Keng dengan pakaiannya serba merah, ia lantas saja maju seraya berkata kepada To Poet Hoan: To Lootjianpwee, silakan tolongi orang-orang Hwee itu, aku hendak bantui si nona! To Poet Hoan bersenyum, ia manggut-manggut Teng Hiauw maju sekali Hong Keng terancam bahaya, tidak ayal lagi, ia kirim piauw yang Iiehay, yang mengenai nadi kanan Too La Lhama, tidak heran kalau pendeta itu, tak perduli dia gagah, lantas saja menjerit Tapi dia tidak segera rubuh, dari itu Teng Hiauw kirim piauw yang kedua serta yang ketiga. Kimtjhie-piauw yang kedua. Too La dapat egoskan, akan tetapi yang ketiga mengenai jidatnya, hingga dia lantas saja mandi darah. lajadi sangat gusar, ia tinggalkan si nona, ia hampirkan Teng Hiauw untuk diserang secara kalap, karena dua-dua tangannya masih sanggup cekal sepasang tombak Shongboen-kek.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menampak orang, demikian garang, Teng Hiauw tidak mau adu pedang Thaykek-kiam, selagi ia diserang, ia berkelit dengan pesat, lalu dari samping, ia kirim bacokan, ia kenakan senjatanya, hingga ujung tombak kena dibabat putusl Too La scperti kalap, ia maju terus dengan serangannya yang hebat akan tikam tenggorokan orang. Teng Hiauw bcrlaku awas dan gesit, ia tidak tunggu sampainya tikaman itu. ia mendahului, akan membacok dari kiri, tajamnya pedangnya diserodoti di atasan tombak, untuk lengan orang. Ini ada bacokan Soensoei twietjioe atau Mendorong perahu mengikuti aliran air. Lhama itu benar liehay, ia masih sempat geser kakinya, untuk berkelit sambil tarik pulang tangannya yang terancam bahaya itu, lalu dari sini, ia baias memukul. Teng Hiauw lekas-lekas tarik pulang pedangnya, yang ia masih elak adu dengan tombak cagak, habis itu, kembali ia balas menikam, kepada iga kanan dari pendeta itu. Ia gunai tipu Hoeiyan touwlim atau Burung walet terbang masuk ke dalam rimba. Too La rupanya nekat, ia tidak mau kelit, dengan tombaknya, ia menangkis seraya terusi menikam pula. Teranglah sudah ia hendak adu jiwa, untuk mereka binasa bcrdua. Ia ingin, selagi ujung pedang nancap di iganya, tombaknya nanti panggang dada musuh! Kiang Hong Keng nampak itu ancaman bahaya, saking kaget, ia sampai menjerit! Akan tetapi Teng Hiauw tidak mau turut-urutan nckat, ccpat luar biasa, ia tarik pulang pedangnya, untuk dipakai menyampok tombak musuh, sctclah mana, si nona mclainkan tampak tubuhnya berputar, lalu pedangnya dipakai membacok pula!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tombaknya Too La menusuk tempat kosong, karena ia gunai seluruh tenaganya, tubuh maju ke depanJ justru itu, bacokan pedang sampai, tidak ampun lagi, ia kcluarkan jeritan hebat, ia mandi darah, tubuhnya rubuh tcrbant i ng hingga menerbi tkan suara keras dan berisik!. Hong Keng lari menghampirkan si anak muda, napasnya sengal-sengal, mukanya pucat. Teng Hiauw tarik pedangnya, ia memberi honnat. Jangan kuatir, Nona, musuh telah terbinasa, kata ini anak muda. Nona Kiang mengawasi, wajahnya berubah dengan lantas. Ia bersenyum, tetapi ia menyesali: Kenapa mesti adu jiwa dengannya?. Menampak kau menghadapi* bencana, aku berkuatir sekali.- Dia sudah tcrluka piauw, apa dia bisa bikin? Kau layani dia, coba kau kena dilukai, apa jadinya? Bukankah itu tak ada harganya?. Teng Hiauw bersenyum kctika dengar kata-kata itu. Inilah untuk kedua kalinya ia tolongi si nona. Yang pertama adalah dahulu, ketika si nona dikepung pahlawan-pahlawannya | Soh Sian Ie. Tapi kalau dulu ia digusari, sekarang si nona menaruh belas kasihan atas dirinya. Masih saja si nona berdiam mengawasi ia, hingga ia perlu lekas cari kata-kata. Kau baik, Nona, kata ia. Lihat di sana, To Lootjianpwee sudah bereskan serdadu musuh! Hong Keng berpaling ke arah musuh, ke sekitarnya. Mcmang benar, tentara Boan telah di bikin kocar-kacir, lari serabutan ke empat penjuru. To Poet Hoan telah mengamuk hebat tanpa ada yang bisa merintangi. Dengan begitu, Ma Porjoe dan orang-orang kampungnya pun jadi bisa berkelahi dengan hati tetap.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di kedua pihak, pertempuran sudah sampai di akhirnyai akan tetapi disana, rombongan yang ketiga, Pertandingan masih berlangsung di antara Lioe Kiam Gim dengan Kek Touw Im, pendeta lhama yang menjadi pahlawan Boan kelas istimewa! XI Hong Keng lantas hampiri To Poet Hoan. Soesiok-tjouw ada seperfr malaikat saja, ia puji jago tua itu. Melihat ilmu pedang Soesiok-tjouw baharu sekarang mataku terbuka! Poet Hoan tertawa. Budak cilik, kau bisa sekali menyenangi hati orang! kata ia sambii tertawa. Lalu ia menunjuk, akan meneruskan: Lihat di sana! Soepeh dari Teng Hiauw itu baharulah orang pandai! Jikalau kau hendak buka matamu, hayo lekas saksikan, nanti kau tak keburu! Hong Keng lantas saja menoleh. Teng Hiauw pun memandang ke arah soepchnya Dengan pedang Tjcngkong-kiam, Lioe Kiam Gim bikin gerakan seperti garuda berputar-putar di udara atau naga permainkan air laut, ia bergerak sangat cepat dan tetap, iaseperti kurung Kek Touw Im dengan sinar pedang itu. Kiang Ek Hian sedang repot betul tatkala tahu-tahu tentara Boan yang kurung ia terpencar sendiri, lalu ia tampak seorang tua dengan pedang di tangan menyerbu menghampirkan ia, sembari berseru: Kiang Lootjianpwee, serahkan kawanan anjing ini kepada aku si orang she Lioc! Dan Iain si orang itu mcnerjang tcrlcbih jauh kepada tentara Boan itu. Tapi segera ia dikepung oleh Kek Touw Ini scrta nga pahlawan Boan lainnya yang masing-masing bcrscnjatakan toya, golok dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gactan, hingga cmpat rupa senjata lantas mcmbanjiri padanya. Ek Hian mengawasi, akhimya ia jadi girang sekali. Ia segera kenali Lioe KiamGim. Pada dua puhib tahun yang lain, di Pooteng. mcrcka berdua h idup scbagai sahabat, hanya sejak Kiam Gim hidup menyendiri di Khokee-po. kedua pihak tak pemah bertemu pula dan tak salmg mendengar satu dari lain, maka adalah di luar dugaan, sekarang mereka bertemu, dalam saat-saai beg ini gentingl la memang sudah lelah, maka datangnya pcnolong itu membikin hatinyajadi sangat lega. la pun terima bantuan tanpa sungkan-sungkan lagi. Terima kasih! ia nyatakan, lalu ia undurkan diri, akan bcrikan ketika sahabat itu gantikan ia, iasendiri lalu herbal ik mclabrak tentara imisuh. Mclayani Kiang Ek Hian, Kek Touw lm sudah penasaran, karena sampai sekian lama, ia tak mampu rubuhkan jago Bweehoa-koen itu, maka sckarang, menghadapi Lioe Kjara Gim, ia jadi sangat mendongkol. Maka bersama-sama kawannya, dengan sengit ia serang musuh baru. Loe Kiam Gim tidak mundur terhadap kepungan musuh musuhnya, sebaliknya, ia coba desak mereka. llmu silat Thaykek Sipsani-kiam telah diperlihatkan sungguh-sungguh, hingga cahaya pedangj berkilauan, menyambar-nyambar mengikut i pedangnya sendiri. Satu lawan yang memegang toya kena didesak, kawannya dia ini, yang mencckal gactan, yang berada di sebeiah kiri, segera menolongi, dengan bacokannya dari bclakang. Tapi Kiaml Gim lagi gunai gertakan, kapan ia lihat ancaman dari bclakang, dengan mendadakan ia memutar tubuh scraya menangkis dengan keras, hingga kedua senjata beradu sambil mencrbitkan suara nyaring. Kesudahannya penyerang dengan gactan itu kaget sekali, lantaran duar dua senjatanya terlepas, terpental jauh. Selagi dia tercengang Tjngkong-kiam menyambar tangan kanannya, pcrcuma ia egosi diri, pedang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu mendahului menabas kutung, hingga ia perdengarkan suara hebat, tubuhnya rubuh. Kiam Gim segera rangsek pula lawan dengan toya itu. Dia ini kaget, hatinya gentar, kena didesak, dia jadi repot. Maka itu, ketika toyanya disampok dan ujung pedang menyambar terus, tidak ampun lagi, dia menjerit dan rubuh, jiwanya melayang seperti kawannya barusan. Kek Touw lm lompat menyerang dengan Djitgoat-thongnya, tetapi Lioe Kiam Gim keburu tarik pulang pedangnya, dengan begitu, jago Thaykek-koen ini jadi bisa layani padanya. Segera juga Kek Touw lm merasakan betul liehaynya lawan, Icarena mi, ia tidak berani berlaku sembrono. Ia lantasjagadiri baik-baik, sembari berbuat demikian, ia cari ketika untuk turun tangan. Ia putar senjatanya dengan gesit untuk menghalau ancaman-ancaman pedang. Tapi ia tidak bisa berkelahi terlalu lama, ia kalah hati, kemudian ia memikir jalan, untuk angkat kaki. Kiam Gim tak mengurangi rangsekannya, dengan ini, ia tidak kasih ketika buat lawan peroleh ketika akan menyingkirdari hadapannya. Selama itu, pihak Hwee telah berbalik menang di atas angin. Di pihak negeri, Ong Tjay Wat berlaku licik. Ia lihat pihaknya ketcter, ia tidak mau tunggui datangnya bahaya untuknya. Rupanya ia memikir, Kabur ada paling sclamat! maka diam, dia mundur, lantas ia buka langkah panjang. Hong Keng, yang berdiri didampingi dengan Tcng Hiauw, lagi asyik menonton pertempurannya Lioe Kiam Gim tatkala ia dapat lihat musuh yang licin itu angkat kaki. Lekas kejar! dia tcriaki Teng Hiauw, tubuh siapa pun diatolak, Itu adalah si orang jahat yang paling dulu datang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyatroni kita dan kemudian datang pula bersama barisannya ini! Teng Hiauw mengerti, tanpa minta keterangan lagi, ia lompat untuk mengejar. Dengan satu enjotan tubuh saja, ia telah melcsat dua-tiga tumbak. sembari lompat, ia rogoh kantong piauwnya, hingga di lam saat, kedua bclah tangannya masing-masing sudah menggenggam riga batang. Ia mengejar terus, lalu ia ayun kedua tangannya itu, hingga bagaikan bintang-bintang berkeredepan, enam buah Kimtjhiepiauw menyambar ke arah si orang licik. Ong Tjay Wat kabur dengan disusul oleh satu kawannya, yang memegang sebatang golok, mereka bcrlan-lari saling susul, karena itu, Teng Hiauw menyerang dengan dua tangan dengan berbarcng. Mereka itu sedang kabur, tidak berdaya terhadap enam batang senjata rahasia. apa pula penyerangnya adalah ini pemuda she Teng. Tjay Wat menjerit, ia rubuh, demikian juga kawannya. Karena ini, mereka segera kena dicandak Teng Hiauw, siapa tak kasih ampun lagi, dengan tusukan pedangnya bergantian, ia rampas jiwanya dua orang itu. Demikian, sejak kabur dari Lioe-tjhung, sebab dia tak pemah kapok, Ong Tjay Wat menemui ajalnya di kampung orang Hwee mi, malah dia terbinasa di tangannya murid Thaykek-pay. Tentara Boan sudah lantas kabur semua. To Poet Hoan tidak mau kejar mereka. Di situ tinggal Kek Touw Im, yang terpaksa masih layani Lioe Kiam Gim. Jago Thaykek-pay ini libat or-ang sudah lelah permainan silatnya pun mulai rancu, ia lantas tunggu ketika. Awas! ia berscro, kapan akhimya sang ketika riba.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kek Touw Im tangkis satu tusukan, dalam lelahnya, ia gunai setaker tenaganya, tapi lawan segera tank pulang pedangnya, untuk ditcraskan membabat dengan cepat sekaJi. Ia terkejut, tetapi ia tak sempat tarik pulang senjatanya, dan ia pun tidak keburu berkelit, maka tah u-tahu, pcdang teiah mcnyambar batang lehemya, hingga lehernya itu putus seketika, kepalanya terlempar jatuh, tubuhnya rubuh terbanting, darahnya muncrat berhamburan. Sampai di situ, legalah semua hati orang. Penduduk Yamtjoan-tjoc jadi sangat berduka, di antara mereka, lebih banyak orang pcrcmpuan dan anak-anak yang terbinasa dan terluka daripada orang-orang lelakinya. Lantas mereka urus yang luka dan kubur mayat-mayat. Mereka pun singkirkan mayat musuh, pekerjaan mana dilakukan sampai fajar. Jangan berduka, jangan putus asa To Poet Hoan lantas menghibur. Pihak kita tidak terbasmi semua, kita masih bisa berdayal Satu dusun kita habis, kita boleh berdirikan sekali dual Ma Potjoe akur, ia lantas kasih perintah akan periksa orangorangnya sendiri, buat dihitung jumlahnya, untuk didaftarkan, perbaiki diri. Kiang Ek Hian telah bercapai-lelah, akan tetapi ia puas dengan kcsudahan itu. Tapi di samping itu, ia pun berduka, karena rusaknya kampung orang Hwee ini ada disebabkan urusannya sendiri. Ma Potjoe, masukilah namaku! ia berseru, ketika ia dengar orang mengasih titah untuk membuat daftar, sembari berseru demikian, ia lari kepada Ma Potjoe, tubuhnya limbung. Belum ia sampai pada Potjoe itu sekonyong-konyong ia rubuh! Ia sudah berusia lanjut, ia lelah sekali, hatinya pun penasaran dan berduka, kejadian ada terlalu hebat untuknya, ia tak kuat pertahankan itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semua orang terkejut Poet Hoan yang berada paling dekat, lompat menghampirkan. Ek Hian rubuh untuk tcrus gerakij kaki-tangannya, ia hendak bangun pula. Hong Keng lari menghampirkan, ia terus pegangi engkong itu, untuk dikasih bangun. Tidak apa-apa. kata Ek HianJ tetapi napasnya masih memburu. Soesiok-tjouw, coba lihat Engkong, Hong Keng minta kepada Poet Hoan. Tidak apa-apa, Soeheng cuma terlalu lelah, kata Poet Hoan, habisnya ia periksa nadi orang. Akan tetapi, selagi menyahut demikian, ia enyingkir dari pandangan mata si nona. Ia tahu, karena usianya yang tua dan terlalu banyak mengeluarkan tenaga, Ek Hian adaseumpama lampu Icekeringan minyak. Mclulu karena kuat hati, Ketua Bweehoakoen itu masih dapat bertahan. poet Hoan mengerti ilmu obat-obatan, di samping menghiburi Hong Keng, ia uruti saudara seperguruannya itu, untuk bikin lemas urat-uratnya, ia bawa sikap seperti tidak ada bahaya mengancam. Ma Potjoe dan sejumlah orang Hwee, yang ingat bantuannya jago she Kiang itu, datang mcrubung, untuk menanyakan, buat sekalian menghibur, Pergi kau orang bekerja mendirikan rumah, kalau tidak, di mana kita bisa meneduh, Ek Hian kata pada mereka itu. Poet Hoan pun kata; Kita layani Kiang Looenghiong, maka Potjoe beramai pergilah urus rumah, untuk kita mondok. Ma Potjoe harus dibujuki, baharu ia mau ajak orangorangnya berlalu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yamtjoan-tjoe ada tempat belukar, akan tetapi di situ orang tidak kekurangan balok dan papan. Di situ ada hutan pohon lioe, yang pada dua puluh tahun yang lalu ditanami oleh tentaranya Tjoh Tjong Tong. Semua orang Hwee bekerja keras, untuk tenda, mereka rampas kepunyaan tentara Boan, yang telah ditinggal pergi. Maka itu, tidak terlalu lama, Ek Hian telah dipepayang ke dalam sebuah tenda. Kau baik sekali, terima kasih, kata Ek Hian dengan lemah. Ia kata, rumah, pakaian dan perabotan mereka sudah musnah terbakar, sebaiknya mereka tolong dulu diri sendiri. Looenghiong, janganlah tcrlalu memandang asing kepada kita, kata Ma Potjoe scraya linangkan air mata. Kau telah bela kita, kita semua pandang kau scbagai orang sendiri, apa artinya gubuk semacam ini? Harap Looenghiong tidak berlaku sungkan. Mendengar demikian, Ek Hian tidak berkata-kata lebih jauh. Setelah dapat beristirahat, Ek Hian jadi terlebih segar, maka itu, ia bisa menghaturkan terima kasih kepada Lioe Kiam Gim dengan siapa ia terus pasang omong. Lioe-heng, kata ia kemudian, sambil tertawa, selama di Pooteng, aku sebenarnya tidak puas terhadap Thaykek-pay Golongan Teng, maka adalah di luar sangkaanku, setelah aku buron, aku telah dapat pertolongan dari soctccmu. Dan sekarang, di saat menganeam seperti ini, kau sendiri tolongi kita Lioe-hcng, coba kau kasih kctcrangan, kenapa kau bisa datang kemari di saat tepat ini? Dan la pandang Teng Hiauw, lalu ia lanjuti Bagaimana dengan Soeteemu sekarang? Apakah kau telah dapat ketemui Teng Hiauw? Soeteemu itu teiah pesan aku wanti-wanti untuk can putcranya itu. Mendengar kata-kata ini, Teng Hiauw mengucurkan air mata. Matanya Kiam Gim pun menjadi merah dcngan tibariba.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Eh, apakah artinya ini? tanya Ek Hian, yang heran sekali. Kiang Lootjianpwee, panjang untiik aku bcrcerilera, kata Kiam Gim. Sekarang baik kau beristirahat dulu, nanti aku bcrikan keterangan kcpada kau. Ya, Soeheng, kau terlalu capai, kau tidurlah dulu, Poet Hoan membujuk. Saudara Lioe pun lelah, biar ia juga beristirahat sebentar. Ek Hian ada seorang dcngan banyak pengalaman, iaduga tentu ada terjadi suatu apa, akan tctapi ia insyaf, ia tidak mau mendesak, dari itu, terus ia meramkan matanya. Tentu saja ia tak dapat tidur pulas, karena pikirannya terus bekerja. Teng Hiauw telah lanjuti pelajaran silatnya di rumah Keluarga Tan. Empat tahun lewat dcngan cepat, karcna dua Saudara Tan bcrikan pelajaran sungguh-sungguh, ia telah peroleh kemajuan pesat, dapat juga ilmu silat dari kedua Golongan Thaykek-pay. Untuk ia, yang kurang adalah latihan terlebih jauh. Pada suatu hari, Thaykek Tan panggil muridnya dan kata: Kau telah bcrhasil menggabung pelajaran kedua Thaykekpay, maka sekarang sudah sampai waktunya untuk kau mengembara, guna meluaskan pengalamanmu. Perhubungan kita ada bagaikan ayah dan anak saja, tak tega aku berpisah dari kau, akan tetapi aku tak bisa pegangi kau dan rriernbikih kau bcrdiam sampai tua di sini; Bukankah kau ingin teladan Tjianpwee kita Yo Louw Sian, yang telah mengembara untuk perkembangkan pelajaran Thaykek-pay kita? Teng Hiauw memang selalu ingat Kiang Hong Keng dan juga pikirkanj ayahnya, benar ayahnya mcnycbabkan ia minggat, tapi dasar ayah dan anak, ia tak bisa melupakan ayahnya itu, ia ingin dapat pulang, akan tengok sang ayah, maka sekarang, mendengar kata-katanya guru itu, ia jadi sangat bersyukur. Ia nyatakan suka tcrima baik anjurannya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

guru itu, tetapi ketika ia bcrsiap dan] ambil selamat berpisah, ia tclah kucurkan air mata. Jangan bcrduka, Teng Hiauw, kata Thaykek Tan sambil tertawa. Di dunia kita ini, tidak ada pesta tanpa penutupnya. Kau boleh berterima kasih kepadaku, yang sudi berikan pelajaran padamu, tetapi aku pun ingat kebijaksanaanmu, yang telah bersedia membeber Tengsie Thaykek-koen kepadaku. Namanya kita ada guru dan murid, sebenarnya kita seperti ayah dan anak, inilah kau hams mengerti. Kalau nanti kau telah sampai di rumahmu dan menemui ayahmu, sampaikan hormatku padanya, bilang bahwa aku bersyukur yang ayahmu sudah buka rumah perguruan umum untuk sebar Thaykek-koen. Aku sendiri barangkali akan pikir untuk teladan perbuatannya itu, Melainkan satu hal aku ingin sampaikan juga, ialah supaya ayahmu insyaf yang di kalangan Rimba Persilatan, adaorang-orang yang tidak puas mengenai tingkah-laku atau sepak-terjangnya, aku harap dia tak-lebih lama lagi berdekatan sama segala hartawan dan pembesar negeri, supaya terhadap sesama kaum, dia nanti bergaul bagaikan orang sendiri. Bilang pada ayahmu, aku kagumi dia sejak lama, dari itu, bcrani aku memberi pesan ini terhadapnya. Jikalau nanti ada kctikanya, barangkali aku sendiri akan pergi kunjungi dia di Pooteng. Teng Hiauw bersyukur untuk nasihat ini, ia janji akan sampaikan itu pada ayahnya. Ia memberi hdrmat lagi sekali, dengan air mata berlinang-linang, ia pamitan dan berangkat Selama empat tahun, pengetahuannya Teng Hiauw bertambah luas, terutama Thaykek Tan telah tuturkan ia banyak hal-ihwal kaum Kahgouw, ten tang ilmu silatnya pelbagai kaumlainnya. Begitu berangkat dari Tankee-kauw, maksudnya Teng Hiauw yang pertama adalah pulang ke Pooteng, akan sambangi ayahnya, untuk sekalian tengok Angie Liehiap Kiang Hong Keng, kemudian baharu pergi ke Shoatang, akan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kunjungi Tjoe Hong Teng. la masih belum pikir untuk memasuki Giehoo-toan tapi ia tak bisa lupakan budi kebaikannya,ia hendak haturkan terima kasihnya. Pada suatu hari sampailah Teng Hiauw di Thongtjioe. Dan kota ini ke Pooteng tinggal seperjalanan beberapa hari lagi. Ketika itu di Thongtjioe, di-mana-mana, orang bertemu dengan orang-orang yang berpelangi kuning, yang memakai ikat pinggang merah, yang bersenjatakan tombak panjang. Itulah tanda dari Kaum Giehoo-toan. Maka ia insyaf, betapa besar pengaruhnya kaum pecinta ncgara itu. Ia pun lihat, orang ada sangat akur-rukun satu dengan lain, karena mana, tanpa kuatir apa-apa, ia memasuki kota sepcrti ia sedang pulang ke rumahnya. Akan tetapi orang-orang Giehoo-toan heran melihat anak muda ini, sebab dia menyoren pedang,, romannya gagah, sedang dia bukan perwira, bukannya anggota Giehoo-toan, juga bukan orang dari Kalangan Hitam. Waktu itu, pihak Giehoo-toan dan tentara Boan sedang bentrok satu dengan lain, maka pemuda ini merasa curiga. Akhirnya, selaku pcnilikan, tauwbak peronda tegur Teng Hiauw ia sebenarnya ada dari golongan mana Aku sendiri tidak tahu aku ada dari golongan apa, sahut Teng Hiauw sambil tertawa. Yang terang aku adalah sahabat kekal dari Ketua Umum kau orang Tjoe Hong Teng! Mcndcngar jawaban itu, tauwbak terscbut heran. ia tak dapat mempercayainya. Mustahil orang semuda dia ada sahabat ketua umum mcreka? Maka ia majukan pula lain-lain pcrtanyaan, mengenai Giehoo-loan. Dalam hal ini, Teng Hiauw tak dapat menjawab. Apakah kau. hendak memasuki Giehoo-toan? dia ditanya pula. Bukan, dia jawab.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tentu saja ia jadi dicurigai, maka akhimya ia hendak dibawa ke Pusat Gichoo-toan, untuk d ihadapi kepada Toatauwbak Thio Tek Seng. Atas pertakuan ini, ia jadi tidak puas. Karena mi, ia diterangkan, Kota Thongtjioc berada dalam waktu perang, jadi perlu pemeriksaan jelas. Sampai di situ, baharu ia suka diajak ke pusat la anggap, di pusat ia bisa omong dengan orang yang berhak. Kapan Thio Tek Seng diberitahukan datangnya si anak muda, yang sikapnya luar biasa, ia scndiri keluar untuk mcnyambut, karena ini, Teng Hiauw suka bicara banyak dengannya. Pcmuda ini terangkan bahwa ia ada puteranya Teng Kiam Beng, mundnya Thaykek Tan dan sahabatnya Tjoe Hong Teng, dengan siapa ia bertemu pada lima ahun yang lampau di Pooteng, bahwa ia berhasil berguru dengan Thaykek sebab dapat surat perantaraannya Siangkoan Kin, sahabatnya Tjoe Hong Teng. Thio Tek Seng heran, tetapi ia suka percaya semua keterangan itu, hanya ketika ia hendak undang si tetania bcrduduk. buat hormati dia, tiba-tiba; dari pcdalamankantor keluar seorang tua yang terus kata dengan nyaring: Thio Toako, orang ini mendusta! Kasihlah aku si orang tua yang periksa padanya! Teng Hiauw awasi orang itu, yang usianya kira-kira sudah cnam puliih, tubuhnya lima kaki tinggi, rambut-kumisnya sudah ubanan, mukanya bersemu merah, kedua matanya taj am, hingga ia percaya, orang ada satu ahli silat. Dengan bisa kcluar-masuk dengan mcrdcka di kantor itu, orang ini mestj ada punya pcngaruh, sedang sikapnya Thio Tek Seng terhadapnya pun ada hormat, malah toa-tauwbak itu segera lulusi pcrmintaannya dan pcrsi lakan dia duduk. Tetapi orang itu bcrsikap aneh, dia tidak mau duduk, dia awasi Teng Hiauw dengan tajam, ketika ia bertindak mcndckati si anak muda, sambil tertawa dingin, dia kata: Kau satu bocah ada muridnya kedua golongan Thaykek-pay? Aku

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekarang tak mau omong banyak, hayo kau keluarkan kepandaianmu! Aku akan percaya kau jikalau kau mampu layani aku tiga jurus! Teng Hiauw mendongkol. Orang boleh liehay, tapi apa mungkin ia tak bisa melawan sampai tiga jurus? la sering berlatih dengan Thaykek Tan, maka mustahil dia ini ada terlebih liehay daripada gurunya itu? Maka, dengan menahan dongkolnya, ia kata: Aku ada orang muda dan tolol, walaupun guruku ada termasyhur, mana aku sanggup layani Tjianpwee? Tapi tak boleh aku langgar titah yang terlebih tua, maka silakan Tjianpwee mulai dengan penyeranganmu! Jikalau Tjianpwee bisa rubuhkan aku, aku bersedia untuk angkat kau sebagai guru.. Tjianpwee boleh menyerang tanpa batas tiga jurus! Segera setelah mengucap demikian, ia siap dengan kudakudanya. Orang tua itu masih mengawasi, secara tawar sekali. Tak memikir aku untuk jadi gurumur ia kata dengan dingin. Aku melainkan hendak lihat sanggup atau tidak kau melayani aku tiga jurus. Jikalau kau sanggup, baharulah aku hendak percaya kau ada muridnya Thaykek Tan, puteranya Teng Kiam Beng dan sahabatnya Siangkoan Kin! Sudahlah, Tjianpwee jangan omong saja, silakan mulai! Teng Hiauw menantang. Telah habis kesabarannya. Tak biasanya aku turun tangan terlebih dahului ia bilang. Jikalau kau tidak hendak memulainya, apa kau hendak bikin aku si orang tua jadi menghina si anak muda? Dalam hal ini, aku dapat dipersalahkan umum! Teng Hiauw kena didesak, terpaksa menyerang terlebih dahulu, dengan Pokbian Tjitseng-tjiang atau Tangan bintang tujuh menyambar muka. Bagaikan kilat cepatnya, ia serang si orang tua.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang tua itu bersenyum. Bagus! ia berseru seraya ia geraki kedua tangannya, untuk menangkis dengan tipunyaShiakwa tanpian, atau Dengan miring menggantung cambuk tunggal. Setelah itu, dengan sebat ia buka kedua tangannya, untuk balas menyerang, dengan Pekho liangtjie atau Burung ho putih pentang sayap. Inilah salah satu pukulan pokok dasar dari Thaykek-koen. Teng Hiauw kenali tipu pukulan ini, ia hendak pecahkan itu dengan pinjam tenaga untuk memukui tenaga, setelah itu, mengubah gerakannya menjadi Soensoei twietjioe atau Mendorong perahu dengan ikuti aliran, ia sambar pinggang orang itu. Orang tua tidak dikenal itu benar-benar liehay, gesit sekali gerakannya. Ia tidak tunggu lagi sampainya serangan, ia geraki tangannya dengan tipu Tjitseng-tjiang atau Tangan Bintang Tujuh. Secara begini, tidak saja ia telah pecahkan penyerangannya si anak muda, malah dengan sendirinya, ia jadi pihak si penyerang. Ia mendesak sambil berseru: Apakah kau tidak hendak tarik pulang tanganmu? Teng Hiauw terkejut, kedua tangannya sepertt kena ditutup, sampai ia tak dapat bergerak. malah untuk menarik pulang saja, ia tak sanggup. Tentu sekali. ia menjadi bingung. Orang tua itu tidak menyerang, dia hanya tertawa. Mundurlah kau! ia kata, seraya ia buka kedua tangannya. Secara begtni, baharulah Teng Hiauw bisa tank pulang kedua tangannya, bcrbarcng dcngan mana, ia mcncelat mundur setumbak lebih. Ia malu sekali, percuma ia wariskan ilmu kepandaian asli dari kedua Kaum Thaykek-pay, tapi sekarang terbukti, ia tidak sanggup layani si orang tua dalam tiga gebrak! Orang tua itu tidak loncat mengejar, hanya dengan icnang, ia kata pada Thio Tek Seng: Anak ini dapat layani aku tiga gebrak, ia tidak rubuh, dia tidak mendusta, dia benar ada Ahli

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waris Thaykek Tan dan Teng Kiam Beng, jangan kau persulit dia. Mendengar itu, tanpa bilang suatu Teng Hiauw hampirkan si orang tua, sambil manggut, ia menjura, terus epa kata: Tjianpwee ada sangat liehay, maka terimalah hormatnya teetjoe sebagai muridmu. Orang tua itu telah berduduk dengan sikap agung, ia terima orang paykoei delapan kali. Ada harganya aku terima bormatmu ini, kata ia kemudian. Kau tahu aku siapa? Aku adalah soepehmu, dari itu mana dapat kau angkat aku jadi gurumu? Tek Seng di samping tertawa, Inilah yang dibilang, air banjir menyerbu ke kuilnya si Raja Naga! kata ia. Orang sendiri tidak kenali orang sendiri! Teng Hiauw terperanjat. Apakah Tjianpwee ada Lioe kata ia, suaranya tak tedas. Ya, akulah Lioe Kiam Gim, memotong si orang tua. Ketika dulu aku berpisah dengan ayahmu, kau masih bocah tak tahu apa-apa. Ilmu silat Lioe Kiam Gim adalah lebih atas dari ilmunya Teng Kiam Beng, dengan kepandaiannya Thaykek Tan baharulah berimbang, akan tetapi, kenapa Teng Hiauw tak sanggup layani dia tiga gcbrak saja? Inilah tak lain tak bukan, karena Teng Hiauw layani Thaykek Tan dalam latihan. gurunya layani ia dengan tenang, hatinya tak tegang, tapi melayani Kiam Gim, ia sedang gusar, walaupun ia coba kendalikan diri, maka hilanglah ketenangannya, sifat yang paling dibutuhkan oleh Thaykek-koen, scdang Kiam Gim pun bcrlaku sebat luar biasa. Kiam Gim sendiri, walaupun dia tidak masuk Giehoo-toan secara rcsmi, akan tetapi pihak Giehdo-toan sangat percaya dan hormati dia, dia dipandang sebagai tetamu agung. Dia toh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ada sahabat kekal dari Tjoc Hong Teng. Sedang datangnya dia ke Thongtjioe adalah karena undangannyaTjoe Hong Teng sendiri, untuk dia bantu Thio Tek Seng. Memang, selama berdiam di Pooteng, ia kenal baik semua orang Kangouw Han Rimba Persilatan di seluruh propinsi Hoopak, semua orang harga, dia Tadi dia dengar orang omong Liang kedatangannya satu pemuda dengan sikapnya yang luar biasa, ia curiga, ia lantas mencuri mendengan pembicaraannya si anak muda dengan Thio Tek Seng. Ia terperanjat berbareng girang kapan ia dengar pemuda itu ada puteranya Teng Kiam Beng dan muridnya Thaykek Tan. Jadi inilah pemuda yang ia hendak cari, untuk memenuhi pesannya Kiam Beng, soeteenya. Tapi ia sendiri masih belum kenal Teng Hiauw, ia ingin mendapat bukti, dari itu, sengaja ia membawa tingkah jumawa dan menantang, untuk uji kepandaian or-ang, setelah ujian itu, baharu ia percaya pemuda ini ada keponakannya sendiri, kepandaian siapa sudah liehay, cuma kurang latihan saja. Ia girang karena Thaykek-pay punyakan ahli waris dalam dirinya anak muda ini. Tetapi kemudian ia nampaknya lesu. Sekarang kau hendak pergi ke mana? kemudian orang tua ini tanya Kebetulan saja aku lewat di Thongtjioe ini, maksudku adalah pulang ke Pooteng untuk melongok rumah, Teng Hiauw jawab. Aku justru hendak tanya Soepeh, apa selama yang paling belakang ini Soepeh pernah ketemukan ayahku dan di mana adanya Ayah sekarang? Wajahnya Kiam Gim berubah lebih jauh, menjadi guram. Tak usah kau cari pula ayahmu, kata ia, dengan perlahan, suaranya tidak tegas. Ayahmu itu, dia, dia. tak dapat menemui pula kau Teng Hiauw kaget bukan kepalang. hatinya bercekat. Soepeh, Soepeh, apakah artinya ini? tanya ia, dengan bernafsu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang telah curangi dia, diatelah meninggal dunia, sahut Kiam Gim dengan sedih. Ya, dia menutup mata secara sangat mengenaskan__ Teng Hiauw diam dengan mendelong, sampai sekian lama, baharulah ia bisa menangis, sesenggukan. Dulu ia gusar, karena ayahnya hendak paksa ia menikah, tetapi ia tetap ada satu anak, maka mendcngar kematiannya sang ayah, ia jadi sangat berduka, apapula kematian itu katanya sebab perbuatan curang dan dalam keadaan mengenaskan. Sudah, jangan kau berduka, Kiam Gim menghibur seraya terus ia tuturkan duduknya kejadian. Apakah Ayah ada pesan apa? tanya Teng Hiauw sambil menangis terus. Kiam Gim pandang pemuda itu, ia menghcla napas. Hiantit, ketika ia hendak menutup mata, kau adalah orang yang ia paling buat pikiran, ia jawab. Dia bilang padaku, umpama aku ketemu sama kau, dia tak lagi hendak desak kau dalam urusan pemikahanmu, dan dia minta supaya kau jangan gusar padanya. Air matanya Teng Hiauw mcngucur dcngan deras. Ia sangat menyesal talc dapat mencmui pula ayahnya itu, untuk mcmohon ampun. Sampai selang sekian lama, baharu ia bcrhcnti sesenggukan, ia angkat kepalanya. Di Pooteng ada satu Kiang Lootjianpwee, apakah Soepeh kenal dia? ia tanya. Bagaimana keadaannya Kiang Lootjianpwee itu sekarang? Kiang Lootjianpwee itu ada sahabat karibku, bagaimana aku tidak kenal dia?javvab orang yang ditanya. Akan tctapi dia sckarang sedang dicari pcmcrintah Boan. dia telah ajak cucu pcrempuannya menyingkir entah kemana. Tjoe Hong Teng pun sudah can dia kelilingan tanpa hasil. Ya, sekarang ini, rakyat telah dipaksa untuk berontak, hingga orang mesti

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bersikap sebagai Tjoe Hong Teng, mengangkat senjata, atau dia luar biasa, mereka mirip dengan ayahmu serta Kiang Lootjianpwee itu, mereka dianiaya atau dikepung-kepung! Sekarang ini sulit untuk orang menjaga diri baik-baik. Ketika mengatakan itu, Kiam Gim ingat dirinya sendiri, sulit untuk ia menjaga diri suasana menyebabkan ia terombangambing. Sekonyong-konyong, Teng Hiauw lompat bangun, ia hadapi Thio Tek Seng kepada siapa terus ia menjura. Tek Seng terkejut, ia segera menyingkir kesamping. Saudara Teng, apakah artinya ini? tanya ia, keheranan. Aku ingin masuk Giehoo-toan Toako! kata Teng Hiauw. Sulcakah kau terima aku? Saudara hendak masuk menjadi v anggota, inilah yang kita harap betul jawab Tek Seng. Sebenarnya, untuk meminta dari kau, aku tidak beranL Tapi kau ada sahabatnya Tjongtauwbak, maka itu, kenapa kau tidak hendak menemui dulu Ketua Umum kita itu? Dahulu aku masih terlalu muda, aku belum tahu apa-apa, pengalamanku sangat sedikit, Teng Hiauw akui. Karena itu, tempo Tjoe Soesiok ajak aku menjadi anggota, aku sangsi untuk menerimanya. Sekarang ada lain, sekarang aku sudah insyaf, aku ingin turut kau, Toako, maka itu, tak perlu aku menemui dulu Tjoe Soesiok. Thio Tek Seng girang bukan main. Bagus, bagus! ia berseru. Saudara Teng, kau adalah saudara kita! Begitulah Teng Hiauw menjadi anggota Gichoo-toan, hingga untuk sekian lama ia tcrus berdiam di Thongtjioe, akan kemudian ia ikuti Lioe Kiam Gim, sang soepeh, pcrgi ke Shoatang di mana ia bcrtemu sama Tjoe Soesioknya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hong Teng girang melihat bocah mi telah jadi satu pemuda yang gagah dan cerdik. Apakah kau mengandung pikiran untuk pergi ke Pooteng? Hong Teng Aku sudah tidak punya rumah, pulang buat apa Teng Hiauw baliki Tetapi kau harus pulang! Hong Teng kata. Apakah kau tahu perihal Kaum Thaykek-paymu sendiri? Teng Hiauw heran. Kenapa, Soesiok? ia tanya Ayahmu mempunyai banyak murid, setelah ia menutup mata, mu-rid-murid itu jadi seperti rombongan naga tanpa kepalanya/terangkan Tjoe Hong Teng, Kim Hoa ada murid kepala, boegeenyamelebihi yang Iain-lain, tetapi dia lemah, dia tak sanggup mengatasi saudara-saudaranya. Mu-rid kepala dari soepehmu ada Law Boe Wie, dia liehay, di bawah desakan ayahmu, dia terima kedudukan sebagai ahli warts, dia telah pcrgi ke Pooteng, untuk pegang pimpinan, akan tetapi umumnya murid-murid ayahmu tak puas terhadapnya, antaranya dikatakan dia pernah berguru kepada lain perguruan, tak cocok buat dia jadi pengganti kctua. Mcrcka pun tidak mau mempercayaj keterangan bahwa ayahmu telah angkat Boe Wie jadi ahli waris, Karena ini,Boe Wie jadijengah sendirinya, ia lantas bejlalu dari Pooteng. Maka itu sekarang, perlu kau pulang, untuk pegang pimpinan, kalau tidak, aku kuatir nanti ada murid-murid tersesat, yang kenai digunai oleh musuh, hingga mereka bisa mendatangkan perpecahan dan bencana besar. Jikalau kau pulang, dengan dapat kendalikan mereka, kau bisa memberikan tenaga bantuan besar untuk kita. Teng Hiauw tercengang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Belum pernah aku bertemu sama Law Soeheng, akan tetapi aku telah dengar dia liehay sekali, kata ia. Dengan nama besarnya, Law Soeheng tidak dapat mempengaruhi murid-murid Ayahku, bagaimana nanti dengan aku? Pemuda ini bersangsi. Meskipun demikian, kau ada lain, kata Hong Teng sambil bersenyum. Kau ada ahli waris yang sah, kau pun liehay, jikalau kau pulang, mereka tcntu akan terima kau dengan baik. Umpama tetap ada yang tidak puas terhadapmu, kau boleh ajar adat padanya. Boe Wie tidak berani bcrbuat secara begitu karena kedudukannya yang lemah. Ya, kau harus pulang, kau mcsti pegang pimpinan, Kiam Gim pun turut bujuk Teng Hiauw. Sampai di sini, Teng Hiauw tidak bersangsi pula, malah segera ia berangkat ke Pooteng di mana, paling dulu, ialah pcrtama kali, ia cari Kim Hoa, untuk beritahukan maksud kedatangannya, buat minta murid kepala ayahnya itu nanti panggil bcrkumpul semua murid. Kemudian, ketika ia datang untuk kedua kalinya, ia datang bersama Lioe Kiam Gim Kali ini, dengan sang soepeh yang kepalai, ia adakan upacara untuk keangkatannya sebagai Tjiangboendjin, Ahli Waris, menggantikan ayahnya almarhum. Benar dugaannya Hong Teng, ada beberapa tnurid yang tidak puas, tetapi untuk menguji, mercka minta Teng Hiauw ajarkan mereka beberapa jurus ilmu kepandaian gabungan kedua Golongan Thaykek-koen. Baiklah, jawab Teng Hiauw. Ahli waris bam ini tidak minta orang maju satu-satu, ia hanya suruh mereka kepung ia beramai-ramai, sampai scpuluh orang, lalu dalam beberapa gcbrak saja, ia bikin mereka semua terpcntal jatuh-bangun, hingga ada yang separuh pingsan. Tapi ini justru mcmbuat orang kagum dan takluk, hingga tidak ada lagi yang menentangnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah itu, Teng Hiauw balik ke Shoatang. kemudian, ketika ia datang untuk ketiga kalinya ke Pooteng, ia minta murid ayahnya itu memasuki Gichoo-toan. Masih ada beberapa murid, yang terscsat, yang diam-diam bikin perhubungan dengan pembesarnegeri, yang minta si pembesar ambil tindakan, akan tetapi pengaruh Gichoo-ioan di dalam Kota Pooteng telah jadi sangat besar, tidak ada pembesar yang berani turun tangan, tidak sckalipun dengan diam-diam. Kemudian Teng Hiauw dengar hal ini, tidak ampun lagi, ia pecat dan usir itu beberapa murid. Karena ini, namanya jadi tersohor, hingga selanjutnya, di sampingnya Lioc Kiam Gim, ia jadi pembantu yang dihargai Tjoe Hong Teng. Untuk tugasnya, Teng Hiauw sering mondar-mandir di antara kedua propinsi Hoopak dan Shoatang. Kemudian,* tidak lama berselang, datanglah saatnya Wan Sie Kay Soenboe dari Shoatang, di bawah desakan pemerintah Boan, yang kena dipengaruhi negara-negara serikat asing, bertindak keras, kejam, terhadap Giehoo-toan. Gubemur ini bangunkan sendiri dua puluh batalion pasukan berkuda, lalu ia bekerjasama-sama tentara Jerman di Tsingtao serta barisan sukarcla pelbagai gcrcja, untuk ambil pihak Giehoo-toan. Titahnya adalah: Asal ketemu orang Giehoo-toan, segera tembak! Dalam hal ini, rakyat tak dapat dibedakan dari orang Gichoo-toan, karena Gichoo-toan pun tcrdiri dari rakyat jelata. Jadi perbuatannya Wan Sie Kay adalah sah kalau dia basmi satu koentjiang, rumah perkumpulan Giehoo-toan, atau kapan ia sapu sebuah kampung. Karena ini, banyak rakyat jelata, yang tidak bersalah-dosa, yang rubuh sebagai korban. Giehoo-toan telah dapat pukulan .hebat ketika dalam satu pertempuran, Tjoe Hong Teng terkena peluru nyasar dan terbinasa karenanya. Tapi ia masih sempat meninggalkan pesan supaya tentara besamya di Shoatang semua dibawa ke

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoopak, sedang sebagai wakil ia angkat tiga orang ialah Toatauwbak Lie Lay Tiong, Toa-tauwbak Thio Tek Seng dan Toatauwbak Tjo Hok Thian, dengan kedudukan masing-masing di Siamsay, Hoopak dan Shoatang. Baharulah belakangan, Lie Lay Tiong menggantikan Tjoe Hong Teng sebagai Tjongtauwbak, ketua umum. Lie Lay Tiong ini pada asalnya ada perwira sebawahan Tang Hok Siang, salah satu jenderal Boan, setelah masuk Giehoo-toan, ia pendiriannya limbung, ia terbujuk Ibusuri See Thayhouw, dia bawa angkatan perangnya ke Pakkhia,di mana, dalam satu pertempuran, ia pun binasa. Selama ceburkan diri dalam Giehoo-toan, Lioe Kiam Gim dan Teng Hiauw tidak pernah bcrdiam tetapi di suatu propinsi atau kota, mereka senantiasa mcngcmbara, karena tugas mereka kcbanyakan sebagai penghubung atau pcnasihat, sebagai penganjur. Adalah jalankan titah dari Lie Lay Tiong, yang paling bclakang, untuk mereka bcrangkat ke Propinsi Siamsay (Shensi). Pada suatu hari, Kiam Gim dan Teng Hiauw kaburkan kuda mereka laksana terbang, hingga dalam satu hari, mereka bisa lalui empat ratus lie lebih, hingga mereka kena lewatkan tempat mondok, karena mana, terpaksa mereka numpang singgah di rumahnya satu penduduk bangsa Hwee. Dia ini heran orang datang malam-malam dan romannya kesusu tapi ia toh terima tefamu-tetamu itu, yang dilayani dengan ramah-tamah. Karena lelah sehabis berlarian satu hari, begitu rebahkan diri, Teng Hiaaw lantas jaruh pulas Tidak dernikian dengan Lioe Kiam Gim, yang duduk bcrscmcdi sambil rapatkan kedua mata. Beginilah kebiasaan jago Thaykek itu, yang juga tidak berani sembarang tidur. Malam ada sunyi ketika Kiam Gim dengar suara samberan angin di wuwungan rumah, mirip dengan suara jatuhnya daun rontok, tidak tempo lagi ia loncat kc jendcla, untuk terus pergi keluar rumah. Dalam malam yang guram, ia tampak berkc

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Icbatny a satu bayangan, ia jadi mendongkot, scgcra ia bcr I ompat, untuk mengejar. Di dalam kamar, Teng Hiauw mendusin karena gerakannya sang soepeh, ia lantas sambar pcdangnya, ia loncat keluar, akan susul soepeh itu. Menguber tidak terlalu lama, Kiam Gim dapat dekati bayangan di dcpanriya itu, ialah scorang dengan pakaian putih. Warna pakaian itu ada menyolok mata, sebab biasanya, pakaian malam, yaitu yahcng-ie, ada berwarna hitam. Rupanya sengaja bayangan itu pakai ini macam pakaian. Kiam Gim tidak jerih, cuma di waktu mengejar terus, ia berlaku waspada. Ia menduga pada kaki-tangannya pemerintah Boan. Siapa itu di sebelah depan? akhirnya ia tanya dengan seruannya. Kau hcndak can si orang she Lioe, aku ada di sini sekarang! Silakan kau terangkan dinmu, jangan kau main scmbunyi-sembunyi, itu bukan perbuatannya satu hoohan! Pun, sambil berseru demikian, Kiam Gim menimpuk dengan scbatang piauwnya, scraya ia tambahkan: Sahabat, kau sambutlah piauwku! Bayangan di depan itu, sambil berlari, ulur tangan kanannya ke belakang. Ah, satu piauw yang bagus! tcrdcngar suaranya. Ia sambuti piauw itu dan lari terus. Kiam Gim heran dan terperanjat, karena ia tahu liehaynya timpukannya tapi sekarang orang sambuti itu sccara sederhana sekali. Karena ini, ia lantas loncat sambil menyerang pula. Ini kali ia gunakan timpukan Hoanpek impiauw atau Timpukan lengan berbalik, suatu ilmu Tengsie Thaykek-koen. Sasarannya adalah jalan darah Sinteng-hiat. Sekonyong-konyong orang di depan itu tertawa, ia ulur tangannya yang kiri, untuk sambuti piauw seperti tadi tangan kanannya, kemudian ia ayun bcrbareng kedua tangannya itu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sambil berseru: Jikalau ada kunjungan tidak dibalas, itu tandanya kurang hormat! Nyata dia balas menycrang dengan dua piauwnya Kiam Gim. Jago Thaykek-pay ini berkelit, ia lompat lebih jauh, hingga ia berada di depan orang tidak dikenal itu, tanpa biiang apaapa lagi, ia menycrang ke arah dada. Ia gunai Kimpa tamdjiauw atau Macan tutul emas ulur ccngkramannya. Orang itu menyamping seraya menangkis, akan luputi diri dari serangan. Kiam Gim tak berhenti sampai di situ, memutar tangannya, ia menyerang pula, kali ini dengan Poatin kiandjit atau Menyingkap mega untuk melihat matahari. Itu adalah pukulan Siauwthian-tjhec atau Bintang kecil. Orang itu berkelit dengan mencelatkan diri, ia perdengarkan seruan Ah! kemudian ia tanya: Kau ada Lioe Kiam Gim atau Thaykek Tan? Di antara ahli-ahli, kecuali mereka berdua, tidak ada yang melebihkan lagi! Kiam Gim heran, ia tidak menyerang lebih jauh. Ia mengawasi dengan tajam. Aku adalah Lioe Kiam Gim, ia perkenalkan diri. Kau siapa, sahabat? Kau ada dari golongan mana? Orang itu tertawa, lalu ia kasih turun kedua tangannya. Maaf, maafkan aku! ia memohon. Sudah lama aku dengar namamu yang besar, aku tidak sangka di sini kita bisa bertemu! Aku ada To Poet Hoan, soetee dari Kiang Ek Hian. Tentunya Saudara Lioe pemah dengar namaku? Kiam Gim perdengarkan seruan tertegun, lantas ia maju, untuk member! hormat. Ia tahu siapa adanya orang she To ini, karena dalam lima saudara seperguruan dari Kiang EkHian, dia inilah yang paling liehay, cuma di masa mudanya; Poet

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoan berkelana di Barat-utara, hingga tidak ada ketika untuk mereka berkenalan satu dengan lain- Dalam hal derajat, Poet Hoan pun ada terlebih tinggi setingkat Maaf, Lootjianpwee, kata ia. Kenapa malam-malam Lootjianpwee main-main denganku? Poet Hoan tertawa. Kenapa sih kau tcrburu nafsti? tanya dia Kenapa datangdatang kau limpuk aku dengan senjata rahasiamu yang mencari jalan darah? Kiam Gim melengak tapi sebentaran saja. Rupanya kita ada sama pendapat! kata ia sambil tertawa. Kita rupanya saling curigai masing-masing ada gundalnya pemerintah Boan! Poet Hoan tertawa. Dugaan, atau kecurigaan itu, benar adanya. Jago Bweehoa-koen ini pergi ke Kamsiok Timur untuk bikin penyelidikan, ia lihat suasana kalut, dari itu, ia pergi terus ke Siamsay Utara, akan sambangi Ma Sioe San, seorang gagah suku bangsa Hwee. Itu lohor, di tengah jalan, ia Iihat Kiam Gim dan Teng Hiauw kaburkan kuda mereka. Ia tampak kepandaiannya orang itu menunggang kuda. Segera ia curigai itu soepeh dan soetit, diam-diam, ia menguntit, terus sampai di rumah si orang Hwee di mana Kiam Gim bcrdua bcrmalam. Orang Hwee itu justru ada keponakan Ma Sioe San. Karena ini, segera ia pergi pada Ma Sioe San, untuk memberi keterangan, habis itu, malam-malam ia pergi ke rumahnya si orang Hwee, untuk mengmtai, ia tidak sangka, Kiam Gim pergoki padanya, ia coba singkirkan diri, tapi biar bagaimana dia liehay, Kiam Gim dapat candak padanya, benar ia tidak sampai dirubuhkan, toh ia heran atas liehaynya orang yang dicurigai itu. Akhimya ia jadi girang sebab ia telah bertemu sama jago Thaykek-pay itu. Sctclah bicara pula, untuk utarakan kckaguman mereka satu sama lain, mereka girang atas itu pertemuan, keduanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lantas kembali ke rumahnya si orang Hwee. Malam tetap suram. Selagi mereka mendekati rumahnya si orang Hwee, keduanya heran. Mereka dengar suara senjata beradu dibarcngi sama seruan keras. Lekas-lekas mereka maju untuk melihat Segera Kiam Gim dapan Teng Hiauw asyik bertempur seru sama satu orang yang bersenjatakan golok, dan seorang lain, sambil gendong tangan, lagi tonton kedua orang yang bertanding itu. Lootjianpwee, apakah dua orang itu kawan-kawanmu? ia tanya To Poet Hoan. Jago Bweehoa-koen itu melengak, ia awasi kedua orang yang ditanyakan itu. Bukan, akhirnya ia jawab. Entah siapa mereka itu .* Untuk dapat kcpastian. Poet Hoan hendak maju mendekati, tapi Kiam Gim cegah dia. Tunggu, Lootjianpwce,* kata ia ini. Sekarang aku kenali mereka. Biar kita menonton dulu sekian lama. Poet Hoan menjadi heran, tetapi ia menurut. Keduanya umpeti diri di belakang satu tanjakan. Sebenamya siapa mereka? or-ang she To ini tanya. Kenapa mesti antap mereka bertempur? Kiam Gim lersenyum. Lootjianpwce tidak kenali, mereka itu adaiah keponakan murid dan keponakan dalamku. ia kasih keterangan. Yang berdiri rnenonton itu ada muridku yang kedua. Sudah lama aku tidak lihat mereka, aku ingin saksikan kemajuan mereka. Orang dengan siapa Teng Hiauw bertempur ada Lauw Hie Hong. Dia ini bersama YoTjin Kong sudah an tar Lioe Toanio ke Shoasay pada Lauw In Eng. adiknya Toa Nio. Ketika itu, In Eng sudah jadi Ahli Waris dari Banseng-boen. Berdua mereka ini pergi ke Siamsay untuk mclakukan titahnya Lauw in Eng. Ketika itu hari mereka sampai di Anpian-po, tempat di mana

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Gim berdua smggah, mereka dengar dari satu orang Banseng-boen tentang lewatnya seorang tua dan seorang muda, yang tidak mampirkc kota hanya bcrrnalarn di desa. Mereka curiga, malam itu mereka datang untuk menyelidiki Mereka sampai justru Kiam Gim dan Poet Hoan saling kejar, sekejab saja mereka ini lenyap, maka kecurigaan mereka jadi bertambah. Justru itu. muncullah Teng Hiauw, yang hendak susul soepehnya, tidak ayal lagi mereka memegat dan menyerang. Akan tetapi mereka ada murid-muridnya guru kenamaan, mereka malu untuk mengepung, dari itu Yo Tjin Kong lantas mengawasi saja, ia antap Hie Hong yang telah mendahului ia. Lauw Hie Hong bersenjatakan golok Ngo houw Toan boentoo warisannya Lioe Toa Nio, pada gebrak yang pert a ma, ia pakai itu untuk menangkis pedang Tanhong-kiam dari Teng Hiauw, kcdua senjata beradu keras, muncratkan lelatu api, hingga kcduanya terkejut dan mundur sendiri, akan pcriksa senjata mereka masing-masing, apabila tcrnyata, senjata mereka tidak rusak, mereka maju pula akan melanjuti pertempuran. Teng Hiauw hcran lihat goloknya, dan juga permainan goloknya yang liehay, ia tak kctahui golok Lioe Toa N io yang pemah menjagoi di kalangan Kangouw. Iamelakukan perlawanan dengan waspada tapi sungguh-sungguh. Hie Hong ada liehay, tetapi menghadapi Teng Hiauw, ia kalah satu tingkat, semua serangannya kena punahkan dengan gampang saban. Yo Tjin Kong, yang menonton menjadi heran menampak permainan pedang dari sianak muda. Ia lihat beberapa gerakan dari Thaykek-koen, tapi kemudian itu berubah menjadi lain rupa, ia tidak tahu orang telah gabung kedua Thaykek-koen dari Keluarga Teng dan Tan. Ia tahu Hie Hong keteter, ia cuma tersenyum di dalam hati. Ia pikir untuk membantu kalau saamya sudah mendesak. Ia masih

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendongkol berhubung sama peristiwa di Lioe-tjhung dan tak puas mengenai LioeToa Niowariskan golok Toanboen-too pada kawan she Lauw itu. Hie Hong repot melayani lawan yang tidak dikenal itu, sudah begitu, ia mendongkol yang Tjin Kong tidak lekas maju membantu ia, terpaksa ia jadi nekat. Begitulah satu kali, dengan hebat ia babat lengan Teng Hiauw. Puteranya Kiam Beng, berkelit dengan mcmutar tubuh, mcnyusul itu, dengan kaki kanan di depan, ia mcmbabat ke arah leher lawannya. Inilah serangan hebat sekali, sebab goloknya Hie Hong baharu saja berkelebat lewat, jadi sukar untuk ditarik pulang. Yo Tjin Kong lihat ancaman bahaya bagi kawannya, saking kaget, ia sampai menjerit, tetapi ia segera loncat maju, untuk coba menolong. Selagi begitu, ia dengar satu jeritan, yang membuat ia kaget sekaii, ia sangka ia sudah terlambat. Sekejab ia pikir untuk mcmbalas sakit hati bagi Hie Hong. Kapan ia sudah datang dekat, ia tercengang. Pertempuran berhenti sendirinya dengan mendadak-sontak, ia dapati Hie Hong lagi lintangi goloknya tanpa kurang suatu apa, dan si anak muda, lawannya, pun lagi berdiri dengan pedangnya siap scdia. Ia sedang bengong ketika anak muda itu tuding ia scraya berseru: Binatang, kau gunai senjata rahasia? Tentu saja Tjin Kong jadi terlebih-lebih heran, hingga ia melengak. Ketiga orang itu tidak tahu, selagi pertempuran bcrjalan, Lioe Kiam Gim telah memasang mata, dua buah piauwnya tergenggam di tangan, di saat bahaya mengancam Hie Hong, ia segera menimpuk, dua kali, dan dua-dua kalinya mengenai jitu pada pedangnya Teng Hiauw, hingga dia ini batalkan penyerangannya, terus dia berdiri diam sambil memasang mata, sampai majunya Tjin Kong. Ia insyaf senjata rahasia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang liehay dari orang itu, ia tegur orang she Yo itu, malah menyusul itu ia maju, untuk serang orang she Lauw itu. Dalam saat yang genting itu, mendadak terdengar seruan: Jangan turun tangan! Teng Hiauw kenali suara soepehnya, ia batalkan maju, ia berdiri diam, tapi ketika ia menoleh kepada kedua lawan, ia jadi heran. Ia lihat wajah mereka itu terperanjat dan girang, lalu bergantian ia dengar mereka, yang lalu berseru Ko-thio! yang lain: Soehoe! Kiam Gim dan Poet Hoan scndiri. dengan saling susul, berkelebat muncul di depan tiga orang itu. Poet Hoan berseru dengan pujiannya: Permainan pedang yang bagus! Tapi Kiam Gim menegur Tjin Kong: Kenapa kau tinggal menonton saja? Selagi Teng Hiauw masih heran, sang soepeh lantas ajar ia kenal muridnya: Syukur kau bentrok di antara orang sendiri dan aku berada di sini, jikalau tidak. jiwanya Hie Hong tak akan dapat ditolong lagi! Kau toh lihat Hie Hong terancam bahaya, kenapa kau diarn saja? Aku sendiri bisa lihat gelagat, aku selalu siap untuk datang sama tengah, tapi kau, bagaimana dengan kau? Seharusnya kau maju siang-siang! Tjin Kong berdiam bahna jengah, Hie Hong merasa malu sendirinya. Teng Hiauw pun berdiam, ia merasa tak enak sendirinya. tapi ia lekas sadar, ia dekati Hie Hong untuk menghaturkan maaf. Kepada soepehnya, ia kata: Soepeh sungguh aku tidak taliu or-ang sendiri. Aku pun berpokok kepada tatatertib kaum Kangouw, untuk tidak mengerubuti, kata Tjin Kong kemudiarL Kiam Gim awasi tiga orang itu, ia urut-urut kumisnya. Kau orang tak dapat artikan aku, ia berkata dengan sabar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw keluarkan kepandaiannya, itulah sepantasnya saja. Dia tidak kenal orang sendiri, dia| lagi bertempur dan lawannya punyakan kawan, memang lekas-lekas ia cari keputusan. Kau, Tjin Kong, kau tidak benar, maka ingatlah kau baik-baik pelajaran ini kali! Jikalau kau ketahiri tentang lawanmu, bahwa dia ada satu laki-laki sikapmu benar, sebab tak mestinya, dua kerubuti satu, tetapi bagaimana apabila pihak sana ada kaki-tangan Boan, ialah musuh besar kita? Apa dengan pihak musuh kau tetap hendak bawa sikap jantan dan tidak hendak menolong kawan yang terancam bahaya? Kau berlaku jujur, bagaimana dengan pihak sana? Kctika dulu aku dan ayahnya Teng Hiauw dijebak di rumahnya Soh Sian Ie, orang-orang yang kepung kita sedikitnya lima puluh pahlawan Boan! Air mukanya Tjin Kong menjadi merah-padam, ia hendak bikin malu Hie Hong, siapa tahu, kesudahannya ialah yang dapat malu. Ia menyesal dan mendongkol tapi ia tidak bisa berbuat suatu apa, karena ia tahu, memang ia bersalah. Maka ia terus paykoei terhadap gurunya, untuk mohon ampun. To Poet Hoan mcrasa kurang enak hati, ia angkat bangun anak muda itu. Lihat, kau bikin muridmu sangat kctakutan! kata ia sambil tertawa kepada Lioe Kiam Gim, untuk tolong mukanya murid itu. Kemudian ia tanya Tjin Kong: Kenapa kau orang berada disini? Melihat Poet Hoan datang sama tengah, dan ia pun insyaf ia telah bicara tcrlalu keras, Kiam Gim segera tenangkan diri, wajahnya pun jadi sabar kembali. Kau bangun! ia kata pada muridnya. Cukup asal kau ingat baik-baik pelajaran ini. Bisa jadi sekarang kau sesalkan aku, tetapi di belakang hari, kau akan insyaf berbahayanya musuh, kau akan ketahui maksud baik dari aku. Aku tidak sesalkan kau, Soehoe, kata Tjin Kong.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baik, Kiam Gim manggut. Sekarang jawablah pertanyaannya To Lootjianpwee. Aku juga ingin ketahui halnya kenapa kau orang datang kemari. Apa Soebo baik? Dua tahun yang lampau, Lioe Kiam Gim berpisah dengan isterinya di Shoasay, sejak itu ia tcrlalu repot dengan urusannya Giehoo-toan, sampai ia tak sempat tengok isterinya, yang ia senantiasa pikirkan. Soebo baik, sahit Tjin Kong. Luka di dalam dari Soebo sudah sembuh, ia sekarang sudah bisa jalan dengan bantuannya tongkat. Setelah ini, murid ini tuturkan kenapa ia berdua Hie Hong datang ke Siamsay Utara. Pemenntah Boan insyaf semakin bcsarnya pengaruh Giehoo-toan, yang memusuhkan orang asing, dia kuatir nanti terbtt onar besar, yang membahayakan ketegakannya, maka itu, dia cari jalan mundur teratur, untuk bcbaskan diri, di antaranya, sambil perkuatkan diri di Barat-utara. dia umbar pahlawan-pahlawannya, akan secara diam-diam basmi orangorang gagah pencinta negara dan kaum Rimba Hijau. Pihak Banseng-boen, yang berpengaruh di Shoasay dan Siamsay, tahu hal sepak-terjang pemerintah Boan itu, maka Lauw In Eng kirim dua orang ini untuk serap-serapi gerak-gerik pemerintah musuh itu. In Eng, sebagai Ketua Banseng-boen, tidak ingin orang-orang pihaknya nanti kena diganggu pahlawan-pahlawan Boan itu. Kita kuntit beberapa pahlawan Boan sampai di Siamsay Utara, Tjin Kong lanjuti keterangannya. Kita| dapat dengar, pahlawan-pahlawan yang utama sudah pergi ke Kamsiok, katanya buat menuju ke bagian utara propinsi itu. Mendengar ini, Poet Hoan ketarik bukan main. Bagaimana caranya kau ketahui gerak-gerik mereka? ia tanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Turut keterangan orang-orang kita di Siamsay, ada satu pasukan tentara yang bertugas meronda katanya, sahut Tjin Kong. Mereka itu nyata ada orang-orangnya Tjongtok dari Siamsay dan Kamsiok. Beruntung kita dapat bekuk salah satu anggota dari barisan itu. Menurutdia ini, pemimpin mereka adalah Kek Touw Im, dan Kek Touw Im ini, dengan ajak bebcrapa kawannya yang liehay, semua sudah pcrgi ke Kamsiok untuk cari seorang kesohor, entah siapa orang yang dicari itu. Inilah hebat! berseru Poet Hoan seraya ia banting kaki. Kenapa, Lootjianpwee? Kiam Gim tanya. Sebab Soehengku bersama cucu perempuannya bcrada di Yamtjoan-tjoe di Kamsiok Utara, jawab orang she To itu. Rupanya kaki-tangan Boan itu tclah dapat selidiki tentang Soehengku itu dan mereka pergi untuk menyatroninya. Teng Hiauw terkejut. Socpch. man kita bantu Kiang Lootjianpwee! ia kata pada paman gurunya, ujung baju siapa ia tarik. Kiam Gim berpikir dengan cepat Baik, mari kita ikut To Lootjianpwee ke Kamsiok, kata ia. Lahi ia kata padaTjin Kong: Sekarang baik kau orang tunda tugasmu menyelidiki pahiawan-pahlawan itu, aku nanti yang gantikan, kau orang boleb terima tugas lain__ Tjin Kong berscdia akan terima tugas bam, tapi ia tanya, apa mereka sanggup kcrjakan itu atau tidak. Jikalau tidak, tidak nanti aku bcrikan tugas ini kepada kau orang, Kiam Gim jelaskan. Jangan kuatir, aku cuma ingin kau sampaikan satu warta lisan. Aku dapat pesan dari Lie Lay Tiong, pesan untuk Toa-tauwbak Tee See Kie di Siamsay

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Utara. Toa-tauwbak itu diminta ajak semua saudaranya lekas kembali ke Hoopak- Tjin Kong dan Hie Hong nampaknya heran. Kiam Gim mengerti, mereka ini tentu belum dengar hal kematiannya Tjoe Hong Teng, dari itu, ia lantas berikan keterangannya. Kemudian ia -tambahkan: Sekarang kita mau pergi ke Yamtjoan-tjoe, maka pergi lah kau orang kepada Tee Sie Kie. Perjalanan cuma dua hari, aku percaya, tidak akan terbit onar, tapi kau orang tetap harus waspada. To Poet Hoan menghela napas mendengar kebinasaannya Hong Teng. Sebenamya belum pernah aku ketemu sama keponakan murid itu, katanya, aku tadinya sangka benar-benar ia sudah menycrah kepada pemerintah Boan, tidak tahunya dia ada satu laki-laki sejati. Sayang. Ia menghela napas pula, ia tambahkan: Tjoe Hong Teng menutup mata, Lie Lay Tong pergi ke Hoopak, itu dapat dimengcrti tetapi jikalau tenaga Gichoo-toan di Siamsay diangkut semua, apa Barat Laut tidak jadi kosong? Inilah aku kuatirkan. Apa perlu warta lisan ini tetap disampaikan? Putusan sudah tetap, aku rasa sulit untuk ubah itu, kata Kiam Gim setelah ia berpikir sejenak. Umpama warta kita tidak sampai, Tee See Kie tentu akan terima warta susulan. Poet Hoan bersenyum sendirirrya. Nyata ia kalah tenang dari Kiam Gim. Sampai di situ, Kiam Gim ajak semua orang masuk ke dalam rumah, ia kasih bangun tuan rumah, untuk pamitan, katanya mereka mau lantas berangkat. Tuan rumah orang Hwee itu mendongkol kapan ia dengar halnya tcntara Boan serang orang-orang suku bangsanya, suku Hwee, di Yamtjoan-tjoe.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kita terlalu didesak, dibikin celaka! katanya dengan sengit. Kau hendak menolongi bangsa kita, aku berterima kasih. Sayang aku tidak punya guna hingga aku tak dapat turut membantu. Kiam Gim semua hiburkan orang Hwee itu, lantas mereka pamitan dan berangkat. Rombongan mereka pun terpecah dua, ialah Tjin Kong dan Hie Hong menuju ke Utara kepada Tee Sie Kie, Kiam Gim dan Poet Hoan dan Teng Hiauw menuju ke Yamtjoan-tjoe. Rombongannya Kiam Gim sambil di lain pihak berhasil membasmi Kek Touw Im semua, hanya sayang, mereka terlambat juga sedikit, hingga Ek Hian keburu terlalu kecapaian, hingga ia jadi mirip dengan lampu kurang minyak. Kiam Gim telah pikir, begifu lekas kesehatannya Ek Hian pulih, ia hendak tuturkan tentang kebinasaannya Tjoe Hong Teng, mu-nd kesayanganrrya yang sangat dihargai, sayang, Ketua Bweehoa-koen ada terlalu lemah, usianya sudah terlalu tinggi. Juga di situ, mereka tidak dapati obat kuat untuk tubuh lemah dari seorang tua, sedang biasanya, siapa jarang sakit, sekah ia jatuh sakit, sakitnya hebat, begini sudah terjadi dengan Ek Hian. Lewat beberapa hari. Poet Hoan tampak Ek Hian jadi semakin lemah. Ek Hian pun merasai hebatnya sakitnya itu, ia bernapas sesak, ia pun batuk-batuk. Sulit untuk ia dahar bubur. Maka itu hari, ia kumpulkan Hong Keng semua. To Soetee, Lioe Toako, kata ia, aku tahu keadaan diriku, aku sudah tidak berdaya pula Poet Hoan hendak menghibur, tapi jago Bweehoa-koen itu goyangi tangan dan mendahului ia.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Akutelah bcrusia tujuh puluh tahun lebih, tak bisa aku merasa tak puas, kata ia. Aku melainkan ingat si Keng. Bersusah-payah iaikuti aku merantau, sampai di tanah pegunungan ini, aku telah sia-siakan usia mudanya, aku merasa sangat tidak enak. Di tempat sebagai ini, mana aku bisa carikan pasangan untuk ia? Mukanya Hong Keng menjadi merah-padam bahna malu, ia pun berduka sekah. Engkong, ia paksakan kata, kau lagi sakit, harap kau tidak omong banyak. Orang tua itu bcrsenyum meringis. Cucuku yang baik, apa kau kira kemudian aku masih dapat omong? Kila ada orang-orang Kangouw, kite harus ucapkan apa yang kite pikir, tidak usah kitamain sungkan. Kaupun tidak usah malu. Ia bcrdiam sebentar, lamas ia melanjuti: Teng Hiauw ada satu anak yang baik. Dulu aku tak puas terhadap ayahnya, tctapi aku toh berterima kasih pada ayahnya itu. Ya, dua-dua mereka, anak dan ayah, kepada mereka aku harus bersyukur. Teng Kiam Beng pcrnah tolong aku, Teng Hiauw pemah tolong kau, kite telah bersahabat dcngan Keluarga Teng untuk dua turunan. Kiam Beng mati sccara mengenaskan. karena itu, aku menycsal untuk Teng Hiauw.Belum lama aku bergaul sama Teng Hiauw, sekarang ini aku pandang ia sebagai cucuku saja. Teng Hiauw bertindak mendekati. Kiang Lootjianpwee kata ia, yang terus raenangis sesenggukan, air matanya mengucur dengan deras. Ek Hian pandang anak muda itu, ia tertawa. Jangan berduka, Teng Hiauw, kata ia. Aku hendak bicara dengan kau. Kau pemah bentrok dengan si Keng, akan tetapi aku tehu, kau berdua cocok satu sama lain. Aku pun tehu,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

selama beberapa tahun ini, si Keng senantiasa ingat dan pikirkan kau.. Selagi Ketua Bweehoa-koen itu berhenti bicara, Kiam Gim menyela. Aku tahu, Teng Hiauw pun sering pikirkan Nona Kiang, kata ia. Ek Hian tertawa. Aku ingat dia, dia ingat aku. Tidakkah ini bagus sekali? kata ia pula. Aku pun saksikan, dalam beberapa hari ini, mereka berdua bcrgaul rapat sekali, tidak perduli mereka sedang sibuk merawati aku. Untuk mereka, tinggal kite saja si or-ang tua berkate-kate. Teng Hiauw tolak perjodohan oleh ayahnya, dan kemarin ini Lioe Toako bilang, ayahnya pasrah kepada anaknya saja, maka itu, aku pikir, baiklah sekarang kite tetepkan perjodohan mereka. Bukankah keluarga kite berdua ada sederajat? Lioe Toako, kau ada socpeh dari Teng Hiauw, kau tcrima pesan ayahnya, silakan kau jadi wakil ketua pihak Teng, tanpa akuri shedjitgwee lagi, tanpa pilih hari pula, mari kite rekoki jodoh mereka berdua! Tidakkah ini sederhana? Lioe Kiam Gim tertawa. Inilah bagus, Lootjianpwee, kata ia. Memang, tanpa kau mengusulkannya, aku berniat majukan urusan ini kepadamu. Baik aku jelaskan kepada kau, di waktu muda, isteriku pun aku lihat dan penujui sendiri, demikian pun dia! Mcndcngar ini, semua orang tertawa. Setelah beberapa hari, barulah saat itu mereka bergembira. Teng Hiauw dan Hong Keng tunduk saja, mereka malu berbareng girang. Ek Hian ada demikian girang, hingga ia sepcrti sembuh mendadak dari sakitnya. Ia bisa angkat tubuhnya, akan duduk di atas kursi biasa. Ia seperti duduk di pembaringan, ia bersenyum berseri-seri. Justru itu, seorang Hwee datang masuk sambiI bcrlari-lari, romannya bingung. Ia melaporkan kedatangannya satu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penunggang kuda yang berlepotan debu, yang katanya beroman luar biasa, bahwa orang itu, begitu lompat turun dari kuda, segera menanyakan si orang tua she Kiang. Bagaimana luar biasanya orang itu? Poet Hoan tanya. Ia bersikap tenang. Scbab sekarang ada Musim Dingin dengan hawa udaranya dingin sekali, sahut juru warte itu, tetapi orang itu memakai thungsha, dia mencekal kipas, dia bertindak dengan lenggangkangkung, dari mulutnya keluar occhan saja. Dia tentu Thiebian Sieseng Siangkoan Kin! kata Lioe Kiam Gim. Jago Thaykek-pay ini baharu tutup mulutnya, atau satu orang muncul di muka pintu, terus saja dia berseru: Benarbenar kau semua ada di sini! Eh, kau tertawakan apa? Apa mustahil karena ada sahabat datang dari tempat jauh, makanya kau jadi sangat kegirangan? Eh, sioetjay murtad! menegur Lioe Kiam Gim tetapi sambi! tertawa. Di sini ada orang-orang tetua, kenapa kau begini tidak tahu adat? Lantas diatunjuk Ketua Bweehoakoen-. Ini ada Tjiangboendjin dari Bweehoa-koen, Kiang Ek Hian Lootjianpwee! terus ia tunjuk To Poet Hoan: Dan ini ada Kiang Lootjianpwee punya soetee, Lootjianpwee To Poet Hoan yang pada tiga puluh tahun yang lampau sudah pimpin pasukan perang Thaypeng yang berperang di Selatan dan Utara, yang namanya kesohor di seluruh negeri! Mendcngar begitu, Siangkoan Kin lantas tarik kipasnya, untuk ia memberi hormat. Oh, kiranya Soehoe dan Soesiok dari Toako Tjoe Hong Teng! Aku mcrasa sangat beruntung dengan pertemuan ini! Cita-citanya Tjoe Toako masih belum berwujud, mayatnya telah dibungkus dengan kulit, tetapi kematiannya itu agung bagaikan Gunung Tay-san, berharga seperti bulunya burung hong, maka. walaupun kite yang menjadi sahabat-sahabatnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merasa berduka, kite toh merasa bangga! Scsuatu orang mesti mati, tetapi dia mati sempuma, mati secara berharga! Semua sahabat-sahabatnya akan ingat dia, kite tak usah mendukakannya, maka aku percaya, Kiang Lootjianpwee juga pasti akan berpendapat sebagai kita! Thiebian Sieseng umbar kata-katanya, akan antap meluapnya suara hatinya, sampai ia tidak lihat bagaimana Kiam Gim kedipi ia berulang-ulang. la baharu tutup mulutnya, atau Kiang Ek Hian lompat bangun di atas pembaringannya sambil tertawa terbahak-bahak seraya terus kata: Ya, dia mati sempurna, dia mati berharsa! Dengan punyakan murid semacam dia, dapatlah aku menghibur Iciuhur dari Bweehoakoen, aku tidak mendatangkan malu bagi kaum Rimba Persilatan! Oh, Hong Teng, Hong Teng.. Masih orang tua ini tertawa bergelak-gelak, atau segera datang kesedihan, dengan mendadakan, ia rubuh, tubuhnya tidak bergerak lagi, apabila orang dekati dia, napasnya sudah berhenti, kedua matanya dirapati. Hong Keng kaget, ia menjerit menangis. lantas ia mengulun. Semua orang pun bcrduka, semua tunduk, diam saja. Thiebian Sieseng berdin tercengang, ia menyesal atas kesembronoannya. To Poet Hoan susut air matanya. Saudara Siangkoan, inilah bukan kesalahanmu, kata dia. Soeheng mcmang scdang sakit, keadaannya sudah sulit sekali, sukar untuk kita tolong padanya, karena itu, mendengar kabar membanggakan dan menyedihkan tentang muridnya itu, ia tak dapat mcnahannya. Waiaupun aku tidak membawa kabar ini jg adanya, aku tahu, ia tak akan dapat bertahan melewati hari ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Meskipun demikian, si Mahasiswa Muka Besi yang jenaka ini masih lesu, ia hadapi tubuhnya Kiang Ek Hian, akan menjura seraya mulutnya berkelemak-kelemik. Kabar meninggalnya Kiang Ek Hiantersiardengan lantas, segera ada banyak orang Hwee yang datang menyambangi, karena orang sudah mati tak dapat hidup pula, lantas bcramai-ramai mereka mcngurus, akan kubur jenazahnya jago tua itu sccara sederhana, tapi meninggalkan kesan dalam. Karena semua orang hargai dia. Di muka kuburannya itu, selaku tanda peringatan, dituliskan kata-kata: Giesoe Kiang Ek Hian Tjiebok -ialah Kuburan Gie-soe Kiang Ek Hian. Ia pun telah berjasa terhadap penduduk Yamtjoan-tjoe itu. Sctclah itu, Siangkoan Kin utarakan maksud kedatangannya, untuk minta semua orang kembali ke Thongijioc, Hoopak. Sebab sctclah Lie Lay Tiong sampai di Hoopak, telah kesampaian cita-citanya, ia gantikan kedudukannya Tjoe Hong Teng. Ketika itu, semua kckuatan Giehoo-toan telah berpusat di Propinsi Hoopak, umpama di Toktjioe saja ada kira-kira dua-tiga puluh ribu jiwa, tak usah discbutkan yang di Thongtjioe scndiri. Di dalam dacrah Hoopak, sampai di kampung-kampung yang kecil, di mana saja kcdapatan orang-orang dengan pelangi kuning dan ikat pinggang merah, yang tangannya siap sedia tombak panjang! Malah di Kota Raja sendiri, Pakkhia, ada koentjiang, rumahrumah perguruan serta tempat-tempat sembahyang. Barisan Gie Lim Koen, pasukan istimewa dari Kaisar, tidak berani ganggu mcrcka. Djoe Lok, Tjongtok dari Titlee (Hoopak), tadinya masih berikan titah-titah untuk tentaranya tindas kaum pengacau dimaksudkan orang-orang Giehoo-toan akan tetapi, sctclah pengaruh Giehoo-toan jadi demikian besar, dia kuncup sendirinya. Kereta Nagadari Ibusuri See Thayhouw, di pos di Hongtay, telah dibakar musnah oleh orang Giehoo-toan, dan satu perwira sebawahan dari Djoe Lok, yang tcrtawan di medan perang Distrik Laysoei dengan tcntara Giehoo-toan, dihajar hidup-hidup sampai tcrbinasa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiehoe dari Djimkioe dan beberapa perwira, juga telah dapat luka-luka hebat. Demikian, saking jerih, Ibusuri sampai usulkan anboe kepada pihak Giehoo-toan, supaya Giehoo-toan suka bekerja di bawah pemerintah Boan. Tjongtok Djoe Lok adalah yang j alankan usul Ibusuri, dia kirim utusan untuk panggil Lie Lay Tiong dan Thio Tek Seng datang ke Thiantjin (Tientsin). Lie Lay Tiong tidak bilang suatu apa mengenai panggilan itu tetapi Thio Tek Seng keprakrkeprak meja dan bcrseru: Kita bukannya pembesar-pembesar Boan, tjongtokmu bawa lagak apa? Mendengar sikap pemimpin Giehoo-toan itu, Djoe Lok mengaku salah, lalu ia kirim Iain utusan, buat mengundang lebih jauh, dengan hunjuk mereka akan bikin pertemuan secara hormat (dimaksudkan kedudukan yang berimbang). Atas ini Lie Lay Tiong berpikir sampai masak-masak akhimya, ia nyatakan suka tenma undangan itu. Ia pun maklumkan cita-cita dari almarhum Tjoe Hong Teng, yaitu Hoeljeng Biatyang - Menunjang pemcrintah Boan, untuk membasmi orang asing. Demikian keterangannya Siangkoan Kin, sesudah mana, ia tambahkan: Melihat keadaan, rupanya pihak asing bemiatmengasih datang bala-tentaranya, pemcrintah Boan aku sah kepada kita, tetapi dia tak dapat dipercaya, maka itu, perlu kau orang lekas-lekas pulang, untuk kita berdaya. To Poet Hoan berbangkit sambil tepuk meja. Kalau begini, dengan Hong Teng telah terbinasa dan kaum kita dipermamkan, untuk apa lagi kita menunjang pemerintah Boan? ia kata dengan nyaring. Siangkoan Kin tertawa meringis. Itu ada siasatnya Ketua Umum kita, tak dapat kita campur tahu, ia bilang. Masih belum dapat dibilang yang siasat itu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ada keliru. Semasa pertempuran di antara Tjoe Toako dan Wan Sie Kay di Shoatang, Toako bilang padaku, pemenntah Boan hendak kita terbaliki, orang asing hendak kitausir, tetapi sekarang, selagi pihak asing hernial menyerang kita, tindakan mengusir mereka jadi terlebih penting daripada urusan menjungkalkan pcmerintah Boan. Umpama pcmerintah Boan sangat terdesak pihak asing, aku rasa, tak dapat dia tidak bikin perlawanan. Apabila itu terjadi, irulah tcrlcbi h baik lagi. Inilah scbabnya kendatipun Tjoe Toako lawan Wan Sie Kay, ia belum hapuskan siasatnya Hoetjeng Biaiyang itu. Kiam Gim berpikir, lalu ia turut bicara. Tjoe Hong Teng meropunyai pertimbangannya sendiri, kata ia, tetapi sekarang sudah jelas, pemerintah Boan ada sebagai budak-budaknya negara-negara asing, maka sukar untuk kita dipaksa berdiri bcrdampingan sama pihak Boan itu. Umpama kata pcmerintah Boan rnasih ingin kita bcrserikat dengannya, kita hams ambil kedudukan utama, kita tidak bolch kasih diri kita digunakan sebagai alat. Hanya, sementara ini, tak bisa kita mendadakan ubah siasatnya Lie Lay Tiong. Aku tahu betul, dalam Gichoo-toan ada pecahan rombongan Hoantjeng, Pootjeng dan Hoetjeng-ialah mereka yang hendak menentangi pemerintah Boan, yang hendak membelai, dan yang hendak membantu, di antara tiga itu, rombongan Hoetjeng adalah yang pal-ing besar. Maka aku pikir, kalau kita| kembali ke Hoopak, baik kita menganjurkan untuk perbesar pengaruh rombongan Hoetyang Biatyang, supaya kita bisa paksa Lie Lay Tiong dengan sendirinya berdiri di belakang kita. Umpama kita diam saja, aku kuatir urusan bisa gagal. Aku setuju dengan Saudara Siangkoan, harus kita lekas kembali. Pikirannya Kiam Gim ini dapat kesetujuan, scmua orang suka ikut ia, maka itu, telah lantas ditctapkan untuk mereka berangkat bersama.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semua orang, terutama To Poet Hoan, lantas pamitan dari Ma Potjoe. Kepala Suku Hwee itu merasa sangat berat untuk berpisah, tetapi ia tidak dapat menahan, maka di saatnya berpisahan, ia mengantar sampai sepuluh lie lebih, bersama ia banyak sekali penduduk Hwee, yang pun sangat menghargai orang tua itu, yang mereka pandang sebagai pemimpin sendiri. Dalam perjalanan ini, Kiam Gim dan Poet Hoan berada dalam perasaan yang saling susun, di satu pihak mereka berduka, di lain pihak, hati mereka tegang, mereka bersemangat. Sebab dari ini adalah kehilangannya Kiang Ek Hian dan kesulitannya Giehoo-toan. Teng Hiauw dan Kiang Hong Keng pun terbenam dalam kesedihan, akan tetapi, berbareng dengan itu, api asmara mereka menyala-nyala, keduanya sangat bersemangat. Mereka lagi menanti hari depan mereka yang manis. Siangkoan Kin si doyan bersenda-gurau, yang alim nampaknya, tetapi yang berandalan, kelihatannya pun tcnang, akan tetapi sebenarnya, hatinya diliputi ketegangan. Dengan masing-masing perasaannya itu, lima orang itu telah lakukan perjalanan mereka tanpa kenal lelah, selang beberapa hari, sampailah mereka di Anpian-po di Siamsay Utara, di sana segera Poet Hoan ajak rombongannya menemui Ma Sioe San, jago suku bangsa Hwee, untuk sekalian menumpang bcrmalam. Sioe San dan keponakannya kcbetulan ada di rumah, girang mereka menyambut kawan lama, dari itu, malam itu mereka bicara banyak la pun sejak lama telah kagumi Lioe Kiam Gim dan Siangkoan Kin, dari itu, ia jamu mereka ini sekalian bersama dengan Poet Hoan. Beruntunglah pertcmuan kali ini, kata Sioe San selagi mereka bersantap.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semua orang menjadi heran, semua awasi orang Hwee ini. Ya, Saudara-saudara pasti tak ketahui, hampir aku nampak bencana, hingga hampir saja malam ini aku tidak punya apa-apa untuk disuguhkan kepada Saudara-saudara! kata Sioe San pula. Kejadian apakah itu? Poet Hoan tanya. Apakah ada angkatan perang negen yang datangi dusun &# Walaupun itu bukan tentara negeri, toh mirip-mirip dengan tentara! jawab Sioe San, yang suaranya jadi sengit dengan mendadakan. Pagi tadi di sini lewat selerotan dari kira-kira dua puluh kereta besar, yang menuju ke arah barat. Kabarnya mereka ada rombongan dari satu bekas pembesar hartawan, yang lagi mengungsi ke Siamsay Utara, untuk singkirkan diri dari ancaman malapetaka. Apakah diketahui she dan namanya orang itu? tanya Lioe Kiam Gim setelah ia berpikir sesaat. Rupa-rupanya dia ada seorang she Soh, jawab Sioe San. Pengiring-pengiringnya pergi ke rumah-rumah orang, untuk minta air teh dan pelbagai barang makanan, asal mereka-tidak dapat kepuasan, lantas mereka sesumbar, katanya, Soh Wangwee kita adalah pembuka jalan bagi Sri Baginda Raja, maka beranikah kau orang tidak memberikan makanan untuk kita? Mereka itu minta banyak, tapi mereka membayar sesukanya, sangat sedikit, harga sepuluh, mereka bayar satu. Syukur jumlah mereka cuma seratus lebih, coba mereka merapakan satu pasukan besar, niscaya habis-ludeslah desa kita disapu mereka! Kalau itu sampai terjadi, mana aku ada punya barang makanan lagi untuk dihidangkan seperti ini? Mendengar keterangan itu, mendadakan Lioe Kiam Gim jadi sangat murka, hingga kumisnya seperti bangkit berdiri, tanpa merasa, ia telah banting cawan araknya. Dia pasti ada Soh Sian le, si tua bangka busuk! kata ia dengan keras. Ma Looenghiong, terima kasih untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

keterangan kau ini! Dia itu ada musuh besar kita! Soeteeku dialah yang aniaya hingga tcrbinasa, dan Kiang Looenghiong, soeheng dari Saudara To ini pun buron disebabkan desakan dia! Pasti sekali, orang tidak sangka, orang tidak tahu, kenapa Soh Sian le mengungsi ke Barat-utara- Sebab dari itu tak lain tak bukan adalah karena pengaruh besar dari Giehoo-toan di dalam Propinsi Kota Raja sendiri sampai gentar, apapula satu Kota Pooteng. Banyak bekas pembesar dan hartawan, yang ciut nyalinya terhadap Giehoo-toan; mereka yang hartawan kecil pada menyingkir ke Lamkhia (Nanking), yang hartawan besar buron ke Seean. Soh Sian le sendiri kabur ke arah Kota Tengpian di Siamsay Utara. Dia ambil arah ini karena pemerintah Boan sudah siapkan, daerah Barat-utara ada jalan mundurnya Putera Soh Sian le ada orang kepercayaannya Tjongtok dari Titlee dan perwira yang berkuasa di Teng-pian selain ada sanaknya Sian le, pun ada orangnya Tjongtok dari Titlee itu, maka itu, menyingkimya Keluarga Soh jadi mengandung dua maksud, untuk keselamatan sendiri, buat atur pos terdepan untuk mundurnya si Tjongtok sendiri. Oleh karena Djoe Lok, Tjongtok dari Titlee, ada sanak Kaisar Boan-tjioe, pengiringpengiringnya Soh Sian le jadi bawa lagak seperti mereka ada hamba-hambanya Kaisar. To Poet Hoan dan Siangkoan Kin ketahui dengan baik, Soh Sian le itu ada musuh besar dari tiga Keluargaj Lioe, Teng dan Kiang, mereka tidak heran atas murkanya Lioe Kiam Gim, yang biasanya sabar luar biasa. Mereka laiu menganjurkan untuk kejar musuh itu. Rombongan Sian le baharu lewat tadi pagi, mereka ada bawa banyak barang. mereka berjumlah besar, tidak nanti mereka bisa jalan cepat, paling jauh mereka baharu mclalui scratus lie, mereka gampang dapat disusul.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Soh Sian le demikian jahat dan kejam, ada luar biasa yang kau dapat bersabar sampai sekarang, Saudara Lioe, nyatakan To Poet Hoan. Memang dia tak dapat dikejar lolos! Sebegitu lama aku sabarkan diri karena banyak sebabsebabnya, sahut Kiam Gim. Selama ia berdiam di Pooteng, sulit untuk turun tangan terhadapnya. Pooteng ada terjaga kuat. Di sebelah itu, biang kejahatan adalah pemerintah Boan sendiri, maka aku pikir, urusan negara ada terlebih penting daripada urusan perseorangan. Dibanding sama pemerintah, bukankah Keluarga Soh mirip cabang saja?. Siangkoan Kin nyelak sebelum orang berhenti bicara: Memang bagus jikalau pohon besar dapat dibongkar sampai kepada akar-akamya, kataThiebian Sieseng, jikalau tidak, cabangnya pun boleh ditebang terlebih dahulu, secara demikian, pangkal nya akan turut jadi lemah! Kau memang benar, Saudara Siangkoan, Kiam Gim membenarkan. Di samping itu, aku hanya berniat bekerja secara terang, bukan secara menggelap seperti orang-orang Piesioe-hwee. Aku tidak mau bertindak sembrono sehingga itu bisa merugikan juga sepak-terjangnya Hong Teng. Bcgitupun sckarang aku mclainkan hendak satrukan Sian le dan anaknya scrta orang-orangnya, yang biasa bantu ia mengganas, terhadap anggota-anggota keluarganya yang lainnya, aku tidak pikir untuk turun tangan. Sampai di situ, orang lantas tutup perjamuan, untuk mereka lantas berangkat. Tunggu sebentar, Saudara! kata Ma Sioe San seraya berbangkit. Keluarga Soh itu mempunyai banyak pengiring, Saudara-saudara terdiri cuma berlima, bagaimana andaikata karena terintang oleh mereka, Sian le dan keluarganya itu dapat lolos? Tidakkah itu mengecewakan? Maka tunggliah sebentar, aku nanti siapkan lima puluh pemuda untuk turut kau or-ang, buat membantu. Saudara-saudara boleh cari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

semua musuh tetapi orang-orangku akan pegat dan kurung mereka. Kiam Gim anggap usul itu baik, tanpa sungkan-sungkan, ia terima itu dengan baik. Dusunnya Ma Sioe San ada terlebih besar dari Dusun Yamtjoan-tjoe, pengikutnya pun lebih banyak, dari itu, gampang untuk ia siapkan lima puluh anak muda, yang sudah tcrlatih silat dan menunggang kuda. Selama itu, hari sudah tengah malam, tapi walaupun demikian, semua orang bersemangat, maka mereka berangkat dengan tak mengenal kantuk dan telah. Ma Sioe San sendiri turut bersama. Malam itu mereka kaburkan kuda, besok paginya, mereka bcnstirahat sebentar saja, lantas mereka berangkat pula, setclah lohor, mereka sudah mclalui lebih daripada dua ranis lie. To Poet Hoan lompat turun dari kudanyajapasang kuping pada tanah. Di tempat lima lie dari sini, ada suara rombongan kereta dan kuda, kata ia. Mereka tentu ada rombongan yang kita Iagi kejar, maka man kita bersiap. Orang tua itu lantas atur supaya Kiam Gim bersama Teng Hiauw dan Hong Keng mengejar langsung, ia sendiri bersama Siangkoan Kin dan Ma Sioe San, dengan rombongan anakanak muda, akan maju dari kedua samping, untuk bisa mengurung, supaya tak satujuga musuh yang bisa loloskan din. Kiam Gim akur, maka mereka lantas pencarkan diri. Jauh di muka beberapa lie ada berjalan serombongan dari seratus lebih penunggang kuda, yang mengiringi dua puluh lebih kereta, yang memuat orang dan banyak barang. Itulah rombongan Soh Sian Ie dan keluarganya, yang diiringi belasan pahlawan, beginipun tjintengnya, or-ang she

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Soh ini gum silat dan bujang-bujang. Ketika itii, hari sudah maghrib. Jalan di muka ada Soh Tjie Tiauw, putera ketiga dari Sian Ie atau orang kepercayaannya Djoe Lok, Gubcrnur Jenderal dari Titlee. Dengan cambuknya, dia menuju ke dcpan, ke arah Kota Tengpian, lain sambil tertawa, dia berkata-kata kepada orang di sebelahnya, lalah Toa-boesoe Tjeh Thian Liong, guru silat kenamaan dari Djoe Lok, serta Tiat Tay Teng, Tongnia atau Kepala dari Gie Lim Koen, Barisan Raja, yang sengaja dikirim unhik bantu lindungi Keluarga Soh ini. Dengan gembira dan bersyukur, dia kata: Dasar diperlindungi Thian, akhir-akhirnya kita sampai juga di Kota Tengpian! Giehoo-toan sangat berpengaruh, syukur selama di perjalanan, kita tidak nampak rintangan apa-apa. Tongnia dari Gie Lim Koen dan Toa-boesoe dari Tjongtok Djoe Lok bersenyum. Mereka jalan terus, Sampai tiba-tiba, dari tikungan bukit, mereka lihat munculnya dua atau tiga puluh penunggang kuda, yang tidak berbaris rapi scbagai pasukan tentara, kepala mereka tcrbungkus pelangi kuning, pinggangnya terlibat angkin merah. Teranglah mereka ada rombongan anggota Giehoo-toan! Ketika Tjie Tiauw semua mengawasi, mereka jadi tercengang bahkan heran. Barisan itu bukan barisan orangorang lelaki yang romannya gagah dan bengis, hanyalah serombongan wanita dengan pemimpinnya juga satu wanita yang sangat cantik dan wajahnya menggiurkan hati! Tiat Tay Teng tak terkecuali, dia pun tercengang! Munculnya rombongan wanita ini adalah di luar dugaan. Kapan rombongan itu sudah mendatangi dekat kepada rombongan Soh, yang masih terus berjalan maju, maka pemimpinnya, yang bersenjatakan sepasang golok Lioeyaptoo, lantas menghalang di tengah jalan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kau ada tentara negeri mana? Jikalau kau kenal salatan, lekas membagi jalan kepada kami! demikian dia membentak. Tiat Tay Teng, yang telah lenyap keheranannya, menyambut sambil tertawa besar. Kami memang paling kenal baik salatan! kata ia. Hayolah kau turut kami jalan bersama-samaL.. Tongnia dari Gie Lim Koen ini tidak kenal wanita itu, yang ada Tjong-tauwbak Touw Tjin Nio, Pemimpin Pusat dari Barisan Wanita dari Toa To Hwee, yang sudah berserikat, sudah bergabung, dengan Giehoo-toan. Dia ini tahu Siangkoan Kin pergi ke Barat-utara, untuk can Lioe Kiam Gim, untuk sckalian memberitahukan agar Giehoo-toan dari Barat-utara pergi ke Kota Raja, hatinya tak tetap, ia lantas minta perkenan untuk menyusul ke Barat-utara seraya mcmbawa tiga puluh anggota Hong Teng Tjiauw, pasukan wanita. Di tengah jalan ini, ia berpapasan dengan rombongan pengungsi Keluarga Soh. Tentu sekali, ia gusar untuk sikap ccriwis dari Tiat Tay Teng. Tanpa sepatah kata, ia keprak maju kudanya, untuk segera tikam tongnia itu! Tay Teng tersenyum tawar, agaknya ia pandang sangat enteng kepada wanita ini, terus ia jebikan bibirnya, atas mana Tjek Thian Pa di sampingnya, sudah lantas ayun cambuknya Hekhouw-pian, untuk menyerang. Toa-boesoe ini pikir untuk tawan hidup-hidup wanita ini. Tjin Nio lihat orang serang ia dari samping, sambil berseru, ia berkelit, selagi begitu, kudanya tetap maju, hingga ia jadi datang dekat pada si penyerang. Iabisa bergerak sebat luar biasa, goloknya yang berkelebat mengikuti kelitannya itu. Tjek Thian Pa belum tahu apa-apa, ia tak sempat tarik pulang cambuknya, batang lehemya sudah terbabat kutung, kepalanya jatuh bergeluntungan, disusul dengan rubuhnya tubuhnya dari atas kudanya!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan kepalang kagetnya Tiat Tay Teng akan saksikan kejadian sangat hebat itu, yang tidak pemah ia sangka, tetapi ia tabah, ia segera majukan kudanya, dengan sebat ia menyerang dengan golok Kauwliam-toonya. Sasaran adalah kepalanya Tjin Nio, batang lehemya berbareng ia hendak gaet dengan golok gaetannya yang kiri. Serangannya ini ada sangat mengancam, karena dua senjata berbareng datang kepada dua arah. Tjin Nio lihat hebatnya ancaman, berbareng merasa gusar sekali, ia geraki tubuhnya, akan berloncat turun dari kudanya. Ia tidak sempat menangkis, tidak ada jalan lain untuk tolong diri dari bahaya. Sesampainya di tanah, ia tidak tinggal diam. Ia maju, ia geraki kedua-dua goloknya. Dalam kagetnya, Tay Teng tidak menjadi gugup. Dengan satu gerakan Yan Tjeng toohwan, atau Yan Tjeng terjungkal, ia buang tubuhnya begitu rupa hingga ia jadi turun dengan selamat dari atas kudanya Tjin Nio sedang gusar, ia lompat maju, akan barengi serang orang ceriwis ini. Dasar dia ada satu tongnia, kepala dari pasukan Gie Lim Koen, Tiat Tay Teng benar-benar mempunyai kepandaian silat. Golok Kauwliam-toonya itu pun ada warisan dari Sian Soe Lam, ahii silat dari Propinsi Tjiatkang, yang namanya kesohor sejak Zaman Beng. Kedua goloknya, yang ada gactannya, bisa dipakai juga untuk punahkan pelbagai senjata lawan. Karena ia pun sedang murka, setelah menangkis, ia balik menyerang dengan keras sekali. Scsudah melewati beberapa jurus, Tjin Nio bermandikan keringat Ia tak dapat jalan akan rubuhkan tongnia ini, yang tidak empuk sebagai Tjek Thian Pa. Pada waktu itu, sekalian pengiringnya Keluarga Soh sudah maju, untuk kurang ini penyerang wanita. Tjie Tiauw kaget tak kepalang, semangatnya seperti terbang, tampak ia menang di atas angin, hatinya jadi lega.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berulang-ulang ia memuji kepada Thian, untuk ia diperlindungi. Bersama-sama Tjek Thian Pa ada saudaranya, Tjek Thian Liong, dia ini jumawa sekali. Diakata; Dengan ada perlindungan kita dua saudara, orang Giehoo-toan berani banyak tingkah, dia seperti cari kutu di atas kepala harimau! Apa itu bukan artinya dia can mampus sendiri? Boesoe ini kematian saudaranya, iagusar, tapi saking jumawa, ia masih sempat untuk bicara terkebur. Dia tertawa berkakakan. Tapi ia tidak sempat berjumawa lama-lama. Mendadakan terdengar suitan, yang datangnya dari kejauhan, segera itu disusul dcngan mengaungnya beberapa anak panah yang nyaring, yang melayang melesat di tengah udara. Pahlawan ini dengar itu, ia menoleh dengan terkejut. Di antara ramainya ketoprakan kaki kuda, terlihatlah tiga penunggang kuda sedang mendatangi dengan kuda mereka dikasih lari, apabila mereka itu telah datang semakin dekat, terlihatlah tiga orang: yang satu tua, yang satu muda dan yang ketiga adalah satu nona dengan pakaian serba putih pakaian berkabung! Tjek Thian Liong segera dapat pulang ketetapan hatinya, ia majukan kudanya untuk memapaki. Hei, kau orang dari kalangan mana? ia mencgur dcngan nyaring. Jangan sembarang maju! Tahukan kau orang bahwa kita ada pembuka jalan dari Sri Baginda Raja? Apakah kau orang pernah dengar nama besar dari Tjek Thian Liong? Tiga orang itu adalah Lioe Kiam Gim serta Teng Hiauw dan Kiang Hong Keng suami-isteri, tentu sekali hati mereka tak gentar. Malah Kiam Gim, setelah lirik pahlawan itu, lantas perlihatkan sikap tidak memandang muka, sambil hunus pedang Tjeng-kong-kiam, ia hanya awasi TouwTjuiij Nio yang asyik layani Tiat Tay Teng.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pergi kau orang scrbu orang-orangnya Keluarga Soh itu, akan tolongi itu nona! ia kata pada Teng Hiauw dan Hong Keng. Aku akan layani ini tikus! Habis mengucap demikian, di atas kudanya, yang ia majukan, jago Thaykek-pay ini segera serang Tjek Thian Liong. Pahlawan Boan itu bersenjatakan toya Hongliong-pang, dengan senjatanya itu, ia menangkis. Ia tetap bersikap jumawa. Ia memang bukan orang sembarangan, tetapi ia berhadapan dengan Lioe Kiam Gim, yang ia belum tahu siapa, ia salah raba. Kiam Gim lihat orang tangkis ia, ia kclitkan pedangnya, setclah itu, cepat luar biasa, ia balikkan, ia pakai mengctok dengan kcras toya itu. Inilah hebat, ini pun ada di luar dugaannya Thian Liong. Sekejab saja, cekalannya pahlawan itu terlepas, toyanya terjatuh! Jago Thaykek-koen itu hunjuk kesebatannya terlebih jauh. Ialah sehabis mengetok kcras, tangannya diputar balik, hingga pedangnya pun turut terbalik, terus ia pakai membabat pula, sekali ini ke arah batang leher!. Tjek Thian Liong gelagapan tanpa berdaya, tidak ampun lagi, batang lehemya kena dibabat kutung, hingga seperti saudaranya, kepalanya pun jatuh bergeluntungan, tubuhnya rubuh terguling dari atas kuda, terbanting di tanah. Menyusul kematiannya Thian Liong, anak-anak panah berumbulan menyambar ke arah Kiam Gim. Itulah serangannya orang-orangnya pihak Soh. Dengan putar pedangnya dengan gencar, Kiam Gim lindungi diri. sembari berbuat begitu, ia maju, sampai belasan guru silat Keluarga Soh kurung ia. Teng Hiauw dan Hong Keng sudah nyerbu di antara pahlawan-pahlawannya Keluarga Soh, mcrcka gagah dan tangkas, akan tetapi kurungan ada rapat, orang rintangi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka, karena itu, tidak gampang-gampang mereka dapat pecahkan kurungan. Tiat Tay Teng, yang lagi layani Tjin Nio, lihat musuh dapat bantuan. ia insyaf pada bahaya untuk pihaknya, lantaran ini, ia segera desak lawan itu, sepasang goloknya rnenyambar berulang-ulang. Karena rangsekan musuh, Tjin Nio jadi repot. Orangorangnya pun tak berdaya akan undurkan musuh. Sedangkan pertempuran berlangsung seru sekali, mendadakan terlihat debu mengepul di dua jurusan, menyusul itu, pihak Soh yang lagi mengepung hebat, pecah kurungannya, kemudian kedua penunggang kuda menyerbu ke dalam kalangan. Pada saat itu, Tjin Nio asyik serang musuh dengan tipunya Kimhong hieloei atau Tawon emas sedang pcrmainkan bunga, ia arah Tay Teng kedua pundaknya, atas mana, tongnia itu menangkis, kcmudian dia balas menyerang, tempo kcdua senjata bcradu, lelatu apinya muncrat. Tay Teng gunakan tenaga besar, hingga karenanya, sebelah goloknya si nona terlepas, terpental! Menampak demikian, Tay Teng kasih dengar tertawa iblis. Golok kirinya lantas saja menyambar pula, dalam gerakannya Hoeieng djiauwtouw atau Garuda terbang menyambar kelinci. Sebelah lengannya Tjin Nio kesemutan, tetapi dengan paksakan diri, ia gunai goloknya yang kedua, untuk tangkis serangan berbahaya itu. Hatinya tegang sekali, karena ia insyaf, inilah sisa setaker tenaganya, sedang musuh ada sangat tangguh. Dalam saat yang sangat membahayakan itu, mendadak Tiat Tay Teng perdengarkan jeritan keras, tubuhnya terus terpelanting mundur, ialu rubuh bergulingan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tjin Nio terkejut, tapi, belum ia tahu apa-apa. ia rasai ada sebelah tangan yang mencekal ia, sedang di kupingnya, ia dengar pcrtanyaan perlahan dan sabar. Adik Tjin, kau kaget Pertanyaan itu halus, iramanya menghibur. Kapan Tjin Nio pandang orang di depannya itu, ia merasakan bagai kan ia sedang bemimpi. Itulah Siangkoan Kin di hadapannya orang yang ia senantiasa buat pikiran, yang ia buat kuatir. Dan orang sedang pegangi tangannya, seraya terus menatap ia. Ah kata ia yang hampir tak dapat berkata-kata. Tapi, segera id tambahkan: Aku telah cari kau dengan susahpayah, kiranya kita bertemu disini. Ia berhenti berkata-kata dengan mendadakan, mukanya menjadi mcrah. Nyata ia telah lupa akan dirinya. Maka lekaslekas ia tarik pulang tangannya, yang masih dicekali si Mahasiswa Muka Besi. Ia pun tolak mundur tubuh orang itu__ Kau baik? tanya Siangkoan Kin, yang pun tak tahu mesti mengatakan apa. Hingga sesaat itu, ia melupakan lawannya. Tiat Tay Teng telah terkena serangannya Thicbian Sieseng. Mulanya ia masih dapat elakkan totokannya, tetapi sedangnya ia berkelit, ia disusul lain serangan, jidatnya tak luput, karena ia pun sambil berkelit, tubuhnya tcrpcntal mundur, sempoyongan, terus ia jatuh bcrgulingan. Memangnya ia telah diserang secara mendadakan, karcna Siangkoan Kin mesti tolongi si manis. | Begitu lekas sudah dapat pertahankan diri, Tiat Tongnia lompat ] bangun. Ia ada sangat gusar, maka ia maju pula, akan scrang musuh yang baharu itu. Ia berlaku sengit sekali, serangannya hebat. Siangkoan Kin muncul bcrsama-samaTo Poet Hoan, jago tua ini lihat kawannya rubuhkan musuh, setelah mana, si Mahasiswa memain dengan api asmara, karena mana, sambil

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

unit* urut kumisnya, ia mengawasi sarnbfl bersenyum. Insyaflah ia apa artirrya pertemuan di antara dua orang muda itu. Tapi sementara itu, ia waspada, ia lihat serangannya Tay Teng, maka itu, segera ia berlompat maju, dengan pedangnya, ia talangi kawannya tangkis serangan dahsyat itu, kemudian, ialayani ini tongnia. Tentu sekali, baharu beberapa gebrak, Tiat Tongnia sudah repot sekali, malah segera ia menjadi kaget. Ia terdesak dengan segera, sudah begitu, sepasang golok gaetannya yang kuat, yang ia buat andalan, sapat karena sabetan pedang yang tajam dari musuh! Sambil bertempur, To Poet Hoan telah perdengarkan seruannya, seruan itu sudah membuat sadar kepada Touw Tjin Nio. Eh, kau angot barangkali? ia segera tegur Siangkoan Kin. Lihat keadaan di sckitar kita, orang lagi bekerja apa? Nanti saja kita bicara pula. Nona ini menegur, ia tidak tahu, ia sendiri terpengaruh asmara. Siangkoan Kin bersenyum terhadap si manis itu. Mari kita bekerja! ia mengajak. Di lain pihak, Ma Tjhung-tjoe dan orang-orangnya, dari dua jurusan, sudah sampai di medan pertempuran, mereka sudah lantas mengurung, untuk turun tangan. Barisan orang Hwee ini sudah lantas bekerja sama-sama dengan serdadu-serdadu wanita Toatoo-hwee. Maka itu, dengan Touw Tjin Nio telah pungut goloknya dan maju pula bersama Siangkoan Kin, pihak musuh menghadapi bahaya hebat. Di sebelahnya kipas istimewa, Thiebian Sieseng tidak ragu-ragu lagi menggunai ilmu Tiamhiat-hoatnya, akan totok jalan darah orang. Datangnya dengan tiba-tiba rombongannya Lioe Kiam Gim ini membuat Soh Tjie Tiauw kaget dan kctakutan, hingga ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jadi terpucat-pucat, apapula kapan ia mesti saksikan beberapa pahlawannya rubuh binasa dengan gampang sekali, dan kemudian, pihaknya terus terdesak, sementara Tiat Tongnia, yang ia buat andalan, repot mclayani satu musuh yang liehay, hingga tongnia itu pasti tidak akan mampu berbuat banyak untuknya. Karena ini, bangkitlah otaknya yang cerdik. Dengan diam-diam, Tjie Tiauw ajak ayahnya menyingkir dari tempat berbahaya itu. Mereka tidak pikir pula harta besar, yang termuat dalam belasan kereta.#Tapi mereka masih ingat mengajak belasan pengiringnya. Mereka harap akan terlolos dari pandangan musuh, supaya mereka bisa menyingkir dengan selamat. Bukankah semua musuh sedang bertempur secara kalut? Akan tetapi sulit untuk lolos keluar. Ternyata orang-orang Hwee tidak menyerang semua, di antaranya ada yang mengurung saja, untuk memegat jalan. Terpaksa ayah dan anak itu mundur ke sebuah kereta. di sana mereka buka pakaian sendiri, untuk ditukar dengan pakaian bujang. Dengan menyamar, mereka harap bisa juga menyingkir dari ancaman malapetaka. Dalam pertempuran kalut itu, Lioe Kiam Gim dengan pedangnya ada sebagai naga merdeka, ia menyerang ke sanasini, untuk cari Soh Si an Ie dan puteranya dia ini. Ia tidak mencmukan lawan yang tangguh. Ia lihat To Poet Hoan sedang hadapi satu musuh yang agaknya liehay, ia menghampirkan, dengan niat mcmbantui. la anggap dalam keadaan seperti itu dan menghadapi pihak Soh, ia tak usah pakai cara-caranya kaum Kangouw lagi, yang mesti bersikap laki-laki sejati. Tapi To Poet Hoan lihat jago Thaykek-koen itu, dia mendahului meneriakinya : Saudara Lioe, pergi lakukan tugasmu sendiri! Binatang ini tak ada dalam hatiku!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah berteriak demikian, jago Bweehoa-koen ini rangsek lawannya, pcdangnya seperti berkilau-kilau di delapan pcnjuru. Tiat Tongnia ada seorang kosen, ilmu silatnya ada lebih rendah daripada kcpandaiannya See Beng Wan dan Kek Touwlm, maka itu, mana dia sanggup terus-terusan layani jago tua yang iiehay itu. Sebentar kemudian, ia telah repot sekali, walau batinnya menjadi ciut, karena goloknya disapat berulang-ulang oleh pedang musuhnya yang tajam. Dalam saat yang tegang itu, terdengar seruan panjang dari To Poet Hoan, lalu menyusul jeritan hebat dari Tiat Tongnia, karena lengan kanannya kena dibabat kutung, lukanya mendatangkan rasa sangat sakit, darahnya muncrat berhamburan, tidak tempo lagi, ia rubuh dengan pingsan! Sebagai ganti seruannya, To Poet Hoan tertawa berkakakan, kemudian ia teladan perbuatannya Kiam Gim, yang ia hampirkan, untuk labrak musuh, guna cari Soh Sian Ie. Di lain pihak, Siangkoan Kin dan Touw Tjin Nio telah berhasil memecahkan kurungan musuh, mereka pun mulai cari Sian Ie, hingga mereka tidak berlaku keras lagi terhadap pihak lawan. Kapan Thiebian Sieseng rubuhkan satu musuh, ia tawan orang itu, akan kompes, menanyakan di mana Sian Ie. Siapayang menyahuti tidak tahu, ia angkat tubuhnya, ia lemparkan, hingga ada orang yang jatuh terbantmg hingga binasa. Tapi sebenarnya saja, orang itu tak ketahui di mana sembunyinya majikan mereka. Perbuatannya ini, Siangkoan Kin lakukan berulang-ulang. Kekuatannya pihak Soh pecah ketika Teng Hiauw dan Hong Keng berhasil dengan penyerangannya yang hebat, mereka ini pun segera mencari Soh Sian Ie dan Soh Tjie Tiauw. Kita geledah setiap kereta! akhirnya Teng Hiauw usulkan, karena di seputar mereka, mereka tidak lihat Sian Ie.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Gim mengawasi ke empat penjuru, tiba-tiba ia tertawa. Tak usah kita berbuat demikian! kata ia kemudian. Mari ikut aku! Mereka sembunyi di itu kereta kecil!. Jago Thaykek-koen ini ada seorang dengan pengalaman luas. Ia lihat di kereta yang ia maksudkan itu ada belasan orang. Pernah rombongan itu terpencar tapi kembali mereka berkumpul jadi satu. Dengan tiba-tiba saja ia menyangka, itulah mesti rombongan majikan dan bujang-bujangnya. Maka ia lantas menerka. Dikepalai oleh Kiam Gim, Siangkoan Kin beramai lantas menyerbu ke arah kereta kecil itu. Tidak sukar untuk mereka membuka jalan, untuk sampai ke sana. Teng Hiauw dan Hong Keng mendatangi dari arah samping. Bcgitu lekas mereka sudah datang dekat, Kiam Gim berhenti berlari, ia merandek dan diam sebentar, tapi segera ia serukan kepada Teng Hiauw danisterinya: Lekas kau orang bunuh sendiri musuh-musuhmu! Sakit hatinya Kiam Beng mesti puteranya sendiri yang balas! Matanya Teng Hiauw merah mendadakan, lantas ia maju. Pengiring-pengiringnya Soh Sian Ie ketakutan, mereka menyingkir, tapi satu pengiring bemyali besar, ia maju, untuk mencegah, tapi Teng Hiauw sudah seperti kerasukan, ia maju untuk segera menikam, demikian hebat, hingga lawannya gelagapan, tak perduli dia bisa menangkis. Baharu dua tiga jurus, pengiringnya Soh Sian Ie itu kena ditikam dadanya, hingga ia rubuh binasa. Sampai di situ, tidak ada lagi lain perintang. Teng Hiauw loncat maju, untuk bekuk Soh Tjie Tiauw, scdang Hong Keng maju akan cekuk Soh Sian Ie, yang tubuhnya tak bergerak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lagi, sebab sedari tadi, ketakutannya sudah sampai di puncaknya, sedang ia sudah berusia hampir tujuh puluh tahun. Tjie Tiauw berontak dengan sia-sia saja, cekalannya Teng Hiauw ada terlalu keras baginya. Teng Hiauw segera hadapi orang-orangnya Keluarga Soh itu, yang sudah mati kutunya. Orang she Soh ini ayah dan anak telah ada di tangan kita, kita akan membereskan hutang dengan mereka ini. Kau orang semua tidak ada sangkutannya, begitupun anggota-anggota Keluarga Soh, maka pergi lah kau orang melanjuti perjalanan ke Tengpian! Teng Hiauw serukan. Letaki senjata kau orang, lekas kau orang berangkat! Perintah itu ditaati tanpa sampai diulangi lagi, semua orang lepaskan senjata mereka, lantas mereka pergi. Dengan airmata berlinang-linang, Kiam G im berkata seorang diri: Teng Soetee, akhir-akhirnya hari ini puteramu dapat membalas sakit hatimu! Soetee, kau tentu bisa meramkan matamu!. Hancur hatinya Teng Hiauw, sampai ia tak dapat berkatakata, melainkan air matanya mengucur dengan deras. To Poet Hoan hampirkan itu anak muda. Teng Hiauw, kau dapat balas sakit hatimu, ia kata, dengan perlahan, tetapi di samping itu, masih kita membalas terhadap musuh besar kita : pemerintah Boan! Hong Keng lemparkan tubuhnya Soh Sian Ie, yang telah mati sendirinya, bahna takut, ia meludah, lalu ia dekati Teng Hiauw, tangan siapa ia cekal, untuk ditarik dengan perlahan: Engkoh Hiauw, biarkanlah bangsat she Soh ini dan anaknya mampus seperti anjing! ia kata dengan perlahan tetapi nyata. Kita sebagai manusia harus bersihkan dunia dari makhluk sebangsa anjing semacam mereka ini!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teng Hiauw dibikin sadar oleh isterinya ini. Ya, ia kata, yang segera ayun pedangnya, maka lehernya Soh Tjie Tiauw putus, kepalanya jatuh disusul sama tubuhnya, yang Teng Hiauw lepaskanj dari cekalannya. To Lootjianpwee benar, musuh besar kita masih belum terbalas! ia berseru. Mari kita orang pergi kepada Giehoo-toan! Marilah! berseru Poet Hoan, demikianpun Kiam Gim. Serentak orang tinggalkan medan pertempuran itu. Tapi lebih dahulu daripada itu, orang ambil selamat berpisah dari Ma Sioe San dan rombongannya, yang mesti kembali ke desanya. Poet Hoan jalan di muka bersama Kiam Gim, Teng Hiauw berendeng bersama Hong Keng. Pasangan ini ada sangat bersemangat, sehingga mereka dapat lupakan kesedihan mereka. Teng Hiauw malah puas, karena telah berhasil mencari balas. Thiebian Sieseng Siangkoan Kin sianseng, Mahasiswa Muka Besi, jalan misah, tetapi ia tidak hanya sendirian. Didampingnya ada si cantik manis, Touw Tjin Nio, keduanya jalan berendeng, saban-saban mereka menoleh satu kepada lain, sambil bersenyum, berseri-seri. Tamat

Anda mungkin juga menyukai